CABANG IPA DAN FILUSUFNYA

34
MENGENAL CABANG-CABANG ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN DASAR FILOSOFINYA (FISIKA, KIMIA, BIOLOGI, ASTRONOMI) Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengambu : Dr. Slamet Suyanto Disusun oleh : Rabiatul Adawiyah (14708251086) Dwi Purbowati (14708251097) KONSENTRASI PENDIDIKAN BIOLOGI B

Transcript of CABANG IPA DAN FILUSUFNYA

MENGENAL CABANG-CABANG ILMU PENGETAHUAN ALAM DANDASAR FILOSOFINYA (FISIKA, KIMIA, BIOLOGI, ASTRONOMI)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah FilsafatIlmu

Dosen Pengambu : Dr. Slamet Suyanto

Disusun oleh :

Rabiatul Adawiyah (14708251086)

Dwi Purbowati (14708251097)

KONSENTRASI PENDIDIKAN BIOLOGI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

A. Ilmu dan Pengetahuan

Pada dasarnya harus kita kita kitahui dulu perbedaan

antara ilmu dan ilmu pengetahuan. Ilmu memulai penjelajahannya

pada pengalaman manusia dan berhenti dibatas pengalaman

manusia. Sementara ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari

sekian pengetahuan, dan kadang juga disebut pengetahuan ilmiah

(scientific knowledge) karena metode untuk memperolehnya dilakukan

dengan metode ilmiah (Semiawan, 1999:45). Dalam kehidupan

manusia, ilmu pengetahuan berfungsi sebagai alat pembantu

manusia dalam menanggulangi masalah yang dihadapinya sehari-

hari (Suriasumantri, 2003:91). Manfaat ilmu pengetahuan adalah

dalam upaya membantu manusia untuk memprediksi, mengontrol,

memanipulasi, dan menguasai alam. Untuk meghindari diri dari

bencana alam banjir, milsanya manusia berupaya memprediksi

musim hujan. Tingkat curah hujan kemudian dikontrol dan

dimanipulasi dengan pembuatan saluran, hingga aliran air dapat

dikuasai. (Jalaludin, 2013:146).

Dalam ilmu, alat untuk menemukan kebenarannya adalah

nalar, logika, bermetode dan sistematik. Sumbernya bersifat

empirik, fakta dan apa adanya. Tujuannya adalah pembuktuian

kebenaran secara khusus dan terbatas (Jakob Soemardjo:5).

Produk ilmu pengetahuan adalah berupa teori-teori ilmiah, yang

kebenarannya telah dibuktikan secara empiris. Dengan demikian,

kebenaran ilmu pengetahuan dapat diamati secara nyata melalui

pengalaman empiric manusia

Menurut Kaplan (1963), seperti dikutip Dedi supardi, ada

semacam criteria of demarcation antara pengetahuan yang telah

berstatus ilmu (ilmu pengetahuan) dengan pengetahuan yang

semata-mata hanya akal lumrah (common sense). Kriteria tersebut

ialah: ilmu pengetahuan memiliki objek formal dan material

tertentu, sistematika isi dan wilayah studi yang disebut

disiplin, terbuka dan memiliki metode-metode tertentu

(Supriadi, 1994:114). Objek formal, adalah cara atau sudut

pandang, dari sudut mana objek materi dipandang, difikirkan,

dan ditinjau atau diselidiki. Sudut pandang itu menggambarkan

secara umumruang lingkup dan tujuan studi (Suparlan, 2005:38).

Sedang objek material, objek dijadikan sasaran pokok

penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan dalam

suatu pemikiran dan penelitian.

B. Hubungan Filsafat dan Ilmu pengetahuan

Filsafat ilmu pengetahuan lahir sebagai dispilin ilmu

tersendiri akibat profesionalisasi dan spesialisasi ilmu-ilmu

alam. Filsafat ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak terlahir

secara spontan. Perkembangan filsafat ilmu pengetahuan hingga

menjadi disiplin ilmu yang otonom, berlangsung direntang waktu

yang cukup lama. Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu

pengetahuan pertama-tama berusaha menjelaskan unsur-unsur yang

terlibat dalam proses ilmiah yaitu prosedur-prosedur

pengamatan, pola-pola argument, perandaian-perandaian

metafisik dan seterunya (Jalaluddin, 2013:143).

Meskipun jawaban filsafat tentang kebenaran bersifat

mendasar dan menyeluruh, namun baru sebatas kebenaran

konseptual. Baru dalam bentuk gagasan abstrak yang hanya ada

dalam alam pikiran. Bukan dalam bentuk konkret yang

kebenarannya dapat diindera. Jawaban ini tampaknya belum

memberi kepuasan kepada rasa aingin tahu manusia. Rasa ingin

tahu terus mendorong manusia untuk menemukan kebenaran konkret

yang dapat dibuktikan secara empiris. Kebenaran yang kemudian

dikenal dengan kebenaran ilmiah atau kebenaran ilmu

pengetahuan (Ibid., hlm.144).

Pada mulanya persoalan ilmu pengetahuan adalah seputar

metode dan substansi yang tidak terpisahkan dari filsafat alam

(Jeremo R. Ravertz:92). Disebut filsafat alam, karena alam

yang dijadikan objek kajian oleh para filsuf. Pemikiran-

pemikiran ini mendiskusikan asal-usul dan evolusi alam

semesta, bentuk dan zatnya, struktur dan hukum-hukumya (Dahler

dan Budianta, 2000:175).

Faktor yang menjadi penyebab lahirnya ilmu pengetahuan

itu yakni faktor intern dan ekstern. Faktor internal

dilatarbelakangi dorongan filsafat dengan objek, metode,

sistem, dan kebenaran yang bersifat khusus. Atas dorongan ini

maka terjadi perkembangan pluralitas ilmu pengetahuan.

Sedangkan faktor eksternal didorong oleh kebutuhan untuk

mengatasi permasalahan yang dihadapi manusia, baik dalam

jangka pendek maupun panjang. (Suparlan, 2005:25).

Jalan yang ditempuh filsafat ilmu pengetahuan hingga

menjadi disiplin ilmu yang otonom, cukup panjang dan berliku.

