E-Renggar - Kementerian Kesehatan

158

Transcript of E-Renggar - Kementerian Kesehatan

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Seksi Kefarmasian dan

Alat Kesehatan Tahun 2021 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari

pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2020– 2024 dan Rencana

Kinerja Tahunan 2021 yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun 2021.

Penyusunan LAKIP Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2021 ini pada

hakekatnya merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai

akuntabilitas terhadap kinerja yang telah dilakukan selama tahun 2021.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Seksi Kefarmasian dan Alkes

melaksanakan program yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan tahun 2020– 2024 yaitu Program Pelayanan Kesehatan dan JKN serta

Program Dukungan Manajemen. Program Pelayanan Kesehatan dan JKN

mempunyai sasaran program meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu

sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sedangkan Program Dukungan Manajemen

mempunyai sasaran program meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas,

pembinaan dan pemnerian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan.

Pencapaian kinerja dari indikator yang ada di dalam perjanjian kinerja Tahun 2021

tersebut didukung oleh kegiatan – kegiatan dari dana dekonsentrasi satker (07)

sebagai berikut :

1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

2. Peningkatan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

3. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan

Rumah Tangga

4. Dukungan Manajemen Pelaksanaan Program di Ditjen Kefarmasian dan Alat

Kesehatan

Alokasi dana dari kegiatan APBN sebesar Rp.296.102.000,- yang dibagi

menjadi 2 program yaitu:

1. Program Pelayanan Kesehatan dan JKN Rp. 178.022.000,-dengan realisasi

Rp. 174.247.250,- (97,87%).

2. Program Dukungan Manajemen Rp. 118.080.000,- dengan realisasi Rp.

117.827.050,- (99,78%)

Total pagu Rp. 296.102.000,- terealisasi Rp. 292.074.300,- (98,64%).

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

………………………………………………………………………………………………i

Ikhtisar Eksekutif …………………………………………………………………….…..ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………....1

A Latar Belakang…………………………………………………………………….…….1

B Maksud Tujuan………………….………………………………………………….......2

C Sasaran Program dan Aspek Strategis..………………………………………........3

D. Struktur Organisasi……………………………………………………….………..…. 4

E. Sistematika…………………………………………………………………………….12

BAB II PERENCANAAN KINERJA.. …………………………………………………14

Perjanjian Kinerja………………………………………………………………………..14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ………………………………………………...17

A.Capaian Kinerja Organisasi….…………………………………………………..…..17

1. Pengukuran Kinerja……………………………………………………………..…....17

2. Analisis Akuntabilitas Kinerja…………………………………………………...…..19

B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi………………………………..……...150

C. Sumber Daya Manusia………………………………………………………...…...150

BAB IV PENUTUP................................................................................................151

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perjanjian KInerja Tahun 2021……………….………………………..152

Lampiran 2. Realisasi Dana Dekonsentrasi Tahun 2021………………………..…154

iii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan dapat berjalan dengan baik apabila menjalankan sistem

manajemen organisasi yang baik yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

dan pelaporan kinerja. Sistem manajemen ini telah diatur sebagai satu kesatuan dari

sub-sub sistem yang saling mendukung dan mempengaruhi. Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) akan mendorong dan mengatur tata kelola

seluruh unit kerja yang ada sehingga secara koordinatif dan sinergis bergerak menuju

pencapaian visi dan misi organisasi. Muara dari sistem ini adalah pelaporan

akuntabilitas kinerja yang menguraikan seluruh perjalanan sub-sub sistem secara

berkesinambungan.

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi tingginya dapat terwujud. Salah satu upaya dalam mencapai

tujuan pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan makanan, yaitu dengan tersedianya sediaan farmasi, alat

kesehatan dan makanan yang terjamin aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu;

dan khusus untuk obat dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya.

Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan Negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan

program dengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana

stratejik, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja. Laporan Akuntabilitas Kinerja

disusun dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pernerintahan yang lebih berdaya

guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, untuk mengetahui

kemampuannya dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.

Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah ini disusun berdasarkan pedoman

yang ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi melalui PerMenPAN & RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman

Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, yang telah dijabarkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja

2

dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan melalui Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Seksi Kefarmasian dan Alat

Kesehatan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban dalam menilai keberhasilan

atau kegagalan pelaksanaan program/kegiatan Seksi Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis

Dinas Kesehatan 2020– 2024.

3

C. Sasaran Program dan Aspek Strategis

Sasaran Pembangunan Dinas Kesehatan Provinsi Riau merupakan hasil yang

diharapkan dari tujuan dan arah kebijakan sebagaimana yang telah diuraikan diatas

melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional, yang

diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai dan rasional. Salah satu

sasaran yang berkaitan denngan Tupoksi Kefarmasian dan Alkes adalah :

“Meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), makanan minuman serta meningkatnya

pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan”

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut seksi Kefarmasian dan Alkes

melaksanakan salah satu program yaitu : Program Sediaan Farmasi, Alkes dan

Makanan Minuman dan Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan

Upaya Kesehatan Masyarakat.

Sedangkan indikator dari pencapaian sasaran tersebut yang didukung dengan

anggaran dekonsentrasi satker 07 antara lain:

1. Layanan fasilitasi dan pembinaan pelayanan kefarmasian oleh pemerintah daerah

2. Layanan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi (dekon)

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Pangan yang dibina

4. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan sosialisasi kemanfaatan alkes dalam

negeri dan penggunaan Alkes dan PKRT yang tepat guna (dekon)

5. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRt

(dekon)

6. Jumlah layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya.

4

D. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah ( PERDA ) Propinsi Riau Nomor : 4 Tahun

2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau,untuk

melaksanakan ketentuan pasal 3 ayat (6) maka ditetapkan Kedudukan,Susunan

Organisasi , Tugas dan Fungsi serta Tata kerja pada Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

5

1. TUGAS DAN FUNGSI

a. Kepala Bidang SDK dan Kefarmasian

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian mempunyai tugas

melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada Seksi Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Kepala

Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian menyelenggarakan fungsinya.

Fungsi Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian :

1) Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang SDK &

Kefarmasian

2) Penyelenggaraan koordinasi, fasilitasidan memeriksa hasil pelaksanaan tugas

dilingkungan Bidang SDK & Kefarmasian.

3) Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala Dinas Kesehatan

4) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan

fungsinya.

Bidang Sumber Daya

Kesehatan dan Kefarmasian

Seksi Kefarmasian

dan Alkes

Pelaksana

Penyusun

Laporan

Keuangan

Pengelola

Obat dan

Alkes

Kesehatan

Pengelola

Program dan

Kegiatan

Pengelola

Kefarmasian

Analis

Kesehatan

Adminkes

Muda

Adminkes

Pertama

Adminkes

Madya

Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Riau

6

Kepala Bidang SDK & Kefarmasian Pendidikan

Ade Asmara, SKM S1 Kesehatan Masyarakat

b. Fungsional Administrator Kesehatan Madya

Fungsional Administrator Kesehatan Madya mempunyai tugas antara lain:

1) Melaksanakan Persiapan Pelayanan Administrasi Kesehatan

2) Menyusun Kebijakan Program Kesehatan

3) Mengorganisasikan Pelaksanaan Kebijakan Program-program Kesehatan

4) Memantau dan Mengevaluasi Pelaksanaan Kebijakan Program-Program Kesehatan

5) Melaksanakan Perijinan Institusi dan Pemberi Jasa di Bidang Kesehatan

6) Menyusun Laporan

Fungsional Adminkes Madya Pendidikan

➢ Nurul Fadhilah, S. Si., Apt, M. Si S2 Ilmu Lingkungan

➢ Fhitria Rosanty, S. Si., Apt S1 Farmasi/Apoteker

c. Fungsional Administrator Kesehatan Muda

Fungsional Administrator Kesehatan Muda mempunyai tugas antara lain:

1) Melaksanakan Persiapan Pelayanan Administrasi Kesehatan

2) Menyusun Kebijakan Program Kesehatan

3) Mengorganisasikan Pelaksanaan Kebijakan Program-program Kesehatan

4) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan program-program kesehatan

5) Melaksanakan Perijinan Institusi dan Pemberi Jasa di Bidang Kesehatan

6) Menyusun Laporan

Fungsional Adminkes Muda Pendidikan

➢ Ns. Noviyanti J, MKL S2 Kesehatan Lingkungan

7

d. Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes

Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes mempunyai tugas antara Lain :

1) Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada seksi kefarmasian dan

Alkes.

2) Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil pelaksanaan tugas

bawahan di lingkungan Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

3) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap sarana produksi dan

distribusi kefarmasian dan alat kesehatan ( obat, obat tradisional ,kosmetik, dan

alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) , makanan minuman

dan penyalahgunaan NAPZA;

4) Melaksanakan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait program

kefarmasian, makanan minuman, alat kesehatan dan penyalahgunaan NAPZA.

5) Melaksanakan rekomendasi izin usaha produksi dan distribusi kefarmasian,

makanan minuman, alat kesehatan (Industri Obat, Industri Obat Tradisional, Usaha

Kecil Obat Tradisional, Usaha Kecil Obat Tradisional, Perbekalan kesehatan rumah

tangga, industri alat kesehatan, Pedagang Besar Farmasi, Penyalur Alat

Kesehatan dan Kosmetik;

6) Melaksanakan penyusunan Profil Data Sarana Kefarmasian se Provinsi Riau dan

Profil Program Kefarmasian;

7) Melaksanakan koordinasi, pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi lintas

program dan lintas sektor dalam program pelayanan kefarmasian di fasilitas

kesehatan tingkat pertama, Rumah Sakit dan Apotek.

8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis Penggunaan

Obat Rasional, Penggunaan Obat generik, formularium nasional, farmasi

komunitas dan klinik.

9) Melaksanakan pelaporan Sistem Informasi Pemakaian Narkotika dan Psikotropika

di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta.

8

10) Melaksanakan pemantauan peredaran obat dan alat kesehatan di sarana

distribusi obat dan alat kesehatan (e-report PBF, e-report alkes dan PKRT, e-

watch, e-infoalkes, e-regalkes).

11) Melaksanakan pemantauan, monitoring dan evaluasi ketersediaan dan

keterjangkauan obat di Provinsi Riau.

12) Melaksanakan inventarisasi dan pengusulan Dana Alokasi Khusus program

Kefarmasian dan Alkes.

13) Melaksanakan Penyuluhan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga terhadap

pelaku usaha

14) Melaksanakan pembinaan dan pendataan terhadap terhadap produk pangan

rumah tangga

15) Melaksanakan Penyuluhan dan Pengawasan terhadap pelaku usaha pangan

industri rumah tangga di Provinsi Riau.

16) Melakukan pemantauan, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan tugas dan

kegiatan pada seksi kefarmasian dan alkes.

17) Melaksanakan evaluasi dan laporan secara elektronik realisasi kegiatan APBD

maupun APBN pada seksi kefarmasian dan Alkes.

Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes Pendidikan

Ns. Islamiyah, S. Kep, MKM S2 Kesehatan Masyarakat

e. Fungsional Adminkes Pertama

Fungsional Adminkes Pertama mempunyai tugas antara lain:

1) Melaksanakan Persiapan Pelayanan Administrasi Kesehatan

2) Mengorganisasikan Pelaksanaan Kebijakan Program-program kesehatan

3) Melaksanakan Perijinan Institusi dan Pemberi Jasa di Bidang Kesehatan

4) Menyusun Laporan

Fungsional Adminkes Pertama Pendidikan

➢ Nuraslinawati, SKM S1- Kesehatan Masyarakat

9

f. Analis Kesehatan

Uraian Tugas Analis Kesehatan :

1) Mengumpulkan bahan-bahan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai

dengan prosedur yang berlaku untuk keperluan penyelesaian pekerjaan Memberi

lembar pengantar pada surat,sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku

agar memudahkan pengendalian.

2) Mempelajari, menganalisa serta menelaah bahan-bahan sesuai dengan petunjuk

teknis dalam bidangnya Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperlancar

pelaksanaan tugas program dan kegiatan

3) Mengadakan penelitian berdasarkan permasalahan terhadap rencana kegiatan

program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan

4) Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan program kefarmasian dan Alat

Kesehataan berdasarkan petunjuk teknis sebagai bahan evaluasi pimpinan.

5) Memberikan saran berdasarkan pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatannya

untuk disampaikan kepada pimpinan unit;

6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh pimpinan baik secara

tertulis maupun lisan

Pelaksana : Pendidikan ➢ Nurhayati, S. Si., Apt S1 Farmasi/Apoteker

➢ Desi Suryani, S. Si., Apt S1 Farmasi/Apoteker

➢ Junaidi, SKM S1 Kesehatan Masyarakat

g. Penyusun Laporan Keuangan

Uraian Tugas Penyusun Laporan Keuangan :

1) Menerima bahan-bahan dan data keuangan Kefarmasian sesuai prosedur sebagai

bahan kajian dalam rangka penyusunan laporan keuangan Program Kefarmasian;

2) Mengumpulkan dan mengklarifikasian bahan dan data keuangan program

kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai sfesifikasi dan prosedur;

3) Mempelajari dan mengkaji karateristik, spesifikasi dan hal hal yang terkait dengan

pelaporan keuangan program kefarmasian sesuai prosedur dalam rangka

penyusunan Laporan Keuangan;

4) Penyusunan konsep metode Laporan Keuangan sesuai dengan hasil kajian dan

prosedur untuk tercapainya sasaran yang diharapkan;

10

5) Mendiskusikan konsep penyusunan Laporan Keuangan Program Kefarmasian dan

Alat Kesehatan dengan pejabat yang berwenang dan terkait sesuai prosedur untuk

kesempurnaan penyusunan program;

6) Menyusun kembali konsep Laporan Keuangan berdasarkan hasil diskusi sesuai

prosedur untuk kelancaran dan optimalisasi penyusunan rencana program;

7) Mengevaluasi proses pelaksanaan Laporan Keuangan Program Kefarmasian dan

Alat Kesehatan, sesuai prosedur sebagai bahan perbaikan dan kesempurnaan

tercapainya sasaran;

8) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur yang berlaku sebagai

bahan evaluasi dan pertanggungjawaban;

9) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan baik tertulis

maupun lisan.

Pelaksana : Pendidikan

➢ Nurlelawati, SE S1 Ekonomi

h. Pengelola Obat dan Alat Kesehatan

Uraian Tugas Pengelola Obat dan Alat Kesehatan :

1) Menyusun program kerja, bahan dan alat perlengkapan obat-obatan, alat

kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar dalam pelaksanaan pekerjaan dapat

berjalan dengan baik;

2) Memantau ketersediaan obat dan alat-alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan

daerah serta penggunaan dan penyalahgunaan obat dan NAPZA (Narkotik,

Psikotropik dan zat aditif) dan agar dalam pelaksanaan terdapat kesesuaian

dengan rencana awal;

3) Mengendalikan produksi dan distribusi obat-obatan dan alat kesehatan serta PKRT

sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi

penyimpangan dalam pelaksanaan;

4) Mengkoordinasikan dengan unit-unit terkait dan atau instansi lain dalam rangka

pelaksanaannya, agar program dapat terlaksana secara terpadu untuk mencapai

hasil yang optimal;

5) Mengevaluasi dan menyusun laporan secara berkala, sesuai dengan prosedur dan

ketentuan yang berlaku sebagai bahan penyusunan program berikutnya; dan

6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintah atasan baik secara tertulis

maupun lisan.

11

Pelaksana : Pendidikan ➢ Afrizal Efendi ,Amd.Tek.Med D- III Tek.med

➢ Suningsih, Amd. Keb D- III Kebidanan

i. Pengelola Kefarmasian

Uraian Tugas Pengelola Kefarmasian :

1) Menyusun program kerja, bahan dan alat perlengkapan kefarmasian ( kosmetik, obat

tradisional , makanan minuman dan pelayanan kefarmasian ) dan alat kesehatan dan

PKRT sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar dalam

pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik;

2) Memantau pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, Puskesmas, Apotik sesuai

standar agar dalam pelaksanaan terdapat kesesuaian dengan rencana awal;

3) Mengendalikan produksi dan distribusi obat tradisional,kosmetik, makanan minuman

sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi

penyimpangan dalam pelaksanaan;

4) Mengkoordinasikan dengan unit-unit terkait dan atau instansi lain dalam rangka

pelaksanaannya, agar program dapat terlaksana secara terpadu untuk mencapai

hasil yang optimal;

5) Mengevaluasi dan menyusun laporan secara berkala, sesuai dengan prosedur dan

ketentuan yang berlaku sebagai bahan penyusunan program berikutnya; dan

6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintah atasan baik secaratertulis

maupun lisan.

Pelaksana : Pendidikan

➢ Aidar Yetti, S.Sos S1 Sosial

➢ Efnita, Amd. Keb D3 Kebidanan

j. Pengelola program dan kegiatan

Uraian Tugas Pengelola program dan kegiatan :

1) Menerima, mencatat dan menyortir surat yang berkaitan dengan keuangan serta

mencatat aliran transaksi keuangan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang

berlaku agar memudahkan pencarian.

2) Memberi lembar pengantar pada surat,sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang

berlaku agar memudahkan pengendalian.

12

3) Mengelompokkan surat atau dokumen keuangan menurut jenis dan sifatnya sesuai

dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar memudahkan pendistribusian;

4) Mendokumentasikan surat sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,

agar tertib administrasi;

5) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas keuangan /realisasi keuangan sesuai dengan

prosedur yang berlaku sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban dan

6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis

maupun lisan.

Pelaksana : Pendidikan –

2. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI

E. SISTEMATIKA

Sistematika laporan kinerja Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun

2021 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan

penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama

yang sedang dihadapi organisasi. Bab I ini terdiri dari:

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Sasaran Program dan Aspek Startegis

D. Struktur Organisasi

E. Sistematika

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Perjanjian Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ Ikhtisar perjanjian

kinerja tahun yang bersangkutan. Bab II ini terdiri dari:

Perjanjian Kinerja

13

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap

pernyataan kinerja, sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil

pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran

strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Sub bab ini terdiri dari:

1. Pengukuran Kinerja

2. Analisis Akuntabilitas Kinerja

B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang

telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen

Perjanjian Kinerja.

C. Sumber Daya Manusia

Pada sub bab ini diuraikan sumber daya manusia yang melaksanakan

Program Kefarmasian dan Alat kesehatan (Satker 07).

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini diuraikan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi

serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya.

Lampiran

14

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk

melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui

perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara

penerima dan pemberi amanah atas kineja yang terukur berdasarkan tugas, fungsi

dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.

Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2021 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

PERJANJIAN KINERJA APBN TAHUN 2021 DANA DEKONSENTRASI

NO SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

Program Pelayanan Kesehatan

dan JKN

1. Peningkatan Pelayanan

Kefarmasian Fasyankes yang mampu

dalam melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian

Sesuai Standar

30 lembaga

2. Peningkatan Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan

Kesehatan

Dinas Kesehatan

Provinsi yang

melaksanakan

pengelolaan obat public

dan perbekalan

kesehatan sesuai

standar (dekon)

1 Provinsi

15

3. Peningkatan Pengawasan Alat

Kesehatan dan Rumah Tangga

Dinas Kesehatan

Provinsi yang

melaksanakan

Pengawasan Alkes dan

PKRT (dekon)

1 Provinsi

Program Dukungan Manajemen

1. Dukungan Manajemen

Pelaksanaan Program di Ditjen

Kefarmasian dan Alkes

Layanan perencanaan,

konsolidasi dan evaluasi

terhadap manajemen

dan pelaksanaaan tugas

teknis lainnya (dekon)

1 Provinsi

16

B. Realiasasi Anggaran Dekonsentrasi Satker 07 Tahun 2021

Tabel 2.2

Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Satker 07 Dinas Kesehatan Provinsi Riau

Tahun 2021

NO PROGRAM/KEGIATAN Anggaran Realisasi

Fisik (%)

Realisasi

Keuangan (%)

Persentase

(%)

Program Pelayanan Kesehatan

dan JKN

178.022.000 100 174.247.250 97,88

1.

Peningkatan Pelayanan

Kefarmasian 79.270.000 100 75.548.000 95,30

2.

Peningkatan Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan

Kesehatan

48.132.000 100 48.104.250 99,94

3.

Peningkatan Pengawasan Alat

Kesehatan (Alkes) dan Rumah

Tangga (PKRT)

50.620.000 100 50.595.000 99,95

Program Dukungan Manajemen

118.080.000 100 117.827.050 99,93

1.

Dukungan Manajemen

Pelaksanaan Program di Ditjen

Kefarmasian dan Alkes

118.080.000 100 117.827.050 99,93

Total 296.102.000 100 292.074.300 98,64

17

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan

tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan

menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja digunakan

sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

dan misi instansi pemerintah. Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu

penilaian (assessment) yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator

kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat,

dan dampak.

Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran

(goals and objectives) dengan elemen kunci sebagai berikut:

1. Perencanaan dan penetapan tujuan

2. Pengembangan ukuran yang relevan

3. Pelaporan formal atas hasil

4. Penggunaan informasi

Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan

realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator,

sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing

indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi masing-

masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan

program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang

direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada

pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka

mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

18

Pengukuran kinerja dengan standar penilaian sebagai berikut :

No.

Interval Nilai Realisasi Kinerja

Kriteria Penilaian

Realisasi Kinerja

1 91≤ 100 Sangat Tinggi

2 76 ≤ 90 Tinggi

3 66 ≤ 75 Sedang

4 51 ≤ 65 Rendah

Capaian Kinerja

Sasaran program merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Dinas

Kesehatan Provinsi Riau dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, yang diukur dengan indikator

yang telah ditetapkan. Pencapaian kinerja Seksi Kefarmasian dan Alkes Tahun 2021

antara lain :

Tabel 3.1

Capaian Kinerja Pada Tahun 2021

No SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Tahun 2021

Target (Jumlah)

Realisasi (Jumlah)

% Capaian

1 1. Meningkatnya akses, kemadirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

1. Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar

2. Dinas Kesehatan

Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)

3. Dinas Kesehatan

Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)

4. Layanan

perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon)

30 lembaga

1 Provinsi

1 Provinsi

1 Provinsi

30 lembaga

1 Provinsi

1 Provinsi

1 Provinsi

100

100

100

100

19

Tabel 3.2

Perbandingan Kinerja Sasaran

No SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Target / Realisasi

Target 2020

(Jumlah)

Realisasi Tahun 2020

(Jumlah)

Target 2021 (Jumlah)

Realisasi Tahun 2021

(Jumlah

1. 1. Meningkatnya akses, kemadirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

1. Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar

2. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)

3. Dinas Kesehatan

Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)

4. Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon)

56 fasyankes

0 0

1 Provinsi

56 fasyankes

0 0

1 Provinsi

30 lembaga

1 provinsi

1 provinsi

1 Provinsi

30 lembaga

1 provinsi

1 provinsi

1 Provinsi

2. Analisis Akuntabilitas Kinerja

Sasaran program merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Dinas

Kesehatan Provinsi Riau dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, yang diukur dengan

indikator yang telah ditetapkan. Sasaran hasil Program Pelayanan Kesehatan dan JKN

serta Program Dukungan Manajemen adalah “Meningkatnya akses, kemadirian dan

mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan” Sasaran tersebut diukur melalui indikator

kinerja dengan target dan realisasinya.

