Geografi Politik or GeoPolitics

132
Geografi Politik (1) Definisi Geografi Politik * Konsepsi Geografi Politik Mendefinisikan Geografi Politik dan ruang lingkupnya merupakan tugas yang sulit, sebab sasaran dan tujuannya berubah seiring dengan sifat Geografi Politik yang berubah sebagai suatu disiplin. Tetapi Geografi Politik yang muncul selalu saja lebih dari sekedar aspek politik dari kajian- kajian geografis kontenporer. Ada suatu jalinan umum dalam semua Geografi Politik yang didasarkan atas perhatian terhadap negara-negara sebagai entitas teritorial. Hasilnya adalah analisis-analisis kekuasaan dengan ruang yang terfokus, yang terpusat pada negara. Penafsiran dan analisis Geografi Politik dapat dimulai dari pengkajian yang berpangkal pada aktivitas politik manusia. Politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” berarti kota yang berstatus negara. Segala aktivitas polis untuk kelestarianya disebut Politica. Politik pada hakekatnya “The art and science of government”. Pada karya Il Principle yang diterbitkan tahun 1513, Machiavelli dalam Haryomataram (1972), mengemukakan “Politic Is Power”. Politik adalah daya upaya memperoleh kekuasaan, penggunaan atau menghambat penggunaannya.Politik dilakukan dalam rangka menjamin kehidupan negara, dimana kekuasaan (political power) berpusat pada pemerintahan negara yang bersangkutan. Oleh karena iu, maka perjuangan politik pasa akhirnya ditujukan untuk 1

Transcript of Geografi Politik or GeoPolitics

Geografi Politik (1)

Definisi Geografi Politik

* Konsepsi Geografi Politik

Mendefinisikan Geografi Politik  dan ruang lingkupnya

merupakan tugas yang sulit, sebab sasaran dan tujuannya

berubah seiring dengan sifat Geografi Politik yang berubah

sebagai suatu disiplin. Tetapi  Geografi Politik yang muncul

selalu saja lebih dari sekedar aspek politik  dari kajian-

kajian geografis kontenporer. Ada suatu jalinan umum dalam

semua Geografi Politik yang didasarkan atas  perhatian

terhadap negara-negara sebagai entitas teritorial. Hasilnya

adalah analisis-analisis kekuasaan dengan ruang yang

terfokus, yang terpusat pada negara.

Penafsiran dan analisis Geografi Politik dapat dimulai

dari pengkajian yang berpangkal pada aktivitas politik

manusia. Politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” berarti

kota yang berstatus negara. Segala aktivitas polis untuk

kelestarianya disebut Politica. Politik pada hakekatnya “The art

and science of government”. Pada karya Il Principle yang diterbitkan

tahun 1513, Machiavelli dalam Haryomataram (1972),

mengemukakan “Politic Is Power”. Politik adalah daya upaya

memperoleh kekuasaan, penggunaan atau menghambat

penggunaannya.Politik dilakukan dalam rangka menjamin

kehidupan negara, dimana kekuasaan (political power) berpusat

pada pemerintahan negara yang bersangkutan. Oleh karena iu,

maka perjuangan politik pasa akhirnya ditujukan untuk

1

menguasai pemerintahannya. Jika politik diartikan sebagai

pendistribusian kekuasaan (power) serta kewenangan (rights) dan

tanggung jawab (responsibilities) dalam kerangka mencapai tujuan

politik (nasional), maka Geografi Politik berupaya mencari

hubungan antara konstelasi geografi dengan pendistribusian

tersebut diatas. Hal ini disebabkan karena bagaimanapun juga

pendistribusian itu harus ditebarkan pada hamparan geografi

yang memiliki ciri-ciri ataupun watak yang tidak homogen

diseluruh wilayah negara. Inilah cirinya yang ditengarai

sebagai sebab mengapa efek dan efektivitas pendistribusian

itu terhadap masyarakat juga tidaklah homogen sifatnya, yang

disebabkan oleh dampak dan intensitas pendistribusian yang

bervariasi diseluruh wilayah negara.

* Konsepsi GeopolitikIstilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh Rudolf

Kjéllen, seorang ahli politik dari Swedia pada tahun 1899-

1905. sebagai cabang dari Geografi Politik, Geopolitik fokus

pada perkembangan dan kebutuhan akan ruang bagi suatu

negara. Geopolitik mengkombinasikan teorinya Friedrich

Ratzel’s tentang perkembangan alami sebuah negara dengan

Heartland Theory (teori kawasan inti) dari Sir Halford J.

Mackinder’s untuk membenarkan praktek-praktek yang bersifat

ekspansionis dari beberapa negara.

  Geopolitik merupakan pengembangan dari Geografi

Politik, dimana negara dipandang sebagai satu organisasi

hidup yang berevolusi secara spatial dalam kerangka memenuhi

kebutuhan masyarakat bangsanya atau tuntutan kebutuhan akan

2

Lebensraum. Lebensraum (ruang hidup) yang secara eksplisit

dikaitkan dengan perkembangan budaya bangsa teritorial

dengan perluasan, dan yang kemudian digunakan memberikan

legalisasi akademik untuk ekspansi imperialis dari  negara

Jerman di tahun 1930-an.  Ditangan para pemikir Jerman saat

itu, khususnya Haushofer, Geopolitik berkembang dengan pesat

sebagai satu cabang ilmu pengetahuan dimana kekuasaan

(politik) dan ruang (raum) merupakan anasir sentralnya.

Sehingga kemudian Haushofer menamakan Geopolitik sebagai

satu science of the state yang mencakup bidang-bidang politik,

geografi (ruang), ekonomi, sosiologi, antropologi, sejarah

dan hukum dan pertama kali diuraikan dalam bukunya yang

terkenal ’Macht und Erde’ (kekuasaan/ power dan dunia).

* Geostrategi

Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan

kondisi geografi negara untuk menentukan tujuan dan

kebijakan. Geostrategi merupakan pemanfaatan lingkungan

untuk mencapai tujuan politik. Geostrategi juga merupakan

metode mewujudkan cita-cita proklamasi.

Geostrategi juga untuk mewujudkan, mempertahankan

integrasi bangsa dalam masyarakat majemuk dan heterogin.

* Penjelasan Istilah

1. Geostrategi: suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi

lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan

tujuan nasional;

3

2. Sistem kehidupan nasional adalah himpunan berbagai

kelembagaan hidup bangsa sebagai sistem

(ipoleksosbudhankam) sebagai subsistem yang dilengkapi

dengan norma, nilai dan aturan;

3. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa

berisi keuletan, ketangguhan yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi

ancaman baik datang dari luar maupun dari dalam.

4. Cita-cita nasional kondisi yang lebih cerah dimasa

depan sesuai dengan keinginan luhur yang terkandung

dalam falsafah bangsa.

5. Kepentingan nasional dari aspek keamanan dan

kesejahteraan

Kepentingan nasional adalah kepentingan bangsa dan negara

untuk mewujudkan stabilitas nasional bidang politik, sosial

budaya dan pertahanan keamanan.

Pembangunan nasional adalah semua kegiatan atau aktivitas

yang dilakukan oleh negara atau pemerintah yang bertujuan

untuk mengadakan pembangunan fisik, sikap mental dan

modernisasi pemikiran bagi seluruh bangsa dan rakyat

Indonesia.

1. Keamanan adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh

masyarakat, mengenai ketenteraman, ketertiban,

keselamatan dan kemampu-an untuk mengadakan pertahanan.

2. Kesejahteraan adalah suatu kondisi yang didapat oleh

masyarakat dimana terdapat rasa kecukupan, kecerdasan,

4

kesehatan, ketaqwaan dan kemudahan untuk mendapatkan

fasilitas pelayanan.

* Konsepsi Ruang dalam Geografi Politik

Ruang merupakan inti dari Geografi Politik, sebab

menurut Haushofer dan pengikutnya ruang merupakan wadah

dinamika politik dan militer. Dengan demikian sesungguhnya

Geopolitik merupakan cabang ilmu pengetahuannya yang

mengaitkan. ruang dengan kekuatan fisik dan manusia,  dimana

pada kenyataannya kekuatan politik selalu menginginkan

penguasaan ruang dalam arti ruang pengaruh, atau sebaliknya,

penguasaaan ruang secara de facto dan de jure merupakan

legitimasi dari kekuasaan politik.

  Penguasaan ruang atau ruang pengaruh demikian itu pada

intinya sesungguhnya merupakan satu fenomena spatial dari

ruang itu sendiri. Jika ruang pengaruh diperluas maka akan

ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. dan kerugian

akan menjadi lebih besar lagi apabila hal itu dicapai

melalui perang. Sumbangan Marxis menafsirkan politik negara 

dalam hal aliansi-aliansi kelas berbasis pada ruang. Dari

perspektif  yang lebih kultural bangsa-bangsa dan

nasionalisme  telah dikaji dalam hal keterkaitan khusus

kepada tampat. Tambahan pula sistem dunia Geografi Politik

telah dibangun dimana negara-negara  dan bangsa-bangsa 

dilihat sebagai bagian dari perkembangan sosial dan ruang

sistem dunia modern.

* Makna Penting Batas Bagi Negara

5

Batas digunakan untuk menentukan kepemilikan publik

atau swasta dengan menentukan lokasi yang tepat di permukaan

bumi yang terbedakan dari yang lain. Batas juga digunakan

untuk menandai fungsional dan berhubungan dengan hukum

batasan politik suatu negara. Pengaturan batas merupakan

karakteristik dari era sejarah modern yang terpusat pada

negara-negara yang muncul baik diperlukan perlindungan

terhadap serangan dan eksistensi kedaulatan negara. Garis

batas yang ditetapkan oleh negara atau daerah, untuk

menetapkan tata ruang yang luas. Hal ini dapat berkontribusi

untuk identitas nasional dan rasa memiliki “mengetahui satu

dari tempat”. Secara historis, benda alam seperti sungai dan

gunung melayani keperluan ini.

  Dalam kaitan dengan konsep ruang, batas wilayah

kedaulatan negara (boundary) amatlah penting di dalam

dinamika hubungan antara negara/ antarbangsa, karena batas

antar negara atau delimitasi sering menjadi penyebab konflik

terbuka. Sungguhpun demikian penentuan delimitasi telah

diatur dalam berbagai konvensi internasional, akan tetapi

latar belakang sejarah setiap bangsa/ negara dapat

memberikan nuansa politik tertentu yang mengakibatkan

penyimpangan dalam menarik garis boundary tadi, dan akhirnya

bertabrakan dengan negara lain. Kasus konflik teritorial

diantara negara-negara berkembang adalah contoh yang amat

sangat nyata, sebab boundary yang ditetapkan oleh penguasa

kolonial tidaklah sejalan dengan sejarah bangsa dan dengan

6

aspirasi politik dari bangsa yang telah menjadi merdeka.

Perbatasan menggambarkan batasan-batasan sebagai satu

kesatuan politis atau yurisdiksi sah tentang undang-undang

atau aturan dari pemerintah suatu negara atau sub-national

negara yang mengatur masalah administratif wilayah.

Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan

wilayah suatu negara. Perbatasan suatu negara mempunyai

peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan,

pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan

wilayah. Penentuan perbatasan negara dalam banyak hal

ditentukan oleh proses historis, politik, hukum nasional dan

international. Dalam konstitusi suatu negara sering

dicantumkan pula penentuan batas wilayah. Pembangunan

wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian integral

dari pembangunan nasional. Wilayah perbatasan mempunyai

nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan

nasional.

* Pengaruh Letak Bagi Negara

1. Letak dalam makna Accesibility

Accesibility atau asesibilitas artinya keterjangkuan

(mudah-sukarnya dicapai). Sebaliknya ada negara yang

lokasinya di pinggiran seperti negara Singapura dan Malaysia

misalnya makna lokasi sentral dan periferis jelas menentukan

perkembangan negara yang bersangkutan. Itu Sebabnya

berhubungan dengan penduduk, transportasi, ekonominya dan

sebagainya.

7

Letak sentral tak perlu berarti terjepit yang serba

melemahkan, sebaliknya letak periferis belum tentu serba

menguntungkan. Contohnya di Eropa Barat, letak Jerman itu

akan sentral, tetapi justru akhirnya menakutkan karena dari

abad ke abad justru menguatkan dirinya dengan berbagai cara.

Kini letak sentralnya yang membahayakan tetangga-tetangganya

itu sudah dapat dikendalikan.

 2. Letak Strategis

Strategis mula-mula berarti menguntungkan bagi

peperangan, tetapi kini selain makna politis dan militer

juga dapat ekonomis. Contohnya letak selat Giblatar, teluk

Dadonella dan Basporus, Pulau Malta dan terusan Suez.

Semuanya strategis dalam hubungannya dengan laut Tengah yang

seringkali merupakan ajang permainan politik negara-negara

setempat dan para adikuasa. Contoh lain kawasan yang

letaknya strategis adalah kawasan laut Cina Selatan. Kawasan

tersebut merupakan jalur pelayaran dan komunikasi

internasional (jalur lintas laut perdagangan internasional),

sehingga menjadikan kawasan itu mengandung potensi konflik

sekaligus potensi kerjasama.

3. Perubahan Nilai Letak

Meskipun lokasi sesuatu tempat di permukaan bumi itu

adalah tetap akan tetapi nilai politisnya serta implikasi

lokatifnya dapat berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman.

8

Para geograf yang mempelajari masalah-masalah negara

harus selalu memperhitungkan hal-hal yang dapat mengubah

nilai lokasi:

a. Akibat  kemajuan teknologi transportasi sehingga jarak

spasial dapat dikecilkan secara mengagumkan, segala yang

berjauhan dapat didekatkan dengan akibat yang positif

maupun  negatif.

b. Pola persebaran pusat-pusat milter. Poilitik secara

global (internasional) dapat bergeser atau berganti.

* Pengaruh Iklim Terhadap Negara

Determinisme iklim memegang pandangan bahwa lingkungan

fisik menentukan kondisi sosial-budayanya. Orang-orang yang

meyakini pandangan ini mengatakan bahwa manusia secara ketat

ditentukan oleh stimulus-respon (lingkungan iklim-perilaku)

dan tidak menyimpang.

  Kehidupan manusia bertalian erat dengan iklim. Iklim

menentukan jenis pangan yang diusahakan melalui pertanian

setempat, iklim juga mempengaruhi gaya hidup manusia.

Vitalitas manusia yang mendorong pencapaiannya secara

kultural juga memiliki latar belakang iklim tertentu.

Kekuasaan politik ternyata juga berkaitan dengan iklim

wilayah yang menguntungkan. Tentang iklim ini kemudian

diperjelas dengan pendapat E. Huntington yang terkenal

dengan aliran determinisme geografis, dalam bukunya

Civilization and Climate (1915) yang menyebutkan bahwa semua

kebudayaan bangsa yang pernah muncul dalam sejarah atau yang

9

dapat dianggap maju ekonominya, terletak di daerah-daerah

yang mempunyai iklim sedang. Elsworth Huntington memaknai 

iklim makna secara luas, mempengaruhi kehidupan manusia

melalui tiga cara: (a) membatasi gerakan manusia; (b)

menjadi faktor utama dalam mengontrol wujud dan jenis-jenis

kebutuhan materiil manusia, yakni pangan, sandang dan papan;

(c) secara langsung berpengaruh atas kesehatan dan energi

manusia. 

Geografi Politik (2)

Teori Geopolitik

* Teori Kekuasaan

Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham

kekuasaan dan geopolitik yang dianut oleh negara yang

bersangkutan.

1. Paham-paham Kekuasaan

a. Machiavelli (abad XVII)

Sebuah negara itu akan bertahan apabila menerapkan dalil-

dalil:

1.   Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara 

dihalalkan

10

2.  Untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (devide

et empera)  adalah sah.

3.  Dalam dunia politik, yang kuat pasti dapat bertahan dan

menang.

b. Napoleon Bonaparte (abad XVIII)

Perang dimasa depan merupakan perang total, yaitu

perang yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan

nasional. Napoleon berpendapat kekuatan politik harus

didampingi dengan kekuatan logistik dan ekonomi, yang

didukung oleh sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan

teknologi suatu bangsa  untuk membentuk kekuatan pertahanan

keamanan dalam menduduki dan menjajah negara lain.

c. Jendral Clausewitz (abad XVIII)

Jendral Clausewitz sempat diusir pasukan Napoleon

hingga sampai Rusia dan akhirnya dia bergabung dengan

tentara kekaisaran Rusia. Dia menulis sebuah buku tentang

perang yang berjudul “Vom Kriegen” (tentang perang). Menurut

dia  perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Buat

dia perang sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu

bangsa.

d. Fuerback dan Hegel

Ukuran keberhasilan ekonomi suatu negara adalah

seberapa besar surplus ekonominya, terutama diukur dengan

seberapa banyak emas yang dimiliki oleh negara itu.

e. Lenin (abad XIX)

11

Perang adalah kelanjutan politik dengan cara kekerasan.

Perang bahkan pertumpahan darah/ revolusi di negara lain di

seluruh dunia adalah sah, yaitu dalam rangka mengkomuniskan

bangsa di dunia.

f. Lucian W. Pye dan Sidney

Kemantapan suatu sistem politik hanya dapat dicapai

apabila berakar pada kebudayaan politik bangsa yang

bersangkutan. Kebudayaan politik akan menjadi pandangan baku

dalam melihat kesejarahan sebagai satu kesatuan budaya.

Dalam memproyeksikan eksistensi kebudayaan politik

tidak semata-mata ditentukan oleh kondisi-kondisi obyektif

tetapi juga harus menghayati kondisi subyektif psikologis

sehingga dapat menempatkan kesadaran dalam kepribadian

bangsa.

2. Teori Geopolitik (Ilmu Bumi Politik)

Sebagaimana telah disisipkan dalam mata kuliah

pengantar hubungan internasional, mahasiswa HI semestinya

sudah menyadari bahwa disiplin hubungan internasional

mendapat perhatian besar dari para pemikir utamanya sejak

berakhirnya Perang Dunia II (1918-1945). Selain itu,

hubungan internasional juga memperoleh  sumbangan pemikiran

utamanya realis pasca Perang Dingin (1991). Selama empat

dekade tersebut, geopolitik dan geostrategi menjadi salah

satu strategi digunakan oleh para analisis untuk mengukur

kemampuan suatu negara dalam analisis tingkat negara (state

level analysis dan macro level analysis) melalui atribut nasional suatu

12

negara, yakni geografi. Kondisi fisik geografi juga menjadi

faktor untuk menyusun kebijakan suatu negara dan bagaimana

faktor-faktor geografi tersebut mempengaruhi hubungan

antarnegara dan struggle for world domination. Geografi juga

terkait dengan kandungan sumber daya alam suatu negara

(Hudson, 2007).

Akan tetapi pasca Perang Dingin dengan segala fenomena

krusial yang mengikutinya seperti globalisasi, seolah

mengaburkan konsep geopolitik dan geostrategi. Apakah benar

demikian? Beberapa sarjana hubungan internasional

menggambarkan bagaimana seakan-akan fenomena berakhirnya

Perang Dingin dan globalisasi menjadi konsep yang mulai

ditinggalkan. Salah satu sarjana yang mengilustrasikannya

adalah Gearóid Ó Tuathail (seorang professor geografi

Virginia Tech) dan Simon Dalby (Profesor Geografi

Universitas Carleton, Kanada) (1998). Dalam bukunya berjudul

Geopolitics and Rethinking, Gearóid Ó Tuathail menggunakan istilah

geopolitik Perang Dingin (Cold War geopolitics) untuk

membedakannya dengan geopolitik pasca Perang Dingin.

Mengapa demikian? Gearóid Ó Tuathail menjelaskan bahwa

konsep geopolitik saat itu telah mengalami pergeseran pusat

kajian geopolitik. Gearóid Ó Tuathail tidak menyangkal bahwa

seiring dengan berakhirnya  Perang Dingin maka berakhir pula

ide geopolitik yang melingkupinya kala itu. Misalnya, ide

geopolitik Perang Dingin mengijinkan seorang ahli strategi

mendapatkan wacana ilmiah guna mendukung karir birokrasinya

13

selama kompleksitas dihasilkan oleh Perang Dingin, utamanya

dalam bidang akademik dan industri militer yang saat itu

sedang sangat populer. Konsep geopolitik di saat juga

mencitrakan potensi ancaman dari pihak yang berseteru.

Geopolitik Perang Dingin terbukti mampu menghadirkan

ideologi politik pervasif yang powerful yang bertahan selama

empat puluh tahun.

Kelahiran konsep geopolitik berasal dari berbagai

pemikiran oleh serangkaian sarjana geografi dan hubungan

internasional, selama dekade terakhir mereka menginvestigasi

geopolitik sebagai suatu fenomena budaya, politik, dan

sosial daripada suatu manisfetasi world politics (Ó Tuathail and

Dalby, 1998). Akan tetapi, Parker (1985) melengkapi bahwa

geopolitik lebih dari sekedar fenomena kultural seperti

telah dideskripsikan oleh tradisi geopolitik negarawan

biasa. Lebih lengkap untuk mendeskripsikan konsep geopolitik

paling dekat dengan ilmu hubungan internasional maka kita

mesti merujuk pada James Burnham (1941), Friedrich Ratzel

(1844-1904), dan Karl Haushofer (1869-1946) .

a. Friedrich Ratzel (1844-1904)

Dalam bukunya Politische Geographie (1897) dan Laws of the

Spatial Growth of States (1986) berisi pondasi geopolitik. Ratzel,

pendiri German School of Geopolitik menekankan bahwa state

merupakan badan organis yang secara natural tumbuh (misal

bertambah luas batasnya) seolah Ratzel berusaha

menghubungkan teori seleksi alam Darwin tentang ruang

14

melalui teori negara organis. Ia melihat ekspansi Amerika

terhadap tanah Indian sebagai hal serupa ketika Jerman

mengembangkan teritorinya sepanjang daratan Slavia, Eropa

timur. Lebih lanjut, Ratzel menegaskan state tidak bersifat

statis melainkan tumbuh secara natural, batas menjadi

analogi sederhana dari kulit yang bisa meluruh. Untuk itu,

Ratzel menjadi orang pertama yang memperkenalkan istilah

lebensraum (livingspace). Salah satu kutipan Ratzel yang paling

terkenal adalah: “There is in this small planet, sufficient space for only one

great state.”

b. James Burnham (1941)

Burnham memainkan peran utama dalam mengembangkan

geopolitik anti-kommunisme di era Perang Dingin. The Struggle

for World (1947), pada awalnya dirancang sebagai studi rahasia

untuk Office of Strategic Services (para pendahulu CIA) pada 1944,

dan dimaksudkan untuk digunakan oleh delegasi Amerika

Serikat pada Konferensi Yalta. Saat itu, dia bersikeras,

“sebuah aksioma geopolitik bahwa jika ada satu daya berhasil

mengatur (Eurasia) Heartland dan hambatan luar, kekuatan itu

pasti akan menguasai dunia.” Mengikuti Mackinder, Burnham

menyatakan bahwa Uni Soviet muncul sebagai kekukatan

Heartland besar pertama, dengan besar, dengan penduduk yang

terorganisir politis merupakan ancaman bagi seluruh dunia

yang lain.

c. Karl Haushofer (1896-1946)

15

Karl Haushofer seorang Jendral Jerman yang menyuarakan

kepentingan Jerman untuk memperluas tempat hidupnya dimana

populasi Jerman dan sumber daya alam bisa diakomodasi.

Selain itu, Haushofer juga menyatakan hegemoni regional yang

sama dapat didirikan di sekitar negara kuat, misalnya ia

mencontohkan Pan Germanism atau Pan-Europe milik Jerman.

d. Sir Halford Mackinder (Konsep Wawasan Benua)

Memasuki awal abad ke-19, hadir seorang tokoh terkemuka

geopolitik kelahiran Inggris bernama Sir Halford Mackinder

yang juga mendapat julukan sebagai intellectual architect dalam

pemahaman prinsip keamanan internasional. Dia

mengklasifikasikan dunia menjadi empat bagian yakni: 1.

