Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

41
TUGAS SISTEM HUKUM INDONESIA HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA DISUSUN OLEH : 1. M. FIKRI CAHYADI 2. NINA NUR PRATIWI 3. M. IMAN MURFIQIN 4. M. FAKHTUL ROZI 5. NUR HASANA JAMIN 6. NOER B. RAHMAWATI 7. NAJAMUDIN AMAKAE KELAS : G-S1( PRODI PEMBANGUNAN) INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 1

Transcript of Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

TUGAS SISTEM HUKUM INDONESIA

HUKUM KETENAGAKERJAAN

DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

1. M. FIKRI CAHYADI

2. NINA NUR PRATIWI

3. M. IMAN MURFIQIN

4. M. FAKHTUL ROZI

5. NUR HASANA JAMIN

6. NOER B. RAHMAWATI

7. NAJAMUDIN AMAKAE

KELAS : G-S1( PRODI PEMBANGUNAN)

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 1

( I P D N )

2014KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karenaberkat Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas inidengan judul: “HUKUM KETENGAKERJAAN DI INDONESIA”.

Melalui kesempatan ini, tidak lepas saya menghaturkan terima

kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Yang terhormat, Bapak Dr. Romly Arsyad, SH, M.Hum yang telah

memberikan petunjuk demi kesempurnaan pembuatan tugas ini.

2. Kedua orang tua, Saudara-saudara, dan teman-teman yang telah

memberikan doa dan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan tugas ini tepat pada waktunya.

3. Siapapun yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

telah membantu memberikan masukan, menyediakan literatur dan

memberikan kritik untuk kesempurnaan tugas ini.

Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan masukan

dan saran sehingga isi tugas ini dapat lebih sempurna.

Akhirnya, saya berharap semoga isi tugas ini dapat

memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa

sekarang dan yang akan datang. Amin..

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 2

Jatinangor, 10

November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….1

Daftar isi…………………………………………………………………………………………...2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………...………………………………………………………………………3

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..3

C. Maksud dan Tujuan Penulisan………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 3

A. Pengertian

Ketenagakerjaan……................................................

...............................................5

B. Ruang Lingkup Ketenagakerjaan……….. ………………………………..…………………..7

C. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia………………………………………………

11

D. Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia……………………………………………………….16

E. Realita Ketenagakerjaan di Indonesia……………………………………………………….25

BAB III PENUTUP

A. Simpulan……………………………………………………………………………………..26

B. Saran…………………………………………………………………………………………26

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tenaga kerja (SDM) merupakan satu aspek yang sangat

berpengaruh terhadap semua perkembangan perekonomian di dunia.

Tenaga kerja tidak terlepas dari pembangunan, Tenaga kerja tidak

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 4

terlepas dari kehidupan, dan  tenaga kerja merupakan tonggak

utama perekonomian suatu bangsa, di samping SDA dan teknologi.

Di Indonesia, masalah  ketenagakerjaan mulai menjadi

perhatian sejak masuknya penjajahan. Dimulai dengan belanda,

portugis, inggris, dan kemudian jepang. Semuanya menerapkan

sistemnya masing – masing. Meskipun demikian, perlindungan

terhadap tenaga kerja baru mulai mendapat perhatian setelah

Belanda di bawah pimpinan Deandels menerapkan etische

politik (politik balas budi). Semenjak saat itu, maka mulai lahir

peraturan – peraturan (hukum) tentang ketenagakerjaan, yang mana

peraturan yang dibuat mulai memeperhatikan sisi – sisi

kemanusiaan.

Seiring perjalanan bangsa sampai memasuki era kemerdekaan,

peraturan demi peraturan dibuat untuk melindungi, dan menjamin

kesejahteraan, keselamatan, dan keberlangsungan hidup (secara

kemanusiaan) para pekerja.

Kini, kita sudah lebih dari setengah abad merdeka. Namun,

masalah yang menyangkut tentang ketenagakerjaan mulai dari Upah,

Kesejahteraan, dll masih menjadi sorotan. Semuanya masih jauh

dari harapan. Kita bisa melihat bahwa hampir semua aksi Buruh

memperingati hari buruh sedunia (mayday) selalu menuntut keadilan

atas dasar kemanusiaan. Para buruh selalu meneriakan tentang

sistem kerja kontrak, upah, dll yang semuanya berujung pada

kesejahteraan para pekerja.

B.     Rumusan Masalah

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 5

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat

ditetapkan masalah pokok dalam penulisan ini ialah :

1. Apa itu ketenagakerjaan?

2. Siapa yang disebut sebagai tenaga kerja?

3. Bagaimana sejarah ketenagakerjaan Indonesia?

4. Bagaimana hukum yang mengatur tentang ketenagakerjaan

indonesia?

5. Bagaimana penerapan dari peraturan tersebut?

6. Bagaimana Realita ketenagakerjaan Indonesia?

7. Apa kesimpulan yang dapat kita ambil?

C.     Maksud dan Tujuan Penulisan

1. Maksud Penulisan

Maksud penulisan ini adalah untuk membantu kami dalam

menyelesaikan tugas terstruktur mata kuliah Sistem Hukum

Indonesia. Selain itu juga menambah wawasan dan pengetahuan saya

terhadap analisis fakta dan realita yang terjadi di lapangan.

.

2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah :

1) Mengetahui dan memahami secara menyeluruh tentang Hukum

Ketenagakerjaan.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 6

2) Mempelari secara mendalam tentang sejarah dan realita

ketenagakerjaan Indonesia

3) Memberikan pengetahuan dan gambaran polemik kepada pembaca

dan orang-orang sekitar tentang fakta empirik yang terjadi

di lapangan dalam dunia ketenagakerjaan.

