HIMPUNAN PERATURANMENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIFTAHUN 2012
JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUMBIRO HUKUM DAN KEPEGAWAIAN
SEKRETARIAT JENDERALKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
2013
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esayang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, kamimenyambut baik diterbitkannya Buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 sesuai dengan rencana. Buku himpunanini diterbitkan untuk melaksanakan salah satu tugas dan fungsi Biro Hukumdan Kepegawaian, khususnya melakukan pengelolaan dokumentasi danpublikasi hukum, penyuluhan hukum serta Jaringan dokumentasi dan informasihukum di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.
Maksud diterbitkannya buku himpunan ini selain untuk memberikaninformasi dan pengetahuan peraturan perundang-undangan di bidang pariwisatadan ekonomi kreatif bagi para pemangku kepentingan (steakholders), jugasebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang pariwisata danekonomi kreatif.
Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerjasama sehingga buku HimpunanPeraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diterbitkan.
Dengan diterbitkannya buku ini, diharapkan buku Himpunan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat bermanfaat bagisemua pihak yang berkepentingan. Akhirnya kritik dan saran pembaca kamiharapkan untuk kesempurnaan penerbitan berikutnya.
Jakarta,
Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian
ZAINI BUSTAMAN, SH, MM.
i
DAFTAR ISI
Hal
1. KATA PENGANTAR ...............................................................
2. DAFTAR ISI ............................................................................
3. ABSTRAK ...............................................................................
4. PERATURAN MENTERI :
a. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.01/PL.104/MPEK/2012 TENTANG PENGADAANBARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................
b. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DANTATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF ..........................................................................
c. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.20/OT.001/M.PEK/2012 TENTANG PENYESUAIANNOMENKLATUR PADA PERATURAN MENTERIKEBUDAYAAN DAN PARIWISATA .................................
d. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.27/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PELAKSANAANKEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGASPEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................
e. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.35/UM.001/MPEK/2012 TENTANG RENCANASTRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TAHUN 2012 – 2014 ......................................
iii
i
iii
1
29
38
241
244
267
f. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.37/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN KEGIATAN BADAN PROMOSIPARIWISATA INDONESIA ..............................................
g. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PM.55/HK.001/MPEK/2012 TENTANG INDIKATORKINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ........................
h. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :133/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN TATA NASKAH DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
i. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :134/UM.001/MPEK/2012 TENTANG JADWAL RETENSIARSIP FASILITATIF NON KEUANGAN DAN NONKEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ........................
j. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR :139/UM.001/MPEK/2012 TENTANG TATA CARAPELAKSANAAN PENGAMANAN DAN KETERTIBAN DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................
k. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.141/PW.204/MPEK/2012 TENTANG PERUBAHANKEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI KEBUDAYAANDAN PARIWISATA NOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008TENTANG PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAMNEGERI DALAM KEGIATAN PEMBUATAN DANPENGGANDAAN FILM NASIONAL SERTAPENGGANDAAN FILM IMPOR ......................................
iv
555
561
593
768
793
809
l. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.143/UM.001/MPEK/2012 TENTANG PENATAUSAHAANKEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF ................................................
m. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.144/HK.201/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDURDl LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF.........................................................
n. SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMORPM.145/HK.201/MPEK/2012 TENTANG PEDOMANPENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF ........................................................
v
813
961
988
ABSTRAKPERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
TAHUN 2012
1. PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH - ELEKTRONIK
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.01/PL.104/MPEK/2012.,LL KEMENPAREKRAF, 8 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARAELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF
ABSTRAK : - Bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas,transparansi, persaingan sehat, adil tidak diskriminatifdan akuntabel dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, perlu dilaksanakan pengadaanbarang/jasa Pemerintah secara elektronik untuk ituperlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah Secara Elektronik di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah PERKALKPP No. 002/PRT/KA/VII/2009; PERKA LKPPNo. 2 Tahun 2010.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik. Para pihakyang terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintahsecara elektronik di lingkungan Kementerian terdiriatas LPSE, PPK, ULP dan Penyedia barang/jasa.Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronikoleh pengguna barang dapat menggunakan metodesebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. LPSE,PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/
1
jasa pemerintah dilarang mengacaukan, dan/ataumerusak sistem pengadaan barang/jasa pemerintahsecara elektronik; dan mencuri informasi, memanipulasidata, dan/atau berbuat curang dalam pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik yang dapatmempengaruhi tujuan pengadaan, Penyedia barang/jasa pemerintah dikenai sanksi bila melanggar ketentuanyang telah diatur dalam Peraturan Menteri.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 5 Januari 2012
2
2. ORGANISASI – TATA KERJA
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.07/HK.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 189 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF.
ABSTRAK : - Bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan PresidenNomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 91 Tahun 2011 dan Peraturan PresidenNomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,dan Fungsi Kementerian Negara serta SusunanOrganisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I KementerianNegara, sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011, serta dalam rangka meningkatkan efektivitaspelaksanaan urusan pemerintahan di bidang pariwisatadan ekonomi kreatif, dipandang perlu menetapkanPeraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatiftentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah: PERPRESNo.47 Tahun 2009 sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,KEPPRES No. 84/P Tahun 2009, PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Organisasidan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdipimpin oleh Menteri dan bertanggung jawab kepadaPresiden. Dalam mempimpin Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, Menteri dibantu oleh Wakil MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif. Organisasi Kementerian
3
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdiri atas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan DestinasiPariwisata, Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata,Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni danBudaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif BerbasisMedia, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,Inspektorat Jenderal, Badan Pengembangan SumberDaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Staf Ahli BidangPerlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif, StafAhli Bidang Jasa Ekonomi, Staf Ahli Bidang HubunganAntar Lembaga, Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuandan Teknologi, Pusat Data dan Informasi, PusatPendidikan dan Pelatihan Pegawai dan PusatKomunikasi Publik.Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif mempunyai tugas menyelenggarakan urusandi bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalampemerintahan untuk membantu Presiden dalammenyelenggarakan pemerintahan negara. Dalammelaksanakan tugas, Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi meliputiperumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakandi bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;pengelolaanbarang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi ataspelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif di daerah; dan pelaksanaan kegiatanteknis yang berskala nasional.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 27 Januari 2012
- Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Kebudayaan dan Pariwisata dinyatakantetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/ataubelum diubah atau diganti dengan peraturanpelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Menteriini.
4
- Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri iniseluruh jabatan yang ada beserta pejabat yangmemangku jabatan di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif tetap melaksanakantugas dan fungsi Kementerian sampai dengan diaturkembali berdasarkan Peraturan Menteri ini.
- Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- Lampiran 45 hlm.
5
3. NOMENKLATUR – PENYESUAIAN - PERATURAN MENTERI KEBUDAYAANDAN PARIWISATA
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.20/OT.001/M.PEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 2 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PENYESUAIAN NOMENKLATUR PADA PERATURANMENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
ABSTRAK : - Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 77Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas PeraturanPresiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukandan Organisasi Kementerian Negara, nama KementerianKebudayaan dan Pariwisata diubah menjadiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untukitu perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif tentang Penyesuaian NomenklaturPada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UUNo. 39 Tahun 2008; PEPPRES No.47 Tahun 2009sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPERPRES No.91 Tahun 2011, PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Penyesuaiannomenklatur pada setiap Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata sebagai berikut, Menteri Kebudayaandan Pariwisata dibaca menjadi Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif dan Kementerian Kebudayaan danPariwisata dibaca menjadi Kementerian PariwisataEkonomi Kreatif.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 7 Februari 2012.
6
4. TUGAS PEMBANTUAN DEKONSENTRASI
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.27/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 21 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGASPEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF.
ABSTRAK : - Bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan TugasPembantuan, kegiatan di bidang pariwisata dan ekonomikreatif dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerahdan berubahnya organisasi Kementerian Kebudayaandan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif, maka tugas dan fungsi kementerianmenjadi berubah sehingga Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.104/UM.001/MKP/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan KementerianKebudayaan dan Pariwisata yang Dilaksanakan MelaluiDekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan perlu digantidengan Peraturan Menteri yang baru denganmenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan EkonomiKreatif tentang Pelaksanaan Kegiatan DekonsentrasiDan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No.17Tahun 2003, UU No.1 Tahun 2004, UU No.15Tahun 2004, UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 10Tahun 2009, UU No. 33 Tahun 2009, PP No. 79Tahun 2005, PP No. 6 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah terakhir dengan PP No. 38 Tahun 2008,PP No. 8 Tahun 2006, PP No. 39 Tahun 2006, PPNo. 7 Tahun 2008, PP No. 60 Tahun 2008, PP No. 71Tahun 2010, PP No. 50 Tahun 2011, PP No. 2Tahun 2012, PERPRES No. 91 Tahun 2011, PERPRESNo. 92 Tahun 2011, PERMEN KEU No. 96/PMK.06/2007,PERMEN KEU No 171/PMK.05/2007, PERMEN BUDPAR
7
No.PM.16/UM.001/MKP/2010, PERMEN KEU No.248/PMK.07/2010, PERMEN KEU No.249/PMK.02/2011,PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PelaksanaanKegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan padaKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Urusanpemerintahan yang dapat dilaksanakan melalui kegiatandekonsentrasi meliputi kegiatan bidang pengembangandestinasi pariwisata; kegiatan bidang pemasaranpariwisata; kegiatan bidang ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya; kegiatan bidang ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan danteknologi; dan kegiatan bidang pengembangan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif. Pelaksanaankegiatan dekonsentrasi antara lain sinkornisasi dankoordinasi perencanaan; fasilitasi/dukungan; bimbinganteknis; pelatihan; pemberian penghargaan; penyuluhan;supervisi; penelitian dan survey; pembinaan; danpengawasan dan pengendalian. Urusan Pemerintahanyang dapat dilaksanakan melalui Tugas Pembantuanyaitu bidang pengembangan destinasi pariwisata.Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuanmeliputi Mekanisme Pencairan Dana, PenatausahaanBMN, Pelaporan dan Pertanggungjawaban, Pembinaandan Pengawasan, Pemeriksaan, dan Serah TerimaBarang, dan sanksi administratif terhadap SatuanKerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melakukankelalaian.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 5 April 2012
- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.104/UM.001/MKP/2010 tentang PelaksanaanKegiatan Kementerian Kebudayaan dan PariwisataYang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi DanTugas Pembantuan dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.
8
5. RENCANA STRATEGIS – TAHUN 2012–2014
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.35/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 267 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF TAHUN 2012-2014.
ABSTRAK : - Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas PeraturanPresiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta SusunanOrganisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I KementerianNegara, tanggal 21 Desember 2011 telah dibentukKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan sesuaiUndang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional, setiapKementerian/Lembaga harus menyusun RencanaStrategis yang berpedoman kepada RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional yang memuatvisi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,program, dankegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsiKementerian/Lembaga dengan menetapkan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No.17Tahun 2003, UU No.25 Tahun 2004, UU No.10Tahun 2009, UU No.33Tahun 2009, PERPRES No. 47Tahun 2009 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,PERPRES No.24 Tahun 2010 sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan PERPRES No.92Tahun 2011, PERPRES No.5 Tahun 2010, PERMENPAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014.Rencana Strategis merupakan
9
pedoman dalam penyelenggaraan program dan kegiatanpembangunan di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif. Pembangunan pariwisataditentukan atas bergantungnya pada keunggulan dayatarik wisata, kualitas sarana dan prasarana di destinasiwisata, dan keberadaan industri pariwisata.Penyelenggaraan usaha pariwisata meliputi Usaha dayatarik wisata; Usaha kawasan pariwisata; Jasa transportasiwisata; Jasa perjalanan wisata; Jasa makanan danminuman; Penyediaan akomodasi; Penyelenggaraankegiatan hiburan dan rekreasi; Penyelenggaraanpertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran;Jasa informasi pariwisata; Jasa konsultan pariwisata;Jasa pramuwisata; Wisata tirta; dan Spa.
- Ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkatoleh pemerintah untuk dikelola ke tingkat Kementeriansehingga dibentuk Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif. Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 6Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif, maka ekonomikreatif Indonesia dikelompokkan menjadi Arsitektur;Desain; Fesyen (Mode); Film, Video, dan Fotografi;Kerajinan; Musik; Pasar Seni dan Barang Antik;Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; PermainanInteraktif; Penelitian dan Pengembangan; SeniPertunjukan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak;dan Televisi dan Radio. Selain pengelompokan dalamInstruksi Presiden tersebut terdapat bidang tambahanyang akan dikembangkan oleh Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif berupa kuliner yang sangat eratkaitannya dengan kepariwisataan dimana memilikikekayaan kreativitas dan kearifan lokal.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 30 April 2012
- Lampiran 265
10
6. BADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA – PEDOMAN PELAKSANAAN
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.37/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 5 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BADAN PROMOSIPARIWISATA INDONESIA.
ABSTRAK : - Dalam rangka memajukan kepariwisataan nasionalperlu meningkatkan kegiatan promosi pariwisataIndonesia maka promosi pariwisata Indonesia dapatdilakukan oleh Badan Promosi Pariwisata Indonesiasebagai mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah.Untuk pelaksanaan kegiatan promosi pariwisataIndonesia perlu adanya peraturan baru denganmenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan BadanPromosi Pariwisata Indonesia.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.17Tahun 2003, UU No.1 Tahun 2004, UU No.15 Tahun 2004,UU No.25 Tahun 2004, UU No.10 Tahun 2009, PP No. 8Tahun 2006, PP No. 60 Tahun 2008, PP No. 71 Tahun 2010,PP No.50 Tahun 2011 PERPRES No.24 Tahun 2009sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan PERPRES No.92 Tahun 2011, KEPPRESNo. 22 Tahun 2011, PERMEN KEU No.171/PNK.05/2007,PERMEN KEU No.249/PMK.02/2011, PERMENPAREKRAF No. PM.07/HK.001/MPEK/2012, PERMENPAREKRAF No. PM.35/UM.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PelaksanaanKegiatan Badan Promosi Pariwisata Indonesia. BadanPromosi Pariwisata Indonesia dalam melaksanakankegiatan promosi pariwisata Indonesia bertugasmeningkatkan citra kepariwisataan Indonesia,meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara danpenerimaan devisa, meningkatkan kunjungan wisatawannusantara dan pembelanjaan, menggalang pendanaandari sumber selain Anggaran Pendapatan dan Belanja
11
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan melakukan riset dalam rangkapengembangan usaha dan bisnis pariwisata. BadanPromosi Pariwisata Indonesia dalam menyelengarakankegiatan promosi berdasarkan kriteria yang meliputimeningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara danperjalanan wisatawan nusantara serta pembelanjaan,pada saat tingkat kunjungan rendah (low seasontourism); mempromosikan ekonomi kreatif yang menjadibagian dari kepariwisataan (creative tourism); danmempromosikan kepariwisataan yang ramah lingkungandan berkelanjutan (green tourism). Dalam melaksanakantugasnya Badan Promosi Pariwisata Indonesia wajibmelakukan koordinasi dan melaporkan kepadaKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 25 Mei 2012
12
7. INDIKATOR KINERJA UTAMA - KEMENPAREKRAF
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.55/HK.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 36 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
ABSTRAK : - Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 danPasal 4 Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentangPedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utamadi Lingkungan Instansi Pemerintah,dan dalam upayauntuk memperjelas dan menyelaraskan antara IndikatorKinerja Utama Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif dengan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) dan Rencana StrategisKementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014, serta kontrak kinerja KabinetIndonesia Bersatu II, perlu adanya penyempurnaanIndikator Kinerja Utama di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif yang sudah tidaksesuai dengan kebutuhan dan organisasi kementerian,maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif tentang Indikator Kinerja Utamadi Lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.17Tahun 2003, UU No.25 Tahun 2004, UU No.10Tahun 2009, UU No.33 Tahun 2009, PP No.8Tahun 2006, KEPPRES No.84/P Tahun 2009, PEPPRESNo.47 Tahun 2009 sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,PERPRES No.5 Tahun 2010, PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011,PERPRES No.81 Tahun 2010, PERMEN PAN
13
No.PER/09/M.PAN/5/2007, PERMEN PANRB No.20Tahun 2010, PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, dengan menetapkan indikatorkinerja utama sebagai acuan ukuran kinerja yangdigunakan oleh unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif. Untuk mengefektifkanpelaksanaan Peraturan Menteri ini, Inspektorat Jenderaldiberikan tugas melakukan telaah (review) atas capaiankinerja setiap unit kerja dalam rangka meyakinkankehandalan informasi yang disajikan dalam laporanakuntabilitas kinerja dan melakukan evaluasi terhadappelaksanaan Peraturan Menteri ini dan melaporkankepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 16 Juli 2012
- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.105/HK.001/MKP/2011 tentang Penetapan IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Kebudayaandan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- Lampiran 32 hlm
14
8. TATA NASKAH – PEDOMAN PELAKSANAAN
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.133/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 167 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
ABSTRAK : - Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata NaskahDinas dan adanya perubahan organisasi dan tata kerjayang semula Departemen Kebudayaan dan Pariwisatamenjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,dipandang perlu untuk mengganti Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata NaskahDinas di lingkungan Departemen Kebudayaan danPariwisata dengan peraturan baru, maka perlumenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Pedoman Pelaksanaan Tata NaskahDinas di Lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.37Tahun 1999, UU No.24 Tahun 2000, UU No.43Tahun 2009, UU No.24 Tahun 2009, UU No.12Tahun 2011, UU 28 Tahun 2012, PERPRES No.47Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.91 Tahun 2011,PEPPRES No. 24 Tahun 2010 sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan PERPRES No.92Tahun 2011, PERPRES No.60 Tahun 2012, PERMENPAN No.22 Tahun 2008, PERMEN DIKNAS No.46Tahun 2009, PERMEN PANRB No.6 Tahun 2011,PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang PedomanPelaksanaan Tata Naskah Dinas di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
15
Ketatalaksanaan pemerintah merupakan pengaturantentang mekanisme/ prosedur/tata kerja untukmelaksanakan tugas dan fungsi dalam berbagai bidangkegiatan pemerintahan. Ketatalaksanaan di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakankomponen penting dalam administrasi umum yangmeliputi tata naskah dinas, singkatan, akronim, dankearsipan. Tata naskah dinas sebagai salah satu unsuradministrasi umum mencakupi pengaturan tentangjenis dan penyusunan naskah dinas, penggunaanLambang Negara, cap dinas, tata surat, perubahan,pencabutan, pembatalan produk hukum, dan ralat.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 2012
- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan TataNaskah Dinas di Lingkungan Departemen Kebudayaandan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- Lampiran 164 hlm
16
9. ARSIP FASILITATIF NON KEUANGAN DAN NON KEPEGAWAIAN -JADWAL RETENSI
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.134/UM.001/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 24 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG JADWAL RETENSI ARSIP FASILITATIF NON KEUANGANDAN NON KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
ABSTRAK : - Bahwa untuk tercapainya tertib pelaksanaan penyusutanarsip di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif, perlu adanya Jadwal Retensi Arsip FasilitatifNon Keuangan dan Non Kepegawaian perlu menetapkanPeraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatiftentang Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangandan Non Kepegawaian Di Lingkungan KementerianPariwisata Dan Ekonomi Kreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.43Tahun 2009, PP No.28 Tahun 2012, KEPPRES No.105Tahun 2004, PERPRES No.47 Tahun 2009 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PERPRESNo.91 Tahun 2011, PEPPRES No. 24 Tahun 2010sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPERPRES No, 92 Tahun 2011, PERMEN BUDPARNo.PM.63/UM.001/MKP/2009, PERMEN PERKA ANRINo. 12 Tahun 2009, PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang JadwalRetensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan NonKepegawaian. Arsip fasilitatif non keuangan dan nonkepegawaian meliputi perencanaan, hukum, organisasidan ketatalaksanaan, kearsipan, ketatausahaan dankerumahtanggaan, hubungan masyarakat, penelitian,pengkajian dan pengembangan, pendidikan danpelatihan, perlengkapan, pengadaan Barang dan Jasa,perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi danpengawasan.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 22 November 2012
- Lampiran 19 hlm
17
10. PENGAMANAN - KETERTIBAN - TATA CARA PELAKSANAAN
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.139/UM.101/MPEK/2013,LL KEMENPAREKRAF, 15 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAMANAN DANKETERTIBAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF
ABSTRAK : - Bahwa dengan terbentuknya organisasi KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu dilakukanpeninjauan kembali Keputusan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor KM.29/UM.001/MKP/02 tentangTata Cara Pelaksanaan Pengamanan dan Ketertibandi lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisatauntuk itu perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif tentang Tata Cara PelaksanaanPengamanan dan Ketertiban di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.2Tahun 2002; PERPRES No.47 Tahun 2009 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PERPRESNo.91 Tahun 2011; KEPRES No. 84/P Tahun 2009sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganKEPPRES No. 59/P Tahun 2011; PERPRES No.24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011; PERKAPOLRI No.24 Tahun 2007; PERMEN PAREKRAFNo.PM.07/HK.001/MPEK/2012; KEPMEN KEUANGANNo.112/KM.6/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Tata CaraPelaksanaan Pengamanan dan Ketertiban dilingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Pengamanan di lingkungan Kantor terdiri ataspengamanan fungsional dan pengamananoperasional.Tata cara pelaksanaan pengamanan danketertiban meliputi pengamanan bangunan gedungKantor, perlindungan pribadi dan tempat kediamanMenteri dan Wakil Menteri, penjagaan di lantai kerja
18
Menteri, Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, dan paraPejabat Eselon I, pengawasan lalu lintas barang,pengaturan Penerimaan Tamu, pengaturan pemakaiantanda pengenal, pengaturan parkir kendaraan, menataletak parkIr kendaraan, pengaturan pemasanganspanduk/umbul-umbul, standing banner dan baliho,tindakan sementara dalam hal terjadi suatu tindakpidana, tindakan mengatasi perkelahian, tindakanmenghadapi unjuk rasa, tindakan mengatasi kerusuhan,tindakan mengatasi kebakaran, tindakan mengatasiancaman bom, Tindakan penyelamatan terjadinyagempa bumi, pelatihan, koordinasi dan pengawasan.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2012.
19
11. PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI - PEMBUATANDAN PENGGANDAAN FILM NASIONAL - PENGGANDAAN FILM IMPOR- PENGGANDAAN FILM NASIONAL –PERUBAHAN KEEMPAT
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM.141/PW.204/MPEK/2012, LLKEMENPAREKRAF, 3 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERIKEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008TENTANG PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAMKEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILM NASIONAL SERTAPENGGANDAAN FILM IMPOR
ABSTRAK : - Bahwa jasa teknik film yang merupakan salah satusumber daya dalam negeri, harus dimanfaatkan dalamkegiatan pembuatan dan penggandaan film nasionalserta penggandaan film impor sementara untukmemanfaatkan Jasa Teknik Film dalam negeri dalamkegiatan pembuatan dan penggandaan film nasionalserta penggandaan film impor, diperlukan waktu untukmempelajari lebih jauh kemampuan dan persiapankegiatan usaha jasa teknik film yang mencakupteknologi seluloid dan digital di dalam negeri untukitu perlu dibuatkan Peraturan Menteri untuk mengubahkembali tanggal efektif mulai berlakunya PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan JasaTeknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatandan Penggandaan Film Nasional Serta PenggandaanFilm Impor sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif Nomor PM.108/PW.204/MKP/2011.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No. 33Tahun 2009; PP No. 6 Tahun 1994; PP No. 7 Tahun 1994;PERPRES No. 24 Tahun 2010; SK MENTERIPENERANGAN No.215/KEP/MENPEN/1994; PERMENBUDPAR No. PM.55/PW.204/MKP/2008.
20
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur mengenai perubahanPasal 13 ayat (2) yaitu mengenai berlaku efektifnyaPeraturan Menteri padatanggal 1 Januari 2014.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 19 Desember 2013
21
12. PENATAUSAHAAN KEUANGAN – KEMENPAREKRAF
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR PM.143/UM.001/MPEK/2012,LL KEMENPAREKRAF, 77 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PENATAUSAHAAN KEUANGAN DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
ABSTRAK : - Bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasiKementerian serta untuk mewujudkan efektifitas,efesiensi dan tertib administrasi keuangan negara,perlu meninjau kembali Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentangPetunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan dilingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.17Tahun 2003, UU No.1 Tahun 2004, UU No.15 Tahun 2004,PERPRES No 54 Tahun 2010 sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan PERPRES No.70Tahun 2012, KEPMEN KEU No. KEP.563/KMK.03/2003,PERMEN KEU No.03/PMK.06/2006, PERMEN KEUNo 73/PMK.05/2008, PERMEN KEU No. 97/PMK.05/2010, PERMEN KEU No 154/PMK.03/2010, PERMENKEU No 113/PMK.05/2012, PERMEN KEU No. 190/PMK.05/2012, PERMEN PAREKRAF No, PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentangPenatausahaan Keuangan di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penatausahaankeuangan merupakan pedoman bagi satuan kerja danUPT di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif agar penatausahaan keuangan pada Satkerdan UPT dilaksanakan secara tertib, sehinggapembayaran yang dilakukan tidak melampaui batasalokasi dana yang tertera dalam DIPA, sertamempermudah dalam menyusun laporan keuangan.Penatausahaan keuangan meliputi persiapan,
22
pembukuan bendahara pengeluaran dan/atau bendaharapengeluaran pembantu pada Satuan kerja atau UnitPelaksana Teknis (UPT), Pemeriksaan Kas Bendahara,surat perintah pembayaran (SPP), surat perintahmembayar (SPM), Pertanggungjawaban keuangan danpelaporan.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 7 Desember 2012
- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.49/KU.202/MKP/2008 tentang PetunjukPelaksanaan Penatausahaan Keuangan di lingkunganDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata, dicabut dandinyatakan tidak berlaku.
23
13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR – PEDOMAN - PENYUSUNAN
2012
PERMEN PAREKRAF NOMOR : PM 144/HK.201/MPEK/2012,LL KEMENPAREKRAF, 25 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONALPROSEDUR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF
ABSTRAK : - Bahwa untuk menyelenggarakan tata kelolakepemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel,yang menjamin kelancaran pelaksanaan pelayananinternal dan eksternal pada unit kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, makadiperlukan standar operasional prosedur untuk ituperlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan StandarOperasional Prosedur di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif;
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah UU No.28Tahun 1999; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 14Tahun 2008; PERPRES No.47 Tahun2009 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PERPRESNo.91 Tahun 2011; PERPRES No.24 Tahun 2010sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan PERPRES No.92 Tahun 2011; KEPMEN PANNo.63/KEP/M.PAN/7/2003; PERMENNEG PAN & RBNo.35 Tahun 2012; PERMEN PAREKRAFNo.PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang pedomanbagi setiap unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusun standaroperasional prosedur bagi pelaksanaan tugas danfungsi unit organisasi masing-masing. Setiap SatuanKerja Eselon I, Unit Kerja Eselon II, dan Unit PelaksanaTeknis wajib menyusun standar operasional prosedurdengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini.
24
25
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2012.
- Ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan
Menteri ini, masih tetap berlaku untuk jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun.
- Lampiran 22 hlm.
26
14. KERANGKA ACUAN KERJA – PEDOMAN - PENYUSUNAN
2012
PERMEN PAREKRAF NO.145/HK.201/MPEK/2012,
LL KEMENPAREKRAF, 16 HLM
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
ABSTRAK : - Bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-
undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasi
Kementerian serta mewujudkan keseragaman dalam
menyusun rencana kerja dan anggaran di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perlu
meninjau kembali Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor PM. 12/HK.001/MKP/2007 tentang
Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan untuk saat ini, maka perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
tentang Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
- Dasar hukum Peraturan Menteri ini adalah PP No. 90
Tahun 2010, PERPRES No 47Tahun 2009, PERPRES
No 24Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan PERPRES No.92 Tahun 2011,
PERPRES No. 70 Tahun 2012, PERMEN BUDPAR
No PM.12/HK.001/MKP/2007, PERMEN KEU
No.112/PMK.02/2012, PERMEN PAREKRAF
No. PM.07/HK.001/MPEK/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Pedoman
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kerangka
Acuan Kerja merupakan acuan dan pedoman baku
dalam menyusun Kerangka Acuan Kerja bagi satuan
kerja dan UPT dalam menyelaraskan dan menyamakan
alur pikir rencana pelaksanaan kegiatan di lingkungan
27
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Penyusunan kerangka acuan kerja harus
memperhatikan prinsip-prinsip yaitu ringkas, jelas,
sistematis dan terukur. Menetapkan kerangka acuan
kerja terdapat format yang meliputi latar belakang,
maksud dan tujuan, cara pelaksanaan kegiatan, tempat
pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung
jawab kegiatan, jadwal kegiatan, total biaya yang
diperlukan.
CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2012.
- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
PM.12/HK.001/MKP/2007 tentang Pedoman
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
- Lampiran 13 hlm.
29
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.01/PL.104/MPEK/2012
TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi, persaingan sehat, adil tidak diskriminatif
dan akuntabel dalam pelaksanaan pengadaan barang/
jasa Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, perlu dilaksanakan pengadaan
barang/jasa Pemerintah secara elektronik;
b. bahwa untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa
Pemerintah secara elektronik di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Secara Elektronik di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
30
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
2. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Memperhatikan : 1. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 002/PRT/
KA/VII/2009 tentang Pedoman Pembentukan Unit
Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah;
2. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 2 Tahun 2010
tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (electronic
government procurement) adalah proses pengadaan barang/jasa
pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis
web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan
informasi, yang meliputi pelelangan umum secara elektronik.
2. E-Lelang Umum adalah pengadaan barang/jasa pemerintah yang proses
pelaksanaannya dilakukan dengan pelelangan umum secara terbuka,
dalam rangka mendapatkan barang/jasa, dengan penawaran harganya
dilakukan satu kali pada hari, tanggal, dan waktu yang telah ditentukan
dalam dokumen pengadaan, untuk mencari harga terendah tanpa
mengabaikan kualitas teknis dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan
mempergunakan media elektronik yang berbasis pada web/internet dengan
memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi.
31
3. Layanan Pengadaan Secara Elektronik, yang selanjutnya disebut LPSE
adalah unit kerja yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara elektronik.
4. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/
jasa Pemerintah di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang
sudah ada.
5. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
6. Penyedia Barang /Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan
yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya.
7. Kementerian adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
8. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai landasan hukum dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik, dengan tujuan untuk lebih
meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi, persaingan sehat, adil, tidak
diskriminatif serta akuntabel dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah di lingkungan Kementerian.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi pengadaan barang/jasa pemerintah
di lingkungan Kementerian yang dilakukan secara elektronik.
32
BAB IV
PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK
Pasal 4
Para pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah secara
elektronik di lingkungan Kementerian terdiri atas :
a. LPSE;
b. PPK;
c. ULP; dan
d. Penyedia barang/jasa.
Pasal 5
(1) LPSE mempunyai tugas meliputi :
a. memfasilitasi PA/KPA mengumumkan rencana umum pengadaan;
b. memfasilitasi ULP menayangkan pengumuman pelaksanaan
pengadaan;
c. memfasilitasi ULP/pejabat pengadaan melaksanakan pemilihan
penyedia barang/jasa pemerintah secara elektronik; dan
d. memfasilitasi penyedia barang/jasa pemerintah dan pihak-pihak yang
berkepentingan menjadi pengguna sistem pengadaan secara
elektronik.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LPSE
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan program kegiatan ketatausahaan, evaluasi dan pelaporan
pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah secara Elektronik
di lingkungan Kementerian;
b. pengelolaan sistem pengadaan secara elektronik dan infrastrukturnya;
c. pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna sistem pengadaan
secara elektronik; dan
d. pelaksanaan pelayanan pelatihan dan dukungan teknis pengoperasian
sistem pengadaan secara elektronik.
(3) Pembentukan dan struktur organisasi LPSE Kementerian akan diatur
lebih lanjut dalam Keputusan Menteri.
33
Pasal 6
(1) Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dilakukan oleh PPK
yang diangkat oleh PA/KPA Kementerian.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. menetapkan rencana dan paket-paket pekerjaan pengadaan barang/
jasa pemerintah;
b. menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS),
jadwal, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan;
c. menetapkan dan pengesahan hasil dokumen pengadaan secara
elektronik.
d. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik dimulai; dan
e. menindaklanjuti pemberitahuan dari LPSE apabila ditemukan
penyimpangan prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pasal 7
(1) ULP mempunyai tugas:
a. menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah;
b. menetapkan dokumen pengadaan;
c. menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
d. menayangkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di
website Kementerian dan menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan
dalam portal pengadaan nasional;
e. menilai kualifikasi penyedia barang/jasa pemerintah melalui
prakualifikasi atau pascakualifikasi;
f. mengevaluasi administrasi teknis dan harga terhadap penawaran
yang masuk;
g. mengusulkan calon pemenang;
h. memberikan jawaban sanggahan;
i. menetapkan penyedia barang/jasa pemerintah untuk:
1) pelelangan atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling
tinggi Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
2) seleksi atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa
konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
34
j. menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah kepada PPK; dan
k. menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah.
(2) Pembentukan dan struktur organisasi ULP Kementerian akan diatur lebih
lanjut dalam Keputusan Menteri.
Pasal 8
(1) Penyedia barang/jasa pemerintah wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. mendaftarkan diri kepada LPSE dan bersedia untuk dilakukan verifikasi
secara azas nyata oleh LPSE, sebelum penyedia barang/jasa
pemerintah diberi kode akses untuk masuk ke dalam sistem pengadaan
secara elektronik;
b. memenuhi ketentuan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/
kegiatan sebagai penyedia barang/jasa pemerintah;
c. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial
untuk menyediakan barang/jasa pemerintah;
d. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan
atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;
e. secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada
kontrak;
f. sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan telah memenuhi kewajiban perpajakkan tahun terakhir (Surat
Pemberian Tahunan) serta memiliki laporan bulanan Pajak Penghasilan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan Pasal 21 (PPH Pasal 21), PPH Pasal 23 (bila ada
transaksi), PPH pasal 25/pasal 29 dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) untuk Pengusaha kena pajak dalam kurang 3 (tiga) bulan
terakhir dalam tahun berjalan.
g. memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia
barang/jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman
subkontrak;
h. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf g, dikecualikan bagi
penyedia barang/jasa pemerintah yang baru berdiri kurang dari
3 (tiga) tahun;
35
i. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain
yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;
j. tidak masuk dalam daftar hitam;
k. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;
l. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanakan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik dimulai; dan
m. memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali
untuk pengadaan barang dan jasa konsultansi.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dan huruf m,
dikecualikan bagi penyedia barang/jasa pemerintah orang perorangan.
(3) Penyedia Barang/Jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan
kepentingan dilarang menjadi penyedia barang/jasa pemerintah.
Pasal 9
LPSE, PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/jasa pemerintah
bertanggung jawab secara hukum terhadap:
a. kerahasiaan dan penyalahgunaan kode akses (user ID dan password)
dalam penyelenggaraan barang/jasa pemerintah elektronik;
b. kerahasiaan dan penyalahgunaan data dan informasi elektronik yang
tidak diperuntukkan untuk umum; dan
c. pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah.
BAB V
PROSEDUR PELAKSANAAN
Pasal 10
(1) Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik oleh pengguna
barang dapat menggunakan metode:
a. metode e – lelang umum prakualifikasi dengan 1 (satu) file;
b. metode e – lelang umum prakualifikasi dengan 2 (dua) file;
c. metode e – lelang umum pascakulaifikasi dengan 1 (satu) file; dan
d. metode e – lelang umum pascakualifikasi dengan 2 (dua) file.
(2) Pedoman teknis mekanisme dan prosedur pelaksanaan pengadaan barang/
jasa pemerintah elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.
36
BAB VI
LARANGAN DAN ETIKA
Pasal 11
LPSE, PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/jasa pemerintah
dilarang:
a. mengacaukan, dan/atau merusak sistem pengadaan barang/jasa
pemerintah secara elektronik; dan
b. mencuri informasi, memanipulasi data, dan/atau berbuat curang dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik yang dapat
mempengaruhi tujuan pengadaan.
Pasal 12
Selain pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan
Pasal 11, LPSE, PPK, Panitia Pengadaan/ULP, dan Penyedia barang/jasa
harus mematuhi etika pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Pembinaan LPSE dan ULP pengadaan barang/jasa pemerintah secara
elektronik dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian melalui pelatihan
pengadaan barang/jasa pemerintah.
(2) Pengawasan LPSE dan ULP pengadaan barang/jasa pemerintah secara
elektronik dilakukan oleh Inspektur Jenderal Kementerian.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 14
(1) PPK, Panitia Pengadaan/ULP yang melakukan pelanggaraaan/kecurangan
dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dikenakan sanksi berupa:
a. sanksi administratif;
b. tuntutan ganti rugi; dan/atau
c. dilaporkan secara pidana.
37
(2) Penyedia barang/jasa pemerintah yang melakukan pelanggaran/
kecurangan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dikenakan sanksi berupa:
a. sanksi administratif;
b. pencantuman dalam daftar hitam;
c. tuntutan ganti rugi; dan/atau
d. dilaporkan secara pidana.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Januari 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakarta
pada tangal 9 Januari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 39
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI
Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MM
NIP. 19590617 198803 1 005
38
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 dan
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011, serta dalam
rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif,
dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
39
2. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P
Tahun 2011;
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon
I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2011;
Memperhatikan : Surat Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: B/307/M.PAN-
RB/1/2012 tanggal 27 Januari 2012;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 2
Dalam memimpin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat
(2) dibantu oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 3
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
40
Pasal 4
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas membantu
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam memimpin pelaksanaan tugas
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 5
Ruang lingkup bidang tugas Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, yaitu:
a. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam perumusan
dan pelaksanaan kebijakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
dan
b. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam mengoordinasikan
pencapaian kebijakan strategis lintas unit organisasi eselon I di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 6
Rincian tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam proses
pengambilan keputusan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam melaksanakan
program kerja dan kontrak kinerja;
c. memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
d. melaksanakan pengendalian dan pamantauan pelaksanaan tugas dan
fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
e. membantu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam penilaian dan
penetapan pengisian jabatan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
f. melaksanakan pengendalian reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
g. mewakili Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada acara tertentu
dan/atau memimpin rapat sesuai dengan penugasan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
h. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif; dan
41
i. dalam hal tertentu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
melaksanakan tugas khusus yang diberikan langsung oleh Presiden atau
melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 7
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata
dan ekonomi kreatif;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah; dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 9
(1) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdiri atas:
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata;
c. Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata;
d. Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya;
e. Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
f. Inspektorat Jenderal;
g. Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
h. Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif;
42
i. Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi;
j. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga;
k. Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
l. Pusat Data dan Informasi;
m. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai; dan
n. Pusat Komunikasi Publik.
(2) Struktur Organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
BAB III
SEKRETARIAT JENDERAL
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 10
(1) Sekretariat Jenderal adalah unsur pembantu pemimpin yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
(2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 11
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Sekretariat
Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan
dokumentasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
d. pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja
sama, dan hubungan masyarakat;
43
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan
hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 13
Sekretariat Jenderal terdiri atas:
a. Biro Perencanaan dan Organisasi;
b. Biro Hukum dan Kepegawaian;
c. Biro Keuangan;
d. Biro Kerja Sama Luar Negeri; dan
e. Biro Umum.
Bagian Ketiga
Biro Perencanaan dan Organisasi
Pasal 14
Biro Perencanaan dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
dan penyusunan rencana program, penganggaran, pemantauan, evaluasi
dan pelaporan, serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan
tata laksana di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 15
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Biro
Perencanaan dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana program;
b. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan anggaran;
c. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana
program dan penganggaran;
d. pelaksanaan penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan
ketatalaksanaan; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.
44
Pasal 16
Biro Perencanaan dan Organisasi terdiri atas:
a. Bagian Rencana Program;
b. Bagian Penganggaran;
c. Bagian Evaluasi dan Pelaporan;
d. Bagian Organisasi dan Tata Laksana; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 17
Bagian Rencana Program mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
penelaahan, pengolahan dan koordinasi perumusan dan penyusunan kebijakan
rencana program Kementerian.
Pasal 18
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Bagian
Rencana Program menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan
dan penyusunan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana
Kerja Pemerintah dan Forum Diskusi Kebijakan Pembangunan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, serta Forum Regional Daerah;
b. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan
dan penyusunan kebijakan Rencana Kerja, Rencana Kerja Tahunan, dan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga, serta dukungan kegiatan
tambahan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
dan
c. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan
dan penyusunan kebijakan Forum Komunikasi, Forum Diskusi, Rapat
Kerja, Rapat Koordinasi, Rapat Koordinasi Teknis/Daerah, Penyelenggaraan
Forum Komunikasi Perencanaan Internal dan Eksternal Kementerian,
serta Musrenbang.
Pasal 19
Bagian Rencana Program terdiri atas:
a. Subbagian Rencana Progam I;
b. Subbagian Rencana Program II; dan
c. Subbagian Rencana Program III.
45
Pasal 20
(1) Subbagian Rencana Program I mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan
kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja
Pemerintah dan Forum Diskusi Kebijakan Pembangunan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, serta Forum Regional Daerah.
(2) Subbagian Rencana Program II mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan
kebijakan Rencana Kerja, Rencana Kerja tahunan, dan Rencana Kerja
Anggaran Kementerian/Lembaga, serta dukungan kegiatan tambahan di
lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(3) Subbagian Rencana Program III mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan
kebijakan, Forum Komunikasi, Forum Diskusi, Rapat Kerja, Rapat
Koordinasi, Rapat Koordinasi Teknis/Daerah, Penyelenggaraan Forum
Komunikasi Perencanaan Internal dan Eksternal Kementerian, serta
Musrenbang.
Pasal 21
Bagian Penganggaran mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan anggaran
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Bagian
Penganggaran menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan
dan penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Petunjuk Operasional
Kegiatan serta penyesuaian/revisi dokumen anggaran Kementerian;
b. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan
dan penyusunan Surat Keputusan Pejabat Pengelola Anggaran, dan
Rancangan Bahan Nota Keuangan, serta Penetapan Kinerja kementerian;
dan
c. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan
dan penyusunan Standar Biaya Khusus, Forum Komunikasi Perencanaan
Pusat dan Daerah, serta urusan tata usaha Biro yang meliputi: penyiapan
bahan pameran, kepegawaian, rapat-rapat, tata persuratan dan kearsipan,
serta urusan rumah tangga Biro.
46
Pasal 23
Bagian Penganggaran terdiri atas:
a. Subbagian Penganggaran I;
b. Subbagian Penganggaran II; dan
c. Subbagian Penganggaran III dan Tata Usaha Biro.
Pasal 24
(1) Subbagian Penganggaran I mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Petunjuk Operasional Kegiatan serta
penyesuaian/revisi dokumen anggaran Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
(2) Subbagian Penganggaran II mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi perumusan dan penyusunan
Surat Keputusan Pejabat Pengelola Anggaran dan Rancangan Bahan
Nota Keuangan serta Penetapan Kinerja Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
(3) Subbagian Penganggaran III dan Tata Usaha Biro mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, dan koordinasi
perumusan dan penyusunan Standar Biaya Khusus, dan Forum Komunikasi
Perencanaan Pusat dan Daerah, serta urusan tata usaha Biro.
Pasal 25
Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan pemantauan
dan pengevaluasian pelaksanaan rencana program dan anggaran, serta
penyusunan laporan Kementerian dan penyiapan bahan sidang/rapat pimpinan.
Pasal 26
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Bagian
Evaluasi dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi:
a. pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan rencana program, kegiatan
dan anggaran, sistem pengendalian internal pemerintah, Indikator Kinerja
Utama, rekomendasi hasil pemantauan di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan
penyusunan Laporan Kementerian; dan
c. penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan
penyusunan bahan Sidang/Rapat Pimpinan.
47
Pasal 27
Bagian Evaluasi dan Pelaporan terdiri atas:
a. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi Program;
b. Subbagian Pelaporan Kementerian; dan
c. Subbagian Penyiapan Bahan Pimpinan.
Pasal 28
(1) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi Program mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
rencana program, kegiatan dan anggaran, sistem pengendalian internal
pemerintah, Indikator Kinerja Utama, rekomendasi hasil pemantauan di
lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Subbagian Pelaporan Kementerian mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan penyusunan
Laporan Kementerian.
(3) Subbagian Penyiapan Bahan Pimpinan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan penelaahan, pengolahan, koordinasi perumusan dan
penyusunan bahan Sidang/Rapat Pimpinan.
Pasal 29
Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melaksanakan penataan
dan peningkatan kapasitas organisasi, dan pengembangan jabatan fungsional,
tata laksana, serta fasilitasi reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Bagian
Organisasi dan Tata Laksana menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan penelaahan, analisis, evaluasi, koordinasi perumusan
dan penyusunan organisasi, analisis jabatan, evaluasi jabatan, analisis
beban kerja, serta pengembangan jabatan fungsional di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. penyiapan bahan penelaahan, analisis, evaluasi, koordinasi perumusan
dan penyusunan norma, standar prosedur kerja/SOP, kriteria, tata cara,
dan pedoman kerja, serta pembakuan sarana kerja di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
48
c. penyiapan bahan pemantauan, dokumentasi, penatausahaan dan pelaporan
pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 31
Bagian Organisasi dan Tata Laksana terdiri atas:
a. Subbagian Organisasi dan Pengembangan Jabatan Fungsional;
b. Subbagian Tata Laksana; dan
c. Subbagian Fasilitasi Reformasi Birokrasi.
Pasal 32
a. Subbagian Organisasi dan Pengembangan Jabatan Fungsional mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan penelaahan, analisis, evaluasi,
koordinasi perumusan dan penyusunan organisasi, penyusunan analisis
jabatan, evaluasi jabatan, analisis beban kerja, serta pengembangan
jabatan fungsional di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
b. Subbagian Tata Laksana mempunyai tugas menyiapkan bahan penelaahan,
analisis, evaluasi, koordinasi perumusan dan penyusunan norma, standar
prosedur kerja/SOP, kriteria, tata cara, dan pedoman kerja, serta pembakuan
sarana kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
c. Subbagian Fasilitasi Reformasi Birokrasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, dokumentasi, penatausahaan dan pelaporan
pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Bagian Keempat
Biro Hukum dan Kepegawaian
Pasal 33
Biro Hukum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
dan penyusunan peraturan perundang-undangan, penelaahan dan bantuan
hukum, serta melaksanakan pengelolaan dan pembinaan kepegawaian di
lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 34
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Biro
Hukum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:
49
a. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan;
b. pelaksanaan penelaahan dan bantuan hukum;
c. pelaksanaan penyusunan formasi, pengadaan, pengembangan serta urusan
disiplin dan kesejahteraan pegawai;
d. pelaksanaan urusan mutasi pegawai; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Pasal 35
Biro Hukum dan Kepegawaian terdiri atas:
a. Bagian Peraturan Perundang-undangan;
b. Bagian Penelaahan dan Bantuan Hukum;
c. Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai;
d. Bagian Mutasi Pegawai; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 36
Bagian Peraturan Perundang-undangan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan koordinasi, perumusan, dan penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan dan perjanjian di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 37
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Bagian
Peraturan Perundang-undangan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan
perundang-undangan di bidang kepariwisataan;
b. penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-
undangan di bidang ekonomi kreatif; dan
c. penyiapan bahan koordinasi, perumusan dan penyusunan rancangan
naskah perjanjian dan ratifikasi di bidang kepariwisataan dan ekonomi
kreatif.
Pasal 38
Bagian Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Subbagian Peraturan Perundang-undangan Kepariwisataan;
b. Subbagian Peraturan Perundang-undangan Ekonomi Kreatif; dan
c. Subbagian Perjanjian dan Ratifikasi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.
50
Pasal 39
(1) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Kepariwisataan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, perumusan dan penyusunan
peraturan perundang-undangan di bidang kepariwisataan.
(2) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Ekonomi Kreatif mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi perumusan dan penyusunan
peraturan perundang-undangan di bidang ekonomi kreatif.
(3) Subbagian Perjanjian dan Ratifikasi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, perumusan
dan penyusunan rancangan naskah perjanjian dan ratifikasi di bidang
kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
Pasal 40
Bagian Penelaahan dan Bantuan Hukum mempunyai tugas melaksanakan
penelaahan dan bantuan hukum.
Pasal 41
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 40, Bagian
Penelaahan dan Bantuan Hukum menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan penelaahan hukum di lingkungan Kementerian;
b. penyiapan bahan bantuan hukum di lingkungan Kementerian; dan
c. pengelolaan dokumentasi dan publikasi hukum, serta jaringan dokumentasi
dan informasi hukum.
Pasal 42
Bagian Penelaahan dan Bantuan Hukum terdiri atas:
a. Subbagian Penelaahan Hukum;
b. Subbagian Bantuan Hukum; dan
c. Subbagian Dokumentasi dan Publikasi Hukum.
Pasal 43
(1) Subbagian Penelaahan Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penelaahan hukum dan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Subbagian Bantuan Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan advokasi dan pemberian bantuan hukum di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
51
(3) Subbagian Dokumentasi dan Publikasi Hukum mempunyai tugas melakukan
pengelolaan dokumentasi dan publikasi hukum, penyuluhan hukum, serta
jaringan dokumentasi dan informasi hukum.
Pasal 44
Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan formasi, pengadaan, pengembangan, serta urusan
disiplin dan kesejahteraan pegawai.
Pasal 45
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Bagian
Perencanaan dan Pengembangan Pegawai menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan analisis kebutuhan, penyusunan formasi, dan pengadaan
pegawai;
b. penyiapan bahan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan,
pengembangan pegawai, serta pengurusan ijin belajar dan beasiswa;
dan
c. pelaksanaan urusan disiplin, kesejahteraan, dan pemberian tanda
penghargaan pegawai.
Pasal 46
Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai terdiri atas:
a. Subbagian Perencanaan Pegawai;
b. Subbagian Pengembangan Pegawai; dan
c. Subbagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai.
Pasal 47
(1) Subbagian Perencanaan Pegawai mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan analisis kebutuhan, penyusunan formasi, dan pengadaan pegawai.
(2) Subbagian Pengembangan Pegawai mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan,
pengembangan pegawai, serta pengurusan ijin belajar dan beasiswa.
(3) Subbagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai tugas
melakukan urusan disiplin, kesejahteraan, dan pemberian tanda
penghargaan pegawai serta Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara
(LHKPN) dan pembinaan mental pegawai.
52
Pasal 48
Bagian Mutasi Pegawai mempunyai tugas melaksanakan urusan mutasi
pegawai.
Pasal 49
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Bagian
Mutasi Pegawai menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan urusan pengangkatan pegawai, pengangkatan dan
pemberhentian dalam jabatan, serta pemberhentian dan pensiun pegawai;
b. penyiapan bahan urusan kepangkatan dan peninjauan masa kerja, kenaikan
gaji berkala, serta perpindahan tempat dan daerah kerja pegawai; dan
c. pelaksanaan urusan dokumentasi, database pegawai, tata usaha pegawai,
kesejahteraan dan penilaian kinerja pegawai, serta urusan kepegawaian
Sekretariat Jenderal, dan tata usaha Biro.
Pasal 50
Bagian Mutasi Pegawai terdiri atas:
a. Subbagian Pengangkatan dan Pemberhentian;
b. Subbagian Mutasi dan Kepangkatan; dan
c. Subbagian Tata Usaha Kepegawaian.
Pasal 51
(1) Subbagian Pengangkatan dan Pemberhentian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan urusan pengangkatan pegawai, pengangkatan dan
pemberhentian dalam jabatan, serta pemberhentian dan pensiun pegawai.
(2) Subbagian Mutasi dan Kepangkatan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan urusan kepangkatan dan peninjauan masa kerja,
kenaikan gaji berkala, serta perpindahan tempat dan daerah kerja pegawai.
(3) Subbagian Tata Usaha Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan
dokumentasi, database pegawai, tata usaha pegawai, kesejahteraan dan
penilaian kinerja pegawai, serta urusan kepegawaian Sekretariat Jenderal,
dan tata usaha Biro.
53
Bagian Kelima
Biro Keuangan
Pasal 52
Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
pengoordinasian pengelolaan pelaksanaan anggaran, perbendaharaan,
akuntansi, dan verifikasi anggaran di lingkungan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
Pasal 53
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 52, Biro
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan koordinasi, pengelolaan anggaran,
serta pemberian bimbingan teknis pengelolaan keuangan di lingkungan
Kementerian;
b. pelaksanaan penataan pengelolaan perbendaharaan, dan penyelesaian
kerugian keuangan Negara, serta penatausahaan keuangan di lingkungan
Kementerian;
c. pelaksanaan urusan akuntansi dan neraca/kekayaan keuangan serta
evaluasi dan pelaporan keuangan di lingkungan Kementerian;
d. pelaksanaan verifikasi realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, serta rekonsiliasi pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja negara di lingkungan Kementerian; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.
Pasal 54
Biro Keuangan terdiri atas:
a. Bagian Pelaksanaan Anggaran;
b. Bagian Perbendaharaan;
c. Bagian Akuntansi;
d. Bagian Verifikasi Anggaran; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 55
Bagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melaksanakan pemantauan,
evaluasi, dan koordinasi, pengelolaan anggaran dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak di lingkungan Kementerian.
54
Pasal 56
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 55, Bagian
Pelaksanaan Penganggaran menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi dan pelaporan
pengelolaan anggaran di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat
Jenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata,
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Pusat
Data dan Informasi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat
Komunikasi Publik;
b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pelaporan
pengelolaan anggaran di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasaran
Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain,
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Badan Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
c. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pelaporan realisasi
anggaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak serta pemberian bimbingan
teknis pengelolaan keuangan di lingkungan Kementerian.
Pasal 57
Bagian Pelaksanaan Penganggaran terdiri atas:
a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran I;
b. Subbagian Pelaksanaan Anggaran II; dan
c. Subbagian Pemantauan Anggaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Pasal 58
(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran I mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi dan pelaporan
pengelolaan anggaran di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat
Jenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dan
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Pusat
Data dan Informasi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat
Komunikasi Publik;
(2) Subbagian Pelaksanaan Anggaran II mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pelaporan
pengelolaan anggaran di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasaran
Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain,
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Badan Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
55
(3) Subbagian Pemantauan Anggaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi,
koordinasi, dan pelaporan realisasi anggaran dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak serta pemberian bimbingan teknis pengelolaan keuangan
di lingkungan Kementerian.
Pasal 59
Bagian Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan urusan
perbendaharaan, dan penyelesaian kerugian keuangan negara, serta
penatausahaan keuangan di lingkungan Kementerian.
Pasal 60
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 59, Bagian
Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan pembinaan pengelolaan perbendaharaan di lingkungan
Kementerian;
b. penyiapan bahan pertimbangan masalah tidak lanjut hasil pemeriksaan
dan penyelesaian tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi di
lingkungan Kementerian; dan
c. penyiapan bahan pembinaan, pemantauan, evaluai dan koordinasi
penatausahaan keuangan dan peraturan keuangan di lingkungan
Kementerian, serta urusan tata usaha Biro.
Pasal 61
Bagian Perbendaharaan terdiri atas:
a. Subbagian Tata Kelola Perbendaharaan;
b. Subbagian Penyelesaian Kerugian Negara; dan
c. Subbagian Penatausahaan Keuangan dan Tata Usaha Biro.
Pasal 62
(1) Subbagian Tata Kelola Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pembinaan, koordinasi dan pertimbangan masalah
perbendaharaan, dan penetapan pengelola Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran di lingkungan Kementerian.
(2) Subbagian Penyelesaian Kerugian Negara mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, koordinasi, dan pertimbangan
masalah tidak lanjut hasil pemeriksaan dan penyelesaian tuntutan
perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi di lingkungan Kementerian.
56
(3) Subbagian Penatausahaan Keuangan dan Tata Usaha Biro mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan, pemantauan, evaluai
dan koordinasi penatausahaan keuangan dan peraturan keuangan di
lingkungan Kementerian, serta urusan tata usaha Biro.
Pasal 63
Bagian Akuntansi mempunyai tugas melaksanakan urusan akuntansi dan
neraca/kekayaan di lingkungan Kementerian.
Pasal 64
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 63, Bagian
Akuntansi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/
kekayaan keuangan di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat
Jenderal, dan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata,
Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata, Pusat Data dan Informasi,
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat Komunikasi Publik;
b. penyiapan bahan pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/
kekayaan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif
Berbasis Seni dan Budaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis
Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
c. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan koordinasi penyusunan
perhitungan anggaran dan pelaporan keuangan di lingkungan Kementerian.
Pasal 65
Bagian Akuntansi terdiri atas:
a. Subbagian Akuntansi I;
b. Subbagian Akuntansi II; dan
c. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan Keuangan.
Pasal 66
(1) Subbagian Akuntansi I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/kekayaan
keuangan di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal,
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal
Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Pusat Data dan Informasi,
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Pusat Komunikasi Publik.
57
(2) Subbagian Akuntansi II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pemantauan, koordinasi dan penyusunan laporan neraca/kekayaan
keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata,
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(3) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan Keuangan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan koordinasi penyusunan
perhitungan anggaran dan pelaporan keuangan di lingkungan Kementerian.
Pasal 67
Bagian Verifikasi Anggaran mempunyai tugas melaksanakan verifikasi realisasi
anggaran pendapatan dan belanja negara di lingkungan Kementerian.
Pasal 68
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada Pasal 67, Bagian
Verifikasi Anggaran menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan dokumen verifikasi dan penilaian realisasi anggaran
pendapatan dan belanja negara; dan
b. penyiapan bahan rekonsiliasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara.
Pasal 69
Bagian Verifikasi Anggaran terdiri atas:
a. Subbagian Verifikasi Pendapatan dan Belanja; dan
b. Subbagian Rekonsiliasi.
Pasal 70
(1) Subbagian Verifikasi Pendapatan dan Belanja mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan dokumen verifikasi dan penilaian realisasi anggaran
pendapatan dan belanja negara di lingkungan kementerian.
(2) Subbagian Rekonsiliasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
rekonsiliasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara di
lingkungan Kementerian.
58
Bagian Keenam
Biro Kerja Sama Luar Negeri
Pasal 71
Biro Kerja Sama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan kerja sama antar negara secara bilateral, regional ASEAN,
regional non ASEAN, dan multilateral di bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif.
Pasal 72
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, Biro
Kerja Sama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan Dunia,
Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif secara bilateral;
b. pelaksanaan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan Dunia,
Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif secara regional ASEAN;
c. pelaksanaan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan Dunia,
Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif secara regional non ASEAN;
d. pelaksanaan penyiapan koordinasi kerja sama luar negeri dengan Badan
Dunia, Organisasi Internasional dan antar negara di bidang pariwisata
dan ekonomi kreatif secara multilateral; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Pasal 73
Biro Kerja Sama Luar Negeri terdiri atas:
a. Bagian Kerja Sama Bilateral;
b. Bagian Kerja Sama Regional ASEAN;
c. Bagian Kerja Sama Regional Non ASEAN;
d. Bagian Kerja Sama Multilateral; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 74
Bagian Kerja Sama Bilateral mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
kerja sama luar negeri dengan badan dunia, organisasi internasional dan
antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif secara bilateral.
59
Pasal 75
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74, Bagian
Kerja Sama Bilateral menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama di wilayah Asia Pasifik;
b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama di wilayah Amerika dan Eropa; dan
c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah Afrika
dan Timur Tengah, serta urusan tata usaha biro.
Pasal 76
Bagian Kerja Sama Bilateral terdiri atas:
a. Subbagian Asia Pasifik;
b. Subbagian Amerika dan Eropa; dan
c. Subbagian Afrika, Timur Tengah, dan Tata Usaha Biro.
Pasal 77
(1) Subbagian Asia Pasifik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kerja sama bilateral di wilayah Asia Pasifik.
(2) Subbagian Amerika dan Eropa mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama bilateral di wilayah Amerika dan Eropa.
(3) Subbagian Afrika, Timur Tengah, dan Tata Usaha Biro mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan kerja sama bilateral di wilayah Afrika dan
Timur Tengah, serta urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Pasal 78
Bagian Kerja Sama Regional ASEAN mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi kerja sama luar negeri dengan Organisasi ASEAN dan Kawasan
Pertumbuhan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan Asia
Tenggara.
Pasal 79
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 78, Bagian
Kerja Sama Regional ASEAN menyelenggarakan fungsi:
60
a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif pada organisasi
ASEAN;
b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif dengan mitra
wicara ASEAN; dan
c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif di Kawasan
Pertumbuhan.
Pasal 80
Bagian Kerja Sama Regional ASEAN terdiri atas:
a. Subbagian ASEAN;
b. Subbagian Mitra Wicara ASEAN; dan
c. Subbagian Kawasan Pertumbuhan.
Pasal 81
(1) Subbagian ASEAN mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif pada organisasi ASEAN.
(2) Subbagian Mitra Wicara ASEAN mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif dengan negara-
negara Mitra Wicara ASEAN.
(3) Subbagian Kawasan Pertumbuhan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif di Kawasan
Pertumbuhan.
Pasal 82
Bagian Kerja Sama Regional Non ASEAN mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi kerja sama luar negeri dengan badan dunia, organisasi internasional
dan antar negara di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif di luar kawasan
ASEAN.
Pasal 83
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82, Bagian
Kerja Sama Regional Non ASEAN menyelenggarakan fungsi:
61
a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama intra kawasan Asia Pasifik;
b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama antar kawasan I; dan
c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama antar kawasan II.
Pasal 84
Bagian Kerja Sama Regional Non ASEAN terdiri atas:
a. Subbagian Intra Kawasan;
b. Subbagian Antar Kawasan I; dan
c. Subbagian Antar Kawasan II.
Pasal 85
(1) Subbagian Intra Kawasan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kerja sama dalam kawasan Asia Pasifik.
(2) Subbagian Antar Kawasan I mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama di Antar kawasan Asia Pasifik dengan kawasan
Amerika Latin, antar kawasan Asia dan Afrika, Antar kawasan kawasan
Asia dan Eropa.
(3) Subbagian Antar Kawasan II mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama pada kawasan kepulauan Pasifik, dan kerja
sama kawasan Indian Ocean, dan pada organisasi-organisasi D-8 dan
G-20.
Pasal 86
Bagian Kerja Sama Multilateral mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi kerja sama dengan organisasi-organisasi internasional di bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif secara multilateral.
Pasal 87
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 86, Bagian
Kerja Sama Multilateral menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama UNWTO;
62
b. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan
c. penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama dengan WTO dan Organisasi Internasional
lainnya.
Pasal 88
Bagian Kerja Sama Multilateral terdiri atas:
a. Subbagian UNWTO;
b. Subbagian Kerja Sama Ekonomi Kreatif; dan
c. Subbagian WTO dan OI Lainnya.
Pasal 89
(1) Subbagian UNWTO mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
kerja sama dengan UNWTO.
(2) Subbagian Kerja Sama Ekonomi Kreatif mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan.
(3) Subbagian WTO dan OI Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kerja sama dengan WTO dan Organisasi internasional
lainnya.
Bagian Ketujuh
Biro Umum
Pasal 90
Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha pimpinan,
perlengkapan dan rumah tangga, serta layanan pengadaan barang/jasa di
lingkungan Kantor Pusat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 91
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Biro
Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan;
b. pelaksanaan urusan perlengkapan;
c. pelaksanaan urusan rumah tangga;
63
d. pelaksanaan urusan layanan pengadaan barang/jasa; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.
Pasal 92
Biro Umum terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha Pimpinan;
b. Bagian Perlengkapan;
c. Bagian Rumah Tangga;
d. Bagian Layanan Pengadaan; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 93
Bagian Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas melaksanakan urusan tata
usaha Menteri, tata usaha Wakil Menteri, tata usaha Sekretaris Jenderal, tata
usaha Staf Ahli, serta urusan keprotokolan.
Pasal 94
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 93, Bagian
Tata Usaha Pimpinan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Menteri;
b. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Wakil Menteri;
c. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Sekretaris Jenderal;
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Staf Ahli Menteri; dan
e. pelaksanaan urusan keprotokolan;
Pasal 95
Bagian Tata Usaha Pimpinan terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha Menteri ;
b. Subbagian Tata Usaha Wakil Menteri;
c. Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal;
d. Subbagian Tata Usaha Staf Ahli; dan
c. Subbagian Protokol.
Pasal 96
(1) Subbagian Tata Usaha Menteri mempunyai tugas melakukan urusan tata
usaha dan rumah tangga Menteri.
64
(2) Subbagian Tata Usaha Wakil Menteri mempunyai tugas melakukan urusan
tata usaha dan rumah tangga Wakil Menteri.
(3) Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal mempunyai tugas melakukan
urusan tata usaha dan rumah tangga Sekretaris Jenderal.
(4) Subbagian Tata Usaha Staf Ahli mempunyai tugas melakukan urusan
tata usaha dan rumah tangga Staf Ahli Menteri.
(5) Subbagian Protokol mempunyai tugas melakukan urusan keprotokolan.
Pasal 97
Bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan urusan penatausahaan
Barang Milik Negara, serta pemeliharaan, pelaporan, dan analisis kebutuhan
pengadaan barang inventaris kantor.
Pasal 98
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 97, Bagian
Perlengkapan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan pemantauan, analisis, dan evaluasi pengelolaan, serta
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara di
lingkungan Kementerian;
b. pemantauan, pencatataan dan penyusunan daftar inventaris, pemeliharaan
gedung kantor dan barang inventaris, serta penghapusan barang inventaris
di lingkungan Kementerian; dan
c. penyusunan rencana kebutuhan, penyimpanan, dan pendistribusian barang
inventaris.
Pasal 99
Bagian Perlengkapan terdiri atas:
a. Subbagian Penatausahan Barang Milik Negara (BMN);
b. Subbagian Pemeliharaan; dan
c. Subbagian Analisis Kebutuhan.
Pasal 100
(1) Subbagian Penatausahaan Barang Milik Negara mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis, dan evaluasi
pengelolaan, serta Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang
Milik Negara di lingkungan Kementerian.
65
(2) Subbagian Pemeliharaan mempunyai tugas melakukan pemantauan,
pencatatan dan pemeliharaan gedung kantor dan barang inventaris serta
penghapusan barang inventaris di lingkungan kementerian.
(3) Subbagian Analisis Kebutuhan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan rencana kebutuhan, penyimpanan, dan pendistribusian
barang inventaris kantor.
Pasal 101
Bagian Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan urusan gaji dan
kesehatan pegawai, pengamanan, tata persuratan dan kearsipan di lingkungan
Kantor.
Pasal 102
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101, Bagian
Rumah Tangga menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan pembayaran gaji dan kesehatan pegawai di lingkungan
Sekretariat Jenderal, serta urusan tata usaha Biro;
b. pelaksanaan urusan pengamanan terhadap instalasi dan personil di
lingkungan kantor; dan
c. pelaksanaan urusan tata persuratan dan kearsipan di lingkungan Kantor.
Pasal 103
Bagian Rumah Tangga terdiri atas:
a. Subbagian Urusan Dalam;
b. Subbagian Pengamanan; dan
c. Subbagian Tata Persuratan.
Pasal 104
(1) Subbagian Urusan Dalam mempunyai tugas melakukan urusan pembayaran
gaji dan kesehatan pegawai di lingkungan sekretariat jenderal, serta
urusan tata usaha Biro.
(2) Subbagian Pengamanan mempunyai tugas melakukan pengamanan
terhadap instalasi dan personil di lingkungan kantor.
(3) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan tata
persuratan dan kearsipan di lingkungan kantor.
66
Pasal 105
Bagian Layanan Pengadaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan pembinaan, dan pelaksanaan layanan, serta bimbingan teknis pengadaan
barang/jasa di lingkungan Kementerian.
Pasal 106
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 105, Bagian
Layanan Pengadaan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan layanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian;
dan
b. penyiapan bahan pembinaan dan pemberian bimbingan teknis pengadaan
barang/jasa di lingkungan Kementerian.
Pasal 107
Bagian Layanan Pengadaan terdiri atas:
a. Subbagian Pelaksanaan Pengadaan; dan
b. Subbagian Bimbingan Teknis.
Pasal 108
(1) Subbagian Pelaksanaan Pengadaan mempunyai tugas melakukan
pelaksanaan layanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian.
(2) Subbagian Bimbingan Teknis mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan pembinaan dan pemberian bimbingan teknis pengadaan barang/
jasa di lingkungan Kementerian.
BAB IV
DIREKTORAT JENDERAL
PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 109
(1) Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata adalah unsur
pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dipimpin oleh
Direktur Jenderal.
67
Pasal 110
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengembangan destinasi pariwisata.
Pasal 111
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110,
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan destinasi pariwisata;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan destinasi pariwisata;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan
destinasi pariwisata;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan destinasi
pariwisata; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi
Pariwisata.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 112
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata;
c. Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata;
d. Direktorat Industri Pariwisata;
e. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata; dan
f. Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan
Event.
Bagian Ketiga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Pasal 113
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.
68
Pasal 114
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113,
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan
Direktorat Jenderal;
b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,
pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan
kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;
c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,
serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 115
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;
b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Umum dan Informasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 116
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,
serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 117
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116, Bagian
Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan
penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat
Jenderal.
69
Pasal 118
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:
a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;
b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan
c. Subbagian Kerja Sama.
Pasal 119
(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana
program dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan,
pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat
Jenderal.
(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama
dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 120
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,
serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di
lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 121
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120, Bagian
Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;
dan
c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Pasal 122
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:
70
a. Subbagian Hukum;
b. Subbagian Kepegawaian; dan
c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.
Pasal 123
(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin
pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan
pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan
dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal.
Pasal 124
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 125
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124, Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat
Jenderal;
b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;
dan
c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen
verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.
Pasal 126
Bagian Keuangan terdiri atas:
a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;
b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan
c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.
71
Pasal 127
(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan
pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat
Jenderal.
(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan
perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi
dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di
lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 128
Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata
persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan
informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 129
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128, Bagian
Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan
barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 130
Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:
a. Subbagian Tata Persuratan;
b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan
c. Subbagian Data dan Informasi.
Pasal 131
(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan
penerimaan dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan
kearsipan di lingkungan Direktorat Jenderal.
72
(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan
urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana
kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan
Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan
pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Bagian Keempat
Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata
Pasal 132
Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang perancangan destinasi dan investasi pariwisata.
Pasal 133
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132,
Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perancangan
destinasi pariwisata, pengembangan zona kreatif, serta investasi dan
inovasi destinasi pariwisata;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
perancangan destinasi pariwisata, pengembangan zona kreatif, serta
investasi dan inovasi destinasi pariwisata;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perancangan
destinasi pariwisata, pengembangan zona kreatif, serta investasi dan
inovasi destinasi pariwisata; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 134
Direktorat Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata terdiri atas:
a. Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata;
b. Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata;
c. Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif; dan
d. Subdirektorat Investasi Pariwisata;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
73
Pasal 135
Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang kawasan ekonomi khusus pariwisata.
Pasal 136
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135,
Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di kawasan strategis pariwisata wilayah I; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di kawasan strategis pariwisata wilayah II.
Pasal 137
Subdirektorat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata terdiri atas:
a. Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah I; dan
b. Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah II.
Pasal 138
(1) Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah I mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi perancangan destinasi dan investasi di kawasan strategi
pariwisata di wilayah Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Kalimantan.
(2) Seksi Kawasan Strategis Pariwisata Wilayah II mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi perancangan destinasi dan investasi di kawasan strategi
pariwisata di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua
Barat.
Pasal 139
Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
74
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang perancangan kawasan pengembangan destinasi
pariwisata.
Pasal 140
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139,
Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan destinasi wilayah I; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan destinasi wilayah II.
Pasal 141
Subdirektorat Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata terdiri atas:
a. Seksi Perancangan Destinasi Wilayah I; dan
b. Seksi Perancangan Destinasi Wilayah II.
Pasal 142
(1) Seksi Perancangan Destinasi Wilayah I mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan destinasi di wilayah Sumatera,
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan.
(2) Seksi Perancangan Destinasi Wilayah II mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan destinasi di wilayah Jawa Timur,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku,
Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Pasal 143
Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pengembangan zona kreatif.
75
Pasal 144
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143,
Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif berbasis seni dan
budaya; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif berbasis media,
desain, dan iptek.
Pasal 145
Subdirektorat Pengembangan Zona Kreatif terdiri atas:
a. Seksi Zona Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan
b. Seksi Zona Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek.
Pasal 146
(1) Seksi Zona Kreatif Berbasis Seni dan Budaya mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif berbasis seni dan
budaya.
(2) Seksi Zona Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan zona kreatif
berbasis media, desain, dan iptek.
Pasal 147
Subdirektorat Investasi Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang investasi
pariwisata.
Pasal 148
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147,
Subdirektorat Investasi Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
76
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan potensi investasi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi investasi.
Pasal 149
Subdirektorat Investasi Pariwisata terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Potensi Investasi; dan
b. Seksi Promosi Investasi.
Pasal 150
(1) Seksi Pengembangan Potensi Investasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan potensi investasi.
(2) Seksi Promosi Investasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi investasi.
Pasal 151
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Kelima
Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata
Pasal 152
Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan daya tarik wisata.
Pasal 153
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152,
Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata menyelenggarakan fungsi:
77
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
kawasan pariwisata, dan daya tarik wisata di wilayah I, II, III, dan IV;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan kawasan pariwisata, dan daya tarik wisata di wilayah I,
II, III, dan IV;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan kawasan pariwisata, dan daya tarik wisata di wilayah I,
II, III, dan IV; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 154
Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I;
b. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II;
c. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah III;
d. Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 155
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Jawa dan
Sumatera.
Pasal 156
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155,
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Jawa;
dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Sumatera.
78
Pasal 157
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah I terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Jawa; dan
b. Seksi Wilayah Sumatera.
Pasal 158
(1) Seksi Wilayah Jawa mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Jawa.
(2) Seksi Wilayah Sumatera mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Sumatera.
Pasal 159
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Pasal 160
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159,
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Bali;
dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan pengembangan daya tarik wisata
di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Pasal 161
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah II terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Bali; dan
b. Seksi Wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
79
Pasal 162
(1) Seksi Wilayah Bali mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Bali.
(2) Seksi Wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata
di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Pasal 163
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah III mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Kalimantan dan Sulawesi.
Pasal 164
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163,
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah III menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang bidang pengembangan daya tarik wisata di
wilayah Kalimantan; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Sulawesi.
Pasal 165
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata wilayah III terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Kalimantan; dan
b. Seksi Wilayah Sulawesi.
Pasal 166
(1) Seksi Wilayah Kalimantan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
80
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Kalimantan.
(2) Seksi Wilayah Sulawesi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah Sulawesi.
Pasal 167
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Pasal 168
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167,
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Maluku dan Maluku Utara; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Papua dan Papua Barat.
Pasal 169
Subdirektorat Pengembangan Daya Tarik Wisata Wilayah IV terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Maluku dan Maluku Utara; dan
b. Seksi Wilayah Papua dan Papua Barat.
Pasal 170
(1) Seksi Wilayah Maluku dan Maluku Utara mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Maluku dan Maluku Utara.
81
(2) Seksi Wilayah Papua dan Papua Barat mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan daya tarik wisata di wilayah
Papua dan Papua Barat.
Pasal 171
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Keenam
Direktorat Industri Pariwisata
Pasal 172
Direktorat Industri Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri pariwisata.
Pasal 173
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172,
Direktorat Industri Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang sarana dan
jasa pariwisata, pengembangan produk dan pelayanan pariwisata;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
sarana dan jasa pariwisata, pengembangan produk dan pelayanan
pariwisata;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana
dan jasa pariwisata, pengembangan produk dan pelayanan pariwisata;
dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 174
Direktorat Industri Pariwisata terdiri atas:
a. Subdirektorat Sarana Pariwisata;
b. Subdirektorat Jasa Pariwisata;
c. Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I;
d. Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
82
Pasal 175
Subdirektorat Sarana Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana
pariwisata.
Pasal 176
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175,
Subdirektorat Sarana Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang sarana pariwisata meliputi usaha daya tarik wisata
dan kawasan pariwisata; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang sarana pariwisata meliputi penyediaan akomodasi,
jasa makanan dan minuman, serta tirta dan spa.
Pasal 177
Subdirektorat Sarana Pariwisata terdiri atas:
a. Seksi Sarana Pariwisata I; dan
b. Seksi Sarana Pariwisata II.
Pasal 178
(1) Seksi Sarana Pariwisata I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang sarana pariwisata meliputi usaha daya tarik wisata dan kawasan
pariwisata.
(2) Seksi Sarana Pariwisata II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang sarana pariwisata meliputi penyediaan akomodasi, jasa makanan
dan minuman, serta tirta dan spa.
Pasal 179
Subdirektorat Jasa Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
83
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang jasa
pariwisata.
Pasal 180
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 179,
Subdirektorat Jasa Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang jasa pariwisata yang meliputi: jasa transportasi
wisata, jasa informasi pariwisata, dan penyelenggaraan kegiatan hiburan
dan rekreasi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang jasa pariwisata yang meliputi: jasa perjalanan
wisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata dan penyelenggaraan
pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran.
Pasal 181
Subdirektorat Jasa Pariwisata terdiri atas:
a. Seksi Jasa Pariwisata I; dan
b. Seksi Jasa Pariwisata II.
Pasal 182
(1) Seksi Jasa Pariwisata I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang jasa pariwisata meliputi jasa transportasi wisata, jasa informasi
pariwisata, dan penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi.
(2) Seksi Jasa Pariwisata II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang jasa pariwisata meliputi jasa perjalanan wisata, jasa konsultan
pariwisata, jasa pramuwisata dan penyelenggaraan pertemuan, insentif,
konvensi, dan pameran.
Pasal 183
Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
84
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di
wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur.
Pasal 184
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183,
Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah
Sumatera dan Jawa; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Pasal 185
Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah I terdiri atas:
a. Seksi Wilayah I.A; dan
b. Seksi Wilayah I.B.
Pasal 186
(1) Seksi Wilayah I.A mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Sumatera
dan Jawa.
(2) Seksi Wilayah I.B mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Pasal 187
Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
85
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di
wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat.
Pasal 188
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 187,
bdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah
Kalimantan, Sulawesi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Pasal 189
Subdirektorat Pengembangan Produk dan Pelayanan Wilayah II terdiri atas:
a. Seksi Wilayah II.A; dan
b. Seksi Wilayah II.B.
Pasal 190
(1) Seksi Wilayah II.A mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Kalimantan
dan Sulawesi.
(2) Seksi Wilayah II.B mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan produk dan pelayanan di wilayah Maluku,
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Pasal 191
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
86
Bagian Ketujuh
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata
Pasal 192
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pemberdayaan masyarakat destinasi pariwisata.
Pasal 193
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 192,
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perancangan
dan pemantauan pemberdayaan, peningkatan kapasitas masyarakat desa,
kemitraan dan kelembagaan masyarakat, serta dokumentasi dan
komunikasi;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
perancangan dan pemantauan pemberdayaan, peningkatan kapasitas
masyarakat desa, kemitraan dan kelembagaan masyarakat, serta
dokumentasi dan komunikasi;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perancangan
dan pemantauan pemberdayaan, peningkatan kapasitas masyarakat desa,
kemitraan dan kelembagaan masyarakat, serta dokumentasi dan
komunikasi; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 194
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata terdiri atas:
a. Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata;
b. Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa;
c. Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat;
d. Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
87
Pasal 195
Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perancangan dan pemantauan
pemberdayaan pariwisata.
Pasal 196
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195,
Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan pemberdayaan pariwisata; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pemantauan pemberdayaan pariwisata.
Pasal 197
Subdirektorat Perancangan dan Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata terdiri
atas:
a. Seksi Perancangan Pemberdayaan Pariwisata; dan
b. Seksi Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata.
Pasal 198
(1) Seksi Perancangan Pemberdayaan Pariwisata mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan pemberdayaan pariwisata.
(2) Seksi Pemantauan Pemberdayaan Pariwisata mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pemantauan pemberdayaan pariwisata.
Pasal 199
Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang peningkatan kapasitas masyarakat desa.
88
Pasal 200
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199,
Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah
I; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah
II.
Pasal 201
Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa terdiri atas:
a. Seksi Wilayah I; dan
b. Seksi Wilayah II.
Pasal 202
(1) Seksi Wilayah I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah Provinsi Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku
Utara, Papua, Papua Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
(2) Seksi Wilayah II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
peningkatan kapasitas masyarakat desa di wilayah Provinsi Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat,
Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Pasal 203
Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
89
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang kemitraan dan kelembagaan masyarakat.
Pasal 204
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203,
Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kemitraan masyarakat; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kelembagaan masyarakat.
Pasal 205
Subdirektorat Kemitraan dan Kelembagaan Masyarakat terdiri atas:
a. Seksi Kemitraan Masyarakat; dan
b. Seksi Kelembagaan Masyarakat.
Pasal 206
(1) Seksi Kemitraan Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang kemitraan masyarakat.
(2) Seksi Kelembagaan Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang kelembagaan masyarakat.
Pasal 207
Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang dokumentasi dan komunikasi.
Pasal 208
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207,
Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi menyelenggarakan fungsi:
90
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang dokumentasi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang komunikasi.
Pasal 209
Subdirektorat Dokumentasi dan Komunikasi terdiri atas:
a. Seksi Dokumentasi; dan
b. Seksi Komunikasi.
Pasal 210
(1) Seksi Dokumentasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang dokumentasi.
(2) Seksi Komunikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang komunikasi.
Pasal 211
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Keempat
Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus,
Konvensi, Insentif, dan Event
Pasal 212
Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan
Event mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wisata minat khusus, konvensi,
insentif, dan event.
91
Pasal 213
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212,
Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan
Event menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
wisata kuliner, wisata belanja, rekreasi dan hiburan, wisata alam dan
budaya serta wisata konvensi, insentif, dan event;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan wisata kuliner, wisata belanja, rekreasi dan hiburan,
wisata alam dan budaya serta wisata konvensi, insentif, dan event;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan wisata kuliner, wisata belanja, rekreasi dan hiburan,
wisata alam dan budaya serta wisata konvensi, insentif, dan event; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 214
Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan
Event terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja;
b. Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan;
c. Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya;
d. Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif, dan Event;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 215
Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan wisata kuliner dan belanja.
Pasal 216
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 215,
Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata kuliner; dan
92
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata belanja.
Pasal 217
Subdirektorat Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Wisata Kuliner; dan
b. Seksi Pengembangan Wisata Belanja.
Pasal 218
(1) Seksi Pengembangan Wisata Kuliner mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata kuliner.
(2) Seksi Pengembangan Wisata Belanja mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata belanja.
Pasal 219
Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan rekreasi dan hiburan.
Pasal 220
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219,
Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata spa dan kesehatan; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata olah raga.
Pasal 221
Subdirektorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Wisata Spa dan Kesehatan; dan
b. Seksi Pengembangan Wisata Olah Raga.
93
Pasal 222
(1) Seksi Pengembangan Wisata Spa dan Kesehatan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wisata spa dan
kesehatan.
(2) Seksi Pengembangan Wisata Olah Raga mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata olah raga.
Pasal 223
Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan wisata alam dan budaya.
Pasal 224
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 223,
Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata alam; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata budaya.
Pasal 225
Subdirektorat Pengembangan Wisata Alam dan Budaya terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Wisata Alam; dan
b. Seksi Pengembangan Wisata Budaya.
Pasal 226
(1) Seksi Pengembangan Wisata Alam mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan wisata alam.
94
(2) Seksi Pengembangan Wisata Budaya mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan wisata budaya.
Pasal 227
Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif dan Event mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wisata konvensi, insentif, dan
event.
Pasal 228
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 227,
Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif, dan Event
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi wisata konvensi, insentif, dan event; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang sarana dan prasarana wisata konvensi, insentif,
dan event.
Pasal 229
Subdirektorat Pengembangan Wisata Konvensi, Insentif, dan Event terdiri
atas:
a. Seksi Fasilitasi Wisata Konvensi, Insentif, dan Event; dan
b. Seksi Sarana dan Prasarana Wisata Konvensi, Insentif, dan Event.
Pasal 230
(1) Seksi Fasilitasi Wisata Konvensi, Insentif, dan Event mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi wisata konvensi, insentif,
dan event.
(2) Seksi Sarana dan Prasarana Wisata Konvensi, Insentif, dan Event
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
95
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana dan
prasarana wisata konvensi, insentif, dan event.
Pasal 231
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
BAB V
DIREKTORAT JENDERAL PEMASARAN PARIWISATA
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 232
(1) Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata adalah unsur pelaksana yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
(2) Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 233
Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemasaran
pariwisata.
Pasal 234
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233,
Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pemasaran pariwisata;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pemasaran pariwisata;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasaran
pariwisata;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran pariwisata;
dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata.
96
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 235
Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata;
c. Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri;
d. Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri;
e. Direktorat Pencitraan Indonesia; dan
f. Direktorat Konvensi, Insentif, Even, dan Minat Khusus.
Bagian Ketiga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Pasal 236
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pemasaran Pariwisata.
Pasal 237
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 236,
Sekretariat Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata menyelenggarakan
fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerjasama di lingkungan
Direktorat Jenderal;
b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,
pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan
kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;
c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,
serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 238
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;
97
b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Umum dan Informasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 239
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,
serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 240
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239, Bagian
Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan
penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Pasal 241
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:
a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;
b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan
c. Subbagian Kerja Sama.
Pasal 242
(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana pro-
gram dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat
Jenderal.
(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama
dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.
98
Pasal 243
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,
serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di
lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 244
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 243, Bagian
Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;
dan
c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Pasal 245
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:
a. Subbagian Hukum;
b. Subbagian Kepegawaian; dan
c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.
Pasal 246
(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin
pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan
pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan
dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal.
99
Pasal 247
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 248
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247, Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat
Jenderal;
b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;
dan
c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen
verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.
Pasal 249
Bagian Keuangan terdiri atas:
a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;
b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan
c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.
Pasal 250
(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan
pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat
Jenderal.
(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan
perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi
dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di
lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 251
Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata
persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan
informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
100
Pasal 252
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 251, Bagian
Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan
barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 253
Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:
a. Subbagian Tata Persuratan;
b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan
c. Subbagian Data dan Informasi.
Pasal 254
(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan
penerimaan dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan
kearsipan di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan
urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana
kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan
Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan
pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Bagian Keempat
Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata
Pasal 255
Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan pasar dan informasi pariwisata.
Pasal 256
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 255,
Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata menyelenggarakan
fungsi:
101
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang informasi
pasar dalam dan luar negeri, hubungan lembaga pariwisata dan widya
wisata, dan perancangan pemasaran pariwisata;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang informasi pasar dalam dan luar negeri, hubungan lembaga pariwisata
dan widya wisata, dan perancangan pemasaran pariwisata;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi
pasar dalam dan luar negeri, hubungan lembaga pariwisata dan widya
wisata, dan perancangan pemasaran pariwisata; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 257
Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata terdiri atas:
a. Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri;
b. Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri;
c. Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata;
d. Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 258
Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang informasi pasar dalam negeri.
Pasal 259
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 258,
Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang analisis pasar dalam negeri; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang evaluasi pasar dalam negeri.
102
Pasal 260
Subdirektorat Informasi Pasar Dalam Negeri terdiri atas:
a. Seksi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri; dan
b. Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri.
Pasal 261
(1) Seksi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi pasar pariwisata dalam
negeri.
(2) Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Dalam Negeri mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang diseminasi informasi pasar
pariwisata dalam negeri.
Pasal 262
Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang informasi pasar luar negeri.
Pasal 263
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 262,
Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang informasi pasar pariwisata luar negeri; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang diseminasi informasi pasar pariwisata luar negeri.
Pasal 264
Subdirektorat Informasi Pasar Luar Negeri terdiri atas:
a. Seksi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri; dan
b. Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri.
103
Pasal 265
(1) Seksi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang informasi pasar pariwisata luar negeri.
(2) Seksi Diseminasi Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang diseminasi informasi pasar
pariwisata luar negeri.
Pasal 266
Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang hubungan lembaga pariwisata dan widya
wisata.
Pasal 267
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266,
Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang hubungan lembaga pariwisata; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang widya wisata.
Pasal 268
Subdirektorat Hubungan Lembaga Pariwisata dan Widya Wisata terdiri atas:
a. Seksi Hubungan Lembaga Pariwisata; dan
b. Seksi Widya Wisata.
Pasal 269
(1) Seksi Hubungan Lembaga Pariwisata mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang hubungan lembaga pariwisata.
104
(2) Seksi Widya Wisata mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang widya wisata.
Pasal 270
Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang perancangan pemasaran pariwisata.
Pasal 271
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 270,
Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran dalam negeri; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran luar negeri.
Pasal 272
Subdirektorat Perancangan Pemasaran Pariwisata terdiri atas:
a. Seksi Perancangan Pemasaran Dalam Negeri; dan
b. Seksi Perancangan Pemasaran Luar Negeri.
Pasal 273
(1) Seksi Perancangan Pemasaran Dalam Negeri mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran dalam negeri.
(2) Seksi Perancangan Pemasaran Luar Negeri mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perancangan pemasaran luar negeri.
Pasal 274
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
105
Bagian Kelima
Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri
Pasal 275
Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
pariwisata luar negeri.
Pasal 276
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 275, Direktorat
Promosi Pariwisata Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang promosi
pariwisata wilayah ASEAN, Asia, Timur Tengah dan Afrika, Amerika dan
Pasifik, serta Eropa;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
promosi pariwisata wilayah ASEAN, Asia, Timur Tengah dan Afrika, Amerika
dan Pasifik, serta Eropa;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
pariwisata wilayah ASEAN, Asia, Timur Tengah dan Afrika, Amerika dan
Pasifik, serta Eropa; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 277
Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri terdiri atas:
a. Subdirektorat Wilayah ASEAN;
b. Subdirektorat Wilayah Asia;
c. Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika;
d. Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik;
e. Subdirektorat Wilayah Eropa;
f. Subbagian Tata Usaha; dan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 278
Subdirektorat Wilayah ASEAN mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
pariwisata wilayah ASEAN.
106
Pasal 279
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278,
Subdirektorat Wilayah ASEAN menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Thailand, Laos, Myanmar,
Malaysia, dan Singapura; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Vietnam, Kamboja,
Philipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia.
Pasal 280
Subdirektorat Wilayah ASEAN terdiri atas:
a. Seksi Wilayah ASEAN I; dan
b. Seksi Wilayah ASEAN II.
Pasal 281
(1) Seksi Wilayah ASEAN I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Thailand, Laos, Myanmar, Malay-
sia, dan Singapura.
(2) Seksi Wilayah ASEAN II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Vietnam, Kamboja, Philipina, Brunei
Darussalam, dan Indonesia.
Pasal 282
Subdirektorat Wilayah Asia mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
pariwisata wilayah Asia.
Pasal 283
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282,
Subdirektorat Wilayah Asia menyelenggarakan fungsi:
107
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Selatan dan
Barat; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Timur.
Pasal 284
Subdirektorat Wilayah Asia terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Asia Selatan dan Barat; dan
b. Seksi Wilayah Asia Timur.
Pasal 285
(1) Seksi Wilayah Asia Selatan dan Barat mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Selatan dan Asia
Barat.
(2) Seksi Wilayah Asia Timur mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Asia Timur.
Pasal 286
Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Timur Tengah dan Afrika.
Pasal 287
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286,
Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Timur Tengah; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Afrika.
108
Pasal 288
Subdirektorat Wilayah Timur Tengah dan Afrika terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Timur Tengah; dan
b. Seksi Wilayah Afrika.
Pasal 289
(1) Seksi Wilayah Timur Tengah mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Timur Tengah.
(2) Seksi Wilayah Afrika mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Afrika.
Pasal 290
Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang promosi pariwisata wilayah Amerika dan Pasifik.
Pasal 291
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290,
Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Amerika; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Pasifik.
Pasal 292
Subdirektorat Wilayah Amerika dan Pasifik terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Amerika; dan
b. Seksi Wilayah Pasifik.
Pasal 293
(1) Seksi Wilayah Amerika mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
109
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Amerika.
(2) Seksi Wilayah Pasifik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Pasifik.
Pasal 294
Subdirektorat Wilayah Eropa mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
pariwisata wilayah Eropa.
Pasal 295
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 294,
Subdirektorat Wilayah Eropa menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Barat; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Tengah dan
Timur.
Pasal 296
Subdirektorat Wilayah Eropa terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Eropa Barat; dan
b. Seksi Wilayah Eropa Tengah dan Timur.
Pasal 297
(1) Seksi Wilayah Eropa Barat mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Barat.
(2) Seksi Wilayah Eropa Tengah dan Timur mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi pariwisata wilayah Eropa Tengah dan
Timur.
110
Pasal 298
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Keenam
Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri
Pasal 299
Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
pariwisata dalam negeri.
Pasal 300
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 299, Direktorat
Promosi Pariwisata Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang promosi
tujuan wisata wilayah I, II, III, IV, dan V;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
promosi tujuan wisata wilayah I, II, III, IV, dan V;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
tujuan wisata wilayah I, II, III, IV, dan V; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Pasal 301
Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri terdiri atas:
a. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I;
b. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II;
c. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah III;
d. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV
e. Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V;
f. Subbagian Tata Usaha; dan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 302
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
111
bidang promosi wisata wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan
Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Bangka
Belitung.
Pasal 303
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 302,
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Aceh, Sumatera Utara,
Riau, dan Kepulauan Riau; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung.
Pasal 304
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah I terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau; dan
b. Seksi Wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan
Bangka Belitung.
Pasal 305
(1) Seksi Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Aceh,
Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.
(2) Seksi Wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan Jambi, Bengkulu, dan
Babel mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi wisata
wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Bangka
Belitung.
Pasal 306
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
112
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang promosi wisata wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Lampung, Banten, dan DKI Jakarta.
Pasal 307
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 306,
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Daerah Istimewa Yogyakarta; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Lampung, Banten, dan
DKI Jakarta.
Pasal 308
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah II terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
dan
b. Seksi Wilayah Lampung, Banten, dan DKI Jakarta.
Pasal 309
(1) Seksi Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi wisata
wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
(2) Seksi Wilayah Lampung, Banten, dan DKI Jakarta mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi tujuan wisata wilayah
Lampung, Banten, dan DKI Jakarta.
Pasal 310
Subdirektorat Wilayah Promosi Wisata Wilayah III mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
113
Pasal 311
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 310,
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah III menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Kalimantan; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Sulawesi.
Pasal 312
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah III terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Kalimantan; dan
b. Seksi Wilayah Sulawesi.
Pasal 313
(1) Seksi Wilayah Kalimantan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi wisata wilayah Kalimantan.
(2) Seksi Wilayah Sulawesi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi wisata wilayah Sulawesi.
Pasal 314
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang promosi wisata wilayah Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Bali dan
Nusa Tenggara Barat.
Pasal 315
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 314,
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Jawa Timur dan Nusa
Tenggara Timur; dan
114
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Bali dan Nusa Tenggara
Barat.
Pasal 316
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah IV terdiri atas:
a. Seksi Wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur; dan
b. Seksi Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Pasal 317
(1) Seksi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Jawa Timur dan Nusa
Tenggara Timur.
(2) Seksi Bali dan Nusa Tenggara Barat mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi wisata wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Pasal 318
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang promosi wisata wilayah Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku
Utara.
Pasal 319
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 318,
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Papua dan Papua Barat;
dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata wilayah Maluku dan Maluku Utara.
115
Pasal 320
Subdirektorat Promosi Wisata Wilayah V terdiri atas:
a. Seksi Papua dan Papua Barat; dan
b. Seksi Maluku dan Maluku Utara.
Pasal 321
(1) Seksi Papua dan Papua Barat mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi wisata wilayah Papua dan Papua Barat.
(2) Seksi Maluku dan Maluku Utara mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi wisata wilayah Maluku dan Maluku Utara.
Pasal 322
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Ketujuh
Direktorat Pencitraan Indonesia
Pasal 323
Direktorat Pencitraan Indonesia mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pencitraan
Indonesia.
Pasal 324
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 323,
Direktorat Pencitraan Indonesia menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang strategi dan
komunikasi media cetak, media elektronik dan digital, media ruang serta
kerja sama dan kemitraan pencitraan Indonesia;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
strategi dan komunikasi media cetak, media elektronik dan digital, media
ruang serta kerja sama dan kemitraan pencitraan Indonesia;
116
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang strategi
dan komunikasi media cetak, media elektronik dan digital, media ruang
serta kerja sama dan kemitraan pencitraan Indonesia; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 325
Direktorat Pencitraan Indonesia terdiri atas:
a. Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia;
b. Subdirektorat Komunikasi Media Cetak;
c. Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital;
d. Subdirektorat Komunikasi Media Ruang;
e. Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan;
f. Subbagian Tata Usaha; dan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 326
Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang strategi pencitraan Indonesia.
Pasal 327
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 326,
Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perencanaan pencitraan Indonesia; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pemantauan dan evaluasi pencitraan Indonesia.
Pasal 328
Subdirektorat Strategi Pencitraan Indonesia terdiri atas:
a. Seksi Perencanaan Pencitraan Indonesia; dan
b. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Pencitraan Indonesia.
117
Pasal 329
(1) Seksi Perencanaan Pencitraan Indonesia mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang perencanaan pencitraan Indonesia.
(2) Seksi Pemantauan dan Evaluasi Pencitraan Indonesia mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemantauan dan evaluasi
pencitraan Indonesia.
Pasal 330
Subdirektorat Komunikasi Media Cetak mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pencitraan Indonesia melalui komunikasi media cetak.
Pasal 331
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 330,
Subdirektorat Komunikasi Media Cetak menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi media cetak; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media cetak.
Pasal 332
Subdirektorat Komunikasi Media Cetak terdiri atas:
a. Seksi Promosi Media Cetak; dan
b. Seksi Sarana dan Distribusi Media Cetak.
Pasal 333
(1) Seksi Promosi Media Cetak mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi media cetak.
118
(2) Seksi Sarana dan Distribusi Media Cetak mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media cetak.
Pasal 334
Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang komunikasi media elektronik dan digital.
Pasal 335
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 334,
Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi media elektronik dan digital; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media elektronik dan digital.
Pasal 336
Subdirektorat Komunikasi Media Elektronik dan Digital terdiri atas:
a. Seksi Promosi Media Elektronik dan Digital; dan
b. Seksi Sarana dan Distribusi Media Elektronik dan Digital.
Pasal 337
(1) Seksi Promosi Media Elektronik dan Digital mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi media elektronik dan digital.
(2) Seksi Sarana dan Distribusi Media Elektronik dan Digital mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media
elektronik dan digital.
119
Pasal 338
Subdirektorat Komunikasi Media Ruang mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang komunikasi media ruang.
Pasal 339
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338,
Subdirektorat Komunikasi Media Ruang menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi media ruang; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang sarana dan distribusi media ruang.
Pasal 340
Subdirektorat Komunikasi Media Ruang terdiri atas:
a. Seksi Promosi Media Ruang; dan
b. Seksi Sarana dan Distribusi Media Ruang.
Pasal 341
(1) Seksi Promosi Media Ruang mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi media ruang.
(2) Seksi Sarana dan Distribusi Media Ruang mempunyai tugas melakukan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang sarana dan distribusi media ruang.
Pasal 342
Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang kerja sama dan kemitraan.
120
Pasal 343
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 342,
Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kerja sama dan kemitraan antar lembaga pemerintah;
dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kerja sama dan kemitraan antar lembaga non
pemerintah.
Pasal 344
Subdirektorat Kerja Sama dan Kemitraan terdiri atas:
a. Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Pemerintah; dan
b. Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Non Pemerintah.
Pasal 345
(1) Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Pemerintah mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja sama dan kemitraan antar
lembaga pemerintah.
(2) Seksi Kerja Sama dan Kemitraan Antar Lembaga Non Pemerintah
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja sama dan
kemitraan antar lembaga non pemerintah.
Pasal 346
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Kedelapan
Direktorat Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus
Pasal 347
Direktorat Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
121
norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, event, dan minat khusus.
Pasal 348
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut dalam Pasal 347, Direktorat
Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang promosi
konvensi, insentif, event, dan minat khusus kepada korporasi, pemerintah
dan non pemerintah, serta promosi minat khusus;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
promosi konvensi, insentif, event, dan minat khusus kepada korporasi,
pemerintah dan non pemerintah, serta promosi minat khusus;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi
konvensi, insentif, event, dan minat khusus kepada korporasi, pemerintah
dan non pemerintah, serta promosi minat khusus; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 349
Direktorat Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus terdiri atas:
a. Subdirektorat Promosi KIE Korporasi;
b. Subdirektorat Promosi KIE Pemerintah dan Non Pemerintah;
c. Subdirektorat Promosi Minat Khusus;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 350
Subdirektorat Promosi KIE Korporasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada korporasi dalam negeri
dan luar negeri.
Pasal 351
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350,
Subdirektorat Promosi KIE Korporasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
122
dan evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada
korporasi dalam negeri; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada
korporasi luar negeri.
Pasal 352
Subdirektorat Promosi KIE Korporasi terdiri atas:
a. Seksi Korporasi Dalam Negeri; dan
b. Seksi Korporasi Luar Negeri.
Pasal 353
(1) Seksi Korporasi Dalam Negeri mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada korporasi dalam
negeri.
(2) Seksi Korporasi Luar Negeri mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada korporasi luar
negeri.
Pasal 354
Subdirektorat Promosi KIE Pemerintah dan Non Pemerintah mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang promosi konvensi, insentif, dan event kepada
lembaga pemerintah dan non pemerintah.
Pasal 355
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 354,
Subdirektorat Promosi KIE Pemerintah dan Non Pemerintah menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga
pemerintah; dan
123
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga non
pemerintah.
Pasal 356
Subdirektorat Pemerintah dan Non Pemerintah terdiri atas:
a. Seksi Pemerintah; dan
b. Seksi Non Pemerintah.
Pasal 357
(1) Seksi Pemerintah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga pemerintah.
(2) Seksi Non Pemerintah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang konvensi, insentif, dan event kepada lembaga non pemerintah.
Pasal 358
Subdirektorat Promosi Minat Khusus mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang promosi minat khusus.
Pasal 359
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 358,
Subdirektorat Promosi Minat Khusus menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata bahari; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang promosi wisata non bahari.
Pasal 360
Subdirektorat Promosi Minat Khusus terdiri atas:
a. Seksi Wisata Bahari; dan
b. Seksi Wisata Non Bahari.
124
Pasal 361
(1) Seksi Wisata Bahari mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi wisata bahari.
(2) Seksi Wisata Non Bahari mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang promosi wisata non bahari.
Pasal 362
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
BAB VI
DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS
SENI DAN BUDAYA
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 363
(1) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah
unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dipimpin
oleh Direktur Jenderal.
Pasal 364
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.
Pasal 365
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 364,
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;
125
b. pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan
budaya;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ekonomi
kreatif berbasis seni dan budaya;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ekonomi kreatif
berbasis seni dan budaya; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis
Seni dan Budaya.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 366
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pengembangan Industri Perfilman;
c. Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik; dan
d. Direktorat Pengembangan Seni Rupa.
Bagian Ketiga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Pasal 367
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.
Pasal 368
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 367,
Sekretariat Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan
Direktorat Jenderal;
b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,
pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan
kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;
126
c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,
serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 369
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;
b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Umum dan Informasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 370
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,
serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 371
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 370, Bagian
Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan
penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Pasal 372
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:
a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;
b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan
c. Subbagian Kerja Sama.
Pasal 373
(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program
dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.
127
(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat
Jenderal.
(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama
dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 374
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,
serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di
lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 375
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 374, Bagian
Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;
dan
c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Pasal 376
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:
a. Subbagian Hukum;
b. Subbagian Kepegawaian; dan
c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.
Pasal 377
(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin
pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.
128
(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan
pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan
dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal.
Pasal 378
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 379
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378, Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat
Jenderal;
b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;
dan
c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen
verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.
Pasal 380
Bagian Keuangan terdiri atas:
a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;
b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan
c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.
Pasal 381
(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan
pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat
Jenderal.
(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan
perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi
dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di
lingkungan Direktorat Jenderal.
129
Pasal 382
Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata
persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan
informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 383
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 382, Bagian
Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan
barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 384
Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:
a. Subbagian Tata Persuratan;
b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan
c. Subbagian Data dan Informasi.
Pasal 385
(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan
penerimaan dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan
kearsipan di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan
urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana
kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan
Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan
pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Bagian Keempat
Direktorat Pengembangan Industri Perfilman
Pasal 386
Direktorat Pengembangan Industri Perfilman mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
130
dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan industri perfilman.
Pasal 387
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 386,
Direktorat Pengembangan Industri Perfilman menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
industri perfilman;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan industri perfilman;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan industri perfilman; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 388
Direktorat Pengembangan Industri Perfilman terdiri atas:
a. Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman;
b. Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film;
c. Subdirektorat Produksi;
d. Subdirektorat Pemasaran Film;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 389
Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang fasilitasi industri perfilman.
Pasal 390
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389,
Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi usaha perfilman; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi kegiatan perfilman.
131
Pasal 391
Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman terdiri atas:
a. Seksi Fasilitasi Usaha Perfilman; dan
b. Seksi Fasilitasi Kegiatan Perfilman.
Pasal 392
(1) Seksi Fasilitasi Usaha Perfilman mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang fasilitasi usaha perfilman.
(2) Seksi Fasilitasi Kegiatan Perfilman mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang fasilitasi kegiatan perfilman.
Pasal 393
Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang festival dan eksibisi film.
Pasal 394
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 393,
Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang festival film; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang eksibisi film.
Pasal 395
Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film terdiri atas:
b. Seksi Festival Film; dan
c. Seksi Eksibisi Film.
Pasal 396
(1) Seksi Festival Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
132
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang festival film.
(2) Seksi Eksibisi Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang eksibisi film.
Pasal 397
Subdirektorat Produksi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi film.
Pasal 398
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 397,
Subdirektorat Produksi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan konten dan lokasi film; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pelayanan produksi film.
Pasal 399
Subdirektorat Produksi terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Konten dan Lokasi Film; dan
b. Seksi Pelayanan Produksi Film.
Pasal 400
(1) Seksi Pengembangan Konten dan Lokasi Film mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan konten dan lokasi film.
(2) Seksi Pelayanan Produksi Film mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pelayanan produksi film.
133
Pasal 401
Subdirektorat Pemasaran Film mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran
film.
Pasal 402
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 401,
Subdirektorat Pemasaran Film menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang distribusi film; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pertunjukan film.
Pasal 403
Subdirektorat Pemasaran Film terdiri atas:
a. Seksi Distribusi Film; dan
b. Seksi Pertunjukan Film.
Pasal 404
(1) Seksi Distribusi Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang distribusi film.
(2) Seksi Pertunjukan Film mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pertunjukan film.
Pasal 405
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
134
Bagian Kelima
Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik
Pasal 406
Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan seni pertunjukan dan industri musik.
Pasal 407
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 406,
Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik
menyelenggarakan fungsi:
e. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
seni pertunjukan dan industri musik;
f. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan seni pertunjukan dan industri musik;
g. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan seni pertunjukan dan industri musik; dan
h. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 408
Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik terdiri atas:
g. Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan;
h. Subdirektorat Pengembangan Industri Musik;
i. Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik;
j. Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri
Musik;
k. Subbagian Tata Usaha; dan
l. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 409
Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan seni pertunjukan.
135
Pasal 410
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 409,
Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi seni pertunjukan; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni pertunjukan.
Pasal 411
Subdirektorat Pengembangan Seni Pertunjukan terdiri atas:
a. Seksi Kreasi dan Produksi Seni Pertunjukan; dan
b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Pertunjukan.
Pasal 412
(1) Seksi Kreasi dan Produksi Seni Pertunjukan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi seni pertunjukan.
(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Pertunjukan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni
pertunjukan.
Pasal 413
Subdirektorat Pengembangan Industri Musik mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pengembangan industri musik.
Pasal 414
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413,
Subdirektorat Pengembangan Industri Musik menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi musik; dan
136
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan industri musik.
Pasal 415
Subdirektorat Pengembangan Industri Musik terdiri atas:
a. Seksi Kreasi dan Produksi Musik; dan
b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Industri Musik.
Pasal 416
(1) Seksi Kreasi dan Produksi Musik mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang kreasi dan produksi musik.
(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Industri Musik mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan industri musik.
Pasal 417
Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pemasaran seni pertunjukan dan industri
musik.
Pasal 418
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417
Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pemasaran seni pertunjukan; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pemasaran musik.
137
Pasal 419
Subdirektorat Pemasaran Seni Pertunjukan dan Industri Musik terdiri atas:
a. Seksi Pemasaran Seni Pertunjukan; dan
b. Seksi Pemasaran Musik.
Pasal 420
(1) Seksi Pemasaran Seni Pertunjukan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pemasaran seni pertunjukan.
(2) Seksi Pemasaran Musik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pemasaran musik.
Pasal 421
Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri
Musik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang infrastruktur dan
dokumentasi seni pertunjukan dan industri musik.
Pasal 422
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 421,
Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri
Musik menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan sarana dan prasarana pertunjukan;
dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang dokumentasi dan publikasi.
Pasal 423
Subdirektorat Infrastruktur dan Dokumentasi Seni Pertunjukan dan Industri
Musik terdiri atas:
138
a. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertunjukan; dan
b. Seksi Dokumentasi dan Publikasi.
Pasal 424
(1) Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertunjukan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan sarana dan
prasarana pertunjukan.
(2) Seksi Dokumentasi dan Publikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang dokumentasi dan publikasi.
Pasal 425
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Keenam
Direktorat Pengembangan Seni Rupa
Pasal 426
Direktorat Pengembangan Seni Rupa mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan seni rupa.
Pasal 427
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 426,
Direktorat Pengembangan Seni Rupa menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
seni rupa;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan seni rupa;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan seni rupa; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
139
Pasal 428
Direktorat Pengembangan Seni Rupa terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni;
b. Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan;
c. Subdirektorat Pengembangan Fotografi;
d. Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 429
Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan seni rupa murni.
Pasal 430
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 429,
Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni rupa murni; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni rupa murni.
Pasal 431
Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Murni terdiri atas:
a. Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Murni; dan
b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Murni.
Pasal 432
(1) Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Murni mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni
rupa murni.
140
(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Murni mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni
rupa murni.
Pasal 433
Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan seni rupa terapan.
Pasal 434
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 433,
Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni rupa terapan; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni rupa terapan.
Pasal 435
Subdirektorat Pengembangan Seni Rupa Terapan terdiri atas:
a. Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Terapan; dan
b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Terapan.
Pasal 436
(1) Seksi Kreasi dan Produksi Karya Seni Rupa Terapan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya seni
rupa terapan.
(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Seni Rupa Terapan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan seni
rupa terapan.
141
Pasal 437
Subdirektorat Pengembangan Fotografi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pengembangan fotografi.
Pasal 438
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 437,
Subdirektorat Pengembangan Fotografi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya fotografi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan fotografi.
Pasal 439
Subdirektorat Pengembangan Fotografi terdiri atas:
a. Seksi Kreasi dan Produksi Karya Fotografi; dan
b. Seksi Fasilitasi Pengembangan Fotografi.
Pasal 440
(1) Seksi Kreasi dan Produksi Karya Fotografi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang kreasi dan produksi karya fotografi.
(2) Seksi Fasilitasi Pengembangan Fotografi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan fotografi.
Pasal 441
Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pemasaran dan pengembangan apresiasi.
142
Pasal 442
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 441,
Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang distribusi dan komersialisasi karya seni rupa; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang apresiasi karya seni rupa.
Pasal 443
Subdirektorat Pemasaran dan Pengembangan Apresiasi terdiri atas:
a. Seksi Distribusi dan Komersialisasi Karya Seni Rupa; dan
b. Seksi Apresiasi Karya Seni Rupa.
Pasal 444
(1) Seksi Distribusi dan Komersialisasi Karya Seni Rupa mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang distribusi dan komersialisasi
karya seni rupa.
(2) Seks Apresiasi Karya Seni Rupa mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang apresiasi karya seni rupa.
Pasal 445
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
BAB VII
DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS
MEDIA, DESAIN, DAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 446
(1) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu
143
Pengetahuan dan Teknologi adalah unsur pelaksana yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
(2) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 447
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang ekonomi kreatif
berbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 448
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 447,
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis media, desain,
dan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis media, desain,
dan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ekonomi
kreatif berbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ekonomi kreatif
berbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis
Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 449
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media;
c. Direktorat Desain dan Arsitektur; dan
d. Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi.
144
Bagian Ketiga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Pasal 450
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
Pasal 451
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 450,
Sekretariat Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan
Direktorat Jenderal;
b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum,
pengelolaan urusan kepegawaian, serta penataan dan peningkatan
kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;
c. pengelolaan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
d. pengelolaan urusan tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan,
serta data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 452
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan dan Kerjasama;
b. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Umum dan Informasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 453
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana program dan penganggaran, pemantauan dan evaluasi,
serta kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 454
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 453, Bagian
Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:
145
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program dan
penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. fasilitasi kerja sama dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Pasal 455
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:
a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;
b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan
c. Subbagian Kerja Sama.
Pasal 456
(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana
program dan penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Direktorat
Jenderal.
(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama
dalam dan luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 457
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan dan bantuan hukum, pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,
serta penataan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di
lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 458
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 457, Bagian
Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan, dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
b. perencanaan, pengembangan, pengangkatan, kepangkatan, pember-
hentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
146
c. peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Pasal 459
Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi terdiri atas:
a. Subbagian Hukum;
b. Subbagian Kepegawaian; dan
c. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.
Pasal 460
(1) Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta penelaahan dan bantuan hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan formasi, pengadaan, pengembangan, dan pembinaan disiplin
pegawai serta pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan
pemantauan, evaluasi, perumusan, dan penyusunan bahan penataan
dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal.
Pasal 461
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 462
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 461, Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat
Jenderal;
b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan;
dan
c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen
verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara.
Pasal 463
Bagian Keuangan terdiri atas:
147
a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;
b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji; dan
c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi.
Pasal 464
(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan pengelolaan
penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan
perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan dan pengelolaan keuangan
di lingkungan Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi
dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara di
lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 465
Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata
persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan, serta pengelolaan data dan
informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 466
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 465, Bagian
Umum dan Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan urusan tata persuratan, dokumentasi dan kearsipan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan
barang milik negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal; dan
c. pengelolaan urusan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Pasal 467
Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:
a. Subbagian Tata Persuratan;
b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan; dan
c. Subbagian Data dan Informasi.
Pasal 468
148
(1) Subbagian Tata Persuratan mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan
dan pendistribusian surat masuk/keluar, dokumentasi dan kearsipan di
lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan
urusan pemeliharaan, perawatan, pengamanan sarana dan prasarana
kantor, serta penatausahaan barang milik negara (BMN) di lingkungan
Direktorat Jenderal.
(3) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan
pengelolaan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Bagian Keempat
Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media
Pasal 469
Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pengembangan ekonomi kreatif berbasis media.
Pasal 470
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 469,
Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
ekonomi kreatif berbasis media;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan ekonomi kreatif berbasis media;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan ekonomi kreatif berbasis media; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 471
Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik;
b. Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi;
c. Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video;
d. Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan;
149
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 472
Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan film animasi dan komik.
Pasal 473
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 472,
Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang film animasi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang komik.
Pasal 474
Subdirektorat Pengembangan Film Animasi dan Komik terdiri atas:
a. Seksi Film Animasi; dan
b. Seksi Komik.
Pasal 475
(1) Seksi Film Animasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang film animasi.
(2) Seksi Komik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang komik.
Pasal 476
Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi;mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
150
evaluasi di bidang pengembangan tulisan fiksi dan non fiksi.
Pasal 477
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 476,
Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi, menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang tulisan fiksi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang tulisan non fiksi.
Pasal 478
Subdirektorat Pengembangan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi; terdiri atas:
a. Seksi Tulisan Fiksi ; dan
b. Seksi Tulisan Non Fiksi.
Pasal 479
(1) Seksi Tulisan Fiksi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang tulisan fiksi.
(2) Seksi Tulisan Non Fiksi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang tulisan non fiksi.
Pasal 480
Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif audio dan video.
Pasal 481
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 480
Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video menyelenggarakan
fungsi:
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
151
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang karya kreatif audio; dan
c. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang karya kreatif video.
Pasal 482
Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Audio dan Video terdiri atas:
b. Seksi Karya Kreatif Audio; dan
c. Seksi Karya Kreatif Video.
Pasal 483
(1) Seksi Karya Kreatif Audio mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang karya kreatif audio.
(2) Seksi Karya Kreatif Video mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang karya kreatif video.
Pasal 484
Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif periklanan.
Pasal 485
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 484
Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif iklan cetak; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan karya kreatif iklan elektronik.
152
Pasal 486
Subdirektorat Pengembangan Karya Kreatif Periklanan terdiri atas:
a. Seksi Iklan Cetak; dan
b. Seksi Iklan Elektronik.
Pasal 487
(1) Seksi Iklan Cetak mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi iklan cetak.
(2) Seksi Iklan Elektronik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
iklan elektronik.
Pasal 488
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Kelima
Direktorat Desain dan Arsitektur
Pasal 489
Direktorat Desain dan Arsitektur mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang desain dan arsitektur.
Pasal 490
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 489,
Direktorat Desain dan Arsitektur menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang desain dan
arsitektur;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
desain dan arsitektur;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang desain
dan arsitektur; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 491
153
Direktorat Desain dan Arsitektur terdiri atas:
a. Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior;
b. Subdirektorat Komunikasi Visual;
c. Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan;
d. Subdirektorat Mode;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 492
Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang arsitektur dan desain interior.
Pasal 493
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 492,
Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang arsitektur; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang desain interior.
Pasal 494
Subdirektorat Arsitektur dan Desain Interior terdiri atas:
a. Seksi Arsitektur; dan
b. Seksi Desain Interior.
Pasal 495
(1) Seksi Arsitektur mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang arsitektur.
(2) Seksi Desain Interior mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang desain interior.
Pasal 496
154
Subdirektorat Komunikasi Visual mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang komunikasivisual.
Pasal 497
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 496,Subdirektorat Komunikasi Visual menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunannorma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang desain grafis ; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunannorma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang komunikasi visual.
Pasal 498
Subdirektorat Komunikasi Visual terdiri atas:
a. Seksi Desain Grafis; dan
b. Seksi Komunikasi Visual.
Pasal 499
(1) Seksi Desain Grafis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang desain grafis.
(2) Seksi Komunikasi Visual mempunyai tugas melakukan penyiapan bahanperumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasidi bidang komunikasi visual.
Pasal 500
Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan mempunyai tugas melaksanakanpenyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang desain produk dan desain kemasan.
Pasal 501
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 500
Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
155
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang desain produk; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang desain kemasan.
Pasal 502
Subdirektorat Desain Produk dan Kemasan terdiri atas:
a. Seksi Desain Produk; dan
b. Seksi Desain Kemasan.
Pasal 503
(1) Seksi Desain Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang desain produk.
(2) Seksi Desain Kemasan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang desain kemasan.
Pasal 504
Subdirektorat Mode mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mode.
Pasal 505
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504,
Subdirektorat Mode menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang desain busana; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang desain non busana.
Pasal 506
156
Subdirektorat Mode terdiri atas:
a. Seksi Desain Busana; dan
b. Seksi Desain Non Busana.
Pasal 507
(1) Seksi Desain Busana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang desain busana.
(2) Seksi Desain Non Busana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang desain non busana.
Pasal 508
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Bagian Keenam
Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi
Pasal 509
Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja
sama dan fasilitasi.
Pasal 510
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 509,
Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama
dan fasilitasi;
b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
kerja sama dan fasilitasi;
c. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja
sama dan fasilitasi; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pasal 511
157
Direktorat Kerja Sama dan Fasilitasi terdiri atas:
a. Subdirektorat Lisensi Teknologi;
b. Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis;
c. Subdirektorat Sentra Kreatif;
d. Subdirektorat Akses Pembiayaan;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 512
Subdirektorat Lisensi Teknologi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
harmonisasi kebijakan dan fasilitasi lisensi teknologi.
Pasal 513
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 512,
Subdirektorat Lisensi Teknologi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang lisensi pengembangan teknologi ; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang lisensi pemanfaatan teknologi.
Pasal 514
Subdirektorat Lisensi Teknologi terdiri atas:
a. Seksi Lisensi Pengembangan Teknologi; dan
b. Seksi Lisensi Pemanfaatan Teknologi.
Pasal 515
(1) Seksi Lisensi Pengembangan Teknologi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang lisensi pengembangan teknologi.
(2) Seksi Lisensi Pemanfaatan Teknologi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
158
dan evaluasi di bidang lisensi pemanfaatan teknologi.
Pasal 516
Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang sentra inovasi dan inkubator bisnis.
Pasal 517
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 516,
Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan sentra inovasi; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan inkubator bisnis.
Pasal 518
Subdirektorat Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Sentra Inovasi; dan
b. Seksi Pengembangan Inkubator Bisnis.
Pasal 519
(1) Seksi Pengembangan Sentra Inovasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan sentra inovasi.
(2) Seksi Pengembangan Inkubator Bisnis mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan inkubator bisnis.
Pasal 520
Subdirektorat Sentra Kreatif mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
harmonisasi kebijakan dan fasilitasi sentra kreatif.
Pasal 521
159
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 520,
Subdirektorat Sentra Kreatif menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan sentra kreatif; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengelolaan sentra kreatif.
Pasal 522
Subdirektorat Sentra Kreatif terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Sentra Kreatif; dan
b. Seksi Pengelolaan Sentra Kreatif.
Pasal 523
(1) Seksi Pengembangan Sentra Kreatif mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang pengembangan Sentra Kreatif.
(2) Seksi Pengelolaan Sentra Kreatif mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluas di
bidang pengelolaan Sentra Kreatif.
Pasal 524
Subdirektorat Akses Pembiayaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi akses pembiayaan.
Pasal 525
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 524,
Subdirektorat Akses Pembiayaan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi akses pembiayaan bank ; dan
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi akses pembiayaan non bank.
Pasal 526
160
Subdirektorat Akses Pembiayaan terdiri atas:
a. Seksi Akses Pembiayaan Bank; dan
b. Seksi Akses Pembiayaan Non Bank.
Pasal 527
(1) Seksi Akses Pembiayaan Bank mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
akses pembiayaan bank.
(2) Seksi Akses Pembiayaan Non Bank mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi akses pembiayaan non bank.
Pasal 528
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
BAB VIII
INSPEKTORAT JENDERAL
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Pasal 529
(1) Inspektorat Jenderal adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
Pasal 530
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 531
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 530,
Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pariwisata
161
dan Ekonomi Kreatif terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, review,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal;
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 532
Inspektorat Jenderal terdiri atas:
a. Sekretariat Inspektorat Jenderal;
b. Inspektorat I;
c. Inspektorat II; dan
d. Inspektorat III.
Bagian Ketiga
Sekretariat Inspektorat Jenderal
Pasal 533
Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Inspektorat
Jenderal.
Pasal 534
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 533,
Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi, penyusunan rencana program dan penganggaran
serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program pengawasan intern
di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. pelaksanaan analisis dan pemantauan serta advokasi atas laporan hasil
pengawasan dan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta pengawasan masyarakat;
c. pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi, dan tata laksana di lingkungan
162
Inspektorat Jenderal; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha, perlengkapan dan keuangan di lingkungan
Inspektorat Jenderal.
Pasal 535
Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan dan Evaluasi;
b. Bagian Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan;
c. Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana;
d. Bagian Umum; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 536
Bagian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
penyusunan rencana program, kegiatan dan penganggaran, serta evaluasi
dan pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Inspektorat
jenderal.
Pasal 537
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 536, Bagian
Perencanaan dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyusunan rencana program,
kegiatan dan penganggaran; dan
b. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana
program, kegiatan dan penganggaran di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Pasal 538
Bagian Perencanaan dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Perencanaan; dan
b. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan.
Pasal 539
(1) Subbagian Perencanaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana program, kegiatan dan penganggaran Inspektorat
Jenderal.
(2) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan
163
bahan evaluasi dan laporan pelaksanaan rencana program, kegiatan dan
penganggaran di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Pasal 540
Bagian Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas
melaksanakan analisis dan evaluasi hasil pengawasan serta pemantauan
tindak lanjut hasil pengawasan.
Pasal 541
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 540, Bagian
Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan hasil
pengawasan; dan
b. penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tindak
lanjut hasil pengawasan;
Pasal 542
Bagian Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan terdiri atas:
a. Subbagian Analisis Hasil Pengawasan; dan
b. Subbagian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
Pasal 543
(1) Subbagian Analisis Hasil Pengawasan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan
hasil pengawasan.
(2) Subbagian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan
tindak lanjut hasil pengawasan.
Pasal 544
Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas
melaksanakan urusan kepegawaian, penataan, dan peningkatan kapasitas
organisasi dan tata laksana di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Pasal 545
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 544, Bagian
Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana menyelenggarakan fungsi:
164
a. pelaksanaan penyusunan rencana formasi, pengadaan, pengembangan,
pengangkatan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun pegawai di
lingkungan Inspektorat Jenderal; dan
b. penyiapan bahan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana.
Pasal 546
Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana terdiri atas:
a. Subbagian Kepegawaian; dan
b. Subbagian Organisasi dan Tata Laksana.
Pasal 547
(1) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana formasi, pengadaan, pengambangan, pengangkatan,
kepangkatan, pemberhentian dan pensiun pegawai di lingkungan Inspektorat
Jenderal.
(2) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas menyiapkan
bahan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana.
Pasal 548
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha persuratan,
kearsipan, rumah tangga, perlengkapan serta keuangan di lingkungan
Inspektorat Jenderal.
Pasal 549
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 548, Bagian
Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan tata usaha persuratan, kearsipan, rumah tangga,
dan perlengkapan di lingkungan Inspektorat Jenderal; dan
b. pelaksanaan urusan keuangan di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Pasal 550
Bagian Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha dan Perlengkapan; dan
b. Subbagian Keuangan.
Pasal 551
(1) Subbagian Tata Usaha dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan
urusan tata usaha persuratan, kearsipan, rumah tangga, dan perlengkapan
di lingkungan Inspektorat jenderal.
165
(2) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan di
lingkungan Inspektorat Jenderal.
Bagian Keempat
Inspektorat I
Pasal 552
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Sekretariat
Jenderal, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta penyusunan laporan.
Pasal 553
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 552,
Inspektorat I menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
b. pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat I.
Pasal 554
Inspektorat I terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
Pasal 555
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Inspektorat I.
Bagian Kelima
Inspektorat II
Pasal 556
Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
166
pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal
Pemasaran Pariwisata, Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, serta penyusunan laporan.
Pasal 557
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 556, Inspektorat
II menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
b. pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat II.
Pasal 558
Inspektorat II terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
Pasal 559
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Inspektorat II.
Bagian Keenam
Inspektorat III
Pasal 560
Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Direktorat
Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi
Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, serta penyusunan laporan.
Pasal 561
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 560,
Inspektorat III menyelenggarakan fungsi:
167
a. penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
b. pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III.
Pasal 562
Inspektorat III terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
Pasal 563
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Inspektorat III.
BAB IX
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 564
(1) Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
adalah unsur pendukung yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
dipimpin oleh Kepala Badan.
Pasal 565
Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
mempunyai tugas melaksanakan pengembangan sumber daya pariwisata
dan ekonomi kreatif.
Pasal 566
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 564, Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggara-
kan fungsi:
168
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengembangan sumber
daya di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
b. pelaksanaan pengembangan sumber daya di bidang pariwisata ekonomi
kreatif;
c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber
daya di bidang pariwisata ekonomi kreatif;dan
d. pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 567
Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdiri
atas:
a. Sekretariat Badan;
b. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan;
c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif;
d. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi
Kreatif; dan
e. Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.
Bagian Ketiga
Sekretariat Badan
Pasal 568
Sekretariat Badan mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis
administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 569
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 568,
Sekretariat Badan menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana program dan penganggaran, evaluasi
dan pelaporan, serta kerja sama di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
169
b. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum, penataan
dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana, serta pengelolaan
urusan kepegawaian di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
c. pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran,
perbendaharaan dan gaji, akuntansi dan verifikasi, serta inventarisasi
kekayaan milik negara di lingkungan Badan Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
d. pengelolaan urusan persuratan, data dan informasi, rumah tangga dan
perlengkapan di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 570
Sekretariat Badan terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan dan Kerja Sama;
b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Umum dan Informasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 571
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan rencana program dan penganggaran,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana, program dan
anggaran serta fasilitasi kerja sama di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 572
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 568, Bagian
Perencanaan dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan rencana program dan
penganggaran di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
rencana program dan penganggaran di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
c. pelaksanaan fasilitasi kerja sama di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
170
Pasal 573
Bagian Perencanaan dan Kerja Sama terdiri atas:
a. Subbagian Rencana Program dan Penganggaran;
b. Subbagian Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dan
c. Subbagian Kerjasama.
Pasal 574
(1) Subbagian Rencana Program dan Penganggaran mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan rencana program
dan penganggaran di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Subbagian Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan rencana program dan penganggaran di lingkungan Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan fasilitasi kerja sama
dalam dan luar negeri di lingkungan Badan Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 575
Bagian Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan dan bantuan hukum, penataan dan peningkatan kapasitas
organisasi dan tata laksana, serta pelaksanaan pengelolaan kepegawaian
di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Pasal 576
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 572, Bagian
Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi perumusan, penyusunan peraturan perundang-
undangan, penelaahan dan bantuan hukum, serta pemantauan, evaluasi,
perumusan dan penyusunan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
b. pelaksanaan perencanaan formasi, pengadaan, dan pengembangan,
serta disiplin pegawai di lingkungan Badan Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
171
c. pelaksanaan penyiapan bahan pengangkatan, kepangkatan, perpindahan
tempat kerja, pemberhentian dan pensiun pegawai di lingkungan Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
Pasal 577
Bagian Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian terdiri atas:
a. Subbagian Hukum, Organisasi, dan Tata Laksana;
b. Subbagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai; dan
c. Subbagian Mutasi Pegawai.
Pasal 578
(1) Subbagian Hukum, Organisasi, dan Tata Laksana mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi perumusan, penyusunan peraturan
perundang-undangan, penelaahan dan bantuan hukum, serta pemantauan,
evaluasi, perumusan dan penyusunan organisasi dan tata laksana di
lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
(2) Subbagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perencanaan formasi, pengadaan dan
pengembangan, serta disiplin pegawai di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(3) Subbagaian Mutasi Pegawai mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan pengangkatan, kepangkatan, perpindahan tempat kerja,
pemberhentian, dan pensiun pegawai di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 579
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan
keuangan di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
Pasal 580
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 576, Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran
anggaran di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya pariwisata
dan ekonomi kreatif;
172
b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji, serta tata usaha keuangan
di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif; dan
c. penyiapan bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen
verifikasi dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara
di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Pasal 581
Bagian Keuangan terdiri atas:
a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran;
b. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji;
c. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi;
Pasal 582
(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan
pengelolaan penggunaan, penerimaan dan pengeluaran anggaran di
lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya pariwisata dan ekonomi
kreatif.
(2) Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan
perbendaharaan dan gaji, tata usaha keuangan di lingkungan Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(3) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan laporan neraca/kekayaan keuangan, serta dokumen verifikasi
dan penilaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja Negara di
lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Pasal 583
Bagian Umum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan tata
persuratan, data dan informasi, serta rumah tangga dan perlengkapan di
lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Pasal 584
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 583, Bagian
Umum menyelenggarakan fungsi:
173
a. pelaksanaan urusan tata persuratan, data dan informasi, serta kearsipan
di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif; dan
b. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan
barang milik negara di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 585
Bagian Umum dan Informasi terdiri atas:
a. Subbagian Tata Persuratan, Data dan Informasi; dan
b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan.
Pasal 586
(1) Subbagian Tata Persuratan, Data dan Informasi mempunyai tugas
melakukan urusan tata persuratan, data dan informasi, serta kearsipan
di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif;
(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan
urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta penatausahaan barang
milik negara di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Bagian Keempat
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan
Pasal 587
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang kebijakan
kepariwisataan.
Pasal 588
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 587, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan menyelenggarakan
fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan,
pengembangan sistem dan metoda, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan kebijakan
kepariwisataan; dan
174
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian dan
publikasi data penelitian dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.
Pasal 589
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan terdiri atas:
a. Bidang Program dan Evaluasi;
b. Bidang Data dan Publikasi; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 590
Bidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis rencana dan program kegiatan, pengembangan sistem dan
metoda serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian
dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.
Pasal 591
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 590, Bidang
Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program
kegiatan serta pengembangan sistem dan metoda penelitian dan
pengembangan kebijakan kepariwisataan; dan
b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi pelaporan pelaksanaan penelitian
dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.
Pasal 592
Bidang Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbidang Program; dan
b. Subbidang Evaluasi.
Pasal 593
(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan, serta
pengembangan sistem dan metoda penelitian dan pengembangan kebijakan
kepariwisataan.
(2) Subbidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan kebijakan kepariwisataan.
175
Pasal 594
Bidang Data dan Publikasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,
pengolahan, pelayanan serta penyajian dan publikasi data dan informasi
kegiatan penelitian dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.
Pasal 595
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 594, Bidang
Data dan Publikasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan dan pengolahan data dan informasi penelitian dan
pengembangan kebijakan kepariwisataan; dan
b. pelaksanaan pelayanan, penyajian, penerbitan dan publikasi data dan
informasi hasil penelitian dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.
Pasal 596
Bidang Data dan Publikasi terdiri atas:
a. Subbidang Data; dan
b. Subbidang Publikasi.
Pasal 597
(1) Subbidang Data mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan
pengolahan data dan informasi penelitian dan pengembangan kebijakan
kepariwisataan.
(2) Subbidang Publikasi mempunyai tugas melakukan pelayanan, penyajian,
penerbitan dan publikasi data dan informasi hasil penelitian dan
pengembangan kebijakan kepariwisataan.
Bagian Kelima
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif
Pasal 598
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang kebijakan
ekonomi kreatif.
Pasal 599
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 598, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan
fungsi:
176
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan,
pengembangan sistem dan metoda, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi
kreatif; dan
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian dan
publikasi data penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.
Pasal 600
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif terdiri atas:
a. Bidang Program dan Evaluasi;
b. Bidang Data dan Publikasi; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 601
Bidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis rencana dan program kegiatan, pengembangan sistem dan
metoda serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian
dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.
Pasal 602
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 601, Bidang
Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. kegiatan serta pengembangan sistem dan metoda penelitian dan
pengembangan kebijakan ekonomi kreatif; dan
b. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi pelaporan pelaksanaan penelitian
dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.
Pasal 603
Bidang Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbidang Program; dan
b. Subbidang Evaluasi.
Pasal 604
(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kegiatan, serta
pengembangan sistem dan metoda penelitian dan pengembangan kebijakan
ekonomi kreatif.
177
(2) Subbidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.
Pasal 605
Bidang Data dan Publikasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,
pengolahan, pelayanan serta penyajian dan publikasi data dan informasi
kegiatan penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.
Pasal 606
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 605, Bidang
Data dan Publikasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan dan pengolahan data dan informasi penelitian dan
pengembangan kebijakan ekonomi kreatif; dan
b. pelaksanaan pelayanan, penyajian, penerbitan dan publikasi data dan
informasi hasil penelitian dan pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.
Pasal 607
Bidang Data dan Publikasi terdiri atas:
a. Subbidang Data; dan
b. Subbidang Publikasi.
Pasal 608
(1) Subbidang Data mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan
pengolahan data dan informasi penelitian dan pengembangan kebijakan
ekonomi kreatif.
(2) Subbidang Publikasi mempunyai tugas melakukan pelayanan, penyajian,
penerbitan dan publikasi data dan informasi hasil penelitian dan
pengembangan kebijakan ekonomi kreatif.
Bagian Keenam
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan
dan Ekonomi Kreatif
Pasal 609
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi
Kreatif mempunyai tugas melaksanakan pengembangan sumber daya manusia
di bidang kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
178
Pasal 610
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 609, Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program kegiatan,
pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan dan
pelaporan pelaksanaan pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang
kepariwisataan; dan
b. perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program kegiatan,
pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan dan
pelaporan pelaksanaan pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang
ekonomi kreatif.
Pasal 611
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Ekonomi
Kreatif terdiri atas:
a. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan;
b. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 612
Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana program dan
kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan
dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
kepariwisataan.
Pasal 613
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 612, Bidang
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisatan menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana
program dan kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda,
serta pemantauan dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber
daya manusia aparatur kepariwisataan serta sumber daya manusia industri
dan masyarakat kepariwisataan; dan
b. penyelenggaraan dan kerja sama pengembangan sumber daya manusia
aparatur kepariwisataan serta sumber daya manusia industri dan masyarakat
kepariwisataan.
179
Pasal 614
Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan terdiri atas:
a. Subbidang Program dan Evaluasi; dan
b. Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama.
Pasal 615
(1) Subbidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana program dan
kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan
dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumberdaya manusia aparatur
kepariwisataan serta sumber daya manusia industri dan masyarakat
kepariwisataan.
(2) Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan
penyelenggaraan dan kerja sama pengembangan sumber daya manusia
aparatur kepariwisataan serta sumber daya manusia industri dan masyarakat
kepariwisataan.
Pasal 616
Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana program dan
kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan
dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
ekonomi kreatif.
Pasal 617
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 616, Bidang
Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana
program dan kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda,
serta pemantauan dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber
daya manusia bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta
berbasis media, desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan
b. penyelenggaraan kerja sama pengembangan sumber daya manusia
bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta berbasis media,
desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
180
Pasal 618
Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif terdiri atas:
a. Subbidang Program dan Evaluasi; dan
b. Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama.
Pasal 619
(1) Subbidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana program dan
kegiatan, pengembangan kurikulum, sistem dan metoda, serta pemantauan
dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia bidang
ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta berbasis media, desain,
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
(2) Subbidang Penyelenggaraan dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan
penyelenggaraan kerja sama pengembangan sumber daya manusia
bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya serta berbasis media,
desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bagian Ketujuh
Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
Pasal 620
Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas
melaksanakan perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber
daya manusia di bidang kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
Pasal 621
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 620, Pusat
Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan perumusan, penerapan dan pengembangan, serta
pemantauan, evaluasi, pelaporan, dan kerja sama kompetensi sumber
daya manusia di bidang kepariwisataan; dan
b. pelaksanaan perumusan, penerapan dan pengembangan, serta
pemantauan, evaluasi, pelaporan, dan kerja sama kompetensi sumber
daya manusia di bidang ekonomi kreatif.
Pasal 622
Pusat Pengembangan Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif terdiri
atas:
181
a. Bidang Kompetensi Kepariwisataan;
b. Bidang Kompetensi Ekonomi Kreatif; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 623
Bidang Kompetensi Kepariwisataan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan, penerapan dan pengembangan, serta pemantauan, evaluasi,
pelaporan, dan kerja sama pelaksanaan pengembangan kompetensi sumber
daya manusia di bidang kepariwisataan.
Pasal 624
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 623, Bidang
Kompetensi Kepariwisataan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi
sumber daya manusia di bidang kepariwisataan; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan
perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya
manusia di bidang kepariwisataan.
Pasal 625
Bidang Kompetensi Kepariwisataan terdiri atas:
a. Subbidang Program; dan
b. Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama.
Pasal 626
(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi sumber daya
manusia di bidang kepariwisataan.
(2) Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan
perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya
manusia di bidang kepariwisataan.
Pasal 627
Bidang Kompetensi Ekonomi Kreatif mempunyai tugas melaksanakan
perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi di bidang ekonomi
kreatif, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan
kompetensi di bidang ekonomi kreatif.
182
Pasal 628
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 627, Bidang
Kompetensi Ekonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi
sumber daya manusia di bidang ekonomi kreatif; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan
perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya
manusia di bidang ekonomi kreatif.
Pasal 629
Bidang Kompetensi Ekonomi Kreatif terdiri atas:
a. Subbidang Program; dan
b. Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama.
Pasal 630
(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan, penerapan, dan pengembangan kompetensi sumber daya
manusia di bidang ekonomi kreatif.
(2) Subbidang Evaluasi dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, serta kerja sama pelaksanaan
perumusan, penerapan dan pengembangan kompetensi sumber daya
manusia di bidang ekonomi kreatif.
BAB X
STAF AHLI
Pasal 631
(1) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 4 (empat) Staf Ahli.
(2) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
(3) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif mengenai masalah tertentu sesuai dengan bidang
keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,
Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan Badan.
(4) Kelompok Staf Ahli dibantu oleh Subbagian Tata Usaha yang secara
administratif berada di bawah Sekretaris Jenderal dan sehari-hari dibina
oleh Kepala Bagian Tata Usaha Kementerian pada Biro Umum.
183
Pasal 632
Staf Ahli terdiri atas:
a. Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif;
b. Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi;
c. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan
d. Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pasal 633
(1) Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif mempunyai
tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif mengenai masalah perlindungan keanekaragaman karya kreatif.
(2) Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi mempunyai tugas memberikan telaahan
kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai masalah jasa
ekonomi.
(3) Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga mempunyai tugas memberikan
telaahan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai masalah
hubungan antar lembaga.
(4) Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mempunyai tugas
memberikan telaahan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
mengenai masalah ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB XI
PUSAT DATA DAN INFORMASI
Pasal 634
(1) Pusat Data dan Informasi adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas
Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Sekretaris Jenderal.
(2) Pusat Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala.
Pasal 635
Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data
dan pengembangan teknologi informasi di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 636
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 635, Pusat
Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi:
184
a. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pelayanan
penyusunan data dan informasi; dan
b. pelaksanaan pengembangan teknologi informasi.
Pasal 637
Pusat Data dan Informasi terdiri atas:
a. Bidang Pengelolaan Data;
b. Bidang Pengembangan Teknologi Informasi;
c. Subbagian Tata Usaha; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 638
Bidang Pengelolaan Data mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan dan pelayanan data di bidang pariwisata dan
ekonomi kreatif.
Pasal 639
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 638, Bidang
Pengelolaan Data menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan, analisis, evaluasi dan pengolahan data di bidang pariwisata
dan ekonomi kreatif; dan
b. penyimpanan dan pelayanan data di bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif.
Pasal 640
Bidang Pengelolaan Data terdiri atas:
a. Subbidang Pengumpulan dan Pengolahan Data; dan
b. Subbidang Penyimpanan dan Pelayanan Data.
Pasal 641
(1) Subbidang Pengumpulan dan Pengolahan Data mempunyai tugas
melakukan identifikasi, pengumpulan, analisis, dan evaluasi data di bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif.
(2) Subbidang Penyimpanan dan Pelayanan Data mempunyai tugas melakukan
penyimpanan dan pelayanan data di bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif.
185
Pasal 642
Bidang Pengembangan Teknologi Informasi mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi, jaringan dan infrastruktur
teknologi informasi.
Pasal 643
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 642, Bidang
Pengembangan Teknologi Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi; dan
b. pengembangan dan pemeliharaan jaringan dan infrastruktur.
Pasal 644
Bidang Pengembangan Sistem Informasi terdiri atas:
a. Subbidang Sistem Aplikasi; dan
b. Subbidang Jaringan dan Infrastruktur.
Pasal 645
(1) Subbidang Sistem Aplikasi mempunyai tugas melakukan pengembangan
dan pemeliharaan sistem aplikasi.
(2) Subbidang Jaringan dan Infrastruktur mempunyai tugas melakukan
pengembangan dan pemeliharaan jaringan dan infrastruktur.
Pasal 646
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Pusat Data dan Informasi.
BAB XII
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI
Pasal 647
(1) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai adalah unsur penunjang
pelaksanaan tugas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif melalui Sekretaris Jenderal.
(2) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dipimpin oleh Kepala.
186
Pasal 648
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai mempunyai tugas menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan pegawai di lingkungan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
Pasal 649
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 648, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana dan program serta kebutuhan pendidikan dan pelatihan
pegawai;
b. penyiapan materi pendidikan dan pelatihan;
c. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pegawai;
d. pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan;
e. pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan;
f. pelayanan teknis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai.
Pasal 650
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Program dan Kerja Sama;
c. Bidang Penyelenggaraan; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 651
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan keuangan,
kepegawaian, surat menyurat, kearsipan, perlengkapan, dan rumah tangga
di lingkungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai.
Pasal 652
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 651, Bagian
Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan administrasi keuangan; dan
b. pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, ketatausahaan, rumah
tangga, dan perlengkapan.
187
Pasal 653
Bagian Tata Usaha terdiri atas:
a. Subbagian Keuangan; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 654
(1) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan
administrasi keuangan.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan
kepegawaian, ketatausahaan, rumah tangga, dan perlengkapan.
Pasal 655
Bidang Program dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan pengkajian,
perumusan, penyusunan kebijakan dan program, serta hubungan kerja sama
pendidikan dan pelatihan pegawai.
Pasal 656
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 655, Bidang
Program dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan program pendidikan dan pelatihan pegawai;
b. penyusunan dan pengembangan kurikulum, sistem dan metoda pendidikan
dan pelatihan pegawai; dan
c. pelaksanaan hubungan kerja sama dengan instansi dan lembaga.
Pasal 657
Bidang Program dan Kerja Sama terdiri atas:
a. Subbidang Program; dan
b. Subbidang Kerja Sama.
Pasal 658
(1) Subbidang Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pengkajian, perumusan, penyusunan program, serta pengembangan
kurikulum, sistem, dan metoda pendidikan dan pelatihan pegawai.
(2) Subbidang Kerja Sama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan hubungan kerja sama pendidikan dan pelatihan pegawai.
188
Pasal 659
Bidang Penyelenggaraan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan dan pelatihan pegawai.
Pasal 660
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 659, Bidang
Penyelenggaraan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional pegawai;
b. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan struktural pegawai; dan
c. pelaksanaan evaluasi dan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
Pasal 661
Bidang Penyelenggaraan terdiri atas:
a. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional; dan
b. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural.
Pasal 662
(1) Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional mempunyai
tugas melakukan pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional pegawai.
(2) Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural mempunyai tugas
melakukan pelaksanaan, evaluasi, serta pelaporan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan prajabatan dan diklat pimpinan.
BAB XIII
PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK
Pasal 663
(1) Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung tugas Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Sekretaris
Jenderal.
(2) Pusat Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala.
Pasal 664
Pusat Komunikasi Publik mempunyai tugas melaksanakan komunikasi publik
melalui publikasi dan analisis berita, pelayanan informasi publik, serta hubungan
antar lembaga.
189
Pasal 665
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 664, Pusat
Komunikasi Publik menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan publikasi, pemberitaan, hubungan media massa, pameran,
dan pencitraan, serta analisis berita dan opini publik;
b. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan pelayanan informasi serta
dokumentasi;
c. pelaksanaan hubungan dengan lembaga negara/pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat dalam dan luar negeri; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha Pusat Komunikasi Publik.
Pasal 666
Pusat Komunikasi Publik terdiri atas:
a. Bidang Publikasi dan Analisis Berita;
b. Bidang Informasi Publik;
c. Bidang Hubungan Antar Lembaga;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 667
Bidang Publikasi dan Analisis Berita mempunyai tugas melaksanakan publikasi,
pemberitaan, hubungan media massa, pameran, dan pencitraan, serta analisis
berita dan opini publik.
Pasal 668
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 667, Bidang
Publikasi dan Analisis Berita menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan publikasi, pemberitaan, hubungan media massa, pameran,
dan pencitraan; dan
b. pelaksanaan analisis berita dan opini publik serta pencitraan.
Pasal 669
Bidang Publikasi dan Analisis Berita terdiri atas:
a. Subbidang Publikasi dan Pemberitaan; dan
b. Subbidang Analisis Berita.
190
Pasal 670
(1) Subbidang Publikasi dan Pemberitaan mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian pemberitaan, serta hubungan
dengan media massa.
(2) Subbidang Analisis Berita mempunyai tugas melakukan pameran, publikasi,
analisis berita dan opini publik serta pencitraan.
Pasal 671
Bidang Informasi Publik mempunyai tugas pelaksanaan pelayanan informasi
publik serta pengelolaan informasi dan dokumentasi.
Pasal 672
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 671, Bidang
Informasi Publik menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pengemasan, penyajian, dan pelayanan pengguna informasi;
dan
b. pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan, dan dokumentasi informasi.
Pasal 673
Bidang Informasi Publik terdiri atas:
a. Subbidang Pelayanan Informasi; dan
b. Subbidang Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi.
Pasal 674
(1) Subbidang Pelayanan Informasi mempunyai tugas melakukan pengemasan,
penyajian, dan pelayanan pengguna informasi.
(2) Subbidang Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi mempunyai tugas
melakukan pengumpulan, pengelolaan, dan dokumentasi informasi.
Pasal 675
Bidang Hubungan Antar Lembaga mempunyai tugas melaksanakan hubungan
dengan lembaga Negara/Pemerintah dan lembaga dunia usaha dan
masyarakat.
Pasal 676
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 675, Bidang
Hubungan Antar Lembaga menyelenggarakan fungsi:
191
a. pelaksanaan hubungan dengan lembaga Negara/Pemerintah; dan
b. pelaksanaan hubungan dengan lembaga dunia usaha dan masyarakat.
Pasal 677
Bidang Hubungan Antar Lembaga terdiri atas:
a. Subbidang Hubungan Antar Lembaga Pemerintah; dan
b. Subbidang Hubungan Antar Lembaga Non Pemerintah.
Pasal 678
(1) Subbidang Hubungan Antar Lembaga Pemerintah mempunyai tugas
melakukan hubungan dengan lembaga Negara/Pemerintah.
(2) Subbidang Hubungan Antar Lembaga Non Pemerintah mempunyai tugas
melakukan hubungan dengan lembaga dunia usaha dan masyarakat.
Pasal 679
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Pusat Komunikasi Publik.
BAB XIV
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 680
Di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat dibentuk
Kelompok Jabatan Fungsional sesuai kebutuhan.
Pasal 681
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan tugas sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 682
(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah jabatan fungsional
yang terbagi dalam berbagai jabatan fungsional sesuai dengan bidang
keahliannya.
(2) Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior.
(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
192
BAB XV
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Pasal 683
(1) Di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdapat
Organisasi Unit Pelaksana Teknis sebagai pelaksana tugas teknis tertentu
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan tersendiri dengan Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis
dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur
negara dan reformasi birokrasi.
BAB XVII
TATA KERJA
Pasal 684
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan organisasi di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan masing-masing
maupun antara satuan organisasi di lingkungan Kementerian serta instansi
lain di luar Kementerian sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Pasal 685
(1) Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kementerian wajib
mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan
segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kementerian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasi-
kan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
Pasal 686
(1) Setiap laporan dari bawahan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi
wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan
lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.
(2) Dalam menyampaikan laporan kepada pimpinan satuan organisasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tembusan laporan wajib disampaikan
193
pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai
hubungan kerja.
Pasal 687
Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kementerian wajib mengikuti
dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-
masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
Pasal 688
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh
pimpinan satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka bimbingan kepada
bawahannya wajib mengadakan rapat berkala.
BAB XVII
ESELON, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 689
(1) Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Kepala
Badan adalah jabatan struktural eselon I.a.
(2) Staf Ahli adalah jabatan struktural eselon I.b atau serendah-rendahnya
eselon II.a.
(3) Kepala Biro, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, Sekretaris Inspektorat
Jenderal, Inspektur, Sekretaris Badan dan Kepala Pusat adalah jabatan
struktural eselon II.a.
(4) Kepala Bagian, Kepala Subdirektorat dan Kepala Bidang adalah jabatan
struktural eselon III.a.
(5) Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan Kepala Subbidang adalah jabatan
struktural eselon IV.a.
Pasal 690
Pejabat struktural eselon I.a yang dialihtugaskan pada jabatan Staf Ahli tetap
diberikan eselon I.a.
Pasal 691
(1) Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal,
Kepala Badan, dan Staf Ahli diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
atas usul Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(2) Pejabat struktural eselon II ke bawah diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
194
(3) Pejabat struktural eselon III ke bawah dapat diangkat dan diberhentikan
oleh pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
BAB XVIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 692
Perubahan atas organisasi dan tata kerja menurut Peraturan ini ditetapkan
oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur
negara dan reformasi birokrasi.
Pasal 693
Perubahan pembagian obyek pengawasan Inspektorat yang diatur berdasarkan
Peraturan Menteri ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 694
Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor PM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diubah atau diganti dengan
peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Menteri ini.
Pasal 695
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri ini seluruh jabatan yang ada
beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif tetap melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian
sampai dengan diatur kembali berdasarkan Peraturan Menteri ini.
