AGROECOTANIA - RP2U Unsyiah
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of AGROECOTANIA - RP2U Unsyiah
AE
JURNAL
AGROECOTANIA
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Vol. 1, No. 2 Juli - Desember 2018
Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian
JAET
p-ISSN 2621 – 2846
e-ISSN 2621 - 2854
JURNAL
AGROECOTANIA Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian
Penanggung Jawab :
Dr. Sunarti, M.Si. (Ketua Jurusan Agroekoteknologi)
Editorial Team :
Editor in Chief
Dr. Ir. Sarman, M.P
Vice Editor in Chief
Dr. Ir. Irianto, M.P
Editor Board
Prof. Dr. Ir. Mapegau, M.Si (Ekofisiologi Tan. Pangan)
Prof. Dr. Hj. Anis Tatik Mariyani, M.P. (Ekofisiologi Tan. Perkebunan)
Prof. Dr. H. Zulkarnain, M.Hort.Sc. (Bioteknologi Tan. Hortikultura)
Fuad Nurdiansyah, M.PlaHBio., Ph.D. (Hama Tanaman)
Dr. Husda Marwan, M.P. (Penyakit Tanaman)
Dr. Sosiawan, M.P. (Pemuliaan Tanaman)
Dr. Ir. Heri Junaidi, M.Sc (Pengelolaan Tanah dan Air)
Alamat Redaksi : Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Jl. Raya Jambi – Muara Bulian KM. 15 Kel. Mendalo Indah.
Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi 36136
Kontak Person : Email : [email protected]
HP. : 08127461838
JURNAL
AGROECOTANIA Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian
Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2018
Daftar Isi
Pengaruh Formula Pembenah Tanah Organik Granul Terhadap Sifat
Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Pada Lahan Kering Masam
IGM. Subiksa 1 - 13
Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi Sawah
Menggunakan Fungi Mikoriza
Seri Yanti, Marlina dan Fikrinda 14 - 21
Pengaruh Pemupukan Npk Dan Pupuk Organik Terhadap Produktivitas
Padi Di Lahan Sawah Irigasi Provinsi Jambi
Jumakir 22 - 30
Eksplorasi Bacillus Spp. Dari Rizosfer Tanaman Karet (Hevea
brasilliensis) Dan Potensinya Sebagai Agens Hayati Jamur Akar Putih
(Rigidoporus Sp.)
Riris Butarbutar, Husda Marwan dan Sri Mulyati 31 - 41
Peningkatan Ketersediaan P Ultisol dengan Pemberian Fungi Mikoriza
Arbuskular
Saftia Laila Rajmi, Margarettha dan Refliaty 42 - 48
Pengaruh Pupuk Kompos Ampas Tebu Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Rindy Azhari, Nerty Soverda dan Yulia Alia 49 - 57
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
14
Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi Sawah
Menggunakan Fungi Mikoriza
Seri Yanti1, Marlina1*, dan Fikrinda2
1Jurusan Proteksi Tanaman, dan 2Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Jl. Tgk.Hasan Krueng Kalee No.3 Kopelma Darussalam Banda Aceh
Email : [email protected] ( *Penulis untuk korespondensi )
Abstrak
Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv
oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit utama yang membatasi produksi padi sawah.
Penyakit ini menginfeksi padi sejak fase vegetatif hingga fase generatif dan dapat
menurunkan hasil padi sawah 30-40%. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan,
Laboratorium Penyakit Tanaman, dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh fungi mikoriza (FMA) dalam mengendalikan penyakithawar daun bakteri pada
tanaman padi sawah. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dalam pola faktorial. Faktor pertama adalahFMA, terdiri atas empat taraf dosis, yakni 0 g ,
10 g , 15 g, dan 20 g tanaman-1. Sedangkan faktor ke dua adalah Varietas padi sawah yang
terdiri dari Ciheurang ,Inpari 10, dan Inpari 13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mikoriza dapat memperlambat masa inkubasi penyakit hawar daun bakteri pada padi
sawah, menekan perkembangan lesio, dan intensitas penyakit hawar daun bakteri. Secara
umum ketahanan varietas padi sawah Ciheurang, Impari 10, dan Impari 13 terhadap
penyakit bakteri hawar daun relatif sama. Akan tetapi dari ketiga varietas ini, varietas
Impari 10 ketahanannya relatif lebih rendah.
