Membangun Daerah Perbatasan Dengan Rumput Laut

118

Transcript of Membangun Daerah Perbatasan Dengan Rumput Laut

Program Pengembangan Rumput Lautkerjasama antara

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dengan Pemerintah Kabupaten Nunukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kalimantan Timur

Ameriza M. Moesa

Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kalimantan Timur

Teguh Setiadi

Manajer Unit Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Prov. Kalimantan TimurSunarso

Asisten ManajerTaufik Ariesta Ardhiawan

Konsultan Pengembang UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kalimantan Timur

Yusuf Arif Setiawan

ISBN 978-602-96071-9-2

Cetakan 1, Oktober 2013

Hak cipta © 2013

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur

Jl. Gajah Mada No. 1 Samarinda

Buku ini kami dedikasikan untuk pengembangan, pemberdayaan dan kemajuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

iv

v

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penyusunan buku ini dapat selesai tepat waktu sesuai rencana. Buku yang diberi judul “Membangun Daerah Perbatasan Dengan Rumput Laut” ini menceritakan dan mendokumentasikan proses pelaksanaan program pengembangan rumput laut di Kabupaten Nunukan, yang merupakan hasil kolaborasi yang sangat apik berbagai pemangku kepentingan khu­susnya antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Nunukan dan kelompok usaha nelayan rumput laut. Keterlibatan Bank Indonesia (BI) dalam program pengem­bangan rumput laut tersebut sejalan dengan salah satu tugas pokok BI khususnya yang terkait dengan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Penulisan buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan ber­bagi informasi mengenai proses dan kisah sukses dari upaya pemberda­yaan sebuah kelompok nelayan rumput laut di Kabupaten Nunukan, yang berbatasan dengan Sabah, Malaysia. Melalui penerbitan buku ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pembaca dan refe­rensi bagi pemangku kepentingan dalam rangka pemberdayaan ma­syarakat pada umumnya dan kelompok usaha budidaya rumput laut pada khususnya.

Cakupan dalam buku ini antara lain meliputi proses perjalanan budi­daya rumput laut oleh sekelompok masyarakat di Kabupaten Nunukan yang dimulai sejak inisiasi program, tantangan yang dihadapi, kiprah dan peran local champion, peran pemerintah daerah dan kolaborasi Bank Indonesia dengan stakeholders, serta strategi pemberdayaannya. Se­lain itu, kisah petani rumput laut dalam meningkatkan posisi tawar dan peran penyuluh/LSM lokal sebagai pembina sentra rumput laut turut

vi

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

mewarnai buku ini. Selanjutnya analisis mengenai potensi dan strategi pengembang an rumput laut ke depan diuraikan secara umum pada bab terakhir.

Keberhasilan budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan meru­pakan prestasi yang patut dibanggakan. Pada saat ini Kabupaten Nunu­kan telah menjelma menjadi kabupaten penghasil rumput laut terbesar di Indonesia, walaupun pengembangannya baru dimulai sejak tiga tahun terakhir dan secara teoritis karakteristik perairannya tidak cocok untuk budidaya rumput laut. Kunci sukses program tersebut terutama berkat ada nya kesadaran petani rumput laut, penerapan pola pendampingan dan pelatihan yang tepat sasaran, terbentuknya sinergisitas dari berbagai pemangku kepentingan, serta diterapkannya strategi penguatan value chain yang lebih berorientasi pasar.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak­pihak yang membantu dan mendukung terlaksananya program tersebut, terutama Bupati Nunukan beserta jajarannya, Dinas Kelautan dan Per­ikanan Kabupaten Nunukan, Badan Ketahanan Pangan dan Petugas Pe­nyuluh Lapangan, IPKANI dan Gapokan (Gabungan Kelompok Per ikanan) Harapan Mandiri, dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bisnis Indonesia yang telah membantu proses penulisan dan penerbitan buku ini. Secara khu­sus, terima kasih dan apresiasi juga kami sampaikan kepada Gubernur Kalimantan Timur yang telah memberikan dukungan dan bimbingan­nya kepada kami khususnya dalam pelaksanaan program pemberdayaan UMKM di Provinsi Kalimantan Timur, termasuk di Kabupaten Nunukan yang saat ini berada dalam Provinsi Kalimantan Utara.

Samarinda, Oktober 2013Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur

Ameriza M. MoesaKepala Perwakilan

vii

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Sambutan Bupati Nunukan

Sesuai dengan salah satu Misi, Visi dan Tujuan Pembangunan Kabupaten Nunukan tahun 2011­2016 adalah meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang berbasis

ekonomi dan keunggulan kompetitif melalui Gerakan Pembangunan Ekonomi Mandiri Aman dan Sejahtera (GERBANG EMAS). Hal tersebut ditunjukkan dengan pencapaian Kabupaten Nunukan sebagai salah satu kabupaten produsen rumput laut kering terbesar di Indonesia yang merupakan perwujudan dari pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis komoditas unggulan daerah dan menjadi daerah perbatasan yang maju serta mandiri seperti yang dicita­citakan. Keberhasilan ini tentunya merupakan hasil kerja keras dan kerjasama antara Pemkab Nunukan, SKPD terkait, PPL, LSM dan pihak­pihak yang concern terhadap pengembangan ekonomi, terutama atas dukungan yang luar biasa dari Bank Indonesia dalam melakukan pendampingan para petani rumput laut. Bila dibandingkan dengan daerah lain yang telah lama mengembangkan rumput laut, Nunukan baru 3 tahun berjalan, tentunya kemajuan ini patut kita syukuri.

Buku berjudul: “Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut”, ini saya kira merupakan salah satu dokumentasi dan potret sinergitas yang nyata antara Pemkab. Nunukan dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim dalam mengembangkan komoditas rumput laut secara utuh. Pemaparan gambaran umum Nunukan, potensi rumput laut, bentuk sinergitas antar lembaga, peran PPL, maupun respon pembudidaya rumput laut dalam buku ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada pembaca. Sinergisitas yang sangat solid tersebut, harapannya dapat dijadikan model­model kerjasama dimasa mendatang.

viii

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Kerjasama pengembangan rumput laut di Kabupaten Nunukan antara Pemkab Nunukan dan Bank Indonesia telah menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan, oleh karena itu harapan kami, kerjasama yang telah terjalin tidak berhenti disini, dan sinergisitas ini dapat dan semakin ditingkatkan baik dimasa kini maupun dimasa mendatang. Semoga Bank Indonesia dapat senantiasa berkiprah dalam mendukung kemajuan dan berkembangnya sektor riil dan UMKM untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Nunukan, Oktober 2013

ix

Kata Pengantar .................................................................................................................... iii

Sambutan Bupati Nunukan............................................................................................. v

Menyemai Rumput Laut di Pesisir Nunukan ............................................................ 1

Buah dari Jerih Payah Si Habir ......................................................................................27

Daftar Isi

11

Memberdayakan Rumput Laut, Memberdayakan Masyarakat Nunukan

Peran Pamong di Perbatasan Negara

35

x

Seberkas Asa Bank Indonesia .......................................................................................53

Kisah Gapokan Melawan Tengkulak ..........................................................................61

Peran Penyuluh dan LSM Lokal ...................................................................................77

Menguatkan Peran, Merangkai Masa Depan.........................................................97

Daftar Istilah .....................................................................................................................105

Lensa Foto .........................................................................................................................106

Bank Indonesia Peduli Rumput Laut

47

Peran Penyuluh dan LSM Lokal77

Mengubah Rumput Laut Jadi Emas

89

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

SUASANA disepanjang pesisir pantai Nunukan terlihat sibuk dengan aktivitas para nelayan. Kali ini mereka tidak sedang menangkap ikan. Nelayan di Nunukan lebih banyak yang membudidayakan rumput laut (Euchema Cottoni). Mereka memasang bibit rumput laut dengan perahu yang tidak jauh dari pantai. Setelah 45 hari, tibalah waktu memanen. Rumput laut yang siap untuk dipanen dibawa dengan perahu ke tepian untuk dijemur terlebih dahulu, kemudian membungkusnya dengan karung. Sesudah dirapikan, rumput laut yang telah siap dipasarkan itu akan dijual. Begitulah kesibukan sehari­hari di Nunukan.

Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan tahun 2011, budidaya rumput laut dimulai dari Pulau Sebatik tepatnya di Desa Setabu sekitar tahun 2008. Selanjutnya tahun 2009 menyebar ke daerah pesisir pulau Nunukan dan pulau Sebatik, melibatkan 1.401 rumah tangga perikanan. Potensi perairan yang dapat ditanami rumput

1

2

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

laut seluas 20.000 ha. Namun yang baru termanfaatkan sekitar 700 Ha. Hal ini menjadi peluang tersendiri bagi bisnis rumput laut di Nunukan.

Budidaya rumput laut di Nunukan tidak terlepas dari prospek ekonomi yang secara perlahan meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir Nunukan. Menurut Heru, koordinator Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kabupaten Nunukan, “harga rumput laut itu memberikan dampak signifikan bagi perekonomian masyarakat”.

Menurut Pak Eddy Afrios, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang menjadi pembina nelayan di Kampung Tanjung Harapan, Nunukan, “dengan adanya rumput laut, masyarakat mendapatkan penghasilan yang bertambah”. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang sudah bisa membeli barang mewah seperti motor, laptop, tablet, atau kamera digital. Dengan nilai jual rumput laut yang tinggi di pasar, masyarakat

Suasana Pemasangan Bibit Rumput Laut oleh ibu-ibu nelayan di Desa Mamolo Tanjung Harapan

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dapat terus memproduksi agar dapat meningkatkan taraf ekonomi mereka. Boleh dibilang, saat itu masyarakat Nunukan boleh berbangga hati dengan adanya rumput laut. Pak Eddy bilang “ini merupakan berkah bagi Nunukan!”.

Keberhasilan budidaya rumput laut di Nunukan tidak terlepas dari peran Bank Indonesia (BI). Pada 8 September 2011, BI secara resmi ikut berpartisipasi mem bangun rumput laut Nunukan, me lalui penandatanganan kerjasama Pengembangan Rumput Laut di Kabupaten Nunukan dengan Pemkab. Nunukan. Nota kesepahaman itu bernomor 13/3A/DKBU/Smr dan No. 180/15/523.36/HK/VIII/ 2011, ditandatangani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Bapak

Perairan diperbatasan Negara. Perairan Nunukan Sebatik disore hari.

3

4

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Selama rentang tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, BI bekerjasama dengan DKP

Nunukan dan stakeholders terkait setempat telah

memberikan pelatihan berupa know how maupun soft skill

kepada pembudidaya dan UMKM terkait.

Androecia Darwis dengan Bupati Nunukan Bapak Drs. H. Basri. Untuk memperkuat pelaksanaan dilapangan selanjutnya Bank Indonesia dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan menandatangani Perjanjian Kerja Sama bernomor 14/7/DKBU/BPBU/Smr dalam rangka Program Pengembangan Klaster Rumput Laut di Kabupaten Nunukan.

BI sebenarnya telah sering melakukan kegiatan pemberian bantuan teknis kepada UMKM di Kabupaten Nunukan. Sedangkan kegiatan pengembangan rumput laut di Nunukan oleh Bank Indonesia, telah dimulai pada awal tahun 2011 dengan melakukan pre-eliminary study terhadap potensi budidaya rumput laut.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Pada Desember 2011, rumput laut Nunukan telah menjadi representase rumput laut di Kalimantan Timur mengalahkan daerah lain yang terbilang lebih dulu mengembangkannya. Pangsa produksi 84,29% rumput laut Kalimantan Timur berasal dari Kabupaten Nunukan. Bila dibandingkan dengan wilayah lain yang sudah lebih lama mengembangkan budidaya rumput laut, kenaikan dan dominasi pangsa produksi menjadi prestasi bagi Nunukan sebagai penghasil rumput laut. Hal itu disebabkan karena terdapat peningkatan cukup menggembirakan dimana produksi tahun 2010 adalah 55.098,95 ton, dan meningkat menjadi 116.731 ton di tahun 2011 atau meningkat 112%.

Selama rentang tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, BI bekerjasa­ma dengan DKP Nunukan dan stakeholders terkait setempat telah mem­berikan pelatihan berupa know how maupun soft skill kepada pembudi­daya dan UMKM terkait. Bupati Nunukan, Basri, mengatakan bahwa “ini

Hasil panen salah satu anggota kelompok

perikanan.

5

6

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

suatu potensi yang luar biasa. Kita mengharapkan dari kita semua bisa bahu­membahu, membina kelembagaannya, mem bina keterampilannya, ju­ga meningkatkan mutunya”. Kesuksesan membudidayakan rumput laut tidak terlepas dari keberhasilan membina pelaku usaha secara terorganisir. Waktu itu, masalah yang dihadapi oleh banyak petani adalah rendah­nya tingkat keuntungan (harga jual) yang diperoleh diban­dingkan tingginya keuntungan yang diperoleh para tengkulak.

Melalui inisiatif stakeholders di Nunukan, didirikanlah Ga­pok an (Gabungan Kelompok Perikanan) bernama Harapan

“Gapokan harus melakukan sebuah

kontrol agar tidak terjadi lagi permainan

harga. Buat para petani, kestabilan harga

merupakan persoalan penting, karena

memberikan kepastian berusaha bagi mereka

dimasa selanjutnya.”

7

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Mandiri pada bulan Juni 2012 yang menjadi langkah awal kemandirian pembudida­ya rumput laut. Gapok an Harap an Mandiri ini me­rupakan Gapokan yang pertama ada di Kalimantan Timur. Dampak yang secara langsung dapat dirasakan

atas pendirian Gapokan adalah harga rumput laut langsung mening­kat dan menjadi stabil. Pada masa bulan Ramadhan tahun 2012, para pembudidaya dapat menikmati harga rumput laut yang stabil. Sebelum Gapokan terbentuk, harga rumput laut pada bulan ramadhan selalu terjun bebas.

Akhirnya, harga rumput laut perlahan membaik. Keberadaan Gapokan juga mampu membuka akses pasar baru bagi petani rumput laut. Awalnya petani rumput laut hanya menjual rumput laut kering kepada pengepul setempat. Adanya Gapokan membuat mereka mampu menjual secara langsung ke eksportir di Surabaya, Makasar dan ke Pabrik Pengolahan semi keragenan di Merak Banten.

8

Dampaknya porsi keuntungan dapat lebih banyak dinikmati, karena tidak perlu melewati jalur distribusi yang panjang.

Setelah semua berjalan baik, Habir, ketua Gapokan Harapan Mandiri, mengatakan bahwa “gapokan harus melakukan sebuah kontrol agar tidak terjadi lagi permainan harga. Buat para petani, kestabilan harga merupakan persoalan penting, karena memberikan kepastian berusaha bagi mereka dimasa selanjutnya.”

Habis Gapokan terbitlah koperasi, itulah yang terpikir untuk membenahi aspek lanjutan dari masalah modal dan pasar bagi para petani. Habir mengatakan “Kecenderungannya, masyarakat kalau sudah jual rumput itu langsung setor ke bank. Kadang sisanya itu untuk keperluan dapur. Jadi pas mau turun ke laut, di mana lagi ini. Akhirnya lari ke tengkulak, ke pengepul. Jadi dia terikat lagi. Kalau seandainya ada koperasi, siapa saja anggota yang butuh, silakan. Nanti setelah barangnya terjual, potong, habis. Simpan pinjam, begitu.”

Keberadaan koperasi sangat membantu dalam mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat. Asas kekeluargaan yang diterapkan dalam koperasi menggantikan tengkulak yang biasa menjerat masyarakat dengan harga rendah. Melalui koperasi produksi, pembudidaya rumput laut di Nunukan bisa memasarkan produknya lebih luas, menentukan harga jual agar tidak rendah, dan mengakses

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

pendanaan bank lewat koperasi. Membangun ekonomi masyarakat sebaiknya berangkat dari modal masyarakat sendiri. Perekonomian Nunukan harus mandiri dengan kekuatan ekonomi masyarakatnya sendiri.

Sunarso, Manajer Tim Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM Bank Indonesia Prov. Kaltim, mengatakan “kelembagaan yang sederhana, namun secara legal sangat kuat dan mudah dibentuk adalah koperasi. Dengan kelembagaan yang legal, transformasi Gapokan menjadi koperasi meningkatkan bargaining position yang tinggi bagi pembudidaya rumput laut Nunukan. Sehingga dimasa depan pengelolaan yang profesional dapat meningkatkan pengembangan rumput laut yang lebih maju di Nunukan. Beliau menjelaskan “pada mulanya Gapokan memfasilitasi tumbuhnya pembudidaya rumput laut, namun itu saja belum cukup, ketika ingin berkembang, masyarakat membutuhkan koperasi” ujarnya.

9

10

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Peran koperasi pada dasarnya membantu kelompok masyarakat budidaya rumput laut untuk mengakses modal ke lembaga pembiayaan, karena tidak mungkin kelompok masyarakat mendapatkan akses jika tidak difasilitasi oleh badan usaha yang resmi dan dikelola dengan manajemen yang rapi. Koperasi dapat mewakili kebutuhan dana bagi kelompok masyarakat yang sedang memerlukan modal usaha. Dari aspek pemasaran, koperasi juga membantu membuka jalur pemasaran rumput laut sehingga peran koperasi dianggap menjadi model lembaga yang cocok dengan ekonomi kerakyatan.

Kelompok masyarakat yang masuk ke dalam anggota koperasi akan mendapatkan sisa hasil usaha (SHU). Bagi anggota koperasi ada iuran wajib dan iuran sukarela untuk pengembangan keuangan koperasi. Realisasi koperasi mengakomodasi kelompok masyarakat budidaya rumput laut se­Nunukan, seperti dikatakan Sunarso “tidak menutup kemungkinan bila layanan koperasi itu nantinya dapat menjangkau wilayah Sebatik”. Sehingga Nunukan bisa jadi contoh pembangunan ekonomi di wilayah perbatasan.