BAB XX
PENUTUP
Pasal 696
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata Nomor PM.27/HK.001/MKP-2011 tentang Organisasi dan
195
Tata Kerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 697
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Januari 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 13 Februari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 196
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, S.H, MM
NIP. 19590617 198803 1 005
196
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
199
BAGIAN
PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN PEGAWAI
BAGIAN
PENELAAHAN DAN
BANTUAN HUKUM
BAGIAN
MUTASI PEGAW AI
BAGIAN
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
SUBBAGIAN
PERATURAN
PER-UNDANG-2AN
KEPARIW ISATAAN
SUBBAGIAN
PERATURAN
PER-UNDANGA-2AN
EKONOMI KREATIF
SUBBAGIAN
PENGEMBANGAN
PEGAW AI
SUBBAGIAN
PERENCANAAN
PEGAW AI
SUBBAGIAN
BANTUAN HUKUM
SUBBAGIAN
PENELAAHAN HUKUM
SUBBAGIAN
MUTASI DAN
KEPANGKATAN
SUBBAGIAN
PENGANGKATAN
DAN PEMBERHENTIAN
BIRO
HUKUM DAN
KEPEGAWAIAN
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
PERJANJIAN DAN
RATIFIKASI
KEPARIW ISATAAN
DAN EKONOMI
KREATIF
SUBBAGIAN
DOKUMENTASI
DAN
PUBLIKASI HUKUM
SUBBAGIAN
DISIPLIN DAN
KESEJAHTERAAN
PEGAW AI
SUBBAGIAN
TATA USAHA
KEPEGAW AIAN
200
BAGIAN
AKUNTANSI
BAGIAN
PERBENDAHARAAN
BAGIAN
VERIFIKASI
ANGGARAN
BAGIAN
PELAKSANAAN
PENGANGGARAN
SUBBAGIAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN I
SUBBAGIAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN II
SUBBAGIAN
AKUNTANSI II
SUBBAGIAN
AKUNTANSI I
SUBBAGIAN
PENYELESAIAN
KERUGIAN NEGARA
SUBBAGIAN
TATA KELOLA
PERBENDAHARAAN
SUBBAGIAN
REKONSILIASI
SUBBAGIAN
VERIFIKASI
PENDAPATAN
DAN BELANJA
BIRO
KEUANGAN
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
PEMANTAUAN
ANGGARAN DAN
PNBP
SUBBAGIAN
PENATAUSAHAAN
KEUANGAN DAN
TATA USAHA BIRO
SUBBAGIAN
EVALUASI DAN
PELAPORAN
KEUANGAN
201
BAG IAN
K ER JA SAMA R EG IO NAL
NO N ASEAN
BAG IAN
KER JASAMA
R EG IONAL ASEAN
BAG IAN
KER JASAMA
MULTILATER AL
BAG IAN
KER JASAMA
BILATER AL
SUBBAG IAN
ASIA PASIF IK
SUBBAG IAN
AMER IKA D AN
ER O PA
SUBBAG IAN
ANTAR KAW ASAN I
SUBBAG IAN
INTR A KAW ASAN
SUBBAG IAN
MITR A
W ICAR A
ASEAN
SUBBAG IAN
ASEAN
SUBBAG IAN
EK ONO MI KR EAT IF
SUBBAG IAN
UNW TO
B IR O
K E R JA SA M A
LUA R NE G E R I
KELO MPOK
JABATAN F UNG SIO NAL
SUBBAG IAN
AF R IK A, T IMTENG,
D AN T ATA USAH A
BIR O
SUBBAG IAN
KAW ASAN
PER TUMBUHAN
SUBBAG IAN
ANTAR K AW ASAN
II
SUBBAG IAN
W TO D AN O I
LAINNYA
202
BAGIAN
RUMAH TANGGA
BAGIAN
PERLENGKAPAN
BAGIAN
LAYANAN
PENGADAAN
BAGIAN
TATA USAHA
PIMPINAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA MENTERI
SUBBAGIAN
TATA USAHA W AMEN
SUBBAGIAN
PENGAMANAN
SUBBAGIAN
URUSAN DALAM
SUBBAGIAN
PEMELIHARAAN
SUBBAGIAN
PENATAUSAHAAN
BMN
SUBBAGIAN
BIMBINGAN TEKNIS
SUBBAGIAN
PELAKSANAAN
PENGADAAN
BIRO
UMUM
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SEKJEN
SUBBAGIAN
ANALISIS
KEBUTUHAN
SUBBAGIAN
TATA PERSURATAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA
STAF AHLI
SUBBAGIAN
PROTOKOL
203
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
DAYA TARIK
WISATA
DIREKTORAT
INDUSTRI
PARIWISATA
DIREKTORAT
PEMBERDAYAAN
MASYARAKATDESTINASI PARIWISATA
DIREKTORAT
PERANCANGAN
DESTINASI DAN INVESTASI PARIWISATA
DIREKTORAT
JENDERAL
PENGEMBANGAN
DESTINASI PARIWISATA
DIREKTORATPENGEMBANGAN
WISATA MINAT KHUSUS,
KONVENSI, INSENTIF,
DAN EVENT
204
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN
HUKUM,
KEPEGAW AIAN, DAN
ORGANISASI
BAGIAN
UMUM DAN
INFORMASI
BAGIAN
PERENCANAAN
DAN KERJASAMA
SUBBAGIAN
RENCANA PROGRAM
DAN PENGANGGARAN
SUBBAGIAN
PEMANTAUAN,
EVALUASI, DAN PELAPORAN
SUBBAGIAN
AKUNTANSI DAN
VERIF IKASI
SUBBAGIAN
PERBENDAHARAAN
DAN GAJI
SUBBAGIAN
ORGANISASI DAN
TATA LAKSANA
SUBBAGIAN
KEPEGAW AIAN
SUBBAGIAN
RUMAH TANGGA
DAN PERLENGKAPAN
SUBBAGIAN
TATA PERSURATAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
KERJASAMA
SUBBAGIAN
HUKUM
SUBBAGIAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN
SUBBAGIAN
DATA DAN
INFORMASI
205
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
ZONA KREATIF
SUBDIREKTORAT
KAWASAN
PENGEMBANGAN
DESTINASI PARIWISATA
SUBDIREKTORAT
INVESTASI
PARIWISATA
SUBDIREKTORAT
KAWASAN EKONOMI
KHUSUS
PARIWISATA
SEKSI
KAWASAN STRATEGI
PARIWISATA WIL. I
SEKSI
KAWASAN STRATEGI
PARIWISATA WIL. II
SEKSI
ZONA KREATIF
BERBASIS MEDIA,
DESAIN, & IPTEK
SEKSI
ZONA KREATIF
BERBASIS
SENI DAN BUDAYA
SEKSI
PERANCANGAN
DESTINASI WIL. II
SEKSI
PERANCANGAN
DESTINASI WIL I
SEKSI
PROMOSI INVESTASI
SEKSI
PENGEMBANGAN
POTENSI INVESTASI
DIREKTORAT
PERANCANGAN
DESTINASI DANINVESTASI PARIWISATA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
206
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
DTW WILAYAH III
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
DTW WILAYAH II
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
DTW WILAYAH IV
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
DTW WILAYAH I
SEKSI
WILAYAH JAWA
SEKSI
WILAYAH SUMATERA
SEKSI
WILAYAH SULAWESI
SEKSI
WILAYAH KALIMANTAN
SEKSI
WILAYAH NTB DAN NTT
SEKSI
WILAYAH BALI
SEKSI
WILAYAH PAPUA, DANPAPUA BARAT
SEKSI
WILAYAH MALUKU DAN
MALUKU UTARA
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN DAYA
TARIK WISATA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
207
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
PRODUK DAN
PELAYANAN
WILAYAH I
SUBDIREKTORAT
SARANA
PARIWISATA
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
PRODUK DAN
PELAYANAN
WILAYAH II
SUBDIREKTORAT
JASA
PARIWISATA
SEKSI
JASA
PARIWISATA I
SEKSI
JASA
PARIWISATA II
SEKSI
WILAYAH I.B
SEKSI
WILAYAH I.A
SEKSI
SARANA
PARIWISATA II
SEKSI
SARANA
PARIWISATA I
SEKSI
WILAYAH II.B
SEKSI
WILAYAH II.A
DIREKTORAT
INDUSTRI PARIWISATA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
208
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
KEMITRAAN DAN
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT
SUBDIREKTORAT
PENINGKATAN
KAPASITAS
MASYARAKAT DESA
SUBDIREKTORAT
DOKUMENTASI
DAN KOMUNIKASI
SUBDIREKTORAT
PERANCANGAN DAN
PEMANTAUAN
PEMBERDAYAAN
PARIWISATA
SEKSI
PERANCANGAN
PEMBERDAYAAN
PARIWISATA
SEKSI
PEMANTAUAN
PEMBERDAYAANPARIWISATA
SEKSI
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT
SEKSI
KEMITRAAN
MASYARAKAT
SEKSI
WILAYAH II
SEKSI
WILAYAH I
SEKSI
KOMUNIKASI
SEKSI
DOKUMENTASI
DIREKTORAT
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESTINASI
PARIWISATA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
209
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
WISATA ALAM
DAN BUDAYA
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
REKREASI DAN
HIBURAN
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
WISATA KONVENSI,
INSENTIF, DAN EVENT
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
WISATA KULINER
DAN BELANJA
SEKSI
PENGEMBANGAN
WISATA KULINER
SEKSI
PENGEMBANGAN
WISATA BELANJA
SEKSI
PENGEMBANGAN
WISATA BUDAYA
SEKSI
PENGEMBANGAN
WISATA ALAM
SEKSI
PENGEMBANGAN
WISATA OLAH RAGA
SEKSI
PENGEMBANGAN
WISATA SPA DAN
KESEHATAN
SEKSI
SARANA DAN PRASARANA
WISATA KONVENSI,INSENTIF, DAN EVENT
SEKSI
FASILITASI WISATA
KONVENSI, INSENTIF,
DAN EVENT
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN WISATA
MINAT KHUSUS
KONVENSI, INSENTIF, DAN
EVENT
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
210
DIREKTORAT
JENDERAL
PEMASARAN
PARIWISATA
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PROMOSI PARIWISATA
DALAM NEGERI
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN PASAR
DAN INFOMASI
PARIWISATA
DIREKTORAT
PROMOSI PARIWISATA
LUAR NEGERI
DIREKTORAT
PENCITRAAN
INDONESIA
DIREKTORAT
PROMOSI KONVENSI,
INSENTIF, EVENT,
DAN MINAT KHUSUS
211
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN
HUKUM,
KEPEGAW AIAN, DAN
ORGANISASI
BAGIAN
UMUM DAN
INFORMASI
BAGIAN
PERENCANAAN
DAN KERJASAMA
SUBBAGIAN
RENCANA PROGRAM
DAN PENGANGGARAN
SUBBAGIAN
PEMANTAUAN,
EVALUASI, DAN PELAPORAN
SUBBAGIAN
AKUNTANSI DAN
VERIF IKASI
SUBBAGIAN
PERBENDAHARAAN
DAN GAJI
SUBBAGIAN
ORGANISASI DAN
TATA LAKSANA
SUBBAGIAN
KEPEGAW AIAN
SUBBAGIAN
RUMAH TANGGA
DAN PERLENGKAPAN
SUBBAGIAN
TATA PERSURATAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
KERJASAMA
SUBBAGIAN
HUKUM
SUBBAGIAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN
SUBBAGIAN
DATA DAN
INFORMASI
212
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
INFORMASI PASAR
LUAR NEGERI
SUBDIREKTORAT
HUBUNGAN LEMBAGA
PARIW ISATA DAN
W IDYA W ISATA
SUBDIREKTORAT
PERANCANGAN
PEMASARAN
PARIW ISATA
SUBDIREKTORAT
INFORMASI PASAR
DALAM NEGERI
SEKSI
INFORMASI PASAR
PARIW ISATA
DALAM NEGERI
SEKSI
D ISEMINASI
INFORMASI
PASAR PARIW ISATADALAM NEGERI
SEKSI
DISEMINASI
INFORMASI
PASAR PARIW ISATALUAR NEGERI
SEKSI
INFORMASI PASAR
PARIW ISATA
LUAR NEGERI
SEKSI
W IDYA W ISATA
SEKSI
HUBUNGAN
LEMBAGA
PARIW ISATA
SEKSI
PERANCANGAN
PEMASARAN
LUAR NEGERI
SEKSI
PERANCANGANPEMASARAN
DALAM NEGERI
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
PASAR DAN INFORMASI
PARIWISATA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
213
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
WILAYAH TIMUR
TENGAH
DAN AFRIKA
SUBDIREKTORAT
WILAYAH ASEAN
SUBDIREKTORAT
WILAYAH ASIA
SUBDIREKTORAT
WILAYAH AMERIKA
DAN PASIFIK
SUBDIREKTORAT
WILAYAH EROPA
SEKSI
WILAYAH EROPA
TENGAH DAN TIMUR
SEKSI
WILAYAH ASEAN II
SEKSI
WILAYAH ASEAN I
SEKSI
WILAYAH ASIA
TIMUR
SEKSI
WILAYAH ASIA
SELATAN DAN BARAT
SEKSI
WILAYAH PASIFIK
SEKSI
WILAYAH AMERIKA
SEKSI
WILAYAH AFRIKA
SEKSI
WILAYAH
TIMUR TENGAH
DIREKTORAT
PROMOSI
PARIWISATA
LUAR NEGERI
SEKSI
WILAYAH EROPA
BARAT
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
214
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PROMOSI WISATA
WILAYAH V
SUBDIREKTORAT
PROMOSI WISATA
WILAYAH II
SUBDIREKTORAT
PROMOSI WISATA
WILAYAH III
SUBDIREKTORAT
PROMOSI WISATA
WILAYAH IV
SUBDIREKTORAT
PROMOSI WISATA
WILAYAH I
SEKSI
WILAYAH
SUMBAR, SUMSEL,
JAMBI, BENGKULU, &BANGKA BELITUNG
SEKSI
WILAYAH
LAMPUNG,
BANTEN, DANDKI JAKARTA
SEKSI
WILAYAH
JAWA BARAT,
JAWA TENGAH, DAN D.I.YOGYAKARTA
SEKSI
WILAYAH
SULAWESI
SEKSI
WILAYAH
KALIMANTAN
SEKSI
WILAYAH
BALI DAN NTB
SEKSI
WILAYAH
JAWA TIMUR
DAN NTT
SEKSI
WILAYAH
PAPUA DAN
PAPUA BARAT
DIREKTORAT
PROMOSI
PARIWISATA
DALAM NEGERI
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI
WILAYAH
ACEH, SUMUT,
RIAU DAN KEP.RIAU
SEKSI
WILAYAH
MALUKU DAN
MALUKU UTARA
215
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
KOMUNIKASI
MEDIA RUANG
SUBDIREKTORAT
KOMUNIKASI
MEDIA CETAK
SUBDIREKTORAT
KOMUNIKASI
MEDIA ELEKTRONIK
DAN DIGITAL
SUBDIREKTORAT
KERJA SAMA DAN
KEMITRAAN
SUBDIREKTORAT
STRATEGI
PENCITRAAN
INDONESIA
SEKSI
PERENCANAAN
PENCITRAAN
INDONESIA
SEKSI
PEMANTAUAN DAN
EVALUASI
PENCITRAAN INDONESIA
SEKSI
SARANA DAN
DISTRIBUSI
MEDIA CETAK
SEKSI
PROMOSI
MEDIA CETAK
SEKSI
SARANA DAN
DISTRIBUSI
MEDIAELEKTRONIK
DAN DIGITAL
SEKSI
PROMOSI MEDIA
ELEKTRONIK DAN
DIGITAL
SEKSI
KERJA SAMA DAN
KEMITRAAN ANTAR
LEMBAGA NON-PEMERINTAH
SEKSI
KERJA SAMA DAN
KEMITRAAN ANTAR
LEMBAGA PEMERINTAH
SEKSI
SARANA DAN
DISTRIBUSI
MEDIA RUANG
SEKSI
PROMOSI MEDIA
RUANG
DIREKTORAT
PENCITRAAN
INDONESIA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
216
SU
BBA
GIA
N
TA
TA
USA
HA
SU
BD
IREK
TO
RAT
PR
OM
OSI
KIE
KO
RPO
RASI
SU
BD
IREK
TO
RAT
PR
OM
OSI K
IE
PEM
ER
INTAH
D
AN
NO
N P
EM
ER
INTAH
SU
BD
IREK
TO
RAT
PR
OM
OSI
MIN
AT K
HU
SU
S
SE
KSI
KO
RPO
RA
SI
LU
AR
NE
GE
RI
SE
KSI
KO
RPO
RA
SI
DA
LA
M N
EG
ER
I
SE
KSI
NO
N P
EM
ER
INTA
H
SE
KSI
PE
ME
RIN
TA
H
SE
KSI
WIS
ATA
NO
N B
AH
AR
I
SE
KSI
WIS
ATA
BA
HA
RI
DIR
EK
TO
RA
T
PR
OM
OSI K
ON
VE
NSI,
INSE
NTIF
, EV
EN
T,D
AN
MIN
AT K
HU
SU
S
KE
LO
MPO
K
JA
BA
TA
N F
UN
GSIO
NA
L
217
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
INDUSTRI PERFILMAN
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SENI PERTUNJUKAN
DAN INDUSTRI MUSIK
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SENI RUPA
DIREKTORAT
JENDERAL
EKONOMI KREATIF
BERBASIS SENI DAN
BUDAYA
218
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN
HUKUM,
KEPEGAW AIAN, DAN
ORGANISASI
BAGIAN
UMUM DAN
INFORMASI
BAGIAN
PERENCANAAN
DAN KERJASAMA
SUBBAGIAN
RENCANA PROGRAM
DAN PENGANGGARAN
SUBBAGIAN
PEMANTAUAN,
EVALUASI, DAN PELAPORAN
SUBBAGIAN
AKUNTANSI DAN
VERIFIKASI
SUBBAGIAN
PERBENDAHARAAN
DAN GAJI
SUBBAGIAN
ORGANISASI DAN
TATA LAKSANA
SUBBAGIAN
KEPEGAW AIAN
SUBBAGIAN
RUMAH TANGGA
DAN PERLENGKAPAN
SUBBAGIAN
TATA PERSURATAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
KERJASAMA
SUBBAGIAN
HUKUM
SUBBAGIAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN
SUBBAGIAN
DATA DAN
INFORMASI
219
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PEMASARAN FILM
SUBDIREKTORAT
FESTIVAL DAN
EKSIBISI FILM
SUBDIREKTORAT
FASILITASI
INDUSTRI
PERFILMAN
SUBDIREKTORAT
PRODUKSI FILM
SEKSI
EKSIBISI FILM
SEKSI
FESTIVAL FILM
SEKSI
FASILITASI
KEGIATAN PERFILMAN
SEKSI
FASILITASI
USAHA PERFILMAN
SEKSI
PELAYANAN
PRODUKSI FILM
SEKSI
PENGEMBANGAN
KONTEN DAN
LOKASI FILM
SEKSI
PERTUNJUKAN FILM
SEKSI
DISTRIBUSI FILM
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
INDUSTRI
PERFILMAN
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
220
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
INFRASTRUKTUR DAN
DOKUMENTASI SENI
PERTUNJUKAN DANINDUSTRI MUSIK
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
INDUSTRI MUSIK
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SENI PERTUNJUKAN
SUBDIREKTORAT
PEMASARAN
SENI PERTUNJUKAN
DAN INDUSTRI MUSIK
SEKSI
FASILITASI
PENGEMBANGAN
INDUSTRI MUSIK
SEKSI
KREASI DAN
PRODUKSIMUSIK
SEKSI
FASILITASI
PENGEMBANGAN
SENI PERTUNJUKAN
SEKSI
KREASI DAN
PRODUK SENI
PERTUNJUKAN
SEKSI
PEMASARAN
INDUSTRI
MUSIK
SEKSI
PEMASARAN
SENI PERTUNJUKAN
SEKSI
DOKUMENTASI
DAN PUBLIKASI
SEKSI
PENGEMBANGAN
SARANA DAN
PRASARANA PERTUNJUKAN
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SENI PERTUNJUKAN DAN
INDUSTRI MUSIK
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
221
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PEMASARAN DAN
PENGEMBANGAN
APRESIASI
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SENI RUPA
TERAPAN
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SENI RUPA MURNI
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
FOTOGRAFI
SEKSI
FASILITASI
PENGEMBANGAN
SENI RUPA TERAPAN
SEKSI
KREASI DAN
PRODUKSI KARYASENI RUPA
TERAPAN
SEKSI
FASILITASI
PENGEMBANGAN
SENI RUPA MURNI
SEKSI
KREASI DAN
PRODUKSI KARYA
SENI RUPA MURNI
SEKSI
FASILITASI
PENGEMBANGAN
FOTOGRAFI
SEKSI
KREASI DAN
PRODUKSI
KARYA FOTOGRAFI
SEKSI
APRESIASI KARYA
SENI RUPA
SEKSI
DISTRIBUSI DAN
KOMERSIALISASI
KARYA SENI RUPA
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SENI RUPA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
222
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
EKONOMI KREATIF
BERBASIS MEDIA
DIREKTORAT
KERJA SAMA DAN
FASILITASI
DIREKTORAT
DESAIN
DAN ARSITEKTUR
DIREKTORAT
JENDERAL
EKONOMI KREATIF
BERBASIS MEDIA,
DESAIN, DAN IPTEK
223
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN
HUKUM,
K EPEGAW AIAN, DAN
O RGANISASI
BAGIAN
UMUM DAN
INFO RMASI
BAGIAN
PERENCANAAN
DAN KERJASAMA
SUBBAG IAN
RENCANA PROG RAM
DAN PENGANGGARAN
SUBBAG IAN
PEMANTAUAN,
EVALUASI, D AN PELAPORAN
SUBBAGIAN
AKUNTANSI DAN
VER IF IKASI
SUBBAGIAN
PER BENDAHARAAN
DAN GAJI
SUBBAG IAN
ORG ANISASI D AN
TATA LAKSANA
SUBBAG IAN
KEPEGAW AIAN
SUBBAGIAN
RUMAH TANGG A
DAN PER LENG KAPAN
SUBBAGIAN
TATA PER SURATAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
KELOMPOK
JABATAN F UNG SIONAL
SUBBAG IAN
KER JASAMA
SUBBAG IAN
HUKUM
SUBBAGIAN
PELAKSANAAN
ANG GAR AN
SUBBAGIAN
D ATA DAN
INFOR MASI
224
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
KARYA KREATIF
PERIKLANAN
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
TULISAN FIKSI
DAN NON FIKSI
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN FILM
ANIMASI DAN KOMIK
SUBDIREKTORAT
PENGEMBANGAN
KARYA KREATIF
AUDIO DAN VIDEO
SEKSI
TULISAN NON FIKSI
SEKSI
TULISANFIKSI
SEKSI
KOMIK
SEKSI
FILM ANIMASI
SEKSI
KARYA KREATIF
VIDEO
SEKSI
KARYA KREATIF
AUDIO
SEKSI
IKLAN ELEKTRONIK
SEKSI
IKLAN CETAK
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN EKONOMI
KREATIF BERBASIS MEDIA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
225
SUBBAG IAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
MODE
SUBDIREKTORAT
KOMUNIKASI V ISUAL
SUBDIREKTORAT
ARSITEKTUR
DAN DESAIN
INTERIOR
SUBDIREKTORAT
DESAIN PRODUK
DAN KEMASAN
SEKSI
KOMUNIKASI
VISUAL
SEKSI
DESAIN
GR AFIS
SEKSI
DESAIN INTER IOR
SEKSI
AR SITEKTUR
SEKSI
D ESAIN
KEMASAN
SEKSI
D ESAIN
PR OD UK
SEKSI
DESAIN NON
BUSANA
SEKSI
D ESAIN BUSANA
DIREKTORAT
DESAIN DAN
ARSITEKTUR
KELOMPOK
JABATAN
FUNG SIONAL
226
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIREKTORAT
AKSES
PEMBIAYAAN
SUBDIREKTORAT
SENTRA INOVASI DAN
INKUBATOR BISNIS
SUBDIREKTORAT
LISENSI TEKNOLOGI
SUBDIREKTORAT
SENTRA KREATIF
SEKSI
PENGEMBANGAN
INKUBATOR BISNIS
SEKSI
PENGEMBANGAN
SENTRA INOVASI
SEKSI LISENSI
PEMANFAATAN
TEKNOLOGI
SEKSI LISENSI
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI
SEKSI
PENGELOLAAN
SENTRA KREATIF
SEKSI
PENGEMBANGAN
SENTRA KREATIF
SEKSI AKSES
PEMBIAYAAN
NONBANK
SEKSI AKSES
PEMBIAYAAN BANK
DIREKTORAT
KERJA SAMA DAN
FASILITASI
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
227
SEKRETARIAT
INSPEKTORAT
JENDERAL
INSPEKTORAT
II
INSPEKTORAT
III
INSPEKTORAT
I
INSPEKTORAT
JENDERAL
228
BAGIAN
KEPEGAWAIAN,
ORGANISASI DAN
TATA LAKSANA
BAGIAN
ANALISIS DAN
TINDAK LANJUT
HASIL PENGAWASAN
BAGIAN
UMUM
BAGIAN
PERENCANAAN
DAN EVALUASI
SUBBAGIAN
PERENCANAAN
SUBBAGIAN
EVALUASI DAN
PELAPORAN
SUBBAGIAN
ORGANISASI DAN
TATA LAKSANA
SUBBAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUBBAGIAN
TINDAK LANJUT
HASIL PENGAWASAN
SUBBAGIAN
ANALISIS
HASIL PENGAWASAN
SUBBAGIAN
KEUANGAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA DAN
PERLENGKAPAN
SEKRETARIAT
INSPEKTORAT
JENDERAL
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
232
SEKRETARIAT
BADAN
PUSAT
PENGEMBANGAN SDM
KEPARIWISATAAN
DAN EKONOMI KREATIF
PUSAT
KOMPETENSI
KEPARIWISATAAN DAN
EKONOMI KREATIF
PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
EKONOMI KREATIF
PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
KEPARIWISATAAN
BADAN
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
KEPARIWISATAAN
DAN EKONOMI
KREATIF
233
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN
HUKUM, ORGANISASI
DAN KEPEGAW AIAN
BAGIAN
UMUM DAN
INFORMASI
BAGIAN
PERENCANAAN
DAN KERJASAM A
SUBBAG IAN
R ENCANAPROGRAM
D AN PENG ANG GARAN
SUBBAG IAN
PEMANTAUAN,
EVALUASI D AN PELAPOR AN
SUBBAG IAN
PELAKSANAAN
ANGG AR AN
SUBBAG IAN
AKUNTANSI D AN
VER IF IKASI
SUBBAG IAN
MUTASI PEG AW AI
SUBBAG IAN
PER ENCANAAN D AN
PENG EMBANG AN
PEG AW AI
SUBBAG IAN
RUMAH TANG G A
D AN PER LENGKAPAN
SUBBAG IAN
TATA PERSUR ATAN,
D ATA D AN
INF OR MASI
SEKRETARIAT
BADAN
KELOMPOK
JABATAN F UNG SIONAL
SUBBAG IAN
KER JASAMA
SUBBAG IAN
HUKUM,
OR G ANISASI D AN
TATA LAKSANA
SUBBAG IAN
PER BEND AHAR A
AN
D AN G AJI
234
BIDANG
DATA DAN
PUBLIKASI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BIDANG
PROGRAM
DAN EVALUASI
SUBBIDANG
EVALUASI
SUBBIDANG
PUBLIKASI
SUBBIDANG
DATA
SUBBIDANG
PROGRAM
PUSAT
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
KEPARIWISATAAN
235
PUSAT
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
EKONOMI KREATIF
BIDANG
DATA DAN
PUBLIKASI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BIDANG
PROGRAM
DAN EVALUASI
SUBBIDANG
EVALUASI
SUBBIDANG
PUBLIKASI
SUBBIDANG
DATA
SUBBIDANG
PROGRAM
236
PUSAT
PENGEMBANGAN SDM
KEPARIWISATAAN DAN
EKONOMI KREATIF
BIDANG
PENGEMBANGAN SDM
EKONOMI KREATIF
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BIDANG
PENGEMBANGAN SDM
KEPARIWISATAAN
SUBBIDANG
PENYELENGGARAAN
DAN KERJA SAMA
SUBBIDANG
PENYELENGGARAAN
DAN KERJA SAMA
SUBBIDANG
PROGRAM DAN
EVALUASI
SUBBIDANG
PROGRAM DAN
EVALUASI
237
PUSAT
KOMPETENSI
KEPARIWISATAAN DAN
EKONOMI KREATIF
BIDANG
KOMPETENSI
EKONOMI KREATIF
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BIDANG
KOMPETENSI
KEPARIWISATAAN
SUBBIDANG
EVALUASI DAN
KERJA SAMA
SUBBIDANG
EVALUASI DAN
KERJA SAMA
SUBBIDANG
PROGRAM
SUBBIDANG
PROGRAM
238
KELO
MPO
K
JABATAN
FUNG
SI
ONAL
BID
AN
G
PEN
GELO
LAAN
DATA
SUBBID
ANG
PENYIM
PANAN D
AN
PELAYANAN D
ATA
SUBBID
ANG
PENG
UM
PULAN D
AN
PENG
OLAH
AN D
ATA
PU
SA
T
DA
TA
DA
N
INFO
RM
ASI
BID
AN
G
PEN
GEM
BAN
GAN
TEK
NO
LO
GI
INFO
RM
ASI
SUBBID
ANG
JAR
ING
AN D
AN
INFR
ASTR
UK
TUR
SUBBID
ANG
SIS
TEM
APLIK
ASI
SUBBAG
IAN
TATA U
SAH
A
239
PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN PEGAWAI
SUBBAGIAN UMUM
BIDANGPENYELENGGARAAN
KELOMPOKJABATANFUNGSIONAL
BIDANGPROGRAM
DAN KERJA SAMA
SUBBIDANGKERJA SAMA
SUBBIDANGDIKLAT STRUKTURAL
SUBBIDANGDIKLAT TEKNIS
DAN FUNGSIONAL
SUBBIDANGPROGRAM
BAGIAN TATA USAHA
SUBBAGIAN KEUANGAN
BAGIANTATA USAHA
240
BIDANG
HUBUNGAN
ANTAR LEMBAGA
BIDANG
INFORMASI
PUBLIK
BIDANG
PUBLIKASI
DAN
ANILISIS BERITA
SUBBIDANG
PUBLIKASI
DAN PEMBERITAAN
SUBBIDANG
ANALISIS BERITA
SUBBIDANG
HUBUNGAN ANTAR
LEMBAGA
NON PEMERINTAH
SUBBIDANG
HUBUNGAN ANTAR
LEMBAGA PEMERINTAH
SUBBIDANG
PENGELOLAAN
INFORMASI
DAN DOKUMENTASI
SUBBIDANG
PELAYANAN
INFORMASI
PUSAT
KOMUNIKASI
PUBLIK
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
TATA USAHA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
241
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.20/OT.001/M.PEK/2012
TENTANG
PENYESUAIAN NOMENKLATUR PADA PERATURAN MENTERI
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 77
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara, nama Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata diubah menjadi Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. bahwa dalam rangka mengisi kekosongan hukum dan
peraturan perundang-undangan di bidang pariwisata dan
ekonomi kreatif perlu memberlakukan beberapa Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Penyesuaian
Nomenklatur Pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata;
242
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon
I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2011;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TENTANG PENYESUAIAN NOMENKLATUR PADA
PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA.
Pasal 1
Penyesuaian nomenklatur pada setiap Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata sebagai berikut:
a. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dibaca menjadi Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif; dan
b. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dibaca menjadi Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata Nomor KM.35/OT.001/MNKP/2001 tentang Penyesuaian
Nomenklatur Pada Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Yang
Mengatur Bidang Kebudayaan dan Pariwisata dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
243
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Februari 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Februari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 197
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI
Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MM
NIP. 19590617 198803 1 005
244
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.27/UM.001/MPEK/2012
TENTANG
PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS
PEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA
DAN EKONOMI KREATIF
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor
7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, kegiatan di bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui
dekonsentrasi dan tugas pembantuan;
b. bahwa dengan berubahnya organisasi Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka tugas dan fungsi
Kementerian berubah sehingga Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.104/UM.001/
MKP/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata yang Dilaksanakan Melalui
Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan perlu diganti
dengan Peraturan Menteri yang baru;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Pelaksanaan
Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di
245
Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
dengan Peraturan Menteri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5060);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 4493);
246
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 4855);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 4614);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5262);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5272);
247
17. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 142);
18. Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2009
tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Kementerian
Negara Serta Susunan Organisasi dan Tugas, Dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfataan,
Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PNK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat;
21. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
PM.16/UM.001/MKP/2010 tentang Pedoman Baku
Penyusunan Laporan Akuntansi Keuangan dan SIMAK
BMN di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata;
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;
23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga;
24. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
PM.7/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN
DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
248
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Dekonsentrasi yang selanjutnya disebut Dekon adalah pelimpahan wewenang
dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
2. Tugas Pembantuan yang selanjutnya disebut TP adalah penugasan dari
Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten,
atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan.
3. Dana Dekon adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekon, tidak
termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
4. Dana TP adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan TP.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan Dekon dan TP bidang Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif di daerah provinsi, kabupaten, atau kota.
6. Perubahan Anggaran yang selanjutnya disebut Revisi adalah perubahan
anggaran belanja Kementerian yang telah ditetapkan berdasarkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Surat Penetapan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (SP-RKAKL) dan/
atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
7. Unit Kerja Eselon I adalah Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal,
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal
Pemasaran Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis
Seni dan Budaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media,
Desain dan IPTEK, serta Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
249
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.
9. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnya disebut
Kementerian adalah Kementerian yang membidangi Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi seluruh Unit
Kerja di lingkungan Kementerian, Pemerintah Daerah, dan SKPD dalam
melaksanakan kewenangan urusan Kementerian yang dilaksanakan melalui
kegiatan Dekon dan TP.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar pelaksanaan kegiatan Dekon dan
TP Kementerian dapat berjalan secara efektif dan efisien.
(3) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Ketentuan Umum;
b. Dekonsentrasi;
c. Tugas Pembantuan;
d. Mekanisme Pencairan Dana;
e. Penatausahaan BMN, Pelaporan dan Pertanggungjawaban;
f. Pembinaan dan Pengawasan;
g. Pemeriksaan;
h. Serah Terima Barang;
i. Sanksi Administratif; dan
j. Ketentuan Penutup.
BAB III
DEKONSENTRASI
Bagian Kesatu
Pembagian Urusan
Pasal 3
(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui Dekon meliputi kegiatan bidang:
a. pengembangan destinasi pariwisata;
b. pemasaran pariwisata;
250
c. ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;
d. ekonomi kreatif berbasis media, desain dan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek); dan
e. pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif.
(2) Pelaksanaan Dekon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kegiatan
yang menghasilkan keluaran dengan tidak menambah aset atau bersifat
nonfisik.
(3) Kegiatan Dekon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain :
a. sinkronisasi dan koordinasi perencanaan;
b. fasilitasi/dukungan;
c. bimbingan teknis;
d. pelatihan;
e. pemberian penghargaan;
f. penyuluhan;
g. supervisi;
h. penelitian dan survey;
i. pembinaan; dan
j. pengawasan dan pengendalian.
(4) Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Dekon sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), sebagian kecil dana Dekon dapat dialokasikan sebagai
dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan
input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap.
(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis dan efisien,
serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan Kementerian.
Pasal 4
(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui Dekon bidang pengembangan destinasi pariwisata,
antara lain :
a. penyusunan pola perjalanan;
b. profil investasi;
c. perencanaan kawasan destinasi pariwisata;
d. perencanaan desain teknis; atau
e. bimbingan teknis.
(2) Pelaksanaan Dekon bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman
pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi
Pariwisata.
251
Pasal 5
(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui kegiatan Dekon bidang pemasaran pariwisata, meliputi:
a. pengadaan atau penyediaan bahan promosi;
b. pemasaran paket wisata yang siap jual di masing-masing daerah;
c. partisipasi dalam event seni dan budaya, serta pasar wisata di
tingkat nasional dan internasional, dengan tetap memprioritaskan
fasilitasi bagi industri pariwisata daerah; dan
d. pelaksanaan Fam Trip di daerah-daerah.
(2) Pengadaan atau penyediaan bahan promosi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. media cetak :
1) pemasangan iklan pada surat kabar atau majalah lokal, nasional
atau internasional;
2) pencetakan brosur, flyer, leaflet, peta wisata, buku panduan
wisata, atau poster dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing;
3) pembuatan T-banner atau standing banner; dan
4) pengadaan bahan promosi lainnya (souvenir dan merchandise).
b. media elektronik :
1) pemasangan iklan pada radio atau televisi lokal, nasional atau
internasional;
2) pembuatan CD ROM, VCD atau DVD informasi kepariwisataan
daerah;
3) pemasangan iklan pada media internet, internet search engine,
atau website kepariwisataan lainnya; dan
4) pembuatan dan pengelolaan website kepariwisataan daerah.
c. media luar ruang
1) pembuatan dan pemasangan billboard di dalam dan di luar
negeri; dan
2) mobile advertising antara lain bus Ad, subway/MRT station Ad
di dalam dan luar negeri.
(3) Pelaksanaan Dekon bidang pemasaran pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman
pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Pemasaran
Pariwisata.
252
Pasal 6
(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya meliputi:
a. pemberian bantuan/fasilitasi kepada sanggar/organisasi/lembaga di
bidang pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;
b. pendukungan kegiatan pergelaran, pameran, festival, dan lomba/kompetisi untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif berbasis
seni dan budaya; dan
c. pemberian penghargaan kepada pelaku yang berprestasi dan peduli
pada upaya pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.
(2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus melibatkan Taman Budaya selaku Unit Pelaksana TeknisDaerah (UPTD) bagi pemerintah provinsi yang memiliki.
(3) Pelaksanaan Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedomanpada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis
Seni dan Budaya.
Pasal 7
(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek meliputi:
a. pemberian bantuan/fasilitasi peningkatan kualitas dan kuantitaspengembangan konten:
1) animasi;2) komik;
3) TV dan radio;4) tulisan fiksi dan nonfiksi;
5) periklanan; dan6) desain.
b. pemberian bantuan/fasilitasi pengembangan dan penciptaan wirausaha
bidang media, desain, dan iptek; dan
c. pemberian penghargaan kepada pelaku yang berprestasi dan peduli
pada upaya pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek.
(2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus melibatkan Taman Budaya selaku Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) bagi pemerintah provinsi yang memiliki.
253
(3) Pelaksanaan Dekon bidang ekonomi kreatif berbasis media, desain dan
iptek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya
berpedoman pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Ekonomi
Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.
Pasal 8
(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui Dekon bidang pengembangan sumber daya pariwisata
dan ekonomi kreatif, meliputi :
a. pembekalan teknis bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
b. pembekalan pelayanan prima;
c. penyelenggaraan TOT (Training Of Trainer); dan
d. pembekalan keterampilan bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.
(2) Pelaksanaan Dekon bidang pengembangan sumber daya pariwisata dan
ekonomi kreatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya
berpedoman pada petunjuk teknis dari Badan Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Bagian Kedua
Perencanaan dan Penganggaran
Pasal 9
(1) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekon dilaksanakan oleh Menteri
dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon I terkait sebagai penanggung
jawab kegiatan dengan memperhatikan hasil perencanaan daerah.
(2) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekon sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
(3) Menteri memberitahukan kepada Gubernur mengenai rencana kegiatan
Dekon untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Pagu
Anggaran (Pagu Sementara).
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Gubernur memberikan jawaban tertulis kepada Menteri dengan tembusan
kepada Sekretaris Jenderal dan Pejabat Eselon I terkait paling lambat
3 (tiga) minggu setelah pemberitahuan dari Menteri diterima.
(5) Dalam hal Gubernur tidak memberikan jawaban sampai dengan batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur dianggap tidak
bersedia menerima kegiatan Dekon.
254
(6) Berdasarkan jawaban Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Menteri menetapkan lingkup kegiatan Dekon dan disampaikan kepadaGubernur yang bersedia menerima kegiatan Dekon setelah ditetapkannya
Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran.
Pasal 10
(1) Proses penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-K/L) Dekon dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran yangmenghasilkan Surat Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/
Lembaga (SP-RKAKL), sebagai dasar pencocokan kode akun yang akandilaksanakan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara untuk
penerbitan DIPA.
(2) DIPA Dekon yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar NominatifAnggaran (DNA).
(3) Revisi DIPA Dekon yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar RevisiAnggaran (DRA).
(4) KPA SKPD wajib menyampaikan fotokopi DIPA Dekon dan/atau revisiDIPA Dekon yang diterbitkan di daerah kepada Unit Kerja Eselon I terkait
dan Sekretaris Jenderal selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelahDIPA diterima.
Pasal 11
(1) Revisi dokumen anggaran Dekon dilakukan dengan berpedoman padatujuan, sasaran, dan dokumen perencanaan jangka menengah dan tahunan
yang telah ditetapkan.
(2) Jenis dan komponen anggaran yang dapat direvisi serta tata cara revisidokumen anggaran Dekon berpedoman pada peraturan yang dikeluarkan
oleh Menteri Keuangan.
(3) Revisi yang bersifat mengubah isi dan rincian dalam DIPA Dekon, wajib
diajukan oleh masing-masing KPA SKPD kepada Unit Kerja Eselon Iterkait dengan tembusan Sekretaris Jenderal.
(4) Hasil penelaahan usulan revisi dari Unit Kerja Eselon I terkait disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal, selanjutnya akan diteruskan kepadaKementerian Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.
(5) KPA SKPD menyampaikan setiap revisi anggaran Dekon yang dilakukanterhadap perubahan Aplikasi Data Komputer (ADK) Rencana Kerja dan
Anggaran kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan
Organisasi dengan tembusan kepada Unit Eselon I terkait.
255
(6) Perubahan terhadap isi dan rincian dalam DIPA Dekon sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Sekretaris Jenderal sebagai
bahan untuk melakukan perubahan Keputusan Menteri tentang Penetapan
Kegiatan Yang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi.
Pasal 12
Rencana program dan usulan kegiatan Dekon beserta perubahannya harus
mengacu pada Keputusan Menteri tentang Penetapan Kegiatan Yang
Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Pasal 13
Dalam melaksanakan kegiatan Dekon, Gubernur menetapkan :
a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif; dan
b. perangkat pejabat perbendaharaan yang meliputi Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penerbit
Surat Perintah Membayar (SPM), Bendahara Penerimaan dan Bendahara
Pengeluaran.
Pasal 14
(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan Dekon dilakukan
secara terpisah dari APBD dan APBN TP.
(2) Pengelolaan dana Dekon dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana
Tugas Pembantuan.
Pasal 15
(1) Pelaksanaan kegiatan Dekon dilakukan setelah adanya pelimpahan urusan
pemerintahan yang merupakan kewenangan Kementerian dari Menteri
kepada Gubernur.
(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Dekon menghasilkan penerimaan negara
berupa pajak dan penerimaan negara bukan pajak, maka penerimaan
tersebut merupakan penerimaan APBN dan harus disetor ke rekening
kas negara.
256
BAB IV
TUGAS PEMBANTUAN
Bagian Kesatu
Pembagian Urusan
Pasal 16
(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui kegiatan TP yaitu bidang pengembangan destinasi
pariwisata;
(2) Kegiatan TP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kegiatan yang
menghasilkan keluaran yang menambah aset tetap atau bersifat fisik.
(3) Kegiatan bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain
berupa, bangunan, peralatan, dan jalan.
(4) Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan TP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), sebagian kecil Dana TP dapat dialokasikan sebagai dana
penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan
input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap.
(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis dan efisien,
serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan Kementerian.
Pasal 17
(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dapat
dilaksanakan melalui TP Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata,
meliputi:
a. pembuatan ruang ganti/toilet di kawasan pariwisata;
b. pembuatan gazebo/rumah panggung kecil di ruang terbuka;
c. pembangunan menara pandang;
d. pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak dan pedestarian di kawasan
pariwisata;
e. pembuatan rambu-rambu petunjuk arah;
f. penataan taman (pembuatan pergola, pemasangan lampu taman,
pembuatan pagar pembatas, panggung kesenian, panggung terbuka);
g. pembangunan pusat informasi wisata/Tourism Information Center
(TIC);
257
h. pembuatan tempat penonton (tribun), tempat pertunjukan dan am-
p h i t h e a t e r ;
i. pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, pelataran, kios
cinderamata, kios kaki lima, pendopo, rest area, plaza, pusat jajanan/
kuliner, dan tempat ibadah;
j. pembangunan dive center dan pengadaan peralatan selam;
k. pembangunan jembatan dan broadwalk di kawasan pariwisata;
l. pembangunan gapura/gerbang masuk/pintu masuk/entrance; dan
m. pembangunan dan perbaikan dermaga/jetty di kawasan pariwisata.
(2) Pelaksanaan pembangunan dan fasilitasi penunjang fisik bidang
Pengembangan Destinasi Pariwisata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di area cagar budaya dan taman nasional atau taman wisata alam,
terlebih dahulu berkoordinasi dan memperoleh rekomendasi tertulis dari
Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang sesuai dengan wilayah kerja UPT.
(3) Pelaksanaan TP bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berpedoman pada petunjuk teknis
dari Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Bagian Kedua
Perencanaan dan Penganggaran
Pasal 18
(1) Perencanaan dan penganggaran kegiatan TP dilaksanakan oleh Menteri
dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon I terkait sebagai penanggung
jawab kegiatan dengan memperhatikan hasil perencanaan daerah.
(2) Perencanaan dan penganggaran kegiatan TP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
(3) Menteri memberitahukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota mengenai
rencana kegiatan TP untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya
Pagu Anggaran (Pagu Sementara).
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Gubernur/Bupati/Walikota memberikan jawaban tertulis kepada Menteri
dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Pejabat Eselon I
terkait paling lambat 3 (tiga) minggu setelah pemberitahuan dari Menteri
diterima.
258
(5) Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak memberikan jawaban sampai
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur/
Bupati/Walikota dianggap tidak bersedia melaksanakan kegiatan TP.
(6) Berdasarkan jawaban Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Menteri menetapkan lingkup kegiatan TP dan disampaikan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota yang bersedia melaksanakan kegiatan
TP setelah ditetapkannya Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran.
Pasal 19
(1) Proses penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-K/L) TP dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran yang
menghasilkan Surat Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/
Lembaga (SP-RKAKL), sebagai dasar pencocokan kode akun yang akan
dilaksanakan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara untuk
penerbitan DIPA.
(2) DIPA TP yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar Nominatif Anggaran (DNA).
(3) Revisi DIPA TP yang diproses di daerah, diterbitkan oleh Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Daftar Revisi Anggaran
(DRA).
(4) KPA SKPD wajib menyampaikan fotokopi DIPA TP dan/atau revisi DIPA
TP yang diterbitkan di daerah kepada Unit Kerja Eselon I terkait dan
Sekretaris Jenderal selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah DIPA
diterima.
Pasal 20
(1) Revisi dokumen anggaran TP dilakukan dengan berpedoman pada tujuan,
sasaran, dan dokumen perencanaan jangka menengah dan tahunan
yang telah ditetapkan.
(2) Jenis dan bagian anggaran yang dapat direvisi serta tata cara revisi
dokumen anggaran TP berpedoman pada peraturan yang dikeluarkan
oleh Menteri Keuangan.
(3) Revisi yang bersifat mengubah isi dan rincian dalam DIPA TP, wajib
diajukan oleh masing-masing KPA SKPD kepada Unit Kerja Eselon I
terkait dengan tembusan Sekretaris Jenderal.
(4) Hasil penelaahan usulan revisi dari Unit Kerja Eselon I terkait disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal, selanjutnya akan diteruskan kepada
Kementerian Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.
259
(5) KPA SKPD menyampaikan setiap revisi anggaran TP yang dilakukan
terhadap perubahan Aplikasi Data Komputer (ADK) Rencana Kerja dan
Anggaran kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan
Organisasi dengan tembusan kepada Unit Kerja Eselon I terkait.
(6) Perubahan terhadap isi dan rincian dalam DIPA TP sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disampaikan kepada Sekretaris Jenderal sebagai bahan
untuk melakukan perubahan Keputusan Menteri tentang kegiatan TP.
Pasal 21
Rencana program dan usulan kegiatan TP beserta perubahannya harus
mengacu pada Keputusan Menteri tentang Penetapan Kegiatan Yang
Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Pasal 22
Dalam melaksanakan kegiatan TP, Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan :
a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif;
b. perangkat pejabat perbendaharaan meliputi Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penerbit Surat Perintah
Membayar (SPM), Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerima.
Pasal 23
(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan TP dilakukan
secara terpisah dari APBD dan APBN Dekon.
(2) Pengelolaan dana TP dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana
Tugas Pembantuan.
Pasal 24
(1) Pelaksanaan kegiatan TP dilakukan setelah adanya penugasan urusan
pemerintahan yang merupakan kewenangan Kementerian dari Menteri
kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan TP menghasilkan penerimaan negara
berupa pajak dan penerimaan negara bukan pajak, maka penerimaan
tersebut merupakan pendapatan APBN dan harus disetor ke rekening
kas negara.
260
BAB V
MEKANISME PENCAIRAN DANA
Pasal 25
(1) DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang telah disahkan
disampaikan kepada SKPD penerima dana Dekon dan/atau dana TP
sebagai dasar dalam penerbitan SPM.
(2) Penerbitan SPM oleh SKPD selaku KPA didasarkan pada alokasi dana
yang tersedia dalam DIPA dan POK untuk Dekon dan DIPA untuk TP.
(3) Kepala SKPD yang menerima dana Dekon dan/atau dana TP menerbitkan
dan menyampaikan SPM kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara.
(4) Setelah menerima SPM dari SKPD sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3), Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat menerbitkan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
(5) Penatausahaan barang persediaan dilakukan secara tertib sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PELAPORAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 26
(1) SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan dana Dekon dan/atau TP wajib
menyusun laporan pertanggungjawaban yang meliputi:
a. laporan manajerial; dan
b. laporan akuntabilitas
(2) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
disampaikan setiap bulan kepada Unit Kerja Eselon I Pembina Teknis
dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal,
meliputi :
a. perkembangan realisasi penyerapan dana;
b. pencapaian target keluaran;
c. kendala yang dihadapi; dan
d. saran tindak lanjut.
(3) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disampaikan setiap bulan kepada Unit Kerja Eselon I Pembina Teknis
dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal,
meliputi :
261
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. catatan atas laporan keuangan; dan
d. laporan barang.
(4) Laporan pelaksanaan kegiatan Dekon dan/atau TP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008, tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, dan Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan di Lingkungan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
(5) Laporan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
terdiri dari :
a. Arsip Data Komputer (ADK) aplikasi BMN;
b. laporan intra dan ekstra countable;
c. barang bersejarah;
d. Kontruksi Dalam Pengerjaan (KDP);
e. aset tak berwujud;
f. laporan barang persediaan;
g. Catatan Ringkasan Barang (CRB);
h. laporan kondisi barang;
i. Catatan Atas Laporan Barang Milik Negera (CALBMN); dan
j. neraca;
(6) Jadwal pengiriman pelaporan barang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Dekon
Pasal 27
(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan
Dekon.
262
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian
pedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan
evaluasi.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam
rangka pencapaian efisiensi dan dalam rangka bahan perumusan kebijakan
pengalokasian dana Dekon.
Bagian Kedua
TP
Pasal 28
(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan
TP.
(2) Gubernur/Bupati/Walikota selaku penerima penugasan dari Pemerintah,
melakukan pembinaan dan pengawasan Tugas Pembantuan yang
dilaksanakan oleh SKPD TP.
(3) Pembinaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman,
standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi.
(4) Pembinaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam
rangka pencapaian efisiensi dan efektifitas dalam rangka bahan perumusan
kebijakan pengalokasian dana TP.
Pasal 29
(1) Dalam pelaksanaan Dekon dan TP, Menteri melalui Pejabat Eselon I
terkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan Dekon/TP.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
PEMERIKSAAN
Pasal 30
(1) Pemeriksaan eksternal pelaksanaan kegiatan Dekon dan TP Kementerian
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
263
(2) Pemeriksaan internal pelaksanaan kegiatan Dekon dan TP Kementerian
dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian.
(3) Inspektorat Jenderal Kementerian menyusun program pemeriksaan tahunan
untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pemeriksaan.
(4) Inspektorat Jenderal Kementerian dapat mendelegasikan kewenangan
pemeriksaan kepada Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk
melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. menggunakan pedoman pemeriksaan yang berlaku di lingkungan
Kementerian;
b. pejabat yang ditunjuk untuk memeriksa adalah pejabat fungsional
auditor sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Menteri yang
bertanggungjawab dalam bidang aparatur negara;
c. menggunakan format Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sesuai
pedoman laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian;
d. laporan hasil pemeriksaan pelaksanaan Dekon dan TP dibuat oleh
Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota disampaikan kepada
Pejabat Eselon I terkait dan SKPD yang diperiksa, dengan tembusan
disampaikan kepada Menteri c.q. Inspektur Jenderal Kementerian,
Gubernur/Bupati/Walikota, dan Atasan Langsung SKPD yang diperiksa;
e. tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan dilakukan oleh SKPD yang
bersangkutan, disampaikan kepada Wakil Gubernur/Wakil Bupati/
Wakil Walikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri c.q.
Inspektur Jenderal Kementerian, Pejabat Eselon I terkait, Inspektur
Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Atasan Langsung SKPD terkait;
f. penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan pelaksanaan Dekon
dan TP dilakukan oleh Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota
bersama Inspektur Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota;
g. penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan pelaksanaan Dekon
dan TP sebagaimana dimaksud pada huruf f disampaikan kepada
Pejabat Eselon I terkait dan SKPD yang diperiksa, dengan tembusan
kepada Menteri c.q. Inspektur Jenderal Kementerian, Gubernur/
Bupati/ Walikota, dan atasan langsung SKPD yang diperiksa; dan
h. Inspektorat Jenderal Kementerian melakukan monitoring dan evaluasi
atas pelaksanaan pemeriksaan SKPD, penyelesaian tindak lanjut
hasil pemeriksaan dan LHP yang sudah didelegasikan kepada
Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota.
264
(5) Inspektorat Jenderal Kementerian melakukan sosialisasi/diseminasi pedoman
pengawasan yang berlaku di lingkungan Kementerian dan memberikan
bimbingan teknis pemeriksaan kepada Inspektorat Wilayah Provinsi/
Kabupaten/ Kota;
(6) Apabila diperlukan, Inspektorat Jenderal Kementerian dengan Inspektorat
Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melakukan pemeriksaan bersama
(join audit).
Pasal 31
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan,
dan akuntabel, Kepala SKPD berkewajiban melakukan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan dengan berpedoman pada Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
BAB IX
SERAH TERIMA BARANG
Pasal 32
(1) Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan Dana Dekon dan TP
merupakan barang milik negara dan dapat dihibahkan kepada daerah
sebagai aset dari pusat ke provinsi, kabupaten atau kota
(2) SKPD yang melaksanakan kegiatan Dekon dan TP berkewajiban melakukan
penatausahaan barang milik negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Serah terima dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak realisasi pengadaan
barang kegiatan Dekon dan TP selesai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB X
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 33
(1) SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kegiatan Dekon dan TP dapat dikenakan sanksi
administratif berupa :
a. penundaan pencairan Dana Dekon dan TP untuk triwulan berikutnya;
dan
265
b. penghentian alokasi Dana Dekon dan TP untuk tahun anggaran
berikutnya.
(2) SKPD yang secara sengaja melakukan perubahan/revisi kegiatan Dekon
dan TP tanpa persetujuan Unit Kerja Eselon I terkait dapat dikenakan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kegiatan Dekon dan TP.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata Nomor PM.104/UM.001/MKP/2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Yang Dilaksanakan Melalui
Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 35
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 April 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
266
Diundangkan di Jakarta
pada tangal 17 April 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 419
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI
Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MM
NIP. 19590617 198803 1 005
267
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.35/UM.001/MPEK/2012
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
TAHUN 2012 - 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara, tanggal 21 Desember 2011 telah dibentuk
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, setiap Kementerian/Lembaga harus menyusun
Rencana Strategis yang berpedoman kepada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga;
268
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Rencana
Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Tahun 2012-2014;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4287);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5060);
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara
Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92
tahun 2011;
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
8. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif;
269
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TENTANG RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
TAHUN 2012 - 2014.
KESATU : Menetapkan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Tahun 2012 - 2014 sebagaima tercantum
dalam lampiran peraturan ini.
KEDUA : Rencana Strategis Kementerian Pariwistaa dan Ekonomi
Kreatif Tahun 2012 - 2014 sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU merupakan pedoman dalam penyelenggaraan
program dan kegiatan pembangunan di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 30 April 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Mei 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 486
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RI
Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MM
NIP. 19590617 198803 1 005
270
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
NOMOR PM.35/UM.001/MPEK/2012
TENTANG
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TAHUN 2012–2014
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Kondisi Umum
1.1.1 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Berdasarkan Perpres No. 92 Tahun 2011 yang dikeluarkan pada tanggal 21
Desember 2011, maka Kemenparekraf secara resmitelah terbentuk, yang
terdiri dari 8 unit eselon satu dan didukung oleh 4 staf ahli, yaitu: Ditjen
Pengembangan Destinasi Pariwisata; Ditjen Pemasaran Pariwisata; Ditjen
Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; Ditjen
Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek; Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Sekretariat
Jenderal, Inspektorat Jenderal; Staf Ahli Bidang Perlindungan Keanekaragaman
Karya Kreatif; Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi; Staf Ahli Bidang Hubungan
Antar Lembaga; dan Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Kemenparekraf memiliki tanggungjawab terhadap pengembangan sektor
kepariwisataan dan ekonomi kreatif dengan berkoordinasi dengan seluruh
instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.
Berdasarkan UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, kepariwisataan
didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan pengusaha. Keberhasilan pembangunan kepariwisataan bergantung pada
keunggulan daya tarik wisata, kualitas sarana dan prasarana di destinasi
wisata, dan keberadaan industri pariwisata. Industri pariwisata didefinisikan
sebagai kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
271
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawandalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata yang dimaksudkanadalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhankebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata meliputi: (1) Usahadaya tarik wisata; (2) Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata;(4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaanakomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8)Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran;(9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasapramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) Spa.
Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektorbaru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian.Sebelumnya,sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi ditingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait.Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian olehpemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilaistrategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaaniklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakansumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikandampak sosial yang positif.
Bagan 1-1 Fungsi Strategis Ekonomi Kreatif
272
Klasifikasi dan ruang lingkup ekonomi kreatif yang berkembang di duniamaupun di Indonesia, masih sering diperdebatkan di kalangan akademismaupun praktisi. Tetapi walaupun demikian, ekonomi kreatif diyakini sebagaisalah satu fokus pembangunan yang potensial bagi negara maju maupunnegara berkembang. Indonesia telah mengangkat ekonomi kreatif sebagaisalah satu sektor pembangunan yang ditunjukkan dengan dikeluarkannyacetak biru pengembangan ekonomi kreatif Indonesia pada tahun 2008, danInstruksi Presiden No.6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatifyang menginstruksikan kepada seluruh instansi dan lembaga pemerintahyang terkait pengembangan ekonomi kreatif untuk mengembangkan ekonomikreatif di Indonesia yang terdiri dari 14 subsektor industri kreatif.
1Creative Economy Report 2010, “Creative Economy: A Feasible Development Option“, UNCTAD, 2010.2Core: industri kreatif; Partial: industri yang memiliki unsur kreatif sebagai unsur minor produksi; Interdepen-dent: industri yang mendukung proses produksi industri kreatif; Non-dedicated: industri yang tidak berhubunganlangsung dengan industri kreatif, tetapi dibutuhkan untuk keperluan umum.
Bagan 1-2 Konsep dan Klasifikasi Ekonomi Kreatif di Dunia
Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD
273
Berdasarkan laporan UNCTAD, Creative economy: “A Feasible DevelopmentOption”, model pengembangan ekonomi kreatif di negara maju maupun dinegara berkembang dapat dikelompokkan menjadi: UNCTAD Model, WIPOCopyright Model, Concentric Circles Model, Symbolic Texts Model, dan UKDCMS Model1. UNCTAD Model mengelompokkan industri kreatif berdasarkanpada kreativitas yang bernilai ekonomi dan memiliki intellectual property.WIPO Copyright Model mengelompokkan industri kreatif berdasarkan padaperan industri kreatif. Peran ini dikelompokkan menjadi core, partial,interdependent dan non-dedicated2. Concentric Circles Model mengelompokkanindustri kreatif berdasarkan pada porsi budaya dari sebuah produk kreatif,dimana semakin besar konten budayanya maka akan semakin unik.Symbolic Texts Model mengelompokkan industri kreatif berdasarkan padabesar kecilnya pengaruh seni terhadap perkembangan sosial dan politik.Sedangkan UK DCMS Model mengutamakan ekonomi berbasis kreativitasdan inovasi sebagai dasar klasifikasi, yang dikembangkan pertama kali olehUK Department of Culture, Media, and Sport (UK DCMS) pada akhir tahun1990-an untuk bersaing dalam ekonomi global.
Di Indonesia, ekonomi kreatif merupakan sebuah era baru ekonomi setelahekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yangmengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide danpengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utamadalam kegiatan ekonominya1. Ekonomi kreatif ini digerakkan oleh industrikreatif yang didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatankreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraanserta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasidan daya cipta individu tersebut.
1 Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015
Bagan 1-3 Pergeseran Era Ekonomi
Mengacu pada Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif, makaekonomi kreatif Indonesia dikelompokkan menjadi: (1) Arsitektur; (2) Desain;(3)Fesyen (Mode); (4) Film, Video, dan Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik;(7) Pasar Seni dan Barang Antik; (8) Penerbitan dan Percetakan; (9) Periklanan;
274
(10) Permainan Interaktif; (11) Penelitian dan Pengembangan; (12) SeniPertunjukan; (13) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; dan (14) Televisidan Radio. Sektor ke-15, kuliner, merupakan sektor tambahan yang akandikembangkan oleh Kemenparekraf mempertimbangkan kekayaan kreativitasdan kearifan lokal didalamnya, serta kaitannya yang erat dengan kepariwisataan.
Kontribusi peran Kemenparekraf pada setiap kelompok usaha dalam industrikreatif berbeda-beda, karena pada dasarnya usaha di industri kreatif bukanlahjenis usaha yang baru. perbedaan kontribusi peran ini ditunjukkan padaBagan 1-4 berikut.
Bagan 1-4 Pembagian Tanggungjawab Pengembangan Usaha dalam Industri Kreatif
Kepariwisataan dan ekonomi kreatif terdiri dari berbagai kelompok usahanyayang memiliki keterkaitan dan saling mendukung serta memperkuat keberadaanusaha itu sendiri. Keterkaitan antara sektor kepariwisataan dan ekonomikreatif dapat dilihat pada Bagan 1-5.
275
Bagan 1-5 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Keterkaitan kepariwisataan dengan ekonomi kreatif dapat dijabarkan secaramendetail sebagai berikut:
a. Penguatan kualitas kepariwisataan
Kualitas kepariwisataan salah satunya dapat diindikasikan dari lama tinggalwistawan di destinasi wisata dan besaran pengeluaran wisatawan selamamelakukan kunjungan. Produk kreatif subsektor kerajinan, fesyen, danpasar barang seni dapat menjadi suvenir, sementara kuliner, musik, senipertunjukan, film, video, fotografi, desain, dan arsitektur dapat menjadi hiburandi daerah destinasi wisata. Produk dan jasa kreatif memiliki peran untukmemberikan kesan yang mendalam bagi wisatawan yang dapat mengangkat"kelokalan" dari detinasi pariwisata yang dikunjunginya, sehingga membuatwisatawan tersebut tinggal lebih lama, berbelanja lebih banyak, bahkan inginkembali lagi ke destinasi wisata tersebut.
b. Penciptaan daya tarik wisata
Produk dan jasa ekonomi kreatif dapat menjadi daya tarik wisata yang dapatdikembangkan menjadi destinasi wisata Indonesia. Sebuah daerah yangmemiliki kuliner, seni pertunjukan, musik, fesyen yang unik dapat dikembangkansebagai destinasi wisata kuliner, wisata belanja fesyen, wisata batik, wisatabudaya, dan lain-lain. Even-even kreatif tradisional hingga kontemporer jugadapat dikemas untuk mendatangkan wisman dan nasional, seperti: Jember
276
Fesyen Festival, Solo Batik Karnaval, Java Jazz, Festival Danau Sentani,Sanur Village Festival, Le Gugam, Pesta Kesenian Bali, dan masih banyakeven kreatif yang sudah menjadi daya tarik wisata.
c. Promosi
Produk dan jasa kreatif dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempromosikandestinasi wisata, sedangkan daya tarik wisata dapat menjadi inspirasi bagipelaku kreatif untuk menciptakan karya kreatif yang unik. Melalui film dapatdipromosikan lokasi tertentu, yang dapat membuat para penonton film inginmelihat lokasi pengambilan gambar dan merasakan pengalaman sepertiyang ada di dalam film, sehingga secara tidak langsung lokasi tersebutmenjadi sebuah destinasi wisata. Contoh lain adalah dalam strategi melakukanpromosi destinasi wisata Indonesia di luar negeri, maka dengan menampilkanbudaya yang ada di lokasi tersebut, baik itu berupa tari-tarian atau musik,maka wisatawan akan lebih tertarik untuk datang ke destinasi wisata yangdipromosikan. Selain itu, usaha di sektor ekonomi kreatif yang langsungdapat membantu mempromosikan sektor kepariwisataan adalah usahaperiklanan, dimana jasanya dibutuhkan oleh usaha pariwisata untukmempromosikan produk-produknya. Sebaliknya, konten-konten promosipariwisata juga seringkali mengangkat karya-karya kreatif di daerah tersebut,contohnya: funitur jepara, kerajinan tasikmalaya, bordir kerancang bukit tinggi,dan lainnya, sehingga promosi pariwisata juga berperan dalam mempromosikankarya-karya kreatif.
1.1.2 KONDISI PEREKONOMIAN GLOBAL DAN INDONESIA
Dinamika kondisi global turut mempengaruhi kondisi Indonesia yang tentunyaakan berpengaruh terhadap pengembangan kepariwisataan dan ekonomikreatif. Kondisi global yang perlu menjadi perhatian bagi pembangunankepariwisataan dan ekonomi kreatif adalah terkait dengan: kondisiperekonomian, perkembangan era digital, kondisi sosial, politik, dan keamanan,kondisi konektivitas antar negara, serta kondisi iklim dan cuaca.
1.1.2.1 KONDISI PEREKONOMIAN GLOBAL
Pasca krisis ekonomi global 2008-2009, perekonomian negara-negara duniatelah memasuki periode pemulihan. Pemulihan ekonomi ditandai perbaikanindikator-indikator ekonomi dunia, seperti pertumbuhan positif PDB dunia,volume perdagangan dunia, dan aliran modal/investasi di tahun 2010. PDBdunia tahun 2010 tumbuh sebesar 4,1%, setelah sebelumnya mengalamipertumbuhan negatif -2,3% di tahun 2009. Perdagangan dunia tumbuh 12,8%
277
tahun 2010, dimana tahun 2009 tumbuh negatif -11%. Aliran modal tumbuh5,4% tahun 2010, dimana tahun 2009 hanya tumbuh 3,7%.
Pemulihan ekonomi dunia tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan dibeberapa negara seperti pelonggaran moneter melalui penurunan suku bungauntuk menggairahkan aliran modal atau investasi, penjaminan simpanan,paket stimulus pemerintah, serta kebijakan-kebijakan pendukung lain baikfiskal, perbankan, maupun sektor riil. Pemulihan ekonomi dunia diprediksimasih akan berlanjut, dimana tahun 2013-2014 PDB dunia diproyeksikantumbuh 3,65% dan 3,87%, dan perdagangan dunia diproyeksikan tumbuh6,1% dan 6,6%. Harga minyak mentah akan mengalami penurunan -5,5%dan -1,2%, meskipun masih di tingkat harga yang cukup tinggi. Aliran modaltumbuh 3,3% dan 3,7%, sekitar 24,8% dan 25,4% dari PDB dunia. Pemulihanekonomi yang terjadi akan menyebabkan peningkatan daya beli masyarakatdunia, nilai tukar yang semakin stabil, serta tekanan inflasi yang semakinmenurun. Indikasi ini merupakan sinyal positif bagi upaya-upaya pembangunanuntuk meningkatkan kinerja kepariwisataan dan ekonomi kreatif, sepertijumlah, lama tinggal, dan pengeluaran wisman, serta kinerja ekspor ekonomikreatif Indonesia.
279
1.1.2.2 KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA TERTENTU YANG TERKAITDENGAN KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIFINDONESIA
Dalam memahami kondisi perekonomian global, maka perlu juga dipahamikondisi perekonomian di negara yang memiliki pengaruh terhadappengembangan kepariwistaan dan ekonomi kreatif Indonesia. Negara yangmenjadi pertimbangan dalam penyusunan renstra Kemenparekraf adalahkondisi perekonomian di negara yang merupakan pasar utama pariwisataIndonesia, negara target ekspor produk dan jasa kreatif Indonesia, negaraASEAN dan beberapa negara Asia yang merupakan kompetitor dan penyediabahan baku bagi industri kreatif, serta negara-negara yang memilikipertumbuhan ekonomi yang tinggi yang dikenal sebagai negara BRIC.
A. Kondisi Perekonomian Pasar Wisman ke Indonesia dan NegaraTujuan Ekspor Produk dan Jasa Kreatif
Sepuluh pasar utama wisman ke Indonesia adalah Singapura, Malaysia,Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Inggris, Filipina, dan AmerikaSerikat. Sedangkan sepuluh negara tujuan ekspor utama produk dan jasakreatif Indonesia adalah: Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Jepang, Belanda,Belgia, Perancis, Italia, Singapura, dan Australia. Empat negara maju AmerikaSerikat (38,01%), Jerman (6,85%), Inggris (6,34%), dan Jepang (6,21%)menyerap hampir separuh produk dan jasa kreatif Indonesia
Pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika, Jerman, Inggris danJepang, umumnya cenderung lambat karena sumber daya yang ada telahcukup optimal digunakan dan krisis ekonomi pada tahun 2009 menciptakanpertumbuhan ekonomi negatif di negara maju, misalnya Amerika -3,4%,Jerman -5,1%, Inggris -4,9%, dan Jepang -6,3%. Tahun 2010 kondisi inimulai mengalami perbaikan yang terlihat dari pertumbuhan positif, yaituAmerika 3%, Jerman 3,6%, Inggris 1,4%, dan Jepang 4%.
280
Grafik 1-1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 16 Negara sebagaiTarget Pasar Utama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia
Sumber: World Bank, The Global Outlook, Juni 2011
Melemahnya perekonomian di negara-negara tersebut di tahun 2009,berdampak pada jumlah wisman dari negara tersebut, meliputi wismanSingapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, dan Jerman.Pada tahun 2010, pertumbuhan jumlah wisman mulai tumbuh positif (kecualiJepang). Pertumbuhan jumlah wisman ini diprediksi akan terus tumbuh positifhingga 2014 sejalan dengan pertumbuhan PDB di dunia.
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2009 turut berpengaruh terhadappermintaan produk dan jasa kreatif di negara-negara maju, dimana permintaanAmerika sebesar -13,6%, Jerman -9,2%, Inggris -11,9% serta Jepang -15,3%. Kondisi tersebut berangsur-angsur pulih tahun 2010 dengan peningkatanimpor pada Amerika sebesar 12,5%, Jerman 11,7%, Inggris 8,8%, dan Jepang9,8%. Pada tahun 2009, permintaan produk dan jasa kreatif hanya tumbuhpositif di negara China dan India, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dinegara ini. Oleh karena itu new emerging countries perlu mendapatkanperhatian lebih sebagai potensi pasar bagi produk dan jasa kreatif Indonesia.
B. Gross National Income Pasar Utama Wisman
Untuk dapat memahami peluang pariwisata maupun ekonomi kreatif di dunia,maka perlu dipahami daya beli dari masyarakat di dunia. Salah satu indikasiyang dapat digunakan untuk memahami daya beli masyarakat suatu negara
281
berdasarkan pendapatan yang mereka terima adalah Gross National Income(GNI) per kapita. GNI merupakan nilai keseluruhan barang/jasa yang dihasilkanoleh penduduk suatu negara (nasional) pada periode waktu tertentu, di dalamdan luar negeri, dibagi dengan jumlah penduduk. Nilai keseluruhan barang/jasa yang dihasilkan warganegara asing di suatu negara, tidak dihitungsebagai GNI.
Semakin besar GNI per kapita suatu negara maka semakin besar potensinyauntuk menjadi pasar utama wisman ke Indonesia serta semakin besar jugapotensi wisman tersebut untuk membelanjakan uangnya di Indonesia. Namun,GNI per kapita belum dapat menjadi variabel utama yang menunjukan pasarpotensial tersebut karena pengaruh variabel lainnya masih dominan, sepertikonektivitas Indonesia dengan negara lain serta infrastruktur destinasi pariwisatayang baik.
Sepuluh negara utama yang memiliki GNI tertinggi dari pasar luar negeriterbesar Indonesia yang dihitung berdasarkan jumlah wisman adalah Singapura,Hongkong, Amerika Serikat, Belanda, Kanada, Jerman, Australia, Inggris,Jepang, serta Perancis. Singapura merupakan pasar utama wisman keIndonesia di tahun 2010, dengan jumlah wisman mencapai 1,37juta orang.Nilai GNI per kapita Singapura pada tahun 2010 mencapai US$55.790 atautumbuh sebesar 11,87% dari tahun sebelumnya. Namun, rata-rata pengeluaranper kunjungan wisman Singapura hanya mencapai US$675,81, lebih rendahdari rata-rata pengeluaran wisman yang mencapai US$1.085,75.
Grafik 1-2 GNI Per Kapita dari 20 Negara Asal Wisman Terbesar
Sumber: World Bank, 2009–2010
282
Hongkong, sebagai negara kedua dengan GNI terbesar, pada tahun 2009menunjukan nilai GNI per kapitanya sebesar US$44.670 dan tumbuh sebesar6,29% atau US$47.480 di tahun 2010. Namun, dari sisi jumlah wisman yangdatang ke Indonesia, di tahun 2010, Hongkong menempati urutan ke-18dengan jumlah wisman sebanyak 78 ribu orang. Rata-rata pengeluaran wismanke Indonesia juga termasuk yang rendah, yaitu sebesar US$962,35.
Grafik 1-3 20 Negara Asal Wisman Terbesar dan Rata-rata Pengeluaran Wisman
Sumber: World Bank, 2009–2010
Negara kedua tertinggi yang berkontribusi terhadap jumlah wisman keIndonesia adalah Malaysia, dengan jumlah wisman mencapai 1,27 juta orangdi tahun 2010 atau tumbuh sebesar 8,31% dari tahun sebelumnya. Sedang,nilai GNI per kapita negara ini di tahun 2010 mencapai US$14.220 atautumbuh sebesar 4,94% dari tahun 2009. Namun, rata-rata pengeluaran perkunjungan wisman Malaysia hanya mencapai US$676,60 di tahun 2010.
C. Kondisi Perekonomian Negara ASEAN dan ASIA
Perekonomian ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina)memiliki posisi penting di Asia. PDB ASEAN-5 mencapai 15% PDB negaraberkembang Asia. Fondasi ekonomi ASEAN-5 juga relatif kuat. Hal ini tercermindari tren pertumbuhan PDB ASEAN yang cenderung meningkat, bahkan disaat krisis global 2009, ASEAN-5 mampu tumbuh positif 1,7%. PerekonomianASEAN-5 diproyeksikan akan terus membaik, dengan pertumbuhan 5,6%,5,8%, dan 6,0%, serta kontribusi investasi terhadap PDB yang meningkat29,5%, 30,3%, dan 31,1% di tahun 2012-2014. Kondisi ini merupakan indikasi
283
bahwa kinerja pariwisata dan ekonomi kreatif tahun 2012-2014 masih dapatditingkatkan.
Dibandingkan dengan pertumbuhan PDB negara berkembang Asia,pertumbuhan PDB ASEAN-5 masih lebih kecil. Tahun 2012-2014, perekonomianAsia juga cukup menjanjikan untuk perbaikan kinerja pariwisata dan ekonomi.Perekonomian Asia diproyeksi tumbuh 8,0%, 8,4%, dan 8,5%, dengan kontribusiinvestasi terhadap PDB yang terus meningkat, 42,3%, 42,4%, dan 42,5% ditahun 2012, 2013, dan 2014.
Grafik 1-4 Perkembangan Perekonomian ASEAN-5
Sumber: World Bank, The Global Outlook, Juni 2011
D. Kondisi Perekonomian Negara BRIC (Brazil, Russia, India, China)
BRIC, akronim yang dicetuskan oleh Jim O’Neill dari Goldman Sachspadatahun 2001 untuk Brazil, Rusia, India dan China, kelompok negara yangdiprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi dunia baru tahun 2050. Keempatnegara BRIC ini memiliki ukuran populasi dan pertumbuhan ekonomi yangrelatif besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia sehinggamenjadi daya tarik bagi investor. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kontribusiPDB BRIC terhadap PDB dunia yang relatif besar, yaitu 18,4% denganpertumbuhan PDB rata-rata sebesar 8,2%.
1.270,4 1.256,8 1.566,8 1.759,0 1.952,5 2.142,5 2.344,4
7.433,27.915,7
9.535,5
11.113,8
12.287,8
13.606,6
15.047,7
4,81,7
6,9 5,3 5,6 5,8 6,0
7,7 7,2
9,58,2 8,0 8,4 8,5
26,2 25,0 28,3 28,629,5
30,3 31,1
38,4
41,4 41,6 42,3 42,3 42,442,5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2.000,000
4.000,000
6.000,000
8.000,000
10.000,000
12.000,000
14.000,000
16.000,000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
(%)
PD
B (
US$
juta
)
PDB ASEAN 5 PDB Negara Asia Berkembang
Pertumbuhan PDB ASEAN 5 Pertumbuhan PDB Negara Asia Berkembang
Kontribusi Investasi thd PDB ASEAN 5 Kontribusi Investasi thd PDB Negara Asia Berkembang
284
PDB India-China berkontribusi signifikan terhadap nilai PDB BRIC denganrata-rata kontribusi terhadap PDB dunia sebesar 12,4% dan rata-ratapertumbuhan PDB sebesar 5,4%. Pada saat krisis di tahun 2009, kelompokIndia-China juga menunjukkan pertumbuhan PDB yang lebih baik dibandingkandengan pertumbuhan PDB BRIC itu sendiri, fenomena ini terlihat dari PDBIndia-China yang meningkat sebesar 5,4% saat keadaan ekonomi duniasedang tidak stabil. Berbeda dengan kelompok Brazil-Rusia yang mengalamipenurunan nilai PDB sebesar 7,4% pada tahun 2009.
Perkembangan ekonomi India-China memiliki pengaruh yang besar terhadapperekonomian BRIC dan dunia. Para analis ekonomi dunia berpendapatbahwa India dan China akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar abadini, dengan daya tarik kompetitif biaya pekerja yang rendah yang dapatmenurunkan biaya produksi, sehingga investor tertarik untuk menanamkanmodalnya di India dan China.
Grafik 1-5 Perkembangan Ekonomi BRIC
Sumber: World Bank, The Global Outlook, Juni 2011
285
1.1.2.3 Kondisi Perekonomian Indonesia
Tahun 2011, kondisi ekonomi global belum cukup stabil, ditandai denganperekonomian global yang tumbuh melambat dibanding tahun 2010.Ketidakstabilan ekonomi global dipicu oleh krisis utang di Eropa, terhambatnyapemulihan ekonomi di Amerika Serikat, dan bencana alam di Jepang. Ditengah kondisi ekonomi global yang belum cukup stabil, perekonomian Indonesiatahun 2011 menunjukkan kinerja yang baik. PDB Indonesia tumbuh 6,5%,tertinggi selama satu dekade terakhir. Pertumbuhan yang tinggi ini diikutidengan inflasi yang rendah, suku bunga yang stabil, dan nilai tukar yangmenguat dengan volatilitas terjaga.
Tabel 1-2 Kondisi Perekonomian Indonesia
Indikator 2010 2011
Pertumbuhan PDB Nasional 6,20% 6,50%
Pertumbuhan Konsumsi 4,10% 4,50%
Pertumbuhan Pembentukan Modal Tanpa Bruto (PMTB) 8,50% 8,80%
Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah 0,30% 3,20%
Pertumbuhan Ekspor 15,3% 13,6%
Pertumbuhan Industri Pengolahan 4,7% 6,2%
Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran 8,7% 9,2%
Pertumbuhan Pengangkutan dan Komunikasi 13,4% 10,7%
Inflasi IHK 6,96% 3,79%
Suku Bunga 6,50% 6,00%
Nilai Tukar Rp9.080 Rp8.768
Posisi Cadangan Devisa (juta) US$96.207 US$110.123*
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2011
* Angka sangat sementara
Inflasi IHK tahun 2011 sangat rendah, sebesar 3,20%, jauh di bawah inflasitahun 2010 sebesar 6,96%. Rendahnya inflasi berdampak pada peningkatandaya beli masyarakat. Daya beli yang meningkat, memicu baiknya kinerjakonsumsi.
Suku bunga (BI rate) tahun 2011 relatif stabil, sebesar 6,0% pada Desember2011, setelah tahun sebelumnya suku bunga ditutup pada 6,5%. Suku bungayang stabil dengan penurunan 50 basis points (bps) berdampak pada semakinbaiknya investasi dan kondisi bisnis, yang kemudian mendorong pertumbuhanpenawaran sektor-sektor ekonomi.
286
Nilai tukar rupiah terhadap US$ tahun 2011 mengalami apresiasi ke tingkatRp 8.768, dari Rp 9.080 di tahun 2010. Apresiasi rupiah menyebabkanpeningkatan impor barang modal untuk mendukung aktivitas produksi didalam negeri. Di lain pihak, apresiasi rupiah menyebabkan peningkatanREER (Real Effective Exchange Rate) Indonesia. Namun peningkatan REERbelum cukup signifikan menurunkan daya saing Indonesia di wilayah ASEAN.Kondisi ini tercermin dari baiknya kinerja ekspor yang tumbuh 13,6% ditengah kondisi ekonomi global yang belum kondusif di tahun 2011. Baiknyakinerja ekspor dan investasi turut berkontribusi pada pembentukan cadangandevisa yang mengalami surplus menjadi US$110.123 di tahun 2011.
Pertumbuhan PDB yang tinggi di tahun 2011 ditopang oleh baiknya kondisisisi permintaan dan sisi penawaran. Di sisi permintaan, konsumsi, investasi,dan ekspor mengalami pertumbuhan yang tinggi. Konsumsi tumbuh 4,5% ditahun 2011, meningkat dibanding konsumsi tahun 2010. Peningkatan konsumsiini dipicu oleh peningkatan daya beli masyarakat akibat laju inflasi yangrendah, serta meningkatnya jumlah kelas menengah.
Meskipun pertumbuhan ekspor sedikit melambat dibanding tahun 2010, eksportahun 2011 tetap tumbuh tinggi 13,6% di tengah kondisi ekonomi global yangbelum stabil. Pertumbuhan ekspor yang tinggi, stabilitas suku bunga dan nilaitukar yang terjaga dengan baik, memicu peningkatan investasi. Investasitahun 2011 tumbuh 8,8%, meningkat dari tahun 2010. Peningkatan investasiterjadi pada sektor-sektor nonbangunan.
Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tahun 2011 terutamabersumber dari tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan; sektorperdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi.Tahun 2011 sektor industri pengolahan tumbuh 6,2%, dan sektor perdagangan,hotel, dan restoran tumbuh 9,2%. Kedua sektor mengalami peningkatanpertumbuhan setelah tahun sebelumnya tumbuh 4,7% dan 8,7%. Sementaraitu sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat dibanding tahun2010. Akan tetapi pertumbuhan sektor ini masih sangat tinggi di 2011 sebesar10,7%.
Ketiga sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi tahun 2011 di atas,merupakan sektor-sektor dimana usaha pariwisata dan industri kreatif berada.Lapangan usaha pada subsektor fesyen dan kerajinan sebagian besar beradapada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Subsektor fesyendan kerajinan ini merupakan pemberi kontribusi ekonomi terbesar padaindustri kreatif. Sementara itu, sebagian besar lapangan usaha pada industrikreatif berbasis media, desain, dan Iptek berada pada sektor komunikasi.
287
Di sektor pariwisata, usaha-usaha pariwisata berada pada sektor hotel danrestoran, serta sektor pengangkutan. Dengan kata lain, tahun 2011, peranpariwisata dan ekonomi kreatif cukup signifikan bagi perekonomianIndonesia.
Tahun 2012, ketiga sektor ekonomi di atas diproyeksikan akan tetap kuatdan tumbuh positif. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diproyeksikantumbuh 8,7% - 9,2%. Sektor industri pengolahan yang diproyeksikan tumbuhlebih dari 6% di tahun 2012. Sektor pengangkutan dan komunikasi diproyeksikantumbuh melambat, namun masih tetap tinggi sebesar 9,9% - 10,4%. Secaraumum, perekonomian Indonesia tahun 2012 diproyeksikan tumbuh sebesar6,3-6,7%4.
1.1.2.4 Dampak Perekonomian Global dan Nasional terhadap KinerjaKepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
Saat perekonomian dunia mengalami kontraksi pada tahun 2009 yang ditandaidengan pertumbuhan ekonomi negatif, pertumbuhan PDB industri kreatif dankepariwisataan Indonesia tetap tumbuh positif. Kinerja positif kepariwisataanIndonesia tahun 2009 ditopang oleh wisnus. Saat pendapatan dari pengeluaranwisman turun sebesar 14,29% tahun 2009, pendapatan dari pengeluaranwisnus meningkat 11,97%. Pertumbuhan total pendapatan dari wisatawanpun tumbuh 4,69%. Hal ini menunjukkan bahwa, wisnus juga merupakantarget pasar yang penting bagi industri pariwisata dan juga merupakan faktoryang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kepariwisataan nasional.
Sementara itu, PDB industri kreatif pada tahun 2009 tumbuh sebesar 2,27%,dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor permainan interaktif.Pertumbuhan ekspor industri kreatif pada tahun 2009 melambat, dengan nilaipositif (1,5%). Sedangkan pada tahun 2010, nilai ekspor industri kreatiftumbuh pesat sebesar 12,5%. Kontribusi ekspor industri kreatif terhadapekspor nasional tahun 2009 sebesar 7,63% dan pada tahun 2010 meningkatmenjadi sebesar 8,59%. Kondisi positif kepariwisataan dan ekonomi kreatifini diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2014.
1.1.2 Kondisi Iklim dan Cuaca Global dan Indonesia
Perubahan iklim dan cuaca telah dirasakan oleh seluruh masyarakat duniabelakangan ini dan telah menjadi perhatian utama seluruh pembuat kebijakandi berbagai negara. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC),
1 Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011
288
menyimpulkan bahwa perubahan iklim dan cuaca diakibatkan oleh peningkatangas rumah kaca yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi(penebangan hutan).
LB: Land Biodiversity Loss (Berkurangnya Keanekaragaman Darat) MB: MarineBiodiversity Loss (Berkurangnya Keanekaragaman Laut) W: Water Scarcity (Kelangkaan Air) WS: Warmer Summers (Musim Panas yang Lebih Hangat) PD: Political Destabilization (Ketidakstabilan Politik) WW: Warmer Winters (Musim Dingin yang Lebih Hangat) SLR: Sea Level Rise (Kenaikan Permukaan Laut) EE: Increase in Extreme Event (Event Peningkatan Ekstrim) TCI: Travel Cost Increase from Mitigation Policy (Kenaikan Biaya D: Increase in Desease Outbreaks (Kenaikan Wabah Penyakit) Perjalanan akibat Kebijakan)
Bagan 1-6 Distribusi Dampak Perubahan Iklim yang Memengaruhi Tujuan WIsata
Sumber: Intergovernmental Panel on Climate Change, 2011
Perubahan iklim dan cuaca di berbagai belahan dunia telah dirasakan denganadanya: (1) musim panas dan musim dingin yang lebih hangat di wilayahEropa Utara, Amerika Utara, dan Australia; (2) berkurangnya keanekaragamantanaman dan hewan di darat dan laut di beberapa negara di wilayah AmerikaSelatan, Afrika, kepulauan di Samudra Hindia, dan kepulauan di SamudraPasifik; (3) peningkatan air laut yang diperkirakan akan terjadi di wilayahperairan seperti negara-negara kepulauan, Karibia, Asia Tenggara dan Australia;(4) kelangkaan air yang diperkirakan terjadi di hampir seluruh wilayah; (5)terjadinya gempa di Argentina, Chili, China, Indonesia, Filipina, SelandiaBaru, gempa yang disusul tsunami di Jepang, banjir di Australia, Brazil, Korea
289
Selatan, dan Thailand, tornado di Amerika Serikat, angin topan di Filipina,dan krisis pangan di Afrika.
Dampak perubahan iklim ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pariwisataglobal5, yaitu akan mempengaruhi: perilaku wisatawan dalam menentukantujuan wisata, biaya operasional pada objek wisata, kondisi alam dan keindahanobjek wisata, biaya transportasi pergerakan turis, pertumbuhan ekonomi, dankegiatan wisata itu sendiri. Kepariwisataan dapat membantu mengurangipenurunan kondisi iklim dan cuaca melalui ecotourism dengan memotivasidan mengajak wisatawan untuk mengapresiasi alam dan memeliharalingkungan, hingga sampai kepada pendukungan pada upaya-upaya untukkonservasi alam melalui penggalangan dana.
Sementara itu, Indonesia seperti negara lain didunia juga mengalami berbagaikejadian yang terkait dengan iklim dan cuaca antara lain banjir, angin putingbeliung dan gempa bumi. Berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkanBadan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada periode 2000 –2011 tercatat sekitar 3.972 banjir, 1.754 angin puting beliung dan 276 gempabumi yang terjadi diseluruh Indonesia. Intensitas dari tiap bencana tersebutdiidentifikasi semakin meningkat di beberapa tahun terakhir yang semakinmemperkuat keterhubungan antara dampak perubahan iklim global.
5Sumber: Climate Change and Tourism: Responding to Global Challanges, 2008 yang disusunoleh World Tourism Organization (WTO) bekerja sama dengan World Meteorological Orga-nization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP)
Bagan 1-7 Sebaran Bencana Terkait Iklim dan Cuaca di Indonesia
Sumber: BNPB, 2011
290
Pulau Jawa dan Sumatera menjadi dua pulau besar utama di Indonesia yangpaling sering mengalami bencana yang terkait dengan iklim dan cuaca.Selain dikarenakan perubahan iklim global, hal ini juga terkait dengan semakinluasnya perambahan hutan yang beralih fungsi menjadi pemukiman masyarakatumum dan minimnya sarana dan prasarana yang dapat mengurangi danmencegah bencana.
1.1.4 Kondisi Sosial, Politik, dan Keamanan Global dan Indonesia
Selain kondisi perekonomian secara global dan regional, maka kondisi sosial,politik, dan keamanan dunia pun berpengaruh terhadap perkembangankepariwisataan dan ekonomi kreatif di Indonesia. Permasalahan sospolkamyang menjadi perhatian dunia saat ini adalah terorisme, pencucian uang,perdagangan manusia, narkoba, konflik antar negara, atau terkait dengankebijakan persenjataan negara.
Insiden terorisme terbesar yang pernah terjadi adalah tragedi World TradeCenter di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang menewaskan hingga 2.996orang. Insiden ini berdampak pada menurunnya wisman asal Amerika keIndonesia sebesar -9,5%. Insiden ini menjadi pemicu bagi Amerika Serikatbersama dengan sekutunya untuk menggelar kampanye militer besar-besaranmelawan terorisme yang diberi nama “War on Terror”, dengan Irak danAfghanistan menjadi dua negara utama tempat terjadinya pertempuran.Terjadinya hal ini turut berpengaruh terhadap kondisi umum negara AmerikaSerikat dan sekutunya dalam melaksanakan kebijakan politik luar negeri danfokus pembelanjaan pada kurun waktu kampanye militer tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir ini juga terjadi pergolakan politik di berbagaibelahan dunia khususnya di wilayah Arab dan Afrika Utara yang terkenaldengan julukan “Musim Semi Arab” (Arab Spring). Pergolakan ini dilandasiadanya kesenjangan ekonomi antar kelas masyarakat dan tuntutan demokrasiyang semakin kuat hingga mengakibatkan pergantian kekuasaan secararadikal di Tunisia, Mesir, Libya dan beberapa negara lain di wilayah tersebut.Kekuasaan baru yang terbentuk di negara-negara pasca konflik tersebutmasih terus melakukan konsolidasi politik sehingga menimbulkan kekosongandan ketidakpastian kekuasaan dalam mengambil keputusan-keputusan pentingtingkat negara dan wilayah.
Selain itu, ketegangan antar negara masih terus berlangsung dibeberapawilayah, khususnya di Semenanjung Korea dan Timur Tengah (dengan Irandan Suriah sebagai fokus ketegangan). Hubungan yang terus memburukantara negara-negara yang bertetangga tersebut menimbulkan ketidakstabilan
291
wilayah yang berakibat negatif kepada banyak sektor. Dampak negatif inisecara kontinu akan terus meningkat dan meluas sampai berhasil didapatkanresolusi yang dapat diterima dengan baik oleh segenap pihak yang bersitegang.
Di Indonesia, insiden Bom Bali I di Indonesia pada tahun 2002 menewaskan202 orang, berdampak pada turunnya jumlah wisman ke Indonesia sebesar11,3%. Selain Bom Bali I, sepanjang 2000-2010 telah terjadi berbagai peristiwapengeboman seperti Bom BEJ dan Bom Malam Natal di tahun 2000, BomGereja St.Anna dan Bom Atrium Jakarta di tahun 2001, Bom JW Marriot ditahun 2003, Bom Kedutaan Besar Australia di tahun 2004, Bom Bali II ditahun 2005, Bom JW Marriot dan Ritz Carlton di tahun 2009, Bom Buku, BomGereja Solo, dan percobaan peledakan pipa gas di Serpong di tahun 2011.Peristiwa tersebut mengakibatkan travel warning oleh Pemerintah Australiapada tahun 2002 dan 2007. Peristiwa ini mengakibatkan citra Indonesiamenjadi tidak aman dan mengurangi jumlah wisman dan investor keIndonesia.
Konflik antar suku, ras, dan agama masih sering terjadi di berbagai daerahdi Indonesia, seperti konflik Poso tahun 2000, konflik Sampit tahun 2001, dankonflik Papua tahun 2010. Konflik-konflik ini menciptakan ketakutan wisatawandan investor untuk datang ke daerah-daerah tersebut.
Isu perbatasan dan kepemilikan pulau-pulau terluar pun cukup kompleks dansering terjadi. Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan serta konflik Ambalat,sudah menjadi bukti, bahwa isu daerah perbatasan dan kepemilikan pulaumasih menjadi isu yang perlu diperhatikan khususnya oleh pemerintah. Gerakanseparatis juga masih menjadi isu keamanan dalam negeri. Dalam dekadeterakhir terdapat aksi gerakan separatis yang bertujuan memisahkan diri dariNegara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka, RepublikMaluku Selatan, Organisasi Papua Merdeka, dan Negara Islam Indonesia.
Di masa yang akan datang, beberapa peristiwa serupa masih mungkinterjadi. Pencegahan tindakan terorisme dan konflik SARA perlu dicegah dandiantisipasi untuk menjaga citra Indonesia di mata dunia. Kondisi politikIndonesia pun perlu dijaga agar tetap stabil sehingga kondusif untuk parawisatawan dan investor mancanegara.
Berbagai isu yang menimpa aspek politik, ekonomi, sosial, pertahanan, dankeamanan tersebut perlu mendapat perhatian untuk mencegah dampaknyaterhadap pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Masih diperlukan berbagaistrategi dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat dunia terhadappertahanan dan keamanan nasional untuk meningkatkan nation branding
292
Indonesia. Dengan meningkatnya citra Indonesia di dunia internasional,diharapkan banyak wisatawan yang ingin menikmati keindahan alamIndonesia dengan rasa aman, dan kepercayaan terhadap industri kreatif daninsan kreatif Indonesia.
1.1.5 Konektivitas Indonesia Dengan Negara Di Dunia
Konektivitas terpenting terkait pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatifadalah konektivitas transportasi dan konektivitas infrastruktur teknologi informasidan komunikasi. Konektivitas transportasi, khususnya transportasi udara,berkorelasi erat dengan kinerja jumlah wisman dan wisnus. Konektivitasinfrastruktur teknologi informasi, berkorelasi erat dengan kinerja pariwisata,investasi, dan terutama perdagangan produk-produk kreatif, khususnya produkyang intangible.
Konektivitas transportasi udara antara Indonesia dengan negara-negara didunia berkorelasi erat dengan kinerja jumlah wisman yang datang keIndonesia. Kapasitas transportasi udara terbesar adalah pada jalur penerbanganIndonesia-Singapura, Indonesia-Malaysia, dan Indonesia-Australia. Ketiganegara tersebut pula yang terbesar dalam kontribusi jumlah wisman keIndonesia pada tahun 2010. Kapasitas penerbangan Indonesia-Singapuramencapai 4,1 juta seat, Indonesia-Malaysia mencapai 3,9 juta seat, danIndonesia-Australia mencapai 1,6 juta seat, hanya pada musim dingin 2011.
Maskapai penerbangan yang melayani jalur Indonesia-Singapura relatifseimbang, antara maskapai nasional dan maskapai asing. Sementara untukjalur Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Australia, maskapai asing masihmendominasi layanan tranportasi udara.
Kapasitas penerbangan antar Indonesia dengan 10 negara berdasarkanurutan terbesar, dan maskapai penyedia jasa transportasinya, ditunjukkanselengkapnya pada grafik berikut.
293
Bagan 1-8 Kapasitas Tempat Duduk Maskapai Penerbangan ke/dariIndonesia Menurut Negara Asal pada Winter Season 2011
Sumber: Direktorat Angkutan Udara, Kemhub (diolah), 2011
Berdasarkan destinasi atau pintu masuk wisman, Jakarta dan Denpasarmasih sangat dominan dibandingkan dengan pintu-pintu masuk di kota-kotalainnya. Kapasitas penerbangan dari negara asing ke Indonesia melaluiJakarta mencapai 8,2 juta seat, 51,3% dari total kapasitas penerbangan keIndonesia. Kapasitas penerbangan dari negara asing ke Indonesia melaluiBali mencapai 27,3% dari total kapasitas. Maskapai penerbangan asingmasih mendominasi jalur penerbangan pada pintu masuk Jakarta danDenpasar.
294
Bagan 1-9 Kapasitas Tempat Duduk Maskapai Penerbangan ke/dariIndonesia Menurut Destinasi pada Winter Season 2011
Sumber: Direktorat Angkutan Udara, Kemhub (diolah), 2011
Upaya peningkatan jumlah wisman, dan penurunan konsentrasi pasar utamawisman ke Indonesia, dibutuhkan peningkatan jalur dan kapasitas jalurpenerbangan ke/dari lebih banyak negara. Di lain pihak, upaya peningkatanpemerataan jumlah wisman ke destinasi-destinasi wisata Indonesia, dibutuhkanpeningkatan kapasitas jalur penerbangan ke/dari pintu masuk selain Jakartadan Denpasar.
Dampak konsentrasi pintu masuk melalui Jakarta dan Denpasar padapemerataan kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi pariwisata nasionaldiminimalisasi oleh banyaknya penerbangan antar daerah di dalam negeridengan biaya yang murah, atau sering disebut low cost carrier. Jumlahmaskapai penerbangan dalam negeri yang melayani penerbangan nasional,perkembangannya sangat signifikan, yang berdampak positif terhadap mobilitaswisman dan nusantara antar pulau antar provinsi.
Jumlah maskapai penerbangan yang semula hanya Garuda, Merpati, Mandala,Bouraq, dan Pelita Air telah bertambah maskapai penerbangan baru seperti:Lion, Wings, Batavia, Sriwijaya, Air Asia, Citilink, Airfast, Express Air, Kalstar,Trigana, Riau Air, Kartika dan Susi Air.
Selain infrastruktur transportasi, maka infrastruktur Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK) juga merupakan infrastruktur fundamental yang mendukung
295
fasilitas pariwisata, perdagangan, investasi. Untuk mendukung hal tersebut,Pemerintah mencanangkan program yang bernama “Indonesia Connected”pada 2012,”Indonesia Broadband” pada 2016, dan “Indonesia Digital” pada2018. “Indonesia Connected” merupakan program yang bertujuan meningkatkanketerhubungan internet antar pulau di Indonesia. Hingga awal 2012, jumlahprovinsi yang telah terhubung infrastruktur internet mencapai 80% mencakup27 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Hanya wilayah Indonesia bagiantimur yang pembangunan infrastruktur TIK-nya masih terkendala.
Indonesia Broadband merupakan program yang bertujuan untukmenyambungkan seluruh wilayah di Indonesia dengan jaringan broadband.Pemerintah menargetkan penetrasi broadband mencapai 30% dari terhadaptotal penduduk di tahun 2014. Tahun 2010, penetrasi broadband di Indonesiabaru mencapai 2,8%. Padahal, di tahun yang sama, penetrasi brodband diSingapura sudah mencapai 82,9%, Malaysia 22,6%, dan Vietnam sebesar16,5%.Dengan tersedianya koneksi broadband di seluruh pulau, makadiharapkan pada tahun 2018 Indonesia akan memasuki era digital atau yangdisebut dengan program Indonesia Digital. Indonesia Digital merupakan programyang menyediakan semua media informasi dalam bentuk digital.
Untuk menyediakan koneksi broadband di seluruh Indonesia, pemerintahmenginisiasi program Palapa Ring. Palapa Ring merupakan proyek infrastrukturtelekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesiasepanjang 50 ribu kilometer dengan panjang kabel laut mencapai 35.280 kmdan 21.807 km kabel di daratan. Proyek itu terdiri dari tujuh lingkar kecil seratoptik (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, danMaluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya.
Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada(existing network) dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timurIndonesia (Palapa Ring-Timur). Palapa Ring-Timur akan dibangun sejauh4.450 km yang terdiri dari sub marine cable sejauh 3.850 km dan land cablesepanjang 600 km dengan landing point sejumlah lima belas titik pada 21kota/kabupaten. Jaringan tersebut berkapasitas 100 GB (upgradeable 160GB) dengan mengusung konsep ring, dua pair (empat core).
Total investasi yang dibutuhkan pada proyek ini mencapai US$286,4 juta.Nilai investasi yang dibutuhkan untuk paket 1 sebesar US$40 juta dengandaerah pembangunan Timika-Merauke dan ditargetkan pelaksanaannya padaakhir 2013. Untuk paket 2, dana yang dibutuhkan sebesar US$26,3 jutadengan daerah pembangunan meliputi kabupaten/kota di timur Indonesia.Paket 3 membutuhkan investasi sebesar US$51 juta dengan daerah
296
pembangunan melingkupi pedalaman Papua. Paket 2 dan 3 akan mulaidibangun pada tahun 2012 dan dilakukan secara paralel. Pembangunanpaket 4 yang ditargetkan pelaksanaannya pada akhir 2013 membutuhkandana sebesar US$131 juta dengan daerah pembangunan meliputi MalukuSelatan, Pulau-pulau di bagian utara Sulawesi, serta Sanana, Luwuk, danPoso.
Bagan 1-10 Peta Palapa Ring
Sumber: Masyarakat Telematika Indonesia
Strategi pembangunan proyek Palapa Ring ini adalah dengan membentuksuatu konsorsium dimana anggota konsorsium terdiri dari penyelenggaratelekomunikasi di tanah air. Jaringan ini akan menjadi tumpuan semuapenyelenggara telekomunikasi dan pengguna jasa telekomunikasi diIndonesia dan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada milik penyelenggaratelekomunikasi.
Proyek Palapa Ring ditargetkan akan selesai pada 2012. Tahun 2007,pembangunan jaringan yang terlaksana sepanjang 8.270 km hingga di tahun2011 mencapai 21.395 km. Hingga Februari 2012, pembangunannya telahmencapai 80% dari total pembangunan serat optik. Sisanya, sebanyak 20%merupakan pembangunan yang belum terlaksana untuk daerah Ternate hinggaPapua.
297
1.1.6 Perkembangan Era Digital
Sejalan dengan perkembangan teknologi digital, maka berubah pula gayahidup dimasyarakat yang kemudian dikenal sebagai gaya hidup digital (digitallifestyle) baik di masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Kebutuhanmasyarakat dunia akan internet, smartmobile (smartphone), mobile broad-band, dan media sosial semakin meningkat bahkan menjadi kebutuhanutama sehari-hari.
Pengguna teknologi digital semakin meningkat, hal ini ditunjukkan oleh penetrasiinternet masyarakat dunia mencapai 35% dengan jumlah pengguna internetdunia mencapai 2,4 miliar, dan penetrasi pengguna telepon selular duniamencapai 86,75% dan penetrasi pelanggan mobile broadband 17%6. Demikianpula dengan kondisi pasar mobile di negara-negara Asia, terus mengalamipertumbuhan dua digit, dengan penetrasi smartphone tertinggi adalah Singapurasebesar 62%, diikuti oleh Hong Kong sebesar 35%, dan China sebesar 35%.Penetrasi ketiga negara tersebut bahkan melebihi Amerika Serikat yanghanya sebesar 31%. Tingginya penetrasi smartphone diikuti denganperkembangan aplikasi smartphone, dimana lebih dari 60% konsumen diMalaysia, Thailand, dan India juga merupakan pengguna aktif aplikasismartphone. Pengguna aplikasi smartphone di Indonesia dan Jepang masing-masing tercatat sebanyak 59% dan 45%. Jumlah ini bahkan melebihi tingkatpengguna di Amerika Serikat dan Inggris yang tercatat sebesar 39%.
Pengguna media sosial facebook di dunia saat ini telah mencapai 500 juta.Pada Februari 2012, Amerika Serikat memiliki pengguna Facebook terbanyakdi dunia, yaitu sekitar 155 juta pengguna. India dan Indonesia mengikutidiurutan kedua dan ketiga dengan jumlah pengguna sekitar 43,49 juta dan43,06 juta. Selain facebook, data Desember 2011 menunjukkan bahwa AmerikaSerikat tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna Twitter terbanyaksebesar 107,7 juta. Urutan kedua dan ketiga diraih oleh Brazil dengan jumlahpengguna sebesar 33,3 juta dan Jepang dengan jumlah 29,9 juta. Indonesiasendiri berada di peringkat kelima dunia dengan jumlah pengguna mencapai19,5 juta7.
Selain untuk berjejaring, media sosial juga berfungsi sebagai corong informasipemerintah yang hemat, sederhana, dan dapat menjangkau sebagian besarlapisan masyarakat. Dengan kata lain, fungsinya meluas menjadi alat layanan
6 Sumber: International Telecommunication Union, November 20117 Data Facebook per 14 Februari 2012, sedang untuk Twitter per Desember 2011
298
publik. Sebagai contoh, agensi antariksa Amerika Serikat, National Aeronau-tics and Space Administration (NASA), berhasil memanfaatkan akun Twitteryang dimiliki untuk memberikan informasi dan menjaring aspirasi masyarakatatas kegiatannya. Di Indonesia sendiri, situs jejaring sosial secara masifdigunakan oleh pihak kepolisian sebagai sumber informasi lalu lintas dankejahatan, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)untuk menginformasikan keadaan iklim, cuaca, serta informasi gempa.
Tingginya penetrasi internet, smartphone, mobile broadband, dan penggunamedia sosial berdampak pada pertumbuhan e-commerce. Budaya belanjaonline, serta promosi produk online menjadi alternatif untuk melakukan promosidan transaksi perdagangan. Transaksi e-commerce tertinggi pada tahun2009 berada di wilayah Eropa dengan nilai US$188,44 miliar. Amerika Serikatmenempati posisi kedua dengan nilai US$144,24 miliar. Di Asia nilai transaksimencapai US$107,07 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun 2008, nilaitransaksi e-commerce global tumbuh sebesar 12,3%, dari US$428,94 miliarmenjadi US$481,6 miliar. Nilai transaksi e-commerce global pada tahun 2013diprediksi akan mencapai US$963 miliar dengan pertumbuhan sebesar 18,9%.
Fenomena di atas menjadi dasar bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini tidaklepas dari pengaruh perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasidan komunikasi di masyarakat, yang kemudian dikenal dengan istilah digitaleconomy atau ekonomi digital. Di negara berkembang, peningkatan penetrasiinternet sebesar 10% dapat meningkatkan PDB sebesar 1-2%8, selain itu,setiap penambahan 10 telepon genggam per 100 jumlah penduduk akanmendorong peningkatan PDB sebesar 0,59%9.
Tahun 2010, Economist Intelligence Unit mengeluarkan ranking Digital Economyyang dinilai berdasarkan beberapa kriteria, yaitu konektivitas dan infrastrukturteknologi, iklim usaha, lingkungan sosial dan budaya, kepastian hukum,visi dan kebijakan pemerintah, serta konsumen dan adopsi usaha.
8 Boston Consulting Group, 2009, “Socio-economic Impact of Internet in Emerging and De-veloping Economies“.9 Melvyn Fuss, Meloria Meschi, dan Leonard Waverman, 2005, “The Impact of Telecoms onEconomic Growth in Developing Countries in Africa: The Impact of Mobile Phones“, VodafonePolicy Paper Series 2, 2005, hal. 10-24
299
Grafik 1-6 Peringkat Ekonomi Digital Berdasarkan Negara
Sumber: Economist Intelligence Unit, 2010
Berdasarkan publikasi Economist Intelligence Unit, Swedia adalah negarayang dinilai memiliki daya saing digital terbaik. Keberhasilan Swedia ditunjangoleh pelaksanaan rencana strategis implementasi broadband yang dikeluarkanoleh Pemerintahnya pada tahun 2009. Terintegrasinya segala aspek kehidupanmasyarakat, seperti sistem transportasi, sistem perbankan, fasilitas medis,serta layanan pendidikan menjadi kunci sukses Swedia memasuki era ekonomidigital. Dari sisi infrastruktur, kecepatan internet menjadi hal yang memberikanpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi Swedia yang pada tahun 2010mencapai angka 5,5%. Swedia sendiri tercatat sebagai negara ketiga yangmemiliki kecepatan internet tertinggi di dunia.
Negara Asia yang sukses dalam penerapan ekonomi digital pada tahun 2010adalah Hong Kong. Bila dilihat secara global, negara ini menempati posisike tujuh. Hingga April 2011, penetrasi internet di Hong Kong telah mencapai84% dengan rata-rata subscribe melalui telepon genggam atau device lainnyaadalah 1,96 per orang. Keberhasilan Hong Kong dalam ekonomi digital jugaterlihat dari keberhasilannya dalam meningkatkan kecepatan internet danmenurunkan biaya telekomunikasi menjadi terjangkau seluruh lapisanmasyarakat.
300
Grafik 1 7 Peringkat Ekonomi Digital Berdasarkan Kriteria
Sumber: Economist Intelligence Unit, 2010
Berdasarkan ranking Digital Economy, Indonesia masih tertinggal jauhdibandingkan dengan Singapura yang telah masuk ke kategori 10 negaraterbaik dunia. Indonesia berada pada posisi 65 dari 70 negara, berada dibawah seluruh negara ASEAN. Kondisi buruk ekonomi digital Indonesiadisebabkan lemahnya aspek konektivitas serta konsumen dan adopsi usahadi Indonesia. Indonesia dinilai cukup baik dalam hal lingkungan usaha(business environment) yang meliputi aspek kondisi politik, kondisimakroekonomi, pangsa pasar, kebijakan terhadap perusahaan swasta,kebijakan penanaman modal asing, perdagangan internasional, perpajakan,kondisi keuangan, serta ketenagakerjaan.
1.1.7 Perkembangan Kepariwisataan Dunia dan Indonesia
Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran sentral dalammewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Indonesia merupakannegara yang sangat kaya dan memiliki daya tarik wisata yang unik, baik daridaya tarik alam, daya tarik budaya dan sejarah yang dapat dikemas dandikembangkan sebagai tujuan pariwisata dengan mengangkat nilai lokal dandapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal.
1.1.7.1 Perkembangan Kepariwisataan Dunia
Dalam menyusun rencana pengembangan kepariwisataan di Indonesia,pemahaman mengenai kondisi kepariwisataan di dunia, yaitu: daya saingkepariwisataan suatu negara,potensi serta persaingan pasar destinasi, serta
301
devisa yang dapat diperoleh dari aktivitas pariwisata untuk mempertajamprogram dan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengembangkan pariwisatadan ekonomi kreatif.
A. Daya Saing Kepariwisataan Dunia
Salah satu indikator yang umum digunakan untuk membandingkan dayasaing kepariwisataan negara-negara di dunia adalahTravel and TourismCompetitiveness Index (TTCI)10. TTCI memiliki 3 subindeks, yaitu: (1) kerangkakebijakan pemerintah; (2) infrastruktur dan lingkungan bisnis; dan (3)sumberdaya manusia, alam, dan budaya. Ketiga sub indeks ini dipilah menjadi14 pilar pengukuran, yaitu: kebijakan dan peraturan; keberlanjutan lingkungan;keselamatan dan keamanan; kesehatan dan kebersihan; prioritas mengenaikepariwisataan; infrastruktur transportasi udara; infrastruktur transportasi darat;infrastruktur pariwisata; infrastruktur teknologi informasi; daya saing harga;sumber daya manusia; daya tarik wisata; sumber daya alam, dan sumberdaya budaya.
10 Alat ukur yang sering digunakan untuk mengetahui daya saing kepariwisataan suatu negaraadalah indeks daya saing kepariwisataan (Travel and Tourism Competitiveness Index ataudisingkat TTCI) yang dipublikasikan oleh World Economic Forum berdasarkan publikasi TTCItahun 2011.
Indeks Daya Saing Kepariwisataan
Subindeks A:Kerangka Kerja
Kebijakan
Subindeks B:Lingkungan Bisnis &
Infrastruktur
Subindeks C:SDM, SDA , Budaya
Kebijakan dan Peraturan
Keberlanjutan
Lingkungan
Keselamatan & Keamanan
Kesehatan &
Kebersihan
Prioritas mengenai Kepariwisataan
Infrastruktur Transportasi Udara
Infrastruktur
Transportasi Darat
Infrastruktur Pariwisata
Infrastruktur
Teknologi Informasi
Daya Saing Harga
Sumber Daya Manusia
Daya Tarik Wisata
Sumber Daya Alam
Sumber Daya Budaya
Bagan 1-11 Empat Belas Pilar Indeks Daya Saing Kepariwisataan
Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum
302
10 negara dengan skor daya saing kepariwisataan terbaik adalah Swiss,Jerman, Perancis, Austria, Swedia, Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Kanadadan Singapura.
Tabel 1-3 Peringkat Daya Saing Kepariwisataan 10 Negara dengan PilarPendukung
Peringkat Negara Skor TTCI 2011
Pilar Pendukung Peringkat Pilar /Skor Pilar Pendukung
1 Switzerland 5,68 Keberlanjutan lingkungan 2/6,1
Keselamatan dan keamanan 2/6,4
Sumber daya manusia 2/6,2
Infrastruktur teknologi informasi 2/6,0
Infrastruktur darat 5/6,5
2 Jerman 5,50 Keberlanjutan lingkungan 4/5,8
Infrastruktur darat 3/6,5
Sumber daya budaya 4/6,3
3 Perancis 5,41 Kesehatan dan kebersihan 5/6,8
Infrastruktur darat 4/6,5
4 Austria 5,41 Keberlanjutan lingkungan 5/5,8
Kesehatan dan kebersihan 3/6,9
Infrastruktur pariwisata 1/7,0
5 Swedia 5,34 Keberlanjutan lingkungan 1/6,3
Infrastruktur teknologi informasi 1/6,0
Sumber daya budaya 1/6,6
6 Amerika Serikat
5,30 Infrastruktur udara 2/6,2
Sumber daya alam 3/5,8
7 Inggris 5,30 Infrastruktur udara 5/5,5
Sumber daya budaya 3/6,4
8 Spanyol 5,29 Sumber daya budaya 2/6,6
9 Kanada 5,29 Infrastruktur udara 1/6,7
Sumber daya manusia 5/5,8
10 Singapura 5,23 Kebijakan dan peraturan 1/6,0
Prioritas pariwisata 2/6,4
Infrastruktur darat 2/6,6
Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011
Peringkat daya saing kepariwisataan suatu negara tidak selalu berkorelasipositif dengan jumlah wisman yang berkunjung ke negara tersebut. Hal iniditunjukkan bahwa 10 negara dengan peringkat daya saing terbaik belumtentu merupakan negara tujuan wisata terbesar di dunia.
303
Tabel 1-4 Jumlah Wisman Terbesar dan Hubungannya dengan DayaSaing Kepariwisataan
Negara Jumlah Wisman 2010
(juta)
Peringkat Daya Saing
Kepariwisataan 2011 Pilar Terbaik (Skor 2011)
Perancis 76,8 3 Kesehatan dan Kebersihan (6,8)
Amerika 59,7 6 Infrastruktur Pariwisata (6,5)
China 55,7 39 Sumber Daya Budaya (5,5)
Spanyol 52,7 8 Infrastruktur Pariwisata (6,7)
Italia 43,6 27 Infrastruktur Pariwisata (6,7)
Inggris 28,1 7 Sumber Daya Budaya (6,4)
Turki 27,0 50 Sumber Daya Budaya (5,2)
Jerman 26,9 2 Kesehatan Kebersihan 6,8)
Malaysia 24,6 35 Daya Saing Harga (5,6)
Meksiko 22,4 43 Sumber Daya Budaya (5,3)
Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011
B. Persaingan Kepariwisataan di Dunia
Sepuluh negara destinasi pariwisata yang paling diminati adalah Perancis,Amerika Serikat, China, Spanyol, Italia, Inggris, Turki, Jerman, Malaysia, danMeksiko. Banyaknya wisatawan yang datang di sepuluh negara terbesar inidilatarbelakangi oleh banyak faktor, dan dua faktor utama yang berpengaruhadalah banyaknya objek wisata yang populer dan banyaknya kegiatan MICE(Meetings, Incentives, Conference, Exhibitions) yang diselenggarakan.
Grafik 1-8 Jumlah Kedatangan Wisman Dunia berdasarkan Region, 2008 - 2010
Sumber: UNWTO, 2011
304
Di benua Eropa, Perancis merupakan destinasi wisata yang paling diminatidan mendatangkan wisatawan sebanyak 76,8 juta orang pada tahun 2010.Jumlah ini turun 2% dari tahun sebelumnya. Jumlah wisatawan ke destinasiwisata di wilayah Eropa mengalami penurunan sebesar 1,78% dari tahun2008 hingga tahun 2010. Hanya Italia, Turki dan Jerman yang memilikipertumbuhan positif masing-masing sebesar 1%, 4%, dan 4%.
Di benua Amerika, Amerika Serikat merupakan negara destinasi terbesaryang mendatangkan 59,7 juta wisman di tahun 2010 dengan pertumbuhanrata-rata di tahun 2008 sampai dengan 2010 sebesar 2%.
Di benua Asia, China merupakan destinasi wisata terbesar yang mendatangkan55,7 juta orang di tahun 2010. Pertumbuhan kedatangan wisatawan ke Chinasempat menurun pada tahun 2009 sebesar 4,1% namun meningkat kembalipada tahun 2010 sebesar 9,4%.
Di Asia Tenggara, Malaysia merupakan destinasi wisata terbesar. Malaysiamenempati peringkat kesembilan di dunia yang mendatangkan 24,6 jutaorang di tahun 2010. Pertumbuhan jumlah kedatangan wisman terbesardialami oleh Malaysia, yang merupakan pertumbuhan tertinggi dari tahun2008 hingga tahun 2010 sebesar 6%. Pada saat terjadinya krisis global,kedatangan wisman ke Malaysia pada tahun 2009 justru mengalamipertumbuhan sebesar 7,2%. Pada tahun 2010, pertumbuhan wisman yangdatang ke Malaysia sebesar 3,9%.
C. Pasar Wisatawan Potensial di Dunia
Pasar wisatawan potensial di dunia dapat diindikasikan dari jumlah outboundwisatawan dari wilayah tersebut. Dengan menganalisis pasar utama wismanke Indonesia, maka Pemerintah dapat menetapkan wilayah yang akanmenjadi target pemasaran pariwisata.
Jumlah wisatawan dunia dari tahun ke tahun selalu meningkat dengan nilaipertumbuhan rata-rata per tahun adalah 2,1% untuk wilayah Eropa, 6,3% diwilayah Asia Pasifik, 1,6% di wilayah Amerika, 9,6% di wilayah Timur Tengah,serta 6,4% di wilayah Afrika. Meskipun pertumbuhan di Eropa terendah,namun wisatawan di pasar Eropa merupakan jumlah terbanyak dengankomposisi melebihi 50% dari total wisatawan dunia setiap tahunnya.
Sampai tahun 2005, Eropa merupakan pasar utama bagi wisatawan di dunia,sebesar 439,4 juta orang (55,06% dari total wisatawan dunia). Pada tahun2005 terjadi pergeseran pasar utama wisman, yaitu wisman di wilayah AsiaPasifik mengungguli Amerika, dengan jumlah wisatawan sebesar 153,6 juta
305
orang (19,25%), sedangkan Amerika hanyalah sebesar 133,3 juta orang(16,7%). Timur Tengah mengungguli Afrika dengan jumlah wisatawan sebesar36,3 juta orang (4,5%), dimana Afrika sebesar 35,4 juta orang (4,4%).
Grafik 1-9 Pasar Wisman Dunia berdasarkan Region, 1990 — 2010
Sumber: UNWTO, 2011
Pada tahun 2009, perjalanan wisman mengalami penurunan secara global.Hal ini karena kondisi krisis ekonomi global serta kondisi sosial dan politikyang tidak stabil pada wilayah Timur Tengah. Hanya wilayah Afrika yangmengalami pertumbuhan 3,6% menjadi 46 juta orang.
Grafik 1-10 Pertumbuhan Pasar Wisman Dunia berdasarkan Region, 2009–2010
Sumber: UNWTO, 2011
306
Kepariwisataan dunia mulai bangkit tahun 2010 dengan total jumlah wisatawandi seluruh dunia mencapai 940 juta orang. Lebih dari separuh wisatawanadalah pasar dari wilayah Eropa, yaitu sebanyak 476,6 juta orang.NamunEropa memiliki jumlah pertumbuhan terendah dibandingkan wilayah lain(sebesar 3,3%). Pada tahun 2010, pertumbuhan asal wisatawan paling pesatterjadi di negara-negara emerging market di wilayah Timur Tengah sebesar14% (60,3 juta orang) dan wilayah Asia Pasifik dengan pertumbuhan sebesar13% (203,8 juta orang). Sementara wisatawan asal Amerika tumbuh sebesar6,5% (149,8 juta orang) dan wisatawan asal Afrika sebesar 7,4% (49,4 jutaorang).
D. Penerimaan Devisa Kepariwisataan
Penerimaan devisa proporsional dengan jumlah asal wisatawan pada tahun2009 dan tahun 2010. Devisa dari sektor kepariwisataan terbesar dihasilkanoleh wilayah Eropa dengan nilai US$406,2 miliar pada tahun 2010, turun -1,1% dibanding tahun 2009. Devisa terbesar kedua dari sektor kepariwisataandihasilkan oleh wilayah Asia dan Pasifik sebesar US$203,1 miliar pada tahun2009 dan sebesar US$248,7 miliar pada tahun 2010. Pertumbuhan tertinggipenerimaan devisa kepariwisataan tahun 2010 terjadi di wilayah Asia Pasifik(22%) dan Timur Tengah (20%).
Grafik 1-11 Devisa Kepariwisataan Berdasarkan Region, 2009—2010
Sumber: UNWTO, 2011
Negara-negara yang memiliki nilai total pengeluaran wisata terbesar padatahun 2009 dan 2010 antara lain: Jerman, Amerika serikat, China, Inggris,Perancis, Kanada, Jepang, Italia, Rusia (Federasi) dan Australia. Eropamerupakan wilayah dengan nilai devisa kepariwisataan terbesar di dunia
307
didukung oleh devisa yang diterima oleh Jerman (peringkat 1), Inggris(peringkat 4), Perancis (peringkat 5), Italia (peringkat 8), dan Rusia (peringkat 9).
Tabel 1-5 Pengeluaran Wisata di 10 Negara Terbesar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0 S
g
Peringkat
Total dunia
Jerman
Amerika Serik
China
United Kingdo
Perancis
Kanada
Jepang
Italia
Federasi Rusia
Australia
S b Hi hli
g
Total
Wisat
2009
851
81,2
kat 74,1
43,7
om 50,1
38,5
24,2
25,2
27,9
a 20,9
17,6
i h 2011 W
g
Pengeluaran
a (US$miliar)
2010
919
77,7
75,5
54,9
48,6
39,4
29,5
27,9
27,1
26,5
22,5
ld T i O
Total Pe
Wisata (
2009
851
47,45
149,96
42,63
38,56
59,39
15,55
12,54
41,94
12,37
27,86
i i
emasukan
US$miliar)
2010
919
49,13
165,78
50,15
39,94
55,72
18,28
15,36
40,06
13,38
28,36
Populasi
2010 (juta)
6879
82
310
1341
62
63
34
127
60
140
22
Pengeluar
Kapita (
134
952
244
41
780
625
866
219
449
189
1014
ran per
(US$)
4
2
4
0
5
6
9
9
9
4
Sumber: Highlight 2011, World Tourism Organization
Jika nilai pengeluaran wisata dibagi per jumlah penduduk, maka Australiamenjadi negara dengan pengeluaran wisata per kapita terbesar di tahun2010, diikuti oleh Jerman dan Kanada.Dari sisi pemasukan pariwisata, AmerikaSerikat memimpin pemasukan dengan nilai total US$165,78 miliar, diikutioleh Perancis dengan nilai total US$ 55,72 miliar di tahun 2010. Besarnyapemasukan pariwisata Amerika Serikat menandakan kuatnya sektor pariwisatanegara tersebut dalam memaksimalkan pengeluaran wisatawan selamakunjungannya di Amerika Serikat walaupun total wisatawan yang datangberada di urutan kedua setelah Perancis.
1.1.7.2 Perkembangan Kepariwisataan Indonesia
Perkembangan kepariwisataan Indonesia dapat dievaluasi berdasarkankontribusi ekonomi kepariwisataan, perkembangan wisman, nusantara dannasional, perkembangan industri pariwisata, serta perkembangan daya tarikwisata Indonesia.
A. Daya Saing Kepariwisataan Indonesia
Daya saing kepariwisataan Indonesia memiliki skor 3,96 menempati peringkatke-74 dunia. Indonesia masih jauh tertinggal dari Switzerland (skor 5,68)
308
sebagai kepariwisataan terbaik di dunia, maupun negara-negara dalam satuwilayah Asia Tenggara seperti Singapura (skor 5,23; peringkat 10), Malaysia(skor 4,59; peringkat 35), dan Thailand (skor 4,47; peringkat 41).
Grafik 1-12 Peringkat dan Skor Daya Saing Kepariwisataan Mancanegara, 2011
Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011
Daya saing Indonesia dalam industri kepariwisataan berada dibawah rata-rata dunia maupun rata-rata wilayah Asia Pasifik11.
Tabel 1-6 Peringkat Kepariwisataan Indonesia (TTCI)
11Negara kawasan Asia Pasifik yang dimaksud terdiri dari Singapura, Hong Kong, Australia,Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, China, Thailand, Brunei, India,Indonesia, Vietnam, Srilanka, Azerbaijan, Kazakhstan, Filipina, Mongolia, Kyrgyztan, Kamboja,Nepal, Tajikistan, Pakistan, Bangladesh, dan Timor Leste.
Tahun Publikasi TTCI
Peringkat Daya Saing Indonesia di Dunia
(Peringkat Indonesia/Jumlah
Negara Survei Dunia)
Peringkat Daya Saing Indonesia di Regional Asia Pasifik
(Peringkat Indonesia/Jumlah Negara Survei Asia Pasifik)
Total Skor TTCI (Maksimal Skala 7)
2011 74/139 13/26 3,96
2009 81/133 15/25 3,79
2008 80/130 NA 3,70
Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011
Dibandingkan negara-negara tetangga di wilayah ASEAN dan Australia, dayasaing Indonesia hanya lebih tinggi dari daya saing Vietnam, Filipina, Kamboja,dan Timor Leste.
309
Grafik 1-13 Daya Saing Kepariwisataan Indonesia di ASEAN
Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011
Peringkat daya saing kepariwisataan Indonesia di tahun 2011 membaik jikadibandingkan dengan tahun 2009, khususnya pada tujuh pilar berikut (tahun2011/2009):
1. Kebijakan dan Peraturan (peringkat 88/123);
2. Keberlanjutan Lingkungan (peringkat 127/130);
3. Keamanan dan Keselamatan (peringkat 72/119);
4. Infrastruktur Transportasi Udara (peringkat 58/60);
5. Infrastruktur Transportasi Darat (peringkat 82/89);
6. Infrastruktur ICT (peringkat 96/102); dan
7. Sumber Daya Alam (peringkat 17/28).
Pilar Daya Saing Harga yang merupakan pilar terkuat kepariwisataanIndonesia, mengalami penurunan ke posisi 4 tahun 2011, dimana tahun 2009di posisi ke-3. Faktor yang paling berpengaruh terhadap turunnya pilar DayaSaing Harga secara signifikan adalah paritas daya beli yang terus menurundari peringkat 50 (2009) menjadi peringkat 68 (2011).
310
Grafik 1-14 Skor Pilar TTCI Indonesia, 2008—2011
Sumber: Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum, 2011
Untuk wisnus, provinsi dengan jumlah wisatawan tertinggi berturut-turut adalahJawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. Keempat provinsi initerletak di pulau Jawa, dan merupakan pusat aktivitas serta relatif berkembangdengan baik. Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan pusat budaya di pulauJawa, sedangkan Jakarta dan Jawa Timur adalah pusat bisnis di Indonesia.Indonesia memiliki potensi untuk mampu melaksanakan diversifikasi tujuanwisata, mengingat potensi wisata yang dimiliki di berbagai provinsi diIndonesia.
311
Grafik 1-15 Persentase Kunjungan Wisnus di Daerah Indonesia
Sumber: Nesparnas, 2010
B. Kontribusi Ekonomi Kepariwisataan Indonesia
Sektor kepariwisataan memengaruhi perekonomian melalui aktivitas-aktivitaskepariwisataan, atau disebut komponen input, meliputi: (1) Pengeluaranwisnus (C); (2) Investasi (I); (3) Anggaran Pemerintah untuk pariwisata (G);(4) Pengeluaran wisman ke Indonesia (X); dan (5) Pengeluaran wisnas (M).Melalui efek pengganda, komponen input memberikan dampak langsungdan tidak langsung pada perekonomian atau disebut komponen output,meliputi: (1) dampak terhadap output produksi; (2) dampak terhadap PDB;(3) dampak terhadap kesempatan kerja; (4) dampak terhadap faktor pendapatan(upah atau gaji); dan (5) dampak terhadap pajak tak langsung sektorkepariwisataan.
Mekanisme kerja ini merupakan prinsip dasar Neraca Satelit PariwisataNasional (Nesparnas). Nesparnas atau Tourism Satellite Account (TSA)digunakan untuk mengukur kontribusi ekonomi sektor kepariwisataan.
312
Bagan 1-12 Neraca Pariwisata
1. Komponen Input
Komponen input terbesar kepariwisataan berasal dari pengeluaran wisnus,diikuti investasi dan pengeluaran wisman, berturut-turut dengan kontribusi59,3%, 34,6%, dan 27% di tahun 2010. Pengeluaran pemerintah untukaktivitas kepariwisataan merupakan yang terkecil diantara komponen input,sebesar 0,7% tahun 2010.
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Pengelua
Wisnu
74,7
88,2
109,0
123,2
137,9
150,4
p
aran
us
60,8% 32,
65,8% 39,
64,4% 50,
59,4% 64,
60,6% 76,
59,3% 87,
p p
Investasi
3 26,3%
9 29,7%
1 29,6%
2 31,0%
3 33,5%
8 34,6%
KOMPONEN I
Anggara
Pemerint
0,6 0
0,7 0
1,0 0
1,1 0
1,2 0
1,7 0
y
INPUT
an
tah
Pe
W
In
0,5% 40,7
0,5% 40,0
0,6% 48,1
0,5% 66,1
0,5% 56,7
0,7% 68,4
p p
ngeluaran
Wisman ke
ndonesia
33,1%
29,9%
28,4%
31,9%
24,9%
27,0%
Pengeluara
Wisnas
25,3 20,
34,8 25,
39,0 23,
47,2 22,
44,5 19,
54,8 21,
TOTALan
5% 123,0
9% 134,0
0% 169,2
8% 207,4
5% 227,6
6% 253,5
* Angka (Rp triliun)
Sumber: Nesparnas, 2011
Tabel 1-7 Nilai Komponen Input Nesparnas dan Persentasenyaterhadap Komponen Nasional
313
B.1.1 Pengeluaran Wisnus
Pengeluaran wisnus adalah pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawanIndonesia yang melakukan wisata di wilayah Indonesia. Pengeluaran wisnusmeningkat setiap tahunnya sejak 2005-2010. Tahun 2010, pengeluaran wisnussebesar Rp150,41 triliun, meningkat dua kali pengeluaran wisnus tahun 2005sebesar Rp74,72 triliun. Namun demikian, pertumbuhan pengeluaran wisnussejak tahun 2008-2010 cenderung melambat. Setelah mengalami pertumbuhantertinggi tahun 2008, pertumbuhan pengeluaran wisnus melambat menjadi11,97%, dan 9,06% di tahun 2009, dan 2010.
Grafik 1 16 Nilai dan Pertumbuhan Pengeluaran Wisnus
Di tingkat provinsi, pengeluaran wisnus terbesar terjadi di Jawa Timur sebesarhampir Rp10 triliun. Setelah Jawa Timur, pengeluaran wisnus terbesar terjadidi Jawa Barat (Rp8,027 triliun), Jawa Tengah (Rp7,51 triliun), dan DKI Jakarta(Rp6,496 triliun). Pulau Jawa masih merupakan daerah tujuan wisata bagiwisnus Indonesia.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-17 Pengeluaran Wisata Nusantara berdasarkan Wilayah WisataIndonesia
314
Konsumsi utama wisnus dalam melakukan kegiatan wisata adalah terkaitdengan angkutan domestik, yang mencapai 42% dari total konsumsi yangdilakukannya. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya angkutan domestikmerupakan satu komponen biaya yang utama bagi wisnus untuk dapatmelakukan perjalanan wisata. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkanperjalanan wisata wisnus, maka peningkatan daya saing harga jasa transportasiharus dilakukan sehingga biaya angkutan domestik semakin terjangkau olehmasyarakat Indonesia.
Grafik 1-18 Pola Konsumsi Wisnus
Sumber: Nesparnas, 2011
B.1.2 Investasi
Investasi merupakan kegiatan pembentukan modal domestik bruto oleh swastadan pemerintah di Indonesia. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2010, nilaiinvestasi di sektor kepariwisataan meningkat dari tahun ke tahun. Nilai investasi
315
kepariwisataan sebesar Rp64,19 triliun di tahun 2008, Rp76,26 triliun di tahun2009, dan Rp87,76 triliun di tahun 2010. Setelah tumbuh signifikan di tahun2008 sebesar 28%, pertumbuhan investasi melambat di tahun 2009 dan2010, sebesar 19% dan 15%.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-19 Nilai dan Pertumbuhan Investasi Kepariwisataan
Tahun 2009, investasi kepariwisataan terbesar terjadi pada alat angkutankepariwisataan, diikuti investasi bangunan hotel dan akomodasi lainnya.Investasi alat angkutan sebesar Rp14.675 miliar atau 19,24% dari totalinvestasi kepariwisataan. Investasi pembangunan hotel dan jenis bangunanlainnya untuk keperluan akomodasi sebesar Rp12.291 miliar atau 16,11%dari total investasi kepariwisataan.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-20 Struktur Investasi Kepariwisataan Tahun 2009
316
B.1.3 Anggaran Pemerintah
Anggaran pemerintah untuk sektor kepariwisataan bersumber dari anggaranpemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)dan anggaran pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD). Anggaran pemerintah tersebut dialokasikan untuk pembiayaanmaupun investasi yang terkait industri kepariwisataan yang mencakup promosikepariwisataan, pengolahan komoditas kepariwisataan, serta berkontribusiuntuk memajukan jasa akomodasi, angkutan, dan infrastruktur kepariwisataanlainnya. Besarnya pengeluaran yang dialokasikan oleh pemerintahmencerminkan prioritas pemerintah dalam memajukan kepariwisataanIndonesia secara berkelanjutan. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2009,pemerintah mengalokasikan anggaran kepariwisataan kurang dari 0,4%.Untuk tahun 2010, pemerintah mulai menaikkan alokasi anggarankepariwisataan sampai dengan 0,46% dengan total anggaran kepariwisataansebesar Rp1.679,6 miliar.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-21 Anggaran Pemerintah untuk Kepariwisataan
B.1.4 Pengeluaran Wisman ke Indonesia
Pengeluaran wisman ke Indonesia merupakan pengeluaran wisatawan asalnegara lain di Indonesia. Pengeluaran wisman ke Indonesia merupakansalah satu komponen pembentuk devisa nasional. Pada periode 2002-2006rata-rata pengeluaran wisman ke Indonesia per kunjungan berada pada
317
kisaran US$4.496 sampai dengan US$4.798. Selama periode ini belanjawisman di Indonesia relatif rendah mengingat pada tahun 2000-2001 sertapada tahun 2007-2010, rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia adalahsebesar US$5.300 hingga US$7.600. Rata-rata pengeluaran wisman keIndonesia per kunjungan tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu US$1.178,54juta, tetapi kemudian kembali menurun di tahun 2009 karena krisis globalmenjadi US$995,93.
Grafik 1-22 Nilai Devisa Kepariwisataan Berdasarkan Pengeluaran Wismanke Indonesia
Sumber: Nesparnas, 2011
Sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa bagi Indonesia danmerupakan sektor yang cepat mengalami pemulihan pasca krisis global,tetapi sektor ini sangatlah rentan terhadap isu keamanan, keselamatan sertakesehatan, sehingga jika terjadi gejolak yang berpengaruh terhadap aspekkeamanan, keselamatan serta kesehatan, maka kunjungan wisman akanmengalami kontraksi secara signifikan.
Dibandingkan dengan sektor-sektor penghasil devisa lainnya, sektor pariwisataberada di urutan ke-5 di 2010, setelah sempat berada di urutan ke-4tahun 2009. Kontribusi devisa sektor kepariwisataan berada di bawah minyakdan gas bumi, minyak kelapa sawit, batu bara, dan karet olahan.
318
No Jenis Komoditi (US$ juta) 2008 2009 2010
1 Minyak & gas bumi 29.126,30 19.018,30 28.039,60
2 Minyak kelapa sawit 12.375,57 10.367,62 13.468,97
3 Batu bara 10.656,24 9.539,50 11.976,30
4 Karet olahan 7.579,66 4.870,68 9.314,97
5 Pariwisata 7.348,00 6.298,02 7.603,45
6 Pakaian jadi 6.092,06 5.735,60 6.598,11
7 Alat listrik 5.253,74 4.580,18 6.337,50
8 Tekstil 4.127,97 3.602,78 4.721,77
9 Kertas dan barang dari kertas 3.796,91 3.405,01 4.241,79
10 Makanan olahan 2.997,17 2.960,73 3.620,86
11 Bahan kimia 2.754,30 2.155,41 3.381,85
12 Kayu olahan 2.821,34 2.275,32 2.870,49
Tabel 1-8 Kontribusi Devisa Indonesia
Sumber: Nesparnas, 2011
Pertumbuhan devisa tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar US$7.348dengan tingkat pertumbuhan sebesar 37,44%. Pada tahun 2009 pendapatansektor pariwisata menurun drastis sebesar 14,29%, yang disebabkan olehkrisis global, tetapi kembali normal pada tahun 2010 dengan pertumbuhansebesar 20,72% dengan total devisa US$7.603 juta yang merupakan devisatertinggi yang diperoleh Indonesia pada periode 2000-2010.
Tabel 1-9 Devisa Sektor Pariwisata, 2005 — 2010
Penerimaan Devisa 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pariwisata (US$ juta) 4.522 4.448 5.346 7.348 6.298 7.603
Pertumbuhan (%) (5,75) (1,63) 20,19 37,44 (14,29)
20,73
Sumber: Nesparnas, 2011
Tahun 2010, wisman ke Indonesia asal Australia memberikan kontribusipengeluaran terbesar(US$1,172 miliar), diikuti oleh Singapura (US$928 juta)dan Malaysia (US$864 juta). Di antara negara-negara Eropa, Inggrismemberikan kontribusi pengeluaran wisman ke Indonesia terbesar(US$277 miliar) diikuti oleh Belanda dan Perancis.
319
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-23 Negara Kontributor Devisa Pariwisata
Pola konsumsi wisman ke Indonesia dengan pola konsumsi wisnus relatifberbeda. Berdasarkan data pengeluaran wisman ke Indonesia di tahun 2008dan 2009, maka komponen pengeluaran wisman ke Indonesia terbesaradalah untuk hotel dan akomodasi, restoran dan sejenisnya, serta souvenirsedangkan wisnus adalah angkutan domestik, restauran dan sejenisnya, danproduk industri non makanan. Konsumsi wisman ke Indonesia yang menurunsecara signifikan pada tahun 2009 adalah konsumsi terhadap produk industrinon makanan dengan penurunan mencapai 2,2% dan cindera mata sebesar1,3%. Konsumsi wisman ke Indonesia yang erat dengan ekonomi keatifadalah terkait dengan jasa seni budaya, rekreasi, dan hiburan, serta cinderamata, yang berkontribusi sebesar 6,5% pada tahun 2010. Oleh karena itu,ekonomi kreatif memiliki peran untuk dapat meningkatkan kualitas pariwisataIndonesia, dengan menghasilkan produk dan jasa kreatif yang menarik didaerah tujuan wisata, maupun menjadi daya tarik wisata tersendiri yang akanmenambah lama tinggal serta rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia,sehingga akhirnya dapat meningkatkan daya saing kepariwisataanIndonesia.
320
Grafik 1-24 Pola Konsumsi Wisman
Sumber: Nesparnas, 2011
B.1.5 Pengeluaran Wisnas
Pengeluaran wisnas merupakan pengeluaran wisatawan asal Indonesia dinegara lain. Pengeluaran wisnas pada tahun 2008 mencapai US$1.049,72per kunjungan, dengan total sebesar US$5.245 juta atau meningkat sebesar21,01% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, pengeluaran wisnas menurunmenjadi US$977,39 per kunjungan dengan total nilai sebesar US$4.939.Pengeluaran wisnas pada tahun 2010 mencapai US$976,65 per kunjungandengan total nilai sebesar US$6.090 juta atau meningkat 23,34% dari tahunsebelumnya.
321
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-25 Nilai Devisa Kepariwisataan berdasarkanPengeluaran Wisnas
Pada tahun 2010, pengeluaran wisnas terbesar berasal dari DKI Jakarta,sebesar 34,62% dari total pengeluaran wisnas, diikuti oleh Jawa Timur danJawa Barat dengan kontribusi pengeluaran masing-masing sebesar 11,55%dan 11,41%.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-26 Daerah Kontributor Devisa Kepariwisataan
2. Komponen Output: Dampak Terhadap Perekonomian
Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapantenaga kerja. Sebanyak 6,9% tenaga kerja nasional di 2010, atau sekitar 7,4juta orang, berada pada sektor-sektor yang terkait kepariwisataan. Sementaradampak sektor kepariwisataan terhadap produksi, PDB, upah, dan pajaktidak langsung berada pada kisaran 4%. Kecuali dampak terhadap tenagakerja,tren penurunan proporsi dampak sektor kepariwisataan terhadap nasionalpada periode 2008-2010, terjadi pada produksi, PDB, upah, dan pajak taklangsung.
322
Tabel 1-10 Kontribusi Ekonomi Kepariwisataan Menurut Nesparnas
TAHUN
KOMPONEN OUTPUT
Dampak terhadap Produksi
Dampak terhadap PDB Dampak terhadap
Tenaga Kerja Dampak terhadap
Upah/Gaji
Dampak terhadap Pajak Tidak Langsung
Par Nas % Par Nas % Par Nas % Par Nas % Par
Nas %
2006 306,5 6.640,8 4,6% 143,6 3.339,5 4,3% 4,4 95,5
4,7
% 45,6 1.028,2
4,4
% 5,5 131,1
4,2
%
2007 362,1 7.480,6 4,8% 169,7 3.957,4 4,3% 5,2 99,9
5,2
% 53,9 1.216,8
4,4
% 6,3 154,3
4,1
%
2008 499,7 9.882,4 5,1% 232,9 4.954,0 4,7% 7,0 102,6
6,8
% 75,5 1.519,1
5,0
% 8,4 194,7
4,3
%
2009 505,0 10.530,0 4,8% 233,9 5.613,4 4,2% 7,0 104,5
6,7
% 75,5 1.606,3
4,7
% 8,4 199,6
4,2
%
2010 565,2 11.956,6 4,7% 261,1 6.422,9 4,1% 7,4 108,2
6,9
% 84,8 1.831,1
4,6
% 9,4 225,1
4,2
%
Angka (Rp triliun); Tenaga Kerja (Juta orang)
Sumber: Nesparnas, 2010
B.1.6 Dampak terhadap Produksi
Produksi merupakan total output yang dihasilkan oleh seluruh sektorperekonomian. Dampak kepariwisataan terhadap output produksi nasionalselalu meningkat dari tahun 2006-2010. Tahun 2006, sektor pariwisatamenyumbang Rp306,5 triliun terhadap output nasional, dengan kontribusi4,6%.Jumlah ini meningkat menjadi Rp565,2 triliun di tahun 2010, dengankontribusi 4,7%. Kontribusi kepariwisataan terhadap output produksi mengalamipuncaknya di tahun 2008, sebesar 5,1%. Setelah tahun 2008, kontribusiterhadap output produksi ini relatif menurun.
Sumber: Nesparnas, 2010
Grafik 1-27 Dampak Kepariwisataan terhadap Output Produksi, 2006-2010
323
B.1.7 Dampak terhadap PDB
Sepertihalnya dampak terhadap output, dampak kepariwisataan terhadapPDB juga meningkat di tahun 2006-2010. Dampak senilai Rp143,6 triliun di2006, meningkat menjadi Rp261,1 triliun di 2010. Tahun 2008, kontribusiPDB kepariwisataan merupakan yang tertinggi, sebesar 4,7%. Tahun 2009-2010, kontribusi dampak PDB ini relatif menurun.
Sumber: Nesparnas, 2010
Grafik 1-28 Dampak Kepariwisataan terhadap PDB, 2006—2010
B.1.8 Dampak terhadap Tenaga Kerja
Pentingnya peran sektor pariwisata terlihat dari banyaknya jumlah tenagakerja di sektor ini. Kontribusi kepariwisataan terhadap tenaga kerja nasionalmeningkat dari 4,7% atau sebanyak 4,4 juta orang di tahun 2006, menjadi6,9% atau sebanyak 7,4 juta orang di tahun 2010. Kontribusi kepariwisataanterhadap tenaga kerja relatif meningkat sejak tahun 2006 sampai 2010.Penurunan kontribusi hanya terjadi di tahun 2009, sebesar 0,1% daritahun 2008.
324
Sumber: Nesparnas, 2010
Grafik 1-29 Dampak Kepariwisataan terhadap Tenaga Kerja, 2006—2010
B.1.9 Dampak terhadap Upah/Gaji
Dampak kepariwisataan terhadap total upah nasional selalu meningkat dari2006-2010. Dampak upah senilai Rp45,6 triliun terbentuk di tahun 2006,meningkat menjadi Rp84,8 triliun di tahun 2010. Kontribusi terhadap upahnasional tertinggi terjadi di tahun 2008, sebesar 5%. Kontribusi ini relatifmenurun di tahun 2009-2010.
Sumber: Nesparnas, 2010
Grafik 1-30 Dampak Kepariwisataan terhadap Upah/Gaji, 2006—2010
325
Tahun 2009,sumber terbesar dampak kepariwisataan terhadap total upahnasional berasal dari sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan sebesarRp127,36 triliun, diikuti oleh restoran dan angkutan darat, sebesar Rp30,74triliun dan Rp26,3 triliun. Restoran masih memberikan dampak upah lebihbesar dibanding hotel. Dampak upah hotel hanya senilai Rp4,96 triliun.
Sumber: Nesparnas, 2009
Grafik 1-31 Struktur Upah berdasarkan Sektor Kepariwisataan
B.1.10 Dampak terhadap Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak padasaat tertentu/terjadi suatu peristiwa kena pajak. Dampak pajak tidak langsungkepariwisataan meningkat dari tahun 2006-2010. Dampak pajak tidak langsungsenilai Rp5,5 triliun terbentuk di tahun 2006, meningkat menjadi Rp9,4 triliundi 2010. Kontribusi pajak tidak langsung kepariwisataan terhadap nasionaltahun 2008 merupakan yang tertinggi, sebesar 4,3%. Kontribusi ini relatifmenurun di tahun 2009-2010.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-32 Dampak Kepariwisataan terhadap Pajak Tidak Langsung,2006—2010
326
C Perkembangan Wisman ke Indonesia
Jumlah wisman ke Indonesia relatif mengalami peningkatan. Jumlah wisatawantahun 2010 sebanyak 7 juta, meningkat menjadi 7,4 juta di tahun 2011. Padatiga tahun terakhir, jumlah wisman mencapai titik tertinggi pada Juli 2011dengan pertumbuhan month on month mencapai 25%. Tren peningkatan inierat kaitannya dengan pemulihan dunia dari krisis ekonomi global yangterjadi sekitar tahun 2009 yang sempat menyebabkan titik terendah kunjunganwisman pada September 2009.
Jumlah wisman ke Indonesia rendah atau low season terjadi pada setiapawal tahun. Sedangkan jumlah wisman ke Indonesia mengalami puncaknyaatau peak season pada tengah dan akhir tahun.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-33 Tren dan Jumlah Wisman
Selain faktor pemulihan dari krisis ekonomi global, pertumbuhan wismanjuga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti peristiwa alam, politik,keamanan, dan kesehatan yang terjadi di lingkungan Indonesia maupunglobal. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, nilai rata-rata pertumbuhankedatangan wisman ke Indonesia sebesar 4,39% per tahun. Nilai pertumbuhanIndonesia tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia sebesar3,47% per tahun. Kondisi ini mengindikasikan kuatnya daya tahan pariwisataIndonesia.
327
Pada tahun 2002-2003, terjadi penurunan jumlah wisman yang signifikan.Rata-rata pertumbuhan wisman ke Indonesia berada jauh di bawahpertumbuhan wisman dunia. Hal ini disebabkan beberapa kejadian domestikdan internasional yang terjadi pada tahun tersebut, seperti Bom Bali I, BomJW Marriot, dan wabah SARS Asia Pasifik. Pada tahun 2004, pertumbuhanwisman Indonesia meningkat pesat mencapai 19,12%. Pada tahun 2005-2006, pertumbuhan wisman Indonesia kembali menurun akibat kejadianAvian Flu, Bom Bali II, gempa Jogja, dan tsunami di Pantai Selatan Jawa.Pada 2007-2008, pertumbuhan wisman ke Indonesia kembali meningkatdibandingkan dengan wisman global. Hal ini dapat disebabkan oleh UniEropa travel ban dan krisis ekonomi global, sehingga jumlah wisman globalmenurun pada tahun tersebut. Tahun 2009, pertumbuhan wisman keIndonesia menurun akibat Bom JW Marriott dan Ritz Carlton serta wabahH1N1. Peningkatan pertumbuhan wisman ke Indonesia baru terjadi padatahun 2010 yaitu sebesar 10,74%, di atas pertumbuhan wisman global yaitu6,58%.
Sumber: UNWTO, Kemenparekraf (2000 –2010)
Grafik 1-34 Pertumbuhan Wisman Dunia dan Wisman ke Indonesia
Dari aspek tujuan,wisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:perjalanan rekreasional, perjalanan bisnis, kesehatan, agama, dan tujuanlainnya. Tujuan melakukan perjalanan rekreasional masih merupakan yangterbesar yaitu 51% dari total perjalanan.
328
Sumber: World Tourism Organization (UNWTO), 2010
Grafik 1-35 Pola Konsumsi Wisatawan
Dari aspek moda transportasi yang digunakan, di tahun 2011, 51% wisatawantiba di destinasi wisata dengan menggunakan transportasi udara, yaitu melaluipintu masuk: Soekarno-Hatta, Ngurah Rai, Polonia, Batam, Juanda, SamRatulangi, Minangkabau, Adi Sumarmo, Makassar, Selaparang, Sepinggan,Sultan Syarif Kasim II, Adi Sucipto, dan Husein Sastranegara. Selain transportasiudara, sebesar49% menggunakan moda transportasi permukaan, yaitukendaraan bermotor di jalan raya (41%) dan kereta api (2%), misalnyamelalui pintu masuk Entikong. Sisanya melalui laut (6%), yaitu melalui pintumasuk Batam, Tanjung Priok, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, dan BalaiKarimun. Seiring waktu, tren perjalanan udara telah mengalami pertumbuhanlebih cepat dibandingkan dengan perjalanan via permukaan. Pertumbuhanini menunjukkan kecenderungan wisatawan yang ingin lebih cepat sampaike tujuan. Dalam kaitannya dengan meningkatkan pariwisata, Indonesiadapat meningkatkan layanan transportasi udara untuk memudahkan akseswisatawan ke Indonesia. Peningkatan layanan transportasi dapat dicapaidengan membuka rute penerbangan baru ke Indonesia dari negara lain,memperbesar frekuensi perjalanan ke Indonesia pada jam bisnis, membukabandar udara baru terutama yang berdekatan dengan obyek wisata yangterpencil, hingga meningkatkan layanan bandar udara. Peningkatan transportasiudara dapat diiringi dengan peningkatan akses jalan darat untuk menujutempat wisata.
329
Sumber: World Tourism Organization (UNWTO), 2010
Grafik 1-36 Moda Transportasi Wisatawan
Dari aspek besar dan sumber pengeluaran wisata, UNWTO telah menghitungtotal nilai pengeluaran wisata untuk tiap wilayah di dunia, seperti ditunjukkanpada Grafik 1-37.
Sumber: World Tourism Organization (UNWTO), 2010
Grafik 1-37 Total Pengeluaran Wisata per Wilayah
330
Total pengeluaran terbesar dikeluarkan oleh wisatawan outbound yang berasaldari Eropa, dengan nilai US$399 miliar atau sekitar 47,28% dari total pengeluaranwisatawan dunia. Nilai pengeluaran terbesar setelah Eropa adalah AsiaPasifik dengan nilai pengeluaran US$223 miliar, diikuti oleh Amerika sekitarUS$148 miliar.
D. Perkembangan Wisnus
Jumlah perjalanan wisnus dari tahun ke tahun cenderung mengalamipenambahan dengan jumlah penambahan perjalanan kurang lebih 1.000-2.000 perjalanan. Total perjalanan wisnus hingga tahun 2010 adalah sebesar122 juta perjalanan. Rata-rata pertumbuhan jumlah perjalanan wisnus padaperiode 2002-2010 adalah sebesar 1,8%.
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-38 Jumlah dan Pertumbuhan Wisnus
Ada berbagai alasan mengapa wisnus akan melakukan perjalanan, antaralain: pendidikan/pelatihan, kesehatan, profesi/bisnis, mengunjungi teman/keluarga, misi/pertemuan/kongres, berziarah/keagamaan, olahraga/kesenian,berlibur/ rekreasi. Lama tinggal wisnus untuk berlibur atau berekreasi relatifrendah, yaitu rata-rata hanya 1,99 hari. Alasan utama wisnus untuk tinggallebih lama adalah terkait dengan pendidikan atau kursus.
331
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-39 Rata-rata Lama Tinggal Wisnus berdasarkan Tujuan Wisata
Daerah tujuan wisata utama wisnus adalah Jawa Timur (18%), Jawa Barat(17%), Jawa Tengah (12%) dan Jakarta (10%).
Sumber: Kemenparekraf, 2010
Grafik 1-40 Distribusi Daerah Tujuan Wisata Wisnus
Sebagian besar wisnus cenderung melakukan perjalanan wisata di dalamprovinsinya, hanya wisnus asal Banten, Yogyakarta, dan Jakarta yang memilikipersentase wisnus melakukan perjalanan di luar provinsinya lebih besar dari50%, yaitu secara berturut-turut adalah 65%, 64%, dan 62%. Pesentasewisnus yang melakukan perjalanan hanya didalam provinsinya di bawah15% adalah wisnus asal: Kalimantan Barat (7%), NTT (9%), dan SulawesiSelatan (11%).
332
Sumber: Nesparnas, 2011
Grafik 1-41 Tingkat Wisnus Keluar Provinsi
E. Perkembangan Industri Pariwisata
Lapangan usaha utama sektor kepariwisataan terdiri dari hotel, restoran,serta rekreasi dan hiburan. PDB yang dihasilkan ketiga lapangan usahaselalu tumbuh positif pada periode 2004-2010. Tahun 2004, PDB yang dihasilkansebesar Rp88,61 triliun, meningkat menjadi Rp196,18 triliun di tahun 2010.Tahun 2004-2010, ketiga lapangan usaha tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhanPDB nasional.
Restoran merupakan pemberi kontribusi PDB terbesar, di antara ketiga lapanganusaha. Tahun 2010, restoran berkontribusi sebesar 2,41% terhadap PDBnasional, dimana hotel dan rekreasi hanya berkontribusi 0,37% dan 0,27%.
Tabel 1-11 Kontribusi PDB Pariwisata Menurut Indikator Ekonomi, 2004-2010
333
1. Perkembangan Hotel di Indonesia
Pada 2006-2010, jumlah hotel selalu meningkat setiap tahun. Pada tahun2010, BPS mencatat terdapat 1.306 hotel yang termasuk hotel berbintangdan 13.281 yang termasuk akomodasi non bintang. Berdasarkan huniankamar, terjadi peningkatan persentase hunian kamar, yaitu 48,31% di tahun2009 menjadi 48,86% di tahun 2010. Tamu yang datang untuk menginap punmeningkat secara signifikan, baik untuk tamu asing, maupun tamu domestik.
Tabel 1-12 Kondisi Perhotelan Nasional
Tahun Hunian Kamar
(%)
Jumlah Tamu Hotel Berbintang (Juta orang)
Asing Indonesia
2006 46,18 3,4 11,7
2007 46,89 3,9 13,1
2008 48,07 4,1 14,4
2009 48,31 4,6 17,2
2010 48,86 5,2 18,6
Sumber: Nesparnas, 2010
Pada tahun 2009, terjadi peningkatan tamu asing sebesar 12,2% dari tahunsebelumnya, dan kembali meningkat sebesar 13,04% pada tahun 2010.Untuk tamu domestik, pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar19,44%dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, jumlah ini kembali meningkatsebesar 8,14% menjadi 18,6 juta orang dibandingkan 2009. Jumlah tenagakerja yang berhasil diserap pada industri hotel mencapai 233.745 orang.
3 PERTUMBUHAN EKONOMI (%)PDB NASIONAL 5,03 5,69 5,50 6,35 6,01 4,58 6,10PDB PARIWISATA 6,72 6,03 5,88 8,94 5,15 5,57 6,56
4 KONTRIBUSI PDB PARIWISATA TERHADAP PDB NASIONAL (%)PDB PARIWISATA 3,86 3,67 3,55 3,41 3,10 3,09 3,05 Hotel 0,55 0,51 0,48 0,44 0,38 0,37 0,37 Restoran 2,98 2,84 2,77 2,69 2,45 2,46 2,41 Rekreasi & Hiburan 0,36 0,32 0,3 0,29 0,26 0,26 0,27
Keterangan:*) Angka sementara; **) Angka sangat sementaraCatatan: Pertumbuhan PDB pariwisata pada tahun 2007–2010 dihitung berdasarkan NesparnasSumber: BPS, Indikator Ekonomi
334
2. Perkembangan Restoran di Indonesia
Perkembangan industri restoran di Indonesia mengalami peningkatan pesatdi tahun 2007 hingga 2010. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar 21%dari tahun 2007, dan pada tahun 2010, terjadi peningkatan sebesar 7,84%dari tahun 2009 sebanyak 2.916 restoran. Seluruh restoran tersebut tersebardi seluruh provinsi dan mampu menyerap hingga 446.775 orang tenagakerja.
Tabel 1-13 Jumlah Restoran Nasional
Tahun Jumlah Usaha Restoran
2007 1.615
2008 2.235
2009 2.704
2010 2.916
Sumber: Nesparnas, 2010
3. Perkembangan Jasa Perjalanan Wisata di Indonesia
Usaha jasa perjalanan wisata terdiri dari usaha Biro Perjalanan Wisata(BPW) maupun Agen Perjalanan Wisata (APW). Perkembangan usahaperjalanan wisata di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangatsignifikan di tahun 2007 sampai 2010.
Tabel 1-14 Jumlah Jasa Perjalanan Wisata
Tahun Jumlah Jasa Perjalanan Wisata
2007 1.814
2008 2.708
2009 2.755
2010 3.033
Sumber: Nesparnas, 2010
Pada tahun 2009, tercatat sebanyak 2.755 usaha perjalanan wisata denganpeningkatan 51,87% dari tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2010, terjadipeningkatan 10,09% dari tahun sebelumnya. Keseluruhan usaha jasa perjalananwisata mampu menyerap 747.640 orang tenaga kerja
335
1.1.8 PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DUNIA DAN INDONESIa
1.1.8.1 Perkembangan Ekonomi Kreatif Dunia
Perkembangan ekonomi kreatif dunia umumnya dapat diukur menggunakankinerja PDB, ketenagakerjaan, dan aktivitas perdagangan produk dan jasakreatif di negara-negara dunia. Salah satu sumber data dalam melakukananalisis perbandingan perkembangan ekonomi kreatif antara negara diantaranyaadalah yang telah disusun oleh World Intellectual Property Organization(WIPO)yang mengelompokkan industri kreatif menjadi industri core, partial,interdependen, dan, non-dedicated.
A. PDB Ekonomi Kreatif Dunia
Survei WIPO di 17 negara menunjukkan pentingnya peran ekonomi kreatif.Tahun 2010, tidak satu negara pun memiliki kontribusi PDB ekonomi kreatifdi bawah 2%,sebagian besar bahkan memiliki kontribusi PDB di atas 5%.
Bagan 1-13 Pemetaan Kontribusi Ekonomi Kreatif Terhadap GDP di Dunia
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki industri kreatif yangberkembang dengan baik dan berkontribusi terhadap PDB Indonesia di atas5%. Secara berturut-turut negara dengan kontribusi PDB di atas 5% adalah:Amerika (11,09%), Australia (10,3%), Rusia (6,06%), Hungaria (6,66%),Indonesia (6%), Belanda(5,9%), dan Rumania (5,55%).
336
B. Ketenagakerjaan Ekonomi Kreatif Dunia
Rata-rata kontribusi penyerapan tenaga kerja tahun 2010 di 17 negara adalahsebesar 6,59%, lebih besar dari rata-rata kontribusi PDB industri kreatif yanghanya sebesar 5,49%. Data ini mengindikasikan bahwa industri kreatifmerupakan sektor industri yang menyerap banyak tenaga kerja, sehinggasektor industri kreatif merupakan sektor yang mampu menciptakan lapanganpekerjaan karena sifat industrinya yang padat karya.
Sumber: WIPO Secretariat, 2010
Grafik 1-42 Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif terhadapJumlah Tenaga Kerja di 17 Negara
Industri kreatif di Filipina menyerap 11,1% tenaga kerja di Filipina, danmerupakan negara dengan tingkat partisipasi tenaga kerja di sektor industrikreatif terbesar, lebih besar dibandingkan negara-negara ekonomi maju sepertiAmerika, Australia, atau negara-negara maju di Eropa.
337
C. Neraca Perdagangan Internasional Sektor Industri Kreatif
Sejak tahun 2002 hingga 2008, nilai perdagangan produk dan jasa kreatifdunia mengalami peningkatan, yang ditunjukkan oleh permintaan dunia akanproduk dan jasa ekonomi kreatif dunia pada periode 2002 hingga 2008 yangterus meningkat. Tahun 2002, nilai impor dunia sebesar US$298,39 miliar,meningkat menjadi US$589,58 miliar di tahun 2008, dengan pertumbuhanrata-rata per tahun 12,02%. Negara-negara maju Eropa mendominasi besarnyanilai impor. Tahun 2008, impor negara maju mencapai angka 82,52%, sementaranegara berkembang sebesar 15,63%, dan negara transisi hanya sekitar1,8%.
Tabel 1-15 Kelompok Regional Ekonomi berdasarkan Total Impor Produkdan Jasa Ekonomi Kreatif (US$juta)
( $j )
Kelompok Regional Ekonomi
Tahun Pertumbuhan Tahunan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Dunia 298.392 326.678 367.897 410.331 460.697 557.438 589.589 12,02%
Negara Maju Eropa 146.142 162.754 184.410 201.599 232.048 284.084 305.495 13,08%
Negara Maju Asia 14.184 14.757 16.479 18.211 19.373 20.802 20.951 6,72%
Negara Maju Amerika 80.920 84.760 92.270 100.613 107.545 117.016 113.025 5,73%
Negara Maju Oceania 5.009 5.950 7.201 7.705 8.034 9.670 11.623 15,06%
Negara Berkembang Afrika 1.786 2.231 2.986 3.690 4.618 5.084 6.085 22,67%
Negara Berkembang Amerika
8.501 9.187 10.490 12.855 15.821 22.332 22.858 17,92%
Negara Berkembang Asia 36.288 41.221 45.854 56.165 61.997 82.680 88.917 16,11%
Negara Berkembang Oceania
87 172 260 250 242 253 277 21,29%
Negara Transisi 5.475 5.646 7.947 9.243 11.019 15.517 20.358 24,47%
Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD
Permintaan produk dan jasa ekonomi kreatif tertinggi berasal dari maju(Eropa dan Amerika), yang kemudian disusul oleh kelompok negaraberkembang di Asia. Permintaan produk dan jasa kreatif yang memilikikontribusi yang besar adalah kelompok desain. UNCTAD mendefinisikandesain ini menjadi arsitektur, fesyen, interior, mainan, barang dari kaca, danperhiasan. Tahun 2002, kerajinan tangan merupakan barang impor terbesarkedua setelah desain. Tetapi kelompok penerbitan melampaui kerajinantangan di tahun 2008. Impor produk dan jasa penerbitan meningkat dua kalilipat di tahun 2008.
338
p ( j )
Subsektor Kreatif Dunia
Total Dunia Negara Maju Negara
Berkembang Negara Transisi
2002 2008 2002 2008 2002 2008 2002 2008
Kerajinan Tangan 20.34 29.272 15.336 20.836 4.858 7.641 147 795
Audio Visuals 411 699 326 483 83 181 2 34
Desain 129.232
248.358
106.388 185.810
21.905 56.376 939 6.172New Media 17.68
136.361 14.519 26.878 3.031 9.064 132 420
Seni Pertunjukan 11.134
28.022 9.651 22.241 1.421 5.322 61 458
Penerbitan 29.633
49.107 25.166 36.351 4.068 10.915 399 1.841Visual Arts 17.15
828.964 15.784 24.460 1.327 4.222 48 282
S b C i E R 2010 UNCTAD
Tabel 1-16 Total Impor Produk dan Jasa Ekonomi Kreatif Dunia (US$juta)
Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD
Nilai ekspor produk dan jasa ekonomi kreatif tahun 2002 hingga 2008 mengalamipeningkatan. Tahun 2002, nilai ekspor mencapai US$276,41 miliar, meningkatmenjadi US$602,26 miliar pada tahun 2008. Pertumbuhan rata-rata nilaiekspor produk dan jasa kreatif dunia tahun 2002–2008 sebesar 13,86%.
Sumber: UNCTAD Creative Economy Report, 2010
Grafik 1-43 Peta 10 Eksportir Terbesar Industri Kreatif di Dunia dan NegaraASEAN
339
China, Jerman, Amerika Serikat, Belanda, dan Italia memberikan kontribusisebesar 47% ekspor produk dan jasa kreatif dunia. China merupakan negaraeksportir produk dan jasa kreatif terbesar di tahun 2008, sebesar US$87,4miliar dan menguasai pangsa pasar dunia sebesar 14,52%.
Kelompok negara maju masih mendominasi nilai ekspor barang/jasa kreatifdunia dengan share sebesar 66,23% pada tahun 2002. Namun, di tahun2008, share nilai ekspor negara maju turun menjadi 63,17% terhadap totalekspor dunia. Penurunan ini diikuti peningkatan share ekspor barang danjasa kreatif oleh negara berkembang dari 32,64% pada tahun 2002 menjadi34,52% tahun 2008.
Kontribusi ekspor negara-negara maju Eropa merupakan yang tertinggi dalamekspor produk dan jasa kreatif di dunia, dengan nilai US$299,61 miliar(50,63%) pada tahun 2008, dan US$135,63miliar (50,26%) di tahun 2002.Disusul oleh Negara-negara berkembang di Asia dengan pangsa sebesar29,36% di tahun 2002 dan 31,16% di tahun 2008. Sementara negara-negaratransisi menunjukkan pertumbuhan ekspor tahunan tertinggi di dunia sebesar28,28% sepanjang 2002-2008.
( $ j )
Kelompok Regional Ekonomi
Tahun Pertumbuhan Tahunan
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Dunia 276.410 312.608 362.830 405.510 481.479 544.463 602.258 13,86%
Negara Maju Eropa 135.633 152.516 176.356 192.089 240.845 271.426 299.619 14,12%
Negara Maju Asia 4.915 4.196 4.684 6.219 5.620 7.200 7.729 7,84%
Negara Maju Amerika 40.242 42.799 47.257 51.450 61.058 66.712 68.363 9,23%
Negara Maju Oceania 2.283 2.695 3.035 3.268 3.582 4.198 4.795 13,17%
Negara Berkembang Afrika 925 999 1.146 1.247 1.682 1.871 2.732 19,78%
Negara Berkembang Amerika 8.108 7.905 9.291 10.896 12.488 14.448 17.429 13,60%
Negara Berkembang Asia 81.167 97.293 115.673 133.690 148.444 168.634 187.681 14,99%
Negara Berkembang Oceania 28 23 28 30 34 53 54 11,57%
Negara Transisi 3.109 4.182 5.360 6.621 7.726 9.921 13.856 28,28%
bSumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD
Desain merupakan sektor yang berkontribusi paling tinggi terhadap totalekspor barang dan jasa kreatif dunia. Tahun 2002, nilai ekspornya mencapaiUS$114,69 miliar (55%), meningkat menjadi US$241,97 miliar di tahun 2008.
Sektor yang berkontribusi terendah adalah audio visuals dengan nilai eksporpada tahun 2002 sebesar US$462 juta dan di tahun 2008 sebesar US$811juta. Kelompok negara maju masih menjadi kontributor tertinggi pada sektor
340
audio visuals dengan nilai ekspor pada tahun 2002 mencapai US$425 juta(91,9%) dan tahun 2008 mencapai US$726 juta (89,5%).
Tabel 1-18 Total Ekspor Produk dan Jasa Ekonomi Kreatif Dunia (US$ juta)
Subsektor Kreatif Dunia 2002 2005 2008
Seluruh Industri Kreatif 204.948 298.548 406.992
Barang Kerajinan 17.503 25.744 32.323
Audio Visuals 462 667 811
Desain 114.692 175.023 241.972
New Media 17.365 20.919 27.754
Seni Pertunjukan 9.689 14.945 26.136
Penerbitan 29.817 39.242 48.266
Visual Arts 15.420 22.008 29.730
Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD
1.1.8.2 PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF INDONESIA
A. Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional
Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengembangkan ekonomi kreatifsejak tahun 2005. Dimulai oleh pernyataan Presiden untuk meningkatkanindustri kerajinan dan kreativitas bangsa, terselenggaranya Pekan ProdukBudaya Indonesia 2007, yang berubah nama menjadi Pekan Produk KreatifIndonesia 2009, terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentangPengembangan Ekonomi Kreatif, hingga terbentuknya kementerian baruyang mengurusi ekonomi kreatif, yaitu Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.
