UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK NEGARA ANTARA SUDAN DENGAN SUDAN SELATAN

64
1 UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK PERBATASAN ANTARA SUDAN DENGAN SUDAN SELATAN Disusun Oleh : Arifian Adi Winata 151090230 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2012

Transcript of UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK NEGARA ANTARA SUDAN DENGAN SUDAN SELATAN

1

UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK PERBATASAN ANTARA SUDAN

DENGAN SUDAN SELATAN

Disusun Oleh :

Arifian Adi Winata

151090230

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2012

2

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pasca kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan tahun

2011, hubungan kedua negara ini kembali memanas dan

terlibat dalam perang terbuka di daerah perbatasan

dimana pasukan militer Sudan Selatan merebut wilayah

Heglig yang merupakan ladang minyak yang menjadi urat

nadi perekonomian kedua negara. Sementara itu pasukan

militer Sudan mengerahkan pesawat tempurnya untuk

membombandir wilayah Sudan Selatan dan kembali merebut

wilayah Heglig. Sudan dan Sudan Selatan dulunya

merupakan negara yang berada dalam satu wilayah dimana

Sudan Selatan merupakan bagian dari negera Sudan. Akan

tetapi kedua wilayah ini selalu berkonflik dikarenakan

segala bentuk pemerintahan terpusat di Sudan bagian

utara. Akar dari perang sipil Sudan bisa ditelusuri

sejak wilayah itu masih menjadi jajahan Inggris sejak

akhir abad ke-19. Saat itu, Inggris membagi Sudan

3

menjadi 2 wilayah pemerintahan jajahan berdasarkan

persebaran penduduknya : wilayah utara yang didominasi

oleh etnis Arab yang memeluk Islam dan wilayah selatan

yang mayoritasnya merupakan etnis kulit hitam Afrika

penganut paham animisme dan kristen.

Selain pembagiaan wilayah Sudan oleh Inggris,

penduduk Sudan yang ada di utara dilarang berpergian ke

selatan dan sebaliknya. Kebijakan yang dilakukan

kolonial inggris bertujuan untuk mencegah penyebaran

penyakit malaria dari selatan. Akan tetapi kebijakan

ini justru membuat wilayah utara dan selatan semakin

terisolasi satu sama lain sehingga sikap sentimen dan

rasa saling tidak percaya antar kelompok etnis semakin

meningkat. Selain itu ketika Sudan akan memperoleh

kemerdekaan dari Inggris, masyarakat Sudan yang ada di

selatan tidak dilibatkan dalam perundingan memerdekakan

Sudan oleh Inggris.

Kecenderungan masyarakat Sudan Utara yang akan

mendominasi mulai muncul pasca kemerdekaan Sudan dimana

4

dalam birokrasi masyarakat Sudan utara menduduki 800

kursi administratif senior yang ada sedangkan

masyarakat Sudan di selatan hanya menduduki 6 kursi.

Sudan juga menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi

negaranya kendati demikian masyarakat Sudan di wilayah

selatan menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa

mereka sehari-hari. Perbedaan ini yang membuat

munculnya kecenderungan masyarakat Sudan di utara lebih

mengucilkan masyarakat Sudan di selatan yang memaksa

masyarakat Sudan di selatan berontak dan muncul konflik

antara kedua wilayah ini hingga akhirnya Sudan Selatan

resmi menjadi negara merdeka dan melepaskan diri dari

Sudan setelah melalui referendum sejak perjanjian damai

yang di sepakati oleh kedua kelompok pada tahun 2005.

Pasca kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan, kedua

negara ini justru semakin terlibat konflik militer di

perbatasan. Kedua negara sama-sama saling menyerang

dimana Sudan ingin kembali memasukkan Sudan Selatan ke

dalam negara Sudan sedangkan Sudan Selatan sangat

5

berkeinginan untuk memisahkan diri dari Sudan. Konflik

kedua negara ini yang tidak kunjung usai hingga saat

ini dipicu oleh perebutan minyak di perbatasan antar

kedua negara. Kedua belah pihak sama-sama saling

mengklaim bahwa wilayah Heglig merupakan bagian dari

negaranya. Konflik ini mendapat kecaman dari dunia

Barat yang kemudian mendesak DK PBB untuk menjatuhkan

sanksi kepada Sudan dan Sudan Selatan.

Selain perebutan wilayah antar Sudan dengan Sudan

Selatan, faktor eksternal juga menjadi penyebab utama

dari konflik yang terjadi antara kedua negara ini.

China diduga terlibat dalam konflik yang terjadi di

Sudan dengan Sudan Selatan. China memiliki kepentingan

di Sudan dan Sudan Selatan karena China menguasai

minyak di Sudan dan Sudan Selatan dengan berdirinya

perusahaan-perusahaan petrochina di ladang-ladang

minyak Sudan dan Sudan Selatan. China juga menjadi

penghambat penjatuhan sanksi dari PBB yang di montori

oleh Amerika Serikat. China menentang penjatuhan sanksi

6

terhadap Sudan dan Sudan Selatan. China selama ini

melindungi Sudan di PBB dan menentang segala penjatuhan

sanksi dari PBB kepada Sudan. Sikap yang dilakukan oleh

China di Sudan mendapat dukungan dari Rusia. Hal ini

yang membuat konflik antara Sudan dan Sudan Selatan

terus terjadi dan belum ada tanda-tanda untuk

mengakhiri konflik walaupun perjanjian perdamaian

sering dibuat namun perjanjian itu sering dilanggar

oleh kedua negara.

7

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan

diatas, dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu

1. Apa yang menjadi penyebab munculnya konflik

sipil di Sudan dan konflik pasca kemerdekaan

Sudan Selatan dari Sudan?

2. Bagaimana peran PBB dalam menyelesaikan

konflik antara Sudan dengan Sudan Selatan di

tengah perbedaan pendapat dalam tubuh DK PBB

antara China dengan Amerika Serikat?

III. KERANGKA TEORI

Dalam menganalisis konflik yang terjadi antara

Sudan dengan Sudan Selatan, kami menggunakan teori

kepentingan nasional dan peranan organisasi

internasional untuk mempermudah kami menganalisis kasus

tersebut.

a. Teori Kepentingan Nasional

8

Kepentingan nasional merupakan salah satu konsep

yang paling dikenal luas oleh kalangan penstudi

Hubungan Internasional karena konsep inilah tujuan

mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu

dan para pembuat keputusan dalam merumuskan politik

luar negeri sebuah negara. Selain itu konsep ini juga

sering dipakai sebagai pengukur keberhasilan suatu

politik luar negeri atau evaluasi.

Menurut H. J. Morgenthau kepentingan nasional sama

dengan usaha negara untuk mengejar power, dimana power

adalah segala sesuatu yang bisa mengembangkan dan

memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain.

Morgenthau juga mengatakan bahwa konsep kepentingan

nasional serupa dengan ‘konsep umum’ konstitusi Amerika

Serikat dalam dua hal yaitu kesejahteraan umum (general

welfare) dan hak perlindungan hukum. Konsep tersebut

memuat arti minimum yang inheren di dalam konsep itu

sendiri, tetapi diluar arti minimum konsep tersebut

bisa diartikan dengan berbagai macam hal yang secara

9

logis berpadanan dengannya sesuai dengan tradisi

politik dan konteks kultural keseluruhan dimana suatu

negara memutuskan politik luar negerinya. Arti minimum

yang inheren di dalam konsep kepentingan nasional

sebuah negara adalah melindungi identitas fisik,

politik, dan kulturalnya dari gangguan negara-bangsa

lain. Dengan kata lain hakekat kepentingan nasional

menurut Morgenthau adalah power (pengaruh, kekuasaan,

dan kekuatan).

Namun menurut Joseph Frankel (1970) kepentingan

nasional tidak bisa didefinisikan secara sempit dengan

cara mengabaikan kepentingan-kepentingan moral, religi,

dan kepentingan kemanusiaan yang lain seperti yang

dibuat oleh Morgenthau. Hal ini senada dengan apa yang

dikatakan oleh Nicholas Spykman bahwa kepentingan

nasional juga mencakup kepentingan moral, religi,

kebudayaan, dan sebagainya. Tetapi dia menambahkan

bahwa untuk mengejar kepentingan-kepentingan itu tetap

diperlukan power yang mencukupi.