Kabupaten Nunukan terletak di wilayah perbatasan Indonesia­Malaysia, tepatnya negara bagian Sabah. Masalah ketertinggalan ekonomi dan lemahnya infrastruktur merupakan problematika lama di wilayah perbatasan. Padahal di wilayah perbatasan inilah gambaran dari kondisi negara pertama kali dicitrakan oleh negara tetangga. Kualitas pembangunan ekonomi dikatakan berhasil bila pemerataan berjalan sampai ke seluruh wilayah. Pembangunan ekonomi harus mengikutsertakan banyak rakyat. Dengan begitu pembangunan menemukan jalan untuk mensejahterakan rakyat. Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu jalan untuk mencapai pemerataan, hanya pada dasarnya semua harus berangkat pada keunggulan lokalitas. Nunukan memiliki sumber daya laut yang cocok untuk pembudidayaan rumput laut.

11

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

AWAL mula keberadaan rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, menurut kebanyakan petani di sana, pertama kali dibawa oleh seseorang dari Sulawesi Selatan. Peristiwa itu terjadi beberapa tahun lalu dengan tujuan untuk mencoba mengembangkan rumput laut. Niat awal seorang nelayan tersebut hanyalah coba­coba. Namun hasilnya ternyata malah berkembang pesat. Banyak warga pesisir, yang sebelumnya merupakan nelayan tangkap ikan, kemudian tertarik ikut membudidayakan rumput laut. Bahkan, kini selain menangkap ikan juga sekaligus menjadi pembudidaya rumput laut.

Contohnya Habir yang sudah 20 tahun tinggal di Nunukan, selama itu pula ia menjadi nelayan tangkap ikan. Namun sejak di Nunukan mulai gencar dilakukan budidaya rumput laut, Habir pun juga menjadi petani

12

rumput laut, tanpa meninggalkan profesi sebelumnya sebagai ne­layan tangkap. Ketika ditanya soal mengapa ia juga menjadi pembu­didaya rumput laut, Habir menja­wab “rumput laut lebih menjanji­kan secara ekonomi!” langkah Habir diikuti oleh ratusan nelayan lain yang ada di Nunukan yang juga beralih profesi menjadi pem­budidaya rumput laut.

Secara teori, kondisi laut di Nu­nukan sebenarnya kurang cocok untuk tempat budidaya rumput laut. Rumput laut biasanya dibudi­dayakan di laut dengan karakteris­

Pendampingan langsung meli-batkan berbagai unsur, Dinas Kelautan, BI, militer, PPL, LSM, profesional, dan konsultan ahli.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

13

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

tik air yang jernih dan arus air yang tidak terlalu kuat. Sedangkan, kondi­si laut di Nunukan bertolak belakang dengan karakteristik idealnya. Air laut di Nunukan cenderung keruh, dan arusnya cenderung kuat.

Rumput laut yang dihasilkan di Nunukan tersebut justru memiliki karakteristik tersendiri yang unik. Budidaya rumput laut dalam awal perkembangannya baru sebatas menjadi usaha sampingan masyarakat setempat.

Sumber: Statistik Kabupaten Nunukan 2012

Kondisi Geografis Kabupaten Nunukan

Letak

Lintang Utara : 3o15'00" ­ 4024'55"Bujur Timur : 115033' ­ 11803'

Batas

Utara : Malaysia Timur ­ SabahTimur : Selat Makassar dan Laut SulawesiSelatan : Kabupaten Bulungan dan MalinauBarat : Malaysia Timur ­ Serawak

Luas Wilayah

Krayan : 1834,74 Km2Krayan Selatan : 1757,66 Km2Lumbis : 290,23 Km2Lumbis Ogong : 3357,01 Km2Sembakung : 2042,66 Km2Nunukan : 564,50 Km2Sei Menggaris : 850,48 Km2Nunukan Selatan : 181,77 Km2Sebuku : 1608,48 Km2Tulin Onsoi : 1513,36 Km2Sebatik : 51,07 Km2Sebatik Timur : 39,17 Km2Sebatik Tengah : 47,71 Km2Sebatik Utara : 15,39 Km2Sebatik Barat : 93,27 Km2Jumlah/Total : 14247,50 Km2

14

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Dari sudut pandang ekonomi, sisi penawaran dan permintaan rumput laut dapat dipertimbangkan untuk mengetahui potensi pengembangan budidayanya. Kondisi yang dihadapi yaitu tingginya permintaan terhadap rumput laut sementara penawarannya relatif rendah. Karena itu, penawaran dari para produsen rumput laut di Indonesia belum dapat memenuhi seluruh permintaannya. Dengan kata lain, masuknya produsen baru tanpa merugikan produsen yang sudah ada masih dimungkinkan terjadi. Peluang inilah yang ditangkap oleh pembudidaya di Nunukan.

“Rumput laut lebih menjanjikan secara ekonomi!”

15

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Rendahnya penawaran ini terutama dikarenakan kondisi area budidaya rumput laut. Tidak semua perairan di Indonesia cocok untuk ditanami rumput laut. Keberhasilan perintisan budidaya rumput laut di Nunukan lalu menjadi alasan bahwa masyarakat tidak seharusnya mudah menyerah pada kondisi yang dihadapi. Trial and error perlu dicoba terlebih dahulu, seperti yang telah dilakukan di Nunukan.

Sementara itu, permintaan rumput laut terus meningkat karena perkembangan pemanfaatan rumput laut untuk industri olahan. Rumput laut berkembang dari bahan baku untuk produksi makanan hingga produk tekstil, farmasi, bahkan pengental cat. Dalam industri farmasi, rumput laut digunakan untuk bahan baku cangkang kapsul.

Di Eropa, rumput laut bahkan digunakan untuk membuat pakaian. Rumput laut dapat menyesuaikan diri dengan suhu udara. Dalam suhu panas, rumput laut akan mencair. Dalam kondisi dingin, rumput laut bisa kering. Semakin kering rumput laut, wujudnya akan semakin keras. Karena penggunaannya yang beragam tersebut, permintaan rumput laut diharapkan dapat terus berkembang dalam jangka panjang.

Secara umum, keberhasilan budidaya rumput laut setidaknya dipe­ngaruhi oleh lima kondisi: lahan budidaya, kejernihan air, kandungan

Limpahan rezeki rumput laut, uang saku sekolah pun bisa diperoleh dari memasang bibit rumput laut.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

oksigen, kandungan garam, dan intensitas cahaya. Lahan budidaya yang dimaksud yaitu laut tempat menanam rumput laut. Dalam lahan bu­didaya itu, kualitas arus dan ombak sangat menentukan. Ombak berada di atas per­mukaan air, sementara arus berada di dalamnya. Laut dengan ombak yang besar belum tentu memiliki arus yang juga besar. Kondisi arus yang baik untuk menanam rumput laut secara teori min­imal 20 cm per detik. Ombak yang baik bagi rumput laut adalah ombak yang tenang. Jika ombak besar, konstruksi budidaya rumput laut bisa hancur.

Kondisi di Nunukan, kondi­si ombak relatif tenang, se­mentara arusnya kuat. Pa­sang surut air laut relatif lebih banyak terjadi di Nunukan dibandingkan daerah lain. Selain itu, kondisi kejernih­an air laut Nunukan terbi­lang keruh. Air yang keruh ini dapat mengurangi intensitas cahaya matahari yang ma­

Umumnya, jenis rumput laut yang dibudidayakan

di Indonesia yaitu cottoni, spinosum, dan

gracilaria. Dari tiga jenis varietas rumput

laut tersebut, euchema cottoni yang paling

cocok dibudidayakan di Nunukan.

16

17

suk. Karena itu, rumput laut dari Nunukan tidak sebesar rumput laut ha­sil produksi daerah­daerah lainnya. Tapi justru karena kecil itulah maka rumput laut di Nunukan tidak mudah patah.

Kekurangan dari faktor demografi Nunukan justru memberikan keuntungan tersendiri bagi rumput laut hasil produksi Nunukan. Selain kondisi lingkungannya tersebut, bibit juga menentukan keberhasilan budidaya rumput laut. Bibit yang baik tentu akan menghasilkan rumput laut yang baik juga, begitu juga sebaliknya. Untuk memastikan kualitas tersebut, perawatan rumput laut menjadi hal yang penting. Secara berkala hendaknya pembudidaya membersihkan rumput lautnya dari menempelnya jamur, lumut atau lumpur. Hal ini dilakukan agar proses tumbuh dan fotosintesisnya tidak mengalami gangguan.

Umumnya, jenis rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia yaitu cottoni, spinosum, dan gracilaria. Dari tiga jenis varietas rumput laut tersebut, euchema cottoni yang paling cocok dibudidayakan di Nunukan. Selain itu untuk harga dan permintaannya pun relatif lebih tinggi dibandingkan dua jenis lainnya.

Provinsi Kalimantan Timur termasuk salah satu penghasil rumput laut yang cukup dipandang. Kenaikan produksi rumput laut di Kalimantan Timur terjadi terutama dalam periode tahun 2005­2006. Menurut data Statistik Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, dan Ekspor­Impor di

Rapat diwaktu malam pun tetap harus dijalankan. Rakor Gapokan (Gabungan Kelompok Perikanan), BI, PPL, IPKANI dalam mengeva-

luasi permasalahan pengembangan rumput laut terkini.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

18

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Indonesia yang dipublikasikan Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi rumput laut Kalimantan Timur tahun 2004 hanya sebesar tujuh ton. Sedangkan pada tahun 2006, produksi melonjak menjadi 1.547 ton. Bahkan produksi rumput laut tahun 2007 meningkat lebih besar lagi, yaitu menjadi 17.562 ton, meskipun setelah itu menurun ke angka 5.000­an. Tapi pada tahun 2010, produksi rumput laut kembali meningkat signifikan ke angka 40.126 ton.

Meskipun belum masuk kelompok sepuluh besar provinsi produsen rumput laut, pertumbuhan yang terjadi di Kalimantan Timur dapat dikatakan luar biasa. Tahun 2011, produksi rumput laut Kalimantan Timur sudah mengungguli Banten. Produksi Banten saat itu sebesar 55.420 ton, sementara Kalimantan Timur sudah mencapai 83.093 ton. Jika Kalimantan Timur dapat konsisten mengembangkan produksi rumput lautnya, bukan tidak mungkin provinsi tersebut dapat menjadi yang terbesar sebagai sentra produksi budidaya rumput laut di Indonesia.

Meningkatnya produksi, meningkat pula volume ekspornya. Pasar rumput laut tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri.

No. Kabupaten Produksi (ton) %

1 Nunukan 116.731 84,29%

2 Paser 9.019 6,51%

3 Bontang 5.496 3,97%

4 Balikpapan 3.567 2,58%

5 Kutai Timur 1.613 1,16%

6 Tarakan 1.260 0,91%

7 Kutai Kartanegara 693 0,50%

8 Bulungan 72 0,05%

9 Panajam 38 0,0%

Total 138.489 100%

Tingkat Produksi Rumput Laut di Kalimantan Timur Tahun 2011

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Kalimantan Timur

19

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Hal ini dapat dipahami mengingat kegunaan rumput laut yang sangat luas dalam industri pengolahan. Banyaknya lokasi budidaya di Indonesia juga dapat menjadi keunggulan tersendiri sebagai eksportir. Pada tahun 2010, nilai ekspor rumput laut dari Kalimantan Timur sebesar US$63.000. Sedangkan pada tahun berikutnya, ekspor rumput laut dari daerah tersebut meningkat signifikan menjadi US$231.000. Dengan kata lain, peningkatan nilai ekspor tersebut menjadi sebesar 265,17%.

Tingginya produksi rumput laut di Kalimantan Timur, utamanya ber asal dari Kabupaten Nunukan. Se belum Kalimantan Utara terbentuk, Nunukan masih menjadi bagian dari Provinsi

Jika Kalimantan Timur dapat

konsisten mengembangkan produksi rumput

lautnya, bukan tidak mungkin

provinsi tersebut dapat menjadi yang terbesar sebagai sentra

produksi budidaya rumput laut di Indonesia.

Rumput Laut melimpah mengundang investor dari Jakarta untuk datang langsung. Ki-ka, Eddy Afrios PPL Desa Tanjung Harapan, Rangga Buwana Purchasing Manager PT. Gumindo Perkasa Industri, M. Yacub, Ketua IPKANI Kab. Nunukan.

20

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Kalimantan Timur. Sebagai contoh, data tahun 2011 yang ditunjukkan pada tabel di atas menyatakan dengan jelas bahwa Nunukan merupakan daerah penghasil utama rumput laut di Kalimantan Timur. Dari total produksi rumput laut sebesar 138.489 ton pada tahun 2011 di provinsi tersebut, Nunukan memberikan kontribusi lebih dari 84% atau sebesar 116.731 ton. Sementara itu, di urutan kedua, yaitu Kabupaten Paser, produksinya hanya sebesar 9.019 ton atau 6,51% dari total produksi rumput laut di Kalimantan Timur.

Dibandingkan tahun­tahun sebelumnya, produksi rumput laut di Nunukan menunjukan tren peningkatan. Pada tahun 2010, produksi rumput laut Nunukan sebesar 56.542 ton. Jadi peningkatan produksi dari tahun 2010 ke 2011 lebih dari 100%. Sejalan dengan itu, luas lahan budidaya juga meningkat. Dari sebelumnya 712 Ha pada 2010, luas lahan meningkat menjadi 1.297 Ha pada tahun 2011. Sementara itu, potensi lahan yang masih dapat digarap sekitar 20.000 Ha. Jika dapat dibangun dengan serius, rumput laut di Nunukan memiliki prospek yang cerah.

Januari 2013, Basri, Bupati Nunukan, menyatakan bahwa Nunukan telah menjadi penghasil rumput laut kering terbesar di Indonesia. Pada bulan itu, produksi rumput laut Nunukan telah mencapai angka 750 ton. Angka ini meningkat tajam dibandingkan pencapaian tahun 2011. Secara rata­rata, pada tahun 2011, produksi rumput laut Nunukan sebesar 500 ton per bulan. Pada tahun itu saja Nunukan telah memberikan kontribusi 84% lebih dari total rumput laut kering yang diproduksi di Kalimantan Timur.

Keberhasilan awal budidaya rumput laut di Nunukan membuat banyak pihak terheran­heran. Daerah yang sebelumnya dianggap tidak memungkinkan justru menghasilkan komoditas yang berlimpah, bertolak belakang dengan penilaian awal. Karena itu, beberapa pihak menganggap rumput laut merupakan anugerah bagi Nunukan. Daerah tersebut seolah sudah diberkahi untuk menjadi daerah budidaya rumput laut. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan,

21

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Suprianto, dalam gurauannya pernah mengatakan bahwa rumput laut di Nunukan mungkin dapat dijadikan salah satu keajaiban dunia.

Umumnya yang menggeluti sektor budidaya rumput laut adalah masyarakat pesisir. Namun tidak jarang, ada diantara pembudidaya yang memiliki latar belakang birokrat. Komoditas ini dianggap cukup menjanjikan dalam menopang perekonomian dan menambah penghasilan masyarakat.

Banyak kalangan petani yang semula sudah “gantung tali” kembali menggeluti usaha rumput laut karena menguatnya harga rumput laut di pasaran. Bahkan banyak juga pembudidaya baru yang bermunculan. Tentunya hal ini tidak dapat disalahkan dari keputusannya alih profesi. Rekan­rekannya yang telah lebih dahulu menggeluti usaha budidaya rumput laut dilihat lebih berhasil. Penghasilan yang diperoleh sebagai pembudidaya rumput laut ternyata lebih tinggi daripada nelayan.

Keunggulan relatif usaha budidaya rumput laut dibandingkan usaha lainnya diakui oleh banyak pihak. Sejumlah penduduk yang telah menjalani usaha budidaya rumput laut menyatakan kebanggaannya terhadap usaha barunya tersebut. Hasil usaha rumput laut secara nyata telah menambah pundi­pundi keuangan keluarga pembudidaya.

22

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Mereka menyukai usaha barunya karena panen sudah dapat di la­kukan minimal 45 hari setelah menanam. Karena itu, merogoh kocek untuk modal awal dianggap setimpal oleh pembudidaya karena pengembaliannya dapat diperoleh dengan cepat.

Biasanya modal awal diperlukan untuk membeli tali, membuat fondasi di laut lepas, dan biaya pengikatan bibit. Secara umum, para pembudidaya mengeluarkan modal awal sekitar Rp10 juta. Dari nilai tersebut, pembudidaya dapat memasang bentangan sebanyak 100 utas tali. Jika mekanisme

Dalam beberapa tahun perjalanannya,

budidaya rumput laut telah memberi

manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat salah

satunya dari belanja masyarakat setempat.

23

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

pembudidayaan yang dilakukan tepat, 100 utas tali tersebut diperkirakan dapat menghasilkan panen sebanyak satu ton rumput laut kering. Dengan kata lain, panen yang dihasilkan secara umum sekitar 10 kilogram per bentang tali.

Dalam beberapa tahun perjalanannya, budidaya rumput laut telah, secara kasat mata, memberi manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat, salah satunya, dari belanja masyarakat. Konsumsi barang­barang kebutuhan sekunder, bahkan tersier, sudah semakin terpenuhi. Sepeda motor, misalnya, kendaraan ini dahulu merupakan barang yang jarang ditemui di jalan­jalan daerah Nunukan. Setelah ada budidaya rumput laut, jalan­jalan di Nunukan terlihat makin padat dengan kendaraan tersebut. Begitu juga dengan barang­barang elektronik. Laptop dan kamera digital, misalnya, bukan lagi barang yang asing bagi masyarakat Nunukan.

Tidak hanya kepala keluarga, manfaat budidaya rumput laut juga dinikmati oleh anggota keluarga lainnya seperti ibu dan anak. Mereka turut memperoleh tambahan penghasilan dari rumput laut. Sejak tahun 2008, mudah ditemui pemandangan sejumlah ibu­ibu beramai­ramai memasang bibit rumput laut. Saat itu, pemasangan satu bentang tali dihargai Rp5.000. Selain ibu­ibu, anak­anak juga dapat ikut berpartisipasi.