Bagan 1-14 Milestone Ekonomi Kreatif
341
Beberapa Kementerian/Lembaga yang terkait ekonomi kreatif turut mendukunglinimasa perkembangan ekonomi kreatif sesuai dengan tugas dan fungsi dariK/L tersebut. Aktivitas-aktivitas K/L sepanjang 2010 ditunjukkan pada grafikberikut.
Sumber: Kemenparekraf, 2011
Grafik 1-44 Jumlah Kegiatan Terkait Ekonomi Kreatif per Instansi, 2010
B. Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia
4. Kontribusi Ekonomi Kreatif Nasional
Pada periode 2002-2010, ekonomi kreatif telah memberikan kontribusi signifikanterhadap perekonomian Indonesia, baik dalam nilai tambah atau PDB,penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan, maupun ekspor. Kontribusirata-rata PDB tahun 2002-2010 terhadap PDB nasional mencapai 7,74%,tingkat partisipasi tenaga kerja sebesar 7,76%, kontribusi jumlah usahamencapai 6,77%, kontribusi ekspor mencapai 9,77%dengan kontribusi imporhanya sebesar 1,3%, dan net trade barang sebesar 33,14%.
343
B.1.1 Kontribusi Terhadap Pendapatan Domestik Bruto Nasional
Pentingnya peran industri kreatif dalam perekonomian nasional juga tercermindalam perbandingan kontribusi PDB berdasarkan sektor perekonomian lainnya.Rata-rata kontribusi PDB industri kreatif 7,74%, menempatkan industri kreatifmenjadi sektor terpenting keenam di antara 10 sektor ekonomi nasional,lebih besar dari keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; pengangkutandan komunikasi; serta Listrik, gas, dan air bersih. Agar kontribusi dari masing-masing lapangan usaha terhadap PDB nasional dapat terlihat, maka PDBdari masing-masing lapangan usaha akan dibandingkan dengan PDB nasional,termasuk dari lapangan usaha ekonomi kreatif.
Tabel 1-20 Nilai PDB Berbagai Lapangan Usaha 2002—2010 (Rp triliun)
Sumber: BPS dan Kemenparekraf
B.1.2 Kontribusi Terhadap Neraca Perdagangan Nasional
B.1.2.1 Perkembangan Ekspor Industri Kreatif
Kontribusi ekspor industri kreatif periode 2002 hingga 2010 terhadap ekspornasional cenderung fluktuatif. Tahun 2002 hingga 2005, kontribusinyamengalami penurunan, yaitu dari 11,43% di tahun 2002 menjadi 9,085%pada tahun 2005. Tahun 2006, kontribusinya mengalami peningkatan menjadi9,33%. Secara keseluruhan pada periode 2002 - 2010 rata-rata kontribusiekspor industri kreatif terhadap nasional adalah sebesar 9,77%.
Meski demikian, nilai ekspor industri kreatif mengalami peningkatan setiaptahunnya. Di tahun 2002, nilai ekspornya mencapai Rp58,41 triliun hingga
344
di tahun 2010 nilainya mencapai Rp131,25 triliun. Rata-rata pertumbuhanekspor industri kreatif periode 2002 hingga 2010 sebesar 10,9%.
58,413 57,597
69,774 76,462
84,840 95,209
114,925 116,651 131,251
‐0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
‐
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspor IK
pertumbuhan
kontribusi
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
Grafik 1-45 Nilai Ekspor Industri Kreatif
Subsektor fesyen selalu menjadi kontributor tertinggi pada nilai ekspor industrikreatif sejak 2002 hingga 2010. Tahun 2002, nilai ekspor subsektor inimencapai Rp36,26 triliun dan pada 2010 telah mencapai Rp71,98 triliun.
Kerajinan menjadi subsektor kedua yang berkontribusi tertinggi dalam nilaiekspor industri kreatif. Tahun 2002, nilai ekspornya sebesar Rp20,108 triliundan di tahun 2010 mencapai Rp55,96 triliun. Rata-rata kontribusi sektor initerhadap industri kreatif pada tahun 2002 hingga 2010 sebesar 35,54%.
B.1.2.2 Perkembangan Impor Industri Kreatif
Sejak tahun 2002 hingga 2010, kontribusi impor industri kreatif terhadapnasional berada di angka kurang dari 5%. Rata-rata, kontribusi impor industrikreatif dari 2002 hingga 2010 hanya sebesar 1,30%.
345
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
Grafik 1-46 Nilai Impor Industri Kreatif
Kerajinan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi tertinggi dalamtotal impor industri kreatif dengan nilai sebesar Rp1,98 triliun pada tahun2002 dan mencapai Rp6,73 triliun pada 2010 dan rata-rata kontribusinyasebesar 44,63%.
Subsektor tertinggi kedua yang berkontribusi terhadap nilai impor industrikreatif nasional adalah desain dengan nilai impor pada tahun 2002 sebesarRp1,42 triliun dan meningkat menjadi Rp4,61 triliun pada tahun 2010. Secararata-rata subsektor desain berkontribusi sebesar 30,58% terhadap nilai imporindustri kreatif.
B.1.2.3 Perkembangan Devisa Industri Kreatif
Kontribusi industri kreatif terhadap devisa Indonesia dapat dilihat dari nettrade. Sejak 2002 hingga 2010, net trade industri kreatif menunjukkan trenyang meningkat. Nilai kontribusinya di tahun 2002 sebesar Rp53,96 triliundan nilainya terus meningkat hingga di tahun 2010 mencapai Rp114,98triliun. Rata-rata, net trade industri kreatif periode 2002 hingga 2010 sebesarRp80,86 triliun, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 10,2%.
346
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
Grafik 1-47 Kontribusi Devisa Industri Kreatif
B.1.3 Kontribusi Terhadap Ketenagakerjaan
Industri kreatif menempati peringkat kelima diantara 10 sektor perekonomiandalam hal penyerapan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja diserap sebesar7,6 juta orang (rata-rata 2002-2010), dengan tingkat partisipasi pekerja sebesar7,76% terhadap nasional. Sejak 2007-2010, penyerapan tenaga kerja industrikreatif selalu meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan selama periode2002-2010 sebesar 1%.
Tabel 1-21 Jumlah Tenaga Kerja Berbagai Lapangan Usaha 2002—2010(Juta orang)
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
347
B.1.4 Kontribusi Terhadap Jumlah Usaha
Rata-rata sekitar 2,9 juta perusahaan bergerak di sektorindustri kreatif padatahun 2002-2010. Jumlah ini menempatkan industri kreatif pada peringkat 4diantara 10 sektor perekonomian. Besarnya jumlah usaha di sektor industrikreatif tidak terlepas dari cirinya yang sebagian besar merupakan UMKM.Jumlah usaha industri kreatif selalu meningkat sejak 2007-2010.
Tabel 1-22 Jumlah Usaha di Berbagai Lapangan Usaha 2002—2010 (juta usaha)
No Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata rata
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 21,9 21,5 21,0 20,5 20,1 20,2 20,2 21,0 21,0 47,55%
2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9,1 8,9 9,8 9,9 10,5 11,1 11,1 11,8 12,1 23,89%
3 Pengangkutan dan Komunikasi 2,9 3,3 3,5 3,6 3,6 3,7 4,0 3,9 3,6 8,11%
4 Industri Kreatif 3,2 2,6 3,1 2,7 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 6,77%
5 Industri Pengolahan 2,4 2,2 2,2 2,2 2,4 2,7 3,0 2,5 2,7 5,69%
6 Jasa Kemasyarakatan 1,8 1,8 1,9 1,7 1,8 2,4 3,0 2,6 3,0 5,09%
7 Konstruksi 0,8 0,7 0,7 0,6 0,7 0,7 0,9 0,9 0,9 1,76%
8 Pertambangan dan Penggalian 0,2 0,2 0,4 0,2 0,4 0,3 0,4 0,4 0,4 0,74%
9 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,34%
10 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,06%
Total 42,4 41,4 42,8 41,6 42,3 44,2 45,7 46,5 47,2 100%
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
B.1.5 Kontribusi Terhadap Jumlah Usaha
Rata-rata sekitar 2,9 juta perusahaan bergerak di sektorindustri kreatif padatahun 2002-2010. Jumlah ini menempatkan industri kreatif pada peringkat 4diantara 10 sektor perekonomian. Besarnya jumlah usaha di sektor industrikreatif tidak terlepas dari cirinya yang sebagian besar merupakan UMKM.Jumlah usaha industri kreatif selalu meningkat sejak 2007-2010.
348
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2004 – 2010
Grafik 1-48 Nilai dan Pertumbuhan Konsumsi Produk danJasa Kreatif di Indonesia
Krisis global di tahun 2009 tidak memberikan dampak signifikan pada tingkatkonsumsi masyarakat terhadap produk dan jasa kreatif produksi dalamnegeri. Tahun 2009, pertumbuhan konsumsi ini mencapai 7,91%, padahaldi tahun 2008 mengalami kontraksi sebesar 1,67%. Tumbuhnya konsumsidi tahun 2009 ini tak lepas dari peran pemerintah yang melakukan kampanyeatas penggunaan produk dalam negeri, antara lain melalui Inpres No. 02Tahun 2009 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)serta berbagai pameran produk Indonesia.
5. Sektoral
PDB harga berlaku industri kreatif meningkat konsisten tahun 2002 sampai2010, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,23%. Pertumbuhan tahunanindustri cukup fluktuatif, mengingat kecilnya hambatan masuk dan keluarindustri.
Rata-rata kontribusi PDB 2002-2010 terbesar berasal dari subsektor fesyen,diikuti kerajinan, masing-masing menyumbang 44,3% dan 24,8% dari totalPDB industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektorpermainan interaktif dan arsitektur, masing-masing sebesar 13,5% dan 12,4%.
349
Tabel 1-23 PDB Harga Berlaku Subsektor/Kelompok Industri Kreatif 2002-2010
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
Meski sempat turun pada 2006, tenaga kerja yang diserap industri kreatifselalu meningkat pada 2007-2010, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar1,07%. Subsektor fesyen dan kerajinan memberi kontribusi terbesar dalampenyerapan tenaga kerja di industri kreatif, masing-masing sebesar 54,3%dan 31,1%. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja rata-rata tertinggi terjadipada sektor permainan interaktif dan arsitektur, masing-masing sebesar11,5% dan 8,1%.
Tabel 1-24 Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor/Kelompok Industri Kreatif2002-2010
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
350
Pada tahun 2006 jumlah usaha kreatif mengalami penurunan. Tetapi sejak2007 jumlah usaha konsisten meningkat hingga 2010, dengan rata-ratapertumbuhan 1,3%. Kontribusi jumlah perusahaan tertinggi juga diberikanoleh subsektor fesyen dan kerajinan, sebesar 51,7% dan 35,5%. Pertumbuhanjumlah usaha tertinggi terjadi di subsektor permainan interaktif, arsitektur,dan periklanan, masing-masing memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar 27,9%,13%, dan 12,6%.
Tabel 1-25 Jumlah Usaha Subsektor/Kelompok Industri Kreatif 2002-2010
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
Sejak tahun 2004 hingga 2010, ekspor industri kreatif selalu meningkatdengan rata-rata pertumbuhan 12,2%. Pada krisis ekonomi global tahun2009, ekspor industri kreatif tetap tumbuh positif 1,5%. Rata-rata kontribusiekspor tertinggi berasal dari subsektor Fesyen dan Kerajinan, masing-masingsebesar 60% dan 36,5%. Rata-rata pertumbuhan ekspor tertinggi terjadipada subsektor arsitektur dan subsektor film, video, fotografi, masing-masingsebesar 147% dan 49%. Tingginya kontribusi ekspor menyebabkan tingginyakontribusi devisa industri kreatif. Rata-rata kontribusi net trade periode 2002hingga 2010 sebesar 65,26%.
351
Sumber: BPS dan Kemenparekraf, 2002 – 2010
Grafik 1-49 Nilai Ekspor Industri Kreatif 2002–2010 MenurutSubsektor
C. Perkembangan Ekonomi Kreatif Daerah
Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari peranserta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomikreatif daerah penting untuk dipahami sehingga dapat mempercepatpengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasamadengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematanganatau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akandikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah.
Perkembangan ekonomi kreatif di daerah-daerah ditandai dengan beberapakondisi, seperti komitmen pimpinan daerah untuk mengembangkan ekonomikreatif di daerah, keberadaan area publik yang dimanfaatkan masyarakatuntuk menjadi kawasan kreatif, infrastruktur yang cukup baik sehingga dapatmenunjang proses kreatif, keberadaan dan aktivitas komunitas kreatif, evensebagai media apresiasi industri kreatif, dukungan dari pemerintah daerah,
352
keberadaan lembaga pendidikan formal yang menunjang industri kreatif, danadanya dokumen perencanaan pengembangan industri kreatif daerah.
Area-area publik yang dapat dikembangkan adalah: taman budaya, alun-alun, gelanggang remaja, mal atau plaza, GOR, gelanggang olahraga, museum,galeri, atau tempat lainnya yang dapat digunakan sebagai tempat berkumpulpara pelaku kreatif di sebuah kota atau kabupaten, ataupun pada level desa.
Pada tahun 2011, propinsi yang paling aktif menyelenggarakan even kreatifadalah DKI Jakarta (143 even), Daerah Istimewa Yogyakarta (57 even), JawaBarat (52 even), Bali (41 even), dan Jawa Tengah (25 even)12. Kegiatankreatif ini meliputi seluruh subsektor industri kreatif yang diselenggarakandalam bentuk: seminar, workshop, karnaval, festival, eksibisi/pameran,kompetisi, atau diskusi antar komunitas. Beberapa contoh even yang berhasildiidentifikasi dan telah dilaksanakan pada tahun 2011, yaitu:
1. Arsitektur, meliputi: Pameran: Rupa Belanja, Rupa Kota; ArchitectsUnder Big 3, New Regionalism In Bali Architecture, Architecture For Kids;Refugees Of Future Cities”; Heritage Award; 200 Tahun Bandung, 3Windu Bandung Heritage;
2. Desain, meliputi: Fresh and Brite 2011 – Designesia; Pameran JakartaBiennale#14; Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas 2010; Lomba DesainWayang & Kita WOW 2011; Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas; “?ADA”Pameran Seni Grafis; Wedangan - Indonesia Good Design; David B.Berman Seminar “Beyon Brand and Design”; Desain Produk Berkarya2011: Design Around Us; Product Design Does Exist 2011 (Prodex 2011);
3. Fesyen, meliputi: Jakarta Fashion Week; Urban Fashion week; JogjaFashion Week; Indonesia Fashion Show; Indonesia Fashion & CraftExpo 2011; dan lain-lain;
4. Film, video, dan fotografi, meliputi: pameran foto outdoor kilas balikJawa Barat 2011; Pameran Foto “Potret Jakarta Kita”; Pemutaran Film:Perempuan dan Ruang Publik; Workshop & Diskusi Lubang Jarum,Mapay Bandoeng Lewat Lubang; Festival Film Dokumenter Bali (FFDB)2011;Festval Film Purbalingga 2011; Festival Film Indonesia 2011; danlain-lain.
5. Kerajinan, meliputi:World Batik Summit 2011; Solo Batik Carnival 2011;Inacraft 2011; Pameran keramik - Cerita Kami tentang Hidup; dan lain-lain
12 Data diolah dari: www.indonesiakreatif.net
353
6. Layanan komputer dan piranti lunak, meliputi: SparXup seminar.‘Monetizing Mobile Advertising Era’; Echelon 2011 Indonesia Satellite;The First Anniversary #TWITALK 2011; Mobile Game Developer War;INAICTA 2011; dan lain-lain
7. Musik, meliputi: Java Jazz 2011; Ngayogjazz 2011; ICEMA 2011; Musik:Malacca Ensemble; “Musik Perempuan” oleh Jemima dan Mian Tiara;Java Rock in land; Soulnation; Jazz Mben Senen; Jakarta Music Society,Acoustic Jams Episode 17; dan lain-lain
8. Seni rupa, meliputi: Manifesto 2011; Pameran Tujuh Perempuan Urban“Seven Recipes Dialoque”; ART|JOG|11; Sang Pencukil: Pameran TunggalSeni Cukil Irwanto Lentho; Pameran Seni Rupa Fantastique-ArtExhibition; Pameran Seni Rupa “LOCAL KNOWLEDGE”, REPOSISIBAHASA RUPA TRADISI BALI # ; dan lain-lain;
9. Penerbitan dan Percetakan, meliputi:Festival Komik Indonesia 2011,Blogger Nusantara; 55 Lipatan Dunia: Mengurai Pemikiran Yasraf AmirPiliang; dan lain-lain;
10. Periklanan, meliputi: Pinasthika Creative Festival 2011 “Magical Ideas”;citra pariwara 2011; dan lain-lain;
11. Seni pertunjukan, meliputi: Jogja Broadway: Pangeran Bintang danPutri Embun; Parade Teater Se-Bali 2011; Teater Garasi “GoyangPenasaran”; Pentas Wayang Orang Bhisma Mahawira “ Sang MahaDewa Baratha”; dan lain-lain;
1.1.9 KONDISISUMBER DAYA MANUSIA DI SEKTOR KEPARIWISATAAN
DAN EKONOMI KREATIF
Pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif bertumpu pada sumberdaya manusia yang menjadi modal utama dalam menghasilkan produk danjasa pariwisata dan ekonomi kreatif yang memiliki nilai ekonomi baik ituadalah aparatur Kemenparekraf serta aparatur pemerintah daerah yangmembawahi sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif, serta pelaku industrikepariwisataan dan industri kreatif.
Dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional padaperiode 2006 sampai dengan 2010 menunjukkan tren yang terus meningkatsecara signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 diidentifikasi sekitar 4,4juta tenaga kerja dan mencapai lebih dari 7,4 juta tenaga kerja sebagaidampak kepariwisataan secara nasional.
354
Sumber: BPSDPEK Kemenparekraf, 2011
Grafik 1-50 Dampak Kepariwisataan Terhadap Tenaga Kerja Nasional
Pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja yang berkerja di sektor ekonomikreatif adalah lebih dari 8,5 juta pekerja dengan rata-rata jumlah pekerja(2002-2010) di sektor ekonomi kreatif sebesar 7,6 juta pekerja dengan rata-rata tingkat partisipasi nasional sebesar 7,76%.
Sumber: BPSDPEK Kemenparekraf, 2011
Grafik 1-51 Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif
355
Selain itu, kondisi aparatur Kemenparekraf juga memiliki peran yang pentingdalam meningkatkan kinerja pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatifdi Indonesia oleh Kemenparekraf. Saat ini, Kemenparekraf diperkuat oleh1.917 pegawai dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (38 orang),Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (60 orang), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas(512 orang), Diploma (156 orang), Strata 1 (722 orang), Strata 2 (414 orang),dan Strata 3 (15 orang).
Sumber: BPSDPEK Kemenparekraf, 2011
Grafik 1-52 Tingkat Pendidikan pada Aparatur KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif
Peningkatan kualitas aparatur Kemenparekraf menjadi sangat penting untukdigarisbawahi karena dilandasi kenyataan bahwa sebagian (31,82%) dariaparatur memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) kebawah.
356
1.1.10 REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENPAREKRAF
Pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk menciptakan tatakepemerintahan yang baik atau good public governance. Komitmen tersebutdiwujudkan melalui upaya membangun sistem penyelenggaraan negara danpemerintahan yang mampu mendukung pelaksanaan pembangunan untukmencapai tujuan nasional. Keberhasilan pembangunan nasional selama inidicapai melalui berbagai cara yang sinergi antara pemerintah selaku pilarutama pembangunan dengan masyarakat dan dunia usaha serta stakeholderlainnya. Berbagai langkah-langkah yang ditempuh pemerintah selama inidilakukan dalam kerangka reformasi birokrasi.
Arah, tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang, yang terkait denganreformasi birokrasi disebutkan bahwa “pembangunan aparatur negara dilakukanmelalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparaturnegara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, dipusat maupundi daerah, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan dibidanglainnya”.
Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yangprofesional dan mewujudkan organisasi yang berbasis kinerja dengankarakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN,mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguhnilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Adapun sembilan area perubahanyang menjadi tujuan reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek manajemenpemerintahan, yaitu: (1) organisasi; (2) tata pelaksanaan; (3) peraturanperundang-undangan; (4) sumber daya manusia aparatur; (5) pengawasan;(6) akuntabilitas; (7) pelayanan public; (8) pola pikir (mind set) dan budayaKerja (culture set); serta (9) monitoring dan evaluasi.
Dengan berubahnya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadiKemenparekraf, maka proses pelaksanaan reformasi birokrasi diKemenparekraf mengalami perubahan yang signifikan sehingga prosespersiapan pelaksanaan reformasi birokrasi perlu dilakukan kembali.
Walaupun demikian, Kemenparekraf telah merespon arahan strategispemerintah tersebut, dengan mengupayakan pengelolaan keuanganKementerian dengan lebih baik, yang ditandai dengan semakin membaiknyaopini BPK terhadap laporan keuangan Kemenparekraf pada periode 2005sampai dengan 2010.
357
Tabel 1-26 Opini Keuangan mengenai Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif
Sumber: Opini Keuangan oleh BPK, 2005 – 2010
Kemenparekraf meraih opini “Disclaimer” di tahun 2005 sampai dengan2008, yang kemudian meningkat prestasinya dan meraih opini “WDP” padadua tahun berikutnya. Untuk terus meningkatkan capaian tersebut,Kemenparekraf harus melakukan langkah-langkah mencakup perbaikan sistemdan budaya kerja, pengukuran kinerja, penerapan disiplin,penataankelembagaan dan ketatalaksanaan.
Tata pemerintahan yang baik (good governance) memerlukan akuntabilitasyang tinggi, yang telah direncanakan dan diterapkan oleh pemerintah didalamsebuah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Sumber: Kemenpan RB, 2007 – 2011
Grafik 1-53 Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif, 2007–2011
358
Akuntabilitas kinerja Kemenparekraf terus membaik ditandai peningkatannilai pencapaian SAKIP sebesar 53,18% di tahun 2007 menjadi 69,90%(predikat “B”) di tahun 2011 dan menduduki peringkat 7 dari total 82 Kementerian/Lembaga yang dinilai pada tahun tersebut.
1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN
1.2.1 POTENSI KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
Kepariwisataan dan ekonomi kreatif memiliki potensi pasar yang tinggi, baikdi pasar global maupun di pasar dalam negeri. Optimalisasi pemanfaatanpotensi pasar didukung oleh perkembangan media online yang membaik,dan potensi produksi dalam negeri yang tinggi.
1.2.1.1 Potensi Pasar Global
A. Potensi Pasar Kepariwisataan Global
Pangsa pasar kepariwisataan global tahun 2010 sebanyak 940 juta perjalanan,tumbuh 6,6% dibanding tahun 2009. Pertumbuhan wisman ke Indonesialebih tinggi dari pertumbuhan pasar wisman global, sebesar 10,74%. Namunberdasarkan penguasaan pangsa, Indonesia hanya menguasai 0,7% pangsawisatawan global, yaitu sebanyak 7 juta wisman. Hal ini berarti potensi pasarkepariwisataan yang mungkin diraih masih sangat besar.
Pada wilayah regional global, Indonesia mampu mengusai 9,8% pasarwisatawan Oceania, 1,1% pasar Afrika, dan 1% pasar Asia. Sementara diwilayah Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Afrika, pangsa pasarwisatawan yang dikuasai Indonesia masih lebih kecil dari 1%. Potensi pasarwisman Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Afrika perludioptimalkan.
359
Bagan 1-15 Sebaran Outbound Wisatawan Dunia dan Wisman Indonesiaberdasarkan Wilayah Tahun 2010
Di wilayah ASEAN, jumlah total wisman ke ASEAN tumbuh 12,1% di tahun2010. Sementara jumlah wisman ke Indonesia tumbuh lebih kecil sebesar10,1%. Penguasaan pangsa atau penetrasi Indonesia di pasar wisman ASEANhanya sebesar 5,59%. Daya tarik Indonesia di ASEAN perlu ditingkatkanuntuk mampu menguasai lebih besar pangsa pasar ASEAN.
Penetrasi Indonesia yang tinggi di pasar Oceania dan ASEAN, tidak sebandingdengan total penerimaan devisa dari pasar tersebut. Pengeluaran wismanterbesar berasal dari wisman Eropa, Asia, dan Amerika, oleh karena itudiperlukan upaya-upaya peningkatan pengeluaran bagi wisatawan asal Oceaniadan ASEAN.
360
Sumber: UNWTO dan PES, 2011
Grafik 1-54 Sebaran Outbound Wisman ke IndonesiaTahun 2010
Rata-rata lama tinggal wisatawan wisman Australia adalah 10 hari, sedangkanMalaysia dan Singapura masih di bawah 7 hari. Wisatawan yang tinggal lebihdari 10 hari berasal dari Eropa dan Amerika. Upaya-upaya peningkatan lamatinggal bagi wisman asal Australia, Malaysia, dan Singapura perlu ditingkatkan.
Jumlah wisman memiliki jumlah yang beragam pada setiap periode. Periodedibagi dua, yaitu periode sepi (low season) dan periode ramai (high season).Periode sepi terjadi pada bulan Januari-April, dan periode ramai terjadi padabulan Mei-Desember. Dengan dua jenis periode pada bulan-bulan tersebut,maka diperlukan langkah-langkah yang berbeda dalam menghadapi setiapperiode. Pada periode sepi, perlu dilakukan promosi untuk mengundangwisatawan lebih banyak lagi. Pada periode ramai, perlu dilakukan peningkatanpelayanan untuk mengoptimalkan pendapatan dari aspek pariwisata.
362
Wisman ke Indonesia dihitung dari negara tempat tinggal wisatawan tersebut(country of residence). Pada tahun 2010, sebesar 61,56% wisman keIndonesia berasal dari 5 pasar utama, yaitu Singapura dengan 1.373.126orang (19,61%), Malaysia dengan 1.277.476 orang (18,24%), Australia dengan771.792 orang (11,02%), China dengan 469.365 orang (6,70%), dan Jepangdengan 418.971 orang (5,98%). Sebanyak 2.692.214 orang atau 38,44%wisman ke Indonesia sisanya berasal dari negara-negara lain.
Sumber: UNWTO, 2011
Bagan 1-16 Konsentrasi Wisman Indonesia Tahun 2010
Dengan nilai CR5 lebih dari 50%, konsentrasi ini termasuk ke dalam kategorimenengah sehingga diperlukan strategi untuk menurunkan konsentrasi CR5ini. Dengan CR5 kategori menengah, pariwisata Indonesia masih bergantungkepada lima pasar utama. Hal ini kurang baik, karena jika terjadi sesuatudi lima negara tersebut akan membuat jumlah penduduk yang akan berwisataberkurang sehingga wisman Indonesia berkurang. Menurunnya wisman darilima negara tersebut, akan memberikan dampak yang signifikan terhadappariwisata Indonesia. Maka dari itu, diperlukan berbagai strategi untukmenaikkan jumlah wisman dari negara lain, seperti penempatan VITO ataufasilitas visa on arrivaldi negara-negara di luar 5 pasar utama wisman.
363
B. Potensi Pasar Ekonomi Kreatif Global
Pangsa pasar produk dan jasa ekonomi kreatif global tahun 2008 senilaiUS$588.635 juta. Total ekspor Indonesia di tahun yang sama sekitarUS$ 11.872 juta. Indonesia menguasai 2,02% pangsa pasar produk dan jasaekonomi kreatif global. Potensi pasar ekonomi kreatif global masih cukupbesar untuk diraih.
Tabel 1-28 Negara Importir Global dan Tujuan Ekspor Indonesia (US$ juta)
Negara Importir (2008) Ekspor Indonesia (2010)
Ranking Negara Importir Nilai Ranking Tujuan Ekspor Nilai
1 Amerika Serikat 91.849 1 Amerika Serikat 4.488,2 2 Jerman 55.282 2 Jerman 809,7 3 Belanda 33.795 3 Inggris 749,6 4 Inggris 32.880 4 Jepang 734,1 5 Hong Kong 29.613 5 Belanda 465,2 6 Perancis 26.462 6 Belgia 439,0 7 Kanada 21.176 7 Perancis 393,3 8 Jepang 19.727 8 Italia 334,9 9 Irlandia 19.313 9 Singapura 279,4
10 Italia 19.233 10 Australia 247,0
Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD
Sepuluh besar Negara importir produk dan jasa kreatif dunia, tidak berbedajauh dengan sepuluh negara tujuan ekspor produk dan jasa kreatif Indonesia.Amerika Serikat merupakan negara importir produk dan jasa kreatif terbesardunia, dan juga negara tujuan ekspor Indonesia terbesar.
Tiga negara yang masuk ke dalam 10 besar negara importir utama, belummenjadi tujuan ekspor produk dan jasa kreatif Indonesia. Ketiga negara iniadalah Hong Kong, Kanada, dan Irlandia. Indonesia perlu mengupayakanpeningkatan ekspor kreatif di 3 negara importir besar tersebut, dengan tetapmempertahankan dan meningkatkan penetrasi pasar di 10 tujuan utama.
364
Subsektor Kreatif Impor
Seluruh Industri 420.783
Barang Kerajinan 29.272
Audio Visuals 699
Desain 248.358
New Media 36.361
Seni Pertunjukan 28.022
Penerbitan 49.107
Visual Arts 28.964
Sumber: Creative Economy Report 2010, UNCTAD
Produk dan jasa kreatif desain merupakan yang terbesar diperdagangkandi pasar global. Nilai impor subsektor desain sebesar US$ 248,36 miliar atau59,02% di tahun 2008. Di lain pihak, melihat jumlah usaha dan tenagakerjanya, subsektor desain Indonesia merupakan salah satu sektor potensialuntuk melayani pasar global. Subsektor yang memberikan kontribusi terendahpada perdagangan produk dan jasa kreatif dunia adalah audio visual dengankontribusi impor sebesar US$ 699 juta atau 0,16%.
Pada dasarnya, pertumbuhan industri kreatif didorong oleh kapitalisasi kreativitasdan inovasi dalam menghasilkan produk atau jasa dengan kandungan kreatif.Indonesia memiliki kapitalisasi kreativitas dan inovasi yang tinggi. Industrikreatif Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perannyadi pasar global.
1.2.1.2 POTENSI PASAR DALAM NEGERI
A. Potensi Populasi Penduduk Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk keempat terbesardi dunia dengan populasi total sebesar 245.613.043 jiwa (3,41% dari totalpenduduk dunia)13. Sebaran populasi Indonesia tersebut terbagi rata antarapopulasi perempuan dan laki-laki di segala kategori umur.
13Data World Bank, 2010
Tabel 1-29 Nilai Impor dan Ekspor Perdagangan Barang Kreatif Dunia 2008(US$ juta)
365
Sumber: Data Kependudukan BPS, 2010
Grafik 1-55 Demografi Penduduk Indonesia
Golongan usia produktif didefinisikan pada rentang 15 tahun sampai dengan54 tahun atau terdapat 60% populasi usia produktif dari total populasipenduduk Indonesia. Tingginya populasi pada umur produktif diharapkanmenjadi peluang besar sebagai salah satu penyerapan tenaga kerja dalamrangka memajukan kepariwisataan dan industri kreatif Indonesia.
Di Pulau Jawa, jumlah pemuda yang bekerja paling banyak ditemukan diJawa Timur. Sedangkan untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)paling besar ditemukan di DKI Jakarta (71,71% pada tahun 2008).
Di Pulau Sumatera, jumlah pemuda yang bekerja paling banyak ditemukandi Sumatera Utara. Sedangkan untuk TPAK paling besar ditemukan di Bangka-Belitung (66,26% pada tahun 2007) dan Kepulauan Riau (71,73% pada tahun2008). Mendorong partisipasi pemuda di berbagai segmen masyarakatmerupakan langkah penting untuk memastikan pertumbuhan dan kelangsunganperekonomian negara.
366
Tabel 1-30 Partisipasi Kerja Pemuda di Daerah-daerah
TPAK (%) Pekerja >15 Tahun
Jumlah Pekerja
Pemuda
Provinsi
Tahun Tahun Tahun
2007 2008 2007 2008 2007 2008
Sum
ate
ra
Nanggroe Aceh
D l53,08 54,44 1.570.761 1.621.998 833.760 883.016
Sumatera Utara (1) 62,3 63,85 5.082.797 5.540.263 3.166.583 3.537.458
Sumatera Barat 59,46 56,84 1.889.406 1.956.378 1.123.441 1.112.005
Riau 57,32 57,22 1.907.946 2.055.863 1.093.635 1.176.365
Jambi 60,78 60.7 1.146.861 1.224.483 697.062 743.261
Sumatera Selatan (3) 63,66 65,31 3.057.518 3.191.355 1.946.416 2.084.274
Bengkulu 61,63 61,6 767.107 770.642 472.768 474.715
Lampung (2) 65 61,62 3.281.351 3.313.553 2.132.878 2.041.811
Bangka-Belitung 66,26 63,19 475.006 492.949 314.739 311.494
Kepulauan Riau 64,5 71,73 535.797 612.667 345.589 439.466
Jaw
a
DKI Jakarta 66,32 71,71 3.842.944 4.191.966 2.548.640 3.006.059
Jawa Barat (3) 59,44 61,22 15.853.822 16.480.395 9.423.512 10.089.298
Jawa Tengah (2) 64,82 62,63 16.304.058 15.463.658 10.568.290 9.684.889
DI Yogyakarta 59,29 61,42 1.774.245 1.892.205 1.051.950 1.162.192
Jawa Timur (1) 62,4 64,36 18.751.421 18.882.277 11.700.887 12.152.633
Banten 59,67 64,05 3.383.661 3.668.895 2.019.031 2.349.927
S b D K d d k BPS 2010
Sumber: Data Kependudukan BPS, 2010
B. Potensi Ekonomi di Daerah
Indonesia merupakan pasar yang besar yang didukung oleh peningkatan nilaiPDRB daerah yang relatif tinggi. Berdasarkan data PDRB tahun 2010,provinsidengan nilai PDRB berdasarkan harga berlaku berada pada kisaranRp 450-900 triliun adalah provinsi Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.Provinsi lain yang memiliki PDRB yang relatif tinggi adalah provinsi SumatraUtara, Riau, Jawa Tengah, serta Kalimantan Timur dengan nilai PDRB secaraberturut-turut: Rp 275,5 triliun; Rp 342,6 triliun; Rp 444 triliun; dan Rp 321triliun.
Tingkat PDRB suatu wilayah tertentu erat kaitannya dengan daya belimasyarakat di wilayah tersebut, yang akhirnya akan berpengaruh terhadappola konsumsi masyarakat terhadap sektor pariwisata. Daya beli masyarakatdi suatu wilayah dapat diindikasikan dari pendapatan per kapita masyarakatyang dipengaruhi oleh PDRB serta jumlah penduduk di wilayah tersebut.Semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk di suatu wilayah, makasemakin besar kebutuhannya untuk melakukan kegiatan wisata.
367
Sumber: BPS, diolah
Bagan 1-17 Distribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto
Pendapatan perkapita Indonesia sejak 2004 hingga 2010 mengalamipeningkatan, dari US$ 1.187,74 menjadi US$ 2.974,03. Konsumsi produkdan jasa industri kreatif di dalam negeri, tidak termasuk subsektor penelitiandan pengembangan, juga selalu meningkat pada periode yang sama.Tahun 2004 konsumsi yang mencapai Rp 126,7 triliun meningkat menjadiRp 349,4 triliun di tahun 2010.
Sumber: BPS dan Kemenparekraf
Grafik 1-56 Konsumsi Produk dan Jasa Industri Kreatif di Dalam Negeri(Rp miliar)
368
1.2.1.3 POTENSI EKSPANSI PASAR MELALUI MEDIA ONLINE
A. Penetrasi Internet
Perkembangan ekonomi digital tidak dapat dilepaskan dari kondisi penetrasiinternet, penetrasi mobile, infrastruktur pendukung, budaya digital masyarakat,dan lain-lain. Dalam aspek-aspek tersebut, kondisi Indonesia semakin baikdan hal ini akan sangat membantu perkembangan pariwisata dan ekonomikreatif Indonesia. Internet saat ini semakin banyak dimanfaatkan oleh orang-orang di seluruh dunia dan telah bergeser menjadi media informasi utamamenggantikan media seperti televisi dan radio. Internet harus digunakansebaik-baiknya untuk melakukan penyebaran informasi, komunikasi danmelahirkan model-model bisnis baru yang dapat menyokong kemajuanpariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.
Selama satu dekade terakhir, pertumbuhan penetrasi internet di Indonesiasangat signifikan. Dalam tempo 6 tahun antara 2004-2009 misalnya, penggunainternet meningkat 167%.
Sumber: APJII and Synovate Analysis
Grafik 1-57 Penetrasi Internet Indonesia
369
Pengguna internet di Indonesia merupakan pasar yang besar bagi situs-situsglobal. Situs internet yang paling sering diakses oleh para pengguna internetdi Indonesia di bulan April 2012, diantaranya adalah Facebook dan Google.
Tabel 1-31 Situs Teratas Indonesia April 2012
Peringkat Nama Situs 1 facebook.com 2 google.co.id 3 google.com 4 blogspot.com 5 yahoo.com 6 youtube.com 7 kaskus.us 8 wordpress.com 9 detik.com
10 twitter.com
Sumber: Alexa, April 2012
B. Penetrasi Mobile
Penetrasi mobile di Indonesia juga tumbuh dengan sangat cepat. Hal iniditopang antara lain dengan pemanfaatanmobile banking, trading, moneytransferring, mobile commerce, dan internet browsing. Bahkan Indonesiadiprediksikan menjadi pasar mobile terbesar ketiga di Asia setelah Chinadan India. Faktor lain yang mendorong penetrasi mobile di Indonesia adalahperangkat handset yang semakin murah sehingga pengguna mobileIndonesia terus bertambah, dari 11,7 juta pelanggan (subscribers) di 2002,menjadi 81,9 juta di 2007.
Indonesia diperkirakan memiliki setidaknya 246,1 juta subscribers di tahun2011 dengan tingkat penetrasi 97,8%. Bahkan pada tahun 2013 diprediksi,penetrasi pasar akan mencapai 172,3% sehingga membuat Indonesiamenjadi pasar keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan AmerikaSerikat.
370
Sumber: Wireless Intelligence
Grafik 1-58 Sepuluh Pasar Mobile Terbesar di Asia Pasifik
Menurut data International Telecommunication Union(ITU), pada tahun 2009penetrasi telepon Indonesia mencapai 84,02 telepon per 100 pendudukdengan populasi lebih dari 229 juta penduduk. Teledensitas Indonesia padaperiode 2007-2009 meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 24,39%per tahun. Dalam periode tersebut, peningkatan teledensitas selular lebihpesat dengan rata-rata pertumbuhan 24,77% dibandingkan dengan telepontetap dengan rata-rata pertumbuhan 22,54%.Teledensitas tersebut diukurberdasarkan data administratif operator telekomunikasi yang memperolehizin penyelenggaraan telepon tetap dan selular.
371
Sumber: International Telecommunication Union, 2008
Grafik 1-59 Perkembangan Teledensitas Indonesia
1.2.1.4 POTENSI PRODUKSI DALAM NEGERI
Potensi produksi kepariwisataan dan ekonomi kreatif di Indonesia mencakuppotensi sumber daya alam yang kaya akan keragaman spesies, serta letakdan bentuk geografis yang menjadi daya tarik pariwisata dan sumber dayauntuk industri kreatif. Aspek seni, sosial, budaya serta dinamika kependudukanIndonesia juga merupakan potensi produksi untuk kepariwisataan dan ekonomikreatif yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
A. Potensi Sumber Daya Alam
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak disekitar garis khatulistiwa, menjadikan negara ini memiliki iklim tropis yangtepat bagi berkembangnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Hal inilahyang menjadikan sumber daya alam Indonesia terkenal di dunia. Indonesiamemiliki 121 spesies kupu-kupu, 35 spesies primata, 12% mamalia di dunia,16% reptil dan amphibi di dunia, 17% burung di dunia, dan 60-70% floraendemik di papua. Karenanya, Indonesia dikenal sebagai negara biodiversity.
372
World Economic Forum menempatkan Indonesia di peringkat 17 dari 139negara untuk daya saing sumber daya alam.
B. Potensi Seni, Sosial, dan Budaya Indonesia
6. Kekayaan Seni Budaya
Penduduk Indonesia terdiri dari 300 ragam suku dan etnis, dengan 742bahasa dan dialek yang berbeda, Indonesia juga memiliki 8 World CulturalHeritage Sites yang diakui oleh UNESCO. WEF memberi Indonesia peringkat39 cutural heritage dari 139 negara.
Seni tari Indonesia melebihi 100 jenis. Wayang yangmenjadi ciri khas, memilikiragam jenis seperti wayang kulit, wayang golek, wayang orang, dan sebagainya.Beragam aliran musik tradisional, seperti keroncong dan dangdut ada diIndonesia. Beragam alat musik khas daerah, seperti gamelan, kulintang,kecapi, dan angklung, banyak ditemukan di Indonesia.
Kuliner Indonesia terkenal menggunakan berbagai bahan rempah dan memilikicita rasa yang kuat dan khas, seperti sate, nasi goreng, bakso, sambal, soto,rendang, gudeg, dan sebagainya. Sastra tertua di Indonesia seperti puisi,novel, sajak, pantun, hikayat, dan gurindam sudah ada sejak jaman kerajaan.Konten dan kearifan lokal ini merupakan potensi nasional untuk meningkatkankeunggulan kompetitif.
7. Keragaman dan Toleransi
Masyarakat Indonesia sendiri relatif memiliki adaptabilitas dan tingkatketerbukaan yang cukup baik untuk pengenalan budaya maupun produk-produk baru. Potret keragaman budaya di dalam negeri menjadi pemicuutama. Interaksi antar kebudayaan yang dijalin tidak hanya meliputi antarkelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradabanyang ada di dunia. Singgungan-singgungan peradaban yang selama inidirasakan pada dasarnya telah membangun daya elastisitas bangsaIndonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Toleransi ini merupakanmodal dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang lebihbaik.
8. Seni, Sosial, dan Budaya untuk Keunggulan Kompetitif
Pemanfaatan potensi kebudayaan lokal pada produk dan jasa pariwisata danekonomi kreatif dapat berperan besar untuk menciptakan keunggulankompetitifnya. Beberapa potensi kebudayaan lokal Indonesia sudahdimanfaatkan untuk mendukung keunggulan kompetitif. Beberapa contohnyaadalah:
373
1. Penerimaan dan pengakuan budaya Indonesia sebagai kebudayaan yangpenuh estetika dan unik.Salah satu yang fenomena adalah penggunaanbatik oleh Dries Van Noten pada Paris Fashion Show 2010. Yang terbaruadalah penggunaan tenun ikat oleh Burberry pada Burberrry ProrsumSpring 2012.
2. Masyarakat Indonesia yang kuat dalam budaya jejaring sosial, telahdilirik oleh beberapa pengembangan digital global, seperti pengakuisisianKoprol oleh Yahoo, sebuah aplikasi social media untuk mengidentifikasikeberadaan seseorang.
C. Potensi Kreativitas Pemuda
Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya manusia terbesarkeempat dunia. Potensi tersebut dapat dikembangkan untuk memajukankepariwisataan maupun ekonomi kreatif Indonesia.
Literasi digital usia muda yang tinggi, seperti pemanfaatan internet, jaringanmobile, komputer dan teknologi digital lainnya, berdampak pada dua sisi,yaitu permintaan dan penawaran/produksi. Di sisi permintaan, pengetahuantentang berbagai jenis produk dan layanan di seluruh dunia menyebabkanpreferensi terhadap kualitas dan jumlah produk layanan baru semakin tinggi.
Di sisi penawaran, kelompok pemuda pula yang mampu melayani preferensiyang semakin meningkat karena kelompok pemuda yang paling memahamidemand kelompoknya. Maka lahirlah model-model bisnis baru, produk-produkdan layanan-layanan baru karya para pemuda.
Kelompok pemuda juga merupakan motor-motor penggerak di berbagaikomunitas. Komunitas yang biasanya terbentuk karena kesamaan visi, hobidan lain-lain, merupakan modal penting dalam pengembangan ekonomikreatif. Sifatnya yang cair membuat komunitas merupakan tempat pertukaranide, pengetahuan, dan pengalaman. Akumulasi ide, kreativitas, pengetahuanterjadi di komunitas, sehingga dari komunitas ini pula sering lahir cikal bakalbisnis baru, atau setidaknya sebagai tempat untuk mengembangkan diri.Beberapa komunitas kreatif yang terdapat di Indonesia antara lain MasyarakatKomik Indonesia (MKI), Gantibaju.com, Komunitas Blogger, Komunitas Hong,Panas Dalam Institute, Ayofoto.com, dan masih banyak lagi.
1.2.2 PERMASALAHAN EKSTERNAL DAN INTERNAL KEPARIWISATAAN DAN
EKONOMI KREATIF
Indonesia memiliki sejumlah permasalahan yang harus diatasi untukmeningkatkan kualitas pariwisata dan ekonomi kreatif. Permasalahan yang
374
dialami sektor pariwisata antara lain dalam hal infrastruktur, pengembangandestinasi, perluasan pasar wisata di dalam dan luar negeri, kelembagaan,dan sumber daya manusia. Sementara permasalahan yang dialami olehsektor industri kreatif adalah dalam hal pengembangan industri kreatif, iklimusaha, perluasan pasar produk kreatif, teknologi dan konten, sumber dayabaik alam maupun manusia, dan akses pembiayaan bagi pelaku ekonomikreatif.
1.2.2.1 Permasalahan Utama Kepariwisataan Indonesia
Pengembangan kepariwisataan masih mengalami kendala, khususnya terkaitdengan pengembangan industri, pengembangan destinasi wisata, perluasandan penetrasi pasar wisata di dalam dan luar negeri, penguatan kelembagaandan investasi kepariwisataan, serta pengembangan sumber dayakepariwisataan.
A. Pengembangan Industri Kepariwisataan Indonesia Belum Optimal
Dalam pengembangan industri kepariwisataan di Indonesia, terdapat beberapamasalah utama yang harus dihadapi, antara lain: kurangnya sarana danprasarana yang berkaitan dengan kepariwisataan, rendahnya kuantitas SDMpariwisata dan kesadaran masyarakat setempat, rendahnya kesiapan teknologikomunikasi dan informasi, kebijakan dan peraturan kepariwisataan tidakterintegrasi, dan rendahnya nilai investasi kepariwisataan.
1. Ketersediaan Prasarana dan Fasilitas Belum Memadai
Permasalahan prasarana umum dapat menghambat pengembangan industrikepariwisataan Indonesia, misalnya moda transportasi masih sedikit, biayatransportasi mahal, serta jadwal transportasi yang tidak teratur. Jumlah hubtransportasi di darat, air, udara masih rendah sehingga wisatawan sulitmengakses destinasi-destinasi wisata.
Beberapa fasilitas umum yang diidentifikasi kurang memadai untuk menunjangpariwisata antara lain: rendahnya keberadaan rumah sakit, pembangkit listrikdan instalasi air bersih. Selain fasilitas umum, perlu diperhatikan fasilitasyang berkaitan langsung dengan pariwisata. Permasalahan fasilitas pariwisataditunjukkan dengan rendahnya kuantitas dan kualitas hotel, restoran, danjasa perjalanan wisata di sekitar destinasi wisata. Rendahnya akses wisatawandalam memanfaatkan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata turut memengaruhidaya saing destinasi wisata.
375
2. Rendahnya Kesiapan Teknologi Komunikasi dan Informasi
Teknologi merupakan salah satu platform sumber informasi bagi wisatawanuntuk mengetahui objek wisata Indonesia, serta membantu wisatawan selamaperjalanan wisata. Teknologi komunikasi dan informasi penting dimanfaatkanuntuk memajukan industri kepariwisataan dengan integrasi informasi melaluipemesanan agen perjalanan, hotel, dan transportasi secara online. Penggunaanteknologi komunikasi dan informasi di Indonesia masih jauh tertinggaldibandingkan negara-negara lain di dunia14 ditandai dengan:
a) Rendahnya ketersediaan vendor untuk teknologi komunikasi dan informasiakibat sulitnya menembus birokrasi pemerintah;
b) Rendahnya kebijakan pemerintah dalam menghadapi perkembanganteknologi, ditunjukkan dengan tingkat pembajakan software tinggi;
c) Rendahnya ketersediaan infrastruktur teknologi (misalnya: penangkapansinyal);
d) Rendahnya kesiapan SDM dalam menghadapi perkembangan teknologi,ditunjukkan dengan tingkat buta huruf tinggi;
e) Rendahnya kesiapan bisnis dalam menghadapi perkembangan teknologi,ditunjukkan dengan rendahnya instalasi telefon bisnis;
f) Rendahnya prioritas dalam mengembangkan kebijakan terkait teknologiinformasi dan komunikasi;
g) Belum meratanya penggunaan internet di seluruh daerah Indonesia;
h) Rendahnya penggunaan teknologi pada tingkat bisnis untuk melakukaninovasi;
i) Rendahnya penggunaan teknologi pada perwakilan pemerintah untukpeningkatan efisiensi kerja.
3. Kebijakan dan Peraturan Kepariwisataan Belum Terintegrasi denganBaik
Kerangka regulasi pariwisata berupa kebijakan dan peraturan merupakansuatu yang penting dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Kebijakandan peraturan mengenai pariwisata yang tidak harmonis menyebabkan iklimusaha yang tidak kondusif dan merugikan masyarakat luas. Oleh karena itu,aparatur pemerintah perlu memiliki konsep perencanaan yang diikuti denganevaluasi untuk setiap milestone pengembangan pariwisata yang dilakukan.
13 The Global Information Technology Report. 2011. Word Economic Forum.Indonesia memilikiskor 3,9 (maksimal skor 7,0) dan berada dalam peringkat 53 (dari 138 negara).
376
4. Rendahnya Nilai dan Pemanfaatan Investasi
Krisis multidimensi secara global memiliki peran dalam pengurangan nilaiinvestasi asing di Indonesia. Dengan rendahnya investasi asing, pemerintahperlu mengoptimalkan investasi pariwisata yang bersumber dari APBN danAPBD. Selain rendahnya nilai investasi, pemanfaatan investasi di setiapdaerah perlu diarahkan sesuai arahan pengembangan pariwisata nasionalkhususnya untuk pengembangan transportasi dan pembangunan akomodasi.
B. Pengembangan Destinasi Wisata Belum Optimal
Dalam pengembangan destinasi wisata, terdapat beberapa masalah utamayang harus dihadapi, yaitu perubahan iklim dan bencana alam, ketidaksiapanmasyarakat pada daerah yang menjadi destinasi wisata, ketidaksiapan sarana,prasarana, dan infrastruktur destinasi, dan rendahnya nilai, jumlah danpertumbuhan investasi, serta iklim usaha yang tidak kondusif.
1. Perubahan Iklim dan Bencana Alam Di Indonesia
Isu perubahan iklim telah menjadi isu di seluruh dunia. Perubahan iklim inidisebabkan oleh tindakan merusak yang dilakukan manusia, sepertipenebangan pohon secara sembarangan, pengerukan gunung, dan tidakdirawatnya daerah tepi pantai. Perubahan iklim ini berdampak kepada berbagaibencana alam yang terjadi di berbagai wilayah, seperti banjir, kebakaranhutan, kemarau panjang, gempa bumi, gunung meletus, dan sebagainya.
Isu perubahan iklim ini juga berdampak kepada pemilihan destinasi wisataoleh wisatawan dunia. Wisatawan menjadi lebih berhati-hati dalam menentukantujuan wisata ke daerah yang sering terkena bencana alam. Dengan berbagaibencana alam yang sering terjadi di Indonesia, seperti seperti banjir akibatcurah hujan yang berlebihan, gunung meletus, gempa bumi, kebakaranhutan dan sebagainya, membuat wisatawan lebih berhati-hati dalammenentukan tujuan wisatanya ke Indonesia. Hal ini akan berakibat kepadajumlah wisman yang datang ke Indonesia menjadi berkurang.
Objek wisata lingkungan di Indonesia tidak luput dari kerusakan yang diakibatkanoleh perubahan iklim dan bencana alam. Hal ini juga akan membuat citraIndonesia di mata wisatawan internasional menjadi kurang baik, serta diperlukansumber daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Maka dari itu,diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal ini, seperti penyadaranmasyarakat terhadap lingkungan, pemberian sanksi bagi perusahaan yangmerusak lingkungan, menyusun strategi tanggap bencana lingkungan padaberbagai objek wisata, dan pembangunan citra Indonesia sebagai negarayang bebas bencana alam.
377
2. Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Destinasi Indonesia BelumOptimal
Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisataIndonesia, namun tidak diimbangi oleh kesiapan masyakat sekitar. Hal iniakan berakibat pada kurang terawatnya destinasi wisata, kurang profesionalnyapengelolaan destinasi wisata, serta eksploitasi berlebihan dari destinasi wisata.
Untuk mencegah timbulnya masalah tersebut, diperlukan pemberdayaanmasyarakat di daerah destinasi wisata Indonesia. Pemberdayaan tersebutdapat dilakukan dengan menanamkan nilai dan tujuan pariwisata Indonesiadan memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan. Hal ini dilakukanagar masyarakat dapat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai daerahdestinasi Indonesia dengan bertanggung jawab, serta turut memajukanpariwisata Indonesia.
3. Ketersediaan dan Konektivitas Infrastruktur Destinasi Indonesia
Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan kesulitan dalam mencapailokasi destinasi wisata merupakan masalah akibat tidak tersedianya infrastrukturyang baik. Akibat masalah infrastruktur ini, dapat menimbulkan masalah lain,yaitu ketidaksiapan sarana dan prasarana destinasi, keamanan, kebersihan,ketertiban destinasi, keterbatasan aksesibilitas, dan hambatan konektivitas,yang membuat jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia belum optimal.
Kenyamanan wisatawan dengan melengkapi sarana, prasarana, dan fasilitasumum yang aman, bersih, dan tertib merupakan hal dasar yang perlu disiapkanoleh setiap pengelola objek wisata di daerah destinasi wisata. Citra destinasiwisata Indonesia pun akan semakin baik. Keterbatasan akses menuju dayatarik wisata prioritas seperti Danau Toba, Raja Ampat, dan Pulau Komodoperlu dikembangkan dengan menambahkan sarana transportasi yang mudahdijangkau dari daerah asal wisatawan.
4. Ketersediaan Investasi Pengembangan Destinasi Indonesia
Pertumbuhan investasi kepariwisataan terus menurun sejak tahun 2008 hingga2010. Hal ini dapat disebabkan oleh iklim usaha yang kurang kondusif. Halini perlu ditangani dengan berbagai langkah misalnya dengan membuatkebijakan yang mempermudah proses investasi dengan tetap memperhatikandaerah destinasi disertai pengawasan kepada proses investasi ini.
378
C. Kurangnya Perluasan dan Penetrasi Pasar Wisata di Dalam danLuar Negeri
Dalam perluasan dan penetrasi pasar wisata di dalam dan luar negeri,terdapat beberapa masalah utama, yaitu terbatasnya sistem informasikepariwisataan, strategi perluasan dan penetrasi pasar wisata yang belummatang, dan kurangnya sarana promosi parwisata.
1. Ketersediaan Sistem Informasi Kepariwisataan yang Belum Memadai
Pemanfaatan sistem informasi kepariwisataan dalam mempromosikanpariwisata sepanjang hari belum terlaksana secara optimal. Hal ini disebabkanoleh sarana internet, telepon, dan broadband yang belum tersedia di beberapadestinasi wisata. Selain itu, sistem informasi juga masih tidak terpadu daninformasi yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Sulitnyamengakses informasi ini membuat perluasan dan penetrasi pasar wisatabelum optimal.
Berdasarkan kebutuhan dunia untuk menerima informasi dari teknologi digi-tal, Indonesia masih belum memenuhi standar untuk kesiapan teknologiinformasi15. Hal ini ditandai dengan: Ketersediaan teknologi maju dan terbaruyang dapat dijangkau masyarakat luas masih rendah; Penyerapan teknologidi perusahaan besar masih rendah; Hukum yang mengatur ICT (teknologiinformasi dan komunikasi) untuk bisnis e-commerce, digital signature, danperlindungan konsumen dianggap kurang lengkap; Transfer teknologi danketersediaan FDI untuk mengakses teknologi masih kurang merata; Jumlahpelanggan telepon selular masih rendah; Jumlah pengguna internet masihrendah; Jumlah kepemilikan komputer masih rendah; serta Jumlah pelangganinternet broadband masih rendah.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dapat menjadipeluang yang baik dalam kegiatan pemasaran pariwisata dan penanamancitra Indonesia, jika disertai dukungan infrastruktur dan strategi yang tepat.Berbagai kegiatan tersebut dapat dilakukan secara online dan real-time,sehingga kegiatan pemasaran akan lebih efektif dan distribusi informasi akantercapai.
15 Global Competitiveness Index. 2011. World Economic Forum. Pada tahun 2010, Indonesiamemiliki skor 3,2 dari skor maksimal 7 serta berada di peringkat 88 dari 139 negara padapilar ke-9 Kesiapan Teknologi Informasi.
379
2. Lemahnya Strategi Perluasan dan Penetrasi Pasar Wisata
Potensi pasar wisata di dalam dan luar negeri belum dioptimalkan, ditandaioleh lebih dari 50% wisnus berasal dari pulau Jawa dan jumlah objek wisatayang dipromosikan masih berlokasi di sekitar pulau Jawa. Jumlah wismanIndonesia dari Eropa, yang memiliki total pengeluaran pariwisata terbesar,berjumlah sekitar 1%. Tidak meratanya asal wisnus maupun wismanmembuktikan bahwa masih diperlukan strategi perluasan yang tepat untukmemaksimalkan pasar wisata Indonesia di dalam maupun luar negeri.
Strategi perluasan dan penetrasi pasar wisata dapat dilakukan denganpengembangan destinasi di wilayah selain Pulau Jawa. Hal ini akan mendorongminat wisatawan di wilayah sekitar untuk berwisata, sekaligus mengembangkanbeberapa destinasi baru. Selain itu, daerah wisata yang telah dikembangkanperlu untuk melakukan promosi sehingga informasi mengenai daerah wisatatersebut mudah diakses oleh calon wisatawan.
3. Kurangnya Ketersediaan Sarana Promosi Pariwisata
Kurangnya sarana promosi pariwisata yang ditunjukkan oleh rendahnyainfrastruktur promosi dan media-media yang dapat diakses oleh masyarakatluas mengenai pariwisata Indonesia.Untuk mengoptimalkan promosi, diperlukankomitmen yang kuat untuk terus memperbarui promosi dengan berbagaiinformasi yang menarik dan mudah diakses oleh calon wisatawan dan dapatmemanfaatkan kantor VITO16 di beberapa negara. Pada era digital saat ini,seluruh informasi pariwisata diharapkan dapat diakses melalui teknologiinformasi digital. Hal ini dapat mendorong pemerintah dalam melakukanpemberdayaan pelaku usaha wisata. Dalam menyediakan sarana promosipariwisata, perlu didefinisikan metode pemasaran dan infrastruktur pemasaranyang sesuai sehingga mampu menarik wisatawan pada masa peak seasonmaupun low season.
D. Lemahnya Kelembagaan dan Investasi Kepariwisataan
Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya, meliputiKemenparekraf, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Permasalahanyang timbul pada kelembagaan kepariwisataan adalah koordinasi yang lemahantara antar pemerintah pusat mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan
16 Kantor VITO (Visit Indonesia Tourism Office) merupakan kantor-kantor yang bekerja samadengan KBRI dan ditunjuk untuk mempromosikan pariwisata di 12 kota internasional: Sydney(Australia), Beijing dan Guang Zhou (China), Paris (Prancis), München (Jerman), New Delhi(India), Tokyo (Jepang), Kuala Lumpur (Malaysia), Dubai, Amsterdumberam (Belanda), Mos-cow (Rusia), Singapura
380
kebijakan yang tidak sinkron dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatankedatangan wisman pasar Eropa tidak diikuti dengan kebijakan imigrasiuntuk memudahkan perolehan visa Indonesia oleh warga negara Eropa.
Lemahnya koordinasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerahmenyebabkan kurang optimalnya pembangunan wisata di daerah. Lemahnyakoordinasi juga dapat terjadi antara pemerintah dengan sektor swasta, danSDM masyarakat setempat mencakup mekanisme operasional pengembanganpariwisata. Kelembagaan pariwisata antara pemerintah pusat, pemerintahdaerah, sektor swasta maupun masyarakat perlu bekerja secaraberkesinambungan guna menghasilkan perubahan, inovasi dan pencapaiantujuan di sektor kepariwisataan.
Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangkamengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkaninvestasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral,pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalampembangunan infrastruktur kepariwisataan.
E. Rendahnya Kualitas SDM Pariwisata dan Kesiapan Masyarakat
Sumber Daya Manusia Pariwisata (SDM Pariwisata)17 adalah tenaga kerjayang pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatanKepariwisataan. SDM dibedakan menjadi SDM pariwisata di lingkunganpemerintahan, atau disebut SDM aparatur, dan SDM pariwisata di lingkunganusaha, atau disebut SDM industri. Masyarakat yang dimaksud adalah penduduksetempat yang tinggal di suatu wilayah destinasi pariwisata.
SDM merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengembangan pariwisata.Pentingnya SDM disebabkan oleh karakteristik industri pariwisata. Karakteristikindustri pariwisata ditandai dengan produknya yang sebagian besar adalahjasa, industri yang dinamis, dan melibatkan orang dari berbagai negara. Olehkarena itu, jasa yang disediakan oleh SDM pariwisata harus dapat memenuhistandar internasional, dan dapat beradaptasi dengan dinamika pariwisata.
SDM aparatur masih perlu diberikan peningkatan kompetensi, baik peningkatankompetensi teknis, kompetensi generik, maupun jenjang strata pendidikan.Peningkatan ini dibutuhkan agar kapasitas SDM aparatur dalam menyediakanlayanan pariwisata, kebijakan pariwisata, pemasaran, dan pengembangandestinasi, dapat beradaptasi dengan kedinamisan industri pariwisata.
17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana IndukPembangunan Kepariwisataan NasionalTahun 2010–2025.
381
SDM industri masih bermasalah dalam hal kualitas kompetensi. Hal initercermin dari kurangnya SDM pariwisata yang tersertifikasi. Kondisi iniberdampak pada rendahnya profesionalisme pengelola objek wisata, kurangnyakualitas layanan usaha wisata, yang pada akhirnya dapat menurunkan citrapariwisata Indonesia. Dalam hal kuantitas, kapasitas penciptaan SDM pariwisataberkualitas perlu ditingkatkan. Pertumbuhan jumlah penciptaan SDM pariwisataberkualitas ini harus dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah wisatawan,baik mancanegara maupun Indonesia. Indikasi ketidakseimbangan ini terlihatdari kecilnya jumlah lulusan dan tingginya daya serap lulusan pendidikantinggi pariwisata binaan Kemenparekraf, berkisar 94%, dimana pendidikantinggi pariwisata ini merupakan barometer penciptaan SDM berkualitas.
Selain peningkatan kuantitas dan kualitas SDM, masyarakat di wilayah destinasipariwisata belum optimal mendukung kepariwisataan. Masyarakat belummemiliki perilaku sapta pesona, belum menjadi pelaku utama usaha pariwisatadi daerah setempat, dan belum cukup aktif dalam mendukung penciptaankeamanan, ketertiban, dan kebersihan lingkungan.
1.2.2.2 PERMASALAHAN UTAMA EKONOMI KREATIF INDONESIA
Pengembangan ekonomi kreatif, umumnya masih dihadapkan padapermasalahan terkait pengembangan industri, pengembangan konten, kreasi,dan teknologi kreatif, perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasakreatif, penguatan institusi, akses pemberdayaan pelaku, serta pengembangansumber daya.
A. Pengembangan Industri Kreatif Belum Optimal
Dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia, terdapat beberapa masalahutama yang harus dihadapi, yaitu daya tarik industri, posisi dominan usahakreatif, model bisnis industri kreatif, serta risiko usaha yang harus dihadapi.
1. Kurangnya Daya Tarik Industri
Rendahnya daya tarik industri kreatif dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaralain sulitnya akses pembiayaan oleh lembaga keuangan, rendahnya apresiasimasyarakat, kurangnya sarana dan prasarana, serta rendahnya dukungankebijakan pemerintah.
Modal atau pembiayaan selalu menjadi permasalahan utama dalammengembangkan industri kreatif. Selama ini, industri kreatif selalu dipandangsebagai industri yang berisiko tinggi karena banyaknya hasil produk kreatifyang sifatnya intangible.
382
Faktor lainnya yang mempengaruhi rendahnya daya tarik industri kreatifadalah rendahnya dukungan kebijakan pemerintah. Hal ini terlihat jelas padaindustri animasi di Indonesia dimana hasil animasi dalam negeri belum bisamendapatkan tempat pada waktu siaran utama (prime time) di stasiun televisinasional.
2. Keberadaan Posisi Dominan
Posisi dominan merupakan hal yang lumrah dalam struktur industri. Namunposisi dominan sangat rentan untuk disalahgunakan, sehingga membawadampak persaingan tidak sehat pada industri. Sub sektor penerbitan danpercetakan, televisi, film, merupakan contoh adanya posisi dominan padaindustri kreatif.
3. Belum ada Usaha Best Practice Untuk Industri Kreatif
Umumnya, model bisnis usaha-usaha kreatif di Indonesia belum sampaipada tingkat kematangan yang tinggi. Bahkan di beberapa subsektor, belumditemukan best practice. Kondisi ini antara lain disebabkan pesatnyaperkembangan teknologi serta kebijakan dan tata kelola industri yang belummatang.
4. Risiko Usaha Tinggi
Industri kreatif banyak menghasilkan produk kreatif yang sifatnya intangibledan sebagian memerlukan biaya tinggi pada prosesnya. Karenanya, industrikreatif selalu dipandang sebagai industri yang berisiko tinggi. Contohnya diindustri film, musik, dan permainan interaktif. Akibatnya mengimpor film lebihmenarik dibanding memproduksi sendiri.
B. Pengembangan Konten, Kreasi, dan Teknologi Kreatif Belum Optimal
Permasalahan utama dalam pengembangan teknologi dan konten, antaralain:
1. Infrastruktur Internet Belum Memadai
Sejak tahun 2004 sampai 2009 jumlah jaringan telepon kabel tidak mengalamipeningkatan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikannya 4%, sedangkanjaringan telepon nirkabel mengalami kenaikan yang cukup besar di tahun2008 sampai 2009, yaitu sebesar 41%.
383
Sumber: Indonesia ICT Whitepaper (2010)
Grafik 1-60 Jumlah Jaringan Telepon Kabel dan Nirkabel
Dengan peningkatan penerbitan izin multimedia rata-rata 2,8%, jumlahpelanggan Internet Service Provider (ISP) meningkat pada tahun 2009 namunsebarannya terkonsentrasi di pulau Jawa yaitu sebanyak 1,3 juta pelanggandari total pelanggan sebanyak 1,9 juta. Layanan internet Indonesia selainbelum tersebar merata di seluruh Indonesia bandwidth internet juga belummemadai, karena kecepatan koneksinya masih sangat terbatas.
2. Infrastruktur Gedung Pertunjukan Belum Memenuhi Standar
Gedung pertunjukan memiliki standar terkait suara/akustik, visual, luasan,pencahayaan, sampai kepada penyediaan jalur masuk khusus bagi penyandangcacat. Saat ini sulit menemukan gedung pertunjukan di dalam negeri, yangmemenuhi standar-standar yang baik.
3. Mahalnya Mesin Produksi
Mesin produksi di sektor industri kreatif sebagian besar sulit didapatkankarena mahalnya biaya pengadaan. Sebagai contoh, diperlukan gameengine untuk membuat permainan interaktif yang berkualitas. Namun
384
pengadaan ini tidak mudah, apalagi dengan kondisi industri permainan interaktifyang saat ini banyak dijalankan oleh UKM, komunitas, atau perorangan yanglemah dari segi pemodalan.
Di sektor film, sineas Indonesia masih sering menggunakan jasa post-production film di Thailand, hal ini disebabkan jasa post-production lebihhandal dari segi teknologi. Padahal dengan mengadakan laboratorium filmyang handal di Indonesia dapat menghemat biaya produksi.
4. Mahalnya Piranti Lunak Penghasil Produk dan Jasa Kreatif
Piranti lunak yang umum digunakan adalah Computer Aided Design (CAD)yang digunakan untuk melakukan melakukan sketsa desain 2D atau 3D.Namun, harganya tidak murah, padahal sangat dibutuhkan untuk membantuproses awal desain, sehingga dapat mengurangi potensi kesalahan yangmungkin timbul dalam proses desain. Saat ini, hal tersebut dapat diatasimelalui kerjasama dengan penerbit piranti lunak terkait untuk memberikanharga murah. Namun, bentuk kerjasama ini masih belum tersebar merata,terutama di daerah.
5. Kurangnya Riset Konten
Riset konten kreatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengembangkankonten yang lebih inovatif, terutama untuk konten bermuatan lokal Indonesiasehingga nilai seni budaya dapat menjadi sumber inspirasi pengembangankarya kreatif dan ciri khas dari karya kreatif. Kondisi sosial, budaya masyarakatIndonesia, seharusnya bisa menjadi potensi sumber ide yang tidak dapathabis. Hasil riset ini dapat menjadi ide cerita. Namun, riset seperti ini masihjarang dilakukan.
6. Kurangnya Aktivitas Pengarsipan Konten
Saat ini di Indonesia masih sangat kurang pusat-pusat atau sumber untukmendapatkan kajian atau penelitian baik mengenai karya kreatif maupun senidan budaya Indonesia. Hal ini subsektor seni pertunjukan tidak memilikidatabase naskah yang pernah diterbitkan, padahal penerbitan ini dapatmembantu pelaku seni pertunjukan untuk menciptakan karya.
Lemahnya pengarsipan konten ini karena belum didukung oleh lembagayang khusus melakukan pengarsipan konten. Lembaga ini seharusnya dapatmengumpulkan konten-konten dan mengelolanya sehingga mudah didapatkanoleh para pelaku kreatif.
385
C. Kurangnya Perluasan dan Penetrasi Pasar Bagi Produk dan JasaKreatif di Dalam dan Luar Negeri
Permasalahan utama yang dihadapi dalam perluasan dan penetrasi pasarproduk kreatif di dalam dan luar negeri, antara lain:
1. Kurangnya apresiasi terhadap kreativitas lokal
Apresiasi merupakan salah satu alasan konsumen menggunakan suatu produkdan jasa. Saat ini masyarakat relatif kurang memberikan apresiasi terhadapkarya kreatif lokal. Apresiasi yang tinggi justru diberikan pada produk-produkluar negeri. Kurangnya apresiasi dari masyarakat menghambat perluasandan penetrasi karya kreatif lokal di pasar dalam negeri. Kondisi ini dapatditemukan pada subsektor arsitektur, desain, seni pertunjukan, fesyen,periklanan, bahkan kuliner.
Kurangnya apresiasi tidak saja berasal dari masyarakat, tetapi juga dapatberasal pembuat kebijakan, misalnya, jasa arsitek dan jasa desainer interiorseringkali tidak dipisahkan dari jasa konstruksi padahal keduanya memilikisubstansi yang berbeda. Kondisi ini juga berdampak pada terhambatnyaperluasan dan penetrasi pasar industri kreatif.
2. Kurangnya konektivitas jalur distribusi nasional
Infrastruktur fisik yang menghubungkan seluruh wilayah Indonesia dalamaktivitas distribusi belum cukup baik. Kondisi ini menjadi kendala dalampenyebaran karya-karya kreatif ke berbagai pasar di dalam negeri, khususnyakarya-karya kreatif berwujud (tangible) seperti kerajinan, fesyen, desain,serta penerbitan dan percetakan.
3. Terkonsentrasinya pasar luar negeri
Amerika serikat masih menjadi negara tujuan utama pasar produk dan jasakreatif dari Indonesia. Hal ini terlihat dari kontribusi nilai ekspor ke AmerikaSerikat sebesar 38,02%. Negara terbesar kedua sebagai tujuan eksporadalah Jerman dengan nilai ekspor sebesar 6,86%, disusul oleh Inggris(6,35%) dan Jepang (6,22%).
Bahkan, nilai ekspor untuk beberapa subsektor kreatif terkonsentrasi disebuah negara dengan kontribusi lebih dari 50%. Seperti subsektor Arsitekturdengan Singapura sebagai pasar utama (90,82%), Film dengan pasar utamanyaadalah Timor Leste (74,52%), serta subsektor Periklanan yang pasar utamanyaadalah Pakistan dengan nilai 67,32%.
386
4. Tingginya Biaya Promosi
Biaya promosi pada media cetak dan televisi relatif tinggi. Iklan baris dankolom di media cetak koran dan tabloid terkecil sudah mencapai Rp 150.000.Iklan televisi mencapai Rp 1.000.000, per detiknya. Mahalnya biaya promosimenyulitkan pelaku kreatif memperluas pasar melalui media cetak dan televisi,khususnya bagi pelaku kreatif pemula. Pemerintah pun kurang aktif dalammelakukan promsi hasil karya kreatif dalam negeri sehingga pasar luarnegeri sulit dirambah oleh pelaku kreatif.
5. Belum Diterapkannya Sistem Pembayaran Online
Globalisasi pasar melalui online merupakan peluang perluasan dan penetrasipasar. Dibutuhkan sistem pembayaran yang aman, cepat, dan terpercaya(payment gateway). Payment gateway, yang merupakan sistem boundarylessuntuk memudahkan proses transaksi pembayaran, menjadi kebutuhan yangtidak dapat dihindari. Paypal merupakan salah satu metode pembayaransukses di dunia, tetapi para penjual Indonesia belum dapat menerimatransfer pembayaran langsung ke akun banknya di Indonesia.
Sudah ada tiga penyedia jasa sistem pembayaran online di Indonesia, yaituDoku, KasPay, dan Midazz. Akan tetapi ketiganya masih sulit untuk dapatberkembang di Indonesia terutama karena ketidaksiapan lembaga untukmenyediakan layanan payment gateway. Kendalanya antara lain adanyacharge fee untuk setiap transaksi sehingga pengguna lebih memilih transferantarbank, sulitnya mengakomodasi transaksi internasional, dan kurangnyakesadaran provideruntuk memproteksi informasi.
6. Rendahnya Monitoring terhadap Royalti, Lisensi, Hak Cipta
Royalti, lisensi, dan hak cipta tetap menjadi permasalahan utama perluasandan penetrasi pasar produk dan jasa kreatif. Belum adanya peraturan yangtegas mengatur royalti dan lisensi membuat banyak pihak masih dirugikan.Pengurusan hak cipta yang berbelit juga masih menjadi kendala.
Tabel 1-32 Permohonan Hak Cipta 2002 – 2010Tahun Seni Ilmu
Pengetahuan Sastra Program
Komputer Pengalihan
Hak Petikan Perubahan
Nama/Alamat 2002 1420 279 178 - 12 13 9 2003 1604 318 114 - 27 10 9 2004 2340 356 269 33 23 10 2 2005 3630 350 156 133 23 4 11 2006 5026 492 125 178 80 17 40 2007 5293 822 54 242 28 16 2 2008 3343 637 81 672 20 44 15 2009 3729 821 57 442 26 24 19 2010 3535 837 46 464 41 53 16
Sumber:Ditjen HKI, Kemenkumham
387
Permohonan hak cipta berfluktuasi dan cenderung menurun tiga tahunbelakangan ini. penurunan permohonan hak cipta karya sastra pun terusmenurun dari 178 di tahun 2002 menjadi hanya 46 permohonan hak ciptadi 2010.
Rendahnya pendaftaran hak cipta yang dilakukan oleh pelaku kreatif jugamenjadi hambatan dari perluasan penetrasi pasar luar negeri. Karena, salahsatu syarat diterimanya produk ekspor di negara asing adalah kejelasanlisensi ataupun hak cipta dari karya kreatif yang diperdagangkan.
D. Lemahnya Institusi Industri Kreatif
Penguatan institusi sebagai salah satu pilar utama pendukung penciptaaniklim usaha kreatif yang kondusif merupakan salah satu permasalahan yangcukup kompleks dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. InstruksiPresiden tentang dukungan kelembagaan terhadap ekonomi kreatif melaluiInpres No. 6 Tahun 2009 harus didukung pula oleh berbagai rangkaianregulasi dibawahnya. Subsektor-subsektor industri kreatif yang memiliki karaktermasing-masing memerlukan peraturan teknis khusus yang memayungi tatakelola masing-masing subsektor industri kreatif secara spesifik. Tanpa adanyapayung hukum yang mengatur tata kelola masing-masing subsektor industrikreatif maka industri kreatif tidak akan berkontribusi secara maksimal terhadappertumbuhan perekonomian nasional.
Dibalik keragaman karakter subsektor-subsektor industri kreatif, terdapatsebuah aset utama yang menjadi inti kekuatan semua subsektor industrikreatif yaitu kreativitas dari sumber daya manusia atau dalam hukum disebutsebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Penerapan HKI di Indonesia saatini masih menemukan banyak permasalahan terutama dengan tingginyatingkat pembajakan dan rendahnya pemahaman dari pelaku kreatif itu sendiri.Pemerintah mempunyai peran yang sangat vital dalam menjawab tantangandalam memberikan kesadaran HKI kepada pelaku kreatif maupun masyarakatumum.
Negara Kemuda
han
Melakuk
an Bisnis
Memulai
Bisnis
Mengurus
Perizinan
Konstruksi
Mendapat
kan
Listrik/Su
mber Daya
Energi
Mendaftark
an Properti
Menda
patkan
Krefit
Perlindung
an
terhadap
Investor
Pemba
yaran
Pajak
Perdagang
an Lintas
Batas
Mengajuk
an
Kontrak
Menyeles
aikan
Masalah
Pailit
Indonesia 129 155 71 161 99 126 46 131 39 156 146
Sumber: Index Of Doing BusinessIFC & World Bank, 2012
388
Payung hukum adalah penentu koridor-koridor dan aturan main dalammengembangkan usaha dan industri. Menurut survei IFC dan WorldBank,peringkat Indonesia dalam index berbisnis mengalami penurunan ditahun 2012. Indonesia yang sebelumnya menempati peringkat 126 padatahun 2010 turun menjadi peringkat 129 di tahun 2011.
Selain itu, berdasarkan Laporan Tahunan Global Competitiveness Reportyang dipublikasi oleh WEF, posisi Indonesia berada pada peringkat ke-46,mengalami penurunan dua peringkat dibanding periode sebelumnya. Kondisiinstitusi dan infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibawah posisi Jepang,China, dan Malaysia.
Besaran dan prosedur pajak dan kepabeanan juga masih menghambatperkembangan industri kreatif di Indonesia. Biaya pelabuhan yang cukupmahal (termahal kedua di antara negara-negara ASEAN) dan waktu proseduryang cukup lama dirasakan mengurangi efisiensi dan daya saing industri.Contoh lain besaran dan prosedur pajak dan kepabeanan yang masihmenghambat perkembangan industri kreatif adalah pada subsektor perfilman.Margin keuntungan yang diterima produsen film masih kecil, apalagi produsenyang berukuran kecil. Hal ini juga akan memicu tindakan-tindakan ilegaluntuk menghindar dari pajak, fiskal, dan birokrasi yang rumit terutama karenapajak yang dianggap cukup memberatkan bagi para pelaku industri perfilman.
Di dunia digital, UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) telah cukupmenjawab kebutuhan masyarakat dalam melakukan kegiatan di dunia maya.UU ITE telah mengakomodasi ketentuan material dan juga prosedural sertamemberikan dan menjamin kepastian hukum dalam melaksanakan aktivitasmelalui sistem elektronik. Akan tetapi, peraturan transaksi digital dianggapmasih belum memadai. Masih banyak celah yang dapat dimanfaatkan jikatidak dilengkapi dengan petunjuk teknis.
Kendala lainnya dalam penguatan institusional pendukung penciptaan iklimusaha kreatif yang kondusif adalah peraturan daerah yang berbeda-bedaantar daerah sehingga menyulitkan perkembangan industri kreatif. Denganadanya otonomi daerah, setiap daerah bisa dengan sangat bebas menentukanperaturan dan kebijakan yang sesuai dengan daerahnya masing-masing. Halini tentunya menyulitkan pengusaha untuk membangun dan mengembangkanusaha di daerah-daerah karena persyaratan tambahan yang diperlukan untukmasing-masing daerah juga berbeda.
E. Minimnya Akses Pembiayaan Pelaku Sektor Ekonomi Kreatif
Secara umum, skema pembiayaan yang ditawarkan perbankan dan lembagakeuangan di Indonesia belum dapat menjawab kebutuhan karakteristik industri
389
kreatif yang berbeda dari industri lainnya. Karakteristik industri kreatif yangmenekankan pada kreativitas, keterampilan serta bakat para pelaku usahaumumnya berwujud ide dan pemikiran atau bersifat intangible sehinggamenyulitkan pihak perbankan dalam memberikan kredit.
Di sisi lain, skema pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan sangatmemegang prinsip kehati-hatian. Dimana, collateral (agunan) fisik merupakansyarat utama persetujuan kredit yang diajukan.
Secara garis besar, permasalahan pembiayaan yang umumnya dihadapioleh industri kreatif di tanah air adalah:
1. Belum bankable dengan berbagai persyaratan yang diajukan olehperbankan;
2. Aset yang dimiliki bersifat intangible, sehingga tidak bisa menjadiagunan;
3. Karakteristik usahanya bersifat “high risk and high return”; dan
4. Kurva cash flow relatif fluktuatif sehingga tidak sesuai denganpersyaratan bank.
Berdasarkan permasalahan yang ada, collateral sebaiknya menjadi hal pertamayang harus diperbaiki. Perbankan dapat menggunakan pendekatan lain sebagaialternatif pengganti collateral fisik tersebut, misal jaminan berupa paten dankekayaan intelektual lainnya yang telah didaftarkan.
Selain itu, perbankan juga dapat memanfaatkan produk lainnya yang dapatdijadikan sumber pembiayaan oleh pelaku kreatif. Produk perbankan yangdapat digunakan antara lain KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang ditawarkanoleh Bank Pemerintah, PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)yang merupakan komitmen BUMN dan Perbankan Pemerintah, dan berbagaiproduk lainnya.
Permasalahan lain terkait akses pembiayaan adalah cash flow rekening daridebitur yang cenderung fluktuatif. Perbankan sangat menekankan kestabilanusaha dalam memenuhi persetujuan kredit yang diajukan oleh nasabahnya.Para pelaku usaha kreatif harus memperbaiki manajemen usahanya untukmenghindari pola produksi yang bersifat musiman.
Selain produk-produk pembiayaan perbankan dan lembaga keuangankonvensional, perlu dikembangkan pula skema-skema pembiayaan alternatif.Beberapa skema yang dapat dijadikan pertimbangan untuk dikembangkandi Indonesia antara lain:
390
• Angel investor, yaitu pengusaha besar atau konsorsium investoryang bersedia memberikan investasi dengan timbal balik berupalaporan keuangan;
• Venture capital, yaitu lembaga pemodalan atau pemodal perseoranganyang menggunakan sistem pembagian modal dan memperbolehkanuntuk memberi pendapat dalam menjalankan usaha;
• Personal loan, yaitu pinjaman dari keluarga atau koneksi;
• Hibah, yaitu bantuan yang diberikan karena pelimpahan atau sukarela, dimana kendalanya di Indonesia adalah pajak yang besar; dan
• Crowd Sourcing, yaitu memanfaatkan dana masyarakat untukmembangun suatu bisnis dengan timbal balik kepada sosial danlingkungan.
F. Pengembangan Sumber Daya Ekonomi Kreatif Belum Optimal
Sumber daya termasuk bahan baku dan penelitian dan pengembangan yangterkait
9. Rendahnya Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berada di sekitar lingkunganhidup manusia yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dankebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera. Sumber daya alam bisaterdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara,dan lain sebagainya. Beberapa masalah yang terkait antara lain:
1. Kelangkaan bahan baku
Faktor suplai sangat berpengaruh dalam kelompok industri kreatif berbasissumber daya alam. Selain menyebabkan penurunan produktivitas,kelangkaan bahan baku membuat kenaikan harga yang cukup tajam.Akibatnya tidak banyak perusahaan yang mampu berproduksi.
2. Kurangnya inisiatif pengolahan bahan baku
Alam Indonesia sangat kaya akan keragaman hayati. Sehingga apapunhasil alam yang diambil bisa langsung menghasilkan nilai ekonomis.Berbeda dengan negara maju, dimana sumber daya alam sangat terbatasmaka komoditas barang antara/setengah jadi menjadi keharusan. MisalkanJepang, kayu yang dikirim adalah kayu knock down yang tinggal dirakitdi tempat sehingga nilai ekonomis dari produk kayu bertambah berkalilipat. Indonesia justru mengekspor kayu bahan bakunya, sementara
391
untuk produksi dalam negeri kayu yang diberikan adalah bukan yangterbaik.
3. Fluktuasi harga yang terlalu tajam
Fluktuasi harga bahan baku menjadi salah satu penyebab iklim ekonomiyang kurang kondusif di Indonesia. Faktor utama penyebab fluktuasiadalah kelangkaan bahan baku dan transportasi atau harga BBM. Transportasimenjadi masalah karena biasanya tempat bahan baku dihasilkan dantempat produksi terkendala jarak yang cukup jauh. Dalam kondisi bahanbaku yang berlimpah sekalipun terkadang tetap terjadi kenaikan hargakarena kenaikan harga pasar dunia.
4. Kerusakan ekosistem dan habitat flora fauna Indonesia
Kerusakan bumi yang semakin mengkhawatirkan mengakibatkan pasardunia mulai memberikan syarat-syarat agar produk-produk industri memilikikepedulian lingkungan. Reputasi Indonesia sebagai salah satu negaradengan laju deforestasi tertinggi sangat merugikan subsektor industrikreatif berbasis sumber daya alam, karena berkaitan dengan pencitraanIndonesia di pasar internasional.
10. Rendahnya Pemanfaatan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan modal utama pengembangan ekonomikreatif, karena sumber daya inilah yang menjadi penghasil ide, kreativitasdan pengetahuan untuk dikembangkan menjadi produk dan jasa bernilaiekonomi. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan sumberdaya manusia adalah :
1. Kurangnya kualitas SDM Indonesia
Kurangnya kualitas SDM disebabkan oleh beberapa hal seperti kualitaspengajar, kurangnya fasilitas pendidikan, kurikulum yang belum tepat,bahkan beberapa profesi di industri kreatif belum memiliki pendidikanformal di dalam negeri, seperti game developer.
2. Kesenjangan antara pendidikan dan industri
Kesenjangan atau perbedaan antara output pendidikan dan input yangdibutuhkan oleh industri masih terjadi. Di negara maju, mahasiswa dapatdengan mudah melakukan kerja magang di perusahaan-perusahaannasional dan internasional di negaranya dan dapat memilih untukmeneruskan pekerjaan atau berpindah dengan lebih mudah. Karenabakat-bakat muda dibentuk dan diarahkan untuk jenis-jenis pekerjaan
392
yang membutuhkan skill tertentu seperti industri permainan interaktif yangmembedakan antara character developer dan game developer.
3. Tidak ada standarisasi baku dan kurangnya sertifikasi internasional
Di Indonesia, programmer untuk permainan interaktif ataupun untuk perangkatlunak tidak memiliki sertifikasi sehingga daya tawar menjadi lebih rendah.Selain itu, para profesional terutama bidang TIK, kurang terfasilitasi dalamsertifikasi internasional contoh Cisco, SAP, Oracle, Microsoft, dan lain-lain. Jika Pemerintah bisa memfasilitasi pelatihan dan pengambilan sertifikasiini menjadi lebih mudah dan murah maka profesional Indonesia akan lebihmudah bersaing dan mendapatkan pengakuan Internasional dimanapundia berada.
4. Motivasi dan etos kerja
Daya saing rakyat Indonesia harus ditingkatkan agar dapat mengangkatIndonesia ke level internasional lewat ekonomi kreatif. Kondisi Indonesiayang kaya dengan sumber daya alam merupakan aset luar biasa namundi sisi lain dapat menjadi hambatan. Hal ini dikarenakan rakyat Indonesiaterbiasa mendapat suplai sumber daya alam dengan mudah sehinggamembentuk kecondongan kepribadian yang kurang gigih dan kurangtermotivasi. Kondisi ini seringkali disebut sebagai curse of naturalresource.
1.2.2.3 PERMASALAHAN TERKAIT TATA PEMERINTAHAN KEMENPAREKRAF
Dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, tatapemerintahan Kemenparekraf juga senantiasa perlu ditingkatkan untuk dapatmemberikan hasil yang optimal. Beberapa peningkatan yang perlu dilaksanakanantara lain, reformasi birokrasi, perencanaan dan monev yang berkualitas,dan pemanfaatan sistem informasi yang berbasis teknologi informasi (internetdan intranet).
A. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 danPeraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010– 2014, diperlukan suatu proses yang sistematis dengan menerapkanpengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan organisasi untukbergeser dari pencapaian saat ini menjadi kondisi yang lebih baik di masayang akan datang.
393
Beberapa hal yang diidentifikasi memerlukan perbaikan yang menyeluruh saatini adalah organisasi pemerintahan yang belum tepat fungsi dan tepat ukuran(right sizing), peraturan perundang-undangan di bidang aparatur negara masihada yang tumpang tindih, inkonsisten, tidak jelas dan multi tafsir, SDMaparatur negara yang secara kuantitas, kualitas, dan distribusi PNS menurutteritorial (daerah) tidak seimbang dengan tingkat produktivitas PNS.
Oleh karena itu, reformasi birokrasi diharapkan akan menjadi pendorongperubahan untuk membawa Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerahbergerak dari kondisi saat ini menuju ke kondisi yang diharapkan. Diperlukanperubahan yang dikelola secara holistik, terstruktur dan berorientasi hasilyang membantu organisasi, tim kerja dan individu/staf di dalamnya untukmencapai kondisi birokrasi yang diinginkan.
B. Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Tingkat pemahaman sektor secara komprehensif dan holistik pada tingkatstrategis dan operasional di dalam Kemenparekraf merupakan hal yangmutlak untuk dapat mengembangkan sebuah sistem perencanaan, monitor-ing dan evaluasi yang baik. Pemahaman ini menjadi modal utama untukdapat menerjemahkan rencana strategis tingkat nasional dan kementeriankedalam kegiatan operasional dan implementasi yang harus dilaksanakanpada level eselon 3,4 dan staf pendukung lainnya.
Selain itu, pemahaman mengenai perencanaan, monitoring serta evaluasiyang baik pun merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya untuk dapatmeningkatkan kualitas perencanaan, monitoring, dan evaluasi dari programdan kegiatan di lingkungan Kemenparekraf. Tidak adanya sistem perencanaan,monitoring, dan evaluasi yang terlaksana secara konsisten, transparan, dansistematis juga merupakan sebuah tantangan yang harus segera diselesaikandi masa yang akan datang.
Keberadaan aplikasi berbasis teknologi informasi yang mendukungperencanaan, monitoring dan evaluasi program dan kegiatan masih sangatminim, sehingga efisiensi dan efektifitas proses perencanaan, monitoringdan evaluasi pun menjadi rendah.
C. Minimnya Pemanfaatan Sistem Informasi yang Berbasis TeknologiInformasi
Pemanfaatan sistem informasi yang berbasis teknologi informasi di lingkunganKemenparekraf masih perlu dioptimalkan sehingga dapat mendukung seluruhaktivitas organisasi pada level strategis hingga level implementasi. Aspek-aspek yang menjadi kendala dalam pengembangan sistem informasi di
394
lingkungan Kemenparekraf adalah terkait dengan: (1) pemahaman mengenaipentingnya data; (2) pemahaman mengenai proses dalam melaksanakantugas dan fungsi di masing-masing unit sehingga pemahaman mengenaiotomasi proses aktivitas kerja menjadi sangat sulit untuk dapat diidentifikasikandengan baik; (3) pemahaman SDM Kemenparekraf terhadap teknologi informasidan proses; (4) tidak adanya kebijakan mengenai pengembangan sisteminformasi di Kemenparekraf; dan (5) infrastruktur jaringan yang perludioptimalkan; (6) pemanfaatan piranti lunak baik itu pada tingkat sistem,pemrograman, maupun aplikasi yang berinteraksi langsung dengan penggunasistem; (7) ketersediaan diklat bagi SDM Kemenparekraf sehingga dapatlebih memahami sistem inforamsi yang berbasis teknologi informasi.
395
BAB 2
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARANSTRATEGIS
2.1 VISI DAN MISI
1.1.1 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Visi dan misi Kemenparekraf dibangun dengan mempertimbangkan visi danmisi Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025, visi dan misiPembangunan Jangka Menengah Nasional 2010–2014, visi Presiden 2009–2014, visi dan misi pengembangan kepariwisataan nasional 2010-2025,danvisi dan misi pengembangan ekonomi kreatif 2009-2025, serta kondisi globaldan nasional lainnya yang berpengaruh terhadap kinerja kepariwisataan danekonomi kreatif ke depan.
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapidalam 20 tahun mendatang, dan dengan modal dasar yang dimiliki olehbangsa Indonesia, serta amanat pembangunan yang tercantum dalamPembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,maka visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 yang tercantum dalamRPJPN adalah:
“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR”
Yang dimaksud dengan: (1) mandiri adalah bangsa mandiri, yaitu bangsayang mampu mewujudkan kehidupan sejajardan sederajat dengan bangsalain yang telah maju, dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatansendiri; (2) maju adalah bangsa dengan sumber daya manusia yang memilikikepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi;(3) adil adalah bangsa dengan tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun,baik antar individu, gender, maupun wilayah; (4) makmur adalah bangsayang makmur, yaitu bangsa yang sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya,sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa laindi dunia.
Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 ini, bangsaIndonesia mengemban delapan misi pembangunan nasional, yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, yaitu dengan
396
memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuanmembentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;mematuhi aturan hukum; memelihara kerukunan internal dan antar umatberagama; melaksanakan interaksi antar budaya; mengembangkan modalsosial; menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; dan memilikikebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkanlandasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, yaitu dengan mengedepankanpembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian,pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukumdan aparatur negara; serta memperkuat perekonomian domestik berbasiskeunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif denganmembangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasukpelayanan jasa dalam negeri.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, yaitumemantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuatperan masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomidaerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalammengkomunikasikan kepentingan masyarakat; melakukan pembenahanstruktur hukum dan meningkatkan budaya hukum;serta menegakkanhukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyatkecil.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu, yaitu membangunkekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta diseganidi wilayah regional dan internasional; memantapkan kemampuan danmeningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi danmengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan dan menuntaskantindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta mening-katkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan,dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanansemesta.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, yaitumeningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosialsecara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok, danwilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan danpengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi
397
masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasaranaekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasukgender.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari,yaitu memperbaiki pengelolaanpelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antarapemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber dayaalam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung,dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan,melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untukpemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkanpemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yangberkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam danlingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikankeindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaandan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasarpembangunan.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, yaitu menumbuhkanwawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunanIndonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber dayamanusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasionaluntuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; serta membangunekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatansumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan duniainternasional, yaitu memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangkamemperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmenIndonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasiinternasional dan regional; serta mendorong kerja sama internasional,regional, dan bilateral antar masyarakat, antar kelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.
Strategi untuk melaksanakan visi dan misi pembangunan nasional ini dijabarkansecara bertahap dalam periode lima tahunan atau Rencana PembangunanJangka Menengah (RPJM).Masing-masing tahap pembangunan jangkamenengah ini, memiliki skala prioritas dan strategi pembangunan yangmerupakan kesinambungan dari skala prioritas dan strategi pembangunanpada periode-periode sebelumnya. Tahun 2010-2014 merupakan periodekedua dari pelaksanaan pembangunan nasional, dengan skala prioritas dan
398
strategi yang ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembaliIndonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatankualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuaniptek serta penguatan daya saing perekonomian.
Dalam dokumen RPJMN 2010–2014, telah ditetapkan bahwa visi Indonesiahingga tahun 2014 adalah:
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA,DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN”
Visi Indonesia hingga tahun 2014 memiliki makna sebagai berikut:
1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat,melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulandaya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, danbudaya bangsa, yang dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi.
2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan yangbertanggung jawab serta hak asasi manusia.
3. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukanoleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati olehseluruh bangsa Indonesia.
Visi Indonesia hingga tahun 2014 dapat dijabarkan dalam tiga misi utamapembangunan nasional 2010–2014 yang tidak terlepas dari kondisi dantantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010–2014yang mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode 2010–2014 diarahkanuntuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, sertameletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis,yang meliputi:
1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera.Indonesia yang sejahtera tidak hanya diukur secara material, tetapi jugasecara rohani yang memungkinkan rakyat Indonesia menjadi manusiayang utuh dalam mengejar cita-cita ideal, dan berpartisipasi dalam prosespembangunan secara kreatif, inovatif, dan konstruktif. Indonesia yangsejahtera juga mengandung pengertian kemampuan bertahan dalammengatasi gejolak, menjaga lingkungan, mengurangi pengangguran, sertaadanya pemerataan kesejahteraan antara masyarakat kota dan masyarakatdesa;
399
2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi. Penguatan demokrasi dititikberatkankepada: (a) proses pelembagaan demokrasi dengan menata hubunganantar kelembagaan politik dan kelembagaan pertahanan dan keamanandalam kehidupan bernegara; (b) peningkatan kinerja lembaga-lembagapenyelenggara negara dalam menjalankan kewenangan dan fungsi yangdiberikan oleh konstitusi dan peraturan perundangan; (c) penataan prosespolitik yang diutamakan pada pengalokasian/representasi kekuasaanyang diwujudkan dengan meningkatkan kualitas proses dan mekanismeseleksi publik yang lebih terbuka bagi para pejabat politik dan publik,serta mewujudkan komitmen politik yang tegas terhadap pentingnyakebebasan media massa serta keleluasaan berserikat, berkumpul, danberpendapat bagi setiap warga negara; (d) pengembangan budaya politikyang diutamakan pada penanaman nilai-nilai demokratis melalui penciptaankesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik demokratis, terutamapenghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti-kekerasan, sertanilai-nilai toleransi, melalui berbagai wacana dan media serta upayamewujudkan berbagai wacana dialog bagi peningkatan kesadaran mengenaipentingnya memelihara persatuan bangsa
3. Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Pembangunan yangadil dan merata, serta dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsadi berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktifmasyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan,serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesiayang maju, mandiri dan adil. Pembangunan berkeadilan yang dimaksudadalah pembangunan merata di setiap wilayah Indonesia. Wilayahperbatasan dan pulau-pulau kecil terluar perlu mendapatkan perhatianpembangunan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitasekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pembangunankewilayahan haruslah merata di perkotaan maupun pedesaan. Selain itu,pembangunan haruslah adil bagi setiap strata ekonomi dan sosial sertaberkesetaraan gender.
Selain visi dan misi yang tertuang dalam RPJPN 2004-2025 dan RPJMN2010-2014, maka visi dan misi Kemenparekraf juga mempertimbangkan visidan misi pengembangan kepariwisataan nasional yang tertuang dalamPeraturan Pemerintah No.50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk PembangunanKepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025.
400
Visi pembangunan kepariwisataan nasional hingga 2025 adalah:
“TERWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI NEGARATUJUAN PARIWISATA BERKELAS DUNIA, BERDAYA SAING,
BERKELANJUTAN, MAMPU MENDORONG PEMBANGUNAN DAERAHDAN KESEJAHTERAAN RAKYAT”
Dalam mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimanadimaksud di atas, ditempuh melalui empat misi pembangunan kepariwisataannasional meliputi pengembangan:
a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerahdan masyarakat;
b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawabuntuk meningkatkan kunjungan wisnus dan mancanegara;
c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraanusaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosialbudaya; dan
d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat,sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektifdan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya PembangunanKepariwisataan yang berkelanjutan.
Dalam mengembangkan ekonomi kreatif nasional, Kemenparekraf jugamempertimbangkan visi dan misi pengembangan ekonomi kreatif Indonesiayang tertuang dalam Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang PengembanganEkonomi Kreatif.
Visi Pengembangan Ekonomi Kreatif hingga tahun 2025 adalah:
“BANGSA INDONESIA YANG BERKUALITAS HIDUP DAN BERCITRAKREATIF DI MATA DUNIA”
Visi pengembangan ekonomi kreatif ini dijabarkan ke dalam delapan misiutama yang akan dicapai dalam dua tahapan pembangunan, yaitu tahappenguatan pondasi dan pilar yang diharapkan dapat dicapai hingga tahun2014, dan tahap akselerasi yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2025.
Misi pembangunan ekonomi kreatif hingga tahun 2025 adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap Produk Domestik BrutoIndonesia;
401
2. Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anakbangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer;
3. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangankerja baru di industri kreatif;
4. Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak diindustri kreatif;
5. Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yang berkelanjutanbagi bumi dan generasi yang akan datang;
6. Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskankearifan dan warisan budaya nusantara;
7. Penumbuhkembangan kawasan-kawasan kreatif di wilayah Indonesiayang potensial; dan
8. Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya pencitraan negara(national branding) Indonesia di mata dunia internasional.
Berdasarkan visi dan misi yang telah diuraikan di atas, dan pertimbangankondisi global dan nasional yang berpengaruh terhadap pembangunanpariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, maka visi Kemenparekraf sampaidengan tahun 2014 dirumuskan sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN DAN KUALITAS HIDUPMASYARAKAT INDONESIA DENGAN MENGGERAKKAN
KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF”
Kesejahteraan yang ingin dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan hidupminimal karena terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat sebagai akibatdari kegiatan ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu,pariwisata dan ekonomi kreatif diharapkan dapat menciptakan lapanganpekerjaan bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi tingkat penganggurandan kemiskinan.
Kualitas hidup (Quality of life) yang ingin diwujudkan adalah sebuah kondisimasyarakat yang sehat jasmani dan rohani, berpendidikan, menjaga lingkungan,memiliki waktu senggang untuk berekreasi sehingga dapat hidup secaraseimbang, dan memiliki kepedulian sosial (social belonging), serta memilikitenggang rasa sehingga dapat menerima perbedaan menjadi sebuah kekuatanyang mempersatukan bangsa dan negara Indonesia.
Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif,Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator,
402
advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dansekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbanganaspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan.
Misi utama Kemenparekraf untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomikreatif adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, danberkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah. Halini dapat dicapai melalui pengembangan destinasi, industri, pemasaran,dan kelembagaan pariwisata secara terintegrasi dan holistik.
Kepariwisataan berkelas dunia dapat dicerminkan dari adanyakepariwisataan Indonesia yang berkelas dunia dengan karakteristik:(a) memiliki keunikan dan kekhasan dengan karakter dan kearifan lokal(local genuine) yang bercita rasa internasional; (b) memiliki layanan yangmemenuhi standar internasional; (c) mampu menarik wisman dan nusantarauntuk datang berkunjung; (d) memberikan nilai dan kesan yang mendalambagi wisatawan; serta(e) mengangkat harkat dan martabat Indonesia dikancah dunia dan menjadi kebanggaan nasional.
Kepariwisataan berdaya saing, dapat dicerminkan dari kemampuan relatifkepariwisataan dibandingkan dengan kepariwisataan pesaingnya dalammemenuhi kebutuhan wisatawan, sehingga destinasi wisata Indonesiamenjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia maupun dunia. Kemampuanini ditentukan oleh faktor spesifik pariwisata yaitu atraksi atau daya tarik,dan faktor umum yaitu meliputi sarana, prasarana serta fasilitas pendukung.
Kepariwisataan berkelanjutan adalah pembangunan pariwisata yangmemperhatikan: (a) keberlanjutan lingkungan, yaitu ramah lingkungandan mampu menjaga, melindungi, dan melestarikan kekayaan alam(konservasi dan proteksi lingkungan); (b) keberlanjutan sosial, yaitu menjagadan meningkatkan kualitas dari nilai-nilai sosial kemasyarakatan setempat,termasuk di dalamnya upaya mitigasi terhadap dampak negatif yangmempengaruhi kehidupan sosial; (c) keberlanjutan ekonomi menjagakelangsungan industri pariwisata agar mampu menjamin pertumbuhanekonomi dengan mengembangkan dan menyediakan peluang usaha danlapangan kerja; serta (d) keberlanjutan institusional, yaitu mengembangkankerjasama institusi, kemitraan yang kreatif, produktif dan salingmenguntungkan antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehinggakoordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata
403
harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsippembangunan berkeadilan.
Indonesia merupakan negara yang kaya baik dari aspek sumber dayaalam, sumber daya budaya maupun sumber daya manusia. Oleh karenaitu, pemasaran pariwisata memiliki peran yang sentral dalammengkomunikasikan daya tarik wisata Indonesia yang begitu banyak daneksotik kepada masyarakat lokal maupun masyarakat dunia melaluikonsep komunikasi yang holistik dan terintegrasi. Pemasaran pariwisatajuga perlu menyampaikan pesan kunci yang dapat memberikan kesanyang mendalam dan disampaikan secara konsisten, persisten, dengantarget pasar yang jelas, dan dengan dukungan materi promosi yangmampu menggambarkan destinasi wisata secara baik dan jujur kepadamasyarakat.
2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilaitambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, sertamendorong pembangunan daerah. Ekonomi kreatif merupakan eraekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas denganmengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagaifaktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Jumlah pemudaIndonesia (usia 16–30 tahun) sebesar 59,3 juta orang atau sebesar 27%dari total penduduk Indonesia, merupakan modal utama bagi pengembanganekonomi kreatif di Indonesia. Ekonomi kreatif merupakan sektor yangdapat meningkatkan nilai tambah bagi sumber daya alam dan sumberdaya sosial budaya Indonesia melalui sentuhan kreativitas sehinggamemiliki nilai jual yang tinggi.
3. Mengembangkan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif secaraberkualitas. Sebagian besar lapangan usaha pada sektor pariwisata danekonomi kreatif merupakan sektor jasa yang sangat bergantung padakekuatan sumber daya insani yang dimilikinya. Oleh karena itu,pengembangan sumber daya insani merupakan hal mendasar yang harusdilakukan untuk dapat meningkatkan kinerja dari bidang ini. Pengembangansumber daya insani haruslah dikembangkan secara berkualitas, yaituharus dikembangkan berdasarkan standar kompetensi yang dapat diterimadi pasar tenaga kerja internasional yang menjunjung tinggi etika di duniakerja. Selain sumber daya insani, pengembangan sumber daya pariwisatadan ekonomi kreatif juga terkait dengan penelitian dan pengembangandi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk mendukung penciptaaninovasi-inovasi di kedua sektor tersebut.
404
4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan danakuntabel. Reformasi birokrasi bertujuan untuk memperbaiki pelayananpublik karena jajaran birokrasi adalah pelayan dan pelindung kepentinganmasyarakat. Langkah yang perlu dan terus dilakukan mencakup perbaikansistem dan budaya kerja, pengukuran kinerja, penerapan disiplin, penataankelembagaan dan ketatalaksanaan, serta perbaikan sistem remunerasiyang memadai. Termasuk di dalamnya transparansi dan akuntabilitasdalam proses pemerintahan. Reformasi birokrasi merupakan esensi daripenerapan tata pemerintahan yang baik (good governance) untukmenciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan, dan akuntabel.
2.2 Tujuan
Dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekrafmemiliki tujuh tujuan utama yang ingin dicapai, yang merupakan penjabarandari setiap misi yang akan dilakukan untuk mencapai visi pengembanganpariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, yaitu:
1. Misi 1: Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdayasaing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunandaerah memiliki dua tujuan utama, yaitu:
1.1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia.Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan erat kaitannya terhadappencapaian sasaran pembangunan kesejahteraan rakyat khususnyasektor ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu:(1) rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 2010-2014 adalah sebesar6,3–6,8% per tahun; (2) inflasi adalah rata-rata 4–6% per tahun;(3) tingkat pengangguran (terbuka) 5–6% pada akhir tahun 2014;dan (4) tingkat kemiskinan 8–10% pada akhir tahun 2014. Untukdapat mendukung pencapaian target sasaran ini, maka Kemenparekraftelah menetapkan target Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapantenaga kerja sektor kepariwisataan sebagai indikator yang dapatdigunakan untuk mengukur kontribusi ekonomi kepariwisataanIndonesia. Dengan menggunakan metode atau pendekatanpengeluaran, maka PDB sektor pariwisata dapat diestimasiberdasarkan: (a) besaran konsumsi di sektor pariwisata yang dapatdiestimasi melalui jumlah pergerakan wisatawan dan jumlah belanjaper hari dari wisatawan tersebut; (b) investasi dapat diestimasi melaluinilai investasi di sektor pariwisata baik yang dilakukan oleh swasta,pemerintah ataupun swadaya masyarakat; (c) belanja negara adalahbesaran alokasi belanja negara di sektor pariwisata; dan (d) penerimaan
405
devisa pengeluaran wisman; dan (e) pengeluaran wisman pre dan posttrip.
1.2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia. WorldEconomic Forum (WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Traveland Tourism Competitiveness Report yang digunakan untuk mengukurdaya saing kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negara lain di dunia. Kemenparekraf memegang peran yang sentralkhususnya terkait dengan keberlanjutan industri kepariwisataan,prioritas pemerintah terhadap pengembangan kepariwisataan,koordinasi terhadap pembangunan sarana dan prasaranakepariwisataan, mengembangkan daya tarik dan SDM pariwisata,mempersiapkan masyarakat untuk dapat menjadi tuan rumah yangbaik, serta menciptakan iklim usaha kepariwisataan yang kondusif.
2. Misi 2: Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakannilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia,serta mendorong pembangunan daerah memiliki dua tujuan utama,yaitu:
2.1. Peningkatan kontribusi ekonomi industrikreatif. Sama halnyadengan sektor kepariwisataan, maka peningkatan kontribusi ekonomidari industri kreatif ini diupayakan untuk mendukung sasaranpembangunan bidang ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah,yang telah ditetapkan dalam Inpres No.6 Tahun 2009 tentangPengembangan Ekonomi Kreatif. Kontribusi PDB industri kreatiftahun 2015 ditargetkan mencapai 7–8% dari PDB riil nasional, kontribusitenaga kerja industri kreatif mencapai minimal 6,5%, dan jumlahusaha di sektor industri kreatif diharapkan mencapai 6,8 juta hinggatahun 2014.
2.2. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif. Untukmengembangkan ekonomi kreatif, apresiasi terhadap pelaku dankarya kreatif sangatlah penting. Apresiasi akan menumbuhkan karya-karya kreatif dan meningkatkan minat masyarakat untuk masukdalam sektor industri kreatif sehingga terjadi peningkatan aktivitasekonomi di sektor industri kreatif.
3. Misi 3: Mengembangkan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatifsecara berkualitas memiliki dua tujuan utama, yaitu:
3.1. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata danekonomi kreatif. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme dapatdiupayakan melalui pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi
406
terhadap profesi pelaku industri pariwisata dan pelaku industri kreatif.
3.2. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomikreatif. Penciptaan inovasi dapat didorong melalui penelitian danpengembangan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu,inovasi diharapkan dapat tercipta melalui penciptaan jejaring kreatifyang memungkinkan terjadinya proses tukar pikiran dan kolaborasikreatif untuk menciptakan karya-karya kreatif yang baru.
4. Misi 4: Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan,dan akuntabel memiliki tujuan utama:
4.1. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf. Salahsatu dari 11 prioritas nasional adalah reformasi birokrasi. Peningkatankualitas kinerja organisasi haruslah diawali dari perencanaan yangdisertai dengan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yangbaik. Untuk menjamin terselenggaranya reformasi padaKemenparekraf, terdapat penilaian Quality Assurance untuk menilaiefektifitas pelaksanaan reformasi birokrasi, serta Sistem AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) untuk menilai kinerja instansipemerintah. Sedangkan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah,dapat dievaluasi berdasarkan opini penilaian pengelolaan keuanganyang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
4.2. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf. SumberDaya Manusia memiliki peran sentral dalam efektifitas dan efisiensipengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional. Olehkarena itu, Kemenparekraf akan mempersiapkan aparaturpemerintahan yang kapabel yaitu aparatur yang memiliki kepemimpinanyang baik, daya juang yang tinggi, kemampuan manajerial yangbaik, serta pengetahuan yang memadai, sehingga dapatmengembangkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional secaraoptimal.
2.3 Sasaran Strategis
Dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekrafmemiliki 21 sasaran strategis yang harus dicapai melalui program dan kegiatanyang akan dilakukan pada periode 2012–2014.
Keterkaitan antara visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan pariwisatadan ekonomi kreatif pada periode 2012–2014 dapat dilihat pada Bagan2-1.
407
Bagan 2-1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Kepariwisataan danEkonomi Kreatif
Setiap sasaran strategis Kemenparekraf memiliki indikator kinerja sertatarget yang harus dicapai setiap tahunnya sebagai ukuran kinerja dariKemenparekraf yang akan dipaparkan pada bagian berikut.
2.3.1 TUJUAN 1: PENINGKATAN KONTRIBUSI EKONOMI KEPARIWISATAAN
INDONESIA
Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia memiliki lima sasaranutama yang ingin dicapai, yaitu:
A. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto(PDB) nasional;
B. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitastenaga kerja nasional;
C. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata;
D. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia; dan
E. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus.
408
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia akan dijelaskanpada bagian berikut.
A. Meningkatnya Kontribusi Kepariwisataan Terhadap Produk DomestikBruto (PDB) Nasional
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusikepariwisataan terhadap PDB nasional adalah rasio persentase antara totaldampak PDB nominal tahunan yang terbentuk sebagai akibat aktivitaskepariwisataan dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional.PDBnasional merupakan nilai nominal barang dan jasa yang diproduksi olehIndonesia selama satu tahun, sedangkan dampak PDB dari sektorkepariwisataan adalah persentase dari total PDB dari seluruh aktivitas ekonomiyang terkait kepariwisataan secara langsung dan tak langsung yang dihitungmelalui mekanisme efek pengganda. Kontribusi sektor pariwisata dihitungsebagai persentase dampak PDB kepariwisataan dari PDB nasional. Aktivitaskepariwisataan meliputi pengeluaran wisman, pengeluaran wisnus, investasipariwisata, pengeluaran wisnas, dan pengeluaran promosi pariwisata.
Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakandukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonominasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggikontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektorkepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatankontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budayayang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggangyang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkathidup yang berkualitas.
Data kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional diperoleh berdasarkanestimasi dengan menggunakan tabel I/O 2005 hasil pemutahiran tahun 2008menjadi Neraca satelit pariwisata nasional (Nesparnas). Nesparnasdipublikasikan satu tahun sekali oleh Kemenparekraf sebagai hasil kerjasamaantara Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisatadengan Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan PariwisataBadan Pusat Statistik.
B. Meningkatnya Kontribusi Kepariwisataan Terhadap Kualitas danKuantitas Tenaga Kerja Nasional
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusikepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional adalah:
409
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektorpariwisataPariwisata merupakan sektor yang memberikan dampak yang luas bagisektor-sektor lainnya, termasuk terhadap penyerapan tenaga kerja baikitu tenaga kerja langsung (direct), tenaga kerja tidak langsung (indirect),maupun tenaga kerja ikutan (induce) di sektor pariwisata.Tenaga kerjalangsung mencakup tenaga kerja yang bekerja pada 14 sektorkepariwisataan, tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerjadiluar 14 sektor kepariwisataan yang terkait dengan sektor pariwisata,misalnya tenaga kerja pada sektor transportasi, sedangkan tenaga kerjaikutan merupakan tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor ikutanakibat pengaruh langsung maupun tidak langsung aktivitas sektor pariwisata.
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerjanasionalKontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasionalmerupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapantenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Jumlahpekerja nasional adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Indikatorini merupakan cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaanlapangan kerja (penurunan tingkat pengangguran) dan pengurangankemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melaluisektor kepariwisataan, dimana semakin tinggi nilai kontribusi, maka semakintinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam penurunan tingkatpengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraanmasyarakat.
3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung,dan ikutan sektorpariwisataKualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerjadapat diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung,tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Produktivitasyang dimaksudkan merupakan rasio antara dampak upah yang terbentukmelalui mekanisme efek pengganda di seluruh sektor ekonomi yangterkait pariwisata sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkandengan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerjaikutan sektor pariwisata.
C. Meningkatnya Investasi di Sektor Pariwisata
Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salahsatu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi
410
di sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadaptotal investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendoronginvestasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancanganprofil investasi destinasi pariwisata,koordinasi dengan instansi pemerintahterkait baik di tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasipariwisata Indonesia. Semakin besar kontribusi investasi sektor pariwisataterhadap total investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasipariwisata yang memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkanaktivitas perekonomian di destinasi tersebut.
Data investasi sektor pariwisata ini diperoleh dari Nesparnas yang diolah daritabel I/O, PDB, serta kompilasi data dari BKPM. Data ini dipublikasikan olehKemenparekraf satu tahun sekali yang merupakan hasil kerjasama denganpihak BPS.
D. Meningkatnya Devisa dan Pengeluaran Wisatawan di Indonesia
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya devisa danpengeluaran wisatawan di Indonesiaadalah:
1. Jumlah penerimaan devisa wisman. Jumlah penerimaan devisadipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisman di Indonesia. Dalammengembangkan kepariwisataan nasional, peningkatan jumlah wismanke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaranwisman di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatankepariwisataan pun meningkat.
2. Jumlah pengeluaran wisnus. Jumlah pengeluaran wisnus dipengaruhioleh jumlah serta pengeluaran wisnus di Indonesia. Semakin besarbelanja wisnus terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi semakinmeningkat dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat.
3. Jumlah pengeluaran per wisman per kunjungan. Jumlah pengeluaranper wisman per kunjungan merupakan rata-rata pengeluaran wisman diIndonesia pada setiap kunjungan ke Indonesia. Yang dimaksudkan sebagaikunjungan adalah seluruh kegiatan perjalanan wisatawan sejak tiba diIndonesia hingga kembali ke negara asal wisatawan tersebut, sehinggawalaupun wisatawan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah diIndonesia selama selang waktu kedatangan dan keberangkatan, wisatawantersebut akan terhitung sebagai satu kunjungan. Semakin besar rata-ratajumlah pengeluaran per wisman di Indonesia per kunjungan, makasemakin besar pula potensi devisa yang akan diperoleh negara. Datajumlah pengeluaran per wisman ke Indonesia per kunjungan ini diperoleh
411
dari hasil Passenger Exit Survey yang dilakukan 2 tahun sekali olehKemenparekraf dengan sampling di pintu keluar.
4. Jumlah pengeluaran per wisnus per kunjungan, Jumlah pengeluaranper wisnus per kunjungan merupakan rata-rata pengeluaran wisnus dalamsetiap perjalanan wisata yang dilakukannya. Semakin besar rata-ratajumlah pengeluaran per wisnus per kunjungan, maka semakin besar pulapotensi pendapatan negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakatsetempat di lokasi destinasi pariwisata. Data rata-rata pengeluaran wisnusdiperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (modul perjalanan) yang dilakukansejalan dengan pelaksanaan Susenas. Data hasil survei ini kemudiandiolah dan dipublikasikan oleh BPS yang kemudian diolah kembali olehKemenparekraf.
E. Meningkatnya Kuantitas Wisman ke Indonesia dan Wisnus
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyakuantitas wisman ke Indonesia dan wisnus adalah:
1. Jumlah wisman ke Indonesia. Jumlah wisman ke Indonesia sangatberpengaruh terhadap potensi devisa yang akan diperoleh olehnegara.Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal dariwilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satuatau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal6 (enam) bulan, dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b)bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan,konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, dan keagamaan.Jumlah wisman dihitung melalui pengumpulan kartu Embarkasi/Diembarkasiyang dilakukan di 73 pintu masuk Indonesia18 berdasarkan negara tempattinggal wisatawan tersebut. Pengumpulan kartu E/D dilakukan olehDitjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, yang kemudian diolah dandipublikasikan oleh BPS dalam buku Number of Foreign Visitor Arrivalsto Indonesia setiap tahunnya.
2. Jumlah perjalanan wisnus. Jumlah wisnus sangat berpengaruh terhadappotensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakatsetempat di mana destinasi berada. Wisnus adalah penduduk Indonesiayang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara
18 73 pintu masuk Indonesia berada diseluruh area negara, terdiri dari 47 pelabuhan laut; 19bandar udara; 3 jalur darat; serta 4 pintu masuk utama: Soekarno-Hatta (Jakarta), Ngurah Rai(Bali), Polonia (Medan) dan Sekupang (Batam).
412
sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolahatau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukanrutin, dengan kriteria: (1) mereka yang melakukan perjalanan ke obyekwisata komersial tidak memandang apakah menginap atau tidak menginapdi hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih/kurang dari100 km (PP); (2) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyekwisata komersial tetapi menginap dihotel/penginapan komersial, walaupunjarak perjalanannya kurang dari 100 km (PP); dan (3) mereka yangmelakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial dan tidak menginapdi hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100km (PP).Data jumlah wisnus diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga(Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS.Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap3 bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 bulan sejakbulan publikasi, yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf.
2.3.2 TUJUAN 2: PENINGKATAN DAYA SAING KEPARIWISATAAN
INDONESIA
Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia memiliki tiga sasaranutama, yaitu:
A. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia;
B. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata; dan
C. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia akan dijelaskan pada bagianberikut.
A. Meningkatnya Citra Kepariwisataan Indonesia
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyacitra kepariwisataan Indonesia adalah:
1. Nilai daya saing kepariwisataan Indonesia.World Economic Forum(WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Travel and TourismCompetitiveness Report yang dapat digunakan untuk mengukur dayasaing kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negaralain di dunia, yang dihitung melalui rata-rata kinerja kepariwisataan suatunegara berdasarkan 14 pilar yang digunakan sebagai dasar penilaian.Semakin tinggi nilai daya saing kepariwisataan Indonesia (skalamaksimum 7), maka diharapkan dapat meningkatkan citra kepariwisataan
413
Indonesia yang akhirnya dapat berdampak kepada peningkatan kunjunganwisman ke Indonesia.
2. Jumlah lokasi DPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitastata kelola destinasi (DMO). Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional(DPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasidihitung melalui lokasi yang difasilitasi dengan skema peningkatan gerakankesadaran kolektif stakeholders, pengembangan manajemen destinasi,pengembangan bisnis, dan penguatan organisasi pengelolaan destinasipariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola destinasi (DMO) dilakukandengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan berkelanjutanmelalui pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator lokasiDPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Kemenparekraf untukmewujudkan peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaankepada pemangku kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konseptata kelola destinasi yang berkualitas di lokasi DPN. Semakin banyaklokasi DPN yang difasilitasi maka semakin besar masyarakat yang terlibatdalam pengembangan destinasi wisata dengan tata kelola yang baik.
B. Terciptanya Diversifikasi Destinasi Pariwisata
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanyadiversifikasi destinasi pariwisata adalah:
1. Jumlah lokasi daya tarik di DPN yang dikembangkan menjadi destinasipariwisata. Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Di setiap DPN terdapat KSPN/KPPN yangdidalamnya terdapat beberapa daya tarik yang dapat dikembangkan.Setiap tahunnya Kemenparekraf akan mengembangkan daya tarik wisatabaik yang bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari dayatarik wisata yang ada.
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desawisata. Desa wisata yang difasilitasi dihitung melalui jumlah desa yangdikembangkan melalui PNPM Mandiri.Pengembangan desa wisatadilakukan sebagai penerapan prinsip community based tourism untukmelibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata setempat.Semakin banyak desa yang dapat difasilitasi maka diharapkan desatersebut dapat menjadi alternatif tujuan wisata dan dapat meningkatkanlama tinggal serta pengeluaran wisatawan di Indonesia.
3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. Pola perjalanan pariwisataadalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan wisata dari satu titik destinasike titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi informasi tentang
414
fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai pilihan perjalananwisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk mempengaruhipengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata. Semakinbervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapatmeningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Indonesia.
C. Terciptanya Pemasaran Pariwisata yang Efektifdan Efisien
Indikator yang digunakan untuk mengukur terciptanya pemasaran pariwisatayang efektif dan efisien adalah:
1. Rasio konsentrasi pasarwisman ke Indonesia. Rasio konsentrasi yangakan digunakan sebagai indikator adalah rasio konsentrasi 5 negarapasar wisman (CR5), yang mengandung makna bahwa persentase jumlahwisman dari 5 pasar utama wisman dibandingkan dengan seluruh jumlahwisman yang datang ke Indonesia. Semakin besar nilai CR5, menunjukkanbahwa sebagian besar wisman Indonesia berasal dari 5 pasar tersebut.Hal ini beresiko terhadap kepariwisataan Indonesia, karena jika terjadipermasalahan terhadap 5 pasar tersebut, maka akan mengakibatkanjumlah wisman Indonesia akan mengalami kontraksi yang signifikan.Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendiversifikasipasar wisman sehingga nilai CR5 semakin menurun.
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officers (VITO) di mancanegara.VITO akan dikembangkan di 12 negara yang menjadi target utama pasarwisman ke Indonesia, yaitu: Australia (Sydney), China (Beijing, Guangzho),Japan (Tokyo), Jerman (Munich), India (New Delhi), Singapura, Malaysia(Kuala Lumpur), UAE (Dubai), Perancis (Paris), Belanda (Amsterdam),Rusia (Moskow), Korea (Busan). VITO memiliki tugas dan fungsi sebagaisumber informasi kepariwisataan Indonesia dan melakukan promosipenjualan pariwisata di negara bersangkutan.
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri. Efisiensi pelaksanaankegiatan pemasaran pariwisata di luar negeri salah satunya dapat dinilaiberdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran luar negerioleh Kemenparekraf. Produktivitas ini dapat diukur melalui rasio jumlahdevisa dibandingkan dengan nilai investasi pemasaran luar negeri. Semakinbesar devisa yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untukkegiatan pemasaran luar negeri, maka Kemenparekraf semakin efisiendalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikandestinasi pariwisata Indonesia di luar negeri. Fokus utama pasar pariwisataIndonesia hingga tahun 2014 adalah: Singapura, Malaysia, AustraliaChina, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris,
415
Perancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia, yang tentunyaakan dievaluasi setiap tahunnya dan disesuaikan dengan perkembanganyang terjadi setiap tahunnya.
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri. Efisiensi pelaksanaankegiatan pemasaran pariwisata di dalam negeri salah satunya dapatdinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasarandalam negeri oleh Kemenparekraf. Produktivitas pemasaran dalam negeriyang dilakukan dapat diukur melalui rasio jumlah pengeluaran wisnusdibandingkan dengan investasi pemasaran dalam negeri olehKemenparekraf. Semakin besar jumlah pengeluaran wisnus yang dihasilkandari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran dalamnegeri, maka Kemenparekraf semakin efisien dalam memanfaatkan nilaiinvestasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesiadi dalam negeri.
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenaikepariwisataan Indonesia. Untuk menilai efektivitas pemasaran yangdilakukan di dalam maupun di luar negeri, salah satunya dapat dianalisisberdasarkan persepsi masyarakat dunia mengenai kepariwisataanIndonesia. Masih banyak masyarakat di dunia yang tidak mengetahuikeberadaan Indonesia sehingga kegiatan pemasaran yang efektif sangatlahditentukan oleh strategi komunikasi yang diimplementasikan. Kejelasanpesan yang ingin disampaikan, pemilihan media yang digunakan, kontendan desain sarana promosi yang digunakan, serta kesesuaiannya dengantarget pasar sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaranpariwisata yang akhirnya akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawanyang berwisata di Indonesia.
2.3.3 TUJUAN 3: PENINGKATAN KONTRIBUSI EKONOMI INDUSTRI KREATIF
Peningkatan kontribusi ekonomi industri kreatif di Indonesia memiliki tigasasaran utama, yaitu:
A. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif;
B. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif;dan
C. Meningkatnya unit usaha sektorekonomi kreatif.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kontribusi ekonomi industri kreatif akan dijelaskan pada bagianberikut.
A. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif
416
Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar dari seluruh final goods andservices, yang diproduksi di dalam suatu negara, pada suatu periode waktutertentu. PDB ekonomi kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yangdiperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan industri kreatif, yang terdiri dari14 kelompok usaha industri kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain; (3)Fesyen(Mode); (4)Film, Video, dan Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik; (7) PasarBarang Seni; (8) Penerbitan dan Percetakan; (9) Periklanan; (10) PermainanInteraktif; (11) Penelitian dan Pengembangan; (12) Seni Pertunjukan; (13)Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; dan (14) Televisi dan Radio. Data PDBekonomi kreatif ini diolah dari data BPS dan dari sumber data lainnya yangberasal dari asosiasi dari masing-masing subsektor industri kreatif.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyakuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah kontribusiekonomi kreatif terhadap PDB nasional. Kontribusi ekonomi kreatif adalahpersentase rasio PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDBnasional. Semakin besar persentase kontribusi ekonomi kreatif, maka semakinbesar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional, dengankata lain, semakin penting peranan industri kreatif dalam struktur produksinasional.
B. Meningkatnya Kualitas dan KuantitasTenaga Kerja Sektor EkonomiKreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyakualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah:
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif; dan
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif.
Yang dimaksudkan sebagai tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah pekerjadi industri kreatif, yaitu penduduk usia produktif yang sudah bekerja diindustri kreatif, dimana struktur klasifikasi ketenagakerjaan Indonesia dapatdilihat pada Bagan 2-2.
417
Jumlah Total Penduduk
Penduduk Usia Kerja (Usia Produktif)
Penduduk Bukan Usia
Kerja
Angkatan KerjaBukan Angkatan Kerja (Usia
Produktif, Memilih Tidak Bekerja; Ibu RT, Mahasiswa)
Pekerja Penganggur
Bagan 2-2 Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan
Data ketenagakerjaan industri dapat diestimasi dari data statistikketenagakerjaan yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya.
Kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur dengan indikatortingkat partisipasi tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu rasiojumlah pekerja di kelompok industri kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruhindustri di Indonesia. Angka ini akan semakin memperkuat indikasi apakahindustri kreatif memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia.
Kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur melalui indikatorpertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitupertumbuhan rata-rata pendapatan perkapita tenaga kerja di industri kreatif.Semakin tinggi pertumbuhannya, maka produktivitas pekerja kreatif semakinmeningkat yang menunjukkan bahwa pendapatan pekerja kreatif semakinbaik pula.
C. Meningkatnya Unit Usaha Sektor Ekonomi Kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnyaunit usaha sektor ekonomi kreatif adalah kontribusi unit usaha sektor ekonomikreatif terhadap jumlah unit usaha nasional. Semakin besar kontribusi unitusaha di sektor ekonomi kreatif ini menunjukkan bahwa pasar bagi produkdan jasa kreatif semakin meluas, sehingga jumlah pelaku usaha yang inginbergerak di sektor ekonomi kreatif pun semakin meningkat.
418
2.3.4 TUJUAN 4: PENINGKATAN APRESIASI TERHADAP PELAKU DAN KARYA
KREATIF
Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif memiliki tiga sasaranutama, yaitu:A. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat
Indonesia;B. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif; danC. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif akan dijelaskanpada bagian berikut.
A. Meningkatnya Konsumsi Produk dan Jasa Kreatif Lokal olehMasyarakat Indonesia
Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif,diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang ditunjukkan adanyaaksi nyata untuk mengkonsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakatindonesia. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan konsumsiproduk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia adalah:
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar.Jumlahpelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar didukung melaluifasilitasi pelaku kreatif untuk mengikuti pameran, memfasilitasipenyelenggaraan pertunjukan karya kreatif, fasilitasi penggandaan filmuntuk mengikuti berbagai festival, atau fasilitasi pengembangan saranapromosi bagi karya kreatif. Semakin banyak pelaku kreatif yang difasilitasi,maka diharapkan dapat meningkatkan penetrasi dan memperluas aksespasar untuk produk dan jasa kreatif di dalam dan di luar negeri
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri, yaitupersentase peningkatan tahunan konsumsi karya-karya kreatif dalamnegeri oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi meliputi konsumsi olehindividu, pemerintah, maupun perusahaan. Peningkatan pertumbuhankonsumsi ini merupakan salah satu dampak dari upaya peningkatanapresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif, serta peningkatan aksespasar.
B. Meningkatnya Pemahaman Masyarakat terhadap Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif merupakan terminologi baru di Indonesia, walaupun sektoryang ada di dalam ekonomi kreatif bukanlah sektor yang baru di dalammasyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat terhadap
419
ekonomi kreatif merupakan hal yang penting untuk dijadikan tolok ukur darikinerja Kemenparekraf. Pemahaman masyarakat terhadap sektor ekonomikreatif tidaklah terbatas pada tahu atau mengenal ekonomi kreatif, tetapilebih mengukur sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baikapa itu ekonomi kreatif baik dari aspek perkembangan ekonomi kreatif,sektor ekonomi kreatif di Indonesia, mengapa ekonomi kreatif perludikembangkan dan sentra/zona kreatif, dan informasi lainnya yang terkaitdengan ekonomi kreatif. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang melakukansurvei secara berkelanjutan terhadap tingkat pemahaman masyarakatIndonesia terhadap ekonomi kreatif, sehingga pada tahun 2012 perlu dilakukansurvei yang ditetapkan sebagai dasar (base line) tingkat pemahamanmasyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif yang akan terus ditingkatkansetiap tahunnya.
C. Terciptanya Ruang Publik bagi Masyarakat
Ruang publik yang berfungsi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi,diseminasi, dan apresiasi, sangat dibutuhkan untuk menciptakan modalekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Keempatmodal ini merupakan modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatifdi Indonesia, oleh karena itu semakin banyak ruang publik yang dapatdiciptakan dan diaktivasi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi,diseminasi, dan apresiasi maka diharapkan lebih banyak pelaku kreatif yangakan menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas.
2.3.5 Tujuan 5: Peningkatan Kapasitas dan Profesionalisme SDMPariwisata dan Ekonomi Kreatif
Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomikreatif memiliki 2 sasaran utama, yaitu:
A. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata;dan
B. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomikreatif.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpencapaian di setiap sasaran akan dijelaskan pada bagian berikut.
A. Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Lulusan Pendidikan TinggiPariwisata
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitaslulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan
420
tinggi, yaitu: STP Bandung, STP Bali, Akpar Medan, Akpar Makasar, yangterserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserapdi pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusanpendidikan tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kemenparekraf.
B. Meningkatnya Profesionalisme Pelaku Sektor Pariwisata dan EkonomiKreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya profesionalismepelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama periode 2012–2014adalah:
1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,yaitu jumlah naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dihasilkan. Untuk dapatmelakukan sertifikasi, maka diperlukan standar kompetensi kerja yangakan dijadikan referensi. Identifikasi unit kompetensi dan penyusunanstandar kompetensi akan berpengaruh terhadap kualitas sertifikasi yangakan dilakukan.Oleh karena itu, penyusunan standar kompetensimembutuhkan waktu yang relatif panjang dan melibatkan pelaku dibidangnya.Kemenparekraf secara konsisten akan mengembangkan SKKNIdengan jumlah yang terus meningkat, sehingga semakin banyak profesiyang dapat disertifikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan profesionalismetenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
2. Jumlah tenaga kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yangdisertifikasi, yaitu jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomikreatif yang difasilitasi untuk disertifikasi. Sertifikasi sangat penting dilakukanuntuk menciptakan kompetensi yang unggul dan meningkatkan dayasaing SDM di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di dalam dan luarnegeri, sehingga dapat lebih bersaing dan profesional di bidangnya.Khususnya di sektor ekonomi kreatif, Kemenparekraf akan memulaisertifikasi pada tahun 2014 karena pada tahun 2012-2013 merupakaninisiasi identifikasi unit kompetensi serta penyusunan Standar KompetensiKerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif. Kemenparekrafmenargetkan jumlah pelaku yang akan disertifikasi cenderung meningkat,sehingga dengan semakin banyak pelaku yang disertifikasi, maka dayasaing tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif semakinmeningkat.
421
2.3.6 TUJUAN 6: PENCIPTAAN INOVASI BARU DI SEKTOR PARIWISATA
DAN EKONOMI KREATIF
Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memilikidua sasaran utama, yaitu:
A. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian di sektor pariwisata danekonomi kreatif; dan
B. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomikreatif.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurPenciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif akan dijelaskanpada bagian berikut.
A. Meningkatnya Kualitas Penelitian dan Kajian di Sektor Pariwisatadan Ekonomi Kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas penelitiandan kajian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah:
1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalammendukung kebijakan di sektor pariwisata, yaitu jumlah penelitiandan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan,implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor pariwisata. Ruang lingkupindustri pariwisata yang dikelola oleh Kemenparekraf sangatlah luas,sehingga fokus kajian yang dilakukan akan ditentukan berdasarkanpermasalahan yang mendesak dan penting untuk segera diselesaikan.Setiap tahun jumlah kajian yang dilakukan semakin meningkat sehinggasemakin banyak permasalahan yang dapat dievaluasi dan dianalisisuntuk dapat disikapi dengan kebijakan yang lebih efektif.
2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalammendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif, yaitu jumlah penelitiandan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan,implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor ekonomi kreatif. Samahalnya dengan sektor pariwisata, maka sektor ekonomi kreatif pun memilikiruang lingkup yang luas. Oleh karena itu strategi untuk melakukan kajiankebijakan terkait industri kreatif sama dengan strategi untuk melakukankajian kebijakan terkait dengan pariwisata.
B. Meningkatnya Kualitas Konten dan Jejaring Pelaku di Sektor EkonomiKreatif
Indikator dan target yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitaskonten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif adalah:
422
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuankreasi dan produksi. Proses kreasi dan produksi di industri kreatifmerupakan proses penciptaan nilai tambah yang berbeda. Dalam proseskreasi, ide merupakan modal utama dalam menciptakan karya kreatif,sedangkan produksi memiliki tantangan bagaimana menjadikan ide menjadisebuah karya komersial yang dapat dijadikan bisnis untuk menciptakannilai ekonomi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan kreasi dan produksikreatif antara lain melalui: kompetisi, coaching kreasi dan produksi,seminar, lokakarya, fasilitasi internship, fasilitasi kolaborasi produksi karyakreatif, fasilitasi eksperimen penciptaan karya kreatif atau kegiatanlainnya yang dapat meningkatkan kemampuan untuk berkreasi danberproduksi.
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring. Untukdapat terus meningkatkan kreativitasnya, pelaku kreatif ini membutuhkanuntuk membentuk jejaring untuk saling berbagi mengenai ide atau hallainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupunkomersialisasi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan jejaring kreatifantara lain melalui: forum, gathering, festival, diskusi, talkshow, ataukegiatan lainnya yang dapat mempertemukan pelaku kreatif untuk salingberbagi pengalaman dan pengetahuan.
2.3.7 TUJUAN 7: PENINGKATAN KUALITAS KINERJA ORGANISASI
KEMENPAREKRAF
Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaranutama, yaitu:
A. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;
B. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP); dan
C. Terselenggaranya reformasi birokrasi.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf akan dijelaskan padabagian berikut.
A. Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan
Dalam UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilanpenyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secaratertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
423
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilandan kepatutan. Oleh karena itu, Kemenparekraf selaku instansi pemerintahyang menggunakan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuandalam mengelola keuangan negara.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaankeuangan adalah opini keuangan Kemenparekraf yang diberikan oleh BadanPemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yangpaling rendah, yaitu: (1) Disclaimer; (2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP);dan (3) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan KeuanganKemenparekraf.Kemenparekraf berkewajiban untuk mencapai WTP danmempertahankan predikat tersebut hingga akhir tahun 2014 mendatang.
B. Meningkatnya Kualitas Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP)
Perbaikan tata kelola pemerintahan dan penerapan sistem manajemenpemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaliguspeningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) merupakan agendapenting dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan, yangdirealisasikan dengan diimplementasikannya Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP). Sasaran SAKIP adalah untuk: (1) menjadikaninstansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien,efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya;(2) terwujudnya transparansi instansi pemerintah; (3) terwujudnya partisipasimasyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional; dan (4) terpeliharanyakepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Meningkatnya kualitaspelaksanaan SAKIP di lingkungan Kemenparekraf dapat diindikasikan dariperbaikan nilai SAKIP yang diberikan oleh Kementerian PendayagunaanAparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap dokumen SAKIPKemenparekraf. Hasil penilaian SAKIP secara berurutan, dari urutan penilaianpaling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A, dan AA.
C. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
Terselenggaranya reformasi birokrasi yang efektif dapat diindikasikan dariperbaikan nilai Quality Assurance pelaksanaan reformasi birokrasi yangdiberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi kepada Kemenparekraf. Semakin tinggi nilai Quality Assurance,maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula kualitas pelaksanaanreformasi birokrasi di Kemenperekraf.
424
2.3.8 TUJUAN 8: PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUMBER DAYA
MANUSIA KEMENPAREKRAF
Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Kemenparekrafmemiliki dua sasaran utama, yaitu:
A. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf; dan
B. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukurpeningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut.
A. Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Terselenggaranya Kemenparekraf yang berkualitas akan terwujud apabiladidukung oleh kualitas SDM yang berkualitas. Kualitas SDM Kemenparekrafdapat dilihat dari jumlah SDM yang memiliki pendidikan lanjut yang mendalamisektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pendidikan lanjut yang dimaksudadalah pendidikan pascasarjana, untuk Strata 2 dan Strata 3. Saat ini,Kemenparekraf memiliki 414 orang dengan pendidikan akhir S2 dan 15 orangS3 yang mendalami sektor pariwisata serta fokus untuk mendalami tatakelola dan kebijakan di sektor pariwisata. Saat ini, dengan adanya sektorekonomi kreatif dan untuk memperkuat sektor kepariwisataan, makaKemenparekraf akan berupaya untuk memfasilitasi 80 orang dan 33 oranguntuk mengikuti jenjang pendidikan akhir S2 dan S3 selama periode 2012-2014.
Selain memfasilitasi SDM Kemenparekraf untuk mendapatkan tingkatpendidikan yang lebih tinggi, maka Kemenparekraf juga akan memperkuatSDM untuk difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis terkaitdengan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif, sejumlah 1.476 orangselama periode 2012-2014.
B. Meningkatnya Kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Dengan perubahan Kemenbudpar menjadi Kemenparekraf, diperlukan SDMbaru yang dapat mengisi posisi untuk sektor ekonomi kreatif khususnya,sehingga pengembangan ekonomi kreatif akan ditangani oleh SDM yangmemiliki pengetahuan serta kompetensi yang sesuai dengan sektor yangakan dikembangkan. Kuantitas SDM Kemenbudpar yang akan diberikanpenugasan di Kemenparekraf adalah sebanyak 1.917 pegawai dengan, dimanasaat ini, SDM tersebut memiliki detail penugasan pada masing-masing uniteselon 1 dan unit pelaksana teknis adalah sebagai berikut:
425
1. 186 orang di Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata;
2. 254 orang di Ditjen Pemasaran Pariwisata;
3. 173 orang di Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film;
4. 104 orang di Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata danEkonomi Kreatif;
5. 394 orang di Sekretariat Jenderal;
6. 74 orang di Inspektorat Jenderal;dan
7. 732 orang pada UPT Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisatadan Ekonomi Kreatif (STP Bandung, STP Bali, Akpar Medan, danAkpar Makassar)
Penambahan SDM ekonomi kreatif sangatlah dibutuhkan pada Kemenparekrafkhususnya pada sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain dan iptek,karena saat ini Kemenparekraf tidak memiliki SDM yang memiliki kompetensiyang sesuai dengan kebutuhan sektor ini. Penambahan SDM Kemenparekrafjuga dirasakan perlu dilakukan tekait adanya SDM yang pensiun dan rotasipada tahun berjalan.
Kemenparekraf memiliki rencana untuk memperkuat tenaga pengajar di UPTBadan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif padatahun 2012 dengan menambah 186 jabatan fungsional pendidik, dan hinggatahun 2014 Kemenparekraf bermaksud untuk memperkuat SDM sejumlah395 staf dengan latar belakang pendidikan: teknologi informasi, ekonomiakuntansi, administrasi, ilmu hukum, kesenian, komunikasi, desain,kepariwisataan, ekonomi manajemen, sosial politik-ilmu budaya, geografi,statistik, ilmu ekonomi, dan ilmu sastra.
426
j,
jg
gp
TU
JUA
N/SA
SAR
AN
/IND
IKA
TO
R
SAT
UA
N
IND
IKA
TO
R
20
10
2
01
1
20
12
2
01
3
20
14
1
PEN
ING
KA
TA
N K
ON
TR
IBU
SI EK
ON
OM
I KEP
AR
IWISA
TA
AN
IND
ON
ESIA
1
1
Me
nin
gkatn
ya ko
ntrib
usi ke
pa
riwisa
taa
n te
rha
da
p P
rod
uk D
om
estik B
ruto
(PD
B) n
asio
na
l
1
1
1
Ko
ntrib
usi sekto
r pariw
isata terhad
ap P
DB
nasio
nal
Persen
tase4
,06
4,1
4,1
54
,24
,25
1
2
Me
nin
gkatn
ya ko
ntrib
usi ke
pa
rwisa
taa
n te
rha
da
p ku
alita
s da
n ku
an
titas te
na
ga ke
rja n
asion
al
1
2
1
Jum
lah ten
aga kerja lan
gsun
g, tidak lan
gsun
g, dan
ikutan
sektor p
ariwisata
Juta o
rang
7,4
47
,77
8,0
38
,35
8,7
4
1
2
2
Ko
ntrib
usi se
ktor p
ariwisata terh
adap
pen
yerapan
tenaga kerja n
asion
alP
ersentase
6,8
76
,98
7,0
07
,09
7,2
0
1
2
3
Pro
du
ktivitas tenaga kerja lan
gsun
g, tidak lan
gsun
g, dan
ikutan
sektor p
ariwisata
Rp
juta/TK
/tahu
n
11
,40
11
,96
12
,66
13
,54
14
,65
1
3
Me
nin
gkatn
ya in
vesta
si di se
ktor p
ariw
isata
1
3
1
Ko
ntrib
usi in
vestasi bid
ang p
ariwisata terh
adap
total in
vestasi nasio
nal
Persen
tase4
,24
4,2
84
,43
4,6
44
,83
1
4
Me
nin
gkatn
ya d
evisa
da
n p
en
gelu
ara
n w
isata
wa
n d
iInd
on
esia
1
4
1
Jum
lah p
enerim
aan d
evisa wism
anU
S$ m
iliar7
,60
8,5
8,9
61
0,3
51
2
1
4
2
Jum
lah p
engelu
aran w
isnu
s R
p triliu
n1
50
,41
15
3,4
17
1,5
17
8,6
2
5
19
1,2
5
1
4
3
Jum
lah p
engelu
aran p
er wism
an p
er kun
jun
ganU
S$1
.08
51
.11
81
.12
01
.15
01
.20
0
1
4
4
Jum
lah p
engelu
aran p
er wisn
us p
er kun
jun
ganR
p rib
u6
41
,76
65
07
00
71
4,5
75
0
1
5
Me
nin
gkatn
ya ku
an
titas w
isma
n ke
Ind
on
esia
da
n w
isnu
s
1
5
1
Jum
lah w
isman
ke Ind
on
esia u
ta oran
g7
7,6
89
10
1
5
2
Jum
lah p
erjalanan
wisn
us
Juta p
erjalanan
23
42
36
24
52
50
25
5
2
PEN
ING
KA
TA
N D
AY
A SA
ING
KEP
AR
IWISA
TA
AN
IND
ON
ESIA
2
1
Me
nin
gkatn
ya citra
kep
ariw
isata
an
Ind
on
esia
2
1
1
Daya sain
g kepariw
isataan In
do
nesia
Nilai
3,9
64
4,0
44
,08
4,1
2
2
1
2
Jum
lah lo
kasi KSP
N yan
g difasilitasi u
ntu
k men
ingkatkan
kualitas tata kelo
la destin
asi
(DM
O)
Lokasi
21
51
51
51
5
2
2
Te
rcipta
nya
dive
rsifikasi d
estin
asi p
ariw
isata
Tab
el 2
-1 M
atrik
s Tu
jua
n, S
as
ara
n d
an
Ind
ika
tor K
ine
rja J
an
gk
a M
en
en
ga
h d
an
Tah
un
an
Ke
me
np
are
kra
f
427
TU
JUA
N/SA
SAR
AN
/IND
IKA
TO
R
SAT
UA
N
IND
IKA
TO
R
20
10
2
01
1
20
12
2
01
3
20
14
2
2
1
Jum
lah lo
kasi daya tarik d
i DP
N yan
g dikem
ban
gkan m
en
jadi d
estin
asi pariw
isata D
aerah7
29
29
29
29
2
2
2
Jum
lah d
esa yang d
ifasilitasi un
tuk d
ikemb
angkan
seb
agai desa w
isata D
esa2
00
56
99
78
96
31
.34
2
2
2
3
Jum
lah p
ola p
erjalan
an yan
g dike
mb
angkan
Po
la1
02
01
32
01
3
2
3
Te
rcipta
nya
pe
ma
sara
n p
ariw
isata
yan
g efe
ktif da
n e
fisien
2
3
1
Rasio
kon
sentrasi p
asarwism
an ke In
do
nesia
CR
5 (%
)
6
3,5
63
,56
3,5
2
3
2
Jum
lahV
isit Ind
on
esia
To
urism
Office
r (VITO
) di m
ancan
egara
Lokasi
12
12
13
14
15
2
3
3
Pro
du
ktivitas investasi p
em
asaran lu
ar ne
geri
Kali
69
0,2
66
20
,13
47
3,5
95
29
,73
59
5,3
0
2
3
4
Pro
du
ktivitas investasi p
emasaran
dalam
ne
geri
Kali
3.4
74
1.2
98
1.8
48
1.8
50
1.9
08
2
3
5
Pen
ingkatan
persep
si po
sitif masyarakat d
un
ia men
genai kep
ariwisataan
Ind
on
esiaN
ilai survei
base lin
e
(x)
x+5
%x+
10
%
3
PE
NIN
GK
AT
AN
KO
NT
RIB
USI E
KO
NO
MI IN
DU
STR
I KR
EA
TIF
3
1
Me
nin
gkatn
ya P
rod
uk D
om
estik B
ruto
(PD
B) e
kon
om
ikrea
tif
3
1
1
Ko
ntrib
usi e
kon
om
i kreatif te
rhad
ap P
DB
nasio
nal
Pe
rsen
tase
7
,29
7,3
87
,5
3
2
Me
nin
gkatn
ya ku
alita
s da
n ku
an
titas te
na
ga ke
rja se
ktor e
kon
om
i krea
tif
3
2
1
Tingkat p
artisipasi te
naga ke
rja sekto
r eko
no
mi kre
atifP
erse
ntase
8,2
58
,35
8,4
8
3
2
2
Pertu
mb
uh
an p
rod
uktivitas ten
aga kerja sektor eko
no
mi kre
atifP
ersentase
3,0
83
,58
4,0
6
3
3
Me
nin
gkatn
ya u
nit u
sah
a se
ktor e
kon
om
i krea
tif
3
3
1
Ko
ntrib
usi u
nit u
saha d
i sekto
r eko
no
mi kre
atif terh
adap
un
it usah
a nasio
nal
Pe
rsen
tase7
,28
7,3
17
,35
4
PE
NIN
GK
AT
AN
AP
RE
SIASI T
ER
HA
DA
P P
ELA
KU
DA
N K
AR
YA
KR
EA
TIF
4
1
Me
nin
gkatn
ya ko
nsu
msi p
rod
uk d
an
jasa
krea
tif loka
l ole
h m
asya
raka
t Ind
on
esia
4
1
1
Jum
lah p
elaku kreatif yan
g me
ngalam
i pe
nin
gkatan akses p
asarO
rang
1.1
93
1.4
00
1.5
85
4
1
2
Pertu
mb
uh
an ko
nsu
msi karya kreatif lo
kal di d
alam n
egeriP
ersentase
9,2
61
0,0
71
0,8
9
4
2
Me
nin
gkatn
ya p
em
ah
am
an
ma
syara
kat te
rha
da
p e
kon
om
i krea
tif
4
2
1
Tingkat p
em
aham
an m
asyarakat terh
adap
eko
no
mi kre
atif P
erse
ntase
base lin
e
(x)
x+5
%x+
10
%
4
3
Te
rcipta
nya
rua
ng p
ub
lik ba
gi ma
syara
kat
4
3
1
Jum
lah p
enge
mb
angan
zon
a kreatif di In
do
nesia
Zon
a
3
10
12
428
TUJU
AN
/SASA
RA
N/IN
DIK
AT
OR
SA
TUA
N
IND
IKA
TOR
2
01
0
20
11
2
01
2
20
13
2
01
4
5
PEN
ING
KA
TAN
KA
PA
SITAS D
AN
PR
OFESIO
NA
LISME SD
M P
AR
IWISA
TA D
AN
EKO
NO
MI K
REA
TIF
5
1
Me
nin
gkatnya ku
alitas dan
kuan
titas lu
lusan
pe
nd
idikan
tinggi p
ariwisata
5 1
1 Ju
mlah
lulu
san p
end
idikan
tinggi kep
ariwisataan
yang terserap
di p
asar kerjaO
rang
1.24
11
.281
1.38
31
.443
1.49
0
5
2
Me
nin
gkatnya p
rofe
sion
alisme
pe
laku se
ktor p
ariwisata d
an e
kon
om
i krea
tif
5 2
1 Ju
mlah
stand
ar kom
peten
si sektor p
ariwisata d
an eko
no
mi kreatif
Naskah
SKK
NI
10
11
12
5 2
2 Ju
mlah
tenaga kerja p
ariwisata d
an eko
no
mi kreatif yan
g disertifikasi
Oran
g10.000
10.00015.000
9.0006
.000
6
PEN
CIP
TAA
N IN
OV
ASI B
AR
U D
I SEKTO
R P
AR
IWISA
TA D
AN
EKO
NO
MI K
REA
TIF
6
1
Me
nin
gkatnya ku
alitas pe
ne
litian d
an ka
jian b
idan
g pariw
isata d
an e
kon
om
i kreatif
6 1
1 Ju
mlah
pen
elitian d
an p
engem
ban
gan yan
g dim
anfaatkan
dalam
men
du
kun
g
kebijakan
di sekto
r pariw
isata
Kajian
81
01
01
11
2
6 1
2 Ju
mlah
pen
elitian d
an p
engem
ban
ganyan
g dim
anfaatkan
dalam
men
du
kun
g
kebijakan
di sekto
r ekon
om
i kreatif
Kajian
10
12
13
6
2
Me
nin
gkatnya ku
alitas kon
ten
dan
jejarin
g pe
laku d
i sekto
r eko
no
mi kre
atif
6 2
1 Ju
mlah
pelaku
kreatif yang m
engalam
i pen
ingkatan
kemam
pu
an kreasi d
an p
rod
uksi
Oran
g3
.918
4.13
04
.415
6 2
2 Ju
mlah
pelaku
kreatif yang m
engalam
i pen
guatan
jejaring
Oran
g2
.594
2.85
53
.145
7
PEN
ING
KA
TAN
KU
ALITA
S KIN
ERJA
OR
GA
NISA
SI KEM
ENP
AR
EKR
AF
7
1
Me
nin
gkatnya ku
alitas p
en
gelo
laan ke
uan
gan
7 1
1 O
pin
i keuan
gan K
emen
parekraf
Perin
gkatW
DP
WTP
WTP
WTP
WTP
7
2
Me
nin
gkatnya ku
alitas pe
laksanaan
Sistem
Aku
ntab
ilitas Kin
erja In
stansi P
em
erintah
(SAK
IP)
7 2
1 P
redikat SA
KIP
Kem
enp
arekraf P
redikat
BB
BA
A
7
3
Terse
len
ggaranya R
efo
rmasi B
irokrasi
7
3
1
Nilai Q
ua
lity Assu
ran
ce (QA
) Refo
rmasi B
irokrasi
Nilai
40
85
100
8
PEN
ING
KA
TAN
KU
ALITA
S DA
N K
UA
NTITA
S SDM
KEM
ENP
AR
EKR
AF
8
1
Me
nin
gkatnya ku
alitas Sum
be
r Daya M
anu
sia Ke
me
np
arekra
f
8 1
1 Ju
mlah
SDM
Kem
enp
arekraf yang d
ifasilitasi un
tuk m
eneru
skan p
end
idikan
kejen
jang
yang leb
ih tin
ggi
Oran
g1
81
19
51
53
429
TUJU
AN
/SASA
RAN
/IND
IKATO
R SA
TUA
N
IND
IKATO
R 2010
2011 2012
2013 2014
8 1
2 Jum
lah SDM
Kemenparekraf yang difasililtasi untuk m
engikuti diklat manajem
en dan
teknis
Orang
762635
546406
524
8 2
Meningkatnya kuantitas Sum
ber Daya M
anusia Kemenparekraf
8 2
1 Jum
lah penambahan SD
M Kem
enparekraf yang akan mengem
bangkan pariwisata
dan ekonomi kreatif
Orang
186259
128
430
BAB 3ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNANKEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF NASIONAL
Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang INDONESIA YANG MANDIRI,MAJU, ADIL DAN MAKMUR, RPJPN 2005-2025 mengamanatkan bahwa,RPJMN ke-2, periode 2010-2014 diarahkan untuk lebih memantapkan penataankembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatankualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuanilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.
Landasan hukum pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasionaljangka menengah 2012-2014, adalah:
1. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan;
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2009, tentang Perfilman;
3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011, tentang Rencana IndukPembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025;
4. Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010, tentang RPJMN 2010-2014, terdiridari:1. Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014, Buku I RPJMN 2010-
2014;2. Bidang-Bidang Pembangunan, Buku II RPJMN 2010-2014;3. Pembangunan Kewilayahan, Buku III RPJMN 2010-2014;
5. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011, tentang Masterplan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;
6. Instruksi Presiden No 6 Tahun 2009 tentang Pembangunan EkonomiKreatif 2009-2015; dan
3.1.1 UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 2009, TENTANG KEPARIWISATAAN
Pembangunan kepariwisataan Indonesia dilaksanakan berdasarkan UU No.10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataandiwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan denganmemperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam,serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Pembangunan kepariwisataan ini
431
meliputi: industri pariwisata; destinasi pariwisata; pemasaran; dan kelembagaankepariwisataan.
Penugasan Undang-Undang Kepariwisataan kepada Kemenparekraf adalah:
1. Menyusun rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional,
2. Mendorong penanaman modal dalam negeri dan penanaman modalasing di sektor kepariwisataan,
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untukmendukung pembangunan kepariwisataan,
4. Mengembangkan dan melindungi usaha mikro, kecil, menengah, dankoperasi dalam sektor usaha pariwisata,
5. Mengoordinasikan pembangunan kepariwisataan lintas sektor dan lintasprovinsi,
6. Menyelenggarakan kerja sama internasional di sektor kepariwisataansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
7. Menetapkan dan mengembangkan kawasan pariwisata strategis nasional,dan kawasan pariwisata khusus,
8. Menetapkan daya tarik wisata nasional,
9. Menetapkan destinasi pariwisata nasional ,
10. Menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur, kriteria, dan sistempengawasan dalam penyelenggaraan kepariwisataan;
11. Mengembangkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia disektor kepariwisataan,
12. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan,
13. Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yangmenjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali,
14. Melakukan dan memfasilitasi promosi pariwisata nasional,
15. Memberikan kemudahan yang mendukung kunjungan wisatawan,
16. Memberikan informasi dan/atau peringatan dini yang berhubungan dengankeamanan dan keselamatan wisatawan;
17. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan potensi wisata yang dimilikimasyarakat,
18. Mengawasi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraankepariwisataan,
432
19. Mengalokasikan anggaran kepariwisataan,
20. Memfasilitasi pembentukan Badan Promosi Pariwisata Indonesia yangberkedudukan di ibu kota negara, dan
21. Mendukung pembentukan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia, sebagaimitra pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan.
3.1.2 UNDANG-UNDANG NO. 33 TAHUN 2009, TENTANG PERFILMAN
Undang-Undang Perfilman merupakan dasar hukum pengembangan perfilmannasional. Perfilman memiliki fungsi perfilman mempunyai fungsi budaya,pendidikan, hiburan, informasi, pendorong karya kreatif, dan ekonomi.Penyelenggaraan perfilman dilakukan melalui kegiatan perfilman, dan usahaperfilman.
Penugasan Undang-Undang Perfilman kepada Kemenparekraf adalah:
1. Menyelenggarakan pendaftaran usaha perfilman;
2. Memberikan Izin Usaha Perfilman (kecuali pelaku usaha perseorangan),untuk:a. Usaha pengedaran filmb. Usaha ekspor filmc. Usaha impor film
3. Melindungi pembuatan film yang telah didaftarkan;
4. Mengumumkan secara berkala kepada publik data judul-judul film yangtercatat;
5. Memberikan izin kepada pihak asing yang menggunakan lokasi pembuatanfilm di Indonesia;
6. Menetapkan tata edar film untuk menjamin perlakuan yang adil;
7. Menerima dan mengumumkan laporan data jumlah penonton dari pelakuusaha pertunjukan film;
8. Melakukan kegiatan apresiasi film, melalui:a. Festival film,b. Seminar, diskusi, lokakarya,c. Kritik dan resensi film.
9. Memfasilitasi pembuatan film untuk pemenuhan ketersediaan filmIndonesia;
10. Menyusun Rencana Induk Perfilman Nasional;
11. Memfasilitasi pembentukan Badan Perfilman Indonesia ;
433
12. Memberikan penghargaan untuk film yang berprestasi di tingkat nasionaldan internasional;
13. Menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi pelatihan kompetensi insanperfilman.
3.1.3 PERATURAN PEMERINTAH NO. 50 TAHUN 2011, TENTANG RENCANA
INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025
Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2011 tentang Rencana Induk PembangunanKepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025 merupakan amanatdari UU No.10/Th.2009 tentang kepariwisataan yang mengatur pembangunankepariwisataan Indonesia.
