IDENTIFIKASI PERILAKU INVESTOR - RP2U Unsyiah
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of IDENTIFIKASI PERILAKU INVESTOR - RP2U Unsyiah
IDENTIFIKASI PERILAKU INVESTOR
(Studi Fenomenologi Pada Investor Saham Di Banda Aceh)
PENELITI
A.Sakir, SE, MM (0003097501)
Dibiayai oleh:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderl Penguatan
Riset dn Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2018
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
SEPTEMBER 2018
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR
ii
RINGKASAN
Perilaku investor berperan penting dalam pengambilan keputusan investasi di
pasar modal karena sebuah keputusan investasi yang tepat tidak hanya didasarkan pada
faktor fundamental belaka sebagai aspek rasional, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor
psikologis, yaitu perilaku investor yang merupakan aspek irasional dalam perdagangan
saham. Perilaku investor di pasar modal yang umumnya mengambil keputusan investasi
diantara satu investor dengan investor lainnya berbeda, meskipun kadang kala jenis investasi yang dipilih identik dan memiliki sumber informasi sama
Kebaruan yang ditargertkan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah bahwa penelitian sebelumnya meneliti peran emosi, kepribadian, dan gender
psikologis pada perilaku investor secara terpisah menggunakan metode kuantitatif
(positivism) dengan menggunakan data sekunder dan belum memunculkan peran nilai.
Namun dalam penelitian ini, diperlukan untuk mengeksplor lebih dalam pemahaman
melalui penelitian kualitatif untuk memahami aspek-aspek yang secara holistik
menentukan pengambilan keputusan investor di pasar modal. Disamping itu, penelitian
ini dilakukan dengan paradigma kualitatif interpretif (post positivism). Tujuan penelitian
ini adalah untuk menelaah perilaku investor individu dalam pembelian dan penjualan
saham dan mengeksplorasi unsur-unsur yang menentukan perilaku investor di pasar
modal dengan menggunakan paradigma kualitatif interpretif dengan metode
fenomenologi deontologi dan perspektif, berhavioral finance, teori investasi, teori
perilaku individu dan teori perilaku terencana sebagai alat untuk menganalisis hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku investor dilandasi oleh
pengetahuan yang baik tentang investasi dan pengendalian emosi serta belajar dari
pengalamaan merupakan faktor-faktor yang menentukan perilaku investor dalam
transaksi saham. Memahami investasi dan mekanisme perdagangan serta terus belajar
dari sumber manapun merupakan modal dasar yang permanen yang perlu dimiliki
investor disamping terus mengamati dan mentuikapi isu-isu ekonomi yang berkembang.
Dililhat dari lima kelompok kepribadian investor maka urutan kelompok kepribadian
investor di Banda Aceh terdiri dari Individulis, Adventure dan Guardian, sedangkan
kelompok perilaku Celebrity belum ditemukan. Alasan dan motif investasi investor
sangat menentukan tujuan investasi seseorang investor serta identitas mereka baik yang
dilandasi analisis investasi secara fundamental maupun teknikal akan selalu turut seta
mendukung perilaku investor mengenai keputusan investasi dalam setiap pembelian dan penjualan saham.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. i
RINGKASAN .......... . .............................................................................................. ii
PRAKATA .............. . ..............................................................................................
iii DAFTAR ISI ...... ...... ..............................................................................................
iv DAFTAR TABEL ...... .............................................................................................
v DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
vi BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
1.2. Tujuan Khusus Penelitian ..................................................................... 4
1.3. Urgensi Penelitian ................................................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1. Pengertian Perilaku ............................................................................... 5
2.2. Teori Perilaku Terencana ..................................................................... 6
2.3. Teori Investasi ..................................................................................... 6
2.4. Teori Keuangan Keperilakuan ............................................................. 6
2.5. Teori Prospek ....................................................................................... 7
2.6. Psikologi Investasi ............................................................................... 8
2.7. Konsep Awal Model Perilaku Investor ............................................... 10
2.8. Road Map Penelitian ........................................................................... 10
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................ 11
BAB 4. METODE PENELITIAN .......................................................................... 12
4.1. Jenis Penelitian .................................................................................... 12
4.2. Tahapan Penelitian .............................................................................. 12
4.3. Informan dan Kehadiran Peneliti .........................................................
13
4.4. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 13
4.5. Analisa Data ........................................................................................ 14
4.6. Bagan Alur Penelitian .......................................................................... 15
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 16
5.1. Profil Perusahaan Sekuritas ................................................................. 16 5.2. Profil Informan .................................................................................... 11
5.3. Perilaku Investor dalam Berinvestasi Saham ...................................... 12
5.3.1. Alasan Berinvestasi Saham ....................................................... 12
5.3.2. Motif Berinvestasi Saham Berdasarkan Kategori Investor... ..... 13
v
5.3.2.1. Historical Investor ....................................................... .. 22
5.3.2.2. Investor Masa Kini....................................................... .. 22
5.3.2.3. Investor Masa Depan .................................................... 22
5.3.3. Identitas Investor ........................................................................ 26
5.3.3.1. Hal-Hal yang perlu disiapkan investor . ......................... 27
5.3.3.2. Kategori Lima Kelompok Kepribadian Investor ............
28 5.3.4. Konstruksi Model Perilaku Investor Saham di Banda Aceh.. .... 32
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................. 33
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
34
7.1. Kesimpulan .......................................................................................... 34
7.2. Saran .... .............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 35
LAMPIRAN ........... .. ..............................................................................................
39
DAFTAR TABEL
Tabel J u d u l Hal.
4.1 Daftar Karakteristik Informan yang Diwawancara Mendalam di
Kota Banda Aceh ............................................................. .. 19
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar J u d u l Hal.
2.1 Lima Kelompok Kepribadian Investor (BB&K) ...................... 8
2.2 Konsep Awal Model Perilaku Investor ...................................... 10
2.3. Road Map Penelitian .................................................................. 10
5.1 Hasil Pengelompokkan Lima Kepribadian Investor di Banda 30
Aceh ..........................................................................................
5.2. Konstruksi Model Perilaku Investor Saham di Banda Aceh .... 32
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Perilaku manusia seringkali menimbulkan pertanyaan karena manusia, sebagai
mahluk hidup yang diberikan akal dan perasaan, berperilaku tidak konsisten dalam
menghadapi berbagai macam persoalan sehingga menghasilkan berbagai macam
alternatif solusi pengambilan keputusan yang beragam dalam menghadapi persoalan
yang sama (Kufepaksi, 2016). Demikian juga halnya perilaku investor di pasar modal
yang umumnya mengambil keputusan investasi diantara satu investor dengan investor
lainnya berbeda, meskipun kadang kala jenis investasi yang dipilih identik dan memiliki
sumber informasi sama. Kondisi ini bisa terjadi karena di pasar modal terdiri dari
berbagai macam orang yang tentunya memiliki harapan dan tingkat preferensi terhadap
risiko yang berbeda dan tingkat pengetahuan investasi yang berbeda sehingga investor
rentan sekali menghadapi bias perilaku seperti perilaku ikut-ikutan (herding bias) dan
perilaku ikut rumor (noise trading behavior) dalam transakasi saham (Ady, 2013), serta
diperparah lagi ketidakmampuan investor dalam mengontrol emosi saat bertransaksi
karena faktor ini sulit untuk diukur (Wira, 2016).
Perilaku herding adalah perilaku investor yang ikut kerumunan dimana sebagian
investor ikut investor lain dalam melakukan investasi di pasar modal padahal investor
yang diikut itu belum tentu tepat dalam mengambil keputusan investasi sehingga
keputusan investasi tidak lagi didasarkan pada faktor fundamental, akan tetapi telah
mengikuti perilaku sebagian investor di pasar. Kondisi ini seringkali membuat harga
saham terkoreksi meskipun fundamental perekonomian dan sebagian besar perusahaan
yang go publik kinerja cukup baik. Umumnya investor domestik cenderung ikut
investor asing di pasar modal dalam transaksi. Bila investor asing beli maka investor
domestik juga melakukan aksi beli, atau sebaliknya bila investor asing juga maka
investor domestik juga ikut jual saham mereka sehingga memicu pergerakan harga
saham yang tidak stabil dan kepanikan pasar.
Perilaku berikutnya adalah perilaku ikut rumor (noise trading behavior).
Perilaku ini muncul akibat banyaknya rumor yang sengaja dihembuskan untuk memicu
kegaduhan dan kesimpangsiuran di saat kondisi pasar tidak normal. Bias perilaku ini
menunjukkan bagaimana investor akan melakukan pembelian besar-besarn jika
mendengar rumor positif dan sebaliknya melakukan penjualan besar-besaran pula jika
rumornya negatif sehingga membuat investor menghadapi risiko tinggi melebihi
preferensi risiko yang dapat ditoleransinya.
2
Nanggolan (2010) menyatakan bahwa kunci pergerakan harga saham bukanlah
faktor fundamental dan teknikal saja, melainkan perilaku manusia (investor). Perilaku
dibentuk oleh level convidence (keyakinan) dan expectation (harapan) investor. Di saat
harga pasar kecenderungan naik (bullish), keyakinan dan harapan investor cukup tinggi
melebihi perhitungan fundamental, namun ketika pasar melemah atau kecenderungan
harga turun (bearish) keyakinan dan harapan investor sangat rendah, sekalipun faktor
fundamental cukup baik sehingga ketika sebuah pasar didominasi oleh perilaku
spekulatif, maka pasar tersebut akan menjadi tidak stabil dan mengarah kepada krisis
atau resesi. Krisis di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 yang bermula dari
krisis keuangan global di Amerika Serikat merupakan contoh nyata betapa rentanya
perilaku investor di pasar modal.
Penelitian berkenaan dengan aspek psikologis pada perilaku ekonomi dan
pengambilan keputusan investasi telah terjadi peningkatan minat dewasa ini seperti
Lowenstein (2000), Thaler (2000), Lucey ( 2005), Hue (2009), Hammami (2010),
mengemukakan bahwa arah penelitian ekonomi akan menjadi semakin tertarik pada
pengaruh emosi terhadap pengambilan keputusan ekonomi. Penelitian yang membahas
expected emotion pada pengambilan keputsan investasi banyak dilakukan untuk
menunjukkan dampak dari bias psikologi terhadap return saham seperti overconvidence
(De Bondt, 1998; Yates, 1990; Cambell, Goodie & Foster, 2004), cognitive dissonance
dan representative bias oleh Shefrin (2001, 2005) dan Lucey (2005), loss aversion oleh
Kamstra et al. (2000); Loewenstein et al. (2001), Hirshleifer dan Sumway (2003),
Zajonc (1990); Forgas (1995); Isen (2000), Thaler (2000), Barber dan Odean (2001).
Penelitian pasar saham telah membahas dampak perasaan pada pengambilan
keputusan investor sebagai immediate emotion (emosi langsung) yang sering disebut
mood misattribution. Penelitian ini mengkaji dampak dari faktor-faktor lingkungan ,
seperti cuaca (Hirshleifer dan Shumway (2003), Chao dan Wei (2005), Yuksel dan
Yuksel (2009) Jian Hue (2009). Kemudian tentang bio ritme tubuh (siklus biologis
alami tubuh) oleh Kamstra et.al (2003), Cohen et al., (1992), Dowling dan Lucey
(2008), dan juga mengenai faktor sosial oleh (Shiller, 1984, 2000; Hong et al., (2001)
pada harga saham.
