IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Seksi Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2021 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari
pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2020– 2024 dan Rencana
Kinerja Tahunan 2021 yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun 2021.
Penyusunan LAKIP Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2021 ini pada
hakekatnya merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai
akuntabilitas terhadap kinerja yang telah dilakukan selama tahun 2021.
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Seksi Kefarmasian dan Alkes
melaksanakan program yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2020– 2024 yaitu Program Pelayanan Kesehatan dan JKN serta
Program Dukungan Manajemen. Program Pelayanan Kesehatan dan JKN
mempunyai sasaran program meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu
sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sedangkan Program Dukungan Manajemen
mempunyai sasaran program meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan dan pemnerian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan.
Pencapaian kinerja dari indikator yang ada di dalam perjanjian kinerja Tahun 2021
tersebut didukung oleh kegiatan – kegiatan dari dana dekonsentrasi satker (07)
sebagai berikut :
1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
2. Peningkatan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
3. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
4. Dukungan Manajemen Pelaksanaan Program di Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Alokasi dana dari kegiatan APBN sebesar Rp.296.102.000,- yang dibagi
menjadi 2 program yaitu:
1. Program Pelayanan Kesehatan dan JKN Rp. 178.022.000,-dengan realisasi
Rp. 174.247.250,- (97,87%).
2. Program Dukungan Manajemen Rp. 118.080.000,- dengan realisasi Rp.
117.827.050,- (99,78%)
Total pagu Rp. 296.102.000,- terealisasi Rp. 292.074.300,- (98,64%).
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
………………………………………………………………………………………………i
Ikhtisar Eksekutif …………………………………………………………………….…..ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………....1
A Latar Belakang…………………………………………………………………….…….1
B Maksud Tujuan………………….………………………………………………….......2
C Sasaran Program dan Aspek Strategis..………………………………………........3
D. Struktur Organisasi……………………………………………………….………..…. 4
E. Sistematika…………………………………………………………………………….12
BAB II PERENCANAAN KINERJA.. …………………………………………………14
Perjanjian Kinerja………………………………………………………………………..14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ………………………………………………...17
A.Capaian Kinerja Organisasi….…………………………………………………..…..17
1. Pengukuran Kinerja……………………………………………………………..…....17
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja…………………………………………………...…..19
B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi………………………………..……...150
C. Sumber Daya Manusia………………………………………………………...…...150
BAB IV PENUTUP................................................................................................151
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perjanjian KInerja Tahun 2021……………….………………………..152
Lampiran 2. Realisasi Dana Dekonsentrasi Tahun 2021………………………..…154
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan dapat berjalan dengan baik apabila menjalankan sistem
manajemen organisasi yang baik yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
dan pelaporan kinerja. Sistem manajemen ini telah diatur sebagai satu kesatuan dari
sub-sub sistem yang saling mendukung dan mempengaruhi. Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) akan mendorong dan mengatur tata kelola
seluruh unit kerja yang ada sehingga secara koordinatif dan sinergis bergerak menuju
pencapaian visi dan misi organisasi. Muara dari sistem ini adalah pelaporan
akuntabilitas kinerja yang menguraikan seluruh perjalanan sub-sub sistem secara
berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya dapat terwujud. Salah satu upaya dalam mencapai
tujuan pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan makanan, yaitu dengan tersedianya sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan yang terjamin aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu;
dan khusus untuk obat dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan
program dengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana
stratejik, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja. Laporan Akuntabilitas Kinerja
disusun dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pernerintahan yang lebih berdaya
guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, untuk mengetahui
kemampuannya dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah ini disusun berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi melalui PerMenPAN & RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, yang telah dijabarkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja
2
dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan melalui Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban dalam menilai keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan program/kegiatan Seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis
Dinas Kesehatan 2020– 2024.
3
C. Sasaran Program dan Aspek Strategis
Sasaran Pembangunan Dinas Kesehatan Provinsi Riau merupakan hasil yang
diharapkan dari tujuan dan arah kebijakan sebagaimana yang telah diuraikan diatas
melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional, yang
diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai dan rasional. Salah satu
sasaran yang berkaitan denngan Tupoksi Kefarmasian dan Alkes adalah :
“Meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), makanan minuman serta meningkatnya
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan”
Dalam rangka mencapai sasaran tersebut seksi Kefarmasian dan Alkes
melaksanakan salah satu program yaitu : Program Sediaan Farmasi, Alkes dan
Makanan Minuman dan Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan
Upaya Kesehatan Masyarakat.
Sedangkan indikator dari pencapaian sasaran tersebut yang didukung dengan
anggaran dekonsentrasi satker 07 antara lain:
1. Layanan fasilitasi dan pembinaan pelayanan kefarmasian oleh pemerintah daerah
2. Layanan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi (dekon)
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Pangan yang dibina
4. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan sosialisasi kemanfaatan alkes dalam
negeri dan penggunaan Alkes dan PKRT yang tepat guna (dekon)
5. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRt
(dekon)
6. Jumlah layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya.
4
D. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah ( PERDA ) Propinsi Riau Nomor : 4 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau,untuk
melaksanakan ketentuan pasal 3 ayat (6) maka ditetapkan Kedudukan,Susunan
Organisasi , Tugas dan Fungsi serta Tata kerja pada Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
5
1. TUGAS DAN FUNGSI
a. Kepala Bidang SDK dan Kefarmasian
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian mempunyai tugas
melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada Seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Kepala
Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian menyelenggarakan fungsinya.
Fungsi Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian :
1) Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang SDK &
Kefarmasian
2) Penyelenggaraan koordinasi, fasilitasidan memeriksa hasil pelaksanaan tugas
dilingkungan Bidang SDK & Kefarmasian.
3) Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala Dinas Kesehatan
4) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan
fungsinya.
Bidang Sumber Daya
Kesehatan dan Kefarmasian
Seksi Kefarmasian
dan Alkes
Pelaksana
Penyusun
Laporan
Keuangan
Pengelola
Obat dan
Alkes
Kesehatan
Pengelola
Program dan
Kegiatan
Pengelola
Kefarmasian
Analis
Kesehatan
Adminkes
Muda
Adminkes
Pertama
Adminkes
Madya
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Riau
6
Kepala Bidang SDK & Kefarmasian Pendidikan
Ade Asmara, SKM S1 Kesehatan Masyarakat
b. Fungsional Administrator Kesehatan Madya
Fungsional Administrator Kesehatan Madya mempunyai tugas antara lain:
1) Melaksanakan Persiapan Pelayanan Administrasi Kesehatan
2) Menyusun Kebijakan Program Kesehatan
3) Mengorganisasikan Pelaksanaan Kebijakan Program-program Kesehatan
4) Memantau dan Mengevaluasi Pelaksanaan Kebijakan Program-Program Kesehatan
5) Melaksanakan Perijinan Institusi dan Pemberi Jasa di Bidang Kesehatan
6) Menyusun Laporan
Fungsional Adminkes Madya Pendidikan
➢ Nurul Fadhilah, S. Si., Apt, M. Si S2 Ilmu Lingkungan
➢ Fhitria Rosanty, S. Si., Apt S1 Farmasi/Apoteker
c. Fungsional Administrator Kesehatan Muda
Fungsional Administrator Kesehatan Muda mempunyai tugas antara lain:
1) Melaksanakan Persiapan Pelayanan Administrasi Kesehatan
2) Menyusun Kebijakan Program Kesehatan
3) Mengorganisasikan Pelaksanaan Kebijakan Program-program Kesehatan
4) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan program-program kesehatan
5) Melaksanakan Perijinan Institusi dan Pemberi Jasa di Bidang Kesehatan
6) Menyusun Laporan
Fungsional Adminkes Muda Pendidikan
➢ Ns. Noviyanti J, MKL S2 Kesehatan Lingkungan
7
d. Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes
Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes mempunyai tugas antara Lain :
1) Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada seksi kefarmasian dan
Alkes.
2) Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil pelaksanaan tugas
bawahan di lingkungan Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
3) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap sarana produksi dan
distribusi kefarmasian dan alat kesehatan ( obat, obat tradisional ,kosmetik, dan
alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) , makanan minuman
dan penyalahgunaan NAPZA;
4) Melaksanakan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait program
kefarmasian, makanan minuman, alat kesehatan dan penyalahgunaan NAPZA.
5) Melaksanakan rekomendasi izin usaha produksi dan distribusi kefarmasian,
makanan minuman, alat kesehatan (Industri Obat, Industri Obat Tradisional, Usaha
Kecil Obat Tradisional, Usaha Kecil Obat Tradisional, Perbekalan kesehatan rumah
tangga, industri alat kesehatan, Pedagang Besar Farmasi, Penyalur Alat
Kesehatan dan Kosmetik;
6) Melaksanakan penyusunan Profil Data Sarana Kefarmasian se Provinsi Riau dan
Profil Program Kefarmasian;
7) Melaksanakan koordinasi, pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi lintas
program dan lintas sektor dalam program pelayanan kefarmasian di fasilitas
kesehatan tingkat pertama, Rumah Sakit dan Apotek.
8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis Penggunaan
Obat Rasional, Penggunaan Obat generik, formularium nasional, farmasi
komunitas dan klinik.
9) Melaksanakan pelaporan Sistem Informasi Pemakaian Narkotika dan Psikotropika
di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta.
8
10) Melaksanakan pemantauan peredaran obat dan alat kesehatan di sarana
distribusi obat dan alat kesehatan (e-report PBF, e-report alkes dan PKRT, e-
watch, e-infoalkes, e-regalkes).
11) Melaksanakan pemantauan, monitoring dan evaluasi ketersediaan dan
keterjangkauan obat di Provinsi Riau.
12) Melaksanakan inventarisasi dan pengusulan Dana Alokasi Khusus program
Kefarmasian dan Alkes.
13) Melaksanakan Penyuluhan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga terhadap
pelaku usaha
14) Melaksanakan pembinaan dan pendataan terhadap terhadap produk pangan
rumah tangga
15) Melaksanakan Penyuluhan dan Pengawasan terhadap pelaku usaha pangan
industri rumah tangga di Provinsi Riau.
16) Melakukan pemantauan, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan tugas dan
kegiatan pada seksi kefarmasian dan alkes.
17) Melaksanakan evaluasi dan laporan secara elektronik realisasi kegiatan APBD
maupun APBN pada seksi kefarmasian dan Alkes.
Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes Pendidikan
Ns. Islamiyah, S. Kep, MKM S2 Kesehatan Masyarakat
e. Fungsional Adminkes Pertama
Fungsional Adminkes Pertama mempunyai tugas antara lain:
1) Melaksanakan Persiapan Pelayanan Administrasi Kesehatan
2) Mengorganisasikan Pelaksanaan Kebijakan Program-program kesehatan
3) Melaksanakan Perijinan Institusi dan Pemberi Jasa di Bidang Kesehatan
4) Menyusun Laporan
Fungsional Adminkes Pertama Pendidikan
➢ Nuraslinawati, SKM S1- Kesehatan Masyarakat
9
f. Analis Kesehatan
Uraian Tugas Analis Kesehatan :
1) Mengumpulkan bahan-bahan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai
dengan prosedur yang berlaku untuk keperluan penyelesaian pekerjaan Memberi
lembar pengantar pada surat,sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
agar memudahkan pengendalian.
2) Mempelajari, menganalisa serta menelaah bahan-bahan sesuai dengan petunjuk
teknis dalam bidangnya Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperlancar
pelaksanaan tugas program dan kegiatan
3) Mengadakan penelitian berdasarkan permasalahan terhadap rencana kegiatan
program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan
4) Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan program kefarmasian dan Alat
Kesehataan berdasarkan petunjuk teknis sebagai bahan evaluasi pimpinan.
5) Memberikan saran berdasarkan pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatannya
untuk disampaikan kepada pimpinan unit;
6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh pimpinan baik secara
tertulis maupun lisan
Pelaksana : Pendidikan ➢ Nurhayati, S. Si., Apt S1 Farmasi/Apoteker
➢ Desi Suryani, S. Si., Apt S1 Farmasi/Apoteker
➢ Junaidi, SKM S1 Kesehatan Masyarakat
g. Penyusun Laporan Keuangan
Uraian Tugas Penyusun Laporan Keuangan :
1) Menerima bahan-bahan dan data keuangan Kefarmasian sesuai prosedur sebagai
bahan kajian dalam rangka penyusunan laporan keuangan Program Kefarmasian;
2) Mengumpulkan dan mengklarifikasian bahan dan data keuangan program
kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai sfesifikasi dan prosedur;
3) Mempelajari dan mengkaji karateristik, spesifikasi dan hal hal yang terkait dengan
pelaporan keuangan program kefarmasian sesuai prosedur dalam rangka
penyusunan Laporan Keuangan;
4) Penyusunan konsep metode Laporan Keuangan sesuai dengan hasil kajian dan
prosedur untuk tercapainya sasaran yang diharapkan;
10
5) Mendiskusikan konsep penyusunan Laporan Keuangan Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan dengan pejabat yang berwenang dan terkait sesuai prosedur untuk
kesempurnaan penyusunan program;
6) Menyusun kembali konsep Laporan Keuangan berdasarkan hasil diskusi sesuai
prosedur untuk kelancaran dan optimalisasi penyusunan rencana program;
7) Mengevaluasi proses pelaksanaan Laporan Keuangan Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, sesuai prosedur sebagai bahan perbaikan dan kesempurnaan
tercapainya sasaran;
8) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur yang berlaku sebagai
bahan evaluasi dan pertanggungjawaban;
9) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan baik tertulis
maupun lisan.
Pelaksana : Pendidikan
➢ Nurlelawati, SE S1 Ekonomi
h. Pengelola Obat dan Alat Kesehatan
Uraian Tugas Pengelola Obat dan Alat Kesehatan :
1) Menyusun program kerja, bahan dan alat perlengkapan obat-obatan, alat
kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar dalam pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan dengan baik;
2) Memantau ketersediaan obat dan alat-alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan
daerah serta penggunaan dan penyalahgunaan obat dan NAPZA (Narkotik,
Psikotropik dan zat aditif) dan agar dalam pelaksanaan terdapat kesesuaian
dengan rencana awal;
3) Mengendalikan produksi dan distribusi obat-obatan dan alat kesehatan serta PKRT
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan;
4) Mengkoordinasikan dengan unit-unit terkait dan atau instansi lain dalam rangka
pelaksanaannya, agar program dapat terlaksana secara terpadu untuk mencapai
hasil yang optimal;
5) Mengevaluasi dan menyusun laporan secara berkala, sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku sebagai bahan penyusunan program berikutnya; dan
6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintah atasan baik secara tertulis
maupun lisan.
11
Pelaksana : Pendidikan ➢ Afrizal Efendi ,Amd.Tek.Med D- III Tek.med
➢ Suningsih, Amd. Keb D- III Kebidanan
i. Pengelola Kefarmasian
Uraian Tugas Pengelola Kefarmasian :
1) Menyusun program kerja, bahan dan alat perlengkapan kefarmasian ( kosmetik, obat
tradisional , makanan minuman dan pelayanan kefarmasian ) dan alat kesehatan dan
PKRT sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar dalam
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik;
2) Memantau pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, Puskesmas, Apotik sesuai
standar agar dalam pelaksanaan terdapat kesesuaian dengan rencana awal;
3) Mengendalikan produksi dan distribusi obat tradisional,kosmetik, makanan minuman
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan;
4) Mengkoordinasikan dengan unit-unit terkait dan atau instansi lain dalam rangka
pelaksanaannya, agar program dapat terlaksana secara terpadu untuk mencapai
hasil yang optimal;
5) Mengevaluasi dan menyusun laporan secara berkala, sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku sebagai bahan penyusunan program berikutnya; dan
6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintah atasan baik secaratertulis
maupun lisan.
Pelaksana : Pendidikan
➢ Aidar Yetti, S.Sos S1 Sosial
➢ Efnita, Amd. Keb D3 Kebidanan
j. Pengelola program dan kegiatan
Uraian Tugas Pengelola program dan kegiatan :
1) Menerima, mencatat dan menyortir surat yang berkaitan dengan keuangan serta
mencatat aliran transaksi keuangan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku agar memudahkan pencarian.
2) Memberi lembar pengantar pada surat,sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku agar memudahkan pengendalian.
12
3) Mengelompokkan surat atau dokumen keuangan menurut jenis dan sifatnya sesuai
dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar memudahkan pendistribusian;
4) Mendokumentasikan surat sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
agar tertib administrasi;
5) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas keuangan /realisasi keuangan sesuai dengan
prosedur yang berlaku sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban dan
6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
maupun lisan.
Pelaksana : Pendidikan –
2. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
E. SISTEMATIKA
Sistematika laporan kinerja Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun
2021 sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama
yang sedang dihadapi organisasi. Bab I ini terdiri dari:
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sasaran Program dan Aspek Startegis
D. Struktur Organisasi
E. Sistematika
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Perjanjian Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ Ikhtisar perjanjian
kinerja tahun yang bersangkutan. Bab II ini terdiri dari:
Perjanjian Kinerja
13
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja, sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Sub bab ini terdiri dari:
1. Pengukuran Kinerja
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja
B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.
C. Sumber Daya Manusia
Pada sub bab ini diuraikan sumber daya manusia yang melaksanakan
Program Kefarmasian dan Alat kesehatan (Satker 07).
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini diuraikan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi
serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
Lampiran
14
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara
penerima dan pemberi amanah atas kineja yang terukur berdasarkan tugas, fungsi
dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2021 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
PERJANJIAN KINERJA APBN TAHUN 2021 DANA DEKONSENTRASI
NO SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Program Pelayanan Kesehatan
dan JKN
1. Peningkatan Pelayanan
Kefarmasian Fasyankes yang mampu
dalam melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian
Sesuai Standar
30 lembaga
2. Peningkatan Pengelolaan Obat
Publik dan Perbekalan
Kesehatan
Dinas Kesehatan
Provinsi yang
melaksanakan
pengelolaan obat public
dan perbekalan
kesehatan sesuai
standar (dekon)
1 Provinsi
15
3. Peningkatan Pengawasan Alat
Kesehatan dan Rumah Tangga
Dinas Kesehatan
Provinsi yang
melaksanakan
Pengawasan Alkes dan
PKRT (dekon)
1 Provinsi
Program Dukungan Manajemen
1. Dukungan Manajemen
Pelaksanaan Program di Ditjen
Kefarmasian dan Alkes
Layanan perencanaan,
konsolidasi dan evaluasi
terhadap manajemen
dan pelaksanaaan tugas
teknis lainnya (dekon)
1 Provinsi
16
B. Realiasasi Anggaran Dekonsentrasi Satker 07 Tahun 2021
Tabel 2.2
Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Satker 07 Dinas Kesehatan Provinsi Riau
Tahun 2021
NO PROGRAM/KEGIATAN Anggaran Realisasi
Fisik (%)
Realisasi
Keuangan (%)
Persentase
(%)
Program Pelayanan Kesehatan
dan JKN
178.022.000 100 174.247.250 97,88
1.
Peningkatan Pelayanan
Kefarmasian 79.270.000 100 75.548.000 95,30
2.
Peningkatan Pengelolaan Obat
Publik dan Perbekalan
Kesehatan
48.132.000 100 48.104.250 99,94
3.
Peningkatan Pengawasan Alat
Kesehatan (Alkes) dan Rumah
Tangga (PKRT)
50.620.000 100 50.595.000 99,95
Program Dukungan Manajemen
118.080.000 100 117.827.050 99,93
1.
Dukungan Manajemen
Pelaksanaan Program di Ditjen
Kefarmasian dan Alkes
118.080.000 100 117.827.050 99,93
Total 296.102.000 100 292.074.300 98,64
17
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan
tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan
menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja digunakan
sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi
dan misi instansi pemerintah. Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu
penilaian (assessment) yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator
kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat,
dan dampak.
Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran
(goals and objectives) dengan elemen kunci sebagai berikut:
1. Perencanaan dan penetapan tujuan
2. Pengembangan ukuran yang relevan
3. Pelaporan formal atas hasil
4. Penggunaan informasi
Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan
realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator,
sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing
indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi masing-
masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan
program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang
direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada
pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
18
Pengukuran kinerja dengan standar penilaian sebagai berikut :
No.
Interval Nilai Realisasi Kinerja
Kriteria Penilaian
Realisasi Kinerja
1 91≤ 100 Sangat Tinggi
2 76 ≤ 90 Tinggi
3 66 ≤ 75 Sedang
4 51 ≤ 65 Rendah
Capaian Kinerja
Sasaran program merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Riau dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, yang diukur dengan indikator
yang telah ditetapkan. Pencapaian kinerja Seksi Kefarmasian dan Alkes Tahun 2021
antara lain :
Tabel 3.1
Capaian Kinerja Pada Tahun 2021
No SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
Tahun 2021
Target (Jumlah)
Realisasi (Jumlah)
% Capaian
1 1. Meningkatnya akses, kemadirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
1. Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
2. Dinas Kesehatan
Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)
3. Dinas Kesehatan
Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)
4. Layanan
perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon)
30 lembaga
1 Provinsi
1 Provinsi
1 Provinsi
30 lembaga
1 Provinsi
1 Provinsi
1 Provinsi
100
100
100
100
19
Tabel 3.2
Perbandingan Kinerja Sasaran
No SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
Target / Realisasi
Target 2020
(Jumlah)
Realisasi Tahun 2020
(Jumlah)
Target 2021 (Jumlah)
Realisasi Tahun 2021
(Jumlah
1. 1. Meningkatnya akses, kemadirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
1. Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
2. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)
3. Dinas Kesehatan
Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)
4. Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon)
56 fasyankes
0 0
1 Provinsi
56 fasyankes
0 0
1 Provinsi
30 lembaga
1 provinsi
1 provinsi
1 Provinsi
30 lembaga
1 provinsi
1 provinsi
1 Provinsi
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja
Sasaran program merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Riau dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, yang diukur dengan
indikator yang telah ditetapkan. Sasaran hasil Program Pelayanan Kesehatan dan JKN
serta Program Dukungan Manajemen adalah “Meningkatnya akses, kemadirian dan
mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan” Sasaran tersebut diukur melalui indikator
kinerja dengan target dan realisasinya.
