penerapan model linear programming - Jurnal Unsyiah

18
Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019 98 JMI Vol 10 (2) (2019): 98 – 115 J M I Jurnal Manajemen Inovasi http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JInoMan PENERAPAN MODEL LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH PRODUKSI DALAM MEMPEROLEH KEUNTUNGAN MAKSIMAL (Studi Kasus pada Usaha Angga Perabot) * DEWI ROSA INDAH, PURNITA SARI Fakultas Ekonomi, Universitas Samudra * Corresponding email: [email protected] Abstract This study aims to determine the optimal amount of production and maximum profits in Angga Furniture. The data analysis method uses linear programming with calculations using QM POM. Research results based on research profit = 450,000 TT + 300,000 L + 275,000MR Raw material constraints: 5.5 + 4,5 + 3,5 4,5 6,048, work hour agreement: 18 + 20 + 11 21,916, Quantity X1 0, cotton X2 0, number of X3 0. Production of beds is 1,099,636 units (optimal value is 1,099,636). Cabinets and dressing tables remain with the same production because they do not produce optimal value. The value of reducing costs for a bed is worth 0 (has no reduced costs), the value of reducing costs is 306.82 m3, the value of reducing the cost of a dressing table by 39.77m3. From the use of three types of products then for the bed has a value of slack / residual of 0. Cabinets and dressers have not been able to increase profits. The remaining work hours are 2,122,554 to produce beds, cabinets and dressing tables. Keywords Production, Maximum Advantage, Linier Programming. PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis saat ini baik jasa, dagang, maupun industri menunjukan perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Sehingga persaingan antar dunia usaha pun dirasakan semakin tajam yang menyebabkan perusahaan harus mampu mengelola bidang usahanya dengan baik, salah satu cara yang ditempuh adalah membuat perencanaan produksi dengan tepat. Perencanaan produksi berhubungan dengan penentuan volume produksi, ketepatan waktu penyelesaian dan sumber daya yang tersedia. Dengan perencanaa yang tepat, proses produksi dapat berjalan dengan efesien dan efektif. Sumber daya merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan keberhasilan produksi. Semua sumber daya yang terlibat langsung dalam perusahaan akan sangat mempengaruhi proses produksi. Maka dari itu, penggunaan sumber daya dalam perusahaan harus dilakukan secara optimal. Tanpa adanya penggunaan sumber daya yang optimal dalam suatu pabrik, maka akan mengakibatkan terganggunya produksi yang pastinya akan mengurangi jumlah hasil produksi, begitu juga sebaliknya.

Transcript of penerapan model linear programming - Jurnal Unsyiah

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

98

JMI Vol 10 (2) (2019): 98 – 115 J M I

Jurnal Manajemen Inovasi http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JInoMan

PENERAPAN MODEL LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH PRODUKSI DALAM MEMPEROLEH KEUNTUNGAN MAKSIMAL

(Studi Kasus pada Usaha Angga Perabot)

*DEWI ROSA INDAH, PURNITA SARI Fakultas Ekonomi, Universitas Samudra

*Corresponding email: [email protected]

Abstract This study aims to determine the optimal amount of production and maximum profits in Angga Furniture. The data analysis method uses linear programming with calculations using QM POM. Research results based on research profit = 450,000 TT + 300,000 L + 275,000MR Raw material constraints: 5.5 + 4,5 + 3,5 4,5 6,048, work hour agreement: 18 + 20 + 11 ≤ 21,916, Quantity X1 ≥ 0, cotton X2 ≥ 0, number of X3 ≥ 0. Production of beds is 1,099,636 units (optimal value is 1,099,636). Cabinets and dressing tables remain with the same production because they do not produce optimal value. The value of reducing costs for a bed is worth 0 (has no reduced costs), the value of reducing costs is 306.82 m3, the value of reducing the cost of a dressing table by 39.77m3. From the use of three types of products then for the bed has a value of slack / residual of 0. Cabinets and dressers have not been able to increase profits. The remaining work hours are 2,122,554 to produce beds, cabinets and dressing tables. Keywords Production, Maximum Advantage, Linier Programming. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia bisnis saat ini baik jasa, dagang, maupun industri menunjukan perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Sehingga persaingan antar dunia usaha pun dirasakan semakin tajam yang menyebabkan perusahaan harus mampu mengelola bidang usahanya dengan baik, salah satu cara yang ditempuh adalah membuat perencanaan produksi dengan tepat. Perencanaan produksi berhubungan dengan penentuan volume produksi, ketepatan waktu penyelesaian dan sumber daya yang tersedia. Dengan perencanaa

yang tepat, proses produksi dapat berjalan dengan efesien dan efektif.

Sumber daya merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan keberhasilan produksi. Semua sumber daya yang terlibat langsung dalam perusahaan akan sangat mempengaruhi proses produksi. Maka dari itu, penggunaan sumber daya dalam perusahaan harus dilakukan secara optimal. Tanpa adanya penggunaan sumber daya yang optimal dalam suatu pabrik, maka akan mengakibatkan terganggunya produksi yang pastinya akan mengurangi jumlah hasil produksi, begitu juga sebaliknya.

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

99

Sehingga dapat dikatakan penggunaan sumber daya yang optimal sangat erat kaitannya dengan kenguntungan yang akan didapat oleh perusahaan.

Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari keuntungan yang maksimal dalam menjalankan kegiatan usahannya, sehingga perusahaan dituntun untuk dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin. Namun kenyataannya, perusahaan mengalami banyak hambatan dalam pencapaian tujuan, sehingga perusahaan tersebut mengerahkan berbagai usaha untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Persoalan umum yang dihadapi oleh perusahaan adalah bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksi atau sumberdaya yang dimiliki secara bersama dengan tepat agar diperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang minimal. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, masalah tersebut dapat diatasi dengan memodelkan sejumlah variabel terkait dalam suatu persamaan Linear Programming.

