FIQIH MAWARIS
Transcript of FIQIH MAWARIS
MAWARIS
DEFINISI ASAS – ASAS HUKUM
KEWARISAN
HUBUNGAN DENGAN HUKUM
WARIS NASIONAL
SEBAB DAN PENGHALANG WARISAN
SUMBER HUKUM
Definisi Fiqih Mawaris Mawaris secara bahasa merupakan bentuk plural yang artinya "harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia". Fiqih mawaris seringkali disebut ilmu faraidl, juga bentuk plural yang secara bahasa artinya"bagian tertentu", atau "ketentuan".
Adapun definisi Fiqih mawaris secara istilah, sebagaimana disebutkan oleh Hashbi al-Siddiqy ialah "Ilmu untuk mengetahui orang-orang yang berhak menerima warisan, orang-orang yang tidak berhak menerimanya. Bagian masing-masing ahli waris dan cara pembagiannya.
Para ulama memberikan nama lain dari Ilmu Mawaris dengan nama Ilmu Faraidh ( ض� رائ�� ال�ف����� (ع�لمdan mereka memberikan definisi dengan pengertian berikut:
ل ك� ض خ� ا ي�� م� ة� معرف� ل ل� موص� ال� ساب# ال�ح لم ع� و ي,�ث* ال�موار ة ق� ف�� و ه� ة� رك� الت� م�ن6 ق� ح� ى ذ�
“Ilmu Mawarsi adalah ilmu pengetahuan tentang pewarisan dan ilmu hitung yang dapat menyampaikan untuk mengetahui apa-apa yang khusus bagi setiap orang yang memiliki hak dalam pewarisan”
Ilmu Mawaris itu merupakan pemahaman atau pengetahuan
tentang harta pusaka (warisan). Sebagian ulama
memberikan definisi yang tidak jauh beda, namun lebih
sempurna daripada definisi di atas dengan ungkapan:
در ق�� ة� عرف� وم� Bك ل� ذ� ة� عر�ف� م� لى Gا ل حساب# ال�موص� ال� ة� عرف� م� و رب* Gالإ ب�# ق� عل مت� ال� ة ق� ال�ف� ق�� ح� ى� ذ� ل ك ل� ة� رك� الت� ن6 م� ب# ال�واج�#
“Ilmu Fiqh yang berhubungan dengan pembagian pusaka,
pengetahuan tentang cara perhitungan yang dapat
menyampaikan kepada pembagian harta pusaka itu, dan
pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari
harta peninggalan untuk masing-masing pemilik harta
pusaka”Home
ASAS-ASAS HUKUM KEWARISAN Asas
Individual
Asas Keadilan Berimbang
Asas Kewarisan Semata Akibat
Kematian
Asas Bilatera
l
Home
Asas Ijbari
Asas IjbariKata Ijabari secara bahasa dapat diartikan “paksaan”, yaitu melakukan sesuatu di luar kehendak sendiri. Dalam hal ini hukum waris berarti “terjadinya peralihan harta seorang yang telah meninggal dunia kepada yang masih hidup dengan sendiri. Artinya pemberi waris tidak memiliki perbuatan hukum baik untuk menolak atau menghalanginya terjadinya peralihan harta tersebut.
Dengan kata lain, bahwa dengan meninggalnya pemberi waris maka hartanya langsung dapat berpindah tangan kepada penerima warisan, apakah ia suka menerima atau tidak dengan tanpa pengecualian. Ijbar ini dapat dilihat pada tiga sisi: 1). Segi peralihan harta. 2). Segi jumlah harta yang beralih. 3). Segi penerima warisan.
Ketentuan asas ini bersumber pada firman Allah an-Nisa’ (4) ayat 7: dimana kata “Nashib" pada ayat yang dimaksud dapat berarti saham, jatah, bagian dari harta peninggalan si pewaris sebagaimana yang dimaksud ayat tersebut. Ayat 7 (tujuh) yang dimaksud adalah:
و ون6 ب,# �ر ق� الإ� و دان6 وال� ال� Bت��رك� ما ب# م� ي� ص ئ�� ال ج�# ل�لر ا� ب# jي ص ئ�� ت*ر ك� و ا� ل ق�� ما م� ون6 ب,# �ر ق� الإ� و دان6 وال� ال� Bت��رك� ا م م� ب# ي� ص ئ�� ساء لن� ال� ف�روص�� م�Artinya:“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi bagi istri ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut yang telah ditetapkan.