Penelitian kualitatif (post positivisme) tentang perilaku investor diperlukan
karena selama ini penelitian tersebut lebih banyak dilakukan dalam bentuk kuantitatif
(perspektif paradigma positivisme) dengan menggunakan model matematik dan analisa
statistik dengan landasar berpikir objektivitas. Padahal penelitian yang dilakukan pada
3
suatu bidang ilmu tidak semata-mata terfokus pada alat analisis matematik dan statistik
yang rumit tetapi lebih kepada landasan filsafat yang melatarbelakangi penelitian itu
dilakukan (Chariri, 2009). Penelitian tentang perilaku manusia berbeda dengan perilaku
benda-benda fisik, tidak dapat dipahami tanpa mengacu pada makna dan tujuan yang
dilekatkan oleh pelaku-pelaku manusia pada berbagai aktivitas mereka, dan data dalam
penelitian kualitatif diyakini dapat memberikan pengertian yang mendalam tentang
perilaku manusia (Guba dan Lincoln, dalam Denzin dan Lincoln (2009).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian
sebelumnya meneliti peran emosi, kepribadian, dan gender psikologis pada perilaku
investor secara terpisah menggunakan metode kuantitatif (positivism) dengan
menggunakan data sekunder dan belum memunculkan peran nilai. Namun dalam
penelitian ini, diperlukan untuk mengeksplor lebih dalam pemahaman melalui
penelitian kualitatif untuk memahami aspek-aspek yang secara holistik menentukan
pengambilan keputusan investor di pasar saham. Disamping itu, penelitian ini dilakukan
dengna paradigma interpretif, yaitu untuk memaknai dan menelaah secara mendalam
serta membangun konsep berdasarkan data perilaku yang melatarbelakangi
pengambilan keputusan investor yang saat ini masih terbatas.
Dalam rangka meningkatkan jumlah investor di Aceh, Bursa Efek Indonesia
(BEI) terus melakukan upaya sosialisasi dan edukasi pasar modal. Dilihat dari jumlah
penduduk Aceh yang mencapai lebih 5 juta jiwa namun di provinsi ini jumlah investor
saham masih relatif sangat sedikit, yaitu hanya sekitar 4000 orang dengan jumlah
transaksi mencapai Rp600 milyar. Untuk melayani masyarakat yang ingin bertransaksi
saham dan meningkatkan jumlah investor tersebut maka saat ini ada lima Galery
Investasi di Aceh, yaitu Galery Investasi Universtas Syiah Kuala Banda Aceh, Galery
Investasi Universitas Muhammadiah Banda Aceh, Galery Investasi, Galery Investasi
Universitas Malikulsaleh Lhokseumawe, Galery Investasi Universitas Almuslim
Pesangan Bireun, dan Galery Investasi Investasi UIN Cot Kala Langsa. Sedangkan
perusahaan sekuritas yang telah membuka cabangnya di Aceh adalah BNI Sekuritas,
Mandiri Sekuritas, MNC Sekuritas, Mega Capital Sekuritas, dan Indoprimer Sekuritas
(Wawancara Pendahuluan dengan Perwakilan BEI Aceh, Bpk. Thasrif Murhadi).
Ada tiga alasan pemilihan Banda Aceh sebagai lokasi penelitian, yaitu pertama,
Banda Aceh adalah ibu kota Provinsi Aceh yang merupakan kota terbesar di Aceh dan
memiliki jumlah investor terbanyak diantara kota/kabupaten lain di Aceh serta menjadi
salah satu sasaran pengembangan pasar modal nasional di luar Pulau Jawa. Kedua,
4
kebanyakan investor di Banda Aceh adalah investor jangka pendek yang bertransaksi
sebagai trader yang sangat dipengaruhi oleh aspek psikologis. Ketiga, belum pernah
dilakukan penelitian tentang perilaku investor saham di Banda Aceh. Oleh karena itu
ada tiga permasalahan utama yang ingin dikaji dalam penelitian ini, yaitu bagaimana
makna investasi bagi investor di Banda Aceh, bagaimna makna implementasi terhadap
perilaku pembelian dan penjualan saham pada investor di Banda Aceh, dan bagaimana
eksplorasi aspek perilaku menentukan kesuksesan berinvestasi investor di Banda Aceh.
1.2. Tujuan Khusus Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan khusus peneltilan ini adalah (1) Menghasilkan
pemahaman tentang makna investasi bagi investor di Banda Aceh; (2) Mengkontruksi
implementasi makna investasi terhadap prilaku transaksi saham investor dan
mengkonstruksi ancangan model perilaku investor di Banda Aceh; (3) Mengeksplorasi
aspek perilaku yang menjadi penentu kesuksesan berinvestasi investor di Banda Aceh.
1.3. Urgensi Penelitian
Bagi akademisi, dengan dilakukan penelitian perilaku investor ini maka
memberikan pengetahuan dasar yang kuat untuk memahami perilaku investor yang
berguna untuk mengembangakan konsep baru di bidang manajemen keuangan,
khususnya keuangan keperilakuan (behavioral finance). Bagi investor, pemahaman
perilaku investor saham yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tambahan dan masukkan dalam upaya menerapkan stategi dan kebijakan investasi.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah setiap kegiatan atau aktivitas yang bisa diobservasi. Dengan dimikian,
bicara, tidur, denyut jantung, semua adalah perilaku dalam pengertian ahli psikologi.
Oleh karena itu berkenaan dengan laporan seseorang mengenai gagasan atau
perasaannya juga disebut perilaku. Perilaku yang terus dilakukan aktivitas yang dapat
diobservasi, sedangkan psikologi adalah kajian tentang tingkah laku (Sobur, 2011).
Terkait dengan perilaku berinvestasi, Durrand et al. (2008) menyatakan bahwa perilaku
yang berkaitan dengan kepribadian investor di Australia berhubungan dengan perilaku
perdagangan investor dan kinerja investasi. Individu yang lebih ektrovet, memiliki
inovasi yang lebih tinggi terhadap investasi, dan kurang maskulin, mencapai kinerja
investasi yang superior. Individu yang memiliki emosi negatif yang lebih tinggi,
menyukai risiko, dan lebih terbuka terhadap pengalaman memilih investasi dengan
risiko yang lebih tinggi. Emosi negatif yagn lebih tinggi dan kesukaan terhadap risiko
yang lebih tinggi berhubungan dengan meningkatnya perilaku perdagangan. De Bond
(1998), Davidson dan Griffin (2003) menyatakan bahwa investor dapat dikategorikan
berdasarkan psikologi individual masing-masing karena motivator dari pelaku manusia
adalah kepribadian. Segala bentuk proses perubahan perilaku yang permanen dan terjadi
sebagai hasil dari pengalaman disebut belajar (Robbins, 2002).
Proses belajar akan membantu beradaptasi manusia dengan lingkunganya
mengenai perilaku. Perilaku yang diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi
menguntungkan cenderung akan diulangi, dan perilaku yang diikuti oleh
konsekuensikonsekuensi yang tidak menguntungkan cenderung untuk tidak diulangi.
Konsekuensi dalam terminolgi ini mengarah pada sesuatu yagn dianggap orang
menguntungkan seperti uang, pujian, promosi, dan senyuman. Pengalaman dalam
berinvestasi menjadi proses pembelajaran, dimana investor yagn leboh berpengalaman
akan belajar dari kesalahan masa lalu, menjadi lebih rasional dalam pengambilan
keputusan investasi berikutnya. Investor yang berpengalaman memegang portfolio
investasi dengan risiko rendah, dan berdagang dengan frekwensi yang lebih rendah,
namun setelah melakukan kontrol terhadap pengalaman, ditemukan bahwa investor
yang lebih tua memiliki kemampuan menyeleksi saham lebih buruk dan kemampuan
diversifikasi yang lebih rendah, sehingga menyiratkan bahwa usia turut berpengaruh
pada pengambilan ketputusan investasi (Korniotis dan Kumar, 2006).
6
2.2. Teori Perilaku Terencana
Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior - TPB) pertama kali
dikemukakan oleh Ajzen (2005) mengemukakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
niat (intention) untuk melakukan, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap, norma-norma
subjektif dan persepsi kontrol perilaku. Sejumlah faktor menjadi latar belakang yang
mempengaruhi terbentuknya sikap, norma-norma subjektif dan persepsi kontrol
perilaku. Faktor-faktor tersebut meliputi aspek personal, aspek sosial dan informasi.
Aspek-aspek personal meliputi sikap secara umum, kepribadian, nilai-nilai yang
diyakini, emosi dan intelegensi. Aspek-aspek sosial meliputi usia, gender, ras, etnis,
pendidikan, dan kepercayaan (agama). Aspek-aspek informasi meliputi pengalaman,
pengetahuan, dan media.
2.3. Teori Investasi
Teori investasi pada awalnya diperkenalkan oleh Irving Fisher pada tahun 1930. Pada
awalnya teori ini menjelaskan bahwa di pasar modal pada dasarkan ada dua kelompok
yang saling berhadapan, namun mempunyai kepentingan dan kesempatan yang sama
untuk memetik manfaat yang sebesar-besarnya dari pasar tersebut.
Kelompok pertama terdiri atas mereka yang “kekurangan uang”, yang memanfaatkan
pasar modal sebesar-besarnya dengan menerbitkan saham atau obligasi. Kelompok ini
kemudia disebut kelompok peminjam (borrowers). Kelompok kedua adalah mereka
yang mempunyai “kelebihan uang”. Manfaat sebesar-besarnya akan mereka peroleh
dengan cara membeli saham atau obligasi yang diterbitkan oleh pihak pertama di pasar
modal. Kelompok ini selanjutnya disebut sebagai kelompok penabung (lenders).
Investasi adalah sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva
produktif selama periode waktu tertentu. Dengan adanya aktiva yang produktif,
penundaan konsumsi sekarang untuk diinvestasikan ke aktiva yang produktif tersebut
akan meningkatkan utilitas total (Asri M., 2013 dan Hartono, 2015).
2.4. Teori Keuangan Keperilakuan
Teori Keuangan Keperilakuan (Behavioral Finance) secara gamblang dapat diartikan
sebagai aplikasi ilmu psikologi dalam disiplin ilmu keuangan (Pompian, 2006). Teori
ini mulai berkembang pada tahun 1950-an, di mana Burrell (1951) dan Bauman (1967)
pada saat itu telah mulai memasukkan unsur psikologi dalam penelitian mereka.
Sementara itu, Slovic (1969, 1972) telah menulis artikel mengenai proses pengambilan
keputusan investasi ditinjau dari perspektif behavioral.
7
Dalam perspektif keuangan modern, khususnya tentang teori keuangan
keperilakuan (behavioral finance), keputusan investor dalam melakukan investasi tidak
hanya ditentukan oleh estimasi atas prospek instrumen investasi akan tetapi ditentukan
juga oleh faktor psikologis investor yang bersangkutan. Bahkan, dikatakan bahwa faktor
psikologis investor ini mempunyai peran yang paling besar dan menentukan keputusan
investasi (Manurung, 2012).
2.5. Teori Prospek
Adanya kelemahan dari teori utilitas yang diharapkan (teori manfaat harapan) dalam
menjelaskan diri perilaku manusia karena mengenyampingkan kemungkinan
inkonsistenan perilaku telah menjadi titik tolak dikperkenalkan dan dikembangkannya
Teori Prospek (Prospect Theory) oleh Kahneman dan Tversky (1979), di mana teori ini
kelak menjadi perhatian para ahli atau cendikia di bidang keuangan. Teori yang mereka
kemukakan jelas-jelas bertentangan dengan manfaat harapan (expected utility function)
yang banyak dipakai dalam menerangkan proses pengambilan keputusan. Kahneman
dan Tversky mengemukankan temuan mereka, bahwa orang cenderung untuk
memberikan nilai yang lebih kecil (underweight) pada outcome yang baru “mungkin”
terjadi, dibandingkan dengan outcome yang sudah “pasti” terjadi dan cenderung untuk
memberikan nilai lebih pada kerugian daripada keuntungan.
Pemahaman emosi dapat diperdalam dengan lebih dulu mengenal betul siapa
para investor itu sebenarnya. Pompian (2006) menjelaskan lima kelompok kepribadian
investor yang telah gambarkan oleh Bailard, Biehl dan Kaiser (1986) yang merupakan
sebuah lembaga investasi di Amerika. Pada dasarnya ada lima macam kelompok
kepribadian investor di pasar modal, yaitu kelompok petualang (adventurers), kelompok
selebriti (celebrities), kelompok individualis (individualists), kelompok wali
(guardians), dan kelompok straight arrow.
