Geografi Politik or GeoPolitics
Transcript of Geografi Politik or GeoPolitics
Geografi Politik (1)
Definisi Geografi Politik
* Konsepsi Geografi Politik
Mendefinisikan Geografi Politik dan ruang lingkupnya
merupakan tugas yang sulit, sebab sasaran dan tujuannya
berubah seiring dengan sifat Geografi Politik yang berubah
sebagai suatu disiplin. Tetapi Geografi Politik yang muncul
selalu saja lebih dari sekedar aspek politik dari kajian-
kajian geografis kontenporer. Ada suatu jalinan umum dalam
semua Geografi Politik yang didasarkan atas perhatian
terhadap negara-negara sebagai entitas teritorial. Hasilnya
adalah analisis-analisis kekuasaan dengan ruang yang
terfokus, yang terpusat pada negara.
Penafsiran dan analisis Geografi Politik dapat dimulai
dari pengkajian yang berpangkal pada aktivitas politik
manusia. Politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” berarti
kota yang berstatus negara. Segala aktivitas polis untuk
kelestarianya disebut Politica. Politik pada hakekatnya “The art
and science of government”. Pada karya Il Principle yang diterbitkan
tahun 1513, Machiavelli dalam Haryomataram (1972),
mengemukakan “Politic Is Power”. Politik adalah daya upaya
memperoleh kekuasaan, penggunaan atau menghambat
penggunaannya.Politik dilakukan dalam rangka menjamin
kehidupan negara, dimana kekuasaan (political power) berpusat
pada pemerintahan negara yang bersangkutan. Oleh karena iu,
maka perjuangan politik pasa akhirnya ditujukan untuk
1
menguasai pemerintahannya. Jika politik diartikan sebagai
pendistribusian kekuasaan (power) serta kewenangan (rights) dan
tanggung jawab (responsibilities) dalam kerangka mencapai tujuan
politik (nasional), maka Geografi Politik berupaya mencari
hubungan antara konstelasi geografi dengan pendistribusian
tersebut diatas. Hal ini disebabkan karena bagaimanapun juga
pendistribusian itu harus ditebarkan pada hamparan geografi
yang memiliki ciri-ciri ataupun watak yang tidak homogen
diseluruh wilayah negara. Inilah cirinya yang ditengarai
sebagai sebab mengapa efek dan efektivitas pendistribusian
itu terhadap masyarakat juga tidaklah homogen sifatnya, yang
disebabkan oleh dampak dan intensitas pendistribusian yang
bervariasi diseluruh wilayah negara.
* Konsepsi GeopolitikIstilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh Rudolf
Kjéllen, seorang ahli politik dari Swedia pada tahun 1899-
1905. sebagai cabang dari Geografi Politik, Geopolitik fokus
pada perkembangan dan kebutuhan akan ruang bagi suatu
negara. Geopolitik mengkombinasikan teorinya Friedrich
Ratzel’s tentang perkembangan alami sebuah negara dengan
Heartland Theory (teori kawasan inti) dari Sir Halford J.
Mackinder’s untuk membenarkan praktek-praktek yang bersifat
ekspansionis dari beberapa negara.
Geopolitik merupakan pengembangan dari Geografi
Politik, dimana negara dipandang sebagai satu organisasi
hidup yang berevolusi secara spatial dalam kerangka memenuhi
kebutuhan masyarakat bangsanya atau tuntutan kebutuhan akan
2
Lebensraum. Lebensraum (ruang hidup) yang secara eksplisit
dikaitkan dengan perkembangan budaya bangsa teritorial
dengan perluasan, dan yang kemudian digunakan memberikan
legalisasi akademik untuk ekspansi imperialis dari negara
Jerman di tahun 1930-an. Ditangan para pemikir Jerman saat
itu, khususnya Haushofer, Geopolitik berkembang dengan pesat
sebagai satu cabang ilmu pengetahuan dimana kekuasaan
(politik) dan ruang (raum) merupakan anasir sentralnya.
Sehingga kemudian Haushofer menamakan Geopolitik sebagai
satu science of the state yang mencakup bidang-bidang politik,
geografi (ruang), ekonomi, sosiologi, antropologi, sejarah
dan hukum dan pertama kali diuraikan dalam bukunya yang
terkenal ’Macht und Erde’ (kekuasaan/ power dan dunia).
* Geostrategi
Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan
kondisi geografi negara untuk menentukan tujuan dan
kebijakan. Geostrategi merupakan pemanfaatan lingkungan
untuk mencapai tujuan politik. Geostrategi juga merupakan
metode mewujudkan cita-cita proklamasi.
Geostrategi juga untuk mewujudkan, mempertahankan
integrasi bangsa dalam masyarakat majemuk dan heterogin.
* Penjelasan Istilah
1. Geostrategi: suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi
lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan
tujuan nasional;
3
2. Sistem kehidupan nasional adalah himpunan berbagai
kelembagaan hidup bangsa sebagai sistem
(ipoleksosbudhankam) sebagai subsistem yang dilengkapi
dengan norma, nilai dan aturan;
3. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa
berisi keuletan, ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
ancaman baik datang dari luar maupun dari dalam.
4. Cita-cita nasional kondisi yang lebih cerah dimasa
depan sesuai dengan keinginan luhur yang terkandung
dalam falsafah bangsa.
5. Kepentingan nasional dari aspek keamanan dan
kesejahteraan
Kepentingan nasional adalah kepentingan bangsa dan negara
untuk mewujudkan stabilitas nasional bidang politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.
Pembangunan nasional adalah semua kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh negara atau pemerintah yang bertujuan
untuk mengadakan pembangunan fisik, sikap mental dan
modernisasi pemikiran bagi seluruh bangsa dan rakyat
Indonesia.
1. Keamanan adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh
masyarakat, mengenai ketenteraman, ketertiban,
keselamatan dan kemampu-an untuk mengadakan pertahanan.
2. Kesejahteraan adalah suatu kondisi yang didapat oleh
masyarakat dimana terdapat rasa kecukupan, kecerdasan,
4
kesehatan, ketaqwaan dan kemudahan untuk mendapatkan
fasilitas pelayanan.
* Konsepsi Ruang dalam Geografi Politik
Ruang merupakan inti dari Geografi Politik, sebab
menurut Haushofer dan pengikutnya ruang merupakan wadah
dinamika politik dan militer. Dengan demikian sesungguhnya
Geopolitik merupakan cabang ilmu pengetahuannya yang
mengaitkan. ruang dengan kekuatan fisik dan manusia, dimana
pada kenyataannya kekuatan politik selalu menginginkan
penguasaan ruang dalam arti ruang pengaruh, atau sebaliknya,
penguasaaan ruang secara de facto dan de jure merupakan
legitimasi dari kekuasaan politik.
Penguasaan ruang atau ruang pengaruh demikian itu pada
intinya sesungguhnya merupakan satu fenomena spatial dari
ruang itu sendiri. Jika ruang pengaruh diperluas maka akan
ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. dan kerugian
akan menjadi lebih besar lagi apabila hal itu dicapai
melalui perang. Sumbangan Marxis menafsirkan politik negara
dalam hal aliansi-aliansi kelas berbasis pada ruang. Dari
perspektif yang lebih kultural bangsa-bangsa dan
nasionalisme telah dikaji dalam hal keterkaitan khusus
kepada tampat. Tambahan pula sistem dunia Geografi Politik
telah dibangun dimana negara-negara dan bangsa-bangsa
dilihat sebagai bagian dari perkembangan sosial dan ruang
sistem dunia modern.
* Makna Penting Batas Bagi Negara
5
Batas digunakan untuk menentukan kepemilikan publik
atau swasta dengan menentukan lokasi yang tepat di permukaan
bumi yang terbedakan dari yang lain. Batas juga digunakan
untuk menandai fungsional dan berhubungan dengan hukum
batasan politik suatu negara. Pengaturan batas merupakan
karakteristik dari era sejarah modern yang terpusat pada
negara-negara yang muncul baik diperlukan perlindungan
terhadap serangan dan eksistensi kedaulatan negara. Garis
batas yang ditetapkan oleh negara atau daerah, untuk
menetapkan tata ruang yang luas. Hal ini dapat berkontribusi
untuk identitas nasional dan rasa memiliki “mengetahui satu
dari tempat”. Secara historis, benda alam seperti sungai dan
gunung melayani keperluan ini.
Dalam kaitan dengan konsep ruang, batas wilayah
kedaulatan negara (boundary) amatlah penting di dalam
dinamika hubungan antara negara/ antarbangsa, karena batas
antar negara atau delimitasi sering menjadi penyebab konflik
terbuka. Sungguhpun demikian penentuan delimitasi telah
diatur dalam berbagai konvensi internasional, akan tetapi
latar belakang sejarah setiap bangsa/ negara dapat
memberikan nuansa politik tertentu yang mengakibatkan
penyimpangan dalam menarik garis boundary tadi, dan akhirnya
bertabrakan dengan negara lain. Kasus konflik teritorial
diantara negara-negara berkembang adalah contoh yang amat
sangat nyata, sebab boundary yang ditetapkan oleh penguasa
kolonial tidaklah sejalan dengan sejarah bangsa dan dengan
6
aspirasi politik dari bangsa yang telah menjadi merdeka.
Perbatasan menggambarkan batasan-batasan sebagai satu
kesatuan politis atau yurisdiksi sah tentang undang-undang
atau aturan dari pemerintah suatu negara atau sub-national
negara yang mengatur masalah administratif wilayah.
Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan
wilayah suatu negara. Perbatasan suatu negara mempunyai
peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan,
pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan
wilayah. Penentuan perbatasan negara dalam banyak hal
ditentukan oleh proses historis, politik, hukum nasional dan
international. Dalam konstitusi suatu negara sering
dicantumkan pula penentuan batas wilayah. Pembangunan
wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional. Wilayah perbatasan mempunyai
nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan
nasional.
* Pengaruh Letak Bagi Negara
1. Letak dalam makna Accesibility
Accesibility atau asesibilitas artinya keterjangkuan
(mudah-sukarnya dicapai). Sebaliknya ada negara yang
lokasinya di pinggiran seperti negara Singapura dan Malaysia
misalnya makna lokasi sentral dan periferis jelas menentukan
perkembangan negara yang bersangkutan. Itu Sebabnya
berhubungan dengan penduduk, transportasi, ekonominya dan
sebagainya.
7
Letak sentral tak perlu berarti terjepit yang serba
melemahkan, sebaliknya letak periferis belum tentu serba
menguntungkan. Contohnya di Eropa Barat, letak Jerman itu
akan sentral, tetapi justru akhirnya menakutkan karena dari
abad ke abad justru menguatkan dirinya dengan berbagai cara.
Kini letak sentralnya yang membahayakan tetangga-tetangganya
itu sudah dapat dikendalikan.
2. Letak Strategis
Strategis mula-mula berarti menguntungkan bagi
peperangan, tetapi kini selain makna politis dan militer
juga dapat ekonomis. Contohnya letak selat Giblatar, teluk
Dadonella dan Basporus, Pulau Malta dan terusan Suez.
Semuanya strategis dalam hubungannya dengan laut Tengah yang
seringkali merupakan ajang permainan politik negara-negara
setempat dan para adikuasa. Contoh lain kawasan yang
letaknya strategis adalah kawasan laut Cina Selatan. Kawasan
tersebut merupakan jalur pelayaran dan komunikasi
internasional (jalur lintas laut perdagangan internasional),
sehingga menjadikan kawasan itu mengandung potensi konflik
sekaligus potensi kerjasama.
3. Perubahan Nilai Letak
Meskipun lokasi sesuatu tempat di permukaan bumi itu
adalah tetap akan tetapi nilai politisnya serta implikasi
lokatifnya dapat berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman.
8
Para geograf yang mempelajari masalah-masalah negara
harus selalu memperhitungkan hal-hal yang dapat mengubah
nilai lokasi:
a. Akibat kemajuan teknologi transportasi sehingga jarak
spasial dapat dikecilkan secara mengagumkan, segala yang
berjauhan dapat didekatkan dengan akibat yang positif
maupun negatif.
b. Pola persebaran pusat-pusat milter. Poilitik secara
global (internasional) dapat bergeser atau berganti.
* Pengaruh Iklim Terhadap Negara
Determinisme iklim memegang pandangan bahwa lingkungan
fisik menentukan kondisi sosial-budayanya. Orang-orang yang
meyakini pandangan ini mengatakan bahwa manusia secara ketat
ditentukan oleh stimulus-respon (lingkungan iklim-perilaku)
dan tidak menyimpang.
Kehidupan manusia bertalian erat dengan iklim. Iklim
menentukan jenis pangan yang diusahakan melalui pertanian
setempat, iklim juga mempengaruhi gaya hidup manusia.
Vitalitas manusia yang mendorong pencapaiannya secara
kultural juga memiliki latar belakang iklim tertentu.
Kekuasaan politik ternyata juga berkaitan dengan iklim
wilayah yang menguntungkan. Tentang iklim ini kemudian
diperjelas dengan pendapat E. Huntington yang terkenal
dengan aliran determinisme geografis, dalam bukunya
Civilization and Climate (1915) yang menyebutkan bahwa semua
kebudayaan bangsa yang pernah muncul dalam sejarah atau yang
9
dapat dianggap maju ekonominya, terletak di daerah-daerah
yang mempunyai iklim sedang. Elsworth Huntington memaknai
iklim makna secara luas, mempengaruhi kehidupan manusia
melalui tiga cara: (a) membatasi gerakan manusia; (b)
menjadi faktor utama dalam mengontrol wujud dan jenis-jenis
kebutuhan materiil manusia, yakni pangan, sandang dan papan;
(c) secara langsung berpengaruh atas kesehatan dan energi
manusia.
Geografi Politik (2)
Teori Geopolitik
* Teori Kekuasaan
Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham
kekuasaan dan geopolitik yang dianut oleh negara yang
bersangkutan.
1. Paham-paham Kekuasaan
a. Machiavelli (abad XVII)
Sebuah negara itu akan bertahan apabila menerapkan dalil-
dalil:
1. Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara
dihalalkan
10
2. Untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (devide
et empera) adalah sah.
3. Dalam dunia politik, yang kuat pasti dapat bertahan dan
menang.
b. Napoleon Bonaparte (abad XVIII)
Perang dimasa depan merupakan perang total, yaitu
perang yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan
nasional. Napoleon berpendapat kekuatan politik harus
didampingi dengan kekuatan logistik dan ekonomi, yang
didukung oleh sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan
teknologi suatu bangsa untuk membentuk kekuatan pertahanan
keamanan dalam menduduki dan menjajah negara lain.
c. Jendral Clausewitz (abad XVIII)
Jendral Clausewitz sempat diusir pasukan Napoleon
hingga sampai Rusia dan akhirnya dia bergabung dengan
tentara kekaisaran Rusia. Dia menulis sebuah buku tentang
perang yang berjudul “Vom Kriegen” (tentang perang). Menurut
dia perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Buat
dia perang sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu
bangsa.
d. Fuerback dan Hegel
Ukuran keberhasilan ekonomi suatu negara adalah
seberapa besar surplus ekonominya, terutama diukur dengan
seberapa banyak emas yang dimiliki oleh negara itu.
e. Lenin (abad XIX)
11
Perang adalah kelanjutan politik dengan cara kekerasan.
Perang bahkan pertumpahan darah/ revolusi di negara lain di
seluruh dunia adalah sah, yaitu dalam rangka mengkomuniskan
bangsa di dunia.
f. Lucian W. Pye dan Sidney
Kemantapan suatu sistem politik hanya dapat dicapai
apabila berakar pada kebudayaan politik bangsa yang
bersangkutan. Kebudayaan politik akan menjadi pandangan baku
dalam melihat kesejarahan sebagai satu kesatuan budaya.
Dalam memproyeksikan eksistensi kebudayaan politik
tidak semata-mata ditentukan oleh kondisi-kondisi obyektif
tetapi juga harus menghayati kondisi subyektif psikologis
sehingga dapat menempatkan kesadaran dalam kepribadian
bangsa.
2. Teori Geopolitik (Ilmu Bumi Politik)
Sebagaimana telah disisipkan dalam mata kuliah
pengantar hubungan internasional, mahasiswa HI semestinya
sudah menyadari bahwa disiplin hubungan internasional
mendapat perhatian besar dari para pemikir utamanya sejak
berakhirnya Perang Dunia II (1918-1945). Selain itu,
hubungan internasional juga memperoleh sumbangan pemikiran
utamanya realis pasca Perang Dingin (1991). Selama empat
dekade tersebut, geopolitik dan geostrategi menjadi salah
satu strategi digunakan oleh para analisis untuk mengukur
kemampuan suatu negara dalam analisis tingkat negara (state
level analysis dan macro level analysis) melalui atribut nasional suatu
12
negara, yakni geografi. Kondisi fisik geografi juga menjadi
faktor untuk menyusun kebijakan suatu negara dan bagaimana
faktor-faktor geografi tersebut mempengaruhi hubungan
antarnegara dan struggle for world domination. Geografi juga
terkait dengan kandungan sumber daya alam suatu negara
(Hudson, 2007).
Akan tetapi pasca Perang Dingin dengan segala fenomena
krusial yang mengikutinya seperti globalisasi, seolah
mengaburkan konsep geopolitik dan geostrategi. Apakah benar
demikian? Beberapa sarjana hubungan internasional
menggambarkan bagaimana seakan-akan fenomena berakhirnya
Perang Dingin dan globalisasi menjadi konsep yang mulai
ditinggalkan. Salah satu sarjana yang mengilustrasikannya
adalah Gearóid Ó Tuathail (seorang professor geografi
Virginia Tech) dan Simon Dalby (Profesor Geografi
Universitas Carleton, Kanada) (1998). Dalam bukunya berjudul
Geopolitics and Rethinking, Gearóid Ó Tuathail menggunakan istilah
geopolitik Perang Dingin (Cold War geopolitics) untuk
membedakannya dengan geopolitik pasca Perang Dingin.
Mengapa demikian? Gearóid Ó Tuathail menjelaskan bahwa
konsep geopolitik saat itu telah mengalami pergeseran pusat
kajian geopolitik. Gearóid Ó Tuathail tidak menyangkal bahwa
seiring dengan berakhirnya Perang Dingin maka berakhir pula
ide geopolitik yang melingkupinya kala itu. Misalnya, ide
geopolitik Perang Dingin mengijinkan seorang ahli strategi
mendapatkan wacana ilmiah guna mendukung karir birokrasinya
13
selama kompleksitas dihasilkan oleh Perang Dingin, utamanya
dalam bidang akademik dan industri militer yang saat itu
sedang sangat populer. Konsep geopolitik di saat juga
mencitrakan potensi ancaman dari pihak yang berseteru.
Geopolitik Perang Dingin terbukti mampu menghadirkan
ideologi politik pervasif yang powerful yang bertahan selama
empat puluh tahun.
Kelahiran konsep geopolitik berasal dari berbagai
pemikiran oleh serangkaian sarjana geografi dan hubungan
internasional, selama dekade terakhir mereka menginvestigasi
geopolitik sebagai suatu fenomena budaya, politik, dan
sosial daripada suatu manisfetasi world politics (Ó Tuathail and
Dalby, 1998). Akan tetapi, Parker (1985) melengkapi bahwa
geopolitik lebih dari sekedar fenomena kultural seperti
telah dideskripsikan oleh tradisi geopolitik negarawan
biasa. Lebih lengkap untuk mendeskripsikan konsep geopolitik
paling dekat dengan ilmu hubungan internasional maka kita
mesti merujuk pada James Burnham (1941), Friedrich Ratzel
(1844-1904), dan Karl Haushofer (1869-1946) .
a. Friedrich Ratzel (1844-1904)
Dalam bukunya Politische Geographie (1897) dan Laws of the
Spatial Growth of States (1986) berisi pondasi geopolitik. Ratzel,
pendiri German School of Geopolitik menekankan bahwa state
merupakan badan organis yang secara natural tumbuh (misal
bertambah luas batasnya) seolah Ratzel berusaha
menghubungkan teori seleksi alam Darwin tentang ruang
14
melalui teori negara organis. Ia melihat ekspansi Amerika
terhadap tanah Indian sebagai hal serupa ketika Jerman
mengembangkan teritorinya sepanjang daratan Slavia, Eropa
timur. Lebih lanjut, Ratzel menegaskan state tidak bersifat
statis melainkan tumbuh secara natural, batas menjadi
analogi sederhana dari kulit yang bisa meluruh. Untuk itu,
Ratzel menjadi orang pertama yang memperkenalkan istilah
lebensraum (livingspace). Salah satu kutipan Ratzel yang paling
terkenal adalah: “There is in this small planet, sufficient space for only one
great state.”
b. James Burnham (1941)
Burnham memainkan peran utama dalam mengembangkan
geopolitik anti-kommunisme di era Perang Dingin. The Struggle
for World (1947), pada awalnya dirancang sebagai studi rahasia
untuk Office of Strategic Services (para pendahulu CIA) pada 1944,
dan dimaksudkan untuk digunakan oleh delegasi Amerika
Serikat pada Konferensi Yalta. Saat itu, dia bersikeras,
“sebuah aksioma geopolitik bahwa jika ada satu daya berhasil
mengatur (Eurasia) Heartland dan hambatan luar, kekuatan itu
pasti akan menguasai dunia.” Mengikuti Mackinder, Burnham
menyatakan bahwa Uni Soviet muncul sebagai kekukatan
Heartland besar pertama, dengan besar, dengan penduduk yang
terorganisir politis merupakan ancaman bagi seluruh dunia
yang lain.
c. Karl Haushofer (1896-1946)
15
Karl Haushofer seorang Jendral Jerman yang menyuarakan
kepentingan Jerman untuk memperluas tempat hidupnya dimana
populasi Jerman dan sumber daya alam bisa diakomodasi.
Selain itu, Haushofer juga menyatakan hegemoni regional yang
sama dapat didirikan di sekitar negara kuat, misalnya ia
mencontohkan Pan Germanism atau Pan-Europe milik Jerman.
d. Sir Halford Mackinder (Konsep Wawasan Benua)
Memasuki awal abad ke-19, hadir seorang tokoh terkemuka
geopolitik kelahiran Inggris bernama Sir Halford Mackinder
yang juga mendapat julukan sebagai intellectual architect dalam
pemahaman prinsip keamanan internasional. Dia
mengklasifikasikan dunia menjadi empat bagian yakni: 1.
Heartland mencakup kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah (World
Island); 2. Marginal Lands mencakup kawasan Eropa Barat, Asia
Selatan, sebagian Asia Tenggara dan sebagian besar daratan
Cina; 3. Desert mencakup wilayah Afrika Utara dan yang
terakhir, 4. Island or Outer Continents meliputi Benua Amerika,
Afrika Selatan, Asia Tenggara dan Australia.
Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”.
Ia mencetuskan wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat.
Ajarannya menyatakan; barang siapa dapat mengusai “daerah
jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat menguasai “pulau
dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai
dunia.
e. Sir Walter Raleigh dan Alferd Thyer Mahan (Konsep Wawasan
Bahari)
16
Barang siapa menguasai lautan akan menguasai
“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai
“kekayaan dunia” sehinga pada akhirnya menguasai dunia.
f. W. Mitchel, A. Seversky, Giulio Douhet, J.F.C. Fuller
(Konsep Wawasan Dirgantara)
Kekuatan di udara justru yang paling menentukan.
Kekuatan di udara mempunyai daya tangkis terhadap ancaman
dan dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran
dikandang lawan itu sendiri agar tidak mampu lagi bergerak
menyerang.
g. Nicholas J. Spykman
Teori daerah batas (Rimland) yaitu teori wawasan
kombinasi, yang menggabungkan kekuatan darat, laut, udara
dan dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan keperluan dan
kondisi suatu negara.