Heartland mencakup kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah (World

Island); 2. Marginal Lands mencakup kawasan Eropa Barat, Asia

Selatan, sebagian Asia Tenggara dan sebagian besar daratan

Cina; 3. Desert mencakup wilayah Afrika Utara dan yang

terakhir, 4. Island or Outer Continents meliputi Benua Amerika,

Afrika Selatan, Asia Tenggara dan Australia.

Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”.

Ia mencetuskan wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat.

Ajarannya menyatakan; barang siapa dapat mengusai “daerah

jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat menguasai “pulau

dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai

dunia.

e. Sir Walter Raleigh dan Alferd Thyer Mahan (Konsep Wawasan

Bahari)

16

Barang siapa menguasai lautan akan menguasai

“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai

“kekayaan dunia” sehinga pada akhirnya menguasai dunia.

f. W. Mitchel,  A. Seversky,  Giulio Douhet,  J.F.C. Fuller

(Konsep Wawasan Dirgantara)

Kekuatan di udara justru yang paling menentukan.

Kekuatan di udara mempunyai daya tangkis terhadap ancaman

dan dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran

dikandang lawan itu sendiri agar tidak mampu lagi bergerak

menyerang.

g. Nicholas J. Spykman

Teori daerah batas (Rimland) yaitu teori wawasan

kombinasi, yang menggabungkan kekuatan darat, laut, udara

dan dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan keperluan dan

kondisi suatu negara.

Akhirnya, dalam konseptualisasi geopolitik sebagai

“penalaran yang tersituasi”, perspektif kritis juga berusaha

untuk berteori sosio-spasial lebih luas dan keadaan

technoterritorial pengembangan dan penggunaan. Sebagai

rasionalitas praktis yang ditujukan untuk berpikir tentang

ruang dan strategi dalam politik internasional, geopolitik

secara historis sangat terlibat dalam apa yang Foucault

(1991) mengistilahkan “governmentalisasi negara.”

Pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa yang dimaksud dengan

jalan menuju kebesaran nasional bagi negara ? (pertanyaan

kunci untuk Alfred Mahan), Apa hubungan terbaik dari sebuah

17

negara untuk wilayahnya dan bagaimana negara dapat tumbuh?

(pertanyaan mendasar untuk Friedrich Ratzel), dan Bagaimana

negara direformasi sehingga yang kerajaan dapat diperkuat

(pertanyaan untuk Mackinder) adalah pertanyaan pemerintah

praktis memotivasi para pendiri dari apa yang kita kenal

sebagai “klasik geopolitik”. Sejarah dari pemecahan masalah

praktis pengetahuan statis terikat dengan pembentukan negara

dan kerajaan dan teknik kekuasaan yang memungkinkan bagi

mereka untuk mengembangkan wilayah dan masyarakat untuk

manajemen dan kontrol. (Ó Tuathail dan Dalby, 1998).

Geografi Politik (3)

Perkembangan Geopolitik

* Geopolitik, Geostrategi dan Tatanan Dunia Baru

Uneven Development bila diartikan adalah pembangunan

tidak merata. Ini merupakan suatu istilah yang digunakan

dalam teori Marxis dalam menunjukkan proses perubahan dunia

oleh kapitalisme secara keseluruhan. Pembangunan yang tidak

merata ini mencakup bidang ekonomi dan sosial.

Ketidakmerataan pembangunan ini menyebabkan munculnya

perbedaan secara sosial dan ekonomi. Hal ini menyebabkan

semakin seringnya muncul istilah kaya dan mikin, borjuis dan

proletar, negara dunia pertama dan ketiga, dan lain

18

sebagainya. Kemiskinan karena pembangunan yang tidak merata,

menurut Walt Whitman Rostow, disebabkan karena kurang

terlibatnya partisipasi negara dalam perdagangan dunia.

Untuk itu dibutuhkan harmonisasi sistem dalam perdagangan

internasional agar semua negara dapat meraih keuntungan.

Berbeda dengan teori Rostow, terdapat model core-pheripery

yang berasumsi bahwa kemiskinan merupakan hasil dari

keterlibatan negara di dalam ekonomi dunia. Ini

menggambarkan suatu keterkaitan antara negara yang kaya dan

yang miskin. Negara yang kaya (core) akan mendapat keuntungan

dalam kapitalisme, sedangkan negara yang bergantung kepada

negara lain atau negara miskin (periphery) akan menjadi

semakin miskin karena persaingan. Digambarkan dalam model

utara dan selatan, sebelah Utara adalah negara core sebagai

pemegang kendali ekonomi internasonal dan sebelah selatan

adalah negara periphery sebagai pengikut dan pasif. Terdapat

tiga macam pembagian negara menurut Immanuel Wallerstein

dalam teori strukturalisme, yaitu core, semi-peripheral dan

peripheral. Negara core merupakan negara-negara yang dominan

dan sebagian besar menganut sistem kapitalisme, contohnya

seperti negara Amerika dan Inggris. Negara semi-peripheral

merupakan negara-negara yang tingkat perekonomiannya cukup

baik dan cukup berpengaruh, seperti Cina dan India. Negara

peripheral merupakan negara-negara yang tingkat

perekonomiannya masih dalam taraf berkembang, seperti

negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. Struktur ini

19

mengakibatkan tidak dapat dihindarkannya proses kapitalisme

oleh negara core kepada negara berkembang maupun negara

miskin.

Cerita pergulatan ekonomi ini berawal ketika terjadi

peningkatan industrialisasi di kawasan Eropa yang kemudian

mengawali munculnya kolonialisme dan imperialisme yang

dilakukan oleh Spanyol dan Portugis pada tahun 1500-an.

Begitu pula dengan Amerika yang sangat konsen pada

pengembangan pertambangan emas dan perak serta mengembangkan

pasar seluas-luasnya dan mencari bahan mentah sebanyak-

banyaknya yang akhirnya juga ikut berpartisipasi dalam

kegiatan kolonialisme di negara-negara kawasan Asia dan

Afrika. Persaingan ekonomi semakin panas dengan munculnya

Inggris sebagai pengembang produksi industri batubara, kapas

dan besi. Negara-negara tersebut, saat itu dapat dikatakan

sebagai negara core dan negara yang terkena penjajahan

disebut negara periphery.

Pada masa bipolar, Amerika dan Uni Soviet berperang

secara tidak langsung untuk merebut gelar sebagai satu-

satunya negara adidaya (core) di dunia. Perebutan Timur

Tengah yang diketahui sebagai ladang minyak pun ikut

meramaikan perang urat syaraf ini. Mereka menilai, barang

siapa yang dapat menguasai ladang minyak maka akan dapat

mengusai perekonomian dan politik dunia. Pada masa setelah

Perang Dingin, Amerika tampak sebagai satu-satunya negara

core yang telah mengalahkan Uni Soviet pada masa Bipolar.

20

Ini menimbulkan tatanan ekonomi internasional yang baru

dimana Amerika menguasai sebagian besar pasar dan menjadi

tumpuan negara-negara kecil lainnya. Namun, perubahan

konstelasi geopolitik global ini bukan merupakan jaminan

akan terbentukanya tatana internasional yang seimbang,

stabil dan aman bagi hubungan antar bangsa di dunia

internasional. Dengan adanya unipolaritas, negaa lain dibuat

menjadi tergantung dan tidak mandiri. Ini membuktikan bahwa

keterlibatan negara membuat pembangunan menjadi tidak

merata. Karena negara core akan selalu berusaha untuk

menjadi yang utama dan tidak ingin negara lain makmur. Ia

akan selalu berusaha menguasai keadaan, seperti halnya

Amerika dalam melawan terorisme. Amerika membuat beberapa

negara menjadi tersangka markas terorisme yang akhirnya

menimbulkan spekulasi bahwa negara-negara berpenduduk Muslim

dimasukan dalam kategori yang berpotensi sebagai kantong-

kantong terorisme internasional.

Semakin lama, negara yang dulunya disebut sebagai

negara periphery kemudian muncul secara perlahan sebagai

aktor baru dalam ekonomi dan politik internasional.

Unipolaritas Amerika semakin diwarnai oleh ketakutan akan

pemenang baru dalam dunia yang semakin maju. Negara-negara

di kawasan Asia seperti Cina, Jepang, India, dan Korea

Selatan perlahan memperlihatkan taringnya sebagai Macan

Asia. Industri mereka berkembang pesat dalam kurun waktu

beberapa tahun terakhir. Produk Cina dan Jepang dengan cepat

21

membanjiri pasar dunia, bahkan di Amerika produk-produk

industri buatan Cina lebih diminati karena lebih murah dan

alat elektronik serta otomotif Jepang sudah mulai menguasai

sebagian pasar Amerika. Ini membuat tatanan dunia berubah

dari unipolar menjadi multipolar. Sehinggga pusat kekuatan

tidak hanya dimonopoli oleh Amerika lagi yang selama masa

kepemimpinannya menerapkan prinsip unilateralisme dengan

alibi menjadi polisi dunia yang berhak menentukan segalanya.

Menurut para peneliti, inilah yang menyebabkan beberapa

perubahan di tatanan dunia internasional. Beberapa kali

terjadi pergantian poros yang mengakibatkan perubahan

pandangan geopolitik dan geostrategi. Para aktor berusaha

menepatkan negaranya dalam posisi poros utama dalam tatanan

dunia dengan meilhat aspek-aspek geografi, politik dan

ekonomi. Ini pula yang menyebabkan maraknya persaingan

kapitalisme di negara-negara maju dan berkembang dan

menimbulkan pembangunan dunia yang tidak merata.

* Kajian Geopolitik dan Geostrategi Era Abad ke-21: Masih

Relevankah?

Geopolitik sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan

pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Swedia yang bernama

Rudolf Kjellen pada tahun 1899-1905.  Pada saat itu,

geopolitik dipahami sebagai suatu imperial knowledge mengenai

hubungan antara kondisi fisik bumi dan politik. Sebagai

contoh adalah Jerman yang pada masa itu merupakan salah satu

great powers menggunakan konsep Lebensraum sebagai justifikasi

22

untuk mempeluas kekuasaannya. Contoh lain adalah Amerika

Serikat yang berusaha untuk menguasai dunia dengan

menggunakan sea power theory ala Mahan. Mahan menyatakan bahwa

“…the path to national greatness lay in commercial and naval expansionism. All

truly great powers were naval powers.” Pemikiran-pemikiran

geopolitik pada masa itu  cenderung digunakan sebagai suatu

ilmu tentang bagaimana negara-negara besar atau great powers

menaklukkan negara lain atau suatu ilmu untuk menjelaskan

fenomena imperialisme. Dengan kata lain, menurut Tuathail

dalam bukunya The Geopolitics Reader era ini dinamakan dengan era

imperialist geopolitics.

Era berikutnya adalah pada saat Perang Dingin, atau

dinamakan dengan cold war geopolitics. Era ini ditandai dengan

kontes penyebaran pengaruh dan kontrol terhadap negara-

negara lain serta sumber daya strategis antara Amerika

Serikat dan Uni Soviet. Kontes antar keduanya yang lebih

dikenal dengan kontes ideologi ini menyebabkan sistem dunia

menjadi bipolar. Geopolitik pada masa ini digunakan untuk

menjelaskan fenomena sistem dunia yang bipolar tersebut dan

bagaimana kedua negara besar tersebut menyebarkan

pengaruhnya satu sama lain. Runtuhnya tembok Berlin dan

jatuhnya Uni Soviet menandai berakhirnya kontes ideologi

antar kedua negara tersebut. Hal tersebut menyisakan Amerika

Serikat menjadi pemenang tunggal dalam kontes tersebut. Tak

salah kemudian jika Fukuyama menyatakan berkhirnya Perang

Dingin merupakan The End of History yaitu era ketika kontes

23

ideologi liberalisme dan komunisme berakhir dan menyisakan

liberalisme sebagai ideologi yang lebih baik.

Berakhirnya Perang Dingin tak hanya menyisakan

liberalisme sebagai ideologi tunggal, namun juga mengubah

tatanan dunia yang semua bipolar menjadi multipolar. Hal ini

dibuktikan dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru seperti

Jepang, Cina, dan Uni Eropa yang nantinya diprediksi akan

mampu mengimbangi kekuatan Amerika Serikat. Tidak hanya itu,

pada tahun 1990-an saat Perang Dingin berakhir terjadi

Perang Teluk yang melibatkan Irak dan koalisi internasional

yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Pasca Perang Teluk ini

menurut Presiden Amerika Serikat George W. Bush disebut

sebagai era new world order. Era new world order ini yang juga

merupakan era berakhirnya abad ke-20 tak lagi diwarnai

konflik-konflik perebutan wilayah atau pengaruh antar

superpowers. Selain karena era new world order ini hanya

menyisakan Amerika Serikat sebagai the only superpowers, menurut

Samuel P. Huntington dalam thesisnya yang terkenal yaitu

“The Clash of Civilizations”, konflik-konflik masa depan tidak lagi

merupakan konflik ideologi atau konflik ekonomi melainkan

konflik antar peradaban. Lebih lanjut Huntington menyatakan

bahwa “Nation states will remain the most powerful actors in world affairs, but

the principal conflicts of global politics will occur between nations and groups of

different civilizations.”

Adanya thesis Huntington ini menunjukkan bahwa konflik-

konflik masa depan tak lagi berdasarkan pada kekuatan

24

ekonomi maupun kondisi geografis saja melainkan pada

peradaban itu sendiri. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi

penulis terkait dengan judul tulisan ini. Lantas

bagaimanakah kelanjutan studi geopolitik di abad ke-21?

Apakah masih relevan untuk dipelajari?

Untuk menjawab pertanyaan ini, harus dikembalikan dulu

pada definisi geopolitik itu sendiri. Geopolitik terkadang

dipahami sebagai suatu ilmu yang mempelajari keterkaitan

antara kondisi geografis suatu negara dan perumusan

kebijakan luar negerinya, berdasarkan definisi ini dapat

dikatakan bahwa kajian geopolitik sudah lagi tak relevan

mengingat sekarang ini banyak bermunculan aktor-aktor non-

negara atau non-state actor dan juga isu-isu yang berkembang tak

lagi menyangkut high-politics saja melainkan juga low-politics.

Tetapi kalau geopolitik dipahami sebagai suatu ilmu yang

berhubungan dengan pandangan komprehensif mengenai peta

politik dunia, dapat dikatakan bahwa kajian geopolitik masih

relevan. Kalau dalam era abad ke-19 geopolitik cenderung

dipahami sebagai imperial knowledge hal itu dikarenakan adanya

kesadaran bahwa dunia yang ditempati oleh negara-negara pada

waktu itu merupakan closed political space seperti yang dinyatakan

oleh MacKinder. Kemudian di era Perang Dingin geopolitik

digunakan untuk menjelaskan kontes ideologi antara dua

superpowers (Amerika Serikat dan Uni Soviet) karena pada waktu

itu Perang Dingin diwarnai oleh perebutan pengaruh antar

keduanya, sehingga dibutuhkan semacam geostrategi untuk

25

dapat memenangkan kontes tersebut. Dan di era new world order

ketika negara tak lagi menjadi aktor utama dalam hubungan

internasional karena banyak bermunculannya non-state actors

seperti MNC, NGO, dll dan isu-isu yang dibahas juga mulai

bergeser dari isu-isu high-politics ke low-politics menyebabkan

fokus kajian geopolitik ini senantiasa berubah. Seperti yang

dinyatakan Tuathail bahwa “Geopolitics is best understood in its

historical and discursive context of use”. Yang perlu ditekankan di sini

adalah geopolitik menyangkut tentang bagaimana konteks

keruangan (spatial) mempengaruhi perilaku negara-negara di

dunia untuk bertarung dalam politik internasional.

Geografi Politik (4)

Geopolitik Modern

* Geopolitik Modern

John Agnew, bersama dengan rekannya Corbridge, mencoba

memberikan teorema-teorema umum geopolitik yang akan

memposisikannya sebagai ide sekaligus praksis. Hasilnya

adalah sebuah teori hibrida dari geopolitik dan ekonomi

politik, Ekonomi Geopolitik. Ekonomi Geopolitik didapatkan

dengan cara menggabungkan pemikiran Lefebvre dari Perancis

26

tentang Aktivitas Keruangan (Spatial Practice) dan Gambaran

Keruangan (Representation of Space) dengan pemikiran Gramsci dari

Italia tentang hegemoni. Geopolitik Modern yang tersifati

secara ekonomi ini diyakini sebagai hasil aktivitas manusia,

bukan sekedar given. Ia disadari sebagai filosofi negara,

sebuah teknologi mental untuk memerintah.

Henry Lefebvre mendefisiniskan Spatial Pratices sebagai

Aliran, interaksi dan pergerakan material fisik, kedalam dan

melintasi ruang; sebagai ciri fundamental dari produksi

ekonomi dan reproduksi sosial. Sedangkan Representation of Space

merupakan keseluruhan konsep, dan kode geografis yang

digunakan untuk membicarakan dan memahami aktivitas

keruangan. Mudahnya, aktivitas keruangan adalah bersifat

material dan gambaran keruangan adalah wacana atas aktivitas

keruangan.

Anthonio Gramsci menggunakan konsep hegemony untuk

menambal kekurangan analisa Karl Marx. Marx meramalkan bahwa

revolusi proletariat menuju masyarakat sosialis akan terjadi

di negara kapitalis paling maju. Sementara kenyataannya,

revolusi tersebut malah terjadi di negara agraris, Rusia.

Gramsci dari penjara Italia mempertanyakan, mengapa revolusi

tersebut sulit dilakukan di Eropa Barat? Hegemoni yang

merupakan konsep keunggulan kepemimpinan adalah jawabannya.

Hegemoni dapat dipahami sebagai langkah eksploitasi dan

alienasi struktural, bisa juga sebagai kondisi statis

hubungan antar negara.

27

Dari pembedaan Lefebvre dan konsep hegemoni Gramsci,

Agnew dan Corbridge mencoba menjembataninya dengan relasi

dialektis antara materi dan wacana, yang kemudian diatasnya

dibangun dua istilah baru, yakni Orde Geopolitik dan Wacana

Geopolitik. Orde geopolitik adalah aktivitas keruangan dalam

ekonomi politik dunia. Order sebagai rutinitas aturan,

institusi, aktivitas dan strategi, dimana ekonomi politik

internasional bekerja dalam periode sejarah yang berbeda-

beda; memerlukan karakteristik geografis. Antara lain,

derajat relatif sentralitas teritorial negara atas aktivitas

ekonomi dan sosial, hirarkhi negara, jangkauan ruang

aktivitas negara-negara dan aktor lain, keterhubungan atau

keterputusan ruang antar aktor, aktivitas keruangan yang

didukung oleh teknologi informasi dan militer, dan peringkat

kawasan tertentu ataupun negara-negara dominan tertentu

dalam hal ancaman dominasi ataupun keamanan militer dan

ekonomi.

Dari karakteristik ini dapat kita simpulkan bahwa ada

empat Orde Geopolitik semenjak istilah geopolitik sendiri

lahir, yaitu Orde Inggris, Orde Persaingan antar Kerajaan,

Orde Perang Dingin, Orde Liberalisme Transnasional. Dalam

masing-masing orde tersebut terdapat hubungan hegemonik.

Boleh jadi Orde geopolitik tidak memiliki satu negara

hegemon, contohnya adalah Orde terakhir. Pasca Perang

Dingin, dunia tidak dihegemoni oleh satu negara, akan tetapi

beberapa negara kuat seperti Amerika Serikat, Jepang, dan

28

Jerman, yang disatukan oleh Pasar Dunia dan institusi/

organisasi transnasional semacam Uni Eropa, WTO, IMF dan

Bank Dunia. Orde Liberalisme Transnasional menjelaskan bahwa

dunia sedang mengalami perkembangan universal, yaitu

perluasan dan penambahan Pasar Kapitalis di seluruh dunia.

Istilah kedua, Wacana geopolitik, merupakan Gambaran

keruangan atas hegemoni yang terjadi di dunia. Gambaran

tersebut didapat sebagai hasil pewacanaan para intelektual

negara baik teoritisi maupun praktisi atas pembacaan maupun

penulisan geografis dalam ekonomi politik internasional. Ada

empat karakteristik Wacana geopolitik yang berupa mentalitas

geopolitik. Pertama, adalah Visualisasi global, dimana dunia

dipandang sebagai satu gambar yang dilihat dari satu sudut

yang menguntungkan. Kedua, waktu dipahami dalam konsep

ruang, diamana blok/ kompleks ruang dipisahkan dan diberi

label sesuai atribut periode waktu, relatif terhadap

pengalaman sejarah ideal salah satu blok/ komplek. Tiga,

negara menjadi gambaran utama keruangan global, dengan

asumsi bahwa negara memiliki power eksklusif atas wilayahnya

(kedaulatan), bahwa hubungan domestik dan luar negeri

merupakan bidang yang berbeda, bahwa batasan negara

menjelaskan batasan masyarakat. Empat, pengejaran keunggulan

oleh negara-negara dominan dalam sistem antar negara, dengan

asumsi, bahwa power didapat dari keuntungan lokasi

geografis, besar populasi, dan sumber daya alam, bahwa power

29

adalah atribut yang digunakan untuk memonopoli dalam

kompetisinya dengan negara lain.

Senada dengan Orde geopolitik, Wacana geopolitik,

berdasarkan karakteristiknya, juga terperiode dalam empat

Wacana, yaitu Wacana Peradaban (abad 19), Wacana Alami

(akhir abad 19 hingga akhir Perang Dunia II), Wacana

Ideologi (Perang Dingin), dan Wacana Perbesaran (Post Cold War).

Wacana perbesaran ini dapat dilihat pasca Perang Teluk II,

dimana pemerintahan Clinton, sebagai salah satu hegemon

dunia melakukan perluasan atas komunitas negara yang

menerapkan demokrasi pasar. Hal tersebut dilakukan dengan

mewacanakan konsep Liberalisme Transnasional dalam diskusi-

diskusi pakar, perkuliahan para mahasiswa, dan pemberitaan

media massa.

Geopolitik Modern adalah pendekatan yang lebih relevan

atas kondisi geopolitik dunia saat ini. Dimana negara-negara

terkonsentriskan dalam hegemoni tersendiri, dengan satu

rumpun wacana yang sama, globalisasi ekonomi kapitalis.

Dimana negara-negara berusaha mencari power relatifnya atas

negara lain/ hegemon lain, yang terdiri dari komponen fisik

dan komponen ide/ wacana.

* Geopolitik Postmodern

Posmodern didefinisikan oleh Lyotard sebagai keraguan

atas meta-narasi (kisah-kisah besar). Tokohnya antara lain

Michel Foucault yang mengatakan bahwa power dan pengetahuan

memiliki hubungan yang determinis. Ia juga menganggap bahwa

30

tidak ada kebenaran diluar rezim kebenaran, aforismanya

adalah “bagaimana sebuah sejarah memiliki nilai kebenaran,

apabila kebenaran itu sendiri memiliki sejarah?” Tokoh

lainnya adalah Jacques Derrida yang mengkonsepkan

dekonstruksi dan pembacaan ganda atas wacana dan teks.

Menurut Robert Rich, di era globalisasi dan

transnasionalisme, geometri ekonomi ia gambarkan sebagai

jaring-jaring global (Global Webs). Kebangsaan sebuah

perusahaan tidak menjadi relevan; power dan kemakmuran

mengalir cepat dalam jaring-jaring ekonomi tersebut, melalui

efisiensi telekomunikasi dan transportasi. Teknologi

informasi yang menciptakan hyper-reality menjadi sangat penting

dalam geometri power yang baru.

Lebih jauh, Manuel Castells menyatakan bahwa fungsi dan

proses dominan di era informasi adalah jaringan kerja sosial

baru (new network society). Jaringan tersebut menentukan

morfologi sosial, dan tentu saja merubah secara substansial

hasil dan proses bekerjanya produksi, pengalaman, power, dan

kebudayaan. Ia juga menyebutkan bahwa kini dunia terskemakan

dalam flows-webs-connectivity-network.

