Buku Sediaan Semi Solid

75
UNGUENTA ( SALEP ) 1. Pengertian Menurut FI. ed III, salep adalah sediaan semi padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Menurut FI.ed IV, salep adalah sediaan setengah padat ditunjukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras atau narkotika adalah 10%. Menurut DOM, Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s, salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut 1

Transcript of Buku Sediaan Semi Solid

UNGUENTA

( SALEP )

1. Pengertian

Menurut FI. ed III, salep adalah sediaan semi

padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai

obat luar.

Menurut FI.ed IV, salep adalah sediaan

setengah padat ditunjukan untuk pemakaian topikal

pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh

berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan

obat dalam salep mengandung obat keras atau

narkotika adalah 10%.

Menurut DOM, Salep adalah sediaan semi padat

dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang

penting. Menurut Scoville’s, salep terkenal pada

daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana

pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh,

sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung

pada area dimana pasta digunakan. Menurut

1

Formularium Nasional, salep adalah sediaan berupa

massa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan

mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk

melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau

tengik.

2. Penggolongan salep

1. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi:

a. Unguenta, adalah salep yang mempunyai konsistensi

seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa

tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.

b. Cream, adalah salep yang banyak mengandung air,

mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci

dengan air.

c. Pasta, adalah suatu salep yang mengandung lebih

dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal

2

karena merupakan penutup atau pelindung bagian

kulit yang diberi.

d. Cerata, adalah suatu salep berlemak yang

mengandung persentase tinggi lilin (waxes),

sehingga konsistensinya lebih keras.

e. Gelones Spumae, adalah suatu salep yang lebih

halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit atau

tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa

sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari

campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik

lebur yang rendah.

2. Menurut efek terapinya, salep dibagi atas:

a. Salep Epidermis (salep penutup)

Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi

hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek

lokal, karena bahan obat tidak diabsorpsi. Kadang

– kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk

meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik

adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).

b. Salep Endodermic

3

Salep dimana bahan obatnya menembus dalam tetapi

tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian.Untuk

melunakkan kulit atau selaput lender diberi local

iritan.Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.

c. Salep Diadermic (salep serap)

Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam

melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan

karena diabsorbsi seluruhnya,misalnya pada salep

yang mengandung senyawa

Mercuri,Iodida,Belladonae.Dasar salep yang baik

adalah adeps lanae dan Oleum Cacao.

3. Menurut dasar salepnya, salep dibagi atas:

a. Salep hydrophobic , yaitu salep – salep dengan

bahan dasar berlemak, misalnya campuran dari

lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci

dengan air.

b. Salep hydrophilic, yaitu salep yang kuat menarik

air, biasanya dasar salep tipe o/w atau seperti

dasar hydrophobic, tetapi konsistensinya lebih

4

lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain

campuran sterol dan petrolatum.

3. Dasar Salep

Menurut FI Ed IV, dasar salep yang digunakan

sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu

dasar salep senyawa hidrokarbon,dasar salep

serap,dasar salep yang dapat dicuci dengan air,

dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat

menggunakan salah satu dasar salep tersebut.

a) Dasar Salep Hidrokarbon

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep

berlemak, antara lain vaselin putih dan salep

putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair

yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini

dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan

obat dengan kulit dan bertindak sebagai

pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon

digunakan terutama sebagai emolien, sukar

5

dicuci, tidak mengering dan tidak tampak

berubah dalam waktu lama.

b) Dasar Salep Serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam dua

kelompok.Kelompok pertama terdiri atas dasar

salep yang dapat bercampur dengan air

membentuk emulsi air dalam minyak(paraffin

hidrofilik dan lanolin anhidrat),dan kelompok

kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak dan

dapat bercampur dengan sejumlah larutan air

tambahan(lanolin).Dasar salep ini juga

berfungsi sebagai emolien.

c) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam

air, antara lain salep hidrofilik (krim).

Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat

dicuci dengan air karena mudah dicuci dari

kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat

diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan

obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan

6

dasar salep ini dari pada dasar salep

hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep

ini adalah dapat diencerkan dengan air dan

mudah menyerap cairan yang terjadi pada

kelainan dermatoligik.

d) Dasar Salep larut dalam air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak

berlemak dan terdiri dari konstituen larut

air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak

keuntungannya seperti dasar salep yang dapar

dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan

tak larut dalam air seperti paraffin, lanolin

anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih

tepat disebut gel.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa

faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat

yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan

ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu

menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk

mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-

7

obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar

salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung

air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam

dasar salep yang mengandung air.

Beberapa contoh-contoh dasar salep:

a. Dasar salep hidrokarbon :

Vaselin putih (white petrolatu, whitwe soft

paraffin), vaselin kuning (yellow petrolatum,

yellow soft paraffin), campuran vaselin dengan

cera, paraffin cair, paraffin padat, minyak

nabati.

b. Dasar salep serap (dasar salep absorbsi):

Adeps lanae, unguentum simpleks (cera flava :

oleum sesami = 30 : 70 ), hidrophilic petrolatum (

vaselin alba : cera alba : stearyl alkohol :

kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 )

c. Dasar salep dapat dicuci dengan air:

8

Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing

cream ), emulsifying ointment B.P., emulsifying

wax, hydrophilic ointment.

d. Dasar salep larut air :

Poly Ethylen Glycol ( PEG ), campuran PEG,

tragacanth, gummi arabicum.

Uraian Masing – Masing Dasar Salep:

1. Dasar Salep I (Dasar Salep Hidrokarbon)

a. Vaselin kuning (Petrolatum), merupakan campuran

yang dimurnikan dan hidrokarbon setengah padat

diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung

zat penstabil yang sesuai. Massa seperti

minyak, kekuningan hingga amber lemah,

berfluoresensi sangat lemah, walaupun setelah

melebur. Dalam lapisan tipis transparan. Tidak

atau hampir tidak berbau dan berasa.

Melebur pada temperatur antara 38o C dan 60o C.

Dapat digunakan secara tunggal atau dalam

campuran dengan zat lain sebagai dasar salep.

9

b. Vaselin putih ( White Petrolatum USP ),

merupakan campuran yang dimurnikan dan

hidrokarbon setengah padat diperoleh dari

minyak bumi dan keseluruhan atau hampir

keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat

mengandung stabilizator yang sesuai. Putih atau

kekuningan pucat massa berminyak transparan

dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada

suhu 00C. Penggunaannya sama dengan Vaselin

kuning.

Vaselin putih yang telah dihilangkan warnanya

dengan menggunakan Asam Sulfat, maka harus hati

– hati dalam penggunaan untuk salep mata,

karena akan terjadi iritassi mata oleh

kelebihan asam yang dikandung kalau tidak

dinetralkan dahulu dengan Kalium hidroksida

atau basa lain.

vaselin hanya dapat menyerap air sebanyak 5%

dengan penambahan surfaktan seperti Natrium

laurylsulfat, Tween, akan mampu menyerap air

10

lebih banyak juga akan penambahan kolesterol

kemampuan menyerap air akan dinaikkan.