Wilayah pengembangan destinasi pariwisata nasional diarahkan pada 222Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 Destinasi PariwisataNasional (DPN), dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).KPPN menunjukkan kawasan pengembangan pariwisata di seluruh indonesiayang diwujudkan dalam bentuk DPN dan KSPN. DPN merupakan destinasipariwisata berskala nasional, sedangkan KSPN merupakan kawasan yangmemiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembanganpariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebihaspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaansumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dankeamanan.
Hubungan antara KPPN, DPN dan KSPN dijelaskan pada rincian wilayahsebagai berikut:
1. Sumatera, terdiri dari 55 KPPN di 11 DPN dan 20 KSPN;
2. Jawa, terdiri dari 48 KPPN di 11 DPN (termasuk DPN Krakatau-UjungKulon) dan 23 KSPN;
3. Bali dan Nusa Tenggara, terdiri dari 33 KPPN di 8 DPN dan 21 KSPN;
4. Kalimantan, terdiri dari 25 KPPN di 7 DPN dan 9 KSPN;
5. Sulawesi, terdiri dari 28 KPPN di 5 DPN dan 8 KSPN; dan
6. Maluku dan Papua, terdiri dari 33 KPPN di 8 DPN dan 7 KSPN.
Program dan ruang lingkup pembangunan kepariwisataan dalam setiap programdapat dilihat pada Bagan 3-1.
434
Bagan 3-1 Program dan Ruang Lingkup Pembangunan Kepariwisataan
3.1.4 PERATURAN PRESIDEN NO. 5 TAHUN 2010, TENTANG RPJMN2010-2014
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 mengatur tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014. PeraturanPresiden ini menetapkan 3 jenis prioritas pembangunan, yaitu:
1. Prioritas nasional, berisikan prioritas pembangunan nasional 2010-2014;
2. Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan, berisikan prioritas bidangpembangunan;
3. Pembangunan berdimensi kewilayahan, berisikan prioritas pembangunankewilayahan.
3.1.4.1 Prioritas Pembangunan Nasional
Visi dan misi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada periode2010-2014 telah dijabarkan ke dalam sejumlah program prioritas untukmemudahkan implementasi dan pengukuran indikator keberhasilan dariimplementasi program tersebut. Sebagian besar sumber daya dan kebijakanakan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional,yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan;(4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7)iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10)daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik; serta (11) kebudayaan,kreativitas, dan inovasi teknologi.Sebelas prioritas nasional pada dasarnyamerupakan upaya untuk:
1. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik, yaitu meliputi: prioritas5 ketahanan pangan, prioritas 6 infrastruktur, prioritas 8 energi, sertaprioritas 10 daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik;
435
2. Perbaikan infrastruktur lunak, yaitu meliputi: prioritas 1 reformasi birokrasidan tata kelola dan prioritas 7 iklim investasi dan iklim usaha;
3. Penguatan infrastruktur sosial, yaitu meliputi: prioritas 2 pendidikan,prioritas 3 kesehatan, prioritas 4 penanggulangan kemiskinan dan prioritas9 lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; dan
4. Pembangunan kreativitas, yaitu meliputi: prioritas 11 kebudayaan,kreativitas, dan inovasi teknologi.
Selain 11 prioritas nasional, terdapat prioritas nasional lainnya di bidang: (1)Politik, hukum dan keamanan; (2) Perekonomian; (3) Kesejahteraan rakyatyang merupakan prioritas bagi Presiden RI periode 2010-2014.
Penugasan yang menjadi tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: (1) prioritas4 terkait dengan penanggulangan kemiskinan;(2) prioritas 11 terkait denganpenguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi;(3) prioritas nasional lainnyabidang kesejahteraan rakyat; (4) prioritas nasional lainnya bidang ekonomi.
A. Penanggulangan Kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan bertujuan menurunkan tingkat kemiskinan absolutdari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan memperbaiki distribusipendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaanmasyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat.
Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraftahun 2012-2014 adalah:
1. Melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri(PNPM Mandiri) sektor pariwisata, melalui pengembangan desa wisata;
2. Mendukung percepatan penyerapan KUR pada sektor-sektor industrikreatif.
B. Penguatan Kebudayaan, Kreativitas,dan Inovasi Teknologi
Penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi bertujuanmengembangkan dan melindungi kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmuserta apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagitumbuh-mapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yangdisertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasioleh keunggulan Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan.
Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraftahun 2012-2014 adalah:
a. Mendukung pengembangan sarana, melalui fasilitasi sarana bagipengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya
436
b. Mendukung program penciptaan,melalui fasilitasi perolehan paten danHKI, serta pengkajian dan penerapan inkubasi teknologi.
c. Melaksanakan pengembangan kesenian dan perfilman nasional;
d. Mendukung inovasi teknologi melalui peningkatan kemampuan inovasi dankreativitas pemuda.
C. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat
Prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat terdiri dari 10 substansiinti pembangunan. Kemenparekraf merupakan penanggung jawab utamapada 4 substansi inti, yaitu:
a. Peningkatan jumlah wisman dan wisnus sebesar 20% secara bertahapdalam 5 tahun;
b. Promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran danpengiklanan yang kreatif dan efektif;
c. Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan saranapendukung pariwisata; dan
d. Peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisatalokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitalitymanagement yang kompetitif di wilayah Asia.
D. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Ekonomi
Prioritas nasional lainnya bidang ekonomi terdiri dari 3 substansi inti pembangunan,yaitu pengembangan industri, diplomasi perdagangan, pelayanan dan perlindunganTKI (Tenaga Kerja Indonesia). Kemenparekraf memiliki tanggung jawab utamadalam pengembangan industri, mengacu pada Perpres No. 28 Tahun 2008tentang Kebijakan Industri Nasional, khususnya yang terkait industri kreatif,seperti: kerajinan; fesyen; piranti lunak; pasar barang seni; permainan interaktif;dan konten multimedia lainnya.
Tanggung jawab Kemenparekraf meliputi:1) Menguatkan keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai dari industri;2) Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun
kompetensi inti industri daerah;3) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan
dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber dayaterbarukan;
4) Mengembangkan industri kecil dan menengah;5) Menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif; dan6) Mendorong pertumbuhan klaster industri.
437
Bagan 3-2 Prioritas Nasional Pembangunan Kepariwisataan dan EkonomiKreatif Indonesia
3.1.4.2 Prioritas Bidang
Prioritas bidang pembangunan nasional 2010-2014 diarahkan pada 9 bidangyaitu: sosial budaya; ekonomi; ilmu pengetahuan dan teknologi; sarana danprasarana; politik; pertahanan dan keamanan; hukum dan aparatur; wilayahdan tata ruang; sumber daya alam dan lingkungan hidup; pariwisata danekonomi kreatif.
Kemenparekraf memiliki peran utama pada 2 bidang pembangunan, yaitu:(a) Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, pada prioritas jati diribangsa dan pelestarian budaya; dan (b) Bidang ekonomi, pada prioritaspariwisata dan ekonomi kreatif.
A. Penguatan Jati Diri Bangsa dan Pelestarian Budaya
Penugasan utama kepada Kemenparekraf dalam penguatan jati diri bangsadan pelestarian budaya adalah peningkatan apresiasi terhadap keragamanserta kreativitas seni dan budaya. Peningkatan apresiasi dilakukan melalui:
10. DaerahTertinggal, Terluar;dan Paskakonflik
8. Energi
11. P
RIO
RIT
AS N
AS
ION
AL
Pri
ori
tas
Nas
ion
alL
ain
ny
aBidang politik, hukum
& keamanan
Bidang perekonomian
Pemcegahan terorisme, perlindungan HAM,pemberantasan korupsi dll.
Peta panduan pengembangan industri kreatiftertentu serta Kemitraan antar industri kerajinan &barang seni dengan sektor lain seperti pariwisata
Penignkatan jumlah wisman & wisnus, promosi 10tujuan pariwisata, perbaikan sarana prasaranapendukung pariwisata, peningkatan kapasitasPemerintah & pemangku kepentingan pariwisatalokal
Peningkatan apresiasi, kreativitas & produktivitaspara pelaku seni, Kebijakan fasilitas perolehan hakpaten & HKI produk kreatif, serta meningkatnyakreativitas pemuda di bidang seni, budaya, &industri kreatif
Struktur, otonomi daerah, sumber daya manusia,regulasi, sinergi antara pusat dan daerah,penegakan hukum, serta data kependudukan
Kepastian hukum, penyederhanaan prosedur,logistik nasional, sistem informasi, KawasanEkonomi Khusus (KEK), serta ketenagakerjaan
Akses pendidikan dasar-menengah, aksespendidikan tinggi, metodologi, pengelolaan,kurikulum, serta kualitas
Program kesehatan masyarakat, program KB,sarana kesehatan, obat, serta asuransi kesehatannasional,\Pengembangan desa wisata dan zona kreatifmelalui PNPM bidang pariwisata dan ekonomikreatifPerubahan iklim, pengendalian kerusakanlingkungan, sistem peringatan dini, sertapenanggulangan bencana
Lahan, infrastruktur, penelitian &pengembangan pangan & gizi, serta adaptasiperubahan iklim
Tanah & tata ruang, jajan, perhubungan, perumahanrakyat, pengendalian banjir, telekomunikasi,transportasi perkotaan
Kebijakan, restrukturisasi BUMN, kapasitas energi,energi alternatif, hasil ikutan & turunan minyakbumi/gas, konversi menuju penggunaan
Kebijakan, kerjasama internasional,keutuhan wilayah, serta darah tertinggal
Bidang kesejahteraanrakyat
11. Kebudayaan,Kreativitas & Inovasi
Teknologi
1. Reformasi Birokrasidan Tata Kelola
7. Iklim Investasi &Usaha
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. PenanggulanganKemiskinan
9. Lingkungan Hidup& Bencana
5. Ketahanan Pangan
6. Infrastruktur
438
1. Fasilitasi perolehan HKI terhadap karya seni budaya,
2. Fasilitasi pergelaran, pameran, festival karya seni budaya dan film,
3. Fasilitasi sarana pengembangan, pendalaman, dan pergelaran seni budaya,
4. Reaktualisasi, inventarisasi, dan dokumentasi karya budaya, dan
5. Fasilitasi produksi film nasional yang berkualitas.
B. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan inisiatif baru padabidang pembangunan ekonomi. Penugasan pembangunan nasional kepadaKemenparekraf pada prioritas pariwisata meliputi:
1. Pengembangan industri pariwisata, melalui peningkatan investasi di sektorpariwisata,
2. Pengembangan destinasi pariwisata yang berdaya saing tinggi di pasarglobal, yang dilakukan melalui:a. Pengembangan daya tarik pariwisata;b. Pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata; danc. Peningkatan PNPM mandiri sektor pariwisata,
3. Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata, yang dilakukan melalui:a. Peningkatan promosi pariwisata luar negeri;b. Peningkatan promosi pariwisata dalam negeri;c. Pengembangan informasi pasar pariwisata;d. Peningkatan publikasi pariwisata; dane. Peningkatan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
(Meeting, Incentive Travel, Conference, and Exhibition/ MICE),
4. Pengembangan sumber daya pariwisata melalui peningkatan jumlahlulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar tenagakerja, dan peningkatan penelitian dan pengembangan kepariwisataan,
Penugasan pembangunan nasional kepada Kemenparekraf pada prioritasekonomi kreatif meliputi:
1. Peningkatan kontribusi PDB Ekonomi Kreatif;
2. Peningkatan UKM kreatif yang mendapat transaksi bisnis di pamerandalam dan luar negeri;
3. Peningkatan jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan(UKM);
4. Peningkatan kualitas data dan informasi ekonomi kreatif;
439
5. Peningkatan jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan;
6. Pengembangan klaster industri kreatif, melalui peningkatan kemampuandesain, manajemen dan kreativitas pengrajin,
7. Pengembangan produk dan pemasaran bagi koperasi dan UMKM; dan
8. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan bagi UMKM yang berbasisinovasi dan berorientasi ekspor.
Sosial Budayadan
KehidupanBeragama
1. Peningkatan Investasi
2. Peningkatan ekspor
3. Peningkatan daya beli masyarakat
4. Optimalisasi pengeluaran Pemerintah &
pengelolaan kekayaan negara
5. Pengelolaan APBN yang berkelanjutan
6. Stabilitas sektor keuangan
7. Revitalisasi Industri
8. Daya saing ketenagakerjaan
9. Pemberdayaan koperasi & UKM
10.Jaminan sosial
11.Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Ekonomi
1. Pengendalian kuantitas Penduduk2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan3. Peningkatan akses, kualitas, dan relevansi
pendidikan4. Peningkatan partisipasi pemuda, budaya dan
prestasi olahraga5. Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama6. Penguatan jati Diri Bangsa dan Pelestarian
Budaya7. Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan
Kesejahteraan Sosial8. Kesetaraan Gender, Pemberdayaan
Perempuan, dan Perlindungan Anak
ALUR PIKIR PRIORITAS BIDANGRPJM 2010 2014 (I)
Peningkatan
Kualitas SDM,
serta Jati Diri dan
Karakter Bangsa
Peningkatan
Kesejahteraan
Rakyat
MelanjutkanPembangunan
Menuju Indonesia
yang Sejahtera
Memperkuat
Dimensi Keadilan
di Semua Bidang
Kesejahteraan
Rakyat
Keadilan
Ekonomi Kreatif & Pariwisata
Ekonomi Kreatif
Pariwisata
3-3 Peran Utama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Fokus Bidang-Bidang Pembangunan
3.1.4.3 Prioritas Pembangunan Kewilayahan
Perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budayadan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan masih adanya kesenjanganantar wilayah. Hal ini mengakibatkan kesejahteraan masyarakat tidak meratadi seluruh wilayah. Karenanya, sesuai dengan visi pembangunan Indonesiauntuk mewujudkan kemandirian, kemajuan, keadilan, serta kemakmuran,maka sinergi antara pusat dan daerah serta antar daerah haruslah diperkuat.
Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah mengembangkan prioritaspembangunan kewilayahan yang konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektor,
440
serta mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah, sistem hukum dankelembagaan yang andal. Prioritas pembangunan ini dibagi berdasarkanwilayah Sumatera, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,Maluku, serta Papua.
Strategi pengembangan wilayah 2010-2014 sesuai dengan RPJMN adalahsebagai berikut:
1. Mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa-Bali danSumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayahJawa-Bali dan Sumatera;
2. Meningkatkan keterkaitan antar wilayah melalui peningkatan perdaganganantar pulau untuk mendukung perekonomian domestik;
3. Meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektorunggulan di tiap wilayah;
4. Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategisdan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasanterluar, dan daerah rawan bencana; dan
5. Mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan.
Dari strategi pengembangan wilayah tersebut, Kemenparekraf memiliki peranpenting dalam mendorong pertumbuhan wilayah potensial di luar Jawa-Balidan Sumatera (poin 1), meningkatkan daya saing daerah (poin 3), sertamendorong percepatan pembangunan daerah (poin 4).
A. Sumatera
Di wilayah Sumatera, ekonomi kreatif memiliki peran penting pada arahkebijakan dan strategi pengembangan wilayah terkait dengan pengembangancluster industri unggulan. Strateginya adalah mengembangkan Medan, Batam,Pekanbaru, dan Palembang sebagai pusat industri pengolahan yang melayanikawasan sentra produksi.
Sedangkan, untuk pengembangan industri pariwisata alam dan budaya, strategiyang diambil oleh pemerintah adalah mengembangkan pusat-pusat tujuanwisata dalam suatu jalur wisata terpadu. Target pengembangan pariwisataini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20 persensecara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).
B. Jawa-Bali
Arah kebijakan dan strategi pembangunan yang terkait sektor pariwisata diJawa-Bali terkait dengan percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa.Strategi yang diambil adalah pengembangan potensi wisata pantai (ekowisata)
441
di wilayah selatan Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, danJawa Timur. Selain itu, pengembangan jasa pariwisata dan perdaganganjuga dilakukan dengan strategi mengembangkan teknologi dan kualitas SDMdi sektor jasa pariwisata dan perdagangan di Provinsi DKI Jakarta, JawaBarat, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).
Kontribusi sektor ekonomi kreatif di wilayah Jawa-Bali erat kaitannya denganpengembangan industri unggulan potensial yang dilakukan melalui strategimengembangkan industri kecil dan menengah pada industri kreatif terutamakerajinan, seni pertunjukan, desain, layanan komputer dan piranti lunak,serta riset dan pengembangan di Provinsi DI Yogyakarta.
Sedang, kedua sektor ini secara bersamaan memiliki peran dalam hal penguatanproduktivitas ekonomi dan investasi dengan strategi pengembanganmenciptakan iklim investasi yang kondusif di Provinsi DKI Jakarta.
C. Kalimantan
Berdasarkan strategi pengembangan wilayah secara umum, arah kebijakandan strategi pengembangan wilayah Kalimantan terkait sektor pengembanganindustri pariwisata alam dan budaya yang dilakukan dengan strategimengembangkan gugus (cluster) industri pariwisata. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).
Sedangkan yang terakit dengan ekonomi kreatif terlihat dari arah kebijakanuntuk pengembangan Kalimantan sebagai wilayah tumbuh pesat dan meratadengan strategi mengembangkan produk atau industri unggulan wilayah dankerja sama antardaerah.
D. Sulawesi
Arah kebijakan di wilayah Sulawaesi yang terkit pengembangan sektor pariwisataadalah pengembangan jalur wisata alam dan budaya. Strateginya denganmemperkuat jalur wisata Toraja-Tomohon-Bunaken dengan Bali. Targetpengembangan pariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnussebesar 20 persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).
Sedang, arah kebijakan wilayah Sulawesi untuk pengembangan industrikreatif adalah pengembangan gugus industri unggulan wilayah dengan strategimengembangkan Manado-Bitung sebagai pusat industri pengolahan berbasishasil laut dan mengembangkan Gorontalo, Palu, Kendari, dan Mamuju sebagaipusat industri pengolahan tanaman pangan dan hortikultura.
442
E. Nusa Tenggara
Di wilayah Nusa Tenggara, arah kebijakan terkait pengembangan sektorpariwisata adalah pengembangan pariwisata bahari dengan strategimeningkatkan aksesibilitas dari sentra-sentra produksi di Bayan, Keruak,Batukliang dan sekitarnya melalui keterpaduan sistem transportasi darat danlaut, mengembangkan objek pariwisata, meningkatkan kinerja pembangunankepariwisataan di sekitar Gili Trawangan, Air dan Meno yang memiliki potensisangat besar melalui pengembangan fasilitas pendukung berstandarinternasional, mengembangkan kawasan industri pengolahan bahan tambangdan perikanan tangkap yang komplementer dengan keberadaan pelabuhaninternasional Teluk Kupang, meningkatkan aksesibilitas kota Kupang ke sentra-sentra produksi di sekitarnya, mengembangkan sentra produksi pertaniantanaman pangan dan hortikultura, tanaman tahunan, hasil hutan, perikanantangkap, wisata lingkungan, serta wisata bahari. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).
Arah kebijakan wilayah Nusa Tenggara yang terkait ekonomi kreatif danpariwisata adalah pengembangan Mataram dan Kupang sebagai pusat industripengolahan komoditas unggulan dan pariwisata dengan strateginya adalahindustri pengolahan khusunya yang fokus pada sektor kuliner.
F. Maluku
Wilayah Maluku memiliki arah kebijakan pengembangan sentra produksikomoditas unggulan. Strategi pengembangannya adalah diversifikasi produkke arah ikan siap saji untuk pasar dalam dan luar negeri, mengembangkanklaster industri perikanan dengan Ambon sebagai pusat industri pengolahan,serta penganekaragaman produk olahan kelapa.
G. Papua
Pengembangan wilayah Papua terkait sektor pariwisata memiliki arah kebijakanyaitu pengembangan sektor dan komoditas unggulan dilakukan dengan strategimengembangkan potensi wisata bahari Raja Ampat dan wisata budaya sertapelestarian dan pemanfaatan keragaman hayati di wilayah Papua dilakukandengan strategi pengembangan mengarusutamakan prinsip-prinsippembangunan berkelanjutan dalam kebijakan publik. Target pengembanganpariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional).
443
Bagan 3-4 Peran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada PembangunanKewilayahan
3.1.5 PERATURAN PRESIDEN NO. 32 TAHUN 2011, TENTANG MASTERPLAN
PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
2011-2025
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia(MP3EI) merupakan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yangsudah lebih spesifik, dilengkapi dengan kebutuhan infrastruktur danrekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yangperlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yangdiperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. MP3EImenjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan PembangunanNasional.
Penugasan nasional kepada Kemenparekraf meliputi: pengembangankonektivitas nasional dalam sektor pariwisata; pengembangan SDM danIptek; dan pengembangan koridor Jawa dan Bali-Nusa Tenggara.
444
Bagan 3-5 Rencana Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi KreatifBerdasarkan MP3EI
3.1.6 INSTRUKSI PRESIDEN NO 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBANGUNAN
EKONOMI KREATIF 2009-2015
Sebagai inisiatif baru, kebijakan pembangunan ekonomi kreatif nasionalbelum tertuang pada RPJMN 2010-2014. Dasar hukum pengembanganekonomi kreatif yang digunakan adalah Inpres No. 6 Tahun 2009. Sasaranstrategis pengembangan ekonomi kreatif 2014 dijelaskan pada tabel berikut.
445
Misi Ekonomi Kreatif 2008‐2014 (Penguatan Pondasi dan Pilar) 1. Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap
pendapatandomestik bruto Indonesia Kontribusi PDB Industri Kreatif mencapai 7‐8% PDB Nasional, dengan syarat pertumbuhan 7%‐9%
2. Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anak bangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer
Kontribusi Ekspor Industri Kreatif mencapai 11‐12% Ekspor Nasional, dengan syarat pertumbuhan 9%‐11%
3. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru di industri kreatif
Kontribusi Tenaga Kerja Industri Kreatif mencapai 6‐7% Tenaga Kerja Nasional
4. Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kreatif
Jumlah perusahaan Industri Kreatif meningkat 1,5‐2 kali jumlah perusahaan Industri Kreatif tahun 2006
5. Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yangberkelanjutan bagi bumi & generasi yang akan datang
Mendukung pengurangan laju deforestasi 1 juta ha pertahun
6. Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan dan warisan budaya nusantara
Pertumbuhan Paten domestik terdaftar sebesar 4% Pertumbuhan Hak Cipta domestik terdaftar sebesar
38,94% Pertumbuhan Merk domestik terdaftar sebesar 6% Pertumbuhan Desain Industri domestik terdaftar sebesar
39,7%
7. Penumbuhkembangan kawasan‐kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial
Menumbuhkembangkan 3 kawasan kreatif potensial di wilayah Indonesia (1 kawasan per 2 tahun)
8. Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya ‘National Branding’ atau pencitraan negara Indonesia di mata dunia Internasional
Menciptakan 200 merek lokal baru dan yang sudah ada, yang terpercaya dan telah secara legal terdaftar di Dirjen HKI di Indonesia dan juga di kantor paten negara tujuan ekspor
Tabel 3-1 Sasaran Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2014
Pengembangan ekonomi kreatif merupakan kolaborasi triple helix, yaituintelektual, bisnis, dan pemerintah bersama-sama dengan pelaku kreatifuntuk memperkuat sumber daya dan teknologi, industri, akses pasar, aksespembiayaan, yang dinaungi oleh institusi yang mendorong munculnya kreatifitas.
Bagan 3-6 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia
446
Berdasarkan model pengembangan ekonomi kreatif, maka Kemenparekrafmemiliki peran sebagai motor maupun koordinator dalam penciptaan insan-insan kreatif serta dalam penguatan pilar pengembangan ekonomi kreatif diIndonesia. Strategi pengembangan pondasi dan pilar dalam model ekonomikreatif dijelaskan pada Bagan 3-6.
Bagan 3-7 Strategi Penguatan Pondasi dan Pilar Ekonomi Kreatif
3.1.7 INDONESIA DALAM KOMUNITAS ASEAN
Pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia tidak lepas daritujuan regional yang terintegrasi dan komprehensif di bidang ekonomi, sosial,budaya, politik dan keamanan di wilayah ASEAN. Oleh karena itu, KomunitasASEAN menetapkan Roadmap ASEAN 2009–2015 yang terdiri dari tigaCetak Biru dalam memenuhi rancangan strategis regional pada setiap bidang,yaitu Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC), Cetak Biru KomunitasSosial-Kebudayaan ASEAN (ASCC), dan Cetak Biru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (APSC). Ketiga Cetak Biru tersebut terdiri dari elemen-elemen inti yang terkait dengan sektor pariwisata maupun sektor ekonomikreatif yang dapat dilihat pada Bagan 1-7.
447
3.1.7.1 Keterkaitan Pengembangan Kepariwisataan Indonesia denganKomunitas ASEAN
Pariwisata diidentifikasi sebagai salah satu dari 12 sektor prioritas19 penggerakutama dalam pengembangan wilayah ASEAN. Pentingnya peran sektorpariwisata di wilayah ASEAN membutuhkan rencana strategis tersendiri yangmampu mengintegrasikan pengembangan pariwisata untuk kawasan ASEAN.Namun demikian, rencana strategis pariwisata ASEAN tidak dapat dipisahkandari rencana strategis ASEAN untuk bidang-bidang yang telah ditetapkansebelumnya. Oleh karena itu, Komunitas ASEAN memformulasikan elemen-elemen inti yang relevan dengan arah pengembangan kepariwisataan yangterkandung Roadmap ASEAN 2009–2015, menjadi Rencana StrategisPariwisata ASEAN (ATSP) 2011–2015.
ATSP memiliki tujuan untuk mengembangkan pariwisata secara bertanggungjawab dan berkelanjutan serta dan memiliki peran dalam penanggulangankemiskinan, perubahan iklim, isu gender dan minoritas, pembangunan
19 Kesehatan, Transportasi udara, Logistik, Otomotif, Elektronik, Tekstil dan pakaian jadi, e-ASEAN/ICT, Pariwisata, Perikanan, Produk berbasis karet, Industri berbasis agro, dan Industriberbasis kayu.
Elemen inti yang relevan dengan arahan yang Strategis Pariwisata ASEAN (ATSP)Elemen inti yang relevan dengan arahan yang Strategis Pariwisata dan Ekonomi KreatifElemen inti yang relevan dengan arahan yang Strategis Ekonomi Kreatif
448
kapasitas, pelestarian budaya dan konservasi alam. Tujuan tersebut merupakantanggung jawab Kementerian, Lembaga maupun Badan Nasional yang terkaitdengan sektor pariwisata di masing-masing negara ASEAN. Visi yang diembanoleh ATSP adalah untuk “Meningkatkan jumlah pengunjung intra-ASEANtahun 2015 dengan produk otentik dan beragam, peningkatan konektivitas,lingkungan yang aman dan aman, peningkatan kualitas layanan, sertamemastikan kualitas hidup dan kesempatan bagi warga bertanggung jawabdan berkelanjutan melalui pengembangan pariwisata dengan bekerja secaraefektif dengan berbagai stakeholder”. Visi tersebut diturunkan menjadi tigaarahan strategis:
1. Pengembangan produk inovatif daerah, pemasaran kreatif, dan strategiinvestasi, dengan aksi-aksi strategis berikut:
1.1 Mengembangkan dan implementasi strategi pemasaran pariwisatadi wilayah ASEAN,melalui pencitraan (branding), target pasar, strategikomunikasi, pendekatan distribusi dan struktur implementasi, sertapembentukan kelompok riset pasar untuk memberikan informasianalitis mengenai tren dan situasi pariwisata terbaru secara berkala;
1.2 Mengembangkan kawasan/sub-kawasan kreatif dan eksperientaldengan strategi investasi,melalui pengembangan paket untuk koridordaerah, sirkuit dan klaster pariwisata berbasis alam, budaya,masyarakat, perairan dan pelayaran. Selain itu juga bekerja denganKomite Koordinasi Investasi (CCI) dan Komite Koordinasi Jasa (CCS)dalam mengurangi hambatan dan mendorong investasi pengembanganproduk;
1.3 Meningkatkan hubungan kebijakan eksternal dan prosedur pariwisataASEAN,melalui pembuatan dan pengembangan kebijakan untukmengatur hubungan masyarakat, promosi tujuan dan kegiatan NTOdi ASEAN, kerjasama dengan mitra dialog, kerjasama denganorganisasi intrnasional serta komunikasi dengan stakeholder swasta.
2. Pengembangan strategis mengenai kualitas pelayanan, fasilitas danSDM setempat, dengan aksi-aksi strategis berikut:
2.1 Merevisi dan mengembangkan standardisasi pariwisata ASEAN,melaluipenetapan sertifikasi untuk green-hotel, homestay, toilet publik, layananspa, keamanan pariwisata dan pedoman keselamatan, serta mengatasiperubahan iklim;
2.2 Implementasi Mutual Recognition Agreement (MRA) mengenai fasilitasiprofesi/sumber daya pariwisata ASEAN,melalui pengaturan dan
449
pembaharuan kompetensi bidang pariwisata, terutama industri hotel(divisi rumah tangga, front office, makanan dan minuman jasa, danproduksi pangan) dan jasa kepariwisataan (divisi agen perjalanandan operasi wisata), membuat sertifikasi profesi kepariwisataan,membuat matriks kesesuaian pasar kerja dengan database kompetensiSDM pariwisata, mengembangkan tools untuk memantau pasar tenagakerja sekaligus mengatur izin kerja pariwisata antar negara ASEANmelalui sistem online;
2.3 Menyediakan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan danketerampilan,melalui penetapan kebijakan dan prosedur untukpengembangan program peningkatan kapasitas (termasuk proses-proses peningkatan kapasitas, sistem penilaian dan kriteria untukmenilai inisiatif yang akan mendapatkan dukungan ASEAN, sertamengembangkan SDM berdasarkan prioritas kawasan.
3. Peningkatan dan percepatan fasilitasi perjalanan dan konektivitasASEAN, dengan aksi-aksi prioritas:
3.1 Menyokong visa tunggal di ASEAN,melalui identifikasi hambatanpeluang dan bekerja dengan kelompok-kelompok ASEAN, menentukanadvokasi dalam pelaksanaan sistem e-visa, serta mengatur visainovatif yang memudahkan perjalanan (sub-regional visa);
3.2 Melakukan kerja sama dengan organisasi lain yang terkait dengankonektivitas transportasi darat, rel, maritim, dan udara denganmengidentifikasi hambatan transportasi masuk/keluar untukpeningkatan konektivitas regional serta melakukan kerjasama untukmemastikan adopsi dan implementasi aktivitas prioritas dari organisasi-organisasi yang terkait kepariwisataan di tingkat Nasional dan ASEAN.
3.1.7.2 Keterkaitan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia denganKomunitas ASEAN
Pengembangan pada sektor ekonomi kreatif merupakan inisiatif yang dilakukanoleh masing-masing negara di wilayah ASEAN dan belum terakomodasidalam rencana strategis tersendiri. Selain itu, Roadmap Komunitas ASEAN2009–2015 tidak memberikan gambaran yang eksplisit dan terintegrasimengenai arahan pengembangan ekonomi kreatif. Namun demikian,Kemenparekraf memiliki tanggung jawab yang koheren dengan arahpengembangan ASEAN yang dituliskan pada Roadmap Komunitas ASEAN2009–2015.
450
1. Dukungan terhadap Cetak Biru ASPC
Dalam Cetak Biru ASPC, elemen inti yang mendukung rencana kerjauntuk sektor ekonomi kreatif adalah Kerjasama dalam pengembanganpolitis. Elemen inti tersebut didukung oleh aksi-aksi prioritas berikut:1. Penyusunan kerangka kerja institusional yang memfasilitasi aliran
informasi antar negara dan promosi pertukaran budaya di wilayahASEAN melalui produksi bersama dan melakukan pertukaran kontenuntuk film, televisi, animasi, permainan dan media;
2. Promosi pemahaman dan apresiasi budaya dan sejarah ASEANmelalui konferensi akademis, workshop dan seminar secara berkala.
2. Dukungan terhadap Cetak Biru AEC
Dalam Cetak Biru AEC, rencana kerja sektor ekonomi kreatif didukungoleh elemen inti HKI dan E-Commerce. Untuk mendukung integrasi HKIdi wilayah ASEAN, diperlukan aksi-aksi prioritas berikut:1. Implemenasi kerjasama ASEAN mengenai hak cipta;2. Mengembangkan akses notifikasi hak cipta secara online pada tahun
2012 sehingga mampu mewujudkan sistem yang efektif untuk hakcipta di akhir tahun 2014;
3. Membangun sistem dokumentasi untuk memfasilitasi administrasiHKI dan promosi kerjasama antar kantor HKI di ASEAN sejak tahun2010;
4. Peningkatan kapasitas dan membangun database nasional untukHKI, mencakup : Pengetahuan Tradisional (TK), Sumber Daya Genetik(GR) dan Ekspresi Tradisional Budaya (TCE).
Sedangkan kebijakan dan hukum yang mengatur infrastrukture-commerce perlu ditetapkan sebagai implementasi Perjanjian KerangkaKerja e-ASEAN dengan aksi prioritas:1. Harmonisasi infrastruktur hukum untuk kontrak elektronik dan layanan
perselisihan online;2. Fasilitasi pengakuan tanda tangan digital di wilayah ASEAN dan
pada tahun 2012; serta3. Menguatkan jaringan kerjasama melalui forum bisnis ASEAN dan
mitra dialog sebagai landasan promosi perdagangan dan investasipada tahun 2014.
3. Dukungan terhadap Cetak Biru ASCC
Dalam Cetak Biru ASCC, rencana kerja sektor ekonomi kreatif didukungoleh elemen inti: (1) Promosi teknologi informasi dan komunikasi, (2)
451
Fasilitasi akses terhadap iptek terapan, (3) Membangun kapasitas layananmasyarakat, (4) Pengurangan Kemiskinan, (5) Promosi kesadaran danrasa kebersamaan ASEAN, (6) Pelestarian dan promosi warisan budayaASEAN, (7) Promosi kreativitas budaya dan industri, serta (8) Keterlibatandengan masyarakat. Elemen-elemen inti tersebut terdiri dari aksi prioritasyang diharapkan mampu menjadi dasar perencanaan strategis yangimplementatif untuk Kemenparekraf.
Dalam rangka mewujudkan program pengembangan SDM yangmemfasilitasi inisiatif TIK, elemen inti Promosi TIK didukung oleh aksiprioritas pengembangan sumber daya dan tenaga kerja yang memilikikeahlian khusus dan kemampuan tinggi untuk memanfaatkan TIK.
Dalam rangka mengembangkan kebijakan dan mendukung mekanismeriset dan pengembangan iptek, melakukan komersialisasi dan transferteknologi, elemen inti Fasilitasi akses terhadap iptek terapan didukungoleh aksi-aksi prioritas berikut:
1. Meningkatkan kolaborasi pengembangan iptek terapan melalui fasilitasipergerakan dan pertukaran peneliti dari institusi iptek di sektor publikmaupun sektor swasta;
2. Kerjasama dengan sektor swasta untuk promosi kolaborasipengembangan iptek, transfer teknologi, dan komersialisasimenggunakan TIK;
3. Mengembangkan indikator iptek untuk pengembangan SDM secarastrategis sehingga dapat digunakan untuk perencanaan ekonomidan industri;
4. Promosi pengembangan dan integrasi penggunaan konten digitaloleh antarnegara ASEAN.
Dalam rangka mewujudkan layanan masyarakat yang efektif, efisien,transparan, bertanggung jawab, dan akuntabel, seluruh birokrasi yangterlibat di setiap negara ASEAN perlu memiliki sistem layanan melaluipengembangan kapasitas dan peningkatan kompetensi SDM birokrasi.Elemen inti membangun kapasitas layanan masyarakat didukung olehaksi prioritas untuk:
1. Menetapkan mekanisme dan standardisasi layanan masyarakatprosedur umpan balik, dan sistem penilaian performansi berdasarkanoutput;
2. Mengembangkan peran masyarakat dalam upaya integrasi tata kelola.
452
Untuk dapat mengurangi angka kemiskinan melalui penciptaan produklokal yang inovatif dan pemanfaatan keberagaman keadaan sosial danekonomi di negara-negara ASEAN, elemen inti pengurangan kemiskinandidukung oleh aksi prioritas berikut:
1. Menciptakan sistem pendukung sehingga keluarga miskin mampumembangun usaha sendiri;
2. Meningkatkan kerjasama dan jaringan terhadap institusi mikrofinansialdengan menghargai nilai dan tradisi lokal.
Dalam rangka menciptakan rasa kebersamaan mengenai kebudayaan,sejarah, agama dan peradaban dalam wilayah ASEAN, elemen inti promosikesadaran dan rasa kebersamaan ASEAN didukung oleh aksi prioritasberikut:
1. Meningkatkan pertukaran media dan jaringan komunikasi personalantar negara anggota ASEAN dengan Amerika, dan mitra dialog;
2. Meningkatkan penggunaan dan kemampuan untuk memanfaatkanmedia/teknologi baru seperti penyiaran digital dan memfasilitasikolaborasi industri media untuk menampilkan perkembangan danbakat budaya negara-negara ASEAN;
3. Memperkuat kemampuan nasional dalam pelestarian dan promosiwarisan audio visual;
4. Menyebarkan tradisi sosial dan nilai-nilai budaya ASEAN melaluimedia, khususnya di kalangan muda;
5. Mempromosikan pertukaran program televisi untuk meningkatkanpemahaman lintas kultural antarnegara ASEAN;
6. Mendorong pertukaran pemuda/kegiatan serupa untukmempromosikan seni dan pertunjukan budaya ASEAN.
Dalam rangka mempromosikan pelestarian warisan budaya ASEAN,meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang sejarahyang unik dari budaya antar negara anggota ASEAN, elemen inti pelestariandan promosi warisan budaya ASEAN didukung oleh aksi prioritas berikut:
1. Mengembangkan kemampuan pengelolaan, promosi dan pelestarianbudaya/warisan tradisional dan non-tradisional melalui mediaaudio-visual;
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian warisan budayamelalui media massa;
453
3. Memajukan perlindungan kekayaan budaya terhadap pencurian, ilegaldan perdagangan ilegal dan perdagangan, transfer di dalam dan diluar ASEAN;
4. Mengembangkan bakat dan mempromosikan interaksi antara parasarjana, seniman, dan praktisi media warisan untuk membantumelestarikan dan mempromosikan Keragaman Budaya ASEAN, sertamendorong identitas regional ASEAN.
Dalam rangka meningkatkan identitas ASEAN dan kebersamaan melaluikreativitas budaya dan promosi dan kerja sama pada industri budaya,elemen inti promosi kreativitas budaya dan industri didukung oleh aksiprioritas berikut:
1. Pengembangan sumber daya industri budaya dengan memfasilitasikolaborasi dan jaringan antara dan budaya antara perusahaan kecildan menengah;
2. Mempromosikan dan mendukung pengembangan industri budayamelalui pertukaran pengetahuan dan best practice untuk menghormatimerek nasional;
3. Mengembangkan dan mendukung SDM muda untuk ide dan tindakanorisinil di bidang budaya dan seni;
4. Mempromosikan untuk kreativitas budaya di kalangan pemuda dansemua sektor penduduk, termasuk kelompok etnis;
5. Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengembangan industri budayadalam komersialisasi produk/jasa budaya lokal di dalam negeri danpasar internasional;
6. Mendorong kerja sama pada industri budaya dan ekonomi kreatifantarnegara ASEAN.
Sedangkan untuk menanamkan identitas ASEAN dan membangun SDMASEAN yang fokus pada partisipasi seluruh sektor masyarakat, elemeninti keterlibatan dengan masyarakat didukung oleh aksi-aksi prioritasuntuk melibatkan pemerintah maupun afiliasi non-pemerintah dalampembangunan Komunitas ASEAN, serta mendukung pembangunanpedesaan dan membantu kemandirian desa.
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENPAREKRAF
Arah kebijakan pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunankepariwisataan dan ekonomi kreatif, merupakan dasar pertimbangan
454
Kemenparekraf dalam menetapkan prinsip dasar, kerangka pikir dan arahkebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun2012 – 2014.
3.2.1 PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI
KREATIF
Prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional2012-2014 merupakan acuan dasar dalam menentukan arah, strategi,program, dan kegiatan pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif.Prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif meliputi:
1. Pro Growth, yaitu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi melalui sektor-sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
2. Pro Jobs, yaitu menciptakan dan memperluas lapangan kerja, denganfokus utama untuk menggerakkan sektor riil yang dapat menciptakanlapangan kerja, sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran nasional.
3. Pro Poor, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan nasional melalui peningkatanpendapatan masyarakat di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, baiksektor formal maupun nonformal.
4. Pro Environment, yaitu mengupayakan pembangunan denganmenggunakan sumber daya terbarukan dan mengembangkan karya yangramah lingkungan.
5. Mendukung penguatan nilai sosial dan budaya, yaitu mengupayakanterciptanya tradisi yang hidup didalam masyarakat melalui pelestarian(perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan) nilai sosial budaya.
6. Menciptakan kualitas hidup, yaitu memperkuat perbaikan ekonomimasyarakat dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas,perbaikan kesehatan mental, kreativitas masyarakat, rekreasi danpemanfaatan waktu senggang, serta toleransi dan kepedulian sosialsecara berkelanjutan, melalui peran sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
7. Menciptakan nilai tambah, yaitu tidak hanya meningkatkan nilai melaluipeningkatan volume produk dan layanan tetapi mengutamakan penciptaannilai yang tinggi pada produk dan layanan sektor pariwisata dan ekonomikreatif melalui pemanfaatan kreativitas yang tidak terbatas.
Tujuh prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif2010-2014 ini merupakan satu kesatuan utuh, yang tidak dapat dipisahkansatu dan lainnya. Dengan demikian prinsip ini diartikan bahwa Kemenparekrafakan senantiasa berupaya menciptakan laju pertumbuhan ekonomi sektor
455
pariwisata dan ekonomi kreatif yang tinggi, dengan berpihak pada pengurangantingkat pengangguran, pengurangan tingkat kemiskinan, peningkatankelestarian lingkungan yang berkelanjutan, penguatan nilai sosial budaya,dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta peningkatan penciptaannilai tambah, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, inklusif, danberkeadilan dapat dicapai.
3.2.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
DAN EKONOMI KREATIF
Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatifKemenparekraf disusun mempertimbangkan visi, misi, tujuan, sasaran strategispembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif 2012-2014, yangdilaksanakan mengikuti arah kebijakan pembangunan kepariwisataan danekonomi kreatif nasional, dan dilengkapi dengan inisiatif-inisiatif barumempertimbangkan kondisi, potensi, dan permasalahan terkini yang dihadapisektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Arah kebijakan pembangunankepariwisataan dan ekonomi kreatif ini akan dicapai oleh kementerian melaluibeberapa strategi pembangunan.
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatifadalah:
1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasidestinasi pariwisata antar instansi pemerintah, dilakukan dengan strategi:1.1. mengoptimalkan pelaksanaan pemasaran dan promosi tourism, trade,
and investment (TTI) di 16 pasar utama pariwisata;1.2. mengoptimalkan peran perwakilan Indonesia di luar negeri di 16
pasar utama pariwisata.
2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasidestinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha danmasyarakat, dilakukan dengan strategi:2.1. mengoptimalkan branding nasional di luar negeri di 16 pasar utama
pariwisata, seperti “Wonderful Indonesia”;2.2. mengoptimalkan branding nasional di dalam negeri;2.3. mengoptimalkan peran BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia)
dan BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah).
3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata, dilakukan dengan strategi:
3.1. mengoptimalkan program MP3EI (Masterplan Percepatan danPerluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia);
456
3.2. meningkatkan konsolidasi dan koordinasi lintas Kementerian/Lembagadalam peningkatan akses internasional ke 18 lokasi destinasi pariwisataIndonesia;
3.3. meningkatkan peran masyarakat di daerah tujuan wisata;3.4. meningkatkan dukungan amenitas (Tugas Perbantuan);3.5. meningkatkan kualitas tata kelola (DMO).
4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata,dilakukan dengan strategi:4.1. meningkatkan pemberdayaan masyarakat, sadar wisata masyarakat,
memfasilitasi perancangan destinasi dan forum destinasi, polaperjalanan, meningkatkan wisata minat khusus, konvensi dan even;
4.2. memberikan kemudahan investasi dan berusaha mulai dari memulai,menjalankan dan mengembangkan usaha;
4.3. mengubah rezim perijinan menjadi pendaftaran;4.4. memberikan insentif usaha pariwisata;4.5. melakukan relaksasi perpajakan.
5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif, dilakukan denganstrategi:5.1. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesi
ekonomi kreatif;5.2. meningkatkan kemampuan kewirausahaan;5.3. meningkatkan inovasi;5.4. mengembangkan kolaborasi dan jejaring kreatif di dalam dan luar
negeri.
6. Penguatan industri kreatif , dilakukan dengan strategi:
6.1. mengembangkan sarana, prasarana industri kreatif;
6.2. mendukung terciptanya best practice usaha kreatif;
6.3. menguatkan koordinasi industri hulu-hilir;
6.4. mengembangkan konten kreatif lokal;
6.5. menguatkan ketersediaan data dan informasi.
7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif, dilakukan denganstrategi:
7.1. mengembangkan skema pembiayaan yang sesuai untuk industrikreatif;
457
7.2. melakukan matchmaking pelaku dengan sumber pembiayaan;
7.3. mengupayakan peningkatan alokasi pembiayaan khusus (KUR, CSR,PKBL) untuk industri kreatif.
8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagiindustri kreatif, dilakukan dengan strategi:
8.1. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan pertukarankebudayaan;
8.2. mendukung dan menyelenggarakan even pemasaran karya kreatif;
8.3. menguatkan dokumentasi, publikasi, komunikasi insan dan karyakreatif;
8.4. meningkatkan apresiasi dan kebanggaan masyarakat terhadap karyakreatif nasional.
9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif, dilakukan dengan strategi:
9.1. meningkatkan kualitas tata kelola industri;
9.2. mendukung perlindungan hak kekayaan intelektual;
9.3. mengharmonisasikan kebijakan ekonomi kreatif,
10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisatadan Ekonomi Kreatif, yang dilakukan dengan strategi:
10.1. meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan yang tepatguna terhadap penyusunan dan evaluasi kebijakan sektorkepariwisataan dan ekonomi kreatif;
10.2. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi usahapariwisata dan ekonomi kreatif;
10.3. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesitenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif.
11. Penguatan Reformasi Birokrasi, dilakukan dengan strategi:
11.1. meningkatkan kualitas pelayanan publik;
11.2. meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi;
11.3. menyempurnakan penataan tatalaksana yang meliputi sistem, proses,dan prosedur kerja;
11.4. mengharmonisasikan kebijakan agar tidak tumpang tindih dankondusif;
11.5. menguatkan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan;
458
11.6. meningkatkan rasio SDM dengan tingkat pendidikan S2 dan S3
11.7. meningkatkan kapasitas teknis SDM pada substansi kepariwisataandan ekonomi kreatif;
11.8. menata sistem manajemen SDM aparatur;
11.9. mengembangkan pola pikir dan budaya aparatur; dan
11.10. meningkatkan penataan dan penguatan organisasi.
459
Tab
el 3
-3-2
Ke
terk
aita
n V
isi, M
isi, Tu
jua
n, S
as
ara
n S
trate
gis
, Ara
h K
eb
ijak
an
, da
n S
trate
gi
,,
j,
g,
j,
g
VIS
I M
ISI
TU
JUA
N
SA
SA
RA
N S
TR
AT
EG
IS
AR
AH
KE
BIJA
KA
N
ST
RA
TE
GI
TE
RW
UJU
DN
YA
KE
SEJA
HT
ER
AA
N
DA
N K
UA
LITA
S
HID
UP
MA
SYA
RA
KA
T
IND
ON
ESIA
DE
NG
AN
ME
NG
GE
RA
KK
AN
KE
PA
RIW
ISAT
AA
N
DA
N E
KO
NO
MI
KR
EA
TIF
1. M
en
gem
ba
ng
kan
kep
ariw
isata
an
be
rkela
s du
nia
,
be
rda
ya sa
ing, d
an
be
rkela
nju
tan
serta
ma
mp
u
me
nd
oro
ng
pe
mb
an
gun
an
da
era
h
1. P
en
ingka
tan
kon
tribu
si
eko
no
mi
kep
ariw
isata
an
Ind
on
esia
1.
Me
nin
gka
tnya
kon
tribu
si
kep
ariw
isata
an
terh
ad
ap
Pro
du
k Do
me
stik Bru
to
(PD
B) n
asio
na
l
2.
Me
nin
gka
tnya
kon
tribu
si
kep
arw
isata
an
terh
ad
ap
kua
litas d
an
kua
ntita
s
ten
ag
a ke
rja n
asio
na
l
3.
Me
nin
gka
tnya
inve
stasi d
i
sekto
r pa
riwisa
ta
4.
Me
nin
gka
tnya
de
visa d
an
pe
nge
lua
ran
wisa
taw
an
di
Ind
on
esia
5.
Me
nin
gka
tnya
kua
ntita
s
wism
an
ke In
do
ne
sia d
an
wisn
us
1.
Pe
ngu
ata
n sin
ergita
s
da
n ke
terp
ad
ua
n
pe
ma
sara
n d
an
pro
mo
si
an
tar in
stan
si
pe
me
rinta
h
2.
Pe
ngu
ata
n sin
ergita
s
da
n ke
terp
ad
ua
n
pe
ma
sara
n d
an
pro
mo
si
an
tar in
stan
si
pe
me
rinta
h d
en
ga
n
du
nia
usa
ha
da
n
ma
syara
kat
3.
Pe
nin
gkata
n ku
alita
s
da
era
h tu
jua
n w
isata
4.
Pe
ncip
taka
n iklim
yan
g
kon
du
sif ba
gi
pe
nge
mb
an
ga
n in
du
stri
pa
riwisa
ta
1. (a
) me
ng
op
tima
lkan
pe
laksa
na
an
pe
ma
sara
n
da
n p
rom
osi to
urism
, trad
e, a
nd
inve
stme
nt (T
TI);
(b) m
en
gop
tima
lkan
pe
ran
pe
rwa
kilan
Ind
on
esia
di lu
ar n
eg
eri,
2. (a
) me
ngo
ptim
alka
n b
ran
din
g na
sion
al d
i lua
r
ne
ge
ri; (b) m
en
go
ptim
alka
n b
ran
din
g n
asio
na
l di
da
lam
ne
ge
ri; (c) me
ng
op
tima
lkan
pe
ran
BP
PI d
an
BP
PD
,
3. (a
) me
ng
op
tima
lkan
pro
gra
m M
P3
EI ; (b
)
me
nin
gka
tkan
pe
ran
ma
syara
kat; (c)
me
nin
gka
tkan
du
kun
ga
n a
me
nita
s; (d)
me
nin
gka
tkan
kua
litas ta
ta ke
lola
(DM
O),
4. (a
) me
nin
gkatka
n p
em
be
rda
yaa
n m
asya
raka
t,
sad
ar w
isata
ma
syara
kat, m
em
fasilita
si
pe
ran
can
ga
n d
estin
asi d
an
foru
m d
estin
asi, p
ola
pe
rjala
na
n, m
en
ing
katka
n w
isata
min
at kh
usu
s,
kon
ven
si da
n e
ven
; (b) m
em
be
rikan
kem
ud
ah
an
inve
stasi d
an
be
rusa
ha
; (c) me
ngu
ba
h re
zim
pe
rijina
n m
en
jad
i pe
nd
afta
ran
; (d) m
em
be
rikan
inse
ntif u
sah
a p
ariw
isata
; (e) m
ela
kuka
n re
laksa
si
pe
rpa
jaka
n,
2. P
en
ingka
tan
da
ya
sain
g
kep
ariw
isata
an
Ind
on
esia
6.
Me
nin
gka
tnya
citra
kep
ariw
isata
an
Ind
on
esia
7.
Te
rcipta
nya
dive
rsifikasi
de
stina
si pa
riwisa
ta
8.
Te
rcipta
nya
pe
ma
sara
n d
an
pro
mo
si pa
riwisa
ta ya
ng
be
rkua
litas d
an
be
rtan
ggu
ngja
wa
b
2. M
en
gem
ba
ng
kan
eko
no
mi kre
atif
yan
g d
ap
at
me
ncip
taka
n n
ilai
tam
ba
h,
me
ng
em
ba
ng
kan
po
ten
si sen
i da
n
3. P
en
ingka
tan
kon
tribu
si
eko
no
mi d
ari
ind
ustri kre
atif
9.
Me
nin
gka
tnya
Pro
du
k
Do
me
stik Bru
to (P
DB
)
eko
no
mi kre
atif
10
. Me
nin
gka
tnya
kua
litas d
an
kua
ntita
s ten
ag
a ke
rja d
i
sekto
r eko
no
mi kre
atif
11
. Me
nin
gka
tnya
un
it usa
ha
di
sekto
r eko
no
mi kre
atif
5.
Pe
ngu
ata
n in
du
stri
6.
Pe
nin
gkata
n a
kses
pe
mb
iaya
an
7.
Pe
nin
gkata
n a
pre
siasi
da
n a
kses p
asa
r di
da
lam
da
n lu
ar n
eg
eri
8.
Pe
ngu
ata
n in
stitusi
1. (a
) me
nge
mb
an
gkan
sara
na
, pra
sara
na
; (b)
me
nd
uku
ng
tercip
tan
ya b
est p
ractice
; (c)
me
ngu
atka
n ko
ord
ina
si ind
ustri h
ulu
hilir; (d
)
me
nge
mb
an
gka
n ko
nte
n kre
atif lo
kal; (e
)
me
ngu
atka
n ke
terse
dia
an
da
ta d
an
info
rma
si,
2. (a
)me
ng
em
ba
ngka
n ske
ma
pe
mb
iaya
an
; (b)
me
laku
kan
ma
tchm
ak
ing
pe
laku
de
ng
an
460
VIS
I M
ISI T
UJU
AN
S
AS
AR
AN
ST
RA
TE
GIS
AR
AH
KE
BIJA
KA
N
ST
RA
TE
GI
bu
da
ya in
do
ne
sia,
serta
me
nd
oro
ng
pe
mb
an
gun
an
da
era
h
4. P
en
ingka
tan
ap
resia
si
terh
ad
ap
pe
laku
da
n ka
rya kre
atif
12
. Me
nin
gkatn
ya p
em
ah
am
an
ma
syara
kat te
rha
da
p
eko
no
mi kre
atif
13
. Me
nin
gkatn
ya ko
nsu
msi
pro
du
k da
n ja
sa kre
atif lo
kal
ole
h m
asya
raka
t Ind
on
esia
14
. Te
rcipta
nya
rua
ng p
ub
lik
ba
gi ma
syara
kat
sum
be
r pe
mb
iaya
an
; (c) me
ngu
pa
yaka
n
pe
nin
gkata
n a
loka
si pe
mb
iaya
an
khu
sus,
3. (a
) me
nin
gkatka
n ku
alita
s da
n ku
an
titas
pe
laksa
na
an
pe
rtuka
ran
keb
ud
aya
an
; (b)
me
nd
uku
ng d
an
me
nye
len
ggara
kan
eve
n
pe
ma
sara
n ka
rya kre
atif; (c) m
en
gua
tkan
do
kum
en
tasi, p
ub
likasi, ko
mu
nika
si insa
n d
an
karya
krea
tif; (d) m
en
ingka
tkan
ap
resia
si da
n
keb
an
ggaa
n m
asya
raka
t,
4. (a
) me
nin
gkatka
n ku
alita
s tata
kelo
la in
du
stri;
(b) m
en
du
kun
g pe
rlind
un
gan
ha
k keka
yaa
n
inte
lektu
al; (c) m
en
gha
rmo
nisa
sikan
keb
ijaka
n e
kon
om
i krea
tif.
3. M
en
gem
ba
ngka
n
sum
be
r da
ya
pa
riwisa
ta d
an
eko
no
mi kre
atif
seca
ra b
erku
alita
s
5. P
en
ingka
tan
kap
asita
s da
n
pro
fesio
na
lisme
SDM
pa
riwisa
ta
da
n e
kon
om
i
krea
tif
15
. Me
nin
gkatn
ya ku
alita
s da
n
kua
ntita
s lulu
san
pe
nd
idika
n tin
ggi
pa
riwisa
ta
16
. Me
nin
gkatn
ya
pro
fesio
na
lisme
pe
laku
sekto
r pa
riwisa
ta d
an
eko
no
mi kre
atif
9.
Pe
ngu
ata
n su
mb
er d
aya
da
n te
kno
log
i
10
. Pe
nin
gkata
n ku
alita
s
pe
ne
litian
keb
ijaka
n
da
n ka
pa
sitas SD
M
Pa
riwisa
ta d
an
Eko
no
mi
Kre
atif
1. (a
) me
nge
mb
an
gkan
stan
da
rdisa
si da
n
me
laksa
na
kan
sertifika
si pro
fesi e
kon
om
i
krea
tif; (b) m
en
ingka
tkan
kew
irau
sah
aa
n; (c)
me
nin
gkatka
n in
ova
si; (d) m
en
gem
ba
ngka
n
kola
bo
rasi d
an
jeja
ring kre
atif,
2. (a
) me
nin
gkatka
n ku
alita
s pe
ne
litian
da
n
pe
nge
mb
an
gan
; (b) m
en
gem
ba
ngka
n
stan
da
rdisa
si da
n m
ela
ksan
aka
n se
rtifikasi
usa
ha
pa
riwisa
ta; (c) m
en
gem
ba
ngka
n
stan
da
rdisa
si da
n m
ela
ksan
aka
n se
rtifikasi
pro
fesi te
na
ga ke
rja p
ariw
isata
; (d)
me
nin
gkatka
n ra
sio SD
M d
en
gan
tingka
t
pe
nd
idika
n S2
da
n S3
;(e) m
en
ingka
tkan
kap
asita
s tekn
is SDM
ap
ara
tur,
6. P
en
cipta
an
ino
vasi b
aru
di
sekto
r pa
riwisa
ta
da
n e
kon
om
i
krea
tif
17
. Me
nin
gkatn
ya ku
alita
s
pe
ne
litian
da
n ka
jian
di
sekto
r pa
riwisa
ta d
an
eko
no
mi kre
atif
18
. Me
nin
gkatn
ya ku
alita
s
kon
ten
da
n je
jarin
g pe
laku
di se
ktor e
kon
om
i krea
tif
4. M
en
cipta
kan
tata
pe
me
rinta
ha
n ya
ng
resp
on
sif,
tran
spa
ran
da
n
7. P
en
ingka
tan
kua
litas ta
ta
kelo
la
pe
me
rinta
ha
n
19
. Me
nin
gkatn
ya ku
alita
s
pe
nge
lola
an
keu
an
gan
20
. Me
nin
gkatn
ya ku
alita
s
pe
laksa
na
an
Sistem
Aku
nta
bilita
s Kin
erja
11
. Pe
ngu
ata
n R
efo
rma
si
Biro
krasi
1.
(a) m
en
ingka
tkan
kua
litas p
ela
yan
an
pu
blik;
(b) m
en
ingka
tkan
aku
nta
bilita
s kine
rja
biro
krasi; (c) m
en
yem
pu
rna
kan
pe
na
taa
n
tata
laksa
na
yan
g me
lipu
ti sistem
, pro
ses, d
an
pro
sed
ur ke
rja; (d
) me
ngh
arm
on
isasika
n
461
VISI
MISI
TU
JUA
N
SASA
RA
N ST
RA
TE
GIS
AR
AH
KE
BIJA
KA
N
STR
AT
EG
I
akun
tabel
Instan
si Pe
merin
tah (SA
KIP
)
21
. Terse
lenggaran
ya
Refo
rmasi B
irokrasi
keb
ijakan agar tid
ak tum
pan
g tind
ih d
an
kon
du
sif; (e) m
en
guatkan
pe
ngaw
asan
pe
nye
lenggaraan
pe
merin
tahan
; (f) me
nata
sistem
man
ajem
en SD
M ap
aratur; (g)
men
gemb
angkan
po
la pikir d
an b
ud
aya
aparatu
r; dan
(h) m
en
ingkatkan
pen
ataan d
an
pe
ngu
atan o
rganisasi.
8. P
enin
gkatan
Ku
alitas dan
Ku
antitas SD
M
Kem
en
pare
kraf
22
. me
nin
gkatnya ku
alitas
sum
be
r daya m
anu
sia
Ke
me
np
arekraf
1.
1.
23
. M
en
ingkatn
ya
kuan
titas sum
be
r daya
man
usia K
em
en
pare
kraf
462
3.3 PROGRAM DAN KEGIATAN
3.3.1 PROGRAM 1: PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
Pengembangan Destinasi Pariwisata merupakan program utama DirektoratJenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (Ditjen PDP). Dalammengembangkan Destinasi Pariwisata, Ditjen PDP memiliki visi:“Mengembangkan Destinasi dan Industri Pariwisata Berkelas Dunia, BerdayaSaing, dan Berkelanjutan serta Mampu Mendorong Pembangunan Daerah”,yang dijabarkan menjadi 3 misi utama, yaitu:
1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan melalui pengembangandestinasi;
2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia melalui pengembangandestinasi; dan
3. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen PDP yang responsif, transparandan akuntabel.
Program pengembangan destinasi pariwisata pada tahun 2012-2014,diimplementasikan melalui 6kegiatan pokok, yaitu: (1) peningkatan perancangandestinasi dan investasi pariwisata; (2) pengembangan daya tarik wisata;(3) pengembangan industri pariwisata; (4) pemberdayaan masyarakat didestinasi wisata; (5) pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentifdan even; dan (6) dukungan manajemen dan tugas teknis pengembangandestinasi pariwisata lainnya.
Keterkaitan antara visi, misi, tujuan serta sasaran pengembangan destinasipariwisata dapat dilihat pada Bagan 3-8.
463
A. Tujuan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Tujuan pelaksanaan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata adalah:
1. Peningkatan devisa dan pengeluaran wisatawan;
2. Peningkatan investasi di sektor pariwisata;
3. Peningkatan kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitastenaga kerja nasional;
4. Peningkatan citra kepariwisataan Indonesia;
5. Peningkatan diversifikasi destinasi pariwisata;
6. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen PDP; dan
7. Penguatan dan peningkatan kualitas SDM Ditjen PDP.
B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Sasaran dan indikator untuk program Pengembangan Destinasi Pariwisataadalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan, dapat diukur denganindikator:
1.1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara. Penerimaandevisa dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelumberwisata (pre-trip expenditure), selama berwisata (trip-expenditure),dan sesudah berwisata (post-trip expenditure). Pengeluaranpre-tripdan post-trip meliputi hotel dan akomodasi, restoran dan sejenis,angkutan domestik, BPW dan pramuwisata, serta produk nonmakanan.Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip, ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata diIndonesia, seperti jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dankecantikan, serta produk tani. Dalam konteks wisman, pengeluaranpre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum perjalanan wisatake Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di negaraasal wisman setelah kembali dari Indonesia;
1.2. Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara,yaitupenerimaan nasional yang diperoleh dari total pengeluaran wisatawanIndonesia yang berwisata di wilayah Indonesia. Jenis-jenis pengeluaranwisnus antara lain: akomodasi, restoran dan sejenis, angkutandomestik, BPW dan pramuwisata, produk non makanan, jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani;
1.3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/kunjungan,yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan mancanegara per satu
464
kunjungan ke Indonesia. Pengembangan destinasi pariwisata diarahkanuntuk mendorong terciptanya produk dan jasa yang berkualitassehingga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi yang mensejahterakanmasyarakat setempat dan mampu menarik wisatawan yang lebihberkualitas (magnitude of tourism). Hal ini ditandai dengan tingkatjumlah pengeluaran per wisatawan (tourist expenditure) yang semakinbesar sehingga dapat memberikan efek berganda (multiplier effect)pada sektor pariwisata. Dengan indikator ini,pengembangan destinasidapat dilakukan secara berkelanjutan karena membidik wisatawanyang berpengeluaran tinggi (high spending tourist) sehingga tidakmelampaui daya dukung (carrying capacity) destinasi pariwisatatersebut;
1.4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaiturata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiapperjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidakhanya diharapkan untuk mampu menarik wisman yang berkualitas,namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai denganpeningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (perorang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011,terjadi peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadapketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelasekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlumengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdayabeli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeliproduk kepariwisataan lokal;
2. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata, dapat diukur denganindikator:
2.1. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasinasional, yaitu persentase nilai investasi di sektor pariwisata terhadaptotal nilai investasi nasional. Investasi oleh pemerintah dialokasikanuntuk barang modal yang berada pada perwilayahan pembangunankepariwisataan. Barang modal tersebut meliputi: (1) aksesibilitaspariwisata, misalnya: alat angkutan dan infrastruktur (jalan, jembatandan pelabuhan); (2) fasilitas umum, misalnya: mesin dan peralatan,dan barang modal lainnya; (3) fasilitas pariwisata, misalnya: bangunanolah raga, rekreasi, hiburan, seni dan budaya dan bangunan bukantempat tinggal. Sedangkan investasi oleh swasta biasanya dialokasikanuntuk barang modal: bangunan hotel dan akomodasi, restoran, sertabangunan lainnya. Semakin tinggi persentase investasi pariwisata
465
terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisatadan iklim usaha yang semakin baik;
2.2. Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata,dihitung melalui unit lokasi yang difasilitasi untuk dikembangkansehingga menjadi destinasi pariwisata yang menarik minat investor.Fasilitasi perancangan destinasi meliputi proses menyiapkan poladan desain, penerapan desain pada lokasi destinasi, dan prosesevaluasi implementasi dari perancangan destinasi tersebut. Modelperancangan destinasi tersebut diharapkan dapat mendorong minatinvestasi dari sektor publik maupun sektor swasta melaluipengembangan industri-industri disekitar destinasi tersebut;
2.3. Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk, mencerminkandensitas ketersediaan kamar hotel di Indonesia. Data densitas kamarhotel tersebut dicatat oleh UNWTO yang kemudian diolah sebagaisalah satu subpilar TTCI. Semakin tinggi nilai rasio, semakin baikpula kondisi infrastruktur pariwisata;
3. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dankuantitas tenaga kerja nasional, dapat diukur dengan indikator:
3.1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektorpariwisata, yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektorperekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung,tidak langsung, maupun ikutan. Sektor pariwisata memberi dampakyang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Penciptaanlapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat(tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenagakerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalananwisata (pemandu wisata dan penginapan);
3.2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerjanasional, yaitu persentase partisipasi jumlah tenaga kerja yangterserap di sektor-sektor terkait pariwisata, dibanding tenaga kerjanasional. Semakin tinggi kontribusi pariwisata dalam menyerap tenagakerja, maka semakin besar peran pariwisata dalam mengurangitingkat pengangguran dan kemiskinan nasional;
3.3 Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutansektor pariwisata, yaitu besaran realisasi nominal PDB sektorpariwisata dibagi jumlah tenaga kerja sektor pariwisata per tahun.Indikator ini menunjukkan peran setiap pekerja di sektor terkaitpariwisata dalam membentuk tingkat upah, baik langsung, tidak
466
langsung, maupun ikutan. Indikator ini juga merupakan cerminantingkat kesejahteraan pekerja di sektor-sektor terkait pariwisata;
4. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia, dapat diukur denganindikator:
4.1 Daya saing kepariwisataan Indonesia. Nilai daya saingkepariwisataan Indonesia diperoleh melalui hasil survei yang dilakukanoleh WEF dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI).Indeks ini membandingkan daya saing kepariwisataan negara-negaradi dunia menggunakan 14 pilar penilaian. Pada sebagian pilar,Kemenparekraf berperan sebagai leading sector, sementara di pilarlainnya, Kemenparekraf perlu berkoordinasi dengan Kementerianuntuk mendorong pembangunan di sektor yang terkait kepariwisataan.Semakin baik nilai daya saing, maka diharapkan semakin baik pulacitra kepariwisataan Indonesia, sehingga mampu menarik lebih banyakwisatawan ke Indonesia;
4.2 Rekomendasi memperpanjang perjalanan bisnis, merupakan salahsatu subpilar TTCI pada pilar Affinity for Travel & Tourism. Nilaiindikator diperoleh melalui survei pendapat warga negara Indonesiamengenai seringnya memberikan rekomendasi untuk memperpanjangperjalanan bisnis dengan perjalanan wisata, dengan skala minimum1 dan maksimum 7;
4.3 Perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing, merupakan salahsatu subpilar TTCI pada pilar Affinity for Travel & Tourism. Nilaiindikator diperoleh melalui survei seberapa baik penduduk setempatdapat menyambut dan berperilaku baik terhadap pengunjung asing,dengan skala minimum 1 dan maksimum 7;
4.4 Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitastata kelola destinasi (DMO). Indikator ini merupakan implementasitindak lanjut Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).Dari 88KSPN, sebanyak 16 KSPN akan dikembangkan secara bertahapsampai dengan 2014 dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitastata kelola pada masing-masing destinasi. Fasilitasi lokasi KSPNdilakukan melalui: peningkatan gerakan kesadaran kolektif stake-holders; pengembangan manajemen destinasi; pengembangan bisnis;dan penguatan organisasi pengelolaan destinasi pariwisata.Peningkatan sistem tata kelola destinasi pariwisata dilakukan melaluipenerapan konsep Destination Management Organization (DMO).Konsep DMO terseut dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan,
467
kolaboratif dan berkelanjutan melalui pendekataan proses, sistematikdan manajerial;
5. Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata, dapat diukur denganindikator:
5.1. Jumlah lokasi daya tarik di DPN yang dikembangkan menjadidestinasi pariwisata, diukur dari banyaknya lokasi Destinasi PariwisataNasional (DPN) yang dikembangkan daya tarik-daya tarik didalamnya.Dari 50 Destinasi Pariwisata Nasional, sebanyak 29 lokasidaya tarik di DPN akan dikembangkan secara bertahap sampaidengan tahun 2014 melalui pengembangan daya tarik wisata alam,budaya dan buatan, serta produk wisata minat khusus dalam rangkamenarik kedatangan wisatawan ke Indonesia. Pengembangan dayatarik wisata meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi danpengendalian, untuk menciptakan nilai tambah sehingga suatu destinasimemiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragamankekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadisasaran atau tujuan kunjungan wisatawan;
5.2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desawisata,menunjukkan upaya pengembangan desa-desa yang memilikipotensi dan sumber daya wisata dengan penerapan prinsipcommunity based tourism. Pengembangan desa wisata mendorongtingkat partisipasi masyarakat, baik sebagai tuan rumah maupunpelaku utama pariwisata di suatu daerah wisata. Hal ini memungkinkanpengembangan desa wisata dapat menciptakan kesempatan kerjadan kesempatan berusaha dalam rangka pengentasan kemiskinanmelalui pembangunan pariwisata (pro poor tourism);
5.3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. Indikator inimenunjukkan upaya peningkatan kualitas pariwisata, sehingga terjadipeningkatan lama tinggal, dan pengeluaran wisatawan. Pola perjalananpariwisata adalah struktur, kerangka dan alur pergerakan perjalananwisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang salingterkait dan berisi informasi tentang fasilitas, aktivitas dan pelayanan.Peningkatan jumlah pola perjalanan memberikan lebih banyak pilihanperjalanan wisata bagi industri maupun wisatawan individu untukmempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalananwisata;
6. Meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zonakreatif di Indonesia, dapat diukur dengan indikator:
468
6.1. Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan, yaitujumlah pengembangan wisata minat khusus yang bertujuan untukmenambah variasi aktivitas perjalanan wisata yang sesuai denganpreferensi dan tren wisatawan. Produk wisata minat khusus mencakupinovasi jenis wisata tertentu (tematik) sehingga wisatawan tersebutmembutuhkan keahlian dan dapat memberikan pengalaman sertapembelajaran di bidang: budaya dan sejarah, olahraga dan rekreasi(golf, menyelam, selancar, layar, mendaki, belanja), kuliner, kesehatan,kapal pesiar, dan ekowisata.
6.2. Jumlah aktivasi zona kreatif sebagai destinasi pariwisata,yaitujumlah daerah yang diaktivasi menjadi zona kreatif. Zona kreatif didestinasi pariwisata diciptakan untuk mendorong kreativitas daninovasi masyarakat untuk mengekspresikan kemampuan berdasarkanide kreatif berbasis kearifan lokal, sehingga mampu memperkayapengalaman rekreasi,menghasilkan karya-karya kreatif, dan dapatmemberikan nilai tambah pada masyarakat sekitar;
7. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Ditjen PDP, dapat diukur dengan indikator:
7.1. Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen PDP,yaitu persentase realisasi target yang terlaksana dan terdokumentasidibandingkan dengan rencana target kinerja satker Ditjen PDP. Targetyang dimaksud mencakup target untuk indikator program di Eselon1 maupun indikator kegiatan di Eselon 2;
8. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen PDP, dapat diukurdengan indikator:
8.1. Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP, yaitu persentase anggaranyang digunakan untuk pengembangan destinasi pariwisatadibandingkan dengan anggaran yang direncanakan. Indikator inimencerminkan kinerja perencanaan kegiatan dan anggaran yangdilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistem perencanaan, sistempenganggaran, sistem pengadaan barang dan jasa, sistem pelaporandan pemantauan sehingga dapat mempengaruhi realisasi danpengelolaan keuangan negara secara bertanggung jawab;
8.2. Pelimpahan Barang Milik Negara (BMN) ke daerah, yaitu persentasebarang yang dimiliki oleh pemerintah pusat (Kemenparekraf) untukdilimpahkan kepada Pemda terkait pengembangan destinasi pariwisata.Indikator ini menunjukkan pemerataan pengembangan pariwisata didaerah Indonesia. Kemenparekraf melimpahkan BMN kepada lembaga
469
daerah dengan kesepakatan dan mempertimbangkan kapasitas lembagadaerah dalam mengelola barang yang dihibahkan, termasuk biayaoperasional dan pemeliharaan, sesuai dengan tujuan pengembangandestinasi pariwisata;
9. Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP, dapat diukur denganindikator:
9.1. Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen PDP, yaitu jumlah pedomanoperasional yang dihasilkan Ditjen PDP, bagi untuk keperluaninternal dan eksternal Kemenparekraf. Setiap kebijakan yang dihasilkandan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait denganpengembangan destinasi pariwisata, maka Ditjen PDP akanmenjabarkan kebijakan tersebut pada level operasional hingga padatingkat daerah yang didukung oleh Norma, Standar, Prosedur, danKriteria (NSPK) yang jelas sehingga kebijakan yang dikeluarkandapat dilaksanakan secara transparan dan akuntabel;
9.2. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan DitjenPDP, yaitu jumlah pedoman operasional yang dihasilkan Ditjen PDP,untuk mengatur kebijakan internal dalam ruang lingkup operasionalprogram pengembangan destinasi pariwisata dan ditandatanganioleh Dirjen PDP;
10. Meningkatnya kualitas SDM Ditjen PDP, dapat diukur dengan indikator:
1.10Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk mengikutipeningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkaitpengembangan destinasi pariwisata, yaitu jumlah SDM DitjenPDP yang diberikan pembekalan teknis terkait pengembangan destinasipariwisata. Pembekalan yang diberikan meliputi (1) perancangandestinasi, zona kreatif dan investasi destinasi; (2) pengembangandaya tarik wisata; (3) pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata;(4) pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentif dan even.Pembekalan ini diharapkan berdampak pada kualitas Ditjen PDPdalam melakukan tugas dan fungsinya.
C. Kegiatan Pokok dalam Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kegiatan pokok dalam program pengembangan destinasi pariwisata tahun2010–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsi Ditjen PDP Kemenparekraf,meliputi:
1. Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata, melalui: pemetaankawasan strategis/KEK, pariwisata penyusunan kriteria penetapan kawasan
470
strategis/KEK pariwisata, identifikasi, assessment dan inventarisasi potensikreatif masyarakat, penataan kawasan yang dapat menjadi zona kreatif(desa wisata, sentra cinderamata, padepokan seni),perancangan modelpemanfaatan kreativitas masyarakat, perancangan model zona kreatifterintegrasi (integrated creative zone), bimbingan teknis produksi berbasiskreativitas, mendorong peningkatan iklim investasi pariwisata, penyusunanprofil dan proposal investasi pariwisata daerah, partisipasi ASEANtourism investment forum, partisipasi pada even investasi pariwisata,promosi investasi pariwisata melalui media, pelaksanaan ITID (IndonesiaTourism Investment Day), koordinasi penetapan kawasan pariwisata (KEK),fasilitasi koordinasi percepatan pembangunan fasilitas konektivitas danbandara/pelabuhan/marina, penerapan tata kelola desitinasi pariwisata(DMO),Pelaksanaan Konferensi DMO (Destination ManagementOrganization) dalam rangka peningkatan pengelolan destinasi, penyusunanmasterplan destinasi,dan fasilitasi pengembangan kawasan strategispariwisata.
2. Pengembangan Daya Tarik Wisata, melalui: penilaian kelayakan dukunganpembangunan fasilitas pariwisata di daerah, penyusunan dan penerapanpedoman pengembangan destinasi pariwisata berwawasan lingkungan,penyusunan kebijakan pengembangan daya tarik wisata alam/bahari danbudaya, penyusunan penerapan pedoman dan kriteria pengembangandaya tarik, fasilitasi kerjasama lintas sektor pengembangan daya tarikwisata, dukungan dan fasilitasi pengembangan daya tarik pariwisatadaerah, pengembangan pulau-pulau terluar dan daerah perbatasan yangmemiliki potensi pariwisata, bimbingan teknis pengembangan daya tarikwisata, desk study pengembangan daya tarik wisata, koordinasi regionalpengembangan daya tarik wisata, pengenalan daya tarik wisata,pendukungan pembangunan daya tarik,mendorong perbaikan danpeningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata,meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata di daerah, fasilitasikerjasama lintas sektor pengembangan daya tarik wisata di koridor VMP3EI, pemantauan dan evaluasi serta penataan manajemen produkdan kebijakan daya tarik wisata alam/bahari dan wisata budaya di 29destinasi.
3. Pengembangan Industri Pariwisata, melalui: melakukan konsolidasiakses transportasi mancanegara dan dalam negeri, terutama ke 10tujuan pariwisata Indonesia, meningkatkan kerjasama dan keterpaduanpengembangan akses wisman dan dalam negeri, dukungan peningkatankapasitas usaha dan industri pariwisata, penyusunan standar usaha disektor usaha daya tarik dan sarana pariwisata, penyusunan materi uji
471
sertifikasi usaha sarana pariwisata, peningkatan kapasitas organisasi/asosiasi di sektor usaha sarana pariwisata, pelaksanaan bimbingan teknispengembangan usaha sarana pariwisata, sosialiasai penerapan greenhotel, fasilitasi work place auditor sektor usaha sarana pariwisata, dukunganpenyelenggaraan ASEAN Green Hotel Awards, penyusunan standar usahajasa pariwisata, penyusunan materi uji setifikasi usaha jasa pariwisata,penyusunan pedoman pelaksaaan sertifikasi usaha pariwisata, peningkatankapasitas organisasi/asosiasi di sektor usaha jasa pariwisata, pelaksanaanbimbingan teknis pengembangan usaha jasa pariwisata, fasilitasi workplace auditor sektor usaha jasa pariwisata, pengembangan jaringan modadan transportasi di 10 destinasi pariwisata, fasilitasi pembentukan LembagaSertifikasi Usaha (LSU) sektor pariwisata, Diseminasi standar usahapariwisata, fasilitasi Tourist Guide Contest Nasional, review travel patternnontematik, penyusunan travel pattern nontematik, koordinasi kebijakanCIQ, perpajakan dan PNBP, pelaksanaan bimtek pelayanan prima, gerakanindonesia bersih di bandara/pelabuhan, koordinasi kebijakan CIQ,perpajakan dan PNBP, pelaksanaan bimtek pelayanan prima, gerakanindonesia bersih di bandara/pelabuhan, pelaksanaan advokasi/pendampingan tata cara pendaftaran usaha pariwisata.
4. Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, melalui: gerakansadar wisata melalui media, penyusunan kebijakan sistem manajemenpengamanan di usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi,penyusunan pedoman Indonesia bersih, penyusunan review pedomanbahan sadar wisata, penyusunan instrumen monitoring dan evaluasi,penyusunaan kajian pemberdayaan masyarakat (PNPM), penyusunankajian program pembinaan sadar wisata, pelaksanaan monitoring danevaluasi, pembinaan dan pembentukan kelompok sadar wisata, pembinaansadar wisata di kalangan pramuka, bimbingan teknis pengamanan didestinasi pariwisata, bimbingan teknis pencegahan eksploitasi seksualanak dan pencegahan HIV dan AIDS di lingkungan pariwisata, pencegahanpenyakit zoonosis di lingkungan pariwisata, penyusunan kebijakan sistemmanajemen pengamanan di usaha penyelenggaraan kegiatan hiburandan rekreasi, gerakan nasional sadar wisata dan aksi sapta pesona,pemanfaatan media tradisional dalam rangka sadar wisata, pemanfaatanmedia elektronik dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemanfaatanmedia cetak dalam rangka pemberdayaan masyarakat, gerakanIndonesia bersih, penghargaan sapta pesona toilet bersih taman rekreasi/hiburan, kegiatan lomba foto sadar wisata.
5. Peningkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri Sektor Pariwisata, melalui: penyerahan PNPM mandiri Pariwisata
472
di desa wisata, gelar karya pemberdayaan masyarakat, pembuatan bahan-bahan informasi PNPM Pariwisata, pendampingan pnpm mandiri di sektorpariwisata, temu nasional PNPM Mandiri Pariwisata, penghargaan desawisata (PNPM pariwisata), fasilitasi komunikasi jejaring desa wisata,fasilitasi pemanfaatan CSR dalam rangka pengembangan desa wisata,fasilitasi pemanfaatan KUR dalam rangka pengembangan desa wisata,bansos PNPM Mandiri Pariwisata tahun 2012
6. Pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentif dan even,melalui: Identifikasi produk wisata kuliner dan belanja, rekreasi danhiburan, pengembangan wisata alam dan budaya, Pengembangan wisatakonvensi, insentif dan even, penetapan standar pengembangan wisatakuliner dan belanja, rekreasi dan hiburan, pengembangan wisata alam(yachting, cruise dan selam) dan budaya (heritage), pengembanganwisata konvensi, insentif dan even.
7. Dukungan manajemen dan dukungan teknis pengembangan destinasipariwisata lainnya, antara lain melalui: administrasi pembangunan destinasipariwisata, rapat kerja teknis pengembangan destinasi pariwisata,penyusunan rencana dan program pengembangan destinasi pariwisata,fasilitasi koordinasi lintas sektor dan sinkronisasi daerah, kerjasamateknis dalam dan luar negeri, partisipasi pertemuan internasional,pendukungan even dan konferensi, monitoring dan evaluasi, penyusunanlaporan tahunan, penyusunan lakip, kajian penguatan pengembangandestianasi pariwisata, statistik destinasi pariwisata, pencitraan destinasi,inventarisasi baseline dan destination assessment, koordinasi dankerjasama dengan lintas sektor dalam pembangunan sarana dan prasaranadi destinasi pariwisata, pendukungan peningkatan kapasitas pegawai,kerjasama teknis dalam dan luar negeri, peningkatan pengelolaanadministrasi keuangan, umum dan personalia, monitoring dan evaluasiakuntabilitas pembangunan destinasi pariwisata.
3.3.2 PROGRAM 2: PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA
Program Pemasaran Pariwisata merupakan program utama Direktorat JenderalPemasaran Pariwisata (Ditjen PP) yang memiliki visi: ”Terwujudnya PemasaranPariwisata Indonesia yang Efektif dan Efisien yang Mendukung CitraIndonesia”, yang dijabarkan menjadi 3 misi utama, yaitu:
1. Meningkatkan kontribusi ekonomi kepariwisataan melalui pengembanganpemasaran pariwisata;
2. Meningkatkan pencitraan Indonesia melalui pengembangan pemasaranpariwisata yang bertanggungjawab dan berkelanjutan; dan
473
3. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabeldi Ditjen PP.
Program pengembangan pemasaran pariwisata pada tahun 2012-2014,diimplementasikan melalui 6 kegiatan pokok, yaitu: (1) pengembangan pasardan informasi pariwisata; (2) peningkatan promosi pariwisata luar negeri; (3)peningkatan promosi pariwisata dalam negeri; (4) peningkatan pencitraanIndonesia; (5) peningkatan minat khusus, konvensi, insentif, dan even; dan(6) dukungan manajemen dan tugas teknis pengembangan pemasaranpariwisata lainnya.
Keterkaitan antara visi, misi, tujuan serta sasaran pengembangan pemasaranpariwisata dapat dilihat pada Bagan 3-9.
Bagan 3-10 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Program PemasaranPariwisata
A. Tujuan Program Pemasaran Pariwisata
Tujuan pelaksanaan program pemasaran pariwisata adalah untuk:
1. Peningkatan kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional;
2. Peningkatan kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus;
474
3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pemasaran pariwisata di dalam danluar negeri;
4. Peningkatan diversifikasi pasar wisman;
5. Peningkatan layanan informasi dan analisa pasar wisata Indonesia;
6. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen PP;
7. Peningkatan kualitas SDM Ditjen PP.
B. Sasaran dan Indikator Program Pemasaran Pariwisata
Sasaran dan indikator untuk program Pemasaran Pariwisata adalah sebagaiberikut:
1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional,dapat diukur dengan indikator:
1.1 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitupersentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baikyang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDBnasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh PuslitbangKemeparekraf dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilanpemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalananwisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampumeningkatkan PDB sektor pariwisata;
2. Meningkatnya jumlah wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus,dapat diukur dengan indikator:
2.1 Jumlah wisman ke Indonesia, yaitu jumlah wisman yang dihitungberdasarkan negara tempat tinggal wisatawan tersebut (country ofresidence) yang diperoleh berdasarkan publikasi Number of ForeignVisitor Arrivals yang diterbitkan oleh BPS setiap tahun. Semakinbanyak jumlah wisman ke Indonesia, diharapkan semakin tinggidevisa yang dihasilkan berdasarkan pengeluaran wisman;
2.2 Jumlah perjalanan wisnus, yaitu melalui jumlah masyarakatIndonesia yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial,dan/atau menginap di tempat penginapan komersial, dan/atau melakukanperjalanan lebih dari 100 km (PP), dengan tujuan bukan untuk studi/pekerjaan yang bersifat rutin. Data jumlah perjalanan wisnus dapatdilihat dari hasil Susenas pada Survei Rumah Tangga (ModulPerjalanan) yang dipublikasikan setiap 3 bulan oleh BPS. Semakinbanyak jumlah perjalanan wisnus maka semakin tinggi pendapatanuntuk sektor pariwisata;
475
3. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi promosi pariwisata di dalamdan luar negeri,dapat diukur dengan indikator:
3.1 Efektivitas pemasaran dan pencitraan pariwisata, merupakansalah satu subpilar TTCI. Nilai indikator diperoleh melalui surveipendapat warga negara Indonesia mengenai kesuksesan pemasarandan pencitraan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untukmenarik wisatawan, dengan skala minimum 1 dan maksimum 7;
3.2 Jumlah kegiatan promosi pariwisata luar negeri. Jumlah kegiatanpromosi pariwisata Indonesia di luar negeri meliputi partisipasi padakegiatan Bursa Pariwisata Internasional, sales mission, danpenyelenggaraan Festival Indonesia. Semakin tinggi jumlah kegiatanpromosi yang dilakukan di luar negeri, maka diharapkan calonwisatawan akan semakin kedatangan wisman semakin tinggi;
3.3 Jumlah kegiatan promosi pariwisata dalam negeri. Jumlah kegiatanpromosi pariwisata Indonesia di dalam negeri meliputi promosi langsungdi pusat-pusat keramaian dan perbelanjaan, penyelenggaraan evenpariwisata skala nasional dan internasional, serta co-marketing evenpariwisata daerah.Semakin tinggi jumlah kegiatan promosi yangdilakukan di dalam negeri, maka diharapkan jumlah perjalanan wisnussemakin tinggi;
3.4 Jumlah transaksi pelaksanaan promosi pariwisata nusantara dipasar dalam negeri, yaitu jumlah pengunjung promosi wisata yangmelakukan kegiatan transaksi yang dihasilkan selama kegiatan promosipariwisata di dalam negeri berlangsung. Jumlah dan besarnya transaksidilaporkan oleh industri-industri pariwisata yang berpartisipasi pada.Semakin tinggi jumlah transaksi yang dilakukan pada promosipariwisata di dalam negeri, maka promosi pariwisata dalam negerisemakin efektif dan diharapkan dapat meningkatkan perjalanan wisnus.
3.5 Jumlah transaksi pelaksanaan promosi pariwisata nusantara dipasar luar negeri, yaitu dihitung dari jumlah pengunjung yangmelakukan kegiatan transaksi yang dihasilkan selama kegiatan promosipariwisata di luar negeri berlangsung. Pada akhir kegiatan promosi,jumlah dan besarnya transaksi dilaporkan oleh industri-industripariwisata yang berpartisipasi.Semakin tinggi jumlah transaksi yangdilakukan pada promosi pariwisata di luar negeri, maka promosipariwisata dalam luar semakin efektif dan diharapkan dapat meningkatkanjumlah wisman ke Indonesia.
476
3.6 Produktivitas investasi pemasaran luar negeri, yaitu rasio jumlahdevisa (pengeluaran wisman ke Indonesia) dibandingkan denganinvestasi pemasaran di luar negeri, yang dihitung dengan satuanUS$. Setiap kegiatan pemasaran pariwisata yang dilakukan di luarnegeri dianggap sebagai investasi pariwisata untuk meningkatkanpengeluaran wisman. Semakin tinggi rasio devisa dibandingkananggaran pemasaran di luar negeri, maka upaya pemasaran di luarnegeri semakin efektif;
3.7 Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, yaitu rasio jumlahpengeluaran wisnus dibandungkan dengan investasi pemasaran didalam negeri, yang dihitung dengan satuan Rp. Setiap kegiatanpemasaran pariwisata yang dilakukan di dalam negeri dianggapsebagai investasi pariwisata untuk meningkatkan pengeluaran wisnus.Semakin tinggi rasio pengeluaran wisnus dibandingkan anggaranpemasarandi dalam negeri, maka upaya pemasaran di dalam negerisemakin efektif;
3.8 Tingkat persepsi dunia terhadap citra pariwisata Indonesia,merupakan nilai persepsi masyarakat dunia mengenai citra pariwisataIndonesia. Nilai persepsi tersebut dapat diketahui melalui surveipencitraan yang akan dilaksanakan oleh Kemenparekraf mulai tahun2012. Hasil survei pada tahun 2012 tersebut akan dijadikan dasar(base = x). Peningkatan persepsi dunia terhadap citra pariwisataakan dilakukan dengan survei yang sama dengan peningkatantarget sebesar 5% dan 10% pada tahun 2013 dan 2014.
4. Meningkatnya efektivitas dan efisiensipemasaran KIE dan minatkhusus, dapat diukur dengan indikator:
4.1 Jumlah daerah yang dipromosikan sebagai daerah tujuan wisataKIE dan minat khusus, yaitu jumlah daerah yang pengembangannyadifasilitasi melalui penyelenggaraan dan pendukungan even KIE danminat khusus di daerah tersebut. Kegiatan wisata konvensi, insentif,even dan minat khusus di merupakan daya tarik untuk mendatangkanwisatawan. Dengan peningkatan jumlah daerah yang dipromosikansebagai daerah tujuan KIE dan minat khusus, merupakan upayauntuk meningkatkan jumlah wisatawan ke daerah tersebut;
4.2 Jumlah promosi even KIE dan minat khusus, yaitu jumlah promositerkait even konvensi, insentif, even, dan minat khusus yangdiselenggarakan maupun didukung oleh Ditjen PP.Semakin banyakjumlah promosi even, maka diharapkan dapat menarik wisatawanpada pasar wisatawan massal maupun pasar wisatawan niche;
477
4.3 Rata-rata jumlah pameran dan eksibisi internasional diIndonesia, yaitu rata-rata jumlah pameran dan eksibisi pariwisataberskala internasional selama tiga tahun terakhir. Pameran daneksibisi yang masuk pada penilaian TTCI perlu diakui secarainternasional menurut standar International Congress andConvention Association (ICCA). Data tersebut akan diberikan dariICCA kepada WEF untuk diolah menjadi salah satu penilaian subpilarTTCI;
5. Menurunnya rasio konsentrasi pasar wisman ke Indonesia, dapatdiukur dengan indikator:
5.1 Rasio konsentrasi pasarwismanke Indonesia, dihitung dari limapasar utama wisman (CR5). Semakin rendah nilai CR5, makamenunjukkan bahwa pasar pariwisata Indonesia di dunia semakinterdiversifikasi atau tidak tergantung pada negara tertentu.
6. Terciptanya operasionalisasi Visit Indonesia Tourism Officers (VITO),dapat diukur dengan indikator:
6.1 Jumlah Visit Indonesia Tourism Officers di mancanegara (kota/lokasi). Jumlah VITO dihitung di setiap kota/lokasi luar negeri untukmelakukan teknis pemasaran pariwisata Indonesia. Dengan adanyakantor VITO di negara target pasar wisman, maka diharapkan informasimengenai pemasaran pariwisata Indonesia akan disampaikan secaraefisien dan mampu menarik wisman yang berkualitas;
7. Meningkatnya kualitas publikasi, komunikasi dan layanan informasipariwisata Indonesia, dapat diukur dengan indikator:
7.1 Jumlah publikasi dan pencitraan Indonesia, dihitung melalui jumlahpublikasi mengenai pariwisata dan pencitraan Indonesia pada mediacetak, media elektronik dan digital, serta media ruang. Publikasi danpencitraan pada berbagai jenis media tersebut dilakukan untukmenjangkau masyarakat mengenai informasi pariwisata Indonesiadan meningkatkan persepsi publik terhadap citra pariwisataIndonesia;
8. Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengenalan destinasi dandata pasar pariwisata Indonesia, dapat diukur dengan indikator:
8.1 Jumlah informasi mengenai pasar pariwisata Indonesia di dalamdan luar negeri, yaitu dihitung dari jumlah naskah yang memuatinformasi pasar pariwisata di Indonesia di dalam negeri dan luarnegeri sebagai bahan informasi untuk calon wisatawan yang akanmengunjungi destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia;
478
8.2 Jumlah peserta widyawisata pengenalan (Familiarization Trip),yaitu jumlah jurnalis, agen pariwisata, dan konsultan yang diberikanwidyawisata pengenalan. Widyawisata pengenalan merupakanperjalanan gratis atau kompensasi perjalanan dengan biaya rendahyang diselenggarakan oleh Kemenparekraf atau kerjasama industripariwisata. Tujuan widyawisata perjalanan adalah untuk mengenalkanjasa pariwisata atau destinasi baru sehingga peserta widyawisataperjalanan dapat mempromosikan jasa pariwisata atau destinasibaru kepada masyarakat luas;
9 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasiprogram Ditjen PP, dapat diukur dengan indikator:
9.1 Pencapaian target dan indikator program dan kegiatan DitjenPP,yaitu persentase realisasi target yang terlaksana danterdokumentasi dibandingkan dengan rencana target kinerja satkerDitjen PP. Target yang dimaksud mencakup target untuk indikatorprogram di Eselon 1 maupun indikator kegiatan di Eselon 2;
10 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen PP, dapat diukurdengan indikator:
10.1 Penyerapan anggaran belanja Ditjen PP,yaitu persentase anggaranyang digunakan untuk pemasaran pariwisata dibandingkan dengananggaran yang direncanakan. Indikator ini mencerminkan kinerjaperencanaan kegiatan dan anggaran yang dilaksanakan sesuai denganmekanisme sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistempengadaan barang dan jasa, sistem pelaporan dan pemantauansehingga dapat mempengaruhi realisasi dan pengelolaan keuangannegara secara bertanggung jawab;
11 Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PP, dapat diukur denganindikator:
11.1 Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen PP,yaitu jumlah pedomanoperasional yang dihasilkan Ditjen PP, bagi untuk keperluan internaldan eksternal Kemenparekraf. Setiap kebijakan yang dihasilkan dandisahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait dengan pemasaranpariwisata, maka Ditjen PP akan menjabarkan kebijakan tersebutpada level operasional hingga pada tingkat daerah yang didukungoleh Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang jelassehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secaratransparan dan akuntabel;
479
11.2 Jumlah prosedur operasional standar (POS) yang dihasilkanDitjen PP, yaitu jumlah pedoman operasional yang dihasilkanDitjen PP, untuk mengatur kebijakan internal dalam ruang lingkupoperasional program dan kegiatan pokok pemasaran pariwisata yangditandatangani oleh Dirjen PP.
12 Meningkatnya kualitas SDM Ditjen PP, dapat diukur dengan indikator:
12.1Jumlah SDM Ditjen PP yang difasilitasi untuk peningkatankemampuan kerja dan pengetahuan terkait pemasaran pariwisata,yaitu jumlah SDM Ditjen PP yang diberikan pembekalan teknis terkaitpemasaran pariwisata. Pembekalan yang diberikan meliputipengembangan informasi pasar pariwisata; promosi pariwisata luarnegeri; promosi pariwisata dalam negeri; peningkatan publikasipemasaran dan pencitraan pariwisata Indonesia; serta promosi untukeven konvensi, insentif, even dan minat khusus. Pembekalan inidiharapkan berdampak pada kualitas Ditjen PP dalam melakukantugas dan fungsinya.
C. Kegiatan Pokok dalam Program Pemasaran Pariwisata
Kegiatan pokok dalam program pemasaran pariwisata tahun 2010–2014yang sesuai dengan tugas dan fungsi Ditjen Pemasaran PariwisataKemenparekraf, meliputi:
1. Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, antara lain melalui:analisis pasar dan perancangan pemasaran di dalam dan luar negeri,penyelenggaraan bimbingan teknis pengembangan informasi pasarpariwisata, penyelenggaraan familiarization trip, perintisan Duta ParekrafIndonesia/International Tourism Board, peningkatan informasi pasarpariwisata, perumusan kebijakan pengembangan pasar dan informasipariwisata, serta pemantauan dan evaluasi pengembangan pasar daninformasi pariwisata.
2. Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri, antara lain melalui:partisipasi pada Bursa Pariwisata Internasional, pelaksanaan salesmission di fokus pasar wisatawan, pendukungan penyelenggaraanFestival Indonesia di mancanegara, operasionalisasi VITO,penyelenggaraan bimbingan teknis promosi pariwisata luar negeri,perumusan kebijakan promosi pariwisata luar negeri, serta pemantauandan evaluasi peningkatan promosi luar negeri.
3. Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam Negeri, antara lainmelalui:penyelenggaraan direct ion di pusat-pusat keramaian dan
480
perbelanjaan, penyelenggaraan even pariwisata berskala nasional daninternasional, pendukungan even seni, budaya dan pariwisata daerah,aktivasi pusat informasi kepariwisataan (Tourism Information Center),penyelenggaraan even pariwisata daerah, perumusan kebijakan promosipariwisata dalam negeri, serta pemantauan dan evaluasi peningkatanpromosi dalam negeri.
4. Peningkatan Pencitraan Indonesia, antara lain melalui: pengembanganstrategi pencitraan Indonesia, pengembangan publikasi dan pencitraanIndonesia di media cetak, pengembangan publikasi dan pencitraanIndonesia di media elektronik dan digital, pengembangan publikasi danpencitraan Indonesia di media ruang, pengembangan dokumentasipemasaran pariwisata dan pencitraan Indonesia, pembuatan dan pengadaanbahan promosi cetak, pembuatan dan pengadaan bahan promosi elektronik,peningkatan kerjasama dan kemitraan pemasaran dan pencitraanIndonesia, perumusan kebijakan mengenai publikasi pemasaran danpencitraan Indonesia, penyelenggaraan bimbingan teknis publikasipemasaran dan pencitraan Indonesia, serta pemantauan dan evaluasipeningkatan pencitraan Indonesia.
5. Peningkatan Konvensi, Insentif, Even dan Minat Khusus antara lainmelalui: penyelenggaraan bidding dan delegate boosting penyelenggaraanKIE dan minat khusus, promosi daerah tujuan wisata KIE dan minatkhusus, kerja sama asosiasi minat khusus,Site visit peningkatan KIE danminat khusus, promosi internasional even peningkatan KIE dan minatkhusus, penyelenggaraan peningkatan KIE dan minat khusus, pendukunganeven peningkatan KIE dan minat khusus,pengembangan kapasitas dankoordinasi sektor KIE dan minat khusus, penyelenggaraan bimbinganteknis peningkatan KIE dan minat khusus, perumusan kebijakan peningkatanKIE dan minat khusus,serta pemantauan dan evaluasi peningkatan KIEdan minat khusus.
6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Pemasaran PariwisataLainnya, antara lain melalui: layanan bidang hukum, layanan bidangperencanaan dan monev, layanan bidang keuangan, layanan bidangkepegawaian, layanan bidang umum, layanan perkantoran, sarana danprasarana, layanan fasilitasi kerjasama, layanan daerah yang mendapatdukungan promosi, dan dukungan Badan Promosi Pariwisata Indonesia(BPPI).
481
3.3.3 PROGRAM 3: PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN
BUDAYA
Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya merupakan pro-gram utama Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya(Ditjen EKSB). Dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni danBudaya, Ditjen EKSBmemiliki visi: “Terwujudnya Ekonomi Kreatif BerbasisSeni dan Budaya yang Bernilai Tambah, Berdaya Saing, dan BerkelanjutanUntuk Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia”, yang dijabarkanmenjadi 4 misi utama, yaitu:1. Meningkatkan kontribusi ekonomi industri kreatif berbasis seni dan budaya;2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelaku dan karya kreatif
berbasis seni dan budaya;3. Mendorong penciptaan inovasi di sektor ekonomi kreatif berbasis seni
dan budaya;4. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen EKSB yang responsif, transparan,
dan akuntabel.
Program pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budayapadatahun 2012-2014, diimplementasikan melalui 4 kegiatan pokok, yaitu: (1)pengembangan industri perfilman Indonesia; (2) pengembangan senipertunjukan dan industri musik Indonesia; (3) pengembangan seni rupa; dan(4) dukungan manajemen dan teknis lainnya Ditjen EKSB.
Keterkaitan antara visi, misi, tujuan, serta sasaran pengembangan ekonomikreatif berbasis seni dan budaya dapat dilihat pada Bagan 3-10.
Bagan 3-11 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Direktorat EKSB
482
A. Tujuan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Senidan Budaya
Tujuan pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Senidan Budaya, adalah:
1. Peningkatan kontribusi PDB ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;
2. Peningkatan kontribusi ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya;
4. Peningkatan aktivitas usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya;
5. Peningkatan perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual;
6. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif berbasis senidan budaya;
7. Pengembangan jejaring dan pemasaran bagi pelaku di sektor ekonomikreatif berbasis seni dan budaya;
8. Pengembangan kreasi dan produksi atas produk dan jasa sektor ekonomikreatif berbasis seni dan budaya;
9. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen EKSB;
10. Peningkatan kualitas SDM Ditjen EKSB;
B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Seni dan Budaya
Sasaran dan indikator pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Seni dan Budaya, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, dapat diukur dengan indikator:
1.1. Kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya.Kontribusi PDB merupakan rasio antara total PDB nominaltahunan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkandengan PDB nominal tahunan nasional dengan satuan persentase.Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam PDB sektor EKSBadalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, sertafotografi. Indikator ini menunjukan kontribusi EKSB dalam peningkatanpertumbuhan ekonomi, dimana semakin tinggi nilai kontribusi PDBsektor EKSB terhadap nasional maka semakin besar kontribusinyadalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
483
2. Meningkatnya kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:
2.1. Kontribusi ekspor produk sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya terhadap ekspor produk kreatif dunia. Kontribusiekspor yang dimaksud adalah rasio antara total ekspor tahunanproduk kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan eksportahunan produk kreatif dunia dengan satuan persentase. Ruanglingkup subsektor yang dihitung dalam ekspor sektor EKSB adalahfilm, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi.Indikator ini menunjukan daya saing perdagangan Indonesia terhadapdunia serta kekuatan pasar domestik sebagai penunjang perekonomianIndonesia;
3. Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektorekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:
1.1 Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasiopenyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuanpersentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasitenaga kerja sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, senipertunjukan, musik, serta fotografi. Indikator ini menunjukan peransektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunantingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yangterserap pada sektor EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakinmenurun;
1.2 Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya. Kualitas penyerapan tenaga kerjaditingkatkan melalui peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomikreatif berbasis seni dan budaya dan tercermin dari produktivitastenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkanrasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut;
4. Meningkatnya aktivitas usaha sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, dapat diukur dengan indikator:
1.1 Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis senidan budaya terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur padaindikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya terhadap jumlah unit usaha nasional.
484
Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektorEKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik,serta fotografi;
5. Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni danbudaya, dapat diukur dengan indikator:
1.1 Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaanintelektual bagi karya kreatif. Pendaftaran HKI atas karya kreatifmerupakan salah satu masalah dalam pengembangan industri kreatif.Karenanya, Kemenparekraf harus memfasilitasi pendaftaran karyakreatif berbasis seni dan budaya. Jenis pendaftara HKI yang difasilitasiadalah hak cipta (copyright), paten, dan desain industri;
1.2 Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI. Tingkat pemahamanmasyarakat terhadap HKI dapat diukur melalui studi tersendiri.Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahamanmasyarakat khususnya pelaku kreatif terhadap jenis HKI, prosesmendapatkan pengakuan HKI, serta manfaat dari HKI;
6. Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, dapat diukur dengan indikator:
1.1 Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya. Tingkat pemahaman masyarakat terhadapEKSB diukur untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapatmenjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam aspek perkembangansektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang terkait denganekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukurantingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB;
7. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk kreatif berbasisseni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:
1.1 Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasis senidan budaya.Indikator ini mengukur pertumbuhan konsumsi produkkreatif berbasis seni dan budaya oleh masyarakat yang nantinyadapat digunakan untuk melihat potensi dalam negeri. Ruang lingkupsubsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasisseni dan budaya adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan,musik, serta fotografi;
8. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat, dapat diukur dengan indikator:
1.1 Jumlah pengembangan ruang kreatif. Pembentukan ruang kreatifbertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan
485
meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modalekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas;
9. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaringdi sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukurdengan indikator:
9.1 Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya yang mengalami peningkatan jejaring. Salah satupermasalahan pengembangan industri kreatif adalah jejaring pelakuyang lemah, karenanya kementerian harus memfasilitasipengembangan jejaring pelaku yang bertujuan untuk saling berbagimengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi,produksi, distribusi maupun komersialisasi. Pelaku kreatif yangmendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal darisubsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, sertafotografi;
10. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatifsektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukur denganindikator:
10.1Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya yang mengalami peningkatan akses pasar. Pemasaranproduk dan jasa kreatif yang lemah merupakan permasalahanpengembangan industri kreatif, karenanya Kemenparekraf harusmemfasilitasi pemasaran produk dan jasa kreatif yang bertujuanuntuk meningkatkan akses pasar dari karya kreatif berbasis seni danbudaya. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatanakses pasar ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, senipertunjukan, musik, serta fotografi;
11. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksikarya kreatif berbasis seni dan budaya, dapat diukur dengan indikator:
11.1Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi danproduksi karya kreatif. Pada proses kreasi dalam pengembangankarya kreatif berbasis seni dan budaya, ide merupakan modalutamanya. Sedang, produksi merupakan kelanjutan tahap untukmengubah ide menjadi sebuah karya komersial yang bernilai tambahsecara ekonomi. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukan olehKemenparekraf agar para pelaku dapat menghasilkan karya atau
486
produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing. Pelaku kreatifyang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan kemampuan kreasidan produksi ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa,seni pertunjukan, musik, serta fotografi;
12. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Ditjen EKSB, dapat diukur dengan indikator:
12.1Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen EKSB.Pencapaian target indikator program dan kegiatan diukur berdasarkanjumlah program di tingkat eselon 1 dan kegiatan di tingkat eselon2 Ditjen EKSB yang terlaksana dan akan didokumentasikan sehinggapada akhir tahun, nilainya dapat diukur. Diharapkan setiap tahunnilainya akan mengalami peningkatan;
13. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen EKSB, dapatdiukur dengan indikator:
13.1 Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKSB.Penyerapan anggaranbelanja Ditjen EKSB diukur berdasarkan nilai anggaran yang digunakanuntuk mendukung program dan kegiatan yang ada. Persentaseanggaran yang dibelanjakan untuk program dan kegiatan DitjenEKSB dibandingkan dengan anggaran yang direncanakan. Indikatorini mencerminkan kinerja perencanaan kegiatan dan anggaran yangdilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistem perencanaan, sistempenganggaran, sistem pengadaan barang dan jasa, sistem pelaporandan pemantauan sehingga dapat mempengaruhi realisasi danpengelolaan keuangan negara secara bertanggung jawab;
14. Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKSB, dapat diukur denganindikator:
14.1 Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen EKSB. Setiap kebijakanyang dihasilkan dan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yangterkait dengan pengembangan EKSB, akan dijabarkan oleh DirjenEKSB pada level operasional hingga pada tingkat daerah yang didukungoleh Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang jelassehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secaratransparan dan akuntabel;
14.2Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan DitjenEKSB. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan danditandatangani oleh Dirjen EKSB untuk mengatur kegiatan operasionaldalam lingkup internal Ditjen EKSB;
487
15. Meningkatnya kualitas SDM Ditjen EKSB, dapat diukur dengan indikator:
15.1Jumlah SDM Ditjen EKSB yang difasilitasi untuk meningkatkankemampuan kerja dan pengetahuan terkait ekonomi kreatifberbasis seni dan budaya. Peningkatan kemampuan SDM DitjenEKSB dapat diukur dari diklat kepegawaian yang bertujuan untukmeningkatkan kemampuan kerja setiap SDM yang ada. Selain itu,diklat juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan SDM dilingkungan Ditjen EKSB terhadap ekonomi kreatif berbasis seni danbudaya.
C. Kegiatan Pokok dalam Program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Seni dan Budaya
Kegiatan pokok dalam program pengembangan ekonomi kreatif berbasisseni dan budaya tahun 2012–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsiDitjen EKSB Kemenparekraf, meliputi:
1. Pengembangan Industri Perfilman Indonesia, dengan melakukan:
a. Fasilitasi kegiatan, komunitas dan pelaku industri perfilman,antara lain melalui: fasilitasi pembentukan Badan Perfilman Indone-sia; fasilitasi kegiatan perfilman oleh komunitas, asosiasi, atau insanperfilman berprestasi;peningkatan kualitas sumber daya dan teknologisektor perfilman; fasilitasi film berkualitas untuk mengikuti festivalfilm di tingkat internasional; serta penyusunan juklak dan juknissektor perfilman.
b. Peningkatan apresiasi, festival dan eksibisi perfilman, antaralain melalui: penyelenggaraan perayaan Hari Film Nasional, FestivalFilm Indonesia,serta penyusunan panduan pemantauan dan evaluasikualitas pelaksanaan kegiatan apresiasi, festival, dan eksibisi pelakudan karya kreatif.
c. Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi Film, antara lainmelalui: peningkatan kualitas pelayanan produksi film melalui pelayananterpadu (film comission), fasilitasi peningkatan kualitas produksi danpertunjukan film, kompetisi penyusunan naskah cerita film yangmengangkat kearifan lokal, peningkatan kualitas sumber daya manusiadi bidang produksi dan teknologi sektor perfilman, pemantauan danevaluasi kepatutan pembuatan izin usaha perfilman, sertapengembangan lokasi pengambilan gambar film.
d. Peningkatan kualitas tata kelola distribusi dan pertunjukan Film,antara lain melalui: komunikasi, publikasi, dan dokumentasi kegiatan
488
perfilman, pengawasan dan pengaturan peredaran dan pertunjukanfilm, fasilitasi distribusi film indonesia ke luar negeri, sertapengembangan sistem informasi pendataan pasar film di Indonesia.
2. Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik, denganmelakukan:
a. Pengembangan seni pertunjukan, antara lain melalui: peningkatankualitas tatakelola dan kemasan seni pertunjukan, fasilitasi pelakudan kegiatan seni pertunjukan berkualitas, serta penyusunan juklakdan juknis sektor seni pertunjukan.
b. Pengembangan industri musik, antara lain melalui: fasilitasi kegiatanfestival musik dalam dan luar negeri, pengembangan kreasi danproduksi musik Indonesia, pengembangan lagu anak indonesia,serta penyusunan juklak dan juknis sektor musik.
c. Pemasaran dan apresiasi seni pertunjukan dan industri musik,antara lain melalui: Pekan Produk Kreatif Indonesia,penyerahanAnugerah Bhakti Musik Indonesia, Festival Nasional Seni Pertunjukan,persiapan penyelenggaraan IPAM 2013, serta pengembangansarana promosi dan dokumentasi seni pertunjukan dan musikIndonesia.
d. Sarana dan prasarana seni pertunjukan dan industri musik,antara lain melalui: pengembangan taman budaya di daerah, sertafasilitasi persiapan pengembangan galeri musik lokananta.
3. Pengembangan Seni Rupa Indonesia, dengan melakukan:
a. Pengembangan seni rupa murni, antara lain melalui: peningkatankualitas kreasi dan produksi karya seni lukis, grafis, dan seni patungIndonesia, fasilitasi pelaku kreatif dan kegiatan di sektor seni rupamurni di dalam dan luar negeri, serta Lomba Cipta Seni PelajarTingkat Nasional dalam rangka HUT-RI.
b. Pengembangan seni rupa terapan, antara lain melalui:pengembangan desain, teknik kriya, pemasaran, dan tata kelolausaha bagi UMKM kriya, fasilitasi pelaku dan kegiatan seni rupa,serta penyusunan juklak dan juknis sektor seni rupa.
c. Pengembangan fotografi, antara lain melalui:pengembangan kreasifoto indonesia, lomba foto Indonesia dalam rangka HUT-RI, sertafasilitasi fotografer dan kegiatan fotografi di dalam dan luar negeri.
d. Pemasaran dan apresiasi seni rupa, antara lain melalui: persiapanbahan promosi dan publikasi seni rupa, persiapan Biennale
489
Indonesia 2013, persiapan pameran fotografi indonesia (tingkatInternasional), pendataan karya budaya untuk HKI,persiapanpenyusunan buku maestro perupa Indonesia, serta pendokumentasianseni rupa tradisional.
4. Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya Direktorat JenderalEkonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, dengan melakukan:
a. Perencanaan dan kerjasama;
b. Peningkatan kualitas SDM, organisasi, dan hukum;
c. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan;serta
d. Peningkatan kualitas pelayanan umum dan informasi publik.
3.3.4 PROGRAM 4: PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS
MEDIA, DESAIN, DAN IPTEK
Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek merupakanprogram utama Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain,dan Iptek (Ditjen EKMDI). Dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif BerbasisMedia, Desain, dan Iptek, Ditjen EKMDI memiliki visi: “Terwujudnya EkonomiKreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek yang Bernilai Tambah, BerdayaSaing, dan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan dan Kualitas Hidup MasyarakatIndonesia”, yang dijabarkan menjadi 4 misi utama, yaitu:
1. Meningkatkan kontribusi ekonomi industri kreatif berbasis media, desain,iptek;
2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelaku dan karya kreatifberbasis media, desain, iptek;
3. Mendorong penciptaan inovasi di sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, iptek;
4. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen EKMDI yang responsif, transparan,dan akuntabel.
Program pengembangan ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptekpadatahun 2012-2014, diimplementasikan melalui 4 kegiatan pokok, yaitu: (1)pengembangan ekonomi kreatif berbasis media; (2) pengembangan desaindan arsitektur; (3) pengembangan kerjasama dan fasilitasi; dan (4) dukunganmanajemen dan teknis lainnya Ditjen EKMDI.
Keterkaitan antara visi, misi, tujuan serta sasaran pengembangan ekonomikreatif berbasis media, desain, dan iptek dapat dilihat pada Bagan 3-8.
490
Bagan 3-12 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal EKMDI
A. Tujuan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media,Desain, dan Iptek
Tujuan pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media,Desain, dan IPTEK, adalah:
1. Peningkatan kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek;
2. Peningkatan kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek;
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan iptek;
4. Peningkatan unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek;
5. Pengembangan jejaring dan pemasaran bagi pelaku di sektor ekonomikreatif berbasis media, desain, dan iptek;
6. Pengembangan kreasi dan produksi atas produk dan jasa sektor ekonomikreatif berbasis media, desain, dan iptek;
491
7. Peningkatan pemahaman dan konsumsi terhadap karya kreatif berbasismedia, desain, dan iptek;
8. Penguatan institusi dan akses pembiayaan;
9. Pengembangan Pusat Kreatif Nasional;
10. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen EKMDI; dan
11. Peningkatan kualitas SDM Ditjen EKMDI.
B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Media, Desain, dan Iptek
Sasaran dan indikator pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Media, Desain, dan Iptek, adalah:
1. Meningkatnya kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek, dapat diukur dengan indikator:
1.1. Kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek. Kontribusi PDB merupakan rasio antara total PDB nomi-nal tahunan ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptekdibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional dengan satuanpersentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam PDBsektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan danpercetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikator ini menunjukankontribusi EKMDI dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, dimanasemakin tinggi nilai kontribusi PDB sektor EKMDI terhadap nasionalmaka semakin besar kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraanmasyarakat.
2. Meningkatnya kontribusi eksporsektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek, dapat diukur dengan indikator:
2.1. Kontribusi eksporsektor ekonomi kreatif berbasis media, desain,dan iptek. Kontribusi ekspor yang dimaksud adalah rasio antaratotal ekspor tahunan produk kreatif berbasis media, desain, daniptek dibandingkan dengan ekspor tahunan produk kreatif duniadengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitungdalam ekspor sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen,penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikatorini menunjukan daya saing perdagangan Indonesia terhadap duniaserta kekuatan pasar domestik sebagai penunjang perekonomianIndonesia.
492
3. Meningkatnya partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektorekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek¸ dapat diukurdengan indikator:
3.1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakanrasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek dibandingkan dengan jumlah pekerja nasionaldengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitungdalam partisipasi tenaga kerja sektor EKMDI adalah arsitektur, desain,fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi danradio. Indikator ini menunjukan peran sektor EKMDI terhadappenurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenagakerja yang terserap pada sektor EKMDI, maka tingkat pengangguranakan semakin menurun;
3.2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan iptek. Kualitas penyerapan tenagakerja ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan pekerja di sektorEKMDI dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitastenaga kerja dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektorEKMDI dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut.
4. Meningkatnya jumlah unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek, dapat diukur dengan indikator:
4.1. Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasismedia, desain, dan iptek terhadap nasional.Jumlah usaha yangdiukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektorEKMDI terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektoryang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKMDI adalah arsitektur,desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisidan radio.
5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaringdi sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek, dapatdiukur dengan indikator:
5.1. Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek yang mengalami peningkatan jejaring. Salahsatu permasalahan pengembangan industri kreatif adalah jejaringpelaku yang lemah, karenanya kementerian harus memfasilitasipengembangan jejaring pelaku yang bertujuan untuk saling berbagimengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi,
493
produksi, distribusi maupun komersialisasi. Pelaku kreatif yangmendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal darisubsektor arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan,periklanan, serta televisi dan radio;
6. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatifsektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek, dapatdiukur dengan indikator:
6.1. Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek yang mengalami peningkatan aksespasar.Pemasaran produk dan jasa kreatif yang lemah merupakanpermasalahan pengembangan industri kreatif, karenanyaKemenparekraf harus memfasilitasi pemasaran produk dan jasakreatif yang bertujuan untuk meningkatkan akses pasar dari karyakreatif berbasis media, desain, dan iptek. Pelaku kreatif yangmendapatkan fasilitasi dari peningkatan akses pasar ini berasal darisubsektor arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan,periklanan, serta televisi dan radio.
7. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksikarya kreatif berbasis media, desain, dan iptek, dapat diukur denganindikator:
7.1. Jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek yang mengalami peningkatan kemampuankreasi dan produksi karya kreatif. Pada proses kreasi dalampengembangan karya kreatif berbasis media, desain, dan iptek, idemerupakan modal utamanya. Sedang, produksi merupakan kelanjutantahap untuk mengubah ide menjadi sebuah karya komersial yangbernilai tambah secara ekonomi. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukanoleh Kemenparekraf agar para pelaku dapat menghasilkan karyaatau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing. Pelakukreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan kemampuankreasi dan produksi ini berasal dari subsektor arsitektur, desain,fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi danradio.
8. Tingkat apresiasi terhadap karya kreatif, dapat diukur dengan indikator:
8.1. Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak ataskekayaan intelektual. Pendaftaran HKI atas karya kreatif merupakansalah satu masalah dalam pengembangan industri kreatif. Karenanya,Kemenparekraf harus memfasilitasi pendaftaran karya kreatif berbasis
494
media, desain, dan iptek. Jenis pendaftaran HKI yang difasilitasiadalah hak cipta (copyright), paten, dan desain industri;
8.2. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI. Tingkat pemahamanmasyarakat terhadap HKI dapat diukur melalui studi tersendiri.Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahamanmasyarakat khususnya pelaku kreatif terhadap jenis HKI, prosesmendapatkan pengakuan HKI, serta manfaat dari HKI;
8.3. Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasismedia, desain, dan iptek. Indikator ini mengukur pertumbuhankonsumsi produk kreatif berbasis media, desain, dan iptek olehmasyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk melihat potensidalam negeri. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam konsumsiproduk kreatif berbasis media, desain, dan iptek adalah arsitektur,desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisidan radio;
9. Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan lisensi teknologi,dapat diukur dengan indikator:
9.1. Jumlah kerjasama pengembangan dan pemanfaatan lisensiteknologi di dalam dan luar negeri. Penciptaan inovasi, penelitiandan pengembangan teknologi yang aplikatif dan bernilai tambahmerupakan salah satu strategi pengembangan ekonomi kreatif.Pengembangan dan pemanfaatan lisensi teknologi yang dimaksudkanpada indikator ini adalah seluruh teknologi yang dihasilkan di dalamnegeri dan akan difasilitasi untuk mendapatkan akses pasar ke luarnegeri. Indikator ini juga bertujuan untuk mengukur kerjasama yangdilakukan oleh pemerintah dalam hal pemanfaatan lisensi asing olehpelaku kreatif.
10. Pengembangan pusat kreatif, dapat diukur dengan indikator:
10.1Jumlah pusat kreatif yang terbentuk. Pembentukan pusat kreatifbertujuan untuk memberikan ruang publik bagi pelaku kreatif danmasyarakat luas sebagai wadah berjejaring serta pengembangandiri. Selain itu, pusat kreatif juga bertujuan sebagai ruang untukmenampilkan karya kreatif para pelaku kreatif maupun masyarakat.
11. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Ditjen EKMDI, dapat diukur dengan indikator:
11.1 Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen EKMDI.Pencapaian target indikator program dan kegiatan diukur berdasarkan
495
jumlah program di tingkat eselon 1 dan kegiatan di tingkat eselon2 Ditjen EKMDI yang terlaksana dan akan didokumentasikan sehinggapada akhir tahun, nilainya dapat diukur. Diharapkan setiap tahunnilainya akan mengalami peningkatan;
12. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen EKMDI, dapatdiukur dengan indikator:
12.1Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKMDI.Penyerapan anggaranbelanja Ditjen EKMDI diukur berdasarkan nilai anggaran yangdigunakan untuk mendukung program dan kegiatan yang ada.Persentase anggaran yang dibelanjakan untuk program dan kegiatanDitjen EKMDI dibandingkan dengan anggaran yang direncanakan.Indikator ini mencerminkan kinerja perencanaan kegiatan dan anggaranyang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistem perencanaan,sistem penganggaran, sistem pengadaan barang dan jasa, sistempelaporan dan pemantauan sehingga dapat mempengaruhi realisasidan pengelolaan keuangan negara secara bertanggung jawab;
13. Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKMDI, dapat diukur denganindikator:
13.1Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen EKMDI.Setiap kebijakanyang dihasilkan dan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yangterkait dengan pengembangan EKMDI, akan dijabarkan oleh DirjenEKMDI pada level operasional hingga pada tingkat daerah yangdidukung oleh Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yangjelas sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secaratransparan dan akuntabel;
13.2Jumlah prosedur operasi standar yang dihasilkan Ditjen EKMDI.Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan danditandatangani oleh Dirjen EKMDI untuk mengatur kegiatan operasionaldalam lingkup internal Ditjen EKMDI.
14. Meningkatnya kualitas SDM Ditjen EKMDI, dapat diukur dengan indikator:
14.1Jumlah SDM Ditjen EKMDI yang difasilitasi untuk meningkatkankemampuan kerja dan pengetahuan terkait ekonomi kreatifberbasis media, desain, dan iptek. Peningkatan kemampuan SDMDitjen EKMDI dapat diukur dari diklat kepegawaian yang bertujuanuntuk meningkatkan kemampuan kerja setiap SDM yang ada. Selainitu, diklat juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan SDM dilingkungan Ditjen EKMDI terhadap ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek.
496
C. KEGIATAN POKOK DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMIKREATIF BERBASIS MEDIA, DESAIN, DAN IPTEK
Kegiatan pokok dalam program pengembangan ekonomi kreatif berbasis media,desain, dan iptek tahun 2012–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsiDitjen EKSB Kemenparekraf, meliputi:
1. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, yang meliputi:
a. Pengembangan film animasi dan komik, antara lain melalui:penguatan data dan informasi industri animasi dan komik, peningkatankualitas dan kuantitas konten animasi dan komik,pengembanganpasar animasi dan komik di dalam dan luar negeri,pengembangandan pemberdayaan sumber daya insani, serta penguatan tata kelolaindustri animasi dan komik.
b. Pengembangan tulisan fiksi dan non fiksi, antara lain melalui:peningkatan kualitas dan kuantitas tulisan fiksi dan non-fiksi, penguatandokumentasi, publikasi, dan komunikasi karya tradisional dankontemporer, pengembangan pasar tulisan fiksi dan non-fiksi didalam dan luar negeri,pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya insani, serta pengembangan jejaring dan kolaborasi tulisanfiksi dan non-fiksi.
c. Pengembangan karya kreatif audio dan video, antara lain melalui:peningkatan kualitas dan kuantitas karya kreatif audio dan video,pengembangan dan pemberdayaan sumber daya insani didaerah,pengembangan pasar dalam negeri,pengembangan danpenciptaan wirausaha digital, serta aktivasi portal Indonesia Kreatif.
d. Pengembangan karya kreatif periklanan, antara lain melalui:peningkatan kualitas dan kuantitas konten dan karya sektor periklanan,pengembangan dan pemberdayaan sumber daya insani, peningkatanapresiasi terhadap karya sektor periklanan, pengembangan jejaringdan kolaborasi pelaku sektor periklanan,pengembangan pasar dalamnegeri,penguatan data dan informasi industri periklanan, sertapenguatan tata kelola industri periklanan.
2. Pengembangan Desain dan Arsitektur, yang meliputi:
a. Pengembangan arsitektur dan desain interior, antara lain melalui:penguatan data dan informasi sektor arsitektur dan desain interior,penguatan dokumentasi, publikasi, dan komunikasi karya arsitekturdan desain interior tradisional dan kontemporer,peningkatan apresiasiterhadap karya arsitektur dan desain interior di dalam negeri, serta
497
pengembangan pasar arsitektur dan desain interior di dalam dan luarnegeri.
b. Pengembangan desain grafis dan komunikasi visual, antara lainmelalui: Pengembangan dan penciptaan wirausaha kreatif komunikasivisual, Peningkatan apresiasi terhadap karya kreatif, Pengembanganpasar dalam negeri, serta Pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya insani.
c. Pengembangan desain produk dan kemasan, antara lain melalui:Peningkatan apresiasi terhadap karya kreatif, penguatan dokumentasi,publikasi, dan komunikasi karya kreatif desain produk, pengembanganjejaring dan kolaborasi pelaku kreatif desain produk,pengembangandan pemberdayaan sumber daya insani dan masyarakat, pengem-bangan pasar dalam negeri, serta penguatan teknologi desain kemasan.
d. Pengembangan desain mode, antara lain melalui: penguatandokumentasi, publikasi, dan komunikasi desain busana tradisionaldan kontemporer, pengembangan dan pemberdayaan sumber dayainsani, peningkatan kualitas dan kuantitas konten dan karya kreatifdesain busana, pengembangan pasar desain busana di dalam danluar negeri, serta penguatan tata kelola industri desain busana.
3. Penguatan Kerjasama dan Fasilitasi, yang meliputi:
a. Pengembangan lisensi teknologi, antara lain melalui: penguatandata dan informasi teknologi yang dihasilkan, pengembangan pasardalam dan luar negeri untuk teknologi yang dihasilkan, perlindunganhak atas kekayaan intelektual industri konten multimedia, desain,dan arsitektur, serta penguatan teknologi melalui fasilitasi lisensiteknologi.
b. Pengembangan sentra inovasi dan inkubator bisnis, antara lainmelalui: Pengembangan dan penciptaan wirausaha sektor media,desain, dan iptek melalui inkubasi, penciptaan best practice usahakreatif dan standardisasi usaha, penyediaan sarana dan prasaranainovasi dan inkubasi, pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya insani sektor media, desain, dan Iptek, serta pengembanganjejaring dan kolaborasi pelaku kreatif dalam dan luar negeri untukinovasi dan inkubasi.
c. Pengembangan pusat kreatif, antara lain melalui: penyiapan saranadan prasarana gedung pusat kreatif, penyiapan kelembagaan pusatkreatif, penyiapan sarana dan prasarana pusat kreatif, sertapengembangan jejaring dan kolaborasi pelaku kreatif.
498
d. Peningkatan akses pembiayaan, antara lain melalui: peningkatanakses pembiayaan melalui penyempurnaan kebijakan perbankannasional, peningkatan akses pembiayaan melalui KUR, PKBL, PNPM,dan CSR untuk usaha sektor media, desain, iptek, penguatan jejaringdan kolaborasi dengan investor, serta penguatan tata kelola sistemtransaksi online.
e. Penguatan Kelembagaan Direktorat Jenderal Ekonomi KreatifBerbasis Media, Desain, IPTEK, yang meliputi: peningkatan kualitasperencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta pengelolaan kerjasama, peningkatan kualitas SDM, organisasi, dan hukum, peningkatantransparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, sertapeningkatan kualitas pelayanan umum dan informasi public.
3.3.5 PROGRAM 5: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatifmerupakan program utama Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisatandan Ekonomi Kreatif (BPSDPEK) yang memiliki visi: ”Terwujudnya SumberDaya Manusia yang Profesional dan Kajian Kebijakan Yang Efektif Di SektorPariwisata dan Ekonomi Kreatif”, yang dijabarkan menjadi tiga misi utama,yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomikreatif;
2. Meningkatkan hasil guna penelitian dan pengembangan sektor pariwisatadan ekonomi kreatif;
3. Menciptakan tata pemerintahan BPSDPEK yang responsif, transparan,dan akuntabel.
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif padatahun 2012 – 2014, diimplementasikan melalui 6 kegiatan pokok, yaitu:(1) Pengembangan SDM kepariwisataan dan ekonomi kreatif; (2) Penelitiandan pengembangan kebijakan sektor kepariwisataan; (3) Penelitian danpengembangan kebijakan sektor ekonomi kreatif; (4) Standardisasi kompetensikepariwisataan dan ekonomi kreatif; (5) Pengembangan pendidikan tinggikepariwisataan; dan (3) Dukungan manajemen dan teknis lainnya BPSDPEK.
Melalui program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan EkonomiKreatif, harus dapat: (1) meningkatkan kapasitas pemerintah dan pemangkukepentingan pariwisata lokal untuk mencapai mutu tingkat pelayanan danhospitality management yang kompetitif di Wilayah Asia; dan
499
(2) mengembangkan kapasitas nasional untuk pelaksanaan penelitian,penciptaan, dan inovasi, dan memudahkan akses dan penggunaan olehmasyarakat luas.
Keterkaitan antara visi,misi, tujuan, serta sasaran pengembangan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif dapat dilihat pada bagan 3-12.
Bagan 3-13 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Badan PengembanganSumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
A. Tujuan Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata DanEkonomi Kreatif
Tujuan pelaksanaan program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata danEkonomi Kreatif adalah:
1. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomikreatif;
2. Peningkatan kualitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata;
3. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;
4. Peningkatan kualitas kinerja organisasi BPSDPEK;
5. Peningkatan kualitas SDM BPSDPEK.
500
B. Sasaran dan Indikator Program Pengembangan Sumber DayaPariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Sasaran dan indikator untuk program Pengembangan Sumber Daya Pariwisatadan Ekonomi Kreatif adalah:
Sasaran dan indikator untuk program Pengembangan Sumber Daya Pariwisatadan Ekonomi Kreatif adalah:
1. Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM di sektor pariwisatadan ekonomi kreatif, dengan indikator meliputi:
1.1 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi, yaitujumlah tenaga kerja yang disertifikasi berdasarkan Naskah SKNNIdi sektor pariwisata. Semakin tinggi jumlah tenaga kerja sektorpariwisata yang di sertifikasi, diharapkan semakin tinggi tingkatprofesionalisme tenaga kerja sektor pariwisata nasional yang bekerjadidalam dan diluar negeri;
1.2 Jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif yang disertifikasi,yaitu jumlah tenaga kerja yang disertifikasi berdasarkan NaskahSKNNI di sektor ekonomi kratif. Semakin tinggi jumlah tenaga kerjasektor ekonomi kreatif yang di sertifikasi, semakin tinggi tingkatprofesionalisme tenaga kerja sektor ekonomi kreatif nasional yangbekerja didalam dan diluar negeri;
1.3 Jumlah SDM peserta pembekalan sektor kepariwisataan danekonomi kreatif, yaitu jumlah SDM yang terdiri dari masyarakat,aparatur, dan pelaku usaha yang dibekali pengetahuan sektor pariwisatadan ekonomi kreatif, sehingga terbentuk pengembangan pola pikir/paradigma dalam memandang sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;
1.4 Jumlah standar kompetensi di sektor pariwisata,yaitu standardisasiyang disusun mengenai kompetensi SDM nasional di sektor pariwisata.Dengan meningkatkan jumlah standar kompetensi sektor pariwisata,akan semakin meningkat kinerja SDM pariwisata dan menghasilkankualitas SDM pariwisata yang lebih baik;
1.5 Jumlah standar kompetensi di sektor ekonomi kreatif, yaitustandardisasi yang disusun mengenai kompetensi SDM nasional disektor ekonomi kreatif. Dengan meningkatkan jumlah standarkompetensi sektor ekonomi kreatif, akan semakin meningkat kinerjaSDM ekonomi kreatif dan menghasilkan kualitas SDM ekonomikreatif yang lebih baik;
501
2. Meningkatnya kualitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata, denganindikator meliputi:
2.1 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserapdi pasar kerja, dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisatayang terserap di pasar kerja baik di dalam dan luar negeri. Semakintinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka semakin tinggi jumlahtenaga kerja yang kompeten dan mampu memenui tuntutan lapangankerja sektor pariwisata;
3. Meningkatnya penelitian dan pengembangan kebijakan di sektorpariwisata, dengan indikator meliputi:
3.1 Jumlah penelitian dan pengembangan yang diaplikasikan dalammendukung kebijakan pengembangan sektor pariwisata.Outcome dari hasil penelitian dan pengembangan yang dapatdiaplikasikan dalam mendukung kebijakan baik pada level penyusunan,pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan (evaluasi kebijakan). Dataoutcome dapat diperoleh melalui evaluasi hasil penelitian. Semakintinggi jumlah penelitian dan pengembangan yang digunakan dalampenerapan kebijakan sektor pariwisata, semakin baik kualitas penelitiandan kajian yang ditulis dalam rangka pembangunan pariwisata;
4. Meningkatnya penelitian dan pengembangan kebijakan di sektorekonomi kreatif, dengan indikator meliputi:
4.1 Jumlah penelitian dan pengembangan yang diaplikasikan dalammendukung kebijakan pengembangan sektor ekonomi kreatif.Outcome dari hasil penelitian dan pengembangan yang dapatdiaplikasikan dalam mendukung kebijakan baik pada level penyusunan,pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan (evaluasi kebijakan). Dataoutcome dapat diperoleh melalui evaluasi hasil penelitian. Semakintinggi jumlah penelitian dan pengembangan yang digunakan dalampenerapan kebijakan sektor ekonomi kreatif, semakin baik kualitaspenelitian dan kajian yang ditulis dalam rangka pembangunan ekonomikreatif;
5. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram BPSDPEK, dengan indikator meliputi:
a. Pencapaian target indikator program dan kegiatan BPSDPEK,dihitung dari rasio ketercapaian BPSDPEK dalam menjalankankeseluruhan program terhadap target yang telah direncanakan.Semakin tinggi persentase pencapaian target indikator, semakin
502
baik peningkatan kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasiprogram dan kegiatan;
6. Meningkatnya kualitas penyerapan anggaran belanja BPSDPEK,dengan indikator meliputi:
6.1 Penyerapan anggaran belanja BPSDPEK, dihitung dari rasiopenggunaan anggaran belanja BPSDPEK terhadap total anggaranbelanja yang direncanakan. Indikator ini mencerminkan kinerjaperencanaan kegiatan dan anggaran yang dilaksanakan sesuai denganmekanisme sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistempengadaan barang dan jasa, sistem pelaporan dan pemantauansehingga dapat mempengaruhi realisasi dan pengelolaan keuangannegara secara bertanggung jawab;
7. Meningkatnya kualitas organisasi BPSDPEK, dengan indikator meliputi:
7.1. Jumlah NSPK yang dihasilkan BPSDPEK, yaitu jumlah pedomanoperasional yang dihasilkan Ditjen BPSDPEK, bagi untuk keperluaninternal dan eksternal Kemenparekraf. Setiap kebijakan yang dihasilkandan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait denganpengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif, makaBPSDPEK akan menjabarkan kebijakan tersebut pada level operasionalhingga pada tingkat daerah yang didukung oleh Norma, Standar,Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang jelas sehingga kebijakan yangdikeluarkan dapat dilaksanakan secara transparan dan akuntabel;
7.2. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkanBPSDPEK. Jumlah POS kegiatan internal yang dihasilkan BPSDPEK,dalam rangka mendukung tugas dan fungsi BPSDPEK. Semakintinggi jumlah POS yang dihasilkan, maka diharapkan akan sejalandengan pengimplementasian POS tersebut di lingkungan BPSDPEK,dan mewujudkan peningkatan kualitas BPSDPEK;
8. Meningkatnya kualitas SDM BPSDPEK, dengan indikator meliputi:
8.1 Jumlah peneliti yang disertifikasi, yaitu jumlah orang yangmendapatkan sertifikasi fungsional peneliti di sektor pariwisata danekonomi kreatif. Semakin tinggi jumlah peneliti yang disertifikasi,semakin tinggi tingkat kualitas dari peneliti;
8.2 Jumlah SDM BPSDPEK yang difasilitasi untuk meningkatkankemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangansumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu jumlah pegawaidi BPSDPEK yang difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan
503
kerja operasionalnya. Semakin tinggi jumlah pegawai yang difasilitasidalam peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan dibidangpariwisata dan ekonomi kreatif, semakin tinggi juga tingkatprofesionalisme dan tingkat kualitas SDM di sektor pariwisata danekonomi kreatif.
C. KEGIATAN POKOK DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA PARIWISATA & EKONOMI KREATIF
Kegiatan pokokdalam Program Pengembangan Sumber Daya pariwisata danekonomi kreatif tahun 2010 - 2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsiBPSDPEK Kemenparekraf, meliputi:
1. Pengembangan SDM Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, melalui:pembekalan SDM aparatur/industri dan masyarakat; peningkatankerjasama, penyusunan dan review kurikulum; Penyusunan modulpembekalan pariwisata dan ekonomi kreatif; workshop pengembanganSDM; supervisi pengembangan SDM pariwisata di lembaga pendidikantinggi pariwisata; penyusunan laporan; pemantauan dan evaluasi; sertapenyusunan NSPK.
2. Peningkatan Kompetensi SDM Kemenparekraf, melalui: fasilitasisertifikasi SDM pelaku parekraf; penyusunan SKKNI sektor parekraf;penyiapan assessor; penyiapan TUK; penyusunan program dan rencanakerja; peningkatan kerja sama, penerbitan dan diseminasi informasi;penyusunan laporan dan evaluasi; serta penyusunan NSPK.
3. Penelitian dan Pengembangan Kebijakan di Sektor Kepariwisataan,melalui: penelitian dan pengembangan kebijakan dan terapan; publikasidan dokumentasi hasil penelitian; penyusunan program kerja; kerjasamakelitbangan; peningkatan fungsional peneliti; penyusunan laporan;pemantauan dan evaluasi; serta penyusunan NSPK;
4. Penelitian dan Pengembangan kebijakan di Sektor Ekonomi Kreatif,dengan komponen: penelitian dan pengembangan serta kajian terkaitkebijakan ekonomi kreatif; publikasi dan dokumentasi kelitbangan;penyusunan program kerja, kerjasama kelitbangan, peningkatan fungsionalpeneliti; penyusunan laporan; pemantauan dan evaluasi; serta penyusunanNSPK.
5. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya BadanPengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengankomponen: Penyusunan dokumen perencanaan dan program kerja; fasilitaskerjasama; evaluasi dan laporan kinerja; layanan bidang keuangan; layanan
504
bidang kepegawaian; layanan bidang umum dan Barang Milik Negara;pengelolaan data dan informasi sumber daya pariwisata dan ekonomikreatif; serta Penyusunan NSPK.
6. Pengembangan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Kemenparekraf,dengan komponen: perkuliahan/pengajaran dan praktik; pengabdianmasyarakat; penelitian dosen; penyelenggaraan job fair;penyusunanprogram dan rencana kerja; peningkatan kerjasama; penyusunan danreview kurikulum dan silabus; penerbitan dan diseminasi informasi;penyusunan laporan; pemantauan dan evaluasi; serta penyusunan NSPK
3.3.6 PROGRAM 6: PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS
APARATUR KEMENPAREKRAF
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenparekrafmerupakan program utama Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenparekraf yangmemiliki visi: ”Terwujudnya Pengawasan Internal yang Mampu MendukungPencapaian Tujuan dan Sasaran Tata Kelola Kepemerintahan yang Responsif,Transparan dan Akuntabel di Lingkungan Kemenparekraf”, yang dijabarkanmenjadi dua misi utama, yaitu:
1. Meningkatnya efektivitas pengawasan internal dengan menerapkanmanajemen risiko dan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yangresponsif, transparan dan akuntabel;
2. Menciptakan tata pemerintahan Itjen Kemenparekraf yang responsif,transparan dan akuntabel.
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenparekrafpada tahun 2012–2014, diimplementasikan melalui 4 kegiatan pokok, yaitu:(1) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Inspektur I; (2) Pengawasandan Peningkatan Akuntabilitas Inspektur II; (3) Pengawasan dan PeningkatanAkuntabilitas Inspektur III; dan (4) Dukungan Manajemen dan DukunganTeknis Inspektorat Jenderal Lainnya.
Keterkaitan antara visi,misi, tujuan, serta sasaran pengawasan dan peningkatanakuntabilitas aparatur Kemenparekraf dapat dilihat pada bagan 3-13.
505
Bagan 3-14 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Inspektorat Jenderal
A. Tujuan Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas AparaturKemenparekraf
Tujuan dari pelaksanaan program Pengawasan dan Peningkatan AkuntabilitasAparatur Kemenparekraf, adalah:
1. Peningkatan ketaatan, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraanprogram dan kegiatan;
2. Peningkatan kualitas tatakelola keuangan dan ketaatan terhadap peraturanperundang-undangan tata kelola pemerintahan;
3. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Itjen Kemenparekraf;
4. Peningkatan kualitas SDM Itjen Kemenparekraf.
B. Sasaran dan Indikator Program Pengawasan dan PeningkatanAkuntabilitas Aparatur Kemenparekraf
Sasaran dan indikator untuk program Pengawasan dan PeningkatanAkuntabilitas Aparatur Kemenparekraf adalah:
506
1. Meningkatnya kinerja penyelenggaraan tugas dan fungsi satuankerja, dapat diukur dengan indikator:
1.1 Tingkat efektivitas program dan kegiatan satker Kemenparekraf,yaitu tingkat pencapaian target oleh setiap satker pada akhir tahun,dibandingkan dengan target yang direncanakan oleh masing-masingsatker. Dalam rangka menjamin ketercapaian target program dankegiatan pada setiap satuan kerja di Kemenparekraf, maka ItjenKemenparekraf perlu melakukan evaluasi berkala setiap bulannya.
1.2 Tingkat efektivitas program dan kegiatan satker InspektoratJenderal. Dalam mendukung tingkat efektivitas program dan kegiatanKemenparekraf, Itjen sebagai salah satu komponen satker jugaperlu mencapai tingkat efektivitas program dan kegiatan pada ruanglingkup internal Itjen itu sendiri.
2. Meningkatnya ketaatan terhadap prosedur dan admnistrasi tata kelolapemerintahan berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku,dapat diukur dengan indikator:
2.1 Tingkat penyimpangan dan pelanggaran oleh satkerKemenparekraf, yaitu rasio penyimpangan dan pelanggarandibandingkan dengan seluruh program dan kegiatan yang dimilikimasing-masing satker Kemenparekraf. Semakin sedikit tingkatpenyimpangan/pelanggaran, mencerminkan keberhasilan ItjenKemenparekraf dalam memantau dan mengawasi kinerja aparaturKemenparekraf.
2.2 Tingkat penyimpangan dan pelanggaran oleh SKPD yang terkaitdengan satker Kemenparekraf. Dalam mendukung tingkatpenyimpangan/ pelanggaran Kemenparekraf, Satuan Kerja PerangkatDaerah (SKPD) sebagai komponen untuk masing-masing satkerjuga perlu menurunkan tingkat penyimpangan/pelanggaran padaruang lingkup SKPD itu sendiri.
3. Meningkatnya ketaatan administrasi pengelolaan keuangan dilingkungan Kemenparekraf, dapat diukur dengan indikator:
3.1 Tingkat ketaatan administrasi pengelolaan keuangan oleh satkerKemenparekraf. Pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh masing-masing satker Kemenparekraf perlu dilakukan sesuai dengan normaadministrasi yang berlaku. Tingkat ketaatan administrasi yangtransparan dan akuntabel pada masing-masing satker dinilai olehSatuan Pengawasan Internal (SPI) sebagai dasar penilaian pengelolaankeuangan Kemenparekraf;
507
3.2 Tingkat ketaatan administrasi pengelolaan keuangan oleh SKPDyang terkait dengan Kemenparekraf. Dalam mendukung penilaianpengelolaan keuangan di lingkungan Kemenparekraf, pengelolaankeuangan di SKPD sebagai komponen dari masing-masing satkerdilakukan sesuai dengan norma administrasi yang berlaku sehinggadapat dinilai oleh SPI sebagai pengelolaan keuangan yang transparandan akuntabel;
4. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasiprogram Itjen Kemenparekraf, dapat diukur dengan indikator:
4.1 Pencapaian target indikator kinerja program dan kegiatan ItjenKemenparekraf, yaitu persentase realisasi target yang terlaksanadan terdokumentasi dibandingkan dengan rencana target kinerjasatker Itjen Kemenparekraf. Target yang dimaksud mencakup targetuntuk indikator program di Eselon 1 maupun indikator kegiatan diEselon 2;
5. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Itjen Kemenparekraf,dapat diukur dengan indikator:
5.1 Penyerapan anggaran belanja Itjen Kemenparekraf, yaitu persentaseanggaran yang digunakan untuk melakukan pengawasan di lingkunganinternal Kemenparekraf dibandingkan dengan anggaran yangdirencanakan. Indikator ini mencerminkan kinerja perencanaan kegiatandan anggaran yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistemperencanaan, sistem penganggaran, sistem pengadaan barang danjasa, sistem pelaporan dan pemantauan sehingga dapat mempengaruhirealisasi dan pengelolaan keuangan negara secara bertanggungjawab
6. Meningkatnya kualitas organisasi Itjen Kemenparekraf, dapat diukurdengan indikator:
6.1 Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan ItjenKemenparekraf, diukur melalui jumlah pedoman operasional yangdihasilkan Itjen, untuk mengatur kebijakan internal dalam ruanglingkup operasional Itjen dan ditandatangani oleh Eselon 1 ItjenKemenparekraf;
7. Meningkatnya kualitas SDM Itjen Kemenparekraf, dapat diukur denganindikator:
7.1 Auditor yang telah memenuhi Standar Kompetensi Auditor sesuaidengan Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-211/K/JF/2010,
508
dihitung sebagai jumlah SDM Itjen Kemenparekraf yang memilikiStandar Kompetensi Auditor (SKA). Sebagai Aparat PengawasanIntern Pemerintah (APIP), SDM Itjen Kemenparekraf perlu memilikistandar pengetahuan, keterampilan/keahlian dan sikap perilaku untukdapat melakukan fungsi Jabatan Fungsional Auditor di lingkunganKemenparekraf secara maksimal. Kompetensi auditor yang diaturmelalui SKA meliputi bidang: manajemen risiko, strategi pengawasan,pelaporan, sikap perilaku profesional, komunikasi, lingkunganpemerintahan, dan manajemen pengawasan;
7.2 Jumlah SDM Itjen Kemenparekraf yang difasilitasi untukpeningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait denganpengawasan, yaitu jumlah SDM Itjen yang diberikan pembekalanteknis terkait pengawasan internal di lingkungan Kemenparekraf.Pembekalan yang diberikan meliputi kompetensi-kompetensi yangtelah disebutkan menurut SKA. Pembekalan ini diharapkan berdampakpada kualitas Itjen dalam melakukan tugas dan fungsinya.
C. KEGIATAN POKOK DALAM PROGRAM PENGAWASAN DANPENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENPAREKRAF
Kegiatan pokokdalam program pengawasan dan peningkatan akuntabilitasaparatur Kemenparekraf tahun 2010–2014 yang sesuai dengan tugas danfungsi Itjen Kemenparekraf, meliputi:
1. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas kinerja Inspektur I;
2. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas kinerja Inspektur II;
3. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas kinerja Inspektur III; dan
4. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Inspektorat Jenderal.
Dengan sub kegiatan antara lain:
1. Penyusunan pedoman Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas AparaturKemenparekraf, meliputi:
a. Pedoman umum pengawasan Itjen;
b. Pedoman dan Pembinaan Pelaksanaan Kegiatan dan PelaksanaanDekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP) di lingkunganKemenparekraf;
c. Pedoman review atas laporan keuangan;
d. Pedoman audit kinerja;
e. Pedoman pengawasan; dan
509
f. Pedoman Sistem Pengumpulan Dan Pengelolaan Data Kinerja; EvaluasiKinerja Atas Pelaksanaan Tupoksi dan Audit Keuangan (InspektoratI).
2. Evaluasi dan pengawasan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dilingkungan Kemenparekraf, meliputi:
a. Evaluasi kinerja atas pelaksanaan tupoksi dan audit keuangan(Inspektorat II);
b. Evaluasi kinerja atas pelaksanaan tupoksi dan audit keuangan(Inspektorat III);
c. Pengawasan terhadap pengelolaan dana dekon dan TP, pemantauandan evaluasi PNPM;
d. Tindaklanjut temuan hasil pemeriksaan; pemeriksaan dengan tujuantertentu;
e. Pemantauan dan pembinaan pelaksanaan kegiatan Kemenparekraf,Dekon dan TP;
f. Review LRA;
g. Rapat koordinasi pengawasan (Rakorwas);
h. Pelaksanaan koordinasi dan peningkatan pengawasan dalam mencapaitata pemerintahan yang baik; dan
i. Pemutakhiran data temuan.
3.3.7 PROGRAM 7: DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS
TEKNIS LAINNYA KEMENPAREKRAF
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kemenparekrafmerupakan program utama Sekretariat Jenderal (Setjen) Kemeparekraf yangmemiliki visi: “Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Responsif,Transparan, dan Akuntabel Melalui Dukungan Manajemen dan DukunganTeknis Lainnya serta Penyediaan Sarana dan Prasarana yang Efisien danEfektif”, yang dijabarkan menjadi 3 misi utama, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas aparatur, organisasi, dan tatalaksana serta layananhukum;
2. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan, perencanaan danpenganggaran, dan pengelolaan aset negara;
3. Meningkatkan layanan informasi dan kualitas informasi kepada pihakinternal dan eksternal;
510
4. Meningkatkan peran Indonesia dalam forum kerja sama luar negeri sektorpariwisata dan ekonomi kreatif.
Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya padatahun 2012-2014 diimplementasikan melalui 8 kegiatan pokok, yaitu: (1)pelayanan hukum dan administrasi kepegawaian; (2) peningkatan kerjasamainternasional; (3) pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan; (4)pengembangan perencanaan dan organisasi; (5) peningkatan layananadministrasi umum; (6) peningkatan layanan informasi publik; (7) pendidikandan pelatihan aparatur; dan (8) peningkatan layanan data dan sistem informasi.
Bagan 3-15 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Sekretariat JenderalKemenparekraf
A. Tujuan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan TugasTeknis Lainnya Kemenparekraf
Tujuan pelaksanaan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan TugasTeknis Lainnya Kemenparekraf adalah:
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Kemenparekraf;
2. Peningkatan kualitas pengelolaan peraturan perundang-undangan danlayanan hukum;
511
3. Peningkatan kualitas penataan, kapasitas, dan tatalaksana organisasi;
4. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan;
5. Peningkatan efisiensi dan efektifitas perencanaan dan penganggaran,evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program;
6. Peningkatan kualitas layanan umum dan pengelolaan Barang Milik Negara(BMN);
7. Peningkatankualitas informasi yang disampaikan kepada pihak internaldan eksternal;
8. Peningkatan kualitas layanan informasi kepada pihak internal dan eksternal.
9. Peningkatan hubungan, peran, dan partisipasi dalam forum internasionaldi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
B. Sasaran dan Indikator Program Dukungan Manajemen danPelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenparekraf
Sasaran dan indikator untuk program Dukungan Manajemen dan PelaksanaanTugas Teknis Lainnya Kemenparekraf adalah:
1. Meningkatnya kualitas SDM Kemenparekraf, dengan indikator meliputi:
1.1 Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengankebutuhan organisasi, yaitu jumlah aparatur Kemenparekraf yangdiberikan pembekalan melalui materi yang relevan dengan sektorpariwisata dan ekonomi kreatif. Secara teknis, pembekalan tersebutdiserahkan kepada masing-masing satker sehingga materi diklatdapat diberikan secara spesifik untuk pengembangan destinasi,pemasaran pariwisata, pengembangan ekonomi kreatif berbasis senidan budaya, pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desaindan iptek, pengembangan SDM, pengawasan dan peningkatanakuntabilitas aparatur, dukungan manajemen dan pelaksanaan tugasteknis kemenparekraf lainnya, serta sarana dan prasarana aparatur;
1.2 Jumlah pegawai yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikanke jenjang yang lebih tinggi, yaitu jumlah pegawai Kemenparekrafyang meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (Strata 2dan Strata 3) untuk memperdalam pengetahuan pada sektor pariwisatadan ekonomi kreatif, serta pengaturan kebijakan publik.
2. Meningkatnya kuantitas SDM Kemenparekraf, dengan indikator meliputi:
2.1 Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akanmengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, jumlah kuantitasSDM Kemenparekraf secara langsung akan berperan dalam
512
mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif dengan tujuan utamamencapai arahan strategis Kementerian.
3. Meningkatnya layanan administrasi kepegawaian, dengan indikatormeliputi:
3.1 Tingkat penyelesaian pengembangan sistem informasimanajemen kepegawaian. Tingkat pengembangan sistem informasimanajemen kepegawaian yang berhasil diselesaikan dibandingkandengan perencanaan, semakin tinggi tingkat penyelesaianmenunjukkan kemampuan mengembangkan sistem informasi yangsemakin baik di lingkungan Kemenparekraf. Tahapan atau prosespengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian sehinggamampu memberikan informasi kepegawaian yang cepat, tepat, danakurat.
4. Terciptanya peraturan perundang-undangan yang harmonis, denganindikator meliputi:
4.1 Jumlah naskah Peraturan Perundang-undangan. Salah satu tugasutama Kemenparekraf adalah membuat kebijakan yang mengaturdan mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi sektorkepariwisataan dan ekonomi kreatif di Indonesia. Setjen merupakanunit organisasi yang membawahi biro hukum yang bertanggungjawabuntuk melakukan penelaahan dan harmonisasi secara mendalamterhadap setiap kebijakan berupa peraturan perundangan yang akanditandatangani oleh setingkat Menteri ataupun Presiden. Ada beberapakebijakan yang akan disusun oleh Kemenparekraf, misalnya: PeraturanMenteri mengenai Standar Usaha Hotel, Restoran, Jasa PerjalananWisata, MICE, Kawasan Pariwisata, dan Konsultan Pariwisata.
