cakupan penyuluhan kesehatan mengenai demam berdarah ...

10
CAKUPAN PENYULUHAN KESEHATAN MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE PADA MASYARAKAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Yahya 1 , Anif Budianto 2 , Yulian Taviv 3 1,2,3 Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani Km.7 Kemelak Baturaja Hp. 0735325303 Email: [email protected] dan [email protected] Diterima :27/07/2014 Direvisi: 25/10/2014 Disetujui : 31/12/2014 ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena di samping sering menimbulkan wabah juga dapat menyebabkan kematian. Salah upaya pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan DBD adalah dengan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan masyarakat yang telah mendapat penyuluhan mengenai DBD di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan potong lintang. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil wawancara terhadap 2.978 responden menunjukkan bahwa hanya 45.2% (1.345 responden) yang menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai demam berdarah dengue. Sebanyak 1.032 responden mendengar/melihat penyuluhan melalui televisi (76,7%). Hanya 512 orang (38%) yang menyatakan pernah memperoleh penyuluhan secara langsung dan hanya 77,9% dari 512 orang tersebut, memperoleh penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Seluruh responden di Desa Batu Putih menyatakan belum pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD, sedangkan di Desa Laya, 85% responden menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD. Dalam upaya penanggulangan DBD, di samping memutus mata rantai penularan oleh vektor, hendaknya ditingkatkan juga upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang DBD melalui penyuluhan kesehatan. Kata Kunci: Penyuluhan Kesehatan, Peran Serta Masyarakat, Demam Berdarah Dengue, Ogan Komering Ulu HEALTH PROMOTION COVERAGE REGARDING DENGUE HEMORRHAGIC FEVER IN OGAN KOMERING ULU DISTRICTS COMMUNITY ABSTRACT Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still becoming global public health problem and cause of outbreaks and death. One of the government's efforts to increase community’s participation in dengue control is the health promotion activities regarding DHF. This research was aimed to know the coverage of the community who have received counseling regarding DHF in Ogan Komering Ulu districts. This reseach design was an observational using cross-sectional method. The samples was taken using purposive sampling method. Results of interviews with 2,978 respondents showed that only 45.2% (1,345 respondents) who have seen/heard about DHF counseling. A total of 1,032 respondents heard outreach through television (76.7%). Only 512 people (38%) who said that they had to obtain counseling directly and only 77.9% of the 512 people, obtain counseling by health personnel. All respondents in Batu Putih Village states have never heard about counseling regarding DHF. While in the Laya Village, 85% of respondents claimed to have seen/heard counseling regarding DHF. To break the chain of transmission by vectors of DHF, should also be increased efforts to improve public knowledge about dengue fever through health promotion. Keywords: Health Promotion, Community’s participation, Dengue Hemorrhagic Fever, Ogan Komering Ulu

Transcript of cakupan penyuluhan kesehatan mengenai demam berdarah ...

CAKUPAN PENYULUHAN KESEHATAN MENGENAI DEMAM

BERDARAH DENGUE PADA MASYARAKAT

KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Yahya1, Anif Budianto2, Yulian Taviv3

1,2,3 Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani Km.7 Kemelak Baturaja Hp. 0735325303

Email: [email protected] dan [email protected]

Diterima :27/07/2014 Direvisi: 25/10/2014 Disetujui : 31/12/2014

ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena di samping sering menimbulkan wabah juga dapat menyebabkan kematian. Salah upaya pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan DBD adalah dengan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan masyarakat yang telah mendapat penyuluhan mengenai DBD di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan potong lintang. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil wawancara terhadap 2.978 responden menunjukkan bahwa hanya 45.2% (1.345 responden) yang menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai demam berdarah dengue. Sebanyak 1.032 responden mendengar/melihat penyuluhan melalui televisi (76,7%). Hanya 512 orang (38%) yang menyatakan pernah memperoleh penyuluhan secara langsung dan hanya 77,9% dari 512 orang tersebut, memperoleh penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Seluruh responden di Desa Batu Putih menyatakan belum pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD, sedangkan di Desa Laya, 85% responden menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD. Dalam upaya penanggulangan DBD, di samping memutus mata rantai penularan oleh vektor, hendaknya ditingkatkan juga upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang DBD melalui penyuluhan kesehatan. Kata Kunci: Penyuluhan Kesehatan, Peran Serta Masyarakat, Demam Berdarah Dengue,

