Egi Seminar Data
Transcript of Egi Seminar Data
ANALISIS PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN
OBAT-OBATAN PADA APOTEK MERDEKA DI SAMARINDA
NAMA : EGI RIANDY PUTRANIM : 1001035112
AKUNTANSI
Dosen Pembimbing : - Drs. Rande Samben, M.Si., Ak - Raden Priyo Utomo, SE., M.Si., Ak
LATAR BELAKANG
Apotek Merdeka merupakan salah satu Apotek Swasta yang bergerak di bidang pelayanan pembelian dan penjualan obat-obatan resep dokter maupun obat umum yang beralamat di Jalan Merdeka Barat No.14 RT 88, Samarinda, Kalimantan Timur. Apotek Merdeka menggunakan metode Perpetual dalam pencatatannya dan menggunakan metode LIFO (Last In First Out) sehingga menyebabkan adanya perhitungan saldo yang tidak benar, sedangkan penggunaan metode LIFO pada perusahaan dagang yang tidak memiliki Akuntabilitas Publik tidak diperkenankan oleh SAK ETAP.
RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian pada Latar Belakang, dimana untuk
memperoleh laba yang lebih baik, maka Apotek Merdeka harus mengambil kebijaksanaan dalam penentuan penilaian pada persediaan, maka penulis dapat mengemukakan rumusan dari permasalahan tersebut adalah:“Apakah Apotek Merdeka sudah menerapkan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) untuk pencatatan dan penilaian
persediaan obat-obatan ?”
METODE PENELITIAN Definisi Operasional
Apotek Merdeka merupakan salah satu Apotek swasta
yang bergerak di bidang penjualan obat-obatan resep
dokter maupun obat umum. Salah satu aset lancar yang
umumnya memiliki nilai yang besar diantara aset-aset
lancar lainnya adalah persediaan. Persediaan merupakan
jenis aset produktif yang dimiliki oleh perusahaan,
karena persediaan ini merupakan aset mempunyai
keterkaitan langsung dengan pendapatan perusahaan.
Metode pencatatan adalah cara memperlakukan dan membukukan setiap terjadinya perubahan persediaan obat-obatan. Dalam hal ini metode pencatatan yang diterapkan oleh Apotek Merdeka menggunakan sistem pencatatan perpetual.
Metode penilaian adalah cara perusahaan menentukan atau menilai persediaan suatu barang, dalam hal ini adalah obat-obatan dan metode penilaian persediaan yang digunakan adalah metode Last In First Out (LIFO).
Populasi dan Sampel
Teknik penarikan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik yang pengambilan sampel sumber datanya dengan pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 322 item obat dan sampel yang digunakan adalah 7 item obat yang memiliki kriteria tertentu, yaitu: Persediaan obat-obatan yang memiliki jumlah transaksi
tinggi selama bulan Maret sampai dengan Desember 2013.
Persediaan obat-obatan yang memiliki harga tinggi atau memiliki harga lebih mahal dibanding harga obat lainnya selama bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2013.
Tabel berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel berdasarkan karakteristik tersebut :
No NamaObat
JenisSediaan
Jumlah Unit
HargaPer Unit
(Rp)
KeteranganTransak
si Tinggi
Harga Tinggi
1 Alganax 0,5 mg Tablet 740 2.490
2 Amoxicilin 500 mg Tablet 1.446 426
3 Analsik Tablet 840 1.131 4 Divask 10 mg Tablet 154 11.015 5 Iretensa 150 mg Tablet 234 8.832 6 Nexium 40 mg Tablet 315 18.103 7 Tremenza Tablet 510 1.033
Jumlah 4.784 - 4 3
ALAT ANALISISAnalisis data yang digunakan oleh penulis adalah Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009 tentang persediaan yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Untuk menganalisis permasalahan, maka penulis menggunakan metode penentuan harga pokok menurut SAK ETAP tentang persediaan, seperti yang dikemukakan oleh Zaki Baridwan (2004:158) yaitu metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO), yaitu dengan anggapan bahwa barang yang pertama kali masuk dijual terlebih dahulu. Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok terdahulu, disusul yang masuk berikutnya.
