HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2012

1014
HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2012 JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM BIRO HUKUM DAN KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2013

Transcript of HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2012

HIMPUNAN PERATURANMENTERI PARIWISATA DAN

EKONOMI KREATIFTAHUN 2012

JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUMBIRO HUKUM DAN KEPEGAWAIAN

SEKRETARIAT JENDERALKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

2013

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esayang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, kamimenyambut baik diterbitkannya Buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 sesuai dengan rencana. Buku himpunanini diterbitkan untuk melaksanakan salah satu tugas dan fungsi Biro Hukumdan Kepegawaian, khususnya melakukan pengelolaan dokumentasi danpublikasi hukum, penyuluhan hukum serta Jaringan dokumentasi dan informasihukum di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

Maksud diterbitkannya buku himpunan ini selain untuk memberikaninformasi dan pengetahuan peraturan perundang-undangan di bidang pariwisatadan ekonomi kreatif bagi para pemangku kepentingan (steakholders), jugasebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang pariwisata danekonomi kreatif.

Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerjasama sehingga buku HimpunanPeraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diterbitkan.

Dengan diterbitkannya buku ini, diharapkan buku Himpunan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat bermanfaat bagisemua pihak yang berkepentingan. Akhirnya kritik dan saran pembaca kamiharapkan untuk kesempurnaan penerbitan berikutnya.

Jakarta,

Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian

ZAINI BUSTAMAN, SH, MM.

i

ii

DAFTAR ISI

Hal

1. KATA PENGANTAR ...............................................................

2. DAFTAR ISI ............................................................................

3. ABSTRAK ...............................................................................

4. PERATURAN MENTERI :

a. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.01/PL.104/MPEK/2012 TENTANG PENGADAANBARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................

b. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DANTATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF ..........................................................................

c. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.20/OT.001/M.PEK/2012 TENTANG PENYESUAIANNOMENKLATUR PADA PERATURAN MENTERIKEBUDAYAAN DAN PARIWISATA .................................

d. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.27/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PELAKSANAANKEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGASPEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................

e. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.35/UM.001/MPEK/2012 TENTANG RENCANASTRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TAHUN 2012 – 2014 ......................................

iii

i

iii

1

29

38

241

244

267

f. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.37/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN KEGIATAN BADAN PROMOSIPARIWISATA INDONESIA ..............................................

g. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.55/HK.001/MPEK/2012 TENTANG INDIKATORKINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ........................

h. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :133/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN TATA NASKAH DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

i. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :134/UM.001/MPEK/2012 TENTANG JADWAL RETENSIARSIP FASILITATIF NON KEUANGAN DAN NONKEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ........................

j. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :139/UM.001/MPEK/2012 TENTANG TATA CARAPELAKSANAAN PENGAMANAN DAN KETERTIBAN DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................

k. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.141/PW.204/MPEK/2012 TENTANG PERUBAHANKEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI KEBUDAYAANDAN PARIWISATA NOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008TENTANG PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAMNEGERI DALAM KEGIATAN PEMBUATAN DANPENGGANDAAN FILM NASIONAL SERTAPENGGANDAAN FILM IMPOR ......................................

iv

555

561

593

768

793

809

l. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.143/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PENATAUSAHAANKEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF ................................................

m. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.144/HK.201/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDURDl LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF.........................................................

n. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.145/HK.201/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................

v

813

961

988

vi

ABSTRAKPERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

TAHUN 2012

1. PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH - ELEKTRONIK

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.01/PL.104/MPEK/2012.,LL KEMENPAREKRAF, 8 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARAELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF

ABSTRAK : - Bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas,transparansi, persaingan sehat, adil tidak diskriminatifdan akuntabel dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, perlu dilaksanakan pengadaanbarang/jasa Pemerintah secara elektronik untuk ituperlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah Secara Elektronik di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah PERKALKPP No. 002/PRT/KA/VII/2009; PERKA LKPPNo. 2 Tahun 2010.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik. Para pihakyang terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintahsecara elektronik di lingkungan Kementerian terdiriatas LPSE, PPK, ULP dan Penyedia barang/jasa.Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronikoleh pengguna barang dapat menggunakan metodesebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. LPSE,PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/

1

jasa pemerintah dilarang mengacaukan, dan/ataumerusak sistem pengadaan barang/jasa pemerintahsecara elektronik; dan mencuri informasi, memanipulasidata, dan/atau berbuat curang dalam pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik yang dapatmempengaruhi tujuan pengadaan, Penyedia barang/jasa pemerintah dikenai sanksi bila melanggar ketentuanyang telah diatur dalam Peraturan Menteri.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 5 Januari 2012

2

2. ORGANISASI – TATA KERJA

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.07/HK.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 189 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF.

ABSTRAK : - Bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan PresidenNomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 91 Tahun 2011 dan Peraturan PresidenNomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,dan Fungsi Kementerian Negara serta SusunanOrganisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I KementerianNegara, sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011, serta dalam rangka meningkatkan efektivitaspelaksanaan urusan pemerintahan di bidang pariwisatadan ekonomi kreatif, dipandang perlu menetapkanPeraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatiftentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah: PERPRESNo.47 Tahun 2009 sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,KEPPRES No. 84/P Tahun 2009, PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Organisasidan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdipimpin oleh Menteri dan bertanggung jawab kepadaPresiden. Dalam mempimpin Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, Menteri dibantu oleh Wakil MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif. Organisasi Kementerian

3

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdiri atas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan DestinasiPariwisata, Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata,Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni danBudaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif BerbasisMedia, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,Inspektorat Jenderal, Badan Pengembangan SumberDaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Staf Ahli BidangPerlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif, StafAhli Bidang Jasa Ekonomi, Staf Ahli Bidang HubunganAntar Lembaga, Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuandan Teknologi, Pusat Data dan Informasi, PusatPendidikan dan Pelatihan Pegawai dan PusatKomunikasi Publik.Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif mempunyai tugas menyelenggarakan urusandi bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalampemerintahan untuk membantu Presiden dalammenyelenggarakan pemerintahan negara. Dalammelaksanakan tugas, Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi meliputiperumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakandi bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;pengelolaanbarang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi ataspelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif di daerah; dan pelaksanaan kegiatanteknis yang berskala nasional.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 27 Januari 2012

- Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Kebudayaan dan Pariwisata dinyatakantetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/ataubelum diubah atau diganti dengan peraturanpelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Menteriini.

4

- Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri iniseluruh jabatan yang ada beserta pejabat yangmemangku jabatan di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif tetap melaksanakantugas dan fungsi Kementerian sampai dengan diaturkembali berdasarkan Peraturan Menteri ini.

- Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

- Lampiran 45 hlm.

5

3. NOMENKLATUR – PENYESUAIAN - PERATURAN MENTERI KEBUDAYAANDAN PARIWISATA

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.20/OT.001/M.PEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 2 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PENYESUAIAN NOMENKLATUR PADA PERATURANMENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

ABSTRAK : - Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 77Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas PeraturanPresiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukandan Organisasi Kementerian Negara, nama KementerianKebudayaan dan Pariwisata diubah menjadiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untukitu perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif tentang Penyesuaian NomenklaturPada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UUNo. 39 Tahun 2008; PEPPRES No.47 Tahun 2009sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPERPRES No.91 Tahun 2011, PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Penyesuaiannomenklatur pada setiap Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata sebagai berikut, Menteri Kebudayaandan Pariwisata dibaca menjadi Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif dan Kementerian Kebudayaan danPariwisata dibaca menjadi Kementerian PariwisataEkonomi Kreatif.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 7 Februari 2012.

6

4. TUGAS PEMBANTUAN DEKONSENTRASI

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.27/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 21 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGASPEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF.

ABSTRAK : - Bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan TugasPembantuan, kegiatan di bidang pariwisata dan ekonomikreatif dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerahdan berubahnya organisasi Kementerian Kebudayaandan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif, maka tugas dan fungsi kementerianmenjadi berubah sehingga Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.104/UM.001/MKP/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan KementerianKebudayaan dan Pariwisata yang Dilaksanakan MelaluiDekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan perlu digantidengan Peraturan Menteri yang baru denganmenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan EkonomiKreatif tentang Pelaksanaan Kegiatan DekonsentrasiDan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No.17Tahun 2003, UU No.1 Tahun 2004, UU No.15Tahun 2004, UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 10Tahun 2009, UU No. 33 Tahun 2009, PP No. 79Tahun 2005, PP No. 6 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah terakhir dengan PP No. 38 Tahun 2008,PP No. 8 Tahun 2006, PP No. 39 Tahun 2006, PPNo. 7 Tahun 2008, PP No. 60 Tahun 2008, PP No. 71Tahun 2010, PP No. 50 Tahun 2011, PP No. 2Tahun 2012, PERPRES No. 91 Tahun 2011, PERPRESNo. 92 Tahun 2011, PERMEN KEU No. 96/PMK.06/2007,PERMEN KEU No 171/PMK.05/2007, PERMEN BUDPAR

7

No.PM.16/UM.001/MKP/2010, PERMEN KEU No.248/PMK.07/2010, PERMEN KEU No.249/PMK.02/2011,PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PelaksanaanKegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan padaKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Urusanpemerintahan yang dapat dilaksanakan melalui kegiatandekonsentrasi meliputi kegiatan bidang pengembangandestinasi pariwisata; kegiatan bidang pemasaranpariwisata; kegiatan bidang ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya; kegiatan bidang ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan danteknologi; dan kegiatan bidang pengembangan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif. Pelaksanaankegiatan dekonsentrasi antara lain sinkornisasi dankoordinasi perencanaan; fasilitasi/dukungan; bimbinganteknis; pelatihan; pemberian penghargaan; penyuluhan;supervisi; penelitian dan survey; pembinaan; danpengawasan dan pengendalian. Urusan Pemerintahanyang dapat dilaksanakan melalui Tugas Pembantuanyaitu bidang pengembangan destinasi pariwisata.Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuanmeliputi Mekanisme Pencairan Dana, PenatausahaanBMN, Pelaporan dan Pertanggungjawaban, Pembinaandan Pengawasan, Pemeriksaan, dan Serah TerimaBarang, dan sanksi administratif terhadap SatuanKerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melakukankelalaian.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 5 April 2012

- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.104/UM.001/MKP/2010 tentang PelaksanaanKegiatan Kementerian Kebudayaan dan PariwisataYang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi DanTugas Pembantuan dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.

8

5. RENCANA STRATEGIS – TAHUN 2012–2014

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.35/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 267 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF TAHUN 2012-2014.

ABSTRAK : - Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas PeraturanPresiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta SusunanOrganisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I KementerianNegara, tanggal 21 Desember 2011 telah dibentukKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan sesuaiUndang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional, setiapKementerian/Lembaga harus menyusun RencanaStrategis yang berpedoman kepada RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional yang memuatvisi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,program, dankegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsiKementerian/Lembaga dengan menetapkan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No.17Tahun 2003, UU No.25 Tahun 2004, UU No.10Tahun 2009, UU No.33Tahun 2009, PERPRES No. 47Tahun 2009 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,PERPRES No.24 Tahun 2010 sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan PERPRES No.92Tahun 2011, PERPRES No.5 Tahun 2010, PERMENPAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014.Rencana Strategis merupakan

9

pedoman dalam penyelenggaraan program dan kegiatanpembangunan di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif. Pembangunan pariwisataditentukan atas bergantungnya pada keunggulan dayatarik wisata, kualitas sarana dan prasarana di destinasiwisata, dan keberadaan industri pariwisata.Penyelenggaraan usaha pariwisata meliputi Usaha dayatarik wisata; Usaha kawasan pariwisata; Jasa transportasiwisata; Jasa perjalanan wisata; Jasa makanan danminuman; Penyediaan akomodasi; Penyelenggaraankegiatan hiburan dan rekreasi; Penyelenggaraanpertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran;Jasa informasi pariwisata; Jasa konsultan pariwisata;Jasa pramuwisata; Wisata tirta; dan Spa.

- Ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkatoleh pemerintah untuk dikelola ke tingkat Kementeriansehingga dibentuk Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif. Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 6Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif, maka ekonomikreatif Indonesia dikelompokkan menjadi Arsitektur;Desain; Fesyen (Mode); Film, Video, dan Fotografi;Kerajinan; Musik; Pasar Seni dan Barang Antik;Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; PermainanInteraktif; Penelitian dan Pengembangan; SeniPertunjukan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak;dan Televisi dan Radio. Selain pengelompokan dalamInstruksi Presiden tersebut terdapat bidang tambahanyang akan dikembangkan oleh Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif berupa kuliner yang sangat eratkaitannya dengan kepariwisataan dimana memilikikekayaan kreativitas dan kearifan lokal.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 30 April 2012

- Lampiran 265

10

6. BADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA – PEDOMAN PELAKSANAAN

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.37/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 5 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BADAN PROMOSIPARIWISATA INDONESIA.

ABSTRAK : - Dalam rangka memajukan kepariwisataan nasionalperlu meningkatkan kegiatan promosi pariwisataIndonesia maka promosi pariwisata Indonesia dapatdilakukan oleh Badan Promosi Pariwisata Indonesiasebagai mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah.Untuk pelaksanaan kegiatan promosi pariwisataIndonesia perlu adanya peraturan baru denganmenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan BadanPromosi Pariwisata Indonesia.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.17Tahun 2003, UU No.1 Tahun 2004, UU No.15 Tahun 2004,UU No.25 Tahun 2004, UU No.10 Tahun 2009, PP No. 8Tahun 2006, PP No. 60 Tahun 2008, PP No. 71 Tahun 2010,PP No.50 Tahun 2011 PERPRES No.24 Tahun 2009sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan PERPRES No.92 Tahun 2011, KEPPRESNo. 22 Tahun 2011, PERMEN KEU No.171/PNK.05/2007,PERMEN KEU No.249/PMK.02/2011, PERMENPAREKRAF No. PM.07/HK.001/MPEK/2012, PERMENPAREKRAF No. PM.35/UM.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PelaksanaanKegiatan Badan Promosi Pariwisata Indonesia. BadanPromosi Pariwisata Indonesia dalam melaksanakankegiatan promosi pariwisata Indonesia bertugasmeningkatkan citra kepariwisataan Indonesia,meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara danpenerimaan devisa, meningkatkan kunjungan wisatawannusantara dan pembelanjaan, menggalang pendanaandari sumber selain Anggaran Pendapatan dan Belanja

11

Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan melakukan riset dalam rangkapengembangan usaha dan bisnis pariwisata. BadanPromosi Pariwisata Indonesia dalam menyelengarakankegiatan promosi berdasarkan kriteria yang meliputimeningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara danperjalanan wisatawan nusantara serta pembelanjaan,pada saat tingkat kunjungan rendah (low seasontourism); mempromosikan ekonomi kreatif yang menjadibagian dari kepariwisataan (creative tourism); danmempromosikan kepariwisataan yang ramah lingkungandan berkelanjutan (green tourism). Dalam melaksanakantugasnya Badan Promosi Pariwisata Indonesia wajibmelakukan koordinasi dan melaporkan kepadaKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 25 Mei 2012

12

7. INDIKATOR KINERJA UTAMA - KEMENPAREKRAF

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.55/HK.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 36 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

ABSTRAK : - Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 danPasal 4 Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentangPedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utamadi Lingkungan Instansi Pemerintah,dan dalam upayauntuk memperjelas dan menyelaraskan antara IndikatorKinerja Utama Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif dengan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) dan Rencana StrategisKementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014, serta kontrak kinerja KabinetIndonesia Bersatu II, perlu adanya penyempurnaanIndikator Kinerja Utama di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif yang sudah tidaksesuai dengan kebutuhan dan organisasi kementerian,maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif tentang Indikator Kinerja Utamadi Lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.17Tahun 2003, UU No.25 Tahun 2004, UU No.10Tahun 2009, UU No.33 Tahun 2009, PP No.8Tahun 2006, KEPPRES No.84/P Tahun 2009, PEPPRESNo.47 Tahun 2009 sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,PERPRES No.5 Tahun 2010, PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011,PERPRES No.81 Tahun 2010, PERMEN PAN

13

No.PER/09/M.PAN/5/2007, PERMEN PANRB No.20Tahun 2010, PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, dengan menetapkan indikatorkinerja utama sebagai acuan ukuran kinerja yangdigunakan oleh unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif. Untuk mengefektifkanpelaksanaan Peraturan Menteri ini, Inspektorat Jenderaldiberikan tugas melakukan telaah (review) atas capaiankinerja setiap unit kerja dalam rangka meyakinkankehandalan informasi yang disajikan dalam laporanakuntabilitas kinerja dan melakukan evaluasi terhadappelaksanaan Peraturan Menteri ini dan melaporkankepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 16 Juli 2012

- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.105/HK.001/MKP/2011 tentang Penetapan IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Kebudayaandan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

- Lampiran 32 hlm

14

8. TATA NASKAH – PEDOMAN PELAKSANAAN

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.133/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 167 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

ABSTRAK : - Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata NaskahDinas dan adanya perubahan organisasi dan tata kerjayang semula Departemen Kebudayaan dan Pariwisatamenjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,dipandang perlu untuk mengganti Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata NaskahDinas di lingkungan Departemen Kebudayaan danPariwisata dengan peraturan baru, maka perlumenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Pedoman Pelaksanaan Tata NaskahDinas di Lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.37Tahun 1999, UU No.24 Tahun 2000, UU No.43Tahun 2009, UU No.24 Tahun 2009, UU No.12Tahun 2011, UU 28 Tahun 2012, PERPRES No.47Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,PEPPRES No. 24 Tahun 2010 sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan PERPRES No.92Tahun 2011, PERPRES No.60 Tahun 2012, PERMENPAN No.22 Tahun 2008, PERMEN DIKNAS No.46Tahun 2009, PERMEN PANRB No.6 Tahun 2011,PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PedomanPelaksanaan Tata Naskah Dinas di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

15

Ketatalaksanaan pemerintah merupakan pengaturantentang mekanisme/ prosedur/tata kerja untukmelaksanakan tugas dan fungsi dalam berbagai bidangkegiatan pemerintahan. Ketatalaksanaan di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakankomponen penting dalam administrasi umum yangmeliputi tata naskah dinas, singkatan, akronim, dankearsipan. Tata naskah dinas sebagai salah satu unsuradministrasi umum mencakupi pengaturan tentangjenis dan penyusunan naskah dinas, penggunaanLambang Negara, cap dinas, tata surat, perubahan,pencabutan, pembatalan produk hukum, dan ralat.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 2012

- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan TataNaskah Dinas di Lingkungan Departemen Kebudayaandan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

- Lampiran 164 hlm

16

9. ARSIP FASILITATIF NON KEUANGAN DAN NON KEPEGAWAIAN -JADWAL RETENSI

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.134/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 24 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG JADWAL RETENSI ARSIP FASILITATIF NON KEUANGANDAN NON KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

ABSTRAK : - Bahwa untuk tercapainya tertib pelaksanaan penyusutanarsip di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif, perlu adanya Jadwal Retensi Arsip FasilitatifNon Keuangan dan Non Kepegawaian perlu menetapkanPeraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatiftentang Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangandan Non Kepegawaian Di Lingkungan KementerianPariwisata Dan Ekonomi Kreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.43Tahun 2009, PP No.28 Tahun 2012, KEPPRES No.105Tahun 2004, PERPRES No.47 Tahun 2009 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PERPRESNo.91 Tahun 2011, PEPPRES No. 24 Tahun 2010sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPERPRES No, 92 Tahun 2011, PERMEN BUDPARNo.PM.63/UM.001/MKP/2009, PERMEN PERKA ANRINo. 12 Tahun 2009, PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang JadwalRetensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan NonKepegawaian. Arsip fasilitatif non keuangan dan nonkepegawaian meliputi perencanaan, hukum, organisasidan ketatalaksanaan, kearsipan, ketatausahaan dankerumahtanggaan, hubungan masyarakat, penelitian,pengkajian dan pengembangan, pendidikan danpelatihan, perlengkapan, pengadaan Barang dan Jasa,perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi danpengawasan.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 22 November 2012

- Lampiran 19 hlm

17

10. PENGAMANAN - KETERTIBAN - TATA CARA PELAKSANAAN

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.139/UM.101/MPEK/2013,LL KEMENPAREKRAF, 15 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAMANAN DANKETERTIBAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF

ABSTRAK : - Bahwa dengan terbentuknya organisasi KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu dilakukanpeninjauan kembali Keputusan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor KM.29/UM.001/MKP/02 tentangTata Cara Pelaksanaan Pengamanan dan Ketertibandi lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisatauntuk itu perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif tentang Tata Cara PelaksanaanPengamanan dan Ketertiban di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.2Tahun 2002; PERPRES No.47 Tahun 2009 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PERPRESNo.91 Tahun 2011; KEPRES No. 84/P Tahun 2009sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganKEPPRES No. 59/P Tahun 2011; PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011; PERKAPOLRI No.24 Tahun 2007; PERMEN PAREKRAFNo.PM.07/HK.001/MPEK/2012; KEPMEN KEUANGANNo.112/KM.6/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Tata CaraPelaksanaan Pengamanan dan Ketertiban dilingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Pengamanan di lingkungan Kantor terdiri ataspengamanan fungsional dan pengamananoperasional.Tata cara pelaksanaan pengamanan danketertiban meliputi pengamanan bangunan gedungKantor, perlindungan pribadi dan tempat kediamanMenteri dan Wakil Menteri, penjagaan di lantai kerja

18

Menteri, Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, dan paraPejabat Eselon I, pengawasan lalu lintas barang,pengaturan Penerimaan Tamu, pengaturan pemakaiantanda pengenal, pengaturan parkir kendaraan, menataletak parkIr kendaraan, pengaturan pemasanganspanduk/umbul-umbul, standing banner dan baliho,tindakan sementara dalam hal terjadi suatu tindakpidana, tindakan mengatasi perkelahian, tindakanmenghadapi unjuk rasa, tindakan mengatasi kerusuhan,tindakan mengatasi kebakaran, tindakan mengatasiancaman bom, Tindakan penyelamatan terjadinyagempa bumi, pelatihan, koordinasi dan pengawasan.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2012.

19

11. PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI - PEMBUATANDAN PENGGANDAAN FILM NASIONAL - PENGGANDAAN FILM IMPOR- PENGGANDAAN FILM NASIONAL –PERUBAHAN KEEMPAT

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.141/PW.204/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 3 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERIKEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008TENTANG PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAMKEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILM NASIONAL SERTAPENGGANDAAN FILM IMPOR

ABSTRAK : - Bahwa jasa teknik film yang merupakan salah satusumber daya dalam negeri, harus dimanfaatkan dalamkegiatan pembuatan dan penggandaan film nasionalserta penggandaan film impor sementara untukmemanfaatkan Jasa Teknik Film dalam negeri dalamkegiatan pembuatan dan penggandaan film nasionalserta penggandaan film impor, diperlukan waktu untukmempelajari lebih jauh kemampuan dan persiapankegiatan usaha jasa teknik film yang mencakupteknologi seluloid dan digital di dalam negeri untukitu perlu dibuatkan Peraturan Menteri untuk mengubahkembali tanggal efektif mulai berlakunya PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan JasaTeknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatandan Penggandaan Film Nasional Serta PenggandaanFilm Impor sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif Nomor PM.108/PW.204/MKP/2011.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No. 33Tahun 2009; PP No. 6 Tahun 1994; PP No. 7 Tahun 1994;PERPRES No. 24 Tahun 2010; SK MENTERIPENERANGAN No.215/KEP/MENPEN/1994; PERMENBUDPAR No. PM.55/PW.204/MKP/2008.

20

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur mengenai perubahanPasal 13 ayat (2) yaitu mengenai berlaku efektifnyaPeraturan Menteri padatanggal 1 Januari 2014.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 19 Desember 2013

21

12. PENATAUSAHAAN KEUANGAN – KEMENPAREKRAF

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.143/UM.001/MPEK/2012,LL KEMENPAREKRAF, 77 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PENATAUSAHAAN KEUANGAN DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

ABSTRAK : - Bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasiKementerian serta untuk mewujudkan efektifitas,efesiensi dan tertib administrasi keuangan negara,perlu meninjau kembali Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentangPetunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan dilingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.17Tahun 2003, UU No.1 Tahun 2004, UU No.15 Tahun 2004,PERPRES No 54 Tahun 2010 sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan PERPRES No.70Tahun 2012, KEPMEN KEU No. KEP.563/KMK.03/2003,PERMEN KEU No.03/PMK.06/2006, PERMEN KEUNo 73/PMK.05/2008, PERMEN KEU No. 97/PMK.05/2010, PERMEN KEU No 154/PMK.03/2010, PERMENKEU No 113/PMK.05/2012, PERMEN KEU No. 190/PMK.05/2012, PERMEN PAREKRAF No, PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentangPenatausahaan Keuangan di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penatausahaankeuangan merupakan pedoman bagi satuan kerja danUPT di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif agar penatausahaan keuangan pada Satkerdan UPT dilaksanakan secara tertib, sehinggapembayaran yang dilakukan tidak melampaui batasalokasi dana yang tertera dalam DIPA, sertamempermudah dalam menyusun laporan keuangan.Penatausahaan keuangan meliputi persiapan,

22

pembukuan bendahara pengeluaran dan/atau bendaharapengeluaran pembantu pada Satuan kerja atau UnitPelaksana Teknis (UPT), Pemeriksaan Kas Bendahara,surat perintah pembayaran (SPP), surat perintahmembayar (SPM), Pertanggungjawaban keuangan danpelaporan.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 7 Desember 2012

- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.49/KU.202/MKP/2008 tentang PetunjukPelaksanaan Penatausahaan Keuangan di lingkunganDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata, dicabut dandinyatakan tidak berlaku.

23

13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR – PEDOMAN - PENYUSUNAN

2012

PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM 144/HK.201/MPEK/2012,LL KEMENPAREKRAF, 25 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONALPROSEDUR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF

ABSTRAK : - Bahwa untuk menyelenggarakan tata kelolakepemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel,yang menjamin kelancaran pelaksanaan pelayananinternal dan eksternal pada unit kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, makadiperlukan standar operasional prosedur untuk ituperlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan StandarOperasional Prosedur di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif;

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.28Tahun 1999; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 14Tahun 2008; PERPRES No.47 Tahun2009 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PERPRESNo.91 Tahun 2011; PERPRES No.24 Tahun 2010sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan PERPRES No.92 Tahun 2011; KEPMEN PANNo.63/KEP/M.PAN/7/2003; PERMENNEG PAN & RBNo.35 Tahun 2012; PERMEN PAREKRAFNo.PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang pedomanbagi setiap unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusun standaroperasional prosedur bagi pelaksanaan tugas danfungsi unit organisasi masing-masing. Setiap SatuanKerja Eselon I, Unit Kerja Eselon II, dan Unit PelaksanaTeknis wajib menyusun standar operasional prosedurdengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini.

24

25

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2012.

- Ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan

pekerjaan yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan

Menteri ini, masih tetap berlaku untuk jangka waktu

paling lama 1 (satu) tahun.

- Lampiran 22 hlm.

26

14. KERANGKA ACUAN KERJA – PEDOMAN - PENYUSUNAN

2012

PERMEN PAREKRAF NO.145/HK.201/MPEK/2012,

LL KEMENPAREKRAF, 16 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA DI

LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

ABSTRAK : - Bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-

undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasi

Kementerian serta mewujudkan keseragaman dalam

menyusun rencana kerja dan anggaran di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perlu

meninjau kembali Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata Nomor PM. 12/HK.001/MKP/2007 tentang

Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan untuk saat ini, maka perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

tentang Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja

di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah PP No. 90

Tahun 2010, PERPRES No 47Tahun 2009, PERPRES

No 24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011,

PERPRES No. 70 Tahun 2012, PERMEN BUDPAR

No PM.12/HK.001/MKP/2007, PERMEN KEU

No.112/PMK.02/2012, PERMEN PAREKRAF

No. PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Pedoman

Penyusunan Kerangka Acuan Kerja di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kerangka

Acuan Kerja merupakan acuan dan pedoman baku

dalam menyusun Kerangka Acuan Kerja bagi satuan

kerja dan UPT dalam menyelaraskan dan menyamakan

alur pikir rencana pelaksanaan kegiatan di lingkungan

27

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Penyusunan kerangka acuan kerja harus

memperhatikan prinsip-prinsip yaitu ringkas, jelas,

sistematis dan terukur. Menetapkan kerangka acuan

kerja terdapat format yang meliputi latar belakang,

maksud dan tujuan, cara pelaksanaan kegiatan, tempat

pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung

jawab kegiatan, jadwal kegiatan, total biaya yang

diperlukan.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2012.

- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.12/HK.001/MKP/2007 tentang Pedoman

Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.

- Lampiran 13 hlm.

28

29

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.01/PL.104/MPEK/2012

TENTANG

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas,

transparansi, persaingan sehat, adil tidak diskriminatif

dan akuntabel dalam pelaksanaan pengadaan barang/

jasa Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif, perlu dilaksanakan pengadaan

barang/jasa Pemerintah secara elektronik;

b. bahwa untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa

Pemerintah secara elektronik di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah Secara Elektronik di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

30

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4843);

2. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Memperhatikan : 1. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 002/PRT/

KA/VII/2009 tentang Pedoman Pembentukan Unit

Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah;

2. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 2 Tahun 2010

tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA

PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (electronic

government procurement) adalah proses pengadaan barang/jasa

pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis

web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan

informasi, yang meliputi pelelangan umum secara elektronik.

2. E-Lelang Umum adalah pengadaan barang/jasa pemerintah yang proses

pelaksanaannya dilakukan dengan pelelangan umum secara terbuka,

dalam rangka mendapatkan barang/jasa, dengan penawaran harganya

dilakukan satu kali pada hari, tanggal, dan waktu yang telah ditentukan

dalam dokumen pengadaan, untuk mencari harga terendah tanpa

mengabaikan kualitas teknis dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan

mempergunakan media elektronik yang berbasis pada web/internet dengan

memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi.

31

3. Layanan Pengadaan Secara Elektronik, yang selanjutnya disebut LPSE

adalah unit kerja yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara elektronik.

4. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit

organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/

jasa Pemerintah di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang

bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang

sudah ada.

5. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

6. Penyedia Barang /Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan

yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa

Lainnya.

7. Kementerian adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

8. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai landasan hukum dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah secara elektronik, dengan tujuan untuk lebih

meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi, persaingan sehat, adil, tidak

diskriminatif serta akuntabel dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah di lingkungan Kementerian.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi pengadaan barang/jasa pemerintah

di lingkungan Kementerian yang dilakukan secara elektronik.

32

BAB IV

PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK

Pasal 4

Para pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah secara

elektronik di lingkungan Kementerian terdiri atas :

a. LPSE;

b. PPK;

c. ULP; dan

d. Penyedia barang/jasa.

Pasal 5

(1) LPSE mempunyai tugas meliputi :

a. memfasilitasi PA/KPA mengumumkan rencana umum pengadaan;

b. memfasilitasi ULP menayangkan pengumuman pelaksanaan

pengadaan;

c. memfasilitasi ULP/pejabat pengadaan melaksanakan pemilihan

penyedia barang/jasa pemerintah secara elektronik; dan

d. memfasilitasi penyedia barang/jasa pemerintah dan pihak-pihak yang

berkepentingan menjadi pengguna sistem pengadaan secara

elektronik.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LPSE

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. penyusunan program kegiatan ketatausahaan, evaluasi dan pelaporan

pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah secara Elektronik

di lingkungan Kementerian;

b. pengelolaan sistem pengadaan secara elektronik dan infrastrukturnya;

c. pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna sistem pengadaan

secara elektronik; dan

d. pelaksanaan pelayanan pelatihan dan dukungan teknis pengoperasian

sistem pengadaan secara elektronik.

(3) Pembentukan dan struktur organisasi LPSE Kementerian akan diatur

lebih lanjut dalam Keputusan Menteri.

33

Pasal 6

(1) Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dilakukan oleh PPK

yang diangkat oleh PA/KPA Kementerian.

(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:

a. menetapkan rencana dan paket-paket pekerjaan pengadaan barang/

jasa pemerintah;

b. menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS),

jadwal, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan;

c. menetapkan dan pengesahan hasil dokumen pengadaan secara

elektronik.

d. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan

barang/jasa pemerintah secara elektronik dimulai; dan

e. menindaklanjuti pemberitahuan dari LPSE apabila ditemukan

penyimpangan prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 7

(1) ULP mempunyai tugas:

a. menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah;

b. menetapkan dokumen pengadaan;

c. menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;

d. menayangkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di

website Kementerian dan menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan

dalam portal pengadaan nasional;

e. menilai kualifikasi penyedia barang/jasa pemerintah melalui

prakualifikasi atau pascakualifikasi;

f. mengevaluasi administrasi teknis dan harga terhadap penawaran

yang masuk;

g. mengusulkan calon pemenang;

h. memberikan jawaban sanggahan;

i. menetapkan penyedia barang/jasa pemerintah untuk:

1) pelelangan atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling

tinggi Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

2) seleksi atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa

konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah).

34

j. menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa

pemerintah kepada PPK; dan

k. menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah.

(2) Pembentukan dan struktur organisasi ULP Kementerian akan diatur lebih

lanjut dalam Keputusan Menteri.

Pasal 8

(1) Penyedia barang/jasa pemerintah wajib memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. mendaftarkan diri kepada LPSE dan bersedia untuk dilakukan verifikasi

secara azas nyata oleh LPSE, sebelum penyedia barang/jasa

pemerintah diberi kode akses untuk masuk ke dalam sistem pengadaan

secara elektronik;

b. memenuhi ketentuan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/

kegiatan sebagai penyedia barang/jasa pemerintah;

c. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial

untuk menyediakan barang/jasa pemerintah;

d. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya

tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan

atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;

e. secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada

kontrak;

f. sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

dan telah memenuhi kewajiban perpajakkan tahun terakhir (Surat

Pemberian Tahunan) serta memiliki laporan bulanan Pajak Penghasilan

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan Pasal 21 (PPH Pasal 21), PPH Pasal 23 (bila ada

transaksi), PPH pasal 25/pasal 29 dan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) untuk Pengusaha kena pajak dalam kurang 3 (tiga) bulan

terakhir dalam tahun berjalan.

g. memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia

barang/jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik di

lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman

subkontrak;

h. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf g, dikecualikan bagi

penyedia barang/jasa pemerintah yang baru berdiri kurang dari

3 (tiga) tahun;

35

i. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain

yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

j. tidak masuk dalam daftar hitam;

k. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;

l. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanakan pengadaan

barang/jasa pemerintah secara elektronik dimulai; dan

m. memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali

untuk pengadaan barang dan jasa konsultansi.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dan huruf m,

dikecualikan bagi penyedia barang/jasa pemerintah orang perorangan.

(3) Penyedia Barang/Jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan

kepentingan dilarang menjadi penyedia barang/jasa pemerintah.

Pasal 9

LPSE, PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/jasa pemerintah

bertanggung jawab secara hukum terhadap:

a. kerahasiaan dan penyalahgunaan kode akses (user ID dan password)

dalam penyelenggaraan barang/jasa pemerintah elektronik;

b. kerahasiaan dan penyalahgunaan data dan informasi elektronik yang

tidak diperuntukkan untuk umum; dan

c. pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah.

BAB V

PROSEDUR PELAKSANAAN

Pasal 10

(1) Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik oleh pengguna

barang dapat menggunakan metode:

a. metode e – lelang umum prakualifikasi dengan 1 (satu) file;

b. metode e – lelang umum prakualifikasi dengan 2 (dua) file;

c. metode e – lelang umum pascakulaifikasi dengan 1 (satu) file; dan

d. metode e – lelang umum pascakualifikasi dengan 2 (dua) file.

(2) Pedoman teknis mekanisme dan prosedur pelaksanaan pengadaan barang/

jasa pemerintah elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkan Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.

36

BAB VI

LARANGAN DAN ETIKA

Pasal 11

LPSE, PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/jasa pemerintah

dilarang:

a. mengacaukan, dan/atau merusak sistem pengadaan barang/jasa

pemerintah secara elektronik; dan

b. mencuri informasi, memanipulasi data, dan/atau berbuat curang dalam

pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik yang dapat

mempengaruhi tujuan pengadaan.

Pasal 12

Selain pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan

Pasal 11, LPSE, PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/jasa

harus mematuhi etika pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana diatur

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13

(1) Pembinaan LPSE dan ULP pengadaan barang/jasa pemerintah secara

elektronik dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian melalui pelatihan

pengadaan barang/jasa pemerintah.

(2) Pengawasan LPSE dan ULP pengadaan barang/jasa pemerintah secara

elektronik dilakukan oleh Inspektur Jenderal Kementerian.

BAB VIII

SANKSI

Pasal 14

(1) PPK, Panitia Pengadaan/ULP yang melakukan pelanggaraaan/kecurangan

dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 dikenakan sanksi berupa:

a. sanksi administratif;

b. tuntutan ganti rugi; dan/atau

c. dilaporkan secara pidana.

37

(2) Penyedia barang/jasa pemerintah yang melakukan pelanggaran/

kecurangan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 dikenakan sanksi berupa:

a. sanksi administratif;

b. pencantuman dalam daftar hitam;

c. tuntutan ganti rugi; dan/atau

d. dilaporkan secara pidana.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan

ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 5 Januari 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakarta

pada tangal 9 Januari 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 39

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI

Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MM

NIP. 19590617 198803 1 005

38

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 47

Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian

Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 dan

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan

Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011, serta dalam

rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan urusan

pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif,

dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

39

2. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 sebagaimana

telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P

Tahun 2011;

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara

serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon

I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92

Tahun 2011;

Memperhatikan : Surat Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: B/307/M.PAN-

RB/1/2012 tanggal 27 Januari 2012;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

BAB I

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 1

(1) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden.

(2) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 2

Dalam memimpin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat

(2) dibantu oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 3

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

40

Pasal 4

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas membantu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam memimpin pelaksanaan tugas

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 5

Ruang lingkup bidang tugas Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, yaitu:

a. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam perumusan

dan pelaksanaan kebijakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

dan

b. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam mengoordinasikan

pencapaian kebijakan strategis lintas unit organisasi eselon I di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 6

Rincian tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:

a. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam proses

pengambilan keputusan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam melaksanakan

program kerja dan kontrak kinerja;

c. memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

d. melaksanakan pengendalian dan pamantauan pelaksanaan tugas dan

fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

e. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam penilaian dan

penetapan pengisian jabatan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif;

f. melaksanakan pengendalian reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

g. mewakili Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada acara tertentu

dan/atau memimpin rapat sesuai dengan penugasan Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif;

h. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif; dan

41

i. dalam hal tertentu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

melaksanakan tugas khusus yang diberikan langsung oleh Presiden atau

melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 7

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalam

pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan

pemerintahan negara.

Pasal 8

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata

dan ekonomi kreatif;

b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif;

d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah; dan

e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

BAB II

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 9

(1) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdiri atas:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata;

c. Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata;

d. Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya;

e. Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

h. Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif;

42

i. Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi;

j. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga;

k. Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

l. Pusat Data dan Informasi;

m. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai; dan

n. Pusat Komunikasi Publik.

(2) Struktur Organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

BAB III

SEKRETARIAT JENDERAL

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 10

(1) Sekretariat Jenderal adalah unsur pembantu pemimpin yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

(2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.

Pasal 11

Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan

tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh

unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Sekretariat

Jenderal menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif;

c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi

ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan

dokumentasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

d. pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja

sama, dan hubungan masyarakat;

43

e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan

hukum;

f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 13

Sekretariat Jenderal terdiri atas:

a. Biro Perencanaan dan Organisasi;

b. Biro Hukum dan Kepegawaian;

c. Biro Keuangan;

d. Biro Kerja Sama Luar Negeri; dan

e. Biro Umum.

Bagian Ketiga

Biro Perencanaan dan Organisasi

Pasal 14

Biro Perencanaan dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

dan penyusunan rencana program, penganggaran, pemantauan, evaluasi

dan pelaporan, serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan

tata laksana di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 15

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Biro

Perencanaan dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana program;

b. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan anggaran;

c. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana

program dan penganggaran;

d. pelaksanaan penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan

ketatalaksanaan; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.

44

Pasal 16

Biro Perencanaan dan Organisasi terdiri atas:

a. Bagian Rencana Program;

b. Bagian Penganggaran;

c. Bagian Evaluasi dan Pelaporan;

d. Bagian Organisasi dan Tata Laksana; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 17

Bagian Rencana Program mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan

penelaahan, pengolahan dan koordinasi perumusan dan penyusunan kebijakan

rencana program Kementerian.

Pasal 18

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Bagian

Rencana Program menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan

dan penyusunan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana

Kerja Pemerintah dan Forum Diskusi Kebijakan Pembangunan Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif, serta Forum Regional Daerah;

b. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan

dan penyusunan kebijakan Rencana Kerja, Rencana Kerja Tahunan, dan

Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga, serta dukungan kegiatan

tambahan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

dan

c. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan

dan penyusunan kebijakan Forum Komunikasi, Forum Diskusi, Rapat

Kerja, Rapat Koordinasi, Rapat Koordinasi Teknis/Daerah, Penyelenggaraan

Forum Komunikasi Perencanaan Internal dan Eksternal Kementerian,

serta Musrenbang.

Pasal 19

Bagian Rencana Program terdiri atas:

a. Subbagian Rencana Progam I;

b. Subbagian Rencana Program II; dan

c. Subbagian Rencana Program III.

45

Pasal 20

(1) Subbagian Rencana Program I mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan

kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja

Pemerintah dan Forum Diskusi Kebijakan Pembangunan Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, serta Forum Regional Daerah.

(2) Subbagian Rencana Program II mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan

kebijakan Rencana Kerja, Rencana Kerja tahunan, dan Rencana Kerja

Anggaran Kementerian/Lembaga, serta dukungan kegiatan tambahan di

lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(3) Subbagian Rencana Program III mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan

kebijakan, Forum Komunikasi, Forum Diskusi, Rapat Kerja, Rapat

Koordinasi, Rapat Koordinasi Teknis/Daerah, Penyelenggaraan Forum

Komunikasi Perencanaan Internal dan Eksternal Kementerian, serta

Musrenbang.

Pasal 21

Bagian Penganggaran mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan

penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan anggaran

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 22

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Bagian

Penganggaran menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan

dan penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Petunjuk Operasional

Kegiatan serta penyesuaian/revisi dokumen anggaran Kementerian;

b. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan

dan penyusunan Surat Keputusan Pejabat Pengelola Anggaran, dan

Rancangan Bahan Nota Keuangan, serta Penetapan Kinerja kementerian;

dan

c. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan

dan penyusunan Standar Biaya Khusus, Forum Komunikasi Perencanaan

Pusat dan Daerah, serta urusan tata usaha Biro yang meliputi: penyiapan

bahan pameran, kepegawaian, rapat-rapat, tata persuratan dan kearsipan,

serta urusan rumah tangga Biro.

46

Pasal 23

Bagian Penganggaran terdiri atas:

a. Subbagian Penganggaran I;

b. Subbagian Penganggaran II; dan

c. Subbagian Penganggaran III dan Tata Usaha Biro.

Pasal 24

(1) Subbagian Penganggaran I mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Petunjuk Operasional Kegiatan serta

penyesuaian/revisi dokumen anggaran Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

(2) Subbagian Penganggaran II mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan

Surat Keputusan Pejabat Pengelola Anggaran dan Rancangan Bahan

Nota Keuangan serta Penetapan Kinerja Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

(3) Subbagian Penganggaran III dan Tata Usaha Biro mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi

perumusan dan penyusunan Standar Biaya Khusus, dan Forum Komunikasi

Perencanaan Pusat dan Daerah, serta urusan tata usaha Biro.

Pasal 25

Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan pemantauan

dan pengevaluasian pelaksanaan rencana program dan anggaran, serta

penyusunan laporan Kementerian dan penyiapan bahan sidang/rapat pimpinan.

Pasal 26

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Bagian

Evaluasi dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi:

a. pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan rencana program, kegiatan

dan anggaran, sistem pengendalian internal pemerintah, Indikator Kinerja

Utama, rekomendasi hasil pemantauan di lingkungan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan

penyusunan Laporan Kementerian; dan

c. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan

penyusunan bahan Sidang/Rapat Pimpinan.

47

Pasal 27

Bagian Evaluasi dan Pelaporan terdiri atas:

a. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi Program;

b. Subbagian Pelaporan Kementerian; dan

c. Subbagian Penyiapan Bahan Pimpinan.

Pasal 28

(1) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi Program mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

rencana program, kegiatan dan anggaran, sistem pengendalian internal

pemerintah, Indikator Kinerja Utama, rekomendasi hasil pemantauan di

lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Subbagian Pelaporan Kementerian mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan penyusunan

Laporan Kementerian.

(3) Subbagian Penyiapan Bahan Pimpinan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan

penyusunan bahan Sidang/Rapat Pimpinan.

Pasal 29

Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melaksanakan penataan

dan peningkatan kapasitas organisasi, dan pengembangan jabatan fungsional,

tata laksana, serta fasilitasi reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 30

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Bagian

Organisasi dan Tata Laksana menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penelaahan, analisis, evaluasi, koordinasi perumusan

dan penyusunan organisasi, analisis jabatan, evaluasi jabatan, analisis

beban kerja, serta pengembangan jabatan fungsional di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. penyiapan bahan penelaahan, analisis, evaluasi, koordinasi perumusan

dan penyusunan norma, standar prosedur kerja/SOP, kriteria, tata cara,

dan pedoman kerja, serta pembakuan sarana kerja di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan

48

c. penyiapan bahan pemantauan, dokumentasi, penatausahaan dan pelaporan

pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 31

Bagian Organisasi dan Tata Laksana terdiri atas:

a. Subbagian Organisasi dan Pengembangan Jabatan Fungsional;

b. Subbagian Tata Laksana; dan

c. Subbagian Fasilitasi Reformasi Birokrasi.

Pasal 32

a. Subbagian Organisasi dan Pengembangan Jabatan Fungsional mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan penelaahan, analisis, evaluasi,

koordinasi perumusan dan penyusunan organisasi, penyusunan analisis

jabatan, evaluasi jabatan, analisis beban kerja, serta pengembangan

jabatan fungsional di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

b. Subbagian Tata Laksana mempunyai tugas menyiapkan bahan penelaahan,

analisis, evaluasi, koordinasi perumusan dan penyusunan norma, standar

prosedur kerja/SOP, kriteria, tata cara, dan pedoman kerja, serta pembakuan

sarana kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

c. Subbagian Fasilitasi Reformasi Birokrasi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemantauan, dokumentasi, penatausahaan dan pelaporan

pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

Bagian Keempat

Biro Hukum dan Kepegawaian

Pasal 33

Biro Hukum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

dan penyusunan peraturan perundang-undangan, penelaahan dan bantuan

hukum, serta melaksanakan pengelolaan dan pembinaan kepegawaian di

lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 34

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Biro

Hukum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:

49

a. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan;

b. pelaksanaan penelaahan dan bantuan hukum;

c. pelaksanaan penyusunan formasi, pengadaan, pengembangan serta urusan

disiplin dan kesejahteraan pegawai;

d. pelaksanaan urusan mutasi pegawai; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

Pasal 35

Biro Hukum dan Kepegawaian terdiri atas:

a. Bagian Peraturan Perundang-undangan;

b. Bagian Penelaahan dan Bantuan Hukum;

c. Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai;

d. Bagian Mutasi Pegawai; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 36

Bagian Peraturan Perundang-undangan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan bahan koordinasi, perumusan, dan penyusunan rancangan peraturan

perundang-undangan dan perjanjian di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 37

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Bagian

Peraturan Perundang-undangan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan

perundang-undangan di bidang kepariwisataan;

b. penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-

undangan di bidang ekonomi kreatif; dan

c. penyiapan bahan koordinasi, perumusan dan penyusunan rancangan

naskah perjanjian dan ratifikasi di bidang kepariwisataan dan ekonomi

kreatif.

Pasal 38

Bagian Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Subbagian Peraturan Perundang-undangan Kepariwisataan;

b. Subbagian Peraturan Perundang-undangan Ekonomi Kreatif; dan

c. Subbagian Perjanjian dan Ratifikasi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.

50

Pasal 39

(1) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Kepariwisataan mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, perumusan dan penyusunan

peraturan perundang-undangan di bidang kepariwisataan.

(2) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Ekonomi Kreatif mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi perumusan dan penyusunan

peraturan perundang-undangan di bidang ekonomi kreatif.

(3) Subbagian Perjanjian dan Ratifikasi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, perumusan

dan penyusunan rancangan naskah perjanjian dan ratifikasi di bidang

kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

Pasal 40

Bagian Penelaahan dan Bantuan Hukum mempunyai tugas melaksanakan

penelaahan dan bantuan hukum.

Pasal 41

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 40, Bagian

Penelaahan dan Bantuan Hukum menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penelaahan hukum di lingkungan Kementerian;

b. penyiapan bahan bantuan hukum di lingkungan Kementerian; dan

c. pengelolaan dokumentasi dan publikasi hukum, serta jaringan dokumentasi

dan informasi hukum.

Pasal 42

Bagian Penelaahan dan Bantuan Hukum terdiri atas:

a. Subbagian Penelaahan Hukum;

b. Subbagian Bantuan Hukum; dan

c. Subbagian Dokumentasi dan Publikasi Hukum.

Pasal 43

(1) Subbagian Penelaahan Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penelaahan hukum dan peraturan perundang-undangan di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Subbagian Bantuan Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan advokasi dan pemberian bantuan hukum di lingkungan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

51

(3) Subbagian Dokumentasi dan Publikasi Hukum mempunyai tugas melakukan

pengelolaan dokumentasi dan publikasi hukum, penyuluhan hukum, serta

jaringan dokumentasi dan informasi hukum.

Pasal 44

Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan formasi, pengadaan, pengembangan, serta urusan

disiplin dan kesejahteraan pegawai.

Pasal 45

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Bagian

Perencanaan dan Pengembangan Pegawai menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan analisis kebutuhan, penyusunan formasi, dan pengadaan

pegawai;

b. penyiapan bahan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan,

pengembangan pegawai, serta pengurusan ijin belajar dan beasiswa;

dan

c. pelaksanaan urusan disiplin, kesejahteraan, dan pemberian tanda

penghargaan pegawai.

Pasal 46

Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai terdiri atas:

a. Subbagian Perencanaan Pegawai;

b. Subbagian Pengembangan Pegawai; dan

c. Subbagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai.

Pasal 47

(1) Subbagian Perencanaan Pegawai mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan analisis kebutuhan, penyusunan formasi, dan pengadaan pegawai.

(2) Subbagian Pengembangan Pegawai mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan,

pengembangan pegawai, serta pengurusan ijin belajar dan beasiswa.

(3) Subbagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai tugas

melakukan urusan disiplin, kesejahteraan, dan pemberian tanda

penghargaan pegawai serta Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara

(LHKPN) dan pembinaan mental pegawai.

52

Pasal 48

Bagian Mutasi Pegawai mempunyai tugas melaksanakan urusan mutasi

pegawai.

Pasal 49

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Bagian

Mutasi Pegawai menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan urusan pengangkatan pegawai, pengangkatan dan

pemberhentian dalam jabatan, serta pemberhentian dan pensiun pegawai;

b. penyiapan bahan urusan kepangkatan dan peninjauan masa kerja, kenaikan

gaji berkala, serta perpindahan tempat dan daerah kerja pegawai; dan

c. pelaksanaan urusan dokumentasi, database pegawai, tata usaha pegawai,

kesejahteraan dan penilaian kinerja pegawai, serta urusan kepegawaian

Sekretariat Jenderal, dan tata usaha Biro.

Pasal 50

Bagian Mutasi Pegawai terdiri atas:

a. Subbagian Pengangkatan dan Pemberhentian;

b. Subbagian Mutasi dan Kepangkatan; dan

c. Subbagian Tata Usaha Kepegawaian.

Pasal 51

(1) Subbagian Pengangkatan dan Pemberhentian mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan urusan pengangkatan pegawai, pengangkatan dan

pemberhentian dalam jabatan, serta pemberhentian dan pensiun pegawai.

(2) Subbagian Mutasi dan Kepangkatan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan urusan kepangkatan dan peninjauan masa kerja,

kenaikan gaji berkala, serta perpindahan tempat dan daerah kerja pegawai.

(3) Subbagian Tata Usaha Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan

dokumentasi, database pegawai, tata usaha pegawai, kesejahteraan dan

penilaian kinerja pegawai, serta urusan kepegawaian Sekretariat Jenderal,

dan tata usaha Biro.

53

Bagian Kelima

Biro Keuangan

Pasal 52

Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan

pengoordinasian pengelolaan pelaksanaan anggaran, perbendaharaan,

akuntansi, dan verifikasi anggaran di lingkungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

Pasal 53

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 52, Biro

Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan koordinasi, pengelolaan anggaran,

serta pemberian bimbingan teknis pengelolaan keuangan di lingkungan

Kementerian;

b. pelaksanaan penataan pengelolaan perbendaharaan, dan penyelesaian

kerugian keuangan Negara, serta penatausahaan keuangan di lingkungan

Kementerian;

c. pelaksanaan urusan akuntansi dan neraca/kekayaan keuangan serta

evaluasi dan pelaporan keuangan di lingkungan Kementerian;

d. pelaksanaan verifikasi realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja negara, serta rekonsiliasi pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja negara di lingkungan Kementerian; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.

Pasal 54

Biro Keuangan terdiri atas:

a. Bagian Pelaksanaan Anggaran;

b. Bagian Perbendaharaan;

c. Bagian Akuntansi;

d. Bagian Verifikasi Anggaran; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 55

Bagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melaksanakan pemantauan,

evaluasi, dan koordinasi, pengelolaan anggaran dan Penerimaan Negara

Bukan Pajak di lingkungan Kementerian.

54

Pasal 56

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 55, Bagian

Pelaksanaan Penganggaran menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi dan pelaporan

pengelolaan anggaran di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat

Jenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata,

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Pusat

Data dan Informasi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat

Komunikasi Publik;

b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pelaporan

pengelolaan anggaran di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasaran

Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain,

dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Badan Pengembangan Sumber

Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan

c. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pelaporan realisasi

anggaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak serta pemberian bimbingan

teknis pengelolaan keuangan di lingkungan Kementerian.

Pasal 57

Bagian Pelaksanaan Penganggaran terdiri atas:

a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran I;

b. Subbagian Pelaksanaan Anggaran II; dan

c. Subbagian Pemantauan Anggaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Pasal 58

(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran I mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi dan pelaporan

pengelolaan anggaran di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat

Jenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dan

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Pusat

Data dan Informasi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat

Komunikasi Publik;

(2) Subbagian Pelaksanaan Anggaran II mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pelaporan

pengelolaan anggaran di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasaran

Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain,

dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Badan Pengembangan Sumber

Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

55

(3) Subbagian Pemantauan Anggaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi,

koordinasi, dan pelaporan realisasi anggaran dan Penerimaan Negara

Bukan Pajak serta pemberian bimbingan teknis pengelolaan keuangan

di lingkungan Kementerian.

Pasal 59

Bagian Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan urusan

perbendaharaan, dan penyelesaian kerugian keuangan negara, serta

penatausahaan keuangan di lingkungan Kementerian.

Pasal 60

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 59, Bagian

Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan pembinaan pengelolaan perbendaharaan di lingkungan

Kementerian;

b. penyiapan bahan pertimbangan masalah tidak lanjut hasil pemeriksaan

dan penyelesaian tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi di

lingkungan Kementerian; dan

c. penyiapan bahan pembinaan, pemantauan, evaluai dan koordinasi

penatausahaan keuangan dan peraturan keuangan di lingkungan

Kementerian, serta urusan tata usaha Biro.

Pasal 61

Bagian Perbendaharaan terdiri atas:

a. Subbagian Tata Kelola Perbendaharaan;

b. Subbagian Penyelesaian Kerugian Negara; dan

c. Subbagian Penatausahaan Keuangan dan Tata Usaha Biro.

Pasal 62

(1) Subbagian Tata Kelola Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pembinaan, koordinasi dan pertimbangan masalah

perbendaharaan, dan penetapan pengelola Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran di lingkungan Kementerian.

(2) Subbagian Penyelesaian Kerugian Negara mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pertimbangan

masalah tidak lanjut hasil pemeriksaan dan penyelesaian tuntutan

perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi di lingkungan Kementerian.

56

(3) Subbagian Penatausahaan Keuangan dan Tata Usaha Biro mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan, pemantauan, evaluai

dan koordinasi penatausahaan keuangan dan peraturan keuangan di

lingkungan Kementerian, serta urusan tata usaha Biro.

Pasal 63

Bagian Akuntansi mempunyai tugas melaksanakan urusan akuntansi dan

neraca/kekayaan di lingkungan Kementerian.

Pasal 64

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 63, Bagian

Akuntansi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/

kekayaan keuangan di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat

Jenderal, dan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata,

Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata, Pusat Data dan Informasi,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat Komunikasi Publik;

b. penyiapan bahan pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/

kekayaan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif

Berbasis Seni dan Budaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis

Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan

c. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan koordinasi penyusunan

perhitungan anggaran dan pelaporan keuangan di lingkungan Kementerian.

Pasal 65

Bagian Akuntansi terdiri atas:

a. Subbagian Akuntansi I;

b. Subbagian Akuntansi II; dan

c. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan Keuangan.

Pasal 66

(1) Subbagian Akuntansi I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/kekayaan

keuangan di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal,

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal

Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Pusat Data dan Informasi,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat Komunikasi Publik.

57

(2) Subbagian Akuntansi II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/kekayaan

keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata,

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi dan Badan Pengembangan Sumber Daya

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(3) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan Keuangan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan koordinasi penyusunan

perhitungan anggaran dan pelaporan keuangan di lingkungan Kementerian.

Pasal 67

Bagian Verifikasi Anggaran mempunyai tugas melaksanakan verifikasi realisasi

anggaran pendapatan dan belanja negara di lingkungan Kementerian.

Pasal 68

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 67, Bagian

Verifikasi Anggaran menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan dokumen verifikasi dan penilaian realisasi anggaran

pendapatan dan belanja negara; dan

b. penyiapan bahan rekonsiliasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja negara.

Pasal 69

Bagian Verifikasi Anggaran terdiri atas:

a. Subbagian Verifikasi Pendapatan dan Belanja; dan

b. Subbagian Rekonsiliasi.

Pasal 70

(1) Subbagian Verifikasi Pendapatan dan Belanja mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan dokumen verifikasi dan penilaian realisasi anggaran

pendapatan dan belanja negara di lingkungan kementerian.

(2) Subbagian Rekonsiliasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

rekonsiliasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara di

lingkungan Kementerian.

58

Bagian Keenam

Biro Kerja Sama Luar Negeri

Pasal 71

Biro Kerja Sama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan kerja sama antar negara secara bilateral, regional ASEAN,

regional non ASEAN, dan multilateral di bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif.

Pasal 72

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, Biro

Kerja Sama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan Dunia,

Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif secara bilateral;

b. pelaksanaan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan Dunia,

Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif secara regional ASEAN;

c. pelaksanaan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan Dunia,

Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif secara regional non ASEAN;

d. pelaksanaan penyiapan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan

Dunia, Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata

dan ekonomi kreatif secara multilateral; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

Pasal 73

Biro Kerja Sama Luar Negeri terdiri atas:

a. Bagian Kerja Sama Bilateral;

b. Bagian Kerja Sama Regional ASEAN;

c. Bagian Kerja Sama Regional Non ASEAN;

d. Bagian Kerja Sama Multilateral; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 74

Bagian Kerja Sama Bilateral mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

kerja sama luar negeri dengan badan dunia, organisasi internasional dan

antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif secara bilateral.

59

Pasal 75

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74, Bagian

Kerja Sama Bilateral menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama di wilayah Asia Pasifik;

b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama di wilayah Amerika dan Eropa; dan

c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah Afrika

dan Timur Tengah, serta urusan tata usaha biro.

Pasal 76

Bagian Kerja Sama Bilateral terdiri atas:

a. Subbagian Asia Pasifik;

b. Subbagian Amerika dan Eropa; dan

c. Subbagian Afrika, Timur Tengah, dan Tata Usaha Biro.

Pasal 77

(1) Subbagian Asia Pasifik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

kerja sama bilateral di wilayah Asia Pasifik.

(2) Subbagian Amerika dan Eropa mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama bilateral di wilayah Amerika dan Eropa.

(3) Subbagian Afrika, Timur Tengah, dan Tata Usaha Biro mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi,

dan pelaporan pelaksanaan kerja sama bilateral di wilayah Afrika dan

Timur Tengah, serta urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

Pasal 78

Bagian Kerja Sama Regional ASEAN mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi kerja sama luar negeri dengan Organisasi ASEAN dan Kawasan

Pertumbuhan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan Asia

Tenggara.

Pasal 79

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 78, Bagian

Kerja Sama Regional ASEAN menyelenggarakan fungsi:

60

a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif pada organisasi

ASEAN;

b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif dengan mitra

wicara ASEAN; dan

c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif di Kawasan

Pertumbuhan.

Pasal 80

Bagian Kerja Sama Regional ASEAN terdiri atas:

a. Subbagian ASEAN;

b. Subbagian Mitra Wicara ASEAN; dan

c. Subbagian Kawasan Pertumbuhan.

Pasal 81

(1) Subbagian ASEAN mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif pada organisasi ASEAN.

(2) Subbagian Mitra Wicara ASEAN mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif dengan negara-

negara Mitra Wicara ASEAN.

(3) Subbagian Kawasan Pertumbuhan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif di Kawasan

Pertumbuhan.

Pasal 82

Bagian Kerja Sama Regional Non ASEAN mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi kerja sama luar negeri dengan badan dunia, organisasi internasional

dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif di luar kawasan

ASEAN.

Pasal 83

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82, Bagian

Kerja Sama Regional Non ASEAN menyelenggarakan fungsi:

61

a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama intra kawasan Asia Pasifik;

b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama antar kawasan I; dan

c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama antar kawasan II.

Pasal 84

Bagian Kerja Sama Regional Non ASEAN terdiri atas:

a. Subbagian Intra Kawasan;

b. Subbagian Antar Kawasan I; dan

c. Subbagian Antar Kawasan II.

Pasal 85

(1) Subbagian Intra Kawasan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

kerja sama dalam kawasan Asia Pasifik.

(2) Subbagian Antar Kawasan I mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama di Antar kawasan Asia Pasifik dengan kawasan

Amerika Latin, antar kawasan Asia dan Afrika, Antar kawasan kawasan

Asia dan Eropa.

(3) Subbagian Antar Kawasan II mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama pada kawasan kepulauan Pasifik, dan kerja

sama kawasan Indian Ocean, dan pada organisasi-organisasi D-8 dan

G-20.

Pasal 86

Bagian Kerja Sama Multilateral mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

koordinasi kerja sama dengan organisasi-organisasi internasional di bidang

pariwisata dan ekonomi kreatif secara multilateral.

Pasal 87

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 86, Bagian

Kerja Sama Multilateral menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama UNWTO;

62

b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan

c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama dengan WTO dan Organisasi Internasional

lainnya.

Pasal 88

Bagian Kerja Sama Multilateral terdiri atas:

a. Subbagian UNWTO;

b. Subbagian Kerja Sama Ekonomi Kreatif; dan

c. Subbagian WTO dan OI Lainnya.

Pasal 89

(1) Subbagian UNWTO mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

kerja sama dengan UNWTO.

(2) Subbagian Kerja Sama Ekonomi Kreatif mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan.

(3) Subbagian WTO dan OI Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan kerja sama dengan WTO dan Organisasi internasional

lainnya.

Bagian Ketujuh

Biro Umum

Pasal 90

Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha pimpinan,

perlengkapan dan rumah tangga, serta layanan pengadaan barang/jasa di

lingkungan Kantor Pusat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 91

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Biro

Umum menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan;

b. pelaksanaan urusan perlengkapan;

c. pelaksanaan urusan rumah tangga;

63

d. pelaksanaan urusan layanan pengadaan barang/jasa; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.

Pasal 92

Biro Umum terdiri atas:

a. Bagian Tata Usaha Pimpinan;

b. Bagian Perlengkapan;

c. Bagian Rumah Tangga;

d. Bagian Layanan Pengadaan; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 93

Bagian Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas melaksanakan urusan tata

usaha Menteri, tata usaha Wakil Menteri, tata usaha Sekretaris Jenderal, tata

usaha Staf Ahli, serta urusan keprotokolan.

Pasal 94

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 93, Bagian

Tata Usaha Pimpinan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Menteri;

b. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Wakil Menteri;

c. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Sekretaris Jenderal;

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Staf Ahli Menteri; dan

e. pelaksanaan urusan keprotokolan;

Pasal 95

Bagian Tata Usaha Pimpinan terdiri atas:

a. Subbagian Tata Usaha Menteri ;

b. Subbagian Tata Usaha Wakil Menteri;

c. Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal;

d. Subbagian Tata Usaha Staf Ahli; dan

c. Subbagian Protokol.

Pasal 96

(1) Subbagian Tata Usaha Menteri mempunyai tugas melakukan urusan tata

usaha dan rumah tangga Menteri.

64

(2) Subbagian Tata Usaha Wakil Menteri mempunyai tugas melakukan urusan

tata usaha dan rumah tangga Wakil Menteri.

(3) Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal mempunyai tugas melakukan

urusan tata usaha dan rumah tangga Sekretaris Jenderal.

(4) Subbagian Tata Usaha Staf Ahli mempunyai tugas melakukan urusan

tata usaha dan rumah tangga Staf Ahli Menteri.

(5) Subbagian Protokol mempunyai tugas melakukan urusan keprotokolan.

Pasal 97

Bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan urusan penatausahaan

Barang Milik Negara, serta pemeliharaan, pelaporan, dan analisis kebutuhan

pengadaan barang inventaris kantor.

Pasal 98

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 97, Bagian

Perlengkapan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan pemantauan, analisis, dan evaluasi pengelolaan, serta

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara di

lingkungan Kementerian;

b. pemantauan, pencatataan dan penyusunan daftar inventaris, pemeliharaan

gedung kantor dan barang inventaris, serta penghapusan barang inventaris

di lingkungan Kementerian; dan

c. penyusunan rencana kebutuhan, penyimpanan, dan pendistribusian barang

inventaris.

Pasal 99

Bagian Perlengkapan terdiri atas:

a. Subbagian Penatausahan Barang Milik Negara (BMN);

b. Subbagian Pemeliharaan; dan

c. Subbagian Analisis Kebutuhan.

Pasal 100

(1) Subbagian Penatausahaan Barang Milik Negara mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis, dan evaluasi

pengelolaan, serta Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang

Milik Negara di lingkungan Kementerian.

65

(2) Subbagian Pemeliharaan mempunyai tugas melakukan pemantauan,

pencatatan dan pemeliharaan gedung kantor dan barang inventaris serta

penghapusan barang inventaris di lingkungan kementerian.

(3) Subbagian Analisis Kebutuhan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan rencana kebutuhan, penyimpanan, dan pendistribusian

barang inventaris kantor.

Pasal 101

Bagian Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan urusan gaji dan

kesehatan pegawai, pengamanan, tata persuratan dan kearsipan di lingkungan

Kantor.

Pasal 102

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101, Bagian

Rumah Tangga menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan pembayaran gaji dan kesehatan pegawai di lingkungan

Sekretariat Jenderal, serta urusan tata usaha Biro;

b. pelaksanaan urusan pengamanan terhadap instalasi dan personil di

lingkungan kantor; dan

c. pelaksanaan urusan tata persuratan dan kearsipan di lingkungan Kantor.

Pasal 103

Bagian Rumah Tangga terdiri atas:

a. Subbagian Urusan Dalam;

b. Subbagian Pengamanan; dan

c. Subbagian Tata Persuratan.

Pasal 104

(1) Subbagian Urusan Dalam mempunyai tugas melakukan urusan pembayaran

gaji dan kesehatan pegawai di lingkungan sekretariat jenderal, serta

urusan tata usaha Biro.

(2) Subbagian Pengamanan mempunyai tugas melakukan pengamanan

terhadap instalasi dan personil di lingkungan kantor.

(3) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan tata

persuratan dan kearsipan di lingkungan kantor.

66

Pasal 105

Bagian Layanan Pengadaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

bahan pembinaan, dan pelaksanaan layanan, serta bimbingan teknis pengadaan

barang/jasa di lingkungan Kementerian.

Pasal 106

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 105, Bagian

Layanan Pengadaan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan layanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian;

dan

b. penyiapan bahan pembinaan dan pemberian bimbingan teknis pengadaan

barang/jasa di lingkungan Kementerian.

Pasal 107

Bagian Layanan Pengadaan terdiri atas:

a. Subbagian Pelaksanaan Pengadaan; dan

b. Subbagian Bimbingan Teknis.

Pasal 108

(1) Subbagian Pelaksanaan Pengadaan mempunyai tugas melakukan

pelaksanaan layanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian.

(2) Subbagian Bimbingan Teknis mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan pembinaan dan pemberian bimbingan teknis pengadaan barang/

jasa di lingkungan Kementerian.

BAB IV

DIREKTORAT JENDERAL

PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 109

(1) Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata adalah unsur

pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dipimpin oleh

Direktur Jenderal.

67

Pasal 110

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

pengembangan destinasi pariwisata.

Pasal 111

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110,

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata menyelenggarakan

fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan destinasi pariwisata;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan destinasi pariwisata;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan

destinasi pariwisata;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan destinasi

pariwisata; dan

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi

Pariwisata.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 112

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata;

c. Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata;

d. Direktorat Industri Pariwisata;

e. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata; dan

f. Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan

Event.

Bagian Ketiga

Sekretariat Direktorat Jenderal

Pasal 113

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan

teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat

Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.

68

Pasal 114

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113,

Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata

menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan

Direktorat Jenderal;

b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,

pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan

kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;

c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,

serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 115

Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:

a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;

b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;

c. Bagian Keuangan;

d. Bagian Umum dan Informasi; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 116

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,

serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 117

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116, Bagian

Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan

penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat

Jenderal.

69

Pasal 118

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:

a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;

b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan

c. Subbagian Kerja Sama.

Pasal 119

(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana

program dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan,

pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat

Jenderal.

(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama

dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 120

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,

serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di

lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 121

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120, Bagian

Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;

b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;

dan

c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat

Jenderal.

Pasal 122

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:

70

a. Subbagian Hukum;

b. Subbagian Kepegawaian; dan

c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.

Pasal 123

(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan

serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin

pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan

pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan

dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan

Direktorat Jenderal.

Pasal 124

Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 125

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124, Bagian

Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat

Jenderal;

b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;

dan

c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen

verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.

Pasal 126

Bagian Keuangan terdiri atas:

a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;

b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan

c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.

71

Pasal 127

(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan

pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat

Jenderal.

(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan

perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi

dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di

lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 128

Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata

persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan

informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 129

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128, Bagian

Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan

barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 130

Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:

a. Subbagian Tata Persuratan;

b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan

c. Subbagian Data dan Informasi.

Pasal 131

(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan

penerimaan dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan

kearsipan di lingkungan Direktorat Jenderal.

72

(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan

urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana

kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan

Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan

pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Bagian Keempat

Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata

Pasal 132

Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang perancangan destinasi dan investasi pariwisata.

Pasal 133

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132,

Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perancangan

destinasi pariwisata, pengembangan zona kreatif, serta investasi dan

inovasi destinasi pariwisata;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

perancangan destinasi pariwisata, pengembangan zona kreatif, serta

investasi dan inovasi destinasi pariwisata;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perancangan

destinasi pariwisata, pengembangan zona kreatif, serta investasi dan

inovasi destinasi pariwisata; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 134

Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata terdiri atas:

a. Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata;

b. Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata;

c. Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif; dan

d. Subdirektorat Investasi Pariwisata;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

73

Pasal 135

Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang kawasan ekonomi khusus pariwisata.

Pasal 136

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135,

Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di kawasan strategis pariwisata wilayah I; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di kawasan strategis pariwisata wilayah II.

Pasal 137

Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata terdiri atas:

a. Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah I; dan

b. Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah II.

Pasal 138

(1) Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah I mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi perancangan destinasi dan investasi di kawasan strategi

pariwisata di wilayah Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Tengah, dan Kalimantan.

(2) Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah II mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi perancangan destinasi dan investasi di kawasan strategi

pariwisata di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua

Barat.

Pasal 139

Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

74

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang perancangan kawasan pengembangan destinasi

pariwisata.

Pasal 140

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139,

Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata

menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan destinasi wilayah I; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan destinasi wilayah II.

Pasal 141

Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata terdiri atas:

a. Seksi Perancangan Destinasi Wilayah I; dan

b. Seksi Perancangan Destinasi Wilayah II.

Pasal 142

(1) Seksi Perancangan Destinasi Wilayah I mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan destinasi di wilayah Sumatera,

Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan.

(2) Seksi Perancangan Destinasi Wilayah II mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan destinasi di wilayah Jawa Timur,

Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku,

Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Pasal 143

Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pengembangan zona kreatif.

75

Pasal 144

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143,

Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif berbasis seni dan

budaya; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif berbasis media,

desain, dan iptek.

Pasal 145

Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif terdiri atas:

a. Seksi Zona Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan

b. Seksi Zona Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek.

Pasal 146

(1) Seksi Zona Kreatif Berbasis Seni dan Budaya mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif berbasis seni dan

budaya.

(2) Seksi Zona Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif

berbasis media, desain, dan iptek.

Pasal 147

Subdirektorat Investasi Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang investasi

pariwisata.

Pasal 148

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147,

Subdirektorat Investasi Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

76

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan potensi investasi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi investasi.

Pasal 149

Subdirektorat Investasi Pariwisata terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan Potensi Investasi; dan

b. Seksi Promosi Investasi.

Pasal 150

(1) Seksi Pengembangan Potensi Investasi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan potensi investasi.

(2) Seksi Promosi Investasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi investasi.

Pasal 151

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Kelima

Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata

Pasal 152

Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan daya tarik wisata.

Pasal 153

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152,

Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata menyelenggarakan fungsi:

77

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

kawasan pariwisata, dan daya tarik wisata di wilayah I, II, III, dan IV;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengembangan kawasan pariwisata, dan daya tarik wisata di wilayah I,

II, III, dan IV;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan kawasan pariwisata, dan daya tarik wisata di wilayah I,

II, III, dan IV; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 154

Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata terdiri atas:

a. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I;

b. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II;

c. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah III;

d. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 155

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Jawa dan

Sumatera.

Pasal 156

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155,

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Jawa;

dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Sumatera.

78

Pasal 157

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Jawa; dan

b. Seksi Wilayah Sumatera.

Pasal 158

(1) Seksi Wilayah Jawa mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Jawa.

(2) Seksi Wilayah Sumatera mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Sumatera.

Pasal 159

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Pasal 160

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159,

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Bali;

dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan pengembangan daya tarik wisata

di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Pasal 161

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Bali; dan

b. Seksi Wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

79

Pasal 162

(1) Seksi Wilayah Bali mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Bali.

(2) Seksi Wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata

di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Pasal 163

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah III mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Kalimantan dan Sulawesi.

Pasal 164

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163,

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah III menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang bidang pengembangan daya tarik wisata di

wilayah Kalimantan; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Sulawesi.

Pasal 165

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata wilayah III terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Kalimantan; dan

b. Seksi Wilayah Sulawesi.

Pasal 166

(1) Seksi Wilayah Kalimantan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

80

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Kalimantan.

(2) Seksi Wilayah Sulawesi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Sulawesi.

Pasal 167

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Pasal 168

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167,

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Maluku dan Maluku Utara; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Papua dan Papua Barat.

Pasal 169

Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Maluku dan Maluku Utara; dan

b. Seksi Wilayah Papua dan Papua Barat.

Pasal 170

(1) Seksi Wilayah Maluku dan Maluku Utara mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Maluku dan Maluku Utara.

81

(2) Seksi Wilayah Papua dan Papua Barat mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah

Papua dan Papua Barat.

Pasal 171

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Keenam

Direktorat Industri Pariwisata

Pasal 172

Direktorat Industri Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri pariwisata.

Pasal 173

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172,

Direktorat Industri Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang sarana dan

jasa pariwisata, pengembangan produk dan pelayanan pariwisata;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

sarana dan jasa pariwisata, pengembangan produk dan pelayanan

pariwisata;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana

dan jasa pariwisata, pengembangan produk dan pelayanan pariwisata;

dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 174

Direktorat Industri Pariwisata terdiri atas:

a. Subdirektorat Sarana Pariwisata;

b. Subdirektorat Jasa Pariwisata;

c. Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I;

d. Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

82

Pasal 175

Subdirektorat Sarana Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana

pariwisata.

Pasal 176

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175,

Subdirektorat Sarana Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang sarana pariwisata meliputi usaha daya tarik wisata

dan kawasan pariwisata; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang sarana pariwisata meliputi penyediaan akomodasi,

jasa makanan dan minuman, serta tirta dan spa.

Pasal 177

Subdirektorat Sarana Pariwisata terdiri atas:

a. Seksi Sarana Pariwisata I; dan

b. Seksi Sarana Pariwisata II.

Pasal 178

(1) Seksi Sarana Pariwisata I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang sarana pariwisata meliputi usaha daya tarik wisata dan kawasan

pariwisata.

(2) Seksi Sarana Pariwisata II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang sarana pariwisata meliputi penyediaan akomodasi, jasa makanan

dan minuman, serta tirta dan spa.

Pasal 179

Subdirektorat Jasa Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

83

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang jasa

pariwisata.

Pasal 180

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 179,

Subdirektorat Jasa Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang jasa pariwisata yang meliputi: jasa transportasi

wisata, jasa informasi pariwisata, dan penyelenggaraan kegiatan hiburan

dan rekreasi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang jasa pariwisata yang meliputi: jasa perjalanan

wisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata dan penyelenggaraan

pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran.

Pasal 181

Subdirektorat Jasa Pariwisata terdiri atas:

a. Seksi Jasa Pariwisata I; dan

b. Seksi Jasa Pariwisata II.

Pasal 182

(1) Seksi Jasa Pariwisata I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang jasa pariwisata meliputi jasa transportasi wisata, jasa informasi

pariwisata, dan penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi.

(2) Seksi Jasa Pariwisata II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang jasa pariwisata meliputi jasa perjalanan wisata, jasa konsultan

pariwisata, jasa pramuwisata dan penyelenggaraan pertemuan, insentif,

konvensi, dan pameran.

Pasal 183

Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

84

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di

wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara

Timur.

Pasal 184

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183,

Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I

menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah

Sumatera dan Jawa; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah

Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Pasal 185

Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I terdiri atas:

a. Seksi Wilayah I.A; dan

b. Seksi Wilayah I.B.

Pasal 186

(1) Seksi Wilayah I.A mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Sumatera

dan Jawa.

(2) Seksi Wilayah I.B mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Bali, Nusa

Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Pasal 187

Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

85

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di

wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua

Barat.

Pasal 188

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 187,

bdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II

menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah

Kalimantan, Sulawesi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah

Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Pasal 189

Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II terdiri atas:

a. Seksi Wilayah II.A; dan

b. Seksi Wilayah II.B.

Pasal 190

(1) Seksi Wilayah II.A mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Kalimantan

dan Sulawesi.

(2) Seksi Wilayah II.B mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Maluku,

Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Pasal 191

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

86

Bagian Ketujuh

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata

Pasal 192

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pemberdayaan masyarakat destinasi pariwisata.

Pasal 193

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 192,

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perancangan

dan pemantauan pemberdayaan, peningkatan kapasitas masyarakat desa,

kemitraan dan kelembagaan masyarakat, serta dokumentasi dan

komunikasi;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

perancangan dan pemantauan pemberdayaan, peningkatan kapasitas

masyarakat desa, kemitraan dan kelembagaan masyarakat, serta

dokumentasi dan komunikasi;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perancangan

dan pemantauan pemberdayaan, peningkatan kapasitas masyarakat desa,

kemitraan dan kelembagaan masyarakat, serta dokumentasi dan

komunikasi; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 194

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata terdiri atas:

a. Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata;

b. Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa;

c. Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat;

d. Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

87

Pasal 195

Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perancangan dan pemantauan

pemberdayaan pariwisata.

Pasal 196

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195,

Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata

menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan pemberdayaan pariwisata; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pemantauan pemberdayaan pariwisata.

Pasal 197

Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata terdiri

atas:

a. Seksi Perancangan Pemberdayaan Pariwisata; dan

b. Seksi Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata.

Pasal 198

(1) Seksi Perancangan Pemberdayaan Pariwisata mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan pemberdayaan pariwisata.

(2) Seksi Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pemantauan pemberdayaan pariwisata.

Pasal 199

Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang peningkatan kapasitas masyarakat desa.

88

Pasal 200

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199,

Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah

I; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah

II.

Pasal 201

Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa terdiri atas:

a. Seksi Wilayah I; dan

b. Seksi Wilayah II.

Pasal 202

(1) Seksi Wilayah I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah Provinsi Banten, DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa

Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku

Utara, Papua, Papua Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

(2) Seksi Wilayah II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah Provinsi Aceh, Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Bangka

Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat,

Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Pasal 203

Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

89

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang kemitraan dan kelembagaan masyarakat.

Pasal 204

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203,

Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kemitraan masyarakat; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kelembagaan masyarakat.

Pasal 205

Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat terdiri atas:

a. Seksi Kemitraan Masyarakat; dan

b. Seksi Kelembagaan Masyarakat.

Pasal 206

(1) Seksi Kemitraan Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang kemitraan masyarakat.

(2) Seksi Kelembagaan Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang kelembagaan masyarakat.

Pasal 207

Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang dokumentasi dan komunikasi.

Pasal 208

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207,

Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi menyelenggarakan fungsi:

90

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang dokumentasi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang komunikasi.

Pasal 209

Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi terdiri atas:

a. Seksi Dokumentasi; dan

b. Seksi Komunikasi.

Pasal 210

(1) Seksi Dokumentasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang dokumentasi.

(2) Seksi Komunikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang komunikasi.

Pasal 211

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Keempat

Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus,

Konvensi, Insentif, dan Event

Pasal 212

Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan

Event mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wisata minat khusus, konvensi,

insentif, dan event.

91

Pasal 213

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212,

Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan

Event menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

wisata kuliner, wisata belanja, rekreasi dan hiburan, wisata alam dan

budaya serta wisata konvensi, insentif, dan event;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengembangan wisata kuliner, wisata belanja, rekreasi dan hiburan,

wisata alam dan budaya serta wisata konvensi, insentif, dan event;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan wisata kuliner, wisata belanja, rekreasi dan hiburan,

wisata alam dan budaya serta wisata konvensi, insentif, dan event; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 214

Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan

Event terdiri atas:

a. Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja;

b. Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan;

c. Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya;

d. Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif, dan Event;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 215

Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan wisata kuliner dan belanja.

Pasal 216

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 215,

Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata kuliner; dan

92

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata belanja.

Pasal 217

Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan Wisata Kuliner; dan

b. Seksi Pengembangan Wisata Belanja.

Pasal 218

(1) Seksi Pengembangan Wisata Kuliner mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata kuliner.

(2) Seksi Pengembangan Wisata Belanja mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata belanja.

Pasal 219

Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan rekreasi dan hiburan.

Pasal 220

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219,

Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata spa dan kesehatan; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata olah raga.

Pasal 221

Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan Wisata Spa dan Kesehatan; dan

b. Seksi Pengembangan Wisata Olah Raga.

93

Pasal 222

(1) Seksi Pengembangan Wisata Spa dan Kesehatan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wisata spa dan

kesehatan.

(2) Seksi Pengembangan Wisata Olah Raga mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata olah raga.

Pasal 223

Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan wisata alam dan budaya.

Pasal 224

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 223,

Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata alam; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata budaya.

Pasal 225

Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan Wisata Alam; dan

b. Seksi Pengembangan Wisata Budaya.

Pasal 226

(1) Seksi Pengembangan Wisata Alam mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan wisata alam.

94

(2) Seksi Pengembangan Wisata Budaya mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan wisata budaya.

Pasal 227

Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif dan Event mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wisata konvensi, insentif, dan

event.

Pasal 228

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 227,

Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif, dan Event

menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi wisata konvensi, insentif, dan event; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang sarana dan prasarana wisata konvensi, insentif,

dan event.

Pasal 229

Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif, dan Event terdiri

atas:

a. Seksi Fasilitasi Wisata Konvensi, Insentif, dan Event; dan

b. Seksi Sarana dan Prasarana Wisata Konvensi, Insentif, dan Event.

Pasal 230

(1) Seksi Fasilitasi Wisata Konvensi, Insentif, dan Event mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi wisata konvensi, insentif,

dan event.

(2) Seksi Sarana dan Prasarana Wisata Konvensi, Insentif, dan Event

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

95

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana dan

prasarana wisata konvensi, insentif, dan event.

Pasal 231

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

BAB V

DIREKTORAT JENDERAL PEMASARAN PARIWISATA

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 232

(1) Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata adalah unsur pelaksana yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

(2) Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata dipimpin oleh Direktur Jenderal.

Pasal 233

Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata mempunyai tugas merumuskan

serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemasaran

pariwisata.

Pasal 234

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233,

Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pemasaran pariwisata;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pemasaran pariwisata;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasaran

pariwisata;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran pariwisata;

dan

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata.

96

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 235

Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata;

c. Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri;

d. Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri;

e. Direktorat Pencitraan Indonesia; dan

f. Direktorat Konvensi, Insentif, Even, dan Minat Khusus.

Bagian Ketiga

Sekretariat Direktorat Jenderal

Pasal 236

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan

teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat

Jenderal Pemasaran Pariwisata.

Pasal 237

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 236,

Sekretariat Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata menyelenggarakan

fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerjasama di lingkungan

Direktorat Jenderal;

b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,

pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan

kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;

c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,

serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 238

Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:

a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;

97

b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;

c. Bagian Keuangan;

d. Bagian Umum dan Informasi; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 239

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,

serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 240

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239, Bagian

Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan

penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat

Jenderal.

Pasal 241

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:

a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;

b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan

c. Subbagian Kerja Sama.

Pasal 242

(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana pro-

gram dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat

Jenderal.

(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama

dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.

98

Pasal 243

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,

serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di

lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 244

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 243, Bagian

Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;

b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;

dan

c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat

Jenderal.

Pasal 245

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:

a. Subbagian Hukum;

b. Subbagian Kepegawaian; dan

c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.

Pasal 246

(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan

serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin

pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan

pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan

dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan

Direktorat Jenderal.

99

Pasal 247

Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 248

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247, Bagian

Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat

Jenderal;

b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;

dan

c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen

verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.

Pasal 249

Bagian Keuangan terdiri atas:

a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;

b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan

c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.

Pasal 250

(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan

pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat

Jenderal.

(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan

perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi

dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di

lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 251

Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata

persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan

informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

100

Pasal 252

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 251, Bagian

Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan

barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 253

Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:

a. Subbagian Tata Persuratan;

b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan

c. Subbagian Data dan Informasi.

Pasal 254

(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan

penerimaan dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan

kearsipan di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan

urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana

kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan

Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan

pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Bagian Keempat

Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

Pasal 255

Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan pasar dan informasi pariwisata.

Pasal 256

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 255,

Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata menyelenggarakan

fungsi:

101

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang informasi

pasar dalam dan luar negeri, hubungan lembaga pariwisata dan widya

wisata, dan perancangan pemasaran pariwisata;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang informasi pasar dalam dan luar negeri, hubungan lembaga pariwisata

dan widya wisata, dan perancangan pemasaran pariwisata;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi

pasar dalam dan luar negeri, hubungan lembaga pariwisata dan widya

wisata, dan perancangan pemasaran pariwisata; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 257

Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata terdiri atas:

a. Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri;

b. Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri;

c. Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata;

d. Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 258

Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang informasi pasar dalam negeri.

Pasal 259

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 258,

Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang analisis pasar dalam negeri; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang evaluasi pasar dalam negeri.

102

Pasal 260

Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri terdiri atas:

a. Seksi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri; dan

b. Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri.

Pasal 261

(1) Seksi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi pasar pariwisata dalam

negeri.

(2) Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang diseminasi informasi pasar

pariwisata dalam negeri.

Pasal 262

Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang informasi pasar luar negeri.

Pasal 263

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 262,

Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang informasi pasar pariwisata luar negeri; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang diseminasi informasi pasar pariwisata luar negeri.

Pasal 264

Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri terdiri atas:

a. Seksi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri; dan

b. Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri.

103

Pasal 265

(1) Seksi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang informasi pasar pariwisata luar negeri.

(2) Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang diseminasi informasi pasar

pariwisata luar negeri.

Pasal 266

Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang hubungan lembaga pariwisata dan widya

wisata.

Pasal 267

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266,

Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata

menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang hubungan lembaga pariwisata; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang widya wisata.

Pasal 268

Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata terdiri atas:

a. Seksi Hubungan Lembaga Pariwisata; dan

b. Seksi Widya Wisata.

Pasal 269

(1) Seksi Hubungan Lembaga Pariwisata mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang hubungan lembaga pariwisata.

104

(2) Seksi Widya Wisata mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang widya wisata.

Pasal 270

Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang perancangan pemasaran pariwisata.

Pasal 271

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 270,

Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran dalam negeri; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran luar negeri.

Pasal 272

Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata terdiri atas:

a. Seksi Perancangan Pemasaran Dalam Negeri; dan

b. Seksi Perancangan Pemasaran Luar Negeri.

Pasal 273

(1) Seksi Perancangan Pemasaran Dalam Negeri mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran dalam negeri.

(2) Seksi Perancangan Pemasaran Luar Negeri mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran luar negeri.

Pasal 274

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

105

Bagian Kelima

Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri

Pasal 275

Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

pariwisata luar negeri.

Pasal 276

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 275, Direktorat

Promosi Pariwisata Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang promosi

pariwisata wilayah ASEAN, Asia, Timur Tengah dan Afrika, Amerika dan

Pasifik, serta Eropa;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

promosi pariwisata wilayah ASEAN, Asia, Timur Tengah dan Afrika, Amerika

dan Pasifik, serta Eropa;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

pariwisata wilayah ASEAN, Asia, Timur Tengah dan Afrika, Amerika dan

Pasifik, serta Eropa; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 277

Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri terdiri atas:

a. Subdirektorat Wilayah ASEAN;

b. Subdirektorat Wilayah Asia;

c. Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika;

d. Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik;

e. Subdirektorat Wilayah Eropa;

f. Subbagian Tata Usaha; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 278

Subdirektorat Wilayah ASEAN mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

pariwisata wilayah ASEAN.

106

Pasal 279

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278,

Subdirektorat Wilayah ASEAN menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Thailand, Laos, Myanmar,

Malaysia, dan Singapura; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Vietnam, Kamboja,

Philipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia.

Pasal 280

Subdirektorat Wilayah ASEAN terdiri atas:

a. Seksi Wilayah ASEAN I; dan

b. Seksi Wilayah ASEAN II.

Pasal 281

(1) Seksi Wilayah ASEAN I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Thailand, Laos, Myanmar, Malay-

sia, dan Singapura.

(2) Seksi Wilayah ASEAN II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Vietnam, Kamboja, Philipina, Brunei

Darussalam, dan Indonesia.

Pasal 282

Subdirektorat Wilayah Asia mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

pariwisata wilayah Asia.

Pasal 283

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282,

Subdirektorat Wilayah Asia menyelenggarakan fungsi:

107

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Selatan dan

Barat; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Timur.

Pasal 284

Subdirektorat Wilayah Asia terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Asia Selatan dan Barat; dan

b. Seksi Wilayah Asia Timur.

Pasal 285

(1) Seksi Wilayah Asia Selatan dan Barat mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Selatan dan Asia

Barat.

(2) Seksi Wilayah Asia Timur mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Timur.

Pasal 286

Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Timur Tengah dan Afrika.

Pasal 287

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286,

Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Timur Tengah; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Afrika.

108

Pasal 288

Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Timur Tengah; dan

b. Seksi Wilayah Afrika.

Pasal 289

(1) Seksi Wilayah Timur Tengah mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Timur Tengah.

(2) Seksi Wilayah Afrika mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Afrika.

Pasal 290

Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang promosi pariwisata wilayah Amerika dan Pasifik.

Pasal 291

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290,

Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Amerika; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Pasifik.

Pasal 292

Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Amerika; dan

b. Seksi Wilayah Pasifik.

Pasal 293

(1) Seksi Wilayah Amerika mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

109

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Amerika.

(2) Seksi Wilayah Pasifik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Pasifik.

Pasal 294

Subdirektorat Wilayah Eropa mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

pariwisata wilayah Eropa.

Pasal 295

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 294,

Subdirektorat Wilayah Eropa menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Barat; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Tengah dan

Timur.

Pasal 296

Subdirektorat Wilayah Eropa terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Eropa Barat; dan

b. Seksi Wilayah Eropa Tengah dan Timur.

Pasal 297

(1) Seksi Wilayah Eropa Barat mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Barat.

(2) Seksi Wilayah Eropa Tengah dan Timur mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Tengah dan

Timur.

110

Pasal 298

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Keenam

Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri

Pasal 299

Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

pariwisata dalam negeri.

Pasal 300

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 299, Direktorat

Promosi Pariwisata Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang promosi

tujuan wisata wilayah I, II, III, IV, dan V;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

promosi tujuan wisata wilayah I, II, III, IV, dan V;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

tujuan wisata wilayah I, II, III, IV, dan V; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

Pasal 301

Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri terdiri atas:

a. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I;

b. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II;

c. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah III;

d. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV

e. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V;

f. Subbagian Tata Usaha; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 302

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

111

bidang promosi wisata wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan

Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Bangka

Belitung.

Pasal 303

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 302,

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Aceh, Sumatera Utara,

Riau, dan Kepulauan Riau; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung.

Pasal 304

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau; dan

b. Seksi Wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan

Bangka Belitung.

Pasal 305

(1) Seksi Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Aceh,

Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.

(2) Seksi Wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan Jambi, Bengkulu, dan

Babel mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi wisata

wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Bangka

Belitung.

Pasal 306

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

112

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang promosi wisata wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Lampung, Banten, dan DKI Jakarta.

Pasal 307

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 306,

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah,

dan Daerah Istimewa Yogyakarta; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Lampung, Banten, dan

DKI Jakarta.

Pasal 308

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta;

dan

b. Seksi Wilayah Lampung, Banten, dan DKI Jakarta.

Pasal 309

(1) Seksi Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi wisata

wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

(2) Seksi Wilayah Lampung, Banten, dan DKI Jakarta mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi tujuan wisata wilayah

Lampung, Banten, dan DKI Jakarta.

Pasal 310

Subdirektorat Wilayah Promosi Wisata Wilayah III mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

113

Pasal 311

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 310,

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah III menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Kalimantan; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Sulawesi.

Pasal 312

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah III terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Kalimantan; dan

b. Seksi Wilayah Sulawesi.

Pasal 313

(1) Seksi Wilayah Kalimantan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi wisata wilayah Kalimantan.

(2) Seksi Wilayah Sulawesi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi wisata wilayah Sulawesi.

Pasal 314

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang promosi wisata wilayah Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Bali dan

Nusa Tenggara Barat.

Pasal 315

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 314,

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Jawa Timur dan Nusa

Tenggara Timur; dan

114

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Barat.

Pasal 316

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur; dan

b. Seksi Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Pasal 317

(1) Seksi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Jawa Timur dan Nusa

Tenggara Timur.

(2) Seksi Bali dan Nusa Tenggara Barat mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi wisata wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Pasal 318

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang promosi wisata wilayah Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku

Utara.

Pasal 319

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 318,

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Papua dan Papua Barat;

dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Maluku dan Maluku Utara.

115

Pasal 320

Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V terdiri atas:

a. Seksi Papua dan Papua Barat; dan

b. Seksi Maluku dan Maluku Utara.

Pasal 321

(1) Seksi Papua dan Papua Barat mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi wisata wilayah Papua dan Papua Barat.

(2) Seksi Maluku dan Maluku Utara mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi wisata wilayah Maluku dan Maluku Utara.

Pasal 322

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Ketujuh

Direktorat Pencitraan Indonesia

Pasal 323

Direktorat Pencitraan Indonesia mempunyai tugas melaksanakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pencitraan

Indonesia.

Pasal 324

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 323,

Direktorat Pencitraan Indonesia menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang strategi dan

komunikasi media cetak, media elektronik dan digital, media ruang serta

kerja sama dan kemitraan pencitraan Indonesia;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

strategi dan komunikasi media cetak, media elektronik dan digital, media

ruang serta kerja sama dan kemitraan pencitraan Indonesia;

116

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang strategi

dan komunikasi media cetak, media elektronik dan digital, media ruang

serta kerja sama dan kemitraan pencitraan Indonesia; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 325

Direktorat Pencitraan Indonesia terdiri atas:

a. Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia;

b. Subdirektorat Komunikasi Media Cetak;

c. Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital;

d. Subdirektorat Komunikasi Media Ruang;

e. Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan;

f. Subbagian Tata Usaha; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 326

Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang strategi pencitraan Indonesia.

Pasal 327

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 326,

Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perencanaan pencitraan Indonesia; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pemantauan dan evaluasi pencitraan Indonesia.

Pasal 328

Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia terdiri atas:

a. Seksi Perencanaan Pencitraan Indonesia; dan

b. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Pencitraan Indonesia.

117

Pasal 329

(1) Seksi Perencanaan Pencitraan Indonesia mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang perencanaan pencitraan Indonesia.

(2) Seksi Pemantauan dan Evaluasi Pencitraan Indonesia mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemantauan dan evaluasi

pencitraan Indonesia.

Pasal 330

Subdirektorat Komunikasi Media Cetak mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pencitraan Indonesia melalui komunikasi media cetak.

Pasal 331

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 330,

Subdirektorat Komunikasi Media Cetak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi media cetak; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media cetak.

Pasal 332

Subdirektorat Komunikasi Media Cetak terdiri atas:

a. Seksi Promosi Media Cetak; dan

b. Seksi Sarana dan Distribusi Media Cetak.

Pasal 333

(1) Seksi Promosi Media Cetak mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi media cetak.

118

(2) Seksi Sarana dan Distribusi Media Cetak mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media cetak.

Pasal 334

Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang komunikasi media elektronik dan digital.

Pasal 335

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 334,

Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi media elektronik dan digital; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media elektronik dan digital.

Pasal 336

Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital terdiri atas:

a. Seksi Promosi Media Elektronik dan Digital; dan

b. Seksi Sarana dan Distribusi Media Elektronik dan Digital.

Pasal 337

(1) Seksi Promosi Media Elektronik dan Digital mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi media elektronik dan digital.

(2) Seksi Sarana dan Distribusi Media Elektronik dan Digital mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media

elektronik dan digital.

119

Pasal 338

Subdirektorat Komunikasi Media Ruang mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang komunikasi media ruang.

Pasal 339

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338,

Subdirektorat Komunikasi Media Ruang menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi media ruang; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media ruang.

Pasal 340

Subdirektorat Komunikasi Media Ruang terdiri atas:

a. Seksi Promosi Media Ruang; dan

b. Seksi Sarana dan Distribusi Media Ruang.

Pasal 341

(1) Seksi Promosi Media Ruang mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi media ruang.

(2) Seksi Sarana dan Distribusi Media Ruang mempunyai tugas melakukan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang sarana dan distribusi media ruang.

Pasal 342

Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang kerja sama dan kemitraan.

120

Pasal 343

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 342,

Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kerja sama dan kemitraan antar lembaga pemerintah;

dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kerja sama dan kemitraan antar lembaga non

pemerintah.

Pasal 344

Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan terdiri atas:

a. Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Pemerintah; dan

b. Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Non Pemerintah.

Pasal 345

(1) Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Pemerintah mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja sama dan kemitraan antar

lembaga pemerintah.

(2) Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Non Pemerintah

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja sama dan

kemitraan antar lembaga non pemerintah.

Pasal 346

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Kedelapan

Direktorat Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus

Pasal 347

Direktorat Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus mempunyai

tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

121

norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, event, dan minat khusus.

Pasal 348

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 347, Direktorat

Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang promosi

konvensi, insentif, event, dan minat khusus kepada korporasi, pemerintah

dan non pemerintah, serta promosi minat khusus;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

promosi konvensi, insentif, event, dan minat khusus kepada korporasi,

pemerintah dan non pemerintah, serta promosi minat khusus;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi

konvensi, insentif, event, dan minat khusus kepada korporasi, pemerintah

dan non pemerintah, serta promosi minat khusus; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 349

Direktorat Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus terdiri atas:

a. Subdirektorat Promosi KIE Korporasi;

b. Subdirektorat Promosi KIE Pemerintah dan Non Pemerintah;

c. Subdirektorat Promosi Minat Khusus;

d. Subbagian Tata Usaha; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 350

Subdirektorat Promosi KIE Korporasi mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada korporasi dalam negeri

dan luar negeri.

Pasal 351

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350,

Subdirektorat Promosi KIE Korporasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

122

dan evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada

korporasi dalam negeri; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada

korporasi luar negeri.

Pasal 352

Subdirektorat Promosi KIE Korporasi terdiri atas:

a. Seksi Korporasi Dalam Negeri; dan

b. Seksi Korporasi Luar Negeri.

Pasal 353

(1) Seksi Korporasi Dalam Negeri mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada korporasi dalam

negeri.

(2) Seksi Korporasi Luar Negeri mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada korporasi luar

negeri.

Pasal 354

Subdirektorat Promosi KIE Pemerintah dan Non Pemerintah mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada

lembaga pemerintah dan non pemerintah.

Pasal 355

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 354,

Subdirektorat Promosi KIE Pemerintah dan Non Pemerintah menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga

pemerintah; dan

123

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga non

pemerintah.

Pasal 356

Subdirektorat Pemerintah dan Non Pemerintah terdiri atas:

a. Seksi Pemerintah; dan

b. Seksi Non Pemerintah.

Pasal 357

(1) Seksi Pemerintah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga pemerintah.

(2) Seksi Non Pemerintah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga non pemerintah.

Pasal 358

Subdirektorat Promosi Minat Khusus mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang promosi minat khusus.

Pasal 359

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 358,

Subdirektorat Promosi Minat Khusus menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata bahari; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang promosi wisata non bahari.

Pasal 360

Subdirektorat Promosi Minat Khusus terdiri atas:

a. Seksi Wisata Bahari; dan

b. Seksi Wisata Non Bahari.

124

Pasal 361

(1) Seksi Wisata Bahari mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi wisata bahari.

(2) Seksi Wisata Non Bahari mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang promosi wisata non bahari.

Pasal 362

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

BAB VI

DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS

SENI DAN BUDAYA

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 363

(1) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah

unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dipimpin

oleh Direktur Jenderal.

Pasal 364

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya mempunyai

tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis

di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.

Pasal 365

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 364,

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;

125

b. pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan

budaya;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ekonomi

kreatif berbasis seni dan budaya;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ekonomi kreatif

berbasis seni dan budaya; dan

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis

Seni dan Budaya.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 366

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Pengembangan Industri Perfilman;

c. Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik; dan

d. Direktorat Pengembangan Seni Rupa.

Bagian Ketiga

Sekretariat Direktorat Jenderal

Pasal 367

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan

teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat

Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.

Pasal 368

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 367,

Sekretariat Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan

Direktorat Jenderal;

b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,

pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan

kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;

126

c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,

serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 369

Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:

a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;

b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;

c. Bagian Keuangan;

d. Bagian Umum dan Informasi; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 370

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,

serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 371

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 370, Bagian

Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan

penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat

Jenderal.

Pasal 372

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:

a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;

b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan

c. Subbagian Kerja Sama.

Pasal 373

(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program

dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.

127

(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat

Jenderal.

(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama

dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 374

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,

serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di

lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 375

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 374, Bagian

Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;

b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;

dan

c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat

Jenderal.

Pasal 376

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:

a. Subbagian Hukum;

b. Subbagian Kepegawaian; dan

c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.

Pasal 377

(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan

serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin

pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.

128

(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan

pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan

dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan

Direktorat Jenderal.

Pasal 378

Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 379

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378, Bagian

Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat

Jenderal;

b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;

dan

c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen

verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.

Pasal 380

Bagian Keuangan terdiri atas:

a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;

b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan

c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.

Pasal 381

(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan

pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat

Jenderal.

(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan

perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi

dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di

lingkungan Direktorat Jenderal.

129

Pasal 382

Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata

persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan

informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 383

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 382, Bagian

Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan

barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 384

Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:

a. Subbagian Tata Persuratan;

b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan

c. Subbagian Data dan Informasi.

Pasal 385

(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan

penerimaan dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan

kearsipan di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan

urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana

kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan

Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan

pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Bagian Keempat

Direktorat Pengembangan Industri Perfilman

Pasal 386

Direktorat Pengembangan Industri Perfilman mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

130

dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan industri perfilman.

Pasal 387

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 386,

Direktorat Pengembangan Industri Perfilman menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

industri perfilman;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengembangan industri perfilman;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan industri perfilman; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 388

Direktorat Pengembangan Industri Perfilman terdiri atas:

a. Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman;

b. Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film;

c. Subdirektorat Produksi;

d. Subdirektorat Pemasaran Film;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 389

Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang fasilitasi industri perfilman.

Pasal 390

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389,

Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi usaha perfilman; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi kegiatan perfilman.

131

Pasal 391

Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman terdiri atas:

a. Seksi Fasilitasi Usaha Perfilman; dan

b. Seksi Fasilitasi Kegiatan Perfilman.

Pasal 392

(1) Seksi Fasilitasi Usaha Perfilman mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang fasilitasi usaha perfilman.

(2) Seksi Fasilitasi Kegiatan Perfilman mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang fasilitasi kegiatan perfilman.

Pasal 393

Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang festival dan eksibisi film.

Pasal 394

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 393,

Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang festival film; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang eksibisi film.

Pasal 395

Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film terdiri atas:

b. Seksi Festival Film; dan

c. Seksi Eksibisi Film.

Pasal 396

(1) Seksi Festival Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

132

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang festival film.

(2) Seksi Eksibisi Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang eksibisi film.

Pasal 397

Subdirektorat Produksi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi film.

Pasal 398

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 397,

Subdirektorat Produksi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan konten dan lokasi film; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pelayanan produksi film.

Pasal 399

Subdirektorat Produksi terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan Konten dan Lokasi Film; dan

b. Seksi Pelayanan Produksi Film.

Pasal 400

(1) Seksi Pengembangan Konten dan Lokasi Film mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan konten dan lokasi film.

(2) Seksi Pelayanan Produksi Film mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pelayanan produksi film.

133

Pasal 401

Subdirektorat Pemasaran Film mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran

film.

Pasal 402

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 401,

Subdirektorat Pemasaran Film menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang distribusi film; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pertunjukan film.

Pasal 403

Subdirektorat Pemasaran Film terdiri atas:

a. Seksi Distribusi Film; dan

b. Seksi Pertunjukan Film.

Pasal 404

(1) Seksi Distribusi Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang distribusi film.

(2) Seksi Pertunjukan Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pertunjukan film.

Pasal 405

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

134

Bagian Kelima

Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik

Pasal 406

Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik mempunyai

tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan seni pertunjukan dan industri musik.

Pasal 407

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 406,

Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik

menyelenggarakan fungsi:

e. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

seni pertunjukan dan industri musik;

f. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengembangan seni pertunjukan dan industri musik;

g. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan seni pertunjukan dan industri musik; dan

h. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 408

Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik terdiri atas:

g. Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan;

h. Subdirektorat Pengembangan Industri Musik;

i. Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik;

j. Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri

Musik;

k. Subbagian Tata Usaha; dan

l. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 409

Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan seni pertunjukan.

135

Pasal 410

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 409,

Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi seni pertunjukan; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni pertunjukan.

Pasal 411

Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan terdiri atas:

a. Seksi Kreasi dan Produksi Seni Pertunjukan; dan

b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Pertunjukan.

Pasal 412

(1) Seksi Kreasi dan Produksi Seni Pertunjukan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi seni pertunjukan.

(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Pertunjukan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni

pertunjukan.

Pasal 413

Subdirektorat Pengembangan Industri Musik mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pengembangan industri musik.

Pasal 414

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413,

Subdirektorat Pengembangan Industri Musik menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi musik; dan

136

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan industri musik.

Pasal 415

Subdirektorat Pengembangan Industri Musik terdiri atas:

a. Seksi Kreasi dan Produksi Musik; dan

b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Industri Musik.

Pasal 416

(1) Seksi Kreasi dan Produksi Musik mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang kreasi dan produksi musik.

(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Industri Musik mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan industri musik.

Pasal 417

Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pemasaran seni pertunjukan dan industri

musik.

Pasal 418

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417

Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik

menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pemasaran seni pertunjukan; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pemasaran musik.

137

Pasal 419

Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik terdiri atas:

a. Seksi Pemasaran Seni Pertunjukan; dan

b. Seksi Pemasaran Musik.

Pasal 420

(1) Seksi Pemasaran Seni Pertunjukan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pemasaran seni pertunjukan.

(2) Seksi Pemasaran Musik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pemasaran musik.

Pasal 421

Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri

Musik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang infrastruktur dan

dokumentasi seni pertunjukan dan industri musik.

Pasal 422

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 421,

Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri

Musik menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan sarana dan prasarana pertunjukan;

dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang dokumentasi dan publikasi.

Pasal 423

Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri

Musik terdiri atas:

138

a. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertunjukan; dan

b. Seksi Dokumentasi dan Publikasi.

Pasal 424

(1) Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertunjukan mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan sarana dan

prasarana pertunjukan.

(2) Seksi Dokumentasi dan Publikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang dokumentasi dan publikasi.

Pasal 425

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Keenam

Direktorat Pengembangan Seni Rupa

Pasal 426

Direktorat Pengembangan Seni Rupa mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan seni rupa.

Pasal 427

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 426,

Direktorat Pengembangan Seni Rupa menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

seni rupa;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengembangan seni rupa;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan seni rupa; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

139

Pasal 428

Direktorat Pengembangan Seni Rupa terdiri atas:

a. Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni;

b. Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan;

c. Subdirektorat Pengembangan Fotografi;

d. Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 429

Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan seni rupa murni.

Pasal 430

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 429,

Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni rupa murni; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni rupa murni.

Pasal 431

Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni terdiri atas:

a. Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Murni; dan

b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Murni.

Pasal 432

(1) Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Murni mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni

rupa murni.

140

(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Murni mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni

rupa murni.

Pasal 433

Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan seni rupa terapan.

Pasal 434

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 433,

Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni rupa terapan; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni rupa terapan.

Pasal 435

Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan terdiri atas:

a. Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Terapan; dan

b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Terapan.

Pasal 436

(1) Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Terapan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni

rupa terapan.

(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Terapan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni

rupa terapan.

141

Pasal 437

Subdirektorat Pengembangan Fotografi mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pengembangan fotografi.

Pasal 438

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 437,

Subdirektorat Pengembangan Fotografi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya fotografi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan fotografi.

Pasal 439

Subdirektorat Pengembangan Fotografi terdiri atas:

a. Seksi Kreasi dan Produksi Karya Fotografi; dan

b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Fotografi.

Pasal 440

(1) Seksi Kreasi dan Produksi Karya Fotografi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya fotografi.

(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Fotografi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan fotografi.

Pasal 441

Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pemasaran dan pengembangan apresiasi.

142

Pasal 442

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 441,

Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang distribusi dan komersialisasi karya seni rupa; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang apresiasi karya seni rupa.

Pasal 443

Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi terdiri atas:

a. Seksi Distribusi dan Komersialisasi Karya Seni Rupa; dan

b. Seksi Apresiasi Karya Seni Rupa.

Pasal 444

(1) Seksi Distribusi dan Komersialisasi Karya Seni Rupa mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang distribusi dan komersialisasi

karya seni rupa.

(2) Seks Apresiasi Karya Seni Rupa mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang apresiasi karya seni rupa.

Pasal 445

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

BAB VII

DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS

MEDIA, DESAIN, DAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 446

(1) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu

143

Pengetahuan dan Teknologi adalah unsur pelaksana yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

(2) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi dipimpin oleh Direktur Jenderal.

Pasal 447

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi mempunyai tugas merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang ekonomi kreatif

berbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 448

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 447,

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis media, desain,

dan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis media, desain,

dan ilmu pengetahuan dan teknologi;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ekonomi

kreatif berbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ekonomi kreatif

berbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis

Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 449

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media;

c. Direktorat Desain dan Arsitektur; dan

d. Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi.

144

Bagian Ketiga

Sekretariat Direktorat Jenderal

Pasal 450

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan

teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat

Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi.

Pasal 451

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 450,

Sekretariat Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan

Direktorat Jenderal;

b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,

pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan

kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;

c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,

serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 452

Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:

a. Bagian Perencanaan dan Kerjasama;

b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;

c. Bagian Keuangan;

d. Bagian Umum dan Informasi; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 453

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,

serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 454

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 453, Bagian

Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:

145

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan

penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat

Jenderal.

Pasal 455

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:

a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;

b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan

c. Subbagian Kerja Sama.

Pasal 456

(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana

program dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat

Jenderal.

(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama

dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 457

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,

serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di

lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 458

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 457, Bagian

Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;

b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan, pember-

hentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

146

c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat

Jenderal.

Pasal 459

Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:

a. Subbagian Hukum;

b. Subbagian Kepegawaian; dan

c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.

Pasal 460

(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan

serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin

pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan

pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan

dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan

Direktorat Jenderal.

Pasal 461

Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 462

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 461, Bagian

Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat

Jenderal;

b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;

dan

c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen

verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.

Pasal 463

Bagian Keuangan terdiri atas:

147

a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;

b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan

c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.

Pasal 464

(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan pengelolaan

penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan

perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan

di lingkungan Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi

dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di

lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 465

Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata

persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan

informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 466

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 465, Bagian

Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di

lingkungan Direktorat Jenderal;

b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan

barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan

c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 467

Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:

a. Subbagian Tata Persuratan;

b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan

c. Subbagian Data dan Informasi.

Pasal 468

148

(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan

dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan kearsipan di

lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan

urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana

kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan

Direktorat Jenderal.

(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan

pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

Bagian Keempat

Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media

Pasal 469

Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengembangan ekonomi kreatif berbasis media.

Pasal 470

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 469,

Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

ekonomi kreatif berbasis media;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengembangan ekonomi kreatif berbasis media;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan ekonomi kreatif berbasis media; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 471

Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media terdiri atas:

a. Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik;

b. Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi;

c. Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video;

d. Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan;

149

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 472

Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan film animasi dan komik.

Pasal 473

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 472,

Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang film animasi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang komik.

Pasal 474

Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik terdiri atas:

a. Seksi Film Animasi; dan

b. Seksi Komik.

Pasal 475

(1) Seksi Film Animasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang film animasi.

(2) Seksi Komik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang komik.

Pasal 476

Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi;mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

150

evaluasi di bidang pengembangan tulisan fiksi dan non fiksi.

Pasal 477

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 476,

Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi, menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang tulisan fiksi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang tulisan non fiksi.

Pasal 478

Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi; terdiri atas:

a. Seksi Tulisan Fiksi ; dan

b. Seksi Tulisan Non Fiksi.

Pasal 479

(1) Seksi Tulisan Fiksi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang tulisan fiksi.

(2) Seksi Tulisan Non Fiksi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang tulisan non fiksi.

Pasal 480

Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif audio dan video.

Pasal 481

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 480

Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video menyelenggarakan

fungsi:

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

151

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang karya kreatif audio; dan

c. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang karya kreatif video.

Pasal 482

Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video terdiri atas:

b. Seksi Karya Kreatif Audio; dan

c. Seksi Karya Kreatif Video.

Pasal 483

(1) Seksi Karya Kreatif Audio mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang karya kreatif audio.

(2) Seksi Karya Kreatif Video mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang karya kreatif video.

Pasal 484

Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif periklanan.

Pasal 485

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 484

Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif iklan cetak; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif iklan elektronik.

152

Pasal 486

Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan terdiri atas:

a. Seksi Iklan Cetak; dan

b. Seksi Iklan Elektronik.

Pasal 487

(1) Seksi Iklan Cetak mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi iklan cetak.

(2) Seksi Iklan Elektronik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

iklan elektronik.

Pasal 488

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Kelima

Direktorat Desain dan Arsitektur

Pasal 489

Direktorat Desain dan Arsitektur mempunyai tugas melaksanakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang desain dan arsitektur.

Pasal 490

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 489,

Direktorat Desain dan Arsitektur menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang desain dan

arsitektur;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

desain dan arsitektur;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang desain

dan arsitektur; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 491

153

Direktorat Desain dan Arsitektur terdiri atas:

a. Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior;

b. Subdirektorat Komunikasi Visual;

c. Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan;

d. Subdirektorat Mode;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 492

Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang arsitektur dan desain interior.

Pasal 493

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 492,

Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang arsitektur; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang desain interior.

Pasal 494

Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior terdiri atas:

a. Seksi Arsitektur; dan

b. Seksi Desain Interior.

Pasal 495

(1) Seksi Arsitektur mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang arsitektur.

(2) Seksi Desain Interior mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang desain interior.

Pasal 496

154

Subdirektorat Komunikasi Visual mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang komunikasivisual.

Pasal 497

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 496,Subdirektorat Komunikasi Visual menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunannorma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang desain grafis ; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunannorma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang komunikasi visual.

Pasal 498

Subdirektorat Komunikasi Visual terdiri atas:

a. Seksi Desain Grafis; dan

b. Seksi Komunikasi Visual.

Pasal 499

(1) Seksi Desain Grafis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang desain grafis.

(2) Seksi Komunikasi Visual mempunyai tugas melakukan penyiapan bahanperumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasidi bidang komunikasi visual.

Pasal 500

Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan mempunyai tugas melaksanakanpenyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang desain produk dan desain kemasan.

Pasal 501

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 500

Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

155

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang desain produk; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang desain kemasan.

Pasal 502

Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan terdiri atas:

a. Seksi Desain Produk; dan

b. Seksi Desain Kemasan.

Pasal 503

(1) Seksi Desain Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang desain produk.

(2) Seksi Desain Kemasan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang desain kemasan.

Pasal 504

Subdirektorat Mode mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mode.

Pasal 505

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504,

Subdirektorat Mode menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang desain busana; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang desain non busana.

Pasal 506

156

Subdirektorat Mode terdiri atas:

a. Seksi Desain Busana; dan

b. Seksi Desain Non Busana.

Pasal 507

(1) Seksi Desain Busana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang desain busana.

(2) Seksi Desain Non Busana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang desain non busana.

Pasal 508

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

Bagian Keenam

Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi

Pasal 509

Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja

sama dan fasilitasi.

Pasal 510

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 509,

Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama

dan fasilitasi;

b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

kerja sama dan fasilitasi;

c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja

sama dan fasilitasi; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pasal 511

157

Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi terdiri atas:

a. Subdirektorat Lisensi Teknologi;

b. Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis;

c. Subdirektorat Sentra Kreatif;

d. Subdirektorat Akses Pembiayaan;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 512

Subdirektorat Lisensi Teknologi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

harmonisasi kebijakan dan fasilitasi lisensi teknologi.

Pasal 513

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 512,

Subdirektorat Lisensi Teknologi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang lisensi pengembangan teknologi ; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang lisensi pemanfaatan teknologi.

Pasal 514

Subdirektorat Lisensi Teknologi terdiri atas:

a. Seksi Lisensi Pengembangan Teknologi; dan

b. Seksi Lisensi Pemanfaatan Teknologi.

Pasal 515

(1) Seksi Lisensi Pengembangan Teknologi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang lisensi pengembangan teknologi.

(2) Seksi Lisensi Pemanfaatan Teknologi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

158

dan evaluasi di bidang lisensi pemanfaatan teknologi.

Pasal 516

Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang sentra inovasi dan inkubator bisnis.

Pasal 517

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 516,

Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan sentra inovasi; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan inkubator bisnis.

Pasal 518

Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan Sentra Inovasi; dan

b. Seksi Pengembangan Inkubator Bisnis.

Pasal 519

(1) Seksi Pengembangan Sentra Inovasi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan sentra inovasi.

(2) Seksi Pengembangan Inkubator Bisnis mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan inkubator bisnis.

Pasal 520

Subdirektorat Sentra Kreatif mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

harmonisasi kebijakan dan fasilitasi sentra kreatif.

Pasal 521

159

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 520,

Subdirektorat Sentra Kreatif menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan sentra kreatif; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengelolaan sentra kreatif.

Pasal 522

Subdirektorat Sentra Kreatif terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan Sentra Kreatif; dan

b. Seksi Pengelolaan Sentra Kreatif.

Pasal 523

(1) Seksi Pengembangan Sentra Kreatif mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi di bidang pengembangan Sentra Kreatif.

(2) Seksi Pengelolaan Sentra Kreatif mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluas di

bidang pengelolaan Sentra Kreatif.

Pasal 524

Subdirektorat Akses Pembiayaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi akses pembiayaan.

Pasal 525

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 524,

Subdirektorat Akses Pembiayaan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi akses pembiayaan bank ; dan

b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi akses pembiayaan non bank.

Pasal 526

160

Subdirektorat Akses Pembiayaan terdiri atas:

a. Seksi Akses Pembiayaan Bank; dan

b. Seksi Akses Pembiayaan Non Bank.

Pasal 527

(1) Seksi Akses Pembiayaan Bank mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

akses pembiayaan bank.

(2) Seksi Akses Pembiayaan Non Bank mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi akses pembiayaan non bank.

Pasal 528

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat.

BAB VIII

INSPEKTORAT JENDERAL

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Pasal 529

(1) Inspektorat Jenderal adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.

Pasal 530

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di

lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 531

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 530,

Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pariwisata

161

dan Ekonomi Kreatif terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, review,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan

e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal;

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 532

Inspektorat Jenderal terdiri atas:

a. Sekretariat Inspektorat Jenderal;

b. Inspektorat I;

c. Inspektorat II; dan

d. Inspektorat III.

Bagian Ketiga

Sekretariat Inspektorat Jenderal

Pasal 533

Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan

teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Inspektorat

Jenderal.

Pasal 534

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 533,

Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan koordinasi, penyusunan rencana program dan penganggaran

serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program pengawasan intern

di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. pelaksanaan analisis dan pemantauan serta advokasi atas laporan hasil

pengawasan dan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta pengawasan masyarakat;

c. pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi, dan tata laksana di lingkungan

162

Inspektorat Jenderal; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha, perlengkapan dan keuangan di lingkungan

Inspektorat Jenderal.

Pasal 535

Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas:

a. Bagian Perencanaan dan Evaluasi;

b. Bagian Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan;

c. Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana;

d. Bagian Umum; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 536

Bagian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

penyusunan rencana program, kegiatan dan penganggaran, serta evaluasi

dan pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Inspektorat

jenderal.

Pasal 537

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 536, Bagian

Perencanaan dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyusunan rencana program,

kegiatan dan penganggaran; dan

b. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana

program, kegiatan dan penganggaran di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Pasal 538

Bagian Perencanaan dan Evaluasi terdiri atas:

a. Subbagian Perencanaan; dan

b. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan.

Pasal 539

(1) Subbagian Perencanaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan rencana program, kegiatan dan penganggaran Inspektorat

Jenderal.

(2) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan

163

bahan evaluasi dan laporan pelaksanaan rencana program, kegiatan dan

penganggaran di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Pasal 540

Bagian Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas

melaksanakan analisis dan evaluasi hasil pengawasan serta pemantauan

tindak lanjut hasil pengawasan.

Pasal 541

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 540, Bagian

Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan hasil

pengawasan; dan

b. penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tindak

lanjut hasil pengawasan;

Pasal 542

Bagian Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan terdiri atas:

a. Subbagian Analisis Hasil Pengawasan; dan

b. Subbagian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.

Pasal 543

(1) Subbagian Analisis Hasil Pengawasan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan

hasil pengawasan.

(2) Subbagian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan

tindak lanjut hasil pengawasan.

Pasal 544

Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas

melaksanakan urusan kepegawaian, penataan, dan peningkatan kapasitas

organisasi dan tata laksana di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Pasal 545

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 544, Bagian

Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana menyelenggarakan fungsi:

164

a. pelaksanaan penyusunan rencana formasi, pengadaan, pengembangan,

pengangkatan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun pegawai di

lingkungan Inspektorat Jenderal; dan

b. penyiapan bahan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana.

Pasal 546

Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana terdiri atas:

a. Subbagian Kepegawaian; dan

b. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.

Pasal 547

(1) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan rencana formasi, pengadaan, pengambangan, pengangkatan,

kepangkatan, pemberhentian dan pensiun pegawai di lingkungan Inspektorat

Jenderal.

(2) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas menyiapkan

bahan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana.

Pasal 548

Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha persuratan,

kearsipan, rumah tangga, perlengkapan serta keuangan di lingkungan

Inspektorat Jenderal.

Pasal 549

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 548, Bagian

Umum menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan tata usaha persuratan, kearsipan, rumah tangga,

dan perlengkapan di lingkungan Inspektorat Jenderal; dan

b. pelaksanaan urusan keuangan di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Pasal 550

Bagian Umum terdiri atas:

a. Subbagian Tata Usaha dan Perlengkapan; dan

b. Subbagian Keuangan.

Pasal 551

(1) Subbagian Tata Usaha dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan

urusan tata usaha persuratan, kearsipan, rumah tangga, dan perlengkapan

di lingkungan Inspektorat jenderal.

165

(2) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan di

lingkungan Inspektorat Jenderal.

Bagian Keempat

Inspektorat I

Pasal 552

Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap

kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan

Menteri serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Sekretariat

Jenderal, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta penyusunan laporan.

Pasal 553

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 552,

Inspektorat I menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana dan program pengawasan intern;

b. pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat I.

Pasal 554

Inspektorat I terdiri atas:

a. Subbagian Tata Usaha; dan

b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.

Pasal 555

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Inspektorat I.

Bagian Kelima

Inspektorat II

Pasal 556

Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap

kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

166

pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri

serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal

Pemasaran Pariwisata, Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, serta penyusunan laporan.

Pasal 557

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 556, Inspektorat

II menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana dan program pengawasan intern;

b. pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat II.

Pasal 558

Inspektorat II terdiri atas:

a. Subbagian Tata Usaha; dan

b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.

Pasal 559

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Inspektorat II.

Bagian Keenam

Inspektorat III

Pasal 560

Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap

kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan

Menteri serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Direktorat

Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi

Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, serta penyusunan laporan.

Pasal 561

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 560,

Inspektorat III menyelenggarakan fungsi:

167

a. penyusunan rencana dan program pengawasan intern;

b. pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III.

Pasal 562

Inspektorat III terdiri atas:

a. Subbagian Tata Usaha; dan

b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.

Pasal 563

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Inspektorat III.

BAB IX

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 564

(1) Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

adalah unsur pendukung yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

dipimpin oleh Kepala Badan.

Pasal 565

Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

mempunyai tugas melaksanakan pengembangan sumber daya pariwisata

dan ekonomi kreatif.

Pasal 566

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 564, Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggara-

kan fungsi:

168

a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengembangan sumber

daya di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

b. pelaksanaan pengembangan sumber daya di bidang pariwisata ekonomi

kreatif;

c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber

daya di bidang pariwisata ekonomi kreatif;dan

d. pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 567

Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdiri

atas:

a. Sekretariat Badan;

b. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan;

c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif;

d. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi

Kreatif; dan

e. Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.

Bagian Ketiga

Sekretariat Badan

Pasal 568

Sekretariat Badan mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis

administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 569

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 568,

Sekretariat Badan menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran, evaluasi

dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan Badan Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

169

b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum, penataan

dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana, serta pengelolaan

urusan kepegawaian di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

c. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran,

perbendaharaan dan gaji, akuntansi dan verifikasi, serta inventarisasi

kekayaan milik negara di lingkungan Badan Pengembangan Sumber

Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan

d. pengelolaan urusan persuratan, data dan informasi, rumah tangga dan

perlengkapan di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 570

Sekretariat Badan terdiri atas:

a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;

b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian;

c. Bagian Keuangan;

d. Bagian Umum dan Informasi; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 571

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan koordinasi penyusunan rencana program dan penganggaran,

pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana, program dan

anggaran serta fasilitasi kerja sama di lingkungan Badan Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 572

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 568, Bagian

Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan rencana program dan

penganggaran di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

rencana program dan penganggaran di lingkungan Badan Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan

c. pelaksanaan fasilitasi kerja sama di lingkungan Badan Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

170

Pasal 573

Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:

a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;

b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan

c. Subbagian Kerjasama.

Pasal 574

(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan rencana program

dan penganggaran di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Subbagian Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama

dalam dan luar negeri di lingkungan Badan Pengembangan Sumber

Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 575

Bagian Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,

penelaahan dan bantuan hukum, penataan dan peningkatan kapasitas

organisasi dan tata laksana, serta pelaksanaan pengelolaan kepegawaian

di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Pasal 576

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 572, Bagian

Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan koordinasi perumusan, penyusunan peraturan perundang-

undangan, penelaahan dan bantuan hukum, serta pemantauan, evaluasi,

perumusan dan penyusunan organisasi dan tata laksana di lingkungan

Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

b. pelaksanaan perencanaan formasi, pengadaan, dan pengembangan,

serta disiplin pegawai di lingkungan Badan Pengembangan Sumber

Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

171

c. pelaksanaan penyiapan bahan pengangkatan, kepangkatan, perpindahan

tempat kerja, pemberhentian dan pensiun pegawai di lingkungan Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan

Pasal 577

Bagian Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian terdiri atas:

a. Subbagian Hukum, Organisasi, dan Tata Laksana;

b. Subbagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai; dan

c. Subbagian Mutasi Pegawai.

Pasal 578

(1) Subbagian Hukum, Organisasi, dan Tata Laksana mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan koordinasi perumusan, penyusunan peraturan

perundang-undangan, penelaahan dan bantuan hukum, serta pemantauan,

evaluasi, perumusan dan penyusunan organisasi dan tata laksana di

lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

(2) Subbagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan formasi, pengadaan dan

pengembangan, serta disiplin pegawai di lingkungan Badan Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(3) Subbagaian Mutasi Pegawai mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,

pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Badan Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 579

Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan

keuangan di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

Pasal 580

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 576, Bagian

Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran

anggaran di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya pariwisata

dan ekonomi kreatif;

172

b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan

di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif; dan

c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen

verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara

di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Pasal 581

Bagian Keuangan terdiri atas:

a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;

b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji;

c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi;

Pasal 582

(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan

pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran di

lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya pariwisata dan ekonomi

kreatif.

(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan

perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan di lingkungan Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi

dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja Negara di

lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Pasal 583

Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata

persuratan, data dan informasi, serta rumah tangga dan perlengkapan di

lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Pasal 584

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 583, Bagian

Umum menyelenggarakan fungsi:

173

a. pelaksanaan urusan tata persuratan, data dan informasi, serta kearsipan

di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif; dan

b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan

barang milik negara di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 585

Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:

a. Subbagian Tata Persuratan, Data dan Informasi; dan

b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan.

Pasal 586

(1) Subbagian Tata Persuratan, Data dan Informasi mempunyai tugas

melakukan urusan tata persuratan, data dan informasi, serta kearsipan

di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif;

(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan

urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan barang

milik negara di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

Bagian Keempat

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan

Pasal 587

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan mempunyai

tugas melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang kebijakan

kepariwisataan.

Pasal 588

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 587, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan menyelenggarakan

fungsi:

a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan,

pengembangan sistem dan metoda, serta pemantauan, evaluasi dan

pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan kebijakan

kepariwisataan; dan

174

b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian dan

publikasi data penelitian dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.

Pasal 589

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan terdiri atas:

a. Bidang Program dan Evaluasi;

b. Bidang Data dan Publikasi; dan

c. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 590

Bidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

kebijakan teknis rencana dan program kegiatan, pengembangan sistem dan

metoda serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian

dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.

Pasal 591

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 590, Bidang

Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program

kegiatan serta pengembangan sistem dan metoda penelitian dan

pengembangan kebijakan kepariwisataan; dan

b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi pelaporan pelaksanaan penelitian

dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.

Pasal 592

Bidang Program dan Evaluasi terdiri atas:

a. Subbidang Program; dan

b. Subbidang Evaluasi.

Pasal 593

(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan, serta

pengembangan sistem dan metoda penelitian dan pengembangan kebijakan

kepariwisataan.

(2) Subbidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan

pengembangan kebijakan kepariwisataan.

175

Pasal 594

Bidang Data dan Publikasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,

pengolahan, pelayanan serta penyajian dan publikasi data dan informasi

kegiatan penelitian dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.

Pasal 595

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 594, Bidang

Data dan Publikasi menyelenggarakan fungsi:

a. pengumpulan dan pengolahan data dan informasi penelitian dan

pengembangan kebijakan kepariwisataan; dan

b. pelaksanaan pelayanan, penyajian, penerbitan dan publikasi data dan

informasi hasil penelitian dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.

Pasal 596

Bidang Data dan Publikasi terdiri atas:

a. Subbidang Data; dan

b. Subbidang Publikasi.

Pasal 597

(1) Subbidang Data mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan

pengolahan data dan informasi penelitian dan pengembangan kebijakan

kepariwisataan.

(2) Subbidang Publikasi mempunyai tugas melakukan pelayanan, penyajian,

penerbitan dan publikasi data dan informasi hasil penelitian dan

pengembangan kebijakan kepariwisataan.

Bagian Kelima

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif

Pasal 598

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif mempunyai

tugas melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang kebijakan

ekonomi kreatif.

Pasal 599

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 598, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan

fungsi:

176

a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan,

pengembangan sistem dan metoda, serta pemantauan, evaluasi dan

pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi

kreatif; dan

b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian dan

publikasi data penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.

Pasal 600

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif terdiri atas:

a. Bidang Program dan Evaluasi;

b. Bidang Data dan Publikasi; dan

c. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 601

Bidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

kebijakan teknis rencana dan program kegiatan, pengembangan sistem dan

metoda serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian

dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.

Pasal 602

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 601, Bidang

Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:

a. kegiatan serta pengembangan sistem dan metoda penelitian dan

pengembangan kebijakan ekonomi kreatif; dan

b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi pelaporan pelaksanaan penelitian

dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.

Pasal 603

Bidang Program dan Evaluasi terdiri atas:

a. Subbidang Program; dan

b. Subbidang Evaluasi.

Pasal 604

(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan, serta

pengembangan sistem dan metoda penelitian dan pengembangan kebijakan

ekonomi kreatif.

177

(2) Subbidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan

pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.

Pasal 605

Bidang Data dan Publikasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,

pengolahan, pelayanan serta penyajian dan publikasi data dan informasi

kegiatan penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.

Pasal 606

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 605, Bidang

Data dan Publikasi menyelenggarakan fungsi:

a. pengumpulan dan pengolahan data dan informasi penelitian dan

pengembangan kebijakan ekonomi kreatif; dan

b. pelaksanaan pelayanan, penyajian, penerbitan dan publikasi data dan

informasi hasil penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.

Pasal 607

Bidang Data dan Publikasi terdiri atas:

a. Subbidang Data; dan

b. Subbidang Publikasi.

Pasal 608

(1) Subbidang Data mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan

pengolahan data dan informasi penelitian dan pengembangan kebijakan

ekonomi kreatif.

(2) Subbidang Publikasi mempunyai tugas melakukan pelayanan, penyajian,

penerbitan dan publikasi data dan informasi hasil penelitian dan

pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.

Bagian Keenam

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan

dan Ekonomi Kreatif

Pasal 609

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi

Kreatif mempunyai tugas melaksanakan pengembangan sumber daya manusia

di bidang kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

178

Pasal 610

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 609, Pusat

Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program kegiatan,

pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan dan

pelaporan pelaksanaan pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang

kepariwisataan; dan

b. perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program kegiatan,

pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan dan

pelaporan pelaksanaan pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang

ekonomi kreatif.

Pasal 611

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi

Kreatif terdiri atas:

a. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan;

b. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif; dan

c. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 612

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana program dan

kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan

dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang

kepariwisataan.

Pasal 613

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 612, Bidang

Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisatan menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana

program dan kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda,

serta pemantauan dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber

daya manusia aparatur kepariwisataan serta sumber daya manusia industri

dan masyarakat kepariwisataan; dan

b. penyelenggaraan dan kerja sama pengembangan sumber daya manusia

aparatur kepariwisataan serta sumber daya manusia industri dan masyarakat

kepariwisataan.

179

Pasal 614

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan terdiri atas:

a. Subbidang Program dan Evaluasi; dan

b. Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama.

Pasal 615

(1) Subbidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana program dan

kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan

dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumberdaya manusia aparatur

kepariwisataan serta sumber daya manusia industri dan masyarakat

kepariwisataan.

(2) Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan

penyelenggaraan dan kerja sama pengembangan sumber daya manusia

aparatur kepariwisataan serta sumber daya manusia industri dan masyarakat

kepariwisataan.

Pasal 616

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana program dan

kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan

dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang

ekonomi kreatif.

Pasal 617

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 616, Bidang

Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif menyelenggarakan

fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana

program dan kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda,

serta pemantauan dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber

daya manusia bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta

berbasis media, desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan

b. penyelenggaraan kerja sama pengembangan sumber daya manusia

bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta berbasis media,

desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

180

Pasal 618

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif terdiri atas:

a. Subbidang Program dan Evaluasi; dan

b. Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama.

Pasal 619

(1) Subbidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana program dan

kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan

dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia bidang

ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta berbasis media, desain,

dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

(2) Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan

penyelenggaraan kerja sama pengembangan sumber daya manusia

bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta berbasis media,

desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bagian Ketujuh

Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Pasal 620

Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas

melaksanakan perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber

daya manusia di bidang kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

Pasal 621

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 620, Pusat

Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan perumusan, penerapan dan pengembangan, serta

pemantauan, evaluasi, pelaporan, dan kerja sama kompetensi sumber

daya manusia di bidang kepariwisataan; dan

b. pelaksanaan perumusan, penerapan dan pengembangan, serta

pemantauan, evaluasi, pelaporan, dan kerja sama kompetensi sumber

daya manusia di bidang ekonomi kreatif.

Pasal 622

Pusat Pengembangan Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif terdiri

atas:

181

a. Bidang Kompetensi Kepariwisataan;

b. Bidang Kompetensi Ekonomi Kreatif; dan

c. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 623

Bidang Kompetensi Kepariwisataan mempunyai tugas melaksanakan

perumusan, penerapan dan pengembangan, serta pemantauan, evaluasi,

pelaporan, dan kerja sama pelaksanaan pengembangan kompetensi sumber

daya manusia di bidang kepariwisataan.

Pasal 624

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 623, Bidang

Kompetensi Kepariwisataan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi

sumber daya manusia di bidang kepariwisataan; dan

b. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan

perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya

manusia di bidang kepariwisataan.

Pasal 625

Bidang Kompetensi Kepariwisataan terdiri atas:

a. Subbidang Program; dan

b. Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama.

Pasal 626

(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi sumber daya

manusia di bidang kepariwisataan.

(2) Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan

perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya

manusia di bidang kepariwisataan.

Pasal 627

Bidang Kompetensi Ekonomi Kreatif mempunyai tugas melaksanakan

perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi di bidang ekonomi

kreatif, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan

kompetensi di bidang ekonomi kreatif.

182

Pasal 628

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 627, Bidang

Kompetensi Ekonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi

sumber daya manusia di bidang ekonomi kreatif; dan

b. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan

perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya

manusia di bidang ekonomi kreatif.

Pasal 629

Bidang Kompetensi Ekonomi Kreatif terdiri atas:

a. Subbidang Program; dan

b. Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama.

Pasal 630

(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi sumber daya

manusia di bidang ekonomi kreatif.

(2) Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan

perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya

manusia di bidang ekonomi kreatif.

BAB X

STAF AHLI

Pasal 631

(1) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 4 (empat) Staf Ahli.

(2) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

(3) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif mengenai masalah tertentu sesuai dengan bidang

keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,

Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan Badan.

(4) Kelompok Staf Ahli dibantu oleh Subbagian Tata Usaha yang secara

administratif berada di bawah Sekretaris Jenderal dan sehari-hari dibina

oleh Kepala Bagian Tata Usaha Kementerian pada Biro Umum.

183

Pasal 632

Staf Ahli terdiri atas:

a. Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif;

b. Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi;

c. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan

d. Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pasal 633

(1) Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif mempunyai

tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif mengenai masalah perlindungan keanekaragaman karya kreatif.

(2) Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi mempunyai tugas memberikan telaahan

kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai masalah jasa

ekonomi.

(3) Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga mempunyai tugas memberikan

telaahan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai masalah

hubungan antar lembaga.

(4) Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mempunyai tugas

memberikan telaahan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

mengenai masalah ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB XI

PUSAT DATA DAN INFORMASI

Pasal 634

(1) Pusat Data dan Informasi adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas

Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Sekretaris Jenderal.

(2) Pusat Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala.

Pasal 635

Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data

dan pengembangan teknologi informasi di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 636

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 635, Pusat

Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

184

a. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pelayanan

penyusunan data dan informasi; dan

b. pelaksanaan pengembangan teknologi informasi.

Pasal 637

Pusat Data dan Informasi terdiri atas:

a. Bidang Pengelolaan Data;

b. Bidang Pengembangan Teknologi Informasi;

c. Subbagian Tata Usaha; dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 638

Bidang Pengelolaan Data mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,

pengolahan, penyimpanan dan pelayanan data di bidang pariwisata dan

ekonomi kreatif.

Pasal 639

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 638, Bidang

Pengelolaan Data menyelenggarakan fungsi:

a. pengumpulan, analisis, evaluasi dan pengolahan data di bidang pariwisata

dan ekonomi kreatif; dan

b. penyimpanan dan pelayanan data di bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif.

Pasal 640

Bidang Pengelolaan Data terdiri atas:

a. Subbidang Pengumpulan dan Pengolahan Data; dan

b. Subbidang Penyimpanan dan Pelayanan Data.

Pasal 641

(1) Subbidang Pengumpulan dan Pengolahan Data mempunyai tugas

melakukan identifikasi, pengumpulan, analisis, dan evaluasi data di bidang

pariwisata dan ekonomi kreatif.

(2) Subbidang Penyimpanan dan Pelayanan Data mempunyai tugas melakukan

penyimpanan dan pelayanan data di bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif.

185

Pasal 642

Bidang Pengembangan Teknologi Informasi mempunyai tugas melaksanakan

pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi, jaringan dan infrastruktur

teknologi informasi.

Pasal 643

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 642, Bidang

Pengembangan Teknologi Informasi menyelenggarakan fungsi:

a. pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi; dan

b. pengembangan dan pemeliharaan jaringan dan infrastruktur.

Pasal 644

Bidang Pengembangan Sistem Informasi terdiri atas:

a. Subbidang Sistem Aplikasi; dan

b. Subbidang Jaringan dan Infrastruktur.

Pasal 645

(1) Subbidang Sistem Aplikasi mempunyai tugas melakukan pengembangan

dan pemeliharaan sistem aplikasi.

(2) Subbidang Jaringan dan Infrastruktur mempunyai tugas melakukan

pengembangan dan pemeliharaan jaringan dan infrastruktur.

Pasal 646

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Pusat Data dan Informasi.

BAB XII

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Pasal 647

(1) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai adalah unsur penunjang

pelaksanaan tugas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif melalui Sekretaris Jenderal.

(2) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dipimpin oleh Kepala.

186

Pasal 648

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai mempunyai tugas menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan pegawai di lingkungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

Pasal 649

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 648, Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Pegawai menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana dan program serta kebutuhan pendidikan dan pelatihan

pegawai;

b. penyiapan materi pendidikan dan pelatihan;

c. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pegawai;

d. pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan;

e. pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pendidikan

dan pelatihan;

f. pelayanan teknis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; dan

g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Pegawai.

Pasal 650

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai terdiri atas:

a. Bagian Tata Usaha;

b. Bidang Program dan Kerja Sama;

c. Bidang Penyelenggaraan; dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 651

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan keuangan,

kepegawaian, surat menyurat, kearsipan, perlengkapan, dan rumah tangga

di lingkungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai.

Pasal 652

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 651, Bagian

Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan administrasi keuangan; dan

b. pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, ketatausahaan, rumah

tangga, dan perlengkapan.

187

Pasal 653

Bagian Tata Usaha terdiri atas:

a. Subbagian Keuangan; dan

b. Subbagian Umum.

Pasal 654

(1) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan

administrasi keuangan.

(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan

kepegawaian, ketatausahaan, rumah tangga, dan perlengkapan.

Pasal 655

Bidang Program dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan pengkajian,

perumusan, penyusunan kebijakan dan program, serta hubungan kerja sama

pendidikan dan pelatihan pegawai.

Pasal 656

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 655, Bidang

Program dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan program pendidikan dan pelatihan pegawai;

b. penyusunan dan pengembangan kurikulum, sistem dan metoda pendidikan

dan pelatihan pegawai; dan

c. pelaksanaan hubungan kerja sama dengan instansi dan lembaga.

Pasal 657

Bidang Program dan Kerja Sama terdiri atas:

a. Subbidang Program; dan

b. Subbidang Kerja Sama.

Pasal 658

(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pengkajian, perumusan, penyusunan program, serta pengembangan

kurikulum, sistem, dan metoda pendidikan dan pelatihan pegawai.

(2) Subbidang Kerja Sama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pelaksanaan hubungan kerja sama pendidikan dan pelatihan pegawai.

188

Pasal 659

Bidang Penyelenggaraan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan dan pelatihan pegawai.

Pasal 660

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 659, Bidang

Penyelenggaraan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional pegawai;

b. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan struktural pegawai; dan

c. pelaksanaan evaluasi dan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.

Pasal 661

Bidang Penyelenggaraan terdiri atas:

a. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional; dan

b. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural.

Pasal 662

(1) Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional mempunyai

tugas melakukan pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional pegawai.

(2) Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural mempunyai tugas

melakukan pelaksanaan, evaluasi, serta pelaporan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan prajabatan dan diklat pimpinan.

BAB XIII

PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK

Pasal 663

(1) Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung tugas Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Sekretaris

Jenderal.

(2) Pusat Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala.

Pasal 664

Pusat Komunikasi Publik mempunyai tugas melaksanakan komunikasi publik

melalui publikasi dan analisis berita, pelayanan informasi publik, serta hubungan

antar lembaga.

189

Pasal 665

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 664, Pusat

Komunikasi Publik menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan publikasi, pemberitaan, hubungan media massa, pameran,

dan pencitraan, serta analisis berita dan opini publik;

b. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan pelayanan informasi serta

dokumentasi;

c. pelaksanaan hubungan dengan lembaga negara/pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat dalam dan luar negeri; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha Pusat Komunikasi Publik.

Pasal 666

Pusat Komunikasi Publik terdiri atas:

a. Bidang Publikasi dan Analisis Berita;

b. Bidang Informasi Publik;

c. Bidang Hubungan Antar Lembaga;

d. Subbagian Tata Usaha; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 667

Bidang Publikasi dan Analisis Berita mempunyai tugas melaksanakan publikasi,

pemberitaan, hubungan media massa, pameran, dan pencitraan, serta analisis

berita dan opini publik.

Pasal 668

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 667, Bidang

Publikasi dan Analisis Berita menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan publikasi, pemberitaan, hubungan media massa, pameran,

dan pencitraan; dan

b. pelaksanaan analisis berita dan opini publik serta pencitraan.

Pasal 669

Bidang Publikasi dan Analisis Berita terdiri atas:

a. Subbidang Publikasi dan Pemberitaan; dan

b. Subbidang Analisis Berita.

190

Pasal 670

(1) Subbidang Publikasi dan Pemberitaan mempunyai tugas melakukan

pengumpulan, pengolahan, dan penyajian pemberitaan, serta hubungan

dengan media massa.

(2) Subbidang Analisis Berita mempunyai tugas melakukan pameran, publikasi,

analisis berita dan opini publik serta pencitraan.

Pasal 671

Bidang Informasi Publik mempunyai tugas pelaksanaan pelayanan informasi

publik serta pengelolaan informasi dan dokumentasi.

Pasal 672

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 671, Bidang

Informasi Publik menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan pengemasan, penyajian, dan pelayanan pengguna informasi;

dan

b. pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan, dan dokumentasi informasi.

Pasal 673

Bidang Informasi Publik terdiri atas:

a. Subbidang Pelayanan Informasi; dan

b. Subbidang Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi.

Pasal 674

(1) Subbidang Pelayanan Informasi mempunyai tugas melakukan pengemasan,

penyajian, dan pelayanan pengguna informasi.

(2) Subbidang Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi mempunyai tugas

melakukan pengumpulan, pengelolaan, dan dokumentasi informasi.

Pasal 675

Bidang Hubungan Antar Lembaga mempunyai tugas melaksanakan hubungan

dengan lembaga Negara/Pemerintah dan lembaga dunia usaha dan

masyarakat.

Pasal 676

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 675, Bidang

Hubungan Antar Lembaga menyelenggarakan fungsi:

191

a. pelaksanaan hubungan dengan lembaga Negara/Pemerintah; dan

b. pelaksanaan hubungan dengan lembaga dunia usaha dan masyarakat.

Pasal 677

Bidang Hubungan Antar Lembaga terdiri atas:

a. Subbidang Hubungan Antar Lembaga Pemerintah; dan

b. Subbidang Hubungan Antar Lembaga Non Pemerintah.

Pasal 678

(1) Subbidang Hubungan Antar Lembaga Pemerintah mempunyai tugas

melakukan hubungan dengan lembaga Negara/Pemerintah.

(2) Subbidang Hubungan Antar Lembaga Non Pemerintah mempunyai tugas

melakukan hubungan dengan lembaga dunia usaha dan masyarakat.

Pasal 679

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Pusat Komunikasi Publik.

BAB XIV

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 680

Di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat dibentuk

Kelompok Jabatan Fungsional sesuai kebutuhan.

Pasal 681

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan tugas sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 682

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah jabatan fungsional

yang terbagi dalam berbagai jabatan fungsional sesuai dengan bidang

keahliannya.

(2) Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior.

(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

192

BAB XV

UNIT PELAKSANA TEKNIS

Pasal 683

(1) Di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdapat

Organisasi Unit Pelaksana Teknis sebagai pelaksana tugas teknis tertentu

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan tersendiri dengan Peraturan Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis

dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur

negara dan reformasi birokrasi.

BAB XVII

TATA KERJA

Pasal 684

Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan organisasi di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif wajib menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan masing-masing

maupun antara satuan organisasi di lingkungan Kementerian serta instansi

lain di luar Kementerian sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Pasal 685

(1) Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kementerian wajib

mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan

segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kementerian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasi-

kan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk

bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Pasal 686

(1) Setiap laporan dari bawahan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi

wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan

lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

(2) Dalam menyampaikan laporan kepada pimpinan satuan organisasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tembusan laporan wajib disampaikan

193

pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai

hubungan kerja.

Pasal 687

Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kementerian wajib mengikuti

dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-

masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

Pasal 688

Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh

pimpinan satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka bimbingan kepada

bawahannya wajib mengadakan rapat berkala.

BAB XVII

ESELON, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 689

(1) Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Kepala

Badan adalah jabatan struktural eselon I.a.

(2) Staf Ahli adalah jabatan struktural eselon I.b atau serendah-rendahnya

eselon II.a.

(3) Kepala Biro, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, Sekretaris Inspektorat

Jenderal, Inspektur, Sekretaris Badan dan Kepala Pusat adalah jabatan

struktural eselon II.a.

(4) Kepala Bagian, Kepala Subdirektorat dan Kepala Bidang adalah jabatan

struktural eselon III.a.

(5) Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan Kepala Subbidang adalah jabatan

struktural eselon IV.a.

Pasal 690

Pejabat struktural eselon I.a yang dialihtugaskan pada jabatan Staf Ahli tetap

diberikan eselon I.a.

Pasal 691

(1) Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal,

Kepala Badan, dan Staf Ahli diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

atas usul Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(2) Pejabat struktural eselon II ke bawah diangkat dan diberhentikan oleh

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

194

(3) Pejabat struktural eselon III ke bawah dapat diangkat dan diberhentikan

oleh pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif.

BAB XVIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 692

Perubahan atas organisasi dan tata kerja menurut Peraturan ini ditetapkan

oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif setelah mendapat persetujuan

tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur

negara dan reformasi birokrasi.

Pasal 693

Perubahan pembagian obyek pengawasan Inspektorat yang diatur berdasarkan

Peraturan Menteri ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

BAB XIX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 694

Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata Nomor PM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dinyatakan tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diubah atau diganti dengan

peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Menteri ini.

Pasal 695

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri ini seluruh jabatan yang ada

beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif tetap melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian

sampai dengan diatur kembali berdasarkan Peraturan Menteri ini.

