Conflict Resolution Paper (Resolusi Konflik Sudan Utara dan Sudan Selatan) by Rhesa Nurhadi Busyaeri

18
RESOLUSI KONFLIK KONFLIK: SUDAN UTARA DAN SUDAN SELATAN Disusun Oleh : Nama : Rhesa Nurhadi Busyaeri NPM : 2010330284 Kelas : A PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Transcript of Conflict Resolution Paper (Resolusi Konflik Sudan Utara dan Sudan Selatan) by Rhesa Nurhadi Busyaeri

RESOLUSI KONFLIK

KONFLIK: SUDAN UTARA DAN SUDAN SELATAN

Disusun Oleh :

Nama : Rhesa Nurhadi Busyaeri

NPM : 2010330284

Kelas : A

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perang yang terjadi di negara Sudan telah berlangsung

sejak lama, fakta tersebut dapat kita telusuri akarnya pada

abad 19. Konflik ini berawal jauh sebelum negara Sudan

merdeka, yaitu pada masa penjajahan negara Inggris. Konflik

awal yang terjadi di negara Sudan tersebut sebenarnya adalah

sebuah konflik yang umum terjadi di negara-negara di dunia.

Konflik di antara dua wilayah Sudan di mulai dari konflik

agama. Pada saat itu, Inggris membagi negara Sudan menjadi

dua wilayah jajahan , di wilayah utara dihuni oleh orang-

orang keturunan arab yang pada umumnya memeluk agama Islam

sebagai pedoman hidup mereka. Sedangkan di wilayah selatan

dihuni oleh orang-orang keturunan Afrika dan kaum Nilotes

yang pada umumnya memeluk agama non-muslim dan paham

Animisme sebagai pedoman hidup.1

Konflik antar agama sering kali di temukan di beberapa

negara di dunia. Padahal seperti yang telah di ajarkan di

dalam agama-agama yang ada dunia, beberapa agama mengajarkan

1 Evans, P 1940, dalam, ‘Interest in Cattle’, a classic statement on the cattle culture among the Nilotes, hal. 16-50.

bahwa kita sebagai umat manusia yang tinggal di bumi ini

harus saling menghormati pemeluk agama lain. Bukan itu saja,

kita juga di ajarkan untuk dapat menerima perbedaan antar

agama yang ada dan juga memberikan toleransi-toleransi

terhadap perbedaan tersebut. Namun faktanya, masih banyak

pemeluk-pemeluk agama yang fanatis dan malah mengacuhkan

ajaran yang telah di ajarkan tersebut. Dan oleh karena hal

tersebut, konflik antar agama dapat muncul.

Konflik lainnya yang terjadi di dalam Sudan adalah

konflik yang sering terjadi di wilayah Afrika, yaitu konflik

etnis. Masih pada masa penjajahan Inggris, konflik etnis

tejadi akibat dari pemisahan dua wilayah yang menyebabkan

adanya diskriminasi terhadap suku dan ras yang berada di

wilayah Sudan Selatan. Ditambah lagi dengan 9 tahun sebelum

kemerdekaan sudan kebijakan-kebijakan di negara Sudan

mengalami perubahan oleh negara Inggris sehingga yang

membuat masyarakat di wilayah Sudan Selatan semakin merasa

di rendahkan dan hal tersebut semakin memicu masyarakat

Sudan Selatan untuk melakukan aksi-aksi anarki melalui

pemberontakan.2

Pada tahun 1955 akhirnya perang sipil ke I sudan

meletus dan berlangsung selama 17 tahun, tepatnya hingga

akhir tahun 1972. Setelah perang tersebut berakhir dengan di

2 Ibid. hal 26

bentuknya perjanjian Addis Ababa oleh Presiden Sudan dengan

SSLM (Southern Sudan Liberation Movement), Presiden Sudan

memberlakukan hukum islam secara merata danterdapat beberapa

faktor lainnya sehingga muncul konflik baru baru dari rakyat

Sudan Utara dan mebuat perang sipil ke II sudan muncul di

tahun 1983 dan berlangsung lebih lama dari perang sipil ke

I, yaitu selama 22 tahun hingga tahun 2005. Kemudian selepas

itu akhirnya dibuat referendum untuk Sudan Selatan yang

membuat Sudan Selatan merdeka pada tahun 2011.3

Didalam makalah ini, penulis akan mencoba membahas

secara lebih detil mengenai konflik yang terjadi di Afrika,

yaitu antara Sudan Utara dan Sudan Selatan dengan

menggunakan teori konflik dari Edward E Azar. Setelah

penulis mencoba untuk membahas, muncul beberapa pertanyaan

yang akan di bahas secara lebih lanjut di dalam makalah ini,

yaitu:

1. Apa latar belakang yang membentuk konflik antara Sudan

dengan Sudan Selatan sehingga menjadi konflik yang

berkepanjangan ?

2. Bagaimana kondisi Sudan Utara dengan Sudan

Selatan sekarang ?

3. Bagaimana teori konflik dari Edward E Azar di aplikasikan

ke dalam konflik tersebut ?

3 Francis, MD 1995, War of Visions: Conflict Identities in The Sudan, Brookrings Institution,Washington D.C.

B. Tujuan dan Sasaran Studi

Tujuan dari penulis melakukan studi ini adalah untuk

mengetahui lebih detil apa yang sebenarnya terjadi di antara

Sudan Utara dengan Sudan Selatan sehingga konflik di antara

kedua negara tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

Kemudian, bagaimana kondisi Sudan Utara dan Sudan selatan

sekarang serta bagaimana tanggapan dan usaha dari Uni Afrika

sebagai organisasi regional di Afrika.

C. Ruang Lingkup Studi

Ruang lingkup studi yang di gunakan oleh penulis dalam

makalah ini adalah menggunakan pembagian pembahasan menjadi

2 bagian pembahasan. Bagian yang pertama adalah pembahasan

mengenai sejarah Sudan dan konflik di antara Sudan Utara

dengan Sudan Selatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor

yang mempengaruh konflik Sudan tersebut secara terfokus.

Kemudian bagian yang kedua adalah pembahasan mengenai teori

konflik dari Edward E Azar.

D. Metodologi Penelitian

Metode pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan

data sekunder dari berbagai sumber seperti buku, jurnal,

official report, artikel, PDF, working paper, dan bahan lainnya

yang dapat memberikan informasi sesuai yang di jelaskan oleh

dosen. Metode analisis data menggunakan teknik analisis

deskriptif dengan menjelaskan asal mula konflik dan

perkembangan konflik.

E. Sistematika Pembahasan

Makalah ini dibagi menjadi 3 bagian makalah yaitu:

bagian pertama, dimana penulis akan menjelaskan mengenai

pendahuluan; bagian kedua, dimana penulis akan menjelaskan

mengenai sejarah Sudan dan gambaran secara umum konflik

antara Sudan Utara dengan Sudan Selatan, kondisi Sudan Utara

dengan Sudan Selatan sekarang serta pengaplikasian teori

konflik Edward E Azar; dan bagian ketiga merupakan

kesimpulan dari penulis.

II. PEMBAHASAN DAN ANALISA

A. Sejarah Sudan danGambaran Umum KonflikSudan Utara denganSudan Selatan

Sudan adalah

sebuah negara yang di

temukan ratusan tahun

lalu dan memiliki perjalanan sejarah yang panjang sehingga

terbentuk menjadi sebuah negara republik seperti saat ini.

Sebelumnya Sudan juga menjadi sebuah negara jajahan yang

banyak di datangi oleh para penjajah sebelum merdeka.

Penjajah paling terakhir yang menjajah negara Sudan adalah

British atau Inggris. Pada tahun 1956, tepatnya pada 1

januari akhirnya Sudan pun di deklarasikan menjadi sebuah

negara yang merdeka dan pendeklarasian kemerdekaan tersebut

bertepatan dengan perang sipil pertama berlangsung.

Sebelumnya di negara Sudan juga telah terjadi berbagai

konflik, terutama konflik agama dan etnis yang sangat

terlihat sebelum perang sipil pertama Sudan muncul.

