BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat IPA IPA ...
meningkatkan hasil belajar ipa materi daur hidup hewan
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of meningkatkan hasil belajar ipa materi daur hidup hewan
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR HIDUP HEWAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IV SD INPRES
KUPRIK TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
IRAWATI
NPM : 2014 86 206 061
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2019
ii
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR HIDUP HEWAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IV SD INPRES
KUPRIK TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
IRAWATI
NPM : 2014 86 206 061
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2019
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis memulai pendidikan formal di SD Inpres Sermayam II pada Tahun
2001 dan lulus pada Tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 12 Merauke dan lulus pada Tahun 2010. Kemudian pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMK N 1 Merauke, Penulis mengambil
jurusan Pemasaran dan lulus pada Tahun 2013. Pada tahun 2014 penulis
melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi dan tercatat sebagai mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Musamus Merauke.
Irawati, lahir pada Tanggal 17 Februari 1996 di Kampung
Ngguti Bob, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke. Penulis
adalah anak ke empat dari 5 bersaudara yang lahir dari pasangan
Bapak Paten dan Ibu Ngatini.
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar, karena
ilmu akan bermanfaat pada waktunya”
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Alhamdulillah atas rahmat yang Allah SWT berikan,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Adapun dengan segala
kebanggaan dan kerendahan hati, kupersembahkan skripsi ini kepada
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Paten dan Ibu Ngatini yang telah
menyemangatiku serta mendoakanku di setiap saat agar tercapainya cita-citaku.
2. Kakak-kakakku dan adikku Fatini yang telah memberikan semangat, dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
3. Ibu Farida yang telah memberikan masukan dan semangat dalam penyusunan
skripsi ini
4. Almamater tercinta Universitas Musamus Merauke
5. Teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan
2014 yang telah memberikan semangat.
viii
ABSTRAK
Irawati (2014 86 206 061). Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Daur Hidup
Hewan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Inpres Kuprik tahun ajaran 2018/2019
dan dibimbing oleh Pembimbing I Andreas Au Hurit S.S., M. Pd., dan Pembimbing
II Yonarlianto Tembang S.Pd.,M.Pd.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA Materi
daur hidup hewan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Inpres Kuprik.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan
dalam 2 Siklus. Setiap siklus terbagi menjadi 4 tahapan yaitu perencanaan
(planing), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi
(refleksion). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Inpres Kuprik yang
berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes hasil
belajar siswa yang dilaksanakan di setiap akhir siklus, serta observasi dan
dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan yaitu tes hasil belajar dan
lembar aktivitas siswa dan guru.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa meningkat disetiap
siklus serta ketuntasan klasikal dari siklus I yaitu 54,29% dan siklus II 85,71% dari
hasil tersebut menujukan bahwa adanya peningkatan klasikal dari siklus I ke siklus
II. Aktivitas siswa meningkat pada siklus I diperoleh nilai rata-rata yaitu 68,5%
dengan kategori cukup. Dan siklus II diperoleh 80,5% dengan kategori sangat baik
sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
IV SD Inpres Kuprik. Penelitian ini disarankan bagi guru untuk dapat menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) guna untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament
ix
ABSTRAK
Irawati (2014 86 206 061). Improving Science Learning Outcomes on Animal Life Cycle
Material Using Cooperative Learning Model of Team Games Tournament (TGT) Type in
Grade IV Students of SD Inpres Kuprik 2018/2019 Academic Year and guided by Advisor
I Andreas Au Hurit SS, M. Pd., And Advisor II Yonarlianto Tembang S.Pd., M.Pd.
The purpose of this study is to improve science learning outcomes on Animal life
cycle material using a cooperative learning model of Team Games Tournament (TGT) type
in grade IV students of SD Inpres Kuprik.
This research is a Classroom Action Research (CAR) conducted in 2 cycles. Each
cycle was divided into 4 stages, namely planning, action, observation, and reflection. The
subjects of this study were the grade IV students of SD Inpres Kuprik, which numbered 35
students. Data collection techniques used are tests of student learning outcomes carried out
at the end of each cycle, observation and documentation. While the data analysis used are
the learning outcomes test and student and teacher activity sheets.
The results showed that the average value of students increased in each cycle and
classical completeness of the first cycle, namely 54.29% and the second cycle 85.71% of
the results showed that there was an increase in classics from cycle I to cycle II. Student
activities increased in the first cycle obtained an average value of 68.5% with sufficient
categories. And the second cycle was obtained 80.5% with a very good category so it can
be concluded that the application of the cooperative learning model of the Team Games
Tournament (TGT) type can improve the science learning outcomes of grade IV of SD
Inpres Kuprik. This study is recommended for teachers to be able to apply the cooperative
learning model of Team Games Tournament (TGT) type in order to improve student
learning outcomes.
Keywords: learning outcomes, cooperative learning model of Team Games Tournament
type
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa atas lindungan, rahmat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Daur Hidup Hewan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas
IV SD Inpres Kuprik” dengan baik.
Proposal ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Philipus Betaubun, S.T., M.T., Rektor Universitas Musamus Merauke yang
telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk kuliah
dalam menempuh pendidikan di Universitas Musamus Merauke.
2. Yenni P. Pasaribu, S.T., M.Si., Dekan Fakultas dan Ilmu Pendidikan ( FKIP)
yang telah banyak membantu penulis memfasilitasi dan memberi kemudahan
dalam penyusun skripsi ini.
3. Ratna Purwanty, S.Pd., M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menjalani pendidikan di
jurusan pendidikan guru sekolah dasar.
4. Andreas Au Hurit, S.S., M. Pd, dosen pembimbing I yang banyak memberikan
masukan, kritik, bimbingan dan saran dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Yonarlianto Tembang, S.Pd.,M.Pd, dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu, kesempatan, tenaga, pikiran, bimbingan, dan petunjuk
sehingga penulisan skripsi ini selesai.
xi
6. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas
Musamus.
7. Muhamad Zain Difinubun, S.Sos., Kepala SD Inpres Kuprik, yang telah
memberikan izin, kesempatan, bantuan dalam penyusunan skripsi ini
8. Heny Lestari S.Pd., Guru Kelas IV SD Inpres Kuprik, yang telah bekerja sama
dengan penulis dalam penyusun skripsi ini.
9. Orang Tua tercinta atas segala cinta, ketulusan, kasih sayang, dan doa yang telah
diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan studi.
10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan
2014 atas motivasi, kebersamaan, kekompakan, selama masa kuliah semoga
persaudaraan kita tetap terjaga.
11. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan pelaksanaan penelitian dan menyusun dalam proposal ini.
Penulis mengucapkan banyak terimkasih, semoga Tuhan yang Maha Kuasa
membalas amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut. Tentunya masih banyak
kekurangan yang ada dalam penulisan skipsi ini, untuk itu penulis sangat
berharap masukan dari pembaca dan semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat
bagi siapa saja yang membacannya. Amin.
Merauke,
Irawati
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAHR PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI ............................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi
PERSEMBAHAN DAN MOTTO ..................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar belakang masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 4
D. Manfaat penelitian ........................................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 6
A. Kajian teori ................................................................................................... 6
1. Hasil Belajar ................................................................................................. 6
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ..................................................................... 9
3. Daur Hidup Hewan ...................................................................................... 11
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) .... 14
B. Penelitian relevan .......................................................................................... 20
C. Karangka pikir .............................................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 24
A. Desain Penelitian .......................................................................................... 25
B. Tempat dan waktu penelitian ....................................................................... 25
C. Subjek penelitian .......................................................................................... 25
D. Prosedur penelitian ....................................................................................... 25
E. Teknik dan instrument .................................................................................. 27
F. Teknik analisis data ...................................................................................... 29
G. Indikator keberhasialan ................................................................................ 30
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 31
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 31
1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I .............................................................. 32
2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ............................................................. 43
B. Pembahasan .................................................................................................. 51
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 54
A. Simpulan ...................................................................................................... 54
B. Saran ............................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 57
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran TGT Pada pembelajaran IPA ......................... 20
Tabel 3.1. Ketuntasan Klasikal .......................................................................... 29
Tabel 3.2. Presentase Ketuntasan Klasikal ........................................................ 29
Tabel 3.3. Presentase Lembar Observasi ........................................................... 30
Tabel 4.1. Waktu Penelitian ............................................................................... 31
Tabel 4.2. Hasil Presentase Aktivitas Siswa Siklus I ......................................... 39
Tabel 4.3. Hasil Presentase Aktivitas Guru Siklus I .......................................... 40
Tabel 4.4. Hasil Belajar IPA Siklus I ................................................................. 40
Tabel 4.5. Klasikal Hasil Belajar IPA Siklus I ................................................... 40
Tabel 4.6. Permasalahan, Rencana Dan Perbaikan Siklus I .............................. 42
Tabel 4.7. Hasil Presentase Aktivitas Siswa Siklus II ....................................... 48
Tabel 4.8. Hasil Presentase Aktivitas Guru Siklus II ......................................... 48
Tabel 4.9. Hasil Belajar Siklus II ....................................................................... 48
Tabel 4.10. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar IPA Siklus II ............................ 49
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Karangka Pikir ................................................................... 23
Gambar 3.1. Siklus PTK model Kurt Lewin ...................................................... 24
Gambar 3.2. Skema pelaksanaan turnaman pada TGT ....................................... 26
Gambar 4.1. Diagram Peningkatan Hasil Belajar .............................................. 49
Gambar 4.2. Diagram Peningkatan Ketuntasan Klasikal Siswa ........................ 50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampira 1. Silabus ............................................................................................. 57
Lampiran 2. RPP Siklus I Pertemuan 1 ............................................................... 59
Lampiran 3. LKS ................................................................................................ 62
Lampiran 4. Kartu soal dan kartu jawaban ......................................................... 64
Lampiran 5. Lembar Observasi Guru dan Siswa ............................................... 66
Lampian 6. RPP Pertemuan 2 Siklus I ............................................................... 70
Lampiran 7. LKS ................................................................................................ 73
Lampiran 8. Kartu soal dan kartu jawaban ........................................................ 75
Lampiran 9. Lembar Observasi Guru dan Siswa ............................................... 77
Lampiran 10. Materi Ajar Siklus I ..................................................................... 81
Lampiran 11. Hasil Tes, Kunci Jawaban dan Rubik Penilaian siklus I ............. 83
Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I ......................................... 97
Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I .................................................... 100
Lampiran 14. RPP Pertemuan 1 siklus II ............................................................ 102
Lampiran 15. LKS .............................................................................................. 105
Lampiran 16. Kartu soal dan kartu jawaban ...................................................... 107
Lampiran 17. Lembar Observasi Guru dan Siswa ............................................. 109
Lampian 18. RPP Pertemuan 2 Siklus II ............................................................ 113
Lampiran 19. LKS .............................................................................................. 116
Lampiran 20. Kartu soal dan kartu jawaban ...................................................... 118
Lampiran 21. Lembar Observasi Guru dan Siswa ............................................. 120
Lampiran 22. Materi Ajar Siklus II .................................................................... 124
Lampiran 23. Hasil Tes, Kunci jawaban, dan Rubik Penilaian Siklus II ........... 129
xvii
Lampiran 24. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus II ........................................ 145
Lampiran 25. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ................................................. 147
Lampiran 26. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 150
Lampiran 27. Surat Keterangan dari Sekolah .................................................... 151
Lampiran 28. Dokumentasi ................................................................................ 152
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu mengenai alam. IPA adalah Ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2010: 3). Pendidikan IPA di SD bertujuan agar siswa mampu menguasai
konsep IPA dan keterkaitannya serta mampu mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencipta-Nya. Salah satu materi ajar IPA adalah daur hidup
hewan.