4) Sebagai bahan ajaran dan renunagan agar nanti mampu dan siap

turun ke lapangan.

               

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KETENAGAKERJAAN

Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau manpower mulai

sering diperdengarkan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah

atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang

melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah

tangga. Persoalan pokok ketenagakerjaan bersumber dari kurangnya

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 7

daya saing tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan angkatan kerja

secara nasional. Persoalan ini sesungguhnya tidaklah berdiri

sendiri tetapi merupakan mata rantai yang saling berhubungan

dalam proses pembangunan nasional secara keseluruhan.

Masalah lain yang sering timbul dalam ketenagakerjaan adalah

terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja (supply

of labor) dan permintaan akan tenaga kerja (demand of labor) pada

tingkat upah tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat berupa excess

supply of labor, yaitu apabila penawaran lebih besar dari pada

permintaan tenaga kerja, atau terjadi excess demand of labor, yaitu

apabila terjadi permintaan akan tenaga kerja lebih besar daripada

penawaran akan tenaga kerja.

 Lewis, A dalam Todaro (1985 : 66) mengemukakan teorinya

mengenai ketenagakerjaan, yaitu kelebihan pekerja merupakan

kesempatan dan bukan masalah. Kelebihan pekerja merupakan di satu

sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan

penyediaan pekerja di sektor lain. Selanjutnya Lewis mengemukakan

bahwa terdapat dua faktor di dalam perekonomian negara sedang

berkembang, yaitu sektor modern dan sektor tradisional. Sektor

tradisional tidak hanya sektor pertanian di pesesaan, melainkan

juga termasuk sektor informal di perkotaan (pedagang kaki lima,

pengecer, pedagang angkringan). Sektor informal mampu menyerap

kelebihan tenaga kerja yang ada selama berlangsungnya proses

industrialisasi, sehingga disebut katub pengaman ketenagakerjaan.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 8

Di Indonesia tenaga kerja memakai batasan umur 10 tahun

keatas. Dengan demikian tenaga kerja yang dimaksudkan adalah

penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih dan dibawah 10 tahun

tidak dianggap sebagai tenaga kerja. Hal ini didasarkan pada

kenyataan bahwa dalam umur 10 tahun atau lebih sudah banyak

penduduk terutama di desa-desa yang sudah bekeja. Batas umur

tingkat minimum 10 tahun tanpa batas maksimal.

Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk

dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan

berkurang. Bila wajib belajar 9 tahun diterapkan, maka anak-anak

sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata

lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan

menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat

dinaikan menjadi 15 tahun. Atas pertimbangan tersebut, Undang-

Undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan

batas usia kerja menjadi 15 tahun.

a. Produktifitas Tenaga Kerja

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi

kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas

mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha

untuk meningkatkan mutu kehidupan, keadaan hari ini harus lebih

baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik

dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang akan

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 9

mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi

terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja.

Produktivitas pada dasarnya merupakan efektivitas faktor

input dalam menghasilkan output. Banyak pengukuran produktivitas

yang diketahui, produktivitas lahan, tenaga kerja, modal, dan

lain-lain produktivitas faktor produksi yang selalu dipakai dalam

proses produksi. Namun demikian ada satu pengukuran produktivitas

yang sangat menarik untuk diperhatikan yaitu output/labour yang

disebabkan dalam pengertian ini telah terkandung kombinasi dari

kualitas tenaga kerja. Misalnya pendidikan, keahlian, teknis,

motivasi, kapital, dan teknologi.

Produktivitas dapat diartikan secara sederhana dengan

peningkatan kualitas dan kuantitas, bisa juga diartikan bekerja

secara efektif dan efisien. Karena itu antara produktivitas,

efektif, efisien, dan kualitas sangat berdekatan artinya. Sumber-

sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan

keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat

hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil ataupun output yang

diperoleh seimbang dengan masukan (sumber-sumber ekonomi) yang

diolah (Sinungan, 1995).

Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam

proses pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan

nasional maupun pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara

meningkatkan keefektifan dan mutu tenaga kerja dibandingkan

dengan melalui formasi modal dan pertambahan angkatan kerja.

Pembinaan yang baik terhadap penduduk maupun angkatan kerja akan

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 10

menghasilkan mutu angkatan kerja yang baik pula. Mutu angkatan

kerja antara lain tercermin dalam tingkat pendidikan dan

pelatihan yang mereka ikuti.

B. RUANG LINGKUP KETENAGAKERJAAN

Sebelum kita lebih jauh membahas tentang Hukum

ketenagakerjaan, ada baiknya kita melihat dulu beberapa istilah

yang sering dipakai / digunakan dalam hukum ketenagakerjaan

indonesia.

Penduduk : Semua orang yang berdomisili di wilayah

geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih

dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan

tetapi bertujuan untuk menetap.

Tenaga kerja : penduduk yang ada dalam batas usia kerja

dan mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

masyarakat.

Angkatan kerja : penduduk usia kerja yang bekerja, atau

punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan

penganggur, yakni penduduk usia kerja (15 tahun dan

lebih) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun

sementara tidak bekerja dan pengangguran.

Bukan angkatan kerja : penduduk dalam usia kerja yang

tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan. dan tidak

sedang mencari pekerjaan (pelajar, mahasiswa, ibu-ibu

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 11

rumah tangga) serta menerima pendapatan, tetapi bukan

merupakan imbalan langsung atas suatu kegiatan produktif

(pensiunan, veteran perang, dan penderita cacat yang

menerima santunan).

Kesempatan kerja : suatu keadaan yang menggambarkan

tersedianya lapangan kerja bagi para pencari kerja.