Konflik yang terdapat di sudan sudah terjadi dari masa

kolonial, tepatnya pada masa Napoleon masih hidup dan

pasukan Napoleon menguasai teritori Mesir pada masa itu. Dan

pada masa itu kondisi Sudan sendiri menjadi kacau karena

seringnya terjadi pergantian kepemimpinan yang di kombinasi

oleh Ottoman, Mesir dan pemerintahan British atau Inggris.

Dalam masa kekacauan tersebut muncul seorang yang di anggap

suci (di kenal sebagai Mahdi) yang mengkombinasikan

magnetisme pribadi dengan kefanatikan agama dan berusaha

mengusir penjajah Sudan serta memiliki maksud ingin membuat

Sudan kembali menjadi Islam primitif.

Setelah Kepemimpinan Mahdi runtuh, Sudan kembali di

dominasi oleh pemerintah Inggris dan Mesir. Bahkan

pemerintah Inggris dan Mesir menciptakan kekuasaan gabungan

untuk mengatur Sudan. Namun banyak kendala terjadi pada masa

itu, terutama dari pemberontak yang mendukung Mahdi. Pada

awalnya pemerintah Inggris dan Mesir tetap bertahan, namun

setelah dibunuhnya Pemimpin Sudan pada saat itu membuat

Inggris mundur dan menarik semua pasukan dari Sudan dengan

aksi lanjutan yaitu membentuk Sudan Defence Force (SDF) dibawah

perwira Sudan dan beberapa pasukan untuk menggantikan

pasukan Mesir.4

Pada saat pemerintah Inggris beserta Mesir membuat

kondominium, mereka memutuskan untuk mebagi Sudan menjadi

dua bagian yaitu Sudan Utara dan Sudan Selatan dengan

memperkuat Arabisme dan menganut agama Islam di bagian

utara, sedangkan di wilayah bagian selatan didorong untuk

mengikuti garis alami Afrika dan memperkenalkan Sudan

Selatan dengan agama Kristiani dan menggunakan dasar

peradaban barat sebagai modereniasi mereka. Di saat

administrasi kolonial jauh menginvestasikan politik,

ekonomi, sosial dan budaya di bagian utara Sudan, bagian

selatan Sudan terisolasi, terpencil dan belum dikembangkan

ketimbang bagian utara Sudan yang jauh lebih maju.

Dengan fakta tersebut, masyarakat di bagian selatan

Sudan mulai merasa di diskriminasikan oleh pemerintah

Inggris dan di tambah terjadinya perubahan kebijakan oleh

4 Helen, CM 1991, Sudan: A Country Study, Washington: GPO for the Library Congress, Washington D.C.

pemerintah Inggris tepatnya 9 tahun sebelum kemerdekaan

Sudan yang pada saat itu perubahan kebijakan di lakukan oleh

pemerintah Inggris tanpa adanya kejelasan apakah untuk

kepentingan politik atau untuk mempertahankan bagian selatan

di Sudan Serikat memicu perang sipil pertama Sudan muncul di

tahun 1955.5

B. Perang Sipil Pertama (1955-1972)

Pada tahun 1953, Sudan Utara akhirnya dinyatakan berhak

mendapatkan hak kemerdekaannya. Pada saat itu, mulai banyak

bermunculan partai-partai politik yang menginginkan posisi

di kursi pemerintahan Sudan. Namun pada tahun 1955, tepatnya

4 bulan sebelum kemerdekaan Sudan di deklarasikan pada

tanggal 1 januari 1956 konflik sipil pertama sudan muncul.

Perang bersenjata terjadi dengan skala yang cukup besar

diantara pemerintah sudan yang berada di Khartoum dengan

gerakan liberal Anya Nya yang berasal dari Sudan Selatan.

Kemunculan perang yang berskala cukup besar tersebut tak

lain karena adanya rasa takut yang muncul dari rakyat Sudan

Selatan sebab dengan di deklarasikannya kemerdekaan Sudan,

maka arabization dan islamization yang sama seperti mengganti

kolonialisme inggris dengan hegemoni Arab akan di berlakukan

dan akan berdampak terhadap masyarakat Sudan Selatan.6

5 Francis, MD 1995, ‘Overview of the Conflict’ dalam, War of Visions: Conflict Identitiesin The Sudan, Brookrings Institution, Washington D.C. hal. 11.6 Ibid. Hal 11-12.

