Buku Profil Perempuan Indonesia 2015-2016.indd

382
Profil PEREMPUAN INDONESIA 2011-2015 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK ISSN: 2089-3515

Transcript of Buku Profil Perempuan Indonesia 2015-2016.indd

Profil PEREMPUAN INDONESIA

2011-2015

KERJASAMAKEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

DENGANBADAN PUSAT STATISTIK

ISSN: 2089-3515

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 iPro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 i

Profil Perempuan Indonesia, 2011-2015 | i

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015ii

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

Peran perempuan dalam pembangunan meliputi peran reproduktif, produktif dan sosial. Yang dimaksud peran reproduktif adalah fungsi perempuan yang dapat hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat anak dalam keluarga. Peran produktif adalah perempuan melakukan karya-karya produktif dengan berbagai profesi yang menghasilkan, sedangkan peran sosial adalah peran perempuan yang banyak dilakukan dalam membantu masyarakat.

Tuntutan terhadap perempuan Indonesia untuk lebih berperan dalam pembangunan bangsa terus disuarakan, agar dapat bermitra sejajar dengan kaum laki-laki di berbagai bidang pembangunan. Meskipun demikian dalam pelaksanaan pembangunan pemberdayaan perempuan masih mengalami berbagai kendala. Dalam publikasi ini nampak adanya beberapa permasalahan yang dihadapi perempuan antara lain dalam bidang ketenagakerjaan meskipun angka pengangguran perempuan berkurang, namun tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan justru mengalami penurunan. Di sisi lain masih tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan juga membutuhkan perhatian berbagai pihak dalam penanganannya.

Secara lebih rinci publikasi ini juga menyajikan data terpilah terkait aspek kependudukan, karakteristik rumah tangga, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan, sektor publik, perumahan dan fasilitasnya serta kekerasan terhadap perempuan.

Dengan demikian diharapkan publikasi ini dapat dijadikan dasar dalam penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pembangunan.

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2011-2015 ISSN: 2089-3515 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Naskah: Badan Pusat Statistik Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik

Kementerian Pemberdayaan Perempuan danPerlindangan Anak (KPP dan PA)

Diterbitkan oleh: Dicetak oleh: CV. Lintas Khatulistiwa Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 iii

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

Peran perempuan dalam pembangunan meliputi peran reproduktif, produktif dan sosial. Yang dimaksud peran reproduktif adalah fungsi perempuan yang dapat hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat anak dalam keluarga. Peran produktif adalah perempuan melakukan karya-karya produktif dengan berbagai profesi yang menghasilkan, sedangkan peran sosial adalah peran perempuan yang banyak dilakukan dalam membantu masyarakat.

Tuntutan terhadap perempuan Indonesia untuk lebih berperan dalam pembangunan bangsa terus disuarakan, agar dapat bermitra sejajar dengan kaum laki-laki di berbagai bidang pembangunan. Meskipun demikian dalam pelaksanaan pembangunan pemberdayaan perempuan masih mengalami berbagai kendala. Dalam publikasi ini nampak adanya beberapa permasalahan yang dihadapi perempuan antara lain dalam bidang ketenagakerjaan meskipun angka pengangguran perempuan berkurang, namun tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan justru mengalami penurunan. Di sisi lain masih tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan juga membutuhkan perhatian berbagai pihak dalam penanganannya.

Secara lebih rinci publikasi ini juga menyajikan data terpilah terkait aspek kependudukan, karakteristik rumah tangga, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan, sektor publik, perumahan dan fasilitasnya serta kekerasan terhadap perempuan.

Dengan demikian diharapkan publikasi ini dapat dijadikan dasar dalam penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pembangunan.

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2011-2015 ISSN: 2089-3515 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Naskah: Badan Pusat Statistik Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik

Kementerian Pemberdayaan Perempuan danPerlindangan Anak (KPP dan PA)

Diterbitkan oleh: Dicetak oleh: CV. Lintas Khatulistiwa Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015iv

KATA PENGANTAR

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat, terutama kepada Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) beserta jajarannya atas kerjasamanya sehingga terwujudnya publikasi ini.

Jakarta, November 2016 Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Yohana Yembise

Republik Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 v

KATA PENGANTAR

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat, terutama kepada Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) beserta jajarannya atas kerjasamanya sehingga terwujudnya publikasi ini.

Jakarta, November 2016 Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Yohana Yembise

Republik Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015vi

ORGANISASI PENULISAN

Penanggung Jawab : Gantjang Amannullah, M.ATiti Eko Rahayu, SIP, M.AP Editor :

Nona Iriana, S.Si, M.SiIr. FB. Didiek Santosa

Hasnani Rangkuti, Ph.D Ida Eridawaty H, S.Si Ir. Aryago Mulia, M.Si Krido Saptono, S.Si, M.Si Satriana Yasmuarto, S.Si, M.Si Indah Lukitasari, S.Si

Penulis : Ir. Anton Manurung, M.M Eni Lestariningsih, S.Si, M.A

Amiek Chamami, SST, M.Stat Gaib Hakiki, SE Hasti Amanda I.P., SST Sugeng Supriyanto, SST, M.Si O�i Ana Sari, SST Dwi Prastiwi, SST Asnita Ulfah, SST Siswi Puji Astuti, SST, S.E, M.Si Tini Suhartini, S.Si Maarif Ibnu Khoer, S.ST, M.Stat. Pengolah Data : Dhani Arief Hartanto, SST

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ......................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... v

ORGANISASI PENULISAN ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2

1.3 Sistematika Penyajian .................................................................................. 3

BAB II KEPENDUDUKAN ................................................................................................ 5

2.1 Komposisi Penduduk .................................................................................... 6

2.2 Sebaran Penduduk ..................................................................................... 10

2.3 Struktur Umur Penduduk ........................................................................ 11

2.3.1 Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) ................................. 11

2.3.2 Penduduk Usia Belum Produktif (0-14 Tahun) dan Penduduk Usia Tidak Produktif Lagi (65 Tahun Ke Atas) 12

2.3.3 Penduduk 45 Tahun ke Atas .......................................................... 15

BAB III KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA ........................................................ 21

3.1 Kepala Rumah Tangga .............................................................................. 21

3.1.1 Status Perkawinan ............................................................................. 22

3.1.2 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 26

3.1.3 Status Pekerjaan ................................................................................. 31

3.2 Struktur Rumah Tangga ........................................................................... 35

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 vii

ORGANISASI PENULISAN

Penanggung Jawab : Gantjang Amannullah, M.ATiti Eko Rahayu, SIP, M.AP Editor :

Nona Iriana, S.Si, M.SiIr. FB. Didiek Santosa

Hasnani Rangkuti, Ph.D Ida Eridawaty H, S.Si Ir. Aryago Mulia, M.Si Krido Saptono, S.Si, M.Si Satriana Yasmuarto, S.Si, M.Si Indah Lukitasari, S.Si

Penulis : Ir. Anton Manurung, M.M Eni Lestariningsih, S.Si, M.A

Amiek Chamami, SST, M.Stat Gaib Hakiki, SE Hasti Amanda I.P., SST Sugeng Supriyanto, SST, M.Si O�i Ana Sari, SST Dwi Prastiwi, SST Asnita Ulfah, SST Siswi Puji Astuti, SST, S.E, M.Si Tini Suhartini, S.Si Maarif Ibnu Khoer, S.ST, M.Stat. Pengolah Data : Dhani Arief Hartanto, SST

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ......................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... v

ORGANISASI PENULISAN ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2

1.3 Sistematika Penyajian .................................................................................. 3

BAB II KEPENDUDUKAN ................................................................................................ 5

2.1 Komposisi Penduduk .................................................................................... 6

2.2 Sebaran Penduduk ..................................................................................... 10

2.3 Struktur Umur Penduduk ........................................................................ 11

2.3.1 Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) ................................. 11

2.3.2 Penduduk Usia Belum Produktif (0-14 Tahun) dan Penduduk Usia Tidak Produktif Lagi (65 Tahun Ke Atas) 12

2.3.3 Penduduk 45 Tahun ke Atas .......................................................... 15

BAB III KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA ........................................................ 21

3.1 Kepala Rumah Tangga .............................................................................. 21

3.1.1 Status Perkawinan ............................................................................. 22

3.1.2 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 26

3.1.3 Status Pekerjaan ................................................................................. 31

3.2 Struktur Rumah Tangga ........................................................................... 35

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015viii

3.2.1 Susunan Anggota Rumah Tangga ................................................ 37

3.2.2 Status Ekonomi ................................................................................... 41

BAB IV PENDIDIKAN .................................................................................................... 45

4.1 Angka Melek Huruf ..................................................................................... 47

4.2 Partisipasi Sekolah ..................................................................................... 52

4.2.1 Angka Partisipasi Kasar ................................................................... 52

4.2.2 Angka Partisipasi Murni .................................................................. 55

4.3 Angka Putus Sekolah ................................................................................. 58

4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ............................................. 61

4.5 Rata-Rata Lama Sekolah .......................................................................... 64

BAB V KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA ........................................ 69

5.1 Status Kesehatan ......................................................................................... 70

5.2 Akses ke Pelayanan Kesehatan ............................................................. 73

5.3 Keluarga Berencana ................................................................................... 77

5.4 Umur Perkawinan Pertama .................................................................... 82

BAB VI KETENAGAKERJAAN ..................................................................................... 87

6.1 Komposisi Penduduk Usia Kerja........................................................... 88

6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .................................... 91

6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) .............................................. 94

6.4 Penduduk yang Bekerja............................................................................ 97

6.4.1 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 97

6.4.2 Status Perkawinan ............................................................................. 99

6.4.3 Lapangan Pekerjaan Utama ......................................................... 101

6.4.4 Status Pekerjaan Utama ................................................................. 103

6.4.5 Pekerja di Sektor Informal dan Sektor Formal .................... 107

6.4.6 Rata-Rata Upah ................................................................................. 113

6.5 Pengusaha Industri Mikro dan Kecil ................................................. 118

6.5.1 Pr �il Pengusaha Industri Mikro dan Kecil ............................ 118

6.5.2 Pr �il Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil ....................... 121

BAB VII AKSES INTERNET........................................................................................ 125

7.1 Akses Internet Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas ................ 126

7.2 Akses Internet Penduduk Berumur 18-24 Tahun ....................... 134

7.3 Akses Internet Penduduk Berumur 25-64 Tahun ....................... 143

7.4 Akses Internet Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas .............. 150

7.5 Akses Internet Anak di Bawah 15 Tahun, Penduduk Usia Produktif, dan Lansia ............................................................................................. 160

BAB VIII PERUMAHAN ............................................................................................... 163 8.1. Struktur Bangunan Rumah ................................................................... 166

8.2. Fasilitas Rumah ......................................................................................... 174

8.3. Akses pada Teknologi Komunikasi .................................................... 181

BAB IX SEKTOR PUBLIK ............................................................................................ 187

9.1. Politik dan Legislatif ................................................................................ 188

9.2. Eksekutif ....................................................................................................... 191

9.3. Yudikatif ........................................................................................................ 194

9.4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) ................................................................... 195

BAB X KEADAAN SOSIAL EKONOMI LAINNYA ................................................ 205

10.1 Beras Miskin/Beras Sejahtera (Raskin/Rastra) ........................... 206

10.2 Kepemilikan Aset ...................................................................................... 210

10.3 Kredit Usaha ................................................................................................ 214

10.4 Jaminan Sosial ............................................................................................ 218

10.5 Bantuan Siswa Miskin (BSM) ............................................................... 219

10.6 Korban Kejahatan ..................................................................................... 221

10.7 Bepergian ..................................................................................................... 224 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 229 LAMPIRAN TABEL ....................................................................................................... 231

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 ix

3.2.1 Susunan Anggota Rumah Tangga ................................................ 37

3.2.2 Status Ekonomi ................................................................................... 41

BAB IV PENDIDIKAN .................................................................................................... 45

4.1 Angka Melek Huruf ..................................................................................... 47

4.2 Partisipasi Sekolah ..................................................................................... 52

4.2.1 Angka Partisipasi Kasar ................................................................... 52

4.2.2 Angka Partisipasi Murni .................................................................. 55

4.3 Angka Putus Sekolah ................................................................................. 58

4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ............................................. 61

4.5 Rata-Rata Lama Sekolah .......................................................................... 64

BAB V KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA ........................................ 69

5.1 Status Kesehatan ......................................................................................... 70

5.2 Akses ke Pelayanan Kesehatan ............................................................. 73

5.3 Keluarga Berencana ................................................................................... 77

5.4 Umur Perkawinan Pertama .................................................................... 82

BAB VI KETENAGAKERJAAN ..................................................................................... 87

6.1 Komposisi Penduduk Usia Kerja........................................................... 88

6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .................................... 91

6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) .............................................. 94

6.4 Penduduk yang Bekerja............................................................................ 97

6.4.1 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 97

6.4.2 Status Perkawinan ............................................................................. 99

6.4.3 Lapangan Pekerjaan Utama ......................................................... 101

6.4.4 Status Pekerjaan Utama ................................................................. 103

6.4.5 Pekerja di Sektor Informal dan Sektor Formal .................... 107

6.4.6 Rata-Rata Upah ................................................................................. 113

6.5 Pengusaha Industri Mikro dan Kecil ................................................. 118

6.5.1 Pr �il Pengusaha Industri Mikro dan Kecil ............................ 118

6.5.2 Pr �il Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil ....................... 121

BAB VII AKSES INTERNET........................................................................................ 125

7.1 Akses Internet Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas ................ 126

7.2 Akses Internet Penduduk Berumur 18-24 Tahun ....................... 134

7.3 Akses Internet Penduduk Berumur 25-64 Tahun ....................... 143

7.4 Akses Internet Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas .............. 150

7.5 Akses Internet Anak di Bawah 15 Tahun, Penduduk Usia Produktif, dan Lansia ............................................................................................. 160

BAB VIII PERUMAHAN ............................................................................................... 163 8.1. Struktur Bangunan Rumah ................................................................... 166

8.2. Fasilitas Rumah ......................................................................................... 174

8.3. Akses pada Teknologi Komunikasi .................................................... 181

BAB IX SEKTOR PUBLIK ............................................................................................ 187

9.1. Politik dan Legislatif ................................................................................ 188

9.2. Eksekutif ....................................................................................................... 191

9.3. Yudikatif ........................................................................................................ 194

9.4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) ................................................................... 195

BAB X KEADAAN SOSIAL EKONOMI LAINNYA ................................................ 205

10.1 Beras Miskin/Beras Sejahtera (Raskin/Rastra) ........................... 206

10.2 Kepemilikan Aset ...................................................................................... 210

10.3 Kredit Usaha ................................................................................................ 214

10.4 Jaminan Sosial ............................................................................................ 218

10.5 Bantuan Siswa Miskin (BSM) ............................................................... 219

10.6 Korban Kejahatan ..................................................................................... 221

10.7 Bepergian ..................................................................................................... 224 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 229 LAMPIRAN TABEL ....................................................................................................... 231

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Persentase Penduduk menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015 ................................................................................. 10

Tabel 2.2. Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015 ................................................. 12

Tabel 2.3. Tren Dependency Ratio menurut Kelompok Umur 0-14 Tahun dan 65 Tahun ke Atas, 2011-2015 .................................................... 15

Tabel 2.4. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015 .......................................................................................................................... 16

Tabel 2.5. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Status Perkawinan, 2015 ....... 17

Tabel 2.6. Persentase Penduduk Perempuan Lansia menurut Kelompok Umur, 2015 ................................................................................................. 19

Tabel 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2015 .................................................................................... 26

Tabel 3.2. Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................... 38

Tabel 3.3. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Status Perkawinan, 2015 .............. 43

Tabel 3.4. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2015 .............................................................................................. 44

Tabel 4.1. APK menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................................................... 54

Tabel 4.2. APM menurut Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................................................... 56

Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015 ...................................... 62

Tabel 5.1. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Kelompok Umur, Daerah Tempat Tinggal, dan Keinginan Punya Anak, 2011-2015 ........................................................................ 80

Tabel 5.2. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Jenis Alat/Cara KB, 2011-2015 ...................................................................... 81

Tabel 5.3. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 15 Tahun dan 18 Tahun menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.............................. 84

Tabel 6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu, 2011-2015 ................................................................................................... 90

Tabel 6.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2015 ..................................................................................... 98

Tabel 6.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Status Perkawinan, 2015 .......... 100

Tabel 6.4. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Status Pekerjaan Utama, 2015 ........................................................................................................................ 105

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Persentase Penduduk menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015 ................................................................................. 10

Tabel 2.2. Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015 ................................................. 12

Tabel 2.3. Tren Dependency Ratio menurut Kelompok Umur 0-14 Tahun dan 65 Tahun ke Atas, 2011-2015 .................................................... 15

Tabel 2.4. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015 .......................................................................................................................... 16

Tabel 2.5. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Status Perkawinan, 2015 ....... 17

Tabel 2.6. Persentase Penduduk Perempuan Lansia menurut Kelompok Umur, 2015 ................................................................................................. 19

Tabel 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2015 .................................................................................... 26

Tabel 3.2. Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................... 38

Tabel 3.3. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Status Perkawinan, 2015 .............. 43

Tabel 3.4. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2015 .............................................................................................. 44

Tabel 4.1. APK menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................................................... 54

Tabel 4.2. APM menurut Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................................................... 56

Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015 ...................................... 62

Tabel 5.1. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Kelompok Umur, Daerah Tempat Tinggal, dan Keinginan Punya Anak, 2011-2015 ........................................................................ 80

Tabel 5.2. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Jenis Alat/Cara KB, 2011-2015 ...................................................................... 81

Tabel 5.3. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 15 Tahun dan 18 Tahun menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.............................. 84

Tabel 6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu, 2011-2015 ................................................................................................... 90

Tabel 6.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2015 ..................................................................................... 98

Tabel 6.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Status Perkawinan, 2015 .......... 100

Tabel 6.4. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Status Pekerjaan Utama, 2015 ........................................................................................................................ 105

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015xii

Tabel 6.5. Tabulasi Silang Batasan Kegiatan Formal/Informal Berdasarkan Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan Utama .. 108

Tabel 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Sektor Pekerjaan, 2015 ........................................................................ 109

Tabel 6.7. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin dan Sektor Pekerjaan, 2014 .................................. 110

Tabel 6.8. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Sektor Pekerjaan, 2015 ............................................ 112

Tabel 6.9. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015 ...................................................... 114

Tabel 6.10. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2015 .............................................. 115

Tabel 6.11. . Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2015 ...................................................................... 116

Tabel 6.12. . Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................... 117

Tabel 6.13. . Jumlah dan Persentase Pengusaha IMK menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2015 .................................. 121

Tabel 6. 14. Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Jenis Pekerja, Rata-Rata Balas Jasa Pekerja Dibayar per Orang per Bulan, dan Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................... 123

Tabel 7.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .................................................................. 134

Tabel 7.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .......................................................................................... 142

Tabel 7.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .......................................................................................... 150

Tabel 7.4. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .................................................................. 159

Tabel 9.1.Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan, 2011-2015 ............ 197 Tabel 9.2. Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan Struktural, 2011-

2015 ............................................................................................................. 199 Tabel 9.3. Persentase Jumlah PNS menurut Kelompok Umur, dan Jenis

Kelamin, 2011-2015 .............................................................................. 201 Tabel 10.1. . Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli

Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jumlah Beras yang Dibeli, 2015 ............................................................................................... 209

Tabel 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Aset, 2015 ........................................................................................................................ 214

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 xiii

Tabel 6.5. Tabulasi Silang Batasan Kegiatan Formal/Informal Berdasarkan Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan Utama .. 108

Tabel 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Sektor Pekerjaan, 2015 ........................................................................ 109

Tabel 6.7. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin dan Sektor Pekerjaan, 2014 .................................. 110

Tabel 6.8. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Sektor Pekerjaan, 2015 ............................................ 112

Tabel 6.9. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015 ...................................................... 114

Tabel 6.10. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2015 .............................................. 115

Tabel 6.11. . Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2015 ...................................................................... 116

Tabel 6.12. . Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................... 117

Tabel 6.13. . Jumlah dan Persentase Pengusaha IMK menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2015 .................................. 121

Tabel 6. 14. Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Jenis Pekerja, Rata-Rata Balas Jasa Pekerja Dibayar per Orang per Bulan, dan Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................... 123

Tabel 7.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .................................................................. 134

Tabel 7.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .......................................................................................... 142

Tabel 7.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .......................................................................................... 150

Tabel 7.4. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015 .................................................................. 159

Tabel 9.1.Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan, 2011-2015 ............ 197 Tabel 9.2. Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan Struktural, 2011-

2015 ............................................................................................................. 199 Tabel 9.3. Persentase Jumlah PNS menurut Kelompok Umur, dan Jenis

Kelamin, 2011-2015 .............................................................................. 201 Tabel 10.1. . Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli

Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jumlah Beras yang Dibeli, 2015 ............................................................................................... 209

Tabel 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Aset, 2015 ........................................................................................................................ 214

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015xiv

Tabel 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kredit Usaha, 2015 .......................... 217

Tabel 10.4. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Tujuan Utama Bepergian yang Terakhir, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015 .............................................. 227

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tren Jumlah Penduduk Indonesia, 2011-2015 ......................... 6 Gambar 2.2. Tren Sex Ratio di Indonesia, 2011-2015 ...................................... 7 Gambar 2.3. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perkotaan) .................. 9 Gambar 2.4. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perdesaan).................. 9 Gambar 2.5. Piramida Penduduk Indonesia, 2015

(Perkotaan+Perdesaan) ......................................................................... 10 Gambar 2.6. Tren Dependency Ratio, 2011-2015 ............................................ 14 Gambar 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut

Status Perkawinan, 2011-2015 .......................................................... 23 Gambar 3.2. Persentase Kepala Rumah Tangga Laki-laki menurut Status

Perkawinan, 2011-2015 ........................................................................ 24 Gambar 3.3. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut

Partisipasi Sekolah, 2011-2015 .......................................................... 27 Gambar 3.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum

Pernah Bersekolah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .......... 28 Gambar 3.5. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang

Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.................................................................................. 29

Gambar 3.6. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011-2015 ................. 30

Gambar 3.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .................................... 31

Gambar 3.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ..................................................................... 32

Gambar 3.9. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang Bekerja menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.............................. 33

Gambar 3.10. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan, 2015 ..................................... 34

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 xv

Tabel 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kredit Usaha, 2015 .......................... 217

Tabel 10.4. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Tujuan Utama Bepergian yang Terakhir, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015 .............................................. 227

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tren Jumlah Penduduk Indonesia, 2011-2015 ......................... 6 Gambar 2.2. Tren Sex Ratio di Indonesia, 2011-2015 ...................................... 7 Gambar 2.3. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perkotaan) .................. 9 Gambar 2.4. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perdesaan).................. 9 Gambar 2.5. Piramida Penduduk Indonesia, 2015

(Perkotaan+Perdesaan) ......................................................................... 10 Gambar 2.6. Tren Dependency Ratio, 2011-2015 ............................................ 14 Gambar 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut

Status Perkawinan, 2011-2015 .......................................................... 23 Gambar 3.2. Persentase Kepala Rumah Tangga Laki-laki menurut Status

Perkawinan, 2011-2015 ........................................................................ 24 Gambar 3.3. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut

Partisipasi Sekolah, 2011-2015 .......................................................... 27 Gambar 3.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum

Pernah Bersekolah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .......... 28 Gambar 3.5. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang

Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.................................................................................. 29

Gambar 3.6. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011-2015 ................. 30

Gambar 3.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .................................... 31

Gambar 3.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ..................................................................... 32

Gambar 3.9. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang Bekerja menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.............................. 33

Gambar 3.10. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan, 2015 ..................................... 34

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015xvi

Gambar 3.11. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ................................................................................................... 36

Gambar 3.12. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ................................................. 37

Gambar 3.13. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2011-2015 .... 39

Gambar 3.14. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan Yang Tinggal Sendiri menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 .......................................................................................................................... 40

Gambar 3.15. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin dan Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga, 2015 ............... 41

Gambar 5.1. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015................................................................. 71

Gambar 5.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktifitas Sehari-hari selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ............................................................................................................... 72

Gambar 5.3. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015................................................................. 74

Gambar 5.4. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.................................................................................. 75

Gambar 5.5. Persentase Perempuan yang Berobat Jalan menurut Fasilitas/Tempat Berobat, 2011-2014 ............................................ 76

Gambar 5.6. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.................................................................................. 77

Gambar 5.7. Persentase Perempuan Berumur 15 - 49 Tahun yang Berstatus Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal dan Status Penggunaan Alat/Cara KB, 2011-2014 ........................................... 78

Gambar 5.8. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Daerah Tempat Tinggal dan Keinginan Punya Anak, 2015 ..... 79

Gambar 5.9. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 18 Tahun, 2011-2015… .......................................................................................................................... 83

Gambar 5.10. Rata-Rata Umur Perkawinan Pertama Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ................................................. 85

Gambar 6.1. Persentase Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................. 91

Gambar 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .......................................................................................................................... 92

Gambar 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................................. 93

Gambar 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ............. 95

Gambar 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 .............................................................................................. 96

Gambar 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2015 ........................................................ 102

Gambar 6.7. Jumlah Pengusaha IMK menurut Kelompok Umur, 2015 ........................................................................................................................ 119

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 xvii

Gambar 3.11. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ................................................................................................... 36

Gambar 3.12. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ................................................. 37

Gambar 3.13. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2011-2015 .... 39

Gambar 3.14. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan Yang Tinggal Sendiri menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 .......................................................................................................................... 40

Gambar 3.15. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin dan Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga, 2015 ............... 41

Gambar 5.1. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015................................................................. 71

Gambar 5.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktifitas Sehari-hari selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ............................................................................................................... 72

Gambar 5.3. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015................................................................. 74

Gambar 5.4. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.................................................................................. 75

Gambar 5.5. Persentase Perempuan yang Berobat Jalan menurut Fasilitas/Tempat Berobat, 2011-2014 ............................................ 76

Gambar 5.6. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015.................................................................................. 77

Gambar 5.7. Persentase Perempuan Berumur 15 - 49 Tahun yang Berstatus Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal dan Status Penggunaan Alat/Cara KB, 2011-2014 ........................................... 78

Gambar 5.8. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Daerah Tempat Tinggal dan Keinginan Punya Anak, 2015 ..... 79

Gambar 5.9. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 18 Tahun, 2011-2015… .......................................................................................................................... 83

Gambar 5.10. Rata-Rata Umur Perkawinan Pertama Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ................................................. 85

Gambar 6.1. Persentase Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................. 91

Gambar 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .......................................................................................................................... 92

Gambar 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................................. 93

Gambar 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ............. 95

Gambar 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 .............................................................................................. 96

Gambar 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2015 ........................................................ 102

Gambar 6.7. Jumlah Pengusaha IMK menurut Kelompok Umur, 2015 ........................................................................................................................ 119

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015xviii

Gambar 6.8. Persentase Pengusaha IMK menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2015 ........................................................................ 120

Gambar 6.9. Persentase Pengusaha IMK menurut Jenis Pekerja, 2015 ........................................................................................................................ 122

Gambar 7.1.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015… ........................................................................................................................ 126

Gambar 7.1.2. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015 ............................................................................. 127

Gambar 7.1.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................... 128

Gambar 7.1.4. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015 ............................................................................... 129

Gambar 7.1.5. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................................................ 130

Gambar 7.1 6. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................................................. 131

Gambar 7.1.7. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perdesaan, 2015 .............................................................. 132

Gambar 7.2.1. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015 ... 135

Gambar 7.2.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .............................................................................. 136

Gambar 7.2.3. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................... 136

Gambar 7.2.4. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015............................................................... 137

Gambar 7.2.5. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................................... 138

Gambar 7.3.1. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015 ... 143

Gambar 7.3.2. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .............................................................................. 144

Gambar 7.3.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................... 145

Gambar 7.3.4. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015............................................................... 146

Gambar 7.3.5. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................................... 146

Gambar 7.3.6. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, 2015 ............................................................... 147

Gambar 7.3.7. Persentase Penduduk Berumur 25–64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, .......................................................................... 148

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 xix

Gambar 6.8. Persentase Pengusaha IMK menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2015 ........................................................................ 120

Gambar 6.9. Persentase Pengusaha IMK menurut Jenis Pekerja, 2015 ........................................................................................................................ 122

Gambar 7.1.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015… ........................................................................................................................ 126

Gambar 7.1.2. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015 ............................................................................. 127

Gambar 7.1.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................... 128

Gambar 7.1.4. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015 ............................................................................... 129

Gambar 7.1.5. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................................................ 130

Gambar 7.1 6. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015 ............................................................................................................. 131

Gambar 7.1.7. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perdesaan, 2015 .............................................................. 132

Gambar 7.2.1. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015 ... 135

Gambar 7.2.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .............................................................................. 136

Gambar 7.2.3. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................... 136

Gambar 7.2.4. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015............................................................... 137

Gambar 7.2.5. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................................... 138

Gambar 7.3.1. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015 ... 143

Gambar 7.3.2. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 .............................................................................. 144

Gambar 7.3.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2015 .......................................................................................... 145

Gambar 7.3.4. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015............................................................... 146

Gambar 7.3.5. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................................... 146

Gambar 7.3.6. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, 2015 ............................................................... 147

Gambar 7.3.7. Persentase Penduduk Berumur 25–64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, .......................................................................... 148

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015xx

Gambar 7.4.1. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 .......................... 151

Gambar 7.4.2. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015 ................................................................................................ 152

Gambar 7.4.3. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015 ................................................................................................ 153

Gambar 7.4.4. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015 ............................................................................... 154

Gambar 7.4.5. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................................................ 155

Gambar 7.4.6. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, 2011-2015 .................................................. 156

Gambar 7.5.1. Anak Di Bawah 15 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 ........................................... 160

Gambar 7.5.2. Penduduk Berumur 15–64 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 ......................... 161

Gambar 7.5.3. Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 ......................... 162

Gambar 8.1. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga , 2011-2015 ............................................................... 167

Gambar 8.2. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............ 168

Gambar 8.3. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................ 169

Gambar 8.4. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................ 170

Gambar 8.5. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................. 171

Gambar 8.6. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ..................................................... 172

Gambar 8.7. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................ 173

Gambar 8.8. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................ 174

Gambar 8.9. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................ 175

Gambar 8.10. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............ 176

Gambar 8.11. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ............................................................................................................. 177

Gambar 8.12. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ..................................................... 178

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 xxi

Gambar 7.4.1. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 .......................... 151

Gambar 7.4.2. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015 ................................................................................................ 152

Gambar 7.4.3. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015 ................................................................................................ 153

Gambar 7.4.4. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015 ............................................................................... 154

Gambar 7.4.5. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015 ............................................................................................ 155

Gambar 7.4.6. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, 2011-2015 .................................................. 156

Gambar 7.5.1. Anak Di Bawah 15 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 ........................................... 160

Gambar 7.5.2. Penduduk Berumur 15–64 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 ......................... 161

Gambar 7.5.3. Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015 ......................... 162

Gambar 8.1. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga , 2011-2015 ............................................................... 167

Gambar 8.2. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............ 168

Gambar 8.3. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................ 169

Gambar 8.4. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................ 170

Gambar 8.5. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................. 171

Gambar 8.6. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ..................................................... 172

Gambar 8.7. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................ 173

Gambar 8.8. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................ 174

Gambar 8.9. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................ 175

Gambar 8.10. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............ 176

Gambar 8.11. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ............................................................................................................. 177

Gambar 8.12. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ..................................................... 178

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015xxii

Gambar 8.13. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................. 179

Gambar 8.14. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................................ 180

Gambar 8.15. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Rumah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015.. ........................................................................................................................ 182

Gambar 8.16. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................ 183

Gambar 8.17. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................ 184

Gambar 8.18. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Komputer Desktop/PC dan Laptop/Notebook menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2014 ................................................. 185

Gambar 9.1. Persentase Anggota MPR, DPR, dan DPD pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ..................... 190

Gambar 9.2. Persentase Komposisi Menteri pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ................................................ 193

Gambar 9.3. Banyaknya Menteri pada Kementerian di Kabinet Kerja Jokowi-JK menurut Jenis Kelamin, 2014-2015 .......................... 193

Gambar 9.4. Banyaknya Pimpinan di Lembaga Yudikatif pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ..................... 195

Gambar 9.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2011-2015 .................. 196 Gambar 9.6. Persentase PNS menurut Jenis Kelamin, 2011-2015......... 197 Gambar 9.7. Persentase PNS Perempuan yang Menduduki Jabatan

Eselon I-V, 2011-2015 .......................................................................... 200

Gambar 9.8. Rasio PNS Perempuan terhadap Laki-laki menurut Tingkat Pendidikan, 2011-2015 ....................................................................... 203

Gambar 10.1. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, 2011- 2015 ........................................................ 207

Gambar 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........... 208

Gambar 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli Beras Miskin Kurang dari 10 Kg selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................. 210

Gambar 10.4. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Transportasi dan Aset Fasilitas Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin KRT, 2011- 2015 ................................................................... 211

Gambar 10.5. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........... 212

Gambar 10.6. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ................................................ 215

Gambar 10.7. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................... 216

Gambar 10.8. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................... 219

Gambar 10.9. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Bantuan Siswa Miskin dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 .................................................. 220

Gambar 10.10. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ............................ 222

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 xxiii

Gambar 8.13. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................. 179

Gambar 8.14. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................................ 180

Gambar 8.15. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Rumah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015.. ........................................................................................................................ 182

Gambar 8.16. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................ 183

Gambar 8.17. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015 ............................ 184

Gambar 8.18. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Komputer Desktop/PC dan Laptop/Notebook menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2014 ................................................. 185

Gambar 9.1. Persentase Anggota MPR, DPR, dan DPD pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ..................... 190

Gambar 9.2. Persentase Komposisi Menteri pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ................................................ 193

Gambar 9.3. Banyaknya Menteri pada Kementerian di Kabinet Kerja Jokowi-JK menurut Jenis Kelamin, 2014-2015 .......................... 193

Gambar 9.4. Banyaknya Pimpinan di Lembaga Yudikatif pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ..................... 195

Gambar 9.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2011-2015 .................. 196 Gambar 9.6. Persentase PNS menurut Jenis Kelamin, 2011-2015......... 197 Gambar 9.7. Persentase PNS Perempuan yang Menduduki Jabatan

Eselon I-V, 2011-2015 .......................................................................... 200

Gambar 9.8. Rasio PNS Perempuan terhadap Laki-laki menurut Tingkat Pendidikan, 2011-2015 ....................................................................... 203

Gambar 10.1. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, 2011- 2015 ........................................................ 207

Gambar 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........... 208

Gambar 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli Beras Miskin Kurang dari 10 Kg selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015 ................................................................................................. 210

Gambar 10.4. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Transportasi dan Aset Fasilitas Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin KRT, 2011- 2015 ................................................................... 211

Gambar 10.5. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........... 212

Gambar 10.6. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha menurut Jenis Kelamin, 2011-2015 ................................................ 215

Gambar 10.7. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................... 216

Gambar 10.8. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................................... 219

Gambar 10.9. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Bantuan Siswa Miskin dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 .................................................. 220

Gambar 10.10. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015 ............................ 222

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015xxiv

Gambar 10.11. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................ 223

Gambar 10.12. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Jenis Kejahatan, 2015 ......................................................... 224

Gambar 10.13. Persentase Penduduk yang Melakukan Kegiatan Bepergian menurut Jenis Kelamin KRT, 2011-2015................ 225

Gambar 10.14. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ................................ 226

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk melanjutkan dan menyempurnakan program pembangunan sebelumnya yaitu Millenium Development Goals (MDGs) yang telah selesai pada tahun 2015. Target-target pembangunan yang tercantum dalam SDGs diharapkan dapat tercapai di tahun 2030. Satu terobosan yang dilakukan dalam SDGs adalah menempatkan penduduk sebagai pelaku aktif dan tujuan akhir pembangunan. Prinsip yang diusung SDGs yakni, No One Should Left Behind, telah menempatkan kaum perempuan sebagai kelompok yang mendapat perhatian penuh.

Urgensi menyoroti isu perempuan, khususnya terkait dengan kesetaraan kaum perempuan terhadap kaum laki-laki khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar telah digaungkan dalam Konferensi Perempuan Dunia Keempat di Beijing, China pada Bulan September Tahun 1995. Konferensi ini merupakan lanjutan dan pengembangan serta penyempurnaan program aksi kebijakan yang pro perempuan dari Konferensi Nairobi, yang dilaksanakan pada tahun 1985. Konferensi Perempuan Dunia Keempat ini menekankan akan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan yang berfokus pada penduduk, termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi yang mampu mendorong dan meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan, dan pemenuhan hak-hak dasar perempuan dan anak perempuan. Konferensi ini

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 1

Gambar 10.11. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ........................................ 223

Gambar 10.12. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Jenis Kejahatan, 2015 ......................................................... 224

Gambar 10.13. Persentase Penduduk yang Melakukan Kegiatan Bepergian menurut Jenis Kelamin KRT, 2011-2015................ 225

Gambar 10.14. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015 ................................ 226

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk melanjutkan dan menyempurnakan program pembangunan sebelumnya yaitu Millenium Development Goals (MDGs) yang telah selesai pada tahun 2015. Target-target pembangunan yang tercantum dalam SDGs diharapkan dapat tercapai di tahun 2030. Satu terobosan yang dilakukan dalam SDGs adalah menempatkan penduduk sebagai pelaku aktif dan tujuan akhir pembangunan. Prinsip yang diusung SDGs yakni, No One Should Left Behind, telah menempatkan kaum perempuan sebagai kelompok yang mendapat perhatian penuh.

Urgensi menyoroti isu perempuan, khususnya terkait dengan kesetaraan kaum perempuan terhadap kaum laki-laki khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar telah digaungkan dalam Konferensi Perempuan Dunia Keempat di Beijing, China pada Bulan September Tahun 1995. Konferensi ini merupakan lanjutan dan pengembangan serta penyempurnaan program aksi kebijakan yang pro perempuan dari Konferensi Nairobi, yang dilaksanakan pada tahun 1985. Konferensi Perempuan Dunia Keempat ini menekankan akan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan yang berfokus pada penduduk, termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi yang mampu mendorong dan meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan, dan pemenuhan hak-hak dasar perempuan dan anak perempuan. Konferensi ini

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-20152

menitikberatkan pada 12 area kritis dimana perempuan sering kali menjadi korban atau terpinggirkan. Dua belas area tersebut mencakup keterkaitan perempuan dengan: kemiskinan, pendidikan, lingkungan, ketenagakerjaan, konflik, akses ekonomi, politik, hukum, media, kekerasan, diskriminasi (khususnya terhadap anak perempuan) dan situasi buruh perempuan.

Ketersediaan data Profil Perempuan Indonesia dalam runtun waktu tertentu dianggap penting karena dapat memberikan potret dan perubahan keadaan perempuan di Indonesia dalam periode waktu analisis. Selain itu, ketersediaan data profil perempuan Indonesia dapat menjadi acuan bagi para pemangku kebijakan untuk merumuskan program pembangunan yang pro perempuan dan ketersetaraan perempuan dengan laki-laki. Dengan adanya informasi terkait kondisi perempuan yang dikaitkan dengan aspek demografi, sosial, maupun ekonomi dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pengawasan pemenuhan hak-hak dasar warga negara.

1.2 Tujuan

Publikasi ini bertujuan untuk melihat keadaan perempuan Indonesia dalam kurun waktu 2011-2015. Data profil perempuan dalam publikasi ini menyajikan series data terpilah hasil Susenas tahun 2011-2015 yang dapat menginformasikan tentang kondisi perempuan dibandingkan dengan laki-laki ditinjau dari aspek kependudukan, kepala rumah tangga, pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, ketenagakerjaan, akses internet, perumahan, sektor publik, dan keadaan sosial ekonomi lainnya.

1.3 Sistematika Penyajian

Publikasi ini disajikan pada tingkat nasional dan ada beberapa tabel yang disajikan sampai dengan tingkat provinsi. Adapun sistematika penyajian publikasi ini secara series dari tahun 2011-2015 dalam sepuluh bab.

Bab pertama menyajikan pendahuluan, yang berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan, dan sistematika penyajiannya. Bab dua mengenai kependudukan seperti komposisi penduduk, sebaran penduduk, dan struktur umur penduduk (penduduk usia produktif, penduduk usia tidak produktif, dan penduduk 45 tahun keatas, yang dibedakan menurut jenis kelamin dan daerah tempat tinggal).

Pada bab tiga tentang kepala rumah tangga, yang berisi karakteristik kepala rumah tangga berdasarkan status perkawinan, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan. Mengenai struktur rumah tangga berdasarkan susunan anggota rumah tangga dan status ekonomi. Pada bab empat tentang pendidikan yang meliputi kemampuan baca tulis dan tingkat pendidikan (pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan rata-rata lama sekolah yang telah dicapai oleh penduduk berumur 15 tahun ke atas).

Bab lima membahas profil kesehatan penduduk dan keluarga berencana di Indonesia yang meliputi status kesehatan penduduk yang diukur dengan ada tidaknya keluhan kesehatan selama sebulan terakhir. Juga mengenai akses ke pelayanan kesehatan, keluarga berencana, dan umur perkawinan pertama.

Bab enam membahas ketenagakerjaan, yang bersumber dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas, Agustus 2014). Pada bab ini dijelaskan tentang komposisi penduduk usia kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat pengangguran terbuka (TPT), penduduk yang bekerja berdasarkan tingkat pendidikan, status

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 3

menitikberatkan pada 12 area kritis dimana perempuan sering kali menjadi korban atau terpinggirkan. Dua belas area tersebut mencakup keterkaitan perempuan dengan: kemiskinan, pendidikan, lingkungan, ketenagakerjaan, konflik, akses ekonomi, politik, hukum, media, kekerasan, diskriminasi (khususnya terhadap anak perempuan) dan situasi buruh perempuan.

Ketersediaan data Profil Perempuan Indonesia dalam runtun waktu tertentu dianggap penting karena dapat memberikan potret dan perubahan keadaan perempuan di Indonesia dalam periode waktu analisis. Selain itu, ketersediaan data profil perempuan Indonesia dapat menjadi acuan bagi para pemangku kebijakan untuk merumuskan program pembangunan yang pro perempuan dan ketersetaraan perempuan dengan laki-laki. Dengan adanya informasi terkait kondisi perempuan yang dikaitkan dengan aspek demografi, sosial, maupun ekonomi dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pengawasan pemenuhan hak-hak dasar warga negara.

1.2 Tujuan

Publikasi ini bertujuan untuk melihat keadaan perempuan Indonesia dalam kurun waktu 2011-2015. Data profil perempuan dalam publikasi ini menyajikan series data terpilah hasil Susenas tahun 2011-2015 yang dapat menginformasikan tentang kondisi perempuan dibandingkan dengan laki-laki ditinjau dari aspek kependudukan, kepala rumah tangga, pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, ketenagakerjaan, akses internet, perumahan, sektor publik, dan keadaan sosial ekonomi lainnya.

1.3 Sistematika Penyajian

Publikasi ini disajikan pada tingkat nasional dan ada beberapa tabel yang disajikan sampai dengan tingkat provinsi. Adapun sistematika penyajian publikasi ini secara series dari tahun 2011-2015 dalam sepuluh bab.

Bab pertama menyajikan pendahuluan, yang berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan, dan sistematika penyajiannya. Bab dua mengenai kependudukan seperti komposisi penduduk, sebaran penduduk, dan struktur umur penduduk (penduduk usia produktif, penduduk usia tidak produktif, dan penduduk 45 tahun keatas, yang dibedakan menurut jenis kelamin dan daerah tempat tinggal).

Pada bab tiga tentang kepala rumah tangga, yang berisi karakteristik kepala rumah tangga berdasarkan status perkawinan, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan. Mengenai struktur rumah tangga berdasarkan susunan anggota rumah tangga dan status ekonomi. Pada bab empat tentang pendidikan yang meliputi kemampuan baca tulis dan tingkat pendidikan (pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan rata-rata lama sekolah yang telah dicapai oleh penduduk berumur 15 tahun ke atas).

Bab lima membahas profil kesehatan penduduk dan keluarga berencana di Indonesia yang meliputi status kesehatan penduduk yang diukur dengan ada tidaknya keluhan kesehatan selama sebulan terakhir. Juga mengenai akses ke pelayanan kesehatan, keluarga berencana, dan umur perkawinan pertama.

Bab enam membahas ketenagakerjaan, yang bersumber dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas, Agustus 2014). Pada bab ini dijelaskan tentang komposisi penduduk usia kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat pengangguran terbuka (TPT), penduduk yang bekerja berdasarkan tingkat pendidikan, status

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-20154

perkawinan, lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama, sektor formal dan informal, dan rata-rata upah, juga mengenai pengusaha industri mikro dan kecil.

Bab tujuh menyajikan akses penduduk terhadap internet yang dibedakan menurut kelompok umur 5 tahun ke atas, 18-24 tahun, 25-64 tahun, dan kelompok umur 65 tahun ke atas. Pada bab delapan menjelaskan perumahan yang meliputi struktur bangunan rumah, fasilitas rumah, dan akses pada teknologi komunikasi oleh rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan maupun laki-laki.

Bab sembilan membahas sektor publik, yaitu peranan perempuan yang berkaitan dengan bidang politik dan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, juga menyajikan peran perempuan dibandingkan laki-laki sebagai pegawai negeri sipil.

Bab sepuluh menguraikan keadaan sosial ekonomi lainnya, yang meliputi beras miskin (Raskin)/beras sejahtera (Rastra), kepemilikan aset, kredit usaha, jaminan sosial, bantuan siswa miskin (BSM), korban kejahatan, dan bepergian yang bersumber dari data Susenas

KEPENDUDUKAN

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dengan kata lain, penduduk berfungsi sebagai komponen input sekaligus juga sebagai komponen output dalam pembangunan.

Pengelolaan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, dan pengarahan mobilitas sehingga mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang menunjang kegiatan pembangunan. Permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin harus selalu dipantau perkembangannya dari waktu ke waktu.

Jumlah penduduk Indonesia pada Maret tahun 2015 adalah 254,90 juta jiwa (126,82 juta perempuan dan 128,08 juta laki-laki). Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding Sensus Penduduk tahun 2010 yakni sebesar 237,64 juta jiwa (118,01 juta perempuan dan 119,63 juta laki-laki). Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa dengan kata lain setiap hari lahir 9.500 bayi.

Perkembangan jumlah penduduk Indonesia sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan tiap tahunnya, mulai 243,70 juta di tahun 2011 naik menjadi 245,10 juta di tahun 2012, naik lagi menjadi 248,82 juta pada tahun 2013 dan naik lagi menjadi 252,04 juta di tahun 2014, dan terakhir di tahun 2015 naik lagi menjadi 254,90 juta.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 5

perkawinan, lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama, sektor formal dan informal, dan rata-rata upah, juga mengenai pengusaha industri mikro dan kecil.

Bab tujuh menyajikan akses penduduk terhadap internet yang dibedakan menurut kelompok umur 5 tahun ke atas, 18-24 tahun, 25-64 tahun, dan kelompok umur 65 tahun ke atas. Pada bab delapan menjelaskan perumahan yang meliputi struktur bangunan rumah, fasilitas rumah, dan akses pada teknologi komunikasi oleh rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan maupun laki-laki.

Bab sembilan membahas sektor publik, yaitu peranan perempuan yang berkaitan dengan bidang politik dan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, juga menyajikan peran perempuan dibandingkan laki-laki sebagai pegawai negeri sipil.

Bab sepuluh menguraikan keadaan sosial ekonomi lainnya, yang meliputi beras miskin (Raskin)/beras sejahtera (Rastra), kepemilikan aset, kredit usaha, jaminan sosial, bantuan siswa miskin (BSM), korban kejahatan, dan bepergian yang bersumber dari data Susenas

KEPENDUDUKAN

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dengan kata lain, penduduk berfungsi sebagai komponen input sekaligus juga sebagai komponen output dalam pembangunan.

Pengelolaan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, dan pengarahan mobilitas sehingga mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang menunjang kegiatan pembangunan. Permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin harus selalu dipantau perkembangannya dari waktu ke waktu.

Jumlah penduduk Indonesia pada Maret tahun 2015 adalah 254,90 juta jiwa (126,82 juta perempuan dan 128,08 juta laki-laki). Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding Sensus Penduduk tahun 2010 yakni sebesar 237,64 juta jiwa (118,01 juta perempuan dan 119,63 juta laki-laki). Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa dengan kata lain setiap hari lahir 9.500 bayi.

Perkembangan jumlah penduduk Indonesia sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan tiap tahunnya, mulai 243,70 juta di tahun 2011 naik menjadi 245,10 juta di tahun 2012, naik lagi menjadi 248,82 juta pada tahun 2013 dan naik lagi menjadi 252,04 juta di tahun 2014, dan terakhir di tahun 2015 naik lagi menjadi 254,90 juta.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-20156

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.1. Tren Jumlah Penduduk Indonesia, 2011-2015

2.1 Komposisi Penduduk

Keadaan penduduk tahun 2015 menunjukkan bahwa secara nasional penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Persentase penduduk perempuan sebesar 49,75 persen sedangkan laki-laki sebesar 50,25 persen. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, baik di perkotaan maupun di perdesaan, jumlah penduduk perempuan juga lebih sedikit dibandingkan penduduk laki-laki.

Perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki dapat disajikan melalui angka sex ratio. Sex ratio penduduk Indonesia sebesar 101,00. Artinya dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Angka sex ratio yang lebih besar dari 100 ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan.

243,70 245,10248,82

252,04254,90

200,00

210,00

220,00

230,00

240,00

250,00

260,00

2011 2012 2013 2014 2015

Juta

Sebagian besar provinsi mempunyai angka sex ratio diatas 100 atau penduduk laki-lakinya lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan. Namun ada 9 provinsi dengan angka sex ratio di bawah 100 yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (Lampiran Tabel 2.1).

Tren angka sex ratio penduduk Indonesia sejak tahun 2011 angkanya sudah di atas 100 yang berarti, penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Namun di tahun 2015 angkanya sedikit menurun dari 101,50 pada tahun 2011, menjadi 101,42 pada tahun 2012, menurun lagi menjadi 101,01 pada tahun 2013 dan terakhir menurun lagi menjadi 101,00 pada tahun 2015. Artinya penduduk laki-laki jumlahnya cenderung menurun dan penduduk perempuan cenderung meningkat sehingga beberapa tahun ke depan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki akan seimbang.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.2. Tren Sex Ratio di Indonesia, 2011-2015

101,50101,42

101,01 101,01 101,00

100,00

100,20

100,40

100,60

100,80

101,00

101,20

101,40

101,60

101,80

102,00

2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 7

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.1. Tren Jumlah Penduduk Indonesia, 2011-2015

2.1 Komposisi Penduduk

Keadaan penduduk tahun 2015 menunjukkan bahwa secara nasional penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Persentase penduduk perempuan sebesar 49,75 persen sedangkan laki-laki sebesar 50,25 persen. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, baik di perkotaan maupun di perdesaan, jumlah penduduk perempuan juga lebih sedikit dibandingkan penduduk laki-laki.

Perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki dapat disajikan melalui angka sex ratio. Sex ratio penduduk Indonesia sebesar 101,00. Artinya dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Angka sex ratio yang lebih besar dari 100 ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan.

243,70 245,10248,82

252,04254,90

200,00

210,00

220,00

230,00

240,00

250,00

260,00

2011 2012 2013 2014 2015

Juta

Sebagian besar provinsi mempunyai angka sex ratio diatas 100 atau penduduk laki-lakinya lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan. Namun ada 9 provinsi dengan angka sex ratio di bawah 100 yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (Lampiran Tabel 2.1).

Tren angka sex ratio penduduk Indonesia sejak tahun 2011 angkanya sudah di atas 100 yang berarti, penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Namun di tahun 2015 angkanya sedikit menurun dari 101,50 pada tahun 2011, menjadi 101,42 pada tahun 2012, menurun lagi menjadi 101,01 pada tahun 2013 dan terakhir menurun lagi menjadi 101,00 pada tahun 2015. Artinya penduduk laki-laki jumlahnya cenderung menurun dan penduduk perempuan cenderung meningkat sehingga beberapa tahun ke depan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki akan seimbang.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.2. Tren Sex Ratio di Indonesia, 2011-2015

101,50101,42

101,01 101,01 101,00

100,00

100,20

100,40

100,60

100,80

101,00

101,20

101,40

101,60

101,80

102,00

2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-20158

Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, seperti pada Gambar 2.3, Gambar 2.4, dan Gambar 2.5. Gambaran struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin disajikan dari hasil Susenas 2015 yang dilaksanakan bulan Maret 2015. Gambar tersebut menunjukkan bahwa struktur umur penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk muda yang ditandai dengan bagian bawah piramida yang relatif lebar. Secara nasional, frekuensi terbesar untuk penduduk laki-laki berada pada kelompok umur 5-9 tahun sedangkan penduduk perempuan juga berada di kelompok umur 5-9 tahun (Gambar 2.5).

Bagi sebagian penduduk terutama penduduk usia produktif, masih banyak yang beranggapan bahwa daerah perkotaan jauh lebih menarik dibandingkan daerah perdesaan. Fenomena tersebut tercermin pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Persentase penduduk berumur 20-39 tahun lebih tinggi di daerah perkotaan baik penduduk perempuan (33,96 persen) maupun penduduk laki-laki (33,85 persen) dibandingkan dengan daerah perdesaan yang hanya 30,89 persen penduduk perempuan dan 30,59 persen penduduk laki-laki (Lampiran Tabel 2.2). Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa kesempatan kerja di perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan dengan kesempatan kerja di perdesaan sehingga penduduk usia kerja lebih banyak berada di daerah perkotaan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.3. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perkotaan)

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.4. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perdesaan)

8.81

9.63

9.01

8.23

8.85

8.64

8.18

8.18

7.08

6.56

5.30

4.21

3.13

1.73

1.25

1.23

8.59

9.15

8.88

8.01

8.72

8.66

8.39

8.19

6.98

6.60

5.57

3.97

3.08

1.90

1.57

1.75

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kel

ompo

k U

mur

Laki-laki Perempuan

Persentase

5

0 4

0 4

5

55 5

50 54

45 4

40 4435 3

30 34

25 220 24

15 1

10 14

5

0 4

9.17

10.26

10.19

8.22

7.44

8.02

7.52

7.61

6.88

6.44

5.42

4.32

3.37

2.07

1.52

1.54

8.88

9.80

9.84

7.68

7.30

8.10

7.95

7.54

7.12

6.28

5.66

4.20

3.36

2.29

1.84

2.16

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kel

ompo

k U

mur

Laki-laki Perempuan

Persentase

5

0 4

0 4

5

55 5

50 54

45 4

40 4435 3

30 34

25 220 24

15 1

10 14

5

0 4

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 9

Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, seperti pada Gambar 2.3, Gambar 2.4, dan Gambar 2.5. Gambaran struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin disajikan dari hasil Susenas 2015 yang dilaksanakan bulan Maret 2015. Gambar tersebut menunjukkan bahwa struktur umur penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk muda yang ditandai dengan bagian bawah piramida yang relatif lebar. Secara nasional, frekuensi terbesar untuk penduduk laki-laki berada pada kelompok umur 5-9 tahun sedangkan penduduk perempuan juga berada di kelompok umur 5-9 tahun (Gambar 2.5).

Bagi sebagian penduduk terutama penduduk usia produktif, masih banyak yang beranggapan bahwa daerah perkotaan jauh lebih menarik dibandingkan daerah perdesaan. Fenomena tersebut tercermin pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Persentase penduduk berumur 20-39 tahun lebih tinggi di daerah perkotaan baik penduduk perempuan (33,96 persen) maupun penduduk laki-laki (33,85 persen) dibandingkan dengan daerah perdesaan yang hanya 30,89 persen penduduk perempuan dan 30,59 persen penduduk laki-laki (Lampiran Tabel 2.2). Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa kesempatan kerja di perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan dengan kesempatan kerja di perdesaan sehingga penduduk usia kerja lebih banyak berada di daerah perkotaan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.3. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perkotaan)

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.4. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perdesaan)

8.81

9.63

9.01

8.23

8.85

8.64

8.18

8.18

7.08

6.56

5.30

4.21

3.13

1.73

1.25

1.23

8.59

9.15

8.88

8.01

8.72

8.66

8.39

8.19

6.98

6.60

5.57

3.97

3.08

1.90

1.57

1.75

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kel

ompo

k U

mur

Laki-laki Perempuan

Persentase

5

0 4

0 4

5

55 5

50 54

45 4

40 4435 3

30 34

25 220 24

15 1

10 14

5

0 4

9.17

10.26

10.19

8.22

7.44

8.02

7.52

7.61

6.88

6.44

5.42

4.32

3.37

2.07

1.52

1.54

8.88

9.80

9.84

7.68

7.30

8.10

7.95

7.54

7.12

6.28

5.66

4.20

3.36

2.29

1.84

2.16

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kel

ompo

k U

mur

Laki-laki Perempuan

Persentase

5

0 4

0 4

5

55 5

50 54

45 4

40 4435 3

30 34

25 220 24

15 1

10 14

5

0 4

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201510

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.5. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perkotaan+Perdesaan)

2.2 Sebaran Penduduk Secara nasional, penduduk perempuan sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan penduduk laki-laki, yaitu 49,75 persen berbanding 50,25 persen. Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa komposisi penduduk perempuan yang tinggal baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan persentasenya juga lebih rendah dibandingkan laki-laki (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Persentase Penduduk menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) Perkotaan 49,77 50,23 Perdesaan 49,73 50,27 Perkotaan + Perdesaan 49,75 50,25

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

8.98

9.94

9.60

8.23

8.15

8.33

7.85

7.90

6.98

6.50

5.36

4.26

3.25

1.90

1.38

1.38

8.74

9.47

9.35

7.85

8.02

8.38

8.17

7.87

7.05

6.44

5.62

4.08

3.22

2.09

1.70

1.95

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kel

ompo

k U

mur

Laki-laki Perempuan

Persentase

5

0 4

0 4

5

55 5

50 54

45 4

40 4435 3

30 34

25 220 24

15 1

10 14

5

0 4

2.3 Struktur Umur Penduduk Komposisi penduduk menurut struktur umur digolongkan menjadi

tiga, yaitu penduduk usia produktif (15-64 tahun), belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif lagi (65 tahun ke atas). Pada pembahasan ini selain mengulas tiga kelompok umur di atas, juga mengulas penduduk kelompok pralansia dan lansia, yaitu pada kelompok umur 45 tahun ke atas.

2.3.1 Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun)

Penduduk perempuan usia produktif sebesar 66,69 persen, dengan komposisi di daerah perkotaan sebesar 68,17 persen lebih tinggi dibandingkan dengan yang berada di perdesaan sebesar 65,19 persen. Komposisi penduduk usia produktif laki-laki, yaitu 68,35 persen di perkotaan berbanding 65,24 persen di perdesaan sehingga tidak jauh berbeda dibandingkan perempuan. Sedangkan jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, baik antara daerah perkotaan maupun perdesaan dan baik pada perempuan maupun laki-laki terdapat selisih sekitar 3 persen lebih banyak di daerah perkotaan (Tabel 2.2).

Persentase penduduk perempuan usia produktif, di DKI Jakarta adalah yang paling besar dibandingkan provinsi lainnya yaitu sebesar 71,55 persen sedangkan yang terkecil adalah di Nusa Tenggara Timur yaitu 59,00 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan penduduk perempuan di DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan di Nusa Tenggara Timur. Sama halnya dengan penduduk perempuan, persentase penduduk laki-laki usia produktif tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 71,83 persen dan terendah juga terdapat di Nusa Tenggara Timur yaitu 58,02 persen (Lampiran Tabel 2.3c).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 11

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 2.5. Piramida Penduduk Indonesia, 2015 (Perkotaan+Perdesaan)

2.2 Sebaran Penduduk Secara nasional, penduduk perempuan sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan penduduk laki-laki, yaitu 49,75 persen berbanding 50,25 persen. Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa komposisi penduduk perempuan yang tinggal baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan persentasenya juga lebih rendah dibandingkan laki-laki (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Persentase Penduduk menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) Perkotaan 49,77 50,23 Perdesaan 49,73 50,27 Perkotaan + Perdesaan 49,75 50,25

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

8.98

9.94

9.60

8.23

8.15

8.33

7.85

7.90

6.98

6.50

5.36

4.26

3.25

1.90

1.38

1.38

8.74

9.47

9.35

7.85

8.02

8.38

8.17

7.87

7.05

6.44

5.62

4.08

3.22

2.09

1.70

1.95

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kel

ompo

k U

mur

Laki-laki Perempuan

Persentase

5

0 4

0 4

5

55 5

50 54

45 4

40 4435 3

30 34

25 220 24

15 1

10 14

5

0 4

2.3 Struktur Umur Penduduk Komposisi penduduk menurut struktur umur digolongkan menjadi

tiga, yaitu penduduk usia produktif (15-64 tahun), belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif lagi (65 tahun ke atas). Pada pembahasan ini selain mengulas tiga kelompok umur di atas, juga mengulas penduduk kelompok pralansia dan lansia, yaitu pada kelompok umur 45 tahun ke atas.

2.3.1 Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun)

Penduduk perempuan usia produktif sebesar 66,69 persen, dengan komposisi di daerah perkotaan sebesar 68,17 persen lebih tinggi dibandingkan dengan yang berada di perdesaan sebesar 65,19 persen. Komposisi penduduk usia produktif laki-laki, yaitu 68,35 persen di perkotaan berbanding 65,24 persen di perdesaan sehingga tidak jauh berbeda dibandingkan perempuan. Sedangkan jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, baik antara daerah perkotaan maupun perdesaan dan baik pada perempuan maupun laki-laki terdapat selisih sekitar 3 persen lebih banyak di daerah perkotaan (Tabel 2.2).

Persentase penduduk perempuan usia produktif, di DKI Jakarta adalah yang paling besar dibandingkan provinsi lainnya yaitu sebesar 71,55 persen sedangkan yang terkecil adalah di Nusa Tenggara Timur yaitu 59,00 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan penduduk perempuan di DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan di Nusa Tenggara Timur. Sama halnya dengan penduduk perempuan, persentase penduduk laki-laki usia produktif tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 71,83 persen dan terendah juga terdapat di Nusa Tenggara Timur yaitu 58,02 persen (Lampiran Tabel 2.3c).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201512

Tabel 2.2. Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015

Jenis Kelamin / Daerah Tempat Tinggal

Kelompok Umur (Tahun)

0-14 15-64 65+ (1) (2) (3) (4)

Perempuan Perkotaan 26,62 68,17 5,21 Perdesaan 28,53 65,19 6,28 Perkotaan + Perdesaan 27,57 66,69 5,74 Laki-laki Perkotaan 27,45 68,35 4,20 Perdesaan 29,62 65,24 5,14 Perkotaan + Perdesaan 28,52 66,81 4,66

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

2.3.2 Penduduk Usia Belum Produktif (0-14 Tahun) dan Penduduk Usia Tidak Produktif Lagi (65 Tahun Ke Atas)

Dependency ratio (rasio ketergantungan) merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Angka dependency ratio adalah perbandingan jumlah penduduk berumur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas dengan penduduk berumur 15-64 tahun. Semakin tinggi angka dependency ratio semakin tinggi beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk usia produktif.

Berdasarkan data Susenas Maret 2015, dependency ratio penduduk sebesar 49,81 persen. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sekitar 50 orang penduduk belum produktif (0-14 tahun) dan penduduk tidak produktif lagi (65 tahun ke atas). Dependency ratio penduduk mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sekitar 52 orang penduduk belum produktif (0-14 tahun) dan penduduk tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) (Tabel 2.3).

Hampir sepertiga dari seluruh penduduk perempuan termasuk dalam kategori penduduk usia belum produktif (27,56 persen), dan penduduk usia tidak produktif lagi (5,74 persen). Persentase penduduk perempuan yang berusia belum produktif di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan (28,52 persen berbanding 26,62 persen), sama halnya dengan penduduk usia tidak produktif lagi persentasenya lebih tinggi di daerah perdesaan (6,28 persen berbanding 5,21 persen).

Jika dilihat menurut provinsi, penduduk perempuan kelompok usia belum produktif yang paling tinggi berada di Nusa Tenggara Timur (35,77 persen) dan paling rendah di DI Yogyakarta (20,67 persen). Tingginya persentase penduduk perempuan usia belum produktif di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa provinsi tersebut didominasi penduduk berumur 0-14 tahun, sehingga kebijakan dan program-program pembangunan seyogyanya difokuskan pada aspek-aspek yang berkaitan bagi penduduk berumur 0-14 tahun. Jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki, persentase penduduk perempuan yang usia belum produktifnya lebih tinggi daripada penduduk laki-laki, hanya terdapat di Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua (Lampiran Tabel 2.3c).

Persentase penduduk perempuan yang tidak produktif lagi paling tinggi berada di DI Yogyakarta (10,28 persen) dan paling rendah di Papua (1,31 persen). Penduduk perempuan tidak produktif lagi yang jumlahnya sangat sedikit di Papua mengindikasikan program-program pembangunan seperti program kesehatan dan pendidikan di provinsi ini masih harus lebih ditingkatkan. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, penduduk perempuan yang tidak produktif lagi lebih tinggi persentasenya dibandingkan laki-laki (5,74 persen berbanding 4,66 persen), kecuali di Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua Barat dan Papua yang penduduk tidak produktif

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 13

Tabel 2.2. Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015

Jenis Kelamin / Daerah Tempat Tinggal

Kelompok Umur (Tahun)

0-14 15-64 65+ (1) (2) (3) (4)

Perempuan Perkotaan 26,62 68,17 5,21 Perdesaan 28,53 65,19 6,28 Perkotaan + Perdesaan 27,57 66,69 5,74 Laki-laki Perkotaan 27,45 68,35 4,20 Perdesaan 29,62 65,24 5,14 Perkotaan + Perdesaan 28,52 66,81 4,66

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

2.3.2 Penduduk Usia Belum Produktif (0-14 Tahun) dan Penduduk Usia Tidak Produktif Lagi (65 Tahun Ke Atas)

Dependency ratio (rasio ketergantungan) merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Angka dependency ratio adalah perbandingan jumlah penduduk berumur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas dengan penduduk berumur 15-64 tahun. Semakin tinggi angka dependency ratio semakin tinggi beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk usia produktif.

Berdasarkan data Susenas Maret 2015, dependency ratio penduduk sebesar 49,81 persen. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sekitar 50 orang penduduk belum produktif (0-14 tahun) dan penduduk tidak produktif lagi (65 tahun ke atas). Dependency ratio penduduk mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sekitar 52 orang penduduk belum produktif (0-14 tahun) dan penduduk tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) (Tabel 2.3).

Hampir sepertiga dari seluruh penduduk perempuan termasuk dalam kategori penduduk usia belum produktif (27,56 persen), dan penduduk usia tidak produktif lagi (5,74 persen). Persentase penduduk perempuan yang berusia belum produktif di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan (28,52 persen berbanding 26,62 persen), sama halnya dengan penduduk usia tidak produktif lagi persentasenya lebih tinggi di daerah perdesaan (6,28 persen berbanding 5,21 persen).

Jika dilihat menurut provinsi, penduduk perempuan kelompok usia belum produktif yang paling tinggi berada di Nusa Tenggara Timur (35,77 persen) dan paling rendah di DI Yogyakarta (20,67 persen). Tingginya persentase penduduk perempuan usia belum produktif di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa provinsi tersebut didominasi penduduk berumur 0-14 tahun, sehingga kebijakan dan program-program pembangunan seyogyanya difokuskan pada aspek-aspek yang berkaitan bagi penduduk berumur 0-14 tahun. Jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki, persentase penduduk perempuan yang usia belum produktifnya lebih tinggi daripada penduduk laki-laki, hanya terdapat di Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua (Lampiran Tabel 2.3c).

Persentase penduduk perempuan yang tidak produktif lagi paling tinggi berada di DI Yogyakarta (10,28 persen) dan paling rendah di Papua (1,31 persen). Penduduk perempuan tidak produktif lagi yang jumlahnya sangat sedikit di Papua mengindikasikan program-program pembangunan seperti program kesehatan dan pendidikan di provinsi ini masih harus lebih ditingkatkan. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, penduduk perempuan yang tidak produktif lagi lebih tinggi persentasenya dibandingkan laki-laki (5,74 persen berbanding 4,66 persen), kecuali di Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua Barat dan Papua yang penduduk tidak produktif

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201514

perempuannya lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Lampiran Tabel 2.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 2.6. Tren Dependency Ratio, 2011-2015

Tren dependency ratio menurut kelompok umur 0-14 tahun maupun 65 tahun ke atas sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 sedikit b � uktuasi. Kedua kelompok umur itu mempunyai pola yang sama yaitu turun pada tahun sebelumnya dan naik kembali pada tahun sesudahnya. Tren dependency ratio pada kelompok umur 0-14 tahun dari 44,62 pada tahun 2011 naik menjadi 44,79 pada tahun 2012, turun menjadi 43,31 pada tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014 menjadi 43,39 lalu turun pada tahun 2015 menjadi 42,02. Demikian pula dengan tren dependency ratio kelompok umur 65 tahun ke atas dari 7,44 pada tahun 2011 turun menjadi 7,36 pada 2012, naik pada tahun 2013 menjadi 7,58 dan turun lagi pada tahun 2014 menjadi 7,48 dan terakhir naik kembali di tahun 2015 menjadi 7,79.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 2.6. Tren Dependency Ratio, 2011-2015

52,06 52,15 50,89 50,88 49,81

44,62 44,79 43,31 43,39 42,02

7,44 7,36 7,58 7,48 7,79

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2011 2012 2013 2014 2015

Total

Muda

Tua

Tabel 2.3. Tren Dependency Ratio menurut Kelompok Umur 0-14 Tahun dan 65 Tahun ke Atas, 2011-2015

Kelompok Umur

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 0-14 44,62 44,79 43,31 43,39 42,02

65+ 7,44 7,36 7,58 7,48 7,79

Total 52,06 52,15 50,89 50,88 49,81

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

2.3.3 Penduduk 45 Tahun ke Atas

Penduduk 45 tahun ke atas digolongkan menjadi dua, yaitu penduduk pralansia dan lansia. Penduduk pralansia adalah penduduk berumur 45-59 tahun, sedangkan penduduk lansia adalah penduduk berumur 60 tahun ke atas. Penduduk lansia terbagi menjadi penduduk lansia muda (60-69 tahun), lansia menengah (70-79 tahun), dan lansia tua (80 tahun ke atas).

Pada Tabel 2.4 terlihat bahwa dari seluruh penduduk perempuan sebesar 16,14 persen pralansia, 5,31 persen lansia muda, 2,68 persen lansia menengah, dan 0,97 persen lansia tua. Persentase perempuan lansia muda, lansia menengah dan lansia tua di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan sedangkan perempuan pralansia persentasenya sama yaitu 16,14 baik di perkotaan maupun di perdesaan. Bila dibandingkan dengan penduduk laki-laki, penduduk perempuan lebih tinggi persentasenya pada semua kelompok lansia. Pola yang sama terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan (kecuali pralansia di perdesaan). Hal ini dapat disebabkan karena usia harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada usia harapan hidup laki-laki.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 15

perempuannya lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Lampiran Tabel 2.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 2.6. Tren Dependency Ratio, 2011-2015

Tren dependency ratio menurut kelompok umur 0-14 tahun maupun 65 tahun ke atas sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 sedikit b � uktuasi. Kedua kelompok umur itu mempunyai pola yang sama yaitu turun pada tahun sebelumnya dan naik kembali pada tahun sesudahnya. Tren dependency ratio pada kelompok umur 0-14 tahun dari 44,62 pada tahun 2011 naik menjadi 44,79 pada tahun 2012, turun menjadi 43,31 pada tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014 menjadi 43,39 lalu turun pada tahun 2015 menjadi 42,02. Demikian pula dengan tren dependency ratio kelompok umur 65 tahun ke atas dari 7,44 pada tahun 2011 turun menjadi 7,36 pada 2012, naik pada tahun 2013 menjadi 7,58 dan turun lagi pada tahun 2014 menjadi 7,48 dan terakhir naik kembali di tahun 2015 menjadi 7,79.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 2.6. Tren Dependency Ratio, 2011-2015

52,06 52,15 50,89 50,88 49,81

44,62 44,79 43,31 43,39 42,02

7,44 7,36 7,58 7,48 7,79

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2011 2012 2013 2014 2015

Total

Muda

Tua

Tabel 2.3. Tren Dependency Ratio menurut Kelompok Umur 0-14 Tahun dan 65 Tahun ke Atas, 2011-2015

Kelompok Umur

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 0-14 44,62 44,79 43,31 43,39 42,02

65+ 7,44 7,36 7,58 7,48 7,79

Total 52,06 52,15 50,89 50,88 49,81

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

2.3.3 Penduduk 45 Tahun ke Atas

Penduduk 45 tahun ke atas digolongkan menjadi dua, yaitu penduduk pralansia dan lansia. Penduduk pralansia adalah penduduk berumur 45-59 tahun, sedangkan penduduk lansia adalah penduduk berumur 60 tahun ke atas. Penduduk lansia terbagi menjadi penduduk lansia muda (60-69 tahun), lansia menengah (70-79 tahun), dan lansia tua (80 tahun ke atas).

Pada Tabel 2.4 terlihat bahwa dari seluruh penduduk perempuan sebesar 16,14 persen pralansia, 5,31 persen lansia muda, 2,68 persen lansia menengah, dan 0,97 persen lansia tua. Persentase perempuan lansia muda, lansia menengah dan lansia tua di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan sedangkan perempuan pralansia persentasenya sama yaitu 16,14 baik di perkotaan maupun di perdesaan. Bila dibandingkan dengan penduduk laki-laki, penduduk perempuan lebih tinggi persentasenya pada semua kelompok lansia. Pola yang sama terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan (kecuali pralansia di perdesaan). Hal ini dapat disebabkan karena usia harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada usia harapan hidup laki-laki.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201516

Tabel 2.4. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015

Jenis Kelamin / Daerah Tempat Tinggal

Kelompok Umur (Tahun)

45-59 60-69 70-79 80+

(1) (2) (3) (4) (5) Perempuan Perkotaan 16,14 4,98 2,47 0,84

Perdesaan 16,14 5,64 2,89 1,10

Perkotaan + Perdesaan 16,14 5,31 2,68 0,97

Laki-laki Perkotaan 16,06 4,86 1,95 0,53

Perdesaan 16,18 5,44 2,34 0,73

Perkotaan + Perdesaan 16,12 5,15 2,14 0,63

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 2.5 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015, penduduk perempuan dan laki-laki pralansia sebagian besar berstatus kawin (79,41 persen dan 93,33 persen), sedangkan pada perempuan lansia menengah dan lansia tua dimana persentase tertinggi adalah dengan status cerai mati sebesar 70,32 persen dan 87,17 persen. Penduduk laki-laki kelompok umur 45 tahun ke atas sebagian besar berstatus kawin yaitu sebesar 89,86 persen dengan persentase tertinggi berada pada penduduk laki-laki pralansia yaitu sebesar 93,33 persen.

Tabel 2.5. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Status Perkawinan, 2015

Jenis Kelamin / Kelompok Umur

Status Perkawinan Jumlah Belum

Kawin Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perempuan 45 – 59 1,62 79,41 3,97 15,00 100,00

60 – 69 1,25 51,56 3,48 43,71 100,00

70 – 79 1,09 25,52 3,07 70,32 100,00

80 + 0,67 9,98 2,18 87,17 100,00

Total 1,45 65,07 3,70 29,78 100,00

Laki-laki 45 – 59 1,66 93,33 1,75 3,25 100,00

60 – 69 0,73 87,87 1,39 10,02 100,00

70 – 79 0,61 76,83 1,52 21,05 100,00

80 + 0,54 61,34 1,60 36,52 100,00

Total 1,34 89,86 1,65 7,15 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tingginya penduduk perempuan lansia menengah dan lansia tua yang berstatus cerai mati sesuai juga dengan data sebelumnya yang memperlihatkan bahwa lebih banyak penduduk lansia perempuan daripada laki-laki, hal ini sesuai dengan umur harapan hidup penduduk Indonesia dimana umur harapan hidup perempuan (72,7 tahun) lebih tinggi dari laki-laki (68,4 tahun).

Jika dilihat menurut jenis kelamin, penduduk perempuan pralansia tertinggi terdapat di Provinsi DI Yogyakarta yaitu 20,30 persen dan terendahnya di Provinsi Kepulauan Riau yaitu 10,68 persen. Sedangkan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 17

Tabel 2.4. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Kelompok Umur, 2015

Jenis Kelamin / Daerah Tempat Tinggal

Kelompok Umur (Tahun)

45-59 60-69 70-79 80+

(1) (2) (3) (4) (5) Perempuan Perkotaan 16,14 4,98 2,47 0,84

Perdesaan 16,14 5,64 2,89 1,10

Perkotaan + Perdesaan 16,14 5,31 2,68 0,97

Laki-laki Perkotaan 16,06 4,86 1,95 0,53

Perdesaan 16,18 5,44 2,34 0,73

Perkotaan + Perdesaan 16,12 5,15 2,14 0,63

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 2.5 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015, penduduk perempuan dan laki-laki pralansia sebagian besar berstatus kawin (79,41 persen dan 93,33 persen), sedangkan pada perempuan lansia menengah dan lansia tua dimana persentase tertinggi adalah dengan status cerai mati sebesar 70,32 persen dan 87,17 persen. Penduduk laki-laki kelompok umur 45 tahun ke atas sebagian besar berstatus kawin yaitu sebesar 89,86 persen dengan persentase tertinggi berada pada penduduk laki-laki pralansia yaitu sebesar 93,33 persen.

Tabel 2.5. Persentase Penduduk 45 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Status Perkawinan, 2015

Jenis Kelamin / Kelompok Umur

Status Perkawinan Jumlah Belum

Kawin Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perempuan 45 – 59 1,62 79,41 3,97 15,00 100,00

60 – 69 1,25 51,56 3,48 43,71 100,00

70 – 79 1,09 25,52 3,07 70,32 100,00

80 + 0,67 9,98 2,18 87,17 100,00

Total 1,45 65,07 3,70 29,78 100,00

Laki-laki 45 – 59 1,66 93,33 1,75 3,25 100,00

60 – 69 0,73 87,87 1,39 10,02 100,00

70 – 79 0,61 76,83 1,52 21,05 100,00

80 + 0,54 61,34 1,60 36,52 100,00

Total 1,34 89,86 1,65 7,15 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tingginya penduduk perempuan lansia menengah dan lansia tua yang berstatus cerai mati sesuai juga dengan data sebelumnya yang memperlihatkan bahwa lebih banyak penduduk lansia perempuan daripada laki-laki, hal ini sesuai dengan umur harapan hidup penduduk Indonesia dimana umur harapan hidup perempuan (72,7 tahun) lebih tinggi dari laki-laki (68,4 tahun).

Jika dilihat menurut jenis kelamin, penduduk perempuan pralansia tertinggi terdapat di Provinsi DI Yogyakarta yaitu 20,30 persen dan terendahnya di Provinsi Kepulauan Riau yaitu 10,68 persen. Sedangkan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201518

penduduk laki-laki pralansia yang tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur (19,26 persen) dan terendah terdapat di Provinsi Kepulauan Riau (12,34 persen) (Tabel 2.6).

Pada kelompok umur lansia baik lansia muda (60-69 Tahun), lansia menengah (70-79 Tahun) maupun lansia tua (80 Tahun ke Atas), Provinsi DI Yogyakarta memiliki penduduk perempuan lansia terbanyak yaitu pada usia 60-69 tahun (7,49 persen), usia 70-79 tahun (4,51 persen), dan usia 80 ke atas (2,58 persen), sedangkan Provinsi Papua yang paling sedikit penduduk perempuan lansia yaitu pada usia 60-69 tahun (1,76 persen), usia 70-79 tahun (0,54 persen), dan usia 80 ke atas (0,12 persen). Sama halnya dengan penduduk perempuan lansia, pada penduduk laki-laki lansia yang tertinggi terdapat di DI Yogyakarta dan terendah di Papua (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Persentase Penduduk Perempuan Lansia menurut Kelompok Umur, 2015

Provinsi 0-44 Tahun

45-59 Tahun

60-69 Tahun

70-79 Tahun

80 Tahun ke Atas

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua

80,22 77,63 74,49 82,86 78,85 78,16 78,57 76,80 78,30 85,33

77,71 76,05 68,63 65,12 68,18 80,83

70,91 77,52 78,33

79,07 81,45 78,07 80,85 82,75

71,70 77,88 74,75 80,74 77,59 80,42

79,77 82,01

84,30 86,09

12,98 15,01 15,86 12,32 14,67 14,54 14,86 15,25 14,55 10,68

15,73 15,56 18,96 20,30 19,52 13,70

17,96 14,61 13,70

14,07 13,26 14,90 14,29 12,10

17,81 14,68 15,47 12,57 14,86 12,78

13,30 12,42

11,97 11,49

4,10 4,64 5,52 3,09 4,31 4,52 3,99 4,76 4,50 2,79

4,48 5,05 6,84 7,49 7,00 3,51

6,53 4,84 4,80

4,43 3,41 4,37 3,24 3,69

6,37 4,66 5,76 3,93 5,04 4,11

4,23 3,90

2,70 1,76

2,06 1,93 3,05 1,25 1,58 2,09 1,76 2,22 1,86 0,95

1,67 2,51 4,03 4,51 3,88 1,51

3,45 2,11 2,32

1,77 1,31 2,03 1,14 1,07

2,86 2,14 2,98 2,06 1,99 1,97

1,87 1,20

0,87 0,54

0,64 0,79 1,08 0,48 0,60 0,70 0,82 0,96 0,78 0,25

0,41 0,82 1,53 2,58 1,42 0,44

1,15 0,91 0,84

0,66 0,57 0,63 0,48 0,38

1,26 0,64 1,03 0,71 0,52 0,71

0,83 0,48

0,16 0,12

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00

100,00 100,00

INDONESIA 74,90 16,14 5,31 2,68 0,97 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 19

penduduk laki-laki pralansia yang tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur (19,26 persen) dan terendah terdapat di Provinsi Kepulauan Riau (12,34 persen) (Tabel 2.6).

Pada kelompok umur lansia baik lansia muda (60-69 Tahun), lansia menengah (70-79 Tahun) maupun lansia tua (80 Tahun ke Atas), Provinsi DI Yogyakarta memiliki penduduk perempuan lansia terbanyak yaitu pada usia 60-69 tahun (7,49 persen), usia 70-79 tahun (4,51 persen), dan usia 80 ke atas (2,58 persen), sedangkan Provinsi Papua yang paling sedikit penduduk perempuan lansia yaitu pada usia 60-69 tahun (1,76 persen), usia 70-79 tahun (0,54 persen), dan usia 80 ke atas (0,12 persen). Sama halnya dengan penduduk perempuan lansia, pada penduduk laki-laki lansia yang tertinggi terdapat di DI Yogyakarta dan terendah di Papua (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Persentase Penduduk Perempuan Lansia menurut Kelompok Umur, 2015

Provinsi 0-44 Tahun

45-59 Tahun

60-69 Tahun

70-79 Tahun

80 Tahun ke Atas

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua

80,22 77,63 74,49 82,86 78,85 78,16 78,57 76,80 78,30 85,33

77,71 76,05 68,63 65,12 68,18 80,83

70,91 77,52 78,33

79,07 81,45 78,07 80,85 82,75

71,70 77,88 74,75 80,74 77,59 80,42

79,77 82,01

84,30 86,09

12,98 15,01 15,86 12,32 14,67 14,54 14,86 15,25 14,55 10,68

15,73 15,56 18,96 20,30 19,52 13,70

17,96 14,61 13,70

14,07 13,26 14,90 14,29 12,10

17,81 14,68 15,47 12,57 14,86 12,78

13,30 12,42

11,97 11,49

4,10 4,64 5,52 3,09 4,31 4,52 3,99 4,76 4,50 2,79

4,48 5,05 6,84 7,49 7,00 3,51

6,53 4,84 4,80

4,43 3,41 4,37 3,24 3,69

6,37 4,66 5,76 3,93 5,04 4,11

4,23 3,90

2,70 1,76

2,06 1,93 3,05 1,25 1,58 2,09 1,76 2,22 1,86 0,95

1,67 2,51 4,03 4,51 3,88 1,51

3,45 2,11 2,32

1,77 1,31 2,03 1,14 1,07

2,86 2,14 2,98 2,06 1,99 1,97

1,87 1,20

0,87 0,54

0,64 0,79 1,08 0,48 0,60 0,70 0,82 0,96 0,78 0,25

0,41 0,82 1,53 2,58 1,42 0,44

1,15 0,91 0,84

0,66 0,57 0,63 0,48 0,38

1,26 0,64 1,03 0,71 0,52 0,71

0,83 0,48

0,16 0,12

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 100,00

100,00 100,00

INDONESIA 74,90 16,14 5,31 2,68 0,97 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA

Banyak orang menganggap bahwa istilah rumah tangga memiliki arti yang sama dengan istilah keluarga, padahal keduanya memiliki arti yang jauh berbeda. Rumah tangga didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan tempat tinggal dan biasa tinggal bersama serta pengelolaan kebutuhan sehari-hari menjadi satu. Adapun keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah atau lebih yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain-lain. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa istilah rumah tangga lebih mengacu pada sisi ekonomi, sedangkan keluarga lebih mengacu pada hubungan kekerabatan dan fungsi sosial. Oleh karena itu, dalam satu rumah tangga bisa terdiri atas lebih dari satu keluarga.

Pada bab karakteristik rumah tangga akan dibahas mengenai tingkat pendidikan, status perkawinan, dan status pekerjaan dari kepala rumah tangga, serta struktur rumah tangga, susunan anggota rumah tangga, dan status ekonomi rumah tangga.

3.1 Kepala Rumah Tangga

Dalam suatu rumah tangga, biasanya ditunjuk seseorang yang akan bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Pada umumnya, yang ditunjuk sebagai kepala rumah tangga adalah laki-laki. Tetapi tidak

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 21

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA

Banyak orang menganggap bahwa istilah rumah tangga memiliki arti yang sama dengan istilah keluarga, padahal keduanya memiliki arti yang jauh berbeda. Rumah tangga didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan tempat tinggal dan biasa tinggal bersama serta pengelolaan kebutuhan sehari-hari menjadi satu. Adapun keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah atau lebih yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain-lain. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa istilah rumah tangga lebih mengacu pada sisi ekonomi, sedangkan keluarga lebih mengacu pada hubungan kekerabatan dan fungsi sosial. Oleh karena itu, dalam satu rumah tangga bisa terdiri atas lebih dari satu keluarga.

Pada bab karakteristik rumah tangga akan dibahas mengenai tingkat pendidikan, status perkawinan, dan status pekerjaan dari kepala rumah tangga, serta struktur rumah tangga, susunan anggota rumah tangga, dan status ekonomi rumah tangga.

3.1 Kepala Rumah Tangga

Dalam suatu rumah tangga, biasanya ditunjuk seseorang yang akan bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Pada umumnya, yang ditunjuk sebagai kepala rumah tangga adalah laki-laki. Tetapi tidak

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201522

sedikit pula perempuan yang menjadi kepala rumah tangga, terutama bagi perempuan yang tinggal sendiri. Definisi kepala rumah tangga adalah seseorang/penduduk berumur 10 tahun ke atas dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari pada rumah tangga tersebut atau orang yang dituakan/dianggap/ ditunjuk sebagai kepala rumah tangga.

Sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga, kualitas dari kepala rumah tangga menjadi salah satu faktor penting dalam mempengaruhi kualitas sebuah rumah tangga. Kualitas kepala rumah tangga yang semakin baik akan semakin mendorong perbaikan kualitas rumah tangganya. Pada bab ini akan dijelaskan kualitas kepala rumah tangga yang dilihat dari segi indikator sosial ekonominya, seperti status perkawinan, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan.

3.1.1 Status Perkawinan

Status perkawinan digolongkan menjadi empat kategori, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai mati. Pada tahun 2015, proporsi kepala rumah tangga di Indonesia menurut status perkawinan yaitu sebesar 2,86 persen berstatus belum kawin, 81,45 persen berstatus kawin, 3,07 persen berstatus cerai hidup dan 12,62 persen berstatus cerai mati.

Selama periode 2011-2015 proporsi kepala rumah tangga perempuan menurut status perkawinan mayoritas adalah janda dengan status cerai. Kepala rumah tangga perempuan dengan status cerai mati menempati proporsi tertinggi dengan persentase yang meningkat hingga tahun 2013 dan mulai menurun dari tahun 2014 (Gambar 3.1). Kepala rumah tangga perempuan dengan status cerai hidup cenderung meningkat dengan peningkatan pada tahun 2015 sebesar 0,74 persen poin dari tahun 2011.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Status Perkawinan, 2011-2015

Selama periode tahun 2011-2015, persentase kepala rumah tangga perempuan yang belum kawin di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (Lampiran Tabel 3.2.1 dan 3.2.2). Sebaliknya untuk status kawin dan cerai mati, persentase kepala rumah tangga perempuan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (Lampiran Tabel 3.2.7–3.2.8 dan Tabel 3.2.19–3.2.20).

Persentase kepala rumah tangga laki-laki dalam kurun waktu 2011-2015 yang berstatus kawin selalu lebih tinggi daripada status perkawinan lainnya dengan persentase yang terus menurun dari tahun 2011 hingga 2014 dan sedikit meningkat pada tahun 2015 (Gambar 3.2). Pada tahun 2015, persentase kepala rumah tangga laki-laki dengan status kawin sebesar 93,60 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,58 persen poin dari tahun 2011.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 23

sedikit pula perempuan yang menjadi kepala rumah tangga, terutama bagi perempuan yang tinggal sendiri. Definisi kepala rumah tangga adalah seseorang/penduduk berumur 10 tahun ke atas dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari pada rumah tangga tersebut atau orang yang dituakan/dianggap/ ditunjuk sebagai kepala rumah tangga.

Sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga, kualitas dari kepala rumah tangga menjadi salah satu faktor penting dalam mempengaruhi kualitas sebuah rumah tangga. Kualitas kepala rumah tangga yang semakin baik akan semakin mendorong perbaikan kualitas rumah tangganya. Pada bab ini akan dijelaskan kualitas kepala rumah tangga yang dilihat dari segi indikator sosial ekonominya, seperti status perkawinan, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan.

3.1.1 Status Perkawinan

Status perkawinan digolongkan menjadi empat kategori, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai mati. Pada tahun 2015, proporsi kepala rumah tangga di Indonesia menurut status perkawinan yaitu sebesar 2,86 persen berstatus belum kawin, 81,45 persen berstatus kawin, 3,07 persen berstatus cerai hidup dan 12,62 persen berstatus cerai mati.

Selama periode 2011-2015 proporsi kepala rumah tangga perempuan menurut status perkawinan mayoritas adalah janda dengan status cerai. Kepala rumah tangga perempuan dengan status cerai mati menempati proporsi tertinggi dengan persentase yang meningkat hingga tahun 2013 dan mulai menurun dari tahun 2014 (Gambar 3.1). Kepala rumah tangga perempuan dengan status cerai hidup cenderung meningkat dengan peningkatan pada tahun 2015 sebesar 0,74 persen poin dari tahun 2011.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Status Perkawinan, 2011-2015

Selama periode tahun 2011-2015, persentase kepala rumah tangga perempuan yang belum kawin di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (Lampiran Tabel 3.2.1 dan 3.2.2). Sebaliknya untuk status kawin dan cerai mati, persentase kepala rumah tangga perempuan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (Lampiran Tabel 3.2.7–3.2.8 dan Tabel 3.2.19–3.2.20).

Persentase kepala rumah tangga laki-laki dalam kurun waktu 2011-2015 yang berstatus kawin selalu lebih tinggi daripada status perkawinan lainnya dengan persentase yang terus menurun dari tahun 2011 hingga 2014 dan sedikit meningkat pada tahun 2015 (Gambar 3.2). Pada tahun 2015, persentase kepala rumah tangga laki-laki dengan status kawin sebesar 93,60 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,58 persen poin dari tahun 2011.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201524

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.2. Persentase Kepala Rumah Tangga Laki-laki menurut Status Perkawinan, 2011-2015

Berdasarkan kelompok umur, terdapat perbedaan persentase kepala rumah tangga perempuan berdasarkan status perkawinan. Persentase kepala rumah tangga perempuan pada kelompok umur 10-24 tahun tertinggi yaitu berstatus belum kawin sebesar 84,36 persen. Adapun pada kelompok umur 25-44 tahun, persentase kepala rumah tangga perempuan tertinggi yaitu berstatus kawin sebesar 31,29 persen. Persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai mati semakin tinggi pada kelompok umur yang lebih tua, yaitu 70,82 persen untuk kelompok umur 45-49 tahun dan 90,51 persen untuk kelompok umur 60 tahun ke atas. Sementara itu, kepala rumah tangga laki-laki yang berstatus kawin menempati persentase tertinggi untuk semua kelompok umur (Tabel 3.1).

Menurut daerah tempat tinggal, mayoritas kepala rumah tangga perempuan pada kelompok umur 10-24 tahun di perkotaan berstatus

belum kawin dengan persentase sebesar 92,53 persen, sedangkan di perdesaan yang berstatus belum kawin hanya sebesar 34,11 persen. Sebaliknya, persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus kawin, cerai hidup dan cerai mati pada kelompok umur 10-24 tahun di perdesaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Sementara itu, persentase kepala rumah tangga laki-laki pada kelompok umur 10-24 tahun di perkotaan sebagian besar berstatus belum kawin dengan persentase sebesar 56,49 persen, sedangkan di perdesaan persentase kepala rumah tangga laki-laki tertinggi pada status kawin dengan persentase sebesar 86,86 persen.

Karakteristik status perkawinan dari kepala rumah tangga perempuan pada Tabel 3.1 mengindikasikan bahwa proses perempuan menjadi kepala rumah tangga bukan terjadi karena potensi dan dorongan partisipasi mereka, melainkan faktor keterpaksaan karena kondisi dan situasi. Di lain pihak, tingginya persentase kepala rumah tangga laki-laki yang masih berstatus kawin secara nyata membuktikan bahwa kepala rumah tangga merupakan kedudukan sosial yang diperuntukkan bagi laki-laki meskipun dalam beberapa kasus tertentu yang menopang biaya hidup sehari-hari rumah tangga adalah perempuan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 25

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.2. Persentase Kepala Rumah Tangga Laki-laki menurut Status Perkawinan, 2011-2015

Berdasarkan kelompok umur, terdapat perbedaan persentase kepala rumah tangga perempuan berdasarkan status perkawinan. Persentase kepala rumah tangga perempuan pada kelompok umur 10-24 tahun tertinggi yaitu berstatus belum kawin sebesar 84,36 persen. Adapun pada kelompok umur 25-44 tahun, persentase kepala rumah tangga perempuan tertinggi yaitu berstatus kawin sebesar 31,29 persen. Persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai mati semakin tinggi pada kelompok umur yang lebih tua, yaitu 70,82 persen untuk kelompok umur 45-49 tahun dan 90,51 persen untuk kelompok umur 60 tahun ke atas. Sementara itu, kepala rumah tangga laki-laki yang berstatus kawin menempati persentase tertinggi untuk semua kelompok umur (Tabel 3.1).

Menurut daerah tempat tinggal, mayoritas kepala rumah tangga perempuan pada kelompok umur 10-24 tahun di perkotaan berstatus

belum kawin dengan persentase sebesar 92,53 persen, sedangkan di perdesaan yang berstatus belum kawin hanya sebesar 34,11 persen. Sebaliknya, persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus kawin, cerai hidup dan cerai mati pada kelompok umur 10-24 tahun di perdesaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Sementara itu, persentase kepala rumah tangga laki-laki pada kelompok umur 10-24 tahun di perkotaan sebagian besar berstatus belum kawin dengan persentase sebesar 56,49 persen, sedangkan di perdesaan persentase kepala rumah tangga laki-laki tertinggi pada status kawin dengan persentase sebesar 86,86 persen.