Sedikit berbeda dengan teori jaringan Castells, Bruno

Latour mengkonsepkan teori Aktor-Jaringan. Menurutnya, dunia

ditinggali oleh kolektivitas manusia dan bukan manusia, yang

membentuk lebih dari jaringan teknik ataupun sosial. Ilmu

geografi, pemetaan, pengukuran, triangulasi, menurut teori

aktor-jaringan, tidaklah berguna lagi. Ukuran universal atas

31

kedekatan, jauh, dan skala tidak lagi berdasarkan ukuran-

ukuran fisik, akan tetapi konektivitas jaringan. Jika

geografi dikonsepkan ulang sebagai konektivitas, bukan lagi

ruang, maka ruang sebenarnya yang berasal dari pemikiran

tradisional hanyalah salah satu jaringan dari keseluruhan

jaringan.

Sementara itu T. Luke mencoba memperiodisasi narasi

hubungan manusia dan alam serta perubahan lingkungan dan

order. Menurutnya ada tiga periode, yaitu First nature, Second

nature, dan Third nature. Dalam first nature, hubungan manusia dan

alam tidak dimediasi oleh sistem teknologi yang kompleks.

Orde keruangan bersifat organik dan corporeal/ hajatul udhowiyyah

(sekedar memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh). Hubungan

selanjutnya adalah manusia membuat teknologi artifisial

melalui industri kapitalisme modern semenjak abad ke-18.

Orde keruangan merupakan hasil rekayasa, yang ditandai

dengan banyaknya kompleks perangkat keras yang senantiasa

berevolusi. Di masa ketiga, orde keruangan dihasilkan oleh

sistem saibernetis, segalanya menjadi elektronik dan

digital. Hal ini disebabkan oleh kapitalisme yang berkembang

cepat dan struktur informasi yang mengglobal. Geografi

modern menjadi info-graf posmodern, yang bersifat

telemetrik.

Untuk mengkonsepkan Geopolitik Posmodern, Gearód Ó

Tuathail mencoba menggabungkan keempat pandangan tersebut

guna menjawab lima pertanyaan berikut:

32

a. Bagaimana menggambarkan ruang global?

Kini dengan kemajuan teknologi yang ada, dunia dapat

digambarkan melalui simulasi yang dihasilkan oleh Sistem

Informasi Geografis dan teknologi visualisasi dan simulasi

telemetrik lainnya. Kejadian di suatu tempat yang jauh dapat

dilihat didengar dan dirasa oleh manusia dan pembuat

kebijakan di tempatnya secara langsung. Hal ini disebabkan

oleh konektivitasnya dengan teknologi. Kecepatan, kuantitas,

dan intensitas informasi menjadi perhitungan utama dalam

refleksi dan pembuatan kebijakan luar negeri.

b. Bagaimana ruang global dipisahkan dalam blok indentitas dan perbedaan

lainnya?

Pandangan dunia Eucidian yang membatasi dunia dengan

batasan fisik, kini tidak relevan lagi, terlebih dengan

adanya globalisasi pasar dunia. Dunia hanya bisa dipisahkan

berdasarkan globalisasi jaringan ekonomi produksi dan

konsumsi. Hirarki keruangan modern digantikan binaritas

keruangan wacana, yaitu liberal dan non-liberal

(fundamentalis, revivaris).

c. Bagaimana mengkonsepkan power global?

Power di jaman modern terdiri dari GPS (Geografi,

Populasi, dan Sumber Daya Alam). Melalui revolusi teknologi

informasi, semuanya berubah menjadi telemetrik. Akhirnya

dikenal konsep ISR (Informasi intelejen, Surveilance

[observasi detail dari jarak jauh], dan Reconnaissance

[Pengenalan ulang obyek]) dan C4I (Command, control,

33

communications, computer processing, dan intelejen) untuk

mendapatkan power relatif. Paradoks yang terjadi adalah hal

ini akan mendekonstruksi keberadaan negara secara solid,

sebab organisasi-organisasi hingga pribadi-pribadi mampu

memiliki power tersebut.

d. Bagaimana ancaman global diruangkan dan bagaimana strategi reaksi atas

ancaman tersebut dikonsepkan?

Pasca Perang Dingin, makna keamanan dan ancaman

ditinjau kembali. Ia bukan lagi berasal dari musuh

teritorial dimana konsep containment dan deterrence yang kaku

diberlakukan. Ancaman-ancaman yang ada menjadi tidak pasti

dan menyebar cepat. Ia muncul bukan dari teritorial, tapi

muncul dalam bentuk terrorisme tanpa negara, sabotase,

narco-terrorism, korupsi global, wabah penyakit, krisis

kemanusiaan, kerusakan lingkungan, proliferasi senjata

pemusnah massal, dll. Doktrin geostrategis telah berubah

dalam acuan fleksibilitas dan kecepatan, akan tetapi ia

masih harus dikompromikan dengan konsep teritorial. Dalam

menghadapi ancaman tersebut, diambil kasus Amerika Serikat,

dimana ia menerapkan dua konsep strategi pertahanan utama,

yaitu kehadirannya diseluruh lautan, dan pameran/ peragaan

militer. Kedepan, strategi bionik, bahkan cyborgtik akan

dikembangkan untuk menangani masalah ini.

e. Bagaimana aktor-aktor utama membentuk identitas dan konsep geopolitik?

Geopolitik kontemporer menggunakan para pemimpin dan

elit pemerintahan untuk membentuk kebijakan yang nantinya

34

membentuk identifikasi dan konsep atas geopolitik, yaitu

konsep geopolitical-man. Di masa kecanggihan teknologi, dunia

akan menyaksikan bahwa kebijakan-kebijakan penting akan

diambil oleh kolektif manusia dan bahkan kolektif cyborg

dalam sebuah network ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam pandangan saya, geopolitik posmodern akan

dirasakan oleh kebanyakan orang, hanya ada di awang-awang

alias abstrak, ketimbang geopolitik modern yang memang

berdasarkan penilaian rasional. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain, posmodern terlalu membesar-

besarkan runtuhnya ekonomi negara, dan globalisasi. Selain

itu, ia juga terlalu deterministik dalam menilai

perkembangan teknologi, sehingga tidak menilai moral dan

nilai dasar manusia yang didapatkannya dalam kehidupan

intrapersonal maupun interpersonal. Konsep network pun

terlalu dibesar-besarkan apabila ditempatkan diluar konteks

ekonomi dan sosial. Atas hal inilah geopolitik modern

kemudian banyak dirasakan lebih “nyata” ketimbang pendekatan

kalangan posmodern.

35

Geografi Politik (5)

Tantangan Geopolitik Abad 21

* Geopolitik Global dan Ancaman Keamanan bagi Negara-Bangsa

yang Berdaulat di Abad ke XXI

Perubahan konstelasi geopolitik global setelah usainya

Perang Dingin masih belum menunjukkan akan terbentuknya

suatu tatanan internasional (international order) yang lebih

menjanjikan kestabilan, keseimbangan, dan jaminan keamanan

bagi negara dan warga masyarakat serta hubungan antar-bangsa

di dunia. Kendatipun dipentas perpolitikan global tidak ada

lagi ancaman konflik yang berskala universal, dilandasi oleh

ideologi besar dan ditopang oleh kekuatan adikuasa dan blok

persekutan negara-negara, sebagaimana Uni Soviet dengan blok

dan ideologi totaliter komunisme, namun tidak berarti pada

dewasa ini geopolitik global telah bebas dari ancaman yang

destruktif. Pada kenyataannya,  justru setelah terjadinya

serangan teroris di New York dan Pentagon pada 11 September

36

2001, disusul dengan upaya “perang melawan terorisme” yang

dilancarkan oleh Amerika Serikat, kita justru menyaksikan

semakin rawan dan rentannya keamanan internasional,

khususnya yang dialami dan dirasakan oleh negara-negara yang

berada dalam lingkaran sasaran perang melawan terorisme

tersebut. Kendatipun negara-negara tersebut secara formal

dan menurut hukum internasional adalah termasuk dalam

kategori negara-negara bangsa yang berdaulat dan, karenanya,

berada dalam perlindungan hukum dan lembaga internasional,

tetapi fakta yang terpampang di depan mata adalah semakin

memudarnya kapasitas dan kemandirian mereka berhadapan

dengan intervensi dan tekanan yang datang dari luar,

khususnya negara adikuasa. Negara-negara bangsa yang

berdaulat seperti Irak, Iran, Syria, Korut, dsb yang

dimasukkan oleh Pemerintah AS di bawah Presiden Bush dalam

kategori “the axis of evil” dan negara-negara berpenduduk Muslim

yang dimasukan dalam kategori berpotensi sebagai kantong-

kantong terorisme internasional, semuanya dalam situasi yang

rawan (precarious) dan jauh dari kondisi ideal  negara-negara

bangsa (nation states) yang berdaulat sebagaimana dimaksud

dalam hukum internasional.

Kondisi yang tidak stabil, seimbang, dan aman pada

skala global tersebut muncul dan marak karena dipicu oleh

beberapa faktor. Yang terpenting antara lain adalah: 1)

adanya kevakuman kekuatan penyangga setelah hilangnya

kekuatan yang saling mengimbangi antara negara-negara

37

adikuasa, dan 2) terjadinya pergeseran geopolitik dan

geostrategis global menyusul munculnya kekuatan ekonomi dan

politik baru yang memiliki visi serta strategi besar yang

berbeda. Kevakuman tersebut, khususnya setelah runtuhnya Uni

Soviet, membuka peluang bagi negara adidaya seperti AS untuk

tampil menjadi kekuatan tunggal (unipolar) yang tak memiliki

tandingan dan bahkan sekedar penyeimbang yang dapat mengerem

ambisi hegemoninya dalam realitas politik global. Secara

riil, kekuatan militer AS yang superior dalam teknologi dan

didukung oleh anggaran pertahanan yang luar biasa besar

telah diappropriasi secara maksimum oleh kaum neo-

konservatif (neo-con) di pusat-pusat kekuasaan seperti White

House, Capitol Hill, lembaga think tanks, dan media massa.

Ditambah lagi dengan dorongan untuk menguasai ekonomi dunia

dari para pemilik modal raksasa Amerika, maka ambisi

hegemoni dan penciptaan seubuah kekaisaran dunia (Empire-

making) seperti tak terbendung.

Barry Rosen (2008) mengemukakan bahwa setelah Perang

Dingin usai tampaknya ada kesepakatan dalam elit politik AS

bahwa ancaman terbesar bagi negeri itu dalam jangka pendek

adalah terhadap keselamatan diri (safety) dari terorisme yang

datang dari luar. Mereka menuding khususnya 1). negara-

negara Timteng dan Arab; 2). negara-negara “jahat’’ (rogue

states);  dan 3). negara-negara gagal (failed states). Menurut

Michael Hardt dan Antonio Negri (2000, 2005), AS telah

mengembangkan dirinya sebagai sebuah Empire tak ubahnya pada

38

masa Kekaisaran Romawi (Roman Empire), namun dengan kekuatan

dan cakupan pengaruh yang jauh lebih luas dan mendalam.

Sementara itu menurut Chalmers Johnson (2005, 2006, 2008),

AS, Empire-making yang telah berproses semenjak PD II

tersebut saat ini sedang mengalami pukulan balik (blowback)

yang, bisa jadi, akan mengakhiri kejayaannya karena ia

berlawanan dengan khittah Republik yang dicita-citakan oleh

para pendiri bangsa dan Konstitusi AS.

Tak dapat disangkal bahwa ambisi Empire making tersebut

telah memberikan sumbangan sangat besar bagi perkembangan

konstelasi geopolitik global yang cenderung mengancam

keamanan negara-negara berdaulat.

Rosen menyebut adanya empat faktor utama yang

memungkinkan AS untuk mengembangkan dominasi dan hegemoni

serta ambisi Empire-making: 1). Unipolaritas (kekuatan tunggal)

yang dimiliki AS semenjak berakhirnya Perang Dingin; 2).

Maraknya politik identitas sebagai salah satu sumber utama

konflik-konflik internasional; 3). Terjadinya penyebaran

kekuatan politik dan militer di dunia karene munculnya

aktor-aktor non-negara (non state actors); dan 4). Proses

globalisasi yang memperkuat posisi kapitalisme menjadi satu-

satunya sistem ekonomi dunia.

Unipolaritas AS memungkinkan terjadinya monopoli

kekuatan di seluruh dunia, baik dalam masalah anggaran

pertahanan; teknologi alutsista militer; kekuatan nuklir dan

WMD, dan kapasitas surveillance dan control aparat intelijen.

39

Dengan adanya unipolaritas kekuatan tersebut, pengembangan

sebuah Empire bukan lagi sebuah khayalan kosong. Bahkan,

berbeda dengan Empire-empire sebelumnya, perwujudan dan

perkembangan American Empire ini bisa jadi jauh lebih kokoh

karena bukan saja didukung oleh kekuatan militer dan

keberadaan pangkalan-pangkalan militer AS di seantero dunia,

tetapi  juga oleh disertai kekuatan surveillance serta kontrol

yang terus menerus, baik dengan intelijen maupun teknologi

telematika yang canggih.

Sebagai ilustrasi, menurut Johnson (2008), pada sampai

pada 2005, jumlah pangkalan AS di seluruh dunia adalah

sejumlah 737 buah, terdiri dari yang besar 16, sedang 22,

dan kecil 699. Pangkalan besar adalah yang membutuhkan

anggaran di atas US $ 1.584 miliar, ukuran sedang adalah

yang membutuhkan anggaran sekitar US $ 845 juta sampai US $

1.584 miliar, ukuran kecil adalah yang membutuhkan anggaran

di bawah US $ 845 juta.

Pangkalan-pangkalan ini terbagi atas tiga jenis: 1.

Basis Operasi Utama (Main Operation Bases, MBOs), seperti di

Ramstein (Jerman), Kadena, Okinawa (Jepang), Aviano

(Italia), Yongsan (Korsel), dsb.; 2. Pangkalan Operasi

Terdepan (Forward Operation Sites, FOS) seperti di negara-negara

Singapura, Honduras, Diego Garcia , dll. ; 3. Lokasi

Pengamanan Terpadu (Comprehensive Security Locations, CLSs) atau

pangkalan-pangkalan ukuran kecil yang disebar diberbagai

wilayah untuk mendukung logistik ketika dibutuhkan. CLS

40

inilah yang paling banyak jumlahnya dan tersebar di berbagai

belahan dunia di  Afrika, Amerika Latin, Timteng, dan Asia,

khususnya di sekitar wilayah hot-spot konflik-konflik,

seperti Ghana, Gabon, Chad, Mauritania, Mali, Maroko,

Tunisia, Qatar, UEA, Pakistan, India, Thailand, Filipina dan

Australia, dsb.

Politik identitas yang menjadi salah satu faktor utama

konflik-konflik di berbagai belahan dunia, termasuk agama,

etnis, dan ras menjadi semacam raison d'etre bagi elit politik

AS untuk melakukan intervensi atas nama kemanusiaan

(humanitarianism) dan perlindungan HAM. Dukungan AS terhadap

intervensi kemanusiaan di negara-negara seperti Bosnia,

Kosovo, Somalia, Afghanistan, Israel, Palestina, Myanmar,

dsb antara lain dilandasi oleh sentimen ideologis

liberalisme dan humanisme yang memberikan pembelaan terhadap

sistem demokrasi. Sebagaimana dikatakan oleh Menlu AS Condi

Rice dalam majalah Foreign Affairs baru-baru ini, “pembangunan

negara demokrasi adalah komponen penting dan utama untuk

kepentingan nasional kita.” Argumen penegakan dan

pengembangan demokrasi, sebagaimana yang dicitrakan oleh

elite politik AS, menjadi bagian tak terpisahkan dari

kepentingan nasional yang memberi legitimasi untuk

intervensi. Dengan alasan itulah pendudukan terhadap Irak

dan ancaman serangan terhadap Iran dan negara-negara yang

dianggap “jahat” lainnya mendapat legitimasinya, selain

dalam rangka perang melawan terorisme internasional.

41

Penyebaran kekuatan, khususnya kekuatan militer, yang

tidak hanya dimiliki oleh negara, tetapi juga oleh aktor-

aktor non-negara (non-state actors), telah mengakibatkan

semakin tidak stabilnya keamanan global dan memerlukan

adanya semacam kekuatan polisi dunia. Aktor-aktor non-negara

seperti Al-Qaeda, Hamas, Hezbollah, dan juga NGOs (non

governmental organizations) ternyata telah mengancam kredibilitas

negara yang secara konvensional dianggap sebagai pemilik

monopoli alat-alat kekerasan. Perang Irak menunjukkan bahwa

kekuatan anti AS yang notabene adalah para insurgen, dengan

persenjataan yang mereka buat sendiri ternyata mampu

melakukan perlawanan yang berjangka panjang dan menimbulkan

korban yang cukup besar terhadap pasukan pendudukan yang

didukung oleh persenjataan modern dan pasukan yang sangat

terlatih. Hal ini menyebabkan AS dan sekutunya di Eropa

sangat khawatir jika penyebaran tersebut tidak dapat dicegah

dan dikontrol. Ini menjadi alasan bagi AS untuk melakukan

kampanye perang melawan terror dan sekaligus menacapkan

pengaruhnya di seluruh dunia. Demikian juga kiprah NGOs yang

melakukan gerakan perlawanan terhadap perusakan lingkungan,

WTO, proliferasi nuklir, dst. telah menjadi fakta dan

kekuatan baru yang perlu diperhitungkan oleh negara.

Kenyataan ini juga memberikan legitimasi bagi elit politik

AS untuk lebih assertif dan proaktif dalam hubungan luar

negeri. Perang melawan terorisme, tidak dapat lagi hanya

42

diserahkan kepada "negara-negara" sahabat tetapi juga

merasuk kepada elemen-elemen non-negara.

Proses globalisasi, tak pelak lagi, ikut memperkuat

akselerasi hegemoni AS melalui ekonomi dan perdagangan

global. Melalui perkembangan teknologi informasi,

telekomunikasi dan transportasi, kapitalisme seolah menjadi

sistem ekonomi dunia yang tak dapat dielakkan, bahkan untuk

negara-negara yang semula menjadi pendukung utama sistem

ekonomi sosialis dan komunis seperti Cina, Vietnam, dan

Rusia.

Globalisasi juga telah menghasilkan paradoks yang dapat

mengancam hegemoni Empire. Misalnya, proses globalisasi

telah memunculkan dan memperkuat spirit nasionalisme dan

sentimen-sentimen lokal/ indigenous yang semula terpisah-

pisah di berbagai wilayah dunia menjadi menyatu akibat

terciptanya jejaring (networking) pada tataran global.

Politik identitas yang parochial lantas dapat

ditransformasikan menjadi perjuangan bersama dan global. Ini

terlihat pada gerakan-gerakan anti-kemapanan dan globalisasi

yang menggunakan instrument yang sama yang dipakai untuk

memperkokoh kekuasaan negara dan korporasi global itu

sendiri. Lebih jauh, konsep kedaulatan (sovereignty)

sebagaimana yang dikenal secara konvensional, kehilangan

relevansinya karena jejaring global telah menembus batas-

batas geografis dan politis. 

43

Dengan dalih melindungi kepentingan nasional dan

ekonomi pasar bebas, maka AS merasa berkewajiban untuk

meningkatkan jangkauan global (global reach) nya. Intervensi

langsung maupun tak langsung, pemakaian tekanan diplomasi

maupun militer dan intelijen, menjadi bagian tak terpisahkan

dalam upaya mempertahankan kepentingan nasional tersebut.

Namun demikian, proses Empire-making tersebut di atas

bukan berarti tidak menghadapi kendala-kendala serius, sebab

konstelasi dunia pasca Perang Dingin juga menyaksikan

munculnya kekuatan baru seperti Cina dan India di Asia, Iran

di Timteng, dan Brazil di Amerika Latin, yang bukan tidak

mungkin akan berkembang sebagai contenders atau pesaing yang

dapat menyetop jangkauan global AS. Perlu diingat pula,

bahwa setelah kolapsnya Empire Soviet, Rusia juga telah

melakukan berbagai penyesuaian dalam geopolitik dan

geostrateginya dengan melakukan pendekatan terhadap negara-

negara di laut Kaspia dan Asia Tengah. Pendekatan baru

dengan Iran dan Cina yang dilakukan oleh Rusia juga

merupakan indikasi terjadinya pergeseran tersebut dengan

konskuensi strategis yang signifikan. Bahkan negara seperti 

Jepang yang selama ini memiliki kedekatan strategis dan

kaitan kepentingan ekonomis dengan AS ternyata telah pula

melakukan berbagai “penyesuaian strategis” manakala ia

melihat perkembangan Cina dan Korsel sebagai dua raksasa

yang sedang menggeliat bangun, bukan saj secara ekonomi

tetapi juga militer.

44

Khusus dalam hal Cina yang mengalami pertumbuhan

ekonomi secara menakjubkan selama dua dasawarsa, tak pelak

lagi, telah menjadi salah satu kekuatan pesaing utama bagi

AS dan dampaknya telah dan sedang dirasakan oleh negara-

negara di kawasan Asia Timur, termasuk ASEAN dan Australia.

Percepatan ekonomi Cina, ternyata diikuti oleh pemacuan

sistem pertahanan strategis dan peningkatan kapasitas

persenjataan, termasuk nuklir, pada beberapa waktu terakhir.

Pembangunan dan beberapa kali uji coba senjata jelajah

berhulu ledak nuklir oleh Cina menunjukkan kemampuan untuk

mencapai sasaran jauh melampaui perbatasan negara itu,

sehingga cukup mengkhawatirkan negara seperti Australia dan

Jepang serta AS sendiri. Anggaran militer Cina pada 2007

telah mencapai jumlah sekitar US $ 139 miliar yang tentu

saja membuat AS merasa was-was. Menlu Rice, misalnya,

menyatakan bahwa AS khawatir terhadap “pembangunan yang

sangat cepat dalam sistem alutsista dengan teknologi tinggi”

yang dilakukan Cina, karena “kurangnya transparansi dalam

bidang pembelanjaan militer, doktrin dan tujuan strategis”

negeri Tirai Bambu tersebut. (2008).

Di kawasan Timteng, Iran muncul menjadi pihak yang

sangat diuntungkan secara strategis dari perkembangan

konflik di kawasan setelah serangan AS di Irak dan

Afghanistan sejak 2003. Hilangnya lawan-lawan utama seperti

rezim Saddam Hussein dan Taliban memungkinkan rezim Mullah

di Iran melakukan ekspansi pengaruh politik di kawasan serta

45

menjadi penantang utama Israel dalam geopolitik baru,

sekaligus ancaman terhadap kepentingan AS, khususnya jalur

supply minyak, di masa depan. Pergeseran geopolitik dan

strategis ini tentu akan berdampak bagi proses akselerasi

Empire-making AS dan dominasi sekutunya, Israel, di Timteng

sehingga masih terbuka kemungkinan eskalasi konflik di

kawasan tersebut yang dapat merembet sampai di Asia Selatan.

Kemungkinan serangan pre-emptive terhadap Iran yang

dipergunakan sebagai bargaining chip oleh Pemerintahan Bush

terhadap rezim di Teheran bisa jadi akan terealisasi apabila

pihak terakhir itu gagal dalam mencari solusi kompromi dalam

masalah pembangunan PLTN yang telah menjadi isu

internasional beberapa tahun belakangan.

Konstelasi geopolitik global di atas jelas akan menjadi

tantangan serius bagi negara-negara berdaulat di kawasan

Asia Tenggara, khususnya negara yang terbuka dan luas

seperti Indonesia. Jika selama empat dasawarsa terakhir

kawasan ini dapat menghindarkan diri dari konflik-konflik

antar negara, hal tersebut merupakan suatu prestasi luar

biasa dari ASEAN dan anggota-anggotanya. Namun demikian,

adalah keliru apabila menganggap ancaman terhadap keamanan

bukan persoalan utama dan penting dalam kondisi geopolitik

global yang sedang berubah dan belum menunjukkan adanya

stabilisasi dan arah yang jelas. Justru menurut hemat saya,

negara besar dan utama seperti Indonesia harus mewaspadai

perkembangan munculnya model ancaman keamanan baru yang

46

dihasilkan oleh proses Empire-making dari negara adikuasa

seperti AS serta bangkitnya aktor-aktor baru dalam

geopolitik dan startegi global. Lebih-lebih jika di dalam

negeri sendiri, perkembangan masyarakat sebagai akibat

demokratisasi dan globalisasi akan mempengaruhi proses dan

pertumbuhan serta perkembangan ancaman terhadap keamanan

negara. Munculnya aktor non-negara yang memiliki kapasitas

dan jejaring secara internasional, misalnya, sudah barang

tentu harus dipertimbangkan dan dikaji secara lebih

komprehensif, khusunya dikaitkan dengan perubahan geopolitik

global seperti yang dipaparkan sebelumnya.