Secara keseluruhan sasaran strategis ini dinilai baik dengan persentase rata-

rata capaian 100 % dan bila dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya dilakukan 2

kegiatan dengan menggunakan dana dekonsentrasi yaitu kegiatan dengan indikator

Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standard

(dalam bentuk pertemuan) dan Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi

20

terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon) sedangkan

kegiatan lainnya mengalami recofusing. Untuk kegiatan yang menggunakan dana

APBD tahun 2020 yang hanya terlaksana adalah kegiatan Pertemuan Pembinaan

terhadap Pedagang Besar Farmasi se- Provinsi Riau dan Pertemuan Pembinaan

terhadap Penyalur Alat Kesehatan se- Provinsi Riau sedangkan kegiatan lainnya tidak

bisa dilaksanakan karena mengalami rasionalisasi.

Keseluruhan kegiatan diatas diarahkan untuk mendukung pencapaian indikator

kinerja sasaran. Capaian masing – masing indikator kinerja sasaran ini dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar

Tabel 3.3

Capaian Indikator Kinerja Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai standar Tahun 2021

Indikator Kinerja Target

(Jumlah)

Realisasi

(Jumlah)

Capaian

(%)

Fasyankes yang mampu dalam

melaksanakan pelayanan

kefarmasian sesuai standar

30 lembaga 30 lembaga 100

Pada indikator hasil realisasi Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai standar Tahun 2021 dinilai baik dengan capaian

sebesar 100% atau dari target 30 lembaga terealisasi 30 lembaga. Indikator ini

diukur dengan melakukan penilaian terhadap jumlah rumah sakit yang mengikuti

kegiatan Pembinaan dan pengawasan tenaga kefarmasian di puskesmas dan

rumah sakit dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya yaitu pertemuan

Advokasi Implementasi Fomas dan Farmako Ekonomi sebagai Kendali Mutu dan

Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN yang menggunakan

dana dekonsentrasi.

Untuk standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dan Rumah sakit

menggunakan kuesioner pelayanan kefarmasian sesuai standar (Form yang telah

ditetapkan Direktorat Pelayanan Kefarmasian) yang dilaporkan oleh puskesmas

dan rumah sakit ke alamat https://bit.ly/riau-rekap-rs-2021 (untuk yanfar rumah

21

sakit) dan https://bit.ly/riau-rekap-puskesmas-2021 (untuk yanfar puskesmas) serta

untuk penggunaan obat sesuai fornas dengan alamat

https://bit.ly/fornasperiode2021.

Tabel 3.4

Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar tahun 2021

NO Fasyankes Jumlah Fasyankes yang

dipantau

Jumlah Fasyankes

Sesuai Standar

Yanfar

1 Rumah sakit 75 13

2 Puskesmas 234 51

Jumlah 309 64

1) Persentase Pelayanan Kefarmasian sesuai standar di Fasyankes dasar

Pemerintah (Puskesmas)

Definisi operasional Persentase Pelayanan Kefarmasian sesuai standar

adalah Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar di wilayah tertentu pada periode tertentu.

Capaian indikator dari Persentase Pelayanan Kefarmasian sesuai standar adalah

82,8% atau dari target 55% tercapai 45,54%. Capaian indikator ini dinilai baik.

Tabel 3.5

CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE PELAYANAN KEFARMASIAN DIPUSKESMAS SESUAI STANDAR DI PROVINSI RIAU

TAHUN 2021

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

Persentase Pelayanan

Kefarmasian sesuai standar

55 45,54 82,8

Pelayanan Kefarmasian Sesuai standar di Puskesmas apabila dilakukan

pendokumentasian terhadap pelayanan kefarmasian :

1. Pemberian Informasi Obat

2. Konseling

3. Pencatatan Pengobatan Pasien

22

Pencapaian kinerja pada indikator persentase pelayanan kefarmasian sesuai

standar dinilai baik karena nilai capaian 82,8% atau dari target 55 % terealisasi 45,54%.

Gambar 3.1 Puskesmas yang sesuai dengan standar pelayanan

kefarmasian di Kab/Kota Se- Provinsi Riau Tahun 2021

Gambar di atas menunjukkan bahwa dari 234 puskesmas se- provinsi Riau yang

mengirimkan laporan berjumlah 158 puskesmas, yang memiliki apoteker 112

puskesmas.

Dari 112 total puskesmas yang memiliki apoteker, yang sesuai standar

pelayanan kefarmasian berjumlah 51 puskesmas (45,54%), sedangkan yang tidak

sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian berjumlah 61 puskesmas atau (54,46%).

23

Gambar 3.2 Rumah Sakit yang mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian sesuai standar Tahun 2021

Gambar di atas menunjukkan bahwa dari 75 Rumah Sakit se-Provinsi Riau, Rumah

Sakit yang mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian berjumlah 20 Rumah Sakit

(26,67%), sedangkan yang tidak mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian berjumlah

55 Rumah Sakit. (73,33%).

Dari 20 RS yang mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian terdapat 13 RS yang

sesuai standar pelayanan kefarmasian (65%), sedangkan yang tidak sesuai standar

pelayanan kefarmasian adalah 7 RS (35%).

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator tersebut

adalah:

1. Puskesmas yang melapor dan melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar ke

website Kemenkes RI direktorat pelayanan kefarmasian: bit.ly/riau-puskesmas-2021

2. RS yang mengirimkan laporan ke website website Kemenkes RI direktorat pelayanan

kefarmasian: bit.ly/riau-rs-2021.

24

Permasalahan: Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

1. Tenaga kefarmasian/ Apoteker yang jumlahnya masih kurang di Puskesmas.

2. Masih banyak tenaga farmasi di Puskesmas yang belum mengerti tentang Pelayanan

kefarmasian yang sesuai standar karena selama ini yang mengikuti pelatihan pelayanan

kefarmasian adalah pemegang program farmasi di Kab/Kota dan Dinas Kesehatan

Kab/Kota terkendala biaya melakukan pembinaan dan pelatihan pelayanan kefarmasian

untuk puskesmas diwilayahnya.

3. Pergantian penanggung jawab laporan pelayanan kefarmasian di puskesmas yang tidak

mentransfer ilmunya kepada penanggung jawab yang baru.

4. Volume Pekerjaan Tenaga farmasi dipuskesmas tidak seimbang dan ada beberapa

yang overload karena banyaknya pasien/ resep yang harus dilayani sedangkan tenaga

farmasi terbatas.

5. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian Luar gedung belum sepenuhnya bisa dilaksanakan

Pemecahan Masalah/Solusi:

1. Setiap tahun pertemuan pelayanan kefarmasian untuk fasyankes tetap dianggarkan

secara bertahap.

2. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan evaluasi terhadap Kab/Kota dan memberikan

umpan balik Kab/Kota, pada saat pertemuan dengan Kab/Kota ditampilkan pelaksanaan

pelayanan kefarmasian di Kab/Kota sehingga mereka bisa sharing pengalaman.

3. Memberikan support kepada tenaga kefarmasian di puskesmas dan mengadvokasi

kepala puskesmas agar melakukan pelayanan kefarmasian lebih baik lagi dipuskesmas.

4. Meminta Kepala Puskesmas agar mengikutsertakan tenaga kefarmasian puskesmas

untuk pelayanan kesehatan/kefarmasian luar gedung sehingga kegiatan sosialisasi

gema cermat di puskesmas dapat terlaksana.

Keberhasilan Capaian Indikator Kinerja tersebut didukung oleh kegiatan:

1. Pembinaan dan pengawasan tenaga kefarmasian di Puskesmas dan Rumah

Sakit dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya

NILAI DIPA :

Alokasi : Rp. 4.650.000,-

Realisasi : Rp. 4.533.500,- (97,49 %)

Sisa : Rp. 116.500,-

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan yang dilakukan secara daring

dengan mekanisme zoom meeting) yang terdiri dari 2 pertemuan yaitu:

25

a. Pertemuan Advokasi Implementasi Fomas dan Farmako Ekonomi sebagai Kendali

Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN.

b. Pertemuan penguatan tenaga kesehatan dalam rangka pembinaan dan

pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian

2. Pertemuan Pembekalan dan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di

Kab/Kota biaya

Alokasi : Rp. 74.620.000,-

Realisasi : Rp. 71.014.500,- (95,17%)

Sisa : Rp. 3.605.500,-

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan yang dilakukan secara daring

dengan mekanisme zoom meeting) yang terdiri dari 2 pertemuan yaitu:

a. Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Tahun 2021

Alokasi : Rp. 69.420.000,-

Realisasi : Rp. 65.877.000,- (94,89%)

Sisa : Rp. 3.543.000,-

b. Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se Provinsi Riau

Tahun 2021

Alokasi : Rp. 5.200.000,-

Realisasi : Rp. 5.137.500,- (98,79%)

Sisa : Rp. 62.500,-

26

Laporan Pertemuan Advokasi Implementasi Fomas dan

Farmako Ekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali

Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN.

27

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kefarmasian merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan

dirumah sakit dan puskesmas dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang

bermutu. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini, pelayanan kesehatan

didorong untuk meningkatkan penggunaan obat secara rasional, efektif dan efisien

dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya. Peran dari pelayanan kefarmasian

sangat penting, sehingga harus dilaksanakan secara komprehensif baik dalam

pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP maupun pelayanan farmasi klinik sesuai

dengan standar pelayanan kefarmasian.

Adanya panduan yang berbeda -beda dalam penggunan obat merupakan Salah

satu faktor yang menyebabkan tinginya biaya pelayanan kesehatan khususnya obat.

Untuk itu pada pelaksanaan SJSN dibutuhkan kebijakan pemerintah dan acuan

secara nasional bagi Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, sebagali

kendali mutu dan kendali biaya yaitu Formularium Nasioanal (Fornas).

Dalam memilih obat untuk pelayanan kesehatan, harus didasarkan pada

kriteria: memiliki rasio manfaat-resiko (beneft -risk ratio) yang paling menguntungkan

penderita; mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabiitas; praktis dalam

penyimpanan dan pengangkutan; praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang

sesuai dengan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan; menguntungkan dalam hal

kepatuhan dan penerimaan oleh penderita; memiliki rasio manfaat-biaya (benefit- cost

ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.

Dalam implementasi Fornas perlu dilakukan review/kajian data obat

berdasarkan bukti ilmiah terkini (evidence-based medicine), baik secara farmakologi

maupun secara farmakoekonomi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan pola penyakit, serta teknologi obat dan pengobatan yang terus berkembang.

Dengan mengimplementasi Fornas maka diharapkan akan tercapai Kendali Mutu dan

Kendali Biaya dalam pelaksanaan JKN.

Mengingat pentingnya peran pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan

kualitas hidup pasien serta kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan

kesehatan, maka diperlukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara

efektif, terpadu dan berkelanjutan. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan

pelayanan kefarmasian sesuai standar diamanatkan antara lain kepada Dinas

28

Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang berhubungan langsung dengan Rumah

Sakit dan Puskesmas di wilayahnya masing-masing.

Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian termasuk Farmakoekonomi dalam rangka tercapainya Kendali Mutu dan

Kendali Biaya, maka perlu pembinaan terhadap tenaga kefarmasian di Rumah Sakit

dan Puskesmas. Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaksanakan kegiatan

Advokasi Implementasi Fomas dan Farmako Ekonomi sebagai Kendali Mutu dan

Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN)Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan

Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

Nomor 138,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781;

4. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2017 tentang Penyusunan dan

Penerapan Formularium Nasional dalam Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan.

C. TUJUAN PERTEMUAN

1. Tujuan Umum

Melakukan advokasi kepada dokter penulis resep (prescriber) dan tenaga

kefarmasian di rumah sakit serta pengambil keputusan di daerah agar

mengimplementasikan Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan

Kendali Biaya Dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit yang bekerjasama

dalam Program BPJS Kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dalam Sistem JKN

29

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya Pembinaan dan Pengawasan terhadap upaya pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan puskesmas dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya.

b. Meningkatkan RS yang menerapkan Formularium Nasional

c. Meningkat RS yang melakukan kajian Farmakoekonomi dalam rangka kendali mutu dan kendali Biaya.

d. Meningkatnya penggunaan obat rasional di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan

30

BAB II

PERSIAPAN PERTEMUAN

A. PERSIAPAN

Persiapan pelaksanaan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan

Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan

Kesehatan pada Program JKN Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi

sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program

JKN Tahun 2021 merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan

diselenggarakan, meliputi persiapan teknis dan persiapan administrasi.

1. Persiapan Administrasi

Persiapan Administrasi dalam rangka pelaksanaan persiapan pertemuan

Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan

Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN Tahun 2021 antara

lain :

a. Membentuk susunan panitia penyelenggara pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

b. Menetapkan moderator dan notulen pertemuan dalam bentuk Surat Keputusan

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

c. Menetapkan peserta dan narasumber pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

d. Menyusun jadwal pertemuan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan

Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan

Kesehatan pada Program JKN Tahun 2021

e. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Direktorat Pelayanan

Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI, Tim Komite Nasional

Penyusunan Fornas dan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi

Provinsi Riau

f. Membuat surat undangan peserta pertemuan Advokasi Implementasi Fornas

dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam

Pelayanan Kesehatan pada Program JKN Tahun 2021

g. Membuat laporan ketua panitia

h. Membuat kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

i. Membuat surat permohonan untuk membuka acara pertemuan Pembinaan

Terhadap Penyalur Alat Kesehatan se Provinsi Riau Tahun 2021 secara resmi.

31

2. Persiapan Teknis

a. Mengadakan rapat persiapan pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan

Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan

Kesehatan pada Program JKN, pada tanggal 19 Juli 2021 ,diantaranya

membentuk kepanitiaan, moderator, notulen, peserta dan narasumber

pertemuan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi Riau.

b. Mengecek dukungan perangkat zoom meeting yang tersedia pada Dinas

Kesehatan Provinsi Riau yang dapat digunakan pada penyelenggaraan acara

pertemuan Pembinaan Terhadap Penyalur Alat Kesehatan se Provinsi Riau

Tahun 2021 untuk tanggal 26 Juli 2021.

c. Membuat akses serta password untuk masuk dalam aplikasi pertemuan zoom

meeting bagi peserta dan narasumber

d. Membuat link google form registrasi peserta pertemuan

e. Membuat link google form absensi saat pertemuan

f. Mengirimkan surat pemanggilan peserta

g. Mengirimkan surat permintaan narasumber

h. Melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program antara lain Direktorat

Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI, Tim Komite Nasional

Penyusunan Fornas dan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi

Provinsi Riau

i. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang berwenang

untuk membuka acara pertemuan secara resmi

j. Mengadakan persiapan Media dan Perlengkapan pelaksanaan zoom meeting

k. Berkoordinasi dengan IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk dokumentasi

pelaksanaan pertemuan melalui youtube.

32

BAB III

PELAKSANAAN PERTEMUAN

A. Peserta Pertemuan

Peserta Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi

sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program

JKN terdiri dari:

1. 3 orang Peserta berasal dari 32 RS Kab/Kota yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di Provinsi Riau yang terdiri dari Perwakilan komite medik, Farmasi, Dokter, dan Kepala Instalasi Farmasi.

2. 4 orang Peserta dari 26 RS Kota pekanbaru yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan terdiri dari Perwakilan komite medik, Farmasi, Dokter, dan Kepala Instalasi Farmasi.

3. 1 orang Organisasi IDI Provinsi Riau

4. 1 orang Organisasi IAI Provinsi Riau

5. 1 orang Staf Program Kefarmasian Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

B. Nara Sumber

1. Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI.

2. Tim Komite Nasional Penyusunan Fornas

3. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi Provinsi Riau

C. Proses Pertemuan

Proses Pertemuan Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi Sebagai

Kendali Mutu dan Kendali Biaya Dalam Pelayanan Kesehatan Pada Program JKN Se

Provinsi Riau Tahun 2021 berlangsung 1 (satu) hari Yaitu pada tanggal 5 Agustus

2021 dengan menggunakan metode Zoom Meeting ( distance learning ) dengan

jumlah peserta sebanyak 74 orang berasal dari Rumah Sakit Pemerintah

Kabupaten/Kota Se Propinsi Riau, IAI dan IDI dan dari dinas kesehatan provinsi riau,

Jalannya proses pertemuaan adalah sebagai berikut :

1. Pukul 08.00 – 09.00 WIB

a. Peserta mengikuti pembukaan pertemuan Implementasi Fornas dan

Farmakoekonomi Sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya Dalam Pelayanan

Kesehatan Pada Program JKN Se Provinsi Riau dengan menggunakan aplikasi

zoom meeting.

33

b. Pertemuan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang diwakili

oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian Dinas Kesehatan

Provinsi Riau (Bapak Ade Asmara, SKM)

c. Laporan penyelenggaraan dibacakan oleh Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes

Dinas Kesehatan Provinsi Riau ( Ibu Ns, Islamiyah, S,Kep,MKM ).

d. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipandu oleh Bapak Junaidi, SKM

2. Pukul 09.00 – 10.00

a. Dilanjutkan dengan materi Implemantasi kebijakan Fomularium Nasional dalam

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Evaluasi Pelaporan

Fornas dengan Moderator Ibu Nuraslinawati, SKM, materi disampaikan oleh

Narasumber dari Koordinator Substansi seleksi Obat dan Alat Kesehatan

Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Dra. Ardiyani, Apt,M.Si dengan

metode Zoom Meeting.

b. Seperti diketahui oleh Narasumber Keputusan menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. K.01.07/MENKES/498/2020 tentang Komite Nasional

Penyusunan Fornas , ditetapkan tanggal 4 Agustus 2020 yang terdiri dari : Tim

Ahli, Tim Evaluasi, Tim Pelaksana dan Tim Review.

c. Kreteria Anggota Komite Nasional meliputi :

1) Tidak memiliki konflik kepentingan dan bersedia menandatangani

pernyataan bebas konflik kepentingan

2) Memiliki Integritas dan Standar profesional

3) Menyatakan kesediaan secara tertulis

d. Kreteria dalam Fornas ada 2 kreteria :

1) Kreteria Khusus pemilihan Obat dalam Fornas yang terdiri dari :

a) Telah memiliki NIE minimal 2 tahun

b) Memiliki data efikasi dan safety profile yang kuat berdasarkan EBM

c) Memiliki kreteria penegakan diagnosa yang tepat

d) Bukan merupakan obat yang di Negara maju dinyatakan tidak cost-

effective

e) Harga obat tidak melampaui cost-effectiveness threshold Indonesia yaitu

sebesar 160 jt/QALY

f) Tidak dalam proses kajian HTA

g) Mencapai tujuan pengobatan kanker

2) Kreteria Pengurangan Daftar Obat Fornas diantaranya :

a) Diusulkan oleh Komnas Fornas,KPTK,DPK,Faskes dan/atau Organisasi

Profesi

34

b) Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang lebih baik dan/atau efek

samping yang lebih ringan

c) Terdapat obat lain yang setara yang lebih bersifat “value for money”

d) Ditemukan bukti baru terkait resiko penggunaan obat

e) Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang oleh industri farmasi

f) Hasil rekomendasi ditetapkan oleh Menteri.

3) Kreteria Pemilihan obat yaitu harus memiliki :

a) Memiliki khasiat keamanan terbaik berdsarkan bukti ilmiah mutakhir dan

valid

b) Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-rist ratio) yang paling

menguntungkan pasien

c) Memiliki izin edar dan indikasi yang disetujui oleh badan POM.

d) Obat yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat

tetapi belum memiliki izin edar, termasuk obat piatu (orphan drug) serta

yang tidak mempunyai nilai komersial.

e) Memiliki rasio manfaat biaya (benefit-cost ratio) yang tinggi.

f) Dalam kreteria ini tidak termasuk obat tradisional dan suplemen makanan.

3. Pukul 10.00 – 10.00 WIB (BREAK)

4. Pukul 10.15 – 11.15 WIB

a. Dilanjutkan dengan Materi Optimalisasi Penerapan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Era Revolusi Industri 4.0 dengan moderator Bu Ns.

Noviyanti.J.S.Kep.M.KL Materi disampaikan oleh SubKoordinator Substansi

Klinikal Farmasi Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Sri Suratini

S.Si,Apt, M.Farm dengan Metode Zoom Meeting.

b. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan informasi obat

kepada pasien dan atau keluarga pada saat penyerahan :

1) Pastikan bahwa etiket obat sudah ditulis dengan lengkap dan benar

2) Pemberian informasi dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, jelas,

akurat dan mudah dimengerti.

3) Informasi obat yang diberikan kepada pasien melipiti : Identifikasi obat

(misalnya : menunjukkan kepada pasien obat mana yang berfungsi sebagai

antibiotik), cara pemakaian, dosis, lama pemakaian, cara penyimpanan, efek

samping obat dan interaksi obat.

35

4) Pastikan bahwa pasien dan atau keluarga pasien sudah mengerti dan

paham akan informasi obat yang sudah disampaikan,

c. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi

secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, perawat, profesi kesehatan

lainnya dan pasien tujuannya :

1) Penyedia informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

2) Penyedia informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan

sediaanfarmasi, ALKES dan BMHP

3) Meningkatkan penggunaan Obat Rasional

5. Pukul 11.15 – 11.30 WIB ( BREAK )

6. Pukul 11.30 – 12.30 WIB

a. Masih dilanjutkan dengan sesi berikutnya dengan Materi Implementasi Fornas

Sebagai Acuan dalam Penggunaan Obat Berbasis Bukti Ilmiah (EBM) pada

Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Patien Safety dan Kendala Biaya,

moderator bu Nuraslinawati, SKM dengan narasumber dari Ditjen Kefarmasian

dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (Wakil Ketua Komnas Penyusunan Fornas) bu

Prof,Dr.Apt. Ema Kristin,M.Si.

b. Seperti disampaikan oleh narasumber Kreteria dalam Fornas ada dua

1. Kreteria Pemilihan dalam Fornas antara lain :

a) Telah memiliki NIE Minimal 2 tahun

b) Memiliki data efikasi dan safety profile yang kuat berdasarkan EBM

c) Memiliki kreteria penegakan diagnosa yang tepat

d) Bukan merupakan obat yang di negra maju dinyatakan tidak cost-effective

e) Harga obat tidak melampaui cost-effetivereses threshold Indonesia yaitu

sebesar 180 jt/QALY

f) Tidak dalam proses kajian HTA

2. Kreteria Pengurangan daftar obat fornas :

a) Diisukan oleh Komnas Fornas, KPTK, DPK, Faskes dan/atau

Organisasi profesi.

b) Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang lebih baik dan/atau efek

samping yang lebih ringan

c) Terdapat obat lain yang setara yang lebih bersifat “volue for money”

d) Ditemukan bukti baru terkait resiko penggunaan obat

e) Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang oleh industri farmasi

36

f) Hasil rekomendasi ditetapkan oleh menteri.

