Identifikasi Masalah di SD-MI
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of Identifikasi Masalah di SD-MI
LANDASAN KEPENDIDIKANMengindentifikasi Permasalahan di
Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah
Ibtidaiyah (MI)
Disusun Oleh : Kelompok 2b (PAP 14 B)
1.Shinta Dewi L.U.
(14080314007)
2.Ardita Ruhansyah
(14080314029)
3.Kartika Dewi
(14080314045)
4.Meida Sintia Devi
(14080314054)
5.Siti Nurul
(14080314071)
PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas petunjuk dan rahmat-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah mengenai “Indentifikasi Permasalahan
di Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI)” dengan baik
dan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Landasan Kependidikan.
Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang ikut
serta membatu menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai identifikasi permasalahan di Sekolah
Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), khususnya bagi
penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Surabaya, 12 Maret
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................iiDAFTAR ISI..........................................iiiBAB I PENDAHULUAN.....................................1
A. Latar Belakang...................................1B. Rumusan Masalah..................................1C. Tujuan...........................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................3A. Pengertian Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).....................................3B. Mengidentifikasi Permasalahan di SD/MI Ditinjau dari 8 Komponen dalam Sistem Pendidikan.............4B.1. Tujuan Pendidikan di SD/MI....................5B.2. Permasalahan Ditinjau dari Pendidik/Guru di SD/MI..............................................7B.3. Permasalahan Ditinjau dari Peserta Didik/Pebelajar di SD/MI...........................8B.4. Permasalahan Ditinjau dari Materi Pembelajaran di SD/MI..........................................15B.5. Permasalahan Ditinjau dari Metode Pembelajaran di SD/MI..........................................17B.6. Permasalahan Ditinjau dari Media Pembelajaran di SD/MI..........................................19B.7. Permasalahan Ditinjau dari Lingkungan Pendidikan di SD/MI...............................24
BAB III PENUTUP......................................28Kesimpulan.........................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling
dasar pada pendidikan formal mempunyai peran besar bagi
keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “ Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.” Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar (Tahun
2007 Semester I&II) dijelaskan bahwa “Tujuan Pendidikan
Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”
Sama halnya dengan pendidikan di Sekolah Dasar
(SD) Pendidikan di madrasah Ibtidaiyah (MI) bertujuan
memberikan bekal kemampuan dasar “baca, tulis, hitung”
belajar dan keterampilan dasar bermanfaat bagi semua
siswa dengan tingkat perkembangannya serta
mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di
SLTP. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan
dasar “baca, tulis”, maka pengajaran bahasa indonesia
di MI menjadi sangat penting.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan pendidikan di SD/MI ?
2. Apa saja bahan atau materi pembelajaran di SD/MI ?
3. Apa metode pendidikan di SD/MI ?
4. Bagaimana Pendidik di SD/MI ?
5. Bagaimana Pebelajar di SD/MI ?
6. Bagaimana alat atau media pendidikan di SD/MI ?
7. Bagaimana lingkungan pendidikan di SD/MI ?
C. Tujuan
Adapun tujuan - tujuan dari pembuatan makalah
“Mengindentifikasi Permasalahan di SD/MI ” adalah sebagai
berikut :
1) Memenuhi tugas mata kuliah Landasan Kependidikan.
2) Mengetahui apa tujuan pendidikan di SD/MI.
3) Mengetahui apa saja bahan atau materi pembelajaran di
SD/MI.
4) Mengetahui apa metode pendidikan di SD/MI.
5) Mengetahui bagaimana Pendidik di SD/MI.
6) Mengetahui bagaimana Pebelajar di SD/MI.
7) Mengetahui bagaimana alat atau media pendidikan di
SD/MI.
8) Mengetahui bagaimana lingkungan pendidikan di SD/MI.
9) Mengetahui komponen-komponen dalam system pendidikan
di SD/MI beserta permasalahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI)
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar
(atau sederajat) 6 tahun. Berdasar pada amanat Undang-
undang Dasar 1945, maka pengertian pendidikan di
sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan
mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan
bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif,
berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan
permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah
dasar merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7
sampai dengan 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat
dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat bagi siswa.
Sedangkan Madrasah Ibtidaiyah yang kedudukannya
setara dengan Sekolah Dasar (SD) di Departemen
Pendidikan Nasional dianggap sebagai satu jenjang
pendidikan formal yang paling penting dalam
perkembangan setiap individu. Jenjang pendidikan ini
mengajarkan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan,
seperti membaca, menulis, dan berhitung serta
menanamkan dasar-dasar nilai moral kepada setiap anak.