Penggunaan Vaselin sebagai dasar salep

mempunyai kelebihan:

a) Tidak bercampur dan tidak larut dalam air.

b) Tidak tengik

c) Tidak terkesan pada kulit

d) Tidak terabsobsi

Selain mempunyai kelebihan juga mempunyai

kekurangan yaitu karena sukarnya bercampur atau

tidak larut dalam air, sehingga sukar

dihilangkan atau dicuci bila melekat pada

kulit, sehingga yang menggunakan kurang

menyenanginya.

c. Salep putih ( White ointment ) yang merupakan

campuran 50 bagian malam putih dan 950 bagian

vaselin putih.

d. Salep kuning ( Yellow ointment ), yang

merupakan campuran 50 bagian malam kuning dan

950 bagian vaselin kuning.

11

e. Paraffin adalah campuran hidrokarbon padat yang

dimurnikan, yang diperoleh dari minyak tanah.

Hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak

berwarna atau putih, tidak berasa, agak

berminyak. Dapat digunakan untuk membuat keras

atau kaku dasar salep setengah padat yang

berlemak.

f. Paraffin cair adalah campuran hidrokarbon yang

diperoleh dari minyak mineral. Berguna dalam

menggerus bahan yang tidak larut pada preparat

salep dengan dasar berlemak.

Paraffin padat dan cair jarang digunakan secara

sendiri-sendiri, tetapi selalu dikombinasikan

(dicampur keduanya sesuai konsistensi salep

yang diinginkan atau dengan lemak-lemak lain

serta lemak padat lainnya.

g. Jelene terdiri dari minyak hidrokarbon dan

malam yang tersusun sedemikian hingga fase cair

mudah bergerak dengan demikian terbentuk

12

gerakan dalam sehingga difusi obat ke

sekelilingnya dapat terjadi lebih baik.

Keuntungan penggunaan jelene dalam penyimpanan

tetap dan cukup lunak. Tidak tercampurkan

dengan Pix Liquida, Kamfer, Menthol, Gandapura,

karena akan membuat jelene encer.

h. Minyak tumbuh – tumbuhan misalnya : Oleum

Sesami.

2. Dasar Salep II ( Dasar salep serap )

Dasar salep absorbsi dapat menjadi dua tipe, yaitu

:

a) Yang memungkinkan percampuran larutan berair,

basil dan pembentukan emulsi air dan minyak.

Misalnya : Petrotalum Hidrofilik dan Lanolin

Anhidrat.

b) Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar

emulsi), memungkinkan bercampurnya sedikit

penambahan jumlah larutan berair.

Misalnya : Lanolin dan Cold cream

13

Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun

tidak mampu menutupi seperti yang dihasilkan dasar

salep berlemak.

Seperti dasar salep berlemak, dasar salep absorbsi

tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian

air.

a. Petrolatum Hidrofilik; dan kolesterol,

alkohol stearat, lilin putih dan petrolatum

putih. Dasar salep ini memiliki kemampuan

mengabsorbsi air dengan membentuk emulsi

dalam minyak.

b. Lanolin Anhidrat adalah zat serupa lemak yang

dimurnikan, diperoleh dari bulu domba yang

dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya

dapat mengandung tidak lebih dari 0,25% air.

Massa seperti lemak, lengket, warna kuning,

bau khas.

c. Lanolin adalah setengah padat, bahan seperti

lemak diperoleh dari bulu domba, merupakan

emulsi air dan minyak yang mengandung air

14

antara 25% - 30%. Penambahan air dapat

dicampurkan kedalam lanolin dengan

pengadukan.

d. Cold Cream ( krim pendingin ), merupakan

emulsi air dalam minyak, setengah padat,

putih, dibuat dengan lilin setil ester, lilin

putih, minyak mineral, Natrium Tetraborat

dicampur dengan asam lemak bebas yang

terdapat dalam lilin-lilin akan membentuk

sabun Natrium yang berfungsi sebagai zat

pengemulsi.

Krim pendingin digunakan sebagai emolien dan

dasar salep.

e. Campuran terdiri dari:

30 bagian kolesterol

30 bagian stearil alkohol

80 bagian malam putih

860 bagian vaselin putih.

15

Dasar salep ini mempunyai kemampuan

mengabsorbsi air dalam membentuk emulsi air

dalam minyak.

f. Unguentum Molle terbuat dari :

Paraffin 22 bagian

Wolfet 10 bagian

Paraffin Liquidum 68 bagian

Dilebur pada suru serendah mungkin, massa

lembek seperti Vaselin dan tahan lama. Mampu

menyerap air 100%.

g. Unguentum Durum ( Pharmacope Jennan )

Paraffin 20 bagian

Wolfet 10 bagian

Paraffin Liquidum 50 bagian

Dibuat sama dengan unguentum Molle,

konsistensinya agak keras dibanding dengan

unguentum Molle dan digunakan sebagai salep

penutup. Sangat kuat menyerap air sama dengan

unguentum Molle.

16

Dasar ini juga berfaedah dalam farmasi untuk

pencampuran larutan berair kedalam larutan

berlemak karena mudah menyerap air.

3. Dasar Salep III (dasar salep yang dapat dicuci

dengan air)

Dasar salep ini nampaknya seperti cream dapat

diencerkan dengan air atau larutan berair. Bahan

obat tertentu dapat diabsorbsi lebih baik oleh

kulit bilamana menggunakan dasar salep tipe ini

dibanding dasar salep lainnya.

Dasar salep ini dapat digunakan campuran yang

terdiri dari:

0,25 bagian Metil Paraben

0,15 bagian Propil Paraben

10 bagian Natrium Laurylsulfat (pengemulsi)

120 bagian Propilenglikol (fase air)

250 bagian Stearil alkohol

250 bagian Vaselin putih dan air secukupnya

hingga 100 bagian (fase air). Campuran

tersebut, juga disebut salep hidrofilik (suka

17

air), yang dapat bercampur dengan baik

terhadap bahan obat, tetapi harus diingat

yang merusak emulsi. Dasar salep ini

(Hidrofilik) mempunyai kelebihan yaitu dapat

dicuci dengan air, tidak berbekas pada

pakaian, dapat diencerkan dengan air serta

dapat menyerap cairan – cairan dan luka /

kudis, menghilangkan rasa panas yang

ditimbulkan, disamping itu juga bersifat

kosmetika.

Sifat –sifat ini disebabkan karena adanya

emulgator yang digunakan untuk mempengaruhi

pengemulsian. Namun, pada umumnya dasar salep

hidrofilik adalah relatif stabil karena

dipengaruhi adanya penguapan (air) yang

nantinya akan merusak emulsi. Itulah sebabnya

salep tersebut sebaiknya diberikan dalam

wadah tertutup rapat (tube). Salep hidrofilik

selain cepat menjadi kering (terjadi

penguapan) juga cepat berjamur untuk itu

18

perlu penambahan bahan pengawet dengan kadar

0,1%.

4. Dasar salep larut dalam air

Tidak seperti dasar salep yang tidak larut dalam

air, yang mengandung keduanya, yaitu komponen yang

larut maupun yang tidak larut dalam air. Dasar

salep yang larut dalam air hanya mengandung

komponen yang larut dalam air. Tetapi, seperti

dasar salep yang dapat dibersihkan dengan basis

yang larut dalam air dapat dicuci dengan air.

Basis yang larut dalam air hasilnya disebut

Greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak.