Daur hidup adalah seluruh tahap perubahan yang dialami makluk hidup selama hidupnya. Tahap perubahan bentuk yang
dialami hewan kecil hingga hewan dewasa disebut metamorfosis. Sebagian besar hewan mengalami daur hidup tanpa
metamorfosis seperti ayam, kucing, kambing, ikan dan hewan lainnya. Sedangkan hewan yang daur hidupnya dengan
metamorfosis seperti kupu-kupu, kecoak, lalat, nyamuk dan hewan lainnya.
Guru selalu dihadapkan dengan siswa yang beranekaragam baik dari tingkat kecerdasanya, kecepatan belajar, bakatnya,
kepribadianya, perhatianya, dan lain-lain. Ada sebagian siswa yang cepat menguasai bahan pelajaran, ada yang mempunyai
19
kemampuan sedang dan ada juga yang mempunyai kemampuan rendah. Tingkat kemampuan yang bervariasi pada siswa dan
menyebabkan perbedaan terhadap hasil belajar siswa.
Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar yang didapat. Rendahnya hasil belajar
mata pelajaran IPA, dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang menunjukan bahwa siswa yang tuntas yaitu 27,7% atau 10 siswa
yang belum tuntas dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan wawancara dengan wali kelas IV SD Inpres Kuprik yang
menyatakan bahwa mata pelajaran IPA masih dirasakan sulit bagi siswa. Hal ini di perkuat dengan hasil ulangan harian siswa.
SD Inpres Kuprik merupakan SD yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan K-13 dalam proses
belajar mengajar. Berdasarkan wawancara dengan wali kelas IV SD Inpres Kuprik bahwa kelas IV masih menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kelas IV SD Inpres Kuprik, masih terdapat siswa yang kurang berpartisipasi aktif dalam menyampaikan pendapat atau
bertanya serta cenderung menerima begitu saja apa yang diberikan guru. Siswa juga terlihat kurang semangat dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi, misalnya faktor yang berasal
dari siswa seperti kurang motivasi dalam belajar. Contoh untuk siswa sering melamun di dalam kelas sehingga kosentrasi pada
mata pelajaran menurun. Hal itu menyebabkan pemahaman siswa terhadap mata pelajar IPA menjadi kurang.
20
Permasalahan tersebut menunjukan bahwa guru sebaiknya menanamkan konsep IPA pada siswa dan membuat proses
pembelajaran berjalan semenarik mungkin sehingga siswa terlibat aktif didalamnya. Dalam hal ini, guru dapat mengunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan materinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat di gunakan yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David Devries
dan Keith Edwards. Team games Tournament (TGT) merupakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system
skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2015: 163). Pendapat ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Anis
Widiastuti dalam penelitiannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), yaitu dapat
meningkatkan hasil belajar IPA, pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih bermakna. Siswa terlihat aktif dan bebas
mengembangkan diri serta bersemangat dalam mengikuti pertandingan.
Sesuai dengan latar belakang diatas maka peneliti telah mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Daur Hidup Hewan Menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV SD Inpres Kuprik”.
22
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Daur Hidup Hewan pada siswa kelas IV SD Inpres Kuprik?”
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA Materi daur hidup hewan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Inpres Kuprik.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan atau referensi dalam pengembangan model secara lebih lanjut. Selain itu juga
menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaan bagi berbegai pihak yaitu:
a. Siswa
23
Proses pembelajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep IPA, meningkatkan keaktifan dan rasa ingin tau siswa dalam pembelajaran IPA
serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Guru
Meningkatkan keterampilan guru kelas IV SD Inpres Kuprik dalam penggunaan model pembelajaran, serta menambah wawasan
guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran IPA maupun
pada mata pelajaran lainnya yang dianggap sesuai dengan model pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Sekolah
Penelitian ini dapat memberi sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memberikan sebuah inovasi dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga tampak perubahan
tingkah laku pada diri individu (Priansa, 2017: 82). Pengertian serupa yang dipaparkan oleh Suprijono (Suriani, 2017: 24) hasil belajar
berupa: informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sujana, 2009: 3). Slameto (2008: 7) “hasil belajar adalah suatu yang di peroleh dari suatu
peoses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siawa”.
Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa hasil belajar berpengeruh kepada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
serta kecakapan dasar baik secara lisan maupun tulisan. Hasil belajar juga dapat dijadikan patokan guru untuk mengetahui tingkat
25
penguasaan siswa terhadap bahan ajar atau materi dengan melakukan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran dan untuk mengukur
hasil belajar tersebut di perlukan tes.
b. Macam-macam hasil belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat belum belajar. Benjamin S. Bloom (Sujana,
2009: 22) mengidentifikasi tiga jenis hasil belajar yakni:
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektul yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Pemahaman
dapat dibedakan dalam tiga kategori, yakni: pemahaman terjemahan, pemahaman pernafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi.
2) Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Nilai hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih
banyak menilai ranah kognitif semata. Tipe hasil belajar afektif tanpak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya
terhadap pelajaran, disiplin motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan social.
26
3) Ranah psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tanpak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkat
keterampilan, yaitu: gerakan refleks, keterampilan dalam gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik,
gerakan-gerakan skill, kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif seperti gerakan
ekspresif dan interpretatif.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Suryabrata (Aritonang, 2008: 14), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor
dari dalam, faktor dari luar, dan faktor instrumen.
1) Faktor dari dalam (internal)
Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor -faktor
ini diantaranya adalah: (a) minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi
menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat (b) motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi
lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa.
27
2) Faktor dari luar (eksternal)
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini di
antaranya adalah lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan lingkungan sosial di sini yaitu manusia atau sesama manusia, baik manusia
itu hadir ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering mengganggu aktivitas belajar. Salah
satu dari lingkungan sosial tersebut yaitu lingkungan siswa di sekolah yang terdiri dari teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala
sekolah serta karyawan lainnya yang dapat juga mempengaruhi proses dan hasil belajar individu.
3) Faktor instrumen
Faktor instrument yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran seperti kurikulum, struktur program, sarana dan
prasarana pembelajaran (media pembelajaran), serta guru sebagai perancang pembelajaran. Dalam penggunaan perangkat pembelajaran
tersebut harus dirancang oleh guru sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian IPA
Menurut Wahyana (Trianto, 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam
pengunannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Sedangkan menurut Susanto (2013; 167) mengatakan IPA atau Sains
28
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta penggunaan prosedur, dan
dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan sesuatu kesimpulan. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa penguasaan konsep-konsep, fakta-fakta, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan penemuan (Suhendro ddk, 2016: 119)
Dari pengertian di atas dapat disimpulan bahwa IPA adalah suatu ilmu yang dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari alam sekitar secara sistematis, sehingga dapat di jelaskan dengan penalaran. IPA biasa disebut juga kumpulan pengetahuan
dalam bentuk fakta, konsep, prinsip serta merupakan penemuan.
b. Tujuan pembelajaran IPA
Trianto (2010: 143) memaparkan beberapa tujuan pembelajaran IPA antara lain:
1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan,
dan hubungan antar sains dan teknologi.
3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah, dan melakukan observasi.
4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur terbuka, benar, dan dapat bekerja sama, dan
29
5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Sains
untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.
c. Ruang Lingkup IPA
Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006: 485) meliputi aspek-
aspek:
1) Makluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan keragamannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah makluk hidup dan proses kehidupan,
benda/materi, energy, dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Ruang lingkup IPA disesuaikan dengan Standar Kompetensi
pada mata pelajaran IPA di SD.