10

Paul Seabury mendefinisikan konsep kepentingan

nasional secara normatif dan deskriptif. Secara

normatif konsep kepentingan nasional berkaitan dengan

kumpulan cita-cita suatu bangsa yang berusaha

dicapainya melalui hubungan dengan negara lain. Namun

tidak sekedar cita-cita mengejar power saja melainkan

ada juga cita-cita lainnya. Sedangkan secara

deskriptif, kepentingan nasional dianggap sebagai

tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap

melalui kepemimpinan pemerintah. Jadi selama negara-

bangsa (nation-state) masih merupakan aktor hubungan

internasional yang dominan, maka kepentingan nasional

akan menjadi determinan utama yang menggerakkan negara-

negara menjalankan hubungan internasional atau politik

luar negeri.

b. Teori Peranan

Menurut Mohtar Mas’oed dalam bukunya Studi

Hubungan Internasional (Tingkat Analisa dan Teorisasi),

Peranan (Role) adalah perilaku yang diharapkan akan

11

dilakukan oleh seseorang yang menduduki posisi

tertentu, baik posisi dalam organisasi maupun dalam

sikap negara. Setiap orang yang menduduki posisi itu,

diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi itu.

Dalam teori peran, perilaku individu harus

dipahami dan dimaknai dalam konteks sosial. Disamping

itu, teori peranan juga menegaskan bahwa “Perilaku

politik adalah perilaku dalam menjalankan peranan

politik”. Teori ini berasumsi bahwa perilaku politik

adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peran

yang kebetulan dipegang oleh seorang aktor politik.

Teori peranan mempunyai kemampuan mendiskripsikan

institusi secara behavioral. Dalam pandangan teoritis

peranan, institusi politik adalah serangkaian pola

perilaku yang berkaitan dengan peranan. Model teori

peranan langsung menunjukkan segi-segi perilaku yang

membuat suatu kegiatan sebagai institusi. Dengan

demikian, teori peranan menjembatani jurang yang

memisahkan pendekatan individualistik dengan pendekatan

12

kelompok. Dalam teorisasi peranan, kita masih bisa

membahas perilaku individu, tetapi perilaku dalam arti

peranan. Dan peran-peran ini adalah komponen-komponen

yang akan membentuk institusi. Dalam kata lain,

institusi bisa didefinisikan sebagai serangkaian peran

yang saling berkaitan, yang berfungsi mengorganisasikan

dan mengkoordinasikan perilaku demi mencapai suatu

tujuan.1

1 Mohtar Mas’oed, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi. Yogyakarta. PAU-SS-UGM,1989, hal. 45

13

PEMBAHASAN

A. Profil Negara Sudan

Republik Sudan ditinjau dari segi geografisnya,

merupakan negara terluas di Afrika yang memiliki luas

sekitar 2.505.810 km2. Terletak di Afrika Utara dan

beribukotakan Khartoum. Sudan berbatasan dengan Mesir

di utara, Eritrea dan Ethiopia di timur, Kenya dan

Uganda di tenggara, Kongo dan Republik Afrika Tengah di

barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut.

Sudan meliputi daratan yang sangat luas dengan gurun

sahara di sebelah utara, daerah pengunungan di wilayah

Sudan Timur, dan Barat, serta rawa-rawa dan hutan hujan

tropis yang sangat besar di daerah Selatan.

Populasi penduduk Sudan merupakan populasi yang

paling berbeda dengan negara-negara lain di benua

Afrika. Hal ini dikarenakan adanya dua kebudayaan besar

yaitu Arab dan orang Afrika berkulit hitam, dengan

ratusan kelompok etnis, suku dan bahasa.. Penduduk

Sudan berasal dari berbagai macam kelompok etnis yang

14

berbeda, yaitu etnis Afrika sebesar 52 %, Arab 39 %,

Beja 6%, dan lain-lain sebanyak 3 %. Penduduk di

wilayah utara Sudan mayoritas memeluk agama Islam ( 70%

), sebanyak 5% memeluk agama Kristen dan kebanyakan

berdomisili di selatan Sudan, sementara 25 % penduduk

lainnya masih memegang teguh kepercayaan asli. Sebagian

besar masyarakat Sudan berbahasa Arab, disamping masih

juga menggunakan bahasa suku mereka seperti Nubian,

Beja, Ta Bedawie, Fur, Nuban, dan juga dialek Nilotic

dan Nilo-Hamitic. Populasi penduduk Sudan hingga Juli

2008 diperkirakan sebesar 40.218.455 jiwa.2

Sudan merupakan negara multi agama dan multi etnis

yang memiliki perbedaan kelas sosial ekonomi antara

kaum Arab dan Afrika serta merupakan bangsa pengembala

dan petani. Sudan atau dalam bahasa Arab “Bilad as

Sudan” dengan nama resmi Republik Sudan saat ini

dipimpin oleh Presiden Omar Hassan Al Bashir sejak 30

2 CIA fact book: Sudan Country profile. http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/su.html. Diakses tanggal 18 Mei 2012.

15

Juni 1989. Sejak meraih kemerdekaannya dari penjajahan

Mesir dan Inggris pada 1 Januari 1956, Sudan dilanda

oleh berbagai macam krisis. Pembagian negara yang tidak

menjadikan etnis sebagai konsiderasi pembagian tersebut

telah menyebabkan disiintegrasi yang besar dalam

negara Sudan itu sendiri, yang menghasilkan perang

sipil yang akan berlangsung puluhan tahun.

Sistem politik dan pemerintahan Sudan mengalami

dinamika perubahan secara konstan seiring dengan waktu.

Presiden Sudan adalah pemegang otoritas sistem

pemerintahan Executive, yang juga merupakan perdana

menteri, kepala pemerintahan, dan panglima angkatan

bersenjata. Badan legislatif Sudan adalah The National

Assembly merupakan majelis rendah yang memiliki 450

anggota. Selain itu juga ada majelis tinggi, yaitu

Council of State, yang terdiri dari dua wakil yang ditunjuk

dari setiap 26 provinsi. Pada bidang peradilan, Sudan

memiliki pengadilan tinggi, Menteri Kehakiman,

pengacara umum, dan pengadilan umum atau khusus. Di

16

bidang divisi sub administratif, tiap provinsi

dikepalai oleh seorang gubernur yang ditunjuk oleh

presiden bersama dengan kabinet negara dan majelis

legislatif negara.

B. Gambaran Umum Konflik Sudan Selatan - Sudan Utara

Mayoritas perpecahan internal seringkali dapat

ditemukan di berbagai negara dalam Afrika. Bahkan

perpecahan internal ini tidak hanya sebatas perpecahana

pada kesatuan rakyat sebuah negara, akan tetapi masuk

kepada tingkatan konflik atau perang sipil/saudara.

Perang saudara biasa terjadi akibat perbedaan paham

antar kedua pihak, bahkan sampai konflik antar agama

dan etnis yang tidak mampu hidup harmonis bersama dalam

sebuah negara.

Perpecahan internal yang terjadi di Sudan ada

beberapa. Pertama di Darfur sejak 2003, dimana pokok

permasalahannya terletak pada meningkatnya gerakan-

gerakan yang menentang pemerintahan pusat Omar Al-

Bashiir. Pembersihan etnis terjadi, menghasilkan

17

ratusan ribu warga meninggal, serta jutaan mengungsi ke

negara tetangga. Kedua adalah kasus antara Sudan

Selatan, serta Sudan Utara. Latar belakang konflik ini

sebab adanya ketidakadilan dalam pemerintahan pusat,

terhadap hak-hak warga di Sudan Selatan. Dari segi

politik dan ekonomi, Sudan Selatan sering tidak

dianggap dalam keputusan politik, serta proliferasi

ekonomi ke daerah tersebut, menyebabkan ketidaksetaraan

lapangan pekerjaan dan perkembangan daerah. Sering pula

terjadi ekspolitasi di daerah Sudan Selatan oleh

pemerintahan pusat yang berlokasi di Sudan Utara.