Metode pencatatan persediaan dengan menggunakan metode perpetual. Dalam metode perpetual setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan.
Tanggal
Pembelian Penjualan SaldoJumla
hUnit
HargaPer Unit
Jumlah JumlahUnit
HargaPer Unit
Jumlah JumlahUnit
HargaPer Unit
Jumlah
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut:Persediaan Barang Awal Rp xxxx
Pembelian (netto) xxxx+
Tersedia untuk dijual Rp xxxxPersediaan Barang Akhir xxxx-
Harga Pokok Penjualan Rp xxxx
HASIL PENELITIAN Analisis
Setelah diadakan penelitian dengan menggunakan metode
FIFO ditemukan persediaan akhir untuk Alganax 0,5 mg sebesar
Rp 438.120,00, Amoxicillin 500 mg sebesar Rp 65.604,00,
Analsik sebesar Rp 180.960,00, Divask 10 mg sebesar Rp
616.840,00, Iretensa 150 mg sebesar Rp 317.952,00, Nexium 40
mg sebesar Rp 633.605,00 dan persediaan akhir Tremenza
sebesar Rp 299.570,00. Jumlah keseluruhan persediaan akhir
adalah sebesar Rp 2.552.651,00.
Dapat diketahui bahwa persediaan akhir menurut
perhitungan Apotek Merdeka dan hasil analisis yang ada,
masing-masing sebesar Rp 2.393.213,00 dan Rp 2.552.651,00
dengan selisih sebesar Rp 159.438,00.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian dapat dilihat perbedaan antara
jumlah persediaan akhir menurut Apotek Merdeka dan menurut
hasil analisis, sehingga diperoleh selisih masing-masing
yaitu selisih Alganax 0,5 mg sebesar Rp 69.980,00, selisih
Analsik sebesar Rp 5.040,00, selisih Divask 10 mg sebesar Rp
12.224,00, selisih Nexium 40 mg sebesar Rp 38.654,00 dan
selisih Tremenza sebesar Rp 33.540,00 dengan jumlah selisih
keseluruhan sebesar Rp 159.438,00. Selisih ini terjadi tanpa
ada selisih unit (tablet), sedangkan persediaan akhir
Amoxicillin 500 mg dan persediaan akhir Iretensa 150 mg
tidak terdapat selisih.
KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang
telah diuraikan dan dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Apotek Merdeka tidak menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) untuk penilaian persediaan obat-obatannya, dimana dalam penilaiannya masih menggunakan metode Last In First Out (LIFO).
Berdasarkan metode penilaian persediaan dengan metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) terdapat persediaan akhir yang berbeda dengan persediaan akhir yang tercantum pada laporan laba rugi Apotek Merdeka, yaitu sebesar Rp 16.752.491,00 dan Rp 16.911.929,00 sehingga mengakibatkan adanya selisih nilai persediaan sebesar Rp 159.438,00. Hal ini menyebabkan perbedaan laba ditahan untuk tahun 2014 akan mengalami peningkatan dari Rp 34.914.775,00 menjadi Rp 35.074.213,00.
SARANDari uraian bab-bab sebelumnya dan kesimpulan di atas, maka
saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak Apotek Merdeka dalam menentukan langkah-langkah kebijaksanaan selanjutnya, yaitu:
Sebaiknya Apotek Merdeka mempertahankan sistem pencatatan Perpetual yang sudah dilakukan agar dapat memudahkan membuat laporan keuangan jangka pendek jika diperlukan.
Sebaiknya Apotek Merdeka memperbaiki sistem penilaian persediaan yang sudah ada secara teratur dan dapat menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tentang persediaan yang hanya menggunakan metode penilaian First In First Out (FIFO) dan Average.