Dengan demikian, hal ini tentu dapat meningkatkan penghasilan keluarga. Sementara bapak­bapak bekerja di bidang lain dan anak­anak sekolah, ibu­ibu dapat mencari penghasilan tambahan di sektor budidaya rumput laut. Bahkan anak­anak dapat ikut memasang bentang tanpa mengganggu kegiatan belajarnya. Pemasangan bentang tali itu tidak memakan banyak waktu. Sepulang sekolah, mereka dapat memasang bentang tali sesaat lalu pulang dan melakukan kegiatan belajarnya di rumah. Jadi kegiatan itu juga bisa menjadi tambahan uang saku bagi anak­anak. Bukan tidak mungkin, kebutuhan uang saku anak dapat dipenuhi sendiri melalui pekerjaan membentangkan tali budidaya rumput laut.

24

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Budidaya rumput laut tidak hanya menguntungkan bagi pembudidaya, tetapi juga nelayan tangkap. Keberadaan budidaya itu membuat ikan­ikan berkumpul di sekitar rumput laut. Sering terjadi, ketika pembudidaya memukat rumput laut, ikan­ikan juga terangkat. Selain ikan, udang juga ikut berlindung di bawah rumput laut. Nelayan penangkap udang mengakui, sebelum ada budidaya rumput laut, mereka hanya mendapat sekitar 10­20 kg dalam sekali tangkap. Setelah ada rumput laut, udang yang diangkat bisa mencapai 30 kg.

Tapi beberapa jenis ikan dapat menjadi ancaman bagi budidaya rumput laut, misalnya ikan baronang. Selain itu, kura­kura dan penyu juga menjadi ancaman budidaya rumput laut. Karena itu, beberapa lahan budidaya rumput laut dikelilingi pukat. Ini dipasang untuk menghalangi ikan atau hewan laut lainnya yang berusaha memakan rumput laut. Selain oleh predator, rumput laut juga terancam oleh keberadaan hama parasit. Hama itu menempel di batang rumput laut sehingga menghambat pertumbuhan rumput laut. Tapi menariknya, rumput laut di Nunukan relatif tidak mudah terserang hama.

Budidaya rumput laut di Nunukan tidak banyak dipengaruhi cuaca. Hal ini karena Nunukan beriklim non zona musim, jadi hujan turun merata sepanjang tahun. Kondisi ini di satu sisi menguntungkan, tapi di sisi lain menjadi tantangan tersendiri bagi pembudidaya. Pasalnya, batas kandungan rumput laut yang sempurna agak sulit dicapai. Di Jawa atau Sulawesi, penjemuran rumput laut dapat mencapai hasil yang maksimal saat musim kemarau. Saat kemarau, penjemuran rumput laut pun dapat ditinggal tanpa takut hujan turun. Sedangkan di Nunukan, pembudidaya harus terus­menerus mengawasi rum put lautnya. Hujan dapat tiba­tiba turun di Nunukan meskipun cuaca terlihat cerah.

Air hujan juga ikut mempengaruhi kualitas rumput laut. Hujan akan mengalir ke laut, sementara air hujan tersebut merupakan air tawar. Para pembudidaya biasanya menanam rumput laut agak dalam untuk mengantisipasi kondisi tersebut. Sehingga jika ada tambahan air tawar dari atas, rumput laut masih berada di bawah permukaan air.

25

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Hal yang juga menarik mengenai budidaya rumput laut di Nunukan adalah karakter daerahnya. Rumput laut di Nunukan dibudidayakan di lautan lepas. Di daerah lain, lokasi budidaya rumput laut diusahakan terhindar dari arus kuat. Arus yang kuat dinilai dapat merontokkan rumput laut. Tapi di Nunukan, kuatnya arus justru memberikan manfaat bagi budidaya rumput laut. Rumput laut yang dihasilkan diklaim semakin bagus saat arus kuat. Karena kondisi awal lokasi budidaya dan bibit yang digunakan sudah bagus. Kalau dari awal sudah ditanam di arus yang kuat, kondisi rumput laut akan semakin bagus. Tapi di daerah lain, kondisi lokasi dan bibit mungkin tidak sebagus di Nunukan, sehingga tidak tahan terhadap kuatnya arus air.

Kemampuan menghadapi persoalan teknis ditambah dengan kondisi alam Nunukan dalam pengembangan rumput laut, justru menimbulkan

Sambutan disampaikan Bapak Ameriza M Moesa, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur di Nunukan, Desa Mamolo Tanjung Harapan.

26

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

masalah jika tidak dibarengi dengan penjualan dan pemasaran yang memadai. Kondisi yang dihadapi pembudidaya rumput laut Nunukan adalah kelebihan produksi. Jika kualitas rumput laut turun, itu lebih dikarenakan para pembudidaya kewalahan menghadapi kelebihan produksi.

Saat ini, hasil budidaya rumput laut di Nunukan sudah sampai ke tahap barang jadi. Artinya barang itu sudah dapat langsung dinikmati konsumen. Produk olahan rumput laut di Nunukan dapat ditemui dalam bentuk makanan. Produk ini dijajakan di “pintu gerbang” daerah tersebut, yaitu bandar udara dan pelabuhan. Selain itu, hasil produksi olahan rumput laut juga bisa ditemui di UKM Center di Nunukan. Rumput laut diklaim kaya akan serat sehingga sehat untuk dikonsumsi.

Pemasaran produk olahan tersebut menjadi salah satu tantangan. Selain terjual di bandara, pelabuhan, dan UKM Center, rumput laut juga seharusnya dapat dipasarkan di luar daerah. Bahkan rumput laut juga seharusnya dapat dipasarkan hingga ke luar negeri. Sejumlah pameran UKM menjadi salah satu sasaran produsen pengolahan rumput laut dari Nunukan. Begitu ada informasi akan digelarnya sebuah pameran, pengusaha produk olahan rumput laut ini segera merespon. Pameran di berbagai kota dipandang sebagai strategi efektif pemasaran merek dan produk rumput laut Nunukan.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

PERAHU berjejer rapi di pinggir perairan Nunukan. Saat itu para nelayan tangkap baru saja menambatkan perahunya selepas bekerja. Ikan­ikan lalu dibawa untuk segera diuangkan. Biasanya, ikan­ikan dijual ke negara sebelah, yaitu Malaysia. Uang hasil keringatnya bisa berbentuk rupiah ataupun ringgit.

Tapi setelah beberapa orang melakukan budidaya rumput laut, lirikan mata para nelayan terus tertuju pada pembudidaya itu. Apalagi hasil budidaya rumput laut terlihat lebih menjanjikan daripada tangkapan ikan. Mereka lalu mulai mencari tahu teknik budidaya rumput laut dan mencoba mempraktikannya.

27

28

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Habir, salah satu nelayan tangkap yang beralih menjadi pembudidaya, menyatakan usaha budidaya rumput laut sangat menjanjikan. “Selama saya di Nunukan, mungkin hampir 20 tahun, pekerjaan inilah yang sangat menjanjikan bagi ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Selama di Nunukan, Habir telah mencoba berbagai bidang usaha. Dia awalnya menjalankan usaha pengupasan kepiting. Setelah itu dia beralih ke usaha penangkapan ikan. Dia biayai orang­orang untuk menangkap ikan. Tapi perkembangan usahanya dirasakan begitu­begitu saja. Hampir tidak ada kemajuan. Baru setelah ada rumput laut, Habir merasakan potensi besar dari usaha budidaya itu.

Namun hasil yang besar butuh pengorbanan besar. Habir dan rekan­rekannya sesama pembudidaya harus menghadapi tengkulak. Mereka berhadapan dengan harga yang dikuasai tengkulak. Harga rumput laut hanya dihargai Rp5.000. Jika itu terus berlangsung, para pembudidaya bisa merugi.

Habir dan pembudidaya lain awalnya hanya mengetahui teknik budidaya rumput laut. Hal­hal lain seperti manajemen kelompok

29

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dan pembentukan harga belum dikuasainya. Mereka pun kemudian terpaksa bergantung pada harga yang diberikan pengepul.

Padahal, jumlah pembudidaya lebih banyak dibandingkan pengepul. Hanya karena pembudidaya berjalan sendiri­sendiri, pengepul menjadi lebih berkuasa atas pembentukan harga. Ditambah lagi, pembudidaya juga tidak mendapatkan informasi yang simetris tentang harga. Jadi meskipun harga yang dibayar perusahaan pengolahan meningkat, pembudidaya tetap mendapatkan harga lama yang rendah dari pengepul.

Untuk meningkatkan produktivitas petani, adalah dengan men­sejahterakan terlebih dahulu pembudidayanya. Agar pembudidaya

Inisiasi ini muncul dari pelatihan yang diadakan selama seminggu oleh Bank Indonesia, dengan dibidani oleh petugas DKP dan penyuluh lapangan.

Kegiatan Bantuan Teknis dari Bank Indonesia dalam

memperkuat kelembagaan Pembudidaya Rumput Laut

Nunukan rutin dilaksanakan dalam tiga tahun terakhir.

30

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dapat sejahtera, maka hasil produksi harus dibeli dengan harga yang menguntungkan dari sisi petani. Agar dapat ter­kompensasikan baik dari segi waktu, biaya serta usaha yang telah dikorbankan para pe­tani. Untuk itu agar pe tani kon­sentrasi dalam mening katkan produksinya, pe tani diharapkan

Perairan yang keruh, hasil panen pun perlu special treatment

agar produk rumput laut tetap berkualitas tinggi.

31

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

tidak perlu memikirkan proses pemasar­an dan proses pasca panen.

Karena itu, muncul inisiasi agar tidak selamanya bergantung kepada tengku­lak. Mereka lalu mendirikan Gapokan bernama “Harapan Mandiri”. Inisiasi ini muncul dari pelatihan yang diadakan selama seminggu oleh Bank Indonesia, dengan dibidani oleh petugas DKP dan penyuluh lapangan. Pelatihan dinamika kelompok, baris berbaris dengan mili­ter, outbond, dan brainstorming. Hal itu ternyata menyadarkan sebagian pembu­didaya bahwa dengan bersatu itu lebih

“Mungkin ini sudah diatur ‘Yang di atas’

bahwa nanti akan didatangkan

seperti ini,” ujar Habir.

Habir, Leader dari Desa Mamolo Tanjung Harapan Nunukan.

32

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

baik. Dengan kekuat an bersama, mereka merasa lebih kuat mengha­dapi para tengkulak dan permasalahan internal sendiri.

Kehadiran Gapokan lantas mem berikan daya tawar yang lebih besar bagi pembudidaya. Para pengepul tidak lagi menguasai harga. Habir dan rekan­rekannya kini bisa mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Habir pun diangkat menjadi Ketua Gapokan.

Tapi masalah tidak sepenuhnya selesai. Habir dan anggota Gapokan lainnya harus bisa menjaga kualitas hasil budidayanya. Ketidakcocokan

33

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

antara harga dengan kualitas ini menjadi salah satu kekhawatiran Habir. “Antara harga dengan kualitas ini kurang sejalan,” tutur Habir.

Habir mengakui para pembudidaya tidak berpikir jangka panjang dalam menjual hasil usahanya. Dengan kualitas yang rendah, penjualan rumput laut dari Nunukan ke depan bisa jatuh. Mereka hanya memikirkan bagaimana agar hasil budidayanya cepat terjual.

Karena itu, Habir menginginkan adanya kontrol kualitas sebelum rumput laut keluar dari Nunukan. Kontrol itu dapat menjadi

“Selama saya di Nunukan, mungkin hampir 20 tahun, pekerjaan inilah yang sangat menjanjikan untuk ekonomi masyarakat,” ujar Habir.

34

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

standar kualitas rumput laut anggota Gapokan. Habir berusaha mempertahankan kualitas ini dengan nekat. Dia mengajak berbagai pihak membicarakan masalah ini, termasuk pemerintah daerah. Dia juga rajin mengikuti studi banding di daerah­daerah lain.

Ternyata hasil jerih payah Habir tidak sia­sia. Hasil budidaya rumput laut Nunukan mendapat acungan jempol dari daerah­daerah lain. Cara kerja pembudidaya rumput laut Nunukan juga ikut mendapat apresiasi.

Menurut Habir, faktor sumber daya manusia menjadi salah satu yang dominan mempengaruhi kesuksesan budidaya rumput laut. Selain itu, kesuksesan rumput laut juga diakuinya sebagai rahmat dari Tuhan. “Mungkin ini sudah diatur ‘Yang di atas’ bahwa nanti akan didatangkan seperti ini,” ujar Habir.

Kini kesuksesan Habir juga menjadi kesuksesan pembudidaya lainnya. Usaha budidaya rumput laut di Nunukan makin menunjukkan gairahnya. Berbagai pihak juga ikut serta meningkatkan budidaya ini. Investor menanamkan modalnya, penyuluh menyampaikan ilmu dan pengetahuannya, pemerintah mengeluarkan regulasinya. Lebih jauh lagi, keberhasilan budidaya rumput laut di Nunukan juga menjadi kemajuan bagi perekonomian daerah itu secara umum.

35

PERHATIAN pemerintah daerah untuk pengembangan produksi rumput laut di Nunukan salah satunya adalah dengan mengalokasikan anggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sambil melakukan negosiasi dengan lembaga keuangan, seperti

Kunjungan Wakil Bupati Nunukan, Hj. Asmah Gani ke tempat budidaya

rumput laut.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

36

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

perbankan untuk bantuan mo­dal.

Langkah tersebut berdampak positif terhadap peningkatan produksi dan secara tidak lang­sung juga dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya rum­put laut itu sendiri.

Pemerintah Daerah Kabupa­ten Nunukan mengharapkan semua pihak dapat bahu­mem­bahu mengembangkan budi­daya rumput laut, baik dari ke terampilannya, kelembagaan­nya, hingga kualitas rumput laut­nya.

Selain itu, pemerintah dae­rah juga berusaha membuat iklim usaha yang kondusif bagi investasi. Para investor diharap­kan tidak ragu menanamkan investasinya di sektor budidaya

Pembukaan Pelatih an Rumput Laut secara Integratif bekerjasama de ngan Pemkab Nunukan dibuka oleh Kepala Perwakilan BI Kaltim (2009-2012), Androecia Darwis.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

rumput laut di Nunukan. Ke depan, pemerintah menargetkan ada pembangunan pabrik pengolahan rumput laut di Nunukan.

Pemerintah daerah tidak meng khu suskan target kedatangan investor dari daerah atau negara tertentu. Investor dari manapun dipersilakan datang dan berinvestasi di Nunukan, termasuk dari Malaysia.

Meskipun ada sentimen negatif dari beberapa pihak mengenai Ma­laysia, namun pihak pemerintah daerah menyatakan hubungannya

Pemerintah daerah yakin bahwa kondisi budidaya rumput laut di Nunukan memberikan peluang besar bagi investor untuk meraup keuntungan.

Setelah 1 minggu Outbond dan Dinamika Kelompok Training, semakin menguatkan tali per­saudaraan antar anggota kelompok perikanan.

37

38

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dengan Malaysia sejauh ini terbilang baik. Sentimen ter ­sebut dinilai pe ­merintah daerah ter lalu dibumbui.

P e m e r i n t a h daerah meman­faatkan ber bagai media promosi untuk menarik investor, mulai dari mulut ke mulut hingga media elektronik. Peme rintah mengharapkan investor datang langsung ke Nunukan dan melihat sen­diri bagaimana kondisi budidaya rumput lautnya.

Bupati Nunukan Drs. H. Basri menunjuk-kan peran Nunukan sebagai pintu gerbang perbatasan negara.

39

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Pemerintah daerah yakin bahwa kondisi budidaya rumput laut di Nunukan memberikan peluang besar bagi investor untuk meraup keuntungan. Sektor rumput laut ini diyakini akan benar­benar menjadi sektor unggulan Nunukan.

Bagaimana pemerintah daerah menghadapi sepak terjang para tengkulak di Nunukan? Kebijakan Pemerintah Daerah Nunukan saat ini masih dalam taraf sekedar mem­berikan himbauan saja.

Jika masyarakat menyadari bahwa tengkulak tidak lagi meng­untungkan, tentu masya rakat de­ngan sendirinya akan menjauhi. Tapi ma salahnya, tengkulak ma ­

Keterlibatan pemerintah daerah sangat dibutuhkan,

khususnya dalam hal untuk mencari investor

atau pembeli. Sesuai data Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Nunukan

tahun 2013, jumlah produksi rumput laut

mencapai 800 ton setiap bulan.

Pemberian bantuan mesin press rumput laut disampaikan oleh Bapak Teguh Setiadi Deputi Kepala Perwakilan BI Kaltim.

40

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

kin ketat mengikat para pembudidaya. Tidak hanya di sisi hilir, tengkulak juga mengikat pembudi­daya dari sisi hulu.

Artinya tengku­lak juga melakukan pembinaan dari awal memulai usa­ha. Permodalan di­berikan, begitu juga alat­alat operasional budidaya. Hal inilah yang menjadi salah satu tantang an pemerintah jika ingin agar tengkulak tidak bisa mempermainkan harga.

“Saat ini belum sampai tingkat yang parah. Saya rasa masyarakat berurusan dengan tengkulak juga karena tidak ada saluran lain. Mungkin tindakan konkrit baru bisa kita ambil setelah ada infrastruktur dan kemudahan­kemudahan,” papar Bupati Nunukan, Basri.

Kawasan budidaya rumput laut terfokus pada lokasi masyarakat nelayan Mamolo Kelurahan Tanjung Harapan, Kampung Nelayan

Pemerintah daerah telah melakukan kerja sama dengan dua perusahaan

besar (eksportir) di Jakarta yang selama ini menjadi mitra nelayan rumput laut

di daerahnya.

Suprianto, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan

41

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Kelurahan Mansapa, Sedadap Kelurahan Nunukan Selatan, kawasan Pelabuhan Tunon Taka Kelurahan Nunukan Timur, dan Jalan Tanjung Kelurahan Nunukan Barat.

Tidak banyak orang tahu, sejumlah hasil penelitian mengatakan bahwa kualitas produksi rumput laut di daerah Nunukan merupakan yang terbaik di Pulau Kalimantan.