Secara keseluruhan sasaran strategis ini dinilai baik dengan persentase rata-
rata capaian 100 % dan bila dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya dilakukan 2
kegiatan dengan menggunakan dana dekonsentrasi yaitu kegiatan dengan indikator
Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standard
(dalam bentuk pertemuan) dan Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi
20
terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon) sedangkan
kegiatan lainnya mengalami recofusing. Untuk kegiatan yang menggunakan dana
APBD tahun 2020 yang hanya terlaksana adalah kegiatan Pertemuan Pembinaan
terhadap Pedagang Besar Farmasi se- Provinsi Riau dan Pertemuan Pembinaan
terhadap Penyalur Alat Kesehatan se- Provinsi Riau sedangkan kegiatan lainnya tidak
bisa dilaksanakan karena mengalami rasionalisasi.
Keseluruhan kegiatan diatas diarahkan untuk mendukung pencapaian indikator
kinerja sasaran. Capaian masing – masing indikator kinerja sasaran ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar
Tabel 3.3
Capaian Indikator Kinerja Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar Tahun 2021
Indikator Kinerja Target
(Jumlah)
Realisasi
(Jumlah)
Capaian
(%)
Fasyankes yang mampu dalam
melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
30 lembaga 30 lembaga 100
Pada indikator hasil realisasi Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar Tahun 2021 dinilai baik dengan capaian
sebesar 100% atau dari target 30 lembaga terealisasi 30 lembaga. Indikator ini
diukur dengan melakukan penilaian terhadap jumlah rumah sakit yang mengikuti
kegiatan Pembinaan dan pengawasan tenaga kefarmasian di puskesmas dan
rumah sakit dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya yaitu pertemuan
Advokasi Implementasi Fomas dan Farmako Ekonomi sebagai Kendali Mutu dan
Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN yang menggunakan
dana dekonsentrasi.
Untuk standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dan Rumah sakit
menggunakan kuesioner pelayanan kefarmasian sesuai standar (Form yang telah
ditetapkan Direktorat Pelayanan Kefarmasian) yang dilaporkan oleh puskesmas
dan rumah sakit ke alamat https://bit.ly/riau-rekap-rs-2021 (untuk yanfar rumah
21
sakit) dan https://bit.ly/riau-rekap-puskesmas-2021 (untuk yanfar puskesmas) serta
untuk penggunaan obat sesuai fornas dengan alamat
https://bit.ly/fornasperiode2021.
Tabel 3.4
Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar tahun 2021
NO Fasyankes Jumlah Fasyankes yang
dipantau
Jumlah Fasyankes
Sesuai Standar
Yanfar
1 Rumah sakit 75 13
2 Puskesmas 234 51
Jumlah 309 64
1) Persentase Pelayanan Kefarmasian sesuai standar di Fasyankes dasar
Pemerintah (Puskesmas)
Definisi operasional Persentase Pelayanan Kefarmasian sesuai standar
adalah Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar di wilayah tertentu pada periode tertentu.
Capaian indikator dari Persentase Pelayanan Kefarmasian sesuai standar adalah
82,8% atau dari target 55% tercapai 45,54%. Capaian indikator ini dinilai baik.
Tabel 3.5
CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE PELAYANAN KEFARMASIAN DIPUSKESMAS SESUAI STANDAR DI PROVINSI RIAU
TAHUN 2021
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Persentase Pelayanan
Kefarmasian sesuai standar
55 45,54 82,8
Pelayanan Kefarmasian Sesuai standar di Puskesmas apabila dilakukan
pendokumentasian terhadap pelayanan kefarmasian :
1. Pemberian Informasi Obat
2. Konseling
3. Pencatatan Pengobatan Pasien
22
Pencapaian kinerja pada indikator persentase pelayanan kefarmasian sesuai
standar dinilai baik karena nilai capaian 82,8% atau dari target 55 % terealisasi 45,54%.
Gambar 3.1 Puskesmas yang sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian di Kab/Kota Se- Provinsi Riau Tahun 2021
Gambar di atas menunjukkan bahwa dari 234 puskesmas se- provinsi Riau yang
mengirimkan laporan berjumlah 158 puskesmas, yang memiliki apoteker 112
puskesmas.
Dari 112 total puskesmas yang memiliki apoteker, yang sesuai standar
pelayanan kefarmasian berjumlah 51 puskesmas (45,54%), sedangkan yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian berjumlah 61 puskesmas atau (54,46%).
23
Gambar 3.2 Rumah Sakit yang mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian sesuai standar Tahun 2021
Gambar di atas menunjukkan bahwa dari 75 Rumah Sakit se-Provinsi Riau, Rumah
Sakit yang mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian berjumlah 20 Rumah Sakit
(26,67%), sedangkan yang tidak mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian berjumlah
55 Rumah Sakit. (73,33%).
Dari 20 RS yang mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian terdapat 13 RS yang
sesuai standar pelayanan kefarmasian (65%), sedangkan yang tidak sesuai standar
pelayanan kefarmasian adalah 7 RS (35%).
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator tersebut
adalah:
1. Puskesmas yang melapor dan melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar ke
website Kemenkes RI direktorat pelayanan kefarmasian: bit.ly/riau-puskesmas-2021
2. RS yang mengirimkan laporan ke website website Kemenkes RI direktorat pelayanan
kefarmasian: bit.ly/riau-rs-2021.
24
Permasalahan: Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
1. Tenaga kefarmasian/ Apoteker yang jumlahnya masih kurang di Puskesmas.
2. Masih banyak tenaga farmasi di Puskesmas yang belum mengerti tentang Pelayanan
kefarmasian yang sesuai standar karena selama ini yang mengikuti pelatihan pelayanan
kefarmasian adalah pemegang program farmasi di Kab/Kota dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota terkendala biaya melakukan pembinaan dan pelatihan pelayanan kefarmasian
untuk puskesmas diwilayahnya.
3. Pergantian penanggung jawab laporan pelayanan kefarmasian di puskesmas yang tidak
mentransfer ilmunya kepada penanggung jawab yang baru.
4. Volume Pekerjaan Tenaga farmasi dipuskesmas tidak seimbang dan ada beberapa
yang overload karena banyaknya pasien/ resep yang harus dilayani sedangkan tenaga
farmasi terbatas.
5. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian Luar gedung belum sepenuhnya bisa dilaksanakan
Pemecahan Masalah/Solusi:
1. Setiap tahun pertemuan pelayanan kefarmasian untuk fasyankes tetap dianggarkan
secara bertahap.
2. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan evaluasi terhadap Kab/Kota dan memberikan
umpan balik Kab/Kota, pada saat pertemuan dengan Kab/Kota ditampilkan pelaksanaan
pelayanan kefarmasian di Kab/Kota sehingga mereka bisa sharing pengalaman.
3. Memberikan support kepada tenaga kefarmasian di puskesmas dan mengadvokasi
kepala puskesmas agar melakukan pelayanan kefarmasian lebih baik lagi dipuskesmas.
4. Meminta Kepala Puskesmas agar mengikutsertakan tenaga kefarmasian puskesmas
untuk pelayanan kesehatan/kefarmasian luar gedung sehingga kegiatan sosialisasi
gema cermat di puskesmas dapat terlaksana.
Keberhasilan Capaian Indikator Kinerja tersebut didukung oleh kegiatan:
1. Pembinaan dan pengawasan tenaga kefarmasian di Puskesmas dan Rumah
Sakit dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya
NILAI DIPA :
Alokasi : Rp. 4.650.000,-
Realisasi : Rp. 4.533.500,- (97,49 %)
Sisa : Rp. 116.500,-
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan yang dilakukan secara daring
dengan mekanisme zoom meeting) yang terdiri dari 2 pertemuan yaitu:
25
a. Pertemuan Advokasi Implementasi Fomas dan Farmako Ekonomi sebagai Kendali
Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN.
b. Pertemuan penguatan tenaga kesehatan dalam rangka pembinaan dan
pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian
2. Pertemuan Pembekalan dan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di
Kab/Kota biaya
Alokasi : Rp. 74.620.000,-
Realisasi : Rp. 71.014.500,- (95,17%)
Sisa : Rp. 3.605.500,-
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan yang dilakukan secara daring
dengan mekanisme zoom meeting) yang terdiri dari 2 pertemuan yaitu:
a. Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Tahun 2021
Alokasi : Rp. 69.420.000,-
Realisasi : Rp. 65.877.000,- (94,89%)
Sisa : Rp. 3.543.000,-
b. Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se Provinsi Riau
Tahun 2021
Alokasi : Rp. 5.200.000,-
Realisasi : Rp. 5.137.500,- (98,79%)
Sisa : Rp. 62.500,-
26
Laporan Pertemuan Advokasi Implementasi Fomas dan
Farmako Ekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali
Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN.
27
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan
dirumah sakit dan puskesmas dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini, pelayanan kesehatan
didorong untuk meningkatkan penggunaan obat secara rasional, efektif dan efisien
dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya. Peran dari pelayanan kefarmasian
sangat penting, sehingga harus dilaksanakan secara komprehensif baik dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP maupun pelayanan farmasi klinik sesuai
dengan standar pelayanan kefarmasian.
Adanya panduan yang berbeda -beda dalam penggunan obat merupakan Salah
satu faktor yang menyebabkan tinginya biaya pelayanan kesehatan khususnya obat.
Untuk itu pada pelaksanaan SJSN dibutuhkan kebijakan pemerintah dan acuan
secara nasional bagi Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, sebagali
kendali mutu dan kendali biaya yaitu Formularium Nasioanal (Fornas).
Dalam memilih obat untuk pelayanan kesehatan, harus didasarkan pada
kriteria: memiliki rasio manfaat-resiko (beneft -risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita; mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabiitas; praktis dalam
penyimpanan dan pengangkutan; praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang
sesuai dengan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan; menguntungkan dalam hal
kepatuhan dan penerimaan oleh penderita; memiliki rasio manfaat-biaya (benefit- cost
ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
Dalam implementasi Fornas perlu dilakukan review/kajian data obat
berdasarkan bukti ilmiah terkini (evidence-based medicine), baik secara farmakologi
maupun secara farmakoekonomi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan pola penyakit, serta teknologi obat dan pengobatan yang terus berkembang.
Dengan mengimplementasi Fornas maka diharapkan akan tercapai Kendali Mutu dan
Kendali Biaya dalam pelaksanaan JKN.
Mengingat pentingnya peran pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien serta kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan
kesehatan, maka diperlukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara
efektif, terpadu dan berkelanjutan. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
pelayanan kefarmasian sesuai standar diamanatkan antara lain kepada Dinas
28
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang berhubungan langsung dengan Rumah
Sakit dan Puskesmas di wilayahnya masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian termasuk Farmakoekonomi dalam rangka tercapainya Kendali Mutu dan
Kendali Biaya, maka perlu pembinaan terhadap tenaga kefarmasian di Rumah Sakit
dan Puskesmas. Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaksanakan kegiatan
Advokasi Implementasi Fomas dan Farmako Ekonomi sebagai Kendali Mutu dan
Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN)Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781;
4. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2017 tentang Penyusunan dan
Penerapan Formularium Nasional dalam Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan.
C. TUJUAN PERTEMUAN
1. Tujuan Umum
Melakukan advokasi kepada dokter penulis resep (prescriber) dan tenaga
kefarmasian di rumah sakit serta pengambil keputusan di daerah agar
mengimplementasikan Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan
Kendali Biaya Dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit yang bekerjasama
dalam Program BPJS Kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dalam Sistem JKN
29
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya Pembinaan dan Pengawasan terhadap upaya pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan puskesmas dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya.
b. Meningkatkan RS yang menerapkan Formularium Nasional
c. Meningkat RS yang melakukan kajian Farmakoekonomi dalam rangka kendali mutu dan kendali Biaya.
d. Meningkatnya penggunaan obat rasional di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan
30
BAB II
PERSIAPAN PERTEMUAN
A. PERSIAPAN
Persiapan pelaksanaan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan
Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan
Kesehatan pada Program JKN Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi
sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program
JKN Tahun 2021 merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan
diselenggarakan, meliputi persiapan teknis dan persiapan administrasi.
1. Persiapan Administrasi
Persiapan Administrasi dalam rangka pelaksanaan persiapan pertemuan
Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan
Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN Tahun 2021 antara
lain :
a. Membentuk susunan panitia penyelenggara pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
b. Menetapkan moderator dan notulen pertemuan dalam bentuk Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
c. Menetapkan peserta dan narasumber pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
d. Menyusun jadwal pertemuan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan
Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan
Kesehatan pada Program JKN Tahun 2021
e. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Direktorat Pelayanan
Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI, Tim Komite Nasional
Penyusunan Fornas dan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi
Provinsi Riau
f. Membuat surat undangan peserta pertemuan Advokasi Implementasi Fornas
dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam
Pelayanan Kesehatan pada Program JKN Tahun 2021
g. Membuat laporan ketua panitia
h. Membuat kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
i. Membuat surat permohonan untuk membuka acara pertemuan Pembinaan
Terhadap Penyalur Alat Kesehatan se Provinsi Riau Tahun 2021 secara resmi.
31
2. Persiapan Teknis
a. Mengadakan rapat persiapan pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan
Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan
Kesehatan pada Program JKN, pada tanggal 19 Juli 2021 ,diantaranya
membentuk kepanitiaan, moderator, notulen, peserta dan narasumber
pertemuan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Riau.
b. Mengecek dukungan perangkat zoom meeting yang tersedia pada Dinas
Kesehatan Provinsi Riau yang dapat digunakan pada penyelenggaraan acara
pertemuan Pembinaan Terhadap Penyalur Alat Kesehatan se Provinsi Riau
Tahun 2021 untuk tanggal 26 Juli 2021.
c. Membuat akses serta password untuk masuk dalam aplikasi pertemuan zoom
meeting bagi peserta dan narasumber
d. Membuat link google form registrasi peserta pertemuan
e. Membuat link google form absensi saat pertemuan
f. Mengirimkan surat pemanggilan peserta
g. Mengirimkan surat permintaan narasumber
h. Melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program antara lain Direktorat
Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI, Tim Komite Nasional
Penyusunan Fornas dan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi
Provinsi Riau
i. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang berwenang
untuk membuka acara pertemuan secara resmi
j. Mengadakan persiapan Media dan Perlengkapan pelaksanaan zoom meeting
k. Berkoordinasi dengan IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk dokumentasi
pelaksanaan pertemuan melalui youtube.
32
BAB III
PELAKSANAAN PERTEMUAN
A. Peserta Pertemuan
Peserta Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi
sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program
JKN terdiri dari:
1. 3 orang Peserta berasal dari 32 RS Kab/Kota yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di Provinsi Riau yang terdiri dari Perwakilan komite medik, Farmasi, Dokter, dan Kepala Instalasi Farmasi.
2. 4 orang Peserta dari 26 RS Kota pekanbaru yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan terdiri dari Perwakilan komite medik, Farmasi, Dokter, dan Kepala Instalasi Farmasi.
3. 1 orang Organisasi IDI Provinsi Riau
4. 1 orang Organisasi IAI Provinsi Riau
5. 1 orang Staf Program Kefarmasian Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
B. Nara Sumber
1. Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI.
2. Tim Komite Nasional Penyusunan Fornas
3. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi Provinsi Riau
C. Proses Pertemuan
Proses Pertemuan Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi Sebagai
Kendali Mutu dan Kendali Biaya Dalam Pelayanan Kesehatan Pada Program JKN Se
Provinsi Riau Tahun 2021 berlangsung 1 (satu) hari Yaitu pada tanggal 5 Agustus
2021 dengan menggunakan metode Zoom Meeting ( distance learning ) dengan
jumlah peserta sebanyak 74 orang berasal dari Rumah Sakit Pemerintah
Kabupaten/Kota Se Propinsi Riau, IAI dan IDI dan dari dinas kesehatan provinsi riau,
Jalannya proses pertemuaan adalah sebagai berikut :
1. Pukul 08.00 – 09.00 WIB
a. Peserta mengikuti pembukaan pertemuan Implementasi Fornas dan
Farmakoekonomi Sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya Dalam Pelayanan
Kesehatan Pada Program JKN Se Provinsi Riau dengan menggunakan aplikasi
zoom meeting.
33
b. Pertemuan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang diwakili
oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian Dinas Kesehatan
Provinsi Riau (Bapak Ade Asmara, SKM)
c. Laporan penyelenggaraan dibacakan oleh Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes
Dinas Kesehatan Provinsi Riau ( Ibu Ns, Islamiyah, S,Kep,MKM ).
d. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipandu oleh Bapak Junaidi, SKM
2. Pukul 09.00 – 10.00
a. Dilanjutkan dengan materi Implemantasi kebijakan Fomularium Nasional dalam
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Evaluasi Pelaporan
Fornas dengan Moderator Ibu Nuraslinawati, SKM, materi disampaikan oleh
Narasumber dari Koordinator Substansi seleksi Obat dan Alat Kesehatan
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Dra. Ardiyani, Apt,M.Si dengan
metode Zoom Meeting.
b. Seperti diketahui oleh Narasumber Keputusan menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. K.01.07/MENKES/498/2020 tentang Komite Nasional
Penyusunan Fornas , ditetapkan tanggal 4 Agustus 2020 yang terdiri dari : Tim
Ahli, Tim Evaluasi, Tim Pelaksana dan Tim Review.
c. Kreteria Anggota Komite Nasional meliputi :
1) Tidak memiliki konflik kepentingan dan bersedia menandatangani
pernyataan bebas konflik kepentingan
2) Memiliki Integritas dan Standar profesional
3) Menyatakan kesediaan secara tertulis
d. Kreteria dalam Fornas ada 2 kreteria :
1) Kreteria Khusus pemilihan Obat dalam Fornas yang terdiri dari :
a) Telah memiliki NIE minimal 2 tahun
b) Memiliki data efikasi dan safety profile yang kuat berdasarkan EBM
c) Memiliki kreteria penegakan diagnosa yang tepat
d) Bukan merupakan obat yang di Negara maju dinyatakan tidak cost-
effective
e) Harga obat tidak melampaui cost-effectiveness threshold Indonesia yaitu
sebesar 160 jt/QALY
f) Tidak dalam proses kajian HTA
g) Mencapai tujuan pengobatan kanker
2) Kreteria Pengurangan Daftar Obat Fornas diantaranya :
a) Diusulkan oleh Komnas Fornas,KPTK,DPK,Faskes dan/atau Organisasi
Profesi
34
b) Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang lebih baik dan/atau efek
samping yang lebih ringan
c) Terdapat obat lain yang setara yang lebih bersifat “value for money”
d) Ditemukan bukti baru terkait resiko penggunaan obat
e) Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang oleh industri farmasi
f) Hasil rekomendasi ditetapkan oleh Menteri.
3) Kreteria Pemilihan obat yaitu harus memiliki :
a) Memiliki khasiat keamanan terbaik berdsarkan bukti ilmiah mutakhir dan
valid
b) Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-rist ratio) yang paling
menguntungkan pasien
c) Memiliki izin edar dan indikasi yang disetujui oleh badan POM.
d) Obat yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
tetapi belum memiliki izin edar, termasuk obat piatu (orphan drug) serta
yang tidak mempunyai nilai komersial.
e) Memiliki rasio manfaat biaya (benefit-cost ratio) yang tinggi.
f) Dalam kreteria ini tidak termasuk obat tradisional dan suplemen makanan.
3. Pukul 10.00 – 10.00 WIB (BREAK)
4. Pukul 10.15 – 11.15 WIB
a. Dilanjutkan dengan Materi Optimalisasi Penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Era Revolusi Industri 4.0 dengan moderator Bu Ns.
Noviyanti.J.S.Kep.M.KL Materi disampaikan oleh SubKoordinator Substansi
Klinikal Farmasi Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Sri Suratini
S.Si,Apt, M.Farm dengan Metode Zoom Meeting.
b. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan informasi obat
kepada pasien dan atau keluarga pada saat penyerahan :
1) Pastikan bahwa etiket obat sudah ditulis dengan lengkap dan benar
2) Pemberian informasi dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, jelas,
akurat dan mudah dimengerti.
3) Informasi obat yang diberikan kepada pasien melipiti : Identifikasi obat
(misalnya : menunjukkan kepada pasien obat mana yang berfungsi sebagai
antibiotik), cara pemakaian, dosis, lama pemakaian, cara penyimpanan, efek
samping obat dan interaksi obat.
35
4) Pastikan bahwa pasien dan atau keluarga pasien sudah mengerti dan
paham akan informasi obat yang sudah disampaikan,
c. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi
secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien tujuannya :
1) Penyedia informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
2) Penyedia informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
sediaanfarmasi, ALKES dan BMHP
3) Meningkatkan penggunaan Obat Rasional
5. Pukul 11.15 – 11.30 WIB ( BREAK )
6. Pukul 11.30 – 12.30 WIB
a. Masih dilanjutkan dengan sesi berikutnya dengan Materi Implementasi Fornas
Sebagai Acuan dalam Penggunaan Obat Berbasis Bukti Ilmiah (EBM) pada
Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Patien Safety dan Kendala Biaya,
moderator bu Nuraslinawati, SKM dengan narasumber dari Ditjen Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (Wakil Ketua Komnas Penyusunan Fornas) bu
Prof,Dr.Apt. Ema Kristin,M.Si.
b. Seperti disampaikan oleh narasumber Kreteria dalam Fornas ada dua
1. Kreteria Pemilihan dalam Fornas antara lain :
a) Telah memiliki NIE Minimal 2 tahun
b) Memiliki data efikasi dan safety profile yang kuat berdasarkan EBM
c) Memiliki kreteria penegakan diagnosa yang tepat
d) Bukan merupakan obat yang di negra maju dinyatakan tidak cost-effective
e) Harga obat tidak melampaui cost-effetivereses threshold Indonesia yaitu
sebesar 180 jt/QALY
f) Tidak dalam proses kajian HTA
2. Kreteria Pengurangan daftar obat fornas :
a) Diisukan oleh Komnas Fornas, KPTK, DPK, Faskes dan/atau
Organisasi profesi.
b) Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang lebih baik dan/atau efek
samping yang lebih ringan
c) Terdapat obat lain yang setara yang lebih bersifat “volue for money”
d) Ditemukan bukti baru terkait resiko penggunaan obat
e) Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang oleh industri farmasi
36
f) Hasil rekomendasi ditetapkan oleh menteri.