7. Pukul 12.30 – 13.30 WIB ( I S H O M A )

8. Pukul 13.30 – 14.30 WIB

a. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan materi Implimentasi Fornas dalam Pelayanan

Kefarmasian di RS sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dengan moderator

Fhitria Rosanty, S.Si, Apt dan materi disampaikan oleh Narasumber Bapak

Firdaus, Apt (Kepala Instanlasi Farmasi RSUD Petalabumi Pekanbaru) dengan

Zoom Meeting

b. Seperti yang disampaikan oleh narasumber kebijakan pelayanan obat terdiri dari

:

1) Pemilihan obat berpedoman kepada fomularium RSUD Petalabumi.

2) Formularium RSUD Petalabumi disusun oleh Tim Farmasi dan terapi (TFT)

berdasarkan Formularium Nasional (Fornas).

3) Pelayanan obat mengacu pada Formularium Nasional

(FORNAS)/Formularium RS.

4) Pembelian obat di luar Formularium Rumah sakit dapat diadakan apabila telah

mendapat rekomendasi dari Ketua TFT dengan persetujuan Ketua Komite

Medik dan Direktur RS

9. Pukul 14.30 – 14,45 WIB (BREAK)

10. Pukul 14.45 – 15.45 WIB

a. Sesi masih dilanjutkan dengan materi Implementasi Identitas Komponen Biaya,

Tipe Evaluasi dan Simulasi Pelaksanaan Farmakoekonomi di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan dengan moderator bu Hj. Desi Suryani,S.Si,Apt,

narasumber dari Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI ( Bpk

Hendra Hermawan,S.Si,Apt) dengan zoom Meeting

b. Identifikasi obat first choice dari setiap kondisi/penyakit menggunakan kteteria:

1) Efikasi

2) Keamanan

3) Perbandingan cost (harga yang terjangkau individu dan masyarakat)

4) Tingkat pelayanan kesehatan dan fasilitas pendukung

5) Obat pilihan pertama ini adalah dasar bagi EMI, standar terapi serta

formularium.

37

c. Manfaat Evaluasi penggunaan obat (EPO) :

1) Kualitas Penggunaan obat

Indikator : DU 90 %

1) Melihat kesesuaian antara obat yang terdapat dalam DU 90% dengan

pola penyakit

2) Kesesuian dengan Fornas

2) Efisiensi

Indikator : cost/DDD

“membandingkan DDD value dan cost/DD satu obat dengan obat lain dalam

1 kelas terapi”

3) Kendali resistensi antibiotik

Indikator : DID 101

“Nilai DID 12 sd 28 untuk J01 adalah nilai wajar menurut WHO”

4) Menilai rasionalitas penggunaan obat dari sisi ekspenditur

Indikator : DC 90%

Daftar obat yang menghabiskan anggaran terbesar hingga 90% sesuai

denagn pola penyakit serta sesuai dengan standar terapi atau Fornas.

11. Pukul 15.45 – 16.00 WIB

a. Pada sesi ini dilanjutkan dengan Rencana Tindak Lanjut Pertemuan Advokasi

Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali

Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN yang di sampaikan oleh

Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes Dinas Kesehatan Provinsi Riau (ibu Ns.

Islamiyah, S,Kep).

b. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi :

1) Rumah sakit

Rumah sakit Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama dengan BPJS di

Kabupaten/Kota seluruh Provinsi Riau untuk meningkatkan penerapan

pelaporan Fornas ke Kementerian Kesehatan RI dan ke Dinas Kesehatan

Provinsi Riau di bawah tanggal 5 setiap bulannya pada link yang telah di

sediakan (http://bit.ly/fornas2021-bulan)

2) Rumah Sakit se Provinsi Riau diharapkan dapat mengirimkan laporan

pelayanan Kefarmasian (Yanfar) pada Link (bit.ly//riau_rekap-rs-2021).

38

12. Dan diakhiri dengan penutupan

13. Hasil Diskusi dan Tanya jawab

No. PERTANYAAN JAWABAN

a.

materi Implemantasi kebijakan

Fomularium Nasional dalam

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dan Evaluasi

Pelaporan Fornas dengan

(Ibu Dra. Ardiyani, Apt,M.Si)

1) Penanya :

Elvina Zuhir dari RSUD

Bangkinang pukul 09.30 WIB

Adakah aturan yang mengatakan

obat revanik tidak boleh, tapi

madovar baleh apakah ada aturan

berikut?

2) Penanya :

ibu Ari Gustini

Pukul : 09.44 WIB

Kenapa Atorvastatin digunakan

harus sudah menggunakan

Simvastatin selama 3 bulan

berturut-turut dan kenapa untuk

Clopidogrel hanya digunakan

sistemi aja selama 2 tahun.

Di Fornas di cantumkan bay

nickname, Jadi di RS bisa

memakai e-Katalog, artinya obat

ini yang di e-Katalog boleh

digunakan

Ada berapa obat yang belum

dapat dicantumkan e-Katalog

tetapi dengan kebijakan

dicantumkan dalam SK Menteri

jadi ada acuan yang harus dilihat

Atorvastatin tidak serta merta di

pakai langsung, ada gradasinya,

Clopidogrel memang

penggunaannya dibatasi 1 tahun

setelah pemansangan stef,

mengapa dibatasi, karena stef

tidak salah yang ada di dalam

Badan POM, dan ada di dalam

39

prodak obat tersebut menunjukan

bahwa penggunaan tropi dalam 1

tahun dapat menyebabkan resiko

perdarahan, bukan menambah

opkam klinik, Yaitu bisa kejadian

meningkatkan Cardiovaskuler dan

invaksekuler,Karena

pemberiannya berdua dengan

esotosal dan Aspirin, setelah 1

tahun Aspirin tropi di stop tapi

Aspirin nya tetap di teruskan.

Atorvastatin ada lagi obat grit

Setelah Farmakologi/Vastatin ini

kreteria khusus untuk

penggunaannya seperti tadi

hanya diberikan setelah

pemberian Cimvastatin selama 3

bulan mencapai target

penurunan, Artinya kita pakai dulu

Cimvastatin sesuai look buek nya

dari dokter jantung (PERGI),

bukan obat tetapi di ganti dengan

diet ketat lemak, juga harus

menerima LDL dengan obat

standar dulu, obat kita pakai

golongan 1 dulu, kalau tidak ada

penurunan baru pakai target

atorvastati.

b. Materi Optimalisasi Penerapan

Standar Pelayanan Kefarmasian di

Era Revolusi Industri 4.0

(Ibu Sri Suratini, S,Si, Apt, Farm)

40

Penanya :

1) Desmelita Pukul : 11.00 WIB

Terkait obat injeksi antibiotik 2x1

sehari, 3x1 sehari dan berbagai

macam soalnya banyak pasien

komplen, maklum di daerah

Keluhan pasien tidak minum

obat bilang tak di terapi, jd

sering ke ruangan menjelaskan

dg masalah anak, jadi itu

gimana apakah di katagorikan

biokonseling atau apa?

Bisa melakukan visite tp di sela-

sela visite ternyata melakukan

konseling, melakukan edukasi,

selain memberikan informasi

masalah terkait obat yang diberi

oleh pasien misalkan pasien tidak

menerima obat, ibu menjelaskan

obat-obat nya apa saja tapi

mungkin belum di sampaikan dari

farmasinya, mungkin bisa di

lakukan atau di katagorikan

konseling tapi harus tercatat

c. Materi Implementasi Fornas

Sebagai Acuan dalam Penggunaan

Obat Berbasis Bukti Ilmiah (EBM)

pada Pelayanan Kesehatan untuk

Meningkatkan Patien Safety dan

Kendala Biaya,

(Prof,Dr.Apt. Ema Kristi,M.Si)

Penanya :

1) Erdawati Desmelita

Pukul : 12.07 WIB

Untuk e pucarsing yang

bermasalah atau tidak bisa

diakses lapornya kemana?

Untuk obat kosong dis

distributor kita lapornya

kemana?

Apabila tidak bisa mengakses

maka kita bisa bertidak dengan

manual karena akses intenet tidak

ada. Jadi anda tidak bersalah.

Pemerintah ada undang

undangnya boleh melakukan e

pucarsing atau manual.

Apabila obat kosong laporannya

ke LKPP, publik itu ada link nya

nanti biasanya klik ke Fornas

pertanyaannya kepada bu Dewi

41

2) Ira IF RS Madani : Pukul

12.09 WIB

Apakah nantinya obat2 Covid

yang tidak ada di Fornas akan

di masukkan ke Fornas?

nanti ijin dulu untuk

menyampaikan ke no HP, nya

untuk akses tolong kl memang

anda iidak bisa mengakses maka

berhak utk melakukan secara

manual

Obat Covid pada saat ini belum

proses nomor izin edar karena itu

sebabnya edue emergensiyus

motorisensen di dunia bukan

hanya di Indonesia saja, di dunia

sifatnya sama, jadi bukan obat

yang covid, atas covid itu nama

otoritasnya dengan edue. Karena

uji klinis nya pendek2 ada yg

Cuma 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan

dan itu belum cukup untuk

membuktikan secara jelas

manfaatnya dari obat tersebut,

maka hanya boleh karena ini

diperlukan keadaan pandemi, ada

otoritasi tadi, tapi tanda tanya,

bila pada prosesnya obat itu

kemudian memang tidak terbukti

maka edue nya bukannya di

cabut. Untuk masalah covid

memang ini sepenuhnya di

tanggung oleh pembiayaan

pemerintah tidak masuk ke pihak

yang berwenang khususnya

fornas.

42

d. Materi Implimentasi Fornas dalam

Pelayanan Kefarmasian di RS

sebagai Kendali Mutu dan Kendali

Biaya

(Bpk Firdaus dari RSUD

Petalabumi Pekanbaru)

Penanya :

1. Winda Gusti Enda Pukul :

01.47 WIB

Apakah di tempat praktek Bpk

Analisa Efesensi penerapan

e katalog di lakukan di bagian

Farmasi?

Apa yang dilakukan oleh RS jika

obat yang diresepkan secara

Fornas Zat aktif nya masuk

namun ketersediaan di ekatalog

tdk tersedia.

2. Erdafarma

Pukul : 02,04 WIB

Jika ada obat yg kosong

distributor bagaimana

pelayanan untuk pasien PRB di

RS Petalabumi apakah pasien

tetap di layani 30 hari.

3. RSUD T.Rafi’an

Pukul : 02.05 WIB

- Jika ada obat yang tidak tersuplai

di ekatalog apa yang RS lakukan,

Analisanya dalam bentuk preperti

yang sudah dibicarakan oleh

eksporseting data yang di adakan

secara non e-purchasing

mudah2an di tahun 2021 ini ingin

lebih meningkat lagi untuk

analisanya atau mempertajam

lagi di mana ingin melihat lagi

berapa sih obat presentasi nya

untuk obat-obat yg e-katalog baik

itu manual ataupun yang secara

komprechasing untuk

perbandingan.

Jika obat tidak tersuplai di e-

Katalog maka dari Distributor

harus menambah lagi dan

dikominukasikan dengan pasien

Kita mencoba juga mencari yg

43

karena jika dibeli online kadang

sulit memperoleh harga yang

sama dengan ekatalog.

- Apakah di RS bapak pembelian

obat dan BMHP dengan dana

APBD harus dilakukan pembelian

secara online saja.

4. Ira dari Rumah Sakit Madani

Pukul : 02.08 WIB

SOP di Rumah Sakit Petalabumi

jika obat kosong untuk resep di

rawat jalan dan UGD untuk

BPJS dan umum.

1. Elvina Zuhir RSUD Bangkinang

Pukul : 14.13 WIB

- Bisakah kalau di Rumah Sakit

obat kosong karena distributor

tidak bisa beli ada kebijakan

antar RS, apa farmasinya, apa

sebenarnya kebijakan nya apakah

APBD harus yg online saja atau

kebijakan, Pada saat ini yang

kami lakukan memang lemah

kalau kita menggunakan sumber

APBD itu semua membeli nya

secara emegesik, online kalau

tidak menggunakan dana rutin. Itu

yg masih mencari lagi dasarnya,

memang APBD harus online

semua. Pada saat ini masing

menggunakan online.

Untuk obat2 yang kosong

memang SOP nya melakukan

Substitusi lebih dulu baik

substitusi kelas terapi maupun

klasterapi itu biasanya kalau

kosong klasterapi akan

dilakukan, ketika itu masih

mungkin ya memang harus itu.

maka kita melakukan pemberian

obat dan kadang-kadang itu juga

jadi delema, pd saat ini yg

dilakukan memang kencaman

jadinya, itu untuk kekosongan

tersebut tapi yang pasti di

komunikasikan terlebih dulu.

- Mudah-mudahan bisa seiring

apa yang dilakukan dan

mudah2an ketua Apoteker kita

supaya ada kebijakan hal

44

direkturnya boleh tidak

beli/pinjam dulu ke Rumah

Sakit.

- Kepatuhan pemakai obat

fornas di tempat Bpk eselen

cukup bagus di atas 80 semua

bagaimana cara/apa trip yang

bpk kerjakan sehingga yuser

atau dokter spesialis /dokter

umum bisa melakukan resep

sesuai dg fornas apa indikator

siapa yg melakukan, apa

efeknya kl tidak dimasukkan ke

fornas Rumah Sakit.

tersebut terkait dg peminjaman

- Memang ada sosialosasi BPOM

tidak di perbolehkan tapi hal

tersebut di lapangan di lakukan

visite, tapi dalam hal ini masih di

lakukan peminjaman,pembelian

bahkan ada dilakukan juga

kalau yang di RSU kadang-

kadang untuk membeli ada

pertanyaan lagi, kadang pernah

pengalaman dari Badan

Pemeriksa Keuangan terkait dg

pembelian keluar mereka

mesimulasikan kalau obat

tersebut beli di Distributor, beli di

ekatalog,karena membeli di RS

sekian, jadi terjadi selisih

akhirnya jadi pertanyaan lagi

bagaimana ini pertanggung

jawabannya, kadang2 mereka

tidak tertulis.

Untuk kepatuhan obat bekas

memang ini mulai di tahun 2020

waktu itu memang dengan PERGI

terkait penggunaan obat bekas ini

untuk meningkatkan

kepatuhannya memang saat itu

semua KSM di panggil untuk

dirapatkan terkait dengan

penggunaan obat di dalam rumah

sakit dan memang sudah menjadi

itu juga, bahwa kita juga harus

menggunakan obat-obat yang

ada didalam fornas, apalagi

45

kalau untuk obat yg komplit ini,

kadang2 untuk tatalaksana bisa

berubah.

5.

Materi Implementasi Identitas

Komponen Biaya, Tipe Evaluasi

dan Simulasi Pelaksanaan

Famakoekonomi di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan

(Bapak Hendra Hemawan,

S.Si.Apt)

Tidak ada pertanyaan dari peserta

D. Waktu dan Tempat

E. Materi

1. Implementasi Kebijakan Formularium Nasional dalam Pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional dan Evaluasi Pelaporan Fornas

2. Optimalisasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarnasian di Era Revolusi Industri

4.0

3. Implementasi Fornas Sebagai Acuan dalam Penggunaan Obat Berbasis Bukti

Ilmiah (EBM) pada Pelayanan Kesehatan untuk meningkatkan patient safety dan

Kendali Biaya

4. Implementasi Identitas Komponen Biaya, Tipe Evaluasi dan Simulasi Pelaksanaan

Farmaekonomi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

5. Implementasi Fornas dalam Pelayanan Kefarmasian di RS sebagai Kendali Mutu

dan Kendali Biaya

Waktu : Selama 1 ( satu ) hari

Tanggal 5 Agustus Tahun 2021

Tempat : Lokasi masing – masing secara online / daring

melalui aplikasi zoom meeting

46

F. Biaya Pertemuan

Biaya berasal dari Dana Dekonsentrasi APBN Tahun Anggaran 2021 kegiatan

Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.

47

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi

sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada

Program JKN dilaksanakan berdasarkan Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah Nomor 024.07.099016 Tahun Anggaran 2021 dan

Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Nomor

188/DINKES.5.1/141 tentang Pembentukan Panitia Pertemuan Advokasi

Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali

Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN Tahun Anggaran 2021.

2. Persiapan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi

sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada

Program JKN Tahun 2021 yang terdiri dari persiapan administrasi dan persiapan

teknis telah dilaksanakan dengan baik dan lancer.

3. Pertemuan diikuti oleh 74 orang peserta beasal dari rumah sakit kabupaten/kota se

provinsi riau yang bekerjasama dengan BPJS, dilaksanakan secara daring Zoom

Meeting pada hari Kamis tanggan 5 Agustus 2021 dari pukul 08.00 s-d 16.30 WIB

dengan Meeting ID 878 2347 3125 Passcode : DINKES2021.

4. Narasumber berasal dari Kementrian Kesehatan RI Ditjen Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Direktorat Pelayanan Kefarmasian (3 orang), Tim Komite Nasional

Penyusunan Fornas (1 orang) dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi

Provinsi Riau (1 orang)

5. Pertemuan berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir sesi pertemuan serta

materi disampaikan secara rinci dan terstruktur oleh narasumber yang memiliki

kompetensi dibidangnya masing-masing

6. Selama pertemuan berlangsung peserta sangat antusias yang dapat dilihat dari

banyaknya pertanyaan pertanyaan yang diajukan kepada narasumber

48

B. S A R A N

Saran atau rencana tindak lanjut dari Pertemuan Advokasi Implementasi

Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam

Pelayanan Kesehatan pada Program JKN tahun anggaran 2021 antara lain :

1. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama dengan BPJS di

Kabupaten/Kota seluruh Provinsi Riau untuk meningkatkan penerapan pelaporan

Fornas ke Kementerian Kesehatan RI dan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau di

bawah tanggal 5 setiap bulannya pada link yang telah di sediakan

(http://bit.ly/fornas2021-bulan)

2. Rumah Sakit se Provinsi Riau diharapkan dapat mengirimkan laporan pelayanan

Kefarmasian (Yanfar) pada Link (bit.ly//riau_rekap-rs-2021).

Foto pertemuan Advokasi dan IMplementasi Fornas dan Farmakoekonomi

Sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya Dalam Pelayanan Kesehatan

Kesehatan pada Program JKN

Narasumber Kemenkes RI: Koordinator Substansi seleksi Obat dan Alat Kesehatan

Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Dra. Ardiyani, Apt,M.Si

49

Peserta Pertemuan

(Narasumber: Wakil Ketua Komnas Penyusunan Fornas) Prof,Dr.Apt. Ema

Kristin,M.Si.

50

Narasumber dari Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (Bpk

Hendra Hermawan,S.Si,Apt)

Narasumber: SubKoordinator Substansi Klinikal Farmasi Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Sri Suratini S.Si,Apt, M.Farm

51

Seksi Kefarmasian dan Alkes Dinkes Provinsi Riau

Moderator Pertemuan

52

Moderator Pertemuan

Moderator Pertemuan

53

Narasumber: Firdaus, Apt (Kepala Instanlasi Farmasi RSUD Petalabumi

Pekanbaru)

54

Laporan pertemuan penguatan tenaga kesehatan dalam

rangka pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan

kefarmasian

55

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kefarmasian merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit dan Puskesmas dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang

bermutu. Peran dari pelayanan kefarmasian sangat penting, sehingga harus

dilaksanakan secara komprehensif baik dalam pengelolaan sediaan farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai( BMHP ) maupun pelayanan Farmasi klinik sesuai dengan

standar pelayanan Kefarmasian.

Mengingat pentingnya peran pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan

kualitas hidup pasien dalam pelayanan kesehatan, maka diperlukan pembinaan,

pengawasan dan pengendalian secara efektif, terpadu dan berkelanjutan.

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian sesuai standar

diamanatkan antara lain kepada Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota yang

berhubungan langsung dengan Rumah Sakit dan Puskesmas di Wilayahnya masing-

masing. Untuk itu dibutuhkan tenaga di Dinas Kesehatan yang mampu

melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan

kefarmasian sesuai standar.

Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian, maka perlu peningkatan kapasitas petugas pembinaan dan

pengawasan pelayanan kefarmasian serta pembinaan terhadap tenaga kefarmasian

di Rumah Sakit dan Puskesmas. Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaksanakan

kegiatan penguatan tenaga kefarmasian dalam rangka pembinaan dan pengawasan

fasilitas pelayanan kefarmasian.

Perlunya penguatan kapasitas tenaga pengawas dan pengelola obat dalam

rangka menjamin pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, penyimpanan dan

penyerahan obat sesuai ketentuan yang berlaku. Pemerintah dan stakeholder

memegang peranan kunci untuk menjamin keamanan, mutu dan khasiat obat serta

mencegah peredaran / diversi obat di jalur ilegal pada fasilitas pelayanan

kesehatan.Sinergisme program dan kegiatan sehingga memberikan dampak yang

lebih luas dan komprehensif

56

B. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan

Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781;

4. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas;

C. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud Kegiatan

1) Peningkatan kapasitas terhadap petugas pembina dan pengawas pelayanan

kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.

2) Pembinaan dan Pengawasan terhadap upaya pelayanan kefarmasian di

Rumah Sakit dan Puskesmas

b. Tujuan Kegiatan

1) Petugas pembina dan pengawas pelayanan kefarmasian di Dinas Ke

sehatan Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki kualifikasi yang memadai

untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarma

sian.

2) Terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasi

an yang sesuai standar.

57

BAB II PERSIAPAN KEGIATAN

A. PERSIAPAN

Persiapan pelaksanaan Pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam

rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021

merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan diselenggarakan, meliputi

persiapan teknis dan persiapan administrasi.

