I. RESUME DISERTASI

30
I. RESUME DISERTASI BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan penulis disertasi menjelaskan tentang adanya perdebatan di seputar originalitas, autentisitas, authorship, kebenaran, asal-muasal dan keakuratan hadis yang tidak hanya dilakukan oleh para sarjana barat tetapi juga oleh sarjana muslim meskipun berbeda dalam motivasi yang melatar belakangi. Jika sarjana muslim mempelajari hadis lebih dimotivasi oleh peran yang dimiliki hadis sebagai sumber hukum Islam dan juga sebagai doktrin sosiologis, maka para sarjana barat mempelajari hadis didorong oleh kepentingan sejarah. Akibatnya para sarjana barat mengajukan skeptisisme terhadap autentisitas hadis, sedangkan sebagian sarjana muslim menerima hadis tanpa sikap kritis yang cukup. Penulis disertasi mencatat beberapa nama sarjana barat yang melakukan penelitian terhadap hadis di antaranya Sprenger yang meragukan kepercayaan (thiqah) hadis sebagai sumber sejarah. Diikuti pula oleh William Muir dan mencapai puncaknya pada karya Ignaz Goldziher yang lebih membawa kepada kajian kritis dan sistematis terhadap hadis-hadis Rasulullah saw. Selanjutnya adapula Henri Lammens, Leone Caetani, yang sepertinya banyak mengadopsi pemikiran Goldziher. Berikutnya tampil pula Juynboll dan Schacht yang turut mempermasalahkan keterpercayaan hadis di masa-masa awal kodifikasinya. Penulis disertasi juga mengungkapkan beberapa persoalan penting dalam literatur hadis. Pengkodifikasian hadis yang jauh lebih belakangan dari peristiwa yang diriwayatkan menimbulkan berbagai pertanyaan. Pertanyaan- pertanyaan tersebut kemudian menuntun penulis disertasi ini untuk melakukan penelitian, menguji kembali metodologi para kritikus hadis dalam menentukan autentisitas hadis, mendiskusikan kontribusi serta metodologi sarjana barat dalam melakukan rekonstruksi sejarah periwayatan hadis. Selanjutnya pada bagian pendahuluan disertasi ini, penulis disertasi memaparkan pula sistematika penulisan.

Transcript of I. RESUME DISERTASI

I. RESUME DISERTASIBAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan penulis disertasi menjelaskantentang adanya perdebatan di seputar originalitas,autentisitas, authorship, kebenaran, asal-muasal dankeakuratan hadis yang tidak hanya dilakukan oleh parasarjana barat tetapi juga oleh sarjana muslim meskipunberbeda dalam motivasi yang melatar belakangi. Jikasarjana muslim mempelajari hadis lebih dimotivasi olehperan yang dimiliki hadis sebagai sumber hukum Islam danjuga sebagai doktrin sosiologis, maka para sarjana baratmempelajari hadis didorong oleh kepentingan sejarah.Akibatnya para sarjana barat mengajukan skeptisismeterhadap autentisitas hadis, sedangkan sebagian sarjanamuslim menerima hadis tanpa sikap kritis yang cukup.

Penulis disertasi mencatat beberapa nama sarjanabarat yang melakukan penelitian terhadap hadis diantaranya Sprenger yang meragukan kepercayaan (thiqah)hadis sebagai sumber sejarah. Diikuti pula oleh WilliamMuir dan mencapai puncaknya pada karya Ignaz Goldziheryang lebih membawa kepada kajian kritis dan sistematisterhadap hadis-hadis Rasulullah saw. Selanjutnya adapulaHenri Lammens, Leone Caetani, yang sepertinya banyakmengadopsi pemikiran Goldziher. Berikutnya tampil pulaJuynboll dan Schacht yang turut mempermasalahkanketerpercayaan hadis di masa-masa awal kodifikasinya.

Penulis disertasi juga mengungkapkan beberapapersoalan penting dalam literatur hadis. Pengkodifikasianhadis yang jauh lebih belakangan dari peristiwa yangdiriwayatkan menimbulkan berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian menuntun penulis disertasiini untuk melakukan penelitian, menguji kembali metodologipara kritikus hadis dalam menentukan autentisitas hadis,mendiskusikan kontribusi serta metodologi sarjana baratdalam melakukan rekonstruksi sejarah periwayatan hadis.

Selanjutnya pada bagian pendahuluan disertasi ini,penulis disertasi memaparkan pula sistematika penulisan.

Bab kedua mengkaji metodologi kritik hadis para ahli hadisklasik. Membahas tentang kriteria hadis sahih menurut parasarjana muslim klasik, hadis ahad dan hadis mutawatirserta keadalahan sahabat dan juga kritik matan. Bab ketigamembahas tentang metodologi kritik hadis oleh para sarjanamuslim modern yang diwakili oleh Nasiruddin al-Albani danAli al-Saqqaf. Bab Keempat mendiskusikan pendapat parasarjana muslim yang akrab dengan sarjana barat yaitu FuatSezgin dan M. M A'zami. Bab kelima membahas pendekatanpara sarjana barat non muslim terhadap literatur hadismelalui konsep Argumentum e Silentio, Common Link danSingle Strand. Bab keenam meneliti hadis-hadis tentangshaum menggunakan metodologi sarjana muslim klasik. Babketujuh meneliti hadis tentang shaum menurut metodologisarjana barat non muslim. Bab kedelapan yang merupakankajian inti penelitian disertasi mengkaji tentangpenerapan metode Isnad Cum Matan pada hadis shaum.

BAB II

Pada bagian ini, penulis disertasi menjelaskantentang kriteria hadis sahih yang disepakati para ulama.Lima syarat sahih tersebut yaitu: kesinambunganperiwayatan, perawi adil, perawi d}abit, tidak shadh dantidak illat.

Setelah menjelaskan secara panjang lebar tentang limasyarat hadis sahih tersebut, penulis disertasimengakhirinya dengan sebuah statemant bahwa meskipun telahdisusun kitab mengenai biografi perawi, adanyapengelompokan lafal-lafal tahammul wa al-ada', jarh wa ta'dil danditetapkan berbagai kriteria untuk menguji kesahihansebuah hadis, akan tetapi masih terdapat banyak kendaladalam kesimpulan perumusannya. Misalnya terdapat perbedaanstandarisasi yang dipergunakan oleh para muhaddis danpengarang kitab baik pada masa awal ketika menyeleksihadis atau pada masa belakangan pada saat menilaikesahihan sebuah hadis. Karena itu menurut penulis

disertasi ini evaluasi dan studi kritis terhadap kesahihanhadis masih tetap dan harus terus dilaksanakan.

Penulis disertasi ini menjelaskan bahwa jumlah besarperawi hadis dalam setiap tingkatan sanad tidak bisamenjamin akan kesahihan sebuah hadis, apalagi kalau hadistersebut berstatus ahad. Persoalannya akan menjadi lebihsulit bagi para ahli hadis ketika harus memberikepercayaan kepada perawi yang hanya berjalur tunggal(ahad). Juynboll serta para sarjana barat lainnyamenyatakan sangat sulit mempercayai hadis dengan jalurtunggal, disebabkan unsur historisnya sangat meragukan.Adapun menurut para ulama hadis bahwa kepercayaan terhadaphadis-hadis yang berjalur tunggal (ahad) sangat bergantungkepada pemenuhan syarat-syarat hadis sahih. Kualitasperawi dan sifat periwayatan hadis harus bisa dibuktikansebelum menilai riwayatnya.

Penulis disertasi ini mencatat pendapat para ulamabahwa sebuah hadis mutawatir diriwayatkan oleh sejumlahbesar perawi pada tiap tingkatannya sudah menjadikan cukupbukti sebagai riwayat terpercaya atau sahih. Syarat-syaratyang harus dipenuhi oleh seorang perawi hadis mutawatirtidak seketat para perawi hadis ahad. Baik mengenaikeadilan ataupun kedabitan perawi tidak harus dibuktikan.Karena itu hadis mutawatir tidak termasuk dalam kajiansanad menurut pandangan para ulama hadis.