Akhirnya, dalam konseptualisasi geopolitik sebagai
“penalaran yang tersituasi”, perspektif kritis juga berusaha
untuk berteori sosio-spasial lebih luas dan keadaan
technoterritorial pengembangan dan penggunaan. Sebagai
rasionalitas praktis yang ditujukan untuk berpikir tentang
ruang dan strategi dalam politik internasional, geopolitik
secara historis sangat terlibat dalam apa yang Foucault
(1991) mengistilahkan “governmentalisasi negara.”
Pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa yang dimaksud dengan
jalan menuju kebesaran nasional bagi negara ? (pertanyaan
kunci untuk Alfred Mahan), Apa hubungan terbaik dari sebuah
17
negara untuk wilayahnya dan bagaimana negara dapat tumbuh?
(pertanyaan mendasar untuk Friedrich Ratzel), dan Bagaimana
negara direformasi sehingga yang kerajaan dapat diperkuat
(pertanyaan untuk Mackinder) adalah pertanyaan pemerintah
praktis memotivasi para pendiri dari apa yang kita kenal
sebagai “klasik geopolitik”. Sejarah dari pemecahan masalah
praktis pengetahuan statis terikat dengan pembentukan negara
dan kerajaan dan teknik kekuasaan yang memungkinkan bagi
mereka untuk mengembangkan wilayah dan masyarakat untuk
manajemen dan kontrol. (Ó Tuathail dan Dalby, 1998).
Geografi Politik (3)
Perkembangan Geopolitik
* Geopolitik, Geostrategi dan Tatanan Dunia Baru
Uneven Development bila diartikan adalah pembangunan
tidak merata. Ini merupakan suatu istilah yang digunakan
dalam teori Marxis dalam menunjukkan proses perubahan dunia
oleh kapitalisme secara keseluruhan. Pembangunan yang tidak
merata ini mencakup bidang ekonomi dan sosial.
Ketidakmerataan pembangunan ini menyebabkan munculnya
perbedaan secara sosial dan ekonomi. Hal ini menyebabkan
semakin seringnya muncul istilah kaya dan mikin, borjuis dan
proletar, negara dunia pertama dan ketiga, dan lain
18
sebagainya. Kemiskinan karena pembangunan yang tidak merata,
menurut Walt Whitman Rostow, disebabkan karena kurang
terlibatnya partisipasi negara dalam perdagangan dunia.
Untuk itu dibutuhkan harmonisasi sistem dalam perdagangan
internasional agar semua negara dapat meraih keuntungan.
Berbeda dengan teori Rostow, terdapat model core-pheripery
yang berasumsi bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
keterlibatan negara di dalam ekonomi dunia. Ini
menggambarkan suatu keterkaitan antara negara yang kaya dan
yang miskin. Negara yang kaya (core) akan mendapat keuntungan
dalam kapitalisme, sedangkan negara yang bergantung kepada
negara lain atau negara miskin (periphery) akan menjadi
semakin miskin karena persaingan. Digambarkan dalam model
utara dan selatan, sebelah Utara adalah negara core sebagai
pemegang kendali ekonomi internasonal dan sebelah selatan
adalah negara periphery sebagai pengikut dan pasif. Terdapat
tiga macam pembagian negara menurut Immanuel Wallerstein
dalam teori strukturalisme, yaitu core, semi-peripheral dan
peripheral. Negara core merupakan negara-negara yang dominan
dan sebagian besar menganut sistem kapitalisme, contohnya
seperti negara Amerika dan Inggris. Negara semi-peripheral
merupakan negara-negara yang tingkat perekonomiannya cukup
baik dan cukup berpengaruh, seperti Cina dan India. Negara
peripheral merupakan negara-negara yang tingkat
perekonomiannya masih dalam taraf berkembang, seperti
negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. Struktur ini
19
mengakibatkan tidak dapat dihindarkannya proses kapitalisme
oleh negara core kepada negara berkembang maupun negara
miskin.
Cerita pergulatan ekonomi ini berawal ketika terjadi
peningkatan industrialisasi di kawasan Eropa yang kemudian
mengawali munculnya kolonialisme dan imperialisme yang
dilakukan oleh Spanyol dan Portugis pada tahun 1500-an.
Begitu pula dengan Amerika yang sangat konsen pada
pengembangan pertambangan emas dan perak serta mengembangkan
pasar seluas-luasnya dan mencari bahan mentah sebanyak-
banyaknya yang akhirnya juga ikut berpartisipasi dalam
kegiatan kolonialisme di negara-negara kawasan Asia dan
Afrika. Persaingan ekonomi semakin panas dengan munculnya
Inggris sebagai pengembang produksi industri batubara, kapas
dan besi. Negara-negara tersebut, saat itu dapat dikatakan
sebagai negara core dan negara yang terkena penjajahan
disebut negara periphery.
Pada masa bipolar, Amerika dan Uni Soviet berperang
secara tidak langsung untuk merebut gelar sebagai satu-
satunya negara adidaya (core) di dunia. Perebutan Timur
Tengah yang diketahui sebagai ladang minyak pun ikut
meramaikan perang urat syaraf ini. Mereka menilai, barang
siapa yang dapat menguasai ladang minyak maka akan dapat
mengusai perekonomian dan politik dunia. Pada masa setelah
Perang Dingin, Amerika tampak sebagai satu-satunya negara
core yang telah mengalahkan Uni Soviet pada masa Bipolar.
20
Ini menimbulkan tatanan ekonomi internasional yang baru
dimana Amerika menguasai sebagian besar pasar dan menjadi
tumpuan negara-negara kecil lainnya. Namun, perubahan
konstelasi geopolitik global ini bukan merupakan jaminan
akan terbentukanya tatana internasional yang seimbang,
stabil dan aman bagi hubungan antar bangsa di dunia
internasional. Dengan adanya unipolaritas, negaa lain dibuat
menjadi tergantung dan tidak mandiri. Ini membuktikan bahwa
keterlibatan negara membuat pembangunan menjadi tidak
merata. Karena negara core akan selalu berusaha untuk
menjadi yang utama dan tidak ingin negara lain makmur. Ia
akan selalu berusaha menguasai keadaan, seperti halnya
Amerika dalam melawan terorisme. Amerika membuat beberapa
negara menjadi tersangka markas terorisme yang akhirnya
menimbulkan spekulasi bahwa negara-negara berpenduduk Muslim
dimasukan dalam kategori yang berpotensi sebagai kantong-
kantong terorisme internasional.
Semakin lama, negara yang dulunya disebut sebagai
negara periphery kemudian muncul secara perlahan sebagai
aktor baru dalam ekonomi dan politik internasional.
Unipolaritas Amerika semakin diwarnai oleh ketakutan akan
pemenang baru dalam dunia yang semakin maju. Negara-negara
di kawasan Asia seperti Cina, Jepang, India, dan Korea
Selatan perlahan memperlihatkan taringnya sebagai Macan
Asia. Industri mereka berkembang pesat dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir. Produk Cina dan Jepang dengan cepat
21
membanjiri pasar dunia, bahkan di Amerika produk-produk
industri buatan Cina lebih diminati karena lebih murah dan
alat elektronik serta otomotif Jepang sudah mulai menguasai
sebagian pasar Amerika. Ini membuat tatanan dunia berubah
dari unipolar menjadi multipolar. Sehinggga pusat kekuatan
tidak hanya dimonopoli oleh Amerika lagi yang selama masa
kepemimpinannya menerapkan prinsip unilateralisme dengan
alibi menjadi polisi dunia yang berhak menentukan segalanya.
Menurut para peneliti, inilah yang menyebabkan beberapa
perubahan di tatanan dunia internasional. Beberapa kali
terjadi pergantian poros yang mengakibatkan perubahan
pandangan geopolitik dan geostrategi. Para aktor berusaha
menepatkan negaranya dalam posisi poros utama dalam tatanan
dunia dengan meilhat aspek-aspek geografi, politik dan
ekonomi. Ini pula yang menyebabkan maraknya persaingan
kapitalisme di negara-negara maju dan berkembang dan
menimbulkan pembangunan dunia yang tidak merata.
* Kajian Geopolitik dan Geostrategi Era Abad ke-21: Masih
Relevankah?
Geopolitik sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan
pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Swedia yang bernama
Rudolf Kjellen pada tahun 1899-1905. Pada saat itu,
geopolitik dipahami sebagai suatu imperial knowledge mengenai
hubungan antara kondisi fisik bumi dan politik. Sebagai
contoh adalah Jerman yang pada masa itu merupakan salah satu
great powers menggunakan konsep Lebensraum sebagai justifikasi
22
untuk mempeluas kekuasaannya. Contoh lain adalah Amerika
Serikat yang berusaha untuk menguasai dunia dengan
menggunakan sea power theory ala Mahan. Mahan menyatakan bahwa
“…the path to national greatness lay in commercial and naval expansionism. All
truly great powers were naval powers.” Pemikiran-pemikiran
geopolitik pada masa itu cenderung digunakan sebagai suatu
ilmu tentang bagaimana negara-negara besar atau great powers
menaklukkan negara lain atau suatu ilmu untuk menjelaskan
fenomena imperialisme. Dengan kata lain, menurut Tuathail
dalam bukunya The Geopolitics Reader era ini dinamakan dengan era
imperialist geopolitics.
Era berikutnya adalah pada saat Perang Dingin, atau
dinamakan dengan cold war geopolitics. Era ini ditandai dengan
kontes penyebaran pengaruh dan kontrol terhadap negara-
negara lain serta sumber daya strategis antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Kontes antar keduanya yang lebih
dikenal dengan kontes ideologi ini menyebabkan sistem dunia
menjadi bipolar. Geopolitik pada masa ini digunakan untuk
menjelaskan fenomena sistem dunia yang bipolar tersebut dan
bagaimana kedua negara besar tersebut menyebarkan
pengaruhnya satu sama lain. Runtuhnya tembok Berlin dan
jatuhnya Uni Soviet menandai berakhirnya kontes ideologi
antar kedua negara tersebut. Hal tersebut menyisakan Amerika
Serikat menjadi pemenang tunggal dalam kontes tersebut. Tak
salah kemudian jika Fukuyama menyatakan berkhirnya Perang
Dingin merupakan The End of History yaitu era ketika kontes
23
ideologi liberalisme dan komunisme berakhir dan menyisakan
liberalisme sebagai ideologi yang lebih baik.
Berakhirnya Perang Dingin tak hanya menyisakan
liberalisme sebagai ideologi tunggal, namun juga mengubah
tatanan dunia yang semua bipolar menjadi multipolar. Hal ini
dibuktikan dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru seperti
Jepang, Cina, dan Uni Eropa yang nantinya diprediksi akan
mampu mengimbangi kekuatan Amerika Serikat. Tidak hanya itu,
pada tahun 1990-an saat Perang Dingin berakhir terjadi
Perang Teluk yang melibatkan Irak dan koalisi internasional
yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Pasca Perang Teluk ini
menurut Presiden Amerika Serikat George W. Bush disebut
sebagai era new world order. Era new world order ini yang juga
merupakan era berakhirnya abad ke-20 tak lagi diwarnai
konflik-konflik perebutan wilayah atau pengaruh antar
superpowers. Selain karena era new world order ini hanya
menyisakan Amerika Serikat sebagai the only superpowers, menurut
Samuel P. Huntington dalam thesisnya yang terkenal yaitu
“The Clash of Civilizations”, konflik-konflik masa depan tidak lagi
merupakan konflik ideologi atau konflik ekonomi melainkan
konflik antar peradaban. Lebih lanjut Huntington menyatakan
bahwa “Nation states will remain the most powerful actors in world affairs, but
the principal conflicts of global politics will occur between nations and groups of
different civilizations.”
Adanya thesis Huntington ini menunjukkan bahwa konflik-
konflik masa depan tak lagi berdasarkan pada kekuatan
24
ekonomi maupun kondisi geografis saja melainkan pada
peradaban itu sendiri. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi
penulis terkait dengan judul tulisan ini. Lantas
bagaimanakah kelanjutan studi geopolitik di abad ke-21?
Apakah masih relevan untuk dipelajari?
Untuk menjawab pertanyaan ini, harus dikembalikan dulu
pada definisi geopolitik itu sendiri. Geopolitik terkadang
dipahami sebagai suatu ilmu yang mempelajari keterkaitan
antara kondisi geografis suatu negara dan perumusan
kebijakan luar negerinya, berdasarkan definisi ini dapat
dikatakan bahwa kajian geopolitik sudah lagi tak relevan
mengingat sekarang ini banyak bermunculan aktor-aktor non-
negara atau non-state actor dan juga isu-isu yang berkembang tak
lagi menyangkut high-politics saja melainkan juga low-politics.
Tetapi kalau geopolitik dipahami sebagai suatu ilmu yang
berhubungan dengan pandangan komprehensif mengenai peta
politik dunia, dapat dikatakan bahwa kajian geopolitik masih
relevan. Kalau dalam era abad ke-19 geopolitik cenderung
dipahami sebagai imperial knowledge hal itu dikarenakan adanya
kesadaran bahwa dunia yang ditempati oleh negara-negara pada
waktu itu merupakan closed political space seperti yang dinyatakan
oleh MacKinder. Kemudian di era Perang Dingin geopolitik
digunakan untuk menjelaskan kontes ideologi antara dua
superpowers (Amerika Serikat dan Uni Soviet) karena pada waktu
itu Perang Dingin diwarnai oleh perebutan pengaruh antar
keduanya, sehingga dibutuhkan semacam geostrategi untuk
25
dapat memenangkan kontes tersebut. Dan di era new world order
ketika negara tak lagi menjadi aktor utama dalam hubungan
internasional karena banyak bermunculannya non-state actors
seperti MNC, NGO, dll dan isu-isu yang dibahas juga mulai
bergeser dari isu-isu high-politics ke low-politics menyebabkan
fokus kajian geopolitik ini senantiasa berubah. Seperti yang
dinyatakan Tuathail bahwa “Geopolitics is best understood in its
historical and discursive context of use”. Yang perlu ditekankan di sini
adalah geopolitik menyangkut tentang bagaimana konteks
keruangan (spatial) mempengaruhi perilaku negara-negara di
dunia untuk bertarung dalam politik internasional.
Geografi Politik (4)
Geopolitik Modern
* Geopolitik Modern
John Agnew, bersama dengan rekannya Corbridge, mencoba
memberikan teorema-teorema umum geopolitik yang akan
memposisikannya sebagai ide sekaligus praksis. Hasilnya
adalah sebuah teori hibrida dari geopolitik dan ekonomi
politik, Ekonomi Geopolitik. Ekonomi Geopolitik didapatkan
dengan cara menggabungkan pemikiran Lefebvre dari Perancis
26
tentang Aktivitas Keruangan (Spatial Practice) dan Gambaran
Keruangan (Representation of Space) dengan pemikiran Gramsci dari
Italia tentang hegemoni. Geopolitik Modern yang tersifati
secara ekonomi ini diyakini sebagai hasil aktivitas manusia,
bukan sekedar given. Ia disadari sebagai filosofi negara,
sebuah teknologi mental untuk memerintah.
Henry Lefebvre mendefisiniskan Spatial Pratices sebagai
Aliran, interaksi dan pergerakan material fisik, kedalam dan
melintasi ruang; sebagai ciri fundamental dari produksi
ekonomi dan reproduksi sosial. Sedangkan Representation of Space
merupakan keseluruhan konsep, dan kode geografis yang
digunakan untuk membicarakan dan memahami aktivitas
keruangan. Mudahnya, aktivitas keruangan adalah bersifat
material dan gambaran keruangan adalah wacana atas aktivitas
keruangan.
Anthonio Gramsci menggunakan konsep hegemony untuk
menambal kekurangan analisa Karl Marx. Marx meramalkan bahwa
revolusi proletariat menuju masyarakat sosialis akan terjadi
di negara kapitalis paling maju. Sementara kenyataannya,
revolusi tersebut malah terjadi di negara agraris, Rusia.
Gramsci dari penjara Italia mempertanyakan, mengapa revolusi
tersebut sulit dilakukan di Eropa Barat? Hegemoni yang
merupakan konsep keunggulan kepemimpinan adalah jawabannya.
Hegemoni dapat dipahami sebagai langkah eksploitasi dan
alienasi struktural, bisa juga sebagai kondisi statis
hubungan antar negara.
27
Dari pembedaan Lefebvre dan konsep hegemoni Gramsci,
Agnew dan Corbridge mencoba menjembataninya dengan relasi
dialektis antara materi dan wacana, yang kemudian diatasnya
dibangun dua istilah baru, yakni Orde Geopolitik dan Wacana
Geopolitik. Orde geopolitik adalah aktivitas keruangan dalam
ekonomi politik dunia. Order sebagai rutinitas aturan,
institusi, aktivitas dan strategi, dimana ekonomi politik
internasional bekerja dalam periode sejarah yang berbeda-
beda; memerlukan karakteristik geografis. Antara lain,
derajat relatif sentralitas teritorial negara atas aktivitas
ekonomi dan sosial, hirarkhi negara, jangkauan ruang
aktivitas negara-negara dan aktor lain, keterhubungan atau
keterputusan ruang antar aktor, aktivitas keruangan yang
didukung oleh teknologi informasi dan militer, dan peringkat
kawasan tertentu ataupun negara-negara dominan tertentu
dalam hal ancaman dominasi ataupun keamanan militer dan
ekonomi.
Dari karakteristik ini dapat kita simpulkan bahwa ada
empat Orde Geopolitik semenjak istilah geopolitik sendiri
lahir, yaitu Orde Inggris, Orde Persaingan antar Kerajaan,
Orde Perang Dingin, Orde Liberalisme Transnasional. Dalam
masing-masing orde tersebut terdapat hubungan hegemonik.
Boleh jadi Orde geopolitik tidak memiliki satu negara
hegemon, contohnya adalah Orde terakhir. Pasca Perang
Dingin, dunia tidak dihegemoni oleh satu negara, akan tetapi
beberapa negara kuat seperti Amerika Serikat, Jepang, dan
28
Jerman, yang disatukan oleh Pasar Dunia dan institusi/
organisasi transnasional semacam Uni Eropa, WTO, IMF dan
Bank Dunia. Orde Liberalisme Transnasional menjelaskan bahwa
dunia sedang mengalami perkembangan universal, yaitu
perluasan dan penambahan Pasar Kapitalis di seluruh dunia.
Istilah kedua, Wacana geopolitik, merupakan Gambaran
keruangan atas hegemoni yang terjadi di dunia. Gambaran
tersebut didapat sebagai hasil pewacanaan para intelektual
negara baik teoritisi maupun praktisi atas pembacaan maupun
penulisan geografis dalam ekonomi politik internasional. Ada
empat karakteristik Wacana geopolitik yang berupa mentalitas
geopolitik. Pertama, adalah Visualisasi global, dimana dunia
dipandang sebagai satu gambar yang dilihat dari satu sudut
yang menguntungkan. Kedua, waktu dipahami dalam konsep
ruang, diamana blok/ kompleks ruang dipisahkan dan diberi
label sesuai atribut periode waktu, relatif terhadap
pengalaman sejarah ideal salah satu blok/ komplek. Tiga,
negara menjadi gambaran utama keruangan global, dengan
asumsi bahwa negara memiliki power eksklusif atas wilayahnya
(kedaulatan), bahwa hubungan domestik dan luar negeri
merupakan bidang yang berbeda, bahwa batasan negara
menjelaskan batasan masyarakat. Empat, pengejaran keunggulan
oleh negara-negara dominan dalam sistem antar negara, dengan
asumsi, bahwa power didapat dari keuntungan lokasi
geografis, besar populasi, dan sumber daya alam, bahwa power
29
adalah atribut yang digunakan untuk memonopoli dalam
kompetisinya dengan negara lain.
Senada dengan Orde geopolitik, Wacana geopolitik,
berdasarkan karakteristiknya, juga terperiode dalam empat
Wacana, yaitu Wacana Peradaban (abad 19), Wacana Alami
(akhir abad 19 hingga akhir Perang Dunia II), Wacana
Ideologi (Perang Dingin), dan Wacana Perbesaran (Post Cold War).
Wacana perbesaran ini dapat dilihat pasca Perang Teluk II,
dimana pemerintahan Clinton, sebagai salah satu hegemon
dunia melakukan perluasan atas komunitas negara yang
menerapkan demokrasi pasar. Hal tersebut dilakukan dengan
mewacanakan konsep Liberalisme Transnasional dalam diskusi-
diskusi pakar, perkuliahan para mahasiswa, dan pemberitaan
media massa.
Geopolitik Modern adalah pendekatan yang lebih relevan
atas kondisi geopolitik dunia saat ini. Dimana negara-negara
terkonsentriskan dalam hegemoni tersendiri, dengan satu
rumpun wacana yang sama, globalisasi ekonomi kapitalis.
Dimana negara-negara berusaha mencari power relatifnya atas
negara lain/ hegemon lain, yang terdiri dari komponen fisik
dan komponen ide/ wacana.
* Geopolitik Postmodern
Posmodern didefinisikan oleh Lyotard sebagai keraguan
atas meta-narasi (kisah-kisah besar). Tokohnya antara lain
Michel Foucault yang mengatakan bahwa power dan pengetahuan
memiliki hubungan yang determinis. Ia juga menganggap bahwa
30
tidak ada kebenaran diluar rezim kebenaran, aforismanya
adalah “bagaimana sebuah sejarah memiliki nilai kebenaran,
apabila kebenaran itu sendiri memiliki sejarah?” Tokoh
lainnya adalah Jacques Derrida yang mengkonsepkan
dekonstruksi dan pembacaan ganda atas wacana dan teks.
Menurut Robert Rich, di era globalisasi dan
transnasionalisme, geometri ekonomi ia gambarkan sebagai
jaring-jaring global (Global Webs). Kebangsaan sebuah
perusahaan tidak menjadi relevan; power dan kemakmuran
mengalir cepat dalam jaring-jaring ekonomi tersebut, melalui
efisiensi telekomunikasi dan transportasi. Teknologi
informasi yang menciptakan hyper-reality menjadi sangat penting
dalam geometri power yang baru.
Lebih jauh, Manuel Castells menyatakan bahwa fungsi dan
proses dominan di era informasi adalah jaringan kerja sosial
baru (new network society). Jaringan tersebut menentukan
morfologi sosial, dan tentu saja merubah secara substansial
hasil dan proses bekerjanya produksi, pengalaman, power, dan
kebudayaan. Ia juga menyebutkan bahwa kini dunia terskemakan
dalam flows-webs-connectivity-network.
Sedikit berbeda dengan teori jaringan Castells, Bruno
Latour mengkonsepkan teori Aktor-Jaringan. Menurutnya, dunia
ditinggali oleh kolektivitas manusia dan bukan manusia, yang
membentuk lebih dari jaringan teknik ataupun sosial. Ilmu
geografi, pemetaan, pengukuran, triangulasi, menurut teori
aktor-jaringan, tidaklah berguna lagi. Ukuran universal atas
31
kedekatan, jauh, dan skala tidak lagi berdasarkan ukuran-
ukuran fisik, akan tetapi konektivitas jaringan. Jika
geografi dikonsepkan ulang sebagai konektivitas, bukan lagi
ruang, maka ruang sebenarnya yang berasal dari pemikiran
tradisional hanyalah salah satu jaringan dari keseluruhan
jaringan.
Sementara itu T. Luke mencoba memperiodisasi narasi
hubungan manusia dan alam serta perubahan lingkungan dan
order. Menurutnya ada tiga periode, yaitu First nature, Second
nature, dan Third nature. Dalam first nature, hubungan manusia dan
alam tidak dimediasi oleh sistem teknologi yang kompleks.
Orde keruangan bersifat organik dan corporeal/ hajatul udhowiyyah
(sekedar memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh). Hubungan
selanjutnya adalah manusia membuat teknologi artifisial
melalui industri kapitalisme modern semenjak abad ke-18.