Seringkali dikatakan bahwa latar belakang konflik

internal antara Sudan Selatan dan Utara tidak hanya di

motivasi oleh sebab-sebab diatas, tetapi juga

berhubungan dengan diskriminasi ras dan agama oleh

pemerintahan pusat. Sehingga dikatakan bahwa konflik

internal yang terjadi di Sudan juga merupakan konflik

antar agama, sekaligus ras. Dari segi agama, daerah

Sudan Utara memiliki mayoritas penduduk beragama Islam,

18

dan merupakan ras Arab. Sedangkan di Sudan Selatan,

mayoritas penduduk beragama Kristen, dan ras kulit

hitam. Pemerintahan pusat yang berpegang teguh pada

ideologi Islam, kerap menganggap bahwa penduduk Arab

Islam lebih superior dibandingkan mereka yang berkulit

hitam dan beragam Kristen.3 Diskriminasi inilah yang

menjadi salah satu sebab terjadinya konflik yang paling

lama, di negara Afrika yang paling besar saat ini.

Namun untuk menganalisa sumber konflik antar Sudan

Utara dan Selatan, perlu dianalisa sejak masa

penjajahan Inggris dan Mesir.

Dari Segi historis, pada saat penjajahan Inggris,

telah terjadi eksploitasi, serta ketidaksetaraan

perkembangan yang diperkenalkan oleh penjajahan Inggris

sebelum kemerdekaan.4 Kolonialisasi Inggris gagal untuk

membentuk mekanisme yang lebih baik dalam hal transisi

kekuasaan Inggris, ke Sudan itu sendiri, serta gagal

untuk mempersiapkan kebutuhan Sudan Selatan sebelum3 Deng D. Akol Ruay, The Politics of the Two Sudans, Uppsala: The Scandinavian Institute of African Studies, 1994, h.564 Abdul Rahman Abu Zayed Ahmed, Why the violence?, London: Panos Institute, 1988, h.19.

19

kemerdekaan. Warga Sudan selatan seringkali diculik

demi kepentingan perdagangan perbudakan. Perkembangan

lebih difokuskan di daerah Sudan Utara. Akibatnya, dari

segi ekonomi, kesempatan politik, serta pendidikan,

Warga Sudan Selatan tidak mampu untuk bersaing dengan

Sudan Utara.

Kemerdekaan di tahun 1956 memberikan harapan besar

bagi rakyat Sudan Selatan untuk mendapatkan kesempatan

yang sama dari segi pendidikan, politik, ekonomi, serta

perkembangan yang merata. Tidak hanya berfokus di

daerah Sudan Utara. Namun, kemerdekaan menjadi ajang

memperlebar jarak perkembangan antar kedua wilayah

tersebut. Sudan Utara meneruskan kebijakan yang

sebelumnya diaplikasikan oleh penjajahan dari Inggris.

Pemerintahan pusat terus menerus mengaplikasikan

program perkembangan ekonomi regional tidak merata, dan

kebijakan-kebijakan lainnya yang tidak memberikan

kesempatan kepada Sudan Utara untuk berkembang. Harapan

Sudan Selatan untuk mengembangkan wilayah, serta

20

membentuk negara persatuan yang lebih ternyata telah

memperburuk keadaan dan mempebesar diskriminasi

tersebut.

Struktur pemerintahan Sudan pasca kemerdekaan juga

mencurigakan. Sebab civil service atau departemen-

departemen pemerintahan di Sudan Selatan, semua

merupakan warga dari Sudan Utara. Sehingga muncul-lah

beberapa perspektif dari masyarakat Sudan Selatan,

bagaimana Sudan Utara memiliki insentif untuk menguasai

Sudan secara keseluruhan. Tentunya hal tersebut

ditanggapi serius oleh semua rakyat Sudan Selatan.

Namun yang merefleksikan kebijakan diskriminatif

adalah penyebaran Islam, bahkan di Sudan Selatan itu

sendiri. Setelah kemerdekaan, hanya 6 individual dari

Sudan Selatan yang dijabat sebagai posisi

administrative Sudan. Sehingga banyak terjadi

penyebaran ideologi Islam pasca kemerdekaan tersebut.

Februari 1962, pemerintahan pusat menutup secara paksa

21

sekolah-sekolah Kristen.5 Juga muncul beberapa usaha

pemerintah untuk menerapkan hukum Syariah, sebuah hukum

yang menggunakan hukum agama Islam sebagai pedoman.

Tentunya ini ditanggapi dengan penuh kemarahan oleh

rakyar Sudan Selatan, dan semua penduduk Sudan yang

beragam Kristen. Bukan hanya itu, penyebaran ini

dilakukan dengan niat memaksa semua rakyat menerima

hukum tersebut.6

Masyarakat yang merasa tertindas, terutama dalam

hal kebebasan agama, serta kesempatan dalam kontribusi

ekonomi negara yang tidak merata telah menyebabkan

perang sipil selama bertahun-tahun di Sudan. Perang

Sipil pertama pada tahun 1955-1972, kemudian dilanjut

pada perang sipil kedua tahun 1983-2005. Merupakan

perang Sipil paling lama, serta paling banyak menelan

korban.

Pasca kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan, kedua

negara kembali terlibat konflik terbuka terkait5 Charles Gurdon, Instability and the State: Sudan, London: Macmillan, 1989, h.107.6 John Prendergast, Crisis Response, London: Pluto Pers, 1997, h.82.

22

perebutan wilayah Heglig yang memiliki kandungan

minyaknya. Kedua negara ini kembali terlibat konflik

karena adanya kepentingan ekonomi dimana kedua negara

ini menjadikan sektor minyak sebagai kekuatan

perekonomian di negaranya. Sudan Selatan melakukan

penyerbuan untuk menguasai wilayah Heglig yang secara

internasional wilayah ini bagian dari wilayah Sudan.

Menanggapi hal tersebut, Sudan mengerahkan kekuatan

militernya untuk merebut kembali wilayah Heglig.

Pesawat tempur Sudan membombandir kota-kota di wilayah

Sudan Selatan. Wilayah Heglig masih menjadi wilayah

yang disengketakan oleh kedua negara. Belum adanya

kesepakatan yang jelas terkait perbatasan kedua negara

membuat kedua negara sering bersitegang di daerah

perbatasan yang masih disengketakan saat ini.

C. Referendum Sudan (Januari 2011)

Referendum merupakan pemungutan suara untuk

mengambil sebuah keputusan politik. Kasus Referendum di

Sudan memiliih antara kemerdekaan (Secession) atau

23

persatuan (Unity). Keputusan untuk mengadakan sebuah

referendum, merupakan salah satu perjanjian yang telah

disetujui oleh kedua pihak (SPLA/M dan pemerintahan

pusat Khartoum) dalam perjanjian perdamaian

komprehensif tahun 2005. Referendum dilaksanakan 6

tahun pasca pengaplikasian perjanjian Naivasha, agar

warga Sudan Selatan (subjek pemilih dalam referendum

Sudan 2011) dapat memiliki gambaran apakah integrasi

antar kedua pihak itu akan berjalan dengan lancar di

masa yang akan mendatang ataupun konflik kembali

bergejolak.

Berbeda dengan beberapa referendum yang biasa

dilakukan di Selandia baru misalnya yang bersifat

pemasukan untuk pemerintahan yang sedang berkuasa,

referendum Januari 2011 Sudan tersebut bersifat

mengikat. Sehingga apapun hasil dari referendum

tersebut, semua aktor yang terlibat diwajibkan untuk

menerima kenyataan tersebut. Dalam referendum Sudan

waktu itu, rakyat Sudan Selatan diberikan 2 pilihan,

24

antara persatuan, ataupun perpisahan. Persatuan berarti

Sudan Selatan akan tetap menjadi bagian dari Sudan,

diberikan otonomi daerah, serta akan terjadi integrasi

pasukan militer kedua pihak yang lebih intensif.