Bahkan menurut Jerome R. Ravertz pada awal-awal

perkembangannya, filsafat ilmu pengetahuan barulah berupa

topic-topik kajian ilmiah. Baru dipertengahan abad ke-20,

perdebatan dalam filsafat ilmu pengetahuan menjadi semakin

mendalam, rumit dan kritis; dalam kenyataannya selama 50

tahun, barulah mendapat status sebagai suatu disiplin

professional yang mantap (Jerome R. Ravertz, 2004: 116).

Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah

rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat

ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang

strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut

sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan

ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan.

Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam

memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh

jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank,

fungsi filsafatilmu pengetahuan alam adalah menjembatani

putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang

beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke

prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu

pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan

pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam,

filsafat dan kemanusiaan mempunyai hubungan erat.

Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak sejak

abad ke-17. Kemudian pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan

penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu

pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento

Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu

sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu

pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu.

Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan

paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan

memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang

saling berkaitan untuk dapat berkembang secara umum lebih

cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai

dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan

Sosiolog.

C. Sejarah Perkembangan ilmu dari periode prasejarah sampai

priode kontempore

1. Periode Pra-Yunani Kuno (Abad XV-VII SM)

Menurut Hermayanti, dkk (2012), pada periode pra-yunani

kuno, manusia belum mengenal peralatan modern, namun masih

menggunakan batu sebagai peralatan. Sisa peradaban manusia

yang ditemukan pada periode ini antara lain: peralatan dari

batu, tulang belulang hewan dan manusia purba, sisa beberapa

tanaman, gambar-gambar di gua, dan kuburan. Peralatan yang

ditemukan pada periode ini antara lain kapak sebagai alat

pemotong/pembelah dan alat dari tulang yang menyerupai jarum

untuk menjahit; yang mengalami perbaikan dan kemajuan

melalui proses trial and error dalam waktu lama. Antara abad XV-

VI SM, manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk

membuat peralatan-peralatan.Evolusi ilmu pengetahuan dapat

dilihat melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi

di Yunani, Babylonia, Mesir, Cina, Timur Tengah dan Eropa.

Ciri periode ini adalah pengetahuan diperoleh berdasarkan

pengalaman empiris. Pada masa ini kemampuan berhitung

ditempuh dengan cara one to one corespondency atau map process, hal

ini menyerupai anak-anak yang belajar berhitung dengan jari-

jarinya. Selain itu manusia sudah mulai memperhatikan alam

sebagai suatu proses alam sehingga lama-kelamaan mereka

menemukan hal-hal yang berkaitan dengan astronomi.

2. PeriodeYunani Kuno (Abad VII-II SM)

Periode ini merupakan periode keemasan filsafat karena

orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide atau

pendapatnya. Masa itu telah merangsang orang untuk bersikap

senang menyelidiki sesuatu secara kritis, sehingga banyak

menghasilkan ahli pikir, seperti:

1) Anaximander, menyatakan langit yang kita lihat adalah

setengah saja, langit dan isinya beredar mengelilingi

bumi. Ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.

2) Thales, menyatakan bahwa alam semesta itu adalah air

karena tidak ada kehidupan tanpa air.

3) Anaximenes (560-520 SM) menyatakan unsur pembentukan

semua benda adalah air, seperti pendapat Thales. Air

merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi

api dan bila memadat menjadi tanah.

4) Herakleitos (560-470 SM), mengkoreksi pendapat

Anaximenes, ia berpendapat bahwa api merupakan asas

pertama dan merupakan dasar segala sesuatu yang ada

karena menurutnya api adalah lambang perubahan.

5) Pythagoras (500 SM), yang terkenal sebagai filsuf dan

juga ahli ilmu ukur aritmatik. Ia juga mengatakan bahwa

unsur semua benda adalah tanah, api, udara dan air.

6) Empedokles(480-430 SM) menyempurnakan pendapat

Pythagoras, ia memperkenalkan tentang daya tarik-menarik

dan daya tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat

mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur.

7) Socrates: sumber utama untuk menentukan pikirannya yang

dikenal melalui dialog-dialog adalah muridnya yang

bernama Plato. Salah satu pemikirannya yang terkenal

adalah metode yang dikenal dengan Maicutike Telehne (Ilmu

Kebidanan) yaitu suatu metode dialektiva untuk melahirkan

kebenaran.

8) Democritus (460-370 SM) menyatakan bahwa bila benda

dibagi terus, maka pada benda tersebut akan menjadi

bagian terkecil yang disebut atom.

9) Plato (427-345 SM), ia adalah filsuf yang pertama kali

membangkitkan persoalan being (ada) dan

mempertentangkannya dengan becoming (hal menjadi). Ia

menyatakan bahwa keanekaragaman yang ada hanya merupakan

duplikat dari sesuatu yang kekal. Tujuan utama filsafat

menurut Plato adalah penyelidikan pada entitas, seperti

keadilan, kecantikan, cinta, hasrat, kesamaan dan

kesatuan.

10) Aristoteles: adalah murid Plato yang meneruskan

sekaligus menolak ajaran Plato, dan ajarannya dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga bidang:

a. Metafisika: adalah studi tentang “ada sebagai ada”, yang

lebih komprehensif dan fundamental dari ilmu pengetahuan.

b. Logika: penarikan kesimpulan berdasarkan susunan pikir

(Syllogisme).

c. Biologi: pengamatan untuk pembuktian kebenaran pada ilmu-

ilmu empirik.

3. Periode Pertengahan (Abad II-XIV M)

Periode pertengahan (midle age) ditandai dengan tampilnya

para theolog di bidang ilmu pengetahuan, sehingga aktivitas

ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Peradaban dunia

Islam, terutama pada periode Bani Umayyah telah menemukan

suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII Masehi, dan

pada abad VIII Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran

dan astronomi. Pada periode keemasan kebudayaan Islam telah

mendirikan penerjemahan berbagai karya Yunani, serta

menjadi pembuka jalan penggunaan pecahan desimal dan

berbagai konsep hitung lainnya.Sekitar abad 600-700 M,

kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam.

Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam

tiga bidang :

a. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan

menyebarluaskannya sehingga dapat dikenal dunia Barat

seperti sekarang ini.

b. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu

kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu

bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.

c. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

4. Periode Renaissance (Abad XIV-XVII M)

Periode ini merupakan periode peralihan dari abad

pertengahan menjadi kebudayaan modern. Pada periode ini,

pemikiran manusia telah berkembang bebas. Pada periode

Renaissance ini ilmu pengetahuan sudah berkembang, dari

tokoh-tokoh seperti:

1) Roger Bacon (1214-1294), yang berpendapat bahwa

pengalaman merupakan landasan utama di awal dan ujian

akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Beliau juga

mengajarkan pengalaman sebagai basis dari ilmu

pengetahuan.