Mengenai ke'adalahan para sahabat, penulis disertasiini mengutip pendapat Juynboll yang berhubungan dengantiga asumsinya. Pertama: keyakinan Juynboll tentanglahirnya sistem sanad yang belakangan yaitu di sekitartahun delapan puluh Hijriyah, seperempat abad setelahwafatnya sahabat kecil Abu Hurairah. Kedua: penyandaranriwayat hadis kepada otoritas yang lebih tinggi munculjauh lebih belakangan yaitu setelah abad kedua hijriyah.Ketiga: asumsi tentang adanya pemalsuan sanad secarabesar-besaran. Selain itu Juynboll juga berpendapat bahwapada umumnya sanad hadis yang berakhir pada sahabat junior

seperti Abu Hurairah dinilai lebih kuat daripadaa yangberakhir pada sahabat senior seperti Khalifah al-Rasyidin.

Juga tentang keadilan sahabat Rasulullah saw.Pernyataan bahwa semua sahabat adil sebagaimana yangdiungkapkan oleh para ulama hadis muslim sulit untukdiselaraskan dalam realita yang ada. Di satu sisidikatakan bahwa semua sahabat adil akan tetapi di sisilain, para kritikus hadis sendiri yang menginformasikantentang karakter dari beberapa sahabat yang tidak bisadisebut adil. Karena itu menurut penulis disertasi inipengujian mengenai ke'adalahan seorang periwayat harustetap terus dilakukan meskipun kepada generasi yangtergolong sahabat Rasul saw atau periwayat yang telahdithiqahkan oleh para kritikus hadis sebelumnya.

Penulis disertasi ini menegaskan bahwa kritik matantidak hanya bersifat sekunder, tetapi sama posisinyadengan kritik sanad. Kritik matan sesungguhnya sangatpenting dan menjadi bagian dalam prasyarat penetapankriteria kesahihan sebuah hadis. Melalui kritik matan,kesalahan seorang perawi dapat dikontrol juga penilaianpara kritikus pun dapat diverifikasi. Selain itu perawidapat dinilai tsiqah hanya setelah dinilai matan hadis yangdiriwayatkannya. Demikian pula terhadap sejumlah hadiskontradiktif (Mukhtalif al-hadis) yng bersumber daririwayat para perawi thiqah sangat memerlukan kritik matan.

BAB IIIPada pembahasan ini penulis disertasi menjelaskan dan

mengkritisi metodologi yang digunakan al-Albani dalammenentukan autentisitas hadis. Dalam metodologinya al-Albani hanya menganalisis sanad dengan menggunakaninformasi dari berbagai kitab biografi yang sudah ada.Caranya dengan mengecek terminologi sanad yang digunakanperawi seperti: ‘an, sami‘a, haddathanâ dan akhbaranâ. Padahalterminologi yang digunakan Al-Albani untuk mengukurketsiqahan hadis secara mutlak dinilai memiliki banyakkelemahan. Terminologi tidak harus dimaknai sebagai modelperiwayatan yang menetukan ketsiqahan hadis. Karenasesungguhnya para perawi di abad pertama Hijriyah tidak

secara sengaja dan sadar menggunakan beragam terminologitersebut sebagai cara untuk menentukan tingkat sahih dantidaknya sebuah hadis.

Hasan bin Ali al-Saqqaf juga mendapat kritikan daripenulis disertasi ini. Karena dalam memberikan penilaiansahih terhadap hadis, Hasan bin Ali al-Saqqaf hanyaberdasarkan pendapat perawi tertentu saja. Ia tidakmembandingkan dengan pendapat perawi lainnya. Metode Hasanbin Ali al-Saqqaf ini pun sendirinya akan mudahtermentahkan misalnya ketika ia mengatakan bahwa semuaperawi dalam sanad Bukhari dan Muslim thiqah sementarakenyataannya bahwa riwayat Hasan al-Basri yang terdapatdalam sahih Bukhari dengan 17 riwayat dan 8 riwayatlainnya terdapat dalam sahih Muslim adalah berstatus d}aif.

BAB IV

Pada bagian ini penulis disertasi memaparkan tentangpara sarjana barat non muslim yang nemiliki pendekatanhadis mendukung pendapat para sarjana muslim, jugapendapat sarjana muslim yang akrab dengan para sarjanabarat namun tetap mendukung dan membela hadis. Pendekatanyang dilakukan Sezgin dan Nabia Abott terhadap hadis-hadisRasulullah saw dikatakan cukup unik. Sebagai seorang nonmuslim tetapi metodologi dan kesimpulannya sama dengansarjana muslim. Sezgin dan Abott mendukung telah adanyaaktivitas tulis-menulis di kalangan orang Arab bahkansebelum Islam datang dan pastinya mengakui adanyaaktivitas tulis-menulis hadis di masa Rasul saw. Mengenaikepercayaan sanad, Sezgin menyatakan agar menggunakansumber pertama literatur Islam, mengabaikan prasangkabahwa sistem sanad baru muncul belakangan sertamenghilangkan prasangka bahwa nama-nama perawi dalam sanadhadis merupakan sebuah rekayasa.

Azami merupakan tokoh yang akrab dengan sarjana baratnamun tetap mengakui autentisitas hadis. Ia membantahteori Common Link menurutnya penulisan hadis telahdilakukan sejak masa awal Islam, banyak sahabat yang

melakukan penulisan hadis. Al-A'zami juga dapatmenunjukkan beberapa hadis dalam kutub al-sittah yangmemiliki jalur mutawatir, dalam setiap generasi denganlokasi yang berbeda.

BAB VPenulis disertasi ini menjelaskan bahwa Cook

berpendapat penciptaan jalur sanad membawa kepadamunculnya seorang Common Link. Common Link merupakanrekayasa. Karena itu munculnya seorang Common Link tidakmenjadi satu titik sejarah yang pasti tentang periwayatansebuah hadis. Cook meragukan tidak hanya riwayat yangberjalur tunggal (ahad) tetapi ia juga meragukan riwayatyang didukung oleh Common Link.

Fenomena Common Link dalam pandanganCalder pun tidak berbeda daripada Cook. Common Linkmenurutnya merupakan hasil kompetisi di antarabeberapa kelompok pada masa paruh abad ketigahijriah. Ketika sebuah matan telah diterima olehsuatu kelompok selanjutnya akan lebih mudah untukmerekayasa dan menyusun sebuah sanad. Berbeda denganSchacht yang menganggap Common Link sebagai pemalsumatan, Calder menyatakan perselisihan terjadi padapertengahan abad ketiga hijriah karena itu pada masaini semua isnad hadis itu diciptakan.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Juynboll. Iatidak langsung menerima sebuah hadis dan menyatakannyaberasal dari Nabi saw hanya karena hadis tersebut terdapatdalam Kutub al-Sittah. Juynboll menanggapi apa yangdiinformasikan sebagai hadis dengan senantiasa memunculkan3 buah pertanyaan, dimana? Kapan? Dan oleh siapa hadistersebut disebar luaskan? Pada akhirnya kesimpulanJuynboll menyatakan bahwa karakter umum sanad berjalurtunggal adalah pada perawi ketiga, keempat ataupun kelimasebelum Nabi saw. Kemudian menyebar ke berbagai jalur yangberbeda hingga masuk ke dalam beberapa kitab hadis.Menurut Juynboll hanya riwayat Common Link yang didukungoleh beberapa riwayat partial Common Link (murid CommonLink) saja yang bisa diterima secara historis sementera

riwayat yang diving atau berjalur tunggal harus ditolak.Karena menurutnya tidak mungkin informasi hadis hanyadisampaikan melalui jalur tunggal. Jika informasi tersebuthistoris seharusnya sudah menyebar sejak generasisahabat. Fenomena lain yang dimunculkan oleh Juynbolladalah mengenai kelahiran sanad. Sistem sanad muncul di67-73 H, setelah adanya permusuhan antara al-Zubair danUmayyah. Menurut Juynboll cukup dengan mengambil beberapanama histori dapat melahirkan sebuah sanad selanjutnyamenyandarkannya kepada Rasulullah saw.