Linear Programming adalah suatu teknik matematika dalam menentukan pemecahan masalah yang bertujuan untuk memaksimumkan atau meminimumkan sesuatu yang dibatasi oleh batasan-batasan tertentu. Dalam linear programmingterdapat tiga unsur utama untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan produksi, yaitu variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala yang harus mempunyai karakteristik linear. Metode linear programming terdapat 2 jenis, yaitu: metode grafik dan metode simpleks. Pada penelitian ini akan digunakan metode simpleks, karena variabel keputusan yang digunakan lebih 2 produk. Metode simpleks yang dirancang untuk menyelesaikan seluruh masalah linear programming, baik yang melibatkan dua variabel maupun lebih dari dua variabel. Metode simpleks

merupakan teknik yang paling berhasil dikembangkan untuk memecahkan persoalan program linier yang mempunyai jumlah variabel keputusan dan pembatas yang besar. Dengan menggunakan LinearPrograming ini maka diharapkan dapat menyusun rencana produksi yang lebih optimal dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada sehingga mencapaikeuntungan yang semaksimal mungkin bagi perusahaan.

Angga perabot merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam bidang penjualan perabot rumah tangga yang sudah berdiri sejak tahun 2013 hingga saat ini. Angga perabot beralamat di kampong Muka Sei Kuruk, kabupaten Aceh Tamiang. Angga perabot menjual secara langsung hasil produksinya dan, pesanan, yaitu berupa tempat tidur, lemari dan meja rias dengan berbagai ukuran dan model. Setiap tahunnya Angga Perabot mengalami peningkatan permintaan konsumen, dengan demikian Angga Perabot harus bisa mengoptimalkan jumlah produksi sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut. Adanya peningkatan permintaan konsumen pada Angga Perabot sering menimbulkan kekurangan jumlah produksi, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi dan menyebabkan keuntungan yang diperoleh Angga Perabot tidak menentu dan tidak optimal.

Adapun kendala yang dihadapi Angga Perabot adalah disebabkan karena pembelian bahan baku yang terbatas serta kurangnya jam kerja karyawan. Angga Perabot hanya mengkhususkan pembelian bahan bakunya pada satu penjual saja yang harganya relatif murah karena melakukan pembelian yang berulang. Selain itu Angga Perabot menetapkan jam kerja yang terbatas bagi 8 orang karyawannya yang bekerja 8 jam/hari dari pukul 09.00-17.00 WIB, mulai dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu tanpa adanya tambahan jam kerja lembur,

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

100

walaupun pesanan terkadang lebih banyak dari waktu biasanya.

Berikut ini merupakan data produksi perabot pada Angga Perabot dari tahun 2015 sampai 2017.

Tabel 1. Data Produksi Perabot pada

Angga Perabot Tahun 2015-2017

Triwulan/Tahun

Jumlah

produksi

Permintaan

Selisih

Triwulan I/2015 100 106 -6

Triwulan II/2015 108 105 +3

Triwulan III/2015 108 112 -4

Triwulan IV/2015 112 117 -5

Triwulan I/2016 117 109 +8

Triwulan II/2016 107 114 -7

Triwulan III/2016 118 122 -4

Triwulan IV/2016 113 110 +3

Triwulan I/2017 102 107 -5

Triwulan II/2017 115 112 +3

Triwulan III/2017 117 122 -5

Triwulan IV/2017 125 234 -9

Sumber: Angga Perabot (Data diolah,

2018)

Informasi dari pimpinan Angga Perabot dan data yang di tunjukan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa Angga Perabot mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah produksi yang optimal. tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui jumlah produksi yang optimal

untuk memperoleh keuntungan maksimal pada usaha Angga Perabot. STUDI KEPUSTAKAAN Optimasi

Menurut Esther, dkk (2013:464), optimasi merupakan pencapaian suatu keadaan yang terbaik, yaitu pencapaian suatu solusi masalah yang diarahkan pada batas maksimum dan minimum. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai keadaan optimal dengan memaksimalkan keuntungan atau dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perusahaan mengharapkan hasil yang terbaik dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, namun dalam mengatasi permasalahan dengan teknik optimasi jarang menghasilkan suatu solusi yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi berada diluar jangkauan perusahaan (Herjanto,2008:43). Produksi

Menurut Magfuri (2006:72),produksi adalah suatu cara, metode, ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada pada perusahaan. Menurut Jingham (2009:70) produksi merupakan serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Menurut Fahmi (2012:2), produksi adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik berbentuk barang (goods) maupun jasa (services) dalam suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Bentuk hasil produksi dengan kategori barang dan jasa sangat bergantung pada kategori aktivitas bisnis yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

101

Proses Produksi

Proses produksi yang terputus-putus (intermittent process), Menurut Assauri (2012:185) Ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus (intermitten process/manufacturing) ialah Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangan kecil dengan variasi yang sangan besar (berbeda) dan didasarkan atas pesanan. Proses seperti biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama dikelompokan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process lay out atau departmentation by equipment, Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin mana dikenal dengan nama General Purpose Machines.

Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut. Proses produksi tidak mudah / akan terhenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan. Oleh karena mesin-mesin bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terhadap pekerjaan (job) yang bermacam-macam menimbulkan pengawasan (control) nya lebih sukar. Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada continuous process / manufacturing, karena prosesnya terputus-putus / terhenti-henti. Biasanya bahan bahan dipindahkan dengan peralatan

handling yang dapat flexible (varied path equipment) yang menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift.

Proses produksi yang terus-menerus (continuous process), Menurut Assauri (2012:186) Ciri-ciri proses produksi yang terus menerus (continuous process/ manufacturing) ialah : Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi massa) dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandardisir.Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama Special Purpose Machines. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atu skill yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut. Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses produksi akan terhenti. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job structurenya sedikit dan jumlah tenga kerjnya tidak perlu banyak. Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah dari pada intermitten process / manufacturing. Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses seperti ini membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak. Biasannya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed (fixed path equipment) yang menggunkan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyer).

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

102

Pengertian Biaya produksi Menurut Mulyadi (2012:14), biaya

produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi unruk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut soeharno (2008:97), biaya produksi adalah pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Menurut Ismaya (2010:23) biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri dari bahan langsung, upah langsung, dan biaya tidak langsung.