Perpisahan berarti Sudan Selatan akan membentuk sebuah

pemerintahan yang baru, memiliki otoritas penuh

terhadap wilayah mereka, dan kemungkinan besar tidak

aka nada campur tangan apapun oleh pemerintahan pusat

di Khartoum.

Hasil dari referendum yang berlangsung dari 9

Januari hingga 15 januari 2011,7 menunjukkan 99% dari

warga di Sudan Selatan memilih untuk berpisah

(kemerdekaan Sudan Selatan). Dari 3,851,994 penduduk

yang memilih, hanya 44,888 yang memilih untuk tetap

menyatukan kedua daerah tersebut. 8 Deklarasi

kemerdekaan akan dideklarasikan pada tanggal 9 Juli

2011. Sebelum tanggal tersebut, Sudan Selatan, dan7 First day of South Sudan referendum ends peacefully. http://www.tehrantimes.com/Index_view.asp?code=233845. Diakses tanggal 18 Mei 2012. 8 Sudan referendum results confirmed. http://www.guardian.co.uk/world/2011/feb/07/sudan-referendum-result-confirmed. Diakses tanggal 18 Mei 2012.

25

pemerintahan pusat diharuskan untuk melakukan negosiasi

dan berusaha mencapai konsensus pada pembagian

penghasilan dari minyak, dan berbagai pemasukan negara

lainnya yang melibatkan Sudan Selatan secara

teritorial.

Latar belakang mayoritas penduduk Sudan Selatan

yang memilih untuk berpisah dapat dianalisa oleh

beberapa sebab. Salah satunya adalah konflik yang terus

berlanjut antar kedua pihak, pasca perjanjian Naivasha

di tahun 2005. Perjanjian yang ditandatangani oleh

pemerintahan pusat Khartoum dengan SPLA/M ternyata

tidak menjangkau semua kelompok pemberontak yang ada.

Konflik berlanjut di tahun 2006, antara kelompok

pemberontak (yang quantitasnya relative kecil

dibandingkan SPLA/M). Salah satu kasus yang belum

diselesaikan adalah nasib Abyei, kota yang terletak di

pertengahan Sudan Utara dan Sudan Selatan, yang

dianggap sebagai kota emas. Sebagai penghasil minyak

paling besar di Sudan, Abyei menjadi target konflik

26

bersenjata di tahun 2008, untuk memperebutkan daerah

tersebut.9

Hasil referendum yang menjadwalkan kemerdekaan,

membawa kesenangan bagi rakyat Sudan selatan pada

tanggal 9 Juli 2011. Sebagai negara ke-193, Republik

Sudan Selatan akan menghadapi berbagai kesulitan

sebagai negara baru, termasuk konflik yang sampai saat

itu masih berlanjut. Konflik bersenjata antara Sudan

Selatan dan Utara. Walaupun akan menghadapi

permasalahan yang rumit, warga Sudan Selatan tetap

melakukan selebrasi di jalanan, merayakan hari

kebebasan mereka. Warga Sudan Utara di sisi lain

membawa reaksi yang berbeda. Kegagalan untuk membentuk

sebuah negara yang multi-etnis, berkurangnya pemasukan

negara dari industry oli yang 75% terletak di Sudan

Selatan,10 serta kehilangan wilayah negara yang besar

9 BBC news-Timeline: Sudan. http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/country_profiles/827425.stm. Diakses tanggal 18 Mei 2012. 10 World’s 193rd State is born with Sudan’s partition. http://www.dawn.com/2011/07/09/worlds-193rd-state-is-born-with-sudans-partition.html. Diakses tanggal 17 Mei 2012.

27

mewarnai pemikiran rakyat Sudan Utara saat deklarasi

kemerdekaan dilakukan.

D. Tantangan Sudan Selatan Sebagai Negara Baru

Perang sipil kedua Sudan yang dimulai tahun 1983

sampai tahun 2005 telah berakhir, menghasilkan

kemerdekaan, sebuah kebebasan bagi rakyat Sudan

Selatan. Perang yang berlangsung puluhan tahun telah

berakhir, namun perjuangan pembentukan sebuah negara

baru merupakan perang baru yang mesti dimenangkan

pemerintahan Sudan Selatan saat ini. Sudan Selatan

didorong untuk melakukan kerjasama yang lebih intensif

secara bilateral, sampai kepada multilateral. Secara

internal, Sudan Selatan menghadapi permasalahan dalam

membangun fondasi dasar negara, seperti hukum dan

ideologi negara, perekonomian negara, kesehatan,

pendidikan, serta manajemen militer negara.

Pembentukan kerjasama internasional belum dapat

dilaksanakan sebelum adanya pengakuan dari negara lain.

Pengakuan merupakan hal pertama yang dibutuhkan oleh

28

Sudan Selatan, agar mampu membuka kemungkinan kerjasama

dalam waktu dekat. Pengakuan sebuah negara yang baru

merupakan sebuah tindakan politik yang dilakukan oleh

negara lain, hanya setelah deklarasi kemerdekaan negara

yang ingin diakui dideklarasikan. Setelah sebuah

pengakuan telah dilakukan, hubungan diplomatis formal

akan terbentuk.11

Konsiderasi pertama Sudan Selatan dalam

pembentukan diplomasi internasional adalah keanggotaan

dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB merupakan

organisasi international yang menfasilitasi kerjasama

dalam bidang hukum internasional, keamanan

internasional, perkembangan perekonomian, perkembangan

sosial, serta hak asasi manusia. Melalui keanggotaan

dalam PBB, sebuah negara telah diakui sebagai negara

yang memiliki kedaulatan yang setara dengan 192 negara

lainnya yang menjadi anggota dalam PBB, serta akan

kontribusi dalam penyelesaian berbagai kasus global.

11 South Sudan: How do you set up a new nation? www.bbc.co.uk/news/world-africa-14014083. Diakses tanggal 17 Mei 2012.

29

Tanggal 13 Juli 2011, United Nations Security Council

(Dewan Keamanan PBB) telah merekomendasikan kepada

organisasi internasional untuk mengakui Sudan Selatan

sebagai negara baru didalam PBB. General Assembly, sebuh

forum dalam PBB akan memberikan pemilihan, apakah Sudan

Selatan akan menjadi negara ke 193 angoota PBB atau

tidak.12 14 Juli 2011, anggota dalam forum General

Assembly memutuskan untuk menjadikan Sudan Selatan

sebagai bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.13

Perwakilan bangsa dalam forum telah memberikan masukan

kepada negara tetangga Sudan Selatan untuk ikut

berkontribusi terhadap perkembangan negara baru

tersebut, serta menenkankan terbentuknya hubungan

diplomatis sehat antara Sudan dan Sudan Selatan.

Menjadi bagian dari organisasi regional juga

diperkirakan akan menjadi kepentingan nasional dari

12 South Sudan expected to join UN. www.cbc.cs/news/world/story/2011/07/13/south-sudan-un-vote.html. Diakses tanggal 19 Mei 2012. 13 South Sudan Becomes 193rd Member of United Nations. www.voanews.com/english/news/africa/South-Sudan-Becomes-193rd-Member-of-United -Nations-125579368.html. Diakses tanggal 19 Mei 2012.

30

Sudan Selatan. Berbeda dengan keanggotaan dalam

organisasi internasional, organisasi regional disatukan

oleh kesamaan ideologi, etnis, historis, dan berbagai

kesamaan lainnya selain kedekatan wilayah antar

anggota. Melalui organisasi regional, negara tetangga

akan ikut serta berkontribusi dalam pembangunan negara,

serta membantu dengan keperluan-keperluan negara

tersebut.

