desain produk jemuran
Transcript of desain produk jemuran
Laporan Tugas Product Design/Perancangan dan Pengembangan Produk
PENGEMBANGAN PENGERING PAKAIANVERTIKAL FLEKSIBEL
Asmar FinaliNRP. 2113 20 10 05
Bidang Keahlian Sistem ManufakturJurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………………… 2BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………. 31.2 Perumusan Masalah …………………………………… 31.3 Batasan Masalah ……………………………………………. 41.4 Tujuan Pengembangan Produk …………………………….4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengeringan ……………………………………………. 52.2 Jemuran Pakaian dan hanger ……………………………62.3 Pakaian ….……………………………………………..…. 9
BAB 3 PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP3.1 List of Requirement ……………………………………. 103.2 Konsep referensi (existing product) ……………………113.3 Konsep Alternatif …………………………………..123.4 Pemilihan Konsep (Screening and/or scoring)…………… 143.5 Konsep terpilih …………………………………………… 16
BAB 4 PERANCANGAN KOMPONEN
| 2
4.1 Nomer dan nama Bagian Produk …………………….194.2 Detail perancangan dengan memasukkan metode
(faktor) DFM dan DFA ………………………………………………..…22
4.3 Analisa Teknik (analisa tegangan manual dan simulasi) …… 23
4.4 Desain akhir (technical drawing) 3.4 PemilihanKonsep (Screening and/or scoring)
………………………………………….. 274.5 Rancangan Proses Manufaktur (Assembly) ……………29
BAB 5 PENUTUP5.1 Kesimpulan ………………………………………… 305.2 Saran ……………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan sandang atau pakaian sudah menjadi salah
satu yang utama. Berbagai macam pakaian telah dibuat
dan dipakai oleh masyarakat. Bahan yang digunakan pun
| 3
bermacam-macam, mulai yang tipis sampai tebal. Untuk
merawat pakaian tersebut perlu dibersihkan atau dicuci
setelah dipakai. Karena masyarakat masih sangat
mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan,
diperlukan tempat yang langsung terkena sinar matahari.
Sinar matahari efektif untuk mengeringkan pakaian yang
telah dicuci. Mengeringkan pakaian dengan caradijemur
atau digantung setelah dipakai atau setelah dicuci agar
tidak bau dan menjadi kering. Meskipun banyak teknologi
untuk mengeringkan pakaian alat jemuran masih sangat
diperlukan. Disamping harganya murah juga lebih efektif
jika mengeringkan pakaian di bawah sinar matahari.
Jemuran memerlukan lahan yang luas dalam
mengeringkan pakaian, agar mudah kering. Ketika lahan
semakin sempit diperlukan alternatif-alternatif untuk
mengeringkan pakaian, sekarang sudah banyak orang yang
bisnis laundry (jasa mencuci). Meskipun terdapat alat
pengering yang lebih modern, tetapi pengusaha laundry
masih mengandalkan sinar matahari sebagai sumber
pengering.
Jemuran yang simple (tidak membutuhkan banyak
lahan) sangat diperlukan untuk kebutuhan rumah tangga
dan usaha laundry. Disamping tidak membutuhkan lahan
yang luas juga mudah di pasang, dipindahkan dan
disimpan. Sehingga ketika cuaca berubah bisa di
| 4
antisipasi dengan memindahkan jemuran beserta
pakaiannya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Ruang untuk menjemur pakaian semakin sempit.
2. Jemuran mudah rusak jika terkena panas dan hujan
terus menerus.
3. Jemuran sulit dipindahkan atau perlu waktu lama
untuk memindahkan.
1.3 Batasan Masalah
1. Jemuran pakaian (dipakai orang dalam sehari-hari)
bukan jemuran untuk sprai, karpet atau kain yang
berukuran besar.
2. Jemuran berbentuk vertikal
3. Memakai hanger
4. Tidak menghitung laju pengeringan.
1.4 Tujuan Pengembangan Produk
1. Membantu orang-orang yang akan menjemur pakaian
2. Mempermudah menempatkan jemuran
3. Produk jemuran alternatif
| 5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Prinsip pengeringan melibatkan dua hal yaitu panas
yang diberikan pada bahan dan air yang harus
dikeluarkan dari bahan (Supriyono, 2003). Pengeringan
juga disebut dengan penghidratan atau penghilangan
sebagian atau keseluruhan uap air dari suatu bahan
(Hasibuan, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi
| 6
pengeringan terdiri dari faktor udara pengering dan
sifat bahan. Faktor yang berhubungan dengan udara
pengering adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran
udara pengering, dan kelembaban udara, sedangkan faktor
yang berhubungan dengan sifat bahan yaitu ukuran bahan,
kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan
(Fellow, 2001).