Kata kunci : Mikoriza, hawar daun bakteri, padi sawah
PENDAHULUAN
Penyakit hawar daun bakteri merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman
padi yang selama ini membatasi produksi padi sawah (Mahfud et al., 2012). Penyakit ini
dapat menginfeksi tanaman padi sejak fase vegetatif hingga fase generatif (Herlina dan
Silitonga, 2011). Penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) ini
dapat menurunkan hasil padi 30-40%.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit hawar daun bakteri
pada padi sawah, antara lain menanam varietas tahan, fugisida sintetik, sanitasi lahan, dan
pergiliran tanaman yang bukan inang patogen. Namun cara-cara pengendalian tersebut
belum memberikan hasil yang memuaskan. Keller et al., (2000) menyatakan bahwa
pengendalian tersebut belum memuaskan karena keragaman Xoo yang tinggi yang
disebabkan oleh lingkungan, varietas yang digunakan, dan mengalami mutasi gen.
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
15
Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang paling umum dan mudah
dilakukan oleh petani (IRRI, 2003).
Provinsi Aceh memiliki banyak varietas lokal yang masih dibudidayakan petani
terutama di daerah Aceh Barat-Selatan. Bakhtiar et al., (2011) melaporkan bahwa varietas
lokal padi Aceh sangat beragam, namun demikian potensi varietas tersebut sebagai sumber
gen ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri belum dievaluasi.
Keberagaman varietas lokal padi Aceh sebagai sumber pangan utama perlu
dioptimalkan agar dapat berkontribusi dalam penyediaan pangan nasional. Langkah kearah
itu dapat ditempuh dengan cara meningkatkanan ketahanan dan melindungi tanaman padi
dari gangguan pathogen, antara lain dengan menggunakan agen hayati. Penggunaan agen
hayati seperti fungi mikoriza arbuskula (FMA) saat ini mulai banyak mendapat perhatian
para peneliti. FMA merupakan organisme yang berasal dari golongan jamur yang
menggambarkan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara fungi dengan akar
tanaman (Brundrett et al.,1996). Menurut Yufriwati et.al, 2005, FMA dapat berperan
sebagai agen pengendalian hayati yang potensial untuk dikembangkan dan dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen tular tanah. Selain itu FMA berpotensi
besar sebagai pupuk hayati karena dapat memfasilitasi penyerapan hara dalam tanah
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, sebagai penghalang biologis terhadap
infeksi patogen akar, meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman, dan meningkatkan
hormon pemacu tumbuh (Prihastuti, 2007).
Fungi mikoriza pada umumnya memiliki ketahanan yang cukup baik pada rentang
faktor lingkungan fisik yang luas. Mikoriza tidak hanya berkembang pada tanah
berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti pada padi sawah. Bahkan pada
lingkungan yang tecemar limbah berbahaya fungi mikoriza masih memperlihatkan
eksistensinya (Novera , 2008).
Penelitian menggunakan FMA telah dilakukan pada tanaman kelapa sawit, jagung,
kedelai, kacang tanah, tomat dan sebagainya. Hasil penelitian-penelitian tersebut telah
terbukti berhasil dan memperlihatkan bahwa FMA dapat menekan perkembangan penyakit
tanaman. Namun penelitian mikoriza pada tanaman padi sawah, khususnya yang berkaitan
dengan pengendalian penyakit hawar daun bakteri masih sangat terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMA dalam mengendalikan penyakit hawar daun
bakteri pada padi sawah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan, Laboratorium Penyakit Tanaman,
dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam
Banda Aceh. Penelitian dimulai sejak September2016 hingga Desember 2016.Penelitian
ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2
faktor. Sebagai factor pertama adalah FMA yang terdiriatas 4 tarafyaitu 0 g tan-1(m0), 10 g
tan-1(m1), 15 g tan-1(m2), dan 20 g tan-1 (m3),. Sedangkan factor kedua adalah varietas padi
sawah,yaitu Ciherang (v1), Impari 10 (v2), dan Impari 13 (v3).