Usia Kerja : Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja

(economically active population) 15 tahun (meskipun dalam

survei dikumpulkan informasi mulai dari usia 10 tahun)

dan tanpa batas atas usia kerja. Di negara lain,

penentuan batas bawah dan batas atas usia kerja

bervariasi sesuai dengan kebutuhan/situasinya. Beberapa

contoh: Batas bawah: Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun),

Swedia, USA (16 tahun), Kanada (14 dan 15 tahun), India

(5 dan 15 tahun), Venezuela (10 dan 15 tahun). Batas atas:

Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir,

Malaysia, Mexico (65 tahun), banyak negara seperti

Indonesia tidak ada batas atas.

Bekerja : Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam

secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan

bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun

yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu

sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan

sejenisnya. Konsep bekerja satu jam selama seminggu yang

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 12

lalu juga digunakan oleh banyak negara antara lain

Pakistan, Filipina, Bulgaria, Hungaria, Polandia,

Romania, Federasi Rusia, dan lainnya.

Pengangguran : mereka yang sedang mencari pekerjaan, atau

mereka yang mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak

mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan (sebelumnya dikategorikan sebagai bukan

angkatan kerja), dan mereka yang sudah punya pekerjaan

tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan

sebagai bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka

tak bekerja (jobless). Penganggur dengan konsep/definisi

tersebut biasanya disebut sebagai penganggur terbuka

(open unemployment). Secara spesifik, penganggur terbuka

dalam Sakernas, terdiri atas:

1. Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,

2. Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,

3. Mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari

pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan, dan d. mereka yang tidak bekerja, dan

tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima

bekerja, tetapi belum mulai bekerja.

Setengah Pengangguran : Penduduk yang bekerja kurang dari

jam kerja normal (dalam hal ini 35 jam seminggu, tidak

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 13

termasuk yang sementara tidak bekerja) dikategorikan sebagai

setengah penganggur.

Setengah Penganggur Terpaksa : Mereka yang bekerja di bawah

jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih

mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.

Setengah Penganggur Sukarela : Mereka yang bekerja di bawah

jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak

mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan

lain (sebagian pihak menyebutkan sebagai pekerja paruh

waktu/part time worker).

Jumlah Jam Kerja : Jumlah jam kerja seluruhnya yang

dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk jam istirahat resmi

dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar

pekerjaan) selama seminggu yang lalu.

Pengusaha adalah :  orang perseorangan, persekutuan, atau

badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik

sendiri; orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum

yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan

miliknya; orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum

yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar

wilayah Indonesia.

Perusahaan adalah : setiap bentuk usaha yang berbadan hukum

atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan,

atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik

negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 14

atau imbalan dalam bentuk lain;  usaha-usaha sosial dan

usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan

orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk

lain.

Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana

ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan

acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan

program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.

Informasi ketenagakerjaan : adalah gabungan, rangkaian, dan

analisis data yang berbentuk angka yang telah diolah, naskah

dan dokumen yang mempunyai arti, nilai dan makna tertentu

mengenai ketenagakerjaan.

Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,

memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi

kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada

tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan

jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

Kompetensi kerja : adalah kemampuan kerja setiap individu

yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap

kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Pemagangan : adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang

diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga

pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan

dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih

berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 15

perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau

keahlian tertentu.

Pelayanan penempatan tenaga kerja : adalah kegiatan untuk

mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja, sehingga

tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuannya, dan pemberi kerja dapat

memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya.

(UU. No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan)

C. SEJARAH HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Sejarah Hukum Perburuhan dan sejarah hubungan kerja pada zaman

Pra kemerdekaan RI (Perbudakan)

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 16

a. Legalisasi

Sebuah aturan yang dikenal sebagai Black Code merupakan dari

Jean-Baptiste Colbert (1619-1683), dengan instrument hukum

ia memasukkan perbudakan ke dalam system legal. Di Prancis

legalisasi terhadap perbudakan terlihat secara implicit melalui

“Dekrit tahun 1685, dimana dalam Dekrit ini diatur hukuman

yang dikenakan oleh tuan para budak pada mereka (budak).

Perlawanan fisik atas perbudakan. Perlawanan yang terjadi

pada 1791 di Santo Domingo (sekarang Haiti dan Republik

Dominika) memainkan peran krusial dalam penghapusan perdagangan

budak trans-Atlantik, dan moment itu oleh PBB diperingati sebagai

titik awal penghapusan perbudakan di dunia.

Di Nusantara pada tahun 1811-1816 masa pendudukan Inggris

dengan tokohnya Thomas Stanford Raffles dikenal sebagai anti

perbudakan, di tahun 1816 mendirikan “The Java benevolent

institution” semacam lembaga dengan tujuan penghapusan

perbudakan.

Masa pendudukan Nederland pada 1817 ada peraturan tentang

larangan memasukkan budak ke Pulau JAwa (Stb. 1817 No.

42). Selanjutnya dikeluarkanlah peraturan-peraturan lainnya

guna mendukung Regeringsreglement tersebut di antaranya:

Pendaftaran Budak Stb 1819 No. 58, Stb 1820 No. 22 a dan 34,

Stb. 1822 No. 8, Stb 1824 No. 11, Stb. 1827 No. 20, Stb 1834

No. 47, Stb. 1841 No. 15.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 17

Pajak atas pemilikan budak: Stb. 1820 No. 39 a, stb. 1822 No.

12 a, stb. 1827 No. 81, Stb. 1828 No. 52, Stb.1829 No. 53,

Stb. 1830 No. 16, Stb. 1835 No. 20 dan 53, Stb. 1836 No. 40.