Karena dasar salep ini sangat mudah melunak dengan

penambahan air, larutan air tidak efektif

dicampurkan kedalam bahan dasar ini. Dasar salep

ini lebih baik digunakan untuk bahan padat atau

tidak berair. Dasar salep yang dapat larut dalam

air umumnya digunakan.

Campuran yang terdiri dari :

25 bagian poliglikol – 1500

19

40 bagian poliglikol – 4000

Propilenglikol atau gliserol secukupnya

hingga 100 bagian atau dasar salep larut

lainnya yang cocok

Polyethylenglicol ointment USP, campuran terdiri

dari:

40% Polietilenglikol – 4000

60% Polietilenglikol – 400

Campuran ini dibuat dengan peleburan atau campuran

dari:

400 bagian PEG 3350 (padat)

600 bagian PEG 400 (cair)

Bila diperlukan salep yang lebih baik,

formula dapat diubah untuk menghindari bagian yang

sama antara kedua bahan. Jika 6% sampai 25 % dan

larutan berair dicampurkan kedalam dasar salep.

Penggantian 50 gram PEG 3350 dengan sejumlah

alkohol stearat berguna untuk membuat produk akhir

yang lebih padat dalam jumlah yang sama.

20

Polietilenglikol adalah polimer dan etilen

oksida dan air ditunjukkan dengan rumus

HOCH2( CH2OCH2 )n CH2OH. Panjang rantai dapat

berbeda – beda untuk mendapatkan polimer yang

mempunyai viskositas bentuk fisik ( cair, padat,

atau setengah padat ) yang diinginkan.

Dalam Farmakope Indonesia Edisi III, diuraikan

macam – macam Poliglikol yaitu :

1) Poliglikol – 400, berbentuk cairan kental

jernih

2) Poliglikol – 1000, berbentuk massa seperti

salep

3) Poliglikol – 1500, berbentuk serbuk licin

4) Poliglikol – 4000, berbentuk serbuk licin

putih atau potongan putih kuning gading

5) Poliglikol – 6000, berbentuk serbuk licin.

Dalam pengadaan Poliglikol yang mempunyai nomor

1000 keatas dikenal dengan nama “ Carnaubawax “.

Salep – salep yang dibuat dengan bahan dasar salep

ini mudah dipakai, melekat pada kulit dan mudah

21

dicuci dengan air dan tidak merangsang kulit.

Poliglikol juga dapat digunakan sebagai bahan

dasar pada pembuatan suppositoria.

Unguentum Gliserin ( FN ’78 ) terbuat dari :

Untuk 10 gram salep mengandung ;

1 gram amylum manihot

9 gram gliserin

Aqua destillata hingga 10 gram

Dibuat dengan cara pemanasan diatas api langsung

(api kecil) atau diatas penangas air sambil

diaduk, setelah terbentuk massa salep ditimbang

dan cukupkan beratnya hingga 10 gram dengan

penambahan air suling atau larutan gliserin dalam

air 5 %. Dasar salep ini selalu dibuat segar

(baru) karena dalam penyimpanan akan kehilangan

konsistensinya dan termasuk dasar salep yang mudah

dicuci dengan air.

Kualitas dasar salep yang baik adalah :

22

1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari

inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu

dan kelembaban kamar.

2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus

dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus

lunak dan homogen.

3) Mudah dipakai

4) Dasar salep yang cocok

5) Dapat terdistribusi merata

4. Cara Pembuatan Salep Ditinjau Dari Zat Berkhasiat

Utamanya

1. Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam dasar

salep

1) Camphora

a. Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah

dicairkan dalam pot salep tertutup (bila

tidak melampaui daya larutnya)

b. Bila dalam resep terdapat minyak – minyak

maka kamfer dilarutkan dalam minyak lemak

tersebut.

23

c. Bila kamfer bersama – sama menthol, salol,

atau zat lainnya yang dapat mencair jika

dicampur (karena penurunan titik eutektik)

maka kamfer dicampur dengan sesamanya

supaya mencair baru ditambahkan dasar

salep

d. Jika a, b, c, tidak ada maka kamfer diberi

etanol 95 % atau eter, kemudian digerus

dengan dasar salep.

Contoh – contoh resep :

R/ Camphora 1

Vaselin falv. 9

m.f.ungt.

S.ungt.Camphoratum

R/ Camphorae 1

Ol.cocos. 1

Adeps lanae 18

m.f.ungt

R/ Mentholi

Camphorae aa 0,3

24

Lanolin 5

Ungt. Acid Salycylas 15

m.d.s.u.e

2) Pellidol

Larut 3 % dalam vaselin dan 7 % dalam minyak

lemak maka Pellidol dilarutkan bersama – sama

dasar salep yang dicairkan. Bila dasar salep

disaring maka pellidol juga ikut disaring dan

jangan lupa menambahkan 20 %. Kalau jumlahnya

melebihi daya larutnya, maka digerus dengan

dasar salep yang sudah dicairkan.

R/ Pellidol 0,1

Zinci Oxyd. Ungt 20

m.d.s.ad.us.ext

R/ Pellidol 0,5

Zinci. Oxyd. Liniment. Oleos 25

m.d.s.ad.Us.ext.

25

3) Iodium

a. Kalau memenuhi kelarutan dikerjakan

seperti pada kamfer (Ia)

b. Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI

(seperti pada unguentum Iodii dari

Farmakope Indonesia)

c. Dilarutkan dalam etanol 95% kemudian

tambahkan dasar salep

Contoh resep :

R/ Iodii 2

Kalii iodii 3

Aq.dest 5

Ungt.Simplex90

m.d.s.u.e

caranya : larutkan KI dalam air lalu tambahkan

iodium hingga larut, setelah itu gerus bersama

unguentum simplex hingga homogen.

2. Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam air

1. Protargol (argentum proteinatum)

26

a. Larut dalam air dengan jalan menaburkan

diatas air kemudian didiamkan selama 15 menit

ditempat gelap.

b. Bila dalam resep terdapat gliserol, maka

Protargol digerus dengan gliserin baru

ditambah air, dan tidak perlu ditunggu 15

menit (gliserol mempercepat daya larut

protargol dalam air)

2. Colargol (argentum colloidale)

Sama dengan Protargol dan air yang di pakai 1/3

kalinya.

3. Argenti Nitras

Jika dilarutkan dalam air akan meninggalkan

bekas hitam pada kulit kerena terbentuk Ag2O,

karena itu pada pembuatan AgNO3 tidak dilarutkan

dalam air walaupun ia larut. Kecuali pada resep

obat wasir.

4. Phenol

Sebenarnya phenol mudah larut dalam air, tetapi

dalam salep tidak dilarutkan karena bekerja-nya

27

merangsang, juga tidak dapat diganti dengan

phenol liquefactum (campuran fenol dan air 77-

81,5 %). Jadi dikerjakan seperti pada kamfer

dalam salep.

5. Bahan obat yang dalam salep tidak boleh

dilarutkan ialah Argenti Nitras, Phenol,

Pyrogalol, Chrysarobin, Zinci Sulfas,

Antibiotika, Oleum lecoris Aselli, Hydrargyri

Bichloridum dan Stibii et Kalii sulfas.

Contoh-contoh resep:

R/ Kalii iodii 3

Lanolin 16

Ungt. Simplex ad 30

m.d.s.u.e

penyelesaian : KI dilarutkan dengan air dari

lanolin.