Ogan Komering Ulu

HEALTH PROMOTION COVERAGE REGARDING DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

IN OGAN KOMERING ULU DISTRICTS COMMUNITY

ABSTRACT

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still becoming global public health problem and cause of outbreaks and death. One of the government's efforts to increase community’s participation in dengue control is the health promotion activities regarding DHF. This research was aimed to know the coverage of the community who have received counseling regarding DHF in Ogan Komering Ulu districts. This reseach design was an observational using cross-sectional method. The samples was taken using purposive sampling method. Results of interviews with 2,978 respondents showed that only 45.2% (1,345 respondents) who have seen/heard about DHF counseling. A total of 1,032 respondents heard outreach through television (76.7%). Only 512 people (38%) who said that they had to obtain counseling directly and only 77.9% of the 512 people, obtain counseling by health personnel. All respondents in Batu Putih Village states have never heard about counseling regarding DHF. While in the Laya Village, 85% of respondents claimed to have seen/heard counseling regarding DHF. To break the chain of transmission by vectors of DHF, should also be increased efforts to improve public knowledge about dengue fever through health promotion. Keywords: Health Promotion, Community’s participation, Dengue Hemorrhagic Fever, Ogan Komering Ulu

Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014

178

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD)

merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat internasional,

karena di samping sering menimbulkan

wabah juga dapat menyebabkan

kematian. DBD pertama kali menjadi

wabah di Filipina dan Thailand pada

tahun 1950. Pada tahun 1970,

sembilan negara mengalami epidemi

DBD. Terjadi peningkatan kasus lebih

dari empat kali pada tahun 1995. Saat

ini 2.5 miliar orang antara dua perlima

dari populasi dunia menghadapi risiko

tertular DBD. Diperkirakan terjadi 50

juta infeksi dengue di seluruh dunia

setiap tahun.(1)

Di Indonesia, DBD pertama kali

dilaporkan pada tahun 1968 di

Surabaya.(2) Data Kementerian

Kesehatan tahun 2012, menunjukkan

jumlah penderita DBD di Indonesia

mencapai 90.245 orang dengan jumlah

kematian 816 orang. Selama tahun

2012 terdapat 14 Kabupaten/Kota dari

delapan Provinsi yang melaporkan

adanya Kejadian Luar Biasa (KLB),

terjadi peningkatan 11% dibandingkan

kejadian pada tahun 2011. Peningkatan

ini dapat disebabkan oleh meluasnya

penyebaran DBD.(3)

Kasus DBD di Sumatera Selatan

pada tahun 2012 mengalami

pengingkatan cukup siginifikan, terjadi

pengingkatan 15% dibanding kasus

tahun 2011.(4) Jumlah kasus DBD di

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)

adalah sebagai berikut: tahun 2010

sebanyak 21 kasus yang tersebar pada

enam wilayah Pusat Kesehatan

Masyarakat (CFR 0%). Pada tahun

2011 ada 27 kasus (CFR 0%)

sedangkan tahun 2012 ada 29 kasus

dengan angka kematian dua jiwa (CFR

6,8%).(5)

Program pemberantasan DBD

bertujuan untuk menurunkan morbiditas

dan mortalitas penyakit DBD,

mencegah dan menanggulangi KLB,

serta meningkatkan peran serta

masyarakat (PSM) dalam

pemberantasan sarang nyamuk.(2)

Salah upaya pemerintah untuk

meningkatkan PSM dalam

pemberantasan DBD adalah dengan

kegiatan penyuluhan kesehatan

mengenai DBD. Dengan penyuluhan

diharapkan, pengetahuan warga

mengenai DBD meningkat terutama

mengenai pemberantasan sarang

nyamuk (PSN), sehingga masyarakat

mau melakukan PSN yang diharapkan

akan menurunkan kepadatan jentik

Aedes aegypti.

Selain itu, dengan penyuluhan

tentang DBD diharapkan masyarakat

Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :

Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU

179

bisa paham mengenai berbagai faktor

risiko dalam penularan DBD, termasuk

risiko jika ditemukan jentik nyamuk

Aedes di sekitar lingkungan

permukiman, sehingga masyarakat bisa

lebih waspada terhadap risiko

penularan.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui cakupan masyarakat yang

telah mendapat penyuluhan mengenai

DBD di wilayah Kabupaten OKU.