Pertama, kelompok petualang adalah orang-orang yang umumnya tidak
mempedulikan risiko, bahkan cenderung untuk menyukainya (risk takers). Kedua,
kelompok selebriti, kelompok ini terdiri dari orang-orang yang selalu ingin tampil,
menonjol dan menjadi pusat perhatian. Apabila kedua jenis investor petualang dan
selebritis ini mendominasi pasar, maka pasar akan jauh dari rasional. Ketiga, kelompok
individualis, merupakan orang-orang yang cenderung untuk bekerja sendiri dan tidak
peduli pada keputusan investasi orang lain dan mereka cenderung melawan arus tetapi
cenderung menghindari risiko yang tinggi dan tidak berkeberatan untuk menghadapi
risiko yang moderat.
8
Gambar 2.1. Lima Kelompok Kepribadian Investor
Keempat, kelompok guardian (wali), beranggotakan investor yang lebih matang,
lebih berpengalaman serta berpengetahuan relatif luas. Kelompok ini cenderung tidak
mengkambingkan orang lain dalam keputusan investasi dan mereka ini umumnya risik
averse. Secara umum, kelompok investor ketiga dan keempat ini memenuhi asumsi
rasionalitas dalam teori keuangan standar. Kelompok kelima, terakhir, straight arrow,
tidak dapat dimasukkan secara tegas dalam salah satu dari empat kelompok di muka.
Mereka ini kadang kala bersikap sangat risk averse, atau kadang kala sebaliknya
sebagai risk takers.
2.6. Psikologi Investasi
Psikologi investasi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor psikologis yang
memengaruhi keputusan investasi. Dalam hipotesis pasar efisien dan teori portofolio
modern, efisiensi pasar terjadi karena faktor investor, berkat informasi yang lengkap,
dengan cepat dan rasional menetapkan harga (Hagstrong, 2010). Adapun psikologi
Investasi atau bias perilaku pada investor (Pompian, 2006) meliputi : (1) Bias terlalu,
percaya diri (overconvidence bias), (2) Overtrading, (3) Cognitive dissonance bias, (4)
Representativeness bias (5) Availability bias, (6) Self Atribution bias, (7) Loss aversion
bias.
Investor profesional terkenal, Waren Buffet, mengemukakan bahwa jika teori pasar
efisien benar, maka tidak ada peluang bagi investor untuk dapat menghasilkan kinerja
melebihi kinerja pasar, dan tidak ada peluang bahwa seseorang atau sekelompok orang
9
yang sama dapat secara konsisten melakukan hal ini. Tetapi Buffet selama 25 tahun
terakhir membuktikan bahwa hal ini memang bisa terjadi. Oleh karena itu terdapat
beberapa alasan mengapa teori pasar modal efisien tidak bisa dipertahankan menurut
Buffet (dalam Hagstrom, 2010), yaitu, karena investor tidak selalu rasional dan investor
tidak memproses informasi dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa seringkali
seseorang menjadi tidak rasional bila berhubungan dengan uang dan mengambil
keputusan emosional. Oleh karena itu lazim dikatakan oleh para pelaku pasar bahwa
musuh terburuk seorang investor adalah dirinya sendiri (Graham dalam Hagstrom,
2010). Artinya bahwa meskipun seseorang memiliki kemampuan yang superior dalam
matematika, keuangan dan akuntansi, orang yang tidak menguasai emosi, tidak akan
mendapatkan keuntungan dari proses investasi.
Wira (2016) menyatakan bahwa ada lima manfaat mempelajari psikologi trading.
Pertama, investor lebih memahami diri sendiri, yaitu berusaha memahami diri sendiri
sebagai seorang manusia, lengkap dengan kelebihan dan kekurangan. Kedua, investor
dapat menggunakan psikologi sebagai alat bantu trading yaitu bisa menggunakan
pendekatan baru untuk mengelola emosi sebagai trader dimana pendekatan ini
membantu meningkatkan kualitas trading investor. Ketiga, investor lebih memahami
pasar. Investor akan memahami latar belakang apa yang menggerakkan pasar secara
psikologis sehingga bisa melihat pasar dengan cara yang berbeda. Keempat, investor
mengetahui hubungan analisis teknikal dan psikologi. Investor dapat mengetahui cara
membaca grafik untuk mengetahui kondisi psikologis pasar sehingga bisa
memanfaatkan psikologi massa untuk keuntungan investor. Kelima, membantu
meningkatkan profit. Investor dapat belajar untuk mengetahui berbagai kesalahan
investasi dan trading yang terpengaruh oleh psikologi sehingga diharapkan bisa
mengurangi kesalahan yang sama, dan mendapatkan profit yang lebih besar dalam
trading atau investasi.
Wira (2011) membagi trader menjadi beberapa tipe, yaitu scalper, day trader,
swing trader, position trader dan investor (1) Scalper, arti harfiah dari scalper adalah
kutu loncat. Trader hanya menyimpan posisi dalam hitungan detik atau menit. (2) Day
Trader. Gaya trading ini mengambil keuntungan dari fluktuasi harga harian. Day trader
membuka beberapa posisi dalam sehari, mirip dengan scalper namun dengan time
horizon yang lebih panjang. Berkisar antara beberapa menit sampai jam per trading.
Biasanya beli pagi jual sore; (3) Swing Trader. Gaya tradirig ini berusaha mengambil
keuntungan dari fluktuasi atau goyangan (swing) harga dalam periode lebih panjang.
10
Time horizon nya adalah dalam hitungan hari sampai beberapa minggu; (4) Position
Trader. Gaya trading ini menggunakan time horizon yang lebih panjang. Ia bisa
membuka posisi sampai hitungan minggu sampai bulan; (5) Investor memiliki gaya
trading yang pasif, jumlah perdagangan sedikit, serta jangka waktu bulan dan tahun.
2.7. Konsep Awal Model Perilaku Investor
2.8. Road Map Penelitian
Investor saham Individu A - X
Pemahaman makna investasi dan perilakuInvestor alalm pengambilan keputusan investasi
Metode Kualitatif interpretif Burrel & Morgan, 1979); (
Induktif (Mulyana, 2006). F enomenologi ( Creswell, 2007; Deontology ( Etziony, 1992)
Wawancara mendalam dan Observasi (Denzin & Linconl, 1994)
Konstruksi Model Perilaku Pengambilan
Analisis Data Colazi & Kent ( Moustakas, 1994)
Sintesa: Kontruksi makan dan perilaku investor dari Perspektif : Behavioral finance, Teori investasi, Teori Perilaku Individu, Perilaku investasi dan Internalisasi nila i - nilai
11
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami perilaku investor individu dalam
transaksi saham di pasar modal dan mengekplorasi unsur-unsur yang mempengaruhi
perilaku investor tersebut. Disamping itu, penelitian ini juga memiliki manfaat yaitu
membuka cakrawala baru dalam peneltian keuangan mengenai paradigma kualitatif
interpretif (post positivism). Manfaat berikutnya dari penelitianini adalah menambah
kazanah baru dalam pengetahuan yagn dapat menentukan perilaku investor di pasar
modal dengan menggunakan paradigma kualitatif interpretif dengan metode
fenomenologi deontologi dan perspektif, serta melalui penelitian ini juga diharapkan
agar peneliti dapat menyelesaikan pendidikan Doktor dan hasil ini dapat ajukan untuk
dipublikasikan di jurnal Nasional dan Internasional.
12
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif interpretif dengan metode
fenomenologi. Metode fenomenologi yang pakai adalah fenomenogi dari Schutz, yaitu
suatu metode fenomenologi yang digunakan untuk memaknai perilaku investor
berdasarkan motif yang ada pada mereka. Tujuan penggunaan fenomenologi adalah
mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran dan dalam
tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara estetis,
mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksikan makna dan
konsep-konsep penting, dalam rangka intersubjektivitas. Intersubjektif, karena
pemahaman tentang dunia dibentuk oleh hubungan manusia dengan orang lain
(Kuswarno, 2009). Penelitian ini akan mengungkapkan apa makna investasi menurut
investor, bagaimana mereka mempersepsikan arti sebuah investasi, apakah alasan
investor melakukan sebuah investasi pada saham sehingga terungkap berbagai motif
investor melakukan investasi. Pengungkapan lebih mendalam menyangkut identitas dari
investor yang merupakan gambaran secara holistik mengenai aspek kognitif, aspek
afektif, kepribadian dan gender menurut persepsi investor, untuk kemudian dapat lebih
menjelaskan mengenai perilaku investor dalam transaksi saham
4.2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Pertama, tahapan studi persiapan atau
studi orientasi dengan menyusun prapoposal dan proposal. Kegiatan tahap ini meliputi:
(mencari isu-isu fenomena aktual yang unik dalam konteks manajemen keuangan dan
dihubungkan dengan perilaku investor berkaitan dengan bias perilaku yang sering
terjadi, (2) mengkaji sejumlah literatur tentang fenomena aktual tersebut, (3) melakukan
studi orientasi pada peruahaan sekuritas, dan (4) diskuisi dengan teman sejawat dan
tentunya secara inten berkonsultasi dengan promotor untuk memperoleh arahakan dan
saran-saran perbaikan proposal. Kedua, tahapan studi eksplorasi, kegiatan ini meliputi
(1) konsultasi, wawancara dan mengurus perijinan pada instansi berwenang terutama
kantor perwakilan BEI Aceh dan perusahaan sekuritas di Banda Aceh, (2) pengumpulan
data dengan cara wawancara mendalam (indept interview) dengan investor (informan)
dan observasi di Banda Aceh. Kemudian data yang masuk dari informan pertama
dipelajari, disandi, dan dibuat ringkasan kontak untuk menemukan topik-topik yang
menarik untuk dikembangkan. Ketika tidak ada lagi topik/tema baru yang muncul dan
13
semua permasalahan sudah terjawab maka pengumpulan data dari objek ini diangap
selesai. Data yang masuk dikelompokkan dan dikategori berdasarkan tema-tema.
Pengupulan data dilanjutkan sampai menghasilkan jawaban informan tela sama (jenuh).
Ketika data yang diperoleh dari semua informan menghasilkan tema-tema yang hampir
serupa dan tidak ada lagi tema baru yaag muncul, maka pengumpulan data dianggap
selesai (Bogdan dan Biklen, 1982). Berikutnya kegiatan (3) analisis data dilakuan
bersamaan dengan pengumpulan data tersebut, (4) menulis laporan hasil penelitian, dan
(5) pengecekan hasil dan temuan penelitian yang dilakukan dengan konsultasi (audit
trail) dengan konsultan ahli dan diskusi dengan tema sejawat, sebelum konsultasi
dengan promotor.
4.3. Informan dan Kehadiran Peneliti
Unit analisis data dalam penelitian ini adalah individu sebagai investor saham sebagai
informan. Mengenai jumlah informan, Creswell (2007) merekomendasi jumlah
informan dalam penelitian fenomenologi antara 4 sampai 25 individu yang mengalami
fenomena tersebut. Teknik penetapan informan kunci ini menggunakan teknik conditio
qua non, artinya teknik penetapan informan berdasarkan kriteria khusus. Oleh karena
itu, jumlah bukan dijadikan pertimbangan utama, tetapi pertimbangan kualitas informasi
yang didapat dan keterwakilan kasus lebih diutamakan (Fatchan, 20011). Adapun
kriteria pemilihan informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Informan
harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan dengan fokus penelitian
dan masih ini aktif melakukan transaksi saham sendiri tanpa diwakili orang lain, (2)
informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya, (3)
bersedia terlibat dalam penelitian meskipun mungkin membutuhkan waktu lama, (4)
bersedia diwawacarai dan direkam aktivitasnya selama penelitian berlangsung, (5)
memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian (6) telah terlibat di
pasar modal sebagai investor minimal 1 tahun, (7) tidak bekerja di perusahaan sekuritas
atau afiliasi dengannya.