Karakteristik status perkawinan dari kepala rumah tangga perempuan pada Tabel 3.1 mengindikasikan bahwa proses perempuan menjadi kepala rumah tangga bukan terjadi karena potensi dan dorongan partisipasi mereka, melainkan faktor keterpaksaan karena kondisi dan situasi. Di lain pihak, tingginya persentase kepala rumah tangga laki-laki yang masih berstatus kawin secara nyata membuktikan bahwa kepala rumah tangga merupakan kedudukan sosial yang diperuntukkan bagi laki-laki meskipun dalam beberapa kasus tertentu yang menopang biaya hidup sehari-hari rumah tangga adalah perempuan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201526

Tabel 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2015

Daerah Tempat

Tinggal / Kelompok

Umur

Perempuan Laki-laki

Belum kawin Kawin Cerai

hidup Cerai mati Total Belum

kawin Kawin Cerai hidup

Cerai mati Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Perkotaan

10 – 24 92,53 5,34 2,07 0,06 100,00 56,49 43,13 0,19 0,19 100,00

25 – 44 17,65 27,24 29,70 25,42 100,00 3,14 95,26 1,20 0,41 100,00

45 – 59 2,42 9,01 17,90 70,67 100,00 0,71 94,78 1,40 3,11 100,00

60 + 1,37 2,29 5,53 90,81 100,00 0,53 85,96 1,11 12,40 100,00

Total 11,49 9,51 14,15 64,85 100,00 3,17 92,45 1,23 3,15 100,00

Perdesaan

10 – 24 34,11 47,41 15,89 2,58 100,00 11,94 86,86 1,05 0,14 100,00

25 – 44 4,46 35,65 28,32 31,58 100,00 1,31 97,25 0,93 0,51 100,00

45 – 59 2,30 9,34 17,37 70,99 100,00 0,52 95,28 1,21 2,98 100,00

60 + 1,28 2,32 6,17 90,22 100,00 0,29 87,53 1,19 10,99 100,00

Total 2,67 11,64 14,41 71,28 100,00 1,05 94,74 1,08 3,13 100,00

Perkotaan + Perdesaan

10 – 24 84,36 11,22 4,00 0,42 100,00 37,37 61,90 0,56 0,17 100,00

25 – 44 11,29 31,29 29,03 28,39 100,00 2,23 96,25 1,07 0,46 100,00

45 – 59 2,36 9,17 17,64 70,82 100,00 0,62 95,03 1,31 3,04 100,00

60 + 1,23 2,31 5,86 90,51 100,00 0,40 86,79 1,15 11,65 100,00

Total 7,27 10,53 14,27 67,93 100,00 2,11 93,60 1,15 3,14 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

3.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Melalui pendidikan, seseorang

memiliki kesempatan untuk menggali potensinya demi memperoleh kehidupan yang lebih layak. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikannya. Pendidikan dari kepala rumah tangga dapat memberikan gambaran tentang kualitas dari rumah tangga tersebut. Pada ulasan berikut akan disajikan pendidikan kepala rumah tangga yang dilihat dari partisipasi sekolah dan pendidikan yang ditamatkan.

Partisipasi sekolah kepala rumah tangga disajikan berdasarkan persentase kepala rumah tangga yang tidak/belum pernah bersekolah, masih bersekolah dan tidak bersekolah lagi. Kepala rumah tangga perempuan yang tidak/belum pernah bersekolah persentasenya menurun selama 2011-2014 dan meningkat pada tahun 2015. Sebaliknya, persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak bersekolah lagi meningkat selama 2011-2014 dan menurun pada tahun 2015 (Gambar 3.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 3.3. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Partisipasi

Sekolah, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 27

Tabel 3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2015

Daerah Tempat

Tinggal / Kelompok

Umur

Perempuan Laki-laki

Belum kawin Kawin Cerai

hidup Cerai mati Total Belum

kawin Kawin Cerai hidup

Cerai mati Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Perkotaan

10 – 24 92,53 5,34 2,07 0,06 100,00 56,49 43,13 0,19 0,19 100,00

25 – 44 17,65 27,24 29,70 25,42 100,00 3,14 95,26 1,20 0,41 100,00

45 – 59 2,42 9,01 17,90 70,67 100,00 0,71 94,78 1,40 3,11 100,00

60 + 1,37 2,29 5,53 90,81 100,00 0,53 85,96 1,11 12,40 100,00

Total 11,49 9,51 14,15 64,85 100,00 3,17 92,45 1,23 3,15 100,00

Perdesaan

10 – 24 34,11 47,41 15,89 2,58 100,00 11,94 86,86 1,05 0,14 100,00

25 – 44 4,46 35,65 28,32 31,58 100,00 1,31 97,25 0,93 0,51 100,00

45 – 59 2,30 9,34 17,37 70,99 100,00 0,52 95,28 1,21 2,98 100,00

60 + 1,28 2,32 6,17 90,22 100,00 0,29 87,53 1,19 10,99 100,00

Total 2,67 11,64 14,41 71,28 100,00 1,05 94,74 1,08 3,13 100,00

Perkotaan + Perdesaan

10 – 24 84,36 11,22 4,00 0,42 100,00 37,37 61,90 0,56 0,17 100,00

25 – 44 11,29 31,29 29,03 28,39 100,00 2,23 96,25 1,07 0,46 100,00

45 – 59 2,36 9,17 17,64 70,82 100,00 0,62 95,03 1,31 3,04 100,00

60 + 1,23 2,31 5,86 90,51 100,00 0,40 86,79 1,15 11,65 100,00

Total 7,27 10,53 14,27 67,93 100,00 2,11 93,60 1,15 3,14 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

3.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Melalui pendidikan, seseorang

memiliki kesempatan untuk menggali potensinya demi memperoleh kehidupan yang lebih layak. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikannya. Pendidikan dari kepala rumah tangga dapat memberikan gambaran tentang kualitas dari rumah tangga tersebut. Pada ulasan berikut akan disajikan pendidikan kepala rumah tangga yang dilihat dari partisipasi sekolah dan pendidikan yang ditamatkan.

Partisipasi sekolah kepala rumah tangga disajikan berdasarkan persentase kepala rumah tangga yang tidak/belum pernah bersekolah, masih bersekolah dan tidak bersekolah lagi. Kepala rumah tangga perempuan yang tidak/belum pernah bersekolah persentasenya menurun selama 2011-2014 dan meningkat pada tahun 2015. Sebaliknya, persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak bersekolah lagi meningkat selama 2011-2014 dan menurun pada tahun 2015 (Gambar 3.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 3.3. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Partisipasi

Sekolah, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201528

Partisipasi sekolah dengan status tidak/belum pernah bersekolah berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga perempuan selalu lebih tinggi daripada persentase kepala rumah tangga laki-laki. Baik kepala rumah tangga perempuan maupun laki-laki persentasenya terus menurun kecuali pada tahun 2015 (Gambar 3.4).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Selama periode 2011-2015, persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak/belum pernah bersekolah di perdesaan selalu lebih tinggi daripada di perkotaan dengan persentase yang selalu menurun hingga tahun 2014 dan sedikit meningkat pada tahun 2015 (Gambar 3.5). Adapun kepala rumah tangga perempuan yang masih bersekolah dan tidak bersekolah lagi, persentasenya selalu lebih tinggi di

perkotaan daripada di perdesaan (Lampiran Tabel 3.3.7–3.3.8 dan Tabel 3.3.13–3.3.14).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.5. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat menjadi indikator pokok dari kualitas pendidikan formal. Selama periode 2011-2015, kepala rumah tangga perempuan yang tidak mempunyai ijazah memiliki persentase yang selalu menurun dengan total penurunan sebesar 6,01 persen poin (Gambar 3.6). Sebaliknya, persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan dari kepala rumah tangga perempuan pada tingkat SMA ke atas selalu meningkat setiap tahunnya dengan total kenaikan sebesar 3,49 persen poin. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan formal kepala rumah tangga perempuan semakin membaik dari tahun ke tahun.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 29

Partisipasi sekolah dengan status tidak/belum pernah bersekolah berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga perempuan selalu lebih tinggi daripada persentase kepala rumah tangga laki-laki. Baik kepala rumah tangga perempuan maupun laki-laki persentasenya terus menurun kecuali pada tahun 2015 (Gambar 3.4).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Selama periode 2011-2015, persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak/belum pernah bersekolah di perdesaan selalu lebih tinggi daripada di perkotaan dengan persentase yang selalu menurun hingga tahun 2014 dan sedikit meningkat pada tahun 2015 (Gambar 3.5). Adapun kepala rumah tangga perempuan yang masih bersekolah dan tidak bersekolah lagi, persentasenya selalu lebih tinggi di

perkotaan daripada di perdesaan (Lampiran Tabel 3.3.7–3.3.8 dan Tabel 3.3.13–3.3.14).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.5. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat menjadi indikator pokok dari kualitas pendidikan formal. Selama periode 2011-2015, kepala rumah tangga perempuan yang tidak mempunyai ijazah memiliki persentase yang selalu menurun dengan total penurunan sebesar 6,01 persen poin (Gambar 3.6). Sebaliknya, persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan dari kepala rumah tangga perempuan pada tingkat SMA ke atas selalu meningkat setiap tahunnya dengan total kenaikan sebesar 3,49 persen poin. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan formal kepala rumah tangga perempuan semakin membaik dari tahun ke tahun.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201530

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.6. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011-2015

Selama periode 2011-2015, persentase kepala rumah tangga

perempuan yang tidak mempunyai ijazah lebih tinggi 2 kali lipat dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki (Gambar 3.7). Sementara itu, kepala rumah tangga perempuan yang telah menamatkan pendidikan pada tingkat SD, SMP, dan SMA ke atas memiliki persentase yang lebih rendah daripada kepala rumah tangga laki-laki (Lampiran Tabel 3.4.7-3.4.24).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Gambaran mengenai pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga perempuan di atas menunjukkan bahwa kualitas pendidikan formal kepala rumah tangga perempuan di perkotaan lebih baik dibandingkan dengan di perdesaan. Adapun jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki, kualitas formal kepala rumah tangga perempuan masih dibawah kualitas kepala rumah tangga laki-laki.

3.1.3 Status Pekerjaan

Status ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari kegiatan ekonomi kepala rumah tangga dan seberapa besar kegiatan tersebut memberikan kontribusi pada sumber keuangan rumah tangga. Oleh karena itu, informasi tentang kepala rumah tangga yang berstatus bekerja dan tidak bekerja dapat digunakan sebagai bahan perencanaan program pembangunan yang berkaitan dengan ekonomi.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 31

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.6. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011-2015

Selama periode 2011-2015, persentase kepala rumah tangga

perempuan yang tidak mempunyai ijazah lebih tinggi 2 kali lipat dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki (Gambar 3.7). Sementara itu, kepala rumah tangga perempuan yang telah menamatkan pendidikan pada tingkat SD, SMP, dan SMA ke atas memiliki persentase yang lebih rendah daripada kepala rumah tangga laki-laki (Lampiran Tabel 3.4.7-3.4.24).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Gambaran mengenai pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga perempuan di atas menunjukkan bahwa kualitas pendidikan formal kepala rumah tangga perempuan di perkotaan lebih baik dibandingkan dengan di perdesaan. Adapun jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki, kualitas formal kepala rumah tangga perempuan masih dibawah kualitas kepala rumah tangga laki-laki.

3.1.3 Status Pekerjaan

Status ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari kegiatan ekonomi kepala rumah tangga dan seberapa besar kegiatan tersebut memberikan kontribusi pada sumber keuangan rumah tangga. Oleh karena itu, informasi tentang kepala rumah tangga yang berstatus bekerja dan tidak bekerja dapat digunakan sebagai bahan perencanaan program pembangunan yang berkaitan dengan ekonomi.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201532

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Persentase kepala rumah tangga yang bekerja menurut jenis kelamin menunjukkan pola yang hampir sama selama tahun 2011-2015. Kepala rumah tangga laki-laki yang bekerja persentasenya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kepala rumah tangga perempuan yang bekerja (Gambar 3.8).

Persentase kepala rumah tangga perempuan yang bekerja sebesar 61,01 persen pada tahun 2011, 60,37 persen pada tahun 2012, 60,44 persen pada tahun 2013, 61,50 persen pada tahun 2014, dan 61,38 persen pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak bekerja dan menggantungkan hidupnya kepada orang lain sebesar 38,99 persen pada tahun 2011, 39,63 persen pada tahun 2012, 39,56 persen pada tahun 2013, 38,50 persen pada tahun 2014, dan 38,62 persen pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 3.9. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang Bekerja menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Berdasarkan daerah tempat tinggalnya, persentase kepala rumah tangga perempuan yang bekerja di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Hal ini kemungkinan karena sebagian besar perempuan di perkotaan masih bersekolah atau bekerja dan tinggal sendiri (Gambar 3.9).

Karakteristik kepala rumah tangga yang bekerja dapat juga dilihat menurut status pekerjaannya. Status pekerjaan menunjukkan kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Status pekerjaan pada dasarnya melihat dua kategori yang berbeda dari kelompok penduduk yang bekerja, yaitu pengusaha dan pekerja. Kategori pengusaha terdiri dari berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, dan berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar. Sementara itu, kategori pekerja terdiri dari buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas, dan pekerja tidak dibayar.

Status pekerjaan juga dapat memperlihatkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Seorang dengan status pekerjaan berusaha dibantu buruh

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 33

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Persentase kepala rumah tangga yang bekerja menurut jenis kelamin menunjukkan pola yang hampir sama selama tahun 2011-2015. Kepala rumah tangga laki-laki yang bekerja persentasenya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kepala rumah tangga perempuan yang bekerja (Gambar 3.8).

Persentase kepala rumah tangga perempuan yang bekerja sebesar 61,01 persen pada tahun 2011, 60,37 persen pada tahun 2012, 60,44 persen pada tahun 2013, 61,50 persen pada tahun 2014, dan 61,38 persen pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak bekerja dan menggantungkan hidupnya kepada orang lain sebesar 38,99 persen pada tahun 2011, 39,63 persen pada tahun 2012, 39,56 persen pada tahun 2013, 38,50 persen pada tahun 2014, dan 38,62 persen pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 3.9. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang Bekerja menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Berdasarkan daerah tempat tinggalnya, persentase kepala rumah tangga perempuan yang bekerja di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Hal ini kemungkinan karena sebagian besar perempuan di perkotaan masih bersekolah atau bekerja dan tinggal sendiri (Gambar 3.9).

Karakteristik kepala rumah tangga yang bekerja dapat juga dilihat menurut status pekerjaannya. Status pekerjaan menunjukkan kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Status pekerjaan pada dasarnya melihat dua kategori yang berbeda dari kelompok penduduk yang bekerja, yaitu pengusaha dan pekerja. Kategori pengusaha terdiri dari berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, dan berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar. Sementara itu, kategori pekerja terdiri dari buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas, dan pekerja tidak dibayar.

Status pekerjaan juga dapat memperlihatkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Seorang dengan status pekerjaan berusaha dibantu buruh

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201534

tetap/buruh dibayar umumnya adalah pengusaha yang pendapatannya lebih stabil dibandingkan dengan pengusaha yang berusaha sendiri ataupun berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar. Sementara itu, buruh/karyawan/pegawai pendapatannya cenderung lebih baik dibanding pekerja bebas.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Keterangan: 1 = Berusaha sendiri 2 = Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 3 = Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4 = Buruh/karyawan/pegawai 5 = Pekerja bebas 6 = Pekerja tidak dibayar

Gambar 3.10. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan, 2015

Pada tahun 2015, persentase tertinggi kepala rumah tangga perempuan yang bekerja adalah pada status berusaha sendiri sebesar 35,77 persen. Artinya kepala rumah tangga perempuan ini bekerja sendiri tanpa dibantu orang lain, baik anggota rumah tangga ataupun orang lain. Biasanya pendapatan yang diperoleh tidak tetap dan hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Sementara itu, persentase tertinggi kepala rumah tangga laki-laki yang bekerja yaitu pada status buruh/karyawan/pegawai sebesar 36,97 persen (Gambar 3.10).

Secara umum kepala rumah tangga laki-laki yang bekerja memiliki status pekerjaan yang lebih baik dibandingkan kepala rumah tangga perempuan yang bekerja. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan status pekerjaan antara kepala rumah tangga perempuan dan laki-laki. Pada tiga status pekerjaan yaitu berusaha dibantu buruh tetap, berusaha dibantu buruh tidak tetap dan status buruh/karyawan, persentase kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Adapun pada status pekerjaan berusaha sendiri dan pekerja tidak dibayar, persentase kepala rumah tangga perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

3.2 Struktur Rumah Tangga Struktur sosial yang menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah

tangga masih mengakar kuat pada sebagian besar masyarakat di Indonesia. Data Susenas 2011-2015 menunjukkan bahwa sebagian besar kepala rumah tangga adalah laki-laki (Gambar 3.11), terutama pada rumah tangga yang anggotanya masih lengkap dimana perempuan sebagai istri lebih berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keperluan sehari-hari rumah tangga.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 35

tetap/buruh dibayar umumnya adalah pengusaha yang pendapatannya lebih stabil dibandingkan dengan pengusaha yang berusaha sendiri ataupun berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar. Sementara itu, buruh/karyawan/pegawai pendapatannya cenderung lebih baik dibanding pekerja bebas.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Keterangan: 1 = Berusaha sendiri 2 = Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 3 = Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4 = Buruh/karyawan/pegawai 5 = Pekerja bebas 6 = Pekerja tidak dibayar

Gambar 3.10. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan, 2015

Pada tahun 2015, persentase tertinggi kepala rumah tangga perempuan yang bekerja adalah pada status berusaha sendiri sebesar 35,77 persen. Artinya kepala rumah tangga perempuan ini bekerja sendiri tanpa dibantu orang lain, baik anggota rumah tangga ataupun orang lain. Biasanya pendapatan yang diperoleh tidak tetap dan hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Sementara itu, persentase tertinggi kepala rumah tangga laki-laki yang bekerja yaitu pada status buruh/karyawan/pegawai sebesar 36,97 persen (Gambar 3.10).

Secara umum kepala rumah tangga laki-laki yang bekerja memiliki status pekerjaan yang lebih baik dibandingkan kepala rumah tangga perempuan yang bekerja. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan status pekerjaan antara kepala rumah tangga perempuan dan laki-laki. Pada tiga status pekerjaan yaitu berusaha dibantu buruh tetap, berusaha dibantu buruh tidak tetap dan status buruh/karyawan, persentase kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Adapun pada status pekerjaan berusaha sendiri dan pekerja tidak dibayar, persentase kepala rumah tangga perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

3.2 Struktur Rumah Tangga Struktur sosial yang menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah

tangga masih mengakar kuat pada sebagian besar masyarakat di Indonesia. Data Susenas 2011-2015 menunjukkan bahwa sebagian besar kepala rumah tangga adalah laki-laki (Gambar 3.11), terutama pada rumah tangga yang anggotanya masih lengkap dimana perempuan sebagai istri lebih berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keperluan sehari-hari rumah tangga.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201536

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.11. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Persentase kepala rumah tangga perempuan mengalami peningkatan selama 2011-2013, sedangkan pada 2014-2015 persentasenya mengalami penurunan. Pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki ditemukan pola yang berbeda yaitu menurun persentasenya selama 2011-2013, sedangkan selama 2014-2015 meningkat persentasenya.

Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan di perkotaan dibandingkan di perdesaan tidak begitu jauh berbeda akan tetapi perbedaan persentasenya selalu bertambah besar dari tahun ke tahun (Gambar 3.12). Perbedaan persentase kepala rumah tangga perempuan bila dibandingkan antara di perkotaan dan di perdesaan, sebesar 0,48 persen poin pada tahun 2011, 0,77 persen poin pada tahun 2012, 1,08 persen poin pada tahun 2013, 1,16 persen poin pada tahun 2014, dan 1,17 persen poin pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.12. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

3.2.1 Susunan Anggota Rumah Tangga

Definisi anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (KRT, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, pembantu rumah tangga, atau ART lainnya). Jumlah anggota rumah tangga sangat berpengaruh pada besarnya biaya hidup yang harus ditanggung oleh rumah tangga. Biaya hidup rumah tangga akan lebih kecil untuk rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih sedikit. Adapun pada rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih banyak, biaya hidup rumah tangganya akan lebih banyak pula. Untuk kepala rumah tangga perempuan memiliki beban yang lebih berat karena harus berjuang keras dengan melakukan peran ganda, yakni mengurus rumah tangga sekaligus menjadi tulang punggung dalam mencari nafkah.

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yang berkaitan dengan jumlah anggota rumah tangga. Pemerintah menyelenggarakan program KB yang dilandaskan pada Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Konsep keluarga

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 37

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.11. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Persentase kepala rumah tangga perempuan mengalami peningkatan selama 2011-2013, sedangkan pada 2014-2015 persentasenya mengalami penurunan. Pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki ditemukan pola yang berbeda yaitu menurun persentasenya selama 2011-2013, sedangkan selama 2014-2015 meningkat persentasenya.

Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan di perkotaan dibandingkan di perdesaan tidak begitu jauh berbeda akan tetapi perbedaan persentasenya selalu bertambah besar dari tahun ke tahun (Gambar 3.12). Perbedaan persentase kepala rumah tangga perempuan bila dibandingkan antara di perkotaan dan di perdesaan, sebesar 0,48 persen poin pada tahun 2011, 0,77 persen poin pada tahun 2012, 1,08 persen poin pada tahun 2013, 1,16 persen poin pada tahun 2014, dan 1,17 persen poin pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.12. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

3.2.1 Susunan Anggota Rumah Tangga

Definisi anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (KRT, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, pembantu rumah tangga, atau ART lainnya). Jumlah anggota rumah tangga sangat berpengaruh pada besarnya biaya hidup yang harus ditanggung oleh rumah tangga. Biaya hidup rumah tangga akan lebih kecil untuk rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih sedikit. Adapun pada rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih banyak, biaya hidup rumah tangganya akan lebih banyak pula. Untuk kepala rumah tangga perempuan memiliki beban yang lebih berat karena harus berjuang keras dengan melakukan peran ganda, yakni mengurus rumah tangga sekaligus menjadi tulang punggung dalam mencari nafkah.

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yang berkaitan dengan jumlah anggota rumah tangga. Pemerintah menyelenggarakan program KB yang dilandaskan pada Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Konsep keluarga

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201538

kecil yang dimaksudkan dalam program tersebut adalah nucleus family yang terdiri dari ayah, ibu, dan maksimal dua orang anak. Maka secara kuantitatif, konsep keluarga kecil dapat diartikan sebagai keluarga dengan jumlah anggota keluarga maksimal empat orang.

Berdasarkan hasil Susenas 2011-2015, rata-rata banyaknya anggota rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan adalah tiga orang, sedangkan kepala rumah tangga laki-laki adalah empat orang (Tabel 3.2). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa mayoritas kepala rumah tangga perempuan adalah janda yang ditinggal suaminya, baik itu karena cerai hidup maupun cerai mati. Bagi kepala rumah tangga perempuan yang cerai hidup, mantan suami telah berada di rumah tangga lain sehingga anggota di rumah tangga awal berkurang satu dan jumlah anggota rumah tangganya tentu menjadi lebih kecil.

Tabel 3.2. Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Jenis Kelamin 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan

Perempuan 2,83 2,92 2,98 2,91 2,87

Laki-laki 4,05 4,08 4,08 4,03 3,98

Perdesaan

Perempuan 2,70 2,67 2,77 2,73 2,66

Laki-laki 4,01 4,03 4,05 4,00 3,95

Perkotaan + Perdesaan

Perempuan 2,77 2,80 2,88 2,82 2,77

Laki-laki 4,03 4,05 4,06 4,02 3,97

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Seorang anggota rumah tangga akan merangkap sebagai kepala rumah tangga apabila rumah tangga tersebut hanya terdiri atas satu orang anggota rumah tangga. Persentase kepala rumah tangga perempuan dengan anggota rumah tangga 1 dan 2-3 orang memiliki pola yang sama dimana persentasenya cenderung menurun kecuali pada tahun 2015. Sedangkan untuk kepala rumah tangga perempuan dengan anggota rumah tangga 4-5 dan 6 orang ke atas persentasenya cenderung meningkat (Gambar 3.13).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.13. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2011-2015

Menurut data Susenas 2011-2015, kepala rumah tangga perempuan yang tinggal sendiri lebih tinggi persentasenya di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Diskrepansi terbesar persentase kepala rumah tangga perempuan di perdesaan dan perkotaan terlihat pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,10 persen (Gambar 3.14).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 39

kecil yang dimaksudkan dalam program tersebut adalah nucleus family yang terdiri dari ayah, ibu, dan maksimal dua orang anak. Maka secara kuantitatif, konsep keluarga kecil dapat diartikan sebagai keluarga dengan jumlah anggota keluarga maksimal empat orang.

Berdasarkan hasil Susenas 2011-2015, rata-rata banyaknya anggota rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan adalah tiga orang, sedangkan kepala rumah tangga laki-laki adalah empat orang (Tabel 3.2). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa mayoritas kepala rumah tangga perempuan adalah janda yang ditinggal suaminya, baik itu karena cerai hidup maupun cerai mati. Bagi kepala rumah tangga perempuan yang cerai hidup, mantan suami telah berada di rumah tangga lain sehingga anggota di rumah tangga awal berkurang satu dan jumlah anggota rumah tangganya tentu menjadi lebih kecil.

Tabel 3.2. Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Jenis Kelamin 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan

Perempuan 2,83 2,92 2,98 2,91 2,87

Laki-laki 4,05 4,08 4,08 4,03 3,98

Perdesaan

Perempuan 2,70 2,67 2,77 2,73 2,66

Laki-laki 4,01 4,03 4,05 4,00 3,95

Perkotaan + Perdesaan

Perempuan 2,77 2,80 2,88 2,82 2,77

Laki-laki 4,03 4,05 4,06 4,02 3,97

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Seorang anggota rumah tangga akan merangkap sebagai kepala rumah tangga apabila rumah tangga tersebut hanya terdiri atas satu orang anggota rumah tangga. Persentase kepala rumah tangga perempuan dengan anggota rumah tangga 1 dan 2-3 orang memiliki pola yang sama dimana persentasenya cenderung menurun kecuali pada tahun 2015. Sedangkan untuk kepala rumah tangga perempuan dengan anggota rumah tangga 4-5 dan 6 orang ke atas persentasenya cenderung meningkat (Gambar 3.13).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.13. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2011-2015

Menurut data Susenas 2011-2015, kepala rumah tangga perempuan yang tinggal sendiri lebih tinggi persentasenya di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Diskrepansi terbesar persentase kepala rumah tangga perempuan di perdesaan dan perkotaan terlihat pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,10 persen (Gambar 3.14).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201540

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.14. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan Yang Tinggal Sendiri menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Persentase kepala rumah tangga laki-laki dengan jumlah anggota rumah tangga 1 orang hanya sebesar 3,01 persen pada tahun 2015. Persentase ini lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase kepala rumah tangga perempuan. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga, terlihat bahwa pada rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga 4-5 orang dan 6 orang atau lebih, persentase kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kepala rumah tangga perempuan. Dengan demikian, kepala rumah tangga perempuan memiliki persentase tertinggi pada jumlah anggota rumah tangga 2-3 orang, sedangkan kepala rumah tangga laki-laki persentase tertingginya pada jumlah anggota rumah tangga 4-5 orang (Gambar 3.15).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 3.15. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin dan Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga, 2015

3.2.2 Status Ekonomi

Data pendapatan rumah tangga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Di Indonesia, data pendapatan dapat didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Oleh karena itu, pengukuran kesejahteraan dilakukan melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga.

Distribusi pengeluaran per kapita sebulan rumah tangga terbagi menjadi tiga kelompok pengeluaran, yaitu 40 persen rendah, 40 persen menengah, dan 20 persen tinggi. Pola distribusi pengeluaran menurut status perkawinan pada Tabel 3.3 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan memiliki persentase tertinggi pada status cerai mati baik di kelompok pengeluaran 40 persen rendah, 40 persen menengah, maupun 20 persen tinggi (di atas 50 persen). Hal tersebut karena persentase kepala rumah tangga perempuan paling banyak berstatus janda. Sementara itu, persentase tertinggi rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 41

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 3.14. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan Yang Tinggal Sendiri menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Persentase kepala rumah tangga laki-laki dengan jumlah anggota rumah tangga 1 orang hanya sebesar 3,01 persen pada tahun 2015. Persentase ini lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase kepala rumah tangga perempuan. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga, terlihat bahwa pada rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga 4-5 orang dan 6 orang atau lebih, persentase kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kepala rumah tangga perempuan. Dengan demikian, kepala rumah tangga perempuan memiliki persentase tertinggi pada jumlah anggota rumah tangga 2-3 orang, sedangkan kepala rumah tangga laki-laki persentase tertingginya pada jumlah anggota rumah tangga 4-5 orang (Gambar 3.15).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 3.15. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin dan Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga, 2015

3.2.2 Status Ekonomi

Data pendapatan rumah tangga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Di Indonesia, data pendapatan dapat didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Oleh karena itu, pengukuran kesejahteraan dilakukan melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga.

Distribusi pengeluaran per kapita sebulan rumah tangga terbagi menjadi tiga kelompok pengeluaran, yaitu 40 persen rendah, 40 persen menengah, dan 20 persen tinggi. Pola distribusi pengeluaran menurut status perkawinan pada Tabel 3.3 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan memiliki persentase tertinggi pada status cerai mati baik di kelompok pengeluaran 40 persen rendah, 40 persen menengah, maupun 20 persen tinggi (di atas 50 persen). Hal tersebut karena persentase kepala rumah tangga perempuan paling banyak berstatus janda. Sementara itu, persentase tertinggi rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201542

mati yaitu pada kelompok pengeluaran 40 terendah dengan persentase sebesar 72,09 persen.

Persentase tertinggi rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yaitu pada status kawin baik di kelompok pengeluaran 40 persen rendah, 40 persen menengah, maupun 20 persen tinggi (di atas 80 persen). Adapun untuk yang berstatus kawin tersebut, persentase tertinggi rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki yaitu pada kelompok pengeluaran 40 persen terendah dengan persentase sebesar 95,81 persen.

Menurut daerah tempat tinggal, pada kelompok 40 persen terendah di perkotaan, persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai mati hampir sama dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 71,74 persen berbanding 71,93 persen. Pada kelompok 40 persen menengah dan 20 persen tertinggi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai mati di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Sementara itu, kepala rumah tangga laki-laki berstatus kawin baik pada kelompok pengeluaran 40 persen rendah, 40 persen menengah, maupun 20 persen tinggi di perdesaan persentasenya lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (Tabel 3.3).

Rumah tangga yang dikepalai perempuan yang beranggotakan 1-2 orang, persentase tertinggi pada kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi dengan persentase sebesar 64,24 persen, diikuti kelompok pengeluaran 40 persen menengah sebesar 51,64 persen, dan kelompok pengeluaran 40 persen terendah sebesar 42,54 persen. Sebaliknya pada rumah tangga yang dikepalai perempuan dengan anggota tiga orang atau lebih, persentase tertinggi yaitu pada kelompok pengeluaran 40 persen terendah dengan persentase sebesar 57,46 persen, dikuti kelompok pengeluaran 40 persen menengah sebesar 48,36 persen, dan kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi yaitu 35,76 persen. Adapun persentase tertinggi rumah tangga yang dikepalai laki-laki dengan anggota 1-2

orang yaitu pada kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi sebesar 26,02 persen, sedangkan persentase tertinggi rumah tangga dengan anggota tiga orang atau lebih yaitu pada kelompok 40 persen terendah sebesar 90,60 persen.

Tabel 3.3. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Status Perkawinan, 2015

Distribusi Pengeluaran

per Kapita Sebulan

Jenis Kelamin

KRT

Status Perkawinan Jumlah Belum

Kawin Kawin Cerai Hidup

Cerai Mati

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan 40 % rendah Perempuan 2,07 10,66 15,52 71,74 100,00 Laki-laki 0,63 95,45 0,94 2,97 100,0040 % menengah Perempuan 7,97 8,86 14,39 68,78 100,00 Laki-laki 1,98 93,55 1,13 3,34 100,0020 % tinggi Perempuan 28,30 8,97 12,06 50,68 100,00

Laki-laki 9,21 85,82 1,87 3,10 100,00Perdesaan 40 % rendah Perempuan 2,38 11,48 14,21 71,93 100,00 Laki-laki 0,62 96,08 0,60 2,70 100,0040 % menengah Perempuan 2,31 11,09 14,43 72,18 100,00 Laki-laki 0,76 95,20 1,01 3,03 100,0020 % tinggi Perempuan 3,79 12,87 14,74 68,60 100,00

Laki-laki 2,24 91,85 1,92 3,99 100,00Perkotaan + Perdesaan 40 % rendah Perempuan 2,16 11,07 14,67 72,09 100,00 Laki-laki 0,62 95,81 0,78 2,80 100,0040 % menengah Perempuan 3,68 10,41 14,71 71,20 100,00 Laki-laki 1,11 94,58 1,08 3,23 100,0020 % tinggi Perempuan 20,11 9,91 13,04 56,94 100,00

Laki-laki 6,24 88,34 1,88 3,54 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 43

mati yaitu pada kelompok pengeluaran 40 terendah dengan persentase sebesar 72,09 persen.

Persentase tertinggi rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yaitu pada status kawin baik di kelompok pengeluaran 40 persen rendah, 40 persen menengah, maupun 20 persen tinggi (di atas 80 persen). Adapun untuk yang berstatus kawin tersebut, persentase tertinggi rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki yaitu pada kelompok pengeluaran 40 persen terendah dengan persentase sebesar 95,81 persen.

Menurut daerah tempat tinggal, pada kelompok 40 persen terendah di perkotaan, persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai mati hampir sama dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 71,74 persen berbanding 71,93 persen. Pada kelompok 40 persen menengah dan 20 persen tertinggi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai mati di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Sementara itu, kepala rumah tangga laki-laki berstatus kawin baik pada kelompok pengeluaran 40 persen rendah, 40 persen menengah, maupun 20 persen tinggi di perdesaan persentasenya lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (Tabel 3.3).

Rumah tangga yang dikepalai perempuan yang beranggotakan 1-2 orang, persentase tertinggi pada kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi dengan persentase sebesar 64,24 persen, diikuti kelompok pengeluaran 40 persen menengah sebesar 51,64 persen, dan kelompok pengeluaran 40 persen terendah sebesar 42,54 persen. Sebaliknya pada rumah tangga yang dikepalai perempuan dengan anggota tiga orang atau lebih, persentase tertinggi yaitu pada kelompok pengeluaran 40 persen terendah dengan persentase sebesar 57,46 persen, dikuti kelompok pengeluaran 40 persen menengah sebesar 48,36 persen, dan kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi yaitu 35,76 persen. Adapun persentase tertinggi rumah tangga yang dikepalai laki-laki dengan anggota 1-2

orang yaitu pada kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi sebesar 26,02 persen, sedangkan persentase tertinggi rumah tangga dengan anggota tiga orang atau lebih yaitu pada kelompok 40 persen terendah sebesar 90,60 persen.

Tabel 3.3. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Status Perkawinan, 2015

Distribusi Pengeluaran

per Kapita Sebulan

Jenis Kelamin

KRT

Status Perkawinan Jumlah Belum

Kawin Kawin Cerai Hidup

Cerai Mati

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan 40 % rendah Perempuan 2,07 10,66 15,52 71,74 100,00 Laki-laki 0,63 95,45 0,94 2,97 100,0040 % menengah Perempuan 7,97 8,86 14,39 68,78 100,00 Laki-laki 1,98 93,55 1,13 3,34 100,0020 % tinggi Perempuan 28,30 8,97 12,06 50,68 100,00

Laki-laki 9,21 85,82 1,87 3,10 100,00Perdesaan 40 % rendah Perempuan 2,38 11,48 14,21 71,93 100,00 Laki-laki 0,62 96,08 0,60 2,70 100,0040 % menengah Perempuan 2,31 11,09 14,43 72,18 100,00 Laki-laki 0,76 95,20 1,01 3,03 100,0020 % tinggi Perempuan 3,79 12,87 14,74 68,60 100,00

Laki-laki 2,24 91,85 1,92 3,99 100,00Perkotaan + Perdesaan 40 % rendah Perempuan 2,16 11,07 14,67 72,09 100,00 Laki-laki 0,62 95,81 0,78 2,80 100,0040 % menengah Perempuan 3,68 10,41 14,71 71,20 100,00 Laki-laki 1,11 94,58 1,08 3,23 100,0020 % tinggi Perempuan 20,11 9,91 13,04 56,94 100,00

Laki-laki 6,24 88,34 1,88 3,54 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201544

Menurut daerah tempat tinggal, kepala rumah tangga perempuan dengan anggota 1-2 orang pada semua kelompok distribusi pengeluaran, persentasenya lebih tinggi yang tinggal di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Sebaliknya pada anggota 3 orang atau lebih, persentase yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Adapun persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki dengan anggota 1-2 orang pada kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi, lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan, sedangkan pada kelompok 40 persen rendah dan 40 persen menengah lebih tinggi di perdesaan daripada di perkotaan (Tabel 3.4).

Tabel 3.4. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2015

Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan

Perempuan Laki-laki

1-2 3+ 1-2 3+

(1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan

40 % rendah 37,16 62,84 7,90 92,10

40 % menengah 48,03 51,97 13,40 86,60

20 % tinggi 66,04 33,96 28,58 71,42

Perdesaan

40 % rendah 44,04 55,96 10,09 89,91

40 % menengah 56,51 43,49 13,46 86,54

20 % tinggi 66,33 33,67 23,89 76,11

Perkotaan + Perdesaan

40 % rendah 42,54 57,46 9,40 90,60

40 % menengah 51,64 48,36 13,33 86,67

20 % tinggi 64,24 35,76 26,02 73,98

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2008: 25). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa hampir dari seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa mereka telah melakukan proses pendidikan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia dilasanakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Ketiga jalur tersebut bersinergi untuk peningkatan kualitas pendidikan dengan melibatkan masyarakat. Keterlibatan pemerintah lebih banyak pada jalur pendidikan formal dan non formal, sedangkan keterlibatan masyarakat lebih banyak pada jalur informal.

Pemerintah memberikan kesempatan untuk menikmati pendidikan dilakukan dengan berbagai program pembangunan di bidang pendidikan, antara lain Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang memberikan pembiayaan gratis pendidikan untuk seluruh siswa SD dan SMP dan Program Indonesia Pintar (PIP) yang memberikan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 45

Menurut daerah tempat tinggal, kepala rumah tangga perempuan dengan anggota 1-2 orang pada semua kelompok distribusi pengeluaran, persentasenya lebih tinggi yang tinggal di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Sebaliknya pada anggota 3 orang atau lebih, persentase yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Adapun persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki dengan anggota 1-2 orang pada kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi, lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan, sedangkan pada kelompok 40 persen rendah dan 40 persen menengah lebih tinggi di perdesaan daripada di perkotaan (Tabel 3.4).

Tabel 3.4. Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga, 2015

Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan

Perempuan Laki-laki

1-2 3+ 1-2 3+

(1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan

40 % rendah 37,16 62,84 7,90 92,10

40 % menengah 48,03 51,97 13,40 86,60

20 % tinggi 66,04 33,96 28,58 71,42

Perdesaan

40 % rendah 44,04 55,96 10,09 89,91

40 % menengah 56,51 43,49 13,46 86,54

20 % tinggi 66,33 33,67 23,89 76,11

Perkotaan + Perdesaan

40 % rendah 42,54 57,46 9,40 90,60

40 % menengah 51,64 48,36 13,33 86,67

20 % tinggi 64,24 35,76 26,02 73,98

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2008: 25). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa hampir dari seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa mereka telah melakukan proses pendidikan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia dilasanakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Ketiga jalur tersebut bersinergi untuk peningkatan kualitas pendidikan dengan melibatkan masyarakat. Keterlibatan pemerintah lebih banyak pada jalur pendidikan formal dan non formal, sedangkan keterlibatan masyarakat lebih banyak pada jalur informal.

Pemerintah memberikan kesempatan untuk menikmati pendidikan dilakukan dengan berbagai program pembangunan di bidang pendidikan, antara lain Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang memberikan pembiayaan gratis pendidikan untuk seluruh siswa SD dan SMP dan Program Indonesia Pintar (PIP) yang memberikan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201546

kemudahan untuk bersekolah bagi siswa miskin dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP). Selain itu pemerintah juga berusaha meningkatkan kualitas, kompetensi dan proesionalisme tenaga pendidik, memperbaiki kurikulum pendidikan, memperbaiki akses masyarakat ke fasilitas pendidikan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Pendidikan Nasional (SPN). Semua program pembangunan bidang pendidikan tercakup dalam Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005-2025, yaitu menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.

UNESCO menegaskan bahwa pendidikan merupakan hak semua manusia (Pendidikan untuk semua-Education For All) dan berlangsung seumur hidup (Long Life Education), dan tercakup dalam Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pemerintah berusaha agar pendidikan dapat dinikmati oleh semua warga Indonesia dan berlangsung seumur hidup, sesuai dengan tujuan pembangunan yang telah disepakati. Kesempatan tersebut diberikan kepada semua lapisan masyarakat, laki-laki perempuan dan kaya miskin.

Program pembangunan bidang pendidikan yang memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak tercermin dari beberapa indikator pendidikan yang digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pembangunan di bidang pendidikan. Indikator yang digunakan untuk memantau program pembangunan tersebut antara lain indikator proses, output, dan impak, seperti angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, angka putus sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan rata-rata lama sekolah. Masing-masing indikator diagregasi menurut jenis kelamin dan tipe daerah.

4.1 Angka Melek Huruf Melek huruf merupakan salah satu kemampuan dasar yang wajib

dimiliki untuk dapat menyerap informasi dan pengetahuan. Kemampuan membaca dan menulis tidak hanya huruf latin tetapi juga huruf arab, dan huruf lainnya karena informasi dan pengetahuan yang berkembang sekarang tidak hanya tersedia dalam huruf latin tetapi juga berbagai huruf lainnya. Indikator yang mengukur kemampuan masyarakat untuk membaca dan menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya adalah angka melek huruf, dan didefinisikan sebagai persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya. Semakin tinggi angka melek huruf mengindikasikan semakin banyak penduduk yang memiliki kemampuan membaca dan menulis.

Angka melek huruf penduduk berumur 15 tahun ke atas tahun 2015 digambarkan dalam Gambar 4.1. Secara nasional, angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas masih lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas, berturut-turut 93,34 persen dan 97,11 persen. Pola tersebut juga terlihat di perkotaan dan di perdesaan, masing-masing sebesar 96,22 persen berbanding 98,63 persen, dan 90,32 persen dibandingkan 95,51 persen, serta memperlihatkan kesenjangan kemampuan membaca dan menulis penduduk perempuan dan laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang lebih besar di perdesaan dibandingkan di perkotaan.

Hampir seluruh provinsi memperlihatkan pola yang sama yaitu angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas, kecuali Gorontalo yang menunjukkan angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas (98,45 persen) lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas (98,02 persen). Propinsi dengan angka melek huruf tertinggi untuk penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas adalah Sulawesi Utara diikuti oleh

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 47

kemudahan untuk bersekolah bagi siswa miskin dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP). Selain itu pemerintah juga berusaha meningkatkan kualitas, kompetensi dan proesionalisme tenaga pendidik, memperbaiki kurikulum pendidikan, memperbaiki akses masyarakat ke fasilitas pendidikan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Pendidikan Nasional (SPN). Semua program pembangunan bidang pendidikan tercakup dalam Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005-2025, yaitu menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.

UNESCO menegaskan bahwa pendidikan merupakan hak semua manusia (Pendidikan untuk semua-Education For All) dan berlangsung seumur hidup (Long Life Education), dan tercakup dalam Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pemerintah berusaha agar pendidikan dapat dinikmati oleh semua warga Indonesia dan berlangsung seumur hidup, sesuai dengan tujuan pembangunan yang telah disepakati. Kesempatan tersebut diberikan kepada semua lapisan masyarakat, laki-laki perempuan dan kaya miskin.

Program pembangunan bidang pendidikan yang memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak tercermin dari beberapa indikator pendidikan yang digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pembangunan di bidang pendidikan. Indikator yang digunakan untuk memantau program pembangunan tersebut antara lain indikator proses, output, dan impak, seperti angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, angka putus sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan rata-rata lama sekolah. Masing-masing indikator diagregasi menurut jenis kelamin dan tipe daerah.

4.1 Angka Melek Huruf Melek huruf merupakan salah satu kemampuan dasar yang wajib

dimiliki untuk dapat menyerap informasi dan pengetahuan. Kemampuan membaca dan menulis tidak hanya huruf latin tetapi juga huruf arab, dan huruf lainnya karena informasi dan pengetahuan yang berkembang sekarang tidak hanya tersedia dalam huruf latin tetapi juga berbagai huruf lainnya. Indikator yang mengukur kemampuan masyarakat untuk membaca dan menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya adalah angka melek huruf, dan didefinisikan sebagai persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya. Semakin tinggi angka melek huruf mengindikasikan semakin banyak penduduk yang memiliki kemampuan membaca dan menulis.

Angka melek huruf penduduk berumur 15 tahun ke atas tahun 2015 digambarkan dalam Gambar 4.1. Secara nasional, angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas masih lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas, berturut-turut 93,34 persen dan 97,11 persen. Pola tersebut juga terlihat di perkotaan dan di perdesaan, masing-masing sebesar 96,22 persen berbanding 98,63 persen, dan 90,32 persen dibandingkan 95,51 persen, serta memperlihatkan kesenjangan kemampuan membaca dan menulis penduduk perempuan dan laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang lebih besar di perdesaan dibandingkan di perkotaan.

Hampir seluruh provinsi memperlihatkan pola yang sama yaitu angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas, kecuali Gorontalo yang menunjukkan angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas (98,45 persen) lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas (98,02 persen). Propinsi dengan angka melek huruf tertinggi untuk penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas adalah Sulawesi Utara diikuti oleh

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201548

DKI Jakarta dan Kepulauan Riau, masing-masing sebesar 99,56 persen, 99,33 persen, dan 98,53 persen. Sedangkan yang terendah adalah Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur, berturut turut 65,70 persen, 83,50 persen, dan 88,17 persen (Lampiran Tabel 4.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Selama lima tahun terakhir (2011-2015) ada kecenderungan kenaikan persentase perempuan berumur lima tahun ke atas yang melek huruf lebih besar dibanding laki-laki. Antara tahun 2011 dan 2015, kenaikan persentase perempuan sekitar 3,27 persen sedangkan laki-laki hanya sekitar 1,52 persen. Kenaikan terbesar persentase perempuan yang melek huruf terjadi antara tahun 2012 sampai dengan 2014, sedangkan pada tahun 2014-2015 terjadi sedikit penurunan dari 93,45 persen menjadi 93,34 persen.

Perkotaan Perdesaan K + D

22

0 32

3 34

3

5 5111

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15-24 tahun secara nasional sudah tinggi, sekitar 99,67 persen, dengan distribusi di perkotaan dan di perdesaan masing-masing sebesar 99,94 persen dan 99,29 persen. Walaupun demikian, capaian tersebut masih di bawah angka melek huruf penduduk laki-laki berumur 15-24 tahun di perkotaan dan di perdesaan. Kesenjangan terbesar angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15-24 tahun dibanding penduduk laki-laki berumur 15-24 tahun terjadi di perdesaan.

Angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15-24 tahun di beberapa provinsi telah mencapai 100 persen, yaitu DI Aceh, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur. Provinsi dengan capaian paling rendah adalah Papua dengan capaian sekitar 83,72 persen. Walaupun hanya lima provinsi yang mencapai target angka melek huruf penduduk berumur 15-24 tahun, sekitar 16 provinsi memiliki capaian yang sama atau melebihi capaian penduduk laki-laki.

0 0 0 21 40

3 45 3 34

5 5 5 4 11

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 49

DKI Jakarta dan Kepulauan Riau, masing-masing sebesar 99,56 persen, 99,33 persen, dan 98,53 persen. Sedangkan yang terendah adalah Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur, berturut turut 65,70 persen, 83,50 persen, dan 88,17 persen (Lampiran Tabel 4.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Selama lima tahun terakhir (2011-2015) ada kecenderungan kenaikan persentase perempuan berumur lima tahun ke atas yang melek huruf lebih besar dibanding laki-laki. Antara tahun 2011 dan 2015, kenaikan persentase perempuan sekitar 3,27 persen sedangkan laki-laki hanya sekitar 1,52 persen. Kenaikan terbesar persentase perempuan yang melek huruf terjadi antara tahun 2012 sampai dengan 2014, sedangkan pada tahun 2014-2015 terjadi sedikit penurunan dari 93,45 persen menjadi 93,34 persen.

Perkotaan Perdesaan K + D

22

0 32

3 34

3

5 5111

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15-24 tahun secara nasional sudah tinggi, sekitar 99,67 persen, dengan distribusi di perkotaan dan di perdesaan masing-masing sebesar 99,94 persen dan 99,29 persen. Walaupun demikian, capaian tersebut masih di bawah angka melek huruf penduduk laki-laki berumur 15-24 tahun di perkotaan dan di perdesaan. Kesenjangan terbesar angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15-24 tahun dibanding penduduk laki-laki berumur 15-24 tahun terjadi di perdesaan.

Angka melek huruf penduduk perempuan berumur 15-24 tahun di beberapa provinsi telah mencapai 100 persen, yaitu DI Aceh, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur. Provinsi dengan capaian paling rendah adalah Papua dengan capaian sekitar 83,72 persen. Walaupun hanya lima provinsi yang mencapai target angka melek huruf penduduk berumur 15-24 tahun, sekitar 16 provinsi memiliki capaian yang sama atau melebihi capaian penduduk laki-laki.

0 0 0 21 40

3 45 3 34

5 5 5 4 11

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201550

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15-24 Tahun yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang melek huruf antara tahun 2011-2015 cenderung terus meningkat. Peningkatan terbesar terjadi antara tahun 2011-2014, sedangkan antara tahun 2014-2015 cenderung menurun. Tahun 2013 dan tahun 2015, persentase penduduk perempuan berumur 15-24 tahun yang melek huruf hampir sama dengan laki-laki, yaitu sekitar 99,49 persen dan 99,68 persen berbanding dengan 99,50 persen dan 99,68 persen. Sedangkan pada tahun 2015, persentase perempuan berumur 15-24 tahun yang melek huruf cenderung menurun, sedangkan laki-laki cenderung meningkat.

Perkotaan Perdesaan K + D

4

2

4

42

0

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.4. Persentase Penduduk Berumur 15-24 Tahun yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Penduduk perempuan berumur 60 tahun ke atas yang melek huruf hanya sekitar 67,6 persen, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase penduduk laki-laki berumur 60 tahun ke atas yang melek huruf dan mencapai sekitar 86,21 persen. Kesenjangan ini semakin terlihat di perdesaan dengan perbandingan 59,02 persen berbanding 81,46 persen. Provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau merupakan tiga provinsi yang memiliki angka melek huruf penduduk perempuan berumur 60 tahun ke atas yang terbesar, berturut-turut 99,08 persen, 97,52 persen, dan 93,07 persen. Sedangkan Nusa Tenggara Barat merupakan yang paling rendah, hanya sekitar 31,68 persen.

5

03

4

4

0

0

500

2011 2012 2013 2014 2015Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 51

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15-24 Tahun yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang melek huruf antara tahun 2011-2015 cenderung terus meningkat. Peningkatan terbesar terjadi antara tahun 2011-2014, sedangkan antara tahun 2014-2015 cenderung menurun. Tahun 2013 dan tahun 2015, persentase penduduk perempuan berumur 15-24 tahun yang melek huruf hampir sama dengan laki-laki, yaitu sekitar 99,49 persen dan 99,68 persen berbanding dengan 99,50 persen dan 99,68 persen. Sedangkan pada tahun 2015, persentase perempuan berumur 15-24 tahun yang melek huruf cenderung menurun, sedangkan laki-laki cenderung meningkat.

Perkotaan Perdesaan K + D

4

2

4

42

0

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.4. Persentase Penduduk Berumur 15-24 Tahun yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Penduduk perempuan berumur 60 tahun ke atas yang melek huruf hanya sekitar 67,6 persen, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase penduduk laki-laki berumur 60 tahun ke atas yang melek huruf dan mencapai sekitar 86,21 persen. Kesenjangan ini semakin terlihat di perdesaan dengan perbandingan 59,02 persen berbanding 81,46 persen. Provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau merupakan tiga provinsi yang memiliki angka melek huruf penduduk perempuan berumur 60 tahun ke atas yang terbesar, berturut-turut 99,08 persen, 97,52 persen, dan 93,07 persen. Sedangkan Nusa Tenggara Barat merupakan yang paling rendah, hanya sekitar 31,68 persen.

5

03

4

4

0

0

500

2011 2012 2013 2014 2015Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201552

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.5. Persentase Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

4.2 Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator proses

yang memberikan gambaran mengenai tingkat keikutsertaan penduduk untuk bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Indikator ini juga memperlihatkan kapasitas fasilitas pendidikan terhadap jumlah penduduk pada umur sekolah. Selain itu, indikator partisipasi sekolah bisa memberikan indikasi adanya fenomena penduduk yang terlambat dan atau terlalu cepat memasuki jenjang pendidikan tertentu.

4.2.1 Angka Partisipasi Kasar

Angka partisipasi kasar (APK) adalah persentase penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu tanpa memperhatikan umur penduduk. Indikator ini dapat memperlihatkan adanya penduduk yang terlalu cepat bersekolah atau terlambat memasuki jenjang

Perkotaan Perdesaan K + D

5

5 02

1 31 4 21

Perempuan Laki-laki

pendidikan tertentu. Fenomena ini dapat diakibatkan oleh besarnya antusiasme orang tua untuk menyekolahkan anaknya atau rendahnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya sesuai dengan umur anak-anak. Selain itu, juga dapat menunjukkan bahwa suatu wilayah mampu menampung penduduk umur sekolah melebihi target yang sesungguhnya jika nilai APK melebihi 100 persen.

APK SD sampai dengan PT perempuan secara nasional masing-masing sebesar 110,09 persen, 92,15 persen, 79,7 persen, dan 22,63 persen. Pola APK menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan juga terjadi pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi jenjang pendidikan semakin sedikit akses masyarakat ke fasilitas pendidikan dan semakin mahal biaya pendidikan. APK SD menunjukkan hampir seluruh penduduk kelompok umur 7-12 tahun sudah bersekolah dan adanya siswa yang bersekolah tidak sesuai dengan umur yang disyaratkan dalam sistem pendidikan nasional. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP sampai dengan PT menunjukkan fenomena lebih banyak penduduk kelompok umur 13-24 tahun yang tidak bersekolah dibandingkan penduduk yang terlalu cepat bersekolah atau terlalu lambat masuk sekolah.

Menurut jenis kelamin, APK SD menunjukkan pola yang berbeda dengan APK pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. APK SD perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 110,09 persen berbanding 110,88 persen. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP, SM dan PT, APK perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki masing-masing sebesar 92,15 persen berbanding 90,22 persen, 77,97 persen berbanding 76,40 persen, dan 22,63 persen berbanding 19,20 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 53

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.5. Persentase Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

4.2 Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator proses

yang memberikan gambaran mengenai tingkat keikutsertaan penduduk untuk bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Indikator ini juga memperlihatkan kapasitas fasilitas pendidikan terhadap jumlah penduduk pada umur sekolah. Selain itu, indikator partisipasi sekolah bisa memberikan indikasi adanya fenomena penduduk yang terlambat dan atau terlalu cepat memasuki jenjang pendidikan tertentu.

4.2.1 Angka Partisipasi Kasar

Angka partisipasi kasar (APK) adalah persentase penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu tanpa memperhatikan umur penduduk. Indikator ini dapat memperlihatkan adanya penduduk yang terlalu cepat bersekolah atau terlambat memasuki jenjang

Perkotaan Perdesaan K + D

5

5 02

1 31 4 21

Perempuan Laki-laki

pendidikan tertentu. Fenomena ini dapat diakibatkan oleh besarnya antusiasme orang tua untuk menyekolahkan anaknya atau rendahnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya sesuai dengan umur anak-anak. Selain itu, juga dapat menunjukkan bahwa suatu wilayah mampu menampung penduduk umur sekolah melebihi target yang sesungguhnya jika nilai APK melebihi 100 persen.

APK SD sampai dengan PT perempuan secara nasional masing-masing sebesar 110,09 persen, 92,15 persen, 79,7 persen, dan 22,63 persen. Pola APK menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan juga terjadi pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi jenjang pendidikan semakin sedikit akses masyarakat ke fasilitas pendidikan dan semakin mahal biaya pendidikan. APK SD menunjukkan hampir seluruh penduduk kelompok umur 7-12 tahun sudah bersekolah dan adanya siswa yang bersekolah tidak sesuai dengan umur yang disyaratkan dalam sistem pendidikan nasional. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP sampai dengan PT menunjukkan fenomena lebih banyak penduduk kelompok umur 13-24 tahun yang tidak bersekolah dibandingkan penduduk yang terlalu cepat bersekolah atau terlalu lambat masuk sekolah.

Menurut jenis kelamin, APK SD menunjukkan pola yang berbeda dengan APK pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. APK SD perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 110,09 persen berbanding 110,88 persen. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP, SM dan PT, APK perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki masing-masing sebesar 92,15 persen berbanding 90,22 persen, 77,97 persen berbanding 76,40 persen, dan 22,63 persen berbanding 19,20 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201554

Tabel 4.1. APK menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal

Jenis Kelamin SD SMP SM PT

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perkotaan Perempuan 107,99 93,78 87,57 31,47

Laki-Laki 108,63 92,59 83,46 27,28

Perdesaan Perempuan 112,06 90,68 71,32 11,84

Laki-Laki 112,97 88,04 69,26 9,52

K + D Perempuan 110,09 92,15 79,77 22,63

Laki-Laki 110,88 90,22 76,40 19,20

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

APK SD perempuan antara tahun 2011-2015 sudah melebihi 100 persen, yang menunjukkan masih adanya perempuan yang bersekolah tidak sesuai dengan umur sekolah, hal ini disebabkan oleh terlalu cepat bersekolah atau karena terlambat masuk sekolah. Antara tahun 2011-2013 ada kecenderungan APK SMP perempuan menurun tetapi kembali meningkat pada tahun 2014-2015. Sedangkan APK SMA perempuan cenderung meningkat dari 65,69 persen tahun 2011 menjadi 79,77 persen di tahun 2015. Tahun 2015 APK PT perempuan menurun menjadi 22,63 persen setelah antara tahun 2011-2014 cenderung meningkat dari 17,05 persen menjadi 26,30 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4. 6. Angka Partisipasi Kasar (APK) Perempuan menurut Jenjang Pendidikan, 2011-2015

4.2.2 Angka Partisipasi Murni

Angka partisipasi murni (APM) adalah persentase penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan umurnya. APM memberikan indikasi keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan yang disusun dengan memanfaatkan fasilitas pendidikan pada setiap jenjang pendidikan sesuai dengan umur sekolahnya. APM yang bernilai 100 persen menunjukkan seluruh anak umur sekolah dapat bersekolah tepat waktu.

101 104 10 10 21 10 35 110 0

1 44 1 00 50 0 2 15

5 0 214 50

1 05 1 323 2 30 22 3

2011 2012 2013 2014 2015SD SMP SM PT

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 55

Tabel 4.1. APK menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal

Jenis Kelamin SD SMP SM PT

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perkotaan Perempuan 107,99 93,78 87,57 31,47

Laki-Laki 108,63 92,59 83,46 27,28

Perdesaan Perempuan 112,06 90,68 71,32 11,84

Laki-Laki 112,97 88,04 69,26 9,52

K + D Perempuan 110,09 92,15 79,77 22,63

Laki-Laki 110,88 90,22 76,40 19,20

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

APK SD perempuan antara tahun 2011-2015 sudah melebihi 100 persen, yang menunjukkan masih adanya perempuan yang bersekolah tidak sesuai dengan umur sekolah, hal ini disebabkan oleh terlalu cepat bersekolah atau karena terlambat masuk sekolah. Antara tahun 2011-2013 ada kecenderungan APK SMP perempuan menurun tetapi kembali meningkat pada tahun 2014-2015. Sedangkan APK SMA perempuan cenderung meningkat dari 65,69 persen tahun 2011 menjadi 79,77 persen di tahun 2015. Tahun 2015 APK PT perempuan menurun menjadi 22,63 persen setelah antara tahun 2011-2014 cenderung meningkat dari 17,05 persen menjadi 26,30 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4. 6. Angka Partisipasi Kasar (APK) Perempuan menurut Jenjang Pendidikan, 2011-2015

4.2.2 Angka Partisipasi Murni

Angka partisipasi murni (APM) adalah persentase penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan umurnya. APM memberikan indikasi keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan yang disusun dengan memanfaatkan fasilitas pendidikan pada setiap jenjang pendidikan sesuai dengan umur sekolahnya. APM yang bernilai 100 persen menunjukkan seluruh anak umur sekolah dapat bersekolah tepat waktu.

101 104 10 10 21 10 35 110 0

1 44 1 00 50 0 2 15

5 0 214 50

1 05 1 323 2 30 22 3

2011 2012 2013 2014 2015SD SMP SM PT

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201556

Tabel 4.2. APM menurut Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal

Jenis Kelamin SD SMP SM PT

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perkotaan Perempuan 96,86 81,80 66,68 26,86

Laki-Laki 96,45 79,50 64,88 22,54

Perdesaan Perempuan 96,87 77,49 54,37 9,62

Laki-Laki 96,64 73,07 52,52 7,36

K + D Perempuan 96,86 79,54 60,77 19,09

Laki-Laki 96,55 76,16 58,74 15,63

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

APM tahun 2015 memiliki pola yang hampir sama dengan APK. APM SD perempuan sekitar 96,86 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan APM SD laki-laki yang sekitar 96,55 persen. Hal yang sama terjadi pada setiap jenjang pendidikan, APM perempuan lebih tinggi dibandingkan APM laki-laki. APM SMP perempuan sekitar 79,54 persen dibandingkan 76,16 persen, APM SM 60,77 persen berbanding 58,74 persen, dan APM PT 19,09 persen berbanding 15,63 persen. Pola yang sama terjadi di perkotaan dan di perdesaan, hanya saja kesenjangan yang terjadi lebih besar di perdesaan dibandingkan di perkotaan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.7. Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan menurut Jenjang Pendidikan, 2011-2015

APM perempuan secara umum mengalami peningkatan pada setiap jenjang pendidikan antara tahun 2011-2015. APM SD perempuan mengalami peningkatan dari 90,37 persen pada tahun 2011 menjadi 96,42 persen pada tahun 2015, demikian pula dengan APM SMA perempuan. Sedangkan APM SMP dan APM PT walau mengalami peningkatan tetapi sedikit menurun di tahun 2015. Capaian tertinggi pada tahun 2014, APM SMP perempuan mencapai 79,21 persen dan sedikit menurun pada tahun 2015, sedangkan APM PT perempuan mencapai 20,60 persen pada tahun 2014 dan menurun pada tahun 2015 dengan capaian sekitar 19,09 persen.

0 3 2 40 5 41 20 42

1 2 22 5 2 21 1

4 1 51 2 54 405 3 0 55

11 14 011 52 20 0 1 0

2011 2012 2013 2014 2015SD SMP SM PT

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 57

Tabel 4.2. APM menurut Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal

Jenis Kelamin SD SMP SM PT

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perkotaan Perempuan 96,86 81,80 66,68 26,86

Laki-Laki 96,45 79,50 64,88 22,54

Perdesaan Perempuan 96,87 77,49 54,37 9,62

Laki-Laki 96,64 73,07 52,52 7,36

K + D Perempuan 96,86 79,54 60,77 19,09

Laki-Laki 96,55 76,16 58,74 15,63

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

APM tahun 2015 memiliki pola yang hampir sama dengan APK. APM SD perempuan sekitar 96,86 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan APM SD laki-laki yang sekitar 96,55 persen. Hal yang sama terjadi pada setiap jenjang pendidikan, APM perempuan lebih tinggi dibandingkan APM laki-laki. APM SMP perempuan sekitar 79,54 persen dibandingkan 76,16 persen, APM SM 60,77 persen berbanding 58,74 persen, dan APM PT 19,09 persen berbanding 15,63 persen. Pola yang sama terjadi di perkotaan dan di perdesaan, hanya saja kesenjangan yang terjadi lebih besar di perdesaan dibandingkan di perkotaan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.7. Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan menurut Jenjang Pendidikan, 2011-2015

APM perempuan secara umum mengalami peningkatan pada setiap jenjang pendidikan antara tahun 2011-2015. APM SD perempuan mengalami peningkatan dari 90,37 persen pada tahun 2011 menjadi 96,42 persen pada tahun 2015, demikian pula dengan APM SMA perempuan. Sedangkan APM SMP dan APM PT walau mengalami peningkatan tetapi sedikit menurun di tahun 2015. Capaian tertinggi pada tahun 2014, APM SMP perempuan mencapai 79,21 persen dan sedikit menurun pada tahun 2015, sedangkan APM PT perempuan mencapai 20,60 persen pada tahun 2014 dan menurun pada tahun 2015 dengan capaian sekitar 19,09 persen.

0 3 2 40 5 41 20 42

1 2 22 5 2 21 1

4 1 51 2 54 405 3 0 55

11 14 011 52 20 0 1 0

2011 2012 2013 2014 2015SD SMP SM PT

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201558

4.3 Angka Putus Sekolah Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa

dari suatu lembaga pendidikan tempat belajar. Artinya adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai (Musfiqon, 2007: 19). Pemerintah telah berusaha menanggulangi masalah putus sekolah dengan memberikan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Meskipun usaha telah dilakukan pemerintah namun kasus anak putus sekolah tetap masih ada, hal ini disebabkan antara lain terbatasnya jumlah sekolah yang ada, faktor sosial/masyarakat, pengeluaran perkapita suatu daerah, dan jumlah anak dalam keluarga.

Angka Putus Sekolah (APtS) adalah proporsi anak menurut kelompok umur sekolah yang tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan jenjang pendidikan tertentu. APtS juga biasa disebut angka Drop Out (DO). APtS dapat digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang pendidikan. Semakin tinggi APtS menggambarkan kondisi pendidikan yang tidak baik dan tidak merata.

Putus sekolah dapat terjadi pada setiap tingkat/kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Putus sekolah yang terjadi pada tingkat/kelas terakhir dari suatu jenjang pendidikan disebut putus lanjut. Sedangkan putus lanjut yang tidak terjadi pada tingkat/kelas terakhir dari suatu jenjang pendidikan disebut dengan putus sekolah atau Drop Out. APtS dapat diagregasi menurut kelas pada setiap jenjang pendidikan. AptS yang dibahas pada publikasi ini adalah angka putus lanjut dan angka DO.

Sumber : BPS RI - Susenas, 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.8. Angka Putus Lanjut menurut Jenis Kelamin dan Kelas Terakhir pada Setiap Jenjang Pendidikan, 2015

Angka putus lanjut perempuan lebih besar dibanding laki-laki pada Kelas 6 dan Kelas 9, masing-masing sebesar 19,78 persen berbanding 16,35 persen, dan 42,13 persen berbanding 33,51 persen. Sedangkan pada Kelas 12, angka putus lanjut perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu 69,43 persen berbanding 77,74 persen. Kecenderungan lebih tingginya angka putus lanjut perempuan dibandingkan laki-laki pada Kelas 6 dan Kelas 9 disebabkan adanya anggapan bahwa perempuan sudah cukup pendidikannya setelah menamatkan jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP).

Berdasarkan provinsi, angka putus lanjut perempuan di kelas 6 SD berkisar antara 2,70 persen sampai dengan 28,64 persen, yang terendah di DI Yogyakarta dan yang tertinggi di Jawa Barat. Sedangkan untuk

Kelas 6 Kelas 9 Kelas 12

1

42 13

43

1 35

33 51

4

1

3

3 22

Perempuan Laki-laki L + P

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 59

4.3 Angka Putus Sekolah Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa

dari suatu lembaga pendidikan tempat belajar. Artinya adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai (Musfiqon, 2007: 19). Pemerintah telah berusaha menanggulangi masalah putus sekolah dengan memberikan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Meskipun usaha telah dilakukan pemerintah namun kasus anak putus sekolah tetap masih ada, hal ini disebabkan antara lain terbatasnya jumlah sekolah yang ada, faktor sosial/masyarakat, pengeluaran perkapita suatu daerah, dan jumlah anak dalam keluarga.

Angka Putus Sekolah (APtS) adalah proporsi anak menurut kelompok umur sekolah yang tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan jenjang pendidikan tertentu. APtS juga biasa disebut angka Drop Out (DO). APtS dapat digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang pendidikan. Semakin tinggi APtS menggambarkan kondisi pendidikan yang tidak baik dan tidak merata.

Putus sekolah dapat terjadi pada setiap tingkat/kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Putus sekolah yang terjadi pada tingkat/kelas terakhir dari suatu jenjang pendidikan disebut putus lanjut. Sedangkan putus lanjut yang tidak terjadi pada tingkat/kelas terakhir dari suatu jenjang pendidikan disebut dengan putus sekolah atau Drop Out. APtS dapat diagregasi menurut kelas pada setiap jenjang pendidikan. AptS yang dibahas pada publikasi ini adalah angka putus lanjut dan angka DO.

Sumber : BPS RI - Susenas, 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.8. Angka Putus Lanjut menurut Jenis Kelamin dan Kelas Terakhir pada Setiap Jenjang Pendidikan, 2015

Angka putus lanjut perempuan lebih besar dibanding laki-laki pada Kelas 6 dan Kelas 9, masing-masing sebesar 19,78 persen berbanding 16,35 persen, dan 42,13 persen berbanding 33,51 persen. Sedangkan pada Kelas 12, angka putus lanjut perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu 69,43 persen berbanding 77,74 persen. Kecenderungan lebih tingginya angka putus lanjut perempuan dibandingkan laki-laki pada Kelas 6 dan Kelas 9 disebabkan adanya anggapan bahwa perempuan sudah cukup pendidikannya setelah menamatkan jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP).

Berdasarkan provinsi, angka putus lanjut perempuan di kelas 6 SD berkisar antara 2,70 persen sampai dengan 28,64 persen, yang terendah di DI Yogyakarta dan yang tertinggi di Jawa Barat. Sedangkan untuk

Kelas 6 Kelas 9 Kelas 12

1

42 13

43

1 35

33 51

4

1

3

3 22

Perempuan Laki-laki L + P

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201560

angka putus lanjut di kelas 3 SMP (kelas 9) yang terendah di Provinsi Kalimantan Timur dan yang tertinggi di Provinsi Jawa Timur

Gambar 4.8 memperlihatkan angka putus lanjut yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Angka putus lanjut di jenjang pendidikan SD sekitar 17,96 persen. Angka ini meningkat hampir tiga kali lipat pada jenjang pendidikan SMP yaitu sebesar 37,96 persen, dan pada jenjang pendidikan SM sekitar 73,22 persen. Angka putus lanjut pada kelas 12 (kelas 3 SM) sangat besar, hampir tiga dari empat penduduk tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan setelah menyelesaikan jenjang pendidikan SM, mereka lebih memilih bekerja atau mencari pekerjaan dibandingkan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Gambar 4.9 memperlihatkan angka DO yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Angka DO di jenjang pendidikan SD hanya sekitar 0,72 persen. Angka ini meningkat hampir tujuh kali lipat pada jenjang pendidikan SMP yaitu sebesar 4,76 persen, dan pada jenjang pendidikan SM sekitar 9,67 persen.

Menurut jenis kelamin, ada pola yang terjadi pada angka putus lanjut. Persentase perempuan yang DO pada jenjang pendidikan SD cenderung lebih kecil dibandingkan laki-laki. Hal yang sama terjadi pada jenjang pendidikan SMP dan SM, yaitu 3,93 persen berbanding 5,58 persen dan 6,05 persen berbanding 13,04 persen. Kecenderungan ini terjadi kemungkinan disebabkan laki-laki sudah harus bekerja setelah menamatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sumber : BPS RI - Susenas, 2015

Gambar 4.4. Persentase Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas

yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.9. Angka Drop Out (DO) menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2015

4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Indikator pendidikan yang menunjukkan impak dari

pembangunan bidang pendidikan adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau ijazah tertinggi yang dimiliki dan rata-rata lama sekolah. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah persentase penduduk yang berhasil menamatkan jenjang pendidikan tertinggi. Semakin besar persentase penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan tertinggi menunjukkan semakin baik sistem pendidikan yang dijalankan. Akses terhadap semua jenjang pendidikan terbuka untuk semua lapisan masyarakat.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk dapat melakukan migrasi vertikal yaitu berpindah dari suatu keadaan kesejahteraan ke keadaan kesejahteraan yang lebih baik, misalkan dari keadaan miskin

SD SMP SM

0

3 3

05

0

5 5

13 04

0 2

4

Perempuan Laki-laki L + P

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 61

angka putus lanjut di kelas 3 SMP (kelas 9) yang terendah di Provinsi Kalimantan Timur dan yang tertinggi di Provinsi Jawa Timur

Gambar 4.8 memperlihatkan angka putus lanjut yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Angka putus lanjut di jenjang pendidikan SD sekitar 17,96 persen. Angka ini meningkat hampir tiga kali lipat pada jenjang pendidikan SMP yaitu sebesar 37,96 persen, dan pada jenjang pendidikan SM sekitar 73,22 persen. Angka putus lanjut pada kelas 12 (kelas 3 SM) sangat besar, hampir tiga dari empat penduduk tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan setelah menyelesaikan jenjang pendidikan SM, mereka lebih memilih bekerja atau mencari pekerjaan dibandingkan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Gambar 4.9 memperlihatkan angka DO yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Angka DO di jenjang pendidikan SD hanya sekitar 0,72 persen. Angka ini meningkat hampir tujuh kali lipat pada jenjang pendidikan SMP yaitu sebesar 4,76 persen, dan pada jenjang pendidikan SM sekitar 9,67 persen.

Menurut jenis kelamin, ada pola yang terjadi pada angka putus lanjut. Persentase perempuan yang DO pada jenjang pendidikan SD cenderung lebih kecil dibandingkan laki-laki. Hal yang sama terjadi pada jenjang pendidikan SMP dan SM, yaitu 3,93 persen berbanding 5,58 persen dan 6,05 persen berbanding 13,04 persen. Kecenderungan ini terjadi kemungkinan disebabkan laki-laki sudah harus bekerja setelah menamatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sumber : BPS RI - Susenas, 2015

Gambar 4.4. Persentase Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas

yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.9. Angka Drop Out (DO) menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2015

4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Indikator pendidikan yang menunjukkan impak dari

pembangunan bidang pendidikan adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau ijazah tertinggi yang dimiliki dan rata-rata lama sekolah. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah persentase penduduk yang berhasil menamatkan jenjang pendidikan tertinggi. Semakin besar persentase penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan tertinggi menunjukkan semakin baik sistem pendidikan yang dijalankan. Akses terhadap semua jenjang pendidikan terbuka untuk semua lapisan masyarakat.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk dapat melakukan migrasi vertikal yaitu berpindah dari suatu keadaan kesejahteraan ke keadaan kesejahteraan yang lebih baik, misalkan dari keadaan miskin

SD SMP SM

0

3 3

05

0

5 5

13 04

0 2

4

Perempuan Laki-laki L + P

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201562

menjadi tidak miskin. Semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan akan mengakibatkan semakin mudah mencari pekerjaan yang lebih baik. Di sisi lain, untuk sebagian orang menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu merupakan upaya menunjukkan integritas dan upaya mendapatkan pengetahuan formal.

Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015

Tipe Wilayah

Jenis Kelamin

Tdk/ blm

pernah sekolah

Tdk Tamat

SD

SD/ MI/

Pkt A

SMP/ MTS/ Pkt B

SMA/ MA/

SMK/ Pkt C

PT

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Perkotaan Perempuan 4,88 9,47 22,02 21,48 30,34 11,80

Laki-laki 1,91 7,47 20,73 21,70 36,00 12,18

Perdesaan Perempuan 11,38 17,61 33,97 20,35 12,82 3,86

Laki-laki 5,62 16,31 35,03 22,22 17,25 3,58

K + D Perempuan 8,06 13,45 27,87 20,93 21,77 7,92

Laki-laki 3,72 11,79 27,71 21,95 26,85 7,98

L + P 5,90 12,62 27,79 21,44 24,30 7,95

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 4.3 memperlihatkan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 15 tahun ke atas. Secara umum, jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 15 tahun ke atas masih didominasi SD/Sederajat, sekitar 27,79 persen. Pola yang sama terlihat pada penduduk perempuan dan laki-laki, masing-masing sekitar 27,87 persen dan 27,71 persen. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang terbesar setelah SD/Sederajat adalah SM/Sederajat, SMP/sederajat, tidak tamat SD/Sederajat, PT, dan tidak/belum pernah sekolah.

Persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Secara keseluruhan, perempuan yang tidak/belum pernah sekolah lebih dari dua kali lipat dibandingkan laki-laki, 8,06 persen berbanding 3,76 persen. Persentase penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah terbesar di perdesaan (11,38 persen) dibandingkan di perkotaan (4,88 persen). Hal ini menunjukkan bahwa akses perempuan ke fasilitas sekolah lebih besar di perkotaan. Fasilitas pendidikan dasar yang lebih banyak di perkotaan, dan kesadaran orang tua, serta budaya dan adat istiadat di perdesaan yang membatasi perempuan untuk mengakses fasilitas pendidikan.

Pada jenjang pendidikan lainnya, ada kecenderungan laki-laki yang mampu menamatkan pendidikannya lebih besar dibandingkan perempuan. Hal yang sama terlihat baik di perkotaan maupun di perdesaan, kecuali pada jenjang pendidikan SD/Sederajat di perkotaan dimana perempuan yang menamatkan jenjang pendidikan tersebut lebih besar dibandingkan laki-laki.

Capaian pendidikan yang ditamatkan perempuan selama lima tahun, 2011-2015, menunjukkan belum adanya pergeseran yang signifikan seperti terlihat pada Gambar 4.10. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan masih didominasi oleh jenjang pendidikan SD/Sederajat, diikuti oleh jenjang pendidikan SM/Sederajat, SMP/Sederajat, dan PT. Sedangkan persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD masih besar, sekitar 23,29 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 63

menjadi tidak miskin. Semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan akan mengakibatkan semakin mudah mencari pekerjaan yang lebih baik. Di sisi lain, untuk sebagian orang menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu merupakan upaya menunjukkan integritas dan upaya mendapatkan pengetahuan formal.

Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2015

Tipe Wilayah

Jenis Kelamin

Tdk/ blm

pernah sekolah

Tdk Tamat

SD

SD/ MI/

Pkt A

SMP/ MTS/ Pkt B

SMA/ MA/

SMK/ Pkt C

PT

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Perkotaan Perempuan 4,88 9,47 22,02 21,48 30,34 11,80

Laki-laki 1,91 7,47 20,73 21,70 36,00 12,18

Perdesaan Perempuan 11,38 17,61 33,97 20,35 12,82 3,86

Laki-laki 5,62 16,31 35,03 22,22 17,25 3,58

K + D Perempuan 8,06 13,45 27,87 20,93 21,77 7,92

Laki-laki 3,72 11,79 27,71 21,95 26,85 7,98

L + P 5,90 12,62 27,79 21,44 24,30 7,95

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 4.3 memperlihatkan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 15 tahun ke atas. Secara umum, jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 15 tahun ke atas masih didominasi SD/Sederajat, sekitar 27,79 persen. Pola yang sama terlihat pada penduduk perempuan dan laki-laki, masing-masing sekitar 27,87 persen dan 27,71 persen. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang terbesar setelah SD/Sederajat adalah SM/Sederajat, SMP/sederajat, tidak tamat SD/Sederajat, PT, dan tidak/belum pernah sekolah.

Persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Secara keseluruhan, perempuan yang tidak/belum pernah sekolah lebih dari dua kali lipat dibandingkan laki-laki, 8,06 persen berbanding 3,76 persen. Persentase penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah terbesar di perdesaan (11,38 persen) dibandingkan di perkotaan (4,88 persen). Hal ini menunjukkan bahwa akses perempuan ke fasilitas sekolah lebih besar di perkotaan. Fasilitas pendidikan dasar yang lebih banyak di perkotaan, dan kesadaran orang tua, serta budaya dan adat istiadat di perdesaan yang membatasi perempuan untuk mengakses fasilitas pendidikan.

Pada jenjang pendidikan lainnya, ada kecenderungan laki-laki yang mampu menamatkan pendidikannya lebih besar dibandingkan perempuan. Hal yang sama terlihat baik di perkotaan maupun di perdesaan, kecuali pada jenjang pendidikan SD/Sederajat di perkotaan dimana perempuan yang menamatkan jenjang pendidikan tersebut lebih besar dibandingkan laki-laki.

Capaian pendidikan yang ditamatkan perempuan selama lima tahun, 2011-2015, menunjukkan belum adanya pergeseran yang signifikan seperti terlihat pada Gambar 4.10. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan masih didominasi oleh jenjang pendidikan SD/Sederajat, diikuti oleh jenjang pendidikan SM/Sederajat, SMP/Sederajat, dan PT. Sedangkan persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD masih besar, sekitar 23,29 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201564

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Keterangan : 1 = Tidak/belum pernah sekolah 2 = Tidak tamat SD 3 = Tamat SD 4 = Tamat SMP 5 = Tamat SMA 6 = Tamat PT

Gambar 4.10. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011- 2015

4.5 Rata-Rata Lama Sekolah

Indikator pendidikan yang termasuk indikator impak selain pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk umur 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal, tidak termasuk tahun yang mengulang. Indikator ini merupakan salah satu indikator penting karena termasuk dalam indikator untuk menghitung indikator komposit Human Development Index (HDI)/Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indikator ini untuk melihat kualitas hidup

15

15 14

2 1

20 02 21 5

4

1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014 2015

suatu negara selain angka harapan hidup dan pengeluaran konsumsi penduduk.

Sesuai dengan RPJMN, rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang menjadi target sebesar 8,8 tahun (Indonesia Education Strategic Plan 2015-2019) belum tercapai. Walaupun demikian, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan menetapkan beberapa program pembanguan bidang pendidikan yang mempercepat capaian rata-rata lama sekolah, salah satu program tersebut adalah Program Pendidikan Menengah Universal. Dengan program pendidikan ini, penduduk berumur 18 tahun ke atas diharapkan dapat menamatkan pendidikan minimal SM/Sederajat sehingga capaian rata-rata lama sekolah dapat mencapai minimal 13,05 tahun.

Capaian rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun ke atas baru mencapai 8,32 tahun atau sebagian besar penduduk berumur 15 tahun ke atas baru menamatkan jenjang pendidikan SD. Walaupun demikian capaian tersebut sedikit lagi mencapai pendidikan dasar (SD dan SMP), serta melampaui target pembangunan bidang pendidikan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Capaian angka rata-rata lama sekolah yang terendah di Provinsi Papua yang hanya sebesar 6,27 tahun dan yang tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (10,90 tahun).

Penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas memiliki rata-rata lama sekolah hanya sekitar 7,96 tahun, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 8,69 tahun. Rata-rata lama sekolah penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas yang tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (10,52 tahun) dan yang terendah di Provinsi Papua yang hanya mencapai 5,40 tahun yang berarti rata-rata penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Papua belum menamatkan pendidikan SD/Sederajat.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 65

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Keterangan : 1 = Tidak/belum pernah sekolah 2 = Tidak tamat SD 3 = Tamat SD 4 = Tamat SMP 5 = Tamat SMA 6 = Tamat PT

Gambar 4.10. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011- 2015

4.5 Rata-Rata Lama Sekolah

Indikator pendidikan yang termasuk indikator impak selain pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk umur 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal, tidak termasuk tahun yang mengulang. Indikator ini merupakan salah satu indikator penting karena termasuk dalam indikator untuk menghitung indikator komposit Human Development Index (HDI)/Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indikator ini untuk melihat kualitas hidup

15

15 14

2 1

20 02 21 5

4

1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014 2015

suatu negara selain angka harapan hidup dan pengeluaran konsumsi penduduk.

Sesuai dengan RPJMN, rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang menjadi target sebesar 8,8 tahun (Indonesia Education Strategic Plan 2015-2019) belum tercapai. Walaupun demikian, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan menetapkan beberapa program pembanguan bidang pendidikan yang mempercepat capaian rata-rata lama sekolah, salah satu program tersebut adalah Program Pendidikan Menengah Universal. Dengan program pendidikan ini, penduduk berumur 18 tahun ke atas diharapkan dapat menamatkan pendidikan minimal SM/Sederajat sehingga capaian rata-rata lama sekolah dapat mencapai minimal 13,05 tahun.

Capaian rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun ke atas baru mencapai 8,32 tahun atau sebagian besar penduduk berumur 15 tahun ke atas baru menamatkan jenjang pendidikan SD. Walaupun demikian capaian tersebut sedikit lagi mencapai pendidikan dasar (SD dan SMP), serta melampaui target pembangunan bidang pendidikan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Capaian angka rata-rata lama sekolah yang terendah di Provinsi Papua yang hanya sebesar 6,27 tahun dan yang tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (10,90 tahun).

Penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas memiliki rata-rata lama sekolah hanya sekitar 7,96 tahun, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 8,69 tahun. Rata-rata lama sekolah penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas yang tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (10,52 tahun) dan yang terendah di Provinsi Papua yang hanya mencapai 5,40 tahun yang berarti rata-rata penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Papua belum menamatkan pendidikan SD/Sederajat.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201566

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.11. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2015

Selama lima tahun terakhir, 2011-2015, rata-rata lama sekolah penduduk cenderung meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah penduduk perempuan 15 tahun ke atas meningkat sekitar 0,47 tahun, sedangkan penduduk laki-laki 15 tahun ke atas hanya sekitar 0,39 tahun. Peningkatan tersebut belum memadai karena rata-rata lama sekolah perempuan 15 tahun ke atas masih di bawah 8 tahun, berbeda dengan penduduk laki-laki yang sudah melebihi 8 tahun.

Perempuan Laki-laki L + P

32

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.12. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kelamin,2011-2015

41

00

3045 4

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 67

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 4.11. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2015

Selama lima tahun terakhir, 2011-2015, rata-rata lama sekolah penduduk cenderung meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah penduduk perempuan 15 tahun ke atas meningkat sekitar 0,47 tahun, sedangkan penduduk laki-laki 15 tahun ke atas hanya sekitar 0,39 tahun. Peningkatan tersebut belum memadai karena rata-rata lama sekolah perempuan 15 tahun ke atas masih di bawah 8 tahun, berbeda dengan penduduk laki-laki yang sudah melebihi 8 tahun.

Perempuan Laki-laki L + P

32

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 4.12. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kelamin,2011-2015

41

00

3045 4

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan jasmani, rohani, sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah melalui undang-undang tersebut berupaya meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia. Kesehatan dapat diukur berdasarkan indikator status kesehatan, seperti angka kesakitan (morbidity rates). Angka kesakitan adalah proporsi penduduk yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan dapat dilihat melalui perilaku apakah berobat, keluhan sakit, dan kalau berobat, dimana tempat berobatnya.

Pelayanan kesehatan dalam program Keluarga Berencana (KB) juga dijamin oleh pemerintah. Program KB memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif, dan fundamental dalam mewujudkan generasi yang sehat dan sejahtera. Menurut Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa KB adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Indikator yang digunakan meliputi persentase

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 69

KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan jasmani, rohani, sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah melalui undang-undang tersebut berupaya meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia. Kesehatan dapat diukur berdasarkan indikator status kesehatan, seperti angka kesakitan (morbidity rates). Angka kesakitan adalah proporsi penduduk yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan dapat dilihat melalui perilaku apakah berobat, keluhan sakit, dan kalau berobat, dimana tempat berobatnya.

Pelayanan kesehatan dalam program Keluarga Berencana (KB) juga dijamin oleh pemerintah. Program KB memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif, dan fundamental dalam mewujudkan generasi yang sehat dan sejahtera. Menurut Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa KB adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Indikator yang digunakan meliputi persentase

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201570

wanita usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB, persentase wanita usia subur yang pernah menggunakan alat/cara KB, dan jenis-jenis alat KB yang digunakan.

Dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai status kesehatan perempuan, akses ke pelayanan kesehatan, Keluarga Berencana, dan umur perkawinan pertama.

5.1 Status Kesehatan Kesehatan perempuan perlu mendapat perhatian karena

perempuan mempunyai peranan penting dalam melahirkan generasi yang berkualitas. Perempuan berperan mendidik anak dalam suatu keluarga, namun masih banyak perempuan yang kurang mendapat perhatian terutama di bidang kesehatan.

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan adalah keluhan kesehatan. Banyaknya kejadian keluhan kesehatan yang dialami pada dasarnya merupakan salah satu indikasi pola perilaku tidak sehat, antara lain adalah faktor kekurang pedulian dalam menjaga kesehatan, kebugaran tubuh, dan faktor keengganan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Secara nasional, persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan sehari-hari selama sebulan terakhir antara tahun 2011-2015 mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2014 dan tahun 2015. Menurut daerah tempat tinggal, persentase perempuan di perdesaan mengalami keluhan kesehatan hampir sama dengan di perkotaan, hingga tahun 2015 mencapai lebih dari 31 persen. Jika dibandingkan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih tinggi persentasenya mengalami keluhan kesehatan (Gambar 5.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.1. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-

2015

Perempuan yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir pada masing-masing provinsi, persentasenya bervariasi antara 17,34 persen sampai dengan 40,36 persen pada tahun 2015. Provinsi dengan persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir yang cukup tinggi adalah Kalimantan Selatan (40,36 persen), DI Yogyakarta (40,22 persen), dan Nusa Tenggara Timur (38,10 persen). Sebaliknya, persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir yang relatif rendah adalah Maluku Utara (17,34 persen), Maluku (18,23 persen), dan Papua (18,26 persen) (Lampiran Tabel 5.1).

Penurunan kondisi kesehatan atau daya tahan tubuh yang dialami dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari seperti bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya, sehingga hal ini dapat memengaruhi mengganggu produktivitas kerja dan akhirnya mengganggu kinerja secara keseluruhan. Apabila kondisi tersebut

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 71

wanita usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB, persentase wanita usia subur yang pernah menggunakan alat/cara KB, dan jenis-jenis alat KB yang digunakan.

Dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai status kesehatan perempuan, akses ke pelayanan kesehatan, Keluarga Berencana, dan umur perkawinan pertama.

5.1 Status Kesehatan Kesehatan perempuan perlu mendapat perhatian karena

perempuan mempunyai peranan penting dalam melahirkan generasi yang berkualitas. Perempuan berperan mendidik anak dalam suatu keluarga, namun masih banyak perempuan yang kurang mendapat perhatian terutama di bidang kesehatan.

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan adalah keluhan kesehatan. Banyaknya kejadian keluhan kesehatan yang dialami pada dasarnya merupakan salah satu indikasi pola perilaku tidak sehat, antara lain adalah faktor kekurang pedulian dalam menjaga kesehatan, kebugaran tubuh, dan faktor keengganan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Secara nasional, persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan sehari-hari selama sebulan terakhir antara tahun 2011-2015 mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2014 dan tahun 2015. Menurut daerah tempat tinggal, persentase perempuan di perdesaan mengalami keluhan kesehatan hampir sama dengan di perkotaan, hingga tahun 2015 mencapai lebih dari 31 persen. Jika dibandingkan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih tinggi persentasenya mengalami keluhan kesehatan (Gambar 5.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.1. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-

2015

Perempuan yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir pada masing-masing provinsi, persentasenya bervariasi antara 17,34 persen sampai dengan 40,36 persen pada tahun 2015. Provinsi dengan persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir yang cukup tinggi adalah Kalimantan Selatan (40,36 persen), DI Yogyakarta (40,22 persen), dan Nusa Tenggara Timur (38,10 persen). Sebaliknya, persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir yang relatif rendah adalah Maluku Utara (17,34 persen), Maluku (18,23 persen), dan Papua (18,26 persen) (Lampiran Tabel 5.1).

Penurunan kondisi kesehatan atau daya tahan tubuh yang dialami dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari seperti bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya, sehingga hal ini dapat memengaruhi mengganggu produktivitas kerja dan akhirnya mengganggu kinerja secara keseluruhan. Apabila kondisi tersebut

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201572

menyebabkan terganggunya kegiatan yang bersangkutan, maka dapat dikategorikan sakit.

Persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktifitasnya sehari-hari (angka kesakitan) secara nasional selama tahun 2011-2015 terus meningkat, kecuali tahun 2013. Menurut daerah tempat tinggal, angka kesakitan bagi perempuan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktifitasnya sehari-hari pada perempuan hampir sama jika dibandingkan dengan laki-laki. Pola yang sama terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 5.2).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktifitas Sehari-hari selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin

dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Angka kesakitan perempuan tahun 2015 secara nasional sebesar 16,22 persen, artinya dari setiap 100 perempuan terdapat 16 perempuan diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan perempuan memiliki persentase yang bervariasi, yaitu antara 9,19 persen sampai dengan 24,05 persen. Provinsi dengan angka kesakitan perempuan yang

cukup tinggi adalah Nusa Tenggara Timur (24,05 persen), Bali (21,29 persen), dan Nusa Tenggara Barat (20,58 persen). Sebaliknya provinsi dengan angka kesakitan yang relatif rendah adalah Papua (9,19 persen), Kepulauan Riau (10,94 persen), dan Maluku (11,46 persen) (Lampiran Tabel 5.2).

5.2 Akses ke Pelayanan Kesehatan Akses ke pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan dan

keterjangkauan ke sarana kesehatan, dan fasilitas atau tempat pelayanan kesehatan, jika akses ke pelayanan kesehatan sulit, maka pelayanan kesehatan pada masyarakat akan menjadi kurang baik. Upaya pemerintah melalui program-program pembangunan yang telah dilakukan diantaranya meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata serta terjangkau, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin, menyediakan sumber daya kesehatan yang kompeten dan mendistribusikan tenaga kesehatan secara merata ke seluruh wilayah, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan melalui pembangunan puskesmas, rumah sakit, polindes, dan posyandu serta menyediakan obat-obatan yang terjangkau oleh masyarakat. Di lain sisi masih banyak perempuan yang tidak menggunakan akses pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah maupun bukan pemerintah, akan tetapi berusaha dengan cara mengobati sendiri.

Persentase perempuan yang mengobati sendiri dari tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Menurut daerah tempat tinggal, tren persentase perempuan yang mengobati sendiri di perkotaan berfluktuasi, sedangkan di perdesaan terjadi penurunan (Gambar 5.3). Perempuan yang mempunyai keluhan kesehatan dan mengobati sendiri

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 73

menyebabkan terganggunya kegiatan yang bersangkutan, maka dapat dikategorikan sakit.

Persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktifitasnya sehari-hari (angka kesakitan) secara nasional selama tahun 2011-2015 terus meningkat, kecuali tahun 2013. Menurut daerah tempat tinggal, angka kesakitan bagi perempuan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktifitasnya sehari-hari pada perempuan hampir sama jika dibandingkan dengan laki-laki. Pola yang sama terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 5.2).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktifitas Sehari-hari selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin

dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Angka kesakitan perempuan tahun 2015 secara nasional sebesar 16,22 persen, artinya dari setiap 100 perempuan terdapat 16 perempuan diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan perempuan memiliki persentase yang bervariasi, yaitu antara 9,19 persen sampai dengan 24,05 persen. Provinsi dengan angka kesakitan perempuan yang

cukup tinggi adalah Nusa Tenggara Timur (24,05 persen), Bali (21,29 persen), dan Nusa Tenggara Barat (20,58 persen). Sebaliknya provinsi dengan angka kesakitan yang relatif rendah adalah Papua (9,19 persen), Kepulauan Riau (10,94 persen), dan Maluku (11,46 persen) (Lampiran Tabel 5.2).

5.2 Akses ke Pelayanan Kesehatan Akses ke pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan dan

keterjangkauan ke sarana kesehatan, dan fasilitas atau tempat pelayanan kesehatan, jika akses ke pelayanan kesehatan sulit, maka pelayanan kesehatan pada masyarakat akan menjadi kurang baik. Upaya pemerintah melalui program-program pembangunan yang telah dilakukan diantaranya meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata serta terjangkau, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin, menyediakan sumber daya kesehatan yang kompeten dan mendistribusikan tenaga kesehatan secara merata ke seluruh wilayah, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan melalui pembangunan puskesmas, rumah sakit, polindes, dan posyandu serta menyediakan obat-obatan yang terjangkau oleh masyarakat. Di lain sisi masih banyak perempuan yang tidak menggunakan akses pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah maupun bukan pemerintah, akan tetapi berusaha dengan cara mengobati sendiri.