7. Pukul 12.30 – 13.30 WIB ( I S H O M A )
8. Pukul 13.30 – 14.30 WIB
a. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan materi Implimentasi Fornas dalam Pelayanan
Kefarmasian di RS sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dengan moderator
Fhitria Rosanty, S.Si, Apt dan materi disampaikan oleh Narasumber Bapak
Firdaus, Apt (Kepala Instanlasi Farmasi RSUD Petalabumi Pekanbaru) dengan
Zoom Meeting
b. Seperti yang disampaikan oleh narasumber kebijakan pelayanan obat terdiri dari
:
1) Pemilihan obat berpedoman kepada fomularium RSUD Petalabumi.
2) Formularium RSUD Petalabumi disusun oleh Tim Farmasi dan terapi (TFT)
berdasarkan Formularium Nasional (Fornas).
3) Pelayanan obat mengacu pada Formularium Nasional
(FORNAS)/Formularium RS.
4) Pembelian obat di luar Formularium Rumah sakit dapat diadakan apabila telah
mendapat rekomendasi dari Ketua TFT dengan persetujuan Ketua Komite
Medik dan Direktur RS
9. Pukul 14.30 – 14,45 WIB (BREAK)
10. Pukul 14.45 – 15.45 WIB
a. Sesi masih dilanjutkan dengan materi Implementasi Identitas Komponen Biaya,
Tipe Evaluasi dan Simulasi Pelaksanaan Farmakoekonomi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan moderator bu Hj. Desi Suryani,S.Si,Apt,
narasumber dari Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI ( Bpk
Hendra Hermawan,S.Si,Apt) dengan zoom Meeting
b. Identifikasi obat first choice dari setiap kondisi/penyakit menggunakan kteteria:
1) Efikasi
2) Keamanan
3) Perbandingan cost (harga yang terjangkau individu dan masyarakat)
4) Tingkat pelayanan kesehatan dan fasilitas pendukung
5) Obat pilihan pertama ini adalah dasar bagi EMI, standar terapi serta
formularium.
37
c. Manfaat Evaluasi penggunaan obat (EPO) :
1) Kualitas Penggunaan obat
Indikator : DU 90 %
1) Melihat kesesuaian antara obat yang terdapat dalam DU 90% dengan
pola penyakit
2) Kesesuian dengan Fornas
2) Efisiensi
Indikator : cost/DDD
“membandingkan DDD value dan cost/DD satu obat dengan obat lain dalam
1 kelas terapi”
3) Kendali resistensi antibiotik
Indikator : DID 101
“Nilai DID 12 sd 28 untuk J01 adalah nilai wajar menurut WHO”
4) Menilai rasionalitas penggunaan obat dari sisi ekspenditur
Indikator : DC 90%
Daftar obat yang menghabiskan anggaran terbesar hingga 90% sesuai
denagn pola penyakit serta sesuai dengan standar terapi atau Fornas.
11. Pukul 15.45 – 16.00 WIB
a. Pada sesi ini dilanjutkan dengan Rencana Tindak Lanjut Pertemuan Advokasi
Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali
Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN yang di sampaikan oleh
Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes Dinas Kesehatan Provinsi Riau (ibu Ns.
Islamiyah, S,Kep).
b. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi :
1) Rumah sakit
Rumah sakit Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama dengan BPJS di
Kabupaten/Kota seluruh Provinsi Riau untuk meningkatkan penerapan
pelaporan Fornas ke Kementerian Kesehatan RI dan ke Dinas Kesehatan
Provinsi Riau di bawah tanggal 5 setiap bulannya pada link yang telah di
sediakan (http://bit.ly/fornas2021-bulan)
2) Rumah Sakit se Provinsi Riau diharapkan dapat mengirimkan laporan
pelayanan Kefarmasian (Yanfar) pada Link (bit.ly//riau_rekap-rs-2021).
38
12. Dan diakhiri dengan penutupan
13. Hasil Diskusi dan Tanya jawab
No. PERTANYAAN JAWABAN
a.
materi Implemantasi kebijakan
Fomularium Nasional dalam
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan Evaluasi
Pelaporan Fornas dengan
(Ibu Dra. Ardiyani, Apt,M.Si)
1) Penanya :
Elvina Zuhir dari RSUD
Bangkinang pukul 09.30 WIB
Adakah aturan yang mengatakan
obat revanik tidak boleh, tapi
madovar baleh apakah ada aturan
berikut?
2) Penanya :
ibu Ari Gustini
Pukul : 09.44 WIB
Kenapa Atorvastatin digunakan
harus sudah menggunakan
Simvastatin selama 3 bulan
berturut-turut dan kenapa untuk
Clopidogrel hanya digunakan
sistemi aja selama 2 tahun.
Di Fornas di cantumkan bay
nickname, Jadi di RS bisa
memakai e-Katalog, artinya obat
ini yang di e-Katalog boleh
digunakan
Ada berapa obat yang belum
dapat dicantumkan e-Katalog
tetapi dengan kebijakan
dicantumkan dalam SK Menteri
jadi ada acuan yang harus dilihat
Atorvastatin tidak serta merta di
pakai langsung, ada gradasinya,
Clopidogrel memang
penggunaannya dibatasi 1 tahun
setelah pemansangan stef,
mengapa dibatasi, karena stef
tidak salah yang ada di dalam
Badan POM, dan ada di dalam
39
prodak obat tersebut menunjukan
bahwa penggunaan tropi dalam 1
tahun dapat menyebabkan resiko
perdarahan, bukan menambah
opkam klinik, Yaitu bisa kejadian
meningkatkan Cardiovaskuler dan
invaksekuler,Karena
pemberiannya berdua dengan
esotosal dan Aspirin, setelah 1
tahun Aspirin tropi di stop tapi
Aspirin nya tetap di teruskan.
Atorvastatin ada lagi obat grit
Setelah Farmakologi/Vastatin ini
kreteria khusus untuk
penggunaannya seperti tadi
hanya diberikan setelah
pemberian Cimvastatin selama 3
bulan mencapai target
penurunan, Artinya kita pakai dulu
Cimvastatin sesuai look buek nya
dari dokter jantung (PERGI),
bukan obat tetapi di ganti dengan
diet ketat lemak, juga harus
menerima LDL dengan obat
standar dulu, obat kita pakai
golongan 1 dulu, kalau tidak ada
penurunan baru pakai target
atorvastati.
b. Materi Optimalisasi Penerapan
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Era Revolusi Industri 4.0
(Ibu Sri Suratini, S,Si, Apt, Farm)
40
Penanya :
1) Desmelita Pukul : 11.00 WIB
Terkait obat injeksi antibiotik 2x1
sehari, 3x1 sehari dan berbagai
macam soalnya banyak pasien
komplen, maklum di daerah
Keluhan pasien tidak minum
obat bilang tak di terapi, jd
sering ke ruangan menjelaskan
dg masalah anak, jadi itu
gimana apakah di katagorikan
biokonseling atau apa?
Bisa melakukan visite tp di sela-
sela visite ternyata melakukan
konseling, melakukan edukasi,
selain memberikan informasi
masalah terkait obat yang diberi
oleh pasien misalkan pasien tidak
menerima obat, ibu menjelaskan
obat-obat nya apa saja tapi
mungkin belum di sampaikan dari
farmasinya, mungkin bisa di
lakukan atau di katagorikan
konseling tapi harus tercatat
c. Materi Implementasi Fornas
Sebagai Acuan dalam Penggunaan
Obat Berbasis Bukti Ilmiah (EBM)
pada Pelayanan Kesehatan untuk
Meningkatkan Patien Safety dan
Kendala Biaya,
(Prof,Dr.Apt. Ema Kristi,M.Si)
Penanya :
1) Erdawati Desmelita
Pukul : 12.07 WIB
Untuk e pucarsing yang
bermasalah atau tidak bisa
diakses lapornya kemana?
Untuk obat kosong dis
distributor kita lapornya
kemana?
Apabila tidak bisa mengakses
maka kita bisa bertidak dengan
manual karena akses intenet tidak
ada. Jadi anda tidak bersalah.
Pemerintah ada undang
undangnya boleh melakukan e
pucarsing atau manual.
Apabila obat kosong laporannya
ke LKPP, publik itu ada link nya
nanti biasanya klik ke Fornas
pertanyaannya kepada bu Dewi
41
2) Ira IF RS Madani : Pukul
12.09 WIB
Apakah nantinya obat2 Covid
yang tidak ada di Fornas akan
di masukkan ke Fornas?
nanti ijin dulu untuk
menyampaikan ke no HP, nya
untuk akses tolong kl memang
anda iidak bisa mengakses maka
berhak utk melakukan secara
manual
Obat Covid pada saat ini belum
proses nomor izin edar karena itu
sebabnya edue emergensiyus
motorisensen di dunia bukan
hanya di Indonesia saja, di dunia
sifatnya sama, jadi bukan obat
yang covid, atas covid itu nama
otoritasnya dengan edue. Karena
uji klinis nya pendek2 ada yg
Cuma 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
dan itu belum cukup untuk
membuktikan secara jelas
manfaatnya dari obat tersebut,
maka hanya boleh karena ini
diperlukan keadaan pandemi, ada
otoritasi tadi, tapi tanda tanya,
bila pada prosesnya obat itu
kemudian memang tidak terbukti
maka edue nya bukannya di
cabut. Untuk masalah covid
memang ini sepenuhnya di
tanggung oleh pembiayaan
pemerintah tidak masuk ke pihak
yang berwenang khususnya
fornas.
42
d. Materi Implimentasi Fornas dalam
Pelayanan Kefarmasian di RS
sebagai Kendali Mutu dan Kendali
Biaya
(Bpk Firdaus dari RSUD
Petalabumi Pekanbaru)
Penanya :
1. Winda Gusti Enda Pukul :
01.47 WIB
Apakah di tempat praktek Bpk
Analisa Efesensi penerapan
e katalog di lakukan di bagian
Farmasi?
Apa yang dilakukan oleh RS jika
obat yang diresepkan secara
Fornas Zat aktif nya masuk
namun ketersediaan di ekatalog
tdk tersedia.
2. Erdafarma
Pukul : 02,04 WIB
Jika ada obat yg kosong
distributor bagaimana
pelayanan untuk pasien PRB di
RS Petalabumi apakah pasien
tetap di layani 30 hari.
3. RSUD T.Rafi’an
Pukul : 02.05 WIB
- Jika ada obat yang tidak tersuplai
di ekatalog apa yang RS lakukan,
Analisanya dalam bentuk preperti
yang sudah dibicarakan oleh
eksporseting data yang di adakan
secara non e-purchasing
mudah2an di tahun 2021 ini ingin
lebih meningkat lagi untuk
analisanya atau mempertajam
lagi di mana ingin melihat lagi
berapa sih obat presentasi nya
untuk obat-obat yg e-katalog baik
itu manual ataupun yang secara
komprechasing untuk
perbandingan.
Jika obat tidak tersuplai di e-
Katalog maka dari Distributor
harus menambah lagi dan
dikominukasikan dengan pasien
Kita mencoba juga mencari yg
43
karena jika dibeli online kadang
sulit memperoleh harga yang
sama dengan ekatalog.
- Apakah di RS bapak pembelian
obat dan BMHP dengan dana
APBD harus dilakukan pembelian
secara online saja.
4. Ira dari Rumah Sakit Madani
Pukul : 02.08 WIB
SOP di Rumah Sakit Petalabumi
jika obat kosong untuk resep di
rawat jalan dan UGD untuk
BPJS dan umum.
1. Elvina Zuhir RSUD Bangkinang
Pukul : 14.13 WIB
- Bisakah kalau di Rumah Sakit
obat kosong karena distributor
tidak bisa beli ada kebijakan
antar RS, apa farmasinya, apa
sebenarnya kebijakan nya apakah
APBD harus yg online saja atau
kebijakan, Pada saat ini yang
kami lakukan memang lemah
kalau kita menggunakan sumber
APBD itu semua membeli nya
secara emegesik, online kalau
tidak menggunakan dana rutin. Itu
yg masih mencari lagi dasarnya,
memang APBD harus online
semua. Pada saat ini masing
menggunakan online.
Untuk obat2 yang kosong
memang SOP nya melakukan
Substitusi lebih dulu baik
substitusi kelas terapi maupun
klasterapi itu biasanya kalau
kosong klasterapi akan
dilakukan, ketika itu masih
mungkin ya memang harus itu.
maka kita melakukan pemberian
obat dan kadang-kadang itu juga
jadi delema, pd saat ini yg
dilakukan memang kencaman
jadinya, itu untuk kekosongan
tersebut tapi yang pasti di
komunikasikan terlebih dulu.
- Mudah-mudahan bisa seiring
apa yang dilakukan dan
mudah2an ketua Apoteker kita
supaya ada kebijakan hal
44
direkturnya boleh tidak
beli/pinjam dulu ke Rumah
Sakit.
- Kepatuhan pemakai obat
fornas di tempat Bpk eselen
cukup bagus di atas 80 semua
bagaimana cara/apa trip yang
bpk kerjakan sehingga yuser
atau dokter spesialis /dokter
umum bisa melakukan resep
sesuai dg fornas apa indikator
siapa yg melakukan, apa
efeknya kl tidak dimasukkan ke
fornas Rumah Sakit.
tersebut terkait dg peminjaman
- Memang ada sosialosasi BPOM
tidak di perbolehkan tapi hal
tersebut di lapangan di lakukan
visite, tapi dalam hal ini masih di
lakukan peminjaman,pembelian
bahkan ada dilakukan juga
kalau yang di RSU kadang-
kadang untuk membeli ada
pertanyaan lagi, kadang pernah
pengalaman dari Badan
Pemeriksa Keuangan terkait dg
pembelian keluar mereka
mesimulasikan kalau obat
tersebut beli di Distributor, beli di
ekatalog,karena membeli di RS
sekian, jadi terjadi selisih
akhirnya jadi pertanyaan lagi
bagaimana ini pertanggung
jawabannya, kadang2 mereka
tidak tertulis.
Untuk kepatuhan obat bekas
memang ini mulai di tahun 2020
waktu itu memang dengan PERGI
terkait penggunaan obat bekas ini
untuk meningkatkan
kepatuhannya memang saat itu
semua KSM di panggil untuk
dirapatkan terkait dengan
penggunaan obat di dalam rumah
sakit dan memang sudah menjadi
itu juga, bahwa kita juga harus
menggunakan obat-obat yang
ada didalam fornas, apalagi
45
kalau untuk obat yg komplit ini,
kadang2 untuk tatalaksana bisa
berubah.
5.
Materi Implementasi Identitas
Komponen Biaya, Tipe Evaluasi
dan Simulasi Pelaksanaan
Famakoekonomi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
(Bapak Hendra Hemawan,
S.Si.Apt)
Tidak ada pertanyaan dari peserta
D. Waktu dan Tempat
E. Materi
1. Implementasi Kebijakan Formularium Nasional dalam Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional dan Evaluasi Pelaporan Fornas
2. Optimalisasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarnasian di Era Revolusi Industri
4.0
3. Implementasi Fornas Sebagai Acuan dalam Penggunaan Obat Berbasis Bukti
Ilmiah (EBM) pada Pelayanan Kesehatan untuk meningkatkan patient safety dan
Kendali Biaya
4. Implementasi Identitas Komponen Biaya, Tipe Evaluasi dan Simulasi Pelaksanaan
Farmaekonomi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
5. Implementasi Fornas dalam Pelayanan Kefarmasian di RS sebagai Kendali Mutu
dan Kendali Biaya
Waktu : Selama 1 ( satu ) hari
Tanggal 5 Agustus Tahun 2021
Tempat : Lokasi masing – masing secara online / daring
melalui aplikasi zoom meeting
46
F. Biaya Pertemuan
Biaya berasal dari Dana Dekonsentrasi APBN Tahun Anggaran 2021 kegiatan
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.
47
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi
sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada
Program JKN dilaksanakan berdasarkan Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah Nomor 024.07.099016 Tahun Anggaran 2021 dan
Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Nomor
188/DINKES.5.1/141 tentang Pembentukan Panitia Pertemuan Advokasi
Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali
Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada Program JKN Tahun Anggaran 2021.
2. Persiapan Pertemuan Advokasi Implementasi Fornas dan Farmakoekonomi
sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam Pelayanan Kesehatan pada
Program JKN Tahun 2021 yang terdiri dari persiapan administrasi dan persiapan
teknis telah dilaksanakan dengan baik dan lancer.
3. Pertemuan diikuti oleh 74 orang peserta beasal dari rumah sakit kabupaten/kota se
provinsi riau yang bekerjasama dengan BPJS, dilaksanakan secara daring Zoom
Meeting pada hari Kamis tanggan 5 Agustus 2021 dari pukul 08.00 s-d 16.30 WIB
dengan Meeting ID 878 2347 3125 Passcode : DINKES2021.
4. Narasumber berasal dari Kementrian Kesehatan RI Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Direktorat Pelayanan Kefarmasian (3 orang), Tim Komite Nasional
Penyusunan Fornas (1 orang) dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Petala Bumi
Provinsi Riau (1 orang)
5. Pertemuan berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir sesi pertemuan serta
materi disampaikan secara rinci dan terstruktur oleh narasumber yang memiliki
kompetensi dibidangnya masing-masing
6. Selama pertemuan berlangsung peserta sangat antusias yang dapat dilihat dari
banyaknya pertanyaan pertanyaan yang diajukan kepada narasumber
48
B. S A R A N
Saran atau rencana tindak lanjut dari Pertemuan Advokasi Implementasi
Fornas dan Farmakoekonomi sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya dalam
Pelayanan Kesehatan pada Program JKN tahun anggaran 2021 antara lain :
1. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama dengan BPJS di
Kabupaten/Kota seluruh Provinsi Riau untuk meningkatkan penerapan pelaporan
Fornas ke Kementerian Kesehatan RI dan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau di
bawah tanggal 5 setiap bulannya pada link yang telah di sediakan
(http://bit.ly/fornas2021-bulan)
2. Rumah Sakit se Provinsi Riau diharapkan dapat mengirimkan laporan pelayanan
Kefarmasian (Yanfar) pada Link (bit.ly//riau_rekap-rs-2021).
Foto pertemuan Advokasi dan IMplementasi Fornas dan Farmakoekonomi
Sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya Dalam Pelayanan Kesehatan
Kesehatan pada Program JKN
Narasumber Kemenkes RI: Koordinator Substansi seleksi Obat dan Alat Kesehatan
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Dra. Ardiyani, Apt,M.Si
49
Peserta Pertemuan
(Narasumber: Wakil Ketua Komnas Penyusunan Fornas) Prof,Dr.Apt. Ema
Kristin,M.Si.
50
Narasumber dari Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (Bpk
Hendra Hermawan,S.Si,Apt)
Narasumber: SubKoordinator Substansi Klinikal Farmasi Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI Ibu Sri Suratini S.Si,Apt, M.Farm
54
Laporan pertemuan penguatan tenaga kesehatan dalam
rangka pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan
kefarmasian
55
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit dan Puskesmas dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Peran dari pelayanan kefarmasian sangat penting, sehingga harus
dilaksanakan secara komprehensif baik dalam pengelolaan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai( BMHP ) maupun pelayanan Farmasi klinik sesuai dengan
standar pelayanan Kefarmasian.
Mengingat pentingnya peran pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien dalam pelayanan kesehatan, maka diperlukan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian secara efektif, terpadu dan berkelanjutan.
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian sesuai standar
diamanatkan antara lain kepada Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota yang
berhubungan langsung dengan Rumah Sakit dan Puskesmas di Wilayahnya masing-
masing. Untuk itu dibutuhkan tenaga di Dinas Kesehatan yang mampu
melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan
kefarmasian sesuai standar.
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, maka perlu peningkatan kapasitas petugas pembinaan dan
pengawasan pelayanan kefarmasian serta pembinaan terhadap tenaga kefarmasian
di Rumah Sakit dan Puskesmas. Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaksanakan
kegiatan penguatan tenaga kefarmasian dalam rangka pembinaan dan pengawasan
fasilitas pelayanan kefarmasian.
Perlunya penguatan kapasitas tenaga pengawas dan pengelola obat dalam
rangka menjamin pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, penyimpanan dan
penyerahan obat sesuai ketentuan yang berlaku. Pemerintah dan stakeholder
memegang peranan kunci untuk menjamin keamanan, mutu dan khasiat obat serta
mencegah peredaran / diversi obat di jalur ilegal pada fasilitas pelayanan
kesehatan.Sinergisme program dan kegiatan sehingga memberikan dampak yang
lebih luas dan komprehensif
56
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781;
4. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas;
C. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud Kegiatan
1) Peningkatan kapasitas terhadap petugas pembina dan pengawas pelayanan
kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.
2) Pembinaan dan Pengawasan terhadap upaya pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit dan Puskesmas
b. Tujuan Kegiatan
1) Petugas pembina dan pengawas pelayanan kefarmasian di Dinas Ke
sehatan Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki kualifikasi yang memadai
untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarma
sian.
2) Terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasi
an yang sesuai standar.
57
BAB II PERSIAPAN KEGIATAN
A. PERSIAPAN
Persiapan pelaksanaan Pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam
rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021
merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan diselenggarakan, meliputi
persiapan teknis dan persiapan administrasi.
1. Persiapan Administrasi
Persiapan Administrasi dalam rangka pelaksanaan persiapan pertemuan
Penguatan Peran Tenaga Kesehatan Dalam rangka Pembinaan dan
Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 antara lain :
a. Membentuk susunan panitia penyelenggara pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
b. Menetapkan Moderator dan notulen pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
c. Menetapkan peserta dan narasumber pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
d. Menyusun jadwal pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan Dalam
rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Tahun 2021
e. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Direktorat
Pelayanan Kefarmasian Ditjen. Farmalkes Kemenkes RI, dan Balai Besar
POM Pekanbaru
f. Membuat surat undangan peserta pertemuan Penguatan Peran Tenaga
Kesehatan dalam rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian tahun 2021
g. Membuat laporan ketua panitia
h. Membuat kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
i. Membuat surat permohonan untuk membuka acara pertemuan Penguatan
Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka Pembinaan dan Pengawasan
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 secara resmi.