Perang yang terjadi pada masa perang sipil pertama

lebih banyak di menangkan oleh pasukan pemerintah Nimeiri,

karena jumlah pasukan gerakan liberal Sudan Selatan jauh

lebih sedikit. Pada tahun 1960an adalah tahun yang di penuhi

dengan perang di antara kedua negara tersebut. Efek dari

perang di situasi politik meningkat dan berhasil menjatuhkan

rezim militer di tahun 1964. Tak lama setelah itu, di tahun

1969, akhirnya perputaran perang tersebut berhasil di

hentikan dan pada tahun 1972 Pemerintah Nimeiri melakukan

negosiasi dengan SSLM (South Sudan Liberation Movement) dan

membentuk sebuah perjanjian yang di beri nama perjanjian

Addis Ababa. Dengan di bentuknya perjanjian Addis Ababa,

perang sipil pertama Sudan pun berhenti dan memasuki fase

damai sementara dari tahun 1972 hingga 1983.

C. Perang Sipil Kedua (1983-2005)

Pada tahun 1972 pemerintah Nimeiri memang berhasil

melakukan negosiasi dengan SSLM dan membentuk perjanjian

Addis Ababa di tahun tersebut dan membuat konflik di antara

Sudan Utara dengan Sudan Selatan berhenti. Namun, pada saat

itu pemerintah Nimeiri berada di bawah tekanan dari

komunitas muslim yang fundamentalis sehingga membuat jiwa

muslim Nimeiri muncul kembali. Hal tersebut muncul dengan

harapan bahwa dengan di gunakannya reformasi islam akan

menciptakan keseimbangan. Bahkan ia pun berharap untuk

menghapuskan anomali liberal di Sudan Selatan. Perlahan-

lahan Nimeiri menghapus otonomi Sudan Selatan dan

memberlakukan hukum syariah Islam serta membangun Sudan

menjadi negara Islam.

Pada tahun 1980an, pemerintah Nimeiri membatalkan

perjanjian Addis Ababa yang telah sepakat di bentuk oleh

Nimeiri dan SSLM. Dengan di batalkannya perjanjian tersebut,

memicu gerakan-gerakan radikal dari Sudan Selatan sehingga

muncul lah gerakan Anya Nya 2 dengan formasi SPLM (Sudan

People’s Liberation Movement) sebagai sayap militernya dan juga

SPLA (Sudan People’s Liberation Army). Formasi tersebut muncul

karena tidak terealisasikannya perjanjian Addis Ababa yang

pada faktanya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan

masyarakat Sudan Selatan, sehingga konflik antara masyarakat

Sudan Selatan dengan pemerintah Sudan Utara mulai memanas

kembali. Di tambah lagi dengan di batalkannya perjanjian

Addis Ababa akibat dari banyaknya pihak dari Sudan Utara

yang kurang puas dengan hasil perjanjian tersebut serta

munculnya gerakan-gerakan dari Sudan Selatan maka perang

sipil kedua pun tidak dapat di hindari dan kembali mencuat

di tahun 1983.

Perang sipil kedua Sudan berlangsung cukup lama, tidak

hanya itu saja perang kedua ini terjadi di beberapa lokasi

utama di Sudan. Meskipun hukum syariah Islam menjadi sorotan

pada saat itu, tetapi karena asosiasi dari Islam dengan

Arabisme perang sipil kedua ini memiliki nilai rasial yang

cukup tinggi. Tentu saja hal tersebut juga menjadi sebuah

ancaman terhadap stabilitas dan pengembangan negara. Lalu,

meskipun pemimpin-pemimpin dari kedua sisi melakukan

berbagai pertemuan untuk membahas tentang konflik yang

terjadi dan mulai terlihat damai, situasi perang tiba-tiba

berubah dan menjadi lebih radikal dari sebelumnya. 7

Perang pada akhirnya berlangsung lebih lama dari perang

sebelumnya, di perang kedua ini perang berakhir dengan hasil

akhir tidak ada wilayah yang memenangkan konflik tersebut.