2) Corpenicus (1473-1543), terkenal dengan pendapatnya

“Heliosentris”, yaitu bahwa bumi dan semua planet

bergerak mengelilingi matahari dan matahari sebagai

pusat.

3) Tycho Brahe (1546-1601), yang merupakan penemu benda-

benda angkasa, yang membuktikan benda-benda angkasa

tersebut terapung bebas dalam ruang angkasa.

4) Johannes Keppler (1571-1630), sebagai ahli matematika,

namun melanjutkan penelitian dari Brahe tentang gerak

benda-benda angkasa.

5) Galileo Galilei (1546-1642), menciptakan sebuah teropong

bintang terbesar yang dapat mengamati beberapa peristiwa

angkasa secara langsung.

5. Periode Modern (Abad XVII-XIX M)

Periode ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan

alat yang lebih modern, kemudian adanya revolusi industri.

Tokoh-tokoh pada periode ini antara lain:

1) Rene Descrates (1596-1650), yang dikenal dengan

bapak filsafat modern dan juga seorang ahli ilmu pasti

yang menemukan sistem koordinat, yang terdiri dari sumbu

X dan sumbu Y.

2) Issac Newton (1643-1727), menemukan: 1) Teori

gravitasi, 2) Perhitungan kalkulus, dan 3) Metode tentang

optika.

3) Charles Darwin, yang berpendapat bahwa makhluk hidup

yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang

lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama, dan

sebaliknya. Pendapatnya ini dikenal dengan teori evolusi.

4) J.J. Thompson (1897), menemukan elektron. Penemuan

ini merutuhkan teori bahwa atom adalah meteri terkecil.

Penemuan ini juga membuka jalan bagi pengembangan Fisika

Nuklir.

D. Aturan Permainan dalam ilmu-ilmu Alam

Menurut B. Suprapto dalam Suriasumantri (2009), salah

satu faktor yang membawa ilmu-ilmu alam kebentuknya yang

sekarang adalah aturan permainan yang digunakan dalam proses

pengembangannya. Dibawah ini akan dicoba diuraikan bagaimana

kira-kira pokok-pokok aturan itu dalam bentuk yang sederhana:

1. Pengamatan berulang, maksudnya disini adalah pengamatan

gejala-gejala alam yang timbul, jadi gejala alam baru akan

masuk dalam perbendaharaan ilmu alam jika melalui ujian dan

pengamatan berulang kali sehingga tidak diragukan

kebenarannya.

2. Jalinan antara teori dan pengamatan, contoh bila

dikaitkan dengan cerita buah apel yang jatuh dikepala Issac

Newton dan mengilhami teori gravitasinya yang terkenal

sehingga memberi kesan keliru tentang lahirnya teori dalam

ilmu alamyaitu sebuah teori lahir dari argumentasi satu

orang saja dan didasarkan atas suatu hasil pengamatan.

Padahal teori Issac Newton lahir melalui proses cukup

panjang. Dibuka dari revolusi Copernicus, teori pengamatan

Galileo, dan digarap oleh tumpukan data Kepler. Semua ini

dikarenakan gejala alam masih mentah dan butuh teori-teori

sebagai penolong

3. Kemampuan meramalkan kejadian yang lain, contoh bila

dikaitkan dengan penemuan gelombang radio. Gejala

kelistrikan dalam bentuk pengamatan disusun oleh banyak

orang yaitu Coulomb, Faraday, Ampere, dan lainnya. Kemudia

Maxwell merangkai pengamatan tersebut dalam Bahasa

matematika dan menemukan gejala baru yaitu suatu getaran

listrik akan memancarkan pengaruh sekelilingnya secara

berantai tanpa perlu media. Kemudian Herz mengamati

kemungkinan itu beberapa tahun kemudian setelah alatnya

memungkinkah, kini daftar gejala alam yang diramalkan lebih

dahulu sebelum dapat diamati sudah cukup panjang.

E. Cabang-cabang Ilmu

Hasrat untuk menspesialisasikan diri pada suatu bidang

telaah yang memungkinkan analisis yang makin cermat dan

seksama menyebabkan obyek forma (objek ontologis)dari disiplin

keilmuwan menjadi kian terbatas (Suriasumantri, 2003:93).

Ruang penjelajahan keilmuan kemudian menjadi “kapling-kapling”

berbagai disiplin keilmuwan. Kapling ini makin lama makin

sempit sesuai dengan perkembangan kuantitatif disiplin

keilmuwan. Menurut Suriasumantri (2003:93), pada dasarnya

cabang-cabangala ilmu berkembang dari dua cabang utama yakni

filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the

natural scienlce) dan filsafat moral yang kemudian berkembang

kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social science). Lagi Ilmu-

ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu

alam (Physical Science) dan ilmu hayat (Biological sciences). Ilmu alam

bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta

sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika, kimia,

astronomi dan ilmu bumi.

F. Fisika

Fisika merupakan ilmu teoritis yang dibangun diatas

sistem penalaran deduktif yang menyakinkan serta pembuktian

induktif yang sangat mengensankan. Dalam analisis secara

mekanistik maka terdapat 4 komponen analisis utama dalam

fisika yaitu zat gerak, ruang dan waktu. (Suriasumantri,

2003:84). Pada ilmu fisika, dimana alam fisik atau jagad raya

(cosmos) merupakan objek penyelidikan ilmu-ilmu alam,

khususnya fisika. Terdapat dua pendapat besar yang membangun

dasar pada ilmu fisika yaitu pendapat dari Newton dan

Einstein.

1. Pendapat Newton.

Ruang:(a) Ruang itu ada, mutlak, bersifat objektif dan

merupakan sejenis wadah yang didalamnya terjadi kejadian-

kejadian dan didalamnya terdapat berbagai objek, (b) ruang

bersifat netral terhadap apa saja yang menempatinya atau

terjadi didalamnya, (c) ruang bersifat tak berhingga

luasnya, karena tidak mungkin orang dapat menunjukkan batas

terakhir ruang, (d) ruang bersifat berkesinambungan dan

tidak ada kesenjangan, dmanapun akan selalu ada ruang

betapapun kecilnya, (e) ruang memiliki 3 matra: atas-bawah,

depan-belakang, kiri-kanan.