Merupakan kewajiban para orangtua untuk mendorong anak-
anak agar dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini
yang merupakan dasar penting sebelum melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk meraih
gelar-gelar terhormat dan prestasi-prestasi lainnya.
Sama halnya dengan Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah,
dibagi menjadi Madrasah IbtidaiyahNegeri (MIN) dan
Madrasah IbtidaiyahSwasta (MIS). Yang disebut terakhir
pengelolaannya dapat dilakukan oleh perseorangan maupun
kelompok.
B. Mengidentifikasi Permasalahan di SD/MI Ditinjau
dari 7 Komponen dalam Sistem Pendidikan.
Komponen strategi belajar mengajar merupakan salah satu
bagian dari sebuah sistem lingkungan pendidikan yang
berperan dalam menciptakan proses belajar yang terarah
pada tujuan tertentu. Keberhasilan dalam pencapaian
tujuan pengajaran tergantung pada mutu masing-masing
masukan dan cara memprosesnya dalam kegiatan belajar-
mengajar. Oleh karena itu, jika kita ingin mencapai
suatu standar mutu yang sama, maka perlu memperhatikan
ketujuh komponen berikut :
1. Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan
acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi
belajar-mengajar. Tujuan pengajaran yang
berorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak
akan dapat dicapai jika strategi belajar-mengajar
berorientasi pada dimensi kognitif.
2. Guru. Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman
pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya
mengajar, pandangan hidup, maupun wawasannya.
Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam
pemilihan strategi belajar-mengajar yang digunakan
dalam program pengajaran.
3. Peserta didik. Di dalam kegiatan belajar-mengajar,
peserta didik mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial,
lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi,
dan tingkat kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda
pada setiap peserta didik. Makin tinggi
kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan
atau variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu
dipertimbangkan dalam menyusun suatu strategi
belajar-mengajar yang tepat.
4. Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan
antara materi formal dan materi informal. Materi
formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam
buku teks resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan
materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang
bersumber dari lingkungan sekolah yang
bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal
ini dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan
dan aktual. Komponen ini merupakan salah satu
masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam
strategi belajar-mengajar.
5. Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran
yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-
mengajar. Ini perlu, karena ketepatan metode akan
mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
6. Media pengajaran. Media, termasuk sarana
pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh
terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar.
Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung
dari canggih atau tidaknya media yang digunakan,
tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang
digunakan oleh guru.
7. Lingkungan Pendidikan, lingkungan yang tidak
bertanggung jawab secara langsung terhadap
kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat
besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak
tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau
tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny
lingkungan mencakup lingkungan didik, lingkungan
budaya, dan lingkungan sosial.
B.1. Tujuan Pendidikan di SD/MI
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil
pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah
diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan,
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Dalam
konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen dari
sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi
sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu
memahami dengan baik tujuan pendidikan (Suardi,
2010:7).
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD
1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan
yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang
hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja,
melainkan kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna
lebih luas.
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU
No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 berbunyi :
”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Apakah tujuan pembelajaran di SD/MI sudah
terealisasikan (terwujud) ?
Berbicara tentang apakah tujuan pendidikan sudah
tercapai atau belum maka terlebih dahulu harus dipahami
apakah indikator pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Untuk mengukur apakah tujuan pendidikan di suatu negara
sudah tercapai atau belum maka tujuan yang ideal itu
perlu dirincikan menjadi tujuan yang lebih sederhana
lagi agar dapat diamati dan diukur tingkat
pencapaiannya. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan
pendidikan di Indonesia dapat dibagi dalam empat
jenjang yakni tujuan pendidikan nasoinal, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan
instruksional. Tujuan suatu pembelajaran akan tercapai
bila dipersiapkan secara matang oleh pihak pendidik
melalui suatu perencanaan pembelajaran yang baik dan
sistematis. Bila dilaksanakan dengan sebaik mungkin
maka tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalana
tujuan pembelajaran akan terwujud. Pembelajaran
dikatakan berhasil bila tujuan pembelajaran dapat
dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Untuk dapat
mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi yang telah diajarkan, perlu dilakukan evaluasi.
Indikator keberhasilan ini dapat diketahui dari hasil
evaluasi. Jika sebagian besar peserta didik telah
menguasai dan memahami materri yang diajarkan maka
dapat dikatakan tujuan pembelajaran telah tercapai.