home
Asas Bilateral
yaitu seorang dapat menerima hak warisan dari dua jalur; ibu dan ayah. Asas ini secara tegas ditemui dalam ketentuan al-Qur’an surat an-Nisa’ (4) ayat 7 di atas dan berikut 11 –surat al-Nisa'-
Home
Asas Individualhome
yaitu bahwa setiap orang berhak atas bagian
yang didapatinya tampa terkait dengan ada
atau tidak adanya pada ahli waris lainnya.
Dengan demikian bagian yang diperoleh seorang
dari harta warisan adalah dapat dimiliki
secara perorangan dan tidak ada sangkut
pautnya ahli waris lain terhadap harta yang
diterimanya, sehingga ia memiliki kebebasan
penuh terhadap harta yang diterimanya.
Dasar hukum asas individual Ketentuan atas asas ini adalah berdasarkan ayat 7 surat al-Nisa’, di sana dijelaskan bagian untuk anak laki-laki dan anak perempuan dari harta peninggalan kedua orang tua.
Asas Keadilan BerimbangYaitu asas yang mengarahkan kepada
perimbangan antara hak dan kewajiban antara yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaan, sehingga faktor jenis kelamin tidak menentukan dalam hak kewarisan.
Hal ini berbeda dengan yang diberlakukan pada adat yang dikenal dengan garis keturunan patrinial, yaitu garis keturunan yang ditarik dari keturunan bapak.
Asas Kewarisan Semata Akibat KematianYaitu bahwa hukum waris Islam memandang terjadinya pewarisan semata-semata disebabkan adanya kematian pemberi warisan. Sementara harta yang diberikan pada saat pemberi warisan masih hidup bukanlah dinamakan harta warisan, melainkan hibah atau wasiat.
Home
SUMBER HUKUM WARISIlmu Waris bersumber dari sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. yang diperkuat oleh Ijma ulama. Al-Qur’an sebagai sumber pertama menjelaskan secara jelas hak-hak penerimaan warisan dari harta warisan yang ditinggalkan, seperti yang dijelaskan dalam berbagai ayat, seperti ayat 7, 11, 12 dan 176 dari surat al-Nisa’, dan surat lainnya.
Disamping itu ilmu Mawaris Islam
bersumber dari al-Hadist, seperti
hadist yang diriwayatkan al-Dairamiy:
" : وا ف� ح ال� م ل س� و ة لي� ع� ال�لة ى ل ص� ى� ب# ال�ي� ال ق��" ر ك� ذ� ل رج�# ولى هو لإ� ف�� ى� ق� ب�{ ما ف�� لها، ه� ا� ب�# ض� ال�ف�رائ��
“Nabi bersabda: “Berikanlah harta pusaka kepada
orang-orang yang berhak. Sesudah itu, sisanya
untuk orang laki-laki yang lebih utama”.
Selain hadist di atas itu, Ijma’ juga merupakan salah satu sumber dari ilmu Mawaris, karena banyak hal yang menjadi kesepakatan ulama yang diterapkan dalam pembagian harta warisan, seperti : Next
a. Status pembagian warisan antara kakek dan saudara-saudara.
Dalam al-Qur'an hal ini tidak dijelaskan, akan tetapi menurut kebanyakan ulama dengan cara mengikuti pandangan Zaid bin Sabit, bahwa bagian kakek harus mendapat bagian yang paling menguntungkan, dari beberapa cara: Muqasamah
(bagi rata), 1/6 seluruh harta peninggalan, 1/3 sisa, jika mereka bersama zawil furudh lainnya dan jika mereka tidak bersama zawil furudh mereka menerima muqasamah dan 1/3 seluruh harta.
b. Status cucu yang ayahnya lebih dahulu meninggal daripada kakek yang bakal menerima warisan bersama saudara-saudara ayah cucu yang meninggal tadi.
Menurut undang-undang Hukum Waris Mesir setelah mengadopsi pandangan ulama Salafi dan Khalafi, bahwa cucu tadi mendapat warisan dengan jalan wasiat wajibah.
Misalnya ada seorang meninggal dunia (A), dia mempunyai dua orang anak (B) dan (C) dimana (C) ini telah meninggal lebih
dahulu sebelum (A) meninggal dan memiliki anak (D). Maka harta peninggalan si (A)
diambil seluruhnya (B) sebab ia menghijab cucu (D). Tetapi, susugguhnya ia akan
mendapatkan bagian ayahnya bila ayahnya masih hidup, oleh karena itu ia diberikan
dengan jalan wasiat wajibah
Home
HUBUNGAN DENGAN HUKUM WARIS NASIONALHukum waris Islam merupakan bagian hukum yang diberlakukan
bagi orang-orang yang memeluk agama Islam, sebab di
Indonesia diberlakukan pada umumnya beberapa hukum waris,
diataranya:
1. Untuk warga negara golongan Indonesia asli, pada
perinsipnya berlaku hukum adat sesuai dengan daerah
masing-masing.
2. Untuk warga negara golongan Indonesia asli yang beragama
Islam di berbagai daerah diberlakukan hukum Islam yang
sangat berpengaruh.
3. Bagi orang Arab pada umumnya berlaku hukum Islam secara
keseluruhan.
4. Bagi orang-orang Tionghoa dan Erofa berlaku hukum
warisan dari Gugerlijik Wetboeh.
Home
SEBAB DAN PENGHALANG WARISANA. SEBAB-SEBAB KEWARISAN
Nasab ( سب# Perkawinan (ال�ن���( واج6 (ال�ر�
Harta peninggalan orang yang meninggal dunia adalah tidak serta merta dapat dibagi oleh orang yang hidup, kecuali ada sebab-sebab yang menghubungkan penerima dengan orang yang mati. Dalam hal ini para ulama telah menetapkan bahwa sebab-sebab orang medapat warisan ada 2 :
Nasab ( سب# atau hubungan (ال�ن���kekerabatanNasab ini dapat berupa hubungan orang tua dengan anak, saudara, paman, dan bibi, dan lainnya, dimana hubugan itu dapat dihubungkan kepada orang tua. Hal ini berdasarkan firman Allah yang artinya :
slide
“Dan orang-orang yang beriman sesudahmu,
kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu
maka orang-orang itu termasuk golonganmu
(juga). Orang-orang yang mempunyai
hubungan kerabat itu sebagian lebih berhak
terhadap sesamanya (daripada yang bukan
kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”Home
Seorang mendapatkan harta warisan dari orang yang meninggal dunia, karena adanya hubungan pernikahan atau perkawinan, seperti antara suami dengan istri atau sebaliknya.
. Perkawinan ( واج6 .(ال�ر�
Hal ini berdasarkan firman
Allah :
Bت��رك� ا م� ف� ص ئ�� م ك ل� وة�... ي�� الإ� م ك واج�# ر� ا�
“Dan bagi kamu seperdua dari harta
yang ditinggalkan oleh istri-istri
kamu”
1. Perkawinan Yang dimaksud dengan perkawinan di sini
adalah perkawinan yang sah menurut agama,
yaitu perkawinan yang telah memenuhi syarat
dan rukun seperti yang diatur dalam ajaran
Islam, baik sudah dipergauli atau belum
pernah dipergauli. Disamping itu, perkawinan
itu tidak dianggap fasid (rusak) oleh
Pengadilan Agama, karena perkawinan yang
fasid menurut sari’ah adalah perkawinan yang
tidak sah.
Oleh karena itu, bila salah seorang mati di antara suami- istri maka mereka saling mewarisi.
Tidak termasuk dalam hal ini hubungan
yang disebabkan perzinahan, walaupun
adanya hubungan badan antara pezina,
mereka tidak dapat saling mewarisi, dan
anak yang dilahirkan akibat perzinahan
tidak mendapatkan warisan dari bapaknya,
tapi akan mendapatkan dari ibunya.
2. Perkawinan itu dalam posisi: Pemberi waris meninggal dalam keadaan perkawinan masih utuh/tidak dalam perceraian yang ba’in shugra’-. Dalam posisi ini suami-istri dapat saling mempusakai, yaitu berakhirnya perkawinan semata mata dengan matinya salah seorang suami-istri.