BAB XX

PENUTUP

Pasal 696

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Nomor PM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi dan

195

Tata Kerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

Pasal 697

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan

ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 Januari 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 13 Februari 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 196

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, S.H, MM

NIP. 19590617 198803 1 005

196

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

197

198

199

BAGIAN

PERENCANAAN DAN

PENGEMBANGAN PEGAWAI

BAGIAN

PENELAAHAN DAN

BANTUAN HUKUM

BAGIAN

MUTASI PEGAW AI

BAGIAN

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

SUBBAGIAN

PERATURAN

PER-UNDANG-2AN

KEPARIW ISATAAN

SUBBAGIAN

PERATURAN

PER-UNDANGA-2AN

EKONOMI KREATIF

SUBBAGIAN

PENGEMBANGAN

PEGAW AI

SUBBAGIAN

PERENCANAAN

PEGAW AI

SUBBAGIAN

BANTUAN HUKUM

SUBBAGIAN

PENELAAHAN HUKUM

SUBBAGIAN

MUTASI DAN

KEPANGKATAN

SUBBAGIAN

PENGANGKATAN

DAN PEMBERHENTIAN

BIRO

HUKUM DAN

KEPEGAWAIAN

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN

PERJANJIAN DAN

RATIFIKASI

KEPARIW ISATAAN

DAN EKONOMI

KREATIF

SUBBAGIAN

DOKUMENTASI

DAN

PUBLIKASI HUKUM

SUBBAGIAN

DISIPLIN DAN

KESEJAHTERAAN

PEGAW AI

SUBBAGIAN

TATA USAHA

KEPEGAW AIAN

200

BAGIAN

AKUNTANSI

BAGIAN

PERBENDAHARAAN

BAGIAN

VERIFIKASI

ANGGARAN

BAGIAN

PELAKSANAAN

PENGANGGARAN

SUBBAGIAN

PELAKSANAAN

ANGGARAN I

SUBBAGIAN

PELAKSANAAN

ANGGARAN II

SUBBAGIAN

AKUNTANSI II

SUBBAGIAN

AKUNTANSI I

SUBBAGIAN

PENYELESAIAN

KERUGIAN NEGARA

SUBBAGIAN

TATA KELOLA

PERBENDAHARAAN

SUBBAGIAN

REKONSILIASI

SUBBAGIAN

VERIFIKASI

PENDAPATAN

DAN BELANJA

BIRO

KEUANGAN

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN

PEMANTAUAN

ANGGARAN DAN

PNBP

SUBBAGIAN

PENATAUSAHAAN

KEUANGAN DAN

TATA USAHA BIRO

SUBBAGIAN

EVALUASI DAN

PELAPORAN

KEUANGAN

201

BAG IAN

K ER JA SAMA R EG IO NAL

NO N ASEAN

BAG IAN

KER JASAMA

R EG IONAL ASEAN

BAG IAN

KER JASAMA

MULTILATER AL

BAG IAN

KER JASAMA

BILATER AL

SUBBAG IAN

ASIA PASIF IK

SUBBAG IAN

AMER IKA D AN

ER O PA

SUBBAG IAN

ANTAR KAW ASAN I

SUBBAG IAN

INTR A KAW ASAN

SUBBAG IAN

MITR A

W ICAR A

ASEAN

SUBBAG IAN

ASEAN

SUBBAG IAN

EK ONO MI KR EAT IF

SUBBAG IAN

UNW TO

B IR O

K E R JA SA M A

LUA R NE G E R I

KELO MPOK

JABATAN F UNG SIO NAL

SUBBAG IAN

AF R IK A, T IMTENG,

D AN T ATA USAH A

BIR O

SUBBAG IAN

KAW ASAN

PER TUMBUHAN

SUBBAG IAN

ANTAR K AW ASAN

II

SUBBAG IAN

W TO D AN O I

LAINNYA

202

BAGIAN

RUMAH TANGGA

BAGIAN

PERLENGKAPAN

BAGIAN

LAYANAN

PENGADAAN

BAGIAN

TATA USAHA

PIMPINAN

SUBBAGIAN

TATA USAHA MENTERI

SUBBAGIAN

TATA USAHA W AMEN

SUBBAGIAN

PENGAMANAN

SUBBAGIAN

URUSAN DALAM

SUBBAGIAN

PEMELIHARAAN

SUBBAGIAN

PENATAUSAHAAN

BMN

SUBBAGIAN

BIMBINGAN TEKNIS

SUBBAGIAN

PELAKSANAAN

PENGADAAN

BIRO

UMUM

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SEKJEN

SUBBAGIAN

ANALISIS

KEBUTUHAN

SUBBAGIAN

TATA PERSURATAN

SUBBAGIAN

TATA USAHA

STAF AHLI

SUBBAGIAN

PROTOKOL

203

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

DAYA TARIK

WISATA

DIREKTORAT

INDUSTRI

PARIWISATA

DIREKTORAT

PEMBERDAYAAN

MASYARAKATDESTINASI PARIWISATA

DIREKTORAT

PERANCANGAN

DESTINASI DAN INVESTASI PARIWISATA

DIREKTORAT

JENDERAL

PENGEMBANGAN

DESTINASI PARIWISATA

DIREKTORATPENGEMBANGAN

WISATA MINAT KHUSUS,

KONVENSI, INSENTIF,

DAN EVENT

204

BAGIAN

KEUANGAN

BAGIAN

HUKUM,

KEPEGAW AIAN, DAN

ORGANISASI

BAGIAN

UMUM DAN

INFORMASI

BAGIAN

PERENCANAAN

DAN KERJASAMA

SUBBAGIAN

RENCANA PROGRAM

DAN PENGANGGARAN

SUBBAGIAN

PEMANTAUAN,

EVALUASI, DAN PELAPORAN

SUBBAGIAN

AKUNTANSI DAN

VERIF IKASI

SUBBAGIAN

PERBENDAHARAAN

DAN GAJI

SUBBAGIAN

ORGANISASI DAN

TATA LAKSANA

SUBBAGIAN

KEPEGAW AIAN

SUBBAGIAN

RUMAH TANGGA

DAN PERLENGKAPAN

SUBBAGIAN

TATA PERSURATAN

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN

KERJASAMA

SUBBAGIAN

HUKUM

SUBBAGIAN

PELAKSANAAN

ANGGARAN

SUBBAGIAN

DATA DAN

INFORMASI

205

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

ZONA KREATIF

SUBDIREKTORAT

KAWASAN

PENGEMBANGAN

DESTINASI PARIWISATA

SUBDIREKTORAT

INVESTASI

PARIWISATA

SUBDIREKTORAT

KAWASAN EKONOMI

KHUSUS

PARIWISATA

SEKSI

KAWASAN STRATEGI

PARIWISATA WIL. I

SEKSI

KAWASAN STRATEGI

PARIWISATA WIL. II

SEKSI

ZONA KREATIF

BERBASIS MEDIA,

DESAIN, & IPTEK

SEKSI

ZONA KREATIF

BERBASIS

SENI DAN BUDAYA

SEKSI

PERANCANGAN

DESTINASI WIL. II

SEKSI

PERANCANGAN

DESTINASI WIL I

SEKSI

PROMOSI INVESTASI

SEKSI

PENGEMBANGAN

POTENSI INVESTASI

DIREKTORAT

PERANCANGAN

DESTINASI DANINVESTASI PARIWISATA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

206

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

DTW WILAYAH III

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

DTW WILAYAH II

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

DTW WILAYAH IV

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

DTW WILAYAH I

SEKSI

WILAYAH JAWA

SEKSI

WILAYAH SUMATERA

SEKSI

WILAYAH SULAWESI

SEKSI

WILAYAH KALIMANTAN

SEKSI

WILAYAH NTB DAN NTT

SEKSI

WILAYAH BALI

SEKSI

WILAYAH PAPUA, DANPAPUA BARAT

SEKSI

WILAYAH MALUKU DAN

MALUKU UTARA

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN DAYA

TARIK WISATA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

207

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

PRODUK DAN

PELAYANAN

WILAYAH I

SUBDIREKTORAT

SARANA

PARIWISATA

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

PRODUK DAN

PELAYANAN

WILAYAH II

SUBDIREKTORAT

JASA

PARIWISATA

SEKSI

JASA

PARIWISATA I

SEKSI

JASA

PARIWISATA II

SEKSI

WILAYAH I.B

SEKSI

WILAYAH I.A

SEKSI

SARANA

PARIWISATA II

SEKSI

SARANA

PARIWISATA I

SEKSI

WILAYAH II.B

SEKSI

WILAYAH II.A

DIREKTORAT

INDUSTRI PARIWISATA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

208

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

KEMITRAAN DAN

KELEMBAGAAN

MASYARAKAT

SUBDIREKTORAT

PENINGKATAN

KAPASITAS

MASYARAKAT DESA

SUBDIREKTORAT

DOKUMENTASI

DAN KOMUNIKASI

SUBDIREKTORAT

PERANCANGAN DAN

PEMANTAUAN

PEMBERDAYAAN

PARIWISATA

SEKSI

PERANCANGAN

PEMBERDAYAAN

PARIWISATA

SEKSI

PEMANTAUAN

PEMBERDAYAANPARIWISATA

SEKSI

KELEMBAGAAN

MASYARAKAT

SEKSI

KEMITRAAN

MASYARAKAT

SEKSI

WILAYAH II

SEKSI

WILAYAH I

SEKSI

KOMUNIKASI

SEKSI

DOKUMENTASI

DIREKTORAT

PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DESTINASI

PARIWISATA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

209

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

WISATA ALAM

DAN BUDAYA

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

REKREASI DAN

HIBURAN

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

WISATA KONVENSI,

INSENTIF, DAN EVENT

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

WISATA KULINER

DAN BELANJA

SEKSI

PENGEMBANGAN

WISATA KULINER

SEKSI

PENGEMBANGAN

WISATA BELANJA

SEKSI

PENGEMBANGAN

WISATA BUDAYA

SEKSI

PENGEMBANGAN

WISATA ALAM

SEKSI

PENGEMBANGAN

WISATA OLAH RAGA

SEKSI

PENGEMBANGAN

WISATA SPA DAN

KESEHATAN

SEKSI

SARANA DAN PRASARANA

WISATA KONVENSI,INSENTIF, DAN EVENT

SEKSI

FASILITASI WISATA

KONVENSI, INSENTIF,

DAN EVENT

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN WISATA

MINAT KHUSUS

KONVENSI, INSENTIF, DAN

EVENT

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

210

DIREKTORAT

JENDERAL

PEMASARAN

PARIWISATA

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

DIREKTORAT

PROMOSI PARIWISATA

DALAM NEGERI

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN PASAR

DAN INFOMASI

PARIWISATA

DIREKTORAT

PROMOSI PARIWISATA

LUAR NEGERI

DIREKTORAT

PENCITRAAN

INDONESIA

DIREKTORAT

PROMOSI KONVENSI,

INSENTIF, EVENT,

DAN MINAT KHUSUS

211

BAGIAN

KEUANGAN

BAGIAN

HUKUM,

KEPEGAW AIAN, DAN

ORGANISASI

BAGIAN

UMUM DAN

INFORMASI

BAGIAN

PERENCANAAN

DAN KERJASAMA

SUBBAGIAN

RENCANA PROGRAM

DAN PENGANGGARAN

SUBBAGIAN

PEMANTAUAN,

EVALUASI, DAN PELAPORAN

SUBBAGIAN

AKUNTANSI DAN

VERIF IKASI

SUBBAGIAN

PERBENDAHARAAN

DAN GAJI

SUBBAGIAN

ORGANISASI DAN

TATA LAKSANA

SUBBAGIAN

KEPEGAW AIAN

SUBBAGIAN

RUMAH TANGGA

DAN PERLENGKAPAN

SUBBAGIAN

TATA PERSURATAN

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN

KERJASAMA

SUBBAGIAN

HUKUM

SUBBAGIAN

PELAKSANAAN

ANGGARAN

SUBBAGIAN

DATA DAN

INFORMASI

212

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

INFORMASI PASAR

LUAR NEGERI

SUBDIREKTORAT

HUBUNGAN LEMBAGA

PARIW ISATA DAN

W IDYA W ISATA

SUBDIREKTORAT

PERANCANGAN

PEMASARAN

PARIW ISATA

SUBDIREKTORAT

INFORMASI PASAR

DALAM NEGERI

SEKSI

INFORMASI PASAR

PARIW ISATA

DALAM NEGERI

SEKSI

D ISEMINASI

INFORMASI

PASAR PARIW ISATADALAM NEGERI

SEKSI

DISEMINASI

INFORMASI

PASAR PARIW ISATALUAR NEGERI

SEKSI

INFORMASI PASAR

PARIW ISATA

LUAR NEGERI

SEKSI

W IDYA W ISATA

SEKSI

HUBUNGAN

LEMBAGA

PARIW ISATA

SEKSI

PERANCANGAN

PEMASARAN

LUAR NEGERI

SEKSI

PERANCANGANPEMASARAN

DALAM NEGERI

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

PASAR DAN INFORMASI

PARIWISATA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

213

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

WILAYAH TIMUR

TENGAH

DAN AFRIKA

SUBDIREKTORAT

WILAYAH ASEAN

SUBDIREKTORAT

WILAYAH ASIA

SUBDIREKTORAT

WILAYAH AMERIKA

DAN PASIFIK

SUBDIREKTORAT

WILAYAH EROPA

SEKSI

WILAYAH EROPA

TENGAH DAN TIMUR

SEKSI

WILAYAH ASEAN II

SEKSI

WILAYAH ASEAN I

SEKSI

WILAYAH ASIA

TIMUR

SEKSI

WILAYAH ASIA

SELATAN DAN BARAT

SEKSI

WILAYAH PASIFIK

SEKSI

WILAYAH AMERIKA

SEKSI

WILAYAH AFRIKA

SEKSI

WILAYAH

TIMUR TENGAH

DIREKTORAT

PROMOSI

PARIWISATA

LUAR NEGERI

SEKSI

WILAYAH EROPA

BARAT

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

214

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PROMOSI WISATA

WILAYAH V

SUBDIREKTORAT

PROMOSI WISATA

WILAYAH II

SUBDIREKTORAT

PROMOSI WISATA

WILAYAH III

SUBDIREKTORAT

PROMOSI WISATA

WILAYAH IV

SUBDIREKTORAT

PROMOSI WISATA

WILAYAH I

SEKSI

WILAYAH

SUMBAR, SUMSEL,

JAMBI, BENGKULU, &BANGKA BELITUNG

SEKSI

WILAYAH

LAMPUNG,

BANTEN, DANDKI JAKARTA

SEKSI

WILAYAH

JAWA BARAT,

JAWA TENGAH, DAN D.I.YOGYAKARTA

SEKSI

WILAYAH

SULAWESI

SEKSI

WILAYAH

KALIMANTAN

SEKSI

WILAYAH

BALI DAN NTB

SEKSI

WILAYAH

JAWA TIMUR

DAN NTT

SEKSI

WILAYAH

PAPUA DAN

PAPUA BARAT

DIREKTORAT

PROMOSI

PARIWISATA

DALAM NEGERI

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI

WILAYAH

ACEH, SUMUT,

RIAU DAN KEP.RIAU

SEKSI

WILAYAH

MALUKU DAN

MALUKU UTARA

215

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

KOMUNIKASI

MEDIA RUANG

SUBDIREKTORAT

KOMUNIKASI

MEDIA CETAK

SUBDIREKTORAT

KOMUNIKASI

MEDIA ELEKTRONIK

DAN DIGITAL

SUBDIREKTORAT

KERJA SAMA DAN

KEMITRAAN

SUBDIREKTORAT

STRATEGI

PENCITRAAN

INDONESIA

SEKSI

PERENCANAAN

PENCITRAAN

INDONESIA

SEKSI

PEMANTAUAN DAN

EVALUASI

PENCITRAAN INDONESIA

SEKSI

SARANA DAN

DISTRIBUSI

MEDIA CETAK

SEKSI

PROMOSI

MEDIA CETAK

SEKSI

SARANA DAN

DISTRIBUSI

MEDIAELEKTRONIK

DAN DIGITAL

SEKSI

PROMOSI MEDIA

ELEKTRONIK DAN

DIGITAL

SEKSI

KERJA SAMA DAN

KEMITRAAN ANTAR

LEMBAGA NON-PEMERINTAH

SEKSI

KERJA SAMA DAN

KEMITRAAN ANTAR

LEMBAGA PEMERINTAH

SEKSI

SARANA DAN

DISTRIBUSI

MEDIA RUANG

SEKSI

PROMOSI MEDIA

RUANG

DIREKTORAT

PENCITRAAN

INDONESIA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

216

SU

BBA

GIA

N

TA

TA

USA

HA

SU

BD

IREK

TO

RAT

PR

OM

OSI

KIE

KO

RPO

RASI

SU

BD

IREK

TO

RAT

PR

OM

OSI K

IE

PEM

ER

INTAH

D

AN

NO

N P

EM

ER

INTAH

SU

BD

IREK

TO

RAT

PR

OM

OSI

MIN

AT K

HU

SU

S

SE

KSI

KO

RPO

RA

SI

LU

AR

NE

GE

RI

SE

KSI

KO

RPO

RA

SI

DA

LA

M N

EG

ER

I

SE

KSI

NO

N P

EM

ER

INTA

H

SE

KSI

PE

ME

RIN

TA

H

SE

KSI

WIS

ATA

NO

N B

AH

AR

I

SE

KSI

WIS

ATA

BA

HA

RI

DIR

EK

TO

RA

T

PR

OM

OSI K

ON

VE

NSI,

INSE

NTIF

, EV

EN

T,D

AN

MIN

AT K

HU

SU

S

KE

LO

MPO

K

JA

BA

TA

N F

UN

GSIO

NA

L

217

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

INDUSTRI PERFILMAN

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

SENI PERTUNJUKAN

DAN INDUSTRI MUSIK

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

SENI RUPA

DIREKTORAT

JENDERAL

EKONOMI KREATIF

BERBASIS SENI DAN

BUDAYA

218

BAGIAN

KEUANGAN

BAGIAN

HUKUM,

KEPEGAW AIAN, DAN

ORGANISASI

BAGIAN

UMUM DAN

INFORMASI

BAGIAN

PERENCANAAN

DAN KERJASAMA

SUBBAGIAN

RENCANA PROGRAM

DAN PENGANGGARAN

SUBBAGIAN

PEMANTAUAN,

EVALUASI, DAN PELAPORAN

SUBBAGIAN

AKUNTANSI DAN

VERIFIKASI

SUBBAGIAN

PERBENDAHARAAN

DAN GAJI

SUBBAGIAN

ORGANISASI DAN

TATA LAKSANA

SUBBAGIAN

KEPEGAW AIAN

SUBBAGIAN

RUMAH TANGGA

DAN PERLENGKAPAN

SUBBAGIAN

TATA PERSURATAN

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN

KERJASAMA

SUBBAGIAN

HUKUM

SUBBAGIAN

PELAKSANAAN

ANGGARAN

SUBBAGIAN

DATA DAN

INFORMASI

219

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PEMASARAN FILM

SUBDIREKTORAT

FESTIVAL DAN

EKSIBISI FILM

SUBDIREKTORAT

FASILITASI

INDUSTRI

PERFILMAN

SUBDIREKTORAT

PRODUKSI FILM

SEKSI

EKSIBISI FILM

SEKSI

FESTIVAL FILM

SEKSI

FASILITASI

KEGIATAN PERFILMAN

SEKSI

FASILITASI

USAHA PERFILMAN

SEKSI

PELAYANAN

PRODUKSI FILM

SEKSI

PENGEMBANGAN

KONTEN DAN

LOKASI FILM

SEKSI

PERTUNJUKAN FILM

SEKSI

DISTRIBUSI FILM

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

INDUSTRI

PERFILMAN

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

220

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

INFRASTRUKTUR DAN

DOKUMENTASI SENI

PERTUNJUKAN DANINDUSTRI MUSIK

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

INDUSTRI MUSIK

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

SENI PERTUNJUKAN

SUBDIREKTORAT

PEMASARAN

SENI PERTUNJUKAN

DAN INDUSTRI MUSIK

SEKSI

FASILITASI

PENGEMBANGAN

INDUSTRI MUSIK

SEKSI

KREASI DAN

PRODUKSIMUSIK

SEKSI

FASILITASI

PENGEMBANGAN

SENI PERTUNJUKAN

SEKSI

KREASI DAN

PRODUK SENI

PERTUNJUKAN

SEKSI

PEMASARAN

INDUSTRI

MUSIK

SEKSI

PEMASARAN

SENI PERTUNJUKAN

SEKSI

DOKUMENTASI

DAN PUBLIKASI

SEKSI

PENGEMBANGAN

SARANA DAN

PRASARANA PERTUNJUKAN

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

SENI PERTUNJUKAN DAN

INDUSTRI MUSIK

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

221

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PEMASARAN DAN

PENGEMBANGAN

APRESIASI

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

SENI RUPA

TERAPAN

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

SENI RUPA MURNI

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

FOTOGRAFI

SEKSI

FASILITASI

PENGEMBANGAN

SENI RUPA TERAPAN

SEKSI

KREASI DAN

PRODUKSI KARYASENI RUPA

TERAPAN

SEKSI

FASILITASI

PENGEMBANGAN

SENI RUPA MURNI

SEKSI

KREASI DAN

PRODUKSI KARYA

SENI RUPA MURNI

SEKSI

FASILITASI

PENGEMBANGAN

FOTOGRAFI

SEKSI

KREASI DAN

PRODUKSI

KARYA FOTOGRAFI

SEKSI

APRESIASI KARYA

SENI RUPA

SEKSI

DISTRIBUSI DAN

KOMERSIALISASI

KARYA SENI RUPA

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

SENI RUPA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

222

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN

EKONOMI KREATIF

BERBASIS MEDIA

DIREKTORAT

KERJA SAMA DAN

FASILITASI

DIREKTORAT

DESAIN

DAN ARSITEKTUR

DIREKTORAT

JENDERAL

EKONOMI KREATIF

BERBASIS MEDIA,

DESAIN, DAN IPTEK

223

BAGIAN

KEUANGAN

BAGIAN

HUKUM,

K EPEGAW AIAN, DAN

O RGANISASI

BAGIAN

UMUM DAN

INFO RMASI

BAGIAN

PERENCANAAN

DAN KERJASAMA

SUBBAG IAN

RENCANA PROG RAM

DAN PENGANGGARAN

SUBBAG IAN

PEMANTAUAN,

EVALUASI, D AN PELAPORAN

SUBBAGIAN

AKUNTANSI DAN

VER IF IKASI

SUBBAGIAN

PER BENDAHARAAN

DAN GAJI

SUBBAG IAN

ORG ANISASI D AN

TATA LAKSANA

SUBBAG IAN

KEPEGAW AIAN

SUBBAGIAN

RUMAH TANGG A

DAN PER LENG KAPAN

SUBBAGIAN

TATA PER SURATAN

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

KELOMPOK

JABATAN F UNG SIONAL

SUBBAG IAN

KER JASAMA

SUBBAG IAN

HUKUM

SUBBAGIAN

PELAKSANAAN

ANG GAR AN

SUBBAGIAN

D ATA DAN

INFOR MASI

224

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

KARYA KREATIF

PERIKLANAN

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

TULISAN FIKSI

DAN NON FIKSI

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN FILM

ANIMASI DAN KOMIK

SUBDIREKTORAT

PENGEMBANGAN

KARYA KREATIF

AUDIO DAN VIDEO

SEKSI

TULISAN NON FIKSI

SEKSI

TULISANFIKSI

SEKSI

KOMIK

SEKSI

FILM ANIMASI

SEKSI

KARYA KREATIF

VIDEO

SEKSI

KARYA KREATIF

AUDIO

SEKSI

IKLAN ELEKTRONIK

SEKSI

IKLAN CETAK

DIREKTORAT

PENGEMBANGAN EKONOMI

KREATIF BERBASIS MEDIA

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

225

SUBBAG IAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

MODE

SUBDIREKTORAT

KOMUNIKASI V ISUAL

SUBDIREKTORAT

ARSITEKTUR

DAN DESAIN

INTERIOR

SUBDIREKTORAT

DESAIN PRODUK

DAN KEMASAN

SEKSI

KOMUNIKASI

VISUAL

SEKSI

DESAIN

GR AFIS

SEKSI

DESAIN INTER IOR

SEKSI

AR SITEKTUR

SEKSI

D ESAIN

KEMASAN

SEKSI

D ESAIN

PR OD UK

SEKSI

DESAIN NON

BUSANA

SEKSI

D ESAIN BUSANA

DIREKTORAT

DESAIN DAN

ARSITEKTUR

KELOMPOK

JABATAN

FUNG SIONAL

226

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SUBDIREKTORAT

AKSES

PEMBIAYAAN

SUBDIREKTORAT

SENTRA INOVASI DAN

INKUBATOR BISNIS

SUBDIREKTORAT

LISENSI TEKNOLOGI

SUBDIREKTORAT

SENTRA KREATIF

SEKSI

PENGEMBANGAN

INKUBATOR BISNIS

SEKSI

PENGEMBANGAN

SENTRA INOVASI

SEKSI LISENSI

PEMANFAATAN

TEKNOLOGI

SEKSI LISENSI

PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI

SEKSI

PENGELOLAAN

SENTRA KREATIF

SEKSI

PENGEMBANGAN

SENTRA KREATIF

SEKSI AKSES

PEMBIAYAAN

NONBANK

SEKSI AKSES

PEMBIAYAAN BANK

DIREKTORAT

KERJA SAMA DAN

FASILITASI

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

227

SEKRETARIAT

INSPEKTORAT

JENDERAL

INSPEKTORAT

II

INSPEKTORAT

III

INSPEKTORAT

I

INSPEKTORAT

JENDERAL

228

BAGIAN

KEPEGAWAIAN,

ORGANISASI DAN

TATA LAKSANA

BAGIAN

ANALISIS DAN

TINDAK LANJUT

HASIL PENGAWASAN

BAGIAN

UMUM

BAGIAN

PERENCANAAN

DAN EVALUASI

SUBBAGIAN

PERENCANAAN

SUBBAGIAN

EVALUASI DAN

PELAPORAN

SUBBAGIAN

ORGANISASI DAN

TATA LAKSANA

SUBBAGIAN

KEPEGAWAIAN

SUBBAGIAN

TINDAK LANJUT

HASIL PENGAWASAN

SUBBAGIAN

ANALISIS

HASIL PENGAWASAN

SUBBAGIAN

KEUANGAN

SUBBAGIAN

TATA USAHA DAN

PERLENGKAPAN

SEKRETARIAT

INSPEKTORAT

JENDERAL

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

229

INS

PE

KT

OR

AT

I

KE

LO

MP

OK

JA

BA

TA

N

FU

NG

SIO

NA

L

AU

DIT

OR

SU

BB

AG

IAN

TA

TA

USA

HA

230

INS

PE

KT

OR

AT

II

KE

LO

MP

OK

JA

BA

TA

N

FU

NG

SIO

NA

L

AU

DIT

OR

SU

BB

AG

IAN

TA

TA

US

AH

A

231

INS

PE

KT

OR

AT

III

KE

LO

MP

OK

JA

BA

TA

N

FU

NG

SIO

NA

L

AU

DIT

OR

SU

BB

AG

IAN

TA

TA

USA

HA

232

SEKRETARIAT

BADAN

PUSAT

PENGEMBANGAN SDM

KEPARIWISATAAN

DAN EKONOMI KREATIF

PUSAT

KOMPETENSI

KEPARIWISATAAN DAN

EKONOMI KREATIF

PUSAT PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN

EKONOMI KREATIF

PUSAT PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN

KEPARIWISATAAN

BADAN

PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA

KEPARIWISATAAN

DAN EKONOMI

KREATIF

233

BAGIAN

KEUANGAN

BAGIAN

HUKUM, ORGANISASI

DAN KEPEGAW AIAN

BAGIAN

UMUM DAN

INFORMASI

BAGIAN

PERENCANAAN

DAN KERJASAM A

SUBBAG IAN

R ENCANAPROGRAM

D AN PENG ANG GARAN

SUBBAG IAN

PEMANTAUAN,

EVALUASI D AN PELAPOR AN

SUBBAG IAN

PELAKSANAAN

ANGG AR AN

SUBBAG IAN

AKUNTANSI D AN

VER IF IKASI

SUBBAG IAN

MUTASI PEG AW AI

SUBBAG IAN

PER ENCANAAN D AN

PENG EMBANG AN

PEG AW AI

SUBBAG IAN

RUMAH TANG G A

D AN PER LENGKAPAN

SUBBAG IAN

TATA PERSUR ATAN,

D ATA D AN

INF OR MASI

SEKRETARIAT

BADAN

KELOMPOK

JABATAN F UNG SIONAL

SUBBAG IAN

KER JASAMA

SUBBAG IAN

HUKUM,

OR G ANISASI D AN

TATA LAKSANA

SUBBAG IAN

PER BEND AHAR A

AN

D AN G AJI

234

BIDANG

DATA DAN

PUBLIKASI

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG

PROGRAM

DAN EVALUASI

SUBBIDANG

EVALUASI

SUBBIDANG

PUBLIKASI

SUBBIDANG

DATA

SUBBIDANG

PROGRAM

PUSAT

PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN

KEPARIWISATAAN

235

PUSAT

PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN

EKONOMI KREATIF

BIDANG

DATA DAN

PUBLIKASI

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG

PROGRAM

DAN EVALUASI

SUBBIDANG

EVALUASI

SUBBIDANG

PUBLIKASI

SUBBIDANG

DATA

SUBBIDANG

PROGRAM

236

PUSAT

PENGEMBANGAN SDM

KEPARIWISATAAN DAN

EKONOMI KREATIF

BIDANG

PENGEMBANGAN SDM

EKONOMI KREATIF

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG

PENGEMBANGAN SDM

KEPARIWISATAAN

SUBBIDANG

PENYELENGGARAAN

DAN KERJA SAMA

SUBBIDANG

PENYELENGGARAAN

DAN KERJA SAMA

SUBBIDANG

PROGRAM DAN

EVALUASI

SUBBIDANG

PROGRAM DAN

EVALUASI

237

PUSAT

KOMPETENSI

KEPARIWISATAAN DAN

EKONOMI KREATIF

BIDANG

KOMPETENSI

EKONOMI KREATIF

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG

KOMPETENSI

KEPARIWISATAAN

SUBBIDANG

EVALUASI DAN

KERJA SAMA

SUBBIDANG

EVALUASI DAN

KERJA SAMA

SUBBIDANG

PROGRAM

SUBBIDANG

PROGRAM

238

KELO

MPO

K

JABATAN

FUNG

SI

ONAL

BID

AN

G

PEN

GELO

LAAN

DATA

SUBBID

ANG

PENYIM

PANAN D

AN

PELAYANAN D

ATA

SUBBID

ANG

PENG

UM

PULAN D

AN

PENG

OLAH

AN D

ATA

PU

SA

T

DA

TA

DA

N

INFO

RM

ASI

BID

AN

G

PEN

GEM

BAN

GAN

TEK

NO

LO

GI

INFO

RM

ASI

SUBBID

ANG

JAR

ING

AN D

AN

INFR

ASTR

UK

TUR

SUBBID

ANG

SIS

TEM

APLIK

ASI

SUBBAG

IAN

TATA U

SAH

A

239

PUSAT PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN PEGAWAI

SUBBAGIAN UMUM

BIDANGPENYELENGGARAAN

KELOMPOKJABATANFUNGSIONAL

BIDANGPROGRAM

DAN KERJA SAMA

SUBBIDANGKERJA SAMA

SUBBIDANGDIKLAT STRUKTURAL

SUBBIDANGDIKLAT TEKNIS

DAN FUNGSIONAL

SUBBIDANGPROGRAM

BAGIAN TATA USAHA

SUBBAGIAN KEUANGAN

BAGIANTATA USAHA

240

BIDANG

HUBUNGAN

ANTAR LEMBAGA

BIDANG

INFORMASI

PUBLIK

BIDANG

PUBLIKASI

DAN

ANILISIS BERITA

SUBBIDANG

PUBLIKASI

DAN PEMBERITAAN

SUBBIDANG

ANALISIS BERITA

SUBBIDANG

HUBUNGAN ANTAR

LEMBAGA

NON PEMERINTAH

SUBBIDANG

HUBUNGAN ANTAR

LEMBAGA PEMERINTAH

SUBBIDANG

PENGELOLAAN

INFORMASI

DAN DOKUMENTASI

SUBBIDANG

PELAYANAN

INFORMASI

PUSAT

KOMUNIKASI

PUBLIK

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN

TATA USAHA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

241

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.20/OT.001/M.PEK/2012

TENTANG

PENYESUAIAN NOMENKLATUR PADA PERATURAN MENTERI

KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 77

Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan

dan Organisasi Kementerian Negara, nama Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata diubah menjadi Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. bahwa dalam rangka mengisi kekosongan hukum dan

peraturan perundang-undangan di bidang pariwisata dan

ekonomi kreatif perlu memberlakukan beberapa Peraturan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Penyesuaian

Nomenklatur Pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata;

242

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara

Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon

I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92

Tahun 2011;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF TENTANG PENYESUAIAN NOMENKLATUR PADA

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA.

Pasal 1

Penyesuaian nomenklatur pada setiap Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata sebagai berikut:

a. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dibaca menjadi Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif; dan

b. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dibaca menjadi Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 2

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Nomor KM.35/OT.001/MNKP/2001 tentang Penyesuaian

Nomenklatur Pada Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Yang

Mengatur Bidang Kebudayaan dan Pariwisata dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

243

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 7 Februari 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 13 Februari 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 197

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI

Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MM

NIP. 19590617 198803 1 005

244

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.27/UM.001/MPEK/2012

TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS

PEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA

DAN EKONOMI KREATIF

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor

7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan, kegiatan di bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui

dekonsentrasi dan tugas pembantuan;

b. bahwa dengan berubahnya organisasi Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka tugas dan fungsi

Kementerian berubah sehingga Peraturan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.104/UM.001/

MKP/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata yang Dilaksanakan Melalui

Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan perlu diganti

dengan Peraturan Menteri yang baru;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Pelaksanaan

Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di

245

Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

dengan Peraturan Menteri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5060);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 4493);

246

9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor 4855);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor

25, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia

Nomor 4614);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5262);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5272);

247

17. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang Perubahan

Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009

tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 142);

18. Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2009

tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Kementerian

Negara Serta Susunan Organisasi dan Tugas, Dan Fungsi

Eselon I Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007

tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfataan,

Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PNK.05/2007

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat;

21. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.16/UM.001/MKP/2010 tentang Pedoman Baku

Penyusunan Laporan Akuntansi Keuangan dan SIMAK

BMN di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata;

22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan

Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;

23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011

tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/

Lembaga;

24. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

PM.7/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN

DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

248

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Dekonsentrasi yang selanjutnya disebut Dekon adalah pelimpahan wewenang

dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau

kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

2. Tugas Pembantuan yang selanjutnya disebut TP adalah penugasan dari

Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada

kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten,

atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan

kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya

kepada yang menugaskan.

3. Dana Dekon adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan

oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekon, tidak

termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

4. Dana TP adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh

daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran

dalam rangka pelaksanaan TP.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah

organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan Dekon dan TP bidang Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif di daerah provinsi, kabupaten, atau kota.

6. Perubahan Anggaran yang selanjutnya disebut Revisi adalah perubahan

anggaran belanja Kementerian yang telah ditetapkan berdasarkan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Surat Penetapan Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (SP-RKAKL) dan/

atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

7. Unit Kerja Eselon I adalah Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal,

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal

Pemasaran Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis

Seni dan Budaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media,

Desain dan IPTEK, serta Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

249

8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.

9. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnya disebut

Kementerian adalah Kementerian yang membidangi Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi seluruh Unit

Kerja di lingkungan Kementerian, Pemerintah Daerah, dan SKPD dalam

melaksanakan kewenangan urusan Kementerian yang dilaksanakan melalui

kegiatan Dekon dan TP.

(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar pelaksanaan kegiatan Dekon dan

TP Kementerian dapat berjalan secara efektif dan efisien.

(3) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. Ketentuan Umum;

b. Dekonsentrasi;

c. Tugas Pembantuan;

d. Mekanisme Pencairan Dana;

e. Penatausahaan BMN, Pelaporan dan Pertanggungjawaban;

f. Pembinaan dan Pengawasan;

g. Pemeriksaan;

h. Serah Terima Barang;

i. Sanksi Administratif; dan

j. Ketentuan Penutup.

BAB III

DEKONSENTRASI

Bagian Kesatu

Pembagian Urusan

Pasal 3

(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui Dekon meliputi kegiatan bidang:

a. pengembangan destinasi pariwisata;

b. pemasaran pariwisata;

250

c. ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;

d. ekonomi kreatif berbasis media, desain dan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek); dan

e. pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif.

(2) Pelaksanaan Dekon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kegiatan

yang menghasilkan keluaran dengan tidak menambah aset atau bersifat

nonfisik.

(3) Kegiatan Dekon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain :

a. sinkronisasi dan koordinasi perencanaan;

b. fasilitasi/dukungan;

c. bimbingan teknis;

d. pelatihan;

e. pemberian penghargaan;

f. penyuluhan;

g. supervisi;

h. penelitian dan survey;

i. pembinaan; dan

j. pengawasan dan pengendalian.

(4) Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Dekon sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), sebagian kecil dana Dekon dapat dialokasikan sebagai

dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan

input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap.

(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis dan efisien,

serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan Kementerian.

Pasal 4

(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui Dekon bidang pengembangan destinasi pariwisata,

antara lain :

a. penyusunan pola perjalanan;

b. profil investasi;

c. perencanaan kawasan destinasi pariwisata;

d. perencanaan desain teknis; atau

e. bimbingan teknis.

(2) Pelaksanaan Dekon bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman

pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi

Pariwisata.

251

Pasal 5

(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui kegiatan Dekon bidang pemasaran pariwisata, meliputi:

a. pengadaan atau penyediaan bahan promosi;

b. pemasaran paket wisata yang siap jual di masing-masing daerah;

c. partisipasi dalam event seni dan budaya, serta pasar wisata di

tingkat nasional dan internasional, dengan tetap memprioritaskan

fasilitasi bagi industri pariwisata daerah; dan

d. pelaksanaan Fam Trip di daerah-daerah.

(2) Pengadaan atau penyediaan bahan promosi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a, meliputi :

a. media cetak :

1) pemasangan iklan pada surat kabar atau majalah lokal, nasional

atau internasional;

2) pencetakan brosur, flyer, leaflet, peta wisata, buku panduan

wisata, atau poster dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing;

3) pembuatan T-banner atau standing banner; dan

4) pengadaan bahan promosi lainnya (souvenir dan merchandise).

b. media elektronik :

1) pemasangan iklan pada radio atau televisi lokal, nasional atau

internasional;

2) pembuatan CD ROM, VCD atau DVD informasi kepariwisataan

daerah;

3) pemasangan iklan pada media internet, internet search engine,

atau website kepariwisataan lainnya; dan

4) pembuatan dan pengelolaan website kepariwisataan daerah.

c. media luar ruang

1) pembuatan dan pemasangan billboard di dalam dan di luar

negeri; dan

2) mobile advertising antara lain bus Ad, subway/MRT station Ad

di dalam dan luar negeri.

(3) Pelaksanaan Dekon bidang pemasaran pariwisata sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman

pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Pemasaran

Pariwisata.

252

Pasal 6

(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya meliputi:

a. pemberian bantuan/fasilitasi kepada sanggar/organisasi/lembaga di

bidang pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;

b. pendukungan kegiatan pergelaran, pameran, festival, dan lomba/kompetisi untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif berbasis

seni dan budaya; dan

c. pemberian penghargaan kepada pelaku yang berprestasi dan peduli

pada upaya pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.

(2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus melibatkan Taman Budaya selaku Unit Pelaksana TeknisDaerah (UPTD) bagi pemerintah provinsi yang memiliki.

(3) Pelaksanaan Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedomanpada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis

Seni dan Budaya.

Pasal 7

(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek meliputi:

a. pemberian bantuan/fasilitasi peningkatan kualitas dan kuantitaspengembangan konten:

1) animasi;2) komik;

3) TV dan radio;4) tulisan fiksi dan nonfiksi;

5) periklanan; dan6) desain.

b. pemberian bantuan/fasilitasi pengembangan dan penciptaan wirausaha

bidang media, desain, dan iptek; dan

c. pemberian penghargaan kepada pelaku yang berprestasi dan peduli

pada upaya pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek.

(2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus melibatkan Taman Budaya selaku Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) bagi pemerintah provinsi yang memiliki.

253

(3) Pelaksanaan Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis media, desain dan

iptek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya

berpedoman pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Ekonomi

Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.

Pasal 8

(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui Dekon bidang pengembangan sumber daya pariwisata

dan ekonomi kreatif, meliputi :

a. pembekalan teknis bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

b. pembekalan pelayanan prima;

c. penyelenggaraan TOT (Training Of Trainer); dan

d. pembekalan keterampilan bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

(2) Pelaksanaan Dekon bidang pengembangan sumber daya pariwisata dan

ekonomi kreatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya

berpedoman pada petunjuk teknis dari Badan Pengembangan Sumber

Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Bagian Kedua

Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 9

(1) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekon dilaksanakan oleh Menteri

dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon I terkait sebagai penanggung

jawab kegiatan dengan memperhatikan hasil perencanaan daerah.

(2) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekon sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.

(3) Menteri memberitahukan kepada Gubernur mengenai rencana kegiatan

Dekon untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Pagu

Anggaran (Pagu Sementara).

(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

Gubernur memberikan jawaban tertulis kepada Menteri dengan tembusan

kepada Sekretaris Jenderal dan Pejabat Eselon I terkait paling lambat

3 (tiga) minggu setelah pemberitahuan dari Menteri diterima.

(5) Dalam hal Gubernur tidak memberikan jawaban sampai dengan batas

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur dianggap tidak

bersedia menerima kegiatan Dekon.

254

(6) Berdasarkan jawaban Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

Menteri menetapkan lingkup kegiatan Dekon dan disampaikan kepadaGubernur yang bersedia menerima kegiatan Dekon setelah ditetapkannya

Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran.

Pasal 10

(1) Proses penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga

(RKA-K/L) Dekon dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran yangmenghasilkan Surat Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/

Lembaga (SP-RKAKL), sebagai dasar pencocokan kode akun yang akandilaksanakan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara untuk

penerbitan DIPA.

(2) DIPA Dekon yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar NominatifAnggaran (DNA).

(3) Revisi DIPA Dekon yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar RevisiAnggaran (DRA).

(4) KPA SKPD wajib menyampaikan fotokopi DIPA Dekon dan/atau revisiDIPA Dekon yang diterbitkan di daerah kepada Unit Kerja Eselon I terkait

dan Sekretaris Jenderal selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelahDIPA diterima.

Pasal 11

(1) Revisi dokumen anggaran Dekon dilakukan dengan berpedoman padatujuan, sasaran, dan dokumen perencanaan jangka menengah dan tahunan

yang telah ditetapkan.

(2) Jenis dan komponen anggaran yang dapat direvisi serta tata cara revisidokumen anggaran Dekon berpedoman pada peraturan yang dikeluarkan

oleh Menteri Keuangan.

(3) Revisi yang bersifat mengubah isi dan rincian dalam DIPA Dekon, wajib

diajukan oleh masing-masing KPA SKPD kepada Unit Kerja Eselon Iterkait dengan tembusan Sekretaris Jenderal.

(4) Hasil penelaahan usulan revisi dari Unit Kerja Eselon I terkait disampaikan

kepada Sekretaris Jenderal, selanjutnya akan diteruskan kepadaKementerian Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.

(5) KPA SKPD menyampaikan setiap revisi anggaran Dekon yang dilakukanterhadap perubahan Aplikasi Data Komputer (ADK) Rencana Kerja dan

Anggaran kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan

Organisasi dengan tembusan kepada Unit Eselon I terkait.

255

(6) Perubahan terhadap isi dan rincian dalam DIPA Dekon sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Sekretaris Jenderal sebagai

bahan untuk melakukan perubahan Keputusan Menteri tentang Penetapan

Kegiatan Yang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi.

Pasal 12

Rencana program dan usulan kegiatan Dekon beserta perubahannya harus

mengacu pada Keputusan Menteri tentang Penetapan Kegiatan Yang

Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan

Pasal 13

Dalam melaksanakan kegiatan Dekon, Gubernur menetapkan :

a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif; dan

b. perangkat pejabat perbendaharaan yang meliputi Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penerbit

Surat Perintah Membayar (SPM), Bendahara Penerimaan dan Bendahara

Pengeluaran.

Pasal 14

(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan Dekon dilakukan

secara terpisah dari APBD dan APBN TP.

(2) Pengelolaan dana Dekon dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana

Tugas Pembantuan.

Pasal 15

(1) Pelaksanaan kegiatan Dekon dilakukan setelah adanya pelimpahan urusan

pemerintahan yang merupakan kewenangan Kementerian dari Menteri

kepada Gubernur.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Dekon menghasilkan penerimaan negara

berupa pajak dan penerimaan negara bukan pajak, maka penerimaan

tersebut merupakan penerimaan APBN dan harus disetor ke rekening

kas negara.

256

BAB IV

TUGAS PEMBANTUAN

Bagian Kesatu

Pembagian Urusan

Pasal 16

(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui kegiatan TP yaitu bidang pengembangan destinasi

pariwisata;

(2) Kegiatan TP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kegiatan yang

menghasilkan keluaran yang menambah aset tetap atau bersifat fisik.

(3) Kegiatan bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain

berupa, bangunan, peralatan, dan jalan.

(4) Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan TP sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), sebagian kecil Dana TP dapat dialokasikan sebagai dana

penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan

input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap.

(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis dan efisien,

serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan Kementerian.

Pasal 17

(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat

dilaksanakan melalui TP Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata,

meliputi:

a. pembuatan ruang ganti/toilet di kawasan pariwisata;

b. pembuatan gazebo/rumah panggung kecil di ruang terbuka;

c. pembangunan menara pandang;

d. pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak dan pedestarian di kawasan

pariwisata;

e. pembuatan rambu-rambu petunjuk arah;

f. penataan taman (pembuatan pergola, pemasangan lampu taman,

pembuatan pagar pembatas, panggung kesenian, panggung terbuka);

g. pembangunan pusat informasi wisata/Tourism Information Center

(TIC);

257

h. pembuatan tempat penonton (tribun), tempat pertunjukan dan am-

p h i t h e a t e r ;

i. pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, pelataran, kios

cinderamata, kios kaki lima, pendopo, rest area, plaza, pusat jajanan/

kuliner, dan tempat ibadah;

j. pembangunan dive center dan pengadaan peralatan selam;

k. pembangunan jembatan dan broadwalk di kawasan pariwisata;

l. pembangunan gapura/gerbang masuk/pintu masuk/entrance; dan

m. pembangunan dan perbaikan dermaga/jetty di kawasan pariwisata.

(2) Pelaksanaan pembangunan dan fasilitasi penunjang fisik bidang

Pengembangan Destinasi Pariwisata sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) di area cagar budaya dan taman nasional atau taman wisata alam,

terlebih dahulu berkoordinasi dan memperoleh rekomendasi tertulis dari

Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang sesuai dengan wilayah kerja UPT.

(3) Pelaksanaan TP bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berpedoman pada petunjuk teknis

dari Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Bagian Kedua

Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 18

(1) Perencanaan dan penganggaran kegiatan TP dilaksanakan oleh Menteri

dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon I terkait sebagai penanggung

jawab kegiatan dengan memperhatikan hasil perencanaan daerah.

(2) Perencanaan dan penganggaran kegiatan TP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.

(3) Menteri memberitahukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota mengenai

rencana kegiatan TP untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya

Pagu Anggaran (Pagu Sementara).

(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

Gubernur/Bupati/Walikota memberikan jawaban tertulis kepada Menteri

dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Pejabat Eselon I

terkait paling lambat 3 (tiga) minggu setelah pemberitahuan dari Menteri

diterima.

258

(5) Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak memberikan jawaban sampai

dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur/

Bupati/Walikota dianggap tidak bersedia melaksanakan kegiatan TP.

(6) Berdasarkan jawaban Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), Menteri menetapkan lingkup kegiatan TP dan disampaikan

kepada Gubernur/Bupati/Walikota yang bersedia melaksanakan kegiatan

TP setelah ditetapkannya Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran.

Pasal 19

(1) Proses penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga

(RKA-K/L) TP dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran yang

menghasilkan Surat Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/

Lembaga (SP-RKAKL), sebagai dasar pencocokan kode akun yang akan

dilaksanakan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara untuk

penerbitan DIPA.

(2) DIPA TP yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar Nominatif Anggaran (DNA).

(3) Revisi DIPA TP yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar Revisi Anggaran

(DRA).

(4) KPA SKPD wajib menyampaikan fotokopi DIPA TP dan/atau revisi DIPA

TP yang diterbitkan di daerah kepada Unit Kerja Eselon I terkait dan

Sekretaris Jenderal selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah DIPA

diterima.

Pasal 20

(1) Revisi dokumen anggaran TP dilakukan dengan berpedoman pada tujuan,

sasaran, dan dokumen perencanaan jangka menengah dan tahunan

yang telah ditetapkan.

(2) Jenis dan bagian anggaran yang dapat direvisi serta tata cara revisi

dokumen anggaran TP berpedoman pada peraturan yang dikeluarkan

oleh Menteri Keuangan.

(3) Revisi yang bersifat mengubah isi dan rincian dalam DIPA TP, wajib

diajukan oleh masing-masing KPA SKPD kepada Unit Kerja Eselon I

terkait dengan tembusan Sekretaris Jenderal.

(4) Hasil penelaahan usulan revisi dari Unit Kerja Eselon I terkait disampaikan

kepada Sekretaris Jenderal, selanjutnya akan diteruskan kepada

Kementerian Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.

259

(5) KPA SKPD menyampaikan setiap revisi anggaran TP yang dilakukan

terhadap perubahan Aplikasi Data Komputer (ADK) Rencana Kerja dan

Anggaran kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan

Organisasi dengan tembusan kepada Unit Kerja Eselon I terkait.

(6) Perubahan terhadap isi dan rincian dalam DIPA TP sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) disampaikan kepada Sekretaris Jenderal sebagai bahan

untuk melakukan perubahan Keputusan Menteri tentang kegiatan TP.

Pasal 21

Rencana program dan usulan kegiatan TP beserta perubahannya harus

mengacu pada Keputusan Menteri tentang Penetapan Kegiatan Yang

Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan

Pasal 22

Dalam melaksanakan kegiatan TP, Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan :

a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif;

b. perangkat pejabat perbendaharaan meliputi Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penerbit Surat Perintah

Membayar (SPM), Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerima.

Pasal 23

(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan TP dilakukan

secara terpisah dari APBD dan APBN Dekon.

(2) Pengelolaan dana TP dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana

Tugas Pembantuan.

Pasal 24

(1) Pelaksanaan kegiatan TP dilakukan setelah adanya penugasan urusan

pemerintahan yang merupakan kewenangan Kementerian dari Menteri

kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan TP menghasilkan penerimaan negara

berupa pajak dan penerimaan negara bukan pajak, maka penerimaan

tersebut merupakan pendapatan APBN dan harus disetor ke rekening

kas negara.

260

BAB V

MEKANISME PENCAIRAN DANA

Pasal 25

(1) DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang telah disahkan

disampaikan kepada SKPD penerima dana Dekon dan/atau dana TP

sebagai dasar dalam penerbitan SPM.

(2) Penerbitan SPM oleh SKPD selaku KPA didasarkan pada alokasi dana

yang tersedia dalam DIPA dan POK untuk Dekon dan DIPA untuk TP.

(3) Kepala SKPD yang menerima dana Dekon dan/atau dana TP menerbitkan

dan menyampaikan SPM kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara.

(4) Setelah menerima SPM dari SKPD sebagaimana dimaksud dalam

ayat (3), Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat menerbitkan

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

(5) Penatausahaan barang persediaan dilakukan secara tertib sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

PELAPORAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 26

(1) SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan dana Dekon dan/atau TP wajib

menyusun laporan pertanggungjawaban yang meliputi:

a. laporan manajerial; dan

b. laporan akuntabilitas

(2) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

disampaikan setiap bulan kepada Unit Kerja Eselon I Pembina Teknis

dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal,

meliputi :

a. perkembangan realisasi penyerapan dana;

b. pencapaian target keluaran;

c. kendala yang dihadapi; dan

d. saran tindak lanjut.

(3) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

disampaikan setiap bulan kepada Unit Kerja Eselon I Pembina Teknis

dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal,

meliputi :

261

a. laporan realisasi anggaran;

b. neraca;

c. catatan atas laporan keuangan; dan

d. laporan barang.

(4) Laporan pelaksanaan kegiatan Dekon dan/atau TP sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008, tentang Pedoman Pengelolaan

Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, dan Peraturan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan di Lingkungan

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

(5) Laporan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d dilaksanakan

sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

terdiri dari :

a. Arsip Data Komputer (ADK) aplikasi BMN;

b. laporan intra dan ekstra countable;

c. barang bersejarah;

d. Kontruksi Dalam Pengerjaan (KDP);

e. aset tak berwujud;

f. laporan barang persediaan;

g. Catatan Ringkasan Barang (CRB);

h. laporan kondisi barang;

i. Catatan Atas Laporan Barang Milik Negera (CALBMN); dan

j. neraca;

(6) Jadwal pengiriman pelaporan barang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Dekon

Pasal 27

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan

Dekon.

262

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian

pedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan

evaluasi.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam

rangka pencapaian efisiensi dan dalam rangka bahan perumusan kebijakan

pengalokasian dana Dekon.

Bagian Kedua

TP

Pasal 28

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan

TP.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota selaku penerima penugasan dari Pemerintah,

melakukan pembinaan dan pengawasan Tugas Pembantuan yang

dilaksanakan oleh SKPD TP.

(3) Pembinaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman,

standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi.

(4) Pembinaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam

rangka pencapaian efisiensi dan efektifitas dalam rangka bahan perumusan

kebijakan pengalokasian dana TP.

Pasal 29

(1) Dalam pelaksanaan Dekon dan TP, Menteri melalui Pejabat Eselon I

terkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan Dekon/TP.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

PEMERIKSAAN

Pasal 30

(1) Pemeriksaan eksternal pelaksanaan kegiatan Dekon dan TP Kementerian

dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

263

(2) Pemeriksaan internal pelaksanaan kegiatan Dekon dan TP Kementerian

dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian.

(3) Inspektorat Jenderal Kementerian menyusun program pemeriksaan tahunan

untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pemeriksaan.

(4) Inspektorat Jenderal Kementerian dapat mendelegasikan kewenangan

pemeriksaan kepada Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk

melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan

persyaratan sebagai berikut:

a. menggunakan pedoman pemeriksaan yang berlaku di lingkungan

Kementerian;

b. pejabat yang ditunjuk untuk memeriksa adalah pejabat fungsional

auditor sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Menteri yang

bertanggungjawab dalam bidang aparatur negara;

c. menggunakan format Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sesuai

pedoman laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian;

d. laporan hasil pemeriksaan pelaksanaan Dekon dan TP dibuat oleh

Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota disampaikan kepada

Pejabat Eselon I terkait dan SKPD yang diperiksa, dengan tembusan

disampaikan kepada Menteri c.q. Inspektur Jenderal Kementerian,

Gubernur/Bupati/Walikota, dan Atasan Langsung SKPD yang diperiksa;

e. tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan dilakukan oleh SKPD yang

bersangkutan, disampaikan kepada Wakil Gubernur/Wakil Bupati/

Wakil Walikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri c.q.

Inspektur Jenderal Kementerian, Pejabat Eselon I terkait, Inspektur

Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Atasan Langsung SKPD terkait;

f. penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan pelaksanaan Dekon

dan TP dilakukan oleh Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota

bersama Inspektur Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota;

g. penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan pelaksanaan Dekon

dan TP sebagaimana dimaksud pada huruf f disampaikan kepada

Pejabat Eselon I terkait dan SKPD yang diperiksa, dengan tembusan

kepada Menteri c.q. Inspektur Jenderal Kementerian, Gubernur/

Bupati/ Walikota, dan atasan langsung SKPD yang diperiksa; dan

h. Inspektorat Jenderal Kementerian melakukan monitoring dan evaluasi

atas pelaksanaan pemeriksaan SKPD, penyelesaian tindak lanjut

hasil pemeriksaan dan LHP yang sudah didelegasikan kepada

Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota.

264

(5) Inspektorat Jenderal Kementerian melakukan sosialisasi/diseminasi pedoman

pengawasan yang berlaku di lingkungan Kementerian dan memberikan

bimbingan teknis pemeriksaan kepada Inspektorat Wilayah Provinsi/

Kabupaten/ Kota;

(6) Apabila diperlukan, Inspektorat Jenderal Kementerian dengan Inspektorat

Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melakukan pemeriksaan bersama

(join audit).

Pasal 31

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan,

dan akuntabel, Kepala SKPD berkewajiban melakukan pengendalian atas

penyelenggaraan kegiatan dengan berpedoman pada Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah.

BAB IX

SERAH TERIMA BARANG

Pasal 32

(1) Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan Dana Dekon dan TP

merupakan barang milik negara dan dapat dihibahkan kepada daerah

sebagai aset dari pusat ke provinsi, kabupaten atau kota

(2) SKPD yang melaksanakan kegiatan Dekon dan TP berkewajiban melakukan

penatausahaan barang milik negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3) Serah terima dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak realisasi pengadaan

barang kegiatan Dekon dan TP selesai sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB X

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 33

(1) SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan

pertanggungjawaban kegiatan Dekon dan TP dapat dikenakan sanksi

administratif berupa :

a. penundaan pencairan Dana Dekon dan TP untuk triwulan berikutnya;

dan

265

b. penghentian alokasi Dana Dekon dan TP untuk tahun anggaran

berikutnya.

(2) SKPD yang secara sengaja melakukan perubahan/revisi kegiatan Dekon

dan TP tanpa persetujuan Unit Kerja Eselon I terkait dapat dikenakan

sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan

pertanggungjawaban kegiatan Dekon dan TP.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Nomor PM.104/UM.001/MKP/2010 tentang Pelaksanaan

Kegiatan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Yang Dilaksanakan Melalui

Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 35

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 5 April 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

266

Diundangkan di Jakarta

pada tangal 17 April 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 419

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI

Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MM

NIP. 19590617 198803 1 005

267

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.35/UM.001/MPEK/2012

TENTANG

RENCANA STRATEGIS

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

TAHUN 2012 - 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92

Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan

Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian

Negara, tanggal 21 Desember 2011 telah dibentuk

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, setiap Kementerian/Lembaga harus menyusun

Rencana Strategis yang berpedoman kepada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang memuat

visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga;

268

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Rencana

Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Tahun 2012-2014;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4287);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5060);

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara

Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I

Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92

tahun 2011;

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

8. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif;

269

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF TENTANG RENCANA STRATEGIS

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

TAHUN 2012 - 2014.

KESATU : Menetapkan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Tahun 2012 - 2014 sebagaima tercantum

dalam lampiran peraturan ini.

KEDUA : Rencana Strategis Kementerian Pariwistaa dan Ekonomi

Kreatif Tahun 2012 - 2014 sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KESATU merupakan pedoman dalam penyelenggaraan

program dan kegiatan pembangunan di lingkungan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta,

pada tanggal 30 April 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 3 Mei 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 486

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI

Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MM

NIP. 19590617 198803 1 005

270

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

NOMOR PM.35/UM.001/MPEK/2012

TENTANG

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF TAHUN 2012–2014

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Kondisi Umum

1.1.1 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Berdasarkan Perpres No. 92 Tahun 2011 yang dikeluarkan pada tanggal 21

Desember 2011, maka Kemenparekraf secara resmitelah terbentuk, yang

terdiri dari 8 unit eselon satu dan didukung oleh 4 staf ahli, yaitu: Ditjen

Pengembangan Destinasi Pariwisata; Ditjen Pemasaran Pariwisata; Ditjen

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; Ditjen

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek; Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Sekretariat

Jenderal, Inspektorat Jenderal; Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman

Karya Kreatif; Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi; Staf Ahli Bidang Hubungan

Antar Lembaga; dan Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Kemenparekraf memiliki tanggungjawab terhadap pengembangan sektor

kepariwisataan dan ekonomi kreatif dengan berkoordinasi dengan seluruh

instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.

Berdasarkan UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, kepariwisataan

didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan pengusaha. Keberhasilan pembangunan kepariwisataan bergantung pada

keunggulan daya tarik wisata, kualitas sarana dan prasarana di destinasi

wisata, dan keberadaan industri pariwisata. Industri pariwisata didefinisikan

sebagai kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka

271

menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawandalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata yang dimaksudkanadalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhankebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata meliputi: (1) Usahadaya tarik wisata; (2) Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata;(4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaanakomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8)Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran;(9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasapramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) Spa.

Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektorbaru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian.Sebelumnya,sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi ditingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait.Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian olehpemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilaistrategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaaniklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakansumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikandampak sosial yang positif.

Bagan 1-1 Fungsi Strategis Ekonomi Kreatif

272

Klasifikasi dan ruang lingkup ekonomi kreatif yang berkembang di duniamaupun di Indonesia, masih sering diperdebatkan di kalangan akademismaupun praktisi. Tetapi walaupun demikian, ekonomi kreatif diyakini sebagaisalah satu fokus pembangunan yang potensial bagi negara maju maupunnegara berkembang. Indonesia telah mengangkat ekonomi kreatif sebagaisalah satu sektor pembangunan yang ditunjukkan dengan dikeluarkannyacetak biru pengembangan ekonomi kreatif Indonesia pada tahun 2008, danInstruksi Presiden No.6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatifyang menginstruksikan kepada seluruh instansi dan lembaga pemerintahyang terkait pengembangan ekonomi kreatif untuk mengembangkan ekonomikreatif di Indonesia yang terdiri dari 14 subsektor industri kreatif.

1Creative Economy Report 2010, “Creative Economy: A Feasible Development Option“, UNCTAD, 2010.2Core: industri kreatif; Partial: industri yang memiliki unsur kreatif sebagai unsur minor produksi; Interdepen-dent: industri yang mendukung proses produksi industri kreatif; Non-dedicated: industri yang tidak berhubunganlangsung dengan industri kreatif, tetapi dibutuhkan untuk keperluan umum.

Bagan 1-2 Konsep dan Klasifikasi Ekonomi Kreatif di Dunia

Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD

273

Berdasarkan laporan UNCTAD, Creative economy: “A Feasible DevelopmentOption”, model pengembangan ekonomi kreatif di negara maju maupun dinegara berkembang dapat dikelompokkan menjadi: UNCTAD Model, WIPOCopyright Model, Concentric Circles Model, Symbolic Texts Model, dan UKDCMS Model1. UNCTAD Model mengelompokkan industri kreatif berdasarkanpada kreativitas yang bernilai ekonomi dan memiliki intellectual property.WIPO Copyright Model mengelompokkan industri kreatif berdasarkan padaperan industri kreatif. Peran ini dikelompokkan menjadi core, partial,interdependent dan non-dedicated2. Concentric Circles Model mengelompokkanindustri kreatif berdasarkan pada porsi budaya dari sebuah produk kreatif,dimana semakin besar konten budayanya maka akan semakin unik.Symbolic Texts Model mengelompokkan industri kreatif berdasarkan padabesar kecilnya pengaruh seni terhadap perkembangan sosial dan politik.Sedangkan UK DCMS Model mengutamakan ekonomi berbasis kreativitasdan inovasi sebagai dasar klasifikasi, yang dikembangkan pertama kali olehUK Department of Culture, Media, and Sport (UK DCMS) pada akhir tahun1990-an untuk bersaing dalam ekonomi global.

Di Indonesia, ekonomi kreatif merupakan sebuah era baru ekonomi setelahekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yangmengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide danpengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utamadalam kegiatan ekonominya1. Ekonomi kreatif ini digerakkan oleh industrikreatif yang didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatankreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraanserta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasidan daya cipta individu tersebut.

1 Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015

Bagan 1-3 Pergeseran Era Ekonomi

Mengacu pada Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif, makaekonomi kreatif Indonesia dikelompokkan menjadi: (1) Arsitektur; (2) Desain;(3)Fesyen (Mode); (4) Film, Video, dan Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik;(7) Pasar Seni dan Barang Antik; (8) Penerbitan dan Percetakan; (9) Periklanan;

274

(10) Permainan Interaktif; (11) Penelitian dan Pengembangan; (12) SeniPertunjukan; (13) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; dan (14) Televisidan Radio. Sektor ke-15, kuliner, merupakan sektor tambahan yang akandikembangkan oleh Kemenparekraf mempertimbangkan kekayaan kreativitasdan kearifan lokal didalamnya, serta kaitannya yang erat dengan kepariwisataan.

Kontribusi peran Kemenparekraf pada setiap kelompok usaha dalam industrikreatif berbeda-beda, karena pada dasarnya usaha di industri kreatif bukanlahjenis usaha yang baru. perbedaan kontribusi peran ini ditunjukkan padaBagan 1-4 berikut.

Bagan 1-4 Pembagian Tanggungjawab Pengembangan Usaha dalam Industri Kreatif

Kepariwisataan dan ekonomi kreatif terdiri dari berbagai kelompok usahanyayang memiliki keterkaitan dan saling mendukung serta memperkuat keberadaanusaha itu sendiri. Keterkaitan antara sektor kepariwisataan dan ekonomikreatif dapat dilihat pada Bagan 1-5.

275

Bagan 1-5 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Keterkaitan kepariwisataan dengan ekonomi kreatif dapat dijabarkan secaramendetail sebagai berikut:

a. Penguatan kualitas kepariwisataan

Kualitas kepariwisataan salah satunya dapat diindikasikan dari lama tinggalwistawan di destinasi wisata dan besaran pengeluaran wisatawan selamamelakukan kunjungan. Produk kreatif subsektor kerajinan, fesyen, danpasar barang seni dapat menjadi suvenir, sementara kuliner, musik, senipertunjukan, film, video, fotografi, desain, dan arsitektur dapat menjadi hiburandi daerah destinasi wisata. Produk dan jasa kreatif memiliki peran untukmemberikan kesan yang mendalam bagi wisatawan yang dapat mengangkat"kelokalan" dari detinasi pariwisata yang dikunjunginya, sehingga membuatwisatawan tersebut tinggal lebih lama, berbelanja lebih banyak, bahkan inginkembali lagi ke destinasi wisata tersebut.

b. Penciptaan daya tarik wisata

Produk dan jasa ekonomi kreatif dapat menjadi daya tarik wisata yang dapatdikembangkan menjadi destinasi wisata Indonesia. Sebuah daerah yangmemiliki kuliner, seni pertunjukan, musik, fesyen yang unik dapat dikembangkansebagai destinasi wisata kuliner, wisata belanja fesyen, wisata batik, wisatabudaya, dan lain-lain. Even-even kreatif tradisional hingga kontemporer jugadapat dikemas untuk mendatangkan wisman dan nasional, seperti: Jember

276

Fesyen Festival, Solo Batik Karnaval, Java Jazz, Festival Danau Sentani,Sanur Village Festival, Le Gugam, Pesta Kesenian Bali, dan masih banyakeven kreatif yang sudah menjadi daya tarik wisata.

c. Promosi

Produk dan jasa kreatif dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempromosikandestinasi wisata, sedangkan daya tarik wisata dapat menjadi inspirasi bagipelaku kreatif untuk menciptakan karya kreatif yang unik. Melalui film dapatdipromosikan lokasi tertentu, yang dapat membuat para penonton film inginmelihat lokasi pengambilan gambar dan merasakan pengalaman sepertiyang ada di dalam film, sehingga secara tidak langsung lokasi tersebutmenjadi sebuah destinasi wisata. Contoh lain adalah dalam strategi melakukanpromosi destinasi wisata Indonesia di luar negeri, maka dengan menampilkanbudaya yang ada di lokasi tersebut, baik itu berupa tari-tarian atau musik,maka wisatawan akan lebih tertarik untuk datang ke destinasi wisata yangdipromosikan. Selain itu, usaha di sektor ekonomi kreatif yang langsungdapat membantu mempromosikan sektor kepariwisataan adalah usahaperiklanan, dimana jasanya dibutuhkan oleh usaha pariwisata untukmempromosikan produk-produknya. Sebaliknya, konten-konten promosipariwisata juga seringkali mengangkat karya-karya kreatif di daerah tersebut,contohnya: funitur jepara, kerajinan tasikmalaya, bordir kerancang bukit tinggi,dan lainnya, sehingga promosi pariwisata juga berperan dalam mempromosikankarya-karya kreatif.

1.1.2 KONDISI PEREKONOMIAN GLOBAL DAN INDONESIA

Dinamika kondisi global turut mempengaruhi kondisi Indonesia yang tentunyaakan berpengaruh terhadap pengembangan kepariwisataan dan ekonomikreatif. Kondisi global yang perlu menjadi perhatian bagi pembangunankepariwisataan dan ekonomi kreatif adalah terkait dengan: kondisiperekonomian, perkembangan era digital, kondisi sosial, politik, dan keamanan,kondisi konektivitas antar negara, serta kondisi iklim dan cuaca.

1.1.2.1 KONDISI PEREKONOMIAN GLOBAL

Pasca krisis ekonomi global 2008-2009, perekonomian negara-negara duniatelah memasuki periode pemulihan. Pemulihan ekonomi ditandai perbaikanindikator-indikator ekonomi dunia, seperti pertumbuhan positif PDB dunia,volume perdagangan dunia, dan aliran modal/investasi di tahun 2010. PDBdunia tahun 2010 tumbuh sebesar 4,1%, setelah sebelumnya mengalamipertumbuhan negatif -2,3% di tahun 2009. Perdagangan dunia tumbuh 12,8%

277

tahun 2010, dimana tahun 2009 tumbuh negatif -11%. Aliran modal tumbuh5,4% tahun 2010, dimana tahun 2009 hanya tumbuh 3,7%.

Pemulihan ekonomi dunia tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan dibeberapa negara seperti pelonggaran moneter melalui penurunan suku bungauntuk menggairahkan aliran modal atau investasi, penjaminan simpanan,paket stimulus pemerintah, serta kebijakan-kebijakan pendukung lain baikfiskal, perbankan, maupun sektor riil. Pemulihan ekonomi dunia diprediksimasih akan berlanjut, dimana tahun 2013-2014 PDB dunia diproyeksikantumbuh 3,65% dan 3,87%, dan perdagangan dunia diproyeksikan tumbuh6,1% dan 6,6%. Harga minyak mentah akan mengalami penurunan -5,5%dan -1,2%, meskipun masih di tingkat harga yang cukup tinggi. Aliran modaltumbuh 3,3% dan 3,7%, sekitar 24,8% dan 25,4% dari PDB dunia. Pemulihanekonomi yang terjadi akan menyebabkan peningkatan daya beli masyarakatdunia, nilai tukar yang semakin stabil, serta tekanan inflasi yang semakinmenurun. Indikasi ini merupakan sinyal positif bagi upaya-upaya pembangunanuntuk meningkatkan kinerja kepariwisataan dan ekonomi kreatif, sepertijumlah, lama tinggal, dan pengeluaran wisman, serta kinerja ekspor ekonomikreatif Indonesia.

278

Tab

el 1

-1 P

erk

em

ba

ng

an

Pe

rek

on

om

ian

Du

nia

279

1.1.2.2 KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA TERTENTU YANG TERKAITDENGAN KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIFINDONESIA

Dalam memahami kondisi perekonomian global, maka perlu juga dipahamikondisi perekonomian di negara yang memiliki pengaruh terhadappengembangan kepariwistaan dan ekonomi kreatif Indonesia. Negara yangmenjadi pertimbangan dalam penyusunan renstra Kemenparekraf adalahkondisi perekonomian di negara yang merupakan pasar utama pariwisataIndonesia, negara target ekspor produk dan jasa kreatif Indonesia, negaraASEAN dan beberapa negara Asia yang merupakan kompetitor dan penyediabahan baku bagi industri kreatif, serta negara-negara yang memilikipertumbuhan ekonomi yang tinggi yang dikenal sebagai negara BRIC.

A. Kondisi Perekonomian Pasar Wisman ke Indonesia dan NegaraTujuan Ekspor Produk dan Jasa Kreatif

Sepuluh pasar utama wisman ke Indonesia adalah Singapura, Malaysia,Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Inggris, Filipina, dan AmerikaSerikat. Sedangkan sepuluh negara tujuan ekspor utama produk dan jasakreatif Indonesia adalah: Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Jepang, Belanda,Belgia, Perancis, Italia, Singapura, dan Australia. Empat negara maju AmerikaSerikat (38,01%), Jerman (6,85%), Inggris (6,34%), dan Jepang (6,21%)menyerap hampir separuh produk dan jasa kreatif Indonesia

Pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika, Jerman, Inggris danJepang, umumnya cenderung lambat karena sumber daya yang ada telahcukup optimal digunakan dan krisis ekonomi pada tahun 2009 menciptakanpertumbuhan ekonomi negatif di negara maju, misalnya Amerika -3,4%,Jerman -5,1%, Inggris -4,9%, dan Jepang -6,3%. Tahun 2010 kondisi inimulai mengalami perbaikan yang terlihat dari pertumbuhan positif, yaituAmerika 3%, Jerman 3,6%, Inggris 1,4%, dan Jepang 4%.

280

Grafik 1-1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 16 Negara sebagaiTarget Pasar Utama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia

Sumber: World Bank, The Global Outlook, Juni 2011

Melemahnya perekonomian di negara-negara tersebut di tahun 2009,berdampak pada jumlah wisman dari negara tersebut, meliputi wismanSingapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, dan Jerman.Pada tahun 2010, pertumbuhan jumlah wisman mulai tumbuh positif (kecualiJepang). Pertumbuhan jumlah wisman ini diprediksi akan terus tumbuh positifhingga 2014 sejalan dengan pertumbuhan PDB di dunia.

Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2009 turut berpengaruh terhadappermintaan produk dan jasa kreatif di negara-negara maju, dimana permintaanAmerika sebesar -13,6%, Jerman -9,2%, Inggris -11,9% serta Jepang -15,3%. Kondisi tersebut berangsur-angsur pulih tahun 2010 dengan peningkatanimpor pada Amerika sebesar 12,5%, Jerman 11,7%, Inggris 8,8%, dan Jepang9,8%. Pada tahun 2009, permintaan produk dan jasa kreatif hanya tumbuhpositif di negara China dan India, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dinegara ini. Oleh karena itu new emerging countries perlu mendapatkanperhatian lebih sebagai potensi pasar bagi produk dan jasa kreatif Indonesia.

B. Gross National Income Pasar Utama Wisman

Untuk dapat memahami peluang pariwisata maupun ekonomi kreatif di dunia,maka perlu dipahami daya beli dari masyarakat di dunia. Salah satu indikasiyang dapat digunakan untuk memahami daya beli masyarakat suatu negara

281

berdasarkan pendapatan yang mereka terima adalah Gross National Income(GNI) per kapita. GNI merupakan nilai keseluruhan barang/jasa yang dihasilkanoleh penduduk suatu negara (nasional) pada periode waktu tertentu, di dalamdan luar negeri, dibagi dengan jumlah penduduk. Nilai keseluruhan barang/jasa yang dihasilkan warganegara asing di suatu negara, tidak dihitungsebagai GNI.

Semakin besar GNI per kapita suatu negara maka semakin besar potensinyauntuk menjadi pasar utama wisman ke Indonesia serta semakin besar jugapotensi wisman tersebut untuk membelanjakan uangnya di Indonesia. Namun,GNI per kapita belum dapat menjadi variabel utama yang menunjukan pasarpotensial tersebut karena pengaruh variabel lainnya masih dominan, sepertikonektivitas Indonesia dengan negara lain serta infrastruktur destinasi pariwisatayang baik.

Sepuluh negara utama yang memiliki GNI tertinggi dari pasar luar negeriterbesar Indonesia yang dihitung berdasarkan jumlah wisman adalah Singapura,Hongkong, Amerika Serikat, Belanda, Kanada, Jerman, Australia, Inggris,Jepang, serta Perancis. Singapura merupakan pasar utama wisman keIndonesia di tahun 2010, dengan jumlah wisman mencapai 1,37juta orang.Nilai GNI per kapita Singapura pada tahun 2010 mencapai US$55.790 atautumbuh sebesar 11,87% dari tahun sebelumnya. Namun, rata-rata pengeluaranper kunjungan wisman Singapura hanya mencapai US$675,81, lebih rendahdari rata-rata pengeluaran wisman yang mencapai US$1.085,75.

Grafik 1-2 GNI Per Kapita dari 20 Negara Asal Wisman Terbesar

Sumber: World Bank, 2009–2010

282

Hongkong, sebagai negara kedua dengan GNI terbesar, pada tahun 2009menunjukan nilai GNI per kapitanya sebesar US$44.670 dan tumbuh sebesar6,29% atau US$47.480 di tahun 2010. Namun, dari sisi jumlah wisman yangdatang ke Indonesia, di tahun 2010, Hongkong menempati urutan ke-18dengan jumlah wisman sebanyak 78 ribu orang. Rata-rata pengeluaran wismanke Indonesia juga termasuk yang rendah, yaitu sebesar US$962,35.

Grafik 1-3 20 Negara Asal Wisman Terbesar dan Rata-rata Pengeluaran Wisman

Sumber: World Bank, 2009–2010

Negara kedua tertinggi yang berkontribusi terhadap jumlah wisman keIndonesia adalah Malaysia, dengan jumlah wisman mencapai 1,27 juta orangdi tahun 2010 atau tumbuh sebesar 8,31% dari tahun sebelumnya. Sedang,nilai GNI per kapita negara ini di tahun 2010 mencapai US$14.220 atautumbuh sebesar 4,94% dari tahun 2009. Namun, rata-rata pengeluaran perkunjungan wisman Malaysia hanya mencapai US$676,60 di tahun 2010.

C. Kondisi Perekonomian Negara ASEAN dan ASIA

Perekonomian ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina)memiliki posisi penting di Asia. PDB ASEAN-5 mencapai 15% PDB negaraberkembang Asia. Fondasi ekonomi ASEAN-5 juga relatif kuat. Hal ini tercermindari tren pertumbuhan PDB ASEAN yang cenderung meningkat, bahkan disaat krisis global 2009, ASEAN-5 mampu tumbuh positif 1,7%. PerekonomianASEAN-5 diproyeksikan akan terus membaik, dengan pertumbuhan 5,6%,5,8%, dan 6,0%, serta kontribusi investasi terhadap PDB yang meningkat29,5%, 30,3%, dan 31,1% di tahun 2012-2014. Kondisi ini merupakan indikasi

283

bahwa kinerja pariwisata dan ekonomi kreatif tahun 2012-2014 masih dapatditingkatkan.

Dibandingkan dengan pertumbuhan PDB negara berkembang Asia,pertumbuhan PDB ASEAN-5 masih lebih kecil. Tahun 2012-2014, perekonomianAsia juga cukup menjanjikan untuk perbaikan kinerja pariwisata dan ekonomi.Perekonomian Asia diproyeksi tumbuh 8,0%, 8,4%, dan 8,5%, dengan kontribusiinvestasi terhadap PDB yang terus meningkat, 42,3%, 42,4%, dan 42,5% ditahun 2012, 2013, dan 2014.

Grafik 1-4 Perkembangan Perekonomian ASEAN-5

Sumber: World Bank, The Global Outlook, Juni 2011

D. Kondisi Perekonomian Negara BRIC (Brazil, Russia, India, China)

BRIC, akronim yang dicetuskan oleh Jim O’Neill dari Goldman Sachspadatahun 2001 untuk Brazil, Rusia, India dan China, kelompok negara yangdiprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi dunia baru tahun 2050. Keempatnegara BRIC ini memiliki ukuran populasi dan pertumbuhan ekonomi yangrelatif besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia sehinggamenjadi daya tarik bagi investor. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kontribusiPDB BRIC terhadap PDB dunia yang relatif besar, yaitu 18,4% denganpertumbuhan PDB rata-rata sebesar 8,2%.

1.270,4 1.256,8 1.566,8 1.759,0 1.952,5 2.142,5 2.344,4

7.433,27.915,7

9.535,5

11.113,8

12.287,8

13.606,6

15.047,7

4,81,7

6,9 5,3 5,6 5,8 6,0

7,7 7,2

9,58,2 8,0 8,4 8,5

26,2 25,0 28,3 28,629,5

30,3 31,1

38,4

41,4 41,6 42,3 42,3 42,442,5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2.000,000

4.000,000

6.000,000

8.000,000

10.000,000

12.000,000

14.000,000

16.000,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(%)

PD

B (

US$

juta

)

PDB ASEAN 5 PDB Negara Asia Berkembang

Pertumbuhan PDB ASEAN 5 Pertumbuhan PDB Negara Asia Berkembang

Kontribusi Investasi thd PDB ASEAN 5 Kontribusi Investasi thd PDB Negara Asia Berkembang

284

PDB India-China berkontribusi signifikan terhadap nilai PDB BRIC denganrata-rata kontribusi terhadap PDB dunia sebesar 12,4% dan rata-ratapertumbuhan PDB sebesar 5,4%. Pada saat krisis di tahun 2009, kelompokIndia-China juga menunjukkan pertumbuhan PDB yang lebih baik dibandingkandengan pertumbuhan PDB BRIC itu sendiri, fenomena ini terlihat dari PDBIndia-China yang meningkat sebesar 5,4% saat keadaan ekonomi duniasedang tidak stabil. Berbeda dengan kelompok Brazil-Rusia yang mengalamipenurunan nilai PDB sebesar 7,4% pada tahun 2009.

Perkembangan ekonomi India-China memiliki pengaruh yang besar terhadapperekonomian BRIC dan dunia. Para analis ekonomi dunia berpendapatbahwa India dan China akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar abadini, dengan daya tarik kompetitif biaya pekerja yang rendah yang dapatmenurunkan biaya produksi, sehingga investor tertarik untuk menanamkanmodalnya di India dan China.

Grafik 1-5 Perkembangan Ekonomi BRIC

Sumber: World Bank, The Global Outlook, Juni 2011

285

1.1.2.3 Kondisi Perekonomian Indonesia

Tahun 2011, kondisi ekonomi global belum cukup stabil, ditandai denganperekonomian global yang tumbuh melambat dibanding tahun 2010.Ketidakstabilan ekonomi global dipicu oleh krisis utang di Eropa, terhambatnyapemulihan ekonomi di Amerika Serikat, dan bencana alam di Jepang. Ditengah kondisi ekonomi global yang belum cukup stabil, perekonomian Indonesiatahun 2011 menunjukkan kinerja yang baik. PDB Indonesia tumbuh 6,5%,tertinggi selama satu dekade terakhir. Pertumbuhan yang tinggi ini diikutidengan inflasi yang rendah, suku bunga yang stabil, dan nilai tukar yangmenguat dengan volatilitas terjaga.

Tabel 1-2 Kondisi Perekonomian Indonesia

Indikator  2010  2011 

Pertumbuhan PDB Nasional  6,20%  6,50% 

Pertumbuhan Konsumsi  4,10%  4,50% 

Pertumbuhan Pembentukan Modal Tanpa Bruto (PMTB)  8,50%  8,80% 

Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah   0,30%  3,20% 

Pertumbuhan Ekspor  15,3%  13,6% 

Pertumbuhan Industri Pengolahan  4,7%  6,2% 

Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran  8,7%  9,2% 

Pertumbuhan Pengangkutan dan Komunikasi  13,4%  10,7% 

Inflasi IHK  6,96%  3,79% 

Suku Bunga  6,50%  6,00% 

Nilai Tukar  Rp9.080  Rp8.768 

Posisi Cadangan Devisa (juta)  US$96.207  US$110.123* 

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2011

* Angka sangat sementara

Inflasi IHK tahun 2011 sangat rendah, sebesar 3,20%, jauh di bawah inflasitahun 2010 sebesar 6,96%. Rendahnya inflasi berdampak pada peningkatandaya beli masyarakat. Daya beli yang meningkat, memicu baiknya kinerjakonsumsi.

Suku bunga (BI rate) tahun 2011 relatif stabil, sebesar 6,0% pada Desember2011, setelah tahun sebelumnya suku bunga ditutup pada 6,5%. Suku bungayang stabil dengan penurunan 50 basis points (bps) berdampak pada semakinbaiknya investasi dan kondisi bisnis, yang kemudian mendorong pertumbuhanpenawaran sektor-sektor ekonomi.

286

Nilai tukar rupiah terhadap US$ tahun 2011 mengalami apresiasi ke tingkatRp 8.768, dari Rp 9.080 di tahun 2010. Apresiasi rupiah menyebabkanpeningkatan impor barang modal untuk mendukung aktivitas produksi didalam negeri. Di lain pihak, apresiasi rupiah menyebabkan peningkatanREER (Real Effective Exchange Rate) Indonesia. Namun peningkatan REERbelum cukup signifikan menurunkan daya saing Indonesia di wilayah ASEAN.Kondisi ini tercermin dari baiknya kinerja ekspor yang tumbuh 13,6% ditengah kondisi ekonomi global yang belum kondusif di tahun 2011. Baiknyakinerja ekspor dan investasi turut berkontribusi pada pembentukan cadangandevisa yang mengalami surplus menjadi US$110.123 di tahun 2011.

Pertumbuhan PDB yang tinggi di tahun 2011 ditopang oleh baiknya kondisisisi permintaan dan sisi penawaran. Di sisi permintaan, konsumsi, investasi,dan ekspor mengalami pertumbuhan yang tinggi. Konsumsi tumbuh 4,5% ditahun 2011, meningkat dibanding konsumsi tahun 2010. Peningkatan konsumsiini dipicu oleh peningkatan daya beli masyarakat akibat laju inflasi yangrendah, serta meningkatnya jumlah kelas menengah.

Meskipun pertumbuhan ekspor sedikit melambat dibanding tahun 2010, eksportahun 2011 tetap tumbuh tinggi 13,6% di tengah kondisi ekonomi global yangbelum stabil. Pertumbuhan ekspor yang tinggi, stabilitas suku bunga dan nilaitukar yang terjaga dengan baik, memicu peningkatan investasi. Investasitahun 2011 tumbuh 8,8%, meningkat dari tahun 2010. Peningkatan investasiterjadi pada sektor-sektor nonbangunan.

Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tahun 2011 terutamabersumber dari tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan; sektorperdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi.Tahun 2011 sektor industri pengolahan tumbuh 6,2%, dan sektor perdagangan,hotel, dan restoran tumbuh 9,2%. Kedua sektor mengalami peningkatanpertumbuhan setelah tahun sebelumnya tumbuh 4,7% dan 8,7%. Sementaraitu sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat dibanding tahun2010. Akan tetapi pertumbuhan sektor ini masih sangat tinggi di 2011 sebesar10,7%.

Ketiga sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi tahun 2011 di atas,merupakan sektor-sektor dimana usaha pariwisata dan industri kreatif berada.Lapangan usaha pada subsektor fesyen dan kerajinan sebagian besar beradapada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Subsektor fesyendan kerajinan ini merupakan pemberi kontribusi ekonomi terbesar padaindustri kreatif. Sementara itu, sebagian besar lapangan usaha pada industrikreatif berbasis media, desain, dan Iptek berada pada sektor komunikasi.

287

Di sektor pariwisata, usaha-usaha pariwisata berada pada sektor hotel danrestoran, serta sektor pengangkutan. Dengan kata lain, tahun 2011, peranpariwisata dan ekonomi kreatif cukup signifikan bagi perekonomianIndonesia.

Tahun 2012, ketiga sektor ekonomi di atas diproyeksikan akan tetap kuatdan tumbuh positif. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diproyeksikantumbuh 8,7% - 9,2%. Sektor industri pengolahan yang diproyeksikan tumbuhlebih dari 6% di tahun 2012. Sektor pengangkutan dan komunikasi diproyeksikantumbuh melambat, namun masih tetap tinggi sebesar 9,9% - 10,4%. Secaraumum, perekonomian Indonesia tahun 2012 diproyeksikan tumbuh sebesar6,3-6,7%4.

1.1.2.4 Dampak Perekonomian Global dan Nasional terhadap KinerjaKepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Saat perekonomian dunia mengalami kontraksi pada tahun 2009 yang ditandaidengan pertumbuhan ekonomi negatif, pertumbuhan PDB industri kreatif dankepariwisataan Indonesia tetap tumbuh positif. Kinerja positif kepariwisataanIndonesia tahun 2009 ditopang oleh wisnus. Saat pendapatan dari pengeluaranwisman turun sebesar 14,29% tahun 2009, pendapatan dari pengeluaranwisnus meningkat 11,97%. Pertumbuhan total pendapatan dari wisatawanpun tumbuh 4,69%. Hal ini menunjukkan bahwa, wisnus juga merupakantarget pasar yang penting bagi industri pariwisata dan juga merupakan faktoryang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kepariwisataan nasional.

Sementara itu, PDB industri kreatif pada tahun 2009 tumbuh sebesar 2,27%,dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor permainan interaktif.Pertumbuhan ekspor industri kreatif pada tahun 2009 melambat, dengan nilaipositif (1,5%). Sedangkan pada tahun 2010, nilai ekspor industri kreatiftumbuh pesat sebesar 12,5%. Kontribusi ekspor industri kreatif terhadapekspor nasional tahun 2009 sebesar 7,63% dan pada tahun 2010 meningkatmenjadi sebesar 8,59%. Kondisi positif kepariwisataan dan ekonomi kreatifini diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2014.

1.1.2 Kondisi Iklim dan Cuaca Global dan Indonesia

Perubahan iklim dan cuaca telah dirasakan oleh seluruh masyarakat duniabelakangan ini dan telah menjadi perhatian utama seluruh pembuat kebijakandi berbagai negara. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC),

1 Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011

288

menyimpulkan bahwa perubahan iklim dan cuaca diakibatkan oleh peningkatangas rumah kaca yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi(penebangan hutan).

            LB: Land Biodiversity Loss (Berkurangnya Keanekaragaman Darat)             MB: MarineBiodiversity Loss (Berkurangnya Keanekaragaman Laut)             W: Water Scarcity (Kelangkaan Air) WS: Warmer Summers (Musim Panas yang Lebih Hangat)  PD: Political Destabilization (Ketidakstabilan Politik) WW: Warmer Winters (Musim Dingin yang Lebih Hangat)  SLR: Sea Level Rise (Kenaikan Permukaan Laut)     EE: Increase in Extreme Event (Event Peningkatan Ekstrim)  TCI: Travel Cost Increase from Mitigation Policy (Kenaikan Biaya D: Increase in Desease Outbreaks (Kenaikan Wabah Penyakit)  Perjalanan akibat Kebijakan)     

Bagan 1-6 Distribusi Dampak Perubahan Iklim yang Memengaruhi Tujuan WIsata

Sumber: Intergovernmental Panel on Climate Change, 2011

Perubahan iklim dan cuaca di berbagai belahan dunia telah dirasakan denganadanya: (1) musim panas dan musim dingin yang lebih hangat di wilayahEropa Utara, Amerika Utara, dan Australia; (2) berkurangnya keanekaragamantanaman dan hewan di darat dan laut di beberapa negara di wilayah AmerikaSelatan, Afrika, kepulauan di Samudra Hindia, dan kepulauan di SamudraPasifik; (3) peningkatan air laut yang diperkirakan akan terjadi di wilayahperairan seperti negara-negara kepulauan, Karibia, Asia Tenggara dan Australia;(4) kelangkaan air yang diperkirakan terjadi di hampir seluruh wilayah; (5)terjadinya gempa di Argentina, Chili, China, Indonesia, Filipina, SelandiaBaru, gempa yang disusul tsunami di Jepang, banjir di Australia, Brazil, Korea

289

Selatan, dan Thailand, tornado di Amerika Serikat, angin topan di Filipina,dan krisis pangan di Afrika.

Dampak perubahan iklim ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pariwisataglobal5, yaitu akan mempengaruhi: perilaku wisatawan dalam menentukantujuan wisata, biaya operasional pada objek wisata, kondisi alam dan keindahanobjek wisata, biaya transportasi pergerakan turis, pertumbuhan ekonomi, dankegiatan wisata itu sendiri. Kepariwisataan dapat membantu mengurangipenurunan kondisi iklim dan cuaca melalui ecotourism dengan memotivasidan mengajak wisatawan untuk mengapresiasi alam dan memeliharalingkungan, hingga sampai kepada pendukungan pada upaya-upaya untukkonservasi alam melalui penggalangan dana.

Sementara itu, Indonesia seperti negara lain didunia juga mengalami berbagaikejadian yang terkait dengan iklim dan cuaca antara lain banjir, angin putingbeliung dan gempa bumi. Berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkanBadan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada periode 2000 –2011 tercatat sekitar 3.972 banjir, 1.754 angin puting beliung dan 276 gempabumi yang terjadi diseluruh Indonesia. Intensitas dari tiap bencana tersebutdiidentifikasi semakin meningkat di beberapa tahun terakhir yang semakinmemperkuat keterhubungan antara dampak perubahan iklim global.

5Sumber: Climate Change and Tourism: Responding to Global Challanges, 2008 yang disusunoleh World Tourism Organization (WTO) bekerja sama dengan World Meteorological Orga-nization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP)

Bagan 1-7 Sebaran Bencana Terkait Iklim dan Cuaca di Indonesia

Sumber: BNPB, 2011

290

Pulau Jawa dan Sumatera menjadi dua pulau besar utama di Indonesia yangpaling sering mengalami bencana yang terkait dengan iklim dan cuaca.Selain dikarenakan perubahan iklim global, hal ini juga terkait dengan semakinluasnya perambahan hutan yang beralih fungsi menjadi pemukiman masyarakatumum dan minimnya sarana dan prasarana yang dapat mengurangi danmencegah bencana.

1.1.4 Kondisi Sosial, Politik, dan Keamanan Global dan Indonesia

Selain kondisi perekonomian secara global dan regional, maka kondisi sosial,politik, dan keamanan dunia pun berpengaruh terhadap perkembangankepariwisataan dan ekonomi kreatif di Indonesia. Permasalahan sospolkamyang menjadi perhatian dunia saat ini adalah terorisme, pencucian uang,perdagangan manusia, narkoba, konflik antar negara, atau terkait dengankebijakan persenjataan negara.

Insiden terorisme terbesar yang pernah terjadi adalah tragedi World TradeCenter di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang menewaskan hingga 2.996orang. Insiden ini berdampak pada menurunnya wisman asal Amerika keIndonesia sebesar -9,5%. Insiden ini menjadi pemicu bagi Amerika Serikatbersama dengan sekutunya untuk menggelar kampanye militer besar-besaranmelawan terorisme yang diberi nama “War on Terror”, dengan Irak danAfghanistan menjadi dua negara utama tempat terjadinya pertempuran.Terjadinya hal ini turut berpengaruh terhadap kondisi umum negara AmerikaSerikat dan sekutunya dalam melaksanakan kebijakan politik luar negeri danfokus pembelanjaan pada kurun waktu kampanye militer tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir ini juga terjadi pergolakan politik di berbagaibelahan dunia khususnya di wilayah Arab dan Afrika Utara yang terkenaldengan julukan “Musim Semi Arab” (Arab Spring). Pergolakan ini dilandasiadanya kesenjangan ekonomi antar kelas masyarakat dan tuntutan demokrasiyang semakin kuat hingga mengakibatkan pergantian kekuasaan secararadikal di Tunisia, Mesir, Libya dan beberapa negara lain di wilayah tersebut.Kekuasaan baru yang terbentuk di negara-negara pasca konflik tersebutmasih terus melakukan konsolidasi politik sehingga menimbulkan kekosongandan ketidakpastian kekuasaan dalam mengambil keputusan-keputusan pentingtingkat negara dan wilayah.

Selain itu, ketegangan antar negara masih terus berlangsung dibeberapawilayah, khususnya di Semenanjung Korea dan Timur Tengah (dengan Irandan Suriah sebagai fokus ketegangan). Hubungan yang terus memburukantara negara-negara yang bertetangga tersebut menimbulkan ketidakstabilan

291

wilayah yang berakibat negatif kepada banyak sektor. Dampak negatif inisecara kontinu akan terus meningkat dan meluas sampai berhasil didapatkanresolusi yang dapat diterima dengan baik oleh segenap pihak yang bersitegang.

Di Indonesia, insiden Bom Bali I di Indonesia pada tahun 2002 menewaskan202 orang, berdampak pada turunnya jumlah wisman ke Indonesia sebesar11,3%. Selain Bom Bali I, sepanjang 2000-2010 telah terjadi berbagai peristiwapengeboman seperti Bom BEJ dan Bom Malam Natal di tahun 2000, BomGereja St.Anna dan Bom Atrium Jakarta di tahun 2001, Bom JW Marriot ditahun 2003, Bom Kedutaan Besar Australia di tahun 2004, Bom Bali II ditahun 2005, Bom JW Marriot dan Ritz Carlton di tahun 2009, Bom Buku, BomGereja Solo, dan percobaan peledakan pipa gas di Serpong di tahun 2011.Peristiwa tersebut mengakibatkan travel warning oleh Pemerintah Australiapada tahun 2002 dan 2007. Peristiwa ini mengakibatkan citra Indonesiamenjadi tidak aman dan mengurangi jumlah wisman dan investor keIndonesia.

Konflik antar suku, ras, dan agama masih sering terjadi di berbagai daerahdi Indonesia, seperti konflik Poso tahun 2000, konflik Sampit tahun 2001, dankonflik Papua tahun 2010. Konflik-konflik ini menciptakan ketakutan wisatawandan investor untuk datang ke daerah-daerah tersebut.

Isu perbatasan dan kepemilikan pulau-pulau terluar pun cukup kompleks dansering terjadi. Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan serta konflik Ambalat,sudah menjadi bukti, bahwa isu daerah perbatasan dan kepemilikan pulaumasih menjadi isu yang perlu diperhatikan khususnya oleh pemerintah. Gerakanseparatis juga masih menjadi isu keamanan dalam negeri. Dalam dekadeterakhir terdapat aksi gerakan separatis yang bertujuan memisahkan diri dariNegara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka, RepublikMaluku Selatan, Organisasi Papua Merdeka, dan Negara Islam Indonesia.

Di masa yang akan datang, beberapa peristiwa serupa masih mungkinterjadi. Pencegahan tindakan terorisme dan konflik SARA perlu dicegah dandiantisipasi untuk menjaga citra Indonesia di mata dunia. Kondisi politikIndonesia pun perlu dijaga agar tetap stabil sehingga kondusif untuk parawisatawan dan investor mancanegara.

Berbagai isu yang menimpa aspek politik, ekonomi, sosial, pertahanan, dankeamanan tersebut perlu mendapat perhatian untuk mencegah dampaknyaterhadap pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Masih diperlukan berbagaistrategi dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat dunia terhadappertahanan dan keamanan nasional untuk meningkatkan nation branding

292

Indonesia. Dengan meningkatnya citra Indonesia di dunia internasional,diharapkan banyak wisatawan yang ingin menikmati keindahan alamIndonesia dengan rasa aman, dan kepercayaan terhadap industri kreatif daninsan kreatif Indonesia.

1.1.5 Konektivitas Indonesia Dengan Negara Di Dunia

Konektivitas terpenting terkait pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatifadalah konektivitas transportasi dan konektivitas infrastruktur teknologi informasidan komunikasi. Konektivitas transportasi, khususnya transportasi udara,berkorelasi erat dengan kinerja jumlah wisman dan wisnus. Konektivitasinfrastruktur teknologi informasi, berkorelasi erat dengan kinerja pariwisata,investasi, dan terutama perdagangan produk-produk kreatif, khususnya produkyang intangible.

Konektivitas transportasi udara antara Indonesia dengan negara-negara didunia berkorelasi erat dengan kinerja jumlah wisman yang datang keIndonesia. Kapasitas transportasi udara terbesar adalah pada jalur penerbanganIndonesia-Singapura, Indonesia-Malaysia, dan Indonesia-Australia. Ketiganegara tersebut pula yang terbesar dalam kontribusi jumlah wisman keIndonesia pada tahun 2010. Kapasitas penerbangan Indonesia-Singapuramencapai 4,1 juta seat, Indonesia-Malaysia mencapai 3,9 juta seat, danIndonesia-Australia mencapai 1,6 juta seat, hanya pada musim dingin 2011.

Maskapai penerbangan yang melayani jalur Indonesia-Singapura relatifseimbang, antara maskapai nasional dan maskapai asing. Sementara untukjalur Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Australia, maskapai asing masihmendominasi layanan tranportasi udara.

Kapasitas penerbangan antar Indonesia dengan 10 negara berdasarkanurutan terbesar, dan maskapai penyedia jasa transportasinya, ditunjukkanselengkapnya pada grafik berikut.

293

Bagan 1-8 Kapasitas Tempat Duduk Maskapai Penerbangan ke/dariIndonesia Menurut Negara Asal pada Winter Season 2011

Sumber: Direktorat Angkutan Udara, Kemhub (diolah), 2011

Berdasarkan destinasi atau pintu masuk wisman, Jakarta dan Denpasarmasih sangat dominan dibandingkan dengan pintu-pintu masuk di kota-kotalainnya. Kapasitas penerbangan dari negara asing ke Indonesia melaluiJakarta mencapai 8,2 juta seat, 51,3% dari total kapasitas penerbangan keIndonesia. Kapasitas penerbangan dari negara asing ke Indonesia melaluiBali mencapai 27,3% dari total kapasitas. Maskapai penerbangan asingmasih mendominasi jalur penerbangan pada pintu masuk Jakarta danDenpasar.

294

Bagan 1-9 Kapasitas Tempat Duduk Maskapai Penerbangan ke/dariIndonesia Menurut Destinasi pada Winter Season 2011

Sumber: Direktorat Angkutan Udara, Kemhub (diolah), 2011

Upaya peningkatan jumlah wisman, dan penurunan konsentrasi pasar utamawisman ke Indonesia, dibutuhkan peningkatan jalur dan kapasitas jalurpenerbangan ke/dari lebih banyak negara. Di lain pihak, upaya peningkatanpemerataan jumlah wisman ke destinasi-destinasi wisata Indonesia, dibutuhkanpeningkatan kapasitas jalur penerbangan ke/dari pintu masuk selain Jakartadan Denpasar.

Dampak konsentrasi pintu masuk melalui Jakarta dan Denpasar padapemerataan kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi pariwisata nasionaldiminimalisasi oleh banyaknya penerbangan antar daerah di dalam negeridengan biaya yang murah, atau sering disebut low cost carrier. Jumlahmaskapai penerbangan dalam negeri yang melayani penerbangan nasional,perkembangannya sangat signifikan, yang berdampak positif terhadap mobilitaswisman dan nusantara antar pulau antar provinsi.

Jumlah maskapai penerbangan yang semula hanya Garuda, Merpati, Mandala,Bouraq, dan Pelita Air telah bertambah maskapai penerbangan baru seperti:Lion, Wings, Batavia, Sriwijaya, Air Asia, Citilink, Airfast, Express Air, Kalstar,Trigana, Riau Air, Kartika dan Susi Air.

Selain infrastruktur transportasi, maka infrastruktur Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK) juga merupakan infrastruktur fundamental yang mendukung

295

fasilitas pariwisata, perdagangan, investasi. Untuk mendukung hal tersebut,Pemerintah mencanangkan program yang bernama “Indonesia Connected”pada 2012,”Indonesia Broadband” pada 2016, dan “Indonesia Digital” pada2018. “Indonesia Connected” merupakan program yang bertujuan meningkatkanketerhubungan internet antar pulau di Indonesia. Hingga awal 2012, jumlahprovinsi yang telah terhubung infrastruktur internet mencapai 80% mencakup27 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Hanya wilayah Indonesia bagiantimur yang pembangunan infrastruktur TIK-nya masih terkendala.

Indonesia Broadband merupakan program yang bertujuan untukmenyambungkan seluruh wilayah di Indonesia dengan jaringan broadband.Pemerintah menargetkan penetrasi broadband mencapai 30% dari terhadaptotal penduduk di tahun 2014. Tahun 2010, penetrasi broadband di Indonesiabaru mencapai 2,8%. Padahal, di tahun yang sama, penetrasi brodband diSingapura sudah mencapai 82,9%, Malaysia 22,6%, dan Vietnam sebesar16,5%.Dengan tersedianya koneksi broadband di seluruh pulau, makadiharapkan pada tahun 2018 Indonesia akan memasuki era digital atau yangdisebut dengan program Indonesia Digital. Indonesia Digital merupakan programyang menyediakan semua media informasi dalam bentuk digital.

Untuk menyediakan koneksi broadband di seluruh Indonesia, pemerintahmenginisiasi program Palapa Ring. Palapa Ring merupakan proyek infrastrukturtelekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesiasepanjang 50 ribu kilometer dengan panjang kabel laut mencapai 35.280 kmdan 21.807 km kabel di daratan. Proyek itu terdiri dari tujuh lingkar kecil seratoptik (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, danMaluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya.

Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada(existing network) dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timurIndonesia (Palapa Ring-Timur). Palapa Ring-Timur akan dibangun sejauh4.450 km yang terdiri dari sub marine cable sejauh 3.850 km dan land cablesepanjang 600 km dengan landing point sejumlah lima belas titik pada 21kota/kabupaten. Jaringan tersebut berkapasitas 100 GB (upgradeable 160GB) dengan mengusung konsep ring, dua pair (empat core).

Total investasi yang dibutuhkan pada proyek ini mencapai US$286,4 juta.Nilai investasi yang dibutuhkan untuk paket 1 sebesar US$40 juta dengandaerah pembangunan Timika-Merauke dan ditargetkan pelaksanaannya padaakhir 2013. Untuk paket 2, dana yang dibutuhkan sebesar US$26,3 jutadengan daerah pembangunan meliputi kabupaten/kota di timur Indonesia.Paket 3 membutuhkan investasi sebesar US$51 juta dengan daerah

296

pembangunan melingkupi pedalaman Papua. Paket 2 dan 3 akan mulaidibangun pada tahun 2012 dan dilakukan secara paralel. Pembangunanpaket 4 yang ditargetkan pelaksanaannya pada akhir 2013 membutuhkandana sebesar US$131 juta dengan daerah pembangunan meliputi MalukuSelatan, Pulau-pulau di bagian utara Sulawesi, serta Sanana, Luwuk, danPoso.

Bagan 1-10 Peta Palapa Ring

Sumber: Masyarakat Telematika Indonesia

Strategi pembangunan proyek Palapa Ring ini adalah dengan membentuksuatu konsorsium dimana anggota konsorsium terdiri dari penyelenggaratelekomunikasi di tanah air. Jaringan ini akan menjadi tumpuan semuapenyelenggara telekomunikasi dan pengguna jasa telekomunikasi diIndonesia dan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada milik penyelenggaratelekomunikasi.

Proyek Palapa Ring ditargetkan akan selesai pada 2012. Tahun 2007,pembangunan jaringan yang terlaksana sepanjang 8.270 km hingga di tahun2011 mencapai 21.395 km. Hingga Februari 2012, pembangunannya telahmencapai 80% dari total pembangunan serat optik. Sisanya, sebanyak 20%merupakan pembangunan yang belum terlaksana untuk daerah Ternate hinggaPapua.

297

1.1.6 Perkembangan Era Digital

Sejalan dengan perkembangan teknologi digital, maka berubah pula gayahidup dimasyarakat yang kemudian dikenal sebagai gaya hidup digital (digitallifestyle) baik di masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Kebutuhanmasyarakat dunia akan internet, smartmobile (smartphone), mobile broad-band, dan media sosial semakin meningkat bahkan menjadi kebutuhanutama sehari-hari.

Pengguna teknologi digital semakin meningkat, hal ini ditunjukkan oleh penetrasiinternet masyarakat dunia mencapai 35% dengan jumlah pengguna internetdunia mencapai 2,4 miliar, dan penetrasi pengguna telepon selular duniamencapai 86,75% dan penetrasi pelanggan mobile broadband 17%6. Demikianpula dengan kondisi pasar mobile di negara-negara Asia, terus mengalamipertumbuhan dua digit, dengan penetrasi smartphone tertinggi adalah Singapurasebesar 62%, diikuti oleh Hong Kong sebesar 35%, dan China sebesar 35%.Penetrasi ketiga negara tersebut bahkan melebihi Amerika Serikat yanghanya sebesar 31%. Tingginya penetrasi smartphone diikuti denganperkembangan aplikasi smartphone, dimana lebih dari 60% konsumen diMalaysia, Thailand, dan India juga merupakan pengguna aktif aplikasismartphone. Pengguna aplikasi smartphone di Indonesia dan Jepang masing-masing tercatat sebanyak 59% dan 45%. Jumlah ini bahkan melebihi tingkatpengguna di Amerika Serikat dan Inggris yang tercatat sebesar 39%.

Pengguna media sosial facebook di dunia saat ini telah mencapai 500 juta.Pada Februari 2012, Amerika Serikat memiliki pengguna Facebook terbanyakdi dunia, yaitu sekitar 155 juta pengguna. India dan Indonesia mengikutidiurutan kedua dan ketiga dengan jumlah pengguna sekitar 43,49 juta dan43,06 juta. Selain facebook, data Desember 2011 menunjukkan bahwa AmerikaSerikat tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna Twitter terbanyaksebesar 107,7 juta. Urutan kedua dan ketiga diraih oleh Brazil dengan jumlahpengguna sebesar 33,3 juta dan Jepang dengan jumlah 29,9 juta. Indonesiasendiri berada di peringkat kelima dunia dengan jumlah pengguna mencapai19,5 juta7.

Selain untuk berjejaring, media sosial juga berfungsi sebagai corong informasipemerintah yang hemat, sederhana, dan dapat menjangkau sebagian besarlapisan masyarakat. Dengan kata lain, fungsinya meluas menjadi alat layanan

6 Sumber: International Telecommunication Union, November 20117 Data Facebook per 14 Februari 2012, sedang untuk Twitter per Desember 2011

298

publik. Sebagai contoh, agensi antariksa Amerika Serikat, National Aeronau-tics and Space Administration (NASA), berhasil memanfaatkan akun Twitteryang dimiliki untuk memberikan informasi dan menjaring aspirasi masyarakatatas kegiatannya. Di Indonesia sendiri, situs jejaring sosial secara masifdigunakan oleh pihak kepolisian sebagai sumber informasi lalu lintas dankejahatan, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)untuk menginformasikan keadaan iklim, cuaca, serta informasi gempa.

Tingginya penetrasi internet, smartphone, mobile broadband, dan penggunamedia sosial berdampak pada pertumbuhan e-commerce. Budaya belanjaonline, serta promosi produk online menjadi alternatif untuk melakukan promosidan transaksi perdagangan. Transaksi e-commerce tertinggi pada tahun2009 berada di wilayah Eropa dengan nilai US$188,44 miliar. Amerika Serikatmenempati posisi kedua dengan nilai US$144,24 miliar. Di Asia nilai transaksimencapai US$107,07 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun 2008, nilaitransaksi e-commerce global tumbuh sebesar 12,3%, dari US$428,94 miliarmenjadi US$481,6 miliar. Nilai transaksi e-commerce global pada tahun 2013diprediksi akan mencapai US$963 miliar dengan pertumbuhan sebesar 18,9%.

Fenomena di atas menjadi dasar bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini tidaklepas dari pengaruh perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasidan komunikasi di masyarakat, yang kemudian dikenal dengan istilah digitaleconomy atau ekonomi digital. Di negara berkembang, peningkatan penetrasiinternet sebesar 10% dapat meningkatkan PDB sebesar 1-2%8, selain itu,setiap penambahan 10 telepon genggam per 100 jumlah penduduk akanmendorong peningkatan PDB sebesar 0,59%9.

Tahun 2010, Economist Intelligence Unit mengeluarkan ranking Digital Economyyang dinilai berdasarkan beberapa kriteria, yaitu konektivitas dan infrastrukturteknologi, iklim usaha, lingkungan sosial dan budaya, kepastian hukum,visi dan kebijakan pemerintah, serta konsumen dan adopsi usaha.

8 Boston Consulting Group, 2009, “Socio-economic Impact of Internet in Emerging and De-veloping Economies“.9 Melvyn Fuss, Meloria Meschi, dan Leonard Waverman, 2005, “The Impact of Telecoms onEconomic Growth in Developing Countries in Africa: The Impact of Mobile Phones“, VodafonePolicy Paper Series 2, 2005, hal. 10-24

299

Grafik 1-6 Peringkat Ekonomi Digital Berdasarkan Negara

Sumber: Economist Intelligence Unit, 2010

Berdasarkan publikasi Economist Intelligence Unit, Swedia adalah negarayang dinilai memiliki daya saing digital terbaik. Keberhasilan Swedia ditunjangoleh pelaksanaan rencana strategis implementasi broadband yang dikeluarkanoleh Pemerintahnya pada tahun 2009. Terintegrasinya segala aspek kehidupanmasyarakat, seperti sistem transportasi, sistem perbankan, fasilitas medis,serta layanan pendidikan menjadi kunci sukses Swedia memasuki era ekonomidigital. Dari sisi infrastruktur, kecepatan internet menjadi hal yang memberikanpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi Swedia yang pada tahun 2010mencapai angka 5,5%. Swedia sendiri tercatat sebagai negara ketiga yangmemiliki kecepatan internet tertinggi di dunia.

Negara Asia yang sukses dalam penerapan ekonomi digital pada tahun 2010adalah Hong Kong. Bila dilihat secara global, negara ini menempati posisike tujuh. Hingga April 2011, penetrasi internet di Hong Kong telah mencapai84% dengan rata-rata subscribe melalui telepon genggam atau device lainnyaadalah 1,96 per orang. Keberhasilan Hong Kong dalam ekonomi digital jugaterlihat dari keberhasilannya dalam meningkatkan kecepatan internet danmenurunkan biaya telekomunikasi menjadi terjangkau seluruh lapisanmasyarakat.

300

Grafik 1 7 Peringkat Ekonomi Digital Berdasarkan Kriteria

Sumber: Economist Intelligence Unit, 2010

Berdasarkan ranking Digital Economy, Indonesia masih tertinggal jauhdibandingkan dengan Singapura yang telah masuk ke kategori 10 negaraterbaik dunia. Indonesia berada pada posisi 65 dari 70 negara, berada dibawah seluruh negara ASEAN. Kondisi buruk ekonomi digital Indonesiadisebabkan lemahnya aspek konektivitas serta konsumen dan adopsi usahadi Indonesia. Indonesia dinilai cukup baik dalam hal lingkungan usaha(business environment) yang meliputi aspek kondisi politik, kondisimakroekonomi, pangsa pasar, kebijakan terhadap perusahaan swasta,kebijakan penanaman modal asing, perdagangan internasional, perpajakan,kondisi keuangan, serta ketenagakerjaan.

1.1.7 Perkembangan Kepariwisataan Dunia dan Indonesia

Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran sentral dalammewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Indonesia merupakannegara yang sangat kaya dan memiliki daya tarik wisata yang unik, baik daridaya tarik alam, daya tarik budaya dan sejarah yang dapat dikemas dandikembangkan sebagai tujuan pariwisata dengan mengangkat nilai lokal dandapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal.

1.1.7.1 Perkembangan Kepariwisataan Dunia

Dalam menyusun rencana pengembangan kepariwisataan di Indonesia,pemahaman mengenai kondisi kepariwisataan di dunia, yaitu: daya saingkepariwisataan suatu negara,potensi serta persaingan pasar destinasi, serta

301

devisa yang dapat diperoleh dari aktivitas pariwisata untuk mempertajamprogram dan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengembangkan pariwisatadan ekonomi kreatif.

A. Daya Saing Kepariwisataan Dunia

Salah satu indikator yang umum digunakan untuk membandingkan dayasaing kepariwisataan negara-negara di dunia adalahTravel and TourismCompetitiveness Index (TTCI)10. TTCI memiliki 3 subindeks, yaitu: (1) kerangkakebijakan pemerintah; (2) infrastruktur dan lingkungan bisnis; dan (3)sumberdaya manusia, alam, dan budaya. Ketiga sub indeks ini dipilah menjadi14 pilar pengukuran, yaitu: kebijakan dan peraturan; keberlanjutan lingkungan;keselamatan dan keamanan; kesehatan dan kebersihan; prioritas mengenaikepariwisataan; infrastruktur transportasi udara; infrastruktur transportasi darat;infrastruktur pariwisata; infrastruktur teknologi informasi; daya saing harga;sumber daya manusia; daya tarik wisata; sumber daya alam, dan sumberdaya budaya.

10 Alat ukur yang sering digunakan untuk mengetahui daya saing kepariwisataan suatu negaraadalah indeks daya saing kepariwisataan (Travel and Tourism Competitiveness Index ataudisingkat TTCI) yang dipublikasikan oleh World Economic Forum berdasarkan publikasi TTCItahun 2011.

 

Indeks Daya Saing Kepariwisataan

Subindeks A:Kerangka Kerja 

Kebijakan 

Subindeks B:Lingkungan Bisnis  & 

Infrastruktur 

Subindeks C:SDM, SDA  , Budaya

Kebijakan dan Peraturan

Keberlanjutan 

Lingkungan

Keselamatan & Keamanan

Kesehatan & 

Kebersihan

Prioritas mengenai Kepariwisataan

Infrastruktur Transportasi Udara

Infrastruktur 

Transportasi Darat

Infrastruktur Pariwisata

Infrastruktur 

Teknologi Informasi

Daya Saing Harga

Sumber Daya Manusia

Daya Tarik Wisata

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Budaya

Bagan 1-11 Empat Belas Pilar Indeks Daya Saing Kepariwisataan

Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum

302

10 negara dengan skor daya saing kepariwisataan terbaik adalah Swiss,Jerman, Perancis, Austria, Swedia, Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Kanadadan Singapura.

Tabel 1-3 Peringkat Daya Saing Kepariwisataan 10 Negara dengan PilarPendukung

Peringkat  Negara Skor TTCI 2011 

Pilar Pendukung Peringkat Pilar /Skor Pilar Pendukung 

1  Switzerland  5,68  Keberlanjutan lingkungan  2/6,1 

Keselamatan dan keamanan  2/6,4 

Sumber daya manusia  2/6,2 

Infrastruktur teknologi informasi  2/6,0 

Infrastruktur darat  5/6,5 

2  Jerman  5,50  Keberlanjutan lingkungan  4/5,8 

Infrastruktur darat  3/6,5 

Sumber daya budaya  4/6,3 

3  Perancis  5,41  Kesehatan dan kebersihan  5/6,8 

Infrastruktur darat  4/6,5 

4  Austria  5,41  Keberlanjutan lingkungan  5/5,8 

Kesehatan dan kebersihan  3/6,9 

Infrastruktur pariwisata  1/7,0 

5  Swedia  5,34  Keberlanjutan lingkungan  1/6,3 

Infrastruktur teknologi informasi  1/6,0 

Sumber daya budaya  1/6,6 

6  Amerika Serikat 

5,30  Infrastruktur udara  2/6,2 

Sumber daya alam  3/5,8 

7  Inggris  5,30  Infrastruktur udara  5/5,5 

Sumber daya budaya  3/6,4 

8  Spanyol  5,29  Sumber daya budaya  2/6,6 

9  Kanada  5,29  Infrastruktur udara  1/6,7 

Sumber daya manusia  5/5,8 

10  Singapura  5,23  Kebijakan dan peraturan  1/6,0 

Prioritas pariwisata  2/6,4 

Infrastruktur darat  2/6,6 

Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011

Peringkat daya saing kepariwisataan suatu negara tidak selalu berkorelasipositif dengan jumlah wisman yang berkunjung ke negara tersebut. Hal iniditunjukkan bahwa 10 negara dengan peringkat daya saing terbaik belumtentu merupakan negara tujuan wisata terbesar di dunia.

303

Tabel 1-4 Jumlah Wisman Terbesar dan Hubungannya dengan DayaSaing Kepariwisataan

Negara Jumlah Wisman 2010 

(juta) 

Peringkat Daya Saing 

Kepariwisataan 2011 Pilar Terbaik (Skor 2011) 

Perancis  76,8  3  Kesehatan dan Kebersihan (6,8) 

Amerika  59,7  6  Infrastruktur Pariwisata (6,5) 

China  55,7  39  Sumber Daya Budaya (5,5) 

Spanyol  52,7  8  Infrastruktur Pariwisata (6,7) 

Italia  43,6  27  Infrastruktur Pariwisata (6,7) 

Inggris  28,1  7  Sumber Daya Budaya (6,4) 

Turki  27,0  50  Sumber Daya Budaya (5,2) 

Jerman  26,9  2  Kesehatan Kebersihan 6,8) 

Malaysia  24,6  35  Daya Saing Harga (5,6) 

Meksiko  22,4  43  Sumber Daya Budaya (5,3) 

Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011

B. Persaingan Kepariwisataan di Dunia

Sepuluh negara destinasi pariwisata yang paling diminati adalah Perancis,Amerika Serikat, China, Spanyol, Italia, Inggris, Turki, Jerman, Malaysia, danMeksiko. Banyaknya wisatawan yang datang di sepuluh negara terbesar inidilatarbelakangi oleh banyak faktor, dan dua faktor utama yang berpengaruhadalah banyaknya objek wisata yang populer dan banyaknya kegiatan MICE(Meetings, Incentives, Conference, Exhibitions) yang diselenggarakan.

Grafik 1-8 Jumlah Kedatangan Wisman Dunia berdasarkan Region, 2008 - 2010

Sumber: UNWTO, 2011

304

Di benua Eropa, Perancis merupakan destinasi wisata yang paling diminatidan mendatangkan wisatawan sebanyak 76,8 juta orang pada tahun 2010.Jumlah ini turun 2% dari tahun sebelumnya. Jumlah wisatawan ke destinasiwisata di wilayah Eropa mengalami penurunan sebesar 1,78% dari tahun2008 hingga tahun 2010. Hanya Italia, Turki dan Jerman yang memilikipertumbuhan positif masing-masing sebesar 1%, 4%, dan 4%.

Di benua Amerika, Amerika Serikat merupakan negara destinasi terbesaryang mendatangkan 59,7 juta wisman di tahun 2010 dengan pertumbuhanrata-rata di tahun 2008 sampai dengan 2010 sebesar 2%.

Di benua Asia, China merupakan destinasi wisata terbesar yang mendatangkan55,7 juta orang di tahun 2010. Pertumbuhan kedatangan wisatawan ke Chinasempat menurun pada tahun 2009 sebesar 4,1% namun meningkat kembalipada tahun 2010 sebesar 9,4%.

Di Asia Tenggara, Malaysia merupakan destinasi wisata terbesar. Malaysiamenempati peringkat kesembilan di dunia yang mendatangkan 24,6 jutaorang di tahun 2010. Pertumbuhan jumlah kedatangan wisman terbesardialami oleh Malaysia, yang merupakan pertumbuhan tertinggi dari tahun2008 hingga tahun 2010 sebesar 6%. Pada saat terjadinya krisis global,kedatangan wisman ke Malaysia pada tahun 2009 justru mengalamipertumbuhan sebesar 7,2%. Pada tahun 2010, pertumbuhan wisman yangdatang ke Malaysia sebesar 3,9%.

C. Pasar Wisatawan Potensial di Dunia

Pasar wisatawan potensial di dunia dapat diindikasikan dari jumlah outboundwisatawan dari wilayah tersebut. Dengan menganalisis pasar utama wismanke Indonesia, maka Pemerintah dapat menetapkan wilayah yang akanmenjadi target pemasaran pariwisata.

Jumlah wisatawan dunia dari tahun ke tahun selalu meningkat dengan nilaipertumbuhan rata-rata per tahun adalah 2,1% untuk wilayah Eropa, 6,3% diwilayah Asia Pasifik, 1,6% di wilayah Amerika, 9,6% di wilayah Timur Tengah,serta 6,4% di wilayah Afrika. Meskipun pertumbuhan di Eropa terendah,namun wisatawan di pasar Eropa merupakan jumlah terbanyak dengankomposisi melebihi 50% dari total wisatawan dunia setiap tahunnya.

Sampai tahun 2005, Eropa merupakan pasar utama bagi wisatawan di dunia,sebesar 439,4 juta orang (55,06% dari total wisatawan dunia). Pada tahun2005 terjadi pergeseran pasar utama wisman, yaitu wisman di wilayah AsiaPasifik mengungguli Amerika, dengan jumlah wisatawan sebesar 153,6 juta

305

orang (19,25%), sedangkan Amerika hanyalah sebesar 133,3 juta orang(16,7%). Timur Tengah mengungguli Afrika dengan jumlah wisatawan sebesar36,3 juta orang (4,5%), dimana Afrika sebesar 35,4 juta orang (4,4%).

Grafik 1-9 Pasar Wisman Dunia berdasarkan Region, 1990 — 2010

Sumber: UNWTO, 2011

Pada tahun 2009, perjalanan wisman mengalami penurunan secara global.Hal ini karena kondisi krisis ekonomi global serta kondisi sosial dan politikyang tidak stabil pada wilayah Timur Tengah. Hanya wilayah Afrika yangmengalami pertumbuhan 3,6% menjadi 46 juta orang.

Grafik 1-10 Pertumbuhan Pasar Wisman Dunia berdasarkan Region, 2009–2010

Sumber: UNWTO, 2011

306

Kepariwisataan dunia mulai bangkit tahun 2010 dengan total jumlah wisatawandi seluruh dunia mencapai 940 juta orang. Lebih dari separuh wisatawanadalah pasar dari wilayah Eropa, yaitu sebanyak 476,6 juta orang.NamunEropa memiliki jumlah pertumbuhan terendah dibandingkan wilayah lain(sebesar 3,3%). Pada tahun 2010, pertumbuhan asal wisatawan paling pesatterjadi di negara-negara emerging market di wilayah Timur Tengah sebesar14% (60,3 juta orang) dan wilayah Asia Pasifik dengan pertumbuhan sebesar13% (203,8 juta orang). Sementara wisatawan asal Amerika tumbuh sebesar6,5% (149,8 juta orang) dan wisatawan asal Afrika sebesar 7,4% (49,4 jutaorang).

D. Penerimaan Devisa Kepariwisataan

Penerimaan devisa proporsional dengan jumlah asal wisatawan pada tahun2009 dan tahun 2010. Devisa dari sektor kepariwisataan terbesar dihasilkanoleh wilayah Eropa dengan nilai US$406,2 miliar pada tahun 2010, turun -1,1% dibanding tahun 2009. Devisa terbesar kedua dari sektor kepariwisataandihasilkan oleh wilayah Asia dan Pasifik sebesar US$203,1 miliar pada tahun2009 dan sebesar US$248,7 miliar pada tahun 2010. Pertumbuhan tertinggipenerimaan devisa kepariwisataan tahun 2010 terjadi di wilayah Asia Pasifik(22%) dan Timur Tengah (20%).

Grafik 1-11 Devisa Kepariwisataan Berdasarkan Region, 2009—2010

Sumber: UNWTO, 2011

Negara-negara yang memiliki nilai total pengeluaran wisata terbesar padatahun 2009 dan 2010 antara lain: Jerman, Amerika serikat, China, Inggris,Perancis, Kanada, Jepang, Italia, Rusia (Federasi) dan Australia. Eropamerupakan wilayah dengan nilai devisa kepariwisataan terbesar di dunia

307

didukung oleh devisa yang diterima oleh Jerman (peringkat 1), Inggris(peringkat 4), Perancis (peringkat 5), Italia (peringkat 8), dan Rusia (peringkat 9).

Tabel 1-5 Pengeluaran Wisata di 10 Negara Terbesar

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

0 S

g

Peringkat

Total dunia

Jerman

Amerika Serik

China

United Kingdo

Perancis

Kanada

Jepang

Italia

Federasi Rusia

Australia

S b Hi hli

g

Total

Wisat

2009

851

81,2

kat 74,1

43,7

om 50,1

38,5

24,2

25,2

27,9

a 20,9

17,6

i h 2011 W

g

Pengeluaran

a (US$miliar)

2010

919

77,7

75,5

54,9

48,6

39,4

29,5

27,9

27,1

26,5

22,5

ld T i O

Total Pe

Wisata (

2009

851

47,45

149,96

42,63

38,56

59,39

15,55

12,54

41,94

12,37

27,86

i i

emasukan

US$miliar)

2010

919

49,13

165,78

50,15

39,94

55,72

18,28

15,36

40,06

13,38

28,36

Populasi

2010 (juta)

6879

82

310

1341

62

63

34

127

60

140

22

Pengeluar

Kapita (

134

952

244

41

780

625

866

219

449

189

1014

ran per

(US$)

4

2

4

0

5

6

9

9

9

4

Sumber: Highlight 2011, World Tourism Organization

Jika nilai pengeluaran wisata dibagi per jumlah penduduk, maka Australiamenjadi negara dengan pengeluaran wisata per kapita terbesar di tahun2010, diikuti oleh Jerman dan Kanada.Dari sisi pemasukan pariwisata, AmerikaSerikat memimpin pemasukan dengan nilai total US$165,78 miliar, diikutioleh Perancis dengan nilai total US$ 55,72 miliar di tahun 2010. Besarnyapemasukan pariwisata Amerika Serikat menandakan kuatnya sektor pariwisatanegara tersebut dalam memaksimalkan pengeluaran wisatawan selamakunjungannya di Amerika Serikat walaupun total wisatawan yang datangberada di urutan kedua setelah Perancis.

1.1.7.2 Perkembangan Kepariwisataan Indonesia

Perkembangan kepariwisataan Indonesia dapat dievaluasi berdasarkankontribusi ekonomi kepariwisataan, perkembangan wisman, nusantara dannasional, perkembangan industri pariwisata, serta perkembangan daya tarikwisata Indonesia.

A. Daya Saing Kepariwisataan Indonesia

Daya saing kepariwisataan Indonesia memiliki skor 3,96 menempati peringkatke-74 dunia. Indonesia masih jauh tertinggal dari Switzerland (skor 5,68)

308

sebagai kepariwisataan terbaik di dunia, maupun negara-negara dalam satuwilayah Asia Tenggara seperti Singapura (skor 5,23; peringkat 10), Malaysia(skor 4,59; peringkat 35), dan Thailand (skor 4,47; peringkat 41).

Grafik 1-12 Peringkat dan Skor Daya Saing Kepariwisataan Mancanegara, 2011

Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011

Daya saing Indonesia dalam industri kepariwisataan berada dibawah rata-rata dunia maupun rata-rata wilayah Asia Pasifik11.

Tabel 1-6 Peringkat Kepariwisataan Indonesia (TTCI)

11Negara kawasan Asia Pasifik yang dimaksud terdiri dari Singapura, Hong Kong, Australia,Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, China, Thailand, Brunei, India,Indonesia, Vietnam, Srilanka, Azerbaijan, Kazakhstan, Filipina, Mongolia, Kyrgyztan, Kamboja,Nepal, Tajikistan, Pakistan, Bangladesh, dan Timor Leste.

Tahun Publikasi TTCI 

Peringkat Daya Saing Indonesia di Dunia 

(Peringkat Indonesia/Jumlah 

Negara Survei Dunia) 

Peringkat Daya Saing Indonesia di Regional Asia Pasifik 

(Peringkat Indonesia/Jumlah Negara Survei Asia Pasifik) 

Total Skor TTCI (Maksimal Skala 7) 

2011  74/139  13/26  3,96 

2009  81/133  15/25  3,79 

2008  80/130  NA  3,70 

Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011

Dibandingkan negara-negara tetangga di wilayah ASEAN dan Australia, dayasaing Indonesia hanya lebih tinggi dari daya saing Vietnam, Filipina, Kamboja,dan Timor Leste.

309

Grafik 1-13 Daya Saing Kepariwisataan Indonesia di ASEAN

Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011

Peringkat daya saing kepariwisataan Indonesia di tahun 2011 membaik jikadibandingkan dengan tahun 2009, khususnya pada tujuh pilar berikut (tahun2011/2009):

1. Kebijakan dan Peraturan (peringkat 88/123);

2. Keberlanjutan Lingkungan (peringkat 127/130);

3. Keamanan dan Keselamatan (peringkat 72/119);

4. Infrastruktur Transportasi Udara (peringkat 58/60);

5. Infrastruktur Transportasi Darat (peringkat 82/89);

6. Infrastruktur ICT (peringkat 96/102); dan

7. Sumber Daya Alam (peringkat 17/28).

Pilar Daya Saing Harga yang merupakan pilar terkuat kepariwisataanIndonesia, mengalami penurunan ke posisi 4 tahun 2011, dimana tahun 2009di posisi ke-3. Faktor yang paling berpengaruh terhadap turunnya pilar DayaSaing Harga secara signifikan adalah paritas daya beli yang terus menurundari peringkat 50 (2009) menjadi peringkat 68 (2011).

310

Grafik 1-14 Skor Pilar TTCI Indonesia, 2008—2011

Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011

Untuk wisnus, provinsi dengan jumlah wisatawan tertinggi berturut-turut adalahJawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. Keempat provinsi initerletak di pulau Jawa, dan merupakan pusat aktivitas serta relatif berkembangdengan baik. Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan pusat budaya di pulauJawa, sedangkan Jakarta dan Jawa Timur adalah pusat bisnis di Indonesia.Indonesia memiliki potensi untuk mampu melaksanakan diversifikasi tujuanwisata, mengingat potensi wisata yang dimiliki di berbagai provinsi diIndonesia.

311

Grafik 1-15 Persentase Kunjungan Wisnus di Daerah Indonesia

Sumber: Nesparnas, 2010

B. Kontribusi Ekonomi Kepariwisataan Indonesia

Sektor kepariwisataan memengaruhi perekonomian melalui aktivitas-aktivitaskepariwisataan, atau disebut komponen input, meliputi: (1) Pengeluaranwisnus (C); (2) Investasi (I); (3) Anggaran Pemerintah untuk pariwisata (G);(4) Pengeluaran wisman ke Indonesia (X); dan (5) Pengeluaran wisnas (M).Melalui efek pengganda, komponen input memberikan dampak langsungdan tidak langsung pada perekonomian atau disebut komponen output,meliputi: (1) dampak terhadap output produksi; (2) dampak terhadap PDB;(3) dampak terhadap kesempatan kerja; (4) dampak terhadap faktor pendapatan(upah atau gaji); dan (5) dampak terhadap pajak tak langsung sektorkepariwisataan.

Mekanisme kerja ini merupakan prinsip dasar Neraca Satelit PariwisataNasional (Nesparnas). Nesparnas atau Tourism Satellite Account (TSA)digunakan untuk mengukur kontribusi ekonomi sektor kepariwisataan.

312

Bagan 1-12 Neraca Pariwisata

1. Komponen Input

Komponen input terbesar kepariwisataan berasal dari pengeluaran wisnus,diikuti investasi dan pengeluaran wisman, berturut-turut dengan kontribusi59,3%, 34,6%, dan 27% di tahun 2010. Pengeluaran pemerintah untukaktivitas kepariwisataan merupakan yang terkecil diantara komponen input,sebesar 0,7% tahun 2010.

TAHUN

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Pengelua

Wisnu

74,7

88,2

109,0

123,2

137,9

150,4

p

aran

us

60,8% 32,

65,8% 39,

64,4% 50,

59,4% 64,

60,6% 76,

59,3% 87,

p p

Investasi

3 26,3%

9 29,7%

1 29,6%

2 31,0%

3 33,5%

8 34,6%

KOMPONEN I

Anggara

Pemerint

0,6 0

0,7 0

1,0 0

1,1 0

1,2 0

1,7 0

y

INPUT

an

tah

Pe

W

In

0,5% 40,7

0,5% 40,0

0,6% 48,1

0,5% 66,1

0,5% 56,7

0,7% 68,4

p p

ngeluaran

Wisman ke

ndonesia

33,1%

29,9%

28,4%

31,9%

24,9%

27,0%

Pengeluara

Wisnas

25,3 20,

34,8 25,

39,0 23,

47,2 22,

44,5 19,

54,8 21,

TOTALan

5% 123,0

9% 134,0

0% 169,2

8% 207,4

5% 227,6

6% 253,5

* Angka (Rp triliun)

Sumber: Nesparnas, 2011

Tabel 1-7 Nilai Komponen Input Nesparnas dan Persentasenyaterhadap Komponen Nasional

313

B.1.1 Pengeluaran Wisnus

Pengeluaran wisnus adalah pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawanIndonesia yang melakukan wisata di wilayah Indonesia. Pengeluaran wisnusmeningkat setiap tahunnya sejak 2005-2010. Tahun 2010, pengeluaran wisnussebesar Rp150,41 triliun, meningkat dua kali pengeluaran wisnus tahun 2005sebesar Rp74,72 triliun. Namun demikian, pertumbuhan pengeluaran wisnussejak tahun 2008-2010 cenderung melambat. Setelah mengalami pertumbuhantertinggi tahun 2008, pertumbuhan pengeluaran wisnus melambat menjadi11,97%, dan 9,06% di tahun 2009, dan 2010.

Grafik 1 16 Nilai dan Pertumbuhan Pengeluaran Wisnus

Di tingkat provinsi, pengeluaran wisnus terbesar terjadi di Jawa Timur sebesarhampir Rp10 triliun. Setelah Jawa Timur, pengeluaran wisnus terbesar terjadidi Jawa Barat (Rp8,027 triliun), Jawa Tengah (Rp7,51 triliun), dan DKI Jakarta(Rp6,496 triliun). Pulau Jawa masih merupakan daerah tujuan wisata bagiwisnus Indonesia.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-17 Pengeluaran Wisata Nusantara berdasarkan Wilayah WisataIndonesia

314

Konsumsi utama wisnus dalam melakukan kegiatan wisata adalah terkaitdengan angkutan domestik, yang mencapai 42% dari total konsumsi yangdilakukannya. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya angkutan domestikmerupakan satu komponen biaya yang utama bagi wisnus untuk dapatmelakukan perjalanan wisata. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkanperjalanan wisata wisnus, maka peningkatan daya saing harga jasa transportasiharus dilakukan sehingga biaya angkutan domestik semakin terjangkau olehmasyarakat Indonesia.

Grafik 1-18 Pola Konsumsi Wisnus

Sumber: Nesparnas, 2011

B.1.2 Investasi

Investasi merupakan kegiatan pembentukan modal domestik bruto oleh swastadan pemerintah di Indonesia. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2010, nilaiinvestasi di sektor kepariwisataan meningkat dari tahun ke tahun. Nilai investasi

315

kepariwisataan sebesar Rp64,19 triliun di tahun 2008, Rp76,26 triliun di tahun2009, dan Rp87,76 triliun di tahun 2010. Setelah tumbuh signifikan di tahun2008 sebesar 28%, pertumbuhan investasi melambat di tahun 2009 dan2010, sebesar 19% dan 15%.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-19 Nilai dan Pertumbuhan Investasi Kepariwisataan

Tahun 2009, investasi kepariwisataan terbesar terjadi pada alat angkutankepariwisataan, diikuti investasi bangunan hotel dan akomodasi lainnya.Investasi alat angkutan sebesar Rp14.675 miliar atau 19,24% dari totalinvestasi kepariwisataan. Investasi pembangunan hotel dan jenis bangunanlainnya untuk keperluan akomodasi sebesar Rp12.291 miliar atau 16,11%dari total investasi kepariwisataan.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-20 Struktur Investasi Kepariwisataan Tahun 2009

316

B.1.3 Anggaran Pemerintah

Anggaran pemerintah untuk sektor kepariwisataan bersumber dari anggaranpemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)dan anggaran pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD). Anggaran pemerintah tersebut dialokasikan untuk pembiayaanmaupun investasi yang terkait industri kepariwisataan yang mencakup promosikepariwisataan, pengolahan komoditas kepariwisataan, serta berkontribusiuntuk memajukan jasa akomodasi, angkutan, dan infrastruktur kepariwisataanlainnya. Besarnya pengeluaran yang dialokasikan oleh pemerintahmencerminkan prioritas pemerintah dalam memajukan kepariwisataanIndonesia secara berkelanjutan. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2009,pemerintah mengalokasikan anggaran kepariwisataan kurang dari 0,4%.Untuk tahun 2010, pemerintah mulai menaikkan alokasi anggarankepariwisataan sampai dengan 0,46% dengan total anggaran kepariwisataansebesar Rp1.679,6 miliar.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-21 Anggaran Pemerintah untuk Kepariwisataan

B.1.4 Pengeluaran Wisman ke Indonesia

Pengeluaran wisman ke Indonesia merupakan pengeluaran wisatawan asalnegara lain di Indonesia. Pengeluaran wisman ke Indonesia merupakansalah satu komponen pembentuk devisa nasional. Pada periode 2002-2006rata-rata pengeluaran wisman ke Indonesia per kunjungan berada pada

317

kisaran US$4.496 sampai dengan US$4.798. Selama periode ini belanjawisman di Indonesia relatif rendah mengingat pada tahun 2000-2001 sertapada tahun 2007-2010, rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia adalahsebesar US$5.300 hingga US$7.600. Rata-rata pengeluaran wisman keIndonesia per kunjungan tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu US$1.178,54juta, tetapi kemudian kembali menurun di tahun 2009 karena krisis globalmenjadi US$995,93.

Grafik 1-22 Nilai Devisa Kepariwisataan Berdasarkan Pengeluaran Wismanke Indonesia

Sumber: Nesparnas, 2011

Sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa bagi Indonesia danmerupakan sektor yang cepat mengalami pemulihan pasca krisis global,tetapi sektor ini sangatlah rentan terhadap isu keamanan, keselamatan sertakesehatan, sehingga jika terjadi gejolak yang berpengaruh terhadap aspekkeamanan, keselamatan serta kesehatan, maka kunjungan wisman akanmengalami kontraksi secara signifikan.

Dibandingkan dengan sektor-sektor penghasil devisa lainnya, sektor pariwisataberada di urutan ke-5 di 2010, setelah sempat berada di urutan ke-4tahun 2009. Kontribusi devisa sektor kepariwisataan berada di bawah minyakdan gas bumi, minyak kelapa sawit, batu bara, dan karet olahan.

318

No Jenis Komoditi (US$ juta) 2008 2009 2010

1 Minyak & gas bumi 29.126,30 19.018,30 28.039,60

2 Minyak kelapa sawit 12.375,57 10.367,62 13.468,97

3 Batu bara 10.656,24 9.539,50 11.976,30

4 Karet olahan 7.579,66 4.870,68 9.314,97

5 Pariwisata 7.348,00 6.298,02 7.603,45

6 Pakaian jadi 6.092,06 5.735,60 6.598,11

7 Alat listrik 5.253,74 4.580,18 6.337,50

8 Tekstil 4.127,97 3.602,78 4.721,77

9 Kertas dan barang dari kertas 3.796,91 3.405,01 4.241,79

10 Makanan olahan 2.997,17 2.960,73 3.620,86

11 Bahan kimia 2.754,30 2.155,41 3.381,85

12 Kayu olahan 2.821,34 2.275,32 2.870,49

Tabel 1-8 Kontribusi Devisa Indonesia

Sumber: Nesparnas, 2011

Pertumbuhan devisa tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar US$7.348dengan tingkat pertumbuhan sebesar 37,44%. Pada tahun 2009 pendapatansektor pariwisata menurun drastis sebesar 14,29%, yang disebabkan olehkrisis global, tetapi kembali normal pada tahun 2010 dengan pertumbuhansebesar 20,72% dengan total devisa US$7.603 juta yang merupakan devisatertinggi yang diperoleh Indonesia pada periode 2000-2010.

Tabel 1-9 Devisa Sektor Pariwisata, 2005 — 2010

Penerimaan Devisa 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pariwisata (US$ juta) 4.522 4.448 5.346 7.348 6.298 7.603

Pertumbuhan (%) (5,75) (1,63) 20,19 37,44 (14,29)

20,73

Sumber: Nesparnas, 2011

Tahun 2010, wisman ke Indonesia asal Australia memberikan kontribusipengeluaran terbesar(US$1,172 miliar), diikuti oleh Singapura (US$928 juta)dan Malaysia (US$864 juta). Di antara negara-negara Eropa, Inggrismemberikan kontribusi pengeluaran wisman ke Indonesia terbesar(US$277 miliar) diikuti oleh Belanda dan Perancis.

319

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-23 Negara Kontributor Devisa Pariwisata

Pola konsumsi wisman ke Indonesia dengan pola konsumsi wisnus relatifberbeda. Berdasarkan data pengeluaran wisman ke Indonesia di tahun 2008dan 2009, maka komponen pengeluaran wisman ke Indonesia terbesaradalah untuk hotel dan akomodasi, restoran dan sejenisnya, serta souvenirsedangkan wisnus adalah angkutan domestik, restauran dan sejenisnya, danproduk industri non makanan. Konsumsi wisman ke Indonesia yang menurunsecara signifikan pada tahun 2009 adalah konsumsi terhadap produk industrinon makanan dengan penurunan mencapai 2,2% dan cindera mata sebesar1,3%. Konsumsi wisman ke Indonesia yang erat dengan ekonomi keatifadalah terkait dengan jasa seni budaya, rekreasi, dan hiburan, serta cinderamata, yang berkontribusi sebesar 6,5% pada tahun 2010. Oleh karena itu,ekonomi kreatif memiliki peran untuk dapat meningkatkan kualitas pariwisataIndonesia, dengan menghasilkan produk dan jasa kreatif yang menarik didaerah tujuan wisata, maupun menjadi daya tarik wisata tersendiri yang akanmenambah lama tinggal serta rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia,sehingga akhirnya dapat meningkatkan daya saing kepariwisataanIndonesia.

320

Grafik 1-24 Pola Konsumsi Wisman

Sumber: Nesparnas, 2011

B.1.5 Pengeluaran Wisnas

Pengeluaran wisnas merupakan pengeluaran wisatawan asal Indonesia dinegara lain. Pengeluaran wisnas pada tahun 2008 mencapai US$1.049,72per kunjungan, dengan total sebesar US$5.245 juta atau meningkat sebesar21,01% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, pengeluaran wisnas menurunmenjadi US$977,39 per kunjungan dengan total nilai sebesar US$4.939.Pengeluaran wisnas pada tahun 2010 mencapai US$976,65 per kunjungandengan total nilai sebesar US$6.090 juta atau meningkat 23,34% dari tahunsebelumnya.

321

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-25 Nilai Devisa Kepariwisataan berdasarkanPengeluaran Wisnas

Pada tahun 2010, pengeluaran wisnas terbesar berasal dari DKI Jakarta,sebesar 34,62% dari total pengeluaran wisnas, diikuti oleh Jawa Timur danJawa Barat dengan kontribusi pengeluaran masing-masing sebesar 11,55%dan 11,41%.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-26 Daerah Kontributor Devisa Kepariwisataan

2. Komponen Output: Dampak Terhadap Perekonomian

Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapantenaga kerja. Sebanyak 6,9% tenaga kerja nasional di 2010, atau sekitar 7,4juta orang, berada pada sektor-sektor yang terkait kepariwisataan. Sementaradampak sektor kepariwisataan terhadap produksi, PDB, upah, dan pajaktidak langsung berada pada kisaran 4%. Kecuali dampak terhadap tenagakerja,tren penurunan proporsi dampak sektor kepariwisataan terhadap nasionalpada periode 2008-2010, terjadi pada produksi, PDB, upah, dan pajak taklangsung.

322

Tabel 1-10 Kontribusi Ekonomi Kepariwisataan Menurut Nesparnas

TAHUN

KOMPONEN OUTPUT

Dampak terhadap Produksi

Dampak terhadap PDB Dampak terhadap

Tenaga Kerja Dampak terhadap

Upah/Gaji

Dampak terhadap Pajak Tidak Langsung

Par Nas % Par Nas % Par Nas % Par Nas % Par

Nas %

2006 306,5 6.640,8 4,6% 143,6 3.339,5 4,3% 4,4 95,5

4,7

% 45,6 1.028,2

4,4

% 5,5 131,1

4,2

%

2007 362,1 7.480,6 4,8% 169,7 3.957,4 4,3% 5,2 99,9

5,2

% 53,9 1.216,8

4,4

% 6,3 154,3

4,1

%

2008 499,7 9.882,4 5,1% 232,9 4.954,0 4,7% 7,0 102,6

6,8

% 75,5 1.519,1

5,0

% 8,4 194,7

4,3

%

2009 505,0 10.530,0 4,8% 233,9 5.613,4 4,2% 7,0 104,5

6,7

% 75,5 1.606,3

4,7

% 8,4 199,6

4,2

%

2010 565,2 11.956,6 4,7% 261,1 6.422,9 4,1% 7,4 108,2

6,9

% 84,8 1.831,1

4,6

% 9,4 225,1

4,2

%

Angka (Rp triliun); Tenaga Kerja (Juta orang)

Sumber: Nesparnas, 2010

B.1.6 Dampak terhadap Produksi

Produksi merupakan total output yang dihasilkan oleh seluruh sektorperekonomian. Dampak kepariwisataan terhadap output produksi nasionalselalu meningkat dari tahun 2006-2010. Tahun 2006, sektor pariwisatamenyumbang Rp306,5 triliun terhadap output nasional, dengan kontribusi4,6%.Jumlah ini meningkat menjadi Rp565,2 triliun di tahun 2010, dengankontribusi 4,7%. Kontribusi kepariwisataan terhadap output produksi mengalamipuncaknya di tahun 2008, sebesar 5,1%. Setelah tahun 2008, kontribusiterhadap output produksi ini relatif menurun.

Sumber: Nesparnas, 2010

Grafik 1-27 Dampak Kepariwisataan terhadap Output Produksi, 2006-2010

323

B.1.7 Dampak terhadap PDB

Sepertihalnya dampak terhadap output, dampak kepariwisataan terhadapPDB juga meningkat di tahun 2006-2010. Dampak senilai Rp143,6 triliun di2006, meningkat menjadi Rp261,1 triliun di 2010. Tahun 2008, kontribusiPDB kepariwisataan merupakan yang tertinggi, sebesar 4,7%. Tahun 2009-2010, kontribusi dampak PDB ini relatif menurun.

Sumber: Nesparnas, 2010

Grafik 1-28 Dampak Kepariwisataan terhadap PDB, 2006—2010

B.1.8 Dampak terhadap Tenaga Kerja

Pentingnya peran sektor pariwisata terlihat dari banyaknya jumlah tenagakerja di sektor ini. Kontribusi kepariwisataan terhadap tenaga kerja nasionalmeningkat dari 4,7% atau sebanyak 4,4 juta orang di tahun 2006, menjadi6,9% atau sebanyak 7,4 juta orang di tahun 2010. Kontribusi kepariwisataanterhadap tenaga kerja relatif meningkat sejak tahun 2006 sampai 2010.Penurunan kontribusi hanya terjadi di tahun 2009, sebesar 0,1% daritahun 2008.

324

Sumber: Nesparnas, 2010

Grafik 1-29 Dampak Kepariwisataan terhadap Tenaga Kerja, 2006—2010

B.1.9 Dampak terhadap Upah/Gaji

Dampak kepariwisataan terhadap total upah nasional selalu meningkat dari2006-2010. Dampak upah senilai Rp45,6 triliun terbentuk di tahun 2006,meningkat menjadi Rp84,8 triliun di tahun 2010. Kontribusi terhadap upahnasional tertinggi terjadi di tahun 2008, sebesar 5%. Kontribusi ini relatifmenurun di tahun 2009-2010.

Sumber: Nesparnas, 2010

Grafik 1-30 Dampak Kepariwisataan terhadap Upah/Gaji, 2006—2010

325

Tahun 2009,sumber terbesar dampak kepariwisataan terhadap total upahnasional berasal dari sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan sebesarRp127,36 triliun, diikuti oleh restoran dan angkutan darat, sebesar Rp30,74triliun dan Rp26,3 triliun. Restoran masih memberikan dampak upah lebihbesar dibanding hotel. Dampak upah hotel hanya senilai Rp4,96 triliun.

Sumber: Nesparnas, 2009

Grafik 1-31 Struktur Upah berdasarkan Sektor Kepariwisataan

B.1.10 Dampak terhadap Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak padasaat tertentu/terjadi suatu peristiwa kena pajak. Dampak pajak tidak langsungkepariwisataan meningkat dari tahun 2006-2010. Dampak pajak tidak langsungsenilai Rp5,5 triliun terbentuk di tahun 2006, meningkat menjadi Rp9,4 triliundi 2010. Kontribusi pajak tidak langsung kepariwisataan terhadap nasionaltahun 2008 merupakan yang tertinggi, sebesar 4,3%. Kontribusi ini relatifmenurun di tahun 2009-2010.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-32 Dampak Kepariwisataan terhadap Pajak Tidak Langsung,2006—2010

326

C Perkembangan Wisman ke Indonesia

Jumlah wisman ke Indonesia relatif mengalami peningkatan. Jumlah wisatawantahun 2010 sebanyak 7 juta, meningkat menjadi 7,4 juta di tahun 2011. Padatiga tahun terakhir, jumlah wisman mencapai titik tertinggi pada Juli 2011dengan pertumbuhan month on month mencapai 25%. Tren peningkatan inierat kaitannya dengan pemulihan dunia dari krisis ekonomi global yangterjadi sekitar tahun 2009 yang sempat menyebabkan titik terendah kunjunganwisman pada September 2009.

Jumlah wisman ke Indonesia rendah atau low season terjadi pada setiapawal tahun. Sedangkan jumlah wisman ke Indonesia mengalami puncaknyaatau peak season pada tengah dan akhir tahun.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-33 Tren dan Jumlah Wisman

Selain faktor pemulihan dari krisis ekonomi global, pertumbuhan wismanjuga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti peristiwa alam, politik,keamanan, dan kesehatan yang terjadi di lingkungan Indonesia maupunglobal. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, nilai rata-rata pertumbuhankedatangan wisman ke Indonesia sebesar 4,39% per tahun. Nilai pertumbuhanIndonesia tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia sebesar3,47% per tahun. Kondisi ini mengindikasikan kuatnya daya tahan pariwisataIndonesia.

327

Pada tahun 2002-2003, terjadi penurunan jumlah wisman yang signifikan.Rata-rata pertumbuhan wisman ke Indonesia berada jauh di bawahpertumbuhan wisman dunia. Hal ini disebabkan beberapa kejadian domestikdan internasional yang terjadi pada tahun tersebut, seperti Bom Bali I, BomJW Marriot, dan wabah SARS Asia Pasifik. Pada tahun 2004, pertumbuhanwisman Indonesia meningkat pesat mencapai 19,12%. Pada tahun 2005-2006, pertumbuhan wisman Indonesia kembali menurun akibat kejadianAvian Flu, Bom Bali II, gempa Jogja, dan tsunami di Pantai Selatan Jawa.Pada 2007-2008, pertumbuhan wisman ke Indonesia kembali meningkatdibandingkan dengan wisman global. Hal ini dapat disebabkan oleh UniEropa travel ban dan krisis ekonomi global, sehingga jumlah wisman globalmenurun pada tahun tersebut. Tahun 2009, pertumbuhan wisman keIndonesia menurun akibat Bom JW Marriott dan Ritz Carlton serta wabahH1N1. Peningkatan pertumbuhan wisman ke Indonesia baru terjadi padatahun 2010 yaitu sebesar 10,74%, di atas pertumbuhan wisman global yaitu6,58%.

Sumber: UNWTO, Kemenparekraf (2000 –2010)

Grafik 1-34 Pertumbuhan Wisman Dunia dan Wisman ke Indonesia

Dari aspek tujuan,wisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:perjalanan rekreasional, perjalanan bisnis, kesehatan, agama, dan tujuanlainnya. Tujuan melakukan perjalanan rekreasional masih merupakan yangterbesar yaitu 51% dari total perjalanan.

328

Sumber: World Tourism Organization (UNWTO), 2010

Grafik 1-35 Pola Konsumsi Wisatawan

Dari aspek moda transportasi yang digunakan, di tahun 2011, 51% wisatawantiba di destinasi wisata dengan menggunakan transportasi udara, yaitu melaluipintu masuk: Soekarno-Hatta, Ngurah Rai, Polonia, Batam, Juanda, SamRatulangi, Minangkabau, Adi Sumarmo, Makassar, Selaparang, Sepinggan,Sultan Syarif Kasim II, Adi Sucipto, dan Husein Sastranegara. Selain transportasiudara, sebesar49% menggunakan moda transportasi permukaan, yaitukendaraan bermotor di jalan raya (41%) dan kereta api (2%), misalnyamelalui pintu masuk Entikong. Sisanya melalui laut (6%), yaitu melalui pintumasuk Batam, Tanjung Priok, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, dan BalaiKarimun. Seiring waktu, tren perjalanan udara telah mengalami pertumbuhanlebih cepat dibandingkan dengan perjalanan via permukaan. Pertumbuhanini menunjukkan kecenderungan wisatawan yang ingin lebih cepat sampaike tujuan. Dalam kaitannya dengan meningkatkan pariwisata, Indonesiadapat meningkatkan layanan transportasi udara untuk memudahkan akseswisatawan ke Indonesia. Peningkatan layanan transportasi dapat dicapaidengan membuka rute penerbangan baru ke Indonesia dari negara lain,memperbesar frekuensi perjalanan ke Indonesia pada jam bisnis, membukabandar udara baru terutama yang berdekatan dengan obyek wisata yangterpencil, hingga meningkatkan layanan bandar udara. Peningkatan transportasiudara dapat diiringi dengan peningkatan akses jalan darat untuk menujutempat wisata.

329

Sumber: World Tourism Organization (UNWTO), 2010

Grafik 1-36 Moda Transportasi Wisatawan

Dari aspek besar dan sumber pengeluaran wisata, UNWTO telah menghitungtotal nilai pengeluaran wisata untuk tiap wilayah di dunia, seperti ditunjukkanpada Grafik 1-37.

Sumber: World Tourism Organization (UNWTO), 2010

Grafik 1-37 Total Pengeluaran Wisata per Wilayah

330

Total pengeluaran terbesar dikeluarkan oleh wisatawan outbound yang berasaldari Eropa, dengan nilai US$399 miliar atau sekitar 47,28% dari total pengeluaranwisatawan dunia. Nilai pengeluaran terbesar setelah Eropa adalah AsiaPasifik dengan nilai pengeluaran US$223 miliar, diikuti oleh Amerika sekitarUS$148 miliar.

D. Perkembangan Wisnus

Jumlah perjalanan wisnus dari tahun ke tahun cenderung mengalamipenambahan dengan jumlah penambahan perjalanan kurang lebih 1.000-2.000 perjalanan. Total perjalanan wisnus hingga tahun 2010 adalah sebesar122 juta perjalanan. Rata-rata pertumbuhan jumlah perjalanan wisnus padaperiode 2002-2010 adalah sebesar 1,8%.

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-38 Jumlah dan Pertumbuhan Wisnus

Ada berbagai alasan mengapa wisnus akan melakukan perjalanan, antaralain: pendidikan/pelatihan, kesehatan, profesi/bisnis, mengunjungi teman/keluarga, misi/pertemuan/kongres, berziarah/keagamaan, olahraga/kesenian,berlibur/ rekreasi. Lama tinggal wisnus untuk berlibur atau berekreasi relatifrendah, yaitu rata-rata hanya 1,99 hari. Alasan utama wisnus untuk tinggallebih lama adalah terkait dengan pendidikan atau kursus.

331

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-39 Rata-rata Lama Tinggal Wisnus berdasarkan Tujuan Wisata

Daerah tujuan wisata utama wisnus adalah Jawa Timur (18%), Jawa Barat(17%), Jawa Tengah (12%) dan Jakarta (10%).

Sumber: Kemenparekraf, 2010

Grafik 1-40 Distribusi Daerah Tujuan Wisata Wisnus

Sebagian besar wisnus cenderung melakukan perjalanan wisata di dalamprovinsinya, hanya wisnus asal Banten, Yogyakarta, dan Jakarta yang memilikipersentase wisnus melakukan perjalanan di luar provinsinya lebih besar dari50%, yaitu secara berturut-turut adalah 65%, 64%, dan 62%. Pesentasewisnus yang melakukan perjalanan hanya didalam provinsinya di bawah15% adalah wisnus asal: Kalimantan Barat (7%), NTT (9%), dan SulawesiSelatan (11%).

332

Sumber: Nesparnas, 2011

Grafik 1-41 Tingkat Wisnus Keluar Provinsi

E. Perkembangan Industri Pariwisata

Lapangan usaha utama sektor kepariwisataan terdiri dari hotel, restoran,serta rekreasi dan hiburan. PDB yang dihasilkan ketiga lapangan usahaselalu tumbuh positif pada periode 2004-2010. Tahun 2004, PDB yang dihasilkansebesar Rp88,61 triliun, meningkat menjadi Rp196,18 triliun di tahun 2010.Tahun 2004-2010, ketiga lapangan usaha tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhanPDB nasional.

Restoran merupakan pemberi kontribusi PDB terbesar, di antara ketiga lapanganusaha. Tahun 2010, restoran berkontribusi sebesar 2,41% terhadap PDBnasional, dimana hotel dan rekreasi hanya berkontribusi 0,37% dan 0,27%.

Tabel 1-11 Kontribusi PDB Pariwisata Menurut Indikator Ekonomi, 2004-2010

333

1. Perkembangan Hotel di Indonesia

Pada 2006-2010, jumlah hotel selalu meningkat setiap tahun. Pada tahun2010, BPS mencatat terdapat 1.306 hotel yang termasuk hotel berbintangdan 13.281 yang termasuk akomodasi non bintang. Berdasarkan huniankamar, terjadi peningkatan persentase hunian kamar, yaitu 48,31% di tahun2009 menjadi 48,86% di tahun 2010. Tamu yang datang untuk menginap punmeningkat secara signifikan, baik untuk tamu asing, maupun tamu domestik.

Tabel 1-12 Kondisi Perhotelan Nasional

Tahun Hunian Kamar

(%)

Jumlah Tamu Hotel Berbintang (Juta orang)

Asing Indonesia

2006 46,18 3,4 11,7

2007 46,89 3,9 13,1

2008 48,07 4,1 14,4

2009 48,31 4,6 17,2

2010 48,86 5,2 18,6

Sumber: Nesparnas, 2010

Pada tahun 2009, terjadi peningkatan tamu asing sebesar 12,2% dari tahunsebelumnya, dan kembali meningkat sebesar 13,04% pada tahun 2010.Untuk tamu domestik, pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar19,44%dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, jumlah ini kembali meningkatsebesar 8,14% menjadi 18,6 juta orang dibandingkan 2009. Jumlah tenagakerja yang berhasil diserap pada industri hotel mencapai 233.745 orang.

3 PERTUMBUHAN EKONOMI (%)PDB NASIONAL 5,03 5,69 5,50 6,35 6,01 4,58 6,10PDB PARIWISATA 6,72 6,03 5,88 8,94 5,15 5,57 6,56

4 KONTRIBUSI PDB PARIWISATA TERHADAP PDB NASIONAL (%)PDB PARIWISATA 3,86 3,67 3,55 3,41 3,10 3,09 3,05 Hotel 0,55 0,51 0,48 0,44 0,38 0,37 0,37 Restoran 2,98 2,84 2,77 2,69 2,45 2,46 2,41 Rekreasi & Hiburan 0,36 0,32 0,3 0,29 0,26 0,26 0,27

Keterangan:*) Angka sementara; **) Angka sangat sementaraCatatan: Pertumbuhan PDB pariwisata pada tahun 2007–2010 dihitung berdasarkan NesparnasSumber: BPS, Indikator Ekonomi

334

2. Perkembangan Restoran di Indonesia

Perkembangan industri restoran di Indonesia mengalami peningkatan pesatdi tahun 2007 hingga 2010. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar 21%dari tahun 2007, dan pada tahun 2010, terjadi peningkatan sebesar 7,84%dari tahun 2009 sebanyak 2.916 restoran. Seluruh restoran tersebut tersebardi seluruh provinsi dan mampu menyerap hingga 446.775 orang tenagakerja.

Tabel 1-13 Jumlah Restoran Nasional

Tahun Jumlah Usaha Restoran

2007 1.615

2008 2.235

2009 2.704

2010 2.916

Sumber: Nesparnas, 2010

3. Perkembangan Jasa Perjalanan Wisata di Indonesia

Usaha jasa perjalanan wisata terdiri dari usaha Biro Perjalanan Wisata(BPW) maupun Agen Perjalanan Wisata (APW). Perkembangan usahaperjalanan wisata di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangatsignifikan di tahun 2007 sampai 2010.

Tabel 1-14 Jumlah Jasa Perjalanan Wisata

Tahun Jumlah Jasa Perjalanan Wisata

2007 1.814

2008 2.708

2009 2.755

2010 3.033

Sumber: Nesparnas, 2010

Pada tahun 2009, tercatat sebanyak 2.755 usaha perjalanan wisata denganpeningkatan 51,87% dari tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2010, terjadipeningkatan 10,09% dari tahun sebelumnya. Keseluruhan usaha jasa perjalananwisata mampu menyerap 747.640 orang tenaga kerja

335

1.1.8 PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DUNIA DAN INDONESIa

1.1.8.1 Perkembangan Ekonomi Kreatif Dunia

Perkembangan ekonomi kreatif dunia umumnya dapat diukur menggunakankinerja PDB, ketenagakerjaan, dan aktivitas perdagangan produk dan jasakreatif di negara-negara dunia. Salah satu sumber data dalam melakukananalisis perbandingan perkembangan ekonomi kreatif antara negara diantaranyaadalah yang telah disusun oleh World Intellectual Property Organization(WIPO)yang mengelompokkan industri kreatif menjadi industri core, partial,interdependen, dan, non-dedicated.

A. PDB Ekonomi Kreatif Dunia

Survei WIPO di 17 negara menunjukkan pentingnya peran ekonomi kreatif.Tahun 2010, tidak satu negara pun memiliki kontribusi PDB ekonomi kreatifdi bawah 2%,sebagian besar bahkan memiliki kontribusi PDB di atas 5%.

Bagan 1-13 Pemetaan Kontribusi Ekonomi Kreatif Terhadap GDP di Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki industri kreatif yangberkembang dengan baik dan berkontribusi terhadap PDB Indonesia di atas5%. Secara berturut-turut negara dengan kontribusi PDB di atas 5% adalah:Amerika (11,09%), Australia (10,3%), Rusia (6,06%), Hungaria (6,66%),Indonesia (6%), Belanda(5,9%), dan Rumania (5,55%).

336

B. Ketenagakerjaan Ekonomi Kreatif Dunia

Rata-rata kontribusi penyerapan tenaga kerja tahun 2010 di 17 negara adalahsebesar 6,59%, lebih besar dari rata-rata kontribusi PDB industri kreatif yanghanya sebesar 5,49%. Data ini mengindikasikan bahwa industri kreatifmerupakan sektor industri yang menyerap banyak tenaga kerja, sehinggasektor industri kreatif merupakan sektor yang mampu menciptakan lapanganpekerjaan karena sifat industrinya yang padat karya.

Sumber: WIPO Secretariat, 2010

Grafik 1-42 Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif terhadapJumlah Tenaga Kerja di 17 Negara

Industri kreatif di Filipina menyerap 11,1% tenaga kerja di Filipina, danmerupakan negara dengan tingkat partisipasi tenaga kerja di sektor industrikreatif terbesar, lebih besar dibandingkan negara-negara ekonomi maju sepertiAmerika, Australia, atau negara-negara maju di Eropa.

337

C. Neraca Perdagangan Internasional Sektor Industri Kreatif

Sejak tahun 2002 hingga 2008, nilai perdagangan produk dan jasa kreatifdunia mengalami peningkatan, yang ditunjukkan oleh permintaan dunia akanproduk dan jasa ekonomi kreatif dunia pada periode 2002 hingga 2008 yangterus meningkat. Tahun 2002, nilai impor dunia sebesar US$298,39 miliar,meningkat menjadi US$589,58 miliar di tahun 2008, dengan pertumbuhanrata-rata per tahun 12,02%. Negara-negara maju Eropa mendominasi besarnyanilai impor. Tahun 2008, impor negara maju mencapai angka 82,52%, sementaranegara berkembang sebesar 15,63%, dan negara transisi hanya sekitar1,8%.

Tabel 1-15 Kelompok Regional Ekonomi berdasarkan Total Impor Produkdan Jasa Ekonomi Kreatif (US$juta)

( $j )

Kelompok Regional Ekonomi

Tahun Pertumbuhan Tahunan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Dunia 298.392 326.678 367.897 410.331 460.697 557.438 589.589 12,02%

Negara Maju Eropa 146.142 162.754 184.410 201.599 232.048 284.084 305.495 13,08%

Negara Maju Asia 14.184 14.757 16.479 18.211 19.373 20.802 20.951 6,72%

Negara Maju Amerika 80.920 84.760 92.270 100.613 107.545 117.016 113.025 5,73%

Negara Maju Oceania 5.009 5.950 7.201 7.705 8.034 9.670 11.623 15,06%

Negara Berkembang Afrika 1.786 2.231 2.986 3.690 4.618 5.084 6.085 22,67%

Negara Berkembang Amerika

8.501 9.187 10.490 12.855 15.821 22.332 22.858 17,92%

Negara Berkembang Asia 36.288 41.221 45.854 56.165 61.997 82.680 88.917 16,11%

Negara Berkembang Oceania

87 172 260 250 242 253 277 21,29%

Negara Transisi 5.475 5.646 7.947 9.243 11.019 15.517 20.358 24,47%

Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD

Permintaan produk dan jasa ekonomi kreatif tertinggi berasal dari maju(Eropa dan Amerika), yang kemudian disusul oleh kelompok negaraberkembang di Asia. Permintaan produk dan jasa kreatif yang memilikikontribusi yang besar adalah kelompok desain. UNCTAD mendefinisikandesain ini menjadi arsitektur, fesyen, interior, mainan, barang dari kaca, danperhiasan. Tahun 2002, kerajinan tangan merupakan barang impor terbesarkedua setelah desain. Tetapi kelompok penerbitan melampaui kerajinantangan di tahun 2008. Impor produk dan jasa penerbitan meningkat dua kalilipat di tahun 2008.

338

p ( j )

Subsektor Kreatif Dunia

Total Dunia Negara Maju Negara

Berkembang Negara Transisi

2002 2008 2002 2008 2002 2008 2002 2008

Kerajinan Tangan 20.34 29.272 15.336 20.836 4.858 7.641 147 795

Audio Visuals 411 699 326 483 83 181 2 34

Desain 129.232

248.358

106.388 185.810

21.905 56.376 939 6.172New Media 17.68

136.361 14.519 26.878 3.031 9.064 132 420

Seni Pertunjukan 11.134

28.022 9.651 22.241 1.421 5.322 61 458

Penerbitan 29.633

49.107 25.166 36.351 4.068 10.915 399 1.841Visual Arts 17.15

828.964 15.784 24.460 1.327 4.222 48 282

S b C i E R 2010 UNCTAD

Tabel 1-16 Total Impor Produk dan Jasa Ekonomi Kreatif Dunia (US$juta)

Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD

Nilai ekspor produk dan jasa ekonomi kreatif tahun 2002 hingga 2008 mengalamipeningkatan. Tahun 2002, nilai ekspor mencapai US$276,41 miliar, meningkatmenjadi US$602,26 miliar pada tahun 2008. Pertumbuhan rata-rata nilaiekspor produk dan jasa kreatif dunia tahun 2002–2008 sebesar 13,86%.

Sumber: UNCTAD Creative Economy Report, 2010

Grafik 1-43 Peta 10 Eksportir Terbesar Industri Kreatif di Dunia dan NegaraASEAN

339

China, Jerman, Amerika Serikat, Belanda, dan Italia memberikan kontribusisebesar 47% ekspor produk dan jasa kreatif dunia. China merupakan negaraeksportir produk dan jasa kreatif terbesar di tahun 2008, sebesar US$87,4miliar dan menguasai pangsa pasar dunia sebesar 14,52%.

Kelompok negara maju masih mendominasi nilai ekspor barang/jasa kreatifdunia dengan share sebesar 66,23% pada tahun 2002. Namun, di tahun2008, share nilai ekspor negara maju turun menjadi 63,17% terhadap totalekspor dunia. Penurunan ini diikuti peningkatan share ekspor barang danjasa kreatif oleh negara berkembang dari 32,64% pada tahun 2002 menjadi34,52% tahun 2008.

Kontribusi ekspor negara-negara maju Eropa merupakan yang tertinggi dalamekspor produk dan jasa kreatif di dunia, dengan nilai US$299,61 miliar(50,63%) pada tahun 2008, dan US$135,63miliar (50,26%) di tahun 2002.Disusul oleh Negara-negara berkembang di Asia dengan pangsa sebesar29,36% di tahun 2002 dan 31,16% di tahun 2008. Sementara negara-negaratransisi menunjukkan pertumbuhan ekspor tahunan tertinggi di dunia sebesar28,28% sepanjang 2002-2008.