IGAD (Intergovernmental Authority on Development)

merupakan sebuah organisasi perkembangan regional, yang

terdiri atas negara-negara Afrika Timur. Keanggotaan

IGAD saat ini terdiri atas Djibouti, Ethopia, Kenya,

Somalia, Sudan, dan Uganda. Pemberian aplikasi sebagai

anggota IGAD telah dilakukan, beberapa hari setelah

deklarasi kemerdekaan Sudan Selatan.14 IGAD telah

memberikan respon yang positif, dan mengatakan bahwa

14 South Sudan applies for IGAD membership. www.sudancatholicradio.net/index.php?option=com_content&view=article&id=4374:south-sudan-applies-for-igad-membership&catid=2:south-sudan&Itemid=84 . Diakses tanggal 19Mei 2012.

31

mereka bersedia memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh

Sudan Selatan dalam pembentukan negara tersebut.

Permasalahan internal negara akan menjadi

permasalahan yang sangat rumit. Melihat keadaan Sudan

Selatan yang baru dalam posisi pembentukan negara dari

awal, menunjukkan bagaimana Sudan Selatan ini

membutuhkan begitu banyak asistensi dari pihak luar.

Dari segi militer, SPLA (Sudan People’s Liberation Army) akan

dijadikan pasukan militer formal negara Sudan Selatan,

bernama South Sudan Armed Forces setelah kemerdekaan Sudan

tanggal 9 Juli 2011.15 Sebutan SPLA tidak lagi menjadi

relevan digunakan, sebab perang sipil yang berlangsung

21 tahun, dimana SPLA menjadi aktor kunci dalam

peperangan tersebut telah berakhir.

Permasalahan utama dalam pengembangan Sudan

Selatan yang baru adalah masalah perekonomian.

Kemungkinan besar Sudan Selatan akan tetap bergantung

pada penghasilan dari minyak bumi. Pada mekanisme15 SPLA to be called South Sudan Armed Forces after independence. www.sudantribune.com/SPLA-to-be-called-South,38727. Diakses tanggal 19 Mei 2012.

32

pembagian pemasukan secara merata, biaya tersebut

menutupi 98% pemasukan negara di Sudan Selatan,

sehingga pemerintahan Sudan Selatan memiliki dependensi

yang sangat tinggi akan penghasilan dari minyak bumi.

Penghasilan dari minyak bumi akan tetap berjalan, namun

persediaan minyak bumi di daerah Sudan Selatan

diperkirakan hanya untuk 20-30 tahun.16

Dependensi terhadap pemasukan hasil minyak bumi

akan tetap bertahan untuk waktu-waktu dekat, sebab

apabila penghasilan dari minyak bumi sebanyak 98%

pemasukan negara, perekonomian Sudan Selatan akan

dengan segera jatuh, menimbulkan krisis ekonomi di awal

pembentukan negara Sudan Selatan. Masyarakat

kemungkinan tidak akan terpengaruh secara langsung jika

hal tersebut terjadi, namun ketidakmampuan untuk

pembiayaan tentara nasional bisa membawa dampak yang

parah bagi Sudan Selatan. Perlu dipahami bahwa

16 Can Sudan’s oil feed north and south? www.bbc.co.uk/news/world-Africa-12128080. Diakses tanggal 19 Mei 2012.

33

pemasukan dari minyak hanya akan menyediakan kebutuhan

bagi jangka pendek bagi Sudan Selatan.

Bagi sebuah negara yang baru saja terbentuk,

investasi akan datang kepada negara tersebut. Dimana

negara-negara akan berlomba untuk memberikan investasi,

dan membawa pengaruh paling besar terhadap negara

tersebut. Sebuah negara yang baru terbentuk memberikan

market baru bagi berbagai negara yang tertarik untuk

berinvestasi di negara tersebut. Cina telah

mengekspresikan kesediaan, serta kesiapannya dalam

berinvestasi dalam negara Sudan Selatan. Cina bersedia

untuk berinvestasi ke sektor-sektor perekonomian negara

Sudan, diantaranya adalah infrastruktur fisik, energy

hidroelektrik, pertanian, pendidikan, kesehatan, serta

berbagai bidang lainnya.17

Privatisasi menjadi salah satu kemungkinan yang

kuat akan terjadi di Sudan Selatan. Terbatasnya sumber

daya pemerintahan untuk mengelola semua bidang17 China to expand investement in South Sudan after independence. www.sudantribune.com/China-to-expand-investement-in,39080. Diaksestanggal 19 Mei 2012.

34

kehidupan dalam negara Sudan Selatan, memungkinkan

terjadinya privatisasi dalam berbagai sektor.

Privatisasi merupakan sebuah proses pengalihan dari

milik umum menjadi milik pribadi. Dalam prosesi

privatisasi, pihak swasta diberikan otoritas dalam

mengendalikan beberapa sektor yang seharusnya

dijalankan oleh pemerintahan.

Akibat dari privatisasi dapat dilihat dari esensi

sebuah perusahaan swasta. Dimana perusahaan tersebut

berorientasi uang, sehingga akan menetapkan sebuah

biaya yang akan mendatangkan keuntungan yang sebanyak-

banyaknya. Sudan Selatan sebagai negara baru, tidak

memiliki capital yang cukup untuk mengembangkan semua

sektor kehidupan dalam waktu yang bersamaan, sehingga

kemungkinan pencarian jalan alternatif (yang biasa

ditempuh negara miskin) adalah privatisasi.

Dikhawatirkan bahwa prosesi tersebut akan menghasilkan

ketidakmampuan rakyat dalam membiayai keperluan dasar

seperti pendidikan dan kesehatan.

35

E. Profil Negara Sudan Selatan

Sudan Selatan, secara resmi bernama Republik Sudan

Selatan adalah sebuah negara di Afrika Timur. Ibu kota

dan kota terbesarnya adalah Juba, terletak di negara

bagian Khatulistiwa Tengah sebelah selatan. Negara

Sudan Selatan berbatasan dengan Ethiopia di sebelah

timur; Kenya, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo di

sebelah selatan; Republik Afrika Tengah di sebelah

barat; dan Sudan di sebelah utara. Sudan Selatan

meliputi kawasan rawa yang luas, yang dibentuk oleh Nil

Putih, secara lokal disebut Bahrul Jabal.

Negara ini awalnya merupakan bagian dari Sudan

Anglo-Mesir, kondominium Britania dan Mesir, dan

kemudian menjadi bagian dari Republik Sudan ketika

mencapai kemerdekaan pada 1956. Setelah Perang Saudara

Sudan Pertama, Wilayah Otonomi Sudan bagian Selatan

dibentuk pada 1972 dan berlangsung sampai dengan 1983.

Kemudian terjadi Perang Saudara Sudan Kedua yang

berakhir dengan Perjanjian Damai Komprehensif 2005.

36

Selanjutnya pada tahun itu, otonomi selatan

dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan bagian

Selatan dibentuk. Sudan Selatan menjadi sebuah negara

merdeka pada 9 Juli 2011 tengah malam (00:00) waktu

setempat setelah referendum yang diselenggarakan pada

Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih

untuk memisahkan diri dari Sudan.18

Pada 14 Juli 2011, Sudan Selatan menjadi negara

anggota PBB. Negara ini juga merupakan anggota Uni

Afrika. Sudan Selatan juga telah mendaftarkan diri

untuk bergabung dengan Persemakmuran, Komunitas Afrika

Timur, Dana Moneter Internasional, dan Bank Dunia.

Negara ini juga dinyatakan dapat mendaftarkan diri

untuk keanggotaan Liga Arab.

Perokonomian Sudan Selatan berasal dari sektor

pertanian dan sektor energi. Sudan Selatan mewarisi

sumur-sumur minyak yang dahulu merupakan sumur-sumur

minyak Sudan di daerah sekitar perbatasan. Minyak

18 Martell, Peter (2011 [last update]). "BBC News - South Sudan becomes an independent nation". BBC. Diakses pada 19 Mei 2012.

37

merupakan kekuatan perekonomian fital bagi Sudan

Selatan sehingga negara ini terpaksa harus berkonflik

dengan negara Sudan untuk berebut minyak di wilayah

Heglig yang merupakan ladang minyak terbesar di Sudan.