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
16
Bibit padi yang telah berumur 2 minggu dipersemaian ditanam pada kondisi lahan
macak-macak sebanyak tiga batang per lubang tanam. Satu hari setelah tanam diberikan
mikoriza disebar melingkari batang tanaman padi. Inokulasi patogen HDB dilakukan pada
tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dengan cara mengoleskan pada bagian daun
yang telah digunting.
Variabel yang diamati meliputi ; 1). Masa Inkubasi. Pengamatan masa inkubasi
dilakukan setiap hari setelah inokulasi dengan Xanthomonas oryzae pv oryzae sampai
tanaman memperlihatkan gejala pertama yang ditandai terjadinya bercak kecil pada
permukaan daun yang di gunting,. 2). Panjang Lesio. Pengamatan panjang lesio dilakukan
pada minggu ke-3 setelah inokulasi (MSI) Xanthomonas oryzae pv oryzae yaitu dengan
mengukur panjang gejala pada bagian daun yang digunting. 3). Intensitas Penyakit.
Pengamatan Intensitas penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi (MSI)
menggunakan Standard Evaluation System for Rice (IRRI, 1996) dengan rumus berikut:
Intensitas Penyakit = Panjang daun terinfeksi
Panjang daun keseluruhan x 100%
Representasi pertumbuhan diamati melalui variabel berikut: 1). Tinggi Tanaman
(cm). Tinggi tanaman diamati pada umur 46 setelah tanam (HST). Tinggi tanaman diukur
mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi, 2). Jumlah anakan (anakan).
Pengamatan jumlah anakan dilakukan pada 60 hari setelah tanam (HST) dengan
menghitung jumlah anakan per rumpun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masa Inkubasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian FMA secara nyata dapat
memperlambat masa inkubasi penyakit hawar daun pada tanaman padi sawah. Masa
inkubasi yang paling lama ditemukan padapemberian FMA sebanyak 20 g per tanaman
yaitu 3,22 hari setelah inokulasi (HSI), sedangkan masa inkubasi tercepat diperoleh pada
perlakuan tanpa pemberian mikoriza yaitu 1,96 HSI (Gambar 1). Efek perbedaanVarietas
padi sawah yang diuji tidak menunjukkan respons yang berbeda terhadap masa inkubasi
Xanthomonas oryzae (Gambar 2).
Berkaitan dengan peran FMA sebagai agen pengendalian hayati telah dilaporkan
oleh Asyulita (2011) pada tanaman kedelai bahwa semakin tinggi pemberian dosis FMA
maka masa inkubasi penyakit busuk pangkal batang semakin lambat. Sehubungan dengan
hal ini Habazar (2004) menyatakan bahwa pemberian FMA memungkinkan bagi tanaman
menghasilkan lebih banyak phytohormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin
dan giberalin. Senyawa-senyawa ini pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan dan
meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan patogen.
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
17
Gambar 1: Perbedaan masa inkubasi Gambar 2 : Efek beda varietas terhadap masa
Xanthomonas oryzae sebagai inkubasi Xanthomonas oryzae
efek beda dosis Mikoriza
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α0,05.