( $ j )

Kelompok Regional Ekonomi

Tahun Pertumbuhan Tahunan

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Dunia 276.410 312.608 362.830 405.510 481.479 544.463 602.258 13,86%

Negara Maju Eropa 135.633 152.516 176.356 192.089 240.845 271.426 299.619 14,12%

Negara Maju Asia 4.915 4.196 4.684 6.219 5.620 7.200 7.729 7,84%

Negara Maju Amerika 40.242 42.799 47.257 51.450 61.058 66.712 68.363 9,23%

Negara Maju Oceania 2.283 2.695 3.035 3.268 3.582 4.198 4.795 13,17%

Negara Berkembang Afrika 925 999 1.146 1.247 1.682 1.871 2.732 19,78%

Negara Berkembang Amerika 8.108 7.905 9.291 10.896 12.488 14.448 17.429 13,60%

Negara Berkembang Asia 81.167 97.293 115.673 133.690 148.444 168.634 187.681 14,99%

Negara Berkembang Oceania 28 23 28 30 34 53 54 11,57%

Negara Transisi 3.109 4.182 5.360 6.621 7.726 9.921 13.856 28,28%

bSumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD

Desain merupakan sektor yang berkontribusi paling tinggi terhadap totalekspor barang dan jasa kreatif dunia. Tahun 2002, nilai ekspornya mencapaiUS$114,69 miliar (55%), meningkat menjadi US$241,97 miliar di tahun 2008.

Sektor yang berkontribusi terendah adalah audio visuals dengan nilai eksporpada tahun 2002 sebesar US$462 juta dan di tahun 2008 sebesar US$811juta. Kelompok negara maju masih menjadi kontributor tertinggi pada sektor

340

audio visuals dengan nilai ekspor pada tahun 2002 mencapai US$425 juta(91,9%) dan tahun 2008 mencapai US$726 juta (89,5%).

Tabel 1-18 Total Ekspor Produk dan Jasa Ekonomi Kreatif Dunia (US$ juta)

Subsektor Kreatif Dunia 2002 2005 2008

Seluruh Industri Kreatif 204.948 298.548 406.992

Barang Kerajinan 17.503 25.744 32.323

Audio Visuals 462 667 811

Desain 114.692 175.023 241.972

New Media 17.365 20.919 27.754

Seni Pertunjukan 9.689 14.945 26.136

Penerbitan 29.817 39.242 48.266

Visual Arts 15.420 22.008 29.730

Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD

1.1.8.2 PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF INDONESIA

A. Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional

Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengembangkan ekonomi kreatifsejak tahun 2005. Dimulai oleh pernyataan Presiden untuk meningkatkanindustri kerajinan dan kreativitas bangsa, terselenggaranya Pekan ProdukBudaya Indonesia 2007, yang berubah nama menjadi Pekan Produk KreatifIndonesia 2009, terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentangPengembangan Ekonomi Kreatif, hingga terbentuknya kementerian baruyang mengurusi ekonomi kreatif, yaitu Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.

Bagan 1-14 Milestone Ekonomi Kreatif

341

Beberapa Kementerian/Lembaga yang terkait ekonomi kreatif turut mendukunglinimasa perkembangan ekonomi kreatif sesuai dengan tugas dan fungsi dariK/L tersebut. Aktivitas-aktivitas K/L sepanjang 2010 ditunjukkan pada grafikberikut.

Sumber: Kemenparekraf, 2011

Grafik 1-44 Jumlah Kegiatan Terkait Ekonomi Kreatif per Instansi, 2010

B. Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia

4. Kontribusi Ekonomi Kreatif Nasional

Pada periode 2002-2010, ekonomi kreatif telah memberikan kontribusi signifikanterhadap perekonomian Indonesia, baik dalam nilai tambah atau PDB,penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan, maupun ekspor. Kontribusirata-rata PDB tahun 2002-2010 terhadap PDB nasional mencapai 7,74%,tingkat partisipasi tenaga kerja sebesar 7,76%, kontribusi jumlah usahamencapai 6,77%, kontribusi ekspor mencapai 9,77%dengan kontribusi imporhanya sebesar 1,3%, dan net trade barang sebesar 33,14%.

342

Tab

el 1

-19

Ko

ntrib

us

i Ek

on

om

i Kre

atif N

as

ion

al

343

B.1.1 Kontribusi Terhadap Pendapatan Domestik Bruto Nasional

Pentingnya peran industri kreatif dalam perekonomian nasional juga tercermindalam perbandingan kontribusi PDB berdasarkan sektor perekonomian lainnya.Rata-rata kontribusi PDB industri kreatif 7,74%, menempatkan industri kreatifmenjadi sektor terpenting keenam di antara 10 sektor ekonomi nasional,lebih besar dari keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; pengangkutandan komunikasi; serta Listrik, gas, dan air bersih. Agar kontribusi dari masing-masing lapangan usaha terhadap PDB nasional dapat terlihat, maka PDBdari masing-masing lapangan usaha akan dibandingkan dengan PDB nasional,termasuk dari lapangan usaha ekonomi kreatif.

Tabel 1-20 Nilai PDB Berbagai Lapangan Usaha 2002—2010 (Rp triliun)

Sumber: BPS dan Kemenparekraf

B.1.2 Kontribusi Terhadap Neraca Perdagangan Nasional

B.1.2.1 Perkembangan Ekspor Industri Kreatif

Kontribusi ekspor industri kreatif periode 2002 hingga 2010 terhadap ekspornasional cenderung fluktuatif. Tahun 2002 hingga 2005, kontribusinyamengalami penurunan, yaitu dari 11,43% di tahun 2002 menjadi 9,085%pada tahun 2005. Tahun 2006, kontribusinya mengalami peningkatan menjadi9,33%. Secara keseluruhan pada periode 2002 - 2010 rata-rata kontribusiekspor industri kreatif terhadap nasional adalah sebesar 9,77%.

Meski demikian, nilai ekspor industri kreatif mengalami peningkatan setiaptahunnya. Di tahun 2002, nilai ekspornya mencapai Rp58,41 triliun hingga

344

di tahun 2010 nilainya mencapai Rp131,25 triliun. Rata-rata pertumbuhanekspor industri kreatif periode 2002 hingga 2010 sebesar 10,9%.

58,413 57,597

69,774 76,462

84,840 95,209

114,925 116,651 131,251

‐0.05

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

20,000 

40,000 

60,000 

80,000 

100,000 

120,000 

140,000 

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ekspor IK

pertumbuhan

kontribusi

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

Grafik 1-45 Nilai Ekspor Industri Kreatif

Subsektor fesyen selalu menjadi kontributor tertinggi pada nilai ekspor industrikreatif sejak 2002 hingga 2010. Tahun 2002, nilai ekspor subsektor inimencapai Rp36,26 triliun dan pada 2010 telah mencapai Rp71,98 triliun.

Kerajinan menjadi subsektor kedua yang berkontribusi tertinggi dalam nilaiekspor industri kreatif. Tahun 2002, nilai ekspornya sebesar Rp20,108 triliundan di tahun 2010 mencapai Rp55,96 triliun. Rata-rata kontribusi sektor initerhadap industri kreatif pada tahun 2002 hingga 2010 sebesar 35,54%.

B.1.2.2 Perkembangan Impor Industri Kreatif

Sejak tahun 2002 hingga 2010, kontribusi impor industri kreatif terhadapnasional berada di angka kurang dari 5%. Rata-rata, kontribusi impor industrikreatif dari 2002 hingga 2010 hanya sebesar 1,30%.

345

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

Grafik 1-46 Nilai Impor Industri Kreatif

Kerajinan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi tertinggi dalamtotal impor industri kreatif dengan nilai sebesar Rp1,98 triliun pada tahun2002 dan mencapai Rp6,73 triliun pada 2010 dan rata-rata kontribusinyasebesar 44,63%.

Subsektor tertinggi kedua yang berkontribusi terhadap nilai impor industrikreatif nasional adalah desain dengan nilai impor pada tahun 2002 sebesarRp1,42 triliun dan meningkat menjadi Rp4,61 triliun pada tahun 2010. Secararata-rata subsektor desain berkontribusi sebesar 30,58% terhadap nilai imporindustri kreatif.

B.1.2.3 Perkembangan Devisa Industri Kreatif

Kontribusi industri kreatif terhadap devisa Indonesia dapat dilihat dari nettrade. Sejak 2002 hingga 2010, net trade industri kreatif menunjukkan trenyang meningkat. Nilai kontribusinya di tahun 2002 sebesar Rp53,96 triliundan nilainya terus meningkat hingga di tahun 2010 mencapai Rp114,98triliun. Rata-rata, net trade industri kreatif periode 2002 hingga 2010 sebesarRp80,86 triliun, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 10,2%.

346

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

Grafik 1-47 Kontribusi Devisa Industri Kreatif

B.1.3 Kontribusi Terhadap Ketenagakerjaan

Industri kreatif menempati peringkat kelima diantara 10 sektor perekonomiandalam hal penyerapan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja diserap sebesar7,6 juta orang (rata-rata 2002-2010), dengan tingkat partisipasi pekerja sebesar7,76% terhadap nasional. Sejak 2007-2010, penyerapan tenaga kerja industrikreatif selalu meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan selama periode2002-2010 sebesar 1%.

Tabel 1-21 Jumlah Tenaga Kerja Berbagai Lapangan Usaha 2002—2010(Juta orang)

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

347

B.1.4 Kontribusi Terhadap Jumlah Usaha

Rata-rata sekitar 2,9 juta perusahaan bergerak di sektorindustri kreatif padatahun 2002-2010. Jumlah ini menempatkan industri kreatif pada peringkat 4diantara 10 sektor perekonomian. Besarnya jumlah usaha di sektor industrikreatif tidak terlepas dari cirinya yang sebagian besar merupakan UMKM.Jumlah usaha industri kreatif selalu meningkat sejak 2007-2010.

Tabel 1-22 Jumlah Usaha di Berbagai Lapangan Usaha 2002—2010 (juta usaha)

No Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata rata

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 21,9 21,5 21,0 20,5 20,1 20,2 20,2 21,0 21,0 47,55%

2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9,1 8,9 9,8 9,9 10,5 11,1 11,1 11,8 12,1 23,89%

3 Pengangkutan dan Komunikasi 2,9 3,3 3,5 3,6 3,6 3,7 4,0 3,9 3,6 8,11%

4 Industri Kreatif 3,2 2,6 3,1 2,7 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 6,77%

5 Industri Pengolahan 2,4 2,2 2,2 2,2 2,4 2,7 3,0 2,5 2,7 5,69%

6 Jasa Kemasyarakatan 1,8 1,8 1,9 1,7 1,8 2,4 3,0 2,6 3,0 5,09%

7 Konstruksi 0,8 0,7 0,7 0,6 0,7 0,7 0,9 0,9 0,9 1,76%

8 Pertambangan dan Penggalian 0,2 0,2 0,4 0,2 0,4 0,3 0,4 0,4 0,4 0,74%

9 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,34%

10 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,06%

Total 42,4 41,4 42,8 41,6 42,3 44,2 45,7 46,5 47,2 100%

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

B.1.5 Kontribusi Terhadap Jumlah Usaha

Rata-rata sekitar 2,9 juta perusahaan bergerak di sektorindustri kreatif padatahun 2002-2010. Jumlah ini menempatkan industri kreatif pada peringkat 4diantara 10 sektor perekonomian. Besarnya jumlah usaha di sektor industrikreatif tidak terlepas dari cirinya yang sebagian besar merupakan UMKM.Jumlah usaha industri kreatif selalu meningkat sejak 2007-2010.

348

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2004 – 2010

Grafik 1-48 Nilai dan Pertumbuhan Konsumsi Produk danJasa Kreatif di Indonesia

Krisis global di tahun 2009 tidak memberikan dampak signifikan pada tingkatkonsumsi masyarakat terhadap produk dan jasa kreatif produksi dalamnegeri. Tahun 2009, pertumbuhan konsumsi ini mencapai 7,91%, padahaldi tahun 2008 mengalami kontraksi sebesar 1,67%. Tumbuhnya konsumsidi tahun 2009 ini tak lepas dari peran pemerintah yang melakukan kampanyeatas penggunaan produk dalam negeri, antara lain melalui Inpres No. 02Tahun 2009 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)serta berbagai pameran produk Indonesia.

5. Sektoral

PDB harga berlaku industri kreatif meningkat konsisten tahun 2002 sampai2010, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,23%. Pertumbuhan tahunanindustri cukup fluktuatif, mengingat kecilnya hambatan masuk dan keluarindustri.

Rata-rata kontribusi PDB 2002-2010 terbesar berasal dari subsektor fesyen,diikuti kerajinan, masing-masing menyumbang 44,3% dan 24,8% dari totalPDB industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektorpermainan interaktif dan arsitektur, masing-masing sebesar 13,5% dan 12,4%.

349

Tabel 1-23 PDB Harga Berlaku Subsektor/Kelompok Industri Kreatif 2002-2010

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

Meski sempat turun pada 2006, tenaga kerja yang diserap industri kreatifselalu meningkat pada 2007-2010, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar1,07%. Subsektor fesyen dan kerajinan memberi kontribusi terbesar dalampenyerapan tenaga kerja di industri kreatif, masing-masing sebesar 54,3%dan 31,1%. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja rata-rata tertinggi terjadipada sektor permainan interaktif dan arsitektur, masing-masing sebesar11,5% dan 8,1%.

Tabel 1-24 Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor/Kelompok Industri Kreatif2002-2010

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

350

Pada tahun 2006 jumlah usaha kreatif mengalami penurunan. Tetapi sejak2007 jumlah usaha konsisten meningkat hingga 2010, dengan rata-ratapertumbuhan 1,3%. Kontribusi jumlah perusahaan tertinggi juga diberikanoleh subsektor fesyen dan kerajinan, sebesar 51,7% dan 35,5%. Pertumbuhanjumlah usaha tertinggi terjadi di subsektor permainan interaktif, arsitektur,dan periklanan, masing-masing memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar 27,9%,13%, dan 12,6%.

Tabel 1-25 Jumlah Usaha Subsektor/Kelompok Industri Kreatif 2002-2010

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

Sejak tahun 2004 hingga 2010, ekspor industri kreatif selalu meningkatdengan rata-rata pertumbuhan 12,2%. Pada krisis ekonomi global tahun2009, ekspor industri kreatif tetap tumbuh positif 1,5%. Rata-rata kontribusiekspor tertinggi berasal dari subsektor Fesyen dan Kerajinan, masing-masingsebesar 60% dan 36,5%. Rata-rata pertumbuhan ekspor tertinggi terjadipada subsektor arsitektur dan subsektor film, video, fotografi, masing-masingsebesar 147% dan 49%. Tingginya kontribusi ekspor menyebabkan tingginyakontribusi devisa industri kreatif. Rata-rata kontribusi net trade periode 2002hingga 2010 sebesar 65,26%.

351

Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010

Grafik 1-49 Nilai Ekspor Industri Kreatif 2002–2010 MenurutSubsektor

C. Perkembangan Ekonomi Kreatif Daerah

Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari peranserta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomikreatif daerah penting untuk dipahami sehingga dapat mempercepatpengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasamadengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematanganatau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akandikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah.

Perkembangan ekonomi kreatif di daerah-daerah ditandai dengan beberapakondisi, seperti komitmen pimpinan daerah untuk mengembangkan ekonomikreatif di daerah, keberadaan area publik yang dimanfaatkan masyarakatuntuk menjadi kawasan kreatif, infrastruktur yang cukup baik sehingga dapatmenunjang proses kreatif, keberadaan dan aktivitas komunitas kreatif, evensebagai media apresiasi industri kreatif, dukungan dari pemerintah daerah,

352

keberadaan lembaga pendidikan formal yang menunjang industri kreatif, danadanya dokumen perencanaan pengembangan industri kreatif daerah.

Area-area publik yang dapat dikembangkan adalah: taman budaya, alun-alun, gelanggang remaja, mal atau plaza, GOR, gelanggang olahraga, museum,galeri, atau tempat lainnya yang dapat digunakan sebagai tempat berkumpulpara pelaku kreatif di sebuah kota atau kabupaten, ataupun pada level desa.

Pada tahun 2011, propinsi yang paling aktif menyelenggarakan even kreatifadalah DKI Jakarta (143 even), Daerah Istimewa Yogyakarta (57 even), JawaBarat (52 even), Bali (41 even), dan Jawa Tengah (25 even)12. Kegiatankreatif ini meliputi seluruh subsektor industri kreatif yang diselenggarakandalam bentuk: seminar, workshop, karnaval, festival, eksibisi/pameran,kompetisi, atau diskusi antar komunitas. Beberapa contoh even yang berhasildiidentifikasi dan telah dilaksanakan pada tahun 2011, yaitu:

1. Arsitektur, meliputi: Pameran: Rupa Belanja, Rupa Kota; ArchitectsUnder Big 3, New Regionalism In Bali Architecture, Architecture For Kids;Refugees Of Future Cities”; Heritage Award; 200 Tahun Bandung, 3Windu Bandung Heritage;

2. Desain, meliputi: Fresh and Brite 2011 – Designesia; Pameran JakartaBiennale#14; Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas 2010; Lomba DesainWayang & Kita WOW 2011; Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas; “?ADA”Pameran Seni Grafis; Wedangan - Indonesia Good Design; David B.Berman Seminar “Beyon Brand and Design”; Desain Produk Berkarya2011: Design Around Us; Product Design Does Exist 2011 (Prodex 2011);

3. Fesyen, meliputi: Jakarta Fashion Week; Urban Fashion week; JogjaFashion Week; Indonesia Fashion Show; Indonesia Fashion & CraftExpo 2011; dan lain-lain;

4. Film, video, dan fotografi, meliputi: pameran foto outdoor kilas balikJawa Barat 2011; Pameran Foto “Potret Jakarta Kita”; Pemutaran Film:Perempuan dan Ruang Publik; Workshop & Diskusi Lubang Jarum,Mapay Bandoeng Lewat Lubang; Festival Film Dokumenter Bali (FFDB)2011;Festval Film Purbalingga 2011; Festival Film Indonesia 2011; danlain-lain.

5. Kerajinan, meliputi:World Batik Summit 2011; Solo Batik Carnival 2011;Inacraft 2011; Pameran keramik - Cerita Kami tentang Hidup; dan lain-lain

12 Data diolah dari: www.indonesiakreatif.net

353

6. Layanan komputer dan piranti lunak, meliputi: SparXup seminar.‘Monetizing Mobile Advertising Era’; Echelon 2011 Indonesia Satellite;The First Anniversary #TWITALK 2011; Mobile Game Developer War;INAICTA 2011; dan lain-lain

7. Musik, meliputi: Java Jazz 2011; Ngayogjazz 2011; ICEMA 2011; Musik:Malacca Ensemble; “Musik Perempuan” oleh Jemima dan Mian Tiara;Java Rock in land; Soulnation; Jazz Mben Senen; Jakarta Music Society,Acoustic Jams Episode 17; dan lain-lain

8. Seni rupa, meliputi: Manifesto 2011; Pameran Tujuh Perempuan Urban“Seven Recipes Dialoque”; ART|JOG|11; Sang Pencukil: Pameran TunggalSeni Cukil Irwanto Lentho; Pameran Seni Rupa Fantastique-ArtExhibition; Pameran Seni Rupa “LOCAL KNOWLEDGE”, REPOSISIBAHASA RUPA TRADISI BALI # ; dan lain-lain;

9. Penerbitan dan Percetakan, meliputi:Festival Komik Indonesia 2011,Blogger Nusantara; 55 Lipatan Dunia: Mengurai Pemikiran Yasraf AmirPiliang; dan lain-lain;

10. Periklanan, meliputi: Pinasthika Creative Festival 2011 “Magical Ideas”;citra pariwara 2011; dan lain-lain;

11. Seni pertunjukan, meliputi: Jogja Broadway: Pangeran Bintang danPutri Embun; Parade Teater Se-Bali 2011; Teater Garasi “GoyangPenasaran”; Pentas Wayang Orang Bhisma Mahawira “ Sang MahaDewa Baratha”; dan lain-lain;

1.1.9 KONDISISUMBER DAYA MANUSIA DI SEKTOR KEPARIWISATAAN

DAN EKONOMI KREATIF

Pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif bertumpu pada sumberdaya manusia yang menjadi modal utama dalam menghasilkan produk danjasa pariwisata dan ekonomi kreatif yang memiliki nilai ekonomi baik ituadalah aparatur Kemenparekraf serta aparatur pemerintah daerah yangmembawahi sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif, serta pelaku industrikepariwisataan dan industri kreatif.

Dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional padaperiode 2006 sampai dengan 2010 menunjukkan tren yang terus meningkatsecara signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 diidentifikasi sekitar 4,4juta tenaga kerja dan mencapai lebih dari 7,4 juta tenaga kerja sebagaidampak kepariwisataan secara nasional.

354

Sumber: BPSDPEK Kemenparekraf, 2011

Grafik 1-50 Dampak Kepariwisataan Terhadap Tenaga Kerja Nasional

Pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja yang berkerja di sektor ekonomikreatif adalah lebih dari 8,5 juta pekerja dengan rata-rata jumlah pekerja(2002-2010) di sektor ekonomi kreatif sebesar 7,6 juta pekerja dengan rata-rata tingkat partisipasi nasional sebesar 7,76%.

Sumber: BPSDPEK Kemenparekraf, 2011

Grafik 1-51 Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif

355

Selain itu, kondisi aparatur Kemenparekraf juga memiliki peran yang pentingdalam meningkatkan kinerja pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatifdi Indonesia oleh Kemenparekraf. Saat ini, Kemenparekraf diperkuat oleh1.917 pegawai dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (38 orang),Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (60 orang), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas(512 orang), Diploma (156 orang), Strata 1 (722 orang), Strata 2 (414 orang),dan Strata 3 (15 orang).

Sumber: BPSDPEK Kemenparekraf, 2011

Grafik 1-52 Tingkat Pendidikan pada Aparatur KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif

Peningkatan kualitas aparatur Kemenparekraf menjadi sangat penting untukdigarisbawahi karena dilandasi kenyataan bahwa sebagian (31,82%) dariaparatur memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) kebawah.

356

1.1.10 REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENPAREKRAF

Pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk menciptakan tatakepemerintahan yang baik atau good public governance. Komitmen tersebutdiwujudkan melalui upaya membangun sistem penyelenggaraan negara danpemerintahan yang mampu mendukung pelaksanaan pembangunan untukmencapai tujuan nasional. Keberhasilan pembangunan nasional selama inidicapai melalui berbagai cara yang sinergi antara pemerintah selaku pilarutama pembangunan dengan masyarakat dan dunia usaha serta stakeholderlainnya. Berbagai langkah-langkah yang ditempuh pemerintah selama inidilakukan dalam kerangka reformasi birokrasi.

Arah, tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang, yang terkait denganreformasi birokrasi disebutkan bahwa “pembangunan aparatur negara dilakukanmelalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparaturnegara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, dipusat maupundi daerah, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan dibidanglainnya”.

Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yangprofesional dan mewujudkan organisasi yang berbasis kinerja dengankarakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN,mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguhnilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Adapun sembilan area perubahanyang menjadi tujuan reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek manajemenpemerintahan, yaitu: (1) organisasi; (2) tata pelaksanaan; (3) peraturanperundang-undangan; (4) sumber daya manusia aparatur; (5) pengawasan;(6) akuntabilitas; (7) pelayanan public; (8) pola pikir (mind set) dan budayaKerja (culture set); serta (9) monitoring dan evaluasi.

Dengan berubahnya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadiKemenparekraf, maka proses pelaksanaan reformasi birokrasi diKemenparekraf mengalami perubahan yang signifikan sehingga prosespersiapan pelaksanaan reformasi birokrasi perlu dilakukan kembali.

Walaupun demikian, Kemenparekraf telah merespon arahan strategispemerintah tersebut, dengan mengupayakan pengelolaan keuanganKementerian dengan lebih baik, yang ditandai dengan semakin membaiknyaopini BPK terhadap laporan keuangan Kemenparekraf pada periode 2005sampai dengan 2010.

357

Tabel 1-26 Opini Keuangan mengenai Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif

Sumber: Opini Keuangan oleh BPK, 2005 – 2010

Kemenparekraf meraih opini “Disclaimer” di tahun 2005 sampai dengan2008, yang kemudian meningkat prestasinya dan meraih opini “WDP” padadua tahun berikutnya. Untuk terus meningkatkan capaian tersebut,Kemenparekraf harus melakukan langkah-langkah mencakup perbaikan sistemdan budaya kerja, pengukuran kinerja, penerapan disiplin,penataankelembagaan dan ketatalaksanaan.

Tata pemerintahan yang baik (good governance) memerlukan akuntabilitasyang tinggi, yang telah direncanakan dan diterapkan oleh pemerintah didalamsebuah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Sumber: Kemenpan RB, 2007 – 2011

Grafik 1-53 Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif, 2007–2011

358

Akuntabilitas kinerja Kemenparekraf terus membaik ditandai peningkatannilai pencapaian SAKIP sebesar 53,18% di tahun 2007 menjadi 69,90%(predikat “B”) di tahun 2011 dan menduduki peringkat 7 dari total 82 Kementerian/Lembaga yang dinilai pada tahun tersebut.

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

1.2.1 POTENSI KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

Kepariwisataan dan ekonomi kreatif memiliki potensi pasar yang tinggi, baikdi pasar global maupun di pasar dalam negeri. Optimalisasi pemanfaatanpotensi pasar didukung oleh perkembangan media online yang membaik,dan potensi produksi dalam negeri yang tinggi.

1.2.1.1 Potensi Pasar Global

A. Potensi Pasar Kepariwisataan Global

Pangsa pasar kepariwisataan global tahun 2010 sebanyak 940 juta perjalanan,tumbuh 6,6% dibanding tahun 2009. Pertumbuhan wisman ke Indonesialebih tinggi dari pertumbuhan pasar wisman global, sebesar 10,74%. Namunberdasarkan penguasaan pangsa, Indonesia hanya menguasai 0,7% pangsawisatawan global, yaitu sebanyak 7 juta wisman. Hal ini berarti potensi pasarkepariwisataan yang mungkin diraih masih sangat besar.

Pada wilayah regional global, Indonesia mampu mengusai 9,8% pasarwisatawan Oceania, 1,1% pasar Afrika, dan 1% pasar Asia. Sementara diwilayah Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Afrika, pangsa pasarwisatawan yang dikuasai Indonesia masih lebih kecil dari 1%. Potensi pasarwisman Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Afrika perludioptimalkan.

359

Bagan 1-15 Sebaran Outbound Wisatawan Dunia dan Wisman Indonesiaberdasarkan Wilayah Tahun 2010

Di wilayah ASEAN, jumlah total wisman ke ASEAN tumbuh 12,1% di tahun2010. Sementara jumlah wisman ke Indonesia tumbuh lebih kecil sebesar10,1%. Penguasaan pangsa atau penetrasi Indonesia di pasar wisman ASEANhanya sebesar 5,59%. Daya tarik Indonesia di ASEAN perlu ditingkatkanuntuk mampu menguasai lebih besar pangsa pasar ASEAN.

Penetrasi Indonesia yang tinggi di pasar Oceania dan ASEAN, tidak sebandingdengan total penerimaan devisa dari pasar tersebut. Pengeluaran wismanterbesar berasal dari wisman Eropa, Asia, dan Amerika, oleh karena itudiperlukan upaya-upaya peningkatan pengeluaran bagi wisatawan asal Oceaniadan ASEAN.

360

Sumber: UNWTO dan PES, 2011

Grafik 1-54 Sebaran Outbound Wisman ke IndonesiaTahun 2010

Rata-rata lama tinggal wisatawan wisman Australia adalah 10 hari, sedangkanMalaysia dan Singapura masih di bawah 7 hari. Wisatawan yang tinggal lebihdari 10 hari berasal dari Eropa dan Amerika. Upaya-upaya peningkatan lamatinggal bagi wisman asal Australia, Malaysia, dan Singapura perlu ditingkatkan.

Jumlah wisman memiliki jumlah yang beragam pada setiap periode. Periodedibagi dua, yaitu periode sepi (low season) dan periode ramai (high season).Periode sepi terjadi pada bulan Januari-April, dan periode ramai terjadi padabulan Mei-Desember. Dengan dua jenis periode pada bulan-bulan tersebut,maka diperlukan langkah-langkah yang berbeda dalam menghadapi setiapperiode. Pada periode sepi, perlu dilakukan promosi untuk mengundangwisatawan lebih banyak lagi. Pada periode ramai, perlu dilakukan peningkatanpelayanan untuk mengoptimalkan pendapatan dari aspek pariwisata.

361

Tab

el 1

-27

Ju

mla

h W

ism

an

ke

Ind

on

es

ia b

erd

as

ark

an

Pe

riod

e

Su

mb

er:P

ES

, 20

11

362

Wisman ke Indonesia dihitung dari negara tempat tinggal wisatawan tersebut(country of residence). Pada tahun 2010, sebesar 61,56% wisman keIndonesia berasal dari 5 pasar utama, yaitu Singapura dengan 1.373.126orang (19,61%), Malaysia dengan 1.277.476 orang (18,24%), Australia dengan771.792 orang (11,02%), China dengan 469.365 orang (6,70%), dan Jepangdengan 418.971 orang (5,98%). Sebanyak 2.692.214 orang atau 38,44%wisman ke Indonesia sisanya berasal dari negara-negara lain.

Sumber: UNWTO, 2011

Bagan 1-16 Konsentrasi Wisman Indonesia Tahun 2010

Dengan nilai CR5 lebih dari 50%, konsentrasi ini termasuk ke dalam kategorimenengah sehingga diperlukan strategi untuk menurunkan konsentrasi CR5ini. Dengan CR5 kategori menengah, pariwisata Indonesia masih bergantungkepada lima pasar utama. Hal ini kurang baik, karena jika terjadi sesuatudi lima negara tersebut akan membuat jumlah penduduk yang akan berwisataberkurang sehingga wisman Indonesia berkurang. Menurunnya wisman darilima negara tersebut, akan memberikan dampak yang signifikan terhadappariwisata Indonesia. Maka dari itu, diperlukan berbagai strategi untukmenaikkan jumlah wisman dari negara lain, seperti penempatan VITO ataufasilitas visa on arrivaldi negara-negara di luar 5 pasar utama wisman.

363

B. Potensi Pasar Ekonomi Kreatif Global

Pangsa pasar produk dan jasa ekonomi kreatif global tahun 2008 senilaiUS$588.635 juta. Total ekspor Indonesia di tahun yang sama sekitarUS$ 11.872 juta. Indonesia menguasai 2,02% pangsa pasar produk dan jasaekonomi kreatif global. Potensi pasar ekonomi kreatif global masih cukupbesar untuk diraih.

Tabel 1-28 Negara Importir Global dan Tujuan Ekspor Indonesia (US$ juta)

Negara Importir (2008) Ekspor Indonesia (2010)

Ranking Negara Importir Nilai Ranking Tujuan Ekspor Nilai

1 Amerika Serikat 91.849 1 Amerika Serikat 4.488,2 2 Jerman 55.282 2 Jerman 809,7 3 Belanda 33.795 3 Inggris 749,6 4 Inggris 32.880 4 Jepang 734,1 5 Hong Kong 29.613 5 Belanda 465,2 6 Perancis 26.462 6 Belgia 439,0 7 Kanada 21.176 7 Perancis 393,3 8 Jepang 19.727 8 Italia 334,9 9 Irlandia 19.313 9 Singapura 279,4

10 Italia 19.233 10 Australia 247,0

Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD

Sepuluh besar Negara importir produk dan jasa kreatif dunia, tidak berbedajauh dengan sepuluh negara tujuan ekspor produk dan jasa kreatif Indonesia.Amerika Serikat merupakan negara importir produk dan jasa kreatif terbesardunia, dan juga negara tujuan ekspor Indonesia terbesar.

Tiga negara yang masuk ke dalam 10 besar negara importir utama, belummenjadi tujuan ekspor produk dan jasa kreatif Indonesia. Ketiga negara iniadalah Hong Kong, Kanada, dan Irlandia. Indonesia perlu mengupayakanpeningkatan ekspor kreatif di 3 negara importir besar tersebut, dengan tetapmempertahankan dan meningkatkan penetrasi pasar di 10 tujuan utama.

364

Subsektor Kreatif Impor

Seluruh Industri 420.783

Barang Kerajinan 29.272

Audio Visuals 699

Desain 248.358

New Media 36.361

Seni Pertunjukan 28.022

Penerbitan 49.107

Visual Arts 28.964

Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD

Produk dan jasa kreatif desain merupakan yang terbesar diperdagangkandi pasar global. Nilai impor subsektor desain sebesar US$ 248,36 miliar atau59,02% di tahun 2008. Di lain pihak, melihat jumlah usaha dan tenagakerjanya, subsektor desain Indonesia merupakan salah satu sektor potensialuntuk melayani pasar global. Subsektor yang memberikan kontribusi terendahpada perdagangan produk dan jasa kreatif dunia adalah audio visual dengankontribusi impor sebesar US$ 699 juta atau 0,16%.

Pada dasarnya, pertumbuhan industri kreatif didorong oleh kapitalisasi kreativitasdan inovasi dalam menghasilkan produk atau jasa dengan kandungan kreatif.Indonesia memiliki kapitalisasi kreativitas dan inovasi yang tinggi. Industrikreatif Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perannyadi pasar global.

1.2.1.2 POTENSI PASAR DALAM NEGERI

A. Potensi Populasi Penduduk Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk keempat terbesardi dunia dengan populasi total sebesar 245.613.043 jiwa (3,41% dari totalpenduduk dunia)13. Sebaran populasi Indonesia tersebut terbagi rata antarapopulasi perempuan dan laki-laki di segala kategori umur.

13Data World Bank, 2010

Tabel 1-29 Nilai Impor dan Ekspor Perdagangan Barang Kreatif Dunia 2008(US$ juta)

365

Sumber: Data Kependudukan BPS, 2010

Grafik 1-55 Demografi Penduduk Indonesia

Golongan usia produktif didefinisikan pada rentang 15 tahun sampai dengan54 tahun atau terdapat 60% populasi usia produktif dari total populasipenduduk Indonesia. Tingginya populasi pada umur produktif diharapkanmenjadi peluang besar sebagai salah satu penyerapan tenaga kerja dalamrangka memajukan kepariwisataan dan industri kreatif Indonesia.

Di Pulau Jawa, jumlah pemuda yang bekerja paling banyak ditemukan diJawa Timur. Sedangkan untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)paling besar ditemukan di DKI Jakarta (71,71% pada tahun 2008).

Di Pulau Sumatera, jumlah pemuda yang bekerja paling banyak ditemukandi Sumatera Utara. Sedangkan untuk TPAK paling besar ditemukan di Bangka-Belitung (66,26% pada tahun 2007) dan Kepulauan Riau (71,73% pada tahun2008). Mendorong partisipasi pemuda di berbagai segmen masyarakatmerupakan langkah penting untuk memastikan pertumbuhan dan kelangsunganperekonomian negara.

366

Tabel 1-30 Partisipasi Kerja Pemuda di Daerah-daerah

TPAK (%) Pekerja >15 Tahun

Jumlah Pekerja

Pemuda

Provinsi

Tahun Tahun Tahun

2007 2008 2007 2008 2007 2008

Sum

ate

ra

Nanggroe Aceh

D l53,08 54,44 1.570.761 1.621.998 833.760 883.016

Sumatera Utara (1) 62,3 63,85 5.082.797 5.540.263 3.166.583 3.537.458

Sumatera Barat 59,46 56,84 1.889.406 1.956.378 1.123.441 1.112.005

Riau 57,32 57,22 1.907.946 2.055.863 1.093.635 1.176.365

Jambi 60,78 60.7 1.146.861 1.224.483 697.062 743.261

Sumatera Selatan (3) 63,66 65,31 3.057.518 3.191.355 1.946.416 2.084.274

Bengkulu 61,63 61,6 767.107 770.642 472.768 474.715

Lampung (2) 65 61,62 3.281.351 3.313.553 2.132.878 2.041.811

Bangka-Belitung 66,26 63,19 475.006 492.949 314.739 311.494

Kepulauan Riau 64,5 71,73 535.797 612.667 345.589 439.466

Jaw

a

DKI Jakarta 66,32 71,71 3.842.944 4.191.966 2.548.640 3.006.059

Jawa Barat (3) 59,44 61,22 15.853.822 16.480.395 9.423.512 10.089.298

Jawa Tengah (2) 64,82 62,63 16.304.058 15.463.658 10.568.290 9.684.889

DI Yogyakarta 59,29 61,42 1.774.245 1.892.205 1.051.950 1.162.192

Jawa Timur (1) 62,4 64,36 18.751.421 18.882.277 11.700.887 12.152.633

Banten 59,67 64,05 3.383.661 3.668.895 2.019.031 2.349.927

S b D K d d k BPS 2010

Sumber: Data Kependudukan BPS, 2010

B. Potensi Ekonomi di Daerah

Indonesia merupakan pasar yang besar yang didukung oleh peningkatan nilaiPDRB daerah yang relatif tinggi. Berdasarkan data PDRB tahun 2010,provinsidengan nilai PDRB berdasarkan harga berlaku berada pada kisaranRp 450-900 triliun adalah provinsi Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.Provinsi lain yang memiliki PDRB yang relatif tinggi adalah provinsi SumatraUtara, Riau, Jawa Tengah, serta Kalimantan Timur dengan nilai PDRB secaraberturut-turut: Rp 275,5 triliun; Rp 342,6 triliun; Rp 444 triliun; dan Rp 321triliun.

Tingkat PDRB suatu wilayah tertentu erat kaitannya dengan daya belimasyarakat di wilayah tersebut, yang akhirnya akan berpengaruh terhadappola konsumsi masyarakat terhadap sektor pariwisata. Daya beli masyarakatdi suatu wilayah dapat diindikasikan dari pendapatan per kapita masyarakatyang dipengaruhi oleh PDRB serta jumlah penduduk di wilayah tersebut.Semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk di suatu wilayah, makasemakin besar kebutuhannya untuk melakukan kegiatan wisata.

367

Sumber: BPS, diolah

Bagan 1-17 Distribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto

Pendapatan perkapita Indonesia sejak 2004 hingga 2010 mengalamipeningkatan, dari US$ 1.187,74 menjadi US$ 2.974,03. Konsumsi produkdan jasa industri kreatif di dalam negeri, tidak termasuk subsektor penelitiandan pengembangan, juga selalu meningkat pada periode yang sama.Tahun 2004 konsumsi yang mencapai Rp 126,7 triliun meningkat menjadiRp 349,4 triliun di tahun 2010.

Sumber: BPS dan Kemenparekraf

Grafik 1-56 Konsumsi Produk dan Jasa Industri Kreatif di Dalam Negeri(Rp miliar)

368

1.2.1.3 POTENSI EKSPANSI PASAR MELALUI MEDIA ONLINE

A. Penetrasi Internet

Perkembangan ekonomi digital tidak dapat dilepaskan dari kondisi penetrasiinternet, penetrasi mobile, infrastruktur pendukung, budaya digital masyarakat,dan lain-lain. Dalam aspek-aspek tersebut, kondisi Indonesia semakin baikdan hal ini akan sangat membantu perkembangan pariwisata dan ekonomikreatif Indonesia. Internet saat ini semakin banyak dimanfaatkan oleh orang-orang di seluruh dunia dan telah bergeser menjadi media informasi utamamenggantikan media seperti televisi dan radio. Internet harus digunakansebaik-baiknya untuk melakukan penyebaran informasi, komunikasi danmelahirkan model-model bisnis baru yang dapat menyokong kemajuanpariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.

Selama satu dekade terakhir, pertumbuhan penetrasi internet di Indonesiasangat signifikan. Dalam tempo 6 tahun antara 2004-2009 misalnya, penggunainternet meningkat 167%.

Sumber: APJII and Synovate Analysis

Grafik 1-57 Penetrasi Internet Indonesia

369

Pengguna internet di Indonesia merupakan pasar yang besar bagi situs-situsglobal. Situs internet yang paling sering diakses oleh para pengguna internetdi Indonesia di bulan April 2012, diantaranya adalah Facebook dan Google.

Tabel 1-31 Situs Teratas Indonesia April 2012

Peringkat Nama Situs 1 facebook.com 2 google.co.id 3 google.com 4 blogspot.com 5 yahoo.com 6 youtube.com 7 kaskus.us 8 wordpress.com 9 detik.com

10 twitter.com

Sumber: Alexa, April 2012

B. Penetrasi Mobile

Penetrasi mobile di Indonesia juga tumbuh dengan sangat cepat. Hal iniditopang antara lain dengan pemanfaatanmobile banking, trading, moneytransferring, mobile commerce, dan internet browsing. Bahkan Indonesiadiprediksikan menjadi pasar mobile terbesar ketiga di Asia setelah Chinadan India. Faktor lain yang mendorong penetrasi mobile di Indonesia adalahperangkat handset yang semakin murah sehingga pengguna mobileIndonesia terus bertambah, dari 11,7 juta pelanggan (subscribers) di 2002,menjadi 81,9 juta di 2007.

Indonesia diperkirakan memiliki setidaknya 246,1 juta subscribers di tahun2011 dengan tingkat penetrasi 97,8%. Bahkan pada tahun 2013 diprediksi,penetrasi pasar akan mencapai 172,3% sehingga membuat Indonesiamenjadi pasar keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan AmerikaSerikat.

370

Sumber: Wireless Intelligence

Grafik 1-58 Sepuluh Pasar Mobile Terbesar di Asia Pasifik

Menurut data International Telecommunication Union(ITU), pada tahun 2009penetrasi telepon Indonesia mencapai 84,02 telepon per 100 pendudukdengan populasi lebih dari 229 juta penduduk. Teledensitas Indonesia padaperiode 2007-2009 meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 24,39%per tahun. Dalam periode tersebut, peningkatan teledensitas selular lebihpesat dengan rata-rata pertumbuhan 24,77% dibandingkan dengan telepontetap dengan rata-rata pertumbuhan 22,54%.Teledensitas tersebut diukurberdasarkan data administratif operator telekomunikasi yang memperolehizin penyelenggaraan telepon tetap dan selular.

371

Sumber: International Telecommunication Union, 2008

Grafik 1-59 Perkembangan Teledensitas Indonesia

1.2.1.4 POTENSI PRODUKSI DALAM NEGERI

Potensi produksi kepariwisataan dan ekonomi kreatif di Indonesia mencakuppotensi sumber daya alam yang kaya akan keragaman spesies, serta letakdan bentuk geografis yang menjadi daya tarik pariwisata dan sumber dayauntuk industri kreatif. Aspek seni, sosial, budaya serta dinamika kependudukanIndonesia juga merupakan potensi produksi untuk kepariwisataan dan ekonomikreatif yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.

A. Potensi Sumber Daya Alam

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak disekitar garis khatulistiwa, menjadikan negara ini memiliki iklim tropis yangtepat bagi berkembangnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Hal inilahyang menjadikan sumber daya alam Indonesia terkenal di dunia. Indonesiamemiliki 121 spesies kupu-kupu, 35 spesies primata, 12% mamalia di dunia,16% reptil dan amphibi di dunia, 17% burung di dunia, dan 60-70% floraendemik di papua. Karenanya, Indonesia dikenal sebagai negara biodiversity.

372

World Economic Forum menempatkan Indonesia di peringkat 17 dari 139negara untuk daya saing sumber daya alam.

B. Potensi Seni, Sosial, dan Budaya Indonesia

6. Kekayaan Seni Budaya

Penduduk Indonesia terdiri dari 300 ragam suku dan etnis, dengan 742bahasa dan dialek yang berbeda, Indonesia juga memiliki 8 World CulturalHeritage Sites yang diakui oleh UNESCO. WEF memberi Indonesia peringkat39 cutural heritage dari 139 negara.

Seni tari Indonesia melebihi 100 jenis. Wayang yangmenjadi ciri khas, memilikiragam jenis seperti wayang kulit, wayang golek, wayang orang, dan sebagainya.Beragam aliran musik tradisional, seperti keroncong dan dangdut ada diIndonesia. Beragam alat musik khas daerah, seperti gamelan, kulintang,kecapi, dan angklung, banyak ditemukan di Indonesia.

Kuliner Indonesia terkenal menggunakan berbagai bahan rempah dan memilikicita rasa yang kuat dan khas, seperti sate, nasi goreng, bakso, sambal, soto,rendang, gudeg, dan sebagainya. Sastra tertua di Indonesia seperti puisi,novel, sajak, pantun, hikayat, dan gurindam sudah ada sejak jaman kerajaan.Konten dan kearifan lokal ini merupakan potensi nasional untuk meningkatkankeunggulan kompetitif.

7. Keragaman dan Toleransi

Masyarakat Indonesia sendiri relatif memiliki adaptabilitas dan tingkatketerbukaan yang cukup baik untuk pengenalan budaya maupun produk-produk baru. Potret keragaman budaya di dalam negeri menjadi pemicuutama. Interaksi antar kebudayaan yang dijalin tidak hanya meliputi antarkelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradabanyang ada di dunia. Singgungan-singgungan peradaban yang selama inidirasakan pada dasarnya telah membangun daya elastisitas bangsaIndonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Toleransi ini merupakanmodal dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang lebihbaik.

8. Seni, Sosial, dan Budaya untuk Keunggulan Kompetitif

Pemanfaatan potensi kebudayaan lokal pada produk dan jasa pariwisata danekonomi kreatif dapat berperan besar untuk menciptakan keunggulankompetitifnya. Beberapa potensi kebudayaan lokal Indonesia sudahdimanfaatkan untuk mendukung keunggulan kompetitif. Beberapa contohnyaadalah:

373

1. Penerimaan dan pengakuan budaya Indonesia sebagai kebudayaan yangpenuh estetika dan unik.Salah satu yang fenomena adalah penggunaanbatik oleh Dries Van Noten pada Paris Fashion Show 2010. Yang terbaruadalah penggunaan tenun ikat oleh Burberry pada Burberrry ProrsumSpring 2012.

2. Masyarakat Indonesia yang kuat dalam budaya jejaring sosial, telahdilirik oleh beberapa pengembangan digital global, seperti pengakuisisianKoprol oleh Yahoo, sebuah aplikasi social media untuk mengidentifikasikeberadaan seseorang.

C. Potensi Kreativitas Pemuda

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya manusia terbesarkeempat dunia. Potensi tersebut dapat dikembangkan untuk memajukankepariwisataan maupun ekonomi kreatif Indonesia.

Literasi digital usia muda yang tinggi, seperti pemanfaatan internet, jaringanmobile, komputer dan teknologi digital lainnya, berdampak pada dua sisi,yaitu permintaan dan penawaran/produksi. Di sisi permintaan, pengetahuantentang berbagai jenis produk dan layanan di seluruh dunia menyebabkanpreferensi terhadap kualitas dan jumlah produk layanan baru semakin tinggi.

Di sisi penawaran, kelompok pemuda pula yang mampu melayani preferensiyang semakin meningkat karena kelompok pemuda yang paling memahamidemand kelompoknya. Maka lahirlah model-model bisnis baru, produk-produkdan layanan-layanan baru karya para pemuda.

Kelompok pemuda juga merupakan motor-motor penggerak di berbagaikomunitas. Komunitas yang biasanya terbentuk karena kesamaan visi, hobidan lain-lain, merupakan modal penting dalam pengembangan ekonomikreatif. Sifatnya yang cair membuat komunitas merupakan tempat pertukaranide, pengetahuan, dan pengalaman. Akumulasi ide, kreativitas, pengetahuanterjadi di komunitas, sehingga dari komunitas ini pula sering lahir cikal bakalbisnis baru, atau setidaknya sebagai tempat untuk mengembangkan diri.Beberapa komunitas kreatif yang terdapat di Indonesia antara lain MasyarakatKomik Indonesia (MKI), Gantibaju.com, Komunitas Blogger, Komunitas Hong,Panas Dalam Institute, Ayofoto.com, dan masih banyak lagi.

1.2.2 PERMASALAHAN EKSTERNAL DAN INTERNAL KEPARIWISATAAN DAN

EKONOMI KREATIF

Indonesia memiliki sejumlah permasalahan yang harus diatasi untukmeningkatkan kualitas pariwisata dan ekonomi kreatif. Permasalahan yang

374

dialami sektor pariwisata antara lain dalam hal infrastruktur, pengembangandestinasi, perluasan pasar wisata di dalam dan luar negeri, kelembagaan,dan sumber daya manusia. Sementara permasalahan yang dialami olehsektor industri kreatif adalah dalam hal pengembangan industri kreatif, iklimusaha, perluasan pasar produk kreatif, teknologi dan konten, sumber dayabaik alam maupun manusia, dan akses pembiayaan bagi pelaku ekonomikreatif.

1.2.2.1 Permasalahan Utama Kepariwisataan Indonesia

Pengembangan kepariwisataan masih mengalami kendala, khususnya terkaitdengan pengembangan industri, pengembangan destinasi wisata, perluasandan penetrasi pasar wisata di dalam dan luar negeri, penguatan kelembagaandan investasi kepariwisataan, serta pengembangan sumber dayakepariwisataan.

A. Pengembangan Industri Kepariwisataan Indonesia Belum Optimal

Dalam pengembangan industri kepariwisataan di Indonesia, terdapat beberapamasalah utama yang harus dihadapi, antara lain: kurangnya sarana danprasarana yang berkaitan dengan kepariwisataan, rendahnya kuantitas SDMpariwisata dan kesadaran masyarakat setempat, rendahnya kesiapan teknologikomunikasi dan informasi, kebijakan dan peraturan kepariwisataan tidakterintegrasi, dan rendahnya nilai investasi kepariwisataan.

1. Ketersediaan Prasarana dan Fasilitas Belum Memadai

Permasalahan prasarana umum dapat menghambat pengembangan industrikepariwisataan Indonesia, misalnya moda transportasi masih sedikit, biayatransportasi mahal, serta jadwal transportasi yang tidak teratur. Jumlah hubtransportasi di darat, air, udara masih rendah sehingga wisatawan sulitmengakses destinasi-destinasi wisata.

Beberapa fasilitas umum yang diidentifikasi kurang memadai untuk menunjangpariwisata antara lain: rendahnya keberadaan rumah sakit, pembangkit listrikdan instalasi air bersih. Selain fasilitas umum, perlu diperhatikan fasilitasyang berkaitan langsung dengan pariwisata. Permasalahan fasilitas pariwisataditunjukkan dengan rendahnya kuantitas dan kualitas hotel, restoran, danjasa perjalanan wisata di sekitar destinasi wisata. Rendahnya akses wisatawandalam memanfaatkan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata turut memengaruhidaya saing destinasi wisata.

375

2. Rendahnya Kesiapan Teknologi Komunikasi dan Informasi

Teknologi merupakan salah satu platform sumber informasi bagi wisatawanuntuk mengetahui objek wisata Indonesia, serta membantu wisatawan selamaperjalanan wisata. Teknologi komunikasi dan informasi penting dimanfaatkanuntuk memajukan industri kepariwisataan dengan integrasi informasi melaluipemesanan agen perjalanan, hotel, dan transportasi secara online. Penggunaanteknologi komunikasi dan informasi di Indonesia masih jauh tertinggaldibandingkan negara-negara lain di dunia14 ditandai dengan:

a) Rendahnya ketersediaan vendor untuk teknologi komunikasi dan informasiakibat sulitnya menembus birokrasi pemerintah;

b) Rendahnya kebijakan pemerintah dalam menghadapi perkembanganteknologi, ditunjukkan dengan tingkat pembajakan software tinggi;

c) Rendahnya ketersediaan infrastruktur teknologi (misalnya: penangkapansinyal);

d) Rendahnya kesiapan SDM dalam menghadapi perkembangan teknologi,ditunjukkan dengan tingkat buta huruf tinggi;

e) Rendahnya kesiapan bisnis dalam menghadapi perkembangan teknologi,ditunjukkan dengan rendahnya instalasi telefon bisnis;

f) Rendahnya prioritas dalam mengembangkan kebijakan terkait teknologiinformasi dan komunikasi;

g) Belum meratanya penggunaan internet di seluruh daerah Indonesia;

h) Rendahnya penggunaan teknologi pada tingkat bisnis untuk melakukaninovasi;

i) Rendahnya penggunaan teknologi pada perwakilan pemerintah untukpeningkatan efisiensi kerja.

3. Kebijakan dan Peraturan Kepariwisataan Belum Terintegrasi denganBaik

Kerangka regulasi pariwisata berupa kebijakan dan peraturan merupakansuatu yang penting dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Kebijakandan peraturan mengenai pariwisata yang tidak harmonis menyebabkan iklimusaha yang tidak kondusif dan merugikan masyarakat luas. Oleh karena itu,aparatur pemerintah perlu memiliki konsep perencanaan yang diikuti denganevaluasi untuk setiap milestone pengembangan pariwisata yang dilakukan.

13 The Global Information Technology Report. 2011. Word Economic Forum.Indonesia memilikiskor 3,9 (maksimal skor 7,0) dan berada dalam peringkat 53 (dari 138 negara).

376

4. Rendahnya Nilai dan Pemanfaatan Investasi

Krisis multidimensi secara global memiliki peran dalam pengurangan nilaiinvestasi asing di Indonesia. Dengan rendahnya investasi asing, pemerintahperlu mengoptimalkan investasi pariwisata yang bersumber dari APBN danAPBD. Selain rendahnya nilai investasi, pemanfaatan investasi di setiapdaerah perlu diarahkan sesuai arahan pengembangan pariwisata nasionalkhususnya untuk pengembangan transportasi dan pembangunan akomodasi.

B. Pengembangan Destinasi Wisata Belum Optimal

Dalam pengembangan destinasi wisata, terdapat beberapa masalah utamayang harus dihadapi, yaitu perubahan iklim dan bencana alam, ketidaksiapanmasyarakat pada daerah yang menjadi destinasi wisata, ketidaksiapan sarana,prasarana, dan infrastruktur destinasi, dan rendahnya nilai, jumlah danpertumbuhan investasi, serta iklim usaha yang tidak kondusif.

1. Perubahan Iklim dan Bencana Alam Di Indonesia

Isu perubahan iklim telah menjadi isu di seluruh dunia. Perubahan iklim inidisebabkan oleh tindakan merusak yang dilakukan manusia, sepertipenebangan pohon secara sembarangan, pengerukan gunung, dan tidakdirawatnya daerah tepi pantai. Perubahan iklim ini berdampak kepada berbagaibencana alam yang terjadi di berbagai wilayah, seperti banjir, kebakaranhutan, kemarau panjang, gempa bumi, gunung meletus, dan sebagainya.

Isu perubahan iklim ini juga berdampak kepada pemilihan destinasi wisataoleh wisatawan dunia. Wisatawan menjadi lebih berhati-hati dalam menentukantujuan wisata ke daerah yang sering terkena bencana alam. Dengan berbagaibencana alam yang sering terjadi di Indonesia, seperti seperti banjir akibatcurah hujan yang berlebihan, gunung meletus, gempa bumi, kebakaranhutan dan sebagainya, membuat wisatawan lebih berhati-hati dalammenentukan tujuan wisatanya ke Indonesia. Hal ini akan berakibat kepadajumlah wisman yang datang ke Indonesia menjadi berkurang.

Objek wisata lingkungan di Indonesia tidak luput dari kerusakan yang diakibatkanoleh perubahan iklim dan bencana alam. Hal ini juga akan membuat citraIndonesia di mata wisatawan internasional menjadi kurang baik, serta diperlukansumber daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Maka dari itu,diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal ini, seperti penyadaranmasyarakat terhadap lingkungan, pemberian sanksi bagi perusahaan yangmerusak lingkungan, menyusun strategi tanggap bencana lingkungan padaberbagai objek wisata, dan pembangunan citra Indonesia sebagai negarayang bebas bencana alam.

377

2. Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Destinasi Indonesia BelumOptimal

Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisataIndonesia, namun tidak diimbangi oleh kesiapan masyakat sekitar. Hal iniakan berakibat pada kurang terawatnya destinasi wisata, kurang profesionalnyapengelolaan destinasi wisata, serta eksploitasi berlebihan dari destinasi wisata.

Untuk mencegah timbulnya masalah tersebut, diperlukan pemberdayaanmasyarakat di daerah destinasi wisata Indonesia. Pemberdayaan tersebutdapat dilakukan dengan menanamkan nilai dan tujuan pariwisata Indonesiadan memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan. Hal ini dilakukanagar masyarakat dapat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai daerahdestinasi Indonesia dengan bertanggung jawab, serta turut memajukanpariwisata Indonesia.

3. Ketersediaan dan Konektivitas Infrastruktur Destinasi Indonesia

Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan kesulitan dalam mencapailokasi destinasi wisata merupakan masalah akibat tidak tersedianya infrastrukturyang baik. Akibat masalah infrastruktur ini, dapat menimbulkan masalah lain,yaitu ketidaksiapan sarana dan prasarana destinasi, keamanan, kebersihan,ketertiban destinasi, keterbatasan aksesibilitas, dan hambatan konektivitas,yang membuat jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia belum optimal.

Kenyamanan wisatawan dengan melengkapi sarana, prasarana, dan fasilitasumum yang aman, bersih, dan tertib merupakan hal dasar yang perlu disiapkanoleh setiap pengelola objek wisata di daerah destinasi wisata. Citra destinasiwisata Indonesia pun akan semakin baik. Keterbatasan akses menuju dayatarik wisata prioritas seperti Danau Toba, Raja Ampat, dan Pulau Komodoperlu dikembangkan dengan menambahkan sarana transportasi yang mudahdijangkau dari daerah asal wisatawan.

4. Ketersediaan Investasi Pengembangan Destinasi Indonesia

Pertumbuhan investasi kepariwisataan terus menurun sejak tahun 2008 hingga2010. Hal ini dapat disebabkan oleh iklim usaha yang kurang kondusif. Halini perlu ditangani dengan berbagai langkah misalnya dengan membuatkebijakan yang mempermudah proses investasi dengan tetap memperhatikandaerah destinasi disertai pengawasan kepada proses investasi ini.

378

C. Kurangnya Perluasan dan Penetrasi Pasar Wisata di Dalam danLuar Negeri

Dalam perluasan dan penetrasi pasar wisata di dalam dan luar negeri,terdapat beberapa masalah utama, yaitu terbatasnya sistem informasikepariwisataan, strategi perluasan dan penetrasi pasar wisata yang belummatang, dan kurangnya sarana promosi parwisata.

1. Ketersediaan Sistem Informasi Kepariwisataan yang Belum Memadai

Pemanfaatan sistem informasi kepariwisataan dalam mempromosikanpariwisata sepanjang hari belum terlaksana secara optimal. Hal ini disebabkanoleh sarana internet, telepon, dan broadband yang belum tersedia di beberapadestinasi wisata. Selain itu, sistem informasi juga masih tidak terpadu daninformasi yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Sulitnyamengakses informasi ini membuat perluasan dan penetrasi pasar wisatabelum optimal.

Berdasarkan kebutuhan dunia untuk menerima informasi dari teknologi digi-tal, Indonesia masih belum memenuhi standar untuk kesiapan teknologiinformasi15. Hal ini ditandai dengan: Ketersediaan teknologi maju dan terbaruyang dapat dijangkau masyarakat luas masih rendah; Penyerapan teknologidi perusahaan besar masih rendah; Hukum yang mengatur ICT (teknologiinformasi dan komunikasi) untuk bisnis e-commerce, digital signature, danperlindungan konsumen dianggap kurang lengkap; Transfer teknologi danketersediaan FDI untuk mengakses teknologi masih kurang merata; Jumlahpelanggan telepon selular masih rendah; Jumlah pengguna internet masihrendah; Jumlah kepemilikan komputer masih rendah; serta Jumlah pelangganinternet broadband masih rendah.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dapat menjadipeluang yang baik dalam kegiatan pemasaran pariwisata dan penanamancitra Indonesia, jika disertai dukungan infrastruktur dan strategi yang tepat.Berbagai kegiatan tersebut dapat dilakukan secara online dan real-time,sehingga kegiatan pemasaran akan lebih efektif dan distribusi informasi akantercapai.

15 Global Competitiveness Index. 2011. World Economic Forum. Pada tahun 2010, Indonesiamemiliki skor 3,2 dari skor maksimal 7 serta berada di peringkat 88 dari 139 negara padapilar ke-9 Kesiapan Teknologi Informasi.

379

2. Lemahnya Strategi Perluasan dan Penetrasi Pasar Wisata

Potensi pasar wisata di dalam dan luar negeri belum dioptimalkan, ditandaioleh lebih dari 50% wisnus berasal dari pulau Jawa dan jumlah objek wisatayang dipromosikan masih berlokasi di sekitar pulau Jawa. Jumlah wismanIndonesia dari Eropa, yang memiliki total pengeluaran pariwisata terbesar,berjumlah sekitar 1%. Tidak meratanya asal wisnus maupun wismanmembuktikan bahwa masih diperlukan strategi perluasan yang tepat untukmemaksimalkan pasar wisata Indonesia di dalam maupun luar negeri.

Strategi perluasan dan penetrasi pasar wisata dapat dilakukan denganpengembangan destinasi di wilayah selain Pulau Jawa. Hal ini akan mendorongminat wisatawan di wilayah sekitar untuk berwisata, sekaligus mengembangkanbeberapa destinasi baru. Selain itu, daerah wisata yang telah dikembangkanperlu untuk melakukan promosi sehingga informasi mengenai daerah wisatatersebut mudah diakses oleh calon wisatawan.

3. Kurangnya Ketersediaan Sarana Promosi Pariwisata

Kurangnya sarana promosi pariwisata yang ditunjukkan oleh rendahnyainfrastruktur promosi dan media-media yang dapat diakses oleh masyarakatluas mengenai pariwisata Indonesia.Untuk mengoptimalkan promosi, diperlukankomitmen yang kuat untuk terus memperbarui promosi dengan berbagaiinformasi yang menarik dan mudah diakses oleh calon wisatawan dan dapatmemanfaatkan kantor VITO16 di beberapa negara. Pada era digital saat ini,seluruh informasi pariwisata diharapkan dapat diakses melalui teknologiinformasi digital. Hal ini dapat mendorong pemerintah dalam melakukanpemberdayaan pelaku usaha wisata. Dalam menyediakan sarana promosipariwisata, perlu didefinisikan metode pemasaran dan infrastruktur pemasaranyang sesuai sehingga mampu menarik wisatawan pada masa peak seasonmaupun low season.

D. Lemahnya Kelembagaan dan Investasi Kepariwisataan

Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya, meliputiKemenparekraf, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Permasalahanyang timbul pada kelembagaan kepariwisataan adalah koordinasi yang lemahantara antar pemerintah pusat mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan

16 Kantor VITO (Visit Indonesia Tourism Office) merupakan kantor-kantor yang bekerja samadengan KBRI dan ditunjuk untuk mempromosikan pariwisata di 12 kota internasional: Sydney(Australia), Beijing dan Guang Zhou (China), Paris (Prancis), München (Jerman), New Delhi(India), Tokyo (Jepang), Kuala Lumpur (Malaysia), Dubai, Amsterdumberam (Belanda), Mos-cow (Rusia), Singapura

380

kebijakan yang tidak sinkron dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatankedatangan wisman pasar Eropa tidak diikuti dengan kebijakan imigrasiuntuk memudahkan perolehan visa Indonesia oleh warga negara Eropa.

Lemahnya koordinasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerahmenyebabkan kurang optimalnya pembangunan wisata di daerah. Lemahnyakoordinasi juga dapat terjadi antara pemerintah dengan sektor swasta, danSDM masyarakat setempat mencakup mekanisme operasional pengembanganpariwisata. Kelembagaan pariwisata antara pemerintah pusat, pemerintahdaerah, sektor swasta maupun masyarakat perlu bekerja secaraberkesinambungan guna menghasilkan perubahan, inovasi dan pencapaiantujuan di sektor kepariwisataan.

Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangkamengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkaninvestasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral,pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalampembangunan infrastruktur kepariwisataan.

E. Rendahnya Kualitas SDM Pariwisata dan Kesiapan Masyarakat

Sumber Daya Manusia Pariwisata (SDM Pariwisata)17 adalah tenaga kerjayang pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatanKepariwisataan. SDM dibedakan menjadi SDM pariwisata di lingkunganpemerintahan, atau disebut SDM aparatur, dan SDM pariwisata di lingkunganusaha, atau disebut SDM industri. Masyarakat yang dimaksud adalah penduduksetempat yang tinggal di suatu wilayah destinasi pariwisata.

SDM merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengembangan pariwisata.Pentingnya SDM disebabkan oleh karakteristik industri pariwisata. Karakteristikindustri pariwisata ditandai dengan produknya yang sebagian besar adalahjasa, industri yang dinamis, dan melibatkan orang dari berbagai negara. Olehkarena itu, jasa yang disediakan oleh SDM pariwisata harus dapat memenuhistandar internasional, dan dapat beradaptasi dengan dinamika pariwisata.

SDM aparatur masih perlu diberikan peningkatan kompetensi, baik peningkatankompetensi teknis, kompetensi generik, maupun jenjang strata pendidikan.Peningkatan ini dibutuhkan agar kapasitas SDM aparatur dalam menyediakanlayanan pariwisata, kebijakan pariwisata, pemasaran, dan pengembangandestinasi, dapat beradaptasi dengan kedinamisan industri pariwisata.

17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana IndukPembangunan Kepariwisataan NasionalTahun 2010–2025.

381

SDM industri masih bermasalah dalam hal kualitas kompetensi. Hal initercermin dari kurangnya SDM pariwisata yang tersertifikasi. Kondisi iniberdampak pada rendahnya profesionalisme pengelola objek wisata, kurangnyakualitas layanan usaha wisata, yang pada akhirnya dapat menurunkan citrapariwisata Indonesia. Dalam hal kuantitas, kapasitas penciptaan SDM pariwisataberkualitas perlu ditingkatkan. Pertumbuhan jumlah penciptaan SDM pariwisataberkualitas ini harus dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah wisatawan,baik mancanegara maupun Indonesia. Indikasi ketidakseimbangan ini terlihatdari kecilnya jumlah lulusan dan tingginya daya serap lulusan pendidikantinggi pariwisata binaan Kemenparekraf, berkisar 94%, dimana pendidikantinggi pariwisata ini merupakan barometer penciptaan SDM berkualitas.

Selain peningkatan kuantitas dan kualitas SDM, masyarakat di wilayah destinasipariwisata belum optimal mendukung kepariwisataan. Masyarakat belummemiliki perilaku sapta pesona, belum menjadi pelaku utama usaha pariwisatadi daerah setempat, dan belum cukup aktif dalam mendukung penciptaankeamanan, ketertiban, dan kebersihan lingkungan.

1.2.2.2 PERMASALAHAN UTAMA EKONOMI KREATIF INDONESIA

Pengembangan ekonomi kreatif, umumnya masih dihadapkan padapermasalahan terkait pengembangan industri, pengembangan konten, kreasi,dan teknologi kreatif, perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasakreatif, penguatan institusi, akses pemberdayaan pelaku, serta pengembangansumber daya.

A. Pengembangan Industri Kreatif Belum Optimal

Dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia, terdapat beberapa masalahutama yang harus dihadapi, yaitu daya tarik industri, posisi dominan usahakreatif, model bisnis industri kreatif, serta risiko usaha yang harus dihadapi.

1. Kurangnya Daya Tarik Industri

Rendahnya daya tarik industri kreatif dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaralain sulitnya akses pembiayaan oleh lembaga keuangan, rendahnya apresiasimasyarakat, kurangnya sarana dan prasarana, serta rendahnya dukungankebijakan pemerintah.

Modal atau pembiayaan selalu menjadi permasalahan utama dalammengembangkan industri kreatif. Selama ini, industri kreatif selalu dipandangsebagai industri yang berisiko tinggi karena banyaknya hasil produk kreatifyang sifatnya intangible.

382

Faktor lainnya yang mempengaruhi rendahnya daya tarik industri kreatifadalah rendahnya dukungan kebijakan pemerintah. Hal ini terlihat jelas padaindustri animasi di Indonesia dimana hasil animasi dalam negeri belum bisamendapatkan tempat pada waktu siaran utama (prime time) di stasiun televisinasional.

2. Keberadaan Posisi Dominan

Posisi dominan merupakan hal yang lumrah dalam struktur industri. Namunposisi dominan sangat rentan untuk disalahgunakan, sehingga membawadampak persaingan tidak sehat pada industri. Sub sektor penerbitan danpercetakan, televisi, film, merupakan contoh adanya posisi dominan padaindustri kreatif.

3. Belum ada Usaha Best Practice Untuk Industri Kreatif

Umumnya, model bisnis usaha-usaha kreatif di Indonesia belum sampaipada tingkat kematangan yang tinggi. Bahkan di beberapa subsektor, belumditemukan best practice. Kondisi ini antara lain disebabkan pesatnyaperkembangan teknologi serta kebijakan dan tata kelola industri yang belummatang.

4. Risiko Usaha Tinggi

Industri kreatif banyak menghasilkan produk kreatif yang sifatnya intangibledan sebagian memerlukan biaya tinggi pada prosesnya. Karenanya, industrikreatif selalu dipandang sebagai industri yang berisiko tinggi. Contohnya diindustri film, musik, dan permainan interaktif. Akibatnya mengimpor film lebihmenarik dibanding memproduksi sendiri.

B. Pengembangan Konten, Kreasi, dan Teknologi Kreatif Belum Optimal

Permasalahan utama dalam pengembangan teknologi dan konten, antaralain:

1. Infrastruktur Internet Belum Memadai

Sejak tahun 2004 sampai 2009 jumlah jaringan telepon kabel tidak mengalamipeningkatan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikannya 4%, sedangkanjaringan telepon nirkabel mengalami kenaikan yang cukup besar di tahun2008 sampai 2009, yaitu sebesar 41%.

383

Sumber: Indonesia ICT Whitepaper (2010)

Grafik 1-60 Jumlah Jaringan Telepon Kabel dan Nirkabel

Dengan peningkatan penerbitan izin multimedia rata-rata 2,8%, jumlahpelanggan Internet Service Provider (ISP) meningkat pada tahun 2009 namunsebarannya terkonsentrasi di pulau Jawa yaitu sebanyak 1,3 juta pelanggandari total pelanggan sebanyak 1,9 juta. Layanan internet Indonesia selainbelum tersebar merata di seluruh Indonesia bandwidth internet juga belummemadai, karena kecepatan koneksinya masih sangat terbatas.

2. Infrastruktur Gedung Pertunjukan Belum Memenuhi Standar

Gedung pertunjukan memiliki standar terkait suara/akustik, visual, luasan,pencahayaan, sampai kepada penyediaan jalur masuk khusus bagi penyandangcacat. Saat ini sulit menemukan gedung pertunjukan di dalam negeri, yangmemenuhi standar-standar yang baik.

3. Mahalnya Mesin Produksi

Mesin produksi di sektor industri kreatif sebagian besar sulit didapatkankarena mahalnya biaya pengadaan. Sebagai contoh, diperlukan gameengine untuk membuat permainan interaktif yang berkualitas. Namun

384

pengadaan ini tidak mudah, apalagi dengan kondisi industri permainan interaktifyang saat ini banyak dijalankan oleh UKM, komunitas, atau perorangan yanglemah dari segi pemodalan.

Di sektor film, sineas Indonesia masih sering menggunakan jasa post-production film di Thailand, hal ini disebabkan jasa post-production lebihhandal dari segi teknologi. Padahal dengan mengadakan laboratorium filmyang handal di Indonesia dapat menghemat biaya produksi.

4. Mahalnya Piranti Lunak Penghasil Produk dan Jasa Kreatif

Piranti lunak yang umum digunakan adalah Computer Aided Design (CAD)yang digunakan untuk melakukan melakukan sketsa desain 2D atau 3D.Namun, harganya tidak murah, padahal sangat dibutuhkan untuk membantuproses awal desain, sehingga dapat mengurangi potensi kesalahan yangmungkin timbul dalam proses desain. Saat ini, hal tersebut dapat diatasimelalui kerjasama dengan penerbit piranti lunak terkait untuk memberikanharga murah. Namun, bentuk kerjasama ini masih belum tersebar merata,terutama di daerah.

5. Kurangnya Riset Konten

Riset konten kreatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengembangkankonten yang lebih inovatif, terutama untuk konten bermuatan lokal Indonesiasehingga nilai seni budaya dapat menjadi sumber inspirasi pengembangankarya kreatif dan ciri khas dari karya kreatif. Kondisi sosial, budaya masyarakatIndonesia, seharusnya bisa menjadi potensi sumber ide yang tidak dapathabis. Hasil riset ini dapat menjadi ide cerita. Namun, riset seperti ini masihjarang dilakukan.

6. Kurangnya Aktivitas Pengarsipan Konten

Saat ini di Indonesia masih sangat kurang pusat-pusat atau sumber untukmendapatkan kajian atau penelitian baik mengenai karya kreatif maupun senidan budaya Indonesia. Hal ini subsektor seni pertunjukan tidak memilikidatabase naskah yang pernah diterbitkan, padahal penerbitan ini dapatmembantu pelaku seni pertunjukan untuk menciptakan karya.

Lemahnya pengarsipan konten ini karena belum didukung oleh lembagayang khusus melakukan pengarsipan konten. Lembaga ini seharusnya dapatmengumpulkan konten-konten dan mengelolanya sehingga mudah didapatkanoleh para pelaku kreatif.

385

C. Kurangnya Perluasan dan Penetrasi Pasar Bagi Produk dan JasaKreatif di Dalam dan Luar Negeri

Permasalahan utama yang dihadapi dalam perluasan dan penetrasi pasarproduk kreatif di dalam dan luar negeri, antara lain:

1. Kurangnya apresiasi terhadap kreativitas lokal

Apresiasi merupakan salah satu alasan konsumen menggunakan suatu produkdan jasa. Saat ini masyarakat relatif kurang memberikan apresiasi terhadapkarya kreatif lokal. Apresiasi yang tinggi justru diberikan pada produk-produkluar negeri. Kurangnya apresiasi dari masyarakat menghambat perluasandan penetrasi karya kreatif lokal di pasar dalam negeri. Kondisi ini dapatditemukan pada subsektor arsitektur, desain, seni pertunjukan, fesyen,periklanan, bahkan kuliner.

Kurangnya apresiasi tidak saja berasal dari masyarakat, tetapi juga dapatberasal pembuat kebijakan, misalnya, jasa arsitek dan jasa desainer interiorseringkali tidak dipisahkan dari jasa konstruksi padahal keduanya memilikisubstansi yang berbeda. Kondisi ini juga berdampak pada terhambatnyaperluasan dan penetrasi pasar industri kreatif.

2. Kurangnya konektivitas jalur distribusi nasional

Infrastruktur fisik yang menghubungkan seluruh wilayah Indonesia dalamaktivitas distribusi belum cukup baik. Kondisi ini menjadi kendala dalampenyebaran karya-karya kreatif ke berbagai pasar di dalam negeri, khususnyakarya-karya kreatif berwujud (tangible) seperti kerajinan, fesyen, desain,serta penerbitan dan percetakan.

3. Terkonsentrasinya pasar luar negeri

Amerika serikat masih menjadi negara tujuan utama pasar produk dan jasakreatif dari Indonesia. Hal ini terlihat dari kontribusi nilai ekspor ke AmerikaSerikat sebesar 38,02%. Negara terbesar kedua sebagai tujuan eksporadalah Jerman dengan nilai ekspor sebesar 6,86%, disusul oleh Inggris(6,35%) dan Jepang (6,22%).

Bahkan, nilai ekspor untuk beberapa subsektor kreatif terkonsentrasi disebuah negara dengan kontribusi lebih dari 50%. Seperti subsektor Arsitekturdengan Singapura sebagai pasar utama (90,82%), Film dengan pasar utamanyaadalah Timor Leste (74,52%), serta subsektor Periklanan yang pasar utamanyaadalah Pakistan dengan nilai 67,32%.

386

4. Tingginya Biaya Promosi

Biaya promosi pada media cetak dan televisi relatif tinggi. Iklan baris dankolom di media cetak koran dan tabloid terkecil sudah mencapai Rp 150.000.Iklan televisi mencapai Rp 1.000.000, per detiknya. Mahalnya biaya promosimenyulitkan pelaku kreatif memperluas pasar melalui media cetak dan televisi,khususnya bagi pelaku kreatif pemula. Pemerintah pun kurang aktif dalammelakukan promsi hasil karya kreatif dalam negeri sehingga pasar luarnegeri sulit dirambah oleh pelaku kreatif.

5. Belum Diterapkannya Sistem Pembayaran Online

Globalisasi pasar melalui online merupakan peluang perluasan dan penetrasipasar. Dibutuhkan sistem pembayaran yang aman, cepat, dan terpercaya(payment gateway). Payment gateway, yang merupakan sistem boundarylessuntuk memudahkan proses transaksi pembayaran, menjadi kebutuhan yangtidak dapat dihindari. Paypal merupakan salah satu metode pembayaransukses di dunia, tetapi para penjual Indonesia belum dapat menerimatransfer pembayaran langsung ke akun banknya di Indonesia.

Sudah ada tiga penyedia jasa sistem pembayaran online di Indonesia, yaituDoku, KasPay, dan Midazz. Akan tetapi ketiganya masih sulit untuk dapatberkembang di Indonesia terutama karena ketidaksiapan lembaga untukmenyediakan layanan payment gateway. Kendalanya antara lain adanyacharge fee untuk setiap transaksi sehingga pengguna lebih memilih transferantarbank, sulitnya mengakomodasi transaksi internasional, dan kurangnyakesadaran provideruntuk memproteksi informasi.

6. Rendahnya Monitoring terhadap Royalti, Lisensi, Hak Cipta

Royalti, lisensi, dan hak cipta tetap menjadi permasalahan utama perluasandan penetrasi pasar produk dan jasa kreatif. Belum adanya peraturan yangtegas mengatur royalti dan lisensi membuat banyak pihak masih dirugikan.Pengurusan hak cipta yang berbelit juga masih menjadi kendala.

Tabel 1-32 Permohonan Hak Cipta 2002 – 2010Tahun Seni Ilmu

Pengetahuan Sastra Program

Komputer Pengalihan

Hak Petikan Perubahan

Nama/Alamat 2002 1420 279 178 - 12 13 9 2003 1604 318 114 - 27 10 9 2004 2340 356 269 33 23 10 2 2005 3630 350 156 133 23 4 11 2006 5026 492 125 178 80 17 40 2007 5293 822 54 242 28 16 2 2008 3343 637 81 672 20 44 15 2009 3729 821 57 442 26 24 19 2010 3535 837 46 464 41 53 16

Sumber:Ditjen HKI, Kemenkumham

387

Permohonan hak cipta berfluktuasi dan cenderung menurun tiga tahunbelakangan ini. penurunan permohonan hak cipta karya sastra pun terusmenurun dari 178 di tahun 2002 menjadi hanya 46 permohonan hak ciptadi 2010.

Rendahnya pendaftaran hak cipta yang dilakukan oleh pelaku kreatif jugamenjadi hambatan dari perluasan penetrasi pasar luar negeri. Karena, salahsatu syarat diterimanya produk ekspor di negara asing adalah kejelasanlisensi ataupun hak cipta dari karya kreatif yang diperdagangkan.

D. Lemahnya Institusi Industri Kreatif

Penguatan institusi sebagai salah satu pilar utama pendukung penciptaaniklim usaha kreatif yang kondusif merupakan salah satu permasalahan yangcukup kompleks dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. InstruksiPresiden tentang dukungan kelembagaan terhadap ekonomi kreatif melaluiInpres No. 6 Tahun 2009 harus didukung pula oleh berbagai rangkaianregulasi dibawahnya. Subsektor-subsektor industri kreatif yang memiliki karaktermasing-masing memerlukan peraturan teknis khusus yang memayungi tatakelola masing-masing subsektor industri kreatif secara spesifik. Tanpa adanyapayung hukum yang mengatur tata kelola masing-masing subsektor industrikreatif maka industri kreatif tidak akan berkontribusi secara maksimal terhadappertumbuhan perekonomian nasional.

Dibalik keragaman karakter subsektor-subsektor industri kreatif, terdapatsebuah aset utama yang menjadi inti kekuatan semua subsektor industrikreatif yaitu kreativitas dari sumber daya manusia atau dalam hukum disebutsebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Penerapan HKI di Indonesia saatini masih menemukan banyak permasalahan terutama dengan tingginyatingkat pembajakan dan rendahnya pemahaman dari pelaku kreatif itu sendiri.Pemerintah mempunyai peran yang sangat vital dalam menjawab tantangandalam memberikan kesadaran HKI kepada pelaku kreatif maupun masyarakatumum.

Negara Kemuda

han

Melakuk

an Bisnis

Memulai

Bisnis

Mengurus

Perizinan

Konstruksi

Mendapat

kan

Listrik/Su

mber Daya

Energi

Mendaftark

an Properti

Menda

patkan

Krefit

Perlindung

an

terhadap

Investor

Pemba

yaran

Pajak

Perdagang

an Lintas

Batas

Mengajuk

an

Kontrak

Menyeles

aikan

Masalah

Pailit

Indonesia 129 155 71 161 99 126 46 131 39 156 146

Sumber: Index Of Doing BusinessIFC & World Bank, 2012

388

Payung hukum adalah penentu koridor-koridor dan aturan main dalammengembangkan usaha dan industri. Menurut survei IFC dan WorldBank,peringkat Indonesia dalam index berbisnis mengalami penurunan ditahun 2012. Indonesia yang sebelumnya menempati peringkat 126 padatahun 2010 turun menjadi peringkat 129 di tahun 2011.

Selain itu, berdasarkan Laporan Tahunan Global Competitiveness Reportyang dipublikasi oleh WEF, posisi Indonesia berada pada peringkat ke-46,mengalami penurunan dua peringkat dibanding periode sebelumnya. Kondisiinstitusi dan infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibawah posisi Jepang,China, dan Malaysia.

Besaran dan prosedur pajak dan kepabeanan juga masih menghambatperkembangan industri kreatif di Indonesia. Biaya pelabuhan yang cukupmahal (termahal kedua di antara negara-negara ASEAN) dan waktu proseduryang cukup lama dirasakan mengurangi efisiensi dan daya saing industri.Contoh lain besaran dan prosedur pajak dan kepabeanan yang masihmenghambat perkembangan industri kreatif adalah pada subsektor perfilman.Margin keuntungan yang diterima produsen film masih kecil, apalagi produsenyang berukuran kecil. Hal ini juga akan memicu tindakan-tindakan ilegaluntuk menghindar dari pajak, fiskal, dan birokrasi yang rumit terutama karenapajak yang dianggap cukup memberatkan bagi para pelaku industri perfilman.

Di dunia digital, UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) telah cukupmenjawab kebutuhan masyarakat dalam melakukan kegiatan di dunia maya.UU ITE telah mengakomodasi ketentuan material dan juga prosedural sertamemberikan dan menjamin kepastian hukum dalam melaksanakan aktivitasmelalui sistem elektronik. Akan tetapi, peraturan transaksi digital dianggapmasih belum memadai. Masih banyak celah yang dapat dimanfaatkan jikatidak dilengkapi dengan petunjuk teknis.

Kendala lainnya dalam penguatan institusional pendukung penciptaan iklimusaha kreatif yang kondusif adalah peraturan daerah yang berbeda-bedaantar daerah sehingga menyulitkan perkembangan industri kreatif. Denganadanya otonomi daerah, setiap daerah bisa dengan sangat bebas menentukanperaturan dan kebijakan yang sesuai dengan daerahnya masing-masing. Halini tentunya menyulitkan pengusaha untuk membangun dan mengembangkanusaha di daerah-daerah karena persyaratan tambahan yang diperlukan untukmasing-masing daerah juga berbeda.

E. Minimnya Akses Pembiayaan Pelaku Sektor Ekonomi Kreatif

Secara umum, skema pembiayaan yang ditawarkan perbankan dan lembagakeuangan di Indonesia belum dapat menjawab kebutuhan karakteristik industri

389

kreatif yang berbeda dari industri lainnya. Karakteristik industri kreatif yangmenekankan pada kreativitas, keterampilan serta bakat para pelaku usahaumumnya berwujud ide dan pemikiran atau bersifat intangible sehinggamenyulitkan pihak perbankan dalam memberikan kredit.

Di sisi lain, skema pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan sangatmemegang prinsip kehati-hatian. Dimana, collateral (agunan) fisik merupakansyarat utama persetujuan kredit yang diajukan.

Secara garis besar, permasalahan pembiayaan yang umumnya dihadapioleh industri kreatif di tanah air adalah:

1. Belum bankable dengan berbagai persyaratan yang diajukan olehperbankan;

2. Aset yang dimiliki bersifat intangible, sehingga tidak bisa menjadiagunan;

3. Karakteristik usahanya bersifat “high risk and high return”; dan

4. Kurva cash flow relatif fluktuatif sehingga tidak sesuai denganpersyaratan bank.

Berdasarkan permasalahan yang ada, collateral sebaiknya menjadi hal pertamayang harus diperbaiki. Perbankan dapat menggunakan pendekatan lain sebagaialternatif pengganti collateral fisik tersebut, misal jaminan berupa paten dankekayaan intelektual lainnya yang telah didaftarkan.

Selain itu, perbankan juga dapat memanfaatkan produk lainnya yang dapatdijadikan sumber pembiayaan oleh pelaku kreatif. Produk perbankan yangdapat digunakan antara lain KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang ditawarkanoleh Bank Pemerintah, PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)yang merupakan komitmen BUMN dan Perbankan Pemerintah, dan berbagaiproduk lainnya.

Permasalahan lain terkait akses pembiayaan adalah cash flow rekening daridebitur yang cenderung fluktuatif. Perbankan sangat menekankan kestabilanusaha dalam memenuhi persetujuan kredit yang diajukan oleh nasabahnya.Para pelaku usaha kreatif harus memperbaiki manajemen usahanya untukmenghindari pola produksi yang bersifat musiman.

Selain produk-produk pembiayaan perbankan dan lembaga keuangankonvensional, perlu dikembangkan pula skema-skema pembiayaan alternatif.Beberapa skema yang dapat dijadikan pertimbangan untuk dikembangkandi Indonesia antara lain:

390

• Angel investor, yaitu pengusaha besar atau konsorsium investoryang bersedia memberikan investasi dengan timbal balik berupalaporan keuangan;

• Venture capital, yaitu lembaga pemodalan atau pemodal perseoranganyang menggunakan sistem pembagian modal dan memperbolehkanuntuk memberi pendapat dalam menjalankan usaha;

• Personal loan, yaitu pinjaman dari keluarga atau koneksi;

• Hibah, yaitu bantuan yang diberikan karena pelimpahan atau sukarela, dimana kendalanya di Indonesia adalah pajak yang besar; dan

• Crowd Sourcing, yaitu memanfaatkan dana masyarakat untukmembangun suatu bisnis dengan timbal balik kepada sosial danlingkungan.

F. Pengembangan Sumber Daya Ekonomi Kreatif Belum Optimal

Sumber daya termasuk bahan baku dan penelitian dan pengembangan yangterkait

9. Rendahnya Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berada di sekitar lingkunganhidup manusia yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dankebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera. Sumber daya alam bisaterdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara,dan lain sebagainya. Beberapa masalah yang terkait antara lain:

1. Kelangkaan bahan baku

Faktor suplai sangat berpengaruh dalam kelompok industri kreatif berbasissumber daya alam. Selain menyebabkan penurunan produktivitas,kelangkaan bahan baku membuat kenaikan harga yang cukup tajam.Akibatnya tidak banyak perusahaan yang mampu berproduksi.

2. Kurangnya inisiatif pengolahan bahan baku

Alam Indonesia sangat kaya akan keragaman hayati. Sehingga apapunhasil alam yang diambil bisa langsung menghasilkan nilai ekonomis.Berbeda dengan negara maju, dimana sumber daya alam sangat terbatasmaka komoditas barang antara/setengah jadi menjadi keharusan. MisalkanJepang, kayu yang dikirim adalah kayu knock down yang tinggal dirakitdi tempat sehingga nilai ekonomis dari produk kayu bertambah berkalilipat. Indonesia justru mengekspor kayu bahan bakunya, sementara

391

untuk produksi dalam negeri kayu yang diberikan adalah bukan yangterbaik.

3. Fluktuasi harga yang terlalu tajam

Fluktuasi harga bahan baku menjadi salah satu penyebab iklim ekonomiyang kurang kondusif di Indonesia. Faktor utama penyebab fluktuasiadalah kelangkaan bahan baku dan transportasi atau harga BBM. Transportasimenjadi masalah karena biasanya tempat bahan baku dihasilkan dantempat produksi terkendala jarak yang cukup jauh. Dalam kondisi bahanbaku yang berlimpah sekalipun terkadang tetap terjadi kenaikan hargakarena kenaikan harga pasar dunia.

4. Kerusakan ekosistem dan habitat flora fauna Indonesia

Kerusakan bumi yang semakin mengkhawatirkan mengakibatkan pasardunia mulai memberikan syarat-syarat agar produk-produk industri memilikikepedulian lingkungan. Reputasi Indonesia sebagai salah satu negaradengan laju deforestasi tertinggi sangat merugikan subsektor industrikreatif berbasis sumber daya alam, karena berkaitan dengan pencitraanIndonesia di pasar internasional.

10. Rendahnya Pemanfaatan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan modal utama pengembangan ekonomikreatif, karena sumber daya inilah yang menjadi penghasil ide, kreativitasdan pengetahuan untuk dikembangkan menjadi produk dan jasa bernilaiekonomi. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan sumberdaya manusia adalah :

1. Kurangnya kualitas SDM Indonesia

Kurangnya kualitas SDM disebabkan oleh beberapa hal seperti kualitaspengajar, kurangnya fasilitas pendidikan, kurikulum yang belum tepat,bahkan beberapa profesi di industri kreatif belum memiliki pendidikanformal di dalam negeri, seperti game developer.

2. Kesenjangan antara pendidikan dan industri

Kesenjangan atau perbedaan antara output pendidikan dan input yangdibutuhkan oleh industri masih terjadi. Di negara maju, mahasiswa dapatdengan mudah melakukan kerja magang di perusahaan-perusahaannasional dan internasional di negaranya dan dapat memilih untukmeneruskan pekerjaan atau berpindah dengan lebih mudah. Karenabakat-bakat muda dibentuk dan diarahkan untuk jenis-jenis pekerjaan

392

yang membutuhkan skill tertentu seperti industri permainan interaktif yangmembedakan antara character developer dan game developer.

3. Tidak ada standarisasi baku dan kurangnya sertifikasi internasional

Di Indonesia, programmer untuk permainan interaktif ataupun untuk perangkatlunak tidak memiliki sertifikasi sehingga daya tawar menjadi lebih rendah.Selain itu, para profesional terutama bidang TIK, kurang terfasilitasi dalamsertifikasi internasional contoh Cisco, SAP, Oracle, Microsoft, dan lain-lain. Jika Pemerintah bisa memfasilitasi pelatihan dan pengambilan sertifikasiini menjadi lebih mudah dan murah maka profesional Indonesia akan lebihmudah bersaing dan mendapatkan pengakuan Internasional dimanapundia berada.

4. Motivasi dan etos kerja

Daya saing rakyat Indonesia harus ditingkatkan agar dapat mengangkatIndonesia ke level internasional lewat ekonomi kreatif. Kondisi Indonesiayang kaya dengan sumber daya alam merupakan aset luar biasa namundi sisi lain dapat menjadi hambatan. Hal ini dikarenakan rakyat Indonesiaterbiasa mendapat suplai sumber daya alam dengan mudah sehinggamembentuk kecondongan kepribadian yang kurang gigih dan kurangtermotivasi. Kondisi ini seringkali disebut sebagai curse of naturalresource.

1.2.2.3 PERMASALAHAN TERKAIT TATA PEMERINTAHAN KEMENPAREKRAF

Dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, tatapemerintahan Kemenparekraf juga senantiasa perlu ditingkatkan untuk dapatmemberikan hasil yang optimal. Beberapa peningkatan yang perlu dilaksanakanantara lain, reformasi birokrasi, perencanaan dan monev yang berkualitas,dan pemanfaatan sistem informasi yang berbasis teknologi informasi (internetdan intranet).

A. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 danPeraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010– 2014, diperlukan suatu proses yang sistematis dengan menerapkanpengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan organisasi untukbergeser dari pencapaian saat ini menjadi kondisi yang lebih baik di masayang akan datang.

393

Beberapa hal yang diidentifikasi memerlukan perbaikan yang menyeluruh saatini adalah organisasi pemerintahan yang belum tepat fungsi dan tepat ukuran(right sizing), peraturan perundang-undangan di bidang aparatur negara masihada yang tumpang tindih, inkonsisten, tidak jelas dan multi tafsir, SDMaparatur negara yang secara kuantitas, kualitas, dan distribusi PNS menurutteritorial (daerah) tidak seimbang dengan tingkat produktivitas PNS.

Oleh karena itu, reformasi birokrasi diharapkan akan menjadi pendorongperubahan untuk membawa Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerahbergerak dari kondisi saat ini menuju ke kondisi yang diharapkan. Diperlukanperubahan yang dikelola secara holistik, terstruktur dan berorientasi hasilyang membantu organisasi, tim kerja dan individu/staf di dalamnya untukmencapai kondisi birokrasi yang diinginkan.

B. Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi Program dan Kegiatan

Tingkat pemahaman sektor secara komprehensif dan holistik pada tingkatstrategis dan operasional di dalam Kemenparekraf merupakan hal yangmutlak untuk dapat mengembangkan sebuah sistem perencanaan, monitor-ing dan evaluasi yang baik. Pemahaman ini menjadi modal utama untukdapat menerjemahkan rencana strategis tingkat nasional dan kementeriankedalam kegiatan operasional dan implementasi yang harus dilaksanakanpada level eselon 3,4 dan staf pendukung lainnya.

Selain itu, pemahaman mengenai perencanaan, monitoring serta evaluasiyang baik pun merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya untuk dapatmeningkatkan kualitas perencanaan, monitoring, dan evaluasi dari programdan kegiatan di lingkungan Kemenparekraf. Tidak adanya sistem perencanaan,monitoring, dan evaluasi yang terlaksana secara konsisten, transparan, dansistematis juga merupakan sebuah tantangan yang harus segera diselesaikandi masa yang akan datang.

Keberadaan aplikasi berbasis teknologi informasi yang mendukungperencanaan, monitoring dan evaluasi program dan kegiatan masih sangatminim, sehingga efisiensi dan efektifitas proses perencanaan, monitoringdan evaluasi pun menjadi rendah.

C. Minimnya Pemanfaatan Sistem Informasi yang Berbasis TeknologiInformasi

Pemanfaatan sistem informasi yang berbasis teknologi informasi di lingkunganKemenparekraf masih perlu dioptimalkan sehingga dapat mendukung seluruhaktivitas organisasi pada level strategis hingga level implementasi. Aspek-aspek yang menjadi kendala dalam pengembangan sistem informasi di

394

lingkungan Kemenparekraf adalah terkait dengan: (1) pemahaman mengenaipentingnya data; (2) pemahaman mengenai proses dalam melaksanakantugas dan fungsi di masing-masing unit sehingga pemahaman mengenaiotomasi proses aktivitas kerja menjadi sangat sulit untuk dapat diidentifikasikandengan baik; (3) pemahaman SDM Kemenparekraf terhadap teknologi informasidan proses; (4) tidak adanya kebijakan mengenai pengembangan sisteminformasi di Kemenparekraf; dan (5) infrastruktur jaringan yang perludioptimalkan; (6) pemanfaatan piranti lunak baik itu pada tingkat sistem,pemrograman, maupun aplikasi yang berinteraksi langsung dengan penggunasistem; (7) ketersediaan diklat bagi SDM Kemenparekraf sehingga dapatlebih memahami sistem inforamsi yang berbasis teknologi informasi.

395

BAB 2

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARANSTRATEGIS

2.1 VISI DAN MISI

1.1.1 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Visi dan misi Kemenparekraf dibangun dengan mempertimbangkan visi danmisi Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025, visi dan misiPembangunan Jangka Menengah Nasional 2010–2014, visi Presiden 2009–2014, visi dan misi pengembangan kepariwisataan nasional 2010-2025,danvisi dan misi pengembangan ekonomi kreatif 2009-2025, serta kondisi globaldan nasional lainnya yang berpengaruh terhadap kinerja kepariwisataan danekonomi kreatif ke depan.

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapidalam 20 tahun mendatang, dan dengan modal dasar yang dimiliki olehbangsa Indonesia, serta amanat pembangunan yang tercantum dalamPembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,maka visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 yang tercantum dalamRPJPN adalah:

“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR”

Yang dimaksud dengan: (1) mandiri adalah bangsa mandiri, yaitu bangsayang mampu mewujudkan kehidupan sejajardan sederajat dengan bangsalain yang telah maju, dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatansendiri; (2) maju adalah bangsa dengan sumber daya manusia yang memilikikepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi;(3) adil adalah bangsa dengan tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun,baik antar individu, gender, maupun wilayah; (4) makmur adalah bangsayang makmur, yaitu bangsa yang sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya,sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa laindi dunia.

Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 ini, bangsaIndonesia mengemban delapan misi pembangunan nasional, yaitu:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, yaitu dengan

396

memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuanmembentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;mematuhi aturan hukum; memelihara kerukunan internal dan antar umatberagama; melaksanakan interaksi antar budaya; mengembangkan modalsosial; menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; dan memilikikebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkanlandasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, yaitu dengan mengedepankanpembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian,pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukumdan aparatur negara; serta memperkuat perekonomian domestik berbasiskeunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif denganmembangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasukpelayanan jasa dalam negeri.

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, yaitumemantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuatperan masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomidaerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalammengkomunikasikan kepentingan masyarakat; melakukan pembenahanstruktur hukum dan meningkatkan budaya hukum;serta menegakkanhukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyatkecil.

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu, yaitu membangunkekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta diseganidi wilayah regional dan internasional; memantapkan kemampuan danmeningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi danmengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan dan menuntaskantindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta mening-katkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan,dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanansemesta.

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, yaitumeningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosialsecara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok, danwilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan danpengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi

397

masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasaranaekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasukgender.

6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari,yaitu memperbaiki pengelolaanpelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antarapemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber dayaalam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung,dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan,melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untukpemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkanpemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yangberkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam danlingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikankeindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaandan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasarpembangunan.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, yaitu menumbuhkanwawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunanIndonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber dayamanusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasionaluntuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; serta membangunekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatansumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan duniainternasional, yaitu memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangkamemperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmenIndonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasiinternasional dan regional; serta mendorong kerja sama internasional,regional, dan bilateral antar masyarakat, antar kelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

Strategi untuk melaksanakan visi dan misi pembangunan nasional ini dijabarkansecara bertahap dalam periode lima tahunan atau Rencana PembangunanJangka Menengah (RPJM).Masing-masing tahap pembangunan jangkamenengah ini, memiliki skala prioritas dan strategi pembangunan yangmerupakan kesinambungan dari skala prioritas dan strategi pembangunanpada periode-periode sebelumnya. Tahun 2010-2014 merupakan periodekedua dari pelaksanaan pembangunan nasional, dengan skala prioritas dan

398

strategi yang ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembaliIndonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatankualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuaniptek serta penguatan daya saing perekonomian.

Dalam dokumen RPJMN 2010–2014, telah ditetapkan bahwa visi Indonesiahingga tahun 2014 adalah:

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA,DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN”

Visi Indonesia hingga tahun 2014 memiliki makna sebagai berikut:

1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat,melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulandaya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, danbudaya bangsa, yang dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi.

2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan yangbertanggung jawab serta hak asasi manusia.

3. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukanoleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati olehseluruh bangsa Indonesia.

Visi Indonesia hingga tahun 2014 dapat dijabarkan dalam tiga misi utamapembangunan nasional 2010–2014 yang tidak terlepas dari kondisi dantantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010–2014yang mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode 2010–2014 diarahkanuntuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, sertameletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis,yang meliputi:

1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera.Indonesia yang sejahtera tidak hanya diukur secara material, tetapi jugasecara rohani yang memungkinkan rakyat Indonesia menjadi manusiayang utuh dalam mengejar cita-cita ideal, dan berpartisipasi dalam prosespembangunan secara kreatif, inovatif, dan konstruktif. Indonesia yangsejahtera juga mengandung pengertian kemampuan bertahan dalammengatasi gejolak, menjaga lingkungan, mengurangi pengangguran, sertaadanya pemerataan kesejahteraan antara masyarakat kota dan masyarakatdesa;

399

2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi. Penguatan demokrasi dititikberatkankepada: (a) proses pelembagaan demokrasi dengan menata hubunganantar kelembagaan politik dan kelembagaan pertahanan dan keamanandalam kehidupan bernegara; (b) peningkatan kinerja lembaga-lembagapenyelenggara negara dalam menjalankan kewenangan dan fungsi yangdiberikan oleh konstitusi dan peraturan perundangan; (c) penataan prosespolitik yang diutamakan pada pengalokasian/representasi kekuasaanyang diwujudkan dengan meningkatkan kualitas proses dan mekanismeseleksi publik yang lebih terbuka bagi para pejabat politik dan publik,serta mewujudkan komitmen politik yang tegas terhadap pentingnyakebebasan media massa serta keleluasaan berserikat, berkumpul, danberpendapat bagi setiap warga negara; (d) pengembangan budaya politikyang diutamakan pada penanaman nilai-nilai demokratis melalui penciptaankesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik demokratis, terutamapenghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti-kekerasan, sertanilai-nilai toleransi, melalui berbagai wacana dan media serta upayamewujudkan berbagai wacana dialog bagi peningkatan kesadaran mengenaipentingnya memelihara persatuan bangsa

3. Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Pembangunan yangadil dan merata, serta dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsadi berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktifmasyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan,serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesiayang maju, mandiri dan adil. Pembangunan berkeadilan yang dimaksudadalah pembangunan merata di setiap wilayah Indonesia. Wilayahperbatasan dan pulau-pulau kecil terluar perlu mendapatkan perhatianpembangunan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitasekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pembangunankewilayahan haruslah merata di perkotaan maupun pedesaan. Selain itu,pembangunan haruslah adil bagi setiap strata ekonomi dan sosial sertaberkesetaraan gender.

Selain visi dan misi yang tertuang dalam RPJPN 2004-2025 dan RPJMN2010-2014, maka visi dan misi Kemenparekraf juga mempertimbangkan visidan misi pengembangan kepariwisataan nasional yang tertuang dalamPeraturan Pemerintah No.50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk PembangunanKepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025.

400

Visi pembangunan kepariwisataan nasional hingga 2025 adalah:

“TERWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI NEGARATUJUAN PARIWISATA BERKELAS DUNIA, BERDAYA SAING,

BERKELANJUTAN, MAMPU MENDORONG PEMBANGUNAN DAERAHDAN KESEJAHTERAAN RAKYAT”

Dalam mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimanadimaksud di atas, ditempuh melalui empat misi pembangunan kepariwisataannasional meliputi pengembangan:

a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerahdan masyarakat;

b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawabuntuk meningkatkan kunjungan wisnus dan mancanegara;

c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraanusaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosialbudaya; dan

d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat,sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektifdan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya PembangunanKepariwisataan yang berkelanjutan.

Dalam mengembangkan ekonomi kreatif nasional, Kemenparekraf jugamempertimbangkan visi dan misi pengembangan ekonomi kreatif Indonesiayang tertuang dalam Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang PengembanganEkonomi Kreatif.

Visi Pengembangan Ekonomi Kreatif hingga tahun 2025 adalah:

“BANGSA INDONESIA YANG BERKUALITAS HIDUP DAN BERCITRAKREATIF DI MATA DUNIA”

Visi pengembangan ekonomi kreatif ini dijabarkan ke dalam delapan misiutama yang akan dicapai dalam dua tahapan pembangunan, yaitu tahappenguatan pondasi dan pilar yang diharapkan dapat dicapai hingga tahun2014, dan tahap akselerasi yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2025.

Misi pembangunan ekonomi kreatif hingga tahun 2025 adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap Produk Domestik BrutoIndonesia;

401

2. Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anakbangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer;

3. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangankerja baru di industri kreatif;

4. Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak diindustri kreatif;

5. Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yang berkelanjutanbagi bumi dan generasi yang akan datang;

6. Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskankearifan dan warisan budaya nusantara;

7. Penumbuhkembangan kawasan-kawasan kreatif di wilayah Indonesiayang potensial; dan

8. Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya pencitraan negara(national branding) Indonesia di mata dunia internasional.

Berdasarkan visi dan misi yang telah diuraikan di atas, dan pertimbangankondisi global dan nasional yang berpengaruh terhadap pembangunanpariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, maka visi Kemenparekraf sampaidengan tahun 2014 dirumuskan sebagai berikut :

“TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN DAN KUALITAS HIDUPMASYARAKAT INDONESIA DENGAN MENGGERAKKAN

KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF”

Kesejahteraan yang ingin dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan hidupminimal karena terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat sebagai akibatdari kegiatan ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu,pariwisata dan ekonomi kreatif diharapkan dapat menciptakan lapanganpekerjaan bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi tingkat penganggurandan kemiskinan.

Kualitas hidup (Quality of life) yang ingin diwujudkan adalah sebuah kondisimasyarakat yang sehat jasmani dan rohani, berpendidikan, menjaga lingkungan,memiliki waktu senggang untuk berekreasi sehingga dapat hidup secaraseimbang, dan memiliki kepedulian sosial (social belonging), serta memilikitenggang rasa sehingga dapat menerima perbedaan menjadi sebuah kekuatanyang mempersatukan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif,Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator,

402

advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dansekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbanganaspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan.

Misi utama Kemenparekraf untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomikreatif adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, danberkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah. Halini dapat dicapai melalui pengembangan destinasi, industri, pemasaran,dan kelembagaan pariwisata secara terintegrasi dan holistik.

Kepariwisataan berkelas dunia dapat dicerminkan dari adanyakepariwisataan Indonesia yang berkelas dunia dengan karakteristik:(a) memiliki keunikan dan kekhasan dengan karakter dan kearifan lokal(local genuine) yang bercita rasa internasional; (b) memiliki layanan yangmemenuhi standar internasional; (c) mampu menarik wisman dan nusantarauntuk datang berkunjung; (d) memberikan nilai dan kesan yang mendalambagi wisatawan; serta(e) mengangkat harkat dan martabat Indonesia dikancah dunia dan menjadi kebanggaan nasional.

Kepariwisataan berdaya saing, dapat dicerminkan dari kemampuan relatifkepariwisataan dibandingkan dengan kepariwisataan pesaingnya dalammemenuhi kebutuhan wisatawan, sehingga destinasi wisata Indonesiamenjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia maupun dunia. Kemampuanini ditentukan oleh faktor spesifik pariwisata yaitu atraksi atau daya tarik,dan faktor umum yaitu meliputi sarana, prasarana serta fasilitas pendukung.

Kepariwisataan berkelanjutan adalah pembangunan pariwisata yangmemperhatikan: (a) keberlanjutan lingkungan, yaitu ramah lingkungandan mampu menjaga, melindungi, dan melestarikan kekayaan alam(konservasi dan proteksi lingkungan); (b) keberlanjutan sosial, yaitu menjagadan meningkatkan kualitas dari nilai-nilai sosial kemasyarakatan setempat,termasuk di dalamnya upaya mitigasi terhadap dampak negatif yangmempengaruhi kehidupan sosial; (c) keberlanjutan ekonomi menjagakelangsungan industri pariwisata agar mampu menjamin pertumbuhanekonomi dengan mengembangkan dan menyediakan peluang usaha danlapangan kerja; serta (d) keberlanjutan institusional, yaitu mengembangkankerjasama institusi, kemitraan yang kreatif, produktif dan salingmenguntungkan antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.

Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehinggakoordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata

403

harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsippembangunan berkeadilan.

Indonesia merupakan negara yang kaya baik dari aspek sumber dayaalam, sumber daya budaya maupun sumber daya manusia. Oleh karenaitu, pemasaran pariwisata memiliki peran yang sentral dalammengkomunikasikan daya tarik wisata Indonesia yang begitu banyak daneksotik kepada masyarakat lokal maupun masyarakat dunia melaluikonsep komunikasi yang holistik dan terintegrasi. Pemasaran pariwisatajuga perlu menyampaikan pesan kunci yang dapat memberikan kesanyang mendalam dan disampaikan secara konsisten, persisten, dengantarget pasar yang jelas, dan dengan dukungan materi promosi yangmampu menggambarkan destinasi wisata secara baik dan jujur kepadamasyarakat.

2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilaitambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, sertamendorong pembangunan daerah. Ekonomi kreatif merupakan eraekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas denganmengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagaifaktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Jumlah pemudaIndonesia (usia 16–30 tahun) sebesar 59,3 juta orang atau sebesar 27%dari total penduduk Indonesia, merupakan modal utama bagi pengembanganekonomi kreatif di Indonesia. Ekonomi kreatif merupakan sektor yangdapat meningkatkan nilai tambah bagi sumber daya alam dan sumberdaya sosial budaya Indonesia melalui sentuhan kreativitas sehinggamemiliki nilai jual yang tinggi.

3. Mengembangkan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif secaraberkualitas. Sebagian besar lapangan usaha pada sektor pariwisata danekonomi kreatif merupakan sektor jasa yang sangat bergantung padakekuatan sumber daya insani yang dimilikinya. Oleh karena itu,pengembangan sumber daya insani merupakan hal mendasar yang harusdilakukan untuk dapat meningkatkan kinerja dari bidang ini. Pengembangansumber daya insani haruslah dikembangkan secara berkualitas, yaituharus dikembangkan berdasarkan standar kompetensi yang dapat diterimadi pasar tenaga kerja internasional yang menjunjung tinggi etika di duniakerja. Selain sumber daya insani, pengembangan sumber daya pariwisatadan ekonomi kreatif juga terkait dengan penelitian dan pengembangandi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk mendukung penciptaaninovasi-inovasi di kedua sektor tersebut.

404

4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan danakuntabel. Reformasi birokrasi bertujuan untuk memperbaiki pelayananpublik karena jajaran birokrasi adalah pelayan dan pelindung kepentinganmasyarakat. Langkah yang perlu dan terus dilakukan mencakup perbaikansistem dan budaya kerja, pengukuran kinerja, penerapan disiplin, penataankelembagaan dan ketatalaksanaan, serta perbaikan sistem remunerasiyang memadai. Termasuk di dalamnya transparansi dan akuntabilitasdalam proses pemerintahan. Reformasi birokrasi merupakan esensi daripenerapan tata pemerintahan yang baik (good governance) untukmenciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan, dan akuntabel.

2.2 Tujuan

Dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekrafmemiliki tujuh tujuan utama yang ingin dicapai, yang merupakan penjabarandari setiap misi yang akan dilakukan untuk mencapai visi pengembanganpariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, yaitu:

1. Misi 1: Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdayasaing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunandaerah memiliki dua tujuan utama, yaitu:

1.1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia.Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan erat kaitannya terhadappencapaian sasaran pembangunan kesejahteraan rakyat khususnyasektor ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu:(1) rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 2010-2014 adalah sebesar6,3–6,8% per tahun; (2) inflasi adalah rata-rata 4–6% per tahun;(3) tingkat pengangguran (terbuka) 5–6% pada akhir tahun 2014;dan (4) tingkat kemiskinan 8–10% pada akhir tahun 2014. Untukdapat mendukung pencapaian target sasaran ini, maka Kemenparekraftelah menetapkan target Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapantenaga kerja sektor kepariwisataan sebagai indikator yang dapatdigunakan untuk mengukur kontribusi ekonomi kepariwisataanIndonesia. Dengan menggunakan metode atau pendekatanpengeluaran, maka PDB sektor pariwisata dapat diestimasiberdasarkan: (a) besaran konsumsi di sektor pariwisata yang dapatdiestimasi melalui jumlah pergerakan wisatawan dan jumlah belanjaper hari dari wisatawan tersebut; (b) investasi dapat diestimasi melaluinilai investasi di sektor pariwisata baik yang dilakukan oleh swasta,pemerintah ataupun swadaya masyarakat; (c) belanja negara adalahbesaran alokasi belanja negara di sektor pariwisata; dan (d) penerimaan

405

devisa pengeluaran wisman; dan (e) pengeluaran wisman pre dan posttrip.

1.2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia. WorldEconomic Forum (WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Traveland Tourism Competitiveness Report yang digunakan untuk mengukurdaya saing kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negara lain di dunia. Kemenparekraf memegang peran yang sentralkhususnya terkait dengan keberlanjutan industri kepariwisataan,prioritas pemerintah terhadap pengembangan kepariwisataan,koordinasi terhadap pembangunan sarana dan prasaranakepariwisataan, mengembangkan daya tarik dan SDM pariwisata,mempersiapkan masyarakat untuk dapat menjadi tuan rumah yangbaik, serta menciptakan iklim usaha kepariwisataan yang kondusif.

2. Misi 2: Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakannilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia,serta mendorong pembangunan daerah memiliki dua tujuan utama,yaitu:

2.1. Peningkatan kontribusi ekonomi industrikreatif. Sama halnyadengan sektor kepariwisataan, maka peningkatan kontribusi ekonomidari industri kreatif ini diupayakan untuk mendukung sasaranpembangunan bidang ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah,yang telah ditetapkan dalam Inpres No.6 Tahun 2009 tentangPengembangan Ekonomi Kreatif. Kontribusi PDB industri kreatiftahun 2015 ditargetkan mencapai 7–8% dari PDB riil nasional, kontribusitenaga kerja industri kreatif mencapai minimal 6,5%, dan jumlahusaha di sektor industri kreatif diharapkan mencapai 6,8 juta hinggatahun 2014.

2.2. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif. Untukmengembangkan ekonomi kreatif, apresiasi terhadap pelaku dankarya kreatif sangatlah penting. Apresiasi akan menumbuhkan karya-karya kreatif dan meningkatkan minat masyarakat untuk masukdalam sektor industri kreatif sehingga terjadi peningkatan aktivitasekonomi di sektor industri kreatif.

3. Misi 3: Mengembangkan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatifsecara berkualitas memiliki dua tujuan utama, yaitu:

3.1. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata danekonomi kreatif. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme dapatdiupayakan melalui pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi

406

terhadap profesi pelaku industri pariwisata dan pelaku industri kreatif.

3.2. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomikreatif. Penciptaan inovasi dapat didorong melalui penelitian danpengembangan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu,inovasi diharapkan dapat tercipta melalui penciptaan jejaring kreatifyang memungkinkan terjadinya proses tukar pikiran dan kolaborasikreatif untuk menciptakan karya-karya kreatif yang baru.

4. Misi 4: Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan,dan akuntabel memiliki tujuan utama:

4.1. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf. Salahsatu dari 11 prioritas nasional adalah reformasi birokrasi. Peningkatankualitas kinerja organisasi haruslah diawali dari perencanaan yangdisertai dengan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yangbaik. Untuk menjamin terselenggaranya reformasi padaKemenparekraf, terdapat penilaian Quality Assurance untuk menilaiefektifitas pelaksanaan reformasi birokrasi, serta Sistem AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) untuk menilai kinerja instansipemerintah. Sedangkan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah,dapat dievaluasi berdasarkan opini penilaian pengelolaan keuanganyang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

4.2. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf. SumberDaya Manusia memiliki peran sentral dalam efektifitas dan efisiensipengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional. Olehkarena itu, Kemenparekraf akan mempersiapkan aparaturpemerintahan yang kapabel yaitu aparatur yang memiliki kepemimpinanyang baik, daya juang yang tinggi, kemampuan manajerial yangbaik, serta pengetahuan yang memadai, sehingga dapatmengembangkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional secaraoptimal.

2.3 Sasaran Strategis

Dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekrafmemiliki 21 sasaran strategis yang harus dicapai melalui program dan kegiatanyang akan dilakukan pada periode 2012–2014.

Keterkaitan antara visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan pariwisatadan ekonomi kreatif pada periode 2012–2014 dapat dilihat pada Bagan2-1.

407

Bagan 2-1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Kepariwisataan danEkonomi Kreatif

Setiap sasaran strategis Kemenparekraf memiliki indikator kinerja sertatarget yang harus dicapai setiap tahunnya sebagai ukuran kinerja dariKemenparekraf yang akan dipaparkan pada bagian berikut.

2.3.1 TUJUAN 1: PENINGKATAN KONTRIBUSI EKONOMI KEPARIWISATAAN

INDONESIA

Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia memiliki lima sasaranutama yang ingin dicapai, yaitu:

A. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto(PDB) nasional;

B. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitastenaga kerja nasional;

C. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata;

D. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia; dan

E. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus.

408

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia akan dijelaskanpada bagian berikut.

A. Meningkatnya Kontribusi Kepariwisataan Terhadap Produk DomestikBruto (PDB) Nasional

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusikepariwisataan terhadap PDB nasional adalah rasio persentase antara totaldampak PDB nominal tahunan yang terbentuk sebagai akibat aktivitaskepariwisataan dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional.PDBnasional merupakan nilai nominal barang dan jasa yang diproduksi olehIndonesia selama satu tahun, sedangkan dampak PDB dari sektorkepariwisataan adalah persentase dari total PDB dari seluruh aktivitas ekonomiyang terkait kepariwisataan secara langsung dan tak langsung yang dihitungmelalui mekanisme efek pengganda. Kontribusi sektor pariwisata dihitungsebagai persentase dampak PDB kepariwisataan dari PDB nasional. Aktivitaskepariwisataan meliputi pengeluaran wisman, pengeluaran wisnus, investasipariwisata, pengeluaran wisnas, dan pengeluaran promosi pariwisata.

Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakandukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonominasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggikontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektorkepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatankontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budayayang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggangyang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkathidup yang berkualitas.

Data kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional diperoleh berdasarkanestimasi dengan menggunakan tabel I/O 2005 hasil pemutahiran tahun 2008menjadi Neraca satelit pariwisata nasional (Nesparnas). Nesparnasdipublikasikan satu tahun sekali oleh Kemenparekraf sebagai hasil kerjasamaantara Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisatadengan Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan PariwisataBadan Pusat Statistik.

B. Meningkatnya Kontribusi Kepariwisataan Terhadap Kualitas danKuantitas Tenaga Kerja Nasional

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusikepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional adalah:

409

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektorpariwisataPariwisata merupakan sektor yang memberikan dampak yang luas bagisektor-sektor lainnya, termasuk terhadap penyerapan tenaga kerja baikitu tenaga kerja langsung (direct), tenaga kerja tidak langsung (indirect),maupun tenaga kerja ikutan (induce) di sektor pariwisata.Tenaga kerjalangsung mencakup tenaga kerja yang bekerja pada 14 sektorkepariwisataan, tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerjadiluar 14 sektor kepariwisataan yang terkait dengan sektor pariwisata,misalnya tenaga kerja pada sektor transportasi, sedangkan tenaga kerjaikutan merupakan tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor ikutanakibat pengaruh langsung maupun tidak langsung aktivitas sektor pariwisata.

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerjanasionalKontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasionalmerupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapantenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Jumlahpekerja nasional adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Indikatorini merupakan cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaanlapangan kerja (penurunan tingkat pengangguran) dan pengurangankemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melaluisektor kepariwisataan, dimana semakin tinggi nilai kontribusi, maka semakintinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam penurunan tingkatpengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraanmasyarakat.

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung,dan ikutan sektorpariwisataKualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerjadapat diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung,tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Produktivitasyang dimaksudkan merupakan rasio antara dampak upah yang terbentukmelalui mekanisme efek pengganda di seluruh sektor ekonomi yangterkait pariwisata sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkandengan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerjaikutan sektor pariwisata.

C. Meningkatnya Investasi di Sektor Pariwisata

Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salahsatu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi

410

di sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadaptotal investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendoronginvestasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancanganprofil investasi destinasi pariwisata,koordinasi dengan instansi pemerintahterkait baik di tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasipariwisata Indonesia. Semakin besar kontribusi investasi sektor pariwisataterhadap total investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasipariwisata yang memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkanaktivitas perekonomian di destinasi tersebut.

Data investasi sektor pariwisata ini diperoleh dari Nesparnas yang diolah daritabel I/O, PDB, serta kompilasi data dari BKPM. Data ini dipublikasikan olehKemenparekraf satu tahun sekali yang merupakan hasil kerjasama denganpihak BPS.

D. Meningkatnya Devisa dan Pengeluaran Wisatawan di Indonesia

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya devisa danpengeluaran wisatawan di Indonesiaadalah:

1. Jumlah penerimaan devisa wisman. Jumlah penerimaan devisadipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisman di Indonesia. Dalammengembangkan kepariwisataan nasional, peningkatan jumlah wismanke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaranwisman di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatankepariwisataan pun meningkat.

2. Jumlah pengeluaran wisnus. Jumlah pengeluaran wisnus dipengaruhioleh jumlah serta pengeluaran wisnus di Indonesia. Semakin besarbelanja wisnus terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi semakinmeningkat dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat.

3. Jumlah pengeluaran per wisman per kunjungan. Jumlah pengeluaranper wisman per kunjungan merupakan rata-rata pengeluaran wisman diIndonesia pada setiap kunjungan ke Indonesia. Yang dimaksudkan sebagaikunjungan adalah seluruh kegiatan perjalanan wisatawan sejak tiba diIndonesia hingga kembali ke negara asal wisatawan tersebut, sehinggawalaupun wisatawan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah diIndonesia selama selang waktu kedatangan dan keberangkatan, wisatawantersebut akan terhitung sebagai satu kunjungan. Semakin besar rata-ratajumlah pengeluaran per wisman di Indonesia per kunjungan, makasemakin besar pula potensi devisa yang akan diperoleh negara. Datajumlah pengeluaran per wisman ke Indonesia per kunjungan ini diperoleh

411

dari hasil Passenger Exit Survey yang dilakukan 2 tahun sekali olehKemenparekraf dengan sampling di pintu keluar.

4. Jumlah pengeluaran per wisnus per kunjungan, Jumlah pengeluaranper wisnus per kunjungan merupakan rata-rata pengeluaran wisnus dalamsetiap perjalanan wisata yang dilakukannya. Semakin besar rata-ratajumlah pengeluaran per wisnus per kunjungan, maka semakin besar pulapotensi pendapatan negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakatsetempat di lokasi destinasi pariwisata. Data rata-rata pengeluaran wisnusdiperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (modul perjalanan) yang dilakukansejalan dengan pelaksanaan Susenas. Data hasil survei ini kemudiandiolah dan dipublikasikan oleh BPS yang kemudian diolah kembali olehKemenparekraf.

E. Meningkatnya Kuantitas Wisman ke Indonesia dan Wisnus

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyakuantitas wisman ke Indonesia dan wisnus adalah:

1. Jumlah wisman ke Indonesia. Jumlah wisman ke Indonesia sangatberpengaruh terhadap potensi devisa yang akan diperoleh olehnegara.Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal dariwilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satuatau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal6 (enam) bulan, dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b)bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan,konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, dan keagamaan.Jumlah wisman dihitung melalui pengumpulan kartu Embarkasi/Diembarkasiyang dilakukan di 73 pintu masuk Indonesia18 berdasarkan negara tempattinggal wisatawan tersebut. Pengumpulan kartu E/D dilakukan olehDitjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, yang kemudian diolah dandipublikasikan oleh BPS dalam buku Number of Foreign Visitor Arrivalsto Indonesia setiap tahunnya.

2. Jumlah perjalanan wisnus. Jumlah wisnus sangat berpengaruh terhadappotensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakatsetempat di mana destinasi berada. Wisnus adalah penduduk Indonesiayang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara

18 73 pintu masuk Indonesia berada diseluruh area negara, terdiri dari 47 pelabuhan laut; 19bandar udara; 3 jalur darat; serta 4 pintu masuk utama: Soekarno-Hatta (Jakarta), Ngurah Rai(Bali), Polonia (Medan) dan Sekupang (Batam).

412

sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolahatau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukanrutin, dengan kriteria: (1) mereka yang melakukan perjalanan ke obyekwisata komersial tidak memandang apakah menginap atau tidak menginapdi hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih/kurang dari100 km (PP); (2) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyekwisata komersial tetapi menginap dihotel/penginapan komersial, walaupunjarak perjalanannya kurang dari 100 km (PP); dan (3) mereka yangmelakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial dan tidak menginapdi hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100km (PP).Data jumlah wisnus diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga(Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS.Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap3 bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 bulan sejakbulan publikasi, yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf.

2.3.2 TUJUAN 2: PENINGKATAN DAYA SAING KEPARIWISATAAN

INDONESIA

Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia memiliki tiga sasaranutama, yaitu:

A. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia;

B. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata; dan

C. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia akan dijelaskan pada bagianberikut.

A. Meningkatnya Citra Kepariwisataan Indonesia

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyacitra kepariwisataan Indonesia adalah:

1. Nilai daya saing kepariwisataan Indonesia.World Economic Forum(WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Travel and TourismCompetitiveness Report yang dapat digunakan untuk mengukur dayasaing kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negaralain di dunia, yang dihitung melalui rata-rata kinerja kepariwisataan suatunegara berdasarkan 14 pilar yang digunakan sebagai dasar penilaian.Semakin tinggi nilai daya saing kepariwisataan Indonesia (skalamaksimum 7), maka diharapkan dapat meningkatkan citra kepariwisataan

413

Indonesia yang akhirnya dapat berdampak kepada peningkatan kunjunganwisman ke Indonesia.

2. Jumlah lokasi DPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitastata kelola destinasi (DMO). Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional(DPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasidihitung melalui lokasi yang difasilitasi dengan skema peningkatan gerakankesadaran kolektif stakeholders, pengembangan manajemen destinasi,pengembangan bisnis, dan penguatan organisasi pengelolaan destinasipariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola destinasi (DMO) dilakukandengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan berkelanjutanmelalui pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator lokasiDPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Kemenparekraf untukmewujudkan peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaankepada pemangku kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konseptata kelola destinasi yang berkualitas di lokasi DPN. Semakin banyaklokasi DPN yang difasilitasi maka semakin besar masyarakat yang terlibatdalam pengembangan destinasi wisata dengan tata kelola yang baik.

B. Terciptanya Diversifikasi Destinasi Pariwisata

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanyadiversifikasi destinasi pariwisata adalah:

1. Jumlah lokasi daya tarik di DPN yang dikembangkan menjadi destinasipariwisata. Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Di setiap DPN terdapat KSPN/KPPN yangdidalamnya terdapat beberapa daya tarik yang dapat dikembangkan.Setiap tahunnya Kemenparekraf akan mengembangkan daya tarik wisatabaik yang bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari dayatarik wisata yang ada.

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desawisata. Desa wisata yang difasilitasi dihitung melalui jumlah desa yangdikembangkan melalui PNPM Mandiri.Pengembangan desa wisatadilakukan sebagai penerapan prinsip community based tourism untukmelibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata setempat.Semakin banyak desa yang dapat difasilitasi maka diharapkan desatersebut dapat menjadi alternatif tujuan wisata dan dapat meningkatkanlama tinggal serta pengeluaran wisatawan di Indonesia.

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. Pola perjalanan pariwisataadalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan wisata dari satu titik destinasike titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi informasi tentang

414

fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai pilihan perjalananwisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk mempengaruhipengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata. Semakinbervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapatmeningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Indonesia.

C. Terciptanya Pemasaran Pariwisata yang Efektifdan Efisien

Indikator yang digunakan untuk mengukur terciptanya pemasaran pariwisatayang efektif dan efisien adalah:

1. Rasio konsentrasi pasarwisman ke Indonesia. Rasio konsentrasi yangakan digunakan sebagai indikator adalah rasio konsentrasi 5 negarapasar wisman (CR5), yang mengandung makna bahwa persentase jumlahwisman dari 5 pasar utama wisman dibandingkan dengan seluruh jumlahwisman yang datang ke Indonesia. Semakin besar nilai CR5, menunjukkanbahwa sebagian besar wisman Indonesia berasal dari 5 pasar tersebut.Hal ini beresiko terhadap kepariwisataan Indonesia, karena jika terjadipermasalahan terhadap 5 pasar tersebut, maka akan mengakibatkanjumlah wisman Indonesia akan mengalami kontraksi yang signifikan.Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendiversifikasipasar wisman sehingga nilai CR5 semakin menurun.

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officers (VITO) di mancanegara.VITO akan dikembangkan di 12 negara yang menjadi target utama pasarwisman ke Indonesia, yaitu: Australia (Sydney), China (Beijing, Guangzho),Japan (Tokyo), Jerman (Munich), India (New Delhi), Singapura, Malaysia(Kuala Lumpur), UAE (Dubai), Perancis (Paris), Belanda (Amsterdam),Rusia (Moskow), Korea (Busan). VITO memiliki tugas dan fungsi sebagaisumber informasi kepariwisataan Indonesia dan melakukan promosipenjualan pariwisata di negara bersangkutan.

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri. Efisiensi pelaksanaankegiatan pemasaran pariwisata di luar negeri salah satunya dapat dinilaiberdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran luar negerioleh Kemenparekraf. Produktivitas ini dapat diukur melalui rasio jumlahdevisa dibandingkan dengan nilai investasi pemasaran luar negeri. Semakinbesar devisa yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untukkegiatan pemasaran luar negeri, maka Kemenparekraf semakin efisiendalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikandestinasi pariwisata Indonesia di luar negeri. Fokus utama pasar pariwisataIndonesia hingga tahun 2014 adalah: Singapura, Malaysia, AustraliaChina, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris,

415

Perancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia, yang tentunyaakan dievaluasi setiap tahunnya dan disesuaikan dengan perkembanganyang terjadi setiap tahunnya.

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri. Efisiensi pelaksanaankegiatan pemasaran pariwisata di dalam negeri salah satunya dapatdinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasarandalam negeri oleh Kemenparekraf. Produktivitas pemasaran dalam negeriyang dilakukan dapat diukur melalui rasio jumlah pengeluaran wisnusdibandingkan dengan investasi pemasaran dalam negeri olehKemenparekraf. Semakin besar jumlah pengeluaran wisnus yang dihasilkandari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran dalamnegeri, maka Kemenparekraf semakin efisien dalam memanfaatkan nilaiinvestasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesiadi dalam negeri.

5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenaikepariwisataan Indonesia. Untuk menilai efektivitas pemasaran yangdilakukan di dalam maupun di luar negeri, salah satunya dapat dianalisisberdasarkan persepsi masyarakat dunia mengenai kepariwisataanIndonesia. Masih banyak masyarakat di dunia yang tidak mengetahuikeberadaan Indonesia sehingga kegiatan pemasaran yang efektif sangatlahditentukan oleh strategi komunikasi yang diimplementasikan. Kejelasanpesan yang ingin disampaikan, pemilihan media yang digunakan, kontendan desain sarana promosi yang digunakan, serta kesesuaiannya dengantarget pasar sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaranpariwisata yang akhirnya akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawanyang berwisata di Indonesia.

2.3.3 TUJUAN 3: PENINGKATAN KONTRIBUSI EKONOMI INDUSTRI KREATIF

Peningkatan kontribusi ekonomi industri kreatif di Indonesia memiliki tigasasaran utama, yaitu:

A. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif;

B. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif;dan

C. Meningkatnya unit usaha sektorekonomi kreatif.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kontribusi ekonomi industri kreatif akan dijelaskan pada bagianberikut.

A. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif

416

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar dari seluruh final goods andservices, yang diproduksi di dalam suatu negara, pada suatu periode waktutertentu. PDB ekonomi kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yangdiperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan industri kreatif, yang terdiri dari14 kelompok usaha industri kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain; (3)Fesyen(Mode); (4)Film, Video, dan Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik; (7) PasarBarang Seni; (8) Penerbitan dan Percetakan; (9) Periklanan; (10) PermainanInteraktif; (11) Penelitian dan Pengembangan; (12) Seni Pertunjukan; (13)Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; dan (14) Televisi dan Radio. Data PDBekonomi kreatif ini diolah dari data BPS dan dari sumber data lainnya yangberasal dari asosiasi dari masing-masing subsektor industri kreatif.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyakuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah kontribusiekonomi kreatif terhadap PDB nasional. Kontribusi ekonomi kreatif adalahpersentase rasio PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDBnasional. Semakin besar persentase kontribusi ekonomi kreatif, maka semakinbesar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional, dengankata lain, semakin penting peranan industri kreatif dalam struktur produksinasional.

B. Meningkatnya Kualitas dan KuantitasTenaga Kerja Sektor EkonomiKreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyakualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah:

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif; dan

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif.

Yang dimaksudkan sebagai tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah pekerjadi industri kreatif, yaitu penduduk usia produktif yang sudah bekerja diindustri kreatif, dimana struktur klasifikasi ketenagakerjaan Indonesia dapatdilihat pada Bagan 2-2.

417

 Jumlah Total Penduduk

Penduduk Usia Kerja (Usia Produktif)

Penduduk Bukan Usia

Kerja

Angkatan KerjaBukan Angkatan Kerja (Usia

Produktif, Memilih Tidak Bekerja; Ibu RT, Mahasiswa)

Pekerja Penganggur

Bagan 2-2 Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan

Data ketenagakerjaan industri dapat diestimasi dari data statistikketenagakerjaan yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya.

Kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur dengan indikatortingkat partisipasi tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu rasiojumlah pekerja di kelompok industri kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruhindustri di Indonesia. Angka ini akan semakin memperkuat indikasi apakahindustri kreatif memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia.

Kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur melalui indikatorpertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitupertumbuhan rata-rata pendapatan perkapita tenaga kerja di industri kreatif.Semakin tinggi pertumbuhannya, maka produktivitas pekerja kreatif semakinmeningkat yang menunjukkan bahwa pendapatan pekerja kreatif semakinbaik pula.

C. Meningkatnya Unit Usaha Sektor Ekonomi Kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyaunit usaha sektor ekonomi kreatif adalah kontribusi unit usaha sektor ekonomikreatif terhadap jumlah unit usaha nasional. Semakin besar kontribusi unitusaha di sektor ekonomi kreatif ini menunjukkan bahwa pasar bagi produkdan jasa kreatif semakin meluas, sehingga jumlah pelaku usaha yang inginbergerak di sektor ekonomi kreatif pun semakin meningkat.

418

2.3.4 TUJUAN 4: PENINGKATAN APRESIASI TERHADAP PELAKU DAN KARYA

KREATIF

Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif memiliki tiga sasaranutama, yaitu:A. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat

Indonesia;B. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif; danC. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif akan dijelaskanpada bagian berikut.

A. Meningkatnya Konsumsi Produk dan Jasa Kreatif Lokal olehMasyarakat Indonesia

Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif,diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang ditunjukkan adanyaaksi nyata untuk mengkonsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakatindonesia. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan konsumsiproduk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia adalah:

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar.Jumlahpelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar didukung melaluifasilitasi pelaku kreatif untuk mengikuti pameran, memfasilitasipenyelenggaraan pertunjukan karya kreatif, fasilitasi penggandaan filmuntuk mengikuti berbagai festival, atau fasilitasi pengembangan saranapromosi bagi karya kreatif. Semakin banyak pelaku kreatif yang difasilitasi,maka diharapkan dapat meningkatkan penetrasi dan memperluas aksespasar untuk produk dan jasa kreatif di dalam dan di luar negeri

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri, yaitupersentase peningkatan tahunan konsumsi karya-karya kreatif dalamnegeri oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi meliputi konsumsi olehindividu, pemerintah, maupun perusahaan. Peningkatan pertumbuhankonsumsi ini merupakan salah satu dampak dari upaya peningkatanapresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif, serta peningkatan aksespasar.

B. Meningkatnya Pemahaman Masyarakat terhadap Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif merupakan terminologi baru di Indonesia, walaupun sektoryang ada di dalam ekonomi kreatif bukanlah sektor yang baru di dalammasyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat terhadap

419

ekonomi kreatif merupakan hal yang penting untuk dijadikan tolok ukur darikinerja Kemenparekraf. Pemahaman masyarakat terhadap sektor ekonomikreatif tidaklah terbatas pada tahu atau mengenal ekonomi kreatif, tetapilebih mengukur sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baikapa itu ekonomi kreatif baik dari aspek perkembangan ekonomi kreatif,sektor ekonomi kreatif di Indonesia, mengapa ekonomi kreatif perludikembangkan dan sentra/zona kreatif, dan informasi lainnya yang terkaitdengan ekonomi kreatif. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang melakukansurvei secara berkelanjutan terhadap tingkat pemahaman masyarakatIndonesia terhadap ekonomi kreatif, sehingga pada tahun 2012 perlu dilakukansurvei yang ditetapkan sebagai dasar (base line) tingkat pemahamanmasyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif yang akan terus ditingkatkansetiap tahunnya.

C. Terciptanya Ruang Publik bagi Masyarakat

Ruang publik yang berfungsi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi,diseminasi, dan apresiasi, sangat dibutuhkan untuk menciptakan modalekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Keempatmodal ini merupakan modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatifdi Indonesia, oleh karena itu semakin banyak ruang publik yang dapatdiciptakan dan diaktivasi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi,diseminasi, dan apresiasi maka diharapkan lebih banyak pelaku kreatif yangakan menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas.

2.3.5 Tujuan 5: Peningkatan Kapasitas dan Profesionalisme SDMPariwisata dan Ekonomi Kreatif

Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomikreatif memiliki 2 sasaran utama, yaitu:

A. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata;dan

B. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomikreatif.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpencapaian di setiap sasaran akan dijelaskan pada bagian berikut.

A. Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Lulusan Pendidikan TinggiPariwisata

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitaslulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan

420

tinggi, yaitu: STP Bandung, STP Bali, Akpar Medan, Akpar Makasar, yangterserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserapdi pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusanpendidikan tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kemenparekraf.

B. Meningkatnya Profesionalisme Pelaku Sektor Pariwisata dan EkonomiKreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya profesionalismepelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama periode 2012–2014adalah:

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,yaitu jumlah naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dihasilkan. Untuk dapatmelakukan sertifikasi, maka diperlukan standar kompetensi kerja yangakan dijadikan referensi. Identifikasi unit kompetensi dan penyusunanstandar kompetensi akan berpengaruh terhadap kualitas sertifikasi yangakan dilakukan.Oleh karena itu, penyusunan standar kompetensimembutuhkan waktu yang relatif panjang dan melibatkan pelaku dibidangnya.Kemenparekraf secara konsisten akan mengembangkan SKKNIdengan jumlah yang terus meningkat, sehingga semakin banyak profesiyang dapat disertifikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan profesionalismetenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

2. Jumlah tenaga kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yangdisertifikasi, yaitu jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomikreatif yang difasilitasi untuk disertifikasi. Sertifikasi sangat penting dilakukanuntuk menciptakan kompetensi yang unggul dan meningkatkan dayasaing SDM di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di dalam dan luarnegeri, sehingga dapat lebih bersaing dan profesional di bidangnya.Khususnya di sektor ekonomi kreatif, Kemenparekraf akan memulaisertifikasi pada tahun 2014 karena pada tahun 2012-2013 merupakaninisiasi identifikasi unit kompetensi serta penyusunan Standar KompetensiKerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif. Kemenparekrafmenargetkan jumlah pelaku yang akan disertifikasi cenderung meningkat,sehingga dengan semakin banyak pelaku yang disertifikasi, maka dayasaing tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif semakinmeningkat.

421

2.3.6 TUJUAN 6: PENCIPTAAN INOVASI BARU DI SEKTOR PARIWISATA

DAN EKONOMI KREATIF

Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memilikidua sasaran utama, yaitu:

A. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian di sektor pariwisata danekonomi kreatif; dan

B. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomikreatif.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurPenciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif akan dijelaskanpada bagian berikut.

A. Meningkatnya Kualitas Penelitian dan Kajian di Sektor Pariwisatadan Ekonomi Kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas penelitiandan kajian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah:

1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalammendukung kebijakan di sektor pariwisata, yaitu jumlah penelitiandan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan,implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor pariwisata. Ruang lingkupindustri pariwisata yang dikelola oleh Kemenparekraf sangatlah luas,sehingga fokus kajian yang dilakukan akan ditentukan berdasarkanpermasalahan yang mendesak dan penting untuk segera diselesaikan.Setiap tahun jumlah kajian yang dilakukan semakin meningkat sehinggasemakin banyak permasalahan yang dapat dievaluasi dan dianalisisuntuk dapat disikapi dengan kebijakan yang lebih efektif.

2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalammendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif, yaitu jumlah penelitiandan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan,implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor ekonomi kreatif. Samahalnya dengan sektor pariwisata, maka sektor ekonomi kreatif pun memilikiruang lingkup yang luas. Oleh karena itu strategi untuk melakukan kajiankebijakan terkait industri kreatif sama dengan strategi untuk melakukankajian kebijakan terkait dengan pariwisata.

B. Meningkatnya Kualitas Konten dan Jejaring Pelaku di Sektor EkonomiKreatif

Indikator dan target yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitaskonten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif adalah:

422

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuankreasi dan produksi. Proses kreasi dan produksi di industri kreatifmerupakan proses penciptaan nilai tambah yang berbeda. Dalam proseskreasi, ide merupakan modal utama dalam menciptakan karya kreatif,sedangkan produksi memiliki tantangan bagaimana menjadikan ide menjadisebuah karya komersial yang dapat dijadikan bisnis untuk menciptakannilai ekonomi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan kreasi dan produksikreatif antara lain melalui: kompetisi, coaching kreasi dan produksi,seminar, lokakarya, fasilitasi internship, fasilitasi kolaborasi produksi karyakreatif, fasilitasi eksperimen penciptaan karya kreatif atau kegiatanlainnya yang dapat meningkatkan kemampuan untuk berkreasi danberproduksi.

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring. Untukdapat terus meningkatkan kreativitasnya, pelaku kreatif ini membutuhkanuntuk membentuk jejaring untuk saling berbagi mengenai ide atau hallainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupunkomersialisasi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan jejaring kreatifantara lain melalui: forum, gathering, festival, diskusi, talkshow, ataukegiatan lainnya yang dapat mempertemukan pelaku kreatif untuk salingberbagi pengalaman dan pengetahuan.

2.3.7 TUJUAN 7: PENINGKATAN KUALITAS KINERJA ORGANISASI

KEMENPAREKRAF

Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaranutama, yaitu:

A. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;

B. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP); dan

C. Terselenggaranya reformasi birokrasi.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf akan dijelaskan padabagian berikut.

A. Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan

Dalam UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilanpenyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secaratertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

423

transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilandan kepatutan. Oleh karena itu, Kemenparekraf selaku instansi pemerintahyang menggunakan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuandalam mengelola keuangan negara.

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaankeuangan adalah opini keuangan Kemenparekraf yang diberikan oleh BadanPemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yangpaling rendah, yaitu: (1) Disclaimer; (2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP);dan (3) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan KeuanganKemenparekraf.Kemenparekraf berkewajiban untuk mencapai WTP danmempertahankan predikat tersebut hingga akhir tahun 2014 mendatang.

B. Meningkatnya Kualitas Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP)

Perbaikan tata kelola pemerintahan dan penerapan sistem manajemenpemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaliguspeningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) merupakan agendapenting dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan, yangdirealisasikan dengan diimplementasikannya Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP). Sasaran SAKIP adalah untuk: (1) menjadikaninstansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien,efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya;(2) terwujudnya transparansi instansi pemerintah; (3) terwujudnya partisipasimasyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional; dan (4) terpeliharanyakepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Meningkatnya kualitaspelaksanaan SAKIP di lingkungan Kemenparekraf dapat diindikasikan dariperbaikan nilai SAKIP yang diberikan oleh Kementerian PendayagunaanAparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap dokumen SAKIPKemenparekraf. Hasil penilaian SAKIP secara berurutan, dari urutan penilaianpaling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A, dan AA.

C. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Terselenggaranya reformasi birokrasi yang efektif dapat diindikasikan dariperbaikan nilai Quality Assurance pelaksanaan reformasi birokrasi yangdiberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi kepada Kemenparekraf. Semakin tinggi nilai Quality Assurance,maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula kualitas pelaksanaanreformasi birokrasi di Kemenperekraf.

424

2.3.8 TUJUAN 8: PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUMBER DAYA

MANUSIA KEMENPAREKRAF

Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Kemenparekrafmemiliki dua sasaran utama, yaitu:

A. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf; dan

B. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut.

A. Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf

Terselenggaranya Kemenparekraf yang berkualitas akan terwujud apabiladidukung oleh kualitas SDM yang berkualitas. Kualitas SDM Kemenparekrafdapat dilihat dari jumlah SDM yang memiliki pendidikan lanjut yang mendalamisektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pendidikan lanjut yang dimaksudadalah pendidikan pascasarjana, untuk Strata 2 dan Strata 3. Saat ini,Kemenparekraf memiliki 414 orang dengan pendidikan akhir S2 dan 15 orangS3 yang mendalami sektor pariwisata serta fokus untuk mendalami tatakelola dan kebijakan di sektor pariwisata. Saat ini, dengan adanya sektorekonomi kreatif dan untuk memperkuat sektor kepariwisataan, makaKemenparekraf akan berupaya untuk memfasilitasi 80 orang dan 33 oranguntuk mengikuti jenjang pendidikan akhir S2 dan S3 selama periode 2012-2014.

Selain memfasilitasi SDM Kemenparekraf untuk mendapatkan tingkatpendidikan yang lebih tinggi, maka Kemenparekraf juga akan memperkuatSDM untuk difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis terkaitdengan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif, sejumlah 1.476 orangselama periode 2012-2014.

B. Meningkatnya Kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf

Dengan perubahan Kemenbudpar menjadi Kemenparekraf, diperlukan SDMbaru yang dapat mengisi posisi untuk sektor ekonomi kreatif khususnya,sehingga pengembangan ekonomi kreatif akan ditangani oleh SDM yangmemiliki pengetahuan serta kompetensi yang sesuai dengan sektor yangakan dikembangkan. Kuantitas SDM Kemenbudpar yang akan diberikanpenugasan di Kemenparekraf adalah sebanyak 1.917 pegawai dengan, dimanasaat ini, SDM tersebut memiliki detail penugasan pada masing-masing uniteselon 1 dan unit pelaksana teknis adalah sebagai berikut:

425

1. 186 orang di Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata;

2. 254 orang di Ditjen Pemasaran Pariwisata;

3. 173 orang di Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film;

4. 104 orang di Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata danEkonomi Kreatif;

5. 394 orang di Sekretariat Jenderal;

6. 74 orang di Inspektorat Jenderal;dan

7. 732 orang pada UPT Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisatadan Ekonomi Kreatif (STP Bandung, STP Bali, Akpar Medan, danAkpar Makassar)

Penambahan SDM ekonomi kreatif sangatlah dibutuhkan pada Kemenparekrafkhususnya pada sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain dan iptek,karena saat ini Kemenparekraf tidak memiliki SDM yang memiliki kompetensiyang sesuai dengan kebutuhan sektor ini. Penambahan SDM Kemenparekrafjuga dirasakan perlu dilakukan tekait adanya SDM yang pensiun dan rotasipada tahun berjalan.

Kemenparekraf memiliki rencana untuk memperkuat tenaga pengajar di UPTBadan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif padatahun 2012 dengan menambah 186 jabatan fungsional pendidik, dan hinggatahun 2014 Kemenparekraf bermaksud untuk memperkuat SDM sejumlah395 staf dengan latar belakang pendidikan: teknologi informasi, ekonomiakuntansi, administrasi, ilmu hukum, kesenian, komunikasi, desain,kepariwisataan, ekonomi manajemen, sosial politik-ilmu budaya, geografi,statistik, ilmu ekonomi, dan ilmu sastra.

426

j,

jg

gp

TU

JUA

N/SA

SAR

AN

/IND

IKA

TO

R

SAT

UA

N

IND

IKA

TO

R

20

10

2

01

1

20

12

2

01

3

20

14

1

PEN

ING

KA

TA

N K

ON

TR

IBU

SI EK

ON

OM

I KEP

AR

IWISA

TA

AN

IND

ON

ESIA

1

1

Me

nin

gkatn

ya ko

ntrib

usi ke

pa

riwisa

taa

n te

rha

da

p P

rod

uk D

om

estik B

ruto

(PD

B) n

asio

na

l

1

1

1

Ko

ntrib

usi sekto

r pariw

isata terhad

ap P

DB

nasio

nal

Persen

tase4

,06

4,1

4,1

54

,24

,25

1

2

Me

nin

gkatn

ya ko

ntrib

usi ke

pa

rwisa

taa

n te

rha

da

p ku

alita

s da

n ku

an

titas te

na

ga ke

rja n

asion

al

1

2

1

Jum

lah ten

aga kerja lan

gsun

g, tidak lan

gsun

g, dan

ikutan

sektor p

ariwisata

Juta o

rang

7,4

47

,77

8,0

38

,35

8,7

4

1

2

2

Ko

ntrib

usi se

ktor p

ariwisata terh

adap

pen

yerapan

tenaga kerja n

asion

alP

ersentase

6,8

76

,98

7,0

07

,09

7,2

0

1

2

3

Pro

du

ktivitas tenaga kerja lan

gsun

g, tidak lan

gsun

g, dan

ikutan

sektor p

ariwisata

Rp

juta/TK

/tahu

n

11

,40

11

,96

12

,66

13

,54

14

,65

1

3

Me

nin

gkatn

ya in

vesta

si di se

ktor p

ariw

isata

1

3

1

Ko

ntrib

usi in

vestasi bid

ang p

ariwisata terh

adap

total in

vestasi nasio

nal

Persen

tase4

,24

4,2

84

,43

4,6

44

,83

1

4

Me

nin

gkatn

ya d

evisa

da

n p

en

gelu

ara

n w

isata

wa

n d

iInd

on

esia

1

4

1

Jum

lah p

enerim

aan d

evisa wism

anU

S$ m

iliar7

,60

8,5

8,9

61

0,3

51

2

1

4

2

Jum

lah p

engelu

aran w

isnu

s R

p triliu

n1

50

,41

15

3,4

17

1,5

17

8,6

2

5

19

1,2

5

1

4

3

Jum

lah p

engelu

aran p

er wism

an p

er kun

jun

ganU

S$1

.08

51

.11

81

.12

01

.15

01

.20

0

1

4

4

Jum

lah p

engelu

aran p

er wisn

us p

er kun

jun

ganR

p rib

u6

41

,76

65

07

00

71

4,5

75

0

1

5

Me

nin

gkatn

ya ku

an

titas w

isma

n ke

Ind

on

esia

da

n w

isnu

s

1

5

1

Jum

lah w

isman

ke Ind

on

esia u

ta oran

g7

7,6

89

10

1

5

2

Jum

lah p

erjalanan

wisn

us

Juta p

erjalanan

23

42

36

24

52

50

25

5

2

PEN

ING

KA

TA

N D

AY

A SA

ING

KEP

AR

IWISA

TA

AN

IND

ON

ESIA

2

1

Me

nin

gkatn

ya citra

kep

ariw

isata

an

Ind

on

esia

2

1

1

Daya sain

g kepariw

isataan In

do

nesia

Nilai

3,9

64

4,0

44

,08

4,1

2

2

1

2

Jum

lah lo

kasi KSP

N yan

g difasilitasi u

ntu

k men

ingkatkan

kualitas tata kelo

la destin

asi

(DM

O)

Lokasi

21

51

51

51

5

2

2

Te

rcipta

nya

dive

rsifikasi d

estin

asi p

ariw

isata

Tab

el 2

-1 M

atrik

s Tu

jua

n, S

as

ara

n d

an

Ind

ika

tor K

ine

rja J

an

gk

a M

en

en

ga

h d

an

Tah

un

an

Ke

me

np

are

kra

f

427

TU

JUA

N/SA

SAR

AN

/IND

IKA

TO

R

SAT

UA

N

IND

IKA

TO

R

20

10

2

01

1

20

12

2

01

3

20

14

2

2

1

Jum

lah lo

kasi daya tarik d

i DP

N yan

g dikem

ban

gkan m

en

jadi d

estin

asi pariw

isata D

aerah7

29

29

29

29

2

2

2

Jum

lah d

esa yang d

ifasilitasi un

tuk d

ikemb

angkan

seb

agai desa w

isata D

esa2

00

56

99

78

96

31

.34

2

2

2

3

Jum

lah p

ola p

erjalan

an yan

g dike

mb

angkan

Po

la1

02

01

32

01

3

2

3

Te

rcipta

nya

pe

ma

sara

n p

ariw

isata

yan

g efe

ktif da

n e

fisien

2

3

1

Rasio

kon

sentrasi p

asarwism

an ke In

do

nesia

CR

5 (%

)

6

3,5

63

,56

3,5

2

3

2

Jum

lahV

isit Ind

on

esia

To

urism

Office

r (VITO

) di m

ancan

egara

Lokasi

12

12

13

14

15

2

3

3

Pro

du

ktivitas investasi p

em

asaran lu

ar ne

geri

Kali

69

0,2

66

20

,13

47

3,5

95

29

,73

59

5,3

0

2

3

4

Pro

du

ktivitas investasi p

emasaran

dalam

ne

geri

Kali

3.4

74

1.2

98

1.8

48

1.8

50

1.9

08

2

3

5

Pen

ingkatan

persep

si po

sitif masyarakat d

un

ia men

genai kep

ariwisataan

Ind

on

esiaN

ilai survei

base lin

e

(x)

x+5

%x+

10

%

3

PE

NIN

GK

AT

AN

KO

NT

RIB

USI E

KO

NO

MI IN

DU

STR

I KR

EA

TIF

3

1

Me

nin

gkatn

ya P

rod

uk D

om

estik B

ruto

(PD

B) e

kon

om

ikrea

tif

3

1

1

Ko

ntrib

usi e

kon

om

i kreatif te

rhad

ap P

DB

nasio

nal

Pe

rsen

tase

7

,29

7,3

87

,5

3

2

Me

nin

gkatn

ya ku

alita

s da

n ku

an

titas te

na

ga ke

rja se

ktor e

kon

om

i krea

tif

3

2

1

Tingkat p

artisipasi te

naga ke

rja sekto

r eko

no

mi kre

atifP

erse

ntase

8,2

58

,35

8,4

8

3

2

2

Pertu

mb

uh

an p

rod

uktivitas ten

aga kerja sektor eko

no

mi kre

atifP

ersentase

3,0

83

,58

4,0

6

3

3

Me

nin

gkatn

ya u

nit u

sah

a se

ktor e

kon

om

i krea

tif

3

3

1

Ko

ntrib

usi u

nit u

saha d

i sekto

r eko

no

mi kre

atif terh

adap

un

it usah

a nasio

nal

Pe

rsen

tase7

,28

7,3

17

,35

4

PE

NIN

GK

AT

AN

AP

RE

SIASI T

ER

HA

DA

P P

ELA

KU

DA

N K

AR

YA

KR

EA

TIF

4

1

Me

nin

gkatn

ya ko

nsu

msi p

rod

uk d

an

jasa

krea

tif loka

l ole

h m

asya

raka

t Ind

on

esia

4

1

1

Jum

lah p

elaku kreatif yan

g me

ngalam

i pe

nin

gkatan akses p

asarO

rang

1.1

93

1.4

00

1.5

85

4

1

2

Pertu

mb

uh

an ko

nsu

msi karya kreatif lo

kal di d

alam n

egeriP

ersentase

9,2

61

0,0

71

0,8

9

4

2

Me

nin

gkatn

ya p

em

ah

am

an

ma

syara

kat te

rha

da

p e

kon

om

i krea

tif

4

2

1

Tingkat p

em

aham

an m

asyarakat terh

adap

eko

no

mi kre

atif P

erse

ntase

base lin

e

(x)

x+5

%x+

10

%

4

3

Te

rcipta

nya

rua

ng p

ub

lik ba

gi ma

syara

kat

4

3

1

Jum

lah p

enge

mb

angan

zon

a kreatif di In

do

nesia

Zon

a

3

10

12

428

TUJU

AN

/SASA

RA

N/IN

DIK

AT

OR

SA

TUA

N

IND

IKA

TOR

2

01

0

20

11

2

01

2

20

13

2

01

4

5

PEN

ING

KA

TAN

KA

PA

SITAS D

AN

PR

OFESIO

NA

LISME SD

M P

AR

IWISA

TA D

AN

EKO

NO

MI K

REA

TIF

5

1

Me

nin

gkatnya ku

alitas dan

kuan

titas lu

lusan

pe

nd

idikan

tinggi p

ariwisata

5 1

1 Ju

mlah

lulu

san p

end

idikan

tinggi kep

ariwisataan

yang terserap

di p

asar kerjaO

rang

1.24

11

.281

1.38

31

.443

1.49

0

5

2

Me

nin

gkatnya p

rofe

sion

alisme

pe

laku se

ktor p

ariwisata d

an e

kon

om

i krea

tif

5 2

1 Ju

mlah

stand

ar kom

peten

si sektor p

ariwisata d

an eko

no

mi kreatif

Naskah

SKK

NI

10

11

12

5 2

2 Ju

mlah

tenaga kerja p

ariwisata d

an eko

no

mi kreatif yan

g disertifikasi

Oran

g10.000

10.00015.000

9.0006

.000

6

PEN

CIP

TAA

N IN

OV

ASI B

AR

U D

I SEKTO

R P

AR

IWISA

TA D

AN

EKO

NO

MI K

REA

TIF

6

1

Me

nin

gkatnya ku

alitas pe

ne

litian d

an ka

jian b

idan

g pariw

isata d

an e

kon

om

i kreatif

6 1

1 Ju

mlah

pen

elitian d

an p

engem

ban

gan yan

g dim

anfaatkan

dalam

men

du

kun

g

kebijakan

di sekto

r pariw

isata

Kajian

81

01

01

11

2

6 1

2 Ju

mlah

pen

elitian d

an p

engem

ban

ganyan

g dim

anfaatkan

dalam

men

du

kun

g

kebijakan

di sekto

r ekon

om

i kreatif

Kajian

10

12

13

6

2

Me

nin

gkatnya ku

alitas kon

ten

dan

jejarin

g pe

laku d

i sekto

r eko

no

mi kre

atif

6 2

1 Ju

mlah

pelaku

kreatif yang m

engalam

i pen

ingkatan

kemam

pu

an kreasi d

an p

rod

uksi

Oran

g3

.918

4.13

04

.415

6 2

2 Ju

mlah

pelaku

kreatif yang m

engalam

i pen

guatan

jejaring

Oran

g2

.594

2.85

53

.145

7

PEN

ING

KA

TAN

KU

ALITA

S KIN

ERJA

OR

GA

NISA

SI KEM

ENP

AR

EKR

AF

7

1

Me

nin

gkatnya ku

alitas p

en

gelo

laan ke

uan

gan

7 1

1 O

pin

i keuan

gan K

emen

parekraf

Perin

gkatW

DP

WTP

WTP

WTP

WTP

7

2

Me

nin

gkatnya ku

alitas pe

laksanaan

Sistem

Aku

ntab

ilitas Kin

erja In

stansi P

em

erintah

(SAK

IP)

7 2

1 P

redikat SA

KIP

Kem

enp

arekraf P

redikat

BB

BA

A

7

3

Terse

len

ggaranya R

efo

rmasi B

irokrasi

7

3

1

Nilai Q

ua

lity Assu

ran

ce (QA

) Refo

rmasi B

irokrasi

Nilai

40

85

100

8

PEN

ING

KA

TAN

KU

ALITA

S DA

N K

UA

NTITA

S SDM

KEM

ENP

AR

EKR

AF

8

1

Me

nin

gkatnya ku

alitas Sum

be

r Daya M

anu

sia Ke

me

np

arekra

f

8 1

1 Ju

mlah

SDM

Kem

enp

arekraf yang d

ifasilitasi un

tuk m

eneru

skan p

end

idikan

kejen

jang

yang leb

ih tin

ggi

Oran

g1

81

19

51

53

429

TUJU

AN

/SASA

RAN

/IND

IKATO

R SA

TUA

N

IND

IKATO

R 2010

2011 2012

2013 2014

8 1

2 Jum

lah SDM

Kemenparekraf yang difasililtasi untuk m

engikuti diklat manajem

en dan

teknis

Orang

762635

546406

524

8 2

Meningkatnya kuantitas Sum

ber Daya M

anusia Kemenparekraf

8 2

1 Jum

lah penambahan SD

M Kem

enparekraf yang akan mengem

bangkan pariwisata

dan ekonomi kreatif

Orang

186259

128

430

BAB 3ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNANKEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF NASIONAL

Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang INDONESIA YANG MANDIRI,MAJU, ADIL DAN MAKMUR, RPJPN 2005-2025 mengamanatkan bahwa,RPJMN ke-2, periode 2010-2014 diarahkan untuk lebih memantapkan penataankembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatankualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuanilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

Landasan hukum pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasionaljangka menengah 2012-2014, adalah:

1. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan;

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2009, tentang Perfilman;

3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011, tentang Rencana IndukPembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025;

4. Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010, tentang RPJMN 2010-2014, terdiridari:1. Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014, Buku I RPJMN 2010-

2014;2. Bidang-Bidang Pembangunan, Buku II RPJMN 2010-2014;3. Pembangunan Kewilayahan, Buku III RPJMN 2010-2014;

5. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011, tentang Masterplan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;

6. Instruksi Presiden No 6 Tahun 2009 tentang Pembangunan EkonomiKreatif 2009-2015; dan

3.1.1 UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 2009, TENTANG KEPARIWISATAAN

Pembangunan kepariwisataan Indonesia dilaksanakan berdasarkan UU No.10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataandiwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan denganmemperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam,serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Pembangunan kepariwisataan ini

431

meliputi: industri pariwisata; destinasi pariwisata; pemasaran; dan kelembagaankepariwisataan.