5. Terwujudnya organisasi dan tatalaksana yang sesuai dengankebutuhan, tugas dan fungsi, dengan indikator meliputi:
5.1 Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, yaitu nilaiyang diberikan oleh Kementerian PAN & RB kepada Kemenparekrafyang menjadi tolak ukur efektifitas atau kinerja pelaksanaan reformasibirokrasi di lingkungan Kemenparekraf. Sesuai Permen Menpan danRB No. 53 Tahun 2011, nilai yang diberikan kepada Kemenparekrafterkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi berdasarkan acuannasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan oleh KomitePengarah RB Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam melakukanQuality Assurance RB ini menggunakan 8 (delapan) area perubahangrand design RB dengan mengaitkan program, kegiatan, agenda,
513
dan hasil yang diharapkan dari proses RB pada tingkat mikro dalamperiode tahun 2010 – 2014;
5.2 Jumlah dokumen ketatalaksanaan, Setiap kebijakan yang dihasilkandan disahkan oleh Menteri Kemenparekraf yang terkait denganpengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, maka SetJen akanmenjabarkan kebijakan tersebut pada level operasional menjadidokumen ketatalaksanaan sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapatdilaksanakan secara transparan dan akuntabel. Dokumen analisistentang tata kelola organisasi serta sistem dan mekanisme hubungankerja antar unit organisasi di lingkungan Kemenparekraf;
6. Meningkatnya kualitas kinerja pengelolaan Keuangan, dengan indikatormeliputi:
6.1 Opini keuangan Kemenparekraf, yaitu opini yang diberikan olehBadan Pemeriksa Keuangan (BPK) kepada Kemenparekraf yangmenjadi tolak ukur keberhasilan pengelolaan keuangan. Sesuai denganUU No. 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan DanTanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memberikan pernyataanprofesional mengenai kewajaran informasi keuangan di lingkunganKemenparekraf yang disajikan dalam laporan keuangan yangdidasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansipemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),(iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv)efektivitas sistem pengendalian intern;
6.2 Jumlah dokumen laporan keuangan yang akuntabel sesuai SistemAkuntasi Pemerintah (SAP). Kinerja perencanaan kegiatan dananggaran dilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistemperencanaan, sistem penganggaran, sistem pengadaan barang danjasa, sistem pelaporan dan pemantauan sehingga dapat mempengaruhirealisasi dan pengelolaan keuangan negara secara bertanggungjawab. Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004, No. 17 tahun 2003 danPP No. 8 Tahun 2006, dan No. 71 Tahun 2010, Kemenparekraf perlumenyerahkan dokumen laporan pertanggungjawaban keuangan yangmeliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dokumen tersebut dalamrangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaankeuangan negara;
7. Meningkatnya prioritas dan pengeluaran pemerintah untukkepariwisataan, dengan indikator meliputi:
514
7.1 Tingkat prioritas pemerintah untuk pengembangan industrikepariwisataan, merupakan salah satu subpilar TTCI. Nilai indikatordiperoleh melalui survei pendapat warga negara Indonesiamengenai prioritas pemerintah yang diberikan untuk mengembangkanindustri pada sektor pariwisata, dengan skala minimum 1 danmaksimum 7;
7.2 Tingkat pengeluaran pemerintah untuk kepariwisataan, merupakansalah satu subpilar TTCI (WEF). Nilai indikator diperoleh melaluipengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata terhadap totalpengeluaran nasional. Contoh pengeluaran pariwisata, misalnya:pembangunan museum, taman rekreasi nasional, serta subsidi untukimigrasi dan bea cukai. Pengumpulan data untuk penilaian indikatorini dilakukan oleh WTTC dan Riset Tourism Satellite Accounting;
8. Terwujudnya rencana program dan penganggaran serta evaluasidan pelaporan yang berkualitas, dengan indikator meliputi:
8.1 Predikat SAKIP Kemenparekraf. Tingkat keberhasilan program danpenganggaran yang tercermin dalam SAKIP yang Kemenparekraf.Instrumen yang digunakan instansi Pemerintah dalam memenuhikewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dankegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponenyang merupakan satu kesatuan, yaitu: aspek perencanaan, aspekpengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, aspek evaluasi kinerja,dan capaian kinerja;
8.2 Jumlah dokumen perencanaan program dan anggaran, yaitujumlah dokumen perencanaan program dan anggaran terkait pariwisatadan ekonomi kreatif yang dihasilkan Setjen Kemenparekraf. Dokumenyang disusun oleh Kemenparekraf yang memuat program dan hasilyang diharapkan, kegiatan dan keluaran yang diharapkan, lokasikegiatan, pagu anggaran belanja yang dirinci menurut fungsi jenisbelanja dan sumber dana untuk masing-masing kegiatan pada satuankerja/unit pelaksana teknis, yang terdiri dari Rencana Kerja (Renja)K/L, Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja dan Anggaran(RKA-KL), Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), PenetapanKinerja (PK), Petunjuk Operasionalisasi Kegiatan (POK), dan lainnya;
8.3 Jumlah laporan pemantauan dan evaluasi, merupakan dokumenyang memuat pengumpulan data mengenai pengukuran pencapaianindikator kinerja dari Unit Kerja Eselon I dan memantau perubahanyang fokus pada proses dan pencapaian, sehingga dapat melakukan
515
penilaian untuk perbaikan, kelanjutan dan perluasan program dankegiatan;
8.4 Jumlah Pendukungan Kegiatan Pembangunan Pariwisata danEkonomi Kreatif Pusat dan Daerah, merupakan jumlah kegiatanyang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan fasilitasi danpendukungan kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif di pusat dandaerah;
9. Terselenggaranya layanan umum yang memenuhi standar pelayanan,dengan indikator meliputi:
9.1 Jumlah dokumen layanan administrasi umum, merupakan dokumenyang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kepada setiap satker dilingkungan Kemenparekraf yang dilaksanakan oleh Biro umum sebagaiupaya pemenuhan kebutuhan dalam rangka penyelenggaraanperkantoran;
10. Terselenggaranya pengelolaan aset BMN yang akuntabel dantransparan, dengan indikator meliputi:
10.1Jumlah dokumen laporan aset BMN. Untuk mewujudkan pemerataanpengembangan pariwisata di daerah Indonesia, Kemenparekrafmelimpahkan BMN kepada lembaga daerah dengan kesepakatandan mempertimbangkan kapasitas lembaga daerah dalam mengelolabarang yang dihibahkan, termasuk biaya operasional dan pemeliharaan.Berdasarkan Peraturan Dirjen Kekayaan Negara Nomor:PER-07/KN/2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Rekonsiliasi DataBarang Milik Negara dalam rangka penyusunan laporan barang miliknegara dan laporan keuangan pemerintah pusat, Kemenparekrafperlu menyajikan dokumen laporan yang mengindikasikan posisiBMN pada awal dan akhir suatu periode serta mutasi BMN yangterjadi selama satu periode;
11. Tersedianya dokumen publikasi bagi pihak internal dan eksternal,dengan indikator meliputi:
11.1Jumlah dokumen publikasi, layanan informasi dan hubunganantar lembaga, yaitu jumlah dokumen publikasi, layanan informasidan hubungan antar lembaga terkait pariwisata dan ekonomi kreatifdalam rangka membentuk dan memperkuat citra Kemenparekraf;
12. Tersedianya data dan informasi yang akurat, valid, reliabel, denganindikator meliputi:
516
12.1Jumlah dokumen statistik pariwisata dan ekonomi kreatif,yaitujumlah dokumen statistik yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatifyang dihasilkan secara berkala;
13. Tersedianya data kepariwisataan, dengan indikator meliputi:
13.1 Kelengkapan data kepariwisataan tahunan, merupakan salahsatu subpilar TTCI. Nilai indikator ini dinilai berdasarkan penyediaandata-data kepariwisataan yang dimiliki oleh administrasi nasionalsesuai dengan 17 konsep UNWTO Compendium of Tourism Statis-tics selama satu tahun. Konsep tersebut terdiri dari indikator yangdiantaranya mencakup: data-data wisman, pariwisata domestik,pariwisata wismas, industri pariwisata, lapangan kerja pada industripariwisata, serta data kepariwisataan yang terkait data makroekonominasional;
13.2 Ketepatan waktu penyediaan data kepariwisataan bulanan/kuartalan, merupakan salah satu subpilar TTCI. Nilai indikator inidinilai berdasarkan penyediaan data-data kedatangan wisman maupunpengeluaran wisman setiap bulan atau setiap tiga bulan. Data-datatersebut diperlukan untuk keperluan publikasi UNWTO World TourismBarometer;
14. Tersedianya jaringan sistem informasi yang reliabel, dengan indikatormeliputi:
14.1 Jumlah pengunjung unik yang mengunjungi websiteKemenparekraf pertahun, yaitu individu yang mengunjungi websitedalam satu tahun, sehingga individu yang sama tidak dihitung untukkunjungan website berkali-kali;
15. Meningkatnya kualitas aplikasi untuk mengakses informasi, denganindikator meliputi:
15.1 Unit aplikasi, yaitu jumlah unit aplikasi yang tersedia untuk mengaksesinformasi yang dihasilkan;
16. Meningkatnya peran, hubungan, dan partisipasi Indonesia dalamforum kerjasama bilateral, dengan indikator meliputi:
16.1 Partisipasi pada kegiatan forum kerjasama bilateral bidangpariwisata dan ekonomi kreatif. Jumlah partisipasi kerjasamabilateral yang dilakukan dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
16.2 Dokumen kerjasama bilateral dan implementasinya di dalamdan di luar negeri. Jumlah dokumentasi yang dimiliki untukmenunjukkan bahwa Kemenparekraf berpartisipasi pada kegiatan maupunmelakukan kerjasama secara bilateral;
517
17. Meningkatnya peran, hubungan, dan partisipasi Indonesia dalamforum kerjasama regional, dengan indikator meliputi:
17.1Partisipasi pada kegiatan forum kerjasama regional bidangpariwisata dan ekonomi kreatif. Jumlah partisipasi kerjasama regionalyang dilakukan dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
17.2Dokumen kerjasama regional dan implementasinya di dalamdan di luar negeri. Jumlah dokumentasi yang dimiliki untukmenunjukkan bahwa Kemenparekraf berpartisipasi pada kegiatanmaupun melakukan kerjasama secara regional;
18. Meningkatnya peran, hubungan, dan partisipasi Indonesia dalamforum kerjasama multilateral,dengan indikator meliputi:
18.1Partisipasi pada kegiatan forum kerjasama multilateral bidangpariwisata dan ekonomi kreatif. Jumlah partisipasi kerjasamamultilateral yang dilakukan dalam bidang pariwisata dan ekonomikreatif;
18.2Dokumen kerjasama multilateral dan implementasinya di dalamdan di luar negeri. Jumlah dokumentasi yang dimiliki untukmenunjukkan bahwa Kemenparekraf berpartisipasi pada kegiatanmaupun melakukan kerjasama secara multilateral;
C. Kegiatan Pokok dalam Program Dukungan Manajemen danPelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenparekraf
Kegiatan pokok dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaantugas teknis Kemenparekraf Lainnya yang sesuai dengan tugas dan fungsiSetjen Kemenparekraf, meliputi:
1. Pengembangan Perencanaan dan Organisasi, dengan komponen antaralain: penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran, penyesuaian dokumenpelaksanaan anggaran, rapat koordinasi penyusunan anggaran,pelaksanaan monitoring dan evaluasi,penyusunan Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kemenparekraf, pendukungan kegiatanKemenparekraf, penyusunan dokumen rencana pembangunan nasionalsektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Rencana Induk PembangunanEkonomi Kreatif Nasional, Rencana Induk Pembangunan PariwisataNasional), penataan organisasi, analisis jabatan, penyusunan laporanbidang organisasi, dan fasilitasi jabatan fungsional.
2. Pelayanan Administrasi Hukum dan Kepegawaian, dengan komponenantara lain: Ujian dinas dan penyesuaian Ijazah, pemantauan dan evaluasipelaksanaan mutasi pegawai di daerah, penyusunan perencanaan
518
kebutuhan formasi pegawai, penyelenggaraan penerimaan CPNS,pemeriksaan dan penyelesaian kasus-kasus kepegawaian, penyusunandokumen kegiatan Biro Kepegawaian dan Organisasi Kajian dan monitoringkepangkatan pegawai, peningkatan dan pengembangan penelaahanpemberkasan pegawai, program sidang Baperjakat di lingkunganKemenparekraf, peningkatan pelayanan pemberhetian dan kepensiunan,Pelantikan pejabat, pemantauan dan evaluasi, Pengkoordinasianpenyusunan rancangan Peraturan Menteri Sektor Pariwisata dan EkonomiKreatif termasuk tindak lanjut, penelaahan Peraturan Perundang-Undangansektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta pemberian bantuan hukumdi lingkungan Kemenparekraf.
3. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan, dengan komponenantara lain:penyusunan laporan keuangan SAI dan monev pelaksanaan;pelaksanaan rekonsiliasi dan sinkronisasi data akuntansi keuangan danBMN di lingkungan Kemenparekraf; finalisasi petunjuk teknis pengadaanbarang/jasa di lingkungan Kemenparekraf; pemantauan dan evaluasipelaksanaan anggaran; penyusunan daya serap realisasi keuanganKemenparekraf tahun 2010; penyusunan laporan realisasi anggaranberdasarkan aktifitas;serta pemantauan dan evaluasi.
4. Peningkatan Kerjasama Luar Negeri, dengan komponen antaralain:peningkatan kerjasama lingkup multilateral, peningkatan kerjasamalingkup bilateral, peningkatan kerjasama lingkup regional, peningkatankerjasama lingkup subregional pendampingan tamu negara/menteri, fasilitasiprogram kerja sama luar negeri di Indonesia, serta pemantauan danevaluasi.
5. Peningkatan Layanan Administrasi Umum, dengan komponen antaralain : rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan kelompok kerja/ konsultasi,penataan arsip aktif, penyusunan laporan semesteran BMN Kemenparekraf,penataan barang inventaris milik/kekayaan negara, pembinaan pengelolaanbarang inventaris milik/kekayaan negara, penyusunan harga satuan barang,serta pemantauan dan evaluasi.
6. Peningkatan Layanan Hukum, dengan komponen antara lain: diklatPIM Tingkat II – IV, diklat teknis pariwisata, diklat teknis ekonomi kreatif,diklat teknis bahasa asing, pelatihan communication & PR-ing, diklatprajabatan Gol I, II dan III, penyusunan modul diklat, serta pemantauandan evaluasi.
7. Peningkatan Layanan Informasi Publik, dengan komponen antara lain:workshop sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bagi jurnalis media cetakdan elektronik, pengembangan kehumasan Kemenparekraf, media
519
relations, peningkatan hubungan antar lembaga dan mitra kerja, peningkatankehumasan melalui even-even di dalam dan luar negeri, penerbitanpublikasi tahunan, serta pemantauan dan evaluasi.
8. Peningkatan Layanan Data dan Sistem Informasi, dengan komponenantara lain: penyusunan neraca satelit pariwisata nasional, perancanganneraca satelit ekonomi kreatif nasional, pendataan profil wisnas yangbepergian keluar negeri, pendataan profil wisman yang meninggalkanindonesia, pendataan wisman melalui pintu masuk internasional, statistikpariwisata dan ekonomi kreatif, kerjasama pengelolaan data dan sistemjaringan, unit kliring data spasial, pengembangan sistem informasi,pemeliharaan dan peremajaan website, serta pemantauan dan evaluasi.
3.3.8 PROGRAM 8: SARANA DAN PRASARANA APARATUR KEMENPAREKRAF
Program Sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf juga merupakanprogram utama Sekretariat Jenderal (Setjen) Kemeparekraf yang terkaitdengan pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Kemenparekraf.
A. Tujuan Program Sarana dan Prasarana Aparatur Kemenparekraf
Tujuan dari program sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf adalahmeningkatkan kualitas sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf.
B. Sasaran dan Indikator Program Sarana dan Prasarana AparaturKemenparekraf
Sasaran dari program sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf adalahmeningkatnya kualitas sarana dan prasarana di lingkungan Kemenparekraf.Dengan sarana dan prasarana yang memadai, diharapkan aparaturKemenparekraf dapat bekerja lebih optimal dalam mencapai sasaran dantarget-target yang telah ditentukan.
C. Kegiatan Pokok dalam Program Sarana dan Prasarana AparaturKemenparekraf
Kegiatan pokok dalam program sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraftahun 2010–2014 yang sesuai dengan tugas dan fungsi Setjen Kemenparekrafadalah: pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana, dengankomponen antara lain: pengadaan kendaraan bermotor; pengadaan alatpengolah data; pengadaan gedung/bangunan; dan rekondisi inventaris kantor
520
BAB 4PENUTUP
Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012-2014telah dijabarkan ke dalam visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan,strategi, program, dan kegiatan pembangunan yang bersifat strategik danindikatif sesuai tugas dan fungsi kementerian. Selanjutnya, renstra ini harusdijabarkan oleh setiap satuan kerja secara teknis operasional setiap tahunsecara berkesinambungan. Untuk menjamin akuntabilitas dan konsistensiarah pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif, rencana strategiskementerian akan dievaluasi setiap tahunnya.
Mengingat lingkungan strategis pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangatdinamis, dan dengan mempertimbangkan hasil evaluasi tahunan, makasubstansi dan indikator kinerja yang ditetapkan pada Renstra KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2012-2014 ini, dapat direvisi ataudiubah, sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
Kami meyakini bahwa target pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatifyang telah ditetapkan, hanya dapat diwujudkan melalui sinergi dan kolaborasiyang baik antara instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha,akademisi, dan dunia internasional. Sinergi dan kolaborasi eksternal iniharus diimbangi dengan keterpaduan, kerjasama, keterbukaan, dan etoskerja yang baik pula dari seluruh personil dan satuan kerja di lingkunganinternal Kemenparekraf.
Akhir kata, semoga hidup yang sejahtera dan berkualitas, dapat diwujudkanbagi masyarakat melalui pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif2012-2014.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
ttd.
Dr. Mari Elka Pangestu
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, S.H.,M.M.NIP. 19590617 198803 1 005
551
20102011
2012***
2013****2014*****
(2)(3)
(4)(5)
(6)(7)
(8)
IPR
OG
RA
M PEN
GEM
BAN
GA
N D
ESTINA
SI PAR
IWISA
TA141.45
289.00346.56
393.49495.00
DIR
EKTOR
AT JEN
DER
AL PEN
GEM
BAN
GA
N D
ESTINA
SI
PAR
IWISA
TA
Ia
Perancangan Destinasi dan Investasi Pariw
isata50.40
49.0050.00
Direktorat Perancangan D
estinasi dan Investasi Pariwisata
Ib
Pengembangan D
aya Tarik Wisata
40.0083.56
74.3781.59
145.00D
irektorat Pengembangan D
aya Tarik Wisata
Ic
Pengembangan Industri Pariw
isata12.00
47.8419.91
20.0040.00
Direktorat Industri Pariw
isata
Id
Peningkatan PNPM
Mandiri Bidang Pariw
isata20.00
61.70121.45
141.35150.00
Direktorat Pem
berdayaan Masyarakat
Ie
Pemberdayaan M
asyarakat di Destinasi Pariw
isata10.00
23.8721.15
26.5540.00
Direktorat Pem
berdayaan Masyarakat
If
Pengembangan W
isata Konvensi, Insentif, Even dan Minat Khusus
16.3035.00
30.00D
irektorat Pengembangan W
isata Konvensi, Insentif, Even Dan
Minat Khusus
Ig
Pengembangan Standardisasi Pariw
isata22.00
34.22D
irektorat Standardisasi Pariwisata **
Ih
Dukungan M
anajemen dan D
ukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Pengembangan D
estinasi Pariwisata
37.4537.81
42.9840.00
40.00Sekretariat D
irektorat Jenderal Pengembangan D
estinasi
Pariwisata
IIPR
OG
RA
M PEN
GEM
BAN
GA
N PEM
ASA
RA
N PA
RIW
ISATA
446.18592.10
607.70*
607.70647.00
DIR
EKTOR
AT JEN
DER
AL PEM
ASA
RA
N PA
RIW
ISATA
IIa
Pengembangan Pasar dan Inform
asi Pariwisata
42.0036.98
45.0045.00
50.00D
irektorat Pengembangan Pasar dan Inform
asi Pariwisata
IIb
Peningkatan Promosi Pariw
isata Luar Negeri
100.00121.08
167.43167.44
185.00D
irektorat Promosi Pariw
isata Luar Negeri
IIc
Peningkatan Promosi Pariw
isata Dalam
Negeri
43.30118.20
92.8192.81
95.00D
irektorat Promosi Pariw
isata Dalam
Negeri
IId
Peningkatan Pencitraan Indonesia 133.55
167.25166.50
166.50180.00
Direktorat Pencitraan Indonesia
IIe
Peningkatan Promosi Konvensi, Insentif, Even dan M
inat Khusus 43.60
91.7256.35
56.3557.00
Direktorat Prom
os Konvensi, Insentif, Even dan Minat Khusus
IIf
Dukungan M
anajemen dan D
ukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Pemasaran Pariw
isata
83.7356.86
79.6179.60
80.00Sekretariat D
irektorat Jenderal Pengembangan Pem
asaran
Pariwisata
IIIPR
OG
RA
M PEN
GEM
BAN
GA
N EKO
NO
MI KR
EATIF BER
BASIS SEN
I DA
N
BUD
AYA
114.77161.90
335.67323.27
455.00D
IREKTO
RA
T JEND
ERA
L EKON
OM
I KREA
TIF BERBA
SIS SENI D
AN
BUD
AYA
IIIa
Pengembangan Industri Perfilm
an14.00
27.6087.21
88.00127.50
Direktorat Pengem
bangan Industri Perfilman
IIIb
Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri M
usik 16.00
34.60107.71
96.00137.50
Direktorat Pengem
bangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik
IIIc
Pengembangan Seni Rupa
57.5058.00
102.50D
irektorat Pengembangan Seni Rupa
IIId
Pengembangan G
aleri Nasional
6.138.10
Galeri N
asional Indonesia
IIIe
Dukungan M
anajemen dan D
ukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
78.6491.60
83.2581.27
87.50Sekretariat D
irektorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan
Budaya
UN
IT OR
GA
NISA
SI PELAKSA
NA
ALO
KASI PEN
DA
NA
AN
(DA
LAM
MILYA
R R
p.)PR
OG
RA
M/KEG
IATA
NN
O(1)
KE
BU
TU
HA
N P
EN
DA
NA
AN
KE
ME
NT
ER
IAN
PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
TAH
UN
20
10
-20
14
552
20102011
2012***
2013****2014*****
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
UN
IT OR
GA
NISA
SI PELA
KSA
NA
ALO
KA
SI PEN
DA
NA
AN
(DA
LAM
MILY
AR
Rp
.)P
RO
GR
AM
/KEG
IATA
NN
O
(1)
IVP
RO
GR
AM
PEN
GEM
BA
NG
AN
EKO
NO
MI K
REA
TIF BER
BA
SIS MED
IA D
ESAIN
DA
N IP
TEK
0.000.00
119.65148.00
325.00D
IREK
TOR
AT JEN
DER
AL EK
ON
OM
I KR
EATIF B
ERB
ASIS M
EDIA
,
DESA
IN, D
AN
IPTEK
IVa
Pen
gemb
angan
Ekon
om
i Kreatif B
erbasis M
edia
41
.45
44
.00
10
0.0
0D
irektorat P
engem
ban
gan Eko
no
mi K
reatif Berb
asis Med
ia
IVb
Pen
gemb
angan
Desain
dan
Arsitektu
r 2
8.5
73
0.0
09
0.0
0D
irektorat D
esain d
an A
rsitektur
IVc
Pen
gemb
angan
Kerjasam
a dan
Fasilitasi1
3.5
53
5.0
07
0.0
0D
irektorat K
erjasama d
an Fasilitasi
IVd
Du
kun
gan M
anajem
en d
an D
uku
ngan
teknis Lain
nya D
irektorat Jen
deral
Ekon
om
i Kreatif B
erbasis M
edia D
esain d
an Ip
Tek
36
.08
39
.00
65
.00
Sekretariat Direkto
rat Jend
eral Ekon
om
i Kreatif B
erbasis M
edia
Desain
dan
Iptek
VP
RO
GR
AM
PEN
GEM
BA
NG
AN
SUM
BER
DA
YA
PA
RIW
ISATA
DA
N EK
ON
OM
I
KR
EATIF
349.85264.77
299.93333.56
411.40B
AD
AN
PEN
GEM
BA
NG
AN
SUM
BER
DA
YA
PA
RIW
ISATA
DA
N
EKO
NO
MI K
REA
TIF
Va
Pen
gemb
angan
Sum
ber D
aya Man
usia K
epariw
isataan d
an Eko
no
mi K
reatif5
.40
9.3
09
.24
9.3
02
0.0
0P
usat P
engem
ban
gan Su
mb
er Daya M
anu
sia Kep
ariwisataan
dan
Ekon
om
i Kreatif
Vb
Pen
ingkatan
Ko
mp
etensi K
epariw
isataan d
an Eko
no
mi K
reatif2
7.1
42
7.8
63
5.0
0P
usat K
om
peten
si Kep
ariwisataan
dan
Ekon
om
i Kreatif
Vc
Pen
elitian d
an P
engem
ban
gan K
ebijakan
kepariw
isataan5
.00
6.1
08
.92
10
.00
15
.00
Pu
sat Pen
elitian d
an P
engem
ban
gan K
ebijakan
kepariw
isataan
Vd
Pen
elitian d
an P
engem
ban
gan K
ebijakan
Ekon
om
i Kreatif
15
.00
15
.00
20
.00
Pu
sat Pen
elitian d
an P
engem
ban
gan K
ebijakan
Ekon
om
i Kreatif
Ve
Pen
gemb
angan
Pen
did
ikan Tin
ggi kepariw
isataan3
20
.79
18
7.9
12
19
.17
25
0.0
03
00
.00
Akp
ar dan
STP
Vf
Pen
gemb
angan
Pen
did
ikan K
ebu
dayaan
43
.50
Pu
sat Pen
gemb
angan
Sum
ber D
aya Man
usia K
ebu
dayaan
dan
Pariw
isata **
Vg
Du
kun
gan M
anajem
en d
an D
uku
ngan
Teknis Lain
nya B
adan
Pen
gemb
angan
Sum
ber D
aya Pariw
isata & Eko
no
mi K
reatif
18
.66
17
.96
20
.46
21
.40
21
.40
Sekretariat Bad
an P
engem
ban
gan Su
mb
er Daya P
ariwisata d
an
Ekon
om
i Kreatif
VI
PR
OG
RA
M D
UK
UN
GA
N M
AN
AJEM
EN D
AN
PELA
KSA
NA
AN
TUG
AS TEK
NIS
LAIN
NY
A K
EMEN
TERIA
N P
AR
IWISA
TA D
AN
EKO
NO
MI K
REA
TIF
136.00156.78
184.48185.50
221.80SEK
RETA
RIA
T JEND
ERA
L
VI
aP
engem
ban
gan P
erencan
aan d
an O
rganisasi
25
.87
27
.14
45
.76
Biro
Peren
canaan
dan
Organ
isasi
VI
bP
elayanan
Hu
kum
dan
Ad
min
istrasi Kep
egawaian
13
.32
14
.42
9.0
0B
iro H
uku
m d
an K
epegaw
aian
VI
cP
emb
inaan
Ad
min
istrasi dan
Pen
gelolaan
Keu
angan
39
.05
8.0
19
.55
10
.05
9.6
0B
iro K
euan
gan
VI
dP
enin
gkatan K
erjasama Lu
ar Negeri
14
.93
16
.87
17
.17
15
.50
18
.00
Biro
Kerjasam
a Luar N
egeri
VI
eP
enin
gkatan Layan
an A
dm
inistrasi U
mu
m1
5.7
16
6.6
18
2.4
68
2.4
39
4.4
4B
iro U
mu
m
VI
fP
end
idikan
dan
Pelatih
an A
paratu
r1
1.4
09
.54
10
.73
10
.00
15
.00
Pu
sat Pen
did
ikan d
an P
elatihan
Ap
aratur
VI
gP
enin
gkatan Layan
an In
form
asi Pu
blik
12
.42
10
.49
12
.92
13
.00
15
.00
Pu
sat Ko
mu
nikasi P
ub
lik
VI
hP
enin
gkatan Layan
an D
ata dan
Sistem In
form
asi1
0.5
58
.83
12
.46
12
.96
15
.00
Pu
sat Data d
an In
form
asi
VI
iP
engem
ban
gan P
erencan
aan d
an H
uku
m2
4.0
32
8.0
7B
iro P
erencan
aan d
an H
uku
m **
VI
jP
elayanan
Ad
min
istrasi Kep
egawaian
dan
Organ
isasi7
.91
8.3
6B
iro K
epegaw
aian d
an O
rganisasi **
553
20
10
20
11
20
12
***2
01
3****
20
14
*****
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
UN
IT OR
GA
NISA
SI PELA
KSA
NA
ALO
KA
SI PEN
DA
NA
AN
(DA
LAM
MILY
AR
Rp
.)P
RO
GR
AM
/KEG
IATA
NN
O
(1)
VIII
PR
OG
RA
M SA
RA
NA
DA
N P
RA
SAR
AN
A A
PA
RA
TUR
KEM
ENTER
IAN
PA
RIW
ISATA
DA
N EK
ON
OM
I KR
EATIF
31
.99
18
.06
17
.23
17
.00
20
.00
SEKR
ETAR
IAT JEN
DER
AL
VIII
aP
emb
angu
nan
/Pen
gadaan
/Pen
ingkatan
Sarana d
an P
rasarana
31
.99
18
.06
17
.23
17
.00
20
.00
Biro
Um
um
VIII
PR
OG
RA
M P
ENG
AW
ASA
N D
AN
PEN
ING
KA
TAN
AK
UN
TAB
ILITAS A
PA
RA
TUR
NEG
AR
A K
EMEN
TERIA
N P
AR
IWISA
TA D
AN
EKO
NO
MI K
REA
TIF
21
.96
35
.90
28
.90
32
.00
46
.40
INSP
EKTO
RA
T JEND
ERA
L
VIII
aP
engaw
asan d
an P
enin
gkatan A
kun
tabilitas In
spektu
r I4
.51
5.0
04
.25
4.5
01
3.4
6In
spekto
rat I
VIII
bP
engaw
asan d
an P
enin
gkatan A
kun
tabilitas In
spektu
r II4
.51
5.0
03
.88
4.5
01
2.4
7In
spekto
rat II
VIII
cP
engaw
asan d
an P
enin
gkatan A
kun
tabilitas In
spektu
r III4
.50
5.0
04
.71
4.5
01
2.4
7In
spekto
rat III
VIII
dD
uku
ngan
Man
ajemen
dan
Du
kun
gan Tekn
is Lainn
ya Insp
ektorat Jen
deral
8.4
42
0.9
01
6.0
61
8.5
08
.00
Sekretariat Insp
ektorat Jen
deral
TOTA
L1
,24
2.2
0
1,5
18
.51
1
,94
0.1
2
2,0
40
.52
2
,62
1.6
0
*A
kan m
end
apatkan
AP
BN
P seb
esar Rp
. 27
0 M
, nam
un
saat ini m
asih m
enu
nggu
do
kum
en p
engan
ggaran
**M
engalam
i peru
bah
an stru
ktur o
rganisasi d
i tahu
n 2
01
2
***A
lokasi Tah
un
20
12
belu
m term
asuk Exercise P
emo
ton
gan, n
amu
n su
dah
ditam
bah
kan A
PB
NP
35
0 M
dan
Pem
ilahan
An
ggaran ke K
ebu
dayaan
****Sesu
ai den
gan U
sulan
Peru
bah
an R
enja
**** *Sesu
ai den
gan SEB
Pagu
Ind
ikatif TA 2
01
3
554
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.37/UM.001/MPEK/2012
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATANBADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memajukan kepariwisataan nasionalperlu meningkatkan kegiatan promosi pariwisataIndonesia;
b. bahwa dengan ditetapkannya Keputusan PresidenNomor 22 Tahun 2011 tentang Badan Promosi PariwisataIndonesia, kegiatan di bidang promosi pariwisata dapatdilaksanakan oleh Badan Promosi Pariwisata Indonesiasebagai mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentangPedoman Pelaksanaan Kegiatan Badan PromosiPariwisata Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);
555
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentangKepariwisataan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4966);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentangPelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republiklndonesia Nomor 4614);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentangSistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentangRencana Induk Pembangunan Kepariwisataan NasionalTahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5262);
10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2009 tentangKedudukan, Tugas Dan Fungsi Kementerian NegaraSerta Susunan Organisasi dan Tugas, Dan Fungsi
556
Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubahterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 142);
11. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2011 tentang BadanPromosi Pariwisata Indonesia;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PNK.05/2007tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan KeuanganPemerintah Pusat;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas PelaksanaanRencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
14. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
15 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang RencanaStrategis KementerianPariwisata Dan Ekonomi KreatifTahun 2012 – 2014;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATANBADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Badan Promosi Pariwisata Indonesia adalah lembaga swasta dan bersifatmandiri dalam melaksanakan kegiatan promosi pariwisata.
2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagaifasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,pemerintah, dan pemerintah daerah.
3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang Kepariwisataan.
557
4. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnya disebutKementerian adalah Kementerian yang membidangi Pariwisata dan EkonomiKreatif.
5. Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata yang selanjutnya disebutDirektorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang membidangi PemasaranPariwisata.
BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatanBadan Promosi Pariwisata Indonesia yang menggunakan Anggaran PendapatanBelanja Negara (APBN) Kementerian.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini bertujuan agar kegiatan Badan Promosi PariwisataIndonesia dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel.
BAB IIIPENYELENGGARAAN KEGIATAN
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan oleh Badan Promosi PariwisataIndonesia sebagai upaya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.
(2) Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Badan Promosi Pariwisata Indonesia mempunyai tugas:a. meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia;b. meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan penerimaan
devisa;c. meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan pembelanjaan;d. menggalang pendanaan dari sumber selain Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. melakukan riset dalam rangka pengembangan usaha dan bisnispariwisata.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak merupakan kegiatanyang sudah dilaksanakan Kementerian.
558
BAB IVKRITERIA KEGIATAN
Pasal 5
Badan Promosi Pariwisata Indonesia dalam menyelenggarakan kegiatan harusberdasarkan pada kriteria sebagai berikut :
a. meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan perjalanan wisatawannusantara serta pembelanjaan, pada saat tingkat kunjungan rendah (lowseason tourism);
b. mempromosikan ekonomi kreatif yang menjadi bagian dari kepariwisataan(creative tourism); dan
c. mempromosikan kepariwisataan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan(green tourism).
BAB VKOORDINASI DAN PELAPORAN
Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan tugasnya Badan Promosi Pariwisata Indonesiawajib melakukan koordinasi dengan Kementerian.
(2) Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagimana dimaksud padaayat (1) wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden melaluiMenteri.
BAB VIPENDANAAN
Pasal 7
(1) Pendanaan Badan Promosi Pariwisata Indonesia yang berasal dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Kementerian bersifat tidak mengikatdan sesuai dengan kemampuan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara.
(2) Pendanaan sebagaimana pada ayat (1) dialokasikan pada DirektoratJenderal.
(3) Pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan dilaksanakan oleh DirektoratJenderal.
559
BAB VIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 25 Mei 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakartapada tangal 31 Mei 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 559
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
560
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.55/HK.001/MPEK/2012
TENTANG
INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 danPasal 4 Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentangPedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utamadi Lingkungan Instansi Pemerintah, telah ditetapkanPeraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.105/HK.001/MKP/2011 tentang Penetapan IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Kebudayaandan Pariwisata;
b. bahwa dalam upaya lebih memperjelas dan menyelaraskanantara Indikator Kinerja Utama Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif dengan Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN) dan RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014, serta kontrak kinerja Kabinet
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
561
Indonesia Bersatu II, perlu adanya penyempurnaanIndikator Kinerja Utama di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentangKepariwisataan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4966);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5060);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentangPelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4614);
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentangPembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II periode2009-2014;
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
562
8. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalTahun 2010-2014;
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;
10. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang GrandDesign Reformasi Birokrasi 2010-2025;
11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang PedomanUmum Penetapan Indikator Kenerja Utama Di LingkunganInstansi Pemerintah;
12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014;
13. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
14. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang RencanaStrategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifTahun 2012-2014;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF.
Pasal 1
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkandari Peraturan Menteri ini.
563
Pasal 2
Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakanacuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusunperencanaan dan penganggaran kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja,dan evaluasi kinerja.
Pasal 3
Dalam rangka lebih meningkatkan efektivitas pelaksanaan Peraturan Menteriini, Inspektorat Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diberikantugas untuk:
a. melakukan telaah (review) atas capaian kinerja setiap unit kerja dalamrangka meyakinkan kehandalan informasi yang disajikan dalam laporanakuntabilitas kinerja; dan
b. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini danmelaporkan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.105/HK.001/MKP/2011 tentang Penetapan IndikatorKinerja Utama di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, dicabutdan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di : Jakartapada tanggal : 16 Juli 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd
MARI ELKA PANGESTU
564
Diundangkan diJakartapada tangal 10 September 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 905
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
565
LA
MP
IRA
NP
ER
AT
UR
AN
ME
NT
ER
I PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
RE
PU
BL
IK IN
DO
NE
SIA
NO
MO
R P
M.5
5/H
K.0
01
/MP
EK
/20
12
TE
NTA
NG
IND
IKA
TO
R K
INE
RJA
UTA
MA
DI L
ING
KU
NG
AN
KE
ME
NT
ER
IAN
PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
1.
Na
ma
Un
it Org
an
isasi
:K
em
en
teria
n P
ariw
isata
Da
n E
kon
om
i Kre
atif
2.
Tu
ga
s:
Me
nye
len
gg
ara
kan
uru
san
di b
ida
ng
pariw
isata
da
n e
kon
om
i krea
tif da
lam
pe
me
rinta
ha
n u
ntu
km
em
ba
ntu
Pre
side
n d
ala
m m
en
yele
ng
ga
raka
n p
em
erin
tah
an
ne
ga
ra
3.
Fu
ng
si:
a.
Pe
rum
usa
n, p
en
eta
pa
n, d
an
pe
laksa
na
an
keb
ijaka
n d
i bid
an
g pa
riwisa
ta d
an
eko
no
mi kre
atif;
b.
Pe
ng
elo
laa
n b
ara
ng
milik/ke
kaya
an
ne
ga
ra ya
ng
me
nja
di ta
ng
gu
ng
jaw
ab
Ke
me
nte
rian
Pa
riwisa
ta d
an
Eko
no
mi K
rea
tif;c.
Pe
ng
aw
asa
n a
tas p
ela
ksan
aa
n tu
ga
s di lin
gku
ng
an
Ke
me
nte
rian
Pa
riwisa
ta d
an
Eko
no
mi K
rea
tif;d
.P
ela
ksan
aa
n b
imb
ing
an
tekn
is da
n su
pe
rvisi ata
s pe
laksa
na
an
uru
san
Ke
me
nte
rian
Pa
riwisa
ta d
an
Eko
no
mi K
rea
tif;e
.P
ela
ksan
aa
n ke
gia
tan
tekn
is yan
g b
erska
la n
asio
na
l.
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIKATO
R KIN
ERJA
UTA
MA
S
UM
BE
R D
ATA
P
EN
JELA
SA
N
UN
IT O
RG
ANIS
ASI
PELAKSANA
1 M
eningkatnya kontribusi kepariw
isataan terhadap
Produk D
omestik B
ruto (PD
B)
nasional
Kontribusi sektor
pariwisata
terhadap Produk
Dom
estik B
ruto (PD
B) nasional
Neraca
Satelit Pariw
isata N
asional (N
esparnas) yang
diolah dari tabel I/O, Produk
Dom
estik Bruto (PDB), serta
kompilasi
data dari
Badan Koordinasi Penanam
an Modal.
Data
ini dipublikasikan
oleh
Indikator yang
digunakan untuk
mengukur
meningkatnya
kontribusi kepariw
isataan terhadap
Produk
Dom
estik B
ruto (P
DB
) nasional adalah rasio persentase antara total dam
pak P
roduk D
omestik
Bruto
(PD
B)
nominal
tahunan yang
terbentuk sebagai
akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan
Direktorat
Jenderal Pem
asaran Pariw
isata
566
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isa
ta
Da
n
Eko
no
mi
Kre
atif
sa
tu
tah
un
se
ka
li ya
ng
me
rup
aka
n
ha
sil
ke
rjasa
ma
d
en
ga
n
pih
ak
Ba
da
n P
usa
t Sta
tistik
.
de
ng
an
Pro
du
k D
om
estik
Bru
to (P
DB
) no
min
al
tah
un
an
n
asio
na
l. P
rod
uk
Do
me
stik
B
ruto
(P
DB
) n
asio
na
l m
eru
pa
ka
n
nila
i n
om
ina
l b
ara
ng
d
an
ja
sa
ya
ng
d
ipro
du
ksi
ole
h
Ind
on
esia
se
lam
a s
atu
tah
un
2
Me
nin
gka
tnya
ko
ntrib
usi
ke
pa
riwis
ata
an
te
rha
da
p kua
litas d
an
ku
an
titas te
na
ga
ke
rja
na
sio
na
l
1.
Ju
mla
h
ten
ag
a
ke
rja
lang
su
ng
, tid
ak
lang
su
ng
, d
an
ik
uta
n
se
kto
r p
ariw
isa
ta
Ha
sil
pe
ng
hitu
ng
an
Ba
da
n
Pu
sa
t S
tatis
tik,
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l Imig
rasi, P
usat D
ata
d
an
In
form
asi
da
n
Dire
kto
rat
PP
IP
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l P
em
asa
ran
Pa
riwis
ata
Pa
riwis
ata
m
eru
pa
ka
n
se
kto
r ya
ng
m
em
be
rika
n d
am
pa
k ya
ng
lu
as ba
gi
se
kto
r-se
kto
r lain
nya
, term
asu
k te
rha
da
p p
en
ye
rap
an
te
na
ga
ke
rja b
aik
itu
te
na
ga
ke
rja la
ng
su
ng
(dire
ct), te
na
ga
ke
rja tid
ak la
ng
su
ng
(ind
irect),
ma
up
un
ten
ag
a k
erja
iku
tan
(ind
uce
) di s
ekto
r p
ariw
isa
ta. T
en
ag
a k
erja
lan
gsu
ng
me
nca
ku
p
ten
ag
a
ke
rja
ya
ng
b
eke
rja
pa
da
1
4
(em
pa
t b
ela
s)
sekto
r ke
pa
riwis
ata
an
, te
na
ga
ke
rja
tida
k la
ngsun
g m
eru
pa
ka
n te
na
ga
ke
rja d
ilua
r 1
4 (e
mp
at b
ela
s) s
ekto
r ke
pa
riwis
ata
an
ya
ng
te
rka
it d
eng
an
se
kto
r p
ariw
isa
ta,
mis
aln
ya
te
na
ga
ke
rja
pa
da
se
kto
r tra
nsp
orta
si,
se
da
ng
ka
n
ten
ag
a
ke
rja
iku
tan
m
eru
pa
ka
n
ten
ag
a
ke
rja
ya
ng
te
rse
rap
d
i sekto
r-se
kto
r ik
uta
n
akib
at
pe
ng
aru
h
lan
gsu
ng
ma
up
un
tid
ak la
ngsun
g a
ktiv
itas s
ekto
r pa
riwis
ata
.
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l P
en
ge
mb
an
ga
n
De
stin
asi
Pa
riwis
ata
2.
Ko
ntrib
usi
se
kto
r p
ariw
isa
ta
terh
ad
ap
Ko
ntrib
usi
se
kto
r p
ariw
isa
ta
terh
ad
ap
p
en
ye
rap
an
ten
ag
a k
erja
na
sio
na
l me
rup
aka
n
rasio
p
ers
en
tase
a
nta
ra
da
mp
ak
pa
riwis
ata
567
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
pe
nye
rap
an
te
na
ga
ke
rja
na
sion
al
terh
ad
ap
p
en
yera
pa
n
ten
ag
a
kerja
, d
iba
nd
ing
kan
de
ng
an
jum
lah
pe
kerja
na
sion
al.
Jum
lah
p
eke
rja
na
sion
al
ad
ala
h
jum
lah
a
ng
kata
n
kerja
ya
ng
b
eke
rja.
Ind
ikato
r in
i m
eru
pa
kan
cerm
ina
n d
uku
ng
an
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif d
ala
m
pe
ncip
taa
n la
pa
ng
an
kerja
(pe
nu
run
an
ting
kat
pe
ng
an
gg
ura
n) d
an
pen
gu
ran
ga
n ke
miskin
an
na
sion
al,
serta
p
en
ing
kata
n
kese
jah
tera
an
m
asya
raka
t m
ela
lui
sekto
r ke
pariw
isata
an
, d
ima
na
sem
akin
ting
gi n
ilai ko
ntrib
usi, m
aka
se
ma
kin
ting
gi
pu
la
pe
ran
se
ktor
kep
ariw
isata
an
d
ala
m
pe
nu
run
an
tin
gka
t p
en
ga
ng
gu
ran
da
n ke
miskin
an
na
sion
al, se
rta
pe
nin
gka
tan ke
seja
hte
raa
n m
asya
raka
t.
3.
Pro
du
ktivitas
ten
ag
a
kerja
la
ng
sun
g,
tida
k la
ng
sun
g,
da
n
ikuta
n
sekto
r p
ariw
isata
K
ua
litas
dam
pa
k se
ktor
pa
riwisa
ta
terh
ad
ap
pe
nye
rap
an
ten
ag
a ke
rja d
ap
at d
iuku
r sala
h
satu
nya
b
erd
asa
rkan
pro
du
ktivitas
ten
ag
a
kerja
la
ngsu
ng
, tid
ak
lan
gsu
ng
, da
n
ten
ag
a
kerja
iku
tan
sekto
r p
ariw
isata
. P
rod
uktivita
s ya
ng
d
ima
ksud
kan
m
eru
pa
kan
ra
sio
an
tara
568
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
da
mp
ak
up
ah
ya
ng
te
rbe
ntu
k m
ela
lui
me
kan
isme
efe
k pe
ng
ga
nd
a d
i selu
ruh
sekto
r e
kon
om
i ya
ng
te
rkait
pa
riwisa
ta
seb
ag
ai
akib
at
aktivita
s ke
pa
riwisa
taa
n
dib
an
din
gka
n
de
ng
an
ju
mla
h te
na
ga ke
rja la
ng
sun
g,
tida
k la
ng
sun
g,
da
n
ten
ag
a
kerja
iku
tan
se
ktor
pa
riwisa
ta.
3
Me
nin
gka
tnya
in
vesta
si d
i se
ktor
pa
riwisa
ta
Ko
ntrib
usi
inve
stasi
bid
an
g
pa
riwisa
ta
terh
ad
ap
to
tal
inve
stasi n
asio
na
l
Ne
raca
S
ate
lit P
ariw
isata
N
asio
na
l (N
esp
arn
as)
yan
g
dio
lah
d
ari
tab
el
I/O,
Pro
du
k D
om
estik
Bru
to
(PD
B),
serta
ko
mp
ilasi
da
ta
da
ri B
ad
an
K
oo
rdin
asi P
en
an
am
an
Mo
da
l. D
ata
in
i d
ipu
blika
sikan
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i Kre
atif 1
(satu
) tah
un
se
kali
yan
g
me
rup
aka
n
ha
sil ke
rjasa
ma
d
en
ga
n
pih
ak
Ba
da
n P
usa
t Sta
tistik.
Pe
ng
em
ba
ng
an
sekto
r pa
riwisa
ta m
em
erlu
kan
in
vesta
si yan
g m
em
ad
ai. S
ala
h sa
tu in
dika
tor
yan
g
da
pa
t d
igu
na
kan
u
ntu
k m
en
gu
kur
me
nin
gka
tnya
in
vesta
si d
i se
ktor
pa
riwisa
ta
ad
ala
h
kon
tribu
si in
vesta
si se
ktor
pa
riwisa
ta
terh
ad
ap
tota
l inve
stasi n
asio
na
l. Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif m
em
iliki p
era
n
sen
tral
un
tuk
me
nd
oro
ng
in
vesta
si d
i se
ktor
pariw
isata
d
en
ga
n
me
laku
kan
: id
en
tifikasi
da
n
pe
ran
can
ga
n
pro
fil in
vesta
si d
estin
asi
pa
riwisa
ta,
koo
rdin
asi
de
ng
an
in
stan
si p
em
erin
tah
te
rkait
ba
ik d
i tin
gka
t p
usa
t m
au
pu
n
da
era
h,
serta
m
ela
kuka
n
pro
mo
si in
vesta
si p
ariw
isata
In
do
ne
sia.
Se
ma
kin
be
sar
kon
tribu
si in
vesta
si se
ktor
pa
riwisa
ta
terh
ad
ap
to
tal
inve
stasi
na
sion
al,
ma
ka
dih
ara
pka
n
tercip
ta
de
stinasi-d
estin
asi
pa
riwisa
ta
yan
g
me
miliki
fasilita
s ya
ng
b
aik
seh
ing
ga
d
ap
at
me
nin
gka
tkan
aktivita
s p
ere
kon
om
ian
di d
estin
asi te
rseb
ut.
Dire
ktora
t Je
nd
era
l P
en
ge
mb
an
ga
n
De
stina
si P
ariw
isata
569
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
4
Me
nin
gka
tnya
d
evisa
d
an
pe
ng
elu
ara
n
wisa
taw
an
d
i In
do
ne
sia
1.
Jum
lah
p
en
erim
aa
n d
evisa
w
isata
wa
n
ma
nca
ne
ga
ra
Da
ta N
era
ca S
ate
lit Pa
riwisa
ta
Na
sion
al (N
esp
arn
as)
Jum
lah
p
en
erim
aa
n d
evisa
d
ipe
ng
aru
hi
ole
h
jum
lah
se
rta
pe
ng
elu
ara
n
wisa
taw
an
ma
nca
ne
ga
ra
di
Ind
on
esia
. D
ala
m
me
ng
em
ba
ng
kan
ke
pariw
isata
an
na
sion
al,
pe
nin
gka
tan ju
mla
h w
isata
wa
n m
an
can
eg
ara
ke
In
do
ne
sia
diu
pa
yaka
n
seja
lan
d
en
ga
n
pe
nin
gka
tan
jum
lah
p
en
ge
lua
ran
w
isata
wa
n
ma
nca
ne
ga
ra
di
Ind
on
esia
, se
hin
gga
p
en
erim
aa
n
de
visa
ne
ga
ra
da
ri ke
gia
tan
ke
pa
riwisa
taa
n p
un
me
nin
gka
t.
Dire
ktora
t Je
nd
era
l P
en
ge
mb
an
ga
n
De
stina
si P
ariw
isata
2.
Jum
lah
p
en
ge
lua
ran
wisa
taw
an
n
usa
nta
ra
Ju
mla
h
pe
ng
elu
ara
n
wisa
taw
an
n
usa
nta
ra
dip
en
ga
ruh
i o
leh
ju
mla
h
serta
pe
ng
elu
ara
n
wisa
taw
an
n
usa
nta
ra
di
Ind
on
esia
. S
em
akin
b
esa
r b
ela
nja
w
isata
wa
n
nu
santa
ra
terka
it d
en
ga
n
pa
riwisa
ta,
ma
ka
aktivita
s e
kon
om
i se
ma
kin
me
nin
gka
t d
an
se
ma
kin
me
nin
gka
t p
ula
kese
jah
tera
an
ma
syara
kat.
3.
Jum
lah
p
en
ge
lua
ran
pe
r w
isata
wa
n
ma
nca
ne
ga
ra
pe
r ku
nju
ng
an
Ha
sil P
asse
ng
er
Exit
Su
rvey
yan
g d
ilaku
kan
2 (d
ua
) tah
un
se
kali
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif d
en
ga
n
sam
plin
g
di
Jum
lah
p
en
ge
lua
ran
pe
r w
isata
wa
n
ma
nca
ne
ga
ra p
er ku
nju
ng
an
me
rup
aka
n ra
ta-
rata
pe
ng
elu
ara
n w
isata
wa
n m
an
can
eg
ara
di
Ind
on
esia
p
ad
a
setia
p
kun
jun
ga
n
ke
Ind
on
esia
. Y
an
g
dim
aksu
dka
n
seb
ag
ai
570
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
pin
tu ke
lua
r.
kun
jun
ga
n a
da
lah
selu
ruh
keg
iata
n p
erja
lan
an
wisa
taw
an
se
jak
tiba
d
i In
do
ne
sia
hin
gg
a
kem
ba
li ke
n
eg
ara
a
sal
wisa
taw
an
te
rseb
ut,
seh
ing
ga
w
ala
up
un
w
isata
wa
n
me
laku
kan
p
erja
lan
an
ke
se
luru
h
wila
yah
d
i In
do
ne
sia
sela
ma
se
lan
g
wa
ktu
ked
ata
ng
an
d
an
ke
be
ran
gka
tan
, w
isata
wa
n
terse
bu
t a
kan
terh
itun
g
seb
ag
ai
satu
ku
nju
ng
an
. S
em
akin
b
esa
r ra
ta-ra
ta
jum
lah
p
en
ge
lua
ran
p
er
wisa
taw
an
m
an
can
eg
ara
d
i In
do
ne
sia
pe
r ku
nju
ng
an
, ma
ka se
ma
kin b
esa
r pu
la p
ote
nsi
de
visa ya
ng
aka
n d
ipe
role
h n
eg
ara
.
4.
Jum
lah
p
en
ge
lua
ran
p
er
wisa
taw
an
n
usa
nta
ra
pe
r ku
nju
ng
an
Ha
sil S
urve
i R
um
ah
T
an
gg
a
(mo
du
l p
erja
lan
an
) ya
ng
d
ilaku
kan
seja
lan
de
ng
an
p
ela
ksan
aan
S
urve
i S
osia
l E
kon
om
i N
asio
na
l (S
use
na
s). D
ata
ha
sil surve
i ini ke
mu
dia
n
dio
lah
da
n d
ipu
blika
sikan
ole
h
Ba
da
n
Pu
sat
Sta
tistik ya
ng
ke
mu
dia
n d
iola
h ke
mb
ali o
leh
K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Eko
no
mi K
rea
tif.
Jum
lah
pe
ng
elu
ara
n p
er w
isata
wa
n n
usa
nta
ra
pe
r ku
nju
ng
an
m
eru
pa
kan
rata
-rata
p
en
ge
lua
ran
wisa
taw
an
n
usa
nta
ra
da
lam
se
tiap
p
erja
lan
an
w
isata
ya
ng
d
ilaku
kan.
Se
ma
kin b
esa
r rata
-rata
jum
lah
pe
ng
elu
ara
n
pe
r w
isnu
s p
er
kun
jun
ga
n,
ma
ka
sem
akin
b
esa
r p
ula
p
ote
nsi
pen
da
pa
tan
ne
ga
ra
da
n
pe
nin
gka
tan
kese
jahte
raa
n
ma
syara
kat
sete
mp
at d
i loka
si destin
asi p
ariw
isata
.
5
Me
nin
gka
tnya
ku
an
titas
wisa
taw
an
m
an
can
eg
ara
ke
1.
Jum
lah
w
isata
wa
n
ma
nca
ne
ga
ra
ke
Ind
on
esia
Da
ta
jum
lah
ku
nju
ng
an
w
isata
wa
n m
an
can
eg
ara
yan
g
be
rasa
l da
ri p
intu
m
asu
k
Jum
lah
wisa
taw
an
ma
nca
ne
ga
ra ke
Ind
on
esia
sa
ng
at b
erp
en
ga
ruh
terh
ad
ap
po
ten
si de
visa
yan
g a
kan
dip
ero
leh
ole
h n
eg
ara
. Wism
an
ke
Dire
ktora
t Je
nd
era
l P
em
asa
ran
571
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
Ind
on
esia
d
an
w
isata
wa
n n
usa
nta
ra
uta
ma
d
an
cro
ss b
ord
er,
de
ng
an
me
laku
kan
pe
nd
ata
an
ke p
intu
-pin
tu m
asu
k terse
bu
t d
en
ga
n
be
kerja
sam
a
de
ng
an
D
irekto
rat
Jen
de
ral
Imig
rasi
da
n
de
ng
an
p
iha
k B
ad
an
P
usa
t S
tatistik
serta
K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Eko
no
mi
Kre
atif
yan
g
dio
lah
da
n
dip
ub
likasika
n
setia
p
bu
lan
nya
. D
ata
ku
nju
ng
an
d
ikelu
arka
n S
atu
bu
lan
sete
lah
bu
lan
terh
itun
g
Ind
on
esia
a
da
lah
se
tiap
o
ran
g ya
ng
b
era
sal
da
ri wila
yah
lua
r Ind
on
esia
, yan
g m
en
gu
nju
ng
i In
do
ne
sia, d
ido
ron
g o
leh
satu
ata
u b
eb
era
pa
ke
pe
rlua
n
tan
pa
b
erm
aksu
d
me
mp
ero
leh
p
en
gh
asila
n
di
tem
pa
t ya
ng
d
ikun
jun
gi,
de
ng
an
la
ma
tin
gg
al
min
ima
l 2
4 (d
ua
p
ulu
h
em
pa
t) ja
m
da
n
ma
ksima
l 6
(e
na
m)
bu
lan
, d
en
ga
n tu
jua
n: (a
) be
rlibu
r, rekre
asi, d
an
ola
h
rag
a;
(b)
bisn
is, m
en
gu
nju
ng
i te
ma
n
da
n
kelu
arg
a,
misi,
me
ng
ha
diri
pe
rtem
ua
n,
kon
fere
nsi,
kun
jun
ga
n
de
ng
an
a
lasa
n
kese
ha
tan
, b
ela
jar,
da
n ke
ag
am
aa
n.
Jum
lah
wism
an
d
ihitu
ng
m
ela
lui
pe
ng
um
pu
lan
ka
rtu
Em
ba
rkasi/D
isem
ba
rkasi ya
ng
dila
kuka
n d
i 73
(tuju
h
pu
luh
tig
a)
pin
tu
ma
suk
Ind
on
esia
b
erd
asa
rkan n
eg
ara
tem
pa
t ting
ga
l wisa
taw
an
te
rseb
ut.
Pe
ng
um
pu
lan
ka
rtu
E/D
d
ilaku
kan
o
leh
Dire
ktora
t Jen
de
ral Im
igra
si Ke
me
nte
rian
H
uku
m
da
n
Ha
k A
sasi
Ma
nusia
, ya
ng
ke
mu
dia
n
dio
lah
d
an
dip
ub
likasika
n
ole
h
Ba
da
n P
usa
t Sta
tistik da
lam
bu
ku N
um
be
r of
Fo
reig
n
Visito
r A
rrivals
to
Ind
on
esia
se
tiap
tah
un
nya
.
Pa
riwisa
ta
2.
Jum
lah
p
erja
lan
an
w
isata
wa
n
nu
san
tara
Da
ta
jum
lah
w
isata
wa
n
nu
san
tara
dip
ero
leh
da
ri ha
sil S
urve
i Ru
ma
h T
an
gg
a (M
od
ul
Pe
rjala
na
n)
yan
g
dila
kuka
n
Jum
lah
w
isata
wa
n
nu
san
tara
sa
ng
at
be
rpe
ng
aru
h
terh
ad
ap
p
ote
nsi
pe
nd
ap
ata
n
ne
ga
ra
da
n
pe
ncip
taan
ke
seja
hte
raa
n
ba
gi
ma
syara
kat
sete
mp
at
di
ma
na
d
estin
asi
572
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
se
jala
n
den
ga
n
pe
laksa
na
an
Su
rve
i S
osia
l E
ko
no
mi
Na
sio
na
l (Su
se
na
s). D
ata
ha
sil
su
rve
i ini k
em
ud
ian
dio
lah
da
n
dip
ub
likasik
an
o
leh
Ba
da
n
Pu
sa
t S
tatis
tik se
tiap
3
(tig
a)
bu
lan
se
kali
de
ng
an
se
lan
g
wa
ktu
pe
rbe
da
an
da
ta a
da
lah
3
(tig
a)
bu
lan
se
jak
bu
lan
p
ub
lika
si,
ya
ng
ke
mu
dia
n
dio
lah
ke
mb
ali
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isa
ta
Da
n
Eko
no
mi K
rea
tif.
be
rad
a.
Wis
nu
s
ad
ala
h
pe
nd
ud
uk
Ind
on
esia
ya
ng
m
ela
ku
ka
n
pe
rjala
na
n
da
lam
w
ilaya
h
ge
og
rafis
In
do
ne
sia
seca
ra
su
ka
rela
ku
ran
g
da
ri 6 (e
na
m) b
ula
n d
an
bu
ka
n u
ntu
k tu
jua
n
be
rse
ko
lah
ata
u
be
ke
rja
(me
mp
ero
leh
u
pa
h/g
aji),
se
rta
sifa
t p
erja
lan
an
nya
b
uka
n
rutin
, de
ng
an
krite
ria:
a.
me
reka
ya
ng
m
ela
ku
ka
n
pe
rjala
na
n
ke
o
bye
k w
isa
ta k
om
ers
ial tid
ak m
em
an
da
ng
a
pa
ka
h m
en
gin
ap
ata
u tid
ak m
en
gin
ap
di
ho
tel/p
en
gin
ap
an
kom
ers
ial
ata
up
un
p
erja
lan
an
nya
le
bih
/ku
ran
g
da
ri 10
0
km
(P
P);
b.
me
reka
ya
ng
me
laku
kan
pe
rjala
na
n b
uka
n
ke
ob
ye
k w
isa
ta k
om
ers
ial te
tap
i men
gin
ap
d
iho
tel/p
en
gin
ap
an
kom
ers
ial,
wa
lau
pu
n
jara
k
pe
rjala
na
nn
ya
ku
ran
g
da
ri 10
0
km
(P
P); d
an
c.
me
reka
ya
ng
me
laku
kan
pe
rjala
na
n b
uka
n
ke
o
bye
k
wis
ata
kom
ers
ial
da
n
tida
k
me
ng
ina
p
dih
ote
l/pe
ngin
ap
an
ko
me
rsia
l te
tap
i ja
rak
pe
rjala
na
nn
ya
le
bih
da
ri 1
00
km
(PP
).
6
Me
nin
gka
tnya
citra
ke
pa
riwis
ata
an
In
do
ne
sia
1.
Da
ya
sa
ing
ke
pa
riwis
ata
an
In
do
ne
sia
Da
ta
glo
ba
l co
mp
etitiv
en
ess
rep
ort
ya
ng
d
ipu
blik
asik
an
ole
h
Wo
rld
Eco
no
imic
F
oru
m
(WE
F)
Wo
rld
Eco
no
mic
F
oru
m
(WE
F)
se
tiap
ta
hu
nn
ya
m
en
ge
lua
rka
n
Th
e
Tra
ve
l a
nd
To
uris
m
Co
mp
etitiv
en
ess
Re
po
rtya
ng
d
ap
at
dig
un
aka
n
un
tuk
me
ng
uku
r d
aya
sa
ing
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l P
en
ge
mb
an
ga
n
De
stin
asi
573
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
ke
pa
riwisa
taa
n
Ind
on
esia
d
iba
nd
ing
kan
de
ng
an
1
38
(se
ratu
s tig
a
pu
luh
d
ela
pa
n)
ne
ga
ra-n
eg
ara
la
in
di
du
nia
, ya
ng
d
ihitu
ng
me
lalu
i rata
-rata
kine
rja ke
pa
riwisa
taa
n su
atu
n
eg
ara
b
erd
asa
rkan
14
(e
mp
at
be
las)
pila
r ya
ng
d
igu
na
kan
se
bag
ai
da
sar
pe
nila
ian
. S
em
akin
ting
gi n
ilai d
aya
sain
g ke
pa
riwisa
taa
n
Ind
on
esia
(skala
ma
ksimu
m 7
(tuju
h)), m
aka
d
iha
rap
kan
da
pa
t m
en
ing
katka
n
citra
kep
ariw
isata
an
Ind
on
esia
yan
g a
khirn
ya d
ap
at
be
rda
mp
ak
kep
ad
a
pe
nin
gka
tan
kun
jun
ga
n
wisa
taw
an
ma
nca
ne
ga
ra ke
Ind
on
esia
.
Pa
riwisa
ta
2.
Jum
lah
lo
kasi
Ka
wa
san
Stra
teg
is N
asio
na
l (K
SP
N)
yan
g
difa
silitasi
un
tuk
me
nin
gka
tkan
ku
alita
s tata
kelo
la
De
stina
si D
estin
atio
n
Ma
na
ge
me
nt
Org
an
izatio
n
(DM
O)
La
po
ran
T
ah
un
an
d
an
Re
nca
na
K
erja
D
irekto
rat
Pe
ren
can
ga
n
da
n
Inve
stasi
Pa
riwisa
ta
Jum
lah
lo
kasi
De
stinasi
Pa
riwisa
ta
Na
sion
al
(DP
N)
yan
g
difa
silitasi
un
tuk
me
nin
gka
tkan
ku
alita
s tata
kelo
la d
estin
asi d
ihitu
ng
me
lalu
i lo
kasi
yan
g
difa
silitasi
de
ng
an
skem
a
pe
nin
gka
tan
ge
raka
n
kesa
da
ran
ko
lektif
stake
ho
lde
rs, p
en
ge
mb
an
ga
n
ma
na
jem
en
d
estin
asi,
pe
ng
em
ba
ng
an
b
isnis,
dan
p
en
gu
ata
n
org
an
isasi
pe
ng
elo
laa
n
de
stina
si p
ariw
isata
. P
en
ing
kata
n
kua
litas
tata
ke
lola
d
estin
asi
De
stina
tion
Ma
na
ge
me
nt
Org
an
izatio
n (D
MO
) dila
kuka
n d
eng
an
prin
sip
pa
rtisipa
tif, ke
terp
adu
an
, ko
labo
ratif,
da
n
be
rkela
nju
tan
m
ela
lui
pe
nd
eka
taan
p
rose
s, siste
ma
tik, d
an
m
an
aje
rial.
Ind
ikato
r lo
kasi
De
stina
si P
ariw
isata
N
asio
na
l (D
PN
) ya
ng
574
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
difa
silita
si
me
nu
nju
kka
n
up
aya
K
em
en
teria
n
Pa
riwis
ata
D
an
E
ko
no
mi
Kre
atif
un
tuk
me
wu
jud
ka
n
pe
nin
gka
tan
a
ktiv
itas
un
tuk
fasilita
si
da
n
pe
mb
erd
aya
an
ke
pa
da
p
em
an
gku
ke
pe
ntin
ga
n s
eh
ing
ga
me
wu
jud
ka
n
pe
ne
rap
an
ko
nse
p ta
ta k
elo
la d
estin
asi y
an
g
be
rku
alita
s
di
loka
si
De
stin
asi
Pa
riwis
ata
N
asio
na
l (D
PN
). S
em
akin
b
an
ya
k
loka
si
De
stin
asi
Pa
riwis
ata
N
asio
na
l (D
PN
) ya
ng
d
ifasilita
si
ma
ka
se
ma
kin
b
esa
r m
asya
raka
t ya
ng
terlib
at d
ala
m p
en
ge
mb
an
ga
n d
estin
asi
wis
ata
de
nga
n ta
ta k
elo
la y
an
g b
aik
.
7
Te
rcip
tan
ya
d
ive
rsifik
asi
de
stin
asi
pa
riwis
ata
1.
Ju
mla
h lo
ka
si d
aya
ta
rik
di
De
stin
asi
Pa
riwis
ata
N
asio
na
l (D
PN
) ya
ng
d
ike
mb
an
gka
n
me
nja
di
de
stin
asi
pa
riwis
ata
La
po
ran
T
ah
un
an
d
an
Re
nca
na
K
erja
D
irekto
rat
Pe
ng
em
ba
ng
an
D
aya
T
arik
W
isa
ta
Ju
mla
h D
estin
asi
Pa
riwis
ata
N
asio
na
l (D
PN
) a
da
lah
se
ba
nya
k
50
(lim
a
pu
luh
) D
estin
asi
Pa
riwis
ata
N
asio
na
l (D
PN
) ya
ng
te
rse
ba
r d
i se
luru
h w
ilaya
h In
do
ne
sia
. Di s
etia
p D
estin
asi
Pa
riwis
ata
Na
sio
na
l (DP
N) te
rda
pa
t Ka
wa
sa
n
Stra
teg
is
Na
sio
na
l (K
SP
N)/
Ka
wa
sa
n
Pe
ng
em
ba
ng
an
P
ariw
isa
ta
Na
sio
na
l (K
PP
N)
ya
ng
did
ala
mn
ya
terd
ap
at b
eb
era
pa
da
ya
tarik
ya
ng
d
ap
at
dik
em
ba
ng
ka
n.
Se
tiap
ta
hu
nn
ya
K
em
en
teria
n P
ariw
isa
ta D
an
Eko
no
mi K
rea
tif a
ka
n m
en
ge
mb
an
gka
n d
aya
tarik
wis
ata
ba
ik
ya
ng
b
ers
ifat
rintis
an
, p
em
elih
ara
an
m
au
pu
n
revita
lisa
si d
ari d
aya
tarik
wis
ata
ya
ng
ad
a.
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l P
en
ge
mb
an
ga
n
De
stin
asi
Pa
riwis
ata
575
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
2.
Jum
lah
de
sa ya
ng
d
ifasilita
si u
ntu
k d
ikem
ba
ng
kan
se
ba
ga
i d
esa
w
isata
La
po
ran
T
ah
un
an
d
an
Re
nca
na
K
erja
D
irekto
rat
Pe
mb
erd
aya
an
Ma
syara
kat d
i D
estin
asi W
isata
da
n Lap
ora
n
Pro
gra
m
Na
sion
al
Pe
mb
erd
aya
an
M
asya
raka
t (P
NP
M) M
andiri
De
sa w
isata
yan
g d
ifasilitasi d
ihitu
ng
me
lalu
i ju
mla
h
de
sa
yan
g
dike
mb
an
gka
n
me
lalu
i P
rog
ram
Na
sion
al P
em
be
rda
yaa
n M
asya
raka
t (P
NP
M) M
an
diri. P
en
gem
ba
ng
an
de
sa w
isata
d
ilaku
kan
seb
ag
ai
pe
ne
rap
an
p
rinsip
co
mm
un
ity b
ase
d
tou
rism
un
tuk
me
liba
tkan
m
asya
raka
t lo
kal
da
lam
p
en
ge
mb
an
ga
n
pa
riwisa
ta
sete
mp
at.
Se
ma
kin
ba
nya
k d
esa
yan
g d
ap
at d
ifasilita
si ma
ka d
iha
rap
kan
de
sa te
rseb
ut d
apa
t me
nja
di a
ltern
atif tu
jua
n w
isata
da
n
da
pa
t m
en
ing
katka
n
lam
a
tingg
al
serta
p
en
ge
lua
ran w
isata
wa
n d
i Ind
on
esia.
3.
Jum
lah
p
ola
p
erja
lan
an
yan
g
dike
mb
an
gka
n
La
po
ran
T
ah
un
an
d
an
Re
nca
na
K
erja
D
irekto
rat
Ind
ustri P
ariw
isata
da
n la
po
ran
tra
vel p
atte
rn
Po
la
pe
rjala
na
n
pa
riwisa
ta
ad
ala
h
struktu
r, ke
ran
gka
, dan
alu
r pe
rjala
na
n w
isata
da
ri satu
titik
de
stinasi
ke
titik de
stina
si lainn
ya
yan
g
salin
g
terkait
yan
g
be
risi in
form
asi
ten
tan
g
fasilitas,
aktivita
s, d
an
p
ela
yan
an
ya
ng
m
em
be
rikan
b
erb
ag
ai
pilih
an
p
erja
lan
an
wisa
ta
ba
gi
ind
ustri
ma
up
un
in
divid
u
wisa
taw
an
un
tuk m
em
pe
ng
aru
hi pe
ng
am
bila
n
kep
utu
san
da
lam
m
ela
kuka
n
pe
rjala
nan
w
isata
. S
em
akin
b
erva
riasi
po
la p
erja
lan
an
ya
ng
d
itaw
arka
n
ma
ka
dih
ara
pka
n
da
pa
t m
en
ing
katka
n
min
at
wisa
taw
an
u
ntu
k b
erw
isata
di In
do
ne
sia.
576
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
8
Te
rcipta
nya
p
em
asa
ran
p
ariw
isata
ya
ng
e
fektif
da
n
efisie
n
1.
Ra
sio
kon
sen
trasi
pa
sar
wisa
taw
an
m
an
can
eg
ara
ke
In
do
ne
sia
Ha
sil studi a
tau
pe
ng
hitu
ng
an
ya
ng
dila
kuka
n o
leh
Dire
ktora
t P
en
ge
mb
an
ga
n
Pa
sar
da
n
Info
rma
si P
ariw
isata
te
rkait
jum
lah
ra
sio
kon
sen
trasi
5
(lima
) n
eg
ara
p
asa
r w
isma
n
(CR
5),
terh
ad
ap
ju
mla
h
tota
l ku
nju
ng
an
wisa
taw
an
m
an
can
eg
ara
yan
g d
ata
ng
ke
Ind
on
esia
.
Ra
sio
konse
ntra
si ya
ng
a
kan
d
igu
na
kan
se
ba
ga
i ind
ikato
r ad
ala
h ra
sio ko
nse
ntra
si 5
(lima
) ne
ga
ra p
asa
r wisa
taw
an
ma
nca
ne
ga
ra
(CR
5),
yan
g
me
ng
an
du
ng
m
akn
a
ba
hw
a
pe
rsen
tase
ju
mla
h
wisa
taw
an
m
an
can
eg
ara
d
ari
5
(lima
) p
asa
r u
tam
a
wism
an
d
iba
nd
ing
kan
d
en
ga
n
selu
ruh
jum
lah
w
isata
wa
n
ma
nca
ne
ga
ra
yan
g
da
tan
g
ke
Ind
on
esia
. S
em
akin
b
esa
r n
ilai
CR
5,
me
nu
nju
kkan
b
ah
wa
se
ba
gia
n
be
sar
wisa
taw
an
m
an
can
eg
ara
In
do
ne
sia
be
rasa
l d
ari 5
(lima
) pa
sar te
rseb
ut. H
al in
i be
resiko
te
rha
da
p
kep
ariw
isata
an
In
do
ne
sia,
kare
na
jika
terja
di
pe
rma
sala
ha
n
terh
ad
ap
5
(lim
a)
pa
sar
terse
bu
t, m
aka
a
kan
m
en
ga
kiba
tkan
jum
lah
w
isata
wa
n
ma
nca
ne
ga
ra
Ind
on
esia
a
kan
m
en
ga
lam
i ko
ntra
ksi ya
ng
sig
nifika
n.
Ole
h ka
ren
a itu
, pe
rlu d
ilaku
kan
up
aya
-up
aya
u
ntu
k m
en
dive
rsifikasi
pa
sar
wisa
taw
an
ma
nca
ne
ga
ra
seh
ing
ga
n
ilai
CR
5
sem
akin
m
en
uru
n.
Dire
ktora
t Je
nd
era
l P
em
asa
ran
P
ariw
isata
2.
Jum
lah
V
isit In
do
ne
sia
To
urism
O
fficer
(VIT
O)
di
ma
nca
ne
ga
ra
La
po
ran
pe
laksa
na
an
Visit
Ind
on
esia
T
ou
rism
Office
r (V
ITO
) d
i m
an
can
eg
ara
ya
ng
m
en
jad
i ta
rge
t u
tam
a
pa
sar
wism
an
ke In
do
ne
sia
Visit In
do
nesia
To
urism
Office
r (VIT
O) a
kan
d
ikem
ba
ng
kan
di 1
2 (d
ua
be
las) n
eg
ara
yan
g
me
nja
di
targ
et
uta
ma
p
asa
r w
isma
n
ke
Ind
on
esia
, ya
itu:
Au
stralia
(S
ydn
ey),
Ch
ina
(B
eijin
g, G
ua
ng
zho
), Jep
an
g (T
okyo
), Jerm
an
(M
un
ich),
Ind
ia
(Ne
w
De
lhi),
Sin
ga
pu
ra,
Ma
laysia
(K
ua
la
Lu
mp
ur),
UA
E
(Du
ba
i),
577
-13-
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
Pe
ran
cis (Pa
ris), Be
land
a (A
mste
rda
m), R
usia
(M
osko
w),
Ko
rea
(B
usa
n).
Visit
Ind
on
esia
T
ou
rism
Office
r (V
ITO
) m
em
iliki tu
ga
s d
an
fun
gsi
seb
ag
ai
sum
be
r in
form
asi
kep
ariw
isata
an
In
do
nesia
d
an
m
ela
kuka
n
pro
mo
si p
en
jua
lan
pa
riwisa
ta
di
ne
ga
ra
be
rsan
gku
tan
.
3.
Pro
du
ktivitas
inve
stasi
pe
ma
sara
n
lua
r n
eg
eri
Ha
sil studi a
tau
pe
ng
hitu
ng
an
ya
ng
dila
kuka
n o
leh
Dire
ktora
t P
en
ge
mb
an
ga
n
Pa
sar
da
n
Info
rma
si P
ariw
isata
te
rkait
Efisie
nsi p
ela
ksan
aa
n ke
gia
tan
pe
ma
sara
n
pa
riwisa
ta
di
lua
r n
eg
eri
sala
h
satu
nya
d
ap
at
din
ilai
be
rda
sarka
n
pro
du
ktivitas
inve
stasi
un
tuk
keg
iata
n
pe
ma
sara
n
lua
r n
eg
eri
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif. Pro
du
ktivitas in
i da
pa
t d
iuku
r m
ela
lui
rasio
ju
mla
h
de
visa
dib
an
din
gka
n
de
ng
an
n
ilai in
vesta
si pe
ma
sara
n lu
ar
ne
ge
ri
Efisie
nsi
pe
laksa
na
an
keg
iata
n
pe
ma
sara
n
pa
riwisa
ta d
i lua
r ne
ge
ri sala
h sa
tun
ya d
ap
at
din
ilai
be
rda
sarka
n
pro
du
ktivitas
inve
stasi
un
tuk
keg
iata
n
pe
ma
sara
n
lua
r n
eg
eri
ole
h
Ke
me
nte
rian
Pa
riwisa
ta D
an
Eko
no
mi K
rea
tif. P
rod
uktivita
s in
i d
ap
at
diu
kur
me
lalu
i ra
sio
jum
lah
d
evisa
d
iba
nd
ing
kan
d
eng
an
n
ilai
inve
stasi
pe
ma
sara
n
lua
r n
eg
eri.
Se
ma
kin
be
sar
de
visa
yan
g
dih
asilka
n
da
ri se
tiap
rup
iah
ya
ng
d
iinve
stasika
n
untu
k ke
gia
tan
p
em
asa
ran
lu
ar
ne
geri,
ma
ka
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif se
ma
kin
efisie
n
da
lam
m
em
an
faa
tkan
n
ilai
inve
stasi
terse
bu
t un
tuk
me
mp
rom
osika
n
de
stina
si p
ariw
isata
In
do
ne
sia
di
lua
r n
eg
eri.
Fo
kus
uta
ma
p
asa
r p
ariw
isata
In
do
ne
sia
hin
gg
a
tah
un
2
01
4
ad
ala
h:
Sin
ga
pu
ra,
Ma
laysia
, A
ustra
lia,
Ch
ina
, Je
pa
ng
, K
ore
a
Se
lata
n,
Filip
ina
, T
aiw
an
, A
me
rika
Se
rikat,
Ing
gris,
Pe
ran
cis, In
dia
, B
ela
nd
a,
Tim
ur
Te
ng
ah
,
578
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
Jerm
an
, d
an
R
usia
, ya
ng
te
ntu
nya
a
kan
d
ieva
lua
si se
tiap
ta
hu
nn
ya
da
n
dise
sua
ikan
de
ng
an
p
erke
mb
an
ga
n
yan
g
terja
di
setia
p
tah
un
nya
.
4.
Pro
du
ktivitas
inve
stasi
pe
ma
sara
n
da
lam
n
eg
eri
Ha
sil studi a
tau
pe
ng
hitu
ng
an
ya
ng
dila
kuka
n o
leh
Dire
ktora
t P
en
ge
mb
an
ga
n
Pa
sar
da
n
Info
rma
si P
ariw
isata
te
rkait
Efisie
nsi p
ela
ksan
aa
n ke
gia
tan
pe
ma
sara
n
pa
riwisa
ta
di
da
lam
n
eg
eri
sala
h
satu
nya
d
ap
at
din
ilai
be
rdasa
rkan
pro
du
ktivitas
inve
stasi
un
tuk
keg
iata
n
pe
ma
sara
n
da
lam
n
eg
eri
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif. P
rod
uktivita
s p
em
asa
ran
da
lam
ne
ge
ri yan
g
dila
kuka
n d
ap
at d
iuku
r me
lalu
i ra
sio
jum
lah
p
en
gelu
ara
n
wisa
taw
an
n
usa
nta
ra
dib
an
din
gka
n d
en
ga
n in
vesta
si p
em
asa
ran
da
lam
ne
ge
ri ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i Kre
atif
Efisie
nsi
pe
laksa
na
an
keg
iata
n
pe
ma
sara
n
pa
riwisa
ta
di
da
lam
n
eg
eri
sala
h
satu
nya
d
ap
at
din
ilai
be
rda
sarka
n
pro
du
ktivitas
inve
stasi
un
tuk
keg
iata
n
pe
ma
sara
n
da
lam
n
eg
eri
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif. P
rod
uktivita
s p
em
asa
ran
d
ala
m
ne
ge
ri ya
ng
d
ilaku
kan
d
ap
at
diu
kur
me
lalu
i ra
sio ju
mla
h p
en
ge
lua
ran
w
isata
wan
nu
san
tara
d
iba
nd
ing
kan
d
en
ga
n
inve
stasi
pe
ma
sara
n
da
lam
n
eg
eri
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif. S
em
akin
b
esa
r ju
mla
h
pe
ng
elu
ara
n
wisa
taw
an
n
usa
nta
ra ya
ng
dih
asilka
n d
ari se
tiap
rup
iah
ya
ng
d
iinve
stasika
n
un
tuk
keg
iata
n
pe
ma
sara
n d
ala
m n
eg
eri, m
aka
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i K
rea
tif se
ma
kin
efisie
n
da
lam
m
em
an
faa
tkan
n
ilai
inve
stasi
terse
bu
t un
tuk
me
mp
rom
osika
n
de
stina
si p
ariw
isata
Ind
on
esia
di d
ala
m n
eg
eri.
579
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
5.
Pe
nin
gka
tan
pe
rse
psi
po
sitif
ma
sya
raka
t d
un
ia
me
ng
en
ai
ke
pa
riwis
ata
an
In
do
ne
sia
Ha
sil s
tud
i ya
ng
dila
ksa
na
ka
n
ole
h
Dire
kto
rat
Pe
ncitra
an
Ind
on
esia
U
ntu
k
me
nila
i e
fektiv
itas
pe
ma
sa
ran
ya
ng
d
ilaku
ka
n d
i da
lam
ma
up
un
di
lua
r n
eg
eri,
sa
lah
sa
tun
ya
d
ap
at
dia
na
lisis
b
erd
asa
rka
n
pe
rse
psi
ma
sya
raka
t d
un
ia
me
ng
en
ai
ke
pa
riwis
ata
an
In
do
ne
sia
.
Un
tuk
me
nila
i e
fektiv
itas
pe
ma
sa
ran
ya
ng
d
ilaku
ka
n
di
da
lam
m
au
pu
n
di
lua
r n
eg
eri,
sa
lah
satu
nya
d
ap
at
dia
na
lisis
b
erd
asa
rka
n
pe
rse
psi
ma
sya
raka
t d
un
ia
me
ng
en
ai
ke
pa
riwis
ata
an
In
do
ne
sia
. M
asih
b
an
ya
k
ma
sya
raka
t d
i d
un
ia
ya
ng
tid
ak
me
ng
eta
hu
i ke
be
rad
aa
n
Ind
on
esia
se
hin
gg
a
ke
gia
tan
p
em
asa
ran
ya
ng
efe
ktif s
an
ga
tlah
dite
ntu
ka
n
ole
h
stra
teg
i ko
mu
nik
asi
ya
ng
d
iimp
lem
en
tasik
an
. K
eje
lasa
n
pe
sa
n
ya
ng
in
gin
d
isam
pa
ika
n,
pe
milih
an
m
ed
ia
ya
ng
d
igu
na
ka
n, k
on
ten
da
n d
esa
in s
ara
na
pro
mo
si
ya
ng
dig
un
aka
n, s
erta
ke
se
su
aia
nnya
de
ng
an
ta
rge
t pa
sa
r sa
ng
atla
h b
erp
en
ga
ruh
terh
ad
ap
ke
be
rha
sila
n
pe
ma
sa
ran
p
ariw
isa
ta
ya
ng
a
kh
irnya
a
ka
n b
erp
en
ga
ruh
te
rha
da
p ju
mla
h
wis
ata
wa
n y
an
g b
erw
isa
ta d
i Ind
on
esia
.
9
Me
nin
gka
tnya
P
rod
uk
Do
me
stik
Bru
to (P
DB
) e
ko
no
mi k
rea
tif
Ko
ntrib
usi
eko
no
mi
kre
atif
terh
ad
ap
P
rod
uk
Do
me
stik
B
ruto
(PD
B) N
asio
na
l
Da
ta
Ba
da
n
Pu
sa
t S
tatis
tik
da
n s
um
be
r da
ta la
inn
ya
ya
ng
b
era
sa
l d
ari
aso
sia
si
da
ri m
asin
g-m
asin
g
su
bse
kto
r in
du
stri k
reatif.
Pro
du
k
Do
me
stik
B
ruto
(P
DB
) a
da
lah
n
ilai
pa
sa
r d
ari
se
luru
h fin
al
go
od
s a
nd
se
rvic
es,
ya
ng
dip
rod
uksi d
i da
lam
su
atu
neg
ara
, pa
da
su
atu
p
erio
de
w
aktu
te
rten
tu.
Pro
du
k
Do
me
stik
B
ruto
(P
DB
)
eko
no
mi
kre
atif
me
rup
aka
n b
ag
ian
da
ri nila
i Pro
du
k D
om
estik
B
ruto
(PD
B) n
asio
na
l ya
ng
dip
ero
leh
da
ri nila
i ta
mb
ah
ya
ng
dih
asilk
an in
du
stri k
rea
tif, ya
ng
te
rdiri d
ari 1
4 (e
mp
at b
ela
s) k
elo
mp
ok u
sa
ha
in
du
stri k
reatif, y
aitu
: 1
. A
rsite
ktu
r;
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l E
ko
no
mi
Kre
atif
be
rba
sis
M
ed
ia D
esa
in d
an
Ipte
k
580
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
2.
De
sain
; 3
. F
esye
n (M
od
e);
4.
Film
, Vid
eo
, da
n F
oto
gra
fi; 5
. K
era
jina
n;
6.
Mu
sik; 7
. P
asa
r Ba
ran
g S
en
i; 8
. P
en
erb
itan
da
n P
erce
taka
n;
9.
Pe
riklan
an
; 1
0.
Pe
rma
ina
n In
tera
ktif; 1
1.
Pe
ne
litian
da
n P
en
ge
mb
an
ga
n;
12
. S
en
i Pe
rtun
juka
n;
13
. T
ekn
olo
gi
Info
rma
si d
an
P
iran
ti L
un
ak;
da
n
14
. T
ele
visi da
n R
ad
io.
Ko
ntrib
usi e
kon
om
i krea
tif ad
ala
h p
erse
nta
se
rasio
P
rod
uk
Do
me
stik B
ruto
(P
DB
) ya
ng
d
iha
silkan
ind
ustri kre
atif te
rha
da
p n
ilai P
rod
uk
Do
me
stik B
ruto
(P
DB
) n
asio
nal.
Se
ma
kin
be
sar
pe
rsen
tase
ko
ntrib
usi
eko
nom
i kre
atif,
ma
ka se
ma
kin b
esa
r pu
la ko
ntrib
usi
ind
ustri
krea
tif te
rha
da
p
pe
reko
no
mia
n
na
sion
al,
de
ng
an
ka
ta
lain
, se
ma
kin
pe
ntin
g
pe
ran
an
in
du
stri kre
atif
da
lam
stru
ktur
pro
du
ksi n
asio
na
l.
10
M
en
ing
katn
ya ku
alita
s d
an
ku
an
titas
ten
ag
a
kerja
se
ktor
eko
no
mi
1.
Tin
gka
t p
artisip
asi
ten
ag
a ke
rja se
ktor
eko
no
mi kre
atif
Da
ta ke
ten
ag
ake
rjaa
n in
du
stri d
ap
at
die
stima
si d
ari
da
ta
statistik ke
ten
ag
ake
rjaan
yan
g
Te
na
ga
ke
rja
sekto
r eko
no
mi
krea
tif a
da
lah
p
eke
rja d
i ind
ustri kre
atif, ya
itu p
en
du
du
k usia
p
rod
uktif ya
ng
sud
ah
beke
rja d
i ind
ustri kre
atif.
Dire
ktora
t Je
nd
era
l E
kon
om
i K
rea
tif b
erb
asis
581
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
kre
atif
dip
ub
likasi
ole
h
Ba
da
n
Pu
sa
t S
tatis
tik s
etia
p ta
hu
nn
ya
.
Tin
gka
t pa
rtisip
asi
ten
ag
a
ke
rja
se
kto
r e
ko
no
mi k
rea
tif ad
ala
h ra
sio
jum
lah
pe
ke
rja d
i ke
lom
po
k
ind
ustri
kre
atif
terh
ada
p
jum
lah
p
eke
rja d
i se
luru
h in
du
stri d
i Ind
on
esia
. An
gka
in
i aka
n s
em
akin
me
mp
erk
ua
t ind
ika
si a
paka
h
ind
ustri
kre
atif
me
milik
i p
era
n
vita
l d
ala
m
pe
reko
no
mia
n In
do
ne
sia
.
Me
dia
De
sa
in d
an
Ipte
k
2.
Pe
rtum
bu
ha
n
pro
du
ktiv
itas
ten
ag
a k
erja
se
kto
r e
ko
no
mi k
rea
tif
Da
ta ke
ten
ag
ake
rjaa
n in
du
stri
da
pa
t d
iestim
asi
da
ri d
ata
sta
tistik
ke
ten
ag
ake
rjaan
ya
ng
d
ipu
blik
asi
ole
h
Ba
da
n
Pu
sa
t S
tatis
tik s
etia
p ta
hu
nn
ya
.
Pe
rtum
bu
ha
n ra
ta-ra
ta p
en
da
pa
tan
p
erk
ap
ita
ten
ag
a k
erja
di in
du
stri k
rea
tif. Sem
akin
ting
gi
pe
rtum
bu
ha
nn
ya
, m
aka
p
rod
uktiv
itas p
eke
rja
kre
atif s
em
akin
me
nin
gka
t ya
ng
me
nu
nju
kka
n
ba
hw
a
pe
nd
ap
ata
n
peke
rja
kre
atif
se
ma
kin
b
aik
pu
la.
11
M
en
ing
ka
tka
n
un
it u
sa
ha
sekto
r eko
no
mi
kre
atif
Ko
ntrib
usi
un
it u
sa
ha
di
se
kto
r e
ko
no
mi
kre
atif
terh
ad
ap
u
nit
usa
ha
na
sio
na
l
Da
ri L
ap
ora
n
Ke
gia
tan
: P
em
be
rda
ya
an
m
asya
raka
t m
ela
lui
Liv
e
in
De
sa
ine
r b
ida
ng
d
esa
in
da
n
ars
itektu
r, S
aye
mb
ara
re
ka
b
aru
d
esa
in
Ind
on
esia
, F
asilita
si
Pe
ng
em
ba
ng
an
Pu
sa
t Kre
atif,
Se
ntra
In
ova
si
da
n
Inku
ba
tor
Bis
nis
. d
an
Pe
nye
len
gg
ara
an
In
ku
ba
tor B
isn
is.
Se
ma
kin
be
sa
r ko
ntrib
usi u
nit u
sa
ha
di s
ekto
r e
ko
no
mi k
rea
tif ini m
en
un
jukka
n b
ahw
a p
asa
r b
ag
i pro
du
k d
an
jasa
kre
atif s
em
akin
me
lua
s,
se
hin
gg
a
jum
lah
p
ela
ku
u
sa
ha
ya
ng
in
gin
b
erg
era
k
di
se
kto
r eko
no
mi
kre
atif
pu
n
se
ma
kin
me
nin
gka
t.
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l E
ko
no
mi
Kre
atif
be
rba
sis
M
ed
ia D
esa
in d
an
Ipte
k
582
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
12
M
en
ing
ka
tnya
ko
nsu
msi
pro
du
k
da
n
jasa
kre
atif
loka
l o
leh
ma
sya
raka
t Ind
on
esia
1.
Ju
mla
h
pe
laku
kre
atif
ya
ng
m
en
ga
lam
i p
en
ing
ka
tan a
kse
s
pa
sa
r
Da
ta
da
ri B
ad
an
P
usa
t S
tatis
tik d
an d
ata
-da
ta la
inn
ya
ya
ng
b
era
sa
l d
ari
org
an
isa
si/a
so
sia
si
bid
an
g
eko
no
mi k
rea
tif
Fa
silita
si
pe
laku
kre
atif
un
tuk
me
ng
iku
ti p
am
era
n,
me
mfa
silita
si
pe
nye
len
gg
ara
an
p
ertu
nju
ka
n
ka
rya
kre
atif,
fasilita
si
pe
ng
ga
nd
aa
n
film
un
tuk
me
ng
iku
ti b
erb
ag
ai
festiv
al, a
tau
fasilita
si p
en
ge
mb
an
ga
n s
ara
na
p
rom
osi
ba
gi
ka
rya
kre
atif.
Se
ma
kin
b
an
ya
k
pe
laku
kre
atif
ya
ng
d
ifasilita
si,
ma
ka
d
iha
rap
ka
n d
ap
at m
en
ing
ka
tka
n p
ene
trasi d
an
me
mp
erlu
as
akse
s
pa
sa
r u
ntu
k
pro
du
k
da
n
jasa
kre
atif d
i da
lam
da
n d
i lua
r ne
ge
ri
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l E
ko
no
mi
Kre
atif
be
rba
sis
S
en
i da
n B
ud
aya
2.
Pe
rtum
bu
ha
n
ko
nsu
msi
ka
rya
kre
atif
lo
ka
l d
i d
ala
m n
eg
eri
Da
ta
da
ri B
ad
an
P
usa
t S
tatis
tik d
an d
ata
-da
ta la
inn
ya
ya
ng
b
era
sa
l d
ari
org
an
isa
si/a
so
sia
si
bid
an
g
eko
no
mi k
rea
tif
Pe
rse
nta
se
pe
nin
gka
tan
ta
hu
na
n
ko
nsu
msi
ka
rya
-ka
rya
kre
atif
da
lam
n
eg
eri
ole
h
ma
sya
raka
t In
do
ne
sia
. K
on
su
msi
me
lipu
ti ko
nsu
msi
ole
h in
div
idu
, p
em
erin
tah
, m
au
pu
n
pe
rusa
ha
an
. P
en
ing
ka
tan
p
ertu
mb
uh
an
ko
nsu
msi
ini
me
rup
aka
n sa
lah sa
tu d
am
pa
k
da
ri u
pa
ya
p
en
ing
ka
tan
a
pre
sia
si
terh
ad
ap
pe
laku
d
an
ka
rya
kre
atif,
se
rta
pen
ing
ka
tan
akse
s p
asa
r.
13
M
en
ing
ka
tnya
p
em
ah
am
an
m
asya
raka
t te
rha
da
p
eko
no
mi k
rea
tif
Tin
gka
t p
em
ah
am
an
m
asya
raka
t te
rha
da
p
eko
no
mi k
rea
tif
La
po
ran
ke
gia
tan
da
ri ma
sin
g-
ma
sin
g
sa
tke
r d
i lin
gku
ng
an
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l E
ko
no
mi
Kre
atif
Be
rba
sis
S
en
i d
an
B
ud
aya
Eko
no
mi k
rea
tif me
rup
aka
n te
rmin
olo
gi b
aru
di
Ind
on
esia
, wa
lau
pu
n s
ekto
r ya
ng
ad
a d
i da
lam
e
ko
no
mi k
rea
tif bu
ka
nla
h s
ekto
r ya
ng
ba
ru d
i d
ala
m m
asya
raka
t Ind
on
esia
. Ole
h k
are
na
itu,
pe
ma
ha
ma
n
ma
sya
raka
t te
rha
da
p
eko
no
mi
Dire
kto
rat
Je
nd
era
l E
ko
no
mi
Kre
atif
be
rba
sis
S
en
i da
n B
ud
aya
583
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
kre
atif
me
rup
aka
n
ha
l ya
ng
p
en
ting
u
ntu
k d
ijad
ikan
tolo
k u
kur
da
ri kin
erja
K
em
en
pa
rekra
f. P
em
ah
am
an
m
asya
raka
t te
rha
da
p
sekto
r e
kono
mi
krea
tif tid
akla
h
terb
ata
s p
ad
a
tah
u
ata
u
me
ng
en
al
eko
no
mi
krea
tif, te
tap
i le
bih
m
en
gu
kur
seja
uh
m
an
a
ma
syara
kat
da
pa
t m
en
jela
skan
den
ga
n
ba
ik a
pa
itu
e
kon
om
i kre
atif
ba
ik d
ari
asp
ek
pe
rkem
ba
ng
an
e
kon
om
i kre
atif,
sekto
r e
kon
om
i kre
atif
di
Ind
on
esia
, m
en
ga
pa
e
kon
om
i kre
atif
pe
rlu
dike
mb
an
gka
n
da
n
sen
tra/zo
na
krea
tif, da
n in
form
asi la
inn
ya ya
ng
te
rkait d
en
ga
n e
kon
om
i krea
tif
14
T
ercip
tan
ya
rua
ng
p
ub
lik b
ag
i m
asya
raka
t
Jum
lah
p
en
ge
mb
an
ga
n
zon
a
krea
tif di In
do
ne
sia
La
po
ran
keg
iata
n d
ari m
asin
g-
ma
sing
sa
tker
di
ling
kun
ga
n
Dire
ktora
t Je
nd
era
l E
kon
om
i K
rea
tif B
erb
asis
Se
ni
da
n
Bu
da
ya
Ru
an
g
pu
blik
yan
g
be
rfun
gsi
seb
ag
ai
rua
ng
e
kspre
si, eksp
erim
en
p
rod
uksi,
dise
min
asi,
da
n
ap
resia
si, sa
ng
at
dib
utu
hka
n
un
tuk
me
ncip
taka
n
mo
da
l e
kon
om
i, m
od
al
sosia
l, m
od
al
bu
da
ya,
serta
m
od
al
krea
tivitas.
Ke
em
pa
t mo
da
l ini m
eru
pa
kan
mo
da
l uta
ma
d
ala
m
pe
ng
em
ba
ng
an
e
kon
om
i kre
atif
di
Ind
on
esia
, o
leh
ka
ren
a
itu
sem
akin
b
an
yak
rua
ng
p
ub
lik ya
ng
d
ap
at
dicip
taka
n
da
n
dia
ktivasi se
ba
ga
i rua
ng
eksp
resi, e
kspe
rime
n
pro
du
ksi, dise
min
asi,
da
n
ap
resia
si m
aka
d
iha
rap
kan
leb
ih b
an
yak p
ela
ku kre
atif ya
ng
a
kan
m
en
cipta
kan
ka
rya-ka
rya
krea
tif ya
ng
b
erku
alita
s.
Dire
ktora
t Je
nd
era
l E
kon
om
i K
rea
tif b
erb
asis
Se
ni d
an
Bu
da
ya
584
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
15
M
en
ing
katn
ya ku
alita
s d
an
ku
an
titas
lulu
san
pe
nd
idika
n
ting
gi
pa
riwisa
ta
Jum
lah
lu
lusa
n
pe
nd
idika
n
ting
gi
kep
ariw
isata
an
ya
ng
te
rsera
p d
i pa
sar ke
rja
La
po
ran
M
on
ev
Ba
da
n
Pe
ng
em
ba
ng
an
Su
mb
er D
aya
, Jo
b
Tra
cer,
La
po
ran
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
In
stan
si P
em
erin
tah
(L
AK
IP),
Se
kola
h
Tin
gg
i P
ariw
isata
(S
TP
) d
an
A
kad
em
i Pa
riwisa
ta (A
kpa
r).
Ba
nya
knya
lu
lusa
n
pe
nd
idika
n
ting
gi,
yaitu
: S
eko
lah
T
ing
gi
Pa
riwisa
ta
(ST
P)
Ba
nd
un
g,
Se
kola
h T
ing
gi P
ariw
isata
(ST
P) B
ali, A
kpa
r M
ed
an
, A
kpa
r M
aka
sar,
yan
g
terse
rap
d
i p
asa
r te
nag
a
kerja
. S
em
akin
b
esa
r ju
mla
h
lulu
san
yang
terse
rap
di p
asa
r ten
ag
a ke
rja,
ma
ka
sem
akin
b
aik
kua
litas
dan
ku
an
titas
lulu
san
pe
nd
idika
n tin
gg
i pa
riwisa
ta ya
ng
saa
t in
i dike
lola
ole
h K
em
en
teria
n P
ariw
isata
Da
n
Eko
no
mi K
rea
tif.
Ba
da
n
Pe
ng
em
ba
ng
an
S
um
be
r D
aya
P
ariw
isata
d
an
E
kon
om
i Kre
atif
16
M
en
ing
katn
ya
pro
fesio
na
lisme
p
ela
ku
sekto
r p
ariw
isata
d
an
e
kon
om
i krea
tif
1.
Jum
lah
sta
nd
ar
kom
pe
ten
si se
ktor
pa
riwisa
ta
da
n
eko
no
mi kre
atif
La
po
ran
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
In
stan
si P
em
erin
tah
(L
AK
IP),
Pu
skom
, La
po
ran
Mo
ne
v
Un
tuk
da
pa
t m
ela
kuka
n
sertifika
si, m
aka
d
ipe
rluka
n
stan
da
r ko
mp
ete
nsi
kerja
ya
ng
a
kan
d
ijad
ikan
re
fere
nsi.
Ide
ntifika
si u
nit
kom
pe
ten
si d
an
p
en
yusu
na
n
stan
da
r ko
mp
ete
nsi
aka
n
be
rpe
ng
aru
h
terh
ad
ap
ku
alita
s sertifika
si yan
g a
kan
dila
kuka
n. O
leh
ka
ren
a
itu,
pe
nyu
sun
an
sta
nd
ar
kom
pe
ten
si m
em
bu
tuh
kan
wa
ktu ya
ng
rela
tif pan
jan
g d
an
m
elib
atka
n p
ela
ku d
i bid
an
gn
ya. K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Eko
no
mi
Kre
atif
seca
ra
kon
sisten
a
kan
m
en
ge
mb
an
gka
n
Sta
nd
ar
Ko
mp
ete
nsi K
erja
Na
sion
al In
do
ne
sia (S
KK
NI)
de
ng
an
ju
mla
h
yan
g
teru
s m
en
ing
kat,
seh
ing
ga
sem
akin
ba
nya
k pro
fesi ya
ng
da
pa
t d
isertifika
si, ya
ng
a
khirn
ya
da
pa
t m
en
ing
katka
n p
rofe
sion
alism
e te
na
ga
kerja
di
sekto
r pa
riwisa
ta d
an
eko
no
mi kre
atif.
Ba
da
n
Pe
ng
em
ba
ng
an
S
um
be
r D
aya
P
ariw
isata
d
an
E
kon
om
i Kre
atif
585
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
2.
Jum
lah
te
na
ga
ke
rja
pa
riwisa
ta
da
n
eko
no
mi
krea
tif ya
ng
d
isertifika
si
La
po
ran
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
In
stan
si P
em
erin
tah
(L
AK
IP),
Pu
skom
, La
po
ran
Mo
ne
v
Se
rtifikasi
san
ga
t p
en
ting
d
ilaku
kan
u
ntu
k m
en
cipta
kan
ko
mp
ete
nsi
yan
g
un
gg
ul
da
n
me
nin
gka
tkan
d
aya
sa
ing
S
um
be
r D
aya
M
an
usia
d
i se
ktor
pa
riwisa
ta
da
n
eko
no
mi
krea
tif d
i da
lam
d
an
lu
ar
ne
ge
ri, se
hin
gg
a
da
pa
t le
bih
b
ersa
ing
da
n
pro
fesio
na
l d
i b
ida
ng
nya
. K
hu
susn
ya
di
secto
r e
kon
om
i kre
atif, K
em
en
teria
n P
ariw
isata
da
n E
kon
om
i K
rea
tif a
kan
m
em
ula
i se
rtifikasi
pa
da
ta
hu
n
20
14
ka
ren
a
pa
da
tah
un
2
01
2-2
01
3
me
rup
aka
n in
isiasi id
en
tifikasi u
nit ko
mp
ete
nsi
serta
pe
nyu
sun
an
Sta
nd
ar K
om
pe
ten
si Ke
rja
Na
sion
al
Ind
on
esia
(S
KK
NI)
sekto
r e
kon
om
i kre
atif. K
em
en
teria
n P
ariw
isata
Da
n E
kon
om
i K
rea
tif me
na
rge
tkan
jum
lah
pe
laku
yan
g a
kan
d
isertifika
si ce
nd
eru
ng
me
nin
gka
t, se
hin
gg
a
de
ng
an
se
ma
kin
ba
nya
k p
ela
ku
yan
g
dise
rtifikasi, m
aka
da
ya sa
ing
ten
ag
a ke
rja d
i se
ktor p
ariw
isata
da
n e
kon
om
i krea
tif sem
akin
m
en
ing
kat.
17
M
en
ing
katn
ya ku
alita
s p
en
elitia
n
da
n
kajia
n
bid
an
g p
ariw
isata
da
n
eko
no
mi kre
atif
1.
Jum
lah
p
en
elitia
n
da
n
pe
ng
em
ba
ng
an
ya
ng
dim
an
faa
tkan
da
lam
m
en
du
kun
g
keb
ijaka
n
dise
ktor
pa
riwisa
ta
La
po
ran
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
In
stan
si P
em
erin
tah
(L
AK
IP)
Pu
slitba
ng
, K
eb
ijaka
n
Ke
pa
riwisa
taa
n,
La
po
ran
M
on
ev
Jum
lah
p
en
elitia
n
da
n
pe
ng
em
ba
ng
an
ya
ng
d
ap
at
dija
dika
n
ruju
kan
d
ala
m
pe
rum
usa
n,
imp
lem
en
tasi, d
an
eva
lua
si kebija
kan
di se
ktor
pa
riwisa
ta. R
ua
ng
ling
kup
ind
ustri p
ariw
isata
ya
ng
d
ikelo
la
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
Eko
no
mi K
rea
tif san
ga
tlah
luas, se
hin
gga
foku
s kajia
n ya
ng
dila
kuka
n a
kan
dite
ntu
kan
be
rda
sarka
n
pe
rma
sala
ha
n
yan
g
me
nd
esa
k
Ba
da
n
Pe
ng
em
ba
ng
an
S
um
be
r D
aya
P
ariw
isata
d
an
E
kon
om
i Kre
atif
586
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
da
n p
en
ting u
ntu
k s
eg
era
dis
ele
sa
ika
n. S
etia
p
tah
un
ju
mla
h ka
jian
ya
ng
d
ilaku
kan
se
ma
kin
m
en
ing
ka
t se
hin
gg
a
se
ma
kin
b
an
ya
k
pe
rma
sa
lah
an
ya
ng
d
ap
at
die
va
lua
si
da
n
dia
na
lisis
u
ntu
k
da
pa
t d
isik
ap
i d
en
ga
n
ke
bija
ka
n y
an
g le
bih
efe
ktif.
2.
Ju
mla
h
pe
ne
litian
da
n
pe
ng
em
ba
ng
an
ya
ng
dim
an
faa
tka
n
da
lam
m
en
du
ku
ng
ke
bija
ka
n
dis
ekto
r e
ko
no
mi k
rea
tif
La
po
ran
A
ku
nta
bilita
s
Kin
erja
In
sta
nsi
Pem
erin
tah
(L
AK
IP)
P
uslitb
an
g K
eb
ijaka
n E
ko
no
mi
Kre
atif, L
ap
ora
n M
on
ev
Ju
mla
h
pe
ne
litian
d
an
p
en
ge
mb
an
ga
n
ya
ng
d
ap
at
dija
dik
an
ru
jukan
d
ala
m
pe
rum
usa
n,
imp
lem
en
tasi, d
an
eva
lua
si k
ebija
ka
n d
i sekto
r e
ko
no
mi k
rea
tif. Sa
ma
ha
lnya
de
ng
an
se
kto
r p
ariw
isa
ta,
ma
ka
se
kto
r e
ko
no
mi
kre
atif
pu
n
me
milik
i rua
ng
ling
ku
p y
an
g lu
as. O
leh
ka
ren
a
itu s
trate
gi u
ntu
k m
ela
ku
ka
n k
ajia
n k
eb
ijaka
n
terk
ait
ind
ustri
kre
atif
sa
ma
d
en
ga
n
stra
teg
i u
ntu
k
me
laku
ka
n
kajia
n
ke
bija
ka
n
terk
ait
de
ng
an
pa
riwis
ata
.
18
M
en
ing
ka
tnya
ku
alita
s
ko
nte
n
dan
je
jarin
g
pe
laku
d
i se
kto
r e
ko
no
mi k
rea
tif
1.
Ju
mla
h
pe
laku
kre
atif
ya
ng
m
en
ga
lam
i p
en
ing
ka
tan
ke
ma
mp
ua
n k
rea
si
da
n p
rod
uksi
La
po
ran
K
eg
iata
n:
Pe
ng
em
ba
ng
an
je
jarin
g
da
n
pe
laku
se
kto
r p
erik
lan
an
, P
en
ing
ka
tan
ku
alita
s
ko
ta
pu
sa
ka
, P
artis
ipa
si
pe
ng
em
ba
ng
an
un
tuk
de
sa
ine
r ko
mvis
, P
en
du
ku
ng
an
ko
mu
nik
asi
foru
m d
esa
in d
an
a
rsite
ktu
r, P
ela
ksa
na
an
B
usin
ess
Pro
se
s k
reasi d
an
pro
du
ksi d
i ind
ustri k
rea
tif m
eru
pa
ka
n
pro
se
s
pe
ncip
taa
n
nila
i ta
mb
ah
ya
ng
b
erb
ed
a.
Da
lam
p
rose
s
kre
asi,
ide
m
eru
pa
ka
n m
od
al u
tam
a d
ala
m m
en
cip
taka
n
ka
rya
kre
atif,
se
da
ng
ka
n
pro
du
ksi
me
milik
i ta
nta
ng
an
ba
ga
ima
na
me
nja
dik
an
ide
me
nja
di
se
bu
ah
ka
rya
ko
me
rsia
l ya
ng
da
pa
t dija
dik
an
b
isn
is
un
tuk
me
ncip
taka
n
nila
i e
ko
no
mi.
Be
ntu
k
keg
iata
n
un
tuk
me
ng
em
ba
ng
ka
n
kre
asi d
an
pro
du
ksi k
reatif a
nta
ra la
in m
ela
lui:
Ba
da
n
Pe
ng
em
ba
ng
an
S
um
be
r D
aya
P
ariw
isa
ta
da
n
Eko
no
mi K
rea
tif
587
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
Co
nn
ect., P
asa
r un
tuk P
ela
ku
Eko
no
mi
Kre
atif/P
rom
osi
Te
khn
olo
gi,
Pe
nd
uku
ng
an
Pa
me
ran
K
rea
tif, d
an
P
en
yele
ng
ga
raa
n
e
ven
t W
irau
sah
a K
rea
tif
kom
pe
tisi, co
ach
ing
kre
asi
da
n
pro
du
ksi, se
min
ar,
loka
karya
, fa
silitasi
inte
rnsh
ip,
fasilita
si ko
lab
ora
si p
rod
uksi
karya
kre
atif,
fasilita
si eksp
erim
en
pe
ncip
taa
n ka
rya kre
atif
ata
u
keg
iata
n
lain
nya
ya
ng
d
ap
at
me
nin
gka
tkan
ke
ma
mp
ua
n
un
tuk
be
rkrea
si d
an
be
rpro
du
ksi.
2.
Jum
lah
p
ela
ku
krea
tif ya
ng
m
en
ga
lam
i p
en
gu
ata
n je
jarin
g
U
ntu
k d
ap
at
teru
s m
en
ing
katka
n
krea
tivitasn
ya,
pe
laku
kre
atif
ini
pe
rlu
me
mb
en
tuk
jeja
ring
u
ntu
k sa
ling
b
erb
ag
i m
en
ge
na
i id
e
ata
u
ha
l la
inn
ya
yan
g
terka
it d
en
ga
n
pro
ses
krea
si, p
rod
uksi,
distrib
usi
ma
up
un
kom
ersia
lisasi. B
en
tuk ke
gia
tan
un
tuk
me
ng
em
ba
ng
kan
je
jarin
g
krea
tif an
tara
la
in
me
lalu
i: fo
rum
, g
ath
erin
g,
festiva
l, d
iskusi,
talksh
ow
, ata
u
keg
iata
n
lain
nya
ya
ng
d
ap
at
me
mp
erte
mu
kan
pe
laku
krea
tif un
tuk sa
ling
be
rba
gi p
eng
ala
ma
n d
an
pe
ng
eta
hua
n.
19
M
en
ing
katn
ya K
ua
litas
Pe
ng
elo
laa
n
Ke
ua
ng
an
Op
ini
lap
ora
n
keu
an
ga
n
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
D
an
E
kon
om
i Kre
atif
Ba
da
n P
em
eriksa
Ke
uan
ga
n
D
ala
m
Un
da
ng
-Un
da
ng
N
om
or
15
T
ah
un
2
00
4 T
en
tan
g P
em
eriksa
an
Pe
ng
elo
laa
n d
an
T
an
gg
un
gja
wa
b K
eu
an
ga
n N
eg
ara
din
yata
kan
b
ah
wa
u
ntu
k m
en
du
kun
g
keb
erh
asila
n
pe
nye
len
gg
ara
an
p
em
erin
tah
an
n
eg
ara
, ke
ua
ng
an
ne
ga
ra w
ajib
dike
lola
seca
ra te
rtib,
Se
kreta
riat
Jen
de
ral
588
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
taa
t p
ad
a
pe
ratu
ran
p
eru
nd
an
g-u
nd
an
ga
n,
efisie
n,
eko
no
mis,
efe
ktif, tra
nsp
ara
n,
da
n
be
rtan
gg
un
g
jaw
ab
d
en
ga
n
me
mp
erh
atika
n
rasa
kea
dila
n d
an
kep
atu
tan
. Ole
h ka
ren
a itu
, K
em
en
pa
rekra
f se
laku
in
stansi
pe
me
rinta
h
yan
g
me
ng
gu
na
kan
d
an
a
An
gg
ara
n
Pe
nd
ap
ata
n
da
n
Be
lan
ja
Ne
ga
ra
(AP
BN
) b
erke
wa
jiban
u
ntu
k m
en
ing
katka
n
kem
am
pu
an
d
ala
m
me
ng
elo
la
keu
an
ga
n
ne
ga
ra.
Ind
ikato
r ya
ng
d
igu
na
kan
u
ntu
k m
en
gu
kur
pe
nin
gka
tan
kua
litas
pe
ng
elo
laa
n
keu
an
ga
n
ad
ala
h
op
ini
keu
an
ga
n
Ke
me
np
are
kraf
yan
g
dib
erika
n
ole
h
Ba
da
n
Pe
me
riksa K
eu
an
ga
n, ya
itu se
cara
be
ruru
tan
d
ari p
en
ilaia
n ya
ng
pa
ling
ren
da
h, ya
itu:
1.
Discla
ime
r; 2
. W
aja
r De
ng
an
Pe
ng
ecu
alia
n (W
DP
); da
n
3.
Wa
jar T
an
pa
Pe
ng
ecu
alia
n (W
TP
) te
rha
da
p
La
po
ran
K
eu
an
ga
n
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isata
Da
n E
kon
om
i Kre
atif. K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta D
an
Eko
no
mi K
rea
tif be
rkew
ajib
an
un
tuk
me
nca
pa
i W
aja
r T
an
pa
P
en
ge
cua
lian
(WT
P) d
an
me
mp
erta
ha
nka
n p
red
ikat te
rseb
ut
hin
gg
a a
khir ta
hu
n 2
01
4 m
en
da
tan
g.
20
M
en
ing
katn
ya ku
alita
s p
ela
ksan
aan
S
istem
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
Pre
dika
t S
istem
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
In
stan
si P
em
erin
tah
Ha
sil E
valu
asi
Kin
erja
K
em
en
teria
n
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
en
da
yag
un
aa
n
Pe
rba
ikan
ta
ta
kelo
la
pe
me
rinta
ha
n
da
n
pe
ne
rap
an
siste
m
ma
na
jem
en
p
em
erin
tah
an
ya
ng
be
rfoku
s pa
da
pen
ing
kata
n a
kun
tab
ilitas
Se
kreta
riat
Jen
de
ral
589
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
Insta
nsi
Pe
me
rinta
h
(SA
KIP
)
(SA
KIP
) K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Eko
no
mi K
rea
tif
Ap
ara
tur
Ne
ga
ra
da
n
Re
form
asi B
irokra
si
da
n se
kalig
us p
en
ing
kata
n kin
erja
be
rorie
nta
si p
ad
a
ha
sil (o
utco
me
) m
eru
pa
kan
a
ge
nd
a
pe
ntin
g
da
lam
re
form
asi
biro
krasi
di
ling
kun
ga
n p
em
erin
tah
an
, yan
g d
irea
lisasika
n
de
ng
an
d
iimp
lem
en
tasika
nn
ya
Siste
m
Aku
nta
bilita
s K
ine
rja
Insta
nsi
Pe
me
rinta
h
(SA
KIP
). Sa
sara
n S
istem
Aku
nta
bilita
s Kin
erja
In
stan
si Pem
erin
tah
(SA
KIP
) ad
ala
h u
ntu
k: a
. m
en
jad
ikan
in
stan
si p
em
erin
tah
ya
ng
a
kun
tab
el
seh
ing
ga
d
ap
at
be
rop
era
si se
cara
e
fisien
, e
fektif
da
n
resp
on
sif te
rha
da
p
asp
irasi
ma
syara
kat
da
n
ling
kun
ga
nnya
; b
. te
rwu
jud
nya
tra
nsp
ara
nsi
insta
nsi
pe
me
rinta
h;
c. te
rwu
jud
nya
pa
rtisipa
si ma
syara
kat d
ala
m
pe
laksa
na
an
pe
mb
an
gu
na
n n
asio
nal; d
an
d
. te
rpe
liha
ranya
ke
pe
rcaya
an
m
asya
raka
t ke
pa
da
pe
me
rinta
h.
Me
nin
gka
tnya
ku
alita
s p
ela
ksan
aa
n
Siste
m
Aku
nta
bilita
s K
ine
rja
Insta
nsi
Pe
me
rinta
h
(SA
KIP
) d
i lin
gku
ng
an
K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Eko
no
mi
Kre
atif
da
pa
t d
iind
ikasika
n
da
ri p
erb
aika
n
nila
i S
istem
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
In
stan
si P
em
erin
tah
(S
AK
IP)
yan
g
yan
g
dib
erika
n
ole
h
Ke
me
nte
rian
P
en
da
yag
un
aa
n
Ap
ara
tur
Ne
ga
ra
da
n
Re
form
asi
Biro
krasi
terh
ad
ap
d
oku
me
n
Siste
m
Aku
nta
bilita
s K
inerja
590
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
UT
AM
A
SU
MB
ER
DA
TA
P
EN
JEL
AS
AN
U
NIT
O
RG
AN
ISA
SI
PE
LA
KS
AN
A
Insta
nsi
Pe
me
rinta
h
(SA
KIP
) K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Eko
no
mi
Kre
atif.
Hasil
pe
nila
ian
S
istem
A
kun
tab
ilitas
Kin
erja
In
stan
si P
em
erin
tah
(S
AK
IP)
seca
ra
be
ruru
tan
, d
ari
uru
tan
p
en
ilaia
n
pa
ling
ren
da
h, ya
itu h
uru
f D, C
, CC
, B, A
, da
n A
A.
21
T
erse
len
gg
ara
nya
R
efo
rma
si Biro
krasi
Nila
i Qu
ality
Assu
ran
ce (Q
A)
Re
form
asi B
irokra
si
Biro
Pe
ren
can
aa
n d
an
O
rga
nisa
si
Te
rsele
ng
gara
nya
re
form
asi
biro
krasi
yan
g
efe
ktif da
pa
t diin
dika
sikan
da
ri pe
rba
ikan
nila
i Q
ua
lity A
ssura
nce
pe
laksa
na
an
refo
rma
si b
irokra
si ya
ng
d
ibe
rikan
o
leh
K
em
en
teria
n
Pe
nd
aya
gu
na
an
A
pa
ratu
r N
eg
ara
d
an
R
efo
rma
si B
irokra
si ke
pa
da
K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Eko
no
mi
Kre
atif.
Se
ma
kin
ting
gi
nila
i Q
ua
lity A
ssura
nce
, m
aka
d
ap
at
din
yata
kan
ba
hw
a se
ma
kin b
aik p
ula
kua
litas
pe
laksa
na
an
re
form
asi
biro
krasi
di
Ke
me
nte
rian
Pa
riwisa
ta D
an
Eko
no
mi K
rea
tif.
Se
kreta
riat
Jen
de
ral
22
M
en
ing
katn
ya ku
alita
s S
um
be
r Da
ya
Ma
nu
sia K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta D
an
E
kon
om
i Kre
atif
1.
Jum
lah
Su
mb
er
Da
ya M
an
usia
K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta D
an
E
kon
om
i Kre
atif
yan
g d
ifasilita
si
Ju
mla
h S
um
be
r Da
ya M
an
usia
yan
g m
em
iliki p
en
did
ikan
lan
jut
yan
g
me
nd
ala
mi
sekto
r p
ariw
isata
d
an
e
kon
om
i kre
atif.
Pe
nd
idika
n
lan
jut
yan
g
dim
aksu
d
ad
ala
h
pe
nd
idika
n
pa
scasa
rjana
, u
ntu
k S
trata
2
d
an
S
trata
3
. S
aa
t in
i, K
em
en
teria
n
Pa
riwisa
ta
Da
n
Se
kreta
riat
Jen
de
ral
591
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
un
tuk
me
ne
ruska
n
pe
nd
idik
an
ke
je
nja
ng
ya
ng
le
bih
tin
gg
i
Eko
no
mi
Kre
atif
me
milik
i 4
14
o
rang
d
en
ga
n
pe
nd
idik
an
akh
ir S2
dan
15
(lima
be
las) o
ran
g
S3
ya
ng
m
en
da
lam
i se
kto
r p
ariw
isa
ta
se
rta
foku
s
un
tuk
me
nd
ala
mi
tata
ke
lola
d
an
ke
bija
ka
n
di
se
kto
r p
ariw
isa
ta.
Sa
at
ini,
de
ng
an
a
da
nya
se
kto
r e
ko
no
mi
kre
atif
da
n
un
tuk
me
mp
erk
ua
t se
kto
r ke
pa
riwis
ata
an
, m
aka
K
em
en
teria
n
Pa
riwis
ata
D
an
E
ko
no
mi
Kre
atif a
ka
n b
eru
pa
ya
un
tuk m
em
fasilita
si 8
0
(de
lap
an
pu
luh
) ora
ng
da
n 3
3 (tig
a p
ulu
h tig
a)
ora
ng
u
ntu
k
me
ng
iku
ti je
nja
ng
pe
nd
idik
an
a
kh
ir S2
dan
S3
se
lam
a p
erio
de
20
12
-20
14
.
2.
Ju
mla
h
Su
mb
er
Da
ya
M
an
usia
K
em
en
teria
n
Pa
riwis
ata
D
an
E
ko
no
mi
Kre
atif
ya
ng
d
ifasilita
si
un
tuk
me
ng
iku
ti d
ikla
t m
an
aje
me
n
da
n te
kn
is
S
ela
in
me
mfa
silita
si
su
mb
er
da
ya
m
an
usia
K
em
en
teria
n P
ariw
isa
ta D
an
Eko
no
mi K
rea
tif u
ntu
k
me
nd
ap
atk
an
tin
gka
t p
en
did
ika
n
ya
ng
leb
ih
ting
gi,
ma
ka
K
em
en
teria
n
Pa
riwis
ata
D
an
E
ko
no
mi
Kre
atif
jug
a a
ka
n m
em
pe
rku
at
su
mb
er d
aya
ma
nu
sia
un
tuk d
ifasililta
si u
ntu
k
me
ng
iku
ti dik
lat m
an
aje
me
n d
an
tekn
is te
rkait
de
ng
an
se
kto
r ke
pa
riwis
ata
an
d
an
e
ko
no
mi
kre
atif,
seju
mla
h
1.4
76
(S
erib
u
em
pa
t ra
tus
tuju
h
pu
luh
en
am
)
ora
ng
se
lam
a
pe
riod
e
20
12
-20
14
.
592
NO
S
AS
AR
AN
IN
DIK
AT
OR
KIN
ER
JA
U
TA
MA
S
UM
BE
R D
AT
A
PE
NJE
LA
SA
N
UN
IT
OR
GA
NIS
AS
I P
EL
AK
SA
NA
23
M
en
ing
ka
tnya
ku
an
titas
Su
mb
er
Daya
M
anusia
K
em
en
teria
n
Pa
riwis
ata
D
an
E
ko
no
mi K
rea
tif
Ju
mla
h
pe
na
mb
ah
an
S
um
be
r D
aya
M
an
usia
K
em
en
teria
n
Pa
riwis
ata
D
an
E
ko
no
mi K
rea
tif ya
ng
a
ka
n
me
ng
em
ba
ng
ka
n
pa
riwis
ata
d
an
e
ko
no
mi k
rea
tif
D
en
ga
n p
eru
ba
ha
n K
em
en
teria
n K
eb
ud
aya
an
d
an
P
ariw
isa
ta
me
nja
di
Ke
me
nte
rian
P
ariw
isa
ta
Da
n
Eko
no
mi
Kre
atif,
dip
erlu
ka
n
Su
mb
er
Da
ya
M
an
usia
b
aru
ya
ng
d
ap
at
me
ng
isi
po
sis
i u
ntu
k
se
kto
r e
ko
no
mi
kre
atif
kh
usu
sn
ya
, se
hin
gg
a p
en
ge
mb
an
ga
n e
ko
no
mi
kre
atif
akan
d
itan
ga
ni
ole
h
Su
mb
er
Da
ya
M
an
usia
ya
ng
m
em
iliki
pe
ng
eta
hu
an
se
rta
ko
mp
ete
nsi y
an
g s
esu
ai d
en
ga
n s
ekto
r ya
ng
a
ka
n d
ike
mb
an
gka
n
Se
kre
taria
t Je
nd
era
l
ME
NT
ER
I PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
RE
PU
BL
IK IN
DO
NE
SIA
,
ttd.
MA
RI E
LK
A P
AN
GE
ST
U
Sa
lina
n se
sua
i de
ng
an
aslin
ya
KE
ME
NT
ER
IAN
PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
RI
Ke
pala
Biro
Hu
kum
da
n K
ep
eg
aw
aia
n,
ZA
INI B
US
TAM
AN
, SH
, MM
NIP. 1
95
90
61
7 1
98
80
3 1
00
5
593
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.133//UM.001/MPEK/2012
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DINASDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinasdan adanya perubahan organisasi dan tata kerja yangsemula Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menjadiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dipandangperlu untuk mengganti Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentangPedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas di lingkunganDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang PedomanPelaksanaan Tata Naskah Dinas di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5071);
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
594
2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang HubunganLuar Negeri (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3882);
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang PerjanjianInternasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4012);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5035);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5234);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009tentang Kearsipan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2012 Nomor 53, TambahanLembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5286);
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;
9. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2012 tentang WakilMenteri;
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pedoman UmumTata Naskah Dinas;
595
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia Yang Disempurnakan;
12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2011tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas Elektronikdi Lingkungan Instansi Pemerintah;
13. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TATANASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
Pasal 1
Tata Naskah Dinas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan sebagaimanatercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.
Pasal 2
Seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifwajib melaksanakan Pedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana dimaksud dalamPasal 1.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 tentang PedomanPelaksanaan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Kebudayaandan Pariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
596
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 13 November 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di JakartaPada tanggal 6 Desember 20
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1223
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
597
LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR PM.133/UM.001/MPEK/2012TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAHDINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketatalaksanaan pemerintah merupakan pengaturan tentang mekanisme/prosedur/tata kerja untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam berbagaibidang kegiatan pemerintahan.
Ketatalaksanaan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif merupakan komponen penting dalam administrasi umum yangmeliputi tata naskah dinas, singkatan, akronim, dan kearsipan. Tatanaskah dinas sebagai salah satu unsur administrasi umum mencakupipengaturan tentang jenis dan penyusunan naskah dinas, penggunaanLambang Negara, cap dinas, tata surat, perubahan, pencabutan, pembatalanproduk hukum, dan ralat.
Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentangPedoman Umum Tata Naskah Dinas, maka ketentuan yang ada dalampedoman pelaksanaan tata naskah dinas di lingkungan KementerianKebudayaan dan Pariwisata yang ditetapkan dengan Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.51/UM.001/MKP/2007,perludisesuaikan dengan perubahan organisasi kementerian dan pedomanumum baru. Jenis tata naskah yang perlu disesuaikan,antara lain adalahnomenklatur, format surat, dan tata cara penulisan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pedoman PelaksanaanTata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisatayang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor: PM.51/UM.001/MKP/2007 perlu diganti dengan Peraturan Menteribaru.
598
B. Maksud dan Tujuan
1. MaksudPedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas dimaksudkan sebagaiacuan pengelolaan dan keterpaduan dalam tata naskah dinas diseluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.
2. TujuanPedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas bertujuan menciptakankelancaran komunikasi tulis yang efektif dan efisien di KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
C. Sasaran
Sasaran penetapan Pedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas adalah:
1. tercapainya kesamaan pengertian dan penafsiran penyelenggaraantata naskah dinas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif;
2. terwujudnya keseragaman dan keterpaduan dalam penyelengaraankegiatan tata naskah dinas;
3. lancarnya komunikasi tulis kedinasan serta kemudahan dalampengendalian;
4. tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tata naskahdinas;
5. berkurangnya tumpang-tindih, salah tafsir, dan pemborosanpenyelenggaraan tata naskah;dan
6. terlaksananya pengendalian dalam mengelola naskah dinas.
D. Asas
Asas yang yang harus diperhatikan dalam penyusunan naskah dinasadalah sebagai berikut:
1. Asas Efektif dan EfisienPenyelenggaraan tata naskah dinas perlu dilakukan secara efektifdan efisien dalam penulisan, penggunaan lembar naskah dinas,spesifikasi informasi, serta dalam penggunaan bahasa Indonesiayang baik, benar, dan lugas.
2. Asas PembakuanSetiap naskah dinas diproses dan disusun menurut tata cara danbentuk yang telah dibakukan, sesuai dengan tujuan pembuatannya.
599
3. Asas PertanggungjawabanPenyelenggaraan tata naskah dinas dapat dipertanggungjawabkandari segi isi, format, prosedur, kearsipan, kewenangan, dan keabsahan.
4. Asas KeterkaitanKegiatan penyelenggaraan tata naskah dinas terkait dengan kegiatanadministrasi umum dan unsur administrasi lainnya.
5. Asas Kecepatan dan KetepatanUntuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi masing-masing unitkerja, tata naskah dinas harus dapat diselesaikan tepat waktu dantepat sasaran, antara lain dilihat dari kejelasan redaksional, kemudahanprosedural, serta kecepatan penyampaian dan distribusi.
6. Asas KeamananTata naskah dinas harus aman secara fisik dan substansi (isi) mulaidari penyusunan,klasifikasi, penyampaian kepada yang berhak,pemberkasan,dan kearsipan.
7. Asas PenomoranPenomoran Tata Naskah Dinas di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif menggunakan asas sentralisasi. Dalam hal inidilaksanakan di Biro Umum khusus untuk Kantor Pusat, untuk UnitPelaksana Teknis dilaksanakan di tata usaha masing-masing unitkerja.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Tata Naskah Dinas meliputiberbagai kegiatan yang mencakupi pengaturan tentang jenis dan susunannaskah dinas, tata surat dinas, kewenangan penandatanganan naskahdinas, penggunaan Lambang Negara, cap dinas, penggunaan bahasaIndonesia yang baik dan benar, perubahan, pencabutan, penarikan produkhukum, penggunaan media dalam surat-menyurat, serta kode singkatan.
F. Sistematika Lampiran
Sistematika lampiran Peraturan Menteri ini dapat disusun sebagaiberikut: Bab I Pendahuluan, Bab II Jenis dan Format Naskah Dinas, BabIII Penyusunan Naskah Dinas, Bab IV Tata Surat Dinas, Bab V PenggunaanLambang Negara dan Cap Dinas, Bab VI Perubahan, Pencabutan,Pembatalan, dan Ralat Naskah Dinas, Bab VII Kode Singkatan danKlasifikasi Arsip, dan terakhir Bab VIII Ketentuan Penutup.
600
G. Pengertian Umum
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Naskah Dinas adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasikedinasan yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yangberwenang di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdalam rangka penyelenggaraan tugas umum pemerintahan danpembangunan.
2. Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan informasi tertulis (naskah)yang mencakupi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan,pengabsahan, distribusi dan penyimpanan naskah dinas, serta mediayang digunakan dalam komunikasi kedinasan.
3. Administrasi Umum adalah rangkaian kegiatan administrasi yangmeliputi tata naskah dinas (tata persuratan, distribusi, format, danmedia), penamaan kantor Kementerian, singkatan dan akronim,kearsipan, serta tata ruang perkantoran.
4. Komunikasi Intern adalah tata hubungan dalam penyampaian informasikedinasan yang dilakukan antarunit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif secara vertikal dan horizontal.
5. Komunikasi Ekstern adalah tata hubungan dalam penyampaianinformasi kedinasan yang dilakukan oleh unit kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan pihak luar.
6. Format adalah susunan dan bentuk naskah yang menggambarkanbentuk redaksional, termasuk tata letak dan penggunaan LambangNegara, dan cap dinas.
7. Kewenangan penandatanganan naskah dinas adalah hak dankewajiban yang ada pada seorang pejabat untuk menandatanganinaskah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kedinasan padajabatannya.
8. Instansi Pemerintah adalah kementerian negara, lembaga pemerintahnon kementerian, sekretariat lembaga negara, dan pemerintah daerah.
9. Aparatur Pemerintah adalah alat kelengkapan pemerintah untukmenjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan, di pusat dandi daerah, termasuk aparatur Badan Usaha Milik Negara dan BadanUsaha Milik Daerah.
10. Unit Kerja adalah organisasi Eselon I di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
601
11. Satuan Kerja adalah organisasi Eselon II ke bawah di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
12. Subunit Kerja adalah unit pelaksana teknis di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
13. Kode Klasifikasi Naskah adalah tanda pengenal isi informasi dalamnaskah dinas berdasarkan sistem tata berkas.
14. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnyadisebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyanBhinneka Tunggal Ika.
BAB IIJENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS
A. Naskah Dinas Arahan
Naskah Dinas Arahan adalah naskah dinas yang memuat kebijakanpokok atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakandalam penyelenggaraan tugas dan kegiatan yang berupa produk hukumyang bersifat pengaturan, penetapan, dan penugasan.
1. Naskah Dinas PengaturanSesuai dengan tingkatannya, naskah dinas yang bersifat pengaturanterdiri dari Peraturan Menteri, Peraturan Direktur Jenderal atau Pejabatyang setingkat, Pedoman, Petunjuk Pelaksanaan/Teknis,InstruksiMenteri, dan Surat Edaran.
a. Peraturan Menteri
1) PengertianPeraturan Menteri adalah naskah dinas yang bersifatmengatur, memuat kebijakan pokok, bersifat umum, berlakuuntuk seluruh unit kerja/satuan kerja/subunit kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdan dapat merupakan dasar bagi penyusunan naskah dinaslainnya.
2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPejabat yang berwenang menetapkan dan menandatanganiperaturan adalah pejabat pimpinan tertinggi, yaitu MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
602
3) Susunan
a) KepalaKepala Peraturan Menteri terdiri dari
(1) Kata “Peraturan Menteri dan nama jabatan” yangmengundangkan ditulis dengan huruf kapital secarasimetris (menggunakan kop naskah dinas LambangNegara dengan tinta mas).
(2) Kata “Nomor dan tahun” pengundangan PeraturanMenteri ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
b) JudulJudul Peraturan Menteri terdiri dari
(1) Kata penghubung “tentang” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.
(2) Nama ”Peraturan Menteri” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.
c) PembukaanPembukaan Peraturan Menteri terdiri dari hal-hal berikut.
(1) Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” ditulisdengan huruf kapital secara simetris.
(2) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RepublikIndonesia ditulis dengan huruf kapital secara simetrisdiakhiri dengan tanda baca koma (,).
(3) Konsiderans diawali dengan kata “Menimbang”, memuat.
(a) Uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadipertimbangan dan alasan penyusunan PeraturanMenteri.
(b) Konsiderans memuat uraian singkat mengenaipokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakangdan alasan pembuatan Peraturan Menteri.
(c) Pokok-pokok pikiran pada konsiderans memuatunsur filosofis, yuridis, dan sosiologis yang menjadilatar belakang pembuatannya.
(d) Pokok-pokok pikiran yang hanya menyatakan bahwaperaturan dianggap perlu untuk dibuat adalah kurangtepat karena tidak mencerminkan tentang latarbelakang dan alasan dibuatnya Peraturan Menteri.
603
(e) Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokokpikiran, tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan dalamrangkaian kalimat yang merupakan kesatuanpengertian.
(f) Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjaddan dirumuskan dalam satu kalimat yang diawalidengan kata “bahwa” dan diakhiri dengan tandabaca titik koma.
(4) Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat”, memuat.
(a) Dasar kewenangan penyusunan Peraturan Menteri.
(b) Peraturan perundang-undangan yang digunakansebagai dasar hukum hanya peraturan perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.
(c) Dasar hukum yang bukan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak perlumencantumkan pasal, tetapi mencantumkan jenisdan nama peraturan perundang-undangan tanpamencantumkan frasa “Republik Indonesia”.
(d) Jika dasar hukum memuat lebih dari satu peraturanperundang-undangan, tiap dasar hukum diawalidengan angka arab yaitu 1, 2, 3 dan seterusnyadan diakhiri dengan tanda baca titik koma.
(5) diktum terdiri dari
(a) diawali kata “Memutuskan”, ditulis seluruhnyadengan huruf kapital tanpa spasi diantara sukukata dan diakhiri dengan tanda baca titik dua sertadiletakkan di tengah marjin.
(b) Kata “Menetapkan”, dicantumkan sesudah kataMemutuskan disejajarkan ke bawah dengan kata“Menimbang” dan “Mengingat”. Huruf awal kataMenetapkan, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiridengan tanda baca titik dua.
(c) Nama Peraturan Menteri yang tercantum dalamjudul, dicantumkan lagi setelah kata Menetapkantanpa frasa “Republik Indonesia”, serta ditulisseluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengantanda baca titik.
604
d) Batang TubuhBatang tubuh Peraturan Menteri terdiri dari
(1) semua substansi Peraturan Menteri dirumuskan dalampasal atau beberapa pasal.
(2) substansi pada umumnya dikelompokkan ke dalam:
(a) Ketentuan umum berisi.
i. batasan pengertian atau definisi.
ii. singkatan atau akronim yang dituangkan dalambatasan pengertian atau definisi.
iii. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlakubagi pasal atau beberapa pasal berikutnyaantara lain ketentuan yang mencerminkan asas,maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiridalam pasal atau bab.
iv. frasa pembukaan dalam ketentuan umumPeraturan Menteri berbunyi: “Dalam PeraturanMenteri ini yang dimaksud dengan:”.
v. pengertian yang mengatur tentang lingkupumum di tempatkan lebih dahulu dari yanglingkup khusus;
vi. pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalammateri pokok yang diatur di tempatkan dalamurutan yang lebih dahulu.
vii. pengertian yang mempunyai kaitan denganpengertian di atasnya diletakkan berdekatansecara berurutan.
(b) Materi pokok yang diaturMateri pokok yang ditempatkan langsung setelahbab ketentuan umum, dan jika tidak adapengelompokan bab, materi pokok yang diaturdiletakan setelah pasal atau beberapa pasalketentuan umum
(c) Ketentuan peralihan (jika diperlukan)Ketentuan peralihan memuat penyesuaianpengaturan tindakan hukum atau hubungan hukumyang ada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang lama terhadap peraturan perundang-
605
undangan yang baru, yang bertujuan untuk:
i. menghindari terjadinya kekosongan hukum;
ii. menjamin kepastian hukum;
iii. memberikan pelindungan hukum bagi yangterkena dampak perubahan ketentuanperaturan perundang-undangan; dan
iv. mengatur hal-hal yang bersifat transisional ataubersifat sementara.
(d) Ketentuan penutupKetentuan penutup ditempatkan pada bab terakhirjika tidak ada pengelompokan bab, ketentuanpenutup ditempatkan dalam pasal atau beberapapasal terakhir.
Ketentuan Penutup memuat:
i. penunjukan organ atau alat kelengkapan yangmelaksanakan Peraturan Menteri;
ii. nama singkat Peraturan Menteri;
iii. status Peraturan Menteri yang sudah ada;dan
iv. saat mulai berlaku Peraturan Menteri.
(e) Ketentuan sanksi (jika diperlukan)
(f) Lampiran (jika diperlukan)
e) PenutupPenutup Peraturan Menteri memuat.
(1) rumusan perintah pengundangan dan penempatanPeraturan Menteri dalam Berita Negara RepublikIndonesia.
(2) penandatanganan pengesahan atau penetapanPeraturan Menteri memuat:(a) tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan.(b) nama jabatan.(c) tanda tangan pejabat dan cap jabatan.(d) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital.
(3) pengundangan atau penetapan peraturan perundang-undangan memuat:
606
(a) tempat dan tanggal pengundangan;
(b) nama jabatan yang berwenang mengundangkan;
(c) tanda tangan dan cap jabatan; dan
(d) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulisdengan huruf kapital.
(4) akhir bagian penutup dicantumkan Berita NegaraRepublik Indonesia beserta tahun dan nomor.
4) Pengabsahan
a) Pengabsahan merupakan suatu pernyataan bahwa sebelumdigandakan dan didistribusikan dengan sah, suatu PeraturanMenteri telah dicatat dan diteliti sehingga dapat diumumkanoleh pejabat yang bertanggung jawab dibidang hukum atauadministrasi umum.
b) Pengabsahan dicantumkan di bawah ruang tanda tangansebelah kiri bawah, yang terdiri dari kata Salinan sesuaidengan aslinya serta dibubuhi tanda tangan langsung (bukantanda tangan cap) pejabat yang berwenang dan cap dinas.
5) Naskah Peraturan Menteri diketik dengan huruf Bookman OldStyle, dengan huruf 12, diatas kertas F4 dan harus diparaf olehpejabat yang berwenang pada setiap lembarnya.
6) DistribusiPeraturan Menteri yang telah ditetapkan didistribusikan kepadayang berkepentingan.
7) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) naskah asli dan salinan Peraturan Menteri harus diparafoleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif;
b) naskah asli dan salinan Peraturan Menteri yang sudahdiparaf disimpan oleh Biro Hukum dan Kepegawaian.
Format Peraturan Menteri dapat dilihat pada contoh 1A dancontoh 1B.
607
Menimba Menging
Menetap
.............
.............
Peratura
Agar setdalam Be
Diundangpada tan MENTER
(Tanda T
NAMA L BERITA
PERATU
M
ang :
gat :
pkan :
.....................
.....................
an Menteri ini
iap orang meerita Negara
gkan di Jakanggal ………
RI HUKUM D REPUBLIK
Tangan)
ENGKAP
NEGARA RE
ME
URAN MENTE
ENTERI PAR
a. bahwa ....b. dan seteru
1. ……………2. dan seteru
PERATURA....................
.....................
.....................
mulai berlak
engetahuinyaRepublik Ind
arta ..
DAN HAK ASAINDONESIA,
EPUBLIK IND
FORMA
ENTERI PARR
ERI PARIWIS
...............
DENGAN RA
RIWISATA DA
....................usnya;
…………......…usnya;
AN MENTE.....................
.....................
.....................
ku pada tangg
a, memerintahonesia
Dp
ASI MANUSIA,
DONESIA TA
CONTAT PERA
RIWISATA DAREPUBLIK IN
SATA DAN E
NOMOR …
TENTA
.....................
AHMAT TUHA
AN EKONOM
....................
………………
MEMUTU
ERI PARIW....................
Pasa....................
Pasa....................
Pasa
gal diundangk
hkan pengund
Ditetapkan di pada tanggal
ME
A
AHUN ………
TOH 1AATURAN
AN EKONOMNDONESIA
KONOMI KR
…………..
ANG
....................
AN YANG MA
MI KREATIF R
.....................
…………………
SKAN:
WISATA DA.........
l 1 ....................
l 2 ....................
al .....
kan.
dangan Pera
....................
....................
ENTERI PARR
(Tanda
NOMOR ……
MENTER
MI KREATIF
REATIF REPU
..........
AHA ESA
REPUBLIK IN
....................;
………………
AN EKONO
.............
.............
turan Menter
............ ............
RIWISATA DAREPUBLIK IN
a Tangan da
NAMA LEN
….
RI
UBLIK INDON
NDONESIA,
;
……..;
OMI KREA
ri ini dengan p
AN EKONOMDONESIA,
n Cap Jabata
NGKAP
NESIA
ATIF TENT
penempatann
MI KREATIF
an)
TANG
nya
608
CONTOH 1B
FORMAT PERATURAN MENTERI
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..............
TENTANG
.................................................................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa ..........................................................................................; b. dan seterusnya; Mengingat : 1. ....................................................................................................; 2. dan seterusnya;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG .......................................................................
BAB I
…………..
Pasal 1 ...............................................................................................................................
BAB II (dan seterusnya)
Pasal ……
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia
Ditetapkan di ............................... pada tanggal ................................
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP
Diundangkan di Jakarta pada tanggal ……….......
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
(Tanda Tangan)
NAMA LENGKAP
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……… NOMOR …….
609
b. Peraturan Direktur Jenderal atau Pejabat yang setingkat.
Peraturan Direktur Jenderal atau Pejabat yang setingkat dapatditetapkan apabila ada pendelegasian langsung dari peraturanperundang-undangan yang tingkatannya di bawah Undang-Undang.
Format Direktur Jenderal atau Pejabat yang setingkat dapatdilihat pada contoh 1C.
610
CONTOH 1C FORMAT PERATURAN DIRJEN/SETJEN/ITJEN/KEPALA BADAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL ………………………
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110
TELEPON (021) ………., 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..............
TENTANG
.................................................................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa ..........................................................................................; b. dan seterusnya; Mengingat : 1. ....................................................................................................; 2. dan seterusnya;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG .......................................................................
BAB I
…………..
Pasal 1 ...............................................................................................................................
BAB II (dan seterusnya)
Pasal ……
Peraturan Direktur Jenderal/Sekretaris Jenderal/Inspektur Jenderal/Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ............................... pada tanggal ................................
DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS JENDERAL/INSPEKTUR
JENDERAL/KEPALA BADAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
(NAMA DIREKTUR JENDERAL/SEKRETARIS
JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN)
611
c. Pedoman
1) PengertianPedoman adalah naskah dinas yang memuat acuan yangbersifat umum yang perlu dijabarkan ke dalam petunjukoperasional dan penerapannya.
2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPedoman dibuat dalam rangka menindaklanjuti kebijakanyang lebih tinggi dan pengabsahannya ditetapkan oleh Menteriatau pejabat yang berwenang.
3) SusunanTulisan “Lampiran Peraturan, Nomor, Tentang, dan namaPedoman” ditulis dengan huruf kapital yang di letakkan disudut kanan atas tanpa diakhiri tanda baca dengan rata kiri.
a) Kepala
Bagian Kepala Pedoman terdiri dari(1) Tulisan “Pedoman” dicantumkan di tengah atas.(2) Rumusan judul Pedoman ditulis secara simetris
dengan huruf kapital.
b) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Pedoman terdiri dari(1) Pendahuluan yang berisi latar belakang/umum,
maksud dan tujuan, sasaran, asas, ruang lingkup,dan pengertian umum.
(2) Materi Pedoman.(3) Penutup yang terdiri dari hal yang harus diperhatikan,
penjabaran lebih lanjut, dan alamat pembuatPedoman yang ditujukan kepada para pembaca/pengguna atau mereka yang akan menyampaikansaran penyempurnaan.
c) Kaki
Bagian Kaki Pedoman terdiri dari(1) Nama jabatan pejabat yang menandatangani
Pedoman yang ditulis dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda baca koma.
(2) Tanda tangan.(3) Nama lengkap ditulis dengan huruf kapital.
Format Pedoman dan Lampiran Pedoman dapat dilihatpada Contoh 2A dan 2B.
612
CONTOH 2A PEDOMAN
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …………..
TENTANG
PEDOMAN .................................................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa ..................................................................................; b. dan seterusnya; Mengingat : 1.…………………………....……………………………………………..; 2. dan seterusnya;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG .....................................................................
Pasal 1
...............................................................................................................................
Pasal 2 ...............................................................................................................................
Pasal .....
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia
Ditetapkan di ............................... pada tanggal ...............................
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP
Diundangkan di Jakarta pada tanggal ……….. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
(Tanda Tangan)
NAMA LENGKAP
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……… NOMOR …….
613
CONTOH 2B PEDOMAN
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR ……… TENTANG PEDOMAN …………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang/Umum ………………………………………………………………………………………………………..…… B. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………………………..…… C. Sasaran ………………………………………………………………………………………………………..…… D. Asas ………………………………………………………………………………………………………..…… E. Ruang Lingkup ………………………………………………………………………………………………………..…… F. Pengertian Umum ………………………………………………………………………………………………………..……
BAB II PELAKSANAAN
A. ………………………………………………………………………………………………….....……… B. Dan seterusnya.
BAB III ……………………
A. …………………………………………………………………………………………………...……… B. Dan seterusnya.
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP
614
d. Petunjuk Pelaksanaan/Teknis
1) PengertianPetunjuk Pelaksanaan/Teknis adalah naskah dinas yangmemuat acuan bersifat teknis sebagai petunjuk operasionaldan penerapannya. Petunjuk Pelaksanaan/Teknis dibuatdalam rangka menindaklanjuti kebijakan yang lebih tinggidan pengabsahannya ditetapkan oleh Pejabat Eselon I.
2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPenetapan dan Penandatanganan ditetapkan oleh PejabatEselon I.
3) Susunan
a) KepalaKepala Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiri dari
(1) Kop Kementerian dan Nama Unit Kerja Eselon I.
(2) Tulisan “Petunjuk Pelaksanaan/Teknis” dicantumkandi tengah atas yang ditulis dengan huruf kapital.
(3) Kata “Nomor” Petunjuk Pelaksanaan/Teknis yangditulis dengan huruf kapital secara simetris.
b) JudulBagian Judul Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiri dari
(1) kata penghubung “tentang”, yang ditulis denganhuruf kapital secara simetris.
(2) rumusan “judul Petunjuk Pelaksanaan/Teknis” dibuatsecara singkat dan mencerminkan isi PetunjukPelaksanaan/Teknis yang ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.
(3) nama “jabatan pejabat” yang menandatangani yangditulis dengan huruf kapital secara simetris yangdiakhiri dengan tanda baca koma (,).
c) Batang TubuhBagian batang tubuh Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiridari
(1) pendahuluan yang berisi antara lain : latar belakang/umum, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup,dasar hukum, dan pengertian umum.
(2) batang tubuh materi petunjuk pelaksanaan, yang
615
dengan jelas menunjukkan urutan tindakan,pengorganisasian, koordinasi, pengendalian, danhal lain yang dipandang perlu untuk dilaksanakan.
d) KakiBagian Kaki Petunjuk Pelaksanaan/Teknis terdiri dari
(1) nama “jabatan pejabat” yang menandatanganiPetunjuk Pelaksanaan/Teknis ditulis dengan hurufkapital dan diakhiri dengan tanda baca koma (,).
(2) tanda tangan dan cap jabatan.
(3) nama lengkap pejabat yang menandatangi ditulisdengan huruf kapital.
Format Petunjuk Pelaksanaan/Teknis dapat dilihat padaContoh 3.
616
CONTOH 3 FORMAT PETUNJUK PELAKSANAAN/TEKNIS
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL ………………………
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110
TELEPON (021) ………., 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
PETUNJUK PELAKSANAAN/TEKNIS
NOMOR ...............
TENTANG
.................................................................
DIREKTUR JENDERAL ………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang/Umum …………………………………………………………………………………………………….…… B. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………………….……… C. Sasaran …………………………………………………………………………………………………….…… D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………………………………………….………… E. Dasar Hukum …………………………………………………………………………………………………………. F. Pengertian Umum ………………………………………………………………………………………………………….
BAB II ……………………
A. ………………………………………………………………………………………………………… B. Dan seterusnya.
BAB III ……………………
A. ………………………………………………………………………………………………………… B. Dan seterusnya.
BAB IV ………………..
A. ………………………………………………………………………………………………………… B. Dan seterusnya.
Ditetapkan di ....................... pada tanggal ....................... DIREKTUR JENDERAL ………, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP
617
e. Instruksi Menteri
1) PengertianInstruksi Menteri adalah naskah dinas yang memuat perintahberupa petunjuk/arahan tentang pelaksanaan peraturanperundang-undangan atau pelaksanaan kebijakan.
2) Wewenang Penetapan dan PenandatanganPejabat yang berwenang menetapkan dan menandatanganiInstruksi Menteri adalah Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif Republik Indonesia.
3) Susunan
a) KepalaKepala Instruksi Menteri terdiri dari
(1) Kata “Instruksi Menteri dan nama jabatan” yangpenetapan ditulis dengan huruf kapital secarasimetris (menggunakan kop naskah dinas LambangNegara dengan tinta mas).
(2) “nomor dan tahun” Instruksi Menteri ditulis denganhuruf kapital secara simetris.
b) JudulJudul Instruksi Menteri terdiri dari
(1) Kata penghubung “tentang” ditulis dengan hurufkapital secara simetris.
(2) “nama Instruksi Menteri” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.
c) PembukaanPembukaan Instruksi Menteri terdiri dari
(1) Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esaditulis” dengan huruf kapital secara simetris.
(2) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RepublikIndonesia ditulis dengan huruf kapital secarasimetris.
(3) Konsiderans diawali dengan kata “Menimbang”,memuat:
(a) Uraian singkat mengenai pokok pikiran yangmenjadi pertimbangan dan alasan penyusunanInstruksi Menteri.
618
(b) Konsiderans memuat uraian singkat mengenaipokok-pokok pikiran yang menjadi latarbelakang dan alasan pembuatan InstruksiMenteri.
(c) Pokok-pokok pikiran pada konsiderans memuatunsur filosofis, yuridis, dan sosiologis yangmenjadi latar belakang pembuatannya.
(4) Dasar Hukum diawali dengan kata Mengingat,memuat:
(a) Dasar kewenangan penyusunan InstruksiMenteri.
(b) Peraturan perundang-undangan yang diguna-kan sebagai dasar hukum hanya peraturanperundang-undangan yang tingkatannya samaatau lebih tinggi.
(c) Dasar Hukum yang bukan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945tidak perlu mencantumkan pasal, tetapimencantumkan jenis dan nama peraturanperundang-undangan tanpa mencantumkanfrasa Republik Indonesia.
(d) Jika dasar hukum memuat lebih dari satuperaturan perundang-undangan, tiap dasarhukum diawali dengan angka arab yaitu 1, 2,3 dan seterusnya dan diakhiri dengan tandabaca titik koma.
(5) Diktum terdiri atas
(a) Kata “Menginstruksikan” ditulis dengan hurufkapital tanpa spasi diantara suku kata dandiakhiri dengan tanda baca titik dua sertadiletakan di tengah marjin.
(b) Kata “Kepada” ditulis disebelah kiri dan diawalidengan huruf kapital serta diikuti nama jabatanpegawai.
d) Batang Tubuh
Batang tubuh Instruksi Menteri memuat substansiInstruksi Menteri yang dirumuskan dalam Diktum, yaituKesatu, Kedua, Ketiga dan seterusnya.
619
e) PenutupPenutup Instruksi Menteri ditulis di bagian kanan bawahyang terdiri atas:
(1) tempat (kota sesuai dengan alamat penandatangan)dan tanggal pengeluaran Instruksi Menteri;
(2) “jabatan menteri” ditulis dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda koma;
(3) tanda tangan menteri;
(4) “nama lengkap menteri” ditulis dengan huruf kapital;dan
(5) “cap jabatan menteri” di sebelah kiri tanda tanganyang melewati sebagian tanda tangan.
f) Lampiran (jika diperlukan).
4) Naskah Instruksi Menteri diketik dengan huruf BookmanOld Style, dengan huruf 12, diatas kertas F4.
5) Distribusi dan TembusanInstruksi Menteri yang telah ditetapkan didistribusikan kepadayang berkepentingan
6) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Instruksi Menteri merupakan perintah.
b) Instruksi Menteri merupakan pelaksanaan peraturanperundang-undangan atau pelaksanaan kebijakan pokok.
c) Wewenang penetapan dan penandatangan InstruksiMenteri tidak dapat dilimpahkan kepada pejabat lain.
d) Naskah asli dan salinan Instruksi Menteri harus diparafoleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif;
e) Naskah asli dan salinan Instruksi Menteri yang sudahdiparaf disimpan oleh Biro Hukum dan Kepegawaian.
Format Instruksi Menteri dapat dilihat pada Contoh 4.
620
Menim
Mengi
Kepad
Untuk
KESAT
KEDU KETIG
dan s
INSTR
mbang
ngat
da
k
TU
A
GA
seterusnya.
M
RUKSI MENT
MENTERI PA
: a. b b. d
: 1. .. 2. d
: 1. …2. …3. …
: ........
: ........
: ........
FORM
MENTERI PA
TERI PARIWI
............
DENGAN R
ARIWISATA
bahwa ..........dan seterusny
.....................dan seterusny
………………………………………………
.....................
.....................
.....................
CONMAT INST
ARIWISATA REPUBLIK
ISATA DAN E
NOMOR
TENT
....................
RAHMAT TU
DAN EKONO
.....................ya;
....................ya;
MENGINST
…………….;…………….;…………….;
....................
....................
....................
Dikeluapada ta
NTOH 4 TRUKSI M
DAN EKONOINDONESIA
EKONOMI KR
R ............
TANG
....................
UHAN YANG
OMI KREATIF
.....................
....................
TRUKSIKAN:
....................
....................
....................
arkan.............anggal ..........
MENTERI PA
(Tan
MENTERI
OMI KREATIA
REATIF REP
..............
MAHA ESA
F REPUBLIK
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.................
....................
ARIWISATA REPUBLIK
nda Tangan d
NAMA L
F
PUBLIK INDO
K INDONESIA
..............;
...............;
.........
.........
.........
..
DAN EKONOINDONESIA,
dan Cap Jaba
LENGKAP
ONESIA
A,
OMI KREATIF,
atan)
F
621
f. Surat Edaran
1) PengertianSurat Edaran adalah naskah dinas yang memuatpemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap pentingdan mendesak.
2) Wewenang Penetapan dan PenandatangananKewenangan untuk menetapkan dan menandatangani SuratEdaran adalah Menteri. Menteri dapat melimpahkankewenangan kepada pejabat di bawahnya atau pejabatyang ditunjuk sesuai dengan substansi Surat Edaran.
3) Susunan
a) KepalaKepala Surat Edaran terdiri dari
(1) kop naskah dinas, dengan menggunakan LambangNegara dan nama jabatan Menteri atau namaKementerian yang ditulis dengan huruf kapital secarasimetris.
(2) kata “Yth.” diikuti oleh nama pejabat yang dikirimiSurat Edaran.
(3) tulisan “Surat Edaran” dicantumkan di bawahLambang Negara/kop Kementerian yang ditulisdengan huruf kapital serta nomor Surat Edaran dibawahnya secara simetris.
b) JudulJudul Surat Edaran terdiri dari
(1) Kata “Tentang” dicantumkan di bawah kata SuratEdaran ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
(2) Rumusan “Judul Surat Edaran” ditulis dengan hurufkapital secara simetris di bawah kata tentang.
c) Batang TubuhBatang tubuh Surat Edaran terdiri dari
(1) alasan tentang perlunya dibuat Surat Edaran.
(2) peraturan perundang-undangan yang menjadi dasarpembuatan Surat Edaran.
(3) Pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggapmendesak.
622
d) PenutupPenutup Surat Edaran di sebelah kanan bawah terdiridari
(1) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan.
(2) nama jabatan yang menetapkan yang ditulis denganhuruf kapital, diakhiri dengan tanda baca koma.
(3) tanda tangan.
(4) nama lengkap pejabat yang ditulis dengan hurufkapital beserta NIP, kecuali Menteri.
(5) cap dinas di sebelah kiri tanda tangan, yang melewatisebagian tanda tangan.
4) DistribusiSurat Edaran didistribusikan kepada pejabat dan pihak terkaitlainnya.
Format Surat Edaran dapat dilihat pada Contoh 5A danContoh 5B.
623
Yth.
A. Umum....................
B. Maksu....................
C. Ruang....................
D. Dasar....................
E. dan se
Tembusan:1. ..........2. ..........3. dan se
ME
1. ................2. ................3. dan seteru
m ..........................................
ud dan Tujua..........................................
g Lingkup ..........................................r ..........................................eterusnya
: ..........................................eterusnya
(DITA
ME
ENTERI PAR
.............
............. usnya
..
....................
....................
n ........................................
....................
....................
....................
....................
..........
..........
FORANDATAN
ENTERI PARIRE
RIWISATA DA
NO
.....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
CONTRMAT SUNGANI OL
IWISATA DAEPUBLIK IND
AN EKONOM
SURAT EDOMOR ... T
TENTAN
....(Huruf Kap
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
Ditetapkan dpada tangga
MENTERI PA (Tanda Tang
NAM
TOH 5A URAT EDALEH PEJA
AN EKONOMDONESIA
MI KREATIF R
DARAN TAHUN ...
NG
pital).............
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
di ..................al ..................
ARIWISATA REPUBLIK
gan dan Cap
MA LENGKA
ARAN ABAT NE
I KREATIF
REPUBLIK IN
..............
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
........
.........
DAN EKONOK INDONESIA
Jabatan)
AP
EGARA)
NDONESIA
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
OMI KREATIA,
...
...
...
...
...
...
..
..
F
624
CONTOH 5B FORMAT SURAT EDARAN
(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
SEKRETARIS JENDERAL
Yth. 1. ............................ 2. ............................ 3. dan seterusnya
SURAT EDARAN NOMOR ...……...
TENTANG
..........................(Huruf Kapital)...........................
A. Umum .......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................
B. Maksud dan Tujuan .......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................
C. Ruang Lingkup .......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................
D. Dasar ......................................................................................................................................................... .........................................................................................................................................................
E. dan seterusnya
Ditetapkan di .............................. pada tanggal .............................. NAMA JABATAN, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP NIP
Tembusan: 1. ........................................ 2. ........................................ 3. dan seterusnya
625
2. Naskah Dinas PenetapanJenis naskah dinas penetapan hanya ada satu macam, yaitu KeputusanMenteri.
a. Pengertian
Keputusan Menteri adalah naskah dinas yang memuat kebijakanyang bersifat menetapkan, tidak bersifat mengatur, dan merupakanpelaksanaan kegiatan,yang digunakan untuk:
1) menetapkan/mengubah status kepegawaian/personil/keanggotaan/material/peristiwa;
2) menetapkan/mengubah/membubarkan suatu kepanitiaan/tim;
3) menetapkan pelimpahan wewenang;
4) pendelegasian wewenang; atau
5) pemberian kuasa.
b. Wewenang Penetapan dan PenandatangananPejabat yang berwenang menetapkan dan menandatanganiKeputusan Menteri adalah Menteri atau Pejabat atas nama(a.n.) Menteri.
c. Susunan
1) KepalaKepala Keputusan Menteri terdiri dari
a) tulisan “Keputusan Menteri dan nama jabatan” yangmenetapkan ditulis dengan huruf kapital secara simetris(menggunakan kop naskah dinas dengan gambarLambang Negara dengan tinta mas).
b) Tulisan “nomor dan tahun Keputusan Menteri” ditulisdengan huruf kapital secara simetris.
2) JudulJudul Keputusan Menteri terdiri dari
a) kata penghubung “Tentang” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris;dan
b) tulisan “nama Keputusan Menteri” ditulis dengan hurufkapital secara simetris.
626
3) Pembukaan
a) Isi pembukaan:
(1) frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
(2) frasa “Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifRepublik Indonesia” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris.
(3) konsiderans diawali dengan kata “Menimbang”,memuat uraian singkat mengenai pokok pikiranyang menjadi pertimbangan dan alasan penyusunanKeputusan Menteri.
(4) dasar hukum diawali dengan kata “Mengingat”,memuat:
(a) dasar kewenangan penyusunan KeputusanMenteri.
(b) peraturan perundang-undangan yangmemerintahkan penyusunan KeputusanMenteri.
(5) diktum terdiri dari
(a) kata “Memutuskan” seluruhnya dengan hurufkapital tanpa spasi diantara suku kata dandiakhir tanda baca titik dua serta diletakan ditengah marjin.
(b) kata “Menetapkan” ditulis dengan huruf awalkapital.
(c) nama Keputusan Menteri yang tercantum dalamjudul, dicantumkan lagi setelah kataMenetapkan tanpa frasa “Republik Indonesia”,serta ditulis seluruhnya dengan huruf kapitaldan diakhiri dengan tanda baca titik.
4) Batang TubuhBatang tubuh Keputusan Menteri memuat semua materimuatan Keputusan Menteri yang dirumuskan dalam beberapapasal atau diktum.Materi muatan Keputusan Menteri terdiri dari:a) materi pokok yang diatur; danb) ketentuan penutup yang memuat:
627
(1) penunjukan organ atau alat kelengkapan yangmelaksanakan Keputusan Menteri;
(2) nama singkat Keputusan Menteri;(3) status Keputusan Menteri; dan(4) saat mulai berlaku Keputusan Menteri.
5) Lampiran (jika diperlukan).
6) PenutupPenutup Keputusan Menteri terdiri dari:a) tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;b) nama jabatan;c) tanda tangan pejabat dan cap jabatan; dand) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis
huruf kapital.
d. Pengabsahan
1) Pengabsahan merupakan unsur suatu pernyataan bahwasebelum digandakan dan didistribusikan dengan sah suatuKeputusan Menteri telah dicatat dan diteliti sehingga dapatdiumumkan oleh pejabat yang bertanggung jawab sesuaidengan substansi Keputusan Menteri.