Waktu:memiliki sifat yang hampir sama dengan ruang hanya

dibedakan oleh matra, dimana waktu memiliki satu matra yaitu

depan dan belakang (kita tidak dapat pergi kesetiap arah,

namun kita hanya dapat pergi kedepan).

Gerakan: (a) gerakan terjadi didalam ruang dan waktu, (b)

bersifat mutlak, (c) berperan dalam menghitung lamanya

waktu, (d) gerakan merupakan jumlah dibagi jumlah waktu yang

diperlukan. Hukum termasyur gerakan newton adalah: suatu

benda terus berada dalam keadaan diam atau bergerak, kecuali apabila

mendapat pengaruh dari suatu kekuatan yang mengubah gerakan tersebut.

Gerakan merupakan akibat dari suatu kekuatan yang mempengaruhi massa.

(Katsoff, 2004:243-246)

Ide terbesar Newton terjadi pada tahun 1666. Pada siang

hari dia membaca dan merenungkan teori Copernicus, Galileo

dan Kepler tentang orbit bumi di bawah pohon apel. Sebuah

apel jatuh menimpanya dan dia langsung mengambil kesimpulan

bahwa bulan juga mempunyai daya tarik karena [bulan] tidak

jatuh ke bumi sama seperti apel yang dikenal dengan

gravitasi. Tujuh tahun kemudian, dia baru mendapatkan

jawabannya. Mulai bosan berkutat dengan alam semesta, Newton

mulai melakukan eksperimen tentang cahaya. Newton mengawali

penjelajahan sains dengan dasar pemikiran Galileo,

analitikal geometri dari Descartes dan hukum Kepler tentang

gerakan planet yang ada di otak. Ketiga orang inilah yang

disebut Newton dengan raksasa-raksasa yang menggendongnya.

Newton memformulasikan tiga hukum yang mengatur semua

gerakan (fenomena) dalam alam semesta dari galaksi di jagad

raya sampai elektron berputar mengelilingi nukleus. Hukum

gerak Newton mampu bertahan tiga abad. Dalam karyanya

Principia Mathematica (1687), Isaac newton mendefinisikan

ruang dan waktu sebagai konsep absolut yang tetap tidak

terpengaruh oleh pengaruh eksternal. Waktu itu absolut,

benar dan matematis, tentang dirinya sendiri dan dari sifat

dasarnya sendiri, mengalir secara keseluruhan tanpa

referensi pada appaun yang eksternal, sementara ruang

absolut “tetap selalu sama dan tidak bergerak”. Berlangsung

dalam alam semesta yang dijelaskan seperti itu, hukum gerak

dan gravitasi newton sebagian besar tatap tak tertandingi

selama hampir 200 tahun (Ben dupre: 228).

Sejumlah Kesukaran/Anomali dalam pengertian Ruang, waktu,

dan Gerakan Mutlak.

Dalam perkembangannya terdapat anomali atau kesukaran-

kesukaran dalam teori newton ini, seperti gagasan anak panah

yang dikemukakan oleh Zeno (490-430SM). Ia hendak

membuktikan bahwa sesungguhnya apa yang dinamakan gerakan

sekedar merupakan khayalan belaka dan jika dikatakan gerakan

adalah suatu kenyataan, maka banyak ditemukan suatu

keganjilan. Salah satu paradox yang dikenal dengan nama

“anak panah yang melayang” mengandung contradiction in terminis

(pertentangan dalam diri). Perhatikanlah sebuah anak panah,

yang katakanlah, berukuran panjang 3 meter. Ukuran panjang 3

meter berarti menempati ruang sepanjang tiga meter, dan

menempati ruang dalam keadaaan diam dalam ruang tersebut,

nah anak panah tadi kemudian di lepaskan kedalam ruang.

Sudah pasti anda mengatakan bahwa anak panah tadi bergerak

dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi pada saat dalam

keadaannya yang melayang, anak panah tesebut tetap berukuran

sepanjang tiga meter berarti menempati ruang sepanjang tiga

meter, dan berhubungan dengan itu, maka setiap saat dalam

keadaaanya yang melayang anak panah tadi berada dalam

keadaan diam, maka dalam hal ini tampaklah bahwa terdapat

suatu contradiction in terminis (Katsoff, 2004:240).

Menjelang akhir abad ke-19 berbagai anaomali mulai timbul

dalam usaha untuk menjelaskan prilaku cahaya. Pada tahun

1873 fisikawan skotlandia James Clerk Maxwell

mempublikasikan teori elektromagnetiknya, yang memprediksi

bahwa cahaya akan berjalan melewati ruang kosong dengan

kecepatan tertentu sekitar 186.000mil perdetik. Kemudian

pada tahun 1887 Albert Michelson dan Edward Morley melakukan

suatu eksperimen yang dipublikasikan secara luas yang

menunjukkan, tanpa bisa diduga, bahwa ukuran-ukuran

kecepatan cahaya masih tetap konstan dan tidak terpengaruh

oleh kecepatan rotasi bumi-secara jelas melanggar mekanika

Newton (Ben Dupre:230).

2. Pendapat Einstein

Ruang: ruang senantiasa bergantung pada pengamatnya atau

kerangka acuan pengamatnya dan dipengaruhi oleh benda-benada

sendiri, maupun oleh pengamatnya. Contoh: anda dalam kereta

api dan teman anda berdiri diperon stasiun seraya memandang

anda lewat. Anda menjautuhkan sebuah apel untuk dia. Bagi

anda tampaknya apel tersebut jatuh ketanah dan mengambil

garis yang membengkok, sedangkan bagi teman anda apel itu

nampaknya jatuh secara tegak lurus.

Jarak: bersifat nisbi terhadap pengamatnya. Bila anda dalam

keadaan diam dalam hubunganya dengan A dan B yang sama-sama

delam keadaan diam dalam kerangka acuan tertentu yang sama,

dan anda mengukur jarak dari A ke B, maka hasilnya ialah

satuan-satuan x, kini andaikan anda berada pada titik A dan

bergerak ke titik B secara lurus dan kemudian anda mengukur

jarak dari A ke B, maka hasilnya ialah, katakanlah

satuan-satuan Y. dan semakin anda mendekati B, maka semakin

x lebih besar dibandingkan y.