Pengeringan bisa secara alami seperti dengan
memanfaatkan sinar matahari dan udara, bisa juga dengan
alat buatan. Pada metode pengeringan tentu memiliki
kekurangan dan kelebihan, pemilihannya memerhatikan
faktor tertentu.
2.1.1 Pengeringan Matahari (Sun Drying)
Pengeringan menggunakan tenaga matahari merupakan
salah satu cara pengeringan yang paling murah dan mudah
karena menggunakan panas langsung dari matahari dan
pergerakan udara lingkungan. Kelemahan pada pengeringan
matahari, mempunyai laju pengeringan yang lambat,
memerlukan perhatian lebih dan sangat rentan terhadap
resiko terhadap kontaminasi lingkungan.
Pengeringan matahari sangat tergantung pada iklim
yang panas dan udara atmosfer yang kering (Frazier dan
Westhoff, 1978). Pemanfaatan radiasi matahari untuk
pengeringan bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu
secara langsung, tidak langsung dan kombinasi antara
keduanya.
| 7
2.1.2 Beberapa metode pengeringan yang umum dipakai :
a. Penjemuran
b. Aplikasi udara panas (pengeringan secara
konveksi), udara yang dipanaskan meningkatkan
kelembaban relatif udara, sehingga mampu
mengangkat uap air dari bahan yang terpanaskan
oleh udara.
c. Pengeringan kontak (melalui dinding yang
terpanaskan) pada pengeringan drum dan pengeringan
vakum.
d. Pengeringan dielektrik, di mana frekuensi radio
atau gelombang mikro diserap oleh bahan.
e. Pengeringan beku di mana cairan dibekukan sebelum
dikeringkan secara sublimasi (es langsung menjadi
uap).
f. Pengeringan superkritis
2.2 Jemuran Pakaian dan hanger
Pengeringan cucian dengan sinar matahari dan udara,
tidak mengeringkan cucian ke menggunakan alat pengering
merupakan cara yang bagus untuk menghemat energi.
Pengering udara (jemuran) tidak menggunakan tenaga
listrik atau bahan bakar, dan dapat menampung banyak
cucian. Masyarakat banyak yang memilih rak jemuran
sebagai pilihan yang lebih baik dibanding alat
pengering berbahan bakar. Meskipun begitu penggunaan
jemuran (pengering) yang tepat perlu memperhitungkan
| 8
lokasi, keterbatasan ruang, cuaca, jumlah cucian atau
faktor lainnya.
Jemuran mempunyai berbagai bentuk, ukuran dan
jenis, menurut data dari wikipedia, ada bermacam-macam
air dry washing (jemuran). Dari segi penempatan, ada yang
indoor dan outdoor, komponen yang dipakai bisa cuma
tali dan pulley (seperti gambar 2.1)
Gambar 2.1 Clotheslines dan Pulleys
Jemuran menggunakan banyak tali bermanfaat untuk
mengeringkan pakaian dengan jumlah yang banyak. Seperti
jemuran yang menggunakan tali secara parallel, dengan
menggunakan dua tumpuan dan pemasangannya cukup mudah,
seperti pada gambar 2.2 yang bisa ditarik dan tali bisa
masuk kembali.
| 9
Gambar 2.2 jemuran tali Retractable dan cara
penempatannya
Terdapat pula jemuran dengan rangka yang ringkas,
mudah dilipat dan bebas ditempatkan, berbentuk rak
dengan tersusun dari berbagai model frame, seperti
gambar 2.3.
Gambar 2.3 Jemuran Foldable.
Penempatan jemuran juga bisa digantung, atau
ditempatkan di dinding. Meskipun hanya untuk beberapa
pakaian, tapi cukup efektif untuk luas ruangan yang
terbatas. Seperti di gambar 2.4.
| 10
Gambar 2.4 Jemuran Wall-mounted Racks
Disamping jemuran dengan tipe horizontal, juga
terdapat tipe vertikal yang pakaian ditempatkan secara
bersusun. Ukuran tinggi yang lebih besar dibanding
ukuran lebarnya. Seperti contoh jemuran gambar 2.5
Gambar 2.5 jemuran Tower type
| 11
2.3 Pakaian
Pakaian termasuk kebutuhan pokok manusia selain
makanan dan rumah atau tempat tinggal. Manusia
membutuhkan pakaian untuk menutup dan melindungi
dirinya. Seiring dengan perkembangan manusia, pakaian
juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun
kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan
jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat,
kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-
masing. Pakaian juga meningkatkan keamanan selama
kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan
memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan.