2) Pengabsahan umum dicantumkan di bawah ruang tandatangan, sebelah kiri bawah yang terdiri dari kata Salinansesuai dengan aslinya, nama jabatan, tanda tangan, namalengkap pejabat penanda tangan, yang ditulis dengan hurufawal kapital.
e. Naskah Keputusan Menteri diketik dengan huruf Bookman OldStyle, dengan huruf 12, diatas kertas F4.
f. DistribusiKeputusan Menteri yang telah ditetapkan didistribusikan kepadayang berkepentingan.
g. Hal yang Perlu DiperhatikanNaskah asli dan salinan Keputusan Menteri yang diparaf harusdisimpan sebagai pertinggal/arsip.
Format Keputusan Menteri dapat dilihat pada Contoh 6A, Contoh 6B,Contoh 6C, dan Contoh 6D.
Format Keputusan Menteri khususnya yang berkenaan denganadministrasi kepegawaian mengacu kepada Peraturan Kepala BadanKepegawaian Negara.
628
Menimbang
Mengingat
Menetapka
KEPUTU
M
g : ab
: 12
an : K.
(DITA
M
USAN MENT
MENTERI PAR
a. bahwa ......b. bahwa ......
1. .................2. .................
KEPUTUSAN....................
FOANDATAN
MENTERI PARR
ERI PARIWIS
...................
DENGAN RA
RIWISATA D
.....................
.....................
....................
....................
N MENTE....................
CONTORMAT KNGANI OL
RIWISATA DREPUBLIK IN
SATA DAN E
NOMOR …
TENTA
.......(Huruf K
AHMAT TUH
DAN EKONOM
.....................
.....................
.....................
.....................
MEMU
RI PARIW.....................
Pasa.......
Pasa.....
Pasal......
Ditetapkpada tan
MENTE
(Ta
TOH 6A KEPUTUSLEH PEJA
DAN EKONOMNDONESIA
EKONOMI KR
........…….
ANG
apital)...........
HAN YANG M
MI KREATIF
....................
....................
.....................
.....................
UTUSKAN:
WISATA D.....................
al 1 ....
al 2 ...
l dst ...
kan di ...........nggal ...........
RI PARIWISAREPU
anda Tangan
NAMA
SAN ABAT NE
MI KREATIF
REATIF REPU
.................
MAHA ESA
REPUBLIK I
....................
....................
.....................
.....................
DAN EKO.....
..............
...............
ATA DAN EKUBLIK INDON
danCap Jab
A LENGKAP
EGARA)
UBLIK INDON
NDONESIA,
.........;
.........;
........;
........;
ONOMI KR
KONOMI KRENESIA,
atan)
NESIA
REATIF T
EATIF
TENTANG
629
CONTOH 6B FORMAT KEPUTUSAN
(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)
Qa
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …........…….
TENTANG
..........................(Huruf Kapital)...........................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa ....................................................................................................;
b. bahwa ………………………………………………........................................; Mengingat : 1. ...............................................................................................................;
2. ...............................................................................................................;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG ......................................................................................
Pasal 1 ...........
Pasal 2
........
Pasal dst .........
Ditetapkan di .............................. pada tanggal ..............................
a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA, Wakil Menteri, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP
630
CONTOH 6C FORMAT KEPUTUSAN
(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …........…….
TENTANG
..........................(Huruf Kapital)...........................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa ....................................................................................................;
b. bahwa ………………………………………………….....................................; Mengingat : 1. ...............................................................................................................;
2. ...............................................................................................................;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG ......................................................................................
Pasal 1 ...........
Pasal 2
........
Pasal dst .........
Ditetapkan di .............................. pada tanggal ..............................
a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA, Sekretaris Jenderal, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP
631
CONTOH 6D FORMAT SALINAN KEPUTUSAN MENTERI
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …........…….
TENTANG
..........................(Huruf Kapital)...........................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa ...............................................................................................; b. bahwa …………………………………………………...................................;
Mengingat : 1. .........................................................................................................;
2. .........................................................................................................;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG ......................................................................................
Pasal 1 ...........
Pasal 2
........
Pasal dst .........
Ditetapkan di .............................. pada tanggal .............................. a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA, Sekretaris Jenderal
u.b. Kepala Biro .......................
(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
NAMA LENGKAP
Salinan sesuai dengan aslinya Nama Jabatan, (Tanda Tangan) Nama Lengkap
632
3. Naskah Dinas Penugasan
a. PengertianNaskah Dinas Penugasan adalah Surat Perintah/Surat Tugasyang dibuat oleh atasan atau pejabat yang berwenang kepadabawahan untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh pegawai untukmelaksanakan suatu tugas kedinasan.
b. Wewenang Pembuatan dan Penanda TanganSurat Perintah/Surat Tugas dibuat dan ditandatangani oleh pejabatyang berwenang berdasarkan lingkup tugas, wewenang, dantanggung jawab.
c. Susunan
1) JudulKepala Surat Perintah/Surat Tugas terdiri daria) kop naskah dinas dengan nama Kementerian yang
ditulis dengan huruf kapital secara simetris.b) kata Surat Perintah/Surat Tugas yang ditulis dengan
huruf kapital secara simetris.c) nomor berada di bawah tulisan Surat Perintah/Surat
Tugas.
2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Perintah/Surat Tugas terdiri dari
a) konsiderans meliputi pertimbangan dan/atau dasarpertimbangan yang memuat alasan ditetapkannya SuratPerintah/Surat Tugas, dasar memuat ketentuan yangdijadikan landasan ditetapkannya Surat Perintah/SuratTugas tersebut.
b) diktum dimulai dengan kata memberi perintah/memberitugas yang ditulis dengan huruf kapital, dicantumkansecara simetris diikuti kata kepada di tepi kiri sertanama dan jabatan pegawai yang mendapat tugas.
Di bawah kata kepada ditulis kata untuk disertai tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
3) PenutupPenutup Surat Perintah/Surat Tugas terdiri daria) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan.
633
b) nama jabatan pejabat yang menandatangani surat itu,yang ditulis dengan huruf awal kapital pada setiapawal unsurnya, dan diakhiri dengan tanda baca koma.
c) tanda tangan pejabat yang memberi tugas.
d) Nama lengkap pejabat yang menandatangani SuratPerintah/Surat Tugas yang ditulis dengan huruf awalkapital pada setiap awal unsurnya serta di bawah namadicantumkan NIP.
e) cap dinas di sebelah kiri tanda tangan yang melewatisebagian tanda tangan.
d. Distribusi dan Tembusan
1) Surat Perintah/Surat Tugas disampaikan kepada yangmendapat tugas.
2) Tembusan disampaikan kepada pejabat/instansi yang terkait.
e. Hal yang Perlu Diperhatikan
1) Konsiderans memuat pertimbangan atau dasar.
2) Jika tugas merupakan tugas kolektif, daftar pegawai yangditugasi dimasukkan ke dalam lampiran yang terdiri darikolom nomor urut, nama, pangkat, NIP, jabatan, danketerangan.
3) Pada dasarnya, Surat Perintah/Surat Tugas ditetapkan olehatasan pegawai yang mendapatkan tugas, kecuali karenapertimbangan tertentu pejabat tersebut diberi wewenangtertulis untuk menetapkan surat perintah/surat tugas untukdiri sendiri.
4) Surat Perintah/Surat Tugas tidak berlaku lagi setelah tugasyang termuat selesai dilaksanakan.
Format Surat Perintah/Surat Tugas dapat dilihat padaContoh 7A dan Contoh 7B.
634
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
SURAT PERINTAH NOMOR ... TAHUN ...
Menimbang : a. bahwa ..................................................................................................; b. bahwa ..................................................................................................; Dasar : 1. .............................................................................................................; 2. .............................................................................................................;
Memberi Perintah:
Kepada : 1. .............................................................................................................; 2. .............................................................................................................; 3. .............................................................................................................; 4. dan seterusnya Untuk : 1. .............................................................................................................; 2. .............................................................................................................; 3. .............................................................................................................; 4. dan seterusnya
Nama Tempat, Tanggal, Bulan, dan Tahun Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap NIP
CONTOH 7AFORMAT SURAT PERINTAH
635
CONTOH 7B FORMAT SURAT TUGAS
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
SURAT TUGAS
NOMOR ... TAHUN ...
Menimbang : a. bahwa ................................................................................................; b. bahwa ................................................................................................; Dasar : 1. ...........................................................................................................; 2. ...........................................................................................................;
Memberi Tugas:
Kepada : 1. ...........................................................................................................; 2. ...........................................................................................................; 3. ...........................................................................................................; 4. dan seterusnya Untuk : 1. ...........................................................................................................; 2. ...........................................................................................................; 3. ...........................................................................................................; 4. dan seterusnya
Nama Tempat, Tanggal, Bulan, dan Tahun Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap NIP
636
B. Naskah Dinas Korespondensi
1. Naskah Dinas Korespondensi Intern
a. Nota Dinas
1) PengertianNota Dinas adalah naskah dinas intern yang dibuat olehpejabat dalam melaksanakan tugas guna menyampaikanlaporan, pemberitahuan, pernyataan, atau penyampaiankepada pejabat lain. Nota Dinas memuat hal yang bersifatrutin yang berupa catatan ringkas yang tidak memerlukanpenjelasan yang panjang dan dapat langsung dijawab dengandisposisi oleh pejabat yang dituju.
2) Wewenang Pembuatan dan PenandatangananNota Dinas dibuat oleh pejabat dalam lingkungan Kementeriansesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
3) Susunan
a) Kepala
Kepala Nota Dinas terdiri dari
(1) Kop naskah dinas dengan tulisan “KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif” dengan huruf kapitalsecara simetris di tengah atas;
(2) kata ”Nota Dinas” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;
(3) kata “Nomor” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;
(4) kata “Yth.” ditulis dengan huruf awal kapital diikutidengan tanda baca titik;
(5) kata “Dari” ditulis dengan huruf awal kapital;
(6) kata “Hal” ditulis dengan huruf awal kapital;dan
(7) kata “Tanggal” ditulis dengan huruf awal kapital.
b) Batang TubuhBatang tubuh Nota Dinas terdiri dari alinea pembuka,isi, dan kaki yang singkat, padat, dan jelas.
c) KakiKaki Nota Dinas terdiri dari:
(1) tanda tangan;
637
(2) “nama lengkap” ditulis dengan huruf awal kapitaldan NIP dibawahnya, tidak dibubuhi cap dinas;dan
(3) tembusan di sebelah kiri bawah.
4) Hal Yang Perlu Diperhatikan
a) Nota Dinas tidak dibubuhi cap dinas.
b) Tembusan Nota Dinas berlaku di lingkungan intern.
c) Nota Dinas berlaku internal (tingkat Eselon I).
d) Penomoran Nota Dinas dilakukan di unit kerja pembuatsurat (desentralisasi) dengan mencantumkan nomornaskah dinas, kode Nota Dinas, kode jabatan penandatangan, kode subunit kerja, bulan, dan tahun pembuatan.
Format Nota Dinas dapat dilihat pada Contoh 8
Tahun Pembuatan
Bulan pembuatan
Kode Jenis NaskahDinas
Kode JabatanPenandatangan
Nomor UrutPembukuan
Contoh: 34/ND/RT/ Ro. Umum/III/2012
638
CONTOH 8 FORMAT NOTA DINAS
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
NOTA DINAS NOMOR ... /.../.../.../Bulan/Tahun
Yth. : .................................................
Dari : .................................................
Hal : .................................................
Tanggal : .................................................
.................................................................................................................................. ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ .................................................................................................................................. ............................................................................................................................................ .................................................................................................................................. ...................................... (Tanda Tangan) Nama Lengkap NIP
Tembusan: 1. ........................ 2. ....................... 3. dan seterusnya
639
b. Memorandum
1) PengertianMemorandum adalah naskah dinas intern yang bersifatmengingatkan suatu masalah, menyampaikan arahan, peringatan,saran, dan pendapat kedinasan.
2) Wewenang Pembuatan dan PenandatangananMemorandum dibuat oleh pejabat dalam lingkungan Kementeriansesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
3) Susunan
a) JudulJudul Memorandum terdiri dari:
(1) kop naskah dinas ditandatangani Menteri denganmenggunakan Lambang Negara, sedangkanMemorandum yang ditandatangani selain Menterimenggunakan kop Kementerian;
(2) kata “Memorandum” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;
(3) kata “Nomor” ditulis di bawah kata Memorandum denganhuruf kapital;
(4) kata “Yth.” ditulis dengan huruf awal kapital;
(5) kata “Dari” ditulis dengan huruf awal kapital;
(6) kata “Hal” ditulis dengan huruf awal kapital;dan
(7) kata “Tanggal” ditulis dengan huruf awal kapital.
b) Batang TubuhBatang tubuh Memorandum terdiri alinea pembuka, alineaisi, dan alinea kaki dengan singkat, padat, dan jelas.
c) PenutupPenutup Memorandum terdiri dari:
(1) tanda tangan;
(2) nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital,tidak dibubuhi cap dinas;dan
(3) tembusan di sebelah kiri bawah.
d) Hal yang Perlu Diperhatikan
(1) Memorandum tidak dibubuhi cap dinas.
640
(2) Tembusan Memorandum berlaku di lingkunganKementerian.
(3) Penomoran Memorandum dilakukan di unit kerjapembuat surat (desentralisasi) dengan mencantumkannomor Memorandum, kode naskah dinas, kode jabatanpenanda tangan, kode unit kerja, bulan, dan tahunpembuatan.
Format Memorandum dapat dilihat pada Contoh 9A dan Contoh 9B.
Contoh: 15/Memo/Kabag/Kabid/Kasubdit.../Ro.II/III/2012
Nomor UrutPembukuan
Kode JenisNaskah Dinas
Kode JabatanPenanda Tangan
Kode Unit Kerja
Bulan danTahunPembuatan
641
Yth.
Dari
Hal
Tanggal
............................. ............... ...............
Tembusa1. ....2. da
ME
: ...........
: ...........
: ...........
: ...........
..............................................................
.........................................
.........................................
an: .................... n seterusnya
(DITA
ME
ENTERI PAR
....................
....................
....................
....................
............................................................
........................................
........................
a
FOANDATAN
ENTERI PARR
RIWISATA DA
NOM
..................
..................
..................
..................
............................................................
........................................
....................
CONTRMAT ME
NGANI OL
RIWISATA DAREPUBLIK IN
AN EKONOM
MEMORAMOR... /... /... /
.....................
....................
....................
.....................
....................
.....................
MENT
(Tand
NAMA
TOH 9A EMORANLEH PEJA
AN EKONOMNDONESIA
MI KREATIF R
ANDUM /Bulan/Tahu
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
TERI PARIW REPU
da Tangan)
A LENGKAP
NDUM ABAT NE
MI KREATIF
REPUBLIK I
n
..............................................................
.........................................
....................
WISATA DAN BLIK INDON
EGARA)
NDONESIA
........ ....... .......
........ .......
.......
EKONOMI KNESIA,
KREATIF
642
CONTOH 9B FORMAT MEMORANDUM
(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110
TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
MEMORANDUM NOMOR ..... /..... /..... /Bulan/Tahun
Yth. : .................................................
Dari : .................................................
Hal : .................................................
Tanggal : .................................................
................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ...................................... (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP
Tembusan: 1. ........................ 2. dan seterusnya
643
2. Naskah Dinas Korespondensi EksternJenis naskah dinas Korespondensi Ekstern hanya ada satu macam,yaitu SuratDinas.
a. PengertianSurat Dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabatdalam menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan,pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas, atau barangkepada pihak lain di luar Kementerian.
b. Wewenang PenandatanganSurat Dinas ditandatangani oleh Menteri atau Pejabat Eselon Idan Pejabat Eselon II sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang,dan tanggung jawabnya.
c. Susunan
(1) KepalaKepala Surat Dinas terdiri dari:
a) Kop Surat Dinas berisi Lambang Negara bertuliskanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diletakkan disebelah kiri atas, sedangkan kop Kementerian ditulissecara simetris;
b) kata “nomor, sifat, lampiran, dan hal” ditulis denganhuruf awal kapital disebelah kiri, di bawah kop Menteri/kop Kementerian;
c) kata “tanggal, bulan, dan tahun” pembuatan surat ditulisdi sebelah kanan atas sejajar dengan nomor;dan
d) kata “Yth.” ditulis di bawah hal diikuti dengan namajabatan dan alamat yang dituju.
(2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Dinas terdiri alinea pembuka, isi, dankaki.
(3) KakiKaki Surat Dinas terdiri dari:a) kata “nama jabatan” ditulis dengan huruf awal kapital,
diakhiri tanda baca koma;b) tanda tangan pejabat;c) nama lengkap penanda tangan ditulis dengan huruf
awal kapital dan NIP di bawahnya, kecuali Menteri;
644
d) cap dinas;dane) tembusan tidak menggunakan Yth.
(4) DistribusiSurat Dinas disampaikan kepada penerima yang berhak.
(5) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Kop Surat Dinas hanya digunakan pada halamanpertama.
b) Apabila Surat Dinas disertai “lampiran”, pada kolomlampiran dicantumkan jumlahnya.
c) “Hal” berisi pokok surat sesingkat mungkin, ditulis denganhuruf awal kapital pada setiap unsurnya, tanpa diakhiritanda baca.
d) “Penomoran Surat Dinas” untuk kantor pusat dilakukansecara sentralisasi di Biro Umum, sedangkan UPT diTata Usaha masing-masing unit kerja.
Format Surat Dinas dapat dilihat pada Contoh 10A, Contoh 10B,Contoh 10C, dan Contoh 10D.
645
Nomor Sifat LampiraHal
Yth. ............................. ........................ ........................ ............ Tembus1. ...2. ...3. da
: ...../ ...:
an : :
.............................................................
........................................................
........................................................
................
....................
san: ..........................................an seterusny
(DITA
M
../ ...../MPEK/
............. ............. .............
.....................
....................
....................
.....................
....................
....................
.....................
....................
..
.. ya
Te
FOANDATAN
MENTERI PARR
/20...
...(Alinea Pem
.....................
.....................
.....(Alinea Isi
.....................
.....................
....(Alinea Ka
.....................
Jalan Meelepon (021) 3
CONTORMAT SNGANI OL
RIWISATA DREPUBLIK IN
mbuka) ..................................................
i) ............................................................
ki) .....................................
erdeka Barat 3838456, 383
TOH 10ASURAT DILEH PEJA
DAN EKONONDONESIA
.............................................................
....................
....................
....................
.........................................
Ment
(Tand
Nam
Nomor 17, Ja38102; Faksi
NAS ABAT NE
MI KREATIF
.............................................................
....................
....................
....................
.........................................
teri Pariwisata
da Tangan da
a Lengkap
akarta 10110mile (021) 38
EGARA)
F
(
........... ........ ........
..........
........
........
.......... ........
a dan Ekonom
an Cap Jaba
0 848245
(Tgl., Bln., Th
mi Kreatif,
tan)
hn.)
646
CONTOH 10B FORMAT SURAT DINAS
(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
Nomor : ..../ ..../ .../ .../KPEK/... (Tgl., Bln., Thn.) Sifat : Lampiran : Hal :
Yth. ...................................... ............................................. ............................................. .......................................(Alinea Pembuka) ......................................................... ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... .........................................(Alinea Isi) .................................................................. ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... ........................................(Alinea Kaki) ................................................................ ........................................................................................................................................... Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya
647
CONTOH 10C FORMAT SURAT DINAS
(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110
TELEPON (021) 3838428, 3838413; FAKSIMILE (021) 3868522, 3860926
Nomor : .../ ..../ ..../ .../KPEK/... (Tgl., Bln., Thn.) Sifat : Lampiran : Hal :
Yth. ...................................... ............................................. ............................................. ....................................(Alinea Pembuka) ............................................................. ............................................................................................................................................ ……..................................................................................................................................... ...........................................(Alinea Isi) ................................................................. ……..................................................................................................................................... ……..................................................................................................................................... .....................................(Alinea Kaki) ................................................................... ……..................................................................................................................................... Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya
648
CONTOH 10D FORMAT SURAT DINAS
(DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA)
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
JALAN DR.SETIABUDI NOMOR 186, BANDUNG 40141
TELEPON (022) 2011456, 2013455; FAKSIMILE (022) 2012097
Nomor : (Tgl., Bln.,Thn.) Sifat : Lampiran : Hal :
Yth. ...................................... ............................................. ............................................. .......................................(Alinea Pembuka) ............................................................ .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .........................................(Alinea Isi) ..................................................................... .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. ........................................(Alinea Kaki) ................................................................... .............................................................................................................................................. Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP
Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya
649
3. Surat Undangan
a. PengertianSurat Undangan adalah surat dinas yang memuat undangankepada pejabat/pegawai atau pihak lain yang tersebut padaalamat tujuan untuk menghadiri suatu acara kedinasan tertentu,misalnya, rapat, upacara, dan pertemuan.
b. KewenanganSurat Undangan ditandatangani oleh pejabat sesuai dengantugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya.
1) Kewenangan mengundang pejabat di luar Kementeriandilakukan oleh pejabat yang berwenang.
2) Kewenangan mengundang pejabat di lingkungan internalKementerian pada pimpinan unit kerja yang mengundangdan dapat didelegasikan kepada pejabat ketatausahaanmasing-masing.
c. Susunan
1) KepalaKepala Surat Undangan terdiri dari:
a) Kop “Surat Undangan”bertuliskan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif yang ditulis denganhuruf kapital secara simetris;
b) kata “Nomor, Sifat, Lampiran, dan Hal” ditulis di sebelahkiri di bawah kop Kementerian;
c) kata “tanggal,bulan, dan tahun pembuatan” di sebelahkanan atas sejajar dengan nomor;dan
d) kata “Yth.” ditulis di bawah “Hal” diikuti dengan namayang diundang beserta alamatnya.
2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Undangan terdiri dari:a) alinea pembuka;b) isi Undangan yang meliputi hari, tanggal, waktu, tempat,
dan acara; danc) alinea kaki.
3) KakiKaki Surat Undangan terdiri dari:
650
a) jabatan pejabat yang mengundang yang ditulis denganhuruf awal kapital, diakhiri dengan tanda baca koma;
b) tanda tangan;
c) nama pejabatyang ditulis dengan huruf awal kapitaldan NIP di bawahnya;
d) cap dinas di sebelah kiri tanda tangan yang melewatisebagian tanda tangan;dan
e) tembusan yang memuat nama jabatan pejabat penerima.
4) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Format Surat Undangan sama dengan Format SuratDinas. Bedanya adalah bahwa pihak yang dikirimi suratpada surat undangan dapat ditulis pada lampiran.
b) Surat Undangan untuk keperluan tertentu dapatberbentuk kartu.
c) Penomoran Surat Undangan untuk kantor pusatdilakukan secara sentralisasi di Biro Umum, sedangkanUPT di tata usaha masing-masing unit kerja.
Format Surat Undangan dapat dilihat pada Contoh 11A,Contoh 11B, dan Contoh 11C.
651
CONTOH 11A FORMAT SURAT UNDANGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
Nomor : (Tgl., Bln., Thn.) Sifat : Lampiran : Hal : Undangan ...
Yth. ...................................... ............................................. ............................................. ...............................(Alinea Pembuka dan Alinea Isi) ......................................... ...................................................................................................... akan dilaksanakan
pada hari, tanggal : ...................................... waktu : pukul .......................WIB tempat : ...................................... acara : ...................................... ...............................(Alinea Kaki) ........................................................................ ........................................................................................................................................... Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP Tembusan: 1. ........................ 2. ........................ 3. dan seterusnya
652
CONTOH 11B FORMAT LAMPIRAN SURAT UNDANGAN
Lampiran Surat Undangan Nomor : Tanggal :
DAFTAR PEJABAT/PEGAWAI YANG DIUNDANG
1. .................................................................................................................
2. .................................................................................................................
3. .................................................................................................................
4. .................................................................................................................
5. .................................................................................................................
6. .................................................................................................................
7. .................................................................................................................
8. .................................................................................................................
9. .................................................................................................................
10. .................................................................................................................
Nama Jabatan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP
653
R
RSVP
Harap hacara ddibawa
Konfirm............
ME
hadir 30 mendimulai dan un
masi: .....................
ME
ENTERI PAR
Mengh
..
hari
it sebelum ndangan
.........
FORM
ENTERI PARR
RIWISATA DA
arapkan den
......................................
.............
...................berte
CONTMAT KAR
RIWISATA DAREPUBLIK IN
AN EKONOM
gan hormat k
pada ac..............................................................
, (tanggal) ...mpat di ........
TOH 11CRTU UNDA
AN EKONOMNDONESIA
MI KREATIF
kehadiran Ba
cara ..............................................................
......., pukul .......................
ANGAN
MI KREATIF
REPUBLIK I
pak/Ibu/Saud
..................
.............. ........
.............. WIB
.. .
PakaianLaki-lakiPerempua
TNI/Polri
NDONESIA
dara
B
: : .
an : .
: .........
....................
....................
............
654
C. Naskah Dinas Khusus
1. Naskah Perjanjian
a. PengertianNaskah Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatanbersama tentang objek yang mengikat antarkedua belah pihakatau lebih untuk melaksanakan tindakan atau perbuatan hukumyang telah disepakati bersama.
b. Lingkup PerjanjianLingkup Perjanjian meliputi Perjanjian Dalam Negeri dan PerjanjianInternasional (bilateral, regional, dan multilateral).
1) Perjanjian Dalam NegeriKerja sama antar instansi pemerintah, baik di pusat maupundaerah, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan swastayang dibuat dalam bentuk Kesepakatan Bersama danPerjanjian Kerja Sama.
2) Perjanjian InternasionalPerjanjian Internasional (bilateral, regional, dan multilateral)dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkanhubungan dan kerja sama antarnegara. Hubungan dankerja sama antar negara dapat dilakukan atas prakarsa dariinstansi pemerintah, baik pusat maupun daerah sertaperwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Dalam melaksanakan kerja samabaik antara pemerintah (RepublikIndonesia dan luar negeri) maupun antar instansi pemerintah(dalam negeri) dimungkinkan adanya penyusunan PernyataanKehendak atau Surat Minat (letter of intent). Pernyataan Kehendakatau Surat Minat tersebut dimaksudkan sebagai langkah awaldalam upaya saling menjajaki peluang yang ada dalam upayapencapaian tujuan yang dikehendaki kedua belah pihak.
Dalam penyusunan Pernyataan Kehendak atau Surat Minattersebut, belum mempunyai keterikatan hukum apapun darikedua belah pihak.
Keterikatan hukum baru terjadi pada tahap ditandatangani NotaKesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding).
Nota Kesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding)akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama atauagreement.
655
c. Letak Penandatanganan Kesepakatan Bersama dan PerjanjianKerja Sama
1) Setiap Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samapemerintah didasarkan atas dasar asas kesetaraan(resiprokal).
2) Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samaantarinstansi pemerintah (kementerian dengan instansipemerintah lainnya) yang ditandatangani Menterimenggunakan kop garuda. Kedua belah pihak menandatanganidua naskah asli yang masing-masing naskah KesepakatanBersama dan Perjanjian Kerja Sama menggunakan satumeterai.Satu meterai ditempelkan ditempat yang akanditandatangani oleh Pihak Pertama, dan satu meterai lagiditempelkan ditempat yang akan ditandatangani oleh PihakKedua.
Untuk naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSama yang ditempeli meterai, penandatangan harusmelakukan di atas meterai.
3) Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samaantara kementerian dan swasta yang ditandatangani Menterimenggunakan logo Kementerian atau dapat juga tanpalogo (kertas tanpa kop). Kedua belah pihak menandatanganidua naskah asli yang masing-masing naskah KesepakatanBersama dan Perjanjian Kerja Sama menggunakan meterai.Satu meterai ditempel di tempat yang akan ditandatanganioleh Pihak Pertama, dan satu meterai lagi ditempel di tempatyang akan ditandatangani oleh Pihak Kedua. Untuk naskahKesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama yangditempeli meterai, penanda tangan harus melakukan diatas meterai.
4) Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSamaantara kementerian dan instansi pemerintah lain dan/atau antara kementerian dan swasta yang ditandatanganibukan oleh Menteri, menggunakan logo Kementerian ataudapat tanpa logo (kertas tanpa kop). Kedua belah pihakmenandatangani 2 (dua) naskah asli yang masing-masingnaskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Samamenggunakan meterai. Satu meterai ditempel ditempat yangakan ditandatangani oleh Pihak Pertama, dan satu meterai
656
lagi ditempelkan ditempat yang akan ditandatangani olehPihak Kedua.
Untuk naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSama yang ditempeli meterai, penanda tangan harusmelakukan di atas meterai.
5) Naskah Nota Kesepahaman/MoU (Memorandum ofUnderstanding) dan Perjanjian Kerja Sama/Agreement antarpemerintah (Pemerintah Republik Indonesia denganpemerintah negara lain), baik yang ditandatangani olehPresiden maupun oleh Menteri Luar Negeri menggunakankertas khusus (kertas merah putih) untuk negaraIndonesia, dan kertas khusus (kertas yang lazim dipakaioleh negara penandatangan. Menteri yang membidangi hanyadapat menandatangani Naskah Nota Kesepahaman/MoUdan Perjanjian Kerja Sama/Agreement antara pemerintahRepublik Indonesia dan pemerintah negara lain, setelahmendapat pendelegasian wewenang (full power) dari MenteriLuar Negeri Republik Indonesia. Penandatanganan NotaKesepahaman/MoU dan Perjanjian Kerja Sama/Agreementantar pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
d. Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
1) Perjanjian Dalam NegeriPerjanjian yang dilakukan antar instansi pemerintah, baikdi pusat maupun di daerah, perguruan tinggi, organisasimasyarakat, dan swasta yang dibuat dan ditandatanganioleh Menteri atau pejabat sesuai dengan tugas, wewenang,dan tanggung jawabnya.
2) Perjanjian Internasional
a) Perjanjian Internasional dibuat dan ditandatangani olehpejabat sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya setelah mendapat surat kuasa dari MenteriLuar Negeri Republik Indonesia.
b) Lembaga Negara dan instansi pemerintah pusat dandaerah yang mempunyai rencana untuk membuatPerjanjian Internasional terlebih dahulu melakukankonsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebutdengan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.
657
e. Susunan
1) Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama DalamNegeri
a) KepalaKepala Kesepakatan Bersama dan Perjanjian KerjaSama Dalam Negeriterdiri dari:
(1) Lambang Negara/logo Kementerian.
(a) Lambang Negara hanya dipergunakan olehMenteri untuk Kesepakatan Bersama atauPerjanjian Kerja Sama antar instansiPemerintah.
(b) Untuk Kesepakatan Bersama atau PerjanjianKerja Sama antar Kementerian dengan PihakSwasta yang ditandatangani oleh Menteri dapatmempergunakan Logo Kementerian atau tanpaLogo Kementerian.
(c) Untuk Kesepakatan Bersama atau PerjanjianKerja Sama antar instansi Pemerintah atauKementerian dengan Swasta yang ditandatangioleh pejabat sesuai dengan tugas, wewenang,dan tanggung jawabnya dapat menggunakanlogo atau tanpa Logo Kementerian.
Lambang Negara diletakkan secara simetrissedangkan Logo Kementerian diletakkan di sebelahkanan atau kiri atas disesuaikan dengan penyebutannama instansi;
(2) nama “PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA” ditulisdengan huruf kapital;
(3) judul “kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;dan
(4) “nomor masing-masing instansi/swasta” ditulisdengan huruf kapital secara simetris.
b) Batang TubuhBatang tubuh Kesepakatan Bersama dan PerjanjianKerja Sama Dalam Negeri memuat materi yangdituangkan dalam bentuk pasal-pasal.
658
c) KakiKaki Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja SamaDalam Negeri terdiri dari nama penanda tangan parapihak dan para saksi (jika dipandang perlu), dibubuhimeterai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Perjanjian Internasional (Nota Kesepahaman/MemorandumOf Understanding dan Perjanjian Kerja Sama /Agreement)
a) KepalaKepala Perjanjian Internasional terdiri dari:
(1) nama “Para Pihak yang mengadakan NotaKesepahaman/Perjanjian Kerja Sama” ditulis denganhuruf kapital secara simetris;dan
(2) judul “Nota Kesepahaman/PerjanjianKerja Sama”ditulis secara simetris.
b) Batang TubuhBatang tubuh Perjanjian Internasional terdiri dari:
(1) penjelasan Para Pihak sebagai pihak yang terkaitoleh Nota Kesepahaman/Perjanjian Kerja Sama;
(2) keinginan Para Pihak;
(3) pengakuan Para Pihak terhadap Nota Kesepahaman/Perjanjian Kerja Sama tersebut;
(4) rujukan terhadap Surat Minat/Surat Kehendak;
(5) acuan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;dan
(6) kesepakatan kedua belah pihak terhadap ketentuanyang tertuang dalam pasal-pasal.
c) KakiKaki Perjanjian Internasional terdiri dari:
(1) nama jabatan dan pejabat penanda tangan, selakuwakil pemerintah masing-masing, tanda tangan,dan nama pejabat penandatangan yang letaknyadisesuaikan dengan penyebutan dalam judulPerjanjian Internasional;
(2) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;
659
(3) penjelasan teks bahasa yang digunakan dalamPerjanjian Internasional;
(4) segel asli;dan
(5) naskah Perjanjian Internasional disiapkan diatasmap sesuai negara masing-masing.
f. Naskah Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama diketikdengan huruf Bookman Old Style, dengan huruf 12, diatas kertasF4.
Format Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama DalamNegeri serta Perjanjian Internasional dapat dilihat pada Contoh 12A,Contoh 12B, Contoh 12C, Contoh 12D, Contoh 12E, dan Contoh12F.
Format Map dalam praktik Perjanjian Internasional dapat dilihatpada Contoh 12G.
660
Pada hari 1. ………
2. .......... Dengan tea. bahw b. bahw BerdasarkKesepaka
................
................
(1) PIHA
(2) PIHA
ini, ..........., t
……………….
.....................
erlebih dahuluwa ................
wa ................
kan hal tersatan Bersama
.....................
....................
AK PERTAMA
AK KEDUA m
FORMA
M
anggal ......, b
:
:
u mempertim.....................
.....................
sebut di ataa ini dalam bid
....................
....................
A mempunya
mempunyai tug
AT KESE
KE
ENTERI PAR
.........
NN
..................
bulan ........, t
Menteri PPesona Jbertindak selanjutny
................
bangkan hal-.....................
.....................
as, PIHAK dang ............
....................
R
.....................
T
i tugas dan ta
gas dan tang
CONPAKATA
ESEPAKATAN
ANTA
RIWISATA DA
DAN
.....................
NOMOR ......NOMOR ......
TENTA....................
tahun ........, b
Pariwisata daalan Medan untuk dan at
ya disebut PIH
....., selanjutn
-hal sebagai .....................
.....................
PERTAMA ........ dengan
Pas
Tujuan Ke
.....................
PasRuang Lingku
.....................
PaTugas Dan T
anggung jawa
ggung jawab .
NTOH 12AAN BERSA
N BERSAMA
ARA
AN EKONOM
N
.....................
.................
.................
ANG ....................
bertempat di
an Ekonomi Merdeka Batas nama KeHAK PERTAM
nya disebut P
berikut: ....................
....................
dan PIHAK n ketentuan s
al 1
erja Sama .....................
sal 2 up Kerja Sam
.....................
asal 3 Tanggung Jaw
ab ................
.....................
A AMA DAL
A
MI KREATIF
....
..............
..........., yang
Krearif berrat Nomor 1
ementerian PaMA;
PIHAK KEDUA
.............;
.............;
KEDUA sesebagai berik
............
ma
............
wab
...................
..................
LAM NEG
g bertanda tan
kedudukan d7 Jakarta Puariwisata dan
A;
epakat untukut:
GERI
ngan di bawa
di Gedung Susat, dalam hn Ekonomi K
k melaksana
ah ini:
Sapta hal ini rearif,
akan
661
Pasal 4
Pelaksanaan Kegiatan
................................................................................................................................
Pasal 5
Pembiayaan
...................................................................................................................................
Pasal 6
Jangka Waktu
Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu .........(ditulis dengan huruf) tahun terhitung sejak ditandatangani, dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.
Pasal 7
Penutup
Kesepakatan Bersama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Kesepakatan Bersama ini ditandatangani. PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA (Tanda Tangan)(Tanda Tangan) (NAMA ……) (NAMA MENTERI) Keterangan: Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur
662
Pada harbawah ini 1. ……
2. .......
Dengan tea. bahwb. bahw
Berdasarkdalam bid
...............
...............
(1) PIHA
(2) PIHA
F
ri ini, ...........,:
………………
...............
erlebih dahulwa .................wa .................
kan hal tersedang .............
.....................
....................
K PERTAMA
AK KEDUA me
FORMAT
ME
, tanggal .....
… :
:
u mempertim..........................................
ebut di atas, ....................
.....................
.....................
A mempunyai
empunyai tug
T PERJAN
PER
ENTERI PAR
.........
NN
...................
....., bulan ...
Menteri PPesona Jabertindak selanjutnya
.................
mbangkan hal..........................................
PIHAK PERT dengan kete
.....................
.....................
T
tugas dan ta
gas dan tangg
CONTNJIAN KE
RJANJIAN KE
ANTAR
RIWISATA DA
DAN
.....................
NOMOR .......NOMOR .......
TENTA
....................
........, tahun
Pariwisata daalan Medan untuk dan aa disebut PIH
..., selanjutny
-hal sebagai ........................................
TAMA dan Pentuan sebag
Pas
Tujuan Ke
....................
Pa
Ruang Lingk
....................
Pa
Tugas Dan Ta
anggung jawa
gung jawab .
TOH 12BERJA SAM
ERJA SAMA
RA
AN EKONOM
N
.....................
................
................
ANG
....................
..........., bert
an Ekonomi Merdeka Batas nama Ke
HAK PERTAM
ya disebut PIH
berikut: ........................................
PIHAK KEDUgai berikut:
al 1
erja Sama
....................
asal 2
kup Kerja Sam
....................
asal 3
anggung Jaw
ab .................
....................
MA DALA
MI KREATIF
....
.............
tempat di ....
Kreatif berrat Nomor 1ementerianPaMA;
HAK KEDUA
...............;
...............;
A sepakat un
...............
ma
...............
wab
.....................
....................
AM NEGE
......., yang b
rkedudukan 7 Jakarta Puariwisata dan
A;
ntuk melaksa
.
ERI
bertanda tang
di Gedung usat, dalam n Ekonomi K
anakan kerja
gan di
Sapta hal ini
Kreatif,
sama
663
Pasal 4
Pelaksanaan Kegiatan
....................................................................................................................................
Pasal 5
Pembiayaan
....................................................................................................................................
Pasal 6
Penyelesaian Perselisihan
Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
Pasal 7
Force Majeur
(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.
(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.
(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.
Pasal 8
Ketentuan Penutup
Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani.
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)
NAMA............... (NAMA MENTERI)
Keterangan:
Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur
664
CONTOH 12C FORMAT PERJANJIAN KERJA SAMA DALAM NEGERI
PERJANJIAN KERJA SAMA
ANTARA
KEMENTERIAN PARIWISATA EKONOMI KREATIF
DAN
.....................................................
NOMOR ....................... NOMOR .......................
TENTANG
…………………………………………………
Pada hari ini, ..........., tanggal ........., bulan .........., tahun ..........., bertempat di ..........., yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ....................... : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkedudukan di Gedung Sapta
Pesona Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;
2. ........................ : .............................., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;
Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa ..............................................................................................................;
b. bahwa ..............................................................................................................;
Berdasarkan hal tersebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan kerja sama dalam bidang ............................................ dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
Tujuan Kerja Sama
..................................................................................................................................
Pasal 2
Ruang Lingkup Kerja Sama ..................................................................................................................................
Pasal 3
Hak dan Kewajiban
(1) Pihak Pertama mempunyai Hak dan Kewajiban ....................................................
(2) Pihak Kedua mempunyai Hak dan Kewajiban.......................................................
665
Pasal 4
Pelaksanaan Kegiatan ......................................................................................................................................
Pasal 5
Pembiayaan .....................................................................................................................................
Pasal 6
Penyelesaian Perselisihan
Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat atau lembaga arbitrase atau melalui peradilan.
Pasal 7
Force Majeur
(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.
(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.
(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.
Pasal 8
Ketentuan Penutup
Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani.
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)
NAMA.............. (NAMA MENTERI)
Keterangan:
Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur
666
CONTOH 12D FORMAT PERJANJIAN KERJA SAMA DALAM NEGERI
PERJANJIAN KERJA SAMA
ANTARA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DAN
.....................................................
NOMOR ....................... NOMOR .......................
TENTANG ........................................................................
Pada hari ini, ..........., tanggal ........., bulan .........., tahun ..........., bertempat di ..........., yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ....................... : Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif berkedudukan di Gedung Sapta Pesona Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;
2. ....................... : ……........................., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;
Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: b. bahwa ..............................................................................................................;
c. bahwa ..............................................................................................................;
Berdasarkan hal tersebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan kerja sama dalam bidang ............................................ dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
Tujuan Kerja Sama ...................................................................................................................................
Pasal 2
Ruang Lingkup Kerja Sama ..................................................................................................................................
Pasal 3
Hak dan Kewajiban
(1) PIHAK PERTAMA mempunyai Hak dan Kewajiban ................................................ (2) PIHAK KEDUA mempunyai Hak dan Kewajiban ……..............................................
667
Pasal 4
Pelaksanaan Kegiatan
....................................................................................................................................
Pasal 5
Pembiayaan
...................................................................................................................................
Pasal 6
Penyelesaian Perselisihan
Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat atau melalui peradilan atau lembaga arbitrase.
Pasal 7
Force Majeur
(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.
(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.
(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.
Pasal 8
Ketentuan Penutup
Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani. PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) NAMA LENGKAP (NAMA LENGKAP) Keterangan: Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur
668
CONTOH 12E FORMAT KESEPAKATAN AWAL/LETTER OF INTENT
LETTER OF INTENT
BETWEEN
THE ……............................ OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND THE ......................................................
CONCERNING TOURISM COOPERATION
The ................................... the Republic of Indonesia and the ....................................... hereinafter referred to as “the Parties”; Desiring to promote goodwill and understanding as well as favourable cooperation between the two countries in the field of tourism; Recognizing the importance of the principles of the equality and mutual benefits; Do hereby declare our intention to …………………….. as a basis for cooperation, in accordance with our prevailing laws and regulations, in the following fields: a. ………………………………………………………………………..; b. ………………………………………; c. ………………………………………; d. ………………………………………; e. ……………………………………….
The implementation of such cooperation shall be concluded in appropriate measures in due course. DONE in duplicate at ..................., on this ......................., day of ........................., in the year .............................., in Indonesian, ...................... and English languages, all text being equally authentic. For the ......................................... For ………………………….. of the Republic Indonesia ................................................. ...........................................
669
CONTOH 12F FORMAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
BETWEEN THE ....................................................
REPUBLIC OF INDONESIA AND
THE ..............................................
CONCERNING
TOURISM COOPERATION
The ……………… of the Republic of Indonesia and the ........................, hereinafter referred to as “the Parties”;
Desiring to promote the expansion of the friendly and mutual understanding existing between the two countries in the field of tourism;
Recognizing the importance of the principles of equality, mutual respect and benefits;
Referring to the Letter of Intent between .........................., the Republic of Indonesia and ........................... concerning Tourism Cooperation, signed in .................... on .....................
Pursuant to the prevailing laws and regulations in the respective countries; Have agreed as follows:
Article 1
Aims of Cooperation ................................................................................................................................
...............................................................................................................: a. ............................ b. ............................ c. ............................ d. ............................ e. ............................
Others areas agreed upon by the Parties.
Article 2 Areas of Cooperation
...........................................................................................................................................................................................................
670
Article 3
Implementation ..............................................................................................................................................................................
...................................................................:
Article 4
Working Group
.................................................................................................................................................................................................................................................:
Article 5
Amendment ..............................................................................................................................................................................
...................................................................:
Article 6
Settlement of Disputes
.................................................................................................................................................................................................................................................:
Article 7 Entry Into Force, Duration and Termination
a. .............................................................................................. b. ..............................................................................................
IN WITNESS WHEREOF, the undersigned being duly authorized thereof by their respective Government, have signed this Memorandum of Understanding. DONE in duplicated in ................................ on this ......................... day of ................... In the year of ................... and on in Indonesia, ...................... and English language, all texts being equally authentic. In case of any divergence of interpretation of this Memorandum of Understanding, the English text shall prevail.
FOR .............................................. FOR ……………………………… REPUBLIC OF INDONESIA ………………………………..
672
2. Surat Kuasa
a. PengertianSurat Kuasa adalah naskah dinas yang berisi pemberianwewenang kepada badan hukum/kelompok orang/perseoranganatau pihak lain dengan atas namanya untuk melakukan suatutindakan tertentu dalam rangka kedinasan.
b. Susunan
1) KepalaKepala Surat Kuasa terdiri dari:
a) “kop naskah dinas” berisi nama Kementerian dan tulisan“Kementerian” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
b) tulisan “Surat Kuasa” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;dan
c) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Kuasa memuat materi yang dikuasakan.
3) KakiKaki Surat Kuasa terdiri dari:
a) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;
b) tulisan Penerima Kuasa diakhiri dengan tanda bacakoma, diletakkan di sebelah kiri;
c) tulisan pemberi kuasa diakhiri dengan tanda baca koma,diletakkan di sebelah kanan;
d) tanda tangan para pihak dan dibubuhi meterai sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan;
e) nama lengkap para penanda tangan;dan
f) NIP penanda tangan.
Khusus untuk Surat Kuasa dalam Bahasa Inggris tidakmenggunakan meterai.
Format Surat Kuasa dapat dilihat pada Contoh 13A, Contoh 13Bdan Contoh 13C.
673
CONTOH 13A FORMAT SURAT KUASA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
SURAT KUASA NOMOR ... /... /... /... / ... /...
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : ......................................................
Jabatan : ......................................................
NIP : ......................................................
Alamat : ......................................................
memberi kuasa kepada
Nama : ......................................................
Jabatan : ......................................................
NIP : ......................................................
Alamat : ......................................................
untuk .....................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Surat Kuasa ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
(Tempat)..., (Tgl., Bln., Thn.) Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,
(Tanda Tangan) (Meterai dan Tanda Tangan)
Nama Lengkap Nama Lengkap NIP NIP
674
YIndonesi
untuk mPariwisamengena S.......... b
FO
Yang bertandia, memberi k
menandatangaata dan Ekoai kerja sama
Sebagai buktulan ........... t
ORMAT S
da tangan dkuasa penuh
ani atas namonomi Kreata ..................
ti, Surat Kuatahun ..........
SURAT KU
ME
RE
di bawah inikepada
ma Pemerintatif Republik .........(bidang
asa ini saya .............
CONTUASA UN
ENTERI LUA
EPUBLIK IN
SURAT KUNOMOR ... /
i, .............(na
Nama MeJabatan M
ah Republik Indonesia d
g)..................
tanda tanga
TOH 13BNTUK PEN
AR NEGERI
NDONESIA
UASA /... /... /...
ama pejabat
enteri Menteri
Indonesia, Ndan Pemerin.........
ni dan saya
(Tand
(Nam
NANDATA
t)..........., Me
Nota Kesepantah ........as
bubuhi mate
da Tangan da
a Menteri)
ANGAN M
enteri Luar N
ahaman antasing/negara
erai di Jakar
an Cap Dinas
MOU
Negeri Repu
ara Kementesahabat.......
rta pada tang
s)
ublik
rian ......
ggal
675
CONTOH 13C FORMAT SURAT KUASA UNTUK PENANDATANGAN MOU
(DALAM BAHASA INGGRIS)
MINISTER FOR FOREIGN OF AFFAIRS
REPUBLIC OF INDONESIA
FULL POWERS
The undersigned, ............(nama pejabat)......., Minister for Foreign Affairs of the Republic of Indonesia, fully authorizes
Name of Official Jabatan (the Minister……….)
To sign on behalf of the Government of the Republic of Infonesia, the Memorandum of Understanding between the Government of ................. Republic of Indonesia and the Government .............asing/Negara sahabat........... concerning ...........................(bidang)......................cooperation. IN WITNESS WHEREOF, I have signed and sealed this Full Powers in Jakarta on this ..........day of ................ in year two thousand ..................
(Signature) (Tanpa Cap) Name for Foreign Affairs of theRepublic of Indonesia
676
3. Berita Acara
a. PengertianBerita Acara adalah naskah dinas yang berisi uraian tentangproses pelaksanaan suatu kegiatan yang harus ditandatanganioleh para pihak dan para saksi.
b. Susunan
1) KepalaKepala Berita Acara terdiri dari:
a) “kop berita acara” yang ditandatangani Menterimenggunakan kop naskah dinas lambang garuda secarasimetris;
b) “kop berita acara”yang ditandatangani selain Menterimenggunakan kop Kementerian ditulis dengan hurufkapital secara simetris;
c) tulisan “Berita Acara” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;dan
d) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
2) Batang TubuhBatang tubuh Berita Acara terdiri dari:
a) tulisan hari, tanggal, bulan, tahun, dan nama jabatanpara pihak yang menandatangani Berita Acara;dan
b) substansi Berita Acara.
3) KakiKaki Berita Acara memuat tempat pelaksanaan penanda-tanganan nama jabatan/pejabat dan tanda tangan para pihakdan para saksi.
Kaki Berita Acara terdiri dari:a) kota tempat pembuatan Berita Acara;b) tulisan “Pihak Kesatu” diakhiri dengan tanda baca koma
diletakkan di sebelah kanan;c) tulisan “Pihak Kedua” diakhiri dengan tanda baca koma
diletakkan di sebelah kiri;d) tanda tangan para pihak dan dibubuhi meterai sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;e) nama lengkap para penanda tangan;
677
f) nama jabatan yang mengetahui diakhiri dengan tandabaca koma secara simetris dengan huruf awal kapital;
g) tanda tangan para saksi;danh) namalengkap para saksi.
Format Berita Acara dapat dilihat pada Contoh 14A dan 14B.
678
1. ..
2. ..
a
b
...........
Pihak
(Tand
Nama
Pada hari in
...........(nama
.............(piha
. ..........................
. dan sete
Berita A....................
k Kedua,
da Tangan)
a Lengkap
i, ............, tan
a pejabat), ...
ak lain)..........
....................
....................
erusnya.
Acara ini .....................
FO
NO
nggal ...........
...... (NIP dan
....................
....................
....................
dibuat .....................
Mengetahu
Nama Jaba
(Tanda Tan
Nama Leng
CONTRMAT BE
BERITA A
MOR ... /... /
, bulan ........
n jabatan), se
dan
........., selanj
.....................
.....................
dengan ....................
i/Mengesahk
atan,
ngan)
gkap
TOH 14AERITA AC
ACARA /... /... / ... /...
...., tahun ....
elanjutnya dis
n
utnya disebu
.....................
..................
sesungguhn....................
kan
CARA
......, kami ma
sebut Pihak K
ut Pihak Kedu
.....................
nya berda....................
Dibuat di
Pihak Kes
(Tanda Ta
Nama Len
asing-masing
Kesatu,
ua, telah mela
....................
asarkan .......
....................
satu,
angan)
ngkap
g:
aksanakan:
....……….....
....................
.............
.......
.......
679
CONTOH 14B FORMAT BERITA ACARA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
BERITA ACARA NOMOR ... /... /... /... / ... /...
Pada hari ini, ............, tanggal ..........., bulan ............, tahun .........., kami masing-masing:
1. .............(nama pejabat), ......... (NIP dan jabatan), selanjutnya disebut Pihak Kesatu,
dan
2. ...............(pihak lain)......................................., selanjutnya disebut Pihak Kedua, telah melaksanakan:
a. ..........................................................................................................................................……….......................................................................................................
b. dan seterusnya.
Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya berdasarkan ............................ ..........................................................................................................................................
Dibuat di ................................. Pihak Kedua, Pihak Kesatu, (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) Nama Lengkap Nama Lengkap
Mengetahui/Mengesahkan
Nama Jabatan, (Tanda Tangan) Nama Lengkap
680
4. Surat Keterangan
a. PengertianSurat Keterangan adalah naskah dinas yang berisi informasimengenai hal atau seseorang untuk kepentingan kedinasan.
b. Wewenang Pembuatan dan PenandatangananSurat Keterangan dibuat dan ditandatangani oleh pejabat sesuaidengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
c. Susunan
1) KepalaKepalaSurat Keterangan terdiri dari:
a) “kop naskah dinas” berisi nama Kementerian dan tulisan“Kementerian” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
a) judul “Surat Keterangan”ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris;dan
b) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Keterangan memuat pejabat yangmenerangkan dan pejabat atau pegawai yang diterangkanserta maksud dan tujuan diterbitkannya Surat Keterangan.
3) Kaki
Kaki Surat Keterangan terdiri dari:
a) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;
b) nama jabatan pembuat surat keterangan diakhiri dengantanda baca koma;
c) tanda tangan dan cap dinas;dan
d) namalengkap penanda tangan serta NIP di bawahnya.
Format Surat Keterangan dapat dilihat pada Contoh 15.
681
CONTOH 15 FORMAT SURAT KETERANGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
SURAT KETERANGAN NOMOR ... /... /... /... /... /...
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : .......................................................
NIP : ......................................................
Jabatan : ......................................................
dengan ini menerangkan bahwa
Nama : ......................................................
NIP : ......................................................
Pangkat/golongan : ......................................................
Jabatan : ......................................................
dan seterusnya …...................................................................................................................................... …...................................................................................................................................... ……….............................................................................................................................. …...................................................................................................................................... Tempat, (Tanggal, Bulan, dan Tahun) Pejabat Pembuat Keterangan, (Tanda Tangan dan Cap Instansi) Nama Lengkap NIP
682
5. Surat Pengantar
a. PengertianSurat Pengantar adalah naskah dinas yang digunakan untukmengantar/menyampaikan barang atau naskah.
b. Wewenang Pembuatan dan PenandatangananSurat Pengantar dibuat dan ditandatangani oleh pejabat sesuaidengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
c. Susunan
1) KepalaKepala Surat Pengantar terdiri dari:
a) kop naskah dinas yang berisi nama Kementerian dantulisan Kementerian ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;
b) tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;
c) kata “Yth.” diawali huruf kapital, diikuti nama jabatandan alamat yang dituju;
d) tulisan “Surat Pengantar” ditulis dengan huruf kapitalsecara simetris;dan
e) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
2) Batang TubuhBatang tubuh Surat Pengantar dalam bentuk kolom terdiridari:a) nomor urut;b) jenis naskah yang dikirim;c) banyaknya naskah/barang;dand) keterangan.
3) KakiKaki Surat Pengantar terdiri dari:a) format tanggal penerima surat;b) pengirim berada di sebelah kanan, yang meliputi:
(1) nama jabatan pembuat pengantar;
(2) tanda tangan;
(3) nama lengkap pengirim serta NIP;dan
(4) cap/stempel dinas.
683
c) penerima berada di sebelah kiri, yang meliputi:
(1) tanggal penerimaan;
(2) nama jabatan penerima;
(3) nama lengkap serta NIP;
(4) cap/stempel dinas;dan
(5) nomor telepon/faksimile.
d. Hal yang Perlu DiperhatikanSurat Pengantar dikirim dalam dua rangkap, lembar pertamauntuk penerima dan lembar kedua untuk pengirim.
e. PenomoranPenomoran Surat Pengantar sama dengan penomoran suratdinas.
Format Surat Pengantar dapat dilihat pada Contoh 16.
684
CONTOH 16 FORMAT SURAT PENGANTAR
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
(Tempat),..(Tgl.,Bln.,Thn.)
Yth. ................................. ........................................ ........................................ ........................................
SURAT PENGANTAR
NOMOR ... /... /... /... / ... / ...
No. Naskah Dinas/Barang yang Dikirimkan Banyaknya Keterangan
1.
2.
Diterima tanggal ..........................
Penerima Pengirim
Nama Jabatan, Nama Jabatan,
(Tanda Tangan) (Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap Nama Lengkap NIP NIP
No. Telepon ......................
685
6. Pengumuman
1) PengertianPengumuman adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuanyang ditujukan kepada semua pejabat/pegawai di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2) Wewenang Pembuatan dan PenandatangananPengumuman dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yangmengumumkan atau pejabat lain yang ditunjuk.
3) Susunan
1) KepalaKepala Pengumuman terdiri dari:a) “kop naskah dinas” memuat nama Kementerian dan
nama “Kementerian” ditulis dengan huruf kapital secarasimetris;
b) tulisan “Pengumuman” di bawah nama/kop Kementerianditulis dengan huruf kapital secara simetris;
c) kata “nomor” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;d) kata “Tentang” ditulis di bawah Pengumuman dengan
huruf kapital secara simetris;dane) rumusan “judul Pengumuman” ditulis dengan huruf
kapital secara simetris.
2) Batang TubuhBatang tubuh Pengumuman memuat:a) alasan tentang perlunya dibuat Pengumuman;b) peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pembuatan Pengumuman;danc) pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap
mendesak.
3) KakiKaki Pengumuman terdiri dari:a) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;b) nama jabatan yang menetapkan, ditulis dengan huruf
awal kapital, dan diakhiri dengan tanda baca koma;c) tanda tangan pejabat yang menetapkan;d) nama lengkap pejabat yang menandatangani, ditulis
dengan huruf awal kapital serta NIP di bawahnya;dane) cap/stempel dinas.
686
4) Hal yang Perlu Diperhatikan
1) Pengumuman tidak memuat alamat, kecuali yang ditujukankepada kelompok/golongan tertentu.
2) Pengumuan bersifat menyampaikan informasi, tidakmemuat cara pelaksanaan teknis suatu peraturan.
3) Penomoran pengumuman dilaksanakan tersentral diBiro Umum.
Format Pengumuman dapat dilihat pada Contoh 17.
CONTOH 17
FORMAT PENGUMUMAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
PENGUMUMAN NOMOR ... ........................
TENTANG
...........................................................
............................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .............................................................................................................................. ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ............................................................................................................................. ........................................................................................................................................
Dikeluarkan di ..............................
pada tanggal ...............................
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan dan Cap Dinas)
Nama Lengkap NIP
687
D. Laporan
1. PengertianLaporan adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentangpelaksanaan suatu kegiatan/kejadian.
2. Wewenang Pembuatan dan PenandatangananLaporan ditandatangani oleh pejabat yang diserahi tugas.
3. Susunan
a. KepalaKepala Laporan terdiri dari:1) “kop Naskah Dinas” yang bertuliskan nama Kementerian
ditulis dengan huruf kapital secara simetris;2) tulisan “Laporan” di bawah kop Kementerian ditulis dengan
huruf kapital secara simetris;3) tulisan “Tentang” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
dan4) rumusan “judul Laporan” ditulis dengan huruf kapital secara
simetris.
b. Batang TubuhBatang tubuh Laporan terdiri dari:1) “pendahuluan” memuat umum, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, dan dasar;2) “materi laporan” terdiri atas kegiatan yang dilaksanakan;3) “hasil yang dicapai”;4) “simpulan dan saran” sebagai bahan pertimbangan;dan5) “kaki” merupakan akhir Laporan memuat harapan/permintaan
arahan/ucapan terima kasih.
c. KakiKaki Laporan terdiri dari:1) tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan;2) nama jabatan pejabat pembuat Laporan ditulis dengan huruf
awal kapital;3) tanda tangan dan cap jabatan;dan4) nama lengkap ditulis dengan huruf awal kapital dan NIP di
bawahnya.
688
CONTOH 18 FORMAT LAPORAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
LAPORAN
TENTANG
.................................................................................................
A. Pendahuluan
1. Umum 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup 4. Dasar
B. Materi Laporan ....................................................................................................................... ............................................................................................... C. Hasil yang Dicapai ....................................................................................................................... ............................................................................................. D. Simpulan dan Saran ....................................................................................................................... ............................................................................................ E. Kaki ....................................................................................................................... ............................................................................................
Dibuat di ........................................ pada tanggal ................................. Nama Jabatan Pembuat Laporan, (Tanda Tangan dan Cap Jabatan) Nama Lengkap NIP
689
E. Telaahan Staf
1. PengertianTelaahan Staf adalah bentuk uraian yang disampaikan oleh pejabatatau staf yang memuat analisis singkat dan jelas mengenai suatupersoalan dengan memberikan jalan keluar/pemecahan yangdisarankan.
2. Susunan
a. KepalaKepala Telaahan Staf terdiri dari:1) Judul “Telaahan Staf” ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;2) kata “Tentang” ditulis dengan huruf kapital secara simetris;dan3) rumusan “judul Telaahan Staf” ditulis dengan huruf kapital
secara simetris.
b. Batang TubuhBatang tubuh Telaahan Staf terdiri dari:
1) “persoalan”, memuat pernyataan singkat dan jelas tentangpersoalan yang akan dipecahkan;
2) praanggapan, memuat dugaan yang beralasan berdasarkandata yang ada, saling berhubungan, sesuai dengan situasiyang dihadapi dan merupakan kemungkinan kejadian dimasayang akan datang;
3) “fakta yang mempengaruhi”, memuat fakta yang merupakanlandasan analisis dan pemecahan persoalan;
4) “analisis” pengaruh praanggapan dan fakta terhadappersoalan serta akibatnya, hambatan, keuntungan, dankerugiannya, pemecahan atau cara bertindak yang mungkindapat dilakukan;
5) “simpulan”, memuat inisiatif hasil diskusi yang merupakanpilihan cara bertindak atau jalan keluar;dan
6) “tindakan” disarankan memuat secara ringkas dan jelassaran atau usul tindakan untuk mengatasi persoalan yangdihadapi.
c. KakiKaki Telaahan Staf terdiri dari:1) nama jabatan pembuat Telaahan Staf ditulis dengan huruf
kapital;
690
2) tanda tangan;dan3) namalengkap pejabat dan NIP di bawahnya.
Format Telaahan Staf dapat dilihat pada Contoh 19.
CONTOH 19 FORMAT TELAAHAN STAF
TELAAHAN STAF
TENTANG
.........................................................................
A. Persoalan Bagian persoalan memuat pernyataan singkat dan jelas tentang persoalan yang akan dipecahkan.
B. Praanggapan Praanggapan memuat dugaan yang beralasan berdasarkan data dan saling berhubungan sesuai dengan situasi yang dihadapi dan merupakan kemungkinan kejadian dimasa mendatang.
C. Fakta yang Mempengaruhi Bagian fakta yang mempengaruhi memuat fakta yang merupakan landasan analisis dan pemecahan persoalan.
D. Analisis Bagian ini memuat analisis pengaruh praanggapan dan fakta terhadap persoalan serta akibatnya, hambatan serta keuntungan dan kerugiannya, serta pemecahan atau cara bertindak yang mungkin atau dapat dilakukan.
E. Simpulan Bagian simpulan memuaut intisari hasil diskusi dan pilihan dan satu cara bertindak atau jalan keluar sebagai pemecahan persoalan yang dihadapi.
F. Saran Bagian saran memuat secara ringkas dan jelas tentang saran tindakan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi.
Nama Jabatan Pembuat Telaahan Staf (Tanda Tangan) Nama Lengkap NIP
691
F. Formulir
Formulir adalah bentuk pengaturan alokasi ruang atau lembar naskahuntuk mencatat berbagai data dan informasi. Formulir dibuat dalambentuk kartu atau lembaran tercetak dengan judul tertentu berisi keteranganyang diperlukan.
Format formulir disesuaikan dengan kebutuhan.
G. Piagam Penghargaan
Piagam penghargaan adalah merupakan bentuk apresiasi dari Kementeriankepada :
1. Pegawai atas jasa/prestasi/kinerja yang dilakukan.
2. Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telahpurna tugas.
3. Seseorang/Lembaga/instansi lain yang telah bekerja sama denganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Piagam Penghargaan ditandatangani oleh Menteri atau Pejabat yangditunjuk.
Format Piagam Penghargaan dapat dilihat pada Contoh 20.
692
ME
di
ENTERI
P
Men
..
seba
i lingkunga
Nam
FORMAT
PARIW
REP
PIAGA
ngucapkan
ya
...........
agai Pegaw
gan Kemen
Jaka
ma Mente
CONTT PIAGAM
WISATA D
UBLIK I
AM PEN
an terima k
ang setingg
Kep
............
Ata
Dharma B
awai Nege
nterian Pa
arta, .....
eri/Peja
TOH 20 M PENGH
DAN EK
NDONE
NGHAR
kasih dan p
gi-tingginy
pada
............
tas
Baktinya
eri Sipil / A
ariwisata d
............
abat yan
HARGAA
KONOMI
ESIA
RGAAN
pengharg
ya
............
a
Abdi Neg
dan Ekono
.......
ng Ditun
AN
I KREAT
N
gaan
..
gara
nomi Kreat
njuk
TIF
atif
693
H. Sertifikat
Sertifikat adalah tanda atau surat keterangan/pernyataan tertulis atautercetak dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai buktiatau suatu kejadian.
Sertifikat diberikan kepada pegawai Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif yang telah mengikuti pelatihan dalam jangka waktu tertentu tanpamelalui evaluasi sebagai pengakuan bahwa yang bersangkutan telahmengikuti kegiatan pelatihan. Sertifikat tersebut ditandatangani oleh pejabatEselon II selaku penanggungjawab pelatihan. Pada halaman belakangsertifikat memuat daftar materi pelatihan dan ditandatanganipenanggungjawab materi pelatihan.
Format Sertifikat dapat dilihat pada Contoh 21.
694
CONTOH 21 FORMAT SERTIFIKAT
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
SERTIFIKAT
Nomor: ..................................................................
Pusdiklat Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor ...... Tahun ..... Tentang ........ dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor ....... Tahun ..... tentang ...................... menyatakan bahwa:
Nama : ........................................................................ NIP : ........................................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ....................................................................... Pangkat/Golongan : ....................................................................... Jabatan : ........................................................................ Unit Kerja : .......................................................................
TELAH MENGIKUTI
Pelatihan ..................................... yang diselenggarakan pada .............isian tanggal........ sampai dengan ........isian tanggal......... di
...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI
........NAMA LENGKAP........
NIP. ......................................
SERTIFIKAT PELATIHAN
4x6
Merah
MATERI PELATIHAN
1. .................... Materi Pelatihan A ................... 2. .................... Materi Pelatihan B ................... 3. .................... Materi Pelatihan C ................... 4. .................... Materi Pelatihan D ................... 5. .................... Materi Pelatihan E ................... 6. .................... Materi Pelatihan F ................... 7. .................... Materi Pelatihan G ...................
8. Dst
...nama kota...., ...isian tanggal.....
........PENANGGUNG JAWAB MATERI......
........NAMA LENGKAP........
JABATAN ......................................
695
I. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL)
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) adalah suratyang menerangkan seseorang atau pegawai yang telah mengikutipendidikan/latihan pada suatu organisasi. STTPL diberikan kepada pegawaiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telah mengikutipendidikan dan pelatihan teknis tertentu sebagai pengakuan yangberdasarkan hasil evaluasi dinyatakan “LULUS” dengan kualifikasi tertentu.STTPL ditandatangani oleh pejabat Eselon II selaku penanggungjawabDiklat. Pada halaman belakang STTPL memuat daftar materi Diklat danditandatangani oleh Pejabat Eselon III selaku penanggungjawabprogram/materi kurikulum Diklat.
Format STTPL dapat dilihat pada Contoh 22.
696
CONTOH 22 FORMAT STTPL
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
SURAT TANDA TAMAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Nomor: ..................................................................
Pusdiklat Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor ...... Tahun ..... Tentang ........ dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor ....... Tahun ..... tentang ...................... menyatakan bahwa:
Nama : ........................................................................ NIP : ........................................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ....................................................................... Pangkat/Golongan : ....................................................................... Jabatan : ........................................................................ Unit Kerja : .......................................................................
LULUS Kualifikasi : .......................................................................
Pada Pendidikan dan Pelatihan Teknis ..................... yang diselenggarakan pada .........isian tanggal........ sampai dengan ......isian tanggal...... di....nama kota...... yang meliputi .......total waktu...... jam pelajaran.
...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI
........NAMA LENGKAP........ NIP. ......................................
STTPL DIKLAT TEKNIS
4x6
Merah
MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. ....... Materi A ................... .... jam pelajaran 2. ....... Materi B ................... .... jam pelajaran 3. .......Materi C ................... .... jam pelajaran 4. ....... Materi D ................... .... jam pelajaran 5. ....... Materi E ................... .... jam pelajaran 6. ....... Materi F ................... .... jam pelajaran 7. ....... Materi G ................... .... jam pelajaran 8. Dst dst
TOTAL .... jam pelajaran
...nama kota...., ...isian tanggal.....
........PEJABAT ESELON III PENANGGUNG JAWAB MATERI......
........NAMA LENGKAP........
NIP. ......................................
697
J. Surat Keterangan
Surat Keterangan adalah surat yang menerangkan seseorang telahmengikuti pendidikan dan pelatihan pada suatu kegiatan organisasi,namun belum dinyatakan lulus. Surat Keterangan ini biasanya diberikankepada pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telahmengikuti pendidikan dan pelatihan tertentu namun berdasarkan hasilevaluasi dinyatakan “TIDAK LULUS”. Pada halaman belakang SuratKeterangan memuat materi Diklat dan ditandatangani oleh Pejabat EselonIII selaku penanggungjawab program/materi/kurikulum Diklat.
Surat Keterangan dapat diberikan pada pihak luar atau seseorang yangtelah mengikuti Observasi/Study Lapangan (untuk tingkat Perguruan Tinggi)dan Praktek Kerja Lapangan/Praktek Kerja dan Industri atau Prakerin(untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan).
Format STTPL dapat dilihat pada Contoh 23A dan 23B.
698
CONTOH 23A FORMAT SURAT KETERANGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
SURAT KETERANGAN
Nomor: ..................................................................
Pusdiklat Pegawai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor ...... Tahun ..... Tentang ........ dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor ....... Tahun ..... tentang ...................... menyatakan bahwa:
Nama : ........................................................................ NIP : ........................................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ....................................................................... Pangkat/Golongan : ....................................................................... Jabatan : ........................................................................ Unit Kerja : .......................................................................
TELAH MENGIKUTI
Pada Pendidikan dan Pelatihan Teknis ..................... yang diselenggarakan pada .........isian tanggal........ sampai dengan ......isian tanggal...... di....nama kota...... yang meliputi .......total waktu...... jam pelajaran.
...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI
........NAMA LENGKAP........
NIP. ......................................
STTPL KETERANGAN DIKLAT TEKNIS
4x6
Merah
MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. ....... Materi A ................... .... jam pelajaran 2. ....... Materi B ................... .... jam pelajaran 3. ....... Materi C ................... .... jam pelajaran 4. ....... Materi D ................... .... jam pelajaran 5. ....... Materi E ................... .... jam pelajaran 6. ....... Materi F ................... .... jam pelajaran 7. ....... Materi G ................... .... jam pelajaran 8. Dst dst
TOTAL .... jam pelajaran
...nama kota...., ...isian tanggal.....
........PEJABAT ESELON III PENANGGUNG JAWAB MATERI......
........NAMA LENGKAP........
NIP. ......................................
699
CONTOH 23B FORMAT SURAT KETERANGAN PKL
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17, Jakarta 10110
SURAT KETERANGAN
Nomor: ..................................................................
Menerangkan bahwa yang bersangkutan di bahwa ini: Nama : ........................................................................ NIS/NISN : ........................................................................ Bidang Keahlian : ....................................................................... Asal Sekolah : .......................................................................
Telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada ...................Unit Kerja......................, sejak tanggal .........isian tanggal........ sampai dengan ......isian tanggal......dengan hasil : ......Baik (B)......
...nama kota...., ...isian tanggal..... KEPALA PUSDIKLAT PEGAWAI
........NAMA LENGKAP........
NIP. ......................................
700
K. Prasasti
Prasasti adalah piagam yang ditulis pada batu, tembaga dan sebagainyayang ditandatangani oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Bentuk dan ukuran prasasti disesuaikan dengan kebutuhan, dan digunakanpada acara-acara atau peresmian-peresmian gedung, peletakan batupertama, dan lain-lain.
Format Prasasti dapat dilihat pada Contoh 24.
6
60 cm “
M
Deng
“...........
MENTER
J
F
gan Rah
............
RI PARIWREP
NJakarta,
CONTFORMAT
hmat Tu
GED
............
Diresmik
WISATA PUBLIK
NAMA L.............
90
TOH 24 PRASAS
han Ya
DUNG
............
kan Oleh DAN EKINDONE ENGKAP..............
cm
STI
ng Mah
............
:
KONOMI ESIA
P .............
ha Esa
............
KREATI
..
”
F
701
L. Naskah Dinas Elektronik
1. PengertianNaskah Dinas Elektronik adalah naskah dinas berupa komunikasidan informasi yang dilakukan secara elektronik atau yang terekamdalam multimedia elektronik.
2. Lingkup KegiatanNaskah Dinas Elektronik mancakup surat-menyurat elektronik, arsipdan dokumentasi elektronik, transaksi elektronik, serta naskah dinaselektronik lainnya.
Ketentuan lebih lanjut tentang Tata Naskah Dinas Elektronikdiatur dalam peraturan tersendiri yang mengacu pada PeraturanMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata NaskahDinas Elektronik di Lingkungan Instansi Pemerintah.
702
BAB IIIPENYUSUNAN NASKAH DINAS
A. Persyaratan Penyusunan
Setiap Naskah Dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas,padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis.
Dalam penyusunan Naskah Dinas perlu memperhatikan syarat-syaratsebagai berikut:
1. Ketelitian
Dalam menyusun Naskah Dinas harus tercermin ketelitian dankecermatan, dilihat dari bentuk, susunan pengetikan, isi, struktur,kaidah bahasa, dan penerapan kaidah ejaan di dalam pengetikan.Kecermatan dan ketelitian sangat membantu pimpinan dalammengurangi kesalahan pengambilan putusan/kebijakan.
2. Kejelasan
Naskah Dinas harus memperhatikan kejelasan, aspek fisik, danmateri.
3. Singkat dan Padat
Naskah Dinas harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik danbenar (bahasa formal, efektif, singkat, padat, dan lengkap).
4. Logis dan Meyakinkan
Naskah Dinas harus runtut/secara berurutan dan logis yang berartibahwa penuangan gagasan ke dalam Naskah Dinas dilakukan menuruturutan yang logis dan meyakinkan. Struktur kalimat harus lengkapdan efektif sehingga memudahkan pemahaman penalaran bagipenerima Naskah Dinas.
5. Pembakuan
Naskah Dinas yang disusun harus taat mengikuti aturan baku yangberlaku sesuai dengan tujuan pembuatan, baik dilihat dari sudutformat maupun dari segi penggunaan bahasanya, agar memudahkandan memperlancar pemahaman isi Naskah Dinas.
703
B. Nama Kementerian/Jabatan pada Kepala Naskah Dinas
Untuk memberikan identifikasi pada Naskah Dinas, halaman pertamaNaskah Dinas dicantumkan kepala Naskah Dinas, yaitu nama jabatanatau nama Kementerian. Kepala nama jabatan digunakan untukmengidentifikasi bahwa Naskah Dinas ditetapkan oleh pejabat negara,sedangkan kepala nama Kementerian digunakan untuk mengidentifikasibahwa Naskah Dinas ditetapkan oleh pejabat yang bukan pejabat negara.
Pencantuman Kepala Naskah Dinas sebagai berikut:
1. Nama Jabatan (Menteri)
Kertas dengan menggunakan Lambang Negara/gambar garudabertuliskan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hanya digunakanuntuk Naskah Dinas yang ditandatangani oleh Menteri. Nama jabatanseluruhnya ditulis dengan huruf kapital secara simetris.Perbandinganukuran Lambang Negara dengan huruf yang digunakan hendaknyaserasi dan sesuai dengan ukuran kertas.
2. Nama Kementerian/Unit Organisasi
Kertas dengan nama Kementerian dan alamat lengkap digunakanuntuk Naskah Dinas yang ditandatangani oleh pejabat di lingkunganKementerian. Seluruhnya ditulis dengan huruf kapital secara simetris.
C. Penomoran Naskah Dinas
Nomor pada Naskah Dinas merupakan segmen penting dalam kearsipan.Oleh karena itu, susunannya harus dapat memberikan kemudahanpenyimpanan, temu balik, dan penilaian arsip. Setiap Naskah Dinasmemuat kode klasifikasi, nomor, dan tahun pembuatannya.
1. Nomor Naskah Dinas Arahan
a. Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Instruksi Menteri,dan Surat EdaranSusunan nomor Naskah Dinas yang bersifat pengaturan danpenetapan terdiri dari:
1) TulisanPeraturan Menteri/Keputusan Menteri/InstruksiMenteri/Surat Edaran ditulis dengan huruf kapital;
2) Nomor dan tahun terbit ditulis dengan huruf kapital;
3) nomor naskah (nomor urut pembukuan dalam satu tahuntakwin); dan
704
4) judul Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Instruksi Menteri/Surat Edaran Menteri ditulis dengan huruf kapital.
Susunan nomor naskah dinas dalam bentuk Lampiran terdiri dari:
1) tulisan “Lampiran” ditulis dengan huruf kapital;
2) tulisan “Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Instruksi Menteri/Surat Edaran” ditulis dengan huruf kapital;
3) kata “nomor dan tahun terbit” ditulis dengan huruf kapital;
4) nomor naskah (nomor urut pembukuan dalam satu tahuntakwin); dan
5) judul “Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Instruksi Menteri/Surat Edaran Menteri” ditulis dengan huruf kapital.
Contoh Penomoran Naskah Dinas:
1) Contoh penomoran Peraturan Menteri
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR ……..…
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DINASDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF
2) Contoh penomoran Keputusan Menteri
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR ……….…
TENTANG
TIM KOORDINASI PELAKSANAAN PERATURANPRESIDEN NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN
KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA
705
3) Contoh penomoran Instruksi Menteri
INSTRUKSI MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR ………….
TENTANG
DISIPLIN PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
4) Contoh penomoran Surat Edaran Menteri:
SURAT EDARAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF
NOMOR …….
TENTANG
HARI LIBUR RESMI TAHUN …
5) Contoh penomoran Lampiran
LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR ................TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DINASDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF
b. Surat Perintah/Surat TugasSusunan penomoran Surat Perintah/Surat Tugas adalah sebagaiberikut:1) kode klasifikasi arsip;2) nomor halaman dosir;3) nomor urut dosir;4) kode/singkatan unit pemrakarsa;5) kode singkatan Kementerian; dan6) tahun pembuatan.
706
2. Nomor Surat DinasSusunan nomor Surat Dinas sebagai berikut:
a. Surat Dinas yang ditandatangani Menteri
1) Surat Dinas Rahasia:a) kode derajat pengamanan Surat Dinas;b) kode klasifikasi arsip;c) nomor halaman dosir;d) nomor urut dosir;e) kode/singkatan nama jabatan; danf) tahun pembuatan.
Contoh: KP.105/2/15/D.PMS/KPEK/2012
Kode Klasifikasi Arsip
Nomor Halaman Dosir
Nomor Urut Dosir
Kode/SingkatanUnit Pemrakarsa
Kode/SingkatanKementerian
Tahun Pembuatan
Contoh: R/UM.001/3/17/MPEK/2012
Kode DerajatPengamanan SuratDinas
Kode Klasifikasi Arsip
Nomor Halaman Dosir
Nomor Urut Dosir
Kode/SingkatanNama Jabatan
Tahun Pembuatan
707
2) Surat Dinas Biasa:a) kode klasifikasi arsip;b) nomor halaman dosir;c) nomor urut dosir;d) kode/singkatan nama jabatan;dane) tahun pembuatan.
b. Surat Dinas yang Ditandatangani Pejabat di Bawah Menteri
1) Surat Dinas Rahasia:a) kode derajat pengamanan Surat Dinas;b) kode klasifikasi arsip;c) nomor halaman dosir;d) nomor urut dosir;e) kode/singkatan unit pemrakarsa;f) kode/singkatan kementerian;dang) tahun pembuatan.
Contoh: PW.001/1/2/MPEK/2012
Kode Klasifikasi Arsip
Nomor Halaman Dosir
Nomor Urut Dosir
Kode/SingkatanNama Jabatan
Tahun Pembuatan
708
4) Surat Dinas Biasa terdiri dari:a) kode klasifikasi arsip;b) nomor halaman dosir;c) nomor urut dosir;d) kode/singkatan unit pemrakarsa;e) kode/singkatan akronim kementerian; danf) tahun pembuatan.
Contoh: R/PS.101/3/1/Itjen/KPEK/2012
Kode DerajatPengamananSurat Dinas
Kode Klasifikasi Arsip
Nomor Halaman Dosir
Nomor Urut Dosir
Kode/SingkatanUnit Pemrakarsa
Kode/SingkatanKementerian
Tahun Pembuatan
Contoh: KP.305/2/15/Sekjen/KPEK/2012
Kode Klasifikasi Arsip
Nomor Halaman Dosir
Nomor Urut Dosir
Kode/SingkatanUnit Pemrakarsa
Kode/SingkatanAkronim Kementerian
Tahun Pembuatan
709
3. Nomor Nota Dinas/MemorandumNota Dinas/Memorandum bersifat internal, dengan susunanpenomorannya sebagai berikut:
a. nomor urut pembukuan dalam satu takwim/kalender;b. jenis naskah dinas;c. kode/singkatan unit pemrakarsa;d. kode jabatan yang lebih rendah;e. bulan; danf. tahunpembuatan.
Contoh: 2-35/ND/RT/RO.UMUM/VII/2012
Nomor Urut Pembukuandalam Satu TahunTakwim/Kalender
Jenis Naskah Dinas
Kode Jabatan yangLebih Rendah
Kode/Singkatan SubunitPemrakarsa
Bulan
Tahun Pembuatan
Contoh: 15/ND/RO.UMUM/III/2012
Nomor Urut Pembukuandalam Satu TahunTakwim/Kalender
Jenis Naskah Dinas
Kode/Singkatan SubunitPemrakarsa
Bulan
Tahun Pembuatan
710
D. Nomor Halaman
Nomor halaman naskah ditulis dengan menggunakan nomor urut angkaArab dan dicantumkan secara simetris di tengah atas dengan membubuhkantanda hubung (-) sebelum dan setelah nomor, kecuali halaman pertamanaskah dinas yang menggunakan kop naskah dinas tidak perlumencantumkan nomor halaman.
Contoh (-2-)
E. Ketentuan Jarak Spasi
1. Jarak antara bab dan judul adalah dua spasi.
2. Jika judul lebih dari satu baris, jarak antara baris pertama dan keduaadalah satu spasi.
3. Jarak antara judul dan subjudul empat spasi.
4. Jarak antara subjudul dan uraian dua spasi.
5. Jarak masing-masing baris disesuaikan dengan keperluan.
F. Format Kop Surat
Format kop surat Menteri, kop surat Kementerian, kop Portrait PeraturanMenteri, kop sambutan Menteri, dan kop Landscape Peraturan Menteridapat dilihat pada Contoh 25A, 25B, 25C, 25D dan 25E.
711
CONTOH 25AFORMAT KOP SURAT MENTERI
Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17m Jakarta 10110Telepon (021) 3838456, 3838102; Faksimile (021) 3848245
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
712
CONTOH 25BFORMAT KOP SURAT KEMENTERIAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17M JAKARTA 10110TELEPON (021) 3838162, 3838167; FAKSIMILE (021) 3848245, 3840210
713
CONTOH 25CFORMAT KOP PORTRAIT PERATURAN MENTERI
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
715
CONTOH 25EFORMAT KOP LANDSCAPE PERATURAN MENTERI
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
G. Kata Penyambung
Kata Penyambung adalah kata yang digunakan sebagai tanda bahwateks masih berlanjut pada halaman berikutnya (jika naskah lebih darisatu halaman).
Kata Penyambung ditulis pada akhir setiap halaman baris terakhirteks disudut kanan bawah halaman dengan urutan kata penyambungdan tiga buah titik. Kata Penyambung itu diambil persis sama dari katapertama halaman berikutnya. Jika kata pertama dari halaman berikutnyamenunjuk pasal atau diberi garis bawah atau dicetak miring, kataPenyambung juga harus dituliskan sama. Kata Penyambung tidak digunakanuntuk pergantian bagian.
Contoh: Penulisan kata Penyambung pada halaman 1 baris palingbawahadalah wisatawan …
Wisatawan ... Kata Penyambung
Kata pertama pada halaman 2 baris paling atas kiri adalahWisatawan domestik … dst.
716
-2-
Wisatawan domestik .................
........................................... dst.
H. Lampiran
Jika naskah memiliki beberapa lampiran, setiap lampiran harusdiberi nomor urut dengan angka Arab.Nomor halaman lampiran merupakannomor lanjutan dari halaman sebelumnya.
I. Nomor Salinan Surat
Penomoran salinan surat dilakukan untuk menunjukkan bahwa surattersebut dibuat dalam jumlah terbatas dan distribusinya tertentu/diawasi.
Penyebutan nomor salinan surat disusun sebagai berikut:
1. semua surat yang mempunyai tingkat keamanan Sangat Rahasia/Rahasia harus diberi nomor salinan pada halaman pertama;
2. Lambang Negara jumlah salinan harus dicantumkan meskipun hanyasatu salinan;dan
3. pendistribusian surat yang bernomor salinan harus sama dengandaftar distribusinya. Daftar distribusi harus dicantumkan sebagailampiran.
J. Daftar Distribusi
Daftar Distribusi adalah susunan pejabat yang dibuat oleh pejabatsekretariat dan digunakan sebagai pedoman pendistribusian naskah. Halyang perlu diperhatikan dalam pembuatan daftar distribusi adalah:
1. Kelompok Pertama, yaitu pejabat yang langsung berada di bawahpimpinan yang bersangkutan;
2. Kelompok Kedua, yaitu pejabat pada Kelompok Pertama ditambahdengan pejabat pada urutan eselon berikutnya;dan
3. Kelompok Ketiga, yaitu pejabat pada Kelompok Pertama dan KelompokKedua ditambah pejabat lain sesuai dengan keperluan.
Cara penggunaan Daftar Distribusi adalah sebagai berikut:
1. setiap Distribusi menunjukkan batas pejabat yang berhak menerimanaskah. Dengan demikian, jika naskah dimasukkan sampai ketingkat/
717
eselon tertentu, pada alamat yang dituju tidak perlu ditambahkanDaftar Distribusi untuk tingkat/eselon di bawahnya;dan
2. Daftar Distribusi tidak digunakan jika naskah didistribusikan untukpejabat tertentu. Untuk itu, pada naskah langsung dicantumkanpejabat yang dituju.
K. Rujukan
Rujukan adalah naskah atau dokumen lain yang digunakan sebagaidasar acuan atau dasar penyusunan naskah. Penulisan rujukan dilakukansebagai berikut:
1. naskah yang berbentuk Peraturan Menteri, Keputusan Menteri danInstruksi Menteri, rujukannya ditulis di dalam dasar hukum (mengingat);
2. naskah yang berbentuk Surat Perintah, Surat Tugas, Surat Edaran,dan Pengumunan rujukannya ditulis di dalam dasar pembuatan;
3. Surat Dinas memerlukan rujukan, naskah yang menjadi rujukanditulis pada alinea pembuka diikuti substansi materi surat yangbersangkutan,dalam hal lebih dari satu naskah, rujukan harus ditulissecara kronologis;
4. katarujukan ditulis pada bagian akhir naskah berikut acuan yangdigunakan. Apabila rujukan yang digunakan cukup banyak, daftarrujukan dicantumkan pada bagian akhir sebagai lampiran dan ditulisrujukan terlampir;
5. rujukan yang digunakan lebih dari satu harus dinyatakan secarajelas dengan menggunakan nomor urut, diikuti dengan penulisanjudulnya; dan
6. naskah rujukan tidak harus disertakan pada naskah yang bersangkutan.
L. Ruang Tanda Tangan
1. PengertianRuang Tanda Tangan adalah tempat pada bagian kaki Naskah Dinasyang memuat nama jabatan (misalnya, Menteri, Wakil Menteri,Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Direktur)yang dirangkaikan dengan nama Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.
2. Cara PenulisanCara penulisan ruang tanda tangan pada Naskah Dinas sebagaiberikut:
718
a. ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelahbaris kalimat terakhir;
b. nama jabatan yang diletakkan pada baris pertama tidak bolehdisingkat, kecuali pada formulir ukuran kecil, misalnya KartuIdentitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
c. nama jabatan yang diletakkan pada baris kedua dan ketiga(setelah a.n. dan u.b.) boleh disingkat; misalnya, setjen, karoumum, dan ditjen;
d. nama jabatan pada naskah dinas yang bersifat mengatur ditulisdengan huruf kapital dan nama jabatan pada naskah dinas yangbersifat tidak mengatur ditulis dengan huruf awal kapital;
e. ruang tanda tangan sekurang-kurangnya empat spasi;
f. nama pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifatmengatur, ditulis dengan huruf kapital, dan nama pejabat yangmenandatangani naskah dinas tidak mengatur ditulis denganhuruf awal kapital;dan
g. jarak ruang antara tandatangan dan tepi kanan kertas + 3 cm,sedangkan untuk tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang.
Contoh:
1) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat mengatur:
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
Tanda Tangan
NAMA MENTERI
2) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengatur:
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
Tanda Tangan
NAMA MENTERI
719
3) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengaturyang ditandatangani atas nama :
a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
Wakil Menteri,
Tanda Tangan
NAMA WAKIL MENTERINIP
4) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengaturyang ditandatangani atas nama :
a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
Sekretaris Jenderal,
Tanda Tangan
NAMA SEKRETARIS JENDERAL
NIP
5) Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas bersifat tidak mengaturyang ditandatangani untuk beliau :
a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA
Sekretaris Jenderal,
u.b
Kepala Biro Umum
Tanda Tangan
NAMA KEPALA BIRO UMUM NIP
720
M. Penentuan Batas/Ruang Tepi
Demi keserasian dan kerapian (estetika) dalam penyusunan naskahdinas, diatur supaya tidak seluruhnya permukaan kertas digunakan secarapenuh. Oleh karena itu, perlu ditetapkan batas antara tepi kertas dannaskah dinas baik pada tepi atas, kanan, bawah, maupun pada tepi kirisehingga terdapat ruang yang dibiarkan kosong. Penentuan ruang tepidilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada peralatan yang digunakanuntuk membuat naskah dinas, yaitu:
1. ruang tepi atas : apabila menggunakan kop naskah dinas duaspasi di bawah kop, dan apabila tanpa kopnaskah dinas sekurang-kurangnya 2 cm daritepi atas kertas.
2. ruangtepi bawah : sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawahkertas.
3. ruangtepi kiri : sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kertas, batasruang tepi kiri tersebut diatur cukup lebar agarpada waktu dilubangi untuk kepentinganpenyimpanan dalam ordner/snelhecter tidakberakibat hilangnya salah satu huruf/kata/angkapada naskah dinas tersebut.
4. ruangtepi kanan : sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas.
Keterangan:
Dalam pelaksanannya, penentuan ruang tepi seperti tersebut di atasbersifat fleksibel, disesuaikan dengan banyak atau tidaknya isi suatunaskah dinas. Penentuan ruang tepi (termasuk juga jarak spasi dalamparagraf) hendaknya memperhatikan aspek keserasian dan estetika.
N. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa dalam naskah dinas adalah:
1. Bahasa yang digunakan dalam naskah harus jelas, tepat, danmenguraikan maksud, tujuan, serta isi naskah. Untuk itu, perludiperhatikan pemakaian kata dan kalimat dalam susunan yang baikdan benar, sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku, yaituTata Bahasa Baku Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia;dan
721
2. Ejaan yang digunakan di dalam naskah adalah Ejaan BahasaIndonesia yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tanggal 9 September 1987tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan dan telah disempurnakan dengan Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2009 tanggal 31 Juli2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan.
BAB IVTATA SURAT DINAS
A. Pengertian
Tata Surat Dinas adalah pengaturan ketatalaksanaan penyelenggaraansurat-menyurat dinas yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahandan pembangunan.
Surat-menyurat dinas merupakan kegiatan yang sangat penting untukmendukung terselenggaranya tugas dan fungsi organisasi. Apabilapelaksanaannya tidak diatur dengan cermat dan teliti, akan diperlukanbanyak waktu dan biaya. Tata Surat Dinas yang baik akan meningkatkanefektivitas dan efisiensi di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.
B. Ketentuan Penyusunan Surat Dinas
1. Penyelenggaraan urusan kedinasan melalui surat-menyurat dinasharus dilaksanakan secara cermat dan teliti agar tidak menimbulkansalah penafsiran.
2. Koordinasi antar pejabat sebaiknya dilakukan dengan mengutamakanmetode yang paling cepat dan tepat, seperti diskusi, kunjunganpribadi, dan jaringan telepon. Apabila dalam penyusunan surat dinasdiperlukan koordinasi pejabat yang bersangkutan melakukannya mulaitahap penyusunan draf/rancangan sehingga perbaikan pada konsepfinal dapat dihindari.
3. Urusan kedinasan yang dilakukan dengan menggunakan tata caradan prosedur surat-menyurat harus menggunakan sarana komunikasiresmi.
722
4. Jawaban terhadap Surat yang Masuk
a. Instansi/unit pengirim harus segera menginformasikan kepadapenerima Surat Dinas atas keterlambatan jawaban dalam suatuproses komunikasi.
b. Instansi/unit penerima harus segera memberikan jawabanterhadap konfirmasi yang dilakukan oleh instansi pengirim.
5. Waktu Penandatanganan Surat yang MasukWaktu penandatangan Surat Dinas harus memperhatikan jadwalpengiriman surat yang berlaku di masing-masing unit kerja dansegera dikirim setelah ditandatangani.
6. SalinanSalinan Surat Dinas hanya diberikan kepada yang berhak danmemerlukan, dinyatakan dengan memberikan alamat yang dimaksuddalam tembusan.
Salinan Surat Dinas dibuat terbatas hanya untuk kebutuhan, sebagaiberikut:a. salinan tembusan, salinan Surat Dinas yang disampaikan kepada
pejabat terkait;b. salinan laporan, salinan Surat Dinas yang disampaikan kepada
pejabat berwenang;danc. salinan arsip, salinan Surat Dinas yang disimpan untuk kepentingan
pemberkasan arsip.
7. Tingkat KeamananSurat Dinas memiliki tingkat keamanan sebagai berikut:
a. Sangat Rahasia disingkat (SR) tingkat keamanan isi Surat Dinastertinggi, sangat erat hubungannya dengan keamanan dankeselamatan negara. Apabila disiarkan secara tidak sah ataujatuh ke tangan yang tidak berhak, Surat Dinas akanmembahayakan keamanan dan keselamatan negara.
b. Rahasia disingkat (R) tingkat keamanan isi Surat Dinasberhubungan erat dengan keamanan dan keselamatan negara.Apabila disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yangtidak berhak, Surat Dinas akan merugikan negara.
c. Biasa disingkat (B) tingkat keamanan isi Surat Dinas yang tidaktermasuk pada huruf a dan huruf b, namun tidak berarti bahwaisi Surat Dinas tersebut dapat disampaikan kepada yang tidakberhak mengetahuinya.
723
8. Kecepatan PenyampaianSifat penyampaian Surat Dinas sebagai berikut:
a. Amat Segera/Kilat adalah Surat Dinas yang harus diselesaikan/dikirim/disampaikan pada hari yang sama dengan batas waktu24 jam;
b. Segera, adalah Surat Dinas yang harus diselesaikan/dikirim/disampaikan dalam waktu 2 x 24 jam; dan
c. Biasa adalah Surat Dinas yang harus diselesaikan/dikirim/disampaikan menurut urutan yang diterima oleh bagian pengirimansesuai dengan jadwal perjalanan caraka/kurir.
C. Ketentuan Surat-Menyurat
1. Komunikasi Langsung
Surat Dinas dikirim langsung kepada individu (pejabat formal). ApabilaSurat Dinas tersebut ditujukan kepada pejabat yang bukan kepalainstansi, untuk mempercepat penyampaian surat kepada pejabatyang dituju tersebut surat tetap ditujukan kepada kepala instansi,tetapi dicantumkan untuk perhatian (u.p.) pejabat yang bersangkutan.
2. Alur Surat-MenyuratAlur surat-menyurat sebagai berikut:
a. surat-menyurat harus melalui hierarki dari tingkat pimpinan tertinggiinstansi hingga ke pajabat struktural terendah yang berwenangsehingga dapat dilakukan pengendalian penyelesaian;
b. surat-menyurat yang bersifat operasional teknis diatur lebih lanjutoleh masing-masing satuan kerja; dan
c. surat-menyurat yang bermuatan kebijakan/keputusan/arahanpimpinan harus menggunakan prosedur sesuai dengan gariskepemimpinan/eselon.
3. Kewenangan PenandatangananKewenangan penandatanganan Surat Dinas sebagai berikut:
a. kewenangan untuk melaksanakan dan menandatangani SuratDinas antar/keluar Kementerian maupun di lingkunganKementerian yang bersifat kebijakan/keputusan/arahan beradapada pejabat pimpinan tertinggi (Menteri);
724
b. kewenangan untuk melaksanakan dan menandatangani SuratDinas yang tidak bersifat kebijakan/keputusan/arahan dapatdiserahkan/dilimpahkan kepada pimpinan organisasi disetiaptingkat eselon atau pejabat lain yang diberi kewenangan untukmenandatanganinya;
c. penyerahan/pelimpahan wewenang dan penandatanganankorespondensi kepada pejabat kepala/pimpinan dilaksanakansebagai berikut:
1) Sekretaris Jenderal dapat memperoleh pelimpahankewenangan dan penandatangan Surat Dinas tentangsupervisi, arahan mengenai rencana strategis danoperasional, termasuk kegiatan lain yang dilaksanakan olehorganisasi linidi lingkungan Kementerian; dan
2) pimpinan organisasi lini di lingkungan Kementerian dapatmemperoleh penyerahan/pelimpahan wewenang danpenandatanganan Surat Dinas yang berkaitan denganpelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan bidang masing-masing.
Format kewenangan penandatangan dapat dilihat pada Contoh 26.
725
CONTOH 26 MATRIKS KEWENANGAN PENANDATANGAN NASKAH DINAS
No. Jenis Naskah Dinas
Menteri
Wakil Menteri
Sekjen
Dirjen/ Irjen/
Badan
SAM (*)
Karo/Kapus/ Direktur/ Inspektur
Kabag/ Kabid
Kasubbag/Kasubid
Kasi
1. Peraturan Menteri
2. Peraturan Dirjen/Pejabat yang Setingkat
3. Pedoman
4. Petunjuk Pelaksanaan/Teknis
5. Instruksi Menteri
6. Surat Edaran
7. Keputusan Menteri
8. Surat Perintah/ Surat Tugas
9. Nota Dinas
10. Memorandum
11. Surat Dinas
12. Surat Undangan
13. Naskah Perjanjian
14. Surat Kuasa
15. Berita Acara
16. Surat Keterangan
17. Surat Pengantar
18. Pengumuman
19. Laporan
20. Telaahan/Staf
21. Formulir
22. Piagam Penghargaan
23. Sertifikat
24. STTPL
25. Surat Keterangan
26. Prasasti
(*) Kewenangan Staf Ahli disesuaikan dengan tugas dan fungsinya.
4. Rujukan
a. Dalam hal Surat Dinas memerlukan rujukan, naskah rujukanditulis pada alinea pembuka, diikuti substansi materi surat yangbersangkutan. Apabila rujukan lebih dari satu naskah, rujukanitu harus ditulis secara kronologis.
726
b. Cara Menulis Rujukanadalah sebagai berikut:
1) Rujukan Berupa Naskah
Penulisan rujukan berupa naskah mencakupi informasisingkat tentang naskah yang menjadi rujukan dengan urutansebagai berikut:a) jenis naskah dinas;b) jabatan penanda tangan naskah dinas;c) nomor naskah dinas;d) tanggal penetapan;dane) subjek naskah dinas.
2) Rujukan Berupa Surat DinasPenulisan rujukan berupa Surat Dinas mencakupi informasisingkat tentang Surat Dinas yang menjadi rujukan denganurutan sebagai berikut:a) jenis Surat Dinas;b) jabatan penanda tangan;c) nomor Surat Dinas;d) tanggal penandatangananSurat Dinas;dane) hal.
3) Rujukan Berupa Surat Dinas ElektronikPenulisan rujukan berupa Surat Dinas Elektronik (suratyang dikirimkan melalui sarana elektronik) diatur tersendiri.
c. Rujukan Surat kepada Instansi NonpemerintahRujukan tidak harus dicantumkan pada Surat Dinas yang ditujukankepada instansi nonpemerintah.
5. Disposisi
Disposisi adalah petunjuk tertulis mengenai tindak lanjut pengelolaanSurat Dinas,yang ditulis secara jelas pada Lembar Disposisi tidakpada naskah asli. Lembar Disposisi merupakan satu kesatuan denganNaskah/Surat Dinas yang bersangkutan.
Format Disposisi disesuaikan dengan nomenklatur pada masing-masing Eselon I dan Eselon II, dapat dilihat pada Contoh 27A,Contoh 27B, Contoh 27C dan Contoh 27D.
727
CONTOH 27A FORMAT DISPOSISI MENTERI
Nomor Agenda Tanggal Terima
Sifat Surat Rahasia Penting Segera
Nomor Surat: Tanggal Surat :
Asal Surat : Hal:
Diteruskan Kepada Isi Disposisi
1. Wakil Menteri
2. Sekretaris Jenderal
3. Inspektur Jenderal
4. Dirjen Pengem. Destinasi Pariwisata
5. Dirjen Pemasaran Pariwisata
6. Dirjen Ekraf Berbasis Seni dan Budaya
7. Dirjen Ekraf Berbasis Media, Desain dan IPTEK
8. Kepala Badan Pengem. Sumber Daya Parekraf
9. Staf Ahli Menteri Bid. Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif
10. Staf Ahli Menteri Bid. Jasa Ekonomi
11. Staf Ahli Menteri Bid. Hubungan Antar Lembaga
12. Staf Ahli Menteri Bid. Iptek
13. Sespri
14. Lain-lain ....................
15.
Catatan tambahan :
728
CONTOH 27B FORMAT DISPOSISI WAKIL MENTERI
Nomor Agenda Tanggal Terima
Sifat Surat Rahasia Penting Segera
Nomor Surat: Tanggal Surat :
Asal Surat : Hal:
Diteruskan Kepada Isi Disposisi
1. Sekretaris Jenderal
2. Inspektur Jenderal
3. Dirjen Pengem. Destinasi Pariwisata
4. Dirjen Pemasaran Pariwisata
5. Dirjen Ekraf Berbasis Seni dan Budaya
6. Dirjen Ekraf Berbasis Media, Desain dan IPTEK
7. Kepala Badan Pengem. Sumber Daya Parekraf
8. Staf Ahli Menteri Bid. Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif
9. Staf Ahli Menteri Bid. Jasa Ekonomi
10. Staf Ahli Menteri Bid. Hubungan Antar Lembaga
11. Staf Ahli Menteri Bid. Iptek
12. Sespri
13. Lain-Lain ..................................
14.
15.
Catatan tambahan :
729
CONTOH 27C FORMAT DISPOSISI ESELON I
LEMBAR DISPOSISI
SEKRETARIS JENDERAL/DIREKTUR JENDERAL/INSPEKTUR JENDERAL/KEPALA BADAN/ KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Nomor Agenda Tanggal Terima
Sifat Surat
Rahasia Penting Segera
Nomor Surat: Tanggal Surat :
Asal Surat : Hal:
Diteruskan Kepada Isi Disposisi
1. Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi
2. Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian
3. Kepala Biro Keuangan
4. Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri
5. Kepala Biro Umum
6. Kepala Pusat Data dan Informasi
7. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Peg.
8. Kepala Pusat Komunikasi Publik
9. Lain-Lain ..........................................
10.
11.
12.
13.
Catatan tambahan :
730
CONTOH 27D FORMAT DISPOSISI ESELON II
LEMBAR DISPOSISI
KEPALA/SEKRETARIS DITJEN/SEKRETARIS ITJEN/DIREKTUR/INSPEKTUR KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Nomor Agenda Tanggal Terima
Sifat Surat
Rahasia Penting Segera
Nomor Surat: Tanggal Surat :
Asal Surat : Hal:
Diteruskan Kepada Isi Disposisi
1. Kepala Bagian TU Pimpinan
2. Kepala Bagian Rumah Tangga
3. Kepala Bagian Perlengkapan
4. Kepala Bagian Layanan Pengadaan
5. Lain-Lain ..........................................
6.
7.
8.
9.
Catatan tambahan :
731
6. Penanganan Surat Dinas dengan Tingkat Keamanan Tertentu
Surat Dinas yang mengandung materi dengan tingkat keamanantertentu (Sangat Rahasia dan Rahasia) harus dijaga keamanannyadalam rangka keamanan dan keselamatan negara. Tanda tingkatkeamanan ditulis dengan cap (tidak diketik) berwarna merah padabagian atas dan bawah setiap halaman surat dinas. ApabilaSuratDinas tersebut disalin, cap tingkat keamanan pada salinan harusdengan warna yang sama dengan warna cap pada surat asli.
D. Media/Sarana Surat-Menyurat
Media/sarana surat-menyurat adalah alat untuk merekam informasiyang dikomunikasikan dalam bentuk media konvensional (kertas).
1. Kertas Surat
a. Penggunaan Kertas
1) Kertas yang digunakan untuk kegiatan dinas adalah maksimal80 gram, antara lain untuk kegiatan surat-menyurat,penggandaan, dan dokumen pelaporan.
2) Penggunaan kertas HVS di atas 80 gram atau jenis lainhanya terbatas untuk jenis naskah dinas yang mempunyainilai kesamaan tertentu dan nilai kegunaan dalam waktulama.
3) Kertas surat menggunakan Lambang Negara dan/atau kopKementerian dicetak di atas kertas 80 gram.
4) Kertas yang digunakan untuk surat-menyurat adalah A4yang berukuran 297 x 210 mm (8¼ x 11¾ inci). Disampingkertas A4 untuk kepentingan tertentu dapat digunakan kertasdengan ukuransebagai berikut:a) A3 kuarto ganda (297 x 420 mm);b) A5 setengah kuarto (210 x 148 mm);c) Folio (210 x 330 mm);dand) Folio ganda (420 x 330 mm).
Format ukuran kertas dapat dilihat pada Contoh 28.
732
CONTOH 28 STANDAR UKURAN KERTAS DAN PENJELASANNYA
Seri Milimeter Inci Seri Milimeter Inci
AO 841 x 1189 33 x 46¾ C0 917 x 1297 36¼ x 51 A1 594 x 841 23 x 33 C1 648 x 917 5 x 36¾ A2 420 x 594 16½ x 23 C2 458 x 648 18¼ x 25 A3 297 x 420 22¾ x 16½ C3 324 x 458 12¼ x 18¼ A4 210 x 297 8¼ x 11¾ C4 229 x 324 9 x 12¾ A5 148 x 210 5 x 8¼ C5 162 x 229 6 x 9 A6 105 x 148 4 x 5 C6 114 x 162 4½ x 6 A7 74 x 105 2 x 4 C7 81 x 114 3¼ X 4½ A8 52 x 74 2 x 2 C8 57 x 81 2¼ X 3¼
B0 1000 x 1414 40 x 56½ D0 771 x 1090 30¾ X 43¼ B1 707 x 1000 28¼ x 40 D1 545 x 772 21¾ X 30¾ B2 500 x 707 20 x 28¼ D2 385 x 545 15¼ X 21¾ B3 353 x 500 14 x 20 D3 272 x 385 10 X 15¼ B4 250 x 353 9 x 14 D4 192 x 272 7¾ X 10 B5 176 x 250 7 x 9 D5 136 x 192 5 X 7¾ B6 125 x 176 4 x 7 D6 96 x 136 3 X 5 B7 88 x 125 3 ½ x 4 D7 68 x 96 2¾ X 5 B8 62 x 88 2 ½ x 3 ½ D8 48 x 68 1 X 2¾
733
Seri A Seri A umumnya digunakan untuk kertas cetak, termasuk alat tulis kantor dan publikasi. Ukuran yang menjadi standar dasar adalah A0, yaitu kertas ukuran 841 x 1189 mm yang luasnya sama dengan satu meter persegi. Setiap angka setelah Huruf A menunjukkan luas setengah dari angka sebelumnya. Jadi, luas kertas ukuran A1 adalah setengah dari kertas ukuran A0. A2 seperempat dari A0 dan A3 adalah seperdelapan dari A0, demikian seterusnya. Lembaran dengan ukuran lebih besar dari pada A0 dituliskan dengan angka sebelum huruf A0. Jadi, 2A0 berarti suatu lembaran yang ukurannya dua kali A0. Seri B Ukuran Seri B kira-kira di tengah-tengah antara ukuran Seri A, merupakan alternatif dari Seri A, tetapi utamanya digunakan untuk poster, peta, atau bagan di dinding, apabila menggunakan kertas Seri A akan tampak terlalu besar. Seri C Seri C digunakan untuk map, kartu pos, dan sampul. Sampul dengan ukuran Seri C sesuai dengan untuk kertas Seri A, baik dalam keadaan utuh maupun dilipat. Sampul C6 dapat mewadahi lembaran kertas A6 atau A5 yang dilipat satu kali atau A4 yang dilipat dua kali.
A1
A2
A3
A5
A4
A7
A6
Penjelasan
734
b. Warna dan Kualitas Kertas
1) Surat Dinas yang asli menggunakan kertas berwarna putihdengan kualitas terbaik white bond.
2) Salinan Surat Dinas menggunakan kertas yang berkualitasbiasa.
3) Apabila digunakan mesin ketik biasa tembusan diketik dengankertas karbon pada kertas doorslag/manifold/tissue.
4) Apabila digunakan ketik elektronik atau komputer agar lebihefisien tembusan dibuat pada kertas biasa denganmenggunakan mesin fotokopi.
5) Naskah dengan jangka waktu simpan 10 (sepuluh) tahunatau lebih/bernilai guna permanen, serendah-rendahnya harusmenggunakan kertas dengan nilai keasaman (PH) 7.
2. Sampul Surat
Sampul Surat adalah sarana kelengkapan penyampaian surat, terutamauntuk surat keluar instansi. Ukuran, bentuk, dan warna sampul yangdigunakan untuk surat-menyurat di lingkungan Kementerian diatursesuai dengan keperluan dengan mempertimbangkan efisiensi.
a. UkuranUkuran Sampul yang digunakan didasarkan Keputusan DirekturJenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor 43/Dirjen/1987 tentangPenetapan Standar Kertas Sampul Surat dan Bentuk SampulSurat, sebagai berikut:
735
Nomor Lebar (mm) Panjang (mm)
1. 90 152 2. 100 160 3. 110 220 4. 114 162
5. 125 176 6. 105 227 7. 115 245 8. 120 270 9. 176 250
10. 229 324 11. 250 353 12. 270 400
UKURAN SAMPUL
Pada umumnya, untuk Surat Dinas pada kertas ukuran A4(kuarto) atau folio dan ukuran A5 atau setengah folio digunakansampul Nomor 6 (105 mm x 227 mm). Untuk Surat Dinas yangmempunyai lampiran cukup tebal atau surat pengantar yangdisertai naskah dinas tebal seperti keputusan, pedoman, danlaporan yang berupa buku dan tidak dapat dilipat, digunakansampul yang ukurannya sedemikian rupa sehingga setelahdimasukkan ke dalam sampul pada setiap sisinya terdapat ruangmaksimal ½ inci. Untuk menentukan ukuran minimum sampulyang tepat bagi surat dinas yang cukup tebal dan tidak dapatdilipat dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Panjang sampul = panjang surat/naskah + ½” + tebal surat/naskah
Lebar sampul = Lebar surat/naskah + ¼” + tebal surat/naskah
b. Warna dan KualitasSampul Surat Dinas menggunakan kertas tahan lama bondberwarna putih atau coklat muda dengan kualitas sedemikianrupa sehingga sesuai dengan ukuran dan berat naskah yangdikirim.
736
c. Penulisan Alamat Pengirim dan TujuanPada sampul surat selalu/harus dicantumkan alamat pengirimdan alamat tujuan. Alamat pengirim dicetak atau dituliskan padabagian kanan atas sampul dengan susunan sama dengan yangtertulis atau tercetak pada kepala surat, yaitu Lambang Negara/kop Kementerian Alamat tujuan ditulis sama seperti alamatyang tercantum pada kepala surat, alinea pertama alamat tujuanyang dimulai pada baris di bawah bagian tengah sampul.
d. Cara Melipat dan Memasukan Surat ke Dalam SampulSurat yang sudah diketik rapi akan kehilangan penampilannyayang menarik jika cara melipat dan memasukkannya ke dalamsampul kurang cermat dan tidak hati-hati. Surat yang sudahdilipat sudut-sudutnya harus bertemu dan lipatannya harus lurusdan tidak kusut. Sebelum kertas surat dilipat, terlebih dahuluperlu dipertimbangkan sampul yang akan digunakan. Cara melipatsurat yang akan dimasukkan ke dalam sampul Surat Dinasadalah sepertiga bagian bawah lembaran surat dilipat ke depandan sepertiga bagian atas dilipat ke belakang. Selanjutnya,suratdimasukkan ke dalam sampul dengan bagian kepala suratmenghadap ke depan kearah penerima/pembaca surat. Padasampul yang mempunyai jendela kertas kaca, kedudukan alamattujuan pada kepala surat harus tepat pada jendela sampul.
Cara Melipat Surat dapat dilihat pada Contoh 29.
737
Pertama, sepertiga bagian bawah lembaran kertas surat dilipat ke depan.
Lembar Kertas Surat
Kedua, sepertiga bagian atas lembaran kertas surat dilipat ke belakang.
Ketiga, surat dimasukkan ke dalam sampul dengan bagian kepala surat menghadap ke arah pembaca penerima surat
Pada sampul yang menggunakan jendela kertas kaca, alamat tujuan pada kepala surat harus tepat di balik jendela kertas kaca.
738
E. Susunan
1. Kop SuratKop Surat mengidentifikasikan nama jabatan atau nama Kementeriandan alamat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kop Surat Nama Jabatan
1) Kop Surat Nama Jabatan adalah kepala surat yangmenunjukkan jabatan tertentu. Kertas dengan kop suratnama jabatan hanya digunakan untuk surat yangditandatangani oleh Menteri.
2) Kop Surat Nama Jabatan terdiri dari Lambang Negara ditengah dan nama jabatan yang ditulis paling banyak tigabaris (apabila nama jabatan terlalu panjang digunakansingkatan atau akronim tanpa mengorbankan kejelasan).Perbandingan ukuran Lambang Negara dan huruf yangdigunakan hendaknya serasi, sesuai dengan ukuran kertas.
b. Kop Surat Nama Kementerian
1) Kop Surat Nama Kementerian menunjukkan nama danalamat di lingkungan Kementerian. Kertas dengan kop suratdimaksud digunakan untuk kemudahan semua surat/naskahdinas.
2) Surat yang ditandatangani oleh pejabat pada tatarankepemimpinan adalah surat jenis Nota Dinas, Memorandum,dan Surat Pengantar.
3) Pada surat yang berbentuk formulir, kepala surat yang dicetak,diketik, dicap, atau ditulis tangan hanya digunakan padahalaman pertama surat, dan dituliskan pada baris kelimadari tepi atas kertas.
4) Surat yang mempunyai kop surat nama Kementerianditandatangani oleh pejabat Kementerian (di bawah Menteri).
2. Tanggal SuratTanggal Surat ditulis dengan tata urut sebagai berikut:a. tanggal ditulis dengan angka Arab;b. bulan ditulis lengkap;danc. tahun ditulis lengkap empat digit dengan angka Arab.
739
Contoh:
18 Maret 2011
3. Hal SuratHal surat adalah materi pokok yang dinyatakan dengan kelompokkata singkat, tetapi jelas.
Hal perlu dicantumkan dengan alasan sebagai berikut:
a. menyampaikan penjelasan singkat tentang materi yangdikomunikasikan dan menjadi rujukan dalam komunikasi;
b. memudahkan identifikasi dalam penyusunan halaman pada suratyang terdiri lebih dari satu halaman;dan
c. memudahkan penentuan alur pengiriman surat atau pemberkasandan penyimpanan surat.
4. Alamat Surat
a. Surat Dinas ditujukan kepada nama jabatan pimpinan dari instansipemerintah yang dituju. Surat Dinas tidak dapat ditujukan kepadaidentitas yang tidak individual, misalnya kantor, kementerian,dan instansi.
b. Surat Dinas yang ditujukan kepada pejabat pemerintah/pejabatnegara ditulis dengan urutan sebagai berikut:1) nama jabatan;2) jalan;3) kota;dan4) kode pos.
Contoh:
Yth. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta 10110
5. Penggunaan Untuk Perhatian (u.p.)
Alamat surat dengan menggunakan istilah untuk perhatian (u.p.)digunakan untuk keperluan sebagai berikut:
740
a. mempercepat penyelesaian surat yang diperkirakan cukupdilakukan oleh pejabat atau staf tertentu di lingkungan Kementerian;
b. mempermudah penyampaian oleh sekretariat penerima suratkepada pejabat yang dituju dan untuk mempercepatpenyelesaiannya sesuai dengan maksud surat;dan
c. mempercepat penyelesaian surat karena tidak harus menunggukebijakan langsung pimpinan.
Contoh:
Yth. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta 10110
u.p.Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata
6. Paragraf Surat
Paragraf adalah sekelompok kalimat pernyataan yang berkaitansatu dengan yang lain, dan merupakan satu kesatuan. Fungsi paragrafadalah mempermudah pemahaman penerima, memisahkan, ataumenghubungkan pemikiran dalam komunikasi tertulis.
7. Penggunaan Spasi
Isi surat dinas diketik satu spasi dan diberi jarak 1,5 sampai dengan2 spasi diantara paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya.Jarak antarbaris surat yang terdiri dari satu paragraf, adalah duaspasi. Setiap paragraf baru ditandai dengan takuk, yaitu ± 6 ketukatau spasi.
8. Garis Kewenangan, Penandatanganan, dan Lampiran
a. Penggunaan Garis KewenanganPimpinan Kementerian bertanggung jawab atas segala kegiatanyang dilakukan di lingkungan Kementerian. Tanggung jawabtersebut tidak dapat dilimpahkan atau diserahkan kepadaseseorang yang bukan pejabat berwenang. Garis kewenangandigunakan apabila Surat Dinas ditandatangani oleh pejabat yangmendapat pelimpahan dari pejabat yang berwenang.
741
b. PenandatangananPenandatanganan Surat Dinas yang menggunakan gariskewenangan dapat dilaksanakan dengan menggunakan duacara sebagai berikut:
1) Atas Nama (a.n.)Atas Nama disingkat (a.n.) digunakan jika pejabat yangmenandatangani Surat Dinas telah diberi kuasa oleh pejabatyang bertanggung jawab, berdasarkan bidang tugas dantanggung jawab pejabat yang bersangkutan. Pejabatpenandatanganan Surat Dinas bertanggung jawab atas isiSurat Dinas kepada penanggung jawab, tanggung jawabtetap berada pada pejabat yang memberi kuasa.
Contoh:
a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
Sekretaris Jenderal,
Tanda Tangan
NAMA SEKRETARIS JENDERAL NIP
2) Untuk Beliau (u.b.)Untuk Beliau disingkat (u.b.) digunakan jika pejabat yangdiberi kuasa memberi mandat kepada bawahannya. Olehsebab itu, u.b. digunakan setelah a.n.
Contoh:a.n. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIASekretaris Jenderal
u.b.Kepala Biro Umum,
Tanda Tangan
NAMA KEPALA BIRO UMUMNIP
742
c. Susunan Penandatanganan Atas Nama (a.n.) Pejabat Lain
Nama jabatan pejabat yang berwenang ditulis lengkap denganhuruf kapital, didahului dengan singkatan a.n.
1) Nama jabatan pejabat yang menandatangani naskah dinasdapat ditulis singkatannya dengan huruf awal kapital.
2) Jika naskah dinas ditetapkan Untuk Beliau, singkatan u.b.dituliskan di bawah (di tengah-tengah) nama jabatan pejabatyang menandatangani, huruf awal ditulis dengan huruf kapitaldan diakhiri dengan tanda baca koma. Susunan pemakaiansingkatan nama jabatan hanya pada nama jabatan pejabatyang menandatangani naskah dinas.
3) Kata tanda tangan dituliskan.
4) Nama pejabat penanda tangan naskah dinas ditulis denganhuruf awal kapital.
5) Cap jabatan/Kementerian.
9. Pelaksana Tugas (Plt.)
Ketentuan penandatanganan Pelaksana Tugas disingkat (Plt.) adalahsebagai berikut:
a. Pelaksana Tugas (Plt.) digunakan apabila pejabat yang berwenangmenandatangani naskah dinas belum ditetapkan karenamenunggu ketentuan bidang kepegawaian lebih lanjut;dan
b. pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabatyang definitifditetapkan.
Contoh:
Plt. Kepala Biro KeuanganKepala Biro Umum,
Tanda Tangan
Nama Kepala Biro UmumNIP
10. Pelaksana Harian (Plh.)
Ketentuan penandatanganan Pelaksana Harian disingkat (Plh.) sebagaiberikut:
743
a. Pelaksana Harian (Plh.) dipergunakan apabila pejabat yangberwenang menandatangani naskah dinas tidak berada ditempatsehingga untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sehari-hariperlu ada pejabat sementara yang menggantikannya; dan
b. pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabatyang definitif kembali ditempat.
Contoh:
Plh. Kepala Biro UmumKabag Rumah Tangga,
Tanda Tangan
Nama Kabag Rumah TanggaNIP
11. Warna Tinta
Tinta yang digunakan untuk penulisan surat berwarna hitam, sedangkanuntuk penandatanganan surat berwarna hitam atau biru tua. Tintaberwarna merah hanya digunakan untuk penulisan tingkat keamanansurat rahasia atau sangat rahasia. Penggunaan warna tinta capdinas berwarna ungu.
F. Penanganan Surat Masuk
1. Surat Masuk adalah semua Surat Dinas yang diterima. Untukmemudahkan pengawasan dan pengendalian, penerimaan suratmasuk di Kantor Pusat dipusatkan di Biro Umum. Apabila suratmasuk disampaikan langsung kepada pejabat yang membidangiurusannya, pejabat tersebut berkewajiban memberi tahu kepadapihak sekretariat atau pejabat yang diberi wewenang melaksanakanpenerimaan surat tersebut.
2. Penanganan Surat MasukDilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a. PenerimaanSurat masuk yang diterima dalam sampul tertutup dikelompokkanberdasarkan tingkat keamanan (SR, R, dan B) dan tingkatkecepatan penyampaiannya (Kilat/Sangat Segera, Segera, dan
744
Biasa). Selanjutnya, surat ditangani sesuai dengan tingkatkeamanan dan tingkat kecepatan penyampaiannya.
b. Pencatatan
1) Surat masuk yang diterima dari petugas penerimaan (BiroUmum) dicacat diLembar Kontrol atau tanda penerimaannyaditandatangani. Pencatatan surat dilaksanakan denganprioritas sesuai dengan tingkat kecepatan penyampaiannya.
2) Catatan dilaksanakan pada Lembar Dosir menurut klasifikasiarsip. Pencatatan dilakukan pula pada Lembar Disposisimengenai nomor agenda/dosir, tanggal penerimaan, tanggalsurat masuk, nomor surat masuk, asal surat, dan hal.
3) Pencatatan Surat Dinas yang mempunyai tingkat keamananSR (Sangat Rahasia) dan R (Rahasia) dilakukan olehkesekretariatan masing-masing tujuan atau pejabat yangmendapatkan kewenangan.
4) Pencatatan Surat Dinas yang mempunyai tingkat keamananK (Kilat) dan B (Biasa) dilakukan oleh petugas di BiroUmum untuk disampaikan sesuai dengan tujuan.
5) Pencatatan surat selalu dilakukan pada setiap terjadipemindahan dan penyimpanan.
6) Pencatatan pada Buku Ekspedisi dilakukan untuk pengirimansurat di lingkungan Kementerian.
c. Penilaian
1) Kegiatan penilaian surat masuk sebenarnya sudah mulaidilaksanakan pada tahap pencatatan, yaitu pada waktu menilaisementara apakah surat masuk yang harus diberkaskan.Penilaian sementara ini dilakukan untuk memudahkanpenanganan surat oleh petugas/pejabat arsip.
2) Pada tahap penilaian, surat dinilai apakah akan disampaikankepada pimpinan atau dapat disampaikan langsung kepadapejabat yang menangani.
3) Selain penilaian penyampaian surat, dilakukan pula penilaianatas penanganan surat, apakah surat masuk itu akan diprosesbiasa atau melalui proses pemberkasan naskah.
4) Surat masuk yang beralamat pribadi (nama orang) dinilaitermasuk surat yang harus disampaikan langsung kepadayang bersangkutan dalam keadaan sampul tertutup.
745
5) Penilaian dilakukan dengan berpedoman kepada tingkatkeamanan dan tingkat kecepatan penyampaian surat.
d. Pengolahan
1) Pada tahap pengolahan, pimpinan/pejabat memutuskantindakan yang akan diambil sehubungan dengan surat masuktersebut.
2) Dari hasil pengolahan dapat diputuskan tindak lanjutnya,yaitu langsung disimpan atau dibuat naskah dinas baru,misalnya surat dinas, keputusan, dan instruksi.
3) Pengolahan surat masuk dapat menggunakan prosespemberkasan naskah atau proses administrasi biasa sesuaidengan kebutuhan.
e. Penyimpanan
1) Selama masa pengolahan surat masuk sudah mulaimengalami proses penyimpanan karena Surat Dinas yangsudah disimpan itu sering diminta kembali untuk diolah.Surat Dinas harus disimpan dengan baik sehingga mudahditemukan kembali jika diperlukan.
2) Surat masuk yang melalui proses pemberkasan, naskahdisimpan dalam berkas naskah dinas menurut klasifikasinyaarsip.
3) Surat masuk yang diproses tidak melalui proses pemberkasannaskah dinas disimpan dalam himpunan sesuai dengankebutuhan.
Beberapa cara menghimpun Naskah Dinas sebagai berikut:
a) Seri adalah himpunan satu jenis surat dinas yangberdasarkan format surat atau jenis Naskah Dinas,misalnya Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, InstruksiMenteri, dan Surat Edaran disusun secara kronologis.Himpunan menurut seri selain dibatasi kemampuanmap juga dibatasi oleh tahun pembuatan naskah dinas;
b) Rubrik adalah himpunan dari satu macam masalah/hal/pokok persoalan yang disusun secara kronologis,misalnya cuti, kunjungan dinas, dan kerja lapangan.Himpunan menurut rubrik dibatasi dengan tahun ataudibatasi sampai dengan masalah selesai;dan
746
c) Dosir adalah himpunan satu macam kegiatan ataupersoalan yang disusun secara kronologis. Misalnya,agenda surat masuk dalam satu masalah/klasifikasiarsip (dilaksanakan di sentral surat/Biro Umum).
4) Penyimpanan surat atau himpunan dilakukan sebagaiberikut:
a) Lateral adalah penyimpanan surat/himpunan yangdiletakkan sedemikian rupa sehingga yang terlihathanya bagian sisi samping; misalnya penyimpanandalam ordner, kotak arsip, atau boks fail;
b) Vertikal adalah penyimpanan surat/himpunan yangdiletakan sedemikian rupa sehingga yang terlihathanya bagian muka, misalnya penyimpanan surat/map pada lemari berkas (fail kabinet);dan
c) Horizontal adalah penyimpanan surat/himpunanyang diletakan sedemikian rupa sehingga mukasurat/himpunan terlihat sebelah atas; misalnya,penyimpanan peta atau gambar konstruksi.
5) Selama masih aktif, surat tetap berada di unitpengolah. Jika setelah dinilai surat itu menjadiarsip inaktif, penyimpanannya harus sudah dialihkanke unit kearsipan sesuai dengan ketentuan kearsipanyang berlaku.
f. Sarana Penanganan Surat Masuk
1) Buku Agenda adalah sarana utama pengendalian danpengawasan surat masuk. Semua surat masuk pertamakali dicatat pada Buku Agenda, yang disusun dalam kolomcatatan sebagai berikut:a) nomor urut pembukuan;b) tanggal surat masuk;c) nomor agenda;d) nomor dan tanggal surat masuk;e) lampiran;f) alamat pengirim;g) hal/isi surat;danh) keterangan.
747
Sesuai dengan kebutuhan, kolom catatan dapat ditambah,misalnya dengan petunjuk pada nomor yang lalu dan petunjukpada nomor berikutnya.
2) Pengurusan surat masuk yang tidak melalui prosespemberkasan Naskah Dinas, selain Buku Agenda, dapatdigunakan sarana lain yang diatur sesuai dengan kebutuhanmasing-masing unit kerja.
3) Sarana pengurusan surat masuk melalui proses pemberkasannaskah, selain Buku Agenda, juga digunakan sarana lain.
g. Alur Surat Masuk
Alur Surat Masuk merupakan siklus surat yang datang darimulai penerimaan sampai ke tempat tujuan sesuai dengan alamatyang dituju. Selanjutnya, keterangan dari gambar di bawah iniadalah sebagai berikut:
1) Surat Masuk adalah surat yang datang dari berbagai instansi/lembaga pemerintah, swasta, dan satuan kerja di lingkunganKementerian, baik pusat maupun daerah;
2) Subbagian Tata Persuratan, Biro Umum denganmenggunakan Sistem Keamanan Satu Pintu (One GatePolis) mempunyai tugas menerima, menyortir, mengagendakandalam dosir, mengekspedisikan surat, dan mendistribusikanke masing-masing Eselon I di lingkungan Kementerian;
3) Selanjutnya, Eselon I di lingkungan Kementerian menerima,mengagendakan, mendisposisi, mengekspedisikan, danmendistribusikan surat itu ke Eselon II;
4) Dari Eselon II, surat didisposisikan untuk ditindaklanjutioleh Eselon III sebagai tugas tanggungjawab pejabatteknis;dan
5) Dari Eselon III, surat dilanjutkan disposisi ke Eselon IV(tugas fungsinya sebagai pelaksana), dilaksanakan sesuaidengan perintah.
Gambar alur surat masuk dapat dilihat pada Contoh 30.
748
CONTOH 30ALUR SURAT MASUK(ONE GATE POLIS)
<
<<
<<
<
<
Eselon IV
Sub BagianSeksiUPT
Eselon III
BagianSub DirektoratUPT
2
4
6
1
3
5
Eselon I
Sekretariat JenderalDirektorat JenderalInspektorat JenderalBadan Pengembangan SD Parekraf
Eselon II
Sekretariat DitjenDirektoratBiroPusatSekretariat ItjenSekretariat BPSD ParekrafUPT
MenteriPariwisata danEkonomi Kreatif
Tata PersuratanBiro Umum
SuratMasuk
749
G. Penanganan Surat Keluar
1. Surat Keluar adalah semua Surat Dinas yang akan dikirim kepadapejabat yang tercantum pada alamat Surat Dinas dan sampul SuratDinas. Seperti penanganan surat masuk, pencatatan, pemberiannomor/cap dan pengiriman surat keluar dipusatkan di Biro Umumatau bagian lain yang menyelenggarakan fungsi kesekretariatanuntuk memudahkan pengawasan dan pengendalian.
2. Penanganan Surat Keluar dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
a. Pengolahan
1) Kegiatan pengolahan dimulai dari penyimpanan hingga kepenandatanganan Surat Dinas. Penyiapan surat keluardilaksanakan antara lain karena:a) adanya kebijaksanaan pimpinan;b) reaksi atas suatu aksi;danc) adanya konsep baru.
2) Penyimpanan/penyusunan konsep surat keluar adalahsebagai berikut:
a) penyiapan/penyusunan konsep dilakukan oleh pejabat/pegawai yang membidangi;
b) setiap konsep yang disiapkan harus didasarkan padakebijakan dan pengarahan pimpinan;
c) setiap konsep yang diajukan kepada pimpinan terlebihdahulu harus diteliti oleh sekretaris/pimpinan sekretariatatau pejabat yang diserahi wewenang. Sesuai denganpetunjuk pimpinan atau menurut pertimbangannya sendiriterhadap isi surat dinas, sekretaris/pimpinan sekretariatmenetapkan tingkat kecepatan penyampaian dan tingkatkeamanan surat;
d) setiap konsep Surat Dinas sebelum ditandatangani olehpejabat yang berwenang dibubuhi paraf terlebih dahuluoleh para pejabat dua tingkat dibawahnya yang bertugasmenyiapkan konsep Surat Dinas tersebut;dan
e) letak pembubuhan paraf diatur sebagai berikut:
(1) untuk paraf pejabat yang berada dua tingkat dibawah pejabat, penanda tangan Surat Dinas beradadi sebelah kiri/sebelum nama pejabat penandatangan;dan
750
(2) untuk paraf pejabat yang berada satu tingkat dibawah pejabat penandatangan Surat Dinasberada di sebelah kanan/setelah nama pejabatpenandatangan.
f) Penandatanganan, pemberian cap dinas, dan penomorandilakukan setelah Surat Dinas diparaf oleh pejabat yangbersangkutan dan tidak lagi mengandung kekurangan/kesalahan yang perlu diperbaiki.
Prosesnya sebagai berikut:
(1) pengajuan kepada pejabat yang akanmenandatangani;
(2) penandatanganan oleh pejabat yang bersangkutan;
(3) pemberian nomor;dan
(4) pembubuhan cap dinas.
b. PencatatanSemua surat keluar dicatat dalam buku pencatatan surat keluar(buku ekspedisi) yang bentuk, susunan, dan tata carapencatatannya diatur oleh masing-masing unit kerja.
c. Penggandaan
1) Penggandaan adalah kegiatan memperbanyak surat dinas/berkas dengan sarana reproduksi yang tersedia sesuaidengan kebutuhan.
2) Penggandaan hanya dilakukan setelah surat keluarditandatangani oleh pejabat yang berhak.
3) Pembubuhan cap dinas pada hasil penggandaan harus asli(bukan salinan).
4) Jumlah yang digandakan sesuai dengan alamat yang dituju/kebutuhan.
5) Penggandaan surat keluar yang tingkat kecepatanpenyampaiannya Kilat/Sangat Segera harus didahulukan.
6) Penggandaan surat keluar yang tingkat keamanannyakonfidensial ke atas harus diawasi dengan ketat.
7) Sekretaris/pimpinan sekretaris berkewajiban menjaga agarpenggandaan dilaksanakan menurut ketentuan yang diaturoleh masing-masing unit kerja.
751
d. Pengiriman
1) Surat keluar yang akan dikirimkan dimasukan ke dalamsampul.
2) Pada sampul surat keluar yang tingkat keamanannya Biasa(B), Rahasia (R), dan Sangat Rahasia (SR), dicantumkanalamat lengkap nomor Surat Dinas dan cap yang sesuaidengan tingkat kecepatan penyampaian (Kilat/Sangat Segera,Segera, Biasa).
3) Pada sampul surat yang tingkat keamanannya SR atau Rdimasukkan ke dalam sampul, dibubuhi alamat lengkap,nomor Surat Dinas, cap dinas, cap yang sesuai dengantingkat kecepatan penyampaian, dan cap tingkat keamanan.Selanjutnya, sampul ini dimasukkan ke dalam sampul keduadengan tanda-tanda yang sama, kecuali cap tingkatkeamanan.
4) Semua surat keluar yang dikirim dicatat dalam buku ekspedisisebagai bukti pengiriman atau dibuatkan tanda buktipengiriman tersendiri.
5) Untuk kepentingan keamanan, sekretaris/pimpinan sekretariatmengusahakan keselamatan pengiriman semua surat keluar,khususnya yang tingkat keamanannya SR/R.
e. Penyimpanan
1) Semua arsip surat keluar (pertinggal) harus disimpan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan kearsipan.
2) Naskah asli surat dinas keluar dan naskah yang diparafharus disimpan.
3) Tata cara penyimpanan surat keluar diatur oleh unit kerjamasing-masing.
f. Alur Surat KeluarAlur Surat Keluar merupakan siklus surat resmi yang keluar danditandatangani oleh Menteri, pejabat Eselon I, dan pejabatEselon II. Selanjutnya dari keterangan gambar di bawah ini, ada2 (dua) surat keluar yang perlu diperhatikan.
Alur pembuatan surat keluar sebagai berikut:
1) alur surat keluar yang ditandatangani oleh pejabat EselonI sebagai berikut:
752
a) surat yang perlu dijawab dan ditandatangani oleh pejabatEselon I merupakan surat yang pada prinsipnya perlukebijakan dari pejabat Eselon I. Pengonsep surat dimulaidari Eselon III, yang bertugas mengonsep dan memberiparaf (sebelah kiri) dilanjutkan ke Eselon II;
b) surat yang sudah sampai ke Eselon II yang bertugasmengoreksi, menambah konsep, dan memberi paraf(sebelah kanan), selanjutnya dikirim ke Eselon I;
c) Eselon I mengoreksi, menambahkan konsep, danmenandatangani surat (apabila sudah sesuai dengankebijakan yang diambil);dan
d) surat yang sudah ditandatangani oleh Eselon I dilanjutkanke Subbagian Tata Persuratan (Biro Umum) untukpenomoran dan pengiriman sesuai dengan yang dituju.
Khusus untuk surat yang ditandatangani oleh Menteri, padaprinsipnya sama dengan alur dan siklus sebagaimana diaturpada angka 1) sampai dengan 4) dengan kebijakan-kebijakanpimpinan (khususnya, Eselon I dan Eselon II).
2) alur surat keluar yang ditandatangani oleh pejabat EselonII, sebagai berikut:
a) surat yang sudah ditindaklanjuti oleh (pejabat EselonIV) mengonsep (diberi paraf disebelah kiri), mengetik,dan mendistribusikan kembali ke Eselon III sesuai denganperintah;
b) surat yang sudah sampai ke pejabat Eselon III(mengoreksi, menambah konsep, memperbaiki, danmemberi paraf disebelah kanan dan dilanjutkan kepejabat Eselon II;
c) pejabat Eselon II mengoreksi, menambah konsep, danmenandatangani (apabila sudah sesuai dengan perintahsebelumnya);dan
d) surat yang sudah ditandatangani oleh pejabatEselon II dilanjutkan ke Subbagian Tata Persuratan,Biro Umum untuk penomoran dan pengiriman sesuaidengan yang dituju.
Gambar Alur Surat Keluar dapat dilihat pada Contoh 31.
753
CONTOH 31ALUR SURAT KELUAR
(ONE GATE POLIS)
><
>>
>
<
>>
<
<
2
Eselon III
BagianSub DirektoratUPT
1
3
5 4
3
2
Eselon IV
Sub BagianSeksiUPT
1
Eselon I
Sekretariat JenderalDirektorat JenderalInspektorat JenderalBadan Pengembangan SDParekraf
Eselon II
Sekretariat DitjenDirektoratBiroPusatSekretariat ItjenSekretariat BPSD ParekrafUPT
MenteriPariwisata dan
Ekonomi Kreatif
Tata PersuratanBiro Umum
SuratKeluar
Ttd
Eselon I
Ttd
Menteri
Ttd
Eselon II
754
BAB VPENGGUNAAN LAMBANG NEGARA, LOGO, DAN CAP DINAS
Lambang Negara, Logo, dan Cap Dinas digunakan dalam Tata NaskahDinas sebagai tanda pengenal atau identifikasi yang bersifat tetap dan resmi.Untuk memperoleh keseragaman dalam penyelenggaraan Tata Naskah Dinasdi lingkungan Kementerian perlu ditentukan penggunaan Lambang Negara,Logo, dan Cap Dinas pada kertas surat dan sampul.
A. Penggunaan Lambang Negara
Ketentuan penggunaan Lambang Negara untuk Tata Naskah Dinassebagai berikut:
1. Lambang Negara digunakan dalam Tata Naskah Dinas sebagaitanda pengenal atau identifikasi yang bersifat tetap dan resmi;
2. Lambang Negara berwarna emas digunakan pada Surat Dinas yangditandatangani oleh pejabat negara;
3. Pejabat negara terdiri dari:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis PermusyawaratanRakyat;
c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah;
e. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung padaMahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim padasemua Badan Peradilan;
f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Mahkamah Konstitusi;
h. Menteri dan jabatan setingkat Menteri;
i. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yangberkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh;
j. Gubernur dan Wakil Gubernur;
k. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota;dan
l. pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.
755
B. Penggunaan Logo
1. Logo adalah tanda pengenal atau identitas berupa simbol atau hurufyang digunakan dalam Tata Naskah Dinas Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif sebagai identitas agar publik lebih mudahmengenalnya.
2. Setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif harus memiliki dan menggunakan logo.
3. Penggunaan logo diletakkan di sebelah kiri kepala surat.
4. Logo digunakan dalam Tata Naskah Dinas yang ditandatanganipejabat selain Menteri.
5. Logo digunakan oleh pejabat berwenang pada unit kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Logo Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat dilihat dalamcontoh 32.
CONTOH 32LOGO KEMENTERIAN
C. Penggunaan Lambang Negara dan Logo dalam Kerja Sama
1. Dalam hal dilakukan kerja sama antarpemerintah (G to G), digunakanLambang Negara (burung garuda berwarna emas).
2. Dalam rangka kerja sama Pemerintah Republik Indonesia (denganpihak luar negeri), Lambang Negara diletakkan di atas map naskahdinas.
3. Tata letak logo dalam perjanjian kerja sama sektoral, baik antarkementerian negara/propinsi/kabupaten/kota (di dalam negeri), logoyang dimiliki instansi masing-masing diletakkan di atas map naskahperjanjian.
Format penggunaan Logo dalam kerja sama dapat di lihat padacontoh 33.
756
CONTOH 33 FORMAT PENGGUNAAN LOGO DALAM KERJA SAMA
PERJANJIAN KERJA SAMA
ANTARA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
NOMOR ....................... NOMOR .......................
TENTANG ........................................................................
Pada hari ini, ..........., tanggal ........., bulan .........., tahun ..........., bertempat di ..........., yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ....................... : Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif berkedudukan di Gedung Sapta Pesona Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17 Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;
2. ....................... : ……........................., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;
Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa ..............................................................................................................;
b. bahwa ..............................................................................................................;
Berdasarkan hal tersebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan kerja sama dalam bidang ............................................ dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
Tujuan Kerja Sama ...................................................................................................................................
Pasal 2
Ruang Lingkup Kerja Sama ..................................................................................................................................
Pasal 3
Hak dan Kewajiban
(1) PIHAK PERTAMA mempunyai Hak dan Kewajiban ................................................ (2) PIHAK KEDUA mempunyai Hak dan Kewajiban ……..............................................
757
Pasal 4
Pelaksanaan Kegiatan
....................................................................................................................................
Pasal 5
Pembiayaan
...................................................................................................................................
Pasal 6
Penyelesaian Perselisihan
Apabila terdapat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat atau melalui peradilan atau lembaga arbitrase.
Pasal 7
Force Majeur
(1) Dalam hal terjadi Force Majeur, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA atau salah satu pihak yang mengalami Force Majeur tidak dapat diminta untuk memenuhi isi Perjanjian Kerja Sama ini baik keseluruhan maupun sebagian.
(2) Yang dimaksud Force Majeur dalam Perjanjian Kerja Sama ini adalah setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan, kemampuan atau kendali PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA seperti bencana alam, pemogokan, huru hara, kebakaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan salah satu pihak atau PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.
(3) Pihak yang mengalami Force Majeur harus memberitahukan pihak lainnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang.
Pasal 8
Ketentuan Penutup
Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap ……. (ditulis dengan huruf) asli bermeterai cukup, masing-masing sama bunyinya, dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada saat Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani. PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) NAMA LENGKAP (NAMA LENGKAP) Keterangan: Untuk judul tiap-tiap pasal disesuaikan dengan materi yang diatur
758
D. Penggunaan Cap Dinas
1. Pengertian
Cap Dinas adalah tulisan dan/atau lambang tingkat jabatan dan/atauinstansi/kementerian yang digunakan sebagai tanda pengenal yangsah dan berlaku yang dibubuhkan pada ruang tanda tangan.
2. Macam Cap Dinasa. Cap jabatan Menteri memuat nama jabatan Menteri.b. Cap Kementerian memuat nama Kementerian.
3. Ukuran dan Warna
Tinta cap dinas berwarna ungu dengan ukuran diameter sebagaiberikut:
Contoh:
4. Wewenang PenggunaanPejabat yang berwenang menggunakan cap dinas:
a. Cap jabatan Menteri digunakan untuk naskah dinas yangditandatangani Menteri.
40 mm
39 mm
30 mm
759
b. Cap Kementerian:
1) Naskah dinas yang ditandatangani Sekretaris Jenderal ataupejabat selain Menteri di lingkungan Kementerianmenggunakan Cap Kementerian bertuliskan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Contoh:
2) Naskah dinas yang ditandatangani Direktur Jenderal (Dirjen),Inspektur Jenderal (Irjen), Kepala Badan, dan Kepala UnitPelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerianmenggunakan cap bertuliskan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif, serta masing-masing nama DirektoratJenderal (Ditjen), Inspektorat Jenderal (Itjen), Badan, danUPT.
Contoh:
5. Kekhususan Penggunaan
a. Setiap naskah kerja sama Pemerintah Republik Indonesiadengan pihak luar negeri tidak menggunakan cap.
b. Naskah kerjasama antarinstansi pemerintah di dalam negerimenggunakan cap jabatan masing-masing instansi.
E. Pengawasan
Menteri bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan ini.
760
BAB VIPERUBAHAN, PENCABUTAN, PEMBATALAN,
DAN RALAT NASKAH DINAS
Perubahan, pencabutan, pembatalan, serta ralat naskah dinas harusjelas dan dapat menunjukkan Naskah Dinas mana yang diadakan perubahan,pencabutan, pembatalan, dan/atau ralat tersebut.
A. Pengertian
1. Perubahan
Perubahan berarti bagian tertentu dari Naskah Dinas diubah.Perubahan dinyatakan dengan Lembar Perubahan.
2. Pencabutan
Pencabutan berarti bahwa Naskah Dinas itu tidak berlaku sejakpencabutan ditetapkan. Pencabutan Naskah Dinas dinyatakan denganpenetapan Naskah Dinas baru.
3. Pembatalan
Pembatalan berarti bahwa seluruh materi Naskah Dinas tidak berlakumulai saat Naskah Dinas itu ditetapkan. Pembatalan Naskah Dinasdinyatakan dengan penetapan Naskah Dinas baru.
4. Ralat
Ralat adalah perbaikan yang dilakukan karena terjadi kekeliruanpengetikan atau cetak sehingga tidak sesuai dengan naskah aslinya.
B. Tata Cara Perubahan, Pencabutan, Pembatalan, dan Ralat
1. Naskah Dinas yang bersifat mengatur, apabila diubah, dicabut, ataudibatalkan, harus dengan naskah dinas yang sama jenisnya. Misalnya,Peraturan Menteri harus diubah, dicabut, dan dibatalkan denganPeraturan Menteri.
2. Pejabat yang berhak menentukan perubahan, pencabutan, danpembatalan adalah pejabat yang menandatangani Naskah Dinastersebut atau pejabat yang lebih tinggi kedudukannya.
3. Ralat yang bersifat kekeliruan kecil, misalnya, salah ketik, dilaksanakanoleh pejabat yang menandatangani Naskah Dinas.
761
BAB VIIKODE SINGKATAN DAN KLASIFIKASI ARSIP
Untuk keseragaman efisiensi dan efektivitas dalam penulisan naskahdinas, perlu ditetapkan kode singkatan dalam penyebutan nama jabatan dannama unit kerja,sebagai berikut:
A. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif1. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif KPEK2. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif MPEK
B. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif WMPEK
C. Staf Ahli Menteri SAM1. Staf Ahli Bidang Perlindungan
Keanekaragaman Karya kreatif SAM I2. Staf Ahli Bidang Jasa Ekonomi SAM II3. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga SAM III4. Staf Ahli Bidang Ilmu Pengetahuan SAM IV
dan Teknologi
D. Sekretariat Jenderal SetjenSekretaris Jenderal Sekjen1. Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Karo Renor2. Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian Karo Kumpeg3. Kepala Biro Keuangan Karo Keu4. Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Karo KLN5. Kepala Biro Umum Karo Umum6. Kepala Pusat Data dan Informasi Kapusdatin7. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kapusdiklatpeg
Pegawai8. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kapuskomblik
E. Direktorat Jenderal Ditjen
1. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Dirjen PDPPariwisataa. Sekretaris Direktorat Jenderal
Pengembangan Destinasi Pariwisata Sekditjen PDP
762
b. Direktur Perancangan Destinasi danInvestasi Pariwisata Dir. PDIP
c. Direktur Pengembangan Daya Tarik Wisata Dir. PDTWd. Direktur Industri Pariwisata Dir. IPe. Direktur Pemberdayaan Masyarakat
Destinasi Pariwisata Dir. PMDPf. Direktur Pengembangan Wisata Minat
Khusus, Konvensi, Insentif dan Even Dir. MK-KIE
2. Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Dirjen PPa. Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasaran
Pariwisata Sekditjen PPb. Direktur Pengembangan Pasar dan
Informasi Pariwisata Dir. PPIPc. Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri DPPLNd. Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri DPPDNe. Direktur Pencitraan Indonesia DPIf. Direktur Konvensi, Insentif, Even dan
Minat Khusus DPKIEMK
3. Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif BerbasisSeni, dan Budaya Dirjen EKSBa. Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi
Kreatif Berbasis Seni, dan Budaya Sekditjen EKSBb. Direktur Pengembangan Industri Perfilman Dir. PIPc. Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan
dan Industri Musik Dir. PSPIMd. Direktur Pengembangan Seni Rupa Dir. PSR
4. Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif BerbasisMedia, Desain dan Iptek Dirjen EKMDIa. Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi
Kreatif BerbasisMedia, Desain dan Iptek Sekditjen EKMDIb. Direktur Pengembangan Ekonomi
Kreatif Berbasis Media Dir. PEKBMc. Direktur Desain dan Arsitektur Dir. D & Ad. Direktur Kerjasama dan Fasilitas Dir. KF
763
E. Inspektorat Jenderal Itjen1. Sekretaris Inspektorat Jenderal Sekitjen2. Inspektur I Ir. I3. Inspektur II Ir. II4. Inspektur III Ir. III
F. Badan Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi KreatifKaBadan
1. Sekretaris Badan Pengembangan SumberDaya Parekraf Setban
2. Kepala Pusat Penelitian dan PengembanganKebijakan Kepariwisataan Litpar
3. Kepala Pusat Penelitian dan PengembanganKebijakan Ekonomi Kreatif Litkraf
4. Kepala Pusat Pengembangan SDMKepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Kapusbang SDM
5. Kepala Pusat Kompetensi Kepariwisataandan Ekonomi Kreatif Puskom Parekraf
Kode Klasifikasi Arsip
UM UMUM
UM 001 Pembinaan Surat-Menyurat/Umum
UM 005 Penghapusan Arsip
UM 006 Alamat
UM 101 Ketertiban dan Keamanan
UM 102 Izin Peminjaman (Alat-Alat, Ruangan, Lapangan, dll.)
UM 104 Perumahan Dinas
UM 201 Permohonan Menghadap/Appointment/Audiensi, Sambutan
UM 202 Undangan/Kunjungan
UM 203 Pelantikan/ Undangan Pelantikan
UM 205 Upacara Kedinasan
UM 206 Raker, Rapim
UM 208 Ucapan Terima Kasih, Ucapan Selamat, dan Ucapan Belasungkawa
UM 209 Izin/Laporan Kedinasan
764
UM 303 Bantuan, Sumbangan, Dukungan
UM0013 Laporan Umum
KP KEPEGAWAIAN
KP 101 Data Perseorangan
KP 104 Kartu Pengenal, Karis, dan Karsu.
KP 105 Penugasan/SPMT/SPPT
KP 107 Tanda Penghargaan
KP 109 Sumpah Pegawai/Jabatan, dan Pelantikan
KP 110 Spesimen Tanda Tangan
KP 201 Formasi Pegawai
KP 202 Daftar Nominatif,
KP 203 Pengendalian Kepangkatan/Jabatan
KP 206 Tenaga Kerja
KP 207 Bantuan Tenaga Kerja Warga Negara Indonesia/Asing
KP 301 Lamaran Kerja
KP 303 Izin Kerja Warga Negara Asing
KP 305 Pengujian Kesehatan
KP 306 Penempatan Pegawai
KP 308 Penggajian, Kenaikan Gaji Berkala, dan SKPP
KP 401 Pengangkatan Pegawai
KP 402 Kenaikan Pangkat
KP 403 Pengangkatan dalam Jabatan
KP 404 Pemindahan
KP 408 Impasing/Penyesuaian Ijazah
KP 501 Ujian Dinas
KP 502 Disiplin (Teguran, Laporan Kehadiran, Penundaan Kenaikan Gaji,Penundaan Kenaikan Pangkat)
KP 506 DP-3
KP 701 Pemberhentian dengan hormat
KP 702 Pemberhentian dengan tidak hormat
765
KP 705 Pensiun pegawai
KP 704 Masa persiapan pensiun (MPP)
KP 706 Pensiun janda, anak dan duda
KP 1011 Exit permit, Visa, Izin ke Luar Negeri
KP 1013 Izin perkawinan/perceraian
KP 1014 Laporan LP2P
KP 1015 Cuti
KU KEUANGAN
KU 101 RAPBN/APBN
KU 102 DUK/DIK
KU 104 SKO (Pencairan Dana, Revisi Anggaran)
KU 202 DIP/DUP
KU 208 Laporan Mingguan/Berkala
KU 209 Honorarium/Tunjangan dan Serah Terima Proyek
KU 501 Pajak-Pajak
KU 503 Sewa Rumah Dinas/Sewa Gedung, dll.
KU 506 Biaya Perjalanan Dinas/TODA
KU 601 Perhitungan Anggaran
KU 602 Perbendaharaan (Tunjangan Ganti Rugi)
KU 603 Pengangkatan Bendahara/Pimpro, dll.
KU 702 Tagihan-Tagihan
HM HUMAS
HM 001 Informasi tentang Pariwisata, Hotel, dan Ekonomi Kreatif
HM 304 Pameran dan Pemutaran Film
HM 403 Keluhan Masyarakat/Pengaduan
HK HUKUM
HK 001 UU dan Struktur Organisasi
HK 104 Instruksi Menteri
HK 201 Perundang-Undangan
766
HK 501 Keputusan/Perizinan
HK 502 Dispensasi
HK 505 Rekomendasi
HK 506 Prosedur Tetap
PW PARIWISATA
PW 001 Data Wisatawan dan Fasilitasnya
PW 006 Bina Usaha Pariwisata
PW 007 Pemugaran Peninggalan Benda Bersejarah
PW 101 Pramuwisata
PW 104 Kemudahan Wisata (Visa, Karantina, dan Bea Cukai)
PW 202 Promosi Luar Negeri
PW 204 Audi Visual, Shoting Film
PW 302 Status dan Kelas Hotel
DL PENDIDIKAN DAN LATIHAN
DL 107 Pelatihan
DL 008 Surat Izin Belajar
DL 208 Beasiswa
PS 101 Pengawasan/Pemeriksaan Keuangan
PR 001 Perencanaan /Proyek
PB 103 Pembangunan
PM 004 Penanaman Modal (dalam negeri dan luar negeri)
PT 001 Sambungan Telepon
KS 001 Kerjasama
OT 001 Pembentukan Kelompok Kerja
PL PERLENGKAPAN
PL 002 Klasifikasi Data/Laporan
PL 101 Kontrak dan Penawaran
PL 104 Pengadaan Inventaris
PL 202 Pemeliharaan
767
PL 301 Inventaris Umum
PL 302 Inventaris Bergerak
PL 303 Inventaris Tidak Bergerak
PL 402 Penghapusan Inventaris
PL 407 Hibah
PP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PP 001 Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan
PP 002 Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi kreatif
PP 003 Pengembangan SDM Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
PP 004 Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP
Tata Cara Pelaksanaan Tata Naskah Dinas ini merupakan acuan dalampengelolaan tata naskah dinas bagi seluruh unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, S.H, MMNIP. 19590617 198803 1 005
768
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.134/UM.001/MPEK/2012
TENTANG
JADWAL RETENSI ARSIP FASILITATIF NON KEUANGANDAN NON KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk tercapainya tertib pelaksanaan penyusutanarsip di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif, perlu adanya Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif NonKeuangan dan Non Kepegawaian;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Jadwal RetensiArsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non KepegawaianDi Lingkungan Kementerian Pariwisata Dan EkonomiKreatif;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009, tentang Kearsipan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5071);
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
769
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009tentang Kearsipan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5286);
3. Keputusan Presiden Nomor 105 Tahun 2004 tentangPengelolaan Arsip Statis (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 143);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010, tentangTugas dan Fungsi Kementerian Negara serta SusunanOrganisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I KementerianNegara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.63/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman PelaksanaanTata Kearsipan di Lingkungan Departemen Kebudayaandan Pariwisata;
7. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik IndonesiaNomor 12 Tahun 2009 tentang Jadwal Retensi ArsipFasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian;
8. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG JADWAL RETENSI ARSIPFASILITATIF NON KEUANGAN DAN NONKEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
770
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentukdan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dankomunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahandaerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasikemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat JRA adalah daftar yangberisi sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenisarsip, dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang penetapan suatujenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau dipermanenkan yangdipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.
3. Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian adalah arsip yangberkaitan dengan bidang non keuangan/fiskal dan non kepegawaian.
4. Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaianadalah daftar yang berisi jenis Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan NonKepegawaian beserta jangka waktu penyimpanannya sesuai dengannilai kegunaannya.
5. Penyusutan Arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengancara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan,pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsipstatis kepada lembaga kearsipan.
6. Jangka Waktu Simpan (Retensi) adalah masa simpan minimal suatujenis arsip pada Unit Pengolah dan atau Unit Kearsipan.
7. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Aktif adalah masa simpan minimalsuatu jenis arsip pada Unit Pengolah. Jangka Waktu Simpan Arsip Aktifdihitung sejak arsip diciptakan mulai diregistrasi hingga selesai diproses.
8. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Inaktif adalah masa simpan minimalsuatu jenis arsip pada Unit Kearsipan/Pusat Arsip. Jangka Waktu SimpanArsip Inaktif dihitung sejak habisnya masa retensi arsip aktif sampai nilaigunanya untuk kepentingan referensi berakhir.
9. Musnah adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu jenis arsipdapat dimusnahkan karena jangka waktu penyimpanan telah habis dantidak memiliki nilai guna lagi.
771
10. Permanen adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu jenis arsipnilai guna sekunder atau nilai guna permanen, wajib diserahkan kepadaArsip Nasional Republik Indonesia/Lembaga Kearsipan sebagai buktipertanggungjawaban sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi masing-masing.
11. Dinilai Kembali adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu jenisarsip belum dapat ditentukan nasib akhirnya apakah musnah ataupermanen, teknologi perlu dilakukan penilaian kembali dan pengkajianlagi.
Pasal 2
Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian meliputi:
a. perencanaan;
b. hukum;
c. organisasi dan ketatalaksanaan;
d. kearsipan;
e. ketatausahaan dan kerumahtanggaan;
f. hubungan masyarakat;
g. penelitian, pengkajian dan pengembangan;
h. pendidikan dan pelatihan;
i. perlengkapan;
j. pengadaan Barang dan Jasa;
k. perpustakaan;
l. teknologi informasi dan komunikasi; dan
m. pengawasan.
Pasal 3
Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian tercantumdalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.
Pasal 4
Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 disusun dalam bentuk kolom yangmemuat:a. Nomor;b. Jenis Arsip;
772
c. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Aktif;
d. Jangka Waktu Simpan (Retensi) Inaktif; dan
e. Keterangan yang berisi pernyataan Musnah, Permanen atau Dinilai Kembali.
Pasal 5
Jadwal Retensi Arsip Non Keuangan dan Non Kepegawaian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 merupakan pedoman untuk penyusutan Arsip NonKeuangan dan Non Kepegawaian di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.
Pasal 6
(1) Penyusutan Arsip Non Keuangan dan Non Kepegawaian, khususnyapenyerahan arsip statis merupakan bagian yang tidak terpisahkan daripenyerahan arsip statis Kementerian.
(2) Tata cara penyusutan Arsip Non Keuangan dan Non Kepegawaiansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan PetunjukPelaksanaan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di : Jakartapada tanggal : 22 November 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
773
Diundangkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1269
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
774
LA
MP
IRA
NP
ER
AT
UR
AN
ME
NT
ER
I PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
RE
PU
BL
IK IN
DO
NE
SIA
NO
MO
R
PM
.13
4/U
M.0
01
/MP
EK
/20
12
TE
NTA
NG
JA
DW
AL
RE
TE
NS
I AR
SIP
FA
SIL
ITAT
IF N
ON
KE
UA
NG
AN
DA
N N
ON
KE
PE
GA
WA
IAN
DI L
ING
KU
NG
AN
KE
ME
NT
ER
IAN
PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
JA
DW
AL
RE
TE
NS
I AR
SIP
FA
SIL
ITAT
IF N
ON
KE
UA
NG
AN
DA
N N
ON
KE
PE
GA
WA
IAN
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
IP
ER
EN
CA
NA
AN
1P
ok
ok
- Po
ko
k K
eb
ijak
an
da
n S
trate
gi P
em
ba
ng
un
an
:
a. R
en
ca
na
Pe
mb
an
gu
na
n J
an
gka
Pa
nja
ng
(RP
JP
) / Ma
ste
r Pla
n;
Se
lam
a b
erla
ku
4 ta
hu
n
b. R
en
ca
na
Pe
mb
an
gu
na
n J
an
gka
Me
ne
ng
ah
(RP
JM
);S
ela
ma
be
rlaku
4 ta
hu
n
c. R
en
ca
na
Stra
teg
is;
Se
lam
a b
erla
ku
4 ta
hu
n
d. H
asil F
oru
m K
om
un
ika
si P
ere
nca
na
an
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
e. H
asil R
ap
at K
erja
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
f. Ha
sil R
ap
at K
oo
rdin
asi T
ekn
is; d
an
Se
lam
a b
erla
ku
2 ta
hu
n
g. M
usya
wa
rah
Pe
ren
ca
na
an
Pe
mb
an
gu
na
n.