Larangan Pengangkutan Budak Kanak-kanak di bawah umur 10

tahun: Stb. 1829 No. 29, Stb. 1851 No 37.

Pendaftaran anak budak: Stb. 1833 No. 67.

Pembebasan dari perbudakan bagi pelaut yang dijadikan budak :

Stb 1848 No. 49.

Penghapusan perbudakan di Indonesia terjadi secara berangsur,

ditandai dengan beralihnya hubungan ini dan diganti dengan

system “perhambaan”.

b. Perhambaan

Sistem ini dapat dikatakan pelunakan dari perbudakan

(pandelingschap) dengan menetapkan sejumlah uang sebagai

utang (pinjaman) dari si-hamba (bekas budak) kepada si bekas

pemilik (disebut juga pemegang gadai karena diibaratkan

adanya peristiwa pinjam meminjam uang dengan jaminan

pembayarannya adalah diri si peminjam/berutang. Larangan terhadap

praktek Perhambaan justru telah ada sebelum digencarkannya

larangan perbudakan, tercatat di Tahun 1616 sudah ada larangan

praktek perhambaan. Salah satu aturan terhadap larangan ini

adalah Regelingreglement 1818 dan Stb. 1822 No. 10.

c. Kerja Rodi

Rodi yang berlangsung di Indonesia digolongkan dalam

tiga golongan:

-- > Rodi-gubernemen, yaitu rodi untuk

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 18

kepentingan gubernemen dan para

pegawainya (herendienst)

--> Rodi perorangan, yaitu rodi untuk

kepentingan kepala-kepala dan pembesar-

pembesar Indonesia (persoonlijke diensten);

--> Rodi-desa, yaitu rodi untuk kepentingan desa (desa

diensten).

d. Poenale Sanctie

"AgrarischeWet" (Undang-Undang Agraria) tahun 1870 yang

mendorong timbulnya perusahaan perkebunan swasta besar,

soal perburuhan menjadi sangat penting.

Hubungan antara majikan dan buruh pada mulanya diatur oleh

“Politie Straaf Reglement” (Peraturan Pidana Polisi) yang

lebih melindungi kepentingan majikan peraturan ini dihapuskan

pada tahun 1879.Penggantinya Koeli Ordonantie (1880) memuat

sanksi - sanksi terhadap pelanggaran kontrak oleh buruh

dan sanksi bagi majikan yang melakukan

kesewenangwenangan pada buruhnya. Karena adanya

sanksi tersebut maka Koeli Ordonantie dijuluki

Poenale Sanctie yang artinya sanksi pidana bagi buruh

yang berasal dari luar Sumatera Timur, karena buruh

dari rakyat setempat atau suku di Sumatera Timur

tidak terkena ordonansi ini.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 19

Sejarah Hukum Perburuhan dan sejarah hubungan kerja pasca

kemerdekaan

a)         Pemerintahan Soekarno Pasca Proklamasi (1945-1958)

Peraturan ketenagakerjaan yang ada pada masa ini cenderung

memberi jaminan social dan perlindungan kepada buruh, dapat

dilihat dari beberapa peraturan di bidang perburuhan yang

diundangkan pada masa ini. Tabel Beberapa Peraturan Perundangan

Ketenagakerjaan di Masa Pemerintahan Soekarno – 1945 s/d 1958

No

.Peraturan Ketenagakerjaan

1. UU No. 12 tahun 1948 Tentang Kerja2. UU No. 33 Tahun 1947 Tentang Kecelakaan Kerja3. UU No. 23 Tahun 1948 Tentang Pengawasan Perburuhan

4.

UU No. 21 Tahun 1954 Tentang Perjanjian Perburuhan

antara Serikat

Buruh dan Majikan

5.

UU No. 22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan

Industrial

6.

UU No. 18 Tahun 1956 Tentang Persetujuan Konvensi

Organisasi

Perburuhan Internasional (ILO) No. 98 mengenai

Dasar-dasar dari Hak

Untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama7. Permenaker No. 90 Tahun 1955 Tentang Pendaftaran

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 20

Serikat Buruh

b)      Pemerintahan Soekarno Masa Orde Lama (1959-1966)

Pada masa ini kondisi perburuhan dapat dikatakan kurang

diuntungkan dengan sistem yang ada. Buruh dikendalikan oleh

tentara antara lain dengan dibentuknya Dewan Perusahaan

diperusahaanperusahaan yang diambil alih dari Belanda

dalam rangka program nasionalisasi, untuk mencegah meningkatnya

pengambil alihan perusahaan Belanda oleh buruh.

Gerak politis dan ekonomis buruh juga ditandai

dengan dikeluarkannya Peraturan  Penguasa Perang Tertinggi No. 4

Tahun 1960 Tentang Pencegahan Pemogokan dan/atau Penutupan (lock

out) di perusahaan - perusahaan,  jawatan-jawatan dan badan-badan

vital.

Perbaikan nasib buruh terjadi karena ada gerakan buruh yang

gencar melalui Serikat-serikat Buruh seperti PERBUM, SBSKK, SBPI,

SBRI, SARBUFIS, SBIMM, SBIRBA.

c)      Pemerintahan Soeharto di Masa Orde Baru

       Kebijakan industrialisasi yang dijalankan pemerintah

Orde Baru juga mengimbangi kebijakan yang menempatkan stabilitas

nasional sebagai tujuan dengan menjalankan industrial peace

khususnya sejak awal Pelita III (1979-1983), menggunakan sarana

yang diistilahkan dengan HPP (Hubungan Perburuhan Pancasila).

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 21

       Serikat Pekerja di tunggalkan dalam SPSI. Merujuk pada

UU No. 18 Tahun 1956 tentang ratifikasi Konvensi ILO No. 98 Tahun

1949 mengenai Berlakunya Dasar daripada Hak Untuk Berorganisasi

dan Berunding Bersama, serta Peraturan Menakertranskop No.