Pakaian juga memberikan penghalang higienis, menjaga
toksin dari badan dan membatasi penularan kuman.
Jenis-jenis pakaian :
1. Baju
2. Kemeja
3. Kaus
4. Jubah
5. Celana
6. Rok
7. Pakaian dalam, dll.
2.4 Produk Eksisting (Produk yang ada dan akan
dikembangkan)
| 12
Jemuran vertikal yang ringkas tidak membutuhkan
lahan yang luas. Dapat menjemur pakaian yang lumayan
banyak, serta jemuran tersebut kuat menahannya.
Memiliki bentuk yang fleksibel dan futuristik, sehingga
bukan cuma untuk tempat pakaian tapi juga enak dilihat.
BAB 3
PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP
3.1 List of Requirement
TEKNIK MESIN
ITS
DAFTAR KEBUTUHAN PRODUK
Nama produk : Pengering
pakaian vertikal
fleksibel
Halaman 1
dari 2
Perubah
an
S /
H
Uraian Kebutuhan Penanggung
Jawab
S
S
1. Fungsi
a. Mengeringkan pakaian
b. Mudah digunakan
| 13
menjemur
S
S
H
2. Kuat dan Aman:
a. Kuat menahan beban
pakaian
b. Kuat menahan tiupan
angin
c. Ringan < 10 kg
Tim Desain
H
H
3. Dimensi dan
Geometri:
a. Ukuran tinggi 1,5 m ;
lebar 1 m
b. Bentuk silinder dan
balok
Tim Desain
S
S
S
H
4. Manufaktur dan
perakitan:
a. Mudah dirakit
b. Mudah dilepas
c. Mudah dipasang
d. Mudah dipindah
Tim
Manufaktur
S
S
5. Pemeliharaan /
Perawatan:
a. Mudah dibersihkan
Tim Desain
dan
Manufaktur
| 14
b. Mudah diperbaiki
H 6. Biaya/ Harga:
a. Ekonomis
Seluruh tim
Keterangan: S = Syarat
H = Harapan
3.2 Konsep referensi (existing product)
Sub-
bagian
dengan
fungsi
Opsi1 2
Tempat
pakaian
yang
dijemur
Gantung
an
tempat
pakaian
| 15
Pengatu
r
ketingg
ian
jemuran
Tumpuan
pada
tanah
3.3 Konsep Alternatif
Berbagai pengering pakaian (jemuran) tipe vertikal
telah diproduksi, dari macam-macam jemuran vertikal
diambil beberapa konsep untuk pengembangan selanjutnya.
Beberapa konsep yang menjadi referensi antara
lain :
| 16
a) b) c)
d) e)
Gambar 3.1 Konsep perancangan jemuran vertikal, a)
Peg N Play Clothesline; b) Castello Dryer; c) Leifheit Dryer
Tower; d) Tripod type; e) Upside Down Umbrella type
| 17
fe
d
c
b
a
3.4 Pemilihan Konsep (Screening and/or scoring)
1. Konsep A
Konsep A ini memiliki model seperti bentuk payung,
pakaian ditempatkan dengan menggunakan hanger. Batang
(tempat menggantung hanger) dapat dimasukkan kedalam
tiang yang sudah dibuat jalur/ relnya. Penguncian dan
mengendurkan batang dengan cara diputar. Tiang jemuran
ditempatkan dengan dikunci pada pondasi yang ditanam di
dalam tanah.
Gambar 3.2 Rancangan konsep A,
| 18
a. Tempat hanger; b. Pengunci; c. Tiang;
d. Pengunci pondasi; e. Pondasi; f. tali penguat
2. Konsep B
Konsep B mengikuti cara kerja payung, tidak
membutuhkan rel pada tiang, dan pakaian yang dijemur
tidak harus menggunakan hanger. Untuk memperkuat
jemuran dibuar pondasi yang lebih panjang, tanpa
pengunci.
Gambar 3.3 Rancangan konsep B
Penilaian konsep dengan membandingkan konsep A dan
konsep B.