Selain mampu menghasilkan fitohormon, FMA juga telah dilaporkan mampu
menginduksi ketahanan tanaman. Hasil penelitian Marlina, dkk (2009) menunjukkan
bahwa pemberian FMA dapat meningkatkan kandungan asam salisilat pada tanaman
kedelai kultivar Anjasmoro dan Kipas Merah. Karena itu kemampuan FMA dalam
menekan perkembangan Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada tanaman padi sawah diduga
melalui mekanisme induksi ketahanan sistemik. Dalam hal ini mikoriza mampu
mengakumulasi asam salisilat didalam tanaman yang kemudian berperan sebagai sinyal
penginduksi yang akan mengekspresikan gen-gen pertahanan berupa pathogenesis
related(PR) protein yang berfungsi sebagai anti mikroba. Senada dengan pernyataan di
atas (Hoffland et al.,1996 ) mengemukakan bahwa induksi ketahanan sistemik terjadi
karna adanya ransangan FMA terhadap tanaman untuk menghasilkan dan
mengakumulasikan senyawa-senyawa seperti pathogenesis related(PR) protein dan asam
salisilat yang dapat menghambat penetrasi beberapa patogen secara sistemik.
Panjang Lesio
Tidak ada interaksi antara varietas dengan pemberian dosis FMA terhadap panjang
lesio. Rata-rata panjang lesio akibat pemberian FMA dan varietas padi sawah dapat dilihat
pada Gambar 3 dan 4.
a2,64
a2,70
a2,78
2,55
2,6
2,65
2,7
2,75
2,8
Varietas
v1
v2
v3
a1,96
b2,78
b2,87
c3,22
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Mikoriza
m0m1m2m3
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
18
Gambar 3: Panjang LesioSebagai Efek Gambar 4: Efek Beda VarietasTerhadap
Perbedaan Dosis Mikoriza. Panjang Lesio.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α0,05.
Gambar 3 menunjukkan bahwa panjang lesion menurun secara nyata sejalan
dengan meningkatnya dosis FMA. Hal ini menunjukkan bahwa FMA dapat menghambat
perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi sawah. Panjang lesion
terendah diperoleh pada pemberian FMA sebanyak 20 g per tanaman tetapi tidak berbeda
dengan panjang lesion pada tanaman padi sawah yang diberi dengan FMA sebanyak 15 g
per tanaman.
Ketahanan suatu jenis tanaman terhadap gangguan penyakit berbeda-beda,
tergantung pada varietas yang digunakan. Salah satu variable penduga akan ketahanan
tanaman terhadap penyakit adalah panjang lesio. Dari hasil penelitian ini ditemukan
bahwa panjang lesion tertinggi diperoleh pada varietas Impari 10 sedangkan yang terendah
diperoleh pada varietas Ciherang dan Impari 13 (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa
varietas Impari 10 lebih peka terhadap penyakit hawar daun bakteri. Lebih lanjut dapat
diduga bahwa varietas Ciherang dan Impari 13 mampu menghasilkan senyawa-senyawa
kimia seperti fitohormon, asam salisilat dan mengakumulasikan senyawa-senyawa seperti
pathogenesis related(PR) protein yang dapat menghambat penetrasi beberapa patogen
secara sistemik.
Intensitas Penyakit
Interaksi antara dosis FMA dan Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap
intensitas penyakit.Rata-rata intensitas penyakit akibat pemberian FMA pada beberapa
varietas padi sawah dapat dilihat pada Gambar 5.
a5,21
b2,78
b2,67 b
1,93
0
1
2
3
4
5
6
Mikoriza
m0
m1
m2
m3
a2,46
b4,39
a2,35
0
1
2
3
4
5
Varietas
v1
v2
v3
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
19
Gambar 5: Efek Beda VarietasTerhadapIntensitasPenyakitXanthomonasoryzae
PadaPemberianMikorizaBerbedaDosis.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α0,05.