Waktu: waktu juga bersifat nisbi, karena hasil pengukuran

terhadap hubungan yang menyangkut waktu tergantung pada

pengertian keserempakan dan pengertian ini bersifat nisbi.

Misalnya anda suatu malam memandang kearah langit dan

melihat terjadinya suatu ledakan cahaya, kejadian ini

terjadi ditempat yang jauh, dan memerlukan waktu yang

secukupnya untuk sampai ke mata kita, pertayaannya, kejadian

apakah dibumi yang terjadinya serempak dengan ledakan

tersebut, apabila kita, misalnya menegtahui jarak yang

membentang kearah sumber cahaya tersebut adalah 30 tahun

cahaya? Jika cahaya terjadi 1 februari 1911, dan jika kita

bergerak mendekati sumber cahaya, maka waktu yang diperlukan

sampai pada mata kita kurang dari 30 tahun, sehingga

peristiwa tersebut terjadi sesudah tanggal 1 februari 1911,

jika kita bergerak menjauhi cahaya, maka waktu yang

diperlukan untuk sampai kemata kita lebih dari 30 tahun atau

sebelum 1 februari 1911 (Katsoff, 2004:243-247)

Teori terbesar yang dikemukakan oleh Einstein adalah

teori relativitas bayangkan anda dalam sebuah kereta yang

melaju dengan kecepatan yang konstan pada sebuah garis lurus

(andaikan, pula itu merupakan kereta yang ideal dimana tidak

ada guncangan atau getaran yang disebabkan oleh

pergerakannya). Jika anda tidak dapat melihat sesuatu diluar

kereta itu, pengalaman anda tak akan dapat dibedakan dari

sedang berada disebuah kereta saat tertidur. Jika misalnya

anda bermain menagkap bola, maka itu akan persis sama

seperti jika kereta itu tidak bergerak. Selain itu jika

semua yang anda lihat diluar kereta adalah sebuah kereta

(juga ideal) kedua, bergerak bersama pada jalur parallel

dengan kecepatan yang sama persis, mustahil untuk mengatakan

bahwa salah satu dari kedua kereta itu bergerak. Hanya jika

kereta anda mengubah kecepatan atau arah, anda bisa

mengatakan anda sedang bergerak. Dalam istilah teknis,

kereta anda adalah “keragka acuan” anda, dan selama kereta

tetap berada pada kecepatan konstan dalam garis lurus,

kereta dijelaskan sebagai “kerangka inersia”. Solusi

Einstein atas kesulitan yang dihadapi dalam menangani

prilaku cahaya adalah, pertama, untuk menegaskan, secara

tanpa kontroversi, bahwa hukum-hukum alam adalah sama untuk

semua orang, dalam sebuah kerangka inersia ; kedua untuk

memperluas hal ini ke propagasi/perbanyakan cahaya, sehingga

kecepatan cahaya adalah konstan untuk pengamat, terlepas

dari gerak relative mereka (Ben Dupre:228-230)

Teori gravitasi newton melanggar relativitas khusus,

karena hal itu melibatkan “kekuatan jarak jauh” misterius

dimana benda-benda seperti matahari dan bumi mengerahkan

kekuatan instan yang menarik satu sama lain. Untuk

mengembangkan sistem baru yang memuaskan, Einstein

merumuskan teori umumnya mengenai relativitas, bergerak

melampau teori khusus mempertimbangkan kerangka-kerangka

acuan non-inersia-yaitu, kerangka-kerangka yang melaju dalam

hubungannya dengan satu sama lain. Dalam konteks ini wawasan

besarnya adalah prinsip ekuivalensi, yang mengakui bahwa

efek-efek fisik akibat gravitasi tidak dapat dibedakan dari

yang disebabkan oleh percepatan. Bayangkan anda berada dalam

elevator rusak yang terjun bebas kebumi. Anda tidak akan

merasakan berat badan anda sendiri, karena anda dan elevator

itu melaju kebawah dengan kecepatan yang sama. jadi, kecuali

jika anda dapat merujuk pada satu kerangka berbeda- dengan

kata lain – melihat sesuatu didunia diluar elevator – akan

mustahil bagi anda mengatakan anda berada dalam medan

gravitasi (Ben Dupre:230-232)

G. Kimia

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (depdiknas),

ilmu kimia adalah ilmu tentang susunan, unsur, dan ciri-ciri

zat, serta reaksi-reaksi yang menyebabkan timbulnya zat-zat

baru.Sebelum abad ke-18, metalurgi dan farmasi sebenarnya

didasarkan atas pengalaman saja dan bukan teori.Berdasarkan

hal tersebut dan sifat kimia modern yang terorganisirbaik dan

sistematik metodologinya, akar sebenarnya kimia modern

mungkindapat ditemui di filosofi Yunani kuno.Jalan dari

filosofi Yunani kuno ke teori atom modern tidak selalu mulus.

DiYunani kuno, ada perselisihan yang tajam antara teori

atom dan penolakankeberadaan atom. Sebenarnya, teori atom

tetap tidak ortodoks dalam duniakimia dan sains. Orang-orang

terpelajar tidak tertarik pada teori atom sampaiabad ke-18. Di

awal abad ke-19, kimiawan Inggris John Dalton (1766-

1844)melahirkan ulang teori atom Yunani kuno. Bahkan setelah

kelahirannya kembaliini, tidak semua ilmuwan menerima teori

atom. sampai awal abad 20 teoriatom, akhirnya dibuktikan

sebagai fakta, bukan hanya hipotesis. Hal ini dicapaidengan

percobaan oleh kimiawan Perancis Jean Baptiste Perrin(1870-

1942). Jadi, perlu waktu yang cukup panjang untuk menetapkan

dasarkimia modern.Akar ilmu kimia dapat dilacak hingga

fenomena pembakaran. Api merupakankekuatan mistik yang

mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanyamerupakan

perhatian utama umat manusia. Adalah api yang menuntun

manusiapada penemuan besi dan gelas. Setelah emas ditemukan

dan menjadi logamberharga, banyak orang yang tertarik

menemukan metode yang dapat merubahzat lain menjadi emas. Hal

ini menciptakan suatu protosains yang disebutAlkimia. Alkimia

dipraktikkan oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah

dansering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan

protosains.

Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun

pada pengembangan kimia modern. Alkimiawanpertama yang

dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia

danmembedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–

1691). Walaupundemikian, kimia seperti yang kita ketahui

sekarang diciptakan oleh AntoineLavoisier dengan hukum

kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan unsur kimia

memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan

diciptakannya table periodik unsur kimia oleh Dmitri

Mendeleyev pada tahun1869.Pada bagian awal abad ke-20, sifat

subatomik atom diungkapkan dan ilmumekanika kuantum mulai

menjelaskan sifat fisik ikatan kimia. Pada pertengahanabad ke-

20 kimia berkembang menjadi biokimia.

Sampai Abad ke XX, teori atom memandang materi tersusun

dari partikel-partikel terdalam, tidak dapat rusak, kecil,

bulat, keras yang kemudian dinamakan atom-atom. Atom-atom

tersebut bukan hanya tidak dapat rusak, melainkan juga tidak

pernah menjadi atom-atom baru. Ini berarti bahwa semua bentuk

materi hanyalah sebagai pengelompokkan baru dari atom-atom

tadi, sebagaimana yang diyakini dalam hukum kelestarian

materi.

Pada awalnya terdapat sejumlah tertentu atom-atom dan

atom-atom yang ada dewasa ini adalah atom-atom yang itu-itu

juga, jumlahnya tidak pernah lebih dan tidak pula berkurang

dari jumlah semula. Karenanya, pasti tidak pernah ada atom-

atom baru. Bila atom itu bergabung maka akan terbentuk

berbagai macam hal yang disebut unsur. Dari unsur tersebut ada

sekitar 92 unsur yang membentuk hal lain. Unsur ini dan hasil

penggabungannya tampil didepan mata kita sebagai materi yang

terdapat dalam pengalaman sehari-hari.

Materi dapat pula dibagi menjadi molekul, molekul dapat

dipecah kedalam bagian-bagian yang menyusunya, yang sampai

awal abad XX masih dipandang sebagi atom-atom, yakni sesuatu

yang diasumsikan tidak dapat dipotong-potong lagi. Suatu

substansi dapat mempunyai panas (gerakan molekul) tetapi suatu

atom tidak mempunyai panas, atom dipandang sebagai partikel

yang sedang bergerak, mempunyai massa, ekstensi, besar dan

bangun (Katsoff, 2004:86-87)

Penemuan selanjutnya mengatakan bahwa atom bukanlah

pertikel yang terdalam, karena atom masih dapat dipecah

menjadi pertikel yang jauh lebih kecil (subatomic), atom juga

tidak bersifat abadi dan bukanya tidak dapat berubah melainkan

senatiasa bergerak dalam proses transformasi. Atom dikenal

sebagai satuan yang luar biasa rumitnya, tersusun dari

berbagai partikel. Hal ini ditunjukkan dari ditemukannya

berbagai radiasi, yang berasal dari dalam atom. Partikel ini

adalah elektron, proton, neutron, positron dan lain-lain.

Susunan materi begitu luar biasa rumitnya dan ini mencakup

pengertian tentang massa dan tenaga listrik. Maka dalam arti

tertentu, biarpun susunan materi menjadi lebih rumit, namun

materi tetap meliputi pengertian lama mengenai massa dan

pengertian baru mengenai tenaga, setidaknya hingga rumus E =

mc2 yang menunjukkan hubungan hakiki tenaga, massa, dan

gerakan (Katsoff, 2004:87)

E = mc2konsekuensi lanjutan dari teori special Einstein

ialah ekuivalensi massa dan energi. Pada dasarnya dua aspek

dari hal yang sama, mereka saling berhubungan dengan

persamaan yang terkenal E=mc2 - energy (E) sama dengan massa

materi (m) dikalikan dengan kecepatan cahaya (c) yang

dikuadratkan. Seperti ruang dan waktu, mereka juga

relativistik, dengan massa benda yang meningkatkan dengan

kecepatan dan yang mendekati jumlah yang tak terbatas yang

hampir mendekati kecepatan cahaya. Diperlukan jumlah energi

yang tak terbatas, bagaimanapun, untuk mempercepat benda fisik

pada kecepatan ini. Itulah alasan mengapa kecepatan cahaya

merupakan batas kecepatan teoritis untuk alam semesta. Karana

kecepatan cahaya yang dikuadratkan merupakan jumlah yang

sangat besar, persamaan energi massa berarti jumlah massa yang

kecil dapat dikonversi kedalam jumlah energi yang besar –

sebuah fakta yang secara spektakuler dikonfirmasi oleh senjata

nuklir, yang mengkonversi kurang dari satu persen dari

masssanya menjadi energi. Pada tahun 1931, Einstein

memperingatkan, dengan ironi yang tragis, agar para ilmuwan

harus melakukan sesuatu guna memastikan ciptaan-ciptaanya

harus menjadi berkat dan bukan kutukan bagi umat manusia. Lima

belas tahun kemudian – melihat akibat buruk yang terjadi pada

Hiroshima dan Nagasaki – dia dengan sungguh sungguh menulis

“kekuatan ledakan atom yang telah mengubah segalanya mencegah

cara-cara kita berfikir dan kita dengan demikian hanyut menuju

bencana yang tak tertandingi (Ben Dupre:230).

H. Biologi

Dalam perkembangan sejarah, biologi mulai dikenal pada

masa Aristoteles (Periode Yunani Kuno abad VII-II SM), murid

dari Plato yang mana ia meneruskan sekaligus menolak ajaran

Plato, dan ajarannya diklasifikasikan ke dalam tiga bidang,

metafisika, logika, dan biologi. Dimana biologi merupakan

pengamatan untuk pembuktian kebenaran ilmu-ilmu empirik.

Aristoteles (384-322 SM) seorang ilmuan dan juga filsuf yang

dipercayai sebagai perintis ilmu biologi. Ia telah mempelajari

500 jenis hewan dengan sistem klasifikasinya. Pada periode

modern (abad XVII-XIX M) muncullah Charles Darwin, yang

berpendapat bahwa makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri

akan memiliki peluang lebih besar utuk bertahan hidup lebih

lama, dan sebaliknya, pendapatnya dikenal dengan teori

evolusi.