Kriteria Bobot Konsep
| 19
Seleksi Konsep A Konsep B Konsep
ReferensiRat
e
Skor
Bobot
Rat
e
Skor
Bobot
Rat
e
Skor
BobotBisa
diubah
bentuknya
20 % 4 0,8 3 0,6 3 0,6
Kuat dan
aman
25 % 3 0,75 3 0,75 3 0,75
Ringan 15 % 3 0,45 3 0,45 3 0,45Mudah
dimanufakt
ur
15 % 3 0,45 4 0,6 3 0,45
Mudah
dirawat
15 % 4 0,6 3 0,3 3 0,3
Ekonomis 10 % 3 0,3 3 0,3 3 0,3Nilai
absolu
te
3,35 3,00 2,85
Nilai
relati
f
36,4
%
32,6
%
31 %
3.5 Konsep terpilih
Konsep A yang terpilih sebagai konsep yang akan
dirancang, dengan bagian-bagian utama sebagai berikut :
| 20
1. Bagian tempat pakaian
Untuk menjemur pakaian diharuskan menggunakan
hanger, karena bisa menampung lebih banyak pakaian.
Tempat hanger disambung dengan dilas pada rib
(batang). Sehingga kuat menahan beban pakaian, satu
rib memiliki 10 tempat hanger.
Gambar 3.4 Tempat hanger
2. Bentuk tempat pakaian
Penempatan rib dilakukan sedemikian rupa sehingga
dapat melengkung seperti payung. Bahan yang
digunakan sejenis tembaga, agar bisa melengkung dan
kembali lurus. Agar antara rib dapat simetri
diperlukan tali (clotheslines), juga berfungsi sebagai
tambahan tempat pakaian.
| 21
Gambar 3.5 Bentuk hanger pakaian
3. Tiang jemuran
Tiang jemuran vertikal dengan panjang 150 cm dan
diameter 10 cm. memiliki rel dengan kedalaman 2,5 cm
dan panjang relnya 140 cm.
Gambar 3.6 Tiang utama dan tempat kawat
4. Pondasi jemuran
| 22
Jemuran agar kuat untuk menahan beban dan kuat
dengan tiupan angin yang kencang maka dibuat
pondasi, yang di tanam.
Gambar 3.7 Pondasi jemuran
| 23
BAB 4
PERANCANGAN KOMPONEN
4.1 Nomer dan nama Bagian Produk
4.1.1 Tiang Utama
Sebagai penyangga utama untuk menopang pakaian
yang dijemur, dengan bahan Alumunium yang kuat dan
ringan. Panjang total tiang = 198 cm, diameter 10 cm
memiliki panjang rel sekitar 127 cm.
| 24
Gambar 4.1 Tiang utama 3D
4.1.2 Batang tempat hanger
Desain bisa berubah bentuk, dari lurus ke bengkok
dan kembali ke posisi lurus. Sebagai tempat pakaian
digantung, harus menggunakan hanger agar pakaian
tidak mudah lepas dan mengghemat tempat di jemuran.
Dengan menggunakan bahan yang kuat dan elastis
| 25
seperti tembaga, sehingga bisa dibengkok dan lurus
kembali.
Satu batang hanya cukup untuk 10 hanger, dengan
jarak 10 cm tidak memakan banyak tempat dan
diharapkan bisa mempercepat pengeringan. Panjang
total dari batang adalah 140 cm dan lebar 4 cm serta
tebal 3 cm.
Gambar 4.2 Batang tempat pakaian 3D
4.1.3 Pondasi dan pengunci
Agar jemuran dapat berdiri tegak dan kuat maka
diberi pondasi tanam, yang memiliki baut pengunci,
sehingga jemuran bisa dilepas dan dipasang kembali.
Dimensinya dengan panjang total = 50 cm, yang ditanam
sepanjang 30,5 cm. Menggunakan pipa baja berdiameter
7 cm dengan ketebalan 1 cm, pemasangannya menggunakan
plat untuk mengatur kedalaman, plat tersebut memiliki
tebal 3 cm.
| 26
Gambar 4.3 Pondasi
4.1.4 Ulir pengunci dan tempat kawat
Untuk menahan ketika batang posisi bengkok,
diperlukan pengunci. Pengunci disini menggunakan
prinsip ulir dan dibantu dengan kawat agar bisa
seimbang dan kuat.
| 27
Gambar 4.4 Pengunci dan lubang tempat kawat
4.2 Detail perancangan dengan memasukkan metode
(faktor) DFM dan DFA
Berbagai metode dan pendekatan telah
dikembangkan untuk meningkatkan proses
pengembangan sebuah produk baru. Pendekatan ini
akan mengarahkan konsep desain produksi
tradisional, yaitu Design For Manufacturing (DFM) dan
Design For Assembly (DFA) .