1. Persiapan Administrasi

Persiapan Administrasi dalam rangka pelaksanaan persiapan pertemuan

Penguatan Peran Tenaga Kesehatan Dalam rangka Pembinaan dan

Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 antara lain :

a. Membentuk susunan panitia penyelenggara pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

b. Menetapkan Moderator dan notulen pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

c. Menetapkan peserta dan narasumber pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

d. Menyusun jadwal pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan Dalam

rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian

Tahun 2021

e. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Direktorat

Pelayanan Kefarmasian Ditjen. Farmalkes Kemenkes RI, dan Balai Besar

POM Pekanbaru

f. Membuat surat undangan peserta pertemuan Penguatan Peran Tenaga

Kesehatan dalam rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan

Kefarmasian tahun 2021

g. Membuat laporan ketua panitia

h. Membuat kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

i. Membuat surat permohonan untuk membuka acara pertemuan Penguatan

Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka Pembinaan dan Pengawasan

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 secara resmi.

2. Persiapan Teknis

a. Mengadakan rapat persiapan pertemuan Penguatan Peran Tenaga

Kesehatan dalam rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan

Kefarmasian Tahun 2021, pada tanggal 03 Agustus 2021 di antaranya

membentuk kepanitiaan, moderator, notulen, peserta dan narasumber

58

pertemuan yang di tetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Riau

b. Mengecek dukungan perangkat zoom meeting yang tersedia pada Dinas

Kesehatan Provinsi Riau yang dapat digunakan pada penyelenggaraan

Provinsi Riau tahun 2021 untuk tanggal 03 Agustus 2021

c. Membuat akses serta password untuk masuk dalam aplikasi pertemuan

zoom meeting bagi peserta dan narasumber

d. Membuat link google form registrasi peserta pertemuan

e. Membuat link googke form absensi saat pertemuan

f. Mengirimkan surat permintaan narasumber

g. Melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program antara lain Direktorat

Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI dan Balai Besar

POM Pekanbaru

h. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang

berwenang untuk membuka acara resmi

i. Mempersiapkan media dan Perlengkapan pelaksanaan zoom meeting.

j. Berkoordinasi dengan IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk dokumentasi

pelaksanaan pertemuan melalui youtube.

59

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

A. PESERTA KEGIATAN

Peserta Kegiatan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka Pembinaan

dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 terdiri dari :

1. Peserta Daerah (@ 2 orang 11 Kab/Kota) :

a. Dinas Kesehatan 1 (satu) orang

b. DPMPTSP 1 (satu) orang

2. Peserta Lokal :

a. Dinas Kesehatan Provinsi 6 (enam) orang

b. DPMPTSP Provinsi 1 (satu) orang

c. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 1 (satu) orang

d. DPMPTSP Kota Pekanbaru 1 (satu) orang

e. Anggota IAI Provinsi Riau 1 (satu) orang

f. Anggota PAFI Provinsi Riau 1 (satu) orang

B. NARASUMBER

1. Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI

2. Balai Besar POM Kota Pekanbaru

3. Dinkes Provinsi Riau

C. PROSES PERTEMUAN

Proses Pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan Dalam Rangka Pembinaan

dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 berlangsung 1 (satu)

hari yaitu pada tanggal 03 Agustus 2021secara virtual atau dengan menggunakan

aplikasi Zoom Meeting dengan jumlah peserta sebanyak 64 orang.Peserta berasal

dari seluruh DPMPTSP 12 Kab/Kota, DPMPTSP Provinsi Riau, Dinas Kesehatan

Kab/Kota Se Provinsi Riau, anggota IAI Provinsi Riau dan anggota PAFI Provinsi

Riau. Jalannya proses pertemuan adalah sebagai berikut :

1. Pukul 08.45 – 08.30 WIB

a. Peserta mengikuti pembukaan pertemuan, diawali dengan menyanyikan lagu

Indonesia Raya dengan menggunakan aplikasi zoom meeting.

b. Laporan Ketua Panitia oleh Kasie Kefarmasian dan Alkes Dinkes Prov Riau (

Ibu Ns.Islamiyah, S.Kep, MKM)

60

c. Kata sambutan dan pembukaaan acara pertemuan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi Riau (Ibu Dra. Hj. Mimi Yuliani Nazir, Apt, MM ).

d. Kemudian dilanjutkan dengan do’a bersama yang dipandu oleh Bapak

Junaidi, SKM menurut agama dan kepercayaan masing – masing, serta foto

bersama yg dipandu oleh panitia.

2. Pukul 08.30 – 09.30 WIB

a. Dilanjutkan dengan Materi Kebijakan Pemerintah dalam Pelayanan

Kefarmasian (Sosialisasi PMK 14 – 2021 Pelayanan Kefarmasian) dengan

moderator Bu Hj. Desi Suryani, S.Si, Apt. Materi disampaikan oleh

narasumber yang berasal dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen

Farmalkes Kemenkes RI ( Ibu Dina Sintia Pamela, S.Si, M.Farm, Apt )

dengan aplikasi Zoom Meeting.

b. Seperti yang disampaikan oleh Narasumber bahwa Pokok muatan

Permenkes No.14 Tahun 2021 adalah :

c. Menetapkan standar kegiatan usaha dan produk pada Penyelenggaraan

Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan yang tercantum pada

Lampiran PP No.5 Tahun 2021

d. Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan dilaksanakan melalui

Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

e. Peraturan Menteri yang mengatur mengenai Standar Kegiatan Usaha dan

Standar Produk dalam Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Sektor

Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2021

f. Adapun tujuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Resiko :

g. Untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, melalui

pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha secara lebih efektif dan

sederhana; dan

h. Pengawasan kegiatan usaha yang transparan, terstruktur, dan dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

i. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko memuat pengaturan :

j. Lampiran 1 PP : Kode dan judul KBLI, ruang lingkup, kegiatan, parameter

risiko, tingkat risiko, perizinan berusaha, jangka waktu, masa berlaku dan

kewenangan perizinan berusaha

61

k. Lampiran II PP : Persyaratan dan/atau kewajiban perizinan berusaha

berbasis risiko

l. Permenkes 14/2021 : Standar usaha dan/atau standar produk

m. Persyaratan umum usaha : izin baru, perubahan izin dan perpanjangan izin

sedangkan persyaratan khusunya adalah peta lokasi, denah lokasi, daftar

SDM serta daftar sarana prasaran dan peralatan.

n. Jika ada perubahan izin apotek dan toko obat baik perubahan penanggung

jawab,nama apotek dan toko Obat, alamat / Lokasi,nama pelaku usaha,

syarat yang harus disiapkan adalah dokumen izin apotek dan toko obat

yang berlaku, data dokumen yang mengalami perubahan, self assessment

penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan terakhir.

o. Adapun syarat perpanjangan izin apotek dan toko obat adalah dokumen izin

apotek dan toko obat yang berlaku, seluruh persyaratan umum dan khusus,

self assessment penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan

apotek dan toko obat.

p. Pelayanan toko obat dan apotek diselenggarakan dalam rangka menjamin

ketersediaan dan akses masyarakat serta patient outcome dan patient

safety.

q. Izin toko obat dan apotek dicabut berdasarkan kehendak pelaku sendiri,

temuan pelanggaran dan masa berlaku habis.

r. Kemudian diberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepada

narasumber pusat. Disela – sela pertanyaan peserta mengisi absen secara

online dengan link https://bit.ly/AbsensiPagiPertemuanPenguatanNakes.

3. Pukul 09.30 – 09.45 WIB ( BREAK )

4. Pukul 09.45 – 10.45 WIB

a. Sesi kedua dilanjutkan dengan materi Peningkatan Mutu Perizinan

Pembinaan dan Pengawasan di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian (Rumah

Sakit, Puskesmas, Klinik, Apotek dan Toko Obat) dengan moderator Ibu Hj

Desi Suryani, S.Si, Apt. Materi ini diberikan oleh Bapak Muhammad Zulfikar

Biruni, Apt, MH dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI dengan

menggunakan aplikasizoom meeting.

b. Menurut narasumber,terjadinya pandemi Covid-19 yang melanda dunia

termasuk Indonesia, memberikan tantangan tersendiri bagi Sistem

Kesehatan. Upaya penanggulangan pandemi mengharuskan kita untuk

62

menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi

dan pemenuhan pelayanan kesehatan lain yang dibutuhkan pasien dan

masyarakat. Pelayanan kefarmasian di masa pandemi berfokus pada

menjamin ketersediaan obat dan BMHP yang dibutuhkan, pelayanan farmasi

klinis yang berorientasi pada keselamatan pasien, yang didukung dengan

pemanfaatan teknologi dan informasi untuk meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pelayanan sekaligus mencegah penyebaran Covid.

c. Kebijakan Kefarmasian dalam penanganan Covid-19 :

1. Memenuhi kebutuhan obat dalam penanganan wabah Covid 19

2. Meningkatkan aksesibilitas sediaan farmasi, alat kesehatan dan PKRT

yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19

3. Mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan

pelayanan kefarmasian

d. Surat Edaran Menkes Nomor HK.02.01/Menkes/4394/2021 diterbitkan dalam

rangka memberikan relaksasi kepengurusan STR dan/SIP bagi paratenaga

kesehatan yang menangani COVID-19 agar penanganan COVID-19 dapat

terus berjalan dan terjaga kesinambungannya

e. Relaksasi dapat digunakan oleh tenaga Kesehatan yang dalam

kepengurusan STR dan/atau SIP baik perpanjangan maupun permohonan

baru terkendala karena adanya pandemik COVID-19 namun demikian,

apabila tidak terdapat kendala dalam penerbitan STR dan/atau SIP, maka

dapat dilaksanakan sesuai mekanisme yang berlaku.

f. STR dan/atau SIP yang diperoleh melalui relaksasi dapat memperpanjang

SIA sepanjang persyaratan lainnya terpenuhi.

g. Adanya relaksasi tersebut tidak serta merta menghapuskan kewajiban bagi

tenaga Kesehatan termasuk tenaga kefarmasian yang menangani COVID-19

untuk melakukan perpanjangan atas STRA atau STRTTK namun demikian

apabila dalam proses perpanjangan terdapat kendala, maka tenaga

kefarmasian dapat menggunakan relaksasi tersebut.

h. Paradigma pelayanan kefarmasiaan saat ini telah meluas, tidak hanya

berorientasi produk namun juga berorientasi pada pasien. Baru-baru ini telah

terbit Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan yang menyatakan bahwa

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pengelolaan alat kesehatan,

sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang dilakukan oleh instalasi farmasi

sistem satu pintu dan pelayanan farmasi klinik. Mari kita jadikan terbitnya PP

63

ini menjadi momentum untuk lebih meningkatkan peran sejawat Apoteker

dalam pelayanan kefarmasian di RS.

i. Untuk materi, peserta dapat mendownload di link

https://bit.ly/MateriPertemuanPenguatanNakes.

5. Pukul 10.45 – 11.45 WIB

a. Sesi ketiga masuk ke materi Hasil Pengawasan Obat dan Makanan di

Provinsi Riau dengan moderator Ibu Fhitria Rosanty, S.Si, Apt. Materi ini

disampaikan oleh Bapak Yosef Dwi Irwan, S.Si, Apt dari Balai Besar POM

Pekanbaru.

b. Perlunya penguatan kapasitas tenaga pengawas dan pengelola obat dalam

rangka menjamin pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, penyimpanan

dan penyerahan obat sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Pemerintah dan stakeholder memegang peranan kunci untuk menjamin

keamanan, mutu dan khasiat obat serta mencegah peredaran / diversi obat

di jalur ilegal pada fasilitas pelayanan kesehatan

d. Sinergisme programdan kegiatan sehingga memberikan dampak yang lebih

luas dan komprehensif

6. Pukul 11.45 – 12.45 WIB (I S H O M A )

7. Pukul 12.45 – 16.00 WIB

a. Pada sesi ini dilanjutkan dengan Penyampaian Data, Evaluasi dan Tindak

Lanjut Hasil Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan Kefarmasian yang

disampaikan oleh Ibu Kasie Kefarmasian dan Alkes ( Ibu Ns. Islamiyah,

S.Kep, MKM ) dengan moderator Ibu Fhitria Rosanty, S.Si, Apt.

b. Kemudian pertemuan ditutup secara resmi oleh Kasie Kefarmasian dan

Alkes ( Ibu Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM ).

64

TANYA JAWAB PESERTA PERTEMUAN PENGUATAN PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM RANGKA

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN 03 Agustus 2021

Materi Kebijakan dalam Pelayanan Kefarmasian

1. Self Assesment dan pelaporan terakhir untuk apotek dan toko obat, disyaratkan

perpanjangan, apakah ada contoh format ?

Ada dipedoman pembinaan dan pengawasan dan sedang dipersiapkan aplikasi

SIMONA (masih menunggu progres).

2. Apotek dan toko obat termasuk resiko apa ?

Termasuk resiko tinggi.

3. Izin lingkungan terhadap resiko tinggi, apakah cukup terwakili dengan SPPL ?Ya

cukup dengan SPPL saja dan resiko tingginya harus dibedah ( resikonya

terhadap apa dulu ).

Materi Peningkatan Mutu Perizinan Pembinaan dan Pengawasan di Fasilitas

Pelayanan Kefarmasian (RS, Puskesmas, Klinik, Apotek dan Toko Obat

1. Bagaimana jika STRA sudah expire apakah fasyankes bisa tetap dijalani oleh

PBF terkait pemesanan obat karena mengingat proses penerbitan STRA di KFN

selama ini tidak mengalami kendala/proses secara online, karena bisa saja surat

edaran menkes tersebut dijadikan alasan dalam proses perizinan yang

sebenarnya jauh – jauh hari bisa dilakukan.

PBF bisa melayani, selama bukti pengurusan di KFN ada. Tetap dilakukan

pemuktahiran STRA tapi tidak mendadak.

2. Apakah sudah ada aplikasi yang mencakup semua laporan yang ada, yang bisa

diakses Dinas Kesehatan, Puskesmas, RS, Apotek dan Toko Obat sehingga

tidak lagi terpisahkan.

Aplikasi SIMONA, diharapkan jadi kesatuan Dityanfar, RS, Puskesmas, Toko

Obat, Apotek, sehingga bisa dilakukan pengawasan dan pembinaan yang

sinergis.

3. Buku pedoman Binwas dimana bisa kami dapatkan ?

Lagi proses cetak, tapi karena PPKM terhambat, dan akan dikeluarkan versi PDF

dan bisa digunaka Dinkes Kota dan Fasyankes.

4. Apakah ada persyaratan untuk pencabutan SIPA dan bisa dilihat di PMK mana ?

kapan PTSP bisa memperlakukan persyaratan untuk self assessment sementara

saat ini belum tetapi perpanjangan untuk izin apotek sudah banyak masuk.

65

Pencabutan SIPA akan menyesuaikan Permenkes Nomor 889 Tahun 2016.

Persyaratan perizinan/PTSP mengacu pada regulasi yang sama, terkait

perizinan kefarmasian, akan disosialisasi. Untuk PTSP Kab Kota silahkan akses

OSS RBA.

5. Untuk daerah yang jauh dari kota, apakah toko obat bisa beli obat ke apotek

terdekat ?

Untuk penyediaan obat atau toko obat, itu sudah ada standarnya di Permenkes,

yaitu standar usaha toko obat.

6. Apakah ada aturan untuk batas jual beli jumlah obat di toko obat atau apotek ?

Sifatnya eceran, tergantung resep yaitu sejumlah resep, apoteker di apotek dan

TTK di apotek yang menentukan jumlah eceran.

Sekedar informasi :

Hingga saat ini kami dari DPMPTSP tidak dapat mengakses OSS RBA, adanya

pengumuman dari Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Kementerian

Investasi No 8 Tahun 2021, bahwasanya Sistem OSS RBA soft launching pada

tanggal 2 Agustus 2021 pkl.06.00 wib, namun dalam rangka penyempurnaan sistem

OSS RBA ini ditunda sampai dengan pemberitahuan selanjutnya. Dan terhitung

tanggal 30 Juli 2021 pkl. 18.00 wib, kami tidak dapat mengoperasionalkan OSS versi

1.1, sehingga saat ini sifatnya kami masih menunggu infi dari Kementerian Investasi,

mohon kepada Bapak untuk dapat juga menyampaikan kepada Kementerian

Investasi terkait pelayanan yang stuk saat ini untuk sektor kesehatan.

Materi Hasil Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Riau

1. Kenapa pemusnahan resep harus 5 tahun ?

Aturannya memang seperti itu, tujuannya untuk penelusuran, untuk kebutuhan,

untuk ketelusuran apakah ada pemeriksaan, apalagi hasil ini terkait obat

psikotropika.

D. WAKTU DAN TEMPAT

Waktu : Pertemuan dilaksanakan selama 1 hari

tanggal 03 Agustus 2021.

Tempat : Lokasi masing-masing secara online/ daring melalui aplikasi

zoom meeting

.

66

E. MATERI

1. Kebijakan Pemerintah dalam pelayanan kefarmasian ( update Regulasi

terkait )

2. Peningkatan mutu perizinan, pembinaan dan pengawasan di fasilitas

pelayanan kefarmasian ( RS, Puskesmas, Klinik, Apotek dan toko obat)

3. Hasil pengawasan obat dan makanan di Provinsi Riau

4. Penyampaian data, evaluasi dan tindak lanjut hasil pembinaan dan

pengawasan pelayanan kefarmasian

F. BIAYA KEGIATAN

Biaya Penyelenggaraan kegiatan ini berasal dari dana Dekonsentrasi APBN

Tahun anggaran 2021 kegiatan Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan

Kesehatan Nasional.

67

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Peseta berjumlah 64 orang dan mengikuti pembukaan pertemuan, di awali

dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan menggunakan aplikasi Zoom

meeting;

2. Menetapkan standar kegiatan usaha produk pada penyelenggaraan Perizinan

Berusaha berbasis Risiko Sektor Kesehatan yang tercantum pada lampiran PP

No 5 tahun 2021;

3. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan dilaksanakan melalui

sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

4. Peraturan Menteri yang mengatur mengenai Standar Kegiatan Usaha dan

standar Produk dalam Pemyelenggaraan Perizinan Berusaha Sektor Kesehatan

dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

Menteri No 14 Tahun 2021

5. Adapun tujuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang

Penyelengaraan Perizinan Berbasis Resiko :

a. Untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, melalui

pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha secara lebih efektif dan

sederhana; dan

b. Pengawasan kegiatan usaha yang transparan, terstruktur, dan dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

6. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko memuat pengaturan :

a. Lampiran 1 PP : Kode dan judul KBLI, ruang Lingkup, kegiatan, parameter

resiko,tingkat resiko, perizinan berusaha, jangka waktu, masa berlaku dan

kewenangan perizinan berusaha

b. Lampiran II PP : Persyaratan dan/atau kewajiban perizinan berusaha

berbasis risiko

c. Permenkes 14/2021 : Persyaratan dan/atau kewajiban perijinan berusaha

berbasis risiko

7. Permenkes 14/2021 : Standar usaha dan/atau standar produk

8. Persyaratan umum usaha : izin baru, perubahan izin dan perpanjangan izin

sedangkan persyaratan khususnya adalah peta lokasi, denah lokasi, daftar SDM

serta daftar sarana prasarana dan peralatan.

68

9. Jika ada perubahan izin apotek dan toko obat baik perubahan penanggung

jawab, nama apotek dan toko obat, alamat/lokasi, nama pelaku usaha, usaha,

syarat yang harus disiapkan adalah dokumen izin apotek dan toko obat yang

berlaku, data dokumen yang mengalami perubahan, self assesment

penyelengaraan apotek dan toko obat dan pelaporan terakhir.

10. Adapun syarat perpanjangan izin apotek dan toko obat adalah dokumen izin

apotek dan toko obat yang berlaku, seluruh persyaratan umum dan khusus, self

assesment penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan apotek dan

toko obat.

11. Pelayanan toko obat dan apotek diselengaraakan dalam rangka menjamin

ketersediaan dan akses masyarakat serta patient outcome dan patient safety.

12. Izin toko obat dan apotek dicabut berdasarkan kehendak pelaku sendiri, temuan

pelanggaran dan masa berlaku habis:

a. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan dilaksanakan melalui

Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

b. Peraturan Menteri yang mengatur mengenai Standar Kegiatan Usaha dan

Standar Produk dalam Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Sektor

Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan Peraturan Menteri Nomor 14 Tahun 2021.

13. Adapun tujuan dari Peraturan Pemerintah nomor 5 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Resiko :

a. Untuk meningkatkan ekosistem Investasi dan kegiatan berusaha, melalui

pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha secara lebih efektif dan

sederhana; dan

b. Pengawasan kegiatan usaha yang transparan, terstruktur, dan dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan.

14. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko memuat pengaturan :

a. Lampiran I PP : Kode dan judul KBLI, ruang lingkup, kegiatan, parameter

resiko, tingkat resiko, perizinan berusaha, jangka waktu, masa berlaku dan

kewenangan perizinan berusaha

b. Lampiran II PP : Persyaratan dan / atau kewajiban Perizinan Berusaha

Berbasis Resiko

c. Permenkes nomor 14 Tahun 2021 : Standar Usaha dan / atau standar

produk

69

15. Persyaratan Umum Usaha : Izin baru, perubahan Izin dan Perpanjangan Izin

sedangkan Persyaratan khususnya adalah peta lokasi, denah lokasi, daftar SDM

serta daftar sarana dan prasarana dan peralatan

16. Jika ada perubahan izin apotek dan toko obat baik perubahan penanggung

jawab, nama apotek dan nama toko obat, alamat/ lokasi, nama pelaku usaha,

syarat yang harus disiapkan adalah dokumen izin apotek dan toko obat yang

berlaku, data dokumen yang mengalami perubahan, self assesment

Penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan terakhir

17. Adapun syarat perpanjangan izin apotek dan toko obat adalah dokumen ijin

apotek dan toko obat yang berlaku, seluruh persyaratan umum dan khusus, self

assesment penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan apotek dan

toko obat

18. Pelayanan toko obat dan apotek diselenggrakan dalam rangka menjamin

ketersediaan dan akses masyarakat serta patient outcame dan patient safety

19. Izin toko obat dan Apotek dicabut berdasarkan kehendak pelaku sendiri, temuan

pelanggaran dan masa berlaku habis.