4.4. Prosedur Pengumpulan Data
Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari subjek atau informan
kunci dalam bentuk verbal atau perkataan tentang pemahaman, pandangan, pemikiran,
pengalaman dan perasaan informan kunci tentang perilaku investor dalam bertransaksi
di pasar modal. Sedangkan data sekunder berasal dari dokumentasi peneliti seperti: hasil
14
pemotretan melalui observasi atas lokasi penelitian, dokumentasi wawancara dengan
informan kunci, buku, jurnal serta literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
4.5. Analisa Data
Penelitian ini mengadopsi analisa data fenomenologi dari Ady (2013) dan
Moustakas (1994) yang sebelumnya disadur dari modifikasi analisa data dari Van Kaam
dan Stevick-Calaizzi-Kent, adapun tapahapan analisa data sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Unit Makna
Tahap ini adalah reduksi fenomenologi, dengan kegiatan: (1) transcribing, yaitu
dengan mendengarkan kembali rekaman wawancara dan membuat transkrip
hasil wawancara, (2) Indentifikasi unit makna dan menentukan tema,yaitu
dengan mempertimbangkan setiap pernyataan informan dan mengeskstrak
kedalam tema-tema serta pemberian label yang sesuai.
2. Individual Textual-Structural Description
Tahap diskripsi tekstual diawali dengan validitas internal yaitu tiriangulasi.
Triangulasi data antar waktu dilakukan pada masing-masing informan untuk
mendapatkan konsistensi jawaban yang diberikan informan serta
membandingkan konsistensi jawaban informan dari waktu ke waktu serta juga
menyimpulkan tema tersebut.
3. Identifikasi Tema-tema Lintas Seluruh Partisipan
Tahap ini dilakukan analisis silang untuk unit makna yang sama diantara
partisispan dan membuat deskripsi tektual dan struktural untuk semua partisipan
agar menemukan esensi makna dan membentuk matriks.
4. Identifikasi Esensi Pengalaman
Tahap ini merupakan hasil dari narasi gabungan anlisis lintas situs. Narasi ini
mencakup deskripsi apa yang dialami selama fenomena terjadi dan bagaimana
pengalaman itu terjadi. Tahap ini mengintegrasikan intuisi, tacit dimention, self
searching and reflecting dari deskripsi tektual dan struktural (Creswell, 2007).
Peneliti membuat refleksi dari pandangan dan pengalaman informan dengan
cara menulis menggunakan bahasa penelitia yang harus merefleksikan konteks
munculnya tema. Selanjutnya peneliti menstransformasikan ekspresi partisipan
ke dalam bahasa yang sesuai dengan keilmuan yang mendukung riset.
Keterkaitan tema-tema tersebut dijelaskan dalam suatu model untuk
mempermudah pemahaman. Selain itu, pada tahap ini proposisi penelitian telah
15
dapat diturunkan berdasarkan esensi makna pengalaman. Pengkonstruksian
model ini diharapkan dapat menjadi suatu contoh peran, pemahaman dan
strategi berinvestasi di pasar modal.
4.6. Bagan Alur Penelitian
Gambar 4.1. Bagan Alur Penelitian
Pengecekan Hasil dan konsultasi dengan ahli, teman sejawat, dan promotor Mengkontruksi Model Perilaku ( Investor)
Mencari isu - isu dan fenomena aktual yang
Mengkaji sejumlah literatur yang relevan
Studi Orientasi ke Perusahaan Sekuritas
Diskusi dengan teman sejawat dan konsultasi inten dengan promotor
Konsultasi, wawancara, Perijinan pada instansi berwenang
Pengumpulan data dengan indept interview dari informan
Mengidentifikasi unit makna
Analisa Data
Studi Persiapan
( Studi
O rientasi)
Studi Eksplorasi Terfok us
Individual Textual dan Structural
Indentifikasi Tema Lintas Seluruh Partisipan
Indentifaksi Esensi Pengalaman
D
Penulisan Laporan
) Disertasi & Jurnal (
k e a b s a h a n
16
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini secara sistematis menguraikan tentang temuan data lapangan terdiri dari
profil perusahaan (situs penelitian), deskripsi tentang informan, perilaku investor dalam
berinvestasi serta kesimpulan, alasan dan motif investasi dan identitas investor.
5.1. Profil Perusahaan Sekuritas
Profil perusahaan sekuritas menyangkut situs penelitian, yaitu perushaan tempat
informan membuka rekening sebagai investor saham. Ada tiga perusahaan sekuritas
yang dipilih sebagai situs penelitian, yaitu BNI Sekuiritas, Mandiri Sekuritas, dan MNC
Sekuritas.
5.1.1. BNI Sekuritas
BNI Sekuritas didirikan pada tanggal 12 April 1995 sebagai anak perusahaan dari BNI
46. Pada pertengahan tahun 2011, struktur kepemilikan BNI Sekuritas diperkuat dengan
bergabungnya investor strategis, yakni SBI Securities Co., Ltd, Jepang untuk turut
memiliki saham perseroan, sehingga komposisi kepemilikan saham BNI Sekuritas
sampai dengan saat ini adalah 75% dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero),
Tbk. dan 25% dimiliki oleh SBI Securities Co., Ltd. Pada tahun 2014 terdapat
pengalihan kepemilikan saham dari SBI Securities Co. Ltd. kepada SBI Financial
Services Co., LTD. Sejalan dengan perkembangan dan peraturan pasar modal, pada
tahun yang sama, BNI Sekuritas membentuk anak perusahaan berbadan hukum, yakni
PT BNI Asset Management.
Sebagai perusahaan yang telah terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
BNI Sekuritas memiliki izin sebagai penyedia jasa penjamin emisi efek, perantara
pedagang efek, serta agen penjual reksadana. BNI Sekuritas bertekad untuk terus
menghadirkan layanan terbaik melalui peningkatan nilai tambah nasabah dengan cara
mengembangkan sistem transaksi saham online. Sistem ini terus disempurnakan agar
senantiasa bisa memuaskan nasabah dalam hal transaksi secara online. Di samping itu,
dalam menjalankan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) dan mentaati
peraturan Pasar Modal Indonesia, BNI Sekuritas telah melakukan pemisahan dana
nasabah (fund separataion) yang mewajibkan seluruh nasabah untuk memiliki rekening
dana investor atas nama nasabah tersebut. Ini ditujukan untuk memastikan agar dana
17
nasabah terjaga secara aman dan memberikan kemudahan agar nasabah dapat
memantau saldo dana yang dimiliki kapan saja.
5.1.2. Mandiri Sekuritas
PT Mandiri Sekuritas merupakan salah satu investment bank terkemuka dan broker
lokal teraktif di pasar modal. Sebagai bagian dari institusi finansial terbesar di
Indonesia, Mandiri Sekuritas telah hadir sebagai mitra investasi terpercaya sejak tahun
2000. Perusahaan memiliki jaringan distribusi terluas dengan lebih dari 40 kantor
layanan yang tersebar di sentra-sentra ekonomi di Indonesia. Sebagai pemimpin di
industri pasar modal, Mandiri Sekuritas sukses mewujudkan rencana strategisnya untuk
berekspansi secara regional dengan meresmikan Mandiri Securities Pte Ltd (Mandiri
Securities Singapore) pada 15 Mei 2017.
Berdirinya Mandiri Securities Singapore menjadikan Mandiri Sekuritas
satusatunya perusahaan lokal yang memiliki kapabilitas bisnis di luar negeri. Sederet
pencapaian dan reputasi di industri menjadikan Mandiri Sekuritas sebagai mitra terbaik
yang menghadirkan layanan komprehensif, meliputi investment banking dan capital
markets bagi para nasabah korporat, institusi, dan individu. Mandiri Sekuritas juga
menghadirkan layanan investment management melalui anak perusahaan, PT Mandiri
Manajemen Investasi, guna memberikan layanan bernilai kepada seluruh nasabah.
Akselerasi bisnis Mandiri Sekuritas didukung oleh sumber daya manusia berkualitas,
budaya kerja yang solid, sistem informasi yang andal, serta praktik tata kelola
perusahaan yang baik, (Good Corporate Governance / GCG). Komitmen dalam
menjalankan GCG di lingkup Mandiri Sekuritas merupakan bagian dari rencana jangka
panjang Perusahaan untuk memberikan kontribusi bernilai dan berkelanjutan kepada
seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).
5.1.3. PT MNC Sekuritas (MNC Sekuritas)
PT. MNC Sekuritas sepenuhnya (99,9%) dimiliki oleh PT MNC Investama Tbk,
melalui anak perusahaannya PT MNC Kapital Indonesia, Tbk, yang merupakan salah
satu perusahaan investasi di bidang jasa keuangan yang terintegrasi dan terbesar di
Indonesia. PT MNC Sekuritas adalah perusahaan efek yang bergerak sebagai Perantara
Perdagangan Efek dan Penjamin Emisi Efek sejak tahun 1989. Didirikan pada bulan
November 1989 di Surabaya, MNC Sekuritas yang awalnya dikenal sebagai PT. Bhakti
18
Investama memulai sepak terjangnya di bidang perdagangan efek, sekaligus menjadi
cikal bakal MNC Group. Seiring perjalanan waktu, MNC Sekuritas terus berkembang
menjadi salah satu perusahaan sekuritas lokal yang menyediakan jasa pasar modal
secara lengkap. Saat ini MNC Sekuritas memiliki 3 divisi usaha. Divisi Equity
menyediakan layanan perantara perdagangan saham, bagi nasabah ritel, institusi,
maupun high networth. Dengan mempertimbangkan kondisi pasar serta risiko kredit
yang muncul, saat ini perusahaan tidak melakukan pemberian layanan transaksi
Repurchase Agreement (Repo) sampai batas waktu review selanjutnya. MNC Sekuritas
menyediakan platform online trading MNC Trade New dan MNC Trade Syariah yang
dapat diakses dengan mudah melalui berbagai perangkat, dengan sistem operasi
Android maupun IOS.
Untuk mensosialisasikan investasi pasar modal ke berbagai kalangan, MNC
Sekuritas juga memiliki produk menabung saham bernama MNC GEMESIN (Gemar
Menabung Saham Indonesia), hanya dengan menabung Rp 100.000,- atau kelipatannya
secara berkala. Divisi Fixed Income melayani transaksi perdagangan Surat Utang
Negara, seperti Obligasi Negara Ritel, Saving Bonds Ritel (SBR), Sukuk Negara Ritel
(SUKRI), dan obligasi korporasi. Divisi Investment Banking membantu klien dalam
aktivitas Corporate Finance, seperti penjaminan emisi efek, financial advisory
mencakup restrukturisasi, penggabungan usaha & akusisi, originasi dan sindikasi, serta
private placement. Didukung oleh tim riset yang berkompeten dan profesional, MNC
Sekuritas secara konsisten memberikan layanan riset dan analisa pasar kepada nasabah
untuk membantu meraih keuntungan optimal dan meminimalisasi resiko investasi.
Dalam memperluas basis pemodal, MNC Sekuritas juga telah menjalankan
berbagai program sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat, khususnya nasabah
potensial. Seiring dengan pertumbuhan bisnis dari waktu ke waktu, MNC Sekuritas
akan terus mengembangkan jaringan kantor cabang di kota-kota potensial Indonesia dan
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berkualitas sebagai wujud
komitmen perusahaan untuk terus berperan dalam pengembangan pasar modal
Indonesia. MNC Sekuritas berada dalam 5 besar perusahaan sekuritas swasta lokal yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia based on value per Desember 2017. Melalui berbagai
inovasi dan peningkatan layanan bagi nasabah, MNC Sekuritas berkomitmen untuk
terus menjadi perusahaan sekuritas terbaik dan terpercaya di Indonesia.