8/EDRN/1974 dan No. 1/MEN/1975 perihal Pembentukan Serikat

Pekerja/Buruh Di Perusahaan Swasta Dan Pendaftaran Organisasi

Buruhterlihat bahwa pada masa ini kebebasan berserikat

tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah.

       Peran Militer dalam prakteknya sangat besar misal

dalam penyelesaian perselisihan perburuhan.

d)     Pemerintahan BJ. Habibie (1998-1999)

Pada 5 Juni dikeluarkan Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998

yang mensahkan Konvensi ILO No.87 Tahun 1948 tentang Kebebasan

Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (Concerning

Freedom of Association and Protection of the Right to Organise)

berlaku di Indonesia.

       Meratifikasi K.ILO tentang Usia Minimum

untuk diperbolehkan Bekerja/Concerning Minimum Age for Admission

to Employment (Konvensi No. 138 tahun 1973) yang memberi

perlindungan terhadap hak asasi anak dengan membuat batasan usia

untuk diperbolehkan bekerja melalui UU No. 20 Tahun 1999.

       Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM)

Indonesia Tahun 1998-2003 yang salah satunya diwujudkan

dengan pengundangan UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 22

Asasi Manusia, dan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) No.

1 tahun 1999 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

e)      Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001)

Dilihat dari peraturan ketenagakerjaan yang dihasilkan,

pemerintahan Abdurrahman Wahid ini dinilai sangat melindungi

kaum pekerja/buruh dan memperbaiki iklim demokrasi dengan UU

serikat pekerja/serikat buruh yang dikeluarkannya yaitu UU No

21 Tahun 2000.

f)       Pemerintahan Megawati Soekarno Putri (2001-2004) 

Peraturan perundangan ketenagakerjaan dihasilkan, di

antaranya yang sangat fundamental adalah UU No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan yang menggantikan sebanyak 15

(limabelas) peraturan ketenagakerjaan, sehingga Undang-Undang

ini merupakan payung bagi peraturan lainnya Undang-Undang yang

juga sangat fundamental lainnya adalah UU No. 2 Tahun 2004

Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang

disahkan pada 14 Januari 2004 dan UU No. 39 Tentang Perlindungan

dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. 

g)     Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009)

Di masa pemerintahan ini beberapa usaha dilakukan untuk

memperbaiki iklim investasi, menuntaskan masalah

pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan di

bidang ketenagakerjaan sehubungan dengan hal di atas,

kurang mendapat dukungan kalangan pekerja/buruh.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 23

Beberapa aturan :

    1. Inpres No. 3 Tahun 2006 Tentang Perbaikan

iklim Investasi, salah satunya adalah agenda untuk merevisi UU

No. 13 Tahun 2003, mendapat tentangan pekerja/buruh.

2. Pengalihan jam kerja ke hari sabtu dan minggu demi

efisiensi pasokan listrik di Jabodetabek.

3. Penetapan kenaikan upah harus memperhatikan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi.

D. HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Hukum ketenagakerjaan kalau dipelajari lebih jauh cakupannya

cukup luas.  Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan

antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan

kerja tetapi juga termasuk seorang yang akan mencari kerja

melalui proses yang benar ataupun lembaga-lembaga pelaksana yang

terkait, serta menyangkut pekerja yang purna atau selesai

bekerja.

Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-

peraturan tertulis atau tidak tertulis yang mengatur seseorang

mulai dari sebelum, selama, dan sesudah tenaga kerja berhubungan

dalam ruang lingkup di bidang ketenagakerjaan dan apabila di

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 24

langgar dapat terkena sanksi perdata atau pidana termasuk

lembaga-lembaga penyelenggara swasta yang terkait di bidang

tenaga kerja

Pengertian ketenagakerjan berdasarkan ketentuan UU NO 13

tahun 2003 tentang adalah sebagai berikut:

Pasal 1 (1)       Ketenagakerjaan adalah segala hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan

sesudah masa kerja.

Pasal 1 (2)    Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

         Pengertian tenaga kerja menurut UU NO 3 tahun 1992

tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja : Tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar

hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat

PENDAPAT PARA AHLI :

Ø  Iman Soepomo : Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis

maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja

pada orang lain dengan menerima upah.

Ø  Molenaar : hukum perburuhan adalah bagian dari hukum yang berlaku yang

pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dan majikan, buruh dengan buruh,

dan buruh dengan penguasa

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 25

Ø  Mr. Mok : hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan

pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan dengan keadaan

penghidupa yang langsung bergantung dengan pekerjaan itu.

Ø  M.G.Levenbach : Hukum Perburuhan adalah hukum yg berkenaan dengan

hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan dibawah pimpinan dan dgn.keadaan

yg langsung bersangkut paut dgn hubungan kerja itu.        

Ø  Menurut Daliyo : Hukum Perburuhan adalah himpunan peraturan baik yg

tertulis maupun tidak tertulis yg mengatur hubungan kerja antara buruh dan majikan.

Buruh bekerja pada dan dibawah majikan dgn mendapat upah sebagai balas

jasanya.  

Dalam pemahaman Hukum Ketenagakerjaaan, dapat diketahuin Unsur-

unsur hukum ketenagakerjaan :

Unsur –Unsur itu adalah sebagai berikut:

Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak

tertulis

Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja

dan pengusaha atau majikan

Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang lain, dengan

mendapat upah sebagai balas jasa

Mengatur perlindungan pekerja/ buruh, meliputi masalah

keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan, keberadaan

organisasi pekerja/ buruh dsb   

Ruang Lingkup Hukum Ketenagakerjaan

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 26

Menurut Logemann, lingkup laku berlakunya suatu hukum adalah

suatu keadaan/ bidang dimana keadah hukum itu berlaku.