Orde keruangan merupakan hasil rekayasa, yang ditandai
dengan banyaknya kompleks perangkat keras yang senantiasa
berevolusi. Di masa ketiga, orde keruangan dihasilkan oleh
sistem saibernetis, segalanya menjadi elektronik dan
digital. Hal ini disebabkan oleh kapitalisme yang berkembang
cepat dan struktur informasi yang mengglobal. Geografi
modern menjadi info-graf posmodern, yang bersifat
telemetrik.
Untuk mengkonsepkan Geopolitik Posmodern, Gearód Ó
Tuathail mencoba menggabungkan keempat pandangan tersebut
guna menjawab lima pertanyaan berikut:
32
a. Bagaimana menggambarkan ruang global?
Kini dengan kemajuan teknologi yang ada, dunia dapat
digambarkan melalui simulasi yang dihasilkan oleh Sistem
Informasi Geografis dan teknologi visualisasi dan simulasi
telemetrik lainnya. Kejadian di suatu tempat yang jauh dapat
dilihat didengar dan dirasa oleh manusia dan pembuat
kebijakan di tempatnya secara langsung. Hal ini disebabkan
oleh konektivitasnya dengan teknologi. Kecepatan, kuantitas,
dan intensitas informasi menjadi perhitungan utama dalam
refleksi dan pembuatan kebijakan luar negeri.
b. Bagaimana ruang global dipisahkan dalam blok indentitas dan perbedaan
lainnya?
Pandangan dunia Eucidian yang membatasi dunia dengan
batasan fisik, kini tidak relevan lagi, terlebih dengan
adanya globalisasi pasar dunia. Dunia hanya bisa dipisahkan
berdasarkan globalisasi jaringan ekonomi produksi dan
konsumsi. Hirarki keruangan modern digantikan binaritas
keruangan wacana, yaitu liberal dan non-liberal
(fundamentalis, revivaris).
c. Bagaimana mengkonsepkan power global?
Power di jaman modern terdiri dari GPS (Geografi,
Populasi, dan Sumber Daya Alam). Melalui revolusi teknologi
informasi, semuanya berubah menjadi telemetrik. Akhirnya
dikenal konsep ISR (Informasi intelejen, Surveilance
[observasi detail dari jarak jauh], dan Reconnaissance
[Pengenalan ulang obyek]) dan C4I (Command, control,
33
communications, computer processing, dan intelejen) untuk
mendapatkan power relatif. Paradoks yang terjadi adalah hal
ini akan mendekonstruksi keberadaan negara secara solid,
sebab organisasi-organisasi hingga pribadi-pribadi mampu
memiliki power tersebut.
d. Bagaimana ancaman global diruangkan dan bagaimana strategi reaksi atas
ancaman tersebut dikonsepkan?
Pasca Perang Dingin, makna keamanan dan ancaman
ditinjau kembali. Ia bukan lagi berasal dari musuh
teritorial dimana konsep containment dan deterrence yang kaku
diberlakukan. Ancaman-ancaman yang ada menjadi tidak pasti
dan menyebar cepat. Ia muncul bukan dari teritorial, tapi
muncul dalam bentuk terrorisme tanpa negara, sabotase,
narco-terrorism, korupsi global, wabah penyakit, krisis
kemanusiaan, kerusakan lingkungan, proliferasi senjata
pemusnah massal, dll. Doktrin geostrategis telah berubah
dalam acuan fleksibilitas dan kecepatan, akan tetapi ia
masih harus dikompromikan dengan konsep teritorial. Dalam
menghadapi ancaman tersebut, diambil kasus Amerika Serikat,
dimana ia menerapkan dua konsep strategi pertahanan utama,
yaitu kehadirannya diseluruh lautan, dan pameran/ peragaan
militer. Kedepan, strategi bionik, bahkan cyborgtik akan
dikembangkan untuk menangani masalah ini.
e. Bagaimana aktor-aktor utama membentuk identitas dan konsep geopolitik?
Geopolitik kontemporer menggunakan para pemimpin dan
elit pemerintahan untuk membentuk kebijakan yang nantinya
34
membentuk identifikasi dan konsep atas geopolitik, yaitu
konsep geopolitical-man. Di masa kecanggihan teknologi, dunia
akan menyaksikan bahwa kebijakan-kebijakan penting akan
diambil oleh kolektif manusia dan bahkan kolektif cyborg
dalam sebuah network ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam pandangan saya, geopolitik posmodern akan
dirasakan oleh kebanyakan orang, hanya ada di awang-awang
alias abstrak, ketimbang geopolitik modern yang memang
berdasarkan penilaian rasional. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain, posmodern terlalu membesar-
besarkan runtuhnya ekonomi negara, dan globalisasi. Selain
itu, ia juga terlalu deterministik dalam menilai
perkembangan teknologi, sehingga tidak menilai moral dan
nilai dasar manusia yang didapatkannya dalam kehidupan
intrapersonal maupun interpersonal. Konsep network pun
terlalu dibesar-besarkan apabila ditempatkan diluar konteks
ekonomi dan sosial. Atas hal inilah geopolitik modern
kemudian banyak dirasakan lebih “nyata” ketimbang pendekatan
kalangan posmodern.
35
Geografi Politik (5)
Tantangan Geopolitik Abad 21
* Geopolitik Global dan Ancaman Keamanan bagi Negara-Bangsa
yang Berdaulat di Abad ke XXI
Perubahan konstelasi geopolitik global setelah usainya
Perang Dingin masih belum menunjukkan akan terbentuknya
suatu tatanan internasional (international order) yang lebih
menjanjikan kestabilan, keseimbangan, dan jaminan keamanan
bagi negara dan warga masyarakat serta hubungan antar-bangsa
di dunia. Kendatipun dipentas perpolitikan global tidak ada
lagi ancaman konflik yang berskala universal, dilandasi oleh
ideologi besar dan ditopang oleh kekuatan adikuasa dan blok
persekutan negara-negara, sebagaimana Uni Soviet dengan blok
dan ideologi totaliter komunisme, namun tidak berarti pada
dewasa ini geopolitik global telah bebas dari ancaman yang
destruktif. Pada kenyataannya, justru setelah terjadinya
serangan teroris di New York dan Pentagon pada 11 September
36
2001, disusul dengan upaya “perang melawan terorisme” yang
dilancarkan oleh Amerika Serikat, kita justru menyaksikan
semakin rawan dan rentannya keamanan internasional,
khususnya yang dialami dan dirasakan oleh negara-negara yang
berada dalam lingkaran sasaran perang melawan terorisme
tersebut. Kendatipun negara-negara tersebut secara formal
dan menurut hukum internasional adalah termasuk dalam
kategori negara-negara bangsa yang berdaulat dan, karenanya,
berada dalam perlindungan hukum dan lembaga internasional,
tetapi fakta yang terpampang di depan mata adalah semakin
memudarnya kapasitas dan kemandirian mereka berhadapan
dengan intervensi dan tekanan yang datang dari luar,
khususnya negara adikuasa. Negara-negara bangsa yang
berdaulat seperti Irak, Iran, Syria, Korut, dsb yang
dimasukkan oleh Pemerintah AS di bawah Presiden Bush dalam
kategori “the axis of evil” dan negara-negara berpenduduk Muslim
yang dimasukan dalam kategori berpotensi sebagai kantong-
kantong terorisme internasional, semuanya dalam situasi yang
rawan (precarious) dan jauh dari kondisi ideal negara-negara
bangsa (nation states) yang berdaulat sebagaimana dimaksud
dalam hukum internasional.
Kondisi yang tidak stabil, seimbang, dan aman pada
skala global tersebut muncul dan marak karena dipicu oleh
beberapa faktor. Yang terpenting antara lain adalah: 1)
adanya kevakuman kekuatan penyangga setelah hilangnya
kekuatan yang saling mengimbangi antara negara-negara
37
adikuasa, dan 2) terjadinya pergeseran geopolitik dan
geostrategis global menyusul munculnya kekuatan ekonomi dan
politik baru yang memiliki visi serta strategi besar yang
berbeda. Kevakuman tersebut, khususnya setelah runtuhnya Uni
Soviet, membuka peluang bagi negara adidaya seperti AS untuk
tampil menjadi kekuatan tunggal (unipolar) yang tak memiliki
tandingan dan bahkan sekedar penyeimbang yang dapat mengerem
ambisi hegemoninya dalam realitas politik global. Secara
riil, kekuatan militer AS yang superior dalam teknologi dan
didukung oleh anggaran pertahanan yang luar biasa besar
telah diappropriasi secara maksimum oleh kaum neo-
konservatif (neo-con) di pusat-pusat kekuasaan seperti White
House, Capitol Hill, lembaga think tanks, dan media massa.
Ditambah lagi dengan dorongan untuk menguasai ekonomi dunia
dari para pemilik modal raksasa Amerika, maka ambisi
hegemoni dan penciptaan seubuah kekaisaran dunia (Empire-
making) seperti tak terbendung.
Barry Rosen (2008) mengemukakan bahwa setelah Perang
Dingin usai tampaknya ada kesepakatan dalam elit politik AS
bahwa ancaman terbesar bagi negeri itu dalam jangka pendek
adalah terhadap keselamatan diri (safety) dari terorisme yang
datang dari luar. Mereka menuding khususnya 1). negara-
negara Timteng dan Arab; 2). negara-negara “jahat’’ (rogue
states); dan 3). negara-negara gagal (failed states). Menurut
Michael Hardt dan Antonio Negri (2000, 2005), AS telah
mengembangkan dirinya sebagai sebuah Empire tak ubahnya pada
38
masa Kekaisaran Romawi (Roman Empire), namun dengan kekuatan
dan cakupan pengaruh yang jauh lebih luas dan mendalam.
Sementara itu menurut Chalmers Johnson (2005, 2006, 2008),
AS, Empire-making yang telah berproses semenjak PD II
tersebut saat ini sedang mengalami pukulan balik (blowback)
yang, bisa jadi, akan mengakhiri kejayaannya karena ia
berlawanan dengan khittah Republik yang dicita-citakan oleh
para pendiri bangsa dan Konstitusi AS.
Tak dapat disangkal bahwa ambisi Empire making tersebut
telah memberikan sumbangan sangat besar bagi perkembangan
konstelasi geopolitik global yang cenderung mengancam
keamanan negara-negara berdaulat.
Rosen menyebut adanya empat faktor utama yang
memungkinkan AS untuk mengembangkan dominasi dan hegemoni
serta ambisi Empire-making: 1). Unipolaritas (kekuatan tunggal)
yang dimiliki AS semenjak berakhirnya Perang Dingin; 2).
Maraknya politik identitas sebagai salah satu sumber utama
konflik-konflik internasional; 3). Terjadinya penyebaran
kekuatan politik dan militer di dunia karene munculnya
aktor-aktor non-negara (non state actors); dan 4). Proses
globalisasi yang memperkuat posisi kapitalisme menjadi satu-
satunya sistem ekonomi dunia.
Unipolaritas AS memungkinkan terjadinya monopoli
kekuatan di seluruh dunia, baik dalam masalah anggaran
pertahanan; teknologi alutsista militer; kekuatan nuklir dan
WMD, dan kapasitas surveillance dan control aparat intelijen.
39
Dengan adanya unipolaritas kekuatan tersebut, pengembangan
sebuah Empire bukan lagi sebuah khayalan kosong. Bahkan,
berbeda dengan Empire-empire sebelumnya, perwujudan dan
perkembangan American Empire ini bisa jadi jauh lebih kokoh
karena bukan saja didukung oleh kekuatan militer dan
keberadaan pangkalan-pangkalan militer AS di seantero dunia,
tetapi juga oleh disertai kekuatan surveillance serta kontrol
yang terus menerus, baik dengan intelijen maupun teknologi
telematika yang canggih.
Sebagai ilustrasi, menurut Johnson (2008), pada sampai
pada 2005, jumlah pangkalan AS di seluruh dunia adalah
sejumlah 737 buah, terdiri dari yang besar 16, sedang 22,
dan kecil 699. Pangkalan besar adalah yang membutuhkan
anggaran di atas US $ 1.584 miliar, ukuran sedang adalah
yang membutuhkan anggaran sekitar US $ 845 juta sampai US $
1.584 miliar, ukuran kecil adalah yang membutuhkan anggaran
di bawah US $ 845 juta.
Pangkalan-pangkalan ini terbagi atas tiga jenis: 1.
Basis Operasi Utama (Main Operation Bases, MBOs), seperti di
Ramstein (Jerman), Kadena, Okinawa (Jepang), Aviano
(Italia), Yongsan (Korsel), dsb.; 2. Pangkalan Operasi
Terdepan (Forward Operation Sites, FOS) seperti di negara-negara
Singapura, Honduras, Diego Garcia , dll. ; 3. Lokasi
Pengamanan Terpadu (Comprehensive Security Locations, CLSs) atau
pangkalan-pangkalan ukuran kecil yang disebar diberbagai
wilayah untuk mendukung logistik ketika dibutuhkan. CLS
40
inilah yang paling banyak jumlahnya dan tersebar di berbagai
belahan dunia di Afrika, Amerika Latin, Timteng, dan Asia,
khususnya di sekitar wilayah hot-spot konflik-konflik,
seperti Ghana, Gabon, Chad, Mauritania, Mali, Maroko,
Tunisia, Qatar, UEA, Pakistan, India, Thailand, Filipina dan
Australia, dsb.
Politik identitas yang menjadi salah satu faktor utama
konflik-konflik di berbagai belahan dunia, termasuk agama,
etnis, dan ras menjadi semacam raison d'etre bagi elit politik
AS untuk melakukan intervensi atas nama kemanusiaan
(humanitarianism) dan perlindungan HAM. Dukungan AS terhadap
intervensi kemanusiaan di negara-negara seperti Bosnia,
Kosovo, Somalia, Afghanistan, Israel, Palestina, Myanmar,
dsb antara lain dilandasi oleh sentimen ideologis
liberalisme dan humanisme yang memberikan pembelaan terhadap
sistem demokrasi. Sebagaimana dikatakan oleh Menlu AS Condi
Rice dalam majalah Foreign Affairs baru-baru ini, “pembangunan
negara demokrasi adalah komponen penting dan utama untuk
kepentingan nasional kita.” Argumen penegakan dan
pengembangan demokrasi, sebagaimana yang dicitrakan oleh
elite politik AS, menjadi bagian tak terpisahkan dari
kepentingan nasional yang memberi legitimasi untuk
intervensi. Dengan alasan itulah pendudukan terhadap Irak
dan ancaman serangan terhadap Iran dan negara-negara yang
dianggap “jahat” lainnya mendapat legitimasinya, selain
dalam rangka perang melawan terorisme internasional.
41
Penyebaran kekuatan, khususnya kekuatan militer, yang
tidak hanya dimiliki oleh negara, tetapi juga oleh aktor-
aktor non-negara (non-state actors), telah mengakibatkan
semakin tidak stabilnya keamanan global dan memerlukan
adanya semacam kekuatan polisi dunia. Aktor-aktor non-negara
seperti Al-Qaeda, Hamas, Hezbollah, dan juga NGOs (non
governmental organizations) ternyata telah mengancam kredibilitas
negara yang secara konvensional dianggap sebagai pemilik
monopoli alat-alat kekerasan. Perang Irak menunjukkan bahwa
kekuatan anti AS yang notabene adalah para insurgen, dengan
persenjataan yang mereka buat sendiri ternyata mampu
melakukan perlawanan yang berjangka panjang dan menimbulkan
korban yang cukup besar terhadap pasukan pendudukan yang
didukung oleh persenjataan modern dan pasukan yang sangat
terlatih. Hal ini menyebabkan AS dan sekutunya di Eropa
sangat khawatir jika penyebaran tersebut tidak dapat dicegah
dan dikontrol. Ini menjadi alasan bagi AS untuk melakukan
kampanye perang melawan terror dan sekaligus menacapkan
pengaruhnya di seluruh dunia. Demikian juga kiprah NGOs yang
melakukan gerakan perlawanan terhadap perusakan lingkungan,
WTO, proliferasi nuklir, dst. telah menjadi fakta dan
kekuatan baru yang perlu diperhitungkan oleh negara.
Kenyataan ini juga memberikan legitimasi bagi elit politik
AS untuk lebih assertif dan proaktif dalam hubungan luar
negeri. Perang melawan terorisme, tidak dapat lagi hanya
42
diserahkan kepada "negara-negara" sahabat tetapi juga
merasuk kepada elemen-elemen non-negara.
Proses globalisasi, tak pelak lagi, ikut memperkuat
akselerasi hegemoni AS melalui ekonomi dan perdagangan
global. Melalui perkembangan teknologi informasi,
telekomunikasi dan transportasi, kapitalisme seolah menjadi
sistem ekonomi dunia yang tak dapat dielakkan, bahkan untuk
negara-negara yang semula menjadi pendukung utama sistem
ekonomi sosialis dan komunis seperti Cina, Vietnam, dan
Rusia.
Globalisasi juga telah menghasilkan paradoks yang dapat
mengancam hegemoni Empire. Misalnya, proses globalisasi
telah memunculkan dan memperkuat spirit nasionalisme dan
sentimen-sentimen lokal/ indigenous yang semula terpisah-
pisah di berbagai wilayah dunia menjadi menyatu akibat
terciptanya jejaring (networking) pada tataran global.
Politik identitas yang parochial lantas dapat
ditransformasikan menjadi perjuangan bersama dan global. Ini
terlihat pada gerakan-gerakan anti-kemapanan dan globalisasi
yang menggunakan instrument yang sama yang dipakai untuk
memperkokoh kekuasaan negara dan korporasi global itu
sendiri. Lebih jauh, konsep kedaulatan (sovereignty)
sebagaimana yang dikenal secara konvensional, kehilangan
relevansinya karena jejaring global telah menembus batas-
batas geografis dan politis.
43
Dengan dalih melindungi kepentingan nasional dan
ekonomi pasar bebas, maka AS merasa berkewajiban untuk
meningkatkan jangkauan global (global reach) nya. Intervensi
langsung maupun tak langsung, pemakaian tekanan diplomasi
maupun militer dan intelijen, menjadi bagian tak terpisahkan
dalam upaya mempertahankan kepentingan nasional tersebut.
Namun demikian, proses Empire-making tersebut di atas
bukan berarti tidak menghadapi kendala-kendala serius, sebab
konstelasi dunia pasca Perang Dingin juga menyaksikan
munculnya kekuatan baru seperti Cina dan India di Asia, Iran
di Timteng, dan Brazil di Amerika Latin, yang bukan tidak
mungkin akan berkembang sebagai contenders atau pesaing yang
dapat menyetop jangkauan global AS. Perlu diingat pula,
bahwa setelah kolapsnya Empire Soviet, Rusia juga telah
melakukan berbagai penyesuaian dalam geopolitik dan
geostrateginya dengan melakukan pendekatan terhadap negara-
negara di laut Kaspia dan Asia Tengah. Pendekatan baru
dengan Iran dan Cina yang dilakukan oleh Rusia juga
merupakan indikasi terjadinya pergeseran tersebut dengan
konskuensi strategis yang signifikan. Bahkan negara seperti
Jepang yang selama ini memiliki kedekatan strategis dan
kaitan kepentingan ekonomis dengan AS ternyata telah pula
melakukan berbagai “penyesuaian strategis” manakala ia
melihat perkembangan Cina dan Korsel sebagai dua raksasa
yang sedang menggeliat bangun, bukan saj secara ekonomi
tetapi juga militer.
44
Khusus dalam hal Cina yang mengalami pertumbuhan
ekonomi secara menakjubkan selama dua dasawarsa, tak pelak
lagi, telah menjadi salah satu kekuatan pesaing utama bagi
AS dan dampaknya telah dan sedang dirasakan oleh negara-
negara di kawasan Asia Timur, termasuk ASEAN dan Australia.
Percepatan ekonomi Cina, ternyata diikuti oleh pemacuan
sistem pertahanan strategis dan peningkatan kapasitas
persenjataan, termasuk nuklir, pada beberapa waktu terakhir.
Pembangunan dan beberapa kali uji coba senjata jelajah
berhulu ledak nuklir oleh Cina menunjukkan kemampuan untuk
mencapai sasaran jauh melampaui perbatasan negara itu,
sehingga cukup mengkhawatirkan negara seperti Australia dan
Jepang serta AS sendiri. Anggaran militer Cina pada 2007
telah mencapai jumlah sekitar US $ 139 miliar yang tentu
saja membuat AS merasa was-was. Menlu Rice, misalnya,
menyatakan bahwa AS khawatir terhadap “pembangunan yang
sangat cepat dalam sistem alutsista dengan teknologi tinggi”
yang dilakukan Cina, karena “kurangnya transparansi dalam
bidang pembelanjaan militer, doktrin dan tujuan strategis”
negeri Tirai Bambu tersebut. (2008).
Di kawasan Timteng, Iran muncul menjadi pihak yang
sangat diuntungkan secara strategis dari perkembangan
konflik di kawasan setelah serangan AS di Irak dan
Afghanistan sejak 2003. Hilangnya lawan-lawan utama seperti
rezim Saddam Hussein dan Taliban memungkinkan rezim Mullah
di Iran melakukan ekspansi pengaruh politik di kawasan serta
45
menjadi penantang utama Israel dalam geopolitik baru,
sekaligus ancaman terhadap kepentingan AS, khususnya jalur
supply minyak, di masa depan. Pergeseran geopolitik dan
strategis ini tentu akan berdampak bagi proses akselerasi
Empire-making AS dan dominasi sekutunya, Israel, di Timteng
sehingga masih terbuka kemungkinan eskalasi konflik di
kawasan tersebut yang dapat merembet sampai di Asia Selatan.
Kemungkinan serangan pre-emptive terhadap Iran yang
dipergunakan sebagai bargaining chip oleh Pemerintahan Bush
terhadap rezim di Teheran bisa jadi akan terealisasi apabila
pihak terakhir itu gagal dalam mencari solusi kompromi dalam
masalah pembangunan PLTN yang telah menjadi isu
internasional beberapa tahun belakangan.
Konstelasi geopolitik global di atas jelas akan menjadi
tantangan serius bagi negara-negara berdaulat di kawasan
Asia Tenggara, khususnya negara yang terbuka dan luas
seperti Indonesia. Jika selama empat dasawarsa terakhir
kawasan ini dapat menghindarkan diri dari konflik-konflik
antar negara, hal tersebut merupakan suatu prestasi luar
biasa dari ASEAN dan anggota-anggotanya. Namun demikian,
adalah keliru apabila menganggap ancaman terhadap keamanan
bukan persoalan utama dan penting dalam kondisi geopolitik
global yang sedang berubah dan belum menunjukkan adanya
stabilisasi dan arah yang jelas. Justru menurut hemat saya,
negara besar dan utama seperti Indonesia harus mewaspadai
perkembangan munculnya model ancaman keamanan baru yang
46
dihasilkan oleh proses Empire-making dari negara adikuasa
seperti AS serta bangkitnya aktor-aktor baru dalam
geopolitik dan startegi global. Lebih-lebih jika di dalam
negeri sendiri, perkembangan masyarakat sebagai akibat
demokratisasi dan globalisasi akan mempengaruhi proses dan
pertumbuhan serta perkembangan ancaman terhadap keamanan
negara. Munculnya aktor non-negara yang memiliki kapasitas
dan jejaring secara internasional, misalnya, sudah barang
tentu harus dipertimbangkan dan dikaji secara lebih
komprehensif, khusunya dikaitkan dengan perubahan geopolitik
global seperti yang dipaparkan sebelumnya.
Negara-negara yang berdaulat tidak lagi dapat bersikap
taken it for granted dalam menghadapi ancama keamanan yang datang
dari luar. Mereka tidak dapat lagi hanya mengandalkan pada
kekuatan sendiri dalam menghadapi ancaman-ancaman yang makin
rumit serta bervariasi sumbernya. Suatu strategi besar
(grand strategy) baru dalam geopolitik dan geostrategi sangat
diperlukan untuk dapat melindungi keberadaan dan
keberlangsungannya dalam suatu kondisi yang tidak stabil dan
rawan serta dibawah bayang-bayang suatu proses Empire-making.