Biasanya para pendidik mencantumkan derajat tingkat
keberhasilan dalam rencana pembelajarannya seperti
pembelajaran dikatakan berhasil jika 80 % peserta didik
menguasai materi yang diajarkan sebesar 75 %. Bila
setiap pembelajaran yang berlangsung dapat mewujudkan
tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal maka
tujuan kurikulernya telah tercapai pula. Dan bila
seluruh lembaga pendidikan dapat mewujudkan tujuan
pendidikan pada masing-masing lembaganya maka tujuan
pendidikan yang diinginkan oleh negara tersebut telah
tercapai. Namun bila dalam pelaksanaannya tujuan
pendidikan belum tercapai optimal maka perlu dilakukan
upaya tindak lanjut guna memperbaikinya seperti adanya
program remedial serta layanan belajar lainnya. Selain
melakukan upaya ini, rencana tindak lanjut dapat juga
berupa adanya revisi pada komponen-komponen yang
terlibat dalam aktivitas pembelajaran sehingga dapat
berfungsi lebih efektif dan efisien. Upaya revisi ini
dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja seluruh komponen
agar dapat menghasilkan out put yang bermutu yang
tanggap terhadap perkembangan IPTEKS serta sesuai
dengan kebutuhan masyarakatnya.
B.2. Permasalahan Ditinjau dari Pendidik/Guru di SD/MI
1. Guru tidak menekuni profesinya secara utuh, hal
tersebut dapat terlihat dari rendahnya profesionalisme
guru. Masalah yang timbul adalah seorang gur tidak bida
mendidik anak didiknya dengan baik, misalnya malah
melakukan tindak kekerasan atau pelecehan seksual yang
terjadi pada muri sekolah dasar JIS.
2. Guru yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk
mengajar, dengan pemilikan kompetensi, guru dapat
dilihat kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas dan
tanggungjawabnya. Minimal untuk mengajar di jenjang
SD/MI adalah guru dengan lulusan pendidikan minimal S1
agar berkompeten dalam mengajar peserta didiknya.
3. Guru yang menggunakan pola mengajar konvensional
dari pada berdasarkan kompetensi, sehingga bisa
dipastikan siswa tidak dapat berkembang sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya.
4. Beban kerja guru tinggi, sehingga akan berdampak
pada kualitas materi yang disampaikan guru kepada
peserta didik. Karena terkadang para guru memikirkan
akan banyak tugas yang dijalaninya, akan dijadikan suat
beban, sehingga dalam proses pembelajaran anak SD/MI
yang butuh kesabaran lebih dalam mengajar tidak akan
terealisasikan.
5. Masih ada guru yang mengabaikan aspek-aspek mengenai
dasar-dasar mengajar, sehingga siswa banyak yang
dijadikan patung/bersifat pasif. Biasanya
permasalahannya berhubungan dengan caa mengajar yang
tidak tepat, misalnya metode pembelajarannya sehingga
membuat anak didik tidak berkembang.
B.3. Permasalahan Ditinjau dari Peserta Didik/Pebelajardi SD/MI
B.3.1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD/MI)
1. Senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru
sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang
serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran
hendaknya diselang saling antara mata pelajaran
serius seperti ipa, matematika, dengan pelajaran
yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan
jasmani, atau seni budaya dan keterampilan
2. Senang bergerak,
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling
lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu
yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3. Anak senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya,
anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses
sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-
aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar
tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan,
belajar menerimanya tanggung jawab, belajar
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),
mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa
guru harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru
harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk
mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara
kelompok.
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan
sesuatu secara langsung.
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif,
anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari
apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-
konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa
membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang,
waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral,
dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru
tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika
anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan
memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih
memahami tentang solat jikalangsung dengan
prakteknya.
B.3.2. Kebutuhan siswa
Bertolak dari kebutuhan peserta didik.
Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi
dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan adalah.
”tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatuperiode tertentu dari kehidupan individu, yangjika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia danmembawa arah keberhasilan dalam melaksanakantugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalammelaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidakbahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitandalam menghadapi tugas-tugas berikutnya” .
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari
kematangan fisik diantaranya adalah belajar
berjalan, belajar melempar menangkap dan menendang
bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda
dengan dirinya,. Beberapa tugas pekembangan terutama
bersumber dari kebudayaan seperti belajar membaca,
menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab
sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas
perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai
kepribadian individu diantaranya memilih dan
mempersiapkan untuk bekerja.