METODOLOGI

Penelitian ini telah dilakukan di 25

Desa/Kelurahan di Kabupaten OKU

pada tahun 2012. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh keluarga

yang ada di 25 Desa/Kelurahan di

Kabupaten OKU yang terpilih sebagai

lokasi penelitian. Penelitian ini bersifat

observasional dengan pendekatan

potong lintang.

Pengumpulan data dilakukan

melalui kegiatan wawancara yang

menggunakan kuesioner terstruktur

sebagai acuan. Wawancara dilakukan

untuk menggali informasi apakah

responden pernah mendapat

penyuluhan mengenai DBD. Sampel

dipilih dengan metode purposive

sampling pada tiap Desa/Kelurahan.

Responden merupakan salah satu

penghuni rumah yang telah berusia di

atas 16 tahun dan bersedia untuk

berpartisipasi sebagai responden

dalam kegiatan wawancara. Jumlah

seluruh sampel yang diwawancarai ada

2.978 orang.

Wawancara dilakukan oleh peneliti

dari Loka Penelitian dan

Pengembangan Pengendalian Penyakit

Bersumber Binatang (Loka Litbang

P2B2 ) Baturaja. Sebelum proses

wawancara, peneliti menanyakan dulu

kepada responden mengenai

kesediaanya untuk diwawancarai.

Informasi yang digali mengenali

cakupan penyuluhan DBD meliputi (1)

Pernah melihat/mendengar penyuluhan

DBD (2) Sumber penyuluhan seperti

radio, televisi, koran, majalah, brosur

ataupun penyuluhan langsung (3)

Distribusi responden yang mendapat

penyuluhan DBD secara langsung (4)

Orang yang memberikan penyuluhan.

Hasil wawancara terhadap

responden mengenai pernah atau tidak

mereka mendengar/melihat penyuluhan

tentang Demam Berdarah Dengue

(DBD) yang terdistribusi berdasarkan

Desa/Kelurahan tempat responden

berasal, dianalisa dan disajikan pada

beberapa Tabel Distribusi Frekuensi.

Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014

180

HASIL

Dari total 2.978 responden yang

telah diwawancarai, menunjukkan hasil

bahwa hanya 45.2% (1.345 responden)

yang menyatakan pernah melihat/

mendengar penyuluhan mengenai

DBD, sementara lebih dari separuh

(1.633 responden) menyatakan belum

pernah melihat ataupun mendengar

tentang penyuluhan mengenai demam

berdarah. Penyuluhan yang

dimaksudkan di sini, baik berupa tatap

muka langsung dengan responden

maupun penyuluhan yang mereka

peroleh melalui media elektronik,

seperti televisi dan radio. Data

menunjukkan bahwa tingkat

keterpaparan responden terhadap

penyuluhan tentang DBD masih relatif

rendah (Tabel 1).

Tabel 1.

Distribusi Responden Yang Pernah Mendapat Penyuluhan Mengenai DBD

di Wilayah Kabupaten OKUTahun 2012

No. Pernah Melihat/Mendengar

Penyuluhan

Jumlah (orang)

n= 2.978

%

1 Ya 1.345 45.2%

2 Tidak 1.633 54.8%

Total 2.978 100%

Pada Tabel 2 tampak bahwa Desa

Batu Putih merupakan Desa yang

seluruh respondennya (100%)

menyatakan belum pernah

melihat/mendengar penyuluhan

mengenai demam berdarah,

sedangkan Desa Laya merupakan

Desa yang hampir seluruh responden

(85%) menyatakan pernah

melihat/mendengar penyuluhan

mengenai demam berdarah.

Tabel 2.

Distribusi Responden Yang Pernah/Belum Pernah Mendengar Penyuluhan Tentang

DBD Berdasarkan Desa/Kelurahan Tahun 2012

No Desa/Kelurahan Pernah Melihat/Mendengar Penyuluhan DBD

Total Ya % Tidak %

1 Kemalaraja 99 49,5% 101 50,5% 200

2 Kemelak 20 19,8% 81 80,2 101

3 Baturaja Lama 102 51% 98 49% 200

4 Sepancar 47 47% 53 53% 100

6 Sukajadi 21 20,8% 80 79,2% 101

Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :

Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU

181

7 Sukaraya 118 58,7% 83 41,3% 201

8 Pasar Baru 50 49,5% 51 50,5% 101

9 Tanjung Baru 45 45% 55 55% 100

10 Saung Naga 52 25,8% 149 74,2% 201

11 Tanjung Agung 32 45% 39 55% 71

12 Talang Jawa 65 60,2% 43 39,8% 108

13 Air Gading 46 46% 54 54% 100

14 Batu Kuning 56 56% 44 44% 100

15 Desa Laya 85 85% 15 15% 100

16 Batu Putih 0 0% 100 100% 100

17 Suka Maju 36 38,7% 57 61,3% 93

18 Pusar 58 58% 42 42% 100

19 Karang Agung 44 44% 56 56% 100

20 Karang Endah 29 29% 71 71% 100

21 Tanjung Karang 29 28,7% 72 71,3% 101

22 Sekar Jaya 53 26,4% 148 73,6% 201

23 Baturaja Permai 48 48% 52 52% 100

24 Air Paoh 148 74% 52 26% 200

25 Tanjung Kemala 63 63,6% 36 36,4% 99

Total 1.345 100% 1.633 100 2.978

Dari 1.345 responden yang pernah

melihat/mendengar penyuluhan

tentang DBD, dianalisa lebih lanjut

mengenai sumber penyuluhan, pernah

mendengar penyuluhan langsung atau

tidak serta siapa yang memberikan

penyuluhan. Data tersebut disajikan

pada Tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Responden Yang Mendengar/Melihat Penyuluhan DBD

Berdasarkan Sumber Penyuluhan

No Sumber Penyuluhan Jumlah (orang) n=1.345 %

1 Radio 90 6,7%

2 Televisi 1.032 76,7%

3 Koran/majalah 30 2,2%

4 Leaflet/Brosur 47 3,5%

5 Lainnya 146 10,8%

Total 1.345 100%

Tabel 4.

Distribusi Responden Yang Pernah Mendapat Penyuluhan Langsung Mengenai DBD

No. Mendapat Penyuluhan Langsung Tentang DBD Jumlah (orang) n=1.345 %

1 Ya 512 38%

2 Tidak 833 62%

Total 1.345 100%

Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014

182

Pada Tabel 3 tampak bahwa sebagian

besar responden pernah

mendengar/melihat penyuluhan

tentang DBD melalui televisi yaitu

sebanyak 1.032 responden (76,7%),

hanya 30 orang yang menyatakan

pernah melihat penyuluhan melalui

koran (2,2%). Dari 1.345 responden

yang pernah melihat/mendengar

penyuluhan tentang DBD, ternyata

hanya 512 orang (38%) yang

menyatakan pernah memperoleh

penyuluhan secara langsung (Tabel 4),

dari 512 orang tersebut, sebagian

besar ternyata memperoleh

penyuluhan oleh tenaga kesehatan

yaitu 399 responden atau sekitar

77,9% (Tabel 5).

Tabel 5

Distribusi Responden Yang Mendapat Penyuluhan Langsung Berdasarkan Orang Yang Memberikan Penyuluhan

No Orang Yang Memberi Penyuluhan Jumlah (orang)

n=512

%

1 Tenaga Kesehatan 399 77,9%

2 Kader/PKK 44 8,6%

3 Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama 42 8,2%

4 Lainnya 27 5,3%

Total 512 100%

PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia,

yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan salah faktor yang

mempengaruhi perilaku, karena

perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai

gejala kejiawaan, seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya.(6)

Pengetahuan merupakan faktor

penting yang mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang. Kurangnya

pengetahuan dapat berpengaruh pada

tindakan yang dilakukan karena

pengetahuan merupakan salah satu

faktor predisposisi untuk terjadinya

perilaku.(7,8) Oleh karena itu untuk

mendidik masyarakat agar mempunyai

perilaku yang baik, warga perlu

diberikan pengetahuan.(9)

Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :

Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU

183

Penyuluhan kesehatan tentang

berbagai penyakit telah digalakkan

oleh pemerintah agar kesadaran

masyarakat meningkat. Penyuluhan

kesehatan tersebut merupakan salah

satu cara yang digunakan untuk

menambah pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui teknik

belajar atau instruksi dengan tujuan

mengubah atau mempengaruhi

perilaku manusia secara individu,

kelompok maupun masyarakat untuk

dapat lebih mandiri dalam mencapai

hidup sehat.(10)

Begitu pula dengan penyuluhan

tentang DBD di berbagai wilayah yang

bertujuan untuk menjadikan pola pikir,

sikap dan masyarakat untuk bertindak

semakin meningkat.(9)

Tujuan penyuluhan kesehatan

tentang DBD adalah menginfor

masikan kepada masyarakat tentang

penyakit tersebut. Dengan demikian

masyarakat akan menggunakan

pengetahuan dari hasil penyuluhan

tersebut untuk mengubah sikap dan

praktik agar mencapai kesehatan yang

lebih baik.