Menurut teori ini ada 4 lingkup Laku Hukum antara lain :

1)      Lingkup Laku Pribadi (Personengebied)

Lingkup laku pribadi mempunyai kaitan erat dengan siapa (pribadi

kodrati) atau apa (peran pribadi hukum) yang oleh kaedah hukum

dibatasi. Siapa-siapa saja yang dibatasi oleh kaedah Hukum

Ketenagakerjaan/ Perburuhan adalah :

      Buruh/ Pekerja

      Pengusaha/ Majikan

      Penguasa (Pemerintah)

2)      Lingkup Laku Menurut Waktu (Tijdsgebied)

Lingkup laku menurut waktu ini menunjukan waktu kapan suatu

peristiwa tertentu diatur oleh kaedah hukum.

3)      Lingkup Laku Menurut Wilayah (Ruimtegebied)

Lingkup laku menurut wilayah berkaitan dengan terjadinya suatu

peristiwa hukum yang di beri batas – batas / dibatasi oleh kaedah

hokum.

4)     Lingkup Waktu Menurut Hal Ikhwal

Lingkup Laku menurut Hal Ikwal di sini berkaitan dengan hal – hal

apa saja yang menjadi objek pengaturan dari suatu kaedah.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 27

Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 disebutkan bahwa

hukum Ketenagakerjaan ialah himpunan peraturan mengenai segala

hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,

selama, dan sesudah masa kerja.

Dari pengertian tersebut diketahui bahwasanya hukum

ketenagakerjaan meliputi 3 hal yaitu, :

1. Sebelum masa kerja

2. Selama masa kerja

3. Sesudah masa kerja

Hal tersebut berarti bahwa Undang Undang Ketenagakerjaan

kita mengacu pada pengertian hukum ketenagakerjaan yang lebih

luas

Semenjak zaman reformasi  ruang lingkup hukum ketenagakerjaan

Indonesia telah diatur secara lengkap dalam UU NO 13 tahun 2003

yang terdiri dari XVIII Bab dan 193 Pasal dengan sistematika

sebagai berikut :

Bab I.     Ketentuan umum yaitu mengenai defenisi

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-undang

tersebut.

Bab II.    Landasan azas dan tujuan yang merupakan

prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan pembangunan

ketenagakerjaan.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 28

Bab III.  Pengaturan  mengenai Kesempatan dan perlakuan

yang sama dalam memperoleh pekerjaan tanpa membedakan

jenis kelamin, suku, ras, agama dan golongan.

Bab IV. Perencanaan tenaga kerja dan informasi

ketenagakerjaan dalam kaitan penyusunan kebijakan,

strategi dan pelaksanaan program pembangunan

ketenagakerjaan yang berkesinambungan.

Bab V.    Pengaturan Pelatihan kerja dalam rangka

membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi

kerja guna meningkatkan kemampuan produktivitas dan

kesejahteraan.

Bab VI.  Penempatan tenaga kerja mengatur secara rinci

tentang kesempatan yang sama, memilih, mendapatkan, atau

pindah pekerjaan dan memperoleh penghsilan yang layak di

dalam atau di luar negeri.

Bab VII.  Perluasan kesempatan kerja hal ini merupakan

upaya pemerintah untuk bekerja sama di dalam maupun di

luar negeri dalam rangka  perluasan kesempatan kerja.

Bab VIII.  Pengaturan Penggunaan tenaga Kerja Asing

Bab IX.  Pengaturan Hubungan Kerja,

 Bab X.  Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan.

Bab XI. Hubungan Industrial yang mengatur hubungan

antara pekerja,   pengusaha dan pemerintah .

Bab XII.    Pemutusan hubungan kerja

Bab XIII.   Pembinaan.

Bab XIV.   Pengawasan,

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 29

Bab XV.    Penyidikan.

Bab XVI.   Ketentuan pidana dan sanksi administrative.

Bab XVII.  Ketentuan peralihan.

Bab XVIII  Penutup.

Beberapa ketentuan Pasal- pasal  dalam UU No 13 tahun 2003

yaitu : Pasal 158, 159, 160, 170, 158(1), 171, 158(1), 186, 137,

dan Pasal 138(1) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan

tidak digunakan lagi sebagai dasar hukum. Berdasarkan Putusan

Mahkamah Konstitusi RI Nomor : 12/PPU-1/2003 tanggal 28 Oktober

2004 tentang hak uji materil UU No 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan terhadap UUD RI tahun 1945, Berita Negara no 92

tahun 2004 tanggal 17 November tahun 2004 , jo Surat Edaran

MENTERI Tenaga Kerja RI NO SE.13/MEN/SJ-HKI/I/2005.

Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan 

ketenagakerjaan dalam arti selama bekerja adalah UU NO 3 tahun

1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.  Defenisi Jaminan

sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-undang ini :

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga

kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti

sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan

pelayanan akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga

kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua dan

meninggal dunia.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 30

Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaa dalan

arti sesudah bekerja diatur dalam UU NO 2 tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.  Pengertian

menurut ketentuan Pasal 1 (1) perselisihan hubungan industrial

adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan

pendapat antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan

pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya

perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan

pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat

pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan[2].  Sebagai

peraturan pelaksana dari Undang-undang terebut diatas diatur

dalam Peraturan pemerintah (PP), Peraturan Menteri Tenaga Kerja

(Permenaker) dan Keputusan menteri tenaga kerja.