Penugasan Undang-Undang Kepariwisataan kepada Kemenparekraf adalah:

1. Menyusun rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional,

2. Mendorong penanaman modal dalam negeri dan penanaman modalasing di sektor kepariwisataan,

3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untukmendukung pembangunan kepariwisataan,

4. Mengembangkan dan melindungi usaha mikro, kecil, menengah, dankoperasi dalam sektor usaha pariwisata,

5. Mengoordinasikan pembangunan kepariwisataan lintas sektor dan lintasprovinsi,

6. Menyelenggarakan kerja sama internasional di sektor kepariwisataansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

7. Menetapkan dan mengembangkan kawasan pariwisata strategis nasional,dan kawasan pariwisata khusus,

8. Menetapkan daya tarik wisata nasional,

9. Menetapkan destinasi pariwisata nasional ,

10. Menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur, kriteria, dan sistempengawasan dalam penyelenggaraan kepariwisataan;

11. Mengembangkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia disektor kepariwisataan,

12. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan,

13. Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yangmenjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali,

14. Melakukan dan memfasilitasi promosi pariwisata nasional,

15. Memberikan kemudahan yang mendukung kunjungan wisatawan,

16. Memberikan informasi dan/atau peringatan dini yang berhubungan dengankeamanan dan keselamatan wisatawan;

17. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan potensi wisata yang dimilikimasyarakat,

18. Mengawasi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraankepariwisataan,

432

19. Mengalokasikan anggaran kepariwisataan,

20. Memfasilitasi pembentukan Badan Promosi Pariwisata Indonesia yangberkedudukan di ibu kota negara, dan

21. Mendukung pembentukan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia, sebagaimitra pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan.

3.1.2 UNDANG-UNDANG NO. 33 TAHUN 2009, TENTANG PERFILMAN

Undang-Undang Perfilman merupakan dasar hukum pengembangan perfilmannasional. Perfilman memiliki fungsi perfilman mempunyai fungsi budaya,pendidikan, hiburan, informasi, pendorong karya kreatif, dan ekonomi.Penyelenggaraan perfilman dilakukan melalui kegiatan perfilman, dan usahaperfilman.

Penugasan Undang-Undang Perfilman kepada Kemenparekraf adalah:

1. Menyelenggarakan pendaftaran usaha perfilman;

2. Memberikan Izin Usaha Perfilman (kecuali pelaku usaha perseorangan),untuk:a. Usaha pengedaran filmb. Usaha ekspor filmc. Usaha impor film

3. Melindungi pembuatan film yang telah didaftarkan;

4. Mengumumkan secara berkala kepada publik data judul-judul film yangtercatat;

5. Memberikan izin kepada pihak asing yang menggunakan lokasi pembuatanfilm di Indonesia;

6. Menetapkan tata edar film untuk menjamin perlakuan yang adil;

7. Menerima dan mengumumkan laporan data jumlah penonton dari pelakuusaha pertunjukan film;

8. Melakukan kegiatan apresiasi film, melalui:a. Festival film,b. Seminar, diskusi, lokakarya,c. Kritik dan resensi film.

9. Memfasilitasi pembuatan film untuk pemenuhan ketersediaan filmIndonesia;

10. Menyusun Rencana Induk Perfilman Nasional;

11. Memfasilitasi pembentukan Badan Perfilman Indonesia ;

433

12. Memberikan penghargaan untuk film yang berprestasi di tingkat nasionaldan internasional;

13. Menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi pelatihan kompetensi insanperfilman.

3.1.3 PERATURAN PEMERINTAH NO. 50 TAHUN 2011, TENTANG RENCANA

INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2011 tentang Rencana Induk PembangunanKepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025 merupakan amanatdari UU No.10/Th.2009 tentang kepariwisataan yang mengatur pembangunankepariwisataan Indonesia.

Wilayah pengembangan destinasi pariwisata nasional diarahkan pada 222Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 Destinasi PariwisataNasional (DPN), dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).KPPN menunjukkan kawasan pengembangan pariwisata di seluruh indonesiayang diwujudkan dalam bentuk DPN dan KSPN. DPN merupakan destinasipariwisata berskala nasional, sedangkan KSPN merupakan kawasan yangmemiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembanganpariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebihaspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaansumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dankeamanan.

Hubungan antara KPPN, DPN dan KSPN dijelaskan pada rincian wilayahsebagai berikut:

1. Sumatera, terdiri dari 55 KPPN di 11 DPN dan 20 KSPN;

2. Jawa, terdiri dari 48 KPPN di 11 DPN (termasuk DPN Krakatau-UjungKulon) dan 23 KSPN;

3. Bali dan Nusa Tenggara, terdiri dari 33 KPPN di 8 DPN dan 21 KSPN;

4. Kalimantan, terdiri dari 25 KPPN di 7 DPN dan 9 KSPN;

5. Sulawesi, terdiri dari 28 KPPN di 5 DPN dan 8 KSPN; dan

6. Maluku dan Papua, terdiri dari 33 KPPN di 8 DPN dan 7 KSPN.

Program dan ruang lingkup pembangunan kepariwisataan dalam setiap programdapat dilihat pada Bagan 3-1.

434

Bagan 3-1 Program dan Ruang Lingkup Pembangunan Kepariwisataan

3.1.4 PERATURAN PRESIDEN NO. 5 TAHUN 2010, TENTANG RPJMN2010-2014

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 mengatur tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014. PeraturanPresiden ini menetapkan 3 jenis prioritas pembangunan, yaitu:

1. Prioritas nasional, berisikan prioritas pembangunan nasional 2010-2014;

2. Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan, berisikan prioritas bidangpembangunan;

3. Pembangunan berdimensi kewilayahan, berisikan prioritas pembangunankewilayahan.

3.1.4.1 Prioritas Pembangunan Nasional

Visi dan misi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada periode2010-2014 telah dijabarkan ke dalam sejumlah program prioritas untukmemudahkan implementasi dan pengukuran indikator keberhasilan dariimplementasi program tersebut. Sebagian besar sumber daya dan kebijakanakan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional,yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan;(4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7)iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10)daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik; serta (11) kebudayaan,kreativitas, dan inovasi teknologi.Sebelas prioritas nasional pada dasarnyamerupakan upaya untuk:

1. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik, yaitu meliputi: prioritas5 ketahanan pangan, prioritas 6 infrastruktur, prioritas 8 energi, sertaprioritas 10 daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik;

435

2. Perbaikan infrastruktur lunak, yaitu meliputi: prioritas 1 reformasi birokrasidan tata kelola dan prioritas 7 iklim investasi dan iklim usaha;

3. Penguatan infrastruktur sosial, yaitu meliputi: prioritas 2 pendidikan,prioritas 3 kesehatan, prioritas 4 penanggulangan kemiskinan dan prioritas9 lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; dan

4. Pembangunan kreativitas, yaitu meliputi: prioritas 11 kebudayaan,kreativitas, dan inovasi teknologi.

Selain 11 prioritas nasional, terdapat prioritas nasional lainnya di bidang: (1)Politik, hukum dan keamanan; (2) Perekonomian; (3) Kesejahteraan rakyatyang merupakan prioritas bagi Presiden RI periode 2010-2014.

Penugasan yang menjadi tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: (1) prioritas4 terkait dengan penanggulangan kemiskinan;(2) prioritas 11 terkait denganpenguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi;(3) prioritas nasional lainnyabidang kesejahteraan rakyat; (4) prioritas nasional lainnya bidang ekonomi.

A. Penanggulangan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan bertujuan menurunkan tingkat kemiskinan absolutdari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan memperbaiki distribusipendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaanmasyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat.

Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraftahun 2012-2014 adalah:

1. Melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri(PNPM Mandiri) sektor pariwisata, melalui pengembangan desa wisata;

2. Mendukung percepatan penyerapan KUR pada sektor-sektor industrikreatif.

B. Penguatan Kebudayaan, Kreativitas,dan Inovasi Teknologi

Penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi bertujuanmengembangkan dan melindungi kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmuserta apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagitumbuh-mapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yangdisertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasioleh keunggulan Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan.

Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraftahun 2012-2014 adalah:

a. Mendukung pengembangan sarana, melalui fasilitasi sarana bagipengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya

436

b. Mendukung program penciptaan,melalui fasilitasi perolehan paten danHKI, serta pengkajian dan penerapan inkubasi teknologi.

c. Melaksanakan pengembangan kesenian dan perfilman nasional;

d. Mendukung inovasi teknologi melalui peningkatan kemampuan inovasi dankreativitas pemuda.

C. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat

Prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat terdiri dari 10 substansiinti pembangunan. Kemenparekraf merupakan penanggung jawab utamapada 4 substansi inti, yaitu:

a. Peningkatan jumlah wisman dan wisnus sebesar 20% secara bertahapdalam 5 tahun;

b. Promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran danpengiklanan yang kreatif dan efektif;

c. Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan saranapendukung pariwisata; dan

d. Peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisatalokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitalitymanagement yang kompetitif di wilayah Asia.

D. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Ekonomi

Prioritas nasional lainnya bidang ekonomi terdiri dari 3 substansi inti pembangunan,yaitu pengembangan industri, diplomasi perdagangan, pelayanan dan perlindunganTKI (Tenaga Kerja Indonesia). Kemenparekraf memiliki tanggung jawab utamadalam pengembangan industri, mengacu pada Perpres No. 28 Tahun 2008tentang Kebijakan Industri Nasional, khususnya yang terkait industri kreatif,seperti: kerajinan; fesyen; piranti lunak; pasar barang seni; permainan interaktif;dan konten multimedia lainnya.

Tanggung jawab Kemenparekraf meliputi:1) Menguatkan keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai dari industri;2) Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun

kompetensi inti industri daerah;3) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan

dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber dayaterbarukan;

4) Mengembangkan industri kecil dan menengah;5) Menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif; dan6) Mendorong pertumbuhan klaster industri.

437

Bagan 3-2 Prioritas Nasional Pembangunan Kepariwisataan dan EkonomiKreatif Indonesia

3.1.4.2 Prioritas Bidang

Prioritas bidang pembangunan nasional 2010-2014 diarahkan pada 9 bidangyaitu: sosial budaya; ekonomi; ilmu pengetahuan dan teknologi; sarana danprasarana; politik; pertahanan dan keamanan; hukum dan aparatur; wilayahdan tata ruang; sumber daya alam dan lingkungan hidup; pariwisata danekonomi kreatif.

Kemenparekraf memiliki peran utama pada 2 bidang pembangunan, yaitu:(a) Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, pada prioritas jati diribangsa dan pelestarian budaya; dan (b) Bidang ekonomi, pada prioritaspariwisata dan ekonomi kreatif.

A. Penguatan Jati Diri Bangsa dan Pelestarian Budaya

Penugasan utama kepada Kemenparekraf dalam penguatan jati diri bangsadan pelestarian budaya adalah peningkatan apresiasi terhadap keragamanserta kreativitas seni dan budaya. Peningkatan apresiasi dilakukan melalui:

10. DaerahTertinggal, Terluar;dan Paskakonflik

8. Energi

11. P

RIO

RIT

AS N

AS

ION

AL

Pri

ori

tas

Nas

ion

alL

ain

ny

aBidang politik, hukum

& keamanan

Bidang perekonomian

Pemcegahan terorisme, perlindungan HAM,pemberantasan korupsi dll.

Peta panduan pengembangan industri kreatiftertentu serta Kemitraan antar industri kerajinan &barang seni dengan sektor lain seperti pariwisata

Penignkatan jumlah wisman & wisnus, promosi 10tujuan pariwisata, perbaikan sarana prasaranapendukung pariwisata, peningkatan kapasitasPemerintah & pemangku kepentingan pariwisatalokal

Peningkatan apresiasi, kreativitas & produktivitaspara pelaku seni, Kebijakan fasilitas perolehan hakpaten & HKI produk kreatif, serta meningkatnyakreativitas pemuda di bidang seni, budaya, &industri kreatif

Struktur, otonomi daerah, sumber daya manusia,regulasi, sinergi antara pusat dan daerah,penegakan hukum, serta data kependudukan

Kepastian hukum, penyederhanaan prosedur,logistik nasional, sistem informasi, KawasanEkonomi Khusus (KEK), serta ketenagakerjaan

Akses pendidikan dasar-menengah, aksespendidikan tinggi, metodologi, pengelolaan,kurikulum, serta kualitas

Program kesehatan masyarakat, program KB,sarana kesehatan, obat, serta asuransi kesehatannasional,\Pengembangan desa wisata dan zona kreatifmelalui PNPM bidang pariwisata dan ekonomikreatifPerubahan iklim, pengendalian kerusakanlingkungan, sistem peringatan dini, sertapenanggulangan bencana

Lahan, infrastruktur, penelitian &pengembangan pangan & gizi, serta adaptasiperubahan iklim

Tanah & tata ruang, jajan, perhubungan, perumahanrakyat, pengendalian banjir, telekomunikasi,transportasi perkotaan

Kebijakan, restrukturisasi BUMN, kapasitas energi,energi alternatif, hasil ikutan & turunan minyakbumi/gas, konversi menuju penggunaan

Kebijakan, kerjasama internasional,keutuhan wilayah, serta darah tertinggal

Bidang kesejahteraanrakyat

11. Kebudayaan,Kreativitas & Inovasi

Teknologi

1. Reformasi Birokrasidan Tata Kelola

7. Iklim Investasi &Usaha

2. Pendidikan

3. Kesehatan

4. PenanggulanganKemiskinan

9. Lingkungan Hidup& Bencana

5. Ketahanan Pangan

6. Infrastruktur

438

1. Fasilitasi perolehan HKI terhadap karya seni budaya,

2. Fasilitasi pergelaran, pameran, festival karya seni budaya dan film,

3. Fasilitasi sarana pengembangan, pendalaman, dan pergelaran seni budaya,

4. Reaktualisasi, inventarisasi, dan dokumentasi karya budaya, dan

5. Fasilitasi produksi film nasional yang berkualitas.

B. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan inisiatif baru padabidang pembangunan ekonomi. Penugasan pembangunan nasional kepadaKemenparekraf pada prioritas pariwisata meliputi:

1. Pengembangan industri pariwisata, melalui peningkatan investasi di sektorpariwisata,

2. Pengembangan destinasi pariwisata yang berdaya saing tinggi di pasarglobal, yang dilakukan melalui:a. Pengembangan daya tarik pariwisata;b. Pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata; danc. Peningkatan PNPM mandiri sektor pariwisata,

3. Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata, yang dilakukan melalui:a. Peningkatan promosi pariwisata luar negeri;b. Peningkatan promosi pariwisata dalam negeri;c. Pengembangan informasi pasar pariwisata;d. Peningkatan publikasi pariwisata; dane. Peningkatan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

(Meeting, Incentive Travel, Conference, and Exhibition/ MICE),

4. Pengembangan sumber daya pariwisata melalui peningkatan jumlahlulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar tenagakerja, dan peningkatan penelitian dan pengembangan kepariwisataan,

Penugasan pembangunan nasional kepada Kemenparekraf pada prioritasekonomi kreatif meliputi:

1. Peningkatan kontribusi PDB Ekonomi Kreatif;

2. Peningkatan UKM kreatif yang mendapat transaksi bisnis di pamerandalam dan luar negeri;

3. Peningkatan jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan(UKM);

4. Peningkatan kualitas data dan informasi ekonomi kreatif;

439

5. Peningkatan jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan;

6. Pengembangan klaster industri kreatif, melalui peningkatan kemampuandesain, manajemen dan kreativitas pengrajin,

7. Pengembangan produk dan pemasaran bagi koperasi dan UMKM; dan

8. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan bagi UMKM yang berbasisinovasi dan berorientasi ekspor.

Sosial Budayadan

KehidupanBeragama

1. Peningkatan Investasi

2. Peningkatan ekspor

3. Peningkatan daya beli masyarakat

4. Optimalisasi pengeluaran Pemerintah &

pengelolaan kekayaan negara

5. Pengelolaan APBN yang berkelanjutan

6. Stabilitas sektor keuangan

7. Revitalisasi Industri

8. Daya saing ketenagakerjaan

9. Pemberdayaan koperasi & UKM

10.Jaminan sosial

11.Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Ekonomi

1. Pengendalian kuantitas Penduduk2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan

kesehatan3. Peningkatan akses, kualitas, dan relevansi

pendidikan4. Peningkatan partisipasi pemuda, budaya dan

prestasi olahraga5. Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama6. Penguatan jati Diri Bangsa dan Pelestarian

Budaya7. Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan

Kesejahteraan Sosial8. Kesetaraan Gender, Pemberdayaan

Perempuan, dan Perlindungan Anak

ALUR PIKIR PRIORITAS BIDANGRPJM 2010 2014 (I)

Peningkatan

Kualitas SDM,

serta Jati Diri dan

Karakter Bangsa

Peningkatan

Kesejahteraan

Rakyat

MelanjutkanPembangunan

Menuju Indonesia

yang Sejahtera

Memperkuat

Dimensi Keadilan

di Semua Bidang

Kesejahteraan

Rakyat

Keadilan

Ekonomi Kreatif & Pariwisata

Ekonomi Kreatif

Pariwisata

3-3 Peran Utama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Fokus Bidang-Bidang Pembangunan

3.1.4.3 Prioritas Pembangunan Kewilayahan

Perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budayadan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan masih adanya kesenjanganantar wilayah. Hal ini mengakibatkan kesejahteraan masyarakat tidak meratadi seluruh wilayah. Karenanya, sesuai dengan visi pembangunan Indonesiauntuk mewujudkan kemandirian, kemajuan, keadilan, serta kemakmuran,maka sinergi antara pusat dan daerah serta antar daerah haruslah diperkuat.

Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah mengembangkan prioritaspembangunan kewilayahan yang konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektor,

440

serta mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah, sistem hukum dankelembagaan yang andal. Prioritas pembangunan ini dibagi berdasarkanwilayah Sumatera, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,Maluku, serta Papua.

Strategi pengembangan wilayah 2010-2014 sesuai dengan RPJMN adalahsebagai berikut:

1. Mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa-Bali danSumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayahJawa-Bali dan Sumatera;

2. Meningkatkan keterkaitan antar wilayah melalui peningkatan perdaganganantar pulau untuk mendukung perekonomian domestik;

3. Meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektorunggulan di tiap wilayah;

4. Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategisdan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasanterluar, dan daerah rawan bencana; dan

5. Mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan.

Dari strategi pengembangan wilayah tersebut, Kemenparekraf memiliki peranpenting dalam mendorong pertumbuhan wilayah potensial di luar Jawa-Balidan Sumatera (poin 1), meningkatkan daya saing daerah (poin 3), sertamendorong percepatan pembangunan daerah (poin 4).

A. Sumatera

Di wilayah Sumatera, ekonomi kreatif memiliki peran penting pada arahkebijakan dan strategi pengembangan wilayah terkait dengan pengembangancluster industri unggulan. Strateginya adalah mengembangkan Medan, Batam,Pekanbaru, dan Palembang sebagai pusat industri pengolahan yang melayanikawasan sentra produksi.

Sedangkan, untuk pengembangan industri pariwisata alam dan budaya, strategiyang diambil oleh pemerintah adalah mengembangkan pusat-pusat tujuanwisata dalam suatu jalur wisata terpadu. Target pengembangan pariwisataini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20 persensecara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).

B. Jawa-Bali

Arah kebijakan dan strategi pembangunan yang terkait sektor pariwisata diJawa-Bali terkait dengan percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa.Strategi yang diambil adalah pengembangan potensi wisata pantai (ekowisata)

441

di wilayah selatan Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, danJawa Timur. Selain itu, pengembangan jasa pariwisata dan perdaganganjuga dilakukan dengan strategi mengembangkan teknologi dan kualitas SDMdi sektor jasa pariwisata dan perdagangan di Provinsi DKI Jakarta, JawaBarat, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).

Kontribusi sektor ekonomi kreatif di wilayah Jawa-Bali erat kaitannya denganpengembangan industri unggulan potensial yang dilakukan melalui strategimengembangkan industri kecil dan menengah pada industri kreatif terutamakerajinan, seni pertunjukan, desain, layanan komputer dan piranti lunak,serta riset dan pengembangan di Provinsi DI Yogyakarta.

Sedang, kedua sektor ini secara bersamaan memiliki peran dalam hal penguatanproduktivitas ekonomi dan investasi dengan strategi pengembanganmenciptakan iklim investasi yang kondusif di Provinsi DKI Jakarta.

C. Kalimantan

Berdasarkan strategi pengembangan wilayah secara umum, arah kebijakandan strategi pengembangan wilayah Kalimantan terkait sektor pengembanganindustri pariwisata alam dan budaya yang dilakukan dengan strategimengembangkan gugus (cluster) industri pariwisata. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).

Sedangkan yang terakit dengan ekonomi kreatif terlihat dari arah kebijakanuntuk pengembangan Kalimantan sebagai wilayah tumbuh pesat dan meratadengan strategi mengembangkan produk atau industri unggulan wilayah dankerja sama antardaerah.

D. Sulawesi

Arah kebijakan di wilayah Sulawaesi yang terkit pengembangan sektor pariwisataadalah pengembangan jalur wisata alam dan budaya. Strateginya denganmemperkuat jalur wisata Toraja-Tomohon-Bunaken dengan Bali. Targetpengembangan pariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnussebesar 20 persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).

Sedang, arah kebijakan wilayah Sulawesi untuk pengembangan industrikreatif adalah pengembangan gugus industri unggulan wilayah dengan strategimengembangkan Manado-Bitung sebagai pusat industri pengolahan berbasishasil laut dan mengembangkan Gorontalo, Palu, Kendari, dan Mamuju sebagaipusat industri pengolahan tanaman pangan dan hortikultura.

442

E. Nusa Tenggara

Di wilayah Nusa Tenggara, arah kebijakan terkait pengembangan sektorpariwisata adalah pengembangan pariwisata bahari dengan strategimeningkatkan aksesibilitas dari sentra-sentra produksi di Bayan, Keruak,Batukliang dan sekitarnya melalui keterpaduan sistem transportasi darat danlaut, mengembangkan objek pariwisata, meningkatkan kinerja pembangunankepariwisataan di sekitar Gili Trawangan, Air dan Meno yang memiliki potensisangat besar melalui pengembangan fasilitas pendukung berstandarinternasional, mengembangkan kawasan industri pengolahan bahan tambangdan perikanan tangkap yang komplementer dengan keberadaan pelabuhaninternasional Teluk Kupang, meningkatkan aksesibilitas kota Kupang ke sentra-sentra produksi di sekitarnya, mengembangkan sentra produksi pertaniantanaman pangan dan hortikultura, tanaman tahunan, hasil hutan, perikanantangkap, wisata lingkungan, serta wisata bahari. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).

Arah kebijakan wilayah Nusa Tenggara yang terkait ekonomi kreatif danpariwisata adalah pengembangan Mataram dan Kupang sebagai pusat industripengolahan komoditas unggulan dan pariwisata dengan strateginya adalahindustri pengolahan khusunya yang fokus pada sektor kuliner.

F. Maluku

Wilayah Maluku memiliki arah kebijakan pengembangan sentra produksikomoditas unggulan. Strategi pengembangannya adalah diversifikasi produkke arah ikan siap saji untuk pasar dalam dan luar negeri, mengembangkanklaster industri perikanan dengan Ambon sebagai pusat industri pengolahan,serta penganekaragaman produk olahan kelapa.

G. Papua

Pengembangan wilayah Papua terkait sektor pariwisata memiliki arah kebijakanyaitu pengembangan sektor dan komoditas unggulan dilakukan dengan strategimengembangkan potensi wisata bahari Raja Ampat dan wisata budaya sertapelestarian dan pemanfaatan keragaman hayati di wilayah Papua dilakukandengan strategi pengembangan mengarusutamakan prinsip-prinsippembangunan berkelanjutan dalam kebijakan publik. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).

443

Bagan 3-4 Peran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada PembangunanKewilayahan

3.1.5 PERATURAN PRESIDEN NO. 32 TAHUN 2011, TENTANG MASTERPLAN

PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

2011-2025

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia(MP3EI) merupakan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yangsudah lebih spesifik, dilengkapi dengan kebutuhan infrastruktur danrekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yangperlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yangdiperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. MP3EImenjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan PembangunanNasional.

Penugasan nasional kepada Kemenparekraf meliputi: pengembangankonektivitas nasional dalam sektor pariwisata; pengembangan SDM danIptek; dan pengembangan koridor Jawa dan Bali-Nusa Tenggara.

444

Bagan 3-5 Rencana Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi KreatifBerdasarkan MP3EI

3.1.6 INSTRUKSI PRESIDEN NO 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBANGUNAN

EKONOMI KREATIF 2009-2015

Sebagai inisiatif baru, kebijakan pembangunan ekonomi kreatif nasionalbelum tertuang pada RPJMN 2010-2014. Dasar hukum pengembanganekonomi kreatif yang digunakan adalah Inpres No. 6 Tahun 2009. Sasaranstrategis pengembangan ekonomi kreatif 2014 dijelaskan pada tabel berikut.

445

Misi Ekonomi Kreatif 2008‐2014 (Penguatan Pondasi dan Pilar) 1. Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap 

pendapatandomestik bruto Indonesia Kontribusi PDB Industri Kreatif mencapai 7‐8% PDB Nasional, dengan syarat pertumbuhan 7%‐9% 

2. Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anak bangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer 

Kontribusi Ekspor Industri Kreatif mencapai 11‐12% Ekspor Nasional, dengan syarat pertumbuhan 9%‐11% 

3. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru di industri kreatif 

Kontribusi Tenaga Kerja Industri Kreatif mencapai 6‐7% Tenaga Kerja Nasional 

4. Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kreatif 

Jumlah perusahaan Industri Kreatif meningkat 1,5‐2 kali jumlah perusahaan Industri Kreatif tahun 2006 

5. Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yangberkelanjutan bagi bumi & generasi yang akan datang 

Mendukung pengurangan laju deforestasi 1 juta ha pertahun 

6. Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan dan warisan budaya nusantara 

Pertumbuhan Paten domestik terdaftar sebesar 4%  Pertumbuhan Hak Cipta domestik terdaftar sebesar 

38,94%  Pertumbuhan Merk domestik terdaftar sebesar 6%  Pertumbuhan Desain Industri domestik terdaftar sebesar 

39,7% 

7. Penumbuhkembangan kawasan‐kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial 

Menumbuhkembangkan 3 kawasan kreatif potensial di wilayah Indonesia (1 kawasan per 2 tahun) 

8. Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya ‘National Branding’ atau pencitraan negara Indonesia di mata dunia Internasional 

Menciptakan 200 merek lokal baru dan yang sudah ada, yang terpercaya dan telah secara legal terdaftar di Dirjen HKI di Indonesia dan juga di kantor paten negara tujuan ekspor 

Tabel 3-1 Sasaran Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2014

Pengembangan ekonomi kreatif merupakan kolaborasi triple helix, yaituintelektual, bisnis, dan pemerintah bersama-sama dengan pelaku kreatifuntuk memperkuat sumber daya dan teknologi, industri, akses pasar, aksespembiayaan, yang dinaungi oleh institusi yang mendorong munculnya kreatifitas.

Bagan 3-6 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

446

Berdasarkan model pengembangan ekonomi kreatif, maka Kemenparekrafmemiliki peran sebagai motor maupun koordinator dalam penciptaan insan-insan kreatif serta dalam penguatan pilar pengembangan ekonomi kreatif diIndonesia. Strategi pengembangan pondasi dan pilar dalam model ekonomikreatif dijelaskan pada Bagan 3-6.

Bagan 3-7 Strategi Penguatan Pondasi dan Pilar Ekonomi Kreatif

3.1.7 INDONESIA DALAM KOMUNITAS ASEAN

Pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia tidak lepas daritujuan regional yang terintegrasi dan komprehensif di bidang ekonomi, sosial,budaya, politik dan keamanan di wilayah ASEAN. Oleh karena itu, KomunitasASEAN menetapkan Roadmap ASEAN 2009–2015 yang terdiri dari tigaCetak Biru dalam memenuhi rancangan strategis regional pada setiap bidang,yaitu Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC), Cetak Biru KomunitasSosial-Kebudayaan ASEAN (ASCC), dan Cetak Biru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (APSC). Ketiga Cetak Biru tersebut terdiri dari elemen-elemen inti yang terkait dengan sektor pariwisata maupun sektor ekonomikreatif yang dapat dilihat pada Bagan 1-7.

447

3.1.7.1 Keterkaitan Pengembangan Kepariwisataan Indonesia denganKomunitas ASEAN

Pariwisata diidentifikasi sebagai salah satu dari 12 sektor prioritas19 penggerakutama dalam pengembangan wilayah ASEAN. Pentingnya peran sektorpariwisata di wilayah ASEAN membutuhkan rencana strategis tersendiri yangmampu mengintegrasikan pengembangan pariwisata untuk kawasan ASEAN.Namun demikian, rencana strategis pariwisata ASEAN tidak dapat dipisahkandari rencana strategis ASEAN untuk bidang-bidang yang telah ditetapkansebelumnya. Oleh karena itu, Komunitas ASEAN memformulasikan elemen-elemen inti yang relevan dengan arah pengembangan kepariwisataan yangterkandung Roadmap ASEAN 2009–2015, menjadi Rencana StrategisPariwisata ASEAN (ATSP) 2011–2015.

ATSP memiliki tujuan untuk mengembangkan pariwisata secara bertanggungjawab dan berkelanjutan serta dan memiliki peran dalam penanggulangankemiskinan, perubahan iklim, isu gender dan minoritas, pembangunan

19 Kesehatan, Transportasi udara, Logistik, Otomotif, Elektronik, Tekstil dan pakaian jadi, e-ASEAN/ICT, Pariwisata, Perikanan, Produk berbasis karet, Industri berbasis agro, dan Industriberbasis kayu.

Elemen inti yang relevan dengan arahan yang Strategis Pariwisata ASEAN (ATSP)Elemen inti yang relevan dengan arahan yang Strategis Pariwisata dan Ekonomi KreatifElemen inti yang relevan dengan arahan yang Strategis Ekonomi Kreatif

448

kapasitas, pelestarian budaya dan konservasi alam. Tujuan tersebut merupakantanggung jawab Kementerian, Lembaga maupun Badan Nasional yang terkaitdengan sektor pariwisata di masing-masing negara ASEAN. Visi yang diembanoleh ATSP adalah untuk “Meningkatkan jumlah pengunjung intra-ASEANtahun 2015 dengan produk otentik dan beragam, peningkatan konektivitas,lingkungan yang aman dan aman, peningkatan kualitas layanan, sertamemastikan kualitas hidup dan kesempatan bagi warga bertanggung jawabdan berkelanjutan melalui pengembangan pariwisata dengan bekerja secaraefektif dengan berbagai stakeholder”. Visi tersebut diturunkan menjadi tigaarahan strategis:

1. Pengembangan produk inovatif daerah, pemasaran kreatif, dan strategiinvestasi, dengan aksi-aksi strategis berikut:

1.1 Mengembangkan dan implementasi strategi pemasaran pariwisatadi wilayah ASEAN,melalui pencitraan (branding), target pasar, strategikomunikasi, pendekatan distribusi dan struktur implementasi, sertapembentukan kelompok riset pasar untuk memberikan informasianalitis mengenai tren dan situasi pariwisata terbaru secara berkala;

1.2 Mengembangkan kawasan/sub-kawasan kreatif dan eksperientaldengan strategi investasi,melalui pengembangan paket untuk koridordaerah, sirkuit dan klaster pariwisata berbasis alam, budaya,masyarakat, perairan dan pelayaran. Selain itu juga bekerja denganKomite Koordinasi Investasi (CCI) dan Komite Koordinasi Jasa (CCS)dalam mengurangi hambatan dan mendorong investasi pengembanganproduk;

1.3 Meningkatkan hubungan kebijakan eksternal dan prosedur pariwisataASEAN,melalui pembuatan dan pengembangan kebijakan untukmengatur hubungan masyarakat, promosi tujuan dan kegiatan NTOdi ASEAN, kerjasama dengan mitra dialog, kerjasama denganorganisasi intrnasional serta komunikasi dengan stakeholder swasta.

2. Pengembangan strategis mengenai kualitas pelayanan, fasilitas danSDM setempat, dengan aksi-aksi strategis berikut:

2.1 Merevisi dan mengembangkan standardisasi pariwisata ASEAN,melaluipenetapan sertifikasi untuk green-hotel, homestay, toilet publik, layananspa, keamanan pariwisata dan pedoman keselamatan, serta mengatasiperubahan iklim;

2.2 Implementasi Mutual Recognition Agreement (MRA) mengenai fasilitasiprofesi/sumber daya pariwisata ASEAN,melalui pengaturan dan

449

pembaharuan kompetensi bidang pariwisata, terutama industri hotel(divisi rumah tangga, front office, makanan dan minuman jasa, danproduksi pangan) dan jasa kepariwisataan (divisi agen perjalanandan operasi wisata), membuat sertifikasi profesi kepariwisataan,membuat matriks kesesuaian pasar kerja dengan database kompetensiSDM pariwisata, mengembangkan tools untuk memantau pasar tenagakerja sekaligus mengatur izin kerja pariwisata antar negara ASEANmelalui sistem online;

2.3 Menyediakan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan danketerampilan,melalui penetapan kebijakan dan prosedur untukpengembangan program peningkatan kapasitas (termasuk proses-proses peningkatan kapasitas, sistem penilaian dan kriteria untukmenilai inisiatif yang akan mendapatkan dukungan ASEAN, sertamengembangkan SDM berdasarkan prioritas kawasan.

3. Peningkatan dan percepatan fasilitasi perjalanan dan konektivitasASEAN, dengan aksi-aksi prioritas:

3.1 Menyokong visa tunggal di ASEAN,melalui identifikasi hambatanpeluang dan bekerja dengan kelompok-kelompok ASEAN, menentukanadvokasi dalam pelaksanaan sistem e-visa, serta mengatur visainovatif yang memudahkan perjalanan (sub-regional visa);

3.2 Melakukan kerja sama dengan organisasi lain yang terkait dengankonektivitas transportasi darat, rel, maritim, dan udara denganmengidentifikasi hambatan transportasi masuk/keluar untukpeningkatan konektivitas regional serta melakukan kerjasama untukmemastikan adopsi dan implementasi aktivitas prioritas dari organisasi-organisasi yang terkait kepariwisataan di tingkat Nasional dan ASEAN.

3.1.7.2 Keterkaitan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia denganKomunitas ASEAN

Pengembangan pada sektor ekonomi kreatif merupakan inisiatif yang dilakukanoleh masing-masing negara di wilayah ASEAN dan belum terakomodasidalam rencana strategis tersendiri. Selain itu, Roadmap Komunitas ASEAN2009–2015 tidak memberikan gambaran yang eksplisit dan terintegrasimengenai arahan pengembangan ekonomi kreatif. Namun demikian,Kemenparekraf memiliki tanggung jawab yang koheren dengan arahpengembangan ASEAN yang dituliskan pada Roadmap Komunitas ASEAN2009–2015.

450

1. Dukungan terhadap Cetak Biru ASPC

Dalam Cetak Biru ASPC, elemen inti yang mendukung rencana kerjauntuk sektor ekonomi kreatif adalah Kerjasama dalam pengembanganpolitis. Elemen inti tersebut didukung oleh aksi-aksi prioritas berikut:1. Penyusunan kerangka kerja institusional yang memfasilitasi aliran

informasi antar negara dan promosi pertukaran budaya di wilayahASEAN melalui produksi bersama dan melakukan pertukaran kontenuntuk film, televisi, animasi, permainan dan media;

2. Promosi pemahaman dan apresiasi budaya dan sejarah ASEANmelalui konferensi akademis, workshop dan seminar secara berkala.

2. Dukungan terhadap Cetak Biru AEC

Dalam Cetak Biru AEC, rencana kerja sektor ekonomi kreatif didukungoleh elemen inti HKI dan E-Commerce. Untuk mendukung integrasi HKIdi wilayah ASEAN, diperlukan aksi-aksi prioritas berikut:1. Implemenasi kerjasama ASEAN mengenai hak cipta;2. Mengembangkan akses notifikasi hak cipta secara online pada tahun

2012 sehingga mampu mewujudkan sistem yang efektif untuk hakcipta di akhir tahun 2014;

3. Membangun sistem dokumentasi untuk memfasilitasi administrasiHKI dan promosi kerjasama antar kantor HKI di ASEAN sejak tahun2010;

4. Peningkatan kapasitas dan membangun database nasional untukHKI, mencakup : Pengetahuan Tradisional (TK), Sumber Daya Genetik(GR) dan Ekspresi Tradisional Budaya (TCE).

Sedangkan kebijakan dan hukum yang mengatur infrastrukture-commerce perlu ditetapkan sebagai implementasi Perjanjian KerangkaKerja e-ASEAN dengan aksi prioritas:1. Harmonisasi infrastruktur hukum untuk kontrak elektronik dan layanan

perselisihan online;2. Fasilitasi pengakuan tanda tangan digital di wilayah ASEAN dan

pada tahun 2012; serta3. Menguatkan jaringan kerjasama melalui forum bisnis ASEAN dan

mitra dialog sebagai landasan promosi perdagangan dan investasipada tahun 2014.

3. Dukungan terhadap Cetak Biru ASCC

Dalam Cetak Biru ASCC, rencana kerja sektor ekonomi kreatif didukungoleh elemen inti: (1) Promosi teknologi informasi dan komunikasi, (2)

451

Fasilitasi akses terhadap iptek terapan, (3) Membangun kapasitas layananmasyarakat, (4) Pengurangan Kemiskinan, (5) Promosi kesadaran danrasa kebersamaan ASEAN, (6) Pelestarian dan promosi warisan budayaASEAN, (7) Promosi kreativitas budaya dan industri, serta (8) Keterlibatandengan masyarakat. Elemen-elemen inti tersebut terdiri dari aksi prioritasyang diharapkan mampu menjadi dasar perencanaan strategis yangimplementatif untuk Kemenparekraf.

Dalam rangka mewujudkan program pengembangan SDM yangmemfasilitasi inisiatif TIK, elemen inti Promosi TIK didukung oleh aksiprioritas pengembangan sumber daya dan tenaga kerja yang memilikikeahlian khusus dan kemampuan tinggi untuk memanfaatkan TIK.

Dalam rangka mengembangkan kebijakan dan mendukung mekanismeriset dan pengembangan iptek, melakukan komersialisasi dan transferteknologi, elemen inti Fasilitasi akses terhadap iptek terapan didukungoleh aksi-aksi prioritas berikut:

1. Meningkatkan kolaborasi pengembangan iptek terapan melalui fasilitasipergerakan dan pertukaran peneliti dari institusi iptek di sektor publikmaupun sektor swasta;

2. Kerjasama dengan sektor swasta untuk promosi kolaborasipengembangan iptek, transfer teknologi, dan komersialisasimenggunakan TIK;

3. Mengembangkan indikator iptek untuk pengembangan SDM secarastrategis sehingga dapat digunakan untuk perencanaan ekonomidan industri;

4. Promosi pengembangan dan integrasi penggunaan konten digitaloleh antarnegara ASEAN.

Dalam rangka mewujudkan layanan masyarakat yang efektif, efisien,transparan, bertanggung jawab, dan akuntabel, seluruh birokrasi yangterlibat di setiap negara ASEAN perlu memiliki sistem layanan melaluipengembangan kapasitas dan peningkatan kompetensi SDM birokrasi.Elemen inti membangun kapasitas layanan masyarakat didukung olehaksi prioritas untuk:

1. Menetapkan mekanisme dan standardisasi layanan masyarakatprosedur umpan balik, dan sistem penilaian performansi berdasarkanoutput;

2. Mengembangkan peran masyarakat dalam upaya integrasi tata kelola.

452

Untuk dapat mengurangi angka kemiskinan melalui penciptaan produklokal yang inovatif dan pemanfaatan keberagaman keadaan sosial danekonomi di negara-negara ASEAN, elemen inti pengurangan kemiskinandidukung oleh aksi prioritas berikut:

1. Menciptakan sistem pendukung sehingga keluarga miskin mampumembangun usaha sendiri;

2. Meningkatkan kerjasama dan jaringan terhadap institusi mikrofinansialdengan menghargai nilai dan tradisi lokal.

Dalam rangka menciptakan rasa kebersamaan mengenai kebudayaan,sejarah, agama dan peradaban dalam wilayah ASEAN, elemen inti promosikesadaran dan rasa kebersamaan ASEAN didukung oleh aksi prioritasberikut:

1. Meningkatkan pertukaran media dan jaringan komunikasi personalantar negara anggota ASEAN dengan Amerika, dan mitra dialog;

2. Meningkatkan penggunaan dan kemampuan untuk memanfaatkanmedia/teknologi baru seperti penyiaran digital dan memfasilitasikolaborasi industri media untuk menampilkan perkembangan danbakat budaya negara-negara ASEAN;

3. Memperkuat kemampuan nasional dalam pelestarian dan promosiwarisan audio visual;

4. Menyebarkan tradisi sosial dan nilai-nilai budaya ASEAN melaluimedia, khususnya di kalangan muda;

5. Mempromosikan pertukaran program televisi untuk meningkatkanpemahaman lintas kultural antarnegara ASEAN;

6. Mendorong pertukaran pemuda/kegiatan serupa untukmempromosikan seni dan pertunjukan budaya ASEAN.

Dalam rangka mempromosikan pelestarian warisan budaya ASEAN,meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang sejarahyang unik dari budaya antar negara anggota ASEAN, elemen inti pelestariandan promosi warisan budaya ASEAN didukung oleh aksi prioritas berikut:

1. Mengembangkan kemampuan pengelolaan, promosi dan pelestarianbudaya/warisan tradisional dan non-tradisional melalui mediaaudio-visual;

2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian warisan budayamelalui media massa;

453

3. Memajukan perlindungan kekayaan budaya terhadap pencurian, ilegaldan perdagangan ilegal dan perdagangan, transfer di dalam dan diluar ASEAN;

4. Mengembangkan bakat dan mempromosikan interaksi antara parasarjana, seniman, dan praktisi media warisan untuk membantumelestarikan dan mempromosikan Keragaman Budaya ASEAN, sertamendorong identitas regional ASEAN.

Dalam rangka meningkatkan identitas ASEAN dan kebersamaan melaluikreativitas budaya dan promosi dan kerja sama pada industri budaya,elemen inti promosi kreativitas budaya dan industri didukung oleh aksiprioritas berikut:

1. Pengembangan sumber daya industri budaya dengan memfasilitasikolaborasi dan jaringan antara dan budaya antara perusahaan kecildan menengah;

2. Mempromosikan dan mendukung pengembangan industri budayamelalui pertukaran pengetahuan dan best practice untuk menghormatimerek nasional;

3. Mengembangkan dan mendukung SDM muda untuk ide dan tindakanorisinil di bidang budaya dan seni;

4. Mempromosikan untuk kreativitas budaya di kalangan pemuda dansemua sektor penduduk, termasuk kelompok etnis;

5. Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengembangan industri budayadalam komersialisasi produk/jasa budaya lokal di dalam negeri danpasar internasional;

6. Mendorong kerja sama pada industri budaya dan ekonomi kreatifantarnegara ASEAN.

Sedangkan untuk menanamkan identitas ASEAN dan membangun SDMASEAN yang fokus pada partisipasi seluruh sektor masyarakat, elemeninti keterlibatan dengan masyarakat didukung oleh aksi-aksi prioritasuntuk melibatkan pemerintah maupun afiliasi non-pemerintah dalampembangunan Komunitas ASEAN, serta mendukung pembangunanpedesaan dan membantu kemandirian desa.

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENPAREKRAF

Arah kebijakan pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunankepariwisataan dan ekonomi kreatif, merupakan dasar pertimbangan

454

Kemenparekraf dalam menetapkan prinsip dasar, kerangka pikir dan arahkebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun2012 – 2014.

3.2.1 PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI

KREATIF

Prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional2012-2014 merupakan acuan dasar dalam menentukan arah, strategi,program, dan kegiatan pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif.Prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif meliputi:

1. Pro Growth, yaitu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi melalui sektor-sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif.

2. Pro Jobs, yaitu menciptakan dan memperluas lapangan kerja, denganfokus utama untuk menggerakkan sektor riil yang dapat menciptakanlapangan kerja, sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran nasional.

3. Pro Poor, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan nasional melalui peningkatanpendapatan masyarakat di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, baiksektor formal maupun nonformal.

4. Pro Environment, yaitu mengupayakan pembangunan denganmenggunakan sumber daya terbarukan dan mengembangkan karya yangramah lingkungan.

5. Mendukung penguatan nilai sosial dan budaya, yaitu mengupayakanterciptanya tradisi yang hidup didalam masyarakat melalui pelestarian(perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan) nilai sosial budaya.

6. Menciptakan kualitas hidup, yaitu memperkuat perbaikan ekonomimasyarakat dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas,perbaikan kesehatan mental, kreativitas masyarakat, rekreasi danpemanfaatan waktu senggang, serta toleransi dan kepedulian sosialsecara berkelanjutan, melalui peran sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

7. Menciptakan nilai tambah, yaitu tidak hanya meningkatkan nilai melaluipeningkatan volume produk dan layanan tetapi mengutamakan penciptaannilai yang tinggi pada produk dan layanan sektor pariwisata dan ekonomikreatif melalui pemanfaatan kreativitas yang tidak terbatas.

Tujuh prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif2010-2014 ini merupakan satu kesatuan utuh, yang tidak dapat dipisahkansatu dan lainnya. Dengan demikian prinsip ini diartikan bahwa Kemenparekrafakan senantiasa berupaya menciptakan laju pertumbuhan ekonomi sektor

455

pariwisata dan ekonomi kreatif yang tinggi, dengan berpihak pada pengurangantingkat pengangguran, pengurangan tingkat kemiskinan, peningkatankelestarian lingkungan yang berkelanjutan, penguatan nilai sosial budaya,dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta peningkatan penciptaannilai tambah, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, inklusif, danberkeadilan dapat dicapai.

3.2.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

DAN EKONOMI KREATIF

Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatifKemenparekraf disusun mempertimbangkan visi, misi, tujuan, sasaran strategispembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif 2012-2014, yangdilaksanakan mengikuti arah kebijakan pembangunan kepariwisataan danekonomi kreatif nasional, dan dilengkapi dengan inisiatif-inisiatif barumempertimbangkan kondisi, potensi, dan permasalahan terkini yang dihadapisektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Arah kebijakan pembangunankepariwisataan dan ekonomi kreatif ini akan dicapai oleh kementerian melaluibeberapa strategi pembangunan.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatifadalah:

1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasidestinasi pariwisata antar instansi pemerintah, dilakukan dengan strategi:1.1. mengoptimalkan pelaksanaan pemasaran dan promosi tourism, trade,

and investment (TTI) di 16 pasar utama pariwisata;1.2. mengoptimalkan peran perwakilan Indonesia di luar negeri di 16

pasar utama pariwisata.

2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasidestinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha danmasyarakat, dilakukan dengan strategi:2.1. mengoptimalkan branding nasional di luar negeri di 16 pasar utama

pariwisata, seperti “Wonderful Indonesia”;2.2. mengoptimalkan branding nasional di dalam negeri;2.3. mengoptimalkan peran BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia)

dan BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah).

3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata, dilakukan dengan strategi:

3.1. mengoptimalkan program MP3EI (Masterplan Percepatan danPerluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia);

456

3.2. meningkatkan konsolidasi dan koordinasi lintas Kementerian/Lembagadalam peningkatan akses internasional ke 18 lokasi destinasi pariwisataIndonesia;

3.3. meningkatkan peran masyarakat di daerah tujuan wisata;3.4. meningkatkan dukungan amenitas (Tugas Perbantuan);3.5. meningkatkan kualitas tata kelola (DMO).

4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata,dilakukan dengan strategi:4.1. meningkatkan pemberdayaan masyarakat, sadar wisata masyarakat,

memfasilitasi perancangan destinasi dan forum destinasi, polaperjalanan, meningkatkan wisata minat khusus, konvensi dan even;

4.2. memberikan kemudahan investasi dan berusaha mulai dari memulai,menjalankan dan mengembangkan usaha;

4.3. mengubah rezim perijinan menjadi pendaftaran;4.4. memberikan insentif usaha pariwisata;4.5. melakukan relaksasi perpajakan.

5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif, dilakukan denganstrategi:5.1. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesi

ekonomi kreatif;5.2. meningkatkan kemampuan kewirausahaan;5.3. meningkatkan inovasi;5.4. mengembangkan kolaborasi dan jejaring kreatif di dalam dan luar

negeri.

6. Penguatan industri kreatif , dilakukan dengan strategi:

6.1. mengembangkan sarana, prasarana industri kreatif;

6.2. mendukung terciptanya best practice usaha kreatif;

6.3. menguatkan koordinasi industri hulu-hilir;

6.4. mengembangkan konten kreatif lokal;

6.5. menguatkan ketersediaan data dan informasi.

7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif, dilakukan denganstrategi:

7.1. mengembangkan skema pembiayaan yang sesuai untuk industrikreatif;

457

7.2. melakukan matchmaking pelaku dengan sumber pembiayaan;

7.3. mengupayakan peningkatan alokasi pembiayaan khusus (KUR, CSR,PKBL) untuk industri kreatif.

8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagiindustri kreatif, dilakukan dengan strategi:

8.1. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan pertukarankebudayaan;

8.2. mendukung dan menyelenggarakan even pemasaran karya kreatif;

8.3. menguatkan dokumentasi, publikasi, komunikasi insan dan karyakreatif;

8.4. meningkatkan apresiasi dan kebanggaan masyarakat terhadap karyakreatif nasional.

9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif, dilakukan dengan strategi:

9.1. meningkatkan kualitas tata kelola industri;

9.2. mendukung perlindungan hak kekayaan intelektual;

9.3. mengharmonisasikan kebijakan ekonomi kreatif,

10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, yang dilakukan dengan strategi:

10.1. meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan yang tepatguna terhadap penyusunan dan evaluasi kebijakan sektorkepariwisataan dan ekonomi kreatif;

10.2. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi usahapariwisata dan ekonomi kreatif;

10.3. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesitenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif.

11. Penguatan Reformasi Birokrasi, dilakukan dengan strategi:

11.1. meningkatkan kualitas pelayanan publik;

11.2. meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi;

11.3. menyempurnakan penataan tatalaksana yang meliputi sistem, proses,dan prosedur kerja;

11.4. mengharmonisasikan kebijakan agar tidak tumpang tindih dankondusif;

11.5. menguatkan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan;

458

11.6. meningkatkan rasio SDM dengan tingkat pendidikan S2 dan S3

11.7. meningkatkan kapasitas teknis SDM pada substansi kepariwisataandan ekonomi kreatif;

11.8. menata sistem manajemen SDM aparatur;

11.9. mengembangkan pola pikir dan budaya aparatur; dan

11.10. meningkatkan penataan dan penguatan organisasi.

459

Tab

el 3

-3-2

Ke

terk

aita

n V

isi, M

isi, Tu

jua

n, S

as

ara

n S

trate

gis

, Ara

h K

eb

ijak

an

, da

n S

trate

gi

,,

j,

g,

j,

g

VIS

I M

ISI

TU

JUA

N

SA

SA

RA

N S

TR

AT

EG

IS

AR

AH

KE

BIJA

KA

N

ST

RA

TE

GI

TE

RW

UJU

DN

YA

KE

SEJA

HT

ER

AA

N

DA

N K

UA

LITA

S

HID

UP

MA

SYA

RA

KA

T

IND

ON

ESIA

DE

NG

AN

ME

NG

GE

RA

KK

AN

KE

PA

RIW

ISAT

AA

N

DA

N E

KO

NO

MI

KR

EA

TIF

1. M

en

gem

ba

ng

kan

kep

ariw

isata

an

be

rkela

s du

nia

,

be

rda

ya sa

ing, d

an

be

rkela

nju

tan

serta

ma

mp

u

me

nd

oro

ng

pe

mb

an

gun

an

da

era

h

1. P

en

ingka

tan

kon

tribu

si

eko

no

mi

kep

ariw

isata

an

Ind

on

esia

1.

Me

nin

gka

tnya

kon

tribu

si

kep

ariw

isata

an

terh

ad

ap

Pro

du

k Do

me

stik Bru

to

(PD

B) n

asio

na

l

2.

Me

nin

gka

tnya

kon

tribu

si

kep

arw

isata

an

terh

ad

ap

kua

litas d

an

kua

ntita

s

ten

ag

a ke

rja n

asio

na

l

3.

Me

nin

gka

tnya

inve

stasi d

i

sekto

r pa

riwisa

ta

4.

Me

nin

gka

tnya

de

visa d

an

pe

nge

lua

ran

wisa

taw

an

di

Ind

on

esia

5.

Me

nin

gka

tnya

kua

ntita

s

wism

an

ke In

do

ne

sia d

an

wisn

us

1.

Pe

ngu

ata

n sin

ergita

s

da

n ke

terp

ad

ua

n

pe

ma

sara

n d

an

pro

mo

si

an

tar in

stan

si

pe

me

rinta

h

2.

Pe

ngu

ata

n sin

ergita

s

da

n ke

terp

ad

ua

n

pe

ma

sara

n d

an

pro

mo

si

an

tar in

stan

si

pe

me

rinta

h d

en

ga

n

du

nia

usa

ha

da

n

ma

syara

kat

3.

Pe

nin

gkata

n ku

alita

s

da

era

h tu

jua

n w

isata

4.

Pe

ncip

taka

n iklim

yan

g

kon

du

sif ba

gi

pe

nge

mb

an

ga

n in

du

stri

pa

riwisa

ta

1. (a

) me

ng

op

tima

lkan

pe

laksa

na

an

pe

ma

sara

n

da

n p

rom

osi to

urism

, trad

e, a

nd

inve

stme

nt (T

TI);

(b) m

en

gop

tima

lkan

pe

ran

pe

rwa

kilan

Ind

on

esia

di lu

ar n

eg

eri,

2. (a

) me

ngo

ptim

alka

n b

ran

din

g na

sion

al d

i lua

r

ne

ge

ri; (b) m

en

go

ptim

alka

n b

ran

din

g n

asio

na

l di

da

lam

ne

ge

ri; (c) me

ng

op

tima

lkan

pe

ran

BP

PI d

an

BP

PD

,

3. (a

) me

ng

op

tima

lkan

pro

gra

m M

P3

EI ; (b

)

me

nin

gka

tkan

pe

ran

ma

syara

kat; (c)

me

nin

gka

tkan

du

kun

ga

n a

me

nita

s; (d)

me

nin

gka

tkan

kua

litas ta

ta ke

lola

(DM

O),

4. (a

) me

nin

gkatka

n p

em

be

rda

yaa

n m

asya

raka

t,

sad

ar w

isata

ma

syara

kat, m

em

fasilita

si

pe

ran

can

ga

n d

estin

asi d

an

foru

m d

estin

asi, p

ola

pe

rjala

na

n, m

en

ing

katka

n w

isata

min

at kh

usu

s,

kon

ven

si da

n e

ven

; (b) m

em

be

rikan

kem

ud

ah

an

inve

stasi d

an

be

rusa

ha

; (c) me

ngu

ba

h re

zim

pe

rijina

n m

en

jad

i pe

nd

afta

ran

; (d) m

em

be

rikan

inse

ntif u

sah

a p

ariw

isata

; (e) m

ela

kuka

n re

laksa

si

pe

rpa

jaka

n,

2. P

en

ingka

tan

da

ya

sain

g

kep

ariw

isata

an

Ind

on

esia

6.

Me

nin

gka

tnya

citra

kep

ariw

isata

an

Ind

on

esia

7.

Te

rcipta

nya

dive

rsifikasi

de

stina

si pa

riwisa

ta

8.

Te

rcipta

nya

pe

ma

sara

n d

an

pro

mo

si pa

riwisa

ta ya

ng

be

rkua

litas d

an

be

rtan

ggu

ngja

wa

b

2. M

en

gem

ba

ng

kan

eko

no

mi kre

atif

yan

g d

ap

at

me

ncip

taka

n n

ilai

tam

ba

h,

me

ng

em

ba

ng

kan

po

ten

si sen

i da

n

3. P

en

ingka

tan

kon

tribu

si

eko

no

mi d

ari

ind

ustri kre

atif

9.

Me

nin

gka

tnya

Pro

du

k

Do

me

stik Bru

to (P

DB

)

eko

no

mi kre

atif

10

. Me

nin

gka

tnya

kua

litas d

an

kua

ntita

s ten

ag

a ke

rja d

i

sekto

r eko

no

mi kre

atif

11

. Me

nin

gka

tnya

un

it usa

ha

di

sekto

r eko

no

mi kre

atif

5.

Pe

ngu

ata

n in

du

stri

6.

Pe

nin

gkata

n a

kses

pe

mb

iaya

an

7.

Pe

nin

gkata

n a

pre

siasi

da

n a

kses p

asa

r di

da

lam

da

n lu

ar n

eg

eri

8.

Pe

ngu

ata

n in

stitusi

1. (a

) me

nge

mb

an

gkan

sara

na

, pra

sara

na

; (b)

me

nd

uku

ng

tercip

tan

ya b

est p

ractice

; (c)

me

ngu

atka

n ko

ord

ina

si ind

ustri h

ulu

hilir; (d

)

me

nge

mb

an

gka

n ko

nte

n kre

atif lo

kal; (e

)

me

ngu

atka

n ke

terse

dia

an

da

ta d

an

info

rma

si,

2. (a

)me

ng

em

ba

ngka

n ske

ma

pe

mb

iaya

an

; (b)

me

laku

kan

ma

tchm

ak

ing

pe

laku

de

ng

an

460

VIS

I M

ISI T

UJU

AN

S

AS

AR

AN

ST

RA

TE

GIS

AR

AH

KE

BIJA

KA

N

ST

RA

TE

GI

bu

da

ya in

do

ne

sia,

serta

me

nd

oro

ng

pe

mb

an

gun

an

da

era

h

4. P

en

ingka

tan

ap

resia

si

terh

ad

ap

pe

laku

da

n ka

rya kre

atif

12

. Me

nin

gkatn

ya p

em

ah

am

an

ma

syara

kat te

rha

da

p

eko

no

mi kre

atif

13

. Me

nin

gkatn

ya ko

nsu

msi

pro

du

k da

n ja

sa kre

atif lo

kal

ole

h m

asya

raka

t Ind

on

esia

14

. Te

rcipta

nya

rua

ng p

ub

lik

ba

gi ma

syara

kat

sum

be

r pe

mb

iaya

an

; (c) me

ngu

pa

yaka

n

pe

nin

gkata

n a

loka

si pe

mb

iaya

an

khu

sus,

3. (a

) me

nin

gkatka

n ku

alita

s da

n ku

an

titas

pe

laksa

na

an

pe

rtuka

ran

keb

ud

aya

an

; (b)

me

nd

uku

ng d

an

me

nye

len

ggara

kan

eve

n

pe

ma

sara

n ka

rya kre

atif; (c) m

en

gua

tkan

do

kum

en

tasi, p

ub

likasi, ko

mu

nika

si insa

n d

an

karya

krea

tif; (d) m

en

ingka

tkan

ap

resia

si da

n

keb

an

ggaa

n m

asya

raka

t,

4. (a

) me

nin

gkatka

n ku

alita

s tata

kelo

la in

du

stri;

(b) m

en

du

kun

g pe

rlind

un

gan

ha

k keka

yaa

n

inte

lektu

al; (c) m

en

gha

rmo

nisa

sikan

keb

ijaka

n e

kon

om

i krea

tif.

3. M

en

gem

ba

ngka

n

sum

be

r da

ya

pa

riwisa

ta d

an

eko

no

mi kre

atif

seca

ra b

erku

alita

s

5. P

en

ingka

tan

kap

asita

s da

n

pro

fesio

na

lisme

SDM

pa

riwisa

ta

da

n e

kon

om

i

krea

tif

15

. Me

nin

gkatn

ya ku

alita

s da

n

kua

ntita

s lulu

san

pe

nd

idika

n tin

ggi

pa

riwisa

ta

16

. Me

nin

gkatn

ya

pro

fesio

na

lisme

pe

laku

sekto

r pa

riwisa

ta d

an

eko

no

mi kre

atif

9.

Pe

ngu

ata

n su

mb

er d

aya

da

n te

kno

log

i

10

. Pe

nin

gkata

n ku

alita

s

pe

ne

litian

keb

ijaka

n

da

n ka

pa

sitas SD

M

Pa

riwisa

ta d

an

Eko

no

mi

Kre

atif

1. (a

) me

nge

mb

an

gkan

stan

da

rdisa

si da

n

me

laksa

na

kan

sertifika

si pro

fesi e

kon

om

i

krea

tif; (b) m

en

ingka

tkan

kew

irau

sah

aa

n; (c)

me

nin

gkatka

n in

ova

si; (d) m

en

gem

ba

ngka

n

kola

bo

rasi d

an

jeja

ring kre

atif,

2. (a

) me

nin

gkatka

n ku

alita

s pe

ne

litian

da

n

pe

nge

mb

an

gan

; (b) m

en

gem

ba

ngka

n

stan

da

rdisa

si da

n m

ela

ksan

aka

n se

rtifikasi

usa

ha

pa

riwisa

ta; (c) m

en

gem

ba

ngka

n

stan

da

rdisa

si da

n m

ela

ksan

aka

n se

rtifikasi

pro

fesi te

na

ga ke

rja p

ariw

isata

; (d)

me

nin

gkatka

n ra

sio SD

M d

en

gan

tingka

t

pe

nd

idika

n S2

da

n S3

;(e) m

en

ingka

tkan

kap

asita

s tekn

is SDM

ap

ara

tur,

6. P

en

cipta

an

ino

vasi b

aru

di

sekto

r pa

riwisa

ta

da

n e

kon

om

i

krea

tif

17

. Me

nin

gkatn

ya ku

alita

s

pe

ne

litian

da

n ka

jian

di

sekto

r pa

riwisa

ta d

an

eko

no

mi kre

atif

18

. Me

nin

gkatn

ya ku

alita

s

kon

ten

da

n je

jarin

g pe

laku

di se

ktor e

kon

om

i krea

tif

4. M

en

cipta

kan

tata

pe

me

rinta

ha

n ya

ng

resp

on

sif,

tran

spa

ran

da

n

7. P

en

ingka

tan

kua

litas ta

ta

kelo

la

pe

me

rinta

ha

n

19

. Me

nin

gkatn

ya ku

alita

s

pe

nge

lola

an

keu

an

gan

20

. Me

nin

gkatn

ya ku

alita

s

pe

laksa

na

an

Sistem

Aku

nta

bilita

s Kin

erja

11

. Pe

ngu

ata

n R

efo

rma

si

Biro

krasi

1.

(a) m

en

ingka

tkan

kua

litas p

ela

yan

an

pu

blik;

(b) m

en

ingka

tkan

aku

nta

bilita

s kine

rja

biro

krasi; (c) m

en

yem

pu

rna

kan

pe

na

taa

n

tata

laksa

na

yan

g me

lipu

ti sistem

, pro

ses, d

an

pro

sed

ur ke

rja; (d

) me

ngh

arm

on

isasika

n

461

VISI

MISI

TU

JUA

N

SASA

RA

N ST

RA

TE

GIS

AR

AH

KE

BIJA

KA

N

STR

AT

EG

I

akun

tabel

Instan

si Pe

merin

tah (SA

KIP

)

21

. Terse

lenggaran

ya

Refo

rmasi B

irokrasi

keb

ijakan agar tid

ak tum

pan

g tind

ih d

an

kon

du

sif; (e) m

en

guatkan

pe

ngaw

asan

pe

nye

lenggaraan

pe

merin

tahan

; (f) me

nata

sistem

man

ajem

en SD

M ap

aratur; (g)

men

gemb

angkan

po

la pikir d

an b

ud

aya

aparatu

r; dan

(h) m

en

ingkatkan

pen

ataan d

an

pe

ngu

atan o

rganisasi.

8. P

enin

gkatan

Ku

alitas dan

Ku

antitas SD

M

Kem

en

pare

kraf

22

. me

nin

gkatnya ku

alitas

sum

be

r daya m

anu

sia

Ke

me

np

arekraf

1.

1.

23

. M

en

ingkatn

ya

kuan

titas sum

be

r daya

man

usia K

em

en

pare

kraf

462

3.3 PROGRAM DAN KEGIATAN

3.3.1 PROGRAM 1: PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA

Pengembangan Destinasi Pariwisata merupakan program utama DirektoratJenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (Ditjen PDP). Dalammengembangkan Destinasi Pariwisata, Ditjen PDP memiliki visi:“Mengembangkan Destinasi dan Industri Pariwisata Berkelas Dunia, BerdayaSaing, dan Berkelanjutan serta Mampu Mendorong Pembangunan Daerah”,yang dijabarkan menjadi 3 misi utama, yaitu:

1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan melalui pengembangandestinasi;

2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia melalui pengembangandestinasi; dan

3. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen PDP yang responsif, transparandan akuntabel.

Program pengembangan destinasi pariwisata pada tahun 2012-2014,diimplementasikan melalui 6kegiatan pokok, yaitu: (1) peningkatan perancangandestinasi dan investasi pariwisata; (2) pengembangan daya tarik wisata;(3) pengembangan industri pariwisata; (4) pemberdayaan masyarakat didestinasi wisata; (5) pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentifdan even; dan (6) dukungan manajemen dan tugas teknis pengembangandestinasi pariwisata lainnya.

Keterkaitan antara visi, misi, tujuan serta sasaran pengembangan destinasipariwisata dapat dilihat pada Bagan 3-8.

463

A. Tujuan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Tujuan pelaksanaan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata adalah:

1. Peningkatan devisa dan pengeluaran wisatawan;

2. Peningkatan investasi di sektor pariwisata;

3. Peningkatan kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitastenaga kerja nasional;

4. Peningkatan citra kepariwisataan Indonesia;

5. Peningkatan diversifikasi destinasi pariwisata;

6. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen PDP; dan

7. Penguatan dan peningkatan kualitas SDM Ditjen PDP.

B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Sasaran dan indikator untuk program Pengembangan Destinasi Pariwisataadalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan, dapat diukur denganindikator:

1.1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara. Penerimaandevisa dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelumberwisata (pre-trip expenditure), selama berwisata (trip-expenditure),dan sesudah berwisata (post-trip expenditure). Pengeluaranpre-tripdan post-trip meliputi hotel dan akomodasi, restoran dan sejenis,angkutan domestik, BPW dan pramuwisata, serta produk nonmakanan.Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip, ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata diIndonesia, seperti jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dankecantikan, serta produk tani. Dalam konteks wisman, pengeluaranpre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum perjalanan wisatake Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di negaraasal wisman setelah kembali dari Indonesia;

1.2. Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara,yaitupenerimaan nasional yang diperoleh dari total pengeluaran wisatawanIndonesia yang berwisata di wilayah Indonesia. Jenis-jenis pengeluaranwisnus antara lain: akomodasi, restoran dan sejenis, angkutandomestik, BPW dan pramuwisata, produk non makanan, jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani;

1.3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/kunjungan,yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan mancanegara per satu

464

kunjungan ke Indonesia. Pengembangan destinasi pariwisata diarahkanuntuk mendorong terciptanya produk dan jasa yang berkualitassehingga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi yang mensejahterakanmasyarakat setempat dan mampu menarik wisatawan yang lebihberkualitas (magnitude of tourism). Hal ini ditandai dengan tingkatjumlah pengeluaran per wisatawan (tourist expenditure) yang semakinbesar sehingga dapat memberikan efek berganda (multiplier effect)pada sektor pariwisata. Dengan indikator ini,pengembangan destinasidapat dilakukan secara berkelanjutan karena membidik wisatawanyang berpengeluaran tinggi (high spending tourist) sehingga tidakmelampaui daya dukung (carrying capacity) destinasi pariwisatatersebut;

1.4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaiturata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiapperjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidakhanya diharapkan untuk mampu menarik wisman yang berkualitas,namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai denganpeningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (perorang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011,terjadi peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadapketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelasekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlumengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdayabeli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeliproduk kepariwisataan lokal;

2. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata, dapat diukur denganindikator:

2.1. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasinasional, yaitu persentase nilai investasi di sektor pariwisata terhadaptotal nilai investasi nasional. Investasi oleh pemerintah dialokasikanuntuk barang modal yang berada pada perwilayahan pembangunankepariwisataan. Barang modal tersebut meliputi: (1) aksesibilitaspariwisata, misalnya: alat angkutan dan infrastruktur (jalan, jembatandan pelabuhan); (2) fasilitas umum, misalnya: mesin dan peralatan,dan barang modal lainnya; (3) fasilitas pariwisata, misalnya: bangunanolah raga, rekreasi, hiburan, seni dan budaya dan bangunan bukantempat tinggal. Sedangkan investasi oleh swasta biasanya dialokasikanuntuk barang modal: bangunan hotel dan akomodasi, restoran, sertabangunan lainnya. Semakin tinggi persentase investasi pariwisata

465

terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisatadan iklim usaha yang semakin baik;

2.2. Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata,dihitung melalui unit lokasi yang difasilitasi untuk dikembangkansehingga menjadi destinasi pariwisata yang menarik minat investor.Fasilitasi perancangan destinasi meliputi proses menyiapkan poladan desain, penerapan desain pada lokasi destinasi, dan prosesevaluasi implementasi dari perancangan destinasi tersebut. Modelperancangan destinasi tersebut diharapkan dapat mendorong minatinvestasi dari sektor publik maupun sektor swasta melaluipengembangan industri-industri disekitar destinasi tersebut;

2.3. Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk, mencerminkandensitas ketersediaan kamar hotel di Indonesia. Data densitas kamarhotel tersebut dicatat oleh UNWTO yang kemudian diolah sebagaisalah satu subpilar TTCI. Semakin tinggi nilai rasio, semakin baikpula kondisi infrastruktur pariwisata;

3. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dankuantitas tenaga kerja nasional, dapat diukur dengan indikator:

3.1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektorpariwisata, yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektorperekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung,tidak langsung, maupun ikutan. Sektor pariwisata memberi dampakyang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Penciptaanlapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat(tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenagakerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalananwisata (pemandu wisata dan penginapan);

3.2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerjanasional, yaitu persentase partisipasi jumlah tenaga kerja yangterserap di sektor-sektor terkait pariwisata, dibanding tenaga kerjanasional. Semakin tinggi kontribusi pariwisata dalam menyerap tenagakerja, maka semakin besar peran pariwisata dalam mengurangitingkat pengangguran dan kemiskinan nasional;

3.3 Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutansektor pariwisata, yaitu besaran realisasi nominal PDB sektorpariwisata dibagi jumlah tenaga kerja sektor pariwisata per tahun.Indikator ini menunjukkan peran setiap pekerja di sektor terkaitpariwisata dalam membentuk tingkat upah, baik langsung, tidak

466

langsung, maupun ikutan. Indikator ini juga merupakan cerminantingkat kesejahteraan pekerja di sektor-sektor terkait pariwisata;

4. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia, dapat diukur denganindikator:

4.1 Daya saing kepariwisataan Indonesia. Nilai daya saingkepariwisataan Indonesia diperoleh melalui hasil survei yang dilakukanoleh WEF dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI).Indeks ini membandingkan daya saing kepariwisataan negara-negaradi dunia menggunakan 14 pilar penilaian. Pada sebagian pilar,Kemenparekraf berperan sebagai leading sector, sementara di pilarlainnya, Kemenparekraf perlu berkoordinasi dengan Kementerianuntuk mendorong pembangunan di sektor yang terkait kepariwisataan.Semakin baik nilai daya saing, maka diharapkan semakin baik pulacitra kepariwisataan Indonesia, sehingga mampu menarik lebih banyakwisatawan ke Indonesia;

4.2 Rekomendasi memperpanjang perjalanan bisnis, merupakan salahsatu subpilar TTCI pada pilar Affinity for Travel & Tourism. Nilaiindikator diperoleh melalui survei pendapat warga negara Indonesiamengenai seringnya memberikan rekomendasi untuk memperpanjangperjalanan bisnis dengan perjalanan wisata, dengan skala minimum1 dan maksimum 7;

4.3 Perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing, merupakan salahsatu subpilar TTCI pada pilar Affinity for Travel & Tourism. Nilaiindikator diperoleh melalui survei seberapa baik penduduk setempatdapat menyambut dan berperilaku baik terhadap pengunjung asing,dengan skala minimum 1 dan maksimum 7;

4.4 Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitastata kelola destinasi (DMO). Indikator ini merupakan implementasitindak lanjut Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).Dari 88KSPN, sebanyak 16 KSPN akan dikembangkan secara bertahapsampai dengan 2014 dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitastata kelola pada masing-masing destinasi. Fasilitasi lokasi KSPNdilakukan melalui: peningkatan gerakan kesadaran kolektif stake-holders; pengembangan manajemen destinasi; pengembangan bisnis;dan penguatan organisasi pengelolaan destinasi pariwisata.Peningkatan sistem tata kelola destinasi pariwisata dilakukan melaluipenerapan konsep Destination Management Organization (DMO).Konsep DMO terseut dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan,

467

kolaboratif dan berkelanjutan melalui pendekataan proses, sistematikdan manajerial;

5. Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata, dapat diukur denganindikator:

5.1. Jumlah lokasi daya tarik di DPN yang dikembangkan menjadidestinasi pariwisata, diukur dari banyaknya lokasi Destinasi PariwisataNasional (DPN) yang dikembangkan daya tarik-daya tarik didalamnya.Dari 50 Destinasi Pariwisata Nasional, sebanyak 29 lokasidaya tarik di DPN akan dikembangkan secara bertahap sampaidengan tahun 2014 melalui pengembangan daya tarik wisata alam,budaya dan buatan, serta produk wisata minat khusus dalam rangkamenarik kedatangan wisatawan ke Indonesia. Pengembangan dayatarik wisata meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi danpengendalian, untuk menciptakan nilai tambah sehingga suatu destinasimemiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragamankekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadisasaran atau tujuan kunjungan wisatawan;

5.2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desawisata,menunjukkan upaya pengembangan desa-desa yang memilikipotensi dan sumber daya wisata dengan penerapan prinsipcommunity based tourism. Pengembangan desa wisata mendorongtingkat partisipasi masyarakat, baik sebagai tuan rumah maupunpelaku utama pariwisata di suatu daerah wisata. Hal ini memungkinkanpengembangan desa wisata dapat menciptakan kesempatan kerjadan kesempatan berusaha dalam rangka pengentasan kemiskinanmelalui pembangunan pariwisata (pro poor tourism);

5.3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. Indikator inimenunjukkan upaya peningkatan kualitas pariwisata, sehingga terjadipeningkatan lama tinggal, dan pengeluaran wisatawan. Pola perjalananpariwisata adalah struktur, kerangka dan alur pergerakan perjalananwisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang salingterkait dan berisi informasi tentang fasilitas, aktivitas dan pelayanan.Peningkatan jumlah pola perjalanan memberikan lebih banyak pilihanperjalanan wisata bagi industri maupun wisatawan individu untukmempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalananwisata;

6. Meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zonakreatif di Indonesia, dapat diukur dengan indikator:

468

6.1. Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan, yaitujumlah pengembangan wisata minat khusus yang bertujuan untukmenambah variasi aktivitas perjalanan wisata yang sesuai denganpreferensi dan tren wisatawan. Produk wisata minat khusus mencakupinovasi jenis wisata tertentu (tematik) sehingga wisatawan tersebutmembutuhkan keahlian dan dapat memberikan pengalaman sertapembelajaran di bidang: budaya dan sejarah, olahraga dan rekreasi(golf, menyelam, selancar, layar, mendaki, belanja), kuliner, kesehatan,kapal pesiar, dan ekowisata.

6.2. Jumlah aktivasi zona kreatif sebagai destinasi pariwisata,yaitujumlah daerah yang diaktivasi menjadi zona kreatif. Zona kreatif didestinasi pariwisata diciptakan untuk mendorong kreativitas daninovasi masyarakat untuk mengekspresikan kemampuan berdasarkanide kreatif berbasis kearifan lokal, sehingga mampu memperkayapengalaman rekreasi,menghasilkan karya-karya kreatif, dan dapatmemberikan nilai tambah pada masyarakat sekitar;

7. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Ditjen PDP, dapat diukur dengan indikator:

7.1. Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen PDP,yaitu persentase realisasi target yang terlaksana dan terdokumentasidibandingkan dengan rencana target kinerja satker Ditjen PDP. Targetyang dimaksud mencakup target untuk indikator program di Eselon1 maupun indikator kegiatan di Eselon 2;

8. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen PDP, dapat diukurdengan indikator:

8.1. Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP, yaitu persentase anggaranyang digunakan untuk pengembangan destinasi pariwisatadibandingkan dengan anggaran yang direncanakan. Indikator inimencerminkan kinerja perencanaan kegiatan dan anggaran yangdilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistem perencanaan, sistempenganggaran, sistem pengadaan barang dan jasa, sistem pelaporandan pemantauan sehingga dapat mempengaruhi realisasi danpengelolaan keuangan negara secara bertanggung jawab;

8.2. Pelimpahan Barang Milik Negara (BMN) ke daerah, yaitu persentasebarang yang dimiliki oleh pemerintah pusat (Kemenparekraf) untukdilimpahkan kepada Pemda terkait pengembangan destinasi pariwisata.Indikator ini menunjukkan pemerataan pengembangan pariwisata didaerah Indonesia. Kemenparekraf melimpahkan BMN kepada lembaga

469

daerah dengan kesepakatan dan mempertimbangkan kapasitas lembagadaerah dalam mengelola barang yang dihibahkan, termasuk biayaoperasional dan pemeliharaan, sesuai dengan tujuan pengembangandestinasi pariwisata;

9. Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP, dapat diukur denganindikator:

9.1. Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen PDP, yaitu jumlah pedomanoperasional yang dihasilkan Ditjen PDP, bagi untuk keperluaninternal dan eksternal Kemenparekraf. Setiap kebijakan yang dihasilkandan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait denganpengembangan destinasi pariwisata, maka Ditjen PDP akanmenjabarkan kebijakan tersebut pada level operasional hingga padatingkat daerah yang didukung oleh Norma, Standar, Prosedur, danKriteria (NSPK) yang jelas sehingga kebijakan yang dikeluarkandapat dilaksanakan secara transparan dan akuntabel;

9.2. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan DitjenPDP, yaitu jumlah pedoman operasional yang dihasilkan Ditjen PDP,untuk mengatur kebijakan internal dalam ruang lingkup operasionalprogram pengembangan destinasi pariwisata dan ditandatanganioleh Dirjen PDP;

10. Meningkatnya kualitas SDM Ditjen PDP, dapat diukur dengan indikator:

1.10Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk mengikutipeningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkaitpengembangan destinasi pariwisata, yaitu jumlah SDM DitjenPDP yang diberikan pembekalan teknis terkait pengembangan destinasipariwisata. Pembekalan yang diberikan meliputi (1) perancangandestinasi, zona kreatif dan investasi destinasi; (2) pengembangandaya tarik wisata; (3) pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata;(4) pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentif dan even.Pembekalan ini diharapkan berdampak pada kualitas Ditjen PDPdalam melakukan tugas dan fungsinya.

C. Kegiatan Pokok dalam Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Kegiatan pokok dalam program pengembangan destinasi pariwisata tahun2010–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsi Ditjen PDP Kemenparekraf,meliputi:

1. Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata, melalui: pemetaankawasan strategis/KEK, pariwisata penyusunan kriteria penetapan kawasan

470

strategis/KEK pariwisata, identifikasi, assessment dan inventarisasi potensikreatif masyarakat, penataan kawasan yang dapat menjadi zona kreatif(desa wisata, sentra cinderamata, padepokan seni),perancangan modelpemanfaatan kreativitas masyarakat, perancangan model zona kreatifterintegrasi (integrated creative zone), bimbingan teknis produksi berbasiskreativitas, mendorong peningkatan iklim investasi pariwisata, penyusunanprofil dan proposal investasi pariwisata daerah, partisipasi ASEANtourism investment forum, partisipasi pada even investasi pariwisata,promosi investasi pariwisata melalui media, pelaksanaan ITID (IndonesiaTourism Investment Day), koordinasi penetapan kawasan pariwisata (KEK),fasilitasi koordinasi percepatan pembangunan fasilitas konektivitas danbandara/pelabuhan/marina, penerapan tata kelola desitinasi pariwisata(DMO),Pelaksanaan Konferensi DMO (Destination ManagementOrganization) dalam rangka peningkatan pengelolan destinasi, penyusunanmasterplan destinasi,dan fasilitasi pengembangan kawasan strategispariwisata.

2. Pengembangan Daya Tarik Wisata, melalui: penilaian kelayakan dukunganpembangunan fasilitas pariwisata di daerah, penyusunan dan penerapanpedoman pengembangan destinasi pariwisata berwawasan lingkungan,penyusunan kebijakan pengembangan daya tarik wisata alam/bahari danbudaya, penyusunan penerapan pedoman dan kriteria pengembangandaya tarik, fasilitasi kerjasama lintas sektor pengembangan daya tarikwisata, dukungan dan fasilitasi pengembangan daya tarik pariwisatadaerah, pengembangan pulau-pulau terluar dan daerah perbatasan yangmemiliki potensi pariwisata, bimbingan teknis pengembangan daya tarikwisata, desk study pengembangan daya tarik wisata, koordinasi regionalpengembangan daya tarik wisata, pengenalan daya tarik wisata,pendukungan pembangunan daya tarik,mendorong perbaikan danpeningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata,meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata di daerah, fasilitasikerjasama lintas sektor pengembangan daya tarik wisata di koridor VMP3EI, pemantauan dan evaluasi serta penataan manajemen produkdan kebijakan daya tarik wisata alam/bahari dan wisata budaya di 29destinasi.

3. Pengembangan Industri Pariwisata, melalui: melakukan konsolidasiakses transportasi mancanegara dan dalam negeri, terutama ke 10tujuan pariwisata Indonesia, meningkatkan kerjasama dan keterpaduanpengembangan akses wisman dan dalam negeri, dukungan peningkatankapasitas usaha dan industri pariwisata, penyusunan standar usaha disektor usaha daya tarik dan sarana pariwisata, penyusunan materi uji

471

sertifikasi usaha sarana pariwisata, peningkatan kapasitas organisasi/asosiasi di sektor usaha sarana pariwisata, pelaksanaan bimbingan teknispengembangan usaha sarana pariwisata, sosialiasai penerapan greenhotel, fasilitasi work place auditor sektor usaha sarana pariwisata, dukunganpenyelenggaraan ASEAN Green Hotel Awards, penyusunan standar usahajasa pariwisata, penyusunan materi uji setifikasi usaha jasa pariwisata,penyusunan pedoman pelaksaaan sertifikasi usaha pariwisata, peningkatankapasitas organisasi/asosiasi di sektor usaha jasa pariwisata, pelaksanaanbimbingan teknis pengembangan usaha jasa pariwisata, fasilitasi workplace auditor sektor usaha jasa pariwisata, pengembangan jaringan modadan transportasi di 10 destinasi pariwisata, fasilitasi pembentukan LembagaSertifikasi Usaha (LSU) sektor pariwisata, Diseminasi standar usahapariwisata, fasilitasi Tourist Guide Contest Nasional, review travel patternnontematik, penyusunan travel pattern nontematik, koordinasi kebijakanCIQ, perpajakan dan PNBP, pelaksanaan bimtek pelayanan prima, gerakanindonesia bersih di bandara/pelabuhan, koordinasi kebijakan CIQ,perpajakan dan PNBP, pelaksanaan bimtek pelayanan prima, gerakanindonesia bersih di bandara/pelabuhan, pelaksanaan advokasi/pendampingan tata cara pendaftaran usaha pariwisata.

4. Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, melalui: gerakansadar wisata melalui media, penyusunan kebijakan sistem manajemenpengamanan di usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi,penyusunan pedoman Indonesia bersih, penyusunan review pedomanbahan sadar wisata, penyusunan instrumen monitoring dan evaluasi,penyusunaan kajian pemberdayaan masyarakat (PNPM), penyusunankajian program pembinaan sadar wisata, pelaksanaan monitoring danevaluasi, pembinaan dan pembentukan kelompok sadar wisata, pembinaansadar wisata di kalangan pramuka, bimbingan teknis pengamanan didestinasi pariwisata, bimbingan teknis pencegahan eksploitasi seksualanak dan pencegahan HIV dan AIDS di lingkungan pariwisata, pencegahanpenyakit zoonosis di lingkungan pariwisata, penyusunan kebijakan sistemmanajemen pengamanan di usaha penyelenggaraan kegiatan hiburandan rekreasi, gerakan nasional sadar wisata dan aksi sapta pesona,pemanfaatan media tradisional dalam rangka sadar wisata, pemanfaatanmedia elektronik dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemanfaatanmedia cetak dalam rangka pemberdayaan masyarakat, gerakanIndonesia bersih, penghargaan sapta pesona toilet bersih taman rekreasi/hiburan, kegiatan lomba foto sadar wisata.

5. Peningkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri Sektor Pariwisata, melalui: penyerahan PNPM mandiri Pariwisata

472

di desa wisata, gelar karya pemberdayaan masyarakat, pembuatan bahan-bahan informasi PNPM Pariwisata, pendampingan pnpm mandiri di sektorpariwisata, temu nasional PNPM Mandiri Pariwisata, penghargaan desawisata (PNPM pariwisata), fasilitasi komunikasi jejaring desa wisata,fasilitasi pemanfaatan CSR dalam rangka pengembangan desa wisata,fasilitasi pemanfaatan KUR dalam rangka pengembangan desa wisata,bansos PNPM Mandiri Pariwisata tahun 2012

6. Pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentif dan even,melalui: Identifikasi produk wisata kuliner dan belanja, rekreasi danhiburan, pengembangan wisata alam dan budaya, Pengembangan wisatakonvensi, insentif dan even, penetapan standar pengembangan wisatakuliner dan belanja, rekreasi dan hiburan, pengembangan wisata alam(yachting, cruise dan selam) dan budaya (heritage), pengembanganwisata konvensi, insentif dan even.

7. Dukungan manajemen dan dukungan teknis pengembangan destinasipariwisata lainnya, antara lain melalui: administrasi pembangunan destinasipariwisata, rapat kerja teknis pengembangan destinasi pariwisata,penyusunan rencana dan program pengembangan destinasi pariwisata,fasilitasi koordinasi lintas sektor dan sinkronisasi daerah, kerjasamateknis dalam dan luar negeri, partisipasi pertemuan internasional,pendukungan even dan konferensi, monitoring dan evaluasi, penyusunanlaporan tahunan, penyusunan lakip, kajian penguatan pengembangandestianasi pariwisata, statistik destinasi pariwisata, pencitraan destinasi,inventarisasi baseline dan destination assessment, koordinasi dankerjasama dengan lintas sektor dalam pembangunan sarana dan prasaranadi destinasi pariwisata, pendukungan peningkatan kapasitas pegawai,kerjasama teknis dalam dan luar negeri, peningkatan pengelolaanadministrasi keuangan, umum dan personalia, monitoring dan evaluasiakuntabilitas pembangunan destinasi pariwisata.

3.3.2 PROGRAM 2: PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA

Program Pemasaran Pariwisata merupakan program utama Direktorat JenderalPemasaran Pariwisata (Ditjen PP) yang memiliki visi: ”Terwujudnya PemasaranPariwisata Indonesia yang Efektif dan Efisien yang Mendukung CitraIndonesia”, yang dijabarkan menjadi 3 misi utama, yaitu:

1. Meningkatkan kontribusi ekonomi kepariwisataan melalui pengembanganpemasaran pariwisata;

2. Meningkatkan pencitraan Indonesia melalui pengembangan pemasaranpariwisata yang bertanggungjawab dan berkelanjutan; dan

473

3. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabeldi Ditjen PP.

Program pengembangan pemasaran pariwisata pada tahun 2012-2014,diimplementasikan melalui 6 kegiatan pokok, yaitu: (1) pengembangan pasardan informasi pariwisata; (2) peningkatan promosi pariwisata luar negeri; (3)peningkatan promosi pariwisata dalam negeri; (4) peningkatan pencitraanIndonesia; (5) peningkatan minat khusus, konvensi, insentif, dan even; dan(6) dukungan manajemen dan tugas teknis pengembangan pemasaranpariwisata lainnya.

Keterkaitan antara visi, misi, tujuan serta sasaran pengembangan pemasaranpariwisata dapat dilihat pada Bagan 3-9.

Bagan 3-10 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Program PemasaranPariwisata

A. Tujuan Program Pemasaran Pariwisata

Tujuan pelaksanaan program pemasaran pariwisata adalah untuk:

1. Peningkatan kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional;

2. Peningkatan kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus;

474

3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pemasaran pariwisata di dalam danluar negeri;

4. Peningkatan diversifikasi pasar wisman;

5. Peningkatan layanan informasi dan analisa pasar wisata Indonesia;

6. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen PP;

7. Peningkatan kualitas SDM Ditjen PP.

B. Sasaran dan Indikator Program Pemasaran Pariwisata

Sasaran dan indikator untuk program Pemasaran Pariwisata adalah sebagaiberikut:

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional,dapat diukur dengan indikator:

1.1 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitupersentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baikyang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDBnasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh PuslitbangKemeparekraf dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilanpemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalananwisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampumeningkatkan PDB sektor pariwisata;

2. Meningkatnya jumlah wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus,dapat diukur dengan indikator:

2.1 Jumlah wisman ke Indonesia, yaitu jumlah wisman yang dihitungberdasarkan negara tempat tinggal wisatawan tersebut (country ofresidence) yang diperoleh berdasarkan publikasi Number of ForeignVisitor Arrivals yang diterbitkan oleh BPS setiap tahun. Semakinbanyak jumlah wisman ke Indonesia, diharapkan semakin tinggidevisa yang dihasilkan berdasarkan pengeluaran wisman;

2.2 Jumlah perjalanan wisnus, yaitu melalui jumlah masyarakatIndonesia yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial,dan/atau menginap di tempat penginapan komersial, dan/atau melakukanperjalanan lebih dari 100 km (PP), dengan tujuan bukan untuk studi/pekerjaan yang bersifat rutin. Data jumlah perjalanan wisnus dapatdilihat dari hasil Susenas pada Survei Rumah Tangga (ModulPerjalanan) yang dipublikasikan setiap 3 bulan oleh BPS. Semakinbanyak jumlah perjalanan wisnus maka semakin tinggi pendapatanuntuk sektor pariwisata;

475

3. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi promosi pariwisata di dalamdan luar negeri,dapat diukur dengan indikator:

3.1 Efektivitas pemasaran dan pencitraan pariwisata, merupakansalah satu subpilar TTCI. Nilai indikator diperoleh melalui surveipendapat warga negara Indonesia mengenai kesuksesan pemasarandan pencitraan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untukmenarik wisatawan, dengan skala minimum 1 dan maksimum 7;

3.2 Jumlah kegiatan promosi pariwisata luar negeri. Jumlah kegiatanpromosi pariwisata Indonesia di luar negeri meliputi partisipasi padakegiatan Bursa Pariwisata Internasional, sales mission, danpenyelenggaraan Festival Indonesia. Semakin tinggi jumlah kegiatanpromosi yang dilakukan di luar negeri, maka diharapkan calonwisatawan akan semakin kedatangan wisman semakin tinggi;

3.3 Jumlah kegiatan promosi pariwisata dalam negeri. Jumlah kegiatanpromosi pariwisata Indonesia di dalam negeri meliputi promosi langsungdi pusat-pusat keramaian dan perbelanjaan, penyelenggaraan evenpariwisata skala nasional dan internasional, serta co-marketing evenpariwisata daerah.Semakin tinggi jumlah kegiatan promosi yangdilakukan di dalam negeri, maka diharapkan jumlah perjalanan wisnussemakin tinggi;

3.4 Jumlah transaksi pelaksanaan promosi pariwisata nusantara dipasar dalam negeri, yaitu jumlah pengunjung promosi wisata yangmelakukan kegiatan transaksi yang dihasilkan selama kegiatan promosipariwisata di dalam negeri berlangsung. Jumlah dan besarnya transaksidilaporkan oleh industri-industri pariwisata yang berpartisipasi pada.Semakin tinggi jumlah transaksi yang dilakukan pada promosipariwisata di dalam negeri, maka promosi pariwisata dalam negerisemakin efektif dan diharapkan dapat meningkatkan perjalanan wisnus.

3.5 Jumlah transaksi pelaksanaan promosi pariwisata nusantara dipasar luar negeri, yaitu dihitung dari jumlah pengunjung yangmelakukan kegiatan transaksi yang dihasilkan selama kegiatan promosipariwisata di luar negeri berlangsung. Pada akhir kegiatan promosi,jumlah dan besarnya transaksi dilaporkan oleh industri-industripariwisata yang berpartisipasi.Semakin tinggi jumlah transaksi yangdilakukan pada promosi pariwisata di luar negeri, maka promosipariwisata dalam luar semakin efektif dan diharapkan dapat meningkatkanjumlah wisman ke Indonesia.

476

3.6 Produktivitas investasi pemasaran luar negeri, yaitu rasio jumlahdevisa (pengeluaran wisman ke Indonesia) dibandingkan denganinvestasi pemasaran di luar negeri, yang dihitung dengan satuanUS$. Setiap kegiatan pemasaran pariwisata yang dilakukan di luarnegeri dianggap sebagai investasi pariwisata untuk meningkatkanpengeluaran wisman. Semakin tinggi rasio devisa dibandingkananggaran pemasaran di luar negeri, maka upaya pemasaran di luarnegeri semakin efektif;

3.7 Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, yaitu rasio jumlahpengeluaran wisnus dibandungkan dengan investasi pemasaran didalam negeri, yang dihitung dengan satuan Rp. Setiap kegiatanpemasaran pariwisata yang dilakukan di dalam negeri dianggapsebagai investasi pariwisata untuk meningkatkan pengeluaran wisnus.Semakin tinggi rasio pengeluaran wisnus dibandingkan anggaranpemasarandi dalam negeri, maka upaya pemasaran di dalam negerisemakin efektif;

3.8 Tingkat persepsi dunia terhadap citra pariwisata Indonesia,merupakan nilai persepsi masyarakat dunia mengenai citra pariwisataIndonesia. Nilai persepsi tersebut dapat diketahui melalui surveipencitraan yang akan dilaksanakan oleh Kemenparekraf mulai tahun2012. Hasil survei pada tahun 2012 tersebut akan dijadikan dasar(base = x). Peningkatan persepsi dunia terhadap citra pariwisataakan dilakukan dengan survei yang sama dengan peningkatantarget sebesar 5% dan 10% pada tahun 2013 dan 2014.

4. Meningkatnya efektivitas dan efisiensipemasaran KIE dan minatkhusus, dapat diukur dengan indikator:

4.1 Jumlah daerah yang dipromosikan sebagai daerah tujuan wisataKIE dan minat khusus, yaitu jumlah daerah yang pengembangannyadifasilitasi melalui penyelenggaraan dan pendukungan even KIE danminat khusus di daerah tersebut. Kegiatan wisata konvensi, insentif,even dan minat khusus di merupakan daya tarik untuk mendatangkanwisatawan. Dengan peningkatan jumlah daerah yang dipromosikansebagai daerah tujuan KIE dan minat khusus, merupakan upayauntuk meningkatkan jumlah wisatawan ke daerah tersebut;

4.2 Jumlah promosi even KIE dan minat khusus, yaitu jumlah promositerkait even konvensi, insentif, even, dan minat khusus yangdiselenggarakan maupun didukung oleh Ditjen PP.Semakin banyakjumlah promosi even, maka diharapkan dapat menarik wisatawanpada pasar wisatawan massal maupun pasar wisatawan niche;

477

4.3 Rata-rata jumlah pameran dan eksibisi internasional diIndonesia, yaitu rata-rata jumlah pameran dan eksibisi pariwisataberskala internasional selama tiga tahun terakhir. Pameran daneksibisi yang masuk pada penilaian TTCI perlu diakui secarainternasional menurut standar International Congress andConvention Association (ICCA). Data tersebut akan diberikan dariICCA kepada WEF untuk diolah menjadi salah satu penilaian subpilarTTCI;

5. Menurunnya rasio konsentrasi pasar wisman ke Indonesia, dapatdiukur dengan indikator:

5.1 Rasio konsentrasi pasarwismanke Indonesia, dihitung dari limapasar utama wisman (CR5). Semakin rendah nilai CR5, makamenunjukkan bahwa pasar pariwisata Indonesia di dunia semakinterdiversifikasi atau tidak tergantung pada negara tertentu.

6. Terciptanya operasionalisasi Visit Indonesia Tourism Officers (VITO),dapat diukur dengan indikator:

6.1 Jumlah Visit Indonesia Tourism Officers di mancanegara (kota/lokasi). Jumlah VITO dihitung di setiap kota/lokasi luar negeri untukmelakukan teknis pemasaran pariwisata Indonesia. Dengan adanyakantor VITO di negara target pasar wisman, maka diharapkan informasimengenai pemasaran pariwisata Indonesia akan disampaikan secaraefisien dan mampu menarik wisman yang berkualitas;

7. Meningkatnya kualitas publikasi, komunikasi dan layanan informasipariwisata Indonesia, dapat diukur dengan indikator:

7.1 Jumlah publikasi dan pencitraan Indonesia, dihitung melalui jumlahpublikasi mengenai pariwisata dan pencitraan Indonesia pada mediacetak, media elektronik dan digital, serta media ruang. Publikasi danpencitraan pada berbagai jenis media tersebut dilakukan untukmenjangkau masyarakat mengenai informasi pariwisata Indonesiadan meningkatkan persepsi publik terhadap citra pariwisataIndonesia;

8. Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengenalan destinasi dandata pasar pariwisata Indonesia, dapat diukur dengan indikator:

8.1 Jumlah informasi mengenai pasar pariwisata Indonesia di dalamdan luar negeri, yaitu dihitung dari jumlah naskah yang memuatinformasi pasar pariwisata di Indonesia di dalam negeri dan luarnegeri sebagai bahan informasi untuk calon wisatawan yang akanmengunjungi destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia;

478

8.2 Jumlah peserta widyawisata pengenalan (Familiarization Trip),yaitu jumlah jurnalis, agen pariwisata, dan konsultan yang diberikanwidyawisata pengenalan. Widyawisata pengenalan merupakanperjalanan gratis atau kompensasi perjalanan dengan biaya rendahyang diselenggarakan oleh Kemenparekraf atau kerjasama industripariwisata. Tujuan widyawisata perjalanan adalah untuk mengenalkanjasa pariwisata atau destinasi baru sehingga peserta widyawisataperjalanan dapat mempromosikan jasa pariwisata atau destinasibaru kepada masyarakat luas;

9 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasiprogram Ditjen PP, dapat diukur dengan indikator:

9.1 Pencapaian target dan indikator program dan kegiatan DitjenPP,yaitu persentase realisasi target yang terlaksana danterdokumentasi dibandingkan dengan rencana target kinerja satkerDitjen PP. Target yang dimaksud mencakup target untuk indikatorprogram di Eselon 1 maupun indikator kegiatan di Eselon 2;

10 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen PP, dapat diukurdengan indikator:

10.1 Penyerapan anggaran belanja Ditjen PP,yaitu persentase anggaranyang digunakan untuk pemasaran pariwisata dibandingkan dengananggaran yang direncanakan. Indikator ini mencerminkan kinerjaperencanaan kegiatan dan anggaran yang dilaksanakan sesuai denganmekanisme sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistempengadaan barang dan jasa, sistem pelaporan dan pemantauansehingga dapat mempengaruhi realisasi dan pengelolaan keuangannegara secara bertanggung jawab;

11 Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PP, dapat diukur denganindikator:

11.1 Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen PP,yaitu jumlah pedomanoperasional yang dihasilkan Ditjen PP, bagi untuk keperluan internaldan eksternal Kemenparekraf. Setiap kebijakan yang dihasilkan dandisahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait dengan pemasaranpariwisata, maka Ditjen PP akan menjabarkan kebijakan tersebutpada level operasional hingga pada tingkat daerah yang didukungoleh Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang jelassehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secaratransparan dan akuntabel;

479

11.2 Jumlah prosedur operasional standar (POS) yang dihasilkanDitjen PP, yaitu jumlah pedoman operasional yang dihasilkanDitjen PP, untuk mengatur kebijakan internal dalam ruang lingkupoperasional program dan kegiatan pokok pemasaran pariwisata yangditandatangani oleh Dirjen PP.

12 Meningkatnya kualitas SDM Ditjen PP, dapat diukur dengan indikator:

12.1Jumlah SDM Ditjen PP yang difasilitasi untuk peningkatankemampuan kerja dan pengetahuan terkait pemasaran pariwisata,yaitu jumlah SDM Ditjen PP yang diberikan pembekalan teknis terkaitpemasaran pariwisata. Pembekalan yang diberikan meliputipengembangan informasi pasar pariwisata; promosi pariwisata luarnegeri; promosi pariwisata dalam negeri; peningkatan publikasipemasaran dan pencitraan pariwisata Indonesia; serta promosi untukeven konvensi, insentif, even dan minat khusus. Pembekalan inidiharapkan berdampak pada kualitas Ditjen PP dalam melakukantugas dan fungsinya.

C. Kegiatan Pokok dalam Program Pemasaran Pariwisata

Kegiatan pokok dalam program pemasaran pariwisata tahun 2010–2014yang sesuai dengan tugas dan fungsi Ditjen Pemasaran PariwisataKemenparekraf, meliputi:

1. Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, antara lain melalui:analisis pasar dan perancangan pemasaran di dalam dan luar negeri,penyelenggaraan bimbingan teknis pengembangan informasi pasarpariwisata, penyelenggaraan familiarization trip, perintisan Duta ParekrafIndonesia/International Tourism Board, peningkatan informasi pasarpariwisata, perumusan kebijakan pengembangan pasar dan informasipariwisata, serta pemantauan dan evaluasi pengembangan pasar daninformasi pariwisata.

2. Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri, antara lain melalui:partisipasi pada Bursa Pariwisata Internasional, pelaksanaan salesmission di fokus pasar wisatawan, pendukungan penyelenggaraanFestival Indonesia di mancanegara, operasionalisasi VITO,penyelenggaraan bimbingan teknis promosi pariwisata luar negeri,perumusan kebijakan promosi pariwisata luar negeri, serta pemantauandan evaluasi peningkatan promosi luar negeri.

3. Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam Negeri, antara lainmelalui:penyelenggaraan direct ion di pusat-pusat keramaian dan

480

perbelanjaan, penyelenggaraan even pariwisata berskala nasional daninternasional, pendukungan even seni, budaya dan pariwisata daerah,aktivasi pusat informasi kepariwisataan (Tourism Information Center),penyelenggaraan even pariwisata daerah, perumusan kebijakan promosipariwisata dalam negeri, serta pemantauan dan evaluasi peningkatanpromosi dalam negeri.

4. Peningkatan Pencitraan Indonesia, antara lain melalui: pengembanganstrategi pencitraan Indonesia, pengembangan publikasi dan pencitraanIndonesia di media cetak, pengembangan publikasi dan pencitraanIndonesia di media elektronik dan digital, pengembangan publikasi danpencitraan Indonesia di media ruang, pengembangan dokumentasipemasaran pariwisata dan pencitraan Indonesia, pembuatan dan pengadaanbahan promosi cetak, pembuatan dan pengadaan bahan promosi elektronik,peningkatan kerjasama dan kemitraan pemasaran dan pencitraanIndonesia, perumusan kebijakan mengenai publikasi pemasaran danpencitraan Indonesia, penyelenggaraan bimbingan teknis publikasipemasaran dan pencitraan Indonesia, serta pemantauan dan evaluasipeningkatan pencitraan Indonesia.

5. Peningkatan Konvensi, Insentif, Even dan Minat Khusus antara lainmelalui: penyelenggaraan bidding dan delegate boosting penyelenggaraanKIE dan minat khusus, promosi daerah tujuan wisata KIE dan minatkhusus, kerja sama asosiasi minat khusus,Site visit peningkatan KIE danminat khusus, promosi internasional even peningkatan KIE dan minatkhusus, penyelenggaraan peningkatan KIE dan minat khusus, pendukunganeven peningkatan KIE dan minat khusus,pengembangan kapasitas dankoordinasi sektor KIE dan minat khusus, penyelenggaraan bimbinganteknis peningkatan KIE dan minat khusus, perumusan kebijakan peningkatanKIE dan minat khusus,serta pemantauan dan evaluasi peningkatan KIEdan minat khusus.

6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Pemasaran PariwisataLainnya, antara lain melalui: layanan bidang hukum, layanan bidangperencanaan dan monev, layanan bidang keuangan, layanan bidangkepegawaian, layanan bidang umum, layanan perkantoran, sarana danprasarana, layanan fasilitasi kerjasama, layanan daerah yang mendapatdukungan promosi, dan dukungan Badan Promosi Pariwisata Indonesia(BPPI).

481

3.3.3 PROGRAM 3: PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN

BUDAYA

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya merupakan pro-gram utama Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya(Ditjen EKSB). Dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni danBudaya, Ditjen EKSBmemiliki visi: “Terwujudnya Ekonomi Kreatif BerbasisSeni dan Budaya yang Bernilai Tambah, Berdaya Saing, dan BerkelanjutanUntuk Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia”, yang dijabarkanmenjadi 4 misi utama, yaitu:1. Meningkatkan kontribusi ekonomi industri kreatif berbasis seni dan budaya;2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelaku dan karya kreatif

berbasis seni dan budaya;3. Mendorong penciptaan inovasi di sektor ekonomi kreatif berbasis seni

dan budaya;4. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen EKSB yang responsif, transparan,

dan akuntabel.

Program pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budayapadatahun 2012-2014, diimplementasikan melalui 4 kegiatan pokok, yaitu: (1)pengembangan industri perfilman Indonesia; (2) pengembangan senipertunjukan dan industri musik Indonesia; (3) pengembangan seni rupa; dan(4) dukungan manajemen dan teknis lainnya Ditjen EKSB.

Keterkaitan antara visi, misi, tujuan, serta sasaran pengembangan ekonomikreatif berbasis seni dan budaya dapat dilihat pada Bagan 3-10.

Bagan 3-11 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Direktorat EKSB

482

A. Tujuan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Senidan Budaya

Tujuan pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Senidan Budaya, adalah:

1. Peningkatan kontribusi PDB ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;

2. Peningkatan kontribusi ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;

3. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya;

4. Peningkatan aktivitas usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya;

5. Peningkatan perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual;

6. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif berbasis senidan budaya;

7. Pengembangan jejaring dan pemasaran bagi pelaku di sektor ekonomikreatif berbasis seni dan budaya;

8. Pengembangan kreasi dan produksi atas produk dan jasa sektor ekonomikreatif berbasis seni dan budaya;

9. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen EKSB;

10. Peningkatan kualitas SDM Ditjen EKSB;

B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Seni dan Budaya

Sasaran dan indikator pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Seni dan Budaya, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, dapat diukur dengan indikator:

1.1. Kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya.Kontribusi PDB merupakan rasio antara total PDB nominaltahunan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkandengan PDB nominal tahunan nasional dengan satuan persentase.Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam PDB sektor EKSBadalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, sertafotografi. Indikator ini menunjukan kontribusi EKSB dalam peningkatanpertumbuhan ekonomi, dimana semakin tinggi nilai kontribusi PDBsektor EKSB terhadap nasional maka semakin besar kontribusinyadalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

483

2. Meningkatnya kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:

2.1. Kontribusi ekspor produk sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya terhadap ekspor produk kreatif dunia. Kontribusiekspor yang dimaksud adalah rasio antara total ekspor tahunanproduk kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan eksportahunan produk kreatif dunia dengan satuan persentase. Ruanglingkup subsektor yang dihitung dalam ekspor sektor EKSB adalahfilm, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi.Indikator ini menunjukan daya saing perdagangan Indonesia terhadapdunia serta kekuatan pasar domestik sebagai penunjang perekonomianIndonesia;

3. Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektorekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:

1.1 Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasiopenyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuanpersentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasitenaga kerja sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, senipertunjukan, musik, serta fotografi. Indikator ini menunjukan peransektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunantingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yangterserap pada sektor EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakinmenurun;

1.2 Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya. Kualitas penyerapan tenaga kerjaditingkatkan melalui peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomikreatif berbasis seni dan budaya dan tercermin dari produktivitastenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkanrasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut;

4. Meningkatnya aktivitas usaha sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, dapat diukur dengan indikator:

1.1 Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur padaindikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya terhadap jumlah unit usaha nasional.

484

Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektorEKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik,serta fotografi;

5. Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni danbudaya, dapat diukur dengan indikator:

1.1 Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaanintelektual bagi karya kreatif. Pendaftaran HKI atas karya kreatifmerupakan salah satu masalah dalam pengembangan industri kreatif.Karenanya, Kemenparekraf harus memfasilitasi pendaftaran karyakreatif berbasis seni dan budaya. Jenis pendaftara HKI yang difasilitasiadalah hak cipta (copyright), paten, dan desain industri;

1.2 Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI. Tingkat pemahamanmasyarakat terhadap HKI dapat diukur melalui studi tersendiri.Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahamanmasyarakat khususnya pelaku kreatif terhadap jenis HKI, prosesmendapatkan pengakuan HKI, serta manfaat dari HKI;

6. Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, dapat diukur dengan indikator:

1.1 Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya. Tingkat pemahaman masyarakat terhadapEKSB diukur untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapatmenjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam aspek perkembangansektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang terkait denganekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukurantingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB;

7. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk kreatif berbasisseni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:

1.1 Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasis senidan budaya.Indikator ini mengukur pertumbuhan konsumsi produkkreatif berbasis seni dan budaya oleh masyarakat yang nantinyadapat digunakan untuk melihat potensi dalam negeri. Ruang lingkupsubsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasisseni dan budaya adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan,musik, serta fotografi;

8. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat, dapat diukur dengan indikator:

1.1 Jumlah pengembangan ruang kreatif. Pembentukan ruang kreatifbertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan

485

meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modalekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas;

9. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaringdi sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukurdengan indikator:

9.1 Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya yang mengalami peningkatan jejaring. Salah satupermasalahan pengembangan industri kreatif adalah jejaring pelakuyang lemah, karenanya kementerian harus memfasilitasipengembangan jejaring pelaku yang bertujuan untuk saling berbagimengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi,produksi, distribusi maupun komersialisasi. Pelaku kreatif yangmendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal darisubsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, sertafotografi;

10. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatifsektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukur denganindikator:

10.1Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya yang mengalami peningkatan akses pasar. Pemasaranproduk dan jasa kreatif yang lemah merupakan permasalahanpengembangan industri kreatif, karenanya Kemenparekraf harusmemfasilitasi pemasaran produk dan jasa kreatif yang bertujuanuntuk meningkatkan akses pasar dari karya kreatif berbasis seni danbudaya. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatanakses pasar ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, senipertunjukan, musik, serta fotografi;

11. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksikarya kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:

11.1Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi danproduksi karya kreatif. Pada proses kreasi dalam pengembangankarya kreatif berbasis seni dan budaya, ide merupakan modalutamanya. Sedang, produksi merupakan kelanjutan tahap untukmengubah ide menjadi sebuah karya komersial yang bernilai tambahsecara ekonomi. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukan olehKemenparekraf agar para pelaku dapat menghasilkan karya atau

486

produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing. Pelaku kreatifyang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan kemampuan kreasidan produksi ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa,seni pertunjukan, musik, serta fotografi;

12. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Ditjen EKSB, dapat diukur dengan indikator:

12.1Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen EKSB.Pencapaian target indikator program dan kegiatan diukur berdasarkanjumlah program di tingkat eselon 1 dan kegiatan di tingkat eselon2 Ditjen EKSB yang terlaksana dan akan didokumentasikan sehinggapada akhir tahun, nilainya dapat diukur. Diharapkan setiap tahunnilainya akan mengalami peningkatan;

13. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen EKSB, dapatdiukur dengan indikator:

13.1 Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKSB.Penyerapan anggaranbelanja Ditjen EKSB diukur berdasarkan nilai anggaran yang digunakanuntuk mendukung program dan kegiatan yang ada. Persentaseanggaran yang dibelanjakan untuk program dan kegiatan DitjenEKSB dibandingkan dengan anggaran yang direncanakan. Indikatorini mencerminkan kinerja perencanaan kegiatan dan anggaran yangdilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistem perencanaan, sistempenganggaran, sistem pengadaan barang dan jasa, sistem pelaporandan pemantauan sehingga dapat mempengaruhi realisasi danpengelolaan keuangan negara secara bertanggung jawab;

14. Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKSB, dapat diukur denganindikator:

14.1 Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen EKSB. Setiap kebijakanyang dihasilkan dan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yangterkait dengan pengembangan EKSB, akan dijabarkan oleh DirjenEKSB pada level operasional hingga pada tingkat daerah yang didukungoleh Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang jelassehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secaratransparan dan akuntabel;

14.2Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan DitjenEKSB. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan danditandatangani oleh Dirjen EKSB untuk mengatur kegiatan operasionaldalam lingkup internal Ditjen EKSB;

487

15. Meningkatnya kualitas SDM Ditjen EKSB, dapat diukur dengan indikator:

15.1Jumlah SDM Ditjen EKSB yang difasilitasi untuk meningkatkankemampuan kerja dan pengetahuan terkait ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya. Peningkatan kemampuan SDM DitjenEKSB dapat diukur dari diklat kepegawaian yang bertujuan untukmeningkatkan kemampuan kerja setiap SDM yang ada. Selain itu,diklat juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan SDM dilingkungan Ditjen EKSB terhadap ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya.

C. Kegiatan Pokok dalam Program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Seni dan Budaya

Kegiatan pokok dalam program pengembangan ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya tahun 2012–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsiDitjen EKSB Kemenparekraf, meliputi:

1. Pengembangan Industri Perfilman Indonesia, dengan melakukan:

a. Fasilitasi kegiatan, komunitas dan pelaku industri perfilman,antara lain melalui: fasilitasi pembentukan Badan Perfilman Indone-sia; fasilitasi kegiatan perfilman oleh komunitas, asosiasi, atau insanperfilman berprestasi;peningkatan kualitas sumber daya dan teknologisektor perfilman; fasilitasi film berkualitas untuk mengikuti festivalfilm di tingkat internasional; serta penyusunan juklak dan juknissektor perfilman.

b. Peningkatan apresiasi, festival dan eksibisi perfilman, antaralain melalui: penyelenggaraan perayaan Hari Film Nasional, FestivalFilm Indonesia,serta penyusunan panduan pemantauan dan evaluasikualitas pelaksanaan kegiatan apresiasi, festival, dan eksibisi pelakudan karya kreatif.

c. Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi Film, antara lainmelalui: peningkatan kualitas pelayanan produksi film melalui pelayananterpadu (film comission), fasilitasi peningkatan kualitas produksi danpertunjukan film, kompetisi penyusunan naskah cerita film yangmengangkat kearifan lokal, peningkatan kualitas sumber daya manusiadi bidang produksi dan teknologi sektor perfilman, pemantauan danevaluasi kepatutan pembuatan izin usaha perfilman, sertapengembangan lokasi pengambilan gambar film.

d. Peningkatan kualitas tata kelola distribusi dan pertunjukan Film,antara lain melalui: komunikasi, publikasi, dan dokumentasi kegiatan

488

perfilman, pengawasan dan pengaturan peredaran dan pertunjukanfilm, fasilitasi distribusi film indonesia ke luar negeri, sertapengembangan sistem informasi pendataan pasar film di Indonesia.

2. Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik, denganmelakukan:

a. Pengembangan seni pertunjukan, antara lain melalui: peningkatankualitas tatakelola dan kemasan seni pertunjukan, fasilitasi pelakudan kegiatan seni pertunjukan berkualitas, serta penyusunan juklakdan juknis sektor seni pertunjukan.

b. Pengembangan industri musik, antara lain melalui: fasilitasi kegiatanfestival musik dalam dan luar negeri, pengembangan kreasi danproduksi musik Indonesia, pengembangan lagu anak indonesia,serta penyusunan juklak dan juknis sektor musik.

c. Pemasaran dan apresiasi seni pertunjukan dan industri musik,antara lain melalui: Pekan Produk Kreatif Indonesia,penyerahanAnugerah Bhakti Musik Indonesia, Festival Nasional Seni Pertunjukan,persiapan penyelenggaraan IPAM 2013, serta pengembangansarana promosi dan dokumentasi seni pertunjukan dan musikIndonesia.

d. Sarana dan prasarana seni pertunjukan dan industri musik,antara lain melalui: pengembangan taman budaya di daerah, sertafasilitasi persiapan pengembangan galeri musik lokananta.

3. Pengembangan Seni Rupa Indonesia, dengan melakukan:

a. Pengembangan seni rupa murni, antara lain melalui: peningkatankualitas kreasi dan produksi karya seni lukis, grafis, dan seni patungIndonesia, fasilitasi pelaku kreatif dan kegiatan di sektor seni rupamurni di dalam dan luar negeri, serta Lomba Cipta Seni PelajarTingkat Nasional dalam rangka HUT-RI.

b. Pengembangan seni rupa terapan, antara lain melalui:pengembangan desain, teknik kriya, pemasaran, dan tata kelolausaha bagi UMKM kriya, fasilitasi pelaku dan kegiatan seni rupa,serta penyusunan juklak dan juknis sektor seni rupa.

c. Pengembangan fotografi, antara lain melalui:pengembangan kreasifoto indonesia, lomba foto Indonesia dalam rangka HUT-RI, sertafasilitasi fotografer dan kegiatan fotografi di dalam dan luar negeri.

d. Pemasaran dan apresiasi seni rupa, antara lain melalui: persiapanbahan promosi dan publikasi seni rupa, persiapan Biennale

489

Indonesia 2013, persiapan pameran fotografi indonesia (tingkatInternasional), pendataan karya budaya untuk HKI,persiapanpenyusunan buku maestro perupa Indonesia, serta pendokumentasianseni rupa tradisional.

4. Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya Direktorat JenderalEkonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, dengan melakukan:

a. Perencanaan dan kerjasama;

b. Peningkatan kualitas SDM, organisasi, dan hukum;

c. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan;serta

d. Peningkatan kualitas pelayanan umum dan informasi publik.

3.3.4 PROGRAM 4: PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS

MEDIA, DESAIN, DAN IPTEK

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek merupakanprogram utama Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain,dan Iptek (Ditjen EKMDI). Dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif BerbasisMedia, Desain, dan Iptek, Ditjen EKMDI memiliki visi: “Terwujudnya EkonomiKreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek yang Bernilai Tambah, BerdayaSaing, dan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan dan Kualitas Hidup MasyarakatIndonesia”, yang dijabarkan menjadi 4 misi utama, yaitu:

1. Meningkatkan kontribusi ekonomi industri kreatif berbasis media, desain,iptek;

2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelaku dan karya kreatifberbasis media, desain, iptek;

3. Mendorong penciptaan inovasi di sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, iptek;

4. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen EKMDI yang responsif, transparan,dan akuntabel.

Program pengembangan ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptekpadatahun 2012-2014, diimplementasikan melalui 4 kegiatan pokok, yaitu: (1)pengembangan ekonomi kreatif berbasis media; (2) pengembangan desaindan arsitektur; (3) pengembangan kerjasama dan fasilitasi; dan (4) dukunganmanajemen dan teknis lainnya Ditjen EKMDI.

Keterkaitan antara visi, misi, tujuan serta sasaran pengembangan ekonomikreatif berbasis media, desain, dan iptek dapat dilihat pada Bagan 3-8.

490

Bagan 3-12 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal EKMDI

A. Tujuan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media,Desain, dan Iptek

Tujuan pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media,Desain, dan IPTEK, adalah:

1. Peningkatan kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek;

2. Peningkatan kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek;

3. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan iptek;

4. Peningkatan unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek;

5. Pengembangan jejaring dan pemasaran bagi pelaku di sektor ekonomikreatif berbasis media, desain, dan iptek;

6. Pengembangan kreasi dan produksi atas produk dan jasa sektor ekonomikreatif berbasis media, desain, dan iptek;

491

7. Peningkatan pemahaman dan konsumsi terhadap karya kreatif berbasismedia, desain, dan iptek;

8. Penguatan institusi dan akses pembiayaan;

9. Pengembangan Pusat Kreatif Nasional;

10. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen EKMDI; dan

11. Peningkatan kualitas SDM Ditjen EKMDI.

B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Media, Desain, dan Iptek

Sasaran dan indikator pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Media, Desain, dan Iptek, adalah:

1. Meningkatnya kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek, dapat diukur dengan indikator:

1.1. Kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek. Kontribusi PDB merupakan rasio antara total PDB nomi-nal tahunan ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptekdibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional dengan satuanpersentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam PDBsektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan danpercetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikator ini menunjukankontribusi EKMDI dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, dimanasemakin tinggi nilai kontribusi PDB sektor EKMDI terhadap nasionalmaka semakin besar kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraanmasyarakat.

2. Meningkatnya kontribusi eksporsektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek, dapat diukur dengan indikator:

2.1. Kontribusi eksporsektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek. Kontribusi ekspor yang dimaksud adalah rasio antaratotal ekspor tahunan produk kreatif berbasis media, desain, daniptek dibandingkan dengan ekspor tahunan produk kreatif duniadengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitungdalam ekspor sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen,penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikatorini menunjukan daya saing perdagangan Indonesia terhadap duniaserta kekuatan pasar domestik sebagai penunjang perekonomianIndonesia.

492

3. Meningkatnya partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektorekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek¸ dapat diukurdengan indikator:

3.1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakanrasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek dibandingkan dengan jumlah pekerja nasionaldengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitungdalam partisipasi tenaga kerja sektor EKMDI adalah arsitektur, desain,fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi danradio. Indikator ini menunjukan peran sektor EKMDI terhadappenurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenagakerja yang terserap pada sektor EKMDI, maka tingkat pengangguranakan semakin menurun;

3.2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan iptek. Kualitas penyerapan tenagakerja ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan pekerja di sektorEKMDI dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitastenaga kerja dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektorEKMDI dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut.

4. Meningkatnya jumlah unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek, dapat diukur dengan indikator:

4.1. Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek terhadap nasional.Jumlah usaha yangdiukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektorEKMDI terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektoryang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKMDI adalah arsitektur,desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisidan radio.

5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaringdi sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek, dapatdiukur dengan indikator:

5.1. Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek yang mengalami peningkatan jejaring. Salahsatu permasalahan pengembangan industri kreatif adalah jejaringpelaku yang lemah, karenanya kementerian harus memfasilitasipengembangan jejaring pelaku yang bertujuan untuk saling berbagimengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi,

493

produksi, distribusi maupun komersialisasi. Pelaku kreatif yangmendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal darisubsektor arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan,periklanan, serta televisi dan radio;

6. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatifsektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek, dapatdiukur dengan indikator:

6.1. Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek yang mengalami peningkatan aksespasar.Pemasaran produk dan jasa kreatif yang lemah merupakanpermasalahan pengembangan industri kreatif, karenanyaKemenparekraf harus memfasilitasi pemasaran produk dan jasakreatif yang bertujuan untuk meningkatkan akses pasar dari karyakreatif berbasis media, desain, dan iptek. Pelaku kreatif yangmendapatkan fasilitasi dari peningkatan akses pasar ini berasal darisubsektor arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan,periklanan, serta televisi dan radio.

7. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksikarya kreatif berbasis media, desain, dan iptek, dapat diukur denganindikator:

7.1. Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek yang mengalami peningkatan kemampuankreasi dan produksi karya kreatif. Pada proses kreasi dalampengembangan karya kreatif berbasis media, desain, dan iptek, idemerupakan modal utamanya. Sedang, produksi merupakan kelanjutantahap untuk mengubah ide menjadi sebuah karya komersial yangbernilai tambah secara ekonomi. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukanoleh Kemenparekraf agar para pelaku dapat menghasilkan karyaatau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing. Pelakukreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan kemampuankreasi dan produksi ini berasal dari subsektor arsitektur, desain,fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi danradio.

8. Tingkat apresiasi terhadap karya kreatif, dapat diukur dengan indikator:

8.1. Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak ataskekayaan intelektual. Pendaftaran HKI atas karya kreatif merupakansalah satu masalah dalam pengembangan industri kreatif. Karenanya,Kemenparekraf harus memfasilitasi pendaftaran karya kreatif berbasis

494

media, desain, dan iptek. Jenis pendaftaran HKI yang difasilitasiadalah hak cipta (copyright), paten, dan desain industri;

8.2. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI. Tingkat pemahamanmasyarakat terhadap HKI dapat diukur melalui studi tersendiri.Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahamanmasyarakat khususnya pelaku kreatif terhadap jenis HKI, prosesmendapatkan pengakuan HKI, serta manfaat dari HKI;

8.3. Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasismedia, desain, dan iptek. Indikator ini mengukur pertumbuhankonsumsi produk kreatif berbasis media, desain, dan iptek olehmasyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk melihat potensidalam negeri. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam konsumsiproduk kreatif berbasis media, desain, dan iptek adalah arsitektur,desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisidan radio;

9. Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan lisensi teknologi,dapat diukur dengan indikator:

9.1. Jumlah kerjasama pengembangan dan pemanfaatan lisensiteknologi di dalam dan luar negeri. Penciptaan inovasi, penelitiandan pengembangan teknologi yang aplikatif dan bernilai tambahmerupakan salah satu strategi pengembangan ekonomi kreatif.Pengembangan dan pemanfaatan lisensi teknologi yang dimaksudkanpada indikator ini adalah seluruh teknologi yang dihasilkan di dalamnegeri dan akan difasilitasi untuk mendapatkan akses pasar ke luarnegeri. Indikator ini juga bertujuan untuk mengukur kerjasama yangdilakukan oleh pemerintah dalam hal pemanfaatan lisensi asing olehpelaku kreatif.

10. Pengembangan pusat kreatif, dapat diukur dengan indikator:

10.1Jumlah pusat kreatif yang terbentuk. Pembentukan pusat kreatifbertujuan untuk memberikan ruang publik bagi pelaku kreatif danmasyarakat luas sebagai wadah berjejaring serta pengembangandiri. Selain itu, pusat kreatif juga bertujuan sebagai ruang untukmenampilkan karya kreatif para pelaku kreatif maupun masyarakat.

11. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Ditjen EKMDI, dapat diukur dengan indikator:

11.1 Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen EKMDI.Pencapaian target indikator program dan kegiatan diukur berdasarkan

495

jumlah program di tingkat eselon 1 dan kegiatan di tingkat eselon2 Ditjen EKMDI yang terlaksana dan akan didokumentasikan sehinggapada akhir tahun, nilainya dapat diukur. Diharapkan setiap tahunnilainya akan mengalami peningkatan;

12. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen EKMDI, dapatdiukur dengan indikator:

12.1Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKMDI.Penyerapan anggaranbelanja Ditjen EKMDI diukur berdasarkan nilai anggaran yangdigunakan untuk mendukung program dan kegiatan yang ada.Persentase anggaran yang dibelanjakan untuk program dan kegiatanDitjen EKMDI dibandingkan dengan anggaran yang direncanakan.Indikator ini mencerminkan kinerja perencanaan kegiatan dan anggaranyang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistem perencanaan,sistem penganggaran, sistem pengadaan barang dan jasa, sistempelaporan dan pemantauan sehingga dapat mempengaruhi realisasidan pengelolaan keuangan negara secara bertanggung jawab;

13. Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKMDI, dapat diukur denganindikator:

13.1Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen EKMDI.Setiap kebijakanyang dihasilkan dan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yangterkait dengan pengembangan EKMDI, akan dijabarkan oleh DirjenEKMDI pada level operasional hingga pada tingkat daerah yangdidukung oleh Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yangjelas sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secaratransparan dan akuntabel;

13.2Jumlah prosedur operasi standar yang dihasilkan Ditjen EKMDI.Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan danditandatangani oleh Dirjen EKMDI untuk mengatur kegiatan operasionaldalam lingkup internal Ditjen EKMDI.

14. Meningkatnya kualitas SDM Ditjen EKMDI, dapat diukur dengan indikator:

14.1Jumlah SDM Ditjen EKMDI yang difasilitasi untuk meningkatkankemampuan kerja dan pengetahuan terkait ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan iptek. Peningkatan kemampuan SDMDitjen EKMDI dapat diukur dari diklat kepegawaian yang bertujuanuntuk meningkatkan kemampuan kerja setiap SDM yang ada. Selainitu, diklat juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan SDM dilingkungan Ditjen EKMDI terhadap ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek.

496

C. KEGIATAN POKOK DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMIKREATIF BERBASIS MEDIA, DESAIN, DAN IPTEK

Kegiatan pokok dalam program pengembangan ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek tahun 2012–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsiDitjen EKSB Kemenparekraf, meliputi:

1. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, yang meliputi:

a. Pengembangan film animasi dan komik, antara lain melalui:penguatan data dan informasi industri animasi dan komik, peningkatankualitas dan kuantitas konten animasi dan komik,pengembanganpasar animasi dan komik di dalam dan luar negeri,pengembangandan pemberdayaan sumber daya insani, serta penguatan tata kelolaindustri animasi dan komik.

b. Pengembangan tulisan fiksi dan non fiksi, antara lain melalui:peningkatan kualitas dan kuantitas tulisan fiksi dan non-fiksi, penguatandokumentasi, publikasi, dan komunikasi karya tradisional dankontemporer, pengembangan pasar tulisan fiksi dan non-fiksi didalam dan luar negeri,pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya insani, serta pengembangan jejaring dan kolaborasi tulisanfiksi dan non-fiksi.

c. Pengembangan karya kreatif audio dan video, antara lain melalui:peningkatan kualitas dan kuantitas karya kreatif audio dan video,pengembangan dan pemberdayaan sumber daya insani didaerah,pengembangan pasar dalam negeri,pengembangan danpenciptaan wirausaha digital, serta aktivasi portal Indonesia Kreatif.

d. Pengembangan karya kreatif periklanan, antara lain melalui:peningkatan kualitas dan kuantitas konten dan karya sektor periklanan,pengembangan dan pemberdayaan sumber daya insani, peningkatanapresiasi terhadap karya sektor periklanan, pengembangan jejaringdan kolaborasi pelaku sektor periklanan,pengembangan pasar dalamnegeri,penguatan data dan informasi industri periklanan, sertapenguatan tata kelola industri periklanan.

2. Pengembangan Desain dan Arsitektur, yang meliputi:

a. Pengembangan arsitektur dan desain interior, antara lain melalui:penguatan data dan informasi sektor arsitektur dan desain interior,penguatan dokumentasi, publikasi, dan komunikasi karya arsitekturdan desain interior tradisional dan kontemporer,peningkatan apresiasiterhadap karya arsitektur dan desain interior di dalam negeri, serta

497

pengembangan pasar arsitektur dan desain interior di dalam dan luarnegeri.

b. Pengembangan desain grafis dan komunikasi visual, antara lainmelalui: Pengembangan dan penciptaan wirausaha kreatif komunikasivisual, Peningkatan apresiasi terhadap karya kreatif, Pengembanganpasar dalam negeri, serta Pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya insani.

c. Pengembangan desain produk dan kemasan, antara lain melalui:Peningkatan apresiasi terhadap karya kreatif, penguatan dokumentasi,publikasi, dan komunikasi karya kreatif desain produk, pengembanganjejaring dan kolaborasi pelaku kreatif desain produk,pengembangandan pemberdayaan sumber daya insani dan masyarakat, pengem-bangan pasar dalam negeri, serta penguatan teknologi desain kemasan.

d. Pengembangan desain mode, antara lain melalui: penguatandokumentasi, publikasi, dan komunikasi desain busana tradisionaldan kontemporer, pengembangan dan pemberdayaan sumber dayainsani, peningkatan kualitas dan kuantitas konten dan karya kreatifdesain busana, pengembangan pasar desain busana di dalam danluar negeri, serta penguatan tata kelola industri desain busana.

3. Penguatan Kerjasama dan Fasilitasi, yang meliputi:

a. Pengembangan lisensi teknologi, antara lain melalui: penguatandata dan informasi teknologi yang dihasilkan, pengembangan pasardalam dan luar negeri untuk teknologi yang dihasilkan, perlindunganhak atas kekayaan intelektual industri konten multimedia, desain,dan arsitektur, serta penguatan teknologi melalui fasilitasi lisensiteknologi.

b. Pengembangan sentra inovasi dan inkubator bisnis, antara lainmelalui: Pengembangan dan penciptaan wirausaha sektor media,desain, dan iptek melalui inkubasi, penciptaan best practice usahakreatif dan standardisasi usaha, penyediaan sarana dan prasaranainovasi dan inkubasi, pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya insani sektor media, desain, dan Iptek, serta pengembanganjejaring dan kolaborasi pelaku kreatif dalam dan luar negeri untukinovasi dan inkubasi.

c. Pengembangan pusat kreatif, antara lain melalui: penyiapan saranadan prasarana gedung pusat kreatif, penyiapan kelembagaan pusatkreatif, penyiapan sarana dan prasarana pusat kreatif, sertapengembangan jejaring dan kolaborasi pelaku kreatif.

498

d. Peningkatan akses pembiayaan, antara lain melalui: peningkatanakses pembiayaan melalui penyempurnaan kebijakan perbankannasional, peningkatan akses pembiayaan melalui KUR, PKBL, PNPM,dan CSR untuk usaha sektor media, desain, iptek, penguatan jejaringdan kolaborasi dengan investor, serta penguatan tata kelola sistemtransaksi online.

e. Penguatan Kelembagaan Direktorat Jenderal Ekonomi KreatifBerbasis Media, Desain, IPTEK, yang meliputi: peningkatan kualitasperencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta pengelolaan kerjasama, peningkatan kualitas SDM, organisasi, dan hukum, peningkatantransparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, sertapeningkatan kualitas pelayanan umum dan informasi public.

3.3.5 PROGRAM 5: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PARIWISATA DAN

EKONOMI KREATIF

Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatifmerupakan program utama Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisatandan Ekonomi Kreatif (BPSDPEK) yang memiliki visi: ”Terwujudnya SumberDaya Manusia yang Profesional dan Kajian Kebijakan Yang Efektif Di SektorPariwisata dan Ekonomi Kreatif”, yang dijabarkan menjadi tiga misi utama,yaitu:

1. Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomikreatif;

2. Meningkatkan hasil guna penelitian dan pengembangan sektor pariwisatadan ekonomi kreatif;

3. Menciptakan tata pemerintahan BPSDPEK yang responsif, transparan,dan akuntabel.

Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif padatahun 2012 – 2014, diimplementasikan melalui 6 kegiatan pokok, yaitu:(1) Pengembangan SDM kepariwisataan dan ekonomi kreatif; (2) Penelitiandan pengembangan kebijakan sektor kepariwisataan; (3) Penelitian danpengembangan kebijakan sektor ekonomi kreatif; (4) Standardisasi kompetensikepariwisataan dan ekonomi kreatif; (5) Pengembangan pendidikan tinggikepariwisataan; dan (3) Dukungan manajemen dan teknis lainnya BPSDPEK.

Melalui program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan EkonomiKreatif, harus dapat: (1) meningkatkan kapasitas pemerintah dan pemangkukepentingan pariwisata lokal untuk mencapai mutu tingkat pelayanan danhospitality management yang kompetitif di Wilayah Asia; dan

499

(2) mengembangkan kapasitas nasional untuk pelaksanaan penelitian,penciptaan, dan inovasi, dan memudahkan akses dan penggunaan olehmasyarakat luas.

Keterkaitan antara visi,misi, tujuan, serta sasaran pengembangan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif dapat dilihat pada bagan 3-12.

Bagan 3-13 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Badan PengembanganSumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

A. Tujuan Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata DanEkonomi Kreatif

Tujuan pelaksanaan program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata danEkonomi Kreatif adalah:

1. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomikreatif;

2. Peningkatan kualitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata;

3. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;

4. Peningkatan kualitas kinerja organisasi BPSDPEK;

5. Peningkatan kualitas SDM BPSDPEK.

500

B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Sumber DayaPariwisata Dan Ekonomi Kreatif

Sasaran dan indikator untuk program Pengembangan Sumber Daya Pariwisatadan Ekonomi Kreatif adalah:

Sasaran dan indikator untuk program Pengembangan Sumber Daya Pariwisatadan Ekonomi Kreatif adalah:

1. Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM di sektor pariwisatadan ekonomi kreatif, dengan indikator meliputi:

1.1 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi, yaitujumlah tenaga kerja yang disertifikasi berdasarkan Naskah SKNNIdi sektor pariwisata. Semakin tinggi jumlah tenaga kerja sektorpariwisata yang di sertifikasi, diharapkan semakin tinggi tingkatprofesionalisme tenaga kerja sektor pariwisata nasional yang bekerjadidalam dan diluar negeri;

1.2 Jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif yang disertifikasi,yaitu jumlah tenaga kerja yang disertifikasi berdasarkan NaskahSKNNI di sektor ekonomi kratif. Semakin tinggi jumlah tenaga kerjasektor ekonomi kreatif yang di sertifikasi, semakin tinggi tingkatprofesionalisme tenaga kerja sektor ekonomi kreatif nasional yangbekerja didalam dan diluar negeri;

1.3 Jumlah SDM peserta pembekalan sektor kepariwisataan danekonomi kreatif, yaitu jumlah SDM yang terdiri dari masyarakat,aparatur, dan pelaku usaha yang dibekali pengetahuan sektor pariwisatadan ekonomi kreatif, sehingga terbentuk pengembangan pola pikir/paradigma dalam memandang sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;

1.4 Jumlah standar kompetensi di sektor pariwisata,yaitu standardisasiyang disusun mengenai kompetensi SDM nasional di sektor pariwisata.Dengan meningkatkan jumlah standar kompetensi sektor pariwisata,akan semakin meningkat kinerja SDM pariwisata dan menghasilkankualitas SDM pariwisata yang lebih baik;

1.5 Jumlah standar kompetensi di sektor ekonomi kreatif, yaitustandardisasi yang disusun mengenai kompetensi SDM nasional disektor ekonomi kreatif. Dengan meningkatkan jumlah standarkompetensi sektor ekonomi kreatif, akan semakin meningkat kinerjaSDM ekonomi kreatif dan menghasilkan kualitas SDM ekonomikreatif yang lebih baik;

501

2. Meningkatnya kualitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata, denganindikator meliputi:

2.1 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserapdi pasar kerja, dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisatayang terserap di pasar kerja baik di dalam dan luar negeri. Semakintinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka semakin tinggi jumlahtenaga kerja yang kompeten dan mampu memenui tuntutan lapangankerja sektor pariwisata;

3. Meningkatnya penelitian dan pengembangan kebijakan di sektorpariwisata, dengan indikator meliputi:

3.1 Jumlah penelitian dan pengembangan yang diaplikasikan dalammendukung kebijakan pengembangan sektor pariwisata.Outcome dari hasil penelitian dan pengembangan yang dapatdiaplikasikan dalam mendukung kebijakan baik pada level penyusunan,pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan (evaluasi kebijakan). Dataoutcome dapat diperoleh melalui evaluasi hasil penelitian. Semakintinggi jumlah penelitian dan pengembangan yang digunakan dalampenerapan kebijakan sektor pariwisata, semakin baik kualitas penelitiandan kajian yang ditulis dalam rangka pembangunan pariwisata;

4. Meningkatnya penelitian dan pengembangan kebijakan di sektorekonomi kreatif, dengan indikator meliputi:

4.1 Jumlah penelitian dan pengembangan yang diaplikasikan dalammendukung kebijakan pengembangan sektor ekonomi kreatif.Outcome dari hasil penelitian dan pengembangan yang dapatdiaplikasikan dalam mendukung kebijakan baik pada level penyusunan,pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan (evaluasi kebijakan). Dataoutcome dapat diperoleh melalui evaluasi hasil penelitian. Semakintinggi jumlah penelitian dan pengembangan yang digunakan dalampenerapan kebijakan sektor ekonomi kreatif, semakin baik kualitaspenelitian dan kajian yang ditulis dalam rangka pembangunan ekonomikreatif;

5. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram BPSDPEK, dengan indikator meliputi:

a. Pencapaian target indikator program dan kegiatan BPSDPEK,dihitung dari rasio ketercapaian BPSDPEK dalam menjalankankeseluruhan program terhadap target yang telah direncanakan.Semakin tinggi persentase pencapaian target indikator, semakin

502

baik peningkatan kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasiprogram dan kegiatan;

6. Meningkatnya kualitas penyerapan anggaran belanja BPSDPEK,dengan indikator meliputi:

6.1 Penyerapan anggaran belanja BPSDPEK, dihitung dari rasiopenggunaan anggaran belanja BPSDPEK terhadap total anggaranbelanja yang direncanakan. Indikator ini mencerminkan kinerjaperencanaan kegiatan dan anggaran yang dilaksanakan sesuai denganmekanisme sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistempengadaan barang dan jasa, sistem pelaporan dan pemantauansehingga dapat mempengaruhi realisasi dan pengelolaan keuangannegara secara bertanggung jawab;

7. Meningkatnya kualitas organisasi BPSDPEK, dengan indikator meliputi:

7.1. Jumlah NSPK yang dihasilkan BPSDPEK, yaitu jumlah pedomanoperasional yang dihasilkan Ditjen BPSDPEK, bagi untuk keperluaninternal dan eksternal Kemenparekraf. Setiap kebijakan yang dihasilkandan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait denganpengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif, makaBPSDPEK akan menjabarkan kebijakan tersebut pada level operasionalhingga pada tingkat daerah yang didukung oleh Norma, Standar,Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang jelas sehingga kebijakan yangdikeluarkan dapat dilaksanakan secara transparan dan akuntabel;

7.2. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkanBPSDPEK. Jumlah POS kegiatan internal yang dihasilkan BPSDPEK,dalam rangka mendukung tugas dan fungsi BPSDPEK. Semakintinggi jumlah POS yang dihasilkan, maka diharapkan akan sejalandengan pengimplementasian POS tersebut di lingkungan BPSDPEK,dan mewujudkan peningkatan kualitas BPSDPEK;

8. Meningkatnya kualitas SDM BPSDPEK, dengan indikator meliputi:

8.1 Jumlah peneliti yang disertifikasi, yaitu jumlah orang yangmendapatkan sertifikasi fungsional peneliti di sektor pariwisata danekonomi kreatif. Semakin tinggi jumlah peneliti yang disertifikasi,semakin tinggi tingkat kualitas dari peneliti;

8.2 Jumlah SDM BPSDPEK yang difasilitasi untuk meningkatkankemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangansumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu jumlah pegawaidi BPSDPEK yang difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan

503

kerja operasionalnya. Semakin tinggi jumlah pegawai yang difasilitasidalam peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan dibidangpariwisata dan ekonomi kreatif, semakin tinggi juga tingkatprofesionalisme dan tingkat kualitas SDM di sektor pariwisata danekonomi kreatif.

C. KEGIATAN POKOK DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA PARIWISATA & EKONOMI KREATIF

Kegiatan pokokdalam Program Pengembangan Sumber Daya pariwisata danekonomi kreatif tahun 2010 - 2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsiBPSDPEK Kemenparekraf, meliputi:

1. Pengembangan SDM Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, melalui:pembekalan SDM aparatur/industri dan masyarakat; peningkatankerjasama, penyusunan dan review kurikulum; Penyusunan modulpembekalan pariwisata dan ekonomi kreatif; workshop pengembanganSDM; supervisi pengembangan SDM pariwisata di lembaga pendidikantinggi pariwisata; penyusunan laporan; pemantauan dan evaluasi; sertapenyusunan NSPK.

2. Peningkatan Kompetensi SDM Kemenparekraf, melalui: fasilitasisertifikasi SDM pelaku parekraf; penyusunan SKKNI sektor parekraf;penyiapan assessor; penyiapan TUK; penyusunan program dan rencanakerja; peningkatan kerja sama, penerbitan dan diseminasi informasi;penyusunan laporan dan evaluasi; serta penyusunan NSPK.

3. Penelitian dan Pengembangan Kebijakan di Sektor Kepariwisataan,melalui: penelitian dan pengembangan kebijakan dan terapan; publikasidan dokumentasi hasil penelitian; penyusunan program kerja; kerjasamakelitbangan; peningkatan fungsional peneliti; penyusunan laporan;pemantauan dan evaluasi; serta penyusunan NSPK;

4. Penelitian dan Pengembangan kebijakan di Sektor Ekonomi Kreatif,dengan komponen: penelitian dan pengembangan serta kajian terkaitkebijakan ekonomi kreatif; publikasi dan dokumentasi kelitbangan;penyusunan program kerja, kerjasama kelitbangan, peningkatan fungsionalpeneliti; penyusunan laporan; pemantauan dan evaluasi; serta penyusunanNSPK.

5. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya BadanPengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengankomponen: Penyusunan dokumen perencanaan dan program kerja; fasilitaskerjasama; evaluasi dan laporan kinerja; layanan bidang keuangan; layanan

504

bidang kepegawaian; layanan bidang umum dan Barang Milik Negara;pengelolaan data dan informasi sumber daya pariwisata dan ekonomikreatif; serta Penyusunan NSPK.

6. Pengembangan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Kemenparekraf,dengan komponen: perkuliahan/pengajaran dan praktik; pengabdianmasyarakat; penelitian dosen; penyelenggaraan job fair;penyusunanprogram dan rencana kerja; peningkatan kerjasama; penyusunan danreview kurikulum dan silabus; penerbitan dan diseminasi informasi;penyusunan laporan; pemantauan dan evaluasi; serta penyusunan NSPK

3.3.6 PROGRAM 6: PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS

APARATUR KEMENPAREKRAF

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenparekrafmerupakan program utama Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenparekraf yangmemiliki visi: ”Terwujudnya Pengawasan Internal yang Mampu MendukungPencapaian Tujuan dan Sasaran Tata Kelola Kepemerintahan yang Responsif,Transparan dan Akuntabel di Lingkungan Kemenparekraf”, yang dijabarkanmenjadi dua misi utama, yaitu:

1. Meningkatnya efektivitas pengawasan internal dengan menerapkanmanajemen risiko dan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yangresponsif, transparan dan akuntabel;

2. Menciptakan tata pemerintahan Itjen Kemenparekraf yang responsif,transparan dan akuntabel.

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenparekrafpada tahun 2012–2014, diimplementasikan melalui 4 kegiatan pokok, yaitu:(1) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Inspektur I; (2) Pengawasandan Peningkatan Akuntabilitas Inspektur II; (3) Pengawasan dan PeningkatanAkuntabilitas Inspektur III; dan (4) Dukungan Manajemen dan DukunganTeknis Inspektorat Jenderal Lainnya.

Keterkaitan antara visi,misi, tujuan, serta sasaran pengawasan dan peningkatanakuntabilitas aparatur Kemenparekraf dapat dilihat pada bagan 3-13.

505

Bagan 3-14 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Inspektorat Jenderal

A. Tujuan Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas AparaturKemenparekraf

Tujuan dari pelaksanaan program Pengawasan dan Peningkatan AkuntabilitasAparatur Kemenparekraf, adalah:

1. Peningkatan ketaatan, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraanprogram dan kegiatan;

2. Peningkatan kualitas tatakelola keuangan dan ketaatan terhadap peraturanperundang-undangan tata kelola pemerintahan;

3. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Itjen Kemenparekraf;

4. Peningkatan kualitas SDM Itjen Kemenparekraf.

B. Sasaran dan Indikator Program Pengawasan dan PeningkatanAkuntabilitas Aparatur Kemenparekraf

Sasaran dan indikator untuk program Pengawasan dan PeningkatanAkuntabilitas Aparatur Kemenparekraf adalah:

506

1. Meningkatnya kinerja penyelenggaraan tugas dan fungsi satuankerja, dapat diukur dengan indikator:

1.1 Tingkat efektivitas program dan kegiatan satker Kemenparekraf,yaitu tingkat pencapaian target oleh setiap satker pada akhir tahun,dibandingkan dengan target yang direncanakan oleh masing-masingsatker. Dalam rangka menjamin ketercapaian target program dankegiatan pada setiap satuan kerja di Kemenparekraf, maka ItjenKemenparekraf perlu melakukan evaluasi berkala setiap bulannya.

1.2 Tingkat efektivitas program dan kegiatan satker InspektoratJenderal. Dalam mendukung tingkat efektivitas program dan kegiatanKemenparekraf, Itjen sebagai salah satu komponen satker jugaperlu mencapai tingkat efektivitas program dan kegiatan pada ruanglingkup internal Itjen itu sendiri.

2. Meningkatnya ketaatan terhadap prosedur dan admnistrasi tata kelolapemerintahan berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku,dapat diukur dengan indikator:

2.1 Tingkat penyimpangan dan pelanggaran oleh satkerKemenparekraf, yaitu rasio penyimpangan dan pelanggarandibandingkan dengan seluruh program dan kegiatan yang dimilikimasing-masing satker Kemenparekraf. Semakin sedikit tingkatpenyimpangan/pelanggaran, mencerminkan keberhasilan ItjenKemenparekraf dalam memantau dan mengawasi kinerja aparaturKemenparekraf.

2.2 Tingkat penyimpangan dan pelanggaran oleh SKPD yang terkaitdengan satker Kemenparekraf. Dalam mendukung tingkatpenyimpangan/ pelanggaran Kemenparekraf, Satuan Kerja PerangkatDaerah (SKPD) sebagai komponen untuk masing-masing satkerjuga perlu menurunkan tingkat penyimpangan/pelanggaran padaruang lingkup SKPD itu sendiri.

3. Meningkatnya ketaatan administrasi pengelolaan keuangan dilingkungan Kemenparekraf, dapat diukur dengan indikator:

3.1 Tingkat ketaatan administrasi pengelolaan keuangan oleh satkerKemenparekraf. Pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh masing-masing satker Kemenparekraf perlu dilakukan sesuai dengan normaadministrasi yang berlaku. Tingkat ketaatan administrasi yangtransparan dan akuntabel pada masing-masing satker dinilai olehSatuan Pengawasan Internal (SPI) sebagai dasar penilaian pengelolaankeuangan Kemenparekraf;

507

3.2 Tingkat ketaatan administrasi pengelolaan keuangan oleh SKPDyang terkait dengan Kemenparekraf. Dalam mendukung penilaianpengelolaan keuangan di lingkungan Kemenparekraf, pengelolaankeuangan di SKPD sebagai komponen dari masing-masing satkerdilakukan sesuai dengan norma administrasi yang berlaku sehinggadapat dinilai oleh SPI sebagai pengelolaan keuangan yang transparandan akuntabel;

4. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Itjen Kemenparekraf, dapat diukur dengan indikator:

4.1 Pencapaian target indikator kinerja program dan kegiatan ItjenKemenparekraf, yaitu persentase realisasi target yang terlaksanadan terdokumentasi dibandingkan dengan rencana target kinerjasatker Itjen Kemenparekraf. Target yang dimaksud mencakup targetuntuk indikator program di Eselon 1 maupun indikator kegiatan diEselon 2;

5. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Itjen Kemenparekraf,dapat diukur dengan indikator:

5.1 Penyerapan anggaran belanja Itjen Kemenparekraf, yaitu persentaseanggaran yang digunakan untuk melakukan pengawasan di lingkunganinternal Kemenparekraf dibandingkan dengan anggaran yangdirencanakan. Indikator ini mencerminkan kinerja perencanaan kegiatandan anggaran yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistemperencanaan, sistem penganggaran, sistem pengadaan barang danjasa, sistem pelaporan dan pemantauan sehingga dapat mempengaruhirealisasi dan pengelolaan keuangan negara secara bertanggungjawab

6. Meningkatnya kualitas organisasi Itjen Kemenparekraf, dapat diukurdengan indikator:

6.1 Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan ItjenKemenparekraf, diukur melalui jumlah pedoman operasional yangdihasilkan Itjen, untuk mengatur kebijakan internal dalam ruanglingkup operasional Itjen dan ditandatangani oleh Eselon 1 ItjenKemenparekraf;

7. Meningkatnya kualitas SDM Itjen Kemenparekraf, dapat diukur denganindikator:

7.1 Auditor yang telah memenuhi Standar Kompetensi Auditor sesuaidengan Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-211/K/JF/2010,

508

dihitung sebagai jumlah SDM Itjen Kemenparekraf yang memilikiStandar Kompetensi Auditor (SKA). Sebagai Aparat PengawasanIntern Pemerintah (APIP), SDM Itjen Kemenparekraf perlu memilikistandar pengetahuan, keterampilan/keahlian dan sikap perilaku untukdapat melakukan fungsi Jabatan Fungsional Auditor di lingkunganKemenparekraf secara maksimal. Kompetensi auditor yang diaturmelalui SKA meliputi bidang: manajemen risiko, strategi pengawasan,pelaporan, sikap perilaku profesional, komunikasi, lingkunganpemerintahan, dan manajemen pengawasan;

7.2 Jumlah SDM Itjen Kemenparekraf yang difasilitasi untukpeningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait denganpengawasan, yaitu jumlah SDM Itjen yang diberikan pembekalanteknis terkait pengawasan internal di lingkungan Kemenparekraf.Pembekalan yang diberikan meliputi kompetensi-kompetensi yangtelah disebutkan menurut SKA. Pembekalan ini diharapkan berdampakpada kualitas Itjen dalam melakukan tugas dan fungsinya.

C. KEGIATAN POKOK DALAM PROGRAM PENGAWASAN DANPENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENPAREKRAF

Kegiatan pokokdalam program pengawasan dan peningkatan akuntabilitasaparatur Kemenparekraf tahun 2010–2014 yang sesuai dengan tugas danfungsi Itjen Kemenparekraf, meliputi:

1. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas kinerja Inspektur I;

2. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas kinerja Inspektur II;

3. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas kinerja Inspektur III; dan

4. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Inspektorat Jenderal.

Dengan sub kegiatan antara lain:

1. Penyusunan pedoman Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas AparaturKemenparekraf, meliputi:

a. Pedoman umum pengawasan Itjen;

b. Pedoman dan Pembinaan Pelaksanaan Kegiatan dan PelaksanaanDekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP) di lingkunganKemenparekraf;

c. Pedoman review atas laporan keuangan;

d. Pedoman audit kinerja;

e. Pedoman pengawasan; dan

509

f. Pedoman Sistem Pengumpulan Dan Pengelolaan Data Kinerja; EvaluasiKinerja Atas Pelaksanaan Tupoksi dan Audit Keuangan (InspektoratI).

2. Evaluasi dan pengawasan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dilingkungan Kemenparekraf, meliputi:

a. Evaluasi kinerja atas pelaksanaan tupoksi dan audit keuangan(Inspektorat II);

b. Evaluasi kinerja atas pelaksanaan tupoksi dan audit keuangan(Inspektorat III);

c. Pengawasan terhadap pengelolaan dana dekon dan TP, pemantauandan evaluasi PNPM;

d. Tindaklanjut temuan hasil pemeriksaan; pemeriksaan dengan tujuantertentu;

e. Pemantauan dan pembinaan pelaksanaan kegiatan Kemenparekraf,Dekon dan TP;

f. Review LRA;

g. Rapat koordinasi pengawasan (Rakorwas);

h. Pelaksanaan koordinasi dan peningkatan pengawasan dalam mencapaitata pemerintahan yang baik; dan

i. Pemutakhiran data temuan.

3.3.7 PROGRAM 7: DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS

TEKNIS LAINNYA KEMENPAREKRAF

Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kemenparekrafmerupakan program utama Sekretariat Jenderal (Setjen) Kemeparekraf yangmemiliki visi: “Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Responsif,Transparan, dan Akuntabel Melalui Dukungan Manajemen dan DukunganTeknis Lainnya serta Penyediaan Sarana dan Prasarana yang Efisien danEfektif”, yang dijabarkan menjadi 3 misi utama, yaitu:

1. Meningkatkan kualitas aparatur, organisasi, dan tatalaksana serta layananhukum;

2. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan, perencanaan danpenganggaran, dan pengelolaan aset negara;

3. Meningkatkan layanan informasi dan kualitas informasi kepada pihakinternal dan eksternal;

510

4. Meningkatkan peran Indonesia dalam forum kerja sama luar negeri sektorpariwisata dan ekonomi kreatif.

Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya padatahun 2012-2014 diimplementasikan melalui 8 kegiatan pokok, yaitu: (1)pelayanan hukum dan administrasi kepegawaian; (2) peningkatan kerjasamainternasional; (3) pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan; (4)pengembangan perencanaan dan organisasi; (5) peningkatan layananadministrasi umum; (6) peningkatan layanan informasi publik; (7) pendidikandan pelatihan aparatur; dan (8) peningkatan layanan data dan sistem informasi.

Bagan 3-15 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Sekretariat JenderalKemenparekraf

A. Tujuan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan TugasTeknis Lainnya Kemenparekraf

Tujuan pelaksanaan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan TugasTeknis Lainnya Kemenparekraf adalah:

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Kemenparekraf;

2. Peningkatan kualitas pengelolaan peraturan perundang-undangan danlayanan hukum;

511

3. Peningkatan kualitas penataan, kapasitas, dan tatalaksana organisasi;

4. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan;

5. Peningkatan efisiensi dan efektifitas perencanaan dan penganggaran,evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program;

6. Peningkatan kualitas layanan umum dan pengelolaan Barang Milik Negara(BMN);

7. Peningkatankualitas informasi yang disampaikan kepada pihak internaldan eksternal;

8. Peningkatan kualitas layanan informasi kepada pihak internal dan eksternal.

9. Peningkatan hubungan, peran, dan partisipasi dalam forum internasionaldi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

B. Sasaran dan Indikator Program Dukungan Manajemen danPelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenparekraf

Sasaran dan indikator untuk program Dukungan Manajemen dan PelaksanaanTugas Teknis Lainnya Kemenparekraf adalah:

1. Meningkatnya kualitas SDM Kemenparekraf, dengan indikator meliputi:

1.1 Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengankebutuhan organisasi, yaitu jumlah aparatur Kemenparekraf yangdiberikan pembekalan melalui materi yang relevan dengan sektorpariwisata dan ekonomi kreatif. Secara teknis, pembekalan tersebutdiserahkan kepada masing-masing satker sehingga materi diklatdapat diberikan secara spesifik untuk pengembangan destinasi,pemasaran pariwisata, pengembangan ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desaindan iptek, pengembangan SDM, pengawasan dan peningkatanakuntabilitas aparatur, dukungan manajemen dan pelaksanaan tugasteknis kemenparekraf lainnya, serta sarana dan prasarana aparatur;

1.2 Jumlah pegawai yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikanke jenjang yang lebih tinggi, yaitu jumlah pegawai Kemenparekrafyang meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (Strata 2dan Strata 3) untuk memperdalam pengetahuan pada sektor pariwisatadan ekonomi kreatif, serta pengaturan kebijakan publik.

2. Meningkatnya kuantitas SDM Kemenparekraf, dengan indikator meliputi:

2.1 Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akanmengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, jumlah kuantitasSDM Kemenparekraf secara langsung akan berperan dalam

512

mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif dengan tujuan utamamencapai arahan strategis Kementerian.

3. Meningkatnya layanan administrasi kepegawaian, dengan indikatormeliputi:

3.1 Tingkat penyelesaian pengembangan sistem informasimanajemen kepegawaian. Tingkat pengembangan sistem informasimanajemen kepegawaian yang berhasil diselesaikan dibandingkandengan perencanaan, semakin tinggi tingkat penyelesaianmenunjukkan kemampuan mengembangkan sistem informasi yangsemakin baik di lingkungan Kemenparekraf. Tahapan atau prosespengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian sehinggamampu memberikan informasi kepegawaian yang cepat, tepat, danakurat.

4. Terciptanya peraturan perundang-undangan yang harmonis, denganindikator meliputi:

4.1 Jumlah naskah Peraturan Perundang-undangan. Salah satu tugasutama Kemenparekraf adalah membuat kebijakan yang mengaturdan mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi sektorkepariwisataan dan ekonomi kreatif di Indonesia. Setjen merupakanunit organisasi yang membawahi biro hukum yang bertanggungjawabuntuk melakukan penelaahan dan harmonisasi secara mendalamterhadap setiap kebijakan berupa peraturan perundangan yang akanditandatangani oleh setingkat Menteri ataupun Presiden. Ada beberapakebijakan yang akan disusun oleh Kemenparekraf, misalnya: PeraturanMenteri mengenai Standar Usaha Hotel, Restoran, Jasa PerjalananWisata, MICE, Kawasan Pariwisata, dan Konsultan Pariwisata.