Persentase perempuan yang mengobati sendiri dari tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Menurut daerah tempat tinggal, tren persentase perempuan yang mengobati sendiri di perkotaan berfluktuasi, sedangkan di perdesaan terjadi penurunan (Gambar 5.3). Perempuan yang mempunyai keluhan kesehatan dan mengobati sendiri

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201574

tahun 2015 paling tinggi terdapat di Kalimantan Selatan sebesar 43,42 persen dan terendah di Aceh sebesar 13,58 persen (Lampiran Tabel 5.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.3. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-

2015

Membandingkan antara perempuan dan laki-laki, persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan mengobati sendiri tahun 2011-2015 lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan lebih banyak mengobati sendiri untuk mengatasi keluhannya bila dibandingkan dengan perempuan.

Selain mengobati sendiri, upaya lain adalah dengan cara berobat jalan. Berobat jalan dapat dilakukan dengan cara mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk juga mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. Secara umum penggunaan cara berobat ini berkaitan dengan keterbatasan biaya dan ketersediaan pelayanan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.4. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan secara nasional tahun 2011-2015 mengalami peningkatan. Menurut daerah tempat tinggal, pola perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan di perkotaan berfluktuasi, sedangkan di perdesaan terjadi peningkatan. Dibandingkan dengan laki-laki, persentase perempuan yang berobat jalan saat mengalami keluhan kesehatan lebih tinggi selama tahun 2011-2015 (Gambar 5.4).

Selama periode tahun 2011-2014, sebagian besar perempuan yang berobat jalan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk berobat di praktik tenaga kesehatan (nakes), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)/Puskesmas Pembantu (Pustu), dan praktik dokter/poliklinik. Dalam perkembangannya terlihat peralihan pemanfaatan fasilitas kesehatan dari dokter/poliklinik ke praktik tenaga kesehatan dan puskesmas/pustu, ditandai dengan turunnya persentase pemanfaatan praktik dokter/poliklinik (Gambar 5.5).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 75

tahun 2015 paling tinggi terdapat di Kalimantan Selatan sebesar 43,42 persen dan terendah di Aceh sebesar 13,58 persen (Lampiran Tabel 5.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.3. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-

2015

Membandingkan antara perempuan dan laki-laki, persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan mengobati sendiri tahun 2011-2015 lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan lebih banyak mengobati sendiri untuk mengatasi keluhannya bila dibandingkan dengan perempuan.

Selain mengobati sendiri, upaya lain adalah dengan cara berobat jalan. Berobat jalan dapat dilakukan dengan cara mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk juga mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. Secara umum penggunaan cara berobat ini berkaitan dengan keterbatasan biaya dan ketersediaan pelayanan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.4. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan secara nasional tahun 2011-2015 mengalami peningkatan. Menurut daerah tempat tinggal, pola perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan di perkotaan berfluktuasi, sedangkan di perdesaan terjadi peningkatan. Dibandingkan dengan laki-laki, persentase perempuan yang berobat jalan saat mengalami keluhan kesehatan lebih tinggi selama tahun 2011-2015 (Gambar 5.4).

Selama periode tahun 2011-2014, sebagian besar perempuan yang berobat jalan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk berobat di praktik tenaga kesehatan (nakes), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)/Puskesmas Pembantu (Pustu), dan praktik dokter/poliklinik. Dalam perkembangannya terlihat peralihan pemanfaatan fasilitas kesehatan dari dokter/poliklinik ke praktik tenaga kesehatan dan puskesmas/pustu, ditandai dengan turunnya persentase pemanfaatan praktik dokter/poliklinik (Gambar 5.5).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201576

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2014

Gambar 5.5. Persentase Perempuan yang Berobat Jalan menurut Fasilitas/Tempat Berobat, 2011-2014

Tahun 2015, persentase perempuan dan laki-laki yang berobat jalan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan mempunyai pola yang sama. Fasilitas kesehatan yang paling banyak dimanfaatkan yaitu praktik dokter/bidan, diikuti puskesmas/pustu, klinik/praktik dokter bersama, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan praktik pengobatan tradisional/alternatif (batra) (Lampiran Tabel 5.5.1 dan 5.5.2).

Selain mengobati sendiri dan berobat jalan, upaya lain adalah dengan rawat inap. Rawat inap adalah proses penyembuhan penyakit yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang mendukung, dibawah pendampingan dan pengawasan petugas kesehatan yang kompeten. Pelayanan kesehatan dengan rawat inap secara nasional, selama lima tahun terakhir persentase perempuan yang pernah rawat inap mengalami peningkatan, terutama terjadi peningkatan relatif tinggi antara tahun 2014-2015, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Keadaan yang sama terjadi pada persentase laki-laki yang rawat inap, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Pada tahun 2015, perempuan yang pernah rawat inap di perkotaan mencapai 4,80 persen dan di perdesaan 3,57 persen. Sementara itu, laki-laki yang rawat inap di perkotaan mencapai 3,28 persen dan di perdesaan 2,78 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa selain meningkatnya kuantitas dan kualitas penyakit, pemanfaatan jaminan kesehatan dan pelayanan kesehatan juga meningkat (Gambar 5.6).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.6. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

5.3 Keluarga Berencana

Status penggunaan alat/cara KB dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pernah menggunakan alat/cara KB dan tidak pernah menggunakan alat/cara KB. Pernah menggunakan alat/cara KB adalah yang sedang menggunakan alat/cara KB dan tidak menggunakan lagi alat/cara KB. Berdasarkan Gambar 5.7, perempuan berumur 15-49 tahun berstatus

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 77

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2014

Gambar 5.5. Persentase Perempuan yang Berobat Jalan menurut Fasilitas/Tempat Berobat, 2011-2014

Tahun 2015, persentase perempuan dan laki-laki yang berobat jalan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan mempunyai pola yang sama. Fasilitas kesehatan yang paling banyak dimanfaatkan yaitu praktik dokter/bidan, diikuti puskesmas/pustu, klinik/praktik dokter bersama, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan praktik pengobatan tradisional/alternatif (batra) (Lampiran Tabel 5.5.1 dan 5.5.2).

Selain mengobati sendiri dan berobat jalan, upaya lain adalah dengan rawat inap. Rawat inap adalah proses penyembuhan penyakit yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang mendukung, dibawah pendampingan dan pengawasan petugas kesehatan yang kompeten. Pelayanan kesehatan dengan rawat inap secara nasional, selama lima tahun terakhir persentase perempuan yang pernah rawat inap mengalami peningkatan, terutama terjadi peningkatan relatif tinggi antara tahun 2014-2015, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Keadaan yang sama terjadi pada persentase laki-laki yang rawat inap, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Pada tahun 2015, perempuan yang pernah rawat inap di perkotaan mencapai 4,80 persen dan di perdesaan 3,57 persen. Sementara itu, laki-laki yang rawat inap di perkotaan mencapai 3,28 persen dan di perdesaan 2,78 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa selain meningkatnya kuantitas dan kualitas penyakit, pemanfaatan jaminan kesehatan dan pelayanan kesehatan juga meningkat (Gambar 5.6).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.6. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

5.3 Keluarga Berencana

Status penggunaan alat/cara KB dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pernah menggunakan alat/cara KB dan tidak pernah menggunakan alat/cara KB. Pernah menggunakan alat/cara KB adalah yang sedang menggunakan alat/cara KB dan tidak menggunakan lagi alat/cara KB. Berdasarkan Gambar 5.7, perempuan berumur 15-49 tahun berstatus

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201578

kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB mempunyai persentase yang paling tinggi dalam perkembangannya selama periode 2011-2014.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2014 Gambar 5.7. Persentase Perempuan Berumur 15 - 49 Tahun yang Berstatus

Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal dan Status Penggunaan Alat/Cara KB, 2011-2014

Menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa persentase perempuan berumur 15-49 tahun berstatus kawin baik yang sedang menggunakan, tidak menggunakan lagi, maupun tidak pernah menggunakan memiliki pola yang sama, baik di perkotaan maupun perdesaan. Persentase perempuan yang sedang menggunakan alat/cara KB di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Sebaliknya, persentase perempuan yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (Gambar 5.7). Tahun 2015, perempuan berumur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB sebesar 59,98 persen, pernah menggunakan

12,64 persen, dan tidak pernah menggunakan sebesar 27,38 persen (Lampiran Tabel 5.7).

Secara umum, alasan utama terkait dengan hak setiap perempuan untuk mempunyai anak sehingga tidak menggunakan KB. Alasan tidak menggunakan KB karena masalah fertilitas dan ingin punya anak mengindikasi kelompok yang tidak memerlukan KB, sehingga dapat menjadi informasi penting bagi pemerintah dalam merancang program intervensi untuk meningkatkan cakupan KB.

Perempuan yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB (pernah menggunakan alat/cara KB) ada yang mempunyai rencana untuk memiliki anak lagi dan ada yang tidak. Pada tahun 2015, perempuan pernah kawin berumur 15-49 tahun yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB dan mempunyai rencana untuk memiliki anak lagi persentasenya sebesar 53,87 persen. Menurut daerah tempat tinggal, perempuan yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB dan mempunyai rencana untuk memiliki anak di perdesaan persentasenya lebih tinggi daripada di perkotaan (Gambar 5.8).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 5.8. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Daerah Tempat Tinggal

dan Keinginan Punya Anak, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 79

kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB mempunyai persentase yang paling tinggi dalam perkembangannya selama periode 2011-2014.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2014 Gambar 5.7. Persentase Perempuan Berumur 15 - 49 Tahun yang Berstatus

Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal dan Status Penggunaan Alat/Cara KB, 2011-2014

Menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa persentase perempuan berumur 15-49 tahun berstatus kawin baik yang sedang menggunakan, tidak menggunakan lagi, maupun tidak pernah menggunakan memiliki pola yang sama, baik di perkotaan maupun perdesaan. Persentase perempuan yang sedang menggunakan alat/cara KB di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Sebaliknya, persentase perempuan yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (Gambar 5.7). Tahun 2015, perempuan berumur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB sebesar 59,98 persen, pernah menggunakan

12,64 persen, dan tidak pernah menggunakan sebesar 27,38 persen (Lampiran Tabel 5.7).

Secara umum, alasan utama terkait dengan hak setiap perempuan untuk mempunyai anak sehingga tidak menggunakan KB. Alasan tidak menggunakan KB karena masalah fertilitas dan ingin punya anak mengindikasi kelompok yang tidak memerlukan KB, sehingga dapat menjadi informasi penting bagi pemerintah dalam merancang program intervensi untuk meningkatkan cakupan KB.

Perempuan yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB (pernah menggunakan alat/cara KB) ada yang mempunyai rencana untuk memiliki anak lagi dan ada yang tidak. Pada tahun 2015, perempuan pernah kawin berumur 15-49 tahun yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB dan mempunyai rencana untuk memiliki anak lagi persentasenya sebesar 53,87 persen. Menurut daerah tempat tinggal, perempuan yang tidak menggunakan lagi alat/cara KB dan mempunyai rencana untuk memiliki anak di perdesaan persentasenya lebih tinggi daripada di perkotaan (Gambar 5.8).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 5.8. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Daerah Tempat Tinggal

dan Keinginan Punya Anak, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201580

Berdasarkan kelompok umur, persentase perempuan berstatus kawin yang tidak menggunakan lagi (pernah menggunakan) alat/cara KB dan ingin punya anak yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun. Keinginan punya anak yang paling rendah terjadi pada kelompok umur perempuan 40-49 tahun. Tahun 2015, persentase perempuan berstatus kawin yang tidak menggunakan lagi (pernah menggunakan) alat/cara KB dan ingin punya anak pada kelompok umur 15-24 tahun sebesar 90,25 persen, kelompok umur 25-39 tahun sebesar 69,93 persen, dan kelompok umur 40-49 tahun sebesar 16,97 persen. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi kelompok umur, persentase perempuan berstatus kawin yang tidak menggunakan lagi (pernah menggunakan) alat/cara KB yang memiliki keinginan mempunyai anak semakin rendah (Tabel 5.1).

Tabel 5.1. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Kelompok Umur, Daerah Tempat Tinggal, dan Keinginan Punya Anak, 2011-2015

Kelompok Umur Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

15–24 Ingin Punya Anak 87,85 91,05 89,71 90,93 90,25 Tidak Ingin 12,15 8,95 10,29 9,07 9,75 25-39 Ingin Punya Anak 68,18 72,71 73,35 73,71 69,93 Tidak Ingin 31,82 27,29 26,65 26,29 30,07 40-49 Ingin Punya Anak 11,77 15,68 17,06 17,04 16,97 Tidak Ingin 88,23 84,32 82,94 82,96 83,03

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Persentase penggunaan alat/cara KB yang paling banyak digunakan oleh perempuan berumur 15-49 tahun berstatus kawin selama tahun 2011-2015 adalah suntik KB dan pil KB, meskipun selama lima tahun terakhir penggunaannya terus menurun. Tahun 2011 penggunaan suntik KB sebesar 60,37 persen menjadi 59,56 persen pada tahun 2015, demikian pula penggunaan pil KB, dari 23,14 persen pada tahun 2011 menjadi 20,71 persen pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan adanya peralihan penggunaan ke alat/cara KB yang lain seperti tubektomi dan Alat KB Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), yang mengalami peningkatan dalam penggunaannya (Tabel 5.2).

Tabel 5.2. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Jenis Alat/Cara KB, 2011-2015

Jenis Alat/Cara KB Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Tubektomi 2,58 2,56 2,74 2,82 3,23 Vasektomi 0,49 0,44 0,49 0,57 0,27 AKDR/IUD 6,14 6,54 6,70 6,83 7,30 Suntik KB 60,37 60,00 59,95 59,62 59,56 Susuk KB 4,91 5,44 5,39 5,73 6,21 Pil KB 23,14 22,55 22,27 21,70 20,71 Kondom 0,75 0,76 0,75 0,85 1,00 Intravag 0,11 0,10 0,08 0,09 0,07 Tradisional 1,51 1,61 1,63 1,79 1,65

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Tahun 2015, persentase penggunaan alat/cara KB AKDR/IUD di perkotaan cenderung lebih tinggi bila dibandingkan pemakaian susuk KB

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 81

Berdasarkan kelompok umur, persentase perempuan berstatus kawin yang tidak menggunakan lagi (pernah menggunakan) alat/cara KB dan ingin punya anak yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun. Keinginan punya anak yang paling rendah terjadi pada kelompok umur perempuan 40-49 tahun. Tahun 2015, persentase perempuan berstatus kawin yang tidak menggunakan lagi (pernah menggunakan) alat/cara KB dan ingin punya anak pada kelompok umur 15-24 tahun sebesar 90,25 persen, kelompok umur 25-39 tahun sebesar 69,93 persen, dan kelompok umur 40-49 tahun sebesar 16,97 persen. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi kelompok umur, persentase perempuan berstatus kawin yang tidak menggunakan lagi (pernah menggunakan) alat/cara KB yang memiliki keinginan mempunyai anak semakin rendah (Tabel 5.1).

Tabel 5.1. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang Tidak Menggunakan Lagi Alat/Cara KB menurut Kelompok Umur, Daerah Tempat Tinggal, dan Keinginan Punya Anak, 2011-2015

Kelompok Umur Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

15–24 Ingin Punya Anak 87,85 91,05 89,71 90,93 90,25 Tidak Ingin 12,15 8,95 10,29 9,07 9,75 25-39 Ingin Punya Anak 68,18 72,71 73,35 73,71 69,93 Tidak Ingin 31,82 27,29 26,65 26,29 30,07 40-49 Ingin Punya Anak 11,77 15,68 17,06 17,04 16,97 Tidak Ingin 88,23 84,32 82,94 82,96 83,03

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Persentase penggunaan alat/cara KB yang paling banyak digunakan oleh perempuan berumur 15-49 tahun berstatus kawin selama tahun 2011-2015 adalah suntik KB dan pil KB, meskipun selama lima tahun terakhir penggunaannya terus menurun. Tahun 2011 penggunaan suntik KB sebesar 60,37 persen menjadi 59,56 persen pada tahun 2015, demikian pula penggunaan pil KB, dari 23,14 persen pada tahun 2011 menjadi 20,71 persen pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan adanya peralihan penggunaan ke alat/cara KB yang lain seperti tubektomi dan Alat KB Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), yang mengalami peningkatan dalam penggunaannya (Tabel 5.2).

Tabel 5.2. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Jenis Alat/Cara KB, 2011-2015

Jenis Alat/Cara KB Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Tubektomi 2,58 2,56 2,74 2,82 3,23 Vasektomi 0,49 0,44 0,49 0,57 0,27 AKDR/IUD 6,14 6,54 6,70 6,83 7,30 Suntik KB 60,37 60,00 59,95 59,62 59,56 Susuk KB 4,91 5,44 5,39 5,73 6,21 Pil KB 23,14 22,55 22,27 21,70 20,71 Kondom 0,75 0,76 0,75 0,85 1,00 Intravag 0,11 0,10 0,08 0,09 0,07 Tradisional 1,51 1,61 1,63 1,79 1,65

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Tahun 2015, persentase penggunaan alat/cara KB AKDR/IUD di perkotaan cenderung lebih tinggi bila dibandingkan pemakaian susuk KB

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201582

dengan persentase masing-masing 10,86 persen dan 4,24 persen. Sementara itu, di perdesaan terjadi sebaliknya, penggunaan alat/cara KB AKDR/IUD relatif lebih rendah dibandingkan susuk KB, yaitu masing-masing 4,06 persen dan 7,99 persen. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh budaya, tradisi, dan gaya hidup modern bagi sebagian besar perempuan di perkotaan, sehingga cenderung memilih alat/cara KB yang lebih praktis. Sementara itu, perempuan di perdesaan lebih memilih alat/cara KB yang lebih murah bahkan dapat diperoleh dengan gratis tanpa mengeluarkan biaya (Lampiran Tabel 5.8.1- 5.8.2).

Partisipasi laki-laki dalam program KB masih sangat rendah, terlihat dari penggunaan MOP/Vasektomi dan kondom yang hanya 0,27 persen dan 1,00 persen. Menurut daerah tempat tinggal, partisipasi laki-laki dalam program KB di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Di perkotaan penggunaan MOP/Vasektomi sebesar 0,32 persen dan kondom sebesar 1,63 persen, sedangkan di perdesaan penggunaan MOP/Vasektomi sebesar 0,21 persen dan kondom sebesar 0,43 persen (Lampiran Tabel 5.8.1-5.8.3).

Struktur umur termasuk usia produktif merupakan sasaran/ target program KB yang bertujuan membatasi jumlah kelahiran anak. Sejalan dengan itu, partisipasi perempuan dalam kegiatan KB merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan program tersebut. Banyaknya kelahiran yang terjadi, terutama anak lahir hidup bisa mempengaruhi cakupan dari program KB.

5.4 Umur Perkawinan Pertama

Salah satu faktor yang digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah umur perkawinan pertama. Umur perkawinan pertama adalah umur menikah pertama kali seorang perempuan melalui ikatan pernikahan secara hukum dan biologi. Menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pada

pasal 7 ayat (1), syarat menikah untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun, dan untuk perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berenacana Nasional (BKKBN) usia pernikahan pertama bagi remaja saat ini idealnya 21 hingga 25 tahun.

Pendewasaan usia perkawinan diharapkan perempuan sudah tumbuh pengetahuan dan kesadaran dalam pengelolaan kesehatan reproduksi. Semakin dewasa usia nikah dapat menunjang keberhasilan program KB melalui turunnya jumlah anak yang dilahirkan. Menurut indikator SDGs secara nasional tahun 2015, persentase perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum umur 18 tahun adalah sebesar 22,82 persen (Gambar 5.9).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.9. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 18 Tahun, 2011-2015

Pada Gambar 5.9 terlihat bahwa selama periode tahun 2011-2012 persentase perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum umur 18 tahun rata-rata sebesar 25 persen, mulai

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 83

dengan persentase masing-masing 10,86 persen dan 4,24 persen. Sementara itu, di perdesaan terjadi sebaliknya, penggunaan alat/cara KB AKDR/IUD relatif lebih rendah dibandingkan susuk KB, yaitu masing-masing 4,06 persen dan 7,99 persen. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh budaya, tradisi, dan gaya hidup modern bagi sebagian besar perempuan di perkotaan, sehingga cenderung memilih alat/cara KB yang lebih praktis. Sementara itu, perempuan di perdesaan lebih memilih alat/cara KB yang lebih murah bahkan dapat diperoleh dengan gratis tanpa mengeluarkan biaya (Lampiran Tabel 5.8.1- 5.8.2).

Partisipasi laki-laki dalam program KB masih sangat rendah, terlihat dari penggunaan MOP/Vasektomi dan kondom yang hanya 0,27 persen dan 1,00 persen. Menurut daerah tempat tinggal, partisipasi laki-laki dalam program KB di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Di perkotaan penggunaan MOP/Vasektomi sebesar 0,32 persen dan kondom sebesar 1,63 persen, sedangkan di perdesaan penggunaan MOP/Vasektomi sebesar 0,21 persen dan kondom sebesar 0,43 persen (Lampiran Tabel 5.8.1-5.8.3).

Struktur umur termasuk usia produktif merupakan sasaran/ target program KB yang bertujuan membatasi jumlah kelahiran anak. Sejalan dengan itu, partisipasi perempuan dalam kegiatan KB merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan program tersebut. Banyaknya kelahiran yang terjadi, terutama anak lahir hidup bisa mempengaruhi cakupan dari program KB.

5.4 Umur Perkawinan Pertama

Salah satu faktor yang digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah umur perkawinan pertama. Umur perkawinan pertama adalah umur menikah pertama kali seorang perempuan melalui ikatan pernikahan secara hukum dan biologi. Menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pada

pasal 7 ayat (1), syarat menikah untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun, dan untuk perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berenacana Nasional (BKKBN) usia pernikahan pertama bagi remaja saat ini idealnya 21 hingga 25 tahun.

Pendewasaan usia perkawinan diharapkan perempuan sudah tumbuh pengetahuan dan kesadaran dalam pengelolaan kesehatan reproduksi. Semakin dewasa usia nikah dapat menunjang keberhasilan program KB melalui turunnya jumlah anak yang dilahirkan. Menurut indikator SDGs secara nasional tahun 2015, persentase perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum umur 18 tahun adalah sebesar 22,82 persen (Gambar 5.9).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.9. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 18 Tahun, 2011-2015

Pada Gambar 5.9 terlihat bahwa selama periode tahun 2011-2012 persentase perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum umur 18 tahun rata-rata sebesar 25 persen, mulai

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201584

menurun pada periode tahun 2013-2014 rata-rata sebesar 24 persen, dan tahun 2015 turun kembali menjadi sebesar 23 persen.

Persentase perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun di perkotaan yang menikah sebelum 15 tahun sebesar 0,62 persen dan pada umur sebelum 18 tahun sebesar 17,09 persen. Sementara itu, perempuan di perdesaan yang menikah sebelum 15 tahun sebesar 1,50 persen dan pada umur sebelum 18 tahun sebesar 27,11 persen. Terlihat bahwa persentase perempuan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, baik sebelum umur 15 tahun maupun umur 18 tahun

Menurut provinsi, perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum umur 18 tahun terendah terdapat di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 11,73 persen, sedangkan yang tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 34,22 persen (Lampiran Tabel 5.10).

Tabel 5.3. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 15 Tahun dan 18 Tahun menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Umur/Daerah Tempat Tinggal

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 15 Tahun Perkotaan 1,39 1,43 1,05 0,96 0,62 Perdesaan 3,20 2,47 2,49 2,40 1,50 Perkotaan+Perdesaan 2,44 2,04 1,87 1,78 1,12

< 18 Tahun Perkotaan 18,59 19,02 18,50 17,62 17,09 Perdesaan 29,01 29,20 28,48 29,33 27,11 Perkotaan+Perdesaan 24,66 24,98 24,19 24,31 22,82

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Secara nasional rata-rata umur perkawinan pertama dari perempuan berumur 10 tahun ke atas tahun 2015 adalah 20 tahun, dimana daerah perkotaan rata-rata umur perkawinan pertama perempuan 21 tahun, lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur perkawinan pertama sama dengan batas umur ideal yaitu 21 tahun, akan tetapi sudah melebihi batas minimal usia perkawinan dalam UU Perkawinan yaitu 16 tahun (Lampiran Tabel 5.11).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.10. Rata-Rata Umur Perkawinan Pertama Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Perkembangan selama lima tahun terakhir, rata-rata umur perkawinan pertama perempuan di perkotaan sekitar 20 tahun sampai dengan 23 tahun, sedangkan di perdesaan sekitar 19 tahun sampai dengan 21 tahun (Gambar 5.10). Menurut provinsi, rata-rata umur perkawinan pertama dari perempuan berumur 10 tahun ke atas yang tertinggi terdapat di Kepulauan Riau dan DKI Jakarta yaitu 22 tahun (Lampiran Tabel 5.11).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 85

menurun pada periode tahun 2013-2014 rata-rata sebesar 24 persen, dan tahun 2015 turun kembali menjadi sebesar 23 persen.

Persentase perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun di perkotaan yang menikah sebelum 15 tahun sebesar 0,62 persen dan pada umur sebelum 18 tahun sebesar 17,09 persen. Sementara itu, perempuan di perdesaan yang menikah sebelum 15 tahun sebesar 1,50 persen dan pada umur sebelum 18 tahun sebesar 27,11 persen. Terlihat bahwa persentase perempuan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, baik sebelum umur 15 tahun maupun umur 18 tahun

Menurut provinsi, perempuan pernah kawin berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum umur 18 tahun terendah terdapat di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 11,73 persen, sedangkan yang tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 34,22 persen (Lampiran Tabel 5.10).

Tabel 5.3. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Umur 15 Tahun dan 18 Tahun menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Umur/Daerah Tempat Tinggal

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 15 Tahun Perkotaan 1,39 1,43 1,05 0,96 0,62 Perdesaan 3,20 2,47 2,49 2,40 1,50 Perkotaan+Perdesaan 2,44 2,04 1,87 1,78 1,12

< 18 Tahun Perkotaan 18,59 19,02 18,50 17,62 17,09 Perdesaan 29,01 29,20 28,48 29,33 27,11 Perkotaan+Perdesaan 24,66 24,98 24,19 24,31 22,82

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Secara nasional rata-rata umur perkawinan pertama dari perempuan berumur 10 tahun ke atas tahun 2015 adalah 20 tahun, dimana daerah perkotaan rata-rata umur perkawinan pertama perempuan 21 tahun, lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur perkawinan pertama sama dengan batas umur ideal yaitu 21 tahun, akan tetapi sudah melebihi batas minimal usia perkawinan dalam UU Perkawinan yaitu 16 tahun (Lampiran Tabel 5.11).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 5.10. Rata-Rata Umur Perkawinan Pertama Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Perkembangan selama lima tahun terakhir, rata-rata umur perkawinan pertama perempuan di perkotaan sekitar 20 tahun sampai dengan 23 tahun, sedangkan di perdesaan sekitar 19 tahun sampai dengan 21 tahun (Gambar 5.10). Menurut provinsi, rata-rata umur perkawinan pertama dari perempuan berumur 10 tahun ke atas yang tertinggi terdapat di Kepulauan Riau dan DKI Jakarta yaitu 22 tahun (Lampiran Tabel 5.11).

KETENAGAKERJAAN

Tujuan pembangunan nasional adalah mencapai kemakmuran

dan kesejahteraan rakyat setara dengan negara maju. Ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian pemerintah dalam rangka pembangunan nasional. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, terdapat beberapa sasaran pokok pembangunan nasional yang terkait dengan ketenagakerjaan. Sasaran tersebut antara lain menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2019 menjadi 4,0 persen sampai 5,0 persen, serta meningkatkan persentase tenaga kerja formal menjadi 51,0 persen pada tahun 2019. Pada kenyataannya di tahun 2015 TPT Indonesia adalah sebesar 6,18 persen, sedangkan persentase tenaga kerja formal adalah sebesar 48,28 persen.

Kini telah diakui secara luas bahwa penyajian data statistik berdasarkan jenis kelamin merupakan praktik yang baik. Perempuan dan laki-laki memiliki peran yang berbeda dalam masyarakat, perbedaan kebutuhan, ketertarikan, dan perbedaan akses terhadap sumber daya. Penyajian data secara nasional tidak cukup untuk mencerminkan perbedaan-perbedaan tersebut (UNFPA, 2014). Pembahasan mengenai ketenagakerjaan menjadi lebih menarik apabila dilihat dari partisipasi laki-laki maupun perempuan di dalam dunia kerja. Keterlibatan perempuan dalam pasar kerja dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan dan pemberdayaan perempuan. Semakin banyak perempuan yang bekerja, menunjukkan semakin banyak perempuan yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan semakin kecil

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 87

KETENAGAKERJAAN

Tujuan pembangunan nasional adalah mencapai kemakmuran

dan kesejahteraan rakyat setara dengan negara maju. Ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian pemerintah dalam rangka pembangunan nasional. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, terdapat beberapa sasaran pokok pembangunan nasional yang terkait dengan ketenagakerjaan. Sasaran tersebut antara lain menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2019 menjadi 4,0 persen sampai 5,0 persen, serta meningkatkan persentase tenaga kerja formal menjadi 51,0 persen pada tahun 2019. Pada kenyataannya di tahun 2015 TPT Indonesia adalah sebesar 6,18 persen, sedangkan persentase tenaga kerja formal adalah sebesar 48,28 persen.

Kini telah diakui secara luas bahwa penyajian data statistik berdasarkan jenis kelamin merupakan praktik yang baik. Perempuan dan laki-laki memiliki peran yang berbeda dalam masyarakat, perbedaan kebutuhan, ketertarikan, dan perbedaan akses terhadap sumber daya. Penyajian data secara nasional tidak cukup untuk mencerminkan perbedaan-perbedaan tersebut (UNFPA, 2014). Pembahasan mengenai ketenagakerjaan menjadi lebih menarik apabila dilihat dari partisipasi laki-laki maupun perempuan di dalam dunia kerja. Keterlibatan perempuan dalam pasar kerja dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan dan pemberdayaan perempuan. Semakin banyak perempuan yang bekerja, menunjukkan semakin banyak perempuan yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan semakin kecil

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201588

ketimpangan pertisipasi bekerja antara perempuan dan laki-laki pada pasar kerja.

Secara global, hanya terdapat sekitar 50 persen perempuan yang terlibat dalam angkatan kerja, dibandingkan dengan laki-laki yakni sekitar 77 persen. Pada dasarnya angka tersebut tidak mengalami perubahan dalam 20 tahun terakhir. Besarnya perbedaan gaji karena gender juga belum mengalami penurunan. Secara rata-rata gaji yang diterima perempuan 23 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki (ILO, 2015a). Perbandingan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia antara perempuan dan laki-laki akan disajikan pada Bab ini. Adapun beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia antara lain: komposisi penduduk usia kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), persentase penduduk yang bekerja menurut karakteristiknya antara lain: tingkat pendidikan, status perkawinan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, rata-rata upah, sektor formal dan informal, serta membahas mengenai pengusaha industri mikro dan kecil.

Sumber data yang digunakan dalam Bab ini diperoleh dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus tahun 2011 sampai 2015 dan Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan Tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Keterangan yang dikumpulkan dari hasil Sakernas merupakan keterangan perorangan untuk setiap anggota rumah tangga berumur 10 tahun ke atas. Namun, uraian yang disajikan dalam bab ini mencakup informasi ketenagakerjaan bagi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

6.1 Komposisi Penduduk Usia Kerja Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data

ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik adalah The Labor Force

Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja atau pengangguran. Sementara itu, penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Adapun yang dimaksud dengan bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

Dari tahun 2011 sampai tahun 2015, kegiatan utama selama seminggu yang lalu yang paling banyak dilakukan penduduk berumur 15 tahun ke atas adalah bekerja. Bila ditinjau menurut jenis kelamin, selama lima tahun terakhir persentase penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, selalu lebih rendah daripada laki-laki. Dari tahun 2011 sampai 2015, persentase penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berada pada kisaran angka 45 sampai 47 persen. Sementara itu, persentase penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, hampir dua kali lipatnya yakni berada pada kisaran angka 77 sampai 79 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 89

ketimpangan pertisipasi bekerja antara perempuan dan laki-laki pada pasar kerja.

Secara global, hanya terdapat sekitar 50 persen perempuan yang terlibat dalam angkatan kerja, dibandingkan dengan laki-laki yakni sekitar 77 persen. Pada dasarnya angka tersebut tidak mengalami perubahan dalam 20 tahun terakhir. Besarnya perbedaan gaji karena gender juga belum mengalami penurunan. Secara rata-rata gaji yang diterima perempuan 23 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki (ILO, 2015a). Perbandingan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia antara perempuan dan laki-laki akan disajikan pada Bab ini. Adapun beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia antara lain: komposisi penduduk usia kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), persentase penduduk yang bekerja menurut karakteristiknya antara lain: tingkat pendidikan, status perkawinan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, rata-rata upah, sektor formal dan informal, serta membahas mengenai pengusaha industri mikro dan kecil.

Sumber data yang digunakan dalam Bab ini diperoleh dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus tahun 2011 sampai 2015 dan Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan Tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Keterangan yang dikumpulkan dari hasil Sakernas merupakan keterangan perorangan untuk setiap anggota rumah tangga berumur 10 tahun ke atas. Namun, uraian yang disajikan dalam bab ini mencakup informasi ketenagakerjaan bagi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

6.1 Komposisi Penduduk Usia Kerja Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data

ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik adalah The Labor Force

Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja atau pengangguran. Sementara itu, penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Adapun yang dimaksud dengan bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

Dari tahun 2011 sampai tahun 2015, kegiatan utama selama seminggu yang lalu yang paling banyak dilakukan penduduk berumur 15 tahun ke atas adalah bekerja. Bila ditinjau menurut jenis kelamin, selama lima tahun terakhir persentase penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, selalu lebih rendah daripada laki-laki. Dari tahun 2011 sampai 2015, persentase penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berada pada kisaran angka 45 sampai 47 persen. Sementara itu, persentase penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, hampir dua kali lipatnya yakni berada pada kisaran angka 77 sampai 79 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201590

Tabel 6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu, 2011-2015

Tahun/Jenis Kelamin

Jenis Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu

Total Bekerja

Pengangguran Terbuka Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2011 Perempuan 45,34 4,41 7,92 38,48 3,85 100,00 Laki-laki 78,32 5,58 8,08 1,96 6,05 100,00 2012 Perempuan 47,94 3,46 8,02 36,87 3,72 100,00 Laki-laki 79,36 4,85 8,43 1,63 5,73 100,00 2013 Perempuan 47,04 3,22 8,14 37,89 3,72 100,00 Laki-laki 78,35 5,02 8,12 2,08 6,43 100,00 2014 Perempuan 47,08 3,14 9,14 37,32 3,32 100,00 Laki-laki 78,27 4,78 9,19 1,97 5,79 100,00 2015 Perempuan 45,76 3,11 8,97 38,80 3,35 100,00 Laki-laki 77,69 5,02 9,01 2,19 6,09 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2011-2015

Pada kelompok perempuan, bekerja merupakan kegiatan utama dengan persentase tertinggi. Meskipun demikian, kegiatan mengurus rumah tangga juga memiliki persentase yang cukup tinggi. Bila diamati sejak 2011 hingga 2015, persentase perempuan berumur 15 tahun yang kegiatan utamanya pada seminggu yang lalu adalah mengurus rumah tangga, berada pada kisaran 36 sampai 38 persen. Sementara itu, jika dibandingkan dengan kelompok laki-laki, persentase perempuan berumur 15 tahun yang mengurus rumah tangga, jauh lebih tinggi. Persentase laki-laki berumur 15 tahun yang mengurus rumah tangga hanya berada pada kisaran 1 sampai 2 persen dalam lima tahun terakhir.

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi untuk perempuan yang bekerja terdapat di Papua sebesar

67,78 persen, sedangkan yang terendah di Sulawesi Utara sebesar 35,02 persen. (Lampiran Tabel 6.1.3). Dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal (Gambar 6.1), persentase perempuan perdesaan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, yakni 48,26 persen berbanding 43,62 persen. Kemudian, persentase pengangguran terbuka pada kelompok perempuan berumur 15 tahun ke atas, di perkotaan labih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yakni 3,47 persen berbanding 2,70 persen.

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015 Gambar 6.1. Persentase Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis

Kegiatan selama Seminggu yang Lalu dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Selanjutnya, persentase perempuan perkotaan berumur 15 tahun ke atas yang mengurus rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan, yakni 39,54 persen berbanding 37,94 persen.

6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau Labour Force

Participation Rate (LFPR) adalah indikator dari tingkat aktivitas pasar tenaga kerja. TPAK mencerminkan tingkatan penduduk usia kerja pada suatu negara yang aktif secara ekonomi (ADB, 2012). TPAK didefinisikan

43,6

2

3,47 10

,23

39,5

4

3,14

48,2

6

2,70 7,

51

37,9

4

3,60

45,7

6

3,11 8,

97

38,8

0

3,35

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Bekerja Pengangguran Terbuka

Sekolah Mengurus Rumah Tangga

Lainnya

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 91

Tabel 6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu, 2011-2015

Tahun/Jenis Kelamin

Jenis Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu

Total Bekerja

Pengangguran Terbuka Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2011 Perempuan 45,34 4,41 7,92 38,48 3,85 100,00 Laki-laki 78,32 5,58 8,08 1,96 6,05 100,00 2012 Perempuan 47,94 3,46 8,02 36,87 3,72 100,00 Laki-laki 79,36 4,85 8,43 1,63 5,73 100,00 2013 Perempuan 47,04 3,22 8,14 37,89 3,72 100,00 Laki-laki 78,35 5,02 8,12 2,08 6,43 100,00 2014 Perempuan 47,08 3,14 9,14 37,32 3,32 100,00 Laki-laki 78,27 4,78 9,19 1,97 5,79 100,00 2015 Perempuan 45,76 3,11 8,97 38,80 3,35 100,00 Laki-laki 77,69 5,02 9,01 2,19 6,09 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2011-2015

Pada kelompok perempuan, bekerja merupakan kegiatan utama dengan persentase tertinggi. Meskipun demikian, kegiatan mengurus rumah tangga juga memiliki persentase yang cukup tinggi. Bila diamati sejak 2011 hingga 2015, persentase perempuan berumur 15 tahun yang kegiatan utamanya pada seminggu yang lalu adalah mengurus rumah tangga, berada pada kisaran 36 sampai 38 persen. Sementara itu, jika dibandingkan dengan kelompok laki-laki, persentase perempuan berumur 15 tahun yang mengurus rumah tangga, jauh lebih tinggi. Persentase laki-laki berumur 15 tahun yang mengurus rumah tangga hanya berada pada kisaran 1 sampai 2 persen dalam lima tahun terakhir.

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi untuk perempuan yang bekerja terdapat di Papua sebesar

67,78 persen, sedangkan yang terendah di Sulawesi Utara sebesar 35,02 persen. (Lampiran Tabel 6.1.3). Dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal (Gambar 6.1), persentase perempuan perdesaan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, yakni 48,26 persen berbanding 43,62 persen. Kemudian, persentase pengangguran terbuka pada kelompok perempuan berumur 15 tahun ke atas, di perkotaan labih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yakni 3,47 persen berbanding 2,70 persen.

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015 Gambar 6.1. Persentase Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis

Kegiatan selama Seminggu yang Lalu dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Selanjutnya, persentase perempuan perkotaan berumur 15 tahun ke atas yang mengurus rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan, yakni 39,54 persen berbanding 37,94 persen.

6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau Labour Force

Participation Rate (LFPR) adalah indikator dari tingkat aktivitas pasar tenaga kerja. TPAK mencerminkan tingkatan penduduk usia kerja pada suatu negara yang aktif secara ekonomi (ADB, 2012). TPAK didefinisikan

43,6

2

3,47 10

,23

39,5

4

3,14

48,2

6

2,70 7,

51

37,9

4

3,60

45,7

6

3,11 8,

97

38,8

0

3,35

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Bekerja Pengangguran Terbuka

Sekolah Mengurus Rumah Tangga

Lainnya

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201592

sebagai proporsi penduduk angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2011-2015 Gambar 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15

Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Dalam lima tahun terakhir, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan maupun laki-laki berumur 15 tahun ke atas memiliki tren yang cenderung menurun. Dari tahun 2011 sampai 2012, persentase angkatan kerja mengalami peningkatan, kemudian dari tahun 2013 sampai 2015 terus mengalami penurunan. Pola yang sama ditunjukkan pada persentase angkatan kerja perempuan dan laki-laki.

Dari tahun 2011 sampai 2015, TPAK perempuan selalu lebih rendah dari pada laki-laki. Selama lima tahun terakhir, TPAK perempuan berada pada kisaran angka 48 persen sampai 51 persen. Sementara itu,

49,75 51,39 50,26 50,22 48,87

83,91 84,21 83,37 83,05 82,71

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

TPAK laki-laki hampir dua kali lipatnya, yakni berada pada kisaran angka 82 persen sampai 84 persen.

Perbandingan TPAK antara perempuan dengan laki-laki pada tahun 2015 menunjukkan perbedaan yang cukup besar, TPAK perempuan yaitu sebesar 48,87 persen, sedangkan TPAK laki-laki sebesar 82,71 persen (Gambar 6.3). Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPAK perempuan perdesaan lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan perkotaan, yakni sebesar 50,95 persen dan 47,09 persen. Baik di perdesaan maupun di perkotaan, TPAK perempuan selalu lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki.

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Gambar 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Kemudian jika dibandingkan berdasarkan provinsi, terlihat bahwa pada tahun 2015, TPAK perempuan dan TPAK laki-laki tertinggi berada di Papua, yaitu sebesar 70,33 persen dan 87,66 persen (Lampiran Tabel 6.2).

TPAK didefinisikan sebagai proporsi penduduk angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Tinggi atau rendahnya TPAK juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk bukan angkatan kerja. Perempuan

47,09 50,95 48,87

80,74 85,02 82,71

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+PerdesaanPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 93

sebagai proporsi penduduk angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2011-2015 Gambar 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15

Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Dalam lima tahun terakhir, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan maupun laki-laki berumur 15 tahun ke atas memiliki tren yang cenderung menurun. Dari tahun 2011 sampai 2012, persentase angkatan kerja mengalami peningkatan, kemudian dari tahun 2013 sampai 2015 terus mengalami penurunan. Pola yang sama ditunjukkan pada persentase angkatan kerja perempuan dan laki-laki.

Dari tahun 2011 sampai 2015, TPAK perempuan selalu lebih rendah dari pada laki-laki. Selama lima tahun terakhir, TPAK perempuan berada pada kisaran angka 48 persen sampai 51 persen. Sementara itu,

49,75 51,39 50,26 50,22 48,87

83,91 84,21 83,37 83,05 82,71

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

TPAK laki-laki hampir dua kali lipatnya, yakni berada pada kisaran angka 82 persen sampai 84 persen.

Perbandingan TPAK antara perempuan dengan laki-laki pada tahun 2015 menunjukkan perbedaan yang cukup besar, TPAK perempuan yaitu sebesar 48,87 persen, sedangkan TPAK laki-laki sebesar 82,71 persen (Gambar 6.3). Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPAK perempuan perdesaan lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan perkotaan, yakni sebesar 50,95 persen dan 47,09 persen. Baik di perdesaan maupun di perkotaan, TPAK perempuan selalu lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki.

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Gambar 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Kemudian jika dibandingkan berdasarkan provinsi, terlihat bahwa pada tahun 2015, TPAK perempuan dan TPAK laki-laki tertinggi berada di Papua, yaitu sebesar 70,33 persen dan 87,66 persen (Lampiran Tabel 6.2).

TPAK didefinisikan sebagai proporsi penduduk angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Tinggi atau rendahnya TPAK juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk bukan angkatan kerja. Perempuan

47,09 50,95 48,87

80,74 85,02 82,71

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+PerdesaanPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201594

memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja, karena mereka biasanya menghasilkan produk yang dikonsumsi oleh rumah tangganya sendiri seperti menyiapkan dan menyajikan makanan atau merawat anak, orang sakit, atau orang tua yang terdapat di dalam rumah tangga (UNFPA, 2014). Pekerjaan rumah tangga yang seringkali menjadi tugas perempuan, memengaruhi ketersediaan seseorang untuk bekerja (ILO, 2012). TPAK perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki karena terdapat persentase yang cukup besar pada perempuan yang mengurus rumah tangga, yakni sekitar 37 persen hingga 39 persen (Tabel 6.1).

6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Partisipasi perempuan yang bekerja meningkatkan peran mereka

terhadap pendapatan rumah tangga dan kontrol mereka terhadap alokasi sumber daya. Hal tersebut dapat mengarahkan kepada kemandirian ekonomi dan kemampuan menentukan pilihan sendiri, yang mana kedua hal tersebut penting dalam pemberdayaan perempuan. Tetapi di sebagian negara, tingkat pengangguran perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (UNFPA, 2014).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau Unemployment Rate merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan kondisi pasar tenaga kerja. TPT didefinisikan sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. TPT adalah sebuah pengukuran terhadap ketimpangan dalam pasar tenaga kerja yang menunjukkan sejumlah pasokan tenaga kerja yang tidak digunakan di sebuah negara. Selain itu, terkadang TPT juga digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi ekonomi (ADB, 2012).

Berdasarkan konsep ILO yang diterapkan dalam Sakernas, seseorang yang dikategorikan sebagai pengangguran terbuka adalah:

a. Mereka yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan. b. Mereka yang tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. c. Mereka yang tidak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan,

karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Dari tahun 2011 sampai 2014, TPT perempuan berumur 15 tahun ke atas memiliki tren yang cenderung menurun, tetapi kemudian mengalami peningkatan di tahun 2015. Sementara itu, selama lima tahun terakhir, TPT laki-laki berumur 15 tahun ke atas mengalami fluktuasi.

Selama lima tahun terakhir, TPT perempuan selalu lebih tinggi daripada laki-laki. Dari tahun 2011 sampai 2015, TPT perempuan berada pada kisaran angka 6 persen sampai 8 persen. Sementara itu, TPT laki-laki berada pada kisaran angka 5 persen sampai 6 persen.

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2011-2015

Gambar 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

8,86 6,73 6,40 6,26 6,376,65 5,76 6,02 5,75 6,0710,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 95

memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja, karena mereka biasanya menghasilkan produk yang dikonsumsi oleh rumah tangganya sendiri seperti menyiapkan dan menyajikan makanan atau merawat anak, orang sakit, atau orang tua yang terdapat di dalam rumah tangga (UNFPA, 2014). Pekerjaan rumah tangga yang seringkali menjadi tugas perempuan, memengaruhi ketersediaan seseorang untuk bekerja (ILO, 2012). TPAK perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki karena terdapat persentase yang cukup besar pada perempuan yang mengurus rumah tangga, yakni sekitar 37 persen hingga 39 persen (Tabel 6.1).

6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Partisipasi perempuan yang bekerja meningkatkan peran mereka

terhadap pendapatan rumah tangga dan kontrol mereka terhadap alokasi sumber daya. Hal tersebut dapat mengarahkan kepada kemandirian ekonomi dan kemampuan menentukan pilihan sendiri, yang mana kedua hal tersebut penting dalam pemberdayaan perempuan. Tetapi di sebagian negara, tingkat pengangguran perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (UNFPA, 2014).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau Unemployment Rate merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan kondisi pasar tenaga kerja. TPT didefinisikan sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. TPT adalah sebuah pengukuran terhadap ketimpangan dalam pasar tenaga kerja yang menunjukkan sejumlah pasokan tenaga kerja yang tidak digunakan di sebuah negara. Selain itu, terkadang TPT juga digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi ekonomi (ADB, 2012).

Berdasarkan konsep ILO yang diterapkan dalam Sakernas, seseorang yang dikategorikan sebagai pengangguran terbuka adalah:

a. Mereka yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan. b. Mereka yang tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. c. Mereka yang tidak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan,

karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Dari tahun 2011 sampai 2014, TPT perempuan berumur 15 tahun ke atas memiliki tren yang cenderung menurun, tetapi kemudian mengalami peningkatan di tahun 2015. Sementara itu, selama lima tahun terakhir, TPT laki-laki berumur 15 tahun ke atas mengalami fluktuasi.

Selama lima tahun terakhir, TPT perempuan selalu lebih tinggi daripada laki-laki. Dari tahun 2011 sampai 2015, TPT perempuan berada pada kisaran angka 6 persen sampai 8 persen. Sementara itu, TPT laki-laki berada pada kisaran angka 5 persen sampai 6 persen.

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2011-2015

Gambar 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

8,86 6,73 6,40 6,26 6,376,65 5,76 6,02 5,75 6,0710,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201596

Pada tahun 2015, TPT perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yakni sebesar 6,37 persen, sedangkan TPT laki-laki sebesar 6,07 persen. Pola yang sama juga ditunjukan di perkotaan maupun di perdesaan.

TPT perempuan dan laki-laki di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. TPT perempuan di perkotaan sebesar 7,36 dan di perdesaan sebesar 5,29 persen. Sementara itu, TPT laki-laki di perkotaan sebesar 7,28 persen dan di perdesaan sebesar 4,72 persen (Gambar 6.5).

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Gambar 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa TPT perempuan di Sulawesi Utara merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 13,02 persen, dan yang terendah adalah Bali, yaitu sebesar 1,70 persen. Sementara itu, TPT laki-laki yang tertinggi terdapat di Banten, yakni 9,37

7,36 5,29 6,377,28 4,72 6,07

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+PerdesaanPerempuan Laki-laki

persen, sedangkan TPT laki-laki terendah juga terdapat di Bali, yakni 2,22 persen (Lampiran Tabel 6.3).

6.4 Penduduk yang Bekerja Pada Sub-Bab ini akan digambarkan karakteristik penduduk yang

bekerja berdasarkan tingkat pendidikan, status perkawinan, lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama, dan bekerja di sektor formal dan informal, menurut daerah tempat tinggal dan jenis kelamin.

6.4.1 Tingkat Pendidikan

Pendidikan seringkali dipandang sebagai instrumen kebijakan yang krusial dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut karena pendidikan mungkin dapat membantu seseorang untuk mengakses pekerjaan yang lebih baik yang meningkatkan pendapatan, sehingga dapat meningkatkan kehidupan mereka (Ionescu, 2012).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas sumber daya manusia. Berkaitan dengan ketenagakerjaan, pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu digunakan untuk melihat seberapa jauh kualitas penduduk yang bekerja di suatu daerah.

Hasil Sakernas 2015 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik tingkat pendidikan penduduk berumur 15 tahun yang bekerja di daerah perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) ke atas. Sementara itu, di daerah perdesaan, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan maksimum Sekolah Dasar (SD). Pola yang sama ditunjukkan pada kelompok perempuan maupun laki-laki (Tabel 6.2).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 97

Pada tahun 2015, TPT perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yakni sebesar 6,37 persen, sedangkan TPT laki-laki sebesar 6,07 persen. Pola yang sama juga ditunjukan di perkotaan maupun di perdesaan.

TPT perempuan dan laki-laki di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. TPT perempuan di perkotaan sebesar 7,36 dan di perdesaan sebesar 5,29 persen. Sementara itu, TPT laki-laki di perkotaan sebesar 7,28 persen dan di perdesaan sebesar 4,72 persen (Gambar 6.5).

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Gambar 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa TPT perempuan di Sulawesi Utara merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 13,02 persen, dan yang terendah adalah Bali, yaitu sebesar 1,70 persen. Sementara itu, TPT laki-laki yang tertinggi terdapat di Banten, yakni 9,37

7,36 5,29 6,377,28 4,72 6,07

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+PerdesaanPerempuan Laki-laki

persen, sedangkan TPT laki-laki terendah juga terdapat di Bali, yakni 2,22 persen (Lampiran Tabel 6.3).

6.4 Penduduk yang Bekerja Pada Sub-Bab ini akan digambarkan karakteristik penduduk yang

bekerja berdasarkan tingkat pendidikan, status perkawinan, lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama, dan bekerja di sektor formal dan informal, menurut daerah tempat tinggal dan jenis kelamin.

6.4.1 Tingkat Pendidikan

Pendidikan seringkali dipandang sebagai instrumen kebijakan yang krusial dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut karena pendidikan mungkin dapat membantu seseorang untuk mengakses pekerjaan yang lebih baik yang meningkatkan pendapatan, sehingga dapat meningkatkan kehidupan mereka (Ionescu, 2012).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas sumber daya manusia. Berkaitan dengan ketenagakerjaan, pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu digunakan untuk melihat seberapa jauh kualitas penduduk yang bekerja di suatu daerah.

Hasil Sakernas 2015 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik tingkat pendidikan penduduk berumur 15 tahun yang bekerja di daerah perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) ke atas. Sementara itu, di daerah perdesaan, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan maksimum Sekolah Dasar (SD). Pola yang sama ditunjukkan pada kelompok perempuan maupun laki-laki (Tabel 6.2).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-201598

Tabel 6.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2015

Jenis Kelamin/ Daerah Tempat Tinggal

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Total Tamat SD ke

Bawah Tamat

SMP Tamat SMA

Ke atas (1) (2) (3) (4) (5)

Perempuan Perkotaan 32,13 16,40 51,47 100,00 Perdesaan 63,71 16,18 20,11 100,00 Perkotaan + Perdesaan 47,51 16,29 36,20 100,00

Laki-laki Perkotaan 28,88 18,07 53,05 100,00 Perdesaan 56,86 20,11 23,03 100,00 Perkotaan + Perdesaan 42,35 19,05 38,60 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Di perkotaan, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan SMA ke atas. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, persentase pekerja laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas, lebih tinggi dibandingkan perempuan, yakni sebesar 53,05 persen berbanding 51,47 persen. Sementara itu, di perdesaan mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan SD ke bawah. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, persentase pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas yang berpendidikan maksimum SD, lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yakni sebesar 63,71 persen berbanding 56,86 persen.

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari perempuan yang bekerja dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan SD ke bawah, yaitu di Papua sebesar 75,58 persen dan

terendah di DKI Jakarta, yaitu sebesar 21,11 persen. Persentase tertinggi dari perempuan yang bekerja dengan tingkat pendidikan SMA ke atas, yaitu di Kepulauan Riau sebesar 64,20 persen, sedangkan yang terendah di Papua, yaitu sebesar 15,07 persen. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas di DKI Jakarta dan Kepulauan Riau memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan provinsi lainnya (Lampiran Tabel 6.4.1).

6.4.2 Status Perkawinan

Status perkawinan yang dimaksud terdiri atas belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai mati. Pada tahun 2015, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berstatus kawin, baik di perkotaan maupun perdesaan.

Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, persentase pekerja laki-laki berumur 15 tahun yang berstatus kawin dan belum kawin, selalu lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sebaliknya, persentase pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas yang berstatus cerai hidup atau cerai mati, selalu lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja seminggu yang lalu sebagian besar berstatus kawin. Secara total, persentase pekerja perempuan yang berstatus kawin sebesar 70,80 persen, sedangkan yang berstatus belum kawin sebesar 15,95 persen, cerai hidup sebesar 3,92 persen, dan cerai mati sebesar 9,33 persen (Tabel 6.3).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 99

Tabel 6.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2015

Jenis Kelamin/ Daerah Tempat Tinggal

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Total Tamat SD ke

Bawah Tamat

SMP Tamat SMA

Ke atas (1) (2) (3) (4) (5)

Perempuan Perkotaan 32,13 16,40 51,47 100,00 Perdesaan 63,71 16,18 20,11 100,00 Perkotaan + Perdesaan 47,51 16,29 36,20 100,00

Laki-laki Perkotaan 28,88 18,07 53,05 100,00 Perdesaan 56,86 20,11 23,03 100,00 Perkotaan + Perdesaan 42,35 19,05 38,60 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Di perkotaan, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan SMA ke atas. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, persentase pekerja laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas, lebih tinggi dibandingkan perempuan, yakni sebesar 53,05 persen berbanding 51,47 persen. Sementara itu, di perdesaan mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berpendidikan SD ke bawah. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, persentase pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas yang berpendidikan maksimum SD, lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yakni sebesar 63,71 persen berbanding 56,86 persen.

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari perempuan yang bekerja dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan SD ke bawah, yaitu di Papua sebesar 75,58 persen dan

terendah di DKI Jakarta, yaitu sebesar 21,11 persen. Persentase tertinggi dari perempuan yang bekerja dengan tingkat pendidikan SMA ke atas, yaitu di Kepulauan Riau sebesar 64,20 persen, sedangkan yang terendah di Papua, yaitu sebesar 15,07 persen. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas di DKI Jakarta dan Kepulauan Riau memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan provinsi lainnya (Lampiran Tabel 6.4.1).

6.4.2 Status Perkawinan

Status perkawinan yang dimaksud terdiri atas belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai mati. Pada tahun 2015, mayoritas penduduk berumur 15 tahun yang bekerja berstatus kawin, baik di perkotaan maupun perdesaan.

Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, persentase pekerja laki-laki berumur 15 tahun yang berstatus kawin dan belum kawin, selalu lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sebaliknya, persentase pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas yang berstatus cerai hidup atau cerai mati, selalu lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja seminggu yang lalu sebagian besar berstatus kawin. Secara total, persentase pekerja perempuan yang berstatus kawin sebesar 70,80 persen, sedangkan yang berstatus belum kawin sebesar 15,95 persen, cerai hidup sebesar 3,92 persen, dan cerai mati sebesar 9,33 persen (Tabel 6.3).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015100

Tabel 6.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Status Perkawinan, 2015

Jenis Kelamin/ Daerah Tempat

Tinggal

Status Perkawinan Total Belum

Kawin Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perempuan Perkotaan 21,45 65,60 4,48 8,47 100,00 Perdesaan 10,15 76,28 3,33 10,24 100,00

Perkotaan + Perdesaan 15,95 70,80 3,92 9,33 100,00

Laki-laki Perkotaan 22,60 73,98 1,61 1,81 100,00 Perdesaan 19,11 77,09 1,56 2,24 100,00

Perkotaan + Perdesaan 20,92 75,48 1,59 2,02 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa DKI Jakarta memiliki persentase pekerja perempuan yang berstatus belum kawin tertinggi, yaitu sebesar 32,69 persen. Sementara itu, persentase pekerja perempuan yang berstatus kawin tertinggi terdapat di Bengkulu, yakni sebesar 78,41 persen. Persentase pekerja perempuan yang berstatus cerai hidup tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat, yakni sebesar 6,48 persen, sedangkan persentase pekerja perempuan yang berstatus cerai mati tertinggi terdapat di Aceh dengan persentase sebesar 13,58 persen (Lampiran Tabel 6.5.1).

6.4.3 Lapangan Pekerjaan Utama

Komposisi penyebaran jumlah pekerja di suatu wilayah menurut lapangan pekerjaan menunjukkan sektor-sektor apa saja yang menjadi tumpuan kegiatan ekonomi wilayah tersebut.

Mayoritas perempuan berumur 15 tahun ke atas bekerja pada sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan (31,71 persen), sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel (30,56 persen), dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (19, 51 persen). Pola yang serupa juga di tunjukkan pada pekerja laki-laki.

Ditinjau berdasarkan jenis kelamin, persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, dan sektor industri pengolahan, lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 101

Tabel 6.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Status Perkawinan, 2015

Jenis Kelamin/ Daerah Tempat

Tinggal

Status Perkawinan Total Belum

Kawin Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perempuan Perkotaan 21,45 65,60 4,48 8,47 100,00 Perdesaan 10,15 76,28 3,33 10,24 100,00

Perkotaan + Perdesaan 15,95 70,80 3,92 9,33 100,00

Laki-laki Perkotaan 22,60 73,98 1,61 1,81 100,00 Perdesaan 19,11 77,09 1,56 2,24 100,00

Perkotaan + Perdesaan 20,92 75,48 1,59 2,02 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Perbandingan antarprovinsi menunjukkan bahwa DKI Jakarta memiliki persentase pekerja perempuan yang berstatus belum kawin tertinggi, yaitu sebesar 32,69 persen. Sementara itu, persentase pekerja perempuan yang berstatus kawin tertinggi terdapat di Bengkulu, yakni sebesar 78,41 persen. Persentase pekerja perempuan yang berstatus cerai hidup tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat, yakni sebesar 6,48 persen, sedangkan persentase pekerja perempuan yang berstatus cerai mati tertinggi terdapat di Aceh dengan persentase sebesar 13,58 persen (Lampiran Tabel 6.5.1).

6.4.3 Lapangan Pekerjaan Utama

Komposisi penyebaran jumlah pekerja di suatu wilayah menurut lapangan pekerjaan menunjukkan sektor-sektor apa saja yang menjadi tumpuan kegiatan ekonomi wilayah tersebut.

Mayoritas perempuan berumur 15 tahun ke atas bekerja pada sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan (31,71 persen), sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel (30,56 persen), dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (19, 51 persen). Pola yang serupa juga di tunjukkan pada pekerja laki-laki.

Ditinjau berdasarkan jenis kelamin, persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, dan sektor industri pengolahan, lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015102

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015 Keterangan: 1 = Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas dan Air 5 = Bangunan/Konstruksi 6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 7 = Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8 = Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Gambar 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin,

2015

Sementara itu, ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase perempuan perdesaan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, yakni sebesar 56,36 persen

31,7

1

0,31

14,3

8

0,06 0,46

30,5

6

0,78 2,

23

19,5

1

33,5

7

1,65

12,6

4

0,37

11,1

0

17,5

3

6,61

3,21

13,3

3

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9Perempuan Laki-laki

berbanding 8,31 persen. Persentase perempuan perkotaan berumur 15 tahun yang bekerja di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yakni sebesar 40,25 persen berbanding 20,36 persen. Sementara itu, persentase perempuan perkotaan berumur 15 tahun yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yakni sebesar 27,42 persen berbanding 11,16 persen (Lampiran Tabel 6.6.1 dan Tabel 6.6.2 ).

Perbandingan pada tingkat provinsi, persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan tertinggi terdapat di Papua sebesar 81,24 persen, sedangkan persentase tertinggi untuk sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel tertinggi terdapat di di DKI Jakarta, yakni sebesar 40,33 persen. Sementara itu, persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan tertinggi terdapat di Gorontalo sebesar 35,66 persen (Lampiran Tabel 6.6.3).

6.4.4 Status Pekerjaan Utama

Indikator status pekerjaan utama membedakan antara dua kategori dari seluruh pekerja, yakni (a) pekerja penerima upah/gaji dan (b) orang yang mempekerjakan dirinya sendiri dan atau orang lain (ILO, 2015). Status pekerjaan dalam Sakernas dibedakan ke dalam tujuh kategori antara lain:

a. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 103

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015 Keterangan: 1 = Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas dan Air 5 = Bangunan/Konstruksi 6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 7 = Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8 = Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Gambar 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin,

2015

Sementara itu, ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase perempuan perdesaan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, yakni sebesar 56,36 persen

31,7

1

0,31

14,3

8

0,06 0,46

30,5

6

0,78 2,

23

19,5

1

33,5

7

1,65

12,6

4

0,37

11,1

0

17,5

3

6,61

3,21

13,3

3

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9Perempuan Laki-laki

berbanding 8,31 persen. Persentase perempuan perkotaan berumur 15 tahun yang bekerja di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yakni sebesar 40,25 persen berbanding 20,36 persen. Sementara itu, persentase perempuan perkotaan berumur 15 tahun yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yakni sebesar 27,42 persen berbanding 11,16 persen (Lampiran Tabel 6.6.1 dan Tabel 6.6.2 ).

Perbandingan pada tingkat provinsi, persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan tertinggi terdapat di Papua sebesar 81,24 persen, sedangkan persentase tertinggi untuk sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel tertinggi terdapat di di DKI Jakarta, yakni sebesar 40,33 persen. Sementara itu, persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan tertinggi terdapat di Gorontalo sebesar 35,66 persen (Lampiran Tabel 6.6.3).

6.4.4 Status Pekerjaan Utama

Indikator status pekerjaan utama membedakan antara dua kategori dari seluruh pekerja, yakni (a) pekerja penerima upah/gaji dan (b) orang yang mempekerjakan dirinya sendiri dan atau orang lain (ILO, 2015). Status pekerjaan dalam Sakernas dibedakan ke dalam tujuh kategori antara lain:

a. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015104

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar adalah bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap.

c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah berusaha atas risiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar.

d. Buruh/Karyawan/Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.

e. Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.

f. Pekerja bebas di nonpertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir), di usaha nonpertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan.

g. Pekerja keluarga/tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang.

Status pekerjaan utama dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kerja dan menentukan kelompok sosial ekonomi seseorang. Tingginya pekerja penerima upah/gaji pada sebuah negara dapat mengindikasikan majunya pembangunan ekonomi. Di sisi lain, tingginya orang yang berusaha sendiri, dapat mengindikasikan besarnya sektor

pertanian dan rendahnya pertumbuhan pada ekonomi formal (ILO, 2015).

Tabel 6.4. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Status Pekerjaan Utama, 2015

Jenis Kelamin/ Daerah Tempat

Tinggal

Status Pekerjaan Utama Total

1 2 3 4 5 6 7

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Perempuan Perkotaan 18,54 8,01 2,35 51,78 1,96 3,06 14,31 100,00 Perdesaan 16,29 13,10 1,38 19,18 5,90 1,81 42,35 100,00 Perkotaan + Perdesaan 17,44 10,48 1,88 35,90 3,88 2,45 27,96 100,00

Laki-laki Perkotaan 16,34 9,61 5,08 54,89 2,35 8,78 2,96 100,00 Perdesaan 17,20 29,13 3,95 24,69 7,35 8,98 8,70 100,00 Perkotaan + Perdesaan 16,75 19,01 4,53 40,35 4,76 8,87 5,72 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Keterangan: 1 = Berusaha Sendiri 5 = Pekerja Bebas di Pertanian 2 = Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/ 6 = Pekerja Bebas di Non

Buruh Tidak Dibayar Pertanian 3 = Berusaha Dibantu Buruh Tetap 7 = Pekerja Keluarga 4 = Buruh/Karyawan/Pegawai

Perbandingan status pekerjaan utama antara perempuan dan laki-laki menunjukkan pola yang sama, dimana persentase penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai menempati posisi tertinggi, yaitu untuk perempuan sebesar 35,90 persen dan untuk laki-laki sebesar 40,35 persen. Status pekerja perempuan yang menjalankan usaha dengan dibantu buruh tetap persentasenya paling rendah, yaitu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 105

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar adalah bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap.

c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah berusaha atas risiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar.

d. Buruh/Karyawan/Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.

e. Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.

f. Pekerja bebas di nonpertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir), di usaha nonpertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan.

g. Pekerja keluarga/tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang.

Status pekerjaan utama dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kerja dan menentukan kelompok sosial ekonomi seseorang. Tingginya pekerja penerima upah/gaji pada sebuah negara dapat mengindikasikan majunya pembangunan ekonomi. Di sisi lain, tingginya orang yang berusaha sendiri, dapat mengindikasikan besarnya sektor

pertanian dan rendahnya pertumbuhan pada ekonomi formal (ILO, 2015).

Tabel 6.4. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Status Pekerjaan Utama, 2015

Jenis Kelamin/ Daerah Tempat

Tinggal

Status Pekerjaan Utama Total

1 2 3 4 5 6 7

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Perempuan Perkotaan 18,54 8,01 2,35 51,78 1,96 3,06 14,31 100,00 Perdesaan 16,29 13,10 1,38 19,18 5,90 1,81 42,35 100,00 Perkotaan + Perdesaan 17,44 10,48 1,88 35,90 3,88 2,45 27,96 100,00

Laki-laki Perkotaan 16,34 9,61 5,08 54,89 2,35 8,78 2,96 100,00 Perdesaan 17,20 29,13 3,95 24,69 7,35 8,98 8,70 100,00 Perkotaan + Perdesaan 16,75 19,01 4,53 40,35 4,76 8,87 5,72 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Keterangan: 1 = Berusaha Sendiri 5 = Pekerja Bebas di Pertanian 2 = Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/ 6 = Pekerja Bebas di Non

Buruh Tidak Dibayar Pertanian 3 = Berusaha Dibantu Buruh Tetap 7 = Pekerja Keluarga 4 = Buruh/Karyawan/Pegawai

Perbandingan status pekerjaan utama antara perempuan dan laki-laki menunjukkan pola yang sama, dimana persentase penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai menempati posisi tertinggi, yaitu untuk perempuan sebesar 35,90 persen dan untuk laki-laki sebesar 40,35 persen. Status pekerja perempuan yang menjalankan usaha dengan dibantu buruh tetap persentasenya paling rendah, yaitu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015106

sebesar 1,88 persen, sedangkan status pekerja laki-laki yang terendah, yaitu berusaha dibantu buruh tetap sebesar 4,53 persen.

Ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, perempuan yang bekerja di perkotaan sebagian besar bekerja sebagai buruh/karyawan/ pegawai, yaitu sebesar 51,78 persen, sedangkan di perdesaan didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai pekerja keluarga dengan persentase sebesar 42,35 persen. Sementara itu, laki-laki yang bekerja di perkotaan sebagian besar bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, yaitu sebesar 54,89 persen, sedangkan di perdesaan didominasi oleh mereka yang berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar dengan persentase sebesar 29,13 persen (Tabel 6.4).

Kondisi perempuan sebagai pekerja keluarga merupakan gambaran dari keadaan ketenagakerjaan di Indonesia, dimana telah dibahas sebelumnya bahwa laki-laki merupakan pencari nafkah utama dan perempuan pada umumnya ikut bekerja hanya untuk membantu menambah penghasilan keluarga sebagai pekerja keluarga. Persentase perempuan yang berstatus sebagai pekerja keluarga sebesar 27,96 persen, sedangkan persentase laki-laki sebagai pekerja keluarga cukup rendah, yaitu hanya 5,72 persen (Tabel 6.4).

Perempuan sebagai buruh/karyawan/pegawai terdapat hampir di sebagian besar provinsi di Indonesia. Persentase tertinggi perempuan sebagai buruh/karyawan/pegawai adalah di DKI Jakarta, yaitu sebesar 67,57 persen, sedangkan yang terendah di Papua, yaitu sebesar 10,13 persen. Selain itu, perempuan sebagai pekerja keluarga juga ada hampir di sebagian besar provinsi di Indonesia, dimana persentase tertingginya adalah di Papua, yaitu sebesar 68,97 persen, sedangkan yang terendah di DKI Jakarta, yaitu sebesar 9,39 persen (Lampiran Tabel 6.7.3).

6.4.5 Pekerja di Sektor Informal dan Sektor Formal

Sektor informal merupakan bagian penting dari ekonomi dan pasar tenaga kerja di banyak negara. Sektor informal memainkan peran penting dalam penciptaan lapangan kerja, produksi, dan pendapatan (ILO, 2015). International Conference of Labour Statisticians (ICLS) ke-15 pada tahun 1993, mendefinisikan sektor informal sebagai unit produksi dalam usaha rumah tangga yang dimiliki oleh rumah tangga. Mereka yang bekerja di sektor informal terdiri dari semua orang yang selama periode acuan tertentu bekerja setidaknya di satu unit produksi yang memenuhi konsep sektor informal, terlepas dari status mereka dalam pekerjaan tersebut baik merupakan pekerjaan utama maupun sekunder (ILO, 2015).

Berdasarkan konsep Sakernas, sektor formal dan informal ditinjau dari jenis pekerjaan utama dan status/kedudukan dalam pekerjaan utama seminggu yang lalu (Tabel 6.5). Pada tahun 2015, mayoritas penduduk bekerja di sektor informal. Persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor informal lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yakni 62,22 persen berbanding 55,11 persen (Tabel 6.6).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 107

sebesar 1,88 persen, sedangkan status pekerja laki-laki yang terendah, yaitu berusaha dibantu buruh tetap sebesar 4,53 persen.

Ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, perempuan yang bekerja di perkotaan sebagian besar bekerja sebagai buruh/karyawan/ pegawai, yaitu sebesar 51,78 persen, sedangkan di perdesaan didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai pekerja keluarga dengan persentase sebesar 42,35 persen. Sementara itu, laki-laki yang bekerja di perkotaan sebagian besar bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, yaitu sebesar 54,89 persen, sedangkan di perdesaan didominasi oleh mereka yang berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar dengan persentase sebesar 29,13 persen (Tabel 6.4).

Kondisi perempuan sebagai pekerja keluarga merupakan gambaran dari keadaan ketenagakerjaan di Indonesia, dimana telah dibahas sebelumnya bahwa laki-laki merupakan pencari nafkah utama dan perempuan pada umumnya ikut bekerja hanya untuk membantu menambah penghasilan keluarga sebagai pekerja keluarga. Persentase perempuan yang berstatus sebagai pekerja keluarga sebesar 27,96 persen, sedangkan persentase laki-laki sebagai pekerja keluarga cukup rendah, yaitu hanya 5,72 persen (Tabel 6.4).

Perempuan sebagai buruh/karyawan/pegawai terdapat hampir di sebagian besar provinsi di Indonesia. Persentase tertinggi perempuan sebagai buruh/karyawan/pegawai adalah di DKI Jakarta, yaitu sebesar 67,57 persen, sedangkan yang terendah di Papua, yaitu sebesar 10,13 persen. Selain itu, perempuan sebagai pekerja keluarga juga ada hampir di sebagian besar provinsi di Indonesia, dimana persentase tertingginya adalah di Papua, yaitu sebesar 68,97 persen, sedangkan yang terendah di DKI Jakarta, yaitu sebesar 9,39 persen (Lampiran Tabel 6.7.3).

6.4.5 Pekerja di Sektor Informal dan Sektor Formal

Sektor informal merupakan bagian penting dari ekonomi dan pasar tenaga kerja di banyak negara. Sektor informal memainkan peran penting dalam penciptaan lapangan kerja, produksi, dan pendapatan (ILO, 2015). International Conference of Labour Statisticians (ICLS) ke-15 pada tahun 1993, mendefinisikan sektor informal sebagai unit produksi dalam usaha rumah tangga yang dimiliki oleh rumah tangga. Mereka yang bekerja di sektor informal terdiri dari semua orang yang selama periode acuan tertentu bekerja setidaknya di satu unit produksi yang memenuhi konsep sektor informal, terlepas dari status mereka dalam pekerjaan tersebut baik merupakan pekerjaan utama maupun sekunder (ILO, 2015).

Berdasarkan konsep Sakernas, sektor formal dan informal ditinjau dari jenis pekerjaan utama dan status/kedudukan dalam pekerjaan utama seminggu yang lalu (Tabel 6.5). Pada tahun 2015, mayoritas penduduk bekerja di sektor informal. Persentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor informal lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yakni 62,22 persen berbanding 55,11 persen (Tabel 6.6).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015108

Tabel 6.5. Tabulasi Silang Batasan Kegiatan Formal/Informal Berdasarkan Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan Utama

Status Pekerjaan Utama

Jenis Pekerjaan Utama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Berusaha Sendiri F F F INF INF INF INF INF INF INF Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar

F F F F F INF F F F INF

Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar

F F F F F F F F F F

Buruh/Karyawan/ Pegawai F F F F F F F F F F

Pekerja Bebas di Pertanian

F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja Bebas di Non Pertanian

F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja Tak Dibayar INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Sumber: Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia, Agustus 2015

Keterangan: F = Formal; INF = Informal. Jenis Pekerjaan Utama: 1 = Tenaga Profesional; 6 = Tenaga Usaha Pertanian; 2 = Tenaga Kepemimpinan; 7 = Tenaga Produksi; 3 = Pejabat Pelaksana dan Tata Usaha; 8 = Tenaga Operasional; 4 = Tenaga Penjualan; 9 = Pekerja Kasar; 5 = Tenaga Usaha Jasa; 10 = Lainnya.

Bila ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, sebagian besar perempuan perkotaan berumur 15 tahun bekerja di sektor formal, yakni sebesar 54,12 persen. Sebaliknya di perdesaan, mayoritas perempuan berumur 15 tahun ke atas bekerja di sektor informal dengan persentase sebesar 79,44 persen. Pola yang sama juga ditunjukkan pada kelompok laki-laki (Tabel 6.6).

Tabel 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Sektor Pekerjaan, 2015

Jenis Kelamin / Daerah Tempat

Tinggal

Sektor Pekerjaan Total Formal Informal

(1) (2) (3) (4)

Perempuan Perkotaan 54,12 45,88 100,00 Perdesaan 20,56 79,44 100,00 Perkotaan + Perdesaan 37,78 62,22 100,00 Laki-laki Perkotaan 59,97 40,03 100,00 Perdesaan 28,64 71,36 100,00 Perkotaan + Perdesaan

44,89

55,11

100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Persentase pekerja perempuan sektor formal yang berpendidikan tamat SD ke bawah sebesar 15,90 persen, sedangkan pada sektor informal sebesar 84,10 persen atau sekitar lima kali lipatnya. Sebaliknya, persentase pekerja perempuan sektor informal yang berpendidikan SMA ke atas lebih rendah dibandingkan di sektor formal, yaitu 30,97 persen berbanding 69,03 persen (Tabel 6.7).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 109

Tabel 6.5. Tabulasi Silang Batasan Kegiatan Formal/Informal Berdasarkan Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan Utama

Status Pekerjaan Utama

Jenis Pekerjaan Utama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Berusaha Sendiri F F F INF INF INF INF INF INF INF Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar

F F F F F INF F F F INF

Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar

F F F F F F F F F F

Buruh/Karyawan/ Pegawai F F F F F F F F F F

Pekerja Bebas di Pertanian

F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja Bebas di Non Pertanian

F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja Tak Dibayar INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Sumber: Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia, Agustus 2015

Keterangan: F = Formal; INF = Informal. Jenis Pekerjaan Utama: 1 = Tenaga Profesional; 6 = Tenaga Usaha Pertanian; 2 = Tenaga Kepemimpinan; 7 = Tenaga Produksi; 3 = Pejabat Pelaksana dan Tata Usaha; 8 = Tenaga Operasional; 4 = Tenaga Penjualan; 9 = Pekerja Kasar; 5 = Tenaga Usaha Jasa; 10 = Lainnya.

Bila ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, sebagian besar perempuan perkotaan berumur 15 tahun bekerja di sektor formal, yakni sebesar 54,12 persen. Sebaliknya di perdesaan, mayoritas perempuan berumur 15 tahun ke atas bekerja di sektor informal dengan persentase sebesar 79,44 persen. Pola yang sama juga ditunjukkan pada kelompok laki-laki (Tabel 6.6).

Tabel 6.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Sektor Pekerjaan, 2015

Jenis Kelamin / Daerah Tempat

Tinggal

Sektor Pekerjaan Total Formal Informal

(1) (2) (3) (4)

Perempuan Perkotaan 54,12 45,88 100,00 Perdesaan 20,56 79,44 100,00 Perkotaan + Perdesaan 37,78 62,22 100,00 Laki-laki Perkotaan 59,97 40,03 100,00 Perdesaan 28,64 71,36 100,00 Perkotaan + Perdesaan

44,89

55,11

100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Persentase pekerja perempuan sektor formal yang berpendidikan tamat SD ke bawah sebesar 15,90 persen, sedangkan pada sektor informal sebesar 84,10 persen atau sekitar lima kali lipatnya. Sebaliknya, persentase pekerja perempuan sektor informal yang berpendidikan SMA ke atas lebih rendah dibandingkan di sektor formal, yaitu 30,97 persen berbanding 69,03 persen (Tabel 6.7).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015110

Tabel 6.7. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin dan Sektor Pekerjaan, 2014

Tingkat Pendidikan

Perempuan Total

Laki-laki Total

Formal Informal Formal Informal (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tamat SD ke bawah

15,90 84,10 100,00 24,21 75,79 100,00

SMP 32,14 67,86 100,00 40,25 59,75 100,00

SMA ke atas 69,03 30,97 100,00 69,87 30,13 100,00

Total 37,78 62,22 100,00 44,89 55,11 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Kondisi yang sama juga berlaku pada laki-laki. Persentase pekerja laki-laki pada sektor informal yang berpendidikan tamat SD ke bawah adalah sebesar 75,79 persen, sedangkan pada sektor formal, sekitar satu per tiganya, yakni sebesar 24,21 persen. Persentase pekerja laki-laki pada sektor informal yang berpendidikan SMA ke atas sebesar 30,13 persen, sedangkan pada sektor formal sekitar dua kali lipatnya, yakni sebesar 69,87 persen. Hal tersebut menjelaskan bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor informal lebih banyak pada mereka yang berpendidikan rendah, sebaliknya pada sektor formal lebih banyak pada mereka yang berpendidikan lebih tinggi.

Pembahasan selanjutnya mengenai karakteristik perempuan dan laki-laki yang bekerja di sektor formal dan informal menurut kelompok umur. Secara umum, terdapat pola yang sama antara pekerja perempuan dan laki-laki pada sektor informal. Pada kelompok umur yang lebih muda persentase penduduk yang bekerja baik di sektor informal mempunyai persentase yang lebih rendah. Kemudian seiring dengan pertambahan umur, persentase penduduk perempuan dan laki-laki yang

bekerja di sektor informal meningkat sampai dengan kelompok umur 40-44 tahun. Selanjutnya persentase ini menurun sampai dengan kelompok umur 55-59 tahun dan kemudian terjadi peningkatan pada kelompok umur 60 tahun ke atas (Tabel 6.8).

Persentase perempuan yang bekerja di sektor formal tertinggi berada pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebesar 18,75 persen dan di sektor informal tertinggi berada pada kelompok umur 40-44 tahun, yaitu sebesar 13,87 persen. Sementara itu, persentase laki-laki yang bekerja di sektor formal tertinggi berada pada kelompok umur 25-29 tahun, yaitu 16,12 persen di sektor formal dan untuk sektor informal berada pada kelompok umur 40-44 dengan persentase sebesar 12,37 persen di sektor informal (Tabel 6.8).

Hal menarik lainnya yang dapat kita lihat pada perbandingan persentase pekerja perempuan dan laki-laki menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa perempuan lebih lama bertahan di sektor informal dibanding dengan laki-laki. Perempuan yang bekerja di sektor informal memiliki persentase yang tinggi saat berada di kelompok umur 30-54 tahun. Sementara itu, laki-laki yang bekerja di sektor informal memiliki persentase yang tinggi saat berada di kelompok umur 30-49 tahun.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 111

Tabel 6.7. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin dan Sektor Pekerjaan, 2014

Tingkat Pendidikan

Perempuan Total

Laki-laki Total

Formal Informal Formal Informal (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tamat SD ke bawah

15,90 84,10 100,00 24,21 75,79 100,00

SMP 32,14 67,86 100,00 40,25 59,75 100,00

SMA ke atas 69,03 30,97 100,00 69,87 30,13 100,00

Total 37,78 62,22 100,00 44,89 55,11 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Kondisi yang sama juga berlaku pada laki-laki. Persentase pekerja laki-laki pada sektor informal yang berpendidikan tamat SD ke bawah adalah sebesar 75,79 persen, sedangkan pada sektor formal, sekitar satu per tiganya, yakni sebesar 24,21 persen. Persentase pekerja laki-laki pada sektor informal yang berpendidikan SMA ke atas sebesar 30,13 persen, sedangkan pada sektor formal sekitar dua kali lipatnya, yakni sebesar 69,87 persen. Hal tersebut menjelaskan bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor informal lebih banyak pada mereka yang berpendidikan rendah, sebaliknya pada sektor formal lebih banyak pada mereka yang berpendidikan lebih tinggi.

Pembahasan selanjutnya mengenai karakteristik perempuan dan laki-laki yang bekerja di sektor formal dan informal menurut kelompok umur. Secara umum, terdapat pola yang sama antara pekerja perempuan dan laki-laki pada sektor informal. Pada kelompok umur yang lebih muda persentase penduduk yang bekerja baik di sektor informal mempunyai persentase yang lebih rendah. Kemudian seiring dengan pertambahan umur, persentase penduduk perempuan dan laki-laki yang

bekerja di sektor informal meningkat sampai dengan kelompok umur 40-44 tahun. Selanjutnya persentase ini menurun sampai dengan kelompok umur 55-59 tahun dan kemudian terjadi peningkatan pada kelompok umur 60 tahun ke atas (Tabel 6.8).

Persentase perempuan yang bekerja di sektor formal tertinggi berada pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebesar 18,75 persen dan di sektor informal tertinggi berada pada kelompok umur 40-44 tahun, yaitu sebesar 13,87 persen. Sementara itu, persentase laki-laki yang bekerja di sektor formal tertinggi berada pada kelompok umur 25-29 tahun, yaitu 16,12 persen di sektor formal dan untuk sektor informal berada pada kelompok umur 40-44 dengan persentase sebesar 12,37 persen di sektor informal (Tabel 6.8).

Hal menarik lainnya yang dapat kita lihat pada perbandingan persentase pekerja perempuan dan laki-laki menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa perempuan lebih lama bertahan di sektor informal dibanding dengan laki-laki. Perempuan yang bekerja di sektor informal memiliki persentase yang tinggi saat berada di kelompok umur 30-54 tahun. Sementara itu, laki-laki yang bekerja di sektor informal memiliki persentase yang tinggi saat berada di kelompok umur 30-49 tahun.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015112

Tabel 6.8. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Sektor Pekerjaan, 2015

Kelompok Umur

Perempuan Total

Laki-laki Total Formal Informal Formal Informal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

15 – 19 5,65 2,84 3,90 2,99 3,88 3,48

20 – 24 18,75 5,47 10,49 12,47 7,69 9,84

25 – 29 17,33 8,06 11,56 16,12 9,74 12,61

30 – 34 14,27 10,83 12,13 15,30 11,46 13,19

35 – 39 12,27 12,72 12,55 14,18 12,24 13,11

40 – 44 10,65 13,87 12,66 12,28 12,37 12,33

45 – 49 8,63 13,03 11,37 10,55 11,17 10,89

50 – 54 6,55 11,46 9,60 7,81 9,82 8,92

55 – 59 3,44 9,21 7,03 4,67 8,38 6,72

60 + 2,45 12,51 8,71 3,61 13,26 8,93

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah seiring dengan membaiknya kondisi sosial masyarakat dan usia harapan hidup yang semakin meningkat. Adapun yang dikategorikan sebagai lansia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas (Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998).

Berdasarkan Tabel 6.8 terlihat bahwa masih cukup banyak lansia yang bekerja. Persentase pekerja perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih adalah sekitar 8,71 persen. Bila dibandingkan dengan kelompok

umur 55-59 tahun, persentase tersebut masih lebih tinggi. Sementara itu, Persentase pekerja laki-laki yang berusia 60 tahun atau lebih adalah sekitar 8,93 persen. Bahkan bila dibandingkan dengan kelompok umur 50-54 tahun, persentase tersebut masih lebih tinggi.

Meskipun masih cukup banyak lansia yang masih produktif, jika ditinjau dari sektor pekerjaannya, mayoritas lansia bekerja pada sektor informal. Persentase pekerja lansia perempuan yang bekerja di sektor informal adalah sebesar 12,51 persen, sedangkan lansia laki-laki sebesar 13,26 persen.

6.4.6 Rata-Rata Upah

Rata-rata upah/gaji mencerminkan salah satu aspek paling penting dari informasi pasar tenaga kerja. Informasi mengenai upah penting untuk mengevaluasi standar hidup dan kondisi dari pekerjaan dan kehidupan dari para pekerja. Informasi tersebut juga dibutuhkan dalam perencanaan ekonomi dan pengembangan sosial, penentuan kebijakan pendapatan dan fiskal, pengaturan perlindungan sosial, dan pengaturan minimum upah/gaji (ILO,2015).

Berdasarkan konsep yang diterapkan pada Sakernas, upah/gaji bersih adalah upah/gaji bersih yang biasanya diterima selama sebulan oleh buruh/karyawan/pegawai baik berupa uang atau barang yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan. Upah/gaji bersih yang dimaksud adalah setelah dikurangi dengan potongan-potongan, iuran wajib, pajak penghasilan dan lain sebagainya oleh perusahaan/kantor/ majikan (BPS, 2015). Rasio upah antara pekerja perempuan dan laki-laki sangat menarik untuk dibahas dengan melihat perbedaan kondisi antara buruh/karyawan/pegawai perempuan dan laki-laki berdasarkan daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan utamanya, dan status perkawinannya.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 113

Tabel 6.8. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Sektor Pekerjaan, 2015

Kelompok Umur

Perempuan Total

Laki-laki Total Formal Informal Formal Informal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

15 – 19 5,65 2,84 3,90 2,99 3,88 3,48

20 – 24 18,75 5,47 10,49 12,47 7,69 9,84

25 – 29 17,33 8,06 11,56 16,12 9,74 12,61

30 – 34 14,27 10,83 12,13 15,30 11,46 13,19

35 – 39 12,27 12,72 12,55 14,18 12,24 13,11

40 – 44 10,65 13,87 12,66 12,28 12,37 12,33

45 – 49 8,63 13,03 11,37 10,55 11,17 10,89

50 – 54 6,55 11,46 9,60 7,81 9,82 8,92

55 – 59 3,44 9,21 7,03 4,67 8,38 6,72

60 + 2,45 12,51 8,71 3,61 13,26 8,93

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah seiring dengan membaiknya kondisi sosial masyarakat dan usia harapan hidup yang semakin meningkat. Adapun yang dikategorikan sebagai lansia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas (Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998).

Berdasarkan Tabel 6.8 terlihat bahwa masih cukup banyak lansia yang bekerja. Persentase pekerja perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih adalah sekitar 8,71 persen. Bila dibandingkan dengan kelompok

umur 55-59 tahun, persentase tersebut masih lebih tinggi. Sementara itu, Persentase pekerja laki-laki yang berusia 60 tahun atau lebih adalah sekitar 8,93 persen. Bahkan bila dibandingkan dengan kelompok umur 50-54 tahun, persentase tersebut masih lebih tinggi.

Meskipun masih cukup banyak lansia yang masih produktif, jika ditinjau dari sektor pekerjaannya, mayoritas lansia bekerja pada sektor informal. Persentase pekerja lansia perempuan yang bekerja di sektor informal adalah sebesar 12,51 persen, sedangkan lansia laki-laki sebesar 13,26 persen.

6.4.6 Rata-Rata Upah

Rata-rata upah/gaji mencerminkan salah satu aspek paling penting dari informasi pasar tenaga kerja. Informasi mengenai upah penting untuk mengevaluasi standar hidup dan kondisi dari pekerjaan dan kehidupan dari para pekerja. Informasi tersebut juga dibutuhkan dalam perencanaan ekonomi dan pengembangan sosial, penentuan kebijakan pendapatan dan fiskal, pengaturan perlindungan sosial, dan pengaturan minimum upah/gaji (ILO,2015).

Berdasarkan konsep yang diterapkan pada Sakernas, upah/gaji bersih adalah upah/gaji bersih yang biasanya diterima selama sebulan oleh buruh/karyawan/pegawai baik berupa uang atau barang yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan. Upah/gaji bersih yang dimaksud adalah setelah dikurangi dengan potongan-potongan, iuran wajib, pajak penghasilan dan lain sebagainya oleh perusahaan/kantor/ majikan (BPS, 2015). Rasio upah antara pekerja perempuan dan laki-laki sangat menarik untuk dibahas dengan melihat perbedaan kondisi antara buruh/karyawan/pegawai perempuan dan laki-laki berdasarkan daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan utamanya, dan status perkawinannya.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015114

Rata-rata upah/gaji pekerja perempuan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan, yakni sebesar Rp. 2.047.966, berbanding Rp. 1.337.515,-. Kemudian secara umum rata-rata upah/gaji pekerja perempuan selalu lebih rendah bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki baik di perkotaan maupun di perdesaan (Tabel 6.9).

Tabel 6.9. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3)

Perkotaan 2.047.966 2.412.979

Perdesaan 1.337.515 1.614.597

Perkotaan + Perdesaan 1.863.179 2.177.763

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Salah satu elemen penting yang menentukan tingkat upah/gaji dari pekerja adalah capaian pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pekerja, semakin tinggi juga upah/gaji yang diharapkan orang tersebut (ADB, 2014). Tabel 6.10 menunjukkan dengan jelas bahwa pekerja yang berpendidikan lebih tinggi, memperoleh rata-rata upah/gaji yang besar.

Terdapat perbedaan rata-rata upah/gaji yang diperoleh perempuan dengan laki-laki. Hal tersebut tercermin dari rasio upah perempuan dan laki-laki yang selalu kurang dari 100 pada setiap jenjang pendidikan (Tabel 6.10). Perbedaan yang cukup besar terlihat pada tingkat pendidikan tidak/belum pernah sekolah, dimana rasio upahnya sebesar 58,51 yang berarti bahwa bila besarnya upah atau gaji bersih

pekerja laki-laki adalah 100 maka upah perempuan hanya sebesar 58,51 saja.

Tabel 6.10. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2015

Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Rasio

Upah Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4)

Tidak/Belum Pernah Sekolah 597.459 1.021.113 58,51 Tidak/Belum Tamat SD 733.498 1.152.768 63,63 Sekolah Dasar 866.639 1.180.349 73,42 SLTP 1.178.372 1.391.631 84,68 SMTA Umum 1.574.624 2.062.359 76,35 SMTA Kejuruan 1.747.625 2.053.581 85,10 Diploma I/II/III/ Akademi 2.495.935 3.440.875 72,54 Universitas 3.134.040 4.509.934 69,49 Total 1.863.179 2.177.763 85,55

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Hal yang menarik dapat kita lihat pada perbandingan rata-rata upah/gaji antara pekerja perempuan dan laki-laki menurut lapangan pekerjaan utama, ternyata rata-rata upah/gaji pekerja perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki pada sektor bangunan konstruksi, sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi, dan sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan.

Rasio upah yang memiliki angka di atas 100 menunjukkan bahwa rata-rata upah/gaji bersih buruh/karyawan/pegawai perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Rasio upah untuk sektor bangunan konstruksi adalah 165,6 persen yang berarti bahwa besarnya upah/gaji bersih pekerja perempuan lebih tinggi 65,6 persen dibandingkan laki-

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 115

Rata-rata upah/gaji pekerja perempuan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan, yakni sebesar Rp. 2.047.966, berbanding Rp. 1.337.515,-. Kemudian secara umum rata-rata upah/gaji pekerja perempuan selalu lebih rendah bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki baik di perkotaan maupun di perdesaan (Tabel 6.9).

Tabel 6.9. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2015

Daerah Tempat Tinggal Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3)

Perkotaan 2.047.966 2.412.979

Perdesaan 1.337.515 1.614.597

Perkotaan + Perdesaan 1.863.179 2.177.763

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Salah satu elemen penting yang menentukan tingkat upah/gaji dari pekerja adalah capaian pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pekerja, semakin tinggi juga upah/gaji yang diharapkan orang tersebut (ADB, 2014). Tabel 6.10 menunjukkan dengan jelas bahwa pekerja yang berpendidikan lebih tinggi, memperoleh rata-rata upah/gaji yang besar.

Terdapat perbedaan rata-rata upah/gaji yang diperoleh perempuan dengan laki-laki. Hal tersebut tercermin dari rasio upah perempuan dan laki-laki yang selalu kurang dari 100 pada setiap jenjang pendidikan (Tabel 6.10). Perbedaan yang cukup besar terlihat pada tingkat pendidikan tidak/belum pernah sekolah, dimana rasio upahnya sebesar 58,51 yang berarti bahwa bila besarnya upah atau gaji bersih

pekerja laki-laki adalah 100 maka upah perempuan hanya sebesar 58,51 saja.

Tabel 6.10. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/ Karyawan/Pegawai selama Sebulan menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2015

Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Rasio

Upah Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4)

Tidak/Belum Pernah Sekolah 597.459 1.021.113 58,51 Tidak/Belum Tamat SD 733.498 1.152.768 63,63 Sekolah Dasar 866.639 1.180.349 73,42 SLTP 1.178.372 1.391.631 84,68 SMTA Umum 1.574.624 2.062.359 76,35 SMTA Kejuruan 1.747.625 2.053.581 85,10 Diploma I/II/III/ Akademi 2.495.935 3.440.875 72,54 Universitas 3.134.040 4.509.934 69,49 Total 1.863.179 2.177.763 85,55

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Hal yang menarik dapat kita lihat pada perbandingan rata-rata upah/gaji antara pekerja perempuan dan laki-laki menurut lapangan pekerjaan utama, ternyata rata-rata upah/gaji pekerja perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki pada sektor bangunan konstruksi, sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi, dan sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan.