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke
luar yang besar yaitu (1)kepercayaan anak untuk
keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya
(2)kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan
kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan
(3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep,
logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang
dewasa.
Dengan demikian pemahaman terhadap
karakteristik peserta didik dan tugas-tugas
perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal
untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk
menentukan waktu yang tepat dalam memberikan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak
itu sendiri.
B.3.3. Aplikasi Pemenuhan kebutuhan siswa disekolah
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis
a) Menyediakan program makan siang yang murah atau
bahkan gratis,
b) Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang
memadai dan temperatur yang tepat,
c) Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah
yang seimbang.
d) Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat
bagi siswa yang representatif
2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:
a) Sikap guru menyenangkan, mampu menunjukkan
penerimaan terhadap siswanya, dan tidak
menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
b) Adanya ekspektasi yang konsisten
c) Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah
dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa
secara adil.
d) Lebih banyak memberikan penguatan perilaku
(reinforcement) melalui pujian/ ganjaran atas
segala perilaku positif siswa dari pada
pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:
a. Hubungan Guru dengan Siswa:
1) Guru dapat menampilkan ciri-ciri
kepribadian : empatik, peduli dan intereres
terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta
dapat menjadi pendengar yang baik.
2) Guru dapat menerapkan pembelajaran individu
dan dapat memahami siswanya (kebutuhan,
potensi, minat, karakteristik kepribadian dan
latar belakangnya)
3) Guru lebih banyak memberikan komentar dan
umpan balik yang positif dari pada yang
negatif.
4) Guru dapat menghargai dan menghormati setiap
pemikiran, pendapat dan keputusan setiap
siswanya.
5) Guru dapat menjadi penolong yang bisa
diandalkan dan memberikan kepercayaan
terhadap siswanya.
b. Hubungan Siswa dengan Siswa:
1) Sekolah mengembangkan situasi yang
memungkinkan terciptanya kerja sama
mutualistik dan saling percaya di antara
siswa
2) Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting,
melalui berbagai forum, seperti olah raga
atau kesenian.
3) Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang
tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran.
4) Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra
kurikuler yang beragam.
4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
1) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan
latar pengetahuan yang dimiliki siswanya
(scaffolding)
2) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa
3) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang
dimiliki setiap siswa
4) Mengembangkan strategi pembelajaran yang
bervariasi
5) Selalu siap memberikan bantuan apabila para
siswa mengalami kesulitan
6) Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk
berpartisipai dan bertanggung jawab.
7) Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat
mengkin dilakukan secara pribadi, tidak di
depan umum.
b. Penghargaan dari pihak lain
1) Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran
kooperatif dimana setiap siswa dapat saling
menghormati dan mempercayai, tidak saling
mencemoohkan.
2) Mengembangkan program “star of the week”
3) Mengembangkan program penghargaan atas
pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh
siswa.
4) Mengembangkan kurikulum yang dapat
mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki
sikap empatik dan menjadi pendengar yang
baik.
5) Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap
pengambilan keputusan yang terkait dengan
kepentingan para siswa itu sendiri.
c. Pengetahuan dan Pemahaman
1) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin
diketahuinya.
2) Menyediakan pembelajaran yang memberikan
tantangan intelektual melalui pendekatan
discovery-inquiry
3) Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan
sudut pandang yang beragam
d. Estetik
1) Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik
2) Menempelkan hal-hal yang menarik dalam
dinding ruangan, termasuk di dalamnya
memampangkan karya-karya seni siswa yang
dianggap menarik.
3) Ruangan dicat dengan warna-warna yang
menyenangkan
4) Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di
sekeliling sekolah
5) Ruangan yang bersih dan wangi
6) Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata
indah
5. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri
1) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
melakukan hal yang terbaiknya
2) Memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi
yang dimilikinya
3) Menciptakan pembelajaran yang bermakna
dikaitkan dengan kehidupan nyata.
4) Perencanaan dan proses pembelajaran yang
melibatkan aktivitas meta kognitif siswa.
B.4. Permasalahan Ditinjau dari Materi Pembelajaran di SD/MI
A. Kurikulum di MI
Pada dasarnya kurikulum di MI sama dengan
kurikulum di sekolah dasar, hanya saja pada MI terdapat
porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama islam.
Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana sekolah
dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti
Alquran dan Hadis, Akidah dan Akhlak, fiqih, sejarah
kebudayaan islam dan bahasa arab.