5. Terwujudnya organisasi dan tatalaksana yang sesuai dengankebutuhan, tugas dan fungsi, dengan indikator meliputi:

5.1 Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, yaitu nilaiyang diberikan oleh Kementerian PAN & RB kepada Kemenparekrafyang menjadi tolak ukur efektifitas atau kinerja pelaksanaan reformasibirokrasi di lingkungan Kemenparekraf. Sesuai Permen Menpan danRB No. 53 Tahun 2011, nilai yang diberikan kepada Kemenparekrafterkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi berdasarkan acuannasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan oleh KomitePengarah RB Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam melakukanQuality Assurance RB ini menggunakan 8 (delapan) area perubahangrand design RB dengan mengaitkan program, kegiatan, agenda,

513

dan hasil yang diharapkan dari proses RB pada tingkat mikro dalamperiode tahun 2010 – 2014;

5.2 Jumlah dokumen ketatalaksanaan, Setiap kebijakan yang dihasilkandan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait denganpengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, maka SetJen akanmenjabarkan kebijakan tersebut pada level operasional menjadidokumen ketatalaksanaan sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapatdilaksanakan secara transparan dan akuntabel. Dokumen analisistentang tata kelola organisasi serta sistem dan mekanisme hubungankerja antar unit organisasi di lingkungan Kemenparekraf;

6. Meningkatnya kualitas kinerja pengelolaan Keuangan, dengan indikatormeliputi:

6.1 Opini keuangan Kemenparekraf, yaitu opini yang diberikan olehBadan Pemeriksa Keuangan (BPK) kepada Kemenparekraf yangmenjadi tolak ukur keberhasilan pengelolaan keuangan. Sesuai denganUU No. 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan DanTanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memberikan pernyataanprofesional mengenai kewajaran informasi keuangan di lingkunganKemenparekraf yang disajikan dalam laporan keuangan yangdidasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansipemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),(iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv)efektivitas sistem pengendalian intern;

6.2 Jumlah dokumen laporan keuangan yang akuntabel sesuai SistemAkuntasi Pemerintah (SAP). Kinerja perencanaan kegiatan dananggaran dilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistemperencanaan, sistem penganggaran, sistem pengadaan barang danjasa, sistem pelaporan dan pemantauan sehingga dapat mempengaruhirealisasi dan pengelolaan keuangan negara secara bertanggungjawab. Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004, No. 17 tahun 2003 danPP No. 8 Tahun 2006, dan No. 71 Tahun 2010, Kemenparekraf perlumenyerahkan dokumen laporan pertanggungjawaban keuangan yangmeliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dokumen tersebut dalamrangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaankeuangan negara;

7. Meningkatnya prioritas dan pengeluaran pemerintah untukkepariwisataan, dengan indikator meliputi:

514

7.1 Tingkat prioritas pemerintah untuk pengembangan industrikepariwisataan, merupakan salah satu subpilar TTCI. Nilai indikatordiperoleh melalui survei pendapat warga negara Indonesiamengenai prioritas pemerintah yang diberikan untuk mengembangkanindustri pada sektor pariwisata, dengan skala minimum 1 danmaksimum 7;

7.2 Tingkat pengeluaran pemerintah untuk kepariwisataan, merupakansalah satu subpilar TTCI (WEF). Nilai indikator diperoleh melaluipengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata terhadap totalpengeluaran nasional. Contoh pengeluaran pariwisata, misalnya:pembangunan museum, taman rekreasi nasional, serta subsidi untukimigrasi dan bea cukai. Pengumpulan data untuk penilaian indikatorini dilakukan oleh WTTC dan Riset Tourism Satellite Accounting;

8. Terwujudnya rencana program dan penganggaran serta evaluasidan pelaporan yang berkualitas, dengan indikator meliputi:

8.1 Predikat SAKIP Kemenparekraf. Tingkat keberhasilan program danpenganggaran yang tercermin dalam SAKIP yang Kemenparekraf.Instrumen yang digunakan instansi Pemerintah dalam memenuhikewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dankegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponenyang merupakan satu kesatuan, yaitu: aspek perencanaan, aspekpengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, aspek evaluasi kinerja,dan capaian kinerja;

8.2 Jumlah dokumen perencanaan program dan anggaran, yaitujumlah dokumen perencanaan program dan anggaran terkait pariwisatadan ekonomi kreatif yang dihasilkan Setjen Kemenparekraf. Dokumenyang disusun oleh Kemenparekraf yang memuat program dan hasilyang diharapkan, kegiatan dan keluaran yang diharapkan, lokasikegiatan, pagu anggaran belanja yang dirinci menurut fungsi jenisbelanja dan sumber dana untuk masing-masing kegiatan pada satuankerja/unit pelaksana teknis, yang terdiri dari Rencana Kerja (Renja)K/L, Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja dan Anggaran(RKA-KL), Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), PenetapanKinerja (PK), Petunjuk Operasionalisasi Kegiatan (POK), dan lainnya;

8.3 Jumlah laporan pemantauan dan evaluasi, merupakan dokumenyang memuat pengumpulan data mengenai pengukuran pencapaianindikator kinerja dari Unit Kerja Eselon I dan memantau perubahanyang fokus pada proses dan pencapaian, sehingga dapat melakukan

515

penilaian untuk perbaikan, kelanjutan dan perluasan program dankegiatan;

8.4 Jumlah Pendukungan Kegiatan Pembangunan Pariwisata danEkonomi Kreatif Pusat dan Daerah, merupakan jumlah kegiatanyang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan fasilitasi danpendukungan kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif di pusat dandaerah;

9. Terselenggaranya layanan umum yang memenuhi standar pelayanan,dengan indikator meliputi:

9.1 Jumlah dokumen layanan administrasi umum, merupakan dokumenyang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kepada setiap satker dilingkungan Kemenparekraf yang dilaksanakan oleh Biro umum sebagaiupaya pemenuhan kebutuhan dalam rangka penyelenggaraanperkantoran;

10. Terselenggaranya pengelolaan aset BMN yang akuntabel dantransparan, dengan indikator meliputi:

10.1Jumlah dokumen laporan aset BMN. Untuk mewujudkan pemerataanpengembangan pariwisata di daerah Indonesia, Kemenparekrafmelimpahkan BMN kepada lembaga daerah dengan kesepakatandan mempertimbangkan kapasitas lembaga daerah dalam mengelolabarang yang dihibahkan, termasuk biaya operasional dan pemeliharaan.Berdasarkan Peraturan Dirjen Kekayaan Negara Nomor:PER-07/KN/2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Rekonsiliasi DataBarang Milik Negara dalam rangka penyusunan laporan barang miliknegara dan laporan keuangan pemerintah pusat, Kemenparekrafperlu menyajikan dokumen laporan yang mengindikasikan posisiBMN pada awal dan akhir suatu periode serta mutasi BMN yangterjadi selama satu periode;

11. Tersedianya dokumen publikasi bagi pihak internal dan eksternal,dengan indikator meliputi:

11.1Jumlah dokumen publikasi, layanan informasi dan hubunganantar lembaga, yaitu jumlah dokumen publikasi, layanan informasidan hubungan antar lembaga terkait pariwisata dan ekonomi kreatifdalam rangka membentuk dan memperkuat citra Kemenparekraf;

12. Tersedianya data dan informasi yang akurat, valid, reliabel, denganindikator meliputi:

516

12.1Jumlah dokumen statistik pariwisata dan ekonomi kreatif,yaitujumlah dokumen statistik yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatifyang dihasilkan secara berkala;

13. Tersedianya data kepariwisataan, dengan indikator meliputi:

13.1 Kelengkapan data kepariwisataan tahunan, merupakan salahsatu subpilar TTCI. Nilai indikator ini dinilai berdasarkan penyediaandata-data kepariwisataan yang dimiliki oleh administrasi nasionalsesuai dengan 17 konsep UNWTO Compendium of Tourism Statis-tics selama satu tahun. Konsep tersebut terdiri dari indikator yangdiantaranya mencakup: data-data wisman, pariwisata domestik,pariwisata wismas, industri pariwisata, lapangan kerja pada industripariwisata, serta data kepariwisataan yang terkait data makroekonominasional;

13.2 Ketepatan waktu penyediaan data kepariwisataan bulanan/kuartalan, merupakan salah satu subpilar TTCI. Nilai indikator inidinilai berdasarkan penyediaan data-data kedatangan wisman maupunpengeluaran wisman setiap bulan atau setiap tiga bulan. Data-datatersebut diperlukan untuk keperluan publikasi UNWTO World TourismBarometer;

14. Tersedianya jaringan sistem informasi yang reliabel, dengan indikatormeliputi:

14.1 Jumlah pengunjung unik yang mengunjungi websiteKemenparekraf pertahun, yaitu individu yang mengunjungi websitedalam satu tahun, sehingga individu yang sama tidak dihitung untukkunjungan website berkali-kali;

15. Meningkatnya kualitas aplikasi untuk mengakses informasi, denganindikator meliputi:

15.1 Unit aplikasi, yaitu jumlah unit aplikasi yang tersedia untuk mengaksesinformasi yang dihasilkan;

16. Meningkatnya peran, hubungan, dan partisipasi Indonesia dalamforum kerjasama bilateral, dengan indikator meliputi:

16.1 Partisipasi pada kegiatan forum kerjasama bilateral bidangpariwisata dan ekonomi kreatif. Jumlah partisipasi kerjasamabilateral yang dilakukan dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

16.2 Dokumen kerjasama bilateral dan implementasinya di dalamdan di luar negeri. Jumlah dokumentasi yang dimiliki untukmenunjukkan bahwa Kemenparekraf berpartisipasi pada kegiatan maupunmelakukan kerjasama secara bilateral;

517

17. Meningkatnya peran, hubungan, dan partisipasi Indonesia dalamforum kerjasama regional, dengan indikator meliputi:

17.1Partisipasi pada kegiatan forum kerjasama regional bidangpariwisata dan ekonomi kreatif. Jumlah partisipasi kerjasama regionalyang dilakukan dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

17.2Dokumen kerjasama regional dan implementasinya di dalamdan di luar negeri. Jumlah dokumentasi yang dimiliki untukmenunjukkan bahwa Kemenparekraf berpartisipasi pada kegiatanmaupun melakukan kerjasama secara regional;

18. Meningkatnya peran, hubungan, dan partisipasi Indonesia dalamforum kerjasama multilateral,dengan indikator meliputi:

18.1Partisipasi pada kegiatan forum kerjasama multilateral bidangpariwisata dan ekonomi kreatif. Jumlah partisipasi kerjasamamultilateral yang dilakukan dalam bidang pariwisata dan ekonomikreatif;

18.2Dokumen kerjasama multilateral dan implementasinya di dalamdan di luar negeri. Jumlah dokumentasi yang dimiliki untukmenunjukkan bahwa Kemenparekraf berpartisipasi pada kegiatanmaupun melakukan kerjasama secara multilateral;

C. Kegiatan Pokok dalam Program Dukungan Manajemen danPelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenparekraf

Kegiatan pokok dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaantugas teknis Kemenparekraf Lainnya yang sesuai dengan tugas dan fungsiSetjen Kemenparekraf, meliputi:

1. Pengembangan Perencanaan dan Organisasi, dengan komponen antaralain: penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran, penyesuaian dokumenpelaksanaan anggaran, rapat koordinasi penyusunan anggaran,pelaksanaan monitoring dan evaluasi,penyusunan Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kemenparekraf, pendukungan kegiatanKemenparekraf, penyusunan dokumen rencana pembangunan nasionalsektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Rencana Induk PembangunanEkonomi Kreatif Nasional, Rencana Induk Pembangunan PariwisataNasional), penataan organisasi, analisis jabatan, penyusunan laporanbidang organisasi, dan fasilitasi jabatan fungsional.

2. Pelayanan Administrasi Hukum dan Kepegawaian, dengan komponenantara lain: Ujian dinas dan penyesuaian Ijazah, pemantauan dan evaluasipelaksanaan mutasi pegawai di daerah, penyusunan perencanaan

518

kebutuhan formasi pegawai, penyelenggaraan penerimaan CPNS,pemeriksaan dan penyelesaian kasus-kasus kepegawaian, penyusunandokumen kegiatan Biro Kepegawaian dan Organisasi Kajian dan monitoringkepangkatan pegawai, peningkatan dan pengembangan penelaahanpemberkasan pegawai, program sidang Baperjakat di lingkunganKemenparekraf, peningkatan pelayanan pemberhetian dan kepensiunan,Pelantikan pejabat, pemantauan dan evaluasi, Pengkoordinasianpenyusunan rancangan Peraturan Menteri Sektor Pariwisata dan EkonomiKreatif termasuk tindak lanjut, penelaahan Peraturan Perundang-Undangansektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta pemberian bantuan hukumdi lingkungan Kemenparekraf.

3. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan, dengan komponenantara lain:penyusunan laporan keuangan SAI dan monev pelaksanaan;pelaksanaan rekonsiliasi dan sinkronisasi data akuntansi keuangan danBMN di lingkungan Kemenparekraf; finalisasi petunjuk teknis pengadaanbarang/jasa di lingkungan Kemenparekraf; pemantauan dan evaluasipelaksanaan anggaran; penyusunan daya serap realisasi keuanganKemenparekraf tahun 2010; penyusunan laporan realisasi anggaranberdasarkan aktifitas;serta pemantauan dan evaluasi.

4. Peningkatan Kerjasama Luar Negeri, dengan komponen antaralain:peningkatan kerjasama lingkup multilateral, peningkatan kerjasamalingkup bilateral, peningkatan kerjasama lingkup regional, peningkatankerjasama lingkup subregional pendampingan tamu negara/menteri, fasilitasiprogram kerja sama luar negeri di Indonesia, serta pemantauan danevaluasi.

5. Peningkatan Layanan Administrasi Umum, dengan komponen antaralain : rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan kelompok kerja/ konsultasi,penataan arsip aktif, penyusunan laporan semesteran BMN Kemenparekraf,penataan barang inventaris milik/kekayaan negara, pembinaan pengelolaanbarang inventaris milik/kekayaan negara, penyusunan harga satuan barang,serta pemantauan dan evaluasi.

6. Peningkatan Layanan Hukum, dengan komponen antara lain: diklatPIM Tingkat II – IV, diklat teknis pariwisata, diklat teknis ekonomi kreatif,diklat teknis bahasa asing, pelatihan communication & PR-ing, diklatprajabatan Gol I, II dan III, penyusunan modul diklat, serta pemantauandan evaluasi.

7. Peningkatan Layanan Informasi Publik, dengan komponen antara lain:workshop sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bagi jurnalis media cetakdan elektronik, pengembangan kehumasan Kemenparekraf, media

519

relations, peningkatan hubungan antar lembaga dan mitra kerja, peningkatankehumasan melalui even-even di dalam dan luar negeri, penerbitanpublikasi tahunan, serta pemantauan dan evaluasi.

8. Peningkatan Layanan Data dan Sistem Informasi, dengan komponenantara lain: penyusunan neraca satelit pariwisata nasional, perancanganneraca satelit ekonomi kreatif nasional, pendataan profil wisnas yangbepergian keluar negeri, pendataan profil wisman yang meninggalkanindonesia, pendataan wisman melalui pintu masuk internasional, statistikpariwisata dan ekonomi kreatif, kerjasama pengelolaan data dan sistemjaringan, unit kliring data spasial, pengembangan sistem informasi,pemeliharaan dan peremajaan website, serta pemantauan dan evaluasi.

3.3.8 PROGRAM 8: SARANA DAN PRASARANA APARATUR KEMENPAREKRAF

Program Sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf juga merupakanprogram utama Sekretariat Jenderal (Setjen) Kemeparekraf yang terkaitdengan pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Kemenparekraf.

A. Tujuan Program Sarana dan Prasarana Aparatur Kemenparekraf

Tujuan dari program sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf adalahmeningkatkan kualitas sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf.

B. Sasaran dan Indikator Program Sarana dan Prasarana AparaturKemenparekraf

Sasaran dari program sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf adalahmeningkatnya kualitas sarana dan prasarana di lingkungan Kemenparekraf.Dengan sarana dan prasarana yang memadai, diharapkan aparaturKemenparekraf dapat bekerja lebih optimal dalam mencapai sasaran dantarget-target yang telah ditentukan.

C. Kegiatan Pokok dalam Program Sarana dan Prasarana AparaturKemenparekraf

Kegiatan pokok dalam program sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraftahun 2010–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsi Setjen Kemenparekrafadalah: pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana, dengankomponen antara lain: pengadaan kendaraan bermotor; pengadaan alatpengolah data; pengadaan gedung/bangunan; dan rekondisi inventaris kantor

520

BAB 4PENUTUP

Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012-2014telah dijabarkan ke dalam visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan,strategi, program, dan kegiatan pembangunan yang bersifat strategik danindikatif sesuai tugas dan fungsi kementerian. Selanjutnya, renstra ini harusdijabarkan oleh setiap satuan kerja secara teknis operasional setiap tahunsecara berkesinambungan. Untuk menjamin akuntabilitas dan konsistensiarah pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif, rencana strategiskementerian akan dievaluasi setiap tahunnya.

Mengingat lingkungan strategis pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangatdinamis, dan dengan mempertimbangkan hasil evaluasi tahunan, makasubstansi dan indikator kinerja yang ditetapkan pada Renstra KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2012-2014 ini, dapat direvisi ataudiubah, sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

Kami meyakini bahwa target pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatifyang telah ditetapkan, hanya dapat diwujudkan melalui sinergi dan kolaborasiyang baik antara instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha,akademisi, dan dunia internasional. Sinergi dan kolaborasi eksternal iniharus diimbangi dengan keterpaduan, kerjasama, keterbukaan, dan etoskerja yang baik pula dari seluruh personil dan satuan kerja di lingkunganinternal Kemenparekraf.

Akhir kata, semoga hidup yang sejahtera dan berkualitas, dapat diwujudkanbagi masyarakat melalui pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif2012-2014.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

ttd.

Dr. Mari Elka Pangestu

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, S.H.,M.M.NIP. 19590617 198803 1 005

521

LAMPIRANFORMULIR I

522

523

524

525

526

527

528

529

530

531

532

533

534

535

536

537

538

539

540

541

542

543

544

545

546

547

548

549

550

LAMPIRANFORMULIR II

551

20102011

2012***

2013****2014*****

(2)(3)

(4)(5)

(6)(7)

(8)

IPR

OG

RA

M PEN

GEM

BAN

GA

N D

ESTINA

SI PAR

IWISA

TA141.45

289.00346.56

393.49495.00

DIR

EKTOR

AT JEN

DER

AL PEN

GEM

BAN

GA

N D

ESTINA

SI

PAR

IWISA

TA

Ia

Perancangan Destinasi dan Investasi Pariw

isata50.40

49.0050.00

Direktorat Perancangan D

estinasi dan Investasi Pariwisata

Ib

Pengembangan D

aya Tarik Wisata

40.0083.56

74.3781.59

145.00D

irektorat Pengembangan D

aya Tarik Wisata

Ic

Pengembangan Industri Pariw

isata12.00

47.8419.91

20.0040.00

Direktorat Industri Pariw

isata

Id

Peningkatan PNPM

Mandiri Bidang Pariw

isata20.00

61.70121.45

141.35150.00

Direktorat Pem

berdayaan Masyarakat

Ie

Pemberdayaan M

asyarakat di Destinasi Pariw

isata10.00

23.8721.15

26.5540.00

Direktorat Pem

berdayaan Masyarakat

If

Pengembangan W

isata Konvensi, Insentif, Even dan Minat Khusus

16.3035.00

30.00D

irektorat Pengembangan W

isata Konvensi, Insentif, Even Dan

Minat Khusus

Ig

Pengembangan Standardisasi Pariw

isata22.00

34.22D

irektorat Standardisasi Pariwisata **

Ih

Dukungan M

anajemen dan D

ukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal

Pengembangan D

estinasi Pariwisata

37.4537.81

42.9840.00

40.00Sekretariat D

irektorat Jenderal Pengembangan D

estinasi

Pariwisata

IIPR

OG

RA

M PEN

GEM

BAN

GA

N PEM

ASA

RA

N PA

RIW

ISATA

446.18592.10

607.70*

607.70647.00

DIR

EKTOR

AT JEN

DER

AL PEM

ASA

RA

N PA

RIW

ISATA

IIa

Pengembangan Pasar dan Inform

asi Pariwisata

42.0036.98

45.0045.00

50.00D

irektorat Pengembangan Pasar dan Inform

asi Pariwisata

IIb

Peningkatan Promosi Pariw

isata Luar Negeri

100.00121.08

167.43167.44

185.00D

irektorat Promosi Pariw

isata Luar Negeri

IIc

Peningkatan Promosi Pariw

isata Dalam

Negeri

43.30118.20

92.8192.81

95.00D

irektorat Promosi Pariw

isata Dalam

Negeri

IId

Peningkatan Pencitraan Indonesia 133.55

167.25166.50

166.50180.00

Direktorat Pencitraan Indonesia

IIe

Peningkatan Promosi Konvensi, Insentif, Even dan M

inat Khusus 43.60

91.7256.35

56.3557.00

Direktorat Prom

os Konvensi, Insentif, Even dan Minat Khusus

IIf

Dukungan M

anajemen dan D

ukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal

Pemasaran Pariw

isata

83.7356.86

79.6179.60

80.00Sekretariat D

irektorat Jenderal Pengembangan Pem

asaran

Pariwisata

IIIPR

OG

RA

M PEN

GEM

BAN

GA

N EKO

NO

MI KR

EATIF BER

BASIS SEN

I DA

N

BUD

AYA

114.77161.90

335.67323.27

455.00D

IREKTO

RA

T JEND

ERA

L EKON

OM

I KREA

TIF BERBA

SIS SENI D

AN

BUD

AYA

IIIa

Pengembangan Industri Perfilm

an14.00

27.6087.21

88.00127.50

Direktorat Pengem

bangan Industri Perfilman

IIIb

Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri M

usik 16.00

34.60107.71

96.00137.50

Direktorat Pengem

bangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik

IIIc

Pengembangan Seni Rupa

57.5058.00

102.50D

irektorat Pengembangan Seni Rupa

IIId

Pengembangan G

aleri Nasional

6.138.10

Galeri N

asional Indonesia

IIIe

Dukungan M

anajemen dan D

ukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal

Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

78.6491.60

83.2581.27

87.50Sekretariat D

irektorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan

Budaya

UN

IT OR

GA

NISA

SI PELAKSA

NA

ALO

KASI PEN

DA

NA

AN

(DA

LAM

MILYA

R R

p.)PR

OG

RA

M/KEG

IATA

NN

O(1)

KE

BU

TU

HA

N P

EN

DA

NA

AN

KE

ME

NT

ER

IAN

PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

TAH

UN

20

10

-20

14

552

20102011

2012***

2013****2014*****

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

UN

IT OR

GA

NISA

SI PELA

KSA

NA

ALO

KA

SI PEN

DA

NA

AN

(DA

LAM

MILY

AR

Rp

.)P

RO

GR

AM

/KEG

IATA

NN

O

(1)

IVP

RO

GR

AM

PEN

GEM

BA

NG

AN

EKO

NO

MI K

REA

TIF BER

BA

SIS MED

IA D

ESAIN

DA

N IP

TEK

0.000.00

119.65148.00

325.00D

IREK

TOR

AT JEN

DER

AL EK

ON

OM

I KR

EATIF B

ERB

ASIS M

EDIA

,

DESA

IN, D

AN

IPTEK

IVa

Pen

gemb

angan

Ekon

om

i Kreatif B

erbasis M

edia

41

.45

44

.00

10

0.0

0D

irektorat P

engem

ban

gan Eko

no

mi K

reatif Berb

asis Med

ia

IVb

Pen

gemb

angan

Desain

dan

Arsitektu

r 2

8.5

73

0.0

09

0.0

0D

irektorat D

esain d

an A

rsitektur

IVc

Pen

gemb

angan

Kerjasam

a dan

Fasilitasi1

3.5

53

5.0

07

0.0

0D

irektorat K

erjasama d

an Fasilitasi

IVd

Du

kun

gan M

anajem

en d

an D

uku

ngan

teknis Lain

nya D

irektorat Jen

deral

Ekon

om

i Kreatif B

erbasis M

edia D

esain d

an Ip

Tek

36

.08

39

.00

65

.00

Sekretariat Direkto

rat Jend

eral Ekon

om

i Kreatif B

erbasis M

edia

Desain

dan

Iptek

VP

RO

GR

AM

PEN

GEM

BA

NG

AN

SUM

BER

DA

YA

PA

RIW

ISATA

DA

N EK

ON

OM

I

KR

EATIF

349.85264.77

299.93333.56

411.40B

AD

AN

PEN

GEM

BA

NG

AN

SUM

BER

DA

YA

PA

RIW

ISATA

DA

N

EKO

NO

MI K

REA

TIF

Va

Pen

gemb

angan

Sum

ber D

aya Man

usia K

epariw

isataan d

an Eko

no

mi K

reatif5

.40

9.3

09

.24

9.3

02

0.0

0P

usat P

engem

ban

gan Su

mb

er Daya M

anu

sia Kep

ariwisataan

dan

Ekon

om

i Kreatif

Vb

Pen

ingkatan

Ko

mp

etensi K

epariw

isataan d

an Eko

no

mi K

reatif2

7.1

42

7.8

63

5.0

0P

usat K

om

peten

si Kep

ariwisataan

dan

Ekon

om

i Kreatif

Vc

Pen

elitian d

an P

engem

ban

gan K

ebijakan

kepariw

isataan5

.00

6.1

08

.92

10

.00

15

.00

Pu

sat Pen

elitian d

an P

engem

ban

gan K

ebijakan

kepariw

isataan

Vd

Pen

elitian d

an P

engem

ban

gan K

ebijakan

Ekon

om

i Kreatif

15

.00

15

.00

20

.00

Pu

sat Pen

elitian d

an P

engem

ban

gan K

ebijakan

Ekon

om

i Kreatif

Ve

Pen

gemb

angan

Pen

did

ikan Tin

ggi kepariw

isataan3

20

.79

18

7.9

12

19

.17

25

0.0

03

00

.00

Akp

ar dan

STP

Vf

Pen

gemb

angan

Pen

did

ikan K

ebu

dayaan

43

.50

Pu

sat Pen

gemb

angan

Sum

ber D

aya Man

usia K

ebu

dayaan

dan

Pariw

isata **

Vg

Du

kun

gan M

anajem

en d

an D

uku

ngan

Teknis Lain

nya B

adan

Pen

gemb

angan

Sum

ber D

aya Pariw

isata & Eko

no

mi K

reatif

18

.66

17

.96

20

.46

21

.40

21

.40

Sekretariat Bad

an P

engem

ban

gan Su

mb

er Daya P

ariwisata d

an

Ekon

om

i Kreatif

VI

PR

OG

RA

M D

UK

UN

GA

N M

AN

AJEM

EN D

AN

PELA

KSA

NA

AN

TUG

AS TEK

NIS

LAIN

NY

A K

EMEN

TERIA

N P

AR

IWISA

TA D

AN

EKO

NO

MI K

REA

TIF

136.00156.78

184.48185.50

221.80SEK

RETA

RIA

T JEND

ERA

L

VI

aP

engem

ban

gan P

erencan

aan d

an O

rganisasi

25

.87

27

.14

45

.76

Biro

Peren

canaan

dan

Organ

isasi

VI

bP

elayanan

Hu

kum

dan

Ad

min

istrasi Kep

egawaian

13

.32

14

.42

9.0

0B

iro H

uku

m d

an K

epegaw

aian

VI

cP

emb

inaan

Ad

min

istrasi dan

Pen

gelolaan

Keu

angan

39

.05

8.0

19

.55

10

.05

9.6

0B

iro K

euan

gan

VI

dP

enin

gkatan K

erjasama Lu

ar Negeri

14

.93

16

.87

17

.17

15

.50

18

.00

Biro

Kerjasam

a Luar N

egeri

VI

eP

enin

gkatan Layan

an A

dm

inistrasi U

mu

m1

5.7

16

6.6

18

2.4

68

2.4

39

4.4

4B

iro U

mu

m

VI

fP

end

idikan

dan

Pelatih

an A

paratu

r1

1.4

09

.54

10

.73

10

.00

15

.00

Pu

sat Pen

did

ikan d

an P

elatihan

Ap

aratur

VI

gP

enin

gkatan Layan

an In

form

asi Pu

blik

12

.42

10

.49

12

.92

13

.00

15

.00

Pu

sat Ko

mu

nikasi P

ub

lik

VI

hP

enin

gkatan Layan

an D

ata dan

Sistem In

form

asi1

0.5

58

.83

12

.46

12

.96

15

.00

Pu

sat Data d

an In

form

asi

VI

iP

engem

ban

gan P

erencan

aan d

an H

uku

m2

4.0

32

8.0

7B

iro P

erencan

aan d

an H

uku

m **

VI

jP

elayanan

Ad

min

istrasi Kep

egawaian

dan

Organ

isasi7

.91

8.3

6B

iro K

epegaw

aian d

an O

rganisasi **

553

20

10

20

11

20

12

***2

01

3****

20

14

*****

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

UN

IT OR

GA

NISA

SI PELA

KSA

NA

ALO

KA

SI PEN

DA

NA

AN

(DA

LAM

MILY

AR

Rp

.)P

RO

GR

AM

/KEG

IATA

NN

O

(1)

VIII

PR

OG

RA

M SA

RA

NA

DA

N P

RA

SAR

AN

A A

PA

RA

TUR

KEM

ENTER

IAN

PA

RIW

ISATA

DA

N EK

ON

OM

I KR

EATIF

31

.99

18

.06

17

.23

17

.00

20

.00

SEKR

ETAR

IAT JEN

DER

AL

VIII

aP

emb

angu

nan

/Pen

gadaan

/Pen

ingkatan

Sarana d

an P

rasarana

31

.99

18

.06

17

.23

17

.00

20

.00

Biro

Um

um

VIII

PR

OG

RA

M P

ENG

AW

ASA

N D

AN

PEN

ING

KA

TAN

AK

UN

TAB

ILITAS A

PA

RA

TUR

NEG

AR

A K

EMEN

TERIA

N P

AR

IWISA

TA D

AN

EKO

NO

MI K

REA

TIF

21

.96

35

.90

28

.90

32

.00

46

.40

INSP

EKTO

RA

T JEND

ERA

L

VIII

aP

engaw

asan d

an P

enin

gkatan A

kun

tabilitas In

spektu

r I4

.51

5.0

04

.25

4.5

01

3.4

6In

spekto

rat I

VIII

bP

engaw

asan d

an P

enin

gkatan A

kun

tabilitas In

spektu

r II4

.51

5.0

03

.88

4.5

01

2.4

7In

spekto

rat II

VIII

cP

engaw

asan d

an P

enin

gkatan A

kun

tabilitas In

spektu

r III4

.50

5.0

04

.71

4.5

01

2.4

7In

spekto

rat III

VIII

dD

uku

ngan

Man

ajemen

dan

Du

kun

gan Tekn

is Lainn

ya Insp

ektorat Jen

deral

8.4

42

0.9

01

6.0

61

8.5

08

.00

Sekretariat Insp

ektorat Jen

deral

TOTA

L1

,24

2.2

0

1,5

18

.51

1

,94

0.1

2

2,0

40

.52

2

,62

1.6

0

*A

kan m

end

apatkan

AP

BN

P seb

esar Rp

. 27

0 M

, nam

un

saat ini m

asih m

enu

nggu

do

kum

en p

engan

ggaran

**M

engalam

i peru

bah

an stru

ktur o

rganisasi d

i tahu

n 2

01

2

***A

lokasi Tah

un

20

12

belu

m term

asuk Exercise P

emo

ton

gan, n

amu

n su

dah

ditam

bah

kan A

PB

NP

35

0 M

dan

Pem

ilahan

An

ggaran ke K

ebu

dayaan

****Sesu

ai den

gan U

sulan

Peru

bah

an R

enja

**** *Sesu

ai den

gan SEB

Pagu

Ind

ikatif TA 2

01

3

554

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.37/UM.001/MPEK/2012

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATANBADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memajukan kepariwisataan nasionalperlu meningkatkan kegiatan promosi pariwisataIndonesia;

b. bahwa dengan ditetapkannya Keputusan PresidenNomor 22 Tahun 2011 tentang Badan Promosi PariwisataIndonesia, kegiatan di bidang promosi pariwisata dapatdilaksanakan oleh Badan Promosi Pariwisata Indonesiasebagai mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentangPedoman Pelaksanaan Kegiatan Badan PromosiPariwisata Indonesia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);

555

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentangKepariwisataan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4966);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentangPelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republiklndonesia Nomor 4614);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentangSistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentangRencana Induk Pembangunan Kepariwisataan NasionalTahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5262);

10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2009 tentangKedudukan, Tugas Dan Fungsi Kementerian NegaraSerta Susunan Organisasi dan Tugas, Dan Fungsi

556

Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubahterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 142);

11. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2011 tentang BadanPromosi Pariwisata Indonesia;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PNK.05/2007tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan KeuanganPemerintah Pusat;

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas PelaksanaanRencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

14. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

15 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang RencanaStrategis KementerianPariwisata Dan Ekonomi KreatifTahun 2012 – 2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATANBADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Badan Promosi Pariwisata Indonesia adalah lembaga swasta dan bersifatmandiri dalam melaksanakan kegiatan promosi pariwisata.

2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagaifasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,pemerintah, dan pemerintah daerah.

3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang Kepariwisataan.

557

4. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnya disebutKementerian adalah Kementerian yang membidangi Pariwisata dan EkonomiKreatif.

5. Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata yang selanjutnya disebutDirektorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang membidangi PemasaranPariwisata.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatanBadan Promosi Pariwisata Indonesia yang menggunakan Anggaran PendapatanBelanja Negara (APBN) Kementerian.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini bertujuan agar kegiatan Badan Promosi PariwisataIndonesia dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel.

BAB IIIPENYELENGGARAAN KEGIATAN

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan oleh Badan Promosi PariwisataIndonesia sebagai upaya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.

(2) Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Badan Promosi Pariwisata Indonesia mempunyai tugas:a. meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia;b. meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan penerimaan

devisa;c. meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan pembelanjaan;d. menggalang pendanaan dari sumber selain Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

e. melakukan riset dalam rangka pengembangan usaha dan bisnispariwisata.

(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak merupakan kegiatanyang sudah dilaksanakan Kementerian.

558

BAB IVKRITERIA KEGIATAN

Pasal 5

Badan Promosi Pariwisata Indonesia dalam menyelenggarakan kegiatan harusberdasarkan pada kriteria sebagai berikut :

a. meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan perjalanan wisatawannusantara serta pembelanjaan, pada saat tingkat kunjungan rendah (lowseason tourism);

b. mempromosikan ekonomi kreatif yang menjadi bagian dari kepariwisataan(creative tourism); dan

c. mempromosikan kepariwisataan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan(green tourism).

BAB VKOORDINASI DAN PELAPORAN

Pasal 6

(1) Dalam melaksanakan tugasnya Badan Promosi Pariwisata Indonesiawajib melakukan koordinasi dengan Kementerian.

(2) Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagimana dimaksud padaayat (1) wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden melaluiMenteri.

BAB VIPENDANAAN

Pasal 7

(1) Pendanaan Badan Promosi Pariwisata Indonesia yang berasal dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Kementerian bersifat tidak mengikatdan sesuai dengan kemampuan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara.

(2) Pendanaan sebagaimana pada ayat (1) dialokasikan pada DirektoratJenderal.

(3) Pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan dilaksanakan oleh DirektoratJenderal.

559

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 25 Mei 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakartapada tangal 31 Mei 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 559

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

560

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.55/HK.001/MPEK/2012

TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 danPasal 4 Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentangPedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utamadi Lingkungan Instansi Pemerintah, telah ditetapkanPeraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.105/HK.001/MKP/2011 tentang Penetapan IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Kebudayaandan Pariwisata;

b. bahwa dalam upaya lebih memperjelas dan menyelaraskanantara Indikator Kinerja Utama Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif dengan Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN) dan RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014, serta kontrak kinerja Kabinet

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

561

Indonesia Bersatu II, perlu adanya penyempurnaanIndikator Kinerja Utama di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentangKepariwisataan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5060);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentangPelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4614);

6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentangPembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II periode2009-2014;

7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

562

8. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalTahun 2010-2014;

9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;

10. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang GrandDesign Reformasi Birokrasi 2010-2025;

11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang PedomanUmum Penetapan Indikator Kenerja Utama Di LingkunganInstansi Pemerintah;

12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014;

13. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

14. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF.

Pasal 1

Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkandari Peraturan Menteri ini.

563

Pasal 2

Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakanacuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusunperencanaan dan penganggaran kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja,dan evaluasi kinerja.

Pasal 3

Dalam rangka lebih meningkatkan efektivitas pelaksanaan Peraturan Menteriini, Inspektorat Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diberikantugas untuk:

a. melakukan telaah (review) atas capaian kinerja setiap unit kerja dalamrangka meyakinkan kehandalan informasi yang disajikan dalam laporanakuntabilitas kinerja; dan

b. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini danmelaporkan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.105/HK.001/MKP/2011 tentang Penetapan IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, dicabutdan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakartapada tanggal : 16 Juli 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd

MARI ELKA PANGESTU

564

Diundangkan diJakartapada tangal 10 September 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 905

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

565

LA

MP

IRA

NP

ER

AT

UR

AN

ME

NT

ER

I PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

RE

PU

BL

IK IN

DO

NE

SIA

NO

MO

R P

M.5

5/H

K.0

01

/MP

EK

/20

12

TE

NTA

NG

IND

IKA

TO

R K

INE

RJA

UTA

MA

DI L

ING

KU

NG

AN

KE

ME

NT

ER

IAN

PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

1.

Na

ma

Un

it Org

an

isasi

:K

em

en

teria

n P

ariw

isata

Da

n E

kon

om

i Kre

atif

2.

Tu

ga

s:

Me

nye

len

gg

ara

kan

uru

san

di b

ida

ng

pariw

isata

da

n e

kon

om

i krea

tif da

lam

pe

me

rinta

ha

n u

ntu

km

em

ba

ntu

Pre

side

n d

ala

m m

en

yele

ng

ga

raka

n p

em

erin

tah

an

ne

ga

ra

3.

Fu

ng

si:

a.

Pe

rum

usa

n, p

en

eta

pa

n, d

an

pe

laksa

na

an

keb

ijaka

n d

i bid

an

g pa

riwisa

ta d

an

eko

no

mi kre

atif;

b.

Pe

ng

elo

laa

n b

ara

ng

milik/ke

kaya

an

ne

ga

ra ya

ng

me

nja

di ta

ng

gu

ng

jaw

ab

Ke

me

nte

rian

Pa

riwisa

ta d

an

Eko

no

mi K

rea

tif;c.

Pe

ng

aw

asa

n a

tas p

ela

ksan

aa

n tu

ga

s di lin

gku

ng

an

Ke

me

nte

rian

Pa

riwisa

ta d

an

Eko

no

mi K

rea

tif;d

.P

ela

ksan

aa

n b

imb

ing

an

tekn

is da

n su

pe

rvisi ata

s pe

laksa

na

an

uru

san

Ke

me

nte

rian

Pa

riwisa

ta d

an

Eko

no

mi K

rea

tif;e

.P

ela

ksan

aa

n ke

gia

tan

tekn

is yan

g b

erska

la n

asio

na

l.

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIKATO

R KIN

ERJA

UTA

MA

S

UM

BE

R D

ATA

P

EN

JELA

SA

N

UN

IT O

RG

ANIS

ASI

PELAKSANA

1 M

eningkatnya kontribusi kepariw

isataan terhadap

Produk D

omestik B

ruto (PD

B)

nasional

Kontribusi sektor

pariwisata

terhadap Produk

Dom

estik B

ruto (PD

B) nasional

Neraca

Satelit Pariw

isata N

asional (N

esparnas) yang

diolah dari tabel I/O, Produk

Dom

estik Bruto (PDB), serta

kompilasi

data dari

Badan Koordinasi Penanam

an Modal.

Data

ini dipublikasikan

oleh

Indikator yang

digunakan untuk

mengukur

meningkatnya

kontribusi kepariw

isataan terhadap

Produk

Dom

estik B

ruto (P

DB

) nasional adalah rasio persentase antara total dam

pak P

roduk D

omestik

Bruto

(PD

B)

nominal

tahunan yang

terbentuk sebagai

akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan

Direktorat

Jenderal Pem

asaran Pariw

isata

566

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isa

ta

Da

n

Eko

no

mi

Kre

atif

sa

tu

tah

un

se

ka

li ya

ng

me

rup

aka

n

ha

sil

ke

rjasa

ma

d

en

ga

n

pih

ak

Ba

da

n P

usa

t Sta

tistik

.

de

ng

an

Pro

du

k D

om

estik

Bru

to (P

DB

) no

min

al

tah

un

an

n

asio

na

l. P

rod

uk

Do

me

stik

B

ruto

(P

DB

) n

asio

na

l m

eru

pa

ka

n

nila

i n

om

ina

l b

ara

ng

d

an

ja

sa

ya

ng

d

ipro

du

ksi

ole

h

Ind

on

esia

se

lam

a s

atu

tah

un

2

Me

nin

gka

tnya

ko

ntrib

usi

ke

pa

riwis

ata

an

te

rha

da

p kua

litas d

an

ku

an

titas te

na

ga

ke

rja

na

sio

na

l

1.

Ju

mla

h

ten

ag

a

ke

rja

lang

su

ng

, tid

ak

lang

su

ng

, d

an

ik

uta

n

se

kto

r p

ariw

isa

ta

Ha

sil

pe

ng

hitu

ng

an

Ba

da

n

Pu

sa

t S

tatis

tik,

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l Imig

rasi, P

usat D

ata

d

an

In

form

asi

da

n

Dire

kto

rat

PP

IP

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l P

em

asa

ran

Pa

riwis

ata

Pa

riwis

ata

m

eru

pa

ka

n

se

kto

r ya

ng

m

em

be

rika

n d

am

pa

k ya

ng

lu

as ba

gi

se

kto

r-se

kto

r lain

nya

, term

asu

k te

rha

da

p p

en

ye

rap

an

te

na

ga

ke

rja b

aik

itu

te

na

ga

ke

rja la

ng

su

ng

(dire

ct), te

na

ga

ke

rja tid

ak la

ng

su

ng

(ind

irect),

ma

up

un

ten

ag

a k

erja

iku

tan

(ind

uce

) di s

ekto

r p

ariw

isa

ta. T

en

ag

a k

erja

lan

gsu

ng

me

nca

ku

p

ten

ag

a

ke

rja

ya

ng

b

eke

rja

pa

da

1

4

(em

pa

t b

ela

s)

sekto

r ke

pa

riwis

ata

an

, te

na

ga

ke

rja

tida

k la

ngsun

g m

eru

pa

ka

n te

na

ga

ke

rja d

ilua

r 1

4 (e

mp

at b

ela

s) s

ekto

r ke

pa

riwis

ata

an

ya

ng

te

rka

it d

eng

an

se

kto

r p

ariw

isa

ta,

mis

aln

ya

te

na

ga

ke

rja

pa

da

se

kto

r tra

nsp

orta

si,

se

da

ng

ka

n

ten

ag

a

ke

rja

iku

tan

m

eru

pa

ka

n

ten

ag

a

ke

rja

ya

ng

te

rse

rap

d

i sekto

r-se

kto

r ik

uta

n

akib

at

pe

ng

aru

h

lan

gsu

ng

ma

up

un

tid

ak la

ngsun

g a

ktiv

itas s

ekto

r pa

riwis

ata

.

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l P

en

ge

mb

an

ga

n

De

stin

asi

Pa

riwis

ata

2.

Ko

ntrib

usi

se

kto

r p

ariw

isa

ta

terh

ad

ap

Ko

ntrib

usi

se

kto

r p

ariw

isa

ta

terh

ad

ap

p

en

ye

rap

an

ten

ag

a k

erja

na

sio

na

l me

rup

aka

n

rasio

p

ers

en

tase

a

nta

ra

da

mp

ak

pa

riwis

ata

567

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

pe

nye

rap

an

te

na

ga

ke

rja

na

sion

al

terh

ad

ap

p

en

yera

pa

n

ten

ag

a

kerja

, d

iba

nd

ing

kan

de

ng

an

jum

lah

pe

kerja

na

sion

al.

Jum

lah

p

eke

rja

na

sion

al

ad

ala

h

jum

lah

a

ng

kata

n

kerja

ya

ng

b

eke

rja.

Ind

ikato

r in

i m

eru

pa

kan

cerm

ina

n d

uku

ng

an

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif d

ala

m

pe

ncip

taa

n la

pa

ng

an

kerja

(pe

nu

run

an

ting

kat

pe

ng

an

gg

ura

n) d

an

pen

gu

ran

ga

n ke

miskin

an

na

sion

al,

serta

p

en

ing

kata

n

kese

jah

tera

an

m

asya

raka

t m

ela

lui

sekto

r ke

pariw

isata

an

, d

ima

na

sem

akin

ting

gi n

ilai ko

ntrib

usi, m

aka

se

ma

kin

ting

gi

pu

la

pe

ran

se

ktor

kep

ariw

isata

an

d

ala

m

pe

nu

run

an

tin

gka

t p

en

ga

ng

gu

ran

da

n ke

miskin

an

na

sion

al, se

rta

pe

nin

gka

tan ke

seja

hte

raa

n m

asya

raka

t.

3.

Pro

du

ktivitas

ten

ag

a

kerja

la

ng

sun

g,

tida

k la

ng

sun

g,

da

n

ikuta

n

sekto

r p

ariw

isata

K

ua

litas

dam

pa

k se

ktor

pa

riwisa

ta

terh

ad

ap

pe

nye

rap

an

ten

ag

a ke

rja d

ap

at d

iuku

r sala

h

satu

nya

b

erd

asa

rkan

pro

du

ktivitas

ten

ag

a

kerja

la

ngsu

ng

, tid

ak

lan

gsu

ng

, da

n

ten

ag

a

kerja

iku

tan

sekto

r p

ariw

isata

. P

rod

uktivita

s ya

ng

d

ima

ksud

kan

m

eru

pa

kan

ra

sio

an

tara

568

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

da

mp

ak

up

ah

ya

ng

te

rbe

ntu

k m

ela

lui

me

kan

isme

efe

k pe

ng

ga

nd

a d

i selu

ruh

sekto

r e

kon

om

i ya

ng

te

rkait

pa

riwisa

ta

seb

ag

ai

akib

at

aktivita

s ke

pa

riwisa

taa

n

dib

an

din

gka

n

de

ng

an

ju

mla

h te

na

ga ke

rja la

ng

sun

g,

tida

k la

ng

sun

g,

da

n

ten

ag

a

kerja

iku

tan

se

ktor

pa

riwisa

ta.

3

Me

nin

gka

tnya

in

vesta

si d

i se

ktor

pa

riwisa

ta

Ko

ntrib

usi

inve

stasi

bid

an

g

pa

riwisa

ta

terh

ad

ap

to

tal

inve

stasi n

asio

na

l

Ne

raca

S

ate

lit P

ariw

isata

N

asio

na

l (N

esp

arn

as)

yan

g

dio

lah

d

ari

tab

el

I/O,

Pro

du

k D

om

estik

Bru

to

(PD

B),

serta

ko

mp

ilasi

da

ta

da

ri B

ad

an

K

oo

rdin

asi P

en

an

am

an

Mo

da

l. D

ata

in

i d

ipu

blika

sikan

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i Kre

atif 1

(satu

) tah

un

se

kali

yan

g

me

rup

aka

n

ha

sil ke

rjasa

ma

d

en

ga

n

pih

ak

Ba

da

n P

usa

t Sta

tistik.

Pe

ng

em

ba

ng

an

sekto

r pa

riwisa

ta m

em

erlu

kan

in

vesta

si yan

g m

em

ad

ai. S

ala

h sa

tu in

dika

tor

yan

g

da

pa

t d

igu

na

kan

u

ntu

k m

en

gu

kur

me

nin

gka

tnya

in

vesta

si d

i se

ktor

pa

riwisa

ta

ad

ala

h

kon

tribu

si in

vesta

si se

ktor

pa

riwisa

ta

terh

ad

ap

tota

l inve

stasi n

asio

na

l. Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif m

em

iliki p

era

n

sen

tral

un

tuk

me

nd

oro

ng

in

vesta

si d

i se

ktor

pariw

isata

d

en

ga

n

me

laku

kan

: id

en

tifikasi

da

n

pe

ran

can

ga

n

pro

fil in

vesta

si d

estin

asi

pa

riwisa

ta,

koo

rdin

asi

de

ng

an

in

stan

si p

em

erin

tah

te

rkait

ba

ik d

i tin

gka

t p

usa

t m

au

pu

n

da

era

h,

serta

m

ela

kuka

n

pro

mo

si in

vesta

si p

ariw

isata

In

do

ne

sia.

Se

ma

kin

be

sar

kon

tribu

si in

vesta

si se

ktor

pa

riwisa

ta

terh

ad

ap

to

tal

inve

stasi

na

sion

al,

ma

ka

dih

ara

pka

n

tercip

ta

de

stinasi-d

estin

asi

pa

riwisa

ta

yan

g

me

miliki

fasilita

s ya

ng

b

aik

seh

ing

ga

d

ap

at

me

nin

gka

tkan

aktivita

s p

ere

kon

om

ian

di d

estin

asi te

rseb

ut.

Dire

ktora

t Je

nd

era

l P

en

ge

mb

an

ga

n

De

stina

si P

ariw

isata

569

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

4

Me

nin

gka

tnya

d

evisa

d

an

pe

ng

elu

ara

n

wisa

taw

an

d

i In

do

ne

sia

1.

Jum

lah

p

en

erim

aa

n d

evisa

w

isata

wa

n

ma

nca

ne

ga

ra

Da

ta N

era

ca S

ate

lit Pa

riwisa

ta

Na

sion

al (N

esp

arn

as)

Jum

lah

p

en

erim

aa

n d

evisa

d

ipe

ng

aru

hi

ole

h

jum

lah

se

rta

pe

ng

elu

ara

n

wisa

taw

an

ma

nca

ne

ga

ra

di

Ind

on

esia

. D

ala

m

me

ng

em

ba

ng

kan

ke

pariw

isata

an

na

sion

al,

pe

nin

gka

tan ju

mla

h w

isata

wa

n m

an

can

eg

ara

ke

In

do

ne

sia

diu

pa

yaka

n

seja

lan

d

en

ga

n

pe

nin

gka

tan

jum

lah

p

en

ge

lua

ran

w

isata

wa

n

ma

nca

ne

ga

ra

di

Ind

on

esia

, se

hin

gga

p

en

erim

aa

n

de

visa

ne

ga

ra

da

ri ke

gia

tan

ke

pa

riwisa

taa

n p

un

me

nin

gka

t.

Dire

ktora

t Je

nd

era

l P

en

ge

mb

an

ga

n

De

stina

si P

ariw

isata

2.

Jum

lah

p

en

ge

lua

ran

wisa

taw

an

n

usa

nta

ra

Ju

mla

h

pe

ng

elu

ara

n

wisa

taw

an

n

usa

nta

ra

dip

en

ga

ruh

i o

leh

ju

mla

h

serta

pe

ng

elu

ara

n

wisa

taw

an

n

usa

nta

ra

di

Ind

on

esia

. S

em

akin

b

esa

r b

ela

nja

w

isata

wa

n

nu

santa

ra

terka

it d

en

ga

n

pa

riwisa

ta,

ma

ka

aktivita

s e

kon

om

i se

ma

kin

me

nin

gka

t d

an

se

ma

kin

me

nin

gka

t p

ula

kese

jah

tera

an

ma

syara

kat.

3.

Jum

lah

p

en

ge

lua

ran

pe

r w

isata

wa

n

ma

nca

ne

ga

ra

pe

r ku

nju

ng

an

Ha

sil P

asse

ng

er

Exit

Su

rvey

yan

g d

ilaku

kan

2 (d

ua

) tah

un

se

kali

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif d

en

ga

n

sam

plin

g

di

Jum

lah

p

en

ge

lua

ran

pe

r w

isata

wa

n

ma

nca

ne

ga

ra p

er ku

nju

ng

an

me

rup

aka

n ra

ta-

rata

pe

ng

elu

ara

n w

isata

wa

n m

an

can

eg

ara

di

Ind

on

esia

p

ad

a

setia

p

kun

jun

ga

n

ke

Ind

on

esia

. Y

an

g

dim

aksu

dka

n

seb

ag

ai

570

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

pin

tu ke

lua

r.

kun

jun

ga

n a

da

lah

selu

ruh

keg

iata

n p

erja

lan

an

wisa

taw

an

se

jak

tiba

d

i In

do

ne

sia

hin

gg

a

kem

ba

li ke

n

eg

ara

a

sal

wisa

taw

an

te

rseb

ut,

seh

ing

ga

w

ala

up

un

w

isata

wa

n

me

laku

kan

p

erja

lan

an

ke

se

luru

h

wila

yah

d

i In

do

ne

sia

sela

ma

se

lan

g

wa

ktu

ked

ata

ng

an

d

an

ke

be

ran

gka

tan

, w

isata

wa

n

terse

bu

t a

kan

terh

itun

g

seb

ag

ai

satu

ku

nju

ng

an

. S

em

akin

b

esa

r ra

ta-ra

ta

jum

lah

p

en

ge

lua

ran

p

er

wisa

taw

an

m

an

can

eg

ara

d

i In

do

ne

sia

pe

r ku

nju

ng

an

, ma

ka se

ma

kin b

esa

r pu

la p

ote

nsi

de

visa ya

ng

aka

n d

ipe

role

h n

eg

ara

.

4.

Jum

lah

p

en

ge

lua

ran

p

er

wisa

taw

an

n

usa

nta

ra

pe

r ku

nju

ng

an

Ha

sil S

urve

i R

um

ah

T

an

gg

a

(mo

du

l p

erja

lan

an

) ya

ng

d

ilaku

kan

seja

lan

de

ng

an

p

ela

ksan

aan

S

urve

i S

osia

l E

kon

om

i N

asio

na

l (S

use

na

s). D

ata

ha

sil surve

i ini ke

mu

dia

n

dio

lah

da

n d

ipu

blika

sikan

ole

h

Ba

da

n

Pu

sat

Sta

tistik ya

ng

ke

mu

dia

n d

iola

h ke

mb

ali o

leh

K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Eko

no

mi K

rea

tif.

Jum

lah

pe

ng

elu

ara

n p

er w

isata

wa

n n

usa

nta

ra

pe

r ku

nju

ng

an

m

eru

pa

kan

rata

-rata

p

en

ge

lua

ran

wisa

taw

an

n

usa

nta

ra

da

lam

se

tiap

p

erja

lan

an

w

isata

ya

ng

d

ilaku

kan.

Se

ma

kin b

esa

r rata

-rata

jum

lah

pe

ng

elu

ara

n

pe

r w

isnu

s p

er

kun

jun

ga

n,

ma

ka

sem

akin

b

esa

r p

ula

p

ote

nsi

pen

da

pa

tan

ne

ga

ra

da

n

pe

nin

gka

tan

kese

jahte

raa

n

ma

syara

kat

sete

mp

at d

i loka

si destin

asi p

ariw

isata

.

5

Me

nin

gka

tnya

ku

an

titas

wisa

taw

an

m

an

can

eg

ara

ke

1.

Jum

lah

w

isata

wa

n

ma

nca

ne

ga

ra

ke

Ind

on

esia

Da

ta

jum

lah

ku

nju

ng

an

w

isata

wa

n m

an

can

eg

ara

yan

g

be

rasa

l da

ri p

intu

m

asu

k

Jum

lah

wisa

taw

an

ma

nca

ne

ga

ra ke

Ind

on

esia

sa

ng

at b

erp

en

ga

ruh

terh

ad

ap

po

ten

si de

visa

yan

g a

kan

dip

ero

leh

ole

h n

eg

ara

. Wism

an

ke

Dire

ktora

t Je

nd

era

l P

em

asa

ran

571

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

Ind

on

esia

d

an

w

isata

wa

n n

usa

nta

ra

uta

ma

d

an

cro

ss b

ord

er,

de

ng

an

me

laku

kan

pe

nd

ata

an

ke p

intu

-pin

tu m

asu

k terse

bu

t d

en

ga

n

be

kerja

sam

a

de

ng

an

D

irekto

rat

Jen

de

ral

Imig

rasi

da

n

de

ng

an

p

iha

k B

ad

an

P

usa

t S

tatistik

serta

K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Eko

no

mi

Kre

atif

yan

g

dio

lah

da

n

dip

ub

likasika

n

setia

p

bu

lan

nya

. D

ata

ku

nju

ng

an

d

ikelu

arka

n S

atu

bu

lan

sete

lah

bu

lan

terh

itun

g

Ind

on

esia

a

da

lah

se

tiap

o

ran

g ya

ng

b

era

sal

da

ri wila

yah

lua

r Ind

on

esia

, yan

g m

en

gu

nju

ng

i In

do

ne

sia, d

ido

ron

g o

leh

satu

ata

u b

eb

era

pa

ke

pe

rlua

n

tan

pa

b

erm

aksu

d

me

mp

ero

leh

p

en

gh

asila

n

di

tem

pa

t ya

ng

d

ikun

jun

gi,

de

ng

an

la

ma

tin

gg

al

min

ima

l 2

4 (d

ua

p

ulu

h

em

pa

t) ja

m

da

n

ma

ksima

l 6

(e

na

m)

bu

lan

, d

en

ga

n tu

jua

n: (a

) be

rlibu

r, rekre

asi, d

an

ola

h

rag

a;

(b)

bisn

is, m

en

gu

nju

ng

i te

ma

n

da

n

kelu

arg

a,

misi,

me

ng

ha

diri

pe

rtem

ua

n,

kon

fere

nsi,

kun

jun

ga

n

de

ng

an

a

lasa

n

kese

ha

tan

, b

ela

jar,

da

n ke

ag

am

aa

n.

Jum

lah

wism

an

d

ihitu

ng

m

ela

lui

pe

ng

um

pu

lan

ka

rtu

Em

ba

rkasi/D

isem

ba

rkasi ya

ng

dila

kuka

n d

i 73

(tuju

h

pu

luh

tig

a)

pin

tu

ma

suk

Ind

on

esia

b

erd

asa

rkan n

eg

ara

tem

pa

t ting

ga

l wisa

taw

an

te

rseb

ut.

Pe

ng

um

pu

lan

ka

rtu

E/D

d

ilaku

kan

o

leh

Dire

ktora

t Jen

de

ral Im

igra

si Ke

me

nte

rian

H

uku

m

da

n

Ha

k A

sasi

Ma

nusia

, ya

ng

ke

mu

dia

n

dio

lah

d

an

dip

ub

likasika

n

ole

h

Ba

da

n P

usa

t Sta

tistik da

lam

bu

ku N

um

be

r of

Fo

reig

n

Visito

r A

rrivals

to

Ind

on

esia

se

tiap

tah

un

nya

.

Pa

riwisa

ta

2.

Jum

lah

p

erja

lan

an

w

isata

wa

n

nu

san

tara

Da

ta

jum

lah

w

isata

wa

n

nu

san

tara

dip

ero

leh

da

ri ha

sil S

urve

i Ru

ma

h T

an

gg

a (M

od

ul

Pe

rjala

na

n)

yan

g

dila

kuka

n

Jum

lah

w

isata

wa

n

nu

san

tara

sa

ng

at

be

rpe

ng

aru

h

terh

ad

ap

p

ote

nsi

pe

nd

ap

ata

n

ne

ga

ra

da

n

pe

ncip

taan

ke

seja

hte

raa

n

ba

gi

ma

syara

kat

sete

mp

at

di

ma

na

d

estin

asi

572

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

se

jala

n

den

ga

n

pe

laksa

na

an

Su

rve

i S

osia

l E

ko

no

mi

Na

sio

na

l (Su

se

na

s). D

ata

ha

sil

su

rve

i ini k

em

ud

ian

dio

lah

da

n

dip

ub

likasik

an

o

leh

Ba

da

n

Pu

sa

t S

tatis

tik se

tiap

3

(tig

a)

bu

lan

se

kali

de

ng

an

se

lan

g

wa

ktu

pe

rbe

da

an

da

ta a

da

lah

3

(tig

a)

bu

lan

se

jak

bu

lan

p

ub

lika

si,

ya

ng

ke

mu

dia

n

dio

lah

ke

mb

ali

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isa

ta

Da

n

Eko

no

mi K

rea

tif.

be

rad

a.

Wis

nu

s

ad

ala

h

pe

nd

ud

uk

Ind

on

esia

ya

ng

m

ela

ku

ka

n

pe

rjala

na

n

da

lam

w

ilaya

h

ge

og

rafis

In

do

ne

sia

seca

ra

su

ka

rela

ku

ran

g

da

ri 6 (e

na

m) b

ula

n d

an

bu

ka

n u

ntu

k tu

jua

n

be

rse

ko

lah

ata

u

be

ke

rja

(me

mp

ero

leh

u

pa

h/g

aji),

se

rta

sifa

t p

erja

lan

an

nya

b

uka

n

rutin

, de

ng

an

krite

ria:

a.

me

reka

ya

ng

m

ela

ku

ka

n

pe

rjala

na

n

ke

o

bye

k w

isa

ta k

om

ers

ial tid

ak m

em

an

da

ng

a

pa

ka

h m

en

gin

ap

ata

u tid

ak m

en

gin

ap

di

ho

tel/p

en

gin

ap

an

kom

ers

ial

ata

up

un

p

erja

lan

an

nya

le

bih

/ku

ran

g

da

ri 10

0

km

(P

P);

b.

me

reka

ya

ng

me

laku

kan

pe

rjala

na

n b

uka

n

ke

ob

ye

k w

isa

ta k

om

ers

ial te

tap

i men

gin

ap

d

iho

tel/p

en

gin

ap

an

kom

ers

ial,

wa

lau

pu

n

jara

k

pe

rjala

na

nn

ya

ku

ran

g

da

ri 10

0

km

(P

P); d

an

c.

me

reka

ya

ng

me

laku

kan

pe

rjala

na

n b

uka

n

ke

o

bye

k

wis

ata

kom

ers

ial

da

n

tida

k

me

ng

ina

p

dih

ote

l/pe

ngin

ap

an

ko

me

rsia

l te

tap

i ja

rak

pe

rjala

na

nn

ya

le

bih

da

ri 1

00

km

(PP

).

6

Me

nin

gka

tnya

citra

ke

pa

riwis

ata

an

In

do

ne

sia

1.

Da

ya

sa

ing

ke

pa

riwis

ata

an

In

do

ne

sia

Da

ta

glo

ba

l co

mp

etitiv

en

ess

rep

ort

ya

ng

d

ipu

blik

asik

an

ole

h

Wo

rld

Eco

no

imic

F

oru

m

(WE

F)

Wo

rld

Eco

no

mic

F

oru

m

(WE

F)

se

tiap

ta

hu

nn

ya

m

en

ge

lua

rka

n

Th

e

Tra

ve

l a

nd

To

uris

m

Co

mp

etitiv

en

ess

Re

po

rtya

ng

d

ap

at

dig

un

aka

n

un

tuk

me

ng

uku

r d

aya

sa

ing

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l P

en

ge

mb

an

ga

n

De

stin

asi

573

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

ke

pa

riwisa

taa

n

Ind

on

esia

d

iba

nd

ing

kan

de

ng

an

1

38

(se

ratu

s tig

a

pu

luh

d

ela

pa

n)

ne

ga

ra-n

eg

ara

la

in

di

du

nia

, ya

ng

d

ihitu

ng

me

lalu

i rata

-rata

kine

rja ke

pa

riwisa

taa

n su

atu

n

eg

ara

b

erd

asa

rkan

14

(e

mp

at

be

las)

pila

r ya

ng

d

igu

na

kan

se

bag

ai

da

sar

pe

nila

ian

. S

em

akin

ting

gi n

ilai d

aya

sain

g ke

pa

riwisa

taa

n

Ind

on

esia

(skala

ma

ksimu

m 7

(tuju

h)), m

aka

d

iha

rap

kan

da

pa

t m

en

ing

katka

n

citra

kep

ariw

isata

an

Ind

on

esia

yan

g a

khirn

ya d

ap

at

be

rda

mp

ak

kep

ad

a

pe

nin

gka

tan

kun

jun

ga

n

wisa

taw

an

ma

nca

ne

ga

ra ke

Ind

on

esia

.

Pa

riwisa

ta

2.

Jum

lah

lo

kasi

Ka

wa

san

Stra

teg

is N

asio

na

l (K

SP

N)

yan

g

difa

silitasi

un

tuk

me

nin

gka

tkan

ku

alita

s tata

kelo

la

De

stina

si D

estin

atio

n

Ma

na

ge

me

nt

Org

an

izatio

n

(DM

O)

La

po

ran

T

ah

un

an

d

an

Re

nca

na

K

erja

D

irekto

rat

Pe

ren

can

ga

n

da

n

Inve

stasi

Pa

riwisa

ta

Jum

lah

lo

kasi

De

stinasi

Pa

riwisa

ta

Na

sion

al

(DP

N)

yan

g

difa

silitasi

un

tuk

me

nin

gka

tkan

ku

alita

s tata

kelo

la d

estin

asi d

ihitu

ng

me

lalu

i lo

kasi

yan

g

difa

silitasi

de

ng

an

skem

a

pe

nin

gka

tan

ge

raka

n

kesa

da

ran

ko

lektif

stake

ho

lde

rs, p

en

ge

mb

an

ga

n

ma

na

jem

en

d

estin

asi,

pe

ng

em

ba

ng

an

b

isnis,

dan

p

en

gu

ata

n

org

an

isasi

pe

ng

elo

laa

n

de

stina

si p

ariw

isata

. P

en

ing

kata

n

kua

litas

tata

ke

lola

d

estin

asi

De

stina

tion

Ma

na

ge

me

nt

Org

an

izatio

n (D

MO

) dila

kuka

n d

eng

an

prin

sip

pa

rtisipa

tif, ke

terp

adu

an

, ko

labo

ratif,

da

n

be

rkela

nju

tan

m

ela

lui

pe

nd

eka

taan

p

rose

s, siste

ma

tik, d

an

m

an

aje

rial.

Ind

ikato

r lo

kasi

De

stina

si P

ariw

isata

N

asio

na

l (D

PN

) ya

ng

574

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

difa

silita

si

me

nu

nju

kka

n

up

aya

K

em

en

teria

n

Pa

riwis

ata

D

an

E

ko

no

mi

Kre

atif

un

tuk

me

wu

jud

ka

n

pe

nin

gka

tan

a

ktiv

itas

un

tuk

fasilita

si

da

n

pe

mb

erd

aya

an

ke

pa

da

p

em

an

gku

ke

pe

ntin

ga

n s

eh

ing

ga

me

wu

jud

ka

n

pe

ne

rap

an

ko

nse

p ta

ta k

elo

la d

estin

asi y

an

g

be

rku

alita

s

di

loka

si

De

stin

asi

Pa

riwis

ata

N

asio

na

l (D

PN

). S

em

akin

b

an

ya

k

loka

si

De

stin

asi

Pa

riwis

ata

N

asio

na

l (D

PN

) ya

ng

d

ifasilita

si

ma

ka

se

ma

kin

b

esa

r m

asya

raka

t ya

ng

terlib

at d

ala

m p

en

ge

mb

an

ga

n d

estin

asi

wis

ata

de

nga

n ta

ta k

elo

la y

an

g b

aik

.

7

Te

rcip

tan

ya

d

ive

rsifik

asi

de

stin

asi

pa

riwis

ata

1.

Ju

mla

h lo

ka

si d

aya

ta

rik

di

De

stin

asi

Pa

riwis

ata

N

asio

na

l (D

PN

) ya

ng

d

ike

mb

an

gka

n

me

nja

di

de

stin

asi

pa

riwis

ata

La

po

ran

T

ah

un

an

d

an

Re

nca

na

K

erja

D

irekto

rat

Pe

ng

em

ba

ng

an

D

aya

T

arik

W

isa

ta

Ju

mla

h D

estin

asi

Pa

riwis

ata

N

asio

na

l (D

PN

) a

da

lah

se

ba

nya

k

50

(lim

a

pu

luh

) D

estin

asi

Pa

riwis

ata

N

asio

na

l (D

PN

) ya

ng

te

rse

ba

r d

i se

luru

h w

ilaya

h In

do

ne

sia

. Di s

etia

p D

estin

asi

Pa

riwis

ata

Na

sio

na

l (DP

N) te

rda

pa

t Ka

wa

sa

n

Stra

teg

is

Na

sio

na

l (K

SP

N)/

Ka

wa

sa

n

Pe

ng

em

ba

ng

an

P

ariw

isa

ta

Na

sio

na

l (K

PP

N)

ya

ng

did

ala

mn

ya

terd

ap

at b

eb

era

pa

da

ya

tarik

ya

ng

d

ap

at

dik

em

ba

ng

ka

n.

Se

tiap

ta

hu

nn

ya

K

em

en

teria

n P

ariw

isa

ta D

an

Eko

no

mi K

rea

tif a

ka

n m

en

ge

mb

an

gka

n d

aya

tarik

wis

ata

ba

ik

ya

ng

b

ers

ifat

rintis

an

, p

em

elih

ara

an

m

au

pu

n

revita

lisa

si d

ari d

aya

tarik

wis

ata

ya

ng

ad

a.

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l P

en

ge

mb

an

ga

n

De

stin

asi

Pa

riwis

ata

575

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

2.

Jum

lah

de

sa ya

ng

d

ifasilita

si u

ntu

k d

ikem

ba

ng

kan

se

ba

ga

i d

esa

w

isata

La

po

ran

T

ah

un

an

d

an

Re

nca

na

K

erja

D

irekto

rat

Pe

mb

erd

aya

an

Ma

syara

kat d

i D

estin

asi W

isata

da

n Lap

ora

n

Pro

gra

m

Na

sion

al

Pe

mb

erd

aya

an

M

asya

raka

t (P

NP

M) M

andiri

De

sa w

isata

yan

g d

ifasilitasi d

ihitu

ng

me

lalu

i ju

mla

h

de

sa

yan

g

dike

mb

an

gka

n

me

lalu

i P

rog

ram

Na

sion

al P

em

be

rda

yaa

n M

asya

raka

t (P

NP

M) M

an

diri. P

en

gem

ba

ng

an

de

sa w

isata

d

ilaku

kan

seb

ag

ai

pe

ne

rap

an

p

rinsip

co

mm

un

ity b

ase

d

tou

rism

un

tuk

me

liba

tkan

m

asya

raka

t lo

kal

da

lam

p

en

ge

mb

an

ga

n

pa

riwisa

ta

sete

mp

at.

Se

ma

kin

ba

nya

k d

esa

yan

g d

ap

at d

ifasilita

si ma

ka d

iha

rap

kan

de

sa te

rseb

ut d

apa

t me

nja

di a

ltern

atif tu

jua

n w

isata

da

n

da

pa

t m

en

ing

katka

n

lam

a

tingg

al

serta

p

en

ge

lua

ran w

isata

wa

n d

i Ind

on

esia.

3.

Jum

lah

p

ola

p

erja

lan

an

yan

g

dike

mb

an

gka

n

La

po

ran

T

ah

un

an

d

an

Re

nca

na

K

erja

D

irekto

rat

Ind

ustri P

ariw

isata

da

n la

po

ran

tra

vel p

atte

rn

Po

la

pe

rjala

na

n

pa

riwisa

ta

ad

ala

h

struktu

r, ke

ran

gka

, dan

alu

r pe

rjala

na

n w

isata

da

ri satu

titik

de

stinasi

ke

titik de

stina

si lainn

ya

yan

g

salin

g

terkait

yan

g

be

risi in

form

asi

ten

tan

g

fasilitas,

aktivita

s, d

an

p

ela

yan

an

ya

ng

m

em

be

rikan

b

erb

ag

ai

pilih

an

p

erja

lan

an

wisa

ta

ba

gi

ind

ustri

ma

up

un

in

divid

u

wisa

taw

an

un

tuk m

em

pe

ng

aru

hi pe

ng

am

bila

n

kep

utu

san

da

lam

m

ela

kuka

n

pe

rjala

nan

w

isata

. S

em

akin

b

erva

riasi

po

la p

erja

lan

an

ya

ng

d

itaw

arka

n

ma

ka

dih

ara

pka

n

da

pa

t m

en

ing

katka

n

min

at

wisa

taw

an

u

ntu

k b

erw

isata

di In

do

ne

sia.

576

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

8

Te

rcipta

nya

p

em

asa

ran

p

ariw

isata

ya

ng

e

fektif

da

n

efisie

n

1.

Ra

sio

kon

sen

trasi

pa

sar

wisa

taw

an

m

an

can

eg

ara

ke

In

do

ne

sia

Ha

sil studi a

tau

pe

ng

hitu

ng

an

ya

ng

dila

kuka

n o

leh

Dire

ktora

t P

en

ge

mb

an

ga

n

Pa

sar

da

n

Info

rma

si P

ariw

isata

te

rkait

jum

lah

ra

sio

kon

sen

trasi

5

(lima

) n

eg

ara

p

asa

r w

isma

n

(CR

5),

terh

ad

ap

ju

mla

h

tota

l ku

nju

ng

an

wisa

taw

an

m

an

can

eg

ara

yan

g d

ata

ng

ke

Ind

on

esia

.

Ra

sio

konse

ntra

si ya

ng

a

kan

d

igu

na

kan

se

ba

ga

i ind

ikato

r ad

ala

h ra

sio ko

nse

ntra

si 5

(lima

) ne

ga

ra p

asa

r wisa

taw

an

ma

nca

ne

ga

ra

(CR

5),

yan

g

me

ng

an

du

ng

m

akn

a

ba

hw

a

pe

rsen

tase

ju

mla

h

wisa

taw

an

m

an

can

eg

ara

d

ari

5

(lima

) p

asa

r u

tam

a

wism

an

d

iba

nd

ing

kan

d

en

ga

n

selu

ruh

jum

lah

w

isata

wa

n

ma

nca

ne

ga

ra

yan

g

da

tan

g

ke

Ind

on

esia

. S

em

akin

b

esa

r n

ilai

CR

5,

me

nu

nju

kkan

b

ah

wa

se

ba

gia

n

be

sar

wisa

taw

an

m

an

can

eg

ara

In

do

ne

sia

be

rasa

l d

ari 5

(lima

) pa

sar te

rseb

ut. H

al in

i be

resiko

te

rha

da

p

kep

ariw

isata

an

In

do

ne

sia,

kare

na

jika

terja

di

pe

rma

sala

ha

n

terh

ad

ap

5

(lim

a)

pa

sar

terse

bu

t, m

aka

a

kan

m

en

ga

kiba

tkan

jum

lah

w

isata

wa

n

ma

nca

ne

ga

ra

Ind

on

esia

a

kan

m

en

ga

lam

i ko

ntra

ksi ya

ng

sig

nifika

n.

Ole

h ka

ren

a itu

, pe

rlu d

ilaku

kan

up

aya

-up

aya

u

ntu

k m

en

dive

rsifikasi

pa

sar

wisa

taw

an

ma

nca

ne

ga

ra

seh

ing

ga

n

ilai

CR

5

sem

akin

m

en

uru

n.

Dire

ktora

t Je

nd

era

l P

em

asa

ran

P

ariw

isata

2.

Jum

lah

V

isit In

do

ne

sia

To

urism

O

fficer

(VIT

O)

di

ma

nca

ne

ga

ra

La

po

ran

pe

laksa

na

an

Visit

Ind

on

esia

T

ou

rism

Office

r (V

ITO

) d

i m

an

can

eg

ara

ya

ng

m

en

jad

i ta

rge

t u

tam

a

pa

sar

wism

an

ke In

do

ne

sia

Visit In

do

nesia

To

urism

Office

r (VIT

O) a

kan

d

ikem

ba

ng

kan

di 1

2 (d

ua

be

las) n

eg

ara

yan

g

me

nja

di

targ

et

uta

ma

p

asa

r w

isma

n

ke

Ind

on

esia

, ya

itu:

Au

stralia

(S

ydn

ey),

Ch

ina

(B

eijin

g, G

ua

ng

zho

), Jep

an

g (T

okyo

), Jerm

an

(M

un

ich),

Ind

ia

(Ne

w

De

lhi),

Sin

ga

pu

ra,

Ma

laysia

(K

ua

la

Lu

mp

ur),

UA

E

(Du

ba

i),

577

-13-

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

Pe

ran

cis (Pa

ris), Be

land

a (A

mste

rda

m), R

usia

(M

osko

w),

Ko

rea

(B

usa

n).

Visit

Ind

on

esia

T

ou

rism

Office

r (V

ITO

) m

em

iliki tu

ga

s d

an

fun

gsi

seb

ag

ai

sum

be

r in

form

asi

kep

ariw

isata

an

In

do

nesia

d

an

m

ela

kuka

n

pro

mo

si p

en

jua

lan

pa

riwisa

ta

di

ne

ga

ra

be

rsan

gku

tan

.

3.

Pro

du

ktivitas

inve

stasi

pe

ma

sara

n

lua

r n

eg

eri

Ha

sil studi a

tau

pe

ng

hitu

ng

an

ya

ng

dila

kuka

n o

leh

Dire

ktora

t P

en

ge

mb

an

ga

n

Pa

sar

da

n

Info

rma

si P

ariw

isata

te

rkait

Efisie

nsi p

ela

ksan

aa

n ke

gia

tan

pe

ma

sara

n

pa

riwisa

ta

di

lua

r n

eg

eri

sala

h

satu

nya

d

ap

at

din

ilai

be

rda

sarka

n

pro

du

ktivitas

inve

stasi

un

tuk

keg

iata

n

pe

ma

sara

n

lua

r n

eg

eri

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif. Pro

du

ktivitas in

i da

pa

t d

iuku

r m

ela

lui

rasio

ju

mla

h

de

visa

dib

an

din

gka

n

de

ng

an

n

ilai in

vesta

si pe

ma

sara

n lu

ar

ne

ge

ri

Efisie

nsi

pe

laksa

na

an

keg

iata

n

pe

ma

sara

n

pa

riwisa

ta d

i lua

r ne

ge

ri sala

h sa

tun

ya d

ap

at

din

ilai

be

rda

sarka

n

pro

du

ktivitas

inve

stasi

un

tuk

keg

iata

n

pe

ma

sara

n

lua

r n

eg

eri

ole

h

Ke

me

nte

rian

Pa

riwisa

ta D

an

Eko

no

mi K

rea

tif. P

rod

uktivita

s in

i d

ap

at

diu

kur

me

lalu

i ra

sio

jum

lah

d

evisa

d

iba

nd

ing

kan

d

eng

an

n

ilai

inve

stasi

pe

ma

sara

n

lua

r n

eg

eri.

Se

ma

kin

be

sar

de

visa

yan

g

dih

asilka

n

da

ri se

tiap

rup

iah

ya

ng

d

iinve

stasika

n

untu

k ke

gia

tan

p

em

asa

ran

lu

ar

ne

geri,

ma

ka

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif se

ma

kin

efisie

n

da

lam

m

em

an

faa

tkan

n

ilai

inve

stasi

terse

bu

t un

tuk

me

mp

rom

osika

n

de

stina

si p

ariw

isata

In

do

ne

sia

di

lua

r n

eg

eri.

Fo

kus

uta

ma

p

asa

r p

ariw

isata

In

do

ne

sia

hin

gg

a

tah

un

2

01

4

ad

ala

h:

Sin

ga

pu

ra,

Ma

laysia

, A

ustra

lia,

Ch

ina

, Je

pa

ng

, K

ore

a

Se

lata

n,

Filip

ina

, T

aiw

an

, A

me

rika

Se

rikat,

Ing

gris,

Pe

ran

cis, In

dia

, B

ela

nd

a,

Tim

ur

Te

ng

ah

,

578

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

Jerm

an

, d

an

R

usia

, ya

ng

te

ntu

nya

a

kan

d

ieva

lua

si se

tiap

ta

hu

nn

ya

da

n

dise

sua

ikan

de

ng

an

p

erke

mb

an

ga

n

yan

g

terja

di

setia

p

tah

un

nya

.

4.

Pro

du

ktivitas

inve

stasi

pe

ma

sara

n

da

lam

n

eg

eri

Ha

sil studi a

tau

pe

ng

hitu

ng

an

ya

ng

dila

kuka

n o

leh

Dire

ktora

t P

en

ge

mb

an

ga

n

Pa

sar

da

n

Info

rma

si P

ariw

isata

te

rkait

Efisie

nsi p

ela

ksan

aa

n ke

gia

tan

pe

ma

sara

n

pa

riwisa

ta

di

da

lam

n

eg

eri

sala

h

satu

nya

d

ap

at

din

ilai

be

rdasa

rkan

pro

du

ktivitas

inve

stasi

un

tuk

keg

iata

n

pe

ma

sara

n

da

lam

n

eg

eri

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif. P

rod

uktivita

s p

em

asa

ran

da

lam

ne

ge

ri yan

g

dila

kuka

n d

ap

at d

iuku

r me

lalu

i ra

sio

jum

lah

p

en

gelu

ara

n

wisa

taw

an

n

usa

nta

ra

dib

an

din

gka

n d

en

ga

n in

vesta

si p

em

asa

ran

da

lam

ne

ge

ri ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i Kre

atif

Efisie

nsi

pe

laksa

na

an

keg

iata

n

pe

ma

sara

n

pa

riwisa

ta

di

da

lam

n

eg

eri

sala

h

satu

nya

d

ap

at

din

ilai

be

rda

sarka

n

pro

du

ktivitas

inve

stasi

un

tuk

keg

iata

n

pe

ma

sara

n

da

lam

n

eg

eri

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif. P

rod

uktivita

s p

em

asa

ran

d

ala

m

ne

ge

ri ya

ng

d

ilaku

kan

d

ap

at

diu

kur

me

lalu

i ra

sio ju

mla

h p

en

ge

lua

ran

w

isata

wan

nu

san

tara

d

iba

nd

ing

kan

d

en

ga

n

inve

stasi

pe

ma

sara

n

da

lam

n

eg

eri

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif. S

em

akin

b

esa

r ju

mla

h

pe

ng

elu

ara

n

wisa

taw

an

n

usa

nta

ra ya

ng

dih

asilka

n d

ari se

tiap

rup

iah

ya

ng

d

iinve

stasika

n

un

tuk

keg

iata

n

pe

ma

sara

n d

ala

m n

eg

eri, m

aka

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i K

rea

tif se

ma

kin

efisie

n

da

lam

m

em

an

faa

tkan

n

ilai

inve

stasi

terse

bu

t un

tuk

me

mp

rom

osika

n

de

stina

si p

ariw

isata

Ind

on

esia

di d

ala

m n

eg

eri.

579

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

5.

Pe

nin

gka

tan

pe

rse

psi

po

sitif

ma

sya

raka

t d

un

ia

me

ng

en

ai

ke

pa

riwis

ata

an

In

do

ne

sia

Ha

sil s

tud

i ya

ng

dila

ksa

na

ka

n

ole

h

Dire

kto

rat

Pe

ncitra

an

Ind

on

esia

U

ntu

k

me

nila

i e

fektiv

itas

pe

ma

sa

ran

ya

ng

d

ilaku

ka

n d

i da

lam

ma

up

un

di

lua

r n

eg

eri,

sa

lah

sa

tun

ya

d

ap

at

dia

na

lisis

b

erd

asa

rka

n

pe

rse

psi

ma

sya

raka

t d

un

ia

me

ng

en

ai

ke

pa

riwis

ata

an

In

do

ne

sia

.

Un

tuk

me

nila

i e

fektiv

itas

pe

ma

sa

ran

ya

ng

d

ilaku

ka

n

di

da

lam

m

au

pu

n

di

lua

r n

eg

eri,

sa

lah

satu

nya

d

ap

at

dia

na

lisis

b

erd

asa

rka

n

pe

rse

psi

ma

sya

raka

t d

un

ia

me

ng

en

ai

ke

pa

riwis

ata

an

In

do

ne

sia

. M

asih

b

an

ya

k

ma

sya

raka

t d

i d

un

ia

ya

ng

tid

ak

me

ng

eta

hu

i ke

be

rad

aa

n

Ind

on

esia

se

hin

gg

a

ke

gia

tan

p

em

asa

ran

ya

ng

efe

ktif s

an

ga

tlah

dite

ntu

ka

n

ole

h

stra

teg

i ko

mu

nik

asi

ya

ng

d

iimp

lem

en

tasik

an

. K

eje

lasa

n

pe

sa

n

ya

ng

in

gin

d

isam

pa

ika

n,

pe

milih

an

m

ed

ia

ya

ng

d

igu

na

ka

n, k

on

ten

da

n d

esa

in s

ara

na

pro

mo

si

ya

ng

dig

un

aka

n, s

erta

ke

se

su

aia

nnya

de

ng

an

ta

rge

t pa

sa

r sa

ng

atla

h b

erp

en

ga

ruh

terh

ad

ap

ke

be

rha

sila

n

pe

ma

sa

ran

p

ariw

isa

ta

ya

ng

a

kh

irnya

a

ka

n b

erp

en

ga

ruh

te

rha

da

p ju

mla

h

wis

ata

wa

n y

an

g b

erw

isa

ta d

i Ind

on

esia

.

9

Me

nin

gka

tnya

P

rod

uk

Do

me

stik

Bru

to (P

DB

) e

ko

no

mi k

rea

tif

Ko

ntrib

usi

eko

no

mi

kre

atif

terh

ad

ap

P

rod

uk

Do

me

stik

B

ruto

(PD

B) N

asio

na

l

Da

ta

Ba

da

n

Pu

sa

t S

tatis

tik

da

n s

um

be

r da

ta la

inn

ya

ya

ng

b

era

sa

l d

ari

aso

sia

si

da

ri m

asin

g-m

asin

g

su

bse

kto

r in

du

stri k

reatif.

Pro

du

k

Do

me

stik

B

ruto

(P

DB

) a

da

lah

n

ilai

pa

sa

r d

ari

se

luru

h fin

al

go

od

s a

nd

se

rvic

es,

ya

ng

dip

rod

uksi d

i da

lam

su

atu

neg

ara

, pa

da

su

atu

p

erio

de

w

aktu

te

rten

tu.

Pro

du

k

Do

me

stik

B

ruto

(P

DB

)

eko

no

mi

kre

atif

me

rup

aka

n b

ag

ian

da

ri nila

i Pro

du

k D

om

estik

B

ruto

(PD

B) n

asio

na

l ya

ng

dip

ero

leh

da

ri nila

i ta

mb

ah

ya

ng

dih

asilk

an in

du

stri k

rea

tif, ya

ng

te

rdiri d

ari 1

4 (e

mp

at b

ela

s) k

elo

mp

ok u

sa

ha

in

du

stri k

reatif, y

aitu

: 1

. A

rsite

ktu

r;

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l E

ko

no

mi

Kre

atif

be

rba

sis

M

ed

ia D

esa

in d

an

Ipte

k

580

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

2.

De

sain

; 3

. F

esye

n (M

od

e);

4.

Film

, Vid

eo

, da

n F

oto

gra

fi; 5

. K

era

jina

n;

6.

Mu

sik; 7

. P

asa

r Ba

ran

g S

en

i; 8

. P

en

erb

itan

da

n P

erce

taka

n;

9.

Pe

riklan

an

; 1

0.

Pe

rma

ina

n In

tera

ktif; 1

1.

Pe

ne

litian

da

n P

en

ge

mb

an

ga

n;

12

. S

en

i Pe

rtun

juka

n;

13

. T

ekn

olo

gi

Info

rma

si d

an

P

iran

ti L

un

ak;

da

n

14

. T

ele

visi da

n R

ad

io.

Ko

ntrib

usi e

kon

om

i krea

tif ad

ala

h p

erse

nta

se

rasio

P

rod

uk

Do

me

stik B

ruto

(P

DB

) ya

ng

d

iha

silkan

ind

ustri kre

atif te

rha

da

p n

ilai P

rod

uk

Do

me

stik B

ruto

(P

DB

) n

asio

nal.

Se

ma

kin

be

sar

pe

rsen

tase

ko

ntrib

usi

eko

nom

i kre

atif,

ma

ka se

ma

kin b

esa

r pu

la ko

ntrib

usi

ind

ustri

krea

tif te

rha

da

p

pe

reko

no

mia

n

na

sion

al,

de

ng

an

ka

ta

lain

, se

ma

kin

pe

ntin

g

pe

ran

an

in

du

stri kre

atif

da

lam

stru

ktur

pro

du

ksi n

asio

na

l.

10

M

en

ing

katn

ya ku

alita

s d

an

ku

an

titas

ten

ag

a

kerja

se

ktor

eko

no

mi

1.

Tin

gka

t p

artisip

asi

ten

ag

a ke

rja se

ktor

eko

no

mi kre

atif

Da

ta ke

ten

ag

ake

rjaa

n in

du

stri d

ap

at

die

stima

si d

ari

da

ta

statistik ke

ten

ag

ake

rjaan

yan

g

Te

na

ga

ke

rja

sekto

r eko

no

mi

krea

tif a

da

lah

p

eke

rja d

i ind

ustri kre

atif, ya

itu p

en

du

du

k usia

p

rod

uktif ya

ng

sud

ah

beke

rja d

i ind

ustri kre

atif.

Dire

ktora

t Je

nd

era

l E

kon

om

i K

rea

tif b

erb

asis

581

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

kre

atif

dip

ub

likasi

ole

h

Ba

da

n

Pu

sa

t S

tatis

tik s

etia

p ta

hu

nn

ya

.

Tin

gka

t pa

rtisip

asi

ten

ag

a

ke

rja

se

kto

r e

ko

no

mi k

rea

tif ad

ala

h ra

sio

jum

lah

pe

ke

rja d

i ke

lom

po

k

ind

ustri

kre

atif

terh

ada

p

jum

lah

p

eke

rja d

i se

luru

h in

du

stri d

i Ind

on

esia

. An

gka

in

i aka

n s

em

akin

me

mp

erk

ua

t ind

ika

si a

paka

h

ind

ustri

kre

atif

me

milik

i p

era

n

vita

l d

ala

m

pe

reko

no

mia

n In

do

ne

sia

.

Me

dia

De

sa

in d

an

Ipte

k

2.

Pe

rtum

bu

ha

n

pro

du

ktiv

itas

ten

ag

a k

erja

se

kto

r e

ko

no

mi k

rea

tif

Da

ta ke

ten

ag

ake

rjaa

n in

du

stri

da

pa

t d

iestim

asi

da

ri d

ata

sta

tistik

ke

ten

ag

ake

rjaan

ya

ng

d

ipu

blik

asi

ole

h

Ba

da

n

Pu

sa

t S

tatis

tik s

etia

p ta

hu

nn

ya

.

Pe

rtum

bu

ha

n ra

ta-ra

ta p

en

da

pa

tan

p

erk

ap

ita

ten

ag

a k

erja

di in

du

stri k

rea

tif. Sem

akin

ting

gi

pe

rtum

bu

ha

nn

ya

, m

aka

p

rod

uktiv

itas p

eke

rja

kre

atif s

em

akin

me

nin

gka

t ya

ng

me

nu

nju

kka

n

ba

hw

a

pe

nd

ap

ata

n

peke

rja

kre

atif

se

ma

kin

b

aik

pu

la.

11

M

en

ing

ka

tka

n

un

it u

sa

ha

sekto

r eko

no

mi

kre

atif

Ko

ntrib

usi

un

it u

sa

ha

di

se

kto

r e

ko

no

mi

kre

atif

terh

ad

ap

u

nit

usa

ha

na

sio

na

l

Da

ri L

ap

ora

n

Ke

gia

tan

: P

em

be

rda

ya

an

m

asya

raka

t m

ela

lui

Liv

e

in

De

sa

ine

r b

ida

ng

d

esa

in

da

n

ars

itektu

r, S

aye

mb

ara

re

ka

b

aru

d

esa

in

Ind

on

esia

, F

asilita

si

Pe

ng

em

ba

ng

an

Pu

sa

t Kre

atif,

Se

ntra

In

ova

si

da

n

Inku

ba

tor

Bis

nis

. d

an

Pe

nye

len

gg

ara

an

In

ku

ba

tor B

isn

is.

Se

ma

kin

be

sa

r ko

ntrib

usi u

nit u

sa

ha

di s

ekto

r e

ko

no

mi k

rea

tif ini m

en

un

jukka

n b

ahw

a p

asa

r b

ag

i pro

du

k d

an

jasa

kre

atif s

em

akin

me

lua

s,

se

hin

gg

a

jum

lah

p

ela

ku

u

sa

ha

ya

ng

in

gin

b

erg

era

k

di

se

kto

r eko

no

mi

kre

atif

pu

n

se

ma

kin

me

nin

gka

t.

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l E

ko

no

mi

Kre

atif

be

rba

sis

M

ed

ia D

esa

in d

an

Ipte

k

582

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

12

M

en

ing

ka

tnya

ko

nsu

msi

pro

du

k

da

n

jasa

kre

atif

loka

l o

leh

ma

sya

raka

t Ind

on

esia

1.

Ju

mla

h

pe

laku

kre

atif

ya

ng

m

en

ga

lam

i p

en

ing

ka

tan a

kse

s

pa

sa

r

Da

ta

da

ri B

ad

an

P

usa

t S

tatis

tik d

an d

ata

-da

ta la

inn

ya

ya

ng

b

era

sa

l d

ari

org

an

isa

si/a

so

sia

si

bid

an

g

eko

no

mi k

rea

tif

Fa

silita

si

pe

laku

kre

atif

un

tuk

me

ng

iku

ti p

am

era

n,

me

mfa

silita

si

pe

nye

len

gg

ara

an

p

ertu

nju

ka

n

ka

rya

kre

atif,

fasilita

si

pe

ng

ga

nd

aa

n

film

un

tuk

me

ng

iku

ti b

erb

ag

ai

festiv

al, a

tau

fasilita

si p

en

ge

mb

an

ga

n s

ara

na

p

rom

osi

ba

gi

ka

rya

kre

atif.

Se

ma

kin

b

an

ya

k

pe

laku

kre

atif

ya

ng

d

ifasilita

si,

ma

ka

d

iha

rap

ka

n d

ap

at m

en

ing

ka

tka

n p

ene

trasi d

an

me

mp

erlu

as

akse

s

pa

sa

r u

ntu

k

pro

du

k

da

n

jasa

kre

atif d

i da

lam

da

n d

i lua

r ne

ge

ri

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l E

ko

no

mi

Kre

atif

be

rba

sis

S

en

i da

n B

ud

aya

2.

Pe

rtum

bu

ha

n

ko

nsu

msi

ka

rya

kre

atif

lo

ka

l d

i d

ala

m n

eg

eri

Da

ta

da

ri B

ad

an

P

usa

t S

tatis

tik d

an d

ata

-da

ta la

inn

ya

ya

ng

b

era

sa

l d

ari

org

an

isa

si/a

so

sia

si

bid

an

g

eko

no

mi k

rea

tif

Pe

rse

nta

se

pe

nin

gka

tan

ta

hu

na

n

ko

nsu

msi

ka

rya

-ka

rya

kre

atif

da

lam

n

eg

eri

ole

h

ma

sya

raka

t In

do

ne

sia

. K

on

su

msi

me

lipu

ti ko

nsu

msi

ole

h in

div

idu

, p

em

erin

tah

, m

au

pu

n

pe

rusa

ha

an

. P

en

ing

ka

tan

p

ertu

mb

uh

an

ko

nsu

msi

ini

me

rup

aka

n sa

lah sa

tu d

am

pa

k

da

ri u

pa

ya

p

en

ing

ka

tan

a

pre

sia

si

terh

ad

ap

pe

laku

d

an

ka

rya

kre

atif,

se

rta

pen

ing

ka

tan

akse

s p

asa

r.

13

M

en

ing

ka

tnya

p

em

ah

am

an

m

asya

raka

t te

rha

da

p

eko

no

mi k

rea

tif

Tin

gka

t p

em

ah

am

an

m

asya

raka

t te

rha

da

p

eko

no

mi k

rea

tif

La

po

ran

ke

gia

tan

da

ri ma

sin

g-

ma

sin

g

sa

tke

r d

i lin

gku

ng

an

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l E

ko

no

mi

Kre

atif

Be

rba

sis

S

en

i d

an

B

ud

aya

Eko

no

mi k

rea

tif me

rup

aka

n te

rmin

olo

gi b

aru

di

Ind

on

esia

, wa

lau

pu

n s

ekto

r ya

ng

ad

a d

i da

lam

e

ko

no

mi k

rea

tif bu

ka

nla

h s

ekto

r ya

ng

ba

ru d

i d

ala

m m

asya

raka

t Ind

on

esia

. Ole

h k

are

na

itu,

pe

ma

ha

ma

n

ma

sya

raka

t te

rha

da

p

eko

no

mi

Dire

kto

rat

Je

nd

era

l E

ko

no

mi

Kre

atif

be

rba

sis

S

en

i da

n B

ud

aya

583

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

kre

atif

me

rup

aka

n

ha

l ya

ng

p

en

ting

u

ntu

k d

ijad

ikan

tolo

k u

kur

da

ri kin

erja

K

em

en

pa

rekra

f. P

em

ah

am

an

m

asya

raka

t te

rha

da

p

sekto

r e

kono

mi

krea

tif tid

akla

h

terb

ata

s p

ad

a

tah

u

ata

u

me

ng

en

al

eko

no

mi

krea

tif, te

tap

i le

bih

m

en

gu

kur

seja

uh

m

an

a

ma

syara

kat

da

pa

t m

en

jela

skan

den

ga

n

ba

ik a

pa

itu

e

kon

om

i kre

atif

ba

ik d

ari

asp

ek

pe

rkem

ba

ng

an

e

kon

om

i kre

atif,

sekto

r e

kon

om

i kre

atif

di

Ind

on

esia

, m

en

ga

pa

e

kon

om

i kre

atif

pe

rlu

dike

mb

an

gka

n

da

n

sen

tra/zo

na

krea

tif, da

n in

form

asi la

inn

ya ya

ng

te

rkait d

en

ga

n e

kon

om

i krea

tif

14

T

ercip

tan

ya

rua

ng

p

ub

lik b

ag

i m

asya

raka

t

Jum

lah

p

en

ge

mb

an

ga

n

zon

a

krea

tif di In

do

ne

sia

La

po

ran

keg

iata

n d

ari m

asin

g-

ma

sing

sa

tker

di

ling

kun

ga

n

Dire

ktora

t Je

nd

era

l E

kon

om

i K

rea

tif B

erb

asis

Se

ni

da

n

Bu

da

ya

Ru

an

g

pu

blik

yan

g

be

rfun

gsi

seb

ag

ai

rua

ng

e

kspre

si, eksp

erim

en

p

rod

uksi,

dise

min

asi,

da

n

ap

resia

si, sa

ng

at

dib

utu

hka

n

un

tuk

me

ncip

taka

n

mo

da

l e

kon

om

i, m

od

al

sosia

l, m

od

al

bu

da

ya,

serta

m

od

al

krea

tivitas.

Ke

em

pa

t mo

da

l ini m

eru

pa

kan

mo

da

l uta

ma

d

ala

m

pe

ng

em

ba

ng

an

e

kon

om

i kre

atif

di

Ind

on

esia

, o

leh

ka

ren

a

itu

sem

akin

b

an

yak

rua

ng

p

ub

lik ya

ng

d

ap

at

dicip

taka

n

da

n

dia

ktivasi se

ba

ga

i rua

ng

eksp

resi, e

kspe

rime

n

pro

du

ksi, dise

min

asi,

da

n

ap

resia

si m

aka

d

iha

rap

kan

leb

ih b

an

yak p

ela

ku kre

atif ya

ng

a

kan

m

en

cipta

kan

ka

rya-ka

rya

krea

tif ya

ng

b

erku

alita

s.

Dire

ktora

t Je

nd

era

l E

kon

om

i K

rea

tif b

erb

asis

Se

ni d

an

Bu

da

ya

584

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

15

M

en

ing

katn

ya ku

alita

s d

an

ku

an

titas

lulu

san

pe

nd

idika

n

ting

gi

pa

riwisa

ta

Jum

lah

lu

lusa

n

pe

nd

idika

n

ting

gi

kep

ariw

isata

an

ya

ng

te

rsera

p d

i pa

sar ke

rja

La

po

ran

M

on

ev

Ba

da

n

Pe

ng

em

ba

ng

an

Su

mb

er D

aya

, Jo

b

Tra

cer,

La

po

ran

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

In

stan

si P

em

erin

tah

(L

AK

IP),

Se

kola

h

Tin

gg

i P

ariw

isata

(S

TP

) d

an

A

kad

em

i Pa

riwisa

ta (A

kpa

r).

Ba

nya

knya

lu

lusa

n

pe

nd

idika

n

ting

gi,

yaitu

: S

eko

lah

T

ing

gi

Pa

riwisa

ta

(ST

P)

Ba

nd

un

g,

Se

kola

h T

ing

gi P

ariw

isata

(ST

P) B

ali, A

kpa

r M

ed

an

, A

kpa

r M

aka

sar,

yan

g

terse

rap

d

i p

asa

r te

nag

a

kerja

. S

em

akin

b

esa

r ju

mla

h

lulu

san

yang

terse

rap

di p

asa

r ten

ag

a ke

rja,

ma

ka

sem

akin

b

aik

kua

litas

dan

ku

an

titas

lulu

san

pe

nd

idika

n tin

gg

i pa

riwisa

ta ya

ng

saa

t in

i dike

lola

ole

h K

em

en

teria

n P

ariw

isata

Da

n

Eko

no

mi K

rea

tif.

Ba

da

n

Pe

ng

em

ba

ng

an

S

um

be

r D

aya

P

ariw

isata

d

an

E

kon

om

i Kre

atif

16

M

en

ing

katn

ya

pro

fesio

na

lisme

p

ela

ku

sekto

r p

ariw

isata

d

an

e

kon

om

i krea

tif

1.

Jum

lah

sta

nd

ar

kom

pe

ten

si se

ktor

pa

riwisa

ta

da

n

eko

no

mi kre

atif

La

po

ran

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

In

stan

si P

em

erin

tah

(L

AK

IP),

Pu

skom

, La

po

ran

Mo

ne

v

Un

tuk

da

pa

t m

ela

kuka

n

sertifika

si, m

aka

d

ipe

rluka

n

stan

da

r ko

mp

ete

nsi

kerja

ya

ng

a

kan

d

ijad

ikan

re

fere

nsi.

Ide

ntifika

si u

nit

kom

pe

ten

si d

an

p

en

yusu

na

n

stan

da

r ko

mp

ete

nsi

aka

n

be

rpe

ng

aru

h

terh

ad

ap

ku

alita

s sertifika

si yan

g a

kan

dila

kuka

n. O

leh

ka

ren

a

itu,

pe

nyu

sun

an

sta

nd

ar

kom

pe

ten

si m

em

bu

tuh

kan

wa

ktu ya

ng

rela

tif pan

jan

g d

an

m

elib

atka

n p

ela

ku d

i bid

an

gn

ya. K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Eko

no

mi

Kre

atif

seca

ra

kon

sisten

a

kan

m

en

ge

mb

an

gka

n

Sta

nd

ar

Ko

mp

ete

nsi K

erja

Na

sion

al In

do

ne

sia (S

KK

NI)

de

ng

an

ju

mla

h

yan

g

teru

s m

en

ing

kat,

seh

ing

ga

sem

akin

ba

nya

k pro

fesi ya

ng

da

pa

t d

isertifika

si, ya

ng

a

khirn

ya

da

pa

t m

en

ing

katka

n p

rofe

sion

alism

e te

na

ga

kerja

di

sekto

r pa

riwisa

ta d

an

eko

no

mi kre

atif.

Ba

da

n

Pe

ng

em

ba

ng

an

S

um

be

r D

aya

P

ariw

isata

d

an

E

kon

om

i Kre

atif

585

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

2.

Jum

lah

te

na

ga

ke

rja

pa

riwisa

ta

da

n

eko

no

mi

krea

tif ya

ng

d

isertifika

si

La

po

ran

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

In

stan

si P

em

erin

tah

(L

AK

IP),

Pu

skom

, La

po

ran

Mo

ne

v

Se

rtifikasi

san

ga

t p

en

ting

d

ilaku

kan

u

ntu

k m

en

cipta

kan

ko

mp

ete

nsi

yan

g

un

gg

ul

da

n

me

nin

gka

tkan

d

aya

sa

ing

S

um

be

r D

aya

M

an

usia

d

i se

ktor

pa

riwisa

ta

da

n

eko

no

mi

krea

tif d

i da

lam

d

an

lu

ar

ne

ge

ri, se

hin

gg

a

da

pa

t le

bih

b

ersa

ing

da

n

pro

fesio

na

l d

i b

ida

ng

nya

. K

hu

susn

ya

di

secto

r e

kon

om

i kre

atif, K

em

en

teria

n P

ariw

isata

da

n E

kon

om

i K

rea

tif a

kan

m

em

ula

i se

rtifikasi

pa

da

ta

hu

n

20

14

ka

ren

a

pa

da

tah

un

2

01

2-2

01

3

me

rup

aka

n in

isiasi id

en

tifikasi u

nit ko

mp

ete

nsi

serta

pe

nyu

sun

an

Sta

nd

ar K

om

pe

ten

si Ke

rja

Na

sion

al

Ind

on

esia

(S

KK

NI)

sekto

r e

kon

om

i kre

atif. K

em

en

teria

n P

ariw

isata

Da

n E

kon

om

i K

rea

tif me

na

rge

tkan

jum

lah

pe

laku

yan

g a

kan

d

isertifika

si ce

nd

eru

ng

me

nin

gka

t, se

hin

gg

a

de

ng

an

se

ma

kin

ba

nya

k p

ela

ku

yan

g

dise

rtifikasi, m

aka

da

ya sa

ing

ten

ag

a ke

rja d

i se

ktor p

ariw

isata

da

n e

kon

om

i krea

tif sem

akin

m

en

ing

kat.

17

M

en

ing

katn

ya ku

alita

s p

en

elitia

n

da

n

kajia

n

bid

an

g p

ariw

isata

da

n

eko

no

mi kre

atif

1.

Jum

lah

p

en

elitia

n

da

n

pe

ng

em

ba

ng

an

ya

ng

dim

an

faa

tkan

da

lam

m

en

du

kun

g

keb

ijaka

n

dise

ktor

pa

riwisa

ta

La

po

ran

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

In

stan

si P

em

erin

tah

(L

AK

IP)

Pu

slitba

ng

, K

eb

ijaka

n

Ke

pa

riwisa

taa

n,

La

po

ran

M

on

ev

Jum

lah

p

en

elitia

n

da

n

pe

ng

em

ba

ng

an

ya

ng

d

ap

at

dija

dika

n

ruju

kan

d

ala

m

pe

rum

usa

n,

imp

lem

en

tasi, d

an

eva

lua

si kebija

kan

di se

ktor

pa

riwisa

ta. R

ua

ng

ling

kup

ind

ustri p

ariw

isata

ya

ng

d

ikelo

la

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

Eko

no

mi K

rea

tif san

ga

tlah

luas, se

hin

gga

foku

s kajia

n ya

ng

dila

kuka

n a

kan

dite

ntu

kan

be

rda

sarka

n

pe

rma

sala

ha

n

yan

g

me

nd

esa

k

Ba

da

n

Pe

ng

em

ba

ng

an

S

um

be

r D

aya

P

ariw

isata

d

an

E

kon

om

i Kre

atif

586

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

da

n p

en

ting u

ntu

k s

eg

era

dis

ele

sa

ika

n. S

etia

p

tah

un

ju

mla

h ka

jian

ya

ng

d

ilaku

kan

se

ma

kin

m

en

ing

ka

t se

hin

gg

a

se

ma

kin

b

an

ya

k

pe

rma

sa

lah

an

ya

ng

d

ap

at

die

va

lua

si

da

n

dia

na

lisis

u

ntu

k

da

pa

t d

isik

ap

i d

en

ga

n

ke

bija

ka

n y

an

g le

bih

efe

ktif.

2.

Ju

mla

h

pe

ne

litian

da

n

pe

ng

em

ba

ng

an

ya

ng

dim

an

faa

tka

n

da

lam

m

en

du

ku

ng

ke

bija

ka

n

dis

ekto

r e

ko

no

mi k

rea

tif

La

po

ran

A

ku

nta

bilita

s

Kin

erja

In

sta

nsi

Pem

erin

tah

(L

AK

IP)

P

uslitb

an

g K

eb

ijaka

n E

ko

no

mi

Kre

atif, L

ap

ora

n M

on

ev

Ju

mla

h

pe

ne

litian

d

an

p

en

ge

mb

an

ga

n

ya

ng

d

ap

at

dija

dik

an

ru

jukan

d

ala

m

pe

rum

usa

n,

imp

lem

en

tasi, d

an

eva

lua

si k

ebija

ka

n d

i sekto

r e

ko

no

mi k

rea

tif. Sa

ma

ha

lnya

de

ng

an

se

kto

r p

ariw

isa

ta,

ma

ka

se

kto

r e

ko

no

mi

kre

atif

pu

n

me

milik

i rua

ng

ling

ku

p y

an

g lu

as. O

leh

ka

ren

a

itu s

trate

gi u

ntu

k m

ela

ku

ka

n k

ajia

n k

eb

ijaka

n

terk

ait

ind

ustri

kre

atif

sa

ma

d

en

ga

n

stra

teg

i u

ntu

k

me

laku

ka

n

kajia

n

ke

bija

ka

n

terk

ait

de

ng

an

pa

riwis

ata

.

18

M

en

ing

ka

tnya

ku

alita

s

ko

nte

n

dan

je

jarin

g

pe

laku

d

i se

kto

r e

ko

no

mi k

rea

tif

1.

Ju

mla

h

pe

laku

kre

atif

ya

ng

m

en

ga

lam

i p

en

ing

ka

tan

ke

ma

mp

ua

n k

rea

si

da

n p

rod

uksi

La

po

ran

K

eg

iata

n:

Pe

ng

em

ba

ng

an

je

jarin

g

da

n

pe

laku

se

kto

r p

erik

lan

an

, P

en

ing

ka

tan

ku

alita

s

ko

ta

pu

sa

ka

, P

artis

ipa

si

pe

ng

em

ba

ng

an

un

tuk

de

sa

ine

r ko

mvis

, P

en

du

ku

ng

an

ko

mu

nik

asi

foru

m d

esa

in d

an

a

rsite

ktu

r, P

ela

ksa

na

an

B

usin

ess

Pro

se

s k

reasi d

an

pro

du

ksi d

i ind

ustri k

rea

tif m

eru

pa

ka

n

pro

se

s

pe

ncip

taa

n

nila

i ta

mb

ah

ya

ng

b

erb

ed

a.

Da

lam

p

rose

s

kre

asi,

ide

m

eru

pa

ka

n m

od

al u

tam

a d

ala

m m

en

cip

taka

n

ka

rya

kre

atif,

se

da

ng

ka

n

pro

du

ksi

me

milik

i ta

nta

ng

an

ba

ga

ima

na

me

nja

dik

an

ide

me

nja

di

se

bu

ah

ka

rya

ko

me

rsia

l ya

ng

da

pa

t dija

dik

an

b

isn

is

un

tuk

me

ncip

taka

n

nila

i e

ko

no

mi.

Be

ntu

k

keg

iata

n

un

tuk

me

ng

em

ba

ng

ka

n

kre

asi d

an

pro

du

ksi k

reatif a

nta

ra la

in m

ela

lui:

Ba

da

n

Pe

ng

em

ba

ng

an

S

um

be

r D

aya

P

ariw

isa

ta

da

n

Eko

no

mi K

rea

tif

587

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

Co

nn

ect., P

asa

r un

tuk P

ela

ku

Eko

no

mi

Kre

atif/P

rom

osi

Te

khn

olo

gi,

Pe

nd

uku

ng

an

Pa

me

ran

K

rea

tif, d

an

P

en

yele

ng

ga

raa

n

e

ven

t W

irau

sah

a K

rea

tif

kom

pe

tisi, co

ach

ing

kre

asi

da

n

pro

du

ksi, se

min

ar,

loka

karya

, fa

silitasi

inte

rnsh

ip,

fasilita

si ko

lab

ora

si p

rod

uksi

karya

kre

atif,

fasilita

si eksp

erim

en

pe

ncip

taa

n ka

rya kre

atif

ata

u

keg

iata

n

lain

nya

ya

ng

d

ap

at

me

nin

gka

tkan

ke

ma

mp

ua

n

un

tuk

be

rkrea

si d

an

be

rpro

du

ksi.

2.

Jum

lah

p

ela

ku

krea

tif ya

ng

m

en

ga

lam

i p

en

gu

ata

n je

jarin

g

U

ntu

k d

ap

at

teru

s m

en

ing

katka

n

krea

tivitasn

ya,

pe

laku

kre

atif

ini

pe

rlu

me

mb

en

tuk

jeja

ring

u

ntu

k sa

ling

b

erb

ag

i m

en

ge

na

i id

e

ata

u

ha

l la

inn

ya

yan

g

terka

it d

en

ga

n

pro

ses

krea

si, p

rod

uksi,

distrib

usi

ma

up

un

kom

ersia

lisasi. B

en

tuk ke

gia

tan

un

tuk

me

ng

em

ba

ng

kan

je

jarin

g

krea

tif an

tara

la

in

me

lalu

i: fo

rum

, g

ath

erin

g,

festiva

l, d

iskusi,

talksh

ow

, ata

u

keg

iata

n

lain

nya

ya

ng

d

ap

at

me

mp

erte

mu

kan

pe

laku

krea

tif un

tuk sa

ling

be

rba

gi p

eng

ala

ma

n d

an

pe

ng

eta

hua

n.

19

M

en

ing

katn

ya K

ua

litas

Pe

ng

elo

laa

n

Ke

ua

ng

an

Op

ini

lap

ora

n

keu

an

ga

n

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

D

an

E

kon

om

i Kre

atif

Ba

da

n P

em

eriksa

Ke

uan

ga

n

D

ala

m

Un

da

ng

-Un

da

ng

N

om

or

15

T

ah

un

2

00

4 T

en

tan

g P

em

eriksa

an

Pe

ng

elo

laa

n d

an

T

an

gg

un

gja

wa

b K

eu

an

ga

n N

eg

ara

din

yata

kan

b

ah

wa

u

ntu

k m

en

du

kun

g

keb

erh

asila

n

pe

nye

len

gg

ara

an

p

em

erin

tah

an

n

eg

ara

, ke

ua

ng

an

ne

ga

ra w

ajib

dike

lola

seca

ra te

rtib,

Se

kreta

riat

Jen

de

ral

588

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

taa

t p

ad

a

pe

ratu

ran

p

eru

nd

an

g-u

nd

an

ga

n,

efisie

n,

eko

no

mis,

efe

ktif, tra

nsp

ara

n,

da

n

be

rtan

gg

un

g

jaw

ab

d

en

ga

n

me

mp

erh

atika

n

rasa

kea

dila

n d

an

kep

atu

tan

. Ole

h ka

ren

a itu

, K

em

en

pa

rekra

f se

laku

in

stansi

pe

me

rinta

h

yan

g

me

ng

gu

na

kan

d

an

a

An

gg

ara

n

Pe

nd

ap

ata

n

da

n

Be

lan

ja

Ne

ga

ra

(AP

BN

) b

erke

wa

jiban

u

ntu

k m

en

ing

katka

n

kem

am

pu

an

d

ala

m

me

ng

elo

la

keu

an

ga

n

ne

ga

ra.

Ind

ikato

r ya

ng

d

igu

na

kan

u

ntu

k m

en

gu

kur

pe

nin

gka

tan

kua

litas

pe

ng

elo

laa

n

keu

an

ga

n

ad

ala

h

op

ini

keu

an

ga

n

Ke

me

np

are

kraf

yan

g

dib

erika

n

ole

h

Ba

da

n

Pe

me

riksa K

eu

an

ga

n, ya

itu se

cara

be

ruru

tan

d

ari p

en

ilaia

n ya

ng

pa

ling

ren

da

h, ya

itu:

1.

Discla

ime

r; 2

. W

aja

r De

ng

an

Pe

ng

ecu

alia

n (W

DP

); da

n

3.

Wa

jar T

an

pa

Pe

ng

ecu

alia

n (W

TP

) te

rha

da

p

La

po

ran

K

eu

an

ga

n

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isata

Da

n E

kon

om

i Kre

atif. K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta D

an

Eko

no

mi K

rea

tif be

rkew

ajib

an

un

tuk

me

nca

pa

i W

aja

r T

an

pa

P

en

ge

cua

lian

(WT

P) d

an

me

mp

erta

ha

nka

n p

red

ikat te

rseb

ut

hin

gg

a a

khir ta

hu

n 2

01

4 m

en

da

tan

g.

20

M

en

ing

katn

ya ku

alita

s p

ela

ksan

aan

S

istem

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

Pre

dika

t S

istem

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

In

stan

si P

em

erin

tah

Ha

sil E

valu

asi

Kin

erja

K

em

en

teria

n

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

en

da

yag

un

aa

n

Pe

rba

ikan

ta

ta

kelo

la

pe

me

rinta

ha

n

da

n

pe

ne

rap

an

siste

m

ma

na

jem

en

p

em

erin

tah

an

ya

ng

be

rfoku

s pa

da

pen

ing

kata

n a

kun

tab

ilitas

Se

kreta

riat

Jen

de

ral

589

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

Insta

nsi

Pe

me

rinta

h

(SA

KIP

)

(SA

KIP

) K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Eko

no

mi K

rea

tif

Ap

ara

tur

Ne

ga

ra

da

n

Re

form

asi B

irokra

si

da

n se

kalig

us p

en

ing

kata

n kin

erja

be

rorie

nta

si p

ad

a

ha

sil (o

utco

me

) m

eru

pa

kan

a

ge

nd

a

pe

ntin

g

da

lam

re

form

asi

biro

krasi

di

ling

kun

ga

n p

em

erin

tah

an

, yan

g d

irea

lisasika

n

de

ng

an

d

iimp

lem

en

tasika

nn

ya

Siste

m

Aku

nta

bilita

s K

ine

rja

Insta

nsi

Pe

me

rinta

h

(SA

KIP

). Sa

sara

n S

istem

Aku

nta

bilita

s Kin

erja

In

stan

si Pem

erin

tah

(SA

KIP

) ad

ala

h u

ntu

k: a

. m

en

jad

ikan

in

stan

si p

em

erin

tah

ya

ng

a

kun

tab

el

seh

ing

ga

d

ap

at

be

rop

era

si se

cara

e

fisien

, e

fektif

da

n

resp

on

sif te

rha

da

p

asp

irasi

ma

syara

kat

da

n

ling

kun

ga

nnya

; b

. te

rwu

jud

nya

tra

nsp

ara

nsi

insta

nsi

pe

me

rinta

h;

c. te

rwu

jud

nya

pa

rtisipa

si ma

syara

kat d

ala

m

pe

laksa

na

an

pe

mb

an

gu

na

n n

asio

nal; d

an

d

. te

rpe

liha

ranya

ke

pe

rcaya

an

m

asya

raka

t ke

pa

da

pe

me

rinta

h.

Me

nin

gka

tnya

ku

alita

s p

ela

ksan

aa

n

Siste

m

Aku

nta

bilita

s K

ine

rja

Insta

nsi

Pe

me

rinta

h

(SA

KIP

) d

i lin

gku

ng

an

K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Eko

no

mi

Kre

atif

da

pa

t d

iind

ikasika

n

da

ri p

erb

aika

n

nila

i S

istem

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

In

stan

si P

em

erin

tah

(S

AK

IP)

yan

g

yan

g

dib

erika

n

ole

h

Ke

me

nte

rian

P

en

da

yag

un

aa

n

Ap

ara

tur

Ne

ga

ra

da

n

Re

form

asi

Biro

krasi

terh

ad

ap

d

oku

me

n

Siste

m

Aku

nta

bilita

s K

inerja

590

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

UT

AM

A

SU

MB

ER

DA

TA

P

EN

JEL

AS

AN

U

NIT

O

RG

AN

ISA

SI

PE

LA

KS

AN

A

Insta

nsi

Pe

me

rinta

h

(SA

KIP

) K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Eko

no

mi

Kre

atif.

Hasil

pe

nila

ian

S

istem

A

kun

tab

ilitas

Kin

erja

In

stan

si P

em

erin

tah

(S

AK

IP)

seca

ra

be

ruru

tan

, d

ari

uru

tan

p

en

ilaia

n

pa

ling

ren

da

h, ya

itu h

uru

f D, C

, CC

, B, A

, da

n A

A.

21

T

erse

len

gg

ara

nya

R

efo

rma

si Biro

krasi

Nila

i Qu

ality

Assu

ran

ce (Q

A)

Re

form

asi B

irokra

si

Biro

Pe

ren

can

aa

n d

an

O

rga

nisa

si

Te

rsele

ng

gara

nya

re

form

asi

biro

krasi

yan

g

efe

ktif da

pa

t diin

dika

sikan

da

ri pe

rba

ikan

nila

i Q

ua

lity A

ssura

nce

pe

laksa

na

an

refo

rma

si b

irokra

si ya

ng

d

ibe

rikan

o

leh

K

em

en

teria

n

Pe

nd

aya

gu

na

an

A

pa

ratu

r N

eg

ara

d

an

R

efo

rma

si B

irokra

si ke

pa

da

K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Eko

no

mi

Kre

atif.

Se

ma

kin

ting

gi

nila

i Q

ua

lity A

ssura

nce

, m

aka

d

ap

at

din

yata

kan

ba

hw

a se

ma

kin b

aik p

ula

kua

litas

pe

laksa

na

an

re

form

asi

biro

krasi

di

Ke

me

nte

rian

Pa

riwisa

ta D

an

Eko

no

mi K

rea

tif.

Se

kreta

riat

Jen

de

ral

22

M

en

ing

katn

ya ku

alita

s S

um

be

r Da

ya

Ma

nu

sia K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta D

an

E

kon

om

i Kre

atif

1.

Jum

lah

Su

mb

er

Da

ya M

an

usia

K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta D

an

E

kon

om

i Kre

atif

yan

g d

ifasilita

si

Ju

mla

h S

um

be

r Da

ya M

an

usia

yan

g m

em

iliki p

en

did

ikan

lan

jut

yan

g

me

nd

ala

mi

sekto

r p

ariw

isata

d

an

e

kon

om

i kre

atif.

Pe

nd

idika

n

lan

jut

yan

g

dim

aksu

d

ad

ala

h

pe

nd

idika

n

pa

scasa

rjana

, u

ntu

k S

trata

2

d

an

S

trata

3

. S

aa

t in

i, K

em

en

teria

n

Pa

riwisa

ta

Da

n

Se

kreta

riat

Jen

de

ral

591

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

un

tuk

me

ne

ruska

n

pe

nd

idik

an

ke

je

nja

ng

ya

ng

le

bih

tin

gg

i

Eko

no

mi

Kre

atif

me

milik

i 4

14

o

rang

d

en

ga

n

pe

nd

idik

an

akh

ir S2

dan

15

(lima

be

las) o

ran

g

S3

ya

ng

m

en

da

lam

i se

kto

r p

ariw

isa

ta

se

rta

foku

s

un

tuk

me

nd

ala

mi

tata

ke

lola

d

an

ke

bija

ka

n

di

se

kto

r p

ariw

isa

ta.

Sa

at

ini,

de

ng

an

a

da

nya

se

kto

r e

ko

no

mi

kre

atif

da

n

un

tuk

me

mp

erk

ua

t se

kto

r ke

pa

riwis

ata

an

, m

aka

K

em

en

teria

n

Pa

riwis

ata

D

an

E

ko

no

mi

Kre

atif a

ka

n b

eru

pa

ya

un

tuk m

em

fasilita

si 8

0

(de

lap

an

pu

luh

) ora

ng

da

n 3

3 (tig

a p

ulu

h tig

a)

ora

ng

u

ntu

k

me

ng

iku

ti je

nja

ng

pe

nd

idik

an

a

kh

ir S2

dan

S3

se

lam

a p

erio

de

20

12

-20

14

.

2.

Ju

mla

h

Su

mb

er

Da

ya

M

an

usia

K

em

en

teria

n

Pa

riwis

ata

D

an

E

ko

no

mi

Kre

atif

ya

ng

d

ifasilita

si

un

tuk

me

ng

iku

ti d

ikla

t m

an

aje

me

n

da

n te

kn

is

S

ela

in

me

mfa

silita

si

su

mb

er

da

ya

m

an

usia

K

em

en

teria

n P

ariw

isa

ta D

an

Eko

no

mi K

rea

tif u

ntu

k

me

nd

ap

atk

an

tin

gka

t p

en

did

ika

n

ya

ng

leb

ih

ting

gi,

ma

ka

K

em

en

teria

n

Pa

riwis

ata

D

an

E

ko

no

mi

Kre

atif

jug

a a

ka

n m

em

pe

rku

at

su

mb

er d

aya

ma

nu

sia

un

tuk d

ifasililta

si u

ntu

k

me

ng

iku

ti dik

lat m

an

aje

me

n d

an

tekn

is te

rkait

de

ng

an

se

kto

r ke

pa

riwis

ata

an

d

an

e

ko

no

mi

kre

atif,

seju

mla

h

1.4

76

(S

erib

u

em

pa

t ra

tus

tuju

h

pu

luh

en

am

)

ora

ng

se

lam

a

pe

riod

e

20

12

-20

14

.

592

NO

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

KIN

ER

JA

U

TA

MA

S

UM

BE

R D

AT

A

PE

NJE

LA

SA

N

UN

IT

OR

GA

NIS

AS

I P

EL

AK

SA

NA

23

M

en

ing

ka

tnya

ku

an

titas

Su

mb

er

Daya

M

anusia

K

em

en

teria

n

Pa

riwis

ata

D

an

E

ko

no

mi K

rea

tif

Ju

mla

h

pe

na

mb

ah

an

S

um

be

r D

aya

M

an

usia

K

em

en

teria

n

Pa

riwis

ata

D

an

E

ko

no

mi K

rea

tif ya

ng

a

ka

n

me

ng

em

ba

ng

ka

n

pa

riwis

ata

d

an

e

ko

no

mi k

rea

tif

D

en

ga

n p

eru

ba

ha

n K

em

en

teria

n K

eb

ud

aya

an

d

an

P

ariw

isa

ta

me

nja

di

Ke

me

nte

rian

P

ariw

isa

ta

Da

n

Eko

no

mi

Kre

atif,

dip

erlu

ka

n

Su

mb

er

Da

ya

M

an

usia

b

aru

ya

ng

d

ap

at

me

ng

isi

po

sis

i u

ntu

k

se

kto

r e

ko

no

mi

kre

atif

kh

usu

sn

ya

, se

hin

gg

a p

en

ge

mb

an

ga

n e

ko

no

mi

kre

atif

akan

d

itan

ga

ni

ole

h

Su

mb

er

Da

ya

M

an

usia

ya

ng

m

em

iliki

pe

ng

eta

hu

an

se

rta

ko

mp

ete

nsi y

an

g s

esu

ai d

en

ga

n s

ekto

r ya

ng

a

ka

n d

ike

mb

an

gka

n

Se

kre

taria

t Je

nd

era

l

ME

NT

ER

I PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

RE

PU

BL

IK IN

DO

NE

SIA

,

ttd.

MA

RI E

LK

A P

AN

GE

ST

U

Sa

lina

n se

sua

i de

ng

an

aslin

ya

KE

ME

NT

ER

IAN

PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

RI

Ke

pala

Biro

Hu

kum

da

n K

ep

eg

aw

aia

n,

ZA

INI B

US

TAM

AN

, SH

, MM

NIP. 1

95

90

61

7 1

98

80

3 1

00

5

593

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR PM.133//UM.001/MPEK/2012

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DINASDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinasdan adanya perubahan organisasi dan tata kerja yangsemula Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menjadiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dipandangperlu untuk mengganti Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentangPedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas di lingkunganDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang PedomanPelaksanaan Tata Naskah Dinas di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5071);

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

594

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang HubunganLuar Negeri (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3882);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang PerjanjianInternasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4012);

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5035);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009tentang Kearsipan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2012 Nomor 53, TambahanLembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5286);

7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;

9. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2012 tentang WakilMenteri;

10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pedoman UmumTata Naskah Dinas;

595

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia Yang Disempurnakan;

12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2011tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas Elektronikdi Lingkungan Instansi Pemerintah;

13. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TATANASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

Pasal 1

Tata Naskah Dinas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan sebagaimanatercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

Pasal 2

Seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifwajib melaksanakan Pedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana dimaksud dalamPasal 1.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentang PedomanPelaksanaan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Kebudayaandan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

596

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 13 November 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di JakartaPada tanggal 6 Desember 20

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1223

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

597

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR PM.133/UM.001/MPEK/2012TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAHDINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketatalaksanaan pemerintah merupakan pengaturan tentang mekanisme/prosedur/tata kerja untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam berbagaibidang kegiatan pemerintahan.

Ketatalaksanaan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif merupakan komponen penting dalam administrasi umum yangmeliputi tata naskah dinas, singkatan, akronim, dan kearsipan. Tatanaskah dinas sebagai salah satu unsur administrasi umum mencakupipengaturan tentang jenis dan penyusunan naskah dinas, penggunaanLambang Negara, cap dinas, tata surat, perubahan, pencabutan, pembatalanproduk hukum, dan ralat.

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentangPedoman Umum Tata Naskah Dinas, maka ketentuan yang ada dalampedoman pelaksanaan tata naskah dinas di lingkungan KementerianKebudayaan dan Pariwisata yang ditetapkan dengan Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.51/UM.001/MKP/2007,perludisesuaikan dengan perubahan organisasi kementerian dan pedomanumum baru. Jenis tata naskah yang perlu disesuaikan,antara lain adalahnomenklatur, format surat, dan tata cara penulisan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pedoman PelaksanaanTata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisatayang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 perlu diganti dengan Peraturan Menteribaru.

598

B. Maksud dan Tujuan

1. MaksudPedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas dimaksudkan sebagaiacuan pengelolaan dan keterpaduan dalam tata naskah dinas diseluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.

2. TujuanPedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas bertujuan menciptakankelancaran komunikasi tulis yang efektif dan efisien di KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

C. Sasaran

Sasaran penetapan Pedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas adalah:

1. tercapainya kesamaan pengertian dan penafsiran penyelenggaraantata naskah dinas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif;

2. terwujudnya keseragaman dan keterpaduan dalam penyelengaraankegiatan tata naskah dinas;

3. lancarnya komunikasi tulis kedinasan serta kemudahan dalampengendalian;

4. tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tata naskahdinas;

5. berkurangnya tumpang-tindih, salah tafsir, dan pemborosanpenyelenggaraan tata naskah;dan

6. terlaksananya pengendalian dalam mengelola naskah dinas.

D. Asas

Asas yang yang harus diperhatikan dalam penyusunan naskah dinasadalah sebagai berikut:

1. Asas Efektif dan EfisienPenyelenggaraan tata naskah dinas perlu dilakukan secara efektifdan efisien dalam penulisan, penggunaan lembar naskah dinas,spesifikasi informasi, serta dalam penggunaan bahasa Indonesiayang baik, benar, dan lugas.

2. Asas PembakuanSetiap naskah dinas diproses dan disusun menurut tata cara danbentuk yang telah dibakukan, sesuai dengan tujuan pembuatannya.

599

3. Asas PertanggungjawabanPenyelenggaraan tata naskah dinas dapat dipertanggungjawabkandari segi isi, format, prosedur, kearsipan, kewenangan, dan keabsahan.

4. Asas KeterkaitanKegiatan penyelenggaraan tata naskah dinas terkait dengan kegiatanadministrasi umum dan unsur administrasi lainnya.

5. Asas Kecepatan dan KetepatanUntuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi masing-masing unitkerja, tata naskah dinas harus dapat diselesaikan tepat waktu dantepat sasaran, antara lain dilihat dari kejelasan redaksional, kemudahanprosedural, serta kecepatan penyampaian dan distribusi.

6. Asas KeamananTata naskah dinas harus aman secara fisik dan substansi (isi) mulaidari penyusunan,klasifikasi, penyampaian kepada yang berhak,pemberkasan,dan kearsipan.

7. Asas PenomoranPenomoran Tata Naskah Dinas di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif menggunakan asas sentralisasi. Dalam hal inidilaksanakan di Biro Umum khusus untuk Kantor Pusat, untuk UnitPelaksana Teknis dilaksanakan di tata usaha masing-masing unitkerja.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas meliputiberbagai kegiatan yang mencakupi pengaturan tentang jenis dan susunannaskah dinas, tata surat dinas, kewenangan penandatanganan naskahdinas, penggunaan Lambang Negara, cap dinas, penggunaan bahasaIndonesia yang baik dan benar, perubahan, pencabutan, penarikan produkhukum, penggunaan media dalam surat-menyurat, serta kode singkatan.

F. Sistematika Lampiran

Sistematika lampiran Peraturan Menteri ini dapat disusun sebagaiberikut: Bab I Pendahuluan, Bab II Jenis dan Format Naskah Dinas, BabIII Penyusunan Naskah Dinas, Bab IV Tata Surat Dinas, Bab V PenggunaanLambang Negara dan Cap Dinas, Bab VI Perubahan, Pencabutan,Pembatalan, dan Ralat Naskah Dinas, Bab VII Kode Singkatan danKlasifikasi Arsip, dan terakhir Bab VIII Ketentuan Penutup.

600

G. Pengertian Umum

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Naskah Dinas adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasikedinasan yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yangberwenang di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdalam rangka penyelenggaraan tugas umum pemerintahan danpembangunan.

2. Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan informasi tertulis (naskah)yang mencakupi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan,pengabsahan, distribusi dan penyimpanan naskah dinas, serta mediayang digunakan dalam komunikasi kedinasan.

3. Administrasi Umum adalah rangkaian kegiatan administrasi yangmeliputi tata naskah dinas (tata persuratan, distribusi, format, danmedia), penamaan kantor Kementerian, singkatan dan akronim,kearsipan, serta tata ruang perkantoran.

4. Komunikasi Intern adalah tata hubungan dalam penyampaian informasikedinasan yang dilakukan antarunit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif secara vertikal dan horizontal.

5. Komunikasi Ekstern adalah tata hubungan dalam penyampaianinformasi kedinasan yang dilakukan oleh unit kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan pihak luar.

6. Format adalah susunan dan bentuk naskah yang menggambarkanbentuk redaksional, termasuk tata letak dan penggunaan LambangNegara, dan cap dinas.

7. Kewenangan penandatanganan naskah dinas adalah hak dankewajiban yang ada pada seorang pejabat untuk menandatanganinaskah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kedinasan padajabatannya.

8. Instansi Pemerintah adalah kementerian negara, lembaga pemerintahnon kementerian, sekretariat lembaga negara, dan pemerintah daerah.

9. Aparatur Pemerintah adalah alat kelengkapan pemerintah untukmenjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan, di pusat dandi daerah, termasuk aparatur Badan Usaha Milik Negara dan BadanUsaha Milik Daerah.

10. Unit Kerja adalah organisasi Eselon I di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

601

11. Satuan Kerja adalah organisasi Eselon II ke bawah di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

12. Subunit Kerja adalah unit pelaksana teknis di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

13. Kode Klasifikasi Naskah adalah tanda pengenal isi informasi dalamnaskah dinas berdasarkan sistem tata berkas.

14. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnyadisebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyanBhinneka Tunggal Ika.

BAB IIJENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

A. Naskah Dinas Arahan

Naskah Dinas Arahan adalah naskah dinas yang memuat kebijakanpokok atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakandalam penyelenggaraan tugas dan kegiatan yang berupa produk hukumyang bersifat pengaturan, penetapan, dan penugasan.

1. Naskah Dinas PengaturanSesuai dengan tingkatannya, naskah dinas yang bersifat pengaturanterdiri dari Peraturan Menteri, Peraturan Direktur Jenderal atau Pejabatyang setingkat, Pedoman, Petunjuk Pelaksanaan/Teknis,InstruksiMenteri, dan Surat Edaran.

a. Peraturan Menteri

1) PengertianPeraturan Menteri adalah naskah dinas yang bersifatmengatur, memuat kebijakan pokok, bersifat umum, berlakuuntuk seluruh unit kerja/satuan kerja/subunit kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdan dapat merupakan dasar bagi penyusunan naskah dinaslainnya.

2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPejabat yang berwenang menetapkan dan menandatanganiperaturan adalah pejabat pimpinan tertinggi, yaitu MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

602

3) Susunan

a) KepalaKepala Peraturan Menteri terdiri dari

(1) Kata “Peraturan Menteri dan nama jabatan” yangmengundangkan ditulis dengan huruf kapital secarasimetris (menggunakan kop naskah dinas LambangNegara dengan tinta mas).

(2) Kata “Nomor dan tahun” pengundangan PeraturanMenteri ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

b) JudulJudul Peraturan Menteri terdiri dari

(1) Kata penghubung “tentang” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.

(2) Nama ”Peraturan Menteri” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.

c) PembukaanPembukaan Peraturan Menteri terdiri dari hal-hal berikut.

(1) Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” ditulisdengan huruf kapital secara simetris.

(2) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RepublikIndonesia ditulis dengan huruf kapital secara simetrisdiakhiri dengan tanda baca koma (,).

(3) Konsiderans diawali dengan kata “Menimbang”, memuat.

(a) Uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadipertimbangan dan alasan penyusunan PeraturanMenteri.

(b) Konsiderans memuat uraian singkat mengenaipokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakangdan alasan pembuatan Peraturan Menteri.

(c) Pokok-pokok pikiran pada konsiderans memuatunsur filosofis, yuridis, dan sosiologis yang menjadilatar belakang pembuatannya.

(d) Pokok-pokok pikiran yang hanya menyatakan bahwaperaturan dianggap perlu untuk dibuat adalah kurangtepat karena tidak mencerminkan tentang latarbelakang dan alasan dibuatnya Peraturan Menteri.

603

(e) Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokokpikiran, tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan dalamrangkaian kalimat yang merupakan kesatuanpengertian.

(f) Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjaddan dirumuskan dalam satu kalimat yang diawalidengan kata “bahwa” dan diakhiri dengan tandabaca titik koma.

(4) Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat”, memuat.

(a) Dasar kewenangan penyusunan Peraturan Menteri.

(b) Peraturan perundang-undangan yang digunakansebagai dasar hukum hanya peraturan perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.

(c) Dasar hukum yang bukan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak perlumencantumkan pasal, tetapi mencantumkan jenisdan nama peraturan perundang-undangan tanpamencantumkan frasa “Republik Indonesia”.

(d) Jika dasar hukum memuat lebih dari satu peraturanperundang-undangan, tiap dasar hukum diawalidengan angka arab yaitu 1, 2, 3 dan seterusnyadan diakhiri dengan tanda baca titik koma.

(5) diktum terdiri dari

(a) diawali kata “Memutuskan”, ditulis seluruhnyadengan huruf kapital tanpa spasi diantara sukukata dan diakhiri dengan tanda baca titik dua sertadiletakkan di tengah marjin.

(b) Kata “Menetapkan”, dicantumkan sesudah kataMemutuskan disejajarkan ke bawah dengan kata“Menimbang” dan “Mengingat”. Huruf awal kataMenetapkan, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiridengan tanda baca titik dua.

(c) Nama Peraturan Menteri yang tercantum dalamjudul, dicantumkan lagi setelah kata Menetapkantanpa frasa “Republik Indonesia”, serta ditulisseluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengantanda baca titik.

604

d) Batang TubuhBatang tubuh Peraturan Menteri terdiri dari

(1) semua substansi Peraturan Menteri dirumuskan dalampasal atau beberapa pasal.

(2) substansi pada umumnya dikelompokkan ke dalam:

(a) Ketentuan umum berisi.

i. batasan pengertian atau definisi.

ii. singkatan atau akronim yang dituangkan dalambatasan pengertian atau definisi.

iii. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlakubagi pasal atau beberapa pasal berikutnyaantara lain ketentuan yang mencerminkan asas,maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiridalam pasal atau bab.

iv. frasa pembukaan dalam ketentuan umumPeraturan Menteri berbunyi: “Dalam PeraturanMenteri ini yang dimaksud dengan:”.

v. pengertian yang mengatur tentang lingkupumum di tempatkan lebih dahulu dari yanglingkup khusus;

vi. pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalammateri pokok yang diatur di tempatkan dalamurutan yang lebih dahulu.

vii. pengertian yang mempunyai kaitan denganpengertian di atasnya diletakkan berdekatansecara berurutan.

(b) Materi pokok yang diaturMateri pokok yang ditempatkan langsung setelahbab ketentuan umum, dan jika tidak adapengelompokan bab, materi pokok yang diaturdiletakan setelah pasal atau beberapa pasalketentuan umum

(c) Ketentuan peralihan (jika diperlukan)Ketentuan peralihan memuat penyesuaianpengaturan tindakan hukum atau hubungan hukumyang ada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang lama terhadap peraturan perundang-

605

undangan yang baru, yang bertujuan untuk:

i. menghindari terjadinya kekosongan hukum;

ii. menjamin kepastian hukum;

iii. memberikan pelindungan hukum bagi yangterkena dampak perubahan ketentuanperaturan perundang-undangan; dan

iv. mengatur hal-hal yang bersifat transisional ataubersifat sementara.

(d) Ketentuan penutupKetentuan penutup ditempatkan pada bab terakhirjika tidak ada pengelompokan bab, ketentuanpenutup ditempatkan dalam pasal atau beberapapasal terakhir.

Ketentuan Penutup memuat:

i. penunjukan organ atau alat kelengkapan yangmelaksanakan Peraturan Menteri;

ii. nama singkat Peraturan Menteri;

iii. status Peraturan Menteri yang sudah ada;dan

iv. saat mulai berlaku Peraturan Menteri.

(e) Ketentuan sanksi (jika diperlukan)

(f) Lampiran (jika diperlukan)

e) PenutupPenutup Peraturan Menteri memuat.

(1) rumusan perintah pengundangan dan penempatanPeraturan Menteri dalam Berita Negara RepublikIndonesia.

(2) penandatanganan pengesahan atau penetapanPeraturan Menteri memuat:(a) tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan.(b) nama jabatan.(c) tanda tangan pejabat dan cap jabatan.(d) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis

dengan huruf kapital.

(3) pengundangan atau penetapan peraturan perundang-undangan memuat:

606

(a) tempat dan tanggal pengundangan;

(b) nama jabatan yang berwenang mengundangkan;

(c) tanda tangan dan cap jabatan; dan

(d) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulisdengan huruf kapital.

(4) akhir bagian penutup dicantumkan Berita NegaraRepublik Indonesia beserta tahun dan nomor.

4) Pengabsahan

a) Pengabsahan merupakan suatu pernyataan bahwa sebelumdigandakan dan didistribusikan dengan sah, suatu PeraturanMenteri telah dicatat dan diteliti sehingga dapat diumumkanoleh pejabat yang bertanggung jawab dibidang hukum atauadministrasi umum.

b) Pengabsahan dicantumkan di bawah ruang tanda tangansebelah kiri bawah, yang terdiri dari kata Salinan sesuaidengan aslinya serta dibubuhi tanda tangan langsung (bukantanda tangan cap) pejabat yang berwenang dan cap dinas.

5) Naskah Peraturan Menteri diketik dengan huruf Bookman OldStyle, dengan huruf 12, diatas kertas F4 dan harus diparaf olehpejabat yang berwenang pada setiap lembarnya.

6) DistribusiPeraturan Menteri yang telah ditetapkan didistribusikan kepadayang berkepentingan.

7) Hal yang Perlu Diperhatikan

a) naskah asli dan salinan Peraturan Menteri harus diparafoleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif;

b) naskah asli dan salinan Peraturan Menteri yang sudahdiparaf disimpan oleh Biro Hukum dan Kepegawaian.

Format Peraturan Menteri dapat dilihat pada contoh 1A dancontoh 1B.

607

Menimba Menging

Menetap

.............

.............

Peratura

Agar setdalam Be

Diundangpada tan MENTER

(Tanda T

NAMA L BERITA

PERATU

M

ang :

gat :

pkan :

.....................

.....................

an Menteri ini

iap orang meerita Negara

gkan di Jakanggal ………

RI HUKUM D REPUBLIK

Tangan)

ENGKAP

NEGARA RE

ME

URAN MENTE

ENTERI PAR

a. bahwa ....b. dan seteru

1. ……………2. dan seteru

PERATURA....................

.....................

.....................

mulai berlak

engetahuinyaRepublik Ind

arta ..

DAN HAK ASAINDONESIA,

EPUBLIK IND

FORMA

ENTERI PARR

ERI PARIWIS

...............

DENGAN RA

RIWISATA DA

....................usnya;

…………......…usnya;

AN MENTE.....................

.....................

.....................

ku pada tangg

a, memerintahonesia

Dp

ASI MANUSIA,

DONESIA TA

CONTAT PERA

RIWISATA DAREPUBLIK IN

SATA DAN E

NOMOR …

TENTA

.....................

AHMAT TUHA

AN EKONOM

....................

………………

MEMUTU

ERI PARIW....................

Pasa....................

Pasa....................

Pasa

gal diundangk

hkan pengund

Ditetapkan di pada tanggal

ME

A

AHUN ………

TOH 1AATURAN

AN EKONOMNDONESIA

KONOMI KR

…………..

ANG

....................

AN YANG MA

MI KREATIF R

.....................

…………………

SKAN:

WISATA DA.........

l 1 ....................

l 2 ....................

al .....

kan.

dangan Pera

....................

....................

ENTERI PARR

(Tanda

NOMOR ……

MENTER

MI KREATIF

REATIF REPU

..........

AHA ESA

REPUBLIK IN

....................;

………………

AN EKONO

.............

.............

turan Menter

............ ............

RIWISATA DAREPUBLIK IN

a Tangan da

NAMA LEN

….

RI

UBLIK INDON

NDONESIA,

;

……..;

OMI KREA

ri ini dengan p

AN EKONOMDONESIA,

n Cap Jabata

NGKAP

NESIA

ATIF TENT

penempatann

MI KREATIF

an)

TANG

nya

608

CONTOH 1B

FORMAT PERATURAN MENTERI

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ..............

TENTANG

.................................................................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ..........................................................................................; b. dan seterusnya; Mengingat : 1. ....................................................................................................; 2. dan seterusnya;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG .......................................................................

BAB I

…………..

Pasal 1 ...............................................................................................................................

BAB II (dan seterusnya)

Pasal ……

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di ............................... pada tanggal ................................

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP

Diundangkan di Jakarta pada tanggal ……….......

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

(Tanda Tangan)

NAMA LENGKAP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……… NOMOR …….

609

b. Peraturan Direktur Jenderal atau Pejabat yang setingkat.

Peraturan Direktur Jenderal atau Pejabat yang setingkat dapatditetapkan apabila ada pendelegasian langsung dari peraturanperundang-undangan yang tingkatannya di bawah Undang-Undang.

Format Direktur Jenderal atau Pejabat yang setingkat dapatdilihat pada contoh 1C.

610

CONTOH 1C FORMAT PERATURAN DIRJEN/SETJEN/ITJEN/KEPALA BADAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL ………………………

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110

TELEPON (021) ………., 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ..............

TENTANG

.................................................................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ..........................................................................................; b. dan seterusnya; Mengingat : 1. ....................................................................................................; 2. dan seterusnya;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG .......................................................................

BAB I

…………..

Pasal 1 ...............................................................................................................................

BAB II (dan seterusnya)

Pasal ……

Peraturan Direktur Jenderal/Sekretaris Jenderal/Inspektur Jenderal/Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ............................... pada tanggal ................................

DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR

JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

(NAMA DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS

JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN)

611

c. Pedoman

1) PengertianPedoman adalah naskah dinas yang memuat acuan yangbersifat umum yang perlu dijabarkan ke dalam petunjukoperasional dan penerapannya.

2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPedoman dibuat dalam rangka menindaklanjuti kebijakanyang lebih tinggi dan pengabsahannya ditetapkan oleh Menteriatau pejabat yang berwenang.

3) SusunanTulisan “Lampiran Peraturan, Nomor, Tentang, dan namaPedoman” ditulis dengan huruf kapital yang di letakkan disudut kanan atas tanpa diakhiri tanda baca dengan rata kiri.

a) Kepala

Bagian Kepala Pedoman terdiri dari(1) Tulisan “Pedoman” dicantumkan di tengah atas.(2) Rumusan judul Pedoman ditulis secara simetris

dengan huruf kapital.

b) Batang Tubuh

Bagian batang tubuh Pedoman terdiri dari(1) Pendahuluan yang berisi latar belakang/umum,

maksud dan tujuan, sasaran, asas, ruang lingkup,dan pengertian umum.

(2) Materi Pedoman.(3) Penutup yang terdiri dari hal yang harus diperhatikan,

penjabaran lebih lanjut, dan alamat pembuatPedoman yang ditujukan kepada para pembaca/pengguna atau mereka yang akan menyampaikansaran penyempurnaan.

c) Kaki

Bagian Kaki Pedoman terdiri dari(1) Nama jabatan pejabat yang menandatangani

Pedoman yang ditulis dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda baca koma.

(2) Tanda tangan.(3) Nama lengkap ditulis dengan huruf kapital.

Format Pedoman dan Lampiran Pedoman dapat dilihatpada Contoh 2A dan 2B.

612

CONTOH 2A PEDOMAN

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

NOMOR …………..

TENTANG

PEDOMAN .................................................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ..................................................................................; b. dan seterusnya; Mengingat : 1.…………………………....……………………………………………..; 2. dan seterusnya;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG .....................................................................

Pasal 1

...............................................................................................................................

Pasal 2 ...............................................................................................................................

Pasal .....

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di ............................... pada tanggal ...............................

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP

Diundangkan di Jakarta pada tanggal ……….. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

(Tanda Tangan)

NAMA LENGKAP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……… NOMOR …….

613

CONTOH 2B PEDOMAN

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR ……… TENTANG PEDOMAN …………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang/Umum ………………………………………………………………………………………………………..…… B. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………………………..…… C. Sasaran ………………………………………………………………………………………………………..…… D. Asas ………………………………………………………………………………………………………..…… E. Ruang Lingkup ………………………………………………………………………………………………………..…… F. Pengertian Umum ………………………………………………………………………………………………………..……

BAB II PELAKSANAAN

A. ………………………………………………………………………………………………….....……… B. Dan seterusnya.

BAB III ……………………

A. …………………………………………………………………………………………………...……… B. Dan seterusnya.

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP

614

d. Petunjuk Pelaksanaan/Teknis

1) PengertianPetunjuk Pelaksanaan/Teknis adalah naskah dinas yangmemuat acuan bersifat teknis sebagai petunjuk operasionaldan penerapannya. Petunjuk Pelaksanaan/Teknis dibuatdalam rangka menindaklanjuti kebijakan yang lebih tinggidan pengabsahannya ditetapkan oleh Pejabat Eselon I.

2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPenetapan dan Penandatanganan ditetapkan oleh PejabatEselon I.

3) Susunan

a) KepalaKepala Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiri dari

(1) Kop Kementerian dan Nama Unit Kerja Eselon I.

(2) Tulisan “Petunjuk Pelaksanaan/Teknis” dicantumkandi tengah atas yang ditulis dengan huruf kapital.

(3) Kata “Nomor” Petunjuk Pelaksanaan/Teknis yangditulis dengan huruf kapital secara simetris.

b) JudulBagian Judul Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiri dari

(1) kata penghubung “tentang”, yang ditulis denganhuruf kapital secara simetris.

(2) rumusan “judul Petunjuk Pelaksanaan/Teknis” dibuatsecara singkat dan mencerminkan isi PetunjukPelaksanaan/Teknis yang ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.

(3) nama “jabatan pejabat” yang menandatangani yangditulis dengan huruf kapital secara simetris yangdiakhiri dengan tanda baca koma (,).

c) Batang TubuhBagian batang tubuh Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiridari

(1) pendahuluan yang berisi antara lain : latar belakang/umum, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup,dasar hukum, dan pengertian umum.

(2) batang tubuh materi petunjuk pelaksanaan, yang

615

dengan jelas menunjukkan urutan tindakan,pengorganisasian, koordinasi, pengendalian, danhal lain yang dipandang perlu untuk dilaksanakan.

d) KakiBagian Kaki Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiri dari

(1) nama “jabatan pejabat” yang menandatanganiPetunjuk Pelaksanaan/Teknis ditulis dengan hurufkapital dan diakhiri dengan tanda baca koma (,).

(2) tanda tangan dan cap jabatan.

(3) nama lengkap pejabat yang menandatangi ditulisdengan huruf kapital.

Format Petunjuk Pelaksanaan/Teknis dapat dilihat padaContoh 3.

616

CONTOH 3 FORMAT PETUNJUK PELAKSANAAN/TEKNIS

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL ………………………

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110

TELEPON (021) ………., 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

PETUNJUK PELAKSANAAN/TEKNIS

NOMOR ...............

TENTANG

.................................................................

DIREKTUR JENDERAL ………………

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang/Umum …………………………………………………………………………………………………….…… B. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………………….……… C. Sasaran …………………………………………………………………………………………………….…… D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………………………………………….………… E. Dasar Hukum …………………………………………………………………………………………………………. F. Pengertian Umum ………………………………………………………………………………………………………….

BAB II ……………………

A. ………………………………………………………………………………………………………… B. Dan seterusnya.

BAB III ……………………

A. ………………………………………………………………………………………………………… B. Dan seterusnya.

BAB IV ………………..

A. ………………………………………………………………………………………………………… B. Dan seterusnya.

Ditetapkan di ....................... pada tanggal ....................... DIREKTUR JENDERAL ………, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP

617

e. Instruksi Menteri

1) PengertianInstruksi Menteri adalah naskah dinas yang memuat perintahberupa petunjuk/arahan tentang pelaksanaan peraturanperundang-undangan atau pelaksanaan kebijakan.

2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPejabat yang berwenang menetapkan dan menandatanganiInstruksi Menteri adalah Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif Republik Indonesia.

3) Susunan

a) KepalaKepala Instruksi Menteri terdiri dari

(1) Kata “Instruksi Menteri dan nama jabatan” yangpenetapan ditulis dengan huruf kapital secarasimetris (menggunakan kop naskah dinas LambangNegara dengan tinta mas).

(2) “nomor dan tahun” Instruksi Menteri ditulis denganhuruf kapital secara simetris.

b) JudulJudul Instruksi Menteri terdiri dari

(1) Kata penghubung “tentang” ditulis dengan hurufkapital secara simetris.

(2) “nama Instruksi Menteri” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.

c) PembukaanPembukaan Instruksi Menteri terdiri dari

(1) Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esaditulis” dengan huruf kapital secara simetris.

(2) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RepublikIndonesia ditulis dengan huruf kapital secarasimetris.

(3) Konsiderans diawali dengan kata “Menimbang”,memuat:

(a) Uraian singkat mengenai pokok pikiran yangmenjadi pertimbangan dan alasan penyusunanInstruksi Menteri.

618

(b) Konsiderans memuat uraian singkat mengenaipokok-pokok pikiran yang menjadi latarbelakang dan alasan pembuatan InstruksiMenteri.

(c) Pokok-pokok pikiran pada konsiderans memuatunsur filosofis, yuridis, dan sosiologis yangmenjadi latar belakang pembuatannya.

(4) Dasar Hukum diawali dengan kata Mengingat,memuat:

(a) Dasar kewenangan penyusunan InstruksiMenteri.

(b) Peraturan perundang-undangan yang diguna-kan sebagai dasar hukum hanya peraturanperundang-undangan yang tingkatannya samaatau lebih tinggi.

(c) Dasar Hukum yang bukan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945tidak perlu mencantumkan pasal, tetapimencantumkan jenis dan nama peraturanperundang-undangan tanpa mencantumkanfrasa Republik Indonesia.

(d) Jika dasar hukum memuat lebih dari satuperaturan perundang-undangan, tiap dasarhukum diawali dengan angka arab yaitu 1, 2,3 dan seterusnya dan diakhiri dengan tandabaca titik koma.

(5) Diktum terdiri atas

(a) Kata “Menginstruksikan” ditulis dengan hurufkapital tanpa spasi diantara suku kata dandiakhiri dengan tanda baca titik dua sertadiletakan di tengah marjin.

(b) Kata “Kepada” ditulis disebelah kiri dan diawalidengan huruf kapital serta diikuti nama jabatanpegawai.

d) Batang Tubuh

Batang tubuh Instruksi Menteri memuat substansiInstruksi Menteri yang dirumuskan dalam Diktum, yaituKesatu, Kedua, Ketiga dan seterusnya.

619

e) PenutupPenutup Instruksi Menteri ditulis di bagian kanan bawahyang terdiri atas:

(1) tempat (kota sesuai dengan alamat penandatangan)dan tanggal pengeluaran Instruksi Menteri;

(2) “jabatan menteri” ditulis dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda koma;

(3) tanda tangan menteri;

(4) “nama lengkap menteri” ditulis dengan huruf kapital;dan

(5) “cap jabatan menteri” di sebelah kiri tanda tanganyang melewati sebagian tanda tangan.

f) Lampiran (jika diperlukan).

4) Naskah Instruksi Menteri diketik dengan huruf BookmanOld Style, dengan huruf 12, diatas kertas F4.

5) Distribusi dan TembusanInstruksi Menteri yang telah ditetapkan didistribusikan kepadayang berkepentingan

6) Hal yang Perlu Diperhatikan

a) Instruksi Menteri merupakan perintah.

b) Instruksi Menteri merupakan pelaksanaan peraturanperundang-undangan atau pelaksanaan kebijakan pokok.

c) Wewenang penetapan dan penandatangan InstruksiMenteri tidak dapat dilimpahkan kepada pejabat lain.

d) Naskah asli dan salinan Instruksi Menteri harus diparafoleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif;

e) Naskah asli dan salinan Instruksi Menteri yang sudahdiparaf disimpan oleh Biro Hukum dan Kepegawaian.

Format Instruksi Menteri dapat dilihat pada Contoh 4.

620

Menim

Mengi

Kepad

Untuk

KESAT

KEDU KETIG

dan s

INSTR

mbang

ngat

da

k

TU

A

GA

seterusnya.

M

RUKSI MENT

MENTERI PA

: a. b b. d

: 1. .. 2. d

: 1. …2. …3. …

: ........

: ........

: ........

FORM

MENTERI PA

TERI PARIWI

............

DENGAN R

ARIWISATA

bahwa ..........dan seterusny

.....................dan seterusny

………………………………………………

.....................

.....................

.....................

CONMAT INST

ARIWISATA REPUBLIK

ISATA DAN E

NOMOR

TENT

....................

RAHMAT TU

DAN EKONO

.....................ya;

....................ya;

MENGINST

…………….;…………….;…………….;

....................

....................

....................

Dikeluapada ta

NTOH 4 TRUKSI M

DAN EKONOINDONESIA

EKONOMI KR

R ............

TANG

....................

UHAN YANG

OMI KREATIF

.....................

....................

TRUKSIKAN:

....................

....................

....................

arkan.............anggal ..........

MENTERI PA

(Tan

MENTERI

OMI KREATIA

REATIF REP

..............

MAHA ESA

F REPUBLIK

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.................

....................

ARIWISATA REPUBLIK

nda Tangan d

NAMA L

F

PUBLIK INDO

K INDONESIA

..............;

...............;

.........

.........

.........

..

DAN EKONOINDONESIA,

dan Cap Jaba

LENGKAP

ONESIA

A,

OMI KREATIF,

atan)

F

621

f. Surat Edaran

1) PengertianSurat Edaran adalah naskah dinas yang memuatpemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap pentingdan mendesak.

2) Wewenang Penetapan dan PenandatangananKewenangan untuk menetapkan dan menandatangani SuratEdaran adalah Menteri. Menteri dapat melimpahkankewenangan kepada pejabat di bawahnya atau pejabatyang ditunjuk sesuai dengan substansi Surat Edaran.

3) Susunan

a) KepalaKepala Surat Edaran terdiri dari

(1) kop naskah dinas, dengan menggunakan LambangNegara dan nama jabatan Menteri atau namaKementerian yang ditulis dengan huruf kapital secarasimetris.

(2) kata “Yth.” diikuti oleh nama pejabat yang dikirimiSurat Edaran.

(3) tulisan “Surat Edaran” dicantumkan di bawahLambang Negara/kop Kementerian yang ditulisdengan huruf kapital serta nomor Surat Edaran dibawahnya secara simetris.

b) JudulJudul Surat Edaran terdiri dari

(1) Kata “Tentang” dicantumkan di bawah kata SuratEdaran ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

(2) Rumusan “Judul Surat Edaran” ditulis dengan hurufkapital secara simetris di bawah kata tentang.

c) Batang TubuhBatang tubuh Surat Edaran terdiri dari

(1) alasan tentang perlunya dibuat Surat Edaran.

(2) peraturan perundang-undangan yang menjadi dasarpembuatan Surat Edaran.

(3) Pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggapmendesak.

622

d) PenutupPenutup Surat Edaran di sebelah kanan bawah terdiridari

(1) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan.

(2) nama jabatan yang menetapkan yang ditulis denganhuruf kapital, diakhiri dengan tanda baca koma.

(3) tanda tangan.

(4) nama lengkap pejabat yang ditulis dengan hurufkapital beserta NIP, kecuali Menteri.

(5) cap dinas di sebelah kiri tanda tangan, yang melewatisebagian tanda tangan.

4) DistribusiSurat Edaran didistribusikan kepada pejabat dan pihak terkaitlainnya.

Format Surat Edaran dapat dilihat pada Contoh 5A danContoh 5B.

623

Yth.

A. Umum....................

B. Maksu....................

C. Ruang....................

D. Dasar....................

E. dan se

Tembusan:1. ..........2. ..........3. dan se

ME

1. ................2. ................3. dan seteru

m ..........................................

ud dan Tujua..........................................

g Lingkup ..........................................r ..........................................eterusnya

: ..........................................eterusnya

(DITA

ME

ENTERI PAR

.............

............. usnya

..

....................

....................

n ........................................

....................

....................

....................

....................

..........

..........

FORANDATAN

ENTERI PARIRE

RIWISATA DA

NO

.....................

....................

....................

....................

....................

....................

....................

....................

....................

CONTRMAT SUNGANI OL

IWISATA DAEPUBLIK IND

AN EKONOM

SURAT EDOMOR ... T

TENTAN

....(Huruf Kap

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

Ditetapkan dpada tangga

MENTERI PA (Tanda Tang

NAM

TOH 5A URAT EDALEH PEJA

AN EKONOMDONESIA

MI KREATIF R

DARAN TAHUN ...

NG

pital).............

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

di ..................al ..................

ARIWISATA REPUBLIK

gan dan Cap

MA LENGKA

ARAN ABAT NE

I KREATIF

REPUBLIK IN

..............

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

........

.........

DAN EKONOK INDONESIA

Jabatan)

AP

EGARA)

NDONESIA

....................

....................

....................

....................

....................

....................

....................

....................

OMI KREATIA,

...

...

...

...

...

...

..

..

F

624

CONTOH 5B FORMAT SURAT EDARAN

(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

SEKRETARIS JENDERAL

Yth. 1. ............................ 2. ............................ 3. dan seterusnya

SURAT EDARAN NOMOR ...……...

TENTANG

..........................(Huruf Kapital)...........................

A. Umum .......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................

B. Maksud dan Tujuan .......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................

C. Ruang Lingkup .......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................

D. Dasar ......................................................................................................................................................... .........................................................................................................................................................

E. dan seterusnya

Ditetapkan di .............................. pada tanggal .............................. NAMA JABATAN, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP NIP

Tembusan: 1. ........................................ 2. ........................................ 3. dan seterusnya

625

2. Naskah Dinas PenetapanJenis naskah dinas penetapan hanya ada satu macam, yaitu KeputusanMenteri.

a. Pengertian

Keputusan Menteri adalah naskah dinas yang memuat kebijakanyang bersifat menetapkan, tidak bersifat mengatur, dan merupakanpelaksanaan kegiatan,yang digunakan untuk:

1) menetapkan/mengubah status kepegawaian/personil/keanggotaan/material/peristiwa;

2) menetapkan/mengubah/membubarkan suatu kepanitiaan/tim;

3) menetapkan pelimpahan wewenang;

4) pendelegasian wewenang; atau

5) pemberian kuasa.

b. Wewenang Penetapan dan PenandatangananPejabat yang berwenang menetapkan dan menandatanganiKeputusan Menteri adalah Menteri atau Pejabat atas nama(a.n.) Menteri.

c. Susunan

1) KepalaKepala Keputusan Menteri terdiri dari

a) tulisan “Keputusan Menteri dan nama jabatan” yangmenetapkan ditulis dengan huruf kapital secara simetris(menggunakan kop naskah dinas dengan gambarLambang Negara dengan tinta mas).

b) Tulisan “nomor dan tahun Keputusan Menteri” ditulisdengan huruf kapital secara simetris.

2) JudulJudul Keputusan Menteri terdiri dari

a) kata penghubung “Tentang” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris;dan

b) tulisan “nama Keputusan Menteri” ditulis dengan hurufkapital secara simetris.

626

3) Pembukaan

a) Isi pembukaan:

(1) frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

(2) frasa “Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifRepublik Indonesia” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.