Sinergi-sinergi baru antara komponen-komponen negara,
masyarakat sipil, dan kekuatan eksternal yang memiliki
kesamaan visi dalam geopolitik dan geostrategis menjadi sine
qua non di abad ke XXI.
47
Geografi Politik (6)
9 Mitos Geopolitik
1. Populasi dunia telah terlalu banyak (Overpopulated)
Pertumbuhan populasi yang meningkat sering dituding
sebagai sebab langkanya pangan. Kesimpulan ini diyakini
sebagai sebab adanya kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan
konflik sosial kemasyaratan. Pembangunan ekonomi di dunia
ketiga tidak akan berhasil apabila angka pertumbuhan
populasi tidak dikontrol. Itu sebabnya lembaga internasional
dan pemerintahan mengembangkan dan menerapkan strategi untuk
mengontrol angka pertumbuhan di dunia ketiga. Meledaknya
angka populasi ini dinamai ‘over’ yang berimplikasi pada
penggunaan sumber daya yang habis-habisan untuk menunjang
besarnya pertumbuhan populasi tersebut dan mengakibatkan
ketidakstabilan global.
Ketika asumsi-asumsi tersebut dicermati, maka tampaklah
bahwa populasi bukanlah kambing hitam yang selama ini
dipercaya, namun justru agenda politik yang menyebabkan
bencana dibanyak belahan dunia. Agenda ini bermaksud untuk
mengalihkan masyarakat awam dari faktor penyebab yang
sesungguhnya yaitu gaya hidup, konsumerisme, pemiskinan, dan
penindasan dunia ketiga oleh dunia barat.
Negeri-negeri maju seperti Jepang, Rusia, Jerman, Swiss dan
Eropa Timur saat ini mengalami dilema seperti menurunnya
48
tingkat pertumbuhan penduduk karena rendahnya angka
kelahiran. Negara-negara di Barat lainnya juga pasti akan
mengalami penurunan populasi kalau saja tidak adanya
imigrasi dari penduduk negeri lainnya.
2. Intervensi Barat terhadap konflik Balkan di tahun 1990-an
adalah untuk menolong umat Islam
Serangan NATO pada Yugoslavia di tahun 1993 sering
ditampilkan dunia barat sebagai akibat keraskepalanya rezim
Yugoslavia untuk menerima rencana perdamaian – terutama pada
penolakan Yugoslavia terhadap masuknya pasukan pemelihara
perdamaian di Kosovo. Intervensi Barat yang berujung pada
pemboman beruntun terhadap Yugoslavia oleh NATO selalu
dijadikan bukti oleh NATO bahwa “Perang melawan Teror” saat
ini bukanlah perang melawan Islam. Sebab, dunia Barat
menyatakan bahwa ia akan menyerang siapapun demi misi
kemanusiaan, bahkan kalau perlu “menyelamatkan” muslim
Kosovo dari kebengisan Yugoslavia di tahun 1993. Kenyataan
geopolitik sebenarnya tidak seperti itu. Ketidakstabilan
Balkan di tahun 1990-an sebenarnya dipicu oleh keinginan
kuat oleh Amerika untuk mengurangi pengaruh Rusia, menaikkan
ketergantungan Eropa pada Amerika, dan memberikan legitimasi
baru pada NATO, yang telah kehilangan fungsi sejak
berakhirnya Perang Dingin (runtuhnya Uni Soviet dan Pakta
Warsawa).
3. Dunia akan segera kehabisan minyak
49
Persaingan untuk meraih supremasi kekuasaan antara
Jerman dan Inggris pada awal abad ke-20 memaksa kedua negara
tersebut berlomba mencari bahan bakar pengganti batu bara
untuk menjalankan mesin perang. Ditemukannya ladang minyak
di Timur Tengah di tahun 1920-an memicu berawalnya abad
teknologi baru, perubahan tatanan masyarakat dan
berpindahnya keseimbangan kekuatan global.
Pada akhirnya, bahan bakar berbasis fosil akan habis.
Hingga berakhirnya abad ke-20, kemungkinan habisnya minyak
belum dibahas karena masih banyak cadangan minyak yang belum
ditemukan. Teknologi untuk menyalakan pesawat tempur, tank,
dan mobil masih dirancang untuk menggunakan bahan bakar
fosil, terlepas dari tingginya harga minyak.
Puncak produksi minyak terjadi ditahun 1970-an dimana
separuh dari cadangan minyak yang ada telah terkonsumsi.
Namun kenyataan ini tidak begitu diindahkan pada masa tahun
1970-an. Kini, semua dunia khawatir bahwa minyak akan segera
habis, suatu fakta sumber kepusingan geopolitik. Tanpa
terkejut lagi, isu habisnya minyak bumi sebenarnya adalah
penanda isu politik yang jauh lebih dalam.
Bahwa dunia akan segera kehabisan minyak adalah alasan
Barat untuk menutupi kerakusannya. Ketika beberapa negara
mulai panik mencari minyak, maka terbukalah keburukan Barat
dalam hal konsumsi minyak ini. Dunia Barat telah
mengkonsumsi 50% dari sumber daya alam terpenting abad ke-
21, tapi hanya memproduksi kurang dari 25% saja. Kerakusan
50
Barat ini jauh melampaui kebutuhan Cina dan India terhadap
energi. Khususnya, AS hanya memproduksi 8% minyak, namun
mengkonsumsi 25% jumlah minyak yang ada.
Ketika konsumsi AS meningkat, maka kompetisi untuk
memperebutkan sumber energi akan semakin ketat. Ini yang
menyebabkan Tanah timur Tengah semakin penting, terutama
Irak, untuk diduduki demi minyak.
4. Dunia Ketiga menjadi miskin karena tidak cukupnya jumlah
pangan di dunia
Banyak sekali organisasi yang telah meneliti sebab
musabab kemelaratan seperti kurangnya sumber daya alam, efek
cuaca lokal, hingga kurangnya penerapan demokrasi.
Prinsipnya tidak ada semacam persetujuan dikalangan ahli
sosiologi dan lembaga penelitian mengenai penyebab utama
kemiskinan dan kemelaratan. Anehnya, semua sepakat, bahwa
jalan keluarnya adalah penerapan kapitalisme dan adanya
pasar bebas. Padahal kalau saja kita lihat secara umum
situasi negara dunia ketiga, beberapa faktor berikut adalah
penyebab utama pemiskinan yang ada sekarang.
Fungsi IMF dan Bank Dunia dengan kebijakan perubahan
strukturalnya yang terkenal telah menyengsarakan negeri
klien seperti Pakistan, Turki, Indonesia, Bangladesh dan
Mesir. Solusi yang diberikan lembaga keuangan internasional
tersebut awalnya diperkirakan akan menyelamatkan negara-
negara tersebut adalah dengan metoda perdagangan.
Kenyataannya banyak sekali kendala yang dipasang oleh
51
negara-negara maju supaya negara-negara berkembang tidak
akan pernah bisa berkembang. Artinya, barang-barang yang
diproduksi negara-negara maju harus diimpor oleh negara
miskin. Memang teorinya sederhana, bahwa perdagangan akan
meningkatkan kesejahteraan negara miskin. Itu sebabnya
sektor swasta dilihat sebagai kunci pemicu pertumbuhan
ekonomi dan penghilangan kemiskinan.
Contohnya, Pakistan membutuhkan investasi di bidang
kesehatan, pendidikan dan infrastruktur sebelum ia mampu
berkompetisi secara global. Namun, IMF dan Bank Dunia justru
menyuruh pemerintah Pakistan untuk mengurangi subsidi
dibidang-bidang diatas dan meningkatkan fokus ke arah
ekspor. Kedua lembaga keuangan tersebut menyuruh Pakistan
untuk berkompetisi melawan sektor swasta internasional yang
jauh lebih kuat. Itu sebabnya, pertumbuhan ekonomi Pakistan
malah semakin terpuruk.
Afrika juga dipaksa untuk untuk membayar hutang, sebagaimana
terjadi semasa kolonial dulu. Hutang Afrika terjadi secara
semena-mena dengan pemberian hutang milyaran dollar dengan
bunga yang sangat tinggi. Hutang Afrika juga termasuk hutang
yang diberikan negara maju semasa pemerintahan diktator,
dimana dana pinjaman itu dihamburkan dengan sepengetahuan
negara-negara donor/ pemberi hutang. Afrika Selatan,
contohnya, mewarisi hutang semasa apartheid sekitar 46
milyar dollar. Pemerintahan baru Afrika Selatan yang
berkuasa setelah Apartheid berakhir, dipaksa untuk membayar
52
hutang masa lalunya (atau hutang yang digunakan untuk
membiayai penindasannya sendiri). Di tahun 1998 ACTSA
(Gerakan Afrika Selatan) memperkirakan bahwa hutang sebesar
18 milyar dollar digunakan untuk membiayai kebijakan
apartheid dan 28 milyar dollar adalah hutang yang ditanggung
negara-negara tetangga Afrika Selatan untuk membiayai
program untuk menghadapi destabilisasi atau imbas dari
kebijakan apartheid, dimana berkisar sekitar 74% dari total
hutang Afrika.
Negara berkembang akan selalu menjadi miskin akibat
kebijakan negara Barat. Jelasnya, bukan karena kekurangan
pangan tetapi justru oleh konsumsi yang berlebihan oleh
masyarakat Barat (yaitu sekitar 20% dari populasi dunia),
namun menghabiskan 80% dari produksi pangan.
5. PBB menegakkan Hukum Internasional untuk mengatur
hubungan dan menyelesaikan konflik internasional
PBB didirikan ditahun 1945 untuk “menyelamatkan
generasi berikut dari derita peperangan.” Sejak itu, tidak
kurang 250 konflik tercetus yang membuktikan kegagalan PBB
dalam meraih tujuan didirikannya. Barat, dan juga para
pembuat kebijakan dunia ketiga, melihat PBB sebagai
institusi netral (tidak bias) yang terdiri dari 200 negara
anggota, yang menjunjung tinggi nilai internasional, aksi
multilateral, demokrasi, pluralisme, sekularisme, kompromi,
dan hak asasi manusia.
53
Padahal, PBB sebenarnya adalah alat eksploitasi yang
terlihat dari struktur organisasinya yang membiarkan
penindasan yang dilakukan oleh kekuatan kolonial yang kini
menjadi anggota tetap Dewan Keamanannya. Banyak peristiwa
yang menunjukkan kelemahan PBB, seperti invasi Irak,
penerapan hukum secara selektif pada Israel, kegagalan
pembantaian Muslim di Serbia, dan pembersihan etnis di
Rwanda.
6. Dunia Ketiga harus meliberalisasi ekonominya supaya
berkembang
Dalam tiga abad terakhir, Kapitalisme telah mendominasi
pembangunan internasional dan memonopoli perkembangan
ekonomi serta memaksa diterapkannya kebijakan-kebijakannya
pada dunia. Macan ekonomi Asia seperti Cina, Korea Selatan,
Taiwan, Singapura, dan Hongkong sering dikutip sebagai
contoh sukses negara yang mengadopsi liberalisme sehingga
berhasil meraih kemajuan. IMF dan Bank Dunia memproklamirkan
industrialisasi dan ide ekonomi liberal akan mentransformasi
ekonomi tradisional dan masyarakat. Pengaruh seperti ini
akan menetapkan negara-negara miskin dalam jalur
perkembangan sejalan dengan pengalaman negara-negara maju
semasa revolusi industri dulu.
Kemiskinan adalah fakta yang ada pada mayoritas
penduduk dunia. 3 milyar jiwa hidup dibawah 2 dollar per
hari, sedangkan 1,3 milyar jiwa lainnya hidup kurang dari 1
dollar per hari. 1,3 milyar jiwa hidup tanpa air bersih, 3
54
milyar jiwa hidup di lingkungan yang tidak sehat dan 2
milyar jiwa tidak memiliki akses penggunaan listrik.
Liberalisme justru menjadi sebab ketimpangan kesejahteraan
dan pemiskinan bagi mayoritas penduduk dunia. Banyak sekali
survei yang menunjukkan bahwa liberalisme adalah biang
kemelaratan. Tanggal 7 Desember 2006 adalah hari
diluncurkannya laporan internasional yang dikeluarkan oleh
Institut Global untuk Penelitian Perkembangan Ekonomi milik
PBB. Hasilnya cukup mencengangkan bahwa penduduk dunia yang
kaya (sekitar 1% dari total penduduk bumi) menguasai 40%
dari aset kekayaan dunia dan 10% dari populasi dunia
menguasai 85% dari total asset dunia. Liberalisme telah dan
akan terus membiarkan dunia Barat untuk menghisap kekayaan
dunia ini. Liberalisme juga tidak akan pernah berpihak pada
dan menaikkan derajat kaum miskin, dan justru menjadi alat
pemiskinan. Maka penerusan kebijakan ekonomi liberal di
dunia ketiga adalah biang kemelaratan yang berkelanjutan.
7. Pemanasan global akibat pembangunan Cina dan India
Pemanasan global dan perubahan cuaca berarti penambahan
suhu rata-rata secara global. Kejadian alam dan aktifitas
manusia diduga sebagai kontributor perubahan suhu secara
global. Hal ini terjadi karena adanya “efek rumah kaca”
dimana naiknya suhu diakibatkan terperangkapnya jenis gas di
atmosfir tertentu seperti karbon dioksida (CO2).
Setiap beberapa tahun, ilmuwan bidang cuaca pada Panel Antar
Pemerintah tentang Perubahan Suhu (IPCC) milik PBB
55
mengeluarkan laporan yang menjelaskan secara detil perubahan
cuaca yang terjadi. Secara garis besar, laporan ini
menyarankan adanya penurunan emisi. Panel ini terdiri dari
ratusan peneliti dunia. Di awal tahun 2007, IPCC telah
mengeluarkan laporan ke-4 yang menyimpulkan bahwa mereka
semakin yakin bahwa aktifitas manusia adalah penyebab
kenaikan suhu “Pemahaman tentang pemanasan dan penurunan
suhu mulai lebih baik sejak laporan Third Assessment Report
(Evaluasi Ke-3), yang memberikan keyakinan bahwa aktifitas
manusia sejak taun 1750 memberikan efek perubahan cuaca yang
cenderung memanas.” Definisi tentang “keyakinan” merujuk ke
tingkat kepastian hingga 90% tepat (di tahun 2001, baru 66%
tepat).
Dari segi sejarah emisi, negara-negara industrialis
berkontribusi terhadap 80% dari total terperangkapnya CO2 di
atmosfir. Sejak tahun 1950, AS telah mengeluarkan emisi
sebesar 50,7 milyar ton karbon, sementara Cina (yang
penduduknya 4,6 kali lebih banyak dibanding AS) dan India
(yang populasinya 3,5 kali lebih banyak) mengeluarkan hanya
sekitar 15,7 dan 4,2 milyar ton, secara berurut. Tiap tahun
lebih dari 60% emisi industri global berasal dari negara-
negara industri, dimana hanya memiliki 20% populasi penduduk
dunia.
8. Umat Muslim dunia tidak menginginkan Islam
Selama bertahun-tahun, Barat selalu mengatakan bahwa
Muslim di seluruh dunia menginginkan demokrasi dan kebebasan
56
ketimbang Islam. Mereka juga mengatakan bahwa hanya kaum
minoritas Muslim saja seperti di Pakistan dan Afganistan
yang menginginkan Islam sedangkan mayoritas umat Islam
mengagumi dunia Barat dan ingin hidup dibawah naungan
kapitalisme. Namun kini, adalah kaum Muslim modernis yang
menyatakan bahwa dunia Muslim tidak ingin Islam dan tidak
akan pernah siap untuk Islam. Ironisnya, Barat malah mulai
menyadari bahwa ternyata Islamlah yang dirindukan oleh umat
Muslim dan Barat berjuang keras untuk menghadapi setiap
kemungkinan ancaman kebangkitan Islam.
9. Israel tidak pernah terkalahkan dan terbukti dengan
kemenangannya di 4 perang, maka dunia Islam harus menerima
kenyataan ini bahwa keberadaan Israel adalah suatu
keniscayaan
Sejak berdiri di tahun 1948, Israel dan militernya
selalu diliputi mitos sebagai kekuatan yang tak terkalahkan.
Menariknya, mitos tersebut tidak dimotori oleh Israel
sendiri tapi justru oleh para pemimpin pengkhianat yang
menguasai umat Islam.
Kinerja militer Israel pada perang 1948, 1956, 1967, dan
1973 melawan umat Islam sering dikutip sebagai superioritas
militer Israel. Implikasinya, konflik melawan Israel secara
langsung sering dianggap oleh negara-negara Arab sebagai
strategi yang tidak menguntungkan, sehingga mereka terpaksa
untuk bernegosiasi dengan Israel. Konsekuensi dari negosiasi
tentunya adalah pengakuan terhadap kedaulatan dan keberadaan
57
Israel melalui proses perdamaian. Dalam merangkum fakta
kekuatan militer Israel, kita perlu mengingat pertanyaan
penting: Apa tujuan pembuatan dan penyebaran mitos ini?
Yaitu agar Yahudi dapat berkuasa di dunia.
58
Geografi Politik (7)
Geopolitik AS
* Geopolitik Amerika Serikat dalam Penguasaan Minyak Dunia
* Ambisi Amerika dalam Mencari Daerah
Amerika sebagai negara adidaya terlihat sangat rakus
akan “emas hitam” atau minyak. Cina saat ini menjadi pesaing
utama Amerika di bidang ekonomi, ekonomi Cina naik tajam.
Amerika tidak ingin tersaingi oleh siapapun sehingga akan
berbuat apapun untuk mempertahankan kedigdayaannya. Saat ini
harga minyak dunia naik sampai dengan 98 USD per barrel
hampir pada batas psikologis 100 USD per barrel. Bisa
dibayangkan jika harga minyak sampai dengan angka tersebut
maka akan terjadi resesi ekonomi seperti halnya yang terjadi
pada tahun 1973-1980-an. Keinginan Amerika untuk mengeruk
minyak memang terlihat sangat jelas, dengan dimasukkannya
minyak kedalam National Security Policy karena negara ini
merupakan pengimpor minyak terbesar, apa jadinya jika
Amerika kehabisan minyak, perekonomian mereka akan jatuh.
Pada tahun 2025 diperkirakan cadangan minyak di Timur Tengah
akan menurun, belum lagi konflik antara pemerintahan Amerika
59
dengan rakyat Timur Tengah yang menentang kebijakan-
kebijakan luar negeri AS. Ketakutan AS jika Timur Tengah
mengembargo minyak ke AS membuat AS mencari daerah baru yang
bisa dijadikan tambang minyak. Salah satunya adalah Asia
Tengah dan Myanmar yang diperkirakan masih menyimpan
cadangan minyak hingga 30 tahun mendatang.
Secara geopolitik, Cina tidak ingin kehilangan
pengaruhnya di Myanmar, oleh sebab itu Cina akan
mempertahankan keterlibatannya dalam menangani kasus
Myanmar, karena Myanmar mempunyai latar belakang yang sama
dengan Cina. Disamping ingin mendapatkan keuntungan dari
minyak yang berada di Teluk Bengala.
* “Soft Diplomacy” Iran
Kekuatan Amerika saat ini belum ada yang menandingi,
adanya kegelisahan Rusia atas hegemoni AS di Asia Tengah
membuat Rusia mencoba untuk membentuk kekuatan baru dengan
merangkul negara-negara yang selama ini tidak setuju dengan
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Amerika. Dikuasainya
Afghanistan, Uzbekistan, Tajkistan dan negara Asia Tengah
lainnya, telah membuat Rusia harus waspada. Negara-negara
yang pernah menjadi bagian dari Rusia kini sudah mulai
diambilalih oleh Amerika, terlihat dari ditempatkannya
pasukan Amerika di negara-negara bekas Soviet tersebut.
Pasca terjadinya kehancuran gedung WTC, Amerika terus
mencari “mastermind” pengahancur gedung tersebut, Osama bin
Laden. Dengan slogan melawan terorisme diam-diam AS juga
60
merancang strategi untuk bisa mendapatkan wilayah jajahan
baru yang kaya akan sumber minyak. Negara-negara yang
dianggap tidak setuju dengan kebijakan AS itu maka dianggap
teman teroris yang berarti harus dimusnahkan. Iran salah
satunya, padahal pasca penghancuran WTC, Iran merupakan
negara pertama yang mengungkapkan belasungkawa. Namun apa
yang terjadi Presiden Bush mengatakan bahwa Iran merupakan
“axis of evil” atau poros setan, yang terjadi saat ini sebagai
“polisi dunia” AS berupaya keras mengatakan pembangunan
instalasi nuklir Iran akan digunakan untuk pembuatan senjata
pemusnah massal. Jika pada akhirnya nanti Rusia-Iran-China
bersatu untuk melakukan kerjasama dalam pengembangan minyak
maka akan dua kekuatan besar di dalam kancah politik global
AS dan aliansi Rusia-China-Iran.
Di dalam mengambil kebijakan politiknya, Amerika menggunakan
teori dari Ratzel yang mengatakan negara seperti akan
berkembang, yang kuat akan hidup dan yang lemah akan mati,
oleh sebab itu Amerika selalu mempertahankan eksistensinya
sebagai negara adidaya, mereka tidak ingin ada pesaing.
Kekuatan ekonomi Cina sepuluh tahun mendatang akan kembali
menurun demikian diungkapkan oleh ekonom George Soros yang
disebut-sebut sebagai biang krisis moneter di Asia pada
tahun 1997. Keberadaan Iran sebagai negara yang berani
melawan kekuatan Amerika disambut baik oleh Rusia. Berawal
dari pembangunan instalasi nuklir di Iran membuat pemerintah
Amerika gerah karena merasa tersaingi, bukan hanya itu,
61
penyebutan Iran sebagai axis of evil (poros kejahatan) semakin
membuat hubungan Iran dengan AS
* Geopolitik AS di Irak
Memasuki awal abad ke-19, hadir seorang tokoh terkemuka
geopolitik kelahiran Inggris bernama Sir Halford Mackinder
yang juga mendapat julukan sebagai intellectual architect dalam
pemahaman prinsip keamanan internasional. Dia
mengklasifikasikan dunia menjadi empat bagian yakni: 1.
Heartland mencakup kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah (World
Island); 2. Marginal Lands mencakup kawasan Eropa Barat, Asia
Selatan, sebagian Asia Tenggara dan sebagian besar daratan
Cina; 3. Desert mencakup wilayah Afrika Utara dan yang
terakhir, 4. Island or Outer Continents meliputi Benua Amerika,
Afrika Selatan, Asia Tenggara dan Australia.
* Ironi
Ironisnya, reputasi nama besar Mackinder yang dianggap
sebagai ahli geopolitik yang dapat diekspresikan ke dalam
kehidupan dunia politik dan strategi kondisi geografis,
menjadi tercela yang cukup mendalam dikarenakan gagasannya
telah memberikan pengaruh yang sangat kuat kepada Nazi
Jerman. Satu hal yang perlu dicatat juga bahwa pandangan
Mackinder telah memberikan suatu acuan toleransi yang cukup
akurat untuk memahami hubungan kontemporer antara Amerika
dan Soviet setelah Perang Dunia II. Perubahan politik dan
ekonomi international mengalami pergerakan yang dinamis
62
sehingga seringkali pergesekan atau friksi antar kepentingan
nasional dari setiap negara.
Sejak minyak menjadi satu-satunya komoditas yang sangat
strategis bagi kehidupan manusia dan semakin sulit
diketemukan cadangan minyak baru di wilayah negara konsumen
itu sendiri, diiringi permintaan yang terus meningkat,
kawasan Timur Tengah menjadi ajang perebutan pengaruh bagi
negara konsumen seperti Amerika, Inggris, Rusia, Jerman,
Italia, Prancis, Cina, Jepang dan tentunya negara-negara
industri lainnya untuk mendapatkan akses jaminan suplai
minyak.