Sebagai gambaran berikut ini disajikan tabel
struktur program madrasah ibtidaiyah.
STRUKTUR KURIKULUM
MADRASAH IBTIDAIYAH
KOMPONEN KELAS dan ALOKASI WAKTUI II III IV V VI
A. Mata Pelajaran1. Pendidikan Agama
Islam (PAI)a. Al-Qur’an Hadis 1 1 1 1 1 2b. Akidah Akhlak 2 2 2 1 1 2c. Fiqih 2 2 2 2 2 2d. Sejarah Kebudayaan
Islam
- - 2 2 2 2
2. Pendidikan
Kewarganegaraan
2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 5 84. Bahasa Arab 1 1 1 2 2 25. Matenatika 5 5 5 5 5 86. Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA)
2 2 2 3 4 5
7. Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS)
2 2 2 3 3 4
8. Seni Budaya dan
Ketrampilan
3 3 3 3 3 3
9. Pendidikan Jasmani,
Olahraga,dan
Kesehatan
3 3 3 3 3 3
B. Muatan Lokal1. Bahasa Inggris 1 1 1 1 1 12. Bahasa Daerah/Jawa 1 1 1 1 1 13.Aswaja/ke-Nu-an - - - 1 1 14. Komputer - - - - - -5. Pengembangan Diri 2 2 4 4 4 2
6. Al Qur’an Metode
Qiraati
8 8 8 8 8 -
Jumlah 40 40 46 46 46 46
B. Kurikulum di SD
Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah
Depdiknas, kurikulum yang digunakan oleh SD adalah
kurikulum nasional yang ditetapkan Depdiknas yang
berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Berdasarkan rambu-rambu yang
ditetapkan Depdiknas tersebut kemudian dijabarkan ke
dalam program-program pembelajaran yang disesuaikan
dengan visi dan misi sekolah.
C. Perbandingan Kurikulum di MI dan SD
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui
kurikulum di MI dan SD dengan beberapa perbedaan
sebagai berikut:
1. Pada kurikulum di MI Pendidikan Agama dibedakan
menjadi beberapa mata pelajaran diantaranya: Sejarah
Kebudayaan Islam, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadist, Bahasa
Arab, Fiqih. Sedangkan di SD hanya ada mata pelajaran
Pendidikan Agama.
2. Pada kurikulum di MI terdapat banyak jam
pembelajaran dibanding SD.
3. Muatan local MI berbasis Islam sedangkan SD bersifat
umum seperti Komputer, dan sebagainya.
B.5. Permasalahan Ditinjau dari Metode Pembelajaran di SD/MI
Mengajar anak Sekolah Dasar (SD) tentunya akan
lebih sulit, karena pada tahap ini mereka mengalami
masa transisi di mana baru memasuki proses belajar yang
serius. Menjadi seorang guru SD tentunya banyak hal
yang harus diperhatikan agar pembelajaran menjadi
efektif, seperti : suara yang lantang dan juga intonasi
yang beragam, selain itu dibutuhkan juga waktu untuk
beristirahat dengan menyediakan ice breaker mengingat
bahwa waktu konsentrasi mereka cenderung singkat.
Berikut adalah beberapa teknik mengajar anak SD :
1. Teknik Individual, terdiri dari:
a. Directive counseling
Guru membuka jalan pemecahan karena anak yang belum
matang mendiagnosis sendiri sukar memecahkan
masalahnya, tanpa bantuan dari pihak lain yang
berpengalaman.
b. Non-directive counseling
Fokus pada anak yang bermasalah dan sang anak yang
menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan
dari pihak lain.
c. Eclective counseling
Masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani.
Merupakan teknik bimbingan kelompok yang
bertujuan secara luwes, sehingga tentang apa yang
dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang
diperlukan.
2. Teknik Kelompok, terdiri dari:
a. Home room agar para guru atau pertugas bimbingan
dapat mengenal murid-muridd secara lebih tepat sehingga
dapat membantunya secara lebih efektif (Eddy Hendrarno,
dkk; 2003). Jumlah anggota kelompok dapat berupa
kelompok kecil (5-10 orang) maupun kelompok besar (25-
30 orang). Tujuan teknik home room, selain untuk
mengidentifikasikan masalah dapat pula membantu siswa
untuk mampu menghadapi dan mengatasi masalahnya
b. Field drip (karya wisata)
Kegiatan karyawisata selain mrupakan kegiatan rekreasi
ataupun salah satu metode mengajar, dapat pula
difungsikan sebagai salah satu teknik dalam bimbingan
kelompok (Djumhur dalam Eddy Hendrarno, dkk;2003).