Hubungan biologi dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah

dengan adanya filsafat ilmu pengetahuan yang mengkritisisasi

dan memikirkan efek-efek ilmu biologi dan perkembangannya bagi

pengetahuan manusia dan dampaknya pada refleksi etis tentang

berbagai problema serta akses pemanfaatannya dalam kehidupan

manusia, maka biologi dapat bermanfaat secara efektif dalam

kehidupan umat manusia. Dengan kata lain, filsafat ilmu

merupakan kajian secara mendalam dan spesifik tentang hakikat

ilmu (pengetahuan ilmiah), seperti obyek apa yang dikaji ilmu,

bagaimana cara memperoleh ilmu, bagaimana ilmu

digunakan, bagaimana kaitan penggunaan ilmu dengan kaidah-kaidah

moral kehidupan.

Peranan biologi dalam membangun pengetahuan dan proses

berfikir, bahwa biologi memberikan sumbangan besar terhadap

proses membangun pengetahuan melalui pengindraan, adaptasi,

dan abstraksi harus menjadi acuan. Artinya dipikirnkan proses

membangun pengetahuan diperoleh dan dikembangkan. Konsep-

konsep dalam biologi digunakan untuk menjelaskan proses

tersebut. Keseimbangan antara asimilasi (penerapan skema yang

dimiliki pada situasi baru) dan akomodasi (mengubah skema yang

lama berdasarkan situasi baru) yang termasuk kedalam proses

adaptasi diperlukan untuk mengembangkan penalaran dan

pengetahuan.

1. Definisi Ilmu Biologi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (depdiknas),

ilmu biologi adalah ilmu tentang keadaan alam dan sifat

makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuhan), ilmu hayat.

2. Objek Kajian dan cabag ikmu biologi

Objek kajian ilmu biologi sangat luas dan mencakup semua

makhluk hidup. Berbagai aspek kehidupan yang dikaji antara

lain meliputi : ciri-ciri fisik dan fungsinya; perilaku

dipelajari pada masa sekarang dan masa lalu; bagaimana makhluk

hidup tercipta; interaksi sesama makhluk dengan alam sekitar;

dan mekanisme pewarisan sifat yang berguna dalam upaya menjaga

kelangsungan hidup suatu jenis makhluk hidup.

Cakupan objek kajian biologi sangat luas maka dibuatlah

cabang-cabang ilmu biologi. Berikut ini merupakan cabang-

cabang biologi :

Imunologi : mencakup kajian mengenai semua aspek sistem

imun(kekebalan) pada semua organisme.

Mikologi : ilmu tentang fungi, yang dahulu disatukan

dengan botani.

Bryologi : ilmu tentang tentang lumut.

Mammologi : ilmu tentang tentang mammalia.

Ornitologi : ilmu tentang tentang burung.

Entomologi : ilmu tentang tentang insekta atau serangga.

Parasitologi : ilmu tentang tentang parasit, inangnya,

dan hubungan di antara keduanya. Sub cabang ilmu

parasitologi : Parasitologi kedokteran, parasitologi

struktural, ekologi parasit, taksonomi dan filogenetik

Botani: mengkaji aspek pertumbuhan, reproduksi,

metabolisme, perkembangan, evolusi pada tumbuhan.

Ilmu perilaku hewan, ilmu perilaku satwa atau juga

disebut etologi adalah suatu cabang ilmu zoologi yang

mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme

serta faktor-faktor penyebabnya.

Anatomi adalah cabang dari biologi yang berhubungan

dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup.

Biologi molekular atau biologi molekul merupakan salah

satu cabang biologi yang merujuk kepada pengkajian

mengenai kehidupan pada skala molekul, terutama tentang

interaksi DNA, RNA, dan sintesis protein, dan bagaimana

interaksi tersebut diatur.

Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta

organel-organel di dalamnya, proses kehidupan dalam sel,

serta hubungan antara satu sel dengan sel yang lainnya.

Sitologi dikenal juga sebagai biologi sel.

Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki

dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi.

Genetika mempelajari berbagai aspek yang menyangkut

pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun

suborganisme (seperti virus dan prion), dsb.

I. Astronomi dan Antariksa

Pada mulanya orang sumeria sudah mengetahui gambaran

konstelasi bintang sejak 3500 SM. Mereka menggambar pola-pola

rasi bintang pada segel, vas, dan papan permainan. Nama rasi

Aquarius yang kita kenal berasal dari bangsa Sumeria.

Astronomi juga sudah dikenal masyarakat India kuno. Sekitar

tahun 500 SM, Aryabhata melahirkan sistem matematika yang

menempatkan bumi berputar pada porosnya. Aryabhata membuat

perkiraan mengenai lingkaran dan diameter bumi. Brahmagupta

(598-668) juga menulis teks astronomi yang berjudul

Brahmasphutasiddhanta pada 628. Dia astronom yang memecahkan

masalah-masalah astronomi.

Geosentris

Embrio teori Geosentris dimulai sejak zaman Aristoteles

(384-322) yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, dengan

menunjukkan argumen ketika terjadi proses gerhana terdapat

bayang-bayang lengkung pada bulan yang disebabkan oleh posisi

bumi. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya adalah bumi.

Sehingga semua benda-benda langit bergerak mengitari bumi.

Sekitar tahun 150 M, di Alexandria hiduplah seorang astronom

mesir bernama Ptolomeus. Ia merupakan peneliti ahli dan

menjadi popular karena ensiklopedia yang disusunnya, yang

berisi semua pengetahuan sains dari dunia kuno. Kita

mengenalnya dengan almagest. Selain memberikan satu-satunya

catatan catalog bintang Hipparchus, buku itu juga menimpulkan

pandangan klasik bumi sebagai pusat alam semesta. Konsep ini

dikenal dengan konsep alam semesta Ptolomeus. Dengan adanya

dukungan dewan gereja yang berkuasa saat itu teori Aristoteles

dianggap mutlak benar.

Pendukung teori Geosentris

1. Aristoteles (384-322)

2. Claudius Ptolomeus (140 SM)

3. Hipparchus (150 SM)

4. Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-875 M)

5. Nasiruddin Muhammad al-Thusi (598-673 M)

6. Ibnu Jabr al-Battani (858-929 M)

7. Al-Farghany

Heliosentris

Terobosan kedua hampir dilakukan oleh Aristarcus pada abad

III SM jika dia mempunyai cukup banyak pendukung. Aristarcus

tidak hanya berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta

(geosentris). Akan tetapi dia juga menyatakan bahwa bumi

berputar dan beredar mengelilingin matahari yang merupakan

pusat gerak langit (heliosentris). Inilah awal munculnya teori

heliosentris, sehingga orang pertama kali mengemukakan teori

heliosentris sebenarnya adalah Aristarcus. Namun teori ini

tidak mendapat posisi keilmuwan pada zaman itu yang disebabkan

oleh kurangnya pendukung.