Saat ini, masyarakat pesisir di Kabupaten Nunukan telah memfokuskan untuk menjadi pembudidaya dengan menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan, seperti penjemuran karena terbukti hasilnya mampu mengangkat perekonomiannya.

Namun harga penjualannya masih relatif sangat fluktuatif karena adanya permainan dari para tengkulak. Tetapi hal itu tidak pernah disesali oleh para petani rumput laut, karena hanya melalui tengkulak, hasil produksi rumput laut mereka dapat terjual.

Keterlibatan pemerintah daerah sangat dibutuhkan, khususnya dalam hal untuk mencari investor atau pembeli. Sesuai data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan tahun 2013, jumlah

Diskusi pengembangan rumput laut di Kabupaten Nunukan. Ki-ka, Sunarso Manager Akses Keuangan dan UMKM BI Kaltim, Argo Galih Managing Redaktur Bisnis Indone-sia, Bupati Nunukan H. Basri, Yusuf Arif Konsultan Pengembang UMKM BI Kaltim.

produksi rumput laut mencapai 800 ton setiap bulan.

Semakin me­ningkatnya hasil produksi dari wak­tu ke waktu, maka pemerintah dae­rah harus terus mencari jalan un­tuk dapat meng­akomodasi seluruh produksi rumput laut di daerahnya, serta menstabilkan harga dengan menjalin kerjasama dan kemitraan de­ngan pengusaha berskala besar.

Pemerintah Kabupaten Nunukan mengikuti dengan seksama proses budidaya rumput laut. Oleh karena itu, bantuan yang diberikannya pun sesuai dengan proses budidaya tersebut. Pemerintah berusaha agar pembudidaya dapat terbantu, mulai dari pemilihan bibit hingga pasca panennya.

Dalam pembibitan, pemerintah menyediakan penangkaran. Bibit rumput laut didatangkan dari luar Nunukan. Daerah Kebun Bibit seperti dari Takalar, Sulawesi Selatan menjadi salah satu sumber bibit. Dengan banyaknya alternatif penyedia bibit dari luar, penangkar bibit dapat membandingkan kualitas antar bibit.

Setelah didatangkan, bibit ditangkarkan. Penangkar bibit dilakukan oleh masing­masing kelompok perikanan. Bibit yang telah ditangkarkan ini nantinya akan dibeli oleh para anggotanya (pembudidaya). Jadi pembudidaya tidak perlu repot mencari bibit unggul bagi calon tanamannya. Penangkar bibit juga harus dapat menjaga kualitas bibitnya agar tidak mengecewakan pembudidaya.

Dengan begitu, biaya yang dikeluarkan diharapkan menjadi lebih efisien. Bantuan untuk benih rumput laut diberikan setiap

42

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

43

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

tahun dengan tujuan agar kualitas rumput laut senantiasa ter­jaga.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan, Suprianto, menjelaskan bahwa pemerintah daerah telah me­lakukan kerja sama dengan dua perusahaan besar (eksportir) di Jakarta yang selama ini menjadi mitra nelayan rumput laut di daerahnya.

Suprianto juga menambahkan bahwa potensi rumput laut di Kabupaten Nunukan yang produksinya sudah sangat luar biasa setiap bulannya itu, telah membuat perusahaan raksasa asal Sulawesi Selatan, Bosowa, tertarik masuk ke Nunukan.

Rumput laut sebe narnya merupakan ko moditas yang relatif mudah dibudidayakan. Bahkan cukup me naruh nya di laut, rumput laut dapat tumbuh hidup dengan sendirinya.

Akibatnya banyak masyarakat memandang remeh budidaya rumput laut. Usaha budidaya ini bahkan hanya dianggap menjadi pekerjaan

Seminar Kewirausahaan Rumput Laut oleh Ujang Koswara dari Greenlinecare (Ketua Kadin Jawa Barat).

44

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

sambilan bagi sekelompok orang. Bahkan ketika panen tiba, tidak sedikit pembudidaya yang mengabaikannya.

Pemerintah pada awalnya sering memberikan bantuan tunai kepada pembudidaya rumput laut. Tapi bantuan ini kemudian dinilai kurang efektif dalam mengembangkan budidaya rumput laut.

Pemerintah mengharapkan bantuan tunai yang sudah diberikannya itu digunakan oleh pembudidaya rumput laut untuk membeli bibit, alat­alat budidaya, atau lainnya. Namun kenyataannya, malah banyak digunakan untuk membeli barang­barang konsumsi, seperti televisi dan sepeda motor.

Mentalitas pembudidaya di Nunukan belum berjiwa pengusaha. Mungkin karena saat itu budidaya rumput laut belum terlihat menjanjikan. Bahkan ketika pemerintah memberikan bantuan, berupa tali untuk mengikat rumput laut, para pembudidaya malah menjualnya.

Setelah itu, pola bantuan diubah. Kini bantuan lebih diarahkan pada peningkatan kompetensi budidaya rumput laut. Jadi sifatnya berupa pendampingan. Bantuan tidak diberikan sembarangan. Pembudidaya akan diseleksi lebih dahulu.

Mereka yang dinilai memiliki motivasi untuk serius mendalami usaha budidaya rumput laut yang akan mendapat bantuan. Selain itu, minat dan konsistensi pembudidaya juga dipertimbangkan. Dengan adanya semacam seleksi itu, bantuan diharapkan akan lebih efektif.

Pernah suatu ketika, pihak pemerintah daerah memberikan bantuan pompa air sebanyak 14 unit. Pompa tersebut lalu disebarkan ke kelompok­kelompok Gapokan. Kelompok yang dinilai memberikan support besar ke Gapokan mendapat dua pompa air, sementara kelompok yang kurang atau tidak memberikan dukungan, hanya mendapat satu. Cara ini diharapkan dapat menjadi insentif bagi para pembudidaya untuk terus semangat dalam berusaha.

Kemudian ketika terjadi perebutan lahan budidaya rumput laut, pemerintah daerah juga turun tangan. Perebutan lahan usaha ini melibatkan potensi pendapatan, suatu hal yang sensitif dibicarakan.

45

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Pemerintah akhirnya memediasi dan melakukan penertiban lahan budidaya.

Tapi masyarakat tidak seluruhnya mudah diatur. Pemerintah daerah sudah membuat aturan agar masyarakat melaporkan lahan usahanya, namun sayangnya hanya sebagian saja yang melapor.

Belum lagi dengan datangnya penduduk dari luar daerah tersebut. Perseteruan ini bahkan dapat menyingkirkan lapangan usaha penduduk setempat. Hal ini dapat terjadi terutama jika mekanisme yang digunakan “siapa cepat, dia dapat”. Karena itu, pihak pemerintah sempat mengeluarkan aturan untuk memprioritaskan penduduk setempat.

Bagi penduduk yang sudah memiliki area budidaya, pemerintah melakukan pengaturan lokasinya. Penduduk di luar daerah diarahkan untuk melakukan budidaya di tempat lain, sementara penduduk setempat dipersilakan untuk menanam rumput laut di area yang telah disediakan.

Masalah listrik yang sering padam, masih sering ditemui, meskipun kini intensitasnya mulai berkurang setiap harinya. Listrik ke depannya diyakini sudah bisa masuk ke semua industri kecil.

Market merupakan masalah yang paling dominan. Untuk menjadi besar, rumput laut yang dihasilkan di Nunukan harus dipasarkan ke

46

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

daerah­daerah lain. Market ini terkait dengan geografis. Sementara geografis terkait dengan transportasi dan infrastruktur.

Sarana transportasi di Nunukan, menurut pemerintah daerah setempat, sudah cukup memadai. Pelabuhan besar sudah ada. Begitu pula dengan bandar udara. Saat ini pemerintah daerah masih menganalisis permasalahan apa yang sebenarnya menjadi penghambat paling besar dalam mengundang investor.

Meskipun produksi budidaya rumput laut meningkat, intensitas kedatangan kapal pengangkut tidak bisa menandingi. Kapal pengangkut hanya datang sebulan sekali. Menurut pemerintah daerah, hal ini terjadi karena pengangkutan masih dikerjakan sendiri­sendiri.

Sejumlah pengangkut menggunakan kontainer, sebagian lainnya menggunakan kapal biasa. Karena itu, pengangkutan ini belum dapat dikoordinir dengan baik. Pemerintah daerah mengharapkan kedatangan investor ke Nunukan dapat ikut meningkatkan sektor rumput laut, termasuk di sisi distribusi.

47

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

DALAM rangka meningkatkan pemberdayaan ekonomi daerah, Bank Indonesia memandang perlu untuk meningkatkan peran sebagai upaya memperkuat struktur ekonomi nasional bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pelaksanaan pengembangan rumput laut di Kabupaten Nunukan merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan ekonomi di daerah perbatasan dan tertinggal, sehingga daerah tersebut dapat menjadi gerbang aktivitas ekonomi, sekaligus bentuk nyata dukungan Bank Indonesia terhadap perkembangan UMKM.

Dan untuk mewujudkan hal tersebut, Bank Indonesia menandatangani MoU dengan Pemerintah Kabupaten Nunukan. Dukungan Bank Indonesia melahirkan respon pemerintah Kabupaten Nunukan melalui belanja publik (APBD) untuk pengembangan rumput laut yang cukup besar.

48

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Bahkan rumput laut ditetapkan sebagai komoditas unggulan kabupaten Nunukan, menggeser kakao yang menjadi produk unggulan sebelumnya. Salah satu dukungan terhadap penguatan klaster rumput laut, dialokasikannya program bernilai sekitar Rp1,1 miliar ini merupakan pilot project yang dilakukan di Desa Tanjung Harapan untuk membangun gudang penyimpanan rumput laut kering dan lantai penjemuran rumput laut.

Selain itu, pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan menyiapkan dana untuk program­program bantuan terhadap pengembangan rumput laut. Bantuan itu diberikan sejalan dengan harapan akan kemajuan sektor budidaya rumput laut ini.

Budidaya rumput laut telah menjadi perhatian pemerintah daerah, karena semakin banyaknya penduduk yang menjalankan usaha ini. Hingga Juli 2013, ada sekitar 1.632 rumah tangga yang terlibat dalam

Pelatihan kesamaptaan oleh Militer untuk me ningkatkan fisik, mental dan kedisiplinan

para pembudidaya rumput laut Nunukan.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

usaha budidaya rumput laut. Angka itu belum termasuk buruh­buruh yang bekerja pada budidaya tersebut.

Buruh­buruh tersebut juga cukup mendapat keuntungan dari rumput laut. Mereka dapat memasang 12 bentang dalam satu hari. Pemasang­an satu bentang dihargai Rp5.000. Jadi para buruh tersebut rata­rata bisa memperoleh Rp60.000.

Buruh tersebut tidak hanya ber­asal dari daerah penghasil rumput laut. Banyak buruh juga berdatang­an dari daerah lain setelah me­ngetahui potensi pendapatan yang bisa mereka peroleh. Karena itu, usaha budidaya rumput laut me­miliki dampak yang luas hingga ke daerah­daerah lain.

Rapat Rutin berkala yang dilakukan oleh BI, PPL, Dinas Kelautan, LSM dan Kelompok Pembudidaya Rumput Laut di Kampung Nelayan Tanjung Harapan.

49

50

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Para pembudidaya ma kin bersemangat karena harga rumput laut di Nunukan relatif terjaga di tingkat yang tinggi. Hal ini dapat dipertahankan selama kualitas rumput laut juga dijaga oleh para pembudidaya.

Juli 2013, harga rum ­put laut di Nunukan mencapai Rp10.000. Har­ga ini merupakan yang tertinggi di ban dingkan

Kunjungan bisnis ke PT. Gumindo Perkasa oleh Rombongan besar BI, Dinas kelautan Nu-nukan, Pembudidaya rumput laut Nunukan dalam memperpendek akses pasar. Bargain-ing kualitas, harga dan spesifikasi rumput laut yang dinginkan oleh Industri.

51

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

daerah­daerah lain di Kalimantan Timur maupun Kalimantan Utara. Di Bontang, misalnya, harga rumput lautnya hanya sekitar Rp7.000.

Aktivitas budidaya rumput laut Nunukan terus mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Tahun anggaran 2013, pemerintah daerah menggelontorkan dana miliaran rupiah untuk budidaya rumput laut

“Daerah lain, kualitas le bih bagus, tetapi harganya lebih rendah. Kita bersyu-kur, Bank Indonesia bantu kita sehingga pemasaran lebih bagus. Mudah-mu-dahan Bank Indonesia bisa terus membantu. Nunukan masih tetap dipantau. Dan Bank Indonesia bisa men-ciptakan fenomena se perti ini di tempat lain,” ujar Suprianto.

Foto bersama Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Ameriza M Moesa, Deputi KPw BI Kaltim Teguh Setiadi, Pimpinan Bank Kaltim Cabang Nunukan, dan Gapokan Harapan Mandiri.

Hibah pembangunan Gudang Rumput Laut oleh Dinas Kelautan Nunukan senilai Rp1,2 M di Desa Mamolo Tanjung Harapan Nunukan.

52

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

di Nunukan. Dana tersebut digunakan untuk pembelian bibit maupun pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

“Saya sangat berterima kasih. Ini bukan hanya cerita, tetapi bukti. Faktanya, harga rumput laut di Nunukan sekarang bagus. Ini adalah ha­sil bantuan Bank Indonesia. Terus terang saja, kita dari Dinas Perikanan ini lebih ahli memproduksi daripada memasarkan, dan Bank Indonesia membantu terutama dalam hal pasar. Tidak hanya pasar, termasuk pas­ca panennya. Budidaya juga dibantu. Tapi terutama pasar yang paling dirasakan, sampai bisa memimpin pasar, sehingga pengepul ikut harga kita,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan, Suprianto.

Lebih lanjut, Suprianto juga menambahkan, “Daerah lain, kualitas lebih bagus, tetapi harganya lebih rendah. Kita bersyukur, Bank Indonesia bantu kita sehingga pemasaran lebih bagus. Mudah­mudahan Bank Indonesia bisa terus membantu. Nunukan masih tetap dipantau. Dan Bank Indonesia bisa menciptakan fenomena seperti ini di tempat lain.” Kerja sama ini dinilai Suprianto sangat baik.

Bantuan BI berupa Mesin Press Rumput Laut untuk peningkatan produksi petani Rumput Laut Nunukan.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

PULUHAN penduduk telah berkumpul memadati ruangan sederhana berbahan dasar kayu. Tanpa kursi, mereka duduk lesehan bersila di lantai kayu itu. Mereka dengan sabar menanti di mulainya acara. Beberapa di antara mereka berbincang ringan satu sama lain, sementara beberapa lainnya diam menunggu seolah menyimpan pemikiran mendalam terkait acara yang akan berlangsung.

Di hadapan mereka, duduk berjajar sejumlah orang dengan penampilan yang sedikit berbeda dari penduduk setempat. Sebuah sound system seadanya dipersiapkan untuk memastikan informasi yang disampaikan dapat didengar seluruh peserta acara.

Dari ruangan yang sederhana itu muncul ide­ide hingga berbagai pengetahuan yang mencerahkan. Para penduduk Nunukan yang merupakan pembudidaya rumput laut tersebut mendapat banyak informasi mengenai penguatan kelembagaan dan manajemen keuangan dari dalam ruangan tersebut.

Tema seperti itu tentu merupakan hal baru bagi para pembudidaya. Mereka yang sebelumnya hanya memikirkan teknis budidaya rumput

Sosialisasi Koperasi untuk meningkat-kan formalitas kelembagaan pembudi-daya rumput laut Nunukan.

53

54

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

laut kini juga mengetahui bagaimana menempatkan posisinya agar harga jual rumput laut tidak tersungkur.

Pelatihan­pelatihan seperti itu telah intens diadakan oleh Bank Indonesia di Nunukan. Bahkan pelatihan juga tidak jarang diadakan di luar ruangan dengan beratapkan terpal seadanya. Fasilitas paling mewah dari pelatihan­pelatihan yang diadakan Bank Indonesia di Nunukan mungkin hanya berupa pengeras suara, laptop, dan proyektor. Fasilitas ini memang tidak semewah acara­acara pelatihan di kota­kota besar, yang biasa diadakan di gedung mewah dengan pendingin udara yang sangat nyaman bagi peserta dan pembicara.

Tapi bagian yang paling penting dari pelatihan bukanlah fasilitasnya, melainkan isi materi yang disampaikan. Dari seluruh pelatihan di Nunukan yang diadakan Bank Indonesia, hasilnya terbukti efektif memberikan manfaat bagi penduduk setempat.

Keterlibatan Bank Indonesia dalam pengembangan budidaya rumput laut di Nunukan berawal dari inisiasi pemerintah daerah setempat. Kepala Bidang Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Nunukan Suaedi mengatakan untuk meningkatkan harga jual rumput laut para petani di Nunukan, pihaknya menggandeng Bank Indonesia.

Karena itu, selain memberikan pelatihan kepada para petani rumput laut, Bank Indonesia juga membuka jalan bagi petani untuk dapat

“Untuk meningkatkan harga jual rumput laut

para petani di Nunukan, pihaknya menggandeng

Bank Indonesia,“ ujar Suaedi Kepala Bidang Budidaya

Perikanan DKP Nunukan.

55

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

menjual langsung hasil produksi ke pabrik­pabrik pengolahan di daerah lain. Jakarta dan Surabaya menjadi target distribusi penjualan hasil budidaya rumput laut tersebut. Suaedi meyakini kalau DKP sendiri yang mendatangi pabrik pasti dipandang sebelah mata. Karena itulah, DKP berkoordinasi dengan Bank Indonesia agar mendapat fasilitas akses ke eksportir dan industri besar pengolahan rumput laut di Jakarta dan Surabaya.