Negara-negara yang berdaulat tidak lagi dapat bersikap

taken it for granted dalam menghadapi ancama keamanan yang datang

dari luar. Mereka tidak dapat lagi hanya mengandalkan pada

kekuatan sendiri dalam menghadapi ancaman-ancaman yang makin

rumit serta bervariasi sumbernya. Suatu strategi besar

(grand strategy)  baru dalam geopolitik dan geostrategi sangat

diperlukan untuk dapat melindungi keberadaan dan

keberlangsungannya dalam suatu kondisi yang tidak stabil dan

rawan serta dibawah bayang-bayang suatu proses Empire-making.

Sinergi-sinergi baru antara komponen-komponen negara,

masyarakat sipil, dan kekuatan eksternal yang memiliki

kesamaan visi dalam geopolitik dan geostrategis menjadi sine

qua non di abad ke XXI.

47

Geografi Politik (6)

9 Mitos Geopolitik

1. Populasi dunia telah terlalu banyak (Overpopulated)

Pertumbuhan populasi yang meningkat sering dituding

sebagai sebab langkanya pangan. Kesimpulan ini diyakini

sebagai sebab adanya kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan

konflik sosial kemasyaratan. Pembangunan ekonomi di dunia

ketiga tidak akan berhasil apabila angka pertumbuhan

populasi tidak dikontrol. Itu sebabnya lembaga internasional

dan pemerintahan mengembangkan dan menerapkan strategi untuk

mengontrol angka pertumbuhan di dunia ketiga. Meledaknya

angka populasi ini dinamai ‘over’ yang berimplikasi pada

penggunaan sumber daya yang habis-habisan untuk menunjang

besarnya pertumbuhan populasi tersebut dan mengakibatkan

ketidakstabilan global.

Ketika asumsi-asumsi tersebut dicermati, maka tampaklah

bahwa populasi bukanlah kambing hitam yang selama ini

dipercaya, namun justru agenda politik yang menyebabkan

bencana dibanyak belahan dunia. Agenda ini bermaksud untuk

mengalihkan masyarakat awam dari faktor penyebab yang

sesungguhnya yaitu gaya hidup, konsumerisme, pemiskinan, dan

penindasan dunia ketiga oleh dunia barat.

Negeri-negeri maju seperti Jepang, Rusia, Jerman, Swiss dan

Eropa Timur saat ini mengalami dilema seperti menurunnya

48

tingkat pertumbuhan penduduk karena rendahnya angka

kelahiran. Negara-negara di Barat lainnya juga pasti akan

mengalami penurunan populasi kalau saja tidak adanya

imigrasi dari penduduk negeri lainnya.

2. Intervensi Barat terhadap konflik Balkan di tahun 1990-an

adalah untuk menolong umat Islam

Serangan NATO pada Yugoslavia di tahun 1993 sering

ditampilkan dunia barat sebagai akibat keraskepalanya rezim

Yugoslavia untuk menerima rencana perdamaian – terutama pada

penolakan Yugoslavia terhadap masuknya pasukan pemelihara

perdamaian di Kosovo. Intervensi Barat yang berujung pada

pemboman beruntun terhadap Yugoslavia oleh NATO selalu

dijadikan bukti oleh NATO bahwa “Perang melawan Teror” saat

ini bukanlah perang melawan Islam. Sebab, dunia Barat

menyatakan bahwa ia akan menyerang siapapun demi misi

kemanusiaan, bahkan kalau perlu “menyelamatkan” muslim

Kosovo dari kebengisan Yugoslavia di tahun 1993. Kenyataan

geopolitik sebenarnya tidak seperti itu. Ketidakstabilan

Balkan di tahun 1990-an sebenarnya dipicu oleh keinginan

kuat oleh Amerika untuk mengurangi pengaruh Rusia, menaikkan

ketergantungan Eropa pada Amerika, dan memberikan legitimasi

baru pada NATO, yang telah kehilangan fungsi sejak

berakhirnya Perang Dingin (runtuhnya Uni Soviet dan Pakta

Warsawa).

3. Dunia akan segera kehabisan minyak

49

Persaingan untuk meraih supremasi kekuasaan antara

Jerman dan Inggris pada awal abad ke-20 memaksa kedua negara

tersebut berlomba mencari bahan bakar pengganti batu bara

untuk menjalankan mesin perang. Ditemukannya ladang minyak

di Timur Tengah di tahun 1920-an memicu berawalnya abad

teknologi baru, perubahan tatanan masyarakat dan

berpindahnya keseimbangan kekuatan global.

Pada akhirnya, bahan bakar berbasis fosil akan habis.

Hingga berakhirnya abad ke-20, kemungkinan habisnya minyak

belum dibahas karena masih banyak cadangan minyak yang belum

ditemukan. Teknologi untuk menyalakan pesawat tempur, tank,

dan mobil masih dirancang untuk menggunakan bahan bakar

fosil, terlepas dari tingginya harga minyak.

Puncak produksi minyak terjadi ditahun 1970-an dimana

separuh dari cadangan minyak yang ada telah terkonsumsi.

Namun kenyataan ini tidak begitu diindahkan pada masa tahun

1970-an. Kini, semua dunia khawatir bahwa minyak akan segera

habis, suatu fakta sumber kepusingan geopolitik. Tanpa

terkejut lagi, isu habisnya minyak bumi sebenarnya adalah

penanda isu politik yang jauh lebih dalam.

Bahwa dunia akan segera kehabisan minyak adalah alasan

Barat untuk menutupi kerakusannya. Ketika beberapa negara

mulai panik mencari minyak, maka terbukalah keburukan Barat

dalam hal konsumsi minyak ini. Dunia Barat telah

mengkonsumsi 50% dari sumber daya alam terpenting abad ke-

21, tapi hanya memproduksi kurang dari 25% saja. Kerakusan

50

Barat ini jauh melampaui kebutuhan Cina dan India terhadap

energi. Khususnya, AS hanya memproduksi 8% minyak, namun

mengkonsumsi 25% jumlah minyak yang ada.

Ketika konsumsi AS meningkat, maka kompetisi untuk

memperebutkan sumber energi akan semakin ketat. Ini yang

menyebabkan Tanah timur Tengah semakin penting, terutama

Irak, untuk diduduki demi minyak.

4. Dunia Ketiga menjadi miskin karena tidak cukupnya jumlah

pangan di dunia

Banyak sekali organisasi yang telah meneliti sebab

musabab kemelaratan seperti kurangnya sumber daya alam, efek

cuaca lokal, hingga kurangnya penerapan demokrasi.

Prinsipnya tidak ada semacam persetujuan dikalangan ahli

sosiologi dan lembaga penelitian mengenai penyebab utama

kemiskinan dan kemelaratan. Anehnya, semua sepakat, bahwa

jalan keluarnya adalah penerapan kapitalisme dan adanya

pasar bebas. Padahal kalau saja kita lihat secara umum

situasi negara dunia ketiga, beberapa faktor berikut adalah

penyebab utama pemiskinan yang ada sekarang.

Fungsi IMF dan Bank Dunia dengan kebijakan perubahan

strukturalnya yang terkenal telah menyengsarakan negeri

klien seperti Pakistan, Turki, Indonesia, Bangladesh dan

Mesir. Solusi yang diberikan lembaga keuangan internasional

tersebut awalnya diperkirakan akan menyelamatkan negara-

negara tersebut adalah dengan metoda perdagangan.

Kenyataannya banyak sekali kendala yang dipasang oleh

51

negara-negara maju supaya negara-negara berkembang tidak

akan pernah bisa berkembang. Artinya, barang-barang yang

diproduksi negara-negara maju harus diimpor oleh negara

miskin. Memang teorinya sederhana, bahwa perdagangan akan

meningkatkan kesejahteraan negara miskin. Itu sebabnya

sektor swasta dilihat sebagai kunci pemicu pertumbuhan

ekonomi dan penghilangan kemiskinan.

Contohnya, Pakistan membutuhkan investasi di bidang

kesehatan, pendidikan dan infrastruktur sebelum ia mampu

berkompetisi secara global. Namun, IMF dan Bank Dunia justru

menyuruh pemerintah Pakistan untuk mengurangi subsidi

dibidang-bidang diatas dan meningkatkan fokus ke arah

ekspor. Kedua lembaga keuangan tersebut menyuruh Pakistan

untuk berkompetisi melawan sektor swasta internasional yang

jauh lebih kuat. Itu sebabnya, pertumbuhan ekonomi Pakistan

malah semakin terpuruk.

Afrika juga dipaksa untuk untuk membayar hutang, sebagaimana

terjadi semasa kolonial dulu. Hutang Afrika terjadi secara

semena-mena dengan pemberian hutang milyaran dollar dengan

bunga yang sangat tinggi. Hutang Afrika juga termasuk hutang

yang diberikan negara maju semasa pemerintahan diktator,

dimana dana pinjaman itu dihamburkan dengan sepengetahuan

negara-negara donor/ pemberi hutang. Afrika Selatan,

contohnya, mewarisi hutang semasa apartheid sekitar 46

milyar dollar. Pemerintahan baru Afrika Selatan yang

berkuasa setelah Apartheid berakhir, dipaksa untuk membayar

52

hutang masa lalunya (atau hutang yang digunakan untuk

membiayai penindasannya sendiri). Di tahun 1998 ACTSA

(Gerakan Afrika Selatan) memperkirakan bahwa hutang sebesar

18 milyar dollar  digunakan untuk membiayai kebijakan

apartheid dan 28 milyar dollar adalah hutang yang ditanggung

negara-negara tetangga Afrika Selatan untuk membiayai

program untuk menghadapi destabilisasi atau imbas dari

kebijakan apartheid, dimana berkisar sekitar 74% dari total

hutang Afrika.

Negara berkembang akan selalu menjadi miskin akibat

kebijakan negara Barat. Jelasnya, bukan karena kekurangan

pangan tetapi justru oleh konsumsi yang berlebihan oleh

masyarakat Barat (yaitu sekitar 20% dari populasi dunia),

namun menghabiskan 80% dari produksi pangan.

5. PBB menegakkan Hukum Internasional untuk mengatur

hubungan dan menyelesaikan konflik internasional

PBB didirikan ditahun 1945 untuk “menyelamatkan

generasi berikut dari derita peperangan.” Sejak itu, tidak

kurang 250 konflik tercetus yang membuktikan kegagalan PBB

dalam meraih tujuan didirikannya. Barat, dan juga para

pembuat kebijakan dunia ketiga, melihat PBB sebagai

institusi netral (tidak bias) yang terdiri dari 200 negara

anggota, yang menjunjung tinggi nilai internasional, aksi

multilateral, demokrasi, pluralisme, sekularisme, kompromi,

dan hak asasi manusia.

53

Padahal, PBB sebenarnya adalah alat eksploitasi yang

terlihat dari struktur organisasinya yang membiarkan

penindasan yang dilakukan oleh kekuatan kolonial yang kini

menjadi anggota tetap Dewan Keamanannya. Banyak peristiwa

yang menunjukkan kelemahan PBB, seperti invasi Irak,

penerapan hukum secara selektif pada Israel, kegagalan

pembantaian Muslim di Serbia, dan pembersihan etnis di

Rwanda.

6. Dunia Ketiga harus meliberalisasi ekonominya supaya

berkembang

Dalam tiga abad terakhir, Kapitalisme telah mendominasi

pembangunan internasional dan memonopoli perkembangan

ekonomi serta memaksa diterapkannya kebijakan-kebijakannya

pada dunia. Macan ekonomi Asia seperti Cina, Korea Selatan,

Taiwan, Singapura, dan Hongkong sering dikutip sebagai

contoh sukses negara yang mengadopsi liberalisme sehingga

berhasil meraih kemajuan. IMF dan Bank Dunia memproklamirkan

industrialisasi dan ide ekonomi liberal akan mentransformasi

ekonomi tradisional dan masyarakat. Pengaruh seperti ini

akan menetapkan negara-negara miskin dalam jalur

perkembangan sejalan dengan pengalaman negara-negara maju

semasa revolusi industri dulu.

Kemiskinan adalah fakta yang ada pada mayoritas

penduduk dunia. 3 milyar jiwa hidup dibawah 2 dollar per

hari, sedangkan 1,3 milyar jiwa lainnya hidup kurang dari 1

dollar per hari. 1,3 milyar jiwa hidup tanpa air bersih, 3

54

milyar jiwa hidup di lingkungan yang tidak sehat dan 2

milyar jiwa tidak memiliki akses penggunaan listrik.

Liberalisme justru menjadi sebab ketimpangan kesejahteraan

dan pemiskinan bagi mayoritas penduduk dunia. Banyak sekali

survei yang menunjukkan bahwa liberalisme adalah biang

kemelaratan. Tanggal 7 Desember 2006 adalah hari

diluncurkannya laporan internasional yang dikeluarkan oleh

Institut Global untuk Penelitian Perkembangan Ekonomi milik

PBB. Hasilnya cukup mencengangkan bahwa penduduk dunia yang

kaya (sekitar 1% dari total penduduk bumi) menguasai 40%

dari aset kekayaan dunia dan 10% dari populasi dunia

menguasai 85% dari total asset dunia. Liberalisme telah dan

akan terus membiarkan dunia Barat untuk menghisap kekayaan

dunia ini. Liberalisme juga tidak akan pernah berpihak pada

dan menaikkan derajat kaum miskin, dan justru menjadi alat

pemiskinan. Maka penerusan kebijakan ekonomi liberal di

dunia ketiga adalah biang kemelaratan yang berkelanjutan.

7. Pemanasan global akibat pembangunan Cina dan India

Pemanasan global dan perubahan cuaca berarti penambahan

suhu rata-rata secara global. Kejadian alam dan aktifitas

manusia diduga sebagai kontributor perubahan suhu secara

global. Hal ini terjadi karena adanya “efek rumah kaca”

dimana naiknya suhu diakibatkan terperangkapnya jenis gas di

atmosfir tertentu seperti karbon dioksida (CO2).

Setiap beberapa tahun, ilmuwan bidang cuaca pada Panel Antar

Pemerintah tentang Perubahan Suhu (IPCC) milik PBB

55

mengeluarkan laporan yang menjelaskan secara detil perubahan

cuaca yang terjadi. Secara garis besar, laporan ini

menyarankan adanya penurunan emisi. Panel ini terdiri dari

ratusan peneliti dunia. Di awal tahun 2007, IPCC telah

mengeluarkan laporan ke-4 yang menyimpulkan bahwa mereka

semakin yakin bahwa aktifitas manusia adalah penyebab

kenaikan suhu “Pemahaman tentang pemanasan dan penurunan

suhu mulai lebih baik sejak laporan Third Assessment Report

(Evaluasi Ke-3), yang memberikan keyakinan bahwa aktifitas

manusia sejak taun 1750 memberikan efek perubahan cuaca yang

cenderung memanas.” Definisi tentang “keyakinan” merujuk ke

tingkat kepastian hingga 90% tepat (di tahun 2001, baru 66%

tepat).

Dari segi sejarah emisi, negara-negara industrialis

berkontribusi terhadap 80% dari total terperangkapnya CO2 di

atmosfir. Sejak tahun 1950, AS telah mengeluarkan emisi

sebesar 50,7 milyar ton karbon, sementara Cina (yang

penduduknya 4,6 kali lebih banyak dibanding AS) dan India

(yang populasinya 3,5 kali lebih banyak) mengeluarkan hanya

sekitar 15,7 dan 4,2 milyar ton, secara berurut. Tiap tahun

lebih dari 60% emisi industri global berasal dari negara-

negara industri, dimana hanya memiliki 20% populasi penduduk

dunia.

8. Umat Muslim dunia tidak menginginkan Islam

Selama bertahun-tahun, Barat selalu mengatakan bahwa

Muslim di seluruh dunia menginginkan demokrasi dan kebebasan

56

ketimbang Islam. Mereka juga mengatakan bahwa hanya kaum

minoritas Muslim saja seperti di Pakistan dan Afganistan

yang menginginkan Islam sedangkan mayoritas umat Islam

mengagumi dunia Barat dan ingin hidup dibawah naungan

kapitalisme. Namun kini, adalah kaum Muslim modernis yang

menyatakan bahwa dunia Muslim tidak ingin Islam dan tidak

akan pernah siap untuk Islam. Ironisnya, Barat malah mulai

menyadari bahwa ternyata Islamlah yang dirindukan oleh umat

Muslim dan Barat berjuang keras untuk menghadapi setiap

kemungkinan ancaman kebangkitan Islam.

9. Israel tidak pernah terkalahkan dan terbukti dengan

kemenangannya di 4 perang, maka dunia Islam harus menerima

kenyataan ini bahwa keberadaan Israel adalah suatu

keniscayaan

Sejak berdiri di tahun 1948, Israel dan militernya

selalu diliputi mitos sebagai kekuatan yang tak terkalahkan.

Menariknya, mitos tersebut tidak dimotori oleh Israel

sendiri tapi justru oleh para pemimpin pengkhianat yang

menguasai umat Islam.

Kinerja militer Israel pada perang 1948, 1956, 1967, dan

1973 melawan umat Islam sering dikutip sebagai superioritas

militer Israel. Implikasinya, konflik melawan Israel secara

langsung sering dianggap oleh negara-negara Arab sebagai

strategi yang tidak menguntungkan, sehingga mereka terpaksa

untuk bernegosiasi dengan Israel. Konsekuensi dari negosiasi

tentunya adalah pengakuan terhadap kedaulatan dan keberadaan

57

Israel melalui proses perdamaian. Dalam merangkum fakta

kekuatan militer Israel, kita perlu mengingat pertanyaan

penting: Apa tujuan pembuatan dan penyebaran mitos ini?

Yaitu agar Yahudi dapat berkuasa di dunia.

58

Geografi Politik (7)

Geopolitik AS

* Geopolitik Amerika Serikat dalam Penguasaan Minyak Dunia

* Ambisi Amerika dalam Mencari Daerah

Amerika sebagai negara adidaya terlihat sangat rakus

akan “emas hitam” atau minyak. Cina saat ini menjadi pesaing

utama Amerika di bidang ekonomi, ekonomi Cina naik tajam.

Amerika tidak ingin tersaingi oleh siapapun sehingga akan

berbuat apapun untuk mempertahankan kedigdayaannya. Saat ini

harga minyak dunia naik sampai dengan 98 USD per barrel

hampir pada batas psikologis 100 USD per barrel. Bisa

dibayangkan jika harga minyak sampai dengan angka tersebut

maka akan terjadi resesi ekonomi seperti halnya yang terjadi

pada tahun 1973-1980-an. Keinginan Amerika untuk mengeruk

minyak memang terlihat sangat jelas, dengan dimasukkannya

minyak kedalam National Security Policy karena negara ini

merupakan pengimpor minyak terbesar, apa jadinya jika

Amerika kehabisan minyak, perekonomian mereka akan jatuh.

Pada tahun 2025 diperkirakan cadangan minyak di Timur Tengah

akan menurun, belum lagi konflik antara pemerintahan Amerika

59

dengan rakyat Timur Tengah yang menentang kebijakan-

kebijakan luar negeri AS. Ketakutan AS jika Timur Tengah

mengembargo minyak ke AS membuat AS mencari daerah baru yang

bisa dijadikan tambang minyak. Salah satunya adalah Asia

Tengah dan Myanmar yang diperkirakan masih menyimpan

cadangan minyak hingga 30 tahun mendatang.

Secara geopolitik, Cina tidak ingin kehilangan

pengaruhnya di Myanmar, oleh sebab itu Cina akan

mempertahankan keterlibatannya dalam menangani kasus

Myanmar, karena Myanmar mempunyai latar belakang yang sama

dengan Cina. Disamping ingin mendapatkan keuntungan dari

minyak yang berada di Teluk Bengala.

* “Soft Diplomacy” Iran

Kekuatan Amerika saat ini belum ada yang menandingi,

adanya kegelisahan Rusia atas hegemoni AS di Asia Tengah

membuat Rusia mencoba untuk membentuk kekuatan baru dengan

merangkul negara-negara yang selama ini tidak setuju dengan

kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Amerika. Dikuasainya

Afghanistan, Uzbekistan, Tajkistan dan negara Asia Tengah

lainnya, telah membuat Rusia harus waspada. Negara-negara

yang pernah menjadi bagian dari Rusia kini sudah mulai

diambilalih oleh Amerika, terlihat dari ditempatkannya

pasukan Amerika di negara-negara bekas Soviet tersebut.

Pasca terjadinya kehancuran gedung WTC, Amerika terus

mencari “mastermind” pengahancur gedung tersebut, Osama bin

Laden. Dengan slogan melawan terorisme diam-diam AS juga

60

merancang strategi untuk bisa mendapatkan wilayah jajahan

baru yang kaya akan sumber minyak. Negara-negara yang

dianggap tidak setuju dengan kebijakan AS itu maka dianggap

teman teroris yang berarti harus dimusnahkan. Iran salah

satunya, padahal pasca penghancuran WTC, Iran merupakan

negara pertama yang mengungkapkan belasungkawa. Namun apa

yang terjadi Presiden Bush mengatakan bahwa Iran merupakan

“axis of evil” atau poros setan, yang terjadi saat ini sebagai

“polisi dunia” AS berupaya keras mengatakan pembangunan

instalasi nuklir Iran akan digunakan untuk pembuatan senjata

pemusnah massal. Jika pada akhirnya nanti Rusia-Iran-China

bersatu untuk melakukan kerjasama dalam pengembangan minyak

maka akan dua kekuatan besar di dalam kancah politik global

AS dan aliansi Rusia-China-Iran.

Di dalam mengambil kebijakan politiknya, Amerika menggunakan

teori dari Ratzel yang mengatakan negara seperti akan

berkembang, yang kuat akan hidup dan yang lemah akan mati,

oleh sebab itu Amerika selalu mempertahankan eksistensinya

sebagai negara adidaya, mereka tidak ingin ada pesaing.

Kekuatan ekonomi Cina sepuluh tahun mendatang akan kembali

menurun demikian diungkapkan oleh ekonom George Soros yang

disebut-sebut sebagai biang krisis moneter di Asia pada

tahun 1997. Keberadaan Iran sebagai negara yang berani

melawan kekuatan Amerika disambut baik oleh Rusia. Berawal

dari pembangunan instalasi nuklir di Iran membuat pemerintah

Amerika gerah karena merasa tersaingi, bukan hanya itu,

61

penyebutan Iran sebagai axis of evil (poros kejahatan) semakin

membuat hubungan Iran dengan AS

* Geopolitik AS di Irak

Memasuki awal abad ke-19, hadir seorang tokoh terkemuka

geopolitik kelahiran Inggris bernama Sir Halford Mackinder

yang juga mendapat julukan sebagai intellectual architect dalam

pemahaman prinsip keamanan internasional. Dia

mengklasifikasikan dunia menjadi empat bagian yakni: 1.

Heartland mencakup kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah (World

Island); 2. Marginal Lands mencakup kawasan Eropa Barat, Asia

Selatan, sebagian Asia Tenggara dan sebagian besar daratan

Cina; 3. Desert mencakup wilayah Afrika Utara dan yang

terakhir, 4. Island or Outer Continents meliputi Benua Amerika,

Afrika Selatan, Asia Tenggara dan Australia.

* Ironi

Ironisnya, reputasi nama besar Mackinder yang dianggap

sebagai ahli geopolitik yang dapat diekspresikan ke dalam

kehidupan dunia politik dan strategi kondisi geografis,

menjadi tercela yang cukup mendalam dikarenakan gagasannya

telah memberikan pengaruh yang sangat kuat kepada Nazi

Jerman. Satu hal yang perlu dicatat juga bahwa pandangan

Mackinder telah memberikan suatu acuan toleransi yang cukup

akurat untuk memahami hubungan kontemporer antara Amerika

dan Soviet setelah Perang Dunia II. Perubahan politik dan

ekonomi international mengalami pergerakan yang dinamis

62

sehingga seringkali pergesekan atau friksi antar kepentingan

nasional dari setiap negara.