(3) konsiderans diawali dengan kata “Menimbang”,memuat uraian singkat mengenai pokok pikiranyang menjadi pertimbangan dan alasan penyusunanKeputusan Menteri.

(4) dasar hukum diawali dengan kata “Mengingat”,memuat:

(a) dasar kewenangan penyusunan KeputusanMenteri.

(b) peraturan perundang-undangan yangmemerintahkan penyusunan KeputusanMenteri.

(5) diktum terdiri dari

(a) kata “Memutuskan” seluruhnya dengan hurufkapital tanpa spasi diantara suku kata dandiakhir tanda baca titik dua serta diletakan ditengah marjin.

(b) kata “Menetapkan” ditulis dengan huruf awalkapital.

(c) nama Keputusan Menteri yang tercantum dalamjudul, dicantumkan lagi setelah kataMenetapkan tanpa frasa “Republik Indonesia”,serta ditulis seluruhnya dengan huruf kapitaldan diakhiri dengan tanda baca titik.

4) Batang TubuhBatang tubuh Keputusan Menteri memuat semua materimuatan Keputusan Menteri yang dirumuskan dalam beberapapasal atau diktum.Materi muatan Keputusan Menteri terdiri dari:a) materi pokok yang diatur; danb) ketentuan penutup yang memuat:

627

(1) penunjukan organ atau alat kelengkapan yangmelaksanakan Keputusan Menteri;

(2) nama singkat Keputusan Menteri;(3) status Keputusan Menteri; dan(4) saat mulai berlaku Keputusan Menteri.

5) Lampiran (jika diperlukan).

6) PenutupPenutup Keputusan Menteri terdiri dari:a) tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;b) nama jabatan;c) tanda tangan pejabat dan cap jabatan; dand) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis

huruf kapital.

d. Pengabsahan

1) Pengabsahan merupakan unsur suatu pernyataan bahwasebelum digandakan dan didistribusikan dengan sah suatuKeputusan Menteri telah dicatat dan diteliti sehingga dapatdiumumkan oleh pejabat yang bertanggung jawab sesuaidengan substansi Keputusan Menteri.

2) Pengabsahan umum dicantumkan di bawah ruang tandatangan, sebelah kiri bawah yang terdiri dari kata Salinansesuai dengan aslinya, nama jabatan, tanda tangan, namalengkap pejabat penanda tangan, yang ditulis dengan hurufawal kapital.

e. Naskah Keputusan Menteri diketik dengan huruf Bookman OldStyle, dengan huruf 12, diatas kertas F4.

f. DistribusiKeputusan Menteri yang telah ditetapkan didistribusikan kepadayang berkepentingan.

g. Hal yang Perlu DiperhatikanNaskah asli dan salinan Keputusan Menteri yang diparaf harusdisimpan sebagai pertinggal/arsip.

Format Keputusan Menteri dapat dilihat pada Contoh 6A, Contoh 6B,Contoh 6C, dan Contoh 6D.

Format Keputusan Menteri khususnya yang berkenaan denganadministrasi kepegawaian mengacu kepada Peraturan Kepala BadanKepegawaian Negara.

628

Menimbang

Mengingat

Menetapka

KEPUTU

M

g : ab

: 12

an : K.

(DITA

M

USAN MENT

MENTERI PAR

a. bahwa ......b. bahwa ......

1. .................2. .................

KEPUTUSAN....................

FOANDATAN

MENTERI PARR

ERI PARIWIS

...................

DENGAN RA

RIWISATA D

.....................

.....................

....................

....................

N MENTE....................

CONTORMAT KNGANI OL

RIWISATA DREPUBLIK IN

SATA DAN E

NOMOR …

TENTA

.......(Huruf K

AHMAT TUH

DAN EKONOM

.....................

.....................

.....................

.....................

MEMU

RI PARIW.....................

Pasa.......

Pasa.....

Pasal......

Ditetapkpada tan

MENTE

(Ta

TOH 6A KEPUTUSLEH PEJA

DAN EKONOMNDONESIA

EKONOMI KR

........…….

ANG

apital)...........

HAN YANG M

MI KREATIF

....................

....................

.....................

.....................

UTUSKAN:

WISATA D.....................

al 1 ....

al 2 ...

l dst ...

kan di ...........nggal ...........

RI PARIWISAREPU

anda Tangan

NAMA

SAN ABAT NE

MI KREATIF

REATIF REPU

.................

MAHA ESA

REPUBLIK I

....................

....................

.....................

.....................

DAN EKO.....

..............

...............

ATA DAN EKUBLIK INDON

danCap Jab

A LENGKAP

EGARA)

UBLIK INDON

NDONESIA,

.........;

.........;

........;

........;

ONOMI KR

KONOMI KRENESIA,

atan)

NESIA

REATIF T

EATIF

TENTANG

629

CONTOH 6B FORMAT KEPUTUSAN

(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)

Qa

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

NOMOR …........…….

TENTANG

..........................(Huruf Kapital)...........................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ....................................................................................................;

b. bahwa ………………………………………………........................................; Mengingat : 1. ...............................................................................................................;

2. ...............................................................................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG ......................................................................................

Pasal 1 ...........

Pasal 2

........

Pasal dst .........

Ditetapkan di .............................. pada tanggal ..............................

a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA, Wakil Menteri, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP

630

CONTOH 6C FORMAT KEPUTUSAN

(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

NOMOR …........…….

TENTANG

..........................(Huruf Kapital)...........................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ....................................................................................................;

b. bahwa ………………………………………………….....................................; Mengingat : 1. ...............................................................................................................;

2. ...............................................................................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG ......................................................................................

Pasal 1 ...........

Pasal 2

........

Pasal dst .........

Ditetapkan di .............................. pada tanggal ..............................

a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA, Sekretaris Jenderal, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP

631

CONTOH 6D FORMAT SALINAN KEPUTUSAN MENTERI

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

NOMOR …........…….

TENTANG

..........................(Huruf Kapital)...........................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ...............................................................................................; b. bahwa …………………………………………………...................................;

Mengingat : 1. .........................................................................................................;

2. .........................................................................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG ......................................................................................

Pasal 1 ...........

Pasal 2

........

Pasal dst .........

Ditetapkan di .............................. pada tanggal .............................. a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA, Sekretaris Jenderal

u.b. Kepala Biro .......................

(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)

NAMA LENGKAP

Salinan sesuai dengan aslinya Nama Jabatan, (Tanda Tangan) Nama Lengkap

632

3. Naskah Dinas Penugasan

a. PengertianNaskah Dinas Penugasan adalah Surat Perintah/Surat Tugasyang dibuat oleh atasan atau pejabat yang berwenang kepadabawahan untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh pegawai untukmelaksanakan suatu tugas kedinasan.

b. Wewenang Pembuatan dan Penanda TanganSurat Perintah/Surat Tugas dibuat dan ditandatangani oleh pejabatyang berwenang berdasarkan lingkup tugas, wewenang, dantanggung jawab.

c. Susunan

1) JudulKepala Surat Perintah/Surat Tugas terdiri daria) kop naskah dinas dengan nama Kementerian yang

ditulis dengan huruf kapital secara simetris.b) kata Surat Perintah/Surat Tugas yang ditulis dengan

huruf kapital secara simetris.c) nomor berada di bawah tulisan Surat Perintah/Surat

Tugas.

2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Perintah/Surat Tugas terdiri dari

a) konsiderans meliputi pertimbangan dan/atau dasarpertimbangan yang memuat alasan ditetapkannya SuratPerintah/Surat Tugas, dasar memuat ketentuan yangdijadikan landasan ditetapkannya Surat Perintah/SuratTugas tersebut.

b) diktum dimulai dengan kata memberi perintah/memberitugas yang ditulis dengan huruf kapital, dicantumkansecara simetris diikuti kata kepada di tepi kiri sertanama dan jabatan pegawai yang mendapat tugas.

Di bawah kata kepada ditulis kata untuk disertai tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

3) PenutupPenutup Surat Perintah/Surat Tugas terdiri daria) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan.

633

b) nama jabatan pejabat yang menandatangani surat itu,yang ditulis dengan huruf awal kapital pada setiapawal unsurnya, dan diakhiri dengan tanda baca koma.

c) tanda tangan pejabat yang memberi tugas.

d) Nama lengkap pejabat yang menandatangani SuratPerintah/Surat Tugas yang ditulis dengan huruf awalkapital pada setiap awal unsurnya serta di bawah namadicantumkan NIP.

e) cap dinas di sebelah kiri tanda tangan yang melewatisebagian tanda tangan.

d. Distribusi dan Tembusan

1) Surat Perintah/Surat Tugas disampaikan kepada yangmendapat tugas.

2) Tembusan disampaikan kepada pejabat/instansi yang terkait.

e. Hal yang Perlu Diperhatikan

1) Konsiderans memuat pertimbangan atau dasar.

2) Jika tugas merupakan tugas kolektif, daftar pegawai yangditugasi dimasukkan ke dalam lampiran yang terdiri darikolom nomor urut, nama, pangkat, NIP, jabatan, danketerangan.

3) Pada dasarnya, Surat Perintah/Surat Tugas ditetapkan olehatasan pegawai yang mendapatkan tugas, kecuali karenapertimbangan tertentu pejabat tersebut diberi wewenangtertulis untuk menetapkan surat perintah/surat tugas untukdiri sendiri.

4) Surat Perintah/Surat Tugas tidak berlaku lagi setelah tugasyang termuat selesai dilaksanakan.

Format Surat Perintah/Surat Tugas dapat dilihat padaContoh 7A dan Contoh 7B.

634

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

SURAT PERINTAH NOMOR ... TAHUN ...

Menimbang : a. bahwa ..................................................................................................; b. bahwa ..................................................................................................; Dasar : 1. .............................................................................................................; 2. .............................................................................................................;

Memberi Perintah:

Kepada : 1. .............................................................................................................; 2. .............................................................................................................; 3. .............................................................................................................; 4. dan seterusnya Untuk : 1. .............................................................................................................; 2. .............................................................................................................; 3. .............................................................................................................; 4. dan seterusnya

Nama Tempat, Tanggal, Bulan, dan Tahun Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi)

Nama Lengkap NIP

CONTOH 7AFORMAT SURAT PERINTAH

635

CONTOH 7B FORMAT SURAT TUGAS

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

SURAT TUGAS

NOMOR ... TAHUN ...

Menimbang : a. bahwa ................................................................................................; b. bahwa ................................................................................................; Dasar : 1. ...........................................................................................................; 2. ...........................................................................................................;

Memberi Tugas:

Kepada : 1. ...........................................................................................................; 2. ...........................................................................................................; 3. ...........................................................................................................; 4. dan seterusnya Untuk : 1. ...........................................................................................................; 2. ...........................................................................................................; 3. ...........................................................................................................; 4. dan seterusnya

Nama Tempat, Tanggal, Bulan, dan Tahun Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi)

Nama Lengkap NIP

636

B. Naskah Dinas Korespondensi

1. Naskah Dinas Korespondensi Intern

a. Nota Dinas

1) PengertianNota Dinas adalah naskah dinas intern yang dibuat olehpejabat dalam melaksanakan tugas guna menyampaikanlaporan, pemberitahuan, pernyataan, atau penyampaiankepada pejabat lain. Nota Dinas memuat hal yang bersifatrutin yang berupa catatan ringkas yang tidak memerlukanpenjelasan yang panjang dan dapat langsung dijawab dengandisposisi oleh pejabat yang dituju.

2) Wewenang Pembuatan dan PenandatangananNota Dinas dibuat oleh pejabat dalam lingkungan Kementeriansesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

3) Susunan

a) Kepala

Kepala Nota Dinas terdiri dari

(1) Kop naskah dinas dengan tulisan “KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif” dengan huruf kapitalsecara simetris di tengah atas;

(2) kata ”Nota Dinas” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;

(3) kata “Nomor” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;

(4) kata “Yth.” ditulis dengan huruf awal kapital diikutidengan tanda baca titik;

(5) kata “Dari” ditulis dengan huruf awal kapital;

(6) kata “Hal” ditulis dengan huruf awal kapital;dan

(7) kata “Tanggal” ditulis dengan huruf awal kapital.

b) Batang TubuhBatang tubuh Nota Dinas terdiri dari alinea pembuka,isi, dan kaki yang singkat, padat, dan jelas.

c) KakiKaki Nota Dinas terdiri dari:

(1) tanda tangan;

637

(2) “nama lengkap” ditulis dengan huruf awal kapitaldan NIP dibawahnya, tidak dibubuhi cap dinas;dan

(3) tembusan di sebelah kiri bawah.

4) Hal Yang Perlu Diperhatikan

a) Nota Dinas tidak dibubuhi cap dinas.

b) Tembusan Nota Dinas berlaku di lingkungan intern.

c) Nota Dinas berlaku internal (tingkat Eselon I).

d) Penomoran Nota Dinas dilakukan di unit kerja pembuatsurat (desentralisasi) dengan mencantumkan nomornaskah dinas, kode Nota Dinas, kode jabatan penandatangan, kode subunit kerja, bulan, dan tahun pembuatan.

Format Nota Dinas dapat dilihat pada Contoh 8

Tahun Pembuatan

Bulan pembuatan

Kode Jenis NaskahDinas

Kode JabatanPenandatangan

Nomor UrutPembukuan

Contoh: 34/ND/RT/ Ro. Umum/III/2012

638

CONTOH 8 FORMAT NOTA DINAS

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

NOTA DINAS NOMOR ... /.../.../.../Bulan/Tahun

Yth. : .................................................

Dari : .................................................

Hal : .................................................

Tanggal : .................................................

.................................................................................................................................. ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ .................................................................................................................................. ............................................................................................................................................ .................................................................................................................................. ...................................... (Tanda Tangan) Nama Lengkap NIP

Tembusan: 1. ........................ 2. ....................... 3. dan seterusnya

639

b. Memorandum

1) PengertianMemorandum adalah naskah dinas intern yang bersifatmengingatkan suatu masalah, menyampaikan arahan, peringatan,saran, dan pendapat kedinasan.

2) Wewenang Pembuatan dan PenandatangananMemorandum dibuat oleh pejabat dalam lingkungan Kementeriansesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

3) Susunan

a) JudulJudul Memorandum terdiri dari:

(1) kop naskah dinas ditandatangani Menteri denganmenggunakan Lambang Negara, sedangkanMemorandum yang ditandatangani selain Menterimenggunakan kop Kementerian;

(2) kata “Memorandum” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;

(3) kata “Nomor” ditulis di bawah kata Memorandum denganhuruf kapital;

(4) kata “Yth.” ditulis dengan huruf awal kapital;

(5) kata “Dari” ditulis dengan huruf awal kapital;

(6) kata “Hal” ditulis dengan huruf awal kapital;dan

(7) kata “Tanggal” ditulis dengan huruf awal kapital.

b) Batang TubuhBatang tubuh Memorandum terdiri alinea pembuka, alineaisi, dan alinea kaki dengan singkat, padat, dan jelas.

c) PenutupPenutup Memorandum terdiri dari:

(1) tanda tangan;

(2) nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital,tidak dibubuhi cap dinas;dan

(3) tembusan di sebelah kiri bawah.

d) Hal yang Perlu Diperhatikan

(1) Memorandum tidak dibubuhi cap dinas.

640

(2) Tembusan Memorandum berlaku di lingkunganKementerian.

(3) Penomoran Memorandum dilakukan di unit kerjapembuat surat (desentralisasi) dengan mencantumkannomor Memorandum, kode naskah dinas, kode jabatanpenanda tangan, kode unit kerja, bulan, dan tahunpembuatan.

Format Memorandum dapat dilihat pada Contoh 9A dan Contoh 9B.

Contoh: 15/Memo/Kabag/Kabid/Kasubdit.../Ro.II/III/2012

Nomor UrutPembukuan

Kode JenisNaskah Dinas

Kode JabatanPenanda Tangan

Kode Unit Kerja

Bulan danTahunPembuatan

641

Yth.

Dari

Hal

Tanggal

............................. ............... ...............

Tembusa1. ....2. da

ME

: ...........

: ...........

: ...........

: ...........

..............................................................

.........................................

.........................................

an: .................... n seterusnya

(DITA

ME

ENTERI PAR

....................

....................

....................

....................

............................................................

........................................

........................

a

FOANDATAN

ENTERI PARR

RIWISATA DA

NOM

..................

..................

..................

..................

............................................................

........................................

....................

CONTRMAT ME

NGANI OL

RIWISATA DAREPUBLIK IN

AN EKONOM

MEMORAMOR... /... /... /

.....................

....................

....................

.....................

....................

.....................

MENT

(Tand

NAMA

TOH 9A EMORANLEH PEJA

AN EKONOMNDONESIA

MI KREATIF R

ANDUM /Bulan/Tahu

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

.....................

TERI PARIW REPU

da Tangan)

A LENGKAP

NDUM ABAT NE

MI KREATIF

REPUBLIK I

n

..............................................................

.........................................

....................

WISATA DAN BLIK INDON

EGARA)

NDONESIA

........ ....... .......

........ .......

.......

EKONOMI KNESIA,

KREATIF

642

CONTOH 9B FORMAT MEMORANDUM

(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110

TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

MEMORANDUM NOMOR ..... /..... /..... /Bulan/Tahun

Yth. : .................................................

Dari : .................................................

Hal : .................................................

Tanggal : .................................................

................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ...................................... (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP

Tembusan: 1. ........................ 2. dan seterusnya

643

2. Naskah Dinas Korespondensi EksternJenis naskah dinas Korespondensi Ekstern hanya ada satu macam,yaitu SuratDinas.

a. PengertianSurat Dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabatdalam menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan,pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas, atau barangkepada pihak lain di luar Kementerian.

b. Wewenang PenandatanganSurat Dinas ditandatangani oleh Menteri atau Pejabat Eselon Idan Pejabat Eselon II sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang,dan tanggung jawabnya.

c. Susunan

(1) KepalaKepala Surat Dinas terdiri dari:

a) Kop Surat Dinas berisi Lambang Negara bertuliskanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diletakkan disebelah kiri atas, sedangkan kop Kementerian ditulissecara simetris;

b) kata “nomor, sifat, lampiran, dan hal” ditulis denganhuruf awal kapital disebelah kiri, di bawah kop Menteri/kop Kementerian;

c) kata “tanggal, bulan, dan tahun” pembuatan surat ditulisdi sebelah kanan atas sejajar dengan nomor;dan

d) kata “Yth.” ditulis di bawah hal diikuti dengan namajabatan dan alamat yang dituju.

(2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Dinas terdiri alinea pembuka, isi, dankaki.

(3) KakiKaki Surat Dinas terdiri dari:a) kata “nama jabatan” ditulis dengan huruf awal kapital,

diakhiri tanda baca koma;b) tanda tangan pejabat;c) nama lengkap penanda tangan ditulis dengan huruf

awal kapital dan NIP di bawahnya, kecuali Menteri;

644

d) cap dinas;dane) tembusan tidak menggunakan Yth.

(4) DistribusiSurat Dinas disampaikan kepada penerima yang berhak.

(5) Hal yang Perlu Diperhatikan

a) Kop Surat Dinas hanya digunakan pada halamanpertama.

b) Apabila Surat Dinas disertai “lampiran”, pada kolomlampiran dicantumkan jumlahnya.

c) “Hal” berisi pokok surat sesingkat mungkin, ditulis denganhuruf awal kapital pada setiap unsurnya, tanpa diakhiritanda baca.

d) “Penomoran Surat Dinas” untuk kantor pusat dilakukansecara sentralisasi di Biro Umum, sedangkan UPT diTata Usaha masing-masing unit kerja.

Format Surat Dinas dapat dilihat pada Contoh 10A, Contoh 10B,Contoh 10C, dan Contoh 10D.

645

Nomor Sifat LampiraHal

Yth. ............................. ........................ ........................ ............ Tembus1. ...2. ...3. da

: ...../ ...:

an : :

.............................................................

........................................................

........................................................

................

....................

san: ..........................................an seterusny

(DITA

M

../ ...../MPEK/

............. ............. .............

.....................

....................

....................

.....................

....................

....................

.....................

....................

..

.. ya

Te

FOANDATAN

MENTERI PARR

/20...

...(Alinea Pem

.....................

.....................

.....(Alinea Isi

.....................

.....................

....(Alinea Ka

.....................

Jalan Meelepon (021) 3

CONTORMAT SNGANI OL

RIWISATA DREPUBLIK IN

mbuka) ..................................................

i) ............................................................

ki) .....................................

erdeka Barat 3838456, 383

TOH 10ASURAT DILEH PEJA

DAN EKONONDONESIA

.............................................................

....................

....................

....................

.........................................

Ment

(Tand

Nam

Nomor 17, Ja38102; Faksi

NAS ABAT NE

MI KREATIF

.............................................................

....................

....................

....................

.........................................

teri Pariwisata

da Tangan da

a Lengkap

akarta 10110mile (021) 38

EGARA)

F

(

........... ........ ........

..........

........

........

.......... ........

a dan Ekonom

an Cap Jaba

0 848245

(Tgl., Bln., Th

mi Kreatif,

tan)

hn.)

646

CONTOH 10B FORMAT SURAT DINAS

(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

Nomor : ..../ ..../ .../ .../KPEK/... (Tgl., Bln., Thn.) Sifat : Lampiran : Hal :

Yth. ...................................... ............................................. ............................................. .......................................(Alinea Pembuka) ......................................................... ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... .........................................(Alinea Isi) .................................................................. ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... ........................................(Alinea Kaki) ................................................................ ........................................................................................................................................... Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya

647

CONTOH 10C FORMAT SURAT DINAS

(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110

TELEPON (021) 3838428, 3838413; FAKSIMILE (021) 3868522, 3860926

Nomor : .../ ..../ ..../ .../KPEK/... (Tgl., Bln., Thn.) Sifat : Lampiran : Hal :

Yth. ...................................... ............................................. ............................................. ....................................(Alinea Pembuka) ............................................................. ............................................................................................................................................ ……..................................................................................................................................... ...........................................(Alinea Isi) ................................................................. ……..................................................................................................................................... ……..................................................................................................................................... .....................................(Alinea Kaki) ................................................................... ……..................................................................................................................................... Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya

648

CONTOH 10D FORMAT SURAT DINAS

(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG

JALAN DR.SETIABUDI NOMOR 186, BANDUNG 40141

TELEPON (022) 2011456, 2013455; FAKSIMILE (022) 2012097

Nomor : (Tgl., Bln.,Thn.) Sifat : Lampiran : Hal :

Yth. ...................................... ............................................. ............................................. .......................................(Alinea Pembuka) ............................................................ .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .........................................(Alinea Isi) ..................................................................... .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. ........................................(Alinea Kaki) ................................................................... .............................................................................................................................................. Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP

Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya

649

3. Surat Undangan

a. PengertianSurat Undangan adalah surat dinas yang memuat undangankepada pejabat/pegawai atau pihak lain yang tersebut padaalamat tujuan untuk menghadiri suatu acara kedinasan tertentu,misalnya, rapat, upacara, dan pertemuan.

b. KewenanganSurat Undangan ditandatangani oleh pejabat sesuai dengantugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya.

1) Kewenangan mengundang pejabat di luar Kementeriandilakukan oleh pejabat yang berwenang.

2) Kewenangan mengundang pejabat di lingkungan internalKementerian pada pimpinan unit kerja yang mengundangdan dapat didelegasikan kepada pejabat ketatausahaanmasing-masing.

c. Susunan

1) KepalaKepala Surat Undangan terdiri dari:

a) Kop “Surat Undangan”bertuliskan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif yang ditulis denganhuruf kapital secara simetris;

b) kata “Nomor, Sifat, Lampiran, dan Hal” ditulis di sebelahkiri di bawah kop Kementerian;

c) kata “tanggal,bulan, dan tahun pembuatan” di sebelahkanan atas sejajar dengan nomor;dan

d) kata “Yth.” ditulis di bawah “Hal” diikuti dengan namayang diundang beserta alamatnya.

2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Undangan terdiri dari:a) alinea pembuka;b) isi Undangan yang meliputi hari, tanggal, waktu, tempat,

dan acara; danc) alinea kaki.

3) KakiKaki Surat Undangan terdiri dari:

650

a) jabatan pejabat yang mengundang yang ditulis denganhuruf awal kapital, diakhiri dengan tanda baca koma;

b) tanda tangan;

c) nama pejabatyang ditulis dengan huruf awal kapitaldan NIP di bawahnya;

d) cap dinas di sebelah kiri tanda tangan yang melewatisebagian tanda tangan;dan

e) tembusan yang memuat nama jabatan pejabat penerima.

4) Hal yang Perlu Diperhatikan

a) Format Surat Undangan sama dengan Format SuratDinas. Bedanya adalah bahwa pihak yang dikirimi suratpada surat undangan dapat ditulis pada lampiran.

b) Surat Undangan untuk keperluan tertentu dapatberbentuk kartu.

c) Penomoran Surat Undangan untuk kantor pusatdilakukan secara sentralisasi di Biro Umum, sedangkanUPT di tata usaha masing-masing unit kerja.

Format Surat Undangan dapat dilihat pada Contoh 11A,Contoh 11B, dan Contoh 11C.

651

CONTOH 11A FORMAT SURAT UNDANGAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

Nomor : (Tgl., Bln., Thn.) Sifat : Lampiran : Hal : Undangan ...

Yth. ...................................... ............................................. ............................................. ...............................(Alinea Pembuka dan Alinea Isi) ......................................... ...................................................................................................... akan dilaksanakan

pada hari, tanggal : ...................................... waktu : pukul .......................WIB tempat : ...................................... acara : ...................................... ...............................(Alinea Kaki) ........................................................................ ........................................................................................................................................... Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya

652

CONTOH 11B FORMAT LAMPIRAN SURAT UNDANGAN

Lampiran Surat Undangan Nomor : Tanggal :

DAFTAR PEJABAT/PEGAWAI YANG DIUNDANG

1. .................................................................................................................

2. .................................................................................................................

3. .................................................................................................................

4. .................................................................................................................

5. .................................................................................................................

6. .................................................................................................................

7. .................................................................................................................

8. .................................................................................................................

9. .................................................................................................................

10. .................................................................................................................

Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP

653

R

RSVP

Harap hacara ddibawa

Konfirm............

ME

hadir 30 mendimulai dan un

masi: .....................

ME

ENTERI PAR

Mengh

..

hari

it sebelum ndangan

.........

FORM

ENTERI PARR

RIWISATA DA

arapkan den

......................................

.............

...................berte

CONTMAT KAR

RIWISATA DAREPUBLIK IN

AN EKONOM

gan hormat k

pada ac..............................................................

, (tanggal) ...mpat di ........

TOH 11CRTU UNDA

AN EKONOMNDONESIA

MI KREATIF

kehadiran Ba

cara ..............................................................

......., pukul .......................

ANGAN

MI KREATIF

REPUBLIK I

pak/Ibu/Saud

..................

.............. ........

.............. WIB

.. .

PakaianLaki-lakiPerempua

TNI/Polri

NDONESIA

dara

B

: : .

an : .

: .........

....................

....................

............

654

C. Naskah Dinas Khusus

1. Naskah Perjanjian

a. PengertianNaskah Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatanbersama tentang objek yang mengikat antarkedua belah pihakatau lebih untuk melaksanakan tindakan atau perbuatan hukumyang telah disepakati bersama.

b. Lingkup PerjanjianLingkup Perjanjian meliputi Perjanjian Dalam Negeri dan PerjanjianInternasional (bilateral, regional, dan multilateral).

1) Perjanjian Dalam NegeriKerja sama antar instansi pemerintah, baik di pusat maupundaerah, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan swastayang dibuat dalam bentuk Kesepakatan Bersama danPerjanjian Kerja Sama.

2) Perjanjian InternasionalPerjanjian Internasional (bilateral, regional, dan multilateral)dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkanhubungan dan kerja sama antarnegara. Hubungan dankerja sama antar negara dapat dilakukan atas prakarsa dariinstansi pemerintah, baik pusat maupun daerah sertaperwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Dalam melaksanakan kerja samabaik antara pemerintah (RepublikIndonesia dan luar negeri) maupun antar instansi pemerintah(dalam negeri) dimungkinkan adanya penyusunan PernyataanKehendak atau Surat Minat (letter of intent). Pernyataan Kehendakatau Surat Minat tersebut dimaksudkan sebagai langkah awaldalam upaya saling menjajaki peluang yang ada dalam upayapencapaian tujuan yang dikehendaki kedua belah pihak.

Dalam penyusunan Pernyataan Kehendak atau Surat Minattersebut, belum mempunyai keterikatan hukum apapun darikedua belah pihak.

Keterikatan hukum baru terjadi pada tahap ditandatangani NotaKesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding).

Nota Kesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding)akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama atauagreement.

655

c. Letak Penandatanganan Kesepakatan Bersama dan PerjanjianKerja Sama

1) Setiap Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samapemerintah didasarkan atas dasar asas kesetaraan(resiprokal).

2) Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samaantarinstansi pemerintah (kementerian dengan instansipemerintah lainnya) yang ditandatangani Menterimenggunakan kop garuda. Kedua belah pihak menandatanganidua naskah asli yang masing-masing naskah KesepakatanBersama dan Perjanjian Kerja Sama menggunakan satumeterai.Satu meterai ditempelkan ditempat yang akanditandatangani oleh Pihak Pertama, dan satu meterai lagiditempelkan ditempat yang akan ditandatangani oleh PihakKedua.

Untuk naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSama yang ditempeli meterai, penandatangan harusmelakukan di atas meterai.

3) Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samaantara kementerian dan swasta yang ditandatangani Menterimenggunakan logo Kementerian atau dapat juga tanpalogo (kertas tanpa kop). Kedua belah pihak menandatanganidua naskah asli yang masing-masing naskah KesepakatanBersama dan Perjanjian Kerja Sama menggunakan meterai.Satu meterai ditempel di tempat yang akan ditandatanganioleh Pihak Pertama, dan satu meterai lagi ditempel di tempatyang akan ditandatangani oleh Pihak Kedua. Untuk naskahKesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama yangditempeli meterai, penanda tangan harus melakukan diatas meterai.

4) Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSamaantara kementerian dan instansi pemerintah lain dan/atau antara kementerian dan swasta yang ditandatanganibukan oleh Menteri, menggunakan logo Kementerian ataudapat tanpa logo (kertas tanpa kop). Kedua belah pihakmenandatangani 2 (dua) naskah asli yang masing-masingnaskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samamenggunakan meterai. Satu meterai ditempel ditempat yangakan ditandatangani oleh Pihak Pertama, dan satu meterai

656

lagi ditempelkan ditempat yang akan ditandatangani olehPihak Kedua.

Untuk naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSama yang ditempeli meterai, penanda tangan harusmelakukan di atas meterai.

5) Naskah Nota Kesepahaman/MoU (Memorandum ofUnderstanding) dan Perjanjian Kerja Sama/Agreement antarpemerintah (Pemerintah Republik Indonesia denganpemerintah negara lain), baik yang ditandatangani olehPresiden maupun oleh Menteri Luar Negeri menggunakankertas khusus (kertas merah putih) untuk negaraIndonesia, dan kertas khusus (kertas yang lazim dipakaioleh negara penandatangan. Menteri yang membidangi hanyadapat menandatangani Naskah Nota Kesepahaman/MoUdan Perjanjian Kerja Sama/Agreement antara pemerintahRepublik Indonesia dan pemerintah negara lain, setelahmendapat pendelegasian wewenang (full power) dari MenteriLuar Negeri Republik Indonesia. Penandatanganan NotaKesepahaman/MoU dan Perjanjian Kerja Sama/Agreementantar pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

d. Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan

1) Perjanjian Dalam NegeriPerjanjian yang dilakukan antar instansi pemerintah, baikdi pusat maupun di daerah, perguruan tinggi, organisasimasyarakat, dan swasta yang dibuat dan ditandatanganioleh Menteri atau pejabat sesuai dengan tugas, wewenang,dan tanggung jawabnya.

2) Perjanjian Internasional

a) Perjanjian Internasional dibuat dan ditandatangani olehpejabat sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya setelah mendapat surat kuasa dari MenteriLuar Negeri Republik Indonesia.

b) Lembaga Negara dan instansi pemerintah pusat dandaerah yang mempunyai rencana untuk membuatPerjanjian Internasional terlebih dahulu melakukankonsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebutdengan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.

657

e. Susunan

1) Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama DalamNegeri

a) KepalaKepala Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSama Dalam Negeriterdiri dari:

(1) Lambang Negara/logo Kementerian.

(a) Lambang Negara hanya dipergunakan olehMenteri untuk Kesepakatan Bersama atauPerjanjian Kerja Sama antar instansiPemerintah.

(b) Untuk Kesepakatan Bersama atau PerjanjianKerja Sama antar Kementerian dengan PihakSwasta yang ditandatangani oleh Menteri dapatmempergunakan Logo Kementerian atau tanpaLogo Kementerian.

(c) Untuk Kesepakatan Bersama atau PerjanjianKerja Sama antar instansi Pemerintah atauKementerian dengan Swasta yang ditandatangioleh pejabat sesuai dengan tugas, wewenang,dan tanggung jawabnya dapat menggunakanlogo atau tanpa Logo Kementerian.

Lambang Negara diletakkan secara simetrissedangkan Logo Kementerian diletakkan di sebelahkanan atau kiri atas disesuaikan dengan penyebutannama instansi;

(2) nama “PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA” ditulisdengan huruf kapital;

(3) judul “kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;dan

(4) “nomor masing-masing instansi/swasta” ditulisdengan huruf kapital secara simetris.

b) Batang TubuhBatang tubuh Kesepakatan Bersama dan PerjanjianKerja Sama Dalam Negeri memuat materi yangdituangkan dalam bentuk pasal-pasal.

658

c) KakiKaki Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja SamaDalam Negeri terdiri dari nama penanda tangan parapihak dan para saksi (jika dipandang perlu), dibubuhimeterai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Perjanjian Internasional (Nota Kesepahaman/MemorandumOf Understanding dan Perjanjian Kerja Sama /Agreement)

a) KepalaKepala Perjanjian Internasional terdiri dari:

(1) nama “Para Pihak yang mengadakan NotaKesepahaman/Perjanjian Kerja Sama” ditulis denganhuruf kapital secara simetris;dan

(2) judul “Nota Kesepahaman/PerjanjianKerja Sama”ditulis secara simetris.

b) Batang TubuhBatang tubuh Perjanjian Internasional terdiri dari:

(1) penjelasan Para Pihak sebagai pihak yang terkaitoleh Nota Kesepahaman/Perjanjian Kerja Sama;

(2) keinginan Para Pihak;

(3) pengakuan Para Pihak terhadap Nota Kesepahaman/Perjanjian Kerja Sama tersebut;

(4) rujukan terhadap Surat Minat/Surat Kehendak;

(5) acuan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;dan

(6) kesepakatan kedua belah pihak terhadap ketentuanyang tertuang dalam pasal-pasal.

c) KakiKaki Perjanjian Internasional terdiri dari:

(1) nama jabatan dan pejabat penanda tangan, selakuwakil pemerintah masing-masing, tanda tangan,dan nama pejabat penandatangan yang letaknyadisesuaikan dengan penyebutan dalam judulPerjanjian Internasional;

(2) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;

659

(3) penjelasan teks bahasa yang digunakan dalamPerjanjian Internasional;

(4) segel asli;dan

(5) naskah Perjanjian Internasional disiapkan diatasmap sesuai negara masing-masing.

f. Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama diketikdengan huruf Bookman Old Style, dengan huruf 12, diatas kertasF4.

Format Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama DalamNegeri serta Perjanjian Internasional dapat dilihat pada Contoh 12A,Contoh 12B, Contoh 12C, Contoh 12D, Contoh 12E, dan Contoh12F.

Format Map dalam praktik Perjanjian Internasional dapat dilihatpada Contoh 12G.

660

Pada hari 1. ………

2. .......... Dengan tea. bahw b. bahw BerdasarkKesepaka

................

................

(1) PIHA

(2) PIHA

ini, ..........., t

……………….

.....................

erlebih dahuluwa ................

wa ................

kan hal tersatan Bersama

.....................

....................

AK PERTAMA

AK KEDUA m

FORMA

M

anggal ......, b

:

:

u mempertim.....................

.....................

sebut di ataa ini dalam bid

....................

....................

A mempunya

mempunyai tug

AT KESE

KE

ENTERI PAR

.........

NN

..................

bulan ........, t

Menteri PPesona Jbertindak selanjutny

................

bangkan hal-.....................

.....................

as, PIHAK dang ............

....................

R

.....................

T

i tugas dan ta

gas dan tang

CONPAKATA

ESEPAKATAN

ANTA

RIWISATA DA

DAN

.....................

NOMOR ......NOMOR ......

TENTA....................

tahun ........, b

Pariwisata daalan Medan untuk dan at

ya disebut PIH

....., selanjutn

-hal sebagai .....................

.....................

PERTAMA ........ dengan

Pas

Tujuan Ke

.....................

PasRuang Lingku

.....................

PaTugas Dan T

anggung jawa

ggung jawab .

NTOH 12AAN BERSA

N BERSAMA

ARA

AN EKONOM

N

.....................

.................

.................

ANG ....................

bertempat di

an Ekonomi Merdeka Batas nama KeHAK PERTAM

nya disebut P

berikut: ....................

....................

dan PIHAK n ketentuan s

al 1

erja Sama .....................

sal 2 up Kerja Sam

.....................

asal 3 Tanggung Jaw

ab ................

.....................

A AMA DAL

A

MI KREATIF

....

..............

..........., yang

Krearif berrat Nomor 1

ementerian PaMA;

PIHAK KEDUA

.............;

.............;

KEDUA sesebagai berik

............

ma

............

wab

...................

..................

LAM NEG

g bertanda tan

kedudukan d7 Jakarta Puariwisata dan

A;

epakat untukut:

GERI

ngan di bawa

di Gedung Susat, dalam hn Ekonomi K

k melaksana

ah ini:

Sapta hal ini rearif,

akan

661

Pasal 4

Pelaksanaan Kegiatan

................................................................................................................................

Pasal 5

Pembiayaan

...................................................................................................................................

Pasal 6

Jangka Waktu

Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu .........(ditulis dengan huruf) tahun terhitung sejak ditandatangani, dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

Pasal 7

Penutup

Kesepakatan Bersama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Kesepakatan Bersama ini ditandatangani. PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA (Tanda Tangan)(Tanda Tangan) (NAMA ……) (NAMA MENTERI) Keterangan: Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur

662

Pada harbawah ini 1. ……

2. .......

Dengan tea. bahwb. bahw

Berdasarkdalam bid

...............

...............

(1) PIHA

(2) PIHA

F

ri ini, ...........,:

………………

...............

erlebih dahulwa .................wa .................

kan hal tersedang .............

.....................

....................

K PERTAMA

AK KEDUA me

FORMAT

ME

, tanggal .....

… :

:

u mempertim..........................................

ebut di atas, ....................

.....................

.....................

A mempunyai

empunyai tug

T PERJAN

PER

ENTERI PAR

.........

NN

...................

....., bulan ...

Menteri PPesona Jabertindak selanjutnya

.................

mbangkan hal..........................................

PIHAK PERT dengan kete

.....................

.....................

T

tugas dan ta

gas dan tangg

CONTNJIAN KE

RJANJIAN KE

ANTAR

RIWISATA DA

DAN

.....................

NOMOR .......NOMOR .......

TENTA

....................

........, tahun

Pariwisata daalan Medan untuk dan aa disebut PIH

..., selanjutny

-hal sebagai ........................................

TAMA dan Pentuan sebag

Pas

Tujuan Ke

....................

Pa

Ruang Lingk

....................

Pa

Tugas Dan Ta

anggung jawa

gung jawab .

TOH 12BERJA SAM

ERJA SAMA

RA

AN EKONOM

N

.....................

................

................

ANG

....................

..........., bert

an Ekonomi Merdeka Batas nama Ke

HAK PERTAM

ya disebut PIH

berikut: ........................................

PIHAK KEDUgai berikut:

al 1

erja Sama

....................

asal 2

kup Kerja Sam

....................

asal 3

anggung Jaw

ab .................

....................

MA DALA

MI KREATIF

....

.............

tempat di ....

Kreatif berrat Nomor 1ementerianPaMA;

HAK KEDUA

...............;

...............;

A sepakat un

...............

ma

...............

wab

.....................

....................

AM NEGE

......., yang b

rkedudukan 7 Jakarta Puariwisata dan

A;

ntuk melaksa

.

ERI

bertanda tang

di Gedung usat, dalam n Ekonomi K

anakan kerja

gan di

Sapta hal ini

Kreatif,

sama

663

Pasal 4

Pelaksanaan Kegiatan

....................................................................................................................................

Pasal 5

Pembiayaan

....................................................................................................................................

Pasal 6

Penyelesaian Perselisihan

Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.

Pasal 7

Force Majeur

(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.

(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.

(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.

Pasal 8

Ketentuan Penutup

Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

NAMA............... (NAMA MENTERI)

Keterangan:

Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur

664

CONTOH 12C FORMAT PERJANJIAN KERJA SAMA DALAM NEGERI

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

KEMENTERIAN PARIWISATA EKONOMI KREATIF

DAN

.....................................................

NOMOR ....................... NOMOR .......................

TENTANG

…………………………………………………

Pada hari ini, ..........., tanggal ........., bulan .........., tahun ..........., bertempat di ..........., yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ....................... : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkedudukan di Gedung Sapta

Pesona Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;

2. ........................ : .............................., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;

Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa ..............................................................................................................;

b. bahwa ..............................................................................................................;

Berdasarkan hal tersebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan kerja sama dalam bidang ............................................ dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

Tujuan Kerja Sama

..................................................................................................................................

Pasal 2

Ruang Lingkup Kerja Sama ..................................................................................................................................

Pasal 3

Hak dan Kewajiban

(1) Pihak Pertama mempunyai Hak dan Kewajiban ....................................................

(2) Pihak Kedua mempunyai Hak dan Kewajiban.......................................................

665

Pasal 4

Pelaksanaan Kegiatan ......................................................................................................................................

Pasal 5

Pembiayaan .....................................................................................................................................

Pasal 6

Penyelesaian Perselisihan

Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat atau lembaga arbitrase atau melalui peradilan.

Pasal 7

Force Majeur

(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.

(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.

(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.

Pasal 8

Ketentuan Penutup

Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

NAMA.............. (NAMA MENTERI)

Keterangan:

Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur

666

CONTOH 12D FORMAT PERJANJIAN KERJA SAMA DALAM NEGERI

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

DAN

.....................................................

NOMOR ....................... NOMOR .......................

TENTANG ........................................................................

Pada hari ini, ..........., tanggal ........., bulan .........., tahun ..........., bertempat di ..........., yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ....................... : Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif berkedudukan di Gedung Sapta Pesona Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;

2. ....................... : ……........................., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;

Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: b. bahwa ..............................................................................................................;

c. bahwa ..............................................................................................................;

Berdasarkan hal tersebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan kerja sama dalam bidang ............................................ dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

Tujuan Kerja Sama ...................................................................................................................................

Pasal 2

Ruang Lingkup Kerja Sama ..................................................................................................................................

Pasal 3

Hak dan Kewajiban

(1) PIHAK PERTAMA mempunyai Hak dan Kewajiban ................................................ (2) PIHAK KEDUA mempunyai Hak dan Kewajiban ……..............................................

667

Pasal 4

Pelaksanaan Kegiatan

....................................................................................................................................

Pasal 5

Pembiayaan

...................................................................................................................................

Pasal 6

Penyelesaian Perselisihan

Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat atau melalui peradilan atau lembaga arbitrase.

Pasal 7

Force Majeur

(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.

(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.

(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.

Pasal 8

Ketentuan Penutup

Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani. PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) NAMA LENGKAP (NAMA LENGKAP) Keterangan: Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur

668

CONTOH 12E FORMAT KESEPAKATAN AWAL/LETTER OF INTENT

LETTER OF INTENT

BETWEEN

THE ……............................ OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

AND THE ......................................................

CONCERNING TOURISM COOPERATION

The ................................... the Republic of Indonesia and the ....................................... hereinafter referred to as “the Parties”; Desiring to promote goodwill and understanding as well as favourable cooperation between the two countries in the field of tourism; Recognizing the importance of the principles of the equality and mutual benefits; Do hereby declare our intention to …………………….. as a basis for cooperation, in accordance with our prevailing laws and regulations, in the following fields: a. ………………………………………………………………………..; b. ………………………………………; c. ………………………………………; d. ………………………………………; e. ……………………………………….

The implementation of such cooperation shall be concluded in appropriate measures in due course. DONE in duplicate at ..................., on this ......................., day of ........................., in the year .............................., in Indonesian, ...................... and English languages, all text being equally authentic. For the ......................................... For ………………………….. of the Republic Indonesia ................................................. ...........................................

669

CONTOH 12F FORMAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BETWEEN THE ....................................................

REPUBLIC OF INDONESIA AND

THE ..............................................

CONCERNING

TOURISM COOPERATION

The ……………… of the Republic of Indonesia and the ........................, hereinafter referred to as “the Parties”;

Desiring to promote the expansion of the friendly and mutual understanding existing between the two countries in the field of tourism;

Recognizing the importance of the principles of equality, mutual respect and benefits;

Referring to the Letter of Intent between .........................., the Republic of Indonesia and ........................... concerning Tourism Cooperation, signed in .................... on .....................

Pursuant to the prevailing laws and regulations in the respective countries; Have agreed as follows:

Article 1

Aims of Cooperation ................................................................................................................................

...............................................................................................................: a. ............................ b. ............................ c. ............................ d. ............................ e. ............................

Others areas agreed upon by the Parties.

Article 2 Areas of Cooperation

...........................................................................................................................................................................................................

670

Article 3

Implementation ..............................................................................................................................................................................

...................................................................:

Article 4

Working Group

.................................................................................................................................................................................................................................................:

Article 5

Amendment ..............................................................................................................................................................................

...................................................................:

Article 6

Settlement of Disputes

.................................................................................................................................................................................................................................................:

Article 7 Entry Into Force, Duration and Termination

a. .............................................................................................. b. ..............................................................................................

IN WITNESS WHEREOF, the undersigned being duly authorized thereof by their respective Government, have signed this Memorandum of Understanding. DONE in duplicated in ................................ on this ......................... day of ................... In the year of ................... and on in Indonesia, ...................... and English language, all texts being equally authentic. In case of any divergence of interpretation of this Memorandum of Understanding, the English text shall prevail.

FOR .............................................. FOR ……………………………… REPUBLIC OF INDONESIA ………………………………..

671

CONTOH 12GFORMAT MAP DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL

672

2. Surat Kuasa

a. PengertianSurat Kuasa adalah naskah dinas yang berisi pemberianwewenang kepada badan hukum/kelompok orang/perseoranganatau pihak lain dengan atas namanya untuk melakukan suatutindakan tertentu dalam rangka kedinasan.

b. Susunan

1) KepalaKepala Surat Kuasa terdiri dari:

a) “kop naskah dinas” berisi nama Kementerian dan tulisan“Kementerian” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;

b) tulisan “Surat Kuasa” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;dan

c) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Kuasa memuat materi yang dikuasakan.

3) KakiKaki Surat Kuasa terdiri dari:

a) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;

b) tulisan Penerima Kuasa diakhiri dengan tanda bacakoma, diletakkan di sebelah kiri;

c) tulisan pemberi kuasa diakhiri dengan tanda baca koma,diletakkan di sebelah kanan;

d) tanda tangan para pihak dan dibubuhi meterai sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan;

e) nama lengkap para penanda tangan;dan

f) NIP penanda tangan.

Khusus untuk Surat Kuasa dalam Bahasa Inggris tidakmenggunakan meterai.

Format Surat Kuasa dapat dilihat pada Contoh 13A, Contoh 13Bdan Contoh 13C.

673

CONTOH 13A FORMAT SURAT KUASA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

SURAT KUASA NOMOR ... /... /... /... / ... /...

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : ......................................................

Jabatan : ......................................................

NIP : ......................................................

Alamat : ......................................................

memberi kuasa kepada

Nama : ......................................................

Jabatan : ......................................................

NIP : ......................................................

Alamat : ......................................................

untuk .....................................................................................................................................

...............................................................................................................................................

Surat Kuasa ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

(Tempat)..., (Tgl., Bln., Thn.) Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

(Tanda Tangan) (Meterai dan Tanda Tangan)

Nama Lengkap Nama Lengkap NIP NIP

674

YIndonesi

untuk mPariwisamengena S.......... b

FO

Yang bertandia, memberi k

menandatangaata dan Ekoai kerja sama

Sebagai buktulan ........... t

ORMAT S

da tangan dkuasa penuh

ani atas namonomi Kreata ..................

ti, Surat Kuatahun ..........

SURAT KU

ME

RE

di bawah inikepada

ma Pemerintatif Republik .........(bidang

asa ini saya .............

CONTUASA UN

ENTERI LUA

EPUBLIK IN

SURAT KUNOMOR ... /

i, .............(na

Nama MeJabatan M

ah Republik Indonesia d

g)..................

tanda tanga

TOH 13BNTUK PEN

AR NEGERI

NDONESIA

UASA /... /... /...

ama pejabat

enteri Menteri

Indonesia, Ndan Pemerin.........

ni dan saya

(Tand

(Nam

NANDATA

t)..........., Me

Nota Kesepantah ........as

bubuhi mate

da Tangan da

a Menteri)

ANGAN M

enteri Luar N

ahaman antasing/negara

erai di Jakar

an Cap Dinas

MOU

Negeri Repu

ara Kementesahabat.......

rta pada tang

s)

ublik

rian ......

ggal

675

CONTOH 13C FORMAT SURAT KUASA UNTUK PENANDATANGAN MOU

(DALAM BAHASA INGGRIS)

MINISTER FOR FOREIGN OF AFFAIRS

REPUBLIC OF INDONESIA

FULL POWERS

The undersigned, ............(nama pejabat)......., Minister for Foreign Affairs of the Republic of Indonesia, fully authorizes

Name of Official Jabatan (the Minister……….)

To sign on behalf of the Government of the Republic of Infonesia, the Memorandum of Understanding between the Government of ................. Republic of Indonesia and the Government .............asing/Negara sahabat........... concerning ...........................(bidang)......................cooperation. IN WITNESS WHEREOF, I have signed and sealed this Full Powers in Jakarta on this ..........day of ................ in year two thousand ..................

(Signature) (Tanpa Cap) Name for Foreign Affairs of theRepublic of Indonesia

676

3. Berita Acara

a. PengertianBerita Acara adalah naskah dinas yang berisi uraian tentangproses pelaksanaan suatu kegiatan yang harus ditandatanganioleh para pihak dan para saksi.

b. Susunan

1) KepalaKepala Berita Acara terdiri dari:

a) “kop berita acara” yang ditandatangani Menterimenggunakan kop naskah dinas lambang garuda secarasimetris;

b) “kop berita acara”yang ditandatangani selain Menterimenggunakan kop Kementerian ditulis dengan hurufkapital secara simetris;

c) tulisan “Berita Acara” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;dan

d) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

2) Batang TubuhBatang tubuh Berita Acara terdiri dari:

a) tulisan hari, tanggal, bulan, tahun, dan nama jabatanpara pihak yang menandatangani Berita Acara;dan

b) substansi Berita Acara.

3) KakiKaki Berita Acara memuat tempat pelaksanaan penanda-tanganan nama jabatan/pejabat dan tanda tangan para pihakdan para saksi.

Kaki Berita Acara terdiri dari:a) kota tempat pembuatan Berita Acara;b) tulisan “Pihak Kesatu” diakhiri dengan tanda baca koma

diletakkan di sebelah kanan;c) tulisan “Pihak Kedua” diakhiri dengan tanda baca koma

diletakkan di sebelah kiri;d) tanda tangan para pihak dan dibubuhi meterai sesuai

dengan peraturan perundang-undangan;e) nama lengkap para penanda tangan;

677

f) nama jabatan yang mengetahui diakhiri dengan tandabaca koma secara simetris dengan huruf awal kapital;

g) tanda tangan para saksi;danh) namalengkap para saksi.

Format Berita Acara dapat dilihat pada Contoh 14A dan 14B.

678

1. ..

2. ..

a

b

...........

Pihak

(Tand

Nama

Pada hari in

...........(nama

.............(piha

. ..........................

. dan sete

Berita A....................

k Kedua,

da Tangan)

a Lengkap

i, ............, tan

a pejabat), ...

ak lain)..........

....................

....................

erusnya.

Acara ini .....................

FO

NO

nggal ...........

...... (NIP dan

....................

....................

....................

dibuat .....................

Mengetahu

Nama Jaba

(Tanda Tan

Nama Leng

CONTRMAT BE

BERITA A

MOR ... /... /

, bulan ........

n jabatan), se

dan

........., selanj

.....................

.....................

dengan ....................

i/Mengesahk

atan,

ngan)

gkap

TOH 14AERITA AC

ACARA /... /... / ... /...

...., tahun ....

elanjutnya dis

n

utnya disebu

.....................

..................

sesungguhn....................

kan

CARA

......, kami ma

sebut Pihak K

ut Pihak Kedu

.....................

nya berda....................

Dibuat di

Pihak Kes

(Tanda Ta

Nama Len

asing-masing

Kesatu,

ua, telah mela

....................

asarkan .......

....................

satu,

angan)

ngkap

g:

aksanakan:

....……….....

....................

.............

.......

.......

679

CONTOH 14B FORMAT BERITA ACARA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

BERITA ACARA NOMOR ... /... /... /... / ... /...

Pada hari ini, ............, tanggal ..........., bulan ............, tahun .........., kami masing-masing:

1. .............(nama pejabat), ......... (NIP dan jabatan), selanjutnya disebut Pihak Kesatu,

dan

2. ...............(pihak lain)......................................., selanjutnya disebut Pihak Kedua, telah melaksanakan:

a. ..........................................................................................................................................……….......................................................................................................

b. dan seterusnya.

Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya berdasarkan ............................ ..........................................................................................................................................

Dibuat di ................................. Pihak Kedua, Pihak Kesatu, (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) Nama Lengkap Nama Lengkap

Mengetahui/Mengesahkan

Nama Jabatan, (Tanda Tangan) Nama Lengkap

680

4. Surat Keterangan

a. PengertianSurat Keterangan adalah naskah dinas yang berisi informasimengenai hal atau seseorang untuk kepentingan kedinasan.

b. Wewenang Pembuatan dan PenandatangananSurat Keterangan dibuat dan ditandatangani oleh pejabat sesuaidengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

c. Susunan

1) KepalaKepalaSurat Keterangan terdiri dari:

a) “kop naskah dinas” berisi nama Kementerian dan tulisan“Kementerian” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;

a) judul “Surat Keterangan”ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris;dan

b) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Keterangan memuat pejabat yangmenerangkan dan pejabat atau pegawai yang diterangkanserta maksud dan tujuan diterbitkannya Surat Keterangan.

3) Kaki

Kaki Surat Keterangan terdiri dari:

a) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;

b) nama jabatan pembuat surat keterangan diakhiri dengantanda baca koma;

c) tanda tangan dan cap dinas;dan

d) namalengkap penanda tangan serta NIP di bawahnya.

Format Surat Keterangan dapat dilihat pada Contoh 15.

681

CONTOH 15 FORMAT SURAT KETERANGAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

SURAT KETERANGAN NOMOR ... /... /... /... /... /...

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : .......................................................

NIP : ......................................................

Jabatan : ......................................................

dengan ini menerangkan bahwa

Nama : ......................................................

NIP : ......................................................

Pangkat/golongan : ......................................................

Jabatan : ......................................................

dan seterusnya …...................................................................................................................................... …...................................................................................................................................... ……….............................................................................................................................. …...................................................................................................................................... Tempat, (Tanggal, Bulan, dan Tahun) Pejabat Pembuat Keterangan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP

682

5. Surat Pengantar

a. PengertianSurat Pengantar adalah naskah dinas yang digunakan untukmengantar/menyampaikan barang atau naskah.

b. Wewenang Pembuatan dan PenandatangananSurat Pengantar dibuat dan ditandatangani oleh pejabat sesuaidengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

c. Susunan

1) KepalaKepala Surat Pengantar terdiri dari:

a) kop naskah dinas yang berisi nama Kementerian dantulisan Kementerian ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;

b) tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;

c) kata “Yth.” diawali huruf kapital, diikuti nama jabatandan alamat yang dituju;

d) tulisan “Surat Pengantar” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris;dan

e) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Pengantar dalam bentuk kolom terdiridari:a) nomor urut;b) jenis naskah yang dikirim;c) banyaknya naskah/barang;dand) keterangan.

3) KakiKaki Surat Pengantar terdiri dari:a) format tanggal penerima surat;b) pengirim berada di sebelah kanan, yang meliputi:

(1) nama jabatan pembuat pengantar;

(2) tanda tangan;

(3) nama lengkap pengirim serta NIP;dan

(4) cap/stempel dinas.

683

c) penerima berada di sebelah kiri, yang meliputi:

(1) tanggal penerimaan;

(2) nama jabatan penerima;

(3) nama lengkap serta NIP;

(4) cap/stempel dinas;dan

(5) nomor telepon/faksimile.

d. Hal yang Perlu DiperhatikanSurat Pengantar dikirim dalam dua rangkap, lembar pertamauntuk penerima dan lembar kedua untuk pengirim.

e. PenomoranPenomoran Surat Pengantar sama dengan penomoran suratdinas.

Format Surat Pengantar dapat dilihat pada Contoh 16.

684

CONTOH 16 FORMAT SURAT PENGANTAR

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

(Tempat),..(Tgl.,Bln.,Thn.)

Yth. ................................. ........................................ ........................................ ........................................

SURAT PENGANTAR

NOMOR ... /... /... /... / ... / ...

No. Naskah Dinas/Barang yang Dikirimkan Banyaknya Keterangan

1.

2.

Diterima tanggal ..........................

Penerima Pengirim

Nama Jabatan, Nama Jabatan,

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan dan Cap Instansi)

Nama Lengkap Nama Lengkap NIP NIP

No. Telepon ......................

685

6. Pengumuman

1) PengertianPengumuman adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuanyang ditujukan kepada semua pejabat/pegawai di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2) Wewenang Pembuatan dan PenandatangananPengumuman dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yangmengumumkan atau pejabat lain yang ditunjuk.

3) Susunan

1) KepalaKepala Pengumuman terdiri dari:a) “kop naskah dinas” memuat nama Kementerian dan

nama “Kementerian” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;

b) tulisan “Pengumuman” di bawah nama/kop Kementerianditulis dengan huruf kapital secara simetris;

c) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;d) kata “Tentang” ditulis di bawah Pengumuman dengan

huruf kapital secara simetris;dane) rumusan “judul Pengumuman” ditulis dengan huruf

kapital secara simetris.

2) Batang TubuhBatang tubuh Pengumuman memuat:a) alasan tentang perlunya dibuat Pengumuman;b) peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

pembuatan Pengumuman;danc) pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap

mendesak.

3) KakiKaki Pengumuman terdiri dari:a) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;b) nama jabatan yang menetapkan, ditulis dengan huruf

awal kapital, dan diakhiri dengan tanda baca koma;c) tanda tangan pejabat yang menetapkan;d) nama lengkap pejabat yang menandatangani, ditulis

dengan huruf awal kapital serta NIP di bawahnya;dane) cap/stempel dinas.

686

4) Hal yang Perlu Diperhatikan

1) Pengumuman tidak memuat alamat, kecuali yang ditujukankepada kelompok/golongan tertentu.

2) Pengumuan bersifat menyampaikan informasi, tidakmemuat cara pelaksanaan teknis suatu peraturan.

3) Penomoran pengumuman dilaksanakan tersentral diBiro Umum.

Format Pengumuman dapat dilihat pada Contoh 17.

CONTOH 17

FORMAT PENGUMUMAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

PENGUMUMAN NOMOR ... ........................

TENTANG

...........................................................

............................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .............................................................................................................................. ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ............................................................................................................................. ........................................................................................................................................

Dikeluarkan di ..............................

pada tanggal ...............................

Nama Jabatan,

(Tanda Tangan dan Cap Dinas)

Nama Lengkap NIP

687

D. Laporan

1. PengertianLaporan adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentangpelaksanaan suatu kegiatan/kejadian.

2. Wewenang Pembuatan dan PenandatangananLaporan ditandatangani oleh pejabat yang diserahi tugas.

3. Susunan

a. KepalaKepala Laporan terdiri dari:1) “kop Naskah Dinas” yang bertuliskan nama Kementerian

ditulis dengan huruf kapital secara simetris;2) tulisan “Laporan” di bawah kop Kementerian ditulis dengan

huruf kapital secara simetris;3) tulisan “Tentang” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;

dan4) rumusan “judul Laporan” ditulis dengan huruf kapital secara

simetris.

b. Batang TubuhBatang tubuh Laporan terdiri dari:1) “pendahuluan” memuat umum, maksud dan tujuan, ruang

lingkup, dan dasar;2) “materi laporan” terdiri atas kegiatan yang dilaksanakan;3) “hasil yang dicapai”;4) “simpulan dan saran” sebagai bahan pertimbangan;dan5) “kaki” merupakan akhir Laporan memuat harapan/permintaan

arahan/ucapan terima kasih.

c. KakiKaki Laporan terdiri dari:1) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;2) nama jabatan pejabat pembuat Laporan ditulis dengan huruf

awal kapital;3) tanda tangan dan cap jabatan;dan4) nama lengkap ditulis dengan huruf awal kapital dan NIP di

bawahnya.

688

CONTOH 18 FORMAT LAPORAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

LAPORAN

TENTANG

.................................................................................................

A. Pendahuluan

1. Umum 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup 4. Dasar

B. Materi Laporan ....................................................................................................................... ............................................................................................... C. Hasil yang Dicapai ....................................................................................................................... ............................................................................................. D. Simpulan dan Saran ....................................................................................................................... ............................................................................................ E. Kaki ....................................................................................................................... ............................................................................................

Dibuat di ........................................ pada tanggal ................................. Nama Jabatan Pembuat Laporan, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan) Nama Lengkap NIP

689

E. Telaahan Staf

1. PengertianTelaahan Staf adalah bentuk uraian yang disampaikan oleh pejabatatau staf yang memuat analisis singkat dan jelas mengenai suatupersoalan dengan memberikan jalan keluar/pemecahan yangdisarankan.

2. Susunan

a. KepalaKepala Telaahan Staf terdiri dari:1) Judul “Telaahan Staf” ditulis dengan huruf kapital secara

simetris;2) kata “Tentang” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;dan3) rumusan “judul Telaahan Staf” ditulis dengan huruf kapital

secara simetris.

b. Batang TubuhBatang tubuh Telaahan Staf terdiri dari:

1) “persoalan”, memuat pernyataan singkat dan jelas tentangpersoalan yang akan dipecahkan;

2) praanggapan, memuat dugaan yang beralasan berdasarkandata yang ada, saling berhubungan, sesuai dengan situasiyang dihadapi dan merupakan kemungkinan kejadian dimasayang akan datang;

3) “fakta yang mempengaruhi”, memuat fakta yang merupakanlandasan analisis dan pemecahan persoalan;

4) “analisis” pengaruh praanggapan dan fakta terhadappersoalan serta akibatnya, hambatan, keuntungan, dankerugiannya, pemecahan atau cara bertindak yang mungkindapat dilakukan;

5) “simpulan”, memuat inisiatif hasil diskusi yang merupakanpilihan cara bertindak atau jalan keluar;dan

6) “tindakan” disarankan memuat secara ringkas dan jelassaran atau usul tindakan untuk mengatasi persoalan yangdihadapi.

c. KakiKaki Telaahan Staf terdiri dari:1) nama jabatan pembuat Telaahan Staf ditulis dengan huruf

kapital;

690

2) tanda tangan;dan3) namalengkap pejabat dan NIP di bawahnya.

Format Telaahan Staf dapat dilihat pada Contoh 19.

CONTOH 19 FORMAT TELAAHAN STAF

TELAAHAN STAF

TENTANG

.........................................................................

A. Persoalan Bagian persoalan memuat pernyataan singkat dan jelas tentang persoalan yang akan dipecahkan.

B. Praanggapan Praanggapan memuat dugaan yang beralasan berdasarkan data dan saling berhubungan sesuai dengan situasi yang dihadapi dan merupakan kemungkinan kejadian dimasa mendatang.

C. Fakta yang Mempengaruhi Bagian fakta yang mempengaruhi memuat fakta yang merupakan landasan analisis dan pemecahan persoalan.

D. Analisis Bagian ini memuat analisis pengaruh praanggapan dan fakta terhadap persoalan serta akibatnya, hambatan serta keuntungan dan kerugiannya, serta pemecahan atau cara bertindak yang mungkin atau dapat dilakukan.

E. Simpulan Bagian simpulan memuaut intisari hasil diskusi dan pilihan dan satu cara bertindak atau jalan keluar sebagai pemecahan persoalan yang dihadapi.

F. Saran Bagian saran memuat secara ringkas dan jelas tentang saran tindakan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi.

Nama Jabatan Pembuat Telaahan Staf (Tanda Tangan) Nama Lengkap NIP

691

F. Formulir

Formulir adalah bentuk pengaturan alokasi ruang atau lembar naskahuntuk mencatat berbagai data dan informasi. Formulir dibuat dalambentuk kartu atau lembaran tercetak dengan judul tertentu berisi keteranganyang diperlukan.

Format formulir disesuaikan dengan kebutuhan.

G. Piagam Penghargaan

Piagam penghargaan adalah merupakan bentuk apresiasi dari Kementeriankepada :

1. Pegawai atas jasa/prestasi/kinerja yang dilakukan.

2. Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telahpurna tugas.

3. Seseorang/Lembaga/instansi lain yang telah bekerja sama denganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Piagam Penghargaan ditandatangani oleh Menteri atau Pejabat yangditunjuk.

Format Piagam Penghargaan dapat dilihat pada Contoh 20.

692

ME

di

ENTERI

P

Men

..

seba

i lingkunga

Nam

FORMAT

PARIW

REP

PIAGA

ngucapkan

ya

...........

agai Pegaw

gan Kemen

Jaka

ma Mente

CONTT PIAGAM

WISATA D

UBLIK I

AM PEN

an terima k

ang setingg

Kep

............

Ata

Dharma B

awai Nege

nterian Pa

arta, .....

eri/Peja

TOH 20 M PENGH

DAN EK

NDONE

NGHAR

kasih dan p

gi-tingginy

pada

............

tas

Baktinya

eri Sipil / A

ariwisata d

............

abat yan

HARGAA

KONOMI

ESIA

RGAAN

pengharg

ya

............

a

Abdi Neg

dan Ekono

.......

ng Ditun

AN

I KREAT

N

gaan

..

gara

nomi Kreat

njuk

TIF

atif

693

H. Sertifikat

Sertifikat adalah tanda atau surat keterangan/pernyataan tertulis atautercetak dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai buktiatau suatu kejadian.

Sertifikat diberikan kepada pegawai Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif yang telah mengikuti pelatihan dalam jangka waktu tertentu tanpamelalui evaluasi sebagai pengakuan bahwa yang bersangkutan telahmengikuti kegiatan pelatihan. Sertifikat tersebut ditandatangani oleh pejabatEselon II selaku penanggungjawab pelatihan. Pada halaman belakangsertifikat memuat daftar materi pelatihan dan ditandatanganipenanggungjawab materi pelatihan.

Format Sertifikat dapat dilihat pada Contoh 21.

694

CONTOH 21 FORMAT SERTIFIKAT

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

SERTIFIKAT

Nomor: ..................................................................

Pusdiklat Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor ...... Tahun ..... Tentang ........ dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor ....... Tahun ..... tentang ...................... menyatakan bahwa:

Nama : ........................................................................ NIP : ........................................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ....................................................................... Pangkat/Golongan : ....................................................................... Jabatan : ........................................................................ Unit Kerja : .......................................................................

TELAH MENGIKUTI

Pelatihan ..................................... yang diselenggarakan pada .............isian tanggal........ sampai dengan ........isian tanggal......... di

...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI

........NAMA LENGKAP........

NIP. ......................................

SERTIFIKAT PELATIHAN

4x6

Merah

MATERI PELATIHAN

1. .................... Materi Pelatihan A ................... 2. .................... Materi Pelatihan B ................... 3. .................... Materi Pelatihan C ................... 4. .................... Materi Pelatihan D ................... 5. .................... Materi Pelatihan E ................... 6. .................... Materi Pelatihan F ................... 7. .................... Materi Pelatihan G ...................

8. Dst

...nama kota...., ...isian tanggal.....

........PENANGGUNG JAWAB MATERI......

........NAMA LENGKAP........

JABATAN ......................................

695

I. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL)

Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) adalah suratyang menerangkan seseorang atau pegawai yang telah mengikutipendidikan/latihan pada suatu organisasi. STTPL diberikan kepada pegawaiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telah mengikutipendidikan dan pelatihan teknis tertentu sebagai pengakuan yangberdasarkan hasil evaluasi dinyatakan “LULUS” dengan kualifikasi tertentu.STTPL ditandatangani oleh pejabat Eselon II selaku penanggungjawabDiklat. Pada halaman belakang STTPL memuat daftar materi Diklat danditandatangani oleh Pejabat Eselon III selaku penanggungjawabprogram/materi kurikulum Diklat.

Format STTPL dapat dilihat pada Contoh 22.

696

CONTOH 22 FORMAT STTPL

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

SURAT TANDA TAMAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Nomor: ..................................................................

Pusdiklat Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor ...... Tahun ..... Tentang ........ dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor ....... Tahun ..... tentang ...................... menyatakan bahwa:

Nama : ........................................................................ NIP : ........................................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ....................................................................... Pangkat/Golongan : ....................................................................... Jabatan : ........................................................................ Unit Kerja : .......................................................................

LULUS Kualifikasi : .......................................................................

Pada Pendidikan dan Pelatihan Teknis ..................... yang diselenggarakan pada .........isian tanggal........ sampai dengan ......isian tanggal...... di....nama kota...... yang meliputi .......total waktu...... jam pelajaran.

...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI

........NAMA LENGKAP........ NIP. ......................................

STTPL DIKLAT TEKNIS

4x6

Merah

MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

1. ....... Materi A ................... .... jam pelajaran 2. ....... Materi B ................... .... jam pelajaran 3. .......Materi C ................... .... jam pelajaran 4. ....... Materi D ................... .... jam pelajaran 5. ....... Materi E ................... .... jam pelajaran 6. ....... Materi F ................... .... jam pelajaran 7. ....... Materi G ................... .... jam pelajaran 8. Dst dst

TOTAL .... jam pelajaran

...nama kota...., ...isian tanggal.....

........PEJABAT ESELON III PENANGGUNG JAWAB MATERI......

........NAMA LENGKAP........

NIP. ......................................

697

J. Surat Keterangan

Surat Keterangan adalah surat yang menerangkan seseorang telahmengikuti pendidikan dan pelatihan pada suatu kegiatan organisasi,namun belum dinyatakan lulus. Surat Keterangan ini biasanya diberikankepada pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telahmengikuti pendidikan dan pelatihan tertentu namun berdasarkan hasilevaluasi dinyatakan “TIDAK LULUS”. Pada halaman belakang SuratKeterangan memuat materi Diklat dan ditandatangani oleh Pejabat EselonIII selaku penanggungjawab program/materi/kurikulum Diklat.

Surat Keterangan dapat diberikan pada pihak luar atau seseorang yangtelah mengikuti Observasi/Study Lapangan (untuk tingkat Perguruan Tinggi)dan Praktek Kerja Lapangan/Praktek Kerja dan Industri atau Prakerin(untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan).

Format STTPL dapat dilihat pada Contoh 23A dan 23B.

698

CONTOH 23A FORMAT SURAT KETERANGAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

SURAT KETERANGAN

Nomor: ..................................................................

Pusdiklat Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor ...... Tahun ..... Tentang ........ dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor ....... Tahun ..... tentang ...................... menyatakan bahwa:

Nama : ........................................................................ NIP : ........................................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ....................................................................... Pangkat/Golongan : ....................................................................... Jabatan : ........................................................................ Unit Kerja : .......................................................................

TELAH MENGIKUTI

Pada Pendidikan dan Pelatihan Teknis ..................... yang diselenggarakan pada .........isian tanggal........ sampai dengan ......isian tanggal...... di....nama kota...... yang meliputi .......total waktu...... jam pelajaran.

...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI

........NAMA LENGKAP........

NIP. ......................................

STTPL KETERANGAN DIKLAT TEKNIS

4x6

Merah

MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

1. ....... Materi A ................... .... jam pelajaran 2. ....... Materi B ................... .... jam pelajaran 3. ....... Materi C ................... .... jam pelajaran 4. ....... Materi D ................... .... jam pelajaran 5. ....... Materi E ................... .... jam pelajaran 6. ....... Materi F ................... .... jam pelajaran 7. ....... Materi G ................... .... jam pelajaran 8. Dst dst

TOTAL .... jam pelajaran

...nama kota...., ...isian tanggal.....

........PEJABAT ESELON III PENANGGUNG JAWAB MATERI......

........NAMA LENGKAP........

NIP. ......................................

699

CONTOH 23B FORMAT SURAT KETERANGAN PKL

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17, Jakarta 10110

SURAT KETERANGAN

Nomor: ..................................................................

Menerangkan bahwa yang bersangkutan di bahwa ini: Nama : ........................................................................ NIS/NISN : ........................................................................ Bidang Keahlian : ....................................................................... Asal Sekolah : .......................................................................

Telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada ...................Unit Kerja......................, sejak tanggal .........isian tanggal........ sampai dengan ......isian tanggal......dengan hasil : ......Baik (B)......

...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI

........NAMA LENGKAP........

NIP. ......................................

700

K. Prasasti

Prasasti adalah piagam yang ditulis pada batu, tembaga dan sebagainyayang ditandatangani oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Bentuk dan ukuran prasasti disesuaikan dengan kebutuhan, dan digunakanpada acara-acara atau peresmian-peresmian gedung, peletakan batupertama, dan lain-lain.

Format Prasasti dapat dilihat pada Contoh 24.

6

60 cm “

M

Deng

“...........

MENTER

J

F

gan Rah

............

RI PARIWREP

NJakarta,

CONTFORMAT

hmat Tu

GED

............

Diresmik

WISATA PUBLIK

NAMA L.............

90

TOH 24 PRASAS

han Ya

DUNG

............

kan Oleh DAN EKINDONE ENGKAP..............

cm

STI

ng Mah

............

:

KONOMI ESIA

P .............

ha Esa

............

KREATI

..

F

701

L. Naskah Dinas Elektronik

1. PengertianNaskah Dinas Elektronik adalah naskah dinas berupa komunikasidan informasi yang dilakukan secara elektronik atau yang terekamdalam multimedia elektronik.

2. Lingkup KegiatanNaskah Dinas Elektronik mancakup surat-menyurat elektronik, arsipdan dokumentasi elektronik, transaksi elektronik, serta naskah dinaselektronik lainnya.

Ketentuan lebih lanjut tentang Tata Naskah Dinas Elektronikdiatur dalam peraturan tersendiri yang mengacu pada PeraturanMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata NaskahDinas Elektronik di Lingkungan Instansi Pemerintah.

702

BAB IIIPENYUSUNAN NASKAH DINAS

A. Persyaratan Penyusunan

Setiap Naskah Dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas,padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis.

Dalam penyusunan Naskah Dinas perlu memperhatikan syarat-syaratsebagai berikut:

1. Ketelitian

Dalam menyusun Naskah Dinas harus tercermin ketelitian dankecermatan, dilihat dari bentuk, susunan pengetikan, isi, struktur,kaidah bahasa, dan penerapan kaidah ejaan di dalam pengetikan.Kecermatan dan ketelitian sangat membantu pimpinan dalammengurangi kesalahan pengambilan putusan/kebijakan.

2. Kejelasan

Naskah Dinas harus memperhatikan kejelasan, aspek fisik, danmateri.

3. Singkat dan Padat

Naskah Dinas harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik danbenar (bahasa formal, efektif, singkat, padat, dan lengkap).

4. Logis dan Meyakinkan

Naskah Dinas harus runtut/secara berurutan dan logis yang berartibahwa penuangan gagasan ke dalam Naskah Dinas dilakukan menuruturutan yang logis dan meyakinkan. Struktur kalimat harus lengkapdan efektif sehingga memudahkan pemahaman penalaran bagipenerima Naskah Dinas.

5. Pembakuan

Naskah Dinas yang disusun harus taat mengikuti aturan baku yangberlaku sesuai dengan tujuan pembuatan, baik dilihat dari sudutformat maupun dari segi penggunaan bahasanya, agar memudahkandan memperlancar pemahaman isi Naskah Dinas.

703

B. Nama Kementerian/Jabatan pada Kepala Naskah Dinas

Untuk memberikan identifikasi pada Naskah Dinas, halaman pertamaNaskah Dinas dicantumkan kepala Naskah Dinas, yaitu nama jabatanatau nama Kementerian. Kepala nama jabatan digunakan untukmengidentifikasi bahwa Naskah Dinas ditetapkan oleh pejabat negara,sedangkan kepala nama Kementerian digunakan untuk mengidentifikasibahwa Naskah Dinas ditetapkan oleh pejabat yang bukan pejabat negara.

Pencantuman Kepala Naskah Dinas sebagai berikut:

1. Nama Jabatan (Menteri)

Kertas dengan menggunakan Lambang Negara/gambar garudabertuliskan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hanya digunakanuntuk Naskah Dinas yang ditandatangani oleh Menteri. Nama jabatanseluruhnya ditulis dengan huruf kapital secara simetris.Perbandinganukuran Lambang Negara dengan huruf yang digunakan hendaknyaserasi dan sesuai dengan ukuran kertas.

2. Nama Kementerian/Unit Organisasi

Kertas dengan nama Kementerian dan alamat lengkap digunakanuntuk Naskah Dinas yang ditandatangani oleh pejabat di lingkunganKementerian. Seluruhnya ditulis dengan huruf kapital secara simetris.

C. Penomoran Naskah Dinas

Nomor pada Naskah Dinas merupakan segmen penting dalam kearsipan.Oleh karena itu, susunannya harus dapat memberikan kemudahanpenyimpanan, temu balik, dan penilaian arsip. Setiap Naskah Dinasmemuat kode klasifikasi, nomor, dan tahun pembuatannya.

1. Nomor Naskah Dinas Arahan

a. Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Instruksi Menteri,dan Surat EdaranSusunan nomor Naskah Dinas yang bersifat pengaturan danpenetapan terdiri dari:

1) TulisanPeraturan Menteri/Keputusan Menteri/InstruksiMenteri/Surat Edaran ditulis dengan huruf kapital;

2) Nomor dan tahun terbit ditulis dengan huruf kapital;

3) nomor naskah (nomor urut pembukuan dalam satu tahuntakwin); dan

704

4) judul Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Instruksi Menteri/Surat Edaran Menteri ditulis dengan huruf kapital.

Susunan nomor naskah dinas dalam bentuk Lampiran terdiri dari:

1) tulisan “Lampiran” ditulis dengan huruf kapital;

2) tulisan “Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Instruksi Menteri/Surat Edaran” ditulis dengan huruf kapital;

3) kata “nomor dan tahun terbit” ditulis dengan huruf kapital;

4) nomor naskah (nomor urut pembukuan dalam satu tahuntakwin); dan

5) judul “Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Instruksi Menteri/Surat Edaran Menteri” ditulis dengan huruf kapital.

Contoh Penomoran Naskah Dinas:

1) Contoh penomoran Peraturan Menteri

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR ……..…

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DINASDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

EKONOMI KREATIF

2) Contoh penomoran Keputusan Menteri

KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR ……….…

TENTANG

TIM KOORDINASI PELAKSANAAN PERATURANPRESIDEN NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN

KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA

705

3) Contoh penomoran Instruksi Menteri

INSTRUKSI MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR ………….

TENTANG

DISIPLIN PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

4) Contoh penomoran Surat Edaran Menteri:

SURAT EDARAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF

NOMOR …….

TENTANG

HARI LIBUR RESMI TAHUN …

5) Contoh penomoran Lampiran

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR ................TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DINASDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF

b. Surat Perintah/Surat TugasSusunan penomoran Surat Perintah/Surat Tugas adalah sebagaiberikut:1) kode klasifikasi arsip;2) nomor halaman dosir;3) nomor urut dosir;4) kode/singkatan unit pemrakarsa;5) kode singkatan Kementerian; dan6) tahun pembuatan.

706

2. Nomor Surat DinasSusunan nomor Surat Dinas sebagai berikut:

a. Surat Dinas yang ditandatangani Menteri

1) Surat Dinas Rahasia:a) kode derajat pengamanan Surat Dinas;b) kode klasifikasi arsip;c) nomor halaman dosir;d) nomor urut dosir;e) kode/singkatan nama jabatan; danf) tahun pembuatan.

Contoh: KP.105/2/15/D.PMS/KPEK/2012

Kode Klasifikasi Arsip

Nomor Halaman Dosir

Nomor Urut Dosir

Kode/SingkatanUnit Pemrakarsa

Kode/SingkatanKementerian

Tahun Pembuatan

Contoh: R/UM.001/3/17/MPEK/2012

Kode DerajatPengamanan SuratDinas

Kode Klasifikasi Arsip

Nomor Halaman Dosir

Nomor Urut Dosir

Kode/SingkatanNama Jabatan

Tahun Pembuatan

707

2) Surat Dinas Biasa:a) kode klasifikasi arsip;b) nomor halaman dosir;c) nomor urut dosir;d) kode/singkatan nama jabatan;dane) tahun pembuatan.

b. Surat Dinas yang Ditandatangani Pejabat di Bawah Menteri

1) Surat Dinas Rahasia:a) kode derajat pengamanan Surat Dinas;b) kode klasifikasi arsip;c) nomor halaman dosir;d) nomor urut dosir;e) kode/singkatan unit pemrakarsa;f) kode/singkatan kementerian;dang) tahun pembuatan.

Contoh: PW.001/1/2/MPEK/2012

Kode Klasifikasi Arsip

Nomor Halaman Dosir

Nomor Urut Dosir

Kode/SingkatanNama Jabatan

Tahun Pembuatan

708

4) Surat Dinas Biasa terdiri dari:a) kode klasifikasi arsip;b) nomor halaman dosir;c) nomor urut dosir;d) kode/singkatan unit pemrakarsa;e) kode/singkatan akronim kementerian; danf) tahun pembuatan.

Contoh: R/PS.101/3/1/Itjen/KPEK/2012

Kode DerajatPengamananSurat Dinas

Kode Klasifikasi Arsip

Nomor Halaman Dosir

Nomor Urut Dosir

Kode/SingkatanUnit Pemrakarsa

Kode/SingkatanKementerian

Tahun Pembuatan

Contoh: KP.305/2/15/Sekjen/KPEK/2012

Kode Klasifikasi Arsip

Nomor Halaman Dosir

Nomor Urut Dosir

Kode/SingkatanUnit Pemrakarsa

Kode/SingkatanAkronim Kementerian

Tahun Pembuatan

709

3. Nomor Nota Dinas/MemorandumNota Dinas/Memorandum bersifat internal, dengan susunanpenomorannya sebagai berikut:

a. nomor urut pembukuan dalam satu takwim/kalender;b. jenis naskah dinas;c. kode/singkatan unit pemrakarsa;d. kode jabatan yang lebih rendah;e. bulan; danf. tahunpembuatan.

Contoh: 2-35/ND/RT/RO.UMUM/VII/2012

Nomor Urut Pembukuandalam Satu TahunTakwim/Kalender

Jenis Naskah Dinas

Kode Jabatan yangLebih Rendah

Kode/Singkatan SubunitPemrakarsa

Bulan

Tahun Pembuatan

Contoh: 15/ND/RO.UMUM/III/2012

Nomor Urut Pembukuandalam Satu TahunTakwim/Kalender

Jenis Naskah Dinas

Kode/Singkatan SubunitPemrakarsa

Bulan

Tahun Pembuatan

710

D. Nomor Halaman

Nomor halaman naskah ditulis dengan menggunakan nomor urut angkaArab dan dicantumkan secara simetris di tengah atas dengan membubuhkantanda hubung (-) sebelum dan setelah nomor, kecuali halaman pertamanaskah dinas yang menggunakan kop naskah dinas tidak perlumencantumkan nomor halaman.

Contoh (-2-)

E. Ketentuan Jarak Spasi

1. Jarak antara bab dan judul adalah dua spasi.

2. Jika judul lebih dari satu baris, jarak antara baris pertama dan keduaadalah satu spasi.

3. Jarak antara judul dan subjudul empat spasi.

4. Jarak antara subjudul dan uraian dua spasi.

5. Jarak masing-masing baris disesuaikan dengan keperluan.

F. Format Kop Surat

Format kop surat Menteri, kop surat Kementerian, kop Portrait PeraturanMenteri, kop sambutan Menteri, dan kop Landscape Peraturan Menteridapat dilihat pada Contoh 25A, 25B, 25C, 25D dan 25E.

711

CONTOH 25AFORMAT KOP SURAT MENTERI

Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17m Jakarta 10110Telepon (021) 3838456, 3838102; Faksimile (021) 3848245

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

712

CONTOH 25BFORMAT KOP SURAT KEMENTERIAN

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17M JAKARTA 10110TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210

713

CONTOH 25CFORMAT KOP PORTRAIT PERATURAN MENTERI

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

714

CONTOH 25DFORMAT SAMBUTAN MENTERI

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

715

CONTOH 25EFORMAT KOP LANDSCAPE PERATURAN MENTERI

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

G. Kata Penyambung

Kata Penyambung adalah kata yang digunakan sebagai tanda bahwateks masih berlanjut pada halaman berikutnya (jika naskah lebih darisatu halaman).

Kata Penyambung ditulis pada akhir setiap halaman baris terakhirteks disudut kanan bawah halaman dengan urutan kata penyambungdan tiga buah titik. Kata Penyambung itu diambil persis sama dari katapertama halaman berikutnya. Jika kata pertama dari halaman berikutnyamenunjuk pasal atau diberi garis bawah atau dicetak miring, kataPenyambung juga harus dituliskan sama. Kata Penyambung tidak digunakanuntuk pergantian bagian.

Contoh: Penulisan kata Penyambung pada halaman 1 baris palingbawahadalah wisatawan …

Wisatawan ... Kata Penyambung

Kata pertama pada halaman 2 baris paling atas kiri adalahWisatawan domestik … dst.

716

-2-

Wisatawan domestik .................

........................................... dst.

H. Lampiran

Jika naskah memiliki beberapa lampiran, setiap lampiran harusdiberi nomor urut dengan angka Arab.Nomor halaman lampiran merupakannomor lanjutan dari halaman sebelumnya.

I. Nomor Salinan Surat

Penomoran salinan surat dilakukan untuk menunjukkan bahwa surattersebut dibuat dalam jumlah terbatas dan distribusinya tertentu/diawasi.

Penyebutan nomor salinan surat disusun sebagai berikut:

1. semua surat yang mempunyai tingkat keamanan Sangat Rahasia/Rahasia harus diberi nomor salinan pada halaman pertama;

2. Lambang Negara jumlah salinan harus dicantumkan meskipun hanyasatu salinan;dan

3. pendistribusian surat yang bernomor salinan harus sama dengandaftar distribusinya. Daftar distribusi harus dicantumkan sebagailampiran.

J. Daftar Distribusi

Daftar Distribusi adalah susunan pejabat yang dibuat oleh pejabatsekretariat dan digunakan sebagai pedoman pendistribusian naskah. Halyang perlu diperhatikan dalam pembuatan daftar distribusi adalah:

1. Kelompok Pertama, yaitu pejabat yang langsung berada di bawahpimpinan yang bersangkutan;

2. Kelompok Kedua, yaitu pejabat pada Kelompok Pertama ditambahdengan pejabat pada urutan eselon berikutnya;dan

3. Kelompok Ketiga, yaitu pejabat pada Kelompok Pertama dan KelompokKedua ditambah pejabat lain sesuai dengan keperluan.

Cara penggunaan Daftar Distribusi adalah sebagai berikut:

1. setiap Distribusi menunjukkan batas pejabat yang berhak menerimanaskah. Dengan demikian, jika naskah dimasukkan sampai ketingkat/

717

eselon tertentu, pada alamat yang dituju tidak perlu ditambahkanDaftar Distribusi untuk tingkat/eselon di bawahnya;dan

2. Daftar Distribusi tidak digunakan jika naskah didistribusikan untukpejabat tertentu. Untuk itu, pada naskah langsung dicantumkanpejabat yang dituju.

K. Rujukan

Rujukan adalah naskah atau dokumen lain yang digunakan sebagaidasar acuan atau dasar penyusunan naskah. Penulisan rujukan dilakukansebagai berikut:

1. naskah yang berbentuk Peraturan Menteri, Keputusan Menteri danInstruksi Menteri, rujukannya ditulis di dalam dasar hukum (mengingat);

2. naskah yang berbentuk Surat Perintah, Surat Tugas, Surat Edaran,dan Pengumunan rujukannya ditulis di dalam dasar pembuatan;

3. Surat Dinas memerlukan rujukan, naskah yang menjadi rujukanditulis pada alinea pembuka diikuti substansi materi surat yangbersangkutan,dalam hal lebih dari satu naskah, rujukan harus ditulissecara kronologis;

4. katarujukan ditulis pada bagian akhir naskah berikut acuan yangdigunakan. Apabila rujukan yang digunakan cukup banyak, daftarrujukan dicantumkan pada bagian akhir sebagai lampiran dan ditulisrujukan terlampir;

5. rujukan yang digunakan lebih dari satu harus dinyatakan secarajelas dengan menggunakan nomor urut, diikuti dengan penulisanjudulnya; dan

6. naskah rujukan tidak harus disertakan pada naskah yang bersangkutan.

L. Ruang Tanda Tangan

1. PengertianRuang Tanda Tangan adalah tempat pada bagian kaki Naskah Dinasyang memuat nama jabatan (misalnya, Menteri, Wakil Menteri,Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Direktur)yang dirangkaikan dengan nama Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.

2. Cara PenulisanCara penulisan ruang tanda tangan pada Naskah Dinas sebagaiberikut:

718

a. ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelahbaris kalimat terakhir;

b. nama jabatan yang diletakkan pada baris pertama tidak bolehdisingkat, kecuali pada formulir ukuran kecil, misalnya KartuIdentitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

c. nama jabatan yang diletakkan pada baris kedua dan ketiga(setelah a.n. dan u.b.) boleh disingkat; misalnya, setjen, karoumum, dan ditjen;

d. nama jabatan pada naskah dinas yang bersifat mengatur ditulisdengan huruf kapital dan nama jabatan pada naskah dinas yangbersifat tidak mengatur ditulis dengan huruf awal kapital;

e. ruang tanda tangan sekurang-kurangnya empat spasi;

f. nama pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifatmengatur, ditulis dengan huruf kapital, dan nama pejabat yangmenandatangani naskah dinas tidak mengatur ditulis denganhuruf awal kapital;dan

g. jarak ruang antara tandatangan dan tepi kanan kertas + 3 cm,sedangkan untuk tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang.

Contoh:

1) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat mengatur:

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

Tanda Tangan

NAMA MENTERI

2) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengatur:

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

Tanda Tangan

NAMA MENTERI

719

3) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengaturyang ditandatangani atas nama :

a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

Wakil Menteri,

Tanda Tangan

NAMA WAKIL MENTERINIP

4) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengaturyang ditandatangani atas nama :

a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

Sekretaris Jenderal,

Tanda Tangan

NAMA SEKRETARIS JENDERAL

NIP

5) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengaturyang ditandatangani untuk beliau :

a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIA

Sekretaris Jenderal,

u.b

Kepala Biro Umum

Tanda Tangan

NAMA KEPALA BIRO UMUM NIP

720

M. Penentuan Batas/Ruang Tepi

Demi keserasian dan kerapian (estetika) dalam penyusunan naskahdinas, diatur supaya tidak seluruhnya permukaan kertas digunakan secarapenuh. Oleh karena itu, perlu ditetapkan batas antara tepi kertas dannaskah dinas baik pada tepi atas, kanan, bawah, maupun pada tepi kirisehingga terdapat ruang yang dibiarkan kosong. Penentuan ruang tepidilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada peralatan yang digunakanuntuk membuat naskah dinas, yaitu:

1. ruang tepi atas : apabila menggunakan kop naskah dinas duaspasi di bawah kop, dan apabila tanpa kopnaskah dinas sekurang-kurangnya 2 cm daritepi atas kertas.

2. ruangtepi bawah : sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawahkertas.

3. ruangtepi kiri : sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kertas, batasruang tepi kiri tersebut diatur cukup lebar agarpada waktu dilubangi untuk kepentinganpenyimpanan dalam ordner/snelhecter tidakberakibat hilangnya salah satu huruf/kata/angkapada naskah dinas tersebut.

4. ruangtepi kanan : sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas.

Keterangan:

Dalam pelaksanannya, penentuan ruang tepi seperti tersebut di atasbersifat fleksibel, disesuaikan dengan banyak atau tidaknya isi suatunaskah dinas. Penentuan ruang tepi (termasuk juga jarak spasi dalamparagraf) hendaknya memperhatikan aspek keserasian dan estetika.

N. Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa dalam naskah dinas adalah:

1. Bahasa yang digunakan dalam naskah harus jelas, tepat, danmenguraikan maksud, tujuan, serta isi naskah. Untuk itu, perludiperhatikan pemakaian kata dan kalimat dalam susunan yang baikdan benar, sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku, yaituTata Bahasa Baku Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia;dan

721

2. Ejaan yang digunakan di dalam naskah adalah Ejaan BahasaIndonesia yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tanggal 9 September 1987tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan dan telah disempurnakan dengan Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2009 tanggal 31 Juli2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan.

BAB IVTATA SURAT DINAS

A. Pengertian

Tata Surat Dinas adalah pengaturan ketatalaksanaan penyelenggaraansurat-menyurat dinas yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahandan pembangunan.

Surat-menyurat dinas merupakan kegiatan yang sangat penting untukmendukung terselenggaranya tugas dan fungsi organisasi. Apabilapelaksanaannya tidak diatur dengan cermat dan teliti, akan diperlukanbanyak waktu dan biaya. Tata Surat Dinas yang baik akan meningkatkanefektivitas dan efisiensi di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.

B. Ketentuan Penyusunan Surat Dinas

1. Penyelenggaraan urusan kedinasan melalui surat-menyurat dinasharus dilaksanakan secara cermat dan teliti agar tidak menimbulkansalah penafsiran.

2. Koordinasi antar pejabat sebaiknya dilakukan dengan mengutamakanmetode yang paling cepat dan tepat, seperti diskusi, kunjunganpribadi, dan jaringan telepon. Apabila dalam penyusunan surat dinasdiperlukan koordinasi pejabat yang bersangkutan melakukannya mulaitahap penyusunan draf/rancangan sehingga perbaikan pada konsepfinal dapat dihindari.

3. Urusan kedinasan yang dilakukan dengan menggunakan tata caradan prosedur surat-menyurat harus menggunakan sarana komunikasiresmi.

722

4. Jawaban terhadap Surat yang Masuk

a. Instansi/unit pengirim harus segera menginformasikan kepadapenerima Surat Dinas atas keterlambatan jawaban dalam suatuproses komunikasi.

b. Instansi/unit penerima harus segera memberikan jawabanterhadap konfirmasi yang dilakukan oleh instansi pengirim.

5. Waktu Penandatanganan Surat yang MasukWaktu penandatangan Surat Dinas harus memperhatikan jadwalpengiriman surat yang berlaku di masing-masing unit kerja dansegera dikirim setelah ditandatangani.

6. SalinanSalinan Surat Dinas hanya diberikan kepada yang berhak danmemerlukan, dinyatakan dengan memberikan alamat yang dimaksuddalam tembusan.

Salinan Surat Dinas dibuat terbatas hanya untuk kebutuhan, sebagaiberikut:a. salinan tembusan, salinan Surat Dinas yang disampaikan kepada

pejabat terkait;b. salinan laporan, salinan Surat Dinas yang disampaikan kepada

pejabat berwenang;danc. salinan arsip, salinan Surat Dinas yang disimpan untuk kepentingan

pemberkasan arsip.

7. Tingkat KeamananSurat Dinas memiliki tingkat keamanan sebagai berikut:

a. Sangat Rahasia disingkat (SR) tingkat keamanan isi Surat Dinastertinggi, sangat erat hubungannya dengan keamanan dankeselamatan negara. Apabila disiarkan secara tidak sah ataujatuh ke tangan yang tidak berhak, Surat Dinas akanmembahayakan keamanan dan keselamatan negara.

b. Rahasia disingkat (R) tingkat keamanan isi Surat Dinasberhubungan erat dengan keamanan dan keselamatan negara.Apabila disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yangtidak berhak, Surat Dinas akan merugikan negara.

c. Biasa disingkat (B) tingkat keamanan isi Surat Dinas yang tidaktermasuk pada huruf a dan huruf b, namun tidak berarti bahwaisi Surat Dinas tersebut dapat disampaikan kepada yang tidakberhak mengetahuinya.

723

8. Kecepatan PenyampaianSifat penyampaian Surat Dinas sebagai berikut:

a. Amat Segera/Kilat adalah Surat Dinas yang harus diselesaikan/dikirim/disampaikan pada hari yang sama dengan batas waktu24 jam;

b. Segera, adalah Surat Dinas yang harus diselesaikan/dikirim/disampaikan dalam waktu 2 x 24 jam; dan

c. Biasa adalah Surat Dinas yang harus diselesaikan/dikirim/disampaikan menurut urutan yang diterima oleh bagian pengirimansesuai dengan jadwal perjalanan caraka/kurir.

C. Ketentuan Surat-Menyurat

1. Komunikasi Langsung

Surat Dinas dikirim langsung kepada individu (pejabat formal). ApabilaSurat Dinas tersebut ditujukan kepada pejabat yang bukan kepalainstansi, untuk mempercepat penyampaian surat kepada pejabatyang dituju tersebut surat tetap ditujukan kepada kepala instansi,tetapi dicantumkan untuk perhatian (u.p.) pejabat yang bersangkutan.

2. Alur Surat-MenyuratAlur surat-menyurat sebagai berikut:

a. surat-menyurat harus melalui hierarki dari tingkat pimpinan tertinggiinstansi hingga ke pajabat struktural terendah yang berwenangsehingga dapat dilakukan pengendalian penyelesaian;

b. surat-menyurat yang bersifat operasional teknis diatur lebih lanjutoleh masing-masing satuan kerja; dan

c. surat-menyurat yang bermuatan kebijakan/keputusan/arahanpimpinan harus menggunakan prosedur sesuai dengan gariskepemimpinan/eselon.

3. Kewenangan PenandatangananKewenangan penandatanganan Surat Dinas sebagai berikut:

a. kewenangan untuk melaksanakan dan menandatangani SuratDinas antar/keluar Kementerian maupun di lingkunganKementerian yang bersifat kebijakan/keputusan/arahan beradapada pejabat pimpinan tertinggi (Menteri);

724

b. kewenangan untuk melaksanakan dan menandatangani SuratDinas yang tidak bersifat kebijakan/keputusan/arahan dapatdiserahkan/dilimpahkan kepada pimpinan organisasi disetiaptingkat eselon atau pejabat lain yang diberi kewenangan untukmenandatanganinya;

c. penyerahan/pelimpahan wewenang dan penandatanganankorespondensi kepada pejabat kepala/pimpinan dilaksanakansebagai berikut:

1) Sekretaris Jenderal dapat memperoleh pelimpahankewenangan dan penandatangan Surat Dinas tentangsupervisi, arahan mengenai rencana strategis danoperasional, termasuk kegiatan lain yang dilaksanakan olehorganisasi linidi lingkungan Kementerian; dan

2) pimpinan organisasi lini di lingkungan Kementerian dapatmemperoleh penyerahan/pelimpahan wewenang danpenandatanganan Surat Dinas yang berkaitan denganpelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan bidang masing-masing.

Format kewenangan penandatangan dapat dilihat pada Contoh 26.

725

CONTOH 26 MATRIKS KEWENANGAN PENANDATANGAN NASKAH DINAS

No. Jenis Naskah Dinas

Menteri

Wakil Menteri

Sekjen

Dirjen/ Irjen/

Badan

SAM (*)

Karo/Kapus/ Direktur/ Inspektur

Kabag/ Kabid

Kasubbag/Kasubid

Kasi

1. Peraturan Menteri

2. Peraturan Dirjen/Pejabat yang Setingkat

3. Pedoman

4. Petunjuk Pelaksanaan/Teknis

5. Instruksi Menteri

6. Surat Edaran

7. Keputusan Menteri

8. Surat Perintah/ Surat Tugas

9. Nota Dinas

10. Memorandum

11. Surat Dinas

12. Surat Undangan

13. Naskah Perjanjian

14. Surat Kuasa

15. Berita Acara

16. Surat Keterangan

17. Surat Pengantar

18. Pengumuman

19. Laporan

20. Telaahan/Staf

21. Formulir

22. Piagam Penghargaan

23. Sertifikat

24. STTPL

25. Surat Keterangan

26. Prasasti

(*) Kewenangan Staf Ahli disesuaikan dengan tugas dan fungsinya.

4. Rujukan

a. Dalam hal Surat Dinas memerlukan rujukan, naskah rujukanditulis pada alinea pembuka, diikuti substansi materi surat yangbersangkutan. Apabila rujukan lebih dari satu naskah, rujukanitu harus ditulis secara kronologis.

726

b. Cara Menulis Rujukanadalah sebagai berikut:

1) Rujukan Berupa Naskah

Penulisan rujukan berupa naskah mencakupi informasisingkat tentang naskah yang menjadi rujukan dengan urutansebagai berikut:a) jenis naskah dinas;b) jabatan penanda tangan naskah dinas;c) nomor naskah dinas;d) tanggal penetapan;dane) subjek naskah dinas.

2) Rujukan Berupa Surat DinasPenulisan rujukan berupa Surat Dinas mencakupi informasisingkat tentang Surat Dinas yang menjadi rujukan denganurutan sebagai berikut:a) jenis Surat Dinas;b) jabatan penanda tangan;c) nomor Surat Dinas;d) tanggal penandatangananSurat Dinas;dane) hal.

3) Rujukan Berupa Surat Dinas ElektronikPenulisan rujukan berupa Surat Dinas Elektronik (suratyang dikirimkan melalui sarana elektronik) diatur tersendiri.

c. Rujukan Surat kepada Instansi NonpemerintahRujukan tidak harus dicantumkan pada Surat Dinas yang ditujukankepada instansi nonpemerintah.

5. Disposisi

Disposisi adalah petunjuk tertulis mengenai tindak lanjut pengelolaanSurat Dinas,yang ditulis secara jelas pada Lembar Disposisi tidakpada naskah asli. Lembar Disposisi merupakan satu kesatuan denganNaskah/Surat Dinas yang bersangkutan.

Format Disposisi disesuaikan dengan nomenklatur pada masing-masing Eselon I dan Eselon II, dapat dilihat pada Contoh 27A,Contoh 27B, Contoh 27C dan Contoh 27D.

727

CONTOH 27A FORMAT DISPOSISI MENTERI

Nomor Agenda Tanggal Terima

Sifat Surat Rahasia Penting Segera

Nomor Surat: Tanggal Surat :

Asal Surat : Hal:

Diteruskan Kepada Isi Disposisi

1. Wakil Menteri

2. Sekretaris Jenderal

3. Inspektur Jenderal

4. Dirjen Pengem. Destinasi Pariwisata

5. Dirjen Pemasaran Pariwisata

6. Dirjen Ekraf Berbasis Seni dan Budaya

7. Dirjen Ekraf Berbasis Media, Desain dan IPTEK

8. Kepala Badan Pengem. Sumber Daya Parekraf

9. Staf Ahli Menteri Bid. Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif

10. Staf Ahli Menteri Bid. Jasa Ekonomi

11. Staf Ahli Menteri Bid. Hubungan Antar Lembaga

12. Staf Ahli Menteri Bid. Iptek

13. Sespri

14. Lain-lain ....................

15.

Catatan tambahan :

728

CONTOH 27B FORMAT DISPOSISI WAKIL MENTERI

Nomor Agenda Tanggal Terima

Sifat Surat Rahasia Penting Segera

Nomor Surat: Tanggal Surat :

Asal Surat : Hal:

Diteruskan Kepada Isi Disposisi

1. Sekretaris Jenderal

2. Inspektur Jenderal

3. Dirjen Pengem. Destinasi Pariwisata

4. Dirjen Pemasaran Pariwisata

5. Dirjen Ekraf Berbasis Seni dan Budaya

6. Dirjen Ekraf Berbasis Media, Desain dan IPTEK

7. Kepala Badan Pengem. Sumber Daya Parekraf

8. Staf Ahli Menteri Bid. Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif

9. Staf Ahli Menteri Bid. Jasa Ekonomi

10. Staf Ahli Menteri Bid. Hubungan Antar Lembaga

11. Staf Ahli Menteri Bid. Iptek

12. Sespri

13. Lain-Lain ..................................

14.

15.

Catatan tambahan :

729

CONTOH 27C FORMAT DISPOSISI ESELON I

LEMBAR DISPOSISI

SEKRETARIS JENDERAL/DIREKTUR JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN/ KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Nomor Agenda Tanggal Terima

Sifat Surat

Rahasia Penting Segera

Nomor Surat: Tanggal Surat :

Asal Surat : Hal:

Diteruskan Kepada Isi Disposisi

1. Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi

2. Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian

3. Kepala Biro Keuangan

4. Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri

5. Kepala Biro Umum

6. Kepala Pusat Data dan Informasi

7. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Peg.

8. Kepala Pusat Komunikasi Publik

9. Lain-Lain ..........................................

10.

11.

12.

13.

Catatan tambahan :

730

CONTOH 27D FORMAT DISPOSISI ESELON II

LEMBAR DISPOSISI

KEPALA/SEKRETARIS DITJEN/SEKRETARIS ITJEN/DIREKTUR/INSPEKTUR KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Nomor Agenda Tanggal Terima

Sifat Surat

Rahasia Penting Segera

Nomor Surat: Tanggal Surat :

Asal Surat : Hal:

Diteruskan Kepada Isi Disposisi

1. Kepala Bagian TU Pimpinan

2. Kepala Bagian Rumah Tangga

3. Kepala Bagian Perlengkapan

4. Kepala Bagian Layanan Pengadaan

5. Lain-Lain ..........................................

6.

7.

8.

9.

Catatan tambahan :

731

6. Penanganan Surat Dinas dengan Tingkat Keamanan Tertentu

Surat Dinas yang mengandung materi dengan tingkat keamanantertentu (Sangat Rahasia dan Rahasia) harus dijaga keamanannyadalam rangka keamanan dan keselamatan negara. Tanda tingkatkeamanan ditulis dengan cap (tidak diketik) berwarna merah padabagian atas dan bawah setiap halaman surat dinas. ApabilaSuratDinas tersebut disalin, cap tingkat keamanan pada salinan harusdengan warna yang sama dengan warna cap pada surat asli.

D. Media/Sarana Surat-Menyurat

Media/sarana surat-menyurat adalah alat untuk merekam informasiyang dikomunikasikan dalam bentuk media konvensional (kertas).

1. Kertas Surat

a. Penggunaan Kertas

1) Kertas yang digunakan untuk kegiatan dinas adalah maksimal80 gram, antara lain untuk kegiatan surat-menyurat,penggandaan, dan dokumen pelaporan.

2) Penggunaan kertas HVS di atas 80 gram atau jenis lainhanya terbatas untuk jenis naskah dinas yang mempunyainilai kesamaan tertentu dan nilai kegunaan dalam waktulama.

3) Kertas surat menggunakan Lambang Negara dan/atau kopKementerian dicetak di atas kertas 80 gram.

4) Kertas yang digunakan untuk surat-menyurat adalah A4yang berukuran 297 x 210 mm (8¼ x 11¾ inci). Disampingkertas A4 untuk kepentingan tertentu dapat digunakan kertasdengan ukuransebagai berikut:a) A3 kuarto ganda (297 x 420 mm);b) A5 setengah kuarto (210 x 148 mm);c) Folio (210 x 330 mm);dand) Folio ganda (420 x 330 mm).

Format ukuran kertas dapat dilihat pada Contoh 28.

732

CONTOH 28 STANDAR UKURAN KERTAS DAN PENJELASANNYA

Seri Milimeter Inci Seri Milimeter Inci

AO 841 x 1189 33 x 46¾ C0 917 x 1297 36¼ x 51 A1 594 x 841 23 x 33 C1 648 x 917 5 x 36¾ A2 420 x 594 16½ x 23 C2 458 x 648 18¼ x 25 A3 297 x 420 22¾ x 16½ C3 324 x 458 12¼ x 18¼ A4 210 x 297 8¼ x 11¾ C4 229 x 324 9 x 12¾ A5 148 x 210 5 x 8¼ C5 162 x 229 6 x 9 A6 105 x 148 4 x 5 C6 114 x 162 4½ x 6 A7 74 x 105 2 x 4 C7 81 x 114 3¼ X 4½ A8 52 x 74 2 x 2 C8 57 x 81 2¼ X 3¼

B0 1000 x 1414 40 x 56½ D0 771 x 1090 30¾ X 43¼ B1 707 x 1000 28¼ x 40 D1 545 x 772 21¾ X 30¾ B2 500 x 707 20 x 28¼ D2 385 x 545 15¼ X 21¾ B3 353 x 500 14 x 20 D3 272 x 385 10 X 15¼ B4 250 x 353 9 x 14 D4 192 x 272 7¾ X 10 B5 176 x 250 7 x 9 D5 136 x 192 5 X 7¾ B6 125 x 176 4 x 7 D6 96 x 136 3 X 5 B7 88 x 125 3 ½ x 4 D7 68 x 96 2¾ X 5 B8 62 x 88 2 ½ x 3 ½ D8 48 x 68 1 X 2¾

733

Seri A Seri A umumnya digunakan untuk kertas cetak, termasuk alat tulis kantor dan publikasi. Ukuran yang menjadi standar dasar adalah A0, yaitu kertas ukuran 841 x 1189 mm yang luasnya sama dengan satu meter persegi. Setiap angka setelah Huruf A menunjukkan luas setengah dari angka sebelumnya. Jadi, luas kertas ukuran A1 adalah setengah dari kertas ukuran A0. A2 seperempat dari A0 dan A3 adalah seperdelapan dari A0, demikian seterusnya. Lembaran dengan ukuran lebih besar dari pada A0 dituliskan dengan angka sebelum huruf A0. Jadi, 2A0 berarti suatu lembaran yang ukurannya dua kali A0. Seri B Ukuran Seri B kira-kira di tengah-tengah antara ukuran Seri A, merupakan alternatif dari Seri A, tetapi utamanya digunakan untuk poster, peta, atau bagan di dinding, apabila menggunakan kertas Seri A akan tampak terlalu besar. Seri C Seri C digunakan untuk map, kartu pos, dan sampul. Sampul dengan ukuran Seri C sesuai dengan untuk kertas Seri A, baik dalam keadaan utuh maupun dilipat. Sampul C6 dapat mewadahi lembaran kertas A6 atau A5 yang dilipat satu kali atau A4 yang dilipat dua kali.

A1

A2

A3

A5

A4

A7

A6

Penjelasan

734

b. Warna dan Kualitas Kertas

1) Surat Dinas yang asli menggunakan kertas berwarna putihdengan kualitas terbaik white bond.

2) Salinan Surat Dinas menggunakan kertas yang berkualitasbiasa.

3) Apabila digunakan mesin ketik biasa tembusan diketik dengankertas karbon pada kertas doorslag/manifold/tissue.

4) Apabila digunakan ketik elektronik atau komputer agar lebihefisien tembusan dibuat pada kertas biasa denganmenggunakan mesin fotokopi.

5) Naskah dengan jangka waktu simpan 10 (sepuluh) tahunatau lebih/bernilai guna permanen, serendah-rendahnya harusmenggunakan kertas dengan nilai keasaman (PH) 7.

2. Sampul Surat

Sampul Surat adalah sarana kelengkapan penyampaian surat, terutamauntuk surat keluar instansi. Ukuran, bentuk, dan warna sampul yangdigunakan untuk surat-menyurat di lingkungan Kementerian diatursesuai dengan keperluan dengan mempertimbangkan efisiensi.

a. UkuranUkuran Sampul yang digunakan didasarkan Keputusan DirekturJenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor 43/Dirjen/1987 tentangPenetapan Standar Kertas Sampul Surat dan Bentuk SampulSurat, sebagai berikut:

735

Nomor Lebar (mm) Panjang (mm)

1. 90 152 2. 100 160 3. 110 220 4. 114 162

5. 125 176 6. 105 227 7. 115 245 8. 120 270 9. 176 250

10. 229 324 11. 250 353 12. 270 400

UKURAN SAMPUL

Pada umumnya, untuk Surat Dinas pada kertas ukuran A4(kuarto) atau folio dan ukuran A5 atau setengah folio digunakansampul Nomor 6 (105 mm x 227 mm). Untuk Surat Dinas yangmempunyai lampiran cukup tebal atau surat pengantar yangdisertai naskah dinas tebal seperti keputusan, pedoman, danlaporan yang berupa buku dan tidak dapat dilipat, digunakansampul yang ukurannya sedemikian rupa sehingga setelahdimasukkan ke dalam sampul pada setiap sisinya terdapat ruangmaksimal ½ inci. Untuk menentukan ukuran minimum sampulyang tepat bagi surat dinas yang cukup tebal dan tidak dapatdilipat dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Panjang sampul = panjang surat/naskah + ½” + tebal surat/naskah

Lebar sampul = Lebar surat/naskah + ¼” + tebal surat/naskah

b. Warna dan KualitasSampul Surat Dinas menggunakan kertas tahan lama bondberwarna putih atau coklat muda dengan kualitas sedemikianrupa sehingga sesuai dengan ukuran dan berat naskah yangdikirim.

736

c. Penulisan Alamat Pengirim dan TujuanPada sampul surat selalu/harus dicantumkan alamat pengirimdan alamat tujuan. Alamat pengirim dicetak atau dituliskan padabagian kanan atas sampul dengan susunan sama dengan yangtertulis atau tercetak pada kepala surat, yaitu Lambang Negara/kop Kementerian Alamat tujuan ditulis sama seperti alamatyang tercantum pada kepala surat, alinea pertama alamat tujuanyang dimulai pada baris di bawah bagian tengah sampul.

d. Cara Melipat dan Memasukan Surat ke Dalam SampulSurat yang sudah diketik rapi akan kehilangan penampilannyayang menarik jika cara melipat dan memasukkannya ke dalamsampul kurang cermat dan tidak hati-hati. Surat yang sudahdilipat sudut-sudutnya harus bertemu dan lipatannya harus lurusdan tidak kusut. Sebelum kertas surat dilipat, terlebih dahuluperlu dipertimbangkan sampul yang akan digunakan. Cara melipatsurat yang akan dimasukkan ke dalam sampul Surat Dinasadalah sepertiga bagian bawah lembaran surat dilipat ke depandan sepertiga bagian atas dilipat ke belakang. Selanjutnya,suratdimasukkan ke dalam sampul dengan bagian kepala suratmenghadap ke depan kearah penerima/pembaca surat. Padasampul yang mempunyai jendela kertas kaca, kedudukan alamattujuan pada kepala surat harus tepat pada jendela sampul.

Cara Melipat Surat dapat dilihat pada Contoh 29.

737

Pertama, sepertiga bagian bawah lembaran kertas surat dilipat ke depan.

Lembar Kertas Surat

Kedua, sepertiga bagian atas lembaran kertas surat dilipat ke belakang.

Ketiga, surat dimasukkan ke dalam sampul dengan bagian kepala surat menghadap ke arah pembaca penerima surat

Pada sampul yang menggunakan jendela kertas kaca, alamat tujuan pada kepala surat harus tepat di balik jendela kertas kaca.

738

E. Susunan

1. Kop SuratKop Surat mengidentifikasikan nama jabatan atau nama Kementeriandan alamat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kop Surat Nama Jabatan

1) Kop Surat Nama Jabatan adalah kepala surat yangmenunjukkan jabatan tertentu. Kertas dengan kop suratnama jabatan hanya digunakan untuk surat yangditandatangani oleh Menteri.

2) Kop Surat Nama Jabatan terdiri dari Lambang Negara ditengah dan nama jabatan yang ditulis paling banyak tigabaris (apabila nama jabatan terlalu panjang digunakansingkatan atau akronim tanpa mengorbankan kejelasan).Perbandingan ukuran Lambang Negara dan huruf yangdigunakan hendaknya serasi, sesuai dengan ukuran kertas.

b. Kop Surat Nama Kementerian

1) Kop Surat Nama Kementerian menunjukkan nama danalamat di lingkungan Kementerian. Kertas dengan kop suratdimaksud digunakan untuk kemudahan semua surat/naskahdinas.

2) Surat yang ditandatangani oleh pejabat pada tatarankepemimpinan adalah surat jenis Nota Dinas, Memorandum,dan Surat Pengantar.

3) Pada surat yang berbentuk formulir, kepala surat yang dicetak,diketik, dicap, atau ditulis tangan hanya digunakan padahalaman pertama surat, dan dituliskan pada baris kelimadari tepi atas kertas.

4) Surat yang mempunyai kop surat nama Kementerianditandatangani oleh pejabat Kementerian (di bawah Menteri).

2. Tanggal SuratTanggal Surat ditulis dengan tata urut sebagai berikut:a. tanggal ditulis dengan angka Arab;b. bulan ditulis lengkap;danc. tahun ditulis lengkap empat digit dengan angka Arab.

739

Contoh:

18 Maret 2011

3. Hal SuratHal surat adalah materi pokok yang dinyatakan dengan kelompokkata singkat, tetapi jelas.

Hal perlu dicantumkan dengan alasan sebagai berikut:

a. menyampaikan penjelasan singkat tentang materi yangdikomunikasikan dan menjadi rujukan dalam komunikasi;

b. memudahkan identifikasi dalam penyusunan halaman pada suratyang terdiri lebih dari satu halaman;dan

c. memudahkan penentuan alur pengiriman surat atau pemberkasandan penyimpanan surat.

4. Alamat Surat

a. Surat Dinas ditujukan kepada nama jabatan pimpinan dari instansipemerintah yang dituju. Surat Dinas tidak dapat ditujukan kepadaidentitas yang tidak individual, misalnya kantor, kementerian,dan instansi.

b. Surat Dinas yang ditujukan kepada pejabat pemerintah/pejabatnegara ditulis dengan urutan sebagai berikut:1) nama jabatan;2) jalan;3) kota;dan4) kode pos.

Contoh:

Yth. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta 10110

5. Penggunaan Untuk Perhatian (u.p.)

Alamat surat dengan menggunakan istilah untuk perhatian (u.p.)digunakan untuk keperluan sebagai berikut:

740

a. mempercepat penyelesaian surat yang diperkirakan cukupdilakukan oleh pejabat atau staf tertentu di lingkungan Kementerian;

b. mempermudah penyampaian oleh sekretariat penerima suratkepada pejabat yang dituju dan untuk mempercepatpenyelesaiannya sesuai dengan maksud surat;dan

c. mempercepat penyelesaian surat karena tidak harus menunggukebijakan langsung pimpinan.

Contoh:

Yth. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta 10110

u.p.Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata

6. Paragraf Surat

Paragraf adalah sekelompok kalimat pernyataan yang berkaitansatu dengan yang lain, dan merupakan satu kesatuan. Fungsi paragrafadalah mempermudah pemahaman penerima, memisahkan, ataumenghubungkan pemikiran dalam komunikasi tertulis.

7. Penggunaan Spasi

Isi surat dinas diketik satu spasi dan diberi jarak 1,5 sampai dengan2 spasi diantara paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya.Jarak antarbaris surat yang terdiri dari satu paragraf, adalah duaspasi. Setiap paragraf baru ditandai dengan takuk, yaitu ± 6 ketukatau spasi.

8. Garis Kewenangan, Penandatanganan, dan Lampiran

a. Penggunaan Garis KewenanganPimpinan Kementerian bertanggung jawab atas segala kegiatanyang dilakukan di lingkungan Kementerian. Tanggung jawabtersebut tidak dapat dilimpahkan atau diserahkan kepadaseseorang yang bukan pejabat berwenang. Garis kewenangandigunakan apabila Surat Dinas ditandatangani oleh pejabat yangmendapat pelimpahan dari pejabat yang berwenang.

741

b. PenandatangananPenandatanganan Surat Dinas yang menggunakan gariskewenangan dapat dilaksanakan dengan menggunakan duacara sebagai berikut:

1) Atas Nama (a.n.)Atas Nama disingkat (a.n.) digunakan jika pejabat yangmenandatangani Surat Dinas telah diberi kuasa oleh pejabatyang bertanggung jawab, berdasarkan bidang tugas dantanggung jawab pejabat yang bersangkutan. Pejabatpenandatanganan Surat Dinas bertanggung jawab atas isiSurat Dinas kepada penanggung jawab, tanggung jawabtetap berada pada pejabat yang memberi kuasa.

Contoh:

a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

Sekretaris Jenderal,

Tanda Tangan

NAMA SEKRETARIS JENDERAL NIP

2) Untuk Beliau (u.b.)Untuk Beliau disingkat (u.b.) digunakan jika pejabat yangdiberi kuasa memberi mandat kepada bawahannya. Olehsebab itu, u.b. digunakan setelah a.n.

Contoh:a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

REPUBLIK INDONESIASekretaris Jenderal

u.b.Kepala Biro Umum,

Tanda Tangan

NAMA KEPALA BIRO UMUMNIP

742

c. Susunan Penandatanganan Atas Nama (a.n.) Pejabat Lain

Nama jabatan pejabat yang berwenang ditulis lengkap denganhuruf kapital, didahului dengan singkatan a.n.

1) Nama jabatan pejabat yang menandatangani naskah dinasdapat ditulis singkatannya dengan huruf awal kapital.

2) Jika naskah dinas ditetapkan Untuk Beliau, singkatan u.b.dituliskan di bawah (di tengah-tengah) nama jabatan pejabatyang menandatangani, huruf awal ditulis dengan huruf kapitaldan diakhiri dengan tanda baca koma. Susunan pemakaiansingkatan nama jabatan hanya pada nama jabatan pejabatyang menandatangani naskah dinas.

3) Kata tanda tangan dituliskan.

4) Nama pejabat penanda tangan naskah dinas ditulis denganhuruf awal kapital.

5) Cap jabatan/Kementerian.

9. Pelaksana Tugas (Plt.)

Ketentuan penandatanganan Pelaksana Tugas disingkat (Plt.) adalahsebagai berikut:

a. Pelaksana Tugas (Plt.) digunakan apabila pejabat yang berwenangmenandatangani naskah dinas belum ditetapkan karenamenunggu ketentuan bidang kepegawaian lebih lanjut;dan

b. pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabatyang definitifditetapkan.

Contoh:

Plt. Kepala Biro KeuanganKepala Biro Umum,

Tanda Tangan

Nama Kepala Biro UmumNIP

10. Pelaksana Harian (Plh.)

Ketentuan penandatanganan Pelaksana Harian disingkat (Plh.) sebagaiberikut:

743

a. Pelaksana Harian (Plh.) dipergunakan apabila pejabat yangberwenang menandatangani naskah dinas tidak berada ditempatsehingga untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sehari-hariperlu ada pejabat sementara yang menggantikannya; dan

b. pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabatyang definitif kembali ditempat.

Contoh:

Plh. Kepala Biro UmumKabag Rumah Tangga,

Tanda Tangan

Nama Kabag Rumah TanggaNIP

11. Warna Tinta

Tinta yang digunakan untuk penulisan surat berwarna hitam, sedangkanuntuk penandatanganan surat berwarna hitam atau biru tua. Tintaberwarna merah hanya digunakan untuk penulisan tingkat keamanansurat rahasia atau sangat rahasia. Penggunaan warna tinta capdinas berwarna ungu.

F. Penanganan Surat Masuk

1. Surat Masuk adalah semua Surat Dinas yang diterima. Untukmemudahkan pengawasan dan pengendalian, penerimaan suratmasuk di Kantor Pusat dipusatkan di Biro Umum. Apabila suratmasuk disampaikan langsung kepada pejabat yang membidangiurusannya, pejabat tersebut berkewajiban memberi tahu kepadapihak sekretariat atau pejabat yang diberi wewenang melaksanakanpenerimaan surat tersebut.

2. Penanganan Surat MasukDilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:

a. PenerimaanSurat masuk yang diterima dalam sampul tertutup dikelompokkanberdasarkan tingkat keamanan (SR, R, dan B) dan tingkatkecepatan penyampaiannya (Kilat/Sangat Segera, Segera, dan

744

Biasa). Selanjutnya, surat ditangani sesuai dengan tingkatkeamanan dan tingkat kecepatan penyampaiannya.

b. Pencatatan

1) Surat masuk yang diterima dari petugas penerimaan (BiroUmum) dicacat diLembar Kontrol atau tanda penerimaannyaditandatangani. Pencatatan surat dilaksanakan denganprioritas sesuai dengan tingkat kecepatan penyampaiannya.

2) Catatan dilaksanakan pada Lembar Dosir menurut klasifikasiarsip. Pencatatan dilakukan pula pada Lembar Disposisimengenai nomor agenda/dosir, tanggal penerimaan, tanggalsurat masuk, nomor surat masuk, asal surat, dan hal.

3) Pencatatan Surat Dinas yang mempunyai tingkat keamananSR (Sangat Rahasia) dan R (Rahasia) dilakukan olehkesekretariatan masing-masing tujuan atau pejabat yangmendapatkan kewenangan.

4) Pencatatan Surat Dinas yang mempunyai tingkat keamananK (Kilat) dan B (Biasa) dilakukan oleh petugas di BiroUmum untuk disampaikan sesuai dengan tujuan.

5) Pencatatan surat selalu dilakukan pada setiap terjadipemindahan dan penyimpanan.

6) Pencatatan pada Buku Ekspedisi dilakukan untuk pengirimansurat di lingkungan Kementerian.

c. Penilaian

1) Kegiatan penilaian surat masuk sebenarnya sudah mulaidilaksanakan pada tahap pencatatan, yaitu pada waktu menilaisementara apakah surat masuk yang harus diberkaskan.Penilaian sementara ini dilakukan untuk memudahkanpenanganan surat oleh petugas/pejabat arsip.

2) Pada tahap penilaian, surat dinilai apakah akan disampaikankepada pimpinan atau dapat disampaikan langsung kepadapejabat yang menangani.

3) Selain penilaian penyampaian surat, dilakukan pula penilaianatas penanganan surat, apakah surat masuk itu akan diprosesbiasa atau melalui proses pemberkasan naskah.

4) Surat masuk yang beralamat pribadi (nama orang) dinilaitermasuk surat yang harus disampaikan langsung kepadayang bersangkutan dalam keadaan sampul tertutup.

745

5) Penilaian dilakukan dengan berpedoman kepada tingkatkeamanan dan tingkat kecepatan penyampaian surat.

d. Pengolahan

1) Pada tahap pengolahan, pimpinan/pejabat memutuskantindakan yang akan diambil sehubungan dengan surat masuktersebut.

2) Dari hasil pengolahan dapat diputuskan tindak lanjutnya,yaitu langsung disimpan atau dibuat naskah dinas baru,misalnya surat dinas, keputusan, dan instruksi.

3) Pengolahan surat masuk dapat menggunakan prosespemberkasan naskah atau proses administrasi biasa sesuaidengan kebutuhan.

e. Penyimpanan

1) Selama masa pengolahan surat masuk sudah mulaimengalami proses penyimpanan karena Surat Dinas yangsudah disimpan itu sering diminta kembali untuk diolah.Surat Dinas harus disimpan dengan baik sehingga mudahditemukan kembali jika diperlukan.

2) Surat masuk yang melalui proses pemberkasan, naskahdisimpan dalam berkas naskah dinas menurut klasifikasinyaarsip.

3) Surat masuk yang diproses tidak melalui proses pemberkasannaskah dinas disimpan dalam himpunan sesuai dengankebutuhan.

Beberapa cara menghimpun Naskah Dinas sebagai berikut:

a) Seri adalah himpunan satu jenis surat dinas yangberdasarkan format surat atau jenis Naskah Dinas,misalnya Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, InstruksiMenteri, dan Surat Edaran disusun secara kronologis.Himpunan menurut seri selain dibatasi kemampuanmap juga dibatasi oleh tahun pembuatan naskah dinas;

b) Rubrik adalah himpunan dari satu macam masalah/hal/pokok persoalan yang disusun secara kronologis,misalnya cuti, kunjungan dinas, dan kerja lapangan.Himpunan menurut rubrik dibatasi dengan tahun ataudibatasi sampai dengan masalah selesai;dan

746

c) Dosir adalah himpunan satu macam kegiatan ataupersoalan yang disusun secara kronologis. Misalnya,agenda surat masuk dalam satu masalah/klasifikasiarsip (dilaksanakan di sentral surat/Biro Umum).

4) Penyimpanan surat atau himpunan dilakukan sebagaiberikut:

a) Lateral adalah penyimpanan surat/himpunan yangdiletakkan sedemikian rupa sehingga yang terlihathanya bagian sisi samping; misalnya penyimpanandalam ordner, kotak arsip, atau boks fail;

b) Vertikal adalah penyimpanan surat/himpunan yangdiletakan sedemikian rupa sehingga yang terlihathanya bagian muka, misalnya penyimpanan surat/map pada lemari berkas (fail kabinet);dan

c) Horizontal adalah penyimpanan surat/himpunanyang diletakan sedemikian rupa sehingga mukasurat/himpunan terlihat sebelah atas; misalnya,penyimpanan peta atau gambar konstruksi.

5) Selama masih aktif, surat tetap berada di unitpengolah. Jika setelah dinilai surat itu menjadiarsip inaktif, penyimpanannya harus sudah dialihkanke unit kearsipan sesuai dengan ketentuan kearsipanyang berlaku.

f. Sarana Penanganan Surat Masuk

1) Buku Agenda adalah sarana utama pengendalian danpengawasan surat masuk. Semua surat masuk pertamakali dicatat pada Buku Agenda, yang disusun dalam kolomcatatan sebagai berikut:a) nomor urut pembukuan;b) tanggal surat masuk;c) nomor agenda;d) nomor dan tanggal surat masuk;e) lampiran;f) alamat pengirim;g) hal/isi surat;danh) keterangan.

747

Sesuai dengan kebutuhan, kolom catatan dapat ditambah,misalnya dengan petunjuk pada nomor yang lalu dan petunjukpada nomor berikutnya.

2) Pengurusan surat masuk yang tidak melalui prosespemberkasan Naskah Dinas, selain Buku Agenda, dapatdigunakan sarana lain yang diatur sesuai dengan kebutuhanmasing-masing unit kerja.

3) Sarana pengurusan surat masuk melalui proses pemberkasannaskah, selain Buku Agenda, juga digunakan sarana lain.

g. Alur Surat Masuk

Alur Surat Masuk merupakan siklus surat yang datang darimulai penerimaan sampai ke tempat tujuan sesuai dengan alamatyang dituju. Selanjutnya, keterangan dari gambar di bawah iniadalah sebagai berikut:

1) Surat Masuk adalah surat yang datang dari berbagai instansi/lembaga pemerintah, swasta, dan satuan kerja di lingkunganKementerian, baik pusat maupun daerah;

2) Subbagian Tata Persuratan, Biro Umum denganmenggunakan Sistem Keamanan Satu Pintu (One GatePolis) mempunyai tugas menerima, menyortir, mengagendakandalam dosir, mengekspedisikan surat, dan mendistribusikanke masing-masing Eselon I di lingkungan Kementerian;

3) Selanjutnya, Eselon I di lingkungan Kementerian menerima,mengagendakan, mendisposisi, mengekspedisikan, danmendistribusikan surat itu ke Eselon II;

4) Dari Eselon II, surat didisposisikan untuk ditindaklanjutioleh Eselon III sebagai tugas tanggungjawab pejabatteknis;dan

5) Dari Eselon III, surat dilanjutkan disposisi ke Eselon IV(tugas fungsinya sebagai pelaksana), dilaksanakan sesuaidengan perintah.

Gambar alur surat masuk dapat dilihat pada Contoh 30.

748

CONTOH 30ALUR SURAT MASUK(ONE GATE POLIS)

<

<<

<<

<

<

Eselon IV

Sub BagianSeksiUPT

Eselon III

BagianSub DirektoratUPT

2

4

6

1

3

5

Eselon I

Sekretariat JenderalDirektorat JenderalInspektorat JenderalBadan Pengembangan SD Parekraf

Eselon II

Sekretariat DitjenDirektoratBiroPusatSekretariat ItjenSekretariat BPSD ParekrafUPT

MenteriPariwisata danEkonomi Kreatif

Tata PersuratanBiro Umum

SuratMasuk

749

G. Penanganan Surat Keluar

1. Surat Keluar adalah semua Surat Dinas yang akan dikirim kepadapejabat yang tercantum pada alamat Surat Dinas dan sampul SuratDinas. Seperti penanganan surat masuk, pencatatan, pemberiannomor/cap dan pengiriman surat keluar dipusatkan di Biro Umumatau bagian lain yang menyelenggarakan fungsi kesekretariatanuntuk memudahkan pengawasan dan pengendalian.

2. Penanganan Surat Keluar dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

a. Pengolahan

1) Kegiatan pengolahan dimulai dari penyimpanan hingga kepenandatanganan Surat Dinas. Penyiapan surat keluardilaksanakan antara lain karena:a) adanya kebijaksanaan pimpinan;b) reaksi atas suatu aksi;danc) adanya konsep baru.

2) Penyimpanan/penyusunan konsep surat keluar adalahsebagai berikut:

a) penyiapan/penyusunan konsep dilakukan oleh pejabat/pegawai yang membidangi;

b) setiap konsep yang disiapkan harus didasarkan padakebijakan dan pengarahan pimpinan;

c) setiap konsep yang diajukan kepada pimpinan terlebihdahulu harus diteliti oleh sekretaris/pimpinan sekretariatatau pejabat yang diserahi wewenang. Sesuai denganpetunjuk pimpinan atau menurut pertimbangannya sendiriterhadap isi surat dinas, sekretaris/pimpinan sekretariatmenetapkan tingkat kecepatan penyampaian dan tingkatkeamanan surat;

d) setiap konsep Surat Dinas sebelum ditandatangani olehpejabat yang berwenang dibubuhi paraf terlebih dahuluoleh para pejabat dua tingkat dibawahnya yang bertugasmenyiapkan konsep Surat Dinas tersebut;dan

e) letak pembubuhan paraf diatur sebagai berikut:

(1) untuk paraf pejabat yang berada dua tingkat dibawah pejabat, penanda tangan Surat Dinas beradadi sebelah kiri/sebelum nama pejabat penandatangan;dan

750

(2) untuk paraf pejabat yang berada satu tingkat dibawah pejabat penandatangan Surat Dinasberada di sebelah kanan/setelah nama pejabatpenandatangan.

f) Penandatanganan, pemberian cap dinas, dan penomorandilakukan setelah Surat Dinas diparaf oleh pejabat yangbersangkutan dan tidak lagi mengandung kekurangan/kesalahan yang perlu diperbaiki.

Prosesnya sebagai berikut:

(1) pengajuan kepada pejabat yang akanmenandatangani;

(2) penandatanganan oleh pejabat yang bersangkutan;

(3) pemberian nomor;dan

(4) pembubuhan cap dinas.

b. PencatatanSemua surat keluar dicatat dalam buku pencatatan surat keluar(buku ekspedisi) yang bentuk, susunan, dan tata carapencatatannya diatur oleh masing-masing unit kerja.

c. Penggandaan

1) Penggandaan adalah kegiatan memperbanyak surat dinas/berkas dengan sarana reproduksi yang tersedia sesuaidengan kebutuhan.

2) Penggandaan hanya dilakukan setelah surat keluarditandatangani oleh pejabat yang berhak.

3) Pembubuhan cap dinas pada hasil penggandaan harus asli(bukan salinan).

4) Jumlah yang digandakan sesuai dengan alamat yang dituju/kebutuhan.

5) Penggandaan surat keluar yang tingkat kecepatanpenyampaiannya Kilat/Sangat Segera harus didahulukan.

6) Penggandaan surat keluar yang tingkat keamanannyakonfidensial ke atas harus diawasi dengan ketat.

7) Sekretaris/pimpinan sekretaris berkewajiban menjaga agarpenggandaan dilaksanakan menurut ketentuan yang diaturoleh masing-masing unit kerja.

751

d. Pengiriman

1) Surat keluar yang akan dikirimkan dimasukan ke dalamsampul.

2) Pada sampul surat keluar yang tingkat keamanannya Biasa(B), Rahasia (R), dan Sangat Rahasia (SR), dicantumkanalamat lengkap nomor Surat Dinas dan cap yang sesuaidengan tingkat kecepatan penyampaian (Kilat/Sangat Segera,Segera, Biasa).

3) Pada sampul surat yang tingkat keamanannya SR atau Rdimasukkan ke dalam sampul, dibubuhi alamat lengkap,nomor Surat Dinas, cap dinas, cap yang sesuai dengantingkat kecepatan penyampaian, dan cap tingkat keamanan.Selanjutnya, sampul ini dimasukkan ke dalam sampul keduadengan tanda-tanda yang sama, kecuali cap tingkatkeamanan.

4) Semua surat keluar yang dikirim dicatat dalam buku ekspedisisebagai bukti pengiriman atau dibuatkan tanda buktipengiriman tersendiri.

5) Untuk kepentingan keamanan, sekretaris/pimpinan sekretariatmengusahakan keselamatan pengiriman semua surat keluar,khususnya yang tingkat keamanannya SR/R.

e. Penyimpanan

1) Semua arsip surat keluar (pertinggal) harus disimpan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan kearsipan.

2) Naskah asli surat dinas keluar dan naskah yang diparafharus disimpan.

3) Tata cara penyimpanan surat keluar diatur oleh unit kerjamasing-masing.

f. Alur Surat KeluarAlur Surat Keluar merupakan siklus surat resmi yang keluar danditandatangani oleh Menteri, pejabat Eselon I, dan pejabatEselon II. Selanjutnya dari keterangan gambar di bawah ini, ada2 (dua) surat keluar yang perlu diperhatikan.

Alur pembuatan surat keluar sebagai berikut:

1) alur surat keluar yang ditandatangani oleh pejabat EselonI sebagai berikut:

752

a) surat yang perlu dijawab dan ditandatangani oleh pejabatEselon I merupakan surat yang pada prinsipnya perlukebijakan dari pejabat Eselon I. Pengonsep surat dimulaidari Eselon III, yang bertugas mengonsep dan memberiparaf (sebelah kiri) dilanjutkan ke Eselon II;

b) surat yang sudah sampai ke Eselon II yang bertugasmengoreksi, menambah konsep, dan memberi paraf(sebelah kanan), selanjutnya dikirim ke Eselon I;

c) Eselon I mengoreksi, menambahkan konsep, danmenandatangani surat (apabila sudah sesuai dengankebijakan yang diambil);dan

d) surat yang sudah ditandatangani oleh Eselon I dilanjutkanke Subbagian Tata Persuratan (Biro Umum) untukpenomoran dan pengiriman sesuai dengan yang dituju.

Khusus untuk surat yang ditandatangani oleh Menteri, padaprinsipnya sama dengan alur dan siklus sebagaimana diaturpada angka 1) sampai dengan 4) dengan kebijakan-kebijakanpimpinan (khususnya, Eselon I dan Eselon II).

2) alur surat keluar yang ditandatangani oleh pejabat EselonII, sebagai berikut:

a) surat yang sudah ditindaklanjuti oleh (pejabat EselonIV) mengonsep (diberi paraf disebelah kiri), mengetik,dan mendistribusikan kembali ke Eselon III sesuai denganperintah;

b) surat yang sudah sampai ke pejabat Eselon III(mengoreksi, menambah konsep, memperbaiki, danmemberi paraf disebelah kanan dan dilanjutkan kepejabat Eselon II;

c) pejabat Eselon II mengoreksi, menambah konsep, danmenandatangani (apabila sudah sesuai dengan perintahsebelumnya);dan

d) surat yang sudah ditandatangani oleh pejabatEselon II dilanjutkan ke Subbagian Tata Persuratan,Biro Umum untuk penomoran dan pengiriman sesuaidengan yang dituju.

Gambar Alur Surat Keluar dapat dilihat pada Contoh 31.

753

CONTOH 31ALUR SURAT KELUAR

(ONE GATE POLIS)

><

>>

>

<

>>

<

<

2

Eselon III

BagianSub DirektoratUPT

1

3

5 4

3

2

Eselon IV

Sub BagianSeksiUPT

1

Eselon I

Sekretariat JenderalDirektorat JenderalInspektorat JenderalBadan Pengembangan SDParekraf

Eselon II

Sekretariat DitjenDirektoratBiroPusatSekretariat ItjenSekretariat BPSD ParekrafUPT

MenteriPariwisata dan

Ekonomi Kreatif

Tata PersuratanBiro Umum

SuratKeluar

Ttd

Eselon I

Ttd

Menteri

Ttd

Eselon II

754

BAB VPENGGUNAAN LAMBANG NEGARA, LOGO, DAN CAP DINAS

Lambang Negara, Logo, dan Cap Dinas digunakan dalam Tata NaskahDinas sebagai tanda pengenal atau identifikasi yang bersifat tetap dan resmi.Untuk memperoleh keseragaman dalam penyelenggaraan Tata Naskah Dinasdi lingkungan Kementerian perlu ditentukan penggunaan Lambang Negara,Logo, dan Cap Dinas pada kertas surat dan sampul.

A. Penggunaan Lambang Negara

Ketentuan penggunaan Lambang Negara untuk Tata Naskah Dinassebagai berikut:

1. Lambang Negara digunakan dalam Tata Naskah Dinas sebagaitanda pengenal atau identifikasi yang bersifat tetap dan resmi;

2. Lambang Negara berwarna emas digunakan pada Surat Dinas yangditandatangani oleh pejabat negara;

3. Pejabat negara terdiri dari:

a. Presiden dan Wakil Presiden;

b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis PermusyawaratanRakyat;

c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;

d. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah;

e. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung padaMahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim padasemua Badan Peradilan;

f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;

g. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Mahkamah Konstitusi;

h. Menteri dan jabatan setingkat Menteri;

i. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yangberkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh;

j. Gubernur dan Wakil Gubernur;

k. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota;dan

l. pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.

755

B. Penggunaan Logo

1. Logo adalah tanda pengenal atau identitas berupa simbol atau hurufyang digunakan dalam Tata Naskah Dinas Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif sebagai identitas agar publik lebih mudahmengenalnya.

2. Setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif harus memiliki dan menggunakan logo.

3. Penggunaan logo diletakkan di sebelah kiri kepala surat.

4. Logo digunakan dalam Tata Naskah Dinas yang ditandatanganipejabat selain Menteri.

5. Logo digunakan oleh pejabat berwenang pada unit kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Logo Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat dilihat dalamcontoh 32.

CONTOH 32LOGO KEMENTERIAN

C. Penggunaan Lambang Negara dan Logo dalam Kerja Sama

1. Dalam hal dilakukan kerja sama antarpemerintah (G to G), digunakanLambang Negara (burung garuda berwarna emas).

2. Dalam rangka kerja sama Pemerintah Republik Indonesia (denganpihak luar negeri), Lambang Negara diletakkan di atas map naskahdinas.

3. Tata letak logo dalam perjanjian kerja sama sektoral, baik antarkementerian negara/propinsi/kabupaten/kota (di dalam negeri), logoyang dimiliki instansi masing-masing diletakkan di atas map naskahperjanjian.

Format penggunaan Logo dalam kerja sama dapat di lihat padacontoh 33.

756

CONTOH 33 FORMAT PENGGUNAAN LOGO DALAM KERJA SAMA

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

DAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

NOMOR ....................... NOMOR .......................

TENTANG ........................................................................

Pada hari ini, ..........., tanggal ........., bulan .........., tahun ..........., bertempat di ..........., yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ....................... : Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif berkedudukan di Gedung Sapta Pesona Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;

2. ....................... : ……........................., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;

Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa ..............................................................................................................;

b. bahwa ..............................................................................................................;

Berdasarkan hal tersebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan kerja sama dalam bidang ............................................ dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

Tujuan Kerja Sama ...................................................................................................................................

Pasal 2

Ruang Lingkup Kerja Sama ..................................................................................................................................

Pasal 3

Hak dan Kewajiban

(1) PIHAK PERTAMA mempunyai Hak dan Kewajiban ................................................ (2) PIHAK KEDUA mempunyai Hak dan Kewajiban ……..............................................

757

Pasal 4

Pelaksanaan Kegiatan

....................................................................................................................................

Pasal 5

Pembiayaan

...................................................................................................................................

Pasal 6

Penyelesaian Perselisihan

Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat atau melalui peradilan atau lembaga arbitrase.

Pasal 7

Force Majeur

(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.

(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.

(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.

Pasal 8

Ketentuan Penutup

Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani. PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) NAMA LENGKAP (NAMA LENGKAP) Keterangan: Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur

758

D. Penggunaan Cap Dinas

1. Pengertian

Cap Dinas adalah tulisan dan/atau lambang tingkat jabatan dan/atauinstansi/kementerian yang digunakan sebagai tanda pengenal yangsah dan berlaku yang dibubuhkan pada ruang tanda tangan.

2. Macam Cap Dinasa. Cap jabatan Menteri memuat nama jabatan Menteri.b. Cap Kementerian memuat nama Kementerian.

3. Ukuran dan Warna

Tinta cap dinas berwarna ungu dengan ukuran diameter sebagaiberikut:

Contoh:

4. Wewenang PenggunaanPejabat yang berwenang menggunakan cap dinas:

a. Cap jabatan Menteri digunakan untuk naskah dinas yangditandatangani Menteri.

40 mm

39 mm

30 mm

759

b. Cap Kementerian:

1) Naskah dinas yang ditandatangani Sekretaris Jenderal ataupejabat selain Menteri di lingkungan Kementerianmenggunakan Cap Kementerian bertuliskan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Contoh:

2) Naskah dinas yang ditandatangani Direktur Jenderal (Dirjen),Inspektur Jenderal (Irjen), Kepala Badan, dan Kepala UnitPelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerianmenggunakan cap bertuliskan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif, serta masing-masing nama DirektoratJenderal (Ditjen), Inspektorat Jenderal (Itjen), Badan, danUPT.

Contoh:

5. Kekhususan Penggunaan

a. Setiap naskah kerja sama Pemerintah Republik Indonesiadengan pihak luar negeri tidak menggunakan cap.

b. Naskah kerjasama antarinstansi pemerintah di dalam negerimenggunakan cap jabatan masing-masing instansi.

E. Pengawasan

Menteri bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan ini.

760

BAB VIPERUBAHAN, PENCABUTAN, PEMBATALAN,

DAN RALAT NASKAH DINAS

Perubahan, pencabutan, pembatalan, serta ralat naskah dinas harusjelas dan dapat menunjukkan Naskah Dinas mana yang diadakan perubahan,pencabutan, pembatalan, dan/atau ralat tersebut.

A. Pengertian

1. Perubahan

Perubahan berarti bagian tertentu dari Naskah Dinas diubah.Perubahan dinyatakan dengan Lembar Perubahan.

2. Pencabutan

Pencabutan berarti bahwa Naskah Dinas itu tidak berlaku sejakpencabutan ditetapkan. Pencabutan Naskah Dinas dinyatakan denganpenetapan Naskah Dinas baru.

3. Pembatalan

Pembatalan berarti bahwa seluruh materi Naskah Dinas tidak berlakumulai saat Naskah Dinas itu ditetapkan. Pembatalan Naskah Dinasdinyatakan dengan penetapan Naskah Dinas baru.

4. Ralat

Ralat adalah perbaikan yang dilakukan karena terjadi kekeliruanpengetikan atau cetak sehingga tidak sesuai dengan naskah aslinya.

B. Tata Cara Perubahan, Pencabutan, Pembatalan, dan Ralat

1. Naskah Dinas yang bersifat mengatur, apabila diubah, dicabut, ataudibatalkan, harus dengan naskah dinas yang sama jenisnya. Misalnya,Peraturan Menteri harus diubah, dicabut, dan dibatalkan denganPeraturan Menteri.

2. Pejabat yang berhak menentukan perubahan, pencabutan, danpembatalan adalah pejabat yang menandatangani Naskah Dinastersebut atau pejabat yang lebih tinggi kedudukannya.

3. Ralat yang bersifat kekeliruan kecil, misalnya, salah ketik, dilaksanakanoleh pejabat yang menandatangani Naskah Dinas.

761

BAB VIIKODE SINGKATAN DAN KLASIFIKASI ARSIP

Untuk keseragaman efisiensi dan efektivitas dalam penulisan naskahdinas, perlu ditetapkan kode singkatan dalam penyebutan nama jabatan dannama unit kerja,sebagai berikut:

A. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif1. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif KPEK2. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif MPEK

B. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif WMPEK

C. Staf Ahli Menteri SAM1. Staf Ahli Bidang Perlindungan

Keanekaragaman Karya kreatif SAM I2. Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi SAM II3. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga SAM III4. Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan SAM IV

dan Teknologi

D. Sekretariat Jenderal SetjenSekretaris Jenderal Sekjen1. Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Karo Renor2. Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian Karo Kumpeg3. Kepala Biro Keuangan Karo Keu4. Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Karo KLN5. Kepala Biro Umum Karo Umum6. Kepala Pusat Data dan Informasi Kapusdatin7. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kapusdiklatpeg

Pegawai8. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kapuskomblik

E. Direktorat Jenderal Ditjen

1. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Dirjen PDPPariwisataa. Sekretaris Direktorat Jenderal

Pengembangan Destinasi Pariwisata Sekditjen PDP

762

b. Direktur Perancangan Destinasi danInvestasi Pariwisata Dir. PDIP

c. Direktur Pengembangan Daya Tarik Wisata Dir. PDTWd. Direktur Industri Pariwisata Dir. IPe. Direktur Pemberdayaan Masyarakat

Destinasi Pariwisata Dir. PMDPf. Direktur Pengembangan Wisata Minat

Khusus, Konvensi, Insentif dan Even Dir. MK-KIE

2. Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Dirjen PPa. Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasaran

Pariwisata Sekditjen PPb. Direktur Pengembangan Pasar dan

Informasi Pariwisata Dir. PPIPc. Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri DPPLNd. Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri DPPDNe. Direktur Pencitraan Indonesia DPIf. Direktur Konvensi, Insentif, Even dan

Minat Khusus DPKIEMK

3. Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif BerbasisSeni, dan Budaya Dirjen EKSBa. Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi

Kreatif Berbasis Seni, dan Budaya Sekditjen EKSBb. Direktur Pengembangan Industri Perfilman Dir. PIPc. Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan

dan Industri Musik Dir. PSPIMd. Direktur Pengembangan Seni Rupa Dir. PSR

4. Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif BerbasisMedia, Desain dan Iptek Dirjen EKMDIa. Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi

Kreatif BerbasisMedia, Desain dan Iptek Sekditjen EKMDIb. Direktur Pengembangan Ekonomi

Kreatif Berbasis Media Dir. PEKBMc. Direktur Desain dan Arsitektur Dir. D & Ad. Direktur Kerjasama dan Fasilitas Dir. KF

763

E. Inspektorat Jenderal Itjen1. Sekretaris Inspektorat Jenderal Sekitjen2. Inspektur I Ir. I3. Inspektur II Ir. II4. Inspektur III Ir. III

F. Badan Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi KreatifKaBadan

1. Sekretaris Badan Pengembangan SumberDaya Parekraf Setban

2. Kepala Pusat Penelitian dan PengembanganKebijakan Kepariwisataan Litpar

3. Kepala Pusat Penelitian dan PengembanganKebijakan Ekonomi Kreatif Litkraf

4. Kepala Pusat Pengembangan SDMKepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Kapusbang SDM

5. Kepala Pusat Kompetensi Kepariwisataandan Ekonomi Kreatif Puskom Parekraf

Kode Klasifikasi Arsip

UM UMUM

UM 001 Pembinaan Surat-Menyurat/Umum

UM 005 Penghapusan Arsip

UM 006 Alamat

UM 101 Ketertiban dan Keamanan

UM 102 Izin Peminjaman (Alat-Alat, Ruangan, Lapangan, dll.)

UM 104 Perumahan Dinas

UM 201 Permohonan Menghadap/Appointment/Audiensi, Sambutan

UM 202 Undangan/Kunjungan

UM 203 Pelantikan/ Undangan Pelantikan

UM 205 Upacara Kedinasan

UM 206 Raker, Rapim

UM 208 Ucapan Terima Kasih, Ucapan Selamat, dan Ucapan Belasungkawa

UM 209 Izin/Laporan Kedinasan

764

UM 303 Bantuan, Sumbangan, Dukungan

UM0013 Laporan Umum

KP KEPEGAWAIAN

KP 101 Data Perseorangan

KP 104 Kartu Pengenal, Karis, dan Karsu.

KP 105 Penugasan/SPMT/SPPT

KP 107 Tanda Penghargaan

KP 109 Sumpah Pegawai/Jabatan, dan Pelantikan

KP 110 Spesimen Tanda Tangan

KP 201 Formasi Pegawai

KP 202 Daftar Nominatif,

KP 203 Pengendalian Kepangkatan/Jabatan

KP 206 Tenaga Kerja

KP 207 Bantuan Tenaga Kerja Warga Negara Indonesia/Asing

KP 301 Lamaran Kerja

KP 303 Izin Kerja Warga Negara Asing

KP 305 Pengujian Kesehatan

KP 306 Penempatan Pegawai

KP 308 Penggajian, Kenaikan Gaji Berkala, dan SKPP

KP 401 Pengangkatan Pegawai

KP 402 Kenaikan Pangkat

KP 403 Pengangkatan dalam Jabatan

KP 404 Pemindahan

KP 408 Impasing/Penyesuaian Ijazah

KP 501 Ujian Dinas

KP 502 Disiplin (Teguran, Laporan Kehadiran, Penundaan Kenaikan Gaji,Penundaan Kenaikan Pangkat)

KP 506 DP-3

KP 701 Pemberhentian dengan hormat

KP 702 Pemberhentian dengan tidak hormat

765

KP 705 Pensiun pegawai

KP 704 Masa persiapan pensiun (MPP)

KP 706 Pensiun janda, anak dan duda

KP 1011 Exit permit, Visa, Izin ke Luar Negeri

KP 1013 Izin perkawinan/perceraian

KP 1014 Laporan LP2P

KP 1015 Cuti

KU KEUANGAN

KU 101 RAPBN/APBN

KU 102 DUK/DIK

KU 104 SKO (Pencairan Dana, Revisi Anggaran)

KU 202 DIP/DUP

KU 208 Laporan Mingguan/Berkala

KU 209 Honorarium/Tunjangan dan Serah Terima Proyek

KU 501 Pajak-Pajak

KU 503 Sewa Rumah Dinas/Sewa Gedung, dll.

KU 506 Biaya Perjalanan Dinas/TODA

KU 601 Perhitungan Anggaran

KU 602 Perbendaharaan (Tunjangan Ganti Rugi)

KU 603 Pengangkatan Bendahara/Pimpro, dll.

KU 702 Tagihan-Tagihan

HM HUMAS

HM 001 Informasi tentang Pariwisata, Hotel, dan Ekonomi Kreatif

HM 304 Pameran dan Pemutaran Film

HM 403 Keluhan Masyarakat/Pengaduan

HK HUKUM

HK 001 UU dan Struktur Organisasi

HK 104 Instruksi Menteri

HK 201 Perundang-Undangan

766

HK 501 Keputusan/Perizinan

HK 502 Dispensasi

HK 505 Rekomendasi

HK 506 Prosedur Tetap

PW PARIWISATA

PW 001 Data Wisatawan dan Fasilitasnya

PW 006 Bina Usaha Pariwisata

PW 007 Pemugaran Peninggalan Benda Bersejarah

PW 101 Pramuwisata

PW 104 Kemudahan Wisata (Visa, Karantina, dan Bea Cukai)

PW 202 Promosi Luar Negeri

PW 204 Audi Visual, Shoting Film

PW 302 Status dan Kelas Hotel

DL PENDIDIKAN DAN LATIHAN

DL 107 Pelatihan

DL 008 Surat Izin Belajar

DL 208 Beasiswa

PS 101 Pengawasan/Pemeriksaan Keuangan

PR 001 Perencanaan /Proyek

PB 103 Pembangunan

PM 004 Penanaman Modal (dalam negeri dan luar negeri)

PT 001 Sambungan Telepon

KS 001 Kerjasama

OT 001 Pembentukan Kelompok Kerja

PL PERLENGKAPAN

PL 002 Klasifikasi Data/Laporan

PL 101 Kontrak dan Penawaran

PL 104 Pengadaan Inventaris

PL 202 Pemeliharaan

767

PL 301 Inventaris Umum

PL 302 Inventaris Bergerak

PL 303 Inventaris Tidak Bergerak

PL 402 Penghapusan Inventaris

PL 407 Hibah

PP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PP 001 Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan

PP 002 Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi kreatif

PP 003 Pengembangan SDM Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

PP 004 Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Tata Cara Pelaksanaan Tata Naskah Dinas ini merupakan acuan dalampengelolaan tata naskah dinas bagi seluruh unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, S.H, MMNIP. 19590617 198803 1 005

768

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR PM.134/UM.001/MPEK/2012

TENTANG

JADWAL RETENSI ARSIP FASILITATIF NON KEUANGANDAN NON KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk tercapainya tertib pelaksanaan penyusutanarsip di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif, perlu adanya Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif NonKeuangan dan Non Kepegawaian;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Jadwal RetensiArsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non KepegawaianDi Lingkungan Kementerian Pariwisata Dan EkonomiKreatif;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009, tentang Kearsipan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5071);

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

769

2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009tentang Kearsipan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5286);

3. Keputusan Presiden Nomor 105 Tahun 2004 tentangPengelolaan Arsip Statis (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 143);

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010, tentangTugas dan Fungsi Kementerian Negara serta SusunanOrganisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I KementerianNegara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.63/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman PelaksanaanTata Kearsipan di Lingkungan Departemen Kebudayaandan Pariwisata;

7. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik IndonesiaNomor 12 Tahun 2009 tentang Jadwal Retensi ArsipFasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian;

8. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG JADWAL RETENSI ARSIPFASILITATIF NON KEUANGAN DAN NONKEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

770

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentukdan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dankomunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahandaerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasikemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat JRA adalah daftar yangberisi sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenisarsip, dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang penetapan suatujenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau dipermanenkan yangdipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.

3. Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian adalah arsip yangberkaitan dengan bidang non keuangan/fiskal dan non kepegawaian.

4. Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaianadalah daftar yang berisi jenis Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan NonKepegawaian beserta jangka waktu penyimpanannya sesuai dengannilai kegunaannya.

5. Penyusutan Arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengancara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan,pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsipstatis kepada lembaga kearsipan.

6. Jangka Waktu Simpan (Retensi) adalah masa simpan minimal suatujenis arsip pada Unit Pengolah dan atau Unit Kearsipan.

7. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Aktif adalah masa simpan minimalsuatu jenis arsip pada Unit Pengolah. Jangka Waktu Simpan Arsip Aktifdihitung sejak arsip diciptakan mulai diregistrasi hingga selesai diproses.

8. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Inaktif adalah masa simpan minimalsuatu jenis arsip pada Unit Kearsipan/Pusat Arsip. Jangka Waktu SimpanArsip Inaktif dihitung sejak habisnya masa retensi arsip aktif sampai nilaigunanya untuk kepentingan referensi berakhir.

9. Musnah adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu jenis arsipdapat dimusnahkan karena jangka waktu penyimpanan telah habis dantidak memiliki nilai guna lagi.

771

10. Permanen adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu jenis arsipnilai guna sekunder atau nilai guna permanen, wajib diserahkan kepadaArsip Nasional Republik Indonesia/Lembaga Kearsipan sebagai buktipertanggungjawaban sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi masing-masing.

11. Dinilai Kembali adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu jenisarsip belum dapat ditentukan nasib akhirnya apakah musnah ataupermanen, teknologi perlu dilakukan penilaian kembali dan pengkajianlagi.

Pasal 2

Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian meliputi:

a. perencanaan;

b. hukum;

c. organisasi dan ketatalaksanaan;

d. kearsipan;

e. ketatausahaan dan kerumahtanggaan;

f. hubungan masyarakat;

g. penelitian, pengkajian dan pengembangan;

h. pendidikan dan pelatihan;

i. perlengkapan;

j. pengadaan Barang dan Jasa;

k. perpustakaan;

l. teknologi informasi dan komunikasi; dan

m. pengawasan.

Pasal 3

Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian tercantumdalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.

Pasal 4

Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 disusun dalam bentuk kolom yangmemuat:a. Nomor;b. Jenis Arsip;

772

c. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Aktif;

d. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Inaktif; dan

e. Keterangan yang berisi pernyataan Musnah, Permanen atau Dinilai Kembali.

Pasal 5

Jadwal Retensi Arsip Non Keuangan dan Non Kepegawaian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 merupakan pedoman untuk penyusutan Arsip NonKeuangan dan Non Kepegawaian di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.

Pasal 6

(1) Penyusutan Arsip Non Keuangan dan Non Kepegawaian, khususnyapenyerahan arsip statis merupakan bagian yang tidak terpisahkan daripenyerahan arsip statis Kementerian.

(2) Tata cara penyusutan Arsip Non Keuangan dan Non Kepegawaiansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan PetunjukPelaksanaan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 7

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakartapada tanggal : 22 November 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

773

Diundangkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1269

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

774

LA

MP

IRA

NP

ER

AT

UR

AN

ME

NT

ER

I PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

RE

PU

BL

IK IN

DO

NE

SIA

NO

MO

R

PM

.13

4/U

M.0

01

/MP

EK

/20

12

TE

NTA

NG

JA

DW

AL

RE

TE

NS

I AR

SIP

FA

SIL

ITAT

IF N

ON

KE

UA

NG

AN

DA

N N

ON

KE

PE

GA

WA

IAN

DI L

ING

KU

NG

AN

KE

ME

NT

ER

IAN

PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

JA

DW

AL

RE

TE

NS

I AR

SIP

FA

SIL

ITAT

IF N

ON

KE

UA

NG

AN

DA

N N

ON

KE

PE

GA

WA

IAN

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

IP

ER

EN

CA

NA

AN

1P

ok

ok

- Po

ko

k K

eb

ijak

an

da

n S

trate

gi P

em

ba

ng

un

an

:

a. R

en

ca

na

Pe

mb

an

gu

na

n J

an

gka

Pa

nja

ng

(RP

JP

) / Ma

ste

r Pla

n;

Se

lam

a b

erla

ku

4 ta

hu

n

b. R

en

ca

na

Pe

mb

an

gu

na

n J

an

gka

Me

ne

ng

ah

(RP

JM

);S

ela

ma

be

rlaku

4 ta

hu

n

c. R

en

ca

na

Stra

teg

is;

Se

lam

a b

erla

ku

4 ta

hu

n

d. H

asil F

oru

m K

om

un

ika

si P

ere

nca

na

an

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

e. H

asil R

ap

at K

erja

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

f. Ha

sil R

ap

at K

oo

rdin

asi T

ekn

is; d

an

Se

lam

a b

erla

ku

2 ta

hu

n

g. M

usya

wa

rah

Pe

ren

ca

na

an

Pe

mb

an

gu

na

n.