Sebagai pedoman dalam melaksanakan Pembangunan

ketenagakerjaan di Indonesia maka harus mengetahui sejarah

peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang pernah berlaku

di Indonesia dari zaman kolonial, Orde lama dan Orde baru  adalah

sebagai berikut:

1. Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia Untuk

Melakukan  Pekerjaan di Luar Indonesia (Staatsblad tahun

1887 No. 8);

2. Ordonansi tanggal 17 Desember 1925 Peraturan tentang

Pembatasan Kerja Anak Dan Kerja Malam bagi Wanita

(Staatsblad Tahun 1925 Nomor 647);

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 31

3. Ordonansi Tahun 1926 Peraturan Mengenai Kerja Anak-anak

dan Orang Muda diatas Kapal (Staatsblad Tahun 1926 Nomor

87);

4. Ordonansi tanggal 4 Mei 1936 tentang Ordonansi untuk

Mengatur Kegiatan kegiatan Mencari Calon Pekerja

(Staatsblad Tahun 1936 Nomor 208);

5. Ordonansi tentang Pemulangan Buruh yang Diterima atau

Dikerahkan Dari Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1939

Nomor 545);

6. Ordonansi Nomor 9 Tahun 1949 tentang Pembatasan Kerja

Anak-anak (Staatsblad) Tahun 1949 Nomor 8);

7. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan

Berlakunya Undangundang Kerja tahun 1948 Nomor 12 dari

Republik Indonesia untuk Seluruh   Indonesia (Lembaran

Negara Tahun 1951 Nomor 2);

8. Undang-undang Nomor 21 tahun 1954 tentang Perjanjian

Perburuhan antara Serikat Buruh dan Majikan (Lembaran

Negara Tahun 1954 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 598 a);

9. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan

Tenaga Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 8);

10. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib

Kerja Sarjana (Lembaran  Negara Tahun 1961 Nomor 207,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2270);

11. Undang-undang Nomor 7 Pnps Tahun 1963 tentang

Pencegahan Pemogokan dan/atau Penutupan (Lock Out) Di

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 32

Perusahaan, Jawatan dan Badan yang Vital (Lembaran

Negara Tahun 1963 Nomor 67);

12. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja

(Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 2912);

13. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702);

14. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang

Perubahan Berlakunya Undang-undang  Nomor 25 Tahun 1997

tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 1998

Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3791); dan

15. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2000 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan Berlakunya

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang

Ketenagakerjaan Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara

Tahun 2000 Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4042).  Undang-undang tersebut diatas telah dicabut dan

tidak diberlakukan lagi.

Sumber hukum berarti  tempat-tempat dari mana kita dapat

mengetahui hukum yang berlaku, tempat-tempat dimana kita harus

mengambil peraturan-peraturan hukum yang harus diterapkan

Sumber hukum  ketenagakerjaan  adalah sebagai berikut :

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 33

a)      UNDANG-UNDANG

Undang-undang adalah peraturan yang ditetapkan oleh presiden

dan dengan persetujuan  (jangan berbuat salah dengan mengatakan

disyahkan) Dewan Perwakilan Rakyat.  Di samping Undang-undang ada

Peratuan Pemerintah Pengganti Undang-undang yang mempunyai

kedudukan sama dengan undang-undang. Peratuan pemerintah

pengganti undang-undang ini ditetapkan oleh presiden, dalam hal

ihwal kegentingan yang memaksa.  Peraturan tersebut harus

mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan

berikut.

Diantara peraturan-peratuan tersebut yang kedudukannya dapat

disamakan dengan undang adalah Wet.  Wet ini – dalam bahasa

Indonesia adalah undang-undang dibentuk di Nederland oleh raja

bersama-sama dengan Parlemen.  Contoh dari wet ini adalah Burjerlijk

w  etboek voor Indonesie- sekarang ini disebut Kitab Undang-undang

Hukum Perdata.

b)      PERATURAN LAIN

Peraturan lainnya ini kedudukannya adalah lebih rendah dari

undang-undang dan pada umumnya merupakan peraturan pelaksana

undang-undang.  Peraturan-peraturan itu adalah sebagai berikut :

1. Peraturan pemerintah , peratuan pemerintah ini

ditetapkan oleh Presiden untuk mengatur lebih lanjut

ketentuan dalam undang-undang.  Sejajar kedudukannya

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 34

dengan peratuan pemerintah ini, adalah peraturan

seorang Menteri yang oleh undang-undang diberi wewenang

untuk mengadakan peraturan pelakananya.  Peraturan

terakhir yang berlaku sekarang adalah Keputusan Menteri

tenaga kerja.

2. Keputusan Presiden, Keputusan Presiden ini yang tidak

disebut keputusan pemerintah, atau dari zaman Hindia

Belanda dahulu ; regeringsbesluit, pada umumnya tidak

mengatur sesuatu, tetapi memutuskan sesuatu tertentu.

3. Peraturan atau keputusan instansi lain.  Suatu

keistimewaan dalam hukum ketenagakerjaan ialah bahwa

suatu instansi atau seorang pejabat yang tertentu

diberi kekuasaan untuk mengadakan peraturan atau

keputusan yang berlaku bagi umum (mengikat umum)

c)      KEBIASAAN

Kebiasaan atau hukum tidak tertulis ini, terutama yang

tumbuh setelah perang dunia ke -2, berkembang dengan baik karena

dua faktor yaitu: faktor pertama karena pembentukan undang-undang

tidak dapat dilakukan secepat soal-soal perburuhan yang harus

diatur, faktor kedua adalah peraturan-peraturan di zaman Hindia

belanda dahulu sudah tidak lagi dirasakan sesuai dengan rasa

keadilan masyarakat dan aliran-aliran yang tumbuh di seluruh

dunia.  Jalan yang ditempuh dalam keadaan yang sedemikian itu

ialah  acap kali dengan memberikan tafsiran (interpretasi) yang

disesuaikan dengan jiwa unang-undang dasar.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 35

d)     PUTUSAN

Dimana dan di masa aturan hukum hukum masih kurang lengkap

putusan pengadilan tidak hanya memberi bentuk hukum pada

kebiasaan tetapi-juga dapat dikatakan untuk sebagian besar

menentukan, menetapkan hukum itu sendiri.

e)      PERJANJIAN

Perjanjian kerja pada umumnya hanya berlaku antara buruh dan

majikan yang menyelenggarakannya, orang lain tidak terikat. 