B. SARAN

1. Peran dari pelayanan kefarmasian sangat penting sehingga harus dilaksanakan

secara komprehensif baik dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP

maupun pelayanan farmasi klinik sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian

2. Pentingnya peran pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan kualitas hidup

pasien dalam pelayanan kesehatan, maka di perlukan pembinaan, pengawasan

dan pengendalian secara efektif, terpadu dan berkelanjutan

3. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan di laksanakan melalui

sistem Perizinan Berusaha Terintergrasi Secara Elektronik

4. Harus bisa menghadapi tantangan penyebaran Covid-19 yang melanda

Indonesia walaupun terkadang sulitnya menjaga keseimbangan antara

pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi dan pemenuhan pelayanan

kesehatan yang di butuhkan oleh masyarakat

5. Dimana SDM kita harus mampu dan bisa menggunakan dan memamfaatkan

tekhnologi dan informasi berfokus untuk obat dan BMHP yang di butuhkan untuk

menjamin ketersediaan yang berorientasi pada keselamatan pasien dalam

meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan sekaligus mencegah

penyebaran Covid – 19

70

6. SDM tidak boleh lemah dalam pengetahuan dan pendidikan serta penemuan

dalam menghadapi pandemi ini, serta harus selalu mengikuti perkembangan

dalam pengobatan dan penanggulanngan dalam mengahadapinya, dimana

semakin banyaknya bermunculan kasus baru dan varian dari Covid – 19

7. Pelayanan apotek dan toko obat di selenggarakan dalam rangka menjamin

ketersediaan dan Akses masyarakat serta patient outcame dan patient safety

8. Sistem OSS RBA hendaknya dapat segera di sempurnakan dan di operasikan.

71

BAB V PENUTUP

Berdasarkan amanat yang di berikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten

/ Kota / yang berhubungan langsung dengan Rumah Sakit dan Puskesmas dari Peraturan

Pemerintah nomor 72 tentang Pengamanan sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

(lembaran Negara republik Indonesian Tahun 1998 nomor 138, tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia nomor 3781) dan Peraturan Pemerintah no 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit serta Peraturan Menteri

Kesehatan nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,

Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 Menetapkan Standar produk pada Penyelenggaraan

Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan yang tercantum pada Lampiran

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 .

Adanya acara kegiatan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka

Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian pada Program Pelayanan

kesehatan dan JKN Tahun 2021 di harapkan petugas pembina dan pengawas pelayanan

kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota memiliki kualifikasi yang

memadai untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian

sehingga terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian yang

sesuai standar.

Data dan materi yang di peroleh dari Narasumber pada pertemuan kegiatan ini di

harapkan dapat di jadikan rujukan untuk perbaikan kedepannya bagi seluruh petugas

pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian dalam penyampaian data,

evaluasi dan tindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan

kefarmasian .

72

Foto Pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka pembinaan dan

pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian:

Narasumber: Bapak Yosef Dwi Irwan, S.Si, Apt dari Balai Besar POM Pekanbaru.

Narasumber: Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI ( Ibu

Dina Sintia Pamela, S.Si, M.Farm, Apt )

73

Narasumber Bapak Muhammad Zulfikar Biruni, Apt, MH dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI

74

Foto moderator

75

Laporan Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change

Gema Cermat Tahun 2021

76

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tujuan pembangunan kesehatan antara lain adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat, dan memiliki akses terhadap pelayanan

kesehatan bermutu, adil dan merata perlu diwujudkan agar tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi–tingginya, sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan, yaitu

Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.

Penggunaan obat yang rasional (POR) merupakan salah satu langkah dalam

upaya pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di setiap

fasilitas pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, sehingga tercapai keselamatan

pasien (patient safety).

Menurut WHO, penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima

obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan

kebutuhan, dan dalam periode waktu yang adekuat. Diperkirakan di seluruh dunia lebih

dari 50 % obat diresepkan dan digunakan secara tidak tepat, termasuk di Indonesia.

Hasil pemantauan dan evaluasi peresepan di fasilitas kesehatan dasar (Puskesmas)

menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada penyakit ISPA Non Pneumonia dan

Diare Non Spesifik masih cukup tinggi, yaitu mendekati 50 %.

Selain peresepan secara irrasional oleh tenaga kesehatan dan kurangnya

informasi penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penggunaan obat

secara tidak tepat juga dilakukan oleh masyarakat, baik kurangnya kepatuhan pasien

dalam menggunakan obat yang diresepkan maupun dalam pengobatan sendiri

(swamedikasi).

Swamedikasi adalah upaya pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat

sebelum mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan. Data Susenas menunjukkan lebih

dari 60 % penduduk Indonesia melakukan swamedikasi, dan hasil Riset Kesehatan

Dasar 2013 menunjukkan 35,2 % menyimpan obat di rumah tangga, dimana 86,1 %

dari obat yang disimpan tersebut adalah antibiotik yang diperoleh tanpa resep.

Swamedikasi secara tidak tepat dapat dilakukan karena berbagai hal seperti kurangnya

pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pengobatan, tingginya promosi obat

oleh produsen melalui berbagai media, dan kurangnya informasi dari tenaga kesehatan.

Untuk meningkatkan Penggunaan Obat Rasional oleh masyarakat, sejak

tahun 2015 di Pusat telah dicanangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan

77

Obat (GeMa CerMat) oleh Menteri Kesehatan . Gerakan ini dimaksudkan untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan masyarakat dalam

memilih, mendapatkan, menyimpan dan menggunakan obat dengan benar.

Pelaksanaan gerakan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang terkait.

Keterlibatan lintas sektor ini diharapkan dapat menunjang keberhasilan dan pencapaian

tujuan Gerakan.

Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat di Propinsi Riau

sendiri telah dilakukan sejak Tahun 2016, dimana Kab Siak adalah sebagai Pilot Project

dari Kementrian Kesehatan. Kemudian dilanjutkan dengan Sosialisasi Gema Cermat di

TK. Propinsi Riau Maret 2017 di Pekanbaru dengan mengundang Apoteker perwakilan

di 12 Kab/Kota, keterlibatan Organisasi wanita, kepemudaan, organisasi profesi,

Mahasiswa, Tokoh Masyarakat, kader Posyandu, majelis taklim.

Pada Tahun 2017 sd 2019 Gema Cermat disosialisasikan di Kabupaten

Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kab Kampar , Inhu, Inhil , Kabupaten Rokan Hilir.

Dari 12 Kab Kota sudah 8 Kab yang dilakukan Sosialisasi Gema Cermat. Sisa 4 Kab

Kota lain yaitu Bengkalis, Kuansing Dumai dan Kep Meranti yang dilaksanakan pada

saat ini.

Pada kesempatan ini dapat kami sampaikan sudah 463 Apoteker Agent Of

change di Propinsi Riau, dimana 320 yang dilatih oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan

143 orang dilatih Oleh PC IAI Pekanbaru.

Kami sangat berharap kegiatan pembekalan APoteker Agent Of Change ini makin

menambah jumlah masyarakat, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain serta stake

holder terkait yang tersosialisasikan tentang edukasi gerakan masyarakat cerdas

menggunakan Obat terutama pada saat sekarang masa pandemic Covid19 dimana

banyak beredar kabar hoaks yang perlu diklarifikasi dan diluruskan di masyarakat. Dan

hendaknya kegiatan gema cermat ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan

mengedukasi lebih banyak lagi stakeholder yang terlibat dan bekerja sama dengan

instansi/lembaga/ormas/organisasi profesi agar masyarakat lebih cerdas dalam

mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar serta

lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan antibiotik.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998

Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

78

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009

Tentang Pekerjaan Kefarmasian

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

189/Menkes/SK/III/ 2006 tentang Kebijakan Obat Nasional

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/ Menkes/427/2016

tentang Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.

C. TUJUAN PERTEMUAN

- Bertambahnya jumlah Apoteker Agent Of Change Gerakan Masyarakat

Cerdas Menggunakan Obat ( GEMA CERMAT) yang mampu mengedukasi

masyarakat dalam penggunaan obat yang baik dan benar

- Meningkatnya kemampuan Apoteker Agent Of Change dalam

Berkomunikasi secara baik dan profesional

- Meningkatnya kemampuan Petugas pembina dan pengawas pelayanan

kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki

kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan

pelayanan kefarmasian.

- Terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian

yang sesuai standar.

- Terlaksananya penggunaan obat rasional di masyarakat dan fasilitas

pelayanan Kesehatan

- meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

penggunaan obat secara benar.

- Meningkatnya kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam

penggunaan obat secara benar untuk meningkatnya penggunaan obat

rasional

79

BAB II

PERSIAPAN PERTEMUAN

B. PERSIAPAN

Persiapan pelaksanaan Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change

Gema Cermat Tahun 2021 merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan

diselenggarakan, meliputi persiapan administrasi dan persiapan tehknis

3. Persiapan Administrasi

Persiapan Administrasi dalam rangka pelaksanaan persiapan pertemuan

Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Kab Kota Se-Provinsi

Riau Tahun 2021 antara lain :

a. Membentuk susunan panitia penyelenggara pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

b. Menetapkan moderator dan notulen pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

c. Menetapkan peserta dan narasumber pertemuan dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

d. Menyusun jadwal pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema

Cermat Kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun 2021

e. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Direktorat

Pelayanan Kefarmasian

f. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Ketua PD IAI Riau

g. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Dinas Kesehatan

Kab SIAK untuk Master AOC

h. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke MF Communication

i. Membuat Surat Permintaan Satuan Kredit PArtisipasi (SKP) bagi Peserta

Pertemuan ke Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Riau

j. Membuat surat undangan peserta pertemuan Pembekalan Apoteker Agent

Of Change Gema Cermat Kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun 2021

k. Membuat laporan ketua panitia

l. Membuat kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau

m. Membuat surat permohonan untuk membuka acara pertemuan Pembinaan

Terhadap Penyalur Alat Kesehatan se Provinsi Riau Tahun 2021 secara

resmi.

80

n. Membuat Draf Sertifikat Apoteker Agent OF Change Gema Cermat Tahun

2021

4. Persiapan Teknis

a. Berkoordinasi dengan TIM IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk

persiapan pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema

Cermat melalui Daring (Zoom Meeting) untuk Tanggal 15 Juli 2021

b. Membuat Link Pendaftaran/Registrasi Peserta melalui link google form

https://bit.ly/regpembekalan2021

c. Membuat Link Zoom Meeting untuk pertemuan Pembekalan Apoteker Agent

Of Change Gema Cermat Kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun 2021

d. Meeting ID 868 0341 0375 Passcode : GEMA2021

e. Membuat link google form absensi saat pertemuan

f. Mengirimkan surat pemanggilan peserta ke Dinas Kesehatan Kab/Kota Se

Provinsi Riau

g. Mengirimkan surat permintaan narasumber Ke seluruh Narasumber

Pertemuan melalui email dan WAG

h. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang

berwenang untuk membuka acara pertemuan secara resmi

i. Membuat link google form untuk Post Test Peserta Pertemuan

j. Mengadakan persiapan Media dan Perlengkapan pelaksanaan zoom

meeting

k. Membuat Backdrop Zoom Meeting Pertemuan

l. Berkoordinasi dengan IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk dokumentasi

pelaksanaan pertemuan melalui youtube

(https://www.youtube.com/watch?v=rGsVMyz735sbe

m. Membuat google link untuk materi pertemuan pembekalan Apoteker AOC

Gema Cermat (https://bit.ly/materipertemuanpembekalan2021)

81

BAB III

PELAKSANAAN PERTEMUAN

A. PESERTA

1. Jumlah Peserta

Peserta pertemuan berjumlah 270 (dua ratus tujuh puluh ) orang terdiri dari:

Apoteker yang praktek di Pelayanan Kefarmasian (Puskesmas, Klinik, Rumah

Sakit, Apotek) yang belum pernah mengikuti Pertemuan Pembekalan Apoteker

sebagai Agent Of Change Gema Cermat pada tahun sebelumnya.

2. Kriteria Peserta

➢ Apoteker yang aktif dan berpraktek di Pelayanan Kefarmasian (Puskesmas,

Klinik, Rumah Sakit, Apotek)

➢ Apoteker yang berkeinginan dan bertangggung jawab untuk mengedukasi

masyarakat agar cerdas dalam menggunakan obat

B. NARASUMBER DAN MODERATOR

1. Narasumber dan Materi

a. Narasumber

Narasumber pada Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change

Gema Cermat adalah:

1) Pejabat struktural/fungsional di Direktorat Pelayanan Kefarmasian

Ditjen kefarmasian dan Alkes Kementrian Kesehatan RI yaitu:

a). Apt Andrie Fitriansyah, S.Si (Administrator Kesehatan Ahli Madya)

b). Sri Suratini, S.Si, Apt M.Farm ( SubKoordinator Klinikal Farmasi)

2) Pejabat Fungsional pada Dinas Kesehatan Provinsi Riau, yaitu:

Apt Nurul Fadhilah, S.Si, M.Si (Administrator Kesehatan Ahli Madya

Dinas Kesehatan Provinsi Riau)

3) Apt Enda Mora, S.Si, M.Farm (Wakil Ketua PD IAI Riau)

4) Apt ZaiyusZamsari, S.Si, M.Kes (Master Apoteker Agent Of Change

Gema Cermat) yang bertugas di DInas Kesehatan Kab Siak

b. Materi

Materi Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat

Kab Kota Se- Provinsi Riau terdiri dari :

1) Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat

82

2) Penguatan Peran Apoteker di fasyankes : Penerapan Standar Pelayanan

Kefarmasian di fasyankes

3) Dapatkan Gunakan Simpan dan Buang (DAGUSIBU) obat dengan

benar

4) Metode Edukasi pada Masyarakat: Tahapan dan Inovasi yang

dikembangkan dalam Proses Pembelajaran Materi yang disampaikan

pada Gema Cermat

5) Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat dan DUkungan

Pemerintah Provinsi Riau

6) Penutupan.

2. Moderator

Moderator adalah seseorang yang ditunjuk untuk memfasilitasi narasumber dan

peserta pertemuan.

Moderator pada Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema

Cermat Kab/Kota Se Provinsi Riau pada tanggal 15 Juli 2021 antara lain:

1. Fhitria Rosanty, S.Si, Apt

2. Nur Aslinawati, SKM

3. Ns. Noviyanti, S.Kep MKL

C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

D. PELAKSANAAN PERTEMUAN

Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Tahun 2021

berlangsung lancar, yaitu pada tanggal 15 Juli 2021 dengan menggunakan metode

distance learning aplikasi zoom meeting dengan kode Meeting ID 868 0341 0375

Passcode : GEMA2021 yang berlangsung dari pukul 08.00 sd 16.00

Pukul 08.00 – 09.00 WIB

1. Panitia melakukan persiapan aplikasi zoom meeting dengan Meeting ID 868 0341

0375 Passcode : GEMA2021 dan peserta menunggu persiapan pembukaan

2. Seluruh peserta dan panitia mengikuti Pembukaan Pertemuan Pembekalan

Apoteker Agent Of Change Gema Cermat yang di awali oleh MC Martitaliya Dewi

Waktu : Selama 1 ( satu ) hari

Tanggal 15 Juli 2021

Tempat : Daerah masing-masing via zoom meeting

83

S.Farm dan selanjutnya Kata sambutan dari Ketua panitia Ns. Islamiyah S.Kep,

MKM selaku Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes.

3. Pertemuan ini dibuka oleh Plt Kepala Bidang SDK dan Kefarmasian Dinas

Kesehatan Provinsi Riau mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau yaitu

dr. Yohanes M.Si

4. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipandu oleh Bapak Junaidi, SKM

menurut agama dan kepercayaan masing – masing.

Materi Pertama : Pukul 09.00 – 10.00 WIB

1. Materi Pertama yaitu: Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat yang

disampaikan oleh Narasumber dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian DItjen

Farmalkes Kemkes RI Yaitu: Apt Andrie Fitriansyah S.Si dengan dipandu oleh

moderator sdri. Fhitria Rosanty S.Si, Apt.

2. Adapun Outline Materi yang disampaikan adalah:

➢ Pelayanan Kefarmasian dalam Pelayanan Kesehatan

➢ Masalah Penggunaan Obat pada Masyarakat

➢ Gema Cermat dan Strategi Pelaksanaan

➢ Materi edukasi Masyarakat

➢ Kondisi Pandemi saat ini

➢ Peran Apoteker dalam Penanganan Pandemi COvid-19

➢ Penutup

Pukul 10.00 – 10.10 WIB ( BREAK )

Materi kedua Pukul 10.10 – 11.10 WIB

1. Materi Kedua yaitu : Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes : Penerapan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Fasyankes yang disampaikan oleh

Narasumber dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Apt. Sri Suratini, S.Si,

M.Farm selaku subkoordinator Klinikal farmasi dan dipandu oleh moderator Apt.

Fithria Rosanty, S.Si

2. Adapun Outline Materi yang disampaikan adalah:

➢ Penguatan Pelayanan Kesehatan

➢ Penguatan perizinan, pembinaan dan pengawasan dalam kondisi pandemi

Covid-19

➢ Peran Apoteker dalam Manajemen resiko tata Kelola Obat

84

➢ Standar Pelayanan Kefarmasian di fasyankes ( Puskesmas, rumah sakit dan

Apotek)

➢ Peran Apoteker di Fasyankes

➢ Pelayanan Farmasi Klinis di Masa Pandemi Covid-19

➢ Evaluasi Mutu

➢ Indikator Pelayanan Kefarmasian dan target 2020-2024

➢ Data Evaluasi Pelayanan Kefarmasian di Provinsi Riau TW II Tahun 2021

➢ Kesimpulan

Materi ketiga pukul 11.10 – 12.10 WIB

1. Materi ketiga yaitu : Dagusibu Dapatkan Gunakan Simpan dan Buang Obat secara

Benar yang disampaikan oleh Apt Enda Mora, S.Si, M.Farm selaku narasumber

dari Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Wilayah Riau yang dipandu oleh

moderator Ns. Noviyanti, S.Kep, MKL

2. Adapun Outine Materi yang disampaikan adalah :

➢ Pengertian Penyuluhan, Materi Penyuluhan dan Persiapan Penyuluhan serta

Menyusun Perencanaan Penyuluhan bagi Apoteker Agent Of Change Gema

Cermat

➢ Dapatkan Obat dengan Benar

➢ Gunakan Obat dengan Benar

➢ Simpan Obat dengan Benar

➢ Buang Obat dengan Benar

Pukul 12.10 – 13.10 WIB ( I S H O M A )

Materi keempat Pukul 13.10 – 14.40 WIB

1. Materi keempat yaitu : Metode Edukasi pada Masyarakat : Tahapan dan Inovasi

yang dikembangkan dalam proses pembelajaran Materi yang disampaikan pada

Gema Cermat yang disampaikan oleh Apt. Zaiyuszamsari, S.Si, M.Kes selaku

salah satu Master Of Apoteker Agent Of Change Gema Cermat di Provinsi Riau

dan dipandu oleh Moderator Nuraslinawati SKM.

2. Adapun Outline dari Materi yang disampaikan adalah:

➢ Strategi Pelaksanaan Gema Cermat

➢ Strategi Edukasi

➢ Materi edukasi

➢ Cara Edukasi Kepada Masyarakat selama pandemic Covid-19

85

Materi kelima Pukul 14.40 – 15.40 WIB

1. Materi kelima yaitu : Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat dan

Dukungan Pemerintah Provinsi Riau yang disampaikan oleh Apt. Nurul Fadhilah,

S.Si, M.Si sebagai narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau dengan

dipandu oleh Moderator sdri. Nuraslinawati, SKM

2. Adapun outline materi yang disampaikan adalah :

➢ Pelaksanaan Sosialisasi dan Pembekalan Apoteker AOC Gema Cermat di

Provinsi Riau 2016 sd 2019

➢ Dukungan Pemerintah Provinsi Riau (Dinas Kesehatan) dalam Pelaksanaan

Gema Cermat di Provinsi Riau

➢ Kegiatan Inovasi Gema Cermat

➢ Beberapa Kendala dan Solusi

➢ Pemantauan dan Evaluasi (MONEV) Gema Cermat

3. Seluruh materi pertemuan ini dapat peserta download di link

(https://bit.ly/materipertemuanpembekalan2021)

4. Setiap sesi pagi dan siang tersedia absensi melalui google form yang harus diisi

oleh peserta

Materi keenam POST TEST Pukul 15.40 – 16.00 WIB

Seluruh peserta pertemuan wajib mengikuti POST Tes diakhir acara Pertemuan

Pembekalan Apoteker Agent OF Change Gema Cermat

Post tes ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi tingkat pemahaman

peserta ada pertemuan ini.

Rencana Tindak Lanjut dan Penutupan Pukul 16.00 – 16.10 WIB

Sebelum acara Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change ini ditutup

dibuat kesepakatan Rencana Tindak Lanjut antara peserta pertemuan dan panitia

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (Terlampir)

86

E. Hasil Diskusi dan Tanya jawab

NO PERTANYAAN JAWABAN

1. Materi DAGUSIBU

(Apt Endamora)

Penanya:

Ayu Rahmawati;

Bagaimana cara / sikap kita

terhadap Obat Of Label yang di

tulis dan Dikeluarkan Oleh Dokter

apalagi dokter Spesialis

Konsultasikan pada Dokter Penulis resep

dalam bentuk kesepakatan ( Mou) bahwa,

apoteker tidak bertanggung jawab terhadap

efek samping Obat

2. Rahmi .A

Ada Obat yang tidak aman bagi

ibu hamil , tetapi dokter

menyatakan aman

Apa solusinya?

Cari pengganti obat yang aman dan

minimalisir efek samping

3. Materi Kebijakan dan Strategi

pelaksanaan Gema Cermat

Penanya :

1. Apt Andri

Bagaimana cara kita untuk bisa

melaksanakan strategi yang ada

dalam pelaksanaan gema cermat?

2. Dina Deswita , S. Farm

Dengan Semakin mudahnya

Masyarakat mengakses Informasi

tentang Obat Bagaimana cara kita

mengedukasi pasien yg datang ke

Apotik yg membawa catatan

Obat, setelah di edukasi tetap

Ngotot memakai obat yang

mereka searching sendiri di Media

social

Intinya lakukan edukasi, pahami situasi dan

Kondisi yang ada, Fokus pada sasaran yg

kita tuju, perlu kolaborasi dg pihak antar

lintas program terkait

Sampaikan tentang indikasi obat tersebut,

efek samping dll dan berikan pemahaman

bahwa setiap pasien memiliki kondisi yang

berbeda-beda dan memiliki terapi yang

berbeda pula, jika hanya penyakit ringan

bisa swamedikasi tetapi jika sakit berlanjut

silahkan konsultasi kan ke dokter

87

2.Apt. Dedy Parlaungan

Dalam kegiatan Gema Cermat

yang dilakukan untuk Masyarakat ,

sebenarnya Bidang Yankes

Dinkes Riau juga punya program

yg di sebut PKB (Pelayanan

Kesehatan Bergerak) di Kab

Rokan Hulu, bagaimana agar

APoteker AOC ikut berperan

dalam baksos tersebut? Apakah

bersedia berkolaborasi?

3. Apt. Desmaria Dumai

Bagaimana sebaiknya peran

Apoteker dalam dalam proses

Vaksinasi Covid 19 , kenapa

sebagian besar Apoteker tidak

dilibatkan dalam tim Vaksin

Khususnya di FKTP

4. Apt. Adrian Mulya

Peran Apoteker terkait Vaksinasi

dari awal sebenarnya apoteker

sudah mempertanyakan peran

mereka dengan adanya Pelatihan

yang dilakukan Vaksinator tetapi

tidak ada penjelasan posisi

Apoteker itu.