Rasio upah yang memiliki angka di atas 100 menunjukkan bahwa rata-rata upah/gaji bersih buruh/karyawan/pegawai perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Rasio upah untuk sektor bangunan konstruksi adalah 165,6 persen yang berarti bahwa besarnya upah/gaji bersih pekerja perempuan lebih tinggi 65,6 persen dibandingkan laki-

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015116

laki, kemudian rasio upah untuk sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi adalah 129,65 yang berarti bahwa besarnya upah/gaji bersih pekerja perempuan lebih tinggi 29,65 persen dibandingkan laki-laki. Sementara itu, rasio upah pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan adalah 106,90, artinya besarnya upah/gaji bersih pekerja perempuan lebih tinggi 6,90 persen dibandingkan laki-laki (Tabel 6.11).

Tabel 6.11. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2015

Lapangan Pekerjaan Utama

Jenis Kelamin Rasio Upah Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4)

Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan

928.885 1.436.194 64,68

Pertambangan dan Penggalian

2.517.529 3.872.536 65,01

Industri Pengolahan 1.659.683 1.986.039 83,57 Listrik, Gas, dan Air 2.586.389 2.691.569 96,09 Bangunan Kontruksi 3.086.550 1.863.850 165,60 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel

1.514.322 1.762.125 85,94

Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi

2.955.590 2.279.601 129,65

Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan

3.126.545 2.924.713 106,90

Jasa Kemasyarakatan 1.991.601 2.618.823 76,05

Total 1.863.179 2.177.763 85,55 Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Secara umum rata-rata upah/gaji bersih pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas, lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki. Tetapi bila dilihat berdasarkan status perkawinan, kelompok pekerja

perempuan berumur 15 tahun ke atas yang berstatus belum kawin atau cerai hidup memiliki rata-rata upah/gaji bersih yang lebih tinggi dibandingkan pekerja laki-laki. Sebaliknya, kelompok pekerja laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang kawin atau cerai mati memiliki rata-rata upah/gaji bersih yang lebih tinggi dibandingkan pekerja perempuan (Tabel 6.12.).

Tabel 6.12. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2015

Kelompok Umur

Jenis Kelamin Rasio Upah Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4) Belum Kawin 1.634.881 1.546.114 105,74 Kawin 2.027.048 2.443.388 82,96 Cerai Hidup 1.677.835 1.642.023 102,18 Cerai Mati 1.531.976 1.855.209 82,58

Total 1.863.179 2.177.763 85,55 Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Pada tingkat provinsi, rata-rata upah/gaji bagi buruh/karyawan/ pegawai perempuan yang tertinggi adalah di Kepulauan Riau, yaitu sebesar Rp. 2.939.167,-. dan yang terendah adalah di Jawa Tengah, yaitu sebesar Rp. 1.350.743,-. Tidak berbeda dengan kelompok perempuan, rata-rata upah/gaji bagi buruh/karyawan/pegawai laki-laki yang tertinggi juga terdapat di Kepulauan Riau, yaitu sebesar Rp. 3.672.507,- dan yang terendah di Jawa Tengah Rp. 1.712.887,- (Lampiran Tabel 6.9).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 117

laki, kemudian rasio upah untuk sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi adalah 129,65 yang berarti bahwa besarnya upah/gaji bersih pekerja perempuan lebih tinggi 29,65 persen dibandingkan laki-laki. Sementara itu, rasio upah pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan adalah 106,90, artinya besarnya upah/gaji bersih pekerja perempuan lebih tinggi 6,90 persen dibandingkan laki-laki (Tabel 6.11).

Tabel 6.11. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2015

Lapangan Pekerjaan Utama

Jenis Kelamin Rasio Upah Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4)

Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan

928.885 1.436.194 64,68

Pertambangan dan Penggalian

2.517.529 3.872.536 65,01

Industri Pengolahan 1.659.683 1.986.039 83,57 Listrik, Gas, dan Air 2.586.389 2.691.569 96,09 Bangunan Kontruksi 3.086.550 1.863.850 165,60 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel

1.514.322 1.762.125 85,94

Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi

2.955.590 2.279.601 129,65

Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan

3.126.545 2.924.713 106,90

Jasa Kemasyarakatan 1.991.601 2.618.823 76,05

Total 1.863.179 2.177.763 85,55 Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Secara umum rata-rata upah/gaji bersih pekerja perempuan berumur 15 tahun ke atas, lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki. Tetapi bila dilihat berdasarkan status perkawinan, kelompok pekerja

perempuan berumur 15 tahun ke atas yang berstatus belum kawin atau cerai hidup memiliki rata-rata upah/gaji bersih yang lebih tinggi dibandingkan pekerja laki-laki. Sebaliknya, kelompok pekerja laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang kawin atau cerai mati memiliki rata-rata upah/gaji bersih yang lebih tinggi dibandingkan pekerja perempuan (Tabel 6.12.).

Tabel 6.12. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan/ Pegawai selama Sebulan menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2015

Kelompok Umur

Jenis Kelamin Rasio Upah Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4) Belum Kawin 1.634.881 1.546.114 105,74 Kawin 2.027.048 2.443.388 82,96 Cerai Hidup 1.677.835 1.642.023 102,18 Cerai Mati 1.531.976 1.855.209 82,58

Total 1.863.179 2.177.763 85,55 Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Pada tingkat provinsi, rata-rata upah/gaji bagi buruh/karyawan/ pegawai perempuan yang tertinggi adalah di Kepulauan Riau, yaitu sebesar Rp. 2.939.167,-. dan yang terendah adalah di Jawa Tengah, yaitu sebesar Rp. 1.350.743,-. Tidak berbeda dengan kelompok perempuan, rata-rata upah/gaji bagi buruh/karyawan/pegawai laki-laki yang tertinggi juga terdapat di Kepulauan Riau, yaitu sebesar Rp. 3.672.507,- dan yang terendah di Jawa Tengah Rp. 1.712.887,- (Lampiran Tabel 6.9).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015118

6.5 Pengusaha Industri Mikro dan Kecil

6.5.1 Profil Pengusaha Industri Mikro dan Kecil

Berdasarkan hasil Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan Tahun 2015 jumlah pengusaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) usia produktif hampir mencapai 90 persen. Usia produktif yang dimaksud di sini yaitu ada pada rentang usia 20 – 60 tahun. Pengusaha IMK terbanyak (32,83 persen) berusia 40-49 tahun, kemudian usia 50-60 tahun sebanyak 28,45 persen, dan pengusaha berumur 30-39 tahun 21,32 persen. Jika kita lihat bentuk Gambar 6.7. maka dapat dikatakan bahwa jumlah pengusaha IMK tahun 2015 sesuai dengan bonus demografi.

Untuk pengusaha yang berusia 30 tahun ke atas, jumlah pengusaha laki-laki lebih banyak daripada pengusaha perempuan pada kelompok umur yang sama. Tetapi untuk pengusaha yang berumur kurang dari 30 tahun, pengusaha perempuan lebih banyak dari pengusaha laki-laki pada kelompok umur yang sama. Pada rentang usia 20-29 tahun pengusaha perempuan 1,3 kali lebih banyak dibanding pengusaha laki-laki. Sementara itu, pada usia kurang dari 20 tahun pengusaha perempuan dua kali lebih banyak dari pengusaha laki-laki. Ini menyimpulkan bahwa perempuan yang terjun menjadi pengusaha IMK, memiliki usia yang lebih muda dibanding laki-laki.

Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Gambar 6.7. Jumlah Pengusaha IMK menurut Kelompok Umur, 2015

Yang menarik untuk diamati adalah pengusaha usia lanjut yaitu pengusaha yang berumur 60 tahun ke atas. Sebanyak 12,50 persen pengusaha IMK adalah lanjut usia. Jumlah ini lebih besar dibanding pengusaha yang berumur 30 tahun ke bawah yaitu hanya 4,90 persen. Hal ini menunjukan bahwa meskipun lanjut usia, pengusaha IMK masih produktif.

Tingkat pendidikan yang ditamatkan pengusaha IMK sangat bervariasi mulai dari tidak tamat SD sampai dengan S2/S3. Dari Gambar 6.8. terlihat tingkat pendidikan pengusaha IMK masih sangat rendah, hampir 60 persen pengusaha tidak tamat SD dan tamat SD saja. Paling banyak adalah pengusaha yang menamatkan pendidikan tingkat SD yaitu 37,94 persen, selanjutnya tamat SMP dan SMA masing-masing sebesar 19,36 persen dan 19,41 persen. Pengusaha IMK yang tamat DI/DII, DIII dan S1 meskipun jumlahnya kecil tetapi patut untuk diperhitungkan. Bahkan dua ribu lebih lulusan S2/S3 menjadi pengusaha IMK, sedangkan

1.958

76.726

446.885

724.661

612.675

265.539

4.393

96.783

335.188

479.800

431.052

193.213

< 20

20 - 29

30 - 39

40 - 49

50 - 60

> 60

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 119

6.5 Pengusaha Industri Mikro dan Kecil

6.5.1 Profil Pengusaha Industri Mikro dan Kecil

Berdasarkan hasil Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan Tahun 2015 jumlah pengusaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) usia produktif hampir mencapai 90 persen. Usia produktif yang dimaksud di sini yaitu ada pada rentang usia 20 – 60 tahun. Pengusaha IMK terbanyak (32,83 persen) berusia 40-49 tahun, kemudian usia 50-60 tahun sebanyak 28,45 persen, dan pengusaha berumur 30-39 tahun 21,32 persen. Jika kita lihat bentuk Gambar 6.7. maka dapat dikatakan bahwa jumlah pengusaha IMK tahun 2015 sesuai dengan bonus demografi.

Untuk pengusaha yang berusia 30 tahun ke atas, jumlah pengusaha laki-laki lebih banyak daripada pengusaha perempuan pada kelompok umur yang sama. Tetapi untuk pengusaha yang berumur kurang dari 30 tahun, pengusaha perempuan lebih banyak dari pengusaha laki-laki pada kelompok umur yang sama. Pada rentang usia 20-29 tahun pengusaha perempuan 1,3 kali lebih banyak dibanding pengusaha laki-laki. Sementara itu, pada usia kurang dari 20 tahun pengusaha perempuan dua kali lebih banyak dari pengusaha laki-laki. Ini menyimpulkan bahwa perempuan yang terjun menjadi pengusaha IMK, memiliki usia yang lebih muda dibanding laki-laki.

Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Gambar 6.7. Jumlah Pengusaha IMK menurut Kelompok Umur, 2015

Yang menarik untuk diamati adalah pengusaha usia lanjut yaitu pengusaha yang berumur 60 tahun ke atas. Sebanyak 12,50 persen pengusaha IMK adalah lanjut usia. Jumlah ini lebih besar dibanding pengusaha yang berumur 30 tahun ke bawah yaitu hanya 4,90 persen. Hal ini menunjukan bahwa meskipun lanjut usia, pengusaha IMK masih produktif.

Tingkat pendidikan yang ditamatkan pengusaha IMK sangat bervariasi mulai dari tidak tamat SD sampai dengan S2/S3. Dari Gambar 6.8. terlihat tingkat pendidikan pengusaha IMK masih sangat rendah, hampir 60 persen pengusaha tidak tamat SD dan tamat SD saja. Paling banyak adalah pengusaha yang menamatkan pendidikan tingkat SD yaitu 37,94 persen, selanjutnya tamat SMP dan SMA masing-masing sebesar 19,36 persen dan 19,41 persen. Pengusaha IMK yang tamat DI/DII, DIII dan S1 meskipun jumlahnya kecil tetapi patut untuk diperhitungkan. Bahkan dua ribu lebih lulusan S2/S3 menjadi pengusaha IMK, sedangkan

1.958

76.726

446.885

724.661

612.675

265.539

4.393

96.783

335.188

479.800

431.052

193.213

< 20

20 - 29

30 - 39

40 - 49

50 - 60

> 60

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015120

sisanya 20,37 persen adalah pengusaha IMK yang tidak bersekolah atau pernah bersekolah tetapi tidak tamat SD.

Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Gambar 6.8. Persentase Pengusaha IMK menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2015

Jumlah pengusaha perempuan yang tidak tamat SD lebih banyak

dari pengusaha laki-laki. Seperempat lebih dari jumlah pengusaha perempuan adalah tidak tamat SD. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan pengusaha perempuan lebih rendah dari pengusaha laki-laki, akibat beban ekonomi keluarga meskipun tidak mengenyam bangku sekolah para wanita tangguh ini tetap berusaha menjadi pengusaha IMK. Pengusaha perempuan yang berpendidikan tinggi pun ada yang berusaha pada sektor ini. Bahkan pengusaha perempuan yang menamatkan DI/DII jumlahnya lebih banyak dari pengusaha laki-laki.

20,37

37,94

19,36

19,41

0,34 0,57 1,950,06

TIDAK TAMAT SD

SD

SLTP

SLTA

D I / II

D III

S1 / DIV

S2/S3

Tabel 6.13. Jumlah dan Persentase Pengusaha IMK menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2015

Pendidikan yang

Ditamatkan

Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tidak Tamat SD 353.969 16,63 393.532 25,55 747.501 20,37

SD 827.276 38,87

564.650 36,66

1.391.926 37,94

SLTP 437.118 20,54

273.141 17,73

710.259 19,36

SLTA 443.169 20,82

268.976 17,46

712.145 19,41

D I/II 6.051 0,28

6.343 0,41

12.394 0,34

D III 13.763 0,65

7.137 0,46

20.900 0,57

S1/DIV 45.384 2,13

26.174 1,70

71.558 1,95

S2/S3 1.714 0,08 476 0,03 2.190 0,06

Total 2.128.444 100,00 1.540.429 100,00 3.668.873 100,00 Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

6.5.2 Profil Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil

Berdasarkan jenis pekerja, tenaga kerja IMK dibagi menjadi pekerja produksi dan pekerja lainnya. Pekerja produksi adalah pekerja yang langsung bekerja/berhubungan dalam proses produksi, misalnya: pekerja yang langsung mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin, mencatat bahan baku yang digunakan dan barang yang dihasilkan. Sementara itu, pekerja lainnya adalah pekerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Pekerja ini biasanya sebagai pekerja pendukung perusahaan, seperti manajer (bukan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 121

sisanya 20,37 persen adalah pengusaha IMK yang tidak bersekolah atau pernah bersekolah tetapi tidak tamat SD.

Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Gambar 6.8. Persentase Pengusaha IMK menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2015

Jumlah pengusaha perempuan yang tidak tamat SD lebih banyak

dari pengusaha laki-laki. Seperempat lebih dari jumlah pengusaha perempuan adalah tidak tamat SD. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan pengusaha perempuan lebih rendah dari pengusaha laki-laki, akibat beban ekonomi keluarga meskipun tidak mengenyam bangku sekolah para wanita tangguh ini tetap berusaha menjadi pengusaha IMK. Pengusaha perempuan yang berpendidikan tinggi pun ada yang berusaha pada sektor ini. Bahkan pengusaha perempuan yang menamatkan DI/DII jumlahnya lebih banyak dari pengusaha laki-laki.

20,37

37,94

19,36

19,41

0,34 0,57 1,950,06

TIDAK TAMAT SD

SD

SLTP

SLTA

D I / II

D III

S1 / DIV

S2/S3

Tabel 6.13. Jumlah dan Persentase Pengusaha IMK menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2015

Pendidikan yang

Ditamatkan

Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tidak Tamat SD 353.969 16,63 393.532 25,55 747.501 20,37

SD 827.276 38,87

564.650 36,66

1.391.926 37,94

SLTP 437.118 20,54

273.141 17,73

710.259 19,36

SLTA 443.169 20,82

268.976 17,46

712.145 19,41

D I/II 6.051 0,28

6.343 0,41

12.394 0,34

D III 13.763 0,65

7.137 0,46

20.900 0,57

S1/DIV 45.384 2,13

26.174 1,70

71.558 1,95

S2/S3 1.714 0,08 476 0,03 2.190 0,06

Total 2.128.444 100,00 1.540.429 100,00 3.668.873 100,00 Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

6.5.2 Profil Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil

Berdasarkan jenis pekerja, tenaga kerja IMK dibagi menjadi pekerja produksi dan pekerja lainnya. Pekerja produksi adalah pekerja yang langsung bekerja/berhubungan dalam proses produksi, misalnya: pekerja yang langsung mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin, mencatat bahan baku yang digunakan dan barang yang dihasilkan. Sementara itu, pekerja lainnya adalah pekerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Pekerja ini biasanya sebagai pekerja pendukung perusahaan, seperti manajer (bukan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015122

produksi), kepala personalia, sekretaris, tukang ketik, penjaga malam, sopir perusahaan, dan lain-lain.

Dari seluruh tenaga kerja IMK 95,80 persen adalah pekerja produksi, sisanya hanya 4,20 persen adalah pekerja lainnya. Tenaga kerja perempuan yang menjadi pekerja produksi sebesar 96,37 persen, sementara tenaga kerja laki-laki sebesar 95,33 persen, artinya perempuan yang bekerja pada usaha/perusahaan IMK tidak hanya sebagai tenaga administrasi atau keuangan saja, bahkan yang bekerja di bidang produksi jauh lebih banyak dibanding laki-laki.

Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Gambar 6.9. Persentase Pengusaha IMK menurut Jenis Pekerja, 2015

Pada usaha/perusahaan IMK jumlah pekerja tidak dibayar jauh lebih banyak dibandingkan pekerja dibayar. Yang dimaksud dengan pekerja tidak dibayar adalah pekerja pemilik dan atau pekerja keluarga yang biasanya aktif dalam kegiatan perusahaan/usaha, tetapi tidak mendapat balas jasa. Bagi pekerja tidak dibayar yang bekerja kurang dari 1/3 (sepertiga) jam kerja yang biasa berlaku (dalam satu minggu) di perusahaan/usaha tidak termasuk sebagai pekerja. Sementara itu,

Laki-laki Perempuan

Pekerja Produksi Pekerja Lainnya

95.33

4.67

96.37

3.63

pekerja dibayar adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan/usaha dengan mendapat balas jasa berupa gaji dan lainnya (lembur, hadiah, bonus, dan lain-lain) dalam bentuk uang maupun barang.

Dari total seluruh tenaga kerja IMK 63,13 persen adalah pekerja tidak dibayar, sisanya 36,87 persen adalah pekerja dibayar. Pekerja perempuan yang tidak dibayar sebanyak 73,40 persen sementara pekerja laki-laki yang tidak dibayar 54,67 persen. Hal ini menunjukan bahwa perempuan sebagai anggota rumah tangga yang membantu usaha keluarga dan tidak dibayar jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Tabel 6. 14. Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Jenis Pekerja, Rata-Rata Balas Jasa Pekerja Dibayar per Orang per Bulan, dan Jenis Kelamin, 2015

Uraian Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jenis Pekerja Pekerja Dibayar 2.172.018 45,33

1.049.018 26,60

3.221.036 36,87

Pekerja Tidak Dibayar

2.619.562 54,67

2.895.183 73,40

5.514.745 63,13 Jumlah Pekerja 4.791.580 100,00 3.944.201 100,00 8.735.781 100,00

Rata-rata Balas Jasa per Pekerja Dibayar per Orang per Bulan (Rp)

Upah/Gaji 1.549.809 95,54

812.679 95,04

1.309.743 95,43 Lainnya 72.414 4,46

42.446 4,96

62.654 4,57

Rata-rata Balas Jasa

1.622.223 100,00 855.126 100,00 1.372.397 100,00 Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Balas jasa pekerja IMK terdiri atas komponen upah/gaji dan lainnya. Upah/gaji adalah balas jasa yang diberikan atas kerja yang telah dilakukan baik berupa uang atau barang. Sementara itu, komponen lainnya yang berupa tunjangan, upah lembur, hadiah, bonus, dan lain-lain baik berupa uang maupun barang. Rata-rata balas jasa yang diterima tenaga kerja dibayar IMK selama sebulan adalah 1,37 juta rupiah per orang. Jumlah ini masih jauh dibanding UMR yang ditetapkan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 123

produksi), kepala personalia, sekretaris, tukang ketik, penjaga malam, sopir perusahaan, dan lain-lain.

Dari seluruh tenaga kerja IMK 95,80 persen adalah pekerja produksi, sisanya hanya 4,20 persen adalah pekerja lainnya. Tenaga kerja perempuan yang menjadi pekerja produksi sebesar 96,37 persen, sementara tenaga kerja laki-laki sebesar 95,33 persen, artinya perempuan yang bekerja pada usaha/perusahaan IMK tidak hanya sebagai tenaga administrasi atau keuangan saja, bahkan yang bekerja di bidang produksi jauh lebih banyak dibanding laki-laki.

Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Gambar 6.9. Persentase Pengusaha IMK menurut Jenis Pekerja, 2015

Pada usaha/perusahaan IMK jumlah pekerja tidak dibayar jauh lebih banyak dibandingkan pekerja dibayar. Yang dimaksud dengan pekerja tidak dibayar adalah pekerja pemilik dan atau pekerja keluarga yang biasanya aktif dalam kegiatan perusahaan/usaha, tetapi tidak mendapat balas jasa. Bagi pekerja tidak dibayar yang bekerja kurang dari 1/3 (sepertiga) jam kerja yang biasa berlaku (dalam satu minggu) di perusahaan/usaha tidak termasuk sebagai pekerja. Sementara itu,

Laki-laki Perempuan

Pekerja Produksi Pekerja Lainnya

95.33

4.67

96.37

3.63

pekerja dibayar adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan/usaha dengan mendapat balas jasa berupa gaji dan lainnya (lembur, hadiah, bonus, dan lain-lain) dalam bentuk uang maupun barang.

Dari total seluruh tenaga kerja IMK 63,13 persen adalah pekerja tidak dibayar, sisanya 36,87 persen adalah pekerja dibayar. Pekerja perempuan yang tidak dibayar sebanyak 73,40 persen sementara pekerja laki-laki yang tidak dibayar 54,67 persen. Hal ini menunjukan bahwa perempuan sebagai anggota rumah tangga yang membantu usaha keluarga dan tidak dibayar jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Tabel 6. 14. Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Jenis Pekerja, Rata-Rata Balas Jasa Pekerja Dibayar per Orang per Bulan, dan Jenis Kelamin, 2015

Uraian Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jenis Pekerja Pekerja Dibayar 2.172.018 45,33

1.049.018 26,60

3.221.036 36,87

Pekerja Tidak Dibayar

2.619.562 54,67

2.895.183 73,40

5.514.745 63,13 Jumlah Pekerja 4.791.580 100,00 3.944.201 100,00 8.735.781 100,00

Rata-rata Balas Jasa per Pekerja Dibayar per Orang per Bulan (Rp)

Upah/Gaji 1.549.809 95,54

812.679 95,04

1.309.743 95,43 Lainnya 72.414 4,46

42.446 4,96

62.654 4,57

Rata-rata Balas Jasa

1.622.223 100,00 855.126 100,00 1.372.397 100,00 Sumber: BPS RI, Survei IMK Tahunan Tahun 2015

Balas jasa pekerja IMK terdiri atas komponen upah/gaji dan lainnya. Upah/gaji adalah balas jasa yang diberikan atas kerja yang telah dilakukan baik berupa uang atau barang. Sementara itu, komponen lainnya yang berupa tunjangan, upah lembur, hadiah, bonus, dan lain-lain baik berupa uang maupun barang. Rata-rata balas jasa yang diterima tenaga kerja dibayar IMK selama sebulan adalah 1,37 juta rupiah per orang. Jumlah ini masih jauh dibanding UMR yang ditetapkan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015124

pemerintah. Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, pekerja dibayar laki-laki menerima balas jasa 1,62 juta rupiah per orang per bulan, hal ini jauh lebih besar dibanding rata-rata balas jasa yang diterima pekerja dibayar perempuan, yaitu sebesar 855 ribu rupiah per orang per bulan atau hanya setengah dari balas jasa laki-laki.

Dari data-data yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perempuan yang terlibat dalam usaha/perusahaan IMK sangat banyak, walaupun secara tingkat pendidikan lebih rendah dari laki-laki tetapi dari jenis pekerjaan hampir seluruhnya terlibat dalam proses produksi. Selain itu, kebanyakan tenaga kerja perempuan IMK adalah tidak dibayar dan kalaupun dibayar maka balas jasa yang diterimanya jauh lebih kecil dari laki-laki. Beban ekonomi keluarga dan tanggung jawab dalam mempertahankan kelangsungan hiduplah yang menjadikan perempuan begitu tangguh pada usaha/perusahaan IMK.

AKSES INTERNET

Internet saat ini sudah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui internet, segala informasi dapat diperoleh dengan mudah dan cepat bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Komunikasi juga menjadi semakin mudah dan tidak dibatasi oleh jarak serta menghabiskan biaya yang relatif lebih murah. Pemanfaatannya pun beragam, dimulai dari berkirim pesan elektronik, mengakses sosial media, hingga aktivitas jual beli (e-commerce).

Internet dengan didukung teknologi yang semakin maju memungkinkan semakin banyak orang mampu mengakses internet, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di perdesaan, tidak hanya penduduk yang berusia muda tetapi juga untuk orang tua, tidak hanya untuk laki-laki tetapi sekarang sudah banyak perempuan yang menggunakan internet di dalam kehidupannya.

Berdasarkan konsep Susenas, yang dimaksud dengan mengakses internet adalah apabila seseorang meluangkan waktu untuk mengakses internet, sehingga ia dapat memanfaatkan atau menikmati fasilitas internet seperti mencari literatur/referensi, mencari/mengirim informasi/berita, komunikasi, email/chatting, dan lain-lain. Pada bab ini akan dibahas akses internet pada penduduk berumur 5 tahun ke atas, 18-24 tahun, 25-64 tahun, dan 65 tahun ke atas termasuk media/lokasi mengakses internet.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 125

pemerintah. Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, pekerja dibayar laki-laki menerima balas jasa 1,62 juta rupiah per orang per bulan, hal ini jauh lebih besar dibanding rata-rata balas jasa yang diterima pekerja dibayar perempuan, yaitu sebesar 855 ribu rupiah per orang per bulan atau hanya setengah dari balas jasa laki-laki.

Dari data-data yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perempuan yang terlibat dalam usaha/perusahaan IMK sangat banyak, walaupun secara tingkat pendidikan lebih rendah dari laki-laki tetapi dari jenis pekerjaan hampir seluruhnya terlibat dalam proses produksi. Selain itu, kebanyakan tenaga kerja perempuan IMK adalah tidak dibayar dan kalaupun dibayar maka balas jasa yang diterimanya jauh lebih kecil dari laki-laki. Beban ekonomi keluarga dan tanggung jawab dalam mempertahankan kelangsungan hiduplah yang menjadikan perempuan begitu tangguh pada usaha/perusahaan IMK.

AKSES INTERNET

Internet saat ini sudah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui internet, segala informasi dapat diperoleh dengan mudah dan cepat bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Komunikasi juga menjadi semakin mudah dan tidak dibatasi oleh jarak serta menghabiskan biaya yang relatif lebih murah. Pemanfaatannya pun beragam, dimulai dari berkirim pesan elektronik, mengakses sosial media, hingga aktivitas jual beli (e-commerce).

Internet dengan didukung teknologi yang semakin maju memungkinkan semakin banyak orang mampu mengakses internet, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di perdesaan, tidak hanya penduduk yang berusia muda tetapi juga untuk orang tua, tidak hanya untuk laki-laki tetapi sekarang sudah banyak perempuan yang menggunakan internet di dalam kehidupannya.

Berdasarkan konsep Susenas, yang dimaksud dengan mengakses internet adalah apabila seseorang meluangkan waktu untuk mengakses internet, sehingga ia dapat memanfaatkan atau menikmati fasilitas internet seperti mencari literatur/referensi, mencari/mengirim informasi/berita, komunikasi, email/chatting, dan lain-lain. Pada bab ini akan dibahas akses internet pada penduduk berumur 5 tahun ke atas, 18-24 tahun, 25-64 tahun, dan 65 tahun ke atas termasuk media/lokasi mengakses internet.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015126

7.1 Akses Internet Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas Indikator akses internet penduduk berumur 5 tahun ke atas

menunjukkan akses internet oleh penduduk yang dianggap telah mampu mengakses internet. Selama 2011–2015, terjadi peningkatan persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015, dari 17,14 persen di 2014 menjadi 21,98 persen di 2015. Sementara itu, persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet pada tahun 2012 dan 2013 hampir sama yaitu sebesar 14,70 persen dan 15,09 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011–2015

Gambar 7.1.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Secara umum dari seluruh penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet, akses internet perempuan berumur 5 tahun ke atas lebih rendah dibanding laki-laki selama 2011–2015. Penduduk perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet selama

2011–2015 meningkat secara perlahan dari 10,86 persen di 2011 menjadi 20,25 persen di 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011–2015

Gambar 7.1.2. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015

Dibandingkan dari seluruh penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet, di tahun 2015 penduduk perempuan yang mengakses internet sebesar 45,91 persen, masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 54,09 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 127

7.1 Akses Internet Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas Indikator akses internet penduduk berumur 5 tahun ke atas

menunjukkan akses internet oleh penduduk yang dianggap telah mampu mengakses internet. Selama 2011–2015, terjadi peningkatan persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015, dari 17,14 persen di 2014 menjadi 21,98 persen di 2015. Sementara itu, persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet pada tahun 2012 dan 2013 hampir sama yaitu sebesar 14,70 persen dan 15,09 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011–2015

Gambar 7.1.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Secara umum dari seluruh penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet, akses internet perempuan berumur 5 tahun ke atas lebih rendah dibanding laki-laki selama 2011–2015. Penduduk perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet selama

2011–2015 meningkat secara perlahan dari 10,86 persen di 2011 menjadi 20,25 persen di 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011–2015

Gambar 7.1.2. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015

Dibandingkan dari seluruh penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet, di tahun 2015 penduduk perempuan yang mengakses internet sebesar 45,91 persen, masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 54,09 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015128

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015

Mayoritas penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses

internet tinggal di daerah perkotaan. Selama 2011–2015 penduduk

berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di perkotaan

cenderung meningkat, namun mengalami penurunan pada 2013 dari

yang sebelumnya 23,04 persen di 2012 menjadi 22,99 persen. Adapun

penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di

perdesaan terus mengalami peningkatan dari hanya 5,08 persen di 2011

meningkat menjadi 11,70 persen di 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011–2015

Gambar 7.1.4. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015

Berdasarkan penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses

internet, sebagian besar penduduk tinggal di daerah perkotaan pada

tahun 2015 yaitu sebesar 73,67 persen, sedangkan penduduk yang

tinggal di daerah perdesaan hanya sebesar 26,33 persen (Gambar 7.1.5).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 129

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015

Mayoritas penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses

internet tinggal di daerah perkotaan. Selama 2011–2015 penduduk

berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di perkotaan

cenderung meningkat, namun mengalami penurunan pada 2013 dari

yang sebelumnya 23,04 persen di 2012 menjadi 22,99 persen. Adapun

penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di

perdesaan terus mengalami peningkatan dari hanya 5,08 persen di 2011

meningkat menjadi 11,70 persen di 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011–2015

Gambar 7.1.4. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015

Berdasarkan penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses

internet, sebagian besar penduduk tinggal di daerah perkotaan pada

tahun 2015 yaitu sebesar 73,67 persen, sedangkan penduduk yang

tinggal di daerah perdesaan hanya sebesar 26,33 persen (Gambar 7.1.5).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015130

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.5. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Di daerah perkotaan, persentase penduduk perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Pada tahun 2011, di daerah perkotaan hanya terdapat 17,16 persen perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Persentase perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet meningkat menjadi 29,74 persen pada tahun 2015 (Gambar 7.1.6).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1 6. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015

Sementara itu, di daerah perdesaan hanya 4,53 persen perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di tahun 2011, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 5,61 persen. Persentase tersebut terus mengalami peningkatan selama 2011–2015, hingga mencapai 10,56 persen perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di daerah perdesaan dan 12,83 persen laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di perdesaan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 131

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.5. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Di daerah perkotaan, persentase penduduk perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Pada tahun 2011, di daerah perkotaan hanya terdapat 17,16 persen perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Persentase perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet meningkat menjadi 29,74 persen pada tahun 2015 (Gambar 7.1.6).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1 6. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015

Sementara itu, di daerah perdesaan hanya 4,53 persen perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di tahun 2011, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 5,61 persen. Persentase tersebut terus mengalami peningkatan selama 2011–2015, hingga mencapai 10,56 persen perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di daerah perdesaan dan 12,83 persen laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet di perdesaan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015132

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.7. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perdesaan, 2015

Mayoritas penduduk berusia 5 tahun ke atas mengakses internet di rumah sendiri yaitu sebesar 86,67 persen, apabila dilihat dari seluruh penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Adapun sebesar 38,70 persen penduduk berumur 5 tahun ke atas mengakses internet di tempat umum. Sementara itu, sebesar 30,65 persen mengakses internet di tempat bekerja/kantor, 30,04 persen di bukan rumah sendiri, 26,19 persen di gedung sekolah/kampus, dan 8,26 persen di dalam kendaraan yang bergerak.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.8. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Mengakses Internet, 2015

Berdasarkan Tabel 7.1, persentase laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet tertinggi melalui handphone sebesar 85,00 persen dan di tempat umum sebesar 40,38 persen. Persentase di perdesaan sedikit lebih rendah dibandingkan perkotaan untuk semua media/lokasi (kecuali tempat umum). Sementara itu, akses internet terendah adalah di media/lokasi lainnya sebesar 3,57 persen, dimana persentase di perkotaan sebesar 3,94 persen dan perdesaan sebesar 2,57 persen.

Menurut media/lokasi mengakses internet tahun 2015, persentase perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet paling tinggi adalah handphone sebesar 86,01 persen dan di tempat umum sebesar 36,72 persen (Tabel 7.1). Di perkotaan, persentase perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet melalui sekolah lebih rendah dibandingkan di perdesaan. Akses internet melalui sekolah di perkotaan sebesar 14,99 persen dan perdesaan sebesar 16,58 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 133

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.7. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perdesaan, 2015

Mayoritas penduduk berusia 5 tahun ke atas mengakses internet di rumah sendiri yaitu sebesar 86,67 persen, apabila dilihat dari seluruh penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet. Adapun sebesar 38,70 persen penduduk berumur 5 tahun ke atas mengakses internet di tempat umum. Sementara itu, sebesar 30,65 persen mengakses internet di tempat bekerja/kantor, 30,04 persen di bukan rumah sendiri, 26,19 persen di gedung sekolah/kampus, dan 8,26 persen di dalam kendaraan yang bergerak.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.1.8. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Mengakses Internet, 2015

Berdasarkan Tabel 7.1, persentase laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet tertinggi melalui handphone sebesar 85,00 persen dan di tempat umum sebesar 40,38 persen. Persentase di perdesaan sedikit lebih rendah dibandingkan perkotaan untuk semua media/lokasi (kecuali tempat umum). Sementara itu, akses internet terendah adalah di media/lokasi lainnya sebesar 3,57 persen, dimana persentase di perkotaan sebesar 3,94 persen dan perdesaan sebesar 2,57 persen.

Menurut media/lokasi mengakses internet tahun 2015, persentase perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet paling tinggi adalah handphone sebesar 86,01 persen dan di tempat umum sebesar 36,72 persen (Tabel 7.1). Di perkotaan, persentase perempuan berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet melalui sekolah lebih rendah dibandingkan di perdesaan. Akses internet melalui sekolah di perkotaan sebesar 14,99 persen dan perdesaan sebesar 16,58 persen.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015134

Sementara itu, persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet terendah untuk perempuan adalah di media/lokasi lainnya sebesar 3,50 persen.

Tabel 7.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin /

Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal

Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat Umum

Dalam Kendaraan Bergerak

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Perempuan Perkotaan 28,00 16,15 12,12 14,99 86,85 37,29 10,12 3,65

Perdesaan 19,51 14,35 5,51 16,58 83,58 35,08 5,26 3,06

Perkotaan + Perdesaan

25,81 15,68 10,41 15,40 86,01 36,72 8,87 3,50

Laki-laki

Perkotaan 30,65 18,05 16,84 13,02 85,23 40,31 8,79 3,94

Perdesaan 18,39 14,10 7,47 12,37 84,36 40,56 4,90 2,57

Perkotaan + Perdesaan 27,36 16,98 14,33 12,84 85,00 40,38 7,75 3,57

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

7.2 Akses Internet Penduduk Berumur 18-24 Tahun Akses internet penduduk umur 18-24 tahun menunjukkan akses

penduduk usia muda terhadap internet. Pada gambar 7.2.1 dapat dilihat bahwa secara nasional perkembangan akses internet penduduk usia muda sangat pesat yaitu 27,88 persen di tahun 2011 meningkat menjadi 50,00 persen di tahun 2015.

27,8832,09

35,0838,98

50,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.2.1. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015

Gambar 7.2.2 menunjukkan akses internet penduduk beruur 18-24 tahun berdasarkan gender tahun 2011-2015. Secara umum, akses internet penduduk berumur 18-24 tahun perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Namun persentase akses internet oleh perempuan tersebut mengalami kecenderungan mengalami peningkatan yaitu 47,06 persen di tahun 2012 menjadi 48,01 persen tahun 2015. Sementara itu, akses internet oleh laki-laki cenderung menurun dari tahun 2013 yaitu 52,94 persen menjadi 51,99 persen di tahun 2015.

Di antara seluruh penduduk perempuan berumur 18–24 tahun di Indonesia, hanya 26 persen yang mengakses internet di 2011. Persentase perempuan berumur 18–24 tahun yang mengakses internet selama 2011–2015 cenderung meningkat hingga mencapai 48,78 persen di 2015. Akan tetapi, persentase perempuan berumur 18–24 tahun yang mengakses internet masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki berumur 18–24 tahun yang mengakses internet.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 135

Sementara itu, persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet terendah untuk perempuan adalah di media/lokasi lainnya sebesar 3,50 persen.

Tabel 7.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin /

Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal

Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat Umum

Dalam Kendaraan Bergerak

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Perempuan Perkotaan 28,00 16,15 12,12 14,99 86,85 37,29 10,12 3,65

Perdesaan 19,51 14,35 5,51 16,58 83,58 35,08 5,26 3,06

Perkotaan + Perdesaan

25,81 15,68 10,41 15,40 86,01 36,72 8,87 3,50

Laki-laki

Perkotaan 30,65 18,05 16,84 13,02 85,23 40,31 8,79 3,94

Perdesaan 18,39 14,10 7,47 12,37 84,36 40,56 4,90 2,57

Perkotaan + Perdesaan 27,36 16,98 14,33 12,84 85,00 40,38 7,75 3,57

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

7.2 Akses Internet Penduduk Berumur 18-24 Tahun Akses internet penduduk umur 18-24 tahun menunjukkan akses

penduduk usia muda terhadap internet. Pada gambar 7.2.1 dapat dilihat bahwa secara nasional perkembangan akses internet penduduk usia muda sangat pesat yaitu 27,88 persen di tahun 2011 meningkat menjadi 50,00 persen di tahun 2015.

27,8832,09

35,0838,98

50,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.2.1. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015

Gambar 7.2.2 menunjukkan akses internet penduduk beruur 18-24 tahun berdasarkan gender tahun 2011-2015. Secara umum, akses internet penduduk berumur 18-24 tahun perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Namun persentase akses internet oleh perempuan tersebut mengalami kecenderungan mengalami peningkatan yaitu 47,06 persen di tahun 2012 menjadi 48,01 persen tahun 2015. Sementara itu, akses internet oleh laki-laki cenderung menurun dari tahun 2013 yaitu 52,94 persen menjadi 51,99 persen di tahun 2015.

Di antara seluruh penduduk perempuan berumur 18–24 tahun di Indonesia, hanya 26 persen yang mengakses internet di 2011. Persentase perempuan berumur 18–24 tahun yang mengakses internet selama 2011–2015 cenderung meningkat hingga mencapai 48,78 persen di 2015. Akan tetapi, persentase perempuan berumur 18–24 tahun yang mengakses internet masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki berumur 18–24 tahun yang mengakses internet.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015136

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.2.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.3. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015

LAKI-LAKI

PEREMPUAN48,01 persen

perempuan usia 18-24 tahun mengakses

internet

Secara umum, ditinjau dari daerah tempat tinggal, akses internet penduduk berumur 18-24 tahun di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Selama tahun 2011–2015 akses internet penduduk berumur 18-24 tahun di daerah perkotaan dan perdesaan cenderung meningkat. Pada tahun 2011 terdapat 41,09 persen penduduk berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di daerah perkotaan, sedangkan di daerah perdesaan hanya 13,45 persen. Persentase tersebut meningkat menjadi 64,66 persen penduduk daerah perkotaan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet dan 32,57 persen penduduk daerah perdesaan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.2.4. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 137

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.2.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.3. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2015

LAKI-LAKI

PEREMPUAN48,01 persen

perempuan usia 18-24 tahun mengakses

internet

Secara umum, ditinjau dari daerah tempat tinggal, akses internet penduduk berumur 18-24 tahun di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Selama tahun 2011–2015 akses internet penduduk berumur 18-24 tahun di daerah perkotaan dan perdesaan cenderung meningkat. Pada tahun 2011 terdapat 41,09 persen penduduk berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di daerah perkotaan, sedangkan di daerah perdesaan hanya 13,45 persen. Persentase tersebut meningkat menjadi 64,66 persen penduduk daerah perkotaan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet dan 32,57 persen penduduk daerah perdesaan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.2.4. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015138

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.5. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Di antara seluruh penduduk perempuan yang tinggal di perkotaan, terdapat 38,77 persen penduduk perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perkotaan, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 43,46 persen di tahun 2011. Persentase penduduk perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perkotaan cenderung meningkat dari tahun ke tahun selama 2011–2015, bahkan di tahun 2015 persentasenya hampir sama dengan laki-laki yaitu 64,43 persen perempuan dan 64,89 persen laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perkotaan (Gambar 7.2.6).

PERKOTAANPERDESAAN0,24 persen pen u uk

erumur

18-24 tahun mengakses internet i aerah

perk taan

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.6. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan,

2011-2015

Fenomena di daerah perdesaan masih menunjukkan akses internet perempuan berumur 18-24 tahun lebih rendah dibandingkan laki-laki berumur 18-24 tahun. Pada tahun 2011 di perdesaan terdapat 12,10 persen perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet dan 14,83 persen laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet. Persentase tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun selama 2011–2015, hingga kondisi terkini di 2015 terdapat 29,94 persen penduduk perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet dan 35,07 persen penduduk laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perdesaan (Gambar 7.2.7).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 139

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.5. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Di antara seluruh penduduk perempuan yang tinggal di perkotaan, terdapat 38,77 persen penduduk perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perkotaan, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 43,46 persen di tahun 2011. Persentase penduduk perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perkotaan cenderung meningkat dari tahun ke tahun selama 2011–2015, bahkan di tahun 2015 persentasenya hampir sama dengan laki-laki yaitu 64,43 persen perempuan dan 64,89 persen laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perkotaan (Gambar 7.2.6).

PERKOTAANPERDESAAN0,24 persen pen u uk

erumur

18-24 tahun mengakses internet i aerah

perk taan

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.6. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan,

2011-2015

Fenomena di daerah perdesaan masih menunjukkan akses internet perempuan berumur 18-24 tahun lebih rendah dibandingkan laki-laki berumur 18-24 tahun. Pada tahun 2011 di perdesaan terdapat 12,10 persen perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet dan 14,83 persen laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet. Persentase tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun selama 2011–2015, hingga kondisi terkini di 2015 terdapat 29,94 persen penduduk perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet dan 35,07 persen penduduk laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet di perdesaan (Gambar 7.2.7).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015140

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.7. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perdesaan, 2015

Kondisi tahun 2015 menunjukkan secara nasional, masih ada gap yang cukup besar antara akses internet penduduk berumur 18-24 tahun antara daerah perkotaan yaitu 70,24 persen dan di daerah perdesaan yaitu 29,76 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.8. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Akses Internet, 2015

Berdasarkan lokasi mengakses internet, lokasi yang paling banyak digunakan penduduk berumur 18-24 tahun untuk mengakses internet adalah di rumah yaitu 89,14 persen. Selain itu, penduduk juga bayak mengakses internet di tempat umum sebesar 44,89 persen. Sementara akses internet di dalam kendaraan bergerak adalah yang terkecil yaitu 8,48 persen.

Pada tabel 7.2 juga dapat dilihat akses internet oleh penduduk berumur 18-24 tahun ditinjau dari jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan media/lokasi mengakses internet. Secara nasional, persentase perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet tertinggi melalui handphone yaitu 92,47 persen sedangkan terendah di media/lokasi lainnya sebesar 3,37 persen.

Persentase laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet paling tinggi melalui handphone sebesar 91,16 persen, dimana persentase di perkotaan lebih rendah dibandingkan perdesaan yaitu 90,99 persen berbanding 91,51 persen. Sementara itu, akses internet

89,14

36,20

23,72

31,01

44,89

8,48

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Rumah Sendiri

Bukan Rumah Sendiri

Tempat Bekerja/Kantor

Gedung Sekolah/Kampus

Tempat Umum

Di Dalam Kendaraan yang bergerak

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 141

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.7. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perdesaan, 2015

Kondisi tahun 2015 menunjukkan secara nasional, masih ada gap yang cukup besar antara akses internet penduduk berumur 18-24 tahun antara daerah perkotaan yaitu 70,24 persen dan di daerah perdesaan yaitu 29,76 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.2.8. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Akses Internet, 2015

Berdasarkan lokasi mengakses internet, lokasi yang paling banyak digunakan penduduk berumur 18-24 tahun untuk mengakses internet adalah di rumah yaitu 89,14 persen. Selain itu, penduduk juga bayak mengakses internet di tempat umum sebesar 44,89 persen. Sementara akses internet di dalam kendaraan bergerak adalah yang terkecil yaitu 8,48 persen.

Pada tabel 7.2 juga dapat dilihat akses internet oleh penduduk berumur 18-24 tahun ditinjau dari jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan media/lokasi mengakses internet. Secara nasional, persentase perempuan berumur 18-24 tahun yang mengakses internet tertinggi melalui handphone yaitu 92,47 persen sedangkan terendah di media/lokasi lainnya sebesar 3,37 persen.

Persentase laki-laki berumur 18-24 tahun yang mengakses internet paling tinggi melalui handphone sebesar 91,16 persen, dimana persentase di perkotaan lebih rendah dibandingkan perdesaan yaitu 90,99 persen berbanding 91,51 persen. Sementara itu, akses internet

89,14

36,20

23,72

31,01

44,89

8,48

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Rumah Sendiri

Bukan Rumah Sendiri

Tempat Bekerja/Kantor

Gedung Sekolah/Kampus

Tempat Umum

Di Dalam Kendaraan yang bergerak

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015142

terendah adalah di media/lokasi lainnya sebesar 3,94 persen, dimana persentase di perkotaan sebesar 4,38 persen lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebesar 2,97 persen.

Tabel 7.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin / Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat

Umum

Dalam Kenda-

raan Berge-

rak

Lain-nya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Perempuan Perkotaan 25,85 16,46 9,62 15,65 92,87 42,95 10,33 3,64 Perdesaan 15,62 11,29 4,60 11,16 91,44 36,51 6,48 2,67 Perkotaan + Perdesaan 23,00 15,02 8,22 14,40 92,47 41,16 9,25 3,37

Laki-laki Perkotaan 27,01 20,07 8,25 16,07 90,99 49,16 8,79 4,38 Perdesaan 14,99 12,93 4,08 10,10 91,51 46,52 5,56 2,97 Perkotaan + Perdesaan 23,22 17,82 6,93 14,19 91,16 48,33 7,77 3,94

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

7.3 Akses Internet Penduduk Berumur 25-64 Tahun Secara umum, persentase penduduk berumur 25-64 tahun yang

mengakses internet dilihat berdasarkan tahunnya memiliki trend naik secara terus-menerus, dimana persentase tertinggi pada tahun 2015 sebesar 17,56 persen (Gambar 7.3.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 7.3.1. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses

Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015

Persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun selama

2011–2015 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Walaupun begitu,

persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang

mengakses internet lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki

berumur 25–64 tahun. Pada tahun 2011, sebesar 6,17 persen penduduk

perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet dan 10,73

persen penduduk laki-laki berumur 25–64 tahun yang mengakses

internet. Adapun pada tahun 2015 terdapat 14,39 persen penduduk

perempuan dan 20,73 persen penduduk laki-laki berumur 25–64 tahun

yang mengakses internet (Gambar 7.3.2).

8,45 10,31 10,89

13,00

17,56

-

5,00

10,00

15,00

20,00

2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 143

terendah adalah di media/lokasi lainnya sebesar 3,94 persen, dimana persentase di perkotaan sebesar 4,38 persen lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebesar 2,97 persen.

Tabel 7.2. Persentase Penduduk Berumur 18-24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin / Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat

Umum

Dalam Kenda-

raan Berge-

rak

Lain-nya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Perempuan Perkotaan 25,85 16,46 9,62 15,65 92,87 42,95 10,33 3,64 Perdesaan 15,62 11,29 4,60 11,16 91,44 36,51 6,48 2,67 Perkotaan + Perdesaan 23,00 15,02 8,22 14,40 92,47 41,16 9,25 3,37

Laki-laki Perkotaan 27,01 20,07 8,25 16,07 90,99 49,16 8,79 4,38 Perdesaan 14,99 12,93 4,08 10,10 91,51 46,52 5,56 2,97 Perkotaan + Perdesaan 23,22 17,82 6,93 14,19 91,16 48,33 7,77 3,94

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

7.3 Akses Internet Penduduk Berumur 25-64 Tahun Secara umum, persentase penduduk berumur 25-64 tahun yang

mengakses internet dilihat berdasarkan tahunnya memiliki trend naik secara terus-menerus, dimana persentase tertinggi pada tahun 2015 sebesar 17,56 persen (Gambar 7.3.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 7.3.1. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses

Internet selama 3 Bulan Terakhir, 2011-2015

Persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun selama

2011–2015 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Walaupun begitu,

persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang

mengakses internet lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki

berumur 25–64 tahun. Pada tahun 2011, sebesar 6,17 persen penduduk

perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet dan 10,73

persen penduduk laki-laki berumur 25–64 tahun yang mengakses

internet. Adapun pada tahun 2015 terdapat 14,39 persen penduduk

perempuan dan 20,73 persen penduduk laki-laki berumur 25–64 tahun

yang mengakses internet (Gambar 7.3.2).

8,45 10,31 10,89

13,00

17,56

-

5,00

10,00

15,00

20,00

2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015144

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 7.3.2. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses

Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Pada tahun 2015, dilihat dari jenis kelaminnya bahwa persentase

penduduk berumur 25-64 tahun yang mengakses internet selama tiga

bulan terakhir persentase perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki

yaitu 40,92 persen untuk perempuan dan 59,08 persen untuk laki-laki

(Gambar 7.3.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.3.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses

Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2015

Apabila dilihat dari daerah tempat tinggal, persentase penduduk

berumur 25–64 tahun yang mengakses internet di perkotaan jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan yang mengakses internet di perdesaan.

Sebesar 14,12 persen penduduk daerah perkotaan berumur 25–64 tahun

mengakses internet pada tahun 2011, sedangkan hanya 2,73 persen

penduduk perdesaan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet.

Persentase penduduk perkotaan dan perdesaan berumur 25–64 tahun

yang mengakses internet terus mengalami peningkatan selama 2011–

2015, namun ketimpangan antara akses internet di perkotaan dan

perdesaan juga semakin meningkat (Gambar 7.3.4).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 145

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 7.3.2. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses

Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Pada tahun 2015, dilihat dari jenis kelaminnya bahwa persentase

penduduk berumur 25-64 tahun yang mengakses internet selama tiga

bulan terakhir persentase perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki

yaitu 40,92 persen untuk perempuan dan 59,08 persen untuk laki-laki

(Gambar 7.3.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.3.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses

Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, 2015

Apabila dilihat dari daerah tempat tinggal, persentase penduduk

berumur 25–64 tahun yang mengakses internet di perkotaan jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan yang mengakses internet di perdesaan.

Sebesar 14,12 persen penduduk daerah perkotaan berumur 25–64 tahun

mengakses internet pada tahun 2011, sedangkan hanya 2,73 persen

penduduk perdesaan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet.

Persentase penduduk perkotaan dan perdesaan berumur 25–64 tahun

yang mengakses internet terus mengalami peningkatan selama 2011–

2015, namun ketimpangan antara akses internet di perkotaan dan

perdesaan juga semakin meningkat (Gambar 7.3.4).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015146

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.3.4. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.3.5. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Ditinjau dari daerah tempat tinggal, bahwa persentase penduduk berumur 25-64 tahun yang mengakses internet pada tahun 2015 akses di perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan yaitu 79,02 persen dibanding 20,98 persen (Gambar 7.3.5).

Di daerah perkotaan, selama 2011–2015 persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet sebesar 10,47 persen di 2011, 12,75 persen di 2012, 13,62 persen di 2013, 16,39 persen di 2014, dan 22,87 persen di 2015 (Gambar 7.3.6).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.3.6. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, 2015

Adapun di perdesaan, hanya 1,80 persen penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki berumur 25–64 tahun yang mengakses internet sebesar 3,65 persen. Pada tahun 2015 persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet meningkat

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 147

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.3.4. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 7.3.5. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Ditinjau dari daerah tempat tinggal, bahwa persentase penduduk berumur 25-64 tahun yang mengakses internet pada tahun 2015 akses di perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan yaitu 79,02 persen dibanding 20,98 persen (Gambar 7.3.5).

Di daerah perkotaan, selama 2011–2015 persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet sebesar 10,47 persen di 2011, 12,75 persen di 2012, 13,62 persen di 2013, 16,39 persen di 2014, dan 22,87 persen di 2015 (Gambar 7.3.6).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.3.6. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan, 2015

Adapun di perdesaan, hanya 1,80 persen penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki berumur 25–64 tahun yang mengakses internet sebesar 3,65 persen. Pada tahun 2015 persentase penduduk perempuan berumur 25–64 tahun yang mengakses internet meningkat

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015148

dari tahun sebelumnya menjadi 5,54 persen, sedangkan laki-laki berumur 25–64 tahun yang mengakses internet sebesar 9,55 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.3.7. Persentase Penduduk Berumur 25–64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan,

2011-2015

Adapun dilihat dari lokasi mengakses internet, terdapat sebesar 92,43 persen penduduk berumur 25–64 tahun yang mengakses internet di rumah sendiri. Hanya sebesar 6,78 persen penduduk berumur 25–64 tahun yang mengakses internet di gedung sekolah/kampus (Gambar 7.3.8).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.3.8. Persentase Penduduk Berumur 25–64 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Mengakses

Internet, 2015

Berdasarkan media/lokasi mengakses internet (Tabel 7.3), secara nasional persentase perempuan berumur 25-64 tahun yang mengakses internet paling tinggi adalah melalui handphone sebesar 90,71 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 91,59 persen dan di perdesaan sebesar 86,95 persen. Persentase perempuan berumur 25-64 tahun yang mengakses internet di rumah sebesar 24,98 persen, dengan presentase di perkotaan sebesar 26,90 persen dan di perdesaan sebesar 16,72 persen. Sementara itu, persentase laki-laki berumur 25-64 tahun yang mengakses internet tertinggi adalah melalui handphone sebesar 89,47 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 89,98 persen dan di perdesaan sebesar 87,70 persen. Persentase laki-laki berumur 25-64 tahun yang mengakses internet di kantor sebesar 25,13 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 28,11 persen dan di perdesaan sebesar 14,84 persen (Tabel 7.3).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 149

dari tahun sebelumnya menjadi 5,54 persen, sedangkan laki-laki berumur 25–64 tahun yang mengakses internet sebesar 9,55 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.3.7. Persentase Penduduk Berumur 25–64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di Perkotaan,

2011-2015

Adapun dilihat dari lokasi mengakses internet, terdapat sebesar 92,43 persen penduduk berumur 25–64 tahun yang mengakses internet di rumah sendiri. Hanya sebesar 6,78 persen penduduk berumur 25–64 tahun yang mengakses internet di gedung sekolah/kampus (Gambar 7.3.8).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.3.8. Persentase Penduduk Berumur 25–64 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Mengakses

Internet, 2015

Berdasarkan media/lokasi mengakses internet (Tabel 7.3), secara nasional persentase perempuan berumur 25-64 tahun yang mengakses internet paling tinggi adalah melalui handphone sebesar 90,71 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 91,59 persen dan di perdesaan sebesar 86,95 persen. Persentase perempuan berumur 25-64 tahun yang mengakses internet di rumah sebesar 24,98 persen, dengan presentase di perkotaan sebesar 26,90 persen dan di perdesaan sebesar 16,72 persen. Sementara itu, persentase laki-laki berumur 25-64 tahun yang mengakses internet tertinggi adalah melalui handphone sebesar 89,47 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 89,98 persen dan di perdesaan sebesar 87,70 persen. Persentase laki-laki berumur 25-64 tahun yang mengakses internet di kantor sebesar 25,13 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 28,11 persen dan di perdesaan sebesar 14,84 persen (Tabel 7.3).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015150

Tabel 7.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin / Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat

Umum

Dalam Kendaraan

Berge-rak

Lain-nya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Perempuan Perkotaan 26,90 9,73 21,05 3,60 91,59 30,17 11,60 3,00

Perdesaan 16,72 5,50 13,10 4,72 86,95 24,82 5,83 2,31

Perkotaan + Perdesaan 24,98 8,93 19,53 3,81 90,71 29,16 10,51 2,87

Laki-laki Perkotaan 31,17 12,43 28,11 2,74 89,98 34,60 9,98 3,36

Perdesaan 17,32 7,04 14,84 3,63 87,70 32,86 5,35 1,72

Perkotaan + Perdesaan 28,06 11,22 25,13 2,94 89,47 34,21 8,94 2,99

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

7.4 Akses Internet Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas Indikator akses internet penduduk berumur 65 tahun ke atas

menunjukkan akses internet oleh penduduk lanjut usia. Berdasarkan hasil survei, ada penduduk lanjut usia yang mengakses internet walaupun persentasenya sangat rendah. Secara umum, persentase perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet sebesar 0,49 persen.

Selama 2011–2015, terjadi peningkatan persentase penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015, dari 0,44 persen di 2014 menjadi 0,83 persen di 2015. Sementara itu, persentase penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet pada tahun 2011 dan 2012 hampir sama yaitu sebesar 0,29 persen dan 0,35 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011–2015 Gambar 7.4.1. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet

selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Akses internet penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki berumur 65 tahun ke atas selama 2011–2015. Penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet selama 2011–2015 cenderung meningkat. Pada tahun 2011 hanya sebesar 0,08 persen penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet, meningkat menjadi 0,49 persen di tahun 2015 (Gambar 7.4.2).

0,290,35

0,400,44

0,83

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

0,90

2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 151

Tabel 7.3. Persentase Penduduk Berumur 25-64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin / Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat

Umum

Dalam Kendaraan

Berge-rak

Lain-nya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Perempuan Perkotaan 26,90 9,73 21,05 3,60 91,59 30,17 11,60 3,00

Perdesaan 16,72 5,50 13,10 4,72 86,95 24,82 5,83 2,31

Perkotaan + Perdesaan 24,98 8,93 19,53 3,81 90,71 29,16 10,51 2,87

Laki-laki Perkotaan 31,17 12,43 28,11 2,74 89,98 34,60 9,98 3,36

Perdesaan 17,32 7,04 14,84 3,63 87,70 32,86 5,35 1,72

Perkotaan + Perdesaan 28,06 11,22 25,13 2,94 89,47 34,21 8,94 2,99

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

7.4 Akses Internet Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas Indikator akses internet penduduk berumur 65 tahun ke atas

menunjukkan akses internet oleh penduduk lanjut usia. Berdasarkan hasil survei, ada penduduk lanjut usia yang mengakses internet walaupun persentasenya sangat rendah. Secara umum, persentase perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet sebesar 0,49 persen.

Selama 2011–2015, terjadi peningkatan persentase penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015, dari 0,44 persen di 2014 menjadi 0,83 persen di 2015. Sementara itu, persentase penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet pada tahun 2011 dan 2012 hampir sama yaitu sebesar 0,29 persen dan 0,35 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011–2015 Gambar 7.4.1. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet

selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Akses internet penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki berumur 65 tahun ke atas selama 2011–2015. Penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet selama 2011–2015 cenderung meningkat. Pada tahun 2011 hanya sebesar 0,08 persen penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet, meningkat menjadi 0,49 persen di tahun 2015 (Gambar 7.4.2).

0,290,35

0,400,44

0,83

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

0,90

2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015152

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011–2015

Gambar 7.4.2. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015

Dibandingkan dari seluruh penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet, di tahun 2015 penduduk perempuan yang mengakses internet sebesar 32,72 persen, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 67,28 persen (Gambar 7.4.3).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.3. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015

Menurut daerah tempat tinggal, persentase penduduk berumur 65

tahun ke atas yang mengakses internet jauh lebih tinggi di daerah

perkotaan selama 2011–2015. Ketimpangan akses internet penduduk

berumur 65 tahun ke atas di perkotaan dan perdesaan semakin tinggi

dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan terutama pada tahun 2015,

hanya sebesar 0,08 persen penduduk berumur 65 tahun ke atas di

perdesaan yang mengakses internet dan 1,72 persen penduduk berumur

65 tahun ke atas di perkotaan yang mengakses internet.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 153

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011–2015

Gambar 7.4.2. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015

Dibandingkan dari seluruh penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet, di tahun 2015 penduduk perempuan yang mengakses internet sebesar 32,72 persen, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 67,28 persen (Gambar 7.4.3).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.3. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2011–2015

Menurut daerah tempat tinggal, persentase penduduk berumur 65

tahun ke atas yang mengakses internet jauh lebih tinggi di daerah

perkotaan selama 2011–2015. Ketimpangan akses internet penduduk

berumur 65 tahun ke atas di perkotaan dan perdesaan semakin tinggi

dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan terutama pada tahun 2015,

hanya sebesar 0,08 persen penduduk berumur 65 tahun ke atas di

perdesaan yang mengakses internet dan 1,72 persen penduduk berumur

65 tahun ke atas di perkotaan yang mengakses internet.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015154

Sumber: BPS RI Susenas, 2011–2015

Gambar 7.4.4. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015

Berdasarkan penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses

internet, sebagian besar penduduk tinggal di daerah perkotaan pada

tahun 2015 yaitu sebesar 94,45 persen, sedangkan penduduk yang

tinggal di daerah perdesaan hanya sebesar 5,55 persen (Gambar 7.4.5).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.5. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Persentase penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas di perkotaan yang mengakses internet lebih rendah dibandingka laki-laki selama 2011–2015. Hanya sebesar 0,13 persen penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet perkotaan pada tahun 2011, meningkat menjadi 1,06 persen di tahun 2015 (Gambar 7.4.6).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 155

Sumber: BPS RI Susenas, 2011–2015

Gambar 7.4.4. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015

Berdasarkan penduduk berumur 65 tahun ke atas yang mengakses

internet, sebagian besar penduduk tinggal di daerah perkotaan pada

tahun 2015 yaitu sebesar 94,45 persen, sedangkan penduduk yang

tinggal di daerah perdesaan hanya sebesar 5,55 persen (Gambar 7.4.5).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.5. Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Daerah Tempat Tinggal, 2015

Persentase penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas di perkotaan yang mengakses internet lebih rendah dibandingka laki-laki selama 2011–2015. Hanya sebesar 0,13 persen penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet perkotaan pada tahun 2011, meningkat menjadi 1,06 persen di tahun 2015 (Gambar 7.4.6).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015156

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015 Gambar 7.4.6. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di

Perkotaan, 2011-2015

Sementara itu, di daerah perdesaan selama 2011 – 2015 persentase penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2015, hanya sebesar 0,01 persen penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet di perdesaan, sedangkan laki-laki sebesar 0,17 persen (Gambar 7.4.7).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.7. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di

Perdesaan, 2011-2015

Mayoritas penduduk berusia 65 tahun ke atas mengakses internet di rumah sendiri yaitu sebesar 96,43 persen. Adapun sebesar 34,40 persen penduduk berumur 65 tahun ke atas mengakses internet di tempat bekerja/kantor. Sementara itu, sebesar 21,50 persen mengakses internet di bukan rumah sendiri, dan hanya 6,66 persen yang mengakses internet di gedung sekolah/kampus (Gambar 7.4.8).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 157

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015 Gambar 7.4.6. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di

Perkotaan, 2011-2015

Sementara itu, di daerah perdesaan selama 2011 – 2015 persentase penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2015, hanya sebesar 0,01 persen penduduk perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet di perdesaan, sedangkan laki-laki sebesar 0,17 persen (Gambar 7.4.7).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.7. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin di

Perdesaan, 2011-2015

Mayoritas penduduk berusia 65 tahun ke atas mengakses internet di rumah sendiri yaitu sebesar 96,43 persen. Adapun sebesar 34,40 persen penduduk berumur 65 tahun ke atas mengakses internet di tempat bekerja/kantor. Sementara itu, sebesar 21,50 persen mengakses internet di bukan rumah sendiri, dan hanya 6,66 persen yang mengakses internet di gedung sekolah/kampus (Gambar 7.4.8).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015158

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.8. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Mengakses

Internet, 2015

Menurut media/lokasi mengakses internet (Tabel 7.4), persentase perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet paling tinggi adalah melalui handphone sebesar 93,47 persen, dimana persentase di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu 93,88 persen berbanding 64,31 persen. Media/lokasi mengakses internet laki-laki berumur 65 tahun ke atas juga paling tinggi melalui handphone sebesar 84,50 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 84,77 persen dan di perdesaan sebesar 81,12 persen (Tabel 7.4).

Tabel 7.4. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin / Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat

Umum

Dalam Kenda-

raan Berge-

rak

Lain-nya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Perempuan Perkotaan 21,20 2,95 6,42 0,50 93,88 22,80 19,65 1,47

Perdesaan 20,81 10,69 0,00 0,00 64,31 10,69 0,00 0,00

Perkotaan + Perdesaan 21,20 3,06 6,33 0,49 93,47 22,63 19,37 1,45

Laki-laki Perkotaan 46,16 9,81 29,28 2,48 84,77 16,24 16,72 3,41

Perdesaan 25,25 8,90 2,53 3,46 81,12 44,66 26,78 0,00

Perkotaan + Perdesaan 44,57 9,74 27,26 2,55 84,50 18,39 17,48 3,15

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 159

Sumber: BPS RI, Susenas, 2015

Gambar 7.4.8. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Lokasi Mengakses

Internet, 2015

Menurut media/lokasi mengakses internet (Tabel 7.4), persentase perempuan berumur 65 tahun ke atas yang mengakses internet paling tinggi adalah melalui handphone sebesar 93,47 persen, dimana persentase di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu 93,88 persen berbanding 64,31 persen. Media/lokasi mengakses internet laki-laki berumur 65 tahun ke atas juga paling tinggi melalui handphone sebesar 84,50 persen, dengan persentase di perkotaan sebesar 84,77 persen dan di perdesaan sebesar 81,12 persen (Tabel 7.4).

Tabel 7.4. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal, dan Media/Lokasi Mengakses Internet, 2015

Jenis Kelamin / Media/Lokasi Mengakses Internet

Daerah Tempat Tinggal Rumah Warnet Kantor Sekolah HP Tempat

Umum

Dalam Kenda-

raan Berge-

rak

Lain-nya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Perempuan Perkotaan 21,20 2,95 6,42 0,50 93,88 22,80 19,65 1,47

Perdesaan 20,81 10,69 0,00 0,00 64,31 10,69 0,00 0,00

Perkotaan + Perdesaan 21,20 3,06 6,33 0,49 93,47 22,63 19,37 1,45

Laki-laki Perkotaan 46,16 9,81 29,28 2,48 84,77 16,24 16,72 3,41

Perdesaan 25,25 8,90 2,53 3,46 81,12 44,66 26,78 0,00

Perkotaan + Perdesaan 44,57 9,74 27,26 2,55 84,50 18,39 17,48 3,15

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015160

7.5 Akses Internet Anak di Bawah 15 Tahun, Penduduk Usia Produktif, dan Lansia Secara umum selama 2011–2015, persentase anak perempuan

berumur di bawah 15 tahun yang mengakses internet lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Pada tahun 2011 terdapat 6,02 persen anak perempuan di bawah 15 tahun yang mengakses internet, sedangkan anak laki-laki sebesar 5,90 persen. Sementara itu, pada tahun 2015 persentase anak perempuan di bawah 15 tahun yang mengakses internet meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan persentase sebesar 10,44 persen, lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki yang sebesar 9,11 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.5.1. Anak Di Bawah 15 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Persentase penduduk usia produktif yang mengakses internet di Indonesia mengalami peningkatan selama 2011–2015. Terdapat 12,30 persen perempuan dan 16,14 persen laki-laki usia produktif yang

mengakses internet pada tahun 2011. Pada tahun 2015, persentase perempuan dan laki-laki usia produktif yang mengakses internet meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 23,36 persen perempuan dan 28,30 persen laki-laki.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.5.2. Penduduk Berumur 15–64 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah salah satu instrumen yang powerful untuk mengurangi ketimpangan gender dan dapat menjadi salah katalisator untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peningkatkan penggunaan teknologi khususnya penggunaan internet dapat membantu mengakselerasi pemberdayaan perempuan. Secara umum, Indonesia sudah mengalami bonus demografi sejak tahun 2012, yang ditandai oleh dua orang penduduk usia produktif (15-64) menanggung satu orang tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun atau lebih). Keuntungan dari bonus demografi yaitu dapat memacu pertumbuhan ekonomi, akses internet dapat membantu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 161

7.5 Akses Internet Anak di Bawah 15 Tahun, Penduduk Usia Produktif, dan Lansia Secara umum selama 2011–2015, persentase anak perempuan

berumur di bawah 15 tahun yang mengakses internet lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Pada tahun 2011 terdapat 6,02 persen anak perempuan di bawah 15 tahun yang mengakses internet, sedangkan anak laki-laki sebesar 5,90 persen. Sementara itu, pada tahun 2015 persentase anak perempuan di bawah 15 tahun yang mengakses internet meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan persentase sebesar 10,44 persen, lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki yang sebesar 9,11 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.5.1. Anak Di Bawah 15 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Persentase penduduk usia produktif yang mengakses internet di Indonesia mengalami peningkatan selama 2011–2015. Terdapat 12,30 persen perempuan dan 16,14 persen laki-laki usia produktif yang

mengakses internet pada tahun 2011. Pada tahun 2015, persentase perempuan dan laki-laki usia produktif yang mengakses internet meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 23,36 persen perempuan dan 28,30 persen laki-laki.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 7.5.2. Penduduk Berumur 15–64 Tahun yang Mengakses Internet Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah salah satu instrumen yang powerful untuk mengurangi ketimpangan gender dan dapat menjadi salah katalisator untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peningkatkan penggunaan teknologi khususnya penggunaan internet dapat membantu mengakselerasi pemberdayaan perempuan. Secara umum, Indonesia sudah mengalami bonus demografi sejak tahun 2012, yang ditandai oleh dua orang penduduk usia produktif (15-64) menanggung satu orang tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun atau lebih). Keuntungan dari bonus demografi yaitu dapat memacu pertumbuhan ekonomi, akses internet dapat membantu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015162

penduduk usia produktif dalam menjalankan aktivitas-aktivitas yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Isu lain adalah aging population, yang diprediksikan akan terjadi di Indonesia pada tahun 2020. Dilihat dari akses internet penduduk usia tua, terdapat 0,74 persen perempuan dan 2,11 persen laki-laki yang mengakses internet pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.5.3. Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas yang Mengakses Internet

Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

PERUMAHAN

Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya (Frick dan Widner, 2006). Dengan pengertian tersebut, maka dapat dipahami jika tempat tinggal memiliki peran strategis dalam membentuk karakter bangsa.

Negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal dalam rumah yang layak huni dan terjangkau serta lingkungan yang sehat, aman, harmoni, dan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) yang menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak atas perumahan yang layak juga diakui dalam hukum internasional tentang hak asasi manusia, termasuk dalam Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, yang menyebutkan bahwa "setiap orang berhak atas standar kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya termasuk makanan, pakaian, dan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 163

penduduk usia produktif dalam menjalankan aktivitas-aktivitas yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Isu lain adalah aging population, yang diprediksikan akan terjadi di Indonesia pada tahun 2020. Dilihat dari akses internet penduduk usia tua, terdapat 0,74 persen perempuan dan 2,11 persen laki-laki yang mengakses internet pada tahun 2015.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015 Gambar 7.5.3. Penduduk Berumur 60 Tahun Ke Atas yang Mengakses Internet

Selama 3 Bulan Terakhir, 2011–2015

PERUMAHAN

Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya (Frick dan Widner, 2006). Dengan pengertian tersebut, maka dapat dipahami jika tempat tinggal memiliki peran strategis dalam membentuk karakter bangsa.

Negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal dalam rumah yang layak huni dan terjangkau serta lingkungan yang sehat, aman, harmoni, dan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) yang menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak atas perumahan yang layak juga diakui dalam hukum internasional tentang hak asasi manusia, termasuk dalam Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, yang menyebutkan bahwa "setiap orang berhak atas standar kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya termasuk makanan, pakaian, dan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015164

perumahan yang memadai, serta perbaikan kondisi kehidupan yang kontinyu " (Hoag, 2011). Tersedianya rumah dan lingkungan hidup yang berkualitas akan mendukung upaya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas, memiliki jati diri, dan mandiri dan produktif.

Untuk mencapai fungsi dan kegunaan rumah dengan baik diperlukan rumah dan lingkungan hidup yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Kualitas rumah tinggal yang baik dalam lingkungan sehat, aman, lestari, dan berkelanjutan (Kepmen No. 9 tahun 1999) diartikan sebagai suatu kondisi rumah yang memenuhi standar minimal dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi, dan kualitas teknis. Menurut American Public Health Association (APHA), rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti penerangan, memenuhi kebutuhan kejiwaan, melindungi penghuninya dari penularan penyakit misalnya memiliki penyediaan air bersih, serta melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran seperti fondasi rumah yang kokoh.

Pemenuhan kebutuhan akan rumah tidak dapat dicapai dengan mudah oleh semua orang. Meningkatnya kebutuhan akan perumahan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan penduduk yang berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan untuk perumahan. Hal ini mendorong peningkatan harga rumah dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, kondisi ekonomi memberikan pengaruh yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal. Penduduk yang berpenghasilan relatif tinggi memiliki kesempatan yang lebih untuk memiliki rumah yang lebih baik dibandingkan penduduk berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, selain sebagai tempat tinggal, rumah juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan penghuninya.

UUD 1945 mengamanatkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan kebutuhan tempat tinggal secara adil bagi perempuan maupun laki-laki. Kesetaraan bagi

perempuan dan laki-laki juga merupakan semangat dalam Sustainable Development Goals (SDGs) terutama Tujuan ke-5 yaitu “Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan anak perempuan”. Target 5a dalam tujuan ke-5 SDGs adalah melakukan reformasi untuk memberikan wanita hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses ke kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk-bentuk lain dari properti, jasa keuangan, warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan hukum nasional. Perempuan seringkali terdiskriminasi dalam pemenuhan hak atas perumahan dalam kehidupan sosial maupun ekonomi. Secara sosial, terdapat norma sosial yang lebih memihak kepada laki-laki dalam kepemilikan aset. Dalam kehidupan ekonomi, keterbatasan perempuan dalam memasuki lapangan kerja memengaruhi pendapatan mereka yang pada akhirnya akan berdampak pada kemampuan untuk memiliki rumah dan memenuhi kebutuhan atas rumah yang berkualitas.

Dengan latar belakang pengertian rumah sebagai kebutuhan dasar dan peran rumah sebagai pendukung pembentukan karakter bangsa serta semangat untuk memberikan kesetaraan atas akses rumah yang layak terhadap seluruh masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, maka pada bab ini akan dibahas mengenai struktur bangunan rumah dan fasilitasnya pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan perempuan. Struktur bangunan dan fasilitas rumah dapat mencerminkan tingkat kesehatan dan juga tingkat kesejahteraan rumah tangga. Struktur bangunan rumah meliputi luas lantai, jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding. Sementara itu, fasilitas rumah meliputi sumber penerangan, bahan bakar untuk memasak, sumber air minum, sanitasi, dan akses teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam bab ini juga akan dilakukan analisis menurut distribusi pengeluaran berdasarkan kuantil untuk memperoleh gambaran kesenjangan antara kelompok rumah tangga dengan pengeluaran

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 165

perumahan yang memadai, serta perbaikan kondisi kehidupan yang kontinyu " (Hoag, 2011). Tersedianya rumah dan lingkungan hidup yang berkualitas akan mendukung upaya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas, memiliki jati diri, dan mandiri dan produktif.

Untuk mencapai fungsi dan kegunaan rumah dengan baik diperlukan rumah dan lingkungan hidup yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Kualitas rumah tinggal yang baik dalam lingkungan sehat, aman, lestari, dan berkelanjutan (Kepmen No. 9 tahun 1999) diartikan sebagai suatu kondisi rumah yang memenuhi standar minimal dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi, dan kualitas teknis. Menurut American Public Health Association (APHA), rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti penerangan, memenuhi kebutuhan kejiwaan, melindungi penghuninya dari penularan penyakit misalnya memiliki penyediaan air bersih, serta melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran seperti fondasi rumah yang kokoh.

Pemenuhan kebutuhan akan rumah tidak dapat dicapai dengan mudah oleh semua orang. Meningkatnya kebutuhan akan perumahan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan penduduk yang berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan untuk perumahan. Hal ini mendorong peningkatan harga rumah dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, kondisi ekonomi memberikan pengaruh yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal. Penduduk yang berpenghasilan relatif tinggi memiliki kesempatan yang lebih untuk memiliki rumah yang lebih baik dibandingkan penduduk berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, selain sebagai tempat tinggal, rumah juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan penghuninya.

UUD 1945 mengamanatkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan kebutuhan tempat tinggal secara adil bagi perempuan maupun laki-laki. Kesetaraan bagi

perempuan dan laki-laki juga merupakan semangat dalam Sustainable Development Goals (SDGs) terutama Tujuan ke-5 yaitu “Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan anak perempuan”. Target 5a dalam tujuan ke-5 SDGs adalah melakukan reformasi untuk memberikan wanita hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses ke kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk-bentuk lain dari properti, jasa keuangan, warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan hukum nasional. Perempuan seringkali terdiskriminasi dalam pemenuhan hak atas perumahan dalam kehidupan sosial maupun ekonomi. Secara sosial, terdapat norma sosial yang lebih memihak kepada laki-laki dalam kepemilikan aset. Dalam kehidupan ekonomi, keterbatasan perempuan dalam memasuki lapangan kerja memengaruhi pendapatan mereka yang pada akhirnya akan berdampak pada kemampuan untuk memiliki rumah dan memenuhi kebutuhan atas rumah yang berkualitas.

Dengan latar belakang pengertian rumah sebagai kebutuhan dasar dan peran rumah sebagai pendukung pembentukan karakter bangsa serta semangat untuk memberikan kesetaraan atas akses rumah yang layak terhadap seluruh masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, maka pada bab ini akan dibahas mengenai struktur bangunan rumah dan fasilitasnya pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan perempuan. Struktur bangunan dan fasilitas rumah dapat mencerminkan tingkat kesehatan dan juga tingkat kesejahteraan rumah tangga. Struktur bangunan rumah meliputi luas lantai, jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding. Sementara itu, fasilitas rumah meliputi sumber penerangan, bahan bakar untuk memasak, sumber air minum, sanitasi, dan akses teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam bab ini juga akan dilakukan analisis menurut distribusi pengeluaran berdasarkan kuantil untuk memperoleh gambaran kesenjangan antara kelompok rumah tangga dengan pengeluaran

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015166

terendah (kuantil 1) dan tertinggi (kuantil 5) yang dikepalai oleh perempuan dan laki-laki. Selain itu, dengan menggunakan data selama lima tahun terakhir akan diperoleh gambaran mengenai perkembangan kondisi perumahan serta kesenjangan dari tiap kelompok rumah tangga menurut jenis kelamin kepala rumah tangga maupun distribusi pengeluarannya.

8.1. Struktur Bangunan Rumah Rumah yang berkualitas memberikan kontribusi pada kehidupan

yang lebih baik, karena secara langsung memengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup penghuninya. Struktur bangunan rumah, kepemilikan rumah dan ukuran luas rumah merupakan indikator-indikator yang dapat memberikan gambaran mengenai kualitas rumah (Nakazato dan Fujihara, 2015). Struktur bangunan tempat tinggal sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi rumah tangga, dimana semakin baik ekonomi rumah tangga maka struktur bangunan rumah yang ditempati juga akan semakin baik. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat struktur bangunan rumah adalah luas lantai hunian, jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding.

Luas lantai hunian secara tidak langsung berkaitan dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal. Selain itu, luas lantai juga dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial ekonomi masyarakat. Luas lantai hunian berkaitan dengan kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk tiap anggota rumah tangga. Berdasarkan publikasi Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan, ukuran luas lantai minimal yang ideal digunakan per orang adalah 10 m2.

Selama periode 2011-2015, persentase rumah tangga dengan luas lantai minimal 10 m2 terus meningkat baik pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan. Persentase rumah tangga

yang dikepalai perempuan yang menempati rumah dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita berada diatas 85 persen sepanjang periode tahun 2011-2015. Rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang menempati rumah dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita lebih rendah persentasenya dibandingkan rumah tangga yang dikepalai perempuan (Gambar 8.1).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 8.1. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga , 2011-

2015

Persentase rumah tangga dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita selama periode 2011-2015 terus mengalami peningkatan baik pada rumah tangga yang berada di kuantil 1 maupun kuantil 5, yang dikepalai oleh perempuan maupun laki-laki. Kesenjangan antara rumah tangga yang berada pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan lebih rendah dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki (Gambar 8.2).

75,64 76,4277,40 78,12

79,60

86,25 86,3987,23 87,45 87,97

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 167

terendah (kuantil 1) dan tertinggi (kuantil 5) yang dikepalai oleh perempuan dan laki-laki. Selain itu, dengan menggunakan data selama lima tahun terakhir akan diperoleh gambaran mengenai perkembangan kondisi perumahan serta kesenjangan dari tiap kelompok rumah tangga menurut jenis kelamin kepala rumah tangga maupun distribusi pengeluarannya.

8.1. Struktur Bangunan Rumah Rumah yang berkualitas memberikan kontribusi pada kehidupan

yang lebih baik, karena secara langsung memengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup penghuninya. Struktur bangunan rumah, kepemilikan rumah dan ukuran luas rumah merupakan indikator-indikator yang dapat memberikan gambaran mengenai kualitas rumah (Nakazato dan Fujihara, 2015). Struktur bangunan tempat tinggal sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi rumah tangga, dimana semakin baik ekonomi rumah tangga maka struktur bangunan rumah yang ditempati juga akan semakin baik. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat struktur bangunan rumah adalah luas lantai hunian, jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding.

Luas lantai hunian secara tidak langsung berkaitan dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal. Selain itu, luas lantai juga dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial ekonomi masyarakat. Luas lantai hunian berkaitan dengan kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk tiap anggota rumah tangga. Berdasarkan publikasi Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan, ukuran luas lantai minimal yang ideal digunakan per orang adalah 10 m2.

Selama periode 2011-2015, persentase rumah tangga dengan luas lantai minimal 10 m2 terus meningkat baik pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan. Persentase rumah tangga

yang dikepalai perempuan yang menempati rumah dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita berada diatas 85 persen sepanjang periode tahun 2011-2015. Rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang menempati rumah dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita lebih rendah persentasenya dibandingkan rumah tangga yang dikepalai perempuan (Gambar 8.1).

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 8.1. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga , 2011-

2015

Persentase rumah tangga dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita selama periode 2011-2015 terus mengalami peningkatan baik pada rumah tangga yang berada di kuantil 1 maupun kuantil 5, yang dikepalai oleh perempuan maupun laki-laki. Kesenjangan antara rumah tangga yang berada pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan lebih rendah dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki (Gambar 8.2).

75,64 76,4277,40 78,12

79,60

86,25 86,3987,23 87,45 87,97

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015168

76,05 74,79 76,82 76,86 81,85

89,59 89,96 89,75 90,44 90,21

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

62,09 61,19 63,05 63,64 67,75

87,09 88,24 87,60 88,89 90,03

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

Pada tahun 2015, persentase rumah tangga dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita yang dikepalai perempuan yang berada di kuantil 5 sebesar 90,21 persen, sementara persentase untuk rumah tangga yang berada di kuantil 1 sebesar 81,85 persen. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan sebesar 8,36 persen pada rumah tangga yang dikepalai perempuan. Kesenjangan antara kelompok rumah tangga pada kuantil tertinggi dan terendah untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki mencapai hampir tiga kali lipat dibandingkan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Penurunan kesenjangan antar kuantil pengeluaran pada rumah tangga yang dikepalai perempuan juga tiga kali lebih cepat dibandingkan pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki.

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 8.2. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan

Kuantil Pengeluaran, 2011-2015

Jenis lantai rumah juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan anggota rumah tangga. Salah satu persyaratan rumah sehat adalah lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan karena kedua hal tersebut dapat memicu penyakit. Lantai tanah dianggap tidak memenuhi persyaratan tersebut karena tidak dapat melindungi penghuni rumah dari debu dan genangan. Oleh karena itu,

rumah tangga yang menggunakan lantai tanah dianggap menempati rumah tidak layak huni.

Persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah berlantai bukan tanah selama periode 2011-2015 meningkat dari 86,11 persen pada tahun 2011 menjadi 91,10 persen pada tahun 2015. Persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah berlantai bukan tanah selalu lebih rendah dibanding persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki, namun dari tahun ke tahun gap antara rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki yang menempati rumah berlantai bukan tanah semakin mengecil (Gambar 8.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.3. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Pada indikator kualitas lantai rumah, kesenjangan antara rumah tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah pada kelompok rumah tangga yang berada di kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki relatif tidak berbeda. Pada tahun 2015, untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang menempati rumah berlantai bukan tanah

90,13 90,5591,54

92,2393,45

86,1187,37

89,1889,84

91,10

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 169

76,05 74,79 76,82 76,86 81,85

89,59 89,96 89,75 90,44 90,21

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

62,09 61,19 63,05 63,64 67,75

87,09 88,24 87,60 88,89 90,03

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

Pada tahun 2015, persentase rumah tangga dengan luas lantai minimal 10 m2 per kapita yang dikepalai perempuan yang berada di kuantil 5 sebesar 90,21 persen, sementara persentase untuk rumah tangga yang berada di kuantil 1 sebesar 81,85 persen. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan sebesar 8,36 persen pada rumah tangga yang dikepalai perempuan. Kesenjangan antara kelompok rumah tangga pada kuantil tertinggi dan terendah untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki mencapai hampir tiga kali lipat dibandingkan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Penurunan kesenjangan antar kuantil pengeluaran pada rumah tangga yang dikepalai perempuan juga tiga kali lebih cepat dibandingkan pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki.

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 8.2. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Luas Lantai ≥ 10 m2 per Kapita menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan

Kuantil Pengeluaran, 2011-2015

Jenis lantai rumah juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan anggota rumah tangga. Salah satu persyaratan rumah sehat adalah lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan karena kedua hal tersebut dapat memicu penyakit. Lantai tanah dianggap tidak memenuhi persyaratan tersebut karena tidak dapat melindungi penghuni rumah dari debu dan genangan. Oleh karena itu,

rumah tangga yang menggunakan lantai tanah dianggap menempati rumah tidak layak huni.

Persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah berlantai bukan tanah selama periode 2011-2015 meningkat dari 86,11 persen pada tahun 2011 menjadi 91,10 persen pada tahun 2015. Persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah berlantai bukan tanah selalu lebih rendah dibanding persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki, namun dari tahun ke tahun gap antara rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki yang menempati rumah berlantai bukan tanah semakin mengecil (Gambar 8.3).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.3. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Pada indikator kualitas lantai rumah, kesenjangan antara rumah tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah pada kelompok rumah tangga yang berada di kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki relatif tidak berbeda. Pada tahun 2015, untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang menempati rumah berlantai bukan tanah

90,13 90,5591,54

92,2393,45

86,1187,37

89,1889,84

91,10

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015170

73,24 76,04 79,13 79,45 80,35

98,21 98,28 98,19 98,57 98,70

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

78,55 80,14 82,28 83,80 85,19

98,51 98,55 98,68 98,72 98,89

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

1,22 kali lebih tinggi dibanding rumah tangga pada kuantil 1. Sementara untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang menempati rumah berlantai bukan tanah 1,16 kali lebih tinggi dibanding rumah tangga pada kuantil 1 (Gambar 8.4).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.4. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil

Pengeluaran, 2011-2015

Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan untuk melindungi penghuni rumah dari masuknya debu, angin dan air hujan. Agar atap memenuhi fungsi sebagai pelindung maka atap harus terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor yaitu atap yang terbuat dari beton, genteng, sirap, seng, dan asbes. Rumah dengan atap yang terbuat dari bahan-bahan tersebut dianggap sebagai rumah layak huni.

Sebagian besar rumah tangga di Indonesia telah menempati rumah dengan atap layak (Gambar 8.5). Persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah dengan atap layak pada tahun 2011 lebih rendah dibandingkan persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki yaitu 96,65 persen dibanding 96,69 persen. Pada tahun-tahun berikutnya, persentase rumah tangga yang dikepalai

perempuan yang menempati rumah dengan atap layak menjadi lebih tinggi dibandingkan persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki.

Sumber: BPS, Susenas 2011-2015

Gambar 8.5. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Sebagaimana data tentang lantai rumah, dari tahun ke tahun kesenjangan antara rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki yang menempati rumah dengan atap layak semakin mengecil. Pada tahun 2015 persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak antara rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan relatif sama yaitu 98 persen.

96,69

97,03

97,28

97,62

98,01

96,65

97,18

97,7697,88

97,99

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 171

73,24 76,04 79,13 79,45 80,35

98,21 98,28 98,19 98,57 98,70

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

78,55 80,14 82,28 83,80 85,19

98,51 98,55 98,68 98,72 98,89

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

1,22 kali lebih tinggi dibanding rumah tangga pada kuantil 1. Sementara untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang menempati rumah berlantai bukan tanah 1,16 kali lebih tinggi dibanding rumah tangga pada kuantil 1 (Gambar 8.4).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.4. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Berlantai Bukan Tanah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil

Pengeluaran, 2011-2015

Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan untuk melindungi penghuni rumah dari masuknya debu, angin dan air hujan. Agar atap memenuhi fungsi sebagai pelindung maka atap harus terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor yaitu atap yang terbuat dari beton, genteng, sirap, seng, dan asbes. Rumah dengan atap yang terbuat dari bahan-bahan tersebut dianggap sebagai rumah layak huni.

Sebagian besar rumah tangga di Indonesia telah menempati rumah dengan atap layak (Gambar 8.5). Persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah dengan atap layak pada tahun 2011 lebih rendah dibandingkan persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki yaitu 96,65 persen dibanding 96,69 persen. Pada tahun-tahun berikutnya, persentase rumah tangga yang dikepalai

perempuan yang menempati rumah dengan atap layak menjadi lebih tinggi dibandingkan persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki.

Sumber: BPS, Susenas 2011-2015

Gambar 8.5. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Sebagaimana data tentang lantai rumah, dari tahun ke tahun kesenjangan antara rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki yang menempati rumah dengan atap layak semakin mengecil. Pada tahun 2015 persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak antara rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan relatif sama yaitu 98 persen.

96,69

97,03

97,28

97,62

98,01

96,65

97,18

97,7697,88

97,99

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015172

93,58 94,74 95,62 95,82 95,97

99,03 99,22 99,36 99,41 98,84

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

92,92 93,16 93,89 94,68 95,17

99,07 99,16 99,21 99,17 98,76

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.6. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran,

2011-2015

Persentase rumah tangga pada kuantil 1 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki bergerak dari sekitar 93 persen pada tahun 2011 dan meningkat hingga mencapai sekitar 95 persen pada tahun 2015 (Gambar 8.6). Pada kuantil 5, persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak baik yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan justru menurun pada tahun 2015 dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak, baik yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan, mencapai 99 persen. Pada tahun 2015, persentasenya sedikit menurun yaitu 98,84 persen untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan dan 98,76 persen untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki.

Selain penggunaan jenis atap, kualitas rumah juga dipengaruhi oleh jenis dinding yang digunakan. Dinding merupakan pelindung penghuni rumah dari lingkungan di luar rumah. Rumah dikatakan layak huni jika dindingnya tidak lembab dan tidak tembus angin. Jenis dinding yang memenuhi syarat rumah layak huni adalah dinding permanen yaitu dinding yang terbuat dari tembok.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.7. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Gambar 8.7 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan dinding permanen terus meningkat baik pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan. Pada tahun 2011 persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah berdinding permanen pada tahun 2011 sebesar 64,13 persen. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang menempati rumah berdinding permanen. Pada periode 2011-2015 pola ini tidak berubah, namun kesenjangan antara rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki yang menempati rumah dengan dinding permanen semakin mengecil.

Kesenjangan antara rumah tangga pada kuantil 1 dengan kuantil 5 untuk karakteristik dinding rumah permanen lebih tinggi dibandingkan karakteristik struktur bangunan rumah lainnya. Persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan dinding permanen pada kuantil 5

68,1469,04

70,3271,27

72,17

64,1365,22

67,28

68,5169,19

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 173

93,58 94,74 95,62 95,82 95,97

99,03 99,22 99,36 99,41 98,84

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

92,92 93,16 93,89 94,68 95,17

99,07 99,16 99,21 99,17 98,76

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.6. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Atap Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran,

2011-2015

Persentase rumah tangga pada kuantil 1 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki bergerak dari sekitar 93 persen pada tahun 2011 dan meningkat hingga mencapai sekitar 95 persen pada tahun 2015 (Gambar 8.6). Pada kuantil 5, persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak baik yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan justru menurun pada tahun 2015 dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak, baik yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan, mencapai 99 persen. Pada tahun 2015, persentasenya sedikit menurun yaitu 98,84 persen untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan dan 98,76 persen untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki.

Selain penggunaan jenis atap, kualitas rumah juga dipengaruhi oleh jenis dinding yang digunakan. Dinding merupakan pelindung penghuni rumah dari lingkungan di luar rumah. Rumah dikatakan layak huni jika dindingnya tidak lembab dan tidak tembus angin. Jenis dinding yang memenuhi syarat rumah layak huni adalah dinding permanen yaitu dinding yang terbuat dari tembok.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.7. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Gambar 8.7 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan dinding permanen terus meningkat baik pada rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki maupun perempuan. Pada tahun 2011 persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menempati rumah berdinding permanen pada tahun 2011 sebesar 64,13 persen. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang menempati rumah berdinding permanen. Pada periode 2011-2015 pola ini tidak berubah, namun kesenjangan antara rumah tangga yang dikepalai perempuan dan laki-laki yang menempati rumah dengan dinding permanen semakin mengecil.

Kesenjangan antara rumah tangga pada kuantil 1 dengan kuantil 5 untuk karakteristik dinding rumah permanen lebih tinggi dibandingkan karakteristik struktur bangunan rumah lainnya. Persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan dinding permanen pada kuantil 5

68,1469,04

70,3271,27

72,17

64,1365,22

67,28

68,5169,19

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015174 Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015174

174 | Profil Perempuan Indonesia, 2011-2015

43,38 46,02 49,59 50,35 53,21

84,19 83,59 84,78 86,33 88,53

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

48,63 50,02 51,51 53,77 56,51

84,07 85,09 85,81 86,83 88,10

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

hampir 2 kali lebih besar dibandingkan persentase pada kuantil 1, baik pada rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 8.8. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan

Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015

8.2. Fasilitas Rumah Struktur bangunan yang kokoh dengan sirkulasi udara yang baik

dan cahaya yang cukup merupakan syarat rumah yang baik. Untuk menjadi rumah yang ideal maka rumah yang baik perlu dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap yaitu sarana dan prasarana yang mendukung kenyamanan rumah bagi penghuninya. Fasilitas rumah yang mendasar dan diperlukan untuk kenyamanan penghuninya diantaranya sumber penerangan, sumber air minum, dan sanitasi.