19
5.2. Profil Informan
Ada tujuah informan dalam peneliltian ini yang usianya berkisar 22 – 48 tahun. Ketuju
orang informan itu merupakan investor yang telah berinvestasi saham dalam jangka
waktu minimal 2 tahun hingga saat penelitian ini dilakukan dan semua mereka berjenis
kelamin laki-laki dengan profesi perkerjaan mereka berbeda-beda. Dengan demikian
dapat merefleksikan pengalaman mereka dalam berinvestasi. Kesemua informan itu
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan sebelumnya yang disyaratkan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya data profil informan penelitian
ini dapat ditampilkan dalam Tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 5.1 Daftar Karakteristik Informan Yang Diwawancara Mendalam Di
Kota Banda Aceh
No Nama Informan L/P Umur
(Thn)
Pekerjaan Pendidikan Lama
Menjadi
Investor
Sekuritas
1 M. Waris (WR) L 36 Wiraswasta S_1 3 BNI Sec
2 Rinaldi (RD) L 34 Wiraswasta S-1 4 BNI Sec
3 Amri (AM) L 41 Dosen FE S-2 4 BNI Sec
4 Zulbahri (ZB) L 45 PNS Dinas
Pendidikan
S-2 6 BNI Sec
5 Ubaidillah (UB) L 48 Wiraswasta S-1 21 Mandiri
Sec
6 Suhirman (SH) L 45 PNS UIN S-2 2 Mandiri
Sec
7 Ibrahim (IB) L 22 Mahasiswa SMA 2 MNC Sec
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah) 2017.
5.3. Perilaku Investor dalam Berinvestasi Saham
Investor merupakan manusia yang punya perasaan dan perilaku yang unik
sehingga sebagai manusia mereka merasa lebih dihargaai bila diri mereka itu dipandang
sebagai “menjadi manusia” dan bukan hanya atas dasar kemanusiaanya belaka. Sebuah
“proses menjadi” itulah bagian dari hakikat diri manusia itu (Kuswantor, 2009; dan
Ady, 2013). Dengan demikian, perilaku investor perlu diamati dan diketahui mengenai
bagaimana dia memaknai sesuatu tindakannya dalam investasi di pasar modal.
20
5.3.1. Alasan Berinvestasi Saham
Berdasarkan ke-7 informan yang diwawancarai, maka hampir diperoleh
beberapa kesamaan alasan investor dalam berinvestasi dimana alasan ini umumnya
mendorong mereka untuk investasi di pasar modal. Alasan-alasan investor dalam
berinvestasi ini yang maknanya serupa akan dibuat dalam satu kategori, sehingga
diperoleh beberap ketegori. Pengkategori ini sangat perlu karena digunakan sebagai
langkah awal dalam membuat konstruksi tingkat berikutnya.
Beberapa informan mengemukakan bahwa berbagai alasan mereka berinvestasi di
pasar saham tidak terbatas pada satu alasan saja, tetap masing-masing mereka
menjawab beberapa alasan berinvestasi. Dari hasil wawancara yang mendalam tersebut
dan kemudian bila telah diperoleh data yang telah jenuh maka dianggap informan itu
telah memberikan informasi yang absah untuk persoalan jenis pertanyaan tersebut.
Berdasarkan jawaban informan atas pertanyaan apa alasan investor dalam penelitian ini
berinvestasi di pasar modal, maka informan pertama, WR mengemukakan bahwa
alasannya adalah karena ikut-ikutan dan lama-lama tertarik karena enak juga, antisipasi
inflasi dan kalau di tabungan hasilnya rendah sekali, mendukung pendapatan dan kalau
ditabungan bunganya rendah sekali seperti jawaban dia berikut ini:
“Mendukung pendapatan...kalau invest di bank kan bungannya kecil, kalau ada
investasi lain kenapa tidak ikut. Dan hal ini tertarik bagi saya karena pertama
coba-coba setelah dapat informasi dari teman...eh ternyata enak dan saya pelajari,
iya tabungan bunganya kecil, saham lumanyan yang penting kita ngerti dan kita
harus baca ekonomi.”
Informan selanjutnya adalah RD, mengemukakan alasan dia masuk ke pasar
modal karena di saham lebih simple, artinya mudah dan sederhana kalau mau dijual beli
seperti jawabannya berikut:
“Karena simple, saham itu simple, artinya ya tinggal beli ya kalau mau trading
ya trading kalau tidak ya simpan. Habis itu kan ada reksadana...kalau tak mau
trading ya beli reksadana.”
Selanjutnya informan berikutnya yaitu AM, yang mengatakan bahwa alasan dia
investasi adalah memberikan keuntungan besar dibandingkan yang lain tapi risiko juga
dipertimbangkannya, dan dia invetasi karena ada uang lebih seperti penuturuannya
berikut ini:
21
“Bicara investasi bermacam-macam ada saham, emas dan tanah. Jadi kalau
dikatakan investasi kalau nilainya bertambah. Kalau masalah investasi saham high
risk high return...tinggi risiko maka tinggi return. Invest di saham karena ingin
mendapatkan ketungan besar tapi dengan memperhitungkan risiko juga. Saham
memberikan keuntungan besar dari pada emas. Karena saya investasi jangka
panjang, investasi di saham BUMN lebih terjamin.”
Sedangkan informan lain, ZB menyatakan yang merupakan seorang PNS di
Dinas Pendidikan Aceh menyatakan bahwa alasan dia investasi saham adalah karena
saham lebih likuid dan saham modalnya tidak besar dan lebih menyakitkan saham, juga
di saham lebih terkontrol daripada Forex.
“Menyisihkan sumber daya yang kita miliki sekitar 1/3 dari pendapatan kita
untuk hari tua dan anak-anak juga, lalu kalau kita modal kecil pergi jualan kan tak
mungkin..tapi disaham kita bisa invest kaena modal nya tidak perlu besar. Saya
pilih saham karena lebih likuid. Keinginannya udah lama untuk beli tapi dulu tak
ada perusahaan sekuritas di Aceh. Juga karena dengan modal kecil dia invest, tapi
kalau jualan kan perulu modal lebih besar.”
Informan lain adalah Ubaidillah yang merupakan seorang pengusahan
transportasi L-300 trayek Barat-Selatan mangatakan bahwa dia invest saham karena
kalau di saham risikonya kecil dibandingkan investasi di perkebunan dan simple karena
online. Semua sekarang online juga...kalau dulu repot harus telpon broker, sekarang
online, seperti peryataanya berikut:
“Kalau di saham itu risikonya kecil.... dibandingkan investasi misalnya di
perkebunan, itukan bisa aja masih ada faktor x misal di perkebunan, beli tanah,
rumah kan mudah sekali jatuh jatuh..contoh kemarin ada Tsunami dan simple
karena online. Ditambah lagi sekarang online kan...kalau dulu repot telpon broker
kan, sekarang udah online.”
Sedangkan informan selanjutnya adalah SH, menyatakan bahwa dia tertaik di
saham karena baca buku Robert T. Kiyosaki dan saham itu keuntunganya tinggi dan
risiko bisa ditekan, sebagaimana penuturannya berikut:
“Saya pertama tertarik dari baca buku Robert T.Kiyosaki mengenai Cash Flow
Kuadran, bangaimana dengan punya uang kita bisa usaha, kita bisa kelola sendiri
tidak tergantung orang lain, kalau di kedai kopi,,,,bagaimna itu kalau orang yang
saring...nyaring kopi itu saket,,,. jadi kita binggung cari gantinya. Saham itu tertingi
dibandingkan investasi lainya ada beberapa kenaikan saham dari bulan Januari
sanmpai sekarang udah 100 persen, meskipun high return high risk. Ada kecil anak
kecil sepeda juga risiko karena tidak tahu rambu..tapi kalau kita dewasa kan kita
tahu rambu-rambunya dari risko kecekaan bisa ditekan.”
Informan ketujuh yang merupakan informan terakhir yang masih berumur 22
tahun dan berstatus mahasiswa yaitu IB, yang memberikan pernyataan bahwa alasan dia
22
berinvestasi saham adalah karena keuntungan lebih tinggi dari instrumen investasi lain
dan juga saham lebih likuid, seperti pernyataanya berikut:
“Dulunya saya membaca-baca buku Cash Flow dari Robert T. Kiyosaki tentang
pendapatan portfolio, lalu ingin mengetahui lebih lanjut apa itu pendapatan portfolio
sepertinya yang paling baik itu saham karena rupanya yang paling baik itu saham
karena memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito dan lebih likuid dia, kalau
properti tinggi juga tapi tidak likuid.”
5.3.2. Motif Berinvestasi Saham Berdasarkan Kategori Investor
5.3.2.1. Historical Investor Masa Lalu
Investor berpengalaman (historical investor) merupakan investor yang
bercirikan investor yang memberikan alasan mengapa dia berinvestasi di pasar modal
karena didahului oleh secara sejarah masa lalu bahwa dia memiliki ilmu di bidang
investasi yang cukup memadai, sehingga segala pengambilan keputusan investasi di
dahului oleh suatu analisis yang cermat dan teliti secara teoritis. Hal ini dapat
disebutkan bahwa motif mereka yang dikategorikan sebagai investor historical, artinya
bermotif “sebab/karena” sesuatu hal.
Berdasarkan ketujuh informan, yang termasuk kategori investor ini adalah ZB
yaitu PNS di Dinas Pendidikan Aceh dimana dia ini termasuk kategori historical
investor yang memberikan alasan berinvestasi di pasar modal merasa sudah sangat
mengenal pasar modal telah lama mempelajari bagaimana sistem transaksi di pasar
modal dan dia telah lama mengamati dan menelusuri semua perusahaan sekuritas yang
ada di Aceh, sehingga waktu alwalnya dia tidak mau invest karena sekuritas yang buka
di Aceh milik swasta, lalu setelah ada BNI Sekuritas baru dia mau mulai investasi
karena BUMN yang katanya ada jaminan pemrinatah, sebagaimana penuturan dia
berikut ini:
“.....sebenarnya sudah lama berkeinginan untuk invest saham dulu ada berbarapa
sekuritas swasta buka tapi di saat ada beberapa sekuritas yang saya jumpai karena
swasta jadi setelah saya wawancarai kecil-kecillan rupanya kurang yakin saya..tapi
setelah ada BNI Sekuritas buka...baru saya yakin untuk invest karena BUMN di jamin
pemerintah.”
Informan berikutnya yang masuk kategori historical investor adalah UB, yang
merupakan pengusaha jasa transportasi L-300, dia mengatakan bahwa alasan dia
berinvestasi, yaitu karena selain pernah kuliah di fakultas ekonomi, dia juga telah lama
23
main forex dulu di Medan di pasar uang .... orang Cina Medan saat dia merantau ke
medan, sebagaimana pengakuanya berikut:
“Sebelumnya saya offline,,,kan saya pake broker, dulu tahun 95 saya pake
broker bolak-balik medan, setelah selesai kuliah...dulu tahun 95 di BNI Medan saya
invest manual karena belum online. Dulu repot telepon broker...orang cina Medan...
cuma punya usaha di Aceh, Saya punya teman orang Cina.”
5.3.2.2. Investor Masa Kini
Investor masa kini sering disebut investor kontemporer atau trader yaitu investor yang
memberikan alasan investasi untuk kepentingan jangka pendek, sesaat, keseharian, dan
kekinian. Dengan demikian, pertimbangan kekinian. Dari hasil jawaban informan, maka
investor kontemporer lebih dominan memberikan alasan “agar”, sehingga motif pada
kategori ini adalah kategori investor bermotif “agar”. Berdasarkan jangka waktu
informan melakukan transaksi saham, ada tiga macam pedagang saham (trader)
kontemporer, yaitu terdiri dari day trader, swing trader, dan position trader. Masing –
masing trader ini akan dijelaskan perincianya sebagai berikut.