Menurut Sutrisno (2012:44), biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai, biaya ini dikeluarkan oleh departemen produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. PengertianForecasting (Peramalan)

Menurut Heizer dan Barry (2015:113), pengertian dari peramalan (forecasting) adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan dalam memprediksi peristiwa pada masa mendatang, peramalan akan melibatkan mengambil data masa lalu dan akan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan bentuk model matematis.

Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009;43), peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan dimasa mendatang melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Menurut Ridwan (2010;146), peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Pengertian Keuntungan

Menurut Soemarso (2010:53), keuntungan (laba) adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala). Laba atau rugi ini belum

merupakan laba atau rugi yang sebenarnya. Laba atau rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila perusahaan telah menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan.

Menurut Themin (2012:70), keuntungan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akutansi (misalnya, kenaikan asset atau penurunan kewajiban) yang menghaasilkan peningkatan ekuitas, selain yang menyangkut transaksi dengan pemegang saham”. Menurut Soekirno (2005:169), apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nialinya positif maka diperoleh keuntungan (laba). Penelitian Sebelumnya

Sanny (2011) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Linear Programing untuk Mengoptimalkan Jumlah Produksi dalam Memperoleh Kentungan Maksimal”. Penelitian ini dilakukan pada PT. Citra bunda yang merupakan sebuah pabrik industry kayu yang mengolah bahan baku kayu menjadi barang jadi berupa berbagai macam mebel atau perabotan rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan yang dialami perusahaan dalam memperoleh keuntungan maksimal dan menentukan kombinasi jumlah produk yang tepat untuk memperoleh keuntungan maksimal. Metode analisis yang digunakan adalah Forecasting dan Linear Programming. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan cara kepustakaan, pengamatan langsung, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa keuntungan maksimal perusahaan dapat diperoleh berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan yang berfungsi sebagai fungsi kendala atau pembatas, seperti persediaan bahan baku, jam kerja tenaga kerja, serta target produksi untuk periode selanjutnya. Keuntungan maksinal perusahaan dapat berubah apabila fungsi

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

103

kendala perusahaan mengalami perubahan. Berdasarkan hasil analisis menggunakan software QM for Windows Version 2.2, perusahaan dapat memperoleh keuntungan maksimal sebesar Rp.176.332.569,- setiap bulannya dengan asumsi peroleh keuntungan tersebut berdasarkan fungsi tujuan dan kendala-kendala yang ada.

Tannady (2014) melakukan penelitian dengan judul “Optimasi produksi meubel menggunakan model pemrograman linear”. Penelitian ini dilakukan pada PT. Aulia yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang meubel (perabot). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah produksi setiap jenis meubel yang optimum, tentu organisasi ingin memproduksi sebanyak banyaknya namun keterbatasan sumberdaya memaksa adanya alokasi yang optimum.penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey untuk memperoleh data. Hasil penelitian ini ialah membuktikan dengan keterbatasan material dan jumlah jam tenaga kerja, didapatkan rumusan jumlah produksi yang paling optimum, bahkan memberikan kontribusi efesiensi sumber daya yang signifikan (dari 376!" hanya terpakai 36 !". METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari: 1. Data Kualitatif, yaitu data yang

berbentuk kalimat (Sugiyono,2009:23). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa gambaran umum tentang objek yang sedang diteliti yaitu di Angga Perabot.

2. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka (Sugiyono,2009:23). Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data produksi dari objek penelitian.

Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu: 1. Data primer, yaitu data yang didapat

dari sumber pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, seperti hasil wawancara (Sugiyono, 2001:21). Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi dengan pemilik usaha dan beberapa karyawan yang bekerja di Angga Perabot.

2. Data sekunder, yaitu data yang tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitiannya (Manullang dan Manuntun, 2014:87). Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang berasal dari buku-buku kepustakaan dan jurnal-jurnal yang ada hubungannya dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Data-data dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode: 1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek (Sugiyono, 2015:204). Observasi pada penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung pada Angga Perabot. 2. Wawancara

Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden penelitian (Manullang dan Manuntun, 2014:91). Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan tanya jawab kepada pemilik Angga Perabot serta pekerja-pekerja lainnya untuk memperoleh keterangan tentang hal-hal yang diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang Angga Perabot 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

104

dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2015:329). Dokumentasi pada penelitian ini meliputi pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan pencatatan dari dokumen-dokumen yang ada pada Angga Perabot. 4. Studi Kepustakaan Studi kepustakan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2013:93). Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini menggukan model linear Programming dengan menggunakan metode simplek. Metode simpleks yang dirancang untuk menyelesaikan seluruh masalah Linear programming, baik yang melibatkan dua variabel maupun lebih dari dua variabel (Herjanto:2008).

Menurut Herjanto (2008:44), Program linear secara umum digunakan untuk memaksimalkan variabel kegiatan yang menjadi fungsi tujuan ialah: Fungsi tujuan (FT) :Maks / Min# = &'(')

*+,

Denganpembatasan DP : 9:'(' ≻=≺)

*+,

=

>+,

?:

dan (* ≥ 0 ' = 1,2, … , F ?> ≥ 0(: = 1,2, … ,!)

Keterangan: Z=nilai optimal dari fungsi tujuan Xj=jenis kegiatan (variabel keputusan) aij=kebutuhan sumberdaya i untuk menghasilkan setiap unik kegiatan j bi=banyaknya sumberdaya i yang tersedia cj=kenaikan nilai Z jika ada pertambahan satu unit kegiatan j a,b, dan c disebut juga sebagai parameter model m=jumlah sumberdaya yang tersedia n=jumlah kegiatan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Jumlah Produksi

Jumlah produksi perabot pada

Angga Perabot berupa perabotan tempat tidur, lemari dan meja rias. Produksi perabotan selama dari triwulan I sampai dengan triwulan IV tahun 2015, triwulan I saampai dengan triwulan IV tahun 2016 serta triwulan I sampai dengan triwulan IV tahun 2017 mengalami fluktuasi. Hal tersebut dikarenakan jumlah produksi disesuaikan dengan permintaan pada Angga Perabot di Sei Kuruk. Selengkapnya produk dari triwulan I sampai dengan Triwulan IV tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Jumlah Produk berdasarkan Jenis Produk pada Angga Perabot Triwulan I – Triwulan IV Tahun 2015-2017