Dari segi mana, mengingat

apoteker sudah biasa sebagai

pengatur cold chain terhadap obat

obatan, kenyataannya tim

vaksinator terdiri dari:

1 org dokter

2 org Perawat atau bidan

2 org Adm yg sah dan di SK kan

Sedangkan Apoteker tidak

PC IAI Rohul Siap utk berkolaborasi

Regulasi tugas Apoteker untuk Pengelolaan

Vaksin dan lakukan Advokasi

Ikuti Pelatihan Pengelola Vaksin , lakukan

advokasi oleh organisasi Profesi

88

termasuk dalam SK yg di latih itu,

hal ini terkait dalam pengambilan

vaksin saja harus tunggu suhu

sesuai vaksin baru berangkat ke

layanan

Tapi dalam tehknis keterlibatan

farmasi sedikit diabaikan dan

begitu juga dengan Vaksin

Massal.

F. BIAYA PERTEMUAN

Biaya pertemuan berasal dari Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

APBN Satuan Kerja Perangkat Daerah Nomor : 024.07.099016 Program Kefarmasian

dan Alat kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun Anggaran 2021.

89

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Kab/Kota

Se Provinsi Riau Tahun 2021 diikuti oleh 270 orang peserta yang dilaksanakan

secara daring Zoom Meeting pada hari Kamis tanggal 15 Juli 2021 dari pukul

08.00 – 16.10 WIB dengan Meeting ID 868 0341 0375 Passcode : GEMA2021

2. Narasumber berasal dari Kementerian Kesehatan RI Ditjen Kefarmasian dan

Alat kesehatan Direktorat Pelayanan Kefarmasian (2 orang), PD IAI Riau (1

orang), Master AOC Gema Cermat Riau (1 orang) dan Dinas Kesehatan

Provinsi Riau (1 orang).

3. Pertemuan berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir sesi pertemuan serta

Materi disampaikan secara rinci dan terstruktur oleh narasumber yang memiliki

kompetensi dibidangnya masing-masing.

4. Selama pertemuan berlangsung peserta sangat antusias yang dapat dilihat dari

banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber.

5. Setiap Peserta Pertemuan yang telah mengisi absen dan mengikuti Post tes

akan diberikan Sertifikat sebagai Apoteker Agent Of Change Gema Cermat dan

Satuan Kredit Profesi (SKP) dari Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia

Wilayah Riau.

6. Setiap Apoteker yang telah memiliki Sertifikat Sebagai Apoteker Agent Of

Change berkewajiban untuk melaksanakan dan meneruskan kegiatan

Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) ditengah –

tengah masyarakat diwilayah kerja dan tempat tinggal masing-masing.

7. Siaran ulang pertemuan pembekalan Apoteker agent Of Change Gema Cermat

dapat dilihat di link Youtube

(https://www.youtube.com/watch?v=rGsVMyz735sbe

90

B. SARAN

Adapun saran atau Rencana Tindak Lanjut dari Pertemuan Pembekalan Apoteker

Agent Of Change Gema Cermat kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun Anggaran 2021

antara lain:

1. Untuk Dinas Kesehatan Provinsi Riau

1. Mengupayakan Pertemuan untuk peningkatan Kompetensi bagi Apoteker

AOC Gema Cermat Provinsi Riau

2. Menjalin kerja sama dengan Organisasi Profesi agar Apoteker Gema

Cermat lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat dalam penggunaan obat

dan alkes secara baik dan benar

3. Merekap Kegiatan Gema Cermat dari Kab/Kota Se-Provinsi Riau dan

dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Setiap 6 bulann sekali)

4. Dinas Kesehatan Provinsi Riau bekerjasama dengan PD IAI Riau

mengupayakan SKP setiap kegiatan Penyuluhan Gema Cermat

2. Untuk DinasKesehatan Kabupaten/Kota

1. Bagi Kab/Kota yang belum membuat SK Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota

tentang penunjukan Apoteker Agent Of Change di Wilayah Masing-masing

agar membuat SK tersebut.

2. Didalam SK ditunjuk Koordinator sebagai Penggerak/Motivator AOC

lainya (Master AOC).

3. Bersama-sama dengan AOC diwilayahnya membuat program kerja

kegiatan dan target capaian kerja

4. Mengupayakan anggaran untuk kegiatan gema cermat melalui APBD atau

sumber anggaran lain yang memnungkinkan

5. Merekap dan melaporkan selurug kegaiatan Apoteker Gema Cermat

melalui Form yang diberika setiap bulan dikirimkan ke Dinas kesehatan

Provinsi Riau email : [email protected]

3. Untuk Apoteker AOC Gema Cermat

1. Membuat rencana kerja perbulan untuk masing-masing AOC Gema Cermat

dalam mengedukasi masyarakat(baik secara lansung di pelayanan dan

melalui daring) dikirim ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.

2. Membuat kegiatan inovasi Gema Cermat (Pemberdayaan Masyarakat

dalam penggunaan obat, inovasi video, poster, brosur edukasi obat kepada

masyarakat dll)

91

3. Melaporkan setiap kegiatan edukasi penggunaan obat ke DInas Kesehatan

Kab/Kota setiap bulan sekali (Form Monev GC)

4. Memanfaatkan media social untuk share informasi terkait penggunaan obat

agar masyarakat terhindar dari informasi yang palsu/hoaks

5. Membuat kelompok kecil (Ibu-ibu arisan di perum terdekat yang rutin dibina

dan diesukasi kemudian dilakukan evaluasi setelah 3 bulan apakah terjadi

perubahan perilaku)

6. Apoteker AOC berperan aktif dalam upaya mengedukasi masyarakat untuk

meluruskan informasi palsu/hoaks terkait obat-obat covid-19.

92

BAB V

PENUTUP

Apoteker sebagai Agent Of Change Gerakan masyarakat cerdas menggunakan

obat (Gema Cermat) merupakan tenaga kesehatan yang ditunjuk dan dibekali keilmuan

serta memiliki komitmen dan kemampuan dalam mengedukasi masyarakat serta

mempengaruhi perilaku masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk

peningkatan penggunaan obat yang benar sehingga akan tercapai pengobatan yang

rasional.

Peran aktif para Apoteker sebagai agent of change gema cermat sangat

diharapkan terutama disaat masa pandemi karena masyarakat perlu infomasi penggunaan

obat dan alat kesehatan yang benar untuk mengantisipasi berita palsu/hoaks yang

beredar dimasyarakat dan media social.

Adanya acara Pertemuan Pembekalan Apoteker agent of change gema cermat ini

menambah jumlah apoteker di Riau Sebagai agent Of Change Gema Cermat yang

dinantikan kreativitas dan inovasinya dalam mengedukasi masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan obat rasional ini dapat dilakukan

dengan berbagai strategi dan metode sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ingin

dicapai. Regulasi dan advokasi ke berbagai pihak baik pemerintahan dan organisasi

profesi perlu dilakukan agar kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih bermanfaat dan

dapat mempengaruhi perubahan perilaku dalam mendapatkan, menggunakan,

menyimpan dan membuang obat secara benar.

93

DOKUMENTASI PERTEMUAN PEMBEKALAN APOTEKER AoC GEMA CERMAT

DI KAB/KOTA SE PROVINSI RIAU PEKANBARU, 15 JULI 2021

Hari : Kamis, 15 Juli 2021 ➢ Kegiatan : Pembukaan Pertemuan

Pembawa Acara : Martitaliya dewi, S.Farm Pukul : 08.00 – 09.00 WIB

Pembukaan Acara oleh MC

➢ Kegiatan : Laporan Ketua Panitia Penyelenggara

Kasi Farmalkes : Ns Islamiyah, S.Kep, MKM

Pukul : 08.00 – 09.00 WIB

94

Laporan Ketua Panitia Penyelenggara oleh Kasi Kefarmasian dan Alkes Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau

➢ Kegiatan : Kata Sambutan dan Pembukaan Acara

Kabid SDK dan Kefarmasian : dr. Yohanes, M.Si Pukul : 08.00 – 09.00 WIB

Kata Sambutan dan Pembukaan oleh Kabid SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau

➢ Kegiatan : Pembacaan Do’a dan Foto Bersama

Penanggung Jawab : Panitia Penyelenggara

Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

Sesi Foto Bersama Seluruh Peserta

95

➢ Materi : Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat

Moderator : Fhitria Rosanty, S.Si, Apt

Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat

Narasumber : Apt. Andrie Fitriansyah, S.Si Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

Pemaparan materi Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat oleh Narasumber

96

➢ Pukul : 10.00 – 10.10 WIB (Break)

➢ Materi : Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes

Moderator : Fhitria Rosanty, S.Si, Apt

Pukul : 10.10 – 11.10 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes

Narasumber : Sri Suratini, S.Si, Apt, M.Farm

Pukul : 10.10 – 11.10 WIB

Penjelasan materi Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes oleh Narasumber

97

➢ Materi : Dagusibu

Moderator : Ns. Noviyanti.J, S.Kep, M.KL

Pukul : 11.10 – 12.10 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Dagusibu

Narasumber : Apt. Enda Mora, S.Si, M.Farm

Pukul : 11.10 – 12.10 WIB

Pemaparan materi Dagusibu oleh Narasumber

98

➢ Pukul : 12.10 – 13.10 WIB (ISHOMA)

➢ Materi : Metode Edukasi pada Masyarakat

Moderator : Nur Aslinawati, SKM

Pukul : 13.10 – 14.40 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Metode Edukasi pada Masyarakat

Kasi Farmalkes : Apt. ZaiyusZamsari, S.Si, M.Kes Pukul : 13.10 – 14.40 WIB

Penjelasan materi Metode Edukasi pada Masyarakat oleh Narasumber

99

➢ Materi : Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat

Moderator : Nur Aslinawati, SKM

Pukul : 14.40 – 15.40 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat

Kasi Farmalkes : Nurul Fadhilah, S.Si, Apt Pukul : 14.40 – 15.40 WIB

Penjelasan materi Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Gema Cermat

oleh Narasumber

100

➢ Materi : RTL dan Penutupan Pertemuan

Kasi Farmalkes : Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM

Pukul : 15.40 – 16.00 WIB

Rencana Tindak Lanjut dan Penutupan Pertemuan oleh Kasi Farmalkes Bidang SDK dan

Kefarmasian Dinkes Prov Riau

101

Laporan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat

di Kab/Kota se Provinsi Riau Tahun 2021

102

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kementerian Kesehatan telah melaksanakan berbagai strategi yang meliputi

strategi regulasi, manajerial dan edukasi untuk meningkatkan POR di fasilitas

kesehatan, khususnya milik pemerintah. Walaupun upaya ini didukung oleh jajaran

Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota melalui Penggerakan POR di seluruh

Provinsi, namun dirasa belum cukup memadai. Oleh karena itu dibutuhkan strategi

yang komprehensif yang melibatkan berbagai pihak dan stakeholder termasuk

Apoteker sebagai Agent of Change (Aoc) untuk mencapai tujuan POR.

Sejak tahun 2016 – 2019 telah dilaksanakan kegiatan pembinaan, sosialisasi dan

pembekalan bagi Apoteker Agent of Change Gerakan Masyarakat Cerdas

Menggunakan Obat (GeMa CerMat) di 219 Kab/Kota di 34 Provinsi. Pada tahun 2018

dan 2019 telah dilakukan optimalisasi peran apoteker sebagai Agent of Change yang

merupakan tindak lanjut kepada apoteker yang telah mengikuti pembekalan dan

sosialisasi Gema Cermat untuk memaksimalkan peran apoteker dalam melakukan

edukasi pada masyarakat. Selain itu kegiatan ini dilaksanakan sebagai evaluasi dan

supervisi pemerintah pusat terhadap perkembangan pelaksanaan Program Gema

Cermat di Provinsi dan Kab/Kota. Dengan demikian upaya peningkatan POR di

provinsi khususnya pada masyarakat dapat menjadi lebih terarah, tersistematis,

terkoordinir dan berkesinambunangan untuk mendukung upaya peningkatan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Berkaitan dengan hal tesebut maka dirasa perlu untuk melakukan kegiatan

Pertemuan Optimalisasi Apoteker Aoc Gema Cermat di Kab/Kota se Provinsi Riau.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang

Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian;

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/Menkes/SK/III/

2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan

Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga;

103

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/Menkes/427/2016 tentang Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan

Obat.Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

C. MAKSUD DAN TUJUAN PERTEMUAN

Adapun maksud dan tujuan pertemuan ini adalah :

1. Maksud Pertemuan

a. Peningkatan kapasitas terhadap petugas pembina dan pengawas pelayanan

kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota.

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional di masyarakat dan fasilitas

pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Pertemuan

a. Petugas pembina dan pengawas pelayanan kefarmasian di Dinas Kesehatan

Provinsi/Kab/Kota memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan

pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian.

b. Terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian yang

sesuai standar.

c. Terlaksananya penggunaan obat rasional di masyarakat dan fasilitas pelayanan

kesehatan.

d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

penggunaan obat secara benar.

e. Meningkatnya kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam

penggunaan obat secara benar serta meningkatnya penggunaan obat rasional

104

BAB II

PERSIAPAN PERTEMUAN

A. PERSIAPAN

Pelaksanaan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se

Provinsi Riau secara teknis merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/427/2016 tentang Gerakan Masyarakat Cerdas

Menggunakan Obat.

Persiapan pelaksanaan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di

Kab/Kota se Provinsi Riau merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan

diselenggarakan, meliputi persiapan teknis dan persiapan administrasi. Pada masa

pandemi Covid – 19 diarahkan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) dalam

pengelolaan pertemuan, hal ini meminimalisir berkumpulnya orang sesuai dengan

protokol kesehatan. Dengan demikian bahan materi, strategi penyampaian untuk

materi, metode, alat bantu dan media berbasis pembelajaran jarak jauh.

1. Persiapan Teknis

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan persiapan teknis

penyelenggaraan antara lain :

a. Membentuk kepanitiaan, moderator, notulen dan peserta provinsi yang

ditetapkan dengan Surat Keputusan yang terdiri dari : penanggung jawab,

ketua, sekretaris dan anggota (kepanitiaan).

b. Melakukan koordinasi dengan lintas program/lintas sektor antara lain Direktorat

Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kementerian Kesehatan RI dan

Dinas Kesehatan Kab/Kota.

c. Menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi substansi.

d. Menyiapkan/optimalisasi perangkat koneksi internet.

e. Dengan menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada

pelaksanaan rapat persiapan pertemuan diikuti oleh pejabat struktural seksi

Farmalkes Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau dan staf terkait.

Rapat persiapan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2021 di Aula Bidang SDK

dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau. Koordinasi juga dilaksanakan melalui alat

komunikasi mobile phone maupun e-mail (surat elektronik) dengan Direktorat

Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI dan MF

Communication. Pada saat rapat persiapan dibahas penentuan peserta,

penentuan moderator, penentuan narasumber dan jadwal tentatif.

105

f. Membuat akses serta password untuk masuk dalam aplikasi pertemuan jarak

jauh/ distance learning bagi peserta dan narasumber.

g. Membuat google form registrasi, absen peserta dan post test.

h. Memberikan akses serta password kepada peserta untuk dipelajari.

i. Mengirim surat pemanggilan peserta paling lambat 2 (dua) minggu sebelum

pertemuan dilaksanakan serta memonitor surat pemanggilan peserta.

j. Mengirim surat permohonan narasumber paling lambat 1 (satu) minggu

sebelum perteman dimulai serta memonitor surat permohonan narasumber.

k. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang berwenang

untuk membuka acara pertemuan secara resmi.

2. Persiapan Administrasi

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan persiapan administrasi

penyelenggaraan antara lain :

a. Membuat draft surat menyurat antara lain pemanggilan peserta, menyiapkan

jadwal pertemuan beserta nama narasumber dan moderator, permohonan

narasumber dengan mencantumkan materi pertemuan, waktu penyampaian

serta melampirkan jadwal pertemuan, permohonan untuk membuka pertemuan

secara resmi kepada pejabat yang berwenang.

b. Menyusun kerangka acuan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema

Cermat di Kab/Kota se Provinsi Riau.

c. Membuat draft naskah sambutan pembukaan dan draft laporan ketua panitia.

106

BAB III

PELAKSANAAN PERTEMUAN

A. PESERTA

1. Jumlah Peserta

Peserta berjumlah 131 orang yang berasal dari Apoteker di Kab/Kota.

2. Kriteria Peserta

Apoteker AoC yang sudah pernah dilatih dan mendapat pembekalan sebagai AoC.

B. NARASUMBER DAN MODERATOR

1. Narasumber

Narasumber pada Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di

Kab/Kota se Provinsi Riau adalah

a. Pejabat struktural/fungsional Ditjen Farmalkes Kemenkes RI, MF

Communication dan Dinas Kesehatan Provinsi.

b. Menguasai substansi (profesional dibidangnya).

Adapun nama narasumber dan materi yang diberikan :

a. I Gusti Ayu Trisnadewi, Apt

Materi : Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat.

b. Tri Ratna Rejeki, S.farm, Apt

Materi : Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi

c. Michiko J Frizdew

Materi : Teknik Komunikasi Efektif

d. Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM

Materi : Penyusunan Rencana Tindak Lanjut.

2. Moderator

Pada pertemuan ini mempunyai moderator atau seseorang yang ditunjuk untuk

memfasilitasi narasumber dan peserta pertemuan. Adapun nama – nama

moderator sebagai berikut :

a. Nurul Fadhilah, S.Si, Apt.

b. Fhitria Rosanty, S.Si, Apt.

c. Aidar Yetti, S.Sos.

d. Nur Aslinawati, SKM.

107

C. PROSES PERTEMUAN

Proses Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se

Provinsi Riau berlangsung 1 hari yaitu pada tanggal 14 Juli 2021 menggunakan

metode distance learning dengan aplikasi zoom meeting. Jalannya proses pertemuan

adalah sebagai berikut :

1. Pukul 08.00 – 09.00 WIB

a. Peserta mengikuti pembukaan pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema

Cermat di Kab/Kota Se Provinsi Riau dan menyanyikan lagu Indonesia Raya

dengan menggunakan aplikasi zoom meeting.

b. Pertemuan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang diwakili

oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Riau (Ibu Elly Hayatinur, Sp, M.Kes ).

Laporan ketua panitia penyelenggaraan dibacakan oleh Kasie Kefarmasian dan

Alkes Bidang SDK dan Kefarmasian Dinas Kesehatan Provinsi Riau (Ibu

Ns.Islamiyah, S.Kep, MKM).

c. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipandu oleh Bapak Junaidi, SKM

menurut agama dan kepercayaan masing – masing.

2. Pukul 09.00 – 10.00 WIB

a. Dilanjutkan dengan Materi Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat :

Sosialisasi tools Evaluasi, Metode Pengumpulan, Olah dan Analisis data serta

Penyusunan Rekomendasi dengan moderator Bu Nurul Fadhilah, S.Si, Apt,

M.Si. Materi disampaikan oleh narasumber yang berasal dari Direktorat

Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI ( Ibu I Gusti Ayu Trisnadewi, Apt )

dengan metode Distanse Learning.

b. Seperti yang disampaikan oleh Narasumber pusat bahwa dari hasil survey terhadap

pelaksanaan GeMa CerMat pada Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/Kota, diperoleh data :

sekitar 35,64 % dari AoCGeMa CerMat yang aktif me lakukan edukasi masyarakat.

c. Untuk dapat mengembangkan program Gema Cermat dilakukan :

1) Dilakukan pembekalan dan edukasi : untuk penguatan jumlah AoC.

2) Melakukan optimalisasi AoC Gema Cermat : untuk peningkatan kualitas AoC

Gema Cermat.

3) Dilakukan pemantauan dan Evaluasi : untuk mengetahui data capaian dan

indikator.

d. Adapun tujuan pemantauan dan evaluasi Gema Cermat :

1) Mengukur keberhasilan capaian dalam periode tertentu.

108

2) Mendapatkan informasi kesiapan sumber daya dan kemajuan pelaksanaan

Gema Cermat.

3) Mendapatkan data sebagai bahan pengambilan keputusan dan kebijakan.

4) Meningkatkan komitmen pelaksanaan Gema Cermat berbagai stakeholder.

5) Memberi umpan balik bagi pelaksana dan stakeholder.

e. Sistem pelaporan kegiatan GeMa Cermat secara online dan terintegrasi.

f. Kemudian diberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepada

narasumber pusat. Disela – sela pertanyaan peserta mengisi absen secara

online dengan link https://bit.ly/absenpesertaoptimalisasi.

3. Pukul 10.00 – 10.10 WIB ( Break )

4. Pukul 10.10 – 11.10 WIB

a. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan Materi Simulasi Olah Data Monitoring dan

Evaluasi dengan moderator Bu Fhitria Rosanty, S.Si, Apt. Materi ini

disampaikan oleh Ibu Tri Ratna Rejeki, S.Farm. Apt (Narasumber Pusat dari

Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI) dengan aplikasi Zoom

Meeting.

b. Seperti yang disampaikan oleh narsum pusat bahwa GeMa CerMat telah

dicanangkan sejak 13 November 2015 dan disosialisasikan sejak 2016 di 18

Provinsi, dan 20 Kabupaten/Kota sebagai model percontohan (pilot project)

terpilih berdasarkan usulan Dinas Kesehatan Provinsi.

c. Sampai dengan Desember 2020, telah dilaksanakan sosialisasi di 34 provinsi,

225 Kabupaten/Kota dan menghasilkan 6.152 AoC GeMa CerMat di seluruh

Indonesia.

d. Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian dari program GeMa CerMat yang

bertujuan untuk mengetahui kegiatan pelaksanaan, cakupan, kegiatan inovasi,

kendala/permasalahan yang ditemui.

5. Pukul 11.10 – 12.30 WIB

a. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan materi Penguatan Soft Skill Apoteker AoC :

Teknik Komunikasi Efektif sebagai Basic Skill yang Harus dimiliki oleh

Edukator. Dengan moderator Ibu Aidar Yetti, S.Sos. Materi ini diberikan oleh ibu

Michiko J Frizdew dari MF Communication Pekanbaru dengan menggunakan

aplikasi zoom meeting.

109

b. Seperti yang dijelaskan oleh narsum bahwa Burnard (1992) menyatakan

setidaknya ada empat jenis kemampuan berkomunikasi secara efektif pada

profesional atau tenaga kesehatan, yaitu:

1) Education and Training SkillsKeterampilan mengajar, presentasi, dan

komputer.