Wilayah ini masih menjadi wilayah sengketa kedua negara

karena Sudan secara internasional memiliki hak atas

wilayah ini sedangkan Sudan Selatan merasa wilayah ini

adalah bagian dari wilayahnya semejak pembagian wilayah

otonomi oleh Inggris. Selain minyak, Sudan Selatan juga

menjadikan sektor pertanian dan perkebunannya menjadi

sektor pendukung perekonomian Sudan Selatan yang masih

berbenah dari kemerdekaannya dari Sudan. Berada di

aliran sungai membuat kontur tanah Sudan Selatan

menjadi subur sehingga pertanian dan perkebunan menjadi

sektor perekonomian penduduk Sudan Selatan.

Penduduk Sudan Selatan mayoritas etnis kulit hitam

yang beragama kristen Protestan dan animisme. Ketika

Sudan Selatan masih menjadi bagian dari Sudan, etnis

inilah yang sering dikucilkan oleh etnis Sudan Utara

38

yang mayoritas etnis Arab. Dalam sejarahnya etnis kulit

hitam adalah etnis yang sering tertindas dan selalu

berada di kelas bawah yaitu kelas pekerja dan budak.

Setelah munculnya politik Aparteid di Afrika, etnis

kulit hitam mulai mendapat pengakuan kesetaraan oleh

etnis kulit putih. Namun yang terjadi di Sudan justru

sebaliknya karena di negara ini etnis kulit hitam

dikucilkan oleh etnis Arab bahkan dalam pemerintahan di

Sudan etnis Arab mendominasi sedangkan etnis kulit

hitam hanya sedikit pelungnya di birokrasi Sudan.

Semenjak kemerdekaan Sudan Selatan, etnis Arab yang

tinggal di Sudan Selatan berduyun-duyun meninggalkan

Sudan Selatan dan mengungsi ke arah Sudan.

F. Konflik Terbaru Sudan dan Sudan Selatan

Sebagai negara baru, Sudan Selatan banyak

menghadapi masalah salah satunya adalah masalah

ekonomi. Pasca kemerdekaan Sudan Selatan mendapatkan

devisa dari minyak yang dulunya merupakan sumber-sumber

minyak milik Sudan. Namun Sudan juga berupanya untuk

39

mempertahankan sumur-sumur minyaknya dengan

mempertahankan keberadaan wilayah Heglig yang masih

disengketakan. Secara internasional wilayah ini bagian

dari Sudan dimana wilayah ini terdapat ladang minyak

yang berada di tengah-tengah perbatasan kedua negara.

Belum adanya kesepakatan kedua negara dalam menentukan

batas dua negara di wilayah ini membuat kedua negara

sama-sama saling memperebutkan wilayah ini hingga

puncaknya militer Sudan Selatan menguasai wilayah

Heglig dari tangan militer Sudan. Tindakan yang

dilakukan oleh Sudan Selatan memancing amarah Sudan

yang kemudian mengerahkan angkatan militernya untuk

merebut kembali wilayah Heglig. Militer Sudan mulai

mengambil alih kota kaya minyak Abyei dan membubarkan

pemerintahan kota itu yang diklaim oleh wilayah otonomi

Sudan selatan berdasarkan perjanjian damai antara Sudan

dan Sudan Selatan.

Selain merebut wilayah Heglig, Sudan juga

mengerahkan pesawat-pesawat tempurnya untuk

40

membombandir kota-kota di Sudan Selatan. Serangan

pesawat tempur Sudan menewaskan puluhan korban sipil.

Memanasnya hubungan kedua negara memaksa DK PBB

bereaksi keras memaksa Sudan dan Sudan Selatan segera

menghentikan konflik. DK PBB mengancam akan menjatuhkan

sanksi terhadap kedua negara dengan memberlakukan pasal

41 yaitu pasal tambahan intervensi non militer. Namun

penggunaan pasal 41 sebagai pasal tambahan yang

digunakan DK PBB mendapat penolakan dari China. Selama

ini China adalah negara yang mempunyai kepentingan di

Sudan dan Sudan Selatan. China selalu melindungi Sudan

dari segala bentuk penjatuhan sanksi yang di keluarkan

oleh DK PBB. Alasan ini cukup jelas karena China

menguasai sumur-sumur minyak di Sudan dan Sudan

Selatan.

Berdasarkan kesepakatan damai kedua negara pasca

Referendum Sudan, kuota minyak dibagi menjadi dua.

Secara wilayah sumber-sumber minyak yang dulunya milik

Sudan berada di Wilayah Sudan Selatan namun kilang-

41

kilang minyaknya berada di Sudan utara sehingga Sudan

Selatan tidak dapat mengolah minyaknya sendiri. Jika

Sudan Selatan tidak bersikap adil, Sudan mengancam akan

menghentikan jalur pipa minyak yang berasal dari Sudan

Selatan sehingga dapat membuat Sudan Selatan krisis

keuangan karena tidak dapat menjual minyaknya. Namun

kesepakatan pembagian ini masih belum mencapai titik

temu karena kedua negara sama bergantung pada minyak

sebagai penyokong perekonomian negaranya.

G. Kepentingan China di Sudan dan Sudan Selatan

Sebagai negara besar dan maju, China sangat

bergantung pada sumber energi minyak untuk memenuhi

kebutuhan industri dalam negerinya. China menerapkan

kebijakan khusus dalam impor minyaknya dari Timur

Tengah dan Afrika dengan menjalin kerjasama dengan

negara-negara yang mendapat embargo dan anti Amerika.

Kebijakan politik luar negeri China dengan Amerika

Serikat terkait impor minyak sangat berbeda jauh

karena Amerika Serikat selalu membawa doktrin

42

demokrasi di negara yang menjadi mitranya dalam

kerjasama minyak dan Amerika Serikat cenderung

intervensi politik di negara itu. Sedangkan China

menjalin kerjasama dengan negara-negara yang mendapat

embargo dari Amerika Serikat dan China tidak

intervensi dalam politik di negara itu tetapi China

justru membantu negara itu dengan bantuan ekonomi dari

minyaknya dan cenderung melindungi negara yang menjadi

mitranya dari sanksi-sanksi negara barat.

Kebijakan inilah yang juga dilakukan China di

Sudan dan negara baru Sudan Selatan dengan masuknya

perusahaan petrochina di ladang-ladang minyak Sudan

dan Sudan Selatan. Sudan selama ini menghadapi

kesulitan dalam perekonomiannya akibat embargo ekonomi

dari Amerika Serikat terkait konflik dengan Sudan

Selatan. Masuknya China sangat membantu Sudan dalam

mengatasi permasalahan ekonomi di negaranya. Peran

China tidak hanya di Sudan saja tetapi juga di Sudan

Selatan karena sebelum Sudan Selatan merdeka,

43

perusahaan petrochina sudah berdiri di wilayah yang

saat ini menjadi wilayah Sudan Selatan. Keberadaan

China di Sudan Selatan sangat membantu perekonomian

Sudan Selatan terlebih lagi China selalu membantu

Sudan Selatan dalam menata perekonomiannya sebagai

negara baru. Secara geografis Sudan memang daerah yang

kaya akan cadangan minyak, gas dan uranium. Potensi-

potensi Sudan antara lain :

1. Sudan adalah negara yang terluas di benua Afrika

dan wilayah tersubur di kawasan negara Arab. Hal

ini memungkinkan adanya pemberdayaan sumber daya

alam yang lebih dibanding negara-negara lainnya

2. Negara Sudan yang saat ini dianggap miskin dan

terbelakang, ternyata menyimpan kekayaan alam yang

melimpah, seperti adanya kandungan minyak di

bagian selatan dan kandungan uranium di bagian

barat. Kekayaan yang dapat membawa Sudan menjadi

negara kaya dan potensial. Sudan juga masih

menyimpan cadangan minyak bumi sebanyak 631,5 juta

44

barel dan 99,11 milyar meter kubik gas alam yang

belum tereksploitasi, serta cadangan biji besi dan

tembaga dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

Saat ini, produksi minyak mentahnya sekitar

500.000 barel per hari.