Triwulan/Tahun

Jenis Produk

Jumlah (unit)

Tempat Tidur (unit)

Lemari (unit)

Meja Rias (unit)

Triwulan I/2015 35 31 34 100

Triwulan II/2015 37 33 38 108

Triwulan III/2015 36 39 33 108

Triwulan IV/2015 38 37 37 112

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

105

Triwulan I/2016 38 38 41 117

Triwulan II/2016 38 37 32 107

Triwulan III/2016 34 40 44 118

Triwulan IV/2016 34 37 42 113

Triwulan I/2017 38 31 33 102

Triwulan II/2017 43 37 35 115

Triwulan III/2017 41 40 36 117

Triwulan IV/2017 43 41 41 125

Jumlah 455 441 446 1.342

Sumber: Angga Perabot (2018)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui perkembangan jumlah produksi berdasarkan jenis produk dari Triwulan I sampai dengan Triwulan IV tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 mengalami fluktuasi. Pada triwulan I tahun 2015 untuk tempat tidur sebanyak 35 unit, untuk lemari sebanyak 31 unit dan meja rias sebanyak 34 unit dengan jumlah produksi pada triwulan I tahun 2015 sebanyak 100 unit. Pada Triwulan II tahun 2015 jumlah

produksi tempat tidur sebanyak 37 unit, produksi lemari sebanyak 33 unit, produksi meja rias sebanyak 34 unit dengan jumlah produk selama triwulan II selama tahun 2015 sebanyak 108 unit. Pada triwulan III tahun 2015 produsi tempat tidur sebanyak 36 unit, jumlah produksi lemari sebanyak 39 unit dan jumlah produksi meja rias sebanyak 33 unit, dengan total produksi tempat tidur, lemari dan meja rias selama periode triwulan III

tahun 2015 sebanyak 108 unit. Pada triwulan IV tahun 2015 produksi tempat tidur sebanyak 38 unit, produksi lemari sebanyak 27 unit dan jumpah produk meja rias sebanyak 37 unit dengan total produksi selama triwulan IV tahun 2015 sebanyak 112 unit.

Pada triwulan I tahun 2016 untuk tempat tidur sebanyak 38 unit, untuk lemari sebanyak 38 unit dan meja rias sebanyak 41 unit dengan jumlah produksi pada triwulan I tahun 2016 sebanyak 117 unit. Pada Triwulan II tahun 2016 jumlah produksi tempat tidur sebanyak 38 unit, produksi lemari sebanyak 37 unit, produksi meja rias sebanyak 32 unit dengan jumlah produk selama triwulan II selama tahun 2016 sebanyak 107 unit. Pada triwulan III tahun 2016 produsi tempat tidur sebanyak 34 unit, jumlah produksi lemari sebanyak 40 unit dan jumlah produksi meja rias sebanyak 44 unit, dengan total produksi tempat tidur, lemari dan meja rias selama periode triwulan III tahun 2016 sebanyak 118 unit. Pada triwulan IV tahun 2016

produksi tempat tidur sebanyak 34 unit, produksi lemari sebanyak 37 unit dan jumpah produk meja rias sebanyak 42 unit dengan total produksi selama triwulan IV tahun 2016 sebanyak 113 unit.

Pada triwulan I tahun 2017 untuk tempat tidur sebanyak 38 unit, untuk lemari sebanyak 31 unit dan meja rias sebanyak 33 unit dengan jumlah produksi pada triwulan I tahun 2017 sebanyak 102 unit. Pada Triwulan II tahun 2017 jumlah produksi tempat tidur sebanyak 43 unit, produksi lemari sebanyak 31 unit, produksi meja rias sebanyak 33 unit dengan jumlah produk selama triwulan II selama tahun 2017 sebanyak 125 unit. Pada triwulan III tahun 2017 produsi tempat tidur sebanyak 41 unit, jumlah produksi lemari sebanyak 40 unit dan jumlah produksi meja rias sebanyak 36 unit, dengan total produksi tempat tidur, lemari dan meja rias selama periode triwulan III tahun 2017 sebanyak

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

106

117 unit. Pada triwulan IV tahun 2017 produksi tempat tidur sebanyak 43 unit, produksi lemari sebanyak 41 unit dan jumpah produk meja rias sebanyak 41 unit dengan total produksi selama triwulan IV tahun 2016 sebanyak 125 unit.

Jumlah Waktu Penyelesaian

Penyelesaian setiap perabot membutuhkan waktu yang berbeda-beda, dikarenakan setiap perabot memiliki tingkat kerumitan dalam setiap pembuatan. Untuk pembuatan tempat tidur membutuhkan lemari membutuhkan waktu lebih kurang 18 jam, dengan rincian antara lain pengumpulan bahan, proses penyiapan bahan bantu, perakitan, pengecatan dan finishing. Kemudian untuk pembuatan lemari sebanyak 20 jam dengan rincian antara lain pengumpulan bahan, proses penyiapan bahan bantu, perakitan, pengecatan dan finishing. Kemudian pembuatan meja rias 11 jam untuk setiap unitnya dengan rincian antara lain pengumpulan bahan, proses penyiapan bahan bantu, perakitan, pengecatan dan finishing. Berikut secara lengkap mengenai waktu yang dibutuhkan untuk banyaknya unit yang diselesaikan dalam tahun 2015 sampai tahun 2017.

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui jumlah jam kerja dalam menyelesaikan setiap unit dikalikan dengan jumlah unit yang diselesaikan. Untuk tempat tidur membutuhkan waktu 18 jam, lemari 20 jam, meja rias 11 jam dan berdasarkan penyelesaian per triwulan I tahun 2015 untuk tempat tidur selama 630 jam, lemari 620 jam, meja rias 374 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.624 jam. Pada triwulan II tahun 2015 untuk tempat tidur selama 666 jam, lemari 660 jam, meja rias 418 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.744 jam. Pada triwulan III tahun 2015 untuk tempat tidur selama 648 jam, lemari 780 jam, meja rias 363 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.791 jam. Pada triwulan IV tahun 2015 untuk tempat tidur selama 684

jam, lemari 740 jam, meja rias 407 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.831 jam.