Day Trader
Investor yang termasuk day trader ini adalah investor yang melakukan
transaksi saham harian. Seorang day trader dapat melakukan berkali-kali
transaksi beli dan jual dimana gaya trading ini mengambil keuntungan dari
fluktuasi harga harian. Biasanya trader jenis ini membuka beberapa posisi
dengan kisaran waktu transaksi adalah hanya beberapa menit/menitan sampai
jam pertrading. Umumnya mereka beli pagi dan jual sore karena sifat trader ini
dapat dikatakan sangat spekulatif dan mereka tujuan investasinya adalah untuk
mencari capital gain dari transaksi.
Informan yang masuk kategori day trader adalah informan SH, merupakan
seorang PNS UIN Ar-Raniry yang melakukan investasi hampir setiap hari,
bahkan beli pagi jual sore dan main saham dalam perjam kalau memang
mungkin. Motif utama SH melakukan investasi harian adalah utnuk
meningkatkan pendapatan tambahan bersama istrinya yang juga main saham.
Berikut ini penuturannya ketika ditanyakan mengapa tertarik ke pasar saham:
“.....Dari S1 samapai S2 kuliah saya pernah belajar investasi tapi prakteknya
tidak tahu, padahal adal kapital gain dan dividend. Saya terus terang tertarik
dari baca buku dari Robert T.Kiyosaki tentang ada empat kuadran cash flow
24
dan kita main saham itu tidak tergantung sama orang lain. Saham itu dari
buku Elen May judul “Trader Not A Gamble”, dari Wira kita perhatiakan
ada kenaikan saham ada 100% persen kenaikan saham. Kita harus cermati
juga high risk high return. Sebenarnya saham itu tidak ada kata rugi, yang
ada cuma potensi rugi kalau harga turun karena kalau tidak kita jual dia
belum rugi. Informasi harian dari Elen May buka Premium Akses berbayar
per bulan Rp 300 ribu di email ke kita 3x pagi-siang-sore....informasi pasar
yang dia kasih...... Saya anggap investasi saham suatu bisnis, sambil kerja
dan padahal banyak orang punya laptop dan handphone canggih-canggih
semua tapi apa isisnya yang dikerjain bukan saham, tapi yang lain. Sering
baca chart dari MOSS software Mandiri Sekuritas, saya liat harian. Sering
eksekusi pake handphone kalau lagi jalang,,,dan kondisi atau posisi bagus
langsung hari itu saya eksekusi. Kadang-kadang saya pagi beli lalu dalam 3
menit saya juga kalau sudah misal dapat 150 ribu hari itu saya dapat, bisa dalam hari itu 2x masuk ke pasar”
Informan berikutnya yang masuk dalam day investor adalah WR yang berkerja
sebagai wiraswasta spesifiknya kontraktor kecil-kecilan dan mendegar investasi
saham pertama sekali dari teman, karena pertama sekedar ikut-iktutan kawan
beli saham maka setalah itu pas diikuti kok jadi menarik. Menurut penuturannya
bahwa dia mengunaka jangka waktu saham kebanyakan adalah harian, seperti
pernyataanya berikut ini.
”Pertama sih itu sekedar ikuti begitu kita jalani tertarik juga yagn
penting kita dalami, satu lagi yagn mendasari juga karena ada fatwa MUI saham
itu halal 80-90 adalah halal. Mungkin kalau tidak ada fatwa itu saya juga tidak
mau ikut. Yang penting harus antisipasi dan disiplin dalam invest saham. saya
kebanyakan transksi harian. Juga ada transaksi yang tidak selalu mulus..kan ada
juga yang tidak selalu mulus.”
Swing Trader
Investor swing trader menganut gaya trading dalam jangka waktu yang
lebih lama dari day trader. Gaya trading ini berusaha mengambil keuntungan
dari flutktuasi atau goyanagan (Swing) harga saham dalam periode yagn lebih
panjang. Biasanya time horizon nya adalah dalam hitungan hari sampai
beberapa minggu.
Informan yang merupakan Swing Trader dalam penelitian ini adalah IB yang
merupakan mahasiswa berusia 22 tahun dan membiayai kuliah sendiri.
Meskipun pengakuan dia, bahwa dia bertransaksi saham dalam jangka pendek
dan jangka panjang, dia bagi dua rekeningnya, ada untuk saving dan ada yang di
25
trading., biasanya harian dan main juga mingguan kalau analisanya bagus,
berikut ini penuturan IB sebagai berikut ini:
“...Sebenarnya saya investor jangka panjang tetapi saya trading jua
harian....saya membagi dua kategori, saya membagi rekening dua, kemudian
saya main juga fluktuatif...harian... ada duit khusus, ada perusahaan fundamental
yang bagus kita beli hold-tahan sampai 10 tahun kan jangka panjang. Sering
harian juga kalau ada kesempatan yang bagus, tergantung berita juga ...”hot”
berita misal tax amnesti,,,cari informasi tentang instrumen tax amanesti itu.”
Position Trader
Seorang investor dikatakan sebagai investor yang position trader adalah
trader yang melakukan trading yang lebih panjang dari swing trader. Pembelian
atau penjualan saham pada investor poisition trader berada dalam jangka waktu
minggu-an sampai hingga dua atau tiga bulan.
Informan yang termasuk position trader ini adalah UB yang merupakan
seorang pengusaha angkutan L-300 dan telah lama bermain saham, juga pernah
bermain FOREX di Medan dulu bersama kawannya bersama orang Cina Medan
waktu dia merantau ke Medan sebagaimana penuturannya berikut ini.
“....Kadang-kadang saya sudah beli suatu saham ini saya prediksi sampe satu
bulan ini kenaikan bagus mungkin kenaikan 20% 15% mungkin tapi tiba-tiba
dalam satu minggu udah naik 5% sampe 6% maka saya lepas terus ...jadi
paling kena fee broker setengah persen, kalau mandiri hampir tidak sampe
setengah persen. Begitu satu minggu saya lepas. Saya gini...dari sejumlah
dana saya itu saya pecah-pecah, saya belinya lima, saya belah lima, jadi
setiap seperlima ini ini saya beli satu saham yang saya prediksi naik. Kadang-
kadang ada dua jenis saham yang seminggu udah udah bagus, juga itu cari
saham lainya lagi pada minggu itu. Kalau saya fundemental, termasuk isu dan
rumor di dalamnya. Terus untuk pengambilan keputusan saya liat teknikal.
Contoh Indomobil dalam bebrapa hari ini naik-naik kan bagus. Kalau
eksekusi pake teknikal saya. Rencana ambil jangka panjang kemaren tiba-tiba
naik ya saya lepas, dan cari lagi yagn lain. Dulu waktu saya di Medan, saya
banyak belajar dari kawan saya Cina Medan tentang saham dan forex, kalau
forex itu fluktuasinya tinggi sekali dibandingkan saham.”
5.3.2.3. Investor Masa Depan
Investor masa depan atau sering disebut investor terencana merupakan investor yang
melakukan transaksi di pasar modal berdasarkan alasan-alasan masa depan sebagai
26
langkah untuk investasi jangka panjang. Investor ini tidak melakukan jual beli saham
secara periodik, tetapi membiarkan saham tersebut dalam waktu yang lama bertahun-
tahun dan mereka ini lebih utama mengharapkan dividend.
Investor masa depan dalam peneltian ini adalah AM yang merupaka dosen PTN di
salah satu fakultas ternama di Banda Aceh dan telah lama berkecimpung di pasar modal
baik reksadana maupun saham dan melakukan investasi untuk menambah nilai
modalnya tentunya berimbang juga dengan risiko. Dia mengatakan bahwa dia investor
jangka panjang sebagaimana penuturannya berikut ini:
“Sebenarnya saya investasi jangka panajang dan transaksi pun tidak selalu sering,
transaksi pun dirumah. Karena saya investsi jangka panjang saya lebih tertarik BUMN
karena ada jaminan pemerintah. Mingkin sebulan atau perbulan, unag lebih saya invest
uang lebih. Tidak pernah lalukan investasi hari ini beli lalu besok jual, itu tidak pernah
karena saya invetasi jangka panjang.”
Informan berikutnya yang juga bisa digolongkan sebagai investor masa depan
adalah ZB yang berumur 45 tahun dengan pendidikan terakhir S2 diamana dia
melakukan invetasi untuk masa tua dan untuk anak-anak. Dia juga selalu memantau dan
mengamati saham tiap hari dan membaca berbagai literatur untuk menambah
pengetahuan tentang investasi di pasar modal. Dia ini telah lama memantau pergerakan
saham dan disamping kerja di Dinas PK Aceh, disamping itu dia juga aktif memantau
saham lewat internet, tv dan koran online, yang paling utam bahwa dia investasi adalah
untuk masa depan, hari tua dia, sebagaimana penuturannya berikut ini:
“Keigninan untuk invest udah sekian lama, kan bagi kita yang modal kecil kalau
jualan langsung ka perlu banyak modal, tapi kalau saham modal Rp 1 juta udah
bisa invest. kita punya sumber daya, dan sumber daya itu kita sisihkan sedikit yang
persentasenya meungki 1/3 dari pendapatan yang kita miliki, untuk jaminan hari
tua lah, juga untuk masa depan, untuk anak-anak juga. Untuk dapat informasi lebih
tetap dilakukan seperti di koran kontan, tv-tv, itu kan ada koran online, bisnis.com,
kompas, detikfinance.com. kita punya informasi dari mareka, ooo... kalau dari segi
fundamental perusahaan ini milik siapa dan mencetak laba dan kalau mencetak laba
kan bagus.....”
5.3.3. Identitas Investor
Identitas investor yang dimaksud di sini adalah identitas investor yang
menggambarkan suatu karakteristik yang khas dari investor yang memiliki motif
tertentu, dan kategori tertentu. Identitas investor ini tentunya diperoleh dari hasil
27
wawancara sebelumnya yang telah dibahas di atas, lalu di ambil pemahaman mareka
mengenai investasi dan kemudian berusaha menangkap makna dari informan seperti
hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan investor ketika terjun ke pasar modal dan
mengkategorikan informan/investor menurut lima kelompok keperibadian investor.
5.3.3.1. Hal-Hal Yang Perlu Disiapkan Ketika Terjun ke Pasar Modal
Berdasarkan penuturan ketujuh informan bahwa mereka memahami bahwa kalau
ditanyakan sebaiknya apa yang dipersiapkan jika mau terjun ke pasar modal, kemuanya
mereka hampir sama menjawab yaitu harus peunya pengetahuan tentang trading saham
dan harus bisa mengelola emosi serta memahami kondisi ekonomi dan juga harus
disiplin dalam trading.
Informan WR, menyatakan:
“.....bahwa yang penting kalau main saham yang penting bagaimana kita harus
ngerti transaksi dan juga mengerti kondisi ekonomi dan antisipasi dan harus ada disiplin
dalam permainan saham. kita puanya gurp juga pak kan ...ada di WA kita ada grup dari
grup investor dari Semarang, misal ada informasi apa yang harus di beli mereka
langsung kirim informasi itu.” Informan RD, meyatakan bahwa:
“....sebelum invest dapat informasi dari koran dan internet, dan karena buka warnet
saya sering dapat informasi dari internet, misalnya dari media online. Saya langsung
lacak dari majalah investor.”
Informan AM, menyatakan bahwa:
“.....Mungkin yang paling penting bagi investor awal yang basic... tentang prospektus
perusahaan agar investor tahu tentang perusahaan, kalau masalah teknikal kalau
orang tidak kuliah kurang ngerti, supaya investor tahun bagainaman memilih saham.
lebih ke fundamental. Apalagi saya investasi jangka panjang jadi perlu analisis
fundamental.”
Informan ZB, menyatakan bahwa:
”Lebih banya membaca dan mengamati di media atau tv-tv tentang informasi saham
itu dan bagi saya pada tahun –tahun awal saya trading aja...supaya terbiasa dalam
transaksi ada banyangan harga waktu transaksi nanti.” Informan UB, menyatakan
bahwa:
28
“Mental, ooo ada saham beigitu dia sedang turun sudah binggung terjadi panik selling,
juga jangan serakah jadi harus memahami prisip investasi bahwa beli sekarang untuk
masa yagn akan datang.”