3. Sudan berada di posisi strategis lalu lintas

perairan Laut Merah. Sebuah posisi yang

menguntungkan untuk menguasai perikanan hingga ke

jantung Afrika.

4. Sudan adalah penguasa sungai Nil kedua setelah

Mesir. Sudan sebenarnya adalah negara subur dengan

dua aliran anak sungai Nil yang memberi berkah

pertanian yang menjadi pilar utama perekonomian

negara.

Selama ini China selalu melindungi Sudan dari

sanksi-sanksi DK PBB yang di montori oleh Amerika

Serikat.19 Sebagai anggota tetap DK PBB, China memiliki

19 Amerika Serikat susun Resolusi untuk Sudan http://arrahmah.com/read/2012/04/27/19741-as-susun-resolusi-dk-pbb-untuk-konflik-sudan-sudan-selatan.html diakses pada 19 Mei 2012

45

hak veto untuk menolak segala bentuk resolusi yang

dikeluarkan oleh DK PBB yang dinilai hanya dapat

merugikan Sudan dan membuat China kehilangan sumber

minyaknya di Sudan dan Sudan Selatan. Terkait konflik

yang baru terjadi antara Sudan dengan Sudan Selatan

karena perebutan wilayah Heglig, China mendapat

tekanan dari negara-negara Barat karena China dinilai

tidak mampu menciptakan perdamaian antara Sudan dan

Sudan Selatan. Untuk memperbaiki citranya, China mulai

memberikan tekanan kepada Sudan dan Sudan Selatan agar

segera menghentikan konflik dan melaksanakan resolusi

PBB dalam gencatan senjata dan pembicaraan damai kedua

negara yang akan diawasi oleh PBB dan Uni Afrika.20

Namun China juga menambahkan menolak penggunaan pasal

41 karena pasal ini dapat merugikan kedua negara

dengan diberlakukannya sanksi ekonomi dan diplomatik

yang justru akan membuat kedua negara ini semakin

terlibat konflik secala besar. Sikap China didukung

20 China minta Sudan dan Sudan Selatan Menahan Diri http://www.rmol.co/read/2012/04/25/61756/Presiden-China-Minta-Sudan-dan-Sudan-Selatan-Saling-Menahan-Diri- diakses pada 18 Mei 2012

46

oleh sekutunya di DK tetap PBB yaitu Rusia dimana

penggunaan pasal 41 sebagai pasal tambahan hanya akan

menguntungkan pihak Barat.21

H. Peran PBB di Sudan Selatan & Sudan

Sebagai organisasi internasional yang berkewajiban

dalam menjaga perdamaian Internasional, United Nation

( PBB ) memiliki kewajiban untuk menghentikan konflik

yang terjadi di Sudan. Intervensi yang dilakukan PBB

dalam upaya penyelesaian konflik di Sudan mendapat

dukungan kuat dari negara-negara anggota dewan

keamanan PBB. Upaya yang telah dilakukan oleh DK PBB

dalam konflik Sudan adalah membuat perjajian damai

kedua kelompok yang bertikai untuk menghentikan segala

bentuk pertikaian dan melakukan gencatan senjata.

Perjanjian damai ini dapat diterima oleh Sudan dan

kelompok pemberontakan Sudan Selatan yang sepakat

untuk berdamai pada tahun 2005

21 China dan Rusia tolak sanksi untuk Sudan dan Sudan Selatan http://www.seruu.com/utama/-internasional-/artikel/china-dan-rusia-kompak-tolak-sanksi-untuk-sudan-dan-sudan-selatan diakses pada 18 Mei 2012

47

Untuk menindaklanjuti kesepakatan damai di Sudan

Selatan, PBB menempatkan sekitar 10.000 personil.

Sejumlah negara berencana/sudah membuka konsulat di

Juba, Sudan Selatan, termasuk AS (untuk mendukung

kegiatan USAID), Uganda, Kenya, Ethiopia, Congo dan

Afrika Selatan. AS menyatakan mendukung persatuan dan

kesatuan Sudan, namun belum mencabut sanksi ekonominya

pada Sudan.

Dalam kaitan masalah Sudan, Dewan Keamanan PBB

telah mengeluarkan sejumlah resolusi:

1. Resolusi 1547 (2004) mengenai pembentukan U.N.

Advance Mission in Sudan (UNAMIS).

2. Resolusi 1556 (2004), yang memerintahkan

pemerintah Sudan melucuti senjata milisi Janjaweed

dalam waktu sebulan. Liga Arab bereaksi, meminta

agar batas waktu tersebut diperlonggar dan

mengingatkan agar Sudan tidak bernasib seperti

Irak.

48

3. Resolusi 1585 (2005) yang memperpanjang mandat

UNAMIS;

4. Resolusi 1591 (Maret 2005) mengenai larangan

bepergian dan pembekuan asset para pejabat

Pemerintah dan pihak pemberontak yang diduga

terkait dengan pelanggaran HAM di Darfur.

5. Resolusi 1593 (April 2005) yang memberikan sanksi

tambahan untuk Sudan, antara lain embargo senjata

bagi Pemerintah Sudan dan larangan pesawat

Pemerintah Sudan melakukan operasi militer dan

mengharuskan Pemerintah Sudan untuk melapor pada

DK-PBB jika ingin mengirimkan peralatan militer ke

wilayah Darfur. Resolusi juga menyangkut pengajuan

tersangka pelanggar HAM ke Mahkamah Internasional.

PBB sebelumnya mengirimkan International Commission of

Inquiry on Darfur (Februari 2005).

Selain Resolusi yang dikeluarkan PBB saat konflik

Sudan di tahun 2005, DK PBB juga mengeluarkan resolusi

kepada Sudan dan Sudan Selatan ketika Sudan Selatan

49

resmi menjadi negara merdeka dan memisahkan diri dari

Sudan. Konflik ini dikeluarkan oleh DK PBB karena Sudan

dan Sudan Selatan kembali konflik atas perebutan

wilayah Heglig. Khawatir konflik antara Sudan dan Sudan

Selatan bereskalasi menjadi perang besar, 15 anggota

Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengeluarkan

resolusi No. 2046 untuk memaksa kedua negara segera

menghentikan perang dan melakukan dialog untuk

perdamaian. 22 Dalam resolusi itu Sudan dan Sudan

Selatan harus menghentikan permusuhan dan gencatan

senjata yang akan diawasi oleh Uni Afrika dan DK PBB.

Jika pihak manapun tidak mematuhi resolusi, Dewan

Keamanan yang dimotori Amerika Serikat berniat untuk

mengambil tindakan berdasarkan pasal 41 Piagam PBB. 

Pasal itu memungkinkan dewan mengambil tindakan non-

militer, termasuk sanksi ekonomi, untuk mendukung

keputusannya. Pengunaan pasal ini mendapat penolakan

22 Penjatuhan resolusi PBB kepada Sudan dan Sudan Selatan http://www.voaindonesia.com/content/dk_pbb mengeluarkan_resolusi_untuk sudan-sudan_selatan/181997.html diakses pada 19 Mei 2012

50

dari China dan Rusia karena sanksi ini dinilai tidak

efektif untuk menghentikan konflik di Sudan.

Menghadapi desakan dari DK PBB dan China membuat

Sudan dan Sudan Selatan melunak. Kedua negara sepakat

untuk melakukan gencatan senjata dan mulai menarik

pasukan militernya dari wilayah sengketa kedua negara.

Sudan secara terang-terangan menyatakan ingin kembali

berdialog dengan Sudan Selatan sedangkan Sudan Selatan

belum menyatakan apapun. Keberhasilan PBB dalam

menghentikan konflik antara Sudan dan Sudan Selatan

mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat

internasional mengingat selama ini PBB selalu gagal

dalam mencegah dan menghentikan konflik yang sering

terjadi terutama di Afrika. Peran PBB dalam

menghentikan konflik antar negara sangat penting karena

merupakan tanggung jawab penuh PBB dalam menjaga

perdamaian dunia. PBB selama ini banyak disorot terkait

desakan reformasi dalam tubuh DK PBB.