Akan tetapi, pada prakteknya banyak khalayak termasuk petani rumput laut waktu itu bertanya­tanya, apakah ada hubungannya antara perbankan dengan rumput laut? Sebagian lain menyangsikan, apakah Bank Indonesia dapat menaikkan harga rumput laut kami? Waktu itu, harga rumput laut memang susah beranjak ke angka Rp6.000. Bahkan setelah kesekian kali Bank Indonesia bersama Dinas Kelautan memberikan pelatihan, masih saja ada komplain dari para pembudidaya. Masyarakat berpikir, bagaimana ini, kami sudah mengikuti berkali­kali arahan dan pelatihan dari BI, kok harganya tidak naik juga? Malah ada pembudidaya yang menantang, apabila BI dapat menaikkan harga dengan selisih Rp1.000/kg dari sebelumnya mereka bersedia disuruh untuk melakukan apa saja. Tapi Bank Indonesia selalu menekankan bahwa kalau ingin sukses menjual yang paling penting adalah kualitas produk (masa

Forum Rembug yang dihadiri oleh pembudidaya rumput laut dengan seluruh SKPD di Kabu­paten Nunukan dalam rangka mendukung pengembangan komoditas unggulan daerah.

56

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

tanam dan pasca panen) dan kekompakan petani. Sekarang, pertanyaan tentang “harga” rumput laut sudah tidak ada lagi dikalangan para pembudidaya. Saat ini yang terpikirkan oleh pembudidaya rumput laut adalah bagaimana caranya agar dapat memproduksi sebesar­besarnya dan menjual sebanyak­banyaknya.

Dengan difasilitasi Bank Indonesia perlahan tapi pasti perubahan har­ga itu terjadi, pembudidaya rumput laut pun merasakan hasilnya. DKP Nunukan berhasil masuk ke PT Asia Sejahtera Mina (Surabaya) dan PT Gu­mindo Perkasa Industri (Jakarta). Suaedi me ngatakan pihaknya sengaja memi lih dua per usahaan besar ini karena tujuan pasar yang berbeda. Kalau tujuan ekspor PT Asia Sejahtera Mina adalah Cina, PT Gumindo Per­kasa Industri memiliki tujuan ekspor ke negara­negara Ero pa. Baik itu PT Asia Sejahtera Mina atau PT Gumindo Perkasa Industri, hubungan baik dengan keduanya harus dijaga dan dipelihara.

Kemitraan antara masyarakat budidaya rumput laut de ngan per­usahaan awal mulanya me nyepakati tentang harga rumput laut. Hal yang disepakati waktu itu bahwa penetapan harga rumput laut harus mempertimbangkan berbagai hal antara lain kualitas berstandar, kurs mata uang dan harga tingkat global. Menurut Taufik, yang pada saat itu mewakili BI untuk mediasi antara pembudidaya dan perusahaan, menga­takan “waktu itu juga dibicarakan seperti apa kualitas rumput laut yang baik agar bisa diterima pasar” ujarnya. Hal itulah yang menjadi bekal bagi pembudidaya untuk terus memperbaiki kualitas.

Sebenarnya kemitraan antara pembudidaya dengan perusahaan seperti layaknya demand dan supply, maka keduanya harus saling me­

57

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

nguntungkan. Ini berkat support BI dalam menunjang pengembangan ekonomi rakyat Nunukan.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan Suprianto menyampaikan terima kasihnya kepada Bank Indonesia atas usahanya itu. “Kita berterima kasih kepada Bank Indonesia karena memfasilitasi kita mempertemukan antara kita dengan pabrik dan eksportir,” ujarnya.

Tapi kedua perusahaan itu harus diperlakukan berbeda. Kenapa? PT Asia Sejahtera Mina umumnya langsung melakukan ekspor rumput laut yang dikirim dari Nunukan. Sementara itu, PT Gumindo Perkasa Industri melakukan pengolahan terlebih dahulu. PT Asia Sejahtera Mina yang merupakan eksportir umumnya lebih mengutamakan warna rumput laut, sedangkan PT Gumindo Perkasa Industri sebagai industri manufaktur umumnya lebih mengutamakan usia panennya.

Karena itu juga, para pembudidaya rumput laut di Nunukan tidak bergantung sepenuhnya pada satu kondisi. Jika ekspor rumput laut sedang lesu, pembudidaya bisa mengutamakan hasil panennya untuk industri pengolahan. Dengan begitu, pembudidaya harus memperhatikan dan menyesuaikan proses budidaya dengan kondisi terkini pasar rumput laut.

Bukan hanya manusianya yang dikembangkan, Bank Indonesia juga memberikan bantuan fisik. Bank Indonesia pernah memberikan mesin press rumput laut pada 2012. Dengan begitu, jumlah rumput laut yang dimasukkan ke dalam kontainer bisa lebih banyak daripada sebelumnya.

Tanpa mesin itu, satu kontainer hanya dapat menampung sekitar 12 ton rumput laut. Kini 20 ton rumput laut dapat dimuat dalam satu kontainer dengan adanya mesin tersebut. Jadi biaya pengiriman dapat ditekan dan pendapatan yang diterima petani juga meningkat.

Itu hanya segelintir bantuan yang diberikan Bank Indonesia. Contoh bantuan mesin lainnya yaitu mesin analisis Clean Anhydrous Weed (CAW) rumput laut. Dengan mesin ini, para pembudidaya dapat mempertahankan kualitas produksinya. Rendemen rumput laut dapat distandarkan sesuai kebutuhan industri pengolahan.

58

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Kehadiran bantuan Bank Indonesia di Nunukan sangat tepat. Ini jadi pelengkap keahlian pembudidaya rumput laut sebelumnya. Para pembudidaya umumnya lebih ahli dalam hal teknis produksi. Tapi dalam pemasaran, mereka bukan ahlinya. Pengetahuan seperti pemasaran itulah yang dibawa oleh Bank Indonesia ke Nunukan. Hal ini juga diakui Suprianto. “Terus terang saja, kita dari Dinas Perikanan ini lebih ahli memproduksi daripada memasarkan,” ungkap Suprianto.

Bahkan Bank Indonesia juga ikut membantu dalam hal budidaya dan pasca panennya. Lewat solusi yang ditawarkan Bank Indonesia, para pembudidaya dapat menguasai pasar. Mereka jadi lebih percaya diri menghadapi pengepul. Mereka memiliki kuasa yang lebih besar atas harga, bukan lagi pengepul.

Bupati Nunukan Basri mengharapkan Bank Indonesia dapat te­rus meningkatkan perannya. “Ke depan, kita ingin Bank Indonesia melakukan pembinaan langsung ke lapangan, mungkin dengan bantuan modal langsung yang ringan, sehingga bisa mengurangi, baik itu tengkulak maupun lainnya,” ungkapnya.

Jika para pembudidaya melihat daerah budidaya rumput laut di luar Nunukan, mereka patut bersyukur. Di daerah yang kualitas rumput lautnya lebih bagus daripada Nunukan, pembudidaya justru mendapatkan harga rendah. Dari fenomena ini mereka dapat mengetahui, bukan hanya teknis budidaya yang perlu dikuasai. Pemasaran dan daya tawar juga ikut mengangkat harga rumput laut di pasar.

Bank Indonesia sudah sejak lama memberikan bantuannya kepada masyarakat Nunukan. Selama periode tahun 2011 hingga 2012 saja,

Forum rembug yang cukup efektif untuk mengungkapkan permasalahan yang diha-

dapi oleh masing-masing anggota stake-holder rumput laut Nunukan.

59

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Bank Indonesia telah mengadakan pelatihan mulai dari motivasi hingga teknik budidaya rumput laut. Pelatihan­pelatihan itu antara lain:• Seminar kewirausahaandanbisnis rumput laut. Seminar inimengha­

dirkan motivator Ujang Koswara dari Green Line Care sebagai pembicara. Ujang adalah penemu Listrik Mandiri Rakyat, yaitu lampu bertenaga aki. Melalui temuannya, Ujang berupaya agar daerah­daerah pedalaman di Indonesia mendapat penerangan yang memadai. Dalam seminar ini, para peserta mendapat motivasi mengenai wirausaha. Motivasi ini diberikan agar masyarakat makin tertarik dengan usaha budidaya rumput laut di Nunukan.

• Pelatihan budidaya dan teknik pascapanen serta sosialisasi rumputlaut yang diterima pasar. Masyarakat sebagai pembudidaya perl u mengetahui tidak hanya proses budidayanya, tetapi juga penjualannya. Pengetahuan budidaya rumput laut yang berkualitas saja akan menjadi percuma jika tidak mengetahui rantai distribusi dan penjualan. Pembudidaya harus dapat mengetahui keinginan pasar dan menyesuaikan kualitas produksinya dengan permintaan tersebut.

• Uji coba terapan model budidaya rumput laut nonkonvensional.Uji coba ini diberikan kepada pembudidaya dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Nunukan dan Sebatik. Jika model budidaya ini dinilai dapat memberikan keuntungan yang lebih optimum bagi masyarakat, model ini perlu diteruskan atau bahkan dikembangkan.

• SosialisasiaksespermodalankreditUMKMmerupakanbagianpentingdalam berwirausaha. Tapi akses permodalan inilah yang sering menjadi masalah dalam memulai atau mengembangkan usaha. Melalui so­sialisasi ini, masyarakat, terutama pelaku UMKM, dapat mengetahui proses pengajuan kredit ke bank untuk mendapat modal usaha.

• Pelatihan kesamaptaan dan training camp rumput laut. Pelatihan ini meliputi dinamika kelompok, teknik budidaya, teknik pascapanen, dan pembuatan produk olahan bagi industri rumahan. Khusus untuk kesamaptaan dan training champ ini selain dipandu oleh motivator dari Jakarta, juga dibina dan dilatih langsung oleh TNI AD dari Kodim Nunukan.

60

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

• Kunjungan kelompok pembudidaya ke eksportir dan pabrikpengolahan rumput laut di Pulau Jawa. Kunjungan dilakukan selama seminggu untuk membuka akses pemasaran dan distribusi rumput laut dari Nunukan. Dengan adanya kunjungan ini, pembudidaya memiliki akses langsung ke pabrik pengolahan sehingga memangkas rantai distribusi dan memperoleh harga yang lebih sesuai.

• Komunikasi dua arah, rapat kerja, kunjungan kerja, Focus Group Discussion (FGD) kepada setiap pemangku kepentingan sektor rumput laut di Nunukan. Para pemangku kepentingan itu, antara lain Dinas Kelautan dan Perikanan, Bank Kaltim, Badan Ketahanan Pangan, lembaga swadaya masyarakat, Gapokan, kelompok tani, petugas penyuluh lapangan, dan para pembudidaya rumput laut.Apresiasi terhadap Bank Indonesia salah satunya datang dari pihak

pemerintah daerah. Wakil Bupati Nunukan, Asmah Gani, dalam suatu kesempatan secara resmi menyatakan Bank Indonesia menjadi salah satu pemacu bergairahnya kembali sektor rumput laut di Nunukan setelah sebelumnya sempat terpuruk karena keterbatasan akses pasar dan permainan harga oleh pengepul.

Keterlibatan Bank Indonesia ditambah dengan keberhasilan para pembudidaya membuat pihak­pihak lain tertarik memberikan kontribusi terhadap pengembangan rumput laut di Nunukan.

Kalangan perbankan, misalnya, tidak ragu untuk menggelontorkan dana dalam jumlah besar. BPD Kaltim pada tahun 2012 mengucurkan kredit ke Gapokan Harapan Mandiri sebesar Rp500 juta. Selain itu, sejumlah bank besar seperti BRI dan Bank Mandiri juga ikut memberikan penguatan permodalan untuk budidaya rumput laut di Nunukan.

Dengan kata lain, kehadiran Bank Indonesia memunculkan banyak kepercayaan baru bagi pembudidaya rumput laut di Nunukan. Bagi pembudidaya, akses permodalan yang luas merupakan salah satu kunci pengembangan usahanya.

PERMINTAAN dunia pada awal perkembangan rumput laut terbilang cukup tinggi. Salah satunya diakibatkan badai yang menerjang China dan Filipina yang mengakibatkan gagal panen. Jumlah permintaan pada saat itu bahkan bisa melebihi penawarannya. Dan akibatnya bisa ditebak, harga rumput laut melonjak tinggi di pasar. Dari yang biasanya,

Penjemuran rumput laut model konvensional.

61

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

62

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Rp4.500 ­ Rp6.000, mendadak merangkak hingga Rp12.000. Pembeli dari berbagai tempat dari luar Nunukan, menyerbu wilayah perbatasan ini. Peluang ini menarik perhatian masyarakat Nunukan, khususnya yang awalnya berprofesi sebagai nelayan ikan.

Tidak lama kemudian, aroma wangi keuntungan rumput laut di Nunukan tercium oleh para tengkulak. Mereka menguasai pasar. Keberadaan mereka menurunkan kekuatan tawar para pembudidaya rumput laut. Tengkulak memainkan perannya sebagai price maker. Mereka yang menentukan harga. Para pembudidaya terpaksa mengikuti harga yang dibuat oleh tengkulak.

Para petani rumput laut di Nunukan tidak bisa berbuat apa­apa. Jika tidak dijual kepada para tengkulak, rumput laut yang dipanen hanya akan sia­sia. Rumput laut mereka tidak ada yang membeli.

Petani rumput laut mengangkat hasil panen ke darat.

63

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Setidaknya ada satu hal yang membuat harga rumput laut anjlok di Nunukan. Terjadinya distorsi informasi harga yang sesunguhnya di pihak petani yang disebabkan keterbatasan jaringan pasar dan akses pemasaran secara langsung membuat pasar sepenuhnya dikuasai oleh para tengkulak. Keberadaan mereka sangat menganggu persaingan pasar. Kondisi ini cukup banyak membuat para pembudidaya “gantung tali”.

Pandangan lain disampaikan para penyuluh budidaya rumput laut di Nunukan. Harga, menurut mereka, tidak naik atau turun murni karena kondisi pasar. Mereka mencurigai adanya permainan dari sekelompok orang tertentu yang bertindak sebagai pemburu rente. Pemburu rente ini bisa siapa saja.

Banyak pihak yang memiliki kepentingan terhadap sektor budidaya rumput laut ini. Sekelompok orang tersebut ditengarai berusaha

Untuk mengimbangi keberadaan tengkulak, dibentuklah Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokan).

64

mengatur harga agar menghasilkan keuntungan maksimal bagi kelompoknya. Jika pandangan tersebut benar, persaingan di sektor budidaya rumput laut sudah tidak sehat.

Untuk mengimbangi keberadaan tengkulak, dibentuklah Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokan). Pembudidaya sebenarnya telah membentuk kelompok­kelompok sendiri sebelumnya. Jadi komunikasi dan koordinasi sudah lebih mudah, baik antar pembudidaya maupun antara pembudidaya dengan pemerintah.

Namun kelompok­kelompok yang terpisah itu tidak akan cukup kuat untuk menandingi kekuatan tengkulak dalam menguasai pasar. Akhirnya kelompok­kelompok itu digabungkan. Kelompok­kelompok kecil tersebut kini menjadi satu kelompok besar. Dengan begitu, daya tawar pembudidaya menjadi lebih kuat dalam menghadapi tengkulak mempermainkan harga.

Jemur Gantung metode yang disarankan oleh BI, mening katkan berat kering 30% dibanding metode konvensional.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

65

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Mengetahui berdirinya Gapokan, tengkulak tentu saja menunjukkan sinyal­sinyal penolakan. Gapokan dianggap sebagai ancaman terhadap eksistensi mereka. Hal ini dapat dipahami, mengingat Gapokan dapat membuat pembudidaya memiliki daya tawar yang lebih besar. Pem­budidaya rumput laut di Nunukan tidak boleh bergantung kepada tengkulak.

Menjadi tengkulak sebenarnya sebuah pertaruhan tersendiri. Tidak semua tengkulak mampu meraup keuntungan. Beberapa dari mereka bahkan ada yang gulung tikar. Tidak mengherankan jika akhirnya kehadiran Gapokan akan membuat para tengkulak semakin gentar dalam melangsungkan usahanya di Nunukan.

Sebelum ada Gapokan, informasi kepada pembudidaya sangat terbatas. Bisa dikatakan, informasi yang dimiliki pembudidaya dan tengkulak tidak simetris.

Tengkulak memiliki informasi yang relatif lebih banyak. Misalnya ketika harga rumput laut naik. Informasi kenaikan harga ini tidak akan sampai ke telinga pembudidaya. Ketergantungan pembudidaya terhadap tengkulak sebelum ada Gapokan sangat besar.

Pada awal pembentukannya, hanya ada tujuh kelompok yang bergabung ke dalam Gapokan. Kemudian berkembang menjadi sepuluh kelompok. Dalam kelompok­kelompok itu, ada sekitar 250 Rumah Tangga Petani (RTP). Dari kelompok­kelompok anggota Gapokan, dipilih beberapa orang untuk duduk sebagai pengurus. Ini menujukkan bahwa Gapokan dikelola dengan terorganisir.

Penggabungan kelompok­kelompok kecil ini menjadikan para pembudidaya lebih kompak. Mereka dapat bertukar informasi, pengetahuan, dan hal­hal lain yang bermanfaat antar sesama anggota Gapokan. Berbagi pengalaman dapat dilakukan antar pembudidaya. Pembelajaran dapat terjadi di semua anggota. Sikap yang kooperatif antar sesama anggota disadari dapat meningkatkan kekuatan Gapokan dalam menghadapi berbagai ancaman dari luar.

Kekuatan Gapokan yang dibangun juga termasuk pembentukan harga yang layak untuk para pembudidaya. Banyaknya pembudidaya

66

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dengan satu suara yang kompak membuat tengkulak tidak dapat seenaknya menekan harga. Jika sebelumnya tengkulak menjadi kekuatan mayoritas, kini sebaliknya terjadi. Anggota Gapokan secara bersama dapat menyepakati harga, sehingga para tengkulak, mau tidak mau, harus mengikutinya.

Pembentukan harga antara Gapokan dengan pengepul sebenarnya cukup bersaing. Pengepul menawarkan harga yang lebih murah, namun dengan sistem jemput bola. Jadi pengepul yang mendatangi pembudidaya. Mereka seringnya datang ke tempat penjemuran. Pembudidaya kelihatan senang dengan cara ini. Harga yang diterima pembudidaya memang lebih kecil, tetapi selisihnya dinilai tidak besar.