Berbagai cara dilakukan oleh negara-negara Barat untuk
mendapatkan hubungan kerja sama negara penghasil minyak di
kawasan Heartland. Begitu tinggi tingkat ketergantungan suplai
minyak dari kawasan ini, negara-negara Barat berupaya untuk
membuat kebijakan "arm sales dan security assistance" kepada negara-
negara yang mempunyai kemampuan atas jaminan pembayarannya
seperti Arab Saudi, Iran, Kuwait, Oman, UAE, Bahrain dan
Iraq. Dominasi penjualan berbagai ragam peralatan perang
dari Amerika dan Inggris setelah Perang Dunia II mulai
tergeser dengan Prancis, Jerman, Rusia, Italia.
Setelah adanya oil shock 73 dan 79, kompetisi untuk
pemasaran persenjataan dengan teknologi yang mutakhir
semakin meningkat, terutama dari Rusia dan Prancis yang
menjualnya ke Irak. Tidak ketinggalan juga dengan Jerman
yang berupaya melakukan kerjasama di bidang pertahanan dan
63
keamanan dengan Arab Saudi. Prancis telah melakukan kontrak
untuk pembangunan teknologi nuklir sebesar US$ 275 juta
sehingga dicurigai oleh negara tetangganya mempunyai ambisi
menjadi pusat pembangkit persenjataan nuklir. Begitu juga
dengan Italia yang berkeinginan untuk mengeksport teknologi
nuklir beserta materialnya ke Baghdad. (Energy Security in
the 80s: The Response of US Allies, Frans R. Bax, analis
politik CIA).
Apa latar belakang upaya penjualan alat-alat
persenjataan militer oleh negara-negara Barat yang begitu
menggebu di kawasan ini? Keseluruhannya itu semata-mata
untuk mengimbangi pembayaran impor minyak (oil bills) dan disisi
lain tidak ketinggalan juga tentunya untuk mendukung
industri pertahanan. Henry Kissinger menyebut kebijakan ini
"recycle petrodollar" yang mulai diterapkan setelah mengalami oil
shock tahun 1973. Amerika Serikat telah memperlihatkan
kepada dunia bahwa menjaga kawasan Timur Tengah yang stabil
merupakan bagian dari pelaksanaan panggilan kepentingan
nasional yang vital.
* Keberpihakan AS
Ketergantungan atas impor minyak dari kawasan ini 45%
dari total konsumsi dalam negeri. Langkah inisiatif untuk
mendamaikan Israel dengan Palestina telah mendapat sambutan
yang luar biasa oleh para sekutunya. Langkah itu berarti
menurunkan ketegangan politik antar-negara Arab dengan
64
Israel, sehingga dapat menurunkan juga tingkat kekhawatiran
kemungkinan terganggunya jaminan suplai minyak.
Namun, di satu sisi keberpihakan Amerika terhadap
Israel juga sangat transparan. Terbukti sewaktu diadakan
pertemuan antar Amerika dengan sekutunya di Venice tahun
1980, Presiden Carter mengatakan secara terbuka "United States
would veto any European attempt to push a UN resolution supporting
Palestinian self-determination". (Hal yang sama ternyata tidak
dilakukan oleh Amerika terhadap Indonesia ketika ada yang
mengusulkan self determination untuk Timor Timur, apalagi
setelah adanya konfirmasi penemuan cadangan minyak yang
sangat besar di Celah Timor).
Doktrin Carter yang dicanangkan pada waktu itu bahwa
kawasan Persia merupakan a vital interest of the United States kemudian
diikuti dengan suatu pernyataan
secara terbuka: "An attempt by outside force to gain control on the Persian
Gulf region will be regarded as an assault on the vital interest of the Untied
States of America, and such an assault will be repelled by any means necessary,
including military force". Yang
sangat dikhawatirkan oleh Amerika Serikat yakni adanya
saingan dari negara lain yang masuk ke kawasan Timur Tengah
untuk melakukan perjanjian ekonomi bilateral yang sifatnya
jangka panjang dalam bentuk barter alat persenjataan militer
dengan minyak, government-to-government contract.
Data dari para geologis terkemuka, Irak mempunyai
potensi kandungan minyak sebesar 112 miliar barel yang
65
berarti menempati urutan kedua penghasil minyak terbesar
setelah Arab Saudi. Jenis minyak dari Irak yakni Basrah
Light dan Kirkuk yang mempunyai karakter tersendiri, sweet
crude oil, kandungan sulfurnya sangat rendah dan meskipun tidak
termasuk dalam bagian OPEC basket price, dalam perdagangan
international jenis minyak dari Irak sangat mahal dan juga
mempunyai pengaruh untuk penentuan harga internasional.
Dengan potensi ini, negara-negara konsumen berlomba-
lomba untuk melakukan kerja sama ekonomi dengan Irak.
Tampaknya hal itu telah terjadi dan berkembang dalam lima
tahun terakhir ini dengan adanya perjanjian bilateral antara
Irak dengan Rusia, Prancis, Jerman dan Cina. Rusia telah
melakukan kontrak suplai minyak jangka panjang dengan Irak;
Cina melakukan penjualan peralatan militer terhadap Irak
yang dikompensasikan dengan jaminan suplai minyaknya;
Prancis telah mendapatkan konsesi
minyak yang mempunyai potensi sangat besar.
Kondisi ekonomi Irak sangat memprihatinkan. Semenjak
diberlakukannya program Oil For food Security Council
Resolution 986 (UN-SC 986) setelah perang teluk tahun 1991,
membuat ketidakberdayaan ekonomi Irak untuk memiliki
purchasing power dalam perdagangan internasional. Salah satu
upaya Irak untuk mendapatkan ekstra devisa yakni dengan
Rusia telah diupayakan penyelundupan melalui jalur rahasia,
namun dapat digagalkan oleh tim pengawas dari PBB yang
dipimpin Amerika. Begitu ketatnya pengawasan itu, terkesan
66
setiap barrel yang keluar dari Irak dicatat oleh petugas
pengawas PBB.
Sanksi ekonomi terhadap Irak oleh PBB sejak tahun 1991
tampaknya sudah memakan korban cukup banyak yang diakibatkan
penyakit radang paru-paru, sakit pernapasan dan kekurangan
gizi. Departemen Kesehatan Irak mencatat sampai akhir tahun
2000 telah meninggal dunia sebanyak 1.300.867 orang, 500
ribu di antaranya anak-anak. Berbagai organisasi HAM
internasional menilai bahwa sanksi ekonomi ini telah
melanggar Geneva Convention 12-08-49, termasuk protokol
tambahan yang telah dikeluarkan pada tahun 1977. (Oil for
Food, Siapa yang Diuntungkan? SP, Mei 2000, DDP).
Perkembangan terakhir dari tim investigasi PBB sampai
batas waktu yang telah ditentukan, belum ditemukan adanya
indikasi Irak memiliki WMD seperti yang telah dicurigai oleh
Amerika. Hasil sementara investigasi ini membuat Jerman dan
Prancis menarik dukungan Amerika untuk menyerang Irak,
kemudian disusul dengan Rusia, Italia dan Cina. Mereka telah
mempertimbangkan bahwa perang bukanlah merupakan jalan
terbaik, yang nantinya akan memicu reaksi negatif terhadap
perang internasional melawan teroris. Kalau Amerika
bersikeras untuk menyerang Irak, dukungan utama yang pasti
akan datang dari Inggris dan sudah pasti tidak ketinggalan
Australia, seperti yang selalu terjadi di berbagai tempat.
Bagi negara-negara yang mundur dari dukungan terhadap
Amerika untuk bergabung dalam Perang Teluk II telah
67
mempelajari dengan seksama bahwa nantinya bila pecah perang
di Irak akan menambah instabilitas politik negara-negara
Islam di Timur Tengah dan biasanya akan diikuti dengan
kekacauan suplai minyak sehingga dapat mengakibatkan
tingginya harga minyak. Kalau sampai ini terjadi,
selanjutnya akan bermuara pada resesi ekonomi dunia.
Jalan yang terbaik pada saat ini adalah melakukan upaya
diplomasi multilateral untuk menuju perdamaian, khususnya
melalui Dewan Keamanan PBB.
Geografi Politik (8)
Geopolitik Cina
I. Latar Belakang
“Biarkan Cina terlelap. Sebab, jika Cina terbangun, dia
akan menggungcang dunia” (Napoleon Bonaparte).
Cina atau dengan nama resmi Republik Rakyat Cina (RRC;
juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/ RRT) adalah sebuah
68
negara komunis. Sejak proklamirkan pada 1949 oleh Mao Zedong
di lapang Tiananmen, Cina telah dipimpin oleh Partai Komunis
Cina (PKC). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara
komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan
sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun,
pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik
terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan
sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi
pemerintahan satu partai.
Cina adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia,
dengan populasi 1.242.612.226 jiwa (hasil sensus tahun
2000), yang mayoritas merupakan bersuku bangsa Han. Negara
dari Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao ini
adalah negara terbesar di Asia Timur dengan total wilyah
9.596.960 km², dan ketiga terluas di dunia, setelah Rusia
dan Kanada. Cina berbatasan dengan 14 negara: Afghanistan,
Bhutan, Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara,
Laos, Mongolia, Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan
Vietnam.
Dalam suatu pertikaian yang terus berlangsung, Cina
menuntut hak memerintah atas Taiwan dan pulau-pulau
sekitarnya yang tidak pernah dilepaskan oleh Taiwan.
Pemerintah Cina mendakwa bahwa Taiwan merupakan suatu
entitas yang tidak lagi wujud dan secara administratif
meletakkan Taiwan sebagai provinsi ke-23 Cina, seperti yang
69
tertuang dalam One China Policy yang selama ini didengungkan
oleh Cina.
Cina mengklaim kedaulatan terhadap Taiwan namun tidak
memerintahnya. Status politik Taiwan merupakan hal yang
kontroversial; Taiwan mengklaim kedaulatan terhadap seluruh
Cina daratan dan begitu juga dengan Cina. Cina Daratan
merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
kawasan di bawah pemerintahan RRC dan tidak termasuk kawasan
administrasi khusus Hong Kong dan Macau. Pemerintah Cina
melihat pemerintahannya di Cina sebagai Tiongkok Baru saat
membandingkan dirinya dengan Tiongkok sebelum tahun 1949.
Cina juga dijuluki sebagai "Cina Merah" bagai kawasan yang
sama, terutamanya oleh musuhnya di Barat, dengan merujuk
kepada warna merah yang merupakan lambang komunis.
II. Geostrategi dan Geopolitik Cina Menaklukan Dunia
A. Ekonomi Alat Untuk Mendapatkan Pengakuan Dunia
Pada dasarnya konstelasi politik dunia yang semakin
kompleks dewasa ini, tidak akan pernah terlepas dari apa
yang disebut dengan kepentingan nasional (national interest)
suatu negara yang terangkum politik dalam negeri yang sudah
barang tentu menurunkan apa yang disebut geopolitik dan
geostrateginya. Merupakan hal yang wajar apabila masing-
masing negara saling berlomba-lomba untuk meningkatkan
posisi tawar mereka dalam kancah pergaulan internasional.
Hal tersebut hampir melingkupi seluruh negara yang ada di
70
muka bumi ini, terlepas dari besar atau kecilnya negara
tersebut.
Dalam hal ini politik luar negeri Cina bisa tergambar
dari pergaulan internasionalnya. Dewasa ini Cina berhasil
membuat AS “takut” terhadap kebangkitannya. Dari segi jumlah
penduduk, Cina merupakan negara berpenduduk terbanyak di
dunia, bahkan wilyah negaranya pun sangat luas, hal ini lah
yang menjadikan Cina sebagai salah satu negara anggota tetap
Dewan Keamanan PBB.
Sebenarnya Cina sendiri sangat tidak seimbang.
Kerapuhan lingkungan fisiknya benar-benar bertolak belakang
dengan kekuatan modal manusianya yang sangat besar.
Singkatnya, ketidakseimbangan yang terjadi karena dua hal
yang tak sebanding ini bisa memberi kita pemahaman tentang
intensitas maupun polaritas pengaruh yang ditanamkan Cina di
dunia. Pada satu ujung, belum pernah dunia menghadapi
masalah tenaga kerja yang besar, murah, dan cakap yang
tergabung dalam ekonomi globalisasi dalam waktu sesingkat
itu. Pada ujung lainnya, tidak pernah ada sebelumnya sebuah
negara yang sebegitu besar bisa bangkit dengan begitu
cepatnya dengan modal alam yang sebegitu miskin. Cina
tidaklah dianugerahi lahan pertanian yang berlebihan.
Sekitar setengah daratannya tidak berpenghuni, sehingga
seperlima umat manusia terkumpul pada 7% lahan yang bisa
diolah di seluruh permukaan bumi.
71
Faham komunis dan sistem politik tertutup yang dianut
negara ini dulu (bahkan dijuluki negara tirai bambu)
mengakibatkan Cina sedikit dikucilkan dalam pergaulan
internasional. Dari segi penduduk dan wilayah, Cina sangat
kecil kemungkinan untuk dikucilkan, tapi kenyataan
menunjukan hal demikian. Hal ini disadari oleh Deng
Xiaoping. Sejak Xiaoping memegang tampuk kekuasaan pada ahir
1970-an, PKC (Partai Komunis Cina) telah menegaskan
legitimasinya dalam menghasilkan pertumbuhan pertumbuhan
ekonomi dan menggunakan kekuatan ekonominya sebagai
pendokrak untuk mendapatkan pengakuan yang lebih besar
secara internasional.
Cina memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai
kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi, untuk itu mereka
mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus (Special
Economic Zones, SEZ) di mana hukum investasi direnggangkan untuk
menarik modal asing. Hasilnya adalah PDB yang berlipat empat
sejak 1978. Pada 1999 dengan jumlah populasi hampir 1,25
milliar orang dan PDB hanya $3.800 per kapita, Cina menjadi
ekonomi keenam terbesar di dunia dari segi nilai tukar dan
ketiga terbesar di dunia setelah Uni Eropa dan Amerika
Serikat dalam daya beli. Pendapatan tahunan rata-rata
pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi Cina
diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, sekitar
7-8% per tahun menurut statistik pemerintah Cina.
72
Kekuatan ekonomi ditunjukkan dengan proses
industrialisasi yang mapan dan hasil prosuksi yang besar
juga. Dibanyak industri, terutama industri padat karya, Cina
menjadi pemain global yang dominan saat ini. Pabrik-pabrik
Cina memproduksi 70% mainan, 60% sepeda, setengah industri
memproduksi sepatu, dan sepertiga industri memproduksi tas
di dunia. Cina juga memproduksi setengah oven microwave di
dunia, sepertiga televisi dan perangkat AC, seperempat mesin
cuci di dunia, dan seperlima lemari esnya; produk ini
menunjukan pesatnya pertumbuhan ekspor Cina. Tapi Cina tidak
bisa mendapatkan hal-hal ini tanpa minyak, untungnya Cina
bisa mengimpor cukup banyak untuk menutupi kekurangannya
itu. Namun, kebergantungannya pada komoditas asing hingga
sebesar 40% dari seluruh kebutuhannya itu telah membuat Cina
benar-benar terjebak dalam posisi sulit.
Karena dipicu oleh posisi yang sulit ini, Cina dan
perusahaan minyak raksasa miliknya mencoba dengan semakin
tergesa-gesa (karena negaranya menjadi importir penuh minyak
bumi pada 1992) untuk mendukung lini suplai dan mengurangi
kelemahannya itu dengan menghalalkan segala cara.
Ketiga perusahaan minyak besar milik Cina, yaitu China
National Petroleum Corporation (CNPC), China National
Offshore Oil Corporation (CNOOC), dan Sinopec, telah
menanamkan modalnya hampir dalam tiga puluh proyek
pengembangan minyak dan gas di luar negeri dan telah meraup
lebih dari $5 milliar pada akhir 2002. Tetapi, sejarah
73
pendek transaksi-transaksi ini dipenuhi ketidakpastian.
Jelas sekali karena tergesa-gesa dan benar-benar
membutuhkan, pihak Cina hampir selalu membeli cadangan
minyak yang biasa didapatkan dengan harga lebih tinggi
daripada harga pasar. Dalam beberapa kasus, transaksi-
transaksi yang diatur secara politik menjadi berantakan dan
pada kasus-kasus lain, perusahaan-perusahaan minyak asing
bermanuver dari para pesaing mereka dari Cina.
Dua puluh tahun yang lalu Cina adalah eksportir minyak
terbesar di Asia Timur. Kini, Cina telah menjadi importir
minyak terbesar nomor dua di dunia. Pada 2004, Cina
membukukan sekitar 31% dalam peningkatan permintaaan minyak
dunia. Sehingga, naiknya harga minyak hingga diatas $60 per
barel pada pertengahan 2005 bisa dibilang disebabkan oleh
tingginya permintaan Cina.
B. Memperkuat Militer: Jawaban Terhadap Unilateralisme
Dengan kebijakan luar negerinya yang semakin tegas,
Cina juga bertujuan menerjemahkan otot kekuatan pertumbuhan
ekonominya ke bidang geopolitik dan mengimbangi apa yang
dilihatnya sebagai hegemoni global AS.
Menyangkut kepentingan nasional tersebut, kiranya wajar
apabila Cina tahun demi tahun menaikkan anggaran belanja
militernya. Pengeluaran belanja militer negara “Tirai Bambu”
itu pada tahun 2007 dianggarkan hampir 18 % menjadi 350,92
miliar yuan (sekitar hampir 45 miliar dolar), atau naik
52,99 miliar yuan dari tahun 2006, dana tambahan itu akan
74
digunakan untuk peningkatan gaji, meningkatkan sistem
persenjataan, dan pelatihan-pelatihan. Kenaikan itu lebih
besar dari 10 % sampai 15 % pertumbuhan tahunan anggaran
pertahanan Cina selama beberapa tahun terakhir. Pengeluaran
itu juga diterjemahkan setara dengan 5,33 biliun yen, yang
berarti melampau 4,8 biliun yen dari rencana belanja
berkaitan dengan pertahanan Jepang pada tahun anggaran 2007.
Pemerintah Cina mengatakan kenaikan itu jangan dipandang
sebagai ancaman terhadap negara lain. Tapi rasanya tidak
mungkin negara-negara didunia khususnya negara-negara di
kawasan Asia-Pasifik akan percaya begitu saja. Apalagi kalau
kita meninjau prospek Asia-Pasifik kedepan.
Menurut Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, peningkatan
anggaran militer juga sifatnya mendesak jika melihat situasi
internasional yang diwarnai dengan munculnya unilateralisme.
Kecenderungan unilateralisme muncul lagi, konflik lokal
berlanjut, kegiatan teroris internasional tak berhenti, dan
persoalan-persoalan keamanan tradisional dan non-tradisional
terus saja ada, kata Wen.
Jika melihat fenomena dunia internasional dewasa ini
yang bersifat unilateralisme, yang dipercaya oleh kaum
neorealis sebagai suatu fase yang unbalance (tidak seimbang),
hal ini akan mengakibatkan negera hegemoni (Amerika Serikat)
akan melakukan tindakan sekehendak dirinya saja. Dari
pernyataan Wen Jiabao diatas, sudah sangat jelas tersirat
bahwa Cina hendak menjadikan dirinya sebagai balancer atau
75
penyeimbang dari situasi sekarang. Hal ini tentunya akan
menimbulkan ketegangan baik secara kawasan maupun
internasional, hal ini mungkin menjadi kecurigaan yang
berlebih mengingat Amerika Serikat menganggap Cina tidak
transparans dalam kebijakan penambahan anggaran militer ini.
Kekhawatiran AS mungkin akan sedikit terobati dengan adanya
kesepakatan kerjasama militer antara Jepang dan Australia,
kerjasama atau pakta militer yang dilakukan oleh negara
sekutu AS ini setidaknya akan mengawasi gerakan militer dari
Cina, sudah barang tentu ini akan menimbulkan ketegangan
dikawasan Asia-Pasifik. Apabila pihak-pihak tersebut saling
curiga dan membuat kesalahan bukan tidak mungkin perang akan
terjadi.
C. Cina Unjuk Gigi dengan Program Antariksa
Urgensi terhadap pencapain national interest ini, terutama
pemerintah Cina harus menyediakan sekitar 24 juta lowongan
pekerjaan per tahun, melahirkan sebuah konsep lanjutan
selain penguatan terhadap sektor ekonomi, perlindungan
terhadap kepentingan ekonomi, wilayah, penduduk, dan
politik, dengan menambahkan anggaran militernya, pemerintah
Cina juga bertekad untuk mengembangkan teknologi.
Pengembangan teknologi ini agar sinergis dengan kebijakan
ekonomi dan memperkuat militernya.
Dalam pengembangan teknonologi, Cina berhasil
memanfaatkan proses alih teknologi yang ditempuh dengan
“pemaksaan” terhadap perusahaan asing yang mendirikan bisnis
76
di Cina, juga dengan pengiriman pelajarnya ke seluruh
pelosok bumi, terutama negara-negara Barat. Akhirnya Cina
berhasil dalam riset-riset yang dilakukan.
Namun, yang akan disoroti sekarang tentang
program antariksanya. Pada 15 Oktober 2003, menggunakan
roket Long March 2F dan kendaraan angkasa berawak Shenzhou
V, Cina menjadi negara ke-3 yang menempatkan manusia di
angkasa melalui usaha kerasnya.
Setelah pertikaian Cina-Soviet, Cina mulai mendirikan
program pencegahan nuklir dan sistem pengantar angkasanya
sendiri. Hasil kejadian ini adalah rencana peluncuran
satelit. Ini menjadi kenyataan pada tahun 1970 dengan
peluncuran Dong Fang Hong 1, satelit Cina yang pertama. Ini
menjadikannya sebagai negara kelima yang melancarkan satelit
angkasa lepasnya sendiri.
Negara ini merencanakan program angkasa berawak di awal
1970-an, dengan "Proyek 714" dan kendaraan angkasa berawak
Shuguang yang diharapkan. Karena serentetan kemunduran
politik dan ekonomi, program penerbangan berawak tak pernah
terlaksana baik sampai 2003. Walau bagaimanapun, pada tahun
1992 Proyek 921 dibenarkan dan pada 19 November 1999, roket
tidak beranak kapal Shenzhou 1 diluncurkan, ujian pertama
roket negara ini. Selepas tiga kali percobaan, Shenzhou 5
dilancarkan pada 15 Oktober 2003 dengan roket Kawat Lama
yang beranak kapal Yang Liwei digunakan, menjadikan Cina
negara ketiga yang meluncurkan manusia ke angkasa lepas
77
setelah Amerika Serikat dan Rusia. Misi kedua, Shenzhou 6
dilancarkan pada 12 Oktober 2005.
Program perkembangan Cina dianggap disebabkan atas
keprihatinan dalam beberapa bagian. Laporan DPR AS menyusul
peluncuran 2003 berkata, "Saat 1 dari motivasi cepat yang
kuat untuk program ini muncul menjadi gengsi politik. Usaha-
usaha Cina hampir pasti akan menyumbang pada sistem angkasa
militer yang diperbaiki pada bingkai waktu 2010-2020."
Apakah kelanjutan Cina di area ini akan membuat
perlombaan angkasa lainnya masih perlu diperhatikan?
III. Kesimpulan
Kebangkitan Cina dewasa ini telah membawa
perubahan yang besar dalam fenomena hubungan internasional.
Kebangkitan ini tidak akan mungkin terjadi tanpa ada
perencanaan yang pasti terangkum dalam geostrategi dan
geopolitik.
Luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk
menjadi kekuatan sekaligus masalah bagi Cina. Bagaimana
tidak, bagi Cina tiap tahun harus menyediakan 24 juta
lowongan pekerjaan untuk warganya, ditambah wilyahnya tidak
semuanya berpotensi untuk diolah. Belum lagi ketertinggalan
dari negara disekelilingnya dan faham komunis yang dianut
menjadikan Cina semakin tersisihkan dalam pergaulan
internasional. Dalam kondisi tersebut Deng Xiaoping yang
menggantikan Mao Zedong pada tahun 1970-an menyadari bahwa
78
untuk mendapatkan perhatian dunia, Cina harus maju secara
ekonomi.
Cina mencirikan ekonominya sebagai sosialisme
dengan ciri Cina. Sejak akhir 1978, kepemimpinan Cina telah
memperbaharui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke
ekonomi yang berorientasi pasar tapi masih dalam kerangka
kerja politik yang kaku dari Partai Komunis. Untuk itu para
pejabat meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang
manajer dalam industri, mengijinkan perusahaan skala kecil
dalam jasa dan produksi ringan, dan membuka ekonomi terhadap
perdagangan asing dan investasi. Ke arah ini pemerintah
mengganti ke sistem pertanggungjawaban para keluaga dalam
pertanian dalam penggantian sistem lama yang berdasarkan
penggabunggan, menambah kuasa pegawai setempat dan pengurus
kilang dalam industri, dan membolehkan pelbagai usahawan
dalam layanan dan perkilangan ringan, dan membuka ekonomi
pada perdagangan dan pelabuhan asing. Pengawasan harga juga
telah dilonggarkan. Ini mengakibatkan Cina berubah dari
ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran.
Tingkat perekonomian yang mencapai fase over heat
dewasa ini menjadikan Cina sebagai negara industri terbesar,
yang mengakibatkan pemakain terhadap minyak sangat besar.
Dengan berbagai cara sekalipun harus saling curiga dengan
negara lain seperti Amerika. Cina tetaplah Cina yang akan
terus memperjuangkan kepentingan nasional, yaitu stok aman
untuk minyak agar proses industri tetap berjalan.
79
Ditingkat kedua, Cina memperkuat militernya yang
tidak lain adalah untuk mempertahankan wilayah teritorialnya
termasuk bahwa Cina berhak atas Taiwan,. Belum lagi
permasalahan tentang perbatasan-perbatasan. Tapi yang
menarik adalah sikap Cina dalam menyikapi unilateralisme
yang menurut mereka tidak relevan. Kerjasama dengan negara-
negara di kawasan timur tengah seperti di Sudan memberikan
suatu sinyalemen bahwa perlu adanya pembatasan atas kekuatan
AS. Apalagi Cina mempekuat militernya untuk mengamankan
suplai minyak di seluruh dunia, terutama suplai dari Timur
Tengah.
Cina juga dituntut untuk bisa mandiri dalam
teknologi, baik untuk kepentingan ekonomi maupun untuk
kepentingan militer. Namun dalam hal ini, Cina telah
berhasil mengembangkan teknologi ruang angkasanya.
Keberhasilan ini jelas menaikkan bargaining position Cina di
dunia internasional. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Cina ini
melahirkan satu pertanyaan besar, apakah peta politik dan
keamanan dunia akan berubah?
80
Geografi Politik (9)
Geopolitik Timteng
* Geografi, Geopolitik dan Kultural Kawasan Timur Tengah
* Penamaan Timur Tengah
Sejauh ini belum ada kesepakatan mengenai definisi
Timur Tengah (Middle East), dan bahkan nama Timur Tengah belum
disepakati secara universal. Penamaan Timur Tengah muncul
secara resmi oleh orang Inggris untuk menyebutkan kawasan
yang meliputi semua negara Asia yang terletak di sebelah
81
selatan Uni Soviet (kini Rusia dan CIS), dan sebelah barat
Pakistan, termasuk Mesir.
Nama lain yang muncul untuk menyebutkan kawasan ini
adalah Timur Dekat (Far East), Istilah yang lebih tua. Yang
dilingkupi oleh istilah ini adalah Asia Barat Daya dan
wilayah-wilayah Eropa Tenggara yang pada masa lalu berada
dibawah kontrol Khilafah Turki Utsmaniyah (Ottoman).
Dalam perkembangan terakhir, negara-negara yang sering
diikutkan dalam penamaan kawasan Timur Tengah antara lain:
Suriah, Libanon, Palestina, Israel, Mesir, Arab Saudi,
Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Irak, Kuwait.
Lalu negara-negara Afrika Utara juga diikutkan: Maroko,
Aljazair, Libya, Tunisia, Mauritania, Sahara Barat, Sudan,
Etiopia, Eritrea, Jibuti. Selain itu kadangkala negara-
negara berikut juga diikutkan: Iran, Pakistan dan Turki.
* Gambaran Tentang Peta Bumi Kawasan Timur Tengah
Timur Tengah memiliki posisi geografis yang unik. Ia
merupakan wilayah yang terletak pada pertemuan Eropa, Asia
dan Afrika, dan dengan demikian ia menguasai jalan-jalan
strategis yang menuju ke tiga benua tersebut. Jalan-jalan
strategis tersebut antara lain: Selat Bosphorus yang
menghubungkan Laut Mideterania (Laut Tengah) dengan Laut
Hitam, Terusan Suez yang menghubungkan Laut Mideterania
(Laut Tengah) dengan Laut Merah. Selain itu juga terdapat
rute-rute perdagangan kuno via darat yang melewati kawasan
ini.
82
Dipandang sebagai bagian dari Asia (Asia Barat Daya),
Timur Tengah terletak di dalam zona tengah yang membentang
di sepanjang benua raksasa ini, kira-kira antara garis
lintang 30-40. Disebelah utara zona tengah ini terletak
daratan Rusia yang luas. Di sebelah selatannya terdapat
ujung-ujung semenanjung Asia, yang sebagian besar berada
dalam kontrol Barat. Secara tradisional, Timur Tengah adalah
kawasan yang diperebutkan antara kekuatan darat Rusia dan
kekuatan laut Barat.
* Kondisi Sosio-Kultural
Secara politis dan kultural, Timur Tengah dibagi
kedalam dua wilayah utama: Sabuk Utara dan Inti Arab. Sabuk
Utara dari segi etnik, mayoritas adalah non-Arab dan
berbatasan langsung dengan Uni Soviet (Rusia). Turki, Iran
dan Afghanistan berbeda dalam banyak hal dengan negara-
negara Timur Tengah lainnya.
Sabuk Utara memisahkan dan melindungi Inti Arab dari
Rusia (Uni Soviet). Sebagai garis pertahanan yang tidak
merata, namun yang terkuat terletak pada Turki dan yang
terlemah ada pada Iran.
Inti Arab terbagi atas daerah Bulan Sabit Subur (fertile
crescent) dan wilayah Laut Merah. Daerah Bulan Sabit Subur
mencakup Irak (Mesopotamia/ negeri dua sungai yang pernah
kaya) dan pesisir Mediterania Asia, yang terdiri dari
Suriah, Libanon, Yordania, Israel dan Palestina. Daerah ini
merupakan tempat migrasinya rumpun Semit yang kemudian
83
dikenal sebagai bangsa Babilonia, Assyria, Phoenisia dan
Ibrani.
Wilayah Laut Merah, terdiri atas dua bagian, daerah
Timur yang terbentang gurun kering Jazirah Arab (pulau
Arab), yang penduduknya jarang, kaya akan minyak, dan
tenggelam akan tradisi Muslim. Di sebelah Barat terdapat
Mesir, negeri yang hidup dari sungai terpanjang di dunia,
Sungai Nil yang merupakan sumber kesuburan di negeri yang
memang tandus.
Timur Tengah lainnya adalah daerah Afrika Utara
(maghreb). Secara geografis dikitari permukaan pegunungan,
Mediterania dan Atlantik, sehingga menikmati iklim yang
lebih sedang dibandingkan dengan daerah Timur Tengah
lainnya. Daerah ini juga cenderung lebih dekat dengan Eropa
dan menciptakan interaksi baik secara ekonomi atau kultural
dengan negara-negara Eropa.
Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan tempat lahirnya
tiga agama besar dunia. Selain itu juga, dari Timur Tengah
lahir peradaban-peradaban besar dunia. Bahasa Arab, menjadi
bahasa utama yang digunakan di Timur Tengah, pada abad
pertengahan, selama ratusan tahun Bahasa Arab merupakan
bahasa ilmu pengetahuan, budaya dan pemikiran progresif di
seluruh wilayah dunia beradab. Berbagai bahasa di dunia
sampai saat ini memperlihatkan adanya pengaruh bahasa Arab
dalam berbagai bahasa serapannya. Alfabet Arab (huruf
84
Hijaiyah) merupakan sistem yang paling banyak dipakai di
seluruh dunia, disamping aksara Latin.
* Niai Strategis Kawasan Timur Tengah
Selain memiliki keunikan geografis, Timur Tengah
memiliki sifat lain yang khas. Timur Tengah merupakan pusat
dunia Islam. Di Timur Tengah terdapat tempat-tempat paling
suci Islam dan lembaga-lembaga keilmuan Islam tertinggi.
Agama dan budaya Muslim telah meresap ke seluruh masyarakat
Timur Tengah dan telah memenuhinya dengan sikap-sikap
filosofis sehingga hanya revolusi radikal yang mungkin
mengubah prilakunya. Namun, di tanah suci Palestina, Timur
Tengah memiliki fokus aspirasi-aspirasi Yahudi serta
Kristen.
Kawasan Timur Tengah pada zaman sekarang menempati
kedudukan strategis dalam percaturan politik internasional
karena beberapa alasan:
1. kawasan ini menyimpan reserve minyak yang paling besar
dibandingkan dengan kawasan lain, sehingga dalam zaman
dimana energi minyak menjadi barang yang sangat langka,
Timur Tengah memegang peranan sangat menentukan dalam
percaturan politik dan ekonomi internasional
2. negara-negara di Timur Tengah, berkat kekayaan yang
diperoleh dari rezeki minyak, telah menjadi negara-
negara pengimpor senjata dari Timur maupun dari Barat.
Kawasan ini sangat menarik bagi negara-negara
pengekspor senjata yang dengan mudah dapat memperoleh
85
devisa secara sangat menguntungkan lewat lalu lintas
perdagangan senjata mereka. Amerika Serikat, Uni Soviet
(Rusia), Inggris, Prancis, beberapa negara Eropa Timur
dan sejumlah negara Amerika Latin serta Republik Rakyat
Cina adalah negara-negara yang menaruh minat besar
dalam perdagangan senjata di Timur Tengah.
3. berkat bonanza minyak itu, Timur Tengah telah menjadi
benua ekonomi yang mampu menyedot berbagai komoditi
dari luar. Negara-negara industri dari Barat maupun
dari Asia, terutama Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan
Taiwan selalu mengincar kawasan Timur Tengah sebagai
pasar yang cukup gemuk untuk berbagai produk industri
mereka. Oleh karena itu Timur Tengah tidak saja
memiliki nilai strategis, tetapi juga bernilai
ekonomis.
4. konflik antar negara Timur Tengah, terutama sekali
antara Israel dan negara-negara Arab mempunyai dimensi
internasional dan melibatkan campur tangan negara-
negara superkuat Amerika dan Uni Soviet (Rusia).
Perdamaian dan keamanan internasional sampai batas
tertentu dipengaruhi oleh konflik-konflik yang terjadi
di kawasan ini. Dengan kata lain, hampir setiap konflik
besar yang terjadi di Timur Tengah mengimbas ke kawasan
lain dan ikut mengguncang stabilitas kawasan tersebut.
5. Timur Tengah secara geografis, geopolitis, dan
geostrategis merupakan kawasan yang selalu menjadi
86
pusat perhatian masyarakat internasional, justru karena
letaknya yang menghubungkan benua Eropa, Afrika, dan
Asia. Beberapa negara Timur Tengah yang berbatasan
langsung dengan wilayah Uni Soviet (Rusia) menambah
arti penting kawasan ini secara keseluruhan.
6. Timur Tengah terbukti dalam sejarah telah menjadi the
cradle of civilization (asal muasal peradaban). Bukan itu
saja, bahkan semua agama wahyu diturunkan di kawasan
Timur Tengah. Agama Yahudi, Kristiani dan Islam,
semuanya dilahirkan di Timur Tengah. (Taylor, 1990:v-
vi)
* Energi Masa Depan di Timur Tengah
“Minyak bumi dan gas alam, sungguh dan Timur Tengah
adalah pemain kunci energi masa depan. Maka tidak heran
secara geopolitik kawasan ini sangat strategis dan konflik
berkepanjangan di kawasan akan senantiasa ‘diciptakan’.”
Presiden AS, George W Bush, dalam pidato kenegaraan 31
Januari 2007, mengatakan bahwa Pemerintah AS berencana
mengurangi ketergantungan minyak pada Timur Tengah sampai 75
persen tahun 2025 dengan memfokuskan pada bahan bakar
alternatif, seperti etanol dan biodiesel.
Apa dalam kepala Bush sehingga ia berani sesumbar
demikian? Bukankah ia ‘berteman’ dengan Arab Saudi untuk
minyak? Juga telah menyerang Afghanistan bagi keamanan
pasokan minyak? Menyerbu Irak, (dan sebentar lagi Iran) juga
‘dengan dalih minyak’?
87
Menurut Statistik OPEC (2005), konsumsi minyak USA
mencapai 20,17 juta barel perhari dari total konsumsi dunia
yang mencapai 77,52 juta barel per hari atau hampir
sepertiga kebutuhan minyak dunia. 74,6 persen kebutuhan
minyak USA adalah impor. Walau hanya sedikit memang yang
berasal dari Timur Tengah (beturut-turut lima pengimpor
terbesar AS adalah Kanada, Meksiko, Arab Saudi, Venezuela,
dan Nigeria), namun dengan memanasnya hubungan dengan
kelompk kiri Amerika Latin yakni Venezuela, maka AS tetap
membutuhkan Arab Saudi dan Timur Tengah khususnya. Apalagi
Negara-negara tersebut adalah sesama anggota OPEC, dan
solidaritas OPEC bisa menjadi kunci sebagaimana boikot
terhadap Israel saat terjadi konflik Arab-Israel tahun 1970-
an. Inikah yang ditakutkan USA (sentimen anti-USA)?
* Ladang Minyak dan Gas Masa Depan
Masih dari Statistik OPEC (2005), produksi minyak OPEC
sebesar 42,7 persen dari produksi minyak dunia, dimana
keseluruhan Timur Tengah sendiri mencapai 40 persen dari
produksi dunia, dengan tingkat ekspor menguasai 50,9 persen
pasar ekspor minyak dunia. Sementara dari sisi cadangan
terbukti (proven) minyak dunia sebesar 1,15 triliyun barel,
OPEC masih mempunyai cadangan terbukti diatas 78,4 persen
dunia yaitu sebesar 904,25 milyar barel, dan kawasan Timur
Tengah memilki cadangan terbukti minyak paling besar yaitu
742,68 milyar barel (75 persen). (disusul berturut-turut
88
Amerika Latin, Afrika, Eropa Timur, Asia Pasifik, Amerika
Utara dan Eropa Barat).
Sementara itu, gas alam sebagai bagian dari migas saat
ini mulai dikembangkan di negara-negara Timur Tengah dan
OPEC. Pada awal berdirinya, share produk gas alam OPEC hanya
3 persen dari produk gas alam dunia. Saat ini (2005), share
produk gas alam OPEC sudah menembus angka 17,6 persen
sebesar 498,375 milyar m3 dari produk gas alam dunia sebesar
2,836 trilyun m3. Produksi tertinggi gas alam masih dari
wilayah Eropa Timur Rusia, disusul Amerika Utara, Asia
Pasifik, Timur Tengah, Eropa Barat, Amerika Latin dan
Afrika.
Saat ini Rusia menjadi pemain kunci energi dunia dari
sektor gas alam ini dengan produksi sebesar 801,5 milyar m3
atau mencapai 40 persen. Untuk kawasan Amerika Utara pemain
kunci adalah USA, Iran untuk kawasan Timur Tengah, kawasan
Asia Pasifik oleh Indonesia dan Amerika Latin oleh
Argentina.
Untuk energi gas alam masa depan, Timur Tengah
menjanjikan prospek yang cerah. Hal ini dikarenakan cadangan
terbukti dunia sebesar 180,238 trilyun m3 terbesar berada di
kawasan ini dengan 72,977 trilyun m3 (45 persen) disusul
Eropa Timur dan Amerika Utara
Kontribusi inilah yang menunjukkan dominasi dan
kekuatan utama negara-negara Timur Tengah dan menjadikan
89
posisi tawar yang menguntungkan utamanya dalam pemenuhan
kebutuhan energi minyak dan gas dunia.
Posisi tawar inilah bisa menjadi senjata yang ampuh
dalam permainan geopolitik global. Krisis politik di
beberapa negara pemain energi utama, terutama Iran dan
Venezuela, serta ditambah dominasi dan arogansi USA,
ditakutkan akan mengulangi sejarah kelam konflik Arab-Israel
terdahulu. Pada awal tahun 2007 saja, harga minyak mentah
mendekati tingkat rekor tertingginya dalam beberapa tahun
terakhir belakangan ini hingga mendekati rekornya senilai
70,85 dolar AS per barel.
George Soros, yang termasuk pemodal global pun
menyimpulkan bahwa tahun 2006 yang telah lewat adalah tahun
berbahaya sepanjang menyangkut minyak. Sekarang ini sedikit
ekonom yang siap memprediksi penurunan harga minyak selama
kedepan, bahkan prediksi sejumlah analis ekonomi bahwa angka
70 dollar AS per barel dapat menjadi “harga dasar” mulai
awal tahun 2007. Dan AS, mungkin telah melihat fenomena
tersebut dan bersiap mengantisipasi bahwa minyak dan gas
akan menjadi senjata politik ampuh di masa depan.
90
Geografi Politik (10)
Geopolitik India
* Geopolitik dan Geostrategi Global India
India adalah letak dari peradaban kuno seperti Budaya
Lembah Indus dan merupakan tempat kelahiran dari empat agama
utama dunia: Hindu, Buddha, Jainisme, dan Sikhisme. Penduduk
asli dataran India adalah bangsa Dravida (terkenal dengan
kebudayaan Mohenjjo-Darro), semakin tersisih ke selatan
ketika kedatangan bangsa Aria. Bangsa Aria ini berasal dari
Asia Tengah. Agama asli bangsa Aria itu Hindu, oleh karena
itu wilayah mereka kemudian dinamakan Hindustan. Islam mulai
dikenal masyarakat India seiring kontak mereka dengan para
pedagang Arab, karena India terletak di Jalur Sutera yang
menghubungkan berbagai kebudayaan. Gambaran perkembangan
kerajaan Islam di India, salah satu peninggalan kerajaan
Moghul di India yang sangat terkenal adalah Taj Mahal.
Republik India adalah sebuah negara di Asia yang
mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan
91
populasi lebih dari satu milyar jiwa, dan adalah negara
terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis.
Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-
an. Terletak di Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang
7.000 km, dan bagian dari anak benua India, India merupakan
bagian dari rute perdagangan penting dan bersejarah. Dia
membagi perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Cina,
Myanmar, Banglades, Nepal, Bhutan, dan Afganistan. Sri
Lanka, Maladewa, dan Indonesia adalah negara kepulauan yang
bersebelahan. Cuaca India beragam, dari cuaca tropis di
selatan hingga ke cuaca menengah di utara. Sebagian dari
India yang terletak di pegunungan Himalaya mempunyai cuaca
tundra. India memperolehi hujannya dari monsun (angin musim
hujan).
Diawal abad ke-12 ini, salah satu proses pergeseran
kekuatan global diatandai oleh tampilnya India sebagai aktor
global potensial.
* Ekonomi
Ekonomi India adalah terbesar keempat di dunia dalam
PDB, diukur dari segi paritas daya beli (PPP), dan salah
satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Perekonomian
India diperkuat oleh kehadiran industri dengan dasar
teknologi yang cukup kuat. Program alih teknologi India
termasuk cukup berhasil. Dalam industri TI yang merupakan
arus dunia saat ini, India hadir sebagai pemain kelas atas.
* Politik
92
Politik India, negara dengan sistem demokrasi liberal,
bahkan India merupakan negara demokrasi terbesar di dunia,
disusul AS dan Indonesia.
* Sosial
Struktur sosial India mengakibatkan kesulitan
tersendiri bagi perkembangan negara tersebut. Masih
berlakunya pembedaan kasta, serta berbagai praktik
tradisional tidak memungkinkan adanya pemerataan sosial.
Demokrasi yang notabene milik masyarakat egaliter
dikembangkan pada sistem sosial yang lebih sesuai untuk
feodalisme. Dalam kerukunan beragama, sistem hukum dan
kenegaraan India sangat maju dalam mendukung sistem negara
yang sekuler.
* Militer
Dengan kekuatan 1 juta prajurit, dilengkapi peralatan
moderen dengan industri pendukung, serta anggaran militer
yang sangat besar, militer India merupakan salah satu yang
terkuat di dunia saat ini. Di Asia ia hanya dapat ditandingi
oleh RRC. Adanya gabungan kekuatan militer, ekonomi, sosial,
politik, sumber daya, serta teknologi memberi kesempatan
bagi India untuk berkembang menjadi salah satu adidaya Asia.
Indiapun memiliki senjata nuklir, walaupun semula India
tidak setuju dengan penggunaan senjata nuklir, seperti
pernah dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki untuk mengakhiri
PD-II. Nehru yang terinspirasi oleh gerakan anti-kekerasan
93
Mahatma Gandhi, menginginkan agar senjata nuklir dinyatakan
terlarang.
* Proyeksi Kemiliteran
Dengan anggaran sebesar US$ 13,6 miliar hanya untuk
2000/ 2001, hanya US$ 1 miliar di bawah RRC (ini menurut
pengakuan India, sementara RRC mengaku anggaran militernya
jauh di bawah India) India menunjukkan kemampuannya untuk
menjadi salah satu militer yang terkuat di Asia. Pengadaan
dilakukan dengan mekanisme yang cukup kompleks dan
profesional, sekali pun sebagai akibat dari masih besarnya
ketergantungan teknologi, beberapa kasus sempat muncul.
Berikut beberapa pengadaan yang patut dicatat:
1. Angkatan Darat
Angkatan Darat dengan bangga menantikan 300 T-90
Russia, selain berbagai macam radar, UAV, howitzer dan roket
BM21 Grad M yang akan memperkuat peluncur roket lokal Arjun.
Sebagian besar amunisi dibeli dari Israel. Demikian pula
banyak proses upgrade persenjataan dilakukan dengan bantuan
Israel.
Mirip seperti di Indonesia, tapi dalam taraf yang jauh
lebih rendah, korupsi juga merupakan momok yang menghantui
militer India dalam pengadaan persenjataan, di samping tentu
saja kesalahan pengambilan keputusan. Namun berbeda dengan
Indonesia, upaya melakukan pengamanan atas kebocoran telah
dilakukan dengan meningkatkan audit sejak 1985. Contoh isu
yang beredar, bahwa implementasi MiG-29K untuk Gorshkov
94
adalah dipaksakan. SU-30 yang dikirim disebut hanyalah SU-27
yang diupgrade. Demikian pula versi T-90 yang akan diterima
India, disebutkan sebagai model eksperimental yang pada
prinsipnya hanyalah T-80 yang dilengkapi dengan mesin disel
baru.
2. AngkatanLaut
Angkatan Laut akan diperkuat dengan MiG-29K yang satu
paket dengan kapal induk Admiral Gorshkov. Banyak kritik
tentang hal ini, karena Gorshkov sebenarnya tidak dibuat
untuk mengangkut MiG-29K, bahkan lebih merupakan pengangkut
helikopter, atau maksimal Yak. Implementasi MiG-29 untuk
carrier base aircraft sendiri masih belum populer.