Sejak minyak menjadi satu-satunya komoditas yang sangat

strategis bagi kehidupan manusia dan semakin sulit

diketemukan cadangan minyak baru di wilayah negara konsumen

itu sendiri, diiringi permintaan yang terus meningkat,

kawasan Timur Tengah menjadi ajang perebutan pengaruh bagi

negara konsumen seperti Amerika, Inggris, Rusia, Jerman,

Italia, Prancis, Cina, Jepang dan tentunya negara-negara

industri lainnya untuk mendapatkan akses jaminan suplai

minyak.

Berbagai cara dilakukan oleh negara-negara Barat untuk

mendapatkan hubungan kerja sama negara penghasil minyak di

kawasan Heartland. Begitu tinggi tingkat ketergantungan suplai

minyak dari kawasan ini, negara-negara Barat berupaya untuk

membuat kebijakan "arm sales dan security assistance" kepada negara-

negara yang mempunyai kemampuan atas jaminan pembayarannya

seperti Arab Saudi, Iran, Kuwait, Oman, UAE, Bahrain dan

Iraq. Dominasi penjualan berbagai ragam peralatan perang

dari Amerika dan Inggris setelah Perang Dunia II mulai

tergeser dengan Prancis, Jerman, Rusia, Italia.

Setelah adanya oil shock 73 dan 79, kompetisi untuk

pemasaran persenjataan dengan teknologi yang mutakhir

semakin meningkat, terutama dari Rusia dan Prancis yang

menjualnya ke Irak. Tidak ketinggalan juga dengan Jerman

yang berupaya melakukan kerjasama di bidang pertahanan dan

63

keamanan dengan Arab Saudi. Prancis telah melakukan kontrak

untuk pembangunan teknologi nuklir sebesar US$ 275 juta

sehingga dicurigai oleh negara tetangganya mempunyai ambisi

menjadi pusat pembangkit persenjataan nuklir. Begitu juga

dengan Italia yang berkeinginan untuk mengeksport teknologi

nuklir beserta materialnya ke Baghdad. (Energy Security in

the 80s: The Response of US Allies, Frans R. Bax, analis

politik CIA).

Apa latar belakang upaya penjualan alat-alat

persenjataan militer oleh negara-negara Barat yang begitu

menggebu di kawasan ini? Keseluruhannya itu semata-mata

untuk mengimbangi pembayaran impor minyak (oil bills) dan disisi

lain tidak ketinggalan juga tentunya untuk mendukung

industri pertahanan. Henry Kissinger menyebut kebijakan ini

"recycle petrodollar" yang mulai diterapkan setelah mengalami oil

shock tahun 1973. Amerika Serikat telah memperlihatkan

kepada dunia bahwa menjaga kawasan Timur Tengah yang stabil

merupakan bagian dari pelaksanaan panggilan kepentingan

nasional yang vital.

* Keberpihakan AS

Ketergantungan atas impor minyak dari kawasan ini 45%

dari total konsumsi dalam negeri. Langkah inisiatif untuk

mendamaikan Israel dengan Palestina telah mendapat sambutan

yang luar biasa oleh para sekutunya. Langkah itu berarti

menurunkan ketegangan politik antar-negara Arab dengan

64

Israel, sehingga dapat menurunkan juga tingkat kekhawatiran

kemungkinan terganggunya jaminan suplai minyak.

Namun, di satu sisi keberpihakan Amerika terhadap

Israel juga sangat transparan. Terbukti sewaktu diadakan

pertemuan antar Amerika dengan sekutunya di Venice tahun

1980, Presiden Carter mengatakan secara terbuka "United States

would veto any European attempt to push a UN resolution supporting

Palestinian self-determination". (Hal yang sama ternyata tidak

dilakukan oleh Amerika terhadap Indonesia ketika ada yang

mengusulkan self determination untuk Timor Timur, apalagi

setelah adanya konfirmasi penemuan cadangan minyak yang

sangat besar di Celah Timor).

Doktrin Carter yang dicanangkan pada waktu itu bahwa

kawasan Persia merupakan a vital interest of the United States kemudian

diikuti dengan suatu pernyataan

secara terbuka: "An attempt by outside force to gain control on the Persian

Gulf region will be regarded as an assault on the vital interest of the Untied

States of America, and such an assault will be repelled by any means necessary,

including military force". Yang

sangat dikhawatirkan oleh Amerika Serikat yakni adanya

saingan dari negara lain yang masuk ke kawasan Timur Tengah

untuk melakukan perjanjian ekonomi bilateral yang sifatnya

jangka panjang dalam bentuk barter alat persenjataan militer

dengan minyak, government-to-government contract.

Data dari para geologis terkemuka, Irak mempunyai

potensi kandungan minyak sebesar 112 miliar barel yang

65

berarti menempati urutan kedua penghasil minyak terbesar

setelah Arab Saudi. Jenis minyak dari Irak yakni Basrah

Light dan Kirkuk yang mempunyai karakter tersendiri, sweet

crude oil, kandungan sulfurnya sangat rendah dan meskipun tidak

termasuk dalam bagian OPEC basket price, dalam perdagangan

international jenis minyak dari Irak sangat mahal dan juga

mempunyai pengaruh untuk penentuan harga internasional.

Dengan potensi ini, negara-negara konsumen berlomba-

lomba untuk melakukan kerja sama ekonomi dengan Irak.

Tampaknya hal itu telah terjadi dan berkembang dalam lima

tahun terakhir ini dengan adanya perjanjian bilateral antara

Irak dengan Rusia, Prancis, Jerman dan Cina. Rusia telah

melakukan kontrak suplai minyak jangka panjang dengan Irak;

Cina melakukan penjualan peralatan militer terhadap Irak

yang dikompensasikan dengan jaminan suplai minyaknya;

Prancis telah mendapatkan konsesi

minyak yang mempunyai potensi sangat besar.

Kondisi ekonomi Irak sangat memprihatinkan. Semenjak

diberlakukannya program Oil For food Security Council

Resolution 986 (UN-SC 986) setelah perang teluk tahun 1991,

membuat ketidakberdayaan ekonomi Irak untuk memiliki

purchasing power dalam perdagangan internasional. Salah satu

upaya Irak untuk mendapatkan ekstra devisa yakni dengan

Rusia telah diupayakan penyelundupan melalui jalur rahasia,

namun dapat digagalkan oleh tim pengawas dari PBB yang

dipimpin Amerika. Begitu ketatnya pengawasan itu, terkesan

66

setiap barrel yang keluar dari Irak dicatat oleh petugas

pengawas PBB.

Sanksi ekonomi terhadap Irak oleh PBB sejak tahun 1991

tampaknya sudah memakan korban cukup banyak yang diakibatkan

penyakit radang paru-paru, sakit pernapasan dan kekurangan

gizi. Departemen Kesehatan Irak mencatat sampai akhir tahun

2000 telah meninggal dunia sebanyak 1.300.867 orang, 500

ribu di antaranya anak-anak. Berbagai organisasi HAM

internasional menilai bahwa sanksi ekonomi ini telah

melanggar Geneva Convention 12-08-49, termasuk protokol

tambahan yang telah dikeluarkan pada tahun 1977. (Oil for

Food, Siapa yang Diuntungkan? SP, Mei 2000, DDP).

Perkembangan terakhir dari tim investigasi PBB sampai

batas waktu yang telah ditentukan, belum ditemukan adanya

indikasi Irak memiliki WMD seperti yang telah dicurigai oleh

Amerika. Hasil sementara investigasi ini membuat Jerman dan

Prancis menarik dukungan Amerika untuk menyerang Irak,

kemudian disusul dengan Rusia, Italia dan Cina. Mereka telah

mempertimbangkan bahwa perang bukanlah merupakan jalan

terbaik, yang nantinya akan memicu reaksi negatif terhadap

perang internasional melawan teroris. Kalau Amerika

bersikeras untuk menyerang Irak, dukungan utama yang pasti

akan datang dari Inggris dan sudah pasti tidak ketinggalan

Australia, seperti yang selalu terjadi di berbagai tempat.

Bagi negara-negara yang mundur dari dukungan terhadap

Amerika untuk bergabung dalam Perang Teluk II telah

67

mempelajari dengan seksama bahwa nantinya bila pecah perang

di Irak akan menambah instabilitas politik negara-negara

Islam di Timur Tengah dan biasanya akan diikuti dengan

kekacauan suplai minyak sehingga dapat mengakibatkan

tingginya harga minyak. Kalau sampai ini terjadi,

selanjutnya akan bermuara pada resesi ekonomi dunia.

Jalan yang terbaik pada saat ini adalah melakukan upaya

diplomasi multilateral untuk menuju perdamaian, khususnya

melalui Dewan Keamanan PBB.

Geografi Politik (8)

Geopolitik Cina

I. Latar Belakang

“Biarkan Cina terlelap. Sebab, jika Cina terbangun, dia

akan menggungcang dunia” (Napoleon Bonaparte).

  Cina atau dengan nama resmi Republik Rakyat Cina (RRC;

juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/ RRT) adalah sebuah

68

negara komunis. Sejak proklamirkan pada 1949 oleh Mao Zedong

di lapang Tiananmen, Cina telah dipimpin oleh Partai Komunis

Cina (PKC). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara

komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan

sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun,

pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik

terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan

sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi

pemerintahan satu partai.

Cina adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia,

dengan populasi 1.242.612.226 jiwa (hasil sensus tahun

2000), yang mayoritas merupakan bersuku bangsa Han. Negara

dari Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao ini

adalah negara terbesar di Asia Timur dengan total wilyah

9.596.960 km², dan ketiga terluas di dunia, setelah Rusia

dan Kanada. Cina berbatasan dengan 14 negara: Afghanistan,

Bhutan, Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara,

Laos, Mongolia, Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan

Vietnam.

Dalam suatu pertikaian yang terus berlangsung, Cina

menuntut hak memerintah atas Taiwan dan pulau-pulau

sekitarnya yang tidak pernah dilepaskan oleh Taiwan.

Pemerintah Cina mendakwa bahwa Taiwan merupakan suatu

entitas yang tidak lagi wujud dan secara administratif

meletakkan Taiwan sebagai provinsi ke-23 Cina, seperti yang

69

tertuang dalam One China Policy yang selama ini didengungkan

oleh Cina.

Cina mengklaim kedaulatan terhadap Taiwan namun tidak

memerintahnya. Status politik Taiwan merupakan hal yang

kontroversial; Taiwan  mengklaim kedaulatan terhadap seluruh

Cina daratan dan begitu juga dengan Cina. Cina Daratan

merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada

kawasan di bawah pemerintahan RRC dan tidak termasuk kawasan

administrasi khusus Hong Kong dan Macau. Pemerintah Cina

melihat pemerintahannya di Cina sebagai Tiongkok Baru saat

membandingkan dirinya dengan Tiongkok sebelum tahun 1949.

Cina juga dijuluki sebagai "Cina Merah" bagai kawasan yang

sama, terutamanya oleh musuhnya di Barat, dengan merujuk

kepada warna merah yang merupakan lambang komunis.

 II. Geostrategi dan Geopolitik Cina Menaklukan Dunia

A. Ekonomi Alat Untuk Mendapatkan Pengakuan Dunia

Pada dasarnya konstelasi politik dunia yang semakin

kompleks dewasa ini, tidak akan pernah terlepas dari apa

yang disebut dengan kepentingan nasional (national interest)

suatu negara yang terangkum politik dalam negeri yang sudah

barang tentu menurunkan apa yang disebut geopolitik dan

geostrateginya. Merupakan hal yang wajar apabila masing-

masing negara saling berlomba-lomba untuk meningkatkan

posisi tawar mereka dalam kancah pergaulan internasional.

Hal tersebut hampir melingkupi seluruh negara yang ada di

70

muka bumi ini, terlepas dari besar atau kecilnya negara

tersebut.

Dalam hal ini politik luar negeri Cina bisa tergambar

dari pergaulan internasionalnya. Dewasa ini Cina berhasil

membuat AS “takut” terhadap kebangkitannya. Dari segi jumlah

penduduk, Cina merupakan negara berpenduduk terbanyak di

dunia, bahkan wilyah negaranya pun sangat luas, hal ini lah

yang menjadikan Cina sebagai salah satu negara anggota tetap

Dewan Keamanan PBB.

Sebenarnya Cina sendiri sangat tidak seimbang.

Kerapuhan lingkungan fisiknya benar-benar bertolak belakang

dengan kekuatan modal manusianya yang sangat besar. 

Singkatnya, ketidakseimbangan yang terjadi karena dua hal

yang tak sebanding ini bisa memberi kita pemahaman tentang

intensitas maupun polaritas pengaruh yang ditanamkan Cina di

dunia. Pada satu ujung, belum pernah dunia menghadapi

masalah tenaga kerja yang besar, murah, dan cakap yang

tergabung dalam ekonomi globalisasi dalam waktu sesingkat

itu. Pada ujung lainnya, tidak pernah ada sebelumnya sebuah

negara yang sebegitu besar bisa bangkit dengan begitu

cepatnya dengan modal alam yang sebegitu miskin. Cina

tidaklah dianugerahi lahan pertanian yang berlebihan.

Sekitar setengah daratannya tidak berpenghuni, sehingga

seperlima umat manusia terkumpul pada 7% lahan yang bisa

diolah di seluruh permukaan bumi.

71

Faham komunis dan sistem politik tertutup yang dianut

negara ini dulu (bahkan dijuluki negara tirai bambu)

mengakibatkan Cina sedikit dikucilkan dalam pergaulan

internasional. Dari segi penduduk dan wilayah, Cina sangat

kecil kemungkinan untuk dikucilkan, tapi kenyataan

menunjukan hal demikian. Hal ini disadari oleh Deng

Xiaoping. Sejak Xiaoping memegang tampuk kekuasaan pada ahir

1970-an, PKC (Partai Komunis Cina) telah menegaskan

legitimasinya dalam menghasilkan pertumbuhan pertumbuhan

ekonomi dan menggunakan kekuatan ekonominya sebagai

pendokrak untuk mendapatkan pengakuan yang lebih besar

secara internasional.

Cina memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai

kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi, untuk itu mereka

mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus (Special

Economic Zones, SEZ) di mana hukum investasi direnggangkan untuk

menarik modal asing. Hasilnya adalah PDB yang berlipat empat

sejak 1978. Pada 1999 dengan jumlah populasi hampir 1,25

milliar orang dan PDB hanya $3.800 per kapita, Cina menjadi

ekonomi keenam terbesar di dunia dari segi nilai tukar dan

ketiga terbesar di dunia setelah Uni Eropa dan Amerika

Serikat dalam daya beli. Pendapatan tahunan rata-rata

pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi Cina

diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, sekitar

7-8% per tahun menurut statistik pemerintah Cina.

72

Kekuatan ekonomi ditunjukkan dengan proses

industrialisasi yang mapan dan hasil prosuksi yang besar

juga. Dibanyak industri, terutama industri padat karya, Cina

menjadi pemain global yang dominan saat ini. Pabrik-pabrik

Cina memproduksi 70% mainan, 60% sepeda, setengah industri

memproduksi sepatu, dan sepertiga industri memproduksi tas

di dunia. Cina juga memproduksi setengah oven microwave di

dunia, sepertiga televisi dan perangkat AC, seperempat mesin

cuci di dunia, dan seperlima lemari esnya; produk ini

menunjukan pesatnya pertumbuhan ekspor Cina. Tapi Cina tidak

bisa mendapatkan hal-hal ini tanpa minyak, untungnya Cina

bisa mengimpor cukup banyak untuk menutupi kekurangannya

itu. Namun, kebergantungannya pada komoditas asing hingga

sebesar 40% dari seluruh kebutuhannya itu telah membuat Cina

benar-benar terjebak dalam posisi sulit.

Karena dipicu oleh posisi yang sulit ini, Cina dan

perusahaan minyak raksasa miliknya mencoba dengan semakin

tergesa-gesa (karena negaranya menjadi importir penuh minyak

bumi pada 1992) untuk mendukung lini suplai dan mengurangi

kelemahannya itu dengan menghalalkan segala cara.

Ketiga perusahaan minyak besar milik Cina, yaitu China

National Petroleum Corporation (CNPC), China National

Offshore Oil Corporation (CNOOC), dan Sinopec, telah

menanamkan modalnya hampir dalam tiga puluh proyek

pengembangan minyak dan gas di luar negeri dan telah meraup

lebih dari $5 milliar pada akhir 2002. Tetapi, sejarah

73

pendek transaksi-transaksi ini dipenuhi ketidakpastian.

Jelas sekali karena tergesa-gesa dan benar-benar

membutuhkan, pihak Cina hampir selalu membeli cadangan

minyak yang biasa didapatkan dengan harga lebih tinggi

daripada harga pasar. Dalam beberapa kasus, transaksi-

transaksi yang diatur secara politik menjadi berantakan dan

pada kasus-kasus lain, perusahaan-perusahaan minyak asing

bermanuver dari para pesaing mereka dari Cina.

Dua puluh tahun yang lalu Cina adalah eksportir minyak

terbesar di Asia Timur. Kini, Cina telah menjadi importir

minyak terbesar nomor dua di dunia. Pada 2004, Cina

membukukan sekitar 31% dalam peningkatan permintaaan minyak

dunia. Sehingga, naiknya harga minyak hingga diatas $60 per

barel pada pertengahan 2005 bisa dibilang disebabkan oleh

tingginya permintaan Cina.

 B. Memperkuat Militer: Jawaban Terhadap Unilateralisme

Dengan kebijakan luar negerinya yang semakin tegas,

Cina juga bertujuan menerjemahkan otot kekuatan pertumbuhan

ekonominya ke bidang geopolitik dan mengimbangi apa yang

dilihatnya sebagai hegemoni global AS.

Menyangkut kepentingan nasional tersebut, kiranya wajar

apabila Cina tahun demi tahun menaikkan anggaran belanja

militernya. Pengeluaran belanja militer negara “Tirai Bambu”

itu pada tahun 2007 dianggarkan hampir 18 % menjadi 350,92

miliar yuan (sekitar hampir 45 miliar dolar), atau naik

52,99 miliar yuan dari tahun 2006, dana tambahan itu akan

74

digunakan untuk peningkatan gaji, meningkatkan sistem

persenjataan, dan pelatihan-pelatihan. Kenaikan itu lebih

besar dari 10 % sampai 15 % pertumbuhan tahunan anggaran

pertahanan Cina selama beberapa tahun terakhir. Pengeluaran

itu juga diterjemahkan setara dengan 5,33 biliun yen, yang

berarti melampau 4,8 biliun yen dari rencana belanja

berkaitan dengan pertahanan Jepang pada tahun anggaran 2007.

Pemerintah Cina mengatakan kenaikan itu jangan dipandang

sebagai ancaman terhadap negara lain. Tapi rasanya tidak

mungkin negara-negara didunia khususnya negara-negara di

kawasan Asia-Pasifik akan percaya begitu saja. Apalagi kalau

kita meninjau prospek Asia-Pasifik kedepan.

Menurut Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, peningkatan

anggaran militer juga sifatnya mendesak jika melihat situasi

internasional yang diwarnai dengan munculnya unilateralisme.

Kecenderungan unilateralisme muncul lagi, konflik lokal

berlanjut, kegiatan teroris internasional tak berhenti, dan

persoalan-persoalan keamanan tradisional dan non-tradisional

terus saja ada, kata Wen.

Jika melihat fenomena dunia internasional dewasa ini

yang bersifat unilateralisme, yang dipercaya oleh kaum

neorealis sebagai suatu fase yang unbalance (tidak seimbang),

hal ini akan mengakibatkan negera hegemoni (Amerika Serikat)

akan melakukan tindakan sekehendak dirinya saja. Dari

pernyataan Wen Jiabao diatas, sudah sangat jelas tersirat

bahwa Cina hendak menjadikan dirinya sebagai balancer atau

75

penyeimbang dari situasi sekarang. Hal ini tentunya akan

menimbulkan ketegangan baik secara kawasan maupun

internasional, hal ini mungkin menjadi kecurigaan yang

berlebih mengingat Amerika Serikat menganggap Cina tidak

transparans dalam kebijakan penambahan anggaran militer ini.

Kekhawatiran AS mungkin akan sedikit terobati dengan adanya

kesepakatan kerjasama militer antara Jepang dan Australia,

kerjasama atau pakta militer yang dilakukan oleh negara

sekutu AS ini setidaknya akan mengawasi gerakan militer dari

Cina, sudah barang tentu ini akan menimbulkan ketegangan

dikawasan Asia-Pasifik. Apabila pihak-pihak tersebut saling

curiga dan membuat kesalahan bukan tidak mungkin perang akan

terjadi.

 C. Cina Unjuk Gigi dengan Program Antariksa

Urgensi terhadap pencapain national interest ini, terutama

pemerintah Cina harus menyediakan sekitar 24 juta lowongan

pekerjaan per tahun, melahirkan sebuah konsep lanjutan

selain penguatan terhadap sektor ekonomi, perlindungan

terhadap kepentingan ekonomi, wilayah, penduduk, dan

politik, dengan menambahkan anggaran  militernya, pemerintah

Cina juga bertekad untuk mengembangkan teknologi.

Pengembangan teknologi ini agar sinergis dengan kebijakan

ekonomi dan memperkuat militernya.

Dalam pengembangan teknonologi, Cina berhasil

memanfaatkan proses alih teknologi yang ditempuh dengan

“pemaksaan” terhadap perusahaan asing yang mendirikan bisnis

76

di Cina, juga dengan pengiriman pelajarnya ke seluruh

pelosok bumi, terutama negara-negara Barat. Akhirnya Cina

berhasil dalam riset-riset yang dilakukan.

            Namun, yang akan disoroti sekarang tentang

program antariksanya. Pada 15 Oktober 2003, menggunakan

roket Long March 2F dan kendaraan angkasa berawak Shenzhou

V, Cina menjadi negara ke-3 yang menempatkan manusia di

angkasa melalui usaha kerasnya.

Setelah pertikaian Cina-Soviet, Cina mulai mendirikan

program pencegahan nuklir dan sistem pengantar angkasanya

sendiri. Hasil kejadian ini adalah rencana peluncuran

satelit. Ini menjadi kenyataan pada tahun 1970 dengan

peluncuran Dong Fang Hong 1, satelit Cina yang pertama. Ini

menjadikannya sebagai negara kelima yang melancarkan satelit

angkasa lepasnya sendiri.

Negara ini merencanakan program angkasa berawak di awal

1970-an, dengan "Proyek 714" dan kendaraan angkasa berawak

Shuguang yang diharapkan. Karena serentetan kemunduran

politik dan ekonomi, program penerbangan berawak tak pernah

terlaksana baik sampai 2003. Walau bagaimanapun, pada tahun

1992 Proyek 921 dibenarkan dan pada 19 November 1999, roket

tidak beranak kapal Shenzhou 1 diluncurkan, ujian pertama

roket negara ini. Selepas tiga kali percobaan, Shenzhou 5

dilancarkan pada 15 Oktober 2003 dengan roket Kawat Lama

yang beranak kapal Yang Liwei digunakan, menjadikan Cina

negara ketiga yang meluncurkan manusia ke angkasa lepas

77

setelah Amerika Serikat dan Rusia. Misi kedua, Shenzhou 6

dilancarkan pada 12 Oktober 2005.

Program perkembangan Cina dianggap disebabkan atas

keprihatinan dalam beberapa bagian. Laporan DPR AS menyusul

peluncuran 2003 berkata, "Saat 1 dari motivasi cepat yang

kuat untuk program ini muncul menjadi gengsi politik. Usaha-

usaha Cina hampir pasti akan menyumbang pada sistem angkasa

militer yang diperbaiki pada bingkai waktu 2010-2020."

Apakah kelanjutan Cina di area ini akan membuat

perlombaan angkasa lainnya masih perlu diperhatikan?