Menanggapi berbagai teori barat mengenai Common Link,penulis disertasi ini mengungkapkan bahwa tidak sepertiapa yang dilakukan oleh para sarjana muslim, penekananpenelitian hadis di Barat adalah dengan cara melakukanpenanggalan (dating) atas sebuah hadis serta meneliti asal-usul atau sumbernya. Akan tetapi mereka lupa bahwapenanggalan hadis tidak hanya bersifat hayalan imajinasisemata, periwayatan dengan menggunakan jalur tunggalsesungguhnya terjadi sebagai akibat pengumpulan hadissecara individual oleh para mukharrij.

Argumentum e silentio menganut sebuah teori bahwasetiap riwayat memiliki ciri-ciri tertentu. Misalnyaketika menerima riwayat dari Ibn Juraij diasumsi bahwapastilah ia bersumber dari salah satu dari ketiga gurunyaAbu Razaq, Rauf ataupun Hisyam. Karena umumnya sanad IbnJuraij bersumber pada tiga gurunya tersebut. Ketika IbnJuraij tidak meriwayatkan dari Abu Razaq, Rauf ataupunHisyam berarti tidak ada riwayat dari Ibn Juraij.Argumentum e silentio dianggap sebagai teori yangberbahaya dan meyesatkan. Karena kenyataannya riwayathadis abad ketiga Hijriah beragam dan terpencar-pencar.

BAB VI

Pada disertasi ini mulai dari bab keenam penulismelakukaan pengujian hadis dengan menggunakan metode parasarjana muslim dan barat, yang teorinya telah dijelaskanpada bab-bab sebelumnya. Sebagai sampel digunakan hadis-hadis yang bertemakan shaum. Terdapat dua jalur

periwayatan yaitu pertama: jalur Adam-Syu'bah-Muhammad ibnZiyad- Abu Hurairah. Kedua: jalur Abu Nu'aim-al-A'masyi-Abu Shalih-Abu Hurairah. Adapun metode kritik yangdigunakan sarjana muslim adalah menggunakan kritik sanaddan kritik matan.

Kesimpulan mengenai kualitas sanad hadis bertemakanshaum ini adalah adalah dengan menggambarkan tentangrelibilitas perawinya thiqah, hujjah, dan faqih. Adapunmengenai kualitas matan hadis tentang shaum apabiladisandarkan kepada kualitas sanadnya ialah sahih. Jugatidak terdapatnya kontroversi di antara matan hadis setemalainnya sehingga hadis shaum riwayat Adam-Syu'bah-Muhammadibn Ziyad- Abu Hurairah dan Abu Nu'aim-al-A'masyi-AbuShalih-Abu Hurairah dinyatakan berkualitas sahih.

BAB VII

Penulis disertasi melakukan praktek pengujianmetodologi dari para sarjana barat selanjutnya pada babini, dengan menggunakan metode Juynboll. Langkah awal yangsenantiasa dilakukan oleh Juynboll dalam setiappenelitiannya adalah menentukan siapa yang layak disebutsebagai Common Link. Juynboll menganalisa secara luasjalur-jalur sanad yang ada. Hadis tentang shaum yangdiambilnya sebagai contoh untuk diteliti, diriwayatkantidak kurang dari dua belas sahabat. Abu Hurairah, AbuSaid, Ibn Mas'ud, Jabir bin Abdullah, Aishah, Uthman binAbi al-Ath, Ali bin Abi T}alib, Ibn Abbas, Ubaid bin Umar,al-Haris al-Asy'ari, Abu Dzar dan Handhalah.

Adapun menurut jalur sanad Abu Hurairah, ia telahmeneruskan riwayatnya kepada tidak kurang dari delapanbelas orang tabi'in. Abu Salih, Abu Musayyab, al-A'raj,Muhammad bin Ziyad, Said bin Mina, Said al-Maqburi, Hammambin al-Munabih, Dawud bin Faharij, Ibn Sirrin, Musa binYasar, Abu Salamah, Jabir, Ajlan, Qais bin Abi Hazim,Mujahid bin Jabr, al-Hasan, Abd al-Rahman bin Ya'qub danJabir bin Zaid. Lebih khusus dalam kesempatan penelitianini, hanya diambil empat jalur saja, yaitu: Abu Salih, IbnMusayyab, Ibn Ziyad dan Ibn Sirrin.

Sebagai hasil pengamatan Juynboll disimpulkannyabahwa Abu Hurairah sebagai seorang Common Link danmenganggap jalur-jalur periwayatan hadis berikutnyasebagai jalur tunggal (Single Strand) yang historisasinyasangat meragukan.

BAB VIII

Metode Isnad Cum Matan ialah membandingkan berbagaiversi teks matan hadis dengan satu sanad. Sepertinyametode ini yang dipilih oleh penulis disertasi sebagaialternatif metodologi penelitian hadis yang paling tepatdibandingkan berbagai metodologi yang telah dijelaskan dandiujinya di bab-bab sebemumnya dalam disertasi ini. Kaedahanalisis Isnad Cum Matan menggunakan banyak versi riwayatdari periwayat yang sama. Hal ini bisa saja terjaditerutama pada abad pertama dan paruh pertama abad keduaHijriyah. Selanjutnya mulai dari paruh kedua abad keduaHijriyah periwayatan tertulis menjadi lebih umum dansulit. Pada saat yang sama kualitas periwayatan meningkat,dan perbedaan varian dari orang yang sama menjadiberkurang. Hal ini tidak berarti bahwa riwayat yang datangkemudian lebih akurat. Perbedaan-perbedaan dapat jugamenunjukkan bahwa periwayatan yang sesungguhnya beradapada tahap belakangan. Namun identitas teks pada tahapbelakangan tidak berarti bahwa teks-teks tersebut disalindari satu teks dengan teks lainnya.

Dalam penelitiannya penulis disertasi mengetengahkan163 versi hadis tentang puasa melalui 39 sumber. Terdapatdua jalur utama periwayatan hadis yang berasal dari AbuHurairah. Dalam penelitiannya digunakan hadis riwayat AbuHurairah dan riwayat 'Ajlan serta Ibn Abi Dzi'b. Hasilpenelitian menyimpulkan bahwa metode isnad cum matan tidakdapat diterapkan secara tepat. Dalam riwayat Ah}mad binH}anbal misalnya ada 31 versi hadis tidak identik satudengan lainnya. Konsekuensinya 31 riwayat Ibn Hanbaltersebut harus dapat diterima dan dipercaya. Karena secaralogika akan lebih tidak mungkin apabila Ibn Hanbal sengajamemalsukan matan dan meletakkannya dalam 31 sanad yangberbeda. Kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil akhir

penelitian berbeda dari kesimpulan para sarjana Muslimumumnya dan juga sarjana Barat. Juynboll memandang bahwahadis-hadis tentang puasa telah dipalsukan pada masa al-A’masy (w 148 H) atau di abad kedua Hijriah. Analisispenulis disertasi justru menunjukkan bahwa hadis-hadistersebut berasal dari masa Abu Hurairah yang meninggalpada 58 H atau di abad pertama Hijriah. Ini berarti bahwahadis sahih dapat menjadi sumber autentik sejarah Islam.Kamaruddin, penulis disertasi ini berhasil mempertegasperlunya mengkaji hadis dari aspek sanad dan matansekaligus.

BAB IXKesimpulan

Kesimpulan akhir penelitian yang ditegaskan olehpenulis disertasi ini ialah bahwa hadis yang telahdinyatakan sahih dapat dijadikan sebagai sumber autentiksejarah Islam. Sehingga untuk sampai kepada penilaiankesahihannya, pengkajian hadis dari aspek sanad dan matansekaligus mutlak, tetap dan senantiasa diperlukan.

II. KRITIK DISERTASISebuah penelitian ilmiah seharusnya memiliki langkah-

langkah penelitian sebagai berikut yaitu: pertamamengidentifikasi masalah, memilih dan merumuskan masalah,kedua menyusun kerangka pemikiran, ketiga merumuskanhipotesis, keempat menguji hipotesis secara empirik,kelima melakukan pembahasan dan keenam menarik kesimpulan.?

? Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif([t.p]: Universitas Pendidikan Indonesi, 2010), 20.Bandingkan Sugiono, Statistika untuk Penelitian (Bandung, Alfabeda,2010), 1. Muhammad Mumtaz Ali, Conceptual and Methodologi Issues inIslamic Research: A Few Milestones (Kuala Lumpur: Dewan BahasadanPustaka, 1996) 107 .Bandingkan Atho Mudzhar, Pendekatan StudiIslam Dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),67. Lihat juga Sekolah Pascasarjana UIN Syarif HidayatullahJakarta, Pedoman Akademik, (Jakarta: Sps UIN SyarifHidayatullah, 209), 68. ? Fatonah, Tekhnik Membuat Judul Penelitian([t.t.p]: Januari 2013, [t.p]), 4,fatonahakhbarini.com/2013/tekhnikmembuatjudulpenelitian, Lexy. J.

Disertasi ini merupakan sebuah karya ilmiah berskalainternasional yang sangat penting bagi para pengkaji danpencinta hadis. Akan tetapi sangat disayangkan padabeberapa bagian terdapat banyak kekurangan yang seharusnyatidak terjadi dalam sebuah penelitian ilmiah. Dalamdisertasi ini tidak ditemukan langkah-langkah penelitiansebagaimana mestinya. Pada bagian pendahuluan tidak adarumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran.Setelah mengungkap latar belakang masalah dan mengulassistematika pembahasan, disertasi ini langsung melakukanpembahasan dan mengakhirinya dengan sebuah kesimpulan.

Pada bagian pembahasan disertasi ini pun memilikikelemahan yaitu adanya pelebaran dan perluasan pembahasandengan penyajian beberapa hal yang kurang terkait tetapiikut dibahas dan dibicarakan secara khusus dalamdisertasi. Akibatnya pembahasan menjadi panjang lebar dansulit dipahami utamanya bagi mereka yang baru mempelajariilmu hadis.

Berikut akan diuraikan satu per satu bagian-bagianyang dianggap lemah dalam disertasi ini beserta alternatifperbaikan yang ditawarkan.

A. Bagian Pendahuluan1. Judul Penelitian

Meskipun sebuah judul senantiasa dicantumkan padabagian paling awal setiap penelitian, bukan berartipenelitian berangkat dari sebuah judul. Bahkan dalamproses sebuah penelitian kualitatif, judul penelitiandapat saja dibuat setelah penelitian selesai. Kekeliruanyang sering terjadi khususnya di beberapa peneliti pemulaadalah menjadikan suatu permasalahan berasal dari judul.Padahal kenyataannya justru terbalik bahwa judul bisadiambil dari permasalahan yang sudah ada. Secara sederhanapola pikir pembuatan sebuah judul dapat dilihat sebagaiberikut: Masalah -- Identifikasi Masalah --- BatasanMasalah -- Judul1

Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), 93 ? Fatonah, fatonahakhbarini.com

1/2013/tekhnikmembuatjudulpenelitian.Bandingkan dengan Yvonna S.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketikahendak merumuskan sebuah judul penelitian. Pertama: judulpenelitian harus netral. Sebab pada dasarnya kegiatanmeneliti merupakan perwujudan sebuah keinginan untukmengetahui data atau gejala sebagaimana adanya. Karena itujudul penelitian harus bersifat netral, tidak dipengaruhioleh unsur-unsur subjektifitas. Kedua: teks judul harusbersifat sederhana dan spesifik. Untuk sebuah penelitianharus ada pembatasan masalah dengan memperkecil jumlahvariabel dan juga jumlah subjek penelitian. Mempersempitruang lingkup wilayah penelitian, menggunakan instrumendengan memilih metode pengumpulan data yang lebihsederhana. Menganalisa data dengan teknik yang tepat gunadan juga menyusun laporan sesingkat mungkin.2

Judul sebuah penelitian seharusnya berisikan pertama:teks pengantar, kedua: variabel pokok yang merupakan objekpenelitian, ketiga: subjek penelitian, tempat diperolehnyadata variabel penelitian, keempat: lokasi atau tempatdilaksanaan penelitian, kelima: waktu, kapan datapenelitian tersebut diambil atau kapan waktudilaksanakannya penelitian.3 Hal lain yang tidak kalah pentingnya untukdiperhatikan ketika menetapkan topik atau judul penelitianyang berkaitan dengan pribadi peneliti ialah pertama:menmenyesuaikan judul dengan basic interest/ kesukaanpeneliti. Kedua: sesuaikan pula dengan kemampuan peneliti.Ketiga: simulasikan hasil judul penelitian dengankebutuhan masyarakat. Keempat: mencari referensi yangmendukung penelitian.4

Lincoln dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry (Beverly Hills:SagePublication, 1985) , 226.

2 Fatonah,fatonahakhbarini.com/2013/tekhnikmembuatjudulpenelitian. Bandingkan Moh.Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 60

3 Syahid, Tips Cara Menentukan JudulPenelitian (Surabaya:Perpustakaan Universitas Kristen Petra, 2007), 2,[email protected]. Bandingkan Abudin Nata, Metodologi StudiIslam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 190-194.

4 Lolly Ball, Cara Membuat Rumusan Masalah yang Baik danBenar (t.tp: Zona Karya Ilmiah, Makalah dan Papers, 2014), 2,

Adapun judul disertasi yang menjadi objek criticalreview adalah Menguji Kembali Keakuratan Metode KritikHadis, secara umum judul ini telah memenhi keriteria danstandarisasi pembuatan sebuah judul penelitian. Hanya sajaada sedikit saran untuk perubahan judul penelitian karenamenurut reviewer bahwa judul yang ada kurang menggambarkanobjek penelitian. 2.Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap diantara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukansangat penting. Tanpa perumusan masalah suatu kegiatanpenelitian akan menjadi sia-sia bahkan tidak akanmembuahkan hasil apapun.5 Karena di antara berbagai fungsiperumusan masalah ialah: pertama, sebagai penyebab yangmelatar belakangi dilakukannya kegiatan penelitian. Kedua,sebagai pedoman penentu arah atau fokus suatu penelitian.Ketiga, sebagai penentu jenis data yang diperlukan untukbahan penelitian dan keempat, mempermudah dalam menentukanpopulasi dan sampel penelitian.6

Ada tiga buah pertanyaan besar yang dituliskan padabagian pendahuluan disertasi ini serta banyak lagipertanyaan lainnya dituliskan pula di antara statemendalam bab-bab yang ada. Namun pertanyaan-pertanyaantersebut merupakan pertanyaan yang menuntun untuk mengujikembali metodologi para kritikus hadis dalam menentukanautentisitas hadis, mendiskusikan kontribusi sertametodologi sarjana barat dalam melakukan rekonstruksisejarah periwayatan hadis. Pertanyaan yang dibuat padalatar belakang masalah bukanlah pertanyaan dari sebuah

http://lollyball.myap.com. Bandingkan Emil Ya'qub, Kayfa TaktubuBah}th (Lebanon:Jarrous Press,[t.th.]), 57. Atho Mudzhar,Penjelasan disampaikan dalam mata kuliah PMSI, (Jakarta: SPSUIN Syarif Hidayatullah, Rabu 12 Nopember 2014.

5 Lolly Ball, Cara Membuat Rumusan Masalah yang Baik danBenar, 5. Mely. G. Tan, Masalah Perencanaan Penelitian dalamKoentjaranigrat: Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:Gramedia, 1983), 27

6 Arikuntu, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi ke-5, 11

rumusan masalah yang hendak ditelusuri dan dicarijawabannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakanpertanyaan yang justru melatar belakangi lahirnya sebuahpenelitian. Dengan kata lain disertasi ini tidak membuatrumusan masalah sama sekali.