Pada triwulan I tahun 2016 untuk produksi tempat tidur menghabiskan waktu selama 684 jam, lemari 760 jam, meja rias 451 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.895 jam. Pada triwulan II tahun 2016 untuk tempat tidur selama 684 jam, lemari 740 jam, meja rias 352 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.776 jam. Pada triwulan III tahun 2016 untuk tempat tidur selama 612 jam, lemari 800 jam, meja rias 484 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.896 jam. Pada triwulan IV tahun 2016 untuk tempat tidur selama 612 jam, lemari 740 jam, meja rias 462 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.814 jam.

Pada triwulan I tahun 2017 untuk produksi tempat tidur menghabiskan waktu selama 684 jam, lemari 620 jam, meja rias 363 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.667 jam. Pada triwulan II tahun 2017 untuk tempat tidur selama 774 jam, lemari 740 jam, meja rias 385 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.899 jam. Pada triwulan III tahun 2017 untuk tempat tidur selama 738 jam, lemari 800 jam, meja rias 396 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.934 jam. Pada triwulan IV tahun 2017 untuk tempat tidur selama 774 jam, lemari 820 jam, meja rias 451 jam dengan total jumlah jam ketiga produk tempat tidur, lemari dan meja rias sebanyak 1.045 jam.

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

107

Tabel 3. Jumlah Waktu Penyelesaian (unit)

Triwulan/Tahun

Jumlah Waktu Penyelesaian/Unit

Jumlah Tempat Tidur (18 jam)

Lemari (20 jam)

Meja (11 jam)

Triwulan I/2015 630 620 374 1624

Triwulan II/2015 666 660 418 1744

Triwulan III/2015 648 780 363 1791

Triwulan IV/2015 684 740 407 1831

Triwulan I/2016 684 760 451 1895

Triwulan II/2016 684 740 352 1776

Triwulan III/2016 612 800 484 1896

Triwulan IV/2016 612 740 462 1814

Triwulan I/2017 684 620 363 1667

Triwulan II/2017 774 740 385 1899

Triwulan III/2017 738 800 396 1934

Triwulan IV/2017 774 820 451 2045

Jumlah 8190 8820 4906 21916

Sumber: Angga Perabot (2018)

Jumlah Bahan Baku Jumlah bahan baku yang digunakan

untuk setiap unit serta setiap jenis produk menggunakan bahan baku yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan jumlah bahan baku untuk setiap produk berbeda ukuran yang digunakan maupun jumlah bahannya. Berdasarkan hasil penelitian dari pemilik usaha Angga Perabot diketahui untuk setiap unit tempat tidur menggunakan bahan baku 5,5m3 sementara untuk produk lemari menggunakan bahan baku sebanyak 4,5m3 per unit serta untuk meja rias menggunakan bahan baku untuk setiap unitnya sebanyak 3,5m3. Berdasarkan perhitungan diketahui pengunaan bahan

baku tempat tidur pada triwulan I tahun 2015 sebanyak 451m3,

kemudian pada triwulan II tahun 2015 sebanyak 485m3 selanjutnya triwulan III tahun 2015 jumlah penggunaan bahan baku sebanyak 489m3 serta pada triwulan tahun 2015 penggunaan bahan baku sebanyak 505m3. Pada triwulan I tahun 2016 penggunaan bahan baku pada angga perabot sebanyak 524m3, pada triwulan II penggunaan bahan baku sebanyak 488m3, selanjutnya pada triwulan III tahun 2016 penggunaan bahan baku sebanyak 521m3 dan pada triwulan IV penggunaan bahan baku sebanyak 501m3. berdasarkan jumlah produksi yang telah dibuat dikalikan dengan bahan baku setiap unitnya dengan

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

108

hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Bahan Baku

Triwulan/Tahun

Jumlah Laba/Unit

Jumlah Tempat Tidur

(5,5m3)

Lemari (4,5m3)

Meja Rias (3,5m3)

Triwulan I/2015 193 140 119 451

Triwulan II/2015 204 149 133 485

Triwulan III/2015 198 176 116 489

Triwulan IV/2015 209 167 130 505

Triwulan I/2016 209 171 144 524

Triwulan II/2016 209 167 112 488

Triwulan III/2016 187 180 154 521

Triwulan IV/2016 187 167 147 501

Triwulan I/2017 209 140 116 464

Triwulan II/2017 237 167 123 526

Triwulan III/2017 226 180 126 532

Triwulan IV/2017 237 185 144 565

Jumlah 2.503 1.985 1.561 6.048

Sumber: Angga Perabot (2018)

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui penggunaan bahan baku perabot pada Angga Perabot mulai dari triwulan I sampai IV tahun 2015 sampai tahun 2017. Bahan baku perunit untuk tempat tidur sebanyak 5,5m3, lemari 4,5m3, meja rias sebanyak 3,5m3. Total bahan baku pada tahun 2015 triwulan 1 untuk tempat tidur sebanyak 193m3, kemudian lemari 140m3, untuk meja rias sebanyak 119m3. Pada triwulan II memperoleh bahan baku dari tempat tidur sebanyak 204m3, kemudian lemari sebanyak 149m3, meja rias sebanyak 133m3. Pada triwulan III bahan baku tempat tidur sebanyak 198m3 selanjutnya lemari sebanyak 176m3kemudian meja rias 116m3 serta pada triwulan IV bahan baku

tempat tidur sebanyak 209m3, lemari sebanyak 167m3, meja rias sebanyak 130m3. Bahan baku pada tahun 2016 triwulan 1 untuk tempat tidur sebanyak 209m3, kemudian lemari 167m3, untuk meja rias sebanyak 130m3. Pada triwulan II memperoleh bahan baku dari tempat tidur sebanyak 209m3, kemudian lemari sebanyak 167m3, meja rias sebanyak 112m3. Pada triwulan III bahan baku tempat tidur sebanyak 187m3 selanjutnya lemari sebanyak 180m3 kemudian meja rias 154m3 serta pada triwulan IV bahan baku tempat tidur sebanyak 187m3, lemari sebanyak 167m3, meja rias sebanyak 147m3.