R/ Procain HCl0,1

Aq.rosae 1

Adeps lanae 3

ZnO 3

28

Vaselin ad 30

m.d.s.u.e

penyelesaian :

Procain HCl dilarutkan dengan aqua rosae

ZnO diayak dulu

3. Zat berkhasiat bentuk padat tak larut

Umumnya dibuat halus dengan mengayak atau

menjadikannya serbuk halus terlebih dahulu.

Belerang, tidak boleh diayak

Acidum Boricum, diambil yang pulveratum

Zinci Oxydum, harus diayak terlebih dahulu

dengan pengayak No.100

4. Zat berkhasiat berupa cairan

a. Air

Terjadi reaksi, misalnya aqua calcis

dengan minyak lemak akan terjadi

penyabunan. Untuk itu cara pengerjaannya

adalah:

a. Diteteskan sedikit – sedikit

29

b. Dikocok dalam botol bersama minyak

lemak, baru dicampur dengan bahan

lainnya.

Contoh resep :

R/ Zinci Oxyd.

Oleum Sesami

Aqua Calcis aa 10

Disini akan terjadi penyabunan Aqua Calcis

dengan Oleum Sesami.

Tidak terjadi reaksi

a. Jumlah sedikit, diteteskan terakhir

sedikit demi sedikt sampai terserap oleh

dasar salep.

b. Jumlah banyak, diuapkan atau diambil

bahan berkhasiatnya dan berat airnya

diganti dengan dasar salep.

b. Alkohol

Jumlah sedikit, diteteskan terakhir

sedikit demi sedikit sampai terserap oleh

dasar salep.

30

Jumlah banyak :

1. Tahan panas, misalnya Tinc.Ratanhiae

dipanaskan diatas tangas air sampai

sekental sirup atau 1/3 bagian,

kehilangan beratnya diganti dengan dasar

salep.

2. Tidak tahan panas:

Diketahui perbandingannya maka

diambil bagian-bagiannya saja.

Contohnya tinctura iodii.

Tidak diketahui perbandingannya,

diteteskan terakhir sedikit demi

sedikit.

Perlu diperhatikan bahwa kehilangan

berat pelarutnya hendaknya diganti

dengan dasar salep. Bila dasar

salep lebih dari satu macam, maka

harus diperhitungkan menurut

perbandingan dasar salep tersebut.

Contoh :

31

R/ Tinct. Ratanhiae 6

Vaselin 20

Adeps lanae 10

m.f.ungt.

setelah Tinct. Ratanhiae dipanaskan

beratnya menjadi 2 g , jadi kehilangan

berat sebanyak 4 g diganti dengan dasar

salep yaitu vaselin dan adeps lanae yang

jumlahnya sesuai dengan perbandingan

vaselin dan adeps lanae dala resep.

Vaselin = 20 + 20/30 x 4 = 22,667

Adeps lanae = 10 + 20/30 x 4 = 11,333

c. Cairan kental

Umumya dimasukkan sedikit demi sedikit, contoh :

Gliserin, Pix Lithantracis, Pix Liquida, Oleum

Cadini, Balsamum Peruvianum, Ichtyol, Kreosot.

5. Zat berkhasiat berupa extractum

a. Extractum Siccum

32

Pada umumnya larut dalam air, jadi dilarutkan

dalam air dan berat air dikurangi dasar salep.

b. Extractum Liquidum

Dikerjakan seperti pada cairan dengan alkohol

c. Extractum Spissum

Diencerkan terlebih dahulu dengan air atau

etanol.

6. Lain-lain

a. Naphtolum

Dapat larut dalam Sapo Kalinus, kalau tidak ada

sapo kalinus dikerjakan seperti kamfer.

b. Bentonit

Berupa serbuk halus yang dengan air membentuk

massa seperti salep. Senyawa Aluminium Silikat

yang mengikat air. Cara pembuatan yang terbaik

dengan menambahkan sedikit demi sedikit ke

dalam air hangat ( direndam dalam air, biarkan

kurang lebih 1 jam ) salep dengan Bentonit dan

air tidak tahan lama, karena itu perlu

ditambahkan lemak agar tidak memisah airnya.

33

5. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep

1. Peraturan salep pertama

Zat – zat yang dapat larut dalam campuran lemak

dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan

pemanasan.

2. Peraturan salep kedua

Bahan – bahan yang dapat larut dalam air, jika

tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan

lebih dahulu dalam air asalkan air yang

digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis

salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari

basis.

3. Peraturan salep ketiga

Bahan – bahan yang sukar atau hanya sebagian

dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk

lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak

B40.

4. Peraturan salep keempat

34

Salep – salep yang dibuat dengan jalan

mencairkan, campurannya harus digerus sampai

dingin.

6. Bahan Yang Ditambahkan Terakhir pada Suatu Massa

Salep

1. Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada massa

salep yang panas atau digerus terlalu lama

dapat terjadi pemisahan.

2. Balsem – balsem dan minyak atsiri, balsem

merupakan campuran dari damar dan minyak

atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar

damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap.

3. Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk

mencegah permukaan mortir menjadi licin.

4. Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep

yang dingin, sebab tidak bisa campur dengan

bahan dasar salep yang sedang mencair dan

ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak bisa

diserap dengan mudah oleh dasar salep.

7. Pembuatan Salep Dengan Cara Meleburkan

35

Bahan dasar salep berbeda – beda

konsistensinya. Dasar salep sering juga terbuat

dari dua bagian atau lebih yang konsistensinya

berbeda. Untuk mendapatkan suatu massa dasar salep

yang baik, dicampurkan bahan – bahan sebagai

berikut, misalnya: cera dengan minyak lemak,

meskipun titik leburnya berbeda jauh dapat dilebur

dala perbandingan – perbandingan tertentu sehingga

diperoleh massa yang baik.

Umumnya hampir semua bahan dilebur dalam

cawan penguap diatas tangas air, sebagai pengaduk

digunakan pengaduk kaca atau spatel kayu. Banyak

juga dari bahan – bahan yang dilebur tersebut

kurang bersih, maka disaring dengan kain kassa

pada saat bahan panas dan tentunya berkurang

beratnya sehingga bahan – bahan yang dilebur

dilebihkan menimbangnya sebesar 10 – 20 %.

Contoh salep yang dibuat dengan peleburan :

1. Unguentum Simplex ( Ph. Ned. Ed. V )

R/ Cera Flava 30

36

Ol. Sesami 70

2. Simple Ointment

R/ Adeps lanae 50

Paraffin Solidum 50

Ceto stearyl alc. 50

Vaselin alba / flava 850

3. Unguentum Lenies ( FN 1978 )

R/ Cetaceum 12,5

Cera alba 12

Paraffin liq. 56

Natrii tetraborax 0,5

Aq.dest 19 ml

Pembuataan :

a. Larutkan natrii tetraboras ke dalam air

b. Lebur cetaceum, cera alba dan paraffin, aduk

hingga dingin

c. Campur keduanya

4. Unguentum lecoris Asellu ( Ph.Ned )

R/ Oleum lecoris Aselli 40

Cera flava 10

37

Vaselin flava 50

Pembuatan :

a. Lebur cera dan vaselin

b. Terakhir campur dengan oleum lecoris (oleum

lecoris tidak dipanaskan )

8. Persyaratan Salep ( FI Ed III )

1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik

2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep

yang mengandung obat keras atau obat narkotik,

kadar bahan obat adalah 10 %.

3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain ,

sebagai bahan dasar salep (basis salep)

digunakan vaselin putih (vaselin album).

Tergantung dari sifat bahan dan tujuan

pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan

dasar salep sebagai berikut :

a. Ds. Senyawa hidrokarbon : vaselin putih,

vaselin kuning (vaselin flavum), malam putih

(cera album), malam kuning (cera flavum ),

atau campurannya.

38

b. Ds. Serap : lemak bulu domba (adeps lanae),

campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian

stearil-alkohol, 8 bagian malam putih dan 86

bagian vaselin putih, campuran 30 bagian

malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.

c. Ds. Yang dapat dicuci dengan air atau

Ds.emulsi, misalnya emulsi minyak dalam air (

M/A )

d. Ds. Yang dapat larut dalam air, misalnya PEG

atau campurannya.

4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan lain yang cocok, harus

menunjukkan susunan yang homogen.

5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat

luar”.

Penggunaan obat bentuk salep mempunyai fungsi

sebagai berikut:

1. Pembawa ( Vehicle ) substansi obat untuk

pengobatan kuli

2. Pelumas (emolient) pada kulit

39

3. Pelindung (protektive) untuk mencegah kontak

permukaan kulit dengan larutan berair yang

merangsang kulit.

9. Pengawetan, Pengemasan dan Penyimpanan Salep

Sediaan setengah padat seperti salep, sering

memerlukan penambahan pengawet sebagai anti

mikroba untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme

yang terkontaminasi. Pengawet yang digunakan

termasuk hidroksibenzoat, fenol – fenol, asam

benzoat, asam sorbat, garam ammonium dan campuran

lainnya.

Sediaan setengah padat yang menggunakan dasar

salep yang mengandung atau menahan air, membantu

pertumbuhan mikroba dan oleh karena itu merupakan

masalah yang lebih besar dan pengawetan.

Sediaan setengah padat harus pula dilindungi

melalui kemasan penyimpanan yang sesuai dan

pengaruh pengerusakan oleh udara, cahaya, uap air

(lembab) dan panas serta kemungkinan terjadinya

interaksi kimia antara preparat dengan wadah.

40

Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau

dalam tube, botol dapat dibuat dan gelas tidak

berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram

dan porselin putih. Botol plastik juga dapat

digunakan.

Wadah dan gelas buram dan berwarna berguna

untuk salep yang mengandung obat yang peka

terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau

plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan

kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan

digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata,

vagina, telinga atau hidung. Tube dan salep untuk

pemakaian pada mata kebanyakan dikemas dalam

kaleng atau plastik kecil dan dapat dilipat yang

dapat menampung sekitar 1 sampai 5 gram salep.

Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering

dari ukuran 5 sampai 30 gram. Botol untuk salep

juga berbeda – beda mulai dari ukuran terkecil ½

ounce sampai 1 pound atau lebih.

41

Botol salep dapat diisi dalam skala kecil

oleh seorang ahli farmasi dengan mengemas sejumlah

salep yang sudah ditimbang ke dalam botol dengan

memakai spatula yang fleksibel dan menekannya ke

bawah sejajar melalui tepi botol guna menghindari

kemungkinan terperangkapnya udara didalam botol.

Mengemas salep dalam botol perlu diperhatikan

bahwa isi sedapat mungkin mendekati bagian atas

botol, tetapi tidak begitu tinggi sampai tutupnya

kena salep apabila ditutup. Salep yang dibuat

dengan cara melebur dapat dituangkan langsung

kedalam botol salep untuk dibekukan dalam botol.

Hal ini tentunya akan diperoleh hasil akhir yang

lebih bagus. Pembuatan salep dalam skala besar,

pengisian sejumlah tertentu dan salep masuk

kedalam botol dengan tekanan.

Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat

pengisi dan bagian ujung belakang yang terbuka

(ujung yang berlawanan dan ujung tutup) dan tube

yang kemudian ditutup dengan segel. Salep yang

42

dibuat dengan cara peleburan dapat dituangkan

langsung kedalam tube. Pada skala kecil seperti

yang dibuat berdasarkan resep dokter, pengisian

dan tube salep oleh ahli farmasi di apotek, dapat

diisi dengan cara sebagai berikut:

1. Salep yang telah dibuat digulung diatas kertas

perkamen menjadi bentuk silinder, diameter

sedikit lebih kecil dan tube supaya dapat

diisikan dengan panjang kertas yang lebih dari

tube.

2. Tutup tube dilepas supaya udara keluar,

silinder dan salep dengan kertas dimasukkan ke

dalam bagian ujung bawah tube yang terbuka.

3. Potongan kertas yang melipat salep dipegang

oleh salah satu tangan sedang lainnya menekan

dengan spatula yang berat kearah tutup tube

sampai tube tadi penuh dan sambil menarik

perlahan – lahan kertas salep tadi dilepaskan,

ratakan permukaan salep dengan spatula, kurang

lebih ½ inci dari ujung bawah.

43

4. Bagian bawah yang disisakan, dilipat 2 x 1/8

inci dan dibuat dan ujung bawah tube yang

dipipihkan, ditekan/ dijepit dengan penyegel

tepat diatas lipatan untuk menyakini bahwa

sudah betul – betul tertutup.

Penjepit dapat digunakan dari tang tangan

atau dengan mesin lipat yang dijalankan dengan

tangan atau kaki.

Salep dalam tube lebih menguntungkan

pemakaiannya dari pada botol, disebabkan lebih

muda dan menyenangkan digunakan oleh pasien dan

tidak mudah menimbulkan keracunan.

Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena

udara dan menghindari terkontaminasi dari

mikroba yang potensial, oleh karena itu akan

stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian

dibanding dengan salep dalam botol.

Kebanyakan salep harus disimpan pada

temperatur dibawah 30o C untuk mencegah melembek

apalagi dasar salepnya bersifat dapat mencair.

44

Contoh Beberapa Tube Salep:

Tube Salep Kulit

Tube Salep Mata

10. Sediaan Semi Padat

1. Pastae ( pasta )

Menurut FI ed IV, pasta adalah sediaan semi

padat yang mengandung satu atau lebih bahan

obat yang ditujukan untuk pemakaiaan topikal.

Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal

mengandung air, misalnya pasta natrium

korboksimetilselulose ( Nat. CMC ). Kelompok

lain adalah pasta berlemak misalnya pasta zinc

oksida merupakan salep yang padat, kaku, tidak

meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai

lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.

Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan

lebih menyerap dibanding dengan salep karena

tinggi kadar obat yang mempunyai afinitas

terhadap air. Pasta ini cenderung untuk

45

menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai

daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah

dari salep. Oleh karena itu pasta digunakan

untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak,

menggelembung atau mengeluarkan cairan.

Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada

selaput lendir untuk memperoleh efek lokal,

misalnya pasta gigi Triamsinolon asetonida.

Cara pemakaian dengan mengoleskan lebih

dahulu dengan kain kasa. Penyimpanan dalam

wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat atau

dalam tube.

Pembuatan pasta umumnya bahan dasar yang

berbentuk setengah padat sebaiknya dicairkan

terlebih dahulu baru dicampur dengan bahan

padat dalam keadaan panas agar lebih mudah

bercampur dan homogen.

Contoh resep

Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta ( FN 78 ) =

Pasta Zinci Oxydi Salicylata ( Ph. Bld.Ed.V )

46

R/ Acidi Salicylici 0,2

Zinci Oxydi 2,5

Amylum Tritici 2,5

Vaselin flava ad 10

m.f.pasta

catatan : Zno diayak dan Vaselin flava

dilelehkan

Zinci Pasta ( FN 78 ) = Pasta Zinci Oxydi

( Ph.Bld.Ed.V)

R/ Zinci Oxydum 25

Amylum tritici 2,5

Vaselin flava hingga 10

m.f.pasta

catatan : Zno diayak dan Vaselin Flava

dilelehkan

47

pasta kering adalag suatu pasta bebas minyak

mengandung kurang lebih 60 % zat padat

(serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi

kesukaran bila dalam resep terdapat Ichthamolum

atau Turnenol Ammonium, karena dengan zat

tersebut pasta akan menjadi encer.

Contoh resep:

R/ Bentonit 1

Sulfur Praecip 2

Zinci Oxydi 10

Talcum 10

Ichthamolum 0,5

Glycerin

Aqua aa 5

m.f.pasta

supaya tidak menjadi kering, sebaiknya

ditempatkan ditempat yang kedap. Bentonit

ditambahkan sebagai stabilisator, bentonit

dicampur dengan serbuk yang lain baru

ditambahkan cairan yang tersedia.

48

Formulasi Pasta:

Pasta biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan

obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar

dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan

bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan

gliserol, musilago, atau sabun.

1. Vaselinum album

Vaselin terdiri dari vaselin putih dan

kuning. Vaselin putih adalah bentuk yang

telah dimurnikan warnanya, karena pemucatan

menggunakan asam sulfat anhydrous tidak larut

dalam air, tidak tercucikan dengan air.

Kerugiannya adalah berlemak dan tidak dapat

dikombinasikan dengan cairan yang mengandung

air, hanya dapat menyerap air 5 %, jarang

dipengaruhi oleh udara, kelembaban kebanyakan

bahan obat dan bahan kimia. Vaselin digunakan

pula sebagai pelumas, pelindung, penutup

49

kulit, karena merupakan film penutup pada

kulit yang mencegah penguapan.

2. Gliserol

Gliserol dipakai sebagai zat tambahan,

antimikroba dan kelembapan. Pada dasarnya

basis yang digunakan dalam formulasi sediaan

pasta tidak jauh berbeda dengan basis yang

digunakan dalam formulasi sediaan salep,

yaitu:

Karakteristik Basis Hidrokarbon:

- Tidak diabsorbsi oleh kulit

- Inert

- Tidak bercampur dengan air

- Daya absorbsi air rendah

- Menghambat kehilangan air pada kulit

dengan membentuk lapisan tahan air dan

meningkatkan absobsi obat melalui kulit.

Basis absorbsi

50

Karakteristik bersifat hidrofil dan

menyerap sejumlah tertentu air dan larutan

cair. Terbagi menjadi:

- Non emulsi co. Basis ini menyerap air

untuk memproduksi emulsi air dan minyak.

Terdiri atas Wool Fat, Wool Alcohols,

Beeswax, dan Cholesterol.

- Emulsi A/M co. Terdiri atas : Hydrous

Wool Fat (Lanolin), Oily Cream

Larut Air

Misalnya PEG ( Polyethylene Glycol ) yang

mampu melarutkan zat aktif yang tak larut

dalam air dan meningkatkan penyebaran

obat. Bersifat stabil, tersebar merata,

dapat mengikat pygmen dan higroskopis

(mudah menguap), sehingga dapat memberikan

kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.

Keuntungan dan Kerugian Pasta:

Adapun keuntungan dari bentuk sediaan pasta adalah

:

51

1. Mengikat cairan sekret (eksudat)

2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan

terbuka, sehingga mengurangi rasa gatal lokal.

3. Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya

dengan jaringan lebih lama.

4. Konsentrasi lebih kental dari salep.

5. Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan

kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan

salep.

Sedangkan kerugian dari bentuk sediaan pasta

adalah :

1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapay

ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk

pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu

2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan

kulit epidermis

3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.

2. Linimenta (obat gosok / olesan)

Linimenta adalah sediaan cair atau kental,

mengandung analgetika dan zat yang mempunyai

52

sifat rubifasien, melemaskan otot atau

menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar.

Pemakaian linimenta dengan cara dioleskan

menggunakan kain flanel lalu diurut.

Macam-macam linimenta yaitu:

1. Campuran lemak padat dengan lemak lunak

2. Campuran minyak dan cairan alkali (dibuat

dengan cara penyabunan)

3. Linimentum dengan Balsamum Peruvianum Ol.

Terebinthinae

4. Linimentum dengan minyak (harus memakai gom)

5. Emulsi yang digunakan sebagai liniment, yaitu

Emulsum Benzylis Benzoatus

6. Linimentum Chloroform (dengan cara

pencampuran biasa)

Ada dua jenis linimentum yaitu sebagai

berikut :

1. Liniment beralkohol liniments oleaginous

lebih ringan dalam tindakan mereka,

53

digunakan umumnya untuk mereka tetapi

rubefacient, counteriritan lebih berguna

ketika nanti agak kurang mengiritasi.

Astringen dan pijat diperlukan efek menembus

kulit, tergantung pada mereka mudah daripada

bahan-bahan dengan minyak dasar yang

berfungsi lapisan semata-mata sebagai

pelindung.

2. Liniments beralkohol liniments oleaginous,

solvent mungkin rubefacient tetap,digunakan

umumnya untuk minya counteriritan (minyak

alkohol, kacang agak astringen, dan minyak,

minyak wijen efek penetrasi, minyak biji

kapas) atau menembus kulit lebih tidak

stabil substansi (mudah daripada melakukan

hal wintergreen dengan basis minyak-minyak

terpenting) atau kombinasi minyak tetap dan

volatile.

54

Penyimpanan dalam botol berwarna, bermulut

kecil dan ditempat sejuk. Pada etiket juga

tertera “Obat Luar”. Linimenta tidak dapat

digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.

Cara pembuatan :

a. Mencampurkan seperti pada pembuatan salep,

contohnya Linimen Gondopuro (FN)

b. Terjadi penyabunan, contohnya Linimen Amoniak

dan Lotion Benzylis Benzoas (FN)

c. Terbentuk emulsi, contohnya Peruvianum

Emulsum I dan II (FN)

Contoh resep:

Linimentum Ammonia ( FN 1978 )

R/ Ammonia 20 ml

Acid oleinicum 1 ml

Oleum sesami 70 ml

Pembuatan:

Oleum sesami yang telah ditambahi acid.

Oleinic. Dikocok dengan ammonia di dalam botol.

Linimentum Methylis Salicylas

55

R/ Methylis salicylas 25 ml

Menthol 4 ml

Ol.Eucalypti 10 ml

Ol. Arachidis ad 100 ml

Sifat – sifat linimentum yaitu sebagai

berikut :

1. Dipakai pada kulit yang utuh (tidak boleh

adanya luka berakibat terjadinya iritasi)

dengan cara digosokkan pada permukaan kulit.