3. Daur Hidup Hewan
30
Hariyanto (2012: 73-77) daur hidup hewan dibagi menjadi dua yaitu daur hidup tanpa metamorfis dan daur hidup dengan
metamorphosis.
a. Daur hidup tanpa metamorfosis
Sebagian besar hewan mengalami daur hidup tanpa metamorfosis. Seperti pada hewan ayam dalam daur hidupnya tidak mengalami
metamorfosis. Begitu juga dengan kucing, kambing, ikan, burung dan banyak lainnya.
1) Daur hidup ayam
Ayam menghasilkan anak dengan cara bertelur. Telur ayam perlu dierami kira-kira 21 hari agar dapat menetassetelah pertumbuhan
bakal anak ayam didalam telur sempurna, telur menetas menjadi anak ayam. Semakin lama anak ayam tumbuh semakin besar. Setelah
dewasa, ayam berkembang biak dan menghasilkan telur.
2) Daur hidup kucing
Kucing menghasilkan anak dengan cara beranak (melahirkan). Sebelum anaknya lahir, kucing dewasa mengalami masa
mengandung selama kira-kira tuga bulan. Dari lahir sampai dewasa, tubuh kucing tidak berubah bentuk. Hanya ukuran tubuhnya saja
yang bertambah. Gerakannya pun semakin lincah. Kucing dewasa dapat memanjat dan melompat dari tempat yang tinggi.
3) Daur hidup kanguru
31
Kanguru menghasilkan anak dengan cara beranak (melahirkan). Kanguru mengandung kira-kira hanya satu bulan. Begitu keluar
dari tubuh induknya, anak kanguru merambat perlahan ke kantong induknya yang ada di depan perut. Di kantong itulah, anak kanguru
menyusu sampai berbulan-bulan. Setelah tubuhnya cukup besar, barulah anak kanguru keluar dari kantong induknya.
b. Daur hidup dengan metemorfosis
1) Metamorfosis sempurna (lengkap)
Metamorfosis sempurna dialami hewan yang saat lahir berbeda sekali bentuknya dengan hewan dewasa. Meta morfosis sempurna
anatara lain terjadi pada kupu-kupu, lalat, nymuk dan katak.
2) Metamorfosis tidak sempurna (tidak lengkap)
Metamorfosis tidak sempurna dialami hewan yang saat lahir tidak terlalu berbeda bentuknya dengan hewan dewasa. Metamorfosis
tidak sempurna terjaadi pada kecoak (lipas) dan belalang.
Berikut daur hidup hewan yang mengalami metamorfosis, baik metamorfosis sempurna maupun metemorfosis tidak sempurna
a) Daur hidup kupu-kupu
32
Daur hidup kupu-kupu dimulai dari telur. Telur kupu-kupu biasanya berada dipermukaan daun. Telur menetas menjadi ulat. Ulat
mempertahankan hidupnya dengan memakan deaunan. Selama berhari-hari ulat makan, akan tetapi, lama-kelamaan ulat makan
semakin sedikit. Akhirnya ulat berhenti memakan dan tampak tidak bergerak, tetapi ulat itu tidak mati.
Ulat segera membuat sangkar dari air liurnya, air liurnya mengeras membentuk bahan seperti benang sutra. Benang-benang itu
melekat pada daun atau batang. Akhirnya benang-benang itu menutup seluruh tubuh ulat. Kemudian ulat yang terbungkus dalam sarang
disebut kepompong (pupa). Selama masa kepompong, ulat berubah menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu dewasa berkembang biak dengan
bertelur. Dari telur inilah, daur hidup kupu-kupu yang baru dimulai lagi.
b) Daur hidup nyamuk
Daur hidup nyamuk dimulai dari telur. Telur nyamuk berada di air. Telur menetas menjadi jentik-jentik (tempoyak). Kemudian,
jentik-jentik tumbuh dan berubah menjadi pupa. Selanjutnya, pupa berubah menjadi nyamuk. Nyamuk terbang keudara. Nyamuk
dewasa akan kembali ke air untuk bertelur.
c) Daur hidup lalat
Daur hidup lalat dimulai dari telur. Telur lalat biasanya di tempat-tempat yang kotor, misalnya di atas timbunan sampahdan kotoran.
Selain itu, lalat juga meletakan telurnya di atas makanan yang terbuka. Telur yang baru menetas memerlukan bahan makanan untuk
33
pertumbuhannya. Telur yang menetas menjadi belatung. Kemudian belatung berubah menjadi pupa. Pupa tidak bergerak. Pupa
menempel ditempat kotor. Setelah beberapa hari, pupa berubah menjadi lalat. Lalat terbang dan mencari makn di tempat kotor. Lalat
dewasa bertelur di tempat itu juga. Dari telur ini, daur hidup lalat yang baru dimulai lagi.
d) Daur hidup kecoa
Daur hidup kecoa (lipas) dimulai dari telur. Telur kecoak menetas menjadi lipas muda. Bentuk kecoak muda mirip dengan kecoak
dewasa. Bedanya, kecoak muda tidak bersayap. Kecoak muda tumbuh dan berubah menjadi kecoak dewasa. Kecoak tidak melalui
tahap pupa. Kecoak dewasa memiliki sayap, kecoak dapat terbang..
e) Daur hidup katak
Daur hidup katak dimulai dari telur. Telur katak berada di air, telur menetas menjadi kecebong (berudu). Bentuk kecebong seperti
ikan teri, kecebung hidup dan tumbuh dalam air. Kecebong bernafas dengan ingsang.
Semakin lama, ekor katak semakin mengerut, katak berekor tumbuh dan berubah menjadi katak muda Katak muda menjadi katak
dewasa yang tidak berekor. Katak dewasa bernafas dengan paru-paru dan kulit. Katak dewasa hidup di air dan di darat. Katak dewasa
bertelur di air.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
34
a. Pengertian Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Slavin (2015: 163) mendefinisikan Team Games Tournament (TGT) merupakan tournament akademik, dan menggunakan kuis-
kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan angota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka. Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang berangotakan 5 sampai 6 orang siswa yag memiliki kemampuan, jelis
kelamin, dan suku atau ras yang berbeda (Rusman, 2014: 224)
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) adalah
model pembelajaran kelompok yang berangotakan 5 sampai 6 siswa yang berisi tournament akademik. Tournament akademik ini
melibatkan aktivitas seluruh siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.
b. Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Menurut Priansa (2017: 309) model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan kerjasama yang baik diantara peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang ada dengan memberikan
kebebasan kepada peserta didik tersebut mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
2) Membantu para peserta didik untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran.
35
3) Membuat peserta didik untuk menerima setiap pendapat lain dari peserta didik lain sehingga mengurangi rasa rendah diri pada
peserta didik yang kurang pengetahuannya
4) Menjadikan peserta didik belajar lebih aktif dan memperoleh prestasi yang lebih karena mereka saling bekerja sama dan
bertanggung jawanb untuk membuat kelompoknya menjadi kelompok terbaik. Hal ini disebabkan penskoran nilai berdasarkan rata-
rata nilai yang di peroleh suatu kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang di peroleh masing-masing anggota kelompok dibagi
dengan banyaaknya anggota kelompok.
c. Tahap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Langakah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT disusun dalam dua tahap, yaitu yang pertama tahap pra-kegiatan
pembelajaran dan yang kedua tahap detail kegiatan pemebelajaran. Menurut Slavin (Priansa 2017: 303) langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Pra-kegiatan
a) Persiapan
(1) Materi
36
Materi dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran kelompok. Guru harus
mempersiapkan work sheet, yaitu materi yang akan di pelajari pada saat belajar kelompok, dan lembar jawaban dari work shet tersebut.
Selain itu guru juga harus mempersiapkan soal-soal tournament.
(2) Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
Guru harus mengelompokan peserta didik dalam satu kelas menjadi 4-5 kelompok yang berkemampuan heterogen. Cara
pembentukan kelompok dilakukan dengan mengurutkan peserta didik dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas berdasarkan
kemampuan akademiknya. Daftar peserta didik yang telah diurutkan tersebut dibagi menjadi lima bagian, yaitu kelompok tinggi, sedang
1, sedang 2, rendah. Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang, baik dalam hal kemampuan akademik maupun jenis
kelamin dan rasnya. Kerja kelompok tersebut di perlukan aku 40 menit kemudin diadakan validasi kelas, yaitu hasil kerja kelompok
dicocokan bersama dari soal work sheet tersebut.
(3) Membagi peserta didik ke dalam turnamen
Dalam pembelajaran kooperatif tipr TGT, setiap meja turnamen terdiri atas 4-5 peserta didik yang homogeny berasal dari kelompok
yang berlainan.
2) Detail kegiatan pemelajaran kooperatif Tipe TGT
37
a) Penyajian kelas
(1) Pembukaan
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi yang akan di pelajari, tujuan pembelajaran, dan pemberian motivasi (prasyarat
belajar). Saat pembelajaran, guru harus mempersiapkan work sheet dan soal tournament
(2) Materi
Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar.
(3) Belajar kelompok
Guru membacakan anggota kelompok dan meminta peserta didik untuk berkumpul sesuai dngan kelompoknya masing-masing.
Satu kelompok terdiri atas 5-6 peserta didik yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan rasa atau
etnis. Guru memerintahkan kepada peserta didik untuk belajar dalam kelompok (kelompok asal) fungsi kelompok adalah lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersipkan angota untuk belajar lebih baik dan optimal
pada saat game.
38
(4) Validasi kelas
Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-soal yang sudah di diskusikan dengan sesama kelompoknya dan
guru menyampaikan jawaban dari tiap-tiap kelompok untuk didiskusikan bersama.