Perang sipil yang kedua ini berhasil di hentikan pada tahun

2005, dan kedua wilayah tersebut berhenti mengirimkan

pasukan-pasukan ke wilayah lawannya. Kemudian tak lama dari

berakhirnya perang sipil kedua Sudan, Sudan Selatan berhasil

melakuan referendum dan memperoleh kemerdekaannya di tahun

2011. Namun, selepas mereka berhenti berperang, konflik di

antara kedua wilayah tersebut masih sering terjadi dan

bahkan konflik tersebut memanas di tahun 2011-2012. Dengan

masih berlangsungnya konflik tersebut dapat memicu konflik

baru dan memunculkan kembali konflik lama di antara kedua

wilayah tersebut.8

D. Kerangka Teori

7 Ibid. Hal 12-138 Reuters 2012, ‘Konflik Sudan Makin Panas’, Koran Harian Kompas, 29 februari.

Teori yang penulis gunakan dalam pembuatan makalah ini

adalah teori Protracted Social Conflict dari Edward E Azar

dalam analisa konflik yang terjadi di antara Sudan Utara

dengan Sudan Selatan. Menurut Edward E Azar, terdapat empat

kondisi awal yang menjadi sumber utama protracted social

conflict, yaitu: Communal Content, Deprivation of Human Needs,

Governance and State’s Role, and International Linkages.9

Apabila kita mencoba menganalisa konflik Sudan Utara

dengan Sudan Selatan menggunakan empat kondisi awal utama

menurut Edward E Azar, berikut ini adalah penjabarannya:

1. Communal content, di dalam communal content di jelaskan

bahwa konflik terjadi di antara dua aktor, yaitu

antara pemerintah wilayah tersebut dengan kelompok

masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Dan hal

tersebut menjadi inti permasalahan dari konflik yang

terjadi. Apabila kita melihat sejarah yang terjadi

di dalam Sudan Utara dan Sudan Selatan, konflik

terjadi berlarut-larut dan berlangsung di antara

pemerintah Sudan Utara dengan Sudan selatan.

Sehingga Konflik Sudan Utara dengan Sudan Selatan

dapat di kategorikan sebagai communal content.Ramsbotham, Oliver. Contemporary Conflict Resolution,

2008: 84.

9 Oliver, R, Tom W & Hugh, M (eds) 2011, Contemporary Conflict Resolution third edition, Polity Press, UK.

2. Deprivation of human needs, di dalam deprivation of human

needs di jelaskan bahwa konflik timbul dari

kurangnya perkembangan di suatu wilayah. Azar

berpendapat adanya kebutuhan dalam bidang sekuriti,

perkembangan, akses politik dan identitas di dalam

segi kultur dan agama. Seperti yang telah penulis

jelaskan, banyak terjadi diskriminasi dan lambatnya

perkembangan di wilayah Sudan Selatan di bandingkan

dengan wilayah Sudan utara. Dengan kurangnya hal

yang sudah penulis jelaskan, hal tersebut membuat

tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat sudan

selatan. Sehingga di dalam konflik antara Sudan

Utara dengan Sudan Selatan terjadi deprivation of human

needs.

3. Governance and state’s role, di dalam governance and

state’s role di jelaskan bahwa pemerintah memiliki

hak dan kewenangan untuk mengatur negara dengan

berbagai cara demi tercapainya stabilitas dan

keamanan negara. Pemerintah memiliki peranan penting

dalam memberikan kepuasan terhadap kebutuhan

rakyatnya. Namun di dalam konflik Sudan Utara dan

Sudan Selatan, pemerintah hanya mengembangkan dan

memperhatikan wilayah Sudan Utara saja. Oleh karena

itu, munculah konflik di antara Sudan Utara dan

Sudan Selatan.

4. International linkages, dalam international linkages

terdapat hubungan ekonomi dan militer yang memicu

timbulnya konflik. Namun di dalam konflik Sudan

Utara dengan Sudan Selatan, ekonomi bukan masalah

utama pemicu konflik di Sudan. Tetapi peranan

militer cukup memicu konflik. Seperti yang sudah di

jelaskan di dalam analisa kasus, konflik tersebut

banyak menggunakan aksi militer. Sehingga konflik

Sudan Utara dan Sudan Selatan dapat di kategorikan

kedalam kendala awal international linkages.