Beberapa penelitian menunjukkan

hasil bahwa pengetahuan tentang

DBD dapat meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang masalah yang

terjadi di masyarakat dan partisipasi

masyarakat dalam pencegahan DBD.

(11,12)

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa cakupan masyarakat yang

pernah melihat/mendengar

penyuluhan tentang DBD di Kabupaten

OKU masih relatif rendah yaitu sekitar

45, 2%. Dikhawatirkan dengan

rendahnya capaian tersebut,

berdampak pada rendahnya perilaku

masyarakat untuk berpartisipasi dalam

upaya pemberantasan DBD.

Diharapkan kepada instansi terkait,

untuk lebih menggalakkan kegiatan

penyuluhan DBD kepada masyarakat

untuk menambah pengetahuan dan

kemampuan masyarakat dalam upaya

pengendalian DBD.

Beberapa penelitian menunjukkan

hasil bahwa tingkat pengetahuan

masyarakat mengenai DBD

mempengaruhi pastisipasi masyarakat

dalam pencegahan penularan DBD.

Benthem et al. meneliti tingkat

pengetahuan masyarakat di Thailand

mengenai pemberantasan dan

pencegahan DBD. Hasilnya

menunjukkan bahwa masyarakat yang

memiliki pengetahuan yang lebih baik

mengenai DBD, cenderung memiliki

upaya pencegahan yang jauh lebih

baik.(8) Konraadt et. al dan Kittigul et. al

juga melaporkan bahwa terdapat

Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014

184

hubungan langsung antara

pengetahuan mengenai pencegahan

DBD dengan upaya melakukan

PSN.(13,14)

Penelitian di Myanmar

menunjukkan hasil bahwa orang yang

terpapar berbagai media kesehatan

seperti pamlet/poster, televisi, surat

kabar dan jurnal memiliki tingkat

pengetahuan mengenai DBD lebih

baik dari pada orang yang tidak

terpapar.(15)

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sekitar 76,7% dari 1.345

responden yang pernah

mendengar/melihat penyuluhan DBD

menyatakan memperolehnya dari

media televisi. Itrat et al. melaporkan

bahwa sumber informasi mengenai

DBD yang paling penting dan berguna

di Pakistan adalah televisi.(16)

Hasil penelitian mengenai

pengaruh penyuluhan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan, sikap,

praktik ibu dalam pencegahan DBD

pada anak menunjukkan hasil bahwa

penyuluhan kesehatan berpengaruh

pada tingkat pengetahuan, sikap dan

praktik dalam pencegahan DBD pada

anak. Hal ini diketahui dari tingkat

pengetahuan, sikap dan praktik ibu

setelah mendapat penyuluhan

kesehatan lebih tinggi dibanding

dengan ssebelum mendapat

penyuluhan.(17) Saleha et al.

Melaporkan bahwa tingkat

pengetahuan warga Kecamatan

Bayah, Banten, menunjukkan

mengenai PSN meningkat setelah

diberikan penyuluhan.(9)

Dengan demikian, disamping

upaya memutus mata rantai penularan

oleh vektor DBD, hendaknya

ditingkatkan juga upaya peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang DBD

melalui penyuluhan kesehatan.

Harapannya agar masyarakat dapat

berpartisipasi aktif dalam kegiatan

PSN. Media dan teknik penyuluhan

kesehatan, bisa disesuaikan dengan

katarakteristik masyarakat Kabupaten

Ogan Komering Ulu.

KESIMPULAN

1. Dari 2.978 resonden yang

diwawancarai di 25

Desa/Kelurahan di Kabupaten

OKU, ternyata hanya 1.345 orang

(45.2%) yang menyatakan pernah

melihat/mendengar penyuluhan

tentang DBD.