(5) Turnamen
Sebelum turnamen dilakuakan, guru membagi peserta didik dalam meja-meja turnamen. Setelah setiap peserta didik berada dalam
meja turnamen berdasarkan ungulan masing-masing, guru membagikan satu set perangkat turnamen. Satu set perngkat turnamen terdiri
atas soal turnmen, kartu soal, lembar jawaban, dan lembar skor turnamen. Untuk perangkat soal tiap-tiap meja adalah sama.
d. Keungulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Menurut Priansa (2017: 316) keungulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1) Keungulan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
a) Memperluas wawasan peserta didik
b) Mengembangkan sikap dan perilaku menghargai orang lain
c) Keterlibatan aktif peserta didik dalam belajar mengajar
d) Peserta didik menjadi semangat
39
e) Pengetahuan yang di peroleh peserta didik bukan semata-mata dari guru, tetapi melainkan juaga melalui konstruksi oleh peserta
didik itu sendiri.
f) Dapat menimbulkan sikap positif dalam diri sendiri, seperti kerja sama toleransi, serta bisa menerima pendapat orang lain
g) Hadiah dan penghargaan yang diberikan memberikan dorongan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
h) Pembentukan kelompok-kelompok kecil dapat mempermudah guru untuk memonitor peserta didik dalam belajar dan bekerja sama
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
a) Bagi para pengajar pemula, metode ini menimbulakan waktu yang banyak.
b) Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal turnamen.
c) Peserta didik terbiasa belajar dengan adanya hadiah
d) Kemungkinan besar permainan akan dikuasai oleh peserta didik yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.
e) Tidak semua guru memahami cara peserta didik melakukan permainan.
f) Ruang kelas menjadi ramai dan mengangu ruangan lain.
g) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
e. Sintaks model pembembelajaran Team Games Tournament (TGT) pada pembalajaran IPA
40
Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat dilihat pada tabel 2.1.
41
Tabel 2.1. sintak pembelajaran TGT pembelajaran IPA
Guru Siswa
Memberikan motivasi, menyampaikan
materi yang akan dipelajari yakni alat
indra manusia serta menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Mendengarkan informasi yang disampaikan oleh
guru
Menyajikan materi ajar sesuai dengan
Kompetensi Dasar
Mengikuti penyajian materi yang disampaikan
Membentuk kelompok secara heterogen
dengan angota 5-6 siswa
Membentuk kelompok sesuai dengan arahan guru
Memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar bersama kelompoknya
Belajar bersama teman kelompok
Membagikan LKS dan memberitahukan
informasi mengenai cara mengisi LKS
Menerima LKS dan mendengarkan instruksi cara
megerjakan LKS
Membimbing siswa dalam mengerjakan
LKS
Mengerjakan LKS
memilih secara acak kelompok untuk
presentasi hasil kerja kelompok.
Salah satu kelompok membacakan hasil diskusi dan
kelompok lain memberikan komentar.
Guru menyiapkan turnamen, siswa
dibentuk secara homogen untuk
melakukan turnamen sekaligus
memberikan arahan tentang tournament
Membentuk kelompok secara homogen, dengan
bimbingan guru dan mendengarkan instruksi
tournament
Membimbing siswa dalam turnamen Melaksanakan turnamen
Menyimpulakan skor sementara Mendengarkan
Memberikan penghargaan bagi kelompok
yang mendapatkan skor tertinggi
Mendengarkan
B. Penelitian yang Relevan
42
Adapun penelitian yang relevan dengan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Riadoh Mawaddah Siregar
(2017) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Model Kooperatif TGT ( Team Game
Tournament) Di Kelas III SDN No. 101800 Delitua Kecamatan Delitua Timur Kabupaten Deli Serdang Tahun ajaran 2016/2017.
Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa prestasi belajar siswa pada saat prasiklus/pre test masih rendah dengan persentase
ketuntasan masih 9,37% dengan nilai rata-rata 44,79. Pada siklus I setelah diterapkan model kooperatif Team Games Tournament
(TGT) rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 70,7 dengan persentase ketuntasan sebesar 46,87%. Walaupun rata-rata kelas
mengalami peningkatan yang cukup besar namun persentase ketuntasan masih rendah. Setelah dilakukan Siklus II rata-rata kelas
meningkat menjadi 85,93 dengan persentase ketuntasan 87,50 persen. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menerapkan model kooperatif TGT dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas III SDN No. 101800 Delitua.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dhessriyatno Fajar Nugroho (2013) dalam skripsi yang berjudul Peningkatan
Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Kaliwiru Semarang, Hasil
penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 17,5 dengan kriteria baik, siklus II memperoleh skor 27
dengan kriteria sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata 17,7 dengan kriteria baik, dan siklus II memperoleh
22,15 dengan kriteria sangat baik. Presentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh presentase 57%, siklus
43
II memperoleh presentase 88%. Simpulan dari penelitian ini adalah implementasi Model Temas Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SD Kaliwiru Semarang.
Dari dua penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar. Sedangkan perbedaan dan persaman dari penelitian relevan dengan penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Perbedaannya adalah teletak
pada materi, tempat penelitian, dan subjek penelitian. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) di SD Inpes Kuprik pada mata pelajarn IPA, hal ini diharapkan agar
dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa.
C. Kerangka Pikir
Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar yang di peroleh siswa. Proses
pembelajaran di SD Inpres Kuprik, terlihat bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV masih rendah. Hal tersebut dikarenakan sebagian
besar siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar dan juga penggunaan model pembelajar yang di gunakan oleh guru kurang
efektif .
44
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT didalam penelitian
ini. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dihrapkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres Kuprik akan
meningkat. Karangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
45
Gambar 2.1. Bagan kerangka pikir
Kondisi awal
Guru menerapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe Team
Games Tournament
(TGT)
Siklus I
Guru melakukan
pembelajaran menggunakan
model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dalam
pembelajaran IPA. Hasil
belajar IPA pada siklus I
54,29%, belum mencapai
indikator keberhasilan,
sehingga penelitian akan
dilanjut pada siklus II
Siklus II
Guru melakukan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran IPA dengan
media pendukung media gambar. Hasil belajar IPA
pada siklus II 85,71%, dengan demikian hasil belajar
telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%
siswa telah mencapai KKM yaitu 60
Proses
Kondisi Akhir
Nilai belajar
IPA siswa
rendah
siswa sering melamun di dalam
kelas sehingga kosentrasi pada
mata pelajaran menurun
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), jenis kolaboratif dengan guru kelas dan peneliti, dengan ciri utamanya adalah
tindakan yang berulang dengan metode utamanya adalah refleksi diri yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Werang (2017:
35) mengungkapkan bahwa model PTK pertama kali di perkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, konsep inti PTK yang di
kembangkan oleh Lewin adalah bahwa dalam suatu siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Berikut adalah siklus PTK model Kurt Lewin dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Siklus PTK model Kurt Lewin
49
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Kuprik yang terletak di kampung kuprik distrik Semangga yang dilaksanakan pada tanggal
11 Oktober 2018 dan berakhir pada tanggal 27 Oktober 2018.
C. Subjek Penelitian
Perencanaan
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
pelasaksanan SIKLUS I
SIKLUS 2 Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
50
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Inpres Kuprik yang berjumlah 35 siswa, terdiri dari 15 siswa perempuan dan
20 siswa laki-laki.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dalam 1 pertemuan. Pada pertemuan 1 dan 2 dilaksanakan proses pembelajaran sedangkan
pertemuan ke 3 diberikan tes evaluasi diakhir akhir siklus. Adapun pelaksanaan setiap siklus sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan tindakan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti menyiapkan segala keperluan dalam pelaksanaan penelitin tindakan kelas, mulai dari materi,
siabus, RPP, tes Evalusi, LKS, kartu soal-jawaban, lembar pengamatan siswa dan lembar pengamatan guru.
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan tindakan adalah melaksanakan proses pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan RPP yang telah disusun.
Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan tindakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT):
51
1) Pembukaan: guru menyampaikan matereri yang akan dipelajari, tujuan dan harus menyiapkan work sheet dan soal tournament.
2) Guru menyampaikan materi secara garis besar
3) Belajar kelompok: siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang angotanya 4-5 orang secara heterogen.
4) Validasi kelas: meminta setiap kelompok menjawab pertanyaan yang telah di siapkan. Dan guru menyampaikan jawaban dari setiap
kelompok untuk didiskusikan bersama.
5) Turnamen: guru membagi siswa dalam meja-meja tournament secara homogen dan siswa yang mendapatkan kartu soal harus
menjawab sesuai dengan kartu jawaban yang telah disiapkan. Gambaran pelaksanaan turnamen dapat dilihat pada gambar 3.1.
berikut:
Gambar 3.2. Skema pelaksanaan turnamen (modifikasi dari Slavin: 2015)
52
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (obsevasi) dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan (obsevasi) dilakukan oleh guru
kelas. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang proses pelaksanaan tindakan seperti: Guru, siswa, model pembelajaran,
media dan lain-lain.
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap untuk menganalisis hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh dari obsevasi dan hasil tes.
Refleksi juga untuk mengetahui suatu keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas.
2. Siklus II
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Meja
Turnamen 1
Meja
turnamen 2
Meja
turnamen 3
Meja
turnamen 4
1 2 3 4 2 3 41 432 1
53
Hasil dari siklus I dijadikan acuan untuk melaksanakan perbaikan dalam pelaksanaan pada siklus II.
E. Teknik dan Instrumen
1. Teknik
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu.
a. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan tes tertulis terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esay yang
berkaitan dengan alat indra manusia.
b. Observasi
Obsevasi ini dilaksanakan dengan cara mengajar untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata
langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2012: 240), mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
54
gambar, guna untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament sudah berjalan
sesuai dengan tujuan.