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

109

Bahan baku pada tahun 2017 triwulan 1 untuk tempat tidur sebanyak 209m3, kemudian lemari 140m3, untuk meja rias sebanyak 1116m3. Pada triwulan II memperoleh bahan baku dari tempat tidur sebanyak 237m3, kemudian lemari sebanyak 167m3, meja rias sebanyak 123m3. Pada triwulan III bahan baku tempat tidur sebanyak 226m3 selanjutnya lemari sebanyak 180m3 kemudian meja rias 126m3 serta pada triwulan IV bahan baku tempat tidur sebanyak 237m3, lemari sebanyak 185m3, meja rias sebanyak 144m3. Jumlah Perolehan Laba

Laba yang diperoleh untuk setiap unit dan setiap jenis berbeda-beda dikarenakan jumlah bahan baku yang digunakan maupun tingkat kesulitan pembuatan. Berdasarkan hasil penelitian dari pemilik usaha Angga Perabot diketahui untuk setiap unit tempat tidur sebesar Rp 450.000 sementara untuk produk lemari diperoleh pendapatan laba sebesar Rp 300.000 per unit serta untuk meja rias sebesar Rp 275.000 untuk setiap unitnya. Berdasarkan perhitungan diketahui total laba tempat tidur pada triwulan I tahun 2015 sebesar Rp 572.350.000, kemudian pada triwulan II tahun 2015 sebesar Rp 512.750.000 selanjutnya triwulan III tahun 2015 jumlah pendapatan laba yang diperoleh sebesa Rp 528.225.000 serta pada triwulan tahun 2015 pendapatan laba diperoleh sebesar Rp 539.125.000. Pada triwulan I tahun 2016 jumlah laba yang diperoleh angga perabot sebesar Rp 557.225.000, pada triwulan II diperoleh laba sebesar Rp 524.000.000, selanjutnya pada triwulan III tahun 2016 perolehan laba sebesar Rp 556.700.000 dan pada triwulan IV sebesar Rp 532.650.000. berdasarkan jumlah produksi yang telah dibuat dikalikan dengan laba setiap unitnya dengan hasil laba dapat dilihat pada tabel 5.

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui perolehan laba pada Angga Perabot mulai dari triwulan I sampai IV tahun 2015

sampai tahun 2017. Laba yang diperoleh perunit untuk tempat tidur sebesar Rp 450.000, lemari Rp 300.000, meja rias sebesar Rp 275.000. Total laba yang diperoleh pada tahun 2015 triwulan 1 untuk tempat tidur sebesar Rp 15.750.000, kemudian lemari sebesar Rp 9.300.000, untuk meja rias sebesar Rp 9.350.000. Pada triwulan II memperoleh laba dari tempat tidur sebesar Rp 16.650.000, kemudian lemari sebesar Rp 9.900.000, meja rias sebesar Rp 10.450.000. Pada triwulan III laba dari tempat tidur sebesar Rp 16.200.000 selanjutnya lemari sebesar Rp 11.700.000 kemudian meja rias Rp 9.075.000 serta pada triwulan IV laba diperoleh dari lemari sebesar Rp 17.100.000, lemari sebesar 11.100.000, meja rias sebesar Rp 10.175.000.

Total laba yang diperoleh pada tahun 2016 triwulan II untuk kursi sebesar Rp 17.100.000, kemudian lemari sebesar Rp 11.400.000, untuk meja rias sebesar Rp 11.275.000. Pada triwulan II memperoleh laba dari tempat tidur sebesar Rp 17.100.000, kemudian lemari sebesar Rp 11.100.000, meja rias sebesar Rp 8.800.000. Pada triwulan III laba dari tempat tidur sebesar Rp 15.300.000 selanjutnya lemari sebesar Rp 12.000.000 kemudian meja rias Rp 12.100.000 serta pada triwulan IV laba diperoleh dari lemari sebesar Rp 11.100.000, lemari sebesar 11.100.000, meja rias sebesar Rp 11.550.000.

Total laba yang diperoleh pada tahun 2017 triwulan 1 untuk kursi sebesar Rp 17.100.000, kemudian lemari sebesar Rp 9.300.000, untuk meja rias sebesar Rp 9.075.000. Pada triwulan II memperoleh laba dari tempat tidur sebesar Rp 19.350.000, kemudian lemari sebesar Rp 11.100.000, meja rias sebesar Rp 9.625.000. Pada triwulan III laba dari tempat tidur sebesar Rp 18.450.000 selanjutnya lemari sebesar Rp 12.000.000 kemudian meja rias Rp 9.900.000 serta pada triwulan IV laba diperoleh dari lemari sebesar Rp 19.300.000, lemari sebesar

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

110

12.300.000, meja rias sebesar Rp 11.275.000. Selanjutnya dapat diketahui total laba dari triwulan I – IV 2015, triwulan I-IV 2016 sampai dengan triwulan I-IV tahun 2017 untuk tempat tidur

diperoleh sebesar Rp 204.750.000, kemudian untuk produksi lemari Rp 132.300.000 serta untuk produk meja rias sebesar Rp 122.650.000.