1 ta
hu
n2
tah
un
2P
rog
ram
Ke
rja T
ah
un
an
Un
it Ke
rja (P
rog
ram
Ke
rja T
ah
un
an
):
a. R
en
ca
na
Ke
rja P
em
erin
tah
;1
tah
un
2 ta
hu
n
b. R
en
ca
na
Ke
rja T
ah
un
an
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
c. R
en
ca
na
Ke
rja d
an
An
gg
ara
n K
em
en
teria
n;
Se
lam
a b
erla
ku
2 ta
hu
n
d. R
en
ca
na
Du
ku
ng
an
ke
gia
tan
Ta
mb
ah
an
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
e. D
afta
r Isia
n P
ela
ksa
na
An
gg
ara
n;
Se
lam
a b
erla
ku
2 ta
hu
n
f. Pe
tun
juk O
pe
rasio
na
l Ke
gia
tan
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
g. D
oku
me
n P
en
ye
su
aia
n/R
evis
i An
gg
ara
n;
Se
lam
a b
erla
ku
2 ta
hu
n
h. S
ura
t Ke
pu
tusa
n P
eja
ba
t Pe
ng
elo
la A
ng
ga
ran
; da
nS
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
i. Ra
nca
ng
an
Ba
ha
n N
ota
Ke
ua
ng
an
.S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O
775
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I )N
O3.
Pe
ne
tap
an
/Ko
ntra
k K
ine
rja:
a. P
en
eta
pa
n K
ine
rja K
em
en
teria
n; d
an
Se
lam
a b
erla
ku2
tah
un
b. D
oku
me
n In
dika
tor K
ine
rja.
Se
lam
a b
erla
ku2
tah
un
4L
ap
ora
n:
a. H
asil p
em
an
tau
an
di lin
gku
ng
an
Ke
me
nte
rian
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
b. L
ap
ora
n D
aya
Se
rap
An
gg
ara
n;
Se
lam
a b
erla
ku2
tah
un
c. La
po
ran
Triw
ula
n;
Se
lam
a b
erla
ku2
tah
un
d. L
ap
ora
n S
em
este
r;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
e. L
ap
ora
n T
ah
un
an
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
f. La
po
ran
Insid
en
til;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
g. L
ap
ora
n In
pre
s; da
nS
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
h. L
ap
ora
n P
en
gu
kura
n d
an
Eva
lua
si Kin
erja
Ke
me
nte
rian
ata
s S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
Pe
laksa
na
an
RK
A K
/L.
5E
va
lua
si P
rog
ram
:
a. H
asil fo
rum
disku
si keb
ijaka
n p
em
ba
ng
un
an
;S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
b. H
asil fo
rum
reg
ion
al d
ae
rah
; da
nS
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
c. Ha
sil Siste
m P
en
ge
nd
alia
n In
tern
al P
em
erin
tah
.S
ela
ma
be
rlaku
2 ta
hu
n
IIH
UK
UM
1P
rog
ram
Le
gis
las
i:
a. B
ah
an
/ma
teri p
rog
ram
leg
islasi n
asio
na
l da
n in
stan
si; da
n1
tah
un
2 ta
hu
n
b. P
rog
ram
leg
islasi le
mb
ag
a/in
stan
si.2
tah
un
3 ta
hu
n
2P
era
tura
n M
en
teri/P
eja
ba
t Se
ting
ka
t Me
nte
ri.S
ela
ma
be
rlaku
3 ta
hu
n
3K
ep
utu
sa
n M
en
teri/P
eja
ba
t Se
ting
ka
t Me
nte
ri.S
ela
ma
be
rlaku
3 ta
hu
n
776
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I )N
O4In
stru
ksi/S
ura
t Ed
ara
n:
a. In
struksi/S
ura
t Edara
n M
ente
ri/Peja
bat S
etin
gka
t Mente
ri; dan
Sela
ma b
erla
ku3 ta
hun
b. In
struksi/S
ura
t Edara
n P
eja
bat S
etin
gka
t Ese
lon I d
an E
selo
n II te
rmasu
k S
ela
ma b
erla
ku3 ta
hun
ranca
ngan a
wal sa
mpai d
engan ra
nca
ngan a
khir d
an te
laahan h
uku
m.
5S
ura
t Perin
tah
:
Sura
t Perin
tah P
eja
bat se
tingka
t Ese
lon I d
an E
selo
n II.
Sela
ma B
erla
ku-
6S
tan
dar/P
ed
om
an
/Pro
sed
ur K
erja
/Petu
nju
k P
ela
ksan
aan
/Petu
nju
k
Sela
ma B
erla
ku3 ta
hun
Tekn
is Y
an
g B
ers
ifat N
asio
nal/R
eg
ion
al/In
tern
sio
nal T
erm
asu
k R
an
can
gan
Aw
al S
am
pai D
en
gan
Ran
can
gan
Akh
ir.
7N
ota
Kesep
ah
am
an
/Mem
ora
nd
um
of U
nd
ers
tan
din
g (M
oU
) / Ko
ntra
k /
Sela
ma B
erla
ku5 ta
hun
Perja
njia
n K
erja
sam
a:
a. D
ala
m N
egeri; d
an
b. L
uar N
egeri.
9D
oku
men
tasi H
uku
m:
Sam
pai d
engan tid
ak b
erla
ku-
Undang-U
ndang, P
era
tura
n P
em
erin
tah, P
era
tura
n P
resid
en, K
eputu
san P
resid
en
dan P
era
tura
n P
eru
ndang-U
ndangan ya
ng d
ijadika
n re
fere
nsi.
10
So
sia
lisasi/P
en
yu
luh
an
/Pem
bin
aan
Hu
ku
m:
a. B
erka
s yang b
erh
ubungan d
engan ke
gia
tan so
sialisa
si ata
u p
enyu
luhan
Sete
lah p
ela
ksanaan
2 ta
hun
huku
m; d
an
b. L
apora
n h
asil p
ela
ksanaan so
sialisa
si penyu
luhan h
uku
m.
Sete
lah p
ela
ksanaan
5 ta
hun
11
Ban
tuan
/Ko
nsu
ltasi H
uku
m/A
dvo
kasi:
Berka
s tenta
ng p
em
beria
n b
antu
an/ko
nsu
ltasi h
uku
m (P
idana, P
erd
ata
, Tata
2 ta
hun
2 ta
hun
Usa
ha N
egara
dan A
gam
a).
777
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O
12
Ka
su
s/S
en
gk
eta
Hu
ku
m:
a. P
ida
na
Be
rkas te
nta
ng
kasu
s/sen
gke
ta p
ida
na
, ba
ik keja
ha
tan
ma
up
un
3
tah
un
pe
lan
gg
ara
n:
1) p
rose
s verb
al m
ula
i da
ri pe
nye
lidika
n, p
en
yelid
ikan
sam
pa
i de
ng
an
von
is;
2) b
erka
s pe
mb
ela
an
da
n b
an
tua
n h
uku
m; d
an
3) te
laa
ha
n h
uku
m d
an
op
ini h
uku
m.
b. P
erd
ata
Be
rkas te
nta
ng
kasu
s/sen
gke
ta p
erd
ata
:3
tah
un
1
) pro
ses ve
rba
l mu
lai d
ari p
en
yelid
ikan
, pe
nye
lidika
n sa
mp
ai d
en
ga
n vo
nis;
2) b
erka
s pe
mb
ela
an
da
n b
an
tua
n h
uku
m; d
an
3) te
laa
ha
n h
uku
m d
an
op
ini h
uku
m.
c. T
ata
Us
ah
a N
eg
ara
Be
rkas te
nta
ng
kasu
s/sen
gke
ta T
ata
Usa
ha
Ne
ga
ra:
3 ta
hu
n
1) p
rose
s verb
al m
ula
i da
ri pe
nye
lidika
n, p
en
yelid
ikan
sam
pa
i de
ng
an
von
is;
2) b
erka
s pe
mb
ela
an
da
n b
an
tua
n h
uku
m; d
an
3) te
laa
ha
n h
uku
m d
an
op
ini h
uku
m.
d. S
en
gk
eta
Ad
at
Sa
mp
ai p
en
yele
saia
n5
tah
un
13
Pe
rizina
nS
am
pa
i de
ng
an
izin
2 ta
hu
n
Be
rkas p
erizin
an
pe
rmo
ho
na
n sa
mp
ai d
en
ga
n d
iterb
itkan
nya
sura
t izin.
dip
erb
ah
aru
i
14
Ha
k K
ek
ay
aa
n In
tele
ktu
al (H
KI):
a. H
ak C
ipta
; S
am
pa
i HK
I ha
bis
2 ta
hu
n
b. H
ak P
ate
n:
Sa
mp
ai H
KI h
ab
is 2
tah
un
1) P
ate
n B
iasa
; da
n
2) P
ate
n S
ed
erh
an
a.
c. Ha
k De
sain
Ind
ustri;
Sa
mp
ai H
KI h
ab
is 2
tah
un
d. H
ak R
ah
asia
Da
ga
ng
;S
am
pa
i HK
I ha
bis
2 ta
hu
n
e. H
ak M
erk; d
an
Sa
mp
ai H
KI h
ab
is 2
tah
un
f. De
sain
Ta
ta L
eta
k Sirku
it Te
rpa
du
(DT
LS
T).
Sa
mp
ai H
KI h
ab
is 2
tah
un
Sa
mp
ai ke
pu
tusa
n b
erke
kua
tan
hu
kum
teta
p d
an
dip
en
uh
i ha
k da
n ke
wa
jiba
n
Sa
mp
ai ke
pu
tusa
n b
erke
kua
tan
hu
kum
teta
p d
an
dip
en
uh
i ha
k da
n ke
wa
jiba
n
Sa
mp
ai ke
pu
tusa
n b
erke
kua
tan
hu
kum
teta
p d
an
dip
en
uh
i ha
k da
n ke
wa
jiba
n
778
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O
15
Perm
oh
on
an
HK
I Yan
g D
itola
k (H
ak C
ipta
, Desain
Ind
ustri, M
erk
, Rah
asia
Dag
an
g, D
esain
Tata
Leta
k S
irku
it Terp
ad
u).
Sete
lah d
itola
k perm
ohonan te
rsebut
2 ta
hun
IIIO
RG
AN
ISA
SI D
AN
KE
TA
TA
LA
KS
AN
AA
N
1S
tuktu
r Org
an
isasi:
Stru
ktur O
rganisa
si dan T
ata
Kerja
.S
ela
ma b
erla
ku4 ta
hun
2U
raia
n J
ab
ata
n d
an
Tata
Kerja
:
a. H
asil A
nalisis Ja
bata
n;
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
b. H
asil E
valu
asi Ja
bata
n; d
an
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
c. Hasil A
nalisis B
eban K
erja
.S
ela
ma b
erla
ku2 ta
hun
3S
tan
dar K
om
pen
tisi J
ab
ata
n S
truktu
ral d
an
Fu
ng
sio
nal:
a. H
asil P
engem
bangan Ja
bata
n F
ungsio
nal; d
an
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
b. S
tandar P
rose
dur K
erja
. S
ela
ma b
erla
ku2 ta
hun
4E
valu
asi K
ele
mb
ag
aan
:
Hasil P
ela
ksanaan R
efo
rmasi B
irokra
si.S
ela
ma b
erla
ku2 ta
hun
IVK
EA
RS
IPA
N
1A
dm
inis
trasi P
ers
ura
tan
:
a. B
uku
Agenda; d
an
1 ta
hun
2 ta
hun
b. L
em
bar P
enganta
r/Buku
Eksp
edisi.
1 ta
hun
1 ta
hun
2P
en
yim
pan
an
dan
Pem
elih
ara
an
Ars
ip:
a. D
afta
r Perte
laan A
rsip; d
an
Sela
ma d
iperg
unaka
n
-
b. P
em
elih
ara
an A
rsip d
an R
uan
g P
en
yimp
anan (se
perti ke
gia
tan fu
mig
asi).
1 ta
hun
2 ta
hun
3P
ers
etu
juan
Jad
wal R
ete
nsi A
rsip
(JR
A).
Sam
pai d
iteta
pka
n
3 ta
hun
4L
ayan
an
Ars
ip (P
em
inja
man
dan
Pen
gg
un
aan
Ars
ip) .
1 ta
hun
2 ta
hun
779
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O5P
en
yu
su
tan
Ars
ip:
a. P
em
ind
ah
an
Ars
ip In
aktif:
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
1) B
erita
Aca
ra P
em
indahan; d
an
2) D
afta
r Perte
laan A
rsip ya
ng d
ipin
dahka
n.
b. P
em
usn
ah
an
Ars
ip Y
an
g T
idak B
ern
ilai G
un
a:
2 ta
hun
3 ta
hun
1) B
erita
Aca
ra P
em
indahan;
2) D
afta
r Perte
laan A
rsip ya
ng d
imusn
ahka
n;
3) R
eko
mendasi/p
ertim
bangan/p
em
usn
ahan a
rsip d
ari in
stansi te
rkait; d
an
4) S
ura
t Keputu
san p
em
usn
ahan.
c. P
en
yera
han
Ars
ip S
tatis
:2 ta
hun
3 ta
hun
1) B
erita
Aca
ra S
era
h T
erim
a A
rsip; d
an
2) D
afta
r Perte
laan A
rsip ya
ng d
isera
hka
n.
6P
em
bin
aan
Kears
ipan
:1 ta
hun
2 ta
hun
a. A
pre
siasi/so
sialisa
si/penyu
luhan ke
arsip
an;
b. B
imbin
gan T
ekn
is; dan
c. Supervisi d
an m
onito
ring.
V K
ET
AT
AU
SA
HA
AN
DA
N K
ER
UM
AH
TA
NG
GA
AN
1T
ele
ko
mu
nik
asi:
Adm
inistra
si penggunaan/la
ngganan p
era
lata
n te
leko
munika
si melip
uti
1 ta
hun
-
tele
pon, ra
dio
, TV
kabel d
an in
tern
et.
2P
erja
lan
an
Din
as:
2 ta
hun
3 ta
hun
a. D
ala
m N
egeri; d
an
b. L
uar N
egeri.
780
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O3A
dm
inis
trasi P
en
gg
un
aan
Fasilita
s K
an
tor m
elip
uti:
2 ta
hun
-
perm
inta
an d
an p
enggunaan ru
ang, g
edung, ke
ndara
an, w
isma, ru
mah d
inas,
dan fa
silitas ka
nto
r lain
nya
.
4R
isala
h/N
otu
len
Rap
at:
a. R
apat sta
f; dan
1 ta
hun
4 ta
hun
b. R
apat p
impin
an.
1 ta
hun
4 ta
hun
5A
dm
inis
trasi P
en
yed
iaan
Ko
nsu
msi d
an
Ako
mo
dasi:
2 ta
hun
-
6K
ete
rtiban
dan
Keam
an
an
:
a. P
en
gam
an
an
, pen
jag
aan
dan
pen
gaw
ala
n te
rhad
ap
peja
bat, k
an
tor d
an
rum
ah
din
as :
1) d
afta
r nam
a sa
tuan p
engam
an;
2 ta
hun
3 ta
hun
2) d
afta
r jaga/d
afta
r pike
t;2 ta
hun
3 ta
hun
3) ca
tata
n g
angguan/p
ela
nggara
n/ke
jadia
n; d
an
2 ta
hun
3 ta
hun
4) su
rat ijin
kelu
ar m
asu
k ora
ng a
tau b
ara
ng.
2 ta
hun
3 ta
hun
b. L
ap
ora
n k
ete
rtiban
dan
keam
an
an
:
1) ke
hila
ngan;
2 ta
hun
3 ta
hun
2) ke
rusa
kan;
2 ta
hun
3 ta
hun
3) ke
cela
kaan; d
an
2 ta
hun
3 ta
hun
4) g
angguan.
2 ta
hun
3 ta
hun
7A
dm
inis
trasi P
en
gelo
laan
Park
ir2 ta
hun
-
8A
dm
inis
trasi P
akaia
n D
inas P
eg
aw
ai, S
atp
am
, Petu
gas K
eb
ers
ihan
dan
2 ta
hun
-
Peg
aw
aia
n L
ain
nya.
781
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
OVI
HU
BU
NG
AN
MA
SY
AR
AK
AT
1K
ep
roto
ko
lan
:
a. P
enye
lenggara
an a
cara
kedin
asa
n (u
paca
ra, p
ela
ntika
n, p
ere
smia
n, d
an
1 ta
hun
3 ta
hun
jam
uan te
rmasu
k aca
ra p
erin
gata
n h
ari-h
ari b
esa
r);
b. B
uku
tam
u;
2 ta
hun
2 ta
hun
c. Agenda ke
gia
tan p
impin
an le
mbaga/in
stansi;
1 ta
hun
4 ta
hun
d. K
unju
ngan d
inas d
ala
m d
an lu
ar n
egeri:
1) K
unju
ngan d
inas p
impin
an L
em
baga/in
stansi;
1 ta
hun
4 ta
hun
2) K
unju
ngan d
inas p
eja
bat la
in/p
egaw
ai; d
an
1 ta
hun
3 ta
hun
e. D
afta
r nam
a/a
lam
at ka
nto
r/peja
bat.
sela
ma b
erla
ku-
2D
oku
men
tasi/L
ipu
tan
Keg
iata
n D
inas P
imp
inan
, Acara
Ked
inasan
dan
2 ta
hun
3 ta
hun
Peris
tiwa-P
eris
tiwa B
idan
g M
asin
g-M
asin
g D
ala
m B
erb
ag
ai M
ed
ia:
kerta
s/foto
/video/ re
kam
an su
ara
/multi m
edia
.
3P
en
gu
mp
ula
n, P
en
go
lah
an
dan
Pen
yajia
n In
form
asi K
ele
mb
ag
aan
:
a. K
lipin
g K
ora
n;
1 ta
hun
2 ta
hun
b. P
ress R
ele
ase
;1 ta
hun
2 ta
hun
c. Pia
gam
, Pia
la, S
ertifika
t, Spanduk, d
an B
ackd
roup;
1 ta
hun
2 ta
hun
d. M
edia
Monito
ring (ce
tak d
an e
lektro
nik);
1 ta
hun
3 ta
hun
e. K
ale
nder;
1 ta
hun
2 ta
hun
f. Agenda; d
an
1 ta
hun
2 ta
hun
g. M
ap.
1 ta
hun
2 ta
hun
4H
ub
un
gan
An
tar L
em
bag
a N
eg
ara
dan
Bad
an
Pem
erin
tah
/Insta
nsi:
a. H
ubungan a
nta
ra le
mbaga p
em
erin
tah;
1 ta
hun
2 ta
hun
b. H
ubungan d
engan p
erg
uru
an tin
ggi/ se
kola
h, te
rmasu
k magang;
1 ta
hun
2 ta
hun
Pendid
ikan S
istem
Ganda (P
SG
)/Pra
ktek K
erja
Lapangan (P
KL);
c. Foru
m ke
hum
asa
n (B
ako
hum
as/P
erh
um
asa
n);
1 ta
hun
2 ta
hun
782
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O
d. H
ub
un
ga
n d
en
ga
n m
ed
ia m
assa
:
1) s
iara
n p
ers
/ko
nfe
ren
si p
ers
/pre
ss re
lea
se
;1
tah
un
4
tah
un
2) k
un
jun
ga
n w
arta
wa
n/p
elip
uta
n; d
an
1 ta
hu
n2
tah
un
3) w
aw
an
ca
ra.
1 ta
hu
n2
tah
un
5D
en
ga
r Pe
nd
ap
at/H
ea
ring
DP
R.
1 ta
hu
n2
tah
un
6R
ap
at K
erja
De
ng
an
Ko
mis
i X.
1 ta
hu
n2
tah
un
7S
ida
ng
Ka
bin
et.
1 ta
hu
n2
tah
un
8P
en
erb
itan
/Pe
mb
ua
tan
:
a. L
ap
ora
n T
ah
un
an
Ke
me
nte
rian
;1
tah
un
3 ta
hu
n
b. L
ap
ora
n T
ah
un
an
Pu
sko
mb
lik;
1 ta
hu
n3
tah
un
c. M
asa
lah
; da
n1
tah
un
3 ta
hu
n
e. A
ge
nd
a K
erja
1 ta
hu
n2
tah
un
9P
em
be
rian
Ap
res
ias
i Me
dia
:2
tah
un
3 ta
hu
n
Ad
min
istra
si p
em
be
rian
pe
ng
ha
rga
an
/ tan
da
ke
na
ng
-ke
na
ng
an
ke
pa
da
ma
sya
raka
t ya
ng
me
milik
i pre
sta
si b
esa
r.
10
Uc
ap
an
Te
rima
Ka
sih
, Uc
ap
an
Se
lam
at, B
ela
Su
ng
ka
wa
, Pe
rmo
ho
na
n M
aa
f.1
tah
un
1 ta
hu
n
VII
PE
NE
LIT
IAN
, PE
NG
KA
JIA
N D
AN
PE
NG
EM
BA
NG
AN
1A
dm
inis
tras
i Pe
ne
litian
, Pe
ng
ka
jian
da
n P
en
ge
mb
an
ga
n m
elip
uti:
ren
ca
na
ke
rja, T
OR
/pro
po
sa
l, pe
mb
en
tuka
n tim
ke
rja, d
an
su
rat m
en
yu
rat.
1 ta
hu
n4
tah
un
2H
as
il Pe
ne
litian
, Pe
ng
ka
jian
da
n P
en
ge
mb
an
ga
n, M
ula
i Ra
nc
an
ga
n A
wa
l 3
tah
un
7 ta
hu
n
Sa
mp
ai D
en
ga
n A
kh
ir Te
rma
su
k C
ata
tan
-Ca
tata
n P
erk
em
ba
ng
an
da
n L
og
Bo
ok
:
a. H
asil p
en
elitia
n d
an
pe
ng
em
ba
ng
an
; da
n
b. H
asil p
en
gka
jian
ke
bija
ka
n d
an
stra
teg
i.
783
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O3S
os
ialis
as
i da
n D
es
imin
as
i Ha
sil P
en
elitia
n, P
en
gk
ajia
n d
an
Pe
ng
em
ba
ng
an
.1
tah
un
2 ta
hu
n
4B
imb
ing
an
Te
kn
is P
en
elitia
n, P
en
gk
ajia
n d
an
Pe
ng
em
ba
ng
an
.1
tah
un
2 ta
hu
n
5F
oru
m K
om
un
ika
si P
en
elitia
n d
an
Pe
ng
em
ba
ng
an
.1
tah
un
2 ta
hu
n
6D
ata
da
n in
form
as
i pe
ne
litian
da
n p
en
ge
mb
an
ga
n:
a. D
ata
;2
tah
un
4 ta
hu
n
b. S
tatistik; d
an
2 ta
hu
n4
tah
un
c. Jurn
al h
asil p
en
elitia
n/p
en
gka
jian
. 2
tah
un
2 ta
hu
n
7E
va
lua
si P
ela
ks
an
aa
n K
eb
ijak
an
.1
tah
un
4
tah
un
8S
em
ina
r, Lo
ka
ka
rya
, Te
mu
ka
rya
, Wo
rks
ho
p.
1 ta
hu
n4
tah
un
VIII
PE
ND
IDIK
AN
DA
N P
EL
AT
IHA
N
1P
ed
om
an
-Pe
do
ma
n K
ed
ikla
tan
.S
ela
ma
be
rlaku
10
tah
un
2K
urik
ulu
m-K
urik
ulu
m D
ikla
t.S
ete
lah
me
nja
di p
ed
om
an
5
tah
un
3M
od
ul-M
od
ul D
ikla
t.S
ela
ma
be
rlaku
5 ta
hu
n
4P
an
du
an
Fa
silita
tor.
Se
lam
a b
erla
ku5
tah
un
5S
ara
n/R
ek
om
en
da
si P
en
ye
len
gg
ara
an
Dik
lat.
1 ta
hu
n2
tah
un
784
11
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I )N
O6N
otu
len
So
sia
lisasi/R
ap
at K
oo
rdin
asi K
eb
ijakan
Dik
lat:
1) S
ura
t perm
ohonan a
kredita
si;1 ta
hun
2 ta
hun
2) L
apora
n h
asil ve
rifikasi la
pangan;
1 ta
hun
2 ta
hun
3) B
erita
aca
ra ra
pat ve
rifikasi;
1 ta
hun
2 ta
hun
4) B
erita
aca
ra ra
pat T
im P
enila
ian;
1 ta
hun
2 ta
hun
5) S
ura
t Keputu
san P
eneta
pan A
kredita
si; dan
Sela
ma b
erla
ku5 ta
hun
6) S
ertifika
t Akre
dita
si. S
ela
ma b
erla
ku5 ta
hun
7S
ertifik
asi S
um
ber D
aya M
an
usia
Ked
ikla
tan
:
1) S
ura
t perm
ohonan se
rtifikat;
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
2) L
apora
n h
asil ve
rifikasi la
pangan;
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
3) B
erita
aca
ra ra
pat ve
rifikasi;
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
4) B
erita
aca
ra ra
pat T
im P
enila
ian;
Sela
ma b
erla
ku2 ta
hun
5) S
ura
t Keputu
san P
eneta
pan S
ertifika
si; dan
Sela
ma b
erla
ku10 ta
hun
6) S
ertifika
t Sertifika
si.S
ela
ma b
erla
ku10 ta
hun
8S
iste
m In
form
asi d
ikla
t:1 ta
hun
5 ta
hun
1) D
ata
lem
baga d
iklat;
2) D
ata
Pra
sara
na d
iklat;
4) D
ata
sara
na d
iklat;
5) D
ata
pengelo
la d
iklat;
6) D
ata
penye
lenggara
dikla
t;
7) D
ata
wid
yaisw
ara
; dan
8) D
ata
pro
gra
m d
iklat.
9R
eg
istra
si S
ertifik
at/S
TT
PL
Peserta
Dik
lat:
10 ta
hun
10 ta
hun
a. S
ura
t perm
ohonan re
gistra
si;
b. B
uku
registra
si; dan
c. Sura
t penya
mpaia
n ko
de re
gistra
si.
785
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O
10
Ren
can
a T
ah
un
an
Dik
lat.
2 ta
hun
3 ta
hun
11
Ren
can
a P
en
yele
ng
gara
an
Dik
lat.
1 ta
hun
1 ta
hun
12
Pen
yele
ng
ara
an
Dik
lat:
1 ta
hun
3 ta
hun
1) S
ura
t pem
anggila
n p
ese
rta;
2) S
ura
t Keputu
san tim
Penye
lenggara
Dikla
t;
3) S
ura
t Keputu
san T
im P
engaja
r Dikla
t;
4) P
anduan D
iklat;
5) L
apora
n p
anitia
penye
lenggara
Dikla
t;
6) D
afta
r pese
rta D
iklat;
7) B
ahan a
jar D
iklat;
8) D
afta
r hadir p
ese
rta D
iklat;
9) D
afta
r hadir w
idya
iswara
;
10) F
orm
ulir E
valu
asi D
iklat;
11) F
orm
ulir E
valu
asi w
idya
iswara
;
12) H
asil F
orm
ula
si Eva
luasi p
ese
rta D
iklat;
13) S
ertifika
t/ST
TP
L; d
an
14) S
am
buta
n p
enutu
pan D
iklat.
13
Lap
ora
n P
en
yele
ng
gara
an
Dik
lat.
2 ta
hun
3 ta
hun
14
Evalu
asi P
en
yele
ng
gara
an
Dik
lat.
2 ta
hun
2 ta
hun
15
Evalu
asi A
lum
ni P
asca D
ikla
t.2 ta
hun
2 ta
hun
786
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I )N
OIXP
ER
LE
NG
KA
PA
N, P
EN
GA
DA
AN
BA
RA
NG
DA
N J
AS
A
1R
en
ca
na
Ke
bu
tuh
an
Ba
ran
g d
an
Ja
sa
:
a. U
sula
n U
nit K
erja
; da
n1
tah
un
4 ta
hu
n
b. R
en
can
a ke
bu
tuh
an
lem
ba
ga
pu
sat/d
ae
rah
.1
tah
un
4 ta
hu
n
2B
erk
as
Pe
rke
na
lan
/Pro
po
sa
l.2
tah
un
3P
en
ga
da
an
Ba
ran
g:
a. P
en
ga
da
an
/pe
mb
elia
n b
ara
ng
tida
k m
ela
lui le
lan
g (p
en
ga
da
an
lan
gs
un
g):
2 ta
hu
n se
tela
h p
em
eriksa
an
sam
pa
i de
ng
an
1) u
sula
n u
nit d
an
da
ta p
en
du
kun
g;
ba
ran
g d
iha
pu
skan
2) p
rose
s pe
ng
ad
aa
n b
ara
ng
; da
n
3) se
rah
terim
a b
ara
ng
.
b. P
en
ga
da
an
/pe
mb
elia
n b
ara
ng
me
lalu
i lela
ng
:2
tah
un
sete
lah
pe
me
riksaa
nsa
mp
ai d
en
ga
n
1) le
lan
g u
mu
m;
ba
ran
g d
iha
pu
skan
2) le
lan
g se
de
rha
na
;
3) p
em
iliha
n la
ng
sun
g;
4) p
en
un
juka
n la
ng
sun
g; d
an
5) S
aye
mb
ara
/Ko
ntra
k.
4P
en
ga
da
an
ba
ran
g/ja
sa
:
sam
pa
i de
ng
an
kon
trak p
erja
njia
n.
sam
pa
i de
ng
an
kon
trak b
era
khir
2 ta
hu
n
5P
en
yim
pa
na
n/P
erg
ud
an
ga
n:
Be
rkas p
en
yimp
an
an
ata
u a
dm
inistra
si pe
rgu
da
ng
an
:
a. ta
nd
a te
rima
/sura
t pe
ng
an
tar su
rat p
en
girim
an
ba
ran
g/fa
ktur;
1 ta
hu
n2
tah
un
b. su
rat p
ern
yata
an
ha
rga
ba
ran
g;
1 ta
hu
n2
tah
un
c. Be
rita A
cara
Se
rah
Te
rima
Ba
ran
g/in
ven
taris;
sam
pa
i de
ng
an
ba
ran
g d
iha
pu
skan
2 ta
hu
n
d. b
uku
pe
ne
rima
/bu
ku p
en
ge
lua
ran
;sa
mp
ai d
en
ga
n d
ipe
rba
ha
rui
2 ta
hu
n
e. b
uku
pe
rsed
iaa
n b
ara
ng
/kartu
stok b
ara
ng
; da
nsa
mp
ai d
en
ga
n d
ipe
rba
ha
rui
2 ta
hu
n
f. kartu
ba
ran
g/ka
rtu g
ud
an
g.
sam
pa
i de
ng
an
dip
erb
ah
aru
i2
tah
un
787
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O6P
en
ya
lura
n/D
istrib
us
i:1
tah
un
sete
lah
pe
me
riksaa
n2
tah
un
Be
rkas p
en
yalu
ran
/distrib
usi b
ara
ng
mu
lai d
ari p
erm
inta
an
ba
ran
g sa
mp
ai
form
ulir p
erm
inta
an
, pe
rsetu
jua
n sa
mp
ai su
rat p
erin
tah
pe
ng
elu
ara
n b
ara
ng
.
7In
ve
nta
risa
si B
ara
ng
:
a. D
afta
r op
na
me
fisik ba
ran
g in
veta
ris;1
tah
un
2 ta
hu
n
b. D
afta
r Ba
ran
g R
ua
ng
an
;sa
mp
ai d
en
ga
n d
ipe
rba
ha
rui
2 ta
hu
n
c. Da
ftar L
ap
ora
n B
uku
Ba
ran
g;
sam
pa
i de
ng
an
dip
erb
ah
aru
i2
tah
un
d. K
artu
inve
nta
ris ba
ran
g;
sam
pa
i de
ng
an
ba
ran
g d
iha
pu
skan
2 ta
hu
n
e. B
uku
Ba
ran
g P
em
ba
ntu
; da
nsa
mp
ai d
en
ga
n d
ipe
rba
ha
rui
2 ta
hu
n
f. La
po
ran
BM
N.
2 ta
hu
n2
tah
un
8P
erb
aik
an
/Pe
me
liha
raa
n:
a. P
em
elih
ara
an
ba
ran
g b
erg
era
k/in
ve
nta
ris k
an
tor:
1 ta
hu
n se
tela
h p
em
eriksa
an
2 ta
hu
n
1) S
ura
t Pe
rmin
taa
n p
erb
aika
n/p
em
elih
ara
an
;
2) P
en
aw
ara
n p
ad
a/d
ari re
kan
an
;
3) S
ura
t Pe
rinta
h K
erja
; da
n
4) B
erita
Aca
ra P
en
yele
saia
n P
eke
rjaa
n.
b. P
erb
aik
an
/pe
me
liha
raa
n b
ara
ng
inv
en
taris
:1
tah
un
sete
lah
pe
me
riksaa
n4
tah
un
1) S
ura
t Pe
rmin
taa
n P
erb
aika
n/ P
em
elih
ara
an
;
2) P
en
aw
ara
n p
ad
a/ d
ari re
kan
an
;
3) S
ura
t Pe
rinta
h K
erja
; da
n
4) B
erita
Aca
ra P
en
yele
saia
n P
eke
rjaa
n.
788
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O9P
en
gu
rusan
Ken
dara
an
Din
as:
a. p
enguru
san su
rat-su
rat ke
ndara
an d
inas;
1 ta
hun
-
b. p
em
elih
ara
an d
an p
erb
aika
n;
1 ta
hun
-
c. penguru
san ke
hila
ngan d
an m
asa
lah ke
ndara
an; d
an
1 ta
hun
-
d. R
isala
h L
ela
ng.
2 ta
hun
10
Pem
elih
ara
an
Ged
un
g d
an
Tam
an
:
a. p
erta
manan/la
ndsca
pin
g;
1 ta
hun
-
b. p
enghija
uan;
1 ta
hun
-
c. perb
aika
n g
edung;
1 ta
hun
-
d. p
erb
aika
n ru
mah d
inas/w
isma; d
an
1 ta
hun
-
e. ke
bersih
an g
edung d
an ta
man.
1 ta
hun
-
11
Pen
gelo
laan
Jarin
gan
Lis
trik, A
ir, Tele
po
n d
an
Ko
mp
ute
r:
a. p
erb
aika
n/p
em
elih
ara
an; d
an
1 ta
hun
-
b. p
em
asa
ngan
1 ta
hun
-
XK
EP
US
TA
KA
AN
1P
en
yim
pan
an
Dep
osit B
ah
an
Pu
sta
ka:
a. B
ukti P
enerim
aan K
ole
ksi Bahan P
usta
ka D
eposit; d
an
2 ta
hun
3 ta
hun
b. A
dm
inistra
si Pengola
han D
eposit B
ahan P
usta
ka.
2 ta
hun
3 ta
hun
2P
en
gad
aan
dan
Pen
go
lah
an
Bah
an
Pu
sta
ka:
a. B
uku
induk ko
leksi;
Sam
pai d
engan tid
ak d
iperg
unaka
n3 ta
hun
b. D
afta
r buku
terse
leksi;
1 ta
hun
3 ta
hun
c. Dafta
r buku
dala
m p
em
esa
nan;
1 ta
hun
2 ta
hun
d. D
afta
r buku
dala
m p
erm
inta
an;
1 ta
hun
2 ta
hun
e. D
afta
r penerim
aan b
ahan p
usta
ka h
asil p
em
belia
n, h
adia
h d
eposit, h
ibah;
1 ta
hun
2 ta
hun
789
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O
f. Da
ftar p
en
girim
an
Ba
ha
n P
usta
ka
Su
rplu
s;
1 ta
hu
n2
tah
un
g. L
em
ba
r ke
rja p
en
go
lah
an
BP
( bu
ram
, Pe
ng
ka
talo
ga
n);
1 ta
hu
n2
tah
un
h. S
he
lt Lis
t/ Jaja
ran
Ka
rtu U
tam
a (m
aste
r list);
Sa
mp
ai d
en
ga
n tid
ak d
ipe
rgu
na
ka
n2
tah
un
i. Da
ftar ta
mb
ah
an
bu
ku
(asse
sio
n lis
t); d
an
2 ta
hu
n3
tah
un
j. Da
ftar/ ja
jara
n k
en
da
li (Su
bye
k d
an
Pe
ng
ara
ng
).S
ela
ma
dip
erg
un
aka
n2
tah
un
3L
ay
an
an
Ja
sa
Pe
rpu
sta
ka
an
da
n In
form
as
i:
a. D
ata
da
n s
tatis
tik a
ng
go
ta, p
en
gu
nju
ng
da
n p
em
inja
ma
n
2 ta
hu
n2
tah
un
ba
ha
n p
usta
ka
; da
n
b. P
erta
nya
an
Ru
juka
n d
an
Ja
wa
ba
n.
2 ta
hu
n2
tah
un
4P
res
erv
as
i Ba
ha
n P
us
tak
a:
a. S
urv
ei K
on
dis
i Ba
ha
n P
usta
ka
; da
n1
tah
un
2 ta
hu
n
b. R
ep
rog
rafi B
ah
an
Pu
sta
ka
.1
tah
un
2 ta
hu
n
5P
em
bin
aa
n P
erp
us
tak
aa
n:
2 ta
hu
n4
tah
un
a. B
imb
ing
an
Te
kn
is;
b. P
en
yu
luh
an
; da
n
c. S
osia
lisa
si.
XI
TE
KN
OL
OG
I, INF
OR
MA
SI D
AN
KO
MU
NIK
AS
I
1R
en
ca
na
Stra
teg
i/Ma
ste
r Pla
n P
em
ba
ng
un
an
Sis
tem
Info
rma
si (S
IM).
Se
lam
a b
erla
ku
5 ta
hu
n
2D
ok
um
en
tas
i Ars
itek
tur:
1 ta
hu
n5
tah
un
a. A
rsite
ktu
r Infra
stru
ktu
r Ja
ring
an
; da
n
b. In
ve
nta
ris p
era
ng
ka
t sis
tem
Ja
ring
an
.
3D
ok
um
en
Sis
tem
Ap
lika
si:
1 ta
hu
n5
tah
un
a. D
isa
in A
plik
asi; d
an
b. P
etu
nju
k T
ekn
is A
plik
asi.
790
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O4D
oku
men
Pen
gem
ban
gan
Su
mb
er D
aya M
an
usia
Tekn
olo
gi In
form
asi d
an
Ko
mu
nik
asi.
1 ta
hun
5 ta
hun
5K
eb
ijakan
Pen
gem
ban
gan
Sis
tem
Info
rmasi.
Sela
ma b
erla
ku5 ta
hun
6P
ere
kam
an
dan
Pem
ukta
hira
n D
ata
:1 ta
hun
2 ta
hun
a. D
ata
Cente
r Visito
r Lo
g R
ep
ort; d
an
b. L
apora
n P
engelo
laan G
anggungan T
ekn
olo
gi In
form
asi.
7M
igra
si S
iste
m A
plik
asi d
an
Data
:1 ta
hun
3 ta
hun
a. P
ere
nca
naan M
igra
si;
b. P
ela
ksanaan M
igra
si;
c. Berita
Aca
ra K
egia
tan M
igra
si;
d. D
afta
r Siste
m a
plika
si dan d
ata
yang d
imig
rasi; d
an
e. L
apora
n h
asil M
igra
si.
8D
oku
men
:
a. B
uku
Sta
tistik Wisa
taw
an N
usa
nta
ra;
Sela
ma B
erla
ku10 ta
hun
b. B
uku
Sta
tistik Pro
fil Wism
an;
Sela
ma B
erla
ku10 ta
hun
c. Buku
Sta
tistik Wism
an;
Sela
ma B
erla
ku10 ta
hun
d. B
uku
Nera
ca S
ate
lit Pariw
isata
Nasio
nal; d
an
2 ta
hun
10 ta
hun
e. M
eto
dolo
gi O
utp
ut P
ariw
isata
;2 ta
hun
10 ta
hun
9L
ayan
an
Back-u
p D
ata
Dig
ital.
2 ta
hun
3 ta
hun
791
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JE
NIS
AR
SIP
JA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O
XII
PE
NG
AW
AS
AN
1R
en
ca
na
Pe
ng
aw
as
an
:
a. R
en
can
a S
trate
gis P
en
ga
wa
san
; 5
tah
un
10
tah
un
b. R
en
can
a K
erja
Ta
hu
na
n;
2 ta
hu
n3
tah
un
c. Re
nca
na
Kin
erja
Ta
hu
na
n;
2 ta
hu
n3
tah
un
d. P
en
eta
pa
n K
ine
rja T
ah
un
an
; da
n
2 ta
hu
n3
tah
un
e. R
ako
r Pe
ng
aw
asa
n T
ing
kat N
asio
na
l.2
tah
un
3 ta
hu
n
2P
ela
ks
an
aa
n P
en
ga
wa
sa
n:
a. L
ap
ora
n H
asil A
ud
it (LH
A), L
ap
ora
n H
asil P
em
eriksa
an
(LH
P),
Se
tela
h tin
da
k lan
jut se
lesa
i3
tah
un
La
po
ran
Ha
sil Pe
me
riksaa
n O
pe
rasio
na
l (LH
PO
), La
po
ran
Ha
sil Eva
kua
si
LH
E), L
ap
ora
n A
kun
tan
si (LA
), La
po
ran
Au
dito
r Ind
ep
en
de
n (L
AI), ya
ng
me
me
rluka
n T
ind
ak L
an
jut (T
L);
b. L
ap
ora
n H
asil A
ud
it (LH
A), L
ap
ora
n H
asil P
em
eriksa
an
(LH
P), L
ap
ora
n H
asil
2 ta
hu
n3
tah
un
Pe
me
riksaa
n O
pe
rasio
na
l (LH
PO
), La
po
ran
Ha
sil eva
lua
si (LH
E), L
ap
ora
n
Aku
nta
nsi (L
A), L
ap
ora
n A
ud
itor In
de
pe
nd
en
(LA
I), yan
g tid
ak m
em
erlu
kan
Tin
da
k La
nju
t (TL
);
c. La
po
ran
Ha
sil Au
dit In
vestig
asi (L
HA
I) yan
g m
en
ga
nd
un
g u
nsu
r Tin
da
k S
ete
lah
kep
utu
san
me
mp
un
yai
3 ta
hu
n
Pid
an
a K
oru
psi (T
PK
) da
n m
em
erlu
kan
tind
ak la
nju
t;ke
kua
tan
hu
kum
teta
p
d. L
ap
ora
n P
em
uta
khira
n D
ata
;1
tah
un
3 ta
hu
n
e. L
ap
ora
n P
erke
mb
an
ga
n B
ara
ng
Milik N
eg
ara
;2
tah
un
3
tah
un
f. La
po
ran
keg
iata
n P
en
da
mp
ing
an
Pe
nyu
sun
an
La
po
ran
Ke
ua
ng
an
da
n R
eviu
2
tah
un
3
tah
un
Ke
me
nte
rian
; da
n
g. G
oo
d C
orp
ora
te G
ove
rna
nce
(GC
G).
2 ta
hu
n
3 ta
hu
n
3P
em
an
tau
an
5 T
ah
un
Se
tela
h M
en
da
pa
t Ke
pu
tusa
n
Hu
kum
yan
g T
eta
p5
tah
un
a. p
ela
ksan
aa
n ke
gia
tan
/ pro
gra
m;
5 ta
hu
n
b. p
em
an
tau
an
Tu
ntu
tan
Ga
nti R
ug
i (TG
R);
5 ta
hu
n
c. Tin
da
k La
nju
t La
po
ran
Ha
sil Pe
ng
aw
asa
n (T
LL
HP
); da
n5
tah
un
d. H
iba
h B
MN
5 ta
hu
n
Eva
lua
si
792
AK
TIF
IN A
KT
IF
12
34
JEN
IS A
RS
IPJA
NG
KA
WA
KT
U S
IMP
AN
(RE
TE
NS
I)N
O4K
egiatan
Pen
gaw
asan L
ainn
ya:
5 Tahun S
etelah Mendapat K
eputusan
Hukum
yang Tetap
a. Sosialisasi P
engawasan D
iklat;5 tahun
b. Pengaw
asan Bim
bingan dan Konsultasi;
5 tahun
c. Pengelolaan H
asil Pengaw
asan;10 tahun
d. Pem
aparan Hasil P
engawasan; dan
5 tahun
e. Forum
Kom
unikasi lainnya.5 tahun
ME
NT
ER
I PA
RIW
ISA
TA D
AN
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
RE
PU
BL
IK IN
DO
NE
SIA
,
ttd.
MA
RI E
LK
A P
AN
GE
ST
U
Sa
lina
n se
sua
i de
ng
an
aslin
yaK
EM
EN
TE
RIA
N P
AR
IWIS
ATA
DA
N E
KO
NO
MI K
RE
AT
IF R
IK
epa
la B
iro H
uku
m d
an
Ke
pe
ga
wa
ian
,
ZA
INI B
US
TAM
AN
, SH
, MM
NIP. 1
95
90
61
7 1
98
80
3 1
00
5
793
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.139/UM.001/MPEK/2012
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PENGAMANAN DAN KETERTIBANDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA
DAN EKONOMI KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya organisasi KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu dilakukan peninjauankembali Keputusan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor KM.29/UM.001/MKP/02 tentang Tata CaraPelaksanaan Pengamanan dan Ketertiban di lingkunganKementerian Kebudayaan dan Pariwisata;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Tata CaraPelaksanaan Pengamanan dan Ketertiban di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4168);
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
794
2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentangPembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimanatelah diubah terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 59/P Tahun 2011;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon 1Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;
5. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik IndonesiaNomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem ManajemenPengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi,dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif;
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 112/KM.6/2012tentang Penetapan Status Penggunaan Barang MilikNegara Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG TATA CARA PELAKSANAANPENGAMANAN DAN KETERTIBAN DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pengamanan adalah segala usaha dan kegiatan, baik secara langsung
795
maupun tidak langsung yang bertujuan untuk mencegah, meniadakandan menanggulangi segala bentuk ancaman, gangguan hambatan dantantangan terhadap personil, materiil, bangunan, fasilitas kerja, komunikasidan kepentingan kedinasan lainnya serta untuk memelihara suatu kondisiaman dan tertib dalam lingkungan Kantor.
2. Ketertiban adalah suatu keadaan yang teratur dan baik sesuai denganketentuan dan norma-norma yang berlaku.
3. Pengamanan fungsional adalah pengamanan yang hakikat pembinaannyadiletakkan sebagai tanggung jawab melekat setiap pimpinan unit kerjadari semua tingkat eselon dan semua pegawai dalam lingkungan kerjanyauntuk dapat berperan serta dan turut bertanggung jawab atasterselenggaranya pengamanan dan ketertiban tempat bekerja.
4. Pengamanan operasional adalah pengamanan yang pelaksanaannyadibebankan kepada suatu unit kerja, dalam hal ini Satuan Pengamanansebagai sarana pimpinan dalam menyelenggarakan pengamanan danketertiban di lingkungan Kantor.
5. Pengamanan fisik adalah segala usaha mencegah dan mengatasi timbulnyaancaman dan gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan Kantorsecara fisik melalui kegiatan pengaturan, penjagaan, perondaan,pengawalan, dan kegiatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Pengamanan personil adalah segala usaha mencegah dan mengatasitimbulnya ancaman dan gangguan keamanan dan ketertiban dilingkunganKantor dengan cara melakukan pengamanan dan pengawasan secaralangsung terhadap tamu, mobilitas pegawai, petugas lain yang melakukanaktivitas di lingkungan Kantor.
7. Satuan Pengamanan yang selanjutnya disingkat Satpam adalah satuanatau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untukmelaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan keamananswakarsa di lingkungan kerjanya.
8. Satuan Tugas Khusus adalah satuan kelompok petugas yang diserahitugas pengamanan khusus di lingkungan Kantor sehubungan denganadanya peristiwa-peristiwa tertentu seperti Pemilihan Umum, SidangUmum MPR dan perisitwa-peristiwa lainnya yang dianggap memerlukanpengamanan khusus.
9. Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnyadisebut Kantor adalah tempat aktivitas Lembaga Pemerintah besertasegenap isi harta kekayaannya dengan mekanisme kegiatan sebagaisarana bekerja administratif dan operatif.
796
10. Instalasi adalah prasarana fisik yang berupa alat komunikas, listrik, diesel,gas, pengolahan air kotor/air bersih, pendingin ruang (AC), dan bahanbakar minyak.
11. Operator adalah petugas yang menangani Building Automation System(BAS).
12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang pariwisata dan ekonomi Kreatif.
BAB IITUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Tata cara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban bertujuan untukmenciptakan sistem pengamanan di Kantor dengan melibatkan unsurmanajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang secara profes-sional terintegerasi untuk mencegah dan mengurangi kerugian akibat ancaman,gangguan dan/atau bencana serta mewujudkan Kantor yang aman, efisiendan produktif.
Pasal 3
Ruang lingkup tata cara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban meliputi:
a. pengamanan bangunan gedung Kantor;
b. perlindungan pribadi dan tempat kediaman Menteri dan Wakil Menteri;
c. penjagaan di lantai kerja Menteri, Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, danpara Pejabat Eselon I;
d. pengawasan lalu lintas barang;
e. pengaturan penerimaan tamu;
f. pengaturan pemakaian tanda pengenal;
g. pengaturan parkir kendaraan;
h. pengaturan pemasangan spanduk/umbul-umbul, standing banner danbaliho di halaman Kantor;
i. tindakan sementara dalam hal terjadi suatu tindak pidana;
j. tindakan mengatasi perkelahian;
k. tindakan menghadapi unjuk rasa;
l. tindakan mengatasi kerusuhan;
m. tindakan mengatasi kebakaran;
797
n. tindakan mengatasi ancaman bom;
o. tindakan penyelamatan terjadinya gempa bumi;
p. pelatihan; dan
q. koordinasi dan pengawasan.
BAB IIIPENYELENGGARAAN PENGAMANAN DAN KETERTIBAN
Bagian KesatuJenis Pengamanan
Pasal 4
Pengamanan di lingkungan Kantor terdiri atas:
a. pengamanan fungsional; dan
b. pengamanan operasional.
Pasal 5
Pengamanan fungsional melibatkan para pejabat dan pegawai di lingkunganKantor dengan mengadakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. pengawasan fisik bangunan gedung Kantor dan instalasi serta kendaraanbermotor;
b. pengamanan dan ketertiban semua perlengkapan peralatan Kantor yangmenjadi tanggung jawab masing-masing;
c. pengamanan bahan-bahan keterangan, dokumen dan surat-surat penting;dan
d. pencegahan terhadap kebakaran.
Pasal 6
(1) Pengamanan operasional di lingkungan Kantor dilakukan oleh Satpam.
(2) Satpam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai fungsi sebagaipenjaga dan pengawas pengamanan dan ketertiban di lingkungan Kantor.
Pasal 7
Satpam sebagai penjaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)mempunyai kewajiban:
a. mengamankan bangunan gedung Kantor, instalasi dan kendaraan bermotor;
798
b. melindungi pribadi dan tempat kediaman Menteri;
c. mengawasi lalu lintas personil;
d. menertibkan pemakaian tanda pengenal;
e. mengatur parkir kendaraan bermotor;
f. mencegah pelanggaran terhadap hukum yang berlaku; dan
g. melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan tugas pengamanan.
Pasal 8
Satpam sebagai pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)mempunyai kewajiban:
a. melakukan pengawasan terhadap keselamatan, keamanan dan ketertibandi lingkungan Kantor;
b. memeriksa keadaan lantai, ruang, blok bangunan dan tempat penyimpananbarang-barang yang mudah terbakar;
c. meneliti alat pemadam kebakaran, sarana listrik, diesel, saluran air, lift,tangga/pintu darurat dan sistem alarm;
d. mengingatkan seluruh pejabat dan pegawai menjelang berakhirnya jamkerja untuk memeriksa kelengkapan sarana dan prasarana kerja;
e. melakukan pemeriksaaan ulang terhadap pelaksanaan pengamananfungsional yang dilakukan oleh pejabat dan pegawai; dan
f. melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan tugas pengawasan.
Pasal 9
(1) Satpam dalam menjalankan tugasnya wajib bersikap dan berperilakusebagai berikut:a. memelihara kebersihan badan, berpakaian bersih dan rapi, rambut
dan kumis dicukur rapi, cambang dan jenggot dicukur habis danbersih;
b. ulet, tabah, sabar dan percaya diri dalam mengemban tugasnya;c. mentaati peraturan-peraturan negara dan menghormati norma-norma
yang berlaku di lingkungan kawasan kerja serta masyarakat;d. memegang teguh rahasia yang dipercayakan kepadanya, dane. bertindak tegas, jujur, berani, adil dan bijaksana.
(2) Satpam dalam menjalankan tugasnya wajib melengkapi diri denganperlenggkapan perorangan meliputi :a. kartu tanda anggota Satpam;
799
b. kartu tanda penduduk;c. surat keterangan lainnya seperti surat keterangan pemegang borgol;d. pensil/ballpoint;e. peluit (sempritan); danf. perlengkapan lain sesuai tugas dan kepentingan.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugasnya Satpam wajib melakukan langkah-langkahsebagai berikut :
a. pengamanan bangunan gedung Kantor :
1) mengawasi masuk dan keluarnya orang atau barang dan keadaanatau hal-hal yang mencurigakan di sekitar tempat tugas selama 24(dua puluh empat) jam penuh;
2) mengatur buka tutup pintu lantai 1 dan lantai 2 setelah jam kerja,pada hari-hari libur dan apabila ada acara di Balairung SoesiloSoedarman;
3) melakukan pengecekan dan pencegahan terhadap aksi serta perbuatancorat-coret di dinding bangunan, lift, pintu dan lain-lainnya;
4) melakukan patroli menurut rute dan waktu tertentu dengan maksudmengadakan penelitian dan pemeriksaan terhadap segala sesuatuyang tidak wajar dan tidak pada tempatnya yang dapat atau diperkirakandapat menimbulkan ancaman dan gangguan kelancaran lalu lintasdi lingkungan kerja; dan
5) melaporkan kepada Pimpinan Satpam apabila didapati ada bagiandari bangunan gedung mengalami kerusakan untuk selanjutnyaditeruskan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan proseduryang berlaku.
b. perlindungan pribadi dan tempat kediaman Menteri dan Wakil Menteri;
c. penjagaan di lantai kerja Menteri, Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, danpara Pejabat Eselon I;
d. pengawasan lalu lintas barang:
1) melaksanakan penjagaan dan pemeriksaan masuk dan keluarnyabarang;
2) melakukan pemeriksaan terhadap setiap barang yang masuk kegedung Kantor dan memberitahukan kepada pegawai yang berhakmenerima untuk mengambil langsung di tempat penjagaan;
800
3) mencegah setiap barang yang keluar dari gedung Kantor yang tidakdilengkapi dengan surat keterangan yang dibuat oleh pejabat yangberwenang untuk mengeluarkan barang dimaksud; dan
4) mengadakan pemeriksaan terhadap barang yang akan dibawa keluar dari gedung Kantor.
e. pengaturan Penerimaan Tamu:
1) menyapa tamu yang datang dengan ramah dan sopan;
2) mencatat tamu yang datang dalam buku daftar tamu;
3) memberikan tanda pengenal tamu untuk dipakai selama yangbersangkutan berada di lingkungan Kantor;
4) memberikan bantuan pengarahan dan petunjuk kepada tamu sesuaikeperluan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku; dan
5) menghindarkan kata-kata kurang sopan sikap dan prilaku yang kurangsimpatik selama menerima tamu.
f. pengaturan pemakaian tanda pengenal :
1) mengingatkan dengan cara yang sopan, apabila terdapat pejabatdan pegawai yang tidak mengenakan tanda pengenal agar mengenakantanda pengenal sebagaimana mestinya;
2) mencatat dan melaporkan kepada atasan langsung, apabila terdapatcleaning service, mekanik-elektrik pendingin ruang (AC) dan lift tidakmengenakan tanda pengenal; dan
3) menegur dengan cara yang sopan, apabila terdapat tamu yang tidakmengenakan tanda pengenal, dan mengingatkan tamu agarmengenakan tanda pengenal tamu selama yang bersangkutan beradadi lingkungan Kantor.
g. pengaturan parkir kendaraan:
1) memeriksa dan memberikan kartu tanda parkir di pintu masuk bagisetiap kendaraan yang masuk;
2) menata letak parkir kendaraan;melakukan patroli di area parkir dengan maksud untuk mengaturdan mengawasi ketertiban parkir kendaraan, serta mengawasi danmemeriksa segala sesuatu yang tidak wajar dan tidak pada tempatnyayang dapat atau diperkirakan dapat menimbulkan ancaman dangangguan terhadap kendaraan di lingkungan Kantor;
3) memberikan peringatan dan menertibkan dengan cara yang sopanapabila terdapat kendaraan yang diparkir bukan pada tempatnya;
801
4) memeriksa dan meminta kartu tanda parkir di pintu keluar padawaktu kendaraan akan keluar dan meninggalkan halaman gedungKantor; dan
5) apabila terdapat kendaraan yang akan keluar tetapi pengemudi tidakbisa menunjukkan kartu tanda parkir, maka anggota Satpam di pintukeluar wajib menanyakan dan meminta dengan cara hormat untukmelakukan pemeriksaan atas surat-surat kendaraan yang dimiliki.
h. pengaturan pemasangan spanduk/umbul-umbul, standing banner danbaliho:
1) mengatur tata letak pemasangan spanduk/umbul-umbul, standingbanner dan baliho dengan memperhatikan unsur keindahan dankerapihan lingkungan;
2) mencabut, menurunkan dan membersihkan kembali spanduk/umbul-umbul, standing banner dan baliho dari tempat pemasangan apabilawaktu pemasangan telah selesai; dan
3) melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalamhal pemasangan, pencabutan, penurunan dan pembersihan spanduk/umbul-umbul, standing banner dan baliho.
i. tindakan sementara dalam hal terjadi suatu tindak pidana:
1) menangkap pelaku dan menyita barang bukti;
2) menjaga saksi korban dan saksi lain yang diperlukan untuk tidakmeninggalkan Tempat Kejadian Perkara (TKP) sebelum datangnyapetugas polri yang berwenang untuk menangani lebih lanjut;
3) melindungi pelaku dari amukan atau pengeroyokan massa;
4) mengamankan dan mempertahankan keabsahan serta keaslianTempat Kejadian Perkara (TKP), serta mencegah agar berkas-berkasdan barang bukti tidak hilang atau rusak;
5) menutup lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan menghubungipos polisi terdekat;
6) melaporkan dan menyerahkan tersangka beserta barang bukti kepadapetugas polri yang berwenang untuk penanganan lebih lanjut; dan
7) membuat laporan tentang kejadian perkara pada buku mutasipenjagaan.
j. tindakan mengatasi perkelahian:
1) berusaha memberikan peringatan yang dapat menarik dan mengalihkanperhatian para pelaku;
802
2) berusaha melerai dan memisahkan para pelaku yang terlibatperkelahian;
3) apabila dalam perkelahian tersebut terdapat salah satu pelakumenggunakan senjata, maka usaha pemisahan diarahkan kepadapihak yang menggunakan senjata;
4) meminta bantuan petugas lainnya untuk dapat memisahkan pihakyang berkelahi; dan
5) meminta bantuan petugas polri jika diperlukan.
k. tindakan menghadapi unjuk rasa :1) apabila terjadi unjuk rasa yang ditujukan kepada menteri dan atau
pejabat lain di lingkungan Kantor, maka Satpam segera menghadangpara pengunjuk rasa dengan sopan agar tidak masuk ke dalamgedung Kantor;
2) setelah keadaan mulai tenang, pimpinan Satpam meminta kepadaperwakilan pengunjuk rasa untuk mendaftarkan indentitasnya;
3) segera melaporkan adanya unjuk rasa kepada pimpinan yangberwenang untuk mengambil keputusan berkaitan dengan adanyaunjuk rasa tersebut;
4) mengarahkan pengunjuk rasa ke tempat yang lebih aman;5) segera menutup pintu masuk dan pintu keluar halaman gedung
Kantor untuk mencegah masuknya pihak-pihak yang ingin menambahkekacauan situasi;
6) segera mencatat isi tuntutan yang diajukan oleh para pengunjukrasa;
7) siaga di pintu masuk untuk mencegah agar para pengunjuk rasatidak memasuki gedung Kantor;
8) mengumumkan kepada para pegawai melalui operator untuk tidakkeluar dari gedung Kantor; dan
9) segera menghubungi petugas polri guna membantu mengatasi situasi.
l. tindakan mengatasi kerusuhan :
1) apabila terjadi kerusuhan secara massal di lingkungan kerja, Satpamdengan tegas mengambil tindakan untuk mengamankan,menenangkan dan menertibkan pihak-pihak yang terlibat dalamkerusuhan;
2) menutup pintu masuk dan pintu keluar halaman gedung Kantoruntuk mencegah masuknya pihak ketiga yang ingin memperkeruhsuasana;
803
3) melaporkan dengan segera kepada pimpinan Satpam untuk mengambilkeputusan berkaitan dengan kerusuhan dimaksud;
4) melakukan koordinasi dan menghubungi pihak keamanan terkaituntuk menenangkan dan mengambil tindakan seperlunya;
5) bersikap tegas dalam mengamankan dan mengarahkan massa kesuatu lokasi yang jauh dari gedung Kantor;
6) menutup pintu masuk gedung Kantor dan menjaga agar para perusuhtidak dapat masuk ke dalam gedung Kantor;
7) memberitahukan kepada para pegawai melalui operator agar tidakkeluar dari gedung Kantor; dan
8) segera menghubungi petugas polri guna membantu mengatasi situasi.
m. tindakan mengatasi kebakaran :
1) apabila terjadi kebakaran, Satpam mengingatkan seluruh pegawaiagar segera mengambil tindakan yang dapat membantu pencegahanmeluasnya api;
2) segera mengosongkan ruangan, menghentikan lift dan mematikanaliran listrik;
3) apabila kobaran api makin meluas, maka tindakan utama adalahupaya penyelamatan personil dengan cara keluar dari gedung Kantormelalui pintu dan tangga darurat;
4) dalam hal melakukan upaya penyelaman diri, seluruh anggota Satpamwajib memberikan komando penyelamatan secara sigap dan tertibserta berusaha menenangkan seluruh pegawai agar tidak panik;
5) melakukan tindakan penyelamatan korban terutama manusia dansegera menghubungi petugas pemadam kebakaran;
6) melakukan upaya pemadaman api dengan menggunakan alatpemadam kebakaran yang ada di lingkungan kawasan kerja;
7) menutup area dan mencegah orang-orang yang tidak berkepentinganmemasuki area kebakaran;
8) memandu tindakan evakuasi; dan
9) membantu petugas polri dalam mengumpulkan barang bukti dansaksi dalam melakukan pemeriksaan.
n. tindakan mengatasi ancaman bom:
1) apabila diperoleh informasi atau diketahui tentang adanya ancamanbom, maka pimpinan Satpam segera melaporkan kepada kepalabiro umum dan atau kepala Kantor akan adanya ancaman bomuntuk dapat segera diambil tindakan penyelamatan pegawai;
804
2) setelah mendapatkan pengarahan dari kepala biro umum dan ataukepala Kantor, segera menghubungi tim gegana polri untuk tindakanpenjinakan bom; dan
3) sebelum tim gegana polri datang, Satpam wajib melakukan tindakanpreventif.
o. Tindakan penyelamatan terjadinya gempa bumi :
1) melalui operator mengumumkan keadaan darurat ke seluruh ruanganagar seluruh pegawai segera meninggalkan ruangan denganmenggunakan pintu dan tangga darurat;
2) segera mengosongkan seluruh ruangan kerja, menghentikan lift danmematikan aliran listrik;
3) mengumumkan kepada para pegawai yang berada di lantai 24 sampaidengan lantai 11 agar menggunakan pintu dan tangga daruratsebelah kanan gedung Kantor;
4) mengumumkan kepada para pegawai yang berada di lantai 10 sampaidengan lantai 4 agar menggunakan pintu dan tangga darurat sebelahkiri gedung Kantor;
5) mengumumkan kepada para pegawai yang berada di lantai 3 agarmenggunakan tangga bagian tengah;
melakukan tindakan penyelamatan korban dan segera mengirimkorban kepada petugas kesehatan;
6) segera menghubungi instansi terkait guna tindakan penyelamatandan pengamanan lebih lanjut; dan
7) memberikan komando penyelamatan secara sigap dan tertib sertaberusaha menenangkan seluruh pegawai agar tidak panik; dan
8) memandu tindakan evakuasi.
p. pelatihan:
1) mengikuti pelatihan peningkatan kewaspadaan yang dilaksanakanoleh kantor untuk menguji kesiapan dan kecepatan dalam mengatasikeadaan darurat.
2) Pelatihan dilakukan secara teratur dan periodik termasuk penggunaansarana dan prasarana pemadam kebakaran yang tersedia padamasing-masing unit kerja secara tepat dan benar.
q. koordinasi dan pengawasan:
1) Dalam rangka pelaksanaan tugasnya Satpam wajib melakukankoordinasi dengan pihak Polri dan Satpam terdekat;
805
2) Setiap kegiatan tertentu yang melibatkan pihak luar yang dilakukandi lingkungan Kantor, wajib dikoordinasikan terlebih dahulu denganSatpam.
3) Pengawasan terhadap seluruh kegiatan dilakukan oleh Satpam sejakdari awal sampai berakhirnya kegiatan.
Pasal 11
Pengaturan teknis jadwal tugas dan tata cara pergantian jaga Satpam diaturlebih lanjut oleh pejabat yang berwenang.
Bagian KeduaSatuan Tugas Khusus
Pasal 12
(1) Dalam hal menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu seperti PemilihanUmum, Sidang Umum MPR atau peristiwa-peristiwa lainnya yang dianggapmemerlukan pengamanan khusus, selain pengamanan fungsional danpengamanan operasional, Pimpinan yang berwenang dapat membentukSatuan Tugas Khusus.
(2) Rincian tugas jadwal waktu Satuan Tugas Khusus diatur menurut kebutuhan.
(3) Anggota Satuan Tugas Khusus wajib memakai tanda pengenal SatuanTugas Khusus yang disiapkan oleh Pimpinan unit kerja yang bersangkutan.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya, Satuan Tugas Khusus wajib melakukankoordinasi dengan Satpam.
(5) Pimpinan Satuan Tugas Khusus wajib memberikan laporan hasilpelaksanaan tugas kepada Pimpinan yang berwenang.
Bagian KetigaTamu
Pasal 13
(1) Tamu mempunyai kewajiban :a. berlaku sopan serta berpakaian rapi;b. mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada Petugas Penerima Tamu
dan menyerahkan tanda pengenal pribadinya; danc. mengenakan tanda pengenal tamu, selama berada di lingkungan
gedung Kantor.
(2) Tamu yang dapat diterima diutamakan tamu untuk kepentingan dinas.
806
(3) Tamu untuk kepentingan pribadi dapat diterima setelah diseleksi terlebihdahulu oleh petugas penerima tamu.
(4) Tamu yang bermaksud menemui pegawai, menunggu di ruang tamu.
(5) Tamu yang bermaksud menemui pejabat eselon IV atau pejabat eselonIII, menemui pejabat dimaksud di ruang kerjanya.
(6) Tamu yang bermaksud menemui pejabat eselon II atau pejabat eselon I,dikoordinasikan terlebih dahulu dengan sekretaris pejabat dimaksud.
Pasal 14
Pengaturan penerimaan tamu-tamu Menteri diatur tersendiri menurut ketentuanprotokoler yang berlaku.
Bagian KeempatTanda Pengenal
Pasal 15
(1) Pejabat dan pegawai wajib mengenakan tanda pengenal berupa kartupengenal yang dilengkapi dengan foto selama berada di dalam lingkungangedung Kantor.
(2) Anggota Satpam wajib mengenakan pakaian seragam Satpam lengkapdengan tanda pengenal dan atributnya pada waktu menjalankan tugas.
(3) Anggota Satuan Tugas Khusus wajib mengenakan tanda pengenal SatuanTugas Khusus pada waktu menjalankan tugas.
(4) Petugas cleaning service, mekanik-elektrik Pendingin ruang (AC) dan liftwajib mengenakan pakaian seragam dan tanda pengenal selamamenjalankan tugas di lingkungan Kantor.
(5) Tamu wajib mengenakan tanda pengenal tamu, selama yang bersangkutanberada di lingkungan Kantor.
Bagian KelimaTanda-tanda dan Petunjuk
Pasal 16
Gedung Kantor beserta fasilitasnya dilengkapi dengan tanda-tanda dan petunjukberupa :a. papan pengumuman;b. lampu dan tanda-tanda petunjuk jalan untuk menyelamatkan diri apabila
keadaan darurat;
807
c. rambu-rambu lalu lintas;d. petunjuk pemakaian Alat Pemadam Kebakaran; dane. petunjuk cara-cara penyelamatan diri dalam keadaan darurat
Bagian KeenamKerja Lembur
Pasal 17
(1) Kerja lembur hanya dapat dilaksanakan atas perintah Pimpinan UnitKerja yang bersangkutan.
(2) Pimpinan kelompok yang melakukan kerja lembur wajib melaporkankepada Satpam jaga dan pejabat atau pegawai Biro Umum yang mengaturpenggunaan listrik dan pendingin ruang (AC) atas adanya kegiatan kerjalembur tersebut paling lambat 1 (satu) jam sebelum dilaksanakan.
(3) Pimpinan kelompok yang melakukan kerja lembur bertanggung jawabatas pengamanan dan ketertiban lantai, ruang dan blok bangunan yangbersangkutan.
Bagian KetujuhAlat Pemadam Kebakaran
Pasal 18
(1) Penempatan Alat Pemadam Kebakaran di setiap lantai, blok dan bangunanharus terlihat jelas dan dapat diketahui dengan mudah oleh seluruhpejabat dan pegawai.
(2) Setiap Pimpinan Unit Kerja melakukan pemantauan dan pengawasanteknik atas pemasangan sarana listrik dan sarana pemadam kebakaran.
BAB IVPELAPORAN
Pasal 19
Pejabat yang berwenang melaksanakan pengamanan dan ketertiban wajibmembuat laporan secara berkala kepada Pimpinan Kantor.
808
BAB VKETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kebudayaandan Pariwisata No. KM.29/UM.001/MKP/02 tentang Tata Cara PelaksanaanPengamanan dan Ketertiban di Lingkungan Kementerian Kebudayaan danPariwisata dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 21
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakartapada tanggal 27 Desember 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1340
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
809
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATADAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PM.141/PW.204/MPEK/2012
TENTANG
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI KEBUDAYAANDAN PARIWISATA NOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008 TENTANGPEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAM
KEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILM NASIONALSERTA PENGGANDAAN FILM IMPOR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 33Tahun 2009 tentang Perfilman, setiap pelaku kegiatandan pelaku usaha di bidang perfilman diwajibkan untukmengutamakan penggunaaan sumber daya dalam negerisecara optimal;
b. bahwa jasa teknik film yang merupakan salah satusumber daya dalam negeri, harus dimanfaatkan dalamkegiatan pembuatan dan penggandaan film nasionalserta penggandaan film impor;
c. bahwa untuk memanfaatkan Jasa Teknik Film dalamnegeri dalam kegiatan pembuatan dan penggandaan filmnasional serta penggandaan film impor, diperlukan waktu
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
810
untuk mempelajari lebih jauh kemampuan dan persiapankegiatan usaha jasa teknik film yang mencakup teknologiseluloid dan digital di dalam negeri;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengubahkembali tanggal efektif mulai berlakunya Peraturan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film DalamNegeri Dalam Kegiatan Pembuatan dan PenggandaanFilm Nasional Serta Penggandaan Film Impor sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan PeraturanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.108/PW.204/MKP/2011;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman(Lembaran Negara RepubIik Indonesia Tahun 1992 Nomor141, Tambahan Lembaran Negara RepubIik IndonesiaNomor 5060);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1994 tentangPenyelenggaraan Usaha Perfilman (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1994 Nomor 11, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3541);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1994 tentangLembaga Sensor Film (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1994 Nomor 12);
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian NegaraSerta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;
5. Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 215/KEP/MENPEN/1994 tentang Ketentuan dan Tata CaraPenyelenggaraan Usaha Perfilman sebagaimana telahdiubah dengan Surat Keputusan Menteri PeneranganNomor 21A/KEP/MENPEN/1998;
811
6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan JasaTeknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatandan Penggandaan Film Nasional serta PenggandaanFilm Impor sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif Nomor PM.108/PW.204/MPEK/2011;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATASPERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATANOMOR: PM.55/PW.204/MKP/2008 TENTANGPEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAMKEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILMNASIONAL SERTA PENGGANDAAN FILM IMPOR.
Pasal I
Ketentuan Pasal 13 ayat (2) Peraturan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor PM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik FilmDalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan Dan Penggandaan Film NasionalSerta Penggandaan Film Impor yang telah beberapa kali diubah dengan:
1. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.11/PW.204/MKP/2009;
2. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.27/PW.204/MKP/2010;
3. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.108/PW.204/MPEK/2011,
diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
(2) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
812
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Lembaran Berita Negara RepublikIndonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 19 Desember 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakartapada tanggal 15 Januari 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 86
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
813
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR: PM.143/UM.001/MPEK/2012
TENTANG
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasiKementerian serta untuk mewujudkan efektivitas, efisiensidan tertib administrasi keuangan negara, perlu meninjaukembali Peraturan Menteri Kebudayaan dan PariwisataNomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentang PetunjukPelaksanaan Penatausahaan Keuangan di lingkunganDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata;
b. bahwa sehubungan dengan huruf a di atas perlumenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Penatausahaan Keuangan di LingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4286);
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
814
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4400);
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentangPengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP.563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan dan KantorPerbendaharaan dan Kas Negara Untuk Memungut,Menyetor dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai danPajak Penjualan atas Barang Mewah Beserta Tata CaraPemungutan, Penyetoran, dan Pelaporannya;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2006tentang Dana Operasional Menteri/Pejabat SetingkatMenteri;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.05/2010tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi PejabatNegara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetapsebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 64/PMK.05/2011;
8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam NegeriBagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan PegawaiTidak Tetap;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008tentang Tata Cara Penatausahaan dan PenyusunanLaporan Pertanggungjawaban Bendahara KementerianNegara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
815
sehubungan dengan Pembayaran atas penyerahan barangdan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012tentang Tata Cara Pembayaran Dalam RangkaPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
12. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PENATAUSAHAAN KEUANGAN DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kementerian adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2. Menteri adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
3. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.
4. Inspektur Jenderal adalah Inspektur Jenderal Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.
5. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
6. Pejabat Eselon I adalah Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, DirekturJenderal, Kepala Badan dan pejabat yang setingkat lainnya.
7. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi dilingkungan Kementerian yang melaksanakan kegiatan Kementerian danmemiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
8. Kepala Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Kepala Satker adalahKepala dari suatu satuan kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.
816
9. Unit Kerja adalah unit organisasi setingkat Eselon II di lingkunganKementerian.
10. Kepala Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut Kepala UPTadalah Kepala dari suatu Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif.
11. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat dengan PA, adalah Menteriyang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran/pengguna barangpada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
12. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat dengan KPA,adalah pejabat Eselon I atau Kepala Satker yang ditunjuk/diangkat denganKeputusan Menteri untuk bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran/barang pada satuan kerjanya.
13. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat dengan PPK,adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambilkeputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaranatas beban APBN.
14. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnyadisebut Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang diberikewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaanpembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.
15. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalah Pejabatyang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi BUN.
16. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Kuasa BUNadalah Pejabat yang diangkat oleh BUN untuk melaksanakan tugaskebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBN dalam wilayah kerjayang ditetapkan.
17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBNpada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif.
19. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat denganBPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran
817
untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaranpelaksanaan kegiatan tertentu.
20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkatdengan APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negarayang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
21. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat denganDIPA, adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif selaku Pengguna Anggaran yang disahkanoleh Menteri Keuangan selaku BUN sebagai acuan Pengguna Anggarandalam melaksanakan kegiatan sebagai pelaksanaan APBN.
22. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat dengan POK,adalah merupakan petunjuk pelaksanaan kegiatan dan anggaran yangmerupakan pencerminan dari Rencana Kerja dan Anggaran KementerianNegara/Lembaga (RKAKL) yang dibuat oleh Menteri.
23. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkatdengan KPPN, adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaanyang memperoleh kuasa dari BUN untuk melaksanakan sebagian fungsiKuasa BUN.
24. Rekening Kas Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negarayang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN atau pejabat yangditunjuk untuk menampung seluruh penerimaan negara dan atau membayarseluruh pengeluaran negara pada Bank/Sentral Giro yang ditunjuk.
25. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat dengan UP, adalah uangmuka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada BendaharaPengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari satuankerja atau pembiayaan pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannyayang tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
26. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat dengan TUP,adalah merupakan uang muka yang diberikan kepada BendaharaPengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu)bulan melebihi pagu UP yang telah ditetapkan.
27. Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnyadisingkat dengan PTUP adalah pertanggungjawaban atas TUP.
28. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalahpembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara Pengeluaran/Penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surattugas atau surat perintah kerja lainnya melalui Penandatanganan SuratPerintah Membayar Langsung.
818
29. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat dengan SPPadalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaanpembayaran tagihan kepada negara.
30. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disingkatdengan SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalamrangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.
31. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya disebutSPP-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaanpembayaran UP.
32. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPP-TUP adalah dokumen yang diterbitkan olehPPK, yang berisi permintaan pembayaran TUP.
33. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPP-GUP adalah dokumen yang diterbitkan olehPPK, yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaranUP.
34. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan Nihil yangselanjutnya disebut SPP-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkanoleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban UP.
35. Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban Tambahan UangPersediaan yang selanjutnya disebut SPP-PTUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pertanggungjawaban atasTUP.
36. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat dengan SPM adalahdokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Penanda Tangan SPM untukmencairkan dana yang bersumber dari DIPA.
37. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LSadalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Penandatangan SPMuntuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam rangkapembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.
38. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebutSPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat PenandatanganSPM untuk mencairkan UP.
39. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnyadisebut SPM-TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PejabatPenandatangan SPM untuk mencairkan TUP.
819
40. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang selanjutnyadisebut SPM-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PejabatPenandatangan SPM dengan membebani DIPA, yang dananyadipergunakan untuk menggantikan UP yang telah dipakai.
41. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil yangselanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkanoleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai pertanggungjawaban UPyang membebani DIPA.
42. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan UangPersediaan yang selanjutnya disebut SPM-PTUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai pertanggungjawabanatas TUP yang membebani DIPA.
43. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalahsuratperintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untukpelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
44. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat dengan BAS adalahdaftar perkiraan buku besar meliputi kode dan uraian organisasi, fungsidan sub fungsi, program, kegiatan, output, bagian anggaran/unit organisasieselon I/Satker dan kode perkiraan yang ditetapkan dan disusun secarasistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,serta pertanggungjawaban dan laporan keuangan pemerintah pusat.
45. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat denganPNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasaldari pajak.
46. Bank Operasional adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuanganselaku BUN atau pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakanpemindahbukuan sejumlah uang dari Kas Negara ke rekening sebagaimanayang tercantum dalam SP2D.
47. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat dengan ADK adalaharsip data dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam media penyimpanandigital.
48. Gaji Induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan kepadapegawai negeri yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengansurat keputusan sesuai ketentuan perundang-undangan pada Satkeryang meliputi gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji.
49. Surat Setoran Pajak (SSP)/Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)/SuratSetoran Pengembalian Belanja (SSPB) yang dinyatakan sah adalah
820
SSP/SSBP/SSPB yang telah mendapat Nomor Transaksi PenerimaanNegara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos(NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP), kecuali ditetapkan lain.
50. Surat Bukti Setor yang disingkat SBS adalah tanda bukti penerimaanyang diberikan oleh Bendahara kepada penyetor.
51. Dokumen Sumber adalah dokumen yang digunakan sebagai dasarpencatatan dalam proses pembukuan bendahara.
52. Unit Akuntansi Kuasa Penggunan Anggaran yang selanjutnya disingkatdengan UAKPA adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatanakuntansi dan penyusunan laporan keuangan tingkat satuan kerja.
53. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara yang selanjutnya disebut LPJ,adalah laporan yang dibuat oleh bendahara atas uang yang dikelolanyasebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.
54. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu yangselanjutnya disebut LPJ-BPP, adalah laporan yang dibuat oleh BPP atasuang yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.
55. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran yang selanjutnya disingkatdengan SKPP, adalah surat keterangan tentang terhitung mulai bulandihentikan pembayaran yang dikeluarkan oleh KPA atau pejabat yangditunjuk berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan oleh Kementeriandan disahkan oleh KPPN setempat.
56. Surat Perintah Bayar yang selanjutnya disebut SPBy, adalah Surat PerintahBayar yang disetujui dan ditandatangani PPK atas nama KPA.
57. Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja yang selanjutnya disingkatdengan SPTB, adalah surat pernyataan tanggungjawab belanja yangdibuat oleh KPA atau pejabat yang ditunjuk atas transaksi belanjasampai dengan jumlah tertentu.
58. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjutnya disingkatdengan SKTJM, adalah surat keterangan yang menyatakan segala akibatdari tindakan Pejabat/seseorang yang mengakibatkan kerugian negaramenjadi tanggung jawab sepenuhnya Pejabat/seseorang yang mengambiltindakan dimaksud.
59. Buku Kas Umum yang selanjutnya disingkat dengan BKU, sarana untukmencatat/menatausahakan semua transaksi keuangan dalam pelaksanaananggaran satuan kerja berdasarkan DIPA atau dokumen lain yangdipersamakan.
821
60. Buku Pembantu yang selanjutnya disingkat dengan BP, adalah buku untukmengakumulasikan transaksi-transaksi ke dalam klasifikasi yang diperlukanuntuk penyusunan laporan.
61. Buku Pengawas Anggaran yang selanjutnya disebut Buku Wasgar adalahbuku untuk mencatat pagu atau alokasi dana untuk mata anggaran danjenis belanja pada tiap-tiap subbagian kegiatan berdasarkan DIPA, jumlahpembayaran yang membebani mata anggaran (Akun) dan sisa paguanggaran masing-masing Akun, untuk mengawasi agar pembayaranyang dilakukan tidak melampaui jumlah anggaran yang dialokasikan.
62. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat dengan SPD, adalahsurat perintah kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan PegawaiTidak Tetap untuk melaksanakan perjalanan dinas.
63. Barang Kena Pajak yang selanjutnya disingkat dengan BKP, adalahbarang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barangbergerak atau tidak bergerak dan barang yang tidak berwujud yangdikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan.
64. Jasa Kena Pajak yang selanjutnya disingkat dengan JKP adalah suatukegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukumyang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau haktersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkanbarang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjukdari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang Undang mengenaiPajak Pertambahan Nilai (PPN).
65. Surat Perintah Pelaksanaan Tugas yang selanjutnya disingkat denganSPPT, adalah surat perintah kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri,dan Pegawai Tidak Tetap untuk melaksanakan tugas.
66. Surat Perintah Kerja yang selanjutnya disingkat dengan SPK, adalahsurat perintah melaksanakan pekerjaan berupa barang/jasa yang telahdisepakati oleh kedua belah pihak dan dibiayai dari APBN.
67. Wajib Pungut Pajak yang selanjutnya disebut WAPU, adalah bendaharapemerintah dan KPA sebagai pemungut pajak pada pemerintah pusat,pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelianbarang.
68. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP,adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
822
administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atauidentitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Satker dan UPTdi lingkungan Kementerian dalam penatausahaan keuangan.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar penatausahaan keuangan pada Satkerdan UPT dilaksanakan secara tertib, sehingga pembayaran yang dilakukantidak melampaui batas alokasi dana yang tertera dalam DIPA, sertamempermudah dalam menyusun laporan keuangan.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri inimeliputi:
a. Persiapan;
b. Pembukuan Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP Pada Satker atauUPT;
c. Pemeriksaan Kas Bendahara;
d. SPP;
e. SPM;
f. Pertanggungjawaban keuangan; dan
g. Pelaporan.
BAB IIPERSIAPAN
Bagian KesatuPengangkatan
Pasal 4
(1) Setelah DIPA disahkan dan ditandatangani oleh Menteri Keuangan c.q.Direktur Jenderal Perbendaharaan, Menteri selaku PA menetapkan KPA,PPK, Pejabat Penandatangan SPM, Bendahara Penerimaan dan BendaharaPengeluaran pada Satker dan UPTdi lingkungan Kementerian.
(2) Menteri selaku PA dapat mendelegasikan kewenangan kepada KPA untukmengangkat dan memberhentikan PPK dan Pejabat PenandatanganSPM.
823
(3) KPA dapat menetapkan pejabat pengganti sementara apabila PPK danPejabat Penandatangan SPM berhalangan sementara sesuai denganbatas kewenangan yang diberikan.
(4) Untuk 1 (satu) DIPA, KPA menetapkan:a. 1 (satu) atau lebih PPK; danb. 1 (satu) Pejabat Penandatangan SPM.
Pasal 5
(1) KPA menetapkan PPK dan Pejabat Penandatangan SPM dengan suratkeputusan.
(2) Penetapan PPK dan Pejabat Penandatangan SPM sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak terikat periode tahun anggaran.
(3) Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagaiPPK dan/atau Pejabat Penandatangan SPM pada saat pergantian periodetahun anggaran, penetapan PPK dan/atau Pejabat Penandatangan SPMtahun yang lalu masih tetap berlaku.
(4) Dalam hal PPK atau Pejabat Penandatangan SPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPAmenetapkan PPK atau Pejabat Penandatangan SPM pengganti dengansurat keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan.
(5) Dalam hal penunjukan KPA berakhir, penetapan PPK dan PejabatPenandatangan SPM secara otomatis berakhir.
(6) PPK dan Pejabat Penandatangan SPM yang penunjukannya berakhirharus menyelesaikan seluruh administrasi keuangan yang menjadi tanggungjawabnya pada saat menjadi PPK atau Pejabat Penandatangan SPM.
(7) KPA menyampaikan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (4) kepada:
a. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tanganPejabat Penandatangan SPM dan cap/stempel Satker;
b. Pejabat Penandatangan SPM disertai dengan spesimen tanda tanganPPK; dan
c. PPK.
(8) Pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepadapejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dalam hal tidak terdapatpenggantian PPK dan/atau Pejabat Penandatangan SPM sebagaimanadimaksud pada ayat (3).
824
Pasal 6
(1) Untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaananggaran belanja, Menteri mengangkat Bendahara Pengeluaran di setiapSatker.
(2) Kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada kepala Satker.
(3) Pengangkatan Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan pendelegasian kewenangan pengangkatan BendaharaPengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengansurat keputusan.
(4) Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
(5) Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atauPejabat Penandatangan SPM.
(6) Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapanBendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
(7) Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri Pariwisatadan Ekonomi Kreatif atau Kepala Satker menetapkan pejabat penggantisebagai Bendahara Pengeluaran.
(8) Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikandari jabatannya/berhalangan sementara harus menyelesaikan seluruhadministrasi keuangan yang menjadi tanggung jawabnya pada saat menjadiBendahara Pengeluaran.
(9) Kepala Satker menyampaikan surat keputusan pengangkatan dan spesimentanda tangan Bendahara Pengeluaran kepada:a. Pejabat Penandatangan SPM; danb. PPK.
(10) Bendahara Pengeluaran ditetapkan untuk pengelolaan 1 (satu) DIPAatau 1 (satu) Satuan Kerja.
(11) Bendahara Pengeluaran dapat mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA atau1 (satu) Satuan Kerja apabila terdapat keterbatasan pegawai.
Pasal 7
(1) Satker dan UPT menyampaikan usulan calon PPK, Pejabat PenandatanganSPM, Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran dan/atauBPP kepada Biro Keuangan.
825
(2) Berdasarkan usulan Satker dan UPT, Biro Keuangan melakukan koordinasidengan Biro Hukum dan Kepegawaian untuk meneliti kebenaran atasnama, pangkat dan jabatan calon PPK, Pejabat Penandatangan SPM,Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan BPP serta formatkesesuaian Keputusan Menteri dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja.
Bagian KeduaAdministrasi Kantor
Pasal 8
KPA atau Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran setelahmengadakan penelitian atas dokumen pelaksanaan anggaran yang diterimapaling lambat pada tanggal 15 (lima belas) Januari sudah harus melengkapiadministrasi pengelolaan keuangan meliputi:
a. Bagi Satker atau UPT baru, persiapan meliputi:1) BKU;2) BP;3) brankas; dan4) ruangan Bendahara Pengeluaran.
b. Untuk Satker atau UPT lama/lanjutan:
1) jika tidak terdapat penggantian KPA atau Pejabat yang ditunjuk danBendahara Pengeluaran kegiatan pengelolaan berjalan sepertisebagaimana mestinya; dan
2) jika terdapat penggantian KPA atau Pejabat yang ditunjuk danBendahara Pengeluaran harus diadakan serah terima dari pejabatlama kepada pejabat baru disertai:a) Berita Acara Serah Terima;b) BKU tidak ditutup (kecuali pada akhir tahun anggaran);c) register penutupan kas;d) pernyataan Bendahara pengeluaran;e) dokumen-dokumen yang terkait; danf) daftar inventaris kantor.
c. KPA atau Pejabat yang ditunjuk mempersiapkan:1) penunjukan dan penyusunan staf pembantu beserta uraian tugasnya
secara jelas;2) surat-surat yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pencairan
anggaran;
826
3) rekapitulasi kegiatan dalam POK yang akan dikontrakkan; dan4) rencana kerja dalam bentuk bagan balok (barchat).
Bagian KetigaPejabat Pembuat Komitmen
Pasal 9
(1) PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan yangmengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.
(2) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), PPK mempedomani pelaksanaan tanggung jawab KPA kepada PA.
(3) PPK tidak dapat merangkap sebagai Pejabat Penandatangan SPM.
Pasal 10
(1) Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPK menguji:
a. kelengkapan dokumen tagihan;
b. kebenaran perhitungan tagihan;
c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atasbeban APBN;
d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimanayang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yangdiserahkan oleh penyedia barang/jasa;
e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimanayang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengandokumen perjanjian/kontrak;
f. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaansurat bukti mengenai hak tagih kepada negara; dan
g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yangtercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumenperjanjian/kontrak.
(2) PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugasdan wewenang kepada KPA, yang paling kurang memuat:a. perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah
ditandatangani;b. tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia barang/jasa;c. tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya; dand. jangka waktu penyelesaian tagihan.
827
Bagian KeempatPejabat Penanda Tangan SPM
Pasal 11
Pejabat Penandatangan SPM melaksanakan kewenangan KPA untukmelakukan pengujian atas tagihan dan menerbitkan SPM.
Pasal 12
(1) Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukanoleh Pejabat Penandatangan SPM, meliputi:a. kelengkapan dokumen pendukung SPP;b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan
PPK;c. kebenaran pengisian format SPP;d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker;f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/
kelengkapan pembayaran belanja pegawai;g. kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/
kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;h. kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;i. kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan
dari pihak yang mempunyai hak tagih;j. kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dank. kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
(2) Pengujian kode BAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf dtermasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata anggaranpengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya.
(3) Tata cara pelaksanaan tanda tangan elektronik dalam bentuk PIN PejabatPenandatangan SPM pada ADK SPM diatur dengan Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaaan.
(4) Dalam menerbitkan SPM, Pejabat Penandatangan SPM melakukan hal-hal sebagai berikut:
828
a. mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisadana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;
b. menandatangani SPM; danc. memasukkan Personal Identification Number (PIN) Pejabat
Penandatangan SPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADKSPM.
Bagian KelimaBendahara Pengeluaran
Pasal 13
(1) Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas mengelola UP yang berasaldari APBN, yang disimpan dalam Kas Bank dan Kas Tunai dalam satubrankas dan wajib menatausahakan semua transaksi keuangan satker(UP dan LS) dalam 1 (satu) BKU dan BP lainnya untuk masing-masingDIPA.
(2) Bendahara Pengeluaran hanya diijinkan mengelola anggaran untuk satuSatker atau UPT, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri.
(3) Dalam rangka melaksanakan tugasnya Bendahara Pengeluaran dapatdibantu oleh satu atau lebih BPP.
Pasal 14
(1) Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya, yang meliputi:
a. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LSmelalui Bendahara Pengeluaran; dan
b. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasaldari Pembayaran LS yang bersumber dari APBN.
(2) Kas atau UP yang menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaranharus disimpan di Bank dan Kas Tunai sesuai ketentuan.
(3) Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang adapada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
Pasal 15
(1) Kode rahasia membuka pintu brankas, kunci asli brankas termasukkunci sorok dan kunci laci, dipegang dan disimpan oleh BendaharaPengeluaran.
829
(2) Kunci duplikat brankas, kunci sorok dan kunci laci dipegang dan disimpanoleh KPA atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 16
Jika terjadi penggantian KPA atau Pejabat yang ditunjuk, atau BendaharaPengeluaran, kunci brankas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ikutdiserahterimakan kepada penggantinya dan kode rahasia untuk membukapintu brankas segera diganti.
Pasal 17
(1) Jika seorang Bendahara Pengeluaran belum mempunyai brankas, uangkas dan surat-surat berharga yang menjadi tanggung jawabnya dapatdititipkan kepada Bendahara Pengeluaran yang mempunyai brankasdengan ketentuan uang dan surat-surat berharga tersebut dimasukkanke dalam amplop tertutup yang diberi pengaman berupa:a. catatan/tulisan barang titipan;b. cap pada penutup amplop; danc. ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran yang menitipkan dengan
menyilang pada sampul amplop.
(2) Penitipan uang dan surat-surat berharga sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat pula dilakukan dengan memasukkannya ke dalam petiuang (brankas) dan diberi tanda titipan uang.
(3) Jika Bendahara Pengeluaran yang menerima titipan uang tidak dapatmembuktikan bahwa uang tersebut merupakan uang titipan karena tidakmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) pemeriksa dapat memerintahkan kepada Bendahara Pengeluaranagar uang titipan disetor ke Rekening Kas Negara melalui Bank Persepsi.
Pasal 18
(1) Bendahara Pengeluaran diwajibkan menyimpan uang yang menjaditanggung jawabnya pada Bank Pemerintah terdekat dengan kantor Satkeratau kantor UPT.
(2) Jika pada suatu lokasi kantor Satker atau kantor UPT tidak ada BankPemerintah, penyimpanan uang dapat dilakukan pada Bank PemerintahDaerah setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuanganselaku Bendahara Umum Negara/KPPN selaku kuasa BUN.
(3) Jika dalam penyimpanan uang pada Bank Pemerintah memperoleh jasagiro, Bendahara Pengeluaran atau Bank tempat menyimpan uang wajibuntuk menyetor jasa giro ke Rekening Kas Negara.
830
Pasal 19
(1) Bendahara Pengeluaran dilarang menyimpan uang yang bersumber dariAPBN pada bank swasta.
(2) Bendahara pengeluaran dilarang mendepositokan uang APBN dalamsuatu bank atas nama diri sendiri, Satker atau UPT.
Pasal 20
(1) Penarikan uang dari bank dilakukan dengan cara menandatangani lembarancek bersama-sama dengan KPA atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Tata cara penarikan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemperhatikan ketentuan yang berlaku pada Bank.
(3) Dalam pertinggal (bonggol) buku cek KPA atau Pejabat yang ditunjukmembubuhkan paraf dan tanggal pemarafan.
(4) Sebelum menandatangani lembaran cek sebagaimana dimaksud padaayat (1), Bendahara Pengeluaran harus meneliti terlebih dahulu kegunaanpenarikan dan penarikan dari bank disesuaikan dengan perencanaankas.
Bagian KeenamWewenang, Tugas dan Tanggung Jawab KPA/Pejabat yang ditunjuk,
PPK, Pejabat Penandatangan SPM, Bendahara Penerimaan danBendahara Pengeluaran
Pasal 21
(1) KPA mempunyai tugas dan wewenang, sebagai berikut :
a. menyusun DIPA;
b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkanpengeluaran anggaran belanja Negara;
c. menetapkan Pejabat Penandatangan SPM untuk melakukan pengujiantagihan dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;
d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatandan pengelola anggaran/keuangan;
e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikandana;
f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatandan penarikan dana;
831
g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitandengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;dan
h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaransesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) KPA mempunyai tanggung jawab, sebagai berikut :
a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikandana;
b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaanbarang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;
c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar prosespenyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan;
d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaanbarang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalamDIPA;
e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrakpengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuaidengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencanayang telah ditetapkan;
f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuaidengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan
g. melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi ataspertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunanlaporan keuangan.
Pasal 22
(1) PPK mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikandana berdasarkan DIPA, yang meliputi:
1) menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencanapenarikan dananya;
2) menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasarpembuatan SPP-UP/TUP; dan
3) mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA.
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
832
c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak denganPenyedia Barang/Jasa;
d. melaksanakan kegiatan swakelola;
e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yangdilakukannya;
f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepadaNegara, yang meliputi :
1) menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat buktimengenai hak tagih kepada negara; dan/atau
2) menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusanyang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanjapegawai.
h. membuat dan menandatangani SPP;
i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA, berupalaporan atas:1) pelaksanaan kegiatan;2) penyelesaian kegiatan; dan3) penyelesaian tagihan kepada negara.
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPAdengan Berita Acara Penyerahan;
k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaankegiatan; dan
l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengantindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negarasesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang meliputi :
1) menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
2) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepadanegara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
3) mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkanprestasi kegiatan;
4) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepadanegara; dan
5) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepadapenyedia barang/jasa.
833
(2) PPK mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:
a. kebenaran material dan akibat yang timbul dari Kontrak/SPK atauKeputusan dan surat bukti lainnya yang ditandatanganinya; dan
b. realisasi keuangan dan keluaran/output kegiatan yang dilaksanakansesuai rencana yang ditetapkan dalam DIPA.
Pasal 23
(1) Pejabat Penandatangan SPM mempunyai tugas dan wewenang sebagaiberikut:
a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;
b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhipersyaratan untuk dibayarkan;
c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
d. menerbitkan SPM;
e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepadaKPA;
g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan denganpelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran; dan
h. menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas danwewenang kepada KPA, paling sedikit memuat:1) jumlah SPP yang diterima;2) jumlah SPM yang diterbitkan; dan3) jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.
(2) Pejabat Penandatangan SPM mempunyai tanggungjawab sebagai berikut:
a. kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadapdokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasar PenandatangananSPM dan akibat yang timbul dari pengujian yang dilakukannya; dan
b. ketepatan jangka waktu Penandatanganan dan penyampaian SPMkepada KPPN.
Pasal 24
(1) Bendahara Penerimaan memiliki tugas sebagai berikut:
a. melakukan penatausahaan penerimaan berdasarkan Surat TandaSetoran, SBS dan Tanda Bukti Penerimaan/Bukti lain yang sah;
834
b. membukukan seluruh PNBP, baik yang disetor langsung oleh WajibBayar/Setor ke Kas Negara maupun yang diterima dari Wajib Bayar/Setor;
c. menyusun BKU Penerimaan, BP dan Buku Rekapitulasi Penerimaan;dan
d. membuat Laporan Pertanggungjawaban Penerimaan.
(2) Setiap transaksi penerimaan dan penyetoran harus segera dicatat dalamBKU sebelum dibukukan dalam buku-buku pembantu.
(3) Bendahara Penerimaan dilarang menerima secara langsung setoran dariwajib setor, kecuali untuk jenis penerimaan tertentu yang diatur secarakhusus dan telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
(4) Dalam hal Bendahara Penerimaan menerima secara langsung penerimaantertentu dari wajib setor, bendahara wajib:
a. membuat dan menyampaikan SBS lembar ke-1 kepada penyetordan lembar ke-2 sebagai bukti pembukuan bendahara;
b. menyetor seluruh penerimaannya ke Kas Negara paling lambat dalamwaktu 1 (satu) hari kerja, kecuali untuk jenis penerimaan tertentuyang berdasarkan ketentuan penyetorannya diatur secara berkala;dan
c. menyimpan uang yang diterimanya dalam rekening atas namajabatannya pada bank umum/kantor pos sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan apabila penyetoran dilakukan secara berkala.
(5) Penyetoran ke Kas Negara dilakukan dengan menggunakan formulirSSBP.
(6) Pada akhir tahun anggaran, Bendahara Penerimaan wajib menyetorkanseluruh uang negara yang dikuasainya ke Kas Negara menggunakanformulir SSBP.
Pasal 25
(1) Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK,yang meliputi:
1) meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan olehPPK;
835
2) pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:a) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;b) nilai tagihan yang harus dibayar;c) jadwal waktu pembayaran; dand) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
3) pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasiteknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa danspesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan
4) pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mataanggaran pengeluaran (akun 6 digit).
c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratanuntuk dibayarkan;
d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara daripembayaran yang dilakukannya;
e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negarake Kas Negara;
f. mengelola rekening tempat penyimpanan UP; dan
g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada KepalaKPPN selaku kuasa BUN.
(2) Bendahara Pengeluaran mempunyai tanggungjawab terhadap:a. pengelolaan UP;b. pengelolaan uang dari Pengajuan SPP-LS yang pembayarannya
melalui rekening Bendahara; danc. kerugian negara yang terjadi terhadap uang yang berada dalam
pengelolaannya.
(3) Dalam hal Bendahara Pengeluaran dibantu oleh BPP, BendaharaPengeluaran wajib menyampaikan daftar rincian jumlah UP yang dikelolaoleh masing-masing BPP pada saat pengajuan SPM-UP/SPM-TUP keKPPN.
Pasal 26
(1) BPP mempunyai tugas sebagai berikut:a. menerima dan menyimpan UP;b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya
bersumber dari UP;
836
c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkanperintah PPK;
d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratanuntuk dibayarkan;
e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yangdilakukannya atas kewajiban kepada negara;
f. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negarake Kas Negara;
g. menatausahakan transaksi UP;
h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP;
i. mengelola rekening tempat penyimpanan UP;
j. mengajukan permintaan penggantian uang (GU) ke KPPN melaluiBendahara Pengeluaran, KPA atau Pejabat yang ditunjuk untukpengeluaran-pengeluaran yang ada bukti autentik dan minimalkelengkapannya setelah mencapai minimal 50% dari UP yangdikelolanya;
k. menyampaikan LPJ-BPP, melakukan rekonsiliasi dan konsolidasipembukuan atas UP yang dikelolanya dengan Bendahara Pengeluaransebelum mengajukan GU;
l. melakukan pengamanan kas serta surat-surat berharga lainnya yangberada dalam pengurusannya, untuk menghindari terjadinya kerugiannegara;
m. menyetorkan sisa UP yang tidak digunakan pada akhir tahun anggarankepada Bendahara Pengeluaran dan/atau menyetorkan langsung keRekening Kas Negara dengan menyampaikan atau menyerahkanSSBP kepada Bendahara Pengeluaran;
n. mempertanggungjawabkan penerimaan dan penggunaan TUP sesuaiRencana Penggunaan Dana paling lambat 1 (satu) bulan sejakSP2D diterbitkan; dan
o. menyetorkan sisa TUP yang tidak digunakan kepada BendaharaPengeluaran dan/atau menyetorkan langsung ke Rekening Kas Negaraselambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SP2D diterbitkan.
(2) BPP mempunyai tanggungjawab terhadap:
a. bukti-bukti dokumen pengeluaran anggaran kegiatan yang dibayarkanmelalui UP;
b. UP yang dikelolanya; danc. kerugian negara terhadap uang yang berada dalam pengelolaannya.
837
Pasal 27
(1) KPA/PPK, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluarandan/atau BPP diwajibkan untuk menyimpan dokumen anggaran, sesuaidengan tugas dan kewenangannya.
(2) Kehilangan dokumen anggaran menjadi tanggung jawab KPA, PPK,Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran dan/atauBPP sesuai batas kewenangannya.
BAB IIIPEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN/BPP
PADA SATUAN KERJA ATAU UNIT PELAKSANA TEKNIS
Bagian KesatuPrinsip Pembukuan
Pasal 28
(1) Periode Pembukuan pada Satker atau UPT yaitu sesuai dengan tahunanggaran DIPA, yang dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengantanggal 31 Desember.
(2) Pembukuan dilaksanakan berdasarkan Dokumen Sumber pembukuanyang diterima dengan asas bruto dan setiap transaksi penerimaan danpengeluaran segera dicatat dalam BKU sebelum dicatat pada BP danBuku Wasgar.
(3) Pembukuan dapat dilakukan dengan cara tulisan tangan atau denganmenggunakan komputer.
(4) Dalam hal pembukuan dilakukan dengan cara komputer, maka BendaharaPengeluaran/BPP wajib:
a. mencetak BKU dan BP sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satubulan;
b. menatausahakan hasil cetakan BKU dan BP bulanan yang telahditandatangani Bendahara dan diketahui KPA/PPK; dan
c. memelihara data base pada komputer.
(5) Apabila Bendahara mengelola lebih dari satu DIPA, maka pembukuandilakukan secara terpisah untuk masing-masing DIPA.
(6) Apabila terjadi kesalahan pembukuan, setelah LPJ disampaikan ke KPPNsegera dibuatkan Berita Acara Kesalahan Pembukuan yang diketahuioleh KPA/PPK sesuai contoh Format 1.
838
(7) Berita Acara Kesalahan Pembukuan merupakan Dokumen Sumberpembukuan koreksi, dilakukan sesuai tanggal berita acara, sebagai berikut:a. dibukukan kebalikan/reversal dari pembukuan yang salah; danb. dibukukan menurut yang seharusnya.
(8) Berita Acara Kesalahan Pembukuan, fotocopy transaksi yang salahdibukukan dan fotocopy pembukuan yang salah (lembaran BKU dan BPberkenaan) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LPJ.
(9) Bagian akhir BKU digunakan untuk catatan hasil pemeriksaan kas.
Bagian KeduaJenis Buku
Pasal 29
(1) Jenis buku yang digunakan oleh Bendahara adalah BKU sesuai contohFormat 2A dan Format 2B, BP dan Buku Wasgar, terdiri dari:
a. BP Kas Tunai (BP-Tunai), yaitu buku untuk mencatat transaksipenerimaan dan pengeluaran uang tunai yang disimpan di brankasBendahara;
b. BP Kas Bank (BP-Bank), yaitu buku untuk mencatat transaksipenerimaan dan pengeluaran uang yang disimpan di rekening bankBendahara;
c. BP Uang Persediaan (BP-UP), yaitu buku untuk mencatat transaksipenerimaan UP/TUP, pembayaran pasti yang menggunakan UP/TUP dan penyetoran UP/TUP ke Kas Negara;
d. BP LS Bendahara, yaitu buku untuk mencatat penerimaan uang dariKPPN berdasarkan SPM-LS Bendahara yang sah, pembayaran yangmenggunakan uang LS-Bendahara kepada yang berhak danpenyetoran sisa uang LS Bendahara ke rekening Kas Negara (bilaada). BP LS Bendahara hanya digunakan untuk mencatat SPM-LS/SP2D LS yang pembayarannya melalui Rekening BendaharaPengeluaran;
e. BP Bendahara Pengeluaran Pembantu (BP-BPP), yaitu buku untukmencatat penyaluran dana UP atau dana LS-Bendahara kepadaBPP, pertanggungjawaban dari BPP (LPJ-BPP) dan pengembaliansisa UP dari BPP;
f. BP Uang Muka Perjalanan Dinas (BP-UM Perjadin), yaitu bukuuntuk mencatat pemberian uang muka untuk keperluan perjalanan
839
dinas, perhitungan rampung pelaksanaan perjalanan dinas danpembayaran kekurangan panjar atau penerimaan kelebihan panjardari/kepada pejabat yang melakukan perjalanan dinas;
g. BP PNBP, yaitu buku untuk mencatat pendapatan atas PenerimaanNegara Bukan Pajak dan penyetorannya ke Rekening Kas Negara;
h. BP Lain-lain, yaitu buku yang dibuat untuk mencatat transaksi yangbelum termasuk pada huruf a sampai dengan huruf g sesuai contohFomat 3;
i. BP Pajak Bendahara, yaitu buku untuk mencatat penerimaan pajakyang dipungut oleh Bendahara dan penyetorannya ke rekening kasnegara sesuai contoh Format 4A; dan
j. BP Pajak KPPN, yaitu buku untuk mencatat pemotongan danpenyetoran pajak yang dilakukan oleh KPPN atas SPM-LS Bendaharadengan nomor bukti tersendiri sesuai contoh Format 4B.
(2) Jenis Buku Pembantu yang digunakan oleh Satker atau UPT disesuaikandengan kondisi dan kebutuhan Satker atau UPT yang bersangkutan.
(3) Buku Wasgar dibuat untuk masing-masing Jenis Belanja yang dicatatsebagai BKPK/Buku Kas Pembantu Pengeluaran dikelompokan dalamFungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan dan Sumber Danasesuai dengan DIPA sesuai contoh Format 5.
Bagian KetigaPenomoran dan Penanggalan pada Bukti Pembukuan
Pasal 30
(1) Dalam melaksanakan pembukuan, Bendahara Pengeluaran dan BPPterlebih dahulu harus membubuhi nomor dan tanggal pada dokumensumber pembukuan secara berurutan.
(2) Pembukuan diawali pada BKU sebelum dilakukan pada buku-bukupembantu.
(3) Nomor dan tanggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnyadisebut “nomor bukti” berfungsi sebagai identitas nomor dan tanggalpada pembukuan BKU, Buku-buku Pembantu dan Buku Wasgar, sehinggapembukuan satu bukti transaksi dengan nomor dan tanggal yang sama.
(4) Nomor bukti dibuat berdasarkan urutan yang diberikan BendaharaPengeluaran dan/atau BPP pada saat menatausahakan Dokumen Sumberdalam BKU, bersifat unik untuk satu tahun anggaran dan hanya terdapatsatu nomor bukti dalam satu tahun anggaran.
840
(5) SPM yang dinyatakan sah yang diterima dari KPPN diberi tanggalberdasarkan waktu penerimaannya, dengan penomoran secara berurutan.
(6) LPJ BPP sebagai Dokumen Sumber yang diterima dari BPP, diberitanggal berdasarkan waktu penerimaannya, dengan penomoran secaraberurutan.
(7) Khusus untuk SPM dan LPJ-BPP akhir tahun anggaran diberi tanggal31 Desember dengan penomoran mengikuti urutannya.
(8) Agar pembukuan pada BKU dan buku-buku yang lain dapat dilaksanakandengan konsisten dan memudahkan dalam pengarsipannya, maka setiapDokumen Sumber pembukuan harus diberi nomor urut tertentu yangdisebut nomor bukti, tanggal dan kode pembebanan mata anggaran.
Bagian KeempatPembukuan Bendahara Pengeluaran
Pasal 31
(1) Pembukuan dilaksanakan berdasarkan Dokumen Sumber pembukuanyang diterima, meliputi :a. DIPA, revisi DIPA, SKPA dan SPM yang dinyatakan sah (SPM-UP/
SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-GUP Nihil/SPM-LS Bendahara/SPM-LSPihak Ketiga);
b. kuitansi pembayaran atas uang yang bersumber dari UP;c. kuitansi/daftar pembayaran atas uang yang bersumber dari SPM-LS
Bendahara;d. tanda terima atau bukti transfer dalam rangka penyaluran dana
kepada BPP dan penerimaan LPJ dari BPP;e. kuitansi pembayaran panjar perjalanan dinas dan perhitungan rampung
perjalanan dinas;f. bukti penyetoran sisa UP dan pengembalian belanja ke Kas Negara;g. bukti pemungutan pajak dan/atau PNBP serta penyetoran pajak dan/
atau PNBP ke Kas Negara;h. Cek/Giro/Bilyet;i. rekening koran dari bank;j. Berita Acara Kesalahan Pembukuan; dank. Berita Acara Kerugian Negara yang ditetapkan oleh BPK.
(2) Aktivitas Penerimaan DIPA dan SPM yang dinyatakan sah, pembukuannyasebagai berikut :
841
a. Pagu DIPA yang telah mendapat pengesahan merupakan pagu anggarantertinggi yang disediakan untuk Satker atau UPT, dibukukan di sisidebet dan kredit (in-out) pada BKU dan dicatat sesuai mata anggaran(kode akun) berkenaan pada Buku Wasgar;
b. Revisi DIPA yang telah mendapat pengesahan merupakan perubahanpagu anggaran yang disediakan untuk Satker atau UPT baikpenambahan, pengurangan atau pergeseran pagu anggaran dibukukandisisi debet dan kredit (in-out) pada BKU, dan dicatat sesuai mataanggaran (kode Akun) berkenaan pada Buku Wasgar;
c. SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan yang dinyatakan sah merupakanrealisasi belanja yang dilakukan kepada Satker atau UPT danmengurangi/membebani pagu anggaran yang disediakan dalam DIPA,pelaksanaan pembayarannya dilakukan langsung dari Kas Negarakepada pihak ketiga/rekanan, dibukukan sebesar nilai bruto disisidebet dan disisi kredit (in-out) pada BKU dan dicatat sebagai pengurangpagu pada kolom mata anggaran berkenaan pada Buku Wasgar;
d. SPM-UP yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumber yangberfungsi sebagai bukti penyediaan UP dari KPPN kepada Satkeratau UPT melalui Bendahara Pengeluaran dibukukan sebagai berikut:
1) dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet pada BKU, BP KasBank dan BP-UP berkenaan; dan
2) dibukukan sebesar nilai potongan (bila ada disisi kredit BKU,BP Kas Bank dan BP-UP berkenaan.
e. SPM-TUP yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumber yangberfungsi sebagai bukti penyediaan tambahan UP dari KPPN kepadaSatker atau UPT melalui Bendahara Pengeluaran, dibukukan sebesarnilai bruto disisi debet pada BKU, BP Kas Bank dan BP-UP berkenaan;
f. SPM-GUP yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumber yangberfungsi sebagai sarana pengisian kembali(revolving) UP, dibukukansebagai berikut:
1) dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet pada BKU, BP KasBank dan BP-UP serta dibukukan sebagai pengesahan padaBuku Wasgar berkenaan; dan
2) dibukukan sebesar nilai potongan (bila ada) disisi kredit padaBKU, BP Kas Bank dan BP-UP berkenaan.
g. SPM-GUP Nihil yang dinyatakan sah merupakan Dokumen Sumberyang berfungsi sebagai bukti pengesahan belanja yang menggunakan
842
UP/TUP, dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet dan disisi kredit(in-out) pada BKU dan dibukukan sebagai pengesahan pada BukuWasgar berkenaan.
h. SPM-LS Bendahara yang dinyatakan sah merupakan realisasi belanjayang dilakukan oleh PPK dan mengurangi/membebani pagu anggaranyang disediakan dalam DIPA, pelaksanaan pembayarannya dilakukandari Kas Negara kepada pegawai yang berhak menerima pembayaranmelalui Bendahara Pengeluaran, dibukukan sebagai berikut :
1) dibukukan sebesar nilai bruto disisi debet pada BKU, BP KasBank dan BP-LS Bendahara serta dicatat sebagai pengurangpagu pada kolom mata anggaran berkenaan pada Buku Wasgar;dan
2) dibukukan sebesar nilai potongan (bila ada) disisi kredit padaBKU, BP Kas Bank dan BP-LS Bendahara.
(3) Aktivitas Pembayaran Uang yang bersumber dari UP pembukuannyasebagai berikut:
a. pembayaran atas UP dilakukan setelah kewajiban pihak terbayar/pihak ketiga dilaksanakan. Selanjutnya Bendahara wajib memintakuitansi/bukti pembayaran sebesar nilai bruto dan faktur pajak (biladisyaratkan) serta mengembalikan faktur pajak yang telah disahkanoleh bendahara kepada pihak terbayar/pihak ketiga;
Pembukuan kuitansi/bukti pembayaran dan faktur pajak diatur sebagaiberikut :
1) dibukukan sebesar nilai bruto kuitansi/bukti pembayaran di sisikredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-UP sertadicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mata anggaranberkenaan pada Buku Wasgar kolom 4, 5, 7 dan 12; dan
2) dibukukan sebesar nilai faktur pajak/SSP di sisi debet padaBKU, BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak;
b. setoran atas sisa UP ke Kas Negara dilakukan oleh BendaharaPengeluaran pada akhir kegiatan atau akhir tahun anggaran denganmenggunakan SSBP. SSBP yang dinyatakan sah dibukukan di sisikredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), dan BP-UP berkenaan;
c. setoran atas pajak yang dipungut oleh Bendahara dilakukan segerasetelah dilakukan pemotongan/pemungutan dengan menggunakanBukti Potongan Pajak dan SSP sesuai contoh Format 6A dan 6B.SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.
843
(4) Aktivitas Pembayaran Atas Uang yang bersumber dari SPM-LS Bendahara,pembukuannya sebagai berikut:
a. pada dasarnya pemotongan kepada pihak terbayar telah dilakukanpada saat Penandatanganan SPM-LS Bendahara. Pelaksanaanpembayaran kepada pihak terbayar dilakukan atas nilai netoberdasarkan daftar yang telah dibuat dan dibukukan sebesar tandaterima/bukti pembayaran di sisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atauBank) dan BP-LS Bendahara;
b. apabila setelah waktu tertentu pihak yang dituju tidak mengambiluang sebagaimana dimaksud pada huruf a, sisa uang SPM-LSBendahara disetor ke Kas Negara dengan menggunakan SSPBsesuai contoh Format 7. SSPB yang dinyatakan sah dibukukan disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-LS Bendahara;
c. dalam hal SPM-LS Bendahara tidak mencakup pemotongan pajakpihak terbayar, bendahara wajib melakukan pemotongan pajakdimaksud pada saat pelaksanaan pembayaran. Pembukuan dilakukansebagai berikut:
1) dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran (bruto) disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-LSBendahara;
2) dibukukan sebesar nilai bukti potongan pajak/SSP di sisi debetpada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak; dan
3) SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada BKU,BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.
(5) Aktivitas Penyaluran Dana UP Kepada BPP dan LPJ-BPP, pembukuannyasebagai berikut:
a. penyaluran dana kepada BPP pada dasarnya belum merupakanbelanja/ pengeluaran kas bagi Bendahara Pengeluaran dan masihharus dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran;
b. BPP mempertanggungjawabkan kepada Bendahara Pengeluaranatas transaksi/pembayaran yang dilakukannya dalam bentuk LPJ-BPP;
c. sebelum melakukan pembukuan Bendahara Pengeluaran wajibmenguji kebenaran LPJ-BPP;
d. penyaluran dana UP dibukukan sebesar tanda terima/bukti transferkepada BPP di sisi debet dan kredit (in-out) pada BKU, di sisi kreditpada BP Kas (Tunai atau Bank), dan di sisi debet pada BP-BPP;
844
e. LPJ-BPP sebagai Dokumen Sumber pembukuan, dibukukan padasisi kredit pada BKU, BP-BPP, dan BP-UP serta dicatat sebagaipengurang pagu pada kolom mata anggaran berkenaan pada BukuWasgar;
f. pengembalian sisa UP dari BPP ke Bendahara Pengeluaran dibukukansebesar jumlah pengurang/transfer di sisi debet dan kredit (in-out)pada BKU, di sisi debet pada BP Kas (Tunai atau Bank), dan di sisikredit pada BP-BPP; dan
g. pungutan pajak atas belanja/pembayaran dan penyetorannya yangdilakukan oleh BPP, dibukukan sebagai berikut:
1) dibukukan sebesar jumlah pajak yang dipungut di sisi debetpada BKU, BP-BPP dan BP-Pajak; dan
2) dibukukan sebesar jumlah pajak yang disetor di sisi kredit padaBKU, BP-BPP dan BP-Pajak.
(6) Aktivitas Penyaluran Dana LS Bendahara kepada BPP, pembukuannyasebagai berikut:
a. penyaluran uang LS-Bendahara kepada BPP dibukukan sebesartanda terima/bukti transfer kepada BPP di sisi debet dan kredit(in-out) pada BKU, di sisi kredit pada BP Kas (Tunai atau Bank), dandi sisi debet pada BP-BPP;
b. pembayaran yang dilakukan oleh BPP atas dana yang bersumberdari LS-Bendahara, dibukukan sebesar jumlah pembayaran disisikredit pada BKU, BP-BPP dan BP-LS Bendahara; dan
c. setoran ke Kas Negara atas sisa dana yang bersumber dariLS-Bendahara yang dilakukan oleh BPP, dibukukan sebesar jumlahsetoran di sisi kredit pada BKU, BP-BPP, dan BP-LS Bendahara.
(7) Aktivitas Pemungutan dan Penyetoran Pajak atau PNBP yang dilakukanoleh BPP berdasarkan LPJ dari BPP, pembukuannya sebagai berikut:
a. Pajak atau PNBP yang dipungut oleh BPP dibukukan sebesar yangdipungut di sisi debet pada BKU, BP-BPP dan BP Pajak atauBP-lain-lain/PNBP; dan
b. Pajak atau PNBP yang disetor ke Kas Negara oleh BPP menggunakanSSP atau SSBP. SSP atau SSBP sesuai contoh Format 8 yang telahdisahkan dibukukan sebesar jumlah yang disetor di sisi kredit padaBKU, BP-BPP dan BP Pajak atau BP-Lain-lain/PNBP.
(8) Aktivitas pengambilan uang dari bank untuk pengisian brankas, dibukukansebesar nilai cek/giro/bilyet di sisi debet dan kredit (in-out) pada BKU,di sisi kredit pada BP Kas Bank dan di sisi debet pada BP Kas Tunai.
845
(9) Transaksi yang tercatat pada rekening koran:
a. penerimaan jasa giro, dibukukan sebesar jasa giro yang diterima disisi debet pada BKU, BP Kas Bank dan BP Lain-Lain/PNBP;
b. penyetoran jasa giro ke Kas Negara, dibukukan sebesar jasa giroyang disetor di sisi kredit pada BKU, BP Kas Bank dan BP Lain-Lain/PNBP;
c. pengenaan pajak atas jasa giro, dibukukan sebesar pajak yangdikenakan di sisi kredit pada BKU, Buku Kas Bank, dan BP lain-lain/PNBP; dan
d. biaya administrasi bank, biaya pencetakan buku cek dan biaya meteraidianggap sebagai biaya operasional Satker yang dibayar denganUP, dibukukan di sisi kredit pada BKU, BP- Kas Bank, BP-UP, sertadicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mata anggaran berkenaanpada Buku Wasgar Belanja.
(10) Jenis transaksi dan pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaranpada buku-buku yang relevan.
(11) Pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada saturekanan tidak boleh melebihi Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)per-transaksi, kecuali untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas.
Bagian KelimaPembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu
Pasal 32
(1) BPP mencatat dan membukukan semua aktivitas transaksi keuanganpada kegiatan yang berada dalam pengelolaannya sesuai contoh Format9A, 9B dan 9C sebagaimana ketentuan mengenai penatausahaan kaspada Bendahara Pengeluaran berdasarkan data sumber pembukuanyang meliputi:
a. DIPA dan SPM yang sah (SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-GUPNihil/SPM-LS Bendahara/SPM-LS Pihak Ketiga);
b. bukti penerimaan dana UP/LS-Bendahara dari Bendahara Pengeluarandan penyampaian LPJ kepada Bendahara Pengeluaran;
c. kuitansi pembayaran atas uang yang bersumber dari UP;
d. kuitansi/daftar bukti pembayaran atas uang yang bersumber dari LSBendahara;
846
e. bukti pembayaran panjar dan penerimaan perhitungan rampungperjalanan dinas;
f. bukti pengembalian sisa UP kepada BP.;
g. bukti penyetoran pengembalian belanja ke Kas Negara;
h. bukti pemungutan dan penyetoran pajak dan/atau PNBP ke KasNegara;
j. cek/giro/bilyet; dan
k. rekening koran dari Bank (jika ada).
(2) BPP memungut pajak terhutang atas pembayaran yang dilakukan danmenyetorkannya ke Kas Negara sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, serta menyelenggarakan pembukuan padaBP-Pajak sesuai contoh Format 10.
(3) Aktivitas Penerimaan DIPA dan SPM-LS yang sah, pembukuannya sebagaiberikut:
a. pagu untuk kegiatan PPK pada DIPA yang telah mendapat pengesahanmerupakan pagu anggaran tertinggi yang disediakan untuk kegiatanPPK berkenaan, dan dicatat sesuai mata anggaran berkenaan padaBuku Wasgarsesuai contoh Format 11;
b. SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan yang dinyatakan sah merupakanrealisasi belanja yang dilakukan PPK dan mengurangi/membebanipagu anggaran yang disediakan. Pelaksanaan pembayarannyadilakukan langsung dari Kas Negara kepada pihak ketiga/rekanan,dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet dan di sisi kredit (in-out)pada BKU, dan dicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mataanggaran berkenaan pada Buku Wasgar; dan
c. SPM-LS Bendahara yang dinyatakan sah, merupakan realisasi belanjayang dilakukan PPK dan mengurangi/membebani pagu anggaranyang disediakan. Pelaksanaan pembayarannya dilakukan dari KasNegara kepada pegawai melalui Bendahara Pengeluaran, dibukukansebesar nilai bruto di sisi debet dan di sisi kredit (in-out) pada BKUbila tanpa potongan, dan dicatat sebagai pengurang pagu padakolom mata anggaran berkenaan pada Buku Wasgar.
(4) Aktivitas penerimaan dana UP dan dana LS-Bendahara dari BendaharaPengeluaran, tanda terima/bukti transfer dari Bendahara Pengeluarandibukukan di sisi debet pada BKU, BP-Kas (Bank atau Tunai), danBP-UP dan/atau BP LS-Bendahara sesuai peruntukannya.
847
(5) Aktivitas Pembayaran Uang Yang Bersumber Dari UP, pembukuannyasebagai berikut:
a. pembayaran atas UP akan dilakukan setelah pihak terbayarmelaksanakan kewajibannya yang dilakukan berdasarkan kuitansi/bukti pembayaran sebesar nilai bruto dan dipungut pajak sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan. Bukti pungutan PPN berupafaktur pajak PPN dan bukti pungutan PPh (bukti pemotongan PPh)dan berupa SSP untuk penyetoran PPN/PPh. BPP akanmengembalikan faktur pajak yang telah disahkan kepada pihakterbayar/pihak ketiga, dengan pembukuan sebagai berikut:
1) dibukukan sebesar nilai bruto kuitansi/bukti potongan pajak disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-UPserta dicatat sebagai pengurang pagu pada kolom mata anggaranberkenaan pada Buku Wasgar; dan
2) dibukukan sebesar nilai faktur pajak/SSP sisi debet pada BKU,BP Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.
b. sisa UP pada akhir kegiatan atau akhir tahun anggaran diserahkanoleh BPP kepada Bendahara Pengeluaran, tanda bukti penyerahandibukukan di sisi kredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), danBP-UP; dan
c. pajak yang dipungut oleh BPP segera disetor ke Kas Negara denganmenggunakan SSP. SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisikredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank), dan BP-Pajak.
(6) Untuk aktivitas Pembayaran Atas Uang LS-Bendahara, pembukuannyasebagai berikut:
a. pada dasarnya pemotongan kepada pihak terbayar telah dilakukanpada saat Penandatanganan SPM-LS Bendahara. Pelaksanaanpembayaran kepada pihak terbayar dilakukan atas nilai netoberdasarkan daftar yang telah dibuat dan dibukukan sebesar tandaterima/bukti pembayaran di sisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atauBank) BPP;
b. apabila setelah waktu tertentu pihak yang dituju tidak mengambiluang dimaksud, BPP menyetorkan sisa uang SPM-LS Bendaharake Kas Negara dengan menggunakan SSPB. SSPB yang dinyatakansah dibukukan di sisi kredit pada BKU, BP-Kas (Tunai atau Bank)BPP; dan
848
c. dalam hal SPM-LS tidak mencakup pemotongan pajak pihak terbayar,BPP wajib melakukan pemotongan pajak dimaksud pada saatpelaksanaan pembayaran. Pembukuan dilakukan sebagai berikut:
1) dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran (bruto) disisi kredit pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank) dan BP-LSBendahara; dan
2) dibukukan sebesar pajak yang dipungut sesuai nilai faktur pajak/SSP di sisi debet pada BKU, BP Kas (Tunai atau Bank), danBP-Pajak.
BAB IVPEMERIKSAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN/BPP
Bagian KesatuPemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran
Pasal 33
(1) KPA wajib melakukan pemeriksaan Kas Bendahara Pengeluaran sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk meneliti kesesuianantara saldo buku dan saldo kas.
(2) KPA wajib melakukan rekonsiliasi internal untuk meneliti kesesuaianantara pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Laporan Keuangan UAKPAsekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu bulan, sebelum dilakukanrekonsiliasi dengan KPPN.
(3) Rekonsiliasi dimaksudkan untuk meneliti kesesuaian antara pembukuanbendahara dan Laporan Keuangan UAKPA, dengan menggunakan datasebagai berikut:a. saldo UP untuk Bendahara Pengeluaran;b. kuitansi yang belum di SPM-GU/SP2Dkan untuk Bendahara
Pengeluaran;c. SPM-LS kepada bendahara yang belum dibayarkan kepada yang
berhak; dand. Realisasi Anggaran.
(4) Hasil pemeriksaan dan rekonsiliasi oleh KPA dituangkan dalam BeritaAcara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi sesuai contoh format 12.
849
Bagian KeduaPemeriksaan Kas oleh PPK
Pasal 34
(1) PPK wajib melakukan pemeriksaan Kas BPP sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam satu bulan, untuk meneliti kesesuaian antara saldobuku dan saldo kas.
(2) Hasil pemeriksaan kas oleh PPK dituangkan dalam berita acara sesuaicontoh Format 13.
BAB VSURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
Bagian KesatuMekanisme Pembayaran Uang Persediaan
dan Tambahan Uang Persediaan
Pasal 35
(1) UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukanmelalui mekanisme Pembayaran LS.
(2) UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada BendaharaPengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).
(3) Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesarRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaranhonorarium dan perjalanan dinas.
(4) Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang adapada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesarRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(5) UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:a. Belanja Barang;b. Belanja Modal; danc. Belanja Lain-lain.
(6) Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1(satu) penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) setelah mendapat persetujuan Menteri Keuanganc.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
850
(7) Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telahdigunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masihtersedia dalam DIPA.
(8) Penggantian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan apabilaUP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).
(9) Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalampengajuan UP ke KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakanjumlah uang yang dikelola oleh masing-masing BPP.
(10) Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran,apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (limapuluh persen).
Pasal 36
(1) KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasionalSatker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP.
(2) Pemberian UP diberikan paling banyak:
a. Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp900.000.000,00(sembilan ratus juta rupiah);
b. Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp900.000.000,00 (sembilanratus juta rupiah) sampai dengan Rp2.400.000.000,00 (dua miliarempat ratus juta rupiah);
c. Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp2.400.000.000,00 (duamiliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp6.000.000.000,00(enam miliar rupiah); atau
d. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanjayang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp6.000.000.000,00 (enammiliar rupiah).
(3) Perubahan besaran UP di luar ketentuan pada ayat (2) ditetapkan olehKepala Kantor Wilayah Direktur Jenderal Perbendaharaan, denganpertimbangan:
a. frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu)kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
b. perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulanmelampaui besaran UP.
851
Pasal 37
(1) KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UPpada Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayaikegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda, disertai dengan:a. rincian rencana penggunaan TUP; danb. Surat yang memuat syarat penggunaan TUP, sesuai contoh Format
14.
(2) Syarat penggunaan TUP:a. digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal SP2D diterbitkan; danb. tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan
pembayaran LS.
(3) TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dandapat dilakukan secara bertahap.
(4) Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan,KPA dapat mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN,dengan pertimbangan:
a. KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan;dan
b. KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untukmempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulanberikutnya yang dibuat sesuai contoh Format 15.
Bagian KeduaMekanisme Penandatanganan SPP-UP/GUP/GUP Nihil
Pasal 38
(1) Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaranmenyampaikan kebutuhan UP kepada PPK.
(2) Atas dasar kebutuhan UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKmenerbitkan SPP-UP untuk pengisian UP yang dilengkapi denganperhitungan besaran UP sesuai pengajuan dari Bendahara Pengeluaran.
Pasal 39
(1) Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkansurat perintah bayar sesuai contoh Format 16 yang disetujui danditandatangani oleh PPK atas nama KPA.
852
(2) Surat Perintah Bayar dilampiri dengan bukti pengeluaran:a. kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur
pajak dan SSP; danb. nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya
yang diperlukan yang telah disahkan PPK.
(3) Berdasarkan Surat Perintah Bayar, Bendahara Pengeluaran/BPPmelakukan:a. pengujian atas Surat Perintah Bayarb. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam Surat
Perintah Bayar yang diajukan dan menyetorkan ke Kas Negara.
(4) Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakanuang muka kerja, Surat Perintah Bayar dilampiri:a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;b. rincian kebutuhan dana; danc. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja,
dari penerima uang muka kerja.
(5) Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran dan rinciankebutuhan dana, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujianketersediaan dananya.
(6) Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas tagihan dalamSurat Perintah Bayar apabila telah memenuhi persyaratan pengujian.
(7) Dalam hal pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untukdibayarkan, Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak Surat PerintahBayar yang diajukan.
(8) Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang mukakerja sesuai batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang mukakerja, berupa bukti pengeluaran.
(9) Dalam hal sampai batas waktu, penerima uang muka kerja belummenyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPPmenyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segeramempertanggungjawabkan uang muka kerja.
(10) Tembusan permintaan tertulis disampaikan kepada PPK.
(11) BPP menyampaikan Surat Perintah Bayar beserta bukti pengeluarankepada Bendahara Pengeluaran.
(12) Bendahara Pengeluaran menyampaikan bukti pengeluaran kepada PPKuntuk pembuatan SPP GUP/GUP Nihil.
853
Pasal 40
(1) PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.
(2) Penandatanganan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagaiberikut:
a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran dan SPTJB, sesuai contohFormat 17A dan Format 17B;
b. bukti pengeluaran; dan
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
(3) Perjanjian/Kontrak beserta faktur pajaknya dilampirkan untuk nilai transaksiyang harus menggunakan perjanjian/kontrak sebagaimana diatur dalamketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pasal 41
(1) Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UPminimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.
(2) Dalam hal pengisian kembali UP akan mengakibatkan sisa dana dalamDIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP lebih kecil dari UPyang dikelola Bendahara Pengeluaran:
a. pengisian kembali UP dilaksanakan maksimal sebesar sisa danadalam DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP;dan
b. selisih antara sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayarandengan UP dan UP yang dikelola Bendahara Pengeluaran dibukukan/diperhitungkan sebagai potongan Penerimaan Pengembalian UP.
Pasal 42
(1) Penandatanganan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
a. sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimalsama dengan besaran UP yang diberikan;
b. sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahunanggaran; atau
c. UP tidak diperlukan lagi.
(2) Penandatanganan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan pengesahan/pertanggungjawaban UP.
(3) SPP-GUP Nihil dilengkapi dengan dokumen pendukung.
854
Bagian KetigaMekanisme Penandatanganan SPP-TUP/PTUP
Pasal 43
(1) PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi:
a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK danBendahara Pengeluaran;
b. Surat pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan hal-hal sebagaimanadipersyaratkan dalam penggunaan TUP; dan
c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUPdari Kepala KPPN.
(2) Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPK menerbitkanSPP-PTUP.
(3) Penandatanganan SPP-PTUP dilengkapi dokumen pendukung.
Bagian KeempatSurat Permintaan Pembayaran untuk Pengadaan Tanah
Pasal 44
(1) Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakanmelalui mekanisme LS. Apabila tidak mungkin dilaksanakan melaluimekanisme LS, dapat dilakukan melalui UP/TUP.
(2) Pengaturan mekanisme pembayaran pengadaan tanah sebagai berikut:
a. SPP-LS (Pembayaran langsung):1) persetujuan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) untuk tanah yang
luasnya lebih dari 1 (satu) hektar di kabupaten/kota;2) fotocopy bukti kepemilikan tanah;3) kuitansi;4) SPPT PBB tahun transaksi;5) surat persetujuan harga;6) pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa
dan tidak sedang dalam agunan;7) pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual beli dihadapan
PPAT;8) SSP PPh final atas pelepasan hak; dan9) surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).
855
b. SPP-UP/TUP:
1) Pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu) hektardilengkapi persyaratan daftar nominatif pemilik tanah yang ditandatangani oleh KPA.
2) Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukandengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) di kabupaten/kota setempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemiliktanah dan besaran harga tanah yang ditanda tangani oleh KPAdan diketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT).
3) Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melaluiUP/TUP harus terlebih dahulu mendapat ijin dispensasi dariKantor Pusat Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kanwil DirekturJenderal Perbendaharaan, sedangkan besaran uangnya harusmendapat dispensasi UP/TUP sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
Bagian KelimaSurat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) Belanja Pegawai
Pasal 45
(1) SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dandisampaikan kepada Pejabat Penandatangan SPM paling lambat 4 (empat)hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap danbenar.
(2) SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dandisampaikan kepada Pejabat Penandatangan SPM paling lambat tanggal5 sebelum bulan pembayaran.
(3) Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakanhari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepadaPejabat Penandatangan SPM dilakukan paling lambat pada hari kerjasebelum tanggal 5.
(4) Penandatanganan SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diatursebagai berikut:
a. Untuk pembayaran Gaji Induk dilengkapi dengan:
1) Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar DaftarGaji yang ditandatangani oleh Petugas Pengelola AnggaranBelanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
856
2) Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani PPABPsesuai contoh format 18;
3) Daftar Perubahan Potongan;
4) Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk pembayaran gajiyang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;
5) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telahdilegalisasi oleh Kepala Satker/Pejabat yang berwenang meliputiSurat Keputusan (SK) terkait dengan pengangkatan Calon PegawaiNegeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, SuratPemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SKMenduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas,Surat atau Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapattunjangan, Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP),dan surat keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji, sertaSK Pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya;
6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai; dan
8) Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
b. Untuk Pembayaran Gaji Susulan:
1) Gaji Susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai yangbersangkutan masuk dalam gaji induk, dilengkapi dengan:
a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, danhalaman luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani olehPetugas Pengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP),Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani olehPPABP;
c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yangtelah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenangmeliputi SK terkait dengan pengangkatan sebagai CalonPegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Mutasi Pegawai, SKterkait Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, SuratPernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan UntukMendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat atau Akta terkaitdengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, danSKPP sesuai peruntukannya;
857
d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuaiperubahan data pegawai; dan
f) SSP PPh Pasal 21.
2) Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawai yangbersangkutan masuk dalam gaji induk, dilengkapi dengan:
a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, danhalaman luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani olehPPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani olehPPABP;
c) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
d) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuaiperubahan data pegawai; dan
e) SSP PPh Pasal 21.
c. Untuk pembayaran Kekurangan Gaji dilengkapi dengan:
1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji,dan halaman luar Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatanganioleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PetugasPengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP);
3) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telahdilegalisasi oleh Kepala Satker/Pejabat yang berwenang meliputiSK terkait dengan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat Keputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala,SK Mutasi Pegawai, SKterkait dengan jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;
4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai; dan
6) SSP PPh Pasal 21.
d. Untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, dilengkapi dengan:
1) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, Rekapitulasi DaftarUang Duka Wafat/Tewas, dan halaman luar Daftar Uang DukaWafat/Tewas yang ditandatangani oleh PPABP, BendaharaPengeluaran, dan KPA/PPK;
858
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
3) SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yangberwenang;
4) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/UangDuka Wafat/Tewas;
5) Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau RumahSakit;
6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai.
e. Untuk pembayaran Terusan Penghasilan Gaji dilengkapi dengan:
1) Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji, Rekapitulasi DaftarTerusan Penghasilan Gaji, dan halaman luar Daftar TerusanPenghasilan Gaji yang ditandatangani oleh Petugas PengelolaAnggaran Belanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran,dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
3) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh KepalaSatker/Pejabat yang berwenang berupa Surat KeteranganKematian dari Camat atau Visum Rumah Sakit untuk pembayaranpertama kali;
4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai; dan
6) SSP PPh Pasal 21.
f. Untuk pembayaran Uang Muka Gaji dilengkapi dengan:
1) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Daftar UangMuka Gaji, dan halaman luar Daftar Uang Muka Gaji yangditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh KepalaSatker/Pejabat yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, SuratPermintaan Uang Muka Gaji, dan Surat Keterangan UntukMendapatkan Tunjangan Keluarga;
3) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
859
4) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahandata pegawai.
g. Untuk pembayaran Uang Lembur dilengkapi dengan:1) Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Daftar
Perhitungan Lembur yang ditandatangani oleh PPABP, BendaharaPengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Surat Perintah Kerja Lembur;3) Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;4) Daftar Hadir Lembur; dan5) SSP PPh Pasal 21.
h. Untuk pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi dilengkapi dengan:
1) Daftar Perhitungan Honorarium/Vakasi yang ditandatangani olehPetugas Pengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP),Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) SK dari Pejabat yang berwenang; dan
3) SSP PPh Pasal 21.
(5) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran honorarium dilengkapi dengandokumen pendukung, meliputi:
a. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbulakibat Penandatanganan surat keputusan dimaksud dibebankan padaDIPA;
b. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikitnama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPKdan Bendahara Pengeluaran;
c. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran;dan
d. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf a dilampirkanpada awal pembayaran dan pada saat terjadi perubahan suratkeputusan.
Bagian KeenamSurat Permintaan Pembayaran Langsung
Uang Makan
Pasal 46
(1) Pemberian Uang Makan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
860
a. uang makan diberikan berdasarkan kehadiran PNS di kantor pada harikerja dalam 1 (satu) bulan;
b. besarnya uang makan yang diberikan kepada PNS per hari sesuaitarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenaiStandar Biaya Umum;
c. uang makan tidak diberikan kepada PNS, apabila PNS:1) tidak hadir kerja;2) sedang menjalankan perjalanan dinas;3) sedang menjalani cuti;4) sedang menjalani tugas belajar; dan/atau5) sebab-sebab lain;
d. uang makan diberikan bagi PNS Pusat/Daerah yang diperbantukanatau dipekerjakan pada instansi di luar Satker induknya atau UPToleh Satker tempat PNS tersebut diperbantukan atau dipekerjakan.
(2) Tatacara pembayaran uang makan, diatur dengan ketentuan sebagaiberikut:
a. uang makan dibayarkan setiap 1 (satu) bulan yang pembayarannyapada awal bulan berikutnya, kecuali uang makan PNS bulan Desemberdapat dibayarkan pada bulan berkenaan;
b. permintaan pembayaran uang makan PNS dapat diajukan untukbeberapa bulan sekaligus;
c. pembayaran uang makan PNS dilakukan dengan mekanismepembayaran langsung;
d. pembayaran uang makan dapat melalui rekening BendaharaPengeluaran atau langsung ke rekening PNS;
e. terhadap uang makan yang dibayarkan kepada PNS Golongan II/d ke bawah tidak dikenakan PPh; dan
f. terhadap uang makan yang dibayarkan kepada PNS Golongan III/a dikenakan PPh Pasal 21 dengan tarif sebesar 5 % (lima persen)dan Golongan IV ke atas dengan tarif 15 % (lima belas persen).
(3) Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) uang makan untukPenerbitan SPM-LS uang makan dengan melampirkan:
a. daftar perhitungan dan rekapitulasi uang makan yang ditandatanganioleh Petugas Pengelola Anggaran Belanja Pegawai (PPABP) sesuaicontoh Format 19 A dan Format 19 B;
861
b. daftar hadir kerja sesuai contoh Format 20;c. SPTJM sesuai contoh Format 21;d. SSP PPh Pasal 21; dane. format bukti potongan PPh 21.
Bagian KetujuhSurat Permintaan Pembayaran Langsung
Non Belanja Pegawai
Pasal 47
(1) Surat permintaan pembayaran langsung pengadaan barang dan jasa,disertai:a. Bukti perjanjian/kontrak;b. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia
barang/jasa;c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;e. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;f. Berita Acara Pembayaran;g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa, Pejabat
Penerima/Bertanggungjawab dan PPK.h. Resume Kontrak/SPK sesuai contoh Format 22;i. Faktur pajak sesuai contoh Format 23 beserta SSP yang telah
ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;j. Fotocopy NPWP;k. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan
atau perusahaan asuransi (yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan);dan/atau
l. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber daripinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkandalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeribersangkutan.
(2) Pembayaran biaya langganan daya dan jasa (listrik, telepon dan air)disertai:a. bukti tagihan daya dan jasa (kwitansi dan daftar); danb. Nomor Rekening Pihak Ketiga (PT. PLN, PT. Telkom, PDAM dll).
862
(3) Dalam hal pembayaran langganan daya dan jasa belum dapat dilakukansecara langsung, Satker atau UPT yang bersangkutan dapat melakukanpembayaran dengan UP.
(4) Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapatdibayarkan oleh Satker atau UPT setelah mendapat dispensasi/persetujuanterlebih dahulu dari Kanwil Direktur Jenderal Perbendaharaan sepanjangdananya tersedia dalam DIPA berkenaan.
(5) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagaiberikut:
1. Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:
a) Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
b) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatansebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenaiperjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawainegeri, dan pegawai tidak tetap.
2. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftarnominatif perjalanan dinas.
3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka2 ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasimengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas,dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat.
4. Perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggung-jawaban biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeribagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.
Bagian KedelapanSurat Permintaan Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(SPP PNBP)
Pasal 48
Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber daripenggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:
a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBPdan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan.
863
b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana dimaksud padahuruf a merupakan maksimum pencairan dana yang dapat dilakukan olehSatker berkenaan.
c. Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud pada huruf asetelah PNBP disetor ke kas Negara berdasarkan konfirmasi dari KPPN.
d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampauipagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.
f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA penambahanpagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan MenteriKeuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
Pasal 49
(1) Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluhpersen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBPdalam DIPA maksimum sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).
(2) Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk sisaMaksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.
(3) Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhanriil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan(MP).
(4) Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisahdari UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.
(5) Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan(MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satuperduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesarRp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(6) Penggantian UP atas pemberian UP sebagaimana dimaksud pada ayat(4) dan ayat (5) dilakukan setelah Satker pengguna PNBP memperolehMaksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP yangdiberikan.
(7) Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker penggunaPNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBPmelebihi UP yang telah diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
864
dan ayat (5).
(8) Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formulasebagai berikut:
MP = (PPP x JS) – JPS
MP = Maksimum Pencairan
PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran terhadap pendapatan sesuai denganyang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
JS = Jumlah Setoran
JPS = Jumlah Pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPMterakhir yang diterbitkan
(9) Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnyadari Satker pengguna, dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan setelah DIPA disahkan dan berlakuefektif.
Pasal 50
(1) Tata cara Penandatanganan dan pengujian SPP dan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacupada mekanisme dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Pejabat Penandatangan SPM menyampaikan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS beserta ADK SPM kepada KPPN dengan dilampiri:a. Dokumen pendukung SPM;b. bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; danc. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai
format contoh Format 24.
Bagian KesembilanPenyelesaian Surat Perintah Pembayaran
Pasal 51
(1) Penyelesaian tagihan ditentukan sebagai berikut:a. untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;b. untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;c. untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dand. untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
(2) Dalam hal Pejabat Penandatangan SPM menolak/mengembalikan SPP
865
karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PejabatPenandatangan SPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanyaSPP.
BAB VISURAT PERINTAH MEMBAYAR
Bagian KesatuObyek dan Mekanisme Pengujian
Pasal 52
(1) SPP yang diajukan oleh PPK digunakan sebagai dasar pengujian/penerbitanSPM dan dilampiri bukti-bukti pendukung yang diperlukan.
(2) Obyek pengujian, sebagai berikut:a. SPP;b. Perhitungan Permintaan Pembayaran;c. Pajak yang harus dipungut/disetorkan; dand. dokumen pendukung tagihan, antara lain:
1) kuitansi pembayaran, SPTB dan SPBy dan Daftar RincianPembayaran apabila tidak, diperoleh kwitansi (sesuai contohformat 25);
2) SPK/Perjanjian/Kontrak/Data Perjanjian/Kontrak3) Berita Acara Serah Terima Barang/Penyelesaian Pekerjaan, Berita
Acara Pembayaran;4) Jaminan Bank;5) Surat Keputusan kepegawaian untuk belanja pegawai
(pengangkatan, dan/atau kepangkatan);6) Surat Tugas/SPD, Rincian biaya;7) Daftar Nominatif; dan8) dokumen pendukung lainnya sesuai persyaratan SPP.
Pasal 53
(1) Setelah menerima SPP, Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapanberkas SPP, mengisi checklist kelengkapan berkas SPP sesuai contohFormat 26, mencatatnya dalam buku pengawasan penerimaan SPP danmembuat/menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnyapetugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Penguji/Pejabat Penandatangan SPM.
(2) Pejabat Penandatangan SPM melakukan pengujian atas SPP sebagai
866
berikut:
a. memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untukmemperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas paguanggaran;
c. memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerjayang dicapai dengan indikator keluaran;
d. memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain:
1) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank);
2) nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/ataukelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasiteknis yang tercantum dalam kontrak); dan
3) jadual waktu pembayaran.
e. memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuaidengan indikator keluaran yang tercantum dalam DIPA berkenaandan/atau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak.
(3) Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SPP-TUP /SPP-GUP/SPP-LS maka Pejabat Penandatangan SPM menerbitkan SPM-UP/SPMT-UP/SPM-GUP/SPM/LS dalam rangkap 6 (enam):
a. lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN pembayar;
b. lembar ketiga sebagai pertinggal pada Pejabat yang melakukanpengujian dan perintah pembayaran;
c. lembar keempat disampaikan kepada penanggungjawab akuntansisatuan kerja;
d. lembar kelima disampaikan kepada Pejabat yang melakukan tindakanyang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/PembuatKomitmen; dan
e. lembar keenam disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran.
Pasal 54
Dalam menyampaikan SPM ke KPPN untuk pencairan dana, PejabatPenandatangan SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukungdilengkapi dengan ADK berupa softcopy atau disket.
867
Bagian KeduaTata Cara Pengujian
Pasal 55
(1) Pengujian SPP Belanja Pegawai, sebagai berikut:
a. menguji jumlah permintaan baik penulisan dengan angka denganhuruf;
b. mencocokkan angka permintaan dengan setiap kolom permintaandan daftar pembayaran;
c. meneliti perhitungan daftar pembayaran;
d. mencocokkan dengan permintaan/dokumen perubahan pembayaran;
e. hitung kembali pajak-pajak yang harus dipungut; dan
f. memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, sesuai yangdipersyaratkan, seperti antara lain:1) Surat Keputusan (pengangkatan/kepangkatan);2) SPK lembur, daftar hadir kerja kerja/lembur;3) Surat nikah/keterangan lahir/akte kelahiran; dan4) Surat keterangan kematian, keterangan ahli waris.
(2) Pengujian SPP-UP, sebagai berikut:a. menghitung Rincian Penggunaan Dana (RPD);b. mencocokkan dengan hak yang boleh diberikan sesuai besaran UP;c. mencocokkan Nomor Rekening Bendahara Pengeluaran dan Bank
yang dituju; dand. meneliti isi Surat Pernyataan KPA.
(3) Pengujian SPP-TUP, sebagai berikut :a. meneliti dispensasi (Kepala KPPN/Kepala Kanwil Direktur Jenderal
Perbendaharaan);b. menguji kebenaran penggunaan dana yang diminta;c. menghitung rincian penggunaan dana yang diminta;d. menguji kebenaran dan isi surat pernyataan KPA;e. memeriksa kebenaran penulisan nomor rekening dan bank yang
dituju; danf. memeriksa ketersediaan dana dalam DIPA.
(4) Pengujian SPP-GU, sebagai berikut:a. memeriksa penulisan permintaan pembayaran pada SPP;b. meneliti nomor rekening dan bank yang dituju;
868
c. meneliti nama penerima/yang berhak menerima;d. meneliti jumlah penerimaan dan Akun yang dibebankan, SPTB,SPBy
dan kuitansi;e. menguji kebenaran isi, penulisan dan keabsahan kuitansi, lembar
B-SPP/DRPP, SPTB dan SPK jika ada;f. menghitung pajak yang dipungut dan dicocokkan dengan SSP/Faktur
Pajak yang dilampirkan;g. menguji kebenaran pembebanan atas setiap Akun, output dan kegiatan
yang dimintakan; danh. menghitung persentase jumlah permintaan dengan dana UP yang
diterima.
(5) Pengujian SPP-LS, sebagai berikut:a. memeriksa penulisan permintaan pembayaran;b. meneliti jumlah permintaan baik dengan angka dan huruf;c. meneliti nama dan alamat penerima/yang berhak;d. meneliti nomor rekening, nama dan alamat bank yang dituju;e. memeriksa beban anggaran yang dimintakan;f. meneliti kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan;g. mencocokkan (huruf a s.d huruf f) dengan SPK/Kontrak dan Berita
Acara Serah Terima Barang/Penyelesaian Pekerjaan;h. menguji kebenaran semua Berita Acara yang ada dan dicocokkan
dengan isi SPK/Kontrak;i. menghitung kembali pajak yang dipungut dengan SSP dan Faktur
Pajak yang dilampirkan;j. menghitung besaran uang muka disesuaikan dengan hak dan jaminan
bank yang dilampirkan (jika ada pembayaran uang muka);k. meneliti kebenaran isi dan keabsahan jaminan bank yang dilampirkan;
danl. memeriksa ketersediaan dan disesuaikan dengan akun dan kegiatan
yang membebankannya.
Bagian KetigaPenyampaian SPM
Pasal 56
(1) Dalam menyampaikan SPM ke KPPN untuk pencairan dana, PejabatPenandatangan SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukungdilengkapi dengan ADK berupa softcopy atau disket.
869
(2) Dokumen pendukung penyampaian SPM ke KPPN untuk diterbitkan SP2D,antara lain sesuai dengan peruntukannya :
a. SPM LS belanja pegawai, dengan melampirkan:
1) Rekapitulasi daftar gaji, daftar gaji/gaji susulan/kekurangan gaji/lembur/honor dan vakasi yg ditandatangani oleh KPA atau Pejabatyang ditunjuk, PPABP dan Bendahara Pengeluaran;
2) Fotocopy surat-surat keputusan kepegawaian jika terjadiperubahan data kepegawaian yang ditandatangani PPABP padadaftar gaji;
3) Surat Keputusan Pemberian honor/vakasi dan SPK lembur;
4) SSP; dan
5) Data ADK terkait.
b. SPM-LS Uang Makan/kekurangan pembayaran uang makan, denganmelampirkan:
1) daftar perhitungan uang makan yang ditandatangani PPABP, BPdan KPA/PPK;
2) SSP PPh Pasal 21.
c. SPM LS non belanja pegawai dengan melampirkan :
1) resume kontrak /SPK/data perjanjian/kontrak, Surat KeputusanPokja serta daftar honor dan daftar nominatif perjalanan dinas;
2) faktur pajak dan SSP;
3) Asli Surat Kuasa bermeterai dari PPK kepada KPPN untukmencairkan uang muka; dan
4) Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uangmuka apabila pembayarannya diberikan uang muka kepadapenyedia barang/jasa.
d. SPM UP untuk rupiah murni diterbitkan dengan menggunakan kode0000.0000.825111, untuk pinjaman/hibah luar negeri menggunakankode 9999.9999.825112 dan untuk PNBP menggunakan kode0000.0000.825113, dan dilampiri surat pernyataan dari KPA sesuaiFormat 27, yang menyatakan bahwa UP tidak untuk membiayaipengeluaran yang menurut ketentuan harus dibayar dengan LS.
e. SPM TUP diterbitkan dengan menggunakan kode kegiatansebagaimana dimaksud dalam huruf d, dengan melampirkan:
870
1) surat persetujuan dari Kepala KPPN;
2) rincian rencana penggunaan dana untuk kebutuhan mendesakdan riil serta sisa dana MAK yang dimintakan TUP;
3) Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang dibiayai tersebut tidakdapat dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS; dan.
4) rekening koran yang menunjukan saldo terakhir.
f. SPM-GUP, dengan melampirkan:
1) Daftar Rincian Permintaan Pembayaran; dan
2) fotocopy SSP yang dilegalisir oleh KPA atau Pejabat yangditunjuk, untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungutPPN dan PPh.
(3) Pengajuan pengesahan SPM-GUP Nihil atas TUP dapat dilakukan secarabertahap sampai dengan batas akhir pengajuan SPM-GU Nihil atas TUP.
Bagian KeempatPenyelesaian SPM
Pasal 57
(1) SPM-UP/TUP, diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPP-UP/TUP dan dokumen pendukungnya diterima dengan lengkap danbenar.
(2) SPM-GUP, diterbitkan paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah SPP-GUP dan dokumen pendukungnya diterima dengan lengkap.
(3) SPM-PTUP, dterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah SPP-PTUP dan dokumen pendukungnya diterima dengan lengkap dan benar.
(4) SPM-LS, diterbitkan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPP-LS dandokumen pendukungnya diterima dengan lengkap dan benar.
(5) SPM diterbitkan oleh Pejabat Penandatangan SPM dan dapat menolakSPP secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanyaSPP.
(6) Pejabat Penandatangan SPM menyampaikan SPM kepada KPPN palinglambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
871
BAB VIIPERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
Bagian KesatuPengadaan Barang/Jasa
Pasal 58
(1) Setiap Satker atau UPT tidak diperkenankan membeli barang-barangyang sudah pernah dipakai, terkecuali atas persetujuan Menteri/PA.
(2) Dalam melaksanakan pengadaan/pemborong/pembelian barang dan jasawajib memaksimalkan menggunakan barang dan jasa hasil produksidalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai palingtinggi Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dapat dilaksanakan olehULP atau 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.
(4) Pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh ULP atau 1 (satu) orangPejabat Pengadaan.
(5) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh ULP/Panitia Pengadaan.
(6) Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat Pengadaandengan nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5).
(7) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat dilakukan secara elektronikyang diselenggarakan oleh LPSE terdekat.
Pasal 59
(1) Tanda bukti perjanjian terdiri atas:a. bukti pembelian;b. kuitansi;c. SPK; dand. surat perjanjian.
(2) Bukti pembelian digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainyasampai dengan Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(3) Kuitansi digunakan untuk Pengadaan Barang/kontruksi/Jasa yang nilainyasampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
872
(4) SPK digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnyadengan nilai sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) danuntuk Jasa Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah).
(5) Surat Perjanjian digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah).
Pasal 60
(1) Pembuatan SP/Kontrak sekurang-kurangnya memuat:a. Pihak Pemberi Kerja/PPK dan Pihak Penerima Kerja/Penyedia Barang/
Jasa;b. jenis barang/pekerjaan yang diperjanjikan;c. nilai barang yang diperjanjikan termasuk pajak yang harus dipungut
dari pihak penyedia barang/jasa;d. jangka waktu penyelesaian pekerjaan/penyerahan barang/jasa;e. tatacara pembayaran;f. sanksi bila terjadi keterlambatan penyerahan barang/pekerjaan atau
keterlambatan pembayaran; dang. kelambatan karena force majeure.
(2) SPK ditandatangani oleh Penyedia Barang/Jasa dan Pemberi Kerja/PPK.
(3) SPK dibubuhi tanggal, bulan dan tahun penandatangan SPK/Kontrakserta meterai secukupnya.
Pasal 61
(1) Pembuatan Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa:a. memuat tanggal, bulan dan tahun penerimaan barang/jasa;b. memuat para pihak yang terkait;c. memuat barang yang diperjanjikan sesuai jumlah, kualitas, volume,
spesifikasi teknis yang dipersyaratkan; dand. ditandatangani oleh para pihak yang terkait.
(2) Pembuatan Berita Acara Pembayaran:a. dibuat untuk pembayaran dengan cara bertahap/termin/prestasi
pekerjaan;b. memuat para pihak yang terkait (Pemberi kerja dan Penerima kerja);c. memuat jumlah uang yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai
prestasi pekerjaan/termin pembayaran;
873
d. memuat jumlah uang yang sudah dibayarkan kepada penyedia barang/jasa;
e. memuat sisa pembayaran yang menjadi hak penyedia barang/jasasesuai dengan prestasi pekerjaan/termin pembayaran yangdiperjanjikan; dan
f. ditandatangani para pihak yang terkait.
(3) Pembuatan Berita Acara Prestasi Pekerjaan:a. memuat tanggal, bulan, tahun Berita Acara;b. memuat para pihak yang terkait (Pemberi Kerja, Penerima Kerja dan
Pengawas Kerja);c. memuat dasar dibuatnya Berita Acara Prestasi Kerja yang dicapai
(SPK/Kontrak);d. memuat prestasi pekerjaan yang dicapai/diselesaikan sesuai jumlah,
volume pekerjaan;e. memuat hak penyedia barang/jasa, sesuai prestasi yang telah dicapai;
danf. ditandatangani para pihak yang terkait.
Pasal 62
(1) Pembelian Bahan Bakar Minyak dilakukan di pompa bensin Pertaminadan apabila dalam jumlah besar, maka pertanggung jawabannya dilampirkandaftar nama penerima jatah bahan bakar tersebut dengan menyebutkannama penerima, jenis dan merk kendaraan, nomor, jumlah bahan bakardan tanda tangan penerima, jelas, asli tidak boleh dengan cap.
(2) Apabila pembelian Bahan Bakar Minyak dilakukan secara tidak teratur,maka kupon (tanda bukti pembelian bahan bakar di pompa bensin)tersebut dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya denganmenyebutkan keterangan bahwa bahan bakar telah diisikan pada kendarandinas tersebut.
Pasal 63
Pertanggungjawaban pengadaan pakaian dinas atau sejenisnya, harusdilampirkan dengan daftar nama disertai tanda tangan para penerima.
Pasal 64
Pembayaran atas penggunaan telepon di rumah para pejabat, yang biayapemasangannya ditanggung oleh dinas, menjadi tanggungan pejabat yangbersangkutan.
874
Pasal 65
Pembayaran telepon Satker atau UPT supaya disesuaikan dengan danayang tersedia dalam DIPA.
Pasal 66
(1) Pembayaran uang jaminan langganan listrik, gas dan air merupakanpengeluaran definitif, bila dikembalikan merupakan penerimaan negaradan harus disetor ke Kantor Kas Negara oleh Bendahara Pengeluaran.
(2) Satker atau UPT agar melakukan penghematan pemakaian listrik, gas,dan air dan pembayarannya disesuaikan dengan dana yang tersediadalam DIPA.
(3) Pembayaran rekening listrik, gas dan air di komplek perumahan pegawaimenjadi tanggungan para penghuni pemakai aliran listrik, gas dan air.