2. Instrumen
Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu:
a. lembar tes
Tes dipakai untuk memperoleh data yang terkait mengenai hasil belajar siswa. Tes hasil belajar dalam penelitian ini berupa soal
esay dan pilihan ganda pada setiap akhir siklus yang berpedoman pada SK, KD, dan indikator yang telah ditentukan.
b. Lembar obsevasi
Lembar observasi digunakan untuk mengumpul data terkait dengan proses pembelajaran atau penerapan model pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar obsevasi guru dan siswa.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lemar kerja siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakuakan kegiatan penyelidikkan atau pemecahan
masalah (Trianto, 2010: 11). Lembar kerja siswa (LKS) berupa lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik.
55
F. Teknik Analisis Data
1. Tes Hasil Belajar
Teknik yang digunakan dalam menganlisis data untuk menentukan presentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
a. Individu
Nilai hasil belajar siswa secara individual menggunakan rumus sebagai berikut ( Purwanto, 2009: 112):
Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑛 𝑥 100
Apa bila siswa memperoleh nilai ≥60 maka dikatakan tuntas, tetapi bila siswa memperoleh <60 maka dikategorikan tidak tuntas.
Untuk menghitung nilai rata-rata kelas menggunakan rumus sebagai berikut (Sudijono: 2011: 84):
Mx = ∑ 𝑋
𝑁
Keterangan:
Mx = Nilai rata-rata kelas N = Jumlah siswa
∑x = Jumlah nilai seluruh siswa
Tabel 3.1. ketuntasan klasikal
56
No Nilai Kategori
1 ≥60 Tuntas
2 < 60 Tidak Tuntas
b. Ketuntasan Klasikal
Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus sebagai berikut (Purwanto, 2009: 112):
Ketuntasan = ∑ 𝑆≥60
𝑁 𝑥 100%
Keterangan:
∑s ≥ 60 = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 60
N = Banyak siswa
Hasil analisis data tersebut akan dijadiakan penentuan tingkat keberhasilan secara klasikal.
Tabel 3.2. Presentase ketuntasan klasikal No Nilai Kategori
1 80% – 100% Sangat Baik
2 70% – 79% Baik
3 60% – 69% Cukup
4 50% – 59% Kurang
5 < 50% Sangat Kurang
2. Lembar Aktifitas Siswa dan Guru
57
Untuk aktifitas siswa dan lembar observasi guru menggunakan analisis presentase skor. Untuk indikator sangat baik di beri skor 4,
baik diberi skor 3, sedangkan cukup diberi skor 2, kurang diberi skor 1. Selanjutnya dihitung presentasse rata-rata dengan rumus:
Presentase nilai rata-rata (NR) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100%
Tabel 3.3. Presentase Lembar Aktivitas No Nilai Kategori
1 80% – 100% Sangat Baik
2 70% – 79% Baik
3 60% – 69% Cukup
4 50% – 59% Kurang
5 < 50% Sangat Kurang
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams games tournament (TGT)
dikatakan berhasil mencapai target KKM yang telah ditetapkan yaitu 60, dan akan di berhentikan jika siswa yang tuntas mencapai
≥75%.
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tangal 11 Oktober 2018 sampai dengan 27 Oktober 2018. Penelitian ini terdiri dari
2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV
SD Inpres Kuprik yang berjumlah 36 siswa. Waktu penelitian dan materi pembelajaran dijelaskan pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Waktu penelitian
Pertemuan Hati/Tanggal Waktu Siklus Materi Keterangan
1
Kamis, 11
Oktober
2018
07:30 –
08:45
WIT
I
Daur Hidup Tanpa
Metamorfosis, Daur
Hidup Ayam
Penerapan
TGT, LKS
2
Jumat, 12
Oktober
2018
07:30 –
08:45
WIT
Daur Hidup Kucing
dan Kanguru
Penerapan
TGT, LKS
3 Sabtu, 13
oktober 2018
07:30 –
08:15
WIT
Tes Siklus I
59
1
Jumat, 19
Oktober
2018
07:30 –
08:45
WIT
II
Daur Hidup Dengan
Metamorfosis, Daur
Hidup kupu-kupu,
nyamuk, lalat
Penerapan
TGT, LKS,
2
Sabtu, 20
Oktober
2018
07:30 –
08:45
WIT
Daur Hidup kecoak
dan katak
Penerapan
TGT, LKS,
3
Sabtu, 27
Oktober
2018
07:30 –
08:15
WIT
Tes Siklus II
1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
a. Perencanaan tindakan Siklus I
Perencanan tindakan pada siklus ini, peneliti berkonsultasi bersama dengan guru kelas mengenai hal-hal yang dilakukan oleh
peneliti pada tahap perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
2) Menyiapkan bahan ajar untuk siswa.
60
3) Membuat LKS untuk dikerjakan secara berkelompok.
4) Menyusun Lembar Observasi Aktifitas Siswa (LOAS) dan Lember Observasi Aktivitas Guru (LOAG) yang akan digunakan pada
siklus I.
5) Menyusun Soal Tes Siklus I
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan, 2 pertemuan untuk proses belajar mengajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), sedangkan 1 pertemuan untuk tes siklus I
1) Pertemuan Pertama Siklus I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis, 11 Oktober 2018 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Proses pembelajaran pada
pertemuaan ini diikuti oleh 33 siswa, sedangkan 3 siswa lainnya tanpa keterangan. Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru
mempersilahkan peneliti untuk memperkenalkan diri kepada siswa. Selama peneliti melaksanakan kegiatan mengajar, guru kelas yang
bertindak sebagai observer, mengamati serta mencatat aktivitas siswa dan peneliti.
Pada pertemuan tersebut peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya. Pada tahapan
pertama peneliti memulai dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa di depan kelas. Setelah itu dilanjutkan dengan
61
mengabsen siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti menjelaskan tentang
model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran koopertif tipe Team Games Tournament (TGT) dimana dalam model
ini siswa harus bersaing dengan kelompok lain untuk mengumpulkan poin dengan cara tournament.
Tahapan kedua yaitu kegiatan inti, pada kegiatan inti peneliti memulai dengan menjelaskan materi daur hidup tanpa metamorfosis
(daur hidup ayam) dengan mengaitkan pengalaman siswa di rumah mengenai daur hidup ayam. Langkah selanjutnya peneliti membagi
siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pembentukan
kelompok peneliti dibantu oleh wali kelas. Setelah kelompok dibentuk, peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap
kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama dengan teman kelompoknya.
Namun pada pertemuan pertama ini siswa AN, AM, DT, dan EM yang masih mengerjakan soal secara mandiri karena siswa
tersebut merasa lebih mampu secara mandiri tanpa meminta bantuan dari kelompoknya, dan ada juga yang tidak mau berusaha dan
mengajak temannya bercerita dalam kelompok. Walaupun keadaan kelas tidak kondusif, tetapi peneliti tetap mengarahkan siswa
tersebut dan peneliti kembali memberitahukan kepada siswa untuk berdiskusi serta mengerjakan soal pada LKS dengan kelompok
masing-masing. Selama diskusi kelompok berlangsung peneliti memantau kerja dari setiap kelompok dan membantu kelompok yang
kesulitan mengerjakan soal.
62
Soal pada LKS telah dikerjakan oleh setiap kelompok, peneliti meminta salah satu kelompok untuk mempresentasekan hasil
kerjanya dan kelompok yang lain menangapinya. Tetapi tidak ada satu pun yang maju untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, karena mereka takut salah dan ada juga yang malu mempresentasikan hasil kerjanya. Dengan situasi ini, akhirnya peneliti
menunjuk langsung kelompok salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka. Saat melakukan presentase, siswa
yang ditunjuk nampak masih ragu-ragu dalam menyampaikan hasil kerja kelompok mereka. Sedangkan kelompok yang lain juga masih
belum akif dalam menyampaikan tangapan.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan tournament, siswa di bagi lagi dalam kelompok turnamen yang berangotakan 6 siswa yang
mempunyai tingkat kemampuan yang sama yang mewakili kelompok masing-masing. Dalam tahap ini, setiap kelompok dibagikan
kartu soal dan kartu jawaban. Bagi siswa yang mendapat kartu soal wajib menjawab soal tersebut sedangkan siswa yang mendapat
kartu jawaban harus mencocokan jawaban tersebut benar atau salah. Bagi siswa yang mendapat kartu soal tetapi tidak bisa menjawab
maka soal itu akan dijadikan soal rebutan bagi siswa yang mau menjawab, dalam hal ini poin akan direbut bagi siswa yang bisa
menjawab. Begitu seterusnya hingga semua siswa selesai melakukan tournament. Siswa- siswa yang melakukan tournament sudah
ditentukan oleh peneliti dan wali kelas. Setiap meja tournament memiliki kemampuan kognitif yang setara. Setiap peserta tournament
63
menjawab dengan benar akan diberi poin 4, apabila menjawab sebagian besar benar anan mendapat poin 3, begitu pula bila peserta
tournament menjawab sebagian kecil benar akan mendapat poin 2.
Diakhir pertemuan peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan pertama. Setelah itu peneliti
memberi penghargaan berupa tepuk tangan kepada kelompok yang yang mendapat poin terbanyak dan memberi semagat kepada
kelompok yang mendapat poin terendah. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan terimaksih dan salam penutup.