Sementara itu, masih tingginya permintaan juga membuat rumput laut bertengger di harga tinggi. Permintaan datang tidak hanya dari

Perairan di Kampung Mamolo Tanjung Harapan Nunukan.

67

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

pembeli domestik, tetapi juga mancanegara. Keseimbangan persaingan harga ini seharusnya juga menjadi kunci keberhasilan pembudidayaan rumput laut di Nunukan. Setidaknya, tengkulak sudah tidak dapat sesuka hati menurunkan harga yang mencekik pembudidaya.

Rebutan LahanHarga rumput laut di Nunukan yang bagus ternyata memunculkan

permasalahan baru, yaitu timbulnya perebutan lahan budidaya.

Satu bentang pasang bibit mendapat upah @Rp5.000. Bila satu hari dapat mema­sang 20 bentang, berapa upah yang didapat oleh ibu tersebut?

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

68

Para pembudidaya yang se­belumnya beralih ke sektor lain, kembali lagi tertarik dengan budidaya rumput laut. Selain itu, para pembudidaya baru juga berdatangan ma­suk ke sektor ini. Karena lahan yang digunakan berupa laut, kepemilikan sulit ditentukan. Beberapa kalangan meng­anggap pemerintah setem­pat belum siap menangani pengelolaan budidaya rumput laut yang cukup fenomenal di Nunukan.

Perebutan lahan bukan hanya terjadi antar pembudidaya rumput laut, tetapi juga dengan nelayan tangkap. Menurut nelayan, para pembudidaya telah mengambil lahan pencarian nafkah mereka. Tapi faktanya, kehadiran rumput laut sebenarnya justru malah membantu usaha para nelayan. Di area yang ditanami rumput laut, ikan­ikannya di sana relatif lebih banyak. Penghasilan nelayan pun seharusnya terbantu karenanya. Namun masalahnya proses pemahaman kepada para nelayan itu tidak mudah. Rapat dan diskusi kerap digelar untuk mencari jalan tengah solusi terbaik.

Menjaga KualitasGapokan secara bersama terus berusaha menjaga bahkan

meningkatkan kualitas rumput laut. Banyak hal yang sudah dilakukan, mulai dari pemilihan bibit hingga proses budidayanya. Penyuluhan kepada para pembudidaya juga tidak henti dilakukan. Mereka disadarkan untuk tidak mementingkan ego semata, melainkan juga kepentingan sesama pembudidaya lainnya.

Bersama­sama harus menjaga kualitas. Terlebih lagi, standardisasi kualitas produksi rumput laut juga perlu dilakukan. Jika kualitas tidak

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dapat dijaga, kepercayaan pembeli terhadap pembudidaya rumput laut di Nunukan lambat laun bisa turun. Jika ini terjadi, pembeli akan berpindah ke penjual lain dengan harga yang lebih murah atau kualitas yang lebih baik.

Apalagi para pembudidaya kini sudah memiliki hubungan langsung dengan pabrik. Artinya hasil budidaya rumput laut sudah memiliki jalur penjualan yang jelas. Pembudidaya tidak lagi khawatir rumput lautnya tidak laku.

Hanya saja, pabrik pengolahan yang bekerja sama tersebut memiliki standar tertentu. Pihak pabrik tentu tidak menginginkan hasil pengolahannya berkualitas lebih rendah karena turunnya mutu rumput laut, padahal harga beli mereka tetap.

Untuk menjaga standar kualitas ini, Gapokan sebagai pembudidaya, biasanya menawarkan beberapa sampel rumput laut. Pihak pabrik lalu memilih rumput laut yang cocok untuk diolah di sana. Sampel yang dipilih itu kemudian menjadi acuan kualitas rumput laut yang harus dihasilkan.

69

70

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Dengan kata lain, para pembudidaya sudah terikat kontrak dengan pihak pabrik untuk memasok rumput laut berdasarkan standar kualitas tertentu. Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan Gapokan. Para pembudidaya anggota Gapokan harus dilatih agar dapat menghasilkan rumput laut dengan standar kualitas tinggi.

Terhadap pihak­pihak di luar Nunukan, Gapokan berusaha menjaga nama baik. Pihak luar tidak melihat Gapokan secara khusus, tetapi Nunukan secara umum. Mereka tidak membedakan produk dari anggota Gapokan dengan dari luar Gapokan.

Jadi menjaga kualitas produk Gapokan saja tidak cukup. Produk budidaya rumput laut dari luar anggota Gapokan juga seharusnya dikontrol. Karena melibatkan para pembudidaya di luar Gapokan, hal ini sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah setempat.

Dalam pembibitan, pembudidaya harus mengetahui ciri­ciri bibit yang baik, seperti muda, bersih, dan segar. Bibit dengan ciri­ciri seperti itu didapatkan dari stek ujung tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan. Tanaman untuk bibit unggul biasanya memiliki banyak cabang. Tumbuhnya pun relatif cepat.

Metode PenanamanDalam penanaman, salah satu metode yang dapat dipilih,

mengikatkan bibit pada batu karang. Bibit disebarkan di dasar perairan. Metode ini relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan sarana yang besar. Tapi keberhasilan metode ini belum banyak diyakini.

Metode ini mensyaratkan adanya lokasi yang terbuka terhadap ombak dan arus. Selain itu, batu karang yang ada di lokasi tersebut juga harus tidak mudah terbawa arus. Lokasi seperti ini cenderung sulit untuk ditemukan. Selain itu, metode ini juga jarang digunakan karena hasil produksinya relaif rendah. Bahkan timbul risiko banyaknya bibit yang hilang karena terbawa ombak.

Metode penanaman lainnya yaitu rakit apung. Rakit terbuat dari bambu dengan jangkar sebagai penahannya. Jangkar dapat diikatkan ke

71

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

patok kayu atau ditancapkan ke dasar laut. Metode ini cocok untuk lokasi penanaman dengan kedalaman 60 cm. Kondisi ombak, arus, dan pasang surut air laut sangat diperhatikan dalam metode penanaman ini.

Selain metode rakit apung, budidaya rumput laut di kedalaman kurang dari 1,5 meter juga cocok dengan metode tali gantung. Dengan metode ini, tali yang berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama. Ikatan dibuat tidak terlalu kencang agar dapat dibuka kembali dengan mudah.

Sama seperti metode rakit apung, metode tali gantung ini juga cocok di lokasi yang berdasar pasir atau pasir berlumpur. Kerangka penanaman rumput laut dengan metode tali gantung diletakkan dengan kedalaman sekitar 30­40 cm. Sebagai pijakan, sebelumnya ditancapkan patok ke dasar laut. Rumput laut lalu digantung pada patok tersebut.

Dengan metode gantung, rumput laut dijemur dengan digantung langsung bersama tali­talinya. Teknik ini dinilai lebih menguntungkan. Dengan cara digantung, rumput laut tidak akan luka, apalagi patah. Selain itu tingkat berat kering juga meningkat hampir 30%. Dikarenakan rumput laut kering lebih berisi. Teknik ini membuat banyak pembudidaya meninggalkan teknik penjemuran konvensional.

Senangnya panen rumput laut.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Sebelum menggunakan teknik gantung ini, pemanenan rumput laut langsung dipatahkan dari talinya lalu dijemur. Akibatnya, getah rumput laut menetes. Padahal getah inilah yang memberikan nilai jual tinggi bagi rumput laut. Terbuangnya getah rumput laut ini menjadikan rendemen dan karagenan rumput laut berkualitas rendah. Dengan teknik penggantungan ini, Gapokan meyakini pihak pabrik akan senang.

Para pembudidaya pada dasarnya sudah terbiasa dengan teknik lama. Mengubah kebiasaan ini pada awalnya sangat sulit. Terlebih lagi, pembudidaya harus mengeluarkan biaya tambahan. Kebiasaan ini baru dapat diubah setelah pembudidaya tahu dan membuktikan sendiri bahwa teknik gantung tersebut dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Tambahan keuntungan itu dapat menutup biaya investasi tambahan yang harus dikeluarkan tadi. Keuntungan yang lebih besar didapatkan karena bobot rumput laut dari metode gantung relatif lebih berat daripada metode lamanya. Kini tanpa dibina, para pembudidaya di Nunukan sudah dengan sendirinya memilih metode gantung tersebut.

Dalam pemeliharaan, budidaya rumput laut sebenarnya relatif mudah dibandingkan dengan tanaman lainnya. Tapi untuk mempertahankan kualitas hasil budidaya, pemantauan harus terus­menerus dilakukan. Jika diabaikan, bukannya tidak mungkin hasil panen rumput laut tidak sebaik yang diharapkan.

72

73

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Perubahan kondisi ombak dan arus air laut misalnya, dapat meng ­ganggu proses budidayanya. Kotoran air yang melekat juga dapat mengganggu tanaman, terutama pada proses metabolismenya. Belum lagi dengan adanya tumbuhan parasit yang merusak.

Beberapa tumbuhan juga dapat merusak rumput laut. Beberapa spesies hewan juga dapat mengancam keberadaan budidaya rumput laut. Contohnya seperti bulu babi dan penyu. Untuk mengatasi hal tersebut, pembudidaya dapat memasang jaring lumut sebagai pagar di sekitar lokasi budidaya.

Bagaimana dengan lumut? Lumut juga sebaiknya tidak terlalu rapat karena dapat menghalangi masuknya sinar matahari. Jika intensitas sinar matahari yang masuk sangat sedikit, pertumbuhan rumput laut dapat terganggu.

Beberapa rumput laut biasanya ikut terbawa ketika nelayan menjaring atau memukat. Rumput laut yang terbawa ini tentu tidak seragam kualitasnya. Kadang rumput laut yang terjaring ini masih terlalu muda. Kadang juga, rumput laut yang terjaring terlalu tua.

Beberapa pembudidaya masih suka mencampur rumput laut hasil

74

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

panen dengan rumput laut hasil tangkapan pukat. Hal ini seharusnya dihindari jika para pembudidaya ingin menjaga kualitas. Untungnya, rumput laut yang terjaring seperti ini relatif tidak banyak.

Giliran PanenSetelah menjalani proses penanaman dan pemeliharaan, pem­

budidaya dapat melakukan pemanenan. Rumput laut di Nunukan umumnya dapat dipanen pada usia 6­8 minggu setelah ditanam. Pada saat air laut surut, pemanenan dapat dilakukan langsung di lokasi penanaman. Ketika air laut pasang, seluruh tanaman harus diangkat terlebih dahulu ke darat, baru setelah itu tali pengikatnya dipotong.

Untuk menghasilkan rumput laut kering, pembudidaya harus menjalani serangkaian proses. Pertama, rumput laut yang dibersihkan dari kotoran seperti pasir atau batu­batuan yang sering ikut terbawa saat panen. Kotoran­kotoran itu harus dibersihkan agar kualitas rumput laut terjaga.

Kedua, rumput laut dijemur hingga kering. Rumput laut kering berkualitas tinggi biasanya dihasilkan dari proses penjemuran yang tidak berdebu. Karena berasal dari laut, penjemuran akan menghasilkan garam. Hal ini menandakan bahwa rumput laut sudah kering.

Ketiga, rumput laut dicuci. Pencucian ini disesuaikan dengan tujuan pengolahan rumput laut berikutnya. Untuk bahan baku karagenan, pencucian dilakukan dengan air laut. Sedangkan untuk bahan baku makanan olahan industri rumah tangga (bahan dodol, manisan es campur, puding, dll), pencucian dapat dilakukan dengan air tawar. Hal ini karena air tawar dapat melarutkan karagenan. Setelah dicuci bersih, rumput laut dikeringkan kembali selama kurang lebih satu hari.

Keempat, setelah melalui pengeringan kedua, rumput laut diayak untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal.

Rumput laut kering lalu menjalani proses pengepakan dan penyimpanan. Pengepakan dapat dibuat padat ataupun tidak, tergantung kebutuhannya. Pengepakan yang padat dapat me ning­katkan efisiensi dalam hal pengiriman.

75

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Jadi dengan biaya pengiriman yang sama, pembudidaya dapat mengirim rumput laut dalam jumlah lebih banyak. Pembudidaya dapat menggunakan mesin press untuk pengepakan sehingga kepadatannya bisa optimum.

Rumput Laut BasahTREN pembelian rumput laut basah sering dijadikan solusi alternatif

dalam hal tersedianya uang tunai yang cepat bagi para petani rumput laut di Kabupaten Nunukan. Sebab dengan menjualnya dalam bentuk rumput laut basah, pembudidaya tidak perlu bersusah­payah lagi melakukan penjemuran.

Sebaliknya para petani dapat segera mendapatkan uang tunai beberapa saat setelah panen rumput laut dilakukan. Namun ada juga petani rumput laut yang mengatakan bahwa rumput laut dijual secara basah karena tidak ada waktu untuk menjemur.

Rumput laut kering siap dijual.

76

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Proses menjemur memakan waktu yang lama. Untuk mengeringkan rumput laut dalam kondisi normal bisa menghabiskan waktu tiga sampai empat hari. Sebaliknya jika cuaca buruk, para petani membutuhkan waktu lebih lama lagi, bisa mencapai sampai tujuh hari.

Banyak petani yang merasa sangat senang dengan adanya alternatif usaha pembelian rumput laut basah. Jika hasil panen rumput laut terlalu banyak dan melebihi kapasitas lantai penjemuran, maka otomatis tumpukan jemuran menjadi lebih tebal. Dan ini artinya, proses penjemurannya akan memerlukan waktu lebih lama.

Proses penjemuran yang semakin lama akan menyebabkan penyusutan semakin besar. Belum lagi jika ada hujan atau gerimis berkepanjangan. Waktu proses pengeringan rumput laut juga akan semakin lebih lama lagi. Perbandingan rumput laut basah dan kering umumnya sebesar enam berbanding satu.

Artinya jika rumput laut basah yang dipanen sebesar 6 kg, rumput laut tersebut setelah dikeringkan menjadi seberat 1 kg. Kalangan industri biasanya menginginkan rumput laut dalam keadaan kering agar dapat segera diolah menjadi barang jadi.

Harga rumput laut kering dan basah tidak berbeda. Bahkan rumput laut basah lebih berat dibandingkan yang kering. Menjual rumput laut basah memang menggiurkan bagi sejumlah pembudidaya. Namun sayangnya, keuntungan itu diperoleh bukan tanpa pengorbanan.

Kualitas yang akan dikorbankan. Dengan memanen sebelum waktunya, mutu relatif jauh lebih rendah. Meskipun tindakan seperti di atas dilakukan tidak oleh seluruh pembudidaya, namun citra kualitas produk rumput laut di Nunukan secara umum dapat ikut terpengaruh

77

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

SALAH SATU pihak yang tidak dapat dipisahkan dari suksesi pemberdayaan rumput laut di Nunukan adalah peran penyuluh dan LSM. Dengan penuh keikhlasan, para penyuluh mendampingi pembudidaya rumput laut di Nunukan setiap hari. Seolah­olah pengorbanan telah menjadi denyut nadi jantungnya. Tanpa merasa lelah para penyuluh itu melakukan penyuluhan, pelatihan, dan kontrol terhadap proses budidaya rumput laut di Nunukan

Yakub, ketua Ikatan Penyuluh Perikanan Indonesia (IPKANI) Kabupaten Nunukan, menjalani profesi penyuluh sebagai jalan hidupnya. Ia biasa melakukan pelatihan kepada puluhan kelompok masyarakat yang membudidayakan rumput laut di Nunukan. Bersama sekretarisnya, Faisal, yang juga merupakan penyuluh lapangan, ia berusaha agar kelompok masyarakat budidaya rumput laut bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas rumput laut. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan penyuluh lapangan ini merupakan upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan daerah perbatasan.

78

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Para penyuluh tergabung dalam organisasi kelompok penyuluh yang dinamakan IPKANI. Visinya adalah membantu kelompok masyarakat budidaya rumput laut dan perikanan agar terus maju dan berkembang. Tidak hanya itu, IPKANI juga membantu memecahkan masalah dalam proses budidaya rumput laut di Nunukan.

Tepatnya tahun 2010, IPKANI Kabupaten Nunukan ini terbentuk. Kini telah 3 tahun berjalan, selama kurun waktu itu IPKANI berusaha untuk menjadi mitra kerja kelompok masyarakat budidaya. Sebenarnya, IPKANI adalah organisasi nasional penyuluh, dengan semakin berkembangannya rumput laut di Nunukan, atas saran dari pusat, IPKANI berinisiatif untuk turun tangan dalam membantu para pembudidaya di Nunukan. Berkat kesatuan visi dan tugas pokok penyuluh akhirnya IPKANI Nunukan dapat berjalan.

Faisal mengatakan “selama kurun waktu 3 tahun terakhir banyak yang sudah kami lakukan untuk kemajuan pengembangan rumput laut di Nunukan” ujarnya. Diantara kegiatan besar yang dilakukan oleh IPKANI telah membuahkan hasil. Pada tahun 2011, IPKANI bekerjasama dengan

Pelatihan produk olahan rumput laut untuk industri rumahan.

79

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

BI melakukan pengembangan kapasitas kelompok sebanyak 3 kali, pelatihan kedisiplinan dan kepemimpinan, dan penyuluhan masal. Di tahun­tahun berikutnya kegiatan itu dijalankan secara berkesinambungan. Tidak ja­rang beberapa kegiatan pem­binaan atau pelatihan untuk pembudidaya atau nelayan juga sempat mengambil kocek pribadi dari anggota IPKANI.

IPKANI juga membantu ke­lompok budidaya rumput laut untuk memasarkan produknya ke beberapa daerah diantaranya Jakarta, dan Surabaya untuk pabrikan olah, dan Makassar untuk keperluan ekspor.