3.Tujuan PenelitianTujuan penelitian ialah rumusan kalimat yang

menunjukkan adanya hasil atau sesuatu yang diperolehsetelah berakhirnya penelitian. Perumusan tujuanpenelitian mengungkapkan keinginan peneliti untukmendapatkan suatu jawaban atas permasalahan penelitian.Karena itu rumusan tujuan penelitian harus relevan denganrumusan masalah serta dapat mencerminkan prosespenelitian. Tujuan penelitian memiliki fungsi: pertamauntuk mendeskripsikan berbagai fenomena alamiah. Keduauntuk menerangkan adanya hubungan antara berbagaikejadian. Ketiga untuk memecahkan berbagai permasalahandalam kehidupan sehari-hari. Keempat untuk memperlihatkanadanya efek tertentu yang berhasil ditemukan dalam sebuahpenelitian.7

Amat disayangkan sebagaimana ketika disertasi initidak mengungkap rumusan masalah, disertasi ini pun tidakmenuliskan tujuan penelitian yang akan dicapai. Padahalseharusnya tujuan penelitian diungkapkan secara spesifik.8

3. Sistematika PembahasanSistematika pembahasan dalam sebuah penelitian pada

dasarnya diperlukan untuk jenis penelitian kepustakaan.Jenis penelitian lain kurang begitu memerlukan aspek inikarena substansi, judul bab dan sub bab penelitian

7 Lex.J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2006), 94. Moh. Nazir, Metode Penelitian,60. Abudin Nata, Metodologi Studi Islam ,194.

8 Andri Setiawan, Sistematika Pembahasan Penelitian, jum'at26 September 2014,andrisetiawan.com/26092014/sistematikapembahasanpenelitian/html. Bandingkan Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 93.Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian suatu Pemikiran danPenerapan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 14

biasanya bernuansa sama.9 Sub bab ini diberi namasistematika pembahasan karena menjelaskan struktur isipembahasan atau kajian sebuah penelitian dan bukanmenjelaskan struktur yang terkait penulisan.10 Sistematikapenulisan menjelaskan tentang isi utama kajian penelitian(batang tubuh), yaitu bab pertama sampai dengan babterakhir.

Deskripsi tentang sistematika pembahasan tidak samadengan daftar isi. Jika daftar isi diuraikan denganmenggunakan poin-poin yang berupa angka atau hurufsementara sistematika pembahasan diuraikan secara naratifyaitu uraian dengan menguraikan kata-kata atau lafal yangmembentuk kalimat. Penjelasan sistematika pembahasan tidakcukup hanya denagn menuliskan poin-poin bab dan sub babsaja tetapi harus disertai dengan pemberian alasan danurutan logis mengapa sub bab itu perlu dibahas pada babtersebut.

Dalam disertasi yang berjenis penelitian kepustakaanini khusus pada bab pertama sebagai pendahuluan, tidak adasub bab judul apapun yang dibuat atau disebutkan di bagianpendahuluan. Satu-satunya sub bab yang ada selain latarbelakang masalah ialah sub bab sistematika pembahasan yangdijelaskan pada bagian akhir pendahuluan, tetapi sub babini tidak diberikan judul secara khusus. Selain itusistematika pembahasan yang disajikan lebih menyerupaidaftar isi, dimana tidak dijelaskan alasan mengenaipenulisan poin-poin dan bab-bab serta urutan danurgensinya bagi penelitian.

Keberadaan bab pertama sebagai pendahuluan dan babterakhir sebagai penutup yang menjelaskan kesimpulanpenelitian tetapi tidak disebutkan secara khusus dalamsistematika pembahasan membawa kepada satu pemahaman bahwapenulis disertasi ini tidak menganggapnya sebagai bagian

9 A. Setiawan,andrisetiawan.com/26092014/sistematikapembahasanpenelitian/html. Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 93.

10 Tamara A Susetyo-Salim, Metode dan Metodologi Penelitian(tp: ,Buku Daras, 19 Oktober 2008), 3. Bandingkan Sugiono,Statistika untuk Penelitian, 2. Muhammad Mumtaz Ali, Conceptual andMethodologi Issues in Islamic Research: A Few Milestones,108.

inti pembahasan. Sekedar pengantar dan penutup kajiansehingga tidak perlu disebutkan dan dijelaskan secarakhusus pada sistematika pembahasan. Atau bisa jadidisebabkan adanya perbedaan sistem penulisan diRheinischen Friedrich Wilhelms, Universitas Bonn Jermansecara khusus.

B. Metode/ Metodologi PenelitianMetode/ metodologi ialah sekumpulan prosedur,

peraturan dan kegiatan yang digunakan oleh pelaku suatudisiplin. Metodologi juga merupakan analisis teoritismengenai suatu cara. Sedangkan penelitian merupakan suatupenyelidikan sistematis untuk meningkatkan sejumlahpengetahuan, juga merupakan usaha sistematis danterorganisir untuk menyelidiki masalah tertentu yangmemerlukan jawaban.11

Hakekat suatu penelitian dapat dipahami dengan caramempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitimelakukan penelitian. Secara umum motivasi dan tujuanpenelitian adalah sama. Penelitian merupakan refleksi darikeinginan manusia yang selalu berupaya untuk mengetahuisesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkanpengetahuan sesungguhnya merupakan kebutuhan dasar manusiayang pada umumnya menjadi motivasi untuk melakukanpenelitian.12 Tetapi secara khusus karena dipengaruhi olehtujuan dan profesi masing-masing menjadikan setiap orangmempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam melakukanpenelitian.

Begitu pentingnya keberadaan sebuah metodologipenelitian tetapi sayangnya disertasi ini juga tidakmenjelaskan metodologi yang dipergunakan sebagai langkah-langkah penelitian.

11 Tamara A Susetyo-Salim, Metode dan Metodologi Penelitian3. Moh. Nazir, Metode Penelitian, 62. Abudin Nata, Metodologi StudiIslam, 195.

12 Tamara A Susetyo-Salim, Metode dan Metodologi Penelitian,4. Bandingkan Muhammad Mumtaz Ali, Conceptual and MethodologiIssues in Islamic Research: A Few Milestones, 108. Soejono danAbdurrahman, Metode Penelitian suatu Pemikiran dan Penerapan, 15.

C. Out Line/ Pembahasan Pembahasan disertasi ini terkesan terlalu panjang

lebar misalnya pada bab kedua ketika menjelaskan tentangmetodologi kritik hadis para ahli hadis klasik. Padapembahasan ini turut dijelaskan pula historisasi hadisahad dan mutawatir serta 'adalah para sahabat bahkanpenyajiannya diuraikan dalam satu sub bab secara khusus.Padahal sesungguhnya pokok-pokok bahasan tersebut tidakterkait secara langsung pada pokok bahasan bab kedua.Demikian pula yang terjadi pada bab kedelapan khususnya dibagian sub bab B (hadis riwayat sahabat-sahabat dantabi'in-tabi'in yang lain). Pada sub bab ini terlalubanyak mengambil dan menjelaskan sampel penelitian.

Selain itu pembahasan penelitian juga terkesan kurangsistematis misalnya pada bab ketiga mencampur baurkanantara teori dan praktek pengujian metodologi autentisitashadis. Sementara pada bab keempat dan kelima masihmelanjutkan pembahasan tentang metodologi autentisitashadis beberapa ulama yang memang belum dibahas. Kemudianpada bab keenam sampai kedelapan dilanjutkan denganmenverifikasi kembali. Padahal secara umum penelitiandisertasi ini dibagi menjadi dua bagian besar. Pada bagianawal penelitian menjelaskan tentang teori-teori yangdipergunakan ulama dalam mensahihkan sebuah hadis.Selanjutnya pada bagian kedua menguji metodologi kasahihantersebut dengan mengambil beberapa sampel hadis yang sama.

Penjelasan yang terlalu melebar dan kurang sistematismenjadikan disertasi ini sulit dipahami utamanya bagimereka yang baru mempelajari ilmu hadis. Sebagai gambaranpembahasan disertasi ini dapat dilihat dari outlinesebagai berikut:

Bab Pertama : Pendahuluan

Bab Kedua : Metodologi Para Ahli Hadis Klasik. A. Kriteria hadis sahih menurut kesarjanaan

muslim. B. Historisasi hadis-hadis ahad. C. Historisasi hadis-hadis mutawatir.

