desain pembelajaran_model dick and carey
-
Upload
danimubarak -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of desain pembelajaran_model dick and carey
TUGAS MATAKULIAH
DESAIN PEMBELAJARAN
(MKDK 124)
MODEL DICK AND CAREY, DAN MODEL ICARE
Dosen Pengampu:
Dr. H. Muhammad Zaini, M. Pd
Drs. H. Aminuddin P. Putra, M. Pd
Disusun Oleh:
1. Masni Hidayati
2. Ruhena
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
.............................................
ii
BAB I PENDAHULUAN..........................1
1.1..........................................L
atar Belakang.............................1
1.2..........................................R
umusan Masalah............................3
1.3..........................................T
ujuan ....................................3
1.4..........................................M
etode Penulisan...........................3
BAB II ISI...................................4
2.1. Model-Model Desain Pembelajaran.........4
2.2. Model Dick and Carey....................5
2.3. Model Icare
12
BAB III PENUTUP
.............................................
17
3.1. Kesimpulan
17
3.2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
.............................................
19
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai
sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu,
sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan
teori tentang strategi serta proses pengembangan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain
pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai
mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan
pengembangan sistem pembelajaran dan system
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar (Muliartha, 2011).
Menurut Sujarwo (2012), desain pembelajaran juga
dapat didefinisikan sebagai berikut: instructional design is
the practice of maximizing the effectiveness, efficiency and appeal of
instruction and other learning experiences. The process consists broadly of
determining the current state and needs of the learner, defining the end
goal of instruction, and creating some "intervention" to assist in the
transition. (Desain pembelajaran merupakan kegiatan
2
memaksimalkan keefektifan, efisiensi dan hasil
pembelajaran dan pengalaman pembelajaran lainnya.
Kegiatan tersebut meliputi penentuan keadaan awal,
kebutuhan siswa, menentukan tujuan akhir dan
menciptakan beberapa perlakuan untuk membantu dalam
masa transisi tersebut).
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan
pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar. Sementara itu desain
pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala
(2005) dalam Sujarwo (2012), merupakan pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara
khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas
pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa
penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan
konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam
kurikulum yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain
pembelajaran adalah pengembangan pembelajaran secara
sistematis untuk memaksimalkan keefektifan dan
efisiensi pembelajaran. Kegiatan mendesain pembelajaran
diawali dengan menganalisis kebutuhan siswa, menentukan
tujuan pembelajaran, mengembangkan bahan dan aktivitas
pembelajaran, yang didalamnya mencakup penentuan sumber
belajar, strategi pembelajaran, langkah-langkah
1
3
pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian
(evaluasi) untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai
acuan untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi
dan produktivitas proses pembelajaran (Muliartha,
2011).
Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari
beberapa komponen pembelajaran yang saling
berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Komponen pembelajaran meliputi; siswa, pendidik,
kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber
belajar, proses pembelajaran, fasilitas, lingkungan dan
tujuan. Komponen-komponen yang terdapat di dalam desain
sistem pembelajaran biasanya digambarkan dalam bentuk
yang direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow
chart. Model desain sistem pembelajaran menggambarkan
langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk
menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif,
efisien dan menarik (Sujarwo, 2012).
Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2001) desain
sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai
perancang program atau pelaksana kegiatan pembelajaran
dalam memahami kerangka teori lebih baik dan menerapkan
teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
yang lebih efektif, efisien, produktif dan menarik.
4
Desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat
konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis,
merancang, menciptakan, mengevaluasi program
pembelajaran, dan program pelatihan.
Setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan
dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang
diterapkan. Perbedaan pemahaman terletak pada istilah-
istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model
desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam
upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas.