2. Apabila pelarutnya minyak, iritasinya

berkurang apabila dibandingkan dengan

pelarut alkohol

3. Linimentum dengan pelarut alkohol atau

hidroalkohol baik digunakan untuk tujuan

counterritan sedang pelarut minyak cocok

untuk tujuan memijat atau mengurut. Contoh :

Linimentum salonpas (untuk counteriritan)

Adapun keuntungan linimenta adalah :

56

1. Zat yang ditambahkan padanya diabsorbsi lebih

cepat.

2. Mudah dicuci dan sangat baik untuk pemakaian

pada kulit yang lembut.

3. Penetrasi lebih baik dari sediaan salep.

3. Gel ( Jelly )

Gel merupakan semi padat yang terdiri dari

suspensi yang dibuat dari partikel anorganik

kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi

oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari

jaringan partikel kecil terpisah, digolongkan

sebagai sitem dua fase ( gel aluminium

hidroksida ). Dalam sistem dua fase, jika

ukuran partikel dari fase terdispersi relatif

besar disebut Magma (misalnya Magma Bentonit).

Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,

membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi

cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus

57

dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin

homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul

organik yang tersebar serba sama dalam suatu

cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya

ikatan antara molekul makro yang terdispersi

dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat cdari

makromolekul sintetik (karbomer) atau dari gom

alam (tragakan). Walaupun gel –gel ini umumnya

mengandung air, etanol,dan minyak dapat juga

digunakan sebagai pembawa. Contohnya minyak

mineral dapat dikombinasi dengan resin

polietilena untuk membentuk dasar salep

berminyak.

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan

secara topikal atau dimasukkan dalam lubang

tubuh, contoh Voltaren Gel, Bioplacenton.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, dalam

mulut lebar terlindung dari cahaya dan ditempat

sejuk.

58

4. Oculenta ( Unguenta Ophtalmica / Salep Mata )

Salep mata adalah salep steril yang digunakan

pada mata. Pada pembuatannya bahan obat

ditambahkan sebagai larutan steril atau serbuk

steril termikronisasi pada dasar salep steril,

hasil akhir dimasukkan secar aseptik kedalam

tube steril. Bahan obat dan dasar salep

disterilkan dengan cara cocok. Tube disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 115o – 116o C, selama

tidak kurang dari 30 menit.

Sebagai dasar salep sering digunakan dasar

salep Oculentum simplex. Basis salep mata yang

lain adalah campuran Carbowax 400 dan Carbowax

4000 sama banyak.

Persyaratan salep mata:

1. Salep mata harus mengandung bahan atau

campuran bahan yang sesuai untuk mencegah

pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang

mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah

dibuka pada waktu penggunaan.

59

2. Bahan obat yang ditambahkan kedalam dasar

salep berbentuk larutan atau serbuk halus.

3. Harus bebas dari partikel kasar dan memenuhi

syarat kebocoran dan pertikel logam pada uji

salep mata.

4. Wadah harus steril, baik pada waktu pengisian

maupun penutupan dan wadah harus tertutup

rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas

pada pemakaian pertama.

Penyimpanan salep mata adalah dalam tube

steril dan ditempat sejuk dan pada etiket harus

tertera “Salep Mata”.

Oculentum Simplex

R/ Cetyl alkohol 2,5

Adeps lanae 6

Vaselini 51,5

Paraffin liq. 100

Occulenta yang ada dalam FI Edisi III:

1. Bacitracini Occulentum

60

2. Chloramphenicoli Occulentum

3. Hydrocortisoni Acetas Occulentum

4. Chortetracyclini Hydrochloridi Occulentum

5. Sulfacetamidi Natrici Occulentum

Occulenta yang resepnya tercantum dalam

Formularium Nasional antara lain:

1. Bacitracini Occulentum

2. Chloramphenicoli Occulentum

3. Chloramphenicoli Hydrocortisoni Occulentum

4. Chlortetracyclini Occulentum

5. Hydrocortisoni Occulentum

Yang perlu diperhatikan pada Occulentum ini

ialah : jika mengandung sublimat harus

diperhatikan takaran maksimum (TM)-nya, karena

sublimat mempunyai TM khusus untuk mata. HgO

yang dipakai biasanya HgO flavum yang tentunya

lebih halus.

5. Cremores ( krim )

61

Menurut FI Ed IV, krimadalah bentuk sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai. Istilah ini secara

tradisional telah digunakan untuk sediaan

setengah padat yang mempunyai konsistensi

relatif cair diformulasi sebagai emulsi air

dalam minyak atau minyak dalam air.

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air

atau dispersi mikrokristal asam – asam lemak

atau alkohol berantai panjang dalam air, yang

dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan

untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim

dapat juga digunakan untuk pemberian obat

melalui vaginal.

Ada 2 tipe krim yaitu tipe minyak air (m/a)

dan krim tipe air minyak (a/m). Pemilihan zat

pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan

sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe

a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps

62

lanae, kolesterol dan cera. Sedangkan untuk

krim type m/a digunakan sabun monovalen seperti

tietanolamin, natrium stearat, kalium stearat

dan ammonium stearat. Selain itu dapat juga

dipakai tween, natrium laurylsulfat, kuning

telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgidum.

Kestabilan krim akan terganggu / rusak jika

sistem campurannya terganggu, terutama

disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan

komposisi yang disebabkan perubahan salah satu

fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya

tidak tercampurkan satu sama lain.

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika

diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan

dengan teknik aseptik. Krim yang sudah

diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1

bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya

digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar

0,12 % hingga 0,18 % atau propil paraben

(nipasol) dengan kadar 0,02 % hingga 0,05 %.

63

Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah

tertutup baik atau tube ditempat sejuk.

Penandaan pada etiket harus juga tertera “Obat

Luar”.

Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian

berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan

air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama –

sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran

yang berbentuk krim.

Contoh resep :

R/ Acid. Stearas 15

Cera alba 2

Vaseln alba 8

TEA 1,5

Propilenglikol 8

Aq.dest 65,6

m.f.ungt.

pembuatan :

a. Lebur cera bersama vaselin dan acid stearas

64

b. TEA + propilenglikol dilarutkan dalam air

hangat dan dicampurkan pada leburan tersebut

diatas

R/ Bentonit 20

Glycerin 10

Aq.dest 70

m.f.ungt

pembuatan :

taburkan bentonit dalam campuran aqua dan

glycerin hangat, aduk,biarkan sampai bentonit

larut.

Kelebihan dan kerugian sediaan krim

Kelebihan sediaan krim yaitu:

1. Mudah menyebar rata

2. Praktis

3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Cara kerja berlangsung secara setempat

5. Tidak lengket terutama tipe m/a

6. Memberikan rasa dingin (cold cream) tipe a/m

65

7. Digunakan sebagai kosmetik

Kekurangan sediaan krim yaitu:

1. Susah dalam pembuatannya harus dalam keadaan

panas

2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan

formula tidak pas

3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m

karena terganggu sistem campuran terutama

disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan

komposisi disebabkan penambahan salah satu fase

secara berlebihan.

11. Aspek Praktis Sediaan Dermatologi

Sediaan dermatologi berbeda jauh dengan

bentuk sediaan lainnya. Aktivitas obat bentuk

sediaan yang umum dapat berhubungan secara

kuantitatif dengan dosis obat spesifik, bila semua

variabel lainnya dianggap konstan. Didalam

66

dermatologik, disatu pihak konsentrasi obat dalam

basis harus berhubungan dengan sejumlah dosis yang

diberikan secara topikal atau perkutan. Pertimbangan

pertama adalah kemampuan obat dari basisnya ke

kulit. Pada umumnya kecepatan pelepasan obat (dq /

dt) pada setiap waktu yang diberikan sebagai

pendekatan pertama, dapat dinyatakan sebagai

kekuatan penggerak (ΔF) dibagi dengan perlawanan

(R).

Maka : dq / dt = ∆FR

Persamaan ini harus dalam bentuk diferensiasi karena

bila proses pengerjaannya berlangsung, maka kekuatan

penggerak berubah dan karena itu kecepatannya pun

berubah.

Kekuatan penggerak dapat dianggap sebagai

perbedaan konsentrasi antara basis yang mengandung

obat dan kulit yang tidak mengandung obat. Tetapi

cara yang lebih terpakai untuk menggambarkan

kekuatan penggerak secara matematika adalah dengan

67

membandingkan perbedaan kekuatan kimia obat pada

basis dengan potensi kimia obat pada epidermis.

Potensi kimia setiap molekul merupakan ukuran

kecenderungannya untuk melepas diri dari lingkungan

sekitarnya (fasenya).

Suatu obat yang dimasukkan kedalam suatu

basis dimana obat tersebut sukar larut mempunyai

kecenderungan yang kuat untuk keluar dari larutan

dan karena itu mempunyai potensi kimia yang tinggi

di dalam basis itu. Bila obat itu kemudian

terdisfusi ke dalam kulit dimana ia lebih mudah

larut, maka obat cenderung terakumulasi (tertimbun)

pada jaringan. Karenanya, obat mempunyai potensi

kimia yang rendah dalam kulit.

Hambatan difusi obat bervariasi dengan

faktor-faktor seperti viskositas basis dan sifat

alami penghalang antar muka bila molekul melewati

satu fase ke fase lainnya. Kondisi kulit pada antar

muka antara pendukung(pembawa) dan kulit sangatlah

68

penting. Jumlah obat yang menetrasi kedalam kulit

dianggap sebagai fungsi dari:

a. Tekanan dan kekuatan menggosok.

b. Penutupan daerah permukaan.

c. Kondisi kulit.

Jumlah pori-pori dan kelenjar keringat yang

kosong diatas permukaan kulit cenderung memudahkan

lewatnya obat sampai beberapa luas/besar melalui

penghalang epidermis. Mekanisme penetrasi obat yang

sebenarnya meliputi baik difusi pasif melalui

epidermis maupun penghantaran lewat pori-pori kulit

(kelenjar keringat dan folikel rambut).

Pada umumnya, penetrasi obat melalui

epidermis kulit yang normal tergantung pada derajat

hidrasi dari stratumcorneum. Keadaan hidrasi ini

meliputi kuantitas dan tingkat strukutur air.

Stratum corneum yang normal biasanya

mengandung ± 20% air dan bila harganya ±10% atau

kurang akan memberikan gejala karakteristik yaitu

kulit kuling (dry skin). Stratum corneum yang normal

69

menjaga keseimbangan antara air yang tersusun

(gumpalan air=struktured water=SW), air disekeliling

(bound water = BW) dan air serbuk yang lebih mobil

(Bulk water = BUW).

BUW merupakan bentuk air yang langsung dimana

obat-obat polar akan segera berpindah (migrate),

sedangkan SW akan mempertinggi difusi obat-obat yang

kurang polar. Bahan-bahan yang merusak/memecah SW

disebut perusak SW. Jika bahan-bahan ini berada

dalam stratum corneum, meraka akan menggeserkan

keseimbahan antara fase air untuk menghasilkan air

yang lebih mobil yang bebas terdifusi keluar stratum

corneum dan difusi akhir pada permukaan kulit yang

menjadi bagian dari penguapan.

Pelarut pendehidrasi seperti alkohol dan

glikol bertindak sebagai pemecah SW sebaik pelarut

untuk melapisi penghalang lipid (lemak) pada

permukaan epidermis. Gejala yang menyerupai

kekurangan air dari stratum corneum juga dapat

menyebabkan kekeringan kulit. Bila penguapan BUW

70

dari permukaan kulit adalah fosfolipid dan kelompok

lipid lainnya dengan epidermis (seperti etil

linoleat) menjadi lebih terkonsentrasi (pekat) dan

mengikat air yang tetap di dalam struktur koaservat.

Tekanan uap BUW menjadi berkurang bila mudah menjadi

struktur dan karenanya proses pengeringan itu

membatasinya sendiri. Sebaliknya, bila kulit lebih

tinggi terhidrasi maka fase BUW meningkat dan obat

polar dapat berdifusi melalui peningkatan volume

serbuk ini. Tingkat tertinggi dari BUW melalui

hidrasi kulit akan lebih membangkitkan fase yang

mengandung misel fosfolipid yang terdispersi dalam

BUW, dimana akan membolehkan obat-obat non polar

segera ditransport pelarutan dalam misel, kemudian

terdisfusi melalui struktur yang tetap, air

epidermis non polar. Karena tingkat hidrasi

epidermal tinggi mempunyai pengaruh paradoks yang

nampak maka akan dapat meningkatkan absorpsi obat

yang larut dalam air dan yang tidak larut dalam air.

71

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Sediaan semi solid dapat mengandung zat aktif,

biasanya digunakan secara topikal yaitu

72

diaplikasikan pada permukaan kulit atau selaput

lendir.

1. Salep merupakan sediaan semi solid yang

mengandung satu atau lebih zat aktif yang larut

atau terdispersi dalam basis salep yang sesuai

2. Krim merupakan sediaan semi solid yang

menggunakan basis emulsi, dapat bertipe A/M

ataupun M/A, dapat mengandung zat aktif atau

tidak mengandung zat aktif.

3. Gel/ jelly merupakan sediaan semi solid yang

mengandung cairan yang terperangkap dalam suatu

matriks 3 dimensi yang terbentuk dari gelling

agent yang mengembang.

4. Pasta merupakan sediaan semi padat yang

mengandung satu atau lebih bahan obat yang

ditujukan untuk pemakaian luar/topikal.

5. Linimentum atau liniment adalah sediaan cair

atau kental, mengandung analgetikum dan zat yang

mengandung sifat rubefasien, melemaskan otot

atau menghangatkan, digunakan sebagai obat luar.

73

6. Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan

mata menggunakan dasar salep yang cocok. Salep

mata memberikan arti lain di mana obat dapat

mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan

disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air

mata.

Daftar Pustaka

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC

Penerbit Buku Kedoteran, Jakarta.

Karim, Djuniasti, et all, 2014, Farmasetika Dasar,

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Farmasi,

Makassar.

Asfi, Dzul, 2011, Ilmu Resep, Smk Kesehatan Terpadu Mege Rezky,

Makassar

74

75