Pengadaan TU-22M Backfire untuk maritime aircraft cukup
penting, mengingat kategorinya sebagai pembom jarak jauh,
yang sanggup menyerang sebelum dikenali oleh radar. Ditambah
dengan TU-142M (ASW). Selain itu, empat kapal selam Kelas
Kilo akan menambah armada kapal selam India.
Yang juga perlu dicatat adalah bahwa India menyewa
beberapa peralatan militer dari Rusia. Termasuk di antaranya
adalah kapal selam nuklir seperti INS Chakra. Metode sewa
ini seharusnya juga dipertimbangkan Indonesia, daripada
membeli peralatan dalam jumlah tidak memadai dan tidak
memiliki fungsi militer.
Israel turut membantu dalam melakukan modernisasi
kapal-kapal tempur India, khususnya dalam teknologi radar
95
dan perlengkapan electronic warfare lainnya.
3. AngkatanUdara
Angkatan Udara menantikan kedatangan 50 SU-30MKI yang
disertai dengan alih teknologi. Ini menandai peningkatan
standar fighter India, sekali pun dalam implementasinya masih
bermasalah.
Pembelian 10 Mirage 2000 menunjukkan bahwa India tidak
meninggalkan teknologi Prancis. Namun karena penolakan India
atas NPT kemungkinan Prancis tidak akan memberikan teknologi
Mirage yang terakhir.
India juga telah melakukan upgrade lokal atas 125 MiG-
21 yang dimilikinya. Mempertahankan wing lama tempur ini
sangat dibutuhkan untuk menandingi superioritas jumlah jet
tempur RRC. Sedang dirundingkan kemungkinan pembelian Beriev
A-50 (Mainstay), pesawat AWACS Rusia. Perlu menjadi
pertimbangan Indonesia untuk turut membeli Beriev
dibandingkan state of art AWACS AS, khususnya karena
pertimbangan ketersediaan pasokan serta minimnya kemungkinan
berhadapan dengan Rusia (zero enggagement possibility) dalam 50
tahun ke depan.
Selain itu, 40 helikopter Mi-17-1B versi upgrade juga
sedang dinantikan pengirimannya. Heli ini dapat beroperasi
pada high altitude, sesuai dengan geografi India di perbatasan
dengan Cina dan Pakistan. Pilihan ini perlu menjadi
pertimbangan untuk operasi TNI di Irian. Juga perlu ditiru
kerjasama India-Rusia untuk membangun Il-214, pesawat kargo
96
militer yang berdaya tampung 82 para atau 100 penumpang atau
kapasitas 15 ton. Indonesia sangat membutuhkan jenis seperti
ini, karena dapat lepas dari lingkaran setan supply militer
karena ketergantungan pada pesawat kargo buatan Amerika
seperti Hercules. Cara ini sangat baik dilakukan untuk
memperoleh teknologi secara lebih cepat.
Dengan tercapainya Perjanjian nuklir India-AS mengakibatkan
persetujuan itu mengizinkan Amerika memberikan bantuan dan
bahan bakar untuk program tenaga nuklir India. Berdasarkan
perjanjian itu, India tetap berhak mengadakan uji coba
senjata nuklir di fasilitas nuklir yang terpisah dan
dibangun untuk kepentingan militer.
Sejak India merdeka 15 Agustus 1947, India melaksanakan
politik luar negerinya yang bebas (independent), yang
didasarkan pada kesamaam (equality), keadilan (justice) dan
perdamaian (peace).
* Tantangan Pertama Ketika India Baru Merdeka, yaitu:
Internal: India mewarisi keterbelakangan, kemiskinan,
kebutaaksaraan yang sangat tinggi dan penyakit. Karena itu
tugas utama pemimipin negara adalah menjaga kesatuan bangsa
karena India memiliki kemajemukan yang luar biasa baik etnis
maupun agama. Eksternal: dunia telah pecah yang dipelopori
oleh blok Barat dan blok Timur.
PM Jawaharal Nehru menyadari bahwa India, dengan
perdabannya yang tua, wilayahnya yang cukup luas,
penduduknya yang banyak, berhak untuk berbicara dengan
97
suaranya sendiri. Kemerdekaan yang didapatkan dengan susah
payah dari penjajah menjadi kurang berarti jika India tidak
dapat bebas bersuara di tingkat Internasional.
Sejak awal India tidak mau/ ikut dalam pakta-pakta
militer, seperti Pakta Bagdag/ CENTO atau perjanjian Manila/
SEATO, karena keduanya berpihak kepada blok Barat. Namun
India tidak sekedar netral dalam masalah internasional
dimana Nehru menolak tuduhan John Foster Dulles bahwa
netralitas itu immoral.
Non-aligment melambangkan perjuangan India dan negara
yang baru merdeka untuk mempertahankan dan memperkuat
kemerdekaan mereka (bukan hanya politik tapi juga ekonomi)
dari neo kolonialisme dan imperealisme.
Sasaran pertama politik luar negeri India adalah
memberikan dukungan kepada negara-negara yang baru merdeka
tersebut untuk memperkuat diri memajukan perdamaian dunia
dan membantu mereka menjadi anggota PBB. Non-aligment juga
mengedepankan proses demokratisasi dalam hubungan
internasional.
Fungsi politik luar negeri India juga untuk memajukan
dan mempertahankan kepentingan nasionalnya, termasuk
ekonomi. Dengan tidak masuk ke salah satu blok maka India
merasa lebih bebas untuk berhubungan dengan negara manapun,
tanpa mepedulikan warna ideologinya atau sistem ekonominya,
asalkan saling menguntungkan.
* Hubungan Luar Negeri:
98
* Rusia
India adalah bagian dari politik luar negeri Soviet di
Asia. Itu waktu Soviet masih ada. Kebijakan politik India
yang non-alignment (non-blok) memberi Soviet pijakan di Asia
Selatan. Soviet menjadi pemasok terbesar bagi militer India,
menjamin adanya pasokan kemiliteran yang bebas dari
persyaratan berat dan resiko embargo. Setelah Soviet bubar,
Rusia tetap menjadi pemasok senjata nomor satu bagi militer
India.
* Amerika Serikat
India menganggap AS dapat membantu India dalam banyak
hal, termasuk teknologi, bantuan ekonomi dan dukungan moral
bagi India yang sudah mempraktekan demokrasi, Amerika
Serikat menerapkan embargo militer pada India sejak lama
karena upayanya untuk memiliki senjata nuklir. Embargo
militer tersebut masih berlaku hingga sekarang setidaknya
untuk peralatan militer yang sensitif, karena India menolak
menandatangani NPT dan CTBT. Kedekatan India dengan Soviet
(kemudian Rusia) otomatis membuat India kurang disukai oleh
AS. Namun dikarenakan letak geografisnya, pendiriannya yang
non-blok, serta keberadaannya sebagai negara demokrasi, para
analis militer AS menyimpulkan bahwa konflik dengan India
sangat kecil kemungkinannya.
Saat ini India merupakan tempat terbaik untuk memulai
investasi bagi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Biaya
implementasi di India bisa lebih rendah dari pada di Amerika
99
Serikat. (Raj S. Judge) Penandatanganan perjanjian nuklir
India-AS ini menjadi sebuah kunci penting masa depan
hubungan bilateral India-AS yang lebih baik.
Terlepas dari kenyataan adanya standar ganda AS
terhadap kebijakan nuklirnya, India sangat diuntungkan dari
penandatanganan perjanjian ini. Meskipun perjanjian nuklir
ini tidak serta merta memberikan status negara nuklir kepada
India, tetapi paling tidak hal ini menunjukkan pengakuan AS
terhadap India sebagai sebuah negara yang bertanggung jawab
terhadap teknologi nuklirnya.
Lebih jauh lagi, perjanjian ini akan memberikan
kesempatan kepada India untuk mendapatkan akses teknologi
nuklir yang lebih besar tanpa harus khawatir terhadap
tekanan dan ancaman dari AS, sebagaimana yang saat ini
terjadi kepada Iran maupun Korea Utara.
* Inggris
Lepasnya India dari kekuasaan Inggris tidak dapat
dihindari, namun pihak Inggris tidak senang terhadap
kepemimipinan Partai Kongres yang sejak sebelum kemerdekaan
bersikap keras terhadap Inggris. Inggris memperhitungkan dan
berharap India akan pecah berantakan. Namun Inggris
meninggalkan warisan di India, yang lebih baik dari warisan
Belanda di Indonesia, misalnya dalam hal administrasi, dan
penggunaan bahasa asal penjajah, akibatnya bagi India
ratusan ribu para terpelajar India bekerja di Barat,
100
termasuk di Inggris dan AS. Sebagai negara commonwealth,
India secara tradisi mendapat perlindungan dari Inggris.
* Asia
ASEAN adalah tempat bagi bagi bangsa-bangsa yang cinta
damai. ASEAN membawa dampak positif bagi seluruh bangsa di
dunia. ARF (ASEAN Regional Forum) sangat bermanfaat bagi India
untuk melakukan komunikasi akrab yang terbuka dengan negara-
negara lain. Hanya saja dalam forum regional yang cukup luas
seperti itu India sering menjadi bulan-bulanan karena
sikapnya yang tidak mau menandatangani NPT dan CTBT.
Pelajaran dari ASEAN digunakan oleh India untuk membentuk
kumpulan regionalnya sendiri, Bimstec, yang terdiri atas
Bangladesh, India, Myanmar, Sri Lanka dan Thailand.
* Indonesia
India membutuhkan jaminan atas jalur laut yang aman
melalui Nusantara, sekali pun India berada dalam konflik,
baik dengan Cina, Pakistan atau Australia. Jelasnya India
membutuhkan jaminan persahabatan dari Indonesia, bahwa tidak
akan ada konflik militer antar kedua negara. India
membutuhkan Indonesia yang memihak pada India atau
setidaknya tetap netral dibanding terhadap Australia dan
Cina, serta AS. Untuk mempertahankan perkembangan militernya
India membutuhkan persahabatan militer yang lebih luas,
termasuk dengan Indonesia.
India berkepentingan mendapatkan bantuan politis untuk
meredam atau setidaknya mengurangi tekanan internasional
101
atas posisinya yang tidak menandatangani NPT dan CTBT. India
berambisi menjadi adidaya Asia. Ambisi ini telah
diperlihatkan sejak awal berdirinya negara tersebut. Awalnya
militer India mewujudkan hal tersebut dengan mengoperasikan
Carrier. Kemudian proyeksi militer India secara jelas menuju
perwujudan blue water navy yang modern. Langkah kearah ini
dilakukan dengan kemampuan membangun di dalam negeri kapal
perusak dan fregat yang modern, serta mengalihkan teknologi
untuk membangun kapal selam.
Sejalan dengan itu, India berharap dapat menjadi
anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan dengan demikian dapat
memiliki hak veto. Untuk mendukung harapannya tersebut India
mempersiapkan diri dalam bidang ekonomi, politik, teknologi
dan militer. Dalam keempat bidang tersebut India telah
menunjukkan kemajuan yang cukup pesat.
Ambisi India terlihat setelah negara tersebut menolak
meratifikasi perjanjian NPT (Non-Poliferation Treaty) tahun 1968
hingga sekarang. Bahkan kemudian menolak menandatangani CTBT
tahun 1996, hingga sekarang, jauh setelah Perang Dingin
berakhir. Pada Mei 1998, India kembali melakukan uji coba
nuklir, berlawanan dengan trend pemusnahan nuklir pasca
Perang Dingin. Hal ini segera diikuti oleh Pakistan dengan
uji coba nuklir yang lebih bersifat balasan atas uji coba
India. Maka dimulailah perlombaan senjata nuklir baru secara
terbuka.
102
India saat ini diperkirakan memiliki 60 senjata nuklir
yang dapat diluncurkan dengan rudal Agni atau Phritvi, atau
melalui pesawat. Target India selanjutnya adalah memiliki
kemampuan peluncuran rudal nuklir dari laut, baik permukaan
mau pun dari kapal selam. Ini adalah target minimum detterence
India saat ini. Enam reaktor nuklir air berat India memiliki
plutonium yang cukup untuk mempersenjatai 200 nuklir. India
tidak memiliki harapan untuk menjadi pemimpin regional,
mengingat posisi politisnya di kawasan Asia Selatan yang
dikelilingi oleh negara-negara besar yang pseudo-hostile,
seperti Pakistan, Cina dan Afghanistan. Kecuali tentunya di
wilayah Bay of Bengal yang tergabung dalam Bimstec. Disini pun
India harus berhadapan dengan Thailand. Peran India di
Maldives menunjukkan keinginan dan kemampuan AL India untuk
beroperasi jauh dari Home Sea. Ambisi India ini akan secara
langsung berhadapan dengan ambisi serupa dari Cina dan
Australia, dalam perlombaan menjadi Penguasa Samudra Asia
Selatan.
103
Geografi Politik (11)
Geopolitik UE
* Kepentingan Geostrategis UE di Eurasia
Sejak secara bertahap menjadi pemain utama di kawasan
Timur Tengah, Uni Eropa tampaknya tidak akan menempuh cara
AS yang memberi dukungan bagi Israel. Sebaliknya, UE tetap
menjaga hubungan dengan negara-negara Arab guna menjaga
stabilitas perbatasan dan suplai minyaknya. UE memerlukan
stabilitas kawasan minyak Eurasia untuk kebutuhan pasokan
energinya.
Sejak tahun 2000, 76 persen pasokan energi UE
tergantung dari suplai eksternal. Suplai ini termasuk 20
persen impor minyak dunia untuk UE, konsumsi ini lebih kecil
dibandingkan dengan AS yang mencapai 26 persen. Kondisi ini
menyebabkan UE sangat rentan terkena dampak krisis ekonomi
dunia yang ditimbulkan harga minyak yang meroket ataupun
kelangkaan persediaan minyak.
Dalam jangka panjang, gas alam akan menggantikan sumber
energi minyak Eropa dan diperkirakan akan mencapai 70 persen
suplai energi tahun 2020. Dengan mengimpor 40 persen gas
104
alam dari Rusia tahun 2020, UE akan sangat bergantung pada
Rusia. Namun disisi lain, UE juga perlu mencari pengimbang
dependensi tersebut dari kawasan Eurasia yang lain.
Eropa akan membutuhkan minyak dari Eurasia, demikian
pula halnya AS. AS lebih bergantung kepada minyak daripada
Eropa. Sejak 2002 saja AS mengimpor 25 persen minyaknya dari
Timur Tengah, termasuk Irak yang memiliki setengah cadangan
minyak dunia. Jelas dalam hal ini akan terjadi kompetisi
ketat dalam great game politik minyak dunia. Sejarah Timur
Tengah dan Eurasia tidak lepas dari pasang surut great game
guna mengamankan dan menjaga stabilitas harga serta suplai
minyak dunia. Baik AS maupun Eropa melakukan hal yang sama
pada masa lalu.
Beberapa tahun ke depan, Eropa dan AS akan
mengembangkan strategi yang benar-benar berbeda untuk
mengamankan suplai minyaknya dari kawasan konflik Timur
Tengah. Keduanya akan berbeda pendapat bagaimana arus energi
akan mengalir dari Kaspia dan kawasan migas di Siberia
barat, termasuk kebijakan yang berbeda terhadap negara-
negara Kaukasus dan Rusia.
Dengan menghindari kawasan selatan, yaitu Timur Tengah
yang penuh konflik, akan ada strategi suplai minyak yang
baru, terutama yang melalui ladang baru di Kaspia dan
Kazakstan. Jalur pipa minyak yang baru dari Asia Tengah
melalui Rusia, termasuk pelabuhan Rusia di Novorossiysk,
menjadi jalur suplai yang penting bagi Eropa dan AS. Ini
105
pilihan yang lebih mungkin daripada membangun jalur pipa
dari Asia Tengah menuju Afganistan dan Pakistan.
* Aliansi Eropa-Rusia
Jika Eropa dan AS membangun strategi energi masa
depannya dengan upaya diversivikasi suplai energi dan
minyaknya melalui northern strategy, hubungan baik antara Barat
dan Rusia memiliki urgensi tersendiri. Namun, Eropa tidak
akan menunjukkan hal tersebut secara gamblang ketika
berkaitan dengan Rusia. Eropa dan Washington telah mulai
melihat Rusia dari sudut pandang yang berbeda saat ini.
Sejak berakhirnya Perang Dingin, AS telah memiliki
hubungan yang ambisius dengan Rusia. Washington melihat
Rusia sebagai sumber energi penting, terutama dalam
pengawasan senjata seperti memastikan keamanan nuklir dan
tidak jatuhnya senjata pemusnah massal ketangan teroris.
Setelah peristiwa 11 September, meskipun Rusia mendukung
Washington dalam kampanye antiterorisme di Afganistan,
Kremlin belum mendapat perlakuan yang dianggap baik dari AS.
Hingga masuknya wild west capitalism dari “mafiosi economics” telah
menyebabkan rezim yang semula pro-AS di Kremlin semakin jauh
dan akhirnya semakin jelas dengan keputusan strategis
Presiden Putin untuk bersama Perancis dan Jerman dalam
krisis Irak.
Kunjungan Presiden Putin ke Berlin, dalam dukungannya
terhadap Poros Berlin-Paris menghadapi krisis Irak,
106
menunjukkan simbol pergeseran dan adanya kesamaan
kepentingan antara Eropa Barat dan Rusia.
Aliansi Eropa-Rusia telah kelihatan sejak hancurnya
Tembok Berlin. Bahkan, selama Perang Dingin, Washington
sering kali tidak puas dengan upaya Eropa membuka diri
terhadap Moskow. AS skeptis dengan “Ostpolitik”-nya Kanselir
Jerman Willy Brandt dan menolak diplomasi Perancis
mengembangkan relasi dengan Kremlin.
Pada era Reagan, Washington dan Bonn juga berselisih
dalam hal jalur pipa minyak yang menghubungkan Siberia barat
dan Eropa Barat. Kontroversi ini berlanjut pada dekade 1990-
an berkaitan dengan perluasan NATO, Washington mendesak NATO
hingga perbatasan Rusia dan para pemimpin Eropa berupaya
mengakomodasi kekhawatiran Rusia.
* Revolusi Geostrategis
Apa yang terjadi antara “Core Europe” dan Rusia dalam isu
Irak mengingatkan akan adanya revolusi dalam aliansi
geostrategis antara UE dan Rusia berdasarkan kepentingan
bersama. Hal ini sebenarnya telah terjalin sejak 2002,
dimana gas alam Rusia dan suplai energi ke Eropa Barat,
sebaliknya akses Rusia semakin meningkat ke pasar Eropa.
Konsep “energi untuk pasar” ini masuk akal karena lebih dari
separuh perdagangan Rusia dengan Eropa, sementara Eropa
memperoleh seperlima energinya dari Rusia. Perusahaan-
perusahaan UE adalah investor luar negeri terbesar dalam
ekonomi Rusia. Namun selain energi dan pasar, UE dan Rusia
107
juga mempunyai kepentingan keamanan bersama, setidaknya
untuk membendung dampak radikalisasi Islam ke selatan.
Aliansi UE-Rusia mungkin saja dapat menggantikan NATO
sebagai sistem keamanan Eropa yang utama. Sementara itu,
Rusia dapat bergabung dengan NATO. Sejak 2002, Kanselir
Schroeder dan PM Blair telah mengambil langkah mengembangkan
relasi institusional yang baru dan lebih erat antara Rusia
dan NATO. Dalam jangka panjang, tidak mustahil pula Rusia
bahkan dapat bergabung dengan UE.
Hubungan strategis yang baru UE-Rusia tersebut tidak
akan disambut hangat Washington. Hal ini akan menyebabkan
kekhawatiran “skenario Brzezinski” terwujud, yaitu dua
kekuatan Eurasia bersatu untuk memarjinalisasi AS, atau
bahkan menyingkirkan AS di kawasan Eropa. Apa yang disebut
dengan geographic proximity dan symbiotic relationship dari energi
Rusia dan pasar Eropa menjadi potensi aliansi EU-Rusia yang
sama pentingnya bagi Eropa Barat dengan aliansi NATO.
Dengan memasukkan Rusia ke orbit Eropa, UE akan lebih
memarjinalisasi AS di Eurasia. Bahkan secara radikal akan
membentuk peta baru politik dunia. Jika AS kehilangan
pijakannya di kawasan Eurasia, posisi AS sebagai superpower
global akan semakin melemah. Centre of gravity politik dunia akan
bergeser dari dominasi Washington secara global bergerak
menuju Eurasia, dengan kekuatan terbesarnya adalah Uni
Eropa.
108
Geografi Politik (12)
Geopolitik Thailand
* Sejarah Modern Thailand
Pada tahun 1941, Jepang menyerang pasukan Sekutu di
Malaysia dan Burma. Marshal Phibul Songkhram yang merupakan
boneka Jepang dalam usaha memperluas pengaruh Thailand di
Asia merupakan tokoh penting dalam dinamika Thailand masa
perang. Phibul mendeklarasikan perang dengan Amerika Serikat
dan Britania pada tahun 1942. Namun Seni Pramoj, Duta Besar
Thailand di Washington, menolak untuk memberikan deklarasi.
Phibul mengundurkan diri pada tahun 1944 di bawah tekanan
dari perlawanan bawah tanah Thailand. Pada tahun 1945, Seni
menjadi Perdana Menteri.
Pada tahun 1946, Raja Ananda Mahidol (Rama VIII) yang
telah kembali dari Swiss setelah menyelesaikan pendidikannya
terbunuh. Seni dan Kukrit (saudara Seni) dikudeta oleh
pimpinan Phibul dan kelompok sipil demokratis mengambil alih
kekuasaan untuk waktu yang singkat karena Phibul kembali
digulingkan tahun 1948.
Pada tahun 1951, kekuasaan Phibul diambil alih oleh
Jenderal Sarit Thanarat yang meneruskan tradisi kediktatoran
militer. Setelah itu Sarit dipaksa mengundurkan diri pada
pemilihan umum. Dia melarikan diri ke luar negeri setelah
pemilu dan kembali tahun 1958 untuk memulai kudeta lain.
Pada waktu itu ia memperluas kekuasaannya melalui konstitusi
109
dengan membubarkan parlemen dan melarang semua partai
politik sampai kematiannya dari sirosis pada tahun 1963.
Selama Perang Vietnam 1964-1973, Thailand menjadi
tempat transit untuk operasi Amerika Serikat dengan izin
dari perwira tentara, Thanom Kittikachorn dan Praphat
Charusathien. Bangkok adalah pusat untuk beristirahat
pasukan dan rekreasi. Sebagai reaksi terhadap penindasan
politik, mahasiswa Thailand menuntut konstitusi nyata pada
bulan Juni 1973. Pada bulan Oktober tahun yang sama,
mahasiswa dari Universitas Thammasat di Bangkok pergi ke
jalan-jalan menuntut sebuah konstitusi baru, tetapi Raja
Bhumiphol (Rama IX) dan General Krit Sivara mencoba
menengahi untuk mencegah konfrontasi pertumpahan darah,
memaksa pemimpin tentara, Thanom dan Praphat untuk
meninggalkan Thailand oleh helikopter. Pada tahun 1974,
sebuah konstitusi baru diumumkan oleh pemerintah sipil di
bawah terkemuka Prof Sanya Dharmasakti, tetapi pemerintahan
ini tidak berlangsung lama.
Pada tahun 1976, Thammasat University sekali lagi
menjadi medan perang. Mahasiswa berdemonstrasi untuk
melindungi kembalinya Thanom sebagai seorang biarawan dan
Thanin Kraivichien, seorang pejabat pemerintah baru sayap
kanan utama dinyatakan sebagai suatu diktator. Kejadian ini
membuat para siswa Thailand yang idealis bergabung dengan
kelompok perlawanan di hutan. Akhirnya Thanin dipaksa
mengundurkan diri oleh kudeta lain tahun 1977. Pada tahun
110
1980, posisi militer berubah lagi, meninggalkan Jenderal
Prem Tinsulanonda memimpin. Prem bertahan sebagai Perdana
Menteri sampai dengan tahun 1988 yang secara politis
dikreditkan untuk stabilisasi ekonomi Thailand di tahun-
tahun pasca perang Vietnam.