Sujarwo (2012), berpandangan bahwa seorang perancang
program pembelajaran tidak dapat menciptakan program
pembelajaran yang efektif, jika hanya mengenal satu
model desain pembelajaran. Perancang program
pembelajaran hendaknya mampu memilih desain yang tepat
sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang
spesifik. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan dan
pemahaman yang baik tentang model-model desain sistem
pembelajaran dan cara mengimplementasikannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat
dirumuskan menjadi:
1. Klasifikasi Model-model Desain Pembelajaran
2. Model Dick and Carey dan Model Icare
5
3. Langkah-langkah Model Dick and Carey dan Model
Icare
C. TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk Mengkaji Klasifikasi Model-Model Desain
Pembelajaran
2. Untuk Mengkaji Model Pembelajaran Dick and
Carey Dan Model Icare
3. Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Dick and Carey dan Model Icare
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan
makala ini yaitu metode deskriptif (studi pustaka)
dengan teknik mengumpulkan data yaitu dengan
mengumpulkan data yang dikutip dari tulisan
beberapa buku, dan jurnal sebagai acuan yang
menunjang dalam penulisan makalah ini.
BAB II
ISI
A. MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Model desain sistem pembelajaran berperan sebagai
alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk
6
menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi
program pembelajaran, dan program pelatihan. Pada
umumnya, setiap desain sistem pembelajaran memiliki
keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan
prosedur yang digunakan. Perbedaan juga kerap terdapat
pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian,
model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang
sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang
berkualitas.
Dalam memahami model desain sistem pembelajaran
perlu mengenal dan memahami pengelompokan model desain
system pembelajaran. Menurut Gustafson dan Branch
(2002) dalam Sujarwo (2012), model desain sistem
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok. Pembagian klasifikasi ini didasarkan pada
orientasi penggunaan model, yaitu; 1) Classrooms
oriented model, 2) Product oriented model, 3) System
oriented model. Model pertama merupakan model desain
sistem pembelajaran yang diimplementasikan di dalam
kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran
level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam
pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE.
Model desain sistem pembelajaran kedua merupakan
model yang dapat diaplikasikan unutk menciptakan produk
dan program pembelajran. Model berorientasi produk
adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan
7
suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya
video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau
modul. Contoh modelnya adalah model Hannafin and Peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model
desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem
pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain
sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll.
contohnya adalah model ADDIE.
Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi
pada sistem dimulai dari tahap pengumpulan data untuk
menentukan kemungkinan-kemungkinan implementasi solusi
yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang terdapat
dalam suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan
front-end analisis dilakukan secara intensif untuk
mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok antara
model yang berorientasi sistem dengan produk terletak
pada tahap atau fase desain, pengembangan, dan
evaluasi. Fase ini dilakukan dalam skala yang lebih
besar pada model desain sistem pembelajaran yang
berorientasi pada sistem.
Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai
model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model
prosedural adalah model Dick and Carey sementara contoh
model melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model
yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat
8
memilih dan menerapkan salah satu model desain
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita
hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat
mengembangkan dan membuat model turunan dari model-
model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti
dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan
dan diperbaiki.
B. MODEL DICK AND CAREY
Model desain pembelajaran yang dikemukan oleh Dick
and Carey (2005) dalam Pribadi (2009), telah lama
digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang
efektif, efisien dan menarik. Model ini dikembangkan
berdasarkan pada penggunaan pendekatan system atau
system approach terhadap komponen-komponen dasar dari
desain system pembelajaran yang meliputi analisis,
desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.
Salah satu model desain pembelajaran adalah model
Dick and Carey (1985) dalam Muliartha (2011), Model ini
termasuk ke dalam model procedural. Model yang
dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan
sistem terhadap komponen-komponen dasar desain
pembelajaran yang meliputi analisis desain
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Adapun
komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah utama
9
dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh
Dick and Carey (2009) dalam Muliartha (2011).
mengem
Gambar 1: Model Dick and Carey, (2009)
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah-
langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok
sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan
hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara
Identify Instructional Goals
Conduct
Instructional Analysis
Analyze
Learners and Contexts
Write Performance
Objectives
Revise
Instruction
Develop
Assessment Instruments
Develop
Instructional Strategy
Develop and Select
Instructional Materials
Design and Conduct
Summative Evaluation
Design and Conduct
Formative Evaluation of
Instruction
10
langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain,
sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat
ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan
ke urutan berikutnya.