Astronomi berkembang pada periode pertengahan (abad II-XIV

M) ditandai dengan tampilnya para theolog di bidang ilmu

pengetahuan sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas

keagamaan. Peradaban islam, terutama periode Bani Umayyah

telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII

dan VIII M, telah mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi

dan berkembang pada periode Bani Abbasiyah. Lahir tokoh islam

yang pertama yaitu Muhammad al-fazani, dikenal sebagai pembuat

astrolob/alat yang pergunaannya untuk memelajari ilmu

perbintangan pertama di kalangan muslim.

Sekalipun ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup

maju, namun yang perlu dicatat adalah bahwa pandangan terhadap

alam secara umum masih mengikuti pandangan geosentris. Di abad

yang sama, juga muncul tokoh islam yang menganggap bahwasanya

teori geosentris tidak masuk akal. Ia adalah Abu Raihan Al-

Biruni. Ia merupakan orang yang pertama kali menolak teori

ptolomeus. Sekitar abad XIV juga muncul tokoh islam yang

merombak habis teori Geosentris Ptolomeus. Ia adalah Ibnu

Shatir dalam bukunya yang berjudul “Nihayat al-Sulfi Tashih

al-Ushul”.Walaupun ada beberapa tokoh yang menentang teori

ptolomeus, namun sebenarnya lebih dari tiga belas abad konsep

geosentris diterima oleh masyarakat dunia. Baru pada tahun

1512 M (abad XVI), Copernicus membuka sejarah baru dengan

mengekemukakan bahwa planet dan bintang mengelilingi matahari

dengan orbit lingkaran (Heliosentris). Mulai abad inilah teori

Heliosentris diterima oleh masyarakat dunia. Walaupun sejak

Copernicus mengekemukakan pandangan heliosentrisnya muncul dua

aliran, yaitu aliran Ptolomeus (Geosentris) dan aliran

Copernicus (Heliosentris).

Tokoh pendukung heliosentris

Pada periode Renaissance (abad XIV-XVII M), masaperalihan dari

abad pertengahan menjadi kebudayaan modern. Pemikiran manusia

telah berkembang bebas :

1. Aristarcus (abad III SM)

2. Nicolas Copernicus (1473-1543)

3. Galileo Galilei (1564-1642)

4. Johannes Kepler (1571-1630)

5. Tycho Brahe (1546-1601)

6. Sir Isaac Newton (1643-1722)

1. Definisi Ilmu Atronomi dan Antariksa

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (depdiknas),

ilmu astronomi adalah ilmu tentang matahari, bulan, bintang,

dan planet-planet lainnya; ilmu falak, sedang antariksa adalah

ilmu tentang bagian alam semesta yang berada di luar atmosfet

bumi (luar angkasa).

2. Objek Kajian Ilmu Astronomi dan Antariksa

Ilmu astronomi mempelajari asal-usul, evolusi, sifat

fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat dari langit

(dan di luar bumi), juga proses yang melibatkan mereka.

Cabang ilmu astronomi :

Berdasarkan cara-cara mendapatkan informasi, yang meliputi :

Astrometri : penelitian posisi benda langit dan perubahan

posisi mereka, mendefinisikan sistem koordinat yang

dipakai dan kinematika dari benda-benda di galaksi kita.

Kosmologi : penelitian alam semesta secara keseluruhan dan

evolusinya.

Fisika galaksi : penelitian struktur dan bagian galaksi

kita dan galaksi lain.

Astronomi ekstragalaksi : penelitian benda (sebagian besar

galaksi) di luar galaksi kita.

Ilmu planet : penelitian planet dan tata surya.

Pembentukan bintang : penelitian kondisi dan proses yang

menyebabkan pembentukan bintang di dalam awan gas, dan

proses pembentukan itu sendiri.

Astronomi optikal menunjuk kepada teknik yang dipakai

untuk mengetahui dan menganalisa cahaya pada daerah

sekitar panjang gelombang yang bisa didetekdi oleh mata

(sekitar 400-800nm). Alat yang paling biasa dipakai adalah

teleskop, dengan CCD dan spektograf.

Astronomi inframerah mengenai deteksi radiasi infra menrah

(panjang gelombangnya lebih panjang daripada cahaya

merah). Alat yang digunakan hampir sama dengan astronomi

optik dilengkapi peralatan untuk mendeteksi foton infra

merah. Teleskop ruang angkasa digunakan untuk mengatasi

gangguan pengamatan yang berasal dari atmosfer.

Astronomi radio memakai  alat yang betul-betul berbeda

untuk mendeteksi radiasi panjang gelombang mm sampai cm.

Penerimaannya mirip dengan yang dipakai dalam pengiriman

siaran radio (yang memakai radiasi dari panjang

gelombang).

DAFTAR PUSTAKA

Admiranto, Gunawan A. 2009. Menjelajahi Tata Surya. Yogyakarta :Kanisius.d

Ahmadi, Nur Yudha. 2014. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa BaniUmayyah.https://www.scribd.com. Diakses pada Rabu, 29Oktober 2014. Pukul 16:34.

Ben Dupre. 50 Gagasan Besar yang Perlu diketahui. Jakarta:Esensi Group Erlangga

Franz dahler & Eka Budiana. 2000. Pijar Perdaban Manusia.Yogyakarta: Kanisius.

Hermayanti, dkk. 2012. Filsafat Ilmu dan Ilmu Biologi. ProgramStudi Pendidikan Biologi Sekolah PascaSarjana. UiversitasPendidikan Indonesia.

Jalaluddin. 2013. Filsafat ilmu pengetahuan Depok: PT. Raja GrafindoPersada.

Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarya: TiaraWacana Yogya

Nuryani,R.2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : PenerbitUniversitas Negeri Malang.

Salam, B., (2008), Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, Jakarta.

Semiawan, Conny R. 1999. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu.Jakarta: Remaja Rosda Karya

Setiawan, Ebta. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia.http://kbbi.web.id. Diakses pada Kamis, 30 Oktober 2014.Pukul 2:58.

Suparlan, Suhartono. 2005. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suriasumantri, Jujun S. 2009. Ilmu dalam Perspektif sebuah kumpulankarangan tentang Hakekat hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2007. Filsafat Ilmu Sebagai DasarPengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty