CAKUPAN PENYULUHAN KESEHATAN MENGENAI DEMAM
BERDARAH DENGUE PADA MASYARAKAT
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
Yahya1, Anif Budianto2, Yulian Taviv3
1,2,3 Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani Km.7 Kemelak Baturaja Hp. 0735325303
Email: [email protected] dan [email protected]
Diterima :27/07/2014 Direvisi: 25/10/2014 Disetujui : 31/12/2014
ABSTRAK
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena di samping sering menimbulkan wabah juga dapat menyebabkan kematian. Salah upaya pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan DBD adalah dengan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan masyarakat yang telah mendapat penyuluhan mengenai DBD di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan potong lintang. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil wawancara terhadap 2.978 responden menunjukkan bahwa hanya 45.2% (1.345 responden) yang menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai demam berdarah dengue. Sebanyak 1.032 responden mendengar/melihat penyuluhan melalui televisi (76,7%). Hanya 512 orang (38%) yang menyatakan pernah memperoleh penyuluhan secara langsung dan hanya 77,9% dari 512 orang tersebut, memperoleh penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Seluruh responden di Desa Batu Putih menyatakan belum pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD, sedangkan di Desa Laya, 85% responden menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD. Dalam upaya penanggulangan DBD, di samping memutus mata rantai penularan oleh vektor, hendaknya ditingkatkan juga upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang DBD melalui penyuluhan kesehatan. Kata Kunci: Penyuluhan Kesehatan, Peran Serta Masyarakat, Demam Berdarah Dengue,
Ogan Komering Ulu
HEALTH PROMOTION COVERAGE REGARDING DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
IN OGAN KOMERING ULU DISTRICTS COMMUNITY
ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still becoming global public health problem and cause of outbreaks and death. One of the government's efforts to increase community’s participation in dengue control is the health promotion activities regarding DHF. This research was aimed to know the coverage of the community who have received counseling regarding DHF in Ogan Komering Ulu districts. This reseach design was an observational using cross-sectional method. The samples was taken using purposive sampling method. Results of interviews with 2,978 respondents showed that only 45.2% (1,345 respondents) who have seen/heard about DHF counseling. A total of 1,032 respondents heard outreach through television (76.7%). Only 512 people (38%) who said that they had to obtain counseling directly and only 77.9% of the 512 people, obtain counseling by health personnel. All respondents in Batu Putih Village states have never heard about counseling regarding DHF. While in the Laya Village, 85% of respondents claimed to have seen/heard counseling regarding DHF. To break the chain of transmission by vectors of DHF, should also be increased efforts to improve public knowledge about dengue fever through health promotion. Keywords: Health Promotion, Community’s participation, Dengue Hemorrhagic Fever, Ogan Komering Ulu
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014
178
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat internasional,
karena di samping sering menimbulkan
wabah juga dapat menyebabkan
kematian. DBD pertama kali menjadi
wabah di Filipina dan Thailand pada
tahun 1950. Pada tahun 1970,
sembilan negara mengalami epidemi
DBD. Terjadi peningkatan kasus lebih
dari empat kali pada tahun 1995. Saat
ini 2.5 miliar orang antara dua perlima
dari populasi dunia menghadapi risiko
tertular DBD. Diperkirakan terjadi 50
juta infeksi dengue di seluruh dunia
setiap tahun.(1)
Di Indonesia, DBD pertama kali
dilaporkan pada tahun 1968 di
Surabaya.(2) Data Kementerian
Kesehatan tahun 2012, menunjukkan
jumlah penderita DBD di Indonesia
mencapai 90.245 orang dengan jumlah
kematian 816 orang. Selama tahun
2012 terdapat 14 Kabupaten/Kota dari
delapan Provinsi yang melaporkan
adanya Kejadian Luar Biasa (KLB),
terjadi peningkatan 11% dibandingkan
kejadian pada tahun 2011. Peningkatan
ini dapat disebabkan oleh meluasnya
penyebaran DBD.(3)
Kasus DBD di Sumatera Selatan
pada tahun 2012 mengalami
pengingkatan cukup siginifikan, terjadi
pengingkatan 15% dibanding kasus
tahun 2011.(4) Jumlah kasus DBD di
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
adalah sebagai berikut: tahun 2010
sebanyak 21 kasus yang tersebar pada
enam wilayah Pusat Kesehatan
Masyarakat (CFR 0%). Pada tahun
2011 ada 27 kasus (CFR 0%)
sedangkan tahun 2012 ada 29 kasus
dengan angka kematian dua jiwa (CFR
6,8%).(5)
Program pemberantasan DBD
bertujuan untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas penyakit DBD,
mencegah dan menanggulangi KLB,
serta meningkatkan peran serta
masyarakat (PSM) dalam
pemberantasan sarang nyamuk.(2)
Salah upaya pemerintah untuk
meningkatkan PSM dalam
pemberantasan DBD adalah dengan
kegiatan penyuluhan kesehatan
mengenai DBD. Dengan penyuluhan
diharapkan, pengetahuan warga
mengenai DBD meningkat terutama
mengenai pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), sehingga masyarakat
mau melakukan PSN yang diharapkan
akan menurunkan kepadatan jentik
Aedes aegypti.
Selain itu, dengan penyuluhan
tentang DBD diharapkan masyarakat
Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :
Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU
179
bisa paham mengenai berbagai faktor
risiko dalam penularan DBD, termasuk
risiko jika ditemukan jentik nyamuk
Aedes di sekitar lingkungan
permukiman, sehingga masyarakat bisa
lebih waspada terhadap risiko
penularan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui cakupan masyarakat yang
telah mendapat penyuluhan mengenai
DBD di wilayah Kabupaten OKU.
METODOLOGI
Penelitian ini telah dilakukan di 25
Desa/Kelurahan di Kabupaten OKU
pada tahun 2012. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh keluarga
yang ada di 25 Desa/Kelurahan di
Kabupaten OKU yang terpilih sebagai
lokasi penelitian. Penelitian ini bersifat
observasional dengan pendekatan
potong lintang.
Pengumpulan data dilakukan
melalui kegiatan wawancara yang
menggunakan kuesioner terstruktur
sebagai acuan. Wawancara dilakukan
untuk menggali informasi apakah
responden pernah mendapat
penyuluhan mengenai DBD. Sampel
dipilih dengan metode purposive
sampling pada tiap Desa/Kelurahan.
Responden merupakan salah satu
penghuni rumah yang telah berusia di
atas 16 tahun dan bersedia untuk
berpartisipasi sebagai responden
dalam kegiatan wawancara. Jumlah
seluruh sampel yang diwawancarai ada
2.978 orang.
Wawancara dilakukan oleh peneliti
dari Loka Penelitian dan
Pengembangan Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (Loka Litbang
P2B2 ) Baturaja. Sebelum proses
wawancara, peneliti menanyakan dulu
kepada responden mengenai
kesediaanya untuk diwawancarai.
Informasi yang digali mengenali
cakupan penyuluhan DBD meliputi (1)
Pernah melihat/mendengar penyuluhan
DBD (2) Sumber penyuluhan seperti
radio, televisi, koran, majalah, brosur
ataupun penyuluhan langsung (3)
Distribusi responden yang mendapat
penyuluhan DBD secara langsung (4)
Orang yang memberikan penyuluhan.
Hasil wawancara terhadap
responden mengenai pernah atau tidak
mereka mendengar/melihat penyuluhan
tentang Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang terdistribusi berdasarkan
Desa/Kelurahan tempat responden
berasal, dianalisa dan disajikan pada
beberapa Tabel Distribusi Frekuensi.
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014
180
HASIL
Dari total 2.978 responden yang
telah diwawancarai, menunjukkan hasil
bahwa hanya 45.2% (1.345 responden)
yang menyatakan pernah melihat/
mendengar penyuluhan mengenai
DBD, sementara lebih dari separuh
(1.633 responden) menyatakan belum
pernah melihat ataupun mendengar
tentang penyuluhan mengenai demam
berdarah. Penyuluhan yang
dimaksudkan di sini, baik berupa tatap
muka langsung dengan responden
maupun penyuluhan yang mereka
peroleh melalui media elektronik,
seperti televisi dan radio. Data
menunjukkan bahwa tingkat
keterpaparan responden terhadap
penyuluhan tentang DBD masih relatif
rendah (Tabel 1).
Tabel 1.
Distribusi Responden Yang Pernah Mendapat Penyuluhan Mengenai DBD
di Wilayah Kabupaten OKUTahun 2012
No. Pernah Melihat/Mendengar
Penyuluhan
Jumlah (orang)
n= 2.978
%
1 Ya 1.345 45.2%
2 Tidak 1.633 54.8%
Total 2.978 100%
Pada Tabel 2 tampak bahwa Desa
Batu Putih merupakan Desa yang
seluruh respondennya (100%)
menyatakan belum pernah
melihat/mendengar penyuluhan
mengenai demam berdarah,
sedangkan Desa Laya merupakan
Desa yang hampir seluruh responden
(85%) menyatakan pernah
melihat/mendengar penyuluhan
mengenai demam berdarah.