Informan SH, menyatakan bahwa:
“Pertama mental ya pak, psikologi, maksudnya pertama itu kan kita stres kalau kita jual
jangan panik biasanya kita gugub duluan, kedua ilmunya pak jangan anggap investasi
ini sekedar main gitu memang betul-betul, malan trading untuk biaya hidup....Ellen May
bilang ....kita harus trading for living malah.. Pernah nyoba asal sabar, dapat sekian
sekitar Rp 29 juta saat itu” Informan IB, menyatakan bahwa:
“Saya hitungannya konsisten begitu dapat sedikit saya lepas. Saya tidak serakah harus
balik modal 2x saya tidak gitu, kalau 10% naik ... saya lebih yang penting konsisten.
Mental juga sangat perlu harus siap, mental harus siap...harus tahu apa yang kita beli.
Prinsipnya saya tidak serakah tapi tetap perhitungan, kalau saya ragu saya cari informasi
dulu tentang saham itu disamping itu. Itu juga pendidikan kalau anak kita kasih duit
bisa habis tapi kalau pendidikan dia bisa berusaha sendiri.”
5.3.3.2. Kategori Lima Kelompok Kepribadian Investor
Bedasarkan hasil analisa terhadap ketujuh informan baik secara analisa individual
tekstual dan strctural serta identifikasi tema lintas seluruh partisipan dan juga
melakukan analisa terhadap jawaban mereka dengan beberapa kali mendengar transkrip
wawancara mendalam, maka dapat dipilah bahwa dari lima kepribadian investor itu
masing-masing informan teresbut bisa digolongkan menurut perilaku mereka, secara
lebih detailnya dapat dijelaskan berikut ini.
Menurut hasil analisa, diantara ketujuh informan/investor/trader dalam penelitian ini,
maka untuk pengamatan mengenai kepribadian kelompok investor sebagaimana telah
dijelaskan pada bab tinjauan pustaka, jadi yang digunakan adalah Model Klasifikasi dari
The Bailard, Biehl and Kaiser Model (BB&K) yang mengklasifikasikan personaliti
investor kedalam dua sumbu, yaitu level of convidence dan method of action sebagai
mana digambarkan dalam gambar berikut.
WR, RD, dan ZB merupakan investor bertipe individualist, karena kakrakternya yang
cenderung memiliki cara tersendiri dalam melakukan analisis investasi. Pemilihan
saham yang akan dibeli dilakukan dengan analisis yang cermat dan teliti. Dengan
perencaan yang baik termasuk dalam keputusan penjualan saham sehingga keputusan
yang diambil lebih dominan pertimbangan rasionalitas mareka sendiri, meskipun
29
informasi piahk lain banyak, mereka tidak kurang perhatikan itu. Meskipun itu
rekomendasi dari pialang mereka sendiri
SH dan IB merupakan investor bertipe the adventure, yaitu seorang investor
yagn lebih menyukai risiko, keputusan investasi sering berdasarkan berita atau
momentum yang dianggap “hot”, seperti rumor. Mereka ini memiliki ise sendiri yang
kadang ide trading itu merupakan tantangan bagi kebannyakan investor lain. Investor
ini memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi.
AM dan UB adalah tipe investor the guardian, karena berkarakteristik memiliki
perilekau yang jangka panjang dan berhati-hati dalam investasi dan tiak terpengaruh
rumor serta punya rencana investasi yang baik yang telah disetting mereka. Mereka ini
mengandalkan perpaduan pengetahuan dan emosi dalam investsi dan tidak
mengutamakan percaya diri yang berlebihan, tapi percaya diri yang terukur dalam
transaksi. Dalam setiap pengambilan keptusan selalu meminta dan mendengarkan serta
mempertimbangkan pendapat dari broker, atau sumber informasi yang valid lainnya.
Investor ini tidak terlalu menyukai volatilitas karena mereka beriinvestasi dalam jangka
panjang, buka harian dan bulanan.
Sedngkan tipe investor Celebrity tidak bisa digolongkan dalam penelitian ini
karena semua investor memiliki karakteristik yang tidak termasuk tipe celebrity ini.
Dengan demikian, ketujuh investor itu tidak ada yang satu orang-pun yang cukup tepat
dan bisa kategorikan sebagai investor bertipe celebritis. Karena ciri-ciri investor bertipe
celebrity adalah dia itu tidak punya ide dalam transaksi sedangka dalam penelitian ini
semua investor memiliki ide dalam transaksi masing-masing mareka. Pengambilan
keputusan investasi hanya untuk ditampilkan saja supaya teman-temannya atau orang
lain memandang dia tenar atau hebat dalama membeli saham, dan umumya mereka
transaksi saham agar bisa dilihat orang lain atau membuat orang lain kagum padanya.
Jadi tidak ditemukan investor bertipe celebrity ini dari ketujuh investor atau informan
yang diwawancara. Begitu juga halnya tidak ditemukan juga tipe investor Straight
arrow disini karena semua investor mengungkapkan tujan investasi yang jelas
memahami keputusan investasi mereka serta memiliki pengetahuan tentna investasi
yang mereka lakukan meskipun informasi itu terbatas karena masing barunya masuk
invetasi saham ke kota Banda Aceh dibandingkan kota lain di Pulau Jawa.
30
Gambar 5.1. Lima Kelompok Kepribadian Investor di Banda Aceh
Dalam gambar 5.1. di atas menunjukkan bahwa lima kelompok kepribadian
investor diatas dipengaruhi oleh psikologis trading investor itu sendiri. Ada beberapa
psikologis trading investor yang sering muncul di pasar modal sehingga membuat
perilaku mereka cenderung tidak berpikir rasional seperti loss eversion, fear dan greed,
pengalaman, emosi langsung, dan herding bias.
Loss aversion adalah takut mengalami rugi. Hal ini terjadi pada investor ketika
harga saham turun, investor cenderung mempertahankan taham tersebut dengan harapan
harga saham akan meningkat kembali di masa depan, padahal belum tentun. Padahal,
dalam investasi harus ada target laba berapa kita lepas dan harus ada target rugi kita
keluar pasar. Disamping itu, fear dan greed atau sering disebut rasa takut dan rakus.
Hal ini ada kecendrungan investor mengalami ketakutan pada saat rugi (harga saham
turun) dan menjadi sangat rakus (greedy) ketika memperoleh keuntungan (harga saham
naik). Adanya fear dan greedy ini cenderung akan menyebabkan seorang investor
terlambat untuk melakukan keputusan jual sehingga akan berdampak merugikan bagi
investor tersebut. Oleh karena itu bagi investor dianjurkan untuk memiliki berapa target
dia bisa mentolerir rugi dan laba dalam suatu trading, artinya berapa risk dan return.
Salah satu hal lain yang juga menjadi faktor yang sangat menentukan terhadap
Straight Arrow
Confident
Anxious
Impetuous Careful
Individualis
WR, RD, ZB
Adventure
SH, IB
Guardian
AM, UB
Celebrity
Tidak ( Ada)
31
kematangan emosi ketika bertransaksi saham di pasar modal adalah pengalaman
investor. Dengan semakin bertambahnya pengalaman maka akan menempa seorang
investor untuk lebih bisa mengendalikan emosi atau menahan emosi terhadap gejolah
harga saham, baik yang mengiurkan maupun yang mengkwatirkan. Untuk mengurangi
emosi karena pergerakan harga saham, biasanya investor akan menggunakan analisis
fundamental dalam pemilihan dan pengambilan keputusan investasinya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya yang perlu dicermati investor di pasar
modal adalah emosi langsung (imediate emotion) dan perilaku ikut-ikutan (herding
behavior). Emosi langsung berkenaan emosi yang terjadi pada investor ketika mereka
menghadapi suatu peristiwa yang dratis, yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Ada
kejadian yang menyebabkan investor panik dan secepatnya melepaskan saham karena
kepanikan tersebut. Sedangkan periaku ikut-ikutan (herding bias) adalah perilaku
investor melakukan pembelian dan penjualan saham hanya mengikuti investor lain yang
dia percaya atau acu ataupun yang dia kagumi, padahal investor lainya tersebut belum
tentu tepat keputusannya karena tidak ada investor yang bisa mengalahkan pasar secara
konsisten dalam jangka panjang. Biasanya perilaku ini terjadi pada investor domestik
yang mengekor investor asing dalam transaksi. Salah satu cara supaya investor tidak
menghadapi perilaku mengekor ini adalah investor tersebut harus melakukan analisis
fundamental. Analisis fundametal harus dilkukan lebih dulu baru analisis teknikal. Bagi
investor yang canggih (berpengetahuan dan bisa mengendalikan emosi) maka perilaku
herding ini kemungkinan tipis sekali terjadi.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapat disusun
beberapa proporsi minor dan mayor penelitian ini.
• Tipe kepribadiaan investor yang individualis merupakan tipe kepribadian
yang paling baik sebagai penentu tingkat keberhasilan investor dalam
berinvestasi.
• Investor jangka pendek yang bertipe day trader menghadapai beban
psikologis yang lebih besar dalam transaksi saham
• Semua investor melakukan analisis fundamental dan teknikal sesuai
kemampuan mereka masing, namun sebagian mereka juga memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam analisis tersebut.
• Semuan investor berusahan menghindari risiko investasi mereka dan
berusaha untuk memperbesar tingkat pengembalian, namun pengendalaian
32
emosi dan pengalaman mareka dalam investasi turun menentukan kinerja
perdagangan mareka.
• Investor yang masa lalu adalah investor yang telah punya pengalaman pahit
getirnya investasi di pasar modal, dan investor masa kini adalaah investor
yang pemula yang baru terjun ke pasar modal dan berumur lebih muda,
sedangkan investor masa depan adalah investor yang memiliki kemampuan
kognitif yang handal.
5.4. Kontruksi Model Perilaku Investor Saham Di Banda Aceh
Konstruksi model perilaku investor yang dapat digambarkan dari hasil penelitian ini
dimulai dari adanya pasar modal yang menjadi alternatif investasi bagi investor di
Banda Aceh dimana sebelumnya mereka hanya memiliki pilihan di sektor perbankan
saja. Namun setelah ada pasar modal alasan dan motif mereka berinvetasi menjadi lebih
baik serta secarat terus menerus meningkatkan pemahamannya tentang investasi dari
dari berbagai sumbser informasi. Setelah itu, kesemua tipe investor baik investor masa
lalu, investor masa kini dan investor masa depan terlihat bahwa analisis investasi
mereka tetap diawali dengan analisis fundamental dan teknikal sebelum memutuskan
keputusan investasi mereka, dan ini terus dilakukan secara kontinyu sebelum mereka
trading yang didasari dengan alasan, motif dan identitas investor. Oleh karena itu,
perilaku investor saham di Banda Aceh baik dalam penjualan maupun pembelian saham
dapat ditampilkan dalam 5.2. berikut.
Gambar 5.2. Kontruksi Perilaku Investor Saham di Banda Aceh.
33
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Penelitian ini masih memiliki tahapan penyelesaian berikutnya yang merupakan tahap
penyelesaian akhir dari rangkaian seluruh kegiatan penelitian dan penyelesaian disertasi
doktoral. Adapun rencana tahapan berikutnya yang akan dilaksanakan adalah
pelaksanaan ujian kelayakan untuk ujian disertasi, ujian akhir disertasi/promosi dan
ujian komisi pengesahan disertasi untuk memastikan semua saran/revisi dalam ujian
akhir telah direvisi.
Disamping itu, tahapan lanjutannya dalah meyiapkan draf artikel ilmiah untuk seminar
nasional/internasional serta melakukan penulisan draft buku referesi. Setelah itu
dilakukan maka barulah selesaikan penulisan laporan akhir dan laporan keuangan dari
kegiatan rangkaian hibah penelitian doktor ini.