2) Therapeutics Skills : Keterampilan mendengar, konseling, dan fasilitasi

kelompok

3) Organizational Skills : Keterampilan manajerial, pertemuan, dan wawancara

4) Personal Skills : Keterampilan menulis, asertif, dan pengendalian diri

c. Syarat komunikasi efektif yaitu adanya kejelasan, ketepatan, konteks, alur yang

jelas dan budaya.

d. 3 kunci dari publik speaking adalah visual, vokal dan verbal.

e. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dimana ada beberapa peserta

yang bertanya mengenai komunikasi yang efektif dan permasalahan-

permasalahan yang dihadapi dilapangan dalam berkomunikasi.

f. Untuk materi, peserta dapat mendownload di link

http://bit.ly/materipertemuanoptimalisasif2021.

6. Pukul 12.30 – 13.30 WIB ( I S H O M A )

7. Pukul 13.30 – 14.40 WIB

a. Pada sesi ini dilanjutkan dengan Rencana Tindak Lanjut dari Pertemuan

Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota Se Provinsi Riau,

dimana RTL ini dipandu oleh Ibu Nuraslinawati, SKM.

b. Kemudian pertemuan ditutup secara resmi oleh Kasie Kefarmasian dan Alkes

Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau ( Ibu Ns. Islamiyah, S.Kep,

MKM)

D. EVALUASI PESERTA

Untuk penilaian peserta dilakukan melalui post test dan dilakukan secara online

dengan link https://bit.ly/posttestGema2021. Rata – rata nilai post test adalah 71,25

dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 25. Dari hasil nilai post test dapat dilihat

sebagian besar peserta dapat memahami materi yang disampaikan oleh narasumber.

Dengan meningkatnya pemahaman peserta pertemuan maka diharapkan meningkat

pula pemahaman, kesadaran dan kemandirian masyarakat tentang pentingnya

110

penggunaan obat rasional serta dapat merubah perilaku masyarakat dalam

penggunaan obat secara benar.

E. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cerrmat di Kab/Kota se Provinsi

Riau tahun 2021 ini, bertempat di lokasi masing - masing. Pertemuan dilaksanakan 1

(satu) hari pada tanggal 14 Juli 2021 melalui virtual dengan aplikasi zoom meeting,

meeting ID : 897 4223 6327 password : DINKES2021.

F. BIAYA

Semua biaya penyelenggaraan pada kegiatan ini dibebankan pada anggaran

DIPA Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun Anggaran

2021.

111

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN :

1. Pelaksanaan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se

Provinsi Riau Tahun 2021 dilatarbelakangi oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/427/2016 tentang Gerakan

Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat dan Surat Keputusan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi Riau Nomor : Kpts.188/DINKES.5.1/155 tentang Pembentukan

Panitia, Moderator, Notulen dan Peserta Provinsi.

2. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2021 diikuti oleh 131 orang peserta

yang berasal dari seluruh Apoteker dari 12 Kab/Kota se Provinsi Riau.

3. Materi pada pertemuan ini disampaikan dengan metode distance learning dengan

aplikasi zoom meeting, materi disampaikan secara rinci dan terstruktur, kepada

peserta pertemuan dilakukan evaluasi dalam bentuk post test secara online.

Evaluasi ini berguna untuk mengukur pengetahuan dan daya serap peserta

terhadap materi yang diberikan selama pertemuan.

4. Penyelenggaraan pertemuan secara keseluruhan berjalan lancar.

B. SARAN

Untuk mencapai keberhasilan proses pertemuan, tidak lepas dari peran dan

fungsi dari penyelenggara, moderator dan narasumber. Untuk pertemuan selanjutnya

agar lebih ditingkatkan lagi.

112

BAB V PENUTUP

Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan evaluasi terhadap

pelaksanaan kegiatan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota

se Provinsi Riau Tahun 2021.

Semoga laporan ini bermanfaat sebagai informasi kegiatan penyelenggaraan

pertemuan dan menjadi masukan untuk melaksanakan kegiatan pertemuan dimasa yang

akan datang, atas dukungan Direktur Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen farmalkes

Kemenkes RI, Ketua IAI, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kepala Dinas Kesehatan

Kota Pekanbaru, narasumber, panitia penyelenggara dan moderator serta kerjasama

peserta pertemuan dan pihak – pihak yang ikut membantu kelancaran proses pertemuan

ini, kami ucapkan terima kasih.

113

DOKUMENTASI PERTEMUAN OPTIMALISASI APOTEKER AoC GEMA CERMAT

DI KAB/KOTA SE PROVINSI RIAU PEKANBARU, 14 JULI 2021

Hari : Rabu, 14 Juli 2021 ➢ Kegiatan : Pembukaan Pertemuan

Pembawa Acara : Martitaliya dewi, S.Farm Pukul : 08.00 – 09.00 WIB

Pembukaan Acara oleh MC

➢ Kegiatan : Laporan Ketua Panitia Penyelenggara

Kasi Farmalkes : Ns Islamiyah, S.Kep, MKM

Pukul : 08.00 – 09.00 WIB

Laporan Ketua Panitia Penyelenggara oleh Kasi Kefarmasian dan Alkes Bidang SDK dan

Kefarmasian Dinkes Prov Riau

114

➢ Kegiatan : Kata Sambutan dan Pembukaan Acara secara Resmi

Sekre Dinkes Prov Riau : Elly Hayatinur, Sp, M.Kes Pukul : 08.00 – 09.00 WIB

Kata Sambutan dan Pembukaan oleh Sekretaris Dinkes Prov Riau

➢ Kegiatan : Pembacaan Do’a dan Foto Bersama

Penanggung Jawab : Panitia Penyelenggara

Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

Sesi Foto Bersama Seluruh Peserta

115

➢ Materi : Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat

Moderator : Nurul Fadhilah, S.Si, Apt, M.Si

Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat

Narasumber : I Gusti Ayu Trisnadewi, Apt Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

Pemaparan materi Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat oleh Narasumber

116

➢ Pukul : 10.00 – 10.10 WIB (Break)

➢ Materi : Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi

Moderator : Fhitria Rosanty, S.Si, Apt

Pukul : 10.00 – 11.10 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi

Narasumber : Tri Ratna Rejeki, S.Farm, Apt

Pukul : 10.00 – 11.10 WIB

Penjelasan materi Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi oleh Narasumber

117

➢ Materi : Teknik Komunikasi Efektif Sebagai Basic Skill

Moderator : Aidar Yetti, S.Sos

Pukul : 11.10 – 12.30 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Teknik Komunikasi Efektif Sebagai Basic Skill

Narasumber : Michiko J Frizdew

Pukul : 11.10 – 12.30 WIB

Pemaparan materi Teknik Komunikasi efektif Sebagai Basic Skill oleh Narasumber

118

➢ Pukul : 12.30 – 13.30 WIB (ISHOMA)

➢ Materi : Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

Moderator : Nur Aslinawati, SKM

Pukul : 13.30 – 14.30 WIB

Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator

➢ Materi : Penyusunan Rencana Tindak Lanjut dan Penutupan

Kasi Farmalkes : Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM Pukul : 13.30 – 14.40 WIB

Penyusunan RTL dan Penutupan Pertemuan oleh Kasi Kefarmasian dan Alkes

Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau

119

b. Indikator Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)

Tabel 3.6

Capaian Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota yang melaksanakan program tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan

Tahun 2021

Indikator Kinerja Target

(Provinsi)

Realisasi

(Provinsi)

Capaian

(%)

Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)

1 1 100

Capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon) tahun 2021

dinilai baik karena nilai capaian 100 % atau terealisasi 100 % dari target 100 % (data

dihitung dari 12 Kab/Kota).

Provinsi Riau Memiliki 12 Kab Kota yang tersebar di wilayah Riau Daratan dan

Riau Lautan. Dengan luasnya wilayah propinsi Riau Pengelolaan Obat dilaksanakan

secara berjenjang sesuai dengan kewenangan masing-masing baik di tingkat Provinsi

maupun tingkat Kab/Kota. Dinas Kesehatan Kab Kota masing-masing memiliki 1

Instalasi farmasi Kab/Kota untuk manajemen pengelolaan obat nya. Masing-masing IFK

Kab/kota menjamin ketersediaan obat dan vaksin hingga ke tingkat pelayanan

kesehatan di puskesmas dan pustu dengan membuat jadwal pengaturan pengiriman

obat ke masing-masing puskesmas dan jika terjadi kekosongan obat segera

menginformasikan secara berjenjang di tingkat mana kekosongan tersebut agar dapat

di atasi dengan meminta buffer stok Kab/Kota atau Bufer Stok Provinsi atau Bufer Stok

Nasional. Keberhasilan pengelolaan obat ini dapat dilihat dari persentase ketersediaan

obat dan vaksin terhadap 40 obat indikator dan 5 vaksin imunisasi dasar lengkap (IDL)

yang dipantau dan dilaporkan setiap bulannya dari masing-masing puskesmas secara

berjenjang hingga ke Kementerian Kesehatan RI.

120

Tabel 3.7

Capaian Indikator Kinerja Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2021

Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)

Persentase puskesmas dengan

ketersediaan obat essensial

90 87,98 97,75

Persentase Puskesmas dengan

ketersediaan vaksin imunisasi

dasar lengkap (IDL)

95 92,70 97,58

Persentase kabupaten/kota

dengan ketersediaan obat

essensial

79 83,33 > 100

Persentase kabupaten/kota

dengan ketersediaan vaksin

imunisasi dasar lengkap

92 91,67 99,64

Grafik 3.3 Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat Essensial di Kab/Kota

Se- Provinsi Riau Tahun 2021

121

Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja persentase puskesmas dengan

ketersediaan obat essensial tahun 2021 dari target 90% terealisasi 87,98% (belum

mencapai target) dengan capaian < 100%..

Untuk Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat essensial yang tertinggi/

mencapai 100% di Provinsi Riau Tahun 2021 berjumlah 7 Kabupaten/Kota yaitu

Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis.

Sedangkan persentase terkecil yaitu Kota Pekanbaru (29,%).

Dari total 233 puskesmas se- Provinsi Riau semua puskesmas melaporkan dan 205

puskesmas yang memiliki 80 % obat esensial, Hal ini dikarenakan ada beberapa item obat

yang gagal lelang pada tahun 2021 dan pihak penyedia baru menginformasikannya di

pertengahan atau mendekati akhir tahun.

Grafik 3.4 Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan vaksin imunisasi

dasar lengkap (IDL) di Provinsi Riau Tahun 2021

Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja persentase puskesmas dengan

ketersediaan vaksin imunisasi dasar lengkap (IDL) di Provinsi Riau tahun 2021 dari target

95% terealisasi 92,70% (belum mencapai target) dengan capaian < 100%..

Untuk Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat essensial yang tertinggi/

mencapai 100% di Provinsi Riau Tahun 2021 berjumlah 6 Kabupaten/Kota yaitu

122

Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Siak, Dumai, Rokan Hilir, Bengkalis. Sedangkan

persentase terkecil yaitu Kabupaten Indragiri Hilir (73,08,%).

Dari total 233 puskesmas di 12 Kab/Kota se- Provinsi Riau seluruh puskesmas

melaporkan dan hanya 216 puskesmas yang memiliki 100 % vaksin imunisasi dasar

lengkap (IDL)..hal ini dikarenakan ada beberapa item yang gagal lelang pada tahun 2021

dan pihak penyedia baru menginformasikan di pertengahan atau mendekati akhir tahun.

Grafik 3. 5 Persentase Kab/Kota dengan Ketersediaan Obat Essensial

Se- Provinsi Riau Tahun 2021

Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja Persentase kabupaten/kota

dengan ketersediaan obat essensial se- Provinsi Riau tahun 2021 dari target 79%

terealisasi 83,33% (melebihi target) dengan capaian >100%..

Untuk Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial se- Provinsi

Riau tahun 2021 yang mencapai 100% berjumlah 10 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten

Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir,

Kepulauan Meranti, dan Bengkalis. Sedangkan persentase terkecil/ 0% berjumlah 2

Kab/Kota yaitu Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Pekanbaru.

Jumlah item obat indikator yang tersedia di 12 Kab/Kota yaitu 440 item dari total

480 item obat. Sedangkan kab/kota dengan ketersediaan 85% obat esensial berjumlah 10

Kab/Kota dari 12 kab/kota yang melaporkan yaitu Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri

Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kep. Meranti, dan Bengkalis.

123

Sedangkan kab/kota yang tidak memiliki 85 % obat esensial ada 2 kab/kota yaitu

kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Pekanbaru.

Grafik 3. 6 Persentase Kab/Kota dengan Ketersediaan Vaksin IDL

Se- Provinsi Riau Tahun 2021

Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja Persentase kabupaten/kota

dengan ketersediaan vaksin IDL se- Provinsi Riau tahun 2021 dari target 92% terealisasi

91,67% (belum mencapai target) dengan capaian < 100%..

Untuk Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan vaksin IDL se- Provinsi

Riau tahun 2021 yang mencapai 100% berjumlah 11 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten

Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir,

Kepulauan Meranti, Pekanbaru dan Bengkalis. Sedangkan persentase terkecil/ 0% yaitu

Kabupaten Kuantan Singingi.

Jumlah item obat indikator yang tersedia di 12 Kab/Kota yaitu 57 item dari total 60

item obat. Sedangkan kab/kota dengan ketersediaan 100 % Vaksin IDL berjumlah 11

Kab/Kota dari 12 kab/kota yang melaporkan yaitu Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri

Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kep. Meranti, Pekanbaru dan

Bengkalis. Sedangkan kab/kota yang tidak memiliki ketersediaan 100 % Vaksin IDL yaitu

kabupaten Kuantan Singingi.

124

Keberhasilan Capaian Indikator Kinerja tersebut didukung oleh:

1. Penyampaian data laporan Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat

essensial per bulan.

2. Penyampaian data laporan Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin

imunisasi dasar lengkap (IDL) per bulan.

c. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)

Tabel 3.8

Capaian Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon) Tahun 2021

Indikator Kinerja Target

(Provinsi)

Realisasi

(Provinsi)

Capaian

(%)

Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)

1 1 100

Capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan

pengawasan Alkes dan PKRT (dekon) Tahun 2021 dinilai baik karena nilai capaian 100

% atau terealisasi 100 % dari target 100 %. Hal tersebut didukung oleh kegiatan

inspeksi sarana distribusi yang dibina yang dilakukan oleh petugas inspeksi Dinas

Kesehatan Provinsi ke sarana distribusi alkes yang ada di Kab/Kota di Provinsi Riau.

125

Evaluasi Hasil Pengawasan Inspeksi Alkes dan PKRT (dekon) se- Provinsi Riau

Tahun 2021 yaitu:

Daftar Penyalur Alat Kesehatan ( PAK) se Provinsi Riau s/d Juli 2021

No

Nama Sarana Hasil Inspeksi SKOR

CDAKB KESIMPULAN

Status

1. PT. Mega Techno Medical Pusat

2. PT. Dayan Bina Mandiri Ditemukan alat kesehatan yg didistribusikan di luar kelompok yang diizinkan, ditemukan produk PKRT yg diduga tanpa izin edar, belum tersedia struktur organisasi dan uraian tugas, belum tersedia pedoman mutu, belum terdapat SOP, belum terdapat daftar kepustakaan, belum melaoprkan kegiatan pendistribusian e-report alkes, belum tersedia pencatatan perencanaan dan pelaksanaan pelatihan, belum tersedia ruang area penerimaan dan pengiriman, belum tersedia ruang produk yg kadaluarsa. recall/ilegal, belum tersedia alat untuk mengukur suhu dan kelembaban, belum ditemukan alat kontrol hama, belum terdapat tanda arah evakuasi, titik kumpul dan APAR, belum ditemukan catatan pemeliharaan kebersihan ruang/penyimpanan, belum melakukan pengelompoka pd penyimpanan, belum FSCA, ditemukan alat yg blm memiliki izin edar, blm ada kontrol evalauasi pihak ketiga

81,61% TMS Pusat

3.

PT. Namina Karunia Abadi

PAK aktif dan operasional

MS Pusat

126

Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 1. Sistem Manajemen Mutu terpenuhi 2. Pengelolaan Sumber Daya sesuai, namun perlu adanya personil yang mengikuti pelatihan CDAKB 3. Bangunan dan Fasilitas telah memenuhi syarat 4. Tindakan perbaikan keamanan di lapangan ( FSCA) harus dilengkapi 5. Saat inspeksi PJT sedang tidak berada ditempat karena merangkap menjadi sales. 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 81,8%

74,00%

4. PT. Visi Yosindo Medikal 1.PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu a. Semua persyaratan dokumentasi pasif ada, namun terdapat beberapa SOP yang harus dilengkapi seperti SOP FSCA, SOP Audit internal, Tinjauan Manajemen, dan seleksi pihak ketiga b. Dokumentasi aktif yang harus dilengkapi adalah buku kepustakaan tentang Alat Kesehatan. 3. Pengelolaan Sumber Daya untuk lebih diperhatikan pada item pemeriksaan kesehatan karyawan, pelatihan CDAKB, pelatihan keselamatan

MS Pusat

< 59.64%

127

kerja. 4. Bangunan dan Fasilitas telah memenuhi syarat dengan catatan harus terdapat arah evakuasi, titik kumpul, catatan pemeliharaan/pembersihan ruang penyimpanan. 5. Pada ruang penyimpanan belum tersedia catatan kalibrasi peralatan pendukung. 6. Harus tersedia catatan tindak lanjut korektif terhadap penangganan keluhan pelanggan dan didokumentasikan dengan baik. 7. Tindakan perbaikan keamanan di lapangan ( FSCA) harus dilengkapi 8. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 74 %

5. PT. Bintang Suryani Jaya 1. PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu a. Belum terdapat pedoman mutu. b. Belum terdapat prosedur tertulis pengiriman produk, FSCA, return produk, pemusnahan produk, pengendalian dokumen mutu dan tinjauan manajemen. 3. Pengelolaan Sumber Daya untuk lebih diperhatikan pada item pemeriksaan kesehatan karyawan, atribut keamanan, hygiene, pelatihan CDAKB, perlunya perencanaan dan

TMS Pusat

84,03

128

dokumentasi pelatihan bagi personil. 4. Bangunan dan Fasilitas telah memenuhi syarat dengan catatan belum terdapat arah evakuasi, titik kumpul, larangan makan/minum/merokok diarea penyimpanan, belum tersedia catatan kalibrasi peralatan yang mendukung proses penyimpanan, catatan kegiatan kontrol hama, catatan control suhu dan kelembaban, blm terdapat plang PAK 5. Belum melakukan audit internal, kajian manajemen. Catatan lainnya saat inspeksi : PJT Tidak bekerja Fulltime (titik kritis) 6. Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 59,64 % 7. Kesimpulan hasil inspeksi : Tidak Memenuhi Syarat (TMS)

6. PT. Deuker Farma 1. PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu lengkap namun terdapat SOP yang belum ada seperti SOP penanganan keluhan. 3. Pengelolaan Sumber Daya ada, namun harus diperhatikan pada item perlunya pelatihan CDAKB, pelatihan K3, catatan perencanaan dan pelaksanaan pelatihan bagi personil. 4. Bangunan dan Fasilitas: memenuhi syarat, namun perlu dilakukan kalibrasi

MS Pusat

<50

129

terhadap peralatan pendukung seperti termometer 5. Belum melakukan audit internal dan tinjauan manajemen. 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 84,03 %

7. PT. Eris Medika Utama 1. PJT tidak bekerja lagi, sedang mencari PJT Pengganti namun tidak mengurus izin pergantiannya 2. Gudang bagian belakang tidak memenuhi syarat 3. Nilai CDAKB <50

0 TMS Pusat

8. PT. Vania Fanthur Permata PAK Tidak aktif dan tidak operasional, sarana dikontrakkan ke pihak lain dan beralih fungsi

TMS Pusat

9. PT. Andalas Multi Sarana TMS Pusat

10.

PT. Prima Citra Perkasa Abadi

TMS Pusat

11.

PT. Riau Idaman Alkesindo MS Pusat

12.

PT. Kemilau Rajawali Perkasa

MS Pusat

13.

PT. Asia Medikal Sentifik MS Pusat

14.

PT. Alsindo Pekanbaru MS Pusat

15.

PT. Kanaya Doktomindo 1. Saat inspeksi ke alamat yang tertera pada izin sarana

0 TMS Pusat

130

Penyalur Alat Kesehatan Pimpinan maupun PJT tidak ada di tempat, yang ada hanya keluarga pemilik PAK. 2. Sarana sudah beralih fungsi menjadi tempat tinggal 3. Gudang yang menjadi Layout pada pengajuan izin awal Penyalur Alat Kesehatan saat ini hanya berupa garase kosong. Tidak terdapat alat kesehatan ataupun aktifitas apapun yang berhubungan dengan penyaluran alat kesehatan pada sarana tersebut 4. Berdasarkan wawancara dengan keluarga menyatakan bahwa PAK tetap beroperasional tapi sudah pindah alamat ke Jl. Ahmad Yani Kec. Bangkinang Kabupaten Kampar. Pemilik sarana tidak pernah melaporkan secara resmi atas perpindahan alamat tersebut ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau maupun ke Kementerian Kesehatan RI. 5. Petugas Inspeksi memberikan waktu satu minggu agar pemilik sarana melakukan konsultasi melalui telephon atau datang langsung ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk dilakukan bimbingan pengurusan perubahan alamat sarana Penyalur Alat Kesehatan melalui aplikasi sertifikasi alkes.kemkes.go.id, namun sampai dengan tanggal 15 April 2021 pemilik tidak ada

0

131

respon apapun terhadap hal tersebut.

16.

PT. Inti Agung Andalan 1. PAK Pindah alamat tapi belum melapor dan belum mengurus izin pindah alamat 2. Sarana tempat pindah telah disiapkan namun tidak diperkenankan utk melakukan distribusi alkes selama izin pindah alamat blm diurus

TMS Pusat

17.

PT. Mitra Utama Sejahtera Sarana tidak akatif dan tidak operasional, pimpinan telah meninggal dunia

0% TMS Pusat

18.

PT. Bukit Barisan Berjaya 1. PAK tidak aktif dan tidak operasional sejak tahun 2019 2. Tidak Terdapat Alat Kesehatan lagi didalam gudang. 3. PJT Tidak berada ditempat/ tidak Fulltime 4. E-Report Alkes tidak pernah dibuat sejak PAK berdiri 5. Pada sarana terdapat tulisan “Rumah dijual” 6. Komponen-komponon penilaian pada daftar tilik inspeksi tidak dapat diisi karena PAK sudah tidak aktif lagi

TMS Pusat

19.