 III. Kesimpulan

            Kebangkitan Cina dewasa ini telah membawa

perubahan yang besar dalam fenomena hubungan internasional.

Kebangkitan ini tidak akan mungkin terjadi tanpa ada

perencanaan yang pasti terangkum dalam geostrategi dan

geopolitik.

            Luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk

menjadi kekuatan sekaligus masalah bagi Cina. Bagaimana

tidak, bagi Cina tiap tahun harus menyediakan 24 juta

lowongan pekerjaan untuk warganya, ditambah wilyahnya tidak

semuanya berpotensi untuk diolah. Belum lagi ketertinggalan

dari negara disekelilingnya dan faham komunis yang dianut

menjadikan Cina semakin tersisihkan dalam pergaulan

internasional. Dalam kondisi tersebut Deng Xiaoping yang

menggantikan Mao Zedong pada tahun 1970-an menyadari bahwa

78

untuk mendapatkan perhatian dunia, Cina harus maju secara

ekonomi.

            Cina mencirikan ekonominya sebagai sosialisme

dengan ciri Cina. Sejak akhir 1978, kepemimpinan Cina telah

memperbaharui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke

ekonomi yang berorientasi pasar tapi masih dalam kerangka

kerja politik yang kaku dari Partai Komunis. Untuk itu para

pejabat meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang

manajer dalam industri, mengijinkan perusahaan skala kecil

dalam jasa dan produksi ringan, dan membuka ekonomi terhadap

perdagangan asing dan investasi. Ke arah ini pemerintah

mengganti ke sistem pertanggungjawaban para keluaga dalam

pertanian dalam penggantian sistem lama yang berdasarkan

penggabunggan, menambah kuasa pegawai setempat dan pengurus

kilang dalam industri, dan membolehkan pelbagai usahawan

dalam layanan dan perkilangan ringan, dan membuka ekonomi

pada perdagangan dan pelabuhan asing. Pengawasan harga juga

telah dilonggarkan. Ini mengakibatkan Cina berubah dari

ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran.

            Tingkat perekonomian yang mencapai fase over heat

dewasa ini menjadikan Cina sebagai negara industri terbesar,

yang mengakibatkan pemakain terhadap minyak sangat besar.

Dengan berbagai cara sekalipun harus saling curiga dengan

negara lain seperti Amerika. Cina tetaplah Cina yang akan

terus memperjuangkan kepentingan nasional, yaitu stok aman

untuk minyak agar proses industri tetap berjalan.

79

            Ditingkat kedua, Cina memperkuat militernya yang

tidak lain adalah untuk mempertahankan wilayah teritorialnya

termasuk bahwa Cina berhak atas Taiwan,. Belum lagi

permasalahan tentang perbatasan-perbatasan. Tapi yang

menarik adalah sikap Cina dalam menyikapi unilateralisme

yang menurut mereka tidak relevan. Kerjasama dengan negara-

negara di kawasan timur tengah seperti di Sudan memberikan

suatu sinyalemen bahwa perlu adanya pembatasan atas kekuatan

AS. Apalagi Cina mempekuat militernya untuk mengamankan

suplai minyak di seluruh dunia, terutama suplai dari Timur

Tengah.

            Cina juga dituntut untuk bisa mandiri dalam

teknologi, baik untuk kepentingan ekonomi maupun untuk

kepentingan militer. Namun dalam hal ini, Cina telah

berhasil mengembangkan teknologi ruang angkasanya.

Keberhasilan ini jelas menaikkan bargaining position Cina di

dunia internasional. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Cina ini

melahirkan satu pertanyaan besar, apakah peta politik dan

keamanan dunia akan berubah?

80

Geografi Politik (9)

Geopolitik Timteng

* Geografi, Geopolitik dan Kultural Kawasan Timur Tengah

* Penamaan Timur Tengah

Sejauh ini belum ada kesepakatan mengenai definisi

Timur Tengah (Middle East), dan bahkan nama Timur Tengah belum

disepakati secara universal. Penamaan Timur Tengah muncul

secara resmi oleh orang Inggris untuk menyebutkan kawasan

yang meliputi semua negara Asia yang terletak di sebelah

81

selatan Uni Soviet (kini Rusia dan CIS), dan sebelah barat

Pakistan, termasuk Mesir.

Nama lain yang muncul untuk menyebutkan kawasan ini

adalah Timur Dekat (Far East), Istilah yang lebih tua. Yang

dilingkupi oleh istilah ini adalah Asia Barat Daya dan

wilayah-wilayah Eropa Tenggara yang pada masa lalu berada

dibawah kontrol Khilafah Turki Utsmaniyah (Ottoman).

Dalam perkembangan terakhir, negara-negara yang sering

diikutkan dalam penamaan kawasan Timur Tengah antara lain:

Suriah, Libanon, Palestina, Israel, Mesir, Arab Saudi,

Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Irak, Kuwait.

Lalu negara-negara Afrika Utara juga diikutkan: Maroko,

Aljazair, Libya, Tunisia, Mauritania, Sahara Barat, Sudan,

Etiopia, Eritrea, Jibuti. Selain itu kadangkala negara-

negara berikut juga diikutkan: Iran, Pakistan dan Turki.

* Gambaran Tentang Peta Bumi Kawasan Timur Tengah

Timur Tengah memiliki posisi geografis yang unik. Ia

merupakan wilayah yang terletak pada pertemuan Eropa, Asia

dan Afrika, dan dengan demikian ia menguasai jalan-jalan

strategis yang menuju ke tiga benua tersebut. Jalan-jalan

strategis tersebut antara lain: Selat Bosphorus yang

menghubungkan Laut Mideterania (Laut Tengah) dengan Laut

Hitam, Terusan Suez yang menghubungkan Laut Mideterania

(Laut Tengah) dengan Laut Merah. Selain itu juga terdapat

rute-rute perdagangan kuno via darat yang melewati kawasan

ini.

82

Dipandang sebagai bagian dari Asia (Asia Barat Daya),

Timur Tengah terletak di dalam zona tengah yang membentang

di sepanjang benua raksasa ini, kira-kira antara garis

lintang 30-40. Disebelah utara zona tengah ini terletak

daratan Rusia yang luas. Di sebelah selatannya terdapat

ujung-ujung semenanjung Asia, yang sebagian besar berada

dalam kontrol Barat. Secara tradisional, Timur Tengah adalah

kawasan yang diperebutkan antara kekuatan darat Rusia dan

kekuatan laut Barat.

* Kondisi Sosio-Kultural

Secara politis dan kultural, Timur Tengah dibagi

kedalam dua wilayah utama: Sabuk Utara dan Inti Arab. Sabuk

Utara dari segi etnik, mayoritas adalah non-Arab dan

berbatasan langsung dengan Uni Soviet (Rusia). Turki, Iran

dan Afghanistan berbeda dalam banyak hal dengan negara-

negara Timur Tengah lainnya.

Sabuk Utara memisahkan dan melindungi Inti Arab dari

Rusia (Uni Soviet). Sebagai garis pertahanan yang tidak

merata, namun yang terkuat terletak pada Turki dan yang

terlemah ada pada Iran.

Inti Arab terbagi atas daerah Bulan Sabit Subur (fertile

crescent) dan wilayah Laut Merah. Daerah Bulan Sabit Subur

mencakup Irak (Mesopotamia/ negeri dua sungai yang pernah

kaya) dan pesisir Mediterania Asia, yang terdiri dari

Suriah, Libanon, Yordania, Israel dan Palestina. Daerah ini

merupakan tempat migrasinya rumpun Semit yang kemudian

83

dikenal sebagai bangsa Babilonia, Assyria, Phoenisia dan

Ibrani.

Wilayah Laut Merah, terdiri atas dua bagian, daerah

Timur yang terbentang gurun kering Jazirah Arab (pulau

Arab), yang penduduknya jarang, kaya akan minyak, dan

tenggelam akan tradisi Muslim. Di sebelah Barat terdapat

Mesir, negeri yang hidup dari sungai terpanjang di dunia,

Sungai Nil yang merupakan sumber kesuburan di negeri yang

memang tandus.

Timur Tengah lainnya adalah daerah Afrika Utara

(maghreb). Secara geografis dikitari permukaan pegunungan,

Mediterania dan Atlantik, sehingga menikmati iklim yang

lebih sedang dibandingkan dengan daerah Timur Tengah

lainnya. Daerah ini juga cenderung lebih dekat dengan Eropa

dan menciptakan interaksi baik secara ekonomi atau kultural

dengan negara-negara Eropa.

Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan tempat lahirnya

tiga agama besar dunia. Selain itu juga, dari Timur Tengah

lahir peradaban-peradaban besar dunia. Bahasa Arab, menjadi

bahasa utama yang digunakan di Timur Tengah, pada abad

pertengahan, selama ratusan tahun Bahasa Arab merupakan

bahasa ilmu pengetahuan, budaya dan pemikiran progresif di

seluruh wilayah dunia beradab. Berbagai bahasa di dunia

sampai saat ini memperlihatkan adanya pengaruh bahasa Arab

dalam berbagai bahasa serapannya. Alfabet Arab (huruf

84

Hijaiyah) merupakan sistem yang paling banyak dipakai di

seluruh dunia, disamping aksara Latin.

* Niai Strategis Kawasan Timur Tengah

Selain memiliki keunikan geografis, Timur Tengah

memiliki sifat lain yang khas. Timur Tengah merupakan pusat

dunia Islam. Di Timur Tengah terdapat tempat-tempat paling

suci Islam dan lembaga-lembaga keilmuan Islam tertinggi.

Agama dan budaya Muslim telah meresap ke seluruh masyarakat

Timur Tengah dan telah memenuhinya dengan sikap-sikap

filosofis sehingga hanya revolusi radikal yang mungkin

mengubah prilakunya. Namun, di tanah suci Palestina, Timur

Tengah memiliki fokus aspirasi-aspirasi Yahudi serta

Kristen.

Kawasan Timur Tengah pada zaman sekarang menempati

kedudukan strategis dalam percaturan politik internasional

karena beberapa alasan:

1. kawasan ini menyimpan reserve minyak yang paling besar

dibandingkan dengan kawasan lain, sehingga dalam zaman

dimana energi minyak menjadi barang yang sangat langka,

Timur Tengah memegang peranan sangat menentukan dalam

percaturan politik dan ekonomi internasional

2. negara-negara di Timur Tengah, berkat kekayaan yang

diperoleh dari rezeki minyak, telah menjadi negara-

negara pengimpor senjata dari Timur maupun dari Barat.

Kawasan ini sangat menarik bagi negara-negara

pengekspor senjata yang dengan mudah dapat memperoleh

85

devisa secara sangat menguntungkan lewat lalu lintas

perdagangan senjata mereka. Amerika Serikat, Uni Soviet

(Rusia), Inggris, Prancis, beberapa negara Eropa Timur

dan sejumlah negara Amerika Latin serta Republik Rakyat

Cina adalah negara-negara yang menaruh minat besar

dalam perdagangan senjata di Timur Tengah.

3. berkat bonanza minyak itu, Timur Tengah telah menjadi

benua ekonomi yang mampu menyedot berbagai komoditi

dari luar. Negara-negara industri dari Barat maupun

dari Asia, terutama Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan

Taiwan selalu mengincar kawasan Timur Tengah sebagai

pasar yang cukup gemuk untuk berbagai produk industri

mereka. Oleh karena itu Timur Tengah tidak saja

memiliki nilai strategis, tetapi juga bernilai

ekonomis.

4. konflik antar negara Timur Tengah, terutama sekali

antara Israel dan negara-negara Arab mempunyai dimensi

internasional dan melibatkan campur tangan negara-

negara superkuat Amerika dan Uni Soviet (Rusia).

Perdamaian dan keamanan internasional sampai batas

tertentu dipengaruhi oleh konflik-konflik yang terjadi

di kawasan ini. Dengan kata lain, hampir setiap konflik

besar yang terjadi di Timur Tengah mengimbas ke kawasan

lain dan ikut mengguncang stabilitas kawasan tersebut.

5. Timur Tengah secara geografis, geopolitis, dan

geostrategis merupakan kawasan yang selalu menjadi

86

pusat perhatian masyarakat internasional, justru karena

letaknya yang menghubungkan benua Eropa, Afrika, dan

Asia. Beberapa negara Timur Tengah yang berbatasan

langsung dengan wilayah Uni Soviet (Rusia) menambah

arti penting kawasan ini secara keseluruhan.

6. Timur Tengah terbukti dalam sejarah telah menjadi the

cradle of civilization (asal muasal peradaban). Bukan itu

saja, bahkan semua agama wahyu diturunkan di kawasan

Timur Tengah. Agama Yahudi, Kristiani dan Islam,

semuanya dilahirkan di Timur Tengah. (Taylor, 1990:v-

vi)

* Energi Masa Depan di Timur Tengah

“Minyak bumi dan gas alam, sungguh dan Timur Tengah

adalah pemain kunci energi masa depan. Maka tidak heran

secara geopolitik kawasan ini sangat strategis dan konflik

berkepanjangan di kawasan akan senantiasa ‘diciptakan’.”

Presiden AS, George W Bush, dalam pidato kenegaraan 31

Januari 2007, mengatakan bahwa Pemerintah AS berencana

mengurangi ketergantungan minyak pada Timur Tengah sampai 75

persen tahun 2025 dengan memfokuskan pada bahan bakar

alternatif, seperti etanol dan biodiesel.

Apa dalam kepala Bush sehingga ia berani sesumbar

demikian? Bukankah ia ‘berteman’ dengan Arab Saudi untuk

minyak? Juga telah menyerang Afghanistan bagi keamanan

pasokan minyak? Menyerbu Irak, (dan sebentar lagi Iran) juga

‘dengan dalih minyak’?

87

Menurut Statistik OPEC (2005), konsumsi minyak USA

mencapai 20,17 juta barel perhari dari total konsumsi dunia

yang mencapai 77,52 juta barel per hari atau hampir

sepertiga kebutuhan minyak dunia. 74,6 persen kebutuhan

minyak USA adalah impor. Walau hanya sedikit memang yang

berasal dari Timur Tengah (beturut-turut lima pengimpor

terbesar AS adalah Kanada, Meksiko, Arab Saudi, Venezuela,

dan Nigeria), namun dengan memanasnya hubungan dengan

kelompk kiri Amerika Latin yakni Venezuela, maka AS tetap

membutuhkan Arab Saudi dan Timur Tengah khususnya. Apalagi

Negara-negara tersebut adalah sesama anggota OPEC, dan

solidaritas OPEC bisa menjadi kunci sebagaimana boikot

terhadap Israel saat terjadi konflik Arab-Israel tahun 1970-

an. Inikah yang ditakutkan USA (sentimen anti-USA)?

* Ladang Minyak dan Gas Masa Depan

Masih dari Statistik OPEC (2005), produksi minyak OPEC

sebesar 42,7 persen dari produksi minyak dunia, dimana

keseluruhan Timur Tengah sendiri mencapai 40 persen dari

produksi dunia, dengan tingkat ekspor menguasai 50,9 persen

pasar ekspor minyak dunia. Sementara dari sisi cadangan

terbukti (proven) minyak dunia sebesar 1,15 triliyun barel,

OPEC masih mempunyai cadangan terbukti diatas 78,4 persen

dunia yaitu sebesar 904,25 milyar barel, dan kawasan Timur

Tengah memilki cadangan terbukti minyak paling besar yaitu

742,68 milyar barel (75 persen). (disusul berturut-turut

88

Amerika Latin, Afrika, Eropa Timur, Asia Pasifik, Amerika

Utara dan Eropa Barat).

Sementara itu, gas alam sebagai bagian dari migas saat

ini mulai dikembangkan di negara-negara Timur Tengah dan

OPEC. Pada awal berdirinya, share produk gas alam OPEC hanya

3 persen dari produk gas alam dunia. Saat ini (2005), share

produk gas alam OPEC sudah menembus angka 17,6 persen

sebesar 498,375 milyar m3 dari produk gas alam dunia sebesar

2,836 trilyun m3. Produksi tertinggi gas alam masih dari

wilayah Eropa Timur Rusia, disusul Amerika Utara, Asia

Pasifik, Timur Tengah, Eropa Barat, Amerika Latin dan

Afrika.

Saat ini Rusia menjadi pemain kunci energi dunia dari

sektor gas alam ini dengan produksi sebesar 801,5 milyar m3

atau mencapai 40 persen. Untuk kawasan Amerika Utara pemain

kunci adalah USA, Iran untuk kawasan Timur Tengah, kawasan

Asia Pasifik oleh Indonesia dan Amerika Latin oleh

Argentina.

Untuk energi gas alam masa depan, Timur Tengah

menjanjikan prospek yang cerah. Hal ini dikarenakan cadangan

terbukti dunia sebesar 180,238 trilyun m3 terbesar berada di

kawasan ini dengan 72,977 trilyun m3 (45 persen) disusul

Eropa Timur dan Amerika Utara

Kontribusi inilah yang menunjukkan dominasi dan

kekuatan utama negara-negara Timur Tengah dan menjadikan

89

posisi tawar yang menguntungkan utamanya dalam pemenuhan

kebutuhan energi minyak dan gas dunia.

Posisi tawar inilah bisa menjadi senjata yang ampuh

dalam permainan geopolitik global. Krisis politik di

beberapa negara pemain energi utama, terutama Iran dan

Venezuela, serta ditambah dominasi dan arogansi USA,

ditakutkan akan mengulangi sejarah kelam konflik Arab-Israel

terdahulu. Pada awal tahun 2007 saja, harga minyak mentah

mendekati tingkat rekor tertingginya dalam beberapa tahun

terakhir belakangan ini hingga mendekati rekornya senilai

70,85 dolar AS per barel.

George Soros, yang termasuk pemodal global pun

menyimpulkan bahwa tahun 2006 yang telah lewat adalah tahun

berbahaya sepanjang menyangkut minyak. Sekarang ini sedikit

ekonom yang siap memprediksi penurunan harga minyak selama

kedepan, bahkan prediksi sejumlah analis ekonomi bahwa angka

70 dollar AS per barel dapat menjadi “harga dasar” mulai

awal tahun 2007. Dan AS, mungkin telah melihat fenomena

tersebut dan bersiap mengantisipasi bahwa minyak dan gas

akan menjadi senjata politik ampuh di masa depan.

90

Geografi Politik (10)

Geopolitik India

* Geopolitik dan Geostrategi Global India

India adalah letak dari peradaban kuno seperti Budaya

Lembah Indus dan merupakan tempat kelahiran dari empat agama

utama dunia: Hindu, Buddha, Jainisme, dan Sikhisme. Penduduk

asli dataran India adalah bangsa Dravida (terkenal dengan

kebudayaan Mohenjjo-Darro), semakin tersisih ke selatan

ketika kedatangan bangsa Aria. Bangsa Aria ini berasal dari

Asia Tengah. Agama asli bangsa Aria itu Hindu, oleh karena

itu wilayah mereka kemudian dinamakan Hindustan. Islam mulai

dikenal masyarakat India seiring kontak mereka dengan para

pedagang Arab, karena India terletak di Jalur Sutera yang

menghubungkan berbagai kebudayaan. Gambaran perkembangan

kerajaan Islam di India, salah satu peninggalan kerajaan

Moghul di India yang sangat terkenal adalah Taj Mahal.

Republik India adalah sebuah negara di Asia yang

mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan

91

populasi lebih dari satu milyar jiwa, dan adalah negara

terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis.

Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-

an. Terletak di Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang

7.000 km, dan bagian dari anak benua India, India merupakan

bagian dari rute perdagangan penting dan bersejarah. Dia

membagi perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Cina,

Myanmar, Banglades, Nepal, Bhutan, dan Afganistan. Sri

Lanka, Maladewa, dan Indonesia adalah negara kepulauan yang

bersebelahan. Cuaca India beragam, dari cuaca tropis di

selatan hingga ke cuaca menengah di utara. Sebagian dari

India yang terletak di pegunungan Himalaya mempunyai cuaca

tundra. India memperolehi hujannya dari monsun (angin musim

hujan).

Diawal abad ke-12 ini, salah satu proses pergeseran

kekuatan global diatandai oleh tampilnya India sebagai aktor

global potensial.

* Ekonomi

Ekonomi India adalah terbesar keempat di dunia dalam

PDB, diukur dari segi paritas daya beli (PPP), dan salah

satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Perekonomian

India diperkuat oleh kehadiran industri dengan dasar

teknologi yang cukup kuat. Program alih teknologi India

termasuk cukup berhasil. Dalam industri TI yang merupakan

arus dunia saat ini, India hadir sebagai pemain kelas atas.

* Politik

92

Politik India, negara dengan sistem demokrasi liberal,

bahkan India merupakan negara demokrasi terbesar di dunia,

disusul AS dan Indonesia.

* Sosial

Struktur sosial India mengakibatkan kesulitan

tersendiri bagi perkembangan negara tersebut. Masih

berlakunya pembedaan kasta, serta berbagai praktik

tradisional tidak memungkinkan adanya pemerataan sosial.

Demokrasi yang notabene milik masyarakat egaliter

dikembangkan pada sistem sosial yang lebih sesuai untuk

feodalisme. Dalam kerukunan beragama, sistem hukum dan

kenegaraan India sangat maju dalam mendukung sistem negara

yang sekuler.

* Militer

Dengan kekuatan 1 juta prajurit, dilengkapi peralatan

moderen dengan industri pendukung, serta anggaran militer

yang sangat besar, militer India merupakan salah satu yang

terkuat di dunia saat ini. Di Asia ia hanya dapat ditandingi

oleh RRC. Adanya gabungan kekuatan militer, ekonomi, sosial,

politik, sumber daya, serta teknologi memberi kesempatan

bagi India untuk berkembang menjadi salah satu adidaya Asia.

Indiapun memiliki senjata nuklir, walaupun semula India

tidak setuju dengan penggunaan senjata nuklir, seperti

pernah dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki untuk mengakhiri

PD-II. Nehru yang terinspirasi oleh gerakan anti-kekerasan

93

Mahatma Gandhi, menginginkan agar senjata nuklir dinyatakan

terlarang.

* Proyeksi Kemiliteran

Dengan anggaran sebesar US$ 13,6 miliar hanya untuk

2000/ 2001, hanya US$ 1 miliar di bawah RRC (ini menurut

pengakuan India, sementara RRC mengaku anggaran militernya

jauh di bawah India) India menunjukkan kemampuannya untuk

menjadi salah satu militer yang terkuat di Asia. Pengadaan

dilakukan dengan mekanisme yang cukup kompleks dan

profesional, sekali pun sebagai akibat dari masih besarnya

ketergantungan teknologi, beberapa kasus sempat muncul.

Berikut beberapa pengadaan yang patut dicatat:

1. Angkatan Darat

Angkatan Darat dengan bangga menantikan 300 T-90

Russia, selain berbagai macam radar, UAV, howitzer dan roket

BM21 Grad M yang akan memperkuat peluncur roket lokal Arjun.

Sebagian besar amunisi dibeli dari Israel. Demikian pula

banyak proses upgrade persenjataan dilakukan dengan bantuan

Israel.

Mirip seperti di Indonesia, tapi dalam taraf yang jauh

lebih rendah, korupsi juga merupakan momok yang menghantui

militer India dalam pengadaan persenjataan, di samping tentu

saja kesalahan pengambilan keputusan. Namun berbeda dengan

Indonesia, upaya melakukan pengamanan atas kebocoran telah

dilakukan dengan meningkatkan audit sejak 1985. Contoh isu

yang beredar, bahwa implementasi MiG-29K untuk Gorshkov

94

adalah dipaksakan. SU-30 yang dikirim disebut hanyalah SU-27

yang diupgrade. Demikian pula versi T-90 yang akan diterima

India, disebutkan sebagai model eksperimental yang pada

prinsipnya hanyalah T-80 yang dilengkapi dengan mesin disel

baru.

2. AngkatanLaut

Angkatan Laut akan diperkuat dengan MiG-29K yang satu

paket dengan kapal induk Admiral Gorshkov. Banyak kritik

tentang hal ini, karena Gorshkov sebenarnya tidak dibuat

untuk mengangkut MiG-29K, bahkan lebih merupakan pengangkut

helikopter, atau maksimal Yak. Implementasi MiG-29 untuk

carrier base aircraft sendiri masih belum populer.