Sebagai daerah yang tergolong baru dalam sektor budidaya rumput laut, dinamika umumnya sering terjadi antara lain, ge­sekan antara pihak­pihak yang berkepentingan merupakan hal wajar bagi daerah ini. Pembinaan pun tidak bisa berjalan mulus begitu saja. Para pembina mengakui banyaknya kendala yang harus dihadapi dalam mengembangkan budidaya rum put laut di Nunukan. Para

Para penyuluh atau pembina menginginkan usaha budidaya rumput

laut ini dapat memberi manfaat bukan hanya

bagi pembudidaya, tetapi juga pihak

yang terlibat dalam pemasaran, hingga

dapat meningkatkan pendapatan asli daerah

setempat.

80

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

penyuluh atau pembina menginginkan usaha budidaya rumput laut ini dapat memberi manfaat bukan hanya bagi pembudidaya, tetapi juga pihak yang terlibat dalam pemasaran, hingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah setempat.

Kendala yang harus dihadapi di Nunukan antara lain adalah kondisi geografis. Karena terdiri dari pulau­pulau, moda transportasi yang dibutuhkan para penyuluh bukan hanya moda transportasi darat. Jika kebutuhan sarana transportasi laut terpenuhi, para penyuluh di Nunukan dapat lebih efisien berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Kegunaan moda transportasi sebagai pendukung mobilitas manusia pun dapat dicapai.

Selama ini, penyuluh dalam berpindah­pindah tempat menumpang kepada petani atau nelayan. Padahal sarana transportasi milik pembu­didaya juga belum memadai. Para penyuluh kemudian harus menye­suaikan waktunya dengan kegiatan petani atau nelayan tersebut. Jika

Peninjauan Departemen Pusat Riset dan Kebanksentralan Bank Indonesia ke kampung nelayan di Nunukan, terkait pengem-bangan ekonomi di perbatasan.

81

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

terjadi permasalahan antar pembudidaya di pulau seberang, penyuluh terpaksa tidak dapat dengan cepat mengetahui permasalahannya de­ngan jelas dan mengambil sikap atas permasalahan itu.

Bukan hanya antar pulau, kondisi di darat juga memberikan kendala. Jalan­jalan di Nunukan belum seluruhnya beraspal. Meskipun menggunakan kendaraan bemotor, kondisi jalan ini tetap menghambat perjalanan para pembina atau penyuluh. Belum lagi jarak lokasi­lokasi pembinaan yang cenderung saling berjauhan. Pembinaan mungkin dapat tetap dilakukan, tetapi pembinaan yang intensif sepertinya sulit dicapai.

Kendala lain yang dihadapi para penyuluh yaitu waktu pembinaan. Penyuluh menginginkan pembinaan dapat dilakukan pada pagi atau siang hari. Tapi pembudidaya memiliki kepentingan lain. Siang hari bagi mereka merupakan saatnya bekerja. Jika harus mendatangi diskusi, musyawarah, atau kegiatan pembinaan lain pada siang hari, mereka harus meninggalkan usahanya. Mengorbankan usaha atau potensi pendapatan untuk mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan pembinaan masih menjadi hal yang sulit dilakukan oleh mereka.

Kendala ini lebih besar dihadapi di Pulau Nunukan. Di pulau ini, sebagian besar pembina adalah perempuan. Karena itu, malam hari menjadi relatif lebih sulit bagi mereka. Ini karena penerangan dan jalan di sana tidak seperti di perkotaan. Kondisi yang temaram dan

82

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

berbatu menyulitkan para pembina di sana. Jadi antara pembina dan pembudidaya harus berkorban. Jika pembinaan dilakukan pada siang hari, pembudidaya yang berkorban. Sebaliknya, jika pembinaan dilakukan pada malam hari, pihak penyuluh yang harus berkorban. Seringkali, para penyuluh harus bermalam di suatu daerah. Dan jika menginap, biaya yang dikeluarkan lalu menjadi lebih besar.

Peraturan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan pelat merah juga ikut menjadi kendala proses pembinaan budidaya rumput laut di Nunukan. Pasalnya tidak semua Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di Nunukan menyediakan pertamax. Sementara itu, SPBU di Nunukan tidak sebanyak di kota­kota besar. Hal ini menambah permasalahan mobilitas penyuluh, di samping kondisi jalan yang rusak dan jauhnya jarak antar lokasi pembinaan.

Penganggaran biaya operasional penyuluh juga memberikan ken­dala. Biaya tersebut diplotkan ke SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Hal ini menurut para penyuluh cukup memberatkan. Biaya yang diang­garkan termasuk relatif kecil. Penambahan biaya pun tidak fleksibel

Keunggulan Jemur Gantung adalah mempertahankan tingkat kandungan karagen rumput laut.

83

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

penanggungannya. Ma lah biaya operasional untuk non penyuluh justru dianggarkan lebih besar. Ini bertolak belakang dengan ke­nyataan di lapangan. Penyuluh yang bekerja di lapangan seharus­nya membutuhkan biaya yang le­bih banyak daripada pekerja non penyuluh. Tapi kondisi anggar an saat ini diakui penyuluh sudah makin membaik, meskipun belum signifikan.

Selain masalah dari luar, kendala internal penyuluh juga tidak bisa diabaikan. Penyuluh seharusnya memiliki kapasitas tidak hanya mengenai budidaya rumput laut, tetapi juga sebagai motivator, ini dibutuhkan para pembudidaya agar semakin semangat dalam berusaha, selain hal­hal teknis yang juga harus dikuasai. Percuma jika pembudidaya memiliki informasi teknis budidaya rumput laut, tetapi tidak memiliki motivasi yang cukup.

Karena itu, para penyuluh sebelumnya juga perlu diberikan pelatihan­pelatihan mengenai motivasi. Bekal ini penting dimiliki agar para penyuluh dapat memahami psikologi dan karakter masing­masing pembudidaya. Dengan begitu, penyuluh dapat memberikan perlakukan yang tepat secara individu dan tidak menyamakan perlakuannya kepada semua pembudidaya.

Persepsi masyarakat, terutama pembudidaya, juga perlu diluruskan. Persepsi yang dimaksud ini yaitu terhadap koperasi yang menurut masyarakat Nunukan tidak sebaik yang seharusnya. Koperasi dipandang tidak dapat memberikan manfaat yang jelas bagi peningkatan usaha budidaya. Padahal kesalahan sebenarnya bukan pada lembaganya, melainkan orang­orang yang ada di dalamnya. Jika tidak memberikan manfaat secara optimum, orang­orang di balik koperasi yang perlu

M. Yacub, PPL senior di Badan Ketahanan Pangan Nunukan sekaligus ketua Ikatan Penyuluh Perikanan Indonesia (IPKANI) di Kabupaten Nunukan.

84

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dievaluasi, bukan lembaga. Akibatnya, ketika penyuluh mengajukan usul bantuan kelembagaan melalui koperasi, masyarakat sudah terlanjur antipati.

Koperasi menjadi dilematis. Di satu sisi, fungsi lembaga itu sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi di sisi lain, masyarakat sudah terlanjur antipati kepada koperasi. Oleh karena itu, para penyuluh menggunakan istilah lain. Bukan koperasi, melainkan lembaga keuangan mikro. Penyuluh berharap penggunaan istilah lembaga keuangan mikro tidak membuat masyarakat takut dan antipati dengan manfaat yang diberikan lembaga ini. Penyuluh meyakini, peran kelembagaan diperlukan bagi pembudidaya, terutama dalam hal permodalan dan akses pasar.

Selain terhadap koperasi, persepsi terhadap penyuluh juga perlu diluruskan. Pembinaan kepada penyuluh yang seharusnya penting dilakukan, dipandang kurang bermanfaat. Pembinaan kepada penyuluh memang tidak memberikan dampak langsung sehingga dinilai kurang bermanfaat. Peningkatan kompetensi penyuluh seharusnya penting untuk meningkatkan kompetensi pembudidaya. Jadi dampak yang muncul bersifat jangka panjang. Penyuluh memang tidak terjun langsung dalam meningkatkan produksi. Tapi peningkatan kompetensi pembudidaya karena penyuluhan yang lebih baik pada gilirannya dapat meningkatkan profit pembudidaya. Pembudidaya bisa semakin ahli, ulet, tinggi wawasannya, dan dewasa mentalnya.

Jumlah penyuluh di Nunukan juga tidak banyak. Sementara itu, masyarakat Nunukan cukup dinamis. Para pembudidaya terus berusaha mengejar target maksimal volume produksi budidaya rumput laut. Jika penyuluh yang sedikit ini tidak bisa menganalisis keinginan masyarakat, penyuluh juga yang akan disalahkan. Mereka akan dinilai tidak dapat memberikan pembinaan yang dapat mengimbangi keinginan pembudidaya.

Dinamika tersebut juga muncul karena berbagai permasalahan terus menghadang budidaya ini. Beda halnya dengan guru yang cenderung memiliki target statis, sedangkan penyuluh harus siap dengan

85

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

permasalahan yang beragam. Jika satu masalah sudah diatasi, masalah lain bisa saja muncul. Penyuluh dalam hal ini harus tanggap karena fokus pembinaan adalah pada pemecahan masalah.

Tugas penyuluh terasa semakin berat. Selain harus bisa memotivasi, penyuluh juga harus menghadapi konflik kewenangan dan tanggung jawab. Konflik ini terjadi karena pembagian kewenangan dan tanggung jawab antar instansi dianggap kurang sesuai. Seakan, semua tanggung jawab berada di Dinas Perikanan, padahal kewenangannya tersebar di berbagai instansi. Misalnya, masalah perdagangan dan hukum. Kedua hal ini seharusnya tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Dinas Perikanan. Seluruh lembaga atau instansi harus ikut memberikan kontribusi dan pemahaman kepada masyarakat. Pernah terjadi mercusuar di Nunukan digunakan sebagai lokasi mengikat rumput laut. Kasus itu menunjukkan kurangnya pemahaman masyarakat. Area mercusuar seharusnya tidak digunakan untuk hal­hal seperti itu. Dengan kata lain, kepentingan publik dari fungsi mercusuar diabaikan atas nama kepentingan pribadi pembudidaya.

Jadi masalah pembudidaya rumput laut lebih ke arah mentalitasnya, bukan teknis budidaya. Para pembudidaya dinilai belum bermental pengusaha. Aturan­aturan yang ada belum semuanya dipatuhi.

“Kita ini sebagai pembina-pembina nelayan, kelompok usaha perikanan, inginnya

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi semua. Termasuk di dalamnya adalah

nelayan sebagai pengusaha rumput laut dan pengusaha yang terlibat dalam pemasaran.

Selain itu kita juga ingin meningkatkan pendapatan asli daerah.”

Eddy Afrios, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)

86

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Jangan sampai pembudidaya mudah terbawa pengaruh­pengaruh dari luar yang sebenarnya tidak menguntungkan. Seringkali perjanjian yang dibuat lalu dilanggar sendiri oleh pembudidaya. Mental para pembudidaya dinilai belum cukup dewasa. Pembudidaya belum dapat berpikir jangka panjang. Ketika harga naik, rumput laut buru­buru dijual tanpa memperhatikan kualitasnya. Padahal setelah itu, karena kualitas tidak dijaga, harga kembali turun. Alhasil, profit pun turun.

Persoalan teknis dinilai penyuluh tidak terlalu signifikan. Para pembudidaya telah memahami bagaimana teknis budidaya rumput laut yang baik. Ditambah lagi, informasi antar pembudidaya tidak terputus. Melalui Gapokan, para pembudidaya cenderung kooperatif mengenai pengetahuan teknis budidaya rumput laut.

Tentu tidak ada jalan yang sepenuhnya mulus. Pasti ada sejumlah kendala yang dihadapi oleh para penyuluh di lapangan. Di antaranya adalah soal persepsi. Kadang persepsi dari pemerintah pusat, seolah­olah semua daerah dianggapnya sama. Nunukan dianggap sama seperti Samarinda atau Balikpapan, semua tempat dianggap bisa dijangkau dengan mengendarai sepeda motor.

Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Nunukan ini terdiri dari beberapa pulau. Selain sepeda motor, penyuluh di Nunukan juga sangat memerlukan sarana transportasi laut yang cepat.

Jika ada persoalan yang timbul antar pembudidaya rumput laut, bagaimana penyuluh bisa mencarikan solusi dengan segera jika tidak didukung adanya sarana transportasi laut yang cepat?

Kini penyuluh hanya bergantung kepada petani atau nelayan yang membawa mereka ke sana. Kondisi ini memberikan kesan seolah­olah pemerintah lemah. Jika penyuluh dilengkapi dengan sarana transportasi laut yang seperti itu, akan menimbulkan kewibawaaan juga bagi penyuluh.

Kendala lain yang dihadapi oleh penyuluh adalah soal waktu. Membina petani rumput laut di Nunukan pada siang hari cenderung sulit. Jika ingin mengadakan musyawarah, diskusi, atau rembukan,

87

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

harus dilakukan pada malam hari. Karena di siang hari, mereka sibuk mengurus usaha rumput lautnya. Kondisi di Nunukan, penyuluhnya lebih banyak perempuan.

Jumlah penyuluh sangat terbatas di Nunukan. Penyuluh laki­laki banyak ditugaskan di pulau­pulau besar, seperti Sebatik, Tepian, dan sebagainya. Lokasi para petani rumput laut sangat berjauhan. Tidak semua jalan ke sana kondisi aspalnya mulus. Tidak mengherankan jika akhirnya penyuluh mengalami kesulitan untuk melakukan pembinaan secara intensif.

Selain itu, bahan bakar juga menjadi kendala di Nunukan. Saat ini, motor atau mobil plat merah tidak boleh membeli bensin yang bersubsidi. Pom bensin di Nunukan kadang tidak ada pertamax. Hal ini tentunya berdampak pada operasional penyuluh sehari­hari.

Seharusnya dalam satu bulan, paling tidak penyuluh mampu mengunjungi setidaknya separuh kecamatan. Nunukan saat ini ada 16 kecamatan. Tapi yang bisa didatangi dengan pasti baru dua kecamatan. Untuk bisa mendatangi kecamatan yang lain diperlukan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.

Penyuluh itu harus siaga 24 jam. Banyak waktu untuk keluarga yang sudah dikorbankan oleh mereka. Tidak ada alasan apapun untuk menghindar jika petani rumput laut meminta penyuluh untuk hadir. Untuk bisa mendukung kondisi seperti itu, penyuluh sudah sepantasnya didukung oleh biaya operasional yang memadai.

88

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Belum lagi bicara soal kapasitas penyuluh yang harus bisa lebih tanggap dan profesional dalam bekerja. Mereka masih sangat memerlukan pembekalan berupa pemberian pelatihan­pelatihan. Selain itu, penyuluh sebagai pendidik juga harus bisa memberikan semangat, dorongan, atau motivasi kepada petani rumput laut agar kualitas produksinya semakin meningkat.

“Kita ini sebagai pembina­pembina nelayan, kelompok usaha perikanan, inginnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi semua. Termasuk di dalamnya adalah nelayan sebagai pengusaha rumput laut dan pengusaha yang terlibat dalam pemasaran. Selain itu kita juga ingin meningkatkan pendapatan asli daerah,” ujar Eddy Afrios, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang menjadi pembina nelayan di Kampung Tanjung Harapan, Nunukan.

INDONESIA mempunyai potensi sumber daya alam atau rumput laut yang cukup besar, khususnya di Indonesia bagian tengah dan timur. Namun sayangnya sebagian besar rumput laut masih berorientasi ke pasar ekspor. Penyerapan rumput laut oleh industri pengolahan rumput laut di dalam negeri masih kecil. Pasar utama rumput laut adalah ke luar negeri. Contohnya saja adalah rumput laut jenis euchema cottoni yang 80%­nya ditujukan untuk pasar ekspor sementara untuk pasar domestik hanya 20%.

Indonesia merupakan penguasa 50% pangsa pasar produsen rumput laut jenis eucheuma cottoni yang merupakan rumput laut yang sebagian besar hasilnya digunakan untuk bahan baku industri. Rumput laut eucheuma cottoni dibudidayakan untuk memenuhi permintaan pasar ekspor dari industri kosmetik atau farmasi.

Sebenarnya Indonesia mempunyai beberapa industri pengolahan rumput laut dalam negeri. Namun permasalahan dan tantangan dalam mengembangkan industri laut di dalam negeri saat ini terjadi, di

89

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

90

antaranya kualitas rumput laut yang memenuhi standar industri. Kondisi ini erat kaitannya dengan ketersediaan bibit unggul, pengembangan kebun bibit, cara budidaya rumput yang baik dan terbatasnya sarana budidaya dan akses permodalan. Sektor rumput laut menjadi salah satu primadona yang diperhitungkan dalam penciptaan lapangan kerja, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.

Selain itu, penguasaan teknologi yang masih rendah menjadi kendala Indonesia untuk mengembangkan rumput laut. Perbandingan antara rumput laut yang diserap lokal lebih kecil dibanding yang diekspor. Alhasil

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Wakil Gubernur Kaltim H. Farid Wadjdy sedang meng-amati dan mencoba produk olahan rumah tangga berbahan rumput laut di Stan Bank Indonesia pada Kaltim Expo

91

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

harga jual rumput laut Indonesia ditentukan oleh Cina yang merupakan negara tujuan ekspor utama. Tidak mengherankan jika akhirnya Cina yang menentukan nasib rumput laut Indonesia. Sangat ironis.

Selain Cina, kini Indonesia juga sudah mulai membidik Jepang yang menjadi pasar penting bagi komoditas rumput laut Indonesia. Kebutuhan rumput laut, terutama untuk makanan dan kosmetik, sangat tinggi. Selain untuk bahan baku kosmetik, permintaan rumput laut untuk industri makanan di Jepang juga tergolong tinggi. Rumput laut jadi bagian tidak terpisahkan dalam sajian masakan Jepang. Karena

Sektor rumput laut menjadi salah satu primadona yang diperhitungkan dalam penciptaan lapangan kerja, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.

92

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

itu, Indonesia selalu berupaya meningkatkan kualitas olahan hasil rumput laut dengan berupaya untuk memenuhi Standar SPS (Sanitary and Phytosanitary Measures).