D. 'Adalah para sahabat. E. Kritik matan.

Bab Ketiga : Hadis dan Kesarjanaan Muslim Modern. A. Metode Nashiruddin al-Albani dalam Menentukan

Autentisitas Hadis. 1. Hadis yang dinyatakan lemah oleh al-Albani. 2. Implikasi metodologi al-Albani. 3. Analisis hadis La> tadzabahu> illa musinnatan

menurut metode ulamatradisional.

4. Analisis hadis La> tadzabahu> illa musinnatanmenurut metodesarjana muslim.

5. Kesimpulan 6. Apendiks: Sanad Abu az-Zubair-Jabir dalam

Shahih Muslim. B. Metode Hasan bin Ali al-Saqqaf dalam Menentukan

Autentisitas Hadis. 1. Perbandingan metode as-Saqqaf dan metode

Albani. 2. Apendiks: riwayat al-Hasan al-Bashri dalam

kutub al-sittah.

Bab Keempat : Polemik Wacana Kesarjanaan Hadis NonMuslim A. Fuad Sezgin. B. Muhammad Mustafa Azami

Bab Kelima : Pendekatan Sarjana Non Muslim terhadapLiterartur Hadis. A. Teori Common Link dan Single Strand. B. Sarjana Non Muslim Barat dan Argumentum eSilentio.

Bab Keenam : Meneliti Hadis Shaum dengan Metode KritikHadis Muslim. A. Adam-Syu'bah-Muhammad ibn Ziyad- AbuHurairah

B. Abu Nu'aim-al-A'masyi-Abu Shalih-AbuHurairah.

Bab Ketujuh : Penelitian Hadis Shaum dengan MetodeAnalisis Isnad Terbaru

Juynboll. A. Hadis Abu Shalih. B. Hadis Ibnu Musayyab. C. Hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad binZuhri. D. Hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad binSirin.

Bab Kedelapan : Penanggalan Hadis dengan MetodePendekatan Isnad Cum Matan. A. Hadis Abu Hurairah.

1. Hadis-hadis dengan Primary Partial CommonLink (PCL utama) dalam isnad. 2. Hadis-hadis dengan Secondary PartialCommon Link dalam isnad. 3. Riwayat-riwayat dengan Tertiary CommonLink dalam isnad.

4. Riwayat-riwayat yanghanya direkam oleh isnad-isnad yang

berjalur tunggal. B. Hadis Sahabat-Sahabat dan Tabi'in-Tabi'inyang Lain. 1. Hadis Abu Sa'id al-Khudry. 2. Hadis Ibnu Mas'ud. 3. Hadis Jabir bin Abdullah. 4. Hadis Ali bin Abi Thalib. 5. Hadis Ibnu Abbas. 6. Hadis Ubaid bin Umair. 7. Hadis Aisyah. 8. Hadis Usman bin Abi al-Ash dan Muadzbin Jabal. 9. Hadis al-Haris al-Asy'ari. 10. Hadis Abu Dzar. C. Kesimpulan

1. Penelitian hadis yang isnadnyakembali kepada Abu

Hurairah. 2. Hadis-hadis yang tidak disandarkankepada Abu Hurairah tetapi kepada sahabat lain atautabiin lain. 3. Kesimpulan akhir tentang hadis puasa.

Bab Kesembilan : Kesimpulan

III. ALTERNATIF YANG DITAWARKANA. Bagian Pendahuluan1. Judul Penelitan :

Pada pembahasan kritik judul dijelaskan bahwa judulpenelitian disertasi ini sesungguhnya telah memenuhisyarat dan standarisasi pembuatan sebuah judul penelitian.Hanya saja sedikit kelemahan yang terlihat di dalam judulialah kurang tergambarnya objek penelitian secara khusus.Sebagai alternatif judul yang ditawarkan adalah KritikTerhadap Kriteria Kesahihan Hadis Para Ulama Hadis Dunia.Kata Dunia yang disebutkan secara khusus di dalam judulpenelitian sepertinya lebih memberikan gambaran objek ataulebih tepatnya siapa saja tokoh yang dikritisimetodologinya dalam penelitian yaitu tidak hanya parakritikus hadis muslim tetapi juga kritikus barat (nonmuslim) di seluruh penjuru dunia. Kata dunia jugadimaksudkan menggambarkan tidak adanya batasan waktupenelitian. Karena memang penelitian ini menguji semuametode yang pernah ada dan diterapkan sejak masa awalIslam dimana pertama kali hadis diriwayatkan hingga saatini.

Metodologi kesahihan hadis ulama dunia yang dikenaldan berpengaruh cukup besar dalam perkembangan ilmu kritikhadis tidak terlalu banyak dan bisa diverifikasikesemuanya secara sekaligus dalam satu buah penelitian.Sebut saja kelompok sarjana muslim klasik bisa diwakilkandengan kelompok jumhur ulama karena memang teori limasyarat hadis sahih sepertinya hampir disepakati olehseluruh sarjana muslim dunia dari dahulu hingga saat ini.

Perbandingan dengan metodologi Nashiruddin al-Albani danHasan bin Ali al-Saqaf yang berasal dari kelompok muslimmodern dilakukan karena memang kedua tokoh inilah yangmemiliki metodologi agak berbeda dari ulama klasik. Sertaadanya tokoh M.M. A'zami sebagai salah seorang sarjanamuslim pembela dan penengah antara metodologi sarjanamuslim klasik dan modern.

Adapun penjelasan tentang metodologi para sarjanabarat non muslim bisa diambil beberapa teori yang dikenaldunia seperti metodologi Fuad Sezqin, teori Common Link danSingle Strand, Argumentum e Silentio serta Isnad Cum Matan sebagaimanayang telah dijelaskan dalam disertasi. 1. Rumusan Masalah

Sebuah alternatif pertanyaan penelitian yang bisadigunakan sebagai rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana metode kritik hadis sarjana muslim danbarat (non muslim) dalam menguji keakuratan sebuahhadis?

2. Tujuan PenelitianSejalan dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian

alternatif ialah : 1. untuk mengetahui bagaimana metode kritik hadis

sarjana muslim dan barat (non muslim) dalam mengujikeakuratan sebuah hadis?

3. Sistematika PembahasanAlternatif sistematika pembahasan yang ditawarkan untukdisertasi ini adalah: Bab Pertama sebagai pendahuluanyang menjelaskan tentang latar belakang masalah danrumusan masalah. Bagian ini menggambarkan tentang berbagaipersoalan penting yang terjadi pada literatur hadismanakala pelaksanaan kodifikasi hadis terjadi jauh lebihbelakangan dari periwayatannya. Hal ini menimbulkanberbagai pertanyaan yang dirumuskan dalam suatu rumusanmasalah. Tujuan dan kegunaan penelitian dijadikan pijakanawal untuk melakukan analisa pokok permasalahan yang akanditeliti. Sedangkan tinjauan penelitian terdahulu yangrelevan bermanfaat untuk menempatkan posisi penelitian iniberbeda dari penelitian sebelumnya. Adapun metodologi