Komponen Desain Instruksional Model Dick and Carey
Perancangan Instruksional menurut sistem pendekatan
model Dick and Carey terdapat beberapa komponen yang
akan dilewati di dalam proses pengembangan dan
perencanaan tersebut (Dick and Carey, 1996). Berikut
adalah langkah pengembangan desain Instruksional
menurut dick dan carey :
1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran (Identity
Instructional Goal).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang
diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika
mereka telah menyelesaikan program pembelajaran.
Tujuan pembelajaran mungkin dapat diturunkan dari
daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance
analysis), dari penilaian kebutuhan (needs
assessment), dari pengalaman praktis dengan
kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-
orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis), atau
dari persyaratan lain untuk pembelajaran baru.
11
2. Melakukan Analisis Intruksional (Conduct Instructional
Analysis).
Analisis Intruksional yakni menentukan kemampuan
apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau
materi yang akan dipelajari. Setelah
mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis
tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry
behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan
oleh siswa untuk memulai pembelajaran.
Menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan
menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari.
Analisis ini akan menghasilkan peta konsep akan
menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan
yang telah diidentifikasi.
3. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks
Pembelajaran (Analyze Learners and Contexts).
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-
keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan
12
prosedur yang perlu dilewati, juga dipertimbangkan
keterampilan awal yang telah dimiliki mahasiswa.
Analisis paralel terhadap siswa dan konteks dimana
mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka
menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-
keterampilan siswa yang ada saat ini, yang lebih
disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan
karakteristik atau setting pembelajaran dan setting
lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah
ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi
pembelajaran.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Write
Performance Objectives).
Berdasarkan analisis pembelajaran dan pernyataan
tentang tingkah laku awal siswa kemudian dirumuskan
pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan
siswa setelah menyelesaikan pembelajaran. Menuliskan
tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran).
Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan
pernyataan tentang perilaku awal, catatlah
pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan
oleh siswa setelah mereka menerima pembelajaran.
Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari
analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran
dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-
keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian
13
unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.
Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum
menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan
pembelajaran. Di tiap tahapan akan ada panduan
pembelajaran dan pengukuran performansi pembelajar.
5. Mengembangan Instrumen Penilaian (Develop Assessment
Instruments).
Pengembangan instrument penilaian didasarkan pada
tujuan yang telah dirumuskan. Berdasarkan tujuan
pembelajaran yang tertulis, mengembangkan produk
evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa melakukan
tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada
hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan
pembelajaran dan penilaian yang di minta.
6. Mengembangan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional
Strategy).
Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan
prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi,
praktek dan umpan balik (practice and feedback,
pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan
selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori
dan hasil penelitian, karakteristik media
pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan
karakteristik siswa yang menerima pembelajaran.
Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih
materi strategi pembelajaran yang interaktif.
14
7. Mengembangan atau Memilih Bahan Ajar (Develop and Select
Instructional Materials).
Mengembangkan dan memilih bahan ajar, produk
pengembangan ini meliputi petunjuk untuk siswa,
materi pembelajaran, dan soal-soal. Materi
pembelajaran meliputi: petunjuk untuk tutor, modul
untuk siswa, transparansi OHP, videotapes, format
multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh.
Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada
tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber
belajar yang ada disekitar perancang.
8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design
and Conduct Formative Evaluation of Instruction).
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan
mengidentifikasi data tersebut. Dalam merancang dan
mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan
adalah instrumen atau angket penilaian yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang
diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam
merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk
bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji
perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small
group) dan uji lapangan (field evaluation). Setiap
jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda
bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan
pembelajaran. Teknik serupa dapat diterapkan pada
15
penilaian formatif terhadap bahan atau pembelajaran
di kelas.
9. Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran
(Revise Instruction).