Tabel 2.
Distribusi Responden Yang Pernah/Belum Pernah Mendengar Penyuluhan Tentang
DBD Berdasarkan Desa/Kelurahan Tahun 2012
No Desa/Kelurahan Pernah Melihat/Mendengar Penyuluhan DBD
Total Ya % Tidak %
1 Kemalaraja 99 49,5% 101 50,5% 200
2 Kemelak 20 19,8% 81 80,2 101
3 Baturaja Lama 102 51% 98 49% 200
4 Sepancar 47 47% 53 53% 100
6 Sukajadi 21 20,8% 80 79,2% 101
Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :
Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU
181
7 Sukaraya 118 58,7% 83 41,3% 201
8 Pasar Baru 50 49,5% 51 50,5% 101
9 Tanjung Baru 45 45% 55 55% 100
10 Saung Naga 52 25,8% 149 74,2% 201
11 Tanjung Agung 32 45% 39 55% 71
12 Talang Jawa 65 60,2% 43 39,8% 108
13 Air Gading 46 46% 54 54% 100
14 Batu Kuning 56 56% 44 44% 100
15 Desa Laya 85 85% 15 15% 100
16 Batu Putih 0 0% 100 100% 100
17 Suka Maju 36 38,7% 57 61,3% 93
18 Pusar 58 58% 42 42% 100
19 Karang Agung 44 44% 56 56% 100
20 Karang Endah 29 29% 71 71% 100
21 Tanjung Karang 29 28,7% 72 71,3% 101
22 Sekar Jaya 53 26,4% 148 73,6% 201
23 Baturaja Permai 48 48% 52 52% 100
24 Air Paoh 148 74% 52 26% 200
25 Tanjung Kemala 63 63,6% 36 36,4% 99
Total 1.345 100% 1.633 100 2.978
Dari 1.345 responden yang pernah
melihat/mendengar penyuluhan
tentang DBD, dianalisa lebih lanjut
mengenai sumber penyuluhan, pernah
mendengar penyuluhan langsung atau
tidak serta siapa yang memberikan
penyuluhan. Data tersebut disajikan
pada Tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Responden Yang Mendengar/Melihat Penyuluhan DBD
Berdasarkan Sumber Penyuluhan
No Sumber Penyuluhan Jumlah (orang) n=1.345 %
1 Radio 90 6,7%
2 Televisi 1.032 76,7%
3 Koran/majalah 30 2,2%
4 Leaflet/Brosur 47 3,5%
5 Lainnya 146 10,8%
Total 1.345 100%
Tabel 4.
Distribusi Responden Yang Pernah Mendapat Penyuluhan Langsung Mengenai DBD
No. Mendapat Penyuluhan Langsung Tentang DBD Jumlah (orang) n=1.345 %
1 Ya 512 38%
2 Tidak 833 62%
Total 1.345 100%
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014
182
Pada Tabel 3 tampak bahwa sebagian
besar responden pernah
mendengar/melihat penyuluhan
tentang DBD melalui televisi yaitu
sebanyak 1.032 responden (76,7%),
hanya 30 orang yang menyatakan
pernah melihat penyuluhan melalui
koran (2,2%). Dari 1.345 responden
yang pernah melihat/mendengar
penyuluhan tentang DBD, ternyata
hanya 512 orang (38%) yang
menyatakan pernah memperoleh
penyuluhan secara langsung (Tabel 4),
dari 512 orang tersebut, sebagian
besar ternyata memperoleh
penyuluhan oleh tenaga kesehatan
yaitu 399 responden atau sekitar
77,9% (Tabel 5).
Tabel 5
Distribusi Responden Yang Mendapat Penyuluhan Langsung Berdasarkan Orang Yang Memberikan Penyuluhan
No Orang Yang Memberi Penyuluhan Jumlah (orang)
n=512
%
1 Tenaga Kesehatan 399 77,9%
2 Kader/PKK 44 8,6%
3 Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama 42 8,2%
4 Lainnya 27 5,3%
Total 512 100%
PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia,
yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan salah faktor yang
mempengaruhi perilaku, karena
perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai
gejala kejiawaan, seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.(6)
Pengetahuan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang. Kurangnya
pengetahuan dapat berpengaruh pada
tindakan yang dilakukan karena
pengetahuan merupakan salah satu
faktor predisposisi untuk terjadinya
perilaku.(7,8) Oleh karena itu untuk
mendidik masyarakat agar mempunyai
perilaku yang baik, warga perlu
diberikan pengetahuan.(9)
Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :
Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU
183
Penyuluhan kesehatan tentang
berbagai penyakit telah digalakkan
oleh pemerintah agar kesadaran
masyarakat meningkat. Penyuluhan
kesehatan tersebut merupakan salah
satu cara yang digunakan untuk
menambah pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik
belajar atau instruksi dengan tujuan
mengubah atau mempengaruhi
perilaku manusia secara individu,
kelompok maupun masyarakat untuk
dapat lebih mandiri dalam mencapai
hidup sehat.(10)
Begitu pula dengan penyuluhan
tentang DBD di berbagai wilayah yang
bertujuan untuk menjadikan pola pikir,
sikap dan masyarakat untuk bertindak
semakin meningkat.(9)
Tujuan penyuluhan kesehatan
tentang DBD adalah menginfor
masikan kepada masyarakat tentang
penyakit tersebut. Dengan demikian
masyarakat akan menggunakan
pengetahuan dari hasil penyuluhan
tersebut untuk mengubah sikap dan
praktik agar mencapai kesehatan yang
lebih baik.
Beberapa penelitian menunjukkan
hasil bahwa pengetahuan tentang
DBD dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang masalah yang
terjadi di masyarakat dan partisipasi
masyarakat dalam pencegahan DBD.
(11,12)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa cakupan masyarakat yang
pernah melihat/mendengar
penyuluhan tentang DBD di Kabupaten
OKU masih relatif rendah yaitu sekitar
45, 2%. Dikhawatirkan dengan
rendahnya capaian tersebut,
berdampak pada rendahnya perilaku
masyarakat untuk berpartisipasi dalam
upaya pemberantasan DBD.
Diharapkan kepada instansi terkait,
untuk lebih menggalakkan kegiatan
penyuluhan DBD kepada masyarakat
untuk menambah pengetahuan dan
kemampuan masyarakat dalam upaya
pengendalian DBD.
Beberapa penelitian menunjukkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai DBD
mempengaruhi pastisipasi masyarakat
dalam pencegahan penularan DBD.
Benthem et al. meneliti tingkat
pengetahuan masyarakat di Thailand
mengenai pemberantasan dan
pencegahan DBD. Hasilnya
menunjukkan bahwa masyarakat yang
memiliki pengetahuan yang lebih baik
mengenai DBD, cenderung memiliki
upaya pencegahan yang jauh lebih
baik.(8) Konraadt et. al dan Kittigul et. al
juga melaporkan bahwa terdapat
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014
184
hubungan langsung antara
pengetahuan mengenai pencegahan
DBD dengan upaya melakukan
PSN.(13,14)
Penelitian di Myanmar
menunjukkan hasil bahwa orang yang
terpapar berbagai media kesehatan
seperti pamlet/poster, televisi, surat
kabar dan jurnal memiliki tingkat
pengetahuan mengenai DBD lebih
baik dari pada orang yang tidak
terpapar.(15)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sekitar 76,7% dari 1.345
responden yang pernah
mendengar/melihat penyuluhan DBD
menyatakan memperolehnya dari
media televisi. Itrat et al. melaporkan
bahwa sumber informasi mengenai
DBD yang paling penting dan berguna
di Pakistan adalah televisi.(16)
Hasil penelitian mengenai
pengaruh penyuluhan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan, sikap,
praktik ibu dalam pencegahan DBD
pada anak menunjukkan hasil bahwa
penyuluhan kesehatan berpengaruh
pada tingkat pengetahuan, sikap dan
praktik dalam pencegahan DBD pada
anak. Hal ini diketahui dari tingkat
pengetahuan, sikap dan praktik ibu
setelah mendapat penyuluhan
kesehatan lebih tinggi dibanding
dengan ssebelum mendapat
penyuluhan.(17) Saleha et al.
Melaporkan bahwa tingkat
pengetahuan warga Kecamatan
Bayah, Banten, menunjukkan
mengenai PSN meningkat setelah
diberikan penyuluhan.(9)
Dengan demikian, disamping
upaya memutus mata rantai penularan
oleh vektor DBD, hendaknya
ditingkatkan juga upaya peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang DBD
melalui penyuluhan kesehatan.
Harapannya agar masyarakat dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
PSN. Media dan teknik penyuluhan
kesehatan, bisa disesuaikan dengan
katarakteristik masyarakat Kabupaten
Ogan Komering Ulu.
KESIMPULAN
1. Dari 2.978 resonden yang
diwawancarai di 25
Desa/Kelurahan di Kabupaten
OKU, ternyata hanya 1.345 orang
(45.2%) yang menyatakan pernah
melihat/mendengar penyuluhan
tentang DBD.
2. Dari 1.345 responden yang pernah
medengar/melihat penyuluhan
tentang DBD, hanya 38% (512
orang) yang pernah mendapat
enyuluhan langsung tentang DBD.
Yahya, Anif Budianto dan Yulian Taviv :
Cakupan Penyuluhan Kesehatan Mengenai Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kabupaten OKU
185
3. Sekitar 77,9% (399 orang) dari 512
orang yang mendapat penyuluhan
langsung, menyatakan mendapat
penyuluhan DBD melalui tenaga
kesehatan.
4. Sebagian besar responden yaitu
1.032 orang menyatakan
memperoleh penyuluhan DBD
melalui media televisi (76,7% dari
1.345 orang yang pernah
mendengar/melihat penyuluhan
DBD).
5. Seluruh responden di Desa Batu
Putih (100%) menyatakan belum
pernah melihat/mendengar
penyuluhan mengenai demam
berdarah. Sedangkan di Desa
Laya, 85% responden menyatakan
pernah melihat/mendengar
penyuluhan mengenai demam
berdarah.
SARAN
Dalam pengendalian DBD,
disamping upaya memutus mata rantai
penularan oleh vektor DBD,
hendaknya ditingkatkan juga upaya
peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang DBD melalui penyuluhan
kesehatan. Harapannya agar
masyarakat dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan PSN. Media dan teknik
penyuluhan kesehatan, disesuaikan
dengan katarakteristik masyarakat
Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Dewan Redaksi
Jurnal Pembangunan Manusia dalam
proses penerbitan artikel ini, semua
pihak yang telah banyak membantu
terlaksananya penelitian ini, serta
saudara Yanelza Supranelfy,
Tonwiratun Nikmah dan Rizky
Nurmaliani dari Loka Litbang P2B2
Baturaja yang telah membantu penulis
dalam pemilihan bahasa yang baku
untuk artikel ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2012. Global Alert and Respons (GAR). Dengue/dengue haemorrahgic fever. World Health Organization.
2. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Penerbit Erlangga. Jakarta.
3. Kementerian Kesehatan. 2012.
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2011. Dir. Jen. P2&PL. Jakarta.
4. [Dinkes] Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan. 2012. Laporan Bulanan P2 Demam Bedarah Dengue Sumatera Selatan. Palembang.
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.3 Desember 2014
186
5. [Dinkes] Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2012. Profil Kesehatan Sumatera Selatan. Baturaja.
6. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
7. Fathi KS, Wahyuni CV. 2005.
Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Tehadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. J. Kesehatan Lingkungan; 21 (2): 1-10.
8. Benthem BHB, Khantikul N,
Parqart K, Kessel PJ, Somboon P, Oskam L. 2002. Knowledge and Use of Prevention Measures Related to Dengue in Borthern Thailand. Trop. Med. In Health. 7:993-9.
9. Saleha Sungkar, Rawina Winita,
Agnes Kurniawan. 2010. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat dan KepadatanMakara, Kesehatan vol. 14 no.2 Des. 2010.
10. Depkes. 2002. Buku Panduan
Strategi Promosi Kesehatan di Indonesia. Depkes RI. Jakarta.
11. Pickett G. Hanlon JJ. 1995.
Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Praktik 9th ed. Trans. Mukti AG. Jakarta. EGC. P.318-20.
12. Makhfudli, Effendi F. 2009.
Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. P.101-4.
13. Koendraadt CJM, Tuiren W,
Sithiprasasna R, Kijchalao U, Jones JW, Scoot TW. 2006. Dengue Knowledge and Practices and Their Impact on Ae. aegypti Populations in Kamphaerg Phet. Thailand. Am. J Trop. Hyg. 74(4): 692-700.
14. Kittigul L, Suankeow K, Sujirat D,
Yogsan. 2003. Dengue Haemorrage Fever: Knowledge, Attitude and Practise in Ang Thong Province, Thailand. Southeas Asian J. Trop. Med. Public Health: 34:385-92.
15. Khynn TW, Sian ZN, Aye M. 2004.
Community-based assessment of dengue –related knowledge among caregivers. Dengue Bulletin. 28:189-95.
16. Itrat A, Khan A, Javaid S, Kamal
M, Khan H, Javed S et al. 2008. Knowledge, awareness and practise regarding dengue fever among the adult population of dengue hit cosmopolitan. Plos One.; 3:1-6.
17. Kusumawardani E. 2012.
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Praktik Ibu dalam Pencegahan DBD Pada Anak. Artikel Jurnal Media Medika.
Top Related