Gambar 5 menunjukkan bahwa efekdosis FMA terhadap intensitas penyakit hawar
daun bakteri pada setiap varietas yang diuji polanya sama, yakni semakin menurun dengan
semakin tingginya dosis FMA yang diberikan. Terlihat bahwa efek pemberian FMA
terhadap intensitas penyakit hawar daun bakteri berbeda nyata dengan intensitas penyakit
yang dijumpai pada tanaman padi sawah tanpa pemberian FMA.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian FMA dapat meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap penyakit secara terinduksi, sehingga perkembangan penyakit hawar daun
bakteri pada padi dapat ditekan oleh FMA. Menurut (Hoffland et al. 1996) bahwa asam
salisilat memegang peran penting dalam ketahanan sistemik terinduksi, karena adanya
ransangan FMA terhadap tanaman. Suganda (2000) menyatakan bahwa aplikasi bahan
penginduksi dengan perlakuan eksternal tidak mengakibatkan tanaman menjadi imun atau
tidak terserang, namun hanya meningkatkan ketahanan terhadap penyakit pada tanaman
dengan membatasi perkembangan patogen.
KESIMPULAN
1. Fungi mikoriza dapat mengendalikan penyakit hawar daun bakteri pada padi sawah.
Pemberian FMA sebanyak 20 g per tanaman mampu memperpanjang masa inkubasi
Xanthomonas oryzae, dan memperpendek panjang lesio dibanding pemberian FMA
dengan dosis yang lebih rendah.
2. Perbedaan varietas padi tidak menyebabkan perbedaan masa inkubasi Xanthomonas
oryzae, namun pada pengamatan panjang lesio tampak lebih besar pada Varietas Inpari
10 dibanding pada Varietas Ciherang dan Inpari 13.
a13,37
a27,58
a11,13
b5,03
b11,04
b6,22
b5,58
b8,95
b5,75b
3,77
b7,48
b2,98
0
5
10
15
20
25
30
v1 v2 v3
m0m1m2m3
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
20
3. Intensitas penyakit lebih tinggi pada Varietas Inpari 10 dibanding Varietas Ciherang
dan Inpari 13. Tetapi pada dosis FMA yang lebih tinggi, dapat menekan intensitas
penyakit hawar daun bakteri pada ketiga varietas yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Asyulita. 2011. Aplikasi fungi mikoriza arbuskula untuk mengendalikan penyakit busuk
pangkal batang (Selerotium rolfsii Sacc) pada tanaman kedelai, Skripsi Fakultas
Pertanian Unsyiah.
Bakhtiar, E Kesumawati, T Hidayat, M Rahmi. 2011. Karakteristik plasma nufah padi
lokal Aceh untuk praktikan varietas adaptif pada tanah masam. Agrista 15(3): 79-86.
Brundrett, M., Bougher, N., Dell, B., Grove, T. and Malajczuk, N., 1996, Working with
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR, Canberra.
Habazar,T. 2004. Pengendalian hayati penyakit tanaman. Pelatihan peningkatan SDM
Perguruan Tinggi dalam pengembangan sistim pertanian berkelanjutan. Padang, 2 –
6 Desember 2004.
Herlina, L dan T.S. Silitonga. 2011. Seleksi lapang ketahanan beberapa varietas padi
terhadap infeksi hawar daun bakteri strain IV dan VIII. Buletin Plasma Nutfah.
17(2): 80-87
Hoffland, E., J.Hakulien., and J.A.Van Pelt. 1996. Comparison Of Systemic Resisten
Induced by Avirulen and Non Patogenic Pseudomonas Spesies. Phytophatology. 86:
757-762
International Rice Research Institute. 2003. Bacterial Leaf Blight. Diakses dari
http://www.knowledgebank.irri.org. [diakses 22 Juni 2016].
International Rice Research Institute. 1996. Standard Evaluation System for
Rice. 4th edition. Philipphines. 52 p.
Keller, B.C. Feuillet, dan M. Messmer. 2000. Basic Conceps and Aplicationin Resistance
Breeding. Mechanismof Resistance to Plant Disease. Kluwer Academic Publisher.
London. hlm. 101-160.