Pemerintah diharapkan dapat mendorong menciptakan pasar produk olahan rumput laut di dalam negeri, sehingga produksi rumput laut dapat diserap oleh industri pengolahan. Di mana persoalan utamanya ada pada pasar produk rumput laut olahan di dalam negeri relatif jenuh, sehingga kurang menarik bagi investor untuk membuat pabrik pengolahan rumput laut. Padahal investasi pabrik­pabrik pengolahan harus tetap terus didorong untuk merespon pembatasan ekspor rumput laut mentah.

Pemerintah sebaiknya membuat blueprint industri rumput laut. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menerapkan model klaster bisnis untuk mendukung rumput laut, komoditas yang dapat berperan dalam pergerakan kemajuan ekonomi nasional. Saat ini baru untuk rumput laut jenis euchema cottoni saja yang telah membuat Indonesia menjadi produsen utama dengan menguasai 50% produksi rumput laut di dunia.

Persiapan stan untuk pameran produk olahan rumahan berbahan rumput laut Nunukan di Kaltim Expo.

Dalam hal sertifikasi, penanganan rumput laut dijadikan satu dengan pengolahan ikan. Namun kini sudah tidak lagi. Penanganan sertifikasi di Kementerian Kelautan dan Perikanan ada pembedaan perlakuan antara ikan dan rumput laut, yakni ada Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan ada Unit Pengolahan Rumput Laut (UPRL). Sebelumnya, bagi pelaku usaha rumput laut nasional jika melakukan ekspor rumput laut ke Cina harus memenuhi kewajiban Health Certificate (HC). Atas dasar itu, Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mewajibkan seluruh anggotanya untuk memiliki Surat Kelayakan Pengolahan (SKP) dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).

SKP dan HACCP sebagai kesiapan dalam menghadapi persaingan global, meningkatkan daya saing dan mendorong industri perikanan. Adapun SKP rumput laut diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pengolahan

Dodol rumput laut dengan aneka rasa pilihan.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

93

94

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Ke­menterian Kelautan dan Perikanan, se dangkan HACCP di terbitkan oleh Badan Karantina Ikan dan Pengolahan Ma kan­an (BKIPM) KKP.

Pengembangan bu­didaya rumput laut akan menjadi lokomotif indus­trialisasi sektor perikanan dan kelaut an di Indonesia. Pen capaian target pro duksi rumput laut akan menempatkan Indonesia sebagai produsen terbesar rumput laut di dunia. Budidaya rumput laut, juga akan memberikan nilai tambah bagi industri perikanan serta mening katkan pendapatan masyarakat pesisir. Revitalisasi budidaya rumput laut akan mendorong pengusaha mengembangkan sejum­lah bisnis baik melalui pengolahan sederhana sebagai bahan kon­sumsi maupun sebagai komoditas bagi industri hilir.

Pencapaian target peningkatan produksi rumput laut selama ini bukan berarti tidak mengalami kendala, pada kenyataanya, hal tersebut seringkali muncul dan berpotensi menghambat proses pengembangan rumput laut Indonesia. Permasalahan utama yang saat ini dihadapi terkait: 1) ketersediaan bibit bermutu di mana saat ini mulai terjadi degradasi kualitas bibit pada beberapa kawasan budidaya; 2) jaminan mutu hasil produksi budidaya yang berpotensi mengganggu rantai pasok (supply chain) rumput laut; 3) penerapan teknologi belum sepenuhnya menerapkan terwujudnya quality assurance, apalagi food safety, dan traceability; 4) permasalahan terhadap pengendalian hama penyakit maupun dampak lingkungan perairan yang fluktuatif.

Dalam upaya menjawab permasalahan teknologi budidaya di atas, Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan langkah kebijakan konkrit

Stik balado terbuat dari rumput laut Nunukan.

95

yang secara langsung menopang terhadap peningkatan produksi rumput laut, antara lain:

Pertama, penerapan teknologi budidaya berkelanjutan melalui penerapan prinsip­prinsip Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) pada setiap proses produksi. Direktorat Produksi Tahun 2010 telah membuat acuan penerapan pelaksanaan CBIB serta petunjuk teknis penilaian sertifikasi CBIB budidaya rumput laut, sehingga diharapkan ke depan telah mulai berkembang unit usaha budidaya rumput laut yang tersertifikasi.

Kedua, Penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas, melalui pengembangan kebun bibit rumput laut di kawasan sentral budidaya rumput laut serta kebijakan alokasi subsidi bibit rumput laut.

Ketiga, Pembinaan intensif secara berkelanjutan baik teknis maupun non teknis. Upaya tersebut dalam bentuk monitoring, evaluasi, kegiatan temu lapang, serta kegiatan lain yang secara langsung mendukung aktivitas usaha budidaya.

Keempat, dukungan dana penguatan modal, upaya tersebut melalui alokasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat (DPM), Paket Wirausaha, subsidi benih, Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP), peluncuran skema kredit semisal Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Di mana upaya

DKP Nunukan sudah banyak merintis program-program untuk mengangkat kesejahteraan petani rumput laut di Nunukan. Dengan menggandeng Bank Indonesia (BI), kini kualitas rumput laut dan harganya di Nunukan juga meningkat. Para petani yang tergabung pada Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokan) Rumput Laut Nunukan sudah tidak kesulitan lagi mencari pasaran. “Kerjasama seperti ini, di kementerian dijadikan model. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas rumput laut,” ujar Suedi, Kepala Bidang Perikanan dan Budidaya pada DKP Nunukan.

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

96

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

tersebut dalam rangka memberikan stimulan yang secara langsung mendukung peningkatan kapasitas usaha Kelompok budidaya ikan (Pokdakan) rumput laut.

Kelima, pengembangan kawasan pembudidayaan secara bertahap melalui pengembangan kawasan minapolitan budidaya, membangun pendekatan akuabisnis serta mendorong terbangunnya pola kemitraan usaha yang berkelanjutan.

Keenam, membangun kerjasama, sinergisitas, persamaan persepsi dan tanggung jawab bersama antara seluruh stakeholders dalam upaya pengembangan rumput laut nasional melalui kegiatan Forum Budidaya Rumput Laut. Direktorat Produksi telah menetapkan kegiatan “Forum Rumput Laut Nasional” sebagai agenda tahunan. Di mana hasil rumusan kegiatan tersebut diharapkan akan menjadi bahan acuan dan rekomendasi dalam menentukan langkah kebijakan strategis bagi pengembangan rumput laut nasional.

97

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

MEMANG rumput laut saat ini telah menjadi berkah di Nunukan. Tapi ini bisa menjadi sia­sia jika aspek jangka panjang tidak dipikirkan. Masing­masing pihak yang terkait harus mengoptimalkan perannya dalam membangun budidaya rumput laut ini. Pembudidaya, penyuluh, pemerintah daerah, Bank Indonesia, hingga pihak­pihak swasta dapat memberikan kontribusinya.

Membangun sebuah masa depan memang harus bermula dari mimpi besar. Sejatinya, itulah yang saat ini sudah mulai dibangun pemerintah Indonesia untuk pembangunan sumberdaya lokal di wilayah pesisir.

Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki visi menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar dunia tahun 2015. Visi ini oleh beberapa kalangan dianggap terlalu ambisius. Mungkin itu hanya persepsi dari sebagian masyarakat awam yang memandang hal itu mustahil mampu dicapai. Tapi bagi kalangan yang optimis, tidak ada kata mustahil.

98

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Jika mengacu pada visi dan misi Kementerian Kelautan dan Per­ikanan, hal yang paling mungkin untuk didorong peningkatannya dalam upaya pencapaian target tersebut adalah sub sektor perikanan budidaya. Inilah yang saat ini menjadi “pekerjaan rumah” bagi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam upaya menopang terwujudnya mimpi besar Indonesia sebagai penghasil produk budidaya perikanan terbesar dunia.

Ditjen Perikanan Budidaya telah menetapkan adanya target pencapaian produksi sebesar 353% sampai dengan tahun 2014 khususnya bagi komoditas yang menjadi unggulan saat ini, di mana rumput laut menjadi penyumbang terbesar target pencapaian produksi tersebut, yaitu sebesar 10 juta ton pada 2014.

Dalam upaya pencapaian visi dan misi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan komoditas unggulan yang menjadi

sasaran utama. Komoditas rumput laut menjadi salah satunya. Rumput laut diharapkan mampu mewujudkan mimpi besar Indonesia.

Indonesia diyakini akan mampu meng­geser pesaing utamanya, Filipina, sebagai produsen rumput laut terbesar dunia. Pada 2010, total produksi rumput laut Filipina mencapai 3.082.113 ton atau menguasai sekitar 50% produk rumput laut hasil budidaya di dunia. Angka ini yaitu untuk jenis eucheuma, gracilaria, dan kappaphycus. Harapan masa depan rumput laut Indonesia sedikit banyak diletakkan di pundak Kementerian Ke­lautan dan Perikanan.

“Harapan saya ke depan, Nunukan

bukan hanya menghasilkan

bahan baku saja, tetapi nanti juga bisa olahannya,”

tutur Basri, Bupati Nunukan

99

100

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Bupati Nunukan Basri juga menyam paikan harapannya terhadap perkem bangan rumput laut Nunukan. “Harapan saya ke depan, Nunukan bukan hanya menghasilkan bahan baku saja, tetapi nanti juga bisa olahannya,” tutur Basri. Dia juga mengharapkan semua pihak bisa bahu­membahu membina kelembagaan, keterampilannya, serta meningkatkan mutunya.

Bicara peluang terhadap pasar perdagangan rumput laut dunia, Indonesia mempunyai peluang besar dalam memasok kebutuhan bahan baku rumput laut. Sebagai gambaran, tahun 2010 peluang kebutuhan rumput laut eucheuma cottonii dunia mencapai 274.100 ton, di mana Indonesia mempunyai peluang memberikan kontribusi ekspor sebesar 80.000 ton atau sekitar 29,19%. Sementara peluang kebutuhan dunia akan rumput laut jenis gracilaria sp mencapai 116.000 ton,

101

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

di mana Indonesia mempunyai peluang kontribusi sebesar 57.500 atau sekitar 49,57%.

Rumput laut sebagai subsektor perikanan budidaya bisa menjadi barometer pergerakan ekonomi nasional jika dikelola secara optimal. Seiring dengan target pencapaian peningkatan produksi perikanan budidaya yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar 353%, banyak kalangan kurang yakin dengan angka itu.

Tapi melihat potensi yang ada di Indonesia, bukan tidak mungkin Indonesia akan mampu mencapai target tersebut. Bahkan Indonesia bisa menjadi produsen perikanan terbesar di dunia.

Potensi rumput laut Indonesia ini sebenarnya sangat melimpah. Bisnis rumput laut membawa secercah harapan baru. Potensi rumput laut seluruh dunia sangat menjanjikan. Ada sekitar 550­an jenis rumput laut, tetapi sayangnya baru tiga yang dibudidayakan. Turunan produk yang dihasilkan juga banyak.

Ada sekitar 550-an jenis rumput laut, tetapi sayangnya

baru tiga yang dibudidayakan.

102

Bisnis ini diharapkan menjadi bisnis yang prospektif dan sehat. Indonesia perlu melakukan penataan pola dan strategi pengembangan rumput laut nasional mulai dari penyegaran pengetahuan jenis dan penanganan bibit rumput laut sampai pada pemilihan dan pengaturan lokasi budidaya.

Selain itu, aspek pascapanen juga perlu diperhatikan. Baik teknik bu­didaya maupun pengolahan pas­ca panennya ikut mempengaruhi hasil yang optimal. Kualitas rumput laut bisa dinikmati jika pengolahan pascapanen baik. Hal lain yang juga penting yaitu diversifikasi produk, yaitu untuk memperluas jangkauan pasar dan selera konsumen.

Pengetahuan tentang fungsi dan manfaat hasil ekstraksi rumput laut kepada masyarakat, petugas penyuluh, dan aparat pemerintah daerah yang sering berganti­ganti pada era otonomi daerah, juga perlu ditingkatkan dengan pembinaan secara periodik.

Apabila semua hal tersebut di­lakukan dengan baik, Indonesia di­harapkan akan menjadi negara terkemuka di bidang rumput laut. Selain memerlukan Peta Jalan Rumput

Peran Asosiasi Rumput Laut

Indonesia (ARLI) juga tidak bisa

dianggap remeh, kerja sama antar

pengusaha rumput laut akan menambah

peningkatan produktivitas dan

penetrasi terhadap pasar dalam hal

kemitraan usaha.

103

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Laut Nasional, sinergi antara pembudidaya, pengolah, eksportir, peneliti, dan pemerintah juga sangat dibutuhkan guna menentukan strategi pengembangan rumput laut nasional. Selain itu perlu ada campur tangan pemerintah dengan pihak swasta dalam hal pengembangannya. Pemerintah dan pelaku usaha di harapkan memiliki arah yang tepat demi perkembangan rumput laut nasional.

Peran Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) juga tidak bisa dianggap remeh, kerja sama antar pengusaha rumput laut akan menambah peningkatan produktivitas dan penetrasi terhadap pasar dalam hal kemitraan usaha.

Dengan potensi yang sangat besar, pasar rumput laut harusnya bisa semakin luas. Dengan target produksi tahun 2013 sebesar 200 ribu ton, angka ini diproyeksikan naik dibanding pencapaian tahun lalu sekitar 160 ribu ton rumput laut kering.

Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia Safari Azis mengatakan dari produksi tersebut, sebanyak 75­80% untuk diekspor dan sisanya diolah di dalam negeri. Menurutnya, Indonesia bukan pengkonsumsi rumput laut. Pabrik industri dalam negeri disebut baru menyerap 20% produksi rumput laut, dan pasar konsumsi hanya 5%. Hal ini membuktikan bahwa potensi rumput laut dari aspek sumber daya dan pasar masih perlu penetrasi.

Untuk memperluas dan menunjang pemasaran, perlu dibangun jaringan pemasaran, informasi pasar tentang harga, pemesanan dan standar. Hal itu harus dimulai dari sisi supply pelaku usaha dan pemerintah. Keduanya merupakan faktor dominan bagi majunya pemasaran rumput laut. Jaringan rumput laut bisa difasilitasi dengan teknologi informasi ataupun media sosial. Di samping itu dapat juga dilakukan sosialisasi lewat biro informasi khusus.

Tak lupa, perlu juga dibangun lembaga atau badan untuk mengukur kualitas rumput laut yang diperdagangkan. Hal ini juga termasuk masalah sertifikasi. Agar memaksimalkan kewenangan itu, seharusnya lembaga berada di bawah pemerintah daerah.

104

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Dengan wewenang yang lebih otonom dan melekat, lembaga ini memiliki tugas pemberdayaan pengusaha rumput laut dengan pendekat an yang langsung pada kebutuhan pengusaha demi pe­ningkatan kualitas.

Untuk memaksimalkan kualitas produksi, operasionalisasi pelatihan, demplot (demonstration plot), dan fasilitasi kerja sama antara pembu­didaya, perbankan, dan pembeli perlu diperluas dan ditingkatkan. Jika pembudidaya tidak dapat mengakses modal usaha, maka mereka ke­tinggalan kesempatan untuk memaksimalkan potensi kuantitas dan kualitas produksinya. Pihak perbankan harus dapat menyesuaikan de­ngan aksesibilitas petani untuk mendapatkan modal.

Perbankan perlu memanfaatkan tokoh lokal untuk menjadi fasilitator dan pembina kegiatan pendanaan. Aspek sosial dan budaya perlu untuk dipertimbangkan dalam realisasi pendanaan/pengucuran kredit.

Perlu pembinaan budidaya, dan penanganan pascapanen yang higienis dan memenuhi standar atau ketentuan standar perdagangan. Di sinilah fungsi dari dinas perikanan dan kelautan daerah dalam menjalankan tugas peningkatan kualitas hasil panen rumput laut masyarakat. Menjaga kualitas berarti menjaga permintaan pasar untuk kesinambungan usaha. Hal itu tidak terlepas dari pembenihan dan proses lainnya yang terus­menerus diperbaiki.

105

Daftar Istilah

Local Champion: Pionir atau Pengusaha yang berhasil di suatu daerah tertentu.

Stakeholders: Pemangku kepentingan, atau segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat atau terkait.

Sinergi: Kegiatan atau program yang dilakukan secara gabungan/kerjasama.

Euchema Cottoni: Salah satu spesies rumput laut yang mempunyai ciri­ciri yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan­tonjolan), berwarna cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan atau muda), percabangan bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua­dua) atau trichotomus (sistem percabangan tiga­tiga). Jenis ini telah dibudidayakan dengan cara diikat pada tali sehingga tidak perlu melekat pada substrat karang atau benda lainnya.

Soft skill: Keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam pekerjaan. Dalam hal ini soft skill yang dimaksud adalah kepemimpinan dan kedisiplinan.

Pre-eliminary study: Studi awal untuk mengenali permasalahan.

Know how: Suatu kondisi tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap satu pengetahuan yang kita miliki setelah melalui proses penerapan atau implementasi.

Bargaining position: Suatu posisi dimana kita telah memiliki sesuatu yang membuat kita memiliki pengaruh di masyarakat.

Outbond: Bentuk pembelajaran perilaku kepemimpinan dan manajemen di alam terbuka dengan pendekatan yang unik dan sederhana tetapi efektif karena pelatihan ini tidak sarat dengan teori­teori melainkan langsung diterapkan pada elemen­elemen yang mendasar yang bersifat sehari­hari, seperti saling percaya, saling memperhatikan serta sikap proaktif dan komunikatif.

Pilot project: Pelaksanaan kegiatan proyek percontohan yang dirancang sebagai pengujian atau trial dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekomisannya.

Focus Group Discussion (FGD): Diskusi kelompok terarah dan melalui wawancara yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator untuk mendorong peserta berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting yang berhungan dengan topik diskusi saat itu.

Karagenan: Senyawa yang diekstraksi dari rumput laut yang biasa untuk bahan pengental atau pembuatan gel.

Rendemen: Nilai bersih atau kadar yang didapat dari proses pengeringan rumput laut yang dinyatakan dalam persentase.

106

Membangun Daerah Perbatasan dengan Rumput Laut

Lensa Foto