34
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan pada tahapan penelitian sebelumnya maka
akan dikemukakan kesimpulan penelitian ini yang merupakan rangkungan dari bab
sebelumnya dan implikasi hasil serta saran-saran yang bisa diajukan baik untuk pelaku
pasar maupun untuk penelitian berikutnya.
Bagi investor di Banda Aceh yang pasar modalnya baru ada sejak 2007 dengan
hadirnya Pojok Bursa Efek (Pojok BEJ) di Fakultas Ekonomi Unsyiah saat itu. Di lihat
dari makna investasi bagi investor, maka dapat dikatakan bahwa investasi memiliki
makna yang sangat luas bagi investor yang meliputi unsur tujuan, target return dan
kegunaanya atau manfaat investasi itu bagi mareka di masa depan. Disamping itu,
investasi saham bagi investor di Banda Aceh adalah alternatif investasi lebih baik
menurut mareka karena return lebih tinggi dari bunga deposito, simple, modal yang
kecil dan lebih likuid dari tanah dan porpoperti.
Perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi mencerminkan sejauh mana
nilai-nilai dari prinsip investasi yang mareka resapi dan pahami sehingga apa yang
mereka lakukan selalu dilandasi alasan yang jelas, baik karena pengalaman, kekinian
maupun tujuan masa depan. Lebih lanjut, ditemukan juga tiga tipe trader (investor
jangka pendek ) di Banda Aceh, yaitu day trader, swing trader, dan position trder.
Pengetahuan yang baik tentang investasi dan pengendalian emosi serta belajar
dari pengalamaan merupakan faktor-faktor yang menentukan perilaku investor dalam
transaksi saham. Memahami investasi dan mekanisme perdagangan serta terus belajar
dari sumber manapun merupakan modal dasar yang permanen yang perlu dimiliki
investor disamping terus mengamati dan mentuikapi isu-isu ekonomi yang berkembang.
Dililhat dari lima kelompok kepribadian investor maka urutan kelompok kepribadian
investor di Banda Aceh terdiri dari Individulis, adventure dan Guardian, sedangkan
kelompok perilaku Celebrity belum ditemukan.
7.2. Saran
Penelitian ini memberikan implikasi teoritis bahwa pemahaman psikologis
investor akan memperkecil penyimpangan perilaku irrasional investor di pasar modal
35
sebagaimana dibicarakan dalam teori keungan perilaku bahwa unsur perilaku turut
menentukan kepanikan pasar saham. Demikian juga dalam praktek investasi dan teori
berjalan seiring dimana mareka harus dipadukan dalam pengambilan keputusan
investasi. Dengan demiikian keduanya saling melengkapi agar keputusan investasi lebih
lebih tepat. Bagi calon investor, penelitian ini dapat memberikan proses pembelajaran
secara lebih tepat bila ingin terjun ke pasar modal mengenai apa saja yang perlu
dipersiapkan. Oleh karena itu bagi investor perlu untuk menetapkan rencana
perdagangan sebelum terjun ke pasar modal, dan perlu juga bagi regulator untuk
mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi saham ke masyarakat lebih intensif lagi.
Meskipun penelitian ini belum bisa mendapatkan informan wanita, namun bagi
penelilitian kedepan sebaiknya diharapkan memasukan informan wanita sebagai sumber
informasi. Karena day trader merupakan tipe investor yang sangat rentang menghadapi
risiko rugi maka bagi investor diharapkan sebelum memahami betul seluk beluk invetasi
harian maka agar mengurungkan niat nya untuk bermain sebagai day trader yagn
masuk kategori investor kontemporer, dimana pengetahuan, pengalaman dan
pengendalian emosi merupakan aspek utama untuk sukses dalam transaksi saham.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ady, Sri Utami. 2013. Perilaku Pembelian dan Penjualan Saham di Bursa Efek
Indonesia, Disertasi, Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.
Ajzen, Icek. 2005. Attitude, Personality and Behavior, Second Edition, McGraww Hill, New York, USA.
Asri, Marwan. 2013. Keuangan Keperilakuan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Juni, BPFE UGM, Yogyakarta.
Barber, Brad and Terrance Odean. 2001, Boys Will Be Boys: Gender, Overconfidence and Common Stock Investment. Quarterly Journal of Economics: 261-292.
Barberis, Nicholas dan Thaler, Richard. 2003. Handbook of the Economics of Finance :
A Survey of Behavioral Finance.University of Chicago.
Bogdan, R.C. dan Biglen S. K. 1992. Qualitative Research for Education: an
Introduction to Theory and Method, Allyn & Bacor, Boston.
Broihanne, M.H., M. Merli dan P. Roger. 2014. Overconfindence, Risk Perseption and
The Risk-Taking Behavior of Finance Professionals, Finance Research Letters,
Vol. 11. pp. 64-73.
Burrell, G. and Morgan. 1979. Sosiological Paradigms and Organizational Analysis:
Element of The Sociology of Corporate Life, London, Heineman.
Campbell, G., Goodie A. S., dan Foster J. 2004. Narcissim, Convidence and Risk
Attitude, Journal of Behavior Decision Making, (17): 297 – 311.
Cao, M. dan Wei J. 2005. Stock Market Return: A Note on Temperature Anomaly,
Journal of Banking & Finance, (29): 1559 – 1573.
Chariri, A. 2009. Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif, Paper, Disajikan
pada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, LPA Fakultas
Ekonomi, Undip Semarang.
Cohen, R.M., Gross M., Noerdahl T., Semple W., Oren D., and Rosenthal N.1992.
Preliminary Data on The Metabolic Brain Pattern of Patients with Winter
Seasonal Affective Disorder, Archives of General Psychiatry, (49): 545 – 552.
Creswell, J. W., 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five
Approaches, Sage Publication.
Davidson, P. dan R. Griffin. 2003. Management: An Australia Perspective, Milto:
Wiley.
De Bondt, W.F. M., 1998. A Potrait of The Individual Investor, European Economic Review, (42) pp.831-844.
Denzin, N. K., dan Lincoln Y. S. 2009. Handbook of Qualitative Research, Dariatno Badrus Samsul Fata, Abi, John Rinaldi, (Penerjemah), Pustaka Pelajar.
Dowling, M. dan Lucey B. M. 2008. Robust Global Mood Influence in Equity Pricing,
Journal of Multinational Financial Management, (18): 145 – 164.
Durand, Robert B., Newby R., dan Saghani J., 2008. An Intimate Potrait of The Individual Investor, Journal of Behavioral Finance, Vol. 44, 193-208.
37
Etzioni, Amitai. 1992. Dimensi Moral: Menuju Ilmu Ekonomi Baru, Edisi Terjemahan, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
Fatchan, A.H., 2011. Metode Penelitian Kualitatif, beserta contoh proposal skripsi,
tesis, dan disertasi. Jengala Pustaka Utama, Surabaya.
Forgas, J. P. 1995. Mood and Judgement: The Affect Infusion Model (AIM),
Psychological Bulletin (117) pp. 39 – 66.
Graham, Benjamin. 2013. The Intelligent Investor: Ajaran-Ajaran Inti dalam
Berinvestasi, Edisi Revisi, Pijar Nalar, Jakarta.
Hagstrom, Robert G. 2010. The Warren Buffet Portfolio: Membedah Keunggulan
Strategi Investasi Fokus, Cetakan Pertama, diterjemahkan oleh Yelfi Andri,
Daras Book.
Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kesepuluh, Cetakan Pertama, BPFE UGM, Yogyakarta.
Hirshleifer, D. dan Shumway, T. 2003. Good Day Sunshine: Stock Return and The Weather, Journal of Finance, (58): Issue 3, 1009 -1032.
Hong, H. Kubik, J. dan Stein J.C. 2001. Social Interaction and Stock Market Participation, Working Paper, SSRN.Com.
Hue, Jiang. 2009. Does Weather Matter?, Departemental Working Paper, Departement
of Economics, Southem Methodist University, No.0809. pp. 1-24.
Isen, A. M. 2000. Positive Affect and Decision Making, dalam J.M. Haviland (ed), Handbook of Emotions, Londong: Guilford Press, pp. 261-277.
Kahneman, D., dan Amos Tversky. 1979. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under Risk, Ekonometrica, Vol. 47, pp.263-291.
Kamstra, M. J., Kramer L.A., dan Levi M. D. 2003. Winter Blues: A Sad Stock Market Cycle, Amerincan Economic Review, (93):1. pp.324-343.
Kormiotis, G., dan Kumar A. 2006. Does Investment Skill Decline Due To Cognitive
Aging or Improve With Experience? Working Paper, University of Notre Dame, Sount Bend, Indiana USA.
Kuswarno, E., 2009. Metode Penelitian Komunikasi, Fenomenologi, Konsepsi,
Pedoman dan Contoh Penelitian : Fenomena Pengemis Kota Bandung, Widya
Padjajaran.
Linconl, Y.S. dan Guba F.G. 1994. Competing Paradigm in Qualitative Research.
Loewenstein, George. 2000. Emotion in Economic Theory and Economic Behavior, American Economic Review (65): 426 : 432
Lucey, B.M.. 2005. The Role of Feeling in Investor Decision Making, Journal of
Economics Survey, 19 (2), pp. 221 – 237.
Manurung, Adler Haymans. 2012. Teori Investasi: Konsep dan Empiris, Edisi Satu, PT. Adler Manurung Press, Jakarta.
Moustakas, Clack. 1994. Phenomenological Research Methods, Sage Publication Inc. USA.
Mulyana, Deddy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Penerbit Rosda, Bandung.
38
Naingolan, R. 2009. Studi Perilaku Investor dan Pergerakan Harga Saham, http://www.google.com., Januari 2011
Nofsinger, John R. 2001. The Impact of Information on Investors, Journal of Banking
and Finance, Vo. 25, No. 7, July, p.1339 – 1366.
Pompian, Michael. M. 2006. Behavioral Finance and Wealth Management: How to
Build Optimal Porfolios that Account for Investor Biases, John Wiley & Sons
Inc., Hoboken, New Jersey USA.
Robbins, S. P. 2002. Essential of Organizational Behavior, Fifth Edition, Halida, Sartika. D., (Penerjemah). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Erlangga Jakarta.
Shefrin, H. 2000. Beyond Green and Fear: Understanding Behavior Finance and
Psychology of Investing, Harvard Business School Press. New York.
----------- . 2005. A Behavior Approach to Asset Pricing, Elsevier Academic Press, New York.
Shiller, R. J. 1984. Stock Price and Social Dynamics, Brookings Paper on Economiz=c
Activity (2): 457 – 510.
Solvic, Paul. 1972. Psychological Study of Human Judgement: Implications for Invesment Decision Making, Journal of Finance, Vol.27; pp. 779 - 801
Subur, Alex. 2011. Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Setia, Bandung.
Thaler, R.H. 2000. From Hom Economicus to Homo Sapiens, Journal of Economic Perspectives, (140 : 1, 133 - 141
Tversky, A. dan Daniel Kahneman. 1992. Advances in Prospect Theory: Cummulative
Presentation of Uncertainty, Journal of Risk and Management, Volume 5,
pp.297 – 323.
Yates, J. F. 1990. Judgment and Decision Making, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Yuksel, Asli dan Yuksel Aydin. 2009. Stock Return Seosonality and The Temperature
Effect, International Research Journal of Finance and Economics, Issue 34: 107:116.
Wira, Desmod. 2011. Jurus Cuan Investasi Saham: Strategi dan Tips untuk
Mendapatakan Keuntungan di Pasar Saham, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit Exceed
----------. 2016. Psikologi Trading: Aspek Psikologi dalam Investasi dan Trading, Penerbit Exceed, Cetakan Pertama, Jakarta.
Zajonc, R. B. 1980. Feeling and Thinking: Preferene Need No Inferences, American
Psychologyst (35): 151-175.