Berdasarkan hasil pada pertemuan pertama, secara keseluruhan aktivitas siswa belum berjalan dengan baik. Siswa sepenuhnya
belum aktif di dalam kelas dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT)
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2018. Proses pembelajaran pada pertemuan ini diikuti oleh 31 siswa dan
5 siswa tidak hadir karena 1 siswa yang sakit, 1 siswa izin dan 3 tanpa keterangan. Sebelum memulai proses pembelajaran, peneliti
menjelaskan sedikit hal-hal yang perlu dilakukankan pada saat pembelajaran berlangsung menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT). Pada tahap kegiatan awal tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama yakni, berdoa, absen,
64
menyampaikan tujuan pembelajaran dan juga peneliti mengajak siswa mengigat kembali materi sebelumnya. Setelah itu peneliti
membahas materi pelajaran yakni daur hidup kucing dan kanguru.
Selanjutnya, peneliti meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama.
Setelah terbentuk kelompok peneliti membagi LKS pada tiap kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama. Saat siswa menjawab
soal pada LKS bersama kelompoknya peneliti berjalan pada setiap kelompok untuk melihat sampai dimana kemampuan mereka
manjawab soal tersebut, namun ternyata ada siswa yang kurang bersemangat mengerjakan soal dan ada siswa yang masih terlihat
bingung dan cenderung bercerita dengan teman kelompoknya.
Soal pada LKS telah selesai dikerjakan oleh setiap kelompok. Peneliti meminta salah satu kelompok untuk mempresentasekan
hasil kerjanya. Tanpa tunggu lama salah satu siswa dari kelompok maju ke depan mempresentassikan hasil kerja kelompok mereka
meskipun masih kurang percaya diri. Kelompok yang lain sudah mulai menagapi hasil presentasi dengan memberikan tangapan
meskipun masih ragu-ragu dalam memberikan tanggapan dan pertanyaaan.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan turnamen, pada pertemuan ini siswa masih dibimbing oleh peneliti untuk membentuk
kelompok turnamen. Setelah kelompok terbentuk mulailah dalam melakukan turnamen dengan cara peneliti membagikan kartu soal
dan kartu jawaban kepada kelompok turnamen. Seperti halnya pertemuan pertama bagi siswa dalam kelompok turnamen yang mendapat
65
kartu soal akan menjawab pertanyaan sedangkan yang mendapat kartu jawaban akan mencocokan jawabanyanya, setiap siswa yang
menjawab pertanyaan akan mendapat poin, poin inilah yang akan di kumpulkan hingga pertemuan terakhir. Dalam pertemuan ini siswa
mulai berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan, akan tetapi ada beberapa siswa yang blum bisa menjawab.
Diakhir pertemuan peneliti mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan
tersebut. Sebelum menutup pelajaran peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin terbesar dan
memberikan semanagat kepada kelompok yang mendapat poin terendah sekaligus peneliti mengucapkan terimakasih dan salam
penutup.
Berdasarkan pengamatan, lembar aktivitas siswa Selma mengikuti proses belajar mengajar sudah mulai meningkat dibandingkan
pertemuan pertama. Sebagian siswa sudah mengikuti proses belajar mengajar dengan baik meskipun belum semuanya siswa terlihat
aktif.
3) Petemuan ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2018. Pada pertemuan ketiga, dilaksanakan tes evaluasi silkus I. Sebelum
melaksanakan tes evaluasi peneliti mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam, berdoa dan mengecek kehadiran siswa.
66
Selanjutnya peneliti membagikan lembar tes evaluasi kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara mandiri dan tidak
rebut.
Setelah selesai mengerjakan tes evaluasi, siswa mengumpulan lembar kerjannya dimeja guru. Peneliti mengigatkan kepada siswa,
pada pertemuan selanjutnya peneliti masih melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) pada pembelajaran IPA, dan tak lupa peneliti memberikan semangat kepada siswa. Diakhir pertemuan
peneliti menutup kegiatan dengan mengucapkan salam.
c. Pengamatan (Observasi) Siklus I
1) Hasil observasi
Dalam kegiatan pengamatan (observasi) dilakukan pencatatan mengenai:
a) Observasi Aktivitas Siswa
a. Pertemuan pertama
Observasi aktivas siawa selama proses pembelajaran berlangsung terdiri dari 17 aspek yang diamati dengan skor tertinggi untuk
setiap item yaitu 4 poin dan skor terendah untuk setiap item adalah 1 poin. Jumlah yang didapat yaitu 41 poin dari jumlah maksimal
yaitu 68 poin, dengan hasil presentase 60% dalam kategori cukup.
67
Berdasarkan hasil observasi pada observer pertemuan pertama, secara keseluruhan aktivitas siswa belum berjalan dengan baik,
aktivitas siswa masih belum berjalan dengan lancar. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pelaksanaan pembelajaran di
kelas, siswa cenderung diam.
b. Pertemuan kedua
Aktivitas yang dilakukan siswa pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama, namun ada peningkatan. Pada pertemuan
pertama jumlah poin yang didapat yaitu 41 poin, sedangkan pada pertemuan kedua yaitu 53 poin sehingga presentasenya yaitu 77%
dengan kategori baik. Pada tahap ini siswa sudah mulai mengerti cara mempresentasikan hasil diskusinya.
Hasil presentase aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. hasil presentase aktivitas siswa suklus I
No Pertemuan Skor Presentase keterlaksanaan
Aktivitas siswa Kategori
1 Pertemuan Pertama 41 60% Cukup
2 Pertemuan kedua 53 77% Baik
Rata-rata 68,5% Cukup
68
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
pada siklus I, hasil observasi aktivitas siswa dari 17 aspek yang diamati yaitu diperoleh nilai rata-rata presentase dari pertemuan
pertama dan kedua pada siklus I yaitu 68,5% dengan kategori cukup.
b) Observasi Aktivitas guru
Aktivitas guru dalam penelitian ini diobservasi oleh guru kelas, dan dilaksanakan selama proses pembelajaran belangsung. Lember
observasi aktivitas guru terdiri dari 12 aspek penilaian dengan skor tertinggi tiap item adalah 4 poin dan terendah 1 poin. Seperti halnya
dalam lembar aktivias siswa, aktivitas guru juga dibagi menjadi 4 kategori skor, dengan kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang
baik.
Pada pertemuan pertama jumlah poin yang didapat yaitu 36 poin dengan presentase yakni 75% masuk dalam kategori baik.
Sedangkan pada pertemuan kedua yaitu 38 poin sehingga presentasenya menjadi 79% dengan kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa
aktivitas guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti berjalan dengan baik.
Tabel 4.3 Hasil presentase Aktivitas Guru
No Pertemuan Skor Presentase keterlaksanaan
Aktivitas Guru Kategori
1 Pertemuan Pertama 36 75% Baik
2 Pertemuan kedua 38 79% Baik
69
Rata-rata 77% Baik
2) Hasil belajar
Hasil belajar dilakukan dengan menganalisis hasil tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Data hasil belajar
IPA siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. hasil belajar IPA siklus I
Statistik Nilai
Subjek
Nilai Ideal
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
35
100
74
35
56,2
Tabel 4.4 menunjukan hasil belajar IPA pada siklus I yang diikuti 35 siswa mendapat nilai rata-rata 56,25 dengan nilai terendah
35 dan nilai tertinggi 74 dari nilai ideal 100. Data tes hasil belajar dapat diketahui ketuntasan klasikal yang dicapai siswa seperti yang
ditunjukan pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5. Klasikal Hasil Belajar IPA siklus I
Nilai Kategori Frekuensi Presentase
≥60 Tuntas 19 54,29%
<60 Tidak Tuntas 16 45,72%
Jumlah 35 100%
70
Dari tabel 4.5 menunjukan bahwa siswa yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa atau 45,72% sedangkan yang tuntas sebanyak 19
siswa atau 54,29%. Sehingga ketuntasan klasikalnya belum mencapai target yang telah di tentukan yaitu 75%.
d. Refleksi Siklus I
Seluruh proses pembelajaran pada siklus I sudah terlaksana, peneliti telah menganalisi hasil tes belajar IPA dengan menggunakan
indikator yang telah ditetapkan. Setelah menganailsis hasil data tes pada siklus I, diketahui bahwa 45,71% atau 16 siswa didalam kelas
belum mencapai KKM dan berada pada kategori rendah. Ketuntasan klasikal yang di peroleh hanya 54,29% atau 19 siswa, sehingga
siswa belum mencapi ketuntasan klasikal yaitu 75%. Nilai rata-rata yang didapat pada siklus I yakni 56,2. Sedangkan hasil analisis
lembar observasi siswa selama siklus I ada peningkatan dari pertemuan pertama higga pertemuan kedua dengan rata-rata presentase
68% dalam kategori cukup. Dan lembar aktivitas guru pada siklus I memperoleh rata-rata presentase sebesar 77%, termasuk dalam
kategori baik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan peneliti sampai akhir siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan,
sehingga penelitian akan dilanjutkan ke siklus II. Sebelum melaksanakan siklus II, peneliti bersama guru berdiskusi untuk membahas
keterlaksanaan proses pembelajaran dan hasil tes siklus I. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
71
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terlihat siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) dan juga di pengaruhi oleh ketidak hadian siswa selama proses pembelajaran berlangsung, serta
kurang aktifnya siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada pertemuan pertama dimana siswa masih
mengerjakan LKS secara mandiri serta siswa masih terlihat ragu-ragu untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada siklus I
siswa masih terlihat lambat mengerjakan LKS sehingga mendapat bimbingan yang lebih dari peneliti.