Walaupun demikian dari pelbagai perjanjaian kerja itu dapat

diketahui apakah yang hidup pada pihak-pihak yang

berkepentingan .  Lebih-lebih  dari perjanjian ketenagakerjaan,

makin besar serikat buruh dan perkumpulan majikan yang

menyelenggarakannya.  Dengan demikian maka aturan dalam

perjanjian kerja bersama  mempunyai kekuatan hukum sebagai

undang-undang.

f)       TRAKTAT

Perjanjian dalam arti traktat mengenai soal perburuhan

antara  Negara Indonesia dengan suatu atau beberapa Negara lain. 

Perjanjian (konvesi, Convention) yang ditetapkan oleh konfrensi

organisasi perburuhan internasional (international labour organisation

conference) tidak dipandang sebagai hukum ketenagakerjaan  karena

konvensi itu telah diratifisir oleh Negara Indonesia, tidak

mengikat langsung golongan buruh dan majikan di Indonesia.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 36

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat I dan 2 UU No 10 tahun

2008 tentang pembentukan  peraturan perundang-undangan  bahwa

jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai

berikut - Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Undang-

undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan

pemerintah, Peraturan presiden, Peraturan Daerah  (Perda ) dan

Peraturan desa.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas dan UU 10

tahun 2008 maka Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang

berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut : 

a. (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 18 No. 23) khususnya pasal

(1313, 1338,1320)

b. UU NO 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2003 No: 39

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 TAHUN

2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.

d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :

KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Perjanjain Kerja Waktu Tertentu.

e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :

KEP.48/MEN/IV/2004 tentang Tata cara Pembuatan dan

Pengesahan Peraturan Perusahaan  serta Pembuatan dan

Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 37

f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :

KEP.261/MEN/XI/2004 tentang Perusahaan yang Wajib

Melaksanakan Pelatihan Kerja.

g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :

PER.08/MEN/III/2006  tentang Perubahan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP-48/MEN/IV/2004  tentang Tata cara Pembuatan dan

Pengesahan Peraturan Perusahaan  serta Pembuatan dan

Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia    Nomor PER.22/MEN/IX/2009 Tentang 

Penyelenggaraan Pemagangan di dalam Negeri.

i. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RI

Nomor: PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata cara Penetapan

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

E. REALITA KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Meskipun peraturan yang dibuat pemerintah  sudah memadai,

namun disana – sini masih ada celah untuk terjadinya penyimpangan

– penyimpangan yang terjadi dalam dunia ketenagakerjaan.

Penyimpangan itu diantaranya :

1. Sistem kerja kontrak

2. Sistem honorer

3. Sistem outsorching

4. Mempekerjakan anak di bawah umur

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 38

5. Perdagangan tenaga kerja (Human Trafficking)

6. Inkonsistensi antara  pasal yang satu dengan pasal yang

lain dalam UU No.13 Tahun 2003

 

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ketenagakerjaan merupakan satu aspek yang sangat berpengaruh

terhadap semua perkembangan perekonomian di dunia. Tenaga kerja

tidak terlepas dari pembangunan, Tenaga kerja tidak terlepas dari

kehidupan, dan  tenaga kerja merupakan tonggak utama perekonomian

suatu bangsa, di samping SDA dan teknologi.

Di Indonesia, masalah  ketenagakerjaan mulai menjadi

perhatian sejak masuknya penjajahan. Dimulai dengan belanda,

portugis, inggris, dan kemudian jepang. Semuanya menerapkan

sistemnya masing – masing. Meskipun demikian, perlindungan

terhadap tenaga kerja baru mulai mendapat perhatian setelah

Belanda di bawah pimpinan Deandels menerapkan etische

politik (politik balas budi). Semenjak saat itu, maka mulai lahir

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 39

peraturan – peraturan (hukum) tentang ketenagakerjaan, yang mana

peraturan yang dibuat mulai memeperhatikan sisi – sisi

kemanusiaan.

Seiring perjalanan bangsa sampai memasuki era kemerdekaan,

peraturan demi peraturan dibuat untuk melindungi, dan menjamin

kesejahteraan, keselamatan, dan keberlangsungan hidup (secara

kemanusiaan) para pekerja.

Kini, kita sudah lebih dari setengah abad merdeka. Namun,

masalah yang menyangkut tentang ketenagakerjaan mulai dari Upah,

Kesejahteraan, dll masih menjadi sorotan. Semuanya masih jauh

dari harapan. Kita bisa melihat bahwa hampir semua aksi Buruh

memperingati hari buruh sedunia (mayday) selalu menuntut keadilan

atas dasar kemanusiaan. Para buruh selalu meneriakan tentang

sistem kerja kontrak, upah, dll yang semuanya berujung pada

kesejahteraan para pekerja.

B. SARAN

Permasalahan ketenagakerjaan indonesia yang sampai hari ini

masih hangat untuk diperbincangkan. Semoga melalui diskusi dengan

banyak pihak, kita bisa menemukan solusi yang bisa diterima semua

pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia| 40