Sumber penerangan dapat berupa sumber alami maupun buatan. Sumber penerangan buatan dapat berupa listrik (PLN dan non PLN), petromaks, lampu aladin, pelita, sentir, dan obor. Listrik merupakan sarana yang sangat penting bagi rumah tangga yaitu sebagai sumber penerangan dan sumber tenaga untuk peralatan elektronik rumah tangga saat ini.

Sebagian besar rumah tangga di Indonesia sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama. Selama periode 2011-2015 persentase rumah tangga yang meggunakan listrik sebagai sumber penerangan semakin meningkat. Berdasarkan jenis kelamin kepala rumah tangga, persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan lebih rendah dibandingkan persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2013-2015, rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, persentasenya hampir sama dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki (Gambar 8.9).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.9. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Pola pertumbuhan persentase rumah tangga yang yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 dan kuantil 5 tidak berbeda baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Pada periode 2011-2015, persentase

94,93

95,83

96,4896,97

97,52

94,69

95,71

96,8297,24

97,66

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 175

174 | Profil Perempuan Indonesia, 2011-2015

43,38 46,02 49,59 50,35 53,21

84,19 83,59 84,78 86,33 88,53

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

48,63 50,02 51,51 53,77 56,51

84,07 85,09 85,81 86,83 88,10

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

hampir 2 kali lebih besar dibandingkan persentase pada kuantil 1, baik pada rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 8.8. Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah dengan

Dinding Permanen menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-2015

8.2. Fasilitas Rumah Struktur bangunan yang kokoh dengan sirkulasi udara yang baik

dan cahaya yang cukup merupakan syarat rumah yang baik. Untuk menjadi rumah yang ideal maka rumah yang baik perlu dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap yaitu sarana dan prasarana yang mendukung kenyamanan rumah bagi penghuninya. Fasilitas rumah yang mendasar dan diperlukan untuk kenyamanan penghuninya diantaranya sumber penerangan, sumber air minum, dan sanitasi.

Sumber penerangan dapat berupa sumber alami maupun buatan. Sumber penerangan buatan dapat berupa listrik (PLN dan non PLN), petromaks, lampu aladin, pelita, sentir, dan obor. Listrik merupakan sarana yang sangat penting bagi rumah tangga yaitu sebagai sumber penerangan dan sumber tenaga untuk peralatan elektronik rumah tangga saat ini.

Sebagian besar rumah tangga di Indonesia sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama. Selama periode 2011-2015 persentase rumah tangga yang meggunakan listrik sebagai sumber penerangan semakin meningkat. Berdasarkan jenis kelamin kepala rumah tangga, persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan lebih rendah dibandingkan persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2013-2015, rumah tangga yang dikepalai perempuan yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, persentasenya hampir sama dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki (Gambar 8.9).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.9. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Pola pertumbuhan persentase rumah tangga yang yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 dan kuantil 5 tidak berbeda baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Pada periode 2011-2015, persentase

94,93

95,83

96,4896,97

97,52

94,69

95,71

96,8297,24

97,66

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015176

88,46 90,83 93,79 94,44 95,44

98,82 98,92 98,95 99,34 99,57

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

88,84 90,79 92,12 93,22 94,49

98,57 98,70 98,94 99,03 99,40

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

rumah tangga yang yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 bergerak dari 88,46 persen hingga 95,44 persen untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan dan 88,84 persen hingga 94,49 persen untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Pada kelompok rumah tangga yang berada pada kuantil 5, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan mencapai sekitar 99 persen baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki, selama periode 2011-2015. Kesenjangan rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan menurun lebih cepat dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Pada rumah tangga yang dikepalai perempuan, kesenjangan rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 dan kuantil 5 menurun hingga 60 persen selama periode 2011-2015. Sementara pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki penurunannya hanya sekitar 50 persen pada periode yang sama (Gambar 8.10).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.10. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil

Pengeluaran, 2011-2015

Kurangnya air minum yang memadai, sanitasi, dan kebersihan merupakan faktor kesehatan lingkungan yang memberikan dampak luar

64,99

66,26

68,4469,10

72,68

65,20

66,43

68,6769,22

72,95

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

biasa pada morbiditas dan mortalitas baik untuk perempuan dan laki-laki (United Nation, 2015). Pemerintah terus mengupayakan penyediaan air bersih dalam jumlah yang cukup bagi seluruh masyarakat. Sumber air minum untuk kategori air bersih yaitu air ledeng, air hujan, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung. Khusus untuk sumber air minum sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung harus berjarak 10 meter atau lebih dari tempat penampungan tinja/limbah/kotoran terdekat.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 8.11. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih

menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Selama periode 2011-2015 persentase rumah tangga di Indonesia yang mengunakan air minum bersih yang dikepalai perempuan maupun laki-laki tidak menunjukkan perbedaan. Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih pada tahun 2011 sekitar 65 persen dan pada 2015 meningkat menjadi sekitar 73 persen pada rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Penggunaan air minum

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 177

88,46 90,83 93,79 94,44 95,44

98,82 98,92 98,95 99,34 99,57

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

88,84 90,79 92,12 93,22 94,49

98,57 98,70 98,94 99,03 99,40

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

rumah tangga yang yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 bergerak dari 88,46 persen hingga 95,44 persen untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan dan 88,84 persen hingga 94,49 persen untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Pada kelompok rumah tangga yang berada pada kuantil 5, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan mencapai sekitar 99 persen baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki, selama periode 2011-2015. Kesenjangan rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan menurun lebih cepat dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Pada rumah tangga yang dikepalai perempuan, kesenjangan rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan pada kuantil 1 dan kuantil 5 menurun hingga 60 persen selama periode 2011-2015. Sementara pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki penurunannya hanya sekitar 50 persen pada periode yang sama (Gambar 8.10).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.10. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik sebagai Sumber Penerangan menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil

Pengeluaran, 2011-2015

Kurangnya air minum yang memadai, sanitasi, dan kebersihan merupakan faktor kesehatan lingkungan yang memberikan dampak luar

64,99

66,26

68,4469,10

72,68

65,20

66,43

68,6769,22

72,95

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

biasa pada morbiditas dan mortalitas baik untuk perempuan dan laki-laki (United Nation, 2015). Pemerintah terus mengupayakan penyediaan air bersih dalam jumlah yang cukup bagi seluruh masyarakat. Sumber air minum untuk kategori air bersih yaitu air ledeng, air hujan, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung. Khusus untuk sumber air minum sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung harus berjarak 10 meter atau lebih dari tempat penampungan tinja/limbah/kotoran terdekat.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015 Gambar 8.11. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih

menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Selama periode 2011-2015 persentase rumah tangga di Indonesia yang mengunakan air minum bersih yang dikepalai perempuan maupun laki-laki tidak menunjukkan perbedaan. Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih pada tahun 2011 sekitar 65 persen dan pada 2015 meningkat menjadi sekitar 73 persen pada rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Penggunaan air minum

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015178

47,08 46,59 51,17 52,77 57,22

81,76 82,31 83,54 83,92 86,83

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

48,44 48,78 52,51 53,53 60,55

83,47 84,66 86,05 86,28 87,71

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

bersih pada rumah tangga yang dikepalai perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki (Gambar 8.11)

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 8.12. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-

2015

Pada tahun 2015, persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan pada kuantil 5 mencapai 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1. Sementara untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang menggunakan air minum bersih 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1. Meskipun demikian, penurunan kesenjangan persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki lebih cepat dibandingkan pada rumah tangga yang dikepalai perempuan. Selama periode 2011-2015, kesenjangan persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki menurun 22 persen sedangkan untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan hanya menurun sebesar 15 persen.

Selain akses terhadap air bersih, akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak juga merupakan faktor penting dalam menciptakan rumah

dan lingkungan yang sehat. Rumah tangga dikatakan mempunyai akses terhadap fasilitas sanitasi layak apabila mempunyai fasilitas buang air besar sendiri/bersama, jenis kloset leher angsa, dan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik atau Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.13. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Gambar 8.13 menunjukkan bahwa rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sanitasi layak yang dikepalai perempuan lebih rendah persentasenya dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Selama periode 2011-2015, pola ini tidak mengalami perubahan. Selama periode 2011-2015, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sanitasi layak mengalami peningkatan yaitu dari 48,34 persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan 42,72 persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan pada tahun 2011 menjadi 54,83 persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan 51,46

48,3450,89

53,45 54,03 54,83

42,7245,90

49,22 50,24 51,46

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 179

47,08 46,59 51,17 52,77 57,22

81,76 82,31 83,54 83,92 86,83

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

48,44 48,78 52,51 53,53 60,55

83,47 84,66 86,05 86,28 87,71

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

bersih pada rumah tangga yang dikepalai perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki (Gambar 8.11)

Sumber: BPS RI, Susenas, 2011-2015

Gambar 8.12. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Bersih menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-

2015

Pada tahun 2015, persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan pada kuantil 5 mencapai 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1. Sementara untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang menggunakan air minum bersih 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1. Meskipun demikian, penurunan kesenjangan persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki lebih cepat dibandingkan pada rumah tangga yang dikepalai perempuan. Selama periode 2011-2015, kesenjangan persentase rumah tangga yang menggunakan air minum bersih pada kuantil 1 dan kuantil 5 untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki menurun 22 persen sedangkan untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan hanya menurun sebesar 15 persen.

Selain akses terhadap air bersih, akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak juga merupakan faktor penting dalam menciptakan rumah

dan lingkungan yang sehat. Rumah tangga dikatakan mempunyai akses terhadap fasilitas sanitasi layak apabila mempunyai fasilitas buang air besar sendiri/bersama, jenis kloset leher angsa, dan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik atau Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.13. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Gambar 8.13 menunjukkan bahwa rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sanitasi layak yang dikepalai perempuan lebih rendah persentasenya dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Selama periode 2011-2015, pola ini tidak mengalami perubahan. Selama periode 2011-2015, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sanitasi layak mengalami peningkatan yaitu dari 48,34 persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan 42,72 persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan pada tahun 2011 menjadi 54,83 persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan 51,46

48,3450,89

53,45 54,03 54,83

42,7245,90

49,22 50,24 51,46

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015180

20,97 24,58 28,77 30,06 33,19

62,52 65,20 67,66 67,52 70,16

0,0020,0040,0060,0080,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

23,97 26,69 29,83 32,24 34,59

71,54 73,24 74,50 73,99 74,68

0,0020,0040,0060,0080,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan pada tahun 2015. Peningkatan persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang mempunyai akses terhadap sanitasi layak lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki, yaitu 20,45 persen dibanding 13,42 persen.

Sumber: BPS RI,Susenas 2011-2015

Gambar 8.14. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-

2015

Dibandingkan karakteristik fasilitas rumah yang lainnya, kesenjangan persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak pada kuantil 1 dan kuantil 5 merupakan yang tertinggi. Pada tahun 2015, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak pada kuantil 5 lebih besar 2 kali lipat dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1, baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Kesenjangan pada tahun 2015 menurun dibandingkan tahun 2011 dimana persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang memiliki akses terhadap sanitasi layak sekitar 3 kali lebih tinggi dibandingkan rumah tangga pada kuantil 1, baik pada rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki.

Menyediakan akses terhadap rumah yang layak bagi seluruh masyarakat penting untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia

terutama dari sisi kesehatan karena kondisi rumah berkaitan langsung dengan kesehatan penghuninya. Kualitas rumah tinggal tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi namun berkaitan pula dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat. Sehingga jika ingin meningkatkan kualitas rumah tinggal, selain meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan mengenai rumah yang sehat juga harus ditingkatkan (Kusumawati, 2015).

8.3. Akses pada Teknologi Komunikasi Perkembangan gaya hidup modern memicu kebutuhan akan

informasi dan komunikasi yang didapat melalui peralatan komunikasi seperti telepon dan komputer. Penggunaan telepon rumah semakin ditinggalkan karena jaringan telepon bersifat statis sehingga mengharuskan seseorang berada di posisi tertentu. Hal ini dianggap kurang efisien dalam mendukung mobilitas penggunanya.

Gambar 8.15 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah mengalami penurunan sepanjang periode 2011-2015. Pada tahun 2011 terdapat 8,01 persen rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang memiliki telepon rumah, persentase untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan tidak jauh berbeda yaitu 7,47 persen. Persentasenya kemudian menurun hingga setengahnya pada tahun 2015, yaitu 3,98 persen untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan 4,17 persen untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 181

20,97 24,58 28,77 30,06 33,19

62,52 65,20 67,66 67,52 70,16

0,0020,0040,0060,0080,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

23,97 26,69 29,83 32,24 34,59

71,54 73,24 74,50 73,99 74,68

0,0020,0040,0060,0080,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

persen untuk rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan pada tahun 2015. Peningkatan persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang mempunyai akses terhadap sanitasi layak lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki, yaitu 20,45 persen dibanding 13,42 persen.

Sumber: BPS RI,Susenas 2011-2015

Gambar 8.14. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil Pengeluaran, 2011-

2015

Dibandingkan karakteristik fasilitas rumah yang lainnya, kesenjangan persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak pada kuantil 1 dan kuantil 5 merupakan yang tertinggi. Pada tahun 2015, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak pada kuantil 5 lebih besar 2 kali lipat dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1, baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Kesenjangan pada tahun 2015 menurun dibandingkan tahun 2011 dimana persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang memiliki akses terhadap sanitasi layak sekitar 3 kali lebih tinggi dibandingkan rumah tangga pada kuantil 1, baik pada rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki.

Menyediakan akses terhadap rumah yang layak bagi seluruh masyarakat penting untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia

terutama dari sisi kesehatan karena kondisi rumah berkaitan langsung dengan kesehatan penghuninya. Kualitas rumah tinggal tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi namun berkaitan pula dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat. Sehingga jika ingin meningkatkan kualitas rumah tinggal, selain meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan mengenai rumah yang sehat juga harus ditingkatkan (Kusumawati, 2015).

8.3. Akses pada Teknologi Komunikasi Perkembangan gaya hidup modern memicu kebutuhan akan

informasi dan komunikasi yang didapat melalui peralatan komunikasi seperti telepon dan komputer. Penggunaan telepon rumah semakin ditinggalkan karena jaringan telepon bersifat statis sehingga mengharuskan seseorang berada di posisi tertentu. Hal ini dianggap kurang efisien dalam mendukung mobilitas penggunanya.

Gambar 8.15 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah mengalami penurunan sepanjang periode 2011-2015. Pada tahun 2011 terdapat 8,01 persen rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang memiliki telepon rumah, persentase untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan tidak jauh berbeda yaitu 7,47 persen. Persentasenya kemudian menurun hingga setengahnya pada tahun 2015, yaitu 3,98 persen untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan 4,17 persen untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015182

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.15. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Rumah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Kebutuhan terhadap sarana telekomunikasi yang multifungsi kian berkembang. Masyarakat kini cenderung memilih telepon seluler/handphone sebagai sarana telekomunikasi karena praktis, dapat dibawa bepergian kemana-mana, lebih bersifat pribadi, dan tersedianya kecanggihan teknologi dalam telepon seluler, seperti mengakses internet dan mendengarkan musik, menyimpan gambar (foto) dan video, dan lain-lain. Saat ini, kebutuhan akan telepon seluler/handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi namun sudah bergeser menjadi gaya hidup.

Berbeda dengan kepemilikan telepon rumah, persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler/handphone baik yang dikepalai perempuan maupun laki-laki mengalami peningkatan dari tahun 2011-2015. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan pertumbuhan penjualan telepon seluler/handphone yang tertinggi.

8,01

6,545,98

5,55

3,98

7,47

6,00 6,115,51

4,17

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Untuk kategori smartphone saja, berdasarkan laporan dari International Data Corporation, pada tahun 2015 Indonesia mencatat penjualan sebanyak 8,3 juta unit. Jumlah tersebut meningkat 14,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang memiliki telepon seluler/handphone lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Gambar 8.16 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang memiliki telepon seluler/handphone sebesar 74,56 persen pada tahun 2015, meningkat 18,59 persen dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 62,88 persen. Pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki, persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler/handphone pada tahun 2015 sebesar 90,34 persen, meningkat 11,86 persen dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 80,76 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.16. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Kesenjangan persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler/handphone semakin berkurang selama periode 2011-2015. Hal

80,76 85,47 87,98 89,30 90,34

62,88 67,65 71,60 73,40 74,56

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 183

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.15. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Rumah menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Kebutuhan terhadap sarana telekomunikasi yang multifungsi kian berkembang. Masyarakat kini cenderung memilih telepon seluler/handphone sebagai sarana telekomunikasi karena praktis, dapat dibawa bepergian kemana-mana, lebih bersifat pribadi, dan tersedianya kecanggihan teknologi dalam telepon seluler, seperti mengakses internet dan mendengarkan musik, menyimpan gambar (foto) dan video, dan lain-lain. Saat ini, kebutuhan akan telepon seluler/handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi namun sudah bergeser menjadi gaya hidup.

Berbeda dengan kepemilikan telepon rumah, persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler/handphone baik yang dikepalai perempuan maupun laki-laki mengalami peningkatan dari tahun 2011-2015. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan pertumbuhan penjualan telepon seluler/handphone yang tertinggi.

8,01

6,545,98

5,55

3,98

7,47

6,00 6,115,51

4,17

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Untuk kategori smartphone saja, berdasarkan laporan dari International Data Corporation, pada tahun 2015 Indonesia mencatat penjualan sebanyak 8,3 juta unit. Jumlah tersebut meningkat 14,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang memiliki telepon seluler/handphone lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Gambar 8.16 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang dikepalai perempuan yang memiliki telepon seluler/handphone sebesar 74,56 persen pada tahun 2015, meningkat 18,59 persen dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 62,88 persen. Pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki, persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler/handphone pada tahun 2015 sebesar 90,34 persen, meningkat 11,86 persen dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 80,76 persen.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.16. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Kesenjangan persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler/handphone semakin berkurang selama periode 2011-2015. Hal

80,76 85,47 87,98 89,30 90,34

62,88 67,65 71,60 73,40 74,56

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015184

45,45 54,70 60,72 64,42 59,90

83,56 83,66 84,94 85,94 89,18

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

58,6569,21 74,51 77,22 78,85

95,19 95,88 96,29 96,52 97,25

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan produksi massal telepon seluler/handphone sehingga harganya semakin terjangkau. Pada tahun 2011, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang memiliki telepon seluler/HP hampir dua kali lebih besar dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1, baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Pada tahun 2015, untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang memiliki telepon seluler/handphone 1,5 kali lebih besar dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1. Sementara pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki kesenjangannya lebih kecil yaitu 1,2.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.17. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil

Pengeluaran, 2011-2015

Kepemilikan komputer (komputer desktop/PC dan laptop/ notebook) juga merupakan salah satu indikator pemanfaatan teknologi telekomunikasi. Semakin tinggi kepemilikan komputer mencerminkan tingginya pemanfaatan teknologi telekomunikasi. Seperti halnya kepemilikan telepon, kepemilikan komputer desktop/PC sekarang ini sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke laptop/notebook.

Rumah tangga yang dikepalai perempuan yang memiliki komputer desktop/PC menurun dari 7,38 persen pada tahun 2011 menjadi 5,80

persen pada tahun 2014. Sebaliknya, kepemilikan laptop/notebook pada rumah tangga yang dikepalai perempuan pada periode yang sama mengalami peningkatan, yaitu 9,14 persen pada tahun 2011 menjadi 15,77 persen pada tahun 2014 (Gambar 8.18).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2014

Gambar 8.18. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Komputer Desktop/PC dan Laptop/Notebook menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2014

Pola yang sama ditunjukkan pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang memiliki komputer desktop/PC dan laptop/notebook lebih rendah dibandingkan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Kepemilikan komputer desktop/PC pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki pada tahun 2011 sebesar 4,33 persen dan pada tahun 2014 menurun menjadi 3,54 persen. Sebaliknya, kepemilikan laptop/notebook pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki pada periode yang sama mengalami peningkatan, yaitu dari 7,35 persen pada tahun 2011 menjadi 13,62 persen pada tahun 2015.

4,33 3,91 3,44 3,54

7,38 6,806,00 5,80

7,35

10,1611,74

13,62

9,14

12,5013,89

15,77

2011 2012 2013 2014

Perempuan Memiliki PC Laki-laki Memiliki PC

Perempuan Memiliki Laptop/Notebook Laki-laki Memiliki Laptop/Notebook

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 185

45,45 54,70 60,72 64,42 59,90

83,56 83,66 84,94 85,94 89,18

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan

Q1 Q5

58,6569,21 74,51 77,22 78,85

95,19 95,88 96,29 96,52 97,25

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki

Q1 Q5

ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan produksi massal telepon seluler/handphone sehingga harganya semakin terjangkau. Pada tahun 2011, persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang memiliki telepon seluler/HP hampir dua kali lebih besar dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1, baik untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan maupun laki-laki. Pada tahun 2015, untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan persentase rumah tangga pada kuantil 5 yang memiliki telepon seluler/handphone 1,5 kali lebih besar dibandingkan persentase rumah tangga pada kuantil 1. Sementara pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki kesenjangannya lebih kecil yaitu 1,2.

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 8.17. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler/Handphone menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Kuantil

Pengeluaran, 2011-2015

Kepemilikan komputer (komputer desktop/PC dan laptop/ notebook) juga merupakan salah satu indikator pemanfaatan teknologi telekomunikasi. Semakin tinggi kepemilikan komputer mencerminkan tingginya pemanfaatan teknologi telekomunikasi. Seperti halnya kepemilikan telepon, kepemilikan komputer desktop/PC sekarang ini sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke laptop/notebook.

Rumah tangga yang dikepalai perempuan yang memiliki komputer desktop/PC menurun dari 7,38 persen pada tahun 2011 menjadi 5,80

persen pada tahun 2014. Sebaliknya, kepemilikan laptop/notebook pada rumah tangga yang dikepalai perempuan pada periode yang sama mengalami peningkatan, yaitu 9,14 persen pada tahun 2011 menjadi 15,77 persen pada tahun 2014 (Gambar 8.18).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2014

Gambar 8.18. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Komputer Desktop/PC dan Laptop/Notebook menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2011-2014

Pola yang sama ditunjukkan pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Persentase rumah tangga yang dikepalai laki-laki yang memiliki komputer desktop/PC dan laptop/notebook lebih rendah dibandingkan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Kepemilikan komputer desktop/PC pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki pada tahun 2011 sebesar 4,33 persen dan pada tahun 2014 menurun menjadi 3,54 persen. Sebaliknya, kepemilikan laptop/notebook pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki pada periode yang sama mengalami peningkatan, yaitu dari 7,35 persen pada tahun 2011 menjadi 13,62 persen pada tahun 2015.

4,33 3,91 3,44 3,54

7,38 6,806,00 5,80

7,35

10,1611,74

13,62

9,14

12,5013,89

15,77

2011 2012 2013 2014

Perempuan Memiliki PC Laki-laki Memiliki PC

Perempuan Memiliki Laptop/Notebook Laki-laki Memiliki Laptop/Notebook

SEKTOR PUBLIK

Hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan diatur oleh negara dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada Pasal 28 D ayat (1) dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Lebih lanjut dalam Pasal 28 D ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 amandemen kedua mengamanatkan “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”. Selain itu, persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan juga ditegaskan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Dengan demikian, perempuan diberikan kebebasan dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berperan di semua bidang dan sektor.

Sejarah telah mencatat bahwa sejak masa sebelum kemerdekaan Indonesia perempuan telah memiliki peran yang cukup besar dalam gerakan sosial, budaya, dan politik untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Salah satu buktinya tampak ketika Kongres Perempuan se-Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta, yang dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan yang telah ada di berbagai wilayah Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia pertama ini adalah momentum kesadaran kolektif perempuan Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak perempuan secara bersama-sama. Dari waktu ke waktu, keterlibatan perempuan dalam sektor publik menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini tampak pada partisipasi perempuan yang menjadi anggota di badan legislatif, eksekutif, maupun yudikatif serta di partai politik.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 187

SEKTOR PUBLIK

Hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan diatur oleh negara dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada Pasal 28 D ayat (1) dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Lebih lanjut dalam Pasal 28 D ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 amandemen kedua mengamanatkan “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”. Selain itu, persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan juga ditegaskan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Dengan demikian, perempuan diberikan kebebasan dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berperan di semua bidang dan sektor.

Sejarah telah mencatat bahwa sejak masa sebelum kemerdekaan Indonesia perempuan telah memiliki peran yang cukup besar dalam gerakan sosial, budaya, dan politik untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Salah satu buktinya tampak ketika Kongres Perempuan se-Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta, yang dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan yang telah ada di berbagai wilayah Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia pertama ini adalah momentum kesadaran kolektif perempuan Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak perempuan secara bersama-sama. Dari waktu ke waktu, keterlibatan perempuan dalam sektor publik menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini tampak pada partisipasi perempuan yang menjadi anggota di badan legislatif, eksekutif, maupun yudikatif serta di partai politik.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015188

9.1. Politik dan Legislatif

Pada tataran kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia secara umum memberikan ruang yang luas dan ramah bagi kaum perempuan untuk berkiprah dalam politik, termasuk menjadi pemimpin. Bahkan kesempatan ini terus diberikan, termasuk dengan penetapan kuota 30 persen perempuan di parlemen melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Peningkatan jumlah perempuan terpilih tidak hanya menunjukkan bertambahnya minat perempuan masuk dalam dunia politik untuk menjadi wakil rakyat, namun dapat juga mengindikasikan meningkatnya pemahaman masyarakat bahwa perempuan memasuki dunia politik adalah penting dan perlu didukung. Pada pemilu tahun 2009 dan 2014, ketentuan kuota minimal 30 persen perempuan dalam daftar calon tetap dengan sistem zipper (minimal terdapat satu orang perempuan dalam tiga calon) telah masuk dalam Undang-Undang Pemilihan Umum. Namun pada kenyataannya, selama kurun waktu tahun 2011-2015, keterlibatan perempuan dalam dunia politik masih kurang memadai karena belum mencapai 30 persen, padahal dengan adanya UU tersebut dapat dijadikan momentum yang tepat bagi perempuan untuk dapat mengangkat harkat dan martabatnya serta menunjukkan bahwa perempuan mempunyai potensi yang sama dengan laki-laki.

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 2 ayat (1) amandemen keempat menjelaskan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui Pemilu. Lembaga ini berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar, melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden, dan hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar. Jumlah anggota MPR setiap periodenya selalu mengalami perubahan.

Pada periode 2004-2009, jumlah anggota MPR sebanyak 678 orang yang terdiri atas 550 orang anggota DPR dan 128 orang anggota DPD. Pada periode 2009-2014, jumlah anggota MPR berubah, yaitu sebanyak 692 orang yang terdiri atas 560 orang anggota DPR dan 132 orang anggota DPD. Jumlah ini belum berubah pada periode 2014-2019 dimana keseluruhan anggota MPR sebanyak 692 orang.

Komposisi perempuan pada setiap fraksi di DPR dan jumlah perempuan pada setiap periode di DPR terus berubah setiap periodenya. Dari hasil pemilu tahun 2014 terpilih sebanyak 97 perempuan dari 560 orang anggota DPR atau sebesar 17,32 persen. Jumlah ini sedikit turun dari pemilu tahun 2009 dimana terdapat 99 perempuan dari 560 orang anggota DPR atau sebesar 17,68 persen. Hal yang sama juga terlihat pada komposisi perempuan di DPD dimana jumlah perempuan yang menjadi anggota DPD pada pemilu tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan pemilu tahun 2009. Dari hasil pemilu tahun 2014, tepilih sebanyak 34 perempuan dari 132 anggota DPD atau sebesar 25,76 persen. Jumlah ini sedikit turun dari pemilu tahun 2009 dimana terdapat 35 perempuan dari 132 anggota DPD atau sebesar 26,52 persen. Namun demikian, nilai persentase perempuan di DPD ini paling tinggi dalam keanggotaan di MPR selama periode tahun 2011-2015.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 189

9.1. Politik dan Legislatif

Pada tataran kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia secara umum memberikan ruang yang luas dan ramah bagi kaum perempuan untuk berkiprah dalam politik, termasuk menjadi pemimpin. Bahkan kesempatan ini terus diberikan, termasuk dengan penetapan kuota 30 persen perempuan di parlemen melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Peningkatan jumlah perempuan terpilih tidak hanya menunjukkan bertambahnya minat perempuan masuk dalam dunia politik untuk menjadi wakil rakyat, namun dapat juga mengindikasikan meningkatnya pemahaman masyarakat bahwa perempuan memasuki dunia politik adalah penting dan perlu didukung. Pada pemilu tahun 2009 dan 2014, ketentuan kuota minimal 30 persen perempuan dalam daftar calon tetap dengan sistem zipper (minimal terdapat satu orang perempuan dalam tiga calon) telah masuk dalam Undang-Undang Pemilihan Umum. Namun pada kenyataannya, selama kurun waktu tahun 2011-2015, keterlibatan perempuan dalam dunia politik masih kurang memadai karena belum mencapai 30 persen, padahal dengan adanya UU tersebut dapat dijadikan momentum yang tepat bagi perempuan untuk dapat mengangkat harkat dan martabatnya serta menunjukkan bahwa perempuan mempunyai potensi yang sama dengan laki-laki.

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 2 ayat (1) amandemen keempat menjelaskan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui Pemilu. Lembaga ini berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar, melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden, dan hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar. Jumlah anggota MPR setiap periodenya selalu mengalami perubahan.

Pada periode 2004-2009, jumlah anggota MPR sebanyak 678 orang yang terdiri atas 550 orang anggota DPR dan 128 orang anggota DPD. Pada periode 2009-2014, jumlah anggota MPR berubah, yaitu sebanyak 692 orang yang terdiri atas 560 orang anggota DPR dan 132 orang anggota DPD. Jumlah ini belum berubah pada periode 2014-2019 dimana keseluruhan anggota MPR sebanyak 692 orang.

Komposisi perempuan pada setiap fraksi di DPR dan jumlah perempuan pada setiap periode di DPR terus berubah setiap periodenya. Dari hasil pemilu tahun 2014 terpilih sebanyak 97 perempuan dari 560 orang anggota DPR atau sebesar 17,32 persen. Jumlah ini sedikit turun dari pemilu tahun 2009 dimana terdapat 99 perempuan dari 560 orang anggota DPR atau sebesar 17,68 persen. Hal yang sama juga terlihat pada komposisi perempuan di DPD dimana jumlah perempuan yang menjadi anggota DPD pada pemilu tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan pemilu tahun 2009. Dari hasil pemilu tahun 2014, tepilih sebanyak 34 perempuan dari 132 anggota DPD atau sebesar 25,76 persen. Jumlah ini sedikit turun dari pemilu tahun 2009 dimana terdapat 35 perempuan dari 132 anggota DPD atau sebesar 26,52 persen. Namun demikian, nilai persentase perempuan di DPD ini paling tinggi dalam keanggotaan di MPR selama periode tahun 2011-2015.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015190

Sumber: BPS RI, Statistik Politik dan Website Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Gambar 9.1. Persentase Anggota MPR, DPR, dan DPD pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Partai politik merupakan salah satu wadah dimana perempuan bisa berkiprah dalam bidang politik atau dengan kata lain untuk meningkatkan pemberdayaan politik perempuan. Partai politik di Indonesia juga merupakan jenjang untuk seseorang menjadi anggota parlemen. Pada Pemilu tahun 2009, jumlah perempuan yang menjadi anggota legislatif terbanyak berasal dari Partai Demokrat, yaitu sebanyak 36 orang dari 100 perempuan anggota DPR pada periode akhir tahun. Sementara itu, pada pemilu tahun 2014, jumlah perempuan yang menjadi anggota legislatif terbanyak berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yaitu sebanyak 21 orang dari 97

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

2011 2012 2013 2014 2015

19,36

80,64

19,36

80,64

19,36

80,64

18,93

81,07

18,93

81,07

17,68

82,32

17,68

82,32

18,21

81,79

17,32

82,68

17,32

82,68

28,03

71,97

28,03

71,97

28,03

71,97

25,76

74,24

25,76

74,24

MPR DPR DPD

perempuan anggota DPR. Hal ini dapat dimungkinkan karena PDIP merupakan partai pemenang pemilu.

Secara persentase, pada pemilu tahun 2009 jumlah anggota perempuan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan yang paling tinggi persentasenya, yaitu sebesar 25,00 persen pada periode akhir tahun. Sedangkan pada pemilu tahun 2014, jumlah anggota perempuan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan yang paling tinggi, yaitu sebesar 25,64 persen. Sebaliknya, jumlah anggota perempuan yang terendah baik pada pemilu tahun 2009 maupun tahun 2014 terdapat pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yaitu masing-masing sebesar 5,26 persen dan 2,50 persen (Lampiran Tabel 9.1 dan Tabel 9.2).

9.2. Eksekutif Di Indonesia, lembaga eksekutif bertugas untuk melaksanakan

kebijakan, peraturan, dan undang-undang yang telah dibuat oleh lembaga legislatif. Pada pemerintahan pusat, presiden berperan sebagai kepala pemerintahan dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menterinya. Sementara itu, pada pemerintahan daerah, kekuasaan ekskutif dipegang oleh gubernur, bupati, dan walikota. Di era reformasi, perempuan mendapat peluang yang besar untuk menduduki jabatan politik yang penting di negara ini. Sejak Indonesia merdeka, sebanyak 7 (tujuh) orang pernah menjabat sebagai presiden dan 11 (sebelas) orang pernah menjabat sebagai wakil presiden. Dari 7 (tujuh) orang yang pernah menjabat sebagai presiden, Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan. Sementara itu, dari 11 (sebelas) orang yang pernah menjabat sebagai wakil presiden, terdapat 1 (satu) perempuan yang juga pernah menjadi wakil presiden.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 191

Sumber: BPS RI, Statistik Politik dan Website Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Gambar 9.1. Persentase Anggota MPR, DPR, dan DPD pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Partai politik merupakan salah satu wadah dimana perempuan bisa berkiprah dalam bidang politik atau dengan kata lain untuk meningkatkan pemberdayaan politik perempuan. Partai politik di Indonesia juga merupakan jenjang untuk seseorang menjadi anggota parlemen. Pada Pemilu tahun 2009, jumlah perempuan yang menjadi anggota legislatif terbanyak berasal dari Partai Demokrat, yaitu sebanyak 36 orang dari 100 perempuan anggota DPR pada periode akhir tahun. Sementara itu, pada pemilu tahun 2014, jumlah perempuan yang menjadi anggota legislatif terbanyak berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yaitu sebanyak 21 orang dari 97

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

2011 2012 2013 2014 2015

19,36

80,64

19,36

80,64

19,36

80,64

18,93

81,07

18,93

81,07

17,68

82,32

17,68

82,32

18,21

81,79

17,32

82,68

17,32

82,68

28,03

71,97

28,03

71,97

28,03

71,97

25,76

74,24

25,76

74,24

MPR DPR DPD

perempuan anggota DPR. Hal ini dapat dimungkinkan karena PDIP merupakan partai pemenang pemilu.

Secara persentase, pada pemilu tahun 2009 jumlah anggota perempuan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan yang paling tinggi persentasenya, yaitu sebesar 25,00 persen pada periode akhir tahun. Sedangkan pada pemilu tahun 2014, jumlah anggota perempuan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan yang paling tinggi, yaitu sebesar 25,64 persen. Sebaliknya, jumlah anggota perempuan yang terendah baik pada pemilu tahun 2009 maupun tahun 2014 terdapat pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yaitu masing-masing sebesar 5,26 persen dan 2,50 persen (Lampiran Tabel 9.1 dan Tabel 9.2).

9.2. Eksekutif Di Indonesia, lembaga eksekutif bertugas untuk melaksanakan

kebijakan, peraturan, dan undang-undang yang telah dibuat oleh lembaga legislatif. Pada pemerintahan pusat, presiden berperan sebagai kepala pemerintahan dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menterinya. Sementara itu, pada pemerintahan daerah, kekuasaan ekskutif dipegang oleh gubernur, bupati, dan walikota. Di era reformasi, perempuan mendapat peluang yang besar untuk menduduki jabatan politik yang penting di negara ini. Sejak Indonesia merdeka, sebanyak 7 (tujuh) orang pernah menjabat sebagai presiden dan 11 (sebelas) orang pernah menjabat sebagai wakil presiden. Dari 7 (tujuh) orang yang pernah menjabat sebagai presiden, Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan. Sementara itu, dari 11 (sebelas) orang yang pernah menjabat sebagai wakil presiden, terdapat 1 (satu) perempuan yang juga pernah menjadi wakil presiden.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015192

Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, presiden dan wakil presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet yang merupakan orang pilihan dan memiliki keahlian khusus. Menteri adalah pembantu presiden, diangkat dan diberhentikan oleh presiden sehingga tidak bertanggung jawab kepada DPR. Jumlah kementerian dan jumlah menteri bervariasi pada setiap pemerintahan. Pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II (tahun 2009-2014) yang dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terdapat 4 (empat) perempuan atau sekitar 12 persen dari 34 orang yang menjabat sebagai menteri. Meskipun dalam periode pemerintahan tahun 2009-2014 terjadi perubahan atau pergantian menteri, namun komposisi perempuan yang menjadi menteri selama periode tersebut tidak berubah, yaitu terdiri atas 4 (empat) orang menteri perempuan. Sementara itu, pada Kabinet Kerja yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo (tahun 2014-2019), komposisi perempuan yang menjabat sebagai menteri dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan yang menjadi menteri pada pemerintahan sebelumnya, yaitu sebanyak 8 (delapan) perempuan atau sekitar 24 persen dari 34 kementerian yang dibentuk. Komposisi perempuan dalam Kabinet Kerja yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo ini merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah kabinet di Indonesia.

2011 2012 2013 2014 2015

11,76 11,76 11,7623,53 23,53

88,24 88,24 88,2476,47 76,47

Perempuan Laki-laki

Sumber: Website SETKAB

Gambar 9.2. Persentase Komposisi Menteri pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Dari 34 kementerian yang dibentuk presiden saat ini, terdapat 1 (satu) kementerian yang khusus menangani perempuan, yaitu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang dipimpin oleh perempuan. Sisanya, ada 7 (tujuh) kementerian yang juga dipimpin oleh perempuan, yaitu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sumber: Website SETKAB Gambar 9.3. Banyaknya Menteri pada Kementerian di Kabinet Kerja Jokowi-JK

menurut Jenis Kelamin, 2014-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 193

Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, presiden dan wakil presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet yang merupakan orang pilihan dan memiliki keahlian khusus. Menteri adalah pembantu presiden, diangkat dan diberhentikan oleh presiden sehingga tidak bertanggung jawab kepada DPR. Jumlah kementerian dan jumlah menteri bervariasi pada setiap pemerintahan. Pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II (tahun 2009-2014) yang dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terdapat 4 (empat) perempuan atau sekitar 12 persen dari 34 orang yang menjabat sebagai menteri. Meskipun dalam periode pemerintahan tahun 2009-2014 terjadi perubahan atau pergantian menteri, namun komposisi perempuan yang menjadi menteri selama periode tersebut tidak berubah, yaitu terdiri atas 4 (empat) orang menteri perempuan. Sementara itu, pada Kabinet Kerja yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo (tahun 2014-2019), komposisi perempuan yang menjabat sebagai menteri dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan yang menjadi menteri pada pemerintahan sebelumnya, yaitu sebanyak 8 (delapan) perempuan atau sekitar 24 persen dari 34 kementerian yang dibentuk. Komposisi perempuan dalam Kabinet Kerja yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo ini merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah kabinet di Indonesia.

2011 2012 2013 2014 2015

11,76 11,76 11,7623,53 23,53

88,24 88,24 88,2476,47 76,47

Perempuan Laki-laki

Sumber: Website SETKAB

Gambar 9.2. Persentase Komposisi Menteri pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Dari 34 kementerian yang dibentuk presiden saat ini, terdapat 1 (satu) kementerian yang khusus menangani perempuan, yaitu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang dipimpin oleh perempuan. Sisanya, ada 7 (tujuh) kementerian yang juga dipimpin oleh perempuan, yaitu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sumber: Website SETKAB Gambar 9.3. Banyaknya Menteri pada Kementerian di Kabinet Kerja Jokowi-JK

menurut Jenis Kelamin, 2014-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015194

Berdasarkan pimpinan di tingkat provinsi di seluruh wilayah Indonesia, selama periode tahun 2011-2015 hanya ada 1 (satu) provinsi yang pernah dipimpin oleh seorang perempuan, yaitu Gubernur Provinsi Banten yang telah terpilih sejak tahun 2007 sampai dengan Mei 2014. Sementara itu, pada periode pemerintahan saat ini, semua provinsi di Indonesia dipimpin oleh gubernur laki-laki.

9.3. Yudikatif Lembaga yudikatif merupakan lembaga negara yang memiliki

peran penting untuk melakukan pengawasan terhadap pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang dan menjamin Indonesia sebagai negara yang berdaulat berdasarkan asas hukum. Selain Mahkamah Agung (MA), dalam Pasal 24 UUD RI 1945 amandemen ketiga, dimasukkan pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga pemegang kekuasaan kehakiman. Di samping itu, dibentuk pula Komisi Yudisial (KY) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga yudikatif lainnya yang ada di Indonesia. Dilihat dari komposisi pimpinannya, selama periode tahun 2011-2015 hampir tidak terjadi perubahan komposisi pimpinan di lembaga yudikatif, kecuali pada tahun 2015 dimana pimpinan KPK dan KY mengalami perubahan.

Secara umum, mayoritas pimpinan di lembaga yudikatif adalah laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga yudikatif seluruhnya belum responsif terhadap gender. Pada pimpinan MA, keseluruhannya terdiri atas 10 (sepuluh) orang laki-laki, pimpinan MK terdiri atas 8 (delapan) orang laki-laki dan 1 (satu) orang perempuan. Untuk pimpinan KPK, selama periode tahun 2011-2015 keseluruhan pimpinannya terdiri atas 5 (lima) orang laki-laki, namun mulai tanggal 21 Desember 2015 terjadi perubahan, sehingga komposisinya menjadi 4 (empat) orang laki-laki dan 1 (satu) orang perempuan. Begitu juga dengan pimpinan KY,

selama periode tahun 2011-2015 keseluruhan pimpinannya terdiri atas 7 (tujuh) orang laki-laki, namun mulai tanggal 18 Desember 2015 terjadi perubahan dimana dari 7 (tujuh) orang pimpinan KY terdapat 1 (satu) orang perempuan.

Sumber: Website Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, KPK, dan Komisi Yudisial

Gambar 9.4. Banyaknya Pimpinan di Lembaga Yudikatif pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

9.4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah dibantu oleh

aparat yang terdapat dalam kementerian-kementerian dan lembaga pemerintah lainnya. Salah satu aparat pemerintah, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagai PNS, baik laki-laki dan perempuan dapat berperan dalam menjalankan program-program pemerintah.

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

2011 2012 2013 2014 2015

10 10 10 10 10

1

8

1

8

1

8

1

8

1

8

5 5 5 5

1

4

7 7 7 7

1

6

Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi KPK Komisi Yudisial

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 195

Berdasarkan pimpinan di tingkat provinsi di seluruh wilayah Indonesia, selama periode tahun 2011-2015 hanya ada 1 (satu) provinsi yang pernah dipimpin oleh seorang perempuan, yaitu Gubernur Provinsi Banten yang telah terpilih sejak tahun 2007 sampai dengan Mei 2014. Sementara itu, pada periode pemerintahan saat ini, semua provinsi di Indonesia dipimpin oleh gubernur laki-laki.

9.3. Yudikatif Lembaga yudikatif merupakan lembaga negara yang memiliki

peran penting untuk melakukan pengawasan terhadap pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang dan menjamin Indonesia sebagai negara yang berdaulat berdasarkan asas hukum. Selain Mahkamah Agung (MA), dalam Pasal 24 UUD RI 1945 amandemen ketiga, dimasukkan pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga pemegang kekuasaan kehakiman. Di samping itu, dibentuk pula Komisi Yudisial (KY) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga yudikatif lainnya yang ada di Indonesia. Dilihat dari komposisi pimpinannya, selama periode tahun 2011-2015 hampir tidak terjadi perubahan komposisi pimpinan di lembaga yudikatif, kecuali pada tahun 2015 dimana pimpinan KPK dan KY mengalami perubahan.

Secara umum, mayoritas pimpinan di lembaga yudikatif adalah laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga yudikatif seluruhnya belum responsif terhadap gender. Pada pimpinan MA, keseluruhannya terdiri atas 10 (sepuluh) orang laki-laki, pimpinan MK terdiri atas 8 (delapan) orang laki-laki dan 1 (satu) orang perempuan. Untuk pimpinan KPK, selama periode tahun 2011-2015 keseluruhan pimpinannya terdiri atas 5 (lima) orang laki-laki, namun mulai tanggal 21 Desember 2015 terjadi perubahan, sehingga komposisinya menjadi 4 (empat) orang laki-laki dan 1 (satu) orang perempuan. Begitu juga dengan pimpinan KY,

selama periode tahun 2011-2015 keseluruhan pimpinannya terdiri atas 7 (tujuh) orang laki-laki, namun mulai tanggal 18 Desember 2015 terjadi perubahan dimana dari 7 (tujuh) orang pimpinan KY terdapat 1 (satu) orang perempuan.

Sumber: Website Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, KPK, dan Komisi Yudisial

Gambar 9.4. Banyaknya Pimpinan di Lembaga Yudikatif pada Periode Akhir Tahun menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

9.4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah dibantu oleh

aparat yang terdapat dalam kementerian-kementerian dan lembaga pemerintah lainnya. Salah satu aparat pemerintah, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagai PNS, baik laki-laki dan perempuan dapat berperan dalam menjalankan program-program pemerintah.

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

2011 2012 2013 2014 2015

10 10 10 10 10

1

8

1

8

1

8

1

8

1

8

5 5 5 5

1

4

7 7 7 7

1

6

Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi KPK Komisi Yudisial

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015196

Sumber: BPS RI. Statistik Indonesia 2012-2016

Gambar 9.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2011-2015

Pada tahun 2015, jumlah PNS mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (kecuali pada tahun 2011 jumlah PNS-nya lebih banyak). Jumlah PNS pada tahun 2015 sebanyak 4.558.425 orang atau naik sebesar 2,31 persen dibandingkan tahun 2014.

Berdasarkan jenis kelamin, selama periode tahun 2011-2015 persentase PNS laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan PNS perempuan. Selain itu, dari Gambar 9.6 juga terlihat bahwa persentase PNS laki-laki mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sedangkan persentase PNS perempuan mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, 47,42 persen merupakan PNS perempuan, sedangkan 52,58 persen merupakan PNS laki-laki. Pada tahun 2015, persentase PNS perempuan naik menjadi 48,76 persen, sedangkan sisanya (51,24 persen) merupakan PNS laki-laki.

4 570 818

4 467 982

4 362 8054 455 303

4 558 425

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah PNS

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016

Gambar 9.6. Persentase PNS menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Tabel 9.1. Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan, 2011-2015

Jabatan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Fungsional tertentu 47,15 50,40 53,54 52,27 50,73

Fungsional umum 48,63 44,26 40,09 40,73 42,55

Struktural 4,22 5,34 6,37 7,00 6,72

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Sebagian besar PNS menduduki jabatan fungsional, baik fungsional tertentu maupun fungsional umum. Pada tahun 2011, persentase PNS

2011 2012 2013 2014 2015

47,42 47,79 48,18 48,63 48,76

52,58 52,21 51,82 51,37 51,24

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 197

Sumber: BPS RI. Statistik Indonesia 2012-2016

Gambar 9.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2011-2015

Pada tahun 2015, jumlah PNS mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (kecuali pada tahun 2011 jumlah PNS-nya lebih banyak). Jumlah PNS pada tahun 2015 sebanyak 4.558.425 orang atau naik sebesar 2,31 persen dibandingkan tahun 2014.

Berdasarkan jenis kelamin, selama periode tahun 2011-2015 persentase PNS laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan PNS perempuan. Selain itu, dari Gambar 9.6 juga terlihat bahwa persentase PNS laki-laki mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sedangkan persentase PNS perempuan mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, 47,42 persen merupakan PNS perempuan, sedangkan 52,58 persen merupakan PNS laki-laki. Pada tahun 2015, persentase PNS perempuan naik menjadi 48,76 persen, sedangkan sisanya (51,24 persen) merupakan PNS laki-laki.

4 570 818

4 467 982

4 362 8054 455 303

4 558 425

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah PNS

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016

Gambar 9.6. Persentase PNS menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Tabel 9.1. Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan, 2011-2015

Jabatan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Fungsional tertentu 47,15 50,40 53,54 52,27 50,73

Fungsional umum 48,63 44,26 40,09 40,73 42,55

Struktural 4,22 5,34 6,37 7,00 6,72

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Sebagian besar PNS menduduki jabatan fungsional, baik fungsional tertentu maupun fungsional umum. Pada tahun 2011, persentase PNS

2011 2012 2013 2014 2015

47,42 47,79 48,18 48,63 48,76

52,58 52,21 51,82 51,37 51,24

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015198

yang menduduki jabatan fungisonal umum lebih tinggi dibandingkan jabatan fungsional tertentu, yaitu sebesar 48,63 persen. Namun demikian, sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, persentase PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu mengalami peningkatan dan memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan jabatan fungsional umum. Pada tahun 2015, PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu sebesar 50,73 persen, lebih banyak dibandingkan jabatan fungsional umum sebesar 42,55 persen (Tabel 9.1).

Sementara itu, jumlah pejabat struktural di lingkungan PNS selama periode tahun 2011-2015 berkisar antara empat sampai tujuh persen. Jika ditinjau lebih mendalam diketahui bahwa sebagian besar pejabat struktural berada pada tingkatan eselon IV. Persentase ini cenderung mengalami peningkatan mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Sebaliknya, pada pejabat struktural yang menduduki jabatan eselon I dan V cenderung mengalami penurunan selama periode tahun 2011-2015 (Tabel 9.2). Meningkatnya persentase pejabat struktural pada tingkatan eselon IV ini bisa disebabkan karena terbentuknya struktur organisasi baru di kementerian/lembaga negara atau karena adanya pemekaran wilayah di suatu provinsi atau kabupaten/kota sehingga kebutuhan akan pejabat struktural meningkat. Sebaliknya, penurunan persentase pejabat struktural pada eselon I dan V kemungkinan bisa disebabkan karena adanya perampingan struktur organisasi, termasuk di beberapa wilayah kabupaten/kota yang sudah tidak memfasilitasi dibentuknya eselon V yang mengakibatkan persentasenya menurun selama periode tahun 2011-2015.

Tabel 9.2. Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan Struktural, 2011-2015

Jabatan

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Eselon I 0,23 0,27 0,24 0,20 0,15

Eselon II 2,72 4,86 4,75 4,49 4,10

Eselon III 17,45 23,27 22,25 21,43 20,94

Eselon IV 74,39 69,93 70,13 70,61 72,43

Eselon V 5,21 1,67 2,63 3,27 2,38

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Peran perempuan dalam pemerintahan juga dapat dilihat dari banyaknya perempuan yang menjadi pejabat struktural. Dari Gambar 9.7 diketahui bahwa selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, persentase perempuan yang menduduki jabatan struktural pada eselon I-V secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan persentase perempuan sebagai pejabat struktural di setiap eselon ini menunjukkan bahwa perempuan sudah dapat menikmati kesetaraan dalam pekerjaan sebagai PNS terutama pada posisi pengambil keputusan, meskipun sebagian besar pejabat struktural masih didominasi oleh kaum laki-laki. Pada tahun 2011, persentase perempuan yang menduduki jabatan eselon I sebesar 9,17 persen dan terus meningkat menjadi 20,66 persen pada tahun 2014. Pada tahun 2015, persentasenya sedikit menurun menjadi 15,67 persen. Hal serupa juga terjadi pada perempuan yang menduduki jabatan struktural di eselon II, III, dan IV. Sementara itu,

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 199

yang menduduki jabatan fungisonal umum lebih tinggi dibandingkan jabatan fungsional tertentu, yaitu sebesar 48,63 persen. Namun demikian, sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, persentase PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu mengalami peningkatan dan memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan jabatan fungsional umum. Pada tahun 2015, PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu sebesar 50,73 persen, lebih banyak dibandingkan jabatan fungsional umum sebesar 42,55 persen (Tabel 9.1).

Sementara itu, jumlah pejabat struktural di lingkungan PNS selama periode tahun 2011-2015 berkisar antara empat sampai tujuh persen. Jika ditinjau lebih mendalam diketahui bahwa sebagian besar pejabat struktural berada pada tingkatan eselon IV. Persentase ini cenderung mengalami peningkatan mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Sebaliknya, pada pejabat struktural yang menduduki jabatan eselon I dan V cenderung mengalami penurunan selama periode tahun 2011-2015 (Tabel 9.2). Meningkatnya persentase pejabat struktural pada tingkatan eselon IV ini bisa disebabkan karena terbentuknya struktur organisasi baru di kementerian/lembaga negara atau karena adanya pemekaran wilayah di suatu provinsi atau kabupaten/kota sehingga kebutuhan akan pejabat struktural meningkat. Sebaliknya, penurunan persentase pejabat struktural pada eselon I dan V kemungkinan bisa disebabkan karena adanya perampingan struktur organisasi, termasuk di beberapa wilayah kabupaten/kota yang sudah tidak memfasilitasi dibentuknya eselon V yang mengakibatkan persentasenya menurun selama periode tahun 2011-2015.

Tabel 9.2. Persentase Jumlah PNS menurut Jabatan Struktural, 2011-2015

Jabatan

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Eselon I 0,23 0,27 0,24 0,20 0,15

Eselon II 2,72 4,86 4,75 4,49 4,10

Eselon III 17,45 23,27 22,25 21,43 20,94

Eselon IV 74,39 69,93 70,13 70,61 72,43

Eselon V 5,21 1,67 2,63 3,27 2,38

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Peran perempuan dalam pemerintahan juga dapat dilihat dari banyaknya perempuan yang menjadi pejabat struktural. Dari Gambar 9.7 diketahui bahwa selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, persentase perempuan yang menduduki jabatan struktural pada eselon I-V secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan persentase perempuan sebagai pejabat struktural di setiap eselon ini menunjukkan bahwa perempuan sudah dapat menikmati kesetaraan dalam pekerjaan sebagai PNS terutama pada posisi pengambil keputusan, meskipun sebagian besar pejabat struktural masih didominasi oleh kaum laki-laki. Pada tahun 2011, persentase perempuan yang menduduki jabatan eselon I sebesar 9,17 persen dan terus meningkat menjadi 20,66 persen pada tahun 2014. Pada tahun 2015, persentasenya sedikit menurun menjadi 15,67 persen. Hal serupa juga terjadi pada perempuan yang menduduki jabatan struktural di eselon II, III, dan IV. Sementara itu,

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015200

persentase perempuan yang menduduki jabatan struktural di eselon V selama periode tahun 2011-2013 mengalami peningkatan dari 24,54 persen di tahun 2011 kemudian naik menjadi 31,18 persen pada tahun 2013. Angka ini kemudian menurun di tahun 2014 menjadi sebesar 30,47 persen dan meningkat kembali di tahun 2015 menjadi 32,64 persen.

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Gambar 9.7. Persentase PNS Perempuan yang Menduduki Jabatan Eselon I-V, 2011-2015

Berdasarkan kelompok umur, selama periode tahun 2011-2015 persentase PNS perempuan tertinggi berada pada kelompok umur 41-60 tahun, yaitu mencapai 55 persen ke atas, diikuti kelompok umur 26-40 tahun (sekitar 40 persen). Hal yang sama juga terlihat pada PNS laki-laki dimana persentasenya tertinggi berada pada kelompok umur 41-60 tahun, yaitu sekitar 65 persen ke atas, kemudian diikuti kelompok umur 26-40 tahun (sekitar 30 persen) (Tabel 9.3).

9,17

16,41 20,09 20,6615,67

8,3012,84

15,04 16,3913,04

15,8519,58 20,60 21,19 19,72

25,86

32,38 33,39 34,39 33,19

24,54

31,12 31,18 30,4732,64

2011 2012 2013 2014 2015

Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V

Tabel 9.3. Persentase Jumlah PNS menurut Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2011-2015

Tahun/ Jenis Kelamin

Kelompok Umur Total

≤ 25 26-40 41-60 > 60

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2011

Perempuan 4,57 40,68 54,66 0,08 100,00 Laki-laki 2,67 33,00 64,13 0,21 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

154,72 111,20 76,89 36,20 90,20

2012 Perempuan 2,88 40,39 56,47 0,26 100,00 Laki-laki 1,88 32,53 65,20 0,39 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

140,43 113,65 79,30 60,45 91,55

2013 Perempuan 1,54 39,90 58,41 0,14 100,00 Laki-laki 1,30 31,93 66,42 0,34 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

110,12 116,21 81,77 39,12 92,99

2014 Perempuan 1,19 40,15 58,33 0,32 100,00 Laki-laki 1,19 31,61 66,68 0,52 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

94,36 120,25 82,82 59,44 94,67

2015 Perempuan 1,23 39,09 59,32 0,36 100,00 Laki-laki 1,31 30,41 67,68 0,60 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki 89,91 122,32 83,41 56,60 95,17

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Rasio PNS menurut kelompok umur menunjukkan informasi yang menarik, terutama untuk kelompok umur 26-40 tahun dimana komposisi perempuannya lebih banyak daripada laki-laki sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dan apabila diprediksi untuk 20 tahun ke depan, jumlah PNS perempuan akan lebih banyak daripada PNS laki-laki. Rasio perempuan terhadap laki-laki untuk menjadi PNS tertinggi

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 201

persentase perempuan yang menduduki jabatan struktural di eselon V selama periode tahun 2011-2013 mengalami peningkatan dari 24,54 persen di tahun 2011 kemudian naik menjadi 31,18 persen pada tahun 2013. Angka ini kemudian menurun di tahun 2014 menjadi sebesar 30,47 persen dan meningkat kembali di tahun 2015 menjadi 32,64 persen.

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Gambar 9.7. Persentase PNS Perempuan yang Menduduki Jabatan Eselon I-V, 2011-2015

Berdasarkan kelompok umur, selama periode tahun 2011-2015 persentase PNS perempuan tertinggi berada pada kelompok umur 41-60 tahun, yaitu mencapai 55 persen ke atas, diikuti kelompok umur 26-40 tahun (sekitar 40 persen). Hal yang sama juga terlihat pada PNS laki-laki dimana persentasenya tertinggi berada pada kelompok umur 41-60 tahun, yaitu sekitar 65 persen ke atas, kemudian diikuti kelompok umur 26-40 tahun (sekitar 30 persen) (Tabel 9.3).

9,17

16,41 20,09 20,6615,67

8,3012,84

15,04 16,3913,04

15,8519,58 20,60 21,19 19,72

25,86

32,38 33,39 34,39 33,19

24,54

31,12 31,18 30,4732,64

2011 2012 2013 2014 2015

Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V

Tabel 9.3. Persentase Jumlah PNS menurut Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2011-2015

Tahun/ Jenis Kelamin

Kelompok Umur Total

≤ 25 26-40 41-60 > 60

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2011

Perempuan 4,57 40,68 54,66 0,08 100,00 Laki-laki 2,67 33,00 64,13 0,21 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

154,72 111,20 76,89 36,20 90,20

2012 Perempuan 2,88 40,39 56,47 0,26 100,00 Laki-laki 1,88 32,53 65,20 0,39 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

140,43 113,65 79,30 60,45 91,55

2013 Perempuan 1,54 39,90 58,41 0,14 100,00 Laki-laki 1,30 31,93 66,42 0,34 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

110,12 116,21 81,77 39,12 92,99

2014 Perempuan 1,19 40,15 58,33 0,32 100,00 Laki-laki 1,19 31,61 66,68 0,52 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki

94,36 120,25 82,82 59,44 94,67

2015 Perempuan 1,23 39,09 59,32 0,36 100,00 Laki-laki 1,31 30,41 67,68 0,60 100,00 Rasio perempuan terhadap laki-laki 89,91 122,32 83,41 56,60 95,17

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Rasio PNS menurut kelompok umur menunjukkan informasi yang menarik, terutama untuk kelompok umur 26-40 tahun dimana komposisi perempuannya lebih banyak daripada laki-laki sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dan apabila diprediksi untuk 20 tahun ke depan, jumlah PNS perempuan akan lebih banyak daripada PNS laki-laki. Rasio perempuan terhadap laki-laki untuk menjadi PNS tertinggi

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015202

berada pada kelompok umur 26-40 tahun dengan rasionya sebesar 111,20 pada tahun 2011 dan terus meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 122,32 persen.

Selama periode tahun 2011-2015, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki pada jenjang pendidikan perguruan tinggi mengalami peningkatan dan memiliki rasio diatas 100 persen (Gambar 9.8). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan yang ditamatkan PNS perempuan lebih unggul dibandingkan dengan PNS laki-laki. Selain itu, meningkatnya rasio PNS perempuan terhadap laki-laki juga mengindikasikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.

Faktor budaya yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi karena perempuan nantinya akan melakukan pekerjaan domestik/rumah tangga menyebabkan banyak anak perempuan tidak dapat melanjutkan sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran akan pentingnya pemerataan pendidikan terutama bagi perempuan menyebabkan partisipasi perempuan untuk mengenyam pendidikan terus meningkat. Hal ini terbukti pada banyaknya PNS perempuan yang mempunyai pendidikan tinggi lebih banyak dibanding laki-laki. Pada tahun 2011, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki yang berada pada jenjang pendidikan perguruan tinggi sebesar 110,49 dan terus meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 115,17 (Gambar 9.8).

Pada jenjang pendidikan SMA atau sederajat, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki mengalami penurunan selama periode tahun 2011-2015. Pada tahun 2011, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki yang berada pada jenjang pendidikan SMA atau sederajat sebesar 75,66 dan menurun menjadi 67,09 pada tahun 2015. Sementara itu, pada

jenjang pendidikan SMP/sederajat dan SD/sederajat, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki cenderung sama/stagnan selama periode tahun 2011-2015, yaitu berkisar antara 13 sampai 14 persen pada jenjang SMP/sederajat, dan berkisar antara 6 sampai 7 persen pada jenjang SD/sederajat. Hal ini menjelaskan bahwa rasio PNS laki-laki lebih banyak pada tingkat pendidikan rendah dan menengah saja, sementara itu pada tingkat pendidikan tinggi didominasi oleh PNS perempuan.

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia, 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Gambar 9.8. Rasio PNS Perempuan terhadap Laki-laki menurut Tingkat Pendidikan, 2011-2015

6,41 6,59 7,15 7,16 7,30

13,62 13,55 13,29 13,98 14,48

75,66 73,26 70,84 69,18 67,09

110,49 111,57 112,68 114,69 115,17

2011 2012 2013 2014 2015

SD sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 203

berada pada kelompok umur 26-40 tahun dengan rasionya sebesar 111,20 pada tahun 2011 dan terus meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 122,32 persen.

Selama periode tahun 2011-2015, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki pada jenjang pendidikan perguruan tinggi mengalami peningkatan dan memiliki rasio diatas 100 persen (Gambar 9.8). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan yang ditamatkan PNS perempuan lebih unggul dibandingkan dengan PNS laki-laki. Selain itu, meningkatnya rasio PNS perempuan terhadap laki-laki juga mengindikasikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.

Faktor budaya yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi karena perempuan nantinya akan melakukan pekerjaan domestik/rumah tangga menyebabkan banyak anak perempuan tidak dapat melanjutkan sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran akan pentingnya pemerataan pendidikan terutama bagi perempuan menyebabkan partisipasi perempuan untuk mengenyam pendidikan terus meningkat. Hal ini terbukti pada banyaknya PNS perempuan yang mempunyai pendidikan tinggi lebih banyak dibanding laki-laki. Pada tahun 2011, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki yang berada pada jenjang pendidikan perguruan tinggi sebesar 110,49 dan terus meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 115,17 (Gambar 9.8).

Pada jenjang pendidikan SMA atau sederajat, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki mengalami penurunan selama periode tahun 2011-2015. Pada tahun 2011, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki yang berada pada jenjang pendidikan SMA atau sederajat sebesar 75,66 dan menurun menjadi 67,09 pada tahun 2015. Sementara itu, pada

jenjang pendidikan SMP/sederajat dan SD/sederajat, rasio PNS perempuan terhadap laki-laki cenderung sama/stagnan selama periode tahun 2011-2015, yaitu berkisar antara 13 sampai 14 persen pada jenjang SMP/sederajat, dan berkisar antara 6 sampai 7 persen pada jenjang SD/sederajat. Hal ini menjelaskan bahwa rasio PNS laki-laki lebih banyak pada tingkat pendidikan rendah dan menengah saja, sementara itu pada tingkat pendidikan tinggi didominasi oleh PNS perempuan.

Sumber: BPS RI, Statistik Indonesia, 2012-2016/Badan Kepegawaian Negara

Gambar 9.8. Rasio PNS Perempuan terhadap Laki-laki menurut Tingkat Pendidikan, 2011-2015

6,41 6,59 7,15 7,16 7,30

13,62 13,55 13,29 13,98 14,48

75,66 73,26 70,84 69,18 67,09

110,49 111,57 112,68 114,69 115,17

2011 2012 2013 2014 2015

SD sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi

KEADAAN SOSIAL EKONOMI LAINNYA

Keadaan sosial ekonomi dalam masyarakat dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Dengan mengetahui keadaan sosial ekonomi di suatu masyarakat, pemerintah dapat membuat kebijakan yang tepat. Keterkaitannya dengan kesejahteraan masyarakat, pemerintah berupaya keras untuk mengentaskan kemiskinan. Hal tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu mengentaskan kemiskinan dan menerapkan sistem perlindungan sosial nasional yang tepat bagi semua. Dengan demikian, data mengenai keadaan sosial ekonomi sangat penting untuk monitoring keberhasilan kebijakan yang telah diterapkan pemerintah.

Secara umum bab ini mengulas mengenai perkembangan keadaan sosial ekonomi rumah tangga dari tahun 2011 sampai 2015. Keadaan sosial ekonomi yang diulas meliputi perlindungan sosial seperti, pembelian Beras Miskin/Beras Sejahtera (Raskin/Rastra), penerima kredit usaha, beasiswa, kepemilikan jaminan sosial, dan asuransi kesehatan. Selain itu gambaran mengenai kepemilikan aset, korban kejahatan, dan bepergian juga akan diulas pada bab ini.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 205

KEADAAN SOSIAL EKONOMI LAINNYA

Keadaan sosial ekonomi dalam masyarakat dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Dengan mengetahui keadaan sosial ekonomi di suatu masyarakat, pemerintah dapat membuat kebijakan yang tepat. Keterkaitannya dengan kesejahteraan masyarakat, pemerintah berupaya keras untuk mengentaskan kemiskinan. Hal tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu mengentaskan kemiskinan dan menerapkan sistem perlindungan sosial nasional yang tepat bagi semua. Dengan demikian, data mengenai keadaan sosial ekonomi sangat penting untuk monitoring keberhasilan kebijakan yang telah diterapkan pemerintah.

Secara umum bab ini mengulas mengenai perkembangan keadaan sosial ekonomi rumah tangga dari tahun 2011 sampai 2015. Keadaan sosial ekonomi yang diulas meliputi perlindungan sosial seperti, pembelian Beras Miskin/Beras Sejahtera (Raskin/Rastra), penerima kredit usaha, beasiswa, kepemilikan jaminan sosial, dan asuransi kesehatan. Selain itu gambaran mengenai kepemilikan aset, korban kejahatan, dan bepergian juga akan diulas pada bab ini.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015206

10.1 Beras Miskin/Beras Sejahtera (Raskin/Rastra) Salah satu wujud sistem perlindungan nasional yaitu pemerintah

melalui Badan Urusan Logistik (Bulog/Dolog) melaksanakan progam beras miskin (raskin) atau beras sejahtera (rastra). Raskin/Rastra adalah salah satu program bantuan dari pemerintah untuk keluarga miskin berupa pendistribusian beras khusus kepada keluarga miskin yang harganya telah disubsidi oleh pemerintah. Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein.

Perkembangan persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir dari tahun 2011 sampai 2015 ada kecenderungan menurun. Periode 2011-2014 persentase tersebut ada pada kisaran 60 persen namun pada tahun berikutnya terjadi penurunan signifikan menjadi 48,59 persen. Persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir lebih tinggi dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki dengan selisih sekitar 7 sampai 9 persen. Hal tersebut menggambarkan rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan lebih rentan miskin dibandingkan rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki (Gambar 10.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.1. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, 2011-

2015

Pada tahun 2015, hampir setengah (48,59 persen) dari rumah tangga dengan kepala rumah tangga (KRT) perempuan membeli raskin selama tiga bulan terakhir. Hal tersebut tidak berlaku sama untuk rumah tangga di daerah perdesaan dan perkotaan. Lebih dari setengah (61,76 persen) rumah tangga dengan KRT perempuan di perdesaan membeli raskin, sedangkan di perkotaan hanya sebesar 36,51 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang membeli raskin, lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.2).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 207

10.1 Beras Miskin/Beras Sejahtera (Raskin/Rastra) Salah satu wujud sistem perlindungan nasional yaitu pemerintah

melalui Badan Urusan Logistik (Bulog/Dolog) melaksanakan progam beras miskin (raskin) atau beras sejahtera (rastra). Raskin/Rastra adalah salah satu program bantuan dari pemerintah untuk keluarga miskin berupa pendistribusian beras khusus kepada keluarga miskin yang harganya telah disubsidi oleh pemerintah. Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein.

Perkembangan persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir dari tahun 2011 sampai 2015 ada kecenderungan menurun. Periode 2011-2014 persentase tersebut ada pada kisaran 60 persen namun pada tahun berikutnya terjadi penurunan signifikan menjadi 48,59 persen. Persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir lebih tinggi dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki dengan selisih sekitar 7 sampai 9 persen. Hal tersebut menggambarkan rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan lebih rentan miskin dibandingkan rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki (Gambar 10.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.1. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, 2011-

2015

Pada tahun 2015, hampir setengah (48,59 persen) dari rumah tangga dengan kepala rumah tangga (KRT) perempuan membeli raskin selama tiga bulan terakhir. Hal tersebut tidak berlaku sama untuk rumah tangga di daerah perdesaan dan perkotaan. Lebih dari setengah (61,76 persen) rumah tangga dengan KRT perempuan di perdesaan membeli raskin, sedangkan di perkotaan hanya sebesar 36,51 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang membeli raskin, lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.2).

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015208

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan

Daerah Tempat Tinggal, 2015

Setiap provinsi di Indonesia memiliki persentase yang berbeda-beda. Provinsi dengan persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir tertinggi tahun 2015 terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 84,13 persen dan terendah di Kalimantan Timur sebesar 11,62 persen. Selama 5 tahun terakhir, provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki persentase tertinggi untuk kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir, sedangkan persentase terendah diduduki oleh DKI Jakarta (tahun 2011-2012), Kepulauan Riau (tahun 2013), dan Bali (tahun 2014). Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, pola yang sama terjadi di semua provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin di perdesaan, lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (Lampiran Tabel 10.1a dan 10.1b).

Tabel 10.1 menunjukkan persentase rumah tangga yang pernah menerima/membeli beras miskin selama tiga bulan terakhir menurut jenis kelamin KRT dan jumlah beras yang dibeli pada tahun 2015. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada umumnya, baik kepala rumah tangga perempuan maupun laki-laki, membeli raskin kurang dari 10 kg selama tiga bulan terakhir. Hal tersebut terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan. Persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin kurang dari 10 kg hampir sama dengan kepala rumah tangga laki-laki, yaitu 58,43 persen berbanding 59,38 persen.

Tabel 10.1. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jumlah Beras yang Dibeli, 2015

Jenis Kelamin KRT/ Jumlah Beras yang Dibeli Daerah Tempat Tinggal ≤ g 11 – 30 kg > 31 kg Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

Perempuan Perkotaan 61,32 33,51 5,17 100,00

Perdesaan 56,57 39,00 4,43 100,00

Perkotaan + Perdesaan 58,43 36,85 4,72 100,00

Laki-laki Perkotaan 63,36 32,49 4,15 100,00

Perdesaan 57,15 38,74 4,11 100,00

Perkotaan + Perdesaan 59,38 36,49 4,13 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 209

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/ Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan

Daerah Tempat Tinggal, 2015

Setiap provinsi di Indonesia memiliki persentase yang berbeda-beda. Provinsi dengan persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir tertinggi tahun 2015 terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 84,13 persen dan terendah di Kalimantan Timur sebesar 11,62 persen. Selama 5 tahun terakhir, provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki persentase tertinggi untuk kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin selama tiga bulan terakhir, sedangkan persentase terendah diduduki oleh DKI Jakarta (tahun 2011-2012), Kepulauan Riau (tahun 2013), dan Bali (tahun 2014). Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, pola yang sama terjadi di semua provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin di perdesaan, lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (Lampiran Tabel 10.1a dan 10.1b).

Tabel 10.1 menunjukkan persentase rumah tangga yang pernah menerima/membeli beras miskin selama tiga bulan terakhir menurut jenis kelamin KRT dan jumlah beras yang dibeli pada tahun 2015. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada umumnya, baik kepala rumah tangga perempuan maupun laki-laki, membeli raskin kurang dari 10 kg selama tiga bulan terakhir. Hal tersebut terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan. Persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin kurang dari 10 kg hampir sama dengan kepala rumah tangga laki-laki, yaitu 58,43 persen berbanding 59,38 persen.

Tabel 10.1. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli Beras Miskin selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jumlah Beras yang Dibeli, 2015

Jenis Kelamin KRT/ Jumlah Beras yang Dibeli Daerah Tempat Tinggal ≤ g 11 – 30 kg > 31 kg Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

Perempuan Perkotaan 61,32 33,51 5,17 100,00

Perdesaan 56,57 39,00 4,43 100,00

Perkotaan + Perdesaan 58,43 36,85 4,72 100,00

Laki-laki Perkotaan 63,36 32,49 4,15 100,00

Perdesaan 57,15 38,74 4,11 100,00

Perkotaan + Perdesaan 59,38 36,49 4,13 100,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015210

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli Beras Miskin Kurang dari 10 Kg selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin

Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Gambar 10.3 menunjukkan persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin kurang dari 10 kg hampir sama dengan kepala rumah tangga laki-laki terjadi pada 5 tahun terakhir. Tahun 2011-2012 dalam kisaran 77 persen, sedangkan 2 tahun berikutnya Persentase kepala rumah tangga perempuan dan laki-laki yang membeli raskin kurang dari 10 kg turun drastis ke 34 persen dan 32 persen. Penurunan tersebut disebabkan beberapa rumah tangga beralih ke pembelian raskin 11 – 30 Kg.

10.2 Kepemilikan Aset Kepemilikan barang/aset dapat digunakan sebagai pendekatan

untuk menentukan suatu ukuran kasar mengenai keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Semakin banyak aset yang dimiliki oleh rumah tangga maka semakin baik tingkat kesejahteraannya. Jenis aset yang

dimaksud antara lain sepeda, sepeda motor, perahu, televisi kabel, air conditioner (AC), pemanas air, tabung gas 12 kg atau lebih, lemari es, perahu motor, atau mobil. Rumah tangga dikatakan memiliki aset jika rumah tangga tersebut memiliki salah satu dari aset tersebut.

Perkembangan persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset transportasi dan aset rumah tangga memiliki pola yang berbeda. Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan lebih tinggi dari pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki dalam hal kepemilikan aset rumah tangga selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2015, sebesar 71,21 persen rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan memiliki aset fasilitas ruta, sedangkan untuk laki-laki sebesar 64,95 persen. Dalam hal kepemilikan aset transportasi, persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan yaitu 93,84 persen berbanding 75,67 persen pada tahun 2015. (Gambar 10.4)

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.4. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Transportasi dan Aset Fasilitas Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin KRT, 2011- 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 211

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Menerima/Membeli Beras Miskin Kurang dari 10 Kg selama 3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin

Kepala Rumah Tangga, 2011-2015

Gambar 10.3 menunjukkan persentase kepala rumah tangga perempuan yang membeli raskin kurang dari 10 kg hampir sama dengan kepala rumah tangga laki-laki terjadi pada 5 tahun terakhir. Tahun 2011-2012 dalam kisaran 77 persen, sedangkan 2 tahun berikutnya Persentase kepala rumah tangga perempuan dan laki-laki yang membeli raskin kurang dari 10 kg turun drastis ke 34 persen dan 32 persen. Penurunan tersebut disebabkan beberapa rumah tangga beralih ke pembelian raskin 11 – 30 Kg.

10.2 Kepemilikan Aset Kepemilikan barang/aset dapat digunakan sebagai pendekatan

untuk menentukan suatu ukuran kasar mengenai keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Semakin banyak aset yang dimiliki oleh rumah tangga maka semakin baik tingkat kesejahteraannya. Jenis aset yang

dimaksud antara lain sepeda, sepeda motor, perahu, televisi kabel, air conditioner (AC), pemanas air, tabung gas 12 kg atau lebih, lemari es, perahu motor, atau mobil. Rumah tangga dikatakan memiliki aset jika rumah tangga tersebut memiliki salah satu dari aset tersebut.

Perkembangan persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset transportasi dan aset rumah tangga memiliki pola yang berbeda. Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan lebih tinggi dari pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki dalam hal kepemilikan aset rumah tangga selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2015, sebesar 71,21 persen rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan memiliki aset fasilitas ruta, sedangkan untuk laki-laki sebesar 64,95 persen. Dalam hal kepemilikan aset transportasi, persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan yaitu 93,84 persen berbanding 75,67 persen pada tahun 2015. (Gambar 10.4)

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.4. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Transportasi dan Aset Fasilitas Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin KRT, 2011- 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015212

Pada tahun 2015, secara umum sebagian besar (62,27 persen) kepala rumah tangga perempuan memiliki aset. Kepemilikan aset pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan berbeda dengan laki-laki. Persentase kepala rumah tangga perempuan di perkotaan yang memiliki aset lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu sebesar 73,79 persen berbanding 49,71 persen. Jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset lebih rendah, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.5).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.5. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset pada tahun 2015, tertinggi terdapat di Kalimantan Timur sebesar 88,92 persen dan yang terendah terdapat di Nusa

Tenggara Timur sebesar 26,53 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki aset, tertinggi juga terdapat di Kalimantan Timur sebesar 96,99 persen, sedangkan yang terendah terdapat di Nusa Tenggara Timur sebesar 40,82 persen (Lampiran Tabel 10.2.1c).

Tabel 10.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 dari seluruh kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset, 75,67 persen di antaranya memiliki aset transportasi (sepeda motor, perahu, perahu motor, atau mobil). Persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset transportasi, di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu 79,15 persen dibandingkan dengan 73,52 persen. Jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga perempuan, kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki aset transportasi persentasenya lebih tinggi, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Sementara itu, dari seluruh kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset, sebesar 71,21 persen di antaranya memiliki aset fasilitas rumah tangga (AC, pemanas air, tabung gas 12 kg atau lebih, atau lemari es). Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset fasilitas rumah tangga, di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu 81,56 persen berbanding 54,47 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki aset fasilitas rumah tangga lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 213

Pada tahun 2015, secara umum sebagian besar (62,27 persen) kepala rumah tangga perempuan memiliki aset. Kepemilikan aset pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan berbeda dengan laki-laki. Persentase kepala rumah tangga perempuan di perkotaan yang memiliki aset lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu sebesar 73,79 persen berbanding 49,71 persen. Jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset lebih rendah, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.5).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.5. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset pada tahun 2015, tertinggi terdapat di Kalimantan Timur sebesar 88,92 persen dan yang terendah terdapat di Nusa

Tenggara Timur sebesar 26,53 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki aset, tertinggi juga terdapat di Kalimantan Timur sebesar 96,99 persen, sedangkan yang terendah terdapat di Nusa Tenggara Timur sebesar 40,82 persen (Lampiran Tabel 10.2.1c).

Tabel 10.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 dari seluruh kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset, 75,67 persen di antaranya memiliki aset transportasi (sepeda motor, perahu, perahu motor, atau mobil). Persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset transportasi, di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu 79,15 persen dibandingkan dengan 73,52 persen. Jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga perempuan, kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki aset transportasi persentasenya lebih tinggi, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Sementara itu, dari seluruh kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset, sebesar 71,21 persen di antaranya memiliki aset fasilitas rumah tangga (AC, pemanas air, tabung gas 12 kg atau lebih, atau lemari es). Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset fasilitas rumah tangga, di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu 81,56 persen berbanding 54,47 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki aset fasilitas rumah tangga lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015214

Tabel 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Aset, 2015

Jenis Kelamin KRT/ Daerah Tempat Tinggal

Jenis Aset

Transportasi Fasilitas Rumah Tangga

(1) (2) (3)

Perempuan

Perkotaan 73,52 81,56

Perdesaan 79,15 54,47

Perkotaan + Perdesaan 75,67 71,21

Laki-laki

Perkotaan 93,04 78,61

Perdesaan 94,76 49,41

Perkotaan + Perdesaan 93,84 64,95

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

10.3 Kredit Usaha Dalam bidang pemberdayaan ekonomi rakyat, pemerintah

bersama-sama dengan dunia usaha, mencanangkan program pemberian kredit usaha yang ditujukan untuk masyarakat ekonomi rendah dengan syarat-syarat tertentu. Pemberian kredit tersebut bertujuan untuk membantu usaha masyarakat yang memerlukan modal usaha skala kecil.

Rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima kredit usaha selama 5 tahun terakhir berkisar antara 5 sampai 6 persen (Gambar 10.6). Pada periode 2011-2014 cenderung mengalami penurunan, kemudian ada sedikit peningkatan persentase KRT perempuan yang menerima kredit usaha pada tahun 2015. Pola tren yang sama juga terjadi untuk rumah tangga dengan kepala rumah tangga

laki-laki. Perbedaannya tampak pada peningkatan persentase penerima kredit usaha pada tahun 2015, kepala rumah tangga laki-laki mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan perempuan, yaitu dari 8,68 persen pada tahun 2014 menjadi 10,34 persen pada tahun 2015. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, tren untuk penerima kredit usaha di daerah perkotaan dan perdesaan menunjukkan pola yang sama, baik pada rumah tangga dengan KRT perempuan maupun laki-laki. (Lampiran 10.3.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.6. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Pada tahun 2015, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memperoleh kredit usaha selama setahun terakhir sebesar 5,56 persen. Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memperoleh kredit usaha di perdesaan hampir sama dengan di perkotaan, masing-masing sebesar 5,72 persen dan 5,42

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 215

Tabel 10.2. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Aset, 2015

Jenis Kelamin KRT/ Daerah Tempat Tinggal

Jenis Aset

Transportasi Fasilitas Rumah Tangga

(1) (2) (3)

Perempuan

Perkotaan 73,52 81,56

Perdesaan 79,15 54,47

Perkotaan + Perdesaan 75,67 71,21

Laki-laki

Perkotaan 93,04 78,61

Perdesaan 94,76 49,41

Perkotaan + Perdesaan 93,84 64,95

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

10.3 Kredit Usaha Dalam bidang pemberdayaan ekonomi rakyat, pemerintah

bersama-sama dengan dunia usaha, mencanangkan program pemberian kredit usaha yang ditujukan untuk masyarakat ekonomi rendah dengan syarat-syarat tertentu. Pemberian kredit tersebut bertujuan untuk membantu usaha masyarakat yang memerlukan modal usaha skala kecil.

Rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima kredit usaha selama 5 tahun terakhir berkisar antara 5 sampai 6 persen (Gambar 10.6). Pada periode 2011-2014 cenderung mengalami penurunan, kemudian ada sedikit peningkatan persentase KRT perempuan yang menerima kredit usaha pada tahun 2015. Pola tren yang sama juga terjadi untuk rumah tangga dengan kepala rumah tangga

laki-laki. Perbedaannya tampak pada peningkatan persentase penerima kredit usaha pada tahun 2015, kepala rumah tangga laki-laki mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan perempuan, yaitu dari 8,68 persen pada tahun 2014 menjadi 10,34 persen pada tahun 2015. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, tren untuk penerima kredit usaha di daerah perkotaan dan perdesaan menunjukkan pola yang sama, baik pada rumah tangga dengan KRT perempuan maupun laki-laki. (Lampiran 10.3.1).

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Gambar 10.6. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha menurut Jenis Kelamin, 2011-2015

Pada tahun 2015, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memperoleh kredit usaha selama setahun terakhir sebesar 5,56 persen. Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memperoleh kredit usaha di perdesaan hampir sama dengan di perkotaan, masing-masing sebesar 5,72 persen dan 5,42

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015216

persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memperoleh kredit usaha lebih tinggi dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.7).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.7. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memperoleh kredit usaha tertinggi terdapat di Gorontalo sebesar 10,30 persen dan terendah di DKI Jakarta sebesar 1,24 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memperoleh kredit usaha tertinggi juga terdapat di Gorontalo sebesar 19,85 persen dan terendah terdapat di DKI Jakarta sebesar 2,58 persen (Lampiran Tabel 10.3.1c).

Tabel 10.3 menunjukkan sebesar 51,17 persen dari kepala rumah tangga perempuan menerima kredit usaha dari pemerintah. Kredit usaha pemerintah yang dimaksud, meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), program pemerintah selain PNPM, atau Kredit Usaha Rakyat (KUR). Persentase kepala rumah tangga

5,42 5,72 5,56

9,03

11,6410,34

perempuan yang menerima kredit usaha dari pemerintah di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu 58,39 persen dibandingkan dengan 44,17 persen. Jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki, kepala rumah tangga perempuan yang menerima kredit usaha dari pemerintah persentasenya lebih tinggi, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Tabel 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kredit Usaha, 2015

Jenis Kelamin KRT/ Daerah Tempat Tinggal

Jenis Kredit Usaha Pemerintah Non-Pemerintah

(1) (2) (3) Perempuan

Perkotaan 44,17 33,44

Perdesaan 58,39 31,59

Perkotaan + Perdesaan 51,17 32,53

Laki-laki

Perkotaan 43,30 31,85

Perdesaan 54,33 28,72

Perkotaan + Perdesaan 49,53 30,08

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Sementara itu, sebesar 32,53 persen dari kepala rumah tangga perempuan menerima kredit usaha Non-Pemerintah, meliputi program bank selain KUR, program koperasi, kredit usaha perorangan, atau kredit usaha lainnya. Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima kredit usaha dari non pemerintah di perkotaan, lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 217

persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memperoleh kredit usaha lebih tinggi dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.7).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.7. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang memperoleh kredit usaha tertinggi terdapat di Gorontalo sebesar 10,30 persen dan terendah di DKI Jakarta sebesar 1,24 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memperoleh kredit usaha tertinggi juga terdapat di Gorontalo sebesar 19,85 persen dan terendah terdapat di DKI Jakarta sebesar 2,58 persen (Lampiran Tabel 10.3.1c).

Tabel 10.3 menunjukkan sebesar 51,17 persen dari kepala rumah tangga perempuan menerima kredit usaha dari pemerintah. Kredit usaha pemerintah yang dimaksud, meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), program pemerintah selain PNPM, atau Kredit Usaha Rakyat (KUR). Persentase kepala rumah tangga

5,42 5,72 5,56

9,03

11,6410,34

perempuan yang menerima kredit usaha dari pemerintah di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu 58,39 persen dibandingkan dengan 44,17 persen. Jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga laki-laki, kepala rumah tangga perempuan yang menerima kredit usaha dari pemerintah persentasenya lebih tinggi, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Tabel 10.3. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kredit Usaha, 2015

Jenis Kelamin KRT/ Daerah Tempat Tinggal

Jenis Kredit Usaha Pemerintah Non-Pemerintah

(1) (2) (3) Perempuan

Perkotaan 44,17 33,44

Perdesaan 58,39 31,59

Perkotaan + Perdesaan 51,17 32,53

Laki-laki

Perkotaan 43,30 31,85

Perdesaan 54,33 28,72

Perkotaan + Perdesaan 49,53 30,08

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Sementara itu, sebesar 32,53 persen dari kepala rumah tangga perempuan menerima kredit usaha Non-Pemerintah, meliputi program bank selain KUR, program koperasi, kredit usaha perorangan, atau kredit usaha lainnya. Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima kredit usaha dari non pemerintah di perkotaan, lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015218

33,44 persen berbanding 31,59 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang menerima kredit usaha dari non pemerintah, lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

10.4 Jaminan Sosial Sejalan dengan target global dan nasional Sustainable Development

Goals (SDGs) untuk menerapkan sistem perlindungan sosial nasional yang tepat bagi semua, pemerintah terus berupaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur, salah satu upayanya yaitu dengan memberikan jaminan sosial kepada setiap warga negara yang diatur dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional). Dalam Susenas, seseorang dikatakan mempunyai jaminan sosial jika mempunyai salah satu dari jaminan pensiun, jaminan hari tua, asuransi kecelakaan kerja, jaminan kematian dan pesangon pemutusan hubungan kerja (PHK).

Persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima jaminan sosial dalam setahun terakhir adalah sebesar 9,44 persen. Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima jaminan sosial dalam setahun terakhir di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan, masing-masing sebesar 13,47 persen dan 5,06 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang menerima jaminan sosial dalam setahun terakhir lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan di daerah perkotaan, sedangkan di perdesaan relatif sama (Gambar 10.8).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.8. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima jaminan sosial tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 18,65 persen dan terendah di Nusa Tenggara Barat sebesar 3,43 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memperoleh kredit usaha tertinggi terdapat di DKI Jakarta, sebesar 14,66 persen dan terendah terdapat di Papua sebesar 4,30 persen (Lampiran Tabel 10.4).

10.5 Bantuan Siswa Miskin (BSM) Salah satu peran pemerintah di bidang sosial ekonomi yaitu

dengan mencanangkan program Bantuan Siswa Miskin (BSM). Program BSM merupakan program Nasional yang sumber dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa miskin untuk bersekolah dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pelayanan pendidikan yang

13,47

5,06

9,44

12,34

5,13

8,72

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 219

33,44 persen berbanding 31,59 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang menerima kredit usaha dari non pemerintah, lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

10.4 Jaminan Sosial Sejalan dengan target global dan nasional Sustainable Development

Goals (SDGs) untuk menerapkan sistem perlindungan sosial nasional yang tepat bagi semua, pemerintah terus berupaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur, salah satu upayanya yaitu dengan memberikan jaminan sosial kepada setiap warga negara yang diatur dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional). Dalam Susenas, seseorang dikatakan mempunyai jaminan sosial jika mempunyai salah satu dari jaminan pensiun, jaminan hari tua, asuransi kecelakaan kerja, jaminan kematian dan pesangon pemutusan hubungan kerja (PHK).

Persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima jaminan sosial dalam setahun terakhir adalah sebesar 9,44 persen. Menurut daerah tempat tinggal, persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima jaminan sosial dalam setahun terakhir di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan, masing-masing sebesar 13,47 persen dan 5,06 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang menerima jaminan sosial dalam setahun terakhir lebih rendah dibandingkan kepala rumah tangga perempuan di daerah perkotaan, sedangkan di perdesaan relatif sama (Gambar 10.8).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.8. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima jaminan sosial tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 18,65 persen dan terendah di Nusa Tenggara Barat sebesar 3,43 persen. Persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memperoleh kredit usaha tertinggi terdapat di DKI Jakarta, sebesar 14,66 persen dan terendah terdapat di Papua sebesar 4,30 persen (Lampiran Tabel 10.4).

10.5 Bantuan Siswa Miskin (BSM) Salah satu peran pemerintah di bidang sosial ekonomi yaitu

dengan mencanangkan program Bantuan Siswa Miskin (BSM). Program BSM merupakan program Nasional yang sumber dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa miskin untuk bersekolah dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pelayanan pendidikan yang

13,47

5,06

9,44

12,34

5,13

8,72

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015220

layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk kembali bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, mendukung program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan Tahun (bahkan hingga tingkat menengah atas), serta membantu kelancaran program sekolah.

Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima BSM dalam setahun terakhir adalah sebesar 6,85 persen. Menurut daerah tempat tinggal, persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima BSM dalam setahun terakhir di perdesan lebih tinggi daripada di perkotaan, masing-masing sebesar 8,63 persen dan 5,21 persen. Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang menerima BSM dalam setahun terakhir lebih tinggi dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.9).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.9. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Bantuan Siswa Miskin dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat

Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima BSM tertinggi terdapat di Gorontalo sebesar 13,30 persen dan terendah di Kepulauan Riau sebesar 1,57 persen. Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang menerima BSM tertinggi terdapat di Gorontalo, sebesar 18,48 persen dan terendah terdapat di Kalimantan Timur sebesar 3,06 persen (Lampiran Tabel 10.5).

10.6 Korban Kejahatan Salah satu capaian kesetaraan gender adalah menghapuskan

segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di ruang publik maupun pribadi. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang Hak Asasi Manusia bahwa setiap warga negara berhak memperoleh rasa aman, salah satunya perlindungan diri pribadi dari tindak kejahatan. Dalam Susenas, tindak kejahatan yang dimaksud adalah semua tindakan kejahatan dan pelanggaran yang dapat diancam dengan hukuman berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengenai diri pribadi seseorang dan harta bendanya, misalnya penipuan, pencurian, pencurian dengan kekerasan (termasuk penodongan, perampokan), penganiayaan, pelecehan seksual (termasuk perkosaan, pencabulan) dan lainnya. Yang dimaksud dengan korban kejahatan adalah seseorang atau harta bendanya yang mengalami atau terkena tindak kejahatan atau usaha/percobaan tindak kejahatan.

Selama 5 tahun terakhir (2011-2015) terdapat sekitar 3 persen rumah tangga yang menjadi korban kejahatan (Gambar 10.10). Persentase rumah tangga dengan KRT perempuan yang menjadi korban kejahatan pada tahun 2011 sebesar 3,03 persen; kemudian mengalami penurunan pada 2012 (2,54 persen) namun pada tahun 2013 sampai 2015 kembali mengalami peningkatan. Pola tren yang sama terjadi pada rumah tangga dengan KRT laki-laki, namun persentasenya lebih besar

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 221

layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk kembali bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, mendukung program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan Tahun (bahkan hingga tingkat menengah atas), serta membantu kelancaran program sekolah.

Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima BSM dalam setahun terakhir adalah sebesar 6,85 persen. Menurut daerah tempat tinggal, persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima BSM dalam setahun terakhir di perdesan lebih tinggi daripada di perkotaan, masing-masing sebesar 8,63 persen dan 5,21 persen. Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang menerima BSM dalam setahun terakhir lebih tinggi dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.9).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.9. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Bantuan Siswa Miskin dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat

Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menerima BSM tertinggi terdapat di Gorontalo sebesar 13,30 persen dan terendah di Kepulauan Riau sebesar 1,57 persen. Persentase rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang menerima BSM tertinggi terdapat di Gorontalo, sebesar 18,48 persen dan terendah terdapat di Kalimantan Timur sebesar 3,06 persen (Lampiran Tabel 10.5).

10.6 Korban Kejahatan Salah satu capaian kesetaraan gender adalah menghapuskan

segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di ruang publik maupun pribadi. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang Hak Asasi Manusia bahwa setiap warga negara berhak memperoleh rasa aman, salah satunya perlindungan diri pribadi dari tindak kejahatan. Dalam Susenas, tindak kejahatan yang dimaksud adalah semua tindakan kejahatan dan pelanggaran yang dapat diancam dengan hukuman berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengenai diri pribadi seseorang dan harta bendanya, misalnya penipuan, pencurian, pencurian dengan kekerasan (termasuk penodongan, perampokan), penganiayaan, pelecehan seksual (termasuk perkosaan, pencabulan) dan lainnya. Yang dimaksud dengan korban kejahatan adalah seseorang atau harta bendanya yang mengalami atau terkena tindak kejahatan atau usaha/percobaan tindak kejahatan.