Kemudian, berikut ini adalah kategori konflik

Protracted Social Conflict:

Situasi : Sudan Utara dan Sudan Selatan

Isu : Communal ethnicity-religion atau komunal etnis-agama

dan communal seccession atau komunal pemisahan diri.

Pola Kekerasan : Overt atau terbuka

Pihak Luar : Inggris, Israel dan USSR

III. KESIMPULAN

Sudan adalah sebuah negara yang cukup menarik untuk di

bahas, terutama tentang konflik yang terjadi di antara Sudan

Utara dengan Sudan Selatan yang telah terjadi selama

berpuluh-puluh tahun. Konflik yang terjadi di antara dua

wilayah sudan ini memiliki akar yang sangat dalam, karena

terjadi jauh sebelum sudan merdeka. Konflik yang bermula

dari konflik agama dan hanya sebuah konflik yang berskala

kecil berubah menjadi konflik yang sangat complex hingga saat

ini. Dari konflik-konflik tersebut juga menimbulkan konflik-

konflik baru di antara ke dua wilayah tersebut. Seperti

contohnya konflik etnis dan konflik-konflik lainnya. Perang

pun sempat terjadi dua kali dengan jangka waktu yang cukup

panjang.

Sekarang ini kondisi dari perang dan konflik di Sudan

sedang mengalami stagnant karena pada saat berakhirnya

perang, tidak ada yang berhasil memenangkan perang tersebut.

Dengan kondisi perang yang masih stagnant hal tersebut dapat

memicu konflik-konflik baru di antara kedua wilayah

tersebut. Di tambah dengan banyaknya sumber daya di wilayah

Sudan Selatan dan kurangnya sumber daya alam di Sudan

Selatan bisa membuat konflik yang ada semakin memanas dan

konflik lama bisa muncul kembali ke permukaan.

Menurut penulis, untuk mencapai perdamaian yang

mufakat, kedua pemerintah Sudan Utara dan Sudan Selatan

harus merekduksi kaum-kaum radikal yang berada di kedua

wilayah negara tersebut. Kemudian, kedua negara tersebut

harus memulai kerjasama diplomatik agar konflik-konflik yang

telah berlalu tidak mencuat kembali, melakukan mediasi dan

juga mencari kata damai melalui jalur negosiasi dengan hasil

kesepakatan yang win-win solution atau kedua pihak mendapatkan

keuntungan dari perjanjian kesepakatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alfred, N & Paul, TZ (eds) 2008, The Roots of African Conflicts The

Causes and Costs Zimbabwe, Lesotho, Kenya, Sudan, Uganda The Horn of Africa,

OSSREA, Ohio.

Donald, R 1997, Managing Ethnic Conflict in Africa, The Brookbrings

Institution, Washington D.C.

Edwad, EA & Chung, IM 1986, ‘Managing Protracted Social

Conflicts in the Third World : Facilitation and Development

Diplomacy’, Millennium - Journal of International Studies.Vol. 15, No. 3.

Evans, P 1940, The Nuer, Oxford University Press, New York.

Francis, MD 1995, War of Visions: Conflict Identities in The Sudan, Brookrings

Institution, Washington D.C.

Giorgio, M 2011, From One Sudan to Two Sudan: from war to peace,

ISPI, Milan.

Helen, CM 1991, Sudan: A Country Study, Washington: GPO for the

Library Congress, Washington D.C.

James, F & David, L 2006, Sudan, Stanford University,

California.

Kebbede, G1997, "South Sudan: A War-Torn and Divided

Region," Contributions in Black Studies: Vol. 15, Article 4.

Oliver, R, Tom W & Hugh, M (eds) 2011, Contemporary Conflict

Resolution third edition, Polity Press, UK.

Robert, OC 2008, A History of Modern Sudan, University of

California, Santa Barbara.

Salah, MH & Carina, ER (eds) 2009, Darfur and the Crisis Governance

in Sudan Critical Reader, Cornell University Press, Netherlands.

Wal, D 2000, South Sudan Liberation Movement Press Announcement,

Interim Executive Committee, Sudan.