1 ta

hu

n2

tah

un

2P

rog

ram

Ke

rja T

ah

un

an

Un

it Ke

rja (P

rog

ram

Ke

rja T

ah

un

an

):

a. R

en

ca

na

Ke

rja P

em

erin

tah

;1

tah

un

2 ta

hu

n

b. R

en

ca

na

Ke

rja T

ah

un

an

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

c. R

en

ca

na

Ke

rja d

an

An

gg

ara

n K

em

en

teria

n;

Se

lam

a b

erla

ku

2 ta

hu

n

d. R

en

ca

na

Du

ku

ng

an

ke

gia

tan

Ta

mb

ah

an

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

e. D

afta

r Isia

n P

ela

ksa

na

An

gg

ara

n;

Se

lam

a b

erla

ku

2 ta

hu

n

f. Pe

tun

juk O

pe

rasio

na

l Ke

gia

tan

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

g. D

oku

me

n P

en

ye

su

aia

n/R

evis

i An

gg

ara

n;

Se

lam

a b

erla

ku

2 ta

hu

n

h. S

ura

t Ke

pu

tusa

n P

eja

ba

t Pe

ng

elo

la A

ng

ga

ran

; da

nS

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

i. Ra

nca

ng

an

Ba

ha

n N

ota

Ke

ua

ng

an

.S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O

775

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I )N

O3.

Pe

ne

tap

an

/Ko

ntra

k K

ine

rja:

a. P

en

eta

pa

n K

ine

rja K

em

en

teria

n; d

an

Se

lam

a b

erla

ku2

tah

un

b. D

oku

me

n In

dika

tor K

ine

rja.

Se

lam

a b

erla

ku2

tah

un

4L

ap

ora

n:

a. H

asil p

em

an

tau

an

di lin

gku

ng

an

Ke

me

nte

rian

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

b. L

ap

ora

n D

aya

Se

rap

An

gg

ara

n;

Se

lam

a b

erla

ku2

tah

un

c. La

po

ran

Triw

ula

n;

Se

lam

a b

erla

ku2

tah

un

d. L

ap

ora

n S

em

este

r;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

e. L

ap

ora

n T

ah

un

an

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

f. La

po

ran

Insid

en

til;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

g. L

ap

ora

n In

pre

s; da

nS

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

h. L

ap

ora

n P

en

gu

kura

n d

an

Eva

lua

si Kin

erja

Ke

me

nte

rian

ata

s S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

Pe

laksa

na

an

RK

A K

/L.

5E

va

lua

si P

rog

ram

:

a. H

asil fo

rum

disku

si keb

ijaka

n p

em

ba

ng

un

an

;S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

b. H

asil fo

rum

reg

ion

al d

ae

rah

; da

nS

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

c. Ha

sil Siste

m P

en

ge

nd

alia

n In

tern

al P

em

erin

tah

.S

ela

ma

be

rlaku

2 ta

hu

n

IIH

UK

UM

1P

rog

ram

Le

gis

las

i:

a. B

ah

an

/ma

teri p

rog

ram

leg

islasi n

asio

na

l da

n in

stan

si; da

n1

tah

un

2 ta

hu

n

b. P

rog

ram

leg

islasi le

mb

ag

a/in

stan

si.2

tah

un

3 ta

hu

n

2P

era

tura

n M

en

teri/P

eja

ba

t Se

ting

ka

t Me

nte

ri.S

ela

ma

be

rlaku

3 ta

hu

n

3K

ep

utu

sa

n M

en

teri/P

eja

ba

t Se

ting

ka

t Me

nte

ri.S

ela

ma

be

rlaku

3 ta

hu

n

776

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I )N

O4In

stru

ksi/S

ura

t Ed

ara

n:

a. In

struksi/S

ura

t Edara

n M

ente

ri/Peja

bat S

etin

gka

t Mente

ri; dan

Sela

ma b

erla

ku3 ta

hun

b. In

struksi/S

ura

t Edara

n P

eja

bat S

etin

gka

t Ese

lon I d

an E

selo

n II te

rmasu

k S

ela

ma b

erla

ku3 ta

hun

ranca

ngan a

wal sa

mpai d

engan ra

nca

ngan a

khir d

an te

laahan h

uku

m.

5S

ura

t Perin

tah

:

Sura

t Perin

tah P

eja

bat se

tingka

t Ese

lon I d

an E

selo

n II.

Sela

ma B

erla

ku-

6S

tan

dar/P

ed

om

an

/Pro

sed

ur K

erja

/Petu

nju

k P

ela

ksan

aan

/Petu

nju

k

Sela

ma B

erla

ku3 ta

hun

Tekn

is Y

an

g B

ers

ifat N

asio

nal/R

eg

ion

al/In

tern

sio

nal T

erm

asu

k R

an

can

gan

Aw

al S

am

pai D

en

gan

Ran

can

gan

Akh

ir.

7N

ota

Kesep

ah

am

an

/Mem

ora

nd

um

of U

nd

ers

tan

din

g (M

oU

) / Ko

ntra

k /

Sela

ma B

erla

ku5 ta

hun

Perja

njia

n K

erja

sam

a:

a. D

ala

m N

egeri; d

an

b. L

uar N

egeri.

9D

oku

men

tasi H

uku

m:

Sam

pai d

engan tid

ak b

erla

ku-

Undang-U

ndang, P

era

tura

n P

em

erin

tah, P

era

tura

n P

resid

en, K

eputu

san P

resid

en

dan P

era

tura

n P

eru

ndang-U

ndangan ya

ng d

ijadika

n re

fere

nsi.

10

So

sia

lisasi/P

en

yu

luh

an

/Pem

bin

aan

Hu

ku

m:

a. B

erka

s yang b

erh

ubungan d

engan ke

gia

tan so

sialisa

si ata

u p

enyu

luhan

Sete

lah p

ela

ksanaan

2 ta

hun

huku

m; d

an

b. L

apora

n h

asil p

ela

ksanaan so

sialisa

si penyu

luhan h

uku

m.

Sete

lah p

ela

ksanaan

5 ta

hun

11

Ban

tuan

/Ko

nsu

ltasi H

uku

m/A

dvo

kasi:

Berka

s tenta

ng p

em

beria

n b

antu

an/ko

nsu

ltasi h

uku

m (P

idana, P

erd

ata

, Tata

2 ta

hun

2 ta

hun

Usa

ha N

egara

dan A

gam

a).

777

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O

12

Ka

su

s/S

en

gk

eta

Hu

ku

m:

a. P

ida

na

Be

rkas te

nta

ng

kasu

s/sen

gke

ta p

ida

na

, ba

ik keja

ha

tan

ma

up

un

3

tah

un

pe

lan

gg

ara

n:

1) p

rose

s verb

al m

ula

i da

ri pe

nye

lidika

n, p

en

yelid

ikan

sam

pa

i de

ng

an

von

is;

2) b

erka

s pe

mb

ela

an

da

n b

an

tua

n h

uku

m; d

an

3) te

laa

ha

n h

uku

m d

an

op

ini h

uku

m.

b. P

erd

ata

Be

rkas te

nta

ng

kasu

s/sen

gke

ta p

erd

ata

:3

tah

un

1

) pro

ses ve

rba

l mu

lai d

ari p

en

yelid

ikan

, pe

nye

lidika

n sa

mp

ai d

en

ga

n vo

nis;

2) b

erka

s pe

mb

ela

an

da

n b

an

tua

n h

uku

m; d

an

3) te

laa

ha

n h

uku

m d

an

op

ini h

uku

m.

c. T

ata

Us

ah

a N

eg

ara

Be

rkas te

nta

ng

kasu

s/sen

gke

ta T

ata

Usa

ha

Ne

ga

ra:

3 ta

hu

n

1) p

rose

s verb

al m

ula

i da

ri pe

nye

lidika

n, p

en

yelid

ikan

sam

pa

i de

ng

an

von

is;

2) b

erka

s pe

mb

ela

an

da

n b

an

tua

n h

uku

m; d

an

3) te

laa

ha

n h

uku

m d

an

op

ini h

uku

m.

d. S

en

gk

eta

Ad

at

Sa

mp

ai p

en

yele

saia

n5

tah

un

13

Pe

rizina

nS

am

pa

i de

ng

an

izin

2 ta

hu

n

Be

rkas p

erizin

an

pe

rmo

ho

na

n sa

mp

ai d

en

ga

n d

iterb

itkan

nya

sura

t izin.

dip

erb

ah

aru

i

14

Ha

k K

ek

ay

aa

n In

tele

ktu

al (H

KI):

a. H

ak C

ipta

; S

am

pa

i HK

I ha

bis

2 ta

hu

n

b. H

ak P

ate

n:

Sa

mp

ai H

KI h

ab

is 2

tah

un

1) P

ate

n B

iasa

; da

n

2) P

ate

n S

ed

erh

an

a.

c. Ha

k De

sain

Ind

ustri;

Sa

mp

ai H

KI h

ab

is 2

tah

un

d. H

ak R

ah

asia

Da

ga

ng

;S

am

pa

i HK

I ha

bis

2 ta

hu

n

e. H

ak M

erk; d

an

Sa

mp

ai H

KI h

ab

is 2

tah

un

f. De

sain

Ta

ta L

eta

k Sirku

it Te

rpa

du

(DT

LS

T).

Sa

mp

ai H

KI h

ab

is 2

tah

un

Sa

mp

ai ke

pu

tusa

n b

erke

kua

tan

hu

kum

teta

p d

an

dip

en

uh

i ha

k da

n ke

wa

jiba

n

Sa

mp

ai ke

pu

tusa

n b

erke

kua

tan

hu

kum

teta

p d

an

dip

en

uh

i ha

k da

n ke

wa

jiba

n

Sa

mp

ai ke

pu

tusa

n b

erke

kua

tan

hu

kum

teta

p d

an

dip

en

uh

i ha

k da

n ke

wa

jiba

n

778

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O

15

Perm

oh

on

an

HK

I Yan

g D

itola

k (H

ak C

ipta

, Desain

Ind

ustri, M

erk

, Rah

asia

Dag

an

g, D

esain

Tata

Leta

k S

irku

it Terp

ad

u).

Sete

lah d

itola

k perm

ohonan te

rsebut

2 ta

hun

IIIO

RG

AN

ISA

SI D

AN

KE

TA

TA

LA

KS

AN

AA

N

1S

tuktu

r Org

an

isasi:

Stru

ktur O

rganisa

si dan T

ata

Kerja

.S

ela

ma b

erla

ku4 ta

hun

2U

raia

n J

ab

ata

n d

an

Tata

Kerja

:

a. H

asil A

nalisis Ja

bata

n;

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

b. H

asil E

valu

asi Ja

bata

n; d

an

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

c. Hasil A

nalisis B

eban K

erja

.S

ela

ma b

erla

ku2 ta

hun

3S

tan

dar K

om

pen

tisi J

ab

ata

n S

truktu

ral d

an

Fu

ng

sio

nal:

a. H

asil P

engem

bangan Ja

bata

n F

ungsio

nal; d

an

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

b. S

tandar P

rose

dur K

erja

. S

ela

ma b

erla

ku2 ta

hun

4E

valu

asi K

ele

mb

ag

aan

:

Hasil P

ela

ksanaan R

efo

rmasi B

irokra

si.S

ela

ma b

erla

ku2 ta

hun

IVK

EA

RS

IPA

N

1A

dm

inis

trasi P

ers

ura

tan

:

a. B

uku

Agenda; d

an

1 ta

hun

2 ta

hun

b. L

em

bar P

enganta

r/Buku

Eksp

edisi.

1 ta

hun

1 ta

hun

2P

en

yim

pan

an

dan

Pem

elih

ara

an

Ars

ip:

a. D

afta

r Perte

laan A

rsip; d

an

Sela

ma d

iperg

unaka

n

-

b. P

em

elih

ara

an A

rsip d

an R

uan

g P

en

yimp

anan (se

perti ke

gia

tan fu

mig

asi).

1 ta

hun

2 ta

hun

3P

ers

etu

juan

Jad

wal R

ete

nsi A

rsip

(JR

A).

Sam

pai d

iteta

pka

n

3 ta

hun

4L

ayan

an

Ars

ip (P

em

inja

man

dan

Pen

gg

un

aan

Ars

ip) .

1 ta

hun

2 ta

hun

779

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O5P

en

yu

su

tan

Ars

ip:

a. P

em

ind

ah

an

Ars

ip In

aktif:

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

1) B

erita

Aca

ra P

em

indahan; d

an

2) D

afta

r Perte

laan A

rsip ya

ng d

ipin

dahka

n.

b. P

em

usn

ah

an

Ars

ip Y

an

g T

idak B

ern

ilai G

un

a:

2 ta

hun

3 ta

hun

1) B

erita

Aca

ra P

em

indahan;

2) D

afta

r Perte

laan A

rsip ya

ng d

imusn

ahka

n;

3) R

eko

mendasi/p

ertim

bangan/p

em

usn

ahan a

rsip d

ari in

stansi te

rkait; d

an

4) S

ura

t Keputu

san p

em

usn

ahan.

c. P

en

yera

han

Ars

ip S

tatis

:2 ta

hun

3 ta

hun

1) B

erita

Aca

ra S

era

h T

erim

a A

rsip; d

an

2) D

afta

r Perte

laan A

rsip ya

ng d

isera

hka

n.

6P

em

bin

aan

Kears

ipan

:1 ta

hun

2 ta

hun

a. A

pre

siasi/so

sialisa

si/penyu

luhan ke

arsip

an;

b. B

imbin

gan T

ekn

is; dan

c. Supervisi d

an m

onito

ring.

V K

ET

AT

AU

SA

HA

AN

DA

N K

ER

UM

AH

TA

NG

GA

AN

1T

ele

ko

mu

nik

asi:

Adm

inistra

si penggunaan/la

ngganan p

era

lata

n te

leko

munika

si melip

uti

1 ta

hun

-

tele

pon, ra

dio

, TV

kabel d

an in

tern

et.

2P

erja

lan

an

Din

as:

2 ta

hun

3 ta

hun

a. D

ala

m N

egeri; d

an

b. L

uar N

egeri.

780

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O3A

dm

inis

trasi P

en

gg

un

aan

Fasilita

s K

an

tor m

elip

uti:

2 ta

hun

-

perm

inta

an d

an p

enggunaan ru

ang, g

edung, ke

ndara

an, w

isma, ru

mah d

inas,

dan fa

silitas ka

nto

r lain

nya

.

4R

isala

h/N

otu

len

Rap

at:

a. R

apat sta

f; dan

1 ta

hun

4 ta

hun

b. R

apat p

impin

an.

1 ta

hun

4 ta

hun

5A

dm

inis

trasi P

en

yed

iaan

Ko

nsu

msi d

an

Ako

mo

dasi:

2 ta

hun

-

6K

ete

rtiban

dan

Keam

an

an

:

a. P

en

gam

an

an

, pen

jag

aan

dan

pen

gaw

ala

n te

rhad

ap

peja

bat, k

an

tor d

an

rum

ah

din

as :

1) d

afta

r nam

a sa

tuan p

engam

an;

2 ta

hun

3 ta

hun

2) d

afta

r jaga/d

afta

r pike

t;2 ta

hun

3 ta

hun

3) ca

tata

n g

angguan/p

ela

nggara

n/ke

jadia

n; d

an

2 ta

hun

3 ta

hun

4) su

rat ijin

kelu

ar m

asu

k ora

ng a

tau b

ara

ng.

2 ta

hun

3 ta

hun

b. L

ap

ora

n k

ete

rtiban

dan

keam

an

an

:

1) ke

hila

ngan;

2 ta

hun

3 ta

hun

2) ke

rusa

kan;

2 ta

hun

3 ta

hun

3) ke

cela

kaan; d

an

2 ta

hun

3 ta

hun

4) g

angguan.

2 ta

hun

3 ta

hun

7A

dm

inis

trasi P

en

gelo

laan

Park

ir2 ta

hun

-

8A

dm

inis

trasi P

akaia

n D

inas P

eg

aw

ai, S

atp

am

, Petu

gas K

eb

ers

ihan

dan

2 ta

hun

-

Peg

aw

aia

n L

ain

nya.

781

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

OVI

HU

BU

NG

AN

MA

SY

AR

AK

AT

1K

ep

roto

ko

lan

:

a. P

enye

lenggara

an a

cara

kedin

asa

n (u

paca

ra, p

ela

ntika

n, p

ere

smia

n, d

an

1 ta

hun

3 ta

hun

jam

uan te

rmasu

k aca

ra p

erin

gata

n h

ari-h

ari b

esa

r);

b. B

uku

tam

u;

2 ta

hun

2 ta

hun

c. Agenda ke

gia

tan p

impin

an le

mbaga/in

stansi;

1 ta

hun

4 ta

hun

d. K

unju

ngan d

inas d

ala

m d

an lu

ar n

egeri:

1) K

unju

ngan d

inas p

impin

an L

em

baga/in

stansi;

1 ta

hun

4 ta

hun

2) K

unju

ngan d

inas p

eja

bat la

in/p

egaw

ai; d

an

1 ta

hun

3 ta

hun

e. D

afta

r nam

a/a

lam

at ka

nto

r/peja

bat.

sela

ma b

erla

ku-

2D

oku

men

tasi/L

ipu

tan

Keg

iata

n D

inas P

imp

inan

, Acara

Ked

inasan

dan

2 ta

hun

3 ta

hun

Peris

tiwa-P

eris

tiwa B

idan

g M

asin

g-M

asin

g D

ala

m B

erb

ag

ai M

ed

ia:

kerta

s/foto

/video/ re

kam

an su

ara

/multi m

edia

.

3P

en

gu

mp

ula

n, P

en

go

lah

an

dan

Pen

yajia

n In

form

asi K

ele

mb

ag

aan

:

a. K

lipin

g K

ora

n;

1 ta

hun

2 ta

hun

b. P

ress R

ele

ase

;1 ta

hun

2 ta

hun

c. Pia

gam

, Pia

la, S

ertifika

t, Spanduk, d

an B

ackd

roup;

1 ta

hun

2 ta

hun

d. M

edia

Monito

ring (ce

tak d

an e

lektro

nik);

1 ta

hun

3 ta

hun

e. K

ale

nder;

1 ta

hun

2 ta

hun

f. Agenda; d

an

1 ta

hun

2 ta

hun

g. M

ap.

1 ta

hun

2 ta

hun

4H

ub

un

gan

An

tar L

em

bag

a N

eg

ara

dan

Bad

an

Pem

erin

tah

/Insta

nsi:

a. H

ubungan a

nta

ra le

mbaga p

em

erin

tah;

1 ta

hun

2 ta

hun

b. H

ubungan d

engan p

erg

uru

an tin

ggi/ se

kola

h, te

rmasu

k magang;

1 ta

hun

2 ta

hun

Pendid

ikan S

istem

Ganda (P

SG

)/Pra

ktek K

erja

Lapangan (P

KL);

c. Foru

m ke

hum

asa

n (B

ako

hum

as/P

erh

um

asa

n);

1 ta

hun

2 ta

hun

782

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O

d. H

ub

un

ga

n d

en

ga

n m

ed

ia m

assa

:

1) s

iara

n p

ers

/ko

nfe

ren

si p

ers

/pre

ss re

lea

se

;1

tah

un

4

tah

un

2) k

un

jun

ga

n w

arta

wa

n/p

elip

uta

n; d

an

1 ta

hu

n2

tah

un

3) w

aw

an

ca

ra.

1 ta

hu

n2

tah

un

5D

en

ga

r Pe

nd

ap

at/H

ea

ring

DP

R.

1 ta

hu

n2

tah

un

6R

ap

at K

erja

De

ng

an

Ko

mis

i X.

1 ta

hu

n2

tah

un

7S

ida

ng

Ka

bin

et.

1 ta

hu

n2

tah

un

8P

en

erb

itan

/Pe

mb

ua

tan

:

a. L

ap

ora

n T

ah

un

an

Ke

me

nte

rian

;1

tah

un

3 ta

hu

n

b. L

ap

ora

n T

ah

un

an

Pu

sko

mb

lik;

1 ta

hu

n3

tah

un

c. M

asa

lah

; da

n1

tah

un

3 ta

hu

n

e. A

ge

nd

a K

erja

1 ta

hu

n2

tah

un

9P

em

be

rian

Ap

res

ias

i Me

dia

:2

tah

un

3 ta

hu

n

Ad

min

istra

si p

em

be

rian

pe

ng

ha

rga

an

/ tan

da

ke

na

ng

-ke

na

ng

an

ke

pa

da

ma

sya

raka

t ya

ng

me

milik

i pre

sta

si b

esa

r.

10

Uc

ap

an

Te

rima

Ka

sih

, Uc

ap

an

Se

lam

at, B

ela

Su

ng

ka

wa

, Pe

rmo

ho

na

n M

aa

f.1

tah

un

1 ta

hu

n

VII

PE

NE

LIT

IAN

, PE

NG

KA

JIA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

1A

dm

inis

tras

i Pe

ne

litian

, Pe

ng

ka

jian

da

n P

en

ge

mb

an

ga

n m

elip

uti:

ren

ca

na

ke

rja, T

OR

/pro

po

sa

l, pe

mb

en

tuka

n tim

ke

rja, d

an

su

rat m

en

yu

rat.

1 ta

hu

n4

tah

un

2H

as

il Pe

ne

litian

, Pe

ng

ka

jian

da

n P

en

ge

mb

an

ga

n, M

ula

i Ra

nc

an

ga

n A

wa

l 3

tah

un

7 ta

hu

n

Sa

mp

ai D

en

ga

n A

kh

ir Te

rma

su

k C

ata

tan

-Ca

tata

n P

erk

em

ba

ng

an

da

n L

og

Bo

ok

:

a. H

asil p

en

elitia

n d

an

pe

ng

em

ba

ng

an

; da

n

b. H

asil p

en

gka

jian

ke

bija

ka

n d

an

stra

teg

i.

783

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O3S

os

ialis

as

i da

n D

es

imin

as

i Ha

sil P

en

elitia

n, P

en

gk

ajia

n d

an

Pe

ng

em

ba

ng

an

.1

tah

un

2 ta

hu

n

4B

imb

ing

an

Te

kn

is P

en

elitia

n, P

en

gk

ajia

n d

an

Pe

ng

em

ba

ng

an

.1

tah

un

2 ta

hu

n

5F

oru

m K

om

un

ika

si P

en

elitia

n d

an

Pe

ng

em

ba

ng

an

.1

tah

un

2 ta

hu

n

6D

ata

da

n in

form

as

i pe

ne

litian

da

n p

en

ge

mb

an

ga

n:

a. D

ata

;2

tah

un

4 ta

hu

n

b. S

tatistik; d

an

2 ta

hu

n4

tah

un

c. Jurn

al h

asil p

en

elitia

n/p

en

gka

jian

. 2

tah

un

2 ta

hu

n

7E

va

lua

si P

ela

ks

an

aa

n K

eb

ijak

an

.1

tah

un

4

tah

un

8S

em

ina

r, Lo

ka

ka

rya

, Te

mu

ka

rya

, Wo

rks

ho

p.

1 ta

hu

n4

tah

un

VIII

PE

ND

IDIK

AN

DA

N P

EL

AT

IHA

N

1P

ed

om

an

-Pe

do

ma

n K

ed

ikla

tan

.S

ela

ma

be

rlaku

10

tah

un

2K

urik

ulu

m-K

urik

ulu

m D

ikla

t.S

ete

lah

me

nja

di p

ed

om

an

5

tah

un

3M

od

ul-M

od

ul D

ikla

t.S

ela

ma

be

rlaku

5 ta

hu

n

4P

an

du

an

Fa

silita

tor.

Se

lam

a b

erla

ku5

tah

un

5S

ara

n/R

ek

om

en

da

si P

en

ye

len

gg

ara

an

Dik

lat.

1 ta

hu

n2

tah

un

784

11

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I )N

O6N

otu

len

So

sia

lisasi/R

ap

at K

oo

rdin

asi K

eb

ijakan

Dik

lat:

1) S

ura

t perm

ohonan a

kredita

si;1 ta

hun

2 ta

hun

2) L

apora

n h

asil ve

rifikasi la

pangan;

1 ta

hun

2 ta

hun

3) B

erita

aca

ra ra

pat ve

rifikasi;

1 ta

hun

2 ta

hun

4) B

erita

aca

ra ra

pat T

im P

enila

ian;

1 ta

hun

2 ta

hun

5) S

ura

t Keputu

san P

eneta

pan A

kredita

si; dan

Sela

ma b

erla

ku5 ta

hun

6) S

ertifika

t Akre

dita

si. S

ela

ma b

erla

ku5 ta

hun

7S

ertifik

asi S

um

ber D

aya M

an

usia

Ked

ikla

tan

:

1) S

ura

t perm

ohonan se

rtifikat;

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

2) L

apora

n h

asil ve

rifikasi la

pangan;

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

3) B

erita

aca

ra ra

pat ve

rifikasi;

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

4) B

erita

aca

ra ra

pat T

im P

enila

ian;

Sela

ma b

erla

ku2 ta

hun

5) S

ura

t Keputu

san P

eneta

pan S

ertifika

si; dan

Sela

ma b

erla

ku10 ta

hun

6) S

ertifika

t Sertifika

si.S

ela

ma b

erla

ku10 ta

hun

8S

iste

m In

form

asi d

ikla

t:1 ta

hun

5 ta

hun

1) D

ata

lem

baga d

iklat;

2) D

ata

Pra

sara

na d

iklat;

4) D

ata

sara

na d

iklat;

5) D

ata

pengelo

la d

iklat;

6) D

ata

penye

lenggara

dikla

t;

7) D

ata

wid

yaisw

ara

; dan

8) D

ata

pro

gra

m d

iklat.

9R

eg

istra

si S

ertifik

at/S

TT

PL

Peserta

Dik

lat:

10 ta

hun

10 ta

hun

a. S

ura

t perm

ohonan re

gistra

si;

b. B

uku

registra

si; dan

c. Sura

t penya

mpaia

n ko

de re

gistra

si.

785

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O

10

Ren

can

a T

ah

un

an

Dik

lat.

2 ta

hun

3 ta

hun

11

Ren

can

a P

en

yele

ng

gara

an

Dik

lat.

1 ta

hun

1 ta

hun

12

Pen

yele

ng

ara

an

Dik

lat:

1 ta

hun

3 ta

hun

1) S

ura

t pem

anggila

n p

ese

rta;

2) S

ura

t Keputu

san tim

Penye

lenggara

Dikla

t;

3) S

ura

t Keputu

san T

im P

engaja

r Dikla

t;

4) P

anduan D

iklat;

5) L

apora

n p

anitia

penye

lenggara

Dikla

t;

6) D

afta

r pese

rta D

iklat;

7) B

ahan a

jar D

iklat;

8) D

afta

r hadir p

ese

rta D

iklat;

9) D

afta

r hadir w

idya

iswara

;

10) F

orm

ulir E

valu

asi D

iklat;

11) F

orm

ulir E

valu

asi w

idya

iswara

;

12) H

asil F

orm

ula

si Eva

luasi p

ese

rta D

iklat;

13) S

ertifika

t/ST

TP

L; d

an

14) S

am

buta

n p

enutu

pan D

iklat.

13

Lap

ora

n P

en

yele

ng

gara

an

Dik

lat.

2 ta

hun

3 ta

hun

14

Evalu

asi P

en

yele

ng

gara

an

Dik

lat.

2 ta

hun

2 ta

hun

15

Evalu

asi A

lum

ni P

asca D

ikla

t.2 ta

hun

2 ta

hun

786

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I )N

OIXP

ER

LE

NG

KA

PA

N, P

EN

GA

DA

AN

BA

RA

NG

DA

N J

AS

A

1R

en

ca

na

Ke

bu

tuh

an

Ba

ran

g d

an

Ja

sa

:

a. U

sula

n U

nit K

erja

; da

n1

tah

un

4 ta

hu

n

b. R

en

can

a ke

bu

tuh

an

lem

ba

ga

pu

sat/d

ae

rah

.1

tah

un

4 ta

hu

n

2B

erk

as

Pe

rke

na

lan

/Pro

po

sa

l.2

tah

un

3P

en

ga

da

an

Ba

ran

g:

a. P

en

ga

da

an

/pe

mb

elia

n b

ara

ng

tida

k m

ela

lui le

lan

g (p

en

ga

da

an

lan

gs

un

g):

2 ta

hu

n se

tela

h p

em

eriksa

an

sam

pa

i de

ng

an

1) u

sula

n u

nit d

an

da

ta p

en

du

kun

g;

ba

ran

g d

iha

pu

skan

2) p

rose

s pe

ng

ad

aa

n b

ara

ng

; da

n

3) se

rah

terim

a b

ara

ng

.

b. P

en

ga

da

an

/pe

mb

elia

n b

ara

ng

me

lalu

i lela

ng

:2

tah

un

sete

lah

pe

me

riksaa

nsa

mp

ai d

en

ga

n

1) le

lan

g u

mu

m;

ba

ran

g d

iha

pu

skan

2) le

lan

g se

de

rha

na

;

3) p

em

iliha

n la

ng

sun

g;

4) p

en

un

juka

n la

ng

sun

g; d

an

5) S

aye

mb

ara

/Ko

ntra

k.

4P

en

ga

da

an

ba

ran

g/ja

sa

:

sam

pa

i de

ng

an

kon

trak p

erja

njia

n.

sam

pa

i de

ng

an

kon

trak b

era

khir

2 ta

hu

n

5P

en

yim

pa

na

n/P

erg

ud

an

ga

n:

Be

rkas p

en

yimp

an

an

ata

u a

dm

inistra

si pe

rgu

da

ng

an

:

a. ta

nd

a te

rima

/sura

t pe

ng

an

tar su

rat p

en

girim

an

ba

ran

g/fa

ktur;

1 ta

hu

n2

tah

un

b. su

rat p

ern

yata

an

ha

rga

ba

ran

g;

1 ta

hu

n2

tah

un

c. Be

rita A

cara

Se

rah

Te

rima

Ba

ran

g/in

ven

taris;

sam

pa

i de

ng

an

ba

ran

g d

iha

pu

skan

2 ta

hu

n

d. b

uku

pe

ne

rima

/bu

ku p

en

ge

lua

ran

;sa

mp

ai d

en

ga

n d

ipe

rba

ha

rui

2 ta

hu

n

e. b

uku

pe

rsed

iaa

n b

ara

ng

/kartu

stok b

ara

ng

; da

nsa

mp

ai d

en

ga

n d

ipe

rba

ha

rui

2 ta

hu

n

f. kartu

ba

ran

g/ka

rtu g

ud

an

g.

sam

pa

i de

ng

an

dip

erb

ah

aru

i2

tah

un

787

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O6P

en

ya

lura

n/D

istrib

us

i:1

tah

un

sete

lah

pe

me

riksaa

n2

tah

un

Be

rkas p

en

yalu

ran

/distrib

usi b

ara

ng

mu

lai d

ari p

erm

inta

an

ba

ran

g sa

mp

ai

form

ulir p

erm

inta

an

, pe

rsetu

jua

n sa

mp

ai su

rat p

erin

tah

pe

ng

elu

ara

n b

ara

ng

.

7In

ve

nta

risa

si B

ara

ng

:

a. D

afta

r op

na

me

fisik ba

ran

g in

veta

ris;1

tah

un

2 ta

hu

n

b. D

afta

r Ba

ran

g R

ua

ng

an

;sa

mp

ai d

en

ga

n d

ipe

rba

ha

rui

2 ta

hu

n

c. Da

ftar L

ap

ora

n B

uku

Ba

ran

g;

sam

pa

i de

ng

an

dip

erb

ah

aru

i2

tah

un

d. K

artu

inve

nta

ris ba

ran

g;

sam

pa

i de

ng

an

ba

ran

g d

iha

pu

skan

2 ta

hu

n

e. B

uku

Ba

ran

g P

em

ba

ntu

; da

nsa

mp

ai d

en

ga

n d

ipe

rba

ha

rui

2 ta

hu

n

f. La

po

ran

BM

N.

2 ta

hu

n2

tah

un

8P

erb

aik

an

/Pe

me

liha

raa

n:

a. P

em

elih

ara

an

ba

ran

g b

erg

era

k/in

ve

nta

ris k

an

tor:

1 ta

hu

n se

tela

h p

em

eriksa

an

2 ta

hu

n

1) S

ura

t Pe

rmin

taa

n p

erb

aika

n/p

em

elih

ara

an

;

2) P

en

aw

ara

n p

ad

a/d

ari re

kan

an

;

3) S

ura

t Pe

rinta

h K

erja

; da

n

4) B

erita

Aca

ra P

en

yele

saia

n P

eke

rjaa

n.

b. P

erb

aik

an

/pe

me

liha

raa

n b

ara

ng

inv

en

taris

:1

tah

un

sete

lah

pe

me

riksaa

n4

tah

un

1) S

ura

t Pe

rmin

taa

n P

erb

aika

n/ P

em

elih

ara

an

;

2) P

en

aw

ara

n p

ad

a/ d

ari re

kan

an

;

3) S

ura

t Pe

rinta

h K

erja

; da

n

4) B

erita

Aca

ra P

en

yele

saia

n P

eke

rjaa

n.

788

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O9P

en

gu

rusan

Ken

dara

an

Din

as:

a. p

enguru

san su

rat-su

rat ke

ndara

an d

inas;

1 ta

hun

-

b. p

em

elih

ara

an d

an p

erb

aika

n;

1 ta

hun

-

c. penguru

san ke

hila

ngan d

an m

asa

lah ke

ndara

an; d

an

1 ta

hun

-

d. R

isala

h L

ela

ng.

2 ta

hun

10

Pem

elih

ara

an

Ged

un

g d

an

Tam

an

:

a. p

erta

manan/la

ndsca

pin

g;

1 ta

hun

-

b. p

enghija

uan;

1 ta

hun

-

c. perb

aika

n g

edung;

1 ta

hun

-

d. p

erb

aika

n ru

mah d

inas/w

isma; d

an

1 ta

hun

-

e. ke

bersih

an g

edung d

an ta

man.

1 ta

hun

-

11

Pen

gelo

laan

Jarin

gan

Lis

trik, A

ir, Tele

po

n d

an

Ko

mp

ute

r:

a. p

erb

aika

n/p

em

elih

ara

an; d

an

1 ta

hun

-

b. p

em

asa

ngan

1 ta

hun

-

XK

EP

US

TA

KA

AN

1P

en

yim

pan

an

Dep

osit B

ah

an

Pu

sta

ka:

a. B

ukti P

enerim

aan K

ole

ksi Bahan P

usta

ka D

eposit; d

an

2 ta

hun

3 ta

hun

b. A

dm

inistra

si Pengola

han D

eposit B

ahan P

usta

ka.

2 ta

hun

3 ta

hun

2P

en

gad

aan

dan

Pen

go

lah

an

Bah

an

Pu

sta

ka:

a. B

uku

induk ko

leksi;

Sam

pai d

engan tid

ak d

iperg

unaka

n3 ta

hun

b. D

afta

r buku

terse

leksi;

1 ta

hun

3 ta

hun

c. Dafta

r buku

dala

m p

em

esa

nan;

1 ta

hun

2 ta

hun

d. D

afta

r buku

dala

m p

erm

inta

an;

1 ta

hun

2 ta

hun

e. D

afta

r penerim

aan b

ahan p

usta

ka h

asil p

em

belia

n, h

adia

h d

eposit, h

ibah;

1 ta

hun

2 ta

hun

789

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O

f. Da

ftar p

en

girim

an

Ba

ha

n P

usta

ka

Su

rplu

s;

1 ta

hu

n2

tah

un

g. L

em

ba

r ke

rja p

en

go

lah

an

BP

( bu

ram

, Pe

ng

ka

talo

ga

n);

1 ta

hu

n2

tah

un

h. S

he

lt Lis

t/ Jaja

ran

Ka

rtu U

tam

a (m

aste

r list);

Sa

mp

ai d

en

ga

n tid

ak d

ipe

rgu

na

ka

n2

tah

un

i. Da

ftar ta

mb

ah

an

bu

ku

(asse

sio

n lis

t); d

an

2 ta

hu

n3

tah

un

j. Da

ftar/ ja

jara

n k

en

da

li (Su

bye

k d

an

Pe

ng

ara

ng

).S

ela

ma

dip

erg

un

aka

n2

tah

un

3L

ay

an

an

Ja

sa

Pe

rpu

sta

ka

an

da

n In

form

as

i:

a. D

ata

da

n s

tatis

tik a

ng

go

ta, p

en

gu

nju

ng

da

n p

em

inja

ma

n

2 ta

hu

n2

tah

un

ba

ha

n p

usta

ka

; da

n

b. P

erta

nya

an

Ru

juka

n d

an

Ja

wa

ba

n.

2 ta

hu

n2

tah

un

4P

res

erv

as

i Ba

ha

n P

us

tak

a:

a. S

urv

ei K

on

dis

i Ba

ha

n P

usta

ka

; da

n1

tah

un

2 ta

hu

n

b. R

ep

rog

rafi B

ah

an

Pu

sta

ka

.1

tah

un

2 ta

hu

n

5P

em

bin

aa

n P

erp

us

tak

aa

n:

2 ta

hu

n4

tah

un

a. B

imb

ing

an

Te

kn

is;

b. P

en

yu

luh

an

; da

n

c. S

osia

lisa

si.

XI

TE

KN

OL

OG

I, INF

OR

MA

SI D

AN

KO

MU

NIK

AS

I

1R

en

ca

na

Stra

teg

i/Ma

ste

r Pla

n P

em

ba

ng

un

an

Sis

tem

Info

rma

si (S

IM).

Se

lam

a b

erla

ku

5 ta

hu

n

2D

ok

um

en

tas

i Ars

itek

tur:

1 ta

hu

n5

tah

un

a. A

rsite

ktu

r Infra

stru

ktu

r Ja

ring

an

; da

n

b. In

ve

nta

ris p

era

ng

ka

t sis

tem

Ja

ring

an

.

3D

ok

um

en

Sis

tem

Ap

lika

si:

1 ta

hu

n5

tah

un

a. D

isa

in A

plik

asi; d

an

b. P

etu

nju

k T

ekn

is A

plik

asi.

790

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O4D

oku

men

Pen

gem

ban

gan

Su

mb

er D

aya M

an

usia

Tekn

olo

gi In

form

asi d

an

Ko

mu

nik

asi.

1 ta

hun

5 ta

hun

5K

eb

ijakan

Pen

gem

ban

gan

Sis

tem

Info

rmasi.

Sela

ma b

erla

ku5 ta

hun

6P

ere

kam

an

dan

Pem

ukta

hira

n D

ata

:1 ta

hun

2 ta

hun

a. D

ata

Cente

r Visito

r Lo

g R

ep

ort; d

an

b. L

apora

n P

engelo

laan G

anggungan T

ekn

olo

gi In

form

asi.

7M

igra

si S

iste

m A

plik

asi d

an

Data

:1 ta

hun

3 ta

hun

a. P

ere

nca

naan M

igra

si;

b. P

ela

ksanaan M

igra

si;

c. Berita

Aca

ra K

egia

tan M

igra

si;

d. D

afta

r Siste

m a

plika

si dan d

ata

yang d

imig

rasi; d

an

e. L

apora

n h

asil M

igra

si.

8D

oku

men

:

a. B

uku

Sta

tistik Wisa

taw

an N

usa

nta

ra;

Sela

ma B

erla

ku10 ta

hun

b. B

uku

Sta

tistik Pro

fil Wism

an;

Sela

ma B

erla

ku10 ta

hun

c. Buku

Sta

tistik Wism

an;

Sela

ma B

erla

ku10 ta

hun

d. B

uku

Nera

ca S

ate

lit Pariw

isata

Nasio

nal; d

an

2 ta

hun

10 ta

hun

e. M

eto

dolo

gi O

utp

ut P

ariw

isata

;2 ta

hun

10 ta

hun

9L

ayan

an

Back-u

p D

ata

Dig

ital.

2 ta

hun

3 ta

hun

791

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JE

NIS

AR

SIP

JA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O

XII

PE

NG

AW

AS

AN

1R

en

ca

na

Pe

ng

aw

as

an

:

a. R

en

can

a S

trate

gis P

en

ga

wa

san

; 5

tah

un

10

tah

un

b. R

en

can

a K

erja

Ta

hu

na

n;

2 ta

hu

n3

tah

un

c. Re

nca

na

Kin

erja

Ta

hu

na

n;

2 ta

hu

n3

tah

un

d. P

en

eta

pa

n K

ine

rja T

ah

un

an

; da

n

2 ta

hu

n3

tah

un

e. R

ako

r Pe

ng

aw

asa

n T

ing

kat N

asio

na

l.2

tah

un

3 ta

hu

n

2P

ela

ks

an

aa

n P

en

ga

wa

sa

n:

a. L

ap

ora

n H

asil A

ud

it (LH

A), L

ap

ora

n H

asil P

em

eriksa

an

(LH

P),

Se

tela

h tin

da

k lan

jut se

lesa

i3

tah

un

La

po

ran

Ha

sil Pe

me

riksaa

n O

pe

rasio

na

l (LH

PO

), La

po

ran

Ha

sil Eva

kua

si

LH

E), L

ap

ora

n A

kun

tan

si (LA

), La

po

ran

Au

dito

r Ind

ep

en

de

n (L

AI), ya

ng

me

me

rluka

n T

ind

ak L

an

jut (T

L);

b. L

ap

ora

n H

asil A

ud

it (LH

A), L

ap

ora

n H

asil P

em

eriksa

an

(LH

P), L

ap

ora

n H

asil

2 ta

hu

n3

tah

un

Pe

me

riksaa

n O

pe

rasio

na

l (LH

PO

), La

po

ran

Ha

sil eva

lua

si (LH

E), L

ap

ora

n

Aku

nta

nsi (L

A), L

ap

ora

n A

ud

itor In

de

pe

nd

en

(LA

I), yan

g tid

ak m

em

erlu

kan

Tin

da

k La

nju

t (TL

);

c. La

po

ran

Ha

sil Au

dit In

vestig

asi (L

HA

I) yan

g m

en

ga

nd

un

g u

nsu

r Tin

da

k S

ete

lah

kep

utu

san

me

mp

un

yai

3 ta

hu

n

Pid

an

a K

oru

psi (T

PK

) da

n m

em

erlu

kan

tind

ak la

nju

t;ke

kua

tan

hu

kum

teta

p

d. L

ap

ora

n P

em

uta

khira

n D

ata

;1

tah

un

3 ta

hu

n

e. L

ap

ora

n P

erke

mb

an

ga

n B

ara

ng

Milik N

eg

ara

;2

tah

un

3

tah

un

f. La

po

ran

keg

iata

n P

en

da

mp

ing

an

Pe

nyu

sun

an

La

po

ran

Ke

ua

ng

an

da

n R

eviu

2

tah

un

3

tah

un

Ke

me

nte

rian

; da

n

g. G

oo

d C

orp

ora

te G

ove

rna

nce

(GC

G).

2 ta

hu

n

3 ta

hu

n

3P

em

an

tau

an

5 T

ah

un

Se

tela

h M

en

da

pa

t Ke

pu

tusa

n

Hu

kum

yan

g T

eta

p5

tah

un

a. p

ela

ksan

aa

n ke

gia

tan

/ pro

gra

m;

5 ta

hu

n

b. p

em

an

tau

an

Tu

ntu

tan

Ga

nti R

ug

i (TG

R);

5 ta

hu

n

c. Tin

da

k La

nju

t La

po

ran

Ha

sil Pe

ng

aw

asa

n (T

LL

HP

); da

n5

tah

un

d. H

iba

h B

MN

5 ta

hu

n

Eva

lua

si

792

AK

TIF

IN A

KT

IF

12

34

JEN

IS A

RS

IPJA

NG

KA

WA

KT

U S

IMP

AN

(RE

TE

NS

I)N

O4K

egiatan

Pen

gaw

asan L

ainn

ya:

5 Tahun S

etelah Mendapat K

eputusan

Hukum

yang Tetap

a. Sosialisasi P

engawasan D

iklat;5 tahun

b. Pengaw

asan Bim

bingan dan Konsultasi;

5 tahun

c. Pengelolaan H

asil Pengaw

asan;10 tahun

d. Pem

aparan Hasil P

engawasan; dan

5 tahun

e. Forum

Kom

unikasi lainnya.5 tahun

ME

NT

ER

I PA

RIW

ISA

TA D

AN

EK

ON

OM

I KR

EA

TIF

RE

PU

BL

IK IN

DO

NE

SIA

,

ttd.

MA

RI E

LK

A P

AN

GE

ST

U

Sa

lina

n se

sua

i de

ng

an

aslin

yaK

EM

EN

TE

RIA

N P

AR

IWIS

ATA

DA

N E

KO

NO

MI K

RE

AT

IF R

IK

epa

la B

iro H

uku

m d

an

Ke

pe

ga

wa

ian

,

ZA

INI B

US

TAM

AN

, SH

, MM

NIP. 1

95

90

61

7 1

98

80

3 1

00

5

793

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR PM.139/UM.001/MPEK/2012

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENGAMANAN DAN KETERTIBANDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA

DAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya organisasi KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu dilakukan peninjauankembali Keputusan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor KM.29/UM.001/MKP/02 tentang Tata CaraPelaksanaan Pengamanan dan Ketertiban di lingkunganKementerian Kebudayaan dan Pariwisata;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Tata CaraPelaksanaan Pengamanan dan Ketertiban di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4168);

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

794

2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentangPembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimanatelah diubah terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 59/P Tahun 2011;

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon 1Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;

5. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik IndonesiaNomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem ManajemenPengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah;

6. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi,dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif;

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 112/KM.6/2012tentang Penetapan Status Penggunaan Barang MilikNegara Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG TATA CARA PELAKSANAANPENGAMANAN DAN KETERTIBAN DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Pengamanan adalah segala usaha dan kegiatan, baik secara langsung

795

maupun tidak langsung yang bertujuan untuk mencegah, meniadakandan menanggulangi segala bentuk ancaman, gangguan hambatan dantantangan terhadap personil, materiil, bangunan, fasilitas kerja, komunikasidan kepentingan kedinasan lainnya serta untuk memelihara suatu kondisiaman dan tertib dalam lingkungan Kantor.

2. Ketertiban adalah suatu keadaan yang teratur dan baik sesuai denganketentuan dan norma-norma yang berlaku.

3. Pengamanan fungsional adalah pengamanan yang hakikat pembinaannyadiletakkan sebagai tanggung jawab melekat setiap pimpinan unit kerjadari semua tingkat eselon dan semua pegawai dalam lingkungan kerjanyauntuk dapat berperan serta dan turut bertanggung jawab atasterselenggaranya pengamanan dan ketertiban tempat bekerja.

4. Pengamanan operasional adalah pengamanan yang pelaksanaannyadibebankan kepada suatu unit kerja, dalam hal ini Satuan Pengamanansebagai sarana pimpinan dalam menyelenggarakan pengamanan danketertiban di lingkungan Kantor.

5. Pengamanan fisik adalah segala usaha mencegah dan mengatasi timbulnyaancaman dan gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan Kantorsecara fisik melalui kegiatan pengaturan, penjagaan, perondaan,pengawalan, dan kegiatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan.

6. Pengamanan personil adalah segala usaha mencegah dan mengatasitimbulnya ancaman dan gangguan keamanan dan ketertiban dilingkunganKantor dengan cara melakukan pengamanan dan pengawasan secaralangsung terhadap tamu, mobilitas pegawai, petugas lain yang melakukanaktivitas di lingkungan Kantor.

7. Satuan Pengamanan yang selanjutnya disingkat Satpam adalah satuanatau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untukmelaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan keamananswakarsa di lingkungan kerjanya.

8. Satuan Tugas Khusus adalah satuan kelompok petugas yang diserahitugas pengamanan khusus di lingkungan Kantor sehubungan denganadanya peristiwa-peristiwa tertentu seperti Pemilihan Umum, SidangUmum MPR dan perisitwa-peristiwa lainnya yang dianggap memerlukanpengamanan khusus.

9. Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnyadisebut Kantor adalah tempat aktivitas Lembaga Pemerintah besertasegenap isi harta kekayaannya dengan mekanisme kegiatan sebagaisarana bekerja administratif dan operatif.

796

10. Instalasi adalah prasarana fisik yang berupa alat komunikas, listrik, diesel,gas, pengolahan air kotor/air bersih, pendingin ruang (AC), dan bahanbakar minyak.

11. Operator adalah petugas yang menangani Building Automation System(BAS).

12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang pariwisata dan ekonomi Kreatif.

BAB IITUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Tata cara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban bertujuan untukmenciptakan sistem pengamanan di Kantor dengan melibatkan unsurmanajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang secara profes-sional terintegerasi untuk mencegah dan mengurangi kerugian akibat ancaman,gangguan dan/atau bencana serta mewujudkan Kantor yang aman, efisiendan produktif.

Pasal 3

Ruang lingkup tata cara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban meliputi:

a. pengamanan bangunan gedung Kantor;

b. perlindungan pribadi dan tempat kediaman Menteri dan Wakil Menteri;

c. penjagaan di lantai kerja Menteri, Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, danpara Pejabat Eselon I;

d. pengawasan lalu lintas barang;

e. pengaturan penerimaan tamu;

f. pengaturan pemakaian tanda pengenal;

g. pengaturan parkir kendaraan;

h. pengaturan pemasangan spanduk/umbul-umbul, standing banner danbaliho di halaman Kantor;

i. tindakan sementara dalam hal terjadi suatu tindak pidana;

j. tindakan mengatasi perkelahian;

k. tindakan menghadapi unjuk rasa;

l. tindakan mengatasi kerusuhan;

m. tindakan mengatasi kebakaran;

797

n. tindakan mengatasi ancaman bom;

o. tindakan penyelamatan terjadinya gempa bumi;

p. pelatihan; dan

q. koordinasi dan pengawasan.

BAB IIIPENYELENGGARAAN PENGAMANAN DAN KETERTIBAN

Bagian KesatuJenis Pengamanan

Pasal 4

Pengamanan di lingkungan Kantor terdiri atas:

a. pengamanan fungsional; dan

b. pengamanan operasional.

Pasal 5

Pengamanan fungsional melibatkan para pejabat dan pegawai di lingkunganKantor dengan mengadakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. pengawasan fisik bangunan gedung Kantor dan instalasi serta kendaraanbermotor;

b. pengamanan dan ketertiban semua perlengkapan peralatan Kantor yangmenjadi tanggung jawab masing-masing;

c. pengamanan bahan-bahan keterangan, dokumen dan surat-surat penting;dan

d. pencegahan terhadap kebakaran.

Pasal 6

(1) Pengamanan operasional di lingkungan Kantor dilakukan oleh Satpam.

(2) Satpam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai fungsi sebagaipenjaga dan pengawas pengamanan dan ketertiban di lingkungan Kantor.

Pasal 7

Satpam sebagai penjaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)mempunyai kewajiban:

a. mengamankan bangunan gedung Kantor, instalasi dan kendaraan bermotor;

798

b. melindungi pribadi dan tempat kediaman Menteri;

c. mengawasi lalu lintas personil;

d. menertibkan pemakaian tanda pengenal;

e. mengatur parkir kendaraan bermotor;

f. mencegah pelanggaran terhadap hukum yang berlaku; dan

g. melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan tugas pengamanan.

Pasal 8

Satpam sebagai pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)mempunyai kewajiban:

a. melakukan pengawasan terhadap keselamatan, keamanan dan ketertibandi lingkungan Kantor;

b. memeriksa keadaan lantai, ruang, blok bangunan dan tempat penyimpananbarang-barang yang mudah terbakar;

c. meneliti alat pemadam kebakaran, sarana listrik, diesel, saluran air, lift,tangga/pintu darurat dan sistem alarm;

d. mengingatkan seluruh pejabat dan pegawai menjelang berakhirnya jamkerja untuk memeriksa kelengkapan sarana dan prasarana kerja;

e. melakukan pemeriksaaan ulang terhadap pelaksanaan pengamananfungsional yang dilakukan oleh pejabat dan pegawai; dan

f. melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan tugas pengawasan.

Pasal 9

(1) Satpam dalam menjalankan tugasnya wajib bersikap dan berperilakusebagai berikut:a. memelihara kebersihan badan, berpakaian bersih dan rapi, rambut

dan kumis dicukur rapi, cambang dan jenggot dicukur habis danbersih;

b. ulet, tabah, sabar dan percaya diri dalam mengemban tugasnya;c. mentaati peraturan-peraturan negara dan menghormati norma-norma

yang berlaku di lingkungan kawasan kerja serta masyarakat;d. memegang teguh rahasia yang dipercayakan kepadanya, dane. bertindak tegas, jujur, berani, adil dan bijaksana.

(2) Satpam dalam menjalankan tugasnya wajib melengkapi diri denganperlenggkapan perorangan meliputi :a. kartu tanda anggota Satpam;

799

b. kartu tanda penduduk;c. surat keterangan lainnya seperti surat keterangan pemegang borgol;d. pensil/ballpoint;e. peluit (sempritan); danf. perlengkapan lain sesuai tugas dan kepentingan.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugasnya Satpam wajib melakukan langkah-langkahsebagai berikut :

a. pengamanan bangunan gedung Kantor :

1) mengawasi masuk dan keluarnya orang atau barang dan keadaanatau hal-hal yang mencurigakan di sekitar tempat tugas selama 24(dua puluh empat) jam penuh;

2) mengatur buka tutup pintu lantai 1 dan lantai 2 setelah jam kerja,pada hari-hari libur dan apabila ada acara di Balairung SoesiloSoedarman;

3) melakukan pengecekan dan pencegahan terhadap aksi serta perbuatancorat-coret di dinding bangunan, lift, pintu dan lain-lainnya;

4) melakukan patroli menurut rute dan waktu tertentu dengan maksudmengadakan penelitian dan pemeriksaan terhadap segala sesuatuyang tidak wajar dan tidak pada tempatnya yang dapat atau diperkirakandapat menimbulkan ancaman dan gangguan kelancaran lalu lintasdi lingkungan kerja; dan

5) melaporkan kepada Pimpinan Satpam apabila didapati ada bagiandari bangunan gedung mengalami kerusakan untuk selanjutnyaditeruskan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan proseduryang berlaku.

b. perlindungan pribadi dan tempat kediaman Menteri dan Wakil Menteri;

c. penjagaan di lantai kerja Menteri, Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, danpara Pejabat Eselon I;

d. pengawasan lalu lintas barang:

1) melaksanakan penjagaan dan pemeriksaan masuk dan keluarnyabarang;

2) melakukan pemeriksaan terhadap setiap barang yang masuk kegedung Kantor dan memberitahukan kepada pegawai yang berhakmenerima untuk mengambil langsung di tempat penjagaan;

800

3) mencegah setiap barang yang keluar dari gedung Kantor yang tidakdilengkapi dengan surat keterangan yang dibuat oleh pejabat yangberwenang untuk mengeluarkan barang dimaksud; dan

4) mengadakan pemeriksaan terhadap barang yang akan dibawa keluar dari gedung Kantor.

e. pengaturan Penerimaan Tamu:

1) menyapa tamu yang datang dengan ramah dan sopan;

2) mencatat tamu yang datang dalam buku daftar tamu;

3) memberikan tanda pengenal tamu untuk dipakai selama yangbersangkutan berada di lingkungan Kantor;

4) memberikan bantuan pengarahan dan petunjuk kepada tamu sesuaikeperluan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku; dan

5) menghindarkan kata-kata kurang sopan sikap dan prilaku yang kurangsimpatik selama menerima tamu.

f. pengaturan pemakaian tanda pengenal :

1) mengingatkan dengan cara yang sopan, apabila terdapat pejabatdan pegawai yang tidak mengenakan tanda pengenal agar mengenakantanda pengenal sebagaimana mestinya;

2) mencatat dan melaporkan kepada atasan langsung, apabila terdapatcleaning service, mekanik-elektrik pendingin ruang (AC) dan lift tidakmengenakan tanda pengenal; dan

3) menegur dengan cara yang sopan, apabila terdapat tamu yang tidakmengenakan tanda pengenal, dan mengingatkan tamu agarmengenakan tanda pengenal tamu selama yang bersangkutan beradadi lingkungan Kantor.

g. pengaturan parkir kendaraan:

1) memeriksa dan memberikan kartu tanda parkir di pintu masuk bagisetiap kendaraan yang masuk;

2) menata letak parkir kendaraan;melakukan patroli di area parkir dengan maksud untuk mengaturdan mengawasi ketertiban parkir kendaraan, serta mengawasi danmemeriksa segala sesuatu yang tidak wajar dan tidak pada tempatnyayang dapat atau diperkirakan dapat menimbulkan ancaman dangangguan terhadap kendaraan di lingkungan Kantor;

3) memberikan peringatan dan menertibkan dengan cara yang sopanapabila terdapat kendaraan yang diparkir bukan pada tempatnya;

801

4) memeriksa dan meminta kartu tanda parkir di pintu keluar padawaktu kendaraan akan keluar dan meninggalkan halaman gedungKantor; dan

5) apabila terdapat kendaraan yang akan keluar tetapi pengemudi tidakbisa menunjukkan kartu tanda parkir, maka anggota Satpam di pintukeluar wajib menanyakan dan meminta dengan cara hormat untukmelakukan pemeriksaan atas surat-surat kendaraan yang dimiliki.

h. pengaturan pemasangan spanduk/umbul-umbul, standing banner danbaliho:

1) mengatur tata letak pemasangan spanduk/umbul-umbul, standingbanner dan baliho dengan memperhatikan unsur keindahan dankerapihan lingkungan;

2) mencabut, menurunkan dan membersihkan kembali spanduk/umbul-umbul, standing banner dan baliho dari tempat pemasangan apabilawaktu pemasangan telah selesai; dan

3) melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalamhal pemasangan, pencabutan, penurunan dan pembersihan spanduk/umbul-umbul, standing banner dan baliho.

i. tindakan sementara dalam hal terjadi suatu tindak pidana:

1) menangkap pelaku dan menyita barang bukti;

2) menjaga saksi korban dan saksi lain yang diperlukan untuk tidakmeninggalkan Tempat Kejadian Perkara (TKP) sebelum datangnyapetugas polri yang berwenang untuk menangani lebih lanjut;

3) melindungi pelaku dari amukan atau pengeroyokan massa;

4) mengamankan dan mempertahankan keabsahan serta keaslianTempat Kejadian Perkara (TKP), serta mencegah agar berkas-berkasdan barang bukti tidak hilang atau rusak;

5) menutup lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan menghubungipos polisi terdekat;

6) melaporkan dan menyerahkan tersangka beserta barang bukti kepadapetugas polri yang berwenang untuk penanganan lebih lanjut; dan

7) membuat laporan tentang kejadian perkara pada buku mutasipenjagaan.

j. tindakan mengatasi perkelahian:

1) berusaha memberikan peringatan yang dapat menarik dan mengalihkanperhatian para pelaku;

802

2) berusaha melerai dan memisahkan para pelaku yang terlibatperkelahian;

3) apabila dalam perkelahian tersebut terdapat salah satu pelakumenggunakan senjata, maka usaha pemisahan diarahkan kepadapihak yang menggunakan senjata;

4) meminta bantuan petugas lainnya untuk dapat memisahkan pihakyang berkelahi; dan

5) meminta bantuan petugas polri jika diperlukan.

k. tindakan menghadapi unjuk rasa :1) apabila terjadi unjuk rasa yang ditujukan kepada menteri dan atau

pejabat lain di lingkungan Kantor, maka Satpam segera menghadangpara pengunjuk rasa dengan sopan agar tidak masuk ke dalamgedung Kantor;

2) setelah keadaan mulai tenang, pimpinan Satpam meminta kepadaperwakilan pengunjuk rasa untuk mendaftarkan indentitasnya;

3) segera melaporkan adanya unjuk rasa kepada pimpinan yangberwenang untuk mengambil keputusan berkaitan dengan adanyaunjuk rasa tersebut;

4) mengarahkan pengunjuk rasa ke tempat yang lebih aman;5) segera menutup pintu masuk dan pintu keluar halaman gedung

Kantor untuk mencegah masuknya pihak-pihak yang ingin menambahkekacauan situasi;

6) segera mencatat isi tuntutan yang diajukan oleh para pengunjukrasa;

7) siaga di pintu masuk untuk mencegah agar para pengunjuk rasatidak memasuki gedung Kantor;

8) mengumumkan kepada para pegawai melalui operator untuk tidakkeluar dari gedung Kantor; dan

9) segera menghubungi petugas polri guna membantu mengatasi situasi.

l. tindakan mengatasi kerusuhan :

1) apabila terjadi kerusuhan secara massal di lingkungan kerja, Satpamdengan tegas mengambil tindakan untuk mengamankan,menenangkan dan menertibkan pihak-pihak yang terlibat dalamkerusuhan;

2) menutup pintu masuk dan pintu keluar halaman gedung Kantoruntuk mencegah masuknya pihak ketiga yang ingin memperkeruhsuasana;

803

3) melaporkan dengan segera kepada pimpinan Satpam untuk mengambilkeputusan berkaitan dengan kerusuhan dimaksud;

4) melakukan koordinasi dan menghubungi pihak keamanan terkaituntuk menenangkan dan mengambil tindakan seperlunya;

5) bersikap tegas dalam mengamankan dan mengarahkan massa kesuatu lokasi yang jauh dari gedung Kantor;

6) menutup pintu masuk gedung Kantor dan menjaga agar para perusuhtidak dapat masuk ke dalam gedung Kantor;

7) memberitahukan kepada para pegawai melalui operator agar tidakkeluar dari gedung Kantor; dan

8) segera menghubungi petugas polri guna membantu mengatasi situasi.

m. tindakan mengatasi kebakaran :

1) apabila terjadi kebakaran, Satpam mengingatkan seluruh pegawaiagar segera mengambil tindakan yang dapat membantu pencegahanmeluasnya api;

2) segera mengosongkan ruangan, menghentikan lift dan mematikanaliran listrik;

3) apabila kobaran api makin meluas, maka tindakan utama adalahupaya penyelamatan personil dengan cara keluar dari gedung Kantormelalui pintu dan tangga darurat;

4) dalam hal melakukan upaya penyelaman diri, seluruh anggota Satpamwajib memberikan komando penyelamatan secara sigap dan tertibserta berusaha menenangkan seluruh pegawai agar tidak panik;

5) melakukan tindakan penyelamatan korban terutama manusia dansegera menghubungi petugas pemadam kebakaran;

6) melakukan upaya pemadaman api dengan menggunakan alatpemadam kebakaran yang ada di lingkungan kawasan kerja;

7) menutup area dan mencegah orang-orang yang tidak berkepentinganmemasuki area kebakaran;

8) memandu tindakan evakuasi; dan

9) membantu petugas polri dalam mengumpulkan barang bukti dansaksi dalam melakukan pemeriksaan.

n. tindakan mengatasi ancaman bom:

1) apabila diperoleh informasi atau diketahui tentang adanya ancamanbom, maka pimpinan Satpam segera melaporkan kepada kepalabiro umum dan atau kepala Kantor akan adanya ancaman bomuntuk dapat segera diambil tindakan penyelamatan pegawai;

804

2) setelah mendapatkan pengarahan dari kepala biro umum dan ataukepala Kantor, segera menghubungi tim gegana polri untuk tindakanpenjinakan bom; dan

3) sebelum tim gegana polri datang, Satpam wajib melakukan tindakanpreventif.

o. Tindakan penyelamatan terjadinya gempa bumi :

1) melalui operator mengumumkan keadaan darurat ke seluruh ruanganagar seluruh pegawai segera meninggalkan ruangan denganmenggunakan pintu dan tangga darurat;

2) segera mengosongkan seluruh ruangan kerja, menghentikan lift danmematikan aliran listrik;

3) mengumumkan kepada para pegawai yang berada di lantai 24 sampaidengan lantai 11 agar menggunakan pintu dan tangga daruratsebelah kanan gedung Kantor;

4) mengumumkan kepada para pegawai yang berada di lantai 10 sampaidengan lantai 4 agar menggunakan pintu dan tangga darurat sebelahkiri gedung Kantor;

5) mengumumkan kepada para pegawai yang berada di lantai 3 agarmenggunakan tangga bagian tengah;

melakukan tindakan penyelamatan korban dan segera mengirimkorban kepada petugas kesehatan;

6) segera menghubungi instansi terkait guna tindakan penyelamatandan pengamanan lebih lanjut; dan

7) memberikan komando penyelamatan secara sigap dan tertib sertaberusaha menenangkan seluruh pegawai agar tidak panik; dan

8) memandu tindakan evakuasi.

p. pelatihan:

1) mengikuti pelatihan peningkatan kewaspadaan yang dilaksanakanoleh kantor untuk menguji kesiapan dan kecepatan dalam mengatasikeadaan darurat.

2) Pelatihan dilakukan secara teratur dan periodik termasuk penggunaansarana dan prasarana pemadam kebakaran yang tersedia padamasing-masing unit kerja secara tepat dan benar.

q. koordinasi dan pengawasan:

1) Dalam rangka pelaksanaan tugasnya Satpam wajib melakukankoordinasi dengan pihak Polri dan Satpam terdekat;

805

2) Setiap kegiatan tertentu yang melibatkan pihak luar yang dilakukandi lingkungan Kantor, wajib dikoordinasikan terlebih dahulu denganSatpam.

3) Pengawasan terhadap seluruh kegiatan dilakukan oleh Satpam sejakdari awal sampai berakhirnya kegiatan.

Pasal 11

Pengaturan teknis jadwal tugas dan tata cara pergantian jaga Satpam diaturlebih lanjut oleh pejabat yang berwenang.

Bagian KeduaSatuan Tugas Khusus

Pasal 12

(1) Dalam hal menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu seperti PemilihanUmum, Sidang Umum MPR atau peristiwa-peristiwa lainnya yang dianggapmemerlukan pengamanan khusus, selain pengamanan fungsional danpengamanan operasional, Pimpinan yang berwenang dapat membentukSatuan Tugas Khusus.

(2) Rincian tugas jadwal waktu Satuan Tugas Khusus diatur menurut kebutuhan.

(3) Anggota Satuan Tugas Khusus wajib memakai tanda pengenal SatuanTugas Khusus yang disiapkan oleh Pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya, Satuan Tugas Khusus wajib melakukankoordinasi dengan Satpam.

(5) Pimpinan Satuan Tugas Khusus wajib memberikan laporan hasilpelaksanaan tugas kepada Pimpinan yang berwenang.

Bagian KetigaTamu

Pasal 13

(1) Tamu mempunyai kewajiban :a. berlaku sopan serta berpakaian rapi;b. mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada Petugas Penerima Tamu

dan menyerahkan tanda pengenal pribadinya; danc. mengenakan tanda pengenal tamu, selama berada di lingkungan

gedung Kantor.

(2) Tamu yang dapat diterima diutamakan tamu untuk kepentingan dinas.

806

(3) Tamu untuk kepentingan pribadi dapat diterima setelah diseleksi terlebihdahulu oleh petugas penerima tamu.

(4) Tamu yang bermaksud menemui pegawai, menunggu di ruang tamu.

(5) Tamu yang bermaksud menemui pejabat eselon IV atau pejabat eselonIII, menemui pejabat dimaksud di ruang kerjanya.

(6) Tamu yang bermaksud menemui pejabat eselon II atau pejabat eselon I,dikoordinasikan terlebih dahulu dengan sekretaris pejabat dimaksud.

Pasal 14

Pengaturan penerimaan tamu-tamu Menteri diatur tersendiri menurut ketentuanprotokoler yang berlaku.

Bagian KeempatTanda Pengenal

Pasal 15

(1) Pejabat dan pegawai wajib mengenakan tanda pengenal berupa kartupengenal yang dilengkapi dengan foto selama berada di dalam lingkungangedung Kantor.

(2) Anggota Satpam wajib mengenakan pakaian seragam Satpam lengkapdengan tanda pengenal dan atributnya pada waktu menjalankan tugas.

(3) Anggota Satuan Tugas Khusus wajib mengenakan tanda pengenal SatuanTugas Khusus pada waktu menjalankan tugas.

(4) Petugas cleaning service, mekanik-elektrik Pendingin ruang (AC) dan liftwajib mengenakan pakaian seragam dan tanda pengenal selamamenjalankan tugas di lingkungan Kantor.

(5) Tamu wajib mengenakan tanda pengenal tamu, selama yang bersangkutanberada di lingkungan Kantor.

Bagian KelimaTanda-tanda dan Petunjuk

Pasal 16

Gedung Kantor beserta fasilitasnya dilengkapi dengan tanda-tanda dan petunjukberupa :a. papan pengumuman;b. lampu dan tanda-tanda petunjuk jalan untuk menyelamatkan diri apabila

keadaan darurat;

807

c. rambu-rambu lalu lintas;d. petunjuk pemakaian Alat Pemadam Kebakaran; dane. petunjuk cara-cara penyelamatan diri dalam keadaan darurat

Bagian KeenamKerja Lembur

Pasal 17

(1) Kerja lembur hanya dapat dilaksanakan atas perintah Pimpinan UnitKerja yang bersangkutan.

(2) Pimpinan kelompok yang melakukan kerja lembur wajib melaporkankepada Satpam jaga dan pejabat atau pegawai Biro Umum yang mengaturpenggunaan listrik dan pendingin ruang (AC) atas adanya kegiatan kerjalembur tersebut paling lambat 1 (satu) jam sebelum dilaksanakan.

(3) Pimpinan kelompok yang melakukan kerja lembur bertanggung jawabatas pengamanan dan ketertiban lantai, ruang dan blok bangunan yangbersangkutan.

Bagian KetujuhAlat Pemadam Kebakaran

Pasal 18

(1) Penempatan Alat Pemadam Kebakaran di setiap lantai, blok dan bangunanharus terlihat jelas dan dapat diketahui dengan mudah oleh seluruhpejabat dan pegawai.

(2) Setiap Pimpinan Unit Kerja melakukan pemantauan dan pengawasanteknik atas pemasangan sarana listrik dan sarana pemadam kebakaran.

BAB IVPELAPORAN

Pasal 19

Pejabat yang berwenang melaksanakan pengamanan dan ketertiban wajibmembuat laporan secara berkala kepada Pimpinan Kantor.

808

BAB VKETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kebudayaandan Pariwisata No. KM.29/UM.001/MKP/02 tentang Tata Cara PelaksanaanPengamanan dan Ketertiban di Lingkungan Kementerian Kebudayaan danPariwisata dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakartapada tanggal 27 Desember 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1340

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

809

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATADAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM.141/PW.204/MPEK/2012

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI KEBUDAYAANDAN PARIWISATA NOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008 TENTANGPEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAM

KEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILM NASIONALSERTA PENGGANDAAN FILM IMPOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 33Tahun 2009 tentang Perfilman, setiap pelaku kegiatandan pelaku usaha di bidang perfilman diwajibkan untukmengutamakan penggunaaan sumber daya dalam negerisecara optimal;

b. bahwa jasa teknik film yang merupakan salah satusumber daya dalam negeri, harus dimanfaatkan dalamkegiatan pembuatan dan penggandaan film nasionalserta penggandaan film impor;

c. bahwa untuk memanfaatkan Jasa Teknik Film dalamnegeri dalam kegiatan pembuatan dan penggandaan filmnasional serta penggandaan film impor, diperlukan waktu

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

810

untuk mempelajari lebih jauh kemampuan dan persiapankegiatan usaha jasa teknik film yang mencakup teknologiseluloid dan digital di dalam negeri;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengubahkembali tanggal efektif mulai berlakunya Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film DalamNegeri Dalam Kegiatan Pembuatan dan PenggandaanFilm Nasional Serta Penggandaan Film Impor sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.108/PW.204/MKP/2011;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman(Lembaran Negara RepubIik Indonesia Tahun 1992 Nomor141, Tambahan Lembaran Negara RepubIik IndonesiaNomor 5060);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1994 tentangPenyelenggaraan Usaha Perfilman (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1994 Nomor 11, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3541);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1994 tentangLembaga Sensor Film (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1994 Nomor 12);

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian NegaraSerta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;

5. Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 215/KEP/MENPEN/1994 tentang Ketentuan dan Tata CaraPenyelenggaraan Usaha Perfilman sebagaimana telahdiubah dengan Surat Keputusan Menteri PeneranganNomor 21A/KEP/MENPEN/1998;

811

6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan JasaTeknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatandan Penggandaan Film Nasional serta PenggandaanFilm Impor sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif Nomor PM.108/PW.204/MPEK/2011;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATASPERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATANOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008 TENTANGPEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAMKEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILMNASIONAL SERTA PENGGANDAAN FILM IMPOR.

Pasal I

Ketentuan Pasal 13 ayat (2) Peraturan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor PM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik FilmDalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan Dan Penggandaan Film NasionalSerta Penggandaan Film Impor yang telah beberapa kali diubah dengan:

1. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.11/PW.204/MKP/2009;

2. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.27/PW.204/MKP/2010;

3. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.108/PW.204/MPEK/2011,

diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 13

(2) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

812

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Lembaran Berita Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 19 Desember 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakartapada tanggal 15 Januari 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 86

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

813

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR: PM.143/UM.001/MPEK/2012

TENTANG

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasiKementerian serta untuk mewujudkan efektivitas, efisiensidan tertib administrasi keuangan negara, perlu meninjaukembali Peraturan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentang PetunjukPelaksanaan Penatausahaan Keuangan di lingkunganDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata;

b. bahwa sehubungan dengan huruf a di atas perlumenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Penatausahaan Keuangan di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4286);

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

814

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4400);

4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentangPengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP.563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan dan KantorPerbendaharaan dan Kas Negara Untuk Memungut,Menyetor dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai danPajak Penjualan atas Barang Mewah Beserta Tata CaraPemungutan, Penyetoran, dan Pelaporannya;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2006tentang Dana Operasional Menteri/Pejabat SetingkatMenteri;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.05/2010tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi PejabatNegara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetapsebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 64/PMK.05/2011;

8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam NegeriBagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan PegawaiTidak Tetap;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008tentang Tata Cara Penatausahaan dan PenyusunanLaporan Pertanggungjawaban Bendahara KementerianNegara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

815

sehubungan dengan Pembayaran atas penyerahan barangdan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012tentang Tata Cara Pembayaran Dalam RangkaPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

12. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PENATAUSAHAAN KEUANGAN DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Kementerian adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2. Menteri adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

3. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.

4. Inspektur Jenderal adalah Inspektur Jenderal Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.

5. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

6. Pejabat Eselon I adalah Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, DirekturJenderal, Kepala Badan dan pejabat yang setingkat lainnya.

7. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi dilingkungan Kementerian yang melaksanakan kegiatan Kementerian danmemiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.

8. Kepala Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Kepala Satker adalahKepala dari suatu satuan kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.

816

9. Unit Kerja adalah unit organisasi setingkat Eselon II di lingkunganKementerian.

10. Kepala Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut Kepala UPTadalah Kepala dari suatu Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.

11. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat dengan PA, adalah Menteriyang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran/pengguna barangpada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

12. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat dengan KPA,adalah pejabat Eselon I atau Kepala Satker yang ditunjuk/diangkat denganKeputusan Menteri untuk bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran/barang pada satuan kerjanya.

13. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat dengan PPK,adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambilkeputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaranatas beban APBN.

14. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnyadisebut Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang diberikewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaanpembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.

15. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalah Pejabatyang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi BUN.

16. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Kuasa BUNadalah Pejabat yang diangkat oleh BUN untuk melaksanakan tugaskebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBN dalam wilayah kerjayang ditetapkan.

17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBNpada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.

19. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat denganBPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran

817

untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaranpelaksanaan kegiatan tertentu.

20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkatdengan APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negarayang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

21. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat denganDIPA, adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif selaku Pengguna Anggaran yang disahkanoleh Menteri Keuangan selaku BUN sebagai acuan Pengguna Anggarandalam melaksanakan kegiatan sebagai pelaksanaan APBN.

22. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat dengan POK,adalah merupakan petunjuk pelaksanaan kegiatan dan anggaran yangmerupakan pencerminan dari Rencana Kerja dan Anggaran KementerianNegara/Lembaga (RKAKL) yang dibuat oleh Menteri.

23. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkatdengan KPPN, adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaanyang memperoleh kuasa dari BUN untuk melaksanakan sebagian fungsiKuasa BUN.

24. Rekening Kas Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negarayang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN atau pejabat yangditunjuk untuk menampung seluruh penerimaan negara dan atau membayarseluruh pengeluaran negara pada Bank/Sentral Giro yang ditunjuk.

25. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat dengan UP, adalah uangmuka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada BendaharaPengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari satuankerja atau pembiayaan pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannyayang tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.

26. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat dengan TUP,adalah merupakan uang muka yang diberikan kepada BendaharaPengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu)bulan melebihi pagu UP yang telah ditetapkan.

27. Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnyadisingkat dengan PTUP adalah pertanggungjawaban atas TUP.

28. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalahpembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara Pengeluaran/Penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surattugas atau surat perintah kerja lainnya melalui Penandatanganan SuratPerintah Membayar Langsung.

818

29. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat dengan SPPadalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaanpembayaran tagihan kepada negara.

30. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disingkatdengan SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalamrangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

31. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya disebutSPP-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaanpembayaran UP.

32. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPP-TUP adalah dokumen yang diterbitkan olehPPK, yang berisi permintaan pembayaran TUP.

33. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPP-GUP adalah dokumen yang diterbitkan olehPPK, yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaranUP.

34. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan Nihil yangselanjutnya disebut SPP-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkanoleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban UP.

35. Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban Tambahan UangPersediaan yang selanjutnya disebut SPP-PTUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pertanggungjawaban atasTUP.

36. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat dengan SPM adalahdokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Penanda Tangan SPM untukmencairkan dana yang bersumber dari DIPA.

37. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LSadalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Penandatangan SPMuntuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam rangkapembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

38. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebutSPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat PenandatanganSPM untuk mencairkan UP.

39. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnyadisebut SPM-TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PejabatPenandatangan SPM untuk mencairkan TUP.

819

40. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang selanjutnyadisebut SPM-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PejabatPenandatangan SPM dengan membebani DIPA, yang dananyadipergunakan untuk menggantikan UP yang telah dipakai.

41. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil yangselanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkanoleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai pertanggungjawaban UPyang membebani DIPA.

42. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan UangPersediaan yang selanjutnya disebut SPM-PTUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai pertanggungjawabanatas TUP yang membebani DIPA.

43. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalahsuratperintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untukpelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

44. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat dengan BAS adalahdaftar perkiraan buku besar meliputi kode dan uraian organisasi, fungsidan sub fungsi, program, kegiatan, output, bagian anggaran/unit organisasieselon I/Satker dan kode perkiraan yang ditetapkan dan disusun secarasistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,serta pertanggungjawaban dan laporan keuangan pemerintah pusat.

45. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat denganPNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasaldari pajak.

46. Bank Operasional adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuanganselaku BUN atau pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakanpemindahbukuan sejumlah uang dari Kas Negara ke rekening sebagaimanayang tercantum dalam SP2D.

47. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat dengan ADK adalaharsip data dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam media penyimpanandigital.

48. Gaji Induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan kepadapegawai negeri yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengansurat keputusan sesuai ketentuan perundang-undangan pada Satkeryang meliputi gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji.

49. Surat Setoran Pajak (SSP)/Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)/SuratSetoran Pengembalian Belanja (SSPB) yang dinyatakan sah adalah

820

SSP/SSBP/SSPB yang telah mendapat Nomor Transaksi PenerimaanNegara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos(NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP), kecuali ditetapkan lain.

50. Surat Bukti Setor yang disingkat SBS adalah tanda bukti penerimaanyang diberikan oleh Bendahara kepada penyetor.

51. Dokumen Sumber adalah dokumen yang digunakan sebagai dasarpencatatan dalam proses pembukuan bendahara.

52. Unit Akuntansi Kuasa Penggunan Anggaran yang selanjutnya disingkatdengan UAKPA adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatanakuntansi dan penyusunan laporan keuangan tingkat satuan kerja.

53. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara yang selanjutnya disebut LPJ,adalah laporan yang dibuat oleh bendahara atas uang yang dikelolanyasebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.

54. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu yangselanjutnya disebut LPJ-BPP, adalah laporan yang dibuat oleh BPP atasuang yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.

55. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran yang selanjutnya disingkatdengan SKPP, adalah surat keterangan tentang terhitung mulai bulandihentikan pembayaran yang dikeluarkan oleh KPA atau pejabat yangditunjuk berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan oleh Kementeriandan disahkan oleh KPPN setempat.

56. Surat Perintah Bayar yang selanjutnya disebut SPBy, adalah Surat PerintahBayar yang disetujui dan ditandatangani PPK atas nama KPA.

57. Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja yang selanjutnya disingkatdengan SPTB, adalah surat pernyataan tanggungjawab belanja yangdibuat oleh KPA atau pejabat yang ditunjuk atas transaksi belanjasampai dengan jumlah tertentu.

58. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjutnya disingkatdengan SKTJM, adalah surat keterangan yang menyatakan segala akibatdari tindakan Pejabat/seseorang yang mengakibatkan kerugian negaramenjadi tanggung jawab sepenuhnya Pejabat/seseorang yang mengambiltindakan dimaksud.

59. Buku Kas Umum yang selanjutnya disingkat dengan BKU, sarana untukmencatat/menatausahakan semua transaksi keuangan dalam pelaksanaananggaran satuan kerja berdasarkan DIPA atau dokumen lain yangdipersamakan.

821

60. Buku Pembantu yang selanjutnya disingkat dengan BP, adalah buku untukmengakumulasikan transaksi-transaksi ke dalam klasifikasi yang diperlukanuntuk penyusunan laporan.

61. Buku Pengawas Anggaran yang selanjutnya disebut Buku Wasgar adalahbuku untuk mencatat pagu atau alokasi dana untuk mata anggaran danjenis belanja pada tiap-tiap subbagian kegiatan berdasarkan DIPA, jumlahpembayaran yang membebani mata anggaran (Akun) dan sisa paguanggaran masing-masing Akun, untuk mengawasi agar pembayaranyang dilakukan tidak melampaui jumlah anggaran yang dialokasikan.

62. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat dengan SPD, adalahsurat perintah kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan PegawaiTidak Tetap untuk melaksanakan perjalanan dinas.

63. Barang Kena Pajak yang selanjutnya disingkat dengan BKP, adalahbarang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barangbergerak atau tidak bergerak dan barang yang tidak berwujud yangdikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan.

64. Jasa Kena Pajak yang selanjutnya disingkat dengan JKP adalah suatukegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukumyang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau haktersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkanbarang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjukdari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang Undang mengenaiPajak Pertambahan Nilai (PPN).

65. Surat Perintah Pelaksanaan Tugas yang selanjutnya disingkat denganSPPT, adalah surat perintah kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri,dan Pegawai Tidak Tetap untuk melaksanakan tugas.

66. Surat Perintah Kerja yang selanjutnya disingkat dengan SPK, adalahsurat perintah melaksanakan pekerjaan berupa barang/jasa yang telahdisepakati oleh kedua belah pihak dan dibiayai dari APBN.

67. Wajib Pungut Pajak yang selanjutnya disebut WAPU, adalah bendaharapemerintah dan KPA sebagai pemungut pajak pada pemerintah pusat,pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelianbarang.

68. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP,adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam

822

administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atauidentitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Satker dan UPTdi lingkungan Kementerian dalam penatausahaan keuangan.

(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar penatausahaan keuangan pada Satkerdan UPT dilaksanakan secara tertib, sehingga pembayaran yang dilakukantidak melampaui batas alokasi dana yang tertera dalam DIPA, sertamempermudah dalam menyusun laporan keuangan.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri inimeliputi:

a. Persiapan;

b. Pembukuan Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP Pada Satker atauUPT;

c. Pemeriksaan Kas Bendahara;

d. SPP;

e. SPM;

f. Pertanggungjawaban keuangan; dan

g. Pelaporan.

BAB IIPERSIAPAN

Bagian KesatuPengangkatan

Pasal 4

(1) Setelah DIPA disahkan dan ditandatangani oleh Menteri Keuangan c.q.Direktur Jenderal Perbendaharaan, Menteri selaku PA menetapkan KPA,PPK, Pejabat Penandatangan SPM, Bendahara Penerimaan dan BendaharaPengeluaran pada Satker dan UPTdi lingkungan Kementerian.

(2) Menteri selaku PA dapat mendelegasikan kewenangan kepada KPA untukmengangkat dan memberhentikan PPK dan Pejabat PenandatanganSPM.

823

(3) KPA dapat menetapkan pejabat pengganti sementara apabila PPK danPejabat Penandatangan SPM berhalangan sementara sesuai denganbatas kewenangan yang diberikan.

(4) Untuk 1 (satu) DIPA, KPA menetapkan:a. 1 (satu) atau lebih PPK; danb. 1 (satu) Pejabat Penandatangan SPM.

Pasal 5

(1) KPA menetapkan PPK dan Pejabat Penandatangan SPM dengan suratkeputusan.

(2) Penetapan PPK dan Pejabat Penandatangan SPM sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak terikat periode tahun anggaran.

(3) Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagaiPPK dan/atau Pejabat Penandatangan SPM pada saat pergantian periodetahun anggaran, penetapan PPK dan/atau Pejabat Penandatangan SPMtahun yang lalu masih tetap berlaku.

(4) Dalam hal PPK atau Pejabat Penandatangan SPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPAmenetapkan PPK atau Pejabat Penandatangan SPM pengganti dengansurat keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan.

(5) Dalam hal penunjukan KPA berakhir, penetapan PPK dan PejabatPenandatangan SPM secara otomatis berakhir.

(6) PPK dan Pejabat Penandatangan SPM yang penunjukannya berakhirharus menyelesaikan seluruh administrasi keuangan yang menjadi tanggungjawabnya pada saat menjadi PPK atau Pejabat Penandatangan SPM.

(7) KPA menyampaikan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (4) kepada:

a. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tanganPejabat Penandatangan SPM dan cap/stempel Satker;

b. Pejabat Penandatangan SPM disertai dengan spesimen tanda tanganPPK; dan

c. PPK.

(8) Pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepadapejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dalam hal tidak terdapatpenggantian PPK dan/atau Pejabat Penandatangan SPM sebagaimanadimaksud pada ayat (3).

824

Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaananggaran belanja, Menteri mengangkat Bendahara Pengeluaran di setiapSatker.

(2) Kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada kepala Satker.

(3) Pengangkatan Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan pendelegasian kewenangan pengangkatan BendaharaPengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengansurat keputusan.

(4) Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.

(5) Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atauPejabat Penandatangan SPM.

(6) Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapanBendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.

(7) Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif atau Kepala Satker menetapkan pejabat penggantisebagai Bendahara Pengeluaran.

(8) Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikandari jabatannya/berhalangan sementara harus menyelesaikan seluruhadministrasi keuangan yang menjadi tanggung jawabnya pada saat menjadiBendahara Pengeluaran.

(9) Kepala Satker menyampaikan surat keputusan pengangkatan dan spesimentanda tangan Bendahara Pengeluaran kepada:a. Pejabat Penandatangan SPM; danb. PPK.

(10) Bendahara Pengeluaran ditetapkan untuk pengelolaan 1 (satu) DIPAatau 1 (satu) Satuan Kerja.

(11) Bendahara Pengeluaran dapat mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA atau1 (satu) Satuan Kerja apabila terdapat keterbatasan pegawai.

Pasal 7

(1) Satker dan UPT menyampaikan usulan calon PPK, Pejabat PenandatanganSPM, Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran dan/atauBPP kepada Biro Keuangan.

825

(2) Berdasarkan usulan Satker dan UPT, Biro Keuangan melakukan koordinasidengan Biro Hukum dan Kepegawaian untuk meneliti kebenaran atasnama, pangkat dan jabatan calon PPK, Pejabat Penandatangan SPM,Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan BPP serta formatkesesuaian Keputusan Menteri dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja.

Bagian KeduaAdministrasi Kantor

Pasal 8

KPA atau Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran setelahmengadakan penelitian atas dokumen pelaksanaan anggaran yang diterimapaling lambat pada tanggal 15 (lima belas) Januari sudah harus melengkapiadministrasi pengelolaan keuangan meliputi:

a. Bagi Satker atau UPT baru, persiapan meliputi:1) BKU;2) BP;3) brankas; dan4) ruangan Bendahara Pengeluaran.

b. Untuk Satker atau UPT lama/lanjutan:

1) jika tidak terdapat penggantian KPA atau Pejabat yang ditunjuk danBendahara Pengeluaran kegiatan pengelolaan berjalan sepertisebagaimana mestinya; dan

2) jika terdapat penggantian KPA atau Pejabat yang ditunjuk danBendahara Pengeluaran harus diadakan serah terima dari pejabatlama kepada pejabat baru disertai:a) Berita Acara Serah Terima;b) BKU tidak ditutup (kecuali pada akhir tahun anggaran);c) register penutupan kas;d) pernyataan Bendahara pengeluaran;e) dokumen-dokumen yang terkait; danf) daftar inventaris kantor.

c. KPA atau Pejabat yang ditunjuk mempersiapkan:1) penunjukan dan penyusunan staf pembantu beserta uraian tugasnya

secara jelas;2) surat-surat yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pencairan

anggaran;

826

3) rekapitulasi kegiatan dalam POK yang akan dikontrakkan; dan4) rencana kerja dalam bentuk bagan balok (barchat).

Bagian KetigaPejabat Pembuat Komitmen

Pasal 9

(1) PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan yangmengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.

(2) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), PPK mempedomani pelaksanaan tanggung jawab KPA kepada PA.

(3) PPK tidak dapat merangkap sebagai Pejabat Penandatangan SPM.

Pasal 10

(1) Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPK menguji:

a. kelengkapan dokumen tagihan;

b. kebenaran perhitungan tagihan;

c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atasbeban APBN;

d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimanayang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yangdiserahkan oleh penyedia barang/jasa;

e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimanayang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengandokumen perjanjian/kontrak;

f. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaansurat bukti mengenai hak tagih kepada negara; dan

g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yangtercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumenperjanjian/kontrak.

(2) PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugasdan wewenang kepada KPA, yang paling kurang memuat:a. perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah

ditandatangani;b. tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia barang/jasa;c. tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya; dand. jangka waktu penyelesaian tagihan.

827

Bagian KeempatPejabat Penanda Tangan SPM

Pasal 11

Pejabat Penandatangan SPM melaksanakan kewenangan KPA untukmelakukan pengujian atas tagihan dan menerbitkan SPM.

Pasal 12

(1) Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukanoleh Pejabat Penandatangan SPM, meliputi:a. kelengkapan dokumen pendukung SPP;b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan

PPK;c. kebenaran pengisian format SPP;d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja

Anggaran Satker;e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana

Kerja Anggaran Satker;f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/

kelengkapan pembayaran belanja pegawai;g. kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/

kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;h. kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP

sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;i. kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan

dari pihak yang mempunyai hak tagih;j. kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara

oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dank. kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam

perjanjian/kontrak.

(2) Pengujian kode BAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf dtermasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata anggaranpengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya.

(3) Tata cara pelaksanaan tanda tangan elektronik dalam bentuk PIN PejabatPenandatangan SPM pada ADK SPM diatur dengan Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaaan.

(4) Dalam menerbitkan SPM, Pejabat Penandatangan SPM melakukan hal-hal sebagai berikut:

828

a. mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisadana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;

b. menandatangani SPM; danc. memasukkan Personal Identification Number (PIN) Pejabat

Penandatangan SPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADKSPM.

Bagian KelimaBendahara Pengeluaran

Pasal 13

(1) Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas mengelola UP yang berasaldari APBN, yang disimpan dalam Kas Bank dan Kas Tunai dalam satubrankas dan wajib menatausahakan semua transaksi keuangan satker(UP dan LS) dalam 1 (satu) BKU dan BP lainnya untuk masing-masingDIPA.

(2) Bendahara Pengeluaran hanya diijinkan mengelola anggaran untuk satuSatker atau UPT, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri.

(3) Dalam rangka melaksanakan tugasnya Bendahara Pengeluaran dapatdibantu oleh satu atau lebih BPP.

Pasal 14

(1) Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya, yang meliputi:

a. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LSmelalui Bendahara Pengeluaran; dan

b. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasaldari Pembayaran LS yang bersumber dari APBN.

(2) Kas atau UP yang menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaranharus disimpan di Bank dan Kas Tunai sesuai ketentuan.

(3) Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang adapada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

Pasal 15

(1) Kode rahasia membuka pintu brankas, kunci asli brankas termasukkunci sorok dan kunci laci, dipegang dan disimpan oleh BendaharaPengeluaran.

829

(2) Kunci duplikat brankas, kunci sorok dan kunci laci dipegang dan disimpanoleh KPA atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 16

Jika terjadi penggantian KPA atau Pejabat yang ditunjuk, atau BendaharaPengeluaran, kunci brankas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ikutdiserahterimakan kepada penggantinya dan kode rahasia untuk membukapintu brankas segera diganti.

Pasal 17

(1) Jika seorang Bendahara Pengeluaran belum mempunyai brankas, uangkas dan surat-surat berharga yang menjadi tanggung jawabnya dapatdititipkan kepada Bendahara Pengeluaran yang mempunyai brankasdengan ketentuan uang dan surat-surat berharga tersebut dimasukkanke dalam amplop tertutup yang diberi pengaman berupa:a. catatan/tulisan barang titipan;b. cap pada penutup amplop; danc. ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran yang menitipkan dengan

menyilang pada sampul amplop.

(2) Penitipan uang dan surat-surat berharga sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat pula dilakukan dengan memasukkannya ke dalam petiuang (brankas) dan diberi tanda titipan uang.

(3) Jika Bendahara Pengeluaran yang menerima titipan uang tidak dapatmembuktikan bahwa uang tersebut merupakan uang titipan karena tidakmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) pemeriksa dapat memerintahkan kepada Bendahara Pengeluaranagar uang titipan disetor ke Rekening Kas Negara melalui Bank Persepsi.

Pasal 18

(1) Bendahara Pengeluaran diwajibkan menyimpan uang yang menjaditanggung jawabnya pada Bank Pemerintah terdekat dengan kantor Satkeratau kantor UPT.

(2) Jika pada suatu lokasi kantor Satker atau kantor UPT tidak ada BankPemerintah, penyimpanan uang dapat dilakukan pada Bank PemerintahDaerah setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuanganselaku Bendahara Umum Negara/KPPN selaku kuasa BUN.

(3) Jika dalam penyimpanan uang pada Bank Pemerintah memperoleh jasagiro, Bendahara Pengeluaran atau Bank tempat menyimpan uang wajibuntuk menyetor jasa giro ke Rekening Kas Negara.

830

Pasal 19

(1) Bendahara Pengeluaran dilarang menyimpan uang yang bersumber dariAPBN pada bank swasta.

(2) Bendahara pengeluaran dilarang mendepositokan uang APBN dalamsuatu bank atas nama diri sendiri, Satker atau UPT.

Pasal 20

(1) Penarikan uang dari bank dilakukan dengan cara menandatangani lembarancek bersama-sama dengan KPA atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Tata cara penarikan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemperhatikan ketentuan yang berlaku pada Bank.

(3) Dalam pertinggal (bonggol) buku cek KPA atau Pejabat yang ditunjukmembubuhkan paraf dan tanggal pemarafan.

(4) Sebelum menandatangani lembaran cek sebagaimana dimaksud padaayat (1), Bendahara Pengeluaran harus meneliti terlebih dahulu kegunaanpenarikan dan penarikan dari bank disesuaikan dengan perencanaankas.

Bagian KeenamWewenang, Tugas dan Tanggung Jawab KPA/Pejabat yang ditunjuk,

PPK, Pejabat Penandatangan SPM, Bendahara Penerimaan danBendahara Pengeluaran

Pasal 21

(1) KPA mempunyai tugas dan wewenang, sebagai berikut :

a. menyusun DIPA;

b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkanpengeluaran anggaran belanja Negara;

c. menetapkan Pejabat Penandatangan SPM untuk melakukan pengujiantagihan dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;

d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatandan pengelola anggaran/keuangan;

e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikandana;

f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatandan penarikan dana;

831

g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitandengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;dan

h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaransesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) KPA mempunyai tanggung jawab, sebagai berikut :

a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikandana;

b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaanbarang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;

c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar prosespenyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan;

d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaanbarang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalamDIPA;

e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrakpengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuaidengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencanayang telah ditetapkan;

f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuaidengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan

g. melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi ataspertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunanlaporan keuangan.

Pasal 22

(1) PPK mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikandana berdasarkan DIPA, yang meliputi:

1) menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencanapenarikan dananya;

2) menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasarpembuatan SPP-UP/TUP; dan

3) mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA.

b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

832

c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak denganPenyedia Barang/Jasa;

d. melaksanakan kegiatan swakelola;

e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yangdilakukannya;

f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepadaNegara, yang meliputi :

1) menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat buktimengenai hak tagih kepada negara; dan/atau

2) menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusanyang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanjapegawai.

h. membuat dan menandatangani SPP;

i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA, berupalaporan atas:1) pelaksanaan kegiatan;2) penyelesaian kegiatan; dan3) penyelesaian tagihan kepada negara.

j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPAdengan Berita Acara Penyerahan;

k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaankegiatan; dan

l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengantindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negarasesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang meliputi :

1) menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

2) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepadanegara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;

3) mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkanprestasi kegiatan;

4) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepadanegara; dan

5) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepadapenyedia barang/jasa.

833

(2) PPK mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

a. kebenaran material dan akibat yang timbul dari Kontrak/SPK atauKeputusan dan surat bukti lainnya yang ditandatanganinya; dan

b. realisasi keuangan dan keluaran/output kegiatan yang dilaksanakansesuai rencana yang ditetapkan dalam DIPA.

Pasal 23

(1) Pejabat Penandatangan SPM mempunyai tugas dan wewenang sebagaiberikut:

a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;

b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhipersyaratan untuk dibayarkan;

c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;

d. menerbitkan SPM;

e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepadaKPA;

g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan denganpelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran; dan

h. menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas danwewenang kepada KPA, paling sedikit memuat:1) jumlah SPP yang diterima;2) jumlah SPM yang diterbitkan; dan3) jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.

(2) Pejabat Penandatangan SPM mempunyai tanggungjawab sebagai berikut:

a. kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadapdokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasar PenandatangananSPM dan akibat yang timbul dari pengujian yang dilakukannya; dan

b. ketepatan jangka waktu Penandatanganan dan penyampaian SPMkepada KPPN.

Pasal 24

(1) Bendahara Penerimaan memiliki tugas sebagai berikut:

a. melakukan penatausahaan penerimaan berdasarkan Surat TandaSetoran, SBS dan Tanda Bukti Penerimaan/Bukti lain yang sah;

834

b. membukukan seluruh PNBP, baik yang disetor langsung oleh WajibBayar/Setor ke Kas Negara maupun yang diterima dari Wajib Bayar/Setor;

c. menyusun BKU Penerimaan, BP dan Buku Rekapitulasi Penerimaan;dan

d. membuat Laporan Pertanggungjawaban Penerimaan.

(2) Setiap transaksi penerimaan dan penyetoran harus segera dicatat dalamBKU sebelum dibukukan dalam buku-buku pembantu.

(3) Bendahara Penerimaan dilarang menerima secara langsung setoran dariwajib setor, kecuali untuk jenis penerimaan tertentu yang diatur secarakhusus dan telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

(4) Dalam hal Bendahara Penerimaan menerima secara langsung penerimaantertentu dari wajib setor, bendahara wajib:

a. membuat dan menyampaikan SBS lembar ke-1 kepada penyetordan lembar ke-2 sebagai bukti pembukuan bendahara;

b. menyetor seluruh penerimaannya ke Kas Negara paling lambat dalamwaktu 1 (satu) hari kerja, kecuali untuk jenis penerimaan tertentuyang berdasarkan ketentuan penyetorannya diatur secara berkala;dan

c. menyimpan uang yang diterimanya dalam rekening atas namajabatannya pada bank umum/kantor pos sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan apabila penyetoran dilakukan secara berkala.

(5) Penyetoran ke Kas Negara dilakukan dengan menggunakan formulirSSBP.

(6) Pada akhir tahun anggaran, Bendahara Penerimaan wajib menyetorkanseluruh uang negara yang dikuasainya ke Kas Negara menggunakanformulir SSBP.

Pasal 25

(1) Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya;

b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK,yang meliputi:

1) meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan olehPPK;

835

2) pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:a) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;b) nilai tagihan yang harus dibayar;c) jadwal waktu pembayaran; dand) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

3) pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasiteknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa danspesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan

4) pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mataanggaran pengeluaran (akun 6 digit).

c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratanuntuk dibayarkan;

d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara daripembayaran yang dilakukannya;

e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negarake Kas Negara;

f. mengelola rekening tempat penyimpanan UP; dan

g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada KepalaKPPN selaku kuasa BUN.

(2) Bendahara Pengeluaran mempunyai tanggungjawab terhadap:a. pengelolaan UP;b. pengelolaan uang dari Pengajuan SPP-LS yang pembayarannya

melalui rekening Bendahara; danc. kerugian negara yang terjadi terhadap uang yang berada dalam

pengelolaannya.

(3) Dalam hal Bendahara Pengeluaran dibantu oleh BPP, BendaharaPengeluaran wajib menyampaikan daftar rincian jumlah UP yang dikelolaoleh masing-masing BPP pada saat pengajuan SPM-UP/SPM-TUP keKPPN.

Pasal 26

(1) BPP mempunyai tugas sebagai berikut:a. menerima dan menyimpan UP;b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya

bersumber dari UP;

836

c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkanperintah PPK;

d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratanuntuk dibayarkan;

e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yangdilakukannya atas kewajiban kepada negara;

f. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negarake Kas Negara;

g. menatausahakan transaksi UP;

h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP;

i. mengelola rekening tempat penyimpanan UP;

j. mengajukan permintaan penggantian uang (GU) ke KPPN melaluiBendahara Pengeluaran, KPA atau Pejabat yang ditunjuk untukpengeluaran-pengeluaran yang ada bukti autentik dan minimalkelengkapannya setelah mencapai minimal 50% dari UP yangdikelolanya;

k. menyampaikan LPJ-BPP, melakukan rekonsiliasi dan konsolidasipembukuan atas UP yang dikelolanya dengan Bendahara Pengeluaransebelum mengajukan GU;

l. melakukan pengamanan kas serta surat-surat berharga lainnya yangberada dalam pengurusannya, untuk menghindari terjadinya kerugiannegara;

m. menyetorkan sisa UP yang tidak digunakan pada akhir tahun anggarankepada Bendahara Pengeluaran dan/atau menyetorkan langsung keRekening Kas Negara dengan menyampaikan atau menyerahkanSSBP kepada Bendahara Pengeluaran;

n. mempertanggungjawabkan penerimaan dan penggunaan TUP sesuaiRencana Penggunaan Dana paling lambat 1 (satu) bulan sejakSP2D diterbitkan; dan

o. menyetorkan sisa TUP yang tidak digunakan kepada BendaharaPengeluaran dan/atau menyetorkan langsung ke Rekening Kas Negaraselambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SP2D diterbitkan.

(2) BPP mempunyai tanggungjawab terhadap:

a. bukti-bukti dokumen pengeluaran anggaran kegiatan yang dibayarkanmelalui UP;

b. UP yang dikelolanya; danc. kerugian negara terhadap uang yang berada dalam pengelolaannya.

837

Pasal 27

(1) KPA/PPK, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluarandan/atau BPP diwajibkan untuk menyimpan dokumen anggaran, sesuaidengan tugas dan kewenangannya.

(2) Kehilangan dokumen anggaran menjadi tanggung jawab KPA, PPK,Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran dan/atauBPP sesuai batas kewenangannya.

BAB IIIPEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN/BPP

PADA SATUAN KERJA ATAU UNIT PELAKSANA TEKNIS

Bagian KesatuPrinsip Pembukuan

Pasal 28

(1) Periode Pembukuan pada Satker atau UPT yaitu sesuai dengan tahunanggaran DIPA, yang dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengantanggal 31 Desember.

(2) Pembukuan dilaksanakan berdasarkan Dokumen Sumber pembukuanyang diterima dengan asas bruto dan setiap transaksi penerimaan danpengeluaran segera dicatat dalam BKU sebelum dicatat pada BP danBuku Wasgar.

(3) Pembukuan dapat dilakukan dengan cara tulisan tangan atau denganmenggunakan komputer.

(4) Dalam hal pembukuan dilakukan dengan cara komputer, maka BendaharaPengeluaran/BPP wajib:

a. mencetak BKU dan BP sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satubulan;

b. menatausahakan hasil cetakan BKU dan BP bulanan yang telahditandatangani Bendahara dan diketahui KPA/PPK; dan

c. memelihara data base pada komputer.

(5) Apabila Bendahara mengelola lebih dari satu DIPA, maka pembukuandilakukan secara terpisah untuk masing-masing DIPA.

(6) Apabila terjadi kesalahan pembukuan, setelah LPJ disampaikan ke KPPNsegera dibuatkan Berita Acara Kesalahan Pembukuan yang diketahuioleh KPA/PPK sesuai contoh Format 1.

838

(7) Berita Acara Kesalahan Pembukuan merupakan Dokumen Sumberpembukuan koreksi, dilakukan sesuai tanggal berita acara, sebagai berikut:a. dibukukan kebalikan/reversal dari pembukuan yang salah; danb. dibukukan menurut yang seharusnya.

(8) Berita Acara Kesalahan Pembukuan, fotocopy transaksi yang salahdibukukan dan fotocopy pembukuan yang salah (lembaran BKU dan BPberkenaan) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LPJ.

(9) Bagian akhir BKU digunakan untuk catatan hasil pemeriksaan kas.

Bagian KeduaJenis Buku

Pasal 29

(1) Jenis buku yang digunakan oleh Bendahara adalah BKU sesuai contohFormat 2A dan Format 2B, BP dan Buku Wasgar, terdiri dari:

a. BP Kas Tunai (BP-Tunai), yaitu buku untuk mencatat transaksipenerimaan dan pengeluaran uang tunai yang disimpan di brankasBendahara;

b. BP Kas Bank (BP-Bank), yaitu buku untuk mencatat transaksipenerimaan dan pengeluaran uang yang disimpan di rekening bankBendahara;

c. BP Uang Persediaan (BP-UP), yaitu buku untuk mencatat transaksipenerimaan UP/TUP, pembayaran pasti yang menggunakan UP/TUP dan penyetoran UP/TUP ke Kas Negara;

d. BP LS Bendahara, yaitu buku untuk mencatat penerimaan uang dariKPPN berdasarkan SPM-LS Bendahara yang sah, pembayaran yangmenggunakan uang LS-Bendahara kepada yang berhak danpenyetoran sisa uang LS Bendahara ke rekening Kas Negara (bilaada). BP LS Bendahara hanya digunakan untuk mencatat SPM-LS/SP2D LS yang pembayarannya melalui Rekening BendaharaPengeluaran;

e. BP Bendahara Pengeluaran Pembantu (BP-BPP), yaitu buku untukmencatat penyaluran dana UP atau dana LS-Bendahara kepadaBPP, pertanggungjawaban dari BPP (LPJ-BPP) dan pengembaliansisa UP dari BPP;

f. BP Uang Muka Perjalanan Dinas (BP-UM Perjadin), yaitu bukuuntuk mencatat pemberian uang muka untuk keperluan perjalanan

839

dinas, perhitungan rampung pelaksanaan perjalanan dinas danpembayaran kekurangan panjar atau penerimaan kelebihan panjardari/kepada pejabat yang melakukan perjalanan dinas;

g. BP PNBP, yaitu buku untuk mencatat pendapatan atas PenerimaanNegara Bukan Pajak dan penyetorannya ke Rekening Kas Negara;

h. BP Lain-lain, yaitu buku yang dibuat untuk mencatat transaksi yangbelum termasuk pada huruf a sampai dengan huruf g sesuai contohFomat 3;

i. BP Pajak Bendahara, yaitu buku untuk mencatat penerimaan pajakyang dipungut oleh Bendahara dan penyetorannya ke rekening kasnegara sesuai contoh Format 4A; dan

j. BP Pajak KPPN, yaitu buku untuk mencatat pemotongan danpenyetoran pajak yang dilakukan oleh KPPN atas SPM-LS Bendaharadengan nomor bukti tersendiri sesuai contoh Format 4B.

(2) Jenis Buku Pembantu yang digunakan oleh Satker atau UPT disesuaikandengan kondisi dan kebutuhan Satker atau UPT yang bersangkutan.

(3) Buku Wasgar dibuat untuk masing-masing Jenis Belanja yang dicatatsebagai BKPK/Buku Kas Pembantu Pengeluaran dikelompokan dalamFungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan dan Sumber Danasesuai dengan DIPA sesuai contoh Format 5.

Bagian KetigaPenomoran dan Penanggalan pada Bukti Pembukuan

Pasal 30

(1) Dalam melaksanakan pembukuan, Bendahara Pengeluaran dan BPPterlebih dahulu harus membubuhi nomor dan tanggal pada dokumensumber pembukuan secara berurutan.

(2) Pembukuan diawali pada BKU sebelum dilakukan pada buku-bukupembantu.

(3) Nomor dan tanggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnyadisebut “nomor bukti” berfungsi sebagai identitas nomor dan tanggalpada pembukuan BKU, Buku-buku Pembantu dan Buku Wasgar, sehinggapembukuan satu bukti transaksi dengan nomor dan tanggal yang sama.

(4) Nomor bukti dibuat berdasarkan urutan yang diberikan BendaharaPengeluaran dan/atau BPP pada saat menatausahakan Dokumen Sumberdalam BKU, bersifat unik untuk satu tahun anggaran dan hanya terdapatsatu nomor bukti dalam satu tahun anggaran.

840

(5) SPM yang dinyatakan sah yang diterima dari KPPN diberi tanggalberdasarkan waktu penerimaannya, dengan penomoran secara berurutan.

(6) LPJ BPP sebagai Dokumen Sumber yang diterima dari BPP, diberitanggal berdasarkan waktu penerimaannya, dengan penomoran secaraberurutan.

(7) Khusus untuk SPM dan LPJ-BPP akhir tahun anggaran diberi tanggal31 Desember dengan penomoran mengikuti urutannya.

(8) Agar pembukuan pada BKU dan buku-buku yang lain dapat dilaksanakandengan konsisten dan memudahkan dalam pengarsipannya, maka setiapDokumen Sumber pembukuan harus diberi nomor urut tertentu yangdisebut nomor bukti, tanggal dan kode pembebanan mata anggaran.

Bagian KeempatPembukuan Bendahara Pengeluaran

Pasal 31

(1) Pembukuan dilaksanakan berdasarkan Dokumen Sumber pembukuanyang diterima, meliputi :a. DIPA, revisi DIPA, SKPA dan SPM yang dinyatakan sah (SPM-UP/

SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-GUP Nihil/SPM-LS Bendahara/SPM-LSPihak Ketiga);

b. kuitansi pembayaran atas uang yang bersumber dari UP;c. kuitansi/daftar pembayaran atas uang yang bersumber dari SPM-LS

Bendahara;d. tanda terima atau bukti transfer dalam rangka penyaluran dana

kepada BPP dan penerimaan LPJ dari BPP;e. kuitansi pembayaran panjar perjalanan dinas dan perhitungan rampung

perjalanan dinas;f. bukti penyetoran sisa UP dan pengembalian belanja ke Kas Negara;g. bukti pemungutan pajak dan/atau PNBP serta penyetoran pajak dan/

atau PNBP ke Kas Negara;h. Cek/Giro/Bilyet;i. rekening koran dari bank;j. Berita Acara Kesalahan Pembukuan; dank. Berita Acara Kerugian Negara yang ditetapkan oleh BPK.

(2) Aktivitas Penerimaan DIPA dan SPM yang dinyatakan sah, pembukuannyasebagai berikut :

841

a. Pagu DIPA yang telah mendapat pengesahan merupakan pagu anggarantertinggi yang disediakan untuk Satker atau UPT, dibukukan di sisidebet dan kredit (in-out) pada BKU dan dicatat sesuai mata anggaran(kode akun) berkenaan pada Buku Wasgar;

b. Revisi DIPA yang telah mendapat pengesahan merupakan perubahanpagu anggaran yang disediakan untuk Satker atau UPT baikpenambahan, pengurangan atau pergeseran pagu anggaran dibukukandisisi debet dan kredit (in-out) pada BKU, dan dicatat sesuai mataanggaran (kode Akun) berkenaan pada Buku Wasgar;

c. SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan yang dinyatakan sah merupakanrealisasi belanja yang dilakukan kepada Satker atau UPT danmengurangi/membebani pagu anggaran yang disediakan dalam DIPA,pelaksanaan pembayarannya dilakukan langsung dari Kas Negarakepada pihak ketiga/rekanan, dibukukan sebesar nilai bruto disisidebet dan disisi kredit (in-out) pada BKU dan dicatat sebagai pengurangpagu pada kolom mata anggaran berkenaan pada Buku Wasgar;

d. SPM-UP yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumber yangberfungsi sebagai bukti penyediaan UP dari KPPN kepada Satkeratau UPT melalui Bendahara Pengeluaran dibukukan sebagai berikut:

1) dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet pada BKU, BP KasBank dan BP-UP berkenaan; dan

2) dibukukan sebesar nilai potongan (bila ada disisi kredit BKU,BP Kas Bank dan BP-UP berkenaan.

e. SPM-TUP yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumber yangberfungsi sebagai bukti penyediaan tambahan UP dari KPPN kepadaSatker atau UPT melalui Bendahara Pengeluaran, dibukukan sebesarnilai bruto disisi debet pada BKU, BP Kas Bank dan BP-UP berkenaan;

f. SPM-GUP yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumber yangberfungsi sebagai sarana pengisian kembali(revolving) UP, dibukukansebagai berikut:

1) dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet pada BKU, BP KasBank dan BP-UP serta dibukukan sebagai pengesahan padaBuku Wasgar berkenaan; dan

2) dibukukan sebesar nilai potongan (bila ada) disisi kredit padaBKU, BP Kas Bank dan BP-UP berkenaan.

g. SPM-GUP Nihil yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumberyang berfungsi sebagai bukti pengesahan belanja yang menggunakan

842

UP/TUP, dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet dan disisi kredit(in-out) pada BKU dan dibukukan sebagai pengesahan pada BukuWasgar berkenaan.

h. SPM-LS Bendahara yang dinyatakan sah merupakan realisasi belanjayang dilakukan oleh PPK dan mengurangi/membebani pagu anggaranyang disediakan dalam DIPA, pelaksanaan pembayarannya dilakukandari Kas Negara kepada pegawai yang berhak menerima pembayaranmelalui Bendahara Pengeluaran, dibukukan sebagai berikut :

1) dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet pada BKU, BP KasBank dan BP-LS Bendahara serta dicatat sebagai pengurangpagu pada kolom mata anggaran berkenaan pada Buku Wasgar;dan

2) dibukukan sebesar nilai potongan (bila ada) disisi kredit padaBKU, BP Kas Bank dan BP-LS Bendahara.

(3) Aktivitas Pembayaran Uang yang bersumber dari UP pembukuannyasebagai berikut:

a. pembayaran atas UP dilakukan setelah kewajiban pihak terbayar/pihak ketiga dilaksanakan. Selanjutnya Bendahara wajib memintakuitansi/bukti pembayaran sebesar nilai bruto dan faktur pajak (biladisyaratkan) serta mengembalikan faktur pajak yang telah disahkanoleh bendahara kepada pihak terbayar/pihak ketiga;

Pembukuan kuitansi/bukti pembayaran dan faktur pajak diatur sebagaiberikut :

1) dibukukan sebesar nilai bruto kuitansi/bukti pembayaran di sisikredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-UP sertadicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mata anggaranberkenaan pada Buku Wasgar kolom 4, 5, 7 dan 12; dan

2) dibukukan sebesar nilai faktur pajak/SSP di sisi debet padaBKU, BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak;

b. setoran atas sisa UP ke Kas Negara dilakukan oleh BendaharaPengeluaran pada akhir kegiatan atau akhir tahun anggaran denganmenggunakan SSBP. SSBP yang dinyatakan sah dibukukan di sisikredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), dan BP-UP berkenaan;

c. setoran atas pajak yang dipungut oleh Bendahara dilakukan segerasetelah dilakukan pemotongan/pemungutan dengan menggunakanBukti Potongan Pajak dan SSP sesuai contoh Format 6A dan 6B.SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.

843

(4) Aktivitas Pembayaran Atas Uang yang bersumber dari SPM-LS Bendahara,pembukuannya sebagai berikut:

a. pada dasarnya pemotongan kepada pihak terbayar telah dilakukanpada saat Penandatanganan SPM-LS Bendahara. Pelaksanaanpembayaran kepada pihak terbayar dilakukan atas nilai netoberdasarkan daftar yang telah dibuat dan dibukukan sebesar tandaterima/bukti pembayaran di sisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atauBank) dan BP-LS Bendahara;

b. apabila setelah waktu tertentu pihak yang dituju tidak mengambiluang sebagaimana dimaksud pada huruf a, sisa uang SPM-LSBendahara disetor ke Kas Negara dengan menggunakan SSPBsesuai contoh Format 7. SSPB yang dinyatakan sah dibukukan disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-LS Bendahara;

c. dalam hal SPM-LS Bendahara tidak mencakup pemotongan pajakpihak terbayar, bendahara wajib melakukan pemotongan pajakdimaksud pada saat pelaksanaan pembayaran. Pembukuan dilakukansebagai berikut:

1) dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran (bruto) disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-LSBendahara;

2) dibukukan sebesar nilai bukti potongan pajak/SSP di sisi debetpada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak; dan

3) SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada BKU,BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.

(5) Aktivitas Penyaluran Dana UP Kepada BPP dan LPJ-BPP, pembukuannyasebagai berikut:

a. penyaluran dana kepada BPP pada dasarnya belum merupakanbelanja/ pengeluaran kas bagi Bendahara Pengeluaran dan masihharus dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran;

b. BPP mempertanggungjawabkan kepada Bendahara Pengeluaranatas transaksi/pembayaran yang dilakukannya dalam bentuk LPJ-BPP;

c. sebelum melakukan pembukuan Bendahara Pengeluaran wajibmenguji kebenaran LPJ-BPP;

d. penyaluran dana UP dibukukan sebesar tanda terima/bukti transferkepada BPP di sisi debet dan kredit (in-out) pada BKU, di sisi kreditpada BP Kas (Tunai atau Bank), dan di sisi debet pada BP-BPP;

844

e. LPJ-BPP sebagai Dokumen Sumber pembukuan, dibukukan padasisi kredit pada BKU, BP-BPP, dan BP-UP serta dicatat sebagaipengurang pagu pada kolom mata anggaran berkenaan pada BukuWasgar;

f. pengembalian sisa UP dari BPP ke Bendahara Pengeluaran dibukukansebesar jumlah pengurang/transfer di sisi debet dan kredit (in-out)pada BKU, di sisi debet pada BP Kas (Tunai atau Bank), dan di sisikredit pada BP-BPP; dan

g. pungutan pajak atas belanja/pembayaran dan penyetorannya yangdilakukan oleh BPP, dibukukan sebagai berikut:

1) dibukukan sebesar jumlah pajak yang dipungut di sisi debetpada BKU, BP-BPP dan BP-Pajak; dan

2) dibukukan sebesar jumlah pajak yang disetor di sisi kredit padaBKU, BP-BPP dan BP-Pajak.

(6) Aktivitas Penyaluran Dana LS Bendahara kepada BPP, pembukuannyasebagai berikut:

a. penyaluran uang LS-Bendahara kepada BPP dibukukan sebesartanda terima/bukti transfer kepada BPP di sisi debet dan kredit(in-out) pada BKU, di sisi kredit pada BP Kas (Tunai atau Bank), dandi sisi debet pada BP-BPP;

b. pembayaran yang dilakukan oleh BPP atas dana yang bersumberdari LS-Bendahara, dibukukan sebesar jumlah pembayaran disisikredit pada BKU, BP-BPP dan BP-LS Bendahara; dan

c. setoran ke Kas Negara atas sisa dana yang bersumber dariLS-Bendahara yang dilakukan oleh BPP, dibukukan sebesar jumlahsetoran di sisi kredit pada BKU, BP-BPP, dan BP-LS Bendahara.

(7) Aktivitas Pemungutan dan Penyetoran Pajak atau PNBP yang dilakukanoleh BPP berdasarkan LPJ dari BPP, pembukuannya sebagai berikut:

a. Pajak atau PNBP yang dipungut oleh BPP dibukukan sebesar yangdipungut di sisi debet pada BKU, BP-BPP dan BP Pajak atauBP-lain-lain/PNBP; dan

b. Pajak atau PNBP yang disetor ke Kas Negara oleh BPP menggunakanSSP atau SSBP. SSP atau SSBP sesuai contoh Format 8 yang telahdisahkan dibukukan sebesar jumlah yang disetor di sisi kredit padaBKU, BP-BPP dan BP Pajak atau BP-Lain-lain/PNBP.

(8) Aktivitas pengambilan uang dari bank untuk pengisian brankas, dibukukansebesar nilai cek/giro/bilyet di sisi debet dan kredit (in-out) pada BKU,di sisi kredit pada BP Kas Bank dan di sisi debet pada BP Kas Tunai.

845

(9) Transaksi yang tercatat pada rekening koran:

a. penerimaan jasa giro, dibukukan sebesar jasa giro yang diterima disisi debet pada BKU, BP Kas Bank dan BP Lain-Lain/PNBP;

b. penyetoran jasa giro ke Kas Negara, dibukukan sebesar jasa giroyang disetor di sisi kredit pada BKU, BP Kas Bank dan BP Lain-Lain/PNBP;

c. pengenaan pajak atas jasa giro, dibukukan sebesar pajak yangdikenakan di sisi kredit pada BKU, Buku Kas Bank, dan BP lain-lain/PNBP; dan

d. biaya administrasi bank, biaya pencetakan buku cek dan biaya meteraidianggap sebagai biaya operasional Satker yang dibayar denganUP, dibukukan di sisi kredit pada BKU, BP- Kas Bank, BP-UP, sertadicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mata anggaran berkenaanpada Buku Wasgar Belanja.

(10) Jenis transaksi dan pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaranpada buku-buku yang relevan.

(11) Pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada saturekanan tidak boleh melebihi Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)per-transaksi, kecuali untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas.

Bagian KelimaPembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu

Pasal 32

(1) BPP mencatat dan membukukan semua aktivitas transaksi keuanganpada kegiatan yang berada dalam pengelolaannya sesuai contoh Format9A, 9B dan 9C sebagaimana ketentuan mengenai penatausahaan kaspada Bendahara Pengeluaran berdasarkan data sumber pembukuanyang meliputi:

a. DIPA dan SPM yang sah (SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-GUPNihil/SPM-LS Bendahara/SPM-LS Pihak Ketiga);

b. bukti penerimaan dana UP/LS-Bendahara dari Bendahara Pengeluarandan penyampaian LPJ kepada Bendahara Pengeluaran;

c. kuitansi pembayaran atas uang yang bersumber dari UP;

d. kuitansi/daftar bukti pembayaran atas uang yang bersumber dari LSBendahara;

846

e. bukti pembayaran panjar dan penerimaan perhitungan rampungperjalanan dinas;

f. bukti pengembalian sisa UP kepada BP.;

g. bukti penyetoran pengembalian belanja ke Kas Negara;

h. bukti pemungutan dan penyetoran pajak dan/atau PNBP ke KasNegara;

j. cek/giro/bilyet; dan

k. rekening koran dari Bank (jika ada).

(2) BPP memungut pajak terhutang atas pembayaran yang dilakukan danmenyetorkannya ke Kas Negara sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, serta menyelenggarakan pembukuan padaBP-Pajak sesuai contoh Format 10.

(3) Aktivitas Penerimaan DIPA dan SPM-LS yang sah, pembukuannya sebagaiberikut:

a. pagu untuk kegiatan PPK pada DIPA yang telah mendapat pengesahanmerupakan pagu anggaran tertinggi yang disediakan untuk kegiatanPPK berkenaan, dan dicatat sesuai mata anggaran berkenaan padaBuku Wasgarsesuai contoh Format 11;

b. SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan yang dinyatakan sah merupakanrealisasi belanja yang dilakukan PPK dan mengurangi/membebanipagu anggaran yang disediakan. Pelaksanaan pembayarannyadilakukan langsung dari Kas Negara kepada pihak ketiga/rekanan,dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet dan di sisi kredit (in-out)pada BKU, dan dicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mataanggaran berkenaan pada Buku Wasgar; dan

c. SPM-LS Bendahara yang dinyatakan sah, merupakan realisasi belanjayang dilakukan PPK dan mengurangi/membebani pagu anggaranyang disediakan. Pelaksanaan pembayarannya dilakukan dari KasNegara kepada pegawai melalui Bendahara Pengeluaran, dibukukansebesar nilai bruto di sisi debet dan di sisi kredit (in-out) pada BKUbila tanpa potongan, dan dicatat sebagai pengurang pagu padakolom mata anggaran berkenaan pada Buku Wasgar.

(4) Aktivitas penerimaan dana UP dan dana LS-Bendahara dari BendaharaPengeluaran, tanda terima/bukti transfer dari Bendahara Pengeluarandibukukan di sisi debet pada BKU, BP-Kas (Bank atau Tunai), danBP-UP dan/atau BP LS-Bendahara sesuai peruntukannya.

847

(5) Aktivitas Pembayaran Uang Yang Bersumber Dari UP, pembukuannyasebagai berikut:

a. pembayaran atas UP akan dilakukan setelah pihak terbayarmelaksanakan kewajibannya yang dilakukan berdasarkan kuitansi/bukti pembayaran sebesar nilai bruto dan dipungut pajak sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan. Bukti pungutan PPN berupafaktur pajak PPN dan bukti pungutan PPh (bukti pemotongan PPh)dan berupa SSP untuk penyetoran PPN/PPh. BPP akanmengembalikan faktur pajak yang telah disahkan kepada pihakterbayar/pihak ketiga, dengan pembukuan sebagai berikut:

1) dibukukan sebesar nilai bruto kuitansi/bukti potongan pajak disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-UPserta dicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mata anggaranberkenaan pada Buku Wasgar; dan

2) dibukukan sebesar nilai faktur pajak/SSP sisi debet pada BKU,BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.

b. sisa UP pada akhir kegiatan atau akhir tahun anggaran diserahkanoleh BPP kepada Bendahara Pengeluaran, tanda bukti penyerahandibukukan di sisi kredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), danBP-UP; dan

c. pajak yang dipungut oleh BPP segera disetor ke Kas Negara denganmenggunakan SSP. SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisikredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.

(6) Untuk aktivitas Pembayaran Atas Uang LS-Bendahara, pembukuannyasebagai berikut:

a. pada dasarnya pemotongan kepada pihak terbayar telah dilakukanpada saat Penandatanganan SPM-LS Bendahara. Pelaksanaanpembayaran kepada pihak terbayar dilakukan atas nilai netoberdasarkan daftar yang telah dibuat dan dibukukan sebesar tandaterima/bukti pembayaran di sisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atauBank) BPP;

b. apabila setelah waktu tertentu pihak yang dituju tidak mengambiluang dimaksud, BPP menyetorkan sisa uang SPM-LS Bendaharake Kas Negara dengan menggunakan SSPB. SSPB yang dinyatakansah dibukukan di sisi kredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank)BPP; dan

848

c. dalam hal SPM-LS tidak mencakup pemotongan pajak pihak terbayar,BPP wajib melakukan pemotongan pajak dimaksud pada saatpelaksanaan pembayaran. Pembukuan dilakukan sebagai berikut:

1) dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran (bruto) disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-LSBendahara; dan

2) dibukukan sebesar pajak yang dipungut sesuai nilai faktur pajak/SSP di sisi debet pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank), danBP-Pajak.

BAB IVPEMERIKSAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN/BPP

Bagian KesatuPemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran

Pasal 33

(1) KPA wajib melakukan pemeriksaan Kas Bendahara Pengeluaran sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk meneliti kesesuianantara saldo buku dan saldo kas.

(2) KPA wajib melakukan rekonsiliasi internal untuk meneliti kesesuaianantara pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Laporan Keuangan UAKPAsekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu bulan, sebelum dilakukanrekonsiliasi dengan KPPN.

(3) Rekonsiliasi dimaksudkan untuk meneliti kesesuaian antara pembukuanbendahara dan Laporan Keuangan UAKPA, dengan menggunakan datasebagai berikut:a. saldo UP untuk Bendahara Pengeluaran;b. kuitansi yang belum di SPM-GU/SP2Dkan untuk Bendahara

Pengeluaran;c. SPM-LS kepada bendahara yang belum dibayarkan kepada yang

berhak; dand. Realisasi Anggaran.

(4) Hasil pemeriksaan dan rekonsiliasi oleh KPA dituangkan dalam BeritaAcara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi sesuai contoh format 12.

849

Bagian KeduaPemeriksaan Kas oleh PPK

Pasal 34

(1) PPK wajib melakukan pemeriksaan Kas BPP sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam satu bulan, untuk meneliti kesesuaian antara saldobuku dan saldo kas.

(2) Hasil pemeriksaan kas oleh PPK dituangkan dalam berita acara sesuaicontoh Format 13.

BAB VSURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN

Bagian KesatuMekanisme Pembayaran Uang Persediaan

dan Tambahan Uang Persediaan

Pasal 35

(1) UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukanmelalui mekanisme Pembayaran LS.

(2) UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada BendaharaPengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).

(3) Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesarRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaranhonorarium dan perjalanan dinas.

(4) Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang adapada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesarRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(5) UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:a. Belanja Barang;b. Belanja Modal; danc. Belanja Lain-lain.

(6) Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1(satu) penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) setelah mendapat persetujuan Menteri Keuanganc.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

850

(7) Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telahdigunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masihtersedia dalam DIPA.

(8) Penggantian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan apabilaUP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).

(9) Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalampengajuan UP ke KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakanjumlah uang yang dikelola oleh masing-masing BPP.

(10) Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran,apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (limapuluh persen).

Pasal 36

(1) KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasionalSatker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP.

(2) Pemberian UP diberikan paling banyak:

a. Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp900.000.000,00(sembilan ratus juta rupiah);

b. Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp900.000.000,00 (sembilanratus juta rupiah) sampai dengan Rp2.400.000.000,00 (dua miliarempat ratus juta rupiah);

c. Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp2.400.000.000,00 (duamiliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp6.000.000.000,00(enam miliar rupiah); atau

d. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp6.000.000.000,00 (enammiliar rupiah).

(3) Perubahan besaran UP di luar ketentuan pada ayat (2) ditetapkan olehKepala Kantor Wilayah Direktur Jenderal Perbendaharaan, denganpertimbangan:

a. frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu)kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan

b. perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulanmelampaui besaran UP.

851

Pasal 37

(1) KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UPpada Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayaikegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda, disertai dengan:a. rincian rencana penggunaan TUP; danb. Surat yang memuat syarat penggunaan TUP, sesuai contoh Format

14.

(2) Syarat penggunaan TUP:a. digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan

sejak tanggal SP2D diterbitkan; danb. tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan

pembayaran LS.

(3) TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dandapat dilakukan secara bertahap.

(4) Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan,KPA dapat mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN,dengan pertimbangan:

a. KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan;dan

b. KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untukmempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulanberikutnya yang dibuat sesuai contoh Format 15.

Bagian KeduaMekanisme Penandatanganan SPP-UP/GUP/GUP Nihil

Pasal 38

(1) Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaranmenyampaikan kebutuhan UP kepada PPK.

(2) Atas dasar kebutuhan UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKmenerbitkan SPP-UP untuk pengisian UP yang dilengkapi denganperhitungan besaran UP sesuai pengajuan dari Bendahara Pengeluaran.

Pasal 39

(1) Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkansurat perintah bayar sesuai contoh Format 16 yang disetujui danditandatangani oleh PPK atas nama KPA.

852

(2) Surat Perintah Bayar dilampiri dengan bukti pengeluaran:a. kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur

pajak dan SSP; danb. nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya

yang diperlukan yang telah disahkan PPK.

(3) Berdasarkan Surat Perintah Bayar, Bendahara Pengeluaran/BPPmelakukan:a. pengujian atas Surat Perintah Bayarb. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam Surat

Perintah Bayar yang diajukan dan menyetorkan ke Kas Negara.

(4) Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakanuang muka kerja, Surat Perintah Bayar dilampiri:a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;b. rincian kebutuhan dana; danc. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja,

dari penerima uang muka kerja.

(5) Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran dan rinciankebutuhan dana, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujianketersediaan dananya.

(6) Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas tagihan dalamSurat Perintah Bayar apabila telah memenuhi persyaratan pengujian.

(7) Dalam hal pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untukdibayarkan, Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak Surat PerintahBayar yang diajukan.

(8) Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang mukakerja sesuai batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang mukakerja, berupa bukti pengeluaran.

(9) Dalam hal sampai batas waktu, penerima uang muka kerja belummenyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPPmenyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segeramempertanggungjawabkan uang muka kerja.

(10) Tembusan permintaan tertulis disampaikan kepada PPK.

(11) BPP menyampaikan Surat Perintah Bayar beserta bukti pengeluarankepada Bendahara Pengeluaran.

(12) Bendahara Pengeluaran menyampaikan bukti pengeluaran kepada PPKuntuk pembuatan SPP GUP/GUP Nihil.

853

Pasal 40

(1) PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.

(2) Penandatanganan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagaiberikut:

a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran dan SPTJB, sesuai contohFormat 17A dan Format 17B;

b. bukti pengeluaran; dan

c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.

(3) Perjanjian/Kontrak beserta faktur pajaknya dilampirkan untuk nilai transaksiyang harus menggunakan perjanjian/kontrak sebagaimana diatur dalamketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 41

(1) Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UPminimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

(2) Dalam hal pengisian kembali UP akan mengakibatkan sisa dana dalamDIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP lebih kecil dari UPyang dikelola Bendahara Pengeluaran:

a. pengisian kembali UP dilaksanakan maksimal sebesar sisa danadalam DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP;dan

b. selisih antara sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayarandengan UP dan UP yang dikelola Bendahara Pengeluaran dibukukan/diperhitungkan sebagai potongan Penerimaan Pengembalian UP.

Pasal 42

(1) Penandatanganan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:

a. sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimalsama dengan besaran UP yang diberikan;

b. sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahunanggaran; atau

c. UP tidak diperlukan lagi.

(2) Penandatanganan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan pengesahan/pertanggungjawaban UP.

(3) SPP-GUP Nihil dilengkapi dengan dokumen pendukung.

854

Bagian KetigaMekanisme Penandatanganan SPP-TUP/PTUP

Pasal 43

(1) PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi:

a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK danBendahara Pengeluaran;

b. Surat pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan hal-hal sebagaimanadipersyaratkan dalam penggunaan TUP; dan

c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUPdari Kepala KPPN.

(2) Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPK menerbitkanSPP-PTUP.

(3) Penandatanganan SPP-PTUP dilengkapi dokumen pendukung.

Bagian KeempatSurat Permintaan Pembayaran untuk Pengadaan Tanah

Pasal 44

(1) Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakanmelalui mekanisme LS. Apabila tidak mungkin dilaksanakan melaluimekanisme LS, dapat dilakukan melalui UP/TUP.

(2) Pengaturan mekanisme pembayaran pengadaan tanah sebagai berikut:

a. SPP-LS (Pembayaran langsung):1) persetujuan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) untuk tanah yang

luasnya lebih dari 1 (satu) hektar di kabupaten/kota;2) fotocopy bukti kepemilikan tanah;3) kuitansi;4) SPPT PBB tahun transaksi;5) surat persetujuan harga;6) pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa

dan tidak sedang dalam agunan;7) pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual beli dihadapan

PPAT;8) SSP PPh final atas pelepasan hak; dan9) surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).

855

b. SPP-UP/TUP:

1) Pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu) hektardilengkapi persyaratan daftar nominatif pemilik tanah yang ditandatangani oleh KPA.

2) Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukandengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) di kabupaten/kota setempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemiliktanah dan besaran harga tanah yang ditanda tangani oleh KPAdan diketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT).

3) Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melaluiUP/TUP harus terlebih dahulu mendapat ijin dispensasi dariKantor Pusat Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kanwil DirekturJenderal Perbendaharaan, sedangkan besaran uangnya harusmendapat dispensasi UP/TUP sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Bagian KelimaSurat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) Belanja Pegawai

Pasal 45

(1) SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dandisampaikan kepada Pejabat Penandatangan SPM paling lambat 4 (empat)hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap danbenar.

(2) SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dandisampaikan kepada Pejabat Penandatangan SPM paling lambat tanggal5 sebelum bulan pembayaran.

(3) Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakanhari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepadaPejabat Penandatangan SPM dilakukan paling lambat pada hari kerjasebelum tanggal 5.

(4) Penandatanganan SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diatursebagai berikut:

a. Untuk pembayaran Gaji Induk dilengkapi dengan:

1) Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar DaftarGaji yang ditandatangani oleh Petugas Pengelola AnggaranBelanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

856

2) Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani PPABPsesuai contoh format 18;

3) Daftar Perubahan Potongan;

4) Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk pembayaran gajiyang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;

5) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telahdilegalisasi oleh Kepala Satker/Pejabat yang berwenang meliputiSurat Keputusan (SK) terkait dengan pengangkatan Calon PegawaiNegeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, SuratPemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SKMenduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas,Surat atau Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapattunjangan, Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP),dan surat keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji, sertaSK Pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya;

6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai; dan

8) Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.

b. Untuk Pembayaran Gaji Susulan:

1) Gaji Susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai yangbersangkutan masuk dalam gaji induk, dilengkapi dengan:

a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, danhalaman luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani olehPetugas Pengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP),Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani olehPPABP;

c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yangtelah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenangmeliputi SK terkait dengan pengangkatan sebagai CalonPegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Mutasi Pegawai, SKterkait Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, SuratPernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan UntukMendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat atau Akta terkaitdengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, danSKPP sesuai peruntukannya;

857

d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuaiperubahan data pegawai; dan

f) SSP PPh Pasal 21.

2) Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawai yangbersangkutan masuk dalam gaji induk, dilengkapi dengan:

a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, danhalaman luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani olehPPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani olehPPABP;

c) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

d) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuaiperubahan data pegawai; dan

e) SSP PPh Pasal 21.

c. Untuk pembayaran Kekurangan Gaji dilengkapi dengan:

1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji,dan halaman luar Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatanganioleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PetugasPengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP);

3) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telahdilegalisasi oleh Kepala Satker/Pejabat yang berwenang meliputiSK terkait dengan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat Keputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala,SK Mutasi Pegawai, SKterkait dengan jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;

4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai; dan

6) SSP PPh Pasal 21.

d. Untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, dilengkapi dengan:

1) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, Rekapitulasi DaftarUang Duka Wafat/Tewas, dan halaman luar Daftar Uang DukaWafat/Tewas yang ditandatangani oleh PPABP, BendaharaPengeluaran, dan KPA/PPK;

858

2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;

3) SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yangberwenang;

4) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/UangDuka Wafat/Tewas;

5) Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau RumahSakit;

6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan

7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai.

e. Untuk pembayaran Terusan Penghasilan Gaji dilengkapi dengan:

1) Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji, Rekapitulasi DaftarTerusan Penghasilan Gaji, dan halaman luar Daftar TerusanPenghasilan Gaji yang ditandatangani oleh Petugas PengelolaAnggaran Belanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran,dan KPA/PPK;

2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;

3) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh KepalaSatker/Pejabat yang berwenang berupa Surat KeteranganKematian dari Camat atau Visum Rumah Sakit untuk pembayaranpertama kali;

4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai; dan

6) SSP PPh Pasal 21.

f. Untuk pembayaran Uang Muka Gaji dilengkapi dengan:

1) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Daftar UangMuka Gaji, dan halaman luar Daftar Uang Muka Gaji yangditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

2) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh KepalaSatker/Pejabat yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, SuratPermintaan Uang Muka Gaji, dan Surat Keterangan UntukMendapatkan Tunjangan Keluarga;

3) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan

859

4) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai.

g. Untuk pembayaran Uang Lembur dilengkapi dengan:1) Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Daftar

Perhitungan Lembur yang ditandatangani oleh PPABP, BendaharaPengeluaran, dan KPA/PPK;

2) Surat Perintah Kerja Lembur;3) Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;4) Daftar Hadir Lembur; dan5) SSP PPh Pasal 21.

h. Untuk pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi dilengkapi dengan:

1) Daftar Perhitungan Honorarium/Vakasi yang ditandatangani olehPetugas Pengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP),Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

2) SK dari Pejabat yang berwenang; dan

3) SSP PPh Pasal 21.

(5) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran honorarium dilengkapi dengandokumen pendukung, meliputi:

a. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbulakibat Penandatanganan surat keputusan dimaksud dibebankan padaDIPA;

b. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikitnama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPKdan Bendahara Pengeluaran;

c. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran;dan

d. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf a dilampirkanpada awal pembayaran dan pada saat terjadi perubahan suratkeputusan.

Bagian KeenamSurat Permintaan Pembayaran Langsung

Uang Makan

Pasal 46

(1) Pemberian Uang Makan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

860

a. uang makan diberikan berdasarkan kehadiran PNS di kantor pada harikerja dalam 1 (satu) bulan;

b. besarnya uang makan yang diberikan kepada PNS per hari sesuaitarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenaiStandar Biaya Umum;

c. uang makan tidak diberikan kepada PNS, apabila PNS:1) tidak hadir kerja;2) sedang menjalankan perjalanan dinas;3) sedang menjalani cuti;4) sedang menjalani tugas belajar; dan/atau5) sebab-sebab lain;

d. uang makan diberikan bagi PNS Pusat/Daerah yang diperbantukanatau dipekerjakan pada instansi di luar Satker induknya atau UPToleh Satker tempat PNS tersebut diperbantukan atau dipekerjakan.

(2) Tatacara pembayaran uang makan, diatur dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. uang makan dibayarkan setiap 1 (satu) bulan yang pembayarannyapada awal bulan berikutnya, kecuali uang makan PNS bulan Desemberdapat dibayarkan pada bulan berkenaan;

b. permintaan pembayaran uang makan PNS dapat diajukan untukbeberapa bulan sekaligus;

c. pembayaran uang makan PNS dilakukan dengan mekanismepembayaran langsung;

d. pembayaran uang makan dapat melalui rekening BendaharaPengeluaran atau langsung ke rekening PNS;

e. terhadap uang makan yang dibayarkan kepada PNS Golongan II/d ke bawah tidak dikenakan PPh; dan

f. terhadap uang makan yang dibayarkan kepada PNS Golongan III/a dikenakan PPh Pasal 21 dengan tarif sebesar 5 % (lima persen)dan Golongan IV ke atas dengan tarif 15 % (lima belas persen).

(3) Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) uang makan untukPenerbitan SPM-LS uang makan dengan melampirkan:

a. daftar perhitungan dan rekapitulasi uang makan yang ditandatanganioleh Petugas Pengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP) sesuaicontoh Format 19 A dan Format 19 B;

861

b. daftar hadir kerja sesuai contoh Format 20;c. SPTJM sesuai contoh Format 21;d. SSP PPh Pasal 21; dane. format bukti potongan PPh 21.

Bagian KetujuhSurat Permintaan Pembayaran Langsung

Non Belanja Pegawai

Pasal 47

(1) Surat permintaan pembayaran langsung pengadaan barang dan jasa,disertai:a. Bukti perjanjian/kontrak;b. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia

barang/jasa;c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;e. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;f. Berita Acara Pembayaran;g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa, Pejabat

Penerima/Bertanggungjawab dan PPK.h. Resume Kontrak/SPK sesuai contoh Format 22;i. Faktur pajak sesuai contoh Format 23 beserta SSP yang telah

ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;j. Fotocopy NPWP;k. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan

atau perusahaan asuransi (yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan);dan/atau

l. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber daripinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkandalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeribersangkutan.

(2) Pembayaran biaya langganan daya dan jasa (listrik, telepon dan air)disertai:a. bukti tagihan daya dan jasa (kwitansi dan daftar); danb. Nomor Rekening Pihak Ketiga (PT. PLN, PT. Telkom, PDAM dll).

862

(3) Dalam hal pembayaran langganan daya dan jasa belum dapat dilakukansecara langsung, Satker atau UPT yang bersangkutan dapat melakukanpembayaran dengan UP.

(4) Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapatdibayarkan oleh Satker atau UPT setelah mendapat dispensasi/persetujuanterlebih dahulu dari Kanwil Direktur Jenderal Perbendaharaan sepanjangdananya tersedia dalam DIPA berkenaan.

(5) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagaiberikut:

1. Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:

a) Daftar nominatif perjalanan dinas; dan

b) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatansebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenaiperjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawainegeri, dan pegawai tidak tetap.

2. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftarnominatif perjalanan dinas.

3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka2 ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasimengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas,dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat.

4. Perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggung-jawaban biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeribagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.

Bagian KedelapanSurat Permintaan Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak

(SPP PNBP)

Pasal 48

Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber daripenggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:

a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBPdan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan.

863

b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana dimaksud padahuruf a merupakan maksimum pencairan dana yang dapat dilakukan olehSatker berkenaan.

c. Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud pada huruf asetelah PNBP disetor ke kas Negara berdasarkan konfirmasi dari KPPN.

d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampauipagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.

f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA penambahanpagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan MenteriKeuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 49

(1) Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluhpersen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBPdalam DIPA maksimum sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).

(2) Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk sisaMaksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.

(3) Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhanriil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan(MP).

(4) Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisahdari UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.

(5) Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan(MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satuperduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesarRp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(6) Penggantian UP atas pemberian UP sebagaimana dimaksud pada ayat(4) dan ayat (5) dilakukan setelah Satker pengguna PNBP memperolehMaksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP yangdiberikan.

(7) Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker penggunaPNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBPmelebihi UP yang telah diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

864

dan ayat (5).

(8) Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formulasebagai berikut:

MP = (PPP x JS) – JPS

MP = Maksimum Pencairan

PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran terhadap pendapatan sesuai denganyang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

JS = Jumlah Setoran

JPS = Jumlah Pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPMterakhir yang diterbitkan

(9) Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnyadari Satker pengguna, dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan setelah DIPA disahkan dan berlakuefektif.

Pasal 50

(1) Tata cara Penandatanganan dan pengujian SPP dan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacupada mekanisme dalam Peraturan Menteri ini.

(2) Pejabat Penandatangan SPM menyampaikan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS beserta ADK SPM kepada KPPN dengan dilampiri:a. Dokumen pendukung SPM;b. bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; danc. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai

format contoh Format 24.

Bagian KesembilanPenyelesaian Surat Perintah Pembayaran

Pasal 51

(1) Penyelesaian tagihan ditentukan sebagai berikut:a. untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;b. untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;c. untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dand. untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.

(2) Dalam hal Pejabat Penandatangan SPM menolak/mengembalikan SPP

865

karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PejabatPenandatangan SPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanyaSPP.

BAB VISURAT PERINTAH MEMBAYAR

Bagian KesatuObyek dan Mekanisme Pengujian

Pasal 52

(1) SPP yang diajukan oleh PPK digunakan sebagai dasar pengujian/penerbitanSPM dan dilampiri bukti-bukti pendukung yang diperlukan.

(2) Obyek pengujian, sebagai berikut:a. SPP;b. Perhitungan Permintaan Pembayaran;c. Pajak yang harus dipungut/disetorkan; dand. dokumen pendukung tagihan, antara lain:

1) kuitansi pembayaran, SPTB dan SPBy dan Daftar RincianPembayaran apabila tidak, diperoleh kwitansi (sesuai contohformat 25);

2) SPK/Perjanjian/Kontrak/Data Perjanjian/Kontrak3) Berita Acara Serah Terima Barang/Penyelesaian Pekerjaan, Berita

Acara Pembayaran;4) Jaminan Bank;5) Surat Keputusan kepegawaian untuk belanja pegawai

(pengangkatan, dan/atau kepangkatan);6) Surat Tugas/SPD, Rincian biaya;7) Daftar Nominatif; dan8) dokumen pendukung lainnya sesuai persyaratan SPP.

Pasal 53

(1) Setelah menerima SPP, Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapanberkas SPP, mengisi checklist kelengkapan berkas SPP sesuai contohFormat 26, mencatatnya dalam buku pengawasan penerimaan SPP danmembuat/menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnyapetugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Penguji/Pejabat Penandatangan SPM.

(2) Pejabat Penandatangan SPM melakukan pengujian atas SPP sebagai

866

berikut:

a. memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan;

b. memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untukmemperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas paguanggaran;

c. memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerjayang dicapai dengan indikator keluaran;

d. memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain:

1) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank);

2) nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/ataukelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasiteknis yang tercantum dalam kontrak); dan

3) jadual waktu pembayaran.

e. memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuaidengan indikator keluaran yang tercantum dalam DIPA berkenaandan/atau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak.

(3) Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SPP-TUP /SPP-GUP/SPP-LS maka Pejabat Penandatangan SPM menerbitkan SPM-UP/SPMT-UP/SPM-GUP/SPM/LS dalam rangkap 6 (enam):

a. lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN pembayar;

b. lembar ketiga sebagai pertinggal pada Pejabat yang melakukanpengujian dan perintah pembayaran;

c. lembar keempat disampaikan kepada penanggungjawab akuntansisatuan kerja;

d. lembar kelima disampaikan kepada Pejabat yang melakukan tindakanyang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/PembuatKomitmen; dan

e. lembar keenam disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran.

Pasal 54

Dalam menyampaikan SPM ke KPPN untuk pencairan dana, PejabatPenandatangan SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukungdilengkapi dengan ADK berupa softcopy atau disket.

867

Bagian KeduaTata Cara Pengujian

Pasal 55

(1) Pengujian SPP Belanja Pegawai, sebagai berikut:

a. menguji jumlah permintaan baik penulisan dengan angka denganhuruf;

b. mencocokkan angka permintaan dengan setiap kolom permintaandan daftar pembayaran;

c. meneliti perhitungan daftar pembayaran;

d. mencocokkan dengan permintaan/dokumen perubahan pembayaran;

e. hitung kembali pajak-pajak yang harus dipungut; dan

f. memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, sesuai yangdipersyaratkan, seperti antara lain:1) Surat Keputusan (pengangkatan/kepangkatan);2) SPK lembur, daftar hadir kerja kerja/lembur;3) Surat nikah/keterangan lahir/akte kelahiran; dan4) Surat keterangan kematian, keterangan ahli waris.

(2) Pengujian SPP-UP, sebagai berikut:a. menghitung Rincian Penggunaan Dana (RPD);b. mencocokkan dengan hak yang boleh diberikan sesuai besaran UP;c. mencocokkan Nomor Rekening Bendahara Pengeluaran dan Bank

yang dituju; dand. meneliti isi Surat Pernyataan KPA.

(3) Pengujian SPP-TUP, sebagai berikut :a. meneliti dispensasi (Kepala KPPN/Kepala Kanwil Direktur Jenderal

Perbendaharaan);b. menguji kebenaran penggunaan dana yang diminta;c. menghitung rincian penggunaan dana yang diminta;d. menguji kebenaran dan isi surat pernyataan KPA;e. memeriksa kebenaran penulisan nomor rekening dan bank yang

dituju; danf. memeriksa ketersediaan dana dalam DIPA.

(4) Pengujian SPP-GU, sebagai berikut:a. memeriksa penulisan permintaan pembayaran pada SPP;b. meneliti nomor rekening dan bank yang dituju;

868

c. meneliti nama penerima/yang berhak menerima;d. meneliti jumlah penerimaan dan Akun yang dibebankan, SPTB,SPBy

dan kuitansi;e. menguji kebenaran isi, penulisan dan keabsahan kuitansi, lembar

B-SPP/DRPP, SPTB dan SPK jika ada;f. menghitung pajak yang dipungut dan dicocokkan dengan SSP/Faktur

Pajak yang dilampirkan;g. menguji kebenaran pembebanan atas setiap Akun, output dan kegiatan

yang dimintakan; danh. menghitung persentase jumlah permintaan dengan dana UP yang

diterima.

(5) Pengujian SPP-LS, sebagai berikut:a. memeriksa penulisan permintaan pembayaran;b. meneliti jumlah permintaan baik dengan angka dan huruf;c. meneliti nama dan alamat penerima/yang berhak;d. meneliti nomor rekening, nama dan alamat bank yang dituju;e. memeriksa beban anggaran yang dimintakan;f. meneliti kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan;g. mencocokkan (huruf a s.d huruf f) dengan SPK/Kontrak dan Berita

Acara Serah Terima Barang/Penyelesaian Pekerjaan;h. menguji kebenaran semua Berita Acara yang ada dan dicocokkan

dengan isi SPK/Kontrak;i. menghitung kembali pajak yang dipungut dengan SSP dan Faktur

Pajak yang dilampirkan;j. menghitung besaran uang muka disesuaikan dengan hak dan jaminan

bank yang dilampirkan (jika ada pembayaran uang muka);k. meneliti kebenaran isi dan keabsahan jaminan bank yang dilampirkan;

danl. memeriksa ketersediaan dan disesuaikan dengan akun dan kegiatan

yang membebankannya.

Bagian KetigaPenyampaian SPM

Pasal 56

(1) Dalam menyampaikan SPM ke KPPN untuk pencairan dana, PejabatPenandatangan SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukungdilengkapi dengan ADK berupa softcopy atau disket.

869

(2) Dokumen pendukung penyampaian SPM ke KPPN untuk diterbitkan SP2D,antara lain sesuai dengan peruntukannya :

a. SPM LS belanja pegawai, dengan melampirkan:

1) Rekapitulasi daftar gaji, daftar gaji/gaji susulan/kekurangan gaji/lembur/honor dan vakasi yg ditandatangani oleh KPA atau Pejabatyang ditunjuk, PPABP dan Bendahara Pengeluaran;

2) Fotocopy surat-surat keputusan kepegawaian jika terjadiperubahan data kepegawaian yang ditandatangani PPABP padadaftar gaji;

3) Surat Keputusan Pemberian honor/vakasi dan SPK lembur;

4) SSP; dan

5) Data ADK terkait.

b. SPM-LS Uang Makan/kekurangan pembayaran uang makan, denganmelampirkan:

1) daftar perhitungan uang makan yang ditandatangani PPABP, BPdan KPA/PPK;

2) SSP PPh Pasal 21.

c. SPM LS non belanja pegawai dengan melampirkan :

1) resume kontrak /SPK/data perjanjian/kontrak, Surat KeputusanPokja serta daftar honor dan daftar nominatif perjalanan dinas;

2) faktur pajak dan SSP;

3) Asli Surat Kuasa bermeterai dari PPK kepada KPPN untukmencairkan uang muka; dan

4) Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uangmuka apabila pembayarannya diberikan uang muka kepadapenyedia barang/jasa.

d. SPM UP untuk rupiah murni diterbitkan dengan menggunakan kode0000.0000.825111, untuk pinjaman/hibah luar negeri menggunakankode 9999.9999.825112 dan untuk PNBP menggunakan kode0000.0000.825113, dan dilampiri surat pernyataan dari KPA sesuaiFormat 27, yang menyatakan bahwa UP tidak untuk membiayaipengeluaran yang menurut ketentuan harus dibayar dengan LS.

e. SPM TUP diterbitkan dengan menggunakan kode kegiatansebagaimana dimaksud dalam huruf d, dengan melampirkan:

870

1) surat persetujuan dari Kepala KPPN;

2) rincian rencana penggunaan dana untuk kebutuhan mendesakdan riil serta sisa dana MAK yang dimintakan TUP;

3) Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang dibiayai tersebut tidakdapat dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS; dan.

4) rekening koran yang menunjukan saldo terakhir.

f. SPM-GUP, dengan melampirkan:

1) Daftar Rincian Permintaan Pembayaran; dan

2) fotocopy SSP yang dilegalisir oleh KPA atau Pejabat yangditunjuk, untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungutPPN dan PPh.

(3) Pengajuan pengesahan SPM-GUP Nihil atas TUP dapat dilakukan secarabertahap sampai dengan batas akhir pengajuan SPM-GU Nihil atas TUP.

Bagian KeempatPenyelesaian SPM

Pasal 57

(1) SPM-UP/TUP, diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPP-UP/TUP dan dokumen pendukungnya diterima dengan lengkap danbenar.

(2) SPM-GUP, diterbitkan paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah SPP-GUP dan dokumen pendukungnya diterima dengan lengkap.

(3) SPM-PTUP, dterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah SPP-PTUP dan dokumen pendukungnya diterima dengan lengkap dan benar.

(4) SPM-LS, diterbitkan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPP-LS dandokumen pendukungnya diterima dengan lengkap dan benar.

(5) SPM diterbitkan oleh Pejabat Penandatangan SPM dan dapat menolakSPP secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanyaSPP.

(6) Pejabat Penandatangan SPM menyampaikan SPM kepada KPPN palinglambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.

871

BAB VIIPERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

Bagian KesatuPengadaan Barang/Jasa

Pasal 58

(1) Setiap Satker atau UPT tidak diperkenankan membeli barang-barangyang sudah pernah dipakai, terkecuali atas persetujuan Menteri/PA.

(2) Dalam melaksanakan pengadaan/pemborong/pembelian barang dan jasawajib memaksimalkan menggunakan barang dan jasa hasil produksidalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai palingtinggi Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dapat dilaksanakan olehULP atau 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.

(4) Pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh ULP atau 1 (satu) orangPejabat Pengadaan.

(5) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh ULP/Panitia Pengadaan.

(6) Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat Pengadaandengan nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5).

(7) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat dilakukan secara elektronikyang diselenggarakan oleh LPSE terdekat.

Pasal 59

(1) Tanda bukti perjanjian terdiri atas:a. bukti pembelian;b. kuitansi;c. SPK; dand. surat perjanjian.

(2) Bukti pembelian digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainyasampai dengan Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Kuitansi digunakan untuk Pengadaan Barang/kontruksi/Jasa yang nilainyasampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

872

(4) SPK digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnyadengan nilai sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) danuntuk Jasa Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah).

(5) Surat Perjanjian digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah).

Pasal 60

(1) Pembuatan SP/Kontrak sekurang-kurangnya memuat:a. Pihak Pemberi Kerja/PPK dan Pihak Penerima Kerja/Penyedia Barang/

Jasa;b. jenis barang/pekerjaan yang diperjanjikan;c. nilai barang yang diperjanjikan termasuk pajak yang harus dipungut

dari pihak penyedia barang/jasa;d. jangka waktu penyelesaian pekerjaan/penyerahan barang/jasa;e. tatacara pembayaran;f. sanksi bila terjadi keterlambatan penyerahan barang/pekerjaan atau

keterlambatan pembayaran; dang. kelambatan karena force majeure.

(2) SPK ditandatangani oleh Penyedia Barang/Jasa dan Pemberi Kerja/PPK.

(3) SPK dibubuhi tanggal, bulan dan tahun penandatangan SPK/Kontrakserta meterai secukupnya.

Pasal 61

(1) Pembuatan Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa:a. memuat tanggal, bulan dan tahun penerimaan barang/jasa;b. memuat para pihak yang terkait;c. memuat barang yang diperjanjikan sesuai jumlah, kualitas, volume,

spesifikasi teknis yang dipersyaratkan; dand. ditandatangani oleh para pihak yang terkait.

(2) Pembuatan Berita Acara Pembayaran:a. dibuat untuk pembayaran dengan cara bertahap/termin/prestasi

pekerjaan;b. memuat para pihak yang terkait (Pemberi kerja dan Penerima kerja);c. memuat jumlah uang yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai

prestasi pekerjaan/termin pembayaran;

873

d. memuat jumlah uang yang sudah dibayarkan kepada penyedia barang/jasa;

e. memuat sisa pembayaran yang menjadi hak penyedia barang/jasasesuai dengan prestasi pekerjaan/termin pembayaran yangdiperjanjikan; dan

f. ditandatangani para pihak yang terkait.

(3) Pembuatan Berita Acara Prestasi Pekerjaan:a. memuat tanggal, bulan, tahun Berita Acara;b. memuat para pihak yang terkait (Pemberi Kerja, Penerima Kerja dan

Pengawas Kerja);c. memuat dasar dibuatnya Berita Acara Prestasi Kerja yang dicapai

(SPK/Kontrak);d. memuat prestasi pekerjaan yang dicapai/diselesaikan sesuai jumlah,

volume pekerjaan;e. memuat hak penyedia barang/jasa, sesuai prestasi yang telah dicapai;

danf. ditandatangani para pihak yang terkait.

Pasal 62

(1) Pembelian Bahan Bakar Minyak dilakukan di pompa bensin Pertaminadan apabila dalam jumlah besar, maka pertanggung jawabannya dilampirkandaftar nama penerima jatah bahan bakar tersebut dengan menyebutkannama penerima, jenis dan merk kendaraan, nomor, jumlah bahan bakardan tanda tangan penerima, jelas, asli tidak boleh dengan cap.

(2) Apabila pembelian Bahan Bakar Minyak dilakukan secara tidak teratur,maka kupon (tanda bukti pembelian bahan bakar di pompa bensin)tersebut dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya denganmenyebutkan keterangan bahwa bahan bakar telah diisikan pada kendarandinas tersebut.

Pasal 63

Pertanggungjawaban pengadaan pakaian dinas atau sejenisnya, harusdilampirkan dengan daftar nama disertai tanda tangan para penerima.

Pasal 64

Pembayaran atas penggunaan telepon di rumah para pejabat, yang biayapemasangannya ditanggung oleh dinas, menjadi tanggungan pejabat yangbersangkutan.

874

Pasal 65

Pembayaran telepon Satker atau UPT supaya disesuaikan dengan danayang tersedia dalam DIPA.