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan
perangkat pengajaran. Data dari evaluasi formatif
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya
dianalisis serta diinterpretasikan. Data yang
diperoleh dari evaluasi formatif dikumpulkan dan
diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang
dihadapi siswa dalam mencapai tujuan. Bukan hanya
untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan
untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.
Revisi harus menjadi bagian konstan dalam proses
design. Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap
komponen model ini. Pada tahap ini, data dari
evaluasi dugaan yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya diringkas dan dianalisis serta
diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan
yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil
implementasi dari pakar/validator. Mungkin saja
tahapan-tahapan pembelajaran kurang efektif dalam
pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan
penugasan yang telah ditentukan tidak membantu dalam
memperoleh tujuan.
16
10. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design
And Conduct Summative Evaluation).
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak
terhadap program pembelajaran yang telah dirancang,
setelah program tersebut dilakukan evaluasi formatuf
dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka
evaluasi sumatif dilakukan. Hasil-hasil pada tahap
di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang
dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi
dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di
kelas dengan evaluasi sumatif.
Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan diatas
merupakan sebuah prosedur yang menggunakan
pendekatan system dalam mendesain sebuah program
pembelajaran. Setiap langkah dalam desain system
pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama
lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan
digunakan sebagai input bagi langkah yang lain.
Model desain system pembalajaran yang dikemukan
oleh Dick dkk. (2005) dalam Pribadi (2009),
mencerminkan proses desain yang fundamental. Model ini
dapat digunakan dalam dunia bisnis, industry,
pemerintahan, dan pelatihan. Model desain ini juga
telah banyak digunakan untuk menghasilkan program
pembelajaran berbasis computer seperti pada program
Computer Assisted Learning dan program multimedia. Oleh
17
karena itu model disen pembelajaran ini bersifat sangat
rinci dan komperhensif pada langkah analisis dan juga
langkah evaluasi.
Model pembelajaran Dick and Carey memiliki
karakteristik, kelebihan serta kekurangan, sebagai
berikut:
a. Karakteristik Model Dick and Carey
1) Dalam penerapan model ini, setiap komponen
bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati
2) Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi
kreatifitas instructional designer professional
3) DC Model menyediakan pendekatan sistematis
terhadap kurikulum dan program design. Ketegasan
model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan
banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda.
4) Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil,
misalnya dalam bentuk unit, modul, atau lesson.
b. Kelebihan dari Model Dick and Carey adalah
1) Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
2) Teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan
3) Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang
terperinci, sehingga mudah diikuti
4) Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana
hal tersebut merupakan hal yang sangat baik,
18
karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat
dilakukan perubahan pada analisis instruksional
tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut
mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya
5) Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya,
hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu
perencanaan pembelajaran.
c. Kekurangan dari Model Dick and Carey adalah
1) Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
2) Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di
kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut
3) Tidak cocok diterapkan dalam e learning skala
besar
4) Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus
dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan
setelah diadakan tes formatif
5) Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar,
strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan
penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara
jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
C. MODEL ICARE
Dalam penyusunan perangkat pembelajaran tiap
pelajaran untuk belajar aktif, digunakan satu kerangka
yang sangat sederhana, yaitu disebut ICARE. Sistem
19
ICARE mancakup lima elemen kunci suatu pengalaman
belajar yang baik, yang dapat diterapkan terhadap
siswa. Oleh karena itu, sistem ICARE sangat baik untuk
diterapkan dalam proses belajar di sekolah. ICARE
adalah singkatan dari: Introduction, Connection, Application,
Reflection, dan Extension.
Gambar 2: Model Icare
Berikut ini dijelaskan secara rinci kerangka model
Icare.
1. I = Introduction (Pendahuluan)
Pada tahap pengalaman belajar ini guru atau
fasilitator menetapkan materi pelajaran kepada
siswa. Ini harus mencakup menyiapkan siswa secara
psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran, penjelasan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan cakupan materi serta penjelasan uraian
20
kegiatan sesuai silabus.