DFM dan DFA melakukan evaluasi terhadap
material, kebutuhan proses manufaktur, dan
mengurangi perakitan. Dapat dikatakan bahwa DFM
dan DFA berfokus pada kelayakan dan biaya
produksi suatu produk pada tahapan operasional.
Design For Manufacturing ( DFM ) membutuhkan suatu tim
yang secara fungsional saling berhubungan.
Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah
satu dari pelaksanaan yang paling terintegrasi
yang terlibat dalam pengembangan produk. Design For
Manufacturing ( DFM ) menggunakan informasi dari beberapa
tipe, termasuk diantaranya:
a. Sketsa, gambar , spesifikasi produk, dan
alternatif-alternatif rancangan
Suatu pemahaman detail tentang proses produksi
dan perakitan.
| 28
b. Perkiraan biaya manufaktur, volume, dan waktu
peluncuran produk
Design For Manufacturing (DFM) dilakukan selama proses
pengembangan dimulai selama tahapan pengembangan
konsep , sewaktu fingsi-fungsi dan spesifikasi produk
ditentukan. Ketika melakukan pemilihan suatu konsep
produk, biaya hampir selalu merupakan satu kriteria
untuk pengambilan keputusan, walaupun perkiraan biaya
pada tahap ini sangatlah subyektif dan
merupakan pendekatan. Ketika spesifikasi produk
difinalisasi, tim pembuat pilihan di antara
karakteristik kinerja yang diinginkan. Sebagai
contoh, pengurangan berat akan meningkatkan biaya
manufaktur.
Perkiraan biaya yang akurat akhirnya menjadi
tersedia selama tahap perancangan detail dalam
pengembangan, ketika banyak keputusan lainnya
didasarkan atas proses manufaktur.
Metode DFM terdiri dari 5 langkah :
1. Memperkirakan biaya manufaktur
2. Mengurangi biaya komponen
3. Mengurangi biaya perakitan
4. Mengurangi biaya pendukung produksi
5. Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor-faktor lainnya
| 29
Gambar 4.5 Metode DFM
4.3 Analisa Teknik (analisa tegangan manual dan
simulasi)
Perhitungan dalam analisis tegangan batang dengan
manual dan program CATIA. besarnya tegangan pada
setiap komponen ditentukan oleh besarnya beban,
faktor geometri dan material yang digunakan. Tegangan
batang dan batas tegangan maksimum yang diizinkan
| 30
dianalisis berdasarkan rumusan untuk berbagai
pembebanan tergantung dari kondisi sistem. Untuk
beban statik dan termal, analisis tegangan dilakukan
dengan menghitung dan memeriksa batas tegangan akibat
beban statik, beban termal dan gabungan seperti
ditunjukkan masing-masing dalam rumus dan sebagai
berikut.
S = B1 PD0 +
B 2 ( M DW + M SSE ) ,2t n Z
tegangan izin 1,5 Sh
S = i Mc/ Z,
tegangan izin = Sa
S = P D0/(4tn) +(0,75 i MDW/Z) + (i Mc)/Z,
tegangan izin = SA + Sh
dimana:
S = tegangan pada batang, (Pa),
tn = tebal batang,(m)
D0 = diameter luar batang,(m)
Z= section modulus,(m3)
Fa= gaya aksial, (N)
Fv=gaya vertikal, (N)
B1 dan B2 = konstanta
P = tekanan operasi, (Pa)
Secara garis besar bentuk persamaan dalam
penyelesaian regangan dan tegangan untuk struktur
| 31
didasarkan pada rumus dasar perhitungan kekuatan
dalam konstruksi mekanik untuk daerah elastis
sebagai berikut :
F = (AE/l )∆l
dimana :
F = gaya atau beban, N
A = luas penampang, m2
E = modulus elastisitas, Pa
∆l = pertambahan panjang, m
Dari rumus dasar yang menunjukkan hubungan antara
beban, sifat bahan, geometri dan pergeseran yang
ditimbulkan dapat disusun bentuk umum persamaan dalam
elemen dengan persamaan matrik. Untuk problem
pemipaan perhitungan tegangan akibat beban mekanik
dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan
matrik serta memberikan syarat batas dan
pembebanan pada persamaan sebagai berikut :
Sy= tegangan tarik yang diizinkan, (Pa)
Sh= tegangan tarik izin suhu operasi, (Pa)
dimana:
[K]{u} = {F}
MDW = momen akibat berat, (Nm)
Me=momen total, (Nm)
Mte=momen puntir, (Nm)
MSSE = momen akibat seismik, (Nm)
| 32
Mb= momen bengkok (bending), (Nm)
[K] = matrik kekakuan,
{u} = matrik pergeseran,
{F} = matrik beban
Untuk pembebanan termal rumus tegangan
didasarkan pada besarnya perbedaan regangan pada
setiap titik dan elemen akibat terjadinya distribusi
temperatur yang tidak merata. Secara umum bentuk
rumusan tegangan termal dapat disusun dalam
persamaan matrik sebagai berikut:
σ = D ε = D [α∆T ]T
dimana:
D = matrik konstanta yang bergantung pada jenis bahan
dan dinyatakan dalam besaran modulus Young (E) dan
angka Poison (ν).