Pengadaan TU-22M Backfire untuk maritime aircraft cukup

penting, mengingat kategorinya sebagai pembom jarak jauh,

yang sanggup menyerang sebelum dikenali oleh radar. Ditambah

dengan TU-142M (ASW). Selain itu, empat kapal selam Kelas

Kilo akan menambah armada kapal selam India.

Yang juga perlu dicatat adalah bahwa India menyewa

beberapa peralatan militer dari Rusia. Termasuk di antaranya

adalah kapal selam nuklir seperti INS Chakra. Metode sewa

ini seharusnya juga dipertimbangkan Indonesia, daripada

membeli peralatan dalam jumlah tidak memadai dan tidak

memiliki fungsi militer.

Israel turut membantu dalam melakukan modernisasi

kapal-kapal tempur India, khususnya dalam teknologi radar

95

dan perlengkapan electronic warfare lainnya.

3. AngkatanUdara

Angkatan Udara menantikan kedatangan 50 SU-30MKI yang

disertai dengan alih teknologi. Ini menandai peningkatan

standar fighter India, sekali pun dalam implementasinya masih

bermasalah.

Pembelian 10 Mirage 2000 menunjukkan bahwa India tidak

meninggalkan teknologi Prancis. Namun karena penolakan India

atas NPT kemungkinan Prancis tidak akan memberikan teknologi

Mirage yang terakhir.

India juga telah melakukan upgrade lokal atas 125 MiG-

21 yang dimilikinya. Mempertahankan wing lama tempur ini

sangat dibutuhkan untuk menandingi superioritas jumlah jet

tempur RRC. Sedang dirundingkan kemungkinan pembelian Beriev

A-50 (Mainstay), pesawat AWACS Rusia. Perlu menjadi

pertimbangan Indonesia untuk turut membeli Beriev

dibandingkan state of art AWACS AS, khususnya karena

pertimbangan ketersediaan pasokan serta minimnya kemungkinan

berhadapan dengan Rusia (zero enggagement possibility) dalam 50

tahun ke depan.

Selain itu, 40 helikopter Mi-17-1B versi upgrade juga

sedang dinantikan pengirimannya. Heli ini dapat beroperasi

pada high altitude, sesuai dengan geografi India di perbatasan

dengan Cina dan Pakistan. Pilihan ini perlu menjadi

pertimbangan untuk operasi TNI di Irian. Juga perlu ditiru

kerjasama India-Rusia untuk membangun Il-214, pesawat kargo

96

militer yang berdaya tampung 82 para atau 100 penumpang atau

kapasitas 15 ton. Indonesia sangat membutuhkan jenis seperti

ini, karena dapat lepas dari lingkaran setan supply militer

karena ketergantungan pada pesawat kargo buatan Amerika

seperti Hercules. Cara ini sangat baik dilakukan untuk

memperoleh teknologi secara lebih cepat.

Dengan tercapainya Perjanjian nuklir India-AS mengakibatkan

persetujuan itu mengizinkan Amerika memberikan bantuan dan

bahan bakar untuk program tenaga nuklir India. Berdasarkan

perjanjian itu, India tetap berhak mengadakan uji coba

senjata nuklir di fasilitas nuklir yang terpisah dan

dibangun untuk kepentingan militer.

Sejak India merdeka 15 Agustus 1947, India melaksanakan

politik luar negerinya yang bebas (independent), yang

didasarkan pada kesamaam (equality), keadilan (justice) dan

perdamaian (peace).

* Tantangan Pertama Ketika India Baru Merdeka, yaitu:

Internal: India mewarisi keterbelakangan, kemiskinan,

kebutaaksaraan yang sangat tinggi dan penyakit. Karena itu

tugas utama pemimipin negara adalah menjaga kesatuan bangsa

karena India memiliki kemajemukan yang luar biasa baik etnis

maupun agama. Eksternal: dunia telah pecah yang dipelopori

oleh blok Barat dan blok Timur.

PM Jawaharal Nehru menyadari bahwa India, dengan

perdabannya yang tua, wilayahnya yang cukup luas,

penduduknya yang banyak, berhak untuk berbicara dengan

97

suaranya sendiri. Kemerdekaan yang didapatkan dengan susah

payah dari penjajah menjadi kurang berarti jika India tidak

dapat bebas bersuara di tingkat Internasional.

Sejak awal India tidak mau/ ikut dalam pakta-pakta

militer, seperti Pakta Bagdag/ CENTO atau perjanjian Manila/

SEATO, karena keduanya berpihak kepada blok Barat. Namun

India tidak sekedar netral dalam masalah internasional

dimana Nehru menolak tuduhan John Foster Dulles bahwa

netralitas itu immoral.

Non-aligment melambangkan perjuangan India dan negara

yang baru merdeka untuk mempertahankan dan memperkuat

kemerdekaan mereka (bukan hanya politik tapi juga ekonomi)

dari neo kolonialisme dan imperealisme.

Sasaran pertama politik luar negeri India adalah

memberikan dukungan kepada negara-negara yang baru merdeka

tersebut untuk memperkuat diri memajukan perdamaian dunia

dan membantu mereka menjadi anggota PBB. Non-aligment juga

mengedepankan proses demokratisasi dalam hubungan

internasional.

Fungsi politik luar negeri India juga untuk memajukan

dan mempertahankan kepentingan nasionalnya, termasuk

ekonomi. Dengan tidak masuk ke salah satu blok maka India

merasa lebih bebas untuk berhubungan dengan negara manapun,

tanpa mepedulikan warna ideologinya atau sistem ekonominya,

asalkan saling menguntungkan.

* Hubungan Luar Negeri:

98

* Rusia

India adalah bagian dari politik luar negeri Soviet di

Asia. Itu waktu Soviet masih ada. Kebijakan politik India

yang non-alignment (non-blok) memberi Soviet pijakan di Asia

Selatan. Soviet menjadi pemasok terbesar bagi militer India,

menjamin adanya pasokan kemiliteran yang bebas dari

persyaratan berat dan resiko embargo. Setelah Soviet bubar,

Rusia tetap menjadi pemasok senjata nomor satu bagi militer

India.

* Amerika Serikat

India menganggap AS dapat membantu India dalam banyak

hal, termasuk teknologi, bantuan ekonomi dan dukungan moral

bagi India yang sudah mempraktekan demokrasi, Amerika

Serikat menerapkan embargo militer pada India sejak lama

karena upayanya untuk memiliki senjata nuklir. Embargo

militer tersebut masih berlaku hingga sekarang setidaknya

untuk peralatan militer yang sensitif, karena India menolak

menandatangani NPT dan CTBT. Kedekatan India dengan Soviet

(kemudian Rusia) otomatis membuat India kurang disukai oleh

AS. Namun dikarenakan letak geografisnya, pendiriannya yang

non-blok, serta keberadaannya sebagai negara demokrasi, para

analis militer AS menyimpulkan bahwa konflik dengan India

sangat kecil kemungkinannya.

Saat ini India merupakan tempat terbaik untuk memulai

investasi bagi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Biaya

implementasi di India bisa lebih rendah dari pada di Amerika

99

Serikat. (Raj S. Judge) Penandatanganan perjanjian nuklir

India-AS ini menjadi sebuah kunci penting masa depan

hubungan bilateral India-AS yang lebih baik.

Terlepas dari kenyataan adanya standar ganda AS

terhadap kebijakan nuklirnya, India sangat diuntungkan dari

penandatanganan perjanjian ini. Meskipun perjanjian nuklir

ini tidak serta merta memberikan status negara nuklir kepada

India, tetapi paling tidak hal ini menunjukkan pengakuan AS

terhadap India sebagai sebuah negara yang bertanggung jawab

terhadap teknologi nuklirnya.

Lebih jauh lagi, perjanjian ini akan memberikan

kesempatan kepada India untuk mendapatkan akses teknologi

nuklir yang lebih besar tanpa harus khawatir terhadap

tekanan dan ancaman dari AS, sebagaimana yang saat ini

terjadi kepada Iran maupun Korea Utara.

* Inggris

Lepasnya India dari kekuasaan Inggris tidak dapat

dihindari, namun pihak Inggris tidak senang terhadap

kepemimipinan Partai Kongres yang sejak sebelum kemerdekaan

bersikap keras terhadap Inggris. Inggris memperhitungkan dan

berharap India akan pecah berantakan. Namun Inggris

meninggalkan warisan di India, yang lebih baik dari warisan

Belanda di Indonesia, misalnya dalam hal administrasi, dan

penggunaan bahasa asal penjajah, akibatnya bagi India

ratusan ribu para terpelajar India bekerja di Barat,

100

termasuk di Inggris dan AS. Sebagai negara commonwealth,

India secara tradisi mendapat perlindungan dari Inggris.

* Asia

ASEAN adalah tempat bagi bagi bangsa-bangsa yang cinta

damai. ASEAN membawa dampak positif bagi seluruh bangsa di

dunia. ARF (ASEAN Regional Forum) sangat bermanfaat bagi India

untuk melakukan komunikasi akrab yang terbuka dengan negara-

negara lain. Hanya saja dalam forum regional yang cukup luas

seperti itu India sering menjadi bulan-bulanan karena

sikapnya yang tidak mau menandatangani NPT dan CTBT.

Pelajaran dari ASEAN digunakan oleh India untuk membentuk

kumpulan regionalnya sendiri, Bimstec, yang terdiri atas

Bangladesh, India, Myanmar, Sri Lanka dan Thailand.

* Indonesia

India membutuhkan jaminan atas jalur laut yang aman

melalui Nusantara, sekali pun India berada dalam konflik,

baik dengan Cina, Pakistan atau Australia. Jelasnya India

membutuhkan jaminan persahabatan dari Indonesia, bahwa tidak

akan ada konflik militer antar kedua negara. India

membutuhkan Indonesia yang memihak pada India atau

setidaknya tetap netral dibanding terhadap Australia dan

Cina, serta AS. Untuk mempertahankan perkembangan militernya

India membutuhkan persahabatan militer yang lebih luas,

termasuk dengan Indonesia.

India berkepentingan mendapatkan bantuan politis untuk

meredam atau setidaknya mengurangi tekanan internasional

101

atas posisinya yang tidak menandatangani NPT dan CTBT. India

berambisi menjadi adidaya Asia. Ambisi ini telah

diperlihatkan sejak awal berdirinya negara tersebut. Awalnya

militer India mewujudkan hal tersebut dengan mengoperasikan

Carrier. Kemudian proyeksi militer India secara jelas menuju

perwujudan blue water navy yang modern. Langkah kearah ini

dilakukan dengan kemampuan membangun di dalam negeri kapal

perusak dan fregat yang modern, serta mengalihkan teknologi

untuk membangun kapal selam.

Sejalan dengan itu, India berharap dapat menjadi

anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan dengan demikian dapat

memiliki hak veto. Untuk mendukung harapannya tersebut India

mempersiapkan diri dalam bidang ekonomi, politik, teknologi

dan militer. Dalam keempat bidang tersebut India telah

menunjukkan kemajuan yang cukup pesat.

Ambisi India terlihat setelah negara tersebut menolak

meratifikasi perjanjian NPT (Non-Poliferation Treaty) tahun 1968

hingga sekarang. Bahkan kemudian menolak menandatangani CTBT

tahun 1996, hingga sekarang, jauh setelah Perang Dingin

berakhir. Pada Mei 1998, India kembali melakukan uji coba

nuklir, berlawanan dengan trend pemusnahan nuklir pasca

Perang Dingin. Hal ini segera diikuti oleh Pakistan dengan

uji coba nuklir yang lebih bersifat balasan atas uji coba

India. Maka dimulailah perlombaan senjata nuklir baru secara

terbuka.

102

India saat ini diperkirakan memiliki 60 senjata nuklir

yang dapat diluncurkan dengan rudal Agni atau Phritvi, atau

melalui pesawat. Target India selanjutnya adalah memiliki

kemampuan peluncuran rudal nuklir dari laut, baik permukaan

mau pun dari kapal selam. Ini adalah target minimum detterence

India saat ini. Enam reaktor nuklir air berat India memiliki

plutonium yang cukup untuk mempersenjatai 200 nuklir. India

tidak memiliki harapan untuk menjadi pemimpin regional,

mengingat posisi politisnya di kawasan Asia Selatan yang

dikelilingi oleh negara-negara besar yang pseudo-hostile,

seperti Pakistan, Cina dan Afghanistan. Kecuali tentunya di

wilayah Bay of Bengal yang tergabung dalam Bimstec. Disini pun

India harus berhadapan dengan Thailand. Peran India di

Maldives menunjukkan keinginan dan kemampuan AL India untuk

beroperasi jauh dari Home Sea. Ambisi India ini akan secara

langsung berhadapan dengan ambisi serupa dari Cina dan

Australia, dalam perlombaan menjadi Penguasa Samudra Asia

Selatan.

103

Geografi Politik (11)

Geopolitik UE

* Kepentingan Geostrategis UE di Eurasia

Sejak secara bertahap menjadi pemain utama di kawasan

Timur Tengah, Uni Eropa tampaknya tidak akan menempuh cara

AS yang memberi dukungan bagi Israel. Sebaliknya, UE tetap

menjaga hubungan dengan negara-negara Arab guna menjaga

stabilitas perbatasan dan suplai minyaknya. UE memerlukan

stabilitas kawasan minyak Eurasia untuk kebutuhan pasokan

energinya.

Sejak tahun 2000, 76 persen pasokan energi UE

tergantung dari suplai eksternal. Suplai ini termasuk 20

persen impor minyak dunia untuk UE, konsumsi ini lebih kecil

dibandingkan dengan AS yang mencapai 26 persen. Kondisi ini

menyebabkan UE sangat rentan terkena dampak krisis ekonomi

dunia yang ditimbulkan harga minyak yang meroket ataupun

kelangkaan persediaan minyak.

Dalam jangka panjang, gas alam akan menggantikan sumber

energi minyak Eropa dan diperkirakan akan mencapai 70 persen

suplai energi tahun 2020. Dengan mengimpor 40 persen gas

104

alam dari Rusia tahun 2020, UE akan sangat bergantung pada

Rusia. Namun disisi lain, UE juga perlu mencari pengimbang

dependensi tersebut dari kawasan Eurasia yang lain.

Eropa akan membutuhkan minyak dari Eurasia, demikian

pula halnya AS. AS lebih bergantung kepada minyak daripada

Eropa. Sejak 2002 saja AS mengimpor 25 persen minyaknya dari

Timur Tengah, termasuk Irak yang memiliki setengah cadangan

minyak dunia. Jelas dalam hal ini akan terjadi kompetisi

ketat dalam great game politik minyak dunia. Sejarah Timur

Tengah dan Eurasia tidak lepas dari pasang surut great game

guna mengamankan dan menjaga stabilitas harga serta suplai

minyak dunia. Baik AS maupun Eropa melakukan hal yang sama

pada masa lalu.

Beberapa tahun ke depan, Eropa dan AS akan

mengembangkan strategi yang benar-benar berbeda untuk

mengamankan suplai minyaknya dari kawasan konflik Timur

Tengah. Keduanya akan berbeda pendapat bagaimana arus energi

akan mengalir dari Kaspia dan kawasan migas di Siberia

barat, termasuk kebijakan yang berbeda terhadap negara-

negara Kaukasus dan Rusia.

Dengan menghindari kawasan selatan, yaitu Timur Tengah

yang penuh konflik, akan ada strategi suplai minyak yang

baru, terutama yang melalui ladang baru di Kaspia dan

Kazakstan. Jalur pipa minyak yang baru dari Asia Tengah

melalui Rusia, termasuk pelabuhan Rusia di Novorossiysk,

menjadi jalur suplai yang penting bagi Eropa dan AS. Ini

105

pilihan yang lebih mungkin daripada membangun jalur pipa

dari Asia Tengah menuju Afganistan dan Pakistan.

 * Aliansi Eropa-Rusia

Jika Eropa dan AS membangun strategi energi masa

depannya dengan upaya diversivikasi suplai energi dan

minyaknya melalui northern strategy, hubungan baik antara Barat

dan Rusia memiliki urgensi tersendiri. Namun, Eropa tidak

akan menunjukkan hal tersebut secara gamblang ketika

berkaitan dengan Rusia. Eropa dan Washington telah mulai

melihat Rusia dari sudut pandang yang berbeda saat ini.

Sejak berakhirnya Perang Dingin, AS telah memiliki

hubungan yang ambisius dengan Rusia. Washington melihat

Rusia sebagai sumber energi penting, terutama dalam

pengawasan senjata seperti memastikan keamanan nuklir dan

tidak jatuhnya senjata pemusnah massal ketangan teroris.

Setelah peristiwa 11 September, meskipun Rusia mendukung

Washington dalam kampanye antiterorisme di Afganistan,

Kremlin belum mendapat perlakuan yang dianggap baik dari AS.

Hingga masuknya wild west capitalism dari “mafiosi economics” telah

menyebabkan rezim yang semula pro-AS di Kremlin semakin jauh

dan akhirnya semakin jelas dengan keputusan strategis

Presiden Putin untuk bersama Perancis dan Jerman dalam

krisis Irak.

Kunjungan Presiden Putin ke Berlin, dalam dukungannya

terhadap Poros Berlin-Paris menghadapi krisis Irak,

106

menunjukkan simbol pergeseran dan adanya kesamaan

kepentingan antara Eropa Barat dan Rusia.

Aliansi Eropa-Rusia telah kelihatan sejak hancurnya

Tembok Berlin. Bahkan, selama Perang Dingin, Washington

sering kali tidak puas dengan upaya Eropa membuka diri

terhadap Moskow. AS skeptis dengan “Ostpolitik”-nya Kanselir

Jerman Willy Brandt dan menolak diplomasi Perancis

mengembangkan relasi dengan Kremlin.

Pada era Reagan, Washington dan Bonn juga berselisih

dalam hal jalur pipa minyak yang menghubungkan Siberia barat

dan Eropa Barat. Kontroversi ini berlanjut pada dekade 1990-

an berkaitan dengan perluasan NATO, Washington mendesak NATO

hingga perbatasan Rusia dan para pemimpin Eropa berupaya

mengakomodasi kekhawatiran Rusia.

 * Revolusi Geostrategis

Apa yang terjadi antara “Core Europe” dan Rusia dalam isu

Irak mengingatkan akan adanya revolusi dalam aliansi

geostrategis antara UE dan Rusia berdasarkan kepentingan

bersama. Hal ini sebenarnya telah terjalin sejak 2002,

dimana gas alam Rusia dan suplai energi ke Eropa Barat,

sebaliknya akses Rusia semakin meningkat ke pasar Eropa.

Konsep “energi untuk pasar” ini masuk akal karena lebih dari

separuh perdagangan Rusia dengan Eropa, sementara Eropa

memperoleh seperlima energinya dari Rusia. Perusahaan-

perusahaan UE adalah investor luar negeri terbesar dalam

ekonomi Rusia. Namun selain energi dan pasar, UE dan Rusia

107

juga mempunyai kepentingan keamanan bersama, setidaknya

untuk membendung dampak radikalisasi Islam ke selatan.

Aliansi UE-Rusia mungkin saja dapat menggantikan NATO

sebagai sistem keamanan Eropa yang utama. Sementara itu,

Rusia dapat bergabung dengan NATO. Sejak 2002, Kanselir

Schroeder dan PM Blair telah mengambil langkah mengembangkan

relasi institusional yang baru dan lebih erat antara Rusia

dan NATO. Dalam jangka panjang, tidak mustahil pula Rusia

bahkan dapat bergabung dengan UE.

Hubungan strategis yang baru UE-Rusia tersebut tidak

akan disambut hangat Washington. Hal ini akan menyebabkan

kekhawatiran “skenario Brzezinski” terwujud, yaitu dua

kekuatan Eurasia bersatu untuk memarjinalisasi AS, atau

bahkan menyingkirkan AS di kawasan Eropa. Apa yang disebut

dengan geographic proximity dan symbiotic relationship dari energi

Rusia dan pasar Eropa menjadi potensi aliansi EU-Rusia yang

sama pentingnya bagi Eropa Barat dengan aliansi NATO.

Dengan memasukkan Rusia ke orbit Eropa, UE akan lebih

memarjinalisasi AS di Eurasia. Bahkan secara radikal akan

membentuk peta baru politik dunia. Jika AS kehilangan

pijakannya di kawasan Eurasia, posisi AS sebagai superpower

global akan semakin melemah. Centre of gravity politik dunia akan

bergeser dari dominasi Washington secara global bergerak

menuju Eurasia, dengan kekuatan terbesarnya adalah Uni

Eropa.

108

Geografi Politik (12)

Geopolitik Thailand

* Sejarah Modern Thailand

Pada tahun 1941, Jepang menyerang pasukan Sekutu di

Malaysia dan Burma. Marshal Phibul Songkhram yang merupakan

boneka Jepang dalam usaha memperluas pengaruh Thailand di

Asia merupakan tokoh penting dalam dinamika Thailand masa

perang. Phibul mendeklarasikan perang dengan Amerika Serikat

dan Britania pada tahun 1942. Namun Seni Pramoj, Duta Besar

Thailand di Washington, menolak untuk memberikan deklarasi.

Phibul mengundurkan diri pada tahun 1944 di bawah tekanan

dari perlawanan bawah tanah Thailand. Pada tahun 1945, Seni

menjadi Perdana Menteri.

Pada tahun 1946, Raja Ananda Mahidol (Rama VIII) yang

telah kembali dari Swiss setelah menyelesaikan pendidikannya

terbunuh. Seni dan Kukrit (saudara Seni) dikudeta oleh

pimpinan Phibul dan kelompok sipil demokratis mengambil alih

kekuasaan untuk waktu yang singkat karena Phibul kembali

digulingkan tahun 1948.

Pada tahun 1951, kekuasaan Phibul diambil alih oleh

Jenderal Sarit Thanarat yang meneruskan tradisi kediktatoran

militer. Setelah itu Sarit dipaksa mengundurkan diri pada

pemilihan umum. Dia melarikan diri ke luar negeri setelah

pemilu dan kembali tahun 1958 untuk memulai kudeta lain.

Pada waktu itu ia memperluas kekuasaannya melalui konstitusi

109

dengan membubarkan parlemen dan melarang semua partai

politik sampai kematiannya dari sirosis pada tahun 1963.

Selama Perang Vietnam 1964-1973, Thailand menjadi

tempat transit untuk operasi Amerika Serikat dengan izin

dari perwira tentara, Thanom Kittikachorn dan Praphat

Charusathien. Bangkok adalah pusat untuk beristirahat

pasukan dan rekreasi. Sebagai reaksi terhadap penindasan

politik, mahasiswa Thailand menuntut konstitusi nyata pada

bulan Juni 1973. Pada bulan Oktober tahun yang sama,

mahasiswa dari Universitas Thammasat di Bangkok pergi ke

jalan-jalan menuntut sebuah konstitusi baru, tetapi Raja

Bhumiphol (Rama IX) dan General Krit Sivara mencoba

menengahi untuk mencegah konfrontasi pertumpahan darah,

memaksa pemimpin tentara, Thanom dan Praphat untuk

meninggalkan Thailand oleh helikopter. Pada tahun 1974,

sebuah konstitusi baru diumumkan oleh pemerintah sipil di

bawah terkemuka Prof Sanya Dharmasakti, tetapi pemerintahan

ini tidak berlangsung lama.

Pada tahun 1976, Thammasat University sekali lagi

menjadi medan perang. Mahasiswa berdemonstrasi untuk

melindungi kembalinya Thanom sebagai seorang biarawan dan

Thanin Kraivichien, seorang pejabat pemerintah baru sayap

kanan utama dinyatakan sebagai suatu diktator. Kejadian ini

membuat para siswa Thailand yang idealis bergabung dengan

kelompok perlawanan di hutan. Akhirnya Thanin dipaksa

mengundurkan diri oleh kudeta lain tahun 1977. Pada tahun

110

1980, posisi militer berubah lagi, meninggalkan Jenderal

Prem Tinsulanonda memimpin. Prem bertahan sebagai Perdana

Menteri sampai dengan tahun 1988 yang secara politis

dikreditkan untuk stabilisasi ekonomi Thailand di tahun-

tahun pasca perang Vietnam.