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahpenggabungan tiga metode penelitian sekaligus yaitu metodepenelitian Historis (merekonstruksi), metode penelitianDeskripsi (mendeskripsikan) dan metode penelitianVerifikasi (pengujian). Pemilihan dan penggabungan tigametode tersebut dilakukan karena memang penelitian inimengandung ketiga unsur tersebut. Ketika mengulasmetodologi para sarjana muslim klasik dan modern sertametodologi sarjana barat (non muslim) dari masa awal Islamsampai saat ini maka diperlukan metode historis(merekonstruksi). Selanjutnya dilengkapi dengan metodeDeskripsi untuk menggambarkan secara utuh berbagai metodeyang telah dibahas. Penggunaan metode Verifikasi yangmenguji sisi positif dan negatif kesemua metodologi yangada merupakan metode yang membantu menuju inti pokokpenelitian yaitu menguji kembali keakuratan metode kritikhadis seluruh ulama dunia dari masa awal Islam sampaisekarang. Sistematika penulisan dibuat untuk menggambarkansecara menyeluruh keterkaitan antara satu bab dengan bablainnya. Bab kedua membahas tentang kriteria hadis sahih menurutkesarjanaan muslim. Mengkaji metodologi para ahli hadisklasik dan modern dalam satu bab pembahasan. Pembahasanini dimaksudkan guna memberikan gambaran dasar beberapateori dari para sarjana muslim pada masa awal Islambagaimana mereka membahas tentang kriteria hadis sahih danjuga kritik matan. Selanjutnya menjelaskan metode yangdigunakan sarjana muslim modern dalam menentukanautentisitas hadis. Mengkaji sejauh mana metode tersebutberbeda dari metode kesarjanaan Islam klasik. Selain itujuga melihat konsistensi dalam metodologi dan konsekuensiapa yang akan timbul bila metode tersebut diaplikasikan.Pembahasan mengenai metodologi kritik hadis para sarjanamuslim klasik dilakukan pada bab kedua karena memangmetode ini yang pertama kali diterapkan dan menjadipegangan kaum muslimin ketika mensahihkan sebuah hadis.Pembahasan metodologi kritik hadis oleh sarjana muslimmodern setelah membahas metode klasik dalam satu babdimaksudkan sebagai perbandingan sudut pandang di kalangan

intern muslim sendiri yaitu antara muslim masa klasik danmodern. Bab Ketiga membahas pendekatan para sarjana barat nonmuslim terhadap literatur hadis melalui konsep Argumentum eSilentio, Common Link dan Single Strand. Keberadaanpembahasan bab ketiga setelah bab kedua dengan menjelaskantentang teori-teori para sarjana barat dalam menilaikesahihan hadis dimaksudkan untuk melihat beberapa hal yangmeragukan dan mengundang protes dari para sarjana baratterhadap teori-teori kesahihan hadis yang hampir disepakatioleh para sarjana muslim klasik dan modern sebelumnya. Bab keempat merupakan studi kasus dengan meneliti hadistentang shaum, adalah inti awal dari penelitian ini.Setelah menjelaskan berbagai teori tentang kesahihan hadismenurut metodologi para sarjana muslim klasik dan modernserta metodologi para sarjana non muslim (barat) sampailahpada tahap pengujian. Pengujian ini dimaksudkan untukmelihat sisi positif dan negatif dari sebuah metodologikritik hadis. Di bagian pengujian ini membahas empat jalurperiwayatan yang terdapat dalam sahih Bukhari gunamembuktikan sejauh mana kitab tersebut memiliki akurasitinggi daripada kitab hadis lainnya. Sama seperti pada babkedua yang khusus membahas teori kritik hadis para sarjanamuslim, maka pada bab keempat ini khusus membahas mengenaipraktek pengujian metodologi kritik hadis para sarjanamuslim.Bab kelima meneliti hadis tentang shaum menurut metodologisarjana barat non muslim, merupakan bagian dari bab intikajian. Membahas secara spesifik metode analisis sanad yangdikembangkan oleh Juynboll dimaksudkan untukmengidentifikasi siapa yang dianggap patut sebagai the realof Common Link tentu saja menurut metodologi Juynboll.Setelah pada bab sebelumnya menguji teori kesahihan hadispara sarjana muslim klasik dan modern dengan menggunakanhadis yang sama yaitu hadis-hadis tentang shaum.Bab keenam yang juga merupakan kajian inti penelitianyaitu mengkaji tentang penerapan metode Isnad Cum Matanpada hadis shaum. Merekonstruksi sejarah periwayatan hadisdengan menggunakan metode Isnad Cum Matan. Pembahasantentang Isnad Cum Matan secara khusus dalam satu bab di

akhir penelitian karena memang pada bagian ini penulisdisertasi ingin membuktikan bahwa hadis meski tidakseluruhnya dapat menjadi sumber autentik sejarah Islam awaltetapi bisa dijadikan hujjah. Kepastian akanautentisitasnya mutlak diperlukan, untuk itu penggunaanmetode kritik hadis yang tepat harus senantiasadiperhatikan. Bab ketujuh sebagai penutup, merupakan akhir dari bab intipenelitian. Menjelaskan kesimpulan dari disertasi danrekomendasi.

B. Metode/ Metodologi PenelitianSetidaknya ada tiga metode penelitian alternatif yang

bisa digunakan dalam penelitian ini, yaitu: pertama metodepenelitian Verifikasi (pengujian) yaitu untuk mengujisejauh mana tujuan penelitian tersebut tercapai, sesuaidengan harapan dan teori yang sudah baku. Tujuan daripenelitian verifikasi ialah untuk menguji teori-teori yangada guna menyusun kembali teori baru dan menciptakanpengetahuan-pengetahuan baru pula. 13

Kedua: metode penelitian Deskriptif (mendeskripsikan)yaitu metode yang digunakan untuk mencari ciri-ciri,unsur-unsur dan sifat-sifat suatu fenomena. Metodepenelitian ini dimulai dengan cara mengumpulkan data,menganalisisa data dan selanjutnya menginterpretasikannya.Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melaluitekhnik survey, studi tentang waktu dan gerak, studikasus, studi komparatif, analisis dokumenter dan analisistingkah-laku.14

Ketiga: metode Historis (merekonstruksi), yaitusuatu metode penelitian yang meneliti sesuatu yang terjadipada masa lampau. Dalam penerapannya metode ini dilakukandengan bentuk studi komparatif-historis, bibliografi dan

13 Tamara A Susetyo-Salim, Metode dan Metodologi Penelitian,5. Bandingkan Muhammad Mumtaz Ali, Conceptual and MethodologiIssues in Islamic Research: A Few Milestones, 108. Abudin Nata, MetodologiStudi Islam, 194.

14 Tamara A Susetyo-Salim, Metode dan Metodologi Penelitian,5. Bandingkan Muhammad Mumtaz Ali, Conceptual and MethodologiIssues in Islamic Research: A Few Milestones, 108.

yuridis. Penelitian historis bertujuan untuk menemukangeneralisasi dan membuat rekonstruksi masa lampau dimulaidengan cara mengumpulkan, mengevaluasi kemudianmemverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti gunamendapatkan kesimpulan yang kuat.15

Disertasi ini bisa meggunakan tiga metode tersebutsecara sekaligus yaitu dengan cara mengkomparasikannya.Misalnya untuk memaparkan bagaimana metode pensahihanhadis ulama di awal Islam serta masa-masa selanjutnya bisadiungkap dengan menggunakan metode rekonstruksi.Selanjutnya untuk menggambarkan ciri-ciri dan fenomenayang terjadi di seputar pensahihan hadis dari masa ke masadengan tokoh dan metode pensahihan mereka masing-masingdapat diungkap melalui metode deskripsi. Terakhir ketikamembuat kesimpulan penelitian melalui metode verifikasidiharapkan mampu menyusun sebuah teori baru danmenciptakan pengetahuan-pengetahuan baru setelah terlebihdahulu melakukan pengujian terhadap teori-teori yang sudahada.

C. Out Line/ Pembahasan Supaya lebih sistematis dan tidak memberi kesan

terlalu panjang lebar serta agar mudah dipahami,alternatif pembahasan yang disarankan adalah: pertama padabab kedua ketika mengurai tentang kriteria hadis sahihmenurut para sarjana muslim dibuat dengan menggabungkanbab kedua dan bab ketiga pada disertasi. Menjadikan duabab tersebut menjadi satu bab saja dengan dua sub bagianpembahsan yaitu pada bagian A membahas metodologi paraulama ahli hadis klasik dalam menetapkan kriteriakesahihan hadis dan pada bagian B membahas tentang teorikesahihan hadis oleh sarjana muslim modern. Teori tentang'adalah para sahabat tidak perlu menjadi satu sub bab khususdalam penelitian. Pembahasan mengenai 'adalah para sahabatbisa dimasukkan pada pembahasan kriteria hadis sahihmenurut kesarjanaan muslim, yaitu ketika menjelaskanperawi 'adil sebagai salah satu kriteria hadis sahih. Jugadalam menjelaskan historisasi hadis ahad dan mutawatir,

15

tidak perlu menjelaskan permasalahan ini secara khususdalam satu bab dan memasukkannya pada bagian bab ini.Karena sesungguhnya historisasi hadis ahad dan mutawatirtidak hanya menjadi permasalahan kritikus hadis klasiksaja tetapi permasalahn ini merupakan persoalan umum yangterjadi dalam pensahihan hadis. Sekiranya mau membahashistorisasi hadis ahad dan mutawatir bisa saja menguraikanpermasalahan ini pada latar belakang masalah.