Pasal 66

(1) Pembayaran uang jaminan langganan listrik, gas dan air merupakanpengeluaran definitif, bila dikembalikan merupakan penerimaan negaradan harus disetor ke Kantor Kas Negara oleh Bendahara Pengeluaran.

(2) Satker atau UPT agar melakukan penghematan pemakaian listrik, gas,dan air dan pembayarannya disesuaikan dengan dana yang tersediadalam DIPA.

(3) Pembayaran rekening listrik, gas dan air di komplek perumahan pegawaimenjadi tanggungan para penghuni pemakai aliran listrik, gas dan air.

Bagian KeduaPengadaan Tanah

Pasal 67

(1) Pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk kepentingan Pemerintahdilakukan dengan bantuan Panitia Pembebasan Tanah (PPT) kabupaten/kota yang bersangkutan dilengkapi dengan pembuatan Akte Tanah.

(2) Apabila untuk memperoleh Akte Tanah ditemui kesulitan karena belumadanya Pejabat Pembuat Akte Tanah, maka pelepasan hak atas tanahuntuk kepentingan Pemerintah dilakukan oleh Pejabat yang diberi wewenangdi daerah yang bersangkutan.

(3) Akte Tanah Asli dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan pengadaantanah disimpan oleh KPA Satker.

Bagian KetigaPembebasan Tanah Pemerintah

Pasal 68

Pembebasan tanah milik instansi Pemerintah yang terkena proyekpembangunan dilakukan dengan ketentuan:

a. jumlah ganti rugi yang ditetapkan oleh Panitia Pembebasan Tanah (PPT)untuk keperluan Pemerintah, harus di setor ke Kantor Kas Negara sebagaipenerimaan negara; dan

875

b. bila menginginkan penggantian tanah ditempat yang lain, KPA dapatmencarikan ganti tanah tersebut dengan berpedoman pada biaya danvolume yang tercantum dalam DIPA yang bersangkutan.

Pasal 69

(1) KPA/Pejabat yang ditunjuk melaksanakan pertanggungjawaban pengadaantanah melalui mekanisme LS.

(2) Apabila pertanggungjawaban pengadaan tanah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS dapatdilakukan melalui UP/TUP.

(3) Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukandengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) di kabupaten/kotasetempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemilik tanah danbesaran harga tanah yang ditandatangani oleh KPA dan diketahui olehPanitia Pengadaan Tanah.

(4) Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/TUPharus terlebih dahulu mendapatkan izin dispensasi dari Kantor PusatPerbendaharaan/Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan sedangkanbesaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/TUP sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian KeempatBukti Pembayaran

Pasal 70

(1) Bukti pembayaran harus berupa kuitansi yang disediakan oleh pemborong/rekanan dalam bentuk yang lazim dipergunakan dalam dunia perdaganganberupa kuitansi dan blanko tagihan atau memakai bentuk lain yangditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenaitata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN.

(2) Bukti pembayaran yang sah memuat:a. nama instansi yang menerima penagihan dan tidak atas nama

pribadi, misalnya telah diterima dari Kepala Satker/PPK;b. nama terang dari yang berhak menerima pembayaran;c. uraian tentang keperluan pembayaran;d. jumlah yang dibayarkan dalam huruf dan angka;e. nama tempat dan tanggal;

876

f. tanda tangan dari yang berhak sendiri atau wakilnya yang sah danwakil menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau wakilmenurut persetujuan;

g. lembar II, lembar III, dan seterusnya harus ditandatangan tidakdengan mempergunakan cap tanda tangan (kecuali dengan karbon);

h. dibubuhi meterai tempel untuk aslinya bagi pembayaran yang berjumlah:1) di atas Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai

dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebesar Rp 3.000,00(tiga ribu rupiah);dan

2) diatas Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebesar Rp 6.000,00(enam ribu rupiah).

i. pada meterai dibubuhi tanggal dan terkena tanda tangan yang berhak;

j. dibubuhi cap dari toko atau pemborong/rekanan;

k. dibubuhi NPWP bagi tagihan berdasarkan SPK/Kontrak, kecualibagi badan-badan/Lembaga Pemerintah, Yayasan dan Badan atauOrganisasi Sosial serta Organisasi Wanita, Pegawai Negeri atauPensiunan, perorangan swasta (bukan perusahaan) untuk sewarumah, pembelian atau ganti rugi tanah, pembelian benda-bendapurbakala, penyelenggaraan padat karya dan latihan kerja, naskah,biaya penterjemahan dan lain-lain; dan

l. bersih tanpa coretan, tulisan tindih, hapusan atau bekas tip-ex.

(3) Bendahara Pengeluaran harus yakin akan tanda tangan dari yang berhakmenerima pembayaran.

(4) Jika yang berhak menerima pembayaran tidak menandatangani denganhuruf latin (hanya dapat dengan huruf Cina, Arab atau cap jempol), makaBendahara Pengeluaran wajib menghadirkan 2 (dua) orang saksi yangdikenalnya untuk turut pula menandatangani bukti pembayaran tersebut.

Pasal 71

Apabila bukti pembayaran hilang sebelum dilakukan pembayaran berlakuketentuan sebagai berikut:

a. oleh penerima hak/penyedia barang, maka yang bersangkutanmengusahakan gantinya; dan

b. oleh Bendahara Pengeluaran atau staf lainnya, maka dibuatkan suratpernyataan antara Bendahara Pengeluaran dengan penerima hak/penyediabarang yang disaksikan oleh 2 (dua) orang yang dikenal oleh Bendahara

877

Pengeluaran bahwa tagihan telah dibayar dan penerima hak/penyediabarang tidak akan mengajukan tagihan untuk kedua kalinya.

Pasal 72

(1) Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti pembayaranuntuk melakukan Pembayaran melalui UP bukti pengeluaran dilakukansesuaicontoh format 28, harus ditandatangani oleh:a. KPA/PPK;b. Bendahara Pengeluaran;c. Penerima/Pemeriksa Barang; dand. Yang berhak menerima pembayaran.

(2) Pembayaran melalui LS, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pembayaran melalui LS Non Belanja Pegawai pada bukti kuitansiKPA/PPK membubuhkan tanda tangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a, dan Penyedia Barang/yang berhak menerimapembayaran sesuai contoh Format 29.

b. Pembayaran melalui LS Bendahara sesuai contoh Format 30, padakuitansi ditandatangani oleh1) Penerima Pembayaran/Yang Berhak;2) Bendahara Pengeluaran; dan3) KPA/PPK.

(3) Pembelian barang dilakukan dengan melampirkan bukti pembayaran(kuitansi) pembelian barang dan dibalik bukti pembayaran tersebut ditulissesuai contoh Format 31 A dan Format 31B dan jika dibeli bermacam-macam barang berdasarkan SPK/Kontrak, maka harus melengkapi BeritaAcara Serah Terima Barang antara Penyedia Barang/Jasa dengan PenerimaBarang atau Pengurus Barang (gudang), dengan menyebutkan antaralain:a. nama barang-barang;b. merk;c. jumlah barang dengan angka dan huruf;d. disebelah kiri bawah :

1. tanda tangan;2. nama terang; dan3. cap dari toko atau pemborong/rekanan.

e. disebelah kanan bawah:1. yang menerima barang;

878

2. tanda tangan penerima barang;3. nama terang penerima barang; dan4. Nomor Induk Pegawai (NIP).

f. pernyataan bahwa:Barang-barang tersebut telah diterima dengan baik dan cukupberdasarkan surat permintaan /SPK tanggal …… Nomor ……. ;dan

g. pernyataan MENGETAHUI/MENYETUJUI dari PPK dan dibubuhitanda tangan, nama terang dan Nomor Induk Pegawai (NIP).

Bagian KelimaPajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 73

(1) Prinsip dasar pengenaan PPN adalah mewajibkan kepada PengusahaKena Pajak (PKP) untuk mengenakan PPN 10% (sepuluh persen).

(2) Pemungut PPN adalah Bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansiPemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha KenaPajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajakkepada bendaharawan Pemerintah, badan atau instansi Pemerintahtersebut.

(3) Pemungutan PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atassetiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari pihak ketiga.

(4) Bendahara Pengeluaran tidak memungut PPN dalam hal pembayaranyang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dantidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

(5) Jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah barang tertentu dalamkelompok barang sebagai berikut: a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya;b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah

makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minumanbaik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanandan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;dan

d. uang, emas batangan, dan surat berharga.

879

(6) Jenis jasa yang tidak dikenai PPN, sebagai berikut:

a. jasa pelayanan kesehatan medis;

b. jasa pelayanan sosial;

c. jasa pengiriman surat dengan perangko;

d. jasa keuangan;

e. jasa asuransi;

f. jasa keagamaan;

g. jasa pendidikan;

h. jasa kesenian dan hiburan;

i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udaradalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasaangkutan udara luar negeri;

k. jasa tenaga kerja;

l. jasa perhotelan;

m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankanpemerintahan secara umum;

n. jasa penyediaan tempat parkir;

o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;

p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

q. jasa boga atau katering.

(7) Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPN:

a. Untuk Bendahara Pengeluaran sebagai pemungut PPN penyetorandilakukan paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelahmasa pajak berakhir dan dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnyasetelah masa pajak berakhir.

b. Untuk Pejabat Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN,penyetoran harus dilakukan pada hari yang sama dengan pelaksanaanpembayaran kepada Pengusahan Kena Pajak Rekanan Pemerintahmelalui KPPN dan dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnyasetelah masa pajak berakhir.

Pasal 74

(1) Bendahara yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan danpembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan/jasa/kegiatan wajibmelakukan pemotongan PPh Pasal 21.

880

(2) Pembayaran penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh Bendaharaantara lain adalah pembayaran atas gaji, tunjangan, honorarium, upah,uang makan dan pembayaran lainnya (tidak termasuk pembayaranperjalanan dinas) baik kepada pegawai maupun bukan pegawai.

(3) Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau APBD, adalah sebagai berikut:

a. sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan Idan Golongan II, dan Pensiunannya;

b. sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNSGolongan III, dan Pensiunannya; dan

c. sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi PejabatNegara, PNS Golongan IV, dan Pensiunannya.

(4) Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 atau Pasal 26:

a. Bendahara menyetor PPh Pasal 21 yang tidak ditanggung Pemerintahdengan menggunakan SSP ke Bank/Kantor Pos persepsi palinglambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya. Bila tanggal10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan padahari kerja berikutnya.

b. PPh Pasal 21 yang terutang bagi pejabat negara, PNS yangPPh-nya ditanggung Pemerintah, Bendahara cukup melaporkanperhitungan PPh Pasal 21 yang terutang dalam daftar gaji kepadaKPPN.

c. Bendahara melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang sekalipun nihildengan menggunakan SPT masa paling lambat tanggal 20 bulantakwim berikutnya. Apabila tanggal tersebut jatuh pada hari libur,pelaporan dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

Pasal 75

(1) Pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan oleh:

a. Bendahara pemerintah dan KPA sebagai pemungut pajak padaPemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembagaPemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan denganpembayaran atas pembelian barang;

b. Bendahara Pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan denganmekanisme UP; dan

c. KPA atau Pejabat Penandatangan SPM yang diberi delegasi olehKPA untuk pembayaran kepada Pihak Ketiga yang dilakukan denganmekanisme LS.

881

(2) Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut adalah 1,5% x harga dasar/Dasar Pengenaan Pajak (DPP) (tidak termasuk PPN).

(3) Pemungutan PPh Pasal 22 atas belanja barang tidak dilakukan apabila:

a. pembelian barang dengan nilai maksimal pembelian Rp 2.000.000,00(dua juta rupiah) dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur;dan

b. pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.

(4) Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22:

a. jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut Bendahara dan disetorkan padahari yang sama ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro denganmenggunakan SSP yang telah diisi oleh dan atas nama rekananserta ditandatangani oleh Bendahara. SSP lembar ke-1 merupakanBukti Pemungutan bagi Rekanan. SSP lembar ke-3 merupakanBukti Pemungutan bagi Bendahara dan dilampirkan pada SPT MasaPPh Pasal 22.

b. Bendahara melaporkan PPh Pasal 22 dengan menggunakan SPTmasa paling lambat tanggal 14 bulan takwim berikutnya. Apabilatanggal tersebut jatuh pada hari libur, pelaporan dilakukan pada harikerja sebelumnya.

Pasal 76

(1) Pemungutan PPh Pasal 23 adalah cara pelunasan pajak dalam tahunberjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkanoleh Bendahara kepada pihak lain, antara lain:

a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,royalti, hadiah/penghargaan; dan

b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonsultan dan jasa lain.

(2) Tarif PPh Pasal 23 berdasarkan Undang-Undang 36 Tahun 2008 tentangPerubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentangPajak Penghasilan, sebagai berikut:

a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:1) dividen;2) bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf f Undang-Undang 36 Tahun 2008;

882

3) royalti; dan4) hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya.

b. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:

1) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta, kecuali sewa dan penghasilan lain, sehubungan denganpenggunaan harta yang telah dikenai PPh; dan

2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain.

(3) Tarif PPh untuk Usaha Jasa Konstruksi, sebagai berikut:

a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan olehPenyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;

b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukanoleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;

c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan olehPenyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan huruf b (Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usahamenengah atau kualifikasi usaha besar).

d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau PengawasanKonstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasiusaha; dan

e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau PengawasanKonstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memilikikualifikasi usaha.

(4) Bukti SSP diperuntukkan kepada:a. Lembar I (pertama) untuk arsip WAPU/PKP;b. Lembar II (kedua) untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui KPPN;c. Lembar III (ketiga) untuk Kantor Pelayanan Pajak dilaporkan/

pertanggungjawaban;d. Lembar IV (keempat) untuk Kantor Penerima Pembayaran (Bank/

KPPN); dane. Lembar V (kelima) untuk WAPU.

Pasal 77

Kewajiban pemotongan/pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak-pajakyang telah dipotong/dipungut antara lain:

883

a. apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatandengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaranatau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya;

b. pembayaran dan penyetoran pajak di lakukan di kantor pos atau bankyang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP atausarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP;

c. dalam hal pencairan anggaran dengan mekanisme LS makapemindahbukuan pajak yang dilakukan oleh KPPN merupakan pembayarandan penyetoran pajak terutang namun SSP tetap dipersiapkan olehBendahara yang bersangkutan;

d. SSP atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasidengan Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN);

e. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tandabukti pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadiatau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotonganatau pemungutan;

f. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan PNS diSatker atau UPT nya, memberikan tanda bukti pemotongan paling lama1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir; dan

g. Bendahara sebagai Pemungut PPN melakukan validasi faktur pajakyang diberikan oleh rekanan.

Bagian KeenamBea Meterai dan Dokumen Lelang

Pasal 78

(1) Dokumen yang dikenakan Bea Meterai, sebagai berikut:

a. surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuanuntuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;

b. akta-akta notaris termasuk salinannya;

c. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasukrangkap-rangkapnya;

d. surat yang memuat jumlah uang:1) yang menyebutkan penerimaan uang;2) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang

dalam rekening di bank;

884

3) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;4) yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau

sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;

e. surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep; atau

f. dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di mukaPengadilan, yaitu:1) surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan; dan2) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan

tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan olehorang lain, selain dari maksud semula.

(2) Pengenaan Bea Meterai, yaitu:

a. dikenakan tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah) atas :

1) surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengantujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenaiperbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata; dan

2) akta-akta notaris termasuk salinannya;

b. surat yang memuat jumlah uang dan surat berharga dikenakan tarif:

1) yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp 250.000,00(dua ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;

2) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 (duaratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000,00(satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesarRp 3.000,00 (tiga ribu rupiah); dan

3) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00(satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesarRp 6.000,00 (enam ribu rupiah);

c. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah) tanpa batas pengenaan besarnya harganominal.

Bagian KetujuhPerjalanan Dinas

Pasal 79

(1) Perjalanan Dinas terdiri dari:a. perjalanan dinas dalam negeri; danb. perjalanan dinas luar negeri.

885

(2) Surat Perjalanan Dinas (SPD) ditandatangani oleh PPK

(3) Pejabat yang berwenang menyetujui dan menandatangani SPPT perjalanandinas dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu:

a. Menteri untuk Pejabat Eselon I tingkat pusat;

b. Pejabat Eselon I untuk Pejabat Eselon II di lingkungan masing-masing;

c. Pejabat Eselon II untuk Pejabat Eselon III, Eselon IV, Pejabat fungsionaldan staf pelaksana di lingkungan masing-masing; dan

d. Kepala UPT untuk Pejabat Eselon III, Pejabat Eselon IV, pejabatfungsional dan staf pelaksana dilingkungan masing-masing UPT.

(4) Dalam hal pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat(2) merupakan Pejabat tertinggi pada tempat kedudukan Pejabat yangbersangkutan, maka SPPT ditandatangani oleh dirinya sendiri, untuk danatas nama atasan langsungnya.

(5) Dalam melaksanakan kegiatan perjalanan dinas kepada Pejabat Negara,Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap dibuatkan SPD dalam rangkap3 (tiga) oleh KPA/Pejabat yang ditunjuk, setelah diterbitkannya SPPT.

(6) Dalam pengisian SPD tidak diperkenankan adanya tulisan tindih, hapusanatau bekas tip-ex.

(7) Kepada para Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetapyang melaksanakan perjalanan dinas dalam negeri, dibayar secara atcost sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Biaya perjalanan dinas jabatan merupakan perjalanan dinas dari tempatkedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukansemula yang terdiri dari uang harian (uang makan, uang saku dantransport lokal), biaya transport, biaya penginapan, uang representatif(bagi pejabat Eselon I, dan Eselon II) dan sewa kendaraan dalam kota.

(9) Biaya transport berupa perjalanan dari tempat kedudukan ke terminalbus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan sampai tempat tujuan pergipulang.

(10) Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap dihotel dan tempat menginap lainnya dalam hal tidak terdapat hotel.

(11) Sewa kendaraan dalam kota untuk keperluan pelaksanaan tugas ditempat tujuan dan diberikan kepada Pejabat Negara secara at costmaksimum sesuai standar biaya dan ketentuan dalam Peraturan Menteri

886

Keuangan yang mengatur mengenai Perjalanan Dinas Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap termasuk biayauntuk pengemudi, bahan bakar dan pajak.

(12) Khusus untuk keperluan menjemput/mengantarkan ke tempat pemakamanjenazah Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yangmeninggal dunia dalam melakukan perjalanan dinas dan menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat Negara/PegawaiNegeri/Pegawai Tidak Tetap yang meninggal dunia dari tempat kedudukanyang terakhir ke kota tempat pemakaman, selain biaya sebagaimanadimaksud pada ayat (8), juga diberikan biaya penjemputan/pengantaranjenazah yang terdiri dari biaya pemetian dan biaya angkutan jenazah,sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengaturmengenai Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, PegawaiNegeri dan Pegawai Tidak Tetap.

Pasal 80

(1) PNS/Pegawai Tidak Tetap atau pihak lain yang telah melaksanakanperjalanan dinas wajib melaporkan hasil perjalanan dinas secara tertuliskepada pejabat yang berwenang dan mempertanggungjawabkan biayaperjalanan dinas paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak perjalanan dinasselesai dilaksanakan sesuai contoh Format 32 A dan Format 32 B.

(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas dalam negeri terdiridari:

a. Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;

b. SPD yang telah ditandatangani oleh Pejabat yang dikunjungi(ditandatangani sekurang-kurangnya oleh kepala kantor atau pejabateselon IV) sebagai bukti kunjungan sesuai contoh Format 33 A danFormat 33 B.

c. kuitansi perjalanan dinas;

d. rincian biaya perjalanan dinas sesuai contoh Format 34;

e. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari:

1) bukti pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaranmoda transportasi lainnya; dan

2) boarding pas, airport tax dan restribusi.

f. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan dari hotel/ditempat lainnya dalam hal tidak terdapat hotel;

887

g. daftar pengeluaran riil yang disetujui oleh Pejabat yang berwenang,dalam hal biaya-biaya yang tidak dapat dibuktikan dengan tandaterima, kuitansi atau bukti lain sesuai contoh Format 34;

h. bukti pengeluaran yang sah atas penggunaan uang representasi(jika ada).

(3) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas Luar Negeri terdiridari:

a. Surat Tugas dari Pejabat yang berwenang;

b. Surat persetujuan Pemerintah yang diterbitkan oleh Presiden atauPejabat yang ditunjuk, sebagai izin prinsip Perjalanan Dinas ke LuarNegeri;

c. SPD yang ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang di tempattujuan di luar negeri (sekurang-kurangnya Bendahara PenatalaksanaKeuangan dan Rumah Tangga pada kantor perwakilan RepublikIndonesia) sebagai bukti kunjungan;

d. foto copy halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda keberangkatan/kedatangan oleh :

1) pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolakdan negara tempat tujuan perjalanan dinas, atau

2) pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolakdan salah satu negara tempat tujuan perjalanan dinas yangmemberlakukan ketentuan tentang exit/permit pada suatu kawasantertentu.

e. bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakanuntuk melaksanakan perjalanan dinas;

f. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari :1) bukti pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaran

moda transportasi lainnya; dan2) boarding pas, airporttax, pembuatan visa dan restribusi.

g. daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluantransportasi tidak diperoleh;

h. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan bagi perjalanandinas; dan

i. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan dapat berupakuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh hotelatau tempat menginap lainnya.

888

(4) Pembayaran uang harian dan uang representatif dilakukan sesuai banyaknyahari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas.

(5) Biaya transport pegawai, biaya penginapan dan sewa kendaraan dalamkota dibayarkan sesuai biaya riil yang dikeluarkan berdasarkan buktipengeluaran yang sah.

(6) Dalam hal tiket transportasi dari tempat kedudukan ke terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan pergi pulang dan tiket transportasi dariterminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan ke tempat tujuan pergi pulangserta bukti pembayaran moda transportasi lainnya tidak diperoleh, PejabatNegara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanandinas membuat Daftar Pengeluaran Riil yang dibutuhkan untuk biayatransportasi tersebut yang disetujui PPK, dengan menyatakan tanggungjawab sepenuhnya atas pengeluaran sebagai pengganti bukti pengeluaransesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan dapat berupa kuitansiatau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh hotel atau tempatmenginap lainnya.

Pasal 81

Dalam hal pembayaran biaya perjalanan dinas terdapat kelebihan ataukekurangan, PNS pelaksana perjalanan dinas wajib mengembalikan kelebihanatau menerima kekurangan biaya perjalanan dinas kepada/dari BendaharaPengeluaran.

Bagian KedelapanProsedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas

Pasal 82

(1) Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat diberikan dalam batas paguanggaran yang tersedia dalam DIPA satuan kerja berkenaan dan denganmekanisme UP dan atau mekanisme LS.

(2) Pembayaran biaya perjalanan dinas melalui mekanisme UP dilakukandengan memberikan uang muka kepada Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan perjalanan dinas oleh BendaharaPengeluaran dari UP/TUP yang dikelolanya.

(3) Pemberian uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkanpada permintaan dari KPA/PPK kepada Bendahara Pengeluaran dengandilampiri:

889

a. Surat Tugas untuk melakukan dinas yang ditandatangani oleh Pejabatyang berwenang;

b. SPD;c. kuitansi perjalanan dinas dan SPBy; dand. rincian biaya perjalanan dinas.

(4) Berdasarkan permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BendaharaPengeluaran membayar uang muka perjalanan dinas kepada PejabatNegara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanandinas.

(5) Pembayaran biaya perjalanan dinas melalui mekanisme LS kepada pihakketiga ditetapkan sebagai berikut:

a. biaya perjalanan dinas untuk pembelian/pengadaan tiket dan/ataubiaya penginapan dapat dilakukan melalui pihak ketiga;

b. pihak ketiga dapat berupa event organizer, biro jasa perjalanan,maskapai penerbangan dan perusahaan jasa perhotelan/penginapan;dan

c. penetapan pihak ketiga dilakukan melalui pelaksanaan pengadaanbarang/jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Kontrak/perjanjian dengan pihak ketiga dapat dilakukan untuk 1 (satu)paket kegiatan atau untuk kebutuhan periode tertentu yang nilainya tidakmelebihi ketentuan tarif tiket dan penginapan yang telah ditetapkan.

(7) Pembayaran biaya perjalanan dinas kepada pihak ketiga didasarkan atasprestasi kerja yang telah diselesaikan sebagaimana diatur dalam kontrak/perjanjian, dan pihak ketiga dapat mengajukan tagihan kepada PPK yangselanjutnya berdasarkan tagihan dari pihak ketiga, PPK mengajukanSPP kepada Pejabat Penandatangan SPM dengan melampirkan:a. kontrak/perjanjian yang mencantumkan nomor rekening;b. Surat Pernyataan KPA mengenai penetapan rekanan;c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;d. Berita Acara Pembayaran;e. kuitansi;f. SPTB dan SPBy;g. Resume Kontrak/SPK (data perjanjian/kontrak);h. Faktur Pajak dan/atau SSP, sesuai ketentuan; dani. Daftar Pelaksanaan/Prestasi Kerja yang memuat antara lain informasi

data Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap (Nama,

890

pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, tempat menginap,lama menginap, dan jumlah biaya masing-masing Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap.

(8) Dalam hal pajak atas pengadaan tiket dan penginapan telah dibayar olehpihak ketiga, pembayaran tagihan kepada pihak ketiga tidak dipotongpajak.

(9) Atas dasar SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (7), PejabatPenandatangan SPM menerbitkan dan mengajukan SPM kepada KPPNdengan melampirkan SPTB, SPBy, Resume Kontrak/SPK/data perjanjian/kontrak dan Faktur Pajak dan atau SSP, sesuai ketentuan.

(10) Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat dilakukan dengan mekanismePembayaran LS melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau rekeningPejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap apabila:

a. biaya perjalanan dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum perjalanandinas dilaksanakan; dan

b. perjalanan dinas telah dilakukan sebelum biaya perjalanan dinasdibayarkan.

(11) Pengajuan SPM kepada KPPN atas pembayaran biaya perjalanan dinassebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilampiri SPTB, SPBy dan DaftarNominatif yang ditandatangani KPA/PPK (memuat nama Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap, NIP, kota tujuan perjalanan dinas,lama perjalanan dinas, jumlah uang dan nomor rekening BendaharaPengeluaran atau nomor rekening Pejabat Negara/Pegawai Negeri/PegawaiTidak Tetap) yang melakukan perjalanan dinas sesuai contoh Format 36.

Pasal 83

(1) Pegawai Negeri yang menjalankan masa pensiun di daerah/kota lain daritempat kedudukan terakhir sebagai Pegawai Negeri diberi kesempatanmempergunakan perjalanan dinas pindah, tersedia anggarannya dalamDIPA Satker atau UPT dengan persyaratan:

a. bahwa daerah/kota (alamat) tempat baru tercantum dalam SuratKeputusan pensiun pegawai yang bersangkutan;

b. pembiayaan perjalanan pindah menetap tidak dapat diberikan kepadapegawai atas dasar permintaan pindah;

c. biaya perjalanan pindah meliputi biaya angkutan pegawai, keluarga,pembantu I (satu) orang, biaya pengepakan, penggudangan danangkutan barang; dan

891

d. besarnya biaya pindah sebagaimana dimaksud dalam butir cdisesuaikan dengan tarif dan keadaan keuangan pada kantor, Satkeratau UPT yang bersangkutan.

(2) Pelaksanaan pemberian biaya perjalanan pindah menetap karenapensiun:

a. Pemberian surat perintah perjalanan pindah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Setiap pemohon perjalanan pindah menetap sebagaimana padaayat (1) diajukan secara hirarki kedinasan kepada Pejabat denganketentuan sebagai berikut:

1) apabila ditempat bekerja terakhir Pegawai yang berwenangtersebut tidak menempati rumah dinas/jabatan/instansi, harusdilampirkan surat keterangan Atasan bahwa benar Pegawaitersebut tidak menempati rumah dinas/jabatan/instansi;

2) apabila ditempat bekerja terakhir pegawai tersebut menempatirumah dinas/jabatan/instansi, harus dilampirkan surat keteranganPegawai yang bersangkutan telah/ akan mengosongkan rumahtersebut dan menyerahkan kepada Kepala Satker atau UPTyang bersangkutan;

3) apabila pegawai pernah diberi kesempatan membeli rumah dinas/jabatan/instansi dari Pemerintah dengan pengalihan golonganrumah tersebut ke golongan III, maka pegawai yang bersangkutandianggap memilih tempat tinggal menetap dimana rumah tersebutberada;

4) apabila pindah menetap pegawai yang bersangkutan dilakukandi luar daerah pembayaran KPPN tempat tinggal semula harusdilampirkan SKPP dari KPPN tempat kedudukan terakhir pegawaisebelum pensiun untuk dialihkan pembayaran ke wilayah KPPNpada tempat pegawai yang baru;

5) melampirkan Surat Keputusan Pemberhentian dengan hormatdengan hak pensiun; dan

6) melampirkan Surat Keterangan keluarga yang akan mengikutiperjalanan pindah yang diketahui oleh Pejabat daerah setempatserendah-rendahnya Lurah.

892

Bagian KesembilanPembiayaan Kendaraan Operasional

Pasal 84

(1) Paling lambat pada awal bulan Januari tahun anggaran bersangkutanKepala Satker atau KPA/Pejabat yang ditunjuk diwajibkan menerbitkanKeputusan tentang kendaraan yang memuat:

a. jenis/tipe;

b. merk dan cc-nya;

c. tahun pembuatan;

d. nomor polisi kendaraan;

e. nama pemegang atau penanggung jawab; dan

f. kendaraan operasional yang biaya operasional menjadi tanggungjawabnya dan jumlah bahan bakar yang diperuntukkannya.

(2) Biaya operasional tersebut meliputi :a. biaya perawatan kendaraan; danb. pemakaian bahan bakar.

Bagian KesepuluhDana Operasional Menteri

Pasal 85

(1) Setiap bulan KPA dapat mencairkan Dana Operasional Menteri sebesar1/12 (seperduabelas) dari pagu satu tahun anggaran sesuai DIPA ataudokumen pelaksanaan anggaran lainnya.

(2) Pejabat Penandatangan SPM setiap awal bulan mengajukan SPM-LSuntuk pencairan Dana Operasional Menteri sebesar 1/12 (seperduabelas)dari pagu satu tahun anggaran kepada KPPN melalui Rekening BendaharaPengeluaran, dengan melampirkan:

a. kuitansi sebagai tanda terima yang ditandatangani oleh KPA; dan

b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Penggunaan Dana (SPTPD)yang ditandatangani oleh KPA sesuai contoh Format 37.

(3) KPA setiap akhir bulan membuat laporan realisasi anggaran ataspenggunaan Dana Operasional Menteri dan disampaikan kepadaMenteri.

893

Bagian KesebelasSurat Kuasa

Pasal 86

(1) Apabila seorang Pegawai Negeri karena berhalangan, tidak dapat mengambilatau menerima uang (gaji dan honor), maka Pegawai Negeri tersebut wajibmemberikan Surat Kuasa sekurang-kurangnya dalam 2 (dua) rangkapkepada pegawai atau orang yang dikuasakan dan selanjutnya disampaikankepada PPABP.

(2) Surat Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampirkan padatanda bukti pembayaran sebagai contoh pertanggungjawaban keuangan.

BAB VIIIPELAPORAN

Bagian KesatuLaporan Pertanggungjawaban Anggaran

Pasal 87

(1) Satker atau UPT wajib menyusun Laporan Pertanggungjawaban Anggaransecara bulanan atas pelaksanaan anggaran paling lambat sepuluh harikerja bulan berikutnya kepada:

a. Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Biro Keuangan;

b. Inspektur Jenderal; dan

c. Pejabat Eselon I terkait.

(2) Laporan Pertanggungjawaban Anggaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) terdiri dari:

a. Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran(LRA) sesuai contoh Format 38, Neraca dan Catatan LaporanKeuangan (Calk);

b. LPJ Bendahara; dan

c. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi.

894

Bagian KeduaPenyusunan dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban

Bendahara Pengeluaran

Pasal 88

(1) Bendahara Pengeluaran wajib menyusun LPJ secara bulanan atas uangyang dikelolanya sesuai contoh Format 39.

(2) LPJ disusun berdasarkan BKU, BP dan Buku Wasgar yang telah diperiksadan direkonsiliasi oleh KPA.

(3) LPJ wajib disampaikan secara bulanan, paling lambat 10 (sepuluh) harikerja sejak akhir bulan pelaporan disertai salinan rekening koran daribank/kantor pos untuk bulan berkenaan kepada:a. Kepala KPPN yang ditunjuk dalam DIPA, dalam 2 (dua) rangkap;b. Menteri c.q. Sekretaris Jenderal, dalam 1 (satu) rangkap; danc. Badan Pemeriksa Keuangan setempat, dalam 1 (satu) rangkap.

(4) Dalam hal LPJ terdapat kesalahan karena tidak memenuhi ketentuan,LPJ tersebut segera dikembalikan kepada Bendahara untuk diperbaiki,selanjutnya dikirimkan kembali ke KPPN selambat-lambatnya 5 (lima)hari kerja sejak tanggal pengembalian.

Bagian KetigaPenyusunan dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban

Bendahara Pengeluaran Pembantu

Pasal 89

(1) Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib menyusun dan menyampaikanLPJ secara bulanan atas uang yang dikelolanya kepada BendaharaPengeluaran sesuai contoh Format 40. LPJ disusun berdasarkan BKU,BP dan Buku Wasgar yang telah diperiksa dan diuji oleh PPK.

(2) LPJ wajib disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran secara bulanan,paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak akhir bulan pelaporan disertaisalinan rekening koran (jika ada) dari bank/kantor pos untuk bulanberkenaan.

Bagian KeempatSanksi

Pasal 90

(1) Dalam hal Bendahara belum menyampaikan LPJ, atau tidak menyampaikanLPJ, KPPN dapat mengenakan sanksi berupa penundaanPenandatanganan SP2D atas SPM-GUP/SPM-TUP yang diajukan.

895

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak membebaskan Bendaharadari kewajiban penyampaian LPJ.

(3) Ketidakpatuhan penyampaian LPJ oleh BPP kepada Bendahara PengeluaranSatker, dapat dikenakan sanksi dengan cara tidak meneruskan SPP-GUP/TUP pada kegiatan bersangkutan ke KPPN.

BAB IXKOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM DAN SP2D

Pasal 91

(1) Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjangtidak mengakibatkan:

a. perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;

b. sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau

c. perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satker.

(2) Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, danSatker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat dilakukandengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur JenderalPerbendaharaan.

(3) Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:

a. memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahankode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c;

b. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, carabayar, tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumberdana, cara penarikan, nomor register; atau

c. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yangtercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnyayang disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana.

(4) Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkanpermintaan koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK.

(5) Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADKSPM dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPMsecara tertulis dari PPK sepanjang tidak mengubah SPM.

(6) Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi

896

SP2D secara tertulis dari Pejabat Penandatangan SPM dengan disertaiSPM dan ADK yang telah diperbaiki.

Pasal 92

(1) Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2Dbelum diterbitkan.

(2) Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh Pejabat PenandatanganSPM secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.

(3) Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas negara,pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan DirekturJenderal Perbendaharaan atau Pejabat yang ditunjuk.

(4) Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih dari satu rekeninghanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN berdasarkan permintaan KPA.

(5) Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D telah mendebetKas Negara.

BAB XKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 93

KPA atau Pejabat yang ditunjuk atau PPK dan Bendahara dilarang menerimasurat kuasa dari pihak kedua (pemborong/rekanan) untuk menerimapembayaran yang uangnya dari dana yang dikelolanya, begitu pula pegawaistafnya.

Pasal 94

Dalam hal terjadi pergantian Bendahara dalam suatu periode pembukuandilakukan pemeriksaan kas dan serah terima yang dituangkan dalam BeritaAcara Pemeriksaan Kas.

Pasal 95

(1) Jika dilakukan penggantian KPA atau pejabat yang ditunjuk, maka BKUtidak ditutup. Setiap penggantian KPA/PPK/Bendahara Pengeluaran/BPPwajib dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan Kas dan rekonsiliasi danBerita Acara Serah Terima Jabatan dari yang lama kepada yang baru

(2) KPA atau Pejabat yang ditunjuk yang bukan Bendahara, ikut sertamenandatangani Berita Acara serah terima dimaksud.

897

Pasal 96

Setiap Pejabat Perbendaharaan/Pengelola keuangan Satker atau UPT wajibmenyimpan dokumen anggaran yang menjadi tanggungjawabnya sekurang-kurangnya 5 (lima ) tahun dan/atau selama masa jabatannya.

Pasal 97

(1) Apabila di lingkungan Satker atau UPT diketahui adanya suatu kejadianyang mengakibatkan kerugian bagi negara, penyelesaiannya sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Apabila kejadian yang mengakibatkan kerugian negara tersebut terdapatunsur tindak pidana, harus dilaporkan kepada Kepolisian/Kejaksaanuntuk proses pidana.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 98

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentang Petunjuk PelaksanaanPenatausahaan Keuangan di lingkungan Departemen Kebudayaan danPariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 99

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 7 Desember 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd

MARI ELKA PANGESTU

898

Diundangkan di Jakartapada tanggal 20 Maret 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 461

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum Dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP 19590617 198803 1 005

899

CONTOH FORMATFormat 1

BERITA ACARA KESALAHAN PEMBUKUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Nama : ………………………………………………………….............

2. NIP : ………………………………………………………….............

3. Jabatan : ………………………………………………………….............

Menjelaskan bahwa terjadi kesalahan pembukuan atas transaksi :

1. Nomor : ………………………………………………………….............

2. Tanggal : ………………………………………………………….............

3. Uraian : ………………………………………………………….............

4. Nilai : ………………………………………………………….............

Telah dibukukan sebagai berikut :

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Seharusnya dibukukan sebagai berikut :

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Demikian penjelasan kesalahan pembukuan kami buat, dengan lampiranfoto copy transaksi, lembar Buku Kas Umum dan Buku-buku Pembantubendahara yang salah, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariLPJ.

Atas penjelasan ini kesalahan pembukuan telah kami perbaiki, agar yangkepentingan maklum.

……….., ………………….. 20…….

MengetahuiKepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat

Komitmen, Bendahara Pengeluaran,

..………………………… …………………………NIP. ……………………… NIP. …………………

900

BUKU KAS UMUM

Kementerian/Lembaga : ( ) .…………………………….......... Satuan Kerja : ( ) ……………………………………. Propinsi/Kab/Kota : ( ) ……………………………………. Unit Organisasi : ( ) ……………………………………. Tgl. Dan No. SP DIPA : ( ) ……………………………………. Revisi ke : 1. : ………………………………………………………….... 2. : ………………………………………………………….... 3. : ………………………………………………………….... …… : ………………………………………………………….... Tahun Anggaran : ………………………………………………………….... KPPN : ………………………………………………………….... Mengetahui, …………., ………………….. 20 …. Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran, ( ) ( ) NIP. NIP.

901

BUKU KAS UMUM

Kementerian/Lembaga : ( ) ..................................................

Satuan Kerja : ( ) ..................................................

Propinsi/Kab/Kota : ( ) ..................................................

Tgl. Dan No. SP DIPA : ( ) ..................................................

Revisi ke : 1. : ………………………………………………………

2. : ………………………………………………………

3. : ………………………………………………………

....... : ………………………………………………………

Tahun Anggaran : ………………………………………………………

KPPN : ………………………………………………………

Mengetahui, ........………………….. 20 ….

Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran,

( ) ( )

NIP. NIP.

Format 2A

902

Format 2B

Bagian 2 : Halaman Isi Buku Kas Umum

Tanggal Nomor Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

1 2 3 4 5 6

PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN ISI BUKU KAS UMUM

NOMOR URAIAN ISIAN

1 Diisi tanggal pembukuan (format : bulan - tanggal)

2 Diisi nomor bukti bendahara

3 Diisi uraian transaksi penerimaan/pengeluaran

4 Diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber

5 Diisi jumlah pengeluaranyang tercantum dalam dokumen sumber

6 Diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber

903

Format 3

Tanggal1

Saldo6

Nomor Bukti2

Uraian3

Debet4

Kredit5

Buku Pembantu……………. (1)

Kementerian/Lembaga : (.....) ........................... (2)Satuan Kerja : (.....) ........................... (3)Propinsi/Kabupaten/Kota : (.....) ........................... (4)Unit Organisasi : (.....) ........................... (5)Tanggal, No. SP DIPA : ...................................... (6)Tahun Anggaran : ...................................... (7)KPPN : (.....) ........................... (8)

BUKU PEMBANTU

Buku pembantu (BP) Kas/BP Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)/BP Uang Muka PerjalananDinas (BP UM Perjadin)/ BP Uang Persediaan (UP)/BP LS-Bendahara/BP Lain-lain.

PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN ISI BUKU PEMBANTU

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi jenis BP berkenaan(2) Diisi kode dan nama kementerian(3) Diisi kode dan nama satuan kerja(4) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(5) Diisi kode dan nama unit organisasi(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA(7) Diisi tahun anggaran(8) Diisi kode dan nama KPPN

Pengisian kolom 1 sampai dengan 6 mengikuti petunjuk pengisian halaman isi Buku KasUmum.

904

Format 4A

BUKU PEMBANTU PAJAK Kementerian/Lembaga : (.....) ............................. (1) Satuan Kerja : (.....) ............................. (2) Provinsi/Kabupaten/Kota : (.....) ............................. (3) Unit Organisasi : (.....).............................. (4) Tanggal, No. SP DIPA : ...................................... (5) Tahun Anggaran : ...................................... (6) KPPN : (.....) .............................. (7)

Tanggal

Nomor Bukti

Uraian Penerimaan (Debet) Pengeluaran

(Kredit)

Saldo

PPN

PPh Psl 21

PPh Psl 22

PPh Psl 23

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN ISI BUKU PEMBANTU PAJAK

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi kode dan nama kementerian

(2) Diisi kode dan nama satuan kerja

(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota

(4) Diisi kode dan nama unit organisasi

(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA

(6) Diisi tahun anggaran

(7) Diisi kode dan nama KPPN

Kolom 1 Diisi tanggal, bulan, dan tahun penerimaan atau pengeluaran

Kolom 2 Diisi nomor bukti

Kolom 3 Diisi uraian dari transaksi penerimaan atau pengeluaran

Kolom 4 Diisi kode dan nama satuan kerja

Kolom 5 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 21 yang diterima

Kolom 6 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 22 yang diterima

Kolom 7 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 23 yang diterima

Kolom 8 Diisi jumlah pungutan pajak lainnya (jika ada)

Kolom 9 Diisi jumlah pungutan pajak yang telah disetor ke Kas Negara

Kolom 10 Diisi jumlah saldo setelah ditambah penerimaan pajak atau dikurangi jumlah setoran pajak yang tercantum dalam dokumen sumber.

905

Format 4B

Buku Pembantu Pajak yang Dipungut KPPN

BUKU PEMBANTU PAJAK (KPPN) Kementerian/Lembaga : (.....) ........................... (1) Satuan Kerja : (.....) ............................ (2) Provinsi/Kabupaten/Kota : (.....) ........................... (3) Unit Organisasi : (.....) ........................... (4) Tanggal, No. SP DIPA : ..................................... (5) Tahun Anggaran : .................................... (6) KPPN : (.....) ........................... (7)

Tanggal Nomor Bukti

Uraian Potongan Jumlah

PPN

PPh Psl 21

PPh Psl 22

PPh Psl 23

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PETUNJUK PENGISIAN BUKU PEMBANTU PAJAK YANG DI POTONG KPPN

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi kode dan nama kementerian

(2) Diisi kode dan nama satuan kerja

(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota

(4) Diisi kode dan nama unit organisasi

(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA

(6) Diisi tahun anggaran

(7) Diisi kode dan nama KPPN

Kolom 1 Diisi tanggal, bulan, dan tahun penerimaan atau pengeluaran

Kolom 2 Diisi nomor bukti

Kolom 3 Diisi uraian dari transaksi pungutan yang dipotong KPPN

Kolom 4 Diisi Jumlah pungutan PPN yang dipotong KPPN

Kolom 5 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 21 yang dipotong KPPN

Kolom 6 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 22 yang dipotong KPPN

Kolom 7 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 23 yang dipotong KPPN

Kolom 8 Diisi jumlah pungutan pajak lainnya (jika ada)

Kolom 9 Diisi jumlah potongan oleh KPPN

906

Tgl No Bukti

Uraian Nilai Transaksi

Cara Bayar BKPK MA MA MA MA Posisi UP

UP LS (13) (14) (15) (16) (17) Bukti pengeluaran

Sudah disahkan

PAGU (18) (19) (20) (21) (22)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Format 5

Buku Pengawas Anggaran

BUKU PENGAWAS ANGGARAN BELANJA

Kementerian/Lembaga : (…….)……………...... (1) Fungsi : …….......... (8)Satuan Kerja : (…….)………………... (2) Subfungsi : …….......... (9)Propinsi/Kabupaten/Kota : (…….)………………… (3) Program : ……........... (10)Unit Organisasi : (…….)………………… (4) Kegiatan : …….......... (11)Tanggal, No. SP DIPA : ……………………...... (5) Subkegiatan : …….......... (12)Tahun Anggaran : …………………………(6)KPPN : (…….)………………… (7)

907

PETUNJUK PENGISIAN BUKU PENGAWASAN ANGGARAN

Nomor Uraian Isian

(1) Diisi kode dan nama kementerian

(2) Diisi kode dan nama satuan kerja

(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota

(4) Diisi kode dan nama unit organisasi

(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA

(6) Diisi tahun anggaran

(7) Diisi kode dan nama KPPN

(8) Diisi kode fungsi berkenaan

(9) Diisi kode subfungsi berkenaan

(10) Diisi kode program berkenaan

(11) Diisi kode kegiatan berkenaan

(12) Diisi kode subkegiatan berkenaan

(13) Diisi kode BKPK berkenaan

(14) s.d (17) Diisi kode MA terkait

(18) Diisi kode BKPK berkenaan

(19) s.d (22) Diisi pagu MA terkait

Kolom 1 Diisi tanggal, bulan dan tahun transaksi terjadi

Kolom 2 Diisi nomor bukti

Kolom 3 Diisi uraian dari transaksi pengeluaran yang dilakukan

Kolom 4 Diisi jumlah nominal transaksi

Kolom 5 Diisi akumulasi jumlah pembayaran melalui mekanisme UP

Kolom 6 Diisi akumulasi jumlah pembayaran melalui mekanisme LS

Kolom 7 Diisi sisa pagu BKPK berkenaan

Kolom 8 s.d 10 Diisi sisa pagu MA terkait

Kolom 11 Diisi jumlah pembayaran yang belum di-GU-kan

Kolom 12 Diisi jumlah pembayaran yang sudah disahkan

908

Perhatian :

1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yangdipotong di atas bukan merupakan kreditpajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT)Tahunan PPh Orang Pribadi

2. Bukti Pemotongan ini dianggap sahapabila diisi dengan lengkap dan benar.

F.1.1.33.02

Tanda tangan, nama dan cap

........................................ (6)

NPWP : - - - - -

Nama :..................................................................................

......................, .............................. 20....... (4)

Pemotong Pajak (5)

Terbilang : ......................................................................................................................................................

*) Lihat petunjuk pengisian

JUMLAH Rp. ...................................

Rp. ...................................

Rp. ...................................

*)

....%

Rp. ...................................

Rp. ...................................

1. Uang Pesangon, UangTebusan Pensiun, TunjanganHari Tua/Jaminan Hari Tuayang dibayarkan sekaligus.

2. Honor & Imbalan lain yangdibebankan kepada APBNatau APBD yang diterimaoleh PNS, Anggota TNI/POLRI dan Pensiunan.

No.

(1)

Jenis Pengahasilan

(2)

Jumlah Pengahasilan Bruto

(3)

Tarif

(4)

PPh yang dipotong

(5)

- - - - - (3)N P W P :

Nama Wajib Pajak : ....................................................................................................

Alamat : ....................................................................................................

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21(FINAL)

NOMOR: ..................................... (2)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR PELAYANAN PAJAK.............................................................. (1)

Lembar ke-1 untuk : Wajib PajakLembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan PajakLembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak

Bukti Potongan Pajak

Format 6A

909

Format 6B

SURAT SETORAN PAJAK

( SSP )KEMENTERIAN KEUANGAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PAJAKLEMBAR-

Untuk Arsip W.P

1

NPWP :Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki

NAMA WP : ........................................................................................................................................

ALAMAT WP : ........................................................................................................................................

........................................................................................................................................

SOP :Diisi sesuai dengan Objek Pajak

ALAMAT OP : ........................................................................................................................................

........................................................................................................................................

“Terima Kasih Telah Membahar Pajak-Pajak Untuk Pembangunan Bangsa”Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran

F.2.0.32.01

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran

Tanggal ......................................Cap dan tanda tangan

Nama Jelas : ......................................................

Wajib Pajak Penyetor

.................., Tgl. ...........................Cap dan tanda tangan

Nama Jelas : ......................................................

Jumlah Pembayaran : ......................................................................................... Diisi dengan rupiah penuh

Terbilang : ...................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................................

Nomor Ketetapan :

Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP:SKPKH atau SKPKBY

Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Beri tahun terutangnya pajak

Jan JunPeb Mar

Masa Pajak

DesNopOktMeiApr SepAgsJul

Tahun Pajak

Kode Jenis SetoranKode Akun Pajak Uraian Pembayaran : .......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

910

Format 7

SURAT SETORANPENGEMBALIAN BELANJA

(SSPB)

KEMENTERIAN KEUANGAN RIDITJEN PERBENDAHARAAN

KPPN

Lembar:

Nomor .........................................2)Tanggal .......................................3)

............... 1)

KE REKENING KAS NEGARA NOMOR : ............................................................................................... 4)

A. 1. NPWP Penyetor : ......... 5)

2. Nama Penyetor : .......................................................................... 6)

3. Alamat : .......................................................................... 7)

B. 1. Kementerian / Lembaga : ................................................... 8)

2. Unit Organisasi Eselon I : .................................................. 9)

3. Satuan Kerja : ................................ 10)

4. Fungsi/Sub Fungsi/Progtam : ................... 11)

5. Kegiatan/Output : ................................... 12)

6. Lokasi : . ................................... 13)

C. Akun : ............................................................................. 14)

D. Jumlah Setoran : Rp........................................................................ 15)

Dengan Huruf : ...........................................................................

........................................................................... 16)

PERHATIAN

Bacalah Dahulu Petunjuk pengisianformulir SSPB pada halaman belakang;embar ini

Untuk Keperluan :

17)

..............................18) ............................ 19)

................................................................ 20)NIP .......................................................... 21)

Diterima Oleh:BANK, KANTOR POS

Tanggal ................................... 22)

Tanda Tangan ........................................ 23)Nama Terang ......................................... 24)

911

PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB)

Nomor Uraian Isian

Catatan : - Diisi dengan huruf kapiral atau diketik- Satu formulir SSPB hanya berlaku untuk setoran satu mata Anggaran

Penerimaan (MAP)

1 Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran2 Diisi dengan nomor SSPB dengan metode penomoran Nomor Kode Satker

Nomor (XXXXXXXXXX)3 Diisi dengan Tanggal SSPB dibuat4 Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangktuan ........ diisi petugas Bank)5 Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara satker6 Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor Wajib Pajak7 Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor Wajib Pajak8 Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementerian/Lembaga sesuai dengan yang

tercantum pada pagu anggaran9 DIisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian10 DIisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker11 Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit dan Kode

Program (2) dua digit

12 *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila penyetoranuntuk Satker Pengguna PNBP

*Diisi (2) digit kode sub kegiatan apabilapenyetoran untuk Satker Pengguna PNBP

13 Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digitDiisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit

14 Diisi dengan Kode Akun (6) enam digit disertai denganUraian Pengembalian sesuai dengan format

15 Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan16 Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf17 Diisi keperluan pembayaran

18 & 19 Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP20 & 21 Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP, dan stempel Satker

22 Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi atauKantor Pos dan Giro

23 & 24 Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau KantorPos dan Giro serta Cap

912

Format 8

SURAT SETORANBUKAN PAJAK

(SSBP)

KEMENTERIAN KEUANGAN RIDITJEN PERBENDAHARAAN

KPPN

Lembar-untuk

WAJIB SETOR/BENDAHARANPENERIMANomor .........................................2)

Tanggal .......................................3)

............... 1)

KE REKENING KAS NEGARA NOMOR : ............................................................................................... 4)

A. 1. NPWP Wajib Setor/Bend :

2. Nama Wajib Setor/Bend : .............................................................................................................................. 6)

3. Alamat : .............................................................................................................................. 7)

B. 1. Kementerian / Lembaga : ............................................................................................. 8)

2. Unit Organisasi Eselon I : ............................................................................................. 9)

3. Satuan Kerja : .................................................................... 10)

4. Fungsi/Sub Fungsi/Progtam : ............................ 11)

5. Kegiatan/Subkegiatan : ................................................... 12)

6. Lokasi : .................................................................................. 13)

C. MAP dan Uraian Penerimaan : ...................................................................... 14)

D. Jumlah Setoran : Rp....................................................................................................................... 15)

Dengan Huruf : ...........................................................................................................................

............................................................................................................................ 16)

E. Surat Penagihan (SPN) : Nomor ...................................... 17) Tanggal .................................................... 18)Atau Surat Pemindahan ...................................................................................... 19)Penagihan Piutang Negara : KPPN(SP3N)

PERHATIAN

Bacalah Dahulu Petunjuk pengisianformulir SSBP pada halaman belakang;embar ini

Untuk Keperluan :

20)

..............................21) ............................ 22)

................................................................ 23)NIP .......................................................... 24)

Diterima Oleh:BANK, PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO

Tanggal ................................... 25)

Tanda Tangan ........................................ 26)Nama Terang ......................................... 27)

1

913

PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP)

Nomor Uraian Isian

Catatan : - Diisi dengan huruf kapiral atau diketik- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu mata Anggaran

Penerimaan (MAP)

1 Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran2 Diisi dengan nomor SSBP dengan metode penomoran Nomor Kode Satker/

Bulan/Tahun (9999/999999/99/9999)3 Diisi dengan Tanggal SSBP dibuat4 Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangktuan ........ diisi petugas Bank)5 Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara satker6 Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor Wajib Pajak7 Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor Wajib Pajak8 Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementerian/Lembaga sesuai dengan yang

tercantum pada pagu anggaran9 DIisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian10 DIisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker11 Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit dan Kode

Program (4) empat digit

12 *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila penyetoranuntuk Satker Pengguna PNBP

*Diisi (4) digit kode subkegiatan apabilapenyetoran untuk Satker Pengguna PNBP

13 Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digitDiisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit

14 Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai denganUraian Penerimaan sesuai dengan format

15 Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan16 Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf17 Diisi dengan Nomor SPN dan SP3N kalau ada Surat Penetapannya18 Diisi dengan tanggal SPN dan SP3N19 Diisi Kode (3a) tiga digit dan Nama KPPN Penerbiy SPN atau Penerima SP3N20 Diisi keperluan pembayaran

21 & 22 Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP23 & 24 Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP, dan stempat Satker

25 Diisi dengan tanggan diterima setoran tersebut oleh Bank Persepsi atauKantor Pos dan Giro

26 & 27 Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan penerima di Bank Persepsi atau KantorPos dan Giro serta Cap

914

Format 9A

Buku Kas Umum BPPBagian 1: Halaman Muka

BUKU KAS UMUM

Kementerian/Lembaga : (…….)…………………………….. (1)Satuan Kerja : (…….)…………………………….. (2)Provinsi/Kabupaten/Kota : (…….)…………………………….. (3)Unit Organisasi : (…….)…………………………….. (4)Tanggal, No. SK Pengangkatan

1. BPP : …….…………………………….... (5)2. Pejabat Pembuat Komitmen : …….…………………………….... (6)

Tahun Anggaran : …….…………………………….... (7)

………, …………………………...(8)MengetahuiPejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran Pembantu

(9) ………………………………… (10) ………………………………

NIP. ……………………………..... NIP. ……………………………....

PETUNJUK PENGISIAN BUKU KAS UMUM BPP

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi tanggal pembukuan (format : bulan-tanggal)(2) Diisi kode dan nama satuan kerja(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(4) Diisi kode dan nama unit organisasi(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan Pejabat

Pembuat Komitmen(7) Diisi tahun anggaran(8) Diisi tempat, dan tanggal, bulan serta tahun Buku Kas Umum dibuat(9) Diisi nama lengkap dan NIP Pejabat Pembuat Komitmen yang ditunjuk

(10) Diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Pengeluaran Pembantuyang di tunjuk.

915

Format 9B

Bagian 2: Halaman BKU BPP

Tanggal Nomor Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

1 2 3 4 5 6

PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN BKU BPP

NOMOR URAIAN ISIAN

Kolom 1 Diisi tanggal pembukuan (format : bulan-tanggal)

Kolom 2 Diisi nomor bukti bendahara

Kolom 3 Diisi uraian transaksi penerimaanpengeluaran

Kolom 4 Diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber

Kolom 5 Diisi jumlah pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber

Kolom 6 Diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/setoran yang tercantum dalam dokumen sumber.

916

Format 9C

Tanggal

1

Nomor Bukti

2

Uraian

3

Debet

4

Kredit

5

Saldo

6

Buku Pembantu BPPBP Kas/BP UM Perjadin/BP Uang PersediaanBP LS-Bendahara/

BP Lain-lain.

Buku Pembantu …………………..... (1)

Kementerian/Lembaga : (…….)…………………………….. (2)Satuan Kerja : (…….)…………………………….. (3)Provinsi/Kabupaten/Kota : (…….)…………………………….. (4)Unit Organisasi : (…….)…………………………….. (5)Tanggal, No. SK Pengangkatan

1. BPP : …….…………………………….... (6)2. Pejabat Pembuat Komitmen : …….…………………………….... (7)

Tahun Anggaran : …….…………………………….... (8)

PETUNJUK PENGISIAN BUKU PEMBANTU BPP

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi jenis BP berkenaan(2) Diisi kode dan nama kementerian(3) Diisi kode dan nama unit organisasi(4) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(5) Diisi kode dan nama satuan kerja(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(7) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan Pejabat

Pembuat Komitmen(8) Diisi tahun anggaran berkenaan

Pengisian kolom 1 sampai dengan 6 mengikuti petunjuk pengisian halaman isi BKU.

Tangga

917

Format 10

Buku Pembantu Pajak BPP

1 2 3

Tanggal

10987654

PPhPsl22

PPhPsl23

PPhPsl21

PPN

SaldoPengeluaran(Kredit)

PotonganUraianNomorBukti

BUKU PEMBANTU PAJAK

Kementerian/Lembaga : (…….)…………………………….. (1)Satuan Kerja : (…….)…………………………….. (2)Provinsi/Kabupaten/Kota : (…….)…………………………….. (3)Unit Organisasi : (…….)…………………………….. (4)Tanggal, No. SK Pengangkatan

1. BPP : …….…………………………….... (5)2. Pejabat Pembuat Komitmen : …….…………………………….... (6)

Tahun Anggaran : …….…………………………….... (7)

PETUNJUK PENGISIAN BUKU PEMBANTU PAJAK

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi kode dan nama kementerian(2) Diisi kode dan nama satuan kerja(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(4) Diisi kode dan nama unit organisasi(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan PPK(7) Diisi kode dan nama KPPN

Kolom 1 Diisi tanggal, bulan, dan tahun penerimaan atau pengeluaranKolom 2 Diisi nomor bukti dokumen sumberKolom 3 Diisi uraian dari transaksi penerimaan atau pengeluaranKolom 4 Diisi Jumlah Pungutan PPN yang diterimaKolom 5 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 21 yang diterimaKolom 6 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 22 yang diterimaKolom 7 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 23 yang diterimaKolom 8 Diisi jumlah pungutan pajak lainnya (jika ada)Kolom 9 Diisi jumlah pungutan pajak yang telah disetor ke Kas Negara

Kolom 10 Diisi jumlah saldo setelah ditambah penerimaan pajak atau dikurangi jumlahsetoran pajak yang tercantum dalam dokumen sumber.

al

918

Tgl No Bukti

Uraian Nilai Transaksi

BKPK Akun Akun Akun Akun Akun Posisi UP

(13) (14) (15) (16) (17) (18) Bukti Pengeluaran

Sudah Disahkan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Format 11

Buku Pengawas Anggaran BPP

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN UANG PERSEDIAAN

Kementerian/Lembaga : (…….) .......................... (1) Fungsi : ................(8)

Satuan Kerja : (…….)........................... (2) Subfungsi : ................(9)

Propinsi/Kabupaten/Kota : (…….)........................... (3) Program : ................(10)

Unit Organisasi : (…….)........................... (4) Kegiatan : ................(11)

Tanggal, No. SK Pengangkatan Subkegiatan : ................(12)

1. BPP : .……............................. (5)

2. Pejabat Pembuat Komitmen : .……............................. (6)

Tahun Anggaran : .……............................. (7)

919

PETUNJUK PENGISIAN BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BPP

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi kode dan nama kementerian(2) Diisi kode dan nama unit organisasi(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(4) Diisi kode dan nama satuan kerja(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK

Pengangkatan BPP(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK

Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen(7) Diisi tahun anggaran(8) Diisi kode fungsi berkenaan(9) Diisi kode subfungsi berkenaan

(10) Diisi kode program berkenaan(11) Diisi kode kegiatan berkenaan(12) Diisi kode subkegiatan berkenaan(13) Diisi kode BKPK berkenaan

(14) s.d (18) Diisi kode MA berkenaan

Kolom 1 Diisi tanggal, bulan dan tahun transaksi terjadiKolom 2 Diisi nomor bukti dokumen sumber pengeluaranKolom 3 Diisi uraian dari transaksi pengeluaran yang dilakukanKolom 4 Diisi jumlah nominal transaksiKolom 5 Diisi sisa pagu BKPK berkenaan

Kolom 6 s.d 10 Diisi sisa pagu MA berkenaanKolom 11 Diisi jumlah pembayaran yang belum di-SPP-kanKolom 12 Diisi jumlah pembayaran yang sudah di-SPP-kan

920

BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS DAN REKONSILIASI

Pada hari ni…………..tanggal…………..bulan……………..tahun………….. kami selaku Kuasa PenggunaAnggaran telah melakukan Pemeriksaan KAS dengan Posisi Saldo Buku Kas Umum sebesarRp…………………. dan Nomor Bukti terakhir Nomor. ………………

Adapun hasil Pemeriksaan Kas sebagai berikut :I. Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara.

A. Saldo Kas Bendahara1. a. Saldo BP Kas (Tunai) Rp. ……………………

b. Sald BP Kas (Bank) Rp. ……………………2. Saldo BP BPP Rp. ……………………3. Saldo BP UM Perjadin Rp. …………… (+)4. Jumlah (A1+A2+A3) Rp. ……………………

B. Saldo Kas tersebut pada huruf A terdiri dari :1. Saldo BP UP Rp. …………………2. Saldo BP LS-Bendahara Rp. …………………3. Saldo BP Pajak Rp. …………………4. Saldo BP Lain-lain Rp. ………………… (+)5. Jumlah (B1+B2+B3+B4) Rp. ………………

C. Selisih Pembukuan (A4-B5) Rp. ……………

II. Hasil Pemeriksaan KasA. Kas yang dikuasai Bendahara

1. Uang Tunai di Brankas Bendahara Rp. ………………2. Uang di Rekening Bank Bendahara Rp. ……………… (+)3. Jumlah Kas (A1+A2) Rp. ……………

B. Selisih Kas (I.A1 – II.A3) Rp. ……………

III. Hasil Rekonsiliasi Internal (Bendahara dengan UAKPA)A. Pembukuan UP menurut Bendahara

1. Saldo UP Rp. ……………2. Kuitansi UP yang belum di SP2D kan Rp. ……………… (+)3. Jumlah UP dan Kuitansi UP (A1 + A2) Rp. ………………

B. Pembukuan UP menurut UAKPA Rp. ………………

C. Selisih UP Pembukuan Bendahara dengan UAKPA (A3-B) Rp. ……………

IV. Penjelasan SelisihA. Selisih Kas (II.B)

……………………………………………………………………………………………

B. Selisih Pembukuan UP (III.c)……………………………………………………………………………………………

Yang DiperiksaBendahara Pengeluaran Kuasa Pengguna Anggaran

Nama…………………………. Nama………………………….NIP. …………………………… NIP. ……………………………

Format 12

Halaman catatan Buku Kas Umum (untuk catatan pemeriksaan kas)

921

Format 13

BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS

Pada hari ni…………..tanggal…………..bulan……………..tahun………….. kami selaku Pejabat PembuatKomitmen telah melakukan Pemeriksaan KAS dengan Posisi Saldo Buku Kas Umum sebesarRp…………………. dan Nomor Bukti terakhir Nomor. ………………..

Adapun hasil Pemeriksaan Kas sebagai berikut :I. Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara.

A. Saldo Kas Bendahara1. a. Saldo BP Kas (Tunai) Rp. ……………………

b. Sald BP Kas (Bank) Rp. ……………………2. Saldo BP BPP Rp. ……………………3. Saldo BP UM Perjadin Rp. …………………… (+)

4. Jumlah (A1+A2+A3) Rp. ……………………

B. Saldo Kas tersebut pada huruf A terdiri dari :1. Saldo BP UP Rp. ……………………2. Saldo BP LS-Bendahara Rp. ……………………3. Saldo BP Pajak Rp. …………………4. Saldo BP Lain-lain Rp. ………………… (+)

5. Jumlah (B1+B2+B3+B4) Rp. …………………

C. Selisih Pembukuan (A4-B5) Rp. ……………

II. Hasil Pemeriksaan KasA. Kas yang dikuasai Bendahara

1. Uang Tunai di Brankas Bendahara Rp. …………………2. Uang di Rekening Bank Bendahara Rp. ………………… (+)

3. Jumlah Kas (A1+A2) Rp. …………………

B. Selisih Kas (I.A1 – II.A3) Rp. ……………

I. Selisih KasA. 1. Saldo BP Kas (I.A.1) Rp. ……………………

2. Jumlah Kas (II.A.3) Rp. …………………… (-)

3. Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp. ……………………

II. Penjelasan atas selisih kas1. ……………………………………………………………………………………………………………….2. .......………………………………………………………………………………………………………….

Yang diperiksa Yang memeriksaBendahara Pengeluaran Pembantu, Pejabat Pembuat Komitmen,

Nama …………………………… Nama ……………………………NIP ……………………………… NIP

922

Format 14

KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)

Sehubungan dengan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) sebesar Rp999.999.999,00 ( dengan huruf), yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : .........................................

2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran

3. Satuan Kerja : .........................................(xxxxxx)

4. Kementerian Negara/Lembaga : ………………………………....(xxx)

5. Unit Organisasi : ………………………………....(xx)

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayaikegiatan yang tidak dapat ditunda dan menurut perkiraan kami akan habisdipergunakan dalam waktu 1 (satu) bulan;

2. Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut diatas tidak akandipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurutperaturan perundangundangan harus dilakukan dengan pembayaran langsung(LS);

3. Apabila Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut tidak habis dipergunakandalam 1 (satu) bulan, sisa yang masih ada akan disetor ke Kas Negara sebagaipenerimaan kembali pembayaran Uang Persediaan (UP)/Transito.

4. Pencairan, pembayaran, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporanatas dana Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut di atas menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

…………, ………… 20XX

Kuasa Pengguna Anggaran,

......................................NIP .......................................

923

Format 15

KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)

SURAT PERNYATAANNomor : XXXXXX

Sehubungan dengan pengajuan perpanjangan pertanggungjawaban Tambahan UangPersediaan (TUP) sebesar Rp 999.999.999,00 (dengan huruf), yang bertanda tangandi bawah ini :

1. Nama : .........................................

2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran

3. Satuan Kerja : ............................................(xxxxxx)

4. Kementerian Negara/Lembaga : ……………………................(xxx)

5. Unit Organisasi : ……………………................(xx)

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Sebagian dana TUP telah dipertanggungjawabkan melalui SPM-PTUP sebesarRp 999.999.999,00;

2. Sisa dana TUP pada Bendahara Pengeluaran yang masih diperlukan untukmelaksanakan kegiatan, akan kami pertanggungjawabkan paling lambattanggal ........;

3. Sisa dana TUP yang tidak diperlukan lagi akan disetor ke kas negara palinglambat tanggal..........

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

…………, ………… 20XX

Kuasa Pengguna Anggaran,

....................................NIP .......................................

924

Format 16

KEMENTERIAN/LEMBAGA ……..

SATUAN KERJA .............................................................. (....)

SURAT PERINTAH BAYAR Tanggal : …Nomor : …….

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan Bendahara Pengeluaran agar melakukan pembayaran sejumlah Rp …………..……

(*** DH *** )

Kepada : .................................................................................................

Untuk pembayaran : .................................................................................................

.................................................................................................

Atas dasar :

1. Kuitansi/bukti pembelian : ..................................... 2. Nota/bukti penerimaan barang/jasa/ : .....................................

(bukti lainnya)

Dibebankan pada:

Kegiatan, output, MAK : ............................... Kode : ...............................

Setuju/lunas dibayar, tanggal …….

Bendahara Pengeluaran

Nama Jelas NIP/NRP

Diterima tanggal …….

Penerima Uang/ Uang Muka Kerja

Nama Jelas NIP/NRP

…………….. , ………………………

a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen

Nama Jelas NIP/NRP

925

Format 17

DAFTAR RINCIAN PERMINTAAN PEMBAYARAN

1. Kementerian/Lembaga : ( ) Jenis SPP 6. DIPA Nomor :

2. Unit Organisasi : ( ) 1. GUP Tanggal :

3. Lokasi : ( ) 2. GUP Nihil 7. Kode Kegiatan :

4. Kantor/Satker : ( ) 3. PTUP 8. Kode Output :

Pagu Output 9. Tahun Anggaran :

5. Alamat : ( ) Rp. 10. Bulan :

Nomor Bukti Pengeluaran

Urut Tanggal Nomor

Bukti Nama Penerima dan Keperluan NPWP MAK (AKUN 6DIGIT)

Jumlah Kotor Yang Dibayarkan

Pembukuan

Jumlah Lampiran : Jumlah SPP ini

.............. lembar SPM/SPP sebelum SPP ini atas beban output ini

Jumlah s.d SPP ini atas beban output ini

A.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen

Nama Jelas NIP

926

Format 18

Perubahan data pegawai tersebut di atas telah diuji kebenarannya dansesuai dengan dokumen pendukung yang sah. Selanjutnya dokumenpendukung tersebut disimpan sebagai pertinggal pada PP-SPM. Berdasarkanperubahan data pegawai tersebut, pembayaran gaji menjadi sebesar:

Gaji Kotor Rp…………………

Potongan Rp…………………

Bersih Rp…………………

Pejabat Penanda Tangan SPM

……………………………………

DOKUMEN PENDUKUNG

DARI TANGGAL NOMOR TMTURAIANNIP/NRPNO.

NAMAPEGAWAI

DAFTAR PERUBAHAN DATA PEGAWAI

Satuan Kerja : ……………………………………………..Anak Satker (Sub Satker) : ……………………………………………..Nomor Gaji : ……………………………………………..Jenis Gaji : ……………………………………………..Bulan : …………………………………………….

927

Format 19A

Daftar Perhitungan Uang Makan

Satuan Kerja :

Anak Satker :

Periode :

No. Nama Gol Kehadiran Hari Kerja

Tarif Jumlah Kotor

PPh Jumlah Bersih

Nomor Rekening

Tanda Tangan Uang

Makan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

928

Format 19B

..........,.....................20xx

MengetahuiPEJABAT PEMBUAT KOMITMEN BENDAHARA PENGELUARAN PETUGAS PABP

....................................................... .................................................. ..........................................

NIP NIP NIP

Rekapitulasi Perhitungan Uang Makan

Satuan Kerja :Anak Satker :Periode :

TandaTangan

10

NomorRekening

9

JumlahBersih

8

PPh

7

JumlahKotor

6

TarifUang

Makan

5

KehadiranHari Kerja

4

Golongan

2

Pegawai

3

Golongan

21 Golongan 2

2 Golongan 3

3 Golongan 4

Total

No.

1

929

Format 20

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

SATUAN KERJA : ………………………………………………….. UNIT KERJA : ………………………………………………….. DI : …………………………………………………..

DAFTAR HADIR KERJA

HARI : …………………………………………. TANGGAL : ………………………………………….

No. NAMA PEGAWAI JAM MASUK

PARAF JAM PULANG

PARAF

1. Tiap Unit yang selama ini melaksanakan

absen, supaya mempergunakan menurut contoh ini.

2. Pengisian daftar hadir berurutan menurut tanda tangan/parafnya.

3. Pengisian nama harus ditulis sendiri 4. Pada pukul …….. Daftar harus dicoret

dengan memberi batas merah dibawah nama pegawai yang hadir terakhir.

5. Pegawai yang datang sesudah pukul …….. tetap mengisi daftar menurut petunjuk.

Pejabat yang bertanggung jawab

……………………………………………… NIP. …………………………………..

930

Format 21

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110

TELEPON (021) 3838503, 3838511; FAKSIMILE (021) 3440076, 3840312

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Nomor : …………………………………………………………

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : …………………………………………….(1)

NIP : …………………………………………….(2)

Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen ……………………………………..(3)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa : (4) 1. Perhitungan yang terdapat pada kegiatan (honorarium, uang makan, gaji, lembur,

bantuan transport, uang saku)* ……………………… bagi satuan kerja …………………………Sebesar Rp …………………… (terbilang) telah dihitung dengan benar.

2. Apabila dikemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran Uang (honorarium, uang

makan, gaji, lembur, bantuan transport, uang saku)* tersebut, kami bersedia untuk menyetor kelebihan tersebut ke Kas Negara.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.

……………….., ………………………. (5)

A.n. Kuasa Pengguna Anggaran

Pejabat Pembuat Komitmen ......... (6)

…................................................... (7) NIP. ………………………………(8)

931

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN

TANGGUNG JAWAB MUTLAK

NOMOR

URAIAN ISIAN

(1) Nama Pejabat Pembuat Komitmen yang membuat pernyataan

(2) Nomor Induk Pegawai dari pembuat pernyataan

(3) Jabatan lengkap pembuat pernyataan

(4) Berisi penjelasan kegiatan yang dilakukan

(5) Tanggal Surat Pernyataan ditandatangani

(6) Satuan Kerja / Unit Kerja

(7) Nama dan Tandatangan pembuat pernyataan

(8) Nomor Induk Pejabat Pembuat Komitmen

932

Format 22

RINGKASAN KONTRAK

Untuk kegiatan yang dananya berasal dari Rupiah Murni

1. Nomor dan tanggal DIPA : (1)

2. Kode Kegiatan/Output/Akun : (2)

3. Nomor dan tanggal SPK/Kontrak : (3)

4. Nama Kontraktor/perusahaan : (4)

5. Alamat Kontraktor : (5)

6. Nilai SPK/Kontrak : (6)

7. Uraian dan Volume Pekerjaan : (7)

8. Cara Pembayaran : (8)

9. Jangka Waktu Pelaksanaan : (9)

10. Tanggal Penyelesaian Pekerjaan : (10)

11. Jangka Waktu Pemeliharaan : (11)

12. Ketentuan Sanksi : (12)

Catatan: Tempat, tanggal ……(13)…….Apabila terjadi addendum kontrak a.n. Kuasa Pengguna AnggaranData kontrak agar disesuaikan Pejabat Pembuat KomitmenDengan perubahannya. (Tanda Tangan)

(14)

(Nama Jelas)

933

PETUNJUK PENGISIAN RINGKASAN KONTRAK (RM)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi tanggal dan nomor DIPA

(2) Diisi kode kegiatan (4 digit), kode sub kegiatan (4 digit), dankode MAK (6 digit) sesuai DIPA pada isian (1)

(3) Diisi nomor dan tanggal SPK/Kontrak berkenaan

(4) Diisi nama rekanan dan nama perusahaan sesuai SPK/Kontrak

(5) Diisi alamat perusahaan rekanan yang bersangkutan

(6) Diisi nilai SPK/Kontrak yang diperjanjikan

(7) Diisi uraian pekerjaan dan volume pekerjaan sesuai SPK/Kontrak

(8) Diisi tahap pembayaran kepada rekanan (termin, monthlycertificate, dll)

(9) Diisi jumlah hari penyelesaian pekerjaan

(10) Diisi tanggal penyelesaian pekerjaan

(11) Diisi jumlah hari masa pemeliharaan

(12) Diisi prosentase pinalti denda keterlambatan minimal danamaksimal

(13) Diisi tanggal pembuatan Resume Kontrak

(14) Diisi tanda tangan dan nama jelas Pejabat Pembuat Komitmen

934

Format 23

Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP/Penerima JKPsebagai bukti Pajak Masukan

FAKTUR PAJAK STANDAR

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak :

Pengusaha kena pajak

N a m a :

A l a m a t :

N P W P :

Tanggal Pengukuhan PKP :

Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak

N a m a :

A l a m a t :

N P W P : NPPKP :

No.Urut

Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak

Harga Jual/PenggantianUang Muka/Termijn

(Rp.)

Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn**)

Dikurangi Potongan Harga

Dikurangi Uang Muka yang Telah diterima

Dasar Pengenaan Pajak

PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

TARIF DPP Ppn BM

........ % Rp............................ Rp. .........................

........ % Rp............................ Rp. .........................

........ % Rp............................ Rp. .........................

........ % Rp............................ Rp. .........................

Jumlah Rp. .........................

*) Coret yang tidak perlu

................... Tgl. ....................

( ................................... )Nama

.........................Jabatan

935

Format 24

DAFTAR PERHITUNGANJUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)

SATKER PENGGUNA PNBP

1. Nama dan kode Kantor/Satker :……………………………………

2. Nama dan kode Kegiatan :……………………………………

3. Nomor dan tanggal DIPA :……………………………………

4. Target Pendapatan :……………………………………

5. Pagu Pengeluaran :……………………………………Perhitungan Maksimum

6. Pencairan Dana : :……………………………………a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu 1) ................................... Rp ...............b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (….% x 6 .a) ...…... Rp ...............

c. Realisasi Pencairan Dana TA yang lalu 2)................................ Rp ...............d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c).......................... Rp ...............e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu.....................…………………... Rp ...............f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum

diperoleh realisasi PNBP TA berjalan (d – e) .........................g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f ............................... Rp ..............

7. Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :a. Setoran PNBP TA berjalan 1) ........................................... Rp ...............b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (….% x 7.a) ....… Rp ..............c. Realisasi pencairan dana TA berjalan s.d SP2D lalu (termasuk

jumlah SP2D yang telah dicairkan pada huruf 6.g):

1) SP2D-UP Rp........................ 2) SP2D-TUP Rp........................ 3) SP2D-GUP Rp........................ 4) SP2D-LS Rp........................

5) Jumlah

d. SPM UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan berikutnya Rp ............

(7.b – 7.c.5)............................................................

………………..,………….20XX

Kuasa Pengguna Anggaran ………

..............................

NIP ........................................

Keterangan:1) Foto copy SSBP lembar 4 terlampir2) berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasi dengan KPPN

936

Format 25

No.

Uraian

Jumlah

1. 2. 3. dst.

Rp. ..................... Rp. ..................... Rp. .....................

Jumlah/Total

Rp. .....................

Jumlah uang tersebut diatas benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaandukungan atas kegiatan operasional sehari0hari perkantoran dan apabila dikemudian hari terdapat kelebihan pembayaran, kami bersedia untukmenyetorkan kelebihan tersebut ke kasa negara.

...................., ......................

Pejabat Pembuat Komitmen

.............................

NIP.

DAFTAR RINCIAN PEMBAYARAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa kami bertanggungjawabatas pengeluaran yang tidak diperoleh kuitansi, dengan perincian sebagaiberikut:

Klasifikasi anggaran : fungsi/sub fungsi/program/kegiatan/output/sub kelompok akun/akun

937

Format 26

938

Format 27

KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)

SURAT PERNYATAANNomor : XXXXXX

Sehubungan dengan pengajuan Uang Persediaan (UP) sebesar Rp 999.999.999,00(dengan huruf ), yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : …………………………………2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran3. Satuan Kerja : ………………………………… (xxxxxx)4. Kementerian Negara/Lembaga : ………………………………… (xxx)5. Unit Organisasi : ………………………………… (xx)

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Uang Persediaan (UP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai kegiatanoperasional sehari-hari satuan kerja dan tidak untuk membiayai pengeluaranyang menurut peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan pembayaranlangsung (LS);

2. Apabila dalam 3 (tiga) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukanpenggantian (revolving) UP, maka bersedia memotong atau menyetorkan sebesar25% (dua puluh lima persen) dari UP yang diterima.

3. Apabila dalam 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan Kepala KPPN untukmemotong atau menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen) belumdilaksanakan, makabersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh persen)dari UP yang diterima.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

…………, ………… 20XX

Kuasa Pengguna Anggaran,

..............................

NIP ........................................

939

Format 28

*) Kuitansi ini dibuat apabila tidak diperoleh kuitansi dari penyedia barang/jasa

940

PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN

NOMOR URAIAN

(1) Diisi tahun anggaran berkanaan

(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3) Diisi MAK yang dibebani transaksi pembayaran

(4) Diisi nama Satker/SKS yang bersangkutan

(5) Diisi jumlah uang dengan angka

(6) Diisi jumlah uang dengan huruf

(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasiTeknisnya

(8) Diisi tempat tanggal penerimaan uang

(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materaisesuai ketentuan

(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP KPA/pembuat komitmen serta stempeldinas

(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP bendahara pengeluaran dan tanggal luasdibayar

(12) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa

941

Format 29

KUITANSI LS

Setuju dibayar:

a.n. Kuasa Pengguna AnggaranPembuat KomitmenT. Tangan dan stempel

(10)

(Nama jelas)

Tempat/Tgk. (8)

Jabatan Penerima Uang

T. Tangan

(9)

(Nama jelas)

Sudah terima dari: Kuasa Pengguna Anggaran/Oembuat KomitmenSatker/satker sementara ................... (4) ................

Jumlah uang: Rp. ..................... (5) ........................................Terbilang: ................................ (6) .......................................

...............................................................................Untuk pembayaran: .................... (7) .......................................

TA: (1)

Nomor Bukti (2)

MAK: (3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

942

943

Format 30

Kuitansi LS Bendahara

Tahun Anggaran : …………………… (1)Bukti Kas No. : …………………… (2)MAK : …………………… (3)

KUITANSI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : ……………………………………………………………………(4)

Uang Sebesar : …………………………………………………………........... (5)

Terbilang : ………………………………………………………………….. (6)

Untuk Pembayaran : …………………………………………………………………

...........................................................................................

.......................................................................................... (7)

Lunas Dibayar, ....(8) Setuju dibayar ……(9).., tanggal … (10)Bendahara Pengeluaran Pejabat Pembuat Komitmen Yang Menerima

………….……(11)....... ………………(12)……… ………..……(13)....NIP. …………………… NIP. …………………… NIP. …………………

944

PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LS BENDAHARA

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Tahun Anggaran

(2) Nomor Buku Kas

(3) MAK

(4) Berisi Kuasa Pengguna Anggaran Satker/Pejabat Pembuat Komitmen

(5) Jumlah Uang dalam Angka

(6) Jumlah Uang dalam huruf

(7) Uraian/Penjelasa Pengeluaran

(8) Tanggal dibukukan Bendahara Pengeluaran

(9) Tempat, diterima

(10) Tanggal, penerimaan

(11) Nama dan NIP Bendahara Pengeluaran

(12) Nama dan NIP Pejabat Pembuat Komitmen

(13) Nama dan NIP Penerima

945

Format 31A

KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)

BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG/PEKERJAANNomor :

Kantor/Satuan Kerja :Lokasi Pekerjaan :Besar Nilai SPK :Nomor/tanggal DIPA :Pembayaran :

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. N a m a :Jabatan :Alamat :Yang selanjutanya disebut PIHAK PERTAMA

2. N a m a :Jabatan :Alamat :Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Pada hari ini ........... tanggal ............ bulan ........... tahun .........., PIHAK KEDUA telahmenyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dan selanjutnya PIHAK PERTAMA telahmenerima dari PIHAK KEDUA hasil pekerjaan : ........................., dengan rinciansebagaimana terlampir.

Penyelesaian pekerjaan tersebut di atas telah diperiksa dan diterima oleh PIHAKPERTAMA dengan hasil pekerjaan dinyatakan baik dan cukup, sesuai dengan SuratPerintah Kerja Nomor : ................................. tanggal ....................

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

(Nama Jelas) (Nama Jelas)Jabatan NIP

Mengetahui/MenyetujuiPEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

.............................

(Nama Jelas)NIP.

946

Format 31B

Lampiran : Berita AcaraNomor :

Tanggal :

SYARAT-SYARAT, NAMA, SPESIFIKASI DAN VOLUME BARANG/JASA

1. Jenis Pekerjaan :2. Lokasi :3. Waktu pelaksanaan :4. Rincian Barang/Jasa :

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

(Nama Jelas) (Nama Jelas)Jabatan NIP

Mengetahui/MenyetujuiPEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

.............................

(Nama Jelas)NIP.

NO. JENIS PEKERJAAN VOLUME

947

Format 32ALaporan Perjalanan Dinas 1

LAPORAN PERJALANAN DINAS 1. Yang melaksanakan Perjalanan Dinas :

N a m a : Pangkatan : Jabatan : 2. Pejabat Pemberi Perintah : 3. Nomor/Tanggal SPPT : 4. Tempat tujuan : Kota : Provinsi : 5. Waktu Perjalanan : Berangkat : Tgl. ................. Kembali : Tgl. ................. 6. Maksud/Tujuan Tugas : 7. Laporan Singkat Hasil Perjalanan : a. Nama yang dikunjungi : b. Pokok-pokok hasil kunjungan : *) c. Saran tindak yang perlu : d. Lampiran : ada lembar tidak ada Berkas Jakarta, Yang Membuat Laporan ............................... Catatan : *) Bila ruangan yang tersedia tidak memadai agar digunakan lembar tambahan *) Laporan ini dibuat 2 rangkap : - Asli untuk pemberi tugas - Tembusan untuk bendaharawan

948

Format 32B

LAPORAN PERJALANAN DINAS

1. Dasar :

2. Maksud dan Tujuan :

3. Waktu Pelaksanaan :

Materi yang dilaporkan :

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

Saran tindak yang perlu :

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

Dibuat di :

Pada tanggal :

Tim Perjalanan

949

Format 33A

Lampiran IPeraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 113/PMK.05/2012 TentangPerjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Dan Pegawai

Tidak TetapKementerian Pariwisata dan Lembar ke :Ekonomi Kreatif Kode No. :

Nomor :

SURAT PERJALANAN DINAS (SPD)

Dikeluarkan di :Tanggal :

Pejabat Pembuat Komitmen

(....................................... )NIP.

1. Pejabat Pembuat Komitmen

2. Nama.NIP Pegawai yang melaksanakanPerjalanan Dinas

3. a. Pangkat dan Golongan a.

b. Jabatan/Instansi b.

c. Tingkat Biaya Perjalanan Dinas c.

4. Maksud Perjalanan Dinas

5. Alat Angkutan yang dipergunakan

6. a. Tempat berangkat a.b. Tempat tujuan b.

7. a. Lamanya Perjalanan Dinas a.b. Tanggal berangkat b.c. Tanggal harus kembali/tiba di c.

tempat baru*)

8. Pengikut: Nama Tanggal Lahir Keterangan1.2.3.4.5.6.

9. Pembebanan Anggarana. Instansi a.

b. b.

10. Keterangan lain-lain

950

Format 33B

1. Berangkat dari :(Tempat Kedudukan)Ke :Pada Tanggal :Kepala

(.................................................)

NIP.

1. Berangkat dari :(Tempat Kedudukan)Ke :Pada Tanggal :Kepala

(.................................................)

NIP.

Berangkat dari :Ke :Pada Tanggal :Kepala :

(.................................................)

NIP.

Berangkat dari :Ke :Pada Tanggal :Kepala :

(.................................................)

NIP.

Berangkat dari :Ke :Pada Tanggal :Kepala :

(.................................................)

NIP.

Telah diperiksa dengan keterangan bahwa perjalamnantersebut atas perintahnya dan semata-mata untukkepentingan jabatan dalamwaktu sesingkat-singkatnya.

Pejabat Pembuat Komitmen

(.................................................)

NIP.

II. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :

(.................................................)

NIP.

III. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :

(.................................................)

NIP.

II. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :

(.................................................)

NIP.

V. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :

(.................................................)NIP.

VI. Catatan lain-lain

VII. PERHATIANPPK yang menerbitkan SPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yangmengesahkan tanggal berangkat/tiba, serta bendahara pengeluaran bertanggung jawab berdasarkanperaturan-peraturan Keuangan Negara apabila negara menderita rugi akibat, kesalahan,kelaianan dan kealpaannya.

951

Format 34

No.

1

2

3

4

5

6

7

8

PERINCIAN BIAYA JUMLAH KETERANGAN

Rp.JUMLAH

Terbilang :

Telah dibayar sejumlah

Rp.

Bendahara Pengeluaran

( .................................. )

NIP.

........................., tanggal, bulan, tahun

Telah menerima jumlah uang sebesarRp.

Yang menerima

( .................................... ) NIP.

PERHITUNGAN SPD RAMPUNG

Ditetapkan sejumlah : Rp. ........................Yang telah dibayar semula : Rp. ........................Sisa kurang/lebih : Rp. ........................

Pejabat Pembuat Komitmen

( .................................... ) NIP.

Lampiran IIPeraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 113/PMK.05/2012 TentangPerjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Dan PegawaiTidak Tetap

RINCIAN BIAYA PERJALANAN DINAS

Lampiran SPD Nomor :Tanggal : :

952

Format 35

DAFTAR PENGELUARAN RIIL

Yang bertandatangan dibawah ini : N a m a : ……………………………………………. (1) NIP : ……………………………………………. (2) Jabatan : ……………………………………………. (3) Berdasarkan Surat Perntah Perjalanan Dinas (SPPD) Tanggal : ……………………………………………. (4) Nomor : …………………………………………… (5) Dengan ini kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa : 1. Biaya transport pegawai dan/atau biaya penginapan di bawah ini yang tidak dapat diperoleh

pengeluaran-pengeluarannya, meliputi :

No. Uraian Jumlah

(6)

(7)

(8)

Jumlah (9)

2. Jumlah uang tersebut pada angka 1 di atas benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaan

perjalanan dinas dimaksud dan apabila di kemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran, kami bersedia untuk menyetorkan kelebihan tersebut ke kas Negara.

Demikian pernytaan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Mengetahui/Menyetujui ………………(12),. ………… (13) Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang melakukan perjalanan dinas Nama : ………………………… (10) Nama : ……………………… (14) NIP : ………………………… (11) NIP : ……………………… (15)

953

PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR PENGELUARAN RIIL

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Nama Pejabat Negara / Pegawai Negeri yang membuat pernyataan

(2) Nomor Induk Pegawai dari pembuat Pernyataan

(3) Jabatan lengkap pembuat pernyataan

(4) Tanggal SPPD

(5) Nomor SPPD

(6) Jabatan Nomor Urut

(7) Uraian pengeluaran dalam SPPD

(8) Nominal pengeluatan dalam SPPD

(9) Penjumlahan semua pengeluaran SPPD

(10) Nama dan Tandatangan Pejabat Pembuat Komitmen

(11) Nomor Induk Pegawai Pejabat Pembuat Komitmen

(12) Lokasi Daftar Pengeluaran Riil ditandatangani

(13) Tanggal Daftar Pengeluaran Riil ditandatangani

(14) Nama dan Tandatangan pembuat pernyataan

(15) Nomor Induk Pegawai pembuat pernyataan

954

Fo

rma

t 36

DA

FTA

R N

OM

INA

TIF

PE

RJ

AL

AN

AN

DIN

AS

KE

GIA

TAN

.................................................................

TAH

UN

...........

NO

.N

AM

A P

EG

AW

AI

12

34

56

78

910

1112

13

14 1

5 1

617

18

GO

LN

IPA

IRP

OR

TJU

MLA

HT

AX

IN

OM

OR

RE

KE

NIN

GJU

MLA

HLA

MA

PE

NG

INLA

MA

HA

RI

KE

MB

ALI

BE

RA

NG

KA

TT

AN

GG

AL

DA

ER

AH

TU

JUA

NU

AN

GB

IAY

A (R

p)

JUM

LA

H U

.T

IKE

TP

EN

GIN

AP

AN

JUM

LAH

Be

nd

ah

ara

Pe

ng

elu

ara

n

............................

NIP

. ...................

....................., ......................

A.n

. Ku

asa

Pe

ng

gu

na

An

gg

ara

nP

eja

ba

t Pe

mb

ua

t Ko

mitm

en

............................

NIP

. ...................

955

Format 37

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFJL. MEDAN MERDEKA BARAT NO. 17 TELP. (021) FAX. (021)

JAKARTA 10110 3838000, 3810123 (HUNTING) 3848245, 3840210

SURAT PERNYATAANTANGGUNG JAWAB PENGGUNAAN DANA

No. ………………………….

Yang bertandatangan di bawah ini, kami sebagai Kuasa Pengguna Anggaran

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kami akan mengelola dan

mempertanggungjawabkan Dana Operasional Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

bulan …………......……. Sebesar Rp. ……....……….. (………………) untuk kegiatan

Representasi/Pelayanan/Pengawalan Pimpinan/Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan pencairan

Dana Operasional Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

………………, ………………………….

Kuasa Pengguna Anggaran,

………………………….

NIP. …………………………

956

Format 38

No.

Urut

Semua Kode Kegiatan

dan Semua MAK

sesuai UrutanKelompok MAK

Pagu

dalam DIPA

(Rp)

SPM/SP2Ds.d bulan

lalu

(Rp)

SPM/SP2D

bulan ini

(Rp)

JumlahSPM/SP2D

s/d bulan ini

(Rp)

Sisa DanaDIPA

(Rp)

1 2 3 4 5 6 (4-5) 7 (3-6)

Jumlah

....................................Kepala Satker/

Pejabat Pembuat Komitmen

...............................NIP. ...........................

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

1. Komitmen/Lembaga : ...................... ( ) Nomor LRA : ........................................2. Unit Organisasi : ...................... ( ) 7. Tgl. DIPA : ........................................3. Lokasi : ...................... ( ) 8. No. DIPA : ........................................4. Satuan Kerja : ....................... ..........

Kode Satker : ....................... .......... 9. Kegiatan setempat .............. Jenis5. Tempat : ....................... ......... 10. Tahun Anggaran : ........................................6. Alamat : ....................... .......... 11. Bulan : ........................................

957

Format 39

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN Bulan : ……………………………………………. (1)

Kementerian/Lembaga : (………) ……………….. (2) Tgl. No. SP DIPA : ……………… (7)

Satuan Kerja : (………)……………….. (3) Tahun Anggaran : ……………… (8)

Propinsi/Kab/Kota : (……...) ……………….. (4) KPPN : ……………… (9)

Unit Organisasi : (……...)……………….. (5)

Alamat dan Telp : …………………………… (6)

I. Keadaan Pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. ………………. (10) dan

Nomor Bukti terakhir Nomor : ………………………………………… (11)

Jenis Buku Pembantu Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir

1 2 3 4 5 6

A. BP Kas, BPP dan UM Perjadin ………………….

1. BP Kas (Tunai dan Bank)

2. BP UM Perjadin

3. BP BPP (Kas pada BPP)

……………………

……………………

……………………

…………………….

……………………

……………………

……………………

……………………

……………………

………………….

………………….

………………….

B. BP selain Kas, BPP dan UM

Perjadin …………………

1. BP UP *)

2. BP LS Bendahara

3. BP Pajak

4. BP Lain lain

……………………

…………………...

……………………

……………………

…………………….

…………………….

…………………….

……………………

…………………….

…………………….

…………………….

…………………….

…………………

…………………

…………………

…………………

*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPM kan sebesar Rp. ……………. (12)

II. Keadaan Kas pada akhir bulan Pelaporan

1. Uang Tunai di Brangkas Rp. ………………………. (13)

2. Uang di Rekening Bank Rp. ………………………. (14)

(+) (terlampir saliran rekening Koran)

3. Jumlah Kas Rp. ……………………... (15)

III. Selisih Kas

1. Saldo Akhir BP Kas (1.A.1 kolom B) Rp. …………………….. (16)

2. Jumlah Kas (II.3) Rp. …………………….. (17)

(+)

3. Selisih Kas Rp. …………………….. (18)

IV. Hasil Rekonsiliasi Internal dengan UAKPA

1. Saldo UP Rp. …………………………….. (19)

2. Kuitansi UP Rp. ……………………………. (20)

(+)

3. Jumlah UP Rp. ……………………………... (21)

4. Saldo UP menurut UAKPA Rp. ……………………………… (22)

(+)

5. Selisih Pembukuan UP Rp. ……………………………... (23)

V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan UP (apabila ada).

1. ………………………………………………………………………………………………………….. (24)

2. …………………………………………………………………………………………………………...

Mengetahui ………….., ……………………. (25)

Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

Nama …………….……. (26) Nama ……………………….. (27)

NIP. NIP.

958

PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi bulan dan tahun berkenaan

(2) Diisi kode dan nama kementerian

(3) Diisi kode dan nama satuan kerja

(4) Diisi kode dan nama propinsi/kabupaten/kota

(5) Diisi kode dan nama unit organisasi

(6) Diisi alamat dan nomor telepon satuan kerja

(7) Diisi tanggal bulan dan tahun serta nomor SP DIPA

(8) Diisi tahun anggaran

(9) Diisi kode dan nama KPPN

(10) Diisi jumlah saldo akhir BKU pada bulan pelaporan

(11) Diisi nomor bukti terakhir pada BKU

Kolom 3 Diisi jumlah saldo awal masing-masing buku, yang merupakan saldo akhir bulan lalu

Koom 4 Diisi jumlah kolom debet yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu

Kolom 5 Diisi jumlah kolom kredit yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu

Kolom 6 Diisi jumlah saldo akhir yaitu kolom 3 ditambah kolom 4 atau dikurangi kolom 5 masing-masing buku

(12) Diisi jumlah UPyang belum disahkan pada bulan berkenaan

(13) Diisi jumlah uang tunai di brangkas Bendahara Pengeluaran di bank pada akhir bulan pelaporan

(14) Diisi jumlah uang pada rekening Bendahara Pengeluaran di bank pada akhir bulan pelaporan

(15) Diisi penjumlahan nomor (13) dan (14)

(16) Diisi saldo akhir BP Kas (1.A.1 kolom 6)

(17) Diisi jumlah kas (II.3) atau sama dengan nomor (15)

(18) Diisi selisih nomor (16) dan (17)

(19) Diisi saldo UP pada BP UP bulan berkenaan

(20) Diisi jumlah kuitansi UP yang belum diterbitkan SP2D pada bulan berkenaan

(21) Diisi penjumlahan nomor (19) dan (20)

(22) Diisi saldo UP menurut UAKPA

(23) Diisiselisih antara nomor (21) dan (22)

(24) Diisi penjelasan apabila terdapat selisih

(25) Diisi tempat dan tanggal LPJ ditandatangani

(26) Diisi nama lengkap dan NIP Kuasa PA

(27) Diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Pengeluaran

959

Format 40

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU

Bulan : …………………………………… (1)

Kementerian/Lembaga : (………) ……………….. (2) Tgl. SK Pengangkatan

Satuan Kerja : (………) ……………….. (3) 1. BPP : ….……........ (7)

Provinsi/Kab/Kota : (………) ……………….. (4) 2. Pejabat Pembuat Komitmen : ….……........ (8)

Unit Organisasi : (………) ……………….. (5) Tahun Anggaran : ….……........ (9)

Alamat dan Telp : …………………………… (6)

I. Keadaan Pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU–BPP sebesar Rp. ………. (10)

dan nomor bukti terakhir nomor : ………………………………………… (11)

Jenis Buku Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir

1 2 3 4 5 6

A. BP Kas dan UM Perjadin

1. BP Kas (kas tunai dan bank)

2. BP UM Perjadin

……………………

……………………

…………………..

…………………….

…………………….

……………………

……………………

……………………

……………………

………………..

…………………

………………...

B. BP selain Kasdan UM Perjadin

…………………

1. BP UP *)

Belanja MA …….

Belanja MA ……..

Belanja MA ……..

Pengembalian Sisa UP

2. BP LS Bendahara

Pembayaran atas LS Bdh

Setoran atas LS Bdh

3. BP Pajak

4. BP Lain lain

…………………….

……………………

…………………...

……………………

……………………

……………………

…………………..

…………………..

……………………

…………………..

……………………

…………………….

…………………….

…………………….

……………………

……………………

……………………

……………………

…………………….

…………………….

…………………..

…………………….

…………………….

…………………….

…………………….

…………………….

…………………….

…………………….

……………………..

……………………..

………………..

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPP kan sebesar Rp. …………….

II. Keadaan Kas pada akhir bulan Pelaporan

1. Uang Tunai Rp. ………………………. (12)

2. Uang di Rekening Bank Rp. ………………………. (13)

(+) (terlampir saliran rekening Koran)

3. Jumlah Kas Rp. …………………….. (14)

III. Selisih Kas

1. Saldo Akhir BP Kas (1.A.1 kolom 6) Rp. …………………….. (15)

2. Jumlah Kas (II.3) Rp. …………………….. (16)

(+)

3. Selisih Kas Rp. ……………………. (17)

IV. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan UP (apabila ada).

1.. ………………………………………………………………………………………………………….. (18)

Mengetahui ………………,……………………………

(19)

Pejabat Pembuat Komitmen Bendahara Pengeluaran

Pembantu

Nama …………….……. (20) Nama ……………………….. (21)

NIP. NIP

960

PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARAPENGELUARAN PEMBANTU

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi bulan dan tahun berkenaan(2) Diisi kode dan nama kementerian(3) Diisi kode dan nama satuan kerja(4) Diisi kode dan nama provinsi kabupaten/kota(5) Diisi kode dan nama unit organisasi(6) Diisi alamat dan nomor telepon satuan kerja(7) Diisi tanggal bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(8) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK pengangkatan Pejabat

Pembuat Komitmen(9) Diisi tahun anggaran

(10) Diisi jumlah saldo akhir BKU pada bulan pelaporan(11) Diisi nomor bukti terakhir pada BKU

Kolom 3 Diisi jumlah saldo awal masing-masing buku pembantu yang merupakansaldo akhir bulan lalu.(untuk Belanja MA ………., Pengembalian sisaUP, Pembayaran atas LS Bendahara dan Setoran atas LS Bendaharatidak perlu diisi)

Kolom 4 Diisi jumlah kolom debet yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu(untuk Belanja MA ………….., Pengembaliansisa UP, Pembayaran atas LS Bendahara dan Setoran atas LS Bendaharatidak perlu diisi)

Kolom 5 Diisi jumlah kolom kredit yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu.(untuk BP UP merupakan penjumlahsn dariBelanja MA …….. dan Pengembalian sisa UP, sedangkan untuk BPLS Bendahara merupakan penjumlah dari pembayaran atas LSBendahara dan Setoran atas LS Bendahara).

Kolom 6 Diisi jumlah saldo akhir yaitu kolom 3 ditambah kolom (4) atau dikurangikolom (5) masing-masing buku(untuk Belanja MA ………, Pengembaliansisa UP, Pembayaran atas LS Bendahara dan Setoran atas LS Bendaharatidak perlu diisi)

(12) Diisi jumlah uang tunai di brankas pada akhir bulan berkenaan(13) Diisi jumlah uang pada rekening di bank pada akhir bulan pelaporan(14) Diisi penjumlahan nomor (12) dan (13)(15) Diisi sama dengan 1.A.1 kolom 6(16) Diisi sama dengan II.3(17) Diisi selisih antara nomor (15) dan (16)(18) Diisi penjelasan terjadinya selisih (apabila terdapat selisih)(19) Diisi tempat dan tanggal bulan serta tahun LPJ ditandatangani(20) Diisi nama lengkap dan NIP Pejabat Pembuat Komitmen(21) Diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Pengeluaran Pembantu

961

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR: PM.144/HK.201/MPEK/2012

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDURDl LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA

DAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan tata kelolakepemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel,yang menjamin kelancaran pelaksanaan pelayanan internaldan eksternal pada unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka diperlukan standaroperasional prosedur;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan untuk keseragaman format dalampenyusunan standar operasional prosedur, perlumenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Pedoman Penyusunan Standar OperasionalProsedur di Lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif;

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

962

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4288);

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4846);

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman UmumPenyelenggaraan Pelayanan Publik;

7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012tentang Pedoman Penyusunan Standar OperasionalProsedur Administrasi Pemerintahan;

8. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

963

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAROPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

Pasal 1

(1) Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnya disebutdengan Pedoman Penyusunan SOP merupakan pedoman bagi setiapunit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdalam menyusun standar operasional prosedur bagi pelaksanaan tugasdan fungsi unit organisasi masing-masing.

(2) Pedoman Penyusunan SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Setiap Satuan Kerja Eselon I, Unit Kerja Eselon II, dan Unit Pelaksana Tekniswajib menyusun standar operasional prosedur dengan berpedoman padaPeraturan Menteri ini.

Pasal 3

Pembinaan terhadap penyusunan dokumen standar operasional prosedur dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dilaksanakan olehpejabat yang berwenang untuk menetapkan dokumen SOP sebagaimanatercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

Ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah adasebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, masih tetap berlaku untuk jangkawaktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak tangal pengundangan PeraturanMenteri ini dan harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

964

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Lembaran Berita Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan di Jakartapada tanggal 15 Mei 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 694

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

965

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR PM.144/HK.201/MPEK/2012TENTANG PEDOMAN PENYUSUNANSTANDAR OPERASIONAL PROSEDURDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

BAB IPENDAHULUAN

A. PENGERTIAN UMUM

1. Standar Operasional Prosedur (SOP)Adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenaiberbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan,bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapadilakukan serta disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi.

2. Prosedur kerjaAdalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lainnya, yangmenunjukkan adanya urutan ketentuan tahapan proses, kelengkapan,waktu, yang harus diinformasikan dan dipedomani, serta dijalankansecara transparan oleh yang berkepentingan dalam rangkapenyelesaian setiap kegiatan tertentu secara jelas dan pasti.

3. Pelayanan PublikAdalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan olehpenyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhanpenerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturanperundang-undangan.

4. Simbol-simbolAdalah suatu gambar yang merepresentasikan setiap tahapan prosespelaksanaan kegiatan tertentu dalam satu judul SOP.

966

5. Produk/Hasil (Output)Adalah semua jenis bentuk barang atau jasa yang dihasilkan ataspelaksanaan suatu tahapan proses penyelesaian kegiatan tertentuoleh suatu unit kerja atau aktor yang berupa barang maupun jasa.

6. Judul SOPAdalah nama dari satu rangkaian tahapan proses penyelesaian seluruhuraian jenis kegiatan yang dimulai dari pendaftaran/pemasukandokumen usulan sampai dengan diperolehnya keluaran hasil/produkakhir kegiatan.

7. Urusan KedinasanAdalah segala aktivitas yang terkait dengan tugas dan fungsiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

8. Mutu BakuAdalah standar-standar mutu dilihat dari sisi kelengkapan, ketepatanwaktu penyelesaian, dan output yang dihasilkan.

9. Jam Kerja EfektifAdalah jam kerja yang secara efektif dipergunakan untuk berproduksiatau menjalankan tugas, yaitu jam kerja dikurangi waktu kerja yanghilang atau luang karena tidak bekerja.

10. Hari KerjaAdalah hari kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif yang dilaksanakan 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggumulai hari Senin sampai dengan hari Jum’at dan/atau sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

B. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup SOP meliputi berbagai tahapan proses pelaksanaanpenyelesaian pada setiap judul SOP dari tugas dan fungsi organisasiyang berupa pemberian pelayanan baik pelayanan kepada pihak internalmaupun eksternal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

C. MAKSUD, TUJUAN, DAN MANFAAT

1. MaksudPedoman Penyusunan SOP ini dimaksudkan sebagai acuan setiapunit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdalam menyiapkan dan menyusun standar operasional dan prosedur(SOP), untuk penyelesaian berbagai judul SOP sesuai dengan tugasdan fungsi masing-masing unit kerja, sehingga mampu memberikan

967

pelayanan publik yang jelas dan pasti baik kepada pihak internalmaupun eksternal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2. TujuanPedoman penyusunan SOP ini bertujuan untuk mendorong setiapunit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifagar mampu menginventarisasi berbagai judul SOP dan menyiapkandokumen SOP yang diperlukan guna memberikan pelayanan publikyang baik dalam rangka:

a. memberikan keseragaman dan kepastian dalam prosespenyelesaian setiap judul SOP sejak awal, proses, sampai denganakhir kegiatan;

b. menjamin kelancaran setiap tahapan proses pelaksanaan kegiatandan kemudahan pengendalian;

c. mempertegas tanggung jawab pelaksana tugas atau aparatur(aktor) pada setiap tahapan proses penyelesaian kegiatan;

d. meningkatkan daya guna dan hasil guna secara berkelanjutandalam melaksanakan tugas umum pemerintahan;

e. memberikan informasi yang jelas dalam penyelesaian setiaptahapan proses kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap aparatur(aktor) dalam pemerintahan secara proporsional; dan

f. memberikan kejelasan dan transparansi kepada masyarakatsebagai penerima pelayanan mengenai hak dan kewajibannya.

3. ManfaatPedoman Penyusunan SOP bermanfaat untuk mewujudkan:

a. standardisasi pada tahapan proses pelaksanaan kegiatan,sehingga dapat menghindari kesalahan atau kelalaian;

b. menjamin bahwa penyelesaian kegiatan dilaksanakan sesuaitahapan proses yang telah ditetapkan dan dijadwalkan, sehinggadapat berjalan secara berurutan dan bertahap;

c. menjamin tersedianya informasi dan data untuk penyelesaiansetiap tahapan proses pelaksanaan kegiatan;

d. meningkatkan akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, dan kepastianpelaporan dan pendokumentasian terhadap pencapaian hasilpelaksanaan tugas;

e. memudahkan penemuan hambatan kinerja, sehingga dapat segeramemperbaikinya;

968

f. menghindari terjadinya penyimpangan proses penyelesaian dantumpang tindih pelaksanaan kegiatan;

g. meningkatkan profesionalisme dan kemandirian pegawai terhadaptanggung jawabnya;

h. memudahkan untuk mengenali kesalahan prosedural; dan

i. memudahkan penelusuran terjadinya penyimpangan danmemudahkan langkah perbaikan.

BAB IIPENETAPAN DOKUMEN SOP

A. PEJABAT PENETAP DOKUMEN SOP

Agar dokumen SOP dapat menjadi landasan yang pasti dalam bertugas,maka dokumen SOP dimaksud harus terlebih dahulu ditetapkan olehpejabat yang berwenang. Pejabat yang berwenang untuk menetapkandokumen SOP adalah sebagai berikut:1. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;2. Sekretaris Jenderal;3. Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan;4. Pimpinan Unit Kerja Eselon II; dan5. Kepala Unit Pelaksana Teknis.

B. KRITERIA DOKUMEN SOP

1. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif yaitu dokumen SOP yang disusun untuk mendukungpelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif dalam rangka memberikan kelancaran, kepastian, dankenyamanan pelayanan publik.

Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif meliputi:

a. jenis kegiatan pada lingkup intern dan ekstern KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif dan sebagai bagian daripelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif;

b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif;

969

c. berdampak pada skala nasional maupun internasional; dan

d. kewenangan yang tidak didelegasikan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

2. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal yaitu dokumenSOP yang disusun untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsikesekretariatan dalam rangka memberikan kelancaran, kepastian,dan kenyamanan pelayanan intern maupun ekstern.

Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderalmeliputi:

a. semua jenis pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi SekretariatJenderal;

b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik satuan kerjaSekretariat Jenderal;

c. proses penyelesaiannya diawali mulai dari dan diakhiri padalingkup satuan kerja Sekretariat Jenderal dan/atau lintas satuankerja; dan

d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup satuan kerja Sekretariat Jenderal dan/atau lintas satuan kerja/badan.

3. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal/DirekturJenderal/Kepala Badan yaitu dokumen SOP yang disusun untukmendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi teknis sesuaidengan bidangnya masing-masing dalam rangka memberikankelancaran, kepastian, dan kenyamanan pelayanan kepada pihakintern maupun ekstern.

Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan meliputi:

a. jenis kegiatan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsisatuan kerja Inspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan;

b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik satuan kerjaInspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan;

c. proses penyelesaiannya diawali/mulai dari dan diakhiri padalingkup satuan kerja Inspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan; dan

970

d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup satuan kerja Inspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan yang bersangkutan.

4. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh pimpinan unit kerja Eselon IIyaitu dokumen SOP yang disusun untuk mendukung kelancaranpelaksanaan tugas dan fungsi administratif/teknis sesuai denganbidangnya masing-masing dalam rangka memberikan kelancaran,kepastian, dan kenyamanan pelayanan bagi pihak intern maupunekstern.

Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh pimpinan unit kerjaEselon II meliputi:

a. jenis kegiatan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsiunit kerja Eselon II;

b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik unit kerjaEselon II;

c. proses penyelesaiannya diawali mulai dari dan diakhiri padalingkup satuan unit kerja Eselon II; dan

d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup unit kerja Eselon II yang bersangkutan.

5. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis.Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknisyaitu dokumen SOP yang disusun untuk mendukung kelancaranpelaksanaan tugas dan fungsi teknis sesuai dengan unit pelaksanateknis masing-masing dalam rangka memberikan kelancaran, kepastiandan kenyamanan pelayanan kepada pihak intern maupun ekstern.

Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Kepala Unit Pelaksanateknis meliputi:

a. Jenis kegiatan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsiunit kerja unit pelaksana teknis;

b. Seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik unit kerja unitpelaksana teknis;

c. proses penyelesaiannya diawali mulai dari dan diakhiri padalingkup unit kerja unit pelaksana teknis; dan

d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup unit pelaksana teknis yangbersangkutan.

971

BAB IIIPROSEDUR PENYUSUNAN SOP

SOP merupakan standar yang dijadikan acuan dalam proses penyelesaiansetiap judul kegiatan dalam organisasi. Oleh karena itu, penetapan SOPmerupakan suatu keharusan dan untuk kesempurnaan SOP dilakukan evaluasisetiap tahun sekali.

Untuk mendapatkan SOP yang valid dan reliable serta benar-benar menjadiacuan dalam proses pelaksanaan penyelesaian kegiatan, maka setiap rangkaianproses mulai dari sampai dengan akhir suatu jenis kegiatan tertentu diberikan''judul SOP". Disamping itu perlu diatur tentang prosedur penyusunan SOP,sehingga setiap organisasi mendapat gambaran dan langkah-langkahpenyusunan SOP yang baik dan benar, mulai dari persiapan, inventarisasijenis kegiatan, pemberian judul, penyusunan dan perumusan SOP, pengujiandan review, serta pengesahan hingga pengintegrasian SOP.

A. PERSIAPAN

Dalam penyusunan SOP perlu dilakukan langkah-langkah persiapansebagai berikut:

1. Membentuk tim dan kelengkapannya.

a. Tim Penyusun SOP KementerianTim Penyusun SOP Kementerian dibentuk dan bertanggungjawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, anggotanyaterdiri atas personil-personil yang memiliki kompetensi dalampenyusunan SOP yang diperlukan baik berasal dari pihakinternal maupun eksternal Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya, Tim dimaksud perludiberikan pembekalan pengetahuan terkait dengan penyusunanSOP.

Tim Penyusun SOP Kementerian mempunyai kewenangan dantanggung jawab sebagai berikut:

1. menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP;

2. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP;

3. menyusun dokumen SOP yang ditetapkan oleh MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif;

972

4. memfasilitasi penyusunan dokumen SOP unit kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

5. melakukan pembinaan kinerja Tim SOP unit kerjaEselon I, Eselon II, dan Unit Pelaksana Teknis; dan

6. monitoring dan evaluasi penyusunan SOP di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

b. Tim Penyusun SOP Unit Kerja Eselon I.

Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon I dibentuk dan bertanggungjawab kepada pejabat Eselon I, yang anggotanya terdiri ataspersonil-personil yang memiliki kompetensi dalam penyusunanSOP yang diperlukan baik yang berasal dari internal maupuneksternal satuan unit kerja ataupun pihak ketiga.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya, Tim dimaksud perludiberikan pembekalan pengetahuan terkait dengan penyusunanSOP.

Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon I mempunyai kewenangandan tanggung jawab sebagai berikut:

1. melakukan koordinasi dengan Tim SOP Kementerian dalampenyusunan dokumen SOP unit kerja Eselon I;

2. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP,dokumen SOP Kementerian, dan dokumen SOP unit kerjaEselon I yang telah berhasil ditetapkan di lingkungan satuanunit kerjanya; dan

3. menyusun dokumen SOP yang ditetapkan oleh pejabatEselon I.

c. Tim Penyusun SOP Unit Kerja Eselon II/Unit Pelaksana 'Teknis.

Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon II/Unit Pelaksana Teknisdibentuk dan bertanggung jawab kepada pejabat Eselon II/Kepala Unit Pelaksana Teknis, yang anggotanya terdiri ataspersonil-personil yang memiliki kompetensi dalam penyusunanSOP yang diperlukan baik yang berasal dari internal maupuneksternal satuan unit kerja.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya, Tim dimaksud perludiberikan pembekalan pengetahuan terkait dengan penyusunanSOP.

973

Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon II/unit pelaksana teknismempunyai kewenangan dan tanggung jawab:

1. melakukan koordinasi dengan Tim Penyusun SOPKementerian, Tim Penyusun SOP Unit Kerja Eselon I dalampenyusunan dokumen SOP unit kerja Eselon II/unit pelaksanateknis;

2. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP,Dokumen SOP Kementerian, Dokumen SOP unit kerja EselonI dan Dokumen SOP unit kerja Eselon II/unit pelaksanateknis di lingkungan satuan unit kerjanya; dan

3. menyusun dokumen SOP yang ditetapkan oleh pejabatEselon II/Kepala Unit Pelaksana Teknis.

Dalam penyusunan setiap dokumen SOP Kementerian, unitkerja Eselon I, Eselon II, dan unit pelaksana teknis, maka TimPenyusun SOP memiliki tugas antara lain:

1. melakukan identifikasi jenis kegiatan;

2. merumuskan judul SOP sesuai dengan hasil/produk akhirdari kegiatan;

3. merumuskan uraian jenis kegiatan;

4. menentukan pelaksana (aktor) terhadap setiap jenis kegiatan;

5. menentukan penggunaan simbol-simbol sesuai dengantahapan proses dan uraian jenis kegiatan;

6. menentukan dan menyusun urutan pelaksana sebagaipenanggung jawab setiap tahapan proses;

7. meletakkan simbol-simbol sesuai dengan maksud simbol;

8. menentukan jenis kelengkapan, waktu, dan hasil (output)tetap/mutu baku secara pasti dan jelas;

9. melakukan analisis prosedur untuk mengetahui tingkatefektivitas dan efisiensi penyelesaian kegiatan dan kepuasanpelanggan;

10. melakukan pengembangan SOP, bilamana SOP yang telahditetapkan akan ditindaklanjuti dengan SOP lanjutannya;

11. melakukan uji coba pelaksanaan SOP yang telah ditetapkan;

12. melakukan sosialisasi kepada pelaksana maupun pemangkukepentingan SOP;

974

13. mengawal penerapan SOP agar berjalan sesuai yangdiharapkan masyarakat;

14. merumuskan penyempurnaan, apabila diperlukan sesuaihasil monitoring dan evaluasi; dan

15. menyiapkan data pendukung lain (nama kelembagaan, dasarhukum, pejabat penetap SOP, dan peralatan).

2. Pembekalan bagi Anggota TimPedoman Penyusunan SOP di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif menjadi panduan bagi anggota tim dalammelaksanakan tugasnya dan menjadi bahan utama dalam melakukanpemberian pembekalan dimaksud. Oleh karena itu, agar Tim dapatmelakukan tugasnya dengan baik, maka seluruh anggota Tim harusmemperoleh pembekalan yang cukup tentang bagaimana menyusundokumen SOP. Pembekalan sebagaimana dimaksud dilakukan olehTim Penyusunan Dokumen SOP secara berjenjang dan dapatbekerjasama dengan pihak-pihak terkait.

B. INVENTARISASI JUDUL SOP

Agar terdapat kejelasan dalam penyusunan rancangan dokumen SOPyang akan ditetapkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, maka terlebihdahulu dilakukan inventarisasi jenis dan hasil (output) kegiatan organisasiyang penyelesaiannya menjadi satu rangkaian kegiatan.

Untuk satu rangkaian tahapan proses penyelesaian uraian jenis kegiatantertentu diberikan satu nama, dan nama dimaksud menjadi judul SOP.Setiap judul SOP yang merupakan penyelesaian berbagai uraian jeniskegiatan melalui tahapan-tahapan tertentu, maka pada setiap tahapnyadilambangkan dengan simbol-simbol proses kegiatan yang berbeda. Dariberbagai simbol yang berbeda dimaksud disusun dan dirangkai menjadisatu rangkaian penyelesaian kegiatan, dan ditetapkan sebagai SOP. Jadijudul SOP merupakan sebutan yang diberikan dari serangkaian penyelesaianproses kegiatan, dan sebutan yang diberikan dimaksud sesuai denganproduk akhir yang dihasilkan.

Sebagai contoh: Produk akhir dari satu rangkaian tahapan proses uraianjenis kegiatan tertentu yaitu berupa Dokumen Rencana Kerja (Renja),maka judul dokumen SOP-nya "Penyusunan Rencana Kerja".

Inventarisasi dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan format sebagaiberikut:

975

FORMAT INVENTARISASI JENIS KEGIATAN YANG AKAN DIBERIJUDUL SOP-NYA

Unit Kerja : (1)

Tugas Pokok : (2)

Fungsi : (3)

Jenis Kegiatan : (4)

Dasar Hukum : (5)

No Uraian Jenis Kegiatan Pejabat Pelaksana

Nama Satuan Hasil

Kelengkapan

(6) (7) (8) (9) (10)

Keterangan Pengisian:

Angka (1) Diisi nomenklatur unit kerja Eselon II/unit pelaksana teknis.

Angka (2) Diisi rumusan tugas berdasarkan Peraturan tentang Organisasidan Tata Kerja yang telah ditetapkan;

Angka (3) Diisi rumusan fungsi sebagai jabaran dari tugas pokok jabatanberdasarkan Peraturan tentang Organisasi dan Tata Kerja yangtelah ditetapkan.

Angka (4) Diisi jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakankata sifat yang diawali dengan awalan “Pe”, misalnya “PemrosesanDIPA Sekretariat Jenderal”, “Pengurusan Izin Cuti Tahunan”,“Penyusunan Laporan Aset”, dst.

Angka (5) Diisi dasar hukum yang digunakan sebagai pelaksanaan jeniskegiatan dimaksud.

Angka (6) Cukup jelas

Angka (7) Diisi uraian jenis-jenis kegiatan yang dilakukan secara riil olehsetiap pemangku jabatan dalam organisasi (dirumuskan dalambentuk kalimat aktif, dengan menggunakan kata kerja yangberawalan “me”: Merumuskan ... , Mengurus ... , Mengkaji. dst).

Angka (8) Diisi titelatur atau nama jabatan yang melaksanakan danmenyelesaikan setiap tahapan proses dari awal sampai selesai,misal “Kabag... , Kasubbag .... , Analis, Agendaris, Pemroses,dst”.

976

Angka (9) Diisi sebutan nama dan hasil akhir yang diperoleh: "DIPA Setjen","Izin Cuti", "Laporan Aset", dst.

Angka(10) Diisi kelengkapan data-data yang diperlukan.

C. ASPEK PENYUSUNAN DOKUMEN SOP

Penyusunan dokumen SOP dilaksanakan dengan mempertimbangkanberbagai aspek terkait yang dapat berpengaruh terhadap penetapanSOP. Hal pokok dalam penyusunan dokumen SOP yaitu sebagai berikut:1. Nama unit kerja yang memiliki SOP;2. Pejabat penetap SOP;3. Judul SOP;4. Rumusan uraian jenis kegiatan dan pentahapan atau urut-urutannya;5. Penentuan seluruh pelaksana (aktor) sesuai tahapan proses dari

setiap uraian jenis kegiatan;6. Pemilihan dan penempatan simbol; dan7. Penentuan mutu baku dan harus tertera dengan jelas.

Tahapan penyelesaian setiap judul kegiatan dirumuskan sejak awaldimulainya suatu kegiatan sampai dengan akhir kegiatan dan menghasilkanhasil/produk akhir yang jelas. Penentuan pelaksana setiap tahapan uraianjenis kegiatan harus tercantum dengan jelas, sehingga dapatmenggambarkan kepastian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiappelaksana dalam menyelesaikan setiap tahapan kegiatan yang telahditetapkan dalam SOP.

D. PENGUJIAN DAN REVIEW

Untuk memperoleh SOP yang memenuhi aspek-aspek sebagaimanatelah diuraikan sebelumnya, maka SOP yang dirumuskan oleh TimPenyusun SOP harus melalui tahap pengujian dan review. Berbagaicatatan mengenai pengujian harus dibuat oleh Tim Penyusun sebagaibahan penyempurnaan SOP yang telah dirumuskan sebelum ditetapkanoleh pejabat yang berwenang.

Setelah proses penyempumaan perumusan diselesaikan, maka selanjutnyarumusan SOP yang telah dianggap baik disampaikan kepada pimpinandengan disertai suatu pengantar (penjelasan singkat) yang berisi antaralain penjelasan mengenai prosedur-prosedur apa saja yang distandarkan,mengapa prosedur tersebut perlu distandarkan, sejauh mana proseduryang telah distandarkan telah efektif dan efisien, serta standar yang telahdirumuskan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, danlain sebagainya.

977

E. PENGESAHAN SOP

Proses pengesahan merupakan tindakan pengambilan keputusan olehpimpinan. Dalam proses pengesahan, pimpinan dapat melakukan penelitiandan evaluasi terhadap rumusan SOP berdasarkan penjelasan singkatkepada pimpinan (executive summary), dikarenakan dengan executivesummary pimpinan akan lebih mudah memahami hasil rumusan SOPsebelum melakukan pengesahan. SOP yang telah disahkan oleh pimpinanharus diimplementasikan dalam rangka efektivitas, efisiensi, dantransparansi pemberian pelayanan publik.

Dalam implementasi harus dilakukan review kembali dan dilakukan secaraterus-menerus agar diperoleh SOP yang benar-benar efektif dan efisien.

F. PENGINTEGRASIAN SOP

Berbagai SOP yang telah ditetapkan, perlu diintegrasikan ke dalam suatudokumen yang akan menjadi panduan dalam pelaksanaan prosedur-prosedur pelaksanaan tugas dan fungsi ataupun penyelenggaraanpelayanan publik. Pengintegrasian perlu dilakukan karena satu prosedurdengan prosedur lainnya yang dimungkinkan saling terkait harusdiselaraskan, sehingga terjadi konsistensi, keseragaman, dan tidak salingbertentangan yang justru akan menghambat prosedur itu sendiri.

BAB IVSIMBOL DAN FORMAT SOP

A. SIMBOL DALAM SOP

Rangkaian tahapan penyelesaian uraian jenis kegiatan diurutkan denganberbentuk diagram. Diagram yang digunakan dalam penyusunan SOPKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Diagram Alir (flow-charts). Diagram Alir merupakan format yang menggambarkan rangkaianproses penyelesaian berbagai jenis kegiatan pelayanan publik KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak awal dimulainya suatu proseskegiatan, proses penyelesaian, sampai dengan akhir proses kegiatandan menghasilkan produk tertentu.

Bentuk-bentuk simbol yang dipergunakan dalam penyusunan SOP dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah sebagaiberikut:

978

1. Simbol kapsul/Terminator ( ) untuk mendeskripsikan kegiatanmulai dan berakhir;

2. Simbol kotak/Process ( ) untuk mendeskripsikan proses ataukegiatan eksekusi;

3. Simbol belah ketupat/Decision ( ) untuk mendeskripsikankegiatan pengambilan keputusan;

4. Simbol anak panah ( ) untuk mendeskripsikan arah kegiatan (arahproses kegiatan);

5. Simbol segi lima/Off-Page Connector ( ) untuk mendeskripsikanhubungan antar simbol yang berbeda halaman.

B. FORMAT SOP

Agar para pegawai (pelaksana/aktor) mudah memahami dalammenyelesaikan tugas dan fungsinya dengan baik, serta dilaksanakansesuai batasan tanggung jawab dan kewenangannya, maka perlu ditetapkanformat SOP Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yangmenggambarkan paduan antara penggunaan simbol dan alur penyelesaiansetiap uraian jenis kegiatan.

Untuk keseragaman penulisan, dokumen SOP di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif menggunakan format pengetikan sebagaiberikut:1. jenis huruf Bookman Old Style ukuran 10 pt;2. warna huruf hitam;3. jarak/spasi antar baris 1 (satu) poin;4. ukuran kertas F4;5. bentuk kertas portrait; dan6. margin tepi halaman adalah kiri 2 (dua) sentimeter, kanan 1 (satu)

sentimeter, atas 1 (satu) sentimeter, dan bawah 1 (satu) sentimeter.

Dalam format SOP terdapat beberapa informasi dan data pokok yangharus dimuat, dan perlu diketahui oleh pelaksana tugas maupun penggunayaitu:1. unit yang bertanggung jawab terhadap SOP tiap judul kegiatan;2. judul kegiatan yang jelas;3. uraian jenis kegiatan setiap tahapan proses;4. pelaksana tugas/nama orang/jabatan yang bertanggung jawab dalam

setiap tahapan proses penyelesaian kegiatan;

 

 

979

5. bentuk-bentuk simbol setiap tahapan penyelesaian uraian jenis kegiatan;6. kelengkapan berkas atau daftar bahan yang diperlukan setiap tahapan

proses;7. lama waktu setiap tahapan proses penyelesaian kegiatan; dan8. bentuk hasil akhir kegiatan.

Format dokumen SOP yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif sebagai berikut:

A. Identitas

SOP

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

EKONOMI KREATIF (1)

Nomor SOP : ………………… (2) Tgl Ditetapkan : ………………… (3) Tgl Revisi : ………………… (4) Tgl diberlakukan : ………………… (5) Ditetapkan oleh : ………………… (6)

Judul SOP : ………………… (7)

Dasar Hukum

Kualifikasi Pelaksana

1. ………………………………………… (8) 2. ………………………………………… dst

1. ………………………………………(12) 2. ……………………………………… dst

Keterkaitan

Peralatan /Perlengkapan

1. ………………………………………… (9) 2. ……………………………………….. dst

1. …………………………………………(13) 2. …………………………………………dst

Peringatan

Pencatatan dan Pendataan

1. ……………………………………….. (10) 2. ……………………………………… . dst

1. ……………………………………….. (14) 2. ……………………………………….. dst

Cara mengatasi

1. ………………………………………(11) 2. ………………………………………dst

980

Keterangan pengisian:

Angka (1) : Cukup jelas.

Angka (2) : Diisi nomor penetapan SOP dengan format Nomor/SOP/kode unit kerja/bulan penetapan/tahun penetapan.

Angka (3) : Cukup jelas

Angka (4) : Cukup jelas

Angka (5) : Cukup jelas

Angka (6) : Diisi nama jabatan, tanda tangan, dan nama pejabat penetap.

Angka (7) : Diisi judul SOP sesuai dengan hasil akhir yang diperoleh daripenyelesaian kegiatan.

Angka (8) : Diisi dasar hukum berupa peraturan perundang-undanganyang mendasari SOP beserta aturan pelaksanaannya.

Angka (9) : Diisi SOP lain yang terkait secara langsung dengan SOPyang ditetapkan.

Angka (10) : Diisi berbagai permasalahan yang mungkin dalampelaksanaannya. Umumnya diawali dengan kata "jika/apabila-maka".

Angka (11) : Diisi cara mengatasi permasalahan yang mungkin muncul.

Angka (12) : Kompetensi (keahlian) yang dibutuhkan bagi seluruh pelaksana.

Angka (13) : Diisi daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan yangdibutuhkan yang terkait secara langsung dengan yang diSOP-kan.

Angka (14) : Diisi berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiappegawai yang berperan dalam pelaksanaan prosedur yangtelah distandarkan. Yang dimaksudkan pencatatan berupadokumen kontrol dari prosedur yang diSOP-kan baik bukukontrol, kartu kendali, formulir pengecekan, ataupun checklist (daftar simak) seperti buku ekspedisi, buku log, bukudokumen kegiatan.

981

B. Prosedur

No. (1)

Kegiatan (Aktivitas)(2)

Pelaksana (3) Mutu Baku Ket

(a) (b) (c) (d) (e) kelengkapan waktu output

(4) (5) (6) (7)

Angka (1) : Cukup jelas.

Angka (2) : Diisi berbagai pernyataan uraian jenis kegiatan yangdilaksanakan oleh para pelaksana.

Angka (3) : Diisi para pelaksana yang bertanggung jawab dalammenyelesaikan setiap tahapan proses sesuai urutan jeniskegiatan.

Angka (4) : Diisi bahan-bahan kelengkapan yang diperlukan (formulir,lembar disposisi, data, laporan keuangan, dll).

Angka (5) : Diisi lama waktu yang diperlukan untuk penyelesaian kegiatan(menit, jam, hari, minggu, bulan).

Angka (6) : Diisi nama hasil akhir kegiatan (Surat, Laporan, KumpulanData, Draft Laporan, Konsep Pedoman, dll).

Angka (7) : Diisi penjelasan singkat yang diperlukan.

982

Format dokumen SOP yang ditetapkan oleh Eselon I, Eselon II dan UnitPelaksana Teknis sebagai berikut:

A. Identitas

SOP Eselon I, II,

dan Unit Pelaksana

Teknis (1)

Nomor SOP : …………………… (2) Tgl Ditetapkan : ……………………(3) Tgl Revisi : …………………… (4) Tgl diberlakukan : …………………… (5) Ditetapkan oleh : …………………… (6)

Judul SOP : …………………. (7)

Dasar Hukum

Kualifikasi Pelaksana

1. ……………………………………(8) 2. …………………………………dst

1. ………………………………………… .(12) 2. …………………………………………dst

Keterkaitan

Peralatan/Perlengkapan

1. …………………………………… (9) 2. …………………………………dst

1. ………………………………… .………13) 2. …………………………………………dst

Peringatan

Pencatatan dan Pendataan

1. …………………………………(10) 2. ………………………………… dst

1. ……………………………………….. (14) 2. ……………………………………… (dst)

Cara mengatasi

1. ………………………………… (11) 2. …………………………………. dst

983

Keterangan pengisian:

Angka (1) : Cukup jelas.

Angka (2) : Diisi nomor penetapan SOP dengan format Nomor/SOP/kodeunit kerja/bulan penetapan/tahun penetapan.

Angka (3) : Cukup jelas.

Angka (4) : Cukup jelas.

Angka (5) : Cukup jelas.

Angka (6) : Diisi nama jabatan, tanda tangan, dan nama pejabat penetapdisertai dengan NIP.

angka (7) : Diisi judul SOP sesuai dengan hasil akhir yang diperoleh daripenyelesaian kegiatan.

Angka (8) : Diisi dasar hukum berupa peraturan perundang-undangan yangmendasari SOP beserta aturan pelaksanaannya.

Angka (9) : Diisi SOP lain yang terkait secara langsung dengan SOP yangditetapkan.

Angka (10) : Diisi berbagai permasalahan yang mungkin dalampelaksanaannya. Umumnya diawali dengan kata "jika/apabila-maka".

Angka (11) : Diisi cara mengatasi permasalahan yang mungkin muncul.

Angka (12) : Kompetensi (keahlian) yang dibutuhkan bagi seluruh pelaksana.

Angka (13) : Diisi daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan yangdibutuhkan yang terkait secara langsung dengan yangdiSOP-kan.

Angka (14) : Diisi berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiappegawai yang berperan dalam pelaksanaan prosedur yangtelah distandarkan. Yang dimaksudkan pencatatan berupadokumen kontrol dari prosedur yang di SOP-kan baik bukukontrol, kartu kendali, formulir pengecekan, ataupun check list(daftar simak) seperti buku ekspedisi, buku log, buku dokumenkegiatan.

984

No (1)

Uraian jenis kegiatan (2)

Pelaksana (3)

Mutu Baku Ket

(a) (b) (c) (d) (e) Kelengkapan Waktu output

(4) (5) (6) (7)

B. Prosedur

Keterangan pengisian:

Angka (1) : Cukup jelas.

Angka (2) : Diisi berbagai penyataan uraian jenis kegiatan yang dilaksanakanoleh para pelaksana.

Angka (3) : Diisi para pelaksana yang bertanggung jawab dalammenyelesaikan setiap tahapan proses sesuai urutan jeniskegiatan.

Angka (4) : Diisi bahan-bahan kelengkapan yang diperlukan (formulir, lembardisposisi, data, laporan keuangan, dll).

Angka (5) : Diisi lama waktu yang diperlukan untuk penyelesaian kegiatan(menit, jam, hari, minggu, bulan).

Angka (6) : Diisi nama hasil akhir kegiatan (Surat, Laporan, KumpulanData, Draft Laporan, Konsep Pedoman, dll).

Angka (7) : Diisi penjelasan singkat yang diperlukan.

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

985

Nom

or S

OP

Tan

ggal P

em

bu

ata

n

Tan

ggal R

evis

i

Tan

ggal E

fektif

Dasa

r Huku

mK

ualifik

asi p

ela

ksan

a

1.

1.

2.

2.

3M

em

ah

am

im

ate

rikegia

tan

001/S

OP/S

ETJE

N/06/2012

7-J

un

-12

9-J

ul-1

3

Pen

yu

su

nan

Ren

can

a K

erja

Kem

en

teria

n

Un

da

ng

-Un

da

ng

No

mo

r 25

Ta

hu

n 2

00

4 te

nta

ng

Siste

m P

ere

nca

na

an

Pe

mb

an

gu

na

n N

asio

na

l

KE

ME

NT

ER

IAN

PA

RIW

ISA

TA

DA

N E

KO

NO

MI K

RE

AT

IF9-J

ul-1

2

Dis

ah

kan

ole

h

Sekre

taris

Jen

dera

l,

……

……

……

……

……

……

….

NIP

. ……

……

……

……

……

SE

KR

ET

AR

IAT

JE

ND

ER

AL

Mem

ah

am

i pere

ncan

aan

pro

gra

m d

an

an

ggara

n

da

nA

ng

ga

ran

Ke

me

nte

rian

Ne

ga

ra/L

em

ba

ga

;

Pe

ratu

ran

Pe

me

rinta

h N

om

or 9

0 T

ah

un

20

10

ten

tan

g P

en

yusu

na

n R

en

can

a K

erja

M

em

ah

am

i tugas d

an

fun

gsi B

iro P

ere

ncan

aan

dan

Org

an

isasi

Nam

a S

OP

3.

Mem

ah

am

i mate

ri kegia

tan

.

3.

4.

Ke

terka

itan

Pe

rala

tan

/pe

rlen

gka

pa

n

1.

SO

P T

im K

erja

1.

KA

K

2.

SO

P P

en

gu

mp

ula

n D

ata

2.

Ap

likasi R

en

ja

3.

SO

P P

en

gko

mp

ilasia

n D

ata

3.

AT

K

4.

SO

P P

en

do

kum

en

tasia

n

Pe

ring

ata

nP

en

cata

tan

da

n P

en

da

taa

n

1.

1.

Bu

ku A

ge

nd

a K

erja

2.

Bu

ku E

kspe

disi

2.

3.

da

n la

in-la

in

yan

g d

iaju

kan

Se

lam

ba

t-lam

ba

tnya

keg

iata

n se

lesa

i bu

lan

Me

i tah

un

an

gg

ara

n b

erja

lan

.

da

n A

ng

ga

ran

Ke

me

nte

rian

Ne

ga

ra/L

em

ba

ga

;

Pe

ratu

ran

Pre

side

n N

om

or 5

Ta

hu

n 2

01

0 te

nta

ng

Re

nca

na

Pe

mb

an

gu

na

n Ja

ng

ka

Me

ne

ng

ah

Na

sion

al T

ah

un

20

10

-20

14

;

Ap

ab

ila p

en

yusu

na

n re

nca

na

kerja

terla

mb

at, m

aka

aka

n m

en

gh

am

ba

t pe

laksa

na

an

keg

iata

n

Pe

ratu

ran

Me

nte

ri Pa

riwisa

ta d

an

Eko

no

mi K

rea

tif No

mo

r PM

. 07

/HK

.00

1/M

PE

K/2

01

2

ten

tan

g O

rga

nisa

si da

n T

ata

Ke

rja K

em

en

teria

n P

ariw

isata

da

n E

kon

om

i Kre

atif.

FO

RM

IDE

NT

ITAS

986

987

988

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

NOMOR PM.145/HK.201/MPEK/2012TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJADI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasiKementerian serta untuk mewujudkan keseragaman dalammenyusun rencana kerja dan anggaran di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perlumeninjau kembali Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata Nomor PM. 12/HK.001/MKP/2007 tentangPedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dilingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang PedomanPenyusunan Kerangka Acuan Kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 tahun 2011 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentangPenyusunan Rencana Kerja dan Anggaran KementerianNegara/Lembaga;

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA

989

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Eselon 1 KementerianNegara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);

4. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentangPerubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

5. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM. 12/HK.001/MKP/2007 tentang Pedoman PenyusunanKerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan DepartemenKebudayaan dan Pariwisata;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.02/2012tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RencanaKerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

7. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM. 07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKAACUAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.

Pasal 1

Kerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif disusun sesuai dengan pedoman penyusunan sebagaimanatercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

Pasal 2

Seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifwajib melaksanakan Pedoman Penyusunan KAK sebagaimana dimaksuddalam Pasal 1.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.12/HK.001/MKP/2007 tentang Pedoman PenyusunanKerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan Departemen Kebudayaan danPariwisata dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

990

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Lembaran Berita Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Diundangkan diJakartapada tanggal 15 Mei 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 695

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

991

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR PM.145/HK.201/MPEK/2012TENTANGPEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKAACUAN KERJA DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan Kegiatan sebagai sebuah proses yang dimulai daripenetapan tujuan kegiatan organisasi, menentukan strategi untukpencapaian tujuan kegiatan tersebut secara menyeluruh, serta merumuskansistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan danmengordinasikan seluruh pekerjaan hingga tercapainya tujuan kegiatan.Disamping itu, perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskanapa yang sesungguhnya ingin dicapai dalam suatu kegiatan serta bagaimanasesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaianrumusan rencana.

Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan dapatdirealisasikan dan tercapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan yangburuk adalah ketika apa yang dirumuskan dan ditetapkan tidak berjalandalam implementasi, sehingga tujuan kegiatan tidak terwujud. Oleh sebabitu, perlu adanya suatu dokumen yang dapat menggambarkan secaraumum dan memuat penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan,latar belakang, maksud dan tujuan, indikator kinerja kegiatan, satuanukur dan jenis keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, tempat pelaksanaankegiatan, pelaksana dan penangggung jawab kegiatan, jadwal kegiatan,dan total biaya yang diperlukan. Dokumen tersebut adalah Kerangka

992

Acuan Kerja (KAK). KAK harus dapat dipahami dan dilaksanakan olehseluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif. Para pelaksana kegiatan baik pejabat maupun staf di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dituntut untuk dapatmengimplementasikan seluruh pemikiran kinerjanya dalam bentuk KAKsebelum memulai kegiatan. Oleh karena itu, agar para pelaksana kegiatandapat menyusun KAK dengan benar dan cermat, perlu disusun suatupedoman penyusunan KAK di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud disusunnya pedoman ini adalah sebagai acuan dan panduanyang baku dalam menyusun Kerangka Acuan Kerja bagi pelaksanakegiatan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2. Tujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk menyelaraskan danmenyamakan alur pikir rencana pelaksanaan kegiatan di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

BAB IIPRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Dalam penyusunan KAK harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

A. Ringkas

Penjelasan yang terdapat dalam KAK harus ditulis secara ringkas, mudahdipahami oleh pihak yang berkaitan dengan KAK tersebut (atasan, timpenilai materi dan anggaran serta pengawas). Jumlah halaman tidakdibatasi, tetapi secara ideal berkisar antara 5-8 halaman kertas ukuranA4 spasi rangkap tidak bolak balik.

B. Jelas

KAK harus ditulis secara jelas sehingga dapat memberikan gambaranmengenai kegiatan yang akan dilakukan, tahapan-tahapan yang harusdilalui, pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan, sumber pembiayaan,tujuan yang hendak dicapai dan atau hasil yang diharapkan.

C. Sistematis

Penulisan KAK harus dilakukan secara sistematis, mengikuti alur pemikiranyang runtut dan tata urutan penulisan yang baku sehingga menghasilkankonsepsi ideal dari kegiatan yang direncanakan tersebut.

993

D. Terukur

KAK harus terukur, artinya kegiatan yang direncanakan dalam KAKtersebut secara obyektif mampu dilaksanakan oleh unit organisasi yangbersangkutan, baik ditinjau dari aspek ketersediaan SDM, sumberpembiayaan, jangka waktu pelaksanaan dan hasil yang akan dicapai.

Apabila kegiatan yang direncanakan berjangka waktu lebih dari satuperiode tahun anggaran (multi years), maka penjelasan dalam KAKharus mampu menggambarkan secara jelas output/outcomes dari setiapperiode waktu yang dilaksanakan dan hasil akhir keseluruhan besertaproses tahapan pencapaiannya.

BAB IIIFORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Penyusunan Kerangka Acuan Kerja di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif dilakukan dengan tata urutan dan ketentuan sebagaiberikut:

A. Latar Belakang

Dalam uraian mengenai Latar Belakang berisi penjelasan mengapa kegiatantersebut penting dilaksanakan. Untuk itu hal-hal yang harus diperhatikandalam uraian latar belakang ini adalah sebagai berikut:

1. didukung dengan data-data konkrit yang berkaitan dengan kegiatantersebut, misalnya: hasil penelitian/kajian sebelumnya yang relevan,peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai landasan,perkembangan iptek, fenomena/kondisi terakhir dan sebagainya;

2. keterkaitan dengan kegiatan lain yang sedang atau akan dilaksanakanoleh unit kerja lain yang terkait;

3. mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang menjadi fokuskegiatan, yaitu suatu hal keadaan yang akan diatasi dengan kegiatanyang direncanakan; dan

4. menggunakan pola piramida terbalik agar penjelasan lebih mengalirdan sistematis, yaitu diuraikan hal-hal yang bersifat umum (makro)kemudian mengerucut ke penjelasan yang bersifat khusus (spesifik).

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan adalah suatu keadaan/kondisi yang ingin dicapaidengan kegiatan. Untuk itu rumusan maksud dan tujuan harus menjelaskanmengenai:

994

1. keluaran/hasil (output/outcomes) dari kegiatan tersebut;2. manfaat (benefit) dari keluaran/hasil yang diperoleh; dan3. dampak (impact) yang akan diperoleh setelah dihasilkannya keluaran/

hasil kegiatan tersebut, dikaitkan dengan visi, misi dan rencanastrategis organisasi.

Untuk kegiatan berbentuk studi/kajian, rumusan output/outcome diupayakanterdapat rekomendasi penyelesaian masalah yang baku, strategis daninovatif.

C. Cara Pelaksanaan Kegiatan

Memuat mengenai cara melakukan kegiatan yang meliputi Metode,Komponen, dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan, sehingga diperolehkesimpulan baku. Untuk kegiatan berupa Studi Kebijakan/Kajian, perludituliskan tempat dan waktu pengambilan sampel, penentuan unit analisis,cara instrumen pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.Sedangkan untuk kegiatan lainnya, metodologi disesuaikan dengan cakupandan tujuan yang hendak dicapai, misalnya dengan studi kepustakaan,studi banding ke berbagai daerah, telaahan/masukan dari pakar terkait,rapat koordinasi dan sebagainya. Selain itu menjelaskan bagaimanaproses/cara pelaksanaan kegiatan dilakukan, secara swakelola maupundilaksanakan oleh pihak ketiga (contracting out), serta jumlah dan alokasitenaga pelaksana.

D. Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Memuat lokasi kegiatan dilaksanakan.

E. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

Pada bagian ini, diuraikan tentang siapa saja sebagai pelaksana,penanggung jawab, dan penerima manfaat kegiatan tersebut.

F. Jadwal Kegiatan

Untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal dikaitkan dengankebutuhan tenaga dan biaya, perlu dibuat jadwal pelaksanaan kegiatandengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan, meliputi: tahapperencanaan, tahap pelaksanaan, tahap penyelesaian akhir, dan tahappelaporan serta evaluasi kegiatan.

G. Total Biaya yang Diperlukan

Memuat Total Biaya yang Diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatandan sumber dana yang dipergunakan (misal: APBN, Bantuan Luar Negeri,Pihak Ketiga dan sebagainya). Total Biaya yang Diperlukan harusdicantumkan dalam KAK, sedangkan dalam rincian jenis pembiayaan

995

kegiatan tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB), denganrincian sebagai berikut:

1. Rincian anggaran biaya yang dibutuhkan ditulis dalam bentuk RencanaAnggaran Biaya (RAB) yang dirinci dengan komponen biaya terdiridari antara lain:

a. Belanja PegawaiKomponen biaya yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhanbiaya operasional antara lain pembayaran gaji, tunjangan yangmelekat pada gaji, uang makan, dan pembayaran yang terkaitdengan belanja pegawai.

b. Belanja BarangKomponen biaya yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhanbiaya operasional, antara lain: 1) Honor Operasional Satuan Kerja; 2) Belanja Barang Operasional Lainnya; 3) Belanja Bahan; 4) Honor Output Kegiatan; 5) Belanja Non Operasional lainnya; 6) Belanja Sewa; 7) Belanja Jasa Profesi; 8) Belanja Perjalanan Lainnya; 9) Belanja Jasa;10) dll.

2. Khusus untuk KAK yang digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Peraturan PresidenNomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahsebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanPresiden Nomor 70 Tahun 2012, yaitu hanya mencantumkan besaranpagu anggaran tanpa menyebutkan RAB.

H. Format KAK per Keluaran Kegiatan dan Petunjuk Pengisiannya adalahsebagai berikut:

996

FORMAT KAK PER KELUARAN KEGIATAN

Kementerian Negara/Lembaga : ……………………………........ ( 1 )Unit Eselon I : ……………………………........ ( 2 )Program : ……………………………........ ( 3 )Hasil : ……………………………........ ( 4 )Unit Eselon II/Satker : ……………………………........ ( 5 )Kegiatan : ……………………………........ ( 6 )Indikator Kinerja Kegiatan : ……………………………........ ( 7 )Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : ……………………………........ ( 8 )Volume : ……………………………........ ( 9 )

A. Latar Belakang1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan (10)2. Gambaran Umum (11)3. Alasan Kegiatan Dilaksanakan (12)

B. Maksud dan Tujuan1. Maksud Kegiatan (13)2. Tujuan Kegiatan (14)

C. Cara Pelaksanaan Kegiatan1. Metode Pelaksanaan (15)2. Tahapan Kegiatan (16)

D. Tempat Pelaksanaan Kegiatan (17)

E. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan1. Pelaksana Kegiatan (18)2. Penanggung Jawab Kegiatan (19)3. Penerima Manfaat (20)

F. Jadwal Kegiatan1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan (21)2. Matriks Pelaksanaan Kegiatan (22)

G. Total Biaya Yang Diperlukan (23)

Penanggung Jawab,

Tanda tangan

(Nama Jelas) (24)

NIP ……...……………

997

PETUNJUK PENGISIAN KAK

KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai keluaran kegiatanyang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga yang memuat latar belakang, penerima manfaat, strategi pencapaian,waktu pencapaian, dan biaya yang diperlukan.

No Uraian (1) Diisi nama Kementerian Negara/Lembaga (2) Diisi nama unit eselon I (3) Diisi nama program sesuai hasil restrukturisasi program (4) Diisi dengan hasil yang akan dicapai dalam program (5) Diisi nama unit eselon II (6) Diisi nama kegiatan sesuai hasil restrukturisasi kegiatan (7) Diisi uraian indikator kinerja kegiatan (8) Diisi nama satuan ukur dan jenis keluaran kegiatan (9) Diisi jumlah volume keluaran kegiatan, volume yang dihasilkan bersifat kuantitatif

yang terukur. (10) Diisi dengan dasar hukum, tugas fungsi dan/atau ketentuan yang terkait langsung

dengan kegiatan yang akan dilaksanakan (11) Diisi gambaran umum mengenai keluaran kegiatan dan volumenya yang akan

dilaksanakan dan dicapai (12) Diisi dengan alasan-alasan kegiatan dilaksanakan (13) Diisi mengapa kegiatan harus dilaksanakan (14) Diisi tujuan kegiatan dilaksanakan yang berupa hasil akhir yang diharapkan dari

suatu kegiatan (bersifat kualitatif) serta manfaat (outcome) kegiatan (15) Diisi metode pelaksanaan suatu kegiatan dalam mendukung pencapaian kegiatan (16) Diisi tahapan dalam mendukung pencapaian keluaran (output) suatu kegiatan (17) Diisi tempat/lokasi pelaksanaan kegiatan (18) Diisi SDM yang terlibat dalam suatu kegiatan (19) Diisi siapa penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan (20) Diisi siapa penerima manfaat suatu kegiatan (21) Diisi lamanya dan kapan kegiatan dilaksanakan (22) Diisi jadwal waktu (time table) pelaksanaan kegiatan (23) Diisi total biaya yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebesar

nilai nominal tertentu yang dirinci dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagai lampiran KAK

(24) Diisi pejabat yang bertanggung jawab terhadap kegiatan uyang akan dilaksanakan

998

BAB IVPEMBAHASAN, PENYAMPAIAN, DAN REVISI KAK

Dalam rangka persiapan pembahasan dan penetapan program dan anggaranKementerian tahun berikutnya, Biro Perencanaan dan Organisasimemberitahukan kepada seluruh satuan organisasi/unit kerja di lingkunganKementerian, baik di tingkat Pusat maupun UPT, untuk segera mempersiapkan,merumuskan, dan menyusun KAK sesuai dengan kegiatan yang diusulkandan atau akan dilaksanakan. Urutan pembahasan dan penyampaian KAKadalah sebagai berikut:

A. Tata Cara Pembahasan dan Penyampaian Kerangka Acuan Kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dilakukan dengantata urutan dan ketentuan sebagai berikut:

1. Sebelum disampaikan kepada Sekjen c.q. Biro Perencanaan danOrganisasi, KAK terlebih dahulu ditelaah di unit kerja masing-masinguntuk mengetahui tingkat efektivitas, prioritas, serta pencapaian hasilyang diharapkan dari kegiatan yang diusulkan atau yang akandilaksanakan.

2. Penandatanganan KAK dilakukan oleh Pejabat Eselon I dan dapatdidelegasikan kepada Pejabat Eselon II dan/atau pimpinan satuankerja masing-masing dan atau pimpinan UPT untuk disampaikankepada Sekjen dengan tembusan kepada:a. Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi; danb. Kepala Biro Keuangan.

3. Sekjen c.q. Biro Perencanaan dan Organisasi melakukan koreksidan berhak memberikan catatan terhadap KAK yang disampaikanoleh satuan organisasi/unit kerja pembuat/pemrakarsa.

4. Penilaian dan koreksi dilakukan apabila KAK yang disampaikandipandang dan dinilai belum mencerminkan Kinerja yang akan dicapaidan atau melampaui batas-batas kesesuaian antar program dananggaran yang diajukan.

5. Hasil penilaian dan koreksi disampaikan kembali kepada satuanorganisasi/unit kerja pemrakarsa/pembuat KAK untuk segera diperbaiki.

6. KAK yang telah dibahas dan disampaikan oleh masing-masing unitorganisasi/satuan kerja, dengan dikoordinasikan Biro Perencanaandan Organisasi akan dibahas oleh unsur-unsur Eselon I danEselon II di bawah pimpinan Sekjen.

999

7. Hasil pembahasan KAK akan dijadikan sebagai bahan pembahasanusulan program dan anggaran Kementerian serta bahan evaluasidan masukan bagi perencanaan dan penyusunan kegiatan sertaanggaran pada tahun berikutnya.

8. Biro Perencanaan dan Organisasi mengoordinasikan jadwalpenyampaian dan pembahasan KAK.

B. Penanggung Jawab dan Penandatanganan KAK

1. Pejabat Eselon I dan Kepala UPT bertanggung jawab untukmengarahkan dan mengoordinasikan perumusan serta penyusunanKAK masing-masing kegiatan yang diusulkan atau yang akandilaksanakan terkait dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.

2. Tanggung jawab lebih diarahkan kepada penyusunan proses kegiatan,penentuan indikator, dan sasaran kinerja.

3. KAK yang sudah dirumuskan dan disusun, sebelum dihimpun dalamsuatu dokumen KAK yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon Imasing-masing unit organisasi/satuan kerja pemrakarsa/pembuatharus ditandatangani oleh Pejabat Eselon II dan atau Kepala UPT.

4. KAK untuk kegiatan prioritas tinggi dan atau strategis yang bersifatlintas Kementerian, sektoral maupun wilayah perlu dikoordinasikandengan Sekjen, Dirjen, Irjen, dan/atau Kepala Badan sesuai dengankegiatan yang diusulkan dan atau akan dilaksanakan.

C. Tata Cara Pembahasan dan Penyampaian KAK adalah sebagai berikut:

1000

No

URAIAN

KARO REN&ORG

KARO KEUANGAN

SATUAN KERJA

ESELON II,III,IV, KEPALA UPT

dan KOORDINATOR

JABFUNG

PEJABAT ESELON I

SEKJEN SATUAN KERJA

1

Pemberitahuan persiapan penyusunan KAK kepada seluruh unit organisasi/ satuan kerja

2

Pembahasan, perumusan, dan penyusunan KAK

3

Penandatanganan dokumen KAK

4

Penyampaian KAK

5

Penelaahan dan pembahasan KAK

6

Penyempurnaan/ perbaikan KAK

PEMBAHASAN DAN PENYAMPAIAN KAK

Keterangan:

1. Dalam rangka persiapan pembahasan program dan anggaranKementerian tahun berikutnya, Biro Perencanaan dan Organisasimemberitahukan kepada seluruh unit organisasi/satuan kerja diIingkungan Kementerian untuk mempersiapkan KAK sesuai dengankegiatan yang akan diusulkan/dilaksanakan.

2. Pejabat Eselon II, III, IV. Kepala UPT dan koordinator jabatan fungsionalmelaksanakan penelaahan, perumusan, dan penyusunan KAK sesuaidengan kegiatan yang diusulkan dan atau akan dilaksanakan.

3. KAK hasil pembahasan intern yang sudah disusun dan ditandatanganioleh Pejabat Eselon II dan atau Kepala UPT selanjutnya dihimpun

1001

dalam suatu dokumen KAK yang ditandatangani oleh PejabatEselon I masing-masing unit organisasi/satuan kerja.

4. Dokumen KAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat Eselon Imasing-masing satuan organisasi/unit kerja selanjutnya disampaikankepada Sekjen, dengan tembusan kepada Kepala Biro Perencanaandan Organisasi dan Kepala Biro Keuangan.

5. KAK yang sudah disampaikan kepada Sekjen, selanjutnya oleh Sekjendisampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi untukdilakukan penelaahan dan pembahasan.

6. Bilamana dalam penelaahan dan pembahasan KAK, dinilai/dipandangmasih ditemukan KAK yang belum mencerminkan tingkat pencapaiankinerja yang diharapkan dan atau melampaui batas-batas kesesuaianantara kegiatan dan anggaran yang diajukan, maka Biro Perencanaandan Organisasi menyampaikan kembali KAK bersangkutan kepadaunit organisasi/satuan kerja pemrakarsa pembuat KAK untuk segeradilakukan perbaikan.

D. Revisi KAK

Dalam pelaksanaan tahun anggaran berjalan apabila diperlukan dapatmelakukan revisi terhadap suatu kegiatan, maka terlebih dahulu harusdilakukan revisi terhadap KAK untuk pelaksanaan kegiatan bersangkutan,dengan mekanisme sebagai berikut:

1. KAK yang sudah direvisi diajukan pada saat pengajuan revisi kegiatan.

2. Revisi KAK sebelum ditandatangani oleh Pejabat Eselon I masing-masing unit organisasi/satuan kerja harus mendapat paraf persetujuanPejabat Eselon II satuan organisasi/unit kerja dan atau Kepala UPT.

3. Revisi KAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat Eselon I,selanjutnya disampaikan kepada Sekjen dengan tembusan kepada:a. Irjen;b. Karo Perencanaan dan Organisasi;c. Karo Keuangan;d. Sekditjen/Sekitjen/Sekbadan bersangkutan; dane. Pejabat Pembuat Komitmen.

4. Mekanisme penyampaian pembahasan KAK dan contoh penyusunanKAK adalah sebagai berikut:

1002

No

URAIAN

SATKER ESELON

I SEKJEN IRJEN

KARO REN&O

RG

KARO KEU

SEKDITJEN/SEKITJEN/SEKBADAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

SATUAN KERJA

1

Revisi KAK

2

Persetujuan dan penandatanganan Revisi KAK

3

PenyampaianRevisi KAK

4

Penelaahan Revisi KAK

REVISI KAK

Keterangan:

1. Sebelum pengajuan usulan revisi kegiatan tahun anggaran berjalan,maka satuan organisasi/unit kerja pemrakarsa revisi kegiatan harusterlebih dahulu melakukan revisi KAK untuk kegiatan bersangkutan.

2. KAK yang sudah direvisi, selanjutnya disampaikan kepada PejabatEselon I masing-masing satuan organisasi/unit kerja bersangkutan untukmendapatkan persetujuan.

3. KAK yang sudah disetujui dan ditandatangani oleh Pejabat Eselon Imasing-masing satuan organisasi/unit kerja, selanjutnya disampaikankepada Sekjen dengan tembusan kepada Irjen, Karo Perencanaan danOrganisasi, Karo Keuangan, Sekditjen/Sekitjen/Sekbadan dan PejabatPembuat Komitmen.

4. Revisi KAK yang sudah diterima oleh Sekjen, selanjutnya disampaikankepada Karo Perencanaan dan Organisasi untuk ditelaah dan diproseslebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1003

BAB VPENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja(KAK) di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, diharapkansemua unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdapat menyusun kegiatannya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkansehingga diperoleh hasil yang optimal.

MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARI ELKA PANGESTU

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005

1004

1005

1006