2. Persiapan Teknis
a. Mengadakan rapat persiapan pertemuan Penguatan Peran Tenaga
Kesehatan dalam rangka Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian Tahun 2021, pada tanggal 03 Agustus 2021 di antaranya
membentuk kepanitiaan, moderator, notulen, peserta dan narasumber
58
pertemuan yang di tetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Riau
b. Mengecek dukungan perangkat zoom meeting yang tersedia pada Dinas
Kesehatan Provinsi Riau yang dapat digunakan pada penyelenggaraan
Provinsi Riau tahun 2021 untuk tanggal 03 Agustus 2021
c. Membuat akses serta password untuk masuk dalam aplikasi pertemuan
zoom meeting bagi peserta dan narasumber
d. Membuat link google form registrasi peserta pertemuan
e. Membuat link googke form absensi saat pertemuan
f. Mengirimkan surat permintaan narasumber
g. Melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program antara lain Direktorat
Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI dan Balai Besar
POM Pekanbaru
h. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang
berwenang untuk membuka acara resmi
i. Mempersiapkan media dan Perlengkapan pelaksanaan zoom meeting.
j. Berkoordinasi dengan IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk dokumentasi
pelaksanaan pertemuan melalui youtube.
59
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
A. PESERTA KEGIATAN
Peserta Kegiatan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka Pembinaan
dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 terdiri dari :
1. Peserta Daerah (@ 2 orang 11 Kab/Kota) :
a. Dinas Kesehatan 1 (satu) orang
b. DPMPTSP 1 (satu) orang
2. Peserta Lokal :
a. Dinas Kesehatan Provinsi 6 (enam) orang
b. DPMPTSP Provinsi 1 (satu) orang
c. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 1 (satu) orang
d. DPMPTSP Kota Pekanbaru 1 (satu) orang
e. Anggota IAI Provinsi Riau 1 (satu) orang
f. Anggota PAFI Provinsi Riau 1 (satu) orang
B. NARASUMBER
1. Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI
2. Balai Besar POM Kota Pekanbaru
3. Dinkes Provinsi Riau
C. PROSES PERTEMUAN
Proses Pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan Dalam Rangka Pembinaan
dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Tahun 2021 berlangsung 1 (satu)
hari yaitu pada tanggal 03 Agustus 2021secara virtual atau dengan menggunakan
aplikasi Zoom Meeting dengan jumlah peserta sebanyak 64 orang.Peserta berasal
dari seluruh DPMPTSP 12 Kab/Kota, DPMPTSP Provinsi Riau, Dinas Kesehatan
Kab/Kota Se Provinsi Riau, anggota IAI Provinsi Riau dan anggota PAFI Provinsi
Riau. Jalannya proses pertemuan adalah sebagai berikut :
1. Pukul 08.45 – 08.30 WIB
a. Peserta mengikuti pembukaan pertemuan, diawali dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya dengan menggunakan aplikasi zoom meeting.
b. Laporan Ketua Panitia oleh Kasie Kefarmasian dan Alkes Dinkes Prov Riau (
Ibu Ns.Islamiyah, S.Kep, MKM)
60
c. Kata sambutan dan pembukaaan acara pertemuan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Riau (Ibu Dra. Hj. Mimi Yuliani Nazir, Apt, MM ).
d. Kemudian dilanjutkan dengan do’a bersama yang dipandu oleh Bapak
Junaidi, SKM menurut agama dan kepercayaan masing – masing, serta foto
bersama yg dipandu oleh panitia.
2. Pukul 08.30 – 09.30 WIB
a. Dilanjutkan dengan Materi Kebijakan Pemerintah dalam Pelayanan
Kefarmasian (Sosialisasi PMK 14 – 2021 Pelayanan Kefarmasian) dengan
moderator Bu Hj. Desi Suryani, S.Si, Apt. Materi disampaikan oleh
narasumber yang berasal dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen
Farmalkes Kemenkes RI ( Ibu Dina Sintia Pamela, S.Si, M.Farm, Apt )
dengan aplikasi Zoom Meeting.
b. Seperti yang disampaikan oleh Narasumber bahwa Pokok muatan
Permenkes No.14 Tahun 2021 adalah :
c. Menetapkan standar kegiatan usaha dan produk pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan yang tercantum pada
Lampiran PP No.5 Tahun 2021
d. Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan dilaksanakan melalui
Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
e. Peraturan Menteri yang mengatur mengenai Standar Kegiatan Usaha dan
Standar Produk dalam Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Sektor
Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2021
f. Adapun tujuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Resiko :
g. Untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, melalui
pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha secara lebih efektif dan
sederhana; dan
h. Pengawasan kegiatan usaha yang transparan, terstruktur, dan dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
i. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko memuat pengaturan :
j. Lampiran 1 PP : Kode dan judul KBLI, ruang lingkup, kegiatan, parameter
risiko, tingkat risiko, perizinan berusaha, jangka waktu, masa berlaku dan
kewenangan perizinan berusaha
61
k. Lampiran II PP : Persyaratan dan/atau kewajiban perizinan berusaha
berbasis risiko
l. Permenkes 14/2021 : Standar usaha dan/atau standar produk
m. Persyaratan umum usaha : izin baru, perubahan izin dan perpanjangan izin
sedangkan persyaratan khusunya adalah peta lokasi, denah lokasi, daftar
SDM serta daftar sarana prasaran dan peralatan.
n. Jika ada perubahan izin apotek dan toko obat baik perubahan penanggung
jawab,nama apotek dan toko Obat, alamat / Lokasi,nama pelaku usaha,
syarat yang harus disiapkan adalah dokumen izin apotek dan toko obat
yang berlaku, data dokumen yang mengalami perubahan, self assessment
penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan terakhir.
o. Adapun syarat perpanjangan izin apotek dan toko obat adalah dokumen izin
apotek dan toko obat yang berlaku, seluruh persyaratan umum dan khusus,
self assessment penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan
apotek dan toko obat.
p. Pelayanan toko obat dan apotek diselenggarakan dalam rangka menjamin
ketersediaan dan akses masyarakat serta patient outcome dan patient
safety.
q. Izin toko obat dan apotek dicabut berdasarkan kehendak pelaku sendiri,
temuan pelanggaran dan masa berlaku habis.
r. Kemudian diberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepada
narasumber pusat. Disela – sela pertanyaan peserta mengisi absen secara
online dengan link https://bit.ly/AbsensiPagiPertemuanPenguatanNakes.
3. Pukul 09.30 – 09.45 WIB ( BREAK )
4. Pukul 09.45 – 10.45 WIB
a. Sesi kedua dilanjutkan dengan materi Peningkatan Mutu Perizinan
Pembinaan dan Pengawasan di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian (Rumah
Sakit, Puskesmas, Klinik, Apotek dan Toko Obat) dengan moderator Ibu Hj
Desi Suryani, S.Si, Apt. Materi ini diberikan oleh Bapak Muhammad Zulfikar
Biruni, Apt, MH dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI dengan
menggunakan aplikasizoom meeting.
b. Menurut narasumber,terjadinya pandemi Covid-19 yang melanda dunia
termasuk Indonesia, memberikan tantangan tersendiri bagi Sistem
Kesehatan. Upaya penanggulangan pandemi mengharuskan kita untuk
62
menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi
dan pemenuhan pelayanan kesehatan lain yang dibutuhkan pasien dan
masyarakat. Pelayanan kefarmasian di masa pandemi berfokus pada
menjamin ketersediaan obat dan BMHP yang dibutuhkan, pelayanan farmasi
klinis yang berorientasi pada keselamatan pasien, yang didukung dengan
pemanfaatan teknologi dan informasi untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelayanan sekaligus mencegah penyebaran Covid.
c. Kebijakan Kefarmasian dalam penanganan Covid-19 :
1. Memenuhi kebutuhan obat dalam penanganan wabah Covid 19
2. Meningkatkan aksesibilitas sediaan farmasi, alat kesehatan dan PKRT
yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19
3. Mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian
d. Surat Edaran Menkes Nomor HK.02.01/Menkes/4394/2021 diterbitkan dalam
rangka memberikan relaksasi kepengurusan STR dan/SIP bagi paratenaga
kesehatan yang menangani COVID-19 agar penanganan COVID-19 dapat
terus berjalan dan terjaga kesinambungannya
e. Relaksasi dapat digunakan oleh tenaga Kesehatan yang dalam
kepengurusan STR dan/atau SIP baik perpanjangan maupun permohonan
baru terkendala karena adanya pandemik COVID-19 namun demikian,
apabila tidak terdapat kendala dalam penerbitan STR dan/atau SIP, maka
dapat dilaksanakan sesuai mekanisme yang berlaku.
f. STR dan/atau SIP yang diperoleh melalui relaksasi dapat memperpanjang
SIA sepanjang persyaratan lainnya terpenuhi.
g. Adanya relaksasi tersebut tidak serta merta menghapuskan kewajiban bagi
tenaga Kesehatan termasuk tenaga kefarmasian yang menangani COVID-19
untuk melakukan perpanjangan atas STRA atau STRTTK namun demikian
apabila dalam proses perpanjangan terdapat kendala, maka tenaga
kefarmasian dapat menggunakan relaksasi tersebut.
h. Paradigma pelayanan kefarmasiaan saat ini telah meluas, tidak hanya
berorientasi produk namun juga berorientasi pada pasien. Baru-baru ini telah
terbit Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan yang menyatakan bahwa
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pengelolaan alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang dilakukan oleh instalasi farmasi
sistem satu pintu dan pelayanan farmasi klinik. Mari kita jadikan terbitnya PP
63
ini menjadi momentum untuk lebih meningkatkan peran sejawat Apoteker
dalam pelayanan kefarmasian di RS.
i. Untuk materi, peserta dapat mendownload di link
https://bit.ly/MateriPertemuanPenguatanNakes.
5. Pukul 10.45 – 11.45 WIB
a. Sesi ketiga masuk ke materi Hasil Pengawasan Obat dan Makanan di
Provinsi Riau dengan moderator Ibu Fhitria Rosanty, S.Si, Apt. Materi ini
disampaikan oleh Bapak Yosef Dwi Irwan, S.Si, Apt dari Balai Besar POM
Pekanbaru.
b. Perlunya penguatan kapasitas tenaga pengawas dan pengelola obat dalam
rangka menjamin pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, penyimpanan
dan penyerahan obat sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Pemerintah dan stakeholder memegang peranan kunci untuk menjamin
keamanan, mutu dan khasiat obat serta mencegah peredaran / diversi obat
di jalur ilegal pada fasilitas pelayanan kesehatan
d. Sinergisme programdan kegiatan sehingga memberikan dampak yang lebih
luas dan komprehensif
6. Pukul 11.45 – 12.45 WIB (I S H O M A )
7. Pukul 12.45 – 16.00 WIB
a. Pada sesi ini dilanjutkan dengan Penyampaian Data, Evaluasi dan Tindak
Lanjut Hasil Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan Kefarmasian yang
disampaikan oleh Ibu Kasie Kefarmasian dan Alkes ( Ibu Ns. Islamiyah,
S.Kep, MKM ) dengan moderator Ibu Fhitria Rosanty, S.Si, Apt.
b. Kemudian pertemuan ditutup secara resmi oleh Kasie Kefarmasian dan
Alkes ( Ibu Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM ).
64
TANYA JAWAB PESERTA PERTEMUAN PENGUATAN PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM RANGKA
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN 03 Agustus 2021
Materi Kebijakan dalam Pelayanan Kefarmasian
1. Self Assesment dan pelaporan terakhir untuk apotek dan toko obat, disyaratkan
perpanjangan, apakah ada contoh format ?
Ada dipedoman pembinaan dan pengawasan dan sedang dipersiapkan aplikasi
SIMONA (masih menunggu progres).
2. Apotek dan toko obat termasuk resiko apa ?
Termasuk resiko tinggi.
3. Izin lingkungan terhadap resiko tinggi, apakah cukup terwakili dengan SPPL ?Ya
cukup dengan SPPL saja dan resiko tingginya harus dibedah ( resikonya
terhadap apa dulu ).
Materi Peningkatan Mutu Perizinan Pembinaan dan Pengawasan di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian (RS, Puskesmas, Klinik, Apotek dan Toko Obat
1. Bagaimana jika STRA sudah expire apakah fasyankes bisa tetap dijalani oleh
PBF terkait pemesanan obat karena mengingat proses penerbitan STRA di KFN
selama ini tidak mengalami kendala/proses secara online, karena bisa saja surat
edaran menkes tersebut dijadikan alasan dalam proses perizinan yang
sebenarnya jauh – jauh hari bisa dilakukan.
PBF bisa melayani, selama bukti pengurusan di KFN ada. Tetap dilakukan
pemuktahiran STRA tapi tidak mendadak.
2. Apakah sudah ada aplikasi yang mencakup semua laporan yang ada, yang bisa
diakses Dinas Kesehatan, Puskesmas, RS, Apotek dan Toko Obat sehingga
tidak lagi terpisahkan.
Aplikasi SIMONA, diharapkan jadi kesatuan Dityanfar, RS, Puskesmas, Toko
Obat, Apotek, sehingga bisa dilakukan pengawasan dan pembinaan yang
sinergis.
3. Buku pedoman Binwas dimana bisa kami dapatkan ?
Lagi proses cetak, tapi karena PPKM terhambat, dan akan dikeluarkan versi PDF
dan bisa digunaka Dinkes Kota dan Fasyankes.
4. Apakah ada persyaratan untuk pencabutan SIPA dan bisa dilihat di PMK mana ?
kapan PTSP bisa memperlakukan persyaratan untuk self assessment sementara
saat ini belum tetapi perpanjangan untuk izin apotek sudah banyak masuk.
65
Pencabutan SIPA akan menyesuaikan Permenkes Nomor 889 Tahun 2016.
Persyaratan perizinan/PTSP mengacu pada regulasi yang sama, terkait
perizinan kefarmasian, akan disosialisasi. Untuk PTSP Kab Kota silahkan akses
OSS RBA.
5. Untuk daerah yang jauh dari kota, apakah toko obat bisa beli obat ke apotek
terdekat ?
Untuk penyediaan obat atau toko obat, itu sudah ada standarnya di Permenkes,
yaitu standar usaha toko obat.
6. Apakah ada aturan untuk batas jual beli jumlah obat di toko obat atau apotek ?
Sifatnya eceran, tergantung resep yaitu sejumlah resep, apoteker di apotek dan
TTK di apotek yang menentukan jumlah eceran.
Sekedar informasi :
Hingga saat ini kami dari DPMPTSP tidak dapat mengakses OSS RBA, adanya
pengumuman dari Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Kementerian
Investasi No 8 Tahun 2021, bahwasanya Sistem OSS RBA soft launching pada
tanggal 2 Agustus 2021 pkl.06.00 wib, namun dalam rangka penyempurnaan sistem
OSS RBA ini ditunda sampai dengan pemberitahuan selanjutnya. Dan terhitung
tanggal 30 Juli 2021 pkl. 18.00 wib, kami tidak dapat mengoperasionalkan OSS versi
1.1, sehingga saat ini sifatnya kami masih menunggu infi dari Kementerian Investasi,
mohon kepada Bapak untuk dapat juga menyampaikan kepada Kementerian
Investasi terkait pelayanan yang stuk saat ini untuk sektor kesehatan.
Materi Hasil Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Riau
1. Kenapa pemusnahan resep harus 5 tahun ?
Aturannya memang seperti itu, tujuannya untuk penelusuran, untuk kebutuhan,
untuk ketelusuran apakah ada pemeriksaan, apalagi hasil ini terkait obat
psikotropika.
D. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu : Pertemuan dilaksanakan selama 1 hari
tanggal 03 Agustus 2021.
Tempat : Lokasi masing-masing secara online/ daring melalui aplikasi
zoom meeting
.
66
E. MATERI
1. Kebijakan Pemerintah dalam pelayanan kefarmasian ( update Regulasi
terkait )
2. Peningkatan mutu perizinan, pembinaan dan pengawasan di fasilitas
pelayanan kefarmasian ( RS, Puskesmas, Klinik, Apotek dan toko obat)
3. Hasil pengawasan obat dan makanan di Provinsi Riau
4. Penyampaian data, evaluasi dan tindak lanjut hasil pembinaan dan
pengawasan pelayanan kefarmasian
F. BIAYA KEGIATAN
Biaya Penyelenggaraan kegiatan ini berasal dari dana Dekonsentrasi APBN
Tahun anggaran 2021 kegiatan Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional.
67
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Peseta berjumlah 64 orang dan mengikuti pembukaan pertemuan, di awali
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan menggunakan aplikasi Zoom
meeting;
2. Menetapkan standar kegiatan usaha produk pada penyelenggaraan Perizinan
Berusaha berbasis Risiko Sektor Kesehatan yang tercantum pada lampiran PP
No 5 tahun 2021;
3. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan dilaksanakan melalui
sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
4. Peraturan Menteri yang mengatur mengenai Standar Kegiatan Usaha dan
standar Produk dalam Pemyelenggaraan Perizinan Berusaha Sektor Kesehatan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
Menteri No 14 Tahun 2021
5. Adapun tujuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelengaraan Perizinan Berbasis Resiko :
a. Untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, melalui
pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha secara lebih efektif dan
sederhana; dan
b. Pengawasan kegiatan usaha yang transparan, terstruktur, dan dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
6. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko memuat pengaturan :
a. Lampiran 1 PP : Kode dan judul KBLI, ruang Lingkup, kegiatan, parameter
resiko,tingkat resiko, perizinan berusaha, jangka waktu, masa berlaku dan
kewenangan perizinan berusaha
b. Lampiran II PP : Persyaratan dan/atau kewajiban perizinan berusaha
berbasis risiko
c. Permenkes 14/2021 : Persyaratan dan/atau kewajiban perijinan berusaha
berbasis risiko
7. Permenkes 14/2021 : Standar usaha dan/atau standar produk
8. Persyaratan umum usaha : izin baru, perubahan izin dan perpanjangan izin
sedangkan persyaratan khususnya adalah peta lokasi, denah lokasi, daftar SDM
serta daftar sarana prasarana dan peralatan.
68
9. Jika ada perubahan izin apotek dan toko obat baik perubahan penanggung
jawab, nama apotek dan toko obat, alamat/lokasi, nama pelaku usaha, usaha,
syarat yang harus disiapkan adalah dokumen izin apotek dan toko obat yang
berlaku, data dokumen yang mengalami perubahan, self assesment
penyelengaraan apotek dan toko obat dan pelaporan terakhir.
10. Adapun syarat perpanjangan izin apotek dan toko obat adalah dokumen izin
apotek dan toko obat yang berlaku, seluruh persyaratan umum dan khusus, self
assesment penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan apotek dan
toko obat.
11. Pelayanan toko obat dan apotek diselengaraakan dalam rangka menjamin
ketersediaan dan akses masyarakat serta patient outcome dan patient safety.
12. Izin toko obat dan apotek dicabut berdasarkan kehendak pelaku sendiri, temuan
pelanggaran dan masa berlaku habis:
a. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan dilaksanakan melalui
Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
b. Peraturan Menteri yang mengatur mengenai Standar Kegiatan Usaha dan
Standar Produk dalam Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Sektor
Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Menteri Nomor 14 Tahun 2021.
13. Adapun tujuan dari Peraturan Pemerintah nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Resiko :
a. Untuk meningkatkan ekosistem Investasi dan kegiatan berusaha, melalui
pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha secara lebih efektif dan
sederhana; dan
b. Pengawasan kegiatan usaha yang transparan, terstruktur, dan dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
14. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko memuat pengaturan :
a. Lampiran I PP : Kode dan judul KBLI, ruang lingkup, kegiatan, parameter
resiko, tingkat resiko, perizinan berusaha, jangka waktu, masa berlaku dan
kewenangan perizinan berusaha
b. Lampiran II PP : Persyaratan dan / atau kewajiban Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko
c. Permenkes nomor 14 Tahun 2021 : Standar Usaha dan / atau standar
produk
69
15. Persyaratan Umum Usaha : Izin baru, perubahan Izin dan Perpanjangan Izin
sedangkan Persyaratan khususnya adalah peta lokasi, denah lokasi, daftar SDM
serta daftar sarana dan prasarana dan peralatan
16. Jika ada perubahan izin apotek dan toko obat baik perubahan penanggung
jawab, nama apotek dan nama toko obat, alamat/ lokasi, nama pelaku usaha,
syarat yang harus disiapkan adalah dokumen izin apotek dan toko obat yang
berlaku, data dokumen yang mengalami perubahan, self assesment
Penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan terakhir
17. Adapun syarat perpanjangan izin apotek dan toko obat adalah dokumen ijin
apotek dan toko obat yang berlaku, seluruh persyaratan umum dan khusus, self
assesment penyelenggaraan apotek dan toko obat dan pelaporan apotek dan
toko obat
18. Pelayanan toko obat dan apotek diselenggrakan dalam rangka menjamin
ketersediaan dan akses masyarakat serta patient outcame dan patient safety
19. Izin toko obat dan Apotek dicabut berdasarkan kehendak pelaku sendiri, temuan
pelanggaran dan masa berlaku habis.
B. SARAN
1. Peran dari pelayanan kefarmasian sangat penting sehingga harus dilaksanakan
secara komprehensif baik dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
maupun pelayanan farmasi klinik sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian
2. Pentingnya peran pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan kualitas hidup
pasien dalam pelayanan kesehatan, maka di perlukan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian secara efektif, terpadu dan berkelanjutan
3. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan di laksanakan melalui
sistem Perizinan Berusaha Terintergrasi Secara Elektronik
4. Harus bisa menghadapi tantangan penyebaran Covid-19 yang melanda
Indonesia walaupun terkadang sulitnya menjaga keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi dan pemenuhan pelayanan
kesehatan yang di butuhkan oleh masyarakat
5. Dimana SDM kita harus mampu dan bisa menggunakan dan memamfaatkan
tekhnologi dan informasi berfokus untuk obat dan BMHP yang di butuhkan untuk
menjamin ketersediaan yang berorientasi pada keselamatan pasien dalam
meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan sekaligus mencegah
penyebaran Covid – 19
70
6. SDM tidak boleh lemah dalam pengetahuan dan pendidikan serta penemuan
dalam menghadapi pandemi ini, serta harus selalu mengikuti perkembangan
dalam pengobatan dan penanggulanngan dalam mengahadapinya, dimana
semakin banyaknya bermunculan kasus baru dan varian dari Covid – 19
7. Pelayanan apotek dan toko obat di selenggarakan dalam rangka menjamin
ketersediaan dan Akses masyarakat serta patient outcame dan patient safety
8. Sistem OSS RBA hendaknya dapat segera di sempurnakan dan di operasikan.
71
BAB V PENUTUP
Berdasarkan amanat yang di berikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten
/ Kota / yang berhubungan langsung dengan Rumah Sakit dan Puskesmas dari Peraturan
Pemerintah nomor 72 tentang Pengamanan sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(lembaran Negara republik Indonesian Tahun 1998 nomor 138, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 3781) dan Peraturan Pemerintah no 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit serta Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 Menetapkan Standar produk pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan yang tercantum pada Lampiran
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 .