Tabel 5. Jumlah Perolehan Laba

Triwulan/Tahun

Jumlah Laba/Unit

Jumlah Tempat Tidur (Rp 450.000)

Lemari (Rp 300.000)

Meja Rias (Rp

275.000)

Triwulan I/2015 15.750.000 9.300.000 9.350.000 34.400.000

Triwulan II/2015 16.650.000 9.900.000 10.450.000 37.000.000

Triwulan III/2015 16.200.000 11.700.000 9.075.000 36.975.000

Triwulan IV/2015 17.100.000 11.100.000 10.175.000 38.375.000

Triwulan I/2016 17.100.000 11.400.000 11.275.000 39.775.000

Triwulan II/2016 17.100.000 11.100.000 8.800.000 37.000.000

Triwulan III/2016 15.300.000 12.000.000 12.100.000 39.400.000

Triwulan IV/2016 15.300.000 11.100.000 11.550.000 37.950.000

Triwulan I/2017 17.100.000 9.300.000 9.075.000 35.475.000

Triwulan II/2017 19.350.000 11.100.000 9.625.000 40.075.000

Triwulan III/2017 18.450.000 12.000.000 9.900.000 40.350.000

Triwulan IV/2017 19.350.000 12.300.000 11.275.000 42.925.000

Jumlah 204.750.000 132.300.000 122.650.000 459.700.000 Sumber: Angga Perabot (2018)

Pembahasan Analisis Linier Programing Mengoptimalkan Jumlah Produksi Dalam Memperoleh Keuntungan Maksimal

Analisis linier programing untuk mengoptimalkan jumlah produksi dalam memperoleh keuntungan maksimal bagi usaha Angga Perabot melalui analisis data sekunder yang telah diperoleh dari Angga Perabot dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Perhitungan linier programing

menggunakan program Production and operation management Quantity Management (POM QM) versi 4 for Windows. Sebelum dilakukan perhitungan maka dibuat persamaan sebanyak 3 fungsi kendala yang membaasi produksi yaitu:

Laba = 450.000 TT + 300.000 L + 275.000MR Kendala bahan baku : 5,5 + 4,5 + 3,5 ≤ 6.048

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

111

Kendala jam kerja : 18 + 20 + 11 ≤ 21.916

Kuantitas X1 ≥ 0 Kuantitas X2 ≥ 0 Kuantitas X3 ≥ 0

Tabel 6. Output POM QM versi 4.0

Sumber: Hasil pengolaha data POM QM for Windows Version 4.0

Berdasarkan hasil pengolahan data

yang sesuai denggan fungsi tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan adalah dengan memproduksi: 1. TT tempat tidur sebanyak 1.099 buah 2. L lemari sebanyak 0 buah 3. MR meja rias sebanyak 0 buah

Sehingga berdasarkan fungsi tujuan diperoleh:

Laba = 450.000 TT + 300.000 L + 275.000MR = 450.000 (1.099) + 300.000 (0) + 275.000 (0) = Rp. 494.836.200

Berdasarkan persamaan linier fungsi tujuan di atas, maka diperoleh informasi bahwa: 1. Keuntungan atau laba yang diterima

per buah produk tempat tidur (TT) adalah sebesar Rp 450.000 dengan produksi sebanyak 1.099 buah. Keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 494.836.200.

2. Keuntungan atau laba yang diterima per buah produk lemari (L) adalah sebesar Rp 300.000 dengan produksi sebanyak 0 buah. Keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 0.

3. Keuntungan atau laba yang diterima per buah produk meja rias (MR) adalah sebesar Rp 275.000 dengan produksi sebanyak 0 buah. Keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 0.

Sehingga total keuntungan yang

diperoleh Angga Perabot adalah sebesar Rp 494.836.200,- setiap tahunnya dengan asumsi perolehan keuntungan tersebut berdasarkan fungsi tujuan dan kendala-kendala yang ada. Berdasarkan persamaan linier fungsi kendala bahan baku, maka diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Bahan baku yang diperlukan untuk

membuat 1 buah tempat tidur (TT) adalah sebanyak 5,5m3, sehingga bahan baku yang diperlukan untuk

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

112

membuat tempat tidur 1.099 buah adalah sebanyak 6.048m3.

2. Bahan baku yang diperlukan untuk membuat 1 buah lemari (L) adalah sebanyak 4,5m3, nilai bahan baku untuk lemari (L) dengan produksi 0, maka bahan baku untuk perhitungan ini adalah 0.

3. Bahan baku yang diperlukan untuk membuat 1 buah meja rias (MR) adalah sebanyak 3,5m3, nilai bahan baku untuk meja rias (MR) dengan produksi 0, maka bahan baku untuk perhitungan ini adalah 0.

Sehingga total keseluruhan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi tempat tidur adalah sebanyak 6.048m3. Sehingga keterbatasan bahan baku yang dialami perusahaan tidak menjadi masalah, karena bahan baku yang diperlukan adalah sebanyak 6.048m3.

Berdasarkan persamaan linier fungsi kendala jam tenaga kerja, maka diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Waktu yang diperlukan untuk

membuat 1 buah tempat tidur (TT)

adalah sebanyak 18 jam, sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat 1.099 buah lemari adalah selama 19.782 jam per tahun.

2. Waktu yang diperlukan untuk membuat 1 buah lemari (L) adalah sebanyak 20 jam, sementara produksi optimal untuk lemari 0 maka tidak dihitung lama pembuatannya.

3. Waktu yang diperlukan untuk membuat 1 buah meja rias (MR) adalah sebanyak 11 jam, sementara produksi optimal untuk meja rias 0 maka tidak dihitung lama pembuatannya.

Sehingga total keseluruhan waktu yang digunakan untuk memproduksi tempat tidur adalah sebanyak 19.782 jam. sehingga keterbatasan waktu yang dialami perusahaan tidak menjadi masalah, karena jam tenaga kerja yang diperlukan adalah sebanyak 21.916 jam.

Selanjutnya untuk mengetahui bahan baku yang berlebihan dapat diketahui pada tabel 7.

Tabel 7.Ouput Ranging

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

113

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui

mengenai biaya yang dapat mengurangi pendapatan. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai reduced cost untuk tempat tidur bernilai 0 (tidak memiliki reduced cost), artinya nilai bahan baku yang dikurangkan adalah nol dimana hal ini menunjukkan sudah optimal. Sementara untuk lemari diperoleh nilai reduced cost atau bahan sebesar 306,82 m3 yang diperoleh dari (4,5m3x 68,1818). Demikian halnya pada meja rias diperoleh nilai reduced cost atau bahan sebesar 39,77m3 yang diperoleh dari (3,5m3x 11,3636).