2. C = Connection (Koneksi)
Koneksi merupakan tahap pengkaitan antara
pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya. Dalam
banyak hal, proses belajar itu berurutan (sequential)
dengan membangun suatu kompetensi di atas suatu
kompetensi sebelumnya. Karena itu, semua
pengalaman belajar yang baik harus dimulai dari
apa yang siswa telah tahu dan dapat dilakukan
serta dapat dibangun di atasnya. Pada tahap
connection pembelajaran guru mencoba mengaitkan
materi pembelajaran yang baru dengan pengalaman
belajar sebelumnya.
Guru dapat mencapainya dengan melakukan
latihan brainstorming sederhana untuk mengenali apa
yang telah diketahui siswa, dengan meminta siswa
mengatakan kepada guru apa yang mereka ingat dari
pembelajaran sebelumnya atau dengan mengembangkan
suatu kegiatan yang dapat dilakukan siswa secara
mandiri. Dengan mengikuti hal ini guru
menghubungkan siswa dengan materi yang baru.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tahap
ini dilakukan tidak terlalu lama menghabiskan
waktu. Paling lama waktu dugunakan sekitar sepuluh
menit.
3. A = Application (Penerapan)
21
Aplikasi merupakan bagian terpenting dalam
pembelajaran. Setelah siswa memperoleh pengetahuan
atau keterampilan baru melalui tahap connection,
mereka perlu diberi kesempatan untuk mempraktekkan
dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
itu. Bagian penerapan haruslah menjadi bagian
pembelajaran yang paling lama tatkala siswa secara
berpasangan atau berkelompok bekerja secara
mandiri dibawah pengarahan guru untuk melengkapi
suatu kegiatan dari kehidupan nyata atau
memecahkan suatu masalah kehidupan nyata dengan
menggunakan informasi dan keterampilan baru yang
telah dicapai.
4. R = Reflection (Refleksi)
Refleksi merupakan tahap membuat ringkasan
(summary) pembelajaran di mana siswa mendapat
kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah
dipelajari bersama dengan guru untuk menilai
pencapaian dirinya terhadap materi pelajaran.
Refleski dapat dilakukan melalui diskusi kelompok
dimana guru meminta siswa membuat presentasi atau
menjelaskan apa yang telah dipelajari.
Kegiatan ini pun dapat dilakukan melalui
kegiatan menulis ringkasan dari apa yang telah
dipelajari secara individual atau melalui kuis
singkat dimana guru mengajukan pertanyaan
22
berdasarkan materi pelajaran. Pada kegiatan ini
guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa
mengemukakan tentang apa yang mereka telah
pelajari.
5. E = Extension (Perluasan)
Perluasan merupakan pengembangan lebih lanjut
dari pembelajaran yang telah diterima oleh siswa
dan harus dilakukan oleh mereka. Karena
pembelajaran tertentu telah selesai bukan berarti
bahwa semua yang telah dipelajari siswa otomatis
dapat mereka pahami atau gunakan. Oleh karena itu,
guru harus memberi kegiatan sebagai kelanjutannya.
Tahap extension pembelajaran diterapkan melalui
pemberian kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
siswa sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk
memperkuat (reinforce) dan memperluas pembelajaran.
Di sekolah kegiatan-kegiatan extension dapat
dijadikan sebagai pekerjaan rumah (PR). Kegiatan-
kegiatan extension dapat meliputi pemberian bahan
bacaan tambahan dan tugas melakukan penelitian
atau latihan.
23
ICARE original model MDX-ICARE framework
Gambar 3-4: The ICARE Model
Sebuah versi modifikasi dari ICARE yang diadaptasi
oleh Middlesex University (Mojab dan Huyck, 2001)
diilustrasikan pada Gambar 4 (MDX-ICARE) mengasumsikan
kemajuan linear kurang melalui lima langkah. Untuk
lebih jelas "Connect" fase ini telah berubah menjadi
"Content". Model ini mendorong hubungan yang erat
antara 'connect', 'menerapkan' dan 'menggambarkan'
24
sehingga langkah ini memungkinkan bagi siswa untuk
terlibat dalam aktif dalam memperhatikan kegiatan
proses pembelajaran dan membuat belajar siswa menjadi
aktif tidak pasif.