Selama 5 tahun terakhir (2011-2015) terdapat sekitar 3 persen rumah tangga yang menjadi korban kejahatan (Gambar 10.10). Persentase rumah tangga dengan KRT perempuan yang menjadi korban kejahatan pada tahun 2011 sebesar 3,03 persen; kemudian mengalami penurunan pada 2012 (2,54 persen) namun pada tahun 2013 sampai 2015 kembali mengalami peningkatan. Pola tren yang sama terjadi pada rumah tangga dengan KRT laki-laki, namun persentasenya lebih besar

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015222

dibanding rumah tangga dengan KRT perempuan, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. (Lampiran 10.6.1)

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.10. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat

Tinggal, 2011-2015

Pada tahun 2015 terdapat 3,50 persen rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir. Rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan yang menjadi korban kejahatan di perkotaan menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu sebesar 4,18 persen dan 2,76 persen. Persentase tersebut hampir sama bila dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki, baik di perkotaan, perdesaan, maupun secara umum (Gambar 10.11).

3,032,54 2,67

3,00

3,503,55

2,83 2,943,28

3,48

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.11. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat

Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase tertinggi rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir terdapat di Papua Barat sebesar 7,49 persen dan persentase terendah terdapat di Kalimantan Tengah sebesar 1,26 persen. Rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir, persentase tertingginya terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 5,73 persen dan persentase terendah terdapat di Kalimantan Barat sebesar 2,03 persen (Lampiran Tabel 10.6.1c).

Gambar 10.12 menunjukkan persentase rumah tangga yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir menurut jenis kejahatan. Dari gambar tersebut terlihat bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menjadi korban kejahatan sebagian besar mengaku sebagai korban kasus pencurian sebesar 84,68

4,18

2,763,50

4,03

2,933,48

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 223

dibanding rumah tangga dengan KRT perempuan, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. (Lampiran 10.6.1)

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.10. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat

Tinggal, 2011-2015

Pada tahun 2015 terdapat 3,50 persen rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir. Rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan yang menjadi korban kejahatan di perkotaan menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu sebesar 4,18 persen dan 2,76 persen. Persentase tersebut hampir sama bila dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki, baik di perkotaan, perdesaan, maupun secara umum (Gambar 10.11).

3,032,54 2,67

3,00

3,503,55

2,83 2,943,28

3,48

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.11. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan Selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Daerah Tempat

Tinggal, 2015

Menurut provinsi, persentase tertinggi rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir terdapat di Papua Barat sebesar 7,49 persen dan persentase terendah terdapat di Kalimantan Tengah sebesar 1,26 persen. Rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir, persentase tertingginya terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 5,73 persen dan persentase terendah terdapat di Kalimantan Barat sebesar 2,03 persen (Lampiran Tabel 10.6.1c).

Gambar 10.12 menunjukkan persentase rumah tangga yang menjadi korban kejahatan selama setahun terakhir menurut jenis kejahatan. Dari gambar tersebut terlihat bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang menjadi korban kejahatan sebagian besar mengaku sebagai korban kasus pencurian sebesar 84,68

4,18

2,763,50

4,03

2,933,48

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015224

persen dan lainnya sebesar 11,31 persen. Sementara itu, persentase rumah tangga dengan KRT laki-laki yang menjadi korban pencurian lebih rendah dibandingkan dengan perempuan, sedangkan persentase laki-laki yang menjadi korban lainnya lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.12. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Jenis Kejahatan, 2015

10.7 Bepergian Bepergian adalah perjalanan yang dilakukan oleh penduduk

Indonesia dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari enam bulan dan bukan untuk tujuan memperoleh upah/gaji ditempat yang dikunjungi atau sekolah serta sifat perjalanannya bukan rutin. Tujuan seseorang bepergian diantaranya adalah berlibur/rekreasi, profesi/bisnis, misi/pertemuan/kongres/seminar, pendidikan

84,68

3,78 2,88 0,9011,31

83,80

2,98 2,410,74

14,41

/pelatihan, kesehatan/berobat, berziarah/keagamaan, mengunjungi teman/keluarga, olahraga/kesenian, atau lainnya.

Penduduk yang melakukan kegiatan bepergian selama setahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Data Susenas 2011-2014 menunjukkan persentase penduduk yang bepergian menurun sekitar 4 persen untuk kepala rumah tangga perempuan, dan untuk kepala rumah tangga laki-laki menurun sekitar 7 persen. Hal yang berbeda terjadi pada tahun berikutnya (2015), persentase penduduk yang bepergian meningkat sebesar 6 sampai 7 persen, baik penduduk dengan KRT perempuan maupun laki-laki. Hal yang menarik terjadi yaitu pada tahun 2014, persentase penduduk yang bepergian berada pada titik terendah dalam 5 tahun terakhir, penduduk dengan KRT perempuan sebesar 15,04 persen sedangkan laki-laki 17,71 persen yang bepergian. (Gambar 10.13).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.13. Persentase Penduduk yang Melakukan Kegiatan Bepergian menurut Jenis Kelamin KRT, 2011-2015

18,9919,07

17,9115,04

21,1124,30 24,24

21,0417,71

24,80

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 225

persen dan lainnya sebesar 11,31 persen. Sementara itu, persentase rumah tangga dengan KRT laki-laki yang menjadi korban pencurian lebih rendah dibandingkan dengan perempuan, sedangkan persentase laki-laki yang menjadi korban lainnya lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.12. Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Kejahatan selama Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin KRT dan Jenis Kejahatan, 2015

10.7 Bepergian Bepergian adalah perjalanan yang dilakukan oleh penduduk

Indonesia dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari enam bulan dan bukan untuk tujuan memperoleh upah/gaji ditempat yang dikunjungi atau sekolah serta sifat perjalanannya bukan rutin. Tujuan seseorang bepergian diantaranya adalah berlibur/rekreasi, profesi/bisnis, misi/pertemuan/kongres/seminar, pendidikan

84,68

3,78 2,88 0,9011,31

83,80

2,98 2,410,74

14,41

/pelatihan, kesehatan/berobat, berziarah/keagamaan, mengunjungi teman/keluarga, olahraga/kesenian, atau lainnya.

Penduduk yang melakukan kegiatan bepergian selama setahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Data Susenas 2011-2014 menunjukkan persentase penduduk yang bepergian menurun sekitar 4 persen untuk kepala rumah tangga perempuan, dan untuk kepala rumah tangga laki-laki menurun sekitar 7 persen. Hal yang berbeda terjadi pada tahun berikutnya (2015), persentase penduduk yang bepergian meningkat sebesar 6 sampai 7 persen, baik penduduk dengan KRT perempuan maupun laki-laki. Hal yang menarik terjadi yaitu pada tahun 2014, persentase penduduk yang bepergian berada pada titik terendah dalam 5 tahun terakhir, penduduk dengan KRT perempuan sebesar 15,04 persen sedangkan laki-laki 17,71 persen yang bepergian. (Gambar 10.13).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.13. Persentase Penduduk yang Melakukan Kegiatan Bepergian menurut Jenis Kelamin KRT, 2011-2015

18,9919,07

17,9115,04

21,1124,30 24,24

21,0417,71

24,80

2011 2012 2013 2014 2015

Perempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015226

Pada tahun 2015, sebesar 21,11 persen penduduk dengan kepala rumah tangga perempuan melakukan kegiatan bepergian. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, di perkotaan yang bepergian lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu 26,71 persen berbanding 15,00 persen. Bila dibandingkan penduduk dengan kepala rumah tangga laki-laki, secara umum persentase yang bepergian lebih tinggi dibandingkan perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.14).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.14. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Persentase penduduk yang bepergian menurut provinsi bervariasi. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk dengan KRT perempuan yang bepergian terdapat di DKI Jakarta (38,14 persen) dan terendah di Papua (7,35 persen). Sementara itu, persentase tertinggi penduduk dengan KRT laki-laki yang bepergian terdapat di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 38,81 persen dan terendah di Papua sebesar 10,33 persen (Lampiran Tabel 10.7.1c).

26,71

15,0021,11

30,21

19,43

24,80

Tabel 10.4. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Tujuan Utama Bepergian yang Terakhir, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015

Tujuan Utama Bepergian yang Terakhir

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1)

(2) (3) (4) (5) (6)

KRT Perempuan Berlibur/Rekreasi 15,69 15,14 15,15 19,37 26,65

Profesi/Bisnis 6,84 6,21 6,37 7,68 5,44

Misi/Pertemuan/Kongres 0,59 0,79 0,67 0,80 1,22

Pendidikan/Pelatihan 1,80 2,08 2,30 2,93 2,78

Kesehatan 1,97 1,83 1,96 2,84 2,77

Berziarah/Keagamaan 4,51 5,14 5,86 7,80 8,63

Mengunjungi Teman/Keluarga 69,41 70,17 69,44 59,52 55,17

Olahraga/Kesenian 0,20 0,15 0,16 0,30 0,51

Lainnya 3,40 3,23 2,99 3,45 3,04

KRT Laki-laki Berlibur/Rekreasi 17,47 16,38 16,67 20,59 30,48

Profesi/Bisnis 11,92 11,97 11,72 14,11 8,80

Misi/Pertemuan/Kongres 1,20 1,03 0,94 1,05 1,44

Pendidikan/Pelatihan 2,41 2,34 2,28 2,92 3,48

Kesehatan 1,78 1,75 1,95 2,62 2,68

Berziarah/Keagamaan 3,84 4,19 4,83 6,75 8,00

Mengunjungi Teman/Keluarga 64,07 65,83 63,93 53,36 48,82

Olahraga/Kesenian 0,24 0,22 0,29 0,43 0,49

Lainnya 3,49 3,09 3,37 4,14 3,64

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Tabel 10.4. menunjukkan persentase penduduk yang bepergian menurut jenis kelamin kepala rumah tangga dan tujuan utama bepergian

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 227

Pada tahun 2015, sebesar 21,11 persen penduduk dengan kepala rumah tangga perempuan melakukan kegiatan bepergian. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, di perkotaan yang bepergian lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu 26,71 persen berbanding 15,00 persen. Bila dibandingkan penduduk dengan kepala rumah tangga laki-laki, secara umum persentase yang bepergian lebih tinggi dibandingkan perempuan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 10.14).

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Gambar 10.14. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Persentase penduduk yang bepergian menurut provinsi bervariasi. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk dengan KRT perempuan yang bepergian terdapat di DKI Jakarta (38,14 persen) dan terendah di Papua (7,35 persen). Sementara itu, persentase tertinggi penduduk dengan KRT laki-laki yang bepergian terdapat di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 38,81 persen dan terendah di Papua sebesar 10,33 persen (Lampiran Tabel 10.7.1c).

26,71

15,0021,11

30,21

19,43

24,80

Tabel 10.4. Persentase Penduduk yang Bepergian menurut Tujuan Utama Bepergian yang Terakhir, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2011–2015

Tujuan Utama Bepergian yang Terakhir

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

(1)

(2) (3) (4) (5) (6)

KRT Perempuan Berlibur/Rekreasi 15,69 15,14 15,15 19,37 26,65

Profesi/Bisnis 6,84 6,21 6,37 7,68 5,44

Misi/Pertemuan/Kongres 0,59 0,79 0,67 0,80 1,22

Pendidikan/Pelatihan 1,80 2,08 2,30 2,93 2,78

Kesehatan 1,97 1,83 1,96 2,84 2,77

Berziarah/Keagamaan 4,51 5,14 5,86 7,80 8,63

Mengunjungi Teman/Keluarga 69,41 70,17 69,44 59,52 55,17

Olahraga/Kesenian 0,20 0,15 0,16 0,30 0,51

Lainnya 3,40 3,23 2,99 3,45 3,04

KRT Laki-laki Berlibur/Rekreasi 17,47 16,38 16,67 20,59 30,48

Profesi/Bisnis 11,92 11,97 11,72 14,11 8,80

Misi/Pertemuan/Kongres 1,20 1,03 0,94 1,05 1,44

Pendidikan/Pelatihan 2,41 2,34 2,28 2,92 3,48

Kesehatan 1,78 1,75 1,95 2,62 2,68

Berziarah/Keagamaan 3,84 4,19 4,83 6,75 8,00

Mengunjungi Teman/Keluarga 64,07 65,83 63,93 53,36 48,82

Olahraga/Kesenian 0,24 0,22 0,29 0,43 0,49

Lainnya 3,49 3,09 3,37 4,14 3,64

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Tabel 10.4. menunjukkan persentase penduduk yang bepergian menurut jenis kelamin kepala rumah tangga dan tujuan utama bepergian

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015228

yang terakhir selama 5 (lima) tahun terakhir. Dari tabel tersebut terlihat bahwa penduduk dengan kepala rumah tangga perempuan yang bepergian sebagian besar bertujuan untuk mengunjungi teman/keluarga, berlibur/rekreasi, dan berziarah/keagamaan dengan persentase sebesar 55,17 persen; 26,65 persen dan 8,63 persen. Sementara itu, untuk penduduk dengan kepala rumah tangga laki-laki, melakukan bepergian sebagian besar dengan maksud/tujuan mengunjungi teman/keluarga, berlibur/rekreasi dan profesi/bisnis dengan persentase masing-masing sebesar 48,82 persen; 30,48 persen dan 8,80 persen pada tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA

African Development Bank. 2012. Labour Force Data Analysis: Guidelines with African Specificities 2012. Tunis: African Development Bank.

Frick, Heinz, dan Petra Widmer. 2006. Membangun, Membentuk, Menghuni: Pengantar Arsitektur 1. Vol. 1. Kanisius.

Hoag, Robert W. "International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights." Encyclopedia of Global Justice. Springer Netherlands, 2011. 546-547

International Labour Organization. 2012. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan: Panduan Metodologi. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/documents/publication/wcms_177134.pdf. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2016.

International Labour Organization. 2015a. Woman at Work Trends 2016. Geneva: ILO.

International Labour Organization. 2015b. KILM 3. Status in Employment. http://kilm.ilo.org/2015/download/kilm03EN.pdf . Diakses pada tanggal 27 Agustus 2016

International Labour Organization. 2015c. KILM 8. Employment in The Informal Economy. Geneva: ILO. http://kilm.ilo.org/2015/download/kilm08EN.pdf. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2016

International Labour Organization. 2015d. KILM 15. Wages and Compensation Costs. http://kilm.ilo.org/2015/download/kilm15EN.pdf Diakses pada tanggal 28 Agustus 2016.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 229

yang terakhir selama 5 (lima) tahun terakhir. Dari tabel tersebut terlihat bahwa penduduk dengan kepala rumah tangga perempuan yang bepergian sebagian besar bertujuan untuk mengunjungi teman/keluarga, berlibur/rekreasi, dan berziarah/keagamaan dengan persentase sebesar 55,17 persen; 26,65 persen dan 8,63 persen. Sementara itu, untuk penduduk dengan kepala rumah tangga laki-laki, melakukan bepergian sebagian besar dengan maksud/tujuan mengunjungi teman/keluarga, berlibur/rekreasi dan profesi/bisnis dengan persentase masing-masing sebesar 48,82 persen; 30,48 persen dan 8,80 persen pada tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA

African Development Bank. 2012. Labour Force Data Analysis: Guidelines with African Specificities 2012. Tunis: African Development Bank.

Frick, Heinz, dan Petra Widmer. 2006. Membangun, Membentuk, Menghuni: Pengantar Arsitektur 1. Vol. 1. Kanisius.

Hoag, Robert W. "International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights." Encyclopedia of Global Justice. Springer Netherlands, 2011. 546-547

International Labour Organization. 2012. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan: Panduan Metodologi. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/documents/publication/wcms_177134.pdf. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2016.

International Labour Organization. 2015a. Woman at Work Trends 2016. Geneva: ILO.

International Labour Organization. 2015b. KILM 3. Status in Employment. http://kilm.ilo.org/2015/download/kilm03EN.pdf . Diakses pada tanggal 27 Agustus 2016

International Labour Organization. 2015c. KILM 8. Employment in The Informal Economy. Geneva: ILO. http://kilm.ilo.org/2015/download/kilm08EN.pdf. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2016

International Labour Organization. 2015d. KILM 15. Wages and Compensation Costs. http://kilm.ilo.org/2015/download/kilm15EN.pdf Diakses pada tanggal 28 Agustus 2016.

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015230

Ionescu, Alina Mariuca. 2012. ”How does education affect labour market outcomes?”. Review of Applied Socio-Economic Research.

Kusumawati, I. D. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan Rumah Sehat dan Status Sosial Ekonomi dengan Kualitas Rumah Tinggal Penduduk di Desa Rowolaku Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Edu Geography, 3(3).

Nakazato, N., dan Fujihara, T. 2015. “The Relationship between Housing Environment and Well-Being”. (http://www.kwansei.ac.jp/s_sociology/attached/0000079841.PDF )

United Nations, 2015. The World's Women 2015: Trends and Statistics. New York: United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Statistics Division.

United Nation Population Funds. 2014. Methodological Guidelines for the Gender Analysis of National Population and Housing Census Data.

LAMPIRAN TABEL

Ionescu, Alina Mariuca. 2012. ”How does education affect labour market outcomes?”. Review of Applied Socio-Economic Research.

Kusumawati, I. D. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan Rumah Sehat dan Status Sosial Ekonomi dengan Kualitas Rumah Tinggal Penduduk di Desa Rowolaku Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Edu Geography, 3(3).

Nakazato, N., dan Fujihara, T. 2015. “The Relationship between Housing Environment and Well-Being”. (http://www.kwansei.ac.jp/s_sociology/attached/0000079841.PDF )

United Nations, 2015. The World's Women 2015: Trends and Statistics. New York: United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Statistics Division.

United Nation Population Funds. 2014. Methodological Guidelines for the Gender Analysis of National Population and Housing Census Data.

LAMPIRAN TABEL

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 233

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015234

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 235

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015236

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4)1. Aceh 51,68 56,44 55,062. Sumatera Utara 51,42 63,37 57,233. Sumatera Barat 50,78 60,11 56,274. Riau 50,65 54,90 53,225. Jambi 45,97 49,70 48,556. Sumatera Selatan 47,85 52,06 50,537. Bengkulu 45,91 49,75 48,548. Lampung 46,44 51,35 50,039. Kep. Bangka Belitung 46,52 48,60 47,57

10. Kepulauan Riau 48,11 53,82 49,0111. DKI Jakarta 39,49 - 39,4912. Jawa Barat 47,60 52,39 49,1313. Jawa Tengah 47,30 50,74 49,1414. DI Yogyakarta 42,18 49,76 44,6315. Jawa Timur 43,58 46,43 45,0416. Banten 44,50 53,96 47,3817. Bali 43,27 49,96 45,7718. Nusa Tenggara Barat 53,33 58,08 56,0419. Nusa Tenggara Timur 57,48 74,64 70,9020. Kalimantan Barat 50,61 53,81 52,8221. Kalimantan Tengah 46,40 49,63 48,5122. Kalimantan Selatan 47,18 50,88 49,2923. Kalimantan Timur 45,11 50,87 47,1924. Kalimantan Utara 57,69 54,76 56,3825. Sulawesi Utara 44,65 50,39 47,7226. Sulawesi Tengah 47,43 54,60 52,7627. Sulawesi Selatan 50,47 58,04 55,1328. Sulawesi Tenggara 53,67 65,39 61,8429. Gorontalo 46,75 52,27 50,3130. Sulawesi Barat 59,27 61,55 61,0931. Maluku 53,11 68,91 62,3932. Maluku Utara 49,42 64,61 60,1833. Papua Barat 49,03 55,12 52,7634. Papua 45,48 52,34 50,46

46,50 53,34 49,81

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 2.4. Angka Ketergantungan ) menurut Provinsi dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

(1)

Indonesia

Provinsi

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 237

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4)1. Aceh 51,68 56,44 55,062. Sumatera Utara 51,42 63,37 57,233. Sumatera Barat 50,78 60,11 56,274. Riau 50,65 54,90 53,225. Jambi 45,97 49,70 48,556. Sumatera Selatan 47,85 52,06 50,537. Bengkulu 45,91 49,75 48,548. Lampung 46,44 51,35 50,039. Kep. Bangka Belitung 46,52 48,60 47,57

10. Kepulauan Riau 48,11 53,82 49,0111. DKI Jakarta 39,49 - 39,4912. Jawa Barat 47,60 52,39 49,1313. Jawa Tengah 47,30 50,74 49,1414. DI Yogyakarta 42,18 49,76 44,6315. Jawa Timur 43,58 46,43 45,0416. Banten 44,50 53,96 47,3817. Bali 43,27 49,96 45,7718. Nusa Tenggara Barat 53,33 58,08 56,0419. Nusa Tenggara Timur 57,48 74,64 70,9020. Kalimantan Barat 50,61 53,81 52,8221. Kalimantan Tengah 46,40 49,63 48,5122. Kalimantan Selatan 47,18 50,88 49,2923. Kalimantan Timur 45,11 50,87 47,1924. Kalimantan Utara 57,69 54,76 56,3825. Sulawesi Utara 44,65 50,39 47,7226. Sulawesi Tengah 47,43 54,60 52,7627. Sulawesi Selatan 50,47 58,04 55,1328. Sulawesi Tenggara 53,67 65,39 61,8429. Gorontalo 46,75 52,27 50,3130. Sulawesi Barat 59,27 61,55 61,0931. Maluku 53,11 68,91 62,3932. Maluku Utara 49,42 64,61 60,1833. Papua Barat 49,03 55,12 52,7634. Papua 45,48 52,34 50,46

46,50 53,34 49,81

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 2.4. Angka Ketergantungan ) menurut Provinsi dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

(1)

Indonesia

Provinsi

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015238

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 19,06 19,82 20,35 20,63 20,19Sumatera Utara 15,34 15,67 16,29 16,28 15,82Sumatera Barat 16,43 16,78 17,13 17,08 16,74Riau 9,20 10,01 10,48 10,70 9,78Jambi 10,62 10,76 11,70 11,61 11,03Sumatera Selatan 9,84 10,63 11,44 10,94 11,21Bengkulu 10,42 11,11 10,50 11,44 10,37Lampung 9,96 9,69 9,90 10,14 9,65Kepulauan Bangka Belitung 10,93 11,13 11,70 11,68 10,36Kepulauan Riau 12,40 10,30 10,82 10,93 12,33DKI Jakarta 14,71 14,88 16,22 15,18 15,46Jawa Barat 12,92 13,50 13,90 13,89 14,03Jawa Tengah 15,44 15,71 15,91 16,21 15,88DI Yogyakarta 18,10 19,13 19,46 19,27 18,23Jawa Timur 16,54 16,76 17,49 16,91 17,16Banten 11,53 11,42 12,20 11,27 11,59Bali 9,79 9,54 10,04 9,98 9,65Nusa Tenggara Barat 20,57 21,22 21,82 21,69 20,22Nusa Tenggara Timur 16,64 17,00 17,20 16,69 17,47Kalimantan Barat 11,43 11,34 11,66 11,49 11,57Kalimantan Tengah 9,31 9,40 9,42 9,41 9,41Kalimantan Selatan 13,23 14,04 14,36 14,89 14,45Kalimantan Timur 8,59 9,06 10,12 10,06 10,11Kalimantan Utara - - - - 9,30Sulawesi Utara 12,05 11,89 12,57 13,53 12,84Sulawesi Tengah 10,71 11,20 11,43 11,36 10,80Sulawesi Selatan 17,59 17,90 18,23 18,87 18,76Sulawesi Tenggara 14,69 14,95 15,85 15,78 16,04Gorontalo 11,78 11,51 12,97 11,79 12,38Sulawesi Barat 14,30 14,34 13,99 14,46 14,52Maluku 13,82 13,82 12,96 13,95 14,30Maluku Utara 9,49 10,94 10,85 11,17 10,70Papua Barat 9,34 9,33 9,88 10,21 8,65Papua 7,10 7,85 7,64 8,26 8,23

14,04 14,36 14,84 14,73 14,63

Tabel 3.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 80,94 80,18 79,65 79,37 79,81Sumatera Utara 84,66 84,33 83,71 83,72 84,18Sumatera Barat 83,57 83,22 82,87 82,92 83,26Riau 90,80 89,99 89,52 89,30 90,22Jambi 89,38 89,24 88,30 88,39 88,97Sumatera Selatan 90,16 89,37 88,56 89,06 88,79Bengkulu 89,58 88,89 89,50 88,56 89,63Lampung 90,04 90,31 90,10 89,86 90,35Kepulauan Bangka Belitung 89,07 88,87 88,30 88,32 89,64Kepulauan Riau 87,60 89,70 89,18 89,07 87,67DKI Jakarta 85,29 85,12 83,78 84,82 84,54Jawa Barat 87,08 86,50 86,10 86,11 85,97Jawa Tengah 84,56 84,29 84,09 83,79 84,12DI Yogyakarta 81,90 80,87 80,54 80,73 81,77Jawa Timur 83,46 83,24 82,51 83,09 82,84Banten 88,47 88,58 87,80 88,73 88,41Bali 90,21 90,46 89,96 90,02 90,35Nusa Tenggara Barat 79,43 78,78 78,18 78,31 79,78Nusa Tenggara Timur 83,36 83,00 82,80 83,31 82,53Kalimantan Barat 88,57 88,66 88,34 88,51 88,43Kalimantan Tengah 90,69 90,60 90,58 90,59 90,59Kalimantan Selatan 86,77 85,96 85,64 85,11 85,55Kalimantan Timur 91,41 90,94 89,88 89,94 89,89Kalimantan Utara - - - - 90,70Sulawesi Utara 87,95 88,11 87,43 86,47 87,16Sulawesi Tengah 89,29 88,80 88,57 88,64 89,20Sulawesi Selatan 82,41 82,10 81,77 81,13 81,24Sulawesi Tenggara 85,31 85,05 84,15 84,22 83,96Gorontalo 88,22 88,49 87,03 88,21 87,62Sulawesi Barat 85,70 85,66 86,01 85,54 85,48Maluku 86,18 86,18 87,04 86,05 85,70Maluku Utara 90,51 89,06 89,15 88,83 89,30Papua Barat 90,66 90,67 90,12 89,79 91,35Papua 92,90 92,15 92,36 91,74 91,77

85,96 85,64 85,16 85,27 85,37

(1)

Indonesia

Tabel 3.1.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

2. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 239

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 19,06 19,82 20,35 20,63 20,19Sumatera Utara 15,34 15,67 16,29 16,28 15,82Sumatera Barat 16,43 16,78 17,13 17,08 16,74Riau 9,20 10,01 10,48 10,70 9,78Jambi 10,62 10,76 11,70 11,61 11,03Sumatera Selatan 9,84 10,63 11,44 10,94 11,21Bengkulu 10,42 11,11 10,50 11,44 10,37Lampung 9,96 9,69 9,90 10,14 9,65Kepulauan Bangka Belitung 10,93 11,13 11,70 11,68 10,36Kepulauan Riau 12,40 10,30 10,82 10,93 12,33DKI Jakarta 14,71 14,88 16,22 15,18 15,46Jawa Barat 12,92 13,50 13,90 13,89 14,03Jawa Tengah 15,44 15,71 15,91 16,21 15,88DI Yogyakarta 18,10 19,13 19,46 19,27 18,23Jawa Timur 16,54 16,76 17,49 16,91 17,16Banten 11,53 11,42 12,20 11,27 11,59Bali 9,79 9,54 10,04 9,98 9,65Nusa Tenggara Barat 20,57 21,22 21,82 21,69 20,22Nusa Tenggara Timur 16,64 17,00 17,20 16,69 17,47Kalimantan Barat 11,43 11,34 11,66 11,49 11,57Kalimantan Tengah 9,31 9,40 9,42 9,41 9,41Kalimantan Selatan 13,23 14,04 14,36 14,89 14,45Kalimantan Timur 8,59 9,06 10,12 10,06 10,11Kalimantan Utara - - - - 9,30Sulawesi Utara 12,05 11,89 12,57 13,53 12,84Sulawesi Tengah 10,71 11,20 11,43 11,36 10,80Sulawesi Selatan 17,59 17,90 18,23 18,87 18,76Sulawesi Tenggara 14,69 14,95 15,85 15,78 16,04Gorontalo 11,78 11,51 12,97 11,79 12,38Sulawesi Barat 14,30 14,34 13,99 14,46 14,52Maluku 13,82 13,82 12,96 13,95 14,30Maluku Utara 9,49 10,94 10,85 11,17 10,70Papua Barat 9,34 9,33 9,88 10,21 8,65Papua 7,10 7,85 7,64 8,26 8,23

14,04 14,36 14,84 14,73 14,63

Tabel 3.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 80,94 80,18 79,65 79,37 79,81Sumatera Utara 84,66 84,33 83,71 83,72 84,18Sumatera Barat 83,57 83,22 82,87 82,92 83,26Riau 90,80 89,99 89,52 89,30 90,22Jambi 89,38 89,24 88,30 88,39 88,97Sumatera Selatan 90,16 89,37 88,56 89,06 88,79Bengkulu 89,58 88,89 89,50 88,56 89,63Lampung 90,04 90,31 90,10 89,86 90,35Kepulauan Bangka Belitung 89,07 88,87 88,30 88,32 89,64Kepulauan Riau 87,60 89,70 89,18 89,07 87,67DKI Jakarta 85,29 85,12 83,78 84,82 84,54Jawa Barat 87,08 86,50 86,10 86,11 85,97Jawa Tengah 84,56 84,29 84,09 83,79 84,12DI Yogyakarta 81,90 80,87 80,54 80,73 81,77Jawa Timur 83,46 83,24 82,51 83,09 82,84Banten 88,47 88,58 87,80 88,73 88,41Bali 90,21 90,46 89,96 90,02 90,35Nusa Tenggara Barat 79,43 78,78 78,18 78,31 79,78Nusa Tenggara Timur 83,36 83,00 82,80 83,31 82,53Kalimantan Barat 88,57 88,66 88,34 88,51 88,43Kalimantan Tengah 90,69 90,60 90,58 90,59 90,59Kalimantan Selatan 86,77 85,96 85,64 85,11 85,55Kalimantan Timur 91,41 90,94 89,88 89,94 89,89Kalimantan Utara - - - - 90,70Sulawesi Utara 87,95 88,11 87,43 86,47 87,16Sulawesi Tengah 89,29 88,80 88,57 88,64 89,20Sulawesi Selatan 82,41 82,10 81,77 81,13 81,24Sulawesi Tenggara 85,31 85,05 84,15 84,22 83,96Gorontalo 88,22 88,49 87,03 88,21 87,62Sulawesi Barat 85,70 85,66 86,01 85,54 85,48Maluku 86,18 86,18 87,04 86,05 85,70Maluku Utara 90,51 89,06 89,15 88,83 89,30Papua Barat 90,66 90,67 90,12 89,79 91,35Papua 92,90 92,15 92,36 91,74 91,77

85,96 85,64 85,16 85,27 85,37

(1)

Indonesia

Tabel 3.1.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

2. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015240

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 5,77 6,81 4,83 6,54 6,00Sumatera Utara 5,97 4,57 6,10 5,20 4,67Sumatera Barat 9,81 10,10 7,49 6,53 8,45Riau 9,78 9,29 9,79 14,18 12,55Jambi 5,02 5,12 4,41 2,14 4,96Sumatera Selatan 6,75 6,86 5,58 4,73 5,49Bengkulu 7,41 12,41 8,56 13,50 7,32Lampung 5,15 6,25 1,22 3,75 2,04Kepulauan Bangka Belitung 8,54 7,87 4,67 5,73 4,50Kepulauan Riau 40,88 26,47 30,98 32,72 35,20DKI Jakarta 16,00 12,16 11,60 11,80 15,73Jawa Barat 5,24 4,75 5,05 5,17 5,66Jawa Tengah 4,84 5,33 4,51 5,59 3,83DI Yogyakarta 28,88 25,99 28,49 30,22 24,76Jawa Timur 4,72 4,91 5,11 5,23 4,72Banten 11,14 8,01 5,85 6,51 3,83Bali 28,58 25,25 25,37 24,64 28,58Nusa Tenggara Barat 6,10 5,99 4,74 6,20 5,81Nusa Tenggara Timur 13,49 12,83 10,37 11,76 11,61Kalimantan Barat 7,15 5,83 5,00 7,52 6,87Kalimantan Tengah 12,25 10,79 9,57 10,28 7,18Kalimantan Selatan 6,58 9,99 9,27 10,52 8,71Kalimantan Timur 11,06 9,42 12,10 8,68 11,91Kalimantan Utara - - - - 4,58Sulawesi Utara 12,08 11,62 13,63 11,67 10,92Sulawesi Tengah 12,73 11,65 9,94 10,67 10,29Sulawesi Selatan 15,85 15,34 12,57 14,00 12,88Sulawesi Tenggara 11,72 11,70 12,05 11,15 14,07Gorontalo 12,31 8,51 7,54 11,50 12,77Sulawesi Barat 12,70 12,63 7,66 11,05 10,42Maluku 17,88 11,94 15,04 10,19 16,14Maluku Utara 10,00 10,36 8,12 11,32 10,57Papua Barat 10,54 10,36 5,42 8,91 9,86Papua 7,19 6,49 9,26 9,11 5,62

8,09 7,54 7,12 7,67 7,27

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Belum Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,75 2,46 2,63 2,28 2,03Sumatera Utara 1,43 1,51 1,36 1,46 1,06Sumatera Barat 2,87 1,81 2,11 1,48 2,20Riau 2,34 1,88 2,69 3,03 2,73Jambi 1,98 1,77 2,00 1,51 1,46Sumatera Selatan 1,90 1,28 1,81 1,49 0,90Bengkulu 2,46 1,63 2,38 2,49 1,07Lampung 1,76 1,35 1,16 1,15 1,03Kepulauan Bangka Belitung 3,36 2,76 2,86 2,60 1,87Kepulauan Riau 8,31 5,64 7,29 5,66 6,80DKI Jakarta 4,70 4,76 4,85 4,79 5,02Jawa Barat 1,76 1,59 1,64 1,92 1,82Jawa Tengah 1,72 1,41 1,43 1,66 1,36DI Yogyakarta 9,02 7,86 8,02 9,21 9,19Jawa Timur 1,97 1,88 1,72 1,96 1,78Banten 2,56 2,34 2,57 2,12 1,64Bali 4,89 4,54 5,02 5,63 4,35Nusa Tenggara Barat 1,63 1,88 1,76 2,20 1,79Nusa Tenggara Timur 3,87 3,33 3,38 3,42 3,29Kalimantan Barat 2,38 2,17 1,92 2,61 2,00Kalimantan Tengah 3,12 2,94 3,41 3,70 2,85Kalimantan Selatan 3,23 3,13 3,19 3,46 2,87Kalimantan Timur 3,95 3,42 3,86 3,88 2,17Kalimantan Utara - - - - 1,93Sulawesi Utara 2,58 2,62 2,14 2,59 2,18Sulawesi Tengah 2,71 2,38 2,45 2,61 1,92Sulawesi Selatan 2,79 2,95 2,82 2,64 2,20Sulawesi Tenggara 2,81 2,71 2,88 3,10 3,02Gorontalo 1,44 1,15 0,63 1,33 1,06Sulawesi Barat 2,88 2,15 1,88 2,75 1,78Maluku 3,09 2,63 2,90 2,75 2,67Maluku Utara 2,43 2,04 2,55 2,85 2,49Papua Barat 3,89 4,78 4,25 4,80 4,07Papua 3,34 2,60 3,29 3,32 2,43

2,43 2,18 2,25 2,39 2,11

(1)

Indonesia

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Belum Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 241

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 5,77 6,81 4,83 6,54 6,00Sumatera Utara 5,97 4,57 6,10 5,20 4,67Sumatera Barat 9,81 10,10 7,49 6,53 8,45Riau 9,78 9,29 9,79 14,18 12,55Jambi 5,02 5,12 4,41 2,14 4,96Sumatera Selatan 6,75 6,86 5,58 4,73 5,49Bengkulu 7,41 12,41 8,56 13,50 7,32Lampung 5,15 6,25 1,22 3,75 2,04Kepulauan Bangka Belitung 8,54 7,87 4,67 5,73 4,50Kepulauan Riau 40,88 26,47 30,98 32,72 35,20DKI Jakarta 16,00 12,16 11,60 11,80 15,73Jawa Barat 5,24 4,75 5,05 5,17 5,66Jawa Tengah 4,84 5,33 4,51 5,59 3,83DI Yogyakarta 28,88 25,99 28,49 30,22 24,76Jawa Timur 4,72 4,91 5,11 5,23 4,72Banten 11,14 8,01 5,85 6,51 3,83Bali 28,58 25,25 25,37 24,64 28,58Nusa Tenggara Barat 6,10 5,99 4,74 6,20 5,81Nusa Tenggara Timur 13,49 12,83 10,37 11,76 11,61Kalimantan Barat 7,15 5,83 5,00 7,52 6,87Kalimantan Tengah 12,25 10,79 9,57 10,28 7,18Kalimantan Selatan 6,58 9,99 9,27 10,52 8,71Kalimantan Timur 11,06 9,42 12,10 8,68 11,91Kalimantan Utara - - - - 4,58Sulawesi Utara 12,08 11,62 13,63 11,67 10,92Sulawesi Tengah 12,73 11,65 9,94 10,67 10,29Sulawesi Selatan 15,85 15,34 12,57 14,00 12,88Sulawesi Tenggara 11,72 11,70 12,05 11,15 14,07Gorontalo 12,31 8,51 7,54 11,50 12,77Sulawesi Barat 12,70 12,63 7,66 11,05 10,42Maluku 17,88 11,94 15,04 10,19 16,14Maluku Utara 10,00 10,36 8,12 11,32 10,57Papua Barat 10,54 10,36 5,42 8,91 9,86Papua 7,19 6,49 9,26 9,11 5,62

8,09 7,54 7,12 7,67 7,27

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Belum Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki Perkotaan + Perdesaan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,75 2,46 2,63 2,28 2,03Sumatera Utara 1,43 1,51 1,36 1,46 1,06Sumatera Barat 2,87 1,81 2,11 1,48 2,20Riau 2,34 1,88 2,69 3,03 2,73Jambi 1,98 1,77 2,00 1,51 1,46Sumatera Selatan 1,90 1,28 1,81 1,49 0,90Bengkulu 2,46 1,63 2,38 2,49 1,07Lampung 1,76 1,35 1,16 1,15 1,03Kepulauan Bangka Belitung 3,36 2,76 2,86 2,60 1,87Kepulauan Riau 8,31 5,64 7,29 5,66 6,80DKI Jakarta 4,70 4,76 4,85 4,79 5,02Jawa Barat 1,76 1,59 1,64 1,92 1,82Jawa Tengah 1,72 1,41 1,43 1,66 1,36DI Yogyakarta 9,02 7,86 8,02 9,21 9,19Jawa Timur 1,97 1,88 1,72 1,96 1,78Banten 2,56 2,34 2,57 2,12 1,64Bali 4,89 4,54 5,02 5,63 4,35Nusa Tenggara Barat 1,63 1,88 1,76 2,20 1,79Nusa Tenggara Timur 3,87 3,33 3,38 3,42 3,29Kalimantan Barat 2,38 2,17 1,92 2,61 2,00Kalimantan Tengah 3,12 2,94 3,41 3,70 2,85Kalimantan Selatan 3,23 3,13 3,19 3,46 2,87Kalimantan Timur 3,95 3,42 3,86 3,88 2,17Kalimantan Utara - - - - 1,93Sulawesi Utara 2,58 2,62 2,14 2,59 2,18Sulawesi Tengah 2,71 2,38 2,45 2,61 1,92Sulawesi Selatan 2,79 2,95 2,82 2,64 2,20Sulawesi Tenggara 2,81 2,71 2,88 3,10 3,02Gorontalo 1,44 1,15 0,63 1,33 1,06Sulawesi Barat 2,88 2,15 1,88 2,75 1,78Maluku 3,09 2,63 2,90 2,75 2,67Maluku Utara 2,43 2,04 2,55 2,85 2,49Papua Barat 3,89 4,78 4,25 4,80 4,07Papua 3,34 2,60 3,29 3,32 2,43

2,43 2,18 2,25 2,39 2,11

(1)

Indonesia

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Belum Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015242

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 5,87 5,55 4,98 5,68 5,14Sumatera Utara 7,16 6,17 5,15 4,93 5,91Sumatera Barat 5,01 5,40 4,86 5,49 4,97Riau 7,29 9,39 5,69 4,89 4,27Jambi 10,81 6,14 8,24 8,38 8,59Sumatera Selatan 8,92 10,85 8,70 8,91 6,01Bengkulu 10,12 6,57 8,87 5,11 8,52Lampung 6,53 8,10 8,56 8,38 10,71Kepulauan Bangka Belitung 5,76 7,59 6,02 3,54 9,35Kepulauan Riau 15,00 10,46 19,64 15,06 8,88DKI Jakarta 12,39 9,13 6,74 7,63 8,82Jawa Barat 7,48 7,46 7,39 6,98 6,62Jawa Tengah 11,11 12,88 11,83 11,84 12,61DI Yogyakarta 3,81 5,18 8,43 7,03 8,68Jawa Timur 13,51 12,17 12,91 13,31 12,09Banten 7,48 8,03 7,05 6,83 9,33Bali 16,85 13,25 13,36 12,94 10,49Nusa Tenggara Barat 32,04 37,68 34,01 34,09 38,65Nusa Tenggara Timur 17,66 18,98 18,17 19,98 20,60Kalimantan Barat 12,75 9,97 12,15 11,65 11,80Kalimantan Tengah 6,72 6,45 8,45 10,58 8,08Kalimantan Selatan 7,79 7,65 6,50 6,69 6,89Kalimantan Timur 9,08 7,81 8,19 8,20 7,53Kalimantan Utara - - - - 13,37Sulawesi Utara 10,55 11,85 9,09 10,75 11,03Sulawesi Tengah 7,63 7,08 4,69 4,63 8,89Sulawesi Selatan 10,94 10,34 10,53 11,30 11,08Sulawesi Tenggara 18,21 17,22 15,08 18,74 16,30Gorontalo 12,36 8,86 10,30 9,23 16,58Sulawesi Barat 8,50 10,20 7,38 8,09 11,26Maluku 10,24 12,60 8,61 11,38 9,32Maluku Utara 9,59 9,96 6,42 6,20 9,54Papua Barat 13,16 8,27 9,68 8,14 17,97Papua 14,81 14,17 9,81 11,90 9,57

10,82 10,76 10,32 10,40 10,53

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 94,81 94,96 94,18 94,36 94,34Sumatera Utara 94,98 94,99 94,87 94,51 94,90Sumatera Barat 94,52 95,05 94,30 95,42 94,54Riau 95,49 96,11 94,71 94,23 94,01Jambi 95,39 95,04 94,69 95,55 95,34Sumatera Selatan 95,77 96,00 94,98 95,50 95,84Bengkulu 94,51 95,16 94,77 94,28 95,69Lampung 95,76 95,45 95,77 95,35 95,90Kepulauan Bangka Belitung 93,09 92,69 93,02 92,39 93,77Kepulauan Riau 89,80 91,80 90,35 91,60 90,65DKI Jakarta 92,26 90,87 90,80 90,58 90,90Jawa Barat 95,10 94,76 94,24 94,17 93,82Jawa Tengah 94,61 94,71 94,59 94,29 94,32DI Yogyakarta 86,96 87,58 87,94 86,44 86,38Jawa Timur 94,08 93,93 93,61 93,36 93,00Banten 94,86 95,30 94,21 94,64 94,70Bali 92,16 92,44 91,99 91,64 92,54Nusa Tenggara Barat 94,93 94,04 93,79 93,75 94,08Nusa Tenggara Timur 91,42 91,94 91,51 91,85 91,75Kalimantan Barat 94,18 94,10 93,75 93,34 93,60Kalimantan Tengah 93,49 93,25 92,85 92,47 93,21Kalimantan Selatan 92,92 93,03 93,14 93,03 92,47Kalimantan Timur 93,00 92,77 92,10 91,76 92,52Kalimantan Utara - - - - 93,24Sulawesi Utara 93,08 93,19 92,94 92,57 92,65Sulawesi Tengah 92,85 93,08 93,17 92,95 93,49Sulawesi Selatan 92,69 92,56 92,72 92,41 92,58Sulawesi Tenggara 93,81 94,40 93,75 93,03 93,18Gorontalo 95,93 95,70 96,20 95,80 94,97Sulawesi Barat 92,58 93,80 93,67 93,71 92,91Maluku 92,88 92,76 91,14 91,35 92,56Maluku Utara 93,94 93,95 93,07 92,18 93,06Papua Barat 91,35 90,65 90,10 89,74 91,52Papua 92,19 92,61 91,44 91,40 92,65

94,18 94,12 93,73 93,59 93,60

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 243

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 5,87 5,55 4,98 5,68 5,14Sumatera Utara 7,16 6,17 5,15 4,93 5,91Sumatera Barat 5,01 5,40 4,86 5,49 4,97Riau 7,29 9,39 5,69 4,89 4,27Jambi 10,81 6,14 8,24 8,38 8,59Sumatera Selatan 8,92 10,85 8,70 8,91 6,01Bengkulu 10,12 6,57 8,87 5,11 8,52Lampung 6,53 8,10 8,56 8,38 10,71Kepulauan Bangka Belitung 5,76 7,59 6,02 3,54 9,35Kepulauan Riau 15,00 10,46 19,64 15,06 8,88DKI Jakarta 12,39 9,13 6,74 7,63 8,82Jawa Barat 7,48 7,46 7,39 6,98 6,62Jawa Tengah 11,11 12,88 11,83 11,84 12,61DI Yogyakarta 3,81 5,18 8,43 7,03 8,68Jawa Timur 13,51 12,17 12,91 13,31 12,09Banten 7,48 8,03 7,05 6,83 9,33Bali 16,85 13,25 13,36 12,94 10,49Nusa Tenggara Barat 32,04 37,68 34,01 34,09 38,65Nusa Tenggara Timur 17,66 18,98 18,17 19,98 20,60Kalimantan Barat 12,75 9,97 12,15 11,65 11,80Kalimantan Tengah 6,72 6,45 8,45 10,58 8,08Kalimantan Selatan 7,79 7,65 6,50 6,69 6,89Kalimantan Timur 9,08 7,81 8,19 8,20 7,53Kalimantan Utara - - - - 13,37Sulawesi Utara 10,55 11,85 9,09 10,75 11,03Sulawesi Tengah 7,63 7,08 4,69 4,63 8,89Sulawesi Selatan 10,94 10,34 10,53 11,30 11,08Sulawesi Tenggara 18,21 17,22 15,08 18,74 16,30Gorontalo 12,36 8,86 10,30 9,23 16,58Sulawesi Barat 8,50 10,20 7,38 8,09 11,26Maluku 10,24 12,60 8,61 11,38 9,32Maluku Utara 9,59 9,96 6,42 6,20 9,54Papua Barat 13,16 8,27 9,68 8,14 17,97Papua 14,81 14,17 9,81 11,90 9,57

10,82 10,76 10,32 10,40 10,53

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 94,81 94,96 94,18 94,36 94,34Sumatera Utara 94,98 94,99 94,87 94,51 94,90Sumatera Barat 94,52 95,05 94,30 95,42 94,54Riau 95,49 96,11 94,71 94,23 94,01Jambi 95,39 95,04 94,69 95,55 95,34Sumatera Selatan 95,77 96,00 94,98 95,50 95,84Bengkulu 94,51 95,16 94,77 94,28 95,69Lampung 95,76 95,45 95,77 95,35 95,90Kepulauan Bangka Belitung 93,09 92,69 93,02 92,39 93,77Kepulauan Riau 89,80 91,80 90,35 91,60 90,65DKI Jakarta 92,26 90,87 90,80 90,58 90,90Jawa Barat 95,10 94,76 94,24 94,17 93,82Jawa Tengah 94,61 94,71 94,59 94,29 94,32DI Yogyakarta 86,96 87,58 87,94 86,44 86,38Jawa Timur 94,08 93,93 93,61 93,36 93,00Banten 94,86 95,30 94,21 94,64 94,70Bali 92,16 92,44 91,99 91,64 92,54Nusa Tenggara Barat 94,93 94,04 93,79 93,75 94,08Nusa Tenggara Timur 91,42 91,94 91,51 91,85 91,75Kalimantan Barat 94,18 94,10 93,75 93,34 93,60Kalimantan Tengah 93,49 93,25 92,85 92,47 93,21Kalimantan Selatan 92,92 93,03 93,14 93,03 92,47Kalimantan Timur 93,00 92,77 92,10 91,76 92,52Kalimantan Utara - - - - 93,24Sulawesi Utara 93,08 93,19 92,94 92,57 92,65Sulawesi Tengah 92,85 93,08 93,17 92,95 93,49Sulawesi Selatan 92,69 92,56 92,72 92,41 92,58Sulawesi Tenggara 93,81 94,40 93,75 93,03 93,18Gorontalo 95,93 95,70 96,20 95,80 94,97Sulawesi Barat 92,58 93,80 93,67 93,71 92,91Maluku 92,88 92,76 91,14 91,35 92,56Maluku Utara 93,94 93,95 93,07 92,18 93,06Papua Barat 91,35 90,65 90,10 89,74 91,52Papua 92,19 92,61 91,44 91,40 92,65

94,18 94,12 93,73 93,59 93,60

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Kawin menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015244

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 12,80 11,85 13,89 11,38 13,37Sumatera Utara 10,70 10,22 10,07 11,29 11,78Sumatera Barat 17,97 21,51 19,48 20,94 21,74Riau 16,38 15,49 13,22 13,85 15,49Jambi 12,96 14,97 14,39 15,47 14,84Sumatera Selatan 14,07 12,12 10,65 11,34 15,26Bengkulu 15,58 14,76 14,14 13,82 13,37Lampung 15,05 11,70 9,59 11,36 13,99Kepulauan Bangka Belitung 14,06 17,06 17,46 16,49 15,36Kepulauan Riau 10,73 17,90 12,97 13,04 14,83DKI Jakarta 12,82 12,21 15,39 13,94 12,61Jawa Barat 16,95 17,30 17,65 16,68 18,18Jawa Tengah 12,12 12,39 11,56 10,90 11,28DI Yogyakarta 10,92 9,88 8,63 8,50 8,88Jawa Timur 11,74 12,17 11,98 11,40 13,39Banten 15,87 15,30 16,35 15,60 20,61Bali 7,73 9,11 6,11 8,63 8,55Nusa Tenggara Barat 18,40 15,03 16,79 15,70 15,60Nusa Tenggara Timur 8,31 8,56 8,74 7,34 9,35Kalimantan Barat 10,73 12,18 9,60 11,31 12,54Kalimantan Tengah 16,33 14,25 12,15 14,77 17,40Kalimantan Selatan 16,11 13,37 12,37 14,55 19,68Kalimantan Timur 15,47 19,72 15,30 19,50 13,08Kalimantan Utara - - - - 14,46Sulawesi Utara 12,10 16,09 12,56 9,87 13,53Sulawesi Tengah 15,31 16,14 16,86 17,63 16,71Sulawesi Selatan 12,84 11,93 12,91 13,60 11,58Sulawesi Tenggara 11,70 13,97 12,61 14,82 11,84Gorontalo 14,94 14,51 15,45 13,32 15,32Sulawesi Barat 19,00 15,80 15,82 14,47 17,89Maluku 12,06 9,09 11,81 8,37 11,66Maluku Utara 15,16 13,40 11,02 13,45 14,77Papua Barat 15,91 13,01 15,15 14,16 11,96Papua 11,50 11,98 12,35 12,01 10,66

13,53 13,56 13,40 13,12 14,27

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Hidup menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 0,63 0,65 0,93 0,83 0,96Sumatera Utara 0,67 0,75 0,72 0,79 0,90Sumatera Barat 0,91 0,72 0,97 0,90 0,83Riau 0,75 0,66 0,75 0,60 0,70Jambi 0,58 0,76 0,56 0,67 0,80Sumatera Selatan 0,52 0,69 0,71 0,77 0,76Bengkulu 0,65 0,63 0,74 0,65 0,88Lampung 0,70 0,82 0,94 0,81 0,76Kepulauan Bangka Belitung 1,53 1,42 1,25 1,54 1,51Kepulauan Riau 0,66 0,52 0,99 1,32 1,06DKI Jakarta 1,09 1,41 1,14 1,34 1,08Jawa Barat 1,14 1,27 1,54 1,39 1,38Jawa Tengah 0,75 0,84 0,73 0,80 0,92DI Yogyakarta 1,19 1,00 0,58 0,53 0,80Jawa Timur 0,99 0,93 1,12 1,17 1,30Banten 0,86 0,57 1,12 1,00 1,38Bali 0,92 1,00 0,71 0,57 0,99Nusa Tenggara Barat 1,35 1,39 1,62 1,57 1,45Nusa Tenggara Timur 0,59 0,59 0,60 0,84 0,72Kalimantan Barat 0,61 0,87 0,83 0,89 1,11Kalimantan Tengah 1,16 1,19 1,14 1,58 1,14Kalimantan Selatan 1,47 1,68 1,54 1,54 1,76Kalimantan Timur 1,19 1,20 1,66 1,73 2,01Kalimantan Utara - - - - 2,03Sulawesi Utara 1,04 0,83 1,31 0,96 1,23Sulawesi Tengah 1,52 1,42 1,66 1,41 1,24Sulawesi Selatan 1,18 1,18 1,15 1,15 1,55Sulawesi Tenggara 0,93 0,92 1,11 1,26 0,95Gorontalo 0,72 1,31 1,23 0,93 0,97Sulawesi Barat 1,55 1,48 1,44 1,04 1,50Maluku 0,69 0,89 1,30 1,08 0,89Maluku Utara 0,78 0,68 1,20 0,83 1,01Papua Barat 1,44 1,24 1,43 1,46 1,26Papua 1,13 1,28 1,21 1,16 1,00

0,95 0,99 1,09 1,08 1,15

Tabel 3.2.5. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Hidup menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 245

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 12,80 11,85 13,89 11,38 13,37Sumatera Utara 10,70 10,22 10,07 11,29 11,78Sumatera Barat 17,97 21,51 19,48 20,94 21,74Riau 16,38 15,49 13,22 13,85 15,49Jambi 12,96 14,97 14,39 15,47 14,84Sumatera Selatan 14,07 12,12 10,65 11,34 15,26Bengkulu 15,58 14,76 14,14 13,82 13,37Lampung 15,05 11,70 9,59 11,36 13,99Kepulauan Bangka Belitung 14,06 17,06 17,46 16,49 15,36Kepulauan Riau 10,73 17,90 12,97 13,04 14,83DKI Jakarta 12,82 12,21 15,39 13,94 12,61Jawa Barat 16,95 17,30 17,65 16,68 18,18Jawa Tengah 12,12 12,39 11,56 10,90 11,28DI Yogyakarta 10,92 9,88 8,63 8,50 8,88Jawa Timur 11,74 12,17 11,98 11,40 13,39Banten 15,87 15,30 16,35 15,60 20,61Bali 7,73 9,11 6,11 8,63 8,55Nusa Tenggara Barat 18,40 15,03 16,79 15,70 15,60Nusa Tenggara Timur 8,31 8,56 8,74 7,34 9,35Kalimantan Barat 10,73 12,18 9,60 11,31 12,54Kalimantan Tengah 16,33 14,25 12,15 14,77 17,40Kalimantan Selatan 16,11 13,37 12,37 14,55 19,68Kalimantan Timur 15,47 19,72 15,30 19,50 13,08Kalimantan Utara - - - - 14,46Sulawesi Utara 12,10 16,09 12,56 9,87 13,53Sulawesi Tengah 15,31 16,14 16,86 17,63 16,71Sulawesi Selatan 12,84 11,93 12,91 13,60 11,58Sulawesi Tenggara 11,70 13,97 12,61 14,82 11,84Gorontalo 14,94 14,51 15,45 13,32 15,32Sulawesi Barat 19,00 15,80 15,82 14,47 17,89Maluku 12,06 9,09 11,81 8,37 11,66Maluku Utara 15,16 13,40 11,02 13,45 14,77Papua Barat 15,91 13,01 15,15 14,16 11,96Papua 11,50 11,98 12,35 12,01 10,66

13,53 13,56 13,40 13,12 14,27

Tabel 3.2.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Hidup menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 0,63 0,65 0,93 0,83 0,96Sumatera Utara 0,67 0,75 0,72 0,79 0,90Sumatera Barat 0,91 0,72 0,97 0,90 0,83Riau 0,75 0,66 0,75 0,60 0,70Jambi 0,58 0,76 0,56 0,67 0,80Sumatera Selatan 0,52 0,69 0,71 0,77 0,76Bengkulu 0,65 0,63 0,74 0,65 0,88Lampung 0,70 0,82 0,94 0,81 0,76Kepulauan Bangka Belitung 1,53 1,42 1,25 1,54 1,51Kepulauan Riau 0,66 0,52 0,99 1,32 1,06DKI Jakarta 1,09 1,41 1,14 1,34 1,08Jawa Barat 1,14 1,27 1,54 1,39 1,38Jawa Tengah 0,75 0,84 0,73 0,80 0,92DI Yogyakarta 1,19 1,00 0,58 0,53 0,80Jawa Timur 0,99 0,93 1,12 1,17 1,30Banten 0,86 0,57 1,12 1,00 1,38Bali 0,92 1,00 0,71 0,57 0,99Nusa Tenggara Barat 1,35 1,39 1,62 1,57 1,45Nusa Tenggara Timur 0,59 0,59 0,60 0,84 0,72Kalimantan Barat 0,61 0,87 0,83 0,89 1,11Kalimantan Tengah 1,16 1,19 1,14 1,58 1,14Kalimantan Selatan 1,47 1,68 1,54 1,54 1,76Kalimantan Timur 1,19 1,20 1,66 1,73 2,01Kalimantan Utara - - - - 2,03Sulawesi Utara 1,04 0,83 1,31 0,96 1,23Sulawesi Tengah 1,52 1,42 1,66 1,41 1,24Sulawesi Selatan 1,18 1,18 1,15 1,15 1,55Sulawesi Tenggara 0,93 0,92 1,11 1,26 0,95Gorontalo 0,72 1,31 1,23 0,93 0,97Sulawesi Barat 1,55 1,48 1,44 1,04 1,50Maluku 0,69 0,89 1,30 1,08 0,89Maluku Utara 0,78 0,68 1,20 0,83 1,01Papua Barat 1,44 1,24 1,43 1,46 1,26Papua 1,13 1,28 1,21 1,16 1,00

0,95 0,99 1,09 1,08 1,15

Tabel 3.2.5. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Hidup menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015246

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 75,56 75,79 76,30 76,40 75,49Sumatera Utara 76,17 79,04 78,69 78,58 77,64Sumatera Barat 67,21 63,00 68,17 67,04 64,84Riau 66,54 65,84 71,30 67,08 67,69Jambi 71,21 73,77 72,96 74,02 71,61Sumatera Selatan 70,26 70,17 75,07 75,02 73,25Bengkulu 66,89 66,26 68,43 67,57 70,79Lampung 73,27 73,96 80,63 76,51 73,26Kepulauan Bangka Belitung 71,64 67,48 71,85 74,24 70,79Kepulauan Riau 33,38 45,17 36,42 39,18 41,08DKI Jakarta 58,79 66,50 66,27 66,63 62,84Jawa Barat 70,33 70,49 69,91 71,17 69,54Jawa Tengah 71,93 69,40 72,10 71,67 72,29DI Yogyakarta 56,40 58,95 54,46 54,25 57,68Jawa Timur 70,03 70,75 70,01 70,06 69,80Banten 65,52 68,66 70,76 71,06 66,23Bali 46,83 52,39 55,16 53,79 52,39Nusa Tenggara Barat 43,45 41,30 44,46 44,00 39,94Nusa Tenggara Timur 60,54 59,63 62,72 60,93 58,44Kalimantan Barat 69,37 72,02 73,25 69,52 68,79Kalimantan Tengah 64,70 68,51 69,82 64,37 67,35Kalimantan Selatan 69,52 69,00 71,86 68,24 64,73Kalimantan Timur 64,39 63,05 64,41 63,63 67,49Kalimantan Utara - - - - 67,59Sulawesi Utara 65,28 60,44 64,71 67,70 64,52Sulawesi Tengah 64,32 65,13 68,50 67,08 64,10Sulawesi Selatan 60,37 62,40 63,98 61,10 64,46Sulawesi Tenggara 58,37 57,10 60,26 55,29 57,79Gorontalo 60,40 68,12 66,71 65,95 55,33Sulawesi Barat 59,79 61,37 69,15 66,39 60,43Maluku 59,81 66,36 64,54 70,06 62,88Maluku Utara 65,25 66,28 74,44 69,02 65,13Papua Barat 60,39 68,36 69,75 68,80 60,21Papua 66,50 67,36 68,58 66,98 74,15

67,57 68,15 69,16 68,80 67,93

Tabel 3.2.6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Mati menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 1,80 1,93 2,26 2,53 2,67Sumatera Utara 2,92 2,75 3,04 3,24 3,14Sumatera Barat 1,70 2,42 2,62 2,20 2,43Riau 1,42 1,35 1,85 2,14 2,55Jambi 2,05 2,43 2,76 2,28 2,40Sumatera Selatan 1,82 2,03 2,50 2,25 2,49Bengkulu 2,38 2,58 2,10 2,58 2,36Lampung 1,78 2,38 2,13 2,69 2,32Kepulauan Bangka Belitung 2,02 3,13 2,86 3,48 2,85Kepulauan Riau 1,23 2,04 1,37 1,43 1,49DKI Jakarta 1,95 2,96 3,21 3,28 3,00Jawa Barat 2,00 2,37 2,59 2,51 2,98Jawa Tengah 2,91 3,04 3,25 3,24 3,39DI Yogyakarta 2,84 3,56 3,46 3,83 3,64Jawa Timur 2,96 3,26 3,54 3,51 3,92Banten 1,72 1,79 2,10 2,24 2,28Bali 2,03 2,02 2,27 2,16 2,12Nusa Tenggara Barat 2,10 2,69 2,84 2,49 2,68Nusa Tenggara Timur 4,12 4,14 4,52 3,88 4,24Kalimantan Barat 2,82 2,87 3,50 3,17 3,29Kalimantan Tengah 2,23 2,62 2,61 2,25 2,80Kalimantan Selatan 2,38 2,16 2,13 1,96 2,89Kalimantan Timur 1,86 2,60 2,38 2,63 3,31Kalimantan Utara - - - - 2,80Sulawesi Utara 3,29 3,36 3,62 3,88 3,93Sulawesi Tengah 2,92 3,11 2,72 3,03 3,36Sulawesi Selatan 3,34 3,31 3,31 3,79 3,67Sulawesi Tenggara 2,45 1,97 2,26 2,61 2,85Gorontalo 1,92 1,85 1,94 1,94 3,00Sulawesi Barat 2,99 2,57 3,01 2,50 3,81Maluku 3,34 3,72 4,66 4,81 3,88Maluku Utara 2,85 3,33 3,18 4,15 3,45Papua Barat 3,32 3,33 4,22 4,00 3,15Papua 3,34 3,50 4,07 4,11 3,92

2,45 2,71 2,92 2,94 3,14

(1)

Indonesia

Tabel 3.2.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Mati menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 247

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 75,56 75,79 76,30 76,40 75,49Sumatera Utara 76,17 79,04 78,69 78,58 77,64Sumatera Barat 67,21 63,00 68,17 67,04 64,84Riau 66,54 65,84 71,30 67,08 67,69Jambi 71,21 73,77 72,96 74,02 71,61Sumatera Selatan 70,26 70,17 75,07 75,02 73,25Bengkulu 66,89 66,26 68,43 67,57 70,79Lampung 73,27 73,96 80,63 76,51 73,26Kepulauan Bangka Belitung 71,64 67,48 71,85 74,24 70,79Kepulauan Riau 33,38 45,17 36,42 39,18 41,08DKI Jakarta 58,79 66,50 66,27 66,63 62,84Jawa Barat 70,33 70,49 69,91 71,17 69,54Jawa Tengah 71,93 69,40 72,10 71,67 72,29DI Yogyakarta 56,40 58,95 54,46 54,25 57,68Jawa Timur 70,03 70,75 70,01 70,06 69,80Banten 65,52 68,66 70,76 71,06 66,23Bali 46,83 52,39 55,16 53,79 52,39Nusa Tenggara Barat 43,45 41,30 44,46 44,00 39,94Nusa Tenggara Timur 60,54 59,63 62,72 60,93 58,44Kalimantan Barat 69,37 72,02 73,25 69,52 68,79Kalimantan Tengah 64,70 68,51 69,82 64,37 67,35Kalimantan Selatan 69,52 69,00 71,86 68,24 64,73Kalimantan Timur 64,39 63,05 64,41 63,63 67,49Kalimantan Utara - - - - 67,59Sulawesi Utara 65,28 60,44 64,71 67,70 64,52Sulawesi Tengah 64,32 65,13 68,50 67,08 64,10Sulawesi Selatan 60,37 62,40 63,98 61,10 64,46Sulawesi Tenggara 58,37 57,10 60,26 55,29 57,79Gorontalo 60,40 68,12 66,71 65,95 55,33Sulawesi Barat 59,79 61,37 69,15 66,39 60,43Maluku 59,81 66,36 64,54 70,06 62,88Maluku Utara 65,25 66,28 74,44 69,02 65,13Papua Barat 60,39 68,36 69,75 68,80 60,21Papua 66,50 67,36 68,58 66,98 74,15

67,57 68,15 69,16 68,80 67,93

Tabel 3.2.6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Mati menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 1,80 1,93 2,26 2,53 2,67Sumatera Utara 2,92 2,75 3,04 3,24 3,14Sumatera Barat 1,70 2,42 2,62 2,20 2,43Riau 1,42 1,35 1,85 2,14 2,55Jambi 2,05 2,43 2,76 2,28 2,40Sumatera Selatan 1,82 2,03 2,50 2,25 2,49Bengkulu 2,38 2,58 2,10 2,58 2,36Lampung 1,78 2,38 2,13 2,69 2,32Kepulauan Bangka Belitung 2,02 3,13 2,86 3,48 2,85Kepulauan Riau 1,23 2,04 1,37 1,43 1,49DKI Jakarta 1,95 2,96 3,21 3,28 3,00Jawa Barat 2,00 2,37 2,59 2,51 2,98Jawa Tengah 2,91 3,04 3,25 3,24 3,39DI Yogyakarta 2,84 3,56 3,46 3,83 3,64Jawa Timur 2,96 3,26 3,54 3,51 3,92Banten 1,72 1,79 2,10 2,24 2,28Bali 2,03 2,02 2,27 2,16 2,12Nusa Tenggara Barat 2,10 2,69 2,84 2,49 2,68Nusa Tenggara Timur 4,12 4,14 4,52 3,88 4,24Kalimantan Barat 2,82 2,87 3,50 3,17 3,29Kalimantan Tengah 2,23 2,62 2,61 2,25 2,80Kalimantan Selatan 2,38 2,16 2,13 1,96 2,89Kalimantan Timur 1,86 2,60 2,38 2,63 3,31Kalimantan Utara - - - - 2,80Sulawesi Utara 3,29 3,36 3,62 3,88 3,93Sulawesi Tengah 2,92 3,11 2,72 3,03 3,36Sulawesi Selatan 3,34 3,31 3,31 3,79 3,67Sulawesi Tenggara 2,45 1,97 2,26 2,61 2,85Gorontalo 1,92 1,85 1,94 1,94 3,00Sulawesi Barat 2,99 2,57 3,01 2,50 3,81Maluku 3,34 3,72 4,66 4,81 3,88Maluku Utara 2,85 3,33 3,18 4,15 3,45Papua Barat 3,32 3,33 4,22 4,00 3,15Papua 3,34 3,50 4,07 4,11 3,92

2,45 2,71 2,92 2,94 3,14

(1)

Indonesia

Tabel 3.2.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Cerai Mati menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015248

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 19,04 16,97 16,92 13,82 16,06Sumatera Utara 9,09 8,81 6,33 6,85 9,09Sumatera Barat 8,85 7,98 7,19 7,31 8,64Riau 15,39 13,18 9,20 12,61 11,51Jambi 21,18 18,65 17,07 17,61 15,66Sumatera Selatan 15,21 15,27 11,73 10,94 9,59Bengkulu 22,81 17,93 18,00 14,01 21,40Lampung 22,89 22,48 19,05 16,50 19,97Kepulauan Bangka Belitung 20,48 21,57 17,27 16,67 17,13Kepulauan Riau 6,48 10,52 8,28 8,74 8,58DKI Jakarta 9,14 7,64 4,97 5,27 5,66Jawa Barat 18,39 16,87 16,75 16,04 16,73Jawa Tengah 29,06 28,28 26,92 25,12 25,63DI Yogyakarta 23,99 23,68 22,29 18,20 22,07Jawa Timur 33,30 31,11 27,48 27,18 27,07Banten 23,91 19,93 23,03 21,01 21,00Bali 25,44 25,08 26,66 25,07 24,29Nusa Tenggara Barat 39,65 35,09 32,41 30,31 32,41Nusa Tenggara Timur 24,28 21,92 22,41 19,28 18,91Kalimantan Barat 33,93 35,50 32,37 25,08 31,19Kalimantan Tengah 13,02 11,03 10,28 11,10 12,98Kalimantan Selatan 15,36 14,48 14,49 12,39 12,49Kalimantan Timur 15,47 11,98 11,55 10,78 12,14Kalimantan Utara - - - - 15,92Sulawesi Utara 0,82 1,49 1,26 1,00 2,11Sulawesi Tengah 13,82 10,18 9,14 6,99 8,46Sulawesi Selatan 27,04 22,84 22,41 22,74 22,34Sulawesi Tenggara 27,91 24,75 21,43 20,26 20,19Gorontalo 4,93 4,10 2,06 1,95 0,96Sulawesi Barat 28,54 26,12 26,96 24,62 26,04Maluku 6,24 8,06 4,31 5,31 7,99Maluku Utara 11,82 6,36 6,86 5,89 10,21Papua Barat 18,08 14,87 18,34 15,14 17,15Papua 41,90 39,42 42,11 36,06 47,58

23,43 21,74 20,09 19,03 19,81

Tabel 3.3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,74 2,78 2,45 1,81 2,81Sumatera Utara 1,66 1,53 1,30 1,33 1,79Sumatera Barat 1,45 1,53 1,37 1,31 1,96Riau 1,92 1,66 1,40 1,48 1,77Jambi 2,77 2,68 2,00 2,11 2,67Sumatera Selatan 2,11 1,60 1,79 1,62 1,80Bengkulu 2,50 2,13 1,51 1,41 2,82Lampung 2,98 2,53 2,55 2,13 2,31Kepulauan Bangka Belitung 3,39 3,79 3,16 2,26 3,62Kepulauan Riau 2,61 1,69 1,71 2,39 2,96DKI Jakarta 0,81 0,52 0,56 0,68 0,78Jawa Barat 3,03 2,99 2,70 2,80 2,94Jawa Tengah 5,91 5,37 4,81 4,36 5,09DI Yogyakarta 4,13 4,07 3,46 3,61 3,42Jawa Timur 7,36 6,80 6,33 5,77 7,51Banten 3,65 2,81 3,11 2,64 3,46Bali 4,47 4,60 3,58 3,70 3,97Nusa Tenggara Barat 13,72 12,65 12,44 9,46 12,77Nusa Tenggara Timur 8,41 8,13 7,61 6,93 8,91Kalimantan Barat 7,30 5,91 6,53 6,31 7,42Kalimantan Tengah 2,02 1,52 1,28 1,32 2,28Kalimantan Selatan 2,51 1,98 1,49 1,75 2,46Kalimantan Timur 2,36 2,39 2,11 1,88 1,94Kalimantan Utara - - - - 4,49Sulawesi Utara 0,46 0,64 0,35 0,26 0,61Sulawesi Tengah 2,71 3,26 2,53 2,28 3,18Sulawesi Selatan 9,21 8,76 8,08 7,87 9,53Sulawesi Tenggara 5,28 5,57 3,70 3,46 5,09Gorontalo 1,27 2,43 1,58 1,42 1,46Sulawesi Barat 6,90 6,25 6,34 6,55 7,96Maluku 2,82 2,11 1,60 1,48 1,65Maluku Utara 2,38 2,07 1,81 1,48 1,44Papua Barat 5,01 4,25 3,85 2,92 5,24Papua 34,47 33,46 34,20 31,49 34,33

4,87 4,52 4,20 3,90 4,69

(1)

Indonesia

Tabel 3.3.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 249

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 19,04 16,97 16,92 13,82 16,06Sumatera Utara 9,09 8,81 6,33 6,85 9,09Sumatera Barat 8,85 7,98 7,19 7,31 8,64Riau 15,39 13,18 9,20 12,61 11,51Jambi 21,18 18,65 17,07 17,61 15,66Sumatera Selatan 15,21 15,27 11,73 10,94 9,59Bengkulu 22,81 17,93 18,00 14,01 21,40Lampung 22,89 22,48 19,05 16,50 19,97Kepulauan Bangka Belitung 20,48 21,57 17,27 16,67 17,13Kepulauan Riau 6,48 10,52 8,28 8,74 8,58DKI Jakarta 9,14 7,64 4,97 5,27 5,66Jawa Barat 18,39 16,87 16,75 16,04 16,73Jawa Tengah 29,06 28,28 26,92 25,12 25,63DI Yogyakarta 23,99 23,68 22,29 18,20 22,07Jawa Timur 33,30 31,11 27,48 27,18 27,07Banten 23,91 19,93 23,03 21,01 21,00Bali 25,44 25,08 26,66 25,07 24,29Nusa Tenggara Barat 39,65 35,09 32,41 30,31 32,41Nusa Tenggara Timur 24,28 21,92 22,41 19,28 18,91Kalimantan Barat 33,93 35,50 32,37 25,08 31,19Kalimantan Tengah 13,02 11,03 10,28 11,10 12,98Kalimantan Selatan 15,36 14,48 14,49 12,39 12,49Kalimantan Timur 15,47 11,98 11,55 10,78 12,14Kalimantan Utara - - - - 15,92Sulawesi Utara 0,82 1,49 1,26 1,00 2,11Sulawesi Tengah 13,82 10,18 9,14 6,99 8,46Sulawesi Selatan 27,04 22,84 22,41 22,74 22,34Sulawesi Tenggara 27,91 24,75 21,43 20,26 20,19Gorontalo 4,93 4,10 2,06 1,95 0,96Sulawesi Barat 28,54 26,12 26,96 24,62 26,04Maluku 6,24 8,06 4,31 5,31 7,99Maluku Utara 11,82 6,36 6,86 5,89 10,21Papua Barat 18,08 14,87 18,34 15,14 17,15Papua 41,90 39,42 42,11 36,06 47,58

23,43 21,74 20,09 19,03 19,81

Tabel 3.3.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,74 2,78 2,45 1,81 2,81Sumatera Utara 1,66 1,53 1,30 1,33 1,79Sumatera Barat 1,45 1,53 1,37 1,31 1,96Riau 1,92 1,66 1,40 1,48 1,77Jambi 2,77 2,68 2,00 2,11 2,67Sumatera Selatan 2,11 1,60 1,79 1,62 1,80Bengkulu 2,50 2,13 1,51 1,41 2,82Lampung 2,98 2,53 2,55 2,13 2,31Kepulauan Bangka Belitung 3,39 3,79 3,16 2,26 3,62Kepulauan Riau 2,61 1,69 1,71 2,39 2,96DKI Jakarta 0,81 0,52 0,56 0,68 0,78Jawa Barat 3,03 2,99 2,70 2,80 2,94Jawa Tengah 5,91 5,37 4,81 4,36 5,09DI Yogyakarta 4,13 4,07 3,46 3,61 3,42Jawa Timur 7,36 6,80 6,33 5,77 7,51Banten 3,65 2,81 3,11 2,64 3,46Bali 4,47 4,60 3,58 3,70 3,97Nusa Tenggara Barat 13,72 12,65 12,44 9,46 12,77Nusa Tenggara Timur 8,41 8,13 7,61 6,93 8,91Kalimantan Barat 7,30 5,91 6,53 6,31 7,42Kalimantan Tengah 2,02 1,52 1,28 1,32 2,28Kalimantan Selatan 2,51 1,98 1,49 1,75 2,46Kalimantan Timur 2,36 2,39 2,11 1,88 1,94Kalimantan Utara - - - - 4,49Sulawesi Utara 0,46 0,64 0,35 0,26 0,61Sulawesi Tengah 2,71 3,26 2,53 2,28 3,18Sulawesi Selatan 9,21 8,76 8,08 7,87 9,53Sulawesi Tenggara 5,28 5,57 3,70 3,46 5,09Gorontalo 1,27 2,43 1,58 1,42 1,46Sulawesi Barat 6,90 6,25 6,34 6,55 7,96Maluku 2,82 2,11 1,60 1,48 1,65Maluku Utara 2,38 2,07 1,81 1,48 1,44Papua Barat 5,01 4,25 3,85 2,92 5,24Papua 34,47 33,46 34,20 31,49 34,33

4,87 4,52 4,20 3,90 4,69

(1)

Indonesia

Tabel 3.3.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015250

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,12 2,07 2,08 3,01 2,80Sumatera Utara 1,59 1,56 1,97 1,58 1,12Sumatera Barat 6,37 6,57 5,43 4,55 5,95Riau 2,94 4,58 4,00 4,89 6,74Jambi 2,85 2,95 2,37 0,85 2,10Sumatera Selatan 3,19 2,74 1,95 1,58 1,74Bengkulu 3,42 6,79 7,07 10,82 3,74Lampung 2,92 4,05 0,57 2,07 1,14Kepulauan Bangka Belitung 1,15 1,37 1,49 0,82 0,24Kepulauan Riau 1,12 1,96 2,13 0,44 2,58DKI Jakarta 2,24 1,93 1,54 1,19 2,56Jawa Barat 1,45 1,49 1,85 1,89 2,33Jawa Tengah 1,53 2,49 2,01 2,96 1,74DI Yogyakarta 22,02 20,77 20,82 23,66 17,38Jawa Timur 1,39 1,60 2,01 2,15 2,32Banten 0,46 0,52 0,68 0,54 0,29Bali 7,89 6,99 7,02 7,83 5,49Nusa Tenggara Barat 2,89 2,89 2,65 4,25 3,72Nusa Tenggara Timur 4,80 4,97 3,65 4,67 4,25Kalimantan Barat 3,21 2,13 0,98 2,83 3,39Kalimantan Tengah 5,53 4,39 4,19 5,29 4,68Kalimantan Selatan 1,99 6,46 6,20 5,77 4,03Kalimantan Timur 5,80 2,65 7,92 4,70 5,40Kalimantan Utara - - - - 2,10Sulawesi Utara 5,53 5,72 6,18 6,83 6,06Sulawesi Tengah 5,20 4,06 3,39 4,97 3,65Sulawesi Selatan 5,06 4,35 3,81 5,00 2,43Sulawesi Tenggara 6,24 6,94 10,10 8,56 11,34Gorontalo 4,89 3,20 2,27 6,24 5,93Sulawesi Barat 3,50 3,48 1,65 2,86 1,27Maluku 9,73 3,89 5,22 3,42 9,24Maluku Utara 4,43 4,70 3,44 7,00 9,01Papua Barat 4,68 3,07 3,01 3,68 5,12Papua 2,25 1,60 1,52 2,30 0,92

2,74 2,92 2,86 3,27 2,93

Tabel 3.3.3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Masih Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 0,85 0,95 0,84 1,21 0,77Sumatera Utara 0,67 0,42 0,60 0,78 0,43Sumatera Barat 1,54 1,08 1,55 1,12 1,21Riau 1,13 0,67 1,06 1,49 1,13Jambi 1,10 0,67 0,46 0,66 0,33Sumatera Selatan 1,05 0,48 0,81 0,71 0,26Bengkulu 1,49 1,02 1,15 1,52 0,64Lampung 0,67 0,52 0,51 0,44 0,14Kepulauan Bangka Belitung 1,18 0,59 0,69 0,46 0,13Kepulauan Riau 0,66 1,27 0,81 1,17 0,63DKI Jakarta 0,33 0,67 0,60 0,52 0,48Jawa Barat 0,64 0,48 0,57 0,70 0,56Jawa Tengah 0,68 0,52 0,55 0,87 0,39DI Yogyakarta 6,99 5,63 6,85 7,43 6,66Jawa Timur 0,49 0,55 0,60 0,70 0,47Banten 0,43 0,34 0,39 0,51 0,37Bali 1,08 1,42 1,28 1,39 0,97Nusa Tenggara Barat 1,52 1,38 1,27 1,95 1,19Nusa Tenggara Timur 1,75 1,37 1,48 1,63 1,08Kalimantan Barat 0,98 0,72 0,43 0,82 0,60Kalimantan Tengah 1,02 0,87 0,83 1,09 0,95Kalimantan Selatan 1,26 1,35 1,17 1,39 1,22Kalimantan Timur 0,75 0,58 0,51 1,02 0,70Kalimantan Utara - - - - 0,65Sulawesi Utara 1,32 1,18 0,90 1,48 0,98Sulawesi Tengah 1,76 1,45 1,68 1,53 0,80Sulawesi Selatan 1,87 1,48 1,15 1,27 1,05Sulawesi Tenggara 2,24 2,21 2,61 2,41 2,42Gorontalo 1,62 0,74 0,62 1,60 1,00Sulawesi Barat 1,76 1,56 0,83 1,03 0,35Maluku 1,67 1,13 1,37 1,55 1,26Maluku Utara 0,99 0,99 1,24 1,72 1,37Papua Barat 1,57 2,41 2,06 1,88 1,46Papua 0,86 0,63 0,63 0,92 0,49

0,92 0,77 0,82 1,00 0,70

Tabel 3.3.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Masih Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 251

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,12 2,07 2,08 3,01 2,80Sumatera Utara 1,59 1,56 1,97 1,58 1,12Sumatera Barat 6,37 6,57 5,43 4,55 5,95Riau 2,94 4,58 4,00 4,89 6,74Jambi 2,85 2,95 2,37 0,85 2,10Sumatera Selatan 3,19 2,74 1,95 1,58 1,74Bengkulu 3,42 6,79 7,07 10,82 3,74Lampung 2,92 4,05 0,57 2,07 1,14Kepulauan Bangka Belitung 1,15 1,37 1,49 0,82 0,24Kepulauan Riau 1,12 1,96 2,13 0,44 2,58DKI Jakarta 2,24 1,93 1,54 1,19 2,56Jawa Barat 1,45 1,49 1,85 1,89 2,33Jawa Tengah 1,53 2,49 2,01 2,96 1,74DI Yogyakarta 22,02 20,77 20,82 23,66 17,38Jawa Timur 1,39 1,60 2,01 2,15 2,32Banten 0,46 0,52 0,68 0,54 0,29Bali 7,89 6,99 7,02 7,83 5,49Nusa Tenggara Barat 2,89 2,89 2,65 4,25 3,72Nusa Tenggara Timur 4,80 4,97 3,65 4,67 4,25Kalimantan Barat 3,21 2,13 0,98 2,83 3,39Kalimantan Tengah 5,53 4,39 4,19 5,29 4,68Kalimantan Selatan 1,99 6,46 6,20 5,77 4,03Kalimantan Timur 5,80 2,65 7,92 4,70 5,40Kalimantan Utara - - - - 2,10Sulawesi Utara 5,53 5,72 6,18 6,83 6,06Sulawesi Tengah 5,20 4,06 3,39 4,97 3,65Sulawesi Selatan 5,06 4,35 3,81 5,00 2,43Sulawesi Tenggara 6,24 6,94 10,10 8,56 11,34Gorontalo 4,89 3,20 2,27 6,24 5,93Sulawesi Barat 3,50 3,48 1,65 2,86 1,27Maluku 9,73 3,89 5,22 3,42 9,24Maluku Utara 4,43 4,70 3,44 7,00 9,01Papua Barat 4,68 3,07 3,01 3,68 5,12Papua 2,25 1,60 1,52 2,30 0,92

2,74 2,92 2,86 3,27 2,93

Tabel 3.3.3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Masih Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 0,85 0,95 0,84 1,21 0,77Sumatera Utara 0,67 0,42 0,60 0,78 0,43Sumatera Barat 1,54 1,08 1,55 1,12 1,21Riau 1,13 0,67 1,06 1,49 1,13Jambi 1,10 0,67 0,46 0,66 0,33Sumatera Selatan 1,05 0,48 0,81 0,71 0,26Bengkulu 1,49 1,02 1,15 1,52 0,64Lampung 0,67 0,52 0,51 0,44 0,14Kepulauan Bangka Belitung 1,18 0,59 0,69 0,46 0,13Kepulauan Riau 0,66 1,27 0,81 1,17 0,63DKI Jakarta 0,33 0,67 0,60 0,52 0,48Jawa Barat 0,64 0,48 0,57 0,70 0,56Jawa Tengah 0,68 0,52 0,55 0,87 0,39DI Yogyakarta 6,99 5,63 6,85 7,43 6,66Jawa Timur 0,49 0,55 0,60 0,70 0,47Banten 0,43 0,34 0,39 0,51 0,37Bali 1,08 1,42 1,28 1,39 0,97Nusa Tenggara Barat 1,52 1,38 1,27 1,95 1,19Nusa Tenggara Timur 1,75 1,37 1,48 1,63 1,08Kalimantan Barat 0,98 0,72 0,43 0,82 0,60Kalimantan Tengah 1,02 0,87 0,83 1,09 0,95Kalimantan Selatan 1,26 1,35 1,17 1,39 1,22Kalimantan Timur 0,75 0,58 0,51 1,02 0,70Kalimantan Utara - - - - 0,65Sulawesi Utara 1,32 1,18 0,90 1,48 0,98Sulawesi Tengah 1,76 1,45 1,68 1,53 0,80Sulawesi Selatan 1,87 1,48 1,15 1,27 1,05Sulawesi Tenggara 2,24 2,21 2,61 2,41 2,42Gorontalo 1,62 0,74 0,62 1,60 1,00Sulawesi Barat 1,76 1,56 0,83 1,03 0,35Maluku 1,67 1,13 1,37 1,55 1,26Maluku Utara 0,99 0,99 1,24 1,72 1,37Papua Barat 1,57 2,41 2,06 1,88 1,46Papua 0,86 0,63 0,63 0,92 0,49

0,92 0,77 0,82 1,00 0,70

Tabel 3.3.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Masih Bersekolah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015252

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 78,84 80,96 81,00 83,17 81,15Sumatera Utara 89,31 89,63 91,70 91,57 89,79Sumatera Barat 84,78 85,45 87,38 88,14 85,41Riau 81,68 82,24 86,80 82,50 81,75Jambi 75,98 78,41 80,56 81,54 82,24Sumatera Selatan 81,60 81,99 86,32 87,48 88,67Bengkulu 73,77 75,28 74,92 75,17 74,86Lampung 74,19 73,47 80,38 81,43 78,89Kepulauan Bangka Belitung 78,37 77,06 81,24 82,51 82,63Kepulauan Riau 92,40 87,51 89,58 90,81 88,84DKI Jakarta 88,62 90,43 93,50 93,55 91,78Jawa Barat 80,16 81,65 81,40 82,06 80,94Jawa Tengah 69,42 69,24 71,07 71,92 72,63DI Yogyakarta 54,00 55,55 56,90 58,14 60,55Jawa Timur 65,31 67,29 70,50 70,67 70,61Banten 75,63 79,55 76,29 78,44 78,71Bali 66,67 67,93 66,32 67,10 70,21Nusa Tenggara Barat 57,46 62,02 64,95 65,45 63,87Nusa Tenggara Timur 70,92 73,11 73,94 76,04 76,84Kalimantan Barat 62,86 62,37 66,65 72,10 65,42Kalimantan Tengah 81,44 84,59 85,53 83,62 82,34Kalimantan Selatan 82,65 79,06 79,31 81,83 83,48Kalimantan Timur 78,73 85,36 80,53 84,52 82,46Kalimantan Utara - - - - 81,98Sulawesi Utara 93,65 92,79 92,56 92,16 91,83Sulawesi Tengah 80,98 85,75 87,47 88,04 87,88Sulawesi Selatan 67,91 72,81 73,78 72,26 75,23Sulawesi Tenggara 65,84 68,30 68,48 71,19 68,48Gorontalo 90,18 92,71 95,67 91,81 93,12Sulawesi Barat 67,96 70,40 71,39 72,52 72,69Maluku 84,03 88,05 90,47 91,27 82,77Maluku Utara 83,74 88,93 89,70 87,11 80,78Papua Barat 77,25 82,06 78,66 81,19 77,72Papua 55,86 58,98 56,38 61,64 51,51

73,83 75,34 77,05 77,69 77,25

Tabel 3.3.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Bersekolah Lagi 5

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 96,41 96,27 96,71 96,98 96,42Sumatera Utara 97,67 98,05 98,10 97,89 97,78Sumatera Barat 97,01 97,39 97,07 97,57 96,84Riau 96,95 97,67 97,54 97,03 97,10Jambi 96,13 96,66 97,54 97,23 97,00Sumatera Selatan 96,84 97,92 97,40 97,67 97,94Bengkulu 96,01 96,85 97,35 97,07 96,54Lampung 96,35 96,96 96,94 97,43 97,55Kepulauan Bangka Belitung 95,43 95,62 96,15 97,28 96,24Kepulauan Riau 96,73 97,04 97,48 96,44 96,41DKI Jakarta 98,86 98,80 98,84 98,80 98,74Jawa Barat 96,33 96,53 96,73 96,50 96,50Jawa Tengah 93,41 94,11 94,64 94,77 94,52DI Yogyakarta 88,88 90,30 89,69 88,96 89,91Jawa Timur 92,15 92,65 93,07 93,53 92,02Banten 95,93 96,84 96,50 96,86 96,17Bali 94,45 93,98 95,14 94,90 95,06Nusa Tenggara Barat 84,76 85,97 86,29 88,59 86,04Nusa Tenggara Timur 89,84 90,50 90,91 91,44 90,01Kalimantan Barat 91,72 93,37 93,04 92,88 91,98Kalimantan Tengah 96,96 97,61 97,90 97,59 96,78Kalimantan Selatan 96,23 96,66 97,34 96,86 96,31Kalimantan Timur 96,89 97,04 97,39 97,11 97,35Kalimantan Utara - - - - 94,86Sulawesi Utara 98,21 98,18 98,75 98,26 98,41Sulawesi Tengah 95,53 95,29 95,79 96,19 96,02Sulawesi Selatan 88,91 89,76 90,77 90,86 89,41Sulawesi Tenggara 92,48 92,22 93,70 94,12 92,49Gorontalo 97,11 96,83 97,80 96,98 97,54Sulawesi Barat 91,34 92,18 92,83 92,42 91,70Maluku 95,51 96,76 97,04 96,97 97,09Maluku Utara 96,63 96,95 96,95 96,81 97,19Papua Barat 93,42 93,34 94,09 95,20 93,31Papua 64,67 65,91 65,18 67,59 65,17

94,21 94,72 94,98 95,10 94,61

(1)

Indonesia

Tabel 3.3.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Bersekolah Lagi

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 253

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 78,84 80,96 81,00 83,17 81,15Sumatera Utara 89,31 89,63 91,70 91,57 89,79Sumatera Barat 84,78 85,45 87,38 88,14 85,41Riau 81,68 82,24 86,80 82,50 81,75Jambi 75,98 78,41 80,56 81,54 82,24Sumatera Selatan 81,60 81,99 86,32 87,48 88,67Bengkulu 73,77 75,28 74,92 75,17 74,86Lampung 74,19 73,47 80,38 81,43 78,89Kepulauan Bangka Belitung 78,37 77,06 81,24 82,51 82,63Kepulauan Riau 92,40 87,51 89,58 90,81 88,84DKI Jakarta 88,62 90,43 93,50 93,55 91,78Jawa Barat 80,16 81,65 81,40 82,06 80,94Jawa Tengah 69,42 69,24 71,07 71,92 72,63DI Yogyakarta 54,00 55,55 56,90 58,14 60,55Jawa Timur 65,31 67,29 70,50 70,67 70,61Banten 75,63 79,55 76,29 78,44 78,71Bali 66,67 67,93 66,32 67,10 70,21Nusa Tenggara Barat 57,46 62,02 64,95 65,45 63,87Nusa Tenggara Timur 70,92 73,11 73,94 76,04 76,84Kalimantan Barat 62,86 62,37 66,65 72,10 65,42Kalimantan Tengah 81,44 84,59 85,53 83,62 82,34Kalimantan Selatan 82,65 79,06 79,31 81,83 83,48Kalimantan Timur 78,73 85,36 80,53 84,52 82,46Kalimantan Utara - - - - 81,98Sulawesi Utara 93,65 92,79 92,56 92,16 91,83Sulawesi Tengah 80,98 85,75 87,47 88,04 87,88Sulawesi Selatan 67,91 72,81 73,78 72,26 75,23Sulawesi Tenggara 65,84 68,30 68,48 71,19 68,48Gorontalo 90,18 92,71 95,67 91,81 93,12Sulawesi Barat 67,96 70,40 71,39 72,52 72,69Maluku 84,03 88,05 90,47 91,27 82,77Maluku Utara 83,74 88,93 89,70 87,11 80,78Papua Barat 77,25 82,06 78,66 81,19 77,72Papua 55,86 58,98 56,38 61,64 51,51

73,83 75,34 77,05 77,69 77,25

Tabel 3.3.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Bersekolah Lagi 5

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 96,41 96,27 96,71 96,98 96,42Sumatera Utara 97,67 98,05 98,10 97,89 97,78Sumatera Barat 97,01 97,39 97,07 97,57 96,84Riau 96,95 97,67 97,54 97,03 97,10Jambi 96,13 96,66 97,54 97,23 97,00Sumatera Selatan 96,84 97,92 97,40 97,67 97,94Bengkulu 96,01 96,85 97,35 97,07 96,54Lampung 96,35 96,96 96,94 97,43 97,55Kepulauan Bangka Belitung 95,43 95,62 96,15 97,28 96,24Kepulauan Riau 96,73 97,04 97,48 96,44 96,41DKI Jakarta 98,86 98,80 98,84 98,80 98,74Jawa Barat 96,33 96,53 96,73 96,50 96,50Jawa Tengah 93,41 94,11 94,64 94,77 94,52DI Yogyakarta 88,88 90,30 89,69 88,96 89,91Jawa Timur 92,15 92,65 93,07 93,53 92,02Banten 95,93 96,84 96,50 96,86 96,17Bali 94,45 93,98 95,14 94,90 95,06Nusa Tenggara Barat 84,76 85,97 86,29 88,59 86,04Nusa Tenggara Timur 89,84 90,50 90,91 91,44 90,01Kalimantan Barat 91,72 93,37 93,04 92,88 91,98Kalimantan Tengah 96,96 97,61 97,90 97,59 96,78Kalimantan Selatan 96,23 96,66 97,34 96,86 96,31Kalimantan Timur 96,89 97,04 97,39 97,11 97,35Kalimantan Utara - - - - 94,86Sulawesi Utara 98,21 98,18 98,75 98,26 98,41Sulawesi Tengah 95,53 95,29 95,79 96,19 96,02Sulawesi Selatan 88,91 89,76 90,77 90,86 89,41Sulawesi Tenggara 92,48 92,22 93,70 94,12 92,49Gorontalo 97,11 96,83 97,80 96,98 97,54Sulawesi Barat 91,34 92,18 92,83 92,42 91,70Maluku 95,51 96,76 97,04 96,97 97,09Maluku Utara 96,63 96,95 96,95 96,81 97,19Papua Barat 93,42 93,34 94,09 95,20 93,31Papua 64,67 65,91 65,18 67,59 65,17

94,21 94,72 94,98 95,10 94,61

(1)