Adapun mengenai autentisitas hadis dalam pandangansarjana muslim modern pada bagian sub bab nya belum perlumembuktikan kelemahan teori para ulama muslim modernsebagaimana yang dibuat dalam disertasi ini. Cukup denganpenjelasan metodologi Nashiruddin al-Albani, Metode Hasanbin Ali al-Saqqaf dan Muhammad Mustafa Azami. Karenamemang pada tiga bab awal disertasi ini sepertinya hanyamengulas teori-teori pensahihan hadis para sarjana muslimklasik dan modern serta teori para sarjana barat, kemudiansetelah semua teori dibahas baru pada bab selanjutnyaadalah pembuktian dengan praktek pensahihan, mengujiantara metodologi para ulama dengan hadis-hadis Rasulullahsaw.

Pembahsan pada bab ketiga ialah tentang bagaimanapendekatan yang dilakukan oleh para sarjana non muslimterhadap literatur hadis. Menjelaskan Metodologi FuadSezqin, Teori Common Link dan Single Strand serta TeoriArgumentum e Silentio. Pembahasan tentang polemik wacanakesarjanaan Hadis Non Muslim dengan sub bab A. Fuad Sezgindan B. Muhammad Mustafa Azami yang sebelumnya dijelaskansecara khusus pada bab keempat disertasi disarankan untukmembagi dan memasukkannya kepada dua bagian babpenelitian. Metodologi Fuad Sezgin diletakkan pada babketiga menjadi sub bagian bab pendekatan sarjana nonmuslim terhadap literatur hadis. Adapun sub bab yangmembahas metodologi Muhammad Mustafa Azami dimasukkan kedalam pembahasan metodologi kritik hadis muslim modern dibab kedua. Kemudian pada bab keempat merupakan awal dari bagiankedua disertasi ini. Setelah pada bagian awal memaparkanberbagai teori autentisitas hadis para ulama maka padabagian kedua menguji metodologi yang ada dengan hadis-

hadis Rasulullah saw. Pada bab keempat ini pengujiandikhususkan kepada metodologi kritik hadis para sarjanamuslim.

Pada bab kelima praktek uji metodologi dilanjutkandengan menguji teori-teori yang dirumuskan oleh parasarjana barat (non muslim). Dengan hadis-hadis yang samapengujian dilakukan dengan cara menerapkan berbagaipendekatan yang dilakukan oleh sarjana barat (non muslim)seperti metodologi Fuad Sezqin, teori Common Link danSingle Strand serta teori Argumentum e Silentio yang telahdijelaskan pada bab ketiga.

Pada bab keenam merupakan penerapan metode Isnad CumMatan pada hadis shaum. Merekonstruksi sejarah periwayatanhadis dengan menggunakan analisis Isnâd Cum Matan. Melaluimetode ini penulis disertasi ingin membuktikan bahwa hadismeski tidak seluruhnya dapat menjadi sumber autentiksejarah Islam awal tetapi bisa dijadikan hujjah karenamemang sebagiannya berstatus sahih dan berasal dari Rasulsaw. Sehingga mengkaji hadis dari aspek sanad dan matansekaligus harus dan selalu mutlak diperlukan. Bab ketujuhsebagai penutup, menjelaskan kesimpulan dari disertasi danrekomendasi.

Sebagai alternatif outline disertasi sejalan denganpembahasan yang disarankan adalah sebagai berikut:

Bab Pertama : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Penelitian Terdahulu yang Relevan E. Metode/ Metodologi Penelitian F. Sistematika Pembahasan

Bab Kedua : Kriteria Hadis Sahih Menurut Para SarjanaMuslim.

A. Metodologi Kritik Hadis Para Ahli HadisKlasik.

1. Kriteria Hadis Sahih 2. Kritik Matan B. Hadis dan Kesarjanaan Muslim Modern.

1. Metode Nashiruddin al-Albani 2. Metode Hasan bin Ali al-Saqqaf.

3. Muhammad Mustafa Azami.

Bab Ketiga : Pendekatan Sarjana Non Muslim terhadapLiterartur Hadis.

A. Metodologi Fuad Sezqin dan Nabia Abott B. Teori Common Link dan Single Strand. C. Teori Argumentum e Silentio.

Bab Keempat : Meneliti Hadis Shaum dengan MetodeKritik Hadis Muslim. A. jalur Adam-Syu'bah-Muhammad ibn Ziyad- AbuHurairah B. jalur Abu Nu'aim-al-A'masyi-Abu Shalih-AbuHurairah.

Bab Kelima : Penelitian Hadis Shaum dengan Metode AnalisisIsnad Terbaru

Juynboll. A. Hadis Abu Shalih. B. Hadis Ibnu Musayyab. C. Hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad binZuhri. D. Hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad binSirin.

Bab Keenam : Penanggalan Hadis dengan Metode Isnad CumMatan. A. Hadis Abu Hurairah. 1. Hadis-hadis dengan Primary PartialCommon Link (PCL utama) dalam isnad. 2. Hadis-hadis dengan SecondaryPartial Common Link dalam

isnad. 3. Riwayat-riwayat dengan Tertiary CommonLink pada isnad. 4. Riwayat-riwayat yang hanya direkam olehisnad-isnad yang

berjalur tunggal.

B. Hadis Sahabat-Sahabat dan Tabi'in-Tabi'inyang Lain. 1. Hadis Abu Sa'id al-Khudry. 2. Hadis Jabir bin Abdullah. 3. Hadis Ali bin Abi Thalib. 4. Hadis Usman bin Abi al-Ash dan Muadzbin Jabal. 5. Hadis al-Haris al-Asy'ari. 6. Hadis Abu Dzar. C. Analisa 1. Penelitian hadis yang isnadnya kembalikepada Abu

Hurairah. 2. Hadis-hadis yang tidak disandarkankepada Abu Hurairah

tetapi kepada sahabatlain atau tabiin lain. 3. Kesimpulan akhir tentang hadis puasa.

Bab Ketujuh : Penutup A. Kesimpulan B. Saran

D. Referensi

Ali, Muhammad Mumtaz, Conceptual and Methodologi Issues inIslamic Research: A Few Milestones, Kuala Lumpur: Dewan BahasadanPustaka, 1996

Ball, Lolly, Cara Membuat Rumusan Masalah yang Baik danBenar, t.tp: Zona Karya Ilmiah, Makalah dan Papers, 2014,http://lollyball.myap.com.

Fatonah, Tekhnik Membuat Judul Penelitian, t.t.p: Januari2013, t.p fatonahakhbarini.com/2013/tekhnikmembuatjudulpenelitian

Lincoln, Yvonna S. dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry,Beverly Hills: SagePublication, 1985

Moloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosda Karya, 2006

Mudzhar, Atho, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,2003

Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007

S, Arikuntu, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Rineka Cipta, 2002

Setiawan, Andri, Sistematika Pembahasan Penelitian, jum'at26 September 2014,andrisetiawan.com/26092014/sistematikapembahasanpenelitian/html.

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian suatu Pemikirandan Penerapan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Sugiono, Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeda, 2010

Suryana, Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatifdan Kualitatif , t.p: Universitas Pendidikan Indonesi, 2010

Syahid, Tips Cara Menentukan JudulPenelitian, Surabaya:Perpustakaan Universitas Kristen Petra, 2007,[email protected]

Tan, Mely. G, Masalah Perencanaan Penelitian dalamKoentjaranigrat: Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:Gramedia, 1983

Ya'qub, Emil, Kayfa Taktubu Bah}th, Lebanon:Jarrous Press,t.th.