2. Dari 1.345 responden yang pernah

medengar/melihat penyuluhan

tentang DBD, hanya 38% (512

orang) yang pernah mendapat

enyuluhan langsung tentang DBD.

Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :

Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU

185

3. Sekitar 77,9% (399 orang) dari 512

orang yang mendapat penyuluhan

langsung, menyatakan mendapat

penyuluhan DBD melalui tenaga

kesehatan.

4. Sebagian besar responden yaitu

1.032 orang menyatakan

memperoleh penyuluhan DBD

melalui media televisi (76,7% dari

1.345 orang yang pernah

mendengar/melihat penyuluhan

DBD).

5. Seluruh responden di Desa Batu

Putih (100%) menyatakan belum

pernah melihat/mendengar

penyuluhan mengenai demam

berdarah. Sedangkan di Desa

Laya, 85% responden menyatakan

pernah melihat/mendengar

penyuluhan mengenai demam

berdarah.

SARAN

Dalam pengendalian DBD,

disamping upaya memutus mata rantai

penularan oleh vektor DBD,

hendaknya ditingkatkan juga upaya

peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang DBD melalui penyuluhan

kesehatan. Harapannya agar

masyarakat dapat berpartisipasi aktif

dalam kegiatan PSN. Media dan teknik

penyuluhan kesehatan, disesuaikan

dengan katarakteristik masyarakat

Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada Dewan Redaksi

Jurnal Pembangunan Manusia dalam

proses penerbitan artikel ini, semua

pihak yang telah banyak membantu

terlaksananya penelitian ini, serta

saudara Yanelza Supranelfy,

Tonwiratun Nikmah dan Rizky

Nurmaliani dari Loka Litbang P2B2

Baturaja yang telah membantu penulis

dalam pemilihan bahasa yang baku

untuk artikel ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2012. Global Alert and Respons (GAR). Dengue/dengue haemorrahgic fever. World Health Organization.

2. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Penerbit Erlangga. Jakarta.

3. Kementerian Kesehatan. 2012.

Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2011. Dir. Jen. P2&PL. Jakarta.

4. [Dinkes] Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan. 2012. Laporan Bulanan P2 Demam Bedarah Dengue Sumatera Selatan. Palembang.

Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014

186

5. [Dinkes] Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2012. Profil Kesehatan Sumatera Selatan. Baturaja.

6. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

7. Fathi KS, Wahyuni CV. 2005.

Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Tehadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. J. Kesehatan Lingkungan; 21 (2): 1-10.

8. Benthem BHB, Khantikul N,

Parqart K, Kessel PJ, Somboon P, Oskam L. 2002. Knowledge and Use of Prevention Measures Related to Dengue in Borthern Thailand. Trop. Med. In Health. 7:993-9.

9. Saleha Sungkar, Rawina Winita,

Agnes Kurniawan. 2010. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat dan KepadatanMakara, Kesehatan vol. 14 no.2 Des. 2010.

10. Depkes. 2002. Buku Panduan

Strategi Promosi Kesehatan di Indonesia. Depkes RI. Jakarta.

11. Pickett G. Hanlon JJ. 1995.

Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Praktik 9th ed. Trans. Mukti AG. Jakarta. EGC. P.318-20.

12. Makhfudli, Effendi F. 2009.

Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. P.101-4.

13. Koendraadt CJM, Tuiren W,

Sithiprasasna R, Kijchalao U, Jones JW, Scoot TW. 2006. Dengue Knowledge and Practices and Their Impact on Ae. aegypti Populations in Kamphaerg Phet. Thailand. Am. J Trop. Hyg. 74(4): 692-700.

14. Kittigul L, Suankeow K, Sujirat D,

Yogsan. 2003. Dengue Haemorrage Fever: Knowledge, Attitude and Practise in Ang Thong Province, Thailand. Southeas Asian J. Trop. Med. Public Health: 34:385-92.

15. Khynn TW, Sian ZN, Aye M. 2004.

Community-based assessment of dengue –related knowledge among caregivers. Dengue Bulletin. 28:189-95.

16. Itrat A, Khan A, Javaid S, Kamal

M, Khan H, Javed S et al. 2008. Knowledge, awareness and practise regarding dengue fever among the adult population of dengue hit cosmopolitan. Plos One.; 3:1-6.

17. Kusumawardani E. 2012.

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Praktik Ibu dalam Pencegahan DBD Pada Anak. Artikel Jurnal Media Medika.