Berdasarkan kendala-kendala pada siklus I, perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam melaksanakan siklus II agar pelaksanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil diskusi bersama guru kelas, terdapat beberapa langkah pada siklus I yang
harus diperbaiki agar pada saat melaksanakan siklus II berjalan baik sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Adapun hal-hal
yang harus diperbaiki yaitu pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.6. Permasalahan, rencana, dan perbaikan Siklus I
No Permasalahan Perbaikan Rencana
1
Siswa masih malu-malu
dalam melakanakan
presentasi hasil kerja
mereka.
Guru lebih membimbing siswa
dalam melaksanakan presentase
agar berjalan dengan baik.
Memberikan semngat dan
motivasi kepada siswa
agar lebih percaya diri
dalam menyampaikan
pendapatnya.
2
Pada pertemuan pertama
peneliti melewati waktu
yang telah ditentukan.
Guru menegaskan alokasi
waktu dalam proses belajar
Mengurangi waktu dalam
pembentukan kelompok
dengan cara meminta
72
mengajar agar sesuai dengan
RPP yang telah disusun
siswa untuk mengigat
teman kelompoknya dan
langsung membentuk
kelompoknya sendiri.
3
Siswa masih mengerjakan
LKS secara mandiri dan
siswa yang lain hanya ikut-
ikutan dan tidak
berpartisipasi dalam
mengerjakan LKS.
Guru lebih memperhatikan
kelompok saat mengerjakan
LKS agat berjalan dengan baik.
Guru memberikan arahan
kepada siswa agar
berperan aktif dan bekerja
sama dalam belajar
4
Sebagian siswa masih
sibuk dengan kegiatannya
dan cenderung bercerita
dengan teman
sebangkunya
Guru harus lebih tegas dalam
mengarahkan siswa yang tidak
memperhatikan pembelajaran
serta siswa yang cenderung
bercerita kepada teman
kelompoknya
Guru sering memantau
kelompok yang diangap
sering bercerita dengan
teman kelompoknya,
sehingga dapat berjalan
dengan baik
73
2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
a. Perencanaan tindakan Siklus II
Pada tahap perencanaan yang dilakukan peneliti pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
b) Menyusun dan menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran siklus II, yaitu Lembar kerja
Siswa (LKS), Kartu Soal dan Karu Jawaba serta materi yang akan dibahas.
c) Menyusun dan menyiapkan Lembar Observasi Siswa (LOAS) dan Lembar Observasi Guru (LOAG) yang akan digunakan pada
siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1) Pertemuan pertama Siklus II
Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 19 oktober 2018, pada pertemuan ini diikuti oleh 33,
dan 1 siswa dengan keterangan sakit dan 2 siswa tanpa keterangan. Sebelum mulai proses belajar mengajar peneliti meminta salah satu
74
siswa untuk memimpin doa. Selanjutnya peneliti memberikan selamat kepada beberapa siswa yang mendapat nilai tertinggi dan juga
peneliti tidak lupa memberikan semangat kepada siswa yang nilainya tidak disebut.
Pada tahap awal peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran memberikan arahan kepada siswa untuk mengingat kembali materi
yang telah diajarkan sebelumnya tentang pengertian metamorfosis dan daur hidup yang dialami ayam, kucing, dan kanguru. Tahap
selanjutnya peneliti menjelaskan materi tentang daur hidup dengan metamorfosis dan metemorfosis sempurna dan metamorfosis tidak
sempurna yang dialami kupu-kupu, nyamuk serta lalat. Setelah menyampaikan materi peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya. Pada kesempatan kali ini siswa mulai berani untuk memberikan pertanyaan mengenai proses pembuatan kepompong,
setelah peneliti menjelaskan proses pembuatan kepompong, siswa yang lain memberikan respon yang positif.
Tahap selanjutnya membentuk kelompok belajar, pada proses ini siswa sudah mengerti dan membentuk kelompok sendiri tanpa
dibimbing oleh peneliti. Anggota kelompok pada pertemuan ini sama dengan anggota kelompok pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya. Selanjutnya peneliti membaikan LKS kepada setiap kelompok dan mengigatkan kepada siswa untuk membaca petunjuk
soal terlebih dahulu sebelum menjawab LKS. Sementara siswa mengerjakan LKS, peneliti berjalan kesetiap kelompok dan menanyakan
hal-hal yang belum di mengerti siswa dalam mengerjakan LKS. Setelah mengerjakan LKS, peneliti meminta salah satu kelompok untuk
membacakan hasil kelompoknya. Pada pertemuan kali ini, ada beberapa kelompok yang mau membacakan hasil diskusinya.
75
Tahap selanjutnya yakni melakukan tournament, setiap kelompok menunjuk wakilnya untuk melakukan turnamen, pada pertemuan
ini turnamen dilaksanakan sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya dinama ternamen dibagi menjadi 3 meja tournament, dimana
setiap meja dibagi kartu soal dan kartu jawaban. Bagi siswa yang mendapat kartu soal wajib menjawab pertanyaaan dan mendapatkan
poin. Sebaliknya bagi siswa yang mendapat kartu jawaban akan mencocokan jawaban dari soal yang dibacakan. Jika ada siswa yang
mendapat kartu soal tidak bisa menjawab maka soal itu akan menjadi soal rebutan dan bagi siswa yang menjawab akan mendapat poin
hasi dari soal rebutan tersebut.
Pada tahap terakhir peneliti menyimpulkan materi bersama-siswa, selanjutnya peneliti membacakan skor sementara yang didapat
pada masing-masing kelompok. Sekaligus memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada kelompok yang mendapat skor
tertinggi. Peneliti juga tidak lupa memberikan semangat kepada kelompok yang mendapat skor yang rendah dan peneliti mengucapkan
terimaksih sekaligus salam penutup.
2) Pertemuan kedua Siklus II
Pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 20 oktober 2018, yang diikuti oleh 30 siswa. 6 siswa tidak
hadir dalam pertemuan kali ini dikarenakan 1 siswa sakit dan 5 siswa lainnya tanpa keterangan. Pertemuan kedua pada siklus II ini
sama seperti pertemua-pertemuan sebelumnya yakni sebelum memulai pembelajaran peneliti meminta siswa untuk maju kedepan untuk
76
memimpin doa, setelah berdoa peneliti membacakan tujuan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyampaikan materi tentang daur
hidup kecoak dan daur hidup katak. Dalam penyampaian materi peneliti menyelingi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang
dipelajari. Siswa menjawab pertnyan-pertanyaan tersebut dengan lantang dan sudah tidak ragu-ragu lagi.
Tahap selanjutnya yaitu belajar kelompok, setelah kelompok terbentuk peneliti membagikan LKS, peneliti tidak lupa
mengingatkan kepada setiap kelompok untuk membaca petunjuk soal sebelum mengerjakan soal-soal pada lembar LKS. Setelah
mengerjakan LKS, salah satu kelompok membacakan hasil diskusiya dan kelompok lain memberikan tanggapan atau pendapat yang
berbeda. Pada pertemuan kali ini kemajuan siswa sangat pesat yakni hampir setiap kelompok memberikan tangapan mengenai
presentasi yang telah dilakukan, nampak siswa sudah tidak ragu-ragu dalam menyampaikan pendapatnya.
Tahap selanjutnya melakukan tournament, turnamen dibagi menjadi tiga meja tournament, yang terdiri dari setiap meja tournament
diwakili oleh setiap kelompok. Dinama setiap meja tournament memiliki pengetahuan kognitif yang homogen. Turnamen dilaksanakan
dengan membagikan kartu soal dan kartu jawaban bagi setiap meja turnamen. Siswa yang mendapat kartu soal akan menjawab
pertanyaan dari kartu soal, sedangkan siswa yang mendapat kartu jawaban akan mencocokan jawabannya. Setiap siswa yang dapat
menjawab pertanyaan akan mendapatkan poin. Begitu seterusnya hingga turnamen selesai.
77
Pada tahap akhir peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini, selanjutnya peneliti membacakan
skor akhir pada tournament. Dimana skor akhir ini terdiri dari skor-skor selama melakukan turnamen dari pertemuan pertama siklus I
sampai pertemuan terakhir siklus II. Peneliti juga tidak lupa memberika penghargaan kepada kelompok yang medapat poin tertinggi.
Dan memberikan semanagat kepada sisiwa yang mendapat poin rendah. Pada akhir pertemuan peneliti mengucapkan terimakasih dan
salam penutup.
c. Pengamatan (Observasi) Siklus II
1) Hasil observasi
Dalam kegiatan pengamatan (observasi) pada siklus II dilakukan beberapa pencatatan mengenai:
a) Observasi Aktivitas Siswa siklus II
(1) Pertemuan pertama
Observasi aktivitas siswa pertemuan pertama pada siklus II ini diikuti oleh 33 siswa, dimana setiap siswa sudah mulai terbiasa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan belajar kelompok
maupun dalam presentase, begitu pula dalam melaksanakan tournament. Pada pertemuan kali ini peningkatan akivitas ada kemajuan
yakni siswa mendapat poin 54 dengan presentase 79% dalam hal ini siswa mendapat kategori baik.
78
(2) Pertemuan kedua
Observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II, dimana siswa sudah sepenuhnya memperhatikan arahan-arahan yang di
berikan oleh peneliti, dan juga sudah memberikan respon positif dalam belajar kelompok. Hal ini ditunjukan melalui observasi aktivitas
siswa dengan mendapat poin 56 sehingga mendapat presentase 82% dengan kategori sangat baik.
Lembar observasi dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedua pada siklus II ini mengalami peningkatan dari setiap pertemuan.