Indonesia

Tabel 3.3.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Bersekolah Lagi

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015254

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 48,43 43,34 43,44 39,30 40,64Sumatera Utara 40,06 37,61 35,31 34,33 34,21Sumatera Barat 48,51 43,81 43,53 47,14 43,56Riau 46,57 45,11 41,63 41,70 40,67Jambi 54,37 51,82 50,15 51,07 50,81Sumatera Selatan 51,55 51,16 46,31 48,02 44,92Bengkulu 53,81 50,06 47,49 46,17 53,49Lampung 61,63 56,51 60,40 56,28 50,61Kepulauan Bangka Belitung 60,85 60,38 54,50 55,04 47,22Kepulauan Riau 20,62 29,41 23,11 27,19 21,58DKI Jakarta 26,91 24,23 21,32 22,37 20,63Jawa Barat 46,77 45,53 46,50 44,97 43,87Jawa Tengah 60,13 57,64 57,82 56,25 53,98DI Yogyakarta 39,52 38,77 35,64 34,27 36,10Jawa Timur 61,67 60,05 56,66 55,43 52,61Banten 52,47 49,68 55,65 52,14 49,47Bali 43,59 40,70 41,94 42,64 41,66Nusa Tenggara Barat 61,95 57,72 56,50 54,48 53,81Nusa Tenggara Timur 53,24 52,78 54,08 49,46 47,70Kalimantan Barat 64,69 62,83 63,39 56,67 55,77Kalimantan Tengah 39,07 42,98 41,09 42,11 41,87Kalimantan Selatan 57,38 52,69 55,03 53,32 47,50Kalimantan Timur 37,43 37,01 34,25 37,27 31,72Kalimantan Utara - - - - 46,27Sulawesi Utara 29,58 30,25 29,06 28,21 31,81Sulawesi Tengah 40,75 36,92 38,21 32,03 36,73Sulawesi Selatan 52,96 49,24 48,57 48,96 48,15Sulawesi Tenggara 52,97 47,26 49,67 45,02 46,93Gorontalo 38,87 37,67 41,27 37,93 37,68Sulawesi Barat 60,05 58,04 59,24 57,43 46,62Maluku 28,24 29,02 26,98 26,23 28,74Maluku Utara 40,59 37,36 33,80 40,17 37,15Papua Barat 42,56 36,65 37,05 37,21 35,19Papua 55,81 56,04 58,17 50,94 56,75

52,02 49,87 48,99 47,69 46,01

Tabel 3.4.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 15,90 14,66 14,24 12,71 13,89Sumatera Utara 14,95 12,59 12,28 11,57 12,01Sumatera Barat 24,35 22,45 22,53 23,55 24,18Riau 17,17 16,43 15,46 14,58 15,26Jambi 21,49 19,26 17,27 17,47 18,02Sumatera Selatan 22,77 19,84 20,34 20,86 17,91Bengkulu 21,31 20,24 19,31 19,08 17,78Lampung 25,33 25,80 23,64 21,71 20,18Kepulauan Bangka Belitung 25,08 23,73 23,01 23,01 23,11Kepulauan Riau 11,88 11,33 10,61 11,98 11,14DKI Jakarta 6,70 4,85 5,36 5,73 5,14Jawa Barat 18,88 18,24 17,54 17,73 15,58Jawa Tengah 26,38 24,89 25,44 23,82 23,30DI Yogyakarta 16,86 15,27 15,14 14,33 12,96Jawa Timur 27,83 26,97 26,91 25,61 24,48Banten 20,44 18,76 19,29 19,39 16,57Bali 18,89 17,52 16,78 15,73 15,04Nusa Tenggara Barat 35,83 34,21 33,92 31,03 30,42Nusa Tenggara Timur 34,43 33,19 34,01 31,27 32,37Kalimantan Barat 33,32 30,18 30,66 29,25 27,47Kalimantan Tengah 17,11 15,10 16,99 15,60 15,04Kalimantan Selatan 23,90 23,25 20,57 21,42 19,63Kalimantan Timur 13,03 13,79 11,38 11,55 10,37Kalimantan Utara - - - - 20,32Sulawesi Utara 20,34 19,38 17,93 18,81 20,01Sulawesi Tengah 21,22 21,62 19,31 18,64 19,53Sulawesi Selatan 30,36 28,98 27,12 28,26 29,32Sulawesi Tenggara 23,51 23,41 21,48 18,83 21,31Gorontalo 38,94 40,85 39,07 40,39 40,88Sulawesi Barat 33,27 30,06 32,01 32,33 32,01Maluku 16,75 14,32 13,67 12,93 14,12Maluku Utara 18,04 18,23 15,48 16,28 17,14Papua Barat 17,08 14,50 16,20 14,70 14,16Papua 43,09 41,26 42,03 39,52 39,84

22,76 21,56 21,20 20,54 19,61

Tabel 3.4.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 255

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 48,43 43,34 43,44 39,30 40,64Sumatera Utara 40,06 37,61 35,31 34,33 34,21Sumatera Barat 48,51 43,81 43,53 47,14 43,56Riau 46,57 45,11 41,63 41,70 40,67Jambi 54,37 51,82 50,15 51,07 50,81Sumatera Selatan 51,55 51,16 46,31 48,02 44,92Bengkulu 53,81 50,06 47,49 46,17 53,49Lampung 61,63 56,51 60,40 56,28 50,61Kepulauan Bangka Belitung 60,85 60,38 54,50 55,04 47,22Kepulauan Riau 20,62 29,41 23,11 27,19 21,58DKI Jakarta 26,91 24,23 21,32 22,37 20,63Jawa Barat 46,77 45,53 46,50 44,97 43,87Jawa Tengah 60,13 57,64 57,82 56,25 53,98DI Yogyakarta 39,52 38,77 35,64 34,27 36,10Jawa Timur 61,67 60,05 56,66 55,43 52,61Banten 52,47 49,68 55,65 52,14 49,47Bali 43,59 40,70 41,94 42,64 41,66Nusa Tenggara Barat 61,95 57,72 56,50 54,48 53,81Nusa Tenggara Timur 53,24 52,78 54,08 49,46 47,70Kalimantan Barat 64,69 62,83 63,39 56,67 55,77Kalimantan Tengah 39,07 42,98 41,09 42,11 41,87Kalimantan Selatan 57,38 52,69 55,03 53,32 47,50Kalimantan Timur 37,43 37,01 34,25 37,27 31,72Kalimantan Utara - - - - 46,27Sulawesi Utara 29,58 30,25 29,06 28,21 31,81Sulawesi Tengah 40,75 36,92 38,21 32,03 36,73Sulawesi Selatan 52,96 49,24 48,57 48,96 48,15Sulawesi Tenggara 52,97 47,26 49,67 45,02 46,93Gorontalo 38,87 37,67 41,27 37,93 37,68Sulawesi Barat 60,05 58,04 59,24 57,43 46,62Maluku 28,24 29,02 26,98 26,23 28,74Maluku Utara 40,59 37,36 33,80 40,17 37,15Papua Barat 42,56 36,65 37,05 37,21 35,19Papua 55,81 56,04 58,17 50,94 56,75

52,02 49,87 48,99 47,69 46,01

Tabel 3.4.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 15,90 14,66 14,24 12,71 13,89Sumatera Utara 14,95 12,59 12,28 11,57 12,01Sumatera Barat 24,35 22,45 22,53 23,55 24,18Riau 17,17 16,43 15,46 14,58 15,26Jambi 21,49 19,26 17,27 17,47 18,02Sumatera Selatan 22,77 19,84 20,34 20,86 17,91Bengkulu 21,31 20,24 19,31 19,08 17,78Lampung 25,33 25,80 23,64 21,71 20,18Kepulauan Bangka Belitung 25,08 23,73 23,01 23,01 23,11Kepulauan Riau 11,88 11,33 10,61 11,98 11,14DKI Jakarta 6,70 4,85 5,36 5,73 5,14Jawa Barat 18,88 18,24 17,54 17,73 15,58Jawa Tengah 26,38 24,89 25,44 23,82 23,30DI Yogyakarta 16,86 15,27 15,14 14,33 12,96Jawa Timur 27,83 26,97 26,91 25,61 24,48Banten 20,44 18,76 19,29 19,39 16,57Bali 18,89 17,52 16,78 15,73 15,04Nusa Tenggara Barat 35,83 34,21 33,92 31,03 30,42Nusa Tenggara Timur 34,43 33,19 34,01 31,27 32,37Kalimantan Barat 33,32 30,18 30,66 29,25 27,47Kalimantan Tengah 17,11 15,10 16,99 15,60 15,04Kalimantan Selatan 23,90 23,25 20,57 21,42 19,63Kalimantan Timur 13,03 13,79 11,38 11,55 10,37Kalimantan Utara - - - - 20,32Sulawesi Utara 20,34 19,38 17,93 18,81 20,01Sulawesi Tengah 21,22 21,62 19,31 18,64 19,53Sulawesi Selatan 30,36 28,98 27,12 28,26 29,32Sulawesi Tenggara 23,51 23,41 21,48 18,83 21,31Gorontalo 38,94 40,85 39,07 40,39 40,88Sulawesi Barat 33,27 30,06 32,01 32,33 32,01Maluku 16,75 14,32 13,67 12,93 14,12Maluku Utara 18,04 18,23 15,48 16,28 17,14Papua Barat 17,08 14,50 16,20 14,70 14,16Papua 43,09 41,26 42,03 39,52 39,84

22,76 21,56 21,20 20,54 19,61

Tabel 3.4.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Ijazah menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015256

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 28,34 31,15 31,53 32,10 29,61Sumatera Utara 29,01 28,26 28,90 28,25 25,08Sumatera Barat 19,01 19,55 22,35 20,39 19,86Riau 20,03 25,17 27,56 25,11 23,12Jambi 22,46 24,35 24,53 22,89 22,77Sumatera Selatan 25,94 27,28 31,39 29,50 28,92Bengkulu 15,90 21,33 22,15 18,45 16,78Lampung 20,21 19,08 22,72 24,17 22,83Kepulauan Bangka Belitung 19,37 20,46 24,56 24,01 22,87Kepulauan Riau 15,67 18,32 15,05 15,90 15,74DKI Jakarta 20,18 20,57 22,51 21,32 22,32Jawa Barat 30,45 29,73 30,52 29,73 29,55Jawa Tengah 22,61 21,82 22,86 22,25 24,86DI Yogyakarta 14,18 13,82 13,26 14,27 15,63Jawa Timur 20,77 21,35 22,55 22,49 23,92Banten 17,40 18,60 20,02 17,67 22,64Bali 12,57 18,30 16,30 15,31 14,76Nusa Tenggara Barat 21,24 21,18 23,55 22,95 19,23Nusa Tenggara Timur 26,81 26,51 27,00 28,25 27,71Kalimantan Barat 14,61 17,11 19,22 19,80 17,96Kalimantan Tengah 32,04 27,25 31,39 27,83 28,80Kalimantan Selatan 25,09 21,03 21,01 21,53 20,58Kalimantan Timur 28,08 25,60 28,58 27,29 27,81Kalimantan Utara - - - - 25,42Sulawesi Utara 22,67 18,52 25,34 19,48 20,66Sulawesi Tengah 25,22 35,08 34,07 34,58 30,40Sulawesi Selatan 20,24 22,76 24,82 21,65 20,83Sulawesi Tenggara 20,96 20,88 21,70 22,92 20,30Gorontalo 25,80 25,79 25,44 24,47 22,61Sulawesi Barat 16,93 24,19 23,77 21,78 25,28Maluku 25,39 27,92 32,93 27,63 25,51Maluku Utara 30,16 29,44 32,91 26,99 28,46Papua Barat 21,46 23,08 29,52 26,45 10,39Papua 16,96 19,49 16,58 18,29 12,64

23,29 23,63 24,90 24,20 24,47

Tabel 3.4.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SD menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 30,25 30,29 31,01 29,08 27,44Sumatera Utara 26,23 25,27 25,57 24,84 20,59Sumatera Barat 24,32 25,50 26,22 24,87 22,27Riau 28,13 28,45 28,59 28,15 26,95Jambi 31,56 32,08 33,30 30,84 30,66Sumatera Selatan 33,56 36,04 34,94 32,71 35,30Bengkulu 28,01 27,71 27,75 26,40 27,33Lampung 32,90 30,78 31,71 32,21 32,25Kepulauan Bangka Belitung 31,48 30,21 31,67 32,41 31,03Kepulauan Riau 18,81 16,79 18,69 16,73 16,99DKI Jakarta 16,26 15,93 15,60 16,41 15,44Jawa Barat 37,25 36,50 37,36 35,69 35,87Jawa Tengah 37,62 36,85 37,25 37,55 36,43DI Yogyakarta 21,72 21,33 22,17 22,06 20,99Jawa Timur 33,52 32,87 33,26 32,83 33,34Banten 25,11 24,22 26,95 26,04 27,50Bali 22,98 23,08 24,17 24,07 24,22Nusa Tenggara Barat 24,37 24,91 26,52 25,37 23,91Nusa Tenggara Timur 32,59 30,25 31,11 33,24 31,98Kalimantan Barat 28,40 29,83 30,97 30,28 30,53Kalimantan Tengah 35,89 36,93 35,06 35,88 34,05Kalimantan Selatan 31,08 29,80 31,63 30,70 28,10Kalimantan Timur 24,49 22,72 25,21 24,60 24,68Kalimantan Utara - - - - 25,73Sulawesi Utara 25,44 24,90 25,10 24,34 22,04Sulawesi Tengah 34,72 35,07 34,56 35,08 33,28Sulawesi Selatan 24,95 25,04 27,57 26,51 24,49Sulawesi Tenggara 26,13 26,79 26,51 27,19 24,92Gorontalo 29,53 28,15 30,81 27,22 26,67Sulawesi Barat 28,25 30,75 28,98 27,91 29,20Maluku 29,36 29,02 29,17 27,96 25,98Maluku Utara 33,12 31,13 31,77 29,98 29,17Papua Barat 22,33 23,13 24,31 21,83 18,57Papua 17,35 16,82 18,45 19,83 13,99

31,35 30,85 31,55 30,90 30,33

Tabel 3.4.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SD menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 257

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 28,34 31,15 31,53 32,10 29,61Sumatera Utara 29,01 28,26 28,90 28,25 25,08Sumatera Barat 19,01 19,55 22,35 20,39 19,86Riau 20,03 25,17 27,56 25,11 23,12Jambi 22,46 24,35 24,53 22,89 22,77Sumatera Selatan 25,94 27,28 31,39 29,50 28,92Bengkulu 15,90 21,33 22,15 18,45 16,78Lampung 20,21 19,08 22,72 24,17 22,83Kepulauan Bangka Belitung 19,37 20,46 24,56 24,01 22,87Kepulauan Riau 15,67 18,32 15,05 15,90 15,74DKI Jakarta 20,18 20,57 22,51 21,32 22,32Jawa Barat 30,45 29,73 30,52 29,73 29,55Jawa Tengah 22,61 21,82 22,86 22,25 24,86DI Yogyakarta 14,18 13,82 13,26 14,27 15,63Jawa Timur 20,77 21,35 22,55 22,49 23,92Banten 17,40 18,60 20,02 17,67 22,64Bali 12,57 18,30 16,30 15,31 14,76Nusa Tenggara Barat 21,24 21,18 23,55 22,95 19,23Nusa Tenggara Timur 26,81 26,51 27,00 28,25 27,71Kalimantan Barat 14,61 17,11 19,22 19,80 17,96Kalimantan Tengah 32,04 27,25 31,39 27,83 28,80Kalimantan Selatan 25,09 21,03 21,01 21,53 20,58Kalimantan Timur 28,08 25,60 28,58 27,29 27,81Kalimantan Utara - - - - 25,42Sulawesi Utara 22,67 18,52 25,34 19,48 20,66Sulawesi Tengah 25,22 35,08 34,07 34,58 30,40Sulawesi Selatan 20,24 22,76 24,82 21,65 20,83Sulawesi Tenggara 20,96 20,88 21,70 22,92 20,30Gorontalo 25,80 25,79 25,44 24,47 22,61Sulawesi Barat 16,93 24,19 23,77 21,78 25,28Maluku 25,39 27,92 32,93 27,63 25,51Maluku Utara 30,16 29,44 32,91 26,99 28,46Papua Barat 21,46 23,08 29,52 26,45 10,39Papua 16,96 19,49 16,58 18,29 12,64

23,29 23,63 24,90 24,20 24,47

Tabel 3.4.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SD menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 30,25 30,29 31,01 29,08 27,44Sumatera Utara 26,23 25,27 25,57 24,84 20,59Sumatera Barat 24,32 25,50 26,22 24,87 22,27Riau 28,13 28,45 28,59 28,15 26,95Jambi 31,56 32,08 33,30 30,84 30,66Sumatera Selatan 33,56 36,04 34,94 32,71 35,30Bengkulu 28,01 27,71 27,75 26,40 27,33Lampung 32,90 30,78 31,71 32,21 32,25Kepulauan Bangka Belitung 31,48 30,21 31,67 32,41 31,03Kepulauan Riau 18,81 16,79 18,69 16,73 16,99DKI Jakarta 16,26 15,93 15,60 16,41 15,44Jawa Barat 37,25 36,50 37,36 35,69 35,87Jawa Tengah 37,62 36,85 37,25 37,55 36,43DI Yogyakarta 21,72 21,33 22,17 22,06 20,99Jawa Timur 33,52 32,87 33,26 32,83 33,34Banten 25,11 24,22 26,95 26,04 27,50Bali 22,98 23,08 24,17 24,07 24,22Nusa Tenggara Barat 24,37 24,91 26,52 25,37 23,91Nusa Tenggara Timur 32,59 30,25 31,11 33,24 31,98Kalimantan Barat 28,40 29,83 30,97 30,28 30,53Kalimantan Tengah 35,89 36,93 35,06 35,88 34,05Kalimantan Selatan 31,08 29,80 31,63 30,70 28,10Kalimantan Timur 24,49 22,72 25,21 24,60 24,68Kalimantan Utara - - - - 25,73Sulawesi Utara 25,44 24,90 25,10 24,34 22,04Sulawesi Tengah 34,72 35,07 34,56 35,08 33,28Sulawesi Selatan 24,95 25,04 27,57 26,51 24,49Sulawesi Tenggara 26,13 26,79 26,51 27,19 24,92Gorontalo 29,53 28,15 30,81 27,22 26,67Sulawesi Barat 28,25 30,75 28,98 27,91 29,20Maluku 29,36 29,02 29,17 27,96 25,98Maluku Utara 33,12 31,13 31,77 29,98 29,17Papua Barat 22,33 23,13 24,31 21,83 18,57Papua 17,35 16,82 18,45 19,83 13,99

31,35 30,85 31,55 30,90 30,33

Tabel 3.4.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SD menurut Provinsi, 2011-2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015258

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 9,93 9,76 10,15 11,45 11,65Sumatera Utara 12,65 14,79 12,59 13,50 19,02Sumatera Barat 11,32 12,46 11,20 11,76 11,15Riau 10,38 9,61 8,90 7,88 11,14Jambi 8,47 8,64 9,60 10,24 7,08Sumatera Selatan 10,23 8,59 9,36 9,04 8,81Bengkulu 10,07 7,59 7,83 9,70 7,85Lampung 6,92 9,57 8,21 7,98 11,68Kepulauan Bangka Belitung 5,75 10,74 8,23 7,11 15,68Kepulauan Riau 10,40 9,98 11,27 8,93 12,71DKI Jakarta 16,39 21,27 19,78 18,48 13,35Jawa Barat 9,39 8,70 8,03 8,06 8,69Jawa Tengah 7,02 8,24 7,73 7,62 8,31DI Yogyakarta 7,29 8,25 8,79 8,14 10,86Jawa Timur 6,83 7,73 8,02 9,10 8,77Banten 9,89 10,04 8,97 9,73 10,73Bali 10,51 6,91 9,68 8,46 9,26Nusa Tenggara Barat 7,78 10,49 10,37 10,15 12,56Nusa Tenggara Timur 4,93 6,77 6,91 6,81 6,79Kalimantan Barat 8,28 7,27 5,57 7,07 11,09Kalimantan Tengah 8,46 8,72 10,65 10,52 10,56Kalimantan Selatan 6,14 8,93 7,08 7,63 14,45Kalimantan Timur 11,92 11,43 9,69 11,71 11,26Kalimantan Utara - - - - 7,45Sulawesi Utara 13,45 14,25 14,69 15,15 15,28Sulawesi Tengah 12,18 7,01 7,87 8,87 8,96Sulawesi Selatan 8,07 7,86 7,40 7,92 8,29Sulawesi Tenggara 7,67 10,04 7,61 9,04 7,92Gorontalo 8,57 9,11 10,89 9,46 12,26Sulawesi Barat 7,67 5,91 6,43 6,09 12,61Maluku 11,57 13,77 12,03 14,09 10,84Maluku Utara 10,66 7,10 11,07 11,77 8,37Papua Barat 9,84 13,48 11,51 8,92 18,65Papua 9,33 8,48 5,25 8,56 12,71

8,80 9,50 9,10 9,38 10,14

Tabel 3.4.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

5. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMP menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 20,05 20,37 19,97 20,59 20,55Sumatera Utara 21,17 22,81 23,57 22,37 26,51Sumatera Barat 17,31 17,90 17,98 17,91 17,59Riau 18,96 18,88 19,67 20,42 20,01Jambi 17,39 18,27 18,60 19,55 19,26Sumatera Selatan 16,55 16,71 17,35 17,42 17,88Bengkulu 17,55 16,80 18,03 18,40 18,52Lampung 16,79 18,38 20,49 20,05 21,92Kepulauan Bangka Belitung 15,09 15,34 16,59 15,52 17,27Kepulauan Riau 13,44 13,22 13,80 14,33 14,07DKI Jakarta 17,96 17,03 18,80 18,58 17,12Jawa Barat 14,37 13,75 15,25 15,18 15,47Jawa Tengah 14,63 15,59 15,10 15,59 16,08DI Yogyakarta 15,23 17,57 15,57 16,63 16,86Jawa Timur 14,45 14,26 14,27 14,64 15,16Banten 15,07 15,54 15,11 15,34 15,37Bali 13,58 13,96 13,42 13,74 13,41Nusa Tenggara Barat 13,91 12,22 13,36 13,48 15,10Nusa Tenggara Timur 10,31 11,21 10,96 10,52 9,76Kalimantan Barat 14,66 15,37 15,96 15,29 16,55Kalimantan Tengah 17,63 18,04 18,75 18,38 18,84Kalimantan Selatan 16,79 16,30 16,08 16,60 18,99Kalimantan Timur 16,95 17,20 17,21 17,82 17,60Kalimantan Utara - - - - 14,60Sulawesi Utara 18,99 17,85 20,40 18,87 20,22Sulawesi Tengah 15,87 14,95 17,45 17,29 16,21Sulawesi Selatan 13,32 14,22 13,80 13,59 12,69Sulawesi Tenggara 15,47 14,52 16,43 16,57 15,83Gorontalo 10,03 10,23 9,93 11,23 9,93Sulawesi Barat 13,72 12,30 14,54 13,42 14,19Maluku 16,64 17,76 17,92 15,79 17,59Maluku Utara 16,06 16,22 17,95 18,51 18,09Papua Barat 15,38 17,61 16,77 17,09 18,41Papua 11,64 12,96 12,48 12,93 15,36

15,43 15,63 16,12 16,20 16,71

Tabel 3.4.6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMP menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 259

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 9,93 9,76 10,15 11,45 11,65Sumatera Utara 12,65 14,79 12,59 13,50 19,02Sumatera Barat 11,32 12,46 11,20 11,76 11,15Riau 10,38 9,61 8,90 7,88 11,14Jambi 8,47 8,64 9,60 10,24 7,08Sumatera Selatan 10,23 8,59 9,36 9,04 8,81Bengkulu 10,07 7,59 7,83 9,70 7,85Lampung 6,92 9,57 8,21 7,98 11,68Kepulauan Bangka Belitung 5,75 10,74 8,23 7,11 15,68Kepulauan Riau 10,40 9,98 11,27 8,93 12,71DKI Jakarta 16,39 21,27 19,78 18,48 13,35Jawa Barat 9,39 8,70 8,03 8,06 8,69Jawa Tengah 7,02 8,24 7,73 7,62 8,31DI Yogyakarta 7,29 8,25 8,79 8,14 10,86Jawa Timur 6,83 7,73 8,02 9,10 8,77Banten 9,89 10,04 8,97 9,73 10,73Bali 10,51 6,91 9,68 8,46 9,26Nusa Tenggara Barat 7,78 10,49 10,37 10,15 12,56Nusa Tenggara Timur 4,93 6,77 6,91 6,81 6,79Kalimantan Barat 8,28 7,27 5,57 7,07 11,09Kalimantan Tengah 8,46 8,72 10,65 10,52 10,56Kalimantan Selatan 6,14 8,93 7,08 7,63 14,45Kalimantan Timur 11,92 11,43 9,69 11,71 11,26Kalimantan Utara - - - - 7,45Sulawesi Utara 13,45 14,25 14,69 15,15 15,28Sulawesi Tengah 12,18 7,01 7,87 8,87 8,96Sulawesi Selatan 8,07 7,86 7,40 7,92 8,29Sulawesi Tenggara 7,67 10,04 7,61 9,04 7,92Gorontalo 8,57 9,11 10,89 9,46 12,26Sulawesi Barat 7,67 5,91 6,43 6,09 12,61Maluku 11,57 13,77 12,03 14,09 10,84Maluku Utara 10,66 7,10 11,07 11,77 8,37Papua Barat 9,84 13,48 11,51 8,92 18,65Papua 9,33 8,48 5,25 8,56 12,71

8,80 9,50 9,10 9,38 10,14

Tabel 3.4.

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

5. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMP menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 20,05 20,37 19,97 20,59 20,55Sumatera Utara 21,17 22,81 23,57 22,37 26,51Sumatera Barat 17,31 17,90 17,98 17,91 17,59Riau 18,96 18,88 19,67 20,42 20,01Jambi 17,39 18,27 18,60 19,55 19,26Sumatera Selatan 16,55 16,71 17,35 17,42 17,88Bengkulu 17,55 16,80 18,03 18,40 18,52Lampung 16,79 18,38 20,49 20,05 21,92Kepulauan Bangka Belitung 15,09 15,34 16,59 15,52 17,27Kepulauan Riau 13,44 13,22 13,80 14,33 14,07DKI Jakarta 17,96 17,03 18,80 18,58 17,12Jawa Barat 14,37 13,75 15,25 15,18 15,47Jawa Tengah 14,63 15,59 15,10 15,59 16,08DI Yogyakarta 15,23 17,57 15,57 16,63 16,86Jawa Timur 14,45 14,26 14,27 14,64 15,16Banten 15,07 15,54 15,11 15,34 15,37Bali 13,58 13,96 13,42 13,74 13,41Nusa Tenggara Barat 13,91 12,22 13,36 13,48 15,10Nusa Tenggara Timur 10,31 11,21 10,96 10,52 9,76Kalimantan Barat 14,66 15,37 15,96 15,29 16,55Kalimantan Tengah 17,63 18,04 18,75 18,38 18,84Kalimantan Selatan 16,79 16,30 16,08 16,60 18,99Kalimantan Timur 16,95 17,20 17,21 17,82 17,60Kalimantan Utara - - - - 14,60Sulawesi Utara 18,99 17,85 20,40 18,87 20,22Sulawesi Tengah 15,87 14,95 17,45 17,29 16,21Sulawesi Selatan 13,32 14,22 13,80 13,59 12,69Sulawesi Tenggara 15,47 14,52 16,43 16,57 15,83Gorontalo 10,03 10,23 9,93 11,23 9,93Sulawesi Barat 13,72 12,30 14,54 13,42 14,19Maluku 16,64 17,76 17,92 15,79 17,59Maluku Utara 16,06 16,22 17,95 18,51 18,09Papua Barat 15,38 17,61 16,77 17,09 18,41Papua 11,64 12,96 12,48 12,93 15,36

15,43 15,63 16,12 16,20 16,71

Tabel 3.4.6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMP menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015260

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 13,31 15,75 14,88 17,15 18,09Sumatera Utara 18,28 19,35 23,20 23,91 21,70Sumatera Barat 21,16 24,18 22,91 20,72 25,43Riau 23,02 20,11 21,90 25,31 25,06Jambi 14,70 15,19 15,72 15,80 19,35Sumatera Selatan 12,28 12,97 12,93 13,43 17,34Bengkulu 20,21 21,03 22,54 25,67 21,88Lampung 11,24 14,84 8,66 11,57 14,88Kepulauan Bangka Belitung 14,03 8,42 12,71 13,84 14,23Kepulauan Riau 53,30 42,30 50,58 47,98 49,97DKI Jakarta 36,53 33,93 36,39 37,83 43,70Jawa Barat 13,38 16,05 14,96 17,23 17,88Jawa Tengah 10,24 12,30 11,60 13,89 12,85DI Yogyakarta 39,02 39,16 42,32 43,33 37,41Jawa Timur 10,74 10,87 12,77 12,97 14,71Banten 20,24 21,68 15,35 20,46 17,15Bali 33,33 34,09 32,07 33,59 34,32Nusa Tenggara Barat 9,03 10,61 9,58 12,42 14,40Nusa Tenggara Timur 15,02 13,94 12,01 15,47 17,79Kalimantan Barat 12,42 12,78 11,81 16,47 15,17Kalimantan Tengah 20,42 21,04 16,86 19,54 18,77Kalimantan Selatan 11,38 17,35 16,87 17,52 17,48Kalimantan Timur 22,57 25,96 27,47 23,73 29,21Kalimantan Utara - - - - 20,87Sulawesi Utara 34,30 36,97 30,90 37,16 32,25Sulawesi Tengah 21,85 20,98 19,86 24,52 23,91Sulawesi Selatan 18,73 20,14 19,20 21,47 22,73Sulawesi Tenggara 18,41 21,81 21,02 23,01 24,86Gorontalo 26,75 27,43 22,40 28,15 27,46Sulawesi Barat 15,36 11,86 10,56 14,70 15,48Maluku 34,80 29,29 28,06 32,04 34,91Maluku Utara 18,59 26,11 22,22 21,06 26,02Papua Barat 26,15 26,79 21,92 27,42 35,77Papua 17,90 16,00 20,01 22,20 17,90

15,89 17,00 17,00 18,73 19,38

Tabel 3.4.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMA Keatas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 33,80 34,68 34,78 37,62 38,12Sumatera Utara 37,65 39,33 38,57 41,22 40,89Sumatera Barat 34,02 34,15 33,27 33,68 35,95Riau 35,74 36,24 36,29 36,86 37,79Jambi 29,56 30,39 30,83 32,13 32,06Sumatera Selatan 27,12 27,41 27,36 29,01 28,91Bengkulu 33,13 35,25 34,91 36,12 36,37Lampung 24,98 25,04 24,17 26,03 25,64Kepulauan Bangka Belitung 28,35 30,72 28,72 29,06 28,60Kepulauan Riau 55,87 58,65 56,91 56,96 57,80DKI Jakarta 59,07 62,18 60,23 59,28 62,31Jawa Barat 29,49 31,50 29,86 31,40 33,09Jawa Tengah 21,38 22,67 22,21 23,04 24,19DI Yogyakarta 46,19 45,83 47,12 46,98 49,18Jawa Timur 24,21 25,91 25,56 26,92 27,02Banten 39,37 41,49 38,65 39,23 40,56Bali 44,54 45,44 45,63 46,46 47,33Nusa Tenggara Barat 25,90 28,66 26,20 30,12 30,57Nusa Tenggara Timur 22,68 25,35 23,92 24,97 25,90Kalimantan Barat 23,62 24,62 22,41 25,18 25,45Kalimantan Tengah 29,38 29,93 29,20 30,14 32,07Kalimantan Selatan 28,23 30,65 31,72 31,28 33,28Kalimantan Timur 45,54 46,29 46,19 46,02 47,35Kalimantan Utara - - - - 39,36Sulawesi Utara 35,22 37,87 36,58 37,98 37,73Sulawesi Tengah 28,20 28,36 28,68 28,99 30,97Sulawesi Selatan 31,36 31,76 31,50 31,65 33,50Sulawesi Tenggara 34,88 35,29 35,58 37,41 37,95Gorontalo 21,50 20,77 20,19 21,16 22,53Sulawesi Barat 24,77 26,89 24,48 26,34 24,60Maluku 37,25 38,90 39,24 43,32 42,30Maluku Utara 32,77 34,42 34,79 35,24 35,59Papua Barat 45,21 44,77 42,73 46,38 48,86Papua 27,92 28,96 27,04 27,72 30,81

30,45 31,96 31,13 32,36 33,35

(1)

Indonesia

Tabel 3.4.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMA Keatas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 261

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 13,31 15,75 14,88 17,15 18,09Sumatera Utara 18,28 19,35 23,20 23,91 21,70Sumatera Barat 21,16 24,18 22,91 20,72 25,43Riau 23,02 20,11 21,90 25,31 25,06Jambi 14,70 15,19 15,72 15,80 19,35Sumatera Selatan 12,28 12,97 12,93 13,43 17,34Bengkulu 20,21 21,03 22,54 25,67 21,88Lampung 11,24 14,84 8,66 11,57 14,88Kepulauan Bangka Belitung 14,03 8,42 12,71 13,84 14,23Kepulauan Riau 53,30 42,30 50,58 47,98 49,97DKI Jakarta 36,53 33,93 36,39 37,83 43,70Jawa Barat 13,38 16,05 14,96 17,23 17,88Jawa Tengah 10,24 12,30 11,60 13,89 12,85DI Yogyakarta 39,02 39,16 42,32 43,33 37,41Jawa Timur 10,74 10,87 12,77 12,97 14,71Banten 20,24 21,68 15,35 20,46 17,15Bali 33,33 34,09 32,07 33,59 34,32Nusa Tenggara Barat 9,03 10,61 9,58 12,42 14,40Nusa Tenggara Timur 15,02 13,94 12,01 15,47 17,79Kalimantan Barat 12,42 12,78 11,81 16,47 15,17Kalimantan Tengah 20,42 21,04 16,86 19,54 18,77Kalimantan Selatan 11,38 17,35 16,87 17,52 17,48Kalimantan Timur 22,57 25,96 27,47 23,73 29,21Kalimantan Utara - - - - 20,87Sulawesi Utara 34,30 36,97 30,90 37,16 32,25Sulawesi Tengah 21,85 20,98 19,86 24,52 23,91Sulawesi Selatan 18,73 20,14 19,20 21,47 22,73Sulawesi Tenggara 18,41 21,81 21,02 23,01 24,86Gorontalo 26,75 27,43 22,40 28,15 27,46Sulawesi Barat 15,36 11,86 10,56 14,70 15,48Maluku 34,80 29,29 28,06 32,04 34,91Maluku Utara 18,59 26,11 22,22 21,06 26,02Papua Barat 26,15 26,79 21,92 27,42 35,77Papua 17,90 16,00 20,01 22,20 17,90

15,89 17,00 17,00 18,73 19,38

Tabel 3.4.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMA Keatas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 33,80 34,68 34,78 37,62 38,12Sumatera Utara 37,65 39,33 38,57 41,22 40,89Sumatera Barat 34,02 34,15 33,27 33,68 35,95Riau 35,74 36,24 36,29 36,86 37,79Jambi 29,56 30,39 30,83 32,13 32,06Sumatera Selatan 27,12 27,41 27,36 29,01 28,91Bengkulu 33,13 35,25 34,91 36,12 36,37Lampung 24,98 25,04 24,17 26,03 25,64Kepulauan Bangka Belitung 28,35 30,72 28,72 29,06 28,60Kepulauan Riau 55,87 58,65 56,91 56,96 57,80DKI Jakarta 59,07 62,18 60,23 59,28 62,31Jawa Barat 29,49 31,50 29,86 31,40 33,09Jawa Tengah 21,38 22,67 22,21 23,04 24,19DI Yogyakarta 46,19 45,83 47,12 46,98 49,18Jawa Timur 24,21 25,91 25,56 26,92 27,02Banten 39,37 41,49 38,65 39,23 40,56Bali 44,54 45,44 45,63 46,46 47,33Nusa Tenggara Barat 25,90 28,66 26,20 30,12 30,57Nusa Tenggara Timur 22,68 25,35 23,92 24,97 25,90Kalimantan Barat 23,62 24,62 22,41 25,18 25,45Kalimantan Tengah 29,38 29,93 29,20 30,14 32,07Kalimantan Selatan 28,23 30,65 31,72 31,28 33,28Kalimantan Timur 45,54 46,29 46,19 46,02 47,35Kalimantan Utara - - - - 39,36Sulawesi Utara 35,22 37,87 36,58 37,98 37,73Sulawesi Tengah 28,20 28,36 28,68 28,99 30,97Sulawesi Selatan 31,36 31,76 31,50 31,65 33,50Sulawesi Tenggara 34,88 35,29 35,58 37,41 37,95Gorontalo 21,50 20,77 20,19 21,16 22,53Sulawesi Barat 24,77 26,89 24,48 26,34 24,60Maluku 37,25 38,90 39,24 43,32 42,30Maluku Utara 32,77 34,42 34,79 35,24 35,59Papua Barat 45,21 44,77 42,73 46,38 48,86Papua 27,92 28,96 27,04 27,72 30,81

30,45 31,96 31,13 32,36 33,35

(1)

Indonesia

Tabel 3.4.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Tamat SMA Keatas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015262

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 58,87 58,98 61,77 61,28 61,29Sumatera Utara 68,14 66,56 66,24 67,85 69,06Sumatera Barat 56,95 57,51 62,96 64,90 64,01Riau 63,53 56,82 58,76 62,48 60,82Jambi 59,96 64,29 61,44 63,69 63,03Sumatera Selatan 70,13 68,74 63,22 67,14 66,79Bengkulu 68,77 70,64 68,60 65,57 72,21Lampung 59,50 57,82 62,24 60,22 65,92Kepulauan Bangka Belitung 52,66 54,96 56,24 54,37 55,22Kepulauan Riau 70,92 69,62 60,90 61,87 69,91DKI Jakarta 53,82 54,75 54,29 56,41 55,46Jawa Barat 52,65 51,41 50,17 53,69 52,53Jawa Tengah 62,46 62,29 63,31 62,88 63,12DI Yogyakarta 53,85 53,56 52,08 51,97 60,89Jawa Timur 63,61 62,85 63,87 64,14 64,01Banten 56,24 57,65 57,11 57,15 55,19Bali 69,16 75,45 76,57 81,32 78,87Nusa Tenggara Barat 67,65 65,48 67,15 64,44 59,54Nusa Tenggara Timur 78,39 77,70 78,39 78,85 77,63Kalimantan Barat 71,93 73,73 69,49 67,00 67,15Kalimantan Tengah 72,39 67,47 68,74 71,12 69,29Kalimantan Selatan 64,03 58,79 61,68 63,21 64,05Kalimantan Timur 53,92 59,58 54,37 60,94 53,29Kalimantan Utara - - - - 60,73Sulawesi Utara 52,97 52,71 46,57 50,02 57,10Sulawesi Tengah 67,73 62,67 67,89 67,45 67,77Sulawesi Selatan 53,21 51,21 51,26 52,30 52,65Sulawesi Tenggara 70,70 70,36 66,03 65,40 60,35Gorontalo 60,44 62,08 63,33 64,87 70,87Sulawesi Barat 71,36 71,63 68,42 72,80 75,71Maluku 62,62 68,57 70,01 66,16 64,09Maluku Utara 62,61 66,09 61,00 65,02 67,43Papua Barat 72,71 79,22 76,10 76,19 78,71Papua 84,78 82,65 84,10 84,53 85,92

61,01 60,37 60,44 61,50 61,38

(1)

Indonesia

Tabel 3.5.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 93,64 94,30 94,06 93,77 93,94Sumatera Utara 93,69 93,53 93,50 93,35 93,16Sumatera Barat 92,15 92,54 91,85 92,82 91,75Riau 94,74 95,02 95,37 95,12 94,77Jambi 94,60 94,75 95,34 94,93 95,21Sumatera Selatan 93,98 94,69 93,82 93,60 94,37Bengkulu 94,51 95,81 95,53 95,08 95,87Lampung 93,97 94,71 95,16 94,83 95,08Kepulauan Bangka Belitung 93,86 93,66 94,20 94,57 93,39Kepulauan Riau 94,95 95,15 94,69 95,55 93,81DKI Jakarta 89,00 89,70 89,35 90,67 88,91Jawa Barat 92,12 92,28 93,02 92,65 92,46Jawa Tengah 91,84 92,04 91,94 92,17 91,96DI Yogyakarta 86,35 87,28 87,33 86,54 86,25Jawa Timur 92,38 92,66 92,83 92,73 92,42Banten 92,36 93,01 93,02 92,96 92,19Bali 93,35 93,58 93,34 93,30 93,22Nusa Tenggara Barat 92,28 92,90 93,88 93,37 92,28Nusa Tenggara Timur 93,76 93,73 94,33 94,19 94,46Kalimantan Barat 94,43 94,45 94,53 93,83 93,73Kalimantan Tengah 96,31 96,00 96,25 95,88 95,19Kalimantan Selatan 93,98 94,20 94,57 93,91 93,52Kalimantan Timur 93,74 94,51 93,80 93,38 93,41Kalimantan Utara - - - - 92,66Sulawesi Utara 90,42 91,54 91,49 91,59 91,43Sulawesi Tengah 94,44 94,40 94,98 95,51 94,81Sulawesi Selatan 91,31 91,79 91,77 91,70 91,23Sulawesi Tenggara 94,87 95,21 93,68 94,22 93,28Gorontalo 93,83 94,55 94,92 93,59 95,47Sulawesi Barat 95,42 95,75 95,82 95,66 95,77Maluku 92,42 91,77 92,11 92,26 92,83Maluku Utara 95,69 95,30 96,13 95,50 95,29Papua Barat 94,93 95,04 94,39 94,97 93,62Papua 97,53 97,04 96,88 96,90 97,28

92,59 92,90 93,05 92,97 92,68

(1)

Indonesia

Tabel 3.5.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 263

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 58,87 58,98 61,77 61,28 61,29Sumatera Utara 68,14 66,56 66,24 67,85 69,06Sumatera Barat 56,95 57,51 62,96 64,90 64,01Riau 63,53 56,82 58,76 62,48 60,82Jambi 59,96 64,29 61,44 63,69 63,03Sumatera Selatan 70,13 68,74 63,22 67,14 66,79Bengkulu 68,77 70,64 68,60 65,57 72,21Lampung 59,50 57,82 62,24 60,22 65,92Kepulauan Bangka Belitung 52,66 54,96 56,24 54,37 55,22Kepulauan Riau 70,92 69,62 60,90 61,87 69,91DKI Jakarta 53,82 54,75 54,29 56,41 55,46Jawa Barat 52,65 51,41 50,17 53,69 52,53Jawa Tengah 62,46 62,29 63,31 62,88 63,12DI Yogyakarta 53,85 53,56 52,08 51,97 60,89Jawa Timur 63,61 62,85 63,87 64,14 64,01Banten 56,24 57,65 57,11 57,15 55,19Bali 69,16 75,45 76,57 81,32 78,87Nusa Tenggara Barat 67,65 65,48 67,15 64,44 59,54Nusa Tenggara Timur 78,39 77,70 78,39 78,85 77,63Kalimantan Barat 71,93 73,73 69,49 67,00 67,15Kalimantan Tengah 72,39 67,47 68,74 71,12 69,29Kalimantan Selatan 64,03 58,79 61,68 63,21 64,05Kalimantan Timur 53,92 59,58 54,37 60,94 53,29Kalimantan Utara - - - - 60,73Sulawesi Utara 52,97 52,71 46,57 50,02 57,10Sulawesi Tengah 67,73 62,67 67,89 67,45 67,77Sulawesi Selatan 53,21 51,21 51,26 52,30 52,65Sulawesi Tenggara 70,70 70,36 66,03 65,40 60,35Gorontalo 60,44 62,08 63,33 64,87 70,87Sulawesi Barat 71,36 71,63 68,42 72,80 75,71Maluku 62,62 68,57 70,01 66,16 64,09Maluku Utara 62,61 66,09 61,00 65,02 67,43Papua Barat 72,71 79,22 76,10 76,19 78,71Papua 84,78 82,65 84,10 84,53 85,92

61,01 60,37 60,44 61,50 61,38

(1)

Indonesia

Tabel 3.5.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 93,64 94,30 94,06 93,77 93,94Sumatera Utara 93,69 93,53 93,50 93,35 93,16Sumatera Barat 92,15 92,54 91,85 92,82 91,75Riau 94,74 95,02 95,37 95,12 94,77Jambi 94,60 94,75 95,34 94,93 95,21Sumatera Selatan 93,98 94,69 93,82 93,60 94,37Bengkulu 94,51 95,81 95,53 95,08 95,87Lampung 93,97 94,71 95,16 94,83 95,08Kepulauan Bangka Belitung 93,86 93,66 94,20 94,57 93,39Kepulauan Riau 94,95 95,15 94,69 95,55 93,81DKI Jakarta 89,00 89,70 89,35 90,67 88,91Jawa Barat 92,12 92,28 93,02 92,65 92,46Jawa Tengah 91,84 92,04 91,94 92,17 91,96DI Yogyakarta 86,35 87,28 87,33 86,54 86,25Jawa Timur 92,38 92,66 92,83 92,73 92,42Banten 92,36 93,01 93,02 92,96 92,19Bali 93,35 93,58 93,34 93,30 93,22Nusa Tenggara Barat 92,28 92,90 93,88 93,37 92,28Nusa Tenggara Timur 93,76 93,73 94,33 94,19 94,46Kalimantan Barat 94,43 94,45 94,53 93,83 93,73Kalimantan Tengah 96,31 96,00 96,25 95,88 95,19Kalimantan Selatan 93,98 94,20 94,57 93,91 93,52Kalimantan Timur 93,74 94,51 93,80 93,38 93,41Kalimantan Utara - - - - 92,66Sulawesi Utara 90,42 91,54 91,49 91,59 91,43Sulawesi Tengah 94,44 94,40 94,98 95,51 94,81Sulawesi Selatan 91,31 91,79 91,77 91,70 91,23Sulawesi Tenggara 94,87 95,21 93,68 94,22 93,28Gorontalo 93,83 94,55 94,92 93,59 95,47Sulawesi Barat 95,42 95,75 95,82 95,66 95,77Maluku 92,42 91,77 92,11 92,26 92,83Maluku Utara 95,69 95,30 96,13 95,50 95,29Papua Barat 94,93 95,04 94,39 94,97 93,62Papua 97,53 97,04 96,88 96,90 97,28

92,59 92,90 93,05 92,97 92,68

(1)

Indonesia

Tabel 3.5.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015264

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 37,91 31,26 41,43 37,33 35,97Sumatera Utara 41,21 38,98 37,25 39,10 34,33Sumatera Barat 36,95 35,31 41,96 37,36 41,92Riau 44,25 44,03 41,13 39,69 41,60Jambi 35,80 40,58 42,09 42,41 38,84Sumatera Selatan 34,56 34,61 44,79 40,96 40,10Bengkulu 40,56 32,59 42,00 36,78 39,89Lampung 38,07 35,81 43,60 39,48 39,54Kepulauan Bangka Belitung 45,47 48,15 51,04 46,71 46,94Kepulauan Riau 17,20 21,34 20,28 21,20 30,30DKI Jakarta 32,05 34,93 33,28 35,86 30,61Jawa Barat 31,54 34,25 35,08 37,24 31,85Jawa Tengah 35,05 34,52 36,54 37,77 33,72DI Yogyakarta 30,68 30,35 26,89 35,60 39,33Jawa Timur 34,59 33,00 34,67 35,21 33,66Banten 29,38 32,92 35,96 33,14 33,86Bali 30,39 32,59 35,10 32,14 29,62Nusa Tenggara Barat 31,54 31,34 32,74 34,03 33,03Nusa Tenggara Timur 40,61 38,58 40,85 39,67 43,18Kalimantan Barat 41,98 47,01 52,86 51,98 47,24Kalimantan Tengah 42,31 40,62 40,49 46,75 45,04Kalimantan Selatan 47,36 47,57 46,83 44,51 52,88Kalimantan Timur 41,44 39,73 47,71 50,85 44,66Kalimantan Utara - - - - 36,38Sulawesi Utara 42,16 42,08 48,53 42,81 47,03Sulawesi Tengah 42,00 43,17 44,00 39,50 41,76Sulawesi Selatan 38,57 37,13 39,24 39,46 37,48Sulawesi Tenggara 47,42 41,42 47,53 50,54 45,15Gorontalo 33,15 33,70 32,89 42,75 40,67Sulawesi Barat 37,66 44,41 47,31 37,61 46,51Maluku 46,41 53,95 54,86 56,15 51,23Maluku Utara 43,90 37,78 42,03 44,32 41,19Papua Barat 35,02 40,38 41,13 43,69 50,26Papua 38,55 38,16 48,29 41,62 38,26

35,51 35,41 37,48 37,91 35,77

Tabel 3.6.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Sendiri menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,48 28,70 30,35 30,06 28,83Sumatera Utara 21,54 23,22 22,81 22,70 23,32Sumatera Barat 26,91 27,81 27,87 27,79 29,92Riau 27,06 25,53 27,57 27,28 29,11Jambi 26,77 28,62 29,59 28,56 30,30Sumatera Selatan 21,85 21,59 24,15 25,00 25,46Bengkulu 20,57 21,04 25,25 23,22 26,80Lampung 20,43 21,84 24,21 23,36 27,41Kepulauan Bangka Belitung 25,07 25,81 30,02 30,62 31,59Kepulauan Riau 22,86 22,95 24,55 23,32 21,92DKI Jakarta 22,42 21,55 22,69 21,67 19,55Jawa Barat 23,19 22,80 24,62 23,03 22,71Jawa Tengah 17,86 18,23 18,33 18,46 20,80DI Yogyakarta 14,78 16,52 14,36 16,49 19,01Jawa Timur 17,57 16,97 18,81 18,41 20,17Banten 20,35 20,34 21,78 22,17 19,79Bali 15,16 15,23 14,60 14,35 14,77Nusa Tenggara Barat 19,23 18,65 19,67 19,25 18,39Nusa Tenggara Timur 17,53 18,33 19,69 18,75 24,63Kalimantan Barat 21,79 23,14 24,46 24,65 25,84Kalimantan Tengah 24,60 24,22 24,96 24,37 25,50Kalimantan Selatan 25,75 26,40 27,30 27,67 28,80Kalimantan Timur 22,88 23,33 23,22 24,89 26,08Kalimantan Utara - - - - 31,37Sulawesi Utara 32,70 32,72 33,66 34,83 32,61Sulawesi Tengah 29,41 28,16 28,66 28,12 31,51Sulawesi Selatan 24,74 25,66 27,37 27,16 31,71Sulawesi Tenggara 25,57 24,12 27,25 25,92 26,53Gorontalo 33,67 32,62 35,47 35,35 35,51Sulawesi Barat 24,81 23,74 25,29 26,02 31,90Maluku 32,79 33,47 39,14 38,52 38,25Maluku Utara 28,79 28,68 31,25 31,57 33,48Papua Barat 21,62 24,31 24,24 23,77 24,54Papua 22,47 23,02 27,20 23,24 24,31

21,35 21,46 22,80 22,34 23,40

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Sendiri menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 265

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 37,91 31,26 41,43 37,33 35,97Sumatera Utara 41,21 38,98 37,25 39,10 34,33Sumatera Barat 36,95 35,31 41,96 37,36 41,92Riau 44,25 44,03 41,13 39,69 41,60Jambi 35,80 40,58 42,09 42,41 38,84Sumatera Selatan 34,56 34,61 44,79 40,96 40,10Bengkulu 40,56 32,59 42,00 36,78 39,89Lampung 38,07 35,81 43,60 39,48 39,54Kepulauan Bangka Belitung 45,47 48,15 51,04 46,71 46,94Kepulauan Riau 17,20 21,34 20,28 21,20 30,30DKI Jakarta 32,05 34,93 33,28 35,86 30,61Jawa Barat 31,54 34,25 35,08 37,24 31,85Jawa Tengah 35,05 34,52 36,54 37,77 33,72DI Yogyakarta 30,68 30,35 26,89 35,60 39,33Jawa Timur 34,59 33,00 34,67 35,21 33,66Banten 29,38 32,92 35,96 33,14 33,86Bali 30,39 32,59 35,10 32,14 29,62Nusa Tenggara Barat 31,54 31,34 32,74 34,03 33,03Nusa Tenggara Timur 40,61 38,58 40,85 39,67 43,18Kalimantan Barat 41,98 47,01 52,86 51,98 47,24Kalimantan Tengah 42,31 40,62 40,49 46,75 45,04Kalimantan Selatan 47,36 47,57 46,83 44,51 52,88Kalimantan Timur 41,44 39,73 47,71 50,85 44,66Kalimantan Utara - - - - 36,38Sulawesi Utara 42,16 42,08 48,53 42,81 47,03Sulawesi Tengah 42,00 43,17 44,00 39,50 41,76Sulawesi Selatan 38,57 37,13 39,24 39,46 37,48Sulawesi Tenggara 47,42 41,42 47,53 50,54 45,15Gorontalo 33,15 33,70 32,89 42,75 40,67Sulawesi Barat 37,66 44,41 47,31 37,61 46,51Maluku 46,41 53,95 54,86 56,15 51,23Maluku Utara 43,90 37,78 42,03 44,32 41,19Papua Barat 35,02 40,38 41,13 43,69 50,26Papua 38,55 38,16 48,29 41,62 38,26

35,51 35,41 37,48 37,91 35,77

Tabel 3.6.1. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Sendiri menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,48 28,70 30,35 30,06 28,83Sumatera Utara 21,54 23,22 22,81 22,70 23,32Sumatera Barat 26,91 27,81 27,87 27,79 29,92Riau 27,06 25,53 27,57 27,28 29,11Jambi 26,77 28,62 29,59 28,56 30,30Sumatera Selatan 21,85 21,59 24,15 25,00 25,46Bengkulu 20,57 21,04 25,25 23,22 26,80Lampung 20,43 21,84 24,21 23,36 27,41Kepulauan Bangka Belitung 25,07 25,81 30,02 30,62 31,59Kepulauan Riau 22,86 22,95 24,55 23,32 21,92DKI Jakarta 22,42 21,55 22,69 21,67 19,55Jawa Barat 23,19 22,80 24,62 23,03 22,71Jawa Tengah 17,86 18,23 18,33 18,46 20,80DI Yogyakarta 14,78 16,52 14,36 16,49 19,01Jawa Timur 17,57 16,97 18,81 18,41 20,17Banten 20,35 20,34 21,78 22,17 19,79Bali 15,16 15,23 14,60 14,35 14,77Nusa Tenggara Barat 19,23 18,65 19,67 19,25 18,39Nusa Tenggara Timur 17,53 18,33 19,69 18,75 24,63Kalimantan Barat 21,79 23,14 24,46 24,65 25,84Kalimantan Tengah 24,60 24,22 24,96 24,37 25,50Kalimantan Selatan 25,75 26,40 27,30 27,67 28,80Kalimantan Timur 22,88 23,33 23,22 24,89 26,08Kalimantan Utara - - - - 31,37Sulawesi Utara 32,70 32,72 33,66 34,83 32,61Sulawesi Tengah 29,41 28,16 28,66 28,12 31,51Sulawesi Selatan 24,74 25,66 27,37 27,16 31,71Sulawesi Tenggara 25,57 24,12 27,25 25,92 26,53Gorontalo 33,67 32,62 35,47 35,35 35,51Sulawesi Barat 24,81 23,74 25,29 26,02 31,90Maluku 32,79 33,47 39,14 38,52 38,25Maluku Utara 28,79 28,68 31,25 31,57 33,48Papua Barat 21,62 24,31 24,24 23,77 24,54Papua 22,47 23,02 27,20 23,24 24,31

21,35 21,46 22,80 22,34 23,40

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.2. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Sendiri menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015266

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,77 22,80 21,82 23,67 25,38Sumatera Utara 24,07 24,59 26,30 24,72 24,42Sumatera Barat 24,28 22,19 21,81 21,27 15,82Riau 14,94 14,75 17,90 13,31 15,64Jambi 16,80 15,13 16,93 18,85 18,47Sumatera Selatan 28,55 22,99 21,04 25,85 25,01Bengkulu 22,77 20,69 24,26 17,33 24,11Lampung 26,20 25,15 23,41 22,75 19,85Kepulauan Bangka Belitung 8,54 10,98 9,78 8,47 10,19Kepulauan Riau 4,36 6,32 1,17 1,50 0,85DKI Jakarta 6,71 6,28 9,24 7,23 7,81Jawa Barat 13,44 11,95 10,98 9,63 10,48Jawa Tengah 22,79 19,55 19,85 21,12 17,56DI Yogyakarta 27,66 23,86 23,00 24,85 21,29Jawa Timur 20,83 22,48 21,14 20,69 20,33Banten 9,27 7,52 8,24 12,42 11,55Bali 17,76 15,93 14,90 13,86 13,40Nusa Tenggara Barat 22,32 17,48 22,64 20,45 27,66Nusa Tenggara Timur 44,67 46,43 44,35 44,14 38,61Kalimantan Barat 29,47 26,78 22,33 21,13 21,33Kalimantan Tengah 20,39 27,98 29,09 26,99 19,86Kalimantan Selatan 21,48 22,76 23,71 20,44 19,83Kalimantan Timur 13,97 12,74 10,27 9,47 12,45Kalimantan Utara - - - - 15,50Sulawesi Utara 6,43 9,30 7,89 12,32 8,62Sulawesi Tengah 26,44 25,31 23,44 26,03 24,45Sulawesi Selatan 26,57 29,13 30,91 29,43 25,70Sulawesi Tenggara 32,43 34,11 31,50 25,37 30,86Gorontalo 11,29 15,05 19,51 11,31 13,32Sulawesi Barat 44,84 38,35 35,34 37,72 29,69Maluku 22,54 17,96 19,44 17,89 19,20Maluku Utara 28,52 33,56 32,00 29,86 31,58Papua Barat 33,03 24,90 33,80 29,01 20,32Papua 43,77 46,31 36,67 36,91 41,48

20,98 20,14 19,88 19,48 18,73Indonesia

Tabel 3.6.3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,91 24,03 22,69 21,17 24,37Sumatera Utara 24,04 22,35 22,21 22,13 20,33Sumatera Barat 25,12 23,54 24,28 22,05 19,20Riau 14,00 14,99 14,48 13,26 14,79Jambi 24,62 23,59 21,79 21,84 23,61Sumatera Selatan 34,76 34,31 32,46 30,16 30,77Bengkulu 37,18 37,46 33,61 33,69 31,61Lampung 33,97 33,13 30,15 29,24 26,69Kepulauan Bangka Belitung 15,77 15,66 13,78 14,43 13,61Kepulauan Riau 4,78 3,83 3,82 2,71 3,77DKI Jakarta 7,56 4,56 5,75 6,12 5,59Jawa Barat 14,09 12,75 12,60 12,84 12,58Jawa Tengah 28,34 26,74 26,05 24,69 23,01DI Yogyakarta 29,96 29,00 26,43 21,33 22,25Jawa Timur 26,99 27,27 25,87 24,60 23,18Banten 11,39 11,07 11,22 10,10 8,78Bali 23,43 21,81 20,47 20,51 18,40Nusa Tenggara Barat 32,59 31,75 32,32 29,38 33,83Nusa Tenggara Timur 56,00 52,78 52,51 52,14 48,56Kalimantan Barat 37,88 35,32 33,65 30,35 28,11Kalimantan Tengah 28,37 27,78 26,53 22,69 20,32Kalimantan Selatan 24,35 23,99 22,96 21,31 21,88Kalimantan Timur 13,27 13,50 11,84 10,59 10,40Kalimantan Utara - - - - 11,21Sulawesi Utara 13,17 11,74 10,18 10,12 11,09Sulawesi Tengah 29,50 29,28 30,61 29,84 30,29Sulawesi Selatan 35,20 33,66 32,86 31,35 28,14Sulawesi Tenggara 35,63 34,33 31,10 32,86 33,31Gorontalo 22,98 23,80 23,21 19,59 19,47Sulawesi Barat 41,15 41,96 42,37 39,09 37,42Maluku 30,80 28,18 26,34 20,94 23,20Maluku Utara 34,53 32,46 31,20 29,32 29,89Papua Barat 28,52 26,24 29,73 25,31 24,49Papua 51,87 52,05 48,42 52,18 50,20

24,25 23,24 22,41 21,46 20,62

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 267

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,77 22,80 21,82 23,67 25,38Sumatera Utara 24,07 24,59 26,30 24,72 24,42Sumatera Barat 24,28 22,19 21,81 21,27 15,82Riau 14,94 14,75 17,90 13,31 15,64Jambi 16,80 15,13 16,93 18,85 18,47Sumatera Selatan 28,55 22,99 21,04 25,85 25,01Bengkulu 22,77 20,69 24,26 17,33 24,11Lampung 26,20 25,15 23,41 22,75 19,85Kepulauan Bangka Belitung 8,54 10,98 9,78 8,47 10,19Kepulauan Riau 4,36 6,32 1,17 1,50 0,85DKI Jakarta 6,71 6,28 9,24 7,23 7,81Jawa Barat 13,44 11,95 10,98 9,63 10,48Jawa Tengah 22,79 19,55 19,85 21,12 17,56DI Yogyakarta 27,66 23,86 23,00 24,85 21,29Jawa Timur 20,83 22,48 21,14 20,69 20,33Banten 9,27 7,52 8,24 12,42 11,55Bali 17,76 15,93 14,90 13,86 13,40Nusa Tenggara Barat 22,32 17,48 22,64 20,45 27,66Nusa Tenggara Timur 44,67 46,43 44,35 44,14 38,61Kalimantan Barat 29,47 26,78 22,33 21,13 21,33Kalimantan Tengah 20,39 27,98 29,09 26,99 19,86Kalimantan Selatan 21,48 22,76 23,71 20,44 19,83Kalimantan Timur 13,97 12,74 10,27 9,47 12,45Kalimantan Utara - - - - 15,50Sulawesi Utara 6,43 9,30 7,89 12,32 8,62Sulawesi Tengah 26,44 25,31 23,44 26,03 24,45Sulawesi Selatan 26,57 29,13 30,91 29,43 25,70Sulawesi Tenggara 32,43 34,11 31,50 25,37 30,86Gorontalo 11,29 15,05 19,51 11,31 13,32Sulawesi Barat 44,84 38,35 35,34 37,72 29,69Maluku 22,54 17,96 19,44 17,89 19,20Maluku Utara 28,52 33,56 32,00 29,86 31,58Papua Barat 33,03 24,90 33,80 29,01 20,32Papua 43,77 46,31 36,67 36,91 41,48

20,98 20,14 19,88 19,48 18,73Indonesia

Tabel 3.6.3. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,91 24,03 22,69 21,17 24,37Sumatera Utara 24,04 22,35 22,21 22,13 20,33Sumatera Barat 25,12 23,54 24,28 22,05 19,20Riau 14,00 14,99 14,48 13,26 14,79Jambi 24,62 23,59 21,79 21,84 23,61Sumatera Selatan 34,76 34,31 32,46 30,16 30,77Bengkulu 37,18 37,46 33,61 33,69 31,61Lampung 33,97 33,13 30,15 29,24 26,69Kepulauan Bangka Belitung 15,77 15,66 13,78 14,43 13,61Kepulauan Riau 4,78 3,83 3,82 2,71 3,77DKI Jakarta 7,56 4,56 5,75 6,12 5,59Jawa Barat 14,09 12,75 12,60 12,84 12,58Jawa Tengah 28,34 26,74 26,05 24,69 23,01DI Yogyakarta 29,96 29,00 26,43 21,33 22,25Jawa Timur 26,99 27,27 25,87 24,60 23,18Banten 11,39 11,07 11,22 10,10 8,78Bali 23,43 21,81 20,47 20,51 18,40Nusa Tenggara Barat 32,59 31,75 32,32 29,38 33,83Nusa Tenggara Timur 56,00 52,78 52,51 52,14 48,56Kalimantan Barat 37,88 35,32 33,65 30,35 28,11Kalimantan Tengah 28,37 27,78 26,53 22,69 20,32Kalimantan Selatan 24,35 23,99 22,96 21,31 21,88Kalimantan Timur 13,27 13,50 11,84 10,59 10,40Kalimantan Utara - - - - 11,21Sulawesi Utara 13,17 11,74 10,18 10,12 11,09Sulawesi Tengah 29,50 29,28 30,61 29,84 30,29Sulawesi Selatan 35,20 33,66 32,86 31,35 28,14Sulawesi Tenggara 35,63 34,33 31,10 32,86 33,31Gorontalo 22,98 23,80 23,21 19,59 19,47Sulawesi Barat 41,15 41,96 42,37 39,09 37,42Maluku 30,80 28,18 26,34 20,94 23,20Maluku Utara 34,53 32,46 31,20 29,32 29,89Papua Barat 28,52 26,24 29,73 25,31 24,49Papua 51,87 52,05 48,42 52,18 50,20

24,25 23,24 22,41 21,46 20,62

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.4. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015268

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 4,45 6,58 3,18 3,77 5,21Sumatera Utara 4,37 3,65 4,62 5,56 4,16Sumatera Barat 4,72 4,76 5,06 4,13 3,47Riau 5,99 7,82 4,49 9,49 7,64Jambi 8,64 5,02 8,57 8,79 4,41Sumatera Selatan 3,82 2,54 2,39 3,43 2,93Bengkulu 2,56 5,23 2,85 2,95 3,93Lampung 2,09 3,37 2,79 3,73 3,74Kepulauan Bangka Belitung 2,54 3,76 2,52 2,82 1,32Kepulauan Riau 1,57 2,09 6,56 4,11 1,31DKI Jakarta 7,68 5,10 3,67 4,13 1,51Jawa Barat 2,81 3,06 2,81 3,36 4,80Jawa Tengah 3,21 3,90 3,88 3,47 5,08DI Yogyakarta 2,99 6,34 3,08 4,30 2,65Jawa Timur 3,95 4,49 4,43 4,50 5,49Banten 3,35 4,07 3,55 3,54 4,85Bali 3,97 5,26 2,43 4,45 2,44Nusa Tenggara Barat 2,74 2,49 3,90 2,52 2,61Nusa Tenggara Timur 0,96 1,23 0,96 1,18 0,97Kalimantan Barat 1,79 3,20 2,34 2,62 1,43Kalimantan Tengah 1,79 3,65 4,88 1,88 2,25Kalimantan Selatan 2,85 1,95 4,29 3,39 2,27Kalimantan Timur 4,72 2,99 3,95 4,00 4,77Kalimantan Utara - - - - 7,06Sulawesi Utara 6,10 7,10 5,85 3,98 2,47Sulawesi Tengah 3,28 4,24 6,40 5,65 5,14Sulawesi Selatan 3,15 2,00 2,53 1,67 3,56Sulawesi Tenggara 1,67 2,00 1,38 3,25 1,37Gorontalo 1,86 3,26 5,58 5,19 2,63Sulawesi Barat 2,56 2,17 2,51 2,19 2,72Maluku 3,04 0,85 1,80 1,71 0,28Maluku Utara 5,70 6,96 6,84 5,51 2,48Papua Barat 4,25 2,25 0,70 0,42 3,25Papua 1,61 0,66 0,75 1,19 0,56

3,56 3,83 3,68 3,85 4,20

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.5. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 7,13 6,28 6,93 6,32 6,12Sumatera Utara 5,11 5,19 4,86 5,58 4,72Sumatera Barat 7,51 6,87 6,45 5,97 5,28Riau 7,67 8,17 7,42 8,65 5,56Jambi 7,70 7,49 7,25 6,98 5,40Sumatera Selatan 5,21 4,41 4,65 4,47 3,66Bengkulu 4,54 4,82 4,59 5,84 3,57Lampung 4,93 4,91 4,85 5,33 4,62Kepulauan Bangka Belitung 10,58 10,09 10,03 8,99 6,32Kepulauan Riau 4,27 5,72 3,52 3,35 3,51DKI Jakarta 6,45 6,87 5,89 5,93 4,73Jawa Barat 4,33 4,45 4,24 4,99 4,33Jawa Tengah 4,48 4,60 5,16 5,23 4,59DI Yogyakarta 5,04 5,24 5,04 6,41 4,54Jawa Timur 5,90 5,94 6,02 5,70 5,72Banten 5,09 4,09 4,75 5,39 3,74Bali 5,90 5,19 5,67 5,34 4,10Nusa Tenggara Barat 4,01 3,76 4,09 4,14 4,09Nusa Tenggara Timur 2,91 2,69 2,81 3,19 2,26Kalimantan Barat 4,25 5,22 4,62 5,49 4,15Kalimantan Tengah 4,84 6,31 5,39 4,30 3,39Kalimantan Selatan 4,87 5,35 4,20 4,88 4,07Kalimantan Timur 5,00 4,95 5,45 4,88 3,14Kalimantan Utara - - - - 4,05Sulawesi Utara 6,95 6,12 4,98 4,83 4,30Sulawesi Tengah 7,64 7,45 6,60 7,37 5,47Sulawesi Selatan 6,75 5,73 5,95 5,70 4,86Sulawesi Tenggara 6,05 6,37 5,76 5,83 4,59Gorontalo 4,67 4,38 4,49 5,38 5,20Sulawesi Barat 6,06 4,78 3,39 4,80 3,40Maluku 3,19 3,93 3,39 3,37 2,20Maluku Utara 5,62 6,78 4,79 4,46 3,86Papua Barat 3,78 3,72 3,00 4,54 2,53Papua 2,08 2,17 1,84 1,73 1,46

5,22 5,20 5,13 5,36 4,57

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 269

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 4,45 6,58 3,18 3,77 5,21Sumatera Utara 4,37 3,65 4,62 5,56 4,16Sumatera Barat 4,72 4,76 5,06 4,13 3,47Riau 5,99 7,82 4,49 9,49 7,64Jambi 8,64 5,02 8,57 8,79 4,41Sumatera Selatan 3,82 2,54 2,39 3,43 2,93Bengkulu 2,56 5,23 2,85 2,95 3,93Lampung 2,09 3,37 2,79 3,73 3,74Kepulauan Bangka Belitung 2,54 3,76 2,52 2,82 1,32Kepulauan Riau 1,57 2,09 6,56 4,11 1,31DKI Jakarta 7,68 5,10 3,67 4,13 1,51Jawa Barat 2,81 3,06 2,81 3,36 4,80Jawa Tengah 3,21 3,90 3,88 3,47 5,08DI Yogyakarta 2,99 6,34 3,08 4,30 2,65Jawa Timur 3,95 4,49 4,43 4,50 5,49Banten 3,35 4,07 3,55 3,54 4,85Bali 3,97 5,26 2,43 4,45 2,44Nusa Tenggara Barat 2,74 2,49 3,90 2,52 2,61Nusa Tenggara Timur 0,96 1,23 0,96 1,18 0,97Kalimantan Barat 1,79 3,20 2,34 2,62 1,43Kalimantan Tengah 1,79 3,65 4,88 1,88 2,25Kalimantan Selatan 2,85 1,95 4,29 3,39 2,27Kalimantan Timur 4,72 2,99 3,95 4,00 4,77Kalimantan Utara - - - - 7,06Sulawesi Utara 6,10 7,10 5,85 3,98 2,47Sulawesi Tengah 3,28 4,24 6,40 5,65 5,14Sulawesi Selatan 3,15 2,00 2,53 1,67 3,56Sulawesi Tenggara 1,67 2,00 1,38 3,25 1,37Gorontalo 1,86 3,26 5,58 5,19 2,63Sulawesi Barat 2,56 2,17 2,51 2,19 2,72Maluku 3,04 0,85 1,80 1,71 0,28Maluku Utara 5,70 6,96 6,84 5,51 2,48Papua Barat 4,25 2,25 0,70 0,42 3,25Papua 1,61 0,66 0,75 1,19 0,56

3,56 3,83 3,68 3,85 4,20

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.5. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 7,13 6,28 6,93 6,32 6,12Sumatera Utara 5,11 5,19 4,86 5,58 4,72Sumatera Barat 7,51 6,87 6,45 5,97 5,28Riau 7,67 8,17 7,42 8,65 5,56Jambi 7,70 7,49 7,25 6,98 5,40Sumatera Selatan 5,21 4,41 4,65 4,47 3,66Bengkulu 4,54 4,82 4,59 5,84 3,57Lampung 4,93 4,91 4,85 5,33 4,62Kepulauan Bangka Belitung 10,58 10,09 10,03 8,99 6,32Kepulauan Riau 4,27 5,72 3,52 3,35 3,51DKI Jakarta 6,45 6,87 5,89 5,93 4,73Jawa Barat 4,33 4,45 4,24 4,99 4,33Jawa Tengah 4,48 4,60 5,16 5,23 4,59DI Yogyakarta 5,04 5,24 5,04 6,41 4,54Jawa Timur 5,90 5,94 6,02 5,70 5,72Banten 5,09 4,09 4,75 5,39 3,74Bali 5,90 5,19 5,67 5,34 4,10Nusa Tenggara Barat 4,01 3,76 4,09 4,14 4,09Nusa Tenggara Timur 2,91 2,69 2,81 3,19 2,26Kalimantan Barat 4,25 5,22 4,62 5,49 4,15Kalimantan Tengah 4,84 6,31 5,39 4,30 3,39Kalimantan Selatan 4,87 5,35 4,20 4,88 4,07Kalimantan Timur 5,00 4,95 5,45 4,88 3,14Kalimantan Utara - - - - 4,05Sulawesi Utara 6,95 6,12 4,98 4,83 4,30Sulawesi Tengah 7,64 7,45 6,60 7,37 5,47Sulawesi Selatan 6,75 5,73 5,95 5,70 4,86Sulawesi Tenggara 6,05 6,37 5,76 5,83 4,59Gorontalo 4,67 4,38 4,49 5,38 5,20Sulawesi Barat 6,06 4,78 3,39 4,80 3,40Maluku 3,19 3,93 3,39 3,37 2,20Maluku Utara 5,62 6,78 4,79 4,46 3,86Papua Barat 3,78 3,72 3,00 4,54 2,53Papua 2,08 2,17 1,84 1,73 1,46

5,22 5,20 5,13 5,36 4,57

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.6. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015270

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 19,78 27,25 22,57 22,55 21,02Sumatera Utara 20,66 23,20 23,15 21,32 26,36Sumatera Barat 20,61 19,63 15,12 16,97 20,90Riau 27,99 26,79 29,91 28,06 27,71Jambi 25,40 26,27 23,05 24,19 29,38Sumatera Selatan 24,21 28,58 22,01 22,43 24,16Bengkulu 22,74 22,21 17,18 27,29 19,45Lampung 20,19 19,54 14,15 18,47 22,79Kepulauan Bangka Belitung 34,78 30,74 30,24 32,59 33,45Kepulauan Riau 71,46 62,03 64,16 67,33 60,82DKI Jakarta 49,95 44,86 46,94 46,89 51,28Jawa Barat 31,28 28,38 27,71 28,30 32,58Jawa Tengah 20,57 20,80 20,28 18,59 24,16DI Yogyakarta 27,07 28,00 29,41 24,20 26,55Jawa Timur 19,49 18,85 19,89 20,02 22,54Banten 44,98 37,78 34,22 36,35 32,70Bali 37,98 34,64 38,03 39,79 43,31Nusa Tenggara Barat 10,63 7,25 8,87 10,92 13,89Nusa Tenggara Timur 8,93 8,66 7,83 8,57 10,62Kalimantan Barat 17,11 18,29 16,90 18,58 19,15Kalimantan Tengah 30,42 25,22 19,21 19,49 26,17Kalimantan Selatan 20,19 18,05 15,77 23,10 16,49Kalimantan Timur 32,32 38,17 32,48 26,79 29,34Kalimantan Utara - - - - 28,90Sulawesi Utara 36,69 34,31 28,51 32,55 31,72Sulawesi Tengah 19,64 17,58 17,76 19,79 20,88Sulawesi Selatan 21,07 20,47 17,15 16,32 23,32Sulawesi Tenggara 14,60 16,48 14,48 14,94 16,28Gorontalo 37,05 31,63 30,69 30,12 31,24Sulawesi Barat 9,48 10,29 8,49 14,96 15,09Maluku 24,44 23,24 21,12 20,08 23,03Maluku Utara 17,25 17,47 14,31 16,60 15,73Papua Barat 25,21 30,81 20,11 22,95 23,01Papua 13,51 11,68 11,75 15,75 13,12

24,37 23,52 22,78 23,05 26,12

Tabel 3.6.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Buruh/Karyawan/Pegawai menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 32,47 34,23 31,77 33,17 30,32Sumatera Utara 40,02 39,95 40,27 40,28 40,78Sumatera Barat 27,98 27,04 27,26 28,36 29,17Riau 43,52 44,02 42,20 42,56 39,58Jambi 33,31 32,65 34,50 35,54 32,30Sumatera Selatan 31,64 34,37 33,05 34,12 32,93Bengkulu 29,40 28,56 27,28 28,85 28,87Lampung 26,05 25,09 25,18 27,07 26,27Kepulauan Bangka Belitung 43,08 42,90 40,50 39,46 40,95Kepulauan Riau 65,15 62,64 64,43 66,97 64,42DKI Jakarta 59,42 61,64 60,96 61,29 63,00Jawa Barat 40,45 40,37 38,99 39,96 42,39Jawa Tengah 28,52 28,43 27,95 28,88 31,22DI Yogyakarta 35,40 33,87 36,37 37,11 40,50Jawa Timur 30,29 30,31 29,79 31,59 32,25Banten 51,55 52,13 49,92 50,46 52,70Bali 43,17 41,90 43,61 45,41 48,72Nusa Tenggara Barat 23,16 22,89 23,15 25,22 25,83Nusa Tenggara Timur 19,99 21,59 19,72 20,43 19,24Kalimantan Barat 31,44 31,22 30,87 33,17 34,07Kalimantan Tengah 38,16 37,05 37,72 41,93 42,90Kalimantan Selatan 39,40 37,11 38,11 39,81 38,47Kalimantan Timur 55,01 53,18 54,27 53,87 53,07Kalimantan Utara - - - - 45,36Sulawesi Utara 36,02 36,20 37,43 34,57 34,28Sulawesi Tengah 24,77 23,61 23,85 24,52 23,89Sulawesi Selatan 28,22 29,44 28,32 29,84 29,69Sulawesi Tenggara 26,03 27,84 28,84 27,62 27,34Gorontalo 24,69 24,32 24,65 26,54 25,90Sulawesi Barat 22,94 24,11 22,77 23,84 21,67Maluku 30,10 29,75 25,59 31,82 29,83Maluku Utara 25,39 26,39 27,72 29,40 24,00Papua Barat 42,75 42,88 39,98 42,23 40,96Papua 21,33 21,27 19,83 19,57 20,11

35,47 35,54 34,98 36,11 36,97

Tabel 3.6.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Buruh/Karyawan/Pegawai menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 271

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 19,78 27,25 22,57 22,55 21,02Sumatera Utara 20,66 23,20 23,15 21,32 26,36Sumatera Barat 20,61 19,63 15,12 16,97 20,90Riau 27,99 26,79 29,91 28,06 27,71Jambi 25,40 26,27 23,05 24,19 29,38Sumatera Selatan 24,21 28,58 22,01 22,43 24,16Bengkulu 22,74 22,21 17,18 27,29 19,45Lampung 20,19 19,54 14,15 18,47 22,79Kepulauan Bangka Belitung 34,78 30,74 30,24 32,59 33,45Kepulauan Riau 71,46 62,03 64,16 67,33 60,82DKI Jakarta 49,95 44,86 46,94 46,89 51,28Jawa Barat 31,28 28,38 27,71 28,30 32,58Jawa Tengah 20,57 20,80 20,28 18,59 24,16DI Yogyakarta 27,07 28,00 29,41 24,20 26,55Jawa Timur 19,49 18,85 19,89 20,02 22,54Banten 44,98 37,78 34,22 36,35 32,70Bali 37,98 34,64 38,03 39,79 43,31Nusa Tenggara Barat 10,63 7,25 8,87 10,92 13,89Nusa Tenggara Timur 8,93 8,66 7,83 8,57 10,62Kalimantan Barat 17,11 18,29 16,90 18,58 19,15Kalimantan Tengah 30,42 25,22 19,21 19,49 26,17Kalimantan Selatan 20,19 18,05 15,77 23,10 16,49Kalimantan Timur 32,32 38,17 32,48 26,79 29,34Kalimantan Utara - - - - 28,90Sulawesi Utara 36,69 34,31 28,51 32,55 31,72Sulawesi Tengah 19,64 17,58 17,76 19,79 20,88Sulawesi Selatan 21,07 20,47 17,15 16,32 23,32Sulawesi Tenggara 14,60 16,48 14,48 14,94 16,28Gorontalo 37,05 31,63 30,69 30,12 31,24Sulawesi Barat 9,48 10,29 8,49 14,96 15,09Maluku 24,44 23,24 21,12 20,08 23,03Maluku Utara 17,25 17,47 14,31 16,60 15,73Papua Barat 25,21 30,81 20,11 22,95 23,01Papua 13,51 11,68 11,75 15,75 13,12

24,37 23,52 22,78 23,05 26,12

Tabel 3.6.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Buruh/Karyawan/Pegawai menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 32,47 34,23 31,77 33,17 30,32Sumatera Utara 40,02 39,95 40,27 40,28 40,78Sumatera Barat 27,98 27,04 27,26 28,36 29,17Riau 43,52 44,02 42,20 42,56 39,58Jambi 33,31 32,65 34,50 35,54 32,30Sumatera Selatan 31,64 34,37 33,05 34,12 32,93Bengkulu 29,40 28,56 27,28 28,85 28,87Lampung 26,05 25,09 25,18 27,07 26,27Kepulauan Bangka Belitung 43,08 42,90 40,50 39,46 40,95Kepulauan Riau 65,15 62,64 64,43 66,97 64,42DKI Jakarta 59,42 61,64 60,96 61,29 63,00Jawa Barat 40,45 40,37 38,99 39,96 42,39Jawa Tengah 28,52 28,43 27,95 28,88 31,22DI Yogyakarta 35,40 33,87 36,37 37,11 40,50Jawa Timur 30,29 30,31 29,79 31,59 32,25Banten 51,55 52,13 49,92 50,46 52,70Bali 43,17 41,90 43,61 45,41 48,72Nusa Tenggara Barat 23,16 22,89 23,15 25,22 25,83Nusa Tenggara Timur 19,99 21,59 19,72 20,43 19,24Kalimantan Barat 31,44 31,22 30,87 33,17 34,07Kalimantan Tengah 38,16 37,05 37,72 41,93 42,90Kalimantan Selatan 39,40 37,11 38,11 39,81 38,47Kalimantan Timur 55,01 53,18 54,27 53,87 53,07Kalimantan Utara - - - - 45,36Sulawesi Utara 36,02 36,20 37,43 34,57 34,28Sulawesi Tengah 24,77 23,61 23,85 24,52 23,89Sulawesi Selatan 28,22 29,44 28,32 29,84 29,69Sulawesi Tenggara 26,03 27,84 28,84 27,62 27,34Gorontalo 24,69 24,32 24,65 26,54 25,90Sulawesi Barat 22,94 24,11 22,77 23,84 21,67Maluku 30,10 29,75 25,59 31,82 29,83Maluku Utara 25,39 26,39 27,72 29,40 24,00Papua Barat 42,75 42,88 39,98 42,23 40,96Papua 21,33 21,27 19,83 19,57 20,11

35,47 35,54 34,98 36,11 36,97

Tabel 3.6.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Buruh/Karyawan/Pegawai menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015272

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 9,90 10,84 9,57 11,43 10,79Sumatera Utara 8,46 8,80 7,86 8,43 9,03Sumatera Barat 11,96 17,01 14,16 17,65 15,09Riau 5,62 5,67 5,76 7,48 6,10Jambi 11,85 10,37 7,67 5,28 6,96Sumatera Selatan 7,10 8,61 6,29 4,86 5,67Bengkulu 10,66 17,03 11,02 11,34 10,10Lampung 12,22 14,41 13,79 13,67 10,97Kepulauan Bangka Belitung 7,89 4,48 6,25 7,92 6,78Kepulauan Riau 5,08 8,21 7,39 5,87 4,49DKI Jakarta 3,12 8,14 6,13 5,28 6,16Jawa Barat 19,84 21,30 21,88 20,18 19,24Jawa Tengah 17,08 18,51 17,35 16,79 17,43DI Yogyakarta 9,55 9,42 9,61 8,46 8,27Jawa Timur 19,03 19,18 17,42 16,62 15,97Banten 13,02 16,32 15,88 12,91 15,35Bali 7,98 9,74 8,92 7,86 9,63Nusa Tenggara Barat 31,42 40,50 30,52 30,85 21,03Nusa Tenggara Timur 3,30 4,29 3,87 3,51 4,21Kalimantan Barat 5,90 3,18 3,14 3,13 7,18Kalimantan Tengah 4,78 2,16 5,60 4,10 4,05Kalimantan Selatan 6,91 8,04 8,18 6,28 7,15Kalimantan Timur 5,42 4,64 4,41 6,55 4,77Kalimantan Utara - - - - 5,73Sulawesi Utara 7,13 6,31 8,28 7,41 8,44Sulawesi Tengah 8,00 8,01 7,06 6,76 6,25Sulawesi Selatan 8,15 9,22 7,48 10,04 7,42Sulawesi Tenggara 3,36 4,59 3,24 4,73 4,99Gorontalo 15,72 16,37 10,69 8,77 11,40Sulawesi Barat 5,08 3,81 3,87 4,56 3,64Maluku 2,25 2,36 1,55 3,34 2,89Maluku Utara 3,05 1,78 2,25 1,60 5,75Papua Barat 1,68 0,69 3,51 2,40 2,71Papua 1,64 1,59 0,44 1,47 2,15

14,13 15,45 14,21 13,70 13,22

Tabel 3.6.9. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Bebas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 6,69 6,55 8,02 8,65 9,81Sumatera Utara 8,88 9,07 9,45 8,76 9,89Sumatera Barat 11,85 14,29 13,28 14,93 15,10Riau 7,45 7,05 7,93 7,88 10,25Jambi 7,54 7,44 6,44 6,84 7,89Sumatera Selatan 6,28 4,83 5,35 5,75 6,23Bengkulu 8,02 7,76 8,79 8,00 8,04Lampung 14,28 14,37 14,78 14,06 14,28Kepulauan Bangka Belitung 5,23 5,18 5,19 5,93 6,95Kepulauan Riau 2,70 4,78 3,38 3,28 5,97DKI Jakarta 3,48 4,89 4,23 4,44 6,34Jawa Barat 17,49 19,19 18,98 18,50 17,11Jawa Tengah 19,94 20,82 21,42 21,55 19,06DI Yogyakarta 13,47 13,34 16,09 17,05 11,65Jawa Timur 18,43 18,55 18,41 18,58 17,44Banten 11,31 11,99 11,78 11,42 14,21Bali 11,16 13,91 14,06 12,74 12,05Nusa Tenggara Barat 20,66 22,28 20,03 21,35 16,85Nusa Tenggara Timur 3,34 4,40 4,41 4,84 3,93Kalimantan Barat 4,28 4,84 5,71 5,86 6,93Kalimantan Tengah 3,91 4,36 4,97 6,19 7,57Kalimantan Selatan 5,19 6,59 6,93 5,78 5,95Kalimantan Timur 3,52 4,73 4,82 5,09 6,15Kalimantan Utara - - - - 7,53Sulawesi Utara 10,76 12,80 13,37 15,29 16,84Sulawesi Tengah 8,44 11,20 9,75 9,71 8,06Sulawesi Selatan 4,76 5,04 4,99 5,54 4,67Sulawesi Tenggara 6,15 7,19 6,75 7,50 7,52Gorontalo 13,71 14,54 11,34 12,67 13,51Sulawesi Barat 4,77 5,14 5,50 5,29 5,34Maluku 2,79 4,24 5,04 4,84 5,57Maluku Utara 5,26 5,39 4,70 5,06 7,42Papua Barat 2,85 2,43 2,53 3,41 6,58Papua 1,88 0,98 1,46 1,45 2,18

13,16 13,91 13,94 13,92 13,42

Tabel 3.6.10. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Bebas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 273

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 9,90 10,84 9,57 11,43 10,79Sumatera Utara 8,46 8,80 7,86 8,43 9,03Sumatera Barat 11,96 17,01 14,16 17,65 15,09Riau 5,62 5,67 5,76 7,48 6,10Jambi 11,85 10,37 7,67 5,28 6,96Sumatera Selatan 7,10 8,61 6,29 4,86 5,67Bengkulu 10,66 17,03 11,02 11,34 10,10Lampung 12,22 14,41 13,79 13,67 10,97Kepulauan Bangka Belitung 7,89 4,48 6,25 7,92 6,78Kepulauan Riau 5,08 8,21 7,39 5,87 4,49DKI Jakarta 3,12 8,14 6,13 5,28 6,16Jawa Barat 19,84 21,30 21,88 20,18 19,24Jawa Tengah 17,08 18,51 17,35 16,79 17,43DI Yogyakarta 9,55 9,42 9,61 8,46 8,27Jawa Timur 19,03 19,18 17,42 16,62 15,97Banten 13,02 16,32 15,88 12,91 15,35Bali 7,98 9,74 8,92 7,86 9,63Nusa Tenggara Barat 31,42 40,50 30,52 30,85 21,03Nusa Tenggara Timur 3,30 4,29 3,87 3,51 4,21Kalimantan Barat 5,90 3,18 3,14 3,13 7,18Kalimantan Tengah 4,78 2,16 5,60 4,10 4,05Kalimantan Selatan 6,91 8,04 8,18 6,28 7,15Kalimantan Timur 5,42 4,64 4,41 6,55 4,77Kalimantan Utara - - - - 5,73Sulawesi Utara 7,13 6,31 8,28 7,41 8,44Sulawesi Tengah 8,00 8,01 7,06 6,76 6,25Sulawesi Selatan 8,15 9,22 7,48 10,04 7,42Sulawesi Tenggara 3,36 4,59 3,24 4,73 4,99Gorontalo 15,72 16,37 10,69 8,77 11,40Sulawesi Barat 5,08 3,81 3,87 4,56 3,64Maluku 2,25 2,36 1,55 3,34 2,89Maluku Utara 3,05 1,78 2,25 1,60 5,75Papua Barat 1,68 0,69 3,51 2,40 2,71Papua 1,64 1,59 0,44 1,47 2,15

14,13 15,45 14,21 13,70 13,22

Tabel 3.6.9. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Bebas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 6,69 6,55 8,02 8,65 9,81Sumatera Utara 8,88 9,07 9,45 8,76 9,89Sumatera Barat 11,85 14,29 13,28 14,93 15,10Riau 7,45 7,05 7,93 7,88 10,25Jambi 7,54 7,44 6,44 6,84 7,89Sumatera Selatan 6,28 4,83 5,35 5,75 6,23Bengkulu 8,02 7,76 8,79 8,00 8,04Lampung 14,28 14,37 14,78 14,06 14,28Kepulauan Bangka Belitung 5,23 5,18 5,19 5,93 6,95Kepulauan Riau 2,70 4,78 3,38 3,28 5,97DKI Jakarta 3,48 4,89 4,23 4,44 6,34Jawa Barat 17,49 19,19 18,98 18,50 17,11Jawa Tengah 19,94 20,82 21,42 21,55 19,06DI Yogyakarta 13,47 13,34 16,09 17,05 11,65Jawa Timur 18,43 18,55 18,41 18,58 17,44Banten 11,31 11,99 11,78 11,42 14,21Bali 11,16 13,91 14,06 12,74 12,05Nusa Tenggara Barat 20,66 22,28 20,03 21,35 16,85Nusa Tenggara Timur 3,34 4,40 4,41 4,84 3,93Kalimantan Barat 4,28 4,84 5,71 5,86 6,93Kalimantan Tengah 3,91 4,36 4,97 6,19 7,57Kalimantan Selatan 5,19 6,59 6,93 5,78 5,95Kalimantan Timur 3,52 4,73 4,82 5,09 6,15Kalimantan Utara - - - - 7,53Sulawesi Utara 10,76 12,80 13,37 15,29 16,84Sulawesi Tengah 8,44 11,20 9,75 9,71 8,06Sulawesi Selatan 4,76 5,04 4,99 5,54 4,67Sulawesi Tenggara 6,15 7,19 6,75 7,50 7,52Gorontalo 13,71 14,54 11,34 12,67 13,51Sulawesi Barat 4,77 5,14 5,50 5,29 5,34Maluku 2,79 4,24 5,04 4,84 5,57Maluku Utara 5,26 5,39 4,70 5,06 7,42Papua Barat 2,85 2,43 2,53 3,41 6,58Papua 1,88 0,98 1,46 1,45 2,18

13,16 13,91 13,94 13,92 13,42

Tabel 3.6.10. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Bebas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015274

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 1,19 1,27 1,43 1,26 1,63Sumatera Utara 1,23 0,77 0,81 0,86 1,69Sumatera Barat 1,48 1,10 1,91 2,62 2,80Riau 1,21 0,94 0,81 1,96 1,31Jambi 1,52 2,64 1,69 0,48 1,94Sumatera Selatan 1,74 2,67 3,47 2,47 2,12Bengkulu 0,71 2,25 2,70 4,32 2,51Lampung 1,22 1,72 2,26 1,90 3,11Kepulauan Bangka Belitung 0,80 1,89 0,17 1,48 1,33Kepulauan Riau 0,32 0,00 0,43 0,00 2,23DKI Jakarta 0,49 0,68 0,73 0,62 2,63Jawa Barat 1,08 1,07 1,54 1,29 1,05Jawa Tengah 1,30 2,74 2,10 2,26 2,05DI Yogyakarta 2,05 2,03 8,01 2,60 1,90Jawa Timur 2,11 2,00 2,45 2,95 2,02Banten 0,00 1,39 2,15 1,64 1,69Bali 1,93 1,83 0,62 1,90 1,61Nusa Tenggara Barat 1,34 0,94 1,33 1,23 1,77Nusa Tenggara Timur 1,53 0,81 2,15 2,93 2,40Kalimantan Barat 3,74 1,52 2,42 2,56 3,67Kalimantan Tengah 0,31 0,37 0,74 0,79 2,63Kalimantan Selatan 1,21 1,63 1,22 2,28 1,38Kalimantan Timur 2,14 1,73 1,18 2,33 4,01Kalimantan Utara - - - - 6,42Sulawesi Utara 1,49 0,89 0,94 0,92 1,72Sulawesi Tengah 0,63 1,69 1,34 2,28 1,52Sulawesi Selatan 2,49 2,06 2,70 3,08 2,52Sulawesi Tenggara 0,52 1,40 1,87 1,17 1,36Gorontalo 0,93 0,00 0,65 1,86 0,74Sulawesi Barat 0,37 0,97 2,47 2,96 2,34Maluku 1,32 1,64 1,24 0,83 3,37Maluku Utara 1,57 2,46 2,57 2,10 3,26Papua Barat 0,80 0,97 0,75 1,52 0,46Papua 0,91 1,60 2,10 3,06 4,43

1,44 1,66 1,97 2,02 1,95

Tabel 3.6.11. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 0,31 0,19 0,24 0,62 0,56Sumatera Utara 0,40 0,22 0,41 0,55 0,95Sumatera Barat 0,63 0,44 0,85 0,90 1,32Riau 0,29 0,25 0,40 0,36 0,71Jambi 0,07 0,21 0,44 0,23 0,50Sumatera Selatan 0,25 0,50 0,35 0,50 0,95Bengkulu 0,30 0,35 0,48 0,39 1,12Lampung 0,35 0,66 0,82 0,94 0,72Kepulauan Bangka Belitung 0,28 0,36 0,48 0,58 0,57Kepulauan Riau 0,24 0,09 0,30 0,36 0,41DKI Jakarta 0,67 0,48 0,48 0,56 0,79Jawa Barat 0,45 0,43 0,57 0,68 0,88Jawa Tengah 0,87 1,18 1,08 1,19 1,31DI Yogyakarta 1,35 2,04 1,71 1,63 2,05Jawa Timur 0,81 0,95 1,09 1,11 1,25Banten 0,30 0,37 0,55 0,45 0,78Bali 1,18 1,95 1,58 1,65 1,97Nusa Tenggara Barat 0,36 0,68 0,74 0,66 1,02Nusa Tenggara Timur 0,23 0,23 0,85 0,65 1,37Kalimantan Barat 0,36 0,26 0,69 0,48 0,90Kalimantan Tengah 0,11 0,28 0,42 0,52 0,31Kalimantan Selatan 0,44 0,55 0,50 0,54 0,83Kalimantan Timur 0,32 0,32 0,40 0,68 1,16Kalimantan Utara - - - - 0,47Sulawesi Utara 0,40 0,42 0,38 0,35 0,89Sulawesi Tengah 0,25 0,30 0,53 0,44 0,77Sulawesi Selatan 0,34 0,47 0,51 0,41 0,93Sulawesi Tenggara 0,58 0,15 0,29 0,27 0,71Gorontalo 0,28 0,35 0,83 0,47 0,40Sulawesi Barat 0,26 0,27 0,67 0,96 0,27Maluku 0,33 0,43 0,49 0,51 0,95Maluku Utara 0,40 0,29 0,34 0,19 1,36Papua Barat 0,49 0,41 0,52 0,75 0,89Papua 0,37 0,50 1,25 1,84 1,74