Mahfud, M. C., Sarwono, dan G. Kustiono. 2012. Dominasi hama dan penyakit utama
pada usaha tani padi di Jawa Timur. Laporan penelitian, BPTP Jawa Timur. Hama
dan Penyakit Tumbuhan Tropika.
Marlina, Lukman Hakim, Alfizar, dan Sufardi. 2009. Induksi ketahanan sistemik untuk
mengendalikan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kedelai menggunakan
mikoriza. Laporan hasil penelitian sesuai prioritas nasional. Universitas Syiah Kuala.
J. Agroecotania Vol. 1 No. 2 ( 2018) p-ISSN 2621-2846
e-ISSN 2621-2854
21
Novera .2008. Analisis Vegetasi, Karakteristik Tanah Dan Kolonisasi Fungi Mikoriza
Arbuskula (Fma) Pada Lahan Bekas Tambang Timah Di Pulau Bangka. Skripsi :
ITB.
Prihastuti. 2007. Isolasi dan karakterisasi mikoriza vesikular-arbuskular di lahan kering
masam, Lampung Tengah. Berk. Penel. Hayati: 12 (99-106).
Suganda, T. 2000. Induction of resistance of red pepper against fruit antracnose by the of
biotic and abiotic inducers. J. Agrik. 11: 72-78.
Yufriwati. Habazar, Reflin, dan Muaz. 2005. Aplikasi beberapa jenis cendawan mikoriza
arbuskulam(CMA) dalam meningkatkan ketahanan bibit pisang terhadap sarangan
penyakit layu bakteri (Ralstonia salanacearum Ras 2). (AMI) Jambi.
Yerfriwati. 2009. Formulasi Isolat Fungi Mikoriza Arbuskular Indigenus Rhizosfer Pisang
dalam Menginduksi Ketahanan Bibit Pisang Terhadap Penyakit Darah (Blood
Desease Bacteria). Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang
Pedoman Penulis pada Jurnal Agroecotania (JAET)
1. Artikel yang diserahkan ke Jurnal biasanya harus antara 10 -12 halaman dengan ketikan
1,5 spasi dan harus disertai dengan abstrak (dalam bahasa Indonesia dan atau bahasa
Inggris) tidak lebih dari 250 kata, mengandung pentingnya topik, kesenjangan antara
teori, antara realitas dan harapan, atau kurangnya studi.
2. Layout tulisan terdiri dari Judul, abstrak, pendahuluan, bahan dan metoda, hasil dan
pembahasan atau temuan, kesimpulan dan saran. Pada abstrak, secara eksplisit tulis
dengan huruf tebal. Di bawah abstrak, sekitar tiga hingga lima kata kunci harus muncul
bersama dengan bagian utama artikel dengan ukuran font 11.
3. Untuk memfasilitasi proses ini, nama-nama penulis (tanpa gelar akademik), afiliasi
institusional, alamat institusi dan alamat email dari penulis yang sesuai.
4. Naskah diketik dalam ruang tunggal (satu kolom), menggunakan Microsoft Word
ukuran font 12, Times New Roman, ukuran kertas HVS A4 dengan pias bagian kiri 3
cm dan bagian atas, kanan dan bawah 2,5 cm.
5. Masukkan header pada halaman yang menunjukkan nama Jurnal, Volume dan Nomor,
Tahun serta p-ISSN dan e-ISSN. Halaman diletakan pada footer dengan posisi halaman
1 di posisi kanan dan halaman 2 diposisi kiri.
6. Judul kurang lebih 12 kata, huruf besar, terpusat, dengan font size 14.
7. Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, konteks penelitian, tinjauan literatur,
dan tujuan penelitian.
8. Semua pengantar harus disajikan dalam bentuk paragraf, bukan pointer, dengan proporsi 15-
20% dari seluruh panjang artikel.