Adanya acara kegiatan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka
Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian pada Program Pelayanan
kesehatan dan JKN Tahun 2021 di harapkan petugas pembina dan pengawas pelayanan
kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota memiliki kualifikasi yang
memadai untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian
sehingga terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian yang
sesuai standar.
Data dan materi yang di peroleh dari Narasumber pada pertemuan kegiatan ini di
harapkan dapat di jadikan rujukan untuk perbaikan kedepannya bagi seluruh petugas
pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian dalam penyampaian data,
evaluasi dan tindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan
kefarmasian .
72
Foto Pertemuan Penguatan Peran Tenaga Kesehatan dalam rangka pembinaan dan
pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian:
Narasumber: Bapak Yosef Dwi Irwan, S.Si, Apt dari Balai Besar POM Pekanbaru.
Narasumber: Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI ( Ibu
Dina Sintia Pamela, S.Si, M.Farm, Apt )
73
Narasumber Bapak Muhammad Zulfikar Biruni, Apt, MH dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI
76
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan antara lain adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat, dan memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan bermutu, adil dan merata perlu diwujudkan agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi–tingginya, sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan, yaitu
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
Penggunaan obat yang rasional (POR) merupakan salah satu langkah dalam
upaya pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di setiap
fasilitas pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, sehingga tercapai keselamatan
pasien (patient safety).
Menurut WHO, penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima
obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan
kebutuhan, dan dalam periode waktu yang adekuat. Diperkirakan di seluruh dunia lebih
dari 50 % obat diresepkan dan digunakan secara tidak tepat, termasuk di Indonesia.
Hasil pemantauan dan evaluasi peresepan di fasilitas kesehatan dasar (Puskesmas)
menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada penyakit ISPA Non Pneumonia dan
Diare Non Spesifik masih cukup tinggi, yaitu mendekati 50 %.
Selain peresepan secara irrasional oleh tenaga kesehatan dan kurangnya
informasi penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penggunaan obat
secara tidak tepat juga dilakukan oleh masyarakat, baik kurangnya kepatuhan pasien
dalam menggunakan obat yang diresepkan maupun dalam pengobatan sendiri
(swamedikasi).
Swamedikasi adalah upaya pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat
sebelum mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan. Data Susenas menunjukkan lebih
dari 60 % penduduk Indonesia melakukan swamedikasi, dan hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013 menunjukkan 35,2 % menyimpan obat di rumah tangga, dimana 86,1 %
dari obat yang disimpan tersebut adalah antibiotik yang diperoleh tanpa resep.
Swamedikasi secara tidak tepat dapat dilakukan karena berbagai hal seperti kurangnya
pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pengobatan, tingginya promosi obat
oleh produsen melalui berbagai media, dan kurangnya informasi dari tenaga kesehatan.
Untuk meningkatkan Penggunaan Obat Rasional oleh masyarakat, sejak
tahun 2015 di Pusat telah dicanangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan
77
Obat (GeMa CerMat) oleh Menteri Kesehatan . Gerakan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan masyarakat dalam
memilih, mendapatkan, menyimpan dan menggunakan obat dengan benar.
Pelaksanaan gerakan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang terkait.
Keterlibatan lintas sektor ini diharapkan dapat menunjang keberhasilan dan pencapaian
tujuan Gerakan.
Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat di Propinsi Riau
sendiri telah dilakukan sejak Tahun 2016, dimana Kab Siak adalah sebagai Pilot Project
dari Kementrian Kesehatan. Kemudian dilanjutkan dengan Sosialisasi Gema Cermat di
TK. Propinsi Riau Maret 2017 di Pekanbaru dengan mengundang Apoteker perwakilan
di 12 Kab/Kota, keterlibatan Organisasi wanita, kepemudaan, organisasi profesi,
Mahasiswa, Tokoh Masyarakat, kader Posyandu, majelis taklim.
Pada Tahun 2017 sd 2019 Gema Cermat disosialisasikan di Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kab Kampar , Inhu, Inhil , Kabupaten Rokan Hilir.
Dari 12 Kab Kota sudah 8 Kab yang dilakukan Sosialisasi Gema Cermat. Sisa 4 Kab
Kota lain yaitu Bengkalis, Kuansing Dumai dan Kep Meranti yang dilaksanakan pada
saat ini.
Pada kesempatan ini dapat kami sampaikan sudah 463 Apoteker Agent Of
change di Propinsi Riau, dimana 320 yang dilatih oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan
143 orang dilatih Oleh PC IAI Pekanbaru.
Kami sangat berharap kegiatan pembekalan APoteker Agent Of Change ini makin
menambah jumlah masyarakat, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain serta stake
holder terkait yang tersosialisasikan tentang edukasi gerakan masyarakat cerdas
menggunakan Obat terutama pada saat sekarang masa pandemic Covid19 dimana
banyak beredar kabar hoaks yang perlu diklarifikasi dan diluruskan di masyarakat. Dan
hendaknya kegiatan gema cermat ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan
mengedukasi lebih banyak lagi stakeholder yang terlibat dan bekerja sama dengan
instansi/lembaga/ormas/organisasi profesi agar masyarakat lebih cerdas dalam
mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar serta
lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan antibiotik.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998
Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
78
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
189/Menkes/SK/III/ 2006 tentang Kebijakan Obat Nasional
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/ Menkes/427/2016
tentang Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.
C. TUJUAN PERTEMUAN
- Bertambahnya jumlah Apoteker Agent Of Change Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat ( GEMA CERMAT) yang mampu mengedukasi
masyarakat dalam penggunaan obat yang baik dan benar
- Meningkatnya kemampuan Apoteker Agent Of Change dalam
Berkomunikasi secara baik dan profesional
- Meningkatnya kemampuan Petugas pembina dan pengawas pelayanan
kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki
kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
pelayanan kefarmasian.
- Terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian
yang sesuai standar.
- Terlaksananya penggunaan obat rasional di masyarakat dan fasilitas
pelayanan Kesehatan
- meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
penggunaan obat secara benar.
- Meningkatnya kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam
penggunaan obat secara benar untuk meningkatnya penggunaan obat
rasional
79
BAB II
PERSIAPAN PERTEMUAN
B. PERSIAPAN
Persiapan pelaksanaan Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change
Gema Cermat Tahun 2021 merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan
diselenggarakan, meliputi persiapan administrasi dan persiapan tehknis
3. Persiapan Administrasi
Persiapan Administrasi dalam rangka pelaksanaan persiapan pertemuan
Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Kab Kota Se-Provinsi
Riau Tahun 2021 antara lain :
a. Membentuk susunan panitia penyelenggara pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
b. Menetapkan moderator dan notulen pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
c. Menetapkan peserta dan narasumber pertemuan dalam bentuk Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
d. Menyusun jadwal pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema
Cermat Kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun 2021
e. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Direktorat
Pelayanan Kefarmasian
f. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Ketua PD IAI Riau
g. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke Dinas Kesehatan
Kab SIAK untuk Master AOC
h. Membuat surat permohonan Narasumber Pertemuan ke MF Communication
i. Membuat Surat Permintaan Satuan Kredit PArtisipasi (SKP) bagi Peserta
Pertemuan ke Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Riau
j. Membuat surat undangan peserta pertemuan Pembekalan Apoteker Agent
Of Change Gema Cermat Kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun 2021
k. Membuat laporan ketua panitia
l. Membuat kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
m. Membuat surat permohonan untuk membuka acara pertemuan Pembinaan
Terhadap Penyalur Alat Kesehatan se Provinsi Riau Tahun 2021 secara
resmi.
80
n. Membuat Draf Sertifikat Apoteker Agent OF Change Gema Cermat Tahun
2021
4. Persiapan Teknis
a. Berkoordinasi dengan TIM IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk
persiapan pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema
Cermat melalui Daring (Zoom Meeting) untuk Tanggal 15 Juli 2021
b. Membuat Link Pendaftaran/Registrasi Peserta melalui link google form
https://bit.ly/regpembekalan2021
c. Membuat Link Zoom Meeting untuk pertemuan Pembekalan Apoteker Agent
Of Change Gema Cermat Kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun 2021
d. Meeting ID 868 0341 0375 Passcode : GEMA2021
e. Membuat link google form absensi saat pertemuan
f. Mengirimkan surat pemanggilan peserta ke Dinas Kesehatan Kab/Kota Se
Provinsi Riau
g. Mengirimkan surat permintaan narasumber Ke seluruh Narasumber
Pertemuan melalui email dan WAG
h. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang
berwenang untuk membuka acara pertemuan secara resmi
i. Membuat link google form untuk Post Test Peserta Pertemuan
j. Mengadakan persiapan Media dan Perlengkapan pelaksanaan zoom
meeting
k. Membuat Backdrop Zoom Meeting Pertemuan
l. Berkoordinasi dengan IT Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk dokumentasi
pelaksanaan pertemuan melalui youtube
(https://www.youtube.com/watch?v=rGsVMyz735sbe
m. Membuat google link untuk materi pertemuan pembekalan Apoteker AOC
Gema Cermat (https://bit.ly/materipertemuanpembekalan2021)
81
BAB III
PELAKSANAAN PERTEMUAN
A. PESERTA
1. Jumlah Peserta
Peserta pertemuan berjumlah 270 (dua ratus tujuh puluh ) orang terdiri dari:
Apoteker yang praktek di Pelayanan Kefarmasian (Puskesmas, Klinik, Rumah
Sakit, Apotek) yang belum pernah mengikuti Pertemuan Pembekalan Apoteker
sebagai Agent Of Change Gema Cermat pada tahun sebelumnya.
2. Kriteria Peserta
➢ Apoteker yang aktif dan berpraktek di Pelayanan Kefarmasian (Puskesmas,
Klinik, Rumah Sakit, Apotek)
➢ Apoteker yang berkeinginan dan bertangggung jawab untuk mengedukasi
masyarakat agar cerdas dalam menggunakan obat
B. NARASUMBER DAN MODERATOR
1. Narasumber dan Materi
a. Narasumber
Narasumber pada Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change
Gema Cermat adalah:
1) Pejabat struktural/fungsional di Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Ditjen kefarmasian dan Alkes Kementrian Kesehatan RI yaitu:
a). Apt Andrie Fitriansyah, S.Si (Administrator Kesehatan Ahli Madya)
b). Sri Suratini, S.Si, Apt M.Farm ( SubKoordinator Klinikal Farmasi)
2) Pejabat Fungsional pada Dinas Kesehatan Provinsi Riau, yaitu:
Apt Nurul Fadhilah, S.Si, M.Si (Administrator Kesehatan Ahli Madya
Dinas Kesehatan Provinsi Riau)
3) Apt Enda Mora, S.Si, M.Farm (Wakil Ketua PD IAI Riau)
4) Apt ZaiyusZamsari, S.Si, M.Kes (Master Apoteker Agent Of Change
Gema Cermat) yang bertugas di DInas Kesehatan Kab Siak
b. Materi
Materi Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat
Kab Kota Se- Provinsi Riau terdiri dari :
1) Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat
82
2) Penguatan Peran Apoteker di fasyankes : Penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian di fasyankes
3) Dapatkan Gunakan Simpan dan Buang (DAGUSIBU) obat dengan
benar
4) Metode Edukasi pada Masyarakat: Tahapan dan Inovasi yang
dikembangkan dalam Proses Pembelajaran Materi yang disampaikan
pada Gema Cermat
5) Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat dan DUkungan
Pemerintah Provinsi Riau
6) Penutupan.
2. Moderator
Moderator adalah seseorang yang ditunjuk untuk memfasilitasi narasumber dan
peserta pertemuan.
Moderator pada Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema
Cermat Kab/Kota Se Provinsi Riau pada tanggal 15 Juli 2021 antara lain:
1. Fhitria Rosanty, S.Si, Apt
2. Nur Aslinawati, SKM
3. Ns. Noviyanti, S.Kep MKL
C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
D. PELAKSANAAN PERTEMUAN
Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Tahun 2021
berlangsung lancar, yaitu pada tanggal 15 Juli 2021 dengan menggunakan metode
distance learning aplikasi zoom meeting dengan kode Meeting ID 868 0341 0375
Passcode : GEMA2021 yang berlangsung dari pukul 08.00 sd 16.00
Pukul 08.00 – 09.00 WIB
1. Panitia melakukan persiapan aplikasi zoom meeting dengan Meeting ID 868 0341
0375 Passcode : GEMA2021 dan peserta menunggu persiapan pembukaan
2. Seluruh peserta dan panitia mengikuti Pembukaan Pertemuan Pembekalan
Apoteker Agent Of Change Gema Cermat yang di awali oleh MC Martitaliya Dewi
Waktu : Selama 1 ( satu ) hari
Tanggal 15 Juli 2021
Tempat : Daerah masing-masing via zoom meeting
83
S.Farm dan selanjutnya Kata sambutan dari Ketua panitia Ns. Islamiyah S.Kep,
MKM selaku Kepala Seksi Kefarmasian dan Alkes.
3. Pertemuan ini dibuka oleh Plt Kepala Bidang SDK dan Kefarmasian Dinas
Kesehatan Provinsi Riau mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau yaitu
dr. Yohanes M.Si
4. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipandu oleh Bapak Junaidi, SKM
menurut agama dan kepercayaan masing – masing.
Materi Pertama : Pukul 09.00 – 10.00 WIB
1. Materi Pertama yaitu: Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat yang
disampaikan oleh Narasumber dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian DItjen
Farmalkes Kemkes RI Yaitu: Apt Andrie Fitriansyah S.Si dengan dipandu oleh
moderator sdri. Fhitria Rosanty S.Si, Apt.
2. Adapun Outline Materi yang disampaikan adalah:
➢ Pelayanan Kefarmasian dalam Pelayanan Kesehatan
➢ Masalah Penggunaan Obat pada Masyarakat
➢ Gema Cermat dan Strategi Pelaksanaan
➢ Materi edukasi Masyarakat
➢ Kondisi Pandemi saat ini
➢ Peran Apoteker dalam Penanganan Pandemi COvid-19
➢ Penutup
Pukul 10.00 – 10.10 WIB ( BREAK )
Materi kedua Pukul 10.10 – 11.10 WIB
1. Materi Kedua yaitu : Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes : Penerapan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Fasyankes yang disampaikan oleh
Narasumber dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian Apt. Sri Suratini, S.Si,
M.Farm selaku subkoordinator Klinikal farmasi dan dipandu oleh moderator Apt.
Fithria Rosanty, S.Si
2. Adapun Outline Materi yang disampaikan adalah:
➢ Penguatan Pelayanan Kesehatan
➢ Penguatan perizinan, pembinaan dan pengawasan dalam kondisi pandemi
Covid-19
➢ Peran Apoteker dalam Manajemen resiko tata Kelola Obat
84
➢ Standar Pelayanan Kefarmasian di fasyankes ( Puskesmas, rumah sakit dan
Apotek)
➢ Peran Apoteker di Fasyankes
➢ Pelayanan Farmasi Klinis di Masa Pandemi Covid-19
➢ Evaluasi Mutu
➢ Indikator Pelayanan Kefarmasian dan target 2020-2024
➢ Data Evaluasi Pelayanan Kefarmasian di Provinsi Riau TW II Tahun 2021
➢ Kesimpulan
Materi ketiga pukul 11.10 – 12.10 WIB
1. Materi ketiga yaitu : Dagusibu Dapatkan Gunakan Simpan dan Buang Obat secara
Benar yang disampaikan oleh Apt Enda Mora, S.Si, M.Farm selaku narasumber
dari Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Wilayah Riau yang dipandu oleh
moderator Ns. Noviyanti, S.Kep, MKL
2. Adapun Outine Materi yang disampaikan adalah :
➢ Pengertian Penyuluhan, Materi Penyuluhan dan Persiapan Penyuluhan serta
Menyusun Perencanaan Penyuluhan bagi Apoteker Agent Of Change Gema
Cermat
➢ Dapatkan Obat dengan Benar
➢ Gunakan Obat dengan Benar
➢ Simpan Obat dengan Benar
➢ Buang Obat dengan Benar
Pukul 12.10 – 13.10 WIB ( I S H O M A )
Materi keempat Pukul 13.10 – 14.40 WIB
1. Materi keempat yaitu : Metode Edukasi pada Masyarakat : Tahapan dan Inovasi
yang dikembangkan dalam proses pembelajaran Materi yang disampaikan pada
Gema Cermat yang disampaikan oleh Apt. Zaiyuszamsari, S.Si, M.Kes selaku
salah satu Master Of Apoteker Agent Of Change Gema Cermat di Provinsi Riau
dan dipandu oleh Moderator Nuraslinawati SKM.
2. Adapun Outline dari Materi yang disampaikan adalah:
➢ Strategi Pelaksanaan Gema Cermat
➢ Strategi Edukasi
➢ Materi edukasi
➢ Cara Edukasi Kepada Masyarakat selama pandemic Covid-19
85
Materi kelima Pukul 14.40 – 15.40 WIB
1. Materi kelima yaitu : Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat dan
Dukungan Pemerintah Provinsi Riau yang disampaikan oleh Apt. Nurul Fadhilah,
S.Si, M.Si sebagai narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau dengan
dipandu oleh Moderator sdri. Nuraslinawati, SKM
2. Adapun outline materi yang disampaikan adalah :
➢ Pelaksanaan Sosialisasi dan Pembekalan Apoteker AOC Gema Cermat di
Provinsi Riau 2016 sd 2019
➢ Dukungan Pemerintah Provinsi Riau (Dinas Kesehatan) dalam Pelaksanaan
Gema Cermat di Provinsi Riau
➢ Kegiatan Inovasi Gema Cermat
➢ Beberapa Kendala dan Solusi
➢ Pemantauan dan Evaluasi (MONEV) Gema Cermat
3. Seluruh materi pertemuan ini dapat peserta download di link
(https://bit.ly/materipertemuanpembekalan2021)
4. Setiap sesi pagi dan siang tersedia absensi melalui google form yang harus diisi
oleh peserta
Materi keenam POST TEST Pukul 15.40 – 16.00 WIB
Seluruh peserta pertemuan wajib mengikuti POST Tes diakhir acara Pertemuan
Pembekalan Apoteker Agent OF Change Gema Cermat
Post tes ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi tingkat pemahaman
peserta ada pertemuan ini.
Rencana Tindak Lanjut dan Penutupan Pukul 16.00 – 16.10 WIB
Sebelum acara Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change ini ditutup
dibuat kesepakatan Rencana Tindak Lanjut antara peserta pertemuan dan panitia
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (Terlampir)
86
E. Hasil Diskusi dan Tanya jawab
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Materi DAGUSIBU
(Apt Endamora)
Penanya:
Ayu Rahmawati;
Bagaimana cara / sikap kita
terhadap Obat Of Label yang di
tulis dan Dikeluarkan Oleh Dokter
apalagi dokter Spesialis
Konsultasikan pada Dokter Penulis resep
dalam bentuk kesepakatan ( Mou) bahwa,
apoteker tidak bertanggung jawab terhadap
efek samping Obat
2. Rahmi .A
Ada Obat yang tidak aman bagi
ibu hamil , tetapi dokter
menyatakan aman
Apa solusinya?
Cari pengganti obat yang aman dan
minimalisir efek samping
3. Materi Kebijakan dan Strategi
pelaksanaan Gema Cermat
Penanya :
1. Apt Andri
Bagaimana cara kita untuk bisa
melaksanakan strategi yang ada
dalam pelaksanaan gema cermat?
2. Dina Deswita , S. Farm
Dengan Semakin mudahnya
Masyarakat mengakses Informasi
tentang Obat Bagaimana cara kita
mengedukasi pasien yg datang ke
Apotik yg membawa catatan
Obat, setelah di edukasi tetap
Ngotot memakai obat yang
mereka searching sendiri di Media
social
Intinya lakukan edukasi, pahami situasi dan
Kondisi yang ada, Fokus pada sasaran yg
kita tuju, perlu kolaborasi dg pihak antar
lintas program terkait
Sampaikan tentang indikasi obat tersebut,
efek samping dll dan berikan pemahaman
bahwa setiap pasien memiliki kondisi yang
berbeda-beda dan memiliki terapi yang
berbeda pula, jika hanya penyakit ringan
bisa swamedikasi tetapi jika sakit berlanjut
silahkan konsultasi kan ke dokter
87
2.Apt. Dedy Parlaungan
Dalam kegiatan Gema Cermat
yang dilakukan untuk Masyarakat ,
sebenarnya Bidang Yankes
Dinkes Riau juga punya program
yg di sebut PKB (Pelayanan
Kesehatan Bergerak) di Kab
Rokan Hulu, bagaimana agar
APoteker AOC ikut berperan
dalam baksos tersebut? Apakah
bersedia berkolaborasi?
3. Apt. Desmaria Dumai
Bagaimana sebaiknya peran
Apoteker dalam dalam proses
Vaksinasi Covid 19 , kenapa
sebagian besar Apoteker tidak
dilibatkan dalam tim Vaksin
Khususnya di FKTP
4. Apt. Adrian Mulya
Peran Apoteker terkait Vaksinasi
dari awal sebenarnya apoteker
sudah mempertanyakan peran
mereka dengan adanya Pelatihan
yang dilakukan Vaksinator tetapi
tidak ada penjelasan posisi
Apoteker itu.
Dari segi mana, mengingat
apoteker sudah biasa sebagai
pengatur cold chain terhadap obat
obatan, kenyataannya tim
vaksinator terdiri dari:
1 org dokter
2 org Perawat atau bidan
2 org Adm yg sah dan di SK kan
Sedangkan Apoteker tidak
PC IAI Rohul Siap utk berkolaborasi
Regulasi tugas Apoteker untuk Pengelolaan
Vaksin dan lakukan Advokasi
Ikuti Pelatihan Pengelola Vaksin , lakukan
advokasi oleh organisasi Profesi
88
termasuk dalam SK yg di latih itu,
hal ini terkait dalam pengambilan
vaksin saja harus tunggu suhu
sesuai vaksin baru berangkat ke
layanan
Tapi dalam tehknis keterlibatan
farmasi sedikit diabaikan dan
begitu juga dengan Vaksin
Massal.