KESIMPULAN

51

Sudan merupakan sebuah wilayah yang memiliki

berbagai keberagaman. Salah satu keberagaman yang

ternyata menjadi sumber konflik yang terjadi di Sudan

selama adalah antara Arab (Sudan Utara) dan warga kulit

hitam (Sudan Selatan). Konflik ini bahkan dapat

dikaitkan dengan perang antar agama Islam dan Kristen.

Kebijakan pemerintahan pusat di Khartoum, Sudan Utara

yang melakukan diskriminasi, opresi, pengabaian, bahkan

sampai kepada implementasi hukum dari agama Islam,

untuk diterapkan di seluruh negara menjadi beberapa

alasan mengapa peperangan sipil pecah dari awal.

Seiring dengan waktu, bermunculan-lah berbagai

gerakan pemberontak yang berusaha memberi tekanan pada

pemerintahan pusat, agar memberikan keadilan dalam

pemutusan kebijakan terutama yang sensitive dengan

masalah agama. Ketidakinginan pemerintahan pusat untuk

melakukan rekonsiliasi dengan pihak pemberontakan telah

membawa negara dengan wilayah paling luas di Afrika ke

dalam perang yang berlangsung hampir 50 tahun lamanya.

52

Berbagai macam perjanjian perdamaian telah

disepakati oleh kedua pihak, namun tidak pernah mampu

terealisasi. Adanya akses terhadap minyak bumi, serta

adanya dukungan dari masyarakat local ikut serta

berkontribusi dalam perpanjangan konflik sampai waktu

yang begitu lama. Sebuah perdamaian tahun 2005

menghasilkan gencatan senjata, dan memberikan hak

kepada rakyat Sudan Selatan untuk referendum, memilih

apakah mereka masih ingin menjadi bagian dari Sudan,

atau ingin separasi (kemerdekaan).

Referendum telah menghasilkan kemerdekaan untuk

Sudan Selatan, yaitu Republik Sudan Selatan. Referendum

yang telah menghasilkan partisi tersebut membawa banyak

kemungkinan hambatan bagi Sudan dan Sudan Selatan itu

sendiri. Penulis berusaha menganalisa berdasarkan

fakta-fakta yang ada, beserta dari kejadian-kejadian

historis, dalam meramalkan kemungkinan-kemungkinan di

masa depan.

53

Kemungkinan bahwa Sudan Utara (pemerintahan pusat

di khartoum) akan mengalami kejatuhan ekonomi yang

drastic, mengingat bahwa salah satu sumber penghasilan

negara yaitu minyak bumi, mayoritas berada di negara

Sudan Selatan. Kehilangan Sudan Selatan bagi sudan itu

sendiri sama dengan degradasi negara dari segi

perekonomian, populasi, wilayah, sampai kepada

kedaulatan Sudan itu sendiri. Sudan Selatan di lain

pihak juga akan mengalami hambatan, bahkan yang lebih

berat. Adanya tanggung jawab untuk membangun ulang

sebuah wilayah bekas peperangan sipil selama puluhan

tahun bukanlah hal yang mudah dicapai. Pembentukan

berbagai mekanisme yang mampu proliferasi perekonomian

Sudan Selatan merupakan hal yang paling penting untuk

dikonsiderasikan saat ini. Kegagalan untuk mencari

sumber penghasilan lainnya selain dari minyak bumi,

bisa saja menyeret Sudan Utara ke dalam daftar panjang

negara gagal yang ada di dunia saat ini.

54

Melalui perjanjian tahun 2005, serta merdekanya

Sudan Selatan tidak akan menjadi jaminan perdamaian

pada kedua pihak. Kemungkinan terpecahnya berbagai

konflik di berbagai daerah di Sudan mungkin saja akan

menyia-nyiakan usaha perdamaian yang telah dilakukan

dua pihak tersebut selama ini. Daerah Abyei yang

terletak di perbatasan antara Sudan Selatan dan Sudan

Utara sampai saat ini belum menemukan solusi terhadap

konflik yang terjadi. Konflik yang pecah di Abyei

nyaris membawa Sudan Selatan dan Sudan Utara kembali

dalam peperangan. Beberapa hal seperti pembagian hutang

negara Sudan, serta perjanjian tentang pembagian

penghasilan dari minyak bumi akan menghambat dalam

pembentukan negara untuk saat ini.

55

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Deng D. Akol Ruay, The Politics of the Two Sudans, Uppsala:

The Scandinavian Institute of African Studies, 1994

Abdul Rahman Abu Zayed Ahmed, Why the violence?, London:

Panos Institute, 1988

Charles Gurdon, Instability and the State: Sudan, London:

Macmillan, 1989

John Prendergast, Crisis Response, London: Pluto Pers,

1997

Mohtar Mas’oed, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan

Teorisasi. Yogyakarta. PAU-SS-UGM, 1989,

Alamat Web :

http://www.voaindonesia.com/content/sudan-selatan-

tuduh-sudan-lancarkan-serangan-udara/920342.html

diakses pada 17 Mei 2012

56

http://id.wikipedia.org/wiki/Sudan_Selatan diakses pada

17 Mei 2012

http://www.republika.co.id/berita/internasional/

global/12/04/30/m3akkw-perbatasan-sudan-selatan-

berstatus-darurat diakses pada 17 Mei 2012

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/

2012/05/120504_sudan_endfighting.shtm diakses pada 18

Mei 2012

http://www.antaranews.com/berita/308651/khartoum-tuduh-

sudan-selatan-perluas-agresi diakses pada 19 Mei 2012

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/

2012/04/120429_sudanheglig.shtml diakses pada 17 Mei

2012

http://arrahmah.com/read/2012/04/27/19741-as-susun-

resolusi-dk-pbb-untuk-konflik-sudan-sudan-selatan.html

diakses pada 17 Mei 2012

57

http://www.voaindonesia.com/content/

dk_pbb_diperkirakan_adopsi_resolusi_sudan-

sudan_selatan/181997.html diakses pada 19 Mei 2012

http://www.dw.de/dw/article/0,,15923924,00.html diakses

pada 19 Mei 2012

http://budisansblog.blogspot.com/2012/05/sudan-vs-

sudan-selatan.html diakses pada 19 Mei 2012

http://www.seruu.com/utama/-internasional-/artikel/

china-dan-rusia-kompak-tolak-sanksi-untuk-sudan-dan-

sudan-selatan diakses pada 19 Mei 2012

http://www.voaindonesia.com/content/as-kecam-khartoum-

atas-serangan-ke-wilayah-sudan-selatan-

122409694/93522.html diakses pada 19 Mei 2012

http://www.antaranews.com/berita/307361/sudan-klaim-

tewaskan-400-tentara-sudan-selatan-di-heglig diakses

pada 19 Mei 2012

58

http://id.berita.yahoo.com/sengketa-minyak-sudan-

selatan-minta-tolong-cina-042059729.html diakses pada

19 Mei 2012

http://sozialwerke.wordpress.com/2012/05/09/krisis-

sudan-konflik-etnis-yang-diboncengi-kepentingan-asing/

diakses pada 18 Mei 2012

http://islampos.com/upaya-china-as-mendamaikan-dua-

sudan/ diakses pada 18 Mei 2012

http://www.rmol.co/read/2012/04/25/61756/Presiden-

China-Minta-Sudan-dan-Sudan-Selatan-Saling-Menahan-

Diri- diakses pada 18 Mei 2012

http://indonews.org/china-seru-dunia-normalisasi-

hubungan-dengan-sudan/ diakses pada 18 Mei 2012

http://medan.jurnas.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=78245:china-minta-

sudan-dan-sudan-selatan-tahan-

diri&catid=30:internasional&Itemid=55 diakses pada 18

Mei 2012

59

60

LAMPIRAN

Peta Negara Republik Sudan Selatan

61

62

Wilayah Sengketa Sudan dan Sudan Selatan

Jalur Pipa Minyak Sudan dan Sudan Selatan

63

64

Garis Batas Wilayah Sudan dan Sudan Selatan Berdasarkan

Pembagian Wilayah Kolonial Inggris pada 1 Januari 1956