Selama periode terakhir demokrasi (1988-1991),
Chatichai Choonhaven memimpin koalisi partai. Namun
Chatichai ditangkap oleh para tentara karena tuduhan
korupsi. Kemudian Suchinda Kraprayoon menunjuk dirinya
sendiri untuk memegang posisi sebagai Perdana Menteri pada
18 Mei 1992. Dalam suatu insiden, ratusan demonstran pro-
demokrasi dan Thailand tewas dan terluka dalam kekerasan.
Raja Bhumipol (Rama IX) harus turun tangan untuk
menghentikan konfrontasi pertumpahan darah. Setelah itu,
Suchinda dipaksa mengundurkan diri dan Anan Panyarchun
diangkat sebagai PM sementara.
Sampai sekarang peristiwa kudeta terus berlangsung di
Thailand, melalui kudeta dan diadakan pemilihan umum ulang
pada tahun 2001, perdana menteri Thaksin berkuasa. Namun
kepemimpinan ini lagi-lagi harus runtuh melalui kudeta
militer yang menetapkan Abhisit sebagai Perdana Menteri
sampai sekarang.
* Permasalahan Keamanan di Selat Malaka
Permasalahan ini timbul karena adanya perkembangan yang
penting di bidang perkapalan dan perubahan-perubahan dalam
strategi militer secara global dari negara-negara besar.
111
Memang benar adanya bahwa sejak 1967, kapal-kapal tangki
raksasa banyak bermunculan membawa minyak dari Timur Tengah
ke Jepang dan Timur Jauh. Selat malaka merupakan satu tempat
dimana selalu dilalui oleh kapal-kapal ini. Namun kondisi
geografis Selat Malaka yang sempit, dangkal, berbelok-belok,
dan ramai itu semakin lama semakin terbatas untuk dapat
melayani kapal-kapal tangki raksasa yang semakin lama
semakin besar dan banyak. Dalam kondisi demikian, kecelakan
besar pun seringkali terjadi dan membawa kerugian bagi
pemiliknya serta menimbulkan bencana lingkungan terutama
kelestarian lingkungan laut dan beriplikasi pada kehidupan
negara pantai lainnya. Selain itu, perubahan strategi
militer negara-negara besar di dunia juga telah membawa
persoalan bagi Selat Malaka. Seperti yang terjadi dengan
perubahan strategi Amerika Serikat di Pasifik pada 1969,
menetapkan untuk mengalihkan tulang-punggung pertahanannya
di wilayah ini secara besar-besaran di daratan lepas pantai
Asia dengan membuat suatu basis pertahanan laut di wilayah
Asia.
Dua hal yang menjadi faktor utama terangkatnya isu
Selat Malaka adalah semakin padatnya lalu lintas laut di
Selat Malaka yang dinilai dapat mengancam stabilitas negara
pantai dan juga adanya armada militer laut negara seperti AS
dan Rusia yang melintas jalur tersebut karena dianggap
strategis untuk meningkatkan pertahanannya di wilayah Asia.
Disisi lain, kemampuan negara pantai untuk menanggulangi
112
bahaya yang mungkin timbul dari kapal-kapal tangki raksasa,
kapal-kapal perang dan kapal-kapal nuklir yang melintas
masih sangat minimal. Berbeda dengan pelayaran kapal dagang
yang tidak dipermasalahkan dalam hal ini. Karena itu, pihak
negara pantai merasa perlu dibentuknya aturan-aturan baru di
Selat tersebut demi menjamin keselamatan negara-negara
pantai, dan menjamin kelancaran lalu-lintas pelayaran
internasional secara wajar.
Selain itu, jika dipandang dari kacamata politis dan
strategis, akan muncul beberapa hal penting antara lain,
upaya penyatuan pandangan di antara ketiga negara pantai
(Singapura, Malaysia dan Indonesia) untuk menghadapi dunia
luar, terutama Jepang karena kepentingannya yang sangat
besar terhadap kebebasan lalu-lintas kapal-kapal tangki
raksasa dan kapal-kapal kargo yang berukuran besar ke
negara-negara major power, seperti AS, Cina, dan India.
Negara-negara tersebut mempunyai kepentingan-kepentingan
yang sangat besar pula dibidang lalu-lintas kapal militer.
Usaha-usaha penyatuan pandangan dan sikap negara-negara
pantai ini sangat penting guna menjaga keamanan dan
kestabilan perbatasan terutama jika diingat posisi geografis
ketiga negara pantai yang sangat berbeda.
Kemudian muncul keinginan untuk
“menginternasionalisasikan” pengelolaan Selat namun ditolak
oleh Singapura karena dinilai akan merugikan negara
Singapura. Dengan berlandaskan pasal 43 Konvensi UNCLOS
113
1982, Singapura menyampaikan bahwa “negara pemakai selat”
sulit sekali diharapkan membantu negara-negara pantai untuk
meningkatkan keselamatan pelayaran, keamanan, dan
pemeliharaan lingkungan laut tanpa mereka sendiri ikut
mengatur kedua selat itu. Dalam hal ini semestinya negara-
negara pemakai selat tersebut dapat membantu negara-negara
pantai atau negara-negara selat untuk meningkatkan
keselamatan pelayaran, termasuk penanggulangan perompakan
dan terorisme, serta pemeliharaan lingkungan tanpa perlu
ikut serta dan terlibat untuk mengatur atau
menginternasionalisasikan dengan mempersoalkannya ke PBB dan
Mahkamah Internasional karena pada dasarnya memang Selat itu
sudah menjadi milik negara yang berdaulat dan telah masuk ke
dalam wilayah laut 12 mil.
Permasalahan keamanan di Selat Malaka lebih terpusat
pada pembajakan kapal, penyelundupan manusia dan lalu-lintas
terorisme. Namun pembajakan merupakan permasalahan utama
yang telah ada semenjak dekade 80-an dan semakin marak
semenjak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia
Tenggara pada tahun 1997. Inekualitas kesejahteraan akibat
distribusi kekayaan yang tidak merata dan diperparah dengan
krisis ekonomi tahun 1997 memaksa banyak orang, terutama
yang tinggal di pesisir pantai sebagai nelayan, untuk
mencari profesi lain yang lebih menguntungkan. Salah satunya
adalah menjadi bajak laut. Apalagi kekacauan finansial juga
berbuntut pada kekacauan politik, membuat pengawasan dari
114
pemerintah menjadi mengendur. Permasalahan lalu lintas
terorisme merebak semenjak maraknya aksi terorisme yang
berlangsung dari tahun 2001 hingga sekarang. Pengawasan
wilayah laut yang kurang efektif mengakibatkan para teroris
dapat dengan leluasa bepergian dengan menggunakan jalur
laut. Hal yang sama juga terjadi pada para penyelundup
manusia.
Negara-negara ASEAN menganggap kedaulatan adalah
segalanya, khususnya melalui Malaysia dan Indonesia yang
melihat permasalahan kelautan seperti pembajakan dan
penyelundupan manusia adalah murni sebagai permasalahan
dalam negeri dan dapat ditangani secara internal oleh
masing-masing negara tanpa harus adanya ikut campur dari
negara lain. Singapura adalah satu-satunya negara yang
bersedia untuk melakukan kerja sama ekstra-regional yang
bersifat kolektif dalam memerangi pembajakan.
Sejauh ini terdapat langkah-langkah multilateral yang
telah menetapkan dasar-dasar yang efektif melawan
pembajakan. Salah satunya adalah MALSINDO patroli
terkoordinasi; diperkenalkan di 2004, melibatkan angkatan
laut Malaysia, Indonesia dan Singapura. Lalu ada juga
patroli “mata di langit” yang melibatkan seluruh anggota
ASEAN, termasuk di Thailand. Yang paling baru dan terkemuka
adalah RECAAP, yang diberlakukan pada 2006. Selain sepuluh
negara anggota ASEAN, patroli ini juga melibatkan negara-
115
negara lain dari kawasan Asia seperti Cina, Korea, India,
Bangladesh dan Sri Lanka.
* Analisis Geostrategi Thailand Terkait Kasus Malaka
Persoalan mengenai Selat Malaka sebenarnya lebih
dikenal sebagai urusan negara pantai yaitu Malaysia,
Indonesia dan Singapura. Namun dalam beberapa waktu terakhir
Thailand mulai menunjukkan ketertarikannya akan keamanan di
Selat Malaka, terurtama masalah keamanan wilayah laut.
Thailand yang berada di utara Selat Malaka juga merasa akan
terpengaruh jika isu keamanan Selat Malaka tidak stabil
karena letaknya yang cukup dekat dengan Thailand.
Thailand bekerjasama dengan negara pantai lain seperti
Indonesia untuk melakukan patroli koordinatif di Selat
Malaka terutama di bagian utara. Tentu menjadi menarik apa
sebenarnya yang menjadi faktor pendorong peningkatan minat
negeri pemilik kapal induk itu untuk berpartisipasi di Selat
Malaka dalam urusan pengamanan. Salah satu analisa skeptis
yang bisa ditawarkan penulis adalah negeri ini sedang
mencoba meningkatkan eksistensi militernya yang dinilai
selama ini hanya terfokus pada kawasan Indo-cina dan AS
dalam beberapa isu. Angkatan Laut Thailand sendiri selama
ini kurang terdengar gemanya di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai negara pemilik kapal induk yang cukup canggih
susunan tempurnya tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Buktinya, belum pernah kapal itu melaksanakan muhibah ke
116
negara-negara Asia Tenggara bagian selatan, khususnya
Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Niat dan gairah Thailand dalam ikut serta dalam
peningkatan keamanan di wilayah selat malaka secara khusus
dapat diidentifikasi sebagai salah satu upaya Thailand untuk
memamerkan kekuatannya dan pengaruhnya di kawasan Asia
tenggara. Selain itu keikutsertaan Thailand dalam pengamanan
Selat Malaka itu dilatarbelakangi makin maraknya aksi
perompakan, penyelundupan senjata dan kejahatan laut lainnya
di wilayah perairan negeri Gajah Putih itu di Selat Malaka.
Hal ini tentu akan banyak merugikan Thailand dalah hal
keamanan wilayahnya. Memang Thailand dalam hal ini masih
belum benar dipastikan mengenai fungsi keterlibatannya namun
jelas adanya bahwa Thailand sepaham dengan Indonesia dan
Malaysia mengenai penolakan internasionalisasi Selat Malaka.
Secara geostrategis, jika mengalami internasionalisasi maka
akan tentunya mengganggu kedaulatan negara termasuk Thailand
yang berbatasan utara dengan Selat Malaka. Masalah
kedaulatan adalah harga mati. Apabila terjadi
internasionalisasi maka otomatis kontrol negara pantai akan
lemah dan negara besar akan memiliki banyak alasan untuk
menjadikannya basis militer laut dengan mengirim kapal-kapal
perang. Sebaliknya, apabila regionalisasi yang terjadi maka
akan baik bagi negara pantai dan Thailand. Negara pantai
takkan kehilangan hak kedaulatannya dan Thailand dapat terus
117
Geografi Politik (13)
Geopolitik Indonesia
Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo
berarti bumi dan politik berasal dari bahasa Yunani politeia. Poli
artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia
artinya urusan. Geopolitik biasa juga di sebut dengan
Wawasan Nusantara.
I. Latar Belakang, Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan
Nusantara
Pandangan geopolitik Indonesia berlandaskan pada
pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia.
Wawasan Nusantara mempunyai latar belakang, kedudukan,
fungsi, dan tujuan filosofis sebagai dasar pengembangan
wawasan nasional Indonesia.
* Latar Belakang Wawasan Nusantara
* Falsafah Pancasila
Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan
nasional. Nilai-nilai tersebut adalah:
1. Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi
kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing- masing.
2. Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada individu
dan golongan.
3. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk
mufakat.
* Aspek Kewilayahan Nusantara
119
Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu
diperhitungkan, karena Indonesia kaya akan aneka Sumber Daya
Alam (SDA) dan suku bangsa.
* Aspek Sosial Budaya
Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-
masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga tata kehidupan
nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan
mengandung potensi konflik yang besar.
* Aspek Kesejarahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wawasan
nasional Indonesia yang diwarnai oleh pengalaman sejarah
yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam
lingkungan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan
kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia
merupakan hasil dari semangat persatuan dan kesatuan yang
sangat tinggi bangsa Indonesia sendiri. Jadi, semangat ini
harus tetap dipertahankan untuk persatuan bangsa dan menjaga
wilayah kesatuan Indonesia.
* Kedudukan Wawasan Nusantara
1. Wawasan Nusantara sebagai ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat dalam mencapai dan
mewujudkan tujuan nasional.
2. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional memliki
spesifikasi:
120
Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar
negara berkedudukan sebagai landasan idiil.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi
negara, berkedudukan sebagai landasan idiil.
Wawasan nasional sebagai visi nasional, berkedudukan
sebagai landasan konsepsional.
Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional,
berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
GBHN sebagai politik dan strategi nasional,
berkedudukan sebagai landasan operasional.
* Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala
kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
* Tujuan Wawasan Nusantara
Tujuan Wawasan Nusantara terdiri dari dua, yaitu: :
Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD
1945, dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia
adalah “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
121
Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap
aspek kehidupan baik alamiah maupun sosial, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta
kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina
kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat
manusia di seluruh dunia.
II. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara
Kedudukan (status) Wawasan Nusantara adalah posisi,
cara pandang, dan perilaku bangsa Indonesia mengenai dirinya
yang kaya akan berbagai suku bangsa, agama, bahasa, dan
kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan,
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Secara hierarki, posisi
atau status Wawasan Nusantara menempati urutan ketiga
setelah UUD 1945. Urutan sistem kehidupan nasional Indonesia
adalah:
1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar
negara.
2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.
4. Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan
negara Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan
dasar nasional dalam pembangunan nasional.
III. Bentuk Wawasan Nusantara
122
* Wawasan Nusantara sebagai landasan konsepsi ketahanan
nasional
Wawasan Nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional
berarti bahwa Wawasan Nusantara dijadikan konsep dalam
pembangunan nasional, pertahanan keamanan, dan kewilayahan.
* Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan
Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai
arti cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
serta lingkungannya selalu mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara mencakup:
1. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
politik.
2. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
ekonomi.
3. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
sosial dan ekonomi.
4. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
sosial dan politik.
5. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
pertahanan dan keamanan.
* Wawasan Nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan
negara
Wawasan Nusantara sebagai wawasan pertahanan dan
keamanan negara mempunyai arti pandangan geopolitik
123
Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu
kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan segenap kekuatan
negara.
* Wawasan Nusantara sebagai wawasan kewilayahan
Wilayah nasional perlu ditentukan batasannya, agar
tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Batasan dan
tantangan negara Republik Indonesia adalah:
a. Risalah sidang BPUPKI tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
tentang negara Republik Indonesia dari beberapa pendapat
para pejuang nasional. Dr. Soepomo menyatakan Indonesia
meliputi batas Hindia Belanda, Muh. Yamin menyatakan
Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Borneo,
Selebes, Maluku-Ambon, Semenanjung Melayu, Timor, Papua, Ir.
Soekarno menyatakan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
b. Ordonantie (UU Belanda) 1939, yaitu penentuan lebar laut
sepanjang 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal
berdasarkan garis air pasang surut atau countour pulau/
darat. Ketentuan ini membuat Indonesia bukan sebagai negara
kesatuan, karena pada setiap wilayah laut terdapat laut
bebas yang berada di luar wilayah yurisdiksi nasional.
c. Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 merupakan pengumuman
pemerintah RI tentang wilayah perairan negara RI, yang
isinya:
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi
berdasarkan garis pasang surut (low water line), tetapi
124
pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang
diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung
yang terluar dari pulau-pulau yang termasuk dalam
wilayah RI.
2. Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12
mil laut.
3. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebagai rezim Hukum
Internasional, di mana batasan nusantara 200 mil yang
diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia.
Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal,
Indonesia menjadi utuh dan tidak terpecah lagi.
IV. Pemikir Geopolitik (Wawasan Nusantara)
* Friederich Ratzel (1844-1904) dengan Teori Ruang. Ia
menyatakan “bangsa yang berbudaya tinggi akan membutuhkan
sumber daya manusia yang tinggi dan akhirnya mendesak
wilayah bangsa yang primitif.” Pendapat ini dipertegas oleh
Rudolf Kjellen (1864 - 1922) dengan Teori Kekuatan yang
mengatakan bahwa “negara adalah kesatuan politik yang
menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang memiliki
intelektualitas.”
* Karl Haushofer (1869-1946) dengan Teori Pan Region,
berpendapat bahwa pada hakikatnya dunia dapat dibagi dalam
empat kawasan benua (pan region) dan dipimpin oleh negara
unggul. Isi teori pan regional adalah:
1. Lebensraum (ruang hidup) yang cukup.
2. Autarki (swasembada).
125
3. Dunia dibagi empat Pan Region, yaitu Pan Amerika, Pan
Asia Timur, pan Rusia India, dan Pan Eropa Afrika.
* Sir Halford Mackinder (1861-1947) dengan Teori Daerah
Jantung (Heartland).
Teorinya berbunyi “siapa pun yang menguasai Heartland
maka ia akan menguasai World Island.” Heartland (Jantung Bumi)
merupakan sebutan bagi kawasan Asia Tengah, sedangkan World
Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan ini
merupakan kawasan vital minyak bumi dan gas dunia.
* Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-
1914) dengan Teori Kekuatan Maritim. Isi teorinya adalah:
1. Sir Walter Raleigh mengatakan “siapa yang menguasai
laut akan menguasai perdagangan dunia dan akhirnya akan
menguasai dunia.”
2. Alfred T. Mahan mengatakan “laut untuk kehidupan,
sumber daya alam banyak terdapat di laut. Oleh karena
itu, harus dibangun armada laut yang kuat untuk
menjaganya.”
* Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1879-1936)
dengan Teori Kekuatan di Udara mengatakan, “kekuatan udara
mampu beroperasi hingga garis belakang lawan serta
kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.”
* Nicholas J. Spykman (1869 - 1943) dengan Teori Daerah
Batas (Rimland Theory). Dalam teorinya tersirat:
126
1. Dunia terbagi empat, yaitu daerah jantung (Heartland),
bulan sabit dalam (rimland), bulan sabit luar, dan dunia
baru (benua Amerika).
2. Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, dan udara
untuk menguasai dunia.
3. Daerah bulan sabit dalam (Rimland) akan lebih besar
pengaruhnya dalam percaturan politik dunia daripada
daerah jantung.
4. Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara
terkuat.
V. Wadah Wawasan Nusantara
* Batas Ruang Lingkup
Wawasan Nusantara mempunyai bentuk sebagai:
* Nusantara
Batas-batas negara ditentukan oleh lautan yang di
dalamnya pulau-pulau serta gugusan pulau yang saling
berhubungan, tidak dipisahkan oleh air, baik yang berupa
laut, maupun selat.
* Manunggal-utuh menyeluruh, meliputi:
Wilayah Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau besar
maupun kecil dan dipisahkan serta dihubungkan oleh lautan,
pulau, dan selat yang harus dijaga serta diusahakan tetap
menjadi satu kebulatan wilayah nasional dengan segala isi
dan kekayaannya.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku
bangsa, berbicara dalam berbagai macam bahasa daerah, dan
127
agama. Oleh karena itu, harus diusahakan terwujudnya satu
kesatuan bangsa yang bulat.
* Tata Susunan Pokok
Sumber pokok Wawasan Nusantara adalah UUD 1945, yang
menyangkut:
* Bentuk dan kedaulatan Bab I Pasal (1)
1. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk
Republik
2. Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan dilaksanakan
menurut UUD.
* Kekuasaan pemerintah negara, Bab III Pasal (4) dan (5),
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintah
menurut UUD 1945.
* Sistem pemerintahan dalam UUD 1945:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum dan
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka.
2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi dan
tidak berdasarkan absolutisme.
* Tata Susunan Pelengkap
* Aparatur negara
Aparatur negara harus mampu mendorong, mengerakkan,
serta mengarahkan usaha pembangunan ke sasaran yang telah
ditetapkan, untuk kepentingan rakyat banyak.
* Kesadaran politik masyarakat dan kesadaran bernegara
128
Dalam pemantapan stabilitas nasional diperlukan
kesadaran politik seluruh masyarakat, setiap orang,
organisasi, juga seluruh komponen pemerintahan.
* Pers
Pers yang bebas bertanggung jawab, jujur, dan efektif
dengan tulisan-tulisan yang memberikan penjelasan yang
jujur, dedikatif, dan bertanggung jawab.
VI. Implementasi Wawasan Nusantara
Imlementasi Wawasan Nusantara bertujuan untuk
menerapkan Wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari
yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta
pertahanan nasional.
* Implementasi Dalam Kehidupan Politik
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengimplementasikan wawasan nusantara, yaitu:
1. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-
undang, seperti UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum,
dan UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan undang-undang
tersebut harus sesuai hukum dan mementingkan persatuan
bangsa. Contohnya seperti dalam pemilihan Presiden,
anggota DPR, dan kepala daerah harus menjalankan
prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di
Indonesia harus sesuai denga hukum yang berlaku.
Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai dasar hukum
129
yang sama bagi setiap warga negara, tanpa pengecualian.
Di Indonesia terdapat banyak produk hukum yang dapat
diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk
peraturan daerah (perda) yang tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku secara nasional.
3. Mengembagkan sikap hak asasi manusia dan sikap
pluralisme untuk mempersatukan berbagai suku, agama,
dan bahasa yamg berbeda, sehingga menumbuhkan sikap
toleransi.
4. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan
lembaga pemerintahan untuk menigkatkan semangat
kebangsaan dan kesatuan.
5. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional
dan memperkuat korps diplomatik sebagai upaya penjagaan
wilayah Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan
pulau kosong.
* Implementasi dalam Kehidupan Ekonomi
1. Wilayah nusantara mempunyai potensi ekonomi yang
tinggi, seperti posisi khatulistiwa, wilayah laut yang
luas, hutan tropis yang besar, hasil tambang dan minyak
yang besar, serta memeliki penduduk dalam jumlah cukup
besar. Oleh karena itu, implementasi dalam kehidupan
ekonomi harus berorientasi pada sektor pemerintahan,
pertanian, dan perindustrian.
2. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan
keseimbangan antar daerah. Oleh sebab itu, dengan
130
adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam
keadilan ekonomi.
3. Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi
rakyat, seperti dengan memberikan fasilitas kredit
mikro dalam pengembangan usaha kecil.
* Implementasi dalam Kehidupan Sosial
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial,
yaitu :
1. Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara
masyarakat yang berbeda, dari segi budaya, status
sosial, maupun daerah. Contohnya dengan pemerataan
pendidikan di semua daerah dan program wajib belajar
harus diprioritaskan bagi daerah tertinggal.
2. Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan
kekayaan Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan
pariwisata yang memberikan sumber pendapatan nasional
maupun daerah. Contohnya dengan pelestarian budaya,
pengembangan museum, dan cagar budaya.
* Implementasi dalam Kehidupan Pertahanan dan Keamanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan
pertahanan dan keamanan, yaitu :
1. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus
memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
berperan aktif, karena kegiatan tersebut merupakan
kewajiban setiap warga negara, seperti memelihara
lingkungan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan
131
disiplin, melaporkan hal-hal yang menganggu keamanan
kepada aparat dan belajar kemiliteran.
2. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah
atau pulau juga menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa
persatuan ini dapat diciptakan dengan membangun
solidaritas dan hubungan erat antara warga negara yang
berbeda daerah dengan kekuatan keamanan.
3. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana
dan prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan
wilayah Indonesia, terutama pulau dan wilayah terluar
Indonesia.
132