Melalui kegiatan karyawisata pertugas bimbingan dapat
mengarahkan murid untuk belajar melakukan penyesuaian
diri dalam kehidupan kelompok.. Tujuan teknik ini
adalah pemberian informasi, pembentukan sikap dan
pengembangan bakat serta minat.
c. Group discussion bimbingan kelompok yang
dilakukan dalam kelompok kecil (5-10 orang). Pada
umumya diskusi kelompok berlangsung antara 30-60 menit.
d. Pelajaran bimbingan
Bimbingan dilakukan dalam kelompok-kelompok
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik kelas yang
telah ada. Pembimbing masuk dalam kelas seperti guru
biasa, tidak mengajarkan mata pelajaran seperti dalam
silabus, melainkan menyampaikan dan membahas masalah
bimbingan.
e. Kelompok bekerja
Kelompok kerja dibentuk dengan memperhatikan tingkah
laku kemampuan, jenis kelamin, tempat tinggal dan
jalinan hubungan social. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan belajar, menyalurkan bakat dan
minat, membentuk sikap kooperatif dan kompetitif yang
sehat, meningkatkan penyesuaian social, yang kesemuanya
akan mengarahkan pada perkembangan murid.
f. Pengajaran remidi
Pengajaran remidi diberikan kepada murid-murid yang
mengalami kesulitan belajar.
g. Organisasi murid
Pembimbing sekolah dapat mengarahkan agar murid dapat
mengenal berbagai aspek kehidupan social, mengembangkan
sikap kepemimpinan dan kerjasama, rasa tanggung jawab
dan harga diri. Tujuannya antara lain menyangkut
penyesuaian diri, sikap kepemimpinan dan kerjasama dan
pemecahan masalah.
i. Sosiodrama dan psikodrama
Bedanya, terletak pada jenisnya cerita yang dimainkan
dan tekanan masalah yang hendak diceritakan. Pada
sosiodrama lebih menekankan pada masalah psikis.
Meskipun demikian antara keduanya sagat erat hubunganya
dan kadang-kadang sulit dibedakan.
B.6. Permasalahan Ditinjau dari Media Pembelajaran di SD/MI
A. Pentingnya Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam hubungannya dengan pentingnya penggunaan
media, maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya
pemilihan media yakni sebagai berikut:
1. Perhatian siswa terhadap pengajar sudah berkurang
akibat kebosanan mendengarkan guru.
2. Bahan pengajaran siswa yang dijelaskan guru kurang
dipahami siswa.
3. Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan
pengajaran melalui penuturan kata kata akibat kelelahan
dalam mengajar.
4. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat
guru menyampaikan pelajaran.
5. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan
untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa
dalam proses pelajaranya.
6. Sumber belajar bagi siswa sehingga banyak membantu
siswa dalam menyelesaikan tugas dan belajar.
B. Jenis-jenis Pemilihan Media Pembelajaran
Apabila dilihat dari bentuknya, jenis-jenis pemilihan
media dapat dikelompokan menjadi tiga model, yaitu :
1. Model flowchart yang menggunakan system pengguguran
atau eliminasi dalam pengambilan keputusan pemilihan.
2. Model matriks yang menangguhkan proses pengambilan
keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria
pemilihannya diidentifikasi.
3. Model check list yang juga menangguhkan keputusan
pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.
Adapun jenis-jenis media pembelajaran banyak sekali
jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana
dan murah hingga media yang canggih dan mahal
harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru
sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media
yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat
kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus
sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran
Secara garis besarnya, media pembelajaran terbagi
menjadi 10 golongan, yaitu sebagai berikut :
No Golongan Media Contoh dalam
Pembelajaran
1 Audio Kaset audio, siaran
radio, CD, telepon
2 Cetak Buku pelajaran, modul,
brosur, leaflet, gambar
3 Audio-cetak Kaset audio yang
dilengkapi bahan
tertulis4 Proyeksi visual
diam
Overhead transparansi
(OHT), Film bingkai
(slide)5 Proyeksi Audio
visual diam
Film bingkai (slide)
bersuara
6 Visual gerak Film bisu
7 Audio Visual gerak film gerak bersuara,
video/VCD, televisi
8 Obyek fisik Benda nyata, model,
specimen
9 Manusia dan
lingkungan
Guru, Pustakawan,
Laboran
10 Komputer CAI (Pembelajaran
berbantuan komputer),
CBI (Pembelajaran
berbasis komputer)
C. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam menggunakan media pembelajran guru tidak
serta merta menggunakannya. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan ketika akan menggunakan media
pembelajaran. Secara ringkas cara memilih media
pembelajaran dapat dilihat berikut ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Soeparno (1987:10), yakni:
1. Hendaknya mengetahui karakteristik
setiap media.
2. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
3. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan metode
yang kita pergunakan.
4. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan materi
yang sesuai dengan yang akan dikomunikasikan.
5. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan keadaan
siswa, jumlah, usia maupun tingkat pendidikannya.
6. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan situasi
dan kondisi lingkungan tempat media dipergunakan.
7. Janganlah memilih media dengan alasan dengan alasan
bahan tersebut satu-satunya yang kita miliki.
Namun demikian juga harus menjadi pertimbangan
dalam memilih dan menentukan media pembelajaran adalah:
situasi pemebelajaran, atau memperhatikan bagaimana
kecocokan media yang akan digunakan dari sudut
kemampuan media itu untuk menyampaikan komunikasi yang
diinginkan.
Sedangkan dalam pandangan Tim Applied Approach
Peningkatan Rancangan Pengajaran Universitas Brawijaya
(1993:33) ada beberpa langkah dalam memilih media yang
sesuai dengan situasi dan kondisi:
1. Biaya yang murah, baik saat pembelian, dalam
pengoperasian, dan pemeliharaan.
2. Kesesuaian dengan metode pengajaran yang digunakan,
kajilah kelainan teknisnya.
3. Kesesuian dengan karakteristik peserta didik.
4. Pertimbangan praktis, kemudahan, keamanan,
kesesuaian, dengan fasilitas yang ada, keawetan dan
kemudahan pemeliharaan.
5. Ketersediaan media, berikut suku cadangannya di
pasaran.
Mengingat begitu banyaknya media yang bisa kita
pilih (pakai) sesuai dengan kriteria tersebut diatas,
namun pada dasarnya kita bisa memilih media berdasarkan
tiga kriteria:
1. Kelaikan praktis, hal ini berhubungan dengan
keakraban pengajar dengan media, ketersediaan media
setempat, ketersediaan waktu untuk mempersiapkan,
ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung.
2. Kelaikan Teknis, hal ini berkaitan dengan
terpenuhinya persyaratan bahwa media yang dipilih mampu
untuk merangsang dan mendukung proses belajar peserta
didik. Dalam hal ini terdapat dua macam mutu yang perlu
deipertimbangkan. Pertama kualitas pesan , yang
meliputi relevansi dengan tujuan belajar , kejelasan
dengan struktur pengajaran, kemudahan untuk dipahami,
sistematika yang logis. Kedua kualitas visual, hal ini
megikuti prinsip-prinsip visualisasi seperti keindahan
(menarik membangkitkan motivasi), kesederhanaan
(sederhana jelas terbaca), penonjolan (penekanan pada
hal yang penting), keutuhan (kesatuan konseptual)
keseimbangan (seimbang dan harmonis).
D. Prinsip-prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan
prinsip psikologi yang perlu mendapat pertimbangan
dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai
berikut:
1. Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan
untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta
perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi
pula,pengalaman yang dialamai siswa harus relevan
dengan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu
untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang
memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media
pembelajaran itu.
2. perbedaan individual. siswa belajar dengan cara dan
tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Factor – factor
seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan,
kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan
dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan
penyajian informasi melalui media harus berdasarkan
kepada tingkat pemahaman.
3. Tujuan pembelaran. Jika siswa diberitahukan apa yang
diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran
itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran
semakin besar. Di samping itu pernyataan mengeanai
tujuan belajar yang ingin di capai dapat menolong
perancag dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan
menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan
perhatian pokok dalam media pembelajaran.
4. Organisasi isi. Pembelajran akan lebih mudah jika isi
dan prosedur atau ketrampilan fisik yang akan
dipelajarai diatur dan diorganisasikan kedalam urutan-
urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat
lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun
dan di urut-urutkan secara teratur. Disamping itu,
tingkatan materi yang akan disajikan tetap berdasarkan
kompleksitas dan kesulitan isi materi.
5. persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai
secara baik pelajaran dasar atau memilki pengalaman
yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan
prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses.
6. Emosi. Pelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan
pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan.