Bagian KeduaPengadaan Tanah
Pasal 67
(1) Pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk kepentingan Pemerintahdilakukan dengan bantuan Panitia Pembebasan Tanah (PPT) kabupaten/kota yang bersangkutan dilengkapi dengan pembuatan Akte Tanah.
(2) Apabila untuk memperoleh Akte Tanah ditemui kesulitan karena belumadanya Pejabat Pembuat Akte Tanah, maka pelepasan hak atas tanahuntuk kepentingan Pemerintah dilakukan oleh Pejabat yang diberi wewenangdi daerah yang bersangkutan.
(3) Akte Tanah Asli dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan pengadaantanah disimpan oleh KPA Satker.
Bagian KetigaPembebasan Tanah Pemerintah
Pasal 68
Pembebasan tanah milik instansi Pemerintah yang terkena proyekpembangunan dilakukan dengan ketentuan:
a. jumlah ganti rugi yang ditetapkan oleh Panitia Pembebasan Tanah (PPT)untuk keperluan Pemerintah, harus di setor ke Kantor Kas Negara sebagaipenerimaan negara; dan
875
b. bila menginginkan penggantian tanah ditempat yang lain, KPA dapatmencarikan ganti tanah tersebut dengan berpedoman pada biaya danvolume yang tercantum dalam DIPA yang bersangkutan.
Pasal 69
(1) KPA/Pejabat yang ditunjuk melaksanakan pertanggungjawaban pengadaantanah melalui mekanisme LS.
(2) Apabila pertanggungjawaban pengadaan tanah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS dapatdilakukan melalui UP/TUP.
(3) Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukandengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) di kabupaten/kotasetempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemilik tanah danbesaran harga tanah yang ditandatangani oleh KPA dan diketahui olehPanitia Pengadaan Tanah.
(4) Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/TUPharus terlebih dahulu mendapatkan izin dispensasi dari Kantor PusatPerbendaharaan/Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan sedangkanbesaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/TUP sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian KeempatBukti Pembayaran
Pasal 70
(1) Bukti pembayaran harus berupa kuitansi yang disediakan oleh pemborong/rekanan dalam bentuk yang lazim dipergunakan dalam dunia perdaganganberupa kuitansi dan blanko tagihan atau memakai bentuk lain yangditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenaitata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN.
(2) Bukti pembayaran yang sah memuat:a. nama instansi yang menerima penagihan dan tidak atas nama
pribadi, misalnya telah diterima dari Kepala Satker/PPK;b. nama terang dari yang berhak menerima pembayaran;c. uraian tentang keperluan pembayaran;d. jumlah yang dibayarkan dalam huruf dan angka;e. nama tempat dan tanggal;
876
f. tanda tangan dari yang berhak sendiri atau wakilnya yang sah danwakil menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau wakilmenurut persetujuan;
g. lembar II, lembar III, dan seterusnya harus ditandatangan tidakdengan mempergunakan cap tanda tangan (kecuali dengan karbon);
h. dibubuhi meterai tempel untuk aslinya bagi pembayaran yang berjumlah:1) di atas Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai
dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebesar Rp 3.000,00(tiga ribu rupiah);dan
2) diatas Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebesar Rp 6.000,00(enam ribu rupiah).
i. pada meterai dibubuhi tanggal dan terkena tanda tangan yang berhak;
j. dibubuhi cap dari toko atau pemborong/rekanan;
k. dibubuhi NPWP bagi tagihan berdasarkan SPK/Kontrak, kecualibagi badan-badan/Lembaga Pemerintah, Yayasan dan Badan atauOrganisasi Sosial serta Organisasi Wanita, Pegawai Negeri atauPensiunan, perorangan swasta (bukan perusahaan) untuk sewarumah, pembelian atau ganti rugi tanah, pembelian benda-bendapurbakala, penyelenggaraan padat karya dan latihan kerja, naskah,biaya penterjemahan dan lain-lain; dan
l. bersih tanpa coretan, tulisan tindih, hapusan atau bekas tip-ex.
(3) Bendahara Pengeluaran harus yakin akan tanda tangan dari yang berhakmenerima pembayaran.
(4) Jika yang berhak menerima pembayaran tidak menandatangani denganhuruf latin (hanya dapat dengan huruf Cina, Arab atau cap jempol), makaBendahara Pengeluaran wajib menghadirkan 2 (dua) orang saksi yangdikenalnya untuk turut pula menandatangani bukti pembayaran tersebut.
Pasal 71
Apabila bukti pembayaran hilang sebelum dilakukan pembayaran berlakuketentuan sebagai berikut:
a. oleh penerima hak/penyedia barang, maka yang bersangkutanmengusahakan gantinya; dan
b. oleh Bendahara Pengeluaran atau staf lainnya, maka dibuatkan suratpernyataan antara Bendahara Pengeluaran dengan penerima hak/penyediabarang yang disaksikan oleh 2 (dua) orang yang dikenal oleh Bendahara
877
Pengeluaran bahwa tagihan telah dibayar dan penerima hak/penyediabarang tidak akan mengajukan tagihan untuk kedua kalinya.
Pasal 72
(1) Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti pembayaranuntuk melakukan Pembayaran melalui UP bukti pengeluaran dilakukansesuaicontoh format 28, harus ditandatangani oleh:a. KPA/PPK;b. Bendahara Pengeluaran;c. Penerima/Pemeriksa Barang; dand. Yang berhak menerima pembayaran.
(2) Pembayaran melalui LS, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pembayaran melalui LS Non Belanja Pegawai pada bukti kuitansiKPA/PPK membubuhkan tanda tangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a, dan Penyedia Barang/yang berhak menerimapembayaran sesuai contoh Format 29.
b. Pembayaran melalui LS Bendahara sesuai contoh Format 30, padakuitansi ditandatangani oleh1) Penerima Pembayaran/Yang Berhak;2) Bendahara Pengeluaran; dan3) KPA/PPK.
(3) Pembelian barang dilakukan dengan melampirkan bukti pembayaran(kuitansi) pembelian barang dan dibalik bukti pembayaran tersebut ditulissesuai contoh Format 31 A dan Format 31B dan jika dibeli bermacam-macam barang berdasarkan SPK/Kontrak, maka harus melengkapi BeritaAcara Serah Terima Barang antara Penyedia Barang/Jasa dengan PenerimaBarang atau Pengurus Barang (gudang), dengan menyebutkan antaralain:a. nama barang-barang;b. merk;c. jumlah barang dengan angka dan huruf;d. disebelah kiri bawah :
1. tanda tangan;2. nama terang; dan3. cap dari toko atau pemborong/rekanan.
e. disebelah kanan bawah:1. yang menerima barang;
878
2. tanda tangan penerima barang;3. nama terang penerima barang; dan4. Nomor Induk Pegawai (NIP).
f. pernyataan bahwa:Barang-barang tersebut telah diterima dengan baik dan cukupberdasarkan surat permintaan /SPK tanggal …… Nomor ……. ;dan
g. pernyataan MENGETAHUI/MENYETUJUI dari PPK dan dibubuhitanda tangan, nama terang dan Nomor Induk Pegawai (NIP).
Bagian KelimaPajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 73
(1) Prinsip dasar pengenaan PPN adalah mewajibkan kepada PengusahaKena Pajak (PKP) untuk mengenakan PPN 10% (sepuluh persen).
(2) Pemungut PPN adalah Bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansiPemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha KenaPajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajakkepada bendaharawan Pemerintah, badan atau instansi Pemerintahtersebut.
(3) Pemungutan PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atassetiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari pihak ketiga.
(4) Bendahara Pengeluaran tidak memungut PPN dalam hal pembayaranyang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dantidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
(5) Jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah barang tertentu dalamkelompok barang sebagai berikut: a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya;b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minumanbaik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanandan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;dan
d. uang, emas batangan, dan surat berharga.
879
(6) Jenis jasa yang tidak dikenai PPN, sebagai berikut:
a. jasa pelayanan kesehatan medis;
b. jasa pelayanan sosial;
c. jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. jasa keuangan;
e. jasa asuransi;
f. jasa keagamaan;
g. jasa pendidikan;
h. jasa kesenian dan hiburan;
i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udaradalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasaangkutan udara luar negeri;
k. jasa tenaga kerja;
l. jasa perhotelan;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankanpemerintahan secara umum;
n. jasa penyediaan tempat parkir;
o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. jasa boga atau katering.
(7) Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPN:
a. Untuk Bendahara Pengeluaran sebagai pemungut PPN penyetorandilakukan paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelahmasa pajak berakhir dan dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnyasetelah masa pajak berakhir.
b. Untuk Pejabat Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN,penyetoran harus dilakukan pada hari yang sama dengan pelaksanaanpembayaran kepada Pengusahan Kena Pajak Rekanan Pemerintahmelalui KPPN dan dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnyasetelah masa pajak berakhir.
Pasal 74
(1) Bendahara yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan danpembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan/jasa/kegiatan wajibmelakukan pemotongan PPh Pasal 21.
880
(2) Pembayaran penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh Bendaharaantara lain adalah pembayaran atas gaji, tunjangan, honorarium, upah,uang makan dan pembayaran lainnya (tidak termasuk pembayaranperjalanan dinas) baik kepada pegawai maupun bukan pegawai.
(3) Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau APBD, adalah sebagai berikut:
a. sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan Idan Golongan II, dan Pensiunannya;
b. sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNSGolongan III, dan Pensiunannya; dan
c. sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi PejabatNegara, PNS Golongan IV, dan Pensiunannya.
(4) Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 atau Pasal 26:
a. Bendahara menyetor PPh Pasal 21 yang tidak ditanggung Pemerintahdengan menggunakan SSP ke Bank/Kantor Pos persepsi palinglambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya. Bila tanggal10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan padahari kerja berikutnya.
b. PPh Pasal 21 yang terutang bagi pejabat negara, PNS yangPPh-nya ditanggung Pemerintah, Bendahara cukup melaporkanperhitungan PPh Pasal 21 yang terutang dalam daftar gaji kepadaKPPN.
c. Bendahara melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang sekalipun nihildengan menggunakan SPT masa paling lambat tanggal 20 bulantakwim berikutnya. Apabila tanggal tersebut jatuh pada hari libur,pelaporan dilakukan pada hari kerja sebelumnya.
Pasal 75
(1) Pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan oleh:
a. Bendahara pemerintah dan KPA sebagai pemungut pajak padaPemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembagaPemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan denganpembayaran atas pembelian barang;
b. Bendahara Pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan denganmekanisme UP; dan
c. KPA atau Pejabat Penandatangan SPM yang diberi delegasi olehKPA untuk pembayaran kepada Pihak Ketiga yang dilakukan denganmekanisme LS.
881
(2) Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut adalah 1,5% x harga dasar/Dasar Pengenaan Pajak (DPP) (tidak termasuk PPN).
(3) Pemungutan PPh Pasal 22 atas belanja barang tidak dilakukan apabila:
a. pembelian barang dengan nilai maksimal pembelian Rp 2.000.000,00(dua juta rupiah) dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur;dan
b. pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.
(4) Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22:
a. jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut Bendahara dan disetorkan padahari yang sama ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro denganmenggunakan SSP yang telah diisi oleh dan atas nama rekananserta ditandatangani oleh Bendahara. SSP lembar ke-1 merupakanBukti Pemungutan bagi Rekanan. SSP lembar ke-3 merupakanBukti Pemungutan bagi Bendahara dan dilampirkan pada SPT MasaPPh Pasal 22.
b. Bendahara melaporkan PPh Pasal 22 dengan menggunakan SPTmasa paling lambat tanggal 14 bulan takwim berikutnya. Apabilatanggal tersebut jatuh pada hari libur, pelaporan dilakukan pada harikerja sebelumnya.
Pasal 76
(1) Pemungutan PPh Pasal 23 adalah cara pelunasan pajak dalam tahunberjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkanoleh Bendahara kepada pihak lain, antara lain:
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,royalti, hadiah/penghargaan; dan
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonsultan dan jasa lain.
(2) Tarif PPh Pasal 23 berdasarkan Undang-Undang 36 Tahun 2008 tentangPerubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentangPajak Penghasilan, sebagai berikut:
a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:1) dividen;2) bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf f Undang-Undang 36 Tahun 2008;
882
3) royalti; dan4) hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya.
b. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
1) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta, kecuali sewa dan penghasilan lain, sehubungan denganpenggunaan harta yang telah dikenai PPh; dan
2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain.
(3) Tarif PPh untuk Usaha Jasa Konstruksi, sebagai berikut:
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan olehPenyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukanoleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan olehPenyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan huruf b (Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usahamenengah atau kualifikasi usaha besar).
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau PengawasanKonstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasiusaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau PengawasanKonstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memilikikualifikasi usaha.
(4) Bukti SSP diperuntukkan kepada:a. Lembar I (pertama) untuk arsip WAPU/PKP;b. Lembar II (kedua) untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui KPPN;c. Lembar III (ketiga) untuk Kantor Pelayanan Pajak dilaporkan/
pertanggungjawaban;d. Lembar IV (keempat) untuk Kantor Penerima Pembayaran (Bank/
KPPN); dane. Lembar V (kelima) untuk WAPU.
Pasal 77
Kewajiban pemotongan/pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak-pajakyang telah dipotong/dipungut antara lain:
883
a. apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatandengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaranatau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya;
b. pembayaran dan penyetoran pajak di lakukan di kantor pos atau bankyang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP atausarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP;
c. dalam hal pencairan anggaran dengan mekanisme LS makapemindahbukuan pajak yang dilakukan oleh KPPN merupakan pembayarandan penyetoran pajak terutang namun SSP tetap dipersiapkan olehBendahara yang bersangkutan;
d. SSP atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasidengan Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN);
e. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tandabukti pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadiatau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotonganatau pemungutan;
f. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan PNS diSatker atau UPT nya, memberikan tanda bukti pemotongan paling lama1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir; dan
g. Bendahara sebagai Pemungut PPN melakukan validasi faktur pajakyang diberikan oleh rekanan.
Bagian KeenamBea Meterai dan Dokumen Lelang
Pasal 78
(1) Dokumen yang dikenakan Bea Meterai, sebagai berikut:
a. surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuanuntuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;
b. akta-akta notaris termasuk salinannya;
c. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasukrangkap-rangkapnya;
d. surat yang memuat jumlah uang:1) yang menyebutkan penerimaan uang;2) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang
dalam rekening di bank;
884
3) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;4) yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;
e. surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep; atau
f. dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di mukaPengadilan, yaitu:1) surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan; dan2) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan olehorang lain, selain dari maksud semula.
(2) Pengenaan Bea Meterai, yaitu:
a. dikenakan tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah) atas :
1) surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengantujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenaiperbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata; dan
2) akta-akta notaris termasuk salinannya;
b. surat yang memuat jumlah uang dan surat berharga dikenakan tarif:
1) yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp 250.000,00(dua ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;
2) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 (duaratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000,00(satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesarRp 3.000,00 (tiga ribu rupiah); dan
3) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00(satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesarRp 6.000,00 (enam ribu rupiah);
c. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah) tanpa batas pengenaan besarnya harganominal.
Bagian KetujuhPerjalanan Dinas
Pasal 79
(1) Perjalanan Dinas terdiri dari:a. perjalanan dinas dalam negeri; danb. perjalanan dinas luar negeri.
885
(2) Surat Perjalanan Dinas (SPD) ditandatangani oleh PPK
(3) Pejabat yang berwenang menyetujui dan menandatangani SPPT perjalanandinas dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu:
a. Menteri untuk Pejabat Eselon I tingkat pusat;
b. Pejabat Eselon I untuk Pejabat Eselon II di lingkungan masing-masing;
c. Pejabat Eselon II untuk Pejabat Eselon III, Eselon IV, Pejabat fungsionaldan staf pelaksana di lingkungan masing-masing; dan
d. Kepala UPT untuk Pejabat Eselon III, Pejabat Eselon IV, pejabatfungsional dan staf pelaksana dilingkungan masing-masing UPT.
(4) Dalam hal pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat(2) merupakan Pejabat tertinggi pada tempat kedudukan Pejabat yangbersangkutan, maka SPPT ditandatangani oleh dirinya sendiri, untuk danatas nama atasan langsungnya.
(5) Dalam melaksanakan kegiatan perjalanan dinas kepada Pejabat Negara,Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap dibuatkan SPD dalam rangkap3 (tiga) oleh KPA/Pejabat yang ditunjuk, setelah diterbitkannya SPPT.
(6) Dalam pengisian SPD tidak diperkenankan adanya tulisan tindih, hapusanatau bekas tip-ex.
(7) Kepada para Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetapyang melaksanakan perjalanan dinas dalam negeri, dibayar secara atcost sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Biaya perjalanan dinas jabatan merupakan perjalanan dinas dari tempatkedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukansemula yang terdiri dari uang harian (uang makan, uang saku dantransport lokal), biaya transport, biaya penginapan, uang representatif(bagi pejabat Eselon I, dan Eselon II) dan sewa kendaraan dalam kota.
(9) Biaya transport berupa perjalanan dari tempat kedudukan ke terminalbus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan sampai tempat tujuan pergipulang.
(10) Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap dihotel dan tempat menginap lainnya dalam hal tidak terdapat hotel.
(11) Sewa kendaraan dalam kota untuk keperluan pelaksanaan tugas ditempat tujuan dan diberikan kepada Pejabat Negara secara at costmaksimum sesuai standar biaya dan ketentuan dalam Peraturan Menteri
886
Keuangan yang mengatur mengenai Perjalanan Dinas Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap termasuk biayauntuk pengemudi, bahan bakar dan pajak.
(12) Khusus untuk keperluan menjemput/mengantarkan ke tempat pemakamanjenazah Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yangmeninggal dunia dalam melakukan perjalanan dinas dan menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat Negara/PegawaiNegeri/Pegawai Tidak Tetap yang meninggal dunia dari tempat kedudukanyang terakhir ke kota tempat pemakaman, selain biaya sebagaimanadimaksud pada ayat (8), juga diberikan biaya penjemputan/pengantaranjenazah yang terdiri dari biaya pemetian dan biaya angkutan jenazah,sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengaturmengenai Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, PegawaiNegeri dan Pegawai Tidak Tetap.
Pasal 80
(1) PNS/Pegawai Tidak Tetap atau pihak lain yang telah melaksanakanperjalanan dinas wajib melaporkan hasil perjalanan dinas secara tertuliskepada pejabat yang berwenang dan mempertanggungjawabkan biayaperjalanan dinas paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak perjalanan dinasselesai dilaksanakan sesuai contoh Format 32 A dan Format 32 B.
(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas dalam negeri terdiridari:
a. Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;
b. SPD yang telah ditandatangani oleh Pejabat yang dikunjungi(ditandatangani sekurang-kurangnya oleh kepala kantor atau pejabateselon IV) sebagai bukti kunjungan sesuai contoh Format 33 A danFormat 33 B.
c. kuitansi perjalanan dinas;
d. rincian biaya perjalanan dinas sesuai contoh Format 34;
e. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari:
1) bukti pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaranmoda transportasi lainnya; dan
2) boarding pas, airport tax dan restribusi.
f. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan dari hotel/ditempat lainnya dalam hal tidak terdapat hotel;
887
g. daftar pengeluaran riil yang disetujui oleh Pejabat yang berwenang,dalam hal biaya-biaya yang tidak dapat dibuktikan dengan tandaterima, kuitansi atau bukti lain sesuai contoh Format 34;
h. bukti pengeluaran yang sah atas penggunaan uang representasi(jika ada).
(3) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas Luar Negeri terdiridari:
a. Surat Tugas dari Pejabat yang berwenang;
b. Surat persetujuan Pemerintah yang diterbitkan oleh Presiden atauPejabat yang ditunjuk, sebagai izin prinsip Perjalanan Dinas ke LuarNegeri;
c. SPD yang ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang di tempattujuan di luar negeri (sekurang-kurangnya Bendahara PenatalaksanaKeuangan dan Rumah Tangga pada kantor perwakilan RepublikIndonesia) sebagai bukti kunjungan;
d. foto copy halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda keberangkatan/kedatangan oleh :
1) pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolakdan negara tempat tujuan perjalanan dinas, atau
2) pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolakdan salah satu negara tempat tujuan perjalanan dinas yangmemberlakukan ketentuan tentang exit/permit pada suatu kawasantertentu.
e. bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakanuntuk melaksanakan perjalanan dinas;
f. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari :1) bukti pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaran
moda transportasi lainnya; dan2) boarding pas, airporttax, pembuatan visa dan restribusi.
g. daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluantransportasi tidak diperoleh;
h. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan bagi perjalanandinas; dan
i. bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan dapat berupakuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh hotelatau tempat menginap lainnya.
888
(4) Pembayaran uang harian dan uang representatif dilakukan sesuai banyaknyahari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas.
(5) Biaya transport pegawai, biaya penginapan dan sewa kendaraan dalamkota dibayarkan sesuai biaya riil yang dikeluarkan berdasarkan buktipengeluaran yang sah.
(6) Dalam hal tiket transportasi dari tempat kedudukan ke terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan pergi pulang dan tiket transportasi dariterminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan ke tempat tujuan pergi pulangserta bukti pembayaran moda transportasi lainnya tidak diperoleh, PejabatNegara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanandinas membuat Daftar Pengeluaran Riil yang dibutuhkan untuk biayatransportasi tersebut yang disetujui PPK, dengan menyatakan tanggungjawab sepenuhnya atas pengeluaran sebagai pengganti bukti pengeluaransesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan dapat berupa kuitansiatau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh hotel atau tempatmenginap lainnya.
Pasal 81
Dalam hal pembayaran biaya perjalanan dinas terdapat kelebihan ataukekurangan, PNS pelaksana perjalanan dinas wajib mengembalikan kelebihanatau menerima kekurangan biaya perjalanan dinas kepada/dari BendaharaPengeluaran.
Bagian KedelapanProsedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas
Pasal 82
(1) Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat diberikan dalam batas paguanggaran yang tersedia dalam DIPA satuan kerja berkenaan dan denganmekanisme UP dan atau mekanisme LS.
(2) Pembayaran biaya perjalanan dinas melalui mekanisme UP dilakukandengan memberikan uang muka kepada Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan perjalanan dinas oleh BendaharaPengeluaran dari UP/TUP yang dikelolanya.
(3) Pemberian uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkanpada permintaan dari KPA/PPK kepada Bendahara Pengeluaran dengandilampiri:
889
a. Surat Tugas untuk melakukan dinas yang ditandatangani oleh Pejabatyang berwenang;
b. SPD;c. kuitansi perjalanan dinas dan SPBy; dand. rincian biaya perjalanan dinas.
(4) Berdasarkan permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BendaharaPengeluaran membayar uang muka perjalanan dinas kepada PejabatNegara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanandinas.
(5) Pembayaran biaya perjalanan dinas melalui mekanisme LS kepada pihakketiga ditetapkan sebagai berikut:
a. biaya perjalanan dinas untuk pembelian/pengadaan tiket dan/ataubiaya penginapan dapat dilakukan melalui pihak ketiga;
b. pihak ketiga dapat berupa event organizer, biro jasa perjalanan,maskapai penerbangan dan perusahaan jasa perhotelan/penginapan;dan
c. penetapan pihak ketiga dilakukan melalui pelaksanaan pengadaanbarang/jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Kontrak/perjanjian dengan pihak ketiga dapat dilakukan untuk 1 (satu)paket kegiatan atau untuk kebutuhan periode tertentu yang nilainya tidakmelebihi ketentuan tarif tiket dan penginapan yang telah ditetapkan.
(7) Pembayaran biaya perjalanan dinas kepada pihak ketiga didasarkan atasprestasi kerja yang telah diselesaikan sebagaimana diatur dalam kontrak/perjanjian, dan pihak ketiga dapat mengajukan tagihan kepada PPK yangselanjutnya berdasarkan tagihan dari pihak ketiga, PPK mengajukanSPP kepada Pejabat Penandatangan SPM dengan melampirkan:a. kontrak/perjanjian yang mencantumkan nomor rekening;b. Surat Pernyataan KPA mengenai penetapan rekanan;c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;d. Berita Acara Pembayaran;e. kuitansi;f. SPTB dan SPBy;g. Resume Kontrak/SPK (data perjanjian/kontrak);h. Faktur Pajak dan/atau SSP, sesuai ketentuan; dani. Daftar Pelaksanaan/Prestasi Kerja yang memuat antara lain informasi
data Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap (Nama,
890
pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, tempat menginap,lama menginap, dan jumlah biaya masing-masing Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap.
(8) Dalam hal pajak atas pengadaan tiket dan penginapan telah dibayar olehpihak ketiga, pembayaran tagihan kepada pihak ketiga tidak dipotongpajak.
(9) Atas dasar SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (7), PejabatPenandatangan SPM menerbitkan dan mengajukan SPM kepada KPPNdengan melampirkan SPTB, SPBy, Resume Kontrak/SPK/data perjanjian/kontrak dan Faktur Pajak dan atau SSP, sesuai ketentuan.
(10) Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat dilakukan dengan mekanismePembayaran LS melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau rekeningPejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap apabila:
a. biaya perjalanan dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum perjalanandinas dilaksanakan; dan
b. perjalanan dinas telah dilakukan sebelum biaya perjalanan dinasdibayarkan.
(11) Pengajuan SPM kepada KPPN atas pembayaran biaya perjalanan dinassebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilampiri SPTB, SPBy dan DaftarNominatif yang ditandatangani KPA/PPK (memuat nama Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap, NIP, kota tujuan perjalanan dinas,lama perjalanan dinas, jumlah uang dan nomor rekening BendaharaPengeluaran atau nomor rekening Pejabat Negara/Pegawai Negeri/PegawaiTidak Tetap) yang melakukan perjalanan dinas sesuai contoh Format 36.
Pasal 83
(1) Pegawai Negeri yang menjalankan masa pensiun di daerah/kota lain daritempat kedudukan terakhir sebagai Pegawai Negeri diberi kesempatanmempergunakan perjalanan dinas pindah, tersedia anggarannya dalamDIPA Satker atau UPT dengan persyaratan:
a. bahwa daerah/kota (alamat) tempat baru tercantum dalam SuratKeputusan pensiun pegawai yang bersangkutan;
b. pembiayaan perjalanan pindah menetap tidak dapat diberikan kepadapegawai atas dasar permintaan pindah;
c. biaya perjalanan pindah meliputi biaya angkutan pegawai, keluarga,pembantu I (satu) orang, biaya pengepakan, penggudangan danangkutan barang; dan
891
d. besarnya biaya pindah sebagaimana dimaksud dalam butir cdisesuaikan dengan tarif dan keadaan keuangan pada kantor, Satkeratau UPT yang bersangkutan.
(2) Pelaksanaan pemberian biaya perjalanan pindah menetap karenapensiun:
a. Pemberian surat perintah perjalanan pindah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Setiap pemohon perjalanan pindah menetap sebagaimana padaayat (1) diajukan secara hirarki kedinasan kepada Pejabat denganketentuan sebagai berikut:
1) apabila ditempat bekerja terakhir Pegawai yang berwenangtersebut tidak menempati rumah dinas/jabatan/instansi, harusdilampirkan surat keterangan Atasan bahwa benar Pegawaitersebut tidak menempati rumah dinas/jabatan/instansi;
2) apabila ditempat bekerja terakhir pegawai tersebut menempatirumah dinas/jabatan/instansi, harus dilampirkan surat keteranganPegawai yang bersangkutan telah/ akan mengosongkan rumahtersebut dan menyerahkan kepada Kepala Satker atau UPTyang bersangkutan;
3) apabila pegawai pernah diberi kesempatan membeli rumah dinas/jabatan/instansi dari Pemerintah dengan pengalihan golonganrumah tersebut ke golongan III, maka pegawai yang bersangkutandianggap memilih tempat tinggal menetap dimana rumah tersebutberada;
4) apabila pindah menetap pegawai yang bersangkutan dilakukandi luar daerah pembayaran KPPN tempat tinggal semula harusdilampirkan SKPP dari KPPN tempat kedudukan terakhir pegawaisebelum pensiun untuk dialihkan pembayaran ke wilayah KPPNpada tempat pegawai yang baru;
5) melampirkan Surat Keputusan Pemberhentian dengan hormatdengan hak pensiun; dan
6) melampirkan Surat Keterangan keluarga yang akan mengikutiperjalanan pindah yang diketahui oleh Pejabat daerah setempatserendah-rendahnya Lurah.
892
Bagian KesembilanPembiayaan Kendaraan Operasional
Pasal 84
(1) Paling lambat pada awal bulan Januari tahun anggaran bersangkutanKepala Satker atau KPA/Pejabat yang ditunjuk diwajibkan menerbitkanKeputusan tentang kendaraan yang memuat:
a. jenis/tipe;
b. merk dan cc-nya;
c. tahun pembuatan;
d. nomor polisi kendaraan;
e. nama pemegang atau penanggung jawab; dan
f. kendaraan operasional yang biaya operasional menjadi tanggungjawabnya dan jumlah bahan bakar yang diperuntukkannya.
(2) Biaya operasional tersebut meliputi :a. biaya perawatan kendaraan; danb. pemakaian bahan bakar.
Bagian KesepuluhDana Operasional Menteri
Pasal 85
(1) Setiap bulan KPA dapat mencairkan Dana Operasional Menteri sebesar1/12 (seperduabelas) dari pagu satu tahun anggaran sesuai DIPA ataudokumen pelaksanaan anggaran lainnya.
(2) Pejabat Penandatangan SPM setiap awal bulan mengajukan SPM-LSuntuk pencairan Dana Operasional Menteri sebesar 1/12 (seperduabelas)dari pagu satu tahun anggaran kepada KPPN melalui Rekening BendaharaPengeluaran, dengan melampirkan:
a. kuitansi sebagai tanda terima yang ditandatangani oleh KPA; dan
b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Penggunaan Dana (SPTPD)yang ditandatangani oleh KPA sesuai contoh Format 37.
(3) KPA setiap akhir bulan membuat laporan realisasi anggaran ataspenggunaan Dana Operasional Menteri dan disampaikan kepadaMenteri.
893
Bagian KesebelasSurat Kuasa
Pasal 86
(1) Apabila seorang Pegawai Negeri karena berhalangan, tidak dapat mengambilatau menerima uang (gaji dan honor), maka Pegawai Negeri tersebut wajibmemberikan Surat Kuasa sekurang-kurangnya dalam 2 (dua) rangkapkepada pegawai atau orang yang dikuasakan dan selanjutnya disampaikankepada PPABP.
(2) Surat Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampirkan padatanda bukti pembayaran sebagai contoh pertanggungjawaban keuangan.
BAB VIIIPELAPORAN
Bagian KesatuLaporan Pertanggungjawaban Anggaran
Pasal 87
(1) Satker atau UPT wajib menyusun Laporan Pertanggungjawaban Anggaransecara bulanan atas pelaksanaan anggaran paling lambat sepuluh harikerja bulan berikutnya kepada:
a. Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Biro Keuangan;
b. Inspektur Jenderal; dan
c. Pejabat Eselon I terkait.
(2) Laporan Pertanggungjawaban Anggaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) terdiri dari:
a. Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran(LRA) sesuai contoh Format 38, Neraca dan Catatan LaporanKeuangan (Calk);
b. LPJ Bendahara; dan
c. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi.
894
Bagian KeduaPenyusunan dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran
Pasal 88
(1) Bendahara Pengeluaran wajib menyusun LPJ secara bulanan atas uangyang dikelolanya sesuai contoh Format 39.
(2) LPJ disusun berdasarkan BKU, BP dan Buku Wasgar yang telah diperiksadan direkonsiliasi oleh KPA.
(3) LPJ wajib disampaikan secara bulanan, paling lambat 10 (sepuluh) harikerja sejak akhir bulan pelaporan disertai salinan rekening koran daribank/kantor pos untuk bulan berkenaan kepada:a. Kepala KPPN yang ditunjuk dalam DIPA, dalam 2 (dua) rangkap;b. Menteri c.q. Sekretaris Jenderal, dalam 1 (satu) rangkap; danc. Badan Pemeriksa Keuangan setempat, dalam 1 (satu) rangkap.
(4) Dalam hal LPJ terdapat kesalahan karena tidak memenuhi ketentuan,LPJ tersebut segera dikembalikan kepada Bendahara untuk diperbaiki,selanjutnya dikirimkan kembali ke KPPN selambat-lambatnya 5 (lima)hari kerja sejak tanggal pengembalian.
Bagian KetigaPenyusunan dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran Pembantu
Pasal 89
(1) Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib menyusun dan menyampaikanLPJ secara bulanan atas uang yang dikelolanya kepada BendaharaPengeluaran sesuai contoh Format 40. LPJ disusun berdasarkan BKU,BP dan Buku Wasgar yang telah diperiksa dan diuji oleh PPK.
(2) LPJ wajib disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran secara bulanan,paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak akhir bulan pelaporan disertaisalinan rekening koran (jika ada) dari bank/kantor pos untuk bulanberkenaan.
Bagian KeempatSanksi
Pasal 90
(1) Dalam hal Bendahara belum menyampaikan LPJ, atau tidak menyampaikanLPJ, KPPN dapat mengenakan sanksi berupa penundaanPenandatanganan SP2D atas SPM-GUP/SPM-TUP yang diajukan.
895
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak membebaskan Bendaharadari kewajiban penyampaian LPJ.
(3) Ketidakpatuhan penyampaian LPJ oleh BPP kepada Bendahara PengeluaranSatker, dapat dikenakan sanksi dengan cara tidak meneruskan SPP-GUP/TUP pada kegiatan bersangkutan ke KPPN.
BAB IXKOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM DAN SP2D
Pasal 91
(1) Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjangtidak mengakibatkan:
a. perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;
b. sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
c. perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satker.
(2) Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, danSatker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat dilakukandengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur JenderalPerbendaharaan.
(3) Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:
a. memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahankode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c;
b. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, carabayar, tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumberdana, cara penarikan, nomor register; atau
c. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yangtercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnyayang disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana.
(4) Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkanpermintaan koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK.
(5) Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADKSPM dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPMsecara tertulis dari PPK sepanjang tidak mengubah SPM.
(6) Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi
896
SP2D secara tertulis dari Pejabat Penandatangan SPM dengan disertaiSPM dan ADK yang telah diperbaiki.
Pasal 92
(1) Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2Dbelum diterbitkan.
(2) Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh Pejabat PenandatanganSPM secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
(3) Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas negara,pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan DirekturJenderal Perbendaharaan atau Pejabat yang ditunjuk.
(4) Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih dari satu rekeninghanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN berdasarkan permintaan KPA.
(5) Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D telah mendebetKas Negara.
BAB XKETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 93
KPA atau Pejabat yang ditunjuk atau PPK dan Bendahara dilarang menerimasurat kuasa dari pihak kedua (pemborong/rekanan) untuk menerimapembayaran yang uangnya dari dana yang dikelolanya, begitu pula pegawaistafnya.
Pasal 94
Dalam hal terjadi pergantian Bendahara dalam suatu periode pembukuandilakukan pemeriksaan kas dan serah terima yang dituangkan dalam BeritaAcara Pemeriksaan Kas.
Pasal 95
(1) Jika dilakukan penggantian KPA atau pejabat yang ditunjuk, maka BKUtidak ditutup. Setiap penggantian KPA/PPK/Bendahara Pengeluaran/BPPwajib dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan Kas dan rekonsiliasi danBerita Acara Serah Terima Jabatan dari yang lama kepada yang baru
(2) KPA atau Pejabat yang ditunjuk yang bukan Bendahara, ikut sertamenandatangani Berita Acara serah terima dimaksud.
897
Pasal 96
Setiap Pejabat Perbendaharaan/Pengelola keuangan Satker atau UPT wajibmenyimpan dokumen anggaran yang menjadi tanggungjawabnya sekurang-kurangnya 5 (lima ) tahun dan/atau selama masa jabatannya.
Pasal 97
(1) Apabila di lingkungan Satker atau UPT diketahui adanya suatu kejadianyang mengakibatkan kerugian bagi negara, penyelesaiannya sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Apabila kejadian yang mengakibatkan kerugian negara tersebut terdapatunsur tindak pidana, harus dilaporkan kepada Kepolisian/Kejaksaanuntuk proses pidana.
BAB XIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 98
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.49/KU.202/MKP/2008 tentang Petunjuk PelaksanaanPenatausahaan Keuangan di lingkungan Departemen Kebudayaan danPariwisata, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 99
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 7 Desember 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd
MARI ELKA PANGESTU
898
Diundangkan di Jakartapada tanggal 20 Maret 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 461
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum Dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP 19590617 198803 1 005
899
CONTOH FORMATFormat 1
BERITA ACARA KESALAHAN PEMBUKUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama : ………………………………………………………….............
2. NIP : ………………………………………………………….............
3. Jabatan : ………………………………………………………….............
Menjelaskan bahwa terjadi kesalahan pembukuan atas transaksi :
1. Nomor : ………………………………………………………….............
2. Tanggal : ………………………………………………………….............
3. Uraian : ………………………………………………………….............
4. Nilai : ………………………………………………………….............
Telah dibukukan sebagai berikut :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Seharusnya dibukukan sebagai berikut :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Demikian penjelasan kesalahan pembukuan kami buat, dengan lampiranfoto copy transaksi, lembar Buku Kas Umum dan Buku-buku Pembantubendahara yang salah, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariLPJ.
Atas penjelasan ini kesalahan pembukuan telah kami perbaiki, agar yangkepentingan maklum.
……….., ………………….. 20…….
MengetahuiKepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat
Komitmen, Bendahara Pengeluaran,
..………………………… …………………………NIP. ……………………… NIP. …………………
900
BUKU KAS UMUM
Kementerian/Lembaga : ( ) .…………………………….......... Satuan Kerja : ( ) ……………………………………. Propinsi/Kab/Kota : ( ) ……………………………………. Unit Organisasi : ( ) ……………………………………. Tgl. Dan No. SP DIPA : ( ) ……………………………………. Revisi ke : 1. : ………………………………………………………….... 2. : ………………………………………………………….... 3. : ………………………………………………………….... …… : ………………………………………………………….... Tahun Anggaran : ………………………………………………………….... KPPN : ………………………………………………………….... Mengetahui, …………., ………………….. 20 …. Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran, ( ) ( ) NIP. NIP.
901
BUKU KAS UMUM
Kementerian/Lembaga : ( ) ..................................................
Satuan Kerja : ( ) ..................................................
Propinsi/Kab/Kota : ( ) ..................................................
Tgl. Dan No. SP DIPA : ( ) ..................................................
Revisi ke : 1. : ………………………………………………………
2. : ………………………………………………………
3. : ………………………………………………………
....... : ………………………………………………………
Tahun Anggaran : ………………………………………………………
KPPN : ………………………………………………………
Mengetahui, ........………………….. 20 ….
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran,
( ) ( )
NIP. NIP.
Format 2A
902
Format 2B
Bagian 2 : Halaman Isi Buku Kas Umum
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
1 2 3 4 5 6
PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN ISI BUKU KAS UMUM
NOMOR URAIAN ISIAN
1 Diisi tanggal pembukuan (format : bulan - tanggal)
2 Diisi nomor bukti bendahara
3 Diisi uraian transaksi penerimaan/pengeluaran
4 Diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber
5 Diisi jumlah pengeluaranyang tercantum dalam dokumen sumber
6 Diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber
903
Format 3
Tanggal1
Saldo6
Nomor Bukti2
Uraian3
Debet4
Kredit5
Buku Pembantu……………. (1)
Kementerian/Lembaga : (.....) ........................... (2)Satuan Kerja : (.....) ........................... (3)Propinsi/Kabupaten/Kota : (.....) ........................... (4)Unit Organisasi : (.....) ........................... (5)Tanggal, No. SP DIPA : ...................................... (6)Tahun Anggaran : ...................................... (7)KPPN : (.....) ........................... (8)
BUKU PEMBANTU
Buku pembantu (BP) Kas/BP Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)/BP Uang Muka PerjalananDinas (BP UM Perjadin)/ BP Uang Persediaan (UP)/BP LS-Bendahara/BP Lain-lain.
PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN ISI BUKU PEMBANTU
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi jenis BP berkenaan(2) Diisi kode dan nama kementerian(3) Diisi kode dan nama satuan kerja(4) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(5) Diisi kode dan nama unit organisasi(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA(7) Diisi tahun anggaran(8) Diisi kode dan nama KPPN
Pengisian kolom 1 sampai dengan 6 mengikuti petunjuk pengisian halaman isi Buku KasUmum.
904
Format 4A
BUKU PEMBANTU PAJAK Kementerian/Lembaga : (.....) ............................. (1) Satuan Kerja : (.....) ............................. (2) Provinsi/Kabupaten/Kota : (.....) ............................. (3) Unit Organisasi : (.....).............................. (4) Tanggal, No. SP DIPA : ...................................... (5) Tahun Anggaran : ...................................... (6) KPPN : (.....) .............................. (7)
Tanggal
Nomor Bukti
Uraian Penerimaan (Debet) Pengeluaran
(Kredit)
Saldo
PPN
PPh Psl 21
PPh Psl 22
PPh Psl 23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN ISI BUKU PEMBANTU PAJAK
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi kode dan nama kementerian
(2) Diisi kode dan nama satuan kerja
(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(4) Diisi kode dan nama unit organisasi
(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA
(6) Diisi tahun anggaran
(7) Diisi kode dan nama KPPN
Kolom 1 Diisi tanggal, bulan, dan tahun penerimaan atau pengeluaran
Kolom 2 Diisi nomor bukti
Kolom 3 Diisi uraian dari transaksi penerimaan atau pengeluaran
Kolom 4 Diisi kode dan nama satuan kerja
Kolom 5 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 21 yang diterima
Kolom 6 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 22 yang diterima
Kolom 7 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 23 yang diterima
Kolom 8 Diisi jumlah pungutan pajak lainnya (jika ada)
Kolom 9 Diisi jumlah pungutan pajak yang telah disetor ke Kas Negara
Kolom 10 Diisi jumlah saldo setelah ditambah penerimaan pajak atau dikurangi jumlah setoran pajak yang tercantum dalam dokumen sumber.
905
Format 4B
Buku Pembantu Pajak yang Dipungut KPPN
BUKU PEMBANTU PAJAK (KPPN) Kementerian/Lembaga : (.....) ........................... (1) Satuan Kerja : (.....) ............................ (2) Provinsi/Kabupaten/Kota : (.....) ........................... (3) Unit Organisasi : (.....) ........................... (4) Tanggal, No. SP DIPA : ..................................... (5) Tahun Anggaran : .................................... (6) KPPN : (.....) ........................... (7)
Tanggal Nomor Bukti
Uraian Potongan Jumlah
PPN
PPh Psl 21
PPh Psl 22
PPh Psl 23
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PETUNJUK PENGISIAN BUKU PEMBANTU PAJAK YANG DI POTONG KPPN
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi kode dan nama kementerian
(2) Diisi kode dan nama satuan kerja
(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(4) Diisi kode dan nama unit organisasi
(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA
(6) Diisi tahun anggaran
(7) Diisi kode dan nama KPPN
Kolom 1 Diisi tanggal, bulan, dan tahun penerimaan atau pengeluaran
Kolom 2 Diisi nomor bukti
Kolom 3 Diisi uraian dari transaksi pungutan yang dipotong KPPN
Kolom 4 Diisi Jumlah pungutan PPN yang dipotong KPPN
Kolom 5 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 21 yang dipotong KPPN
Kolom 6 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 22 yang dipotong KPPN
Kolom 7 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 23 yang dipotong KPPN
Kolom 8 Diisi jumlah pungutan pajak lainnya (jika ada)
Kolom 9 Diisi jumlah potongan oleh KPPN
906
Tgl No Bukti
Uraian Nilai Transaksi
Cara Bayar BKPK MA MA MA MA Posisi UP
UP LS (13) (14) (15) (16) (17) Bukti pengeluaran
Sudah disahkan
PAGU (18) (19) (20) (21) (22)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Format 5
Buku Pengawas Anggaran
BUKU PENGAWAS ANGGARAN BELANJA
Kementerian/Lembaga : (…….)……………...... (1) Fungsi : …….......... (8)Satuan Kerja : (…….)………………... (2) Subfungsi : …….......... (9)Propinsi/Kabupaten/Kota : (…….)………………… (3) Program : ……........... (10)Unit Organisasi : (…….)………………… (4) Kegiatan : …….......... (11)Tanggal, No. SP DIPA : ……………………...... (5) Subkegiatan : …….......... (12)Tahun Anggaran : …………………………(6)KPPN : (…….)………………… (7)
907
PETUNJUK PENGISIAN BUKU PENGAWASAN ANGGARAN
Nomor Uraian Isian
(1) Diisi kode dan nama kementerian
(2) Diisi kode dan nama satuan kerja
(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(4) Diisi kode dan nama unit organisasi
(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA
(6) Diisi tahun anggaran
(7) Diisi kode dan nama KPPN
(8) Diisi kode fungsi berkenaan
(9) Diisi kode subfungsi berkenaan
(10) Diisi kode program berkenaan
(11) Diisi kode kegiatan berkenaan
(12) Diisi kode subkegiatan berkenaan
(13) Diisi kode BKPK berkenaan
(14) s.d (17) Diisi kode MA terkait
(18) Diisi kode BKPK berkenaan
(19) s.d (22) Diisi pagu MA terkait
Kolom 1 Diisi tanggal, bulan dan tahun transaksi terjadi
Kolom 2 Diisi nomor bukti
Kolom 3 Diisi uraian dari transaksi pengeluaran yang dilakukan
Kolom 4 Diisi jumlah nominal transaksi
Kolom 5 Diisi akumulasi jumlah pembayaran melalui mekanisme UP
Kolom 6 Diisi akumulasi jumlah pembayaran melalui mekanisme LS
Kolom 7 Diisi sisa pagu BKPK berkenaan
Kolom 8 s.d 10 Diisi sisa pagu MA terkait
Kolom 11 Diisi jumlah pembayaran yang belum di-GU-kan
Kolom 12 Diisi jumlah pembayaran yang sudah disahkan
908
Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yangdipotong di atas bukan merupakan kreditpajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT)Tahunan PPh Orang Pribadi
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sahapabila diisi dengan lengkap dan benar.
F.1.1.33.02
Tanda tangan, nama dan cap
........................................ (6)
NPWP : - - - - -
Nama :..................................................................................
......................, .............................. 20....... (4)
Pemotong Pajak (5)
Terbilang : ......................................................................................................................................................
*) Lihat petunjuk pengisian
JUMLAH Rp. ...................................
Rp. ...................................
Rp. ...................................
*)
....%
Rp. ...................................
Rp. ...................................
1. Uang Pesangon, UangTebusan Pensiun, TunjanganHari Tua/Jaminan Hari Tuayang dibayarkan sekaligus.
2. Honor & Imbalan lain yangdibebankan kepada APBNatau APBD yang diterimaoleh PNS, Anggota TNI/POLRI dan Pensiunan.
No.
(1)
Jenis Pengahasilan
(2)
Jumlah Pengahasilan Bruto
(3)
Tarif
(4)
PPh yang dipotong
(5)
- - - - - (3)N P W P :
Nama Wajib Pajak : ....................................................................................................
Alamat : ....................................................................................................
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21(FINAL)
NOMOR: ..................................... (2)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK.............................................................. (1)
Lembar ke-1 untuk : Wajib PajakLembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan PajakLembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
Bukti Potongan Pajak
Format 6A
909
Format 6B
SURAT SETORAN PAJAK
( SSP )KEMENTERIAN KEUANGAN R.I.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAKLEMBAR-
Untuk Arsip W.P
1
NPWP :Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki
NAMA WP : ........................................................................................................................................
ALAMAT WP : ........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
SOP :Diisi sesuai dengan Objek Pajak
ALAMAT OP : ........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
“Terima Kasih Telah Membahar Pajak-Pajak Untuk Pembangunan Bangsa”Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran
F.2.0.32.01
Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran
Tanggal ......................................Cap dan tanda tangan
Nama Jelas : ......................................................
Wajib Pajak Penyetor
.................., Tgl. ...........................Cap dan tanda tangan
Nama Jelas : ......................................................
Jumlah Pembayaran : ......................................................................................... Diisi dengan rupiah penuh
Terbilang : ...................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Nomor Ketetapan :
Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP:SKPKH atau SKPKBY
Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Beri tahun terutangnya pajak
Jan JunPeb Mar
Masa Pajak
DesNopOktMeiApr SepAgsJul
Tahun Pajak
Kode Jenis SetoranKode Akun Pajak Uraian Pembayaran : .......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
910
Format 7
SURAT SETORANPENGEMBALIAN BELANJA
(SSPB)
KEMENTERIAN KEUANGAN RIDITJEN PERBENDAHARAAN
KPPN
Lembar:
Nomor .........................................2)Tanggal .......................................3)
............... 1)
KE REKENING KAS NEGARA NOMOR : ............................................................................................... 4)
A. 1. NPWP Penyetor : ......... 5)
2. Nama Penyetor : .......................................................................... 6)
3. Alamat : .......................................................................... 7)
B. 1. Kementerian / Lembaga : ................................................... 8)
2. Unit Organisasi Eselon I : .................................................. 9)
3. Satuan Kerja : ................................ 10)
4. Fungsi/Sub Fungsi/Progtam : ................... 11)
5. Kegiatan/Output : ................................... 12)
6. Lokasi : . ................................... 13)
C. Akun : ............................................................................. 14)
D. Jumlah Setoran : Rp........................................................................ 15)
Dengan Huruf : ...........................................................................
........................................................................... 16)
PERHATIAN
Bacalah Dahulu Petunjuk pengisianformulir SSPB pada halaman belakang;embar ini
Untuk Keperluan :
17)
..............................18) ............................ 19)
................................................................ 20)NIP .......................................................... 21)
Diterima Oleh:BANK, KANTOR POS
Tanggal ................................... 22)
Tanda Tangan ........................................ 23)Nama Terang ......................................... 24)
911
PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB)
Nomor Uraian Isian
Catatan : - Diisi dengan huruf kapiral atau diketik- Satu formulir SSPB hanya berlaku untuk setoran satu mata Anggaran
Penerimaan (MAP)
1 Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran2 Diisi dengan nomor SSPB dengan metode penomoran Nomor Kode Satker
Nomor (XXXXXXXXXX)3 Diisi dengan Tanggal SSPB dibuat4 Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangktuan ........ diisi petugas Bank)5 Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara satker6 Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor Wajib Pajak7 Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor Wajib Pajak8 Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementerian/Lembaga sesuai dengan yang
tercantum pada pagu anggaran9 DIisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian10 DIisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker11 Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit dan Kode
Program (2) dua digit
12 *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila penyetoranuntuk Satker Pengguna PNBP
*Diisi (2) digit kode sub kegiatan apabilapenyetoran untuk Satker Pengguna PNBP
13 Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digitDiisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit
14 Diisi dengan Kode Akun (6) enam digit disertai denganUraian Pengembalian sesuai dengan format
15 Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan16 Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf17 Diisi keperluan pembayaran
18 & 19 Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP20 & 21 Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP, dan stempel Satker
22 Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi atauKantor Pos dan Giro
23 & 24 Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau KantorPos dan Giro serta Cap
912
Format 8
SURAT SETORANBUKAN PAJAK
(SSBP)
KEMENTERIAN KEUANGAN RIDITJEN PERBENDAHARAAN
KPPN
Lembar-untuk
WAJIB SETOR/BENDAHARANPENERIMANomor .........................................2)
Tanggal .......................................3)
............... 1)
KE REKENING KAS NEGARA NOMOR : ............................................................................................... 4)
A. 1. NPWP Wajib Setor/Bend :
2. Nama Wajib Setor/Bend : .............................................................................................................................. 6)
3. Alamat : .............................................................................................................................. 7)
B. 1. Kementerian / Lembaga : ............................................................................................. 8)
2. Unit Organisasi Eselon I : ............................................................................................. 9)
3. Satuan Kerja : .................................................................... 10)
4. Fungsi/Sub Fungsi/Progtam : ............................ 11)
5. Kegiatan/Subkegiatan : ................................................... 12)
6. Lokasi : .................................................................................. 13)
C. MAP dan Uraian Penerimaan : ...................................................................... 14)
D. Jumlah Setoran : Rp....................................................................................................................... 15)
Dengan Huruf : ...........................................................................................................................
............................................................................................................................ 16)
E. Surat Penagihan (SPN) : Nomor ...................................... 17) Tanggal .................................................... 18)Atau Surat Pemindahan ...................................................................................... 19)Penagihan Piutang Negara : KPPN(SP3N)
PERHATIAN
Bacalah Dahulu Petunjuk pengisianformulir SSBP pada halaman belakang;embar ini
Untuk Keperluan :
20)
..............................21) ............................ 22)
................................................................ 23)NIP .......................................................... 24)
Diterima Oleh:BANK, PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO
Tanggal ................................... 25)
Tanda Tangan ........................................ 26)Nama Terang ......................................... 27)
1
913
PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP)
Nomor Uraian Isian
Catatan : - Diisi dengan huruf kapiral atau diketik- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu mata Anggaran
Penerimaan (MAP)
1 Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran2 Diisi dengan nomor SSBP dengan metode penomoran Nomor Kode Satker/
Bulan/Tahun (9999/999999/99/9999)3 Diisi dengan Tanggal SSBP dibuat4 Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangktuan ........ diisi petugas Bank)5 Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara satker6 Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor Wajib Pajak7 Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor Wajib Pajak8 Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementerian/Lembaga sesuai dengan yang
tercantum pada pagu anggaran9 DIisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian10 DIisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker11 Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit dan Kode
Program (4) empat digit
12 *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila penyetoranuntuk Satker Pengguna PNBP
*Diisi (4) digit kode subkegiatan apabilapenyetoran untuk Satker Pengguna PNBP
13 Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digitDiisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit
14 Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai denganUraian Penerimaan sesuai dengan format
15 Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan16 Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf17 Diisi dengan Nomor SPN dan SP3N kalau ada Surat Penetapannya18 Diisi dengan tanggal SPN dan SP3N19 Diisi Kode (3a) tiga digit dan Nama KPPN Penerbiy SPN atau Penerima SP3N20 Diisi keperluan pembayaran
21 & 22 Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP23 & 24 Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP, dan stempat Satker
25 Diisi dengan tanggan diterima setoran tersebut oleh Bank Persepsi atauKantor Pos dan Giro
26 & 27 Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan penerima di Bank Persepsi atau KantorPos dan Giro serta Cap
914
Format 9A
Buku Kas Umum BPPBagian 1: Halaman Muka
BUKU KAS UMUM
Kementerian/Lembaga : (…….)…………………………….. (1)Satuan Kerja : (…….)…………………………….. (2)Provinsi/Kabupaten/Kota : (…….)…………………………….. (3)Unit Organisasi : (…….)…………………………….. (4)Tanggal, No. SK Pengangkatan
1. BPP : …….…………………………….... (5)2. Pejabat Pembuat Komitmen : …….…………………………….... (6)
Tahun Anggaran : …….…………………………….... (7)
………, …………………………...(8)MengetahuiPejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran Pembantu
(9) ………………………………… (10) ………………………………
NIP. ……………………………..... NIP. ……………………………....
PETUNJUK PENGISIAN BUKU KAS UMUM BPP
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tanggal pembukuan (format : bulan-tanggal)(2) Diisi kode dan nama satuan kerja(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(4) Diisi kode dan nama unit organisasi(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan Pejabat
Pembuat Komitmen(7) Diisi tahun anggaran(8) Diisi tempat, dan tanggal, bulan serta tahun Buku Kas Umum dibuat(9) Diisi nama lengkap dan NIP Pejabat Pembuat Komitmen yang ditunjuk
(10) Diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Pengeluaran Pembantuyang di tunjuk.
915
Format 9B
Bagian 2: Halaman BKU BPP
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
1 2 3 4 5 6
PETUNJUK PENGISIAN HALAMAN BKU BPP
NOMOR URAIAN ISIAN
Kolom 1 Diisi tanggal pembukuan (format : bulan-tanggal)
Kolom 2 Diisi nomor bukti bendahara
Kolom 3 Diisi uraian transaksi penerimaanpengeluaran
Kolom 4 Diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber
Kolom 5 Diisi jumlah pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber
Kolom 6 Diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/setoran yang tercantum dalam dokumen sumber.
916
Format 9C
Tanggal
1
Nomor Bukti
2
Uraian
3
Debet
4
Kredit
5
Saldo
6
Buku Pembantu BPPBP Kas/BP UM Perjadin/BP Uang PersediaanBP LS-Bendahara/
BP Lain-lain.
Buku Pembantu …………………..... (1)
Kementerian/Lembaga : (…….)…………………………….. (2)Satuan Kerja : (…….)…………………………….. (3)Provinsi/Kabupaten/Kota : (…….)…………………………….. (4)Unit Organisasi : (…….)…………………………….. (5)Tanggal, No. SK Pengangkatan
1. BPP : …….…………………………….... (6)2. Pejabat Pembuat Komitmen : …….…………………………….... (7)
Tahun Anggaran : …….…………………………….... (8)
PETUNJUK PENGISIAN BUKU PEMBANTU BPP
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi jenis BP berkenaan(2) Diisi kode dan nama kementerian(3) Diisi kode dan nama unit organisasi(4) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(5) Diisi kode dan nama satuan kerja(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(7) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan Pejabat
Pembuat Komitmen(8) Diisi tahun anggaran berkenaan
Pengisian kolom 1 sampai dengan 6 mengikuti petunjuk pengisian halaman isi BKU.
Tangga
917
Format 10
Buku Pembantu Pajak BPP
1 2 3
Tanggal
10987654
PPhPsl22
PPhPsl23
PPhPsl21
PPN
SaldoPengeluaran(Kredit)
PotonganUraianNomorBukti
BUKU PEMBANTU PAJAK
Kementerian/Lembaga : (…….)…………………………….. (1)Satuan Kerja : (…….)…………………………….. (2)Provinsi/Kabupaten/Kota : (…….)…………………………….. (3)Unit Organisasi : (…….)…………………………….. (4)Tanggal, No. SK Pengangkatan
1. BPP : …….…………………………….... (5)2. Pejabat Pembuat Komitmen : …….…………………………….... (6)
Tahun Anggaran : …….…………………………….... (7)
PETUNJUK PENGISIAN BUKU PEMBANTU PAJAK
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi kode dan nama kementerian(2) Diisi kode dan nama satuan kerja(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(4) Diisi kode dan nama unit organisasi(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan PPK(7) Diisi kode dan nama KPPN
Kolom 1 Diisi tanggal, bulan, dan tahun penerimaan atau pengeluaranKolom 2 Diisi nomor bukti dokumen sumberKolom 3 Diisi uraian dari transaksi penerimaan atau pengeluaranKolom 4 Diisi Jumlah Pungutan PPN yang diterimaKolom 5 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 21 yang diterimaKolom 6 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 22 yang diterimaKolom 7 Diisi jumlah pungutan PPh Pasal 23 yang diterimaKolom 8 Diisi jumlah pungutan pajak lainnya (jika ada)Kolom 9 Diisi jumlah pungutan pajak yang telah disetor ke Kas Negara
Kolom 10 Diisi jumlah saldo setelah ditambah penerimaan pajak atau dikurangi jumlahsetoran pajak yang tercantum dalam dokumen sumber.
al
918
Tgl No Bukti
Uraian Nilai Transaksi
BKPK Akun Akun Akun Akun Akun Posisi UP
(13) (14) (15) (16) (17) (18) Bukti Pengeluaran
Sudah Disahkan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Format 11
Buku Pengawas Anggaran BPP
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN UANG PERSEDIAAN
Kementerian/Lembaga : (…….) .......................... (1) Fungsi : ................(8)
Satuan Kerja : (…….)........................... (2) Subfungsi : ................(9)
Propinsi/Kabupaten/Kota : (…….)........................... (3) Program : ................(10)
Unit Organisasi : (…….)........................... (4) Kegiatan : ................(11)
Tanggal, No. SK Pengangkatan Subkegiatan : ................(12)
1. BPP : .……............................. (5)
2. Pejabat Pembuat Komitmen : .……............................. (6)
Tahun Anggaran : .……............................. (7)
919
PETUNJUK PENGISIAN BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BPP
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi kode dan nama kementerian(2) Diisi kode dan nama unit organisasi(3) Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota(4) Diisi kode dan nama satuan kerja(5) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK
Pengangkatan BPP(6) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK
Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen(7) Diisi tahun anggaran(8) Diisi kode fungsi berkenaan(9) Diisi kode subfungsi berkenaan
(10) Diisi kode program berkenaan(11) Diisi kode kegiatan berkenaan(12) Diisi kode subkegiatan berkenaan(13) Diisi kode BKPK berkenaan
(14) s.d (18) Diisi kode MA berkenaan
Kolom 1 Diisi tanggal, bulan dan tahun transaksi terjadiKolom 2 Diisi nomor bukti dokumen sumber pengeluaranKolom 3 Diisi uraian dari transaksi pengeluaran yang dilakukanKolom 4 Diisi jumlah nominal transaksiKolom 5 Diisi sisa pagu BKPK berkenaan
Kolom 6 s.d 10 Diisi sisa pagu MA berkenaanKolom 11 Diisi jumlah pembayaran yang belum di-SPP-kanKolom 12 Diisi jumlah pembayaran yang sudah di-SPP-kan
920
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS DAN REKONSILIASI
Pada hari ni…………..tanggal…………..bulan……………..tahun………….. kami selaku Kuasa PenggunaAnggaran telah melakukan Pemeriksaan KAS dengan Posisi Saldo Buku Kas Umum sebesarRp…………………. dan Nomor Bukti terakhir Nomor. ………………
Adapun hasil Pemeriksaan Kas sebagai berikut :I. Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara.
A. Saldo Kas Bendahara1. a. Saldo BP Kas (Tunai) Rp. ……………………
b. Sald BP Kas (Bank) Rp. ……………………2. Saldo BP BPP Rp. ……………………3. Saldo BP UM Perjadin Rp. …………… (+)4. Jumlah (A1+A2+A3) Rp. ……………………
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A terdiri dari :1. Saldo BP UP Rp. …………………2. Saldo BP LS-Bendahara Rp. …………………3. Saldo BP Pajak Rp. …………………4. Saldo BP Lain-lain Rp. ………………… (+)5. Jumlah (B1+B2+B3+B4) Rp. ………………
C. Selisih Pembukuan (A4-B5) Rp. ……………
II. Hasil Pemeriksaan KasA. Kas yang dikuasai Bendahara
1. Uang Tunai di Brankas Bendahara Rp. ………………2. Uang di Rekening Bank Bendahara Rp. ……………… (+)3. Jumlah Kas (A1+A2) Rp. ……………
B. Selisih Kas (I.A1 – II.A3) Rp. ……………
III. Hasil Rekonsiliasi Internal (Bendahara dengan UAKPA)A. Pembukuan UP menurut Bendahara
1. Saldo UP Rp. ……………2. Kuitansi UP yang belum di SP2D kan Rp. ……………… (+)3. Jumlah UP dan Kuitansi UP (A1 + A2) Rp. ………………
B. Pembukuan UP menurut UAKPA Rp. ………………
C. Selisih UP Pembukuan Bendahara dengan UAKPA (A3-B) Rp. ……………
IV. Penjelasan SelisihA. Selisih Kas (II.B)
……………………………………………………………………………………………
B. Selisih Pembukuan UP (III.c)……………………………………………………………………………………………
Yang DiperiksaBendahara Pengeluaran Kuasa Pengguna Anggaran
Nama…………………………. Nama………………………….NIP. …………………………… NIP. ……………………………
Format 12
Halaman catatan Buku Kas Umum (untuk catatan pemeriksaan kas)
921
Format 13
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS
Pada hari ni…………..tanggal…………..bulan……………..tahun………….. kami selaku Pejabat PembuatKomitmen telah melakukan Pemeriksaan KAS dengan Posisi Saldo Buku Kas Umum sebesarRp…………………. dan Nomor Bukti terakhir Nomor. ………………..
Adapun hasil Pemeriksaan Kas sebagai berikut :I. Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara.
A. Saldo Kas Bendahara1. a. Saldo BP Kas (Tunai) Rp. ……………………
b. Sald BP Kas (Bank) Rp. ……………………2. Saldo BP BPP Rp. ……………………3. Saldo BP UM Perjadin Rp. …………………… (+)
4. Jumlah (A1+A2+A3) Rp. ……………………
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A terdiri dari :1. Saldo BP UP Rp. ……………………2. Saldo BP LS-Bendahara Rp. ……………………3. Saldo BP Pajak Rp. …………………4. Saldo BP Lain-lain Rp. ………………… (+)
5. Jumlah (B1+B2+B3+B4) Rp. …………………
C. Selisih Pembukuan (A4-B5) Rp. ……………
II. Hasil Pemeriksaan KasA. Kas yang dikuasai Bendahara
1. Uang Tunai di Brankas Bendahara Rp. …………………2. Uang di Rekening Bank Bendahara Rp. ………………… (+)
3. Jumlah Kas (A1+A2) Rp. …………………
B. Selisih Kas (I.A1 – II.A3) Rp. ……………
I. Selisih KasA. 1. Saldo BP Kas (I.A.1) Rp. ……………………
2. Jumlah Kas (II.A.3) Rp. …………………… (-)
3. Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp. ……………………
II. Penjelasan atas selisih kas1. ……………………………………………………………………………………………………………….2. .......………………………………………………………………………………………………………….
Yang diperiksa Yang memeriksaBendahara Pengeluaran Pembantu, Pejabat Pembuat Komitmen,
Nama …………………………… Nama ……………………………NIP ……………………………… NIP
922
Format 14
KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)
Sehubungan dengan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) sebesar Rp999.999.999,00 ( dengan huruf), yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : .........................................
2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran
3. Satuan Kerja : .........................................(xxxxxx)
4. Kementerian Negara/Lembaga : ………………………………....(xxx)
5. Unit Organisasi : ………………………………....(xx)
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayaikegiatan yang tidak dapat ditunda dan menurut perkiraan kami akan habisdipergunakan dalam waktu 1 (satu) bulan;
2. Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut diatas tidak akandipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurutperaturan perundangundangan harus dilakukan dengan pembayaran langsung(LS);
3. Apabila Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut tidak habis dipergunakandalam 1 (satu) bulan, sisa yang masih ada akan disetor ke Kas Negara sebagaipenerimaan kembali pembayaran Uang Persediaan (UP)/Transito.
4. Pencairan, pembayaran, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporanatas dana Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut di atas menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan peraturanperundang-undangan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
…………, ………… 20XX
Kuasa Pengguna Anggaran,
......................................NIP .......................................
923
Format 15
KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)
SURAT PERNYATAANNomor : XXXXXX
Sehubungan dengan pengajuan perpanjangan pertanggungjawaban Tambahan UangPersediaan (TUP) sebesar Rp 999.999.999,00 (dengan huruf), yang bertanda tangandi bawah ini :
1. Nama : .........................................
2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran
3. Satuan Kerja : ............................................(xxxxxx)
4. Kementerian Negara/Lembaga : ……………………................(xxx)
5. Unit Organisasi : ……………………................(xx)
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Sebagian dana TUP telah dipertanggungjawabkan melalui SPM-PTUP sebesarRp 999.999.999,00;
2. Sisa dana TUP pada Bendahara Pengeluaran yang masih diperlukan untukmelaksanakan kegiatan, akan kami pertanggungjawabkan paling lambattanggal ........;
3. Sisa dana TUP yang tidak diperlukan lagi akan disetor ke kas negara palinglambat tanggal..........
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
…………, ………… 20XX
Kuasa Pengguna Anggaran,
....................................NIP .......................................
924
Format 16
KEMENTERIAN/LEMBAGA ……..
SATUAN KERJA .............................................................. (....)
SURAT PERINTAH BAYAR Tanggal : …Nomor : …….
Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan Bendahara Pengeluaran agar melakukan pembayaran sejumlah Rp …………..……
(*** DH *** )
Kepada : .................................................................................................
Untuk pembayaran : .................................................................................................
.................................................................................................
Atas dasar :
1. Kuitansi/bukti pembelian : ..................................... 2. Nota/bukti penerimaan barang/jasa/ : .....................................
(bukti lainnya)
Dibebankan pada:
Kegiatan, output, MAK : ............................... Kode : ...............................
Setuju/lunas dibayar, tanggal …….
Bendahara Pengeluaran
Nama Jelas NIP/NRP
Diterima tanggal …….
Penerima Uang/ Uang Muka Kerja
Nama Jelas NIP/NRP
…………….. , ………………………
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Jelas NIP/NRP
925
Format 17
DAFTAR RINCIAN PERMINTAAN PEMBAYARAN
1. Kementerian/Lembaga : ( ) Jenis SPP 6. DIPA Nomor :
2. Unit Organisasi : ( ) 1. GUP Tanggal :
3. Lokasi : ( ) 2. GUP Nihil 7. Kode Kegiatan :
4. Kantor/Satker : ( ) 3. PTUP 8. Kode Output :
Pagu Output 9. Tahun Anggaran :
5. Alamat : ( ) Rp. 10. Bulan :
Nomor Bukti Pengeluaran
Urut Tanggal Nomor
Bukti Nama Penerima dan Keperluan NPWP MAK (AKUN 6DIGIT)
Jumlah Kotor Yang Dibayarkan
Pembukuan
Jumlah Lampiran : Jumlah SPP ini
.............. lembar SPM/SPP sebelum SPP ini atas beban output ini
Jumlah s.d SPP ini atas beban output ini
A.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Jelas NIP
926
Format 18
Perubahan data pegawai tersebut di atas telah diuji kebenarannya dansesuai dengan dokumen pendukung yang sah. Selanjutnya dokumenpendukung tersebut disimpan sebagai pertinggal pada PP-SPM. Berdasarkanperubahan data pegawai tersebut, pembayaran gaji menjadi sebesar:
Gaji Kotor Rp…………………
Potongan Rp…………………
Bersih Rp…………………
Pejabat Penanda Tangan SPM
……………………………………
DOKUMEN PENDUKUNG
DARI TANGGAL NOMOR TMTURAIANNIP/NRPNO.
NAMAPEGAWAI
DAFTAR PERUBAHAN DATA PEGAWAI
Satuan Kerja : ……………………………………………..Anak Satker (Sub Satker) : ……………………………………………..Nomor Gaji : ……………………………………………..Jenis Gaji : ……………………………………………..Bulan : …………………………………………….
927
Format 19A
Daftar Perhitungan Uang Makan
Satuan Kerja :
Anak Satker :
Periode :
No. Nama Gol Kehadiran Hari Kerja
Tarif Jumlah Kotor
PPh Jumlah Bersih
Nomor Rekening
Tanda Tangan Uang
Makan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
928
Format 19B
..........,.....................20xx
MengetahuiPEJABAT PEMBUAT KOMITMEN BENDAHARA PENGELUARAN PETUGAS PABP
....................................................... .................................................. ..........................................
NIP NIP NIP
Rekapitulasi Perhitungan Uang Makan
Satuan Kerja :Anak Satker :Periode :
TandaTangan
10
NomorRekening
9
JumlahBersih
8
PPh
7
JumlahKotor
6
TarifUang
Makan
5
KehadiranHari Kerja
4
Golongan
2
Pegawai
3
Golongan
21 Golongan 2
2 Golongan 3
3 Golongan 4
Total
No.
1
929
Format 20
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
SATUAN KERJA : ………………………………………………….. UNIT KERJA : ………………………………………………….. DI : …………………………………………………..
DAFTAR HADIR KERJA
HARI : …………………………………………. TANGGAL : ………………………………………….
No. NAMA PEGAWAI JAM MASUK
PARAF JAM PULANG
PARAF
1. Tiap Unit yang selama ini melaksanakan
absen, supaya mempergunakan menurut contoh ini.
2. Pengisian daftar hadir berurutan menurut tanda tangan/parafnya.
3. Pengisian nama harus ditulis sendiri 4. Pada pukul …….. Daftar harus dicoret
dengan memberi batas merah dibawah nama pegawai yang hadir terakhir.
5. Pegawai yang datang sesudah pukul …….. tetap mengisi daftar menurut petunjuk.
Pejabat yang bertanggung jawab
……………………………………………… NIP. …………………………………..
930
Format 21
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110
TELEPON (021) 3838503, 3838511; FAKSIMILE (021) 3440076, 3840312
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
Nomor : …………………………………………………………
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : …………………………………………….(1)
NIP : …………………………………………….(2)
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen ……………………………………..(3)
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa : (4) 1. Perhitungan yang terdapat pada kegiatan (honorarium, uang makan, gaji, lembur,
bantuan transport, uang saku)* ……………………… bagi satuan kerja …………………………Sebesar Rp …………………… (terbilang) telah dihitung dengan benar.
2. Apabila dikemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran Uang (honorarium, uang
makan, gaji, lembur, bantuan transport, uang saku)* tersebut, kami bersedia untuk menyetor kelebihan tersebut ke Kas Negara.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
……………….., ………………………. (5)
A.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen ......... (6)
…................................................... (7) NIP. ………………………………(8)
931
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN
TANGGUNG JAWAB MUTLAK
NOMOR
URAIAN ISIAN
(1) Nama Pejabat Pembuat Komitmen yang membuat pernyataan
(2) Nomor Induk Pegawai dari pembuat pernyataan
(3) Jabatan lengkap pembuat pernyataan
(4) Berisi penjelasan kegiatan yang dilakukan
(5) Tanggal Surat Pernyataan ditandatangani
(6) Satuan Kerja / Unit Kerja
(7) Nama dan Tandatangan pembuat pernyataan
(8) Nomor Induk Pejabat Pembuat Komitmen
932
Format 22
RINGKASAN KONTRAK
Untuk kegiatan yang dananya berasal dari Rupiah Murni
1. Nomor dan tanggal DIPA : (1)
2. Kode Kegiatan/Output/Akun : (2)
3. Nomor dan tanggal SPK/Kontrak : (3)
4. Nama Kontraktor/perusahaan : (4)
5. Alamat Kontraktor : (5)
6. Nilai SPK/Kontrak : (6)
7. Uraian dan Volume Pekerjaan : (7)
8. Cara Pembayaran : (8)
9. Jangka Waktu Pelaksanaan : (9)
10. Tanggal Penyelesaian Pekerjaan : (10)
11. Jangka Waktu Pemeliharaan : (11)
12. Ketentuan Sanksi : (12)
Catatan: Tempat, tanggal ……(13)…….Apabila terjadi addendum kontrak a.n. Kuasa Pengguna AnggaranData kontrak agar disesuaikan Pejabat Pembuat KomitmenDengan perubahannya. (Tanda Tangan)
(14)
(Nama Jelas)
933
PETUNJUK PENGISIAN RINGKASAN KONTRAK (RM)
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tanggal dan nomor DIPA
(2) Diisi kode kegiatan (4 digit), kode sub kegiatan (4 digit), dankode MAK (6 digit) sesuai DIPA pada isian (1)
(3) Diisi nomor dan tanggal SPK/Kontrak berkenaan
(4) Diisi nama rekanan dan nama perusahaan sesuai SPK/Kontrak
(5) Diisi alamat perusahaan rekanan yang bersangkutan
(6) Diisi nilai SPK/Kontrak yang diperjanjikan
(7) Diisi uraian pekerjaan dan volume pekerjaan sesuai SPK/Kontrak
(8) Diisi tahap pembayaran kepada rekanan (termin, monthlycertificate, dll)
(9) Diisi jumlah hari penyelesaian pekerjaan
(10) Diisi tanggal penyelesaian pekerjaan
(11) Diisi jumlah hari masa pemeliharaan
(12) Diisi prosentase pinalti denda keterlambatan minimal danamaksimal
(13) Diisi tanggal pembuatan Resume Kontrak
(14) Diisi tanda tangan dan nama jelas Pejabat Pembuat Komitmen
934
Format 23
Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP/Penerima JKPsebagai bukti Pajak Masukan
FAKTUR PAJAK STANDAR
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak :
Pengusaha kena pajak
N a m a :
A l a m a t :
N P W P :
Tanggal Pengukuhan PKP :
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
N a m a :
A l a m a t :
N P W P : NPPKP :
No.Urut
Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak
Harga Jual/PenggantianUang Muka/Termijn
(Rp.)
Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn**)
Dikurangi Potongan Harga
Dikurangi Uang Muka yang Telah diterima
Dasar Pengenaan Pajak
PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
TARIF DPP Ppn BM
........ % Rp............................ Rp. .........................
........ % Rp............................ Rp. .........................
........ % Rp............................ Rp. .........................
........ % Rp............................ Rp. .........................
Jumlah Rp. .........................
*) Coret yang tidak perlu
................... Tgl. ....................
( ................................... )Nama
.........................Jabatan
935
Format 24
DAFTAR PERHITUNGANJUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
1. Nama dan kode Kantor/Satker :……………………………………
2. Nama dan kode Kegiatan :……………………………………
3. Nomor dan tanggal DIPA :……………………………………
4. Target Pendapatan :……………………………………
5. Pagu Pengeluaran :……………………………………Perhitungan Maksimum
6. Pencairan Dana : :……………………………………a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu 1) ................................... Rp ...............b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (….% x 6 .a) ...…... Rp ...............
c. Realisasi Pencairan Dana TA yang lalu 2)................................ Rp ...............d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c).......................... Rp ...............e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu.....................…………………... Rp ...............f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum
diperoleh realisasi PNBP TA berjalan (d – e) .........................g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f ............................... Rp ..............
7. Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :a. Setoran PNBP TA berjalan 1) ........................................... Rp ...............b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (….% x 7.a) ....… Rp ..............c. Realisasi pencairan dana TA berjalan s.d SP2D lalu (termasuk
jumlah SP2D yang telah dicairkan pada huruf 6.g):
1) SP2D-UP Rp........................ 2) SP2D-TUP Rp........................ 3) SP2D-GUP Rp........................ 4) SP2D-LS Rp........................
5) Jumlah
d. SPM UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan berikutnya Rp ............
(7.b – 7.c.5)............................................................
………………..,………….20XX
Kuasa Pengguna Anggaran ………
..............................
NIP ........................................
Keterangan:1) Foto copy SSBP lembar 4 terlampir2) berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasi dengan KPPN
936
Format 25
No.
Uraian
Jumlah
1. 2. 3. dst.
Rp. ..................... Rp. ..................... Rp. .....................
Jumlah/Total
Rp. .....................
Jumlah uang tersebut diatas benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaandukungan atas kegiatan operasional sehari0hari perkantoran dan apabila dikemudian hari terdapat kelebihan pembayaran, kami bersedia untukmenyetorkan kelebihan tersebut ke kasa negara.
...................., ......................
Pejabat Pembuat Komitmen
.............................
NIP.
DAFTAR RINCIAN PEMBAYARAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa kami bertanggungjawabatas pengeluaran yang tidak diperoleh kuitansi, dengan perincian sebagaiberikut:
Klasifikasi anggaran : fungsi/sub fungsi/program/kegiatan/output/sub kelompok akun/akun
938
Format 27
KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)
SURAT PERNYATAANNomor : XXXXXX
Sehubungan dengan pengajuan Uang Persediaan (UP) sebesar Rp 999.999.999,00(dengan huruf ), yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : …………………………………2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran3. Satuan Kerja : ………………………………… (xxxxxx)4. Kementerian Negara/Lembaga : ………………………………… (xxx)5. Unit Organisasi : ………………………………… (xx)
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Uang Persediaan (UP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai kegiatanoperasional sehari-hari satuan kerja dan tidak untuk membiayai pengeluaranyang menurut peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan pembayaranlangsung (LS);
2. Apabila dalam 3 (tiga) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukanpenggantian (revolving) UP, maka bersedia memotong atau menyetorkan sebesar25% (dua puluh lima persen) dari UP yang diterima.
3. Apabila dalam 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan Kepala KPPN untukmemotong atau menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen) belumdilaksanakan, makabersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh persen)dari UP yang diterima.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
…………, ………… 20XX
Kuasa Pengguna Anggaran,
..............................
NIP ........................................
940
PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN
NOMOR URAIAN
(1) Diisi tahun anggaran berkanaan
(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan
(3) Diisi MAK yang dibebani transaksi pembayaran
(4) Diisi nama Satker/SKS yang bersangkutan
(5) Diisi jumlah uang dengan angka
(6) Diisi jumlah uang dengan huruf
(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasiTeknisnya
(8) Diisi tempat tanggal penerimaan uang
(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materaisesuai ketentuan
(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP KPA/pembuat komitmen serta stempeldinas
(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP bendahara pengeluaran dan tanggal luasdibayar
(12) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa
941
Format 29
KUITANSI LS
Setuju dibayar:
a.n. Kuasa Pengguna AnggaranPembuat KomitmenT. Tangan dan stempel
(10)
(Nama jelas)
Tempat/Tgk. (8)
Jabatan Penerima Uang
T. Tangan
(9)
(Nama jelas)
Sudah terima dari: Kuasa Pengguna Anggaran/Oembuat KomitmenSatker/satker sementara ................... (4) ................
Jumlah uang: Rp. ..................... (5) ........................................Terbilang: ................................ (6) .......................................
...............................................................................Untuk pembayaran: .................... (7) .......................................
TA: (1)
Nomor Bukti (2)
MAK: (3)
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
943
Format 30
Kuitansi LS Bendahara
Tahun Anggaran : …………………… (1)Bukti Kas No. : …………………… (2)MAK : …………………… (3)
KUITANSI PEMBAYARAN
Sudah terima dari : ……………………………………………………………………(4)
Uang Sebesar : …………………………………………………………........... (5)
Terbilang : ………………………………………………………………….. (6)
Untuk Pembayaran : …………………………………………………………………
...........................................................................................
.......................................................................................... (7)
Lunas Dibayar, ....(8) Setuju dibayar ……(9).., tanggal … (10)Bendahara Pengeluaran Pejabat Pembuat Komitmen Yang Menerima
………….……(11)....... ………………(12)……… ………..……(13)....NIP. …………………… NIP. …………………… NIP. …………………
944
PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LS BENDAHARA
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Tahun Anggaran
(2) Nomor Buku Kas
(3) MAK
(4) Berisi Kuasa Pengguna Anggaran Satker/Pejabat Pembuat Komitmen
(5) Jumlah Uang dalam Angka
(6) Jumlah Uang dalam huruf
(7) Uraian/Penjelasa Pengeluaran
(8) Tanggal dibukukan Bendahara Pengeluaran
(9) Tempat, diterima
(10) Tanggal, penerimaan
(11) Nama dan NIP Bendahara Pengeluaran
(12) Nama dan NIP Pejabat Pembuat Komitmen
(13) Nama dan NIP Penerima
945
Format 31A
KOP SURATKEMENTERIAN (SATKER)
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG/PEKERJAANNomor :
Kantor/Satuan Kerja :Lokasi Pekerjaan :Besar Nilai SPK :Nomor/tanggal DIPA :Pembayaran :
Yang bertanda tangan dibawah ini :
1. N a m a :Jabatan :Alamat :Yang selanjutanya disebut PIHAK PERTAMA
2. N a m a :Jabatan :Alamat :Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Pada hari ini ........... tanggal ............ bulan ........... tahun .........., PIHAK KEDUA telahmenyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dan selanjutnya PIHAK PERTAMA telahmenerima dari PIHAK KEDUA hasil pekerjaan : ........................., dengan rinciansebagaimana terlampir.
Penyelesaian pekerjaan tersebut di atas telah diperiksa dan diterima oleh PIHAKPERTAMA dengan hasil pekerjaan dinyatakan baik dan cukup, sesuai dengan SuratPerintah Kerja Nomor : ................................. tanggal ....................
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
(Nama Jelas) (Nama Jelas)Jabatan NIP
Mengetahui/MenyetujuiPEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
.............................
(Nama Jelas)NIP.
946
Format 31B
Lampiran : Berita AcaraNomor :
Tanggal :
SYARAT-SYARAT, NAMA, SPESIFIKASI DAN VOLUME BARANG/JASA
1. Jenis Pekerjaan :2. Lokasi :3. Waktu pelaksanaan :4. Rincian Barang/Jasa :
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
(Nama Jelas) (Nama Jelas)Jabatan NIP
Mengetahui/MenyetujuiPEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
.............................
(Nama Jelas)NIP.
NO. JENIS PEKERJAAN VOLUME
947
Format 32ALaporan Perjalanan Dinas 1
LAPORAN PERJALANAN DINAS 1. Yang melaksanakan Perjalanan Dinas :
N a m a : Pangkatan : Jabatan : 2. Pejabat Pemberi Perintah : 3. Nomor/Tanggal SPPT : 4. Tempat tujuan : Kota : Provinsi : 5. Waktu Perjalanan : Berangkat : Tgl. ................. Kembali : Tgl. ................. 6. Maksud/Tujuan Tugas : 7. Laporan Singkat Hasil Perjalanan : a. Nama yang dikunjungi : b. Pokok-pokok hasil kunjungan : *) c. Saran tindak yang perlu : d. Lampiran : ada lembar tidak ada Berkas Jakarta, Yang Membuat Laporan ............................... Catatan : *) Bila ruangan yang tersedia tidak memadai agar digunakan lembar tambahan *) Laporan ini dibuat 2 rangkap : - Asli untuk pemberi tugas - Tembusan untuk bendaharawan
948
Format 32B
LAPORAN PERJALANAN DINAS
1. Dasar :
2. Maksud dan Tujuan :
3. Waktu Pelaksanaan :
Materi yang dilaporkan :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Saran tindak yang perlu :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Dibuat di :
Pada tanggal :
Tim Perjalanan
949
Format 33A
Lampiran IPeraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 113/PMK.05/2012 TentangPerjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Dan Pegawai
Tidak TetapKementerian Pariwisata dan Lembar ke :Ekonomi Kreatif Kode No. :
Nomor :
SURAT PERJALANAN DINAS (SPD)
Dikeluarkan di :Tanggal :
Pejabat Pembuat Komitmen
(....................................... )NIP.
1. Pejabat Pembuat Komitmen
2. Nama.NIP Pegawai yang melaksanakanPerjalanan Dinas
3. a. Pangkat dan Golongan a.
b. Jabatan/Instansi b.
c. Tingkat Biaya Perjalanan Dinas c.
4. Maksud Perjalanan Dinas
5. Alat Angkutan yang dipergunakan
6. a. Tempat berangkat a.b. Tempat tujuan b.
7. a. Lamanya Perjalanan Dinas a.b. Tanggal berangkat b.c. Tanggal harus kembali/tiba di c.
tempat baru*)
8. Pengikut: Nama Tanggal Lahir Keterangan1.2.3.4.5.6.
9. Pembebanan Anggarana. Instansi a.
b. b.
10. Keterangan lain-lain
950
Format 33B
1. Berangkat dari :(Tempat Kedudukan)Ke :Pada Tanggal :Kepala
(.................................................)
NIP.
1. Berangkat dari :(Tempat Kedudukan)Ke :Pada Tanggal :Kepala
(.................................................)
NIP.
Berangkat dari :Ke :Pada Tanggal :Kepala :
(.................................................)
NIP.
Berangkat dari :Ke :Pada Tanggal :Kepala :
(.................................................)
NIP.
Berangkat dari :Ke :Pada Tanggal :Kepala :
(.................................................)
NIP.
Telah diperiksa dengan keterangan bahwa perjalamnantersebut atas perintahnya dan semata-mata untukkepentingan jabatan dalamwaktu sesingkat-singkatnya.
Pejabat Pembuat Komitmen
(.................................................)
NIP.
II. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :
(.................................................)
NIP.
III. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :
(.................................................)
NIP.
II. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :
(.................................................)
NIP.
V. Tiba di :Pada Tanggal :Kepala :
(.................................................)NIP.
VI. Catatan lain-lain
VII. PERHATIANPPK yang menerbitkan SPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yangmengesahkan tanggal berangkat/tiba, serta bendahara pengeluaran bertanggung jawab berdasarkanperaturan-peraturan Keuangan Negara apabila negara menderita rugi akibat, kesalahan,kelaianan dan kealpaannya.
951
Format 34
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
PERINCIAN BIAYA JUMLAH KETERANGAN
Rp.JUMLAH
Terbilang :
Telah dibayar sejumlah
Rp.
Bendahara Pengeluaran
( .................................. )
NIP.
........................., tanggal, bulan, tahun
Telah menerima jumlah uang sebesarRp.
Yang menerima
( .................................... ) NIP.
PERHITUNGAN SPD RAMPUNG
Ditetapkan sejumlah : Rp. ........................Yang telah dibayar semula : Rp. ........................Sisa kurang/lebih : Rp. ........................
Pejabat Pembuat Komitmen
( .................................... ) NIP.
Lampiran IIPeraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 113/PMK.05/2012 TentangPerjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Dan PegawaiTidak Tetap
RINCIAN BIAYA PERJALANAN DINAS
Lampiran SPD Nomor :Tanggal : :
952
Format 35
DAFTAR PENGELUARAN RIIL
Yang bertandatangan dibawah ini : N a m a : ……………………………………………. (1) NIP : ……………………………………………. (2) Jabatan : ……………………………………………. (3) Berdasarkan Surat Perntah Perjalanan Dinas (SPPD) Tanggal : ……………………………………………. (4) Nomor : …………………………………………… (5) Dengan ini kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa : 1. Biaya transport pegawai dan/atau biaya penginapan di bawah ini yang tidak dapat diperoleh
pengeluaran-pengeluarannya, meliputi :
No. Uraian Jumlah
(6)
(7)
(8)
Jumlah (9)
2. Jumlah uang tersebut pada angka 1 di atas benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaan
perjalanan dinas dimaksud dan apabila di kemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran, kami bersedia untuk menyetorkan kelebihan tersebut ke kas Negara.
Demikian pernytaan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Mengetahui/Menyetujui ………………(12),. ………… (13) Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang melakukan perjalanan dinas Nama : ………………………… (10) Nama : ……………………… (14) NIP : ………………………… (11) NIP : ……………………… (15)
953
PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR PENGELUARAN RIIL
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Nama Pejabat Negara / Pegawai Negeri yang membuat pernyataan
(2) Nomor Induk Pegawai dari pembuat Pernyataan
(3) Jabatan lengkap pembuat pernyataan
(4) Tanggal SPPD
(5) Nomor SPPD
(6) Jabatan Nomor Urut
(7) Uraian pengeluaran dalam SPPD
(8) Nominal pengeluatan dalam SPPD
(9) Penjumlahan semua pengeluaran SPPD
(10) Nama dan Tandatangan Pejabat Pembuat Komitmen
(11) Nomor Induk Pegawai Pejabat Pembuat Komitmen
(12) Lokasi Daftar Pengeluaran Riil ditandatangani
(13) Tanggal Daftar Pengeluaran Riil ditandatangani
(14) Nama dan Tandatangan pembuat pernyataan
(15) Nomor Induk Pegawai pembuat pernyataan
954
Fo
rma
t 36
DA
FTA
R N
OM
INA
TIF
PE
RJ
AL
AN
AN
DIN
AS
KE
GIA
TAN
.................................................................
TAH
UN
...........
NO
.N
AM
A P
EG
AW
AI
12
34
56
78
910
1112
13
14 1
5 1
617
18
GO
LN
IPA
IRP
OR
TJU
MLA
HT
AX
IN
OM
OR
RE
KE
NIN
GJU
MLA
HLA
MA
PE
NG
INLA
MA
HA
RI
KE
MB
ALI
BE
RA
NG
KA
TT
AN
GG
AL
DA
ER
AH
TU
JUA
NU
AN
GB
IAY
A (R
p)
JUM
LA
H U
.T
IKE
TP
EN
GIN
AP
AN
JUM
LAH
Be
nd
ah
ara
Pe
ng
elu
ara
n
............................
NIP
. ...................
....................., ......................
A.n
. Ku
asa
Pe
ng
gu
na
An
gg
ara
nP
eja
ba
t Pe
mb
ua
t Ko
mitm
en
............................
NIP
. ...................
955
Format 37
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFJL. MEDAN MERDEKA BARAT NO. 17 TELP. (021) FAX. (021)
JAKARTA 10110 3838000, 3810123 (HUNTING) 3848245, 3840210
SURAT PERNYATAANTANGGUNG JAWAB PENGGUNAAN DANA
No. ………………………….
Yang bertandatangan di bawah ini, kami sebagai Kuasa Pengguna Anggaran
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kami akan mengelola dan
mempertanggungjawabkan Dana Operasional Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
bulan …………......……. Sebesar Rp. ……....……….. (………………) untuk kegiatan
Representasi/Pelayanan/Pengawalan Pimpinan/Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan pencairan
Dana Operasional Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
………………, ………………………….
Kuasa Pengguna Anggaran,
………………………….
NIP. …………………………
956
Format 38
No.
Urut
Semua Kode Kegiatan
dan Semua MAK
sesuai UrutanKelompok MAK
Pagu
dalam DIPA
(Rp)
SPM/SP2Ds.d bulan
lalu
(Rp)
SPM/SP2D
bulan ini
(Rp)
JumlahSPM/SP2D
s/d bulan ini
(Rp)
Sisa DanaDIPA
(Rp)
1 2 3 4 5 6 (4-5) 7 (3-6)
Jumlah
....................................Kepala Satker/
Pejabat Pembuat Komitmen
...............................NIP. ...........................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
1. Komitmen/Lembaga : ...................... ( ) Nomor LRA : ........................................2. Unit Organisasi : ...................... ( ) 7. Tgl. DIPA : ........................................3. Lokasi : ...................... ( ) 8. No. DIPA : ........................................4. Satuan Kerja : ....................... ..........
Kode Satker : ....................... .......... 9. Kegiatan setempat .............. Jenis5. Tempat : ....................... ......... 10. Tahun Anggaran : ........................................6. Alamat : ....................... .......... 11. Bulan : ........................................
957
Format 39
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN Bulan : ……………………………………………. (1)
Kementerian/Lembaga : (………) ……………….. (2) Tgl. No. SP DIPA : ……………… (7)
Satuan Kerja : (………)……………….. (3) Tahun Anggaran : ……………… (8)
Propinsi/Kab/Kota : (……...) ……………….. (4) KPPN : ……………… (9)
Unit Organisasi : (……...)……………….. (5)
Alamat dan Telp : …………………………… (6)
I. Keadaan Pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. ………………. (10) dan
Nomor Bukti terakhir Nomor : ………………………………………… (11)
Jenis Buku Pembantu Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
1 2 3 4 5 6
A. BP Kas, BPP dan UM Perjadin ………………….
1. BP Kas (Tunai dan Bank)
2. BP UM Perjadin
3. BP BPP (Kas pada BPP)
……………………
……………………
……………………
…………………….
……………………
……………………
……………………
……………………
……………………
………………….
………………….
………………….
B. BP selain Kas, BPP dan UM
Perjadin …………………
1. BP UP *)
2. BP LS Bendahara
3. BP Pajak
4. BP Lain lain
……………………
…………………...
……………………
……………………
…………………….
…………………….
…………………….
……………………
…………………….
…………………….
…………………….
…………………….
…………………
…………………
…………………
…………………
*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPM kan sebesar Rp. ……………. (12)
II. Keadaan Kas pada akhir bulan Pelaporan
1. Uang Tunai di Brangkas Rp. ………………………. (13)
2. Uang di Rekening Bank Rp. ………………………. (14)
(+) (terlampir saliran rekening Koran)
3. Jumlah Kas Rp. ……………………... (15)
III. Selisih Kas
1. Saldo Akhir BP Kas (1.A.1 kolom B) Rp. …………………….. (16)
2. Jumlah Kas (II.3) Rp. …………………….. (17)
(+)
3. Selisih Kas Rp. …………………….. (18)
IV. Hasil Rekonsiliasi Internal dengan UAKPA
1. Saldo UP Rp. …………………………….. (19)
2. Kuitansi UP Rp. ……………………………. (20)
(+)
3. Jumlah UP Rp. ……………………………... (21)
4. Saldo UP menurut UAKPA Rp. ……………………………… (22)
(+)
5. Selisih Pembukuan UP Rp. ……………………………... (23)
V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan UP (apabila ada).
1. ………………………………………………………………………………………………………….. (24)
2. …………………………………………………………………………………………………………...
Mengetahui ………….., ……………………. (25)
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Nama …………….……. (26) Nama ……………………….. (27)
NIP. NIP.
958
PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi bulan dan tahun berkenaan
(2) Diisi kode dan nama kementerian
(3) Diisi kode dan nama satuan kerja
(4) Diisi kode dan nama propinsi/kabupaten/kota
(5) Diisi kode dan nama unit organisasi
(6) Diisi alamat dan nomor telepon satuan kerja
(7) Diisi tanggal bulan dan tahun serta nomor SP DIPA
(8) Diisi tahun anggaran
(9) Diisi kode dan nama KPPN
(10) Diisi jumlah saldo akhir BKU pada bulan pelaporan
(11) Diisi nomor bukti terakhir pada BKU
Kolom 3 Diisi jumlah saldo awal masing-masing buku, yang merupakan saldo akhir bulan lalu
Koom 4 Diisi jumlah kolom debet yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu
Kolom 5 Diisi jumlah kolom kredit yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu
Kolom 6 Diisi jumlah saldo akhir yaitu kolom 3 ditambah kolom 4 atau dikurangi kolom 5 masing-masing buku
(12) Diisi jumlah UPyang belum disahkan pada bulan berkenaan
(13) Diisi jumlah uang tunai di brangkas Bendahara Pengeluaran di bank pada akhir bulan pelaporan
(14) Diisi jumlah uang pada rekening Bendahara Pengeluaran di bank pada akhir bulan pelaporan
(15) Diisi penjumlahan nomor (13) dan (14)
(16) Diisi saldo akhir BP Kas (1.A.1 kolom 6)
(17) Diisi jumlah kas (II.3) atau sama dengan nomor (15)
(18) Diisi selisih nomor (16) dan (17)
(19) Diisi saldo UP pada BP UP bulan berkenaan
(20) Diisi jumlah kuitansi UP yang belum diterbitkan SP2D pada bulan berkenaan
(21) Diisi penjumlahan nomor (19) dan (20)
(22) Diisi saldo UP menurut UAKPA
(23) Diisiselisih antara nomor (21) dan (22)
(24) Diisi penjelasan apabila terdapat selisih
(25) Diisi tempat dan tanggal LPJ ditandatangani
(26) Diisi nama lengkap dan NIP Kuasa PA
(27) Diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Pengeluaran
959
Format 40
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU
Bulan : …………………………………… (1)
Kementerian/Lembaga : (………) ……………….. (2) Tgl. SK Pengangkatan
Satuan Kerja : (………) ……………….. (3) 1. BPP : ….……........ (7)
Provinsi/Kab/Kota : (………) ……………….. (4) 2. Pejabat Pembuat Komitmen : ….……........ (8)
Unit Organisasi : (………) ……………….. (5) Tahun Anggaran : ….……........ (9)
Alamat dan Telp : …………………………… (6)
I. Keadaan Pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU–BPP sebesar Rp. ………. (10)
dan nomor bukti terakhir nomor : ………………………………………… (11)
Jenis Buku Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
1 2 3 4 5 6
A. BP Kas dan UM Perjadin
1. BP Kas (kas tunai dan bank)
2. BP UM Perjadin
……………………
……………………
…………………..
…………………….
…………………….
……………………
……………………
……………………
……………………
………………..
…………………
………………...
B. BP selain Kasdan UM Perjadin
…………………
1. BP UP *)
Belanja MA …….
Belanja MA ……..
Belanja MA ……..
Pengembalian Sisa UP
2. BP LS Bendahara
Pembayaran atas LS Bdh
Setoran atas LS Bdh
3. BP Pajak
4. BP Lain lain
…………………….
……………………
…………………...
……………………
……………………
……………………
…………………..
…………………..
……………………
…………………..
……………………
…………………….
…………………….
…………………….
……………………
……………………
……………………
……………………
…………………….
…………………….
…………………..
…………………….
…………………….
…………………….
…………………….
…………………….
…………………….
…………………….
……………………..
……………………..
………………..
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPP kan sebesar Rp. …………….
II. Keadaan Kas pada akhir bulan Pelaporan
1. Uang Tunai Rp. ………………………. (12)
2. Uang di Rekening Bank Rp. ………………………. (13)
(+) (terlampir saliran rekening Koran)
3. Jumlah Kas Rp. …………………….. (14)
III. Selisih Kas
1. Saldo Akhir BP Kas (1.A.1 kolom 6) Rp. …………………….. (15)
2. Jumlah Kas (II.3) Rp. …………………….. (16)
(+)
3. Selisih Kas Rp. ……………………. (17)
IV. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan UP (apabila ada).
1.. ………………………………………………………………………………………………………….. (18)
Mengetahui ………………,……………………………
(19)
Pejabat Pembuat Komitmen Bendahara Pengeluaran
Pembantu
Nama …………….……. (20) Nama ……………………….. (21)
NIP. NIP
960
PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARAPENGELUARAN PEMBANTU
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi bulan dan tahun berkenaan(2) Diisi kode dan nama kementerian(3) Diisi kode dan nama satuan kerja(4) Diisi kode dan nama provinsi kabupaten/kota(5) Diisi kode dan nama unit organisasi(6) Diisi alamat dan nomor telepon satuan kerja(7) Diisi tanggal bulan dan tahun serta nomor SK Pengangkatan BPP(8) Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SK pengangkatan Pejabat
Pembuat Komitmen(9) Diisi tahun anggaran
(10) Diisi jumlah saldo akhir BKU pada bulan pelaporan(11) Diisi nomor bukti terakhir pada BKU
Kolom 3 Diisi jumlah saldo awal masing-masing buku pembantu yang merupakansaldo akhir bulan lalu.(untuk Belanja MA ………., Pengembalian sisaUP, Pembayaran atas LS Bendahara dan Setoran atas LS Bendaharatidak perlu diisi)
Kolom 4 Diisi jumlah kolom debet yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu(untuk Belanja MA ………….., Pengembaliansisa UP, Pembayaran atas LS Bendahara dan Setoran atas LS Bendaharatidak perlu diisi)
Kolom 5 Diisi jumlah kolom kredit yang terjadi di bulan pelaporan pada masing-masing buku pembantu.(untuk BP UP merupakan penjumlahsn dariBelanja MA …….. dan Pengembalian sisa UP, sedangkan untuk BPLS Bendahara merupakan penjumlah dari pembayaran atas LSBendahara dan Setoran atas LS Bendahara).
Kolom 6 Diisi jumlah saldo akhir yaitu kolom 3 ditambah kolom (4) atau dikurangikolom (5) masing-masing buku(untuk Belanja MA ………, Pengembaliansisa UP, Pembayaran atas LS Bendahara dan Setoran atas LS Bendaharatidak perlu diisi)
(12) Diisi jumlah uang tunai di brankas pada akhir bulan berkenaan(13) Diisi jumlah uang pada rekening di bank pada akhir bulan pelaporan(14) Diisi penjumlahan nomor (12) dan (13)(15) Diisi sama dengan 1.A.1 kolom 6(16) Diisi sama dengan II.3(17) Diisi selisih antara nomor (15) dan (16)(18) Diisi penjelasan terjadinya selisih (apabila terdapat selisih)(19) Diisi tempat dan tanggal bulan serta tahun LPJ ditandatangani(20) Diisi nama lengkap dan NIP Pejabat Pembuat Komitmen(21) Diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Pengeluaran Pembantu
961
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR: PM.144/HK.201/MPEK/2012
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDURDl LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA
DAN EKONOMI KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan tata kelolakepemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel,yang menjamin kelancaran pelaksanaan pelayanan internaldan eksternal pada unit kerja di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka diperlukan standaroperasional prosedur;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan untuk keseragaman format dalampenyusunan standar operasional prosedur, perlumenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif tentang Pedoman Penyusunan Standar OperasionalProsedur di Lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif;
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
962
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4288);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4846);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi EselonI Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2011;
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman UmumPenyelenggaraan Pelayanan Publik;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012tentang Pedoman Penyusunan Standar OperasionalProsedur Administrasi Pemerintahan;
8. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
963
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFTENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAROPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
Pasal 1
(1) Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang selanjutnya disebutdengan Pedoman Penyusunan SOP merupakan pedoman bagi setiapunit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdalam menyusun standar operasional prosedur bagi pelaksanaan tugasdan fungsi unit organisasi masing-masing.
(2) Pedoman Penyusunan SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Setiap Satuan Kerja Eselon I, Unit Kerja Eselon II, dan Unit Pelaksana Tekniswajib menyusun standar operasional prosedur dengan berpedoman padaPeraturan Menteri ini.
Pasal 3
Pembinaan terhadap penyusunan dokumen standar operasional prosedur dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dilaksanakan olehpejabat yang berwenang untuk menetapkan dokumen SOP sebagaimanatercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah adasebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, masih tetap berlaku untuk jangkawaktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak tangal pengundangan PeraturanMenteri ini dan harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
964
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Lembaran Berita Negara RepublikIndonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan di Jakartapada tanggal 15 Mei 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 694
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
965
LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR PM.144/HK.201/MPEK/2012TENTANG PEDOMAN PENYUSUNANSTANDAR OPERASIONAL PROSEDURDI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
BAB IPENDAHULUAN
A. PENGERTIAN UMUM
1. Standar Operasional Prosedur (SOP)Adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenaiberbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan,bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapadilakukan serta disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi.
2. Prosedur kerjaAdalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lainnya, yangmenunjukkan adanya urutan ketentuan tahapan proses, kelengkapan,waktu, yang harus diinformasikan dan dipedomani, serta dijalankansecara transparan oleh yang berkepentingan dalam rangkapenyelesaian setiap kegiatan tertentu secara jelas dan pasti.
3. Pelayanan PublikAdalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan olehpenyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhanpenerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturanperundang-undangan.
4. Simbol-simbolAdalah suatu gambar yang merepresentasikan setiap tahapan prosespelaksanaan kegiatan tertentu dalam satu judul SOP.
966
5. Produk/Hasil (Output)Adalah semua jenis bentuk barang atau jasa yang dihasilkan ataspelaksanaan suatu tahapan proses penyelesaian kegiatan tertentuoleh suatu unit kerja atau aktor yang berupa barang maupun jasa.
6. Judul SOPAdalah nama dari satu rangkaian tahapan proses penyelesaian seluruhuraian jenis kegiatan yang dimulai dari pendaftaran/pemasukandokumen usulan sampai dengan diperolehnya keluaran hasil/produkakhir kegiatan.
7. Urusan KedinasanAdalah segala aktivitas yang terkait dengan tugas dan fungsiKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
8. Mutu BakuAdalah standar-standar mutu dilihat dari sisi kelengkapan, ketepatanwaktu penyelesaian, dan output yang dihasilkan.
9. Jam Kerja EfektifAdalah jam kerja yang secara efektif dipergunakan untuk berproduksiatau menjalankan tugas, yaitu jam kerja dikurangi waktu kerja yanghilang atau luang karena tidak bekerja.
10. Hari KerjaAdalah hari kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif yang dilaksanakan 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggumulai hari Senin sampai dengan hari Jum’at dan/atau sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup SOP meliputi berbagai tahapan proses pelaksanaanpenyelesaian pada setiap judul SOP dari tugas dan fungsi organisasiyang berupa pemberian pelayanan baik pelayanan kepada pihak internalmaupun eksternal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
C. MAKSUD, TUJUAN, DAN MANFAAT
1. MaksudPedoman Penyusunan SOP ini dimaksudkan sebagai acuan setiapunit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdalam menyiapkan dan menyusun standar operasional dan prosedur(SOP), untuk penyelesaian berbagai judul SOP sesuai dengan tugasdan fungsi masing-masing unit kerja, sehingga mampu memberikan
967
pelayanan publik yang jelas dan pasti baik kepada pihak internalmaupun eksternal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2. TujuanPedoman penyusunan SOP ini bertujuan untuk mendorong setiapunit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifagar mampu menginventarisasi berbagai judul SOP dan menyiapkandokumen SOP yang diperlukan guna memberikan pelayanan publikyang baik dalam rangka:
a. memberikan keseragaman dan kepastian dalam prosespenyelesaian setiap judul SOP sejak awal, proses, sampai denganakhir kegiatan;
b. menjamin kelancaran setiap tahapan proses pelaksanaan kegiatandan kemudahan pengendalian;
c. mempertegas tanggung jawab pelaksana tugas atau aparatur(aktor) pada setiap tahapan proses penyelesaian kegiatan;
d. meningkatkan daya guna dan hasil guna secara berkelanjutandalam melaksanakan tugas umum pemerintahan;
e. memberikan informasi yang jelas dalam penyelesaian setiaptahapan proses kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap aparatur(aktor) dalam pemerintahan secara proporsional; dan
f. memberikan kejelasan dan transparansi kepada masyarakatsebagai penerima pelayanan mengenai hak dan kewajibannya.
3. ManfaatPedoman Penyusunan SOP bermanfaat untuk mewujudkan:
a. standardisasi pada tahapan proses pelaksanaan kegiatan,sehingga dapat menghindari kesalahan atau kelalaian;
b. menjamin bahwa penyelesaian kegiatan dilaksanakan sesuaitahapan proses yang telah ditetapkan dan dijadwalkan, sehinggadapat berjalan secara berurutan dan bertahap;
c. menjamin tersedianya informasi dan data untuk penyelesaiansetiap tahapan proses pelaksanaan kegiatan;
d. meningkatkan akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, dan kepastianpelaporan dan pendokumentasian terhadap pencapaian hasilpelaksanaan tugas;
e. memudahkan penemuan hambatan kinerja, sehingga dapat segeramemperbaikinya;
968
f. menghindari terjadinya penyimpangan proses penyelesaian dantumpang tindih pelaksanaan kegiatan;
g. meningkatkan profesionalisme dan kemandirian pegawai terhadaptanggung jawabnya;
h. memudahkan untuk mengenali kesalahan prosedural; dan
i. memudahkan penelusuran terjadinya penyimpangan danmemudahkan langkah perbaikan.
BAB IIPENETAPAN DOKUMEN SOP
A. PEJABAT PENETAP DOKUMEN SOP
Agar dokumen SOP dapat menjadi landasan yang pasti dalam bertugas,maka dokumen SOP dimaksud harus terlebih dahulu ditetapkan olehpejabat yang berwenang. Pejabat yang berwenang untuk menetapkandokumen SOP adalah sebagai berikut:1. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;2. Sekretaris Jenderal;3. Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan;4. Pimpinan Unit Kerja Eselon II; dan5. Kepala Unit Pelaksana Teknis.
B. KRITERIA DOKUMEN SOP
1. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif yaitu dokumen SOP yang disusun untuk mendukungpelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif dalam rangka memberikan kelancaran, kepastian, dankenyamanan pelayanan publik.
Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif meliputi:
a. jenis kegiatan pada lingkup intern dan ekstern KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif dan sebagai bagian daripelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif;
b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif;
969
c. berdampak pada skala nasional maupun internasional; dan
d. kewenangan yang tidak didelegasikan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
2. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal yaitu dokumenSOP yang disusun untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsikesekretariatan dalam rangka memberikan kelancaran, kepastian,dan kenyamanan pelayanan intern maupun ekstern.
Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderalmeliputi:
a. semua jenis pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi SekretariatJenderal;
b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik satuan kerjaSekretariat Jenderal;
c. proses penyelesaiannya diawali mulai dari dan diakhiri padalingkup satuan kerja Sekretariat Jenderal dan/atau lintas satuankerja; dan
d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup satuan kerja Sekretariat Jenderal dan/atau lintas satuan kerja/badan.
3. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal/DirekturJenderal/Kepala Badan yaitu dokumen SOP yang disusun untukmendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi teknis sesuaidengan bidangnya masing-masing dalam rangka memberikankelancaran, kepastian, dan kenyamanan pelayanan kepada pihakintern maupun ekstern.
Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan meliputi:
a. jenis kegiatan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsisatuan kerja Inspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan;
b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik satuan kerjaInspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan;
c. proses penyelesaiannya diawali/mulai dari dan diakhiri padalingkup satuan kerja Inspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan; dan
970
d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup satuan kerja Inspektorat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan yang bersangkutan.
4. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh pimpinan unit kerja Eselon IIyaitu dokumen SOP yang disusun untuk mendukung kelancaranpelaksanaan tugas dan fungsi administratif/teknis sesuai denganbidangnya masing-masing dalam rangka memberikan kelancaran,kepastian, dan kenyamanan pelayanan bagi pihak intern maupunekstern.
Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh pimpinan unit kerjaEselon II meliputi:
a. jenis kegiatan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsiunit kerja Eselon II;
b. seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik unit kerjaEselon II;
c. proses penyelesaiannya diawali mulai dari dan diakhiri padalingkup satuan unit kerja Eselon II; dan
d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup unit kerja Eselon II yang bersangkutan.
5. Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis.Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknisyaitu dokumen SOP yang disusun untuk mendukung kelancaranpelaksanaan tugas dan fungsi teknis sesuai dengan unit pelaksanateknis masing-masing dalam rangka memberikan kelancaran, kepastiandan kenyamanan pelayanan kepada pihak intern maupun ekstern.
Kriteria Dokumen SOP yang ditetapkan oleh Kepala Unit Pelaksanateknis meliputi:
a. Jenis kegiatan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsiunit kerja unit pelaksana teknis;
b. Seluruh jenis kegiatan intern dan pelayanan publik unit kerja unitpelaksana teknis;
c. proses penyelesaiannya diawali mulai dari dan diakhiri padalingkup unit kerja unit pelaksana teknis; dan
d. dilaksanakan untuk kebutuhan dinas dan pelayanan publik sertaberdampak pada lingkup unit pelaksana teknis yangbersangkutan.
971
BAB IIIPROSEDUR PENYUSUNAN SOP
SOP merupakan standar yang dijadikan acuan dalam proses penyelesaiansetiap judul kegiatan dalam organisasi. Oleh karena itu, penetapan SOPmerupakan suatu keharusan dan untuk kesempurnaan SOP dilakukan evaluasisetiap tahun sekali.
Untuk mendapatkan SOP yang valid dan reliable serta benar-benar menjadiacuan dalam proses pelaksanaan penyelesaian kegiatan, maka setiap rangkaianproses mulai dari sampai dengan akhir suatu jenis kegiatan tertentu diberikan''judul SOP". Disamping itu perlu diatur tentang prosedur penyusunan SOP,sehingga setiap organisasi mendapat gambaran dan langkah-langkahpenyusunan SOP yang baik dan benar, mulai dari persiapan, inventarisasijenis kegiatan, pemberian judul, penyusunan dan perumusan SOP, pengujiandan review, serta pengesahan hingga pengintegrasian SOP.
A. PERSIAPAN
Dalam penyusunan SOP perlu dilakukan langkah-langkah persiapansebagai berikut:
1. Membentuk tim dan kelengkapannya.
a. Tim Penyusun SOP KementerianTim Penyusun SOP Kementerian dibentuk dan bertanggungjawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, anggotanyaterdiri atas personil-personil yang memiliki kompetensi dalampenyusunan SOP yang diperlukan baik berasal dari pihakinternal maupun eksternal Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya, Tim dimaksud perludiberikan pembekalan pengetahuan terkait dengan penyusunanSOP.
Tim Penyusun SOP Kementerian mempunyai kewenangan dantanggung jawab sebagai berikut:
1. menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP;
2. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP;
3. menyusun dokumen SOP yang ditetapkan oleh MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif;
972
4. memfasilitasi penyusunan dokumen SOP unit kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
5. melakukan pembinaan kinerja Tim SOP unit kerjaEselon I, Eselon II, dan Unit Pelaksana Teknis; dan
6. monitoring dan evaluasi penyusunan SOP di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
b. Tim Penyusun SOP Unit Kerja Eselon I.
Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon I dibentuk dan bertanggungjawab kepada pejabat Eselon I, yang anggotanya terdiri ataspersonil-personil yang memiliki kompetensi dalam penyusunanSOP yang diperlukan baik yang berasal dari internal maupuneksternal satuan unit kerja ataupun pihak ketiga.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya, Tim dimaksud perludiberikan pembekalan pengetahuan terkait dengan penyusunanSOP.
Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon I mempunyai kewenangandan tanggung jawab sebagai berikut:
1. melakukan koordinasi dengan Tim SOP Kementerian dalampenyusunan dokumen SOP unit kerja Eselon I;
2. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP,dokumen SOP Kementerian, dan dokumen SOP unit kerjaEselon I yang telah berhasil ditetapkan di lingkungan satuanunit kerjanya; dan
3. menyusun dokumen SOP yang ditetapkan oleh pejabatEselon I.
c. Tim Penyusun SOP Unit Kerja Eselon II/Unit Pelaksana 'Teknis.
Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon II/Unit Pelaksana Teknisdibentuk dan bertanggung jawab kepada pejabat Eselon II/Kepala Unit Pelaksana Teknis, yang anggotanya terdiri ataspersonil-personil yang memiliki kompetensi dalam penyusunanSOP yang diperlukan baik yang berasal dari internal maupuneksternal satuan unit kerja.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya, Tim dimaksud perludiberikan pembekalan pengetahuan terkait dengan penyusunanSOP.
973
Tim Penyusun SOP unit kerja Eselon II/unit pelaksana teknismempunyai kewenangan dan tanggung jawab:
1. melakukan koordinasi dengan Tim Penyusun SOPKementerian, Tim Penyusun SOP Unit Kerja Eselon I dalampenyusunan dokumen SOP unit kerja Eselon II/unit pelaksanateknis;
2. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pariwisata danEkonomi Kreatif tentang Pedoman Penyusunan SOP,Dokumen SOP Kementerian, Dokumen SOP unit kerja EselonI dan Dokumen SOP unit kerja Eselon II/unit pelaksanateknis di lingkungan satuan unit kerjanya; dan
3. menyusun dokumen SOP yang ditetapkan oleh pejabatEselon II/Kepala Unit Pelaksana Teknis.
Dalam penyusunan setiap dokumen SOP Kementerian, unitkerja Eselon I, Eselon II, dan unit pelaksana teknis, maka TimPenyusun SOP memiliki tugas antara lain:
1. melakukan identifikasi jenis kegiatan;
2. merumuskan judul SOP sesuai dengan hasil/produk akhirdari kegiatan;
3. merumuskan uraian jenis kegiatan;
4. menentukan pelaksana (aktor) terhadap setiap jenis kegiatan;
5. menentukan penggunaan simbol-simbol sesuai dengantahapan proses dan uraian jenis kegiatan;
6. menentukan dan menyusun urutan pelaksana sebagaipenanggung jawab setiap tahapan proses;
7. meletakkan simbol-simbol sesuai dengan maksud simbol;
8. menentukan jenis kelengkapan, waktu, dan hasil (output)tetap/mutu baku secara pasti dan jelas;
9. melakukan analisis prosedur untuk mengetahui tingkatefektivitas dan efisiensi penyelesaian kegiatan dan kepuasanpelanggan;
10. melakukan pengembangan SOP, bilamana SOP yang telahditetapkan akan ditindaklanjuti dengan SOP lanjutannya;
11. melakukan uji coba pelaksanaan SOP yang telah ditetapkan;
12. melakukan sosialisasi kepada pelaksana maupun pemangkukepentingan SOP;
974
13. mengawal penerapan SOP agar berjalan sesuai yangdiharapkan masyarakat;
14. merumuskan penyempurnaan, apabila diperlukan sesuaihasil monitoring dan evaluasi; dan
15. menyiapkan data pendukung lain (nama kelembagaan, dasarhukum, pejabat penetap SOP, dan peralatan).
2. Pembekalan bagi Anggota TimPedoman Penyusunan SOP di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif menjadi panduan bagi anggota tim dalammelaksanakan tugasnya dan menjadi bahan utama dalam melakukanpemberian pembekalan dimaksud. Oleh karena itu, agar Tim dapatmelakukan tugasnya dengan baik, maka seluruh anggota Tim harusmemperoleh pembekalan yang cukup tentang bagaimana menyusundokumen SOP. Pembekalan sebagaimana dimaksud dilakukan olehTim Penyusunan Dokumen SOP secara berjenjang dan dapatbekerjasama dengan pihak-pihak terkait.
B. INVENTARISASI JUDUL SOP
Agar terdapat kejelasan dalam penyusunan rancangan dokumen SOPyang akan ditetapkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, maka terlebihdahulu dilakukan inventarisasi jenis dan hasil (output) kegiatan organisasiyang penyelesaiannya menjadi satu rangkaian kegiatan.
Untuk satu rangkaian tahapan proses penyelesaian uraian jenis kegiatantertentu diberikan satu nama, dan nama dimaksud menjadi judul SOP.Setiap judul SOP yang merupakan penyelesaian berbagai uraian jeniskegiatan melalui tahapan-tahapan tertentu, maka pada setiap tahapnyadilambangkan dengan simbol-simbol proses kegiatan yang berbeda. Dariberbagai simbol yang berbeda dimaksud disusun dan dirangkai menjadisatu rangkaian penyelesaian kegiatan, dan ditetapkan sebagai SOP. Jadijudul SOP merupakan sebutan yang diberikan dari serangkaian penyelesaianproses kegiatan, dan sebutan yang diberikan dimaksud sesuai denganproduk akhir yang dihasilkan.
Sebagai contoh: Produk akhir dari satu rangkaian tahapan proses uraianjenis kegiatan tertentu yaitu berupa Dokumen Rencana Kerja (Renja),maka judul dokumen SOP-nya "Penyusunan Rencana Kerja".
Inventarisasi dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan format sebagaiberikut:
975
FORMAT INVENTARISASI JENIS KEGIATAN YANG AKAN DIBERIJUDUL SOP-NYA
Unit Kerja : (1)
Tugas Pokok : (2)
Fungsi : (3)
Jenis Kegiatan : (4)
Dasar Hukum : (5)
No Uraian Jenis Kegiatan Pejabat Pelaksana
Nama Satuan Hasil
Kelengkapan
(6) (7) (8) (9) (10)
Keterangan Pengisian:
Angka (1) Diisi nomenklatur unit kerja Eselon II/unit pelaksana teknis.
Angka (2) Diisi rumusan tugas berdasarkan Peraturan tentang Organisasidan Tata Kerja yang telah ditetapkan;
Angka (3) Diisi rumusan fungsi sebagai jabaran dari tugas pokok jabatanberdasarkan Peraturan tentang Organisasi dan Tata Kerja yangtelah ditetapkan.
Angka (4) Diisi jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakankata sifat yang diawali dengan awalan “Pe”, misalnya “PemrosesanDIPA Sekretariat Jenderal”, “Pengurusan Izin Cuti Tahunan”,“Penyusunan Laporan Aset”, dst.
Angka (5) Diisi dasar hukum yang digunakan sebagai pelaksanaan jeniskegiatan dimaksud.
Angka (6) Cukup jelas
Angka (7) Diisi uraian jenis-jenis kegiatan yang dilakukan secara riil olehsetiap pemangku jabatan dalam organisasi (dirumuskan dalambentuk kalimat aktif, dengan menggunakan kata kerja yangberawalan “me”: Merumuskan ... , Mengurus ... , Mengkaji. dst).
Angka (8) Diisi titelatur atau nama jabatan yang melaksanakan danmenyelesaikan setiap tahapan proses dari awal sampai selesai,misal “Kabag... , Kasubbag .... , Analis, Agendaris, Pemroses,dst”.
976
Angka (9) Diisi sebutan nama dan hasil akhir yang diperoleh: "DIPA Setjen","Izin Cuti", "Laporan Aset", dst.
Angka(10) Diisi kelengkapan data-data yang diperlukan.
C. ASPEK PENYUSUNAN DOKUMEN SOP
Penyusunan dokumen SOP dilaksanakan dengan mempertimbangkanberbagai aspek terkait yang dapat berpengaruh terhadap penetapanSOP. Hal pokok dalam penyusunan dokumen SOP yaitu sebagai berikut:1. Nama unit kerja yang memiliki SOP;2. Pejabat penetap SOP;3. Judul SOP;4. Rumusan uraian jenis kegiatan dan pentahapan atau urut-urutannya;5. Penentuan seluruh pelaksana (aktor) sesuai tahapan proses dari
setiap uraian jenis kegiatan;6. Pemilihan dan penempatan simbol; dan7. Penentuan mutu baku dan harus tertera dengan jelas.
Tahapan penyelesaian setiap judul kegiatan dirumuskan sejak awaldimulainya suatu kegiatan sampai dengan akhir kegiatan dan menghasilkanhasil/produk akhir yang jelas. Penentuan pelaksana setiap tahapan uraianjenis kegiatan harus tercantum dengan jelas, sehingga dapatmenggambarkan kepastian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiappelaksana dalam menyelesaikan setiap tahapan kegiatan yang telahditetapkan dalam SOP.
D. PENGUJIAN DAN REVIEW
Untuk memperoleh SOP yang memenuhi aspek-aspek sebagaimanatelah diuraikan sebelumnya, maka SOP yang dirumuskan oleh TimPenyusun SOP harus melalui tahap pengujian dan review. Berbagaicatatan mengenai pengujian harus dibuat oleh Tim Penyusun sebagaibahan penyempurnaan SOP yang telah dirumuskan sebelum ditetapkanoleh pejabat yang berwenang.
Setelah proses penyempumaan perumusan diselesaikan, maka selanjutnyarumusan SOP yang telah dianggap baik disampaikan kepada pimpinandengan disertai suatu pengantar (penjelasan singkat) yang berisi antaralain penjelasan mengenai prosedur-prosedur apa saja yang distandarkan,mengapa prosedur tersebut perlu distandarkan, sejauh mana proseduryang telah distandarkan telah efektif dan efisien, serta standar yang telahdirumuskan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, danlain sebagainya.
977
E. PENGESAHAN SOP
Proses pengesahan merupakan tindakan pengambilan keputusan olehpimpinan. Dalam proses pengesahan, pimpinan dapat melakukan penelitiandan evaluasi terhadap rumusan SOP berdasarkan penjelasan singkatkepada pimpinan (executive summary), dikarenakan dengan executivesummary pimpinan akan lebih mudah memahami hasil rumusan SOPsebelum melakukan pengesahan. SOP yang telah disahkan oleh pimpinanharus diimplementasikan dalam rangka efektivitas, efisiensi, dantransparansi pemberian pelayanan publik.
Dalam implementasi harus dilakukan review kembali dan dilakukan secaraterus-menerus agar diperoleh SOP yang benar-benar efektif dan efisien.
F. PENGINTEGRASIAN SOP
Berbagai SOP yang telah ditetapkan, perlu diintegrasikan ke dalam suatudokumen yang akan menjadi panduan dalam pelaksanaan prosedur-prosedur pelaksanaan tugas dan fungsi ataupun penyelenggaraanpelayanan publik. Pengintegrasian perlu dilakukan karena satu prosedurdengan prosedur lainnya yang dimungkinkan saling terkait harusdiselaraskan, sehingga terjadi konsistensi, keseragaman, dan tidak salingbertentangan yang justru akan menghambat prosedur itu sendiri.
BAB IVSIMBOL DAN FORMAT SOP
A. SIMBOL DALAM SOP
Rangkaian tahapan penyelesaian uraian jenis kegiatan diurutkan denganberbentuk diagram. Diagram yang digunakan dalam penyusunan SOPKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Diagram Alir (flow-charts). Diagram Alir merupakan format yang menggambarkan rangkaianproses penyelesaian berbagai jenis kegiatan pelayanan publik KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak awal dimulainya suatu proseskegiatan, proses penyelesaian, sampai dengan akhir proses kegiatandan menghasilkan produk tertentu.
Bentuk-bentuk simbol yang dipergunakan dalam penyusunan SOP dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah sebagaiberikut:
978
1. Simbol kapsul/Terminator ( ) untuk mendeskripsikan kegiatanmulai dan berakhir;
2. Simbol kotak/Process ( ) untuk mendeskripsikan proses ataukegiatan eksekusi;
3. Simbol belah ketupat/Decision ( ) untuk mendeskripsikankegiatan pengambilan keputusan;
4. Simbol anak panah ( ) untuk mendeskripsikan arah kegiatan (arahproses kegiatan);
5. Simbol segi lima/Off-Page Connector ( ) untuk mendeskripsikanhubungan antar simbol yang berbeda halaman.
B. FORMAT SOP
Agar para pegawai (pelaksana/aktor) mudah memahami dalammenyelesaikan tugas dan fungsinya dengan baik, serta dilaksanakansesuai batasan tanggung jawab dan kewenangannya, maka perlu ditetapkanformat SOP Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yangmenggambarkan paduan antara penggunaan simbol dan alur penyelesaiansetiap uraian jenis kegiatan.
Untuk keseragaman penulisan, dokumen SOP di lingkungan KementerianPariwisata dan Ekonomi Kreatif menggunakan format pengetikan sebagaiberikut:1. jenis huruf Bookman Old Style ukuran 10 pt;2. warna huruf hitam;3. jarak/spasi antar baris 1 (satu) poin;4. ukuran kertas F4;5. bentuk kertas portrait; dan6. margin tepi halaman adalah kiri 2 (dua) sentimeter, kanan 1 (satu)
sentimeter, atas 1 (satu) sentimeter, dan bawah 1 (satu) sentimeter.
Dalam format SOP terdapat beberapa informasi dan data pokok yangharus dimuat, dan perlu diketahui oleh pelaksana tugas maupun penggunayaitu:1. unit yang bertanggung jawab terhadap SOP tiap judul kegiatan;2. judul kegiatan yang jelas;3. uraian jenis kegiatan setiap tahapan proses;4. pelaksana tugas/nama orang/jabatan yang bertanggung jawab dalam
setiap tahapan proses penyelesaian kegiatan;
979
5. bentuk-bentuk simbol setiap tahapan penyelesaian uraian jenis kegiatan;6. kelengkapan berkas atau daftar bahan yang diperlukan setiap tahapan
proses;7. lama waktu setiap tahapan proses penyelesaian kegiatan; dan8. bentuk hasil akhir kegiatan.
Format dokumen SOP yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif sebagai berikut:
A. Identitas
SOP
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF (1)
Nomor SOP : ………………… (2) Tgl Ditetapkan : ………………… (3) Tgl Revisi : ………………… (4) Tgl diberlakukan : ………………… (5) Ditetapkan oleh : ………………… (6)
Judul SOP : ………………… (7)
Dasar Hukum
Kualifikasi Pelaksana
1. ………………………………………… (8) 2. ………………………………………… dst
1. ………………………………………(12) 2. ……………………………………… dst
Keterkaitan
Peralatan /Perlengkapan
1. ………………………………………… (9) 2. ……………………………………….. dst
1. …………………………………………(13) 2. …………………………………………dst
Peringatan
Pencatatan dan Pendataan
1. ……………………………………….. (10) 2. ……………………………………… . dst
1. ……………………………………….. (14) 2. ……………………………………….. dst
Cara mengatasi
1. ………………………………………(11) 2. ………………………………………dst
980
Keterangan pengisian:
Angka (1) : Cukup jelas.
Angka (2) : Diisi nomor penetapan SOP dengan format Nomor/SOP/kode unit kerja/bulan penetapan/tahun penetapan.
Angka (3) : Cukup jelas
Angka (4) : Cukup jelas
Angka (5) : Cukup jelas
Angka (6) : Diisi nama jabatan, tanda tangan, dan nama pejabat penetap.
Angka (7) : Diisi judul SOP sesuai dengan hasil akhir yang diperoleh daripenyelesaian kegiatan.
Angka (8) : Diisi dasar hukum berupa peraturan perundang-undanganyang mendasari SOP beserta aturan pelaksanaannya.
Angka (9) : Diisi SOP lain yang terkait secara langsung dengan SOPyang ditetapkan.
Angka (10) : Diisi berbagai permasalahan yang mungkin dalampelaksanaannya. Umumnya diawali dengan kata "jika/apabila-maka".
Angka (11) : Diisi cara mengatasi permasalahan yang mungkin muncul.
Angka (12) : Kompetensi (keahlian) yang dibutuhkan bagi seluruh pelaksana.
Angka (13) : Diisi daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan yangdibutuhkan yang terkait secara langsung dengan yang diSOP-kan.
Angka (14) : Diisi berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiappegawai yang berperan dalam pelaksanaan prosedur yangtelah distandarkan. Yang dimaksudkan pencatatan berupadokumen kontrol dari prosedur yang diSOP-kan baik bukukontrol, kartu kendali, formulir pengecekan, ataupun checklist (daftar simak) seperti buku ekspedisi, buku log, bukudokumen kegiatan.
981
B. Prosedur
No. (1)
Kegiatan (Aktivitas)(2)
Pelaksana (3) Mutu Baku Ket
(a) (b) (c) (d) (e) kelengkapan waktu output
(4) (5) (6) (7)
Angka (1) : Cukup jelas.
Angka (2) : Diisi berbagai pernyataan uraian jenis kegiatan yangdilaksanakan oleh para pelaksana.
Angka (3) : Diisi para pelaksana yang bertanggung jawab dalammenyelesaikan setiap tahapan proses sesuai urutan jeniskegiatan.
Angka (4) : Diisi bahan-bahan kelengkapan yang diperlukan (formulir,lembar disposisi, data, laporan keuangan, dll).
Angka (5) : Diisi lama waktu yang diperlukan untuk penyelesaian kegiatan(menit, jam, hari, minggu, bulan).
Angka (6) : Diisi nama hasil akhir kegiatan (Surat, Laporan, KumpulanData, Draft Laporan, Konsep Pedoman, dll).
Angka (7) : Diisi penjelasan singkat yang diperlukan.
982
Format dokumen SOP yang ditetapkan oleh Eselon I, Eselon II dan UnitPelaksana Teknis sebagai berikut:
A. Identitas
SOP Eselon I, II,
dan Unit Pelaksana
Teknis (1)
Nomor SOP : …………………… (2) Tgl Ditetapkan : ……………………(3) Tgl Revisi : …………………… (4) Tgl diberlakukan : …………………… (5) Ditetapkan oleh : …………………… (6)
Judul SOP : …………………. (7)
Dasar Hukum
Kualifikasi Pelaksana
1. ……………………………………(8) 2. …………………………………dst
1. ………………………………………… .(12) 2. …………………………………………dst
Keterkaitan
Peralatan/Perlengkapan
1. …………………………………… (9) 2. …………………………………dst
1. ………………………………… .………13) 2. …………………………………………dst
Peringatan
Pencatatan dan Pendataan
1. …………………………………(10) 2. ………………………………… dst
1. ……………………………………….. (14) 2. ……………………………………… (dst)
Cara mengatasi
1. ………………………………… (11) 2. …………………………………. dst
983
Keterangan pengisian:
Angka (1) : Cukup jelas.
Angka (2) : Diisi nomor penetapan SOP dengan format Nomor/SOP/kodeunit kerja/bulan penetapan/tahun penetapan.
Angka (3) : Cukup jelas.
Angka (4) : Cukup jelas.
Angka (5) : Cukup jelas.
Angka (6) : Diisi nama jabatan, tanda tangan, dan nama pejabat penetapdisertai dengan NIP.
angka (7) : Diisi judul SOP sesuai dengan hasil akhir yang diperoleh daripenyelesaian kegiatan.
Angka (8) : Diisi dasar hukum berupa peraturan perundang-undangan yangmendasari SOP beserta aturan pelaksanaannya.
Angka (9) : Diisi SOP lain yang terkait secara langsung dengan SOP yangditetapkan.
Angka (10) : Diisi berbagai permasalahan yang mungkin dalampelaksanaannya. Umumnya diawali dengan kata "jika/apabila-maka".
Angka (11) : Diisi cara mengatasi permasalahan yang mungkin muncul.
Angka (12) : Kompetensi (keahlian) yang dibutuhkan bagi seluruh pelaksana.
Angka (13) : Diisi daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan yangdibutuhkan yang terkait secara langsung dengan yangdiSOP-kan.
Angka (14) : Diisi berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiappegawai yang berperan dalam pelaksanaan prosedur yangtelah distandarkan. Yang dimaksudkan pencatatan berupadokumen kontrol dari prosedur yang di SOP-kan baik bukukontrol, kartu kendali, formulir pengecekan, ataupun check list(daftar simak) seperti buku ekspedisi, buku log, buku dokumenkegiatan.
984
No (1)
Uraian jenis kegiatan (2)
Pelaksana (3)
Mutu Baku Ket
(a) (b) (c) (d) (e) Kelengkapan Waktu output
(4) (5) (6) (7)
B. Prosedur
Keterangan pengisian:
Angka (1) : Cukup jelas.
Angka (2) : Diisi berbagai penyataan uraian jenis kegiatan yang dilaksanakanoleh para pelaksana.
Angka (3) : Diisi para pelaksana yang bertanggung jawab dalammenyelesaikan setiap tahapan proses sesuai urutan jeniskegiatan.
Angka (4) : Diisi bahan-bahan kelengkapan yang diperlukan (formulir, lembardisposisi, data, laporan keuangan, dll).
Angka (5) : Diisi lama waktu yang diperlukan untuk penyelesaian kegiatan(menit, jam, hari, minggu, bulan).
Angka (6) : Diisi nama hasil akhir kegiatan (Surat, Laporan, KumpulanData, Draft Laporan, Konsep Pedoman, dll).
Angka (7) : Diisi penjelasan singkat yang diperlukan.
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
985
Nom
or S
OP
Tan
ggal P
em
bu
ata
n
Tan
ggal R
evis
i
Tan
ggal E
fektif
Dasa
r Huku
mK
ualifik
asi p
ela
ksan
a
1.
1.
2.
2.
3M
em
ah
am
im
ate
rikegia
tan
001/S
OP/S
ETJE
N/06/2012
7-J
un
-12
9-J
ul-1
3
Pen
yu
su
nan
Ren
can
a K
erja
Kem
en
teria
n
Un
da
ng
-Un
da
ng
No
mo
r 25
Ta
hu
n 2
00
4 te
nta
ng
Siste
m P
ere
nca
na
an
Pe
mb
an
gu
na
n N
asio
na
l
KE
ME
NT
ER
IAN
PA
RIW
ISA
TA
DA
N E
KO
NO
MI K
RE
AT
IF9-J
ul-1
2
Dis
ah
kan
ole
h
Sekre
taris
Jen
dera
l,
……
……
……
……
……
……
….
NIP
. ……
……
……
……
……
…
SE
KR
ET
AR
IAT
JE
ND
ER
AL
Mem
ah
am
i pere
ncan
aan
pro
gra
m d
an
an
ggara
n
da
nA
ng
ga
ran
Ke
me
nte
rian
Ne
ga
ra/L
em
ba
ga
;
Pe
ratu
ran
Pe
me
rinta
h N
om
or 9
0 T
ah
un
20
10
ten
tan
g P
en
yusu
na
n R
en
can
a K
erja
M
em
ah
am
i tugas d
an
fun
gsi B
iro P
ere
ncan
aan
dan
Org
an
isasi
Nam
a S
OP
3.
Mem
ah
am
i mate
ri kegia
tan
.
3.
4.
Ke
terka
itan
Pe
rala
tan
/pe
rlen
gka
pa
n
1.
SO
P T
im K
erja
1.
KA
K
2.
SO
P P
en
gu
mp
ula
n D
ata
2.
Ap
likasi R
en
ja
3.
SO
P P
en
gko
mp
ilasia
n D
ata
3.
AT
K
4.
SO
P P
en
do
kum
en
tasia
n
Pe
ring
ata
nP
en
cata
tan
da
n P
en
da
taa
n
1.
1.
Bu
ku A
ge
nd
a K
erja
2.
Bu
ku E
kspe
disi
2.
3.
da
n la
in-la
in
yan
g d
iaju
kan
Se
lam
ba
t-lam
ba
tnya
keg
iata
n se
lesa
i bu
lan
Me
i tah
un
an
gg
ara
n b
erja
lan
.
da
n A
ng
ga
ran
Ke
me
nte
rian
Ne
ga
ra/L
em
ba
ga
;
Pe
ratu
ran
Pre
side
n N
om
or 5
Ta
hu
n 2
01
0 te
nta
ng
Re
nca
na
Pe
mb
an
gu
na
n Ja
ng
ka
Me
ne
ng
ah
Na
sion
al T
ah
un
20
10
-20
14
;
Ap
ab
ila p
en
yusu
na
n re
nca
na
kerja
terla
mb
at, m
aka
aka
n m
en
gh
am
ba
t pe
laksa
na
an
keg
iata
n
Pe
ratu
ran
Me
nte
ri Pa
riwisa
ta d
an
Eko
no
mi K
rea
tif No
mo
r PM
. 07
/HK
.00
1/M
PE
K/2
01
2
ten
tan
g O
rga
nisa
si da
n T
ata
Ke
rja K
em
en
teria
n P
ariw
isata
da
n E
kon
om
i Kre
atif.
FO
RM
IDE
NT
ITAS
988
SALINAN
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.145/HK.201/MPEK/2012TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJADI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perubahan organisasiKementerian serta untuk mewujudkan keseragaman dalammenyusun rencana kerja dan anggaran di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perlumeninjau kembali Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata Nomor PM. 12/HK.001/MKP/2007 tentangPedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dilingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang PedomanPenyusunan Kerangka Acuan Kerja di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 tahun 2011 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentangPenyusunan Rencana Kerja dan Anggaran KementerianNegara/Lembaga;
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA
989
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Eselon 1 KementerianNegara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);
4. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentangPerubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPM. 12/HK.001/MKP/2007 tentang Pedoman PenyusunanKerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan DepartemenKebudayaan dan Pariwisata;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.02/2012tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RencanaKerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
7. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM. 07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMIKREATIF TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKAACUAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIANPARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF.
Pasal 1
Kerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif disusun sesuai dengan pedoman penyusunan sebagaimanatercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.
Pasal 2
Seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifwajib melaksanakan Pedoman Penyusunan KAK sebagaimana dimaksuddalam Pasal 1.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata Nomor PM.12/HK.001/MKP/2007 tentang Pedoman PenyusunanKerangka Acuan Kerja (KAK) di lingkungan Departemen Kebudayaan danPariwisata dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
990
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Lembaran Berita Negara RepublikIndonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Desember 2012
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Diundangkan diJakartapada tanggal 15 Mei 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 695
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
991
LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIANOMOR PM.145/HK.201/MPEK/2012TENTANGPEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKAACUAN KERJA DI LINGKUNGANKEMENTERIAN PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF
PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan Kegiatan sebagai sebuah proses yang dimulai daripenetapan tujuan kegiatan organisasi, menentukan strategi untukpencapaian tujuan kegiatan tersebut secara menyeluruh, serta merumuskansistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan danmengordinasikan seluruh pekerjaan hingga tercapainya tujuan kegiatan.Disamping itu, perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskanapa yang sesungguhnya ingin dicapai dalam suatu kegiatan serta bagaimanasesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaianrumusan rencana.
Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan dapatdirealisasikan dan tercapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan yangburuk adalah ketika apa yang dirumuskan dan ditetapkan tidak berjalandalam implementasi, sehingga tujuan kegiatan tidak terwujud. Oleh sebabitu, perlu adanya suatu dokumen yang dapat menggambarkan secaraumum dan memuat penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan,latar belakang, maksud dan tujuan, indikator kinerja kegiatan, satuanukur dan jenis keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, tempat pelaksanaankegiatan, pelaksana dan penangggung jawab kegiatan, jadwal kegiatan,dan total biaya yang diperlukan. Dokumen tersebut adalah Kerangka
992
Acuan Kerja (KAK). KAK harus dapat dipahami dan dilaksanakan olehseluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif. Para pelaksana kegiatan baik pejabat maupun staf di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dituntut untuk dapatmengimplementasikan seluruh pemikiran kinerjanya dalam bentuk KAKsebelum memulai kegiatan. Oleh karena itu, agar para pelaksana kegiatandapat menyusun KAK dengan benar dan cermat, perlu disusun suatupedoman penyusunan KAK di lingkungan Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud disusunnya pedoman ini adalah sebagai acuan dan panduanyang baku dalam menyusun Kerangka Acuan Kerja bagi pelaksanakegiatan di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2. Tujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk menyelaraskan danmenyamakan alur pikir rencana pelaksanaan kegiatan di lingkunganKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
BAB IIPRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
Dalam penyusunan KAK harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
A. Ringkas
Penjelasan yang terdapat dalam KAK harus ditulis secara ringkas, mudahdipahami oleh pihak yang berkaitan dengan KAK tersebut (atasan, timpenilai materi dan anggaran serta pengawas). Jumlah halaman tidakdibatasi, tetapi secara ideal berkisar antara 5-8 halaman kertas ukuranA4 spasi rangkap tidak bolak balik.
B. Jelas
KAK harus ditulis secara jelas sehingga dapat memberikan gambaranmengenai kegiatan yang akan dilakukan, tahapan-tahapan yang harusdilalui, pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan, sumber pembiayaan,tujuan yang hendak dicapai dan atau hasil yang diharapkan.
C. Sistematis
Penulisan KAK harus dilakukan secara sistematis, mengikuti alur pemikiranyang runtut dan tata urutan penulisan yang baku sehingga menghasilkankonsepsi ideal dari kegiatan yang direncanakan tersebut.
993
D. Terukur
KAK harus terukur, artinya kegiatan yang direncanakan dalam KAKtersebut secara obyektif mampu dilaksanakan oleh unit organisasi yangbersangkutan, baik ditinjau dari aspek ketersediaan SDM, sumberpembiayaan, jangka waktu pelaksanaan dan hasil yang akan dicapai.
Apabila kegiatan yang direncanakan berjangka waktu lebih dari satuperiode tahun anggaran (multi years), maka penjelasan dalam KAKharus mampu menggambarkan secara jelas output/outcomes dari setiapperiode waktu yang dilaksanakan dan hasil akhir keseluruhan besertaproses tahapan pencapaiannya.
BAB IIIFORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja di lingkungan Kementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatif dilakukan dengan tata urutan dan ketentuan sebagaiberikut:
A. Latar Belakang
Dalam uraian mengenai Latar Belakang berisi penjelasan mengapa kegiatantersebut penting dilaksanakan. Untuk itu hal-hal yang harus diperhatikandalam uraian latar belakang ini adalah sebagai berikut:
1. didukung dengan data-data konkrit yang berkaitan dengan kegiatantersebut, misalnya: hasil penelitian/kajian sebelumnya yang relevan,peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai landasan,perkembangan iptek, fenomena/kondisi terakhir dan sebagainya;
2. keterkaitan dengan kegiatan lain yang sedang atau akan dilaksanakanoleh unit kerja lain yang terkait;
3. mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang menjadi fokuskegiatan, yaitu suatu hal keadaan yang akan diatasi dengan kegiatanyang direncanakan; dan
4. menggunakan pola piramida terbalik agar penjelasan lebih mengalirdan sistematis, yaitu diuraikan hal-hal yang bersifat umum (makro)kemudian mengerucut ke penjelasan yang bersifat khusus (spesifik).
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan adalah suatu keadaan/kondisi yang ingin dicapaidengan kegiatan. Untuk itu rumusan maksud dan tujuan harus menjelaskanmengenai:
994
1. keluaran/hasil (output/outcomes) dari kegiatan tersebut;2. manfaat (benefit) dari keluaran/hasil yang diperoleh; dan3. dampak (impact) yang akan diperoleh setelah dihasilkannya keluaran/
hasil kegiatan tersebut, dikaitkan dengan visi, misi dan rencanastrategis organisasi.
Untuk kegiatan berbentuk studi/kajian, rumusan output/outcome diupayakanterdapat rekomendasi penyelesaian masalah yang baku, strategis daninovatif.
C. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Memuat mengenai cara melakukan kegiatan yang meliputi Metode,Komponen, dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan, sehingga diperolehkesimpulan baku. Untuk kegiatan berupa Studi Kebijakan/Kajian, perludituliskan tempat dan waktu pengambilan sampel, penentuan unit analisis,cara instrumen pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.Sedangkan untuk kegiatan lainnya, metodologi disesuaikan dengan cakupandan tujuan yang hendak dicapai, misalnya dengan studi kepustakaan,studi banding ke berbagai daerah, telaahan/masukan dari pakar terkait,rapat koordinasi dan sebagainya. Selain itu menjelaskan bagaimanaproses/cara pelaksanaan kegiatan dilakukan, secara swakelola maupundilaksanakan oleh pihak ketiga (contracting out), serta jumlah dan alokasitenaga pelaksana.
D. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Memuat lokasi kegiatan dilaksanakan.
E. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
Pada bagian ini, diuraikan tentang siapa saja sebagai pelaksana,penanggung jawab, dan penerima manfaat kegiatan tersebut.
F. Jadwal Kegiatan
Untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal dikaitkan dengankebutuhan tenaga dan biaya, perlu dibuat jadwal pelaksanaan kegiatandengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan, meliputi: tahapperencanaan, tahap pelaksanaan, tahap penyelesaian akhir, dan tahappelaporan serta evaluasi kegiatan.
G. Total Biaya yang Diperlukan
Memuat Total Biaya yang Diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatandan sumber dana yang dipergunakan (misal: APBN, Bantuan Luar Negeri,Pihak Ketiga dan sebagainya). Total Biaya yang Diperlukan harusdicantumkan dalam KAK, sedangkan dalam rincian jenis pembiayaan
995
kegiatan tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB), denganrincian sebagai berikut:
1. Rincian anggaran biaya yang dibutuhkan ditulis dalam bentuk RencanaAnggaran Biaya (RAB) yang dirinci dengan komponen biaya terdiridari antara lain:
a. Belanja PegawaiKomponen biaya yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhanbiaya operasional antara lain pembayaran gaji, tunjangan yangmelekat pada gaji, uang makan, dan pembayaran yang terkaitdengan belanja pegawai.
b. Belanja BarangKomponen biaya yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhanbiaya operasional, antara lain: 1) Honor Operasional Satuan Kerja; 2) Belanja Barang Operasional Lainnya; 3) Belanja Bahan; 4) Honor Output Kegiatan; 5) Belanja Non Operasional lainnya; 6) Belanja Sewa; 7) Belanja Jasa Profesi; 8) Belanja Perjalanan Lainnya; 9) Belanja Jasa;10) dll.
2. Khusus untuk KAK yang digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Peraturan PresidenNomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahsebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanPresiden Nomor 70 Tahun 2012, yaitu hanya mencantumkan besaranpagu anggaran tanpa menyebutkan RAB.
H. Format KAK per Keluaran Kegiatan dan Petunjuk Pengisiannya adalahsebagai berikut:
996
FORMAT KAK PER KELUARAN KEGIATAN
Kementerian Negara/Lembaga : ……………………………........ ( 1 )Unit Eselon I : ……………………………........ ( 2 )Program : ……………………………........ ( 3 )Hasil : ……………………………........ ( 4 )Unit Eselon II/Satker : ……………………………........ ( 5 )Kegiatan : ……………………………........ ( 6 )Indikator Kinerja Kegiatan : ……………………………........ ( 7 )Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : ……………………………........ ( 8 )Volume : ……………………………........ ( 9 )
A. Latar Belakang1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan (10)2. Gambaran Umum (11)3. Alasan Kegiatan Dilaksanakan (12)
B. Maksud dan Tujuan1. Maksud Kegiatan (13)2. Tujuan Kegiatan (14)
C. Cara Pelaksanaan Kegiatan1. Metode Pelaksanaan (15)2. Tahapan Kegiatan (16)
D. Tempat Pelaksanaan Kegiatan (17)
E. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan1. Pelaksana Kegiatan (18)2. Penanggung Jawab Kegiatan (19)3. Penerima Manfaat (20)
F. Jadwal Kegiatan1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan (21)2. Matriks Pelaksanaan Kegiatan (22)
G. Total Biaya Yang Diperlukan (23)
Penanggung Jawab,
Tanda tangan
(Nama Jelas) (24)
NIP ……...……………
997
PETUNJUK PENGISIAN KAK
KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai keluaran kegiatanyang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga yang memuat latar belakang, penerima manfaat, strategi pencapaian,waktu pencapaian, dan biaya yang diperlukan.
No Uraian (1) Diisi nama Kementerian Negara/Lembaga (2) Diisi nama unit eselon I (3) Diisi nama program sesuai hasil restrukturisasi program (4) Diisi dengan hasil yang akan dicapai dalam program (5) Diisi nama unit eselon II (6) Diisi nama kegiatan sesuai hasil restrukturisasi kegiatan (7) Diisi uraian indikator kinerja kegiatan (8) Diisi nama satuan ukur dan jenis keluaran kegiatan (9) Diisi jumlah volume keluaran kegiatan, volume yang dihasilkan bersifat kuantitatif
yang terukur. (10) Diisi dengan dasar hukum, tugas fungsi dan/atau ketentuan yang terkait langsung
dengan kegiatan yang akan dilaksanakan (11) Diisi gambaran umum mengenai keluaran kegiatan dan volumenya yang akan
dilaksanakan dan dicapai (12) Diisi dengan alasan-alasan kegiatan dilaksanakan (13) Diisi mengapa kegiatan harus dilaksanakan (14) Diisi tujuan kegiatan dilaksanakan yang berupa hasil akhir yang diharapkan dari
suatu kegiatan (bersifat kualitatif) serta manfaat (outcome) kegiatan (15) Diisi metode pelaksanaan suatu kegiatan dalam mendukung pencapaian kegiatan (16) Diisi tahapan dalam mendukung pencapaian keluaran (output) suatu kegiatan (17) Diisi tempat/lokasi pelaksanaan kegiatan (18) Diisi SDM yang terlibat dalam suatu kegiatan (19) Diisi siapa penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan (20) Diisi siapa penerima manfaat suatu kegiatan (21) Diisi lamanya dan kapan kegiatan dilaksanakan (22) Diisi jadwal waktu (time table) pelaksanaan kegiatan (23) Diisi total biaya yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebesar
nilai nominal tertentu yang dirinci dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagai lampiran KAK
(24) Diisi pejabat yang bertanggung jawab terhadap kegiatan uyang akan dilaksanakan
998
BAB IVPEMBAHASAN, PENYAMPAIAN, DAN REVISI KAK
Dalam rangka persiapan pembahasan dan penetapan program dan anggaranKementerian tahun berikutnya, Biro Perencanaan dan Organisasimemberitahukan kepada seluruh satuan organisasi/unit kerja di lingkunganKementerian, baik di tingkat Pusat maupun UPT, untuk segera mempersiapkan,merumuskan, dan menyusun KAK sesuai dengan kegiatan yang diusulkandan atau akan dilaksanakan. Urutan pembahasan dan penyampaian KAKadalah sebagai berikut:
A. Tata Cara Pembahasan dan Penyampaian Kerangka Acuan Kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dilakukan dengantata urutan dan ketentuan sebagai berikut:
1. Sebelum disampaikan kepada Sekjen c.q. Biro Perencanaan danOrganisasi, KAK terlebih dahulu ditelaah di unit kerja masing-masinguntuk mengetahui tingkat efektivitas, prioritas, serta pencapaian hasilyang diharapkan dari kegiatan yang diusulkan atau yang akandilaksanakan.
2. Penandatanganan KAK dilakukan oleh Pejabat Eselon I dan dapatdidelegasikan kepada Pejabat Eselon II dan/atau pimpinan satuankerja masing-masing dan atau pimpinan UPT untuk disampaikankepada Sekjen dengan tembusan kepada:a. Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi; danb. Kepala Biro Keuangan.
3. Sekjen c.q. Biro Perencanaan dan Organisasi melakukan koreksidan berhak memberikan catatan terhadap KAK yang disampaikanoleh satuan organisasi/unit kerja pembuat/pemrakarsa.
4. Penilaian dan koreksi dilakukan apabila KAK yang disampaikandipandang dan dinilai belum mencerminkan Kinerja yang akan dicapaidan atau melampaui batas-batas kesesuaian antar program dananggaran yang diajukan.
5. Hasil penilaian dan koreksi disampaikan kembali kepada satuanorganisasi/unit kerja pemrakarsa/pembuat KAK untuk segera diperbaiki.
6. KAK yang telah dibahas dan disampaikan oleh masing-masing unitorganisasi/satuan kerja, dengan dikoordinasikan Biro Perencanaandan Organisasi akan dibahas oleh unsur-unsur Eselon I danEselon II di bawah pimpinan Sekjen.
999
7. Hasil pembahasan KAK akan dijadikan sebagai bahan pembahasanusulan program dan anggaran Kementerian serta bahan evaluasidan masukan bagi perencanaan dan penyusunan kegiatan sertaanggaran pada tahun berikutnya.
8. Biro Perencanaan dan Organisasi mengoordinasikan jadwalpenyampaian dan pembahasan KAK.
B. Penanggung Jawab dan Penandatanganan KAK
1. Pejabat Eselon I dan Kepala UPT bertanggung jawab untukmengarahkan dan mengoordinasikan perumusan serta penyusunanKAK masing-masing kegiatan yang diusulkan atau yang akandilaksanakan terkait dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.
2. Tanggung jawab lebih diarahkan kepada penyusunan proses kegiatan,penentuan indikator, dan sasaran kinerja.
3. KAK yang sudah dirumuskan dan disusun, sebelum dihimpun dalamsuatu dokumen KAK yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon Imasing-masing unit organisasi/satuan kerja pemrakarsa/pembuatharus ditandatangani oleh Pejabat Eselon II dan atau Kepala UPT.
4. KAK untuk kegiatan prioritas tinggi dan atau strategis yang bersifatlintas Kementerian, sektoral maupun wilayah perlu dikoordinasikandengan Sekjen, Dirjen, Irjen, dan/atau Kepala Badan sesuai dengankegiatan yang diusulkan dan atau akan dilaksanakan.
C. Tata Cara Pembahasan dan Penyampaian KAK adalah sebagai berikut:
1000
No
URAIAN
KARO REN&ORG
KARO KEUANGAN
SATUAN KERJA
ESELON II,III,IV, KEPALA UPT
dan KOORDINATOR
JABFUNG
PEJABAT ESELON I
SEKJEN SATUAN KERJA
1
Pemberitahuan persiapan penyusunan KAK kepada seluruh unit organisasi/ satuan kerja
2
Pembahasan, perumusan, dan penyusunan KAK
3
Penandatanganan dokumen KAK
4
Penyampaian KAK
5
Penelaahan dan pembahasan KAK
6
Penyempurnaan/ perbaikan KAK
PEMBAHASAN DAN PENYAMPAIAN KAK
Keterangan:
1. Dalam rangka persiapan pembahasan program dan anggaranKementerian tahun berikutnya, Biro Perencanaan dan Organisasimemberitahukan kepada seluruh unit organisasi/satuan kerja diIingkungan Kementerian untuk mempersiapkan KAK sesuai dengankegiatan yang akan diusulkan/dilaksanakan.
2. Pejabat Eselon II, III, IV. Kepala UPT dan koordinator jabatan fungsionalmelaksanakan penelaahan, perumusan, dan penyusunan KAK sesuaidengan kegiatan yang diusulkan dan atau akan dilaksanakan.
3. KAK hasil pembahasan intern yang sudah disusun dan ditandatanganioleh Pejabat Eselon II dan atau Kepala UPT selanjutnya dihimpun
1001
dalam suatu dokumen KAK yang ditandatangani oleh PejabatEselon I masing-masing unit organisasi/satuan kerja.
4. Dokumen KAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat Eselon Imasing-masing satuan organisasi/unit kerja selanjutnya disampaikankepada Sekjen, dengan tembusan kepada Kepala Biro Perencanaandan Organisasi dan Kepala Biro Keuangan.
5. KAK yang sudah disampaikan kepada Sekjen, selanjutnya oleh Sekjendisampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi untukdilakukan penelaahan dan pembahasan.
6. Bilamana dalam penelaahan dan pembahasan KAK, dinilai/dipandangmasih ditemukan KAK yang belum mencerminkan tingkat pencapaiankinerja yang diharapkan dan atau melampaui batas-batas kesesuaianantara kegiatan dan anggaran yang diajukan, maka Biro Perencanaandan Organisasi menyampaikan kembali KAK bersangkutan kepadaunit organisasi/satuan kerja pemrakarsa pembuat KAK untuk segeradilakukan perbaikan.
D. Revisi KAK
Dalam pelaksanaan tahun anggaran berjalan apabila diperlukan dapatmelakukan revisi terhadap suatu kegiatan, maka terlebih dahulu harusdilakukan revisi terhadap KAK untuk pelaksanaan kegiatan bersangkutan,dengan mekanisme sebagai berikut:
1. KAK yang sudah direvisi diajukan pada saat pengajuan revisi kegiatan.
2. Revisi KAK sebelum ditandatangani oleh Pejabat Eselon I masing-masing unit organisasi/satuan kerja harus mendapat paraf persetujuanPejabat Eselon II satuan organisasi/unit kerja dan atau Kepala UPT.
3. Revisi KAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat Eselon I,selanjutnya disampaikan kepada Sekjen dengan tembusan kepada:a. Irjen;b. Karo Perencanaan dan Organisasi;c. Karo Keuangan;d. Sekditjen/Sekitjen/Sekbadan bersangkutan; dane. Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Mekanisme penyampaian pembahasan KAK dan contoh penyusunanKAK adalah sebagai berikut:
1002
No
URAIAN
SATKER ESELON
I SEKJEN IRJEN
KARO REN&O
RG
KARO KEU
SEKDITJEN/SEKITJEN/SEKBADAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
SATUAN KERJA
1
Revisi KAK
2
Persetujuan dan penandatanganan Revisi KAK
3
PenyampaianRevisi KAK
4
Penelaahan Revisi KAK
REVISI KAK
Keterangan:
1. Sebelum pengajuan usulan revisi kegiatan tahun anggaran berjalan,maka satuan organisasi/unit kerja pemrakarsa revisi kegiatan harusterlebih dahulu melakukan revisi KAK untuk kegiatan bersangkutan.
2. KAK yang sudah direvisi, selanjutnya disampaikan kepada PejabatEselon I masing-masing satuan organisasi/unit kerja bersangkutan untukmendapatkan persetujuan.
3. KAK yang sudah disetujui dan ditandatangani oleh Pejabat Eselon Imasing-masing satuan organisasi/unit kerja, selanjutnya disampaikankepada Sekjen dengan tembusan kepada Irjen, Karo Perencanaan danOrganisasi, Karo Keuangan, Sekditjen/Sekitjen/Sekbadan dan PejabatPembuat Komitmen.
4. Revisi KAK yang sudah diterima oleh Sekjen, selanjutnya disampaikankepada Karo Perencanaan dan Organisasi untuk ditelaah dan diproseslebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1003
BAB VPENUTUP
Dengan ditetapkannya Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Kerja(KAK) di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, diharapkansemua unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifdapat menyusun kegiatannya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkansehingga diperoleh hasil yang optimal.
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIFREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARI ELKA PANGESTU
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF RIKepala Biro Hukum dan Kepegawaian,
ZAINI BUSTAMAN, SH, MMNIP. 19590617 198803 1 005
Top Related