F. BIAYA PERTEMUAN
Biaya pertemuan berasal dari Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
APBN Satuan Kerja Perangkat Daerah Nomor : 024.07.099016 Program Kefarmasian
dan Alat kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun Anggaran 2021.
89
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pertemuan Pembekalan Apoteker Agent Of Change Gema Cermat Kab/Kota
Se Provinsi Riau Tahun 2021 diikuti oleh 270 orang peserta yang dilaksanakan
secara daring Zoom Meeting pada hari Kamis tanggal 15 Juli 2021 dari pukul
08.00 – 16.10 WIB dengan Meeting ID 868 0341 0375 Passcode : GEMA2021
2. Narasumber berasal dari Kementerian Kesehatan RI Ditjen Kefarmasian dan
Alat kesehatan Direktorat Pelayanan Kefarmasian (2 orang), PD IAI Riau (1
orang), Master AOC Gema Cermat Riau (1 orang) dan Dinas Kesehatan
Provinsi Riau (1 orang).
3. Pertemuan berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir sesi pertemuan serta
Materi disampaikan secara rinci dan terstruktur oleh narasumber yang memiliki
kompetensi dibidangnya masing-masing.
4. Selama pertemuan berlangsung peserta sangat antusias yang dapat dilihat dari
banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber.
5. Setiap Peserta Pertemuan yang telah mengisi absen dan mengikuti Post tes
akan diberikan Sertifikat sebagai Apoteker Agent Of Change Gema Cermat dan
Satuan Kredit Profesi (SKP) dari Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
Wilayah Riau.
6. Setiap Apoteker yang telah memiliki Sertifikat Sebagai Apoteker Agent Of
Change berkewajiban untuk melaksanakan dan meneruskan kegiatan
Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) ditengah –
tengah masyarakat diwilayah kerja dan tempat tinggal masing-masing.
7. Siaran ulang pertemuan pembekalan Apoteker agent Of Change Gema Cermat
dapat dilihat di link Youtube
(https://www.youtube.com/watch?v=rGsVMyz735sbe
90
B. SARAN
Adapun saran atau Rencana Tindak Lanjut dari Pertemuan Pembekalan Apoteker
Agent Of Change Gema Cermat kab Kota Se-Provinsi Riau Tahun Anggaran 2021
antara lain:
1. Untuk Dinas Kesehatan Provinsi Riau
1. Mengupayakan Pertemuan untuk peningkatan Kompetensi bagi Apoteker
AOC Gema Cermat Provinsi Riau
2. Menjalin kerja sama dengan Organisasi Profesi agar Apoteker Gema
Cermat lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat dalam penggunaan obat
dan alkes secara baik dan benar
3. Merekap Kegiatan Gema Cermat dari Kab/Kota Se-Provinsi Riau dan
dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Setiap 6 bulann sekali)
4. Dinas Kesehatan Provinsi Riau bekerjasama dengan PD IAI Riau
mengupayakan SKP setiap kegiatan Penyuluhan Gema Cermat
2. Untuk DinasKesehatan Kabupaten/Kota
1. Bagi Kab/Kota yang belum membuat SK Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
tentang penunjukan Apoteker Agent Of Change di Wilayah Masing-masing
agar membuat SK tersebut.
2. Didalam SK ditunjuk Koordinator sebagai Penggerak/Motivator AOC
lainya (Master AOC).
3. Bersama-sama dengan AOC diwilayahnya membuat program kerja
kegiatan dan target capaian kerja
4. Mengupayakan anggaran untuk kegiatan gema cermat melalui APBD atau
sumber anggaran lain yang memnungkinkan
5. Merekap dan melaporkan selurug kegaiatan Apoteker Gema Cermat
melalui Form yang diberika setiap bulan dikirimkan ke Dinas kesehatan
Provinsi Riau email : [email protected]
3. Untuk Apoteker AOC Gema Cermat
1. Membuat rencana kerja perbulan untuk masing-masing AOC Gema Cermat
dalam mengedukasi masyarakat(baik secara lansung di pelayanan dan
melalui daring) dikirim ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.
2. Membuat kegiatan inovasi Gema Cermat (Pemberdayaan Masyarakat
dalam penggunaan obat, inovasi video, poster, brosur edukasi obat kepada
masyarakat dll)
91
3. Melaporkan setiap kegiatan edukasi penggunaan obat ke DInas Kesehatan
Kab/Kota setiap bulan sekali (Form Monev GC)
4. Memanfaatkan media social untuk share informasi terkait penggunaan obat
agar masyarakat terhindar dari informasi yang palsu/hoaks
5. Membuat kelompok kecil (Ibu-ibu arisan di perum terdekat yang rutin dibina
dan diesukasi kemudian dilakukan evaluasi setelah 3 bulan apakah terjadi
perubahan perilaku)
6. Apoteker AOC berperan aktif dalam upaya mengedukasi masyarakat untuk
meluruskan informasi palsu/hoaks terkait obat-obat covid-19.
92
BAB V
PENUTUP
Apoteker sebagai Agent Of Change Gerakan masyarakat cerdas menggunakan
obat (Gema Cermat) merupakan tenaga kesehatan yang ditunjuk dan dibekali keilmuan
serta memiliki komitmen dan kemampuan dalam mengedukasi masyarakat serta
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk
peningkatan penggunaan obat yang benar sehingga akan tercapai pengobatan yang
rasional.
Peran aktif para Apoteker sebagai agent of change gema cermat sangat
diharapkan terutama disaat masa pandemi karena masyarakat perlu infomasi penggunaan
obat dan alat kesehatan yang benar untuk mengantisipasi berita palsu/hoaks yang
beredar dimasyarakat dan media social.
Adanya acara Pertemuan Pembekalan Apoteker agent of change gema cermat ini
menambah jumlah apoteker di Riau Sebagai agent Of Change Gema Cermat yang
dinantikan kreativitas dan inovasinya dalam mengedukasi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan obat rasional ini dapat dilakukan
dengan berbagai strategi dan metode sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai. Regulasi dan advokasi ke berbagai pihak baik pemerintahan dan organisasi
profesi perlu dilakukan agar kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih bermanfaat dan
dapat mempengaruhi perubahan perilaku dalam mendapatkan, menggunakan,
menyimpan dan membuang obat secara benar.
93
DOKUMENTASI PERTEMUAN PEMBEKALAN APOTEKER AoC GEMA CERMAT
DI KAB/KOTA SE PROVINSI RIAU PEKANBARU, 15 JULI 2021
Hari : Kamis, 15 Juli 2021 ➢ Kegiatan : Pembukaan Pertemuan
Pembawa Acara : Martitaliya dewi, S.Farm Pukul : 08.00 – 09.00 WIB
Pembukaan Acara oleh MC
➢ Kegiatan : Laporan Ketua Panitia Penyelenggara
Kasi Farmalkes : Ns Islamiyah, S.Kep, MKM
Pukul : 08.00 – 09.00 WIB
94
Laporan Ketua Panitia Penyelenggara oleh Kasi Kefarmasian dan Alkes Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau
➢ Kegiatan : Kata Sambutan dan Pembukaan Acara
Kabid SDK dan Kefarmasian : dr. Yohanes, M.Si Pukul : 08.00 – 09.00 WIB
Kata Sambutan dan Pembukaan oleh Kabid SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau
➢ Kegiatan : Pembacaan Do’a dan Foto Bersama
Penanggung Jawab : Panitia Penyelenggara
Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Sesi Foto Bersama Seluruh Peserta
95
➢ Materi : Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat
Moderator : Fhitria Rosanty, S.Si, Apt
Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat
Narasumber : Apt. Andrie Fitriansyah, S.Si Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Pemaparan materi Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Gema Cermat oleh Narasumber
96
➢ Pukul : 10.00 – 10.10 WIB (Break)
➢ Materi : Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes
Moderator : Fhitria Rosanty, S.Si, Apt
Pukul : 10.10 – 11.10 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes
Narasumber : Sri Suratini, S.Si, Apt, M.Farm
Pukul : 10.10 – 11.10 WIB
Penjelasan materi Penguatan Peran Apoteker di Fasyankes oleh Narasumber
97
➢ Materi : Dagusibu
Moderator : Ns. Noviyanti.J, S.Kep, M.KL
Pukul : 11.10 – 12.10 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Dagusibu
Narasumber : Apt. Enda Mora, S.Si, M.Farm
Pukul : 11.10 – 12.10 WIB
Pemaparan materi Dagusibu oleh Narasumber
98
➢ Pukul : 12.10 – 13.10 WIB (ISHOMA)
➢ Materi : Metode Edukasi pada Masyarakat
Moderator : Nur Aslinawati, SKM
Pukul : 13.10 – 14.40 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Metode Edukasi pada Masyarakat
Kasi Farmalkes : Apt. ZaiyusZamsari, S.Si, M.Kes Pukul : 13.10 – 14.40 WIB
Penjelasan materi Metode Edukasi pada Masyarakat oleh Narasumber
99
➢ Materi : Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat
Moderator : Nur Aslinawati, SKM
Pukul : 14.40 – 15.40 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Monitoring Evaluasi Pelaporan Kegiatan Gema Cermat
Kasi Farmalkes : Nurul Fadhilah, S.Si, Apt Pukul : 14.40 – 15.40 WIB
Penjelasan materi Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Gema Cermat
oleh Narasumber
100
➢ Materi : RTL dan Penutupan Pertemuan
Kasi Farmalkes : Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM
Pukul : 15.40 – 16.00 WIB
Rencana Tindak Lanjut dan Penutupan Pertemuan oleh Kasi Farmalkes Bidang SDK dan
Kefarmasian Dinkes Prov Riau
102
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kementerian Kesehatan telah melaksanakan berbagai strategi yang meliputi
strategi regulasi, manajerial dan edukasi untuk meningkatkan POR di fasilitas
kesehatan, khususnya milik pemerintah. Walaupun upaya ini didukung oleh jajaran
Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota melalui Penggerakan POR di seluruh
Provinsi, namun dirasa belum cukup memadai. Oleh karena itu dibutuhkan strategi
yang komprehensif yang melibatkan berbagai pihak dan stakeholder termasuk
Apoteker sebagai Agent of Change (Aoc) untuk mencapai tujuan POR.
Sejak tahun 2016 – 2019 telah dilaksanakan kegiatan pembinaan, sosialisasi dan
pembekalan bagi Apoteker Agent of Change Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat) di 219 Kab/Kota di 34 Provinsi. Pada tahun 2018
dan 2019 telah dilakukan optimalisasi peran apoteker sebagai Agent of Change yang
merupakan tindak lanjut kepada apoteker yang telah mengikuti pembekalan dan
sosialisasi Gema Cermat untuk memaksimalkan peran apoteker dalam melakukan
edukasi pada masyarakat. Selain itu kegiatan ini dilaksanakan sebagai evaluasi dan
supervisi pemerintah pusat terhadap perkembangan pelaksanaan Program Gema
Cermat di Provinsi dan Kab/Kota. Dengan demikian upaya peningkatan POR di
provinsi khususnya pada masyarakat dapat menjadi lebih terarah, tersistematis,
terkoordinir dan berkesinambunangan untuk mendukung upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Berkaitan dengan hal tesebut maka dirasa perlu untuk melakukan kegiatan
Pertemuan Optimalisasi Apoteker Aoc Gema Cermat di Kab/Kota se Provinsi Riau.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/Menkes/SK/III/
2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;
5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan
Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga;
103
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/427/2016 tentang Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan
Obat.Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
C. MAKSUD DAN TUJUAN PERTEMUAN
Adapun maksud dan tujuan pertemuan ini adalah :
1. Maksud Pertemuan
a. Peningkatan kapasitas terhadap petugas pembina dan pengawas pelayanan
kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional di masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Pertemuan
a. Petugas pembina dan pengawas pelayanan kefarmasian di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan
pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian.
b. Terlaksananya pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian yang
sesuai standar.
c. Terlaksananya penggunaan obat rasional di masyarakat dan fasilitas pelayanan
kesehatan.
d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
penggunaan obat secara benar.
e. Meningkatnya kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam
penggunaan obat secara benar serta meningkatnya penggunaan obat rasional
104
BAB II
PERSIAPAN PERTEMUAN
A. PERSIAPAN
Pelaksanaan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se
Provinsi Riau secara teknis merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/427/2016 tentang Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat.
Persiapan pelaksanaan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di
Kab/Kota se Provinsi Riau merupakan serangkaian kegiatan sebelum pertemuan
diselenggarakan, meliputi persiapan teknis dan persiapan administrasi. Pada masa
pandemi Covid – 19 diarahkan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) dalam
pengelolaan pertemuan, hal ini meminimalisir berkumpulnya orang sesuai dengan
protokol kesehatan. Dengan demikian bahan materi, strategi penyampaian untuk
materi, metode, alat bantu dan media berbasis pembelajaran jarak jauh.
1. Persiapan Teknis
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan persiapan teknis
penyelenggaraan antara lain :
a. Membentuk kepanitiaan, moderator, notulen dan peserta provinsi yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan yang terdiri dari : penanggung jawab,
ketua, sekretaris dan anggota (kepanitiaan).
b. Melakukan koordinasi dengan lintas program/lintas sektor antara lain Direktorat
Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kementerian Kesehatan RI dan
Dinas Kesehatan Kab/Kota.
c. Menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi substansi.
d. Menyiapkan/optimalisasi perangkat koneksi internet.
e. Dengan menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada
pelaksanaan rapat persiapan pertemuan diikuti oleh pejabat struktural seksi
Farmalkes Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau dan staf terkait.
Rapat persiapan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2021 di Aula Bidang SDK
dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau. Koordinasi juga dilaksanakan melalui alat
komunikasi mobile phone maupun e-mail (surat elektronik) dengan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI dan MF
Communication. Pada saat rapat persiapan dibahas penentuan peserta,
penentuan moderator, penentuan narasumber dan jadwal tentatif.
105
f. Membuat akses serta password untuk masuk dalam aplikasi pertemuan jarak
jauh/ distance learning bagi peserta dan narasumber.
g. Membuat google form registrasi, absen peserta dan post test.
h. Memberikan akses serta password kepada peserta untuk dipelajari.
i. Mengirim surat pemanggilan peserta paling lambat 2 (dua) minggu sebelum
pertemuan dilaksanakan serta memonitor surat pemanggilan peserta.
j. Mengirim surat permohonan narasumber paling lambat 1 (satu) minggu
sebelum perteman dimulai serta memonitor surat permohonan narasumber.
k. Mengirimkan dan memonitor surat permintaan kepada pejabat yang berwenang
untuk membuka acara pertemuan secara resmi.
2. Persiapan Administrasi
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan persiapan administrasi
penyelenggaraan antara lain :
a. Membuat draft surat menyurat antara lain pemanggilan peserta, menyiapkan
jadwal pertemuan beserta nama narasumber dan moderator, permohonan
narasumber dengan mencantumkan materi pertemuan, waktu penyampaian
serta melampirkan jadwal pertemuan, permohonan untuk membuka pertemuan
secara resmi kepada pejabat yang berwenang.
b. Menyusun kerangka acuan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema
Cermat di Kab/Kota se Provinsi Riau.
c. Membuat draft naskah sambutan pembukaan dan draft laporan ketua panitia.
106
BAB III
PELAKSANAAN PERTEMUAN
A. PESERTA
1. Jumlah Peserta
Peserta berjumlah 131 orang yang berasal dari Apoteker di Kab/Kota.
2. Kriteria Peserta
Apoteker AoC yang sudah pernah dilatih dan mendapat pembekalan sebagai AoC.
B. NARASUMBER DAN MODERATOR
1. Narasumber
Narasumber pada Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di
Kab/Kota se Provinsi Riau adalah
a. Pejabat struktural/fungsional Ditjen Farmalkes Kemenkes RI, MF
Communication dan Dinas Kesehatan Provinsi.
b. Menguasai substansi (profesional dibidangnya).
Adapun nama narasumber dan materi yang diberikan :
a. I Gusti Ayu Trisnadewi, Apt
Materi : Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat.
b. Tri Ratna Rejeki, S.farm, Apt
Materi : Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi
c. Michiko J Frizdew
Materi : Teknik Komunikasi Efektif
d. Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM
Materi : Penyusunan Rencana Tindak Lanjut.
2. Moderator
Pada pertemuan ini mempunyai moderator atau seseorang yang ditunjuk untuk
memfasilitasi narasumber dan peserta pertemuan. Adapun nama – nama
moderator sebagai berikut :
a. Nurul Fadhilah, S.Si, Apt.
b. Fhitria Rosanty, S.Si, Apt.
c. Aidar Yetti, S.Sos.
d. Nur Aslinawati, SKM.
107
C. PROSES PERTEMUAN
Proses Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se
Provinsi Riau berlangsung 1 hari yaitu pada tanggal 14 Juli 2021 menggunakan
metode distance learning dengan aplikasi zoom meeting. Jalannya proses pertemuan
adalah sebagai berikut :
1. Pukul 08.00 – 09.00 WIB
a. Peserta mengikuti pembukaan pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema
Cermat di Kab/Kota Se Provinsi Riau dan menyanyikan lagu Indonesia Raya
dengan menggunakan aplikasi zoom meeting.
b. Pertemuan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang diwakili
oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Riau (Ibu Elly Hayatinur, Sp, M.Kes ).
Laporan ketua panitia penyelenggaraan dibacakan oleh Kasie Kefarmasian dan
Alkes Bidang SDK dan Kefarmasian Dinas Kesehatan Provinsi Riau (Ibu
Ns.Islamiyah, S.Kep, MKM).
c. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipandu oleh Bapak Junaidi, SKM
menurut agama dan kepercayaan masing – masing.
2. Pukul 09.00 – 10.00 WIB
a. Dilanjutkan dengan Materi Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat :
Sosialisasi tools Evaluasi, Metode Pengumpulan, Olah dan Analisis data serta
Penyusunan Rekomendasi dengan moderator Bu Nurul Fadhilah, S.Si, Apt,
M.Si. Materi disampaikan oleh narasumber yang berasal dari Direktorat
Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI ( Ibu I Gusti Ayu Trisnadewi, Apt )
dengan metode Distanse Learning.
b. Seperti yang disampaikan oleh Narasumber pusat bahwa dari hasil survey terhadap
pelaksanaan GeMa CerMat pada Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/Kota, diperoleh data :
sekitar 35,64 % dari AoCGeMa CerMat yang aktif me lakukan edukasi masyarakat.
c. Untuk dapat mengembangkan program Gema Cermat dilakukan :
1) Dilakukan pembekalan dan edukasi : untuk penguatan jumlah AoC.
2) Melakukan optimalisasi AoC Gema Cermat : untuk peningkatan kualitas AoC
Gema Cermat.
3) Dilakukan pemantauan dan Evaluasi : untuk mengetahui data capaian dan
indikator.
d. Adapun tujuan pemantauan dan evaluasi Gema Cermat :
1) Mengukur keberhasilan capaian dalam periode tertentu.
108
2) Mendapatkan informasi kesiapan sumber daya dan kemajuan pelaksanaan
Gema Cermat.
3) Mendapatkan data sebagai bahan pengambilan keputusan dan kebijakan.
4) Meningkatkan komitmen pelaksanaan Gema Cermat berbagai stakeholder.
5) Memberi umpan balik bagi pelaksana dan stakeholder.
e. Sistem pelaporan kegiatan GeMa Cermat secara online dan terintegrasi.
f. Kemudian diberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepada
narasumber pusat. Disela – sela pertanyaan peserta mengisi absen secara
online dengan link https://bit.ly/absenpesertaoptimalisasi.
3. Pukul 10.00 – 10.10 WIB ( Break )
4. Pukul 10.10 – 11.10 WIB
a. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan Materi Simulasi Olah Data Monitoring dan
Evaluasi dengan moderator Bu Fhitria Rosanty, S.Si, Apt. Materi ini
disampaikan oleh Ibu Tri Ratna Rejeki, S.Farm. Apt (Narasumber Pusat dari
Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI) dengan aplikasi Zoom
Meeting.
b. Seperti yang disampaikan oleh narsum pusat bahwa GeMa CerMat telah
dicanangkan sejak 13 November 2015 dan disosialisasikan sejak 2016 di 18
Provinsi, dan 20 Kabupaten/Kota sebagai model percontohan (pilot project)
terpilih berdasarkan usulan Dinas Kesehatan Provinsi.
c. Sampai dengan Desember 2020, telah dilaksanakan sosialisasi di 34 provinsi,
225 Kabupaten/Kota dan menghasilkan 6.152 AoC GeMa CerMat di seluruh
Indonesia.
d. Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian dari program GeMa CerMat yang
bertujuan untuk mengetahui kegiatan pelaksanaan, cakupan, kegiatan inovasi,
kendala/permasalahan yang ditemui.
5. Pukul 11.10 – 12.30 WIB
a. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan materi Penguatan Soft Skill Apoteker AoC :
Teknik Komunikasi Efektif sebagai Basic Skill yang Harus dimiliki oleh
Edukator. Dengan moderator Ibu Aidar Yetti, S.Sos. Materi ini diberikan oleh ibu
Michiko J Frizdew dari MF Communication Pekanbaru dengan menggunakan
aplikasi zoom meeting.
109
b. Seperti yang dijelaskan oleh narsum bahwa Burnard (1992) menyatakan
setidaknya ada empat jenis kemampuan berkomunikasi secara efektif pada
profesional atau tenaga kesehatan, yaitu:
1) Education and Training SkillsKeterampilan mengajar, presentasi, dan
komputer.
2) Therapeutics Skills : Keterampilan mendengar, konseling, dan fasilitasi
kelompok
3) Organizational Skills : Keterampilan manajerial, pertemuan, dan wawancara
4) Personal Skills : Keterampilan menulis, asertif, dan pengendalian diri
c. Syarat komunikasi efektif yaitu adanya kejelasan, ketepatan, konteks, alur yang
jelas dan budaya.
d. 3 kunci dari publik speaking adalah visual, vokal dan verbal.
e. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dimana ada beberapa peserta
yang bertanya mengenai komunikasi yang efektif dan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dilapangan dalam berkomunikasi.
f. Untuk materi, peserta dapat mendownload di link
http://bit.ly/materipertemuanoptimalisasif2021.