PT. Purna Karya Saintifik 1. Pimpinan dan PJT berada ditempat dan Penanggungjawab teknis bekerja fulltime. 2. PAK aktif dan melakukan distribusi alkes secara reguler

MS Pusat

132

3. Telah melaporkan e-report alkes 4. Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan CDAKB antara lain : - Pest Kontrol tidak ada - Pengukur suhu tidak ada - Penyusunan alkes tidak berdasarkan kategori alkes (masih campur) - Pallet kurang, masih terdapat banyak alkes yang diletakkan langsung dilantai - APAR sudah ED sejak Juni 2019 - Banyak terdapat alkes ED dan rusak yang belum dimusnahkan ( akan dimusnahkan di akhir stok opname 2021)

20.

PT. DY. Alkesindo CAPA sudah dibuat MS Pusat

21.

PT. Hafriz Berkah Mandiri PAK Tidak Aktif dan Tidak Operasional

0% TMS Pusat

22.

PT. Indomedika Mulia Jaya 1. Alamat tidak sesuai dengan sertifikat distribusi alkes, alamat pada sertifikat distribusi Jl.Soekarno Hatta No.16 A Kel. Sidomulyo Timur Kec. Marpoyan Damai Kota Pekanbaru Prov. Riau, saat ini sarana telah pindah di Jl. Sutiono No.2 A-D.

30% TMS MAYOR Pusat

2. Penanggungjawab teknis yang tertera pada sertifikat izin sudah mengundurkan diri sejak bulan Juni tahun 2021. Calon Penanggungjawab teknis pengganti sudah ada an. Wiwik Yuliandestika ( S1 Farmasi) surat pergantian PJT akan segera diurus.

3. Menyalurkan Alat Kesehatan yang tidak ada pada sertifikat izin PAK yaitu alkes DIV

133

dan Non Elektromedik Non Steril.

4. - Pest Kontrol tidak ada, - Pengukur suhu tidak ada,- APAR sudah ED sejak Juni 2019

5. - Penyusunan alkes tidak berdasarkan kategori alkes (masih campur)

6.- Pallet kurang, masih terdapat banyak alkes yang diletakkan langsung dilantai

7.- Banyak terdapat alkes ED dan rusak yang belum dimusnahkan

8.- Hampir semua item pada daftar ceklist Inspeksi tidak terpenuhi

23.

PT. Telaga Sumpit Mas Berdasarkan data disebutkan bahwa sarana terletak di Jl. Pertanian Komp. Ligako Blok G Nomor 10 Pekanbaru. Saat tiba pada alamat tersebut didapati berupa rumah kosong. Kemudian petugas Inspeksi mewawancarai warga setempat dan dinyatakan bahwa memang benar rumah tersebut dahulu dikontrak oleh PT. Telaga Sumpit Mas, namun beberapa bulan yang lalu sudah tidak ditempati oleh Perusahaan tersebut. Inspeksi kali ini adalah yang ketiga kalinya dengan temuan yang sama. Tidak tampak adanya aktifitas distribusi alat kesehatan. Rumah pemilik PT. Telaga Sumpit Mas menurut informasi warga tidak jauh dari sana, namun dirumah tersebut juga tidak terdapat siapapun

TMS Pusat

40

134

karena sedang bekerja. Komponen pada daftar tilik inspeksi tidak dapat dinilai.

24.

PT. Berkah Kencana Medika

1. PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu struktur organisasi ada tapi belum di tanda tangan dan belum ditempelkan di dinding. Dokumen pasif untuk SOP sebagaian ada namun tidak ditanda tangan dan masih belum sesuai dengan kaidah penyusunan SOP. Dokumen aktif belum melakukan e-report alkes, daftar buku kepustakaan tentang alkes belum ada. 3. Pengelolaan Sumber Daya belum terpenuhi 4. Bangunan dan Fasilitas: area penerimaan kurang memadai karena pada pintu masuk terdapat bengkel, belum terdapat thermometer ruangan. 5. Temuan lainnya saat inspeksi : - Saat inspeksi PJT sedang tidak berada ditempat sedang keluar kota. (Catatan: PJT harus bekerja fulltime dan melaksanakan tupoksi sesuai uraian tugas PJT serta tidak merangkap pada uraian tugas lain) Saat inspeksi, petugas

TMS Pusat

-

135

inspeksi bertemu dengan komisaris perusahaan an. Bapak Surya dan Marketing perusahaan an. Bapak Eka - Melakukan perbaikan alat didepan pintu keluar masuk kantor - Barang yang baru masuk tidak dialasi pallet - Masih terdapat beberapa SOP yang tidak ada - Alamat kantor dan gudang berbeda, sedangkan pada sertifikat distribusi alamat kantor dan gudang sama 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 40%

25.

PT. Andesla Ananda Tharra 1 Petugas Inspeksi telah membuat Berita Acara Pemeriksaan (terlampir) dan dari hasil pemeriksaan pada sertifikat Distribusi Alat Kesehatan an. PT. Andesla Ananda Tharra yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan nomor. FK.01.01/vi,1672-e/2020 tanggal 8 Maret 2020 tertulis masa berlaku sertifikat Distribusi berlaku 5 (lima) tahun ( foto kopi sertifikat terlampir). 2. Sehubungan dengan masih berlakunya sertifikat distribusi an. PT. Andesla Ananda Tharra, maka petugas inspeksi Dinas Kesehatan Provinsi Riau tidak dapat melakukan 3 (tiga) poin tindakan sesuai isi surat dari Direktur Pengawasan Alkes

MS Pusat

136

dan PKRT terhadap sarana Distribusi Alat Kesehatan tersebut.

26.

PT. Menara Sukses Bersama

Izin Baru MS Pusat

27.

PT. HemmaTech Nusantara MS Pusat

28.

PT. Mandau Bumi Insani TMS Pusat

PAK Tidak aktif operasional dan dalam keadaan tertutup, pemilik tidak dapat dihubungi dan sudah pindah ke Pekanbaru sejak 6 bulan yll

29.

PT. Great Deli Farma ( 1. Masih bercampur PBF dan Alkes, 2. Tidak ada penandaan kategori alkes, 3. Suhu Panas 30, 1, Belum melakukan e-report alkes)

TMS Pusat

0

30.

PT. Oryza Sativa Bersaudara

( Sarana kosong, tidak tampak aktifitas)

TMS Pusat

80,08%

31.

PT. Kumala Melur ( Tidak terdapat termometer di gudang, Belum ada papan nama PAK)

MS Pusat

70,12%

32 PT. Global Mitra Pekanbaru ( Belum memiliki SOP) MS Pusat

0

33 PT. Tanara Inti Selaras Sarana dalam keadaan tertutup, masa berlaku izin habis

TMS Pusat

40%

34 PT. Raqila Anugerah Medika

1.Persyaratan Dokumentasi Pasif hampir semuanya belum ada,b. Pengelolaan Sumber Daya belum terpenuhi, belum mampu melakukan telusur produk

TMS Pusat

137

2. Penanganan Keluhan belum ada,belum mengerti ttg FSCA,

3. PJT tidak berada ditempat, alasan sedang cuti menikah ( surat keterangan cuti tidak ada)

4. Kertas kontrol hama dan kontrol suhu belum ada, - Pembasmi hama kurang.

5. Susunan alkes belum berdasarkan kategori alkes

6. Laporan e-report alkes belum dapat ditunjukkan

7. Papan nama perusahaan belum ada, - Struktur organisasi harus dicetak dan ditempel didinding

35 PT. BENSRA SUKSES INDONESIA

TMS Pusat

0%

36 PT. VANJAYA MANDIRI 1. Alamat sarana yang ada pada sertifikat Distribusi Penyalur Alat Kesehatan adalah Jl. Rokan I No.11 RT.002 RW 002 Kel. Tanjung Rhu Kec. Lima Puluh, Kota Pekanbaru, Riau. Saat petugas inspeksi Dinas Kesehatan Provinsi Riau datang pada alamat tersebut tidak ditemukan sarana kantor, gudang alkes ataupun aktifitas kegiatan yang berhubungan dengan distribusi alat kesehatan. Pada alamat tersebut yang ada hanya rumah tempat tinggal. Tim Inspeksi tidak diperkenankan masuk ke rumah tersebut walaupun sudah membawa surat tugas dengan alasan bahwa ini adalah rumah tempat tinggal dan anak-anak belum

TMS MAYOR Pusat

138

divaksin covid-19.

2. Pimpinan maupun Penanggungjawab teknis tidak berada ditempat, yang ada pada sarana tersebut adalah suami dan anak-anak dari pemilik sarana. Suami dari pemilk sarana menyatakan bahwa tidak mengetahui tentang usaha yang dijalankan oleh istrinya.

3. Petugas Inspeksi mencoba menghubungi pimpinan perusahaan namun tidak diangkat, kemudian kami meninggalkan nomor hp dari petugas inspeksi agar nanti setelah pimpinan perusahaan tersebut pulang dapat langsung menghubungi kami atau langsung datang ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau perihal kejelasan dari PT. Vanjaya Mandiri selaku Distributor Alat Kesehatan, namun hingga tanggal surat ini dibuat pimpinan perusahaan tidak ada mengkonfirmasi lewat telepon ataupun ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau

37 PT. SUMBER ASIA MANDIRI

Pusat

38 PT. ALPHA DAQIAN SEJAHTERA

TMS Pusat

39 PT. PEKANBARU DISTRIBUSINDO RAYA, Riau

TMS Pusat

40 PT. MARSAR VENTURA TMS Pusat

139

INVESTAMA, Riau

41 PT. NARATTA PAMBAO RASAKI, Riau

TMS Pusat

42 PT. Central Medika Wiratama

TMS TMS Pusat

PJT Tidak berada ditempat ( alasan sedang sakit), Pallet kurang, Sirkulasi udara kurang baik gudang terasa pengap, Izin hanya berlaku 1 tahun sd 19 Juni 2021)

43 PT.Perusahaan Perdagangan Indonesia

MS Cabang

44 PT.Anugerah Pharmindo Lestari

MS Cabang

45 PT.Indofarma Global Medika

MS Cabang

46 PT.ALEXA MEDIKA MS Cabang

47 PT.MENSA BINASUKSES MS Cabang

48 PT.BINA SANPRIMA MS Cabang

49 PT.KIMIA FARMA TRADING & DISTRIBUTION

TMS Cabang

50 PT.AMANAH JAYA BERSAMA

TMS Cabang

51 PT.RAJAWALI NUSINDO MS Cabang

52 PT.TIRTA MEDICAL INDONESIA

Cabang

81%

53 PT.COBRA DENTAL INDONESIA

MS Cabang

Temuan : Terjadi Pergantian PJT tapi tidak mengurus izin pergantian PJT , Bengkel/ workshop berantakan terdapat kemasan makanan atau peralatan yg tdk berhubungan dgn sparepart bengkel, Thermometer blm dikalibrasi, APAR sudah ED 2 Unit, Pallet jumlahnya masih kurang,kebersihan kurang, terdapat sisa putung rokok di bengkel/workshop walau tanda dilarang

140

merekok terpasang, tidak ada titik kumpul, blm pernah dapat pelatihan CDAKB

54 PT.ENSEVAL PUTRA MEGATRANDING

MS Cabang

55 PT.MILLENIUM PHARMACON INTERNASIONAL

MS Cabang

56 PT.INTISUMBER HASIL SEMPURNA GLOBAL

94,33% MS Cabang

57 PT.UNITED DICO CITAS (Harus jelas pemisah antara barang masuk dan keluar, Tidak ada penandaan pad akategori allkes, tidak ada termometer di gudang alkes)

MS Cabang

58 PT.MERAPI UTAMA PHARMA

MS Cabang

59 PT.ANUGERAH ARGON MEDIKA

MS Cabang

60 PT. TRI SAPTA JAYA MS Cabang

61 PT. Dos Ni Roha MS Cabang

62 PT. Sapta Sari Tama MS Cabang

63 PT. Oriontama Jaya MS Cabang

64 PT. Tawada Healthcare ( PJT Tidak berada di tempat, Terjadi pergantian Pimpinan Cabang tapi tidak mengurus izin pergantian Pimpinan, Penerangan gudang kurang baik, Catatan kontrol suhu dan kelembapan di gudang belum tertata rapi)

TMS Cabang

65 PT. Penta Valent Cabang

66 PT. Antar Mitra Sembada Cabang

67 PT. Parit Padang Global MS Cabang

141

68 PT. Kebayoran Pharma Cab. Pekanbaru

MS Cabang

69 PT. Dexa Arfindo Pratama MS Cabang

70 PT. Marga Nusantara Jaya MS Cabang

71 PT. PUTRA MARWA PERKASA

Izin Baru MS Pusat

72 PT. SINTESA INTI NUSA

Izin Baru MS Pusat

73 PT.INDONESIA FARMA MEDIS

54,11 TMS Pusat

74 PT. HIJAU DAUN MEDIKA JAYA

1. Izin PAK hanya berlaku satu tahun hingga 20 Mei 2021 Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu struktur organisasi ada tapi belum di belum ditempelkan di dinding, uraian tugas masih berupa draf. Dokumen pasif untuk SOP sebagaian ada. Dokumen aktif belum melakukan e-report alkes, daftar buku kepustakaan tentang alkes belum ada. 3. Pengelolaan Sumber Daya sebagian belum terpenuhi, PJT Tidak Fulltime, blm e-report alkes 4. Bangunan dan Fasilitas: memenuhi syarat 5. Temuan lainnya saat inspeksi : - Belum terdapat alat kontrol hama - Arah evakuasi dan titik kumpul belum ada 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 54,11 %

TMS Pusat

75 PT. WIJAYA DARMA NUSA

TMS Pusat

142

76 PT. SURGIKA ALKESINDO Izin Baru MS Cabang

77 PT. PERUSAHAAN DAGANG TEMPO

MS Cabang

78 PT. MANDALA INDAH REAGEN

Izin Baru MS Pusat

Gambar 3.7 Hasil Inspeksi sarana distribusi yang dibina se- Provinsi Riau

Tahun 2021.

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa dari total 78 sarana distribusi alkes yang

dibina yang memenuhi syarat (MS) berjumlah 40 sarana, sedangkan 38 sarana tidak

memenuhi syarat (TMS).

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator tersebut

adalah:

1. Kepatuhan pelaku usaha mengurus perizinan/perjanjangan perizinan

2. Kepatuhan dalam melakukan pelaporan e-report alkes

3. Pertemuan Pembinaan Terhadap Penyalur Alkes se- Provinsi Riau yang dilakukan

setiap tahunnya.

Permasalahan:

1. Perusahaan yang sudah beralih fungsi bukan sebagai distributor alkes.

2. Izin/sertifikat distribusi sudah habis masa berlakunya

3. Distributor Alkes tidak aktif karena tidak memiliki Penanggung Jawab Teknis (PJT)/ PJT

sudah mengundurkan diri.

143

4. Masih terdapat distributor alkes yang belum melakukan pelaporan alkes di e-report

alkes

Pemecahan Masalah/Solusi:

1. Pertemuan Pembinaan Terhadap Penyalur Alkes se- Provinsi Riau dilakukan setiap

tahunnya.

2. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan evaluasi terhadap Penyalur Alkes dan

memberikan umpan balik ke Penyalur Alkes berupa surat tindak lanjut inspeksi dan

surat teguran ke penyalur alat kesehatan.

3. Memberikan support kepada pelaku usaha untuk menerapkan CDAKB/ memiliki

sertifikat CDAKB.

Capaian indikator kinerja untuk Program Dukungan Manajemen dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Layanan Perencanaan, Konsolidasi dan Evaluasi Terhadap Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Tabel 3.9

Capaian Indikator Kinerja Layanan Perencanaan, Konsolidasi dan Evaluasi Terhadap Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Tahun 2021

Indikator Kinerja Target

(Provinsi)

Realisasi

(Provinsi)

Capaian

(%)

Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon)

1 1 100

Capaian indikator kinerja Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi

terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon) Tahun 2021 dinilai

baik karena nilai capaian 100 % atau terealisasi 100 % dari target 100 %.

Keberhasilan Capaian Indikator Kinerja tersebut didukung oleh kegiatan:

a. Melaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat

Kesehatan

Rapat Koordinasi Nasional untuk wilayah Regional Barat dilaksanakan di Kota

Bengkulu pada tanggal 29 April s.d 1 Mei 2021 dengan mekanisme zoom meeting.

144

Foto Rakornas di wilayah Regional Barat (Bengkulu) tanggal 29 April s.d 1 Mei 2021 via Zoom Meeting

145

146

147

148

RANGKUMAN HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL PROGRAM

KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN REGIONAL BARAT TAHUN 2021

1. Rapat Koordinasi Nasional (RAKONAS) Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Regional Barat Tahun 2021 telah diselenggarakan di Jakarta secara virtual tanggal 29

April – 1 Mei 2021 dengan dihadiri peserta perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten Kota dari 16 provinsi dan peserta pusat.

2. RAKONAS mengangkat tema Mewujudkan Resiliensi Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dalam Reformasi Kesehatan, dengan pemaparan materi mengenai:

a. Arahan Sekretaris Jenderal Kemenkes

b. Arahan Plt. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

c. Update Kebijakan, Rencana Kegiatan dan Regulasi Tahun 2021 dalam

Pelaksanaan Rancangan Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024

d. Peran Menko Marvest dalam Mendukung Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan

di Pusat dan Daerah

e. Peran LKPP dalam Upaya Mendukung Akses dan Kemandirian terhadap

Kefarmasian dan Alat Kesehatan

f. Pengembangan Vaksin Merah Putih

g. Implementasi Permendagri No 90 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020 dalam

Pelaksanaan Kebijakan Bidang Kefarmasian dan Alkes di Daerah

h. Implementasi UU Cipta Kerja dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha Bidang

Kefarmasian dan Alat Kesehatan

i. Kebijakan Pemenuhan Apoteker di Puskesmas

j. Akselerasi Penyelenggaraan Vaksinasi Covid-19

k. Updating Strategi Penanganan Covid-19

l. Penguatan Pengawasan Produk Kefarmasian dalam Penanganan Covid-19

m. Penyediaan dan Distribusi Vaksin Covid-19 serta Penggunaan Aplikasi Distribusi

n. Digital Inventory Nasional

o. Pengembangan Dashboard Covid-19 dan Vaksinasi Covid-19

3. Berdasarkan pembahasan selama RAKONAS, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Sebagai upaya mewujudkan kemandirian kefarmasian dan alat Kesehatan perlu

dilakukan pendekatan komprehensif karena upaya membangun kemandirian

merupakan upaya multi sektor, padat modal, dan padat inovasi.

149

b. Pandemi Covid-19 telah membuktikan bahwa dengan dukungan regulasi dan

kerjasama lintas sektor, alat kesehatan mempunyai potensi besar untuk mencapai

kemandirian. Selain itu perlu dilakukan inovasi serta penguatan komitmen untuk

menjawab tantangan kemandirian tersebut.

c. Kerja sama Pusat dan Daerah dibutuhkan dalam berbagai upaya menghadapi

pandemi Covid-19 diantaranya adalah percepatan pelaksanaan vaksinasi sehingga

herd immunity dapat segera tercapai

4. Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinkes

Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota berkomitmen dalam upaya bersama mewujudkan

resiliensi kefarmasian dan alat kesehatan dalam Reformasi Kesehatan melalui:

a. Optimalisasi manajemen logistik obat dan BMHP sehingga dapat meningkatkan dan

menjamin ketersediaan di tingkat Puskesmas serta menjamin mutu obat.

b. Optimalisasi pemanfaatan DAK untuk mendukung upaya pencapaian target di bidang

kefarmasian dan alat kesehatan.

c. Berperan aktif dalam implementasi DIN untuk mendukung integrasi data distribusi

dan ketersediaan obat secara real time.

d. Meningkatkan peran dinas kesehatan dalam pengawasan post market alat kesehatan

dan PKRT.

e. Melakukan optimalisasi manajemen logistik obat dan vaksinasi Covid-19 baik pada

tingkat provinsi maupun kabupaten/kota hingga fasyankes penyelenggara vaksinasi

f. Melakukan inovasi dan transformasi digital dalam upaya peningkatan pelayanan

Kesehatan

g. Melakukan sinkronisasi kebijakan Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan mandat di

bidang kefarmasian dan alat kesehatan, terkait kebijakan perizinan berusaha,

pemenuhan Apoteker di Puskesmas dan pelaksanaan program-program di daerah.

Demikian rangkuman RAKONAS Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Regional Barat Tahun 2021 ini disusun untuk ditindaklanjuti bersama di pusat dan

daerah.

Jakarta, 30 April 2021

Peserta RAKONAS Regional Barat

150

B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi

Terlampir pada lampiran 1

C. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan satker 07 pada tahun 2021

jumlahnya sudah dirasakan cukup untuk mendukung kegiatan di 5 direktorat yaitu

direktorat pelayanan kefarmasian, direktorat tata kelola obat publik dan perbekalan

kesehatan, direktorat prodis kefarmasian, direktorat Penilaian Alkes dan PKRT,

direktorat Pengawasan Alkes dan PKRT, dan 1 sekretariat untuk melaksanakan

kegiatan APBN dana Dekonsentrasi. Sumber daya yang ada di seksi kefarmasian dan

alkes berjumlah 15 orang yang terdiri dari: 13 orang PNS dan 2 orang honorer.

151

BAB IV

PENUTUP

Pelaksanaan pengukuran kinerja Tahun 2021 pada Unit Organisasi Ditjen

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (07)/ Unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi

Kefarmasian dan Alkes (099016) dilakukan terhadap program kegiatan yang dilaksanakan

yang secara rinci diuraikan menggunakan acuan Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Ditjen Kefarmasian dan Alkes tahun 2020 – 2024.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dana Dekonsentrasi

pada unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(099016) tahun 2021 ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian

sasaran hasil program Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun anggaran 2021, yang

tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) serta analisis kinerja berdasarkan

tujuan dan sasaran.

Pada Tahun 2021 Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi Kefarmasian

dan Alat Kesehatan (099016) secara umum dapat merealisasikan kegiatannya sesuai

dengan target Indikator Kinerja Utama Program yang telah ditetapkan dalam Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Ditjen Kefarmasian dan Alkes tahun 2020 – 2024 sesuai

dengan indikator kinerja sehingga capaian kinerja terhadap masing-masing sasaran

program/kegiatan dan indikator di dalam perjanjian kinerja Tahun 2021 bisa sesuai dari

target yang telah ditetapkan dengan hasil yang baik. LAKIP ini diharapkan dapat

dimanfaatkan untuk bahan evaluasi kinerja bagi yang membutuhkan dalam

penyempurnaan dokumen perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang

akan datang, dan penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.

Diharapkan pencapaian kinerja Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (099016) di masa yang akan datang dapat dilaksanakan

dengan lebih efektif dan efisien lagi dan solusi terhadap segala kekurangan dan hambatan

akan dilaksanakan secara lebih profesional.

152

Lampiran 1

Perjanjian Kinerja Tahun 2021

153

154

Lampiran 2

Realisasi Dana Dekonsentrasi Tahun 2021