Media pembeljaran adalah cara yang sangat baik untuk
menghasilkan respon emosional. Seperti rasa takut,
cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan.
7. Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik,
sorang siswa harus mengintenalisasi informasi, tidak
sekedar di beritahuakan kepadanya. Oleh karena itu,
belajar memerlukan kegiatan.
8. Umpan Balik. Hasil belajar dapat apabila secara
berskala siswa diinformasikan kemjuan belajarnya.
Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik,
atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi – sisi
tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi
belajar yang berkelanjutan.
9. Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil
belajar, ia harus didorong untuk terus belajar.
Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat
bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan
secara positif mempengaruhi perilaku di masa- masa yang
akan dating.
10. Latihan dan pengulangan. Sesutau hal baru jarang sekali
dapat dipelajari hanya dengan sekali jalan. Agar suatu
pengetahuan atau ketrampilan dapat menjadi bagian
kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang,
haruslah pengetahuan atau ketrampilan itu sering
diualngi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan
demikian ia dapat tinggal dalam ingatan dalam jangka
panjang.
11. Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah
kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer
hasil belajar pada masalah atau situasi baru.
B.7. Permasalahan Ditinjau dari Lingkungan Pendidikan di SD/MI
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak
didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat
tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki
Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat,
yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua,
bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh
anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati
orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2. Menjamin kehidupan emosional anak
3. Menanamkan dasar pendidikan moral
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-
anak
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak
ialah, merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak
sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari
anggota keluarga yang lain. Mengenai penanaman
pandangan hidup keagamaan, masa kanak-kanak adalah masa
yang paling baik. Masa kanak-kanak adalah masa yang
paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup
beragama. Dalam hal ini biasakanlah anak-anak untuk
pergi ke gereja/masjid untuk bersama-sama menjalankan
ibadah, mendengarkan khutbah-khutbah atau ceramah-
ceramah agama. Jangan hendaknya penanaman dasar-dasar
hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai anak
mencapai kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana
yang disukai.
2. Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh
orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh
karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Di sekolah, anak
bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang tidak
ada hubungan kodrati. Bercampur dan bergaul dengan
anak-anak lain, yang bermacam-macam sifat dan
perangainya. Bercampur dan bergaul dengan anak-anak
lain, yang mempunyai hak-hak yang sama dengan dirinya.
Di sekolah anak tidak mempunyai “hak-hak istimewa”
seperti halnya dalam keluarga di rumah. Semua anak
mempunyai hak yang sama. Semua anak mempunyai kewajiban
yang sama. Semua anak diperlakukan yang sama. Di
sinilah anak diperkenalkan dengan prinsip-prinsip
kehidupan demokratis. Anak-anak dilatih untuk belajar
hidup secara demokratis.
Di sekolah, di bawah asuhan guru-guru, anak-anak
memperoleh pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar
berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, yang akan
dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat.
Memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan
kepada anak untuk kehidupannya nanti. Inilah sebenarnya
tugas utama dari sekolah. Sekolah bertanggung jawab
atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan
kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai
lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-
kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti
yang baik.
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di
dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat
diberikan di rumah.
3. Sekolah melaqtih anak-anak memperoleh kecakapan-
kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung,
menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan,
estetika, membenarkan benar atau salah, dan
sebagainya.
3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan
lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan
yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika
anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari
asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan
sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan
tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam
pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik
pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ini ada yang
bersifat positif terhadap pendidikan anak, tetapi
sebaliknya banyak pula yang bersifat negatif. Yang
dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif di sini
ialah, segala sesuatu yang membawa pengaruh baik
terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Yaitu
pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik
dan berguna bagi anak itu sendiri, maupun baik dan
berguna bagi kehidupan bersama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Permasalahan-permasalahan di SD/MI dapat ditinjau
dari Tujuan Pendidikannya, Pendidik/guru SD/MI, Peserta
Didiknya, metode pembelajarannya, media
pembelajarannya, materi pembelajarannya, hingga
lingkungan pendidikannya. Adapaun tujuan pendidikan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya Peserta
didik dan pendidik memiliki kesinambungan, karena satu
sama lain berkaitan. Adapun dengan metode, materi, dan
media dalam pembelajarannya berpengaruh pada hasil atau
output anak didik di jenjang SD/MI tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi.
Jakarta : PT Indeks.
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Roesmaningsih, dan Lamijan Hadi. 2015. Teori dan Praktek
Pendidikan. Surabaya: FIP Universitas Surabaya.