Peningkatan-peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
79
Tabel 4.7. hasil presentase aktivitas siswa suklus II
No Pertemuan Skor Presentase keterlaksanaan
Aktivitas siswa Kategori
1 Pertemuan Pertama 54 79% baik
2 Pertemuan kedua 56 82% Sangat Baik
Rata-rata 80.5% Sangat Baik
b) Obsevasi aktivitas guru siklus II
Observasi aktivitas guru pada siklus II ini ada peningkatan dibandingkan pada siklus I. Hal ini ditunjukan pada presentase yang
diperoleh pada siklus I yaitu 83% dan pada siklus II memperoleh presentase 89% hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.7 Berikut.
Tabel 4.8 Hasil presentase aktivitas guru suklus II
No Pertemuan Skor Presentase keterlaksanaan
Aktivitas Guru Kategori
1 Pertemuan Pertama 40 83% Sangat Baik
2 Pertemuan kedua 43 89% Sangat Baik
Rata-rata 86% Sangat Baik
2) Hasil belajar
80
Hasil belajar pada siklus II ini didapat melalui tes evaluasi siklus II, yang dlaksanakan pada hari sabtu 27 oktober 2018 yang diikuti
oleh 31 siswa, dengan tes di berikan berupa pilihan ganda 10 butir soal dan esay 5 butur soal. Analisa hasil belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 4.8 Berikut.
Tabel 4.9. Hasil belajar siklus II
Statistik Nilai
Subjek
Nilai Ideal
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
35
100
90
45
70.65
Berdasarkan hasil belajar IPA pada siklus II, terlihat bahwa nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 90 dengan rata-rata nilai 70,65.
Hal ini menunjukan nilai rata-rata sudah memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yakni 60. Dari data hasil belajar siswa
siklus II tersebut dapat diketahi ketuntasan klasikal pada siklus II. Presentase ketuntasan klasikal siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9
Berikut.
Tabel 4.10. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus II
No Nilai Kategori Frekuensi Presentase
1 ≥60 Tuntas 30 85,71%
2 <60 Tidak Tuntas 5 14,29%
Jumlah 35 100%
81
Pada data diatas, menunjukan bahwa hasil belajar IPA pada kelas IV SD Inpres Kuprik terdapat 30 siswa atau 85,71 % yang
dinyatakan tuntas, sedangkan 5 siswa siswa atau 14,29% dinyatakan tidak tuntas dengan memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 60.
Adapun perkembangan yang dialami selama siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 4.1 Berikut.
Gambar 4.1. Diagram peningkatan hasil belajar
Dari hasil diagram 4.1 menunjukan bahwa, hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklua II mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut terlihat dari nilai terendah pada siklus I yaitu 35 meningkat pada siklus II yaitu 45, nilai tertinggi pada siklus I yaitu 74
35
74
56,2
45
90
70,65
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
Siklus I
Siklus II
82
meningkat pada siklus II yaitu 90, dan nilai rata-rata mengalami peningkatan dari siklus I yakni 56,2 menjadi 70,65 pada siklus II.
Peningkatan klasikal siswa dari siklus I hingga siklus II dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Ketuntasan Klasikal Siswa
Berdasarkan gambar 4.1 dan gambar 4.2 perkembangan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres Kuprik tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas 47,22% meningkat pada siklus II menjadi 75%. Nilai tertinggi pada siklus I yaitu
70 dan nilai terendah 35 dengan rata-rata nilai yang diperoleh yaitu 46,92. Sedangkan pada siklus II ada peningkatan dari nilai terendah
45 dan nilai tertinggi 90 dengan nilai rata-ratayang diperoleh yaitu 61,51.
54,29%
85,71%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Peningkatan Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
83
d. Refleksi Siklus II
Pada tahap Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru kelas setelah proses pembelajaran selesai dan hasil tes belajar siswa pada
siklus II. Dari hasil refleksi menunjukan bahwa proses pembelajaran pada siklus II telah terlaksana dengan baik dibandikan dengan
proses pembelajaran pada siklus I. masalah atau kendala-kendala yang terdapat pada siklus I telah diatasi pada siklus II. Tahapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) berjalan lebih efektif pada siklus II dibandingkan dengan pada siklus I,
hal ini karena siswa sudah mulai terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) .
Hasil tes IPA siswa pada siklus II menunjukan 30 siswa atau 85,71% yang sudah mencapai KKM, sedangkan 5 siswa atau 14,29%
belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Hasil observasi siswa selama siklus II, diperoleh nilai rata-rata presentase yaitu 82%
dengan kategori sangat baik.
Dari uran di atas maka dapat dikatakan penelitian pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan, terdapat peningkatan nilai
rata-rata pada siklus II. Ketuntasan klasikal mencapai lebih dari sama dengan 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM yang telah
ditetapkan, serta terjadinya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II, sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II
dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
B. Pembahasan
84
Berdasarkan hasil diskusi dan tanya jawab dengan guru kelas IV SD Inpres Kuprik, peneliti mendapat subjek penelitian yaitu 35
siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Melalui diskusi ini peneliti menemukan masalah yaitu hasil belajar
siswa rendah pada mata pelajaran IPA. Terdapat faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPA rendah salah satunya yaitu faktor dari
diri siswa contohnya siswa sering melamun di dalam kelas sehingga kosentrasi pada mata pelajaran menurun.
Dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba menanamkan konsep IPA pada siswa dan membuat proses pembelajarn semenarik
mungkin sehingga siswa terlibat didalamnya. Akhirnya peneliti melakukan peneitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) yang bertujuan untuk meningkathan hasil belajar IPA, hal ini
ditunjukan dengan nilai hasil tes pada siklus I dimana presentase ketuntasan sebanyak 54,29% atau 19 siswa yang sudah mencapai
KKM, sedangkan 16 siswa atau 45,71% belum mencapai KKM. Pada siklus II ada peningkatan pada hasil belajar siswa, presentase
ketuntasan sebanyak 85,71% atau 30 siswa sudah mencapai KKM yang telah ditentukan, dan 5 siswa atau 25% belum mencapai
KKM.
Selain terjadinya peningkatan nilai rata-rata siswa dari siklus I dan siklus II, nilai terendah dan nilai tertinggi yang diperoleh
siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai terndah yang diperoleh yaitu nilai 35 dan pada siklus II meningkat menjadi 45.
Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I diperoleh nilai 74 dan pada siklus II meningkat menjadi 90. Aktivitas siswa dan guru juga
85
mengalami peningkatan. Presentase nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh 68,5% dengan kategori cukup meningkat pada siklus II
menjadi 80.5% dengan kategori sangat sekali. Sedangkan presentase aktivitas guru pada siklus I 77% meningkat menjadi 89% dengan
kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilaksanakan oleh Dhessriyatno
Fajar Nugroho (2013) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui model Team Games
Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Kaliwiru Semarang, menunjukan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
dapat meningkatkan kualitas belajar IPA. Dengan hasil menelitian menunjukan pada siklus I memperoleh nilai klasikal ketuntasan
sebesar 57% meningkat pada siklus II menjadi 88%. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Riadoh Mawaddah Siregar (2017)
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Model Kooperatif TGT ( Team Game Tournament)
Di Kelas III SDN No. 101800 Delitua Kecamatan Delitua Timur Kabupaten Deli Serdang Tahun ajaran 2016/2017. Menunjukan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan meningkatnya nilai rata-rata klasikal dan observasi siswa dan guru pada siklus I dan II, menunjukan bahwa Penekitian
Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), dapat meningkatkan hasil
86
belajar IPA pada kelas IV SD Inpres Kuprik. Dengan demikian penelitian dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan, dimana
penelitian dikatakan berhasil apa bila siswa yang tuntas mencapai 80% dan mencapai kriterian KKM yang telah ditentukan yaitu 60.
87
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Inpres Kuprik Merauke. Hal tersebut ditunjukan oleh meningkatnya
presentase ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 54,29% dan pada siklus II meningkat menjadi 85,71%. Peningkatan- peningkatan
tersebut dikarenakan guru lebih berfokus kepada siswa saat proses pembelajaran, guru lebih membimbing siswa dalam belajar
kelompok maupun dalam presentase kelompok.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) maka disampaikan
beberapa saran berikut:
1. Siswa diharapkan lebih aktif dalam berdiskusi dengan menggunakan model pembelajaan kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) dan dapat meningkatkan hasil belajaran.
88
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternative
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas belajar.
89
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang. 2008. Membangkitkan Minat Belajar. Jakarta: Renika Cipta
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi
Haryanto. 2012. Sains untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.
Nugroho, D. Fajar . 2013. Peningkatan kualitas pembelajaran IPA Melalui Model Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas
V SD Kaliwiru Semarang. Skripsi. Diambil pada tanggal 12 juli 2018 jam 12.05 WIT
Priansa, D. J. 2017. Strategi & Model pembelajaran inovatif, Kreatif, dan prestatif dalam pemahaman peserta didik. Bandung: Pustaka
Setia
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaks Pelajar
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Samatowa, U. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks.
Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Reneka Cipta
Siregar, R. M. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Model Kooperatif TGT ( Team
Game Tournament) Di Kelas III SDN No. 101800 Delitua Kecamatan Delitua Timur Kabupaten Deli Serdang Tahun ajaran
2016/2017. Skripsi Diambil pada tanggal 30 juni 2018 jam 09.15 WIT.
Sudijono, A. 2011. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
90
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pebelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Slavin, R. E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Suriani, S. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Tentang Perkalian Sebagai Penjumlahan Berulang Dengan Menggunakan Alat Peraga
Biji Nagka Pada Siswa Kelas II Sd Inpres Jaya Makmur Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi tidak di publikasikan. Jayapura: FKIP
Universitas Cendrawasih
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara
Werang, B. R. 2017. Konsep & praktek penelitian tindakan kelas. Malang: Elang Mas