Model disesuaikan seperti yang ditunjukkan di pada
gambar di atas ini memberikan fleksibilitas kepada
peserta didik mengenai manajemen dan organisasi
pembelajaran dan pengajaran, mereka bisa mengikuti
jalur navigasi yang disarankan dengan mengikuti link
dalam konten atau bergerak masuk dan keluar dari bagian
tergantung pada kebutuhan mereka, sehingga memiliki
beberapa jalur pembelajaran (Morphew, 2000).
Model ini memberi pendekatan pedagogis yang dapat
memberikan pengalaman belajar seimbang yang saling
berkaitan anatar guru dengan siswa dan interaksi siswa
dengan siswa yang lain, dan bermanfaat dalam lingkungan
Pembelajaran campuran. Sebagai contoh, jika difokuskan
pada 'konek atau konten' ini menunjukkan bahwa
pendekatan yang bersifat mendidik dan jika difokuskan
pada 'penerapan' atau 'menggambarkan' maka itu lebih
besar kemungkinan bahwa guru telah menerapkan
pendekatan konstruktivis dimana tindakan pengajar
sebagai fasilitator pembelajaran. Model ICARE
menyediakan pendekatan sistematis, namun untuk
pengembangan situasi belajar dapat berulang dan dapat
25
meningkatkan kemungkinan pembelajaran berlangsung
(Anagnostopoulo, 2002).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model
yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum,
model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan
26
ke dalam model berorientasi kelas, model
berorientasi sistem, model berorientasi produk,
model prosedural dan model melingkar.
2. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah yaitu
Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal),
Melakukan Analisis Pembelajaran (Conduct Instructional
Analysis), Analisis Karakteristik Tingkah Laku Awal
dan Karakteristik Siswa (Analyze Learners and Contexts),
Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance
Objectives), Pengembangan Alat Penilaian (Develop
Assessment Instruments), Pengembangan Strategi
Pembelajaran (Develop Instructional Strategy), Pengembangan
atau Memilih Materi Pembelajaran (Develop and Select
Instructional Materials), Merancang dan Melaksanakan
Evaluasi Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation
of Instruction), Revisi Pembelajaran (Revise Instruction)
dan Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif
(Design And Conduct Summative Evaluation).
3. Model Icare yaitu Introduction (Pendahuluan),
Connection (Koneksi), Application (Penerapan),
Reflection (Refleksi), dan Extension (Perluasan).
B. SARAN
1. Model pembelajaran Dick & Carey harus digunakan
secara sistematis jika ingin menerapkannya dalam
proses belajar mengajar oleh karena itu sebaiknya
17
27
di pelajari setiap langkah-langkah penerapan
modelnya agar tidak terjadi kesalahan karena akan
mempengaruhi kreatifitas pembelajaran.
2. Penggunaan sistem ICARE sangat memberi peluang
kepada siswa untuk memiliki kesempatan
mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari
dalam proses belajar mengajar akan tetapi harus
diingat bahwaperangkat tersebut harus memenuhi
aturan sesuai dengan standar proses yang terdapat
dalam Permendiknas.
3. Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat
diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini karena
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anagnostopoulo, Kyriaki. 2002. Designing to Learn andLearning to Design: an overview of instructional design models.LTSN Generic centre. Middlesex University.
Dick, W. and Carey, L. 1996. The Systematic Design ofInstruction (4nd Ed). Glecview, Illionis: Scot, Foresmanand Company.
Muliartha, I Wayan. 2011. Model Desain Pembelajaran (Dick &Carey) Teknologi Pembelajaran. Undiksha.
Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp.(2004). Design effective instruction, (4th Ed.). New York:John Wiley & Sons.
Pribadi, Benny. A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran.Dian Rakyat. Jakarta.
Sujarwo, 2012. Desain Sistem Pembelajaran. PLS FIP UNY.Yogyakarta.