Selama periode terakhir demokrasi (1988-1991),

Chatichai Choonhaven memimpin koalisi partai. Namun

Chatichai ditangkap oleh para tentara karena tuduhan

korupsi. Kemudian Suchinda Kraprayoon menunjuk dirinya

sendiri untuk memegang posisi sebagai Perdana Menteri pada

18 Mei 1992. Dalam suatu insiden, ratusan demonstran pro-

demokrasi dan Thailand tewas dan terluka dalam kekerasan.

Raja Bhumipol (Rama IX) harus turun tangan untuk

menghentikan konfrontasi pertumpahan darah. Setelah itu,

Suchinda dipaksa mengundurkan diri dan Anan Panyarchun

diangkat sebagai PM sementara.

Sampai sekarang peristiwa kudeta terus berlangsung di

Thailand, melalui kudeta dan diadakan pemilihan umum ulang

pada tahun 2001, perdana menteri Thaksin berkuasa. Namun

kepemimpinan ini lagi-lagi harus runtuh melalui kudeta

militer yang menetapkan Abhisit sebagai Perdana Menteri

sampai sekarang.

* Permasalahan Keamanan di Selat Malaka

Permasalahan ini timbul karena adanya perkembangan yang

penting di bidang perkapalan dan perubahan-perubahan dalam

strategi militer secara global dari negara-negara besar.

111

Memang benar adanya bahwa sejak 1967, kapal-kapal tangki

raksasa banyak bermunculan membawa minyak dari Timur Tengah

ke Jepang dan Timur Jauh. Selat malaka merupakan satu tempat

dimana selalu dilalui oleh kapal-kapal ini. Namun kondisi

geografis Selat Malaka yang sempit, dangkal, berbelok-belok,

dan ramai itu semakin lama semakin terbatas untuk dapat

melayani kapal-kapal tangki raksasa yang semakin lama

semakin besar dan banyak. Dalam kondisi demikian, kecelakan

besar pun seringkali terjadi dan membawa kerugian bagi

pemiliknya serta menimbulkan bencana lingkungan terutama

kelestarian lingkungan laut dan beriplikasi pada kehidupan

negara pantai lainnya. Selain itu, perubahan strategi

militer negara-negara besar di dunia juga telah membawa

persoalan bagi Selat Malaka. Seperti yang terjadi dengan

perubahan strategi Amerika Serikat di Pasifik pada 1969,

menetapkan untuk mengalihkan tulang-punggung pertahanannya

di wilayah ini secara besar-besaran di daratan lepas pantai

Asia dengan membuat suatu basis pertahanan laut di wilayah

Asia.

Dua hal yang menjadi faktor utama terangkatnya isu

Selat Malaka adalah semakin padatnya lalu lintas laut di

Selat Malaka yang dinilai dapat mengancam stabilitas negara

pantai dan juga adanya armada militer laut negara seperti AS

dan Rusia yang melintas jalur tersebut karena dianggap

strategis untuk meningkatkan pertahanannya di wilayah Asia.

Disisi lain, kemampuan negara pantai untuk menanggulangi

112

bahaya yang mungkin timbul dari kapal-kapal tangki raksasa,

kapal-kapal perang dan kapal-kapal nuklir yang melintas

masih sangat minimal. Berbeda dengan pelayaran kapal dagang

yang tidak dipermasalahkan dalam hal ini. Karena itu, pihak

negara pantai merasa perlu dibentuknya aturan-aturan baru di

Selat tersebut demi menjamin keselamatan negara-negara

pantai, dan menjamin kelancaran lalu-lintas pelayaran

internasional secara wajar.

Selain itu, jika dipandang dari kacamata politis dan

strategis, akan muncul beberapa hal penting antara lain,

upaya penyatuan pandangan di antara ketiga negara pantai

(Singapura, Malaysia dan Indonesia) untuk menghadapi dunia

luar, terutama Jepang karena kepentingannya yang sangat

besar terhadap kebebasan lalu-lintas kapal-kapal tangki

raksasa dan kapal-kapal kargo yang berukuran besar ke

negara-negara major power, seperti AS, Cina, dan India.

Negara-negara tersebut mempunyai kepentingan-kepentingan

yang sangat besar pula dibidang lalu-lintas kapal militer.

Usaha-usaha penyatuan pandangan dan sikap negara-negara

pantai ini sangat penting guna menjaga keamanan dan

kestabilan perbatasan terutama jika diingat posisi geografis

ketiga negara pantai yang sangat berbeda.

Kemudian muncul keinginan untuk

“menginternasionalisasikan” pengelolaan Selat namun ditolak

oleh Singapura karena dinilai akan merugikan negara

Singapura. Dengan berlandaskan pasal 43 Konvensi UNCLOS

113

1982, Singapura menyampaikan bahwa “negara pemakai selat”

sulit sekali diharapkan membantu negara-negara pantai untuk

meningkatkan keselamatan pelayaran, keamanan, dan

pemeliharaan lingkungan laut tanpa mereka sendiri ikut

mengatur kedua selat itu. Dalam hal ini semestinya negara-

negara pemakai selat tersebut dapat membantu negara-negara

pantai atau negara-negara selat untuk meningkatkan

keselamatan pelayaran, termasuk penanggulangan perompakan

dan terorisme, serta pemeliharaan lingkungan tanpa perlu

ikut serta dan terlibat untuk mengatur atau

menginternasionalisasikan dengan mempersoalkannya ke PBB dan

Mahkamah Internasional karena pada dasarnya memang Selat itu

sudah menjadi milik negara yang berdaulat dan telah masuk ke

dalam wilayah laut 12 mil.

Permasalahan keamanan di Selat Malaka lebih terpusat

pada pembajakan kapal, penyelundupan manusia dan lalu-lintas

terorisme. Namun pembajakan merupakan permasalahan utama

yang telah ada semenjak dekade 80-an dan semakin marak

semenjak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia

Tenggara pada tahun 1997. Inekualitas kesejahteraan akibat

distribusi kekayaan yang tidak merata dan diperparah dengan

krisis ekonomi tahun 1997 memaksa banyak orang, terutama

yang tinggal di pesisir pantai sebagai nelayan, untuk

mencari profesi lain yang lebih menguntungkan. Salah satunya

adalah menjadi bajak laut. Apalagi kekacauan finansial juga

berbuntut pada kekacauan politik, membuat pengawasan dari

114

pemerintah menjadi mengendur. Permasalahan lalu lintas

terorisme merebak semenjak maraknya aksi terorisme yang

berlangsung dari tahun 2001 hingga sekarang. Pengawasan

wilayah laut yang kurang efektif mengakibatkan para teroris

dapat dengan leluasa bepergian dengan menggunakan jalur

laut. Hal yang sama juga terjadi pada para penyelundup

manusia.

Negara-negara ASEAN menganggap kedaulatan adalah

segalanya, khususnya melalui Malaysia dan Indonesia yang

melihat permasalahan kelautan seperti pembajakan dan

penyelundupan manusia adalah murni sebagai permasalahan

dalam negeri dan dapat ditangani secara internal oleh

masing-masing negara tanpa harus adanya ikut campur dari

negara lain. Singapura adalah satu-satunya negara yang

bersedia untuk melakukan kerja sama ekstra-regional yang

bersifat kolektif dalam memerangi pembajakan.

Sejauh ini terdapat langkah-langkah multilateral yang

telah menetapkan dasar-dasar yang efektif melawan

pembajakan. Salah satunya adalah MALSINDO patroli

terkoordinasi; diperkenalkan di 2004, melibatkan angkatan

laut Malaysia, Indonesia dan Singapura. Lalu ada juga

patroli “mata di langit” yang melibatkan seluruh anggota

ASEAN, termasuk di Thailand. Yang paling baru dan terkemuka

adalah RECAAP, yang diberlakukan pada 2006. Selain sepuluh

negara anggota ASEAN, patroli ini juga melibatkan negara-

115

negara lain dari kawasan Asia seperti Cina, Korea, India,

Bangladesh dan Sri Lanka.

* Analisis Geostrategi Thailand Terkait Kasus Malaka

Persoalan mengenai Selat Malaka sebenarnya lebih

dikenal sebagai urusan  negara pantai yaitu Malaysia,

Indonesia dan Singapura. Namun dalam beberapa waktu terakhir

Thailand mulai menunjukkan ketertarikannya akan keamanan di

Selat Malaka, terurtama masalah keamanan wilayah laut.

Thailand yang berada di utara Selat Malaka juga merasa akan

terpengaruh jika isu keamanan Selat Malaka tidak stabil

karena letaknya yang cukup dekat dengan Thailand.

Thailand bekerjasama dengan negara pantai lain seperti

Indonesia untuk melakukan patroli koordinatif di Selat

Malaka terutama di bagian utara. Tentu menjadi menarik apa

sebenarnya yang menjadi faktor pendorong peningkatan minat

negeri pemilik kapal induk itu untuk berpartisipasi di Selat

Malaka dalam urusan pengamanan. Salah satu analisa skeptis

yang bisa ditawarkan penulis adalah negeri ini sedang

mencoba meningkatkan eksistensi militernya yang dinilai

selama ini hanya terfokus pada kawasan Indo-cina dan AS

dalam beberapa isu. Angkatan Laut Thailand sendiri selama

ini kurang terdengar gemanya di kawasan Asia Tenggara.

Sebagai negara pemilik kapal induk yang cukup canggih

susunan tempurnya tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.

Buktinya, belum pernah kapal itu melaksanakan muhibah ke

116

negara-negara Asia Tenggara bagian selatan, khususnya

Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Niat dan gairah Thailand dalam ikut serta dalam

peningkatan keamanan di wilayah selat malaka secara khusus

dapat diidentifikasi sebagai salah satu upaya Thailand untuk

memamerkan kekuatannya dan pengaruhnya di kawasan Asia

tenggara. Selain itu keikutsertaan Thailand dalam pengamanan

Selat Malaka itu dilatarbelakangi makin maraknya aksi

perompakan, penyelundupan senjata dan kejahatan laut lainnya

di wilayah perairan negeri Gajah Putih itu di Selat Malaka.

Hal ini tentu akan banyak merugikan Thailand dalah hal

keamanan wilayahnya. Memang Thailand dalam hal ini masih

belum benar dipastikan mengenai fungsi keterlibatannya namun

jelas adanya bahwa Thailand sepaham dengan Indonesia dan

Malaysia mengenai penolakan internasionalisasi Selat Malaka.

Secara geostrategis, jika mengalami internasionalisasi maka

akan tentunya mengganggu kedaulatan negara termasuk Thailand

yang berbatasan utara dengan Selat Malaka. Masalah

kedaulatan adalah harga mati. Apabila terjadi

internasionalisasi maka otomatis kontrol negara pantai akan

lemah dan negara besar akan memiliki banyak alasan untuk

menjadikannya basis militer laut dengan mengirim kapal-kapal

perang. Sebaliknya, apabila regionalisasi yang terjadi maka

akan baik bagi negara pantai dan Thailand. Negara pantai

takkan kehilangan hak kedaulatannya dan Thailand dapat terus

117

mengibarkan pengaruhnya tertuama pengaruh militer (show off

force) di Asia Tenggara.

118

Geografi Politik (13)

Geopolitik Indonesia

Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo

berarti bumi dan politik berasal dari bahasa Yunani politeia. Poli

artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia

artinya urusan. Geopolitik biasa juga di sebut dengan

Wawasan Nusantara.

I. Latar Belakang, Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan

Nusantara

Pandangan geopolitik Indonesia berlandaskan pada

pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia.

Wawasan Nusantara mempunyai latar belakang, kedudukan,

fungsi, dan tujuan filosofis sebagai dasar pengembangan

wawasan nasional Indonesia.

* Latar Belakang Wawasan Nusantara

* Falsafah Pancasila

Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan

nasional. Nilai-nilai tersebut adalah:

1. Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi

kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama

masing- masing.

2. Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada individu

dan golongan.

3. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk

mufakat.

* Aspek Kewilayahan Nusantara

119

Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu

diperhitungkan, karena Indonesia kaya akan aneka Sumber Daya

Alam (SDA) dan suku bangsa.

* Aspek Sosial Budaya

Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-

masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan

kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga tata kehidupan

nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan

mengandung potensi konflik yang besar.

* Aspek Kesejarahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wawasan

nasional Indonesia yang diwarnai oleh pengalaman sejarah

yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam

lingkungan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan

kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia

merupakan hasil dari semangat persatuan dan kesatuan yang

sangat tinggi bangsa Indonesia sendiri. Jadi, semangat ini

harus tetap dipertahankan untuk persatuan bangsa dan menjaga

wilayah kesatuan Indonesia.

* Kedudukan Wawasan Nusantara

1. Wawasan Nusantara sebagai ajaran yang diyakini

kebenarannya oleh masyarakat dalam mencapai dan

mewujudkan tujuan nasional.

2. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional memliki

spesifikasi:

120

Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar

negara berkedudukan sebagai landasan idiil.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi

negara, berkedudukan sebagai landasan idiil.

Wawasan nasional sebagai visi nasional, berkedudukan

sebagai landasan konsepsional.

Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional,

berkedudukan sebagai landasan konsepsional.

GBHN sebagai politik dan strategi nasional,

berkedudukan sebagai landasan operasional.

* Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,

dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala

kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi

penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

* Tujuan Wawasan Nusantara

Tujuan Wawasan Nusantara terdiri dari dua, yaitu: :

Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD

1945, dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia

adalah “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

121

Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap

aspek kehidupan baik alamiah maupun sosial, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah

menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta

kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina

kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat

manusia di seluruh dunia.

II. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara

Kedudukan (status) Wawasan Nusantara adalah posisi,

cara pandang, dan perilaku bangsa Indonesia mengenai dirinya

yang kaya akan berbagai suku bangsa, agama, bahasa, dan

kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan,

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Secara hierarki, posisi

atau status Wawasan Nusantara menempati urutan ketiga

setelah UUD 1945. Urutan sistem kehidupan nasional Indonesia

adalah:

1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar

negara.

2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.

3. Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.

4. Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan

negara Indonesia.

5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan

dasar nasional dalam pembangunan nasional.

III. Bentuk Wawasan Nusantara

122

* Wawasan Nusantara sebagai landasan konsepsi ketahanan

nasional

Wawasan Nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional

berarti bahwa Wawasan Nusantara dijadikan konsep dalam

pembangunan nasional, pertahanan keamanan, dan kewilayahan.

* Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan

Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai

arti cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri

serta lingkungannya selalu mengutamakan persatuan dan

kesatuan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara mencakup:

1. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan

politik.

2. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan

ekonomi.

3. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan

sosial dan ekonomi.

4. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan

sosial dan politik.

5. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan

pertahanan dan keamanan.

* Wawasan Nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan

negara

Wawasan Nusantara sebagai wawasan pertahanan dan

keamanan negara mempunyai arti pandangan geopolitik

123

Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu

kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan segenap kekuatan

negara.

* Wawasan Nusantara sebagai wawasan kewilayahan

Wilayah nasional perlu ditentukan batasannya, agar

tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Batasan dan

tantangan negara Republik Indonesia adalah:

a. Risalah sidang BPUPKI tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945

tentang negara Republik Indonesia dari beberapa pendapat

para pejuang nasional. Dr. Soepomo menyatakan Indonesia

meliputi batas Hindia Belanda, Muh. Yamin menyatakan

Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Borneo,

Selebes, Maluku-Ambon, Semenanjung Melayu, Timor, Papua, Ir.

Soekarno menyatakan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

b. Ordonantie (UU Belanda) 1939, yaitu penentuan lebar laut

sepanjang 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal

berdasarkan garis air pasang surut atau countour pulau/

darat. Ketentuan ini membuat Indonesia bukan sebagai negara

kesatuan, karena pada setiap wilayah laut terdapat laut

bebas yang berada di luar wilayah yurisdiksi nasional.

c. Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 merupakan pengumuman

pemerintah RI tentang wilayah perairan negara RI, yang

isinya:

1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi

berdasarkan garis pasang surut (low water line), tetapi

124

pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang

diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung

yang terluar dari pulau-pulau yang termasuk dalam

wilayah RI.

2. Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12

mil laut.

3. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebagai rezim Hukum

Internasional, di mana batasan nusantara 200 mil yang

diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia.

Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal,

Indonesia menjadi utuh dan tidak terpecah lagi.

IV. Pemikir Geopolitik (Wawasan Nusantara)

* Friederich Ratzel (1844-1904) dengan Teori Ruang. Ia

menyatakan “bangsa yang berbudaya tinggi akan membutuhkan

sumber daya manusia yang tinggi dan akhirnya mendesak

wilayah bangsa yang primitif.” Pendapat ini dipertegas oleh

Rudolf Kjellen (1864 - 1922) dengan Teori Kekuatan yang

mengatakan bahwa “negara adalah kesatuan politik yang

menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang memiliki

intelektualitas.”

* Karl Haushofer (1869-1946) dengan Teori Pan Region,

berpendapat bahwa pada hakikatnya dunia dapat dibagi dalam

empat kawasan benua (pan region) dan dipimpin oleh negara

unggul. Isi teori pan regional adalah:

1. Lebensraum (ruang hidup) yang cukup.

2. Autarki (swasembada).

125

3. Dunia dibagi empat Pan Region, yaitu Pan Amerika, Pan

Asia Timur, pan Rusia India, dan Pan Eropa Afrika.

* Sir Halford Mackinder (1861-1947) dengan Teori Daerah

Jantung (Heartland).

Teorinya berbunyi “siapa pun yang menguasai Heartland

maka ia akan menguasai World Island.” Heartland (Jantung Bumi)

merupakan sebutan bagi kawasan Asia Tengah, sedangkan World

Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan ini

merupakan kawasan vital minyak bumi dan gas dunia.

* Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-

1914) dengan Teori Kekuatan Maritim. Isi teorinya adalah:

1. Sir Walter Raleigh mengatakan “siapa yang menguasai

laut akan menguasai perdagangan dunia dan akhirnya akan

menguasai dunia.”

2. Alfred T. Mahan mengatakan “laut untuk kehidupan,

sumber daya alam banyak terdapat di laut. Oleh karena

itu, harus dibangun armada laut yang kuat untuk

menjaganya.”

* Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1879-1936)

dengan Teori Kekuatan di Udara mengatakan, “kekuatan udara

mampu beroperasi hingga garis belakang lawan serta

kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.”

* Nicholas J. Spykman (1869 - 1943) dengan Teori Daerah

Batas (Rimland Theory). Dalam teorinya tersirat:

126

1. Dunia terbagi empat, yaitu daerah jantung (Heartland),

bulan sabit dalam (rimland), bulan sabit luar, dan dunia

baru (benua Amerika).

2. Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, dan udara

untuk menguasai dunia.

3. Daerah bulan sabit dalam (Rimland) akan lebih besar

pengaruhnya dalam percaturan politik dunia daripada

daerah jantung.

4. Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara

terkuat.

V. Wadah Wawasan Nusantara

* Batas Ruang Lingkup

Wawasan Nusantara mempunyai bentuk sebagai:

* Nusantara

Batas-batas negara ditentukan oleh lautan yang di

dalamnya pulau-pulau serta gugusan pulau yang saling

berhubungan, tidak dipisahkan oleh air, baik yang berupa

laut, maupun selat.

* Manunggal-utuh menyeluruh, meliputi:

Wilayah Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau besar

maupun kecil dan dipisahkan serta dihubungkan oleh lautan,

pulau, dan selat yang harus dijaga serta diusahakan tetap

menjadi satu kebulatan wilayah nasional dengan segala isi

dan kekayaannya.

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku

bangsa, berbicara dalam berbagai macam bahasa daerah, dan

127

agama. Oleh karena itu, harus diusahakan terwujudnya satu

kesatuan bangsa yang bulat.

* Tata Susunan Pokok

Sumber pokok Wawasan Nusantara adalah UUD 1945, yang

menyangkut:

* Bentuk dan kedaulatan Bab I Pasal (1)

1. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk

Republik

2. Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan dilaksanakan

menurut UUD.

* Kekuasaan pemerintah negara, Bab III Pasal (4) dan (5),

Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintah

menurut UUD 1945.

* Sistem pemerintahan dalam UUD 1945:

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum dan

tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka.

2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi dan

tidak berdasarkan absolutisme.

* Tata Susunan Pelengkap

* Aparatur negara

Aparatur negara harus mampu mendorong, mengerakkan,

serta mengarahkan usaha pembangunan ke sasaran yang telah

ditetapkan, untuk kepentingan rakyat banyak.

* Kesadaran politik masyarakat dan kesadaran bernegara

128

Dalam pemantapan stabilitas nasional diperlukan

kesadaran politik seluruh masyarakat, setiap orang,

organisasi, juga seluruh komponen pemerintahan.

* Pers

Pers yang bebas bertanggung jawab, jujur, dan efektif

dengan tulisan-tulisan yang memberikan penjelasan yang

jujur, dedikatif, dan bertanggung jawab.

VI. Implementasi Wawasan Nusantara

Imlementasi Wawasan Nusantara bertujuan untuk

menerapkan Wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari

yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta

pertahanan nasional.

* Implementasi Dalam Kehidupan Politik

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

mengimplementasikan wawasan nusantara, yaitu:

1. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-

undang, seperti UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum,

dan UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan undang-undang

tersebut harus sesuai hukum dan mementingkan persatuan

bangsa. Contohnya seperti dalam pemilihan Presiden,

anggota DPR, dan kepala daerah harus menjalankan

prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak

menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di

Indonesia harus sesuai denga hukum yang berlaku.

Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai dasar hukum

129

yang sama bagi setiap warga negara, tanpa pengecualian.

Di Indonesia terdapat banyak produk hukum yang dapat

diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk

peraturan daerah (perda) yang tidak bertentangan dengan

hukum yang berlaku secara nasional.

3. Mengembagkan sikap hak asasi manusia dan sikap

pluralisme untuk mempersatukan berbagai suku, agama,

dan bahasa yamg berbeda, sehingga menumbuhkan sikap

toleransi.

4. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan

lembaga pemerintahan untuk menigkatkan semangat

kebangsaan dan kesatuan.

5. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional

dan memperkuat korps diplomatik sebagai upaya penjagaan

wilayah Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan

pulau kosong.

* Implementasi dalam Kehidupan Ekonomi

1. Wilayah nusantara mempunyai potensi ekonomi yang

tinggi, seperti posisi khatulistiwa, wilayah laut yang

luas, hutan tropis yang besar, hasil tambang dan minyak

yang besar, serta memeliki penduduk dalam jumlah cukup

besar. Oleh karena itu, implementasi dalam kehidupan

ekonomi harus berorientasi pada sektor pemerintahan,

pertanian, dan perindustrian.

2. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan

keseimbangan antar daerah. Oleh sebab itu, dengan

130

adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam

keadilan ekonomi.

3. Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi

rakyat, seperti dengan memberikan fasilitas kredit

mikro dalam pengembangan usaha kecil.

* Implementasi dalam Kehidupan Sosial

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial,

yaitu :

1. Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara

masyarakat yang berbeda, dari segi budaya, status

sosial, maupun daerah. Contohnya dengan pemerataan

pendidikan di semua daerah dan program wajib belajar

harus diprioritaskan bagi daerah tertinggal.

2. Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan

kekayaan Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan

pariwisata yang memberikan sumber pendapatan nasional

maupun daerah. Contohnya dengan pelestarian budaya,

pengembangan museum, dan cagar budaya.

* Implementasi dalam Kehidupan Pertahanan dan Keamanan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan

pertahanan dan keamanan, yaitu :

1. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus

memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk

berperan aktif, karena kegiatan tersebut merupakan

kewajiban setiap warga negara, seperti memelihara

lingkungan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan

131

disiplin, melaporkan hal-hal yang menganggu keamanan

kepada aparat dan belajar kemiliteran.

2. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah

atau pulau juga menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa

persatuan ini dapat diciptakan dengan membangun

solidaritas dan hubungan erat antara warga negara yang

berbeda daerah dengan kekuatan keamanan.

3. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana

dan prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan

wilayah Indonesia, terutama pulau dan wilayah terluar

Indonesia.

132