6. Pukul 12.30 – 13.30 WIB ( I S H O M A )
7. Pukul 13.30 – 14.40 WIB
a. Pada sesi ini dilanjutkan dengan Rencana Tindak Lanjut dari Pertemuan
Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota Se Provinsi Riau,
dimana RTL ini dipandu oleh Ibu Nuraslinawati, SKM.
b. Kemudian pertemuan ditutup secara resmi oleh Kasie Kefarmasian dan Alkes
Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau ( Ibu Ns. Islamiyah, S.Kep,
MKM)
D. EVALUASI PESERTA
Untuk penilaian peserta dilakukan melalui post test dan dilakukan secara online
dengan link https://bit.ly/posttestGema2021. Rata – rata nilai post test adalah 71,25
dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 25. Dari hasil nilai post test dapat dilihat
sebagian besar peserta dapat memahami materi yang disampaikan oleh narasumber.
Dengan meningkatnya pemahaman peserta pertemuan maka diharapkan meningkat
pula pemahaman, kesadaran dan kemandirian masyarakat tentang pentingnya
110
penggunaan obat rasional serta dapat merubah perilaku masyarakat dalam
penggunaan obat secara benar.
E. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cerrmat di Kab/Kota se Provinsi
Riau tahun 2021 ini, bertempat di lokasi masing - masing. Pertemuan dilaksanakan 1
(satu) hari pada tanggal 14 Juli 2021 melalui virtual dengan aplikasi zoom meeting,
meeting ID : 897 4223 6327 password : DINKES2021.
F. BIAYA
Semua biaya penyelenggaraan pada kegiatan ini dibebankan pada anggaran
DIPA Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun Anggaran
2021.
111
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN :
1. Pelaksanaan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota se
Provinsi Riau Tahun 2021 dilatarbelakangi oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/427/2016 tentang Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat dan Surat Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Nomor : Kpts.188/DINKES.5.1/155 tentang Pembentukan
Panitia, Moderator, Notulen dan Peserta Provinsi.
2. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2021 diikuti oleh 131 orang peserta
yang berasal dari seluruh Apoteker dari 12 Kab/Kota se Provinsi Riau.
3. Materi pada pertemuan ini disampaikan dengan metode distance learning dengan
aplikasi zoom meeting, materi disampaikan secara rinci dan terstruktur, kepada
peserta pertemuan dilakukan evaluasi dalam bentuk post test secara online.
Evaluasi ini berguna untuk mengukur pengetahuan dan daya serap peserta
terhadap materi yang diberikan selama pertemuan.
4. Penyelenggaraan pertemuan secara keseluruhan berjalan lancar.
B. SARAN
Untuk mencapai keberhasilan proses pertemuan, tidak lepas dari peran dan
fungsi dari penyelenggara, moderator dan narasumber. Untuk pertemuan selanjutnya
agar lebih ditingkatkan lagi.
112
BAB V PENUTUP
Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan Pertemuan Optimalisasi Apoteker AoC Gema Cermat di Kab/Kota
se Provinsi Riau Tahun 2021.
Semoga laporan ini bermanfaat sebagai informasi kegiatan penyelenggaraan
pertemuan dan menjadi masukan untuk melaksanakan kegiatan pertemuan dimasa yang
akan datang, atas dukungan Direktur Direktorat Pelayanan Kefarmasian Ditjen farmalkes
Kemenkes RI, Ketua IAI, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kepala Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru, narasumber, panitia penyelenggara dan moderator serta kerjasama
peserta pertemuan dan pihak – pihak yang ikut membantu kelancaran proses pertemuan
ini, kami ucapkan terima kasih.
113
DOKUMENTASI PERTEMUAN OPTIMALISASI APOTEKER AoC GEMA CERMAT
DI KAB/KOTA SE PROVINSI RIAU PEKANBARU, 14 JULI 2021
Hari : Rabu, 14 Juli 2021 ➢ Kegiatan : Pembukaan Pertemuan
Pembawa Acara : Martitaliya dewi, S.Farm Pukul : 08.00 – 09.00 WIB
Pembukaan Acara oleh MC
➢ Kegiatan : Laporan Ketua Panitia Penyelenggara
Kasi Farmalkes : Ns Islamiyah, S.Kep, MKM
Pukul : 08.00 – 09.00 WIB
Laporan Ketua Panitia Penyelenggara oleh Kasi Kefarmasian dan Alkes Bidang SDK dan
Kefarmasian Dinkes Prov Riau
114
➢ Kegiatan : Kata Sambutan dan Pembukaan Acara secara Resmi
Sekre Dinkes Prov Riau : Elly Hayatinur, Sp, M.Kes Pukul : 08.00 – 09.00 WIB
Kata Sambutan dan Pembukaan oleh Sekretaris Dinkes Prov Riau
➢ Kegiatan : Pembacaan Do’a dan Foto Bersama
Penanggung Jawab : Panitia Penyelenggara
Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Sesi Foto Bersama Seluruh Peserta
115
➢ Materi : Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat
Moderator : Nurul Fadhilah, S.Si, Apt, M.Si
Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat
Narasumber : I Gusti Ayu Trisnadewi, Apt Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Pemaparan materi Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat oleh Narasumber
116
➢ Pukul : 10.00 – 10.10 WIB (Break)
➢ Materi : Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi
Moderator : Fhitria Rosanty, S.Si, Apt
Pukul : 10.00 – 11.10 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi
Narasumber : Tri Ratna Rejeki, S.Farm, Apt
Pukul : 10.00 – 11.10 WIB
Penjelasan materi Simulasi Olah Data Monitoring dan Evaluasi oleh Narasumber
117
➢ Materi : Teknik Komunikasi Efektif Sebagai Basic Skill
Moderator : Aidar Yetti, S.Sos
Pukul : 11.10 – 12.30 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Teknik Komunikasi Efektif Sebagai Basic Skill
Narasumber : Michiko J Frizdew
Pukul : 11.10 – 12.30 WIB
Pemaparan materi Teknik Komunikasi efektif Sebagai Basic Skill oleh Narasumber
118
➢ Pukul : 12.30 – 13.30 WIB (ISHOMA)
➢ Materi : Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Moderator : Nur Aslinawati, SKM
Pukul : 13.30 – 14.30 WIB
Pada Materi ini difasilitasi oleh Moderator
➢ Materi : Penyusunan Rencana Tindak Lanjut dan Penutupan
Kasi Farmalkes : Ns. Islamiyah, S.Kep, MKM Pukul : 13.30 – 14.40 WIB
Penyusunan RTL dan Penutupan Pertemuan oleh Kasi Kefarmasian dan Alkes
Bidang SDK dan Kefarmasian Dinkes Prov Riau
119
b. Indikator Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)
Tabel 3.6
Capaian Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota yang melaksanakan program tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan
Tahun 2021
Indikator Kinerja Target
(Provinsi)
Realisasi
(Provinsi)
Capaian
(%)
Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon)
1 1 100
Capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai standar (dekon) tahun 2021
dinilai baik karena nilai capaian 100 % atau terealisasi 100 % dari target 100 % (data
dihitung dari 12 Kab/Kota).
Provinsi Riau Memiliki 12 Kab Kota yang tersebar di wilayah Riau Daratan dan
Riau Lautan. Dengan luasnya wilayah propinsi Riau Pengelolaan Obat dilaksanakan
secara berjenjang sesuai dengan kewenangan masing-masing baik di tingkat Provinsi
maupun tingkat Kab/Kota. Dinas Kesehatan Kab Kota masing-masing memiliki 1
Instalasi farmasi Kab/Kota untuk manajemen pengelolaan obat nya. Masing-masing IFK
Kab/kota menjamin ketersediaan obat dan vaksin hingga ke tingkat pelayanan
kesehatan di puskesmas dan pustu dengan membuat jadwal pengaturan pengiriman
obat ke masing-masing puskesmas dan jika terjadi kekosongan obat segera
menginformasikan secara berjenjang di tingkat mana kekosongan tersebut agar dapat
di atasi dengan meminta buffer stok Kab/Kota atau Bufer Stok Provinsi atau Bufer Stok
Nasional. Keberhasilan pengelolaan obat ini dapat dilihat dari persentase ketersediaan
obat dan vaksin terhadap 40 obat indikator dan 5 vaksin imunisasi dasar lengkap (IDL)
yang dipantau dan dilaporkan setiap bulannya dari masing-masing puskesmas secara
berjenjang hingga ke Kementerian Kesehatan RI.
120
Tabel 3.7
Capaian Indikator Kinerja Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2021
Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
Persentase puskesmas dengan
ketersediaan obat essensial
90 87,98 97,75
Persentase Puskesmas dengan
ketersediaan vaksin imunisasi
dasar lengkap (IDL)
95 92,70 97,58
Persentase kabupaten/kota
dengan ketersediaan obat
essensial
79 83,33 > 100
Persentase kabupaten/kota
dengan ketersediaan vaksin
imunisasi dasar lengkap
92 91,67 99,64
Grafik 3.3 Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat Essensial di Kab/Kota
Se- Provinsi Riau Tahun 2021
121
Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja persentase puskesmas dengan
ketersediaan obat essensial tahun 2021 dari target 90% terealisasi 87,98% (belum
mencapai target) dengan capaian < 100%..
Untuk Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat essensial yang tertinggi/
mencapai 100% di Provinsi Riau Tahun 2021 berjumlah 7 Kabupaten/Kota yaitu
Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis.
Sedangkan persentase terkecil yaitu Kota Pekanbaru (29,%).
Dari total 233 puskesmas se- Provinsi Riau semua puskesmas melaporkan dan 205
puskesmas yang memiliki 80 % obat esensial, Hal ini dikarenakan ada beberapa item obat
yang gagal lelang pada tahun 2021 dan pihak penyedia baru menginformasikannya di
pertengahan atau mendekati akhir tahun.
Grafik 3.4 Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan vaksin imunisasi
dasar lengkap (IDL) di Provinsi Riau Tahun 2021
Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja persentase puskesmas dengan
ketersediaan vaksin imunisasi dasar lengkap (IDL) di Provinsi Riau tahun 2021 dari target
95% terealisasi 92,70% (belum mencapai target) dengan capaian < 100%..
Untuk Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat essensial yang tertinggi/
mencapai 100% di Provinsi Riau Tahun 2021 berjumlah 6 Kabupaten/Kota yaitu
122
Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Siak, Dumai, Rokan Hilir, Bengkalis. Sedangkan
persentase terkecil yaitu Kabupaten Indragiri Hilir (73,08,%).
Dari total 233 puskesmas di 12 Kab/Kota se- Provinsi Riau seluruh puskesmas
melaporkan dan hanya 216 puskesmas yang memiliki 100 % vaksin imunisasi dasar
lengkap (IDL)..hal ini dikarenakan ada beberapa item yang gagal lelang pada tahun 2021
dan pihak penyedia baru menginformasikan di pertengahan atau mendekati akhir tahun.
Grafik 3. 5 Persentase Kab/Kota dengan Ketersediaan Obat Essensial
Se- Provinsi Riau Tahun 2021
Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja Persentase kabupaten/kota
dengan ketersediaan obat essensial se- Provinsi Riau tahun 2021 dari target 79%
terealisasi 83,33% (melebihi target) dengan capaian >100%..
Untuk Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial se- Provinsi
Riau tahun 2021 yang mencapai 100% berjumlah 10 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten
Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir,
Kepulauan Meranti, dan Bengkalis. Sedangkan persentase terkecil/ 0% berjumlah 2
Kab/Kota yaitu Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Pekanbaru.
Jumlah item obat indikator yang tersedia di 12 Kab/Kota yaitu 440 item dari total
480 item obat. Sedangkan kab/kota dengan ketersediaan 85% obat esensial berjumlah 10
Kab/Kota dari 12 kab/kota yang melaporkan yaitu Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri
Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kep. Meranti, dan Bengkalis.
123
Sedangkan kab/kota yang tidak memiliki 85 % obat esensial ada 2 kab/kota yaitu
kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Pekanbaru.
Grafik 3. 6 Persentase Kab/Kota dengan Ketersediaan Vaksin IDL
Se- Provinsi Riau Tahun 2021
Dari gambar di atas menunjukkan indikator kinerja Persentase kabupaten/kota
dengan ketersediaan vaksin IDL se- Provinsi Riau tahun 2021 dari target 92% terealisasi
91,67% (belum mencapai target) dengan capaian < 100%..
Untuk Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan vaksin IDL se- Provinsi
Riau tahun 2021 yang mencapai 100% berjumlah 11 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten
Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir,
Kepulauan Meranti, Pekanbaru dan Bengkalis. Sedangkan persentase terkecil/ 0% yaitu
Kabupaten Kuantan Singingi.
Jumlah item obat indikator yang tersedia di 12 Kab/Kota yaitu 57 item dari total 60
item obat. Sedangkan kab/kota dengan ketersediaan 100 % Vaksin IDL berjumlah 11
Kab/Kota dari 12 kab/kota yang melaporkan yaitu Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri
Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Dumai, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kep. Meranti, Pekanbaru dan
Bengkalis. Sedangkan kab/kota yang tidak memiliki ketersediaan 100 % Vaksin IDL yaitu
kabupaten Kuantan Singingi.
124
Keberhasilan Capaian Indikator Kinerja tersebut didukung oleh:
1. Penyampaian data laporan Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat
essensial per bulan.
2. Penyampaian data laporan Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin
imunisasi dasar lengkap (IDL) per bulan.
c. Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)
Tabel 3.8
Capaian Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon) Tahun 2021
Indikator Kinerja Target
(Provinsi)
Realisasi
(Provinsi)
Capaian
(%)
Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan pengawasan Alkes dan PKRT (dekon)
1 1 100
Capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan
pengawasan Alkes dan PKRT (dekon) Tahun 2021 dinilai baik karena nilai capaian 100
% atau terealisasi 100 % dari target 100 %. Hal tersebut didukung oleh kegiatan
inspeksi sarana distribusi yang dibina yang dilakukan oleh petugas inspeksi Dinas
Kesehatan Provinsi ke sarana distribusi alkes yang ada di Kab/Kota di Provinsi Riau.
125
Evaluasi Hasil Pengawasan Inspeksi Alkes dan PKRT (dekon) se- Provinsi Riau
Tahun 2021 yaitu:
Daftar Penyalur Alat Kesehatan ( PAK) se Provinsi Riau s/d Juli 2021
No
Nama Sarana Hasil Inspeksi SKOR
CDAKB KESIMPULAN
Status
1. PT. Mega Techno Medical Pusat
2. PT. Dayan Bina Mandiri Ditemukan alat kesehatan yg didistribusikan di luar kelompok yang diizinkan, ditemukan produk PKRT yg diduga tanpa izin edar, belum tersedia struktur organisasi dan uraian tugas, belum tersedia pedoman mutu, belum terdapat SOP, belum terdapat daftar kepustakaan, belum melaoprkan kegiatan pendistribusian e-report alkes, belum tersedia pencatatan perencanaan dan pelaksanaan pelatihan, belum tersedia ruang area penerimaan dan pengiriman, belum tersedia ruang produk yg kadaluarsa. recall/ilegal, belum tersedia alat untuk mengukur suhu dan kelembaban, belum ditemukan alat kontrol hama, belum terdapat tanda arah evakuasi, titik kumpul dan APAR, belum ditemukan catatan pemeliharaan kebersihan ruang/penyimpanan, belum melakukan pengelompoka pd penyimpanan, belum FSCA, ditemukan alat yg blm memiliki izin edar, blm ada kontrol evalauasi pihak ketiga
81,61% TMS Pusat
3.
PT. Namina Karunia Abadi
PAK aktif dan operasional
MS Pusat
126
Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 1. Sistem Manajemen Mutu terpenuhi 2. Pengelolaan Sumber Daya sesuai, namun perlu adanya personil yang mengikuti pelatihan CDAKB 3. Bangunan dan Fasilitas telah memenuhi syarat 4. Tindakan perbaikan keamanan di lapangan ( FSCA) harus dilengkapi 5. Saat inspeksi PJT sedang tidak berada ditempat karena merangkap menjadi sales. 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 81,8%
74,00%
4. PT. Visi Yosindo Medikal 1.PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu a. Semua persyaratan dokumentasi pasif ada, namun terdapat beberapa SOP yang harus dilengkapi seperti SOP FSCA, SOP Audit internal, Tinjauan Manajemen, dan seleksi pihak ketiga b. Dokumentasi aktif yang harus dilengkapi adalah buku kepustakaan tentang Alat Kesehatan. 3. Pengelolaan Sumber Daya untuk lebih diperhatikan pada item pemeriksaan kesehatan karyawan, pelatihan CDAKB, pelatihan keselamatan
MS Pusat
< 59.64%
127
kerja. 4. Bangunan dan Fasilitas telah memenuhi syarat dengan catatan harus terdapat arah evakuasi, titik kumpul, catatan pemeliharaan/pembersihan ruang penyimpanan. 5. Pada ruang penyimpanan belum tersedia catatan kalibrasi peralatan pendukung. 6. Harus tersedia catatan tindak lanjut korektif terhadap penangganan keluhan pelanggan dan didokumentasikan dengan baik. 7. Tindakan perbaikan keamanan di lapangan ( FSCA) harus dilengkapi 8. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 74 %
5. PT. Bintang Suryani Jaya 1. PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu a. Belum terdapat pedoman mutu. b. Belum terdapat prosedur tertulis pengiriman produk, FSCA, return produk, pemusnahan produk, pengendalian dokumen mutu dan tinjauan manajemen. 3. Pengelolaan Sumber Daya untuk lebih diperhatikan pada item pemeriksaan kesehatan karyawan, atribut keamanan, hygiene, pelatihan CDAKB, perlunya perencanaan dan
TMS Pusat
84,03
128
dokumentasi pelatihan bagi personil. 4. Bangunan dan Fasilitas telah memenuhi syarat dengan catatan belum terdapat arah evakuasi, titik kumpul, larangan makan/minum/merokok diarea penyimpanan, belum tersedia catatan kalibrasi peralatan yang mendukung proses penyimpanan, catatan kegiatan kontrol hama, catatan control suhu dan kelembaban, blm terdapat plang PAK 5. Belum melakukan audit internal, kajian manajemen. Catatan lainnya saat inspeksi : PJT Tidak bekerja Fulltime (titik kritis) 6. Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 59,64 % 7. Kesimpulan hasil inspeksi : Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
6. PT. Deuker Farma 1. PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu lengkap namun terdapat SOP yang belum ada seperti SOP penanganan keluhan. 3. Pengelolaan Sumber Daya ada, namun harus diperhatikan pada item perlunya pelatihan CDAKB, pelatihan K3, catatan perencanaan dan pelaksanaan pelatihan bagi personil. 4. Bangunan dan Fasilitas: memenuhi syarat, namun perlu dilakukan kalibrasi
MS Pusat
<50
129
terhadap peralatan pendukung seperti termometer 5. Belum melakukan audit internal dan tinjauan manajemen. 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 84,03 %
7. PT. Eris Medika Utama 1. PJT tidak bekerja lagi, sedang mencari PJT Pengganti namun tidak mengurus izin pergantiannya 2. Gudang bagian belakang tidak memenuhi syarat 3. Nilai CDAKB <50
0 TMS Pusat
8. PT. Vania Fanthur Permata PAK Tidak aktif dan tidak operasional, sarana dikontrakkan ke pihak lain dan beralih fungsi
TMS Pusat
9. PT. Andalas Multi Sarana TMS Pusat
10.
PT. Prima Citra Perkasa Abadi
TMS Pusat
11.
PT. Riau Idaman Alkesindo MS Pusat
12.
PT. Kemilau Rajawali Perkasa
MS Pusat
13.
PT. Asia Medikal Sentifik MS Pusat
14.
PT. Alsindo Pekanbaru MS Pusat
15.
PT. Kanaya Doktomindo 1. Saat inspeksi ke alamat yang tertera pada izin sarana
0 TMS Pusat
130
Penyalur Alat Kesehatan Pimpinan maupun PJT tidak ada di tempat, yang ada hanya keluarga pemilik PAK. 2. Sarana sudah beralih fungsi menjadi tempat tinggal 3. Gudang yang menjadi Layout pada pengajuan izin awal Penyalur Alat Kesehatan saat ini hanya berupa garase kosong. Tidak terdapat alat kesehatan ataupun aktifitas apapun yang berhubungan dengan penyaluran alat kesehatan pada sarana tersebut 4. Berdasarkan wawancara dengan keluarga menyatakan bahwa PAK tetap beroperasional tapi sudah pindah alamat ke Jl. Ahmad Yani Kec. Bangkinang Kabupaten Kampar. Pemilik sarana tidak pernah melaporkan secara resmi atas perpindahan alamat tersebut ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau maupun ke Kementerian Kesehatan RI. 5. Petugas Inspeksi memberikan waktu satu minggu agar pemilik sarana melakukan konsultasi melalui telephon atau datang langsung ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk dilakukan bimbingan pengurusan perubahan alamat sarana Penyalur Alat Kesehatan melalui aplikasi sertifikasi alkes.kemkes.go.id, namun sampai dengan tanggal 15 April 2021 pemilik tidak ada
0
131
respon apapun terhadap hal tersebut.
16.
PT. Inti Agung Andalan 1. PAK Pindah alamat tapi belum melapor dan belum mengurus izin pindah alamat 2. Sarana tempat pindah telah disiapkan namun tidak diperkenankan utk melakukan distribusi alkes selama izin pindah alamat blm diurus
TMS Pusat
17.
PT. Mitra Utama Sejahtera Sarana tidak akatif dan tidak operasional, pimpinan telah meninggal dunia
0% TMS Pusat
18.
PT. Bukit Barisan Berjaya 1. PAK tidak aktif dan tidak operasional sejak tahun 2019 2. Tidak Terdapat Alat Kesehatan lagi didalam gudang. 3. PJT Tidak berada ditempat/ tidak Fulltime 4. E-Report Alkes tidak pernah dibuat sejak PAK berdiri 5. Pada sarana terdapat tulisan “Rumah dijual” 6. Komponen-komponon penilaian pada daftar tilik inspeksi tidak dapat diisi karena PAK sudah tidak aktif lagi
TMS Pusat
19.
PT. Purna Karya Saintifik 1. Pimpinan dan PJT berada ditempat dan Penanggungjawab teknis bekerja fulltime. 2. PAK aktif dan melakukan distribusi alkes secara reguler
MS Pusat
132
3. Telah melaporkan e-report alkes 4. Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan CDAKB antara lain : - Pest Kontrol tidak ada - Pengukur suhu tidak ada - Penyusunan alkes tidak berdasarkan kategori alkes (masih campur) - Pallet kurang, masih terdapat banyak alkes yang diletakkan langsung dilantai - APAR sudah ED sejak Juni 2019 - Banyak terdapat alkes ED dan rusak yang belum dimusnahkan ( akan dimusnahkan di akhir stok opname 2021)
20.