Kemudian berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai original value masing-masing batasan (tempat tidur, lemari dan meja rias) adalah 450, 300 dan 275. Dari penggunaan ketiga jenis produk maka untuk tempat tidur memiliki nilai slack/sisanya sebesar 0. Ketika nilai slack = 0 maka setiap penambahan input sebesar 1 unit akan meningkatkan keuntungan sebesar nilai dual price yaitu 81,8182, sementara untuk lemari dan meja rias belum dapat meningkatkan keuntungan. Selanjutnya untuk jam kerja masih terdapat sisa jam kerja 2.122, 545 jam kerja untuk memproduksi tempat tidur, lemari dan meja rias.

Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa dengan penerapan model linier programing jumlah produksi yang perlu dioptimalkan adalah produk tempat tidur dengan nilai optimal 1.099,636 atau 1.099 unit dalam tiga tahun kedepan dengan hasil keuntungan sebesar Rp 494.836.200 yang diperoleh dari 1.099.636 x Rp 450.000. Sementara untuk produksi lemari dan meja rias tidak memperoleh nilai optimal.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian diketahui bahwa dapat

dimaksimalkan laba untuk produk tempat tidur sebesar Rp 494.836.200 dengan memproduksi tempat tidur sebanyak 1.099,636 unit (nilai optimal 1.099,636), sementara untuk produk lemari dan meja rias belum menghasilkan nilai optimal.

2. Hasil penelitian diperoleh bahwa untuk produk tempat tidur tidak memiliki nilai reduce cost karena sudah memiliki nilai optimal, sedangkan untuk lemari diketahui nilai reduce cost bahan baku sebesar 306,82 m3dan meja rias diperoleh nilai reduced costbahan baku sebesar 39,77m3.

3. Hasil perhitungan juga diketahui bahwa masih terdapat sisa jam kerja 2.122, 545 jam kerja untuk memproduksi tempat tidur, lemari dan meja rias.

SARAN Saran yang dapat disampaikan

antara lain: 1. Angga perabot yang selama ini

terbatas dalam pembelian bahan baku yang disebabkan oleh sedikitnya penyedia bahan baku, untuk itu Angga Perabot perlu mencari sumber bahan baku yang baru di daerah lain yang mudah dan berkualitas, sehingga produksi dapat ditingkatkan dan pada akhirnya memperoleh pendapatan dari produk-produk yang dibuat.

2. Angga perabot dalam meningkatkan pendapatan perlu memperhitungkan jam kerja, dimana terdapat kelebihan jam kerja yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan produksi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan.

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

114

DAFTAR PUSTAKA Affandi P. 2011. Penerapan Program Linier

Pada Permainan Non Kooperatif. Jurnal Matematika Murni dan Terapan. Vol 5. No.2. Hal 1-12

Assauri, Sofyan. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE

Christian, Sugiarto. 2013. Penerapan Linear Programing Untuk Mengoptimalkan Jumlah Produksi Dalam Memperoleh Keuntungan Maksimal Pada CV Cipta Unggul Pratama. Journal The Winners. Vol 14. No. 1. Hal 55-60

Esther, NataliaDwiAstuti, dkk. 2013. Penerapan Model Linear Gola Programming Untuk Optimasi Perencanaan Produksi.Fakultas Sains dan Matematika UKSW. Salatiga.

Fahmi, Muhammad. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LPFEUI.

Heizer, Jay and Barry Render. 2015. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat

Herjanto, Eddy. 2010. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo

Jingham. 2009. Managerial Economics. Yogyakarta: Andi

Kumar A, Kaur J. 2011. A New Method For Solving Fuzzy Linear Programs With Trapezoidal Fuzzy Number. Journal of Fuzzy. Hal 1-12.

Magfuri. 2006. Dasar-dasar Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE.

Manulang, Marihot, dan Manuntun Pakpahan. 2014. Metedeologi Penelitian proses Penelitian Praktis. Bandung: Citapustaka Media

Mulyadi. 2012. Akutansi Biaya. Edisi ke-5. Cetakan kesebelas. Yogyakarta: STIM YKPN

Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Nur’ Safara, Ulvinda M. 2015. Optimasi Produksi Dengan Menggunakan Metode Grafis Untuk Menentukan Jumlah Produk Yang Optimal (Kasus Pada House Of Leather Bandung). Skripsi. Universitas Islam Bandung. Bandung.

Prasetya, H. & Lukiastuti, F. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta: CAPS.

Ridwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta

Sanny, Lim., Sarjono, Haryadi dan Andrie, Yiska. 2011. Penerapan Model Linear Programing Untuk Mengoptimalkan Jumlah Produksi Dalam Memperoleh Keuntungan Maksimal. Jurnal Ekonomi. Vol 2. No. 2. Hal 152-157

Soeharno. 2008. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soemarso S.R. 2010. Akuntansi: Suatu Pengantar. Cetakan Keempat. Jakarta: Seleba Empat

Soekirno, Sudono. 2005. Pengantar Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Staphleton. (2007).Marketing Strategy Opimization: Using LinearProgramming to Establish an Optimal Marketing Mixture. American Business. Review 21(2). Hal 54-62

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sujana Ismaya. 2010. Kamus Akuntansi. Bandung: CV Pustaka Grafika

Susanto S, Suryadi D, Adianto H, Aritonang K. 2008. Pemodelan Pemrograman Linier Dengan Koefisien Fungsi Obyektif Berbentuk Bilangan kabur Segitiga dan Kendala Kabur Beserta Solusinya. Jurnal Teknik Industri. Vol 8(1). Hal 14-27

Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta: EKONISIA

Tampubolon, P. Manahan. 2006. Manajemen Operasional. Edisi Pertama.Ghalia Indonesia

Tannady, Hendy. 2014. Optimasi Produksi Meubel Menggunakan Model Pemrograman Linear. Journal Business dan Management. Vol 10. No. 1. Hal 1-9

Themin. 2012. Akuntansi Keuangan. Jakarta: Erlangga

Windarti, Tantri. 2013. Pemodelan Optimalisasi Produksi Untuk Memaksimalkan keuntungan Dengan menggunakan Metode Pemrograman

Jurnal Manajemen Inovasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2019

115

Linier. Jurnal Speaktrum Industri. Vol 11. No. 2. Hal 117-242

Wirdasari, Dian. 2009. Metode Simplek Dalam Program Linier. Jurnal SAINTIKOM.Vol 6. No. 1. Hal 276-285