ε = regangan,
α = koefisien muai panas dari bahan,
∆T = beda suhu
Program CATIA untuk memperoleh hasil akhir
berupa nilai dan distribusi tegangan pada seluruh
titik elemen pada komponen dengan mengikuti langkah
perhitungan yang diatur dalam penggunaan program
tersebut. Program CATIA telah menyusun penyelesaian
persamaan dari gabungan dengan berbagai macam
pembebanan yang disusun dari penyelesaian dengan
menghitung inverse matrik menggunakan teknik iterasi
| 33
Gambar 4.6 Hasil analisa displacement dengan CATIA
Gambar 4.7 Hasil analisa Von Mises dengan CATIA
4.4 Desain akhir (technical drawing)
Perancangan desain jemuran vertikal dengan
bantuan sistem RULA yang didapat sebagai berikut:
| 34
Gambar 4.8 Desain akhir
4.5 Rancangan Proses Manufaktur (Assembly)
Material yang digunakan pada desain ini kebanyak
jenis lunak, sehingga untuk proses pemesinan tidak
terlalu susah. Dengan bantuan mesin milling dan mesin
bubut serta untuk sambungan dilakukan pengelasan.
Untuk pembuatan alur rel pada tiang utama
menggunakan proses milling dan ulir untuk pengunci
| 37
dengan proses bubut. Manufaktur batang juga
menggunakan mesin milling. Pondasi dengan pipa baja
yang dilas dengan plat serta dilapisan tahan karat,
agar bisa tahan lama ketika ditanam.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari desain ini
adalah:
1. Pemahaman akan akibat pengambilan keputusan
selama desain harus benar-benar diketahui oleh
tim pengembang produk. Dengan adanya RULA bisa
diketahui prediksi tingkat risiko cedera. Desain
ini diprediksi aman bagi pengguna dengan nilai
total 3.
2. Pengembangan produk jemuran vertikal berfokus pada
analisa kekuatan batang saat menerima beban
pakaian, cukup kuat dengan nilai displacement kecil
sebesar 0,0369 mm.
3. Desain yang sederhana, tidak membutuhkan banyak
tahapan untuk pemesinannya. Dengan proses milling
pada tiang menggunakan 4 tahap dan untuk batang 2
tahap. Membuat radius, chamfer dan ulir dengan
mesin bubut yang tidak terlalu banyak.
| 38
5.2 Saran
Hal-hal yang harus diperhatikan, tujuan akhir
dari tim pengembang produk adalah merancang sebuah
produk yang menguntungkan. Jika berorientasi dengan
biaya, maka perancangan jemuran vertikal fleksibel
tidak ekonomis. Karena menggunakan material yang
mahal.
Perlu perancangan lanjutan untuk mendapatkan
desain yang dapat digunakan untuk tempat pakaian
yang lebih dari 10 buah.
Daftar Pustaka (referensi)
A.S., Mujumdar (1998). Handbook of Industrial Drying.
Boca Ratón: CRC Press.
Londen Batan., I Made (2012). Desain Produk. Guna Widya
: Surabaya
http://www.tiptheplanet.com/wiki/Airdrywashing
http://www.furnituremerchants.co.za/umbrellas
| 39