PT. DY. Alkesindo CAPA sudah dibuat MS Pusat
21.
PT. Hafriz Berkah Mandiri PAK Tidak Aktif dan Tidak Operasional
0% TMS Pusat
22.
PT. Indomedika Mulia Jaya 1. Alamat tidak sesuai dengan sertifikat distribusi alkes, alamat pada sertifikat distribusi Jl.Soekarno Hatta No.16 A Kel. Sidomulyo Timur Kec. Marpoyan Damai Kota Pekanbaru Prov. Riau, saat ini sarana telah pindah di Jl. Sutiono No.2 A-D.
30% TMS MAYOR Pusat
2. Penanggungjawab teknis yang tertera pada sertifikat izin sudah mengundurkan diri sejak bulan Juni tahun 2021. Calon Penanggungjawab teknis pengganti sudah ada an. Wiwik Yuliandestika ( S1 Farmasi) surat pergantian PJT akan segera diurus.
3. Menyalurkan Alat Kesehatan yang tidak ada pada sertifikat izin PAK yaitu alkes DIV
133
dan Non Elektromedik Non Steril.
4. - Pest Kontrol tidak ada, - Pengukur suhu tidak ada,- APAR sudah ED sejak Juni 2019
5. - Penyusunan alkes tidak berdasarkan kategori alkes (masih campur)
6.- Pallet kurang, masih terdapat banyak alkes yang diletakkan langsung dilantai
7.- Banyak terdapat alkes ED dan rusak yang belum dimusnahkan
8.- Hampir semua item pada daftar ceklist Inspeksi tidak terpenuhi
23.
PT. Telaga Sumpit Mas Berdasarkan data disebutkan bahwa sarana terletak di Jl. Pertanian Komp. Ligako Blok G Nomor 10 Pekanbaru. Saat tiba pada alamat tersebut didapati berupa rumah kosong. Kemudian petugas Inspeksi mewawancarai warga setempat dan dinyatakan bahwa memang benar rumah tersebut dahulu dikontrak oleh PT. Telaga Sumpit Mas, namun beberapa bulan yang lalu sudah tidak ditempati oleh Perusahaan tersebut. Inspeksi kali ini adalah yang ketiga kalinya dengan temuan yang sama. Tidak tampak adanya aktifitas distribusi alat kesehatan. Rumah pemilik PT. Telaga Sumpit Mas menurut informasi warga tidak jauh dari sana, namun dirumah tersebut juga tidak terdapat siapapun
TMS Pusat
40
134
karena sedang bekerja. Komponen pada daftar tilik inspeksi tidak dapat dinilai.
24.
PT. Berkah Kencana Medika
1. PAK aktif dan operasional Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu struktur organisasi ada tapi belum di tanda tangan dan belum ditempelkan di dinding. Dokumen pasif untuk SOP sebagaian ada namun tidak ditanda tangan dan masih belum sesuai dengan kaidah penyusunan SOP. Dokumen aktif belum melakukan e-report alkes, daftar buku kepustakaan tentang alkes belum ada. 3. Pengelolaan Sumber Daya belum terpenuhi 4. Bangunan dan Fasilitas: area penerimaan kurang memadai karena pada pintu masuk terdapat bengkel, belum terdapat thermometer ruangan. 5. Temuan lainnya saat inspeksi : - Saat inspeksi PJT sedang tidak berada ditempat sedang keluar kota. (Catatan: PJT harus bekerja fulltime dan melaksanakan tupoksi sesuai uraian tugas PJT serta tidak merangkap pada uraian tugas lain) Saat inspeksi, petugas
TMS Pusat
-
135
inspeksi bertemu dengan komisaris perusahaan an. Bapak Surya dan Marketing perusahaan an. Bapak Eka - Melakukan perbaikan alat didepan pintu keluar masuk kantor - Barang yang baru masuk tidak dialasi pallet - Masih terdapat beberapa SOP yang tidak ada - Alamat kantor dan gudang berbeda, sedangkan pada sertifikat distribusi alamat kantor dan gudang sama 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 40%
25.
PT. Andesla Ananda Tharra 1 Petugas Inspeksi telah membuat Berita Acara Pemeriksaan (terlampir) dan dari hasil pemeriksaan pada sertifikat Distribusi Alat Kesehatan an. PT. Andesla Ananda Tharra yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan nomor. FK.01.01/vi,1672-e/2020 tanggal 8 Maret 2020 tertulis masa berlaku sertifikat Distribusi berlaku 5 (lima) tahun ( foto kopi sertifikat terlampir). 2. Sehubungan dengan masih berlakunya sertifikat distribusi an. PT. Andesla Ananda Tharra, maka petugas inspeksi Dinas Kesehatan Provinsi Riau tidak dapat melakukan 3 (tiga) poin tindakan sesuai isi surat dari Direktur Pengawasan Alkes
MS Pusat
136
dan PKRT terhadap sarana Distribusi Alat Kesehatan tersebut.
26.
PT. Menara Sukses Bersama
Izin Baru MS Pusat
27.
PT. HemmaTech Nusantara MS Pusat
28.
PT. Mandau Bumi Insani TMS Pusat
PAK Tidak aktif operasional dan dalam keadaan tertutup, pemilik tidak dapat dihubungi dan sudah pindah ke Pekanbaru sejak 6 bulan yll
29.
PT. Great Deli Farma ( 1. Masih bercampur PBF dan Alkes, 2. Tidak ada penandaan kategori alkes, 3. Suhu Panas 30, 1, Belum melakukan e-report alkes)
TMS Pusat
0
30.
PT. Oryza Sativa Bersaudara
( Sarana kosong, tidak tampak aktifitas)
TMS Pusat
80,08%
31.
PT. Kumala Melur ( Tidak terdapat termometer di gudang, Belum ada papan nama PAK)
MS Pusat
70,12%
32 PT. Global Mitra Pekanbaru ( Belum memiliki SOP) MS Pusat
0
33 PT. Tanara Inti Selaras Sarana dalam keadaan tertutup, masa berlaku izin habis
TMS Pusat
40%
34 PT. Raqila Anugerah Medika
1.Persyaratan Dokumentasi Pasif hampir semuanya belum ada,b. Pengelolaan Sumber Daya belum terpenuhi, belum mampu melakukan telusur produk
TMS Pusat
137
2. Penanganan Keluhan belum ada,belum mengerti ttg FSCA,
3. PJT tidak berada ditempat, alasan sedang cuti menikah ( surat keterangan cuti tidak ada)
4. Kertas kontrol hama dan kontrol suhu belum ada, - Pembasmi hama kurang.
5. Susunan alkes belum berdasarkan kategori alkes
6. Laporan e-report alkes belum dapat ditunjukkan
7. Papan nama perusahaan belum ada, - Struktur organisasi harus dicetak dan ditempel didinding
35 PT. BENSRA SUKSES INDONESIA
TMS Pusat
0%
36 PT. VANJAYA MANDIRI 1. Alamat sarana yang ada pada sertifikat Distribusi Penyalur Alat Kesehatan adalah Jl. Rokan I No.11 RT.002 RW 002 Kel. Tanjung Rhu Kec. Lima Puluh, Kota Pekanbaru, Riau. Saat petugas inspeksi Dinas Kesehatan Provinsi Riau datang pada alamat tersebut tidak ditemukan sarana kantor, gudang alkes ataupun aktifitas kegiatan yang berhubungan dengan distribusi alat kesehatan. Pada alamat tersebut yang ada hanya rumah tempat tinggal. Tim Inspeksi tidak diperkenankan masuk ke rumah tersebut walaupun sudah membawa surat tugas dengan alasan bahwa ini adalah rumah tempat tinggal dan anak-anak belum
TMS MAYOR Pusat
138
divaksin covid-19.
2. Pimpinan maupun Penanggungjawab teknis tidak berada ditempat, yang ada pada sarana tersebut adalah suami dan anak-anak dari pemilik sarana. Suami dari pemilk sarana menyatakan bahwa tidak mengetahui tentang usaha yang dijalankan oleh istrinya.
3. Petugas Inspeksi mencoba menghubungi pimpinan perusahaan namun tidak diangkat, kemudian kami meninggalkan nomor hp dari petugas inspeksi agar nanti setelah pimpinan perusahaan tersebut pulang dapat langsung menghubungi kami atau langsung datang ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau perihal kejelasan dari PT. Vanjaya Mandiri selaku Distributor Alat Kesehatan, namun hingga tanggal surat ini dibuat pimpinan perusahaan tidak ada mengkonfirmasi lewat telepon ataupun ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau
37 PT. SUMBER ASIA MANDIRI
Pusat
38 PT. ALPHA DAQIAN SEJAHTERA
TMS Pusat
39 PT. PEKANBARU DISTRIBUSINDO RAYA, Riau
TMS Pusat
40 PT. MARSAR VENTURA TMS Pusat
139
INVESTAMA, Riau
41 PT. NARATTA PAMBAO RASAKI, Riau
TMS Pusat
42 PT. Central Medika Wiratama
TMS TMS Pusat
PJT Tidak berada ditempat ( alasan sedang sakit), Pallet kurang, Sirkulasi udara kurang baik gudang terasa pengap, Izin hanya berlaku 1 tahun sd 19 Juni 2021)
43 PT.Perusahaan Perdagangan Indonesia
MS Cabang
44 PT.Anugerah Pharmindo Lestari
MS Cabang
45 PT.Indofarma Global Medika
MS Cabang
46 PT.ALEXA MEDIKA MS Cabang
47 PT.MENSA BINASUKSES MS Cabang
48 PT.BINA SANPRIMA MS Cabang
49 PT.KIMIA FARMA TRADING & DISTRIBUTION
TMS Cabang
50 PT.AMANAH JAYA BERSAMA
TMS Cabang
51 PT.RAJAWALI NUSINDO MS Cabang
52 PT.TIRTA MEDICAL INDONESIA
Cabang
81%
53 PT.COBRA DENTAL INDONESIA
MS Cabang
Temuan : Terjadi Pergantian PJT tapi tidak mengurus izin pergantian PJT , Bengkel/ workshop berantakan terdapat kemasan makanan atau peralatan yg tdk berhubungan dgn sparepart bengkel, Thermometer blm dikalibrasi, APAR sudah ED 2 Unit, Pallet jumlahnya masih kurang,kebersihan kurang, terdapat sisa putung rokok di bengkel/workshop walau tanda dilarang
140
merekok terpasang, tidak ada titik kumpul, blm pernah dapat pelatihan CDAKB
54 PT.ENSEVAL PUTRA MEGATRANDING
MS Cabang
55 PT.MILLENIUM PHARMACON INTERNASIONAL
MS Cabang
56 PT.INTISUMBER HASIL SEMPURNA GLOBAL
94,33% MS Cabang
57 PT.UNITED DICO CITAS (Harus jelas pemisah antara barang masuk dan keluar, Tidak ada penandaan pad akategori allkes, tidak ada termometer di gudang alkes)
MS Cabang
58 PT.MERAPI UTAMA PHARMA
MS Cabang
59 PT.ANUGERAH ARGON MEDIKA
MS Cabang
60 PT. TRI SAPTA JAYA MS Cabang
61 PT. Dos Ni Roha MS Cabang
62 PT. Sapta Sari Tama MS Cabang
63 PT. Oriontama Jaya MS Cabang
64 PT. Tawada Healthcare ( PJT Tidak berada di tempat, Terjadi pergantian Pimpinan Cabang tapi tidak mengurus izin pergantian Pimpinan, Penerangan gudang kurang baik, Catatan kontrol suhu dan kelembapan di gudang belum tertata rapi)
TMS Cabang
65 PT. Penta Valent Cabang
66 PT. Antar Mitra Sembada Cabang
67 PT. Parit Padang Global MS Cabang
141
68 PT. Kebayoran Pharma Cab. Pekanbaru
MS Cabang
69 PT. Dexa Arfindo Pratama MS Cabang
70 PT. Marga Nusantara Jaya MS Cabang
71 PT. PUTRA MARWA PERKASA
Izin Baru MS Pusat
72 PT. SINTESA INTI NUSA
Izin Baru MS Pusat
73 PT.INDONESIA FARMA MEDIS
54,11 TMS Pusat
74 PT. HIJAU DAUN MEDIKA JAYA
1. Izin PAK hanya berlaku satu tahun hingga 20 Mei 2021 Temuan hal-hal lain yang berhubungan dengan komponen inspeksi antara lain : 2. Sistem Manajemen Mutu struktur organisasi ada tapi belum di belum ditempelkan di dinding, uraian tugas masih berupa draf. Dokumen pasif untuk SOP sebagaian ada. Dokumen aktif belum melakukan e-report alkes, daftar buku kepustakaan tentang alkes belum ada. 3. Pengelolaan Sumber Daya sebagian belum terpenuhi, PJT Tidak Fulltime, blm e-report alkes 4. Bangunan dan Fasilitas: memenuhi syarat 5. Temuan lainnya saat inspeksi : - Belum terdapat alat kontrol hama - Arah evakuasi dan titik kumpul belum ada 6. Total Nilai penerapan CDAKB dengan tingkat kepatuhan sebesar 54,11 %
TMS Pusat
75 PT. WIJAYA DARMA NUSA
TMS Pusat
142
76 PT. SURGIKA ALKESINDO Izin Baru MS Cabang
77 PT. PERUSAHAAN DAGANG TEMPO
MS Cabang
78 PT. MANDALA INDAH REAGEN
Izin Baru MS Pusat
Gambar 3.7 Hasil Inspeksi sarana distribusi yang dibina se- Provinsi Riau
Tahun 2021.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa dari total 78 sarana distribusi alkes yang
dibina yang memenuhi syarat (MS) berjumlah 40 sarana, sedangkan 38 sarana tidak
memenuhi syarat (TMS).
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator tersebut
adalah:
1. Kepatuhan pelaku usaha mengurus perizinan/perjanjangan perizinan
2. Kepatuhan dalam melakukan pelaporan e-report alkes
3. Pertemuan Pembinaan Terhadap Penyalur Alkes se- Provinsi Riau yang dilakukan
setiap tahunnya.
Permasalahan:
1. Perusahaan yang sudah beralih fungsi bukan sebagai distributor alkes.
2. Izin/sertifikat distribusi sudah habis masa berlakunya
3. Distributor Alkes tidak aktif karena tidak memiliki Penanggung Jawab Teknis (PJT)/ PJT
sudah mengundurkan diri.
143
4. Masih terdapat distributor alkes yang belum melakukan pelaporan alkes di e-report
alkes
Pemecahan Masalah/Solusi:
1. Pertemuan Pembinaan Terhadap Penyalur Alkes se- Provinsi Riau dilakukan setiap
tahunnya.
2. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan evaluasi terhadap Penyalur Alkes dan
memberikan umpan balik ke Penyalur Alkes berupa surat tindak lanjut inspeksi dan
surat teguran ke penyalur alat kesehatan.
3. Memberikan support kepada pelaku usaha untuk menerapkan CDAKB/ memiliki
sertifikat CDAKB.
Capaian indikator kinerja untuk Program Dukungan Manajemen dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Layanan Perencanaan, Konsolidasi dan Evaluasi Terhadap Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Tabel 3.9
Capaian Indikator Kinerja Layanan Perencanaan, Konsolidasi dan Evaluasi Terhadap Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Tahun 2021
Indikator Kinerja Target
(Provinsi)
Realisasi
(Provinsi)
Capaian
(%)
Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon)
1 1 100
Capaian indikator kinerja Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi
terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Dekon) Tahun 2021 dinilai
baik karena nilai capaian 100 % atau terealisasi 100 % dari target 100 %.
Keberhasilan Capaian Indikator Kinerja tersebut didukung oleh kegiatan:
a. Melaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Rapat Koordinasi Nasional untuk wilayah Regional Barat dilaksanakan di Kota
Bengkulu pada tanggal 29 April s.d 1 Mei 2021 dengan mekanisme zoom meeting.
144
Foto Rakornas di wilayah Regional Barat (Bengkulu) tanggal 29 April s.d 1 Mei 2021 via Zoom Meeting
148
RANGKUMAN HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL PROGRAM
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN REGIONAL BARAT TAHUN 2021
1. Rapat Koordinasi Nasional (RAKONAS) Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Regional Barat Tahun 2021 telah diselenggarakan di Jakarta secara virtual tanggal 29
April – 1 Mei 2021 dengan dihadiri peserta perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten Kota dari 16 provinsi dan peserta pusat.
2. RAKONAS mengangkat tema Mewujudkan Resiliensi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dalam Reformasi Kesehatan, dengan pemaparan materi mengenai:
a. Arahan Sekretaris Jenderal Kemenkes
b. Arahan Plt. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
c. Update Kebijakan, Rencana Kegiatan dan Regulasi Tahun 2021 dalam
Pelaksanaan Rancangan Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024
d. Peran Menko Marvest dalam Mendukung Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan
di Pusat dan Daerah
e. Peran LKPP dalam Upaya Mendukung Akses dan Kemandirian terhadap
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
f. Pengembangan Vaksin Merah Putih
g. Implementasi Permendagri No 90 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020 dalam
Pelaksanaan Kebijakan Bidang Kefarmasian dan Alkes di Daerah
h. Implementasi UU Cipta Kerja dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha Bidang
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
i. Kebijakan Pemenuhan Apoteker di Puskesmas
j. Akselerasi Penyelenggaraan Vaksinasi Covid-19
k. Updating Strategi Penanganan Covid-19
l. Penguatan Pengawasan Produk Kefarmasian dalam Penanganan Covid-19
m. Penyediaan dan Distribusi Vaksin Covid-19 serta Penggunaan Aplikasi Distribusi
n. Digital Inventory Nasional
o. Pengembangan Dashboard Covid-19 dan Vaksinasi Covid-19
3. Berdasarkan pembahasan selama RAKONAS, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Sebagai upaya mewujudkan kemandirian kefarmasian dan alat Kesehatan perlu
dilakukan pendekatan komprehensif karena upaya membangun kemandirian
merupakan upaya multi sektor, padat modal, dan padat inovasi.
149
b. Pandemi Covid-19 telah membuktikan bahwa dengan dukungan regulasi dan
kerjasama lintas sektor, alat kesehatan mempunyai potensi besar untuk mencapai
kemandirian. Selain itu perlu dilakukan inovasi serta penguatan komitmen untuk
menjawab tantangan kemandirian tersebut.
c. Kerja sama Pusat dan Daerah dibutuhkan dalam berbagai upaya menghadapi
pandemi Covid-19 diantaranya adalah percepatan pelaksanaan vaksinasi sehingga
herd immunity dapat segera tercapai
4. Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinkes
Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota berkomitmen dalam upaya bersama mewujudkan
resiliensi kefarmasian dan alat kesehatan dalam Reformasi Kesehatan melalui:
a. Optimalisasi manajemen logistik obat dan BMHP sehingga dapat meningkatkan dan
menjamin ketersediaan di tingkat Puskesmas serta menjamin mutu obat.
b. Optimalisasi pemanfaatan DAK untuk mendukung upaya pencapaian target di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan.
c. Berperan aktif dalam implementasi DIN untuk mendukung integrasi data distribusi
dan ketersediaan obat secara real time.
d. Meningkatkan peran dinas kesehatan dalam pengawasan post market alat kesehatan
dan PKRT.
e. Melakukan optimalisasi manajemen logistik obat dan vaksinasi Covid-19 baik pada
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota hingga fasyankes penyelenggara vaksinasi
f. Melakukan inovasi dan transformasi digital dalam upaya peningkatan pelayanan
Kesehatan
g. Melakukan sinkronisasi kebijakan Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan mandat di
bidang kefarmasian dan alat kesehatan, terkait kebijakan perizinan berusaha,
pemenuhan Apoteker di Puskesmas dan pelaksanaan program-program di daerah.
Demikian rangkuman RAKONAS Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Regional Barat Tahun 2021 ini disusun untuk ditindaklanjuti bersama di pusat dan
daerah.
Jakarta, 30 April 2021
Peserta RAKONAS Regional Barat
150
B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi
Terlampir pada lampiran 1
C. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan satker 07 pada tahun 2021
jumlahnya sudah dirasakan cukup untuk mendukung kegiatan di 5 direktorat yaitu
direktorat pelayanan kefarmasian, direktorat tata kelola obat publik dan perbekalan
kesehatan, direktorat prodis kefarmasian, direktorat Penilaian Alkes dan PKRT,
direktorat Pengawasan Alkes dan PKRT, dan 1 sekretariat untuk melaksanakan
kegiatan APBN dana Dekonsentrasi. Sumber daya yang ada di seksi kefarmasian dan
alkes berjumlah 15 orang yang terdiri dari: 13 orang PNS dan 2 orang honorer.
151
BAB IV
PENUTUP
Pelaksanaan pengukuran kinerja Tahun 2021 pada Unit Organisasi Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (07)/ Unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi
Kefarmasian dan Alkes (099016) dilakukan terhadap program kegiatan yang dilaksanakan
yang secara rinci diuraikan menggunakan acuan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Ditjen Kefarmasian dan Alkes tahun 2020 – 2024.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dana Dekonsentrasi
pada unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(099016) tahun 2021 ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian
sasaran hasil program Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun anggaran 2021, yang
tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) serta analisis kinerja berdasarkan
tujuan dan sasaran.
Pada Tahun 2021 Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi Kefarmasian
dan Alat Kesehatan (099016) secara umum dapat merealisasikan kegiatannya sesuai
dengan target Indikator Kinerja Utama Program yang telah ditetapkan dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Ditjen Kefarmasian dan Alkes tahun 2020 – 2024 sesuai
dengan indikator kinerja sehingga capaian kinerja terhadap masing-masing sasaran
program/kegiatan dan indikator di dalam perjanjian kinerja Tahun 2021 bisa sesuai dari
target yang telah ditetapkan dengan hasil yang baik. LAKIP ini diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk bahan evaluasi kinerja bagi yang membutuhkan dalam
penyempurnaan dokumen perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang
akan datang, dan penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.
Diharapkan pencapaian kinerja Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Seksi
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (099016) di masa yang akan datang dapat dilaksanakan
dengan lebih efektif dan efisien lagi dan solusi terhadap segala kekurangan dan hambatan
akan dilaksanakan secara lebih profesional.
Top Related