9. Bagian bahan dan metode terdiri dari deskripsi mengenai desain penelitian, bahan dan alat yang
digunakan, metoda atau rangcangan yang digunakan untuk pengumpulan data, dan analisis data
dengan proporsi 10-15% dari total panjang artikel, semuanya disajikan dalam bentuk paragraf.
10. Setiap sumber yang dikutip di badan artikel harus muncul dalam referensi, dan semua sumber
yang muncul dalam referensi harus dikutip di badan artikel.
11. Sumber-sumber yang dikutip setidaknya harus 80% dalam bentuk Jurnal dan berasal dari yang
diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Sumber yang dikutip adalah sumber primer dalam bentuk
artikel jurnal, buku, dan laporan penelitian, termasuk tesis dan disertasi.
12. Bukti akan dikirim ke penulis untuk koreksi, dan harus dikembalikan ke
[email protected] atau [email protected] dengan batas waktu yang
diberikan.
13. Kutipan dan referensi mengikuti edisi APA edisi ke-6 dan yang terakhir harus dimasukkan di
bagian akhir artikel dalam contoh-contoh berikut:
Reference
Malik, A.S., Boyko, O., Atkar, N. and Young, W.F. (2001) A Comparative Study of MR
Imaging Profile of Titanium Pedicle Screws. Acta Radiologica, 42, 291-293.
http://dx.doi.org/10.1080/028418501127346846
Hu, T. and Desai, J.P. (2004) Soft-Tissue Material Properties under Large Deformation:
Strain Rate Effect. Proceedings of the 26th Annual International Conference of the
IEEE EMBS, San Francisco, 1-5 September 2004, 2758-2761.
Ortega, R., Loria, A. and Kelly, R. (1995) A Semiglobally Stable Output Feedback PI2D
Regulator for Robot Manipulators. IEEE Transactions on Automatic Control, 40,
1432-1436. http://dx.doi.org/10.1109/9.402235
Prasad, A.S. (1982) Clinical and Biochemical Spectrum of Zinc Deficiency in Human
Subjects. In: Prasad, A.S., Ed., Clinical, Biochemical and Nutritional Aspects of
Trace Elements, Alan R. Liss, Inc., New York, 5-15.
Giambastiani, B.M.S. (2007) Evoluzione Idrologica ed Idrogeologica Della Pineta di san
Vitale (Ravenna). Ph.D. Thesis, Bologna University, Bologna.
Wu, J.K. (1994) Two Problems of Computer Mechanics Program System. Proceedings of
Finite Element Analysis and CAD, Peking University Press, Beijing, 9-15.
Honeycutt, L. (1998) Communication and Design Course.
http://dcr.rpi.edu/commdesign/class1.html
Focus and Scope
Jurnal Agroecotania (JAET) diterbitkan dua kali setahun (periode Januari – Juni dan Juli
- Desember) dan hanya mem-publikasi-kan artikel hasil-hasil penelitian dalam ilmu
budidaya pertanian, dengan fokus dan cakupan meliputi :
Agronomi
Ekofisiologi
Pemuliaan Tanaman
Proteksi Tanaman
Ilmu Tanah
Kesesuaian manuskrip untuk publikasi di Jurnal Agroecotania (JAET) dinilai oleh peer
reviewer dan editor board. Editor Board menangani semua korespondensi dengan penulis.
Editor in Chief dan Editor Board membuat keputusan akhir mengenai apakah kertas itu
direkomendasikan untuk penerimaan, penolakan, atau perlu dikembalikan kepada penulis
untuk direvisi.
Makalah yang perlu direvisi akan dikembalikan kepada penulis, dan penulis harus
mengembalikan naskah yang telah direvisi ke Editor Board melalui OJS Jurnal
Agroecotania (JAET).
Publications Fees
Biaya Penulis, Jurnal ini membebankan biaya penulis berikut :
Penyampaian Artikel : 0,00 (IDR)
Fast-Track Review : 0,00 (IDR)
Artikel Publikasi : 300.000 (IDR)