0,55 0,65 0,74 0,80 1,03

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.12. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 275

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 1,19 1,27 1,43 1,26 1,63Sumatera Utara 1,23 0,77 0,81 0,86 1,69Sumatera Barat 1,48 1,10 1,91 2,62 2,80Riau 1,21 0,94 0,81 1,96 1,31Jambi 1,52 2,64 1,69 0,48 1,94Sumatera Selatan 1,74 2,67 3,47 2,47 2,12Bengkulu 0,71 2,25 2,70 4,32 2,51Lampung 1,22 1,72 2,26 1,90 3,11Kepulauan Bangka Belitung 0,80 1,89 0,17 1,48 1,33Kepulauan Riau 0,32 0,00 0,43 0,00 2,23DKI Jakarta 0,49 0,68 0,73 0,62 2,63Jawa Barat 1,08 1,07 1,54 1,29 1,05Jawa Tengah 1,30 2,74 2,10 2,26 2,05DI Yogyakarta 2,05 2,03 8,01 2,60 1,90Jawa Timur 2,11 2,00 2,45 2,95 2,02Banten 0,00 1,39 2,15 1,64 1,69Bali 1,93 1,83 0,62 1,90 1,61Nusa Tenggara Barat 1,34 0,94 1,33 1,23 1,77Nusa Tenggara Timur 1,53 0,81 2,15 2,93 2,40Kalimantan Barat 3,74 1,52 2,42 2,56 3,67Kalimantan Tengah 0,31 0,37 0,74 0,79 2,63Kalimantan Selatan 1,21 1,63 1,22 2,28 1,38Kalimantan Timur 2,14 1,73 1,18 2,33 4,01Kalimantan Utara - - - - 6,42Sulawesi Utara 1,49 0,89 0,94 0,92 1,72Sulawesi Tengah 0,63 1,69 1,34 2,28 1,52Sulawesi Selatan 2,49 2,06 2,70 3,08 2,52Sulawesi Tenggara 0,52 1,40 1,87 1,17 1,36Gorontalo 0,93 0,00 0,65 1,86 0,74Sulawesi Barat 0,37 0,97 2,47 2,96 2,34Maluku 1,32 1,64 1,24 0,83 3,37Maluku Utara 1,57 2,46 2,57 2,10 3,26Papua Barat 0,80 0,97 0,75 1,52 0,46Papua 0,91 1,60 2,10 3,06 4,43

1,44 1,66 1,97 2,02 1,95

Tabel 3.6.11. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 0,31 0,19 0,24 0,62 0,56Sumatera Utara 0,40 0,22 0,41 0,55 0,95Sumatera Barat 0,63 0,44 0,85 0,90 1,32Riau 0,29 0,25 0,40 0,36 0,71Jambi 0,07 0,21 0,44 0,23 0,50Sumatera Selatan 0,25 0,50 0,35 0,50 0,95Bengkulu 0,30 0,35 0,48 0,39 1,12Lampung 0,35 0,66 0,82 0,94 0,72Kepulauan Bangka Belitung 0,28 0,36 0,48 0,58 0,57Kepulauan Riau 0,24 0,09 0,30 0,36 0,41DKI Jakarta 0,67 0,48 0,48 0,56 0,79Jawa Barat 0,45 0,43 0,57 0,68 0,88Jawa Tengah 0,87 1,18 1,08 1,19 1,31DI Yogyakarta 1,35 2,04 1,71 1,63 2,05Jawa Timur 0,81 0,95 1,09 1,11 1,25Banten 0,30 0,37 0,55 0,45 0,78Bali 1,18 1,95 1,58 1,65 1,97Nusa Tenggara Barat 0,36 0,68 0,74 0,66 1,02Nusa Tenggara Timur 0,23 0,23 0,85 0,65 1,37Kalimantan Barat 0,36 0,26 0,69 0,48 0,90Kalimantan Tengah 0,11 0,28 0,42 0,52 0,31Kalimantan Selatan 0,44 0,55 0,50 0,54 0,83Kalimantan Timur 0,32 0,32 0,40 0,68 1,16Kalimantan Utara - - - - 0,47Sulawesi Utara 0,40 0,42 0,38 0,35 0,89Sulawesi Tengah 0,25 0,30 0,53 0,44 0,77Sulawesi Selatan 0,34 0,47 0,51 0,41 0,93Sulawesi Tenggara 0,58 0,15 0,29 0,27 0,71Gorontalo 0,28 0,35 0,83 0,47 0,40Sulawesi Barat 0,26 0,27 0,67 0,96 0,27Maluku 0,33 0,43 0,49 0,51 0,95Maluku Utara 0,40 0,29 0,34 0,19 1,36Papua Barat 0,49 0,41 0,52 0,75 0,89Papua 0,37 0,50 1,25 1,84 1,74

0,55 0,65 0,74 0,80 1,03

(1)

Indonesia

Tabel 3.6.12. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pekerja Tidak Dibayar menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015276

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,06 25,90 23,59 23,01 22,47Sumatera Utara 23,82 24,00 24,45 23,09 23,42Sumatera Barat 30,66 28,77 25,69 24,05 25,28Riau 19,25 19,99 15,91 21,31 21,09Jambi 22,30 19,43 20,52 16,74 20,22Sumatera Selatan 21,09 22,04 16,54 19,46 17,09Bengkulu 26,89 29,06 24,95 26,55 27,00Lampung 26,68 27,93 22,13 23,49 20,54Kepulauan Bangka Belitung 26,90 25,23 23,04 23,66 25,57Kepulauan Riau 35,26 29,51 27,98 37,54 27,58DKI Jakarta 23,11 22,35 20,91 17,28 20,91Jawa Barat 34,33 32,12 32,33 33,48 33,67Jawa Tengah 33,79 34,22 31,53 31,58 32,38DI Yogyakarta 53,04 53,12 49,45 47,53 47,03Jawa Timur 33,74 34,00 32,08 30,93 31,28Banten 26,76 22,54 19,94 18,61 19,50Bali 47,40 42,45 42,73 45,31 47,11Nusa Tenggara Barat 23,70 22,83 22,44 23,00 21,41Nusa Tenggara Timur 18,06 20,91 18,83 19,12 17,77Kalimantan Barat 17,94 17,76 17,30 20,37 17,62Kalimantan Tengah 28,60 30,89 25,41 26,52 23,99Kalimantan Selatan 30,23 32,35 31,29 32,55 28,98Kalimantan Timur 28,67 23,45 28,11 24,98 22,88Kalimantan Utara - - - - 19,67Sulawesi Utara 27,49 28,96 28,17 23,32 23,20Sulawesi Tengah 24,22 20,42 25,15 21,93 19,48Sulawesi Selatan 24,14 22,53 22,42 21,69 20,10Sulawesi Tenggara 25,97 25,39 22,52 27,48 23,81Gorontalo 18,65 23,00 18,47 20,24 19,17Sulawesi Barat 20,03 16,92 15,10 17,16 20,59Maluku 22,23 17,12 21,78 14,62 20,58Maluku Utara 17,21 16,83 13,27 15,30 22,26Papua Barat 17,34 24,32 15,37 18,64 18,96Papua 19,75 20,93 24,00 19,58 21,28

30,32 29,70 28,16 28,01 28,04

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.1. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,76 2,47 2,66 2,47 2,16Sumatera Utara 1,98 1,92 2,32 2,22 1,79Sumatera Barat 3,55 2,65 3,17 2,00 2,26Riau 2,19 2,25 2,37 2,55 2,32Jambi 2,17 2,21 1,97 2,16 1,83Sumatera Selatan 1,89 1,84 2,14 1,94 1,33Bengkulu 3,10 2,78 3,16 2,55 1,98Lampung 2,22 2,39 2,20 2,51 1,98Kepulauan Bangka Belitung 4,18 4,23 3,76 3,64 2,63Kepulauan Riau 8,27 5,61 7,25 7,20 5,99DKI Jakarta 5,82 6,51 7,05 6,41 6,06Jawa Barat 3,07 2,88 3,48 3,19 3,21Jawa Tengah 2,86 2,81 2,54 2,67 2,59DI Yogyakarta 9,87 9,71 8,92 10,97 10,59Jawa Timur 3,02 3,00 3,16 3,12 2,96Banten 3,18 2,64 2,92 2,41 2,21Bali 5,83 4,98 5,94 6,39 4,85Nusa Tenggara Barat 2,74 2,94 2,63 2,75 2,42Nusa Tenggara Timur 3,60 3,28 3,31 3,44 3,12Kalimantan Barat 2,56 2,38 2,38 2,70 2,37Kalimantan Tengah 4,21 4,38 5,17 5,45 3,98Kalimantan Selatan 3,83 4,31 4,07 3,98 3,46Kalimantan Timur 5,30 4,90 5,13 5,33 3,33Kalimantan Utara - - - - 3,41Sulawesi Utara 3,29 3,83 3,39 3,71 3,13Sulawesi Tengah 3,74 3,08 3,15 3,18 2,34Sulawesi Selatan 3,09 2,76 2,89 2,91 2,17Sulawesi Tenggara 2,54 3,27 3,09 3,25 2,84Gorontalo 2,25 1,41 1,38 1,74 1,75Sulawesi Barat 3,38 3,23 2,07 2,34 1,90Maluku 3,04 2,93 3,90 3,60 2,38Maluku Utara 2,62 2,93 3,28 3,02 2,34Papua Barat 6,01 6,45 5,56 7,52 4,93Papua 5,28 5,28 5,89 6,60 5,16

3,29 3,18 3,39 3,35 3,01

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Indonesia

(1)

2. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 1 Orang

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 277

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 26,06 25,90 23,59 23,01 22,47Sumatera Utara 23,82 24,00 24,45 23,09 23,42Sumatera Barat 30,66 28,77 25,69 24,05 25,28Riau 19,25 19,99 15,91 21,31 21,09Jambi 22,30 19,43 20,52 16,74 20,22Sumatera Selatan 21,09 22,04 16,54 19,46 17,09Bengkulu 26,89 29,06 24,95 26,55 27,00Lampung 26,68 27,93 22,13 23,49 20,54Kepulauan Bangka Belitung 26,90 25,23 23,04 23,66 25,57Kepulauan Riau 35,26 29,51 27,98 37,54 27,58DKI Jakarta 23,11 22,35 20,91 17,28 20,91Jawa Barat 34,33 32,12 32,33 33,48 33,67Jawa Tengah 33,79 34,22 31,53 31,58 32,38DI Yogyakarta 53,04 53,12 49,45 47,53 47,03Jawa Timur 33,74 34,00 32,08 30,93 31,28Banten 26,76 22,54 19,94 18,61 19,50Bali 47,40 42,45 42,73 45,31 47,11Nusa Tenggara Barat 23,70 22,83 22,44 23,00 21,41Nusa Tenggara Timur 18,06 20,91 18,83 19,12 17,77Kalimantan Barat 17,94 17,76 17,30 20,37 17,62Kalimantan Tengah 28,60 30,89 25,41 26,52 23,99Kalimantan Selatan 30,23 32,35 31,29 32,55 28,98Kalimantan Timur 28,67 23,45 28,11 24,98 22,88Kalimantan Utara - - - - 19,67Sulawesi Utara 27,49 28,96 28,17 23,32 23,20Sulawesi Tengah 24,22 20,42 25,15 21,93 19,48Sulawesi Selatan 24,14 22,53 22,42 21,69 20,10Sulawesi Tenggara 25,97 25,39 22,52 27,48 23,81Gorontalo 18,65 23,00 18,47 20,24 19,17Sulawesi Barat 20,03 16,92 15,10 17,16 20,59Maluku 22,23 17,12 21,78 14,62 20,58Maluku Utara 17,21 16,83 13,27 15,30 22,26Papua Barat 17,34 24,32 15,37 18,64 18,96Papua 19,75 20,93 24,00 19,58 21,28

30,32 29,70 28,16 28,01 28,04

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.1. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 2,76 2,47 2,66 2,47 2,16Sumatera Utara 1,98 1,92 2,32 2,22 1,79Sumatera Barat 3,55 2,65 3,17 2,00 2,26Riau 2,19 2,25 2,37 2,55 2,32Jambi 2,17 2,21 1,97 2,16 1,83Sumatera Selatan 1,89 1,84 2,14 1,94 1,33Bengkulu 3,10 2,78 3,16 2,55 1,98Lampung 2,22 2,39 2,20 2,51 1,98Kepulauan Bangka Belitung 4,18 4,23 3,76 3,64 2,63Kepulauan Riau 8,27 5,61 7,25 7,20 5,99DKI Jakarta 5,82 6,51 7,05 6,41 6,06Jawa Barat 3,07 2,88 3,48 3,19 3,21Jawa Tengah 2,86 2,81 2,54 2,67 2,59DI Yogyakarta 9,87 9,71 8,92 10,97 10,59Jawa Timur 3,02 3,00 3,16 3,12 2,96Banten 3,18 2,64 2,92 2,41 2,21Bali 5,83 4,98 5,94 6,39 4,85Nusa Tenggara Barat 2,74 2,94 2,63 2,75 2,42Nusa Tenggara Timur 3,60 3,28 3,31 3,44 3,12Kalimantan Barat 2,56 2,38 2,38 2,70 2,37Kalimantan Tengah 4,21 4,38 5,17 5,45 3,98Kalimantan Selatan 3,83 4,31 4,07 3,98 3,46Kalimantan Timur 5,30 4,90 5,13 5,33 3,33Kalimantan Utara - - - - 3,41Sulawesi Utara 3,29 3,83 3,39 3,71 3,13Sulawesi Tengah 3,74 3,08 3,15 3,18 2,34Sulawesi Selatan 3,09 2,76 2,89 2,91 2,17Sulawesi Tenggara 2,54 3,27 3,09 3,25 2,84Gorontalo 2,25 1,41 1,38 1,74 1,75Sulawesi Barat 3,38 3,23 2,07 2,34 1,90Maluku 3,04 2,93 3,90 3,60 2,38Maluku Utara 2,62 2,93 3,28 3,02 2,34Papua Barat 6,01 6,45 5,56 7,52 4,93Papua 5,28 5,28 5,89 6,60 5,16

3,29 3,18 3,39 3,35 3,01

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Indonesia

(1)

2. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 1 Orang

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015278

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 43,47 43,21 43,92 42,82 42,83Sumatera Utara 41,83 41,66 39,92 40,56 41,35Sumatera Barat 37,71 37,91 39,50 38,40 43,13Riau 45,43 42,15 42,40 39,58 42,30Jambi 45,33 45,00 43,63 46,53 42,61Sumatera Selatan 44,81 44,85 43,46 41,58 46,35Bengkulu 41,66 44,37 40,12 40,59 42,04Lampung 42,73 40,86 39,55 42,99 48,68Kepulauan Bangka Belitung 40,29 43,85 47,13 43,65 45,12Kepulauan Riau 40,05 42,87 41,62 33,37 45,63DKI Jakarta 39,31 40,97 41,23 43,97 43,37Jawa Barat 40,82 42,09 41,62 39,29 43,10Jawa Tengah 42,32 41,79 41,37 40,49 41,52DI Yogyakarta 30,77 28,63 29,70 31,71 31,04Jawa Timur 43,58 41,93 41,40 40,51 42,25Banten 39,19 38,10 38,37 41,92 42,42Bali 36,11 42,00 38,96 41,83 39,09Nusa Tenggara Barat 54,71 55,63 54,83 53,68 59,41Nusa Tenggara Timur 41,52 40,24 36,89 38,44 40,16Kalimantan Barat 45,31 44,20 43,35 43,41 45,79Kalimantan Tengah 47,52 42,79 48,26 40,76 48,65Kalimantan Selatan 45,39 39,59 43,96 43,21 49,75Kalimantan Timur 41,40 40,19 33,98 41,52 43,52Kalimantan Utara - - - - 32,93Sulawesi Utara 46,14 45,38 39,21 44,34 46,96Sulawesi Tengah 43,50 39,81 38,65 44,89 45,14Sulawesi Selatan 42,78 41,31 42,05 41,62 40,49Sulawesi Tenggara 38,08 37,12 37,10 36,20 37,38Gorontalo 54,06 40,25 44,60 44,11 51,17Sulawesi Barat 41,83 47,48 47,01 43,78 42,64Maluku 40,29 37,77 40,02 43,31 37,66Maluku Utara 38,03 36,74 34,06 38,61 30,86Papua Barat 48,24 39,29 45,52 44,14 40,50Papua 47,99 47,97 44,22 50,44 48,53

42,30 41,83 41,37 41,04 42,95

2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.3. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 2-3 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 28,44 27,48 26,05 25,70 26,12Sumatera Utara 28,09 27,88 26,82 26,11 28,37Sumatera Barat 29,47 27,77 26,31 26,92 28,30Riau 32,85 31,21 31,40 31,13 32,58Jambi 35,17 34,17 34,32 34,93 35,76Sumatera Selatan 32,94 32,80 32,04 31,91 32,96Bengkulu 32,05 32,91 33,29 34,40 32,73Lampung 36,63 37,66 37,15 36,68 38,85Kepulauan Bangka Belitung 36,66 35,96 35,76 36,31 36,85Kepulauan Riau 34,83 38,14 36,44 36,51 35,77DKI Jakarta 35,39 33,10 33,15 33,96 35,31Jawa Barat 40,47 40,13 39,15 39,02 40,47Jawa Tengah 41,36 39,83 39,43 38,78 39,99DI Yogyakarta 38,76 40,25 38,77 37,16 37,95Jawa Timur 43,41 43,12 41,85 40,67 42,10Banten 32,14 31,51 30,86 31,19 32,26Bali 36,68 35,76 36,33 35,44 34,29Nusa Tenggara Barat 41,66 41,94 40,14 39,97 43,37Nusa Tenggara Timur 23,39 21,82 20,31 21,59 23,95Kalimantan Barat 31,32 31,30 28,89 28,74 29,07Kalimantan Tengah 39,76 39,43 39,05 36,50 38,72Kalimantan Selatan 40,84 40,02 40,43 39,71 40,92Kalimantan Timur 34,35 32,91 33,40 31,61 33,50Kalimantan Utara - - - - 28,16Sulawesi Utara 38,22 37,24 34,82 35,55 36,90Sulawesi Tengah 32,48 32,00 32,08 32,96 33,79Sulawesi Selatan 27,26 28,38 27,50 27,19 28,71Sulawesi Tenggara 26,78 25,93 25,05 26,28 28,29Gorontalo 32,51 33,91 33,36 32,99 34,20Sulawesi Barat 28,36 28,75 28,87 27,59 29,64Maluku 24,83 23,38 23,22 21,79 22,73Maluku Utara 24,23 23,94 22,63 21,06 23,46Papua Barat 33,87 32,64 30,97 29,94 29,98Papua 37,85 36,81 38,37 37,10 38,51

37,28 36,71 35,92 35,49 36,82

Tabel 3.7.4. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 2-3 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 279

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 43,47 43,21 43,92 42,82 42,83Sumatera Utara 41,83 41,66 39,92 40,56 41,35Sumatera Barat 37,71 37,91 39,50 38,40 43,13Riau 45,43 42,15 42,40 39,58 42,30Jambi 45,33 45,00 43,63 46,53 42,61Sumatera Selatan 44,81 44,85 43,46 41,58 46,35Bengkulu 41,66 44,37 40,12 40,59 42,04Lampung 42,73 40,86 39,55 42,99 48,68Kepulauan Bangka Belitung 40,29 43,85 47,13 43,65 45,12Kepulauan Riau 40,05 42,87 41,62 33,37 45,63DKI Jakarta 39,31 40,97 41,23 43,97 43,37Jawa Barat 40,82 42,09 41,62 39,29 43,10Jawa Tengah 42,32 41,79 41,37 40,49 41,52DI Yogyakarta 30,77 28,63 29,70 31,71 31,04Jawa Timur 43,58 41,93 41,40 40,51 42,25Banten 39,19 38,10 38,37 41,92 42,42Bali 36,11 42,00 38,96 41,83 39,09Nusa Tenggara Barat 54,71 55,63 54,83 53,68 59,41Nusa Tenggara Timur 41,52 40,24 36,89 38,44 40,16Kalimantan Barat 45,31 44,20 43,35 43,41 45,79Kalimantan Tengah 47,52 42,79 48,26 40,76 48,65Kalimantan Selatan 45,39 39,59 43,96 43,21 49,75Kalimantan Timur 41,40 40,19 33,98 41,52 43,52Kalimantan Utara - - - - 32,93Sulawesi Utara 46,14 45,38 39,21 44,34 46,96Sulawesi Tengah 43,50 39,81 38,65 44,89 45,14Sulawesi Selatan 42,78 41,31 42,05 41,62 40,49Sulawesi Tenggara 38,08 37,12 37,10 36,20 37,38Gorontalo 54,06 40,25 44,60 44,11 51,17Sulawesi Barat 41,83 47,48 47,01 43,78 42,64Maluku 40,29 37,77 40,02 43,31 37,66Maluku Utara 38,03 36,74 34,06 38,61 30,86Papua Barat 48,24 39,29 45,52 44,14 40,50Papua 47,99 47,97 44,22 50,44 48,53

42,30 41,83 41,37 41,04 42,95

2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.3. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 2-3 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 28,44 27,48 26,05 25,70 26,12Sumatera Utara 28,09 27,88 26,82 26,11 28,37Sumatera Barat 29,47 27,77 26,31 26,92 28,30Riau 32,85 31,21 31,40 31,13 32,58Jambi 35,17 34,17 34,32 34,93 35,76Sumatera Selatan 32,94 32,80 32,04 31,91 32,96Bengkulu 32,05 32,91 33,29 34,40 32,73Lampung 36,63 37,66 37,15 36,68 38,85Kepulauan Bangka Belitung 36,66 35,96 35,76 36,31 36,85Kepulauan Riau 34,83 38,14 36,44 36,51 35,77DKI Jakarta 35,39 33,10 33,15 33,96 35,31Jawa Barat 40,47 40,13 39,15 39,02 40,47Jawa Tengah 41,36 39,83 39,43 38,78 39,99DI Yogyakarta 38,76 40,25 38,77 37,16 37,95Jawa Timur 43,41 43,12 41,85 40,67 42,10Banten 32,14 31,51 30,86 31,19 32,26Bali 36,68 35,76 36,33 35,44 34,29Nusa Tenggara Barat 41,66 41,94 40,14 39,97 43,37Nusa Tenggara Timur 23,39 21,82 20,31 21,59 23,95Kalimantan Barat 31,32 31,30 28,89 28,74 29,07Kalimantan Tengah 39,76 39,43 39,05 36,50 38,72Kalimantan Selatan 40,84 40,02 40,43 39,71 40,92Kalimantan Timur 34,35 32,91 33,40 31,61 33,50Kalimantan Utara - - - - 28,16Sulawesi Utara 38,22 37,24 34,82 35,55 36,90Sulawesi Tengah 32,48 32,00 32,08 32,96 33,79Sulawesi Selatan 27,26 28,38 27,50 27,19 28,71Sulawesi Tenggara 26,78 25,93 25,05 26,28 28,29Gorontalo 32,51 33,91 33,36 32,99 34,20Sulawesi Barat 28,36 28,75 28,87 27,59 29,64Maluku 24,83 23,38 23,22 21,79 22,73Maluku Utara 24,23 23,94 22,63 21,06 23,46Papua Barat 33,87 32,64 30,97 29,94 29,98Papua 37,85 36,81 38,37 37,10 38,51

37,28 36,71 35,92 35,49 36,82

Tabel 3.7.4. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 2-3 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015280

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 22,53 23,85 23,55 25,59 25,29Sumatera Utara 23,41 24,08 25,29 26,31 25,88Sumatera Barat 22,10 21,94 23,46 25,62 22,42Riau 24,62 27,48 28,75 28,55 27,52Jambi 25,10 26,07 27,66 27,62 28,51Sumatera Selatan 25,36 26,03 28,30 28,90 28,02Bengkulu 25,45 19,90 25,54 25,72 25,10Lampung 24,06 22,40 27,77 25,96 25,13Kepulauan Bangka Belitung 23,35 23,59 22,63 23,97 21,91Kepulauan Riau 17,44 17,82 17,17 18,25 23,82DKI Jakarta 25,26 24,05 25,52 27,48 23,66Jawa Barat 19,57 19,46 20,62 22,14 17,94Jawa Tengah 19,30 20,06 22,16 22,85 20,92DI Yogyakarta 13,85 14,95 16,70 15,91 19,31Jawa Timur 18,22 19,49 21,48 22,42 21,87Banten 23,75 25,60 27,91 24,09 25,01Bali 13,90 11,41 12,99 10,88 11,26Nusa Tenggara Barat 17,59 17,72 19,51 19,44 16,00Nusa Tenggara Timur 27,02 24,28 28,43 27,01 28,94Kalimantan Barat 26,82 26,33 27,82 26,98 24,94Kalimantan Tengah 18,79 21,30 20,06 25,10 22,67Kalimantan Selatan 20,60 22,78 19,40 18,59 17,29Kalimantan Timur 18,07 24,54 28,90 21,97 24,41Kalimantan Utara - - - - 29,10Sulawesi Utara 20,41 19,58 24,69 23,36 21,34Sulawesi Tengah 20,49 28,30 25,02 23,07 24,54Sulawesi Selatan 22,13 25,39 23,45 24,95 27,96Sulawesi Tenggara 25,29 25,36 28,13 25,02 24,92Gorontalo 19,11 25,40 23,24 23,86 23,13Sulawesi Barat 26,55 22,81 27,03 26,79 26,00Maluku 24,09 25,85 23,23 24,39 26,82Maluku Utara 24,84 27,27 31,02 28,92 30,72Papua Barat 23,66 22,30 21,07 20,74 28,07Papua 23,86 21,56 22,18 21,94 21,92

20,61 21,29 22,85 23,35 22,07

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

5. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 4-5 Orang

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 45,07 48,00 49,91 51,13 50,34Sumatera Utara 47,42 48,00 47,91 48,98 49,22Sumatera Barat 44,36 46,76 45,99 48,07 46,28Riau 46,98 48,00 49,06 48,84 48,75Jambi 48,03 49,03 49,92 48,88 50,37Sumatera Selatan 48,16 49,14 48,71 50,08 51,43Bengkulu 50,64 51,15 50,65 50,14 52,08Lampung 47,11 46,76 47,80 48,13 48,54Kepulauan Bangka Belitung 45,62 46,88 48,39 48,22 49,22Kepulauan Riau 44,23 44,84 44,15 44,45 48,02DKI Jakarta 43,80 44,29 45,83 45,39 46,24Jawa Barat 45,44 45,43 45,95 46,41 46,13Jawa Tengah 44,35 45,53 46,29 46,34 45,99DI Yogyakarta 41,35 39,49 43,44 42,56 42,47Jawa Timur 43,52 43,35 44,24 45,01 44,89Banten 47,20 48,87 48,62 48,12 49,55Bali 42,52 44,80 42,23 43,44 44,40Nusa Tenggara Barat 44,32 44,22 46,03 46,39 44,78Nusa Tenggara Timur 39,38 41,21 42,84 41,48 42,06Kalimantan Barat 47,13 47,94 49,29 49,03 50,59Kalimantan Tengah 45,25 45,06 44,28 46,41 45,50Kalimantan Selatan 44,55 45,29 45,65 46,92 45,25Kalimantan Timur 44,74 45,59 45,42 47,27 49,99Kalimantan Utara - - - - 46,34Sulawesi Utara 45,30 45,38 46,62 45,22 45,65Sulawesi Tengah 44,94 44,86 45,13 44,81 44,46Sulawesi Selatan 44,17 44,09 45,10 46,03 46,00Sulawesi Tenggara 44,26 45,23 45,92 45,76 44,52Gorontalo 46,34 47,37 45,39 47,10 47,27Sulawesi Barat 43,43 43,65 44,04 44,22 44,39Maluku 40,39 40,14 39,89 41,22 42,63Maluku Utara 43,93 44,19 45,89 45,03 47,11Papua Barat 38,93 38,49 40,96 39,43 40,63Papua 40,57 42,25 42,03 42,29 41,17

44,89 45,42 46,04 46,45 46,53

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.6. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 4-5 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 281

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 22,53 23,85 23,55 25,59 25,29Sumatera Utara 23,41 24,08 25,29 26,31 25,88Sumatera Barat 22,10 21,94 23,46 25,62 22,42Riau 24,62 27,48 28,75 28,55 27,52Jambi 25,10 26,07 27,66 27,62 28,51Sumatera Selatan 25,36 26,03 28,30 28,90 28,02Bengkulu 25,45 19,90 25,54 25,72 25,10Lampung 24,06 22,40 27,77 25,96 25,13Kepulauan Bangka Belitung 23,35 23,59 22,63 23,97 21,91Kepulauan Riau 17,44 17,82 17,17 18,25 23,82DKI Jakarta 25,26 24,05 25,52 27,48 23,66Jawa Barat 19,57 19,46 20,62 22,14 17,94Jawa Tengah 19,30 20,06 22,16 22,85 20,92DI Yogyakarta 13,85 14,95 16,70 15,91 19,31Jawa Timur 18,22 19,49 21,48 22,42 21,87Banten 23,75 25,60 27,91 24,09 25,01Bali 13,90 11,41 12,99 10,88 11,26Nusa Tenggara Barat 17,59 17,72 19,51 19,44 16,00Nusa Tenggara Timur 27,02 24,28 28,43 27,01 28,94Kalimantan Barat 26,82 26,33 27,82 26,98 24,94Kalimantan Tengah 18,79 21,30 20,06 25,10 22,67Kalimantan Selatan 20,60 22,78 19,40 18,59 17,29Kalimantan Timur 18,07 24,54 28,90 21,97 24,41Kalimantan Utara - - - - 29,10Sulawesi Utara 20,41 19,58 24,69 23,36 21,34Sulawesi Tengah 20,49 28,30 25,02 23,07 24,54Sulawesi Selatan 22,13 25,39 23,45 24,95 27,96Sulawesi Tenggara 25,29 25,36 28,13 25,02 24,92Gorontalo 19,11 25,40 23,24 23,86 23,13Sulawesi Barat 26,55 22,81 27,03 26,79 26,00Maluku 24,09 25,85 23,23 24,39 26,82Maluku Utara 24,84 27,27 31,02 28,92 30,72Papua Barat 23,66 22,30 21,07 20,74 28,07Papua 23,86 21,56 22,18 21,94 21,92

20,61 21,29 22,85 23,35 22,07

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

5. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 4-5 Orang

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 45,07 48,00 49,91 51,13 50,34Sumatera Utara 47,42 48,00 47,91 48,98 49,22Sumatera Barat 44,36 46,76 45,99 48,07 46,28Riau 46,98 48,00 49,06 48,84 48,75Jambi 48,03 49,03 49,92 48,88 50,37Sumatera Selatan 48,16 49,14 48,71 50,08 51,43Bengkulu 50,64 51,15 50,65 50,14 52,08Lampung 47,11 46,76 47,80 48,13 48,54Kepulauan Bangka Belitung 45,62 46,88 48,39 48,22 49,22Kepulauan Riau 44,23 44,84 44,15 44,45 48,02DKI Jakarta 43,80 44,29 45,83 45,39 46,24Jawa Barat 45,44 45,43 45,95 46,41 46,13Jawa Tengah 44,35 45,53 46,29 46,34 45,99DI Yogyakarta 41,35 39,49 43,44 42,56 42,47Jawa Timur 43,52 43,35 44,24 45,01 44,89Banten 47,20 48,87 48,62 48,12 49,55Bali 42,52 44,80 42,23 43,44 44,40Nusa Tenggara Barat 44,32 44,22 46,03 46,39 44,78Nusa Tenggara Timur 39,38 41,21 42,84 41,48 42,06Kalimantan Barat 47,13 47,94 49,29 49,03 50,59Kalimantan Tengah 45,25 45,06 44,28 46,41 45,50Kalimantan Selatan 44,55 45,29 45,65 46,92 45,25Kalimantan Timur 44,74 45,59 45,42 47,27 49,99Kalimantan Utara - - - - 46,34Sulawesi Utara 45,30 45,38 46,62 45,22 45,65Sulawesi Tengah 44,94 44,86 45,13 44,81 44,46Sulawesi Selatan 44,17 44,09 45,10 46,03 46,00Sulawesi Tenggara 44,26 45,23 45,92 45,76 44,52Gorontalo 46,34 47,37 45,39 47,10 47,27Sulawesi Barat 43,43 43,65 44,04 44,22 44,39Maluku 40,39 40,14 39,89 41,22 42,63Maluku Utara 43,93 44,19 45,89 45,03 47,11Papua Barat 38,93 38,49 40,96 39,43 40,63Papua 40,57 42,25 42,03 42,29 41,17

44,89 45,42 46,04 46,45 46,53

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.6. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 4-5 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015282

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 7,93 7,04 8,95 8,58 9,41Sumatera Utara 10,94 10,26 10,35 10,04 9,35Sumatera Barat 9,52 11,37 11,35 11,94 9,17Riau 10,70 10,38 12,94 10,56 9,09Jambi 7,27 9,51 8,19 9,11 8,66Sumatera Selatan 8,73 7,08 11,70 10,05 8,54Bengkulu 6,01 6,67 9,39 7,14 5,86Lampung 6,54 8,81 10,54 7,55 5,65Kepulauan Bangka Belitung 9,46 7,33 7,21 8,72 7,40Kepulauan Riau 7,25 9,80 13,22 10,84 2,97DKI Jakarta 12,32 12,62 12,35 11,26 12,06Jawa Barat 5,29 6,34 5,43 5,09 5,28Jawa Tengah 4,59 3,93 4,94 5,08 5,19DI Yogyakarta 2,33 3,30 4,14 4,84 2,62Jawa Timur 4,46 4,58 5,04 6,14 4,61Banten 10,30 13,76 13,78 15,38 13,06Bali 2,59 4,15 5,32 1,98 2,54Nusa Tenggara Barat 4,00 3,82 3,22 3,88 3,18Nusa Tenggara Timur 13,39 14,58 15,85 15,43 13,12Kalimantan Barat 9,93 11,72 11,53 9,24 11,65Kalimantan Tengah 5,09 5,01 6,28 7,62 4,69Kalimantan Selatan 3,79 5,29 5,35 5,66 3,98Kalimantan Timur 11,86 11,82 9,01 11,53 9,19Kalimantan Utara - - - - 18,29Sulawesi Utara 5,96 6,08 7,93 8,97 8,49Sulawesi Tengah 11,79 11,47 11,18 10,12 10,84Sulawesi Selatan 10,94 10,77 12,08 11,74 11,45Sulawesi Tenggara 10,66 12,13 12,26 11,30 13,89Gorontalo 8,19 11,35 13,69 11,79 6,53Sulawesi Barat 11,59 12,79 10,86 12,27 10,77Maluku 13,39 19,26 14,97 17,68 14,95Maluku Utara 19,92 19,17 21,65 17,18 16,17Papua Barat 10,77 14,09 18,04 16,48 12,48Papua 8,39 9,54 9,61 8,04 8,27

6,77 7,19 7,63 7,59 6,93

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

7. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 6 Orang Ke Atas

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 23,74 22,05 21,37 20,70 21,39Sumatera Utara 22,52 22,20 22,95 22,69 20,62Sumatera Barat 22,62 22,82 24,52 23,01 23,17Riau 17,97 18,53 17,17 17,48 16,35Jambi 14,63 14,59 13,79 14,02 12,05Sumatera Selatan 17,01 16,22 17,11 16,06 14,29Bengkulu 14,21 13,17 12,91 12,91 13,21Lampung 14,03 13,20 12,85 12,69 10,63Kepulauan Bangka Belitung 13,53 12,93 12,08 11,83 11,30Kepulauan Riau 12,67 11,41 12,17 11,85 10,22DKI Jakarta 14,98 16,10 13,96 14,25 12,38Jawa Barat 11,03 11,56 11,41 11,38 10,19Jawa Tengah 11,44 11,82 11,74 12,21 11,43DI Yogyakarta 10,02 10,55 8,87 9,31 8,99Jawa Timur 10,05 10,54 10,76 11,20 10,06Banten 17,48 16,98 17,61 18,28 15,97Bali 14,97 14,45 15,50 14,74 16,46Nusa Tenggara Barat 11,28 10,91 11,20 10,89 9,43Nusa Tenggara Timur 33,63 33,70 33,54 33,49 30,86Kalimantan Barat 18,98 18,39 19,43 19,53 17,97Kalimantan Tengah 10,78 11,14 11,49 11,64 11,80Kalimantan Selatan 10,77 10,37 9,85 9,38 10,37Kalimantan Timur 15,61 16,60 16,06 15,78 13,18Kalimantan Utara - - - - 22,10Sulawesi Utara 13,18 13,54 15,17 15,53 14,32Sulawesi Tengah 18,85 20,05 19,65 19,04 19,41Sulawesi Selatan 25,47 24,77 24,51 23,86 23,12Sulawesi Tenggara 26,42 25,57 25,95 24,71 24,35Gorontalo 18,91 17,30 19,87 18,18 16,78Sulawesi Barat 24,82 24,37 25,03 25,85 24,07Maluku 31,74 33,55 33,00 33,38 32,26Maluku Utara 29,23 28,94 28,20 30,90 27,09Papua Barat 21,19 22,42 22,51 23,11 24,46Papua 16,30 15,66 13,71 14,01 15,16

14,54 14,68 14,65 14,72 13,63

(1)

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Indonesia

8. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 6 Orang Ke Atas

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 283

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 7,93 7,04 8,95 8,58 9,41Sumatera Utara 10,94 10,26 10,35 10,04 9,35Sumatera Barat 9,52 11,37 11,35 11,94 9,17Riau 10,70 10,38 12,94 10,56 9,09Jambi 7,27 9,51 8,19 9,11 8,66Sumatera Selatan 8,73 7,08 11,70 10,05 8,54Bengkulu 6,01 6,67 9,39 7,14 5,86Lampung 6,54 8,81 10,54 7,55 5,65Kepulauan Bangka Belitung 9,46 7,33 7,21 8,72 7,40Kepulauan Riau 7,25 9,80 13,22 10,84 2,97DKI Jakarta 12,32 12,62 12,35 11,26 12,06Jawa Barat 5,29 6,34 5,43 5,09 5,28Jawa Tengah 4,59 3,93 4,94 5,08 5,19DI Yogyakarta 2,33 3,30 4,14 4,84 2,62Jawa Timur 4,46 4,58 5,04 6,14 4,61Banten 10,30 13,76 13,78 15,38 13,06Bali 2,59 4,15 5,32 1,98 2,54Nusa Tenggara Barat 4,00 3,82 3,22 3,88 3,18Nusa Tenggara Timur 13,39 14,58 15,85 15,43 13,12Kalimantan Barat 9,93 11,72 11,53 9,24 11,65Kalimantan Tengah 5,09 5,01 6,28 7,62 4,69Kalimantan Selatan 3,79 5,29 5,35 5,66 3,98Kalimantan Timur 11,86 11,82 9,01 11,53 9,19Kalimantan Utara - - - - 18,29Sulawesi Utara 5,96 6,08 7,93 8,97 8,49Sulawesi Tengah 11,79 11,47 11,18 10,12 10,84Sulawesi Selatan 10,94 10,77 12,08 11,74 11,45Sulawesi Tenggara 10,66 12,13 12,26 11,30 13,89Gorontalo 8,19 11,35 13,69 11,79 6,53Sulawesi Barat 11,59 12,79 10,86 12,27 10,77Maluku 13,39 19,26 14,97 17,68 14,95Maluku Utara 19,92 19,17 21,65 17,18 16,17Papua Barat 10,77 14,09 18,04 16,48 12,48Papua 8,39 9,54 9,61 8,04 8,27

6,77 7,19 7,63 7,59 6,93

(1)

Indonesia

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

7. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 6 Orang Ke Atas

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 23,74 22,05 21,37 20,70 21,39Sumatera Utara 22,52 22,20 22,95 22,69 20,62Sumatera Barat 22,62 22,82 24,52 23,01 23,17Riau 17,97 18,53 17,17 17,48 16,35Jambi 14,63 14,59 13,79 14,02 12,05Sumatera Selatan 17,01 16,22 17,11 16,06 14,29Bengkulu 14,21 13,17 12,91 12,91 13,21Lampung 14,03 13,20 12,85 12,69 10,63Kepulauan Bangka Belitung 13,53 12,93 12,08 11,83 11,30Kepulauan Riau 12,67 11,41 12,17 11,85 10,22DKI Jakarta 14,98 16,10 13,96 14,25 12,38Jawa Barat 11,03 11,56 11,41 11,38 10,19Jawa Tengah 11,44 11,82 11,74 12,21 11,43DI Yogyakarta 10,02 10,55 8,87 9,31 8,99Jawa Timur 10,05 10,54 10,76 11,20 10,06Banten 17,48 16,98 17,61 18,28 15,97Bali 14,97 14,45 15,50 14,74 16,46Nusa Tenggara Barat 11,28 10,91 11,20 10,89 9,43Nusa Tenggara Timur 33,63 33,70 33,54 33,49 30,86Kalimantan Barat 18,98 18,39 19,43 19,53 17,97Kalimantan Tengah 10,78 11,14 11,49 11,64 11,80Kalimantan Selatan 10,77 10,37 9,85 9,38 10,37Kalimantan Timur 15,61 16,60 16,06 15,78 13,18Kalimantan Utara - - - - 22,10Sulawesi Utara 13,18 13,54 15,17 15,53 14,32Sulawesi Tengah 18,85 20,05 19,65 19,04 19,41Sulawesi Selatan 25,47 24,77 24,51 23,86 23,12Sulawesi Tenggara 26,42 25,57 25,95 24,71 24,35Gorontalo 18,91 17,30 19,87 18,18 16,78Sulawesi Barat 24,82 24,37 25,03 25,85 24,07Maluku 31,74 33,55 33,00 33,38 32,26Maluku Utara 29,23 28,94 28,20 30,90 27,09Papua Barat 21,19 22,42 22,51 23,11 24,46Papua 16,30 15,66 13,71 14,01 15,16

14,54 14,68 14,65 14,72 13,63

(1)

Tabel 3.7.menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Indonesia

8. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Jumlah ART 6 Orang Ke Atas

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015284

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 33,70 30,54 26,94 26,83 33,94Sumatera Utara 27,51 22,59 23,11 21,10 25,73Sumatera Barat 35,42 27,21 29,23 23,45 35,27Riau 25,71 18,42 14,38 23,51 26,52Jambi 32,45 29,54 32,85 27,79 28,56Sumatera Selatan 28,68 28,06 22,87 24,90 24,00Bengkulu 35,19 30,52 27,11 26,49 37,74Lampung 35,40 34,68 27,42 30,77 42,02Kepulauan Bangka Belitung 38,12 30,93 24,27 24,49 34,41Kepulauan Riau 31,00 23,33 26,81 27,99 29,01DKI Jakarta 20,16 11,86 16,09 17,68 18,47Jawa Barat 45,20 42,78 41,40 39,77 48,93Jawa Tengah 42,61 40,74 36,35 36,28 46,49DI Yogyakarta 55,07 46,49 48,04 42,02 56,50Jawa Timur 47,71 45,40 42,94 41,19 49,76Banten 29,16 26,93 21,23 23,58 32,38Bali 52,76 54,38 45,65 55,91 57,91Nusa Tenggara Barat 30,38 37,08 32,37 31,01 42,28Nusa Tenggara Timur 17,37 17,95 11,82 11,51 17,39Kalimantan Barat 22,46 24,13 22,97 20,01 26,58Kalimantan Tengah 43,68 23,23 29,85 25,54 36,54Kalimantan Selatan 40,96 40,98 41,74 39,29 40,95Kalimantan Timur 31,78 20,87 20,80 27,17 27,93Kalimantan Utara - - - - 16,97Sulawesi Utara 29,55 24,04 15,82 22,34 27,94Sulawesi Tengah 28,15 21,24 24,63 23,15 27,60Sulawesi Selatan 33,48 25,76 29,79 27,88 28,86Sulawesi Tenggara 27,61 23,78 24,09 20,52 23,91Gorontalo 33,96 20,65 20,99 14,63 26,07Sulawesi Barat 23,12 12,85 21,61 22,21 31,27Maluku 14,71 7,31 12,44 9,34 11,48Maluku Utara 6,90 6,96 7,93 10,68 8,80Papua Barat 17,48 20,88 19,72 12,02 16,87Papua 26,75 22,37 21,03 18,47 24,90

41,83 39,28 36,47 35,37 42,54

Tabel 3.8.1. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 1 Orang-2 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 3,72 2,72 2,35 2,41 3,82Sumatera Utara 3,79 3,07 3,56 2,98 3,70Sumatera Barat 5,14 4,90 4,76 3,95 6,14Riau 3,12 2,26 2,70 2,51 2,95Jambi 4,71 4,59 4,58 3,45 4,73Sumatera Selatan 5,03 4,28 4,21 3,85 5,00Bengkulu 5,99 3,35 4,77 3,90 5,63Lampung 6,58 6,34 5,19 5,41 6,51Kepulauan Bangka Belitung 5,74 4,88 4,86 4,34 7,17Kepulauan Riau 3,59 4,18 3,25 3,02 7,00DKI Jakarta 7,05 3,51 5,07 4,70 5,53Jawa Barat 9,72 8,60 9,11 8,15 10,04Jawa Tengah 11,02 10,44 9,85 9,90 12,95DI Yogyakarta 15,38 12,80 14,14 14,90 14,22Jawa Timur 12,05 12,30 11,92 10,78 14,03Banten 4,32 4,11 3,71 3,28 4,08Bali 11,04 10,59 10,25 10,19 11,67Nusa Tenggara Barat 7,10 6,54 8,21 6,43 9,79Nusa Tenggara Timur 3,26 2,75 2,35 2,60 3,64Kalimantan Barat 4,87 4,12 3,82 3,58 4,55Kalimantan Tengah 6,00 4,41 3,90 5,19 5,30Kalimantan Selatan 7,97 6,81 6,19 6,82 6,98Kalimantan Timur 4,83 4,25 5,02 3,74 3,99Kalimantan Utara - - - - 6,12Sulawesi Utara 5,14 5,43 4,17 3,97 6,07Sulawesi Tengah 4,62 4,66 4,68 4,53 4,99Sulawesi Selatan 5,73 5,65 5,29 4,83 6,25Sulawesi Tenggara 5,08 3,35 4,65 3,28 3,68Gorontalo 4,17 5,09 3,75 3,74 6,12Sulawesi Barat 4,20 4,77 3,35 2,43 4,13Maluku 1,72 1,53 1,69 1,85 1,59Maluku Utara 1,86 1,64 0,76 1,33 0,93Papua Barat 7,15 4,52 2,88 2,80 6,03Papua 6,78 7,31 6,53 7,41 8,68

9,10 8,53 8,33 7,69 9,40

Tabel 3.8.2. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 285

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 33,70 30,54 26,94 26,83 33,94Sumatera Utara 27,51 22,59 23,11 21,10 25,73Sumatera Barat 35,42 27,21 29,23 23,45 35,27Riau 25,71 18,42 14,38 23,51 26,52Jambi 32,45 29,54 32,85 27,79 28,56Sumatera Selatan 28,68 28,06 22,87 24,90 24,00Bengkulu 35,19 30,52 27,11 26,49 37,74Lampung 35,40 34,68 27,42 30,77 42,02Kepulauan Bangka Belitung 38,12 30,93 24,27 24,49 34,41Kepulauan Riau 31,00 23,33 26,81 27,99 29,01DKI Jakarta 20,16 11,86 16,09 17,68 18,47Jawa Barat 45,20 42,78 41,40 39,77 48,93Jawa Tengah 42,61 40,74 36,35 36,28 46,49DI Yogyakarta 55,07 46,49 48,04 42,02 56,50Jawa Timur 47,71 45,40 42,94 41,19 49,76Banten 29,16 26,93 21,23 23,58 32,38Bali 52,76 54,38 45,65 55,91 57,91Nusa Tenggara Barat 30,38 37,08 32,37 31,01 42,28Nusa Tenggara Timur 17,37 17,95 11,82 11,51 17,39Kalimantan Barat 22,46 24,13 22,97 20,01 26,58Kalimantan Tengah 43,68 23,23 29,85 25,54 36,54Kalimantan Selatan 40,96 40,98 41,74 39,29 40,95Kalimantan Timur 31,78 20,87 20,80 27,17 27,93Kalimantan Utara - - - - 16,97Sulawesi Utara 29,55 24,04 15,82 22,34 27,94Sulawesi Tengah 28,15 21,24 24,63 23,15 27,60Sulawesi Selatan 33,48 25,76 29,79 27,88 28,86Sulawesi Tenggara 27,61 23,78 24,09 20,52 23,91Gorontalo 33,96 20,65 20,99 14,63 26,07Sulawesi Barat 23,12 12,85 21,61 22,21 31,27Maluku 14,71 7,31 12,44 9,34 11,48Maluku Utara 6,90 6,96 7,93 10,68 8,80Papua Barat 17,48 20,88 19,72 12,02 16,87Papua 26,75 22,37 21,03 18,47 24,90

41,83 39,28 36,47 35,37 42,54

Tabel 3.8.1. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 1 Orang-2 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 3,72 2,72 2,35 2,41 3,82Sumatera Utara 3,79 3,07 3,56 2,98 3,70Sumatera Barat 5,14 4,90 4,76 3,95 6,14Riau 3,12 2,26 2,70 2,51 2,95Jambi 4,71 4,59 4,58 3,45 4,73Sumatera Selatan 5,03 4,28 4,21 3,85 5,00Bengkulu 5,99 3,35 4,77 3,90 5,63Lampung 6,58 6,34 5,19 5,41 6,51Kepulauan Bangka Belitung 5,74 4,88 4,86 4,34 7,17Kepulauan Riau 3,59 4,18 3,25 3,02 7,00DKI Jakarta 7,05 3,51 5,07 4,70 5,53Jawa Barat 9,72 8,60 9,11 8,15 10,04Jawa Tengah 11,02 10,44 9,85 9,90 12,95DI Yogyakarta 15,38 12,80 14,14 14,90 14,22Jawa Timur 12,05 12,30 11,92 10,78 14,03Banten 4,32 4,11 3,71 3,28 4,08Bali 11,04 10,59 10,25 10,19 11,67Nusa Tenggara Barat 7,10 6,54 8,21 6,43 9,79Nusa Tenggara Timur 3,26 2,75 2,35 2,60 3,64Kalimantan Barat 4,87 4,12 3,82 3,58 4,55Kalimantan Tengah 6,00 4,41 3,90 5,19 5,30Kalimantan Selatan 7,97 6,81 6,19 6,82 6,98Kalimantan Timur 4,83 4,25 5,02 3,74 3,99Kalimantan Utara - - - - 6,12Sulawesi Utara 5,14 5,43 4,17 3,97 6,07Sulawesi Tengah 4,62 4,66 4,68 4,53 4,99Sulawesi Selatan 5,73 5,65 5,29 4,83 6,25Sulawesi Tenggara 5,08 3,35 4,65 3,28 3,68Gorontalo 4,17 5,09 3,75 3,74 6,12Sulawesi Barat 4,20 4,77 3,35 2,43 4,13Maluku 1,72 1,53 1,69 1,85 1,59Maluku Utara 1,86 1,64 0,76 1,33 0,93Papua Barat 7,15 4,52 2,88 2,80 6,03Papua 6,78 7,31 6,53 7,41 8,68

9,10 8,53 8,33 7,69 9,40

Tabel 3.8.2. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015286

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 66,30 69,46 73,06 73,17 66,06Sumatera Utara 72,49 77,41 76,89 78,90 74,27Sumatera Barat 64,58 72,79 70,77 76,55 64,73Riau 74,29 81,58 85,62 76,49 73,48Jambi 67,55 70,46 67,15 72,21 71,44Sumatera Selatan 71,32 71,94 77,13 75,10 76,00Bengkulu 64,81 69,48 72,89 73,51 62,26Lampung 64,60 65,32 72,58 69,23 57,98Kepulauan Bangka Belitung 61,88 69,07 75,73 75,51 65,59Kepulauan Riau 69,00 76,67 73,19 72,01 70,99DKI Jakarta 79,84 88,14 83,91 82,32 81,53Jawa Barat 54,80 57,22 58,60 60,23 51,07Jawa Tengah 57,39 59,26 63,65 63,72 53,51DI Yogyakarta 44,93 53,51 51,96 57,98 43,50Jawa Timur 52,29 54,60 57,06 58,81 50,24Banten 70,84 73,07 78,77 76,42 67,62Bali 47,24 45,62 54,35 44,09 42,09Nusa Tenggara Barat 69,62 62,92 67,63 68,99 57,72Nusa Tenggara Timur 82,63 82,05 88,18 88,49 82,61Kalimantan Barat 77,54 75,87 77,03 79,99 73,42Kalimantan Tengah 56,32 76,77 70,15 74,46 63,46Kalimantan Selatan 59,04 59,02 58,26 60,71 59,05Kalimantan Timur 68,22 79,13 79,20 72,83 72,07Kalimantan Utara - - - - 83,03Sulawesi Utara 70,45 75,96 84,18 77,66 72,06Sulawesi Tengah 71,85 78,76 75,37 76,85 72,40Sulawesi Selatan 66,52 74,24 70,21 72,12 71,14Sulawesi Tenggara 72,39 76,22 75,91 79,48 76,09Gorontalo 66,04 79,35 79,01 85,37 73,93Sulawesi Barat 76,88 87,15 78,39 77,79 68,73Maluku 85,29 92,69 87,56 90,66 88,52Maluku Utara 93,10 93,04 92,07 89,32 91,20Papua Barat 82,52 79,12 80,28 87,98 83,13Papua 73,25 77,63 78,97 81,53 75,10

58,17 60,72 63,53 64,63 57,46

Tabel 3.8.3. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 96,28 97,28 97,65 97,59 96,18Sumatera Utara 96,21 96,93 96,44 97,02 96,30Sumatera Barat 94,86 95,10 95,24 96,05 93,86Riau 96,88 97,74 97,30 97,49 97,05Jambi 95,29 95,41 95,42 96,55 95,27Sumatera Selatan 94,97 95,72 95,79 96,15 95,00Bengkulu 94,01 96,65 95,23 96,10 94,37Lampung 93,42 93,66 94,81 94,59 93,49Kepulauan Bangka Belitung 94,26 95,12 95,14 95,66 92,83Kepulauan Riau 96,41 95,82 96,75 96,98 93,00DKI Jakarta 92,95 96,49 94,93 95,30 94,47Jawa Barat 90,28 91,40 90,89 91,85 89,96Jawa Tengah 88,98 89,56 90,15 90,10 87,05DI Yogyakarta 84,62 87,20 85,86 85,10 85,78Jawa Timur 87,95 87,70 88,08 89,22 85,97Banten 95,68 95,89 96,29 96,72 95,92Bali 88,96 89,41 89,75 89,81 88,33Nusa Tenggara Barat 92,90 93,46 91,79 93,57 90,21Nusa Tenggara Timur 96,74 97,25 97,65 97,40 96,36Kalimantan Barat 95,13 95,88 96,18 96,42 95,45Kalimantan Tengah 94,00 95,59 96,10 94,81 94,70Kalimantan Selatan 92,03 93,19 93,81 93,18 93,02Kalimantan Timur 95,17 95,75 94,98 96,26 96,01Kalimantan Utara - - - - 93,88Sulawesi Utara 94,86 94,57 95,83 96,03 93,93Sulawesi Tengah 95,38 95,34 95,32 95,47 95,01Sulawesi Selatan 94,27 94,35 94,71 95,17 93,75Sulawesi Tenggara 94,92 96,65 95,35 96,72 96,32Gorontalo 95,83 94,91 96,25 96,26 93,88Sulawesi Barat 95,80 95,23 96,65 97,57 95,87Maluku 98,28 98,47 98,31 98,15 98,41Maluku Utara 98,14 98,36 99,24 98,67 99,07Papua Barat 92,85 95,48 97,12 97,20 93,97Papua 93,22 92,69 93,47 92,59 91,32

90,90 91,47 91,67 92,31 90,60

Tabel 3.8.4. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 287

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 66,30 69,46 73,06 73,17 66,06Sumatera Utara 72,49 77,41 76,89 78,90 74,27Sumatera Barat 64,58 72,79 70,77 76,55 64,73Riau 74,29 81,58 85,62 76,49 73,48Jambi 67,55 70,46 67,15 72,21 71,44Sumatera Selatan 71,32 71,94 77,13 75,10 76,00Bengkulu 64,81 69,48 72,89 73,51 62,26Lampung 64,60 65,32 72,58 69,23 57,98Kepulauan Bangka Belitung 61,88 69,07 75,73 75,51 65,59Kepulauan Riau 69,00 76,67 73,19 72,01 70,99DKI Jakarta 79,84 88,14 83,91 82,32 81,53Jawa Barat 54,80 57,22 58,60 60,23 51,07Jawa Tengah 57,39 59,26 63,65 63,72 53,51DI Yogyakarta 44,93 53,51 51,96 57,98 43,50Jawa Timur 52,29 54,60 57,06 58,81 50,24Banten 70,84 73,07 78,77 76,42 67,62Bali 47,24 45,62 54,35 44,09 42,09Nusa Tenggara Barat 69,62 62,92 67,63 68,99 57,72Nusa Tenggara Timur 82,63 82,05 88,18 88,49 82,61Kalimantan Barat 77,54 75,87 77,03 79,99 73,42Kalimantan Tengah 56,32 76,77 70,15 74,46 63,46Kalimantan Selatan 59,04 59,02 58,26 60,71 59,05Kalimantan Timur 68,22 79,13 79,20 72,83 72,07Kalimantan Utara - - - - 83,03Sulawesi Utara 70,45 75,96 84,18 77,66 72,06Sulawesi Tengah 71,85 78,76 75,37 76,85 72,40Sulawesi Selatan 66,52 74,24 70,21 72,12 71,14Sulawesi Tenggara 72,39 76,22 75,91 79,48 76,09Gorontalo 66,04 79,35 79,01 85,37 73,93Sulawesi Barat 76,88 87,15 78,39 77,79 68,73Maluku 85,29 92,69 87,56 90,66 88,52Maluku Utara 93,10 93,04 92,07 89,32 91,20Papua Barat 82,52 79,12 80,28 87,98 83,13Papua 73,25 77,63 78,97 81,53 75,10

58,17 60,72 63,53 64,63 57,46

Tabel 3.8.3. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 96,28 97,28 97,65 97,59 96,18Sumatera Utara 96,21 96,93 96,44 97,02 96,30Sumatera Barat 94,86 95,10 95,24 96,05 93,86Riau 96,88 97,74 97,30 97,49 97,05Jambi 95,29 95,41 95,42 96,55 95,27Sumatera Selatan 94,97 95,72 95,79 96,15 95,00Bengkulu 94,01 96,65 95,23 96,10 94,37Lampung 93,42 93,66 94,81 94,59 93,49Kepulauan Bangka Belitung 94,26 95,12 95,14 95,66 92,83Kepulauan Riau 96,41 95,82 96,75 96,98 93,00DKI Jakarta 92,95 96,49 94,93 95,30 94,47Jawa Barat 90,28 91,40 90,89 91,85 89,96Jawa Tengah 88,98 89,56 90,15 90,10 87,05DI Yogyakarta 84,62 87,20 85,86 85,10 85,78Jawa Timur 87,95 87,70 88,08 89,22 85,97Banten 95,68 95,89 96,29 96,72 95,92Bali 88,96 89,41 89,75 89,81 88,33Nusa Tenggara Barat 92,90 93,46 91,79 93,57 90,21Nusa Tenggara Timur 96,74 97,25 97,65 97,40 96,36Kalimantan Barat 95,13 95,88 96,18 96,42 95,45Kalimantan Tengah 94,00 95,59 96,10 94,81 94,70Kalimantan Selatan 92,03 93,19 93,81 93,18 93,02Kalimantan Timur 95,17 95,75 94,98 96,26 96,01Kalimantan Utara - - - - 93,88Sulawesi Utara 94,86 94,57 95,83 96,03 93,93Sulawesi Tengah 95,38 95,34 95,32 95,47 95,01Sulawesi Selatan 94,27 94,35 94,71 95,17 93,75Sulawesi Tenggara 94,92 96,65 95,35 96,72 96,32Gorontalo 95,83 94,91 96,25 96,26 93,88Sulawesi Barat 95,80 95,23 96,65 97,57 95,87Maluku 98,28 98,47 98,31 98,15 98,41Maluku Utara 98,14 98,36 99,24 98,67 99,07Papua Barat 92,85 95,48 97,12 97,20 93,97Papua 93,22 92,69 93,47 92,59 91,32

90,90 91,47 91,67 92,31 90,60

Tabel 3.8.4. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Bawah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015288

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 50,51 50,49 48,31 48,96 48,62Sumatera Utara 46,89 44,92 46,74 46,99 45,80Sumatera Barat 51,53 51,28 46,79 48,28 52,20Riau 45,65 36,62 41,97 45,85 41,10Jambi 49,32 48,37 36,43 40,36 49,94Sumatera Selatan 47,34 47,84 39,46 39,81 41,51Bengkulu 50,84 56,46 55,13 51,41 47,80Lampung 55,35 53,60 45,05 46,52 47,73Kepulauan Bangka Belitung 57,96 49,16 49,13 53,99 54,64Kepulauan Riau 53,30 56,21 57,06 51,34 57,98DKI Jakarta 44,80 46,38 45,82 46,46 47,63Jawa Barat 61,52 58,18 57,94 58,31 57,63Jawa Tengah 60,48 62,13 59,27 56,19 55,82DI Yogyakarta 68,70 70,22 59,26 58,43 54,10Jawa Timur 62,86 62,30 57,84 58,39 55,27Banten 44,80 45,25 41,65 42,01 41,07Bali 69,12 61,60 68,39 67,90 66,89Nusa Tenggara Barat 59,61 62,67 57,02 60,13 59,54Nusa Tenggara Timur 43,49 40,92 37,35 37,46 39,37Kalimantan Barat 45,62 47,81 38,99 51,01 40,15Kalimantan Tengah 59,76 56,57 53,91 52,60 51,79Kalimantan Selatan 62,45 57,24 57,52 56,94 60,82Kalimantan Timur 45,19 38,80 42,30 45,50 46,33Kalimantan Utara - - - - 21,65Sulawesi Utara 51,44 48,21 43,75 37,75 47,34Sulawesi Tengah 47,29 38,78 49,28 44,45 43,40Sulawesi Selatan 51,72 46,38 45,49 45,68 44,32Sulawesi Tenggara 48,05 47,64 44,95 51,21 44,39Gorontalo 40,63 41,77 41,99 48,84 44,56Sulawesi Barat 41,11 52,68 39,94 47,31 39,00Maluku 27,30 26,90 36,68 31,13 29,34Maluku Utara 35,68 28,15 22,63 25,26 25,91Papua Barat 31,78 52,50 50,29 39,41 27,73Papua 37,84 50,50 46,82 42,61 52,39

56,22 55,24 53,07 53,10 51,64

Tabel 3.8.5. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 1 Orang-2 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 8,12 7,13 7,18 7,19 7,81Sumatera Utara 10,17 9,71 9,95 9,23 11,32Sumatera Barat 12,47 11,80 10,64 9,85 10,74Riau 9,33 9,51 9,28 8,51 9,26Jambi 10,42 9,38 9,22 9,51 10,38Sumatera Selatan 9,76 9,63 9,30 10,28 10,36Bengkulu 12,01 11,62 11,29 11,53 11,68Lampung 11,27 11,30 10,78 10,33 10,69Kepulauan Bangka Belitung 11,51 11,49 10,43 11,73 12,63Kepulauan Riau 15,37 16,85 18,38 18,24 16,09DKI Jakarta 21,33 20,65 22,02 22,37 22,73Jawa Barat 15,11 15,15 14,24 13,79 14,39Jawa Tengah 16,74 15,98 15,24 14,34 14,88DI Yogyakarta 18,88 21,72 18,23 18,13 18,94Jawa Timur 18,09 17,03 16,75 16,02 16,70Banten 9,39 8,48 10,10 8,32 9,76Bali 19,91 19,16 18,19 18,99 17,79Nusa Tenggara Barat 14,63 15,58 11,87 13,63 15,47Nusa Tenggara Timur 9,94 8,67 9,56 9,62 10,49Kalimantan Barat 10,51 10,53 10,37 9,06 8,64Kalimantan Tengah 13,23 13,57 13,44 11,20 11,59Kalimantan Selatan 14,06 14,33 12,25 12,85 14,38Kalimantan Timur 14,73 12,48 13,50 11,00 12,51Kalimantan Utara - - - - 9,97Sulawesi Utara 18,45 16,82 15,50 13,62 15,40Sulawesi Tengah 13,99 12,78 12,31 11,86 13,63Sulawesi Selatan 11,00 10,01 11,65 9,84 10,48Sulawesi Tenggara 8,56 9,55 8,38 8,85 10,54Gorontalo 12,86 10,40 11,12 10,49 13,96Sulawesi Barat 11,39 11,58 9,62 8,77 9,45Maluku 8,07 7,40 7,85 7,31 6,69Maluku Utara 9,13 6,47 6,50 5,27 6,63Papua Barat 16,42 20,05 14,68 16,16 11,67Papua 19,16 18,78 21,36 18,59 20,70

14,19 13,62 13,32 12,71 13,33

Tabel 3.8.6. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 289

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 50,51 50,49 48,31 48,96 48,62Sumatera Utara 46,89 44,92 46,74 46,99 45,80Sumatera Barat 51,53 51,28 46,79 48,28 52,20Riau 45,65 36,62 41,97 45,85 41,10Jambi 49,32 48,37 36,43 40,36 49,94Sumatera Selatan 47,34 47,84 39,46 39,81 41,51Bengkulu 50,84 56,46 55,13 51,41 47,80Lampung 55,35 53,60 45,05 46,52 47,73Kepulauan Bangka Belitung 57,96 49,16 49,13 53,99 54,64Kepulauan Riau 53,30 56,21 57,06 51,34 57,98DKI Jakarta 44,80 46,38 45,82 46,46 47,63Jawa Barat 61,52 58,18 57,94 58,31 57,63Jawa Tengah 60,48 62,13 59,27 56,19 55,82DI Yogyakarta 68,70 70,22 59,26 58,43 54,10Jawa Timur 62,86 62,30 57,84 58,39 55,27Banten 44,80 45,25 41,65 42,01 41,07Bali 69,12 61,60 68,39 67,90 66,89Nusa Tenggara Barat 59,61 62,67 57,02 60,13 59,54Nusa Tenggara Timur 43,49 40,92 37,35 37,46 39,37Kalimantan Barat 45,62 47,81 38,99 51,01 40,15Kalimantan Tengah 59,76 56,57 53,91 52,60 51,79Kalimantan Selatan 62,45 57,24 57,52 56,94 60,82Kalimantan Timur 45,19 38,80 42,30 45,50 46,33Kalimantan Utara - - - - 21,65Sulawesi Utara 51,44 48,21 43,75 37,75 47,34Sulawesi Tengah 47,29 38,78 49,28 44,45 43,40Sulawesi Selatan 51,72 46,38 45,49 45,68 44,32Sulawesi Tenggara 48,05 47,64 44,95 51,21 44,39Gorontalo 40,63 41,77 41,99 48,84 44,56Sulawesi Barat 41,11 52,68 39,94 47,31 39,00Maluku 27,30 26,90 36,68 31,13 29,34Maluku Utara 35,68 28,15 22,63 25,26 25,91Papua Barat 31,78 52,50 50,29 39,41 27,73Papua 37,84 50,50 46,82 42,61 52,39

56,22 55,24 53,07 53,10 51,64

Tabel 3.8.5. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 1 Orang-2 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 8,12 7,13 7,18 7,19 7,81Sumatera Utara 10,17 9,71 9,95 9,23 11,32Sumatera Barat 12,47 11,80 10,64 9,85 10,74Riau 9,33 9,51 9,28 8,51 9,26Jambi 10,42 9,38 9,22 9,51 10,38Sumatera Selatan 9,76 9,63 9,30 10,28 10,36Bengkulu 12,01 11,62 11,29 11,53 11,68Lampung 11,27 11,30 10,78 10,33 10,69Kepulauan Bangka Belitung 11,51 11,49 10,43 11,73 12,63Kepulauan Riau 15,37 16,85 18,38 18,24 16,09DKI Jakarta 21,33 20,65 22,02 22,37 22,73Jawa Barat 15,11 15,15 14,24 13,79 14,39Jawa Tengah 16,74 15,98 15,24 14,34 14,88DI Yogyakarta 18,88 21,72 18,23 18,13 18,94Jawa Timur 18,09 17,03 16,75 16,02 16,70Banten 9,39 8,48 10,10 8,32 9,76Bali 19,91 19,16 18,19 18,99 17,79Nusa Tenggara Barat 14,63 15,58 11,87 13,63 15,47Nusa Tenggara Timur 9,94 8,67 9,56 9,62 10,49Kalimantan Barat 10,51 10,53 10,37 9,06 8,64Kalimantan Tengah 13,23 13,57 13,44 11,20 11,59Kalimantan Selatan 14,06 14,33 12,25 12,85 14,38Kalimantan Timur 14,73 12,48 13,50 11,00 12,51Kalimantan Utara - - - - 9,97Sulawesi Utara 18,45 16,82 15,50 13,62 15,40Sulawesi Tengah 13,99 12,78 12,31 11,86 13,63Sulawesi Selatan 11,00 10,01 11,65 9,84 10,48Sulawesi Tenggara 8,56 9,55 8,38 8,85 10,54Gorontalo 12,86 10,40 11,12 10,49 13,96Sulawesi Barat 11,39 11,58 9,62 8,77 9,45Maluku 8,07 7,40 7,85 7,31 6,69Maluku Utara 9,13 6,47 6,50 5,27 6,63Papua Barat 16,42 20,05 14,68 16,16 11,67Papua 19,16 18,78 21,36 18,59 20,70

14,19 13,62 13,32 12,71 13,33

Tabel 3.8.6. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015290

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 49,49 49,51 51,69 51,04 51,38Sumatera Utara 53,11 55,08 53,26 53,01 54,20Sumatera Barat 48,47 48,72 53,21 51,72 47,80Riau 54,35 63,38 58,03 54,15 58,90Jambi 50,68 51,63 63,57 59,64 50,06Sumatera Selatan 52,66 52,16 60,54 60,19 58,49Bengkulu 49,16 43,54 44,87 48,59 52,20Lampung 44,65 46,40 54,95 53,48 52,27Kepulauan Bangka Belitung 42,04 50,84 50,87 46,01 45,36Kepulauan Riau 46,70 43,79 42,94 48,66 42,02DKI Jakarta 55,20 53,62 54,18 53,54 52,37Jawa Barat 38,48 41,82 42,06 41,69 42,37Jawa Tengah 39,52 37,87 40,73 43,81 44,18DI Yogyakarta 31,30 29,78 40,74 41,57 45,90Jawa Timur 37,14 37,70 42,16 41,61 44,73Banten 55,20 54,75 58,35 57,99 58,93Bali 30,88 38,40 31,61 32,10 33,11Nusa Tenggara Barat 40,39 37,33 42,98 39,87 40,46Nusa Tenggara Timur 56,51 59,08 62,65 62,54 60,63Kalimantan Barat 54,38 52,19 61,01 48,99 59,85Kalimantan Tengah 40,24 43,43 46,09 47,40 48,21Kalimantan Selatan 37,55 42,76 42,48 43,06 39,18Kalimantan Timur 54,81 61,20 57,70 54,50 53,67Kalimantan Utara - - - - 78,35Sulawesi Utara 48,56 51,79 56,25 62,25 52,66Sulawesi Tengah 52,71 61,22 50,72 55,55 56,60Sulawesi Selatan 48,28 53,62 54,51 54,32 55,68Sulawesi Tenggara 51,95 52,36 55,05 48,79 55,61Gorontalo 59,37 58,23 58,01 51,16 55,44Sulawesi Barat 58,89 47,32 60,06 52,69 61,00Maluku 72,70 73,10 63,32 68,87 70,66Maluku Utara 64,32 71,85 77,37 74,74 74,09Papua Barat 68,22 47,50 49,71 60,59 72,27Papua 62,16 49,50 53,18 57,39 47,61

43,78 44,76 46,93 46,90 48,36

Tabel 3.8.7. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 91,88 92,87 92,82 92,81 92,19Sumatera Utara 89,83 90,29 90,05 90,77 88,68Sumatera Barat 87,53 88,20 89,36 90,15 89,26Riau 90,67 90,49 90,72 91,49 90,74Jambi 89,58 90,62 90,78 90,49 89,62Sumatera Selatan 90,24 90,37 90,70 89,72 89,64Bengkulu 87,99 88,38 88,71 88,47 88,32Lampung 88,73 88,70 89,22 89,67 89,31Kepulauan Bangka Belitung 88,49 88,51 89,57 88,27 87,37Kepulauan Riau 84,63 83,15 81,62 81,76 83,91DKI Jakarta 78,67 79,35 77,98 77,63 77,27Jawa Barat 84,89 84,85 85,76 86,21 85,61Jawa Tengah 83,26 84,02 84,76 85,66 85,12DI Yogyakarta 81,12 78,28 81,77 81,87 81,06Jawa Timur 81,91 82,97 83,25 83,98 83,30Banten 90,61 91,52 89,90 91,68 90,24Bali 80,09 80,84 81,81 81,01 82,21Nusa Tenggara Barat 85,37 84,42 88,13 86,37 84,53Nusa Tenggara Timur 90,06 91,33 90,44 90,38 89,51Kalimantan Barat 89,49 89,47 89,63 90,94 91,36Kalimantan Tengah 86,77 86,43 86,56 88,80 88,41Kalimantan Selatan 85,94 85,67 87,75 87,15 85,62Kalimantan Timur 85,27 87,52 86,50 89,00 87,49Kalimantan Utara - - - - 90,03Sulawesi Utara 81,55 83,18 84,50 86,38 84,60Sulawesi Tengah 86,01 87,22 87,69 88,14 86,37Sulawesi Selatan 89,00 89,99 88,35 90,16 89,52Sulawesi Tenggara 91,44 90,45 91,62 91,15 89,46Gorontalo 87,14 89,60 88,88 89,51 86,04Sulawesi Barat 88,61 88,42 90,38 91,23 90,55Maluku 91,93 92,60 92,15 92,69 93,31Maluku Utara 90,87 93,53 93,50 94,73 93,37Papua Barat 83,58 79,95 85,32 83,84 88,33Papua 80,84 81,22 78,64 81,41 79,30

85,81 86,38 86,68 87,29 86,67

Tabel 3.8.8. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 291

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 49,49 49,51 51,69 51,04 51,38Sumatera Utara 53,11 55,08 53,26 53,01 54,20Sumatera Barat 48,47 48,72 53,21 51,72 47,80Riau 54,35 63,38 58,03 54,15 58,90Jambi 50,68 51,63 63,57 59,64 50,06Sumatera Selatan 52,66 52,16 60,54 60,19 58,49Bengkulu 49,16 43,54 44,87 48,59 52,20Lampung 44,65 46,40 54,95 53,48 52,27Kepulauan Bangka Belitung 42,04 50,84 50,87 46,01 45,36Kepulauan Riau 46,70 43,79 42,94 48,66 42,02DKI Jakarta 55,20 53,62 54,18 53,54 52,37Jawa Barat 38,48 41,82 42,06 41,69 42,37Jawa Tengah 39,52 37,87 40,73 43,81 44,18DI Yogyakarta 31,30 29,78 40,74 41,57 45,90Jawa Timur 37,14 37,70 42,16 41,61 44,73Banten 55,20 54,75 58,35 57,99 58,93Bali 30,88 38,40 31,61 32,10 33,11Nusa Tenggara Barat 40,39 37,33 42,98 39,87 40,46Nusa Tenggara Timur 56,51 59,08 62,65 62,54 60,63Kalimantan Barat 54,38 52,19 61,01 48,99 59,85Kalimantan Tengah 40,24 43,43 46,09 47,40 48,21Kalimantan Selatan 37,55 42,76 42,48 43,06 39,18Kalimantan Timur 54,81 61,20 57,70 54,50 53,67Kalimantan Utara - - - - 78,35Sulawesi Utara 48,56 51,79 56,25 62,25 52,66Sulawesi Tengah 52,71 61,22 50,72 55,55 56,60Sulawesi Selatan 48,28 53,62 54,51 54,32 55,68Sulawesi Tenggara 51,95 52,36 55,05 48,79 55,61Gorontalo 59,37 58,23 58,01 51,16 55,44Sulawesi Barat 58,89 47,32 60,06 52,69 61,00Maluku 72,70 73,10 63,32 68,87 70,66Maluku Utara 64,32 71,85 77,37 74,74 74,09Papua Barat 68,22 47,50 49,71 60,59 72,27Papua 62,16 49,50 53,18 57,39 47,61

43,78 44,76 46,93 46,90 48,36

Tabel 3.8.7. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 91,88 92,87 92,82 92,81 92,19Sumatera Utara 89,83 90,29 90,05 90,77 88,68Sumatera Barat 87,53 88,20 89,36 90,15 89,26Riau 90,67 90,49 90,72 91,49 90,74Jambi 89,58 90,62 90,78 90,49 89,62Sumatera Selatan 90,24 90,37 90,70 89,72 89,64Bengkulu 87,99 88,38 88,71 88,47 88,32Lampung 88,73 88,70 89,22 89,67 89,31Kepulauan Bangka Belitung 88,49 88,51 89,57 88,27 87,37Kepulauan Riau 84,63 83,15 81,62 81,76 83,91DKI Jakarta 78,67 79,35 77,98 77,63 77,27Jawa Barat 84,89 84,85 85,76 86,21 85,61Jawa Tengah 83,26 84,02 84,76 85,66 85,12DI Yogyakarta 81,12 78,28 81,77 81,87 81,06Jawa Timur 81,91 82,97 83,25 83,98 83,30Banten 90,61 91,52 89,90 91,68 90,24Bali 80,09 80,84 81,81 81,01 82,21Nusa Tenggara Barat 85,37 84,42 88,13 86,37 84,53Nusa Tenggara Timur 90,06 91,33 90,44 90,38 89,51Kalimantan Barat 89,49 89,47 89,63 90,94 91,36Kalimantan Tengah 86,77 86,43 86,56 88,80 88,41Kalimantan Selatan 85,94 85,67 87,75 87,15 85,62Kalimantan Timur 85,27 87,52 86,50 89,00 87,49Kalimantan Utara - - - - 90,03Sulawesi Utara 81,55 83,18 84,50 86,38 84,60Sulawesi Tengah 86,01 87,22 87,69 88,14 86,37Sulawesi Selatan 89,00 89,99 88,35 90,16 89,52Sulawesi Tenggara 91,44 90,45 91,62 91,15 89,46Gorontalo 87,14 89,60 88,88 89,51 86,04Sulawesi Barat 88,61 88,42 90,38 91,23 90,55Maluku 91,93 92,60 92,15 92,69 93,31Maluku Utara 90,87 93,53 93,50 94,73 93,37Papua Barat 83,58 79,95 85,32 83,84 88,33Papua 80,84 81,22 78,64 81,41 79,30

85,81 86,38 86,68 87,29 86,67

Tabel 3.8.8. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 40% Menengah dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015292

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 64,80 66,91 69,53 63,65 59,96Sumatera Utara 65,95 63,26 65,48 63,75 63,63Sumatera Barat 66,51 70,87 63,72 62,23 67,22Riau 53,96 68,45 60,97 56,93 63,92Jambi 55,73 56,10 62,93 59,17 62,93Sumatera Selatan 60,85 59,23 53,26 64,13 65,40Bengkulu 62,53 74,49 61,26 72,85 64,77Lampung 63,59 67,22 60,77 65,74 56,68Kepulauan Bangka Belitung 71,98 72,34 73,60 74,32 65,53Kepulauan Riau 70,01 73,61 66,76 72,49 69,63DKI Jakarta 63,85 66,94 58,71 51,92 60,99Jawa Barat 68,69 68,11 69,92 67,76 66,32Jawa Tengah 68,92 72,49 70,89 72,16 66,88DI Yogyakarta 88,10 84,47 84,41 86,17 83,80Jawa Timur 69,91 68,58 67,02 68,05 63,90Banten 77,18 63,05 58,70 61,16 55,86Bali 82,47 78,73 82,36 78,84 84,60Nusa Tenggara Barat 76,25 73,73 75,44 75,97 72,43Nusa Tenggara Timur 61,87 67,76 61,29 59,14 62,77Kalimantan Barat 60,27 59,27 55,66 58,62 59,38Kalimantan Tengah 79,49 81,21 83,44 80,35 72,31Kalimantan Selatan 69,60 72,28 76,29 72,37 74,53Kalimantan Timur 75,55 76,25 73,11 69,50 60,93Kalimantan Utara - - - - 76,35Sulawesi Utara 65,79 74,29 75,17 72,87 73,07Sulawesi Tengah 64,86 62,60 60,47 62,54 58,88Sulawesi Selatan 65,53 65,70 63,10 63,44 54,28Sulawesi Tenggara 65,16 65,52 66,35 65,67 64,30Gorontalo 66,57 70,99 60,33 66,88 69,14Sulawesi Barat 70,71 56,55 65,42 57,25 63,56Maluku 67,93 58,88 65,62 61,69 68,51Maluku Utara 53,01 59,74 52,50 58,42 68,79Papua Barat 69,39 66,90 50,18 59,06 63,94Papua 70,56 56,56 67,10 57,61 63,70

67,11 67,16 65,88 65,96 64,24

Tabel 3.8.9. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 201% Atas dan Jumlah ART 1 Orang-2 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 27,61 23,94 25,38 23,16 22,24Sumatera Utara 23,85 25,63 25,25 24,57 23,78Sumatera Barat 27,51 25,58 28,91 24,59 23,08Riau 26,36 25,93 25,07 27,42 25,81Jambi 23,84 24,14 23,84 24,10 22,73Sumatera Selatan 20,43 24,02 23,74 21,36 20,31Bengkulu 22,33 24,13 26,83 25,93 20,02Lampung 21,27 22,89 22,05 21,76 22,23Kepulauan Bangka Belitung 32,23 30,40 30,24 30,85 24,33Kepulauan Riau 47,26 45,17 43,05 38,73 38,82DKI Jakarta 28,26 30,78 31,43 30,85 29,70Jawa Barat 27,18 25,79 27,96 26,89 27,73Jawa Tengah 27,20 26,80 26,03 26,28 25,63DI Yogyakarta 44,76 42,77 43,45 49,74 44,68Jawa Timur 27,21 27,56 26,64 28,10 25,19Banten 25,61 22,55 25,06 21,18 19,06Bali 36,88 31,67 36,61 36,12 28,40Nusa Tenggara Barat 26,86 27,89 28,19 28,98 24,33Nusa Tenggara Timur 25,49 21,62 22,65 23,15 22,35Kalimantan Barat 21,44 21,60 21,47 24,26 20,83Kalimantan Tengah 33,11 33,83 35,87 35,37 34,57Kalimantan Selatan 29,33 31,30 31,63 34,14 29,13Kalimantan Timur 32,67 33,01 33,09 33,20 28,03Kalimantan Utara - - - - 28,93Sulawesi Utara 32,47 34,61 31,22 33,49 31,25Sulawesi Tengah 27,04 25,89 27,56 27,72 23,59Sulawesi Selatan 23,60 24,37 23,11 24,85 19,45Sulawesi Tenggara 23,52 24,28 23,99 25,79 26,76Gorontalo 24,83 23,69 21,56 25,90 20,29Sulawesi Barat 26,67 21,98 23,83 24,53 22,86Maluku 25,76 26,50 28,86 26,22 24,23Maluku Utara 24,09 25,83 27,05 25,57 22,23Papua Barat 34,55 35,52 34,92 37,76 33,51Papua 39,20 40,21 41,79 43,92 36,50

26,96 26,70 27,25 27,44 26,02

Tabel 3.8.10. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 20% Atas dan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 293

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 64,80 66,91 69,53 63,65 59,96Sumatera Utara 65,95 63,26 65,48 63,75 63,63Sumatera Barat 66,51 70,87 63,72 62,23 67,22Riau 53,96 68,45 60,97 56,93 63,92Jambi 55,73 56,10 62,93 59,17 62,93Sumatera Selatan 60,85 59,23 53,26 64,13 65,40Bengkulu 62,53 74,49 61,26 72,85 64,77Lampung 63,59 67,22 60,77 65,74 56,68Kepulauan Bangka Belitung 71,98 72,34 73,60 74,32 65,53Kepulauan Riau 70,01 73,61 66,76 72,49 69,63DKI Jakarta 63,85 66,94 58,71 51,92 60,99Jawa Barat 68,69 68,11 69,92 67,76 66,32Jawa Tengah 68,92 72,49 70,89 72,16 66,88DI Yogyakarta 88,10 84,47 84,41 86,17 83,80Jawa Timur 69,91 68,58 67,02 68,05 63,90Banten 77,18 63,05 58,70 61,16 55,86Bali 82,47 78,73 82,36 78,84 84,60Nusa Tenggara Barat 76,25 73,73 75,44 75,97 72,43Nusa Tenggara Timur 61,87 67,76 61,29 59,14 62,77Kalimantan Barat 60,27 59,27 55,66 58,62 59,38Kalimantan Tengah 79,49 81,21 83,44 80,35 72,31Kalimantan Selatan 69,60 72,28 76,29 72,37 74,53Kalimantan Timur 75,55 76,25 73,11 69,50 60,93Kalimantan Utara - - - - 76,35Sulawesi Utara 65,79 74,29 75,17 72,87 73,07Sulawesi Tengah 64,86 62,60 60,47 62,54 58,88Sulawesi Selatan 65,53 65,70 63,10 63,44 54,28Sulawesi Tenggara 65,16 65,52 66,35 65,67 64,30Gorontalo 66,57 70,99 60,33 66,88 69,14Sulawesi Barat 70,71 56,55 65,42 57,25 63,56Maluku 67,93 58,88 65,62 61,69 68,51Maluku Utara 53,01 59,74 52,50 58,42 68,79Papua Barat 69,39 66,90 50,18 59,06 63,94Papua 70,56 56,56 67,10 57,61 63,70

67,11 67,16 65,88 65,96 64,24

Tabel 3.8.9. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 201% Atas dan Jumlah ART 1 Orang-2 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 27,61 23,94 25,38 23,16 22,24Sumatera Utara 23,85 25,63 25,25 24,57 23,78Sumatera Barat 27,51 25,58 28,91 24,59 23,08Riau 26,36 25,93 25,07 27,42 25,81Jambi 23,84 24,14 23,84 24,10 22,73Sumatera Selatan 20,43 24,02 23,74 21,36 20,31Bengkulu 22,33 24,13 26,83 25,93 20,02Lampung 21,27 22,89 22,05 21,76 22,23Kepulauan Bangka Belitung 32,23 30,40 30,24 30,85 24,33Kepulauan Riau 47,26 45,17 43,05 38,73 38,82DKI Jakarta 28,26 30,78 31,43 30,85 29,70Jawa Barat 27,18 25,79 27,96 26,89 27,73Jawa Tengah 27,20 26,80 26,03 26,28 25,63DI Yogyakarta 44,76 42,77 43,45 49,74 44,68Jawa Timur 27,21 27,56 26,64 28,10 25,19Banten 25,61 22,55 25,06 21,18 19,06Bali 36,88 31,67 36,61 36,12 28,40Nusa Tenggara Barat 26,86 27,89 28,19 28,98 24,33Nusa Tenggara Timur 25,49 21,62 22,65 23,15 22,35Kalimantan Barat 21,44 21,60 21,47 24,26 20,83Kalimantan Tengah 33,11 33,83 35,87 35,37 34,57Kalimantan Selatan 29,33 31,30 31,63 34,14 29,13Kalimantan Timur 32,67 33,01 33,09 33,20 28,03Kalimantan Utara - - - - 28,93Sulawesi Utara 32,47 34,61 31,22 33,49 31,25Sulawesi Tengah 27,04 25,89 27,56 27,72 23,59Sulawesi Selatan 23,60 24,37 23,11 24,85 19,45Sulawesi Tenggara 23,52 24,28 23,99 25,79 26,76Gorontalo 24,83 23,69 21,56 25,90 20,29Sulawesi Barat 26,67 21,98 23,83 24,53 22,86Maluku 25,76 26,50 28,86 26,22 24,23Maluku Utara 24,09 25,83 27,05 25,57 22,23Papua Barat 34,55 35,52 34,92 37,76 33,51Papua 39,20 40,21 41,79 43,92 36,50

26,96 26,70 27,25 27,44 26,02

Tabel 3.8.10. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 20% Atas dan Jumlah ART 1 Orang menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015294

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 35,20 33,09 30,47 36,35 40,04Sumatera Utara 34,05 36,74 34,52 36,25 36,37Sumatera Barat 33,49 29,13 36,28 37,77 32,78Riau 46,04 31,55 39,03 43,07 36,08Jambi 44,27 43,90 37,07 40,83 37,07Sumatera Selatan 39,15 40,77 46,74 35,87 34,60Bengkulu 37,47 25,51 38,74 27,15 35,23Lampung 36,41 32,78 39,23 34,26 43,32Kepulauan Bangka Belitung 28,02 27,66 26,40 25,68 34,47Kepulauan Riau 29,99 26,39 33,24 27,51 30,37DKI Jakarta 36,15 33,06 41,29 48,08 39,01Jawa Barat 31,31 31,89 30,08 32,24 33,68Jawa Tengah 31,08 27,51 29,11 27,84 33,12DI Yogyakarta 11,90 15,53 15,59 13,83 16,20Jawa Timur 30,09 31,42 32,98 31,95 36,10Banten 22,82 36,95 41,30 38,84 44,14Bali 17,53 21,27 17,64 21,16 15,40Nusa Tenggara Barat 23,75 26,27 24,56 24,03 27,57Nusa Tenggara Timur 38,13 32,24 38,71 40,86 37,23Kalimantan Barat 39,73 40,73 44,34 41,38 40,62Kalimantan Tengah 20,51 18,79 16,56 19,65 27,69Kalimantan Selatan 30,40 27,72 23,71 27,63 25,47Kalimantan Timur 24,45 23,75 26,89 30,50 39,07Kalimantan Utara - - - - 23,65Sulawesi Utara 34,21 25,71 24,83 27,13 26,93Sulawesi Tengah 35,14 37,40 39,53 37,46 41,12Sulawesi Selatan 34,47 34,30 36,90 36,56 45,72Sulawesi Tenggara 34,84 34,48 33,65 34,33 35,70Gorontalo 33,43 29,01 39,67 33,12 30,86Sulawesi Barat 29,29 43,45 34,58 42,75 36,44Maluku 32,07 41,12 34,38 38,31 31,49Maluku Utara 46,99 40,26 47,50 41,58 31,21Papua Barat 30,61 33,10 49,82 40,94 36,06Papua 29,44 43,44 32,90 42,39 36,30

32,89 32,84 34,12 34,04 35,76

Tabel 3.8.11. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 20% Atas dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 72,39 76,06 74,62 76,84 77,76Sumatera Utara 76,15 74,37 74,75 75,43 76,22Sumatera Barat 72,49 74,42 71,09 75,41 76,92Riau 73,64 74,07 74,93 72,58 74,19Jambi 76,16 75,86 76,16 75,90 77,27Sumatera Selatan 79,57 75,98 76,26 78,64 79,69Bengkulu 77,67 75,87 73,17 74,07 79,98Lampung 78,73 77,11 77,95 78,24 77,77Kepulauan Bangka Belitung 67,77 69,60 69,76 69,15 75,67Kepulauan Riau 52,74 54,83 56,95 61,27 61,18DKI Jakarta 71,74 69,22 68,57 69,15 70,30Jawa Barat 72,82 74,21 72,04 73,11 72,27Jawa Tengah 72,80 73,20 73,97 73,72 74,37DI Yogyakarta 55,24 57,23 56,55 50,26 55,32Jawa Timur 72,79 72,44 73,36 71,90 74,81Banten 74,39 77,45 74,94 78,82 80,94Bali 63,12 68,33 63,39 63,88 71,60Nusa Tenggara Barat 73,14 72,11 71,81 71,02 75,67Nusa Tenggara Timur 74,51 78,38 77,35 76,85 77,65Kalimantan Barat 78,56 78,40 78,53 75,74 79,17Kalimantan Tengah 66,89 66,17 64,13 64,63 65,43Kalimantan Selatan 70,67 68,70 68,37 65,86 70,87Kalimantan Timur 67,33 66,99 66,91 66,80 71,97Kalimantan Utara - - - - 71,07Sulawesi Utara 67,53 65,39 68,78 66,51 68,75Sulawesi Tengah 72,96 74,11 72,44 72,28 76,41Sulawesi Selatan 76,40 75,63 76,89 75,15 80,55Sulawesi Tenggara 76,48 75,72 76,01 74,21 73,24Gorontalo 75,17 76,31 78,44 74,10 79,71Sulawesi Barat 73,33 78,02 76,17 75,47 77,14Maluku 74,24 73,50 71,14 73,78 75,77Maluku Utara 75,91 74,17 72,95 74,43 77,77Papua Barat 65,45 64,48 65,08 62,24 66,49Papua 60,80 59,79 58,21 56,08 63,50

73,04 73,30 72,75 72,56 73,98

(1)

Indonesia

Tabel 3.8.12. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 20% Atas dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 295

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Perempuan

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 35,20 33,09 30,47 36,35 40,04Sumatera Utara 34,05 36,74 34,52 36,25 36,37Sumatera Barat 33,49 29,13 36,28 37,77 32,78Riau 46,04 31,55 39,03 43,07 36,08Jambi 44,27 43,90 37,07 40,83 37,07Sumatera Selatan 39,15 40,77 46,74 35,87 34,60Bengkulu 37,47 25,51 38,74 27,15 35,23Lampung 36,41 32,78 39,23 34,26 43,32Kepulauan Bangka Belitung 28,02 27,66 26,40 25,68 34,47Kepulauan Riau 29,99 26,39 33,24 27,51 30,37DKI Jakarta 36,15 33,06 41,29 48,08 39,01Jawa Barat 31,31 31,89 30,08 32,24 33,68Jawa Tengah 31,08 27,51 29,11 27,84 33,12DI Yogyakarta 11,90 15,53 15,59 13,83 16,20Jawa Timur 30,09 31,42 32,98 31,95 36,10Banten 22,82 36,95 41,30 38,84 44,14Bali 17,53 21,27 17,64 21,16 15,40Nusa Tenggara Barat 23,75 26,27 24,56 24,03 27,57Nusa Tenggara Timur 38,13 32,24 38,71 40,86 37,23Kalimantan Barat 39,73 40,73 44,34 41,38 40,62Kalimantan Tengah 20,51 18,79 16,56 19,65 27,69Kalimantan Selatan 30,40 27,72 23,71 27,63 25,47Kalimantan Timur 24,45 23,75 26,89 30,50 39,07Kalimantan Utara - - - - 23,65Sulawesi Utara 34,21 25,71 24,83 27,13 26,93Sulawesi Tengah 35,14 37,40 39,53 37,46 41,12Sulawesi Selatan 34,47 34,30 36,90 36,56 45,72Sulawesi Tenggara 34,84 34,48 33,65 34,33 35,70Gorontalo 33,43 29,01 39,67 33,12 30,86Sulawesi Barat 29,29 43,45 34,58 42,75 36,44Maluku 32,07 41,12 34,38 38,31 31,49Maluku Utara 46,99 40,26 47,50 41,58 31,21Papua Barat 30,61 33,10 49,82 40,94 36,06Papua 29,44 43,44 32,90 42,39 36,30

32,89 32,84 34,12 34,04 35,76

Tabel 3.8.11. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 20% Atas dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

(1)

Indonesia

Sumber: BPS RI, Susenas 2011-2015

Laki-laki

(2) (3) (4) (5) (6)Aceh 72,39 76,06 74,62 76,84 77,76Sumatera Utara 76,15 74,37 74,75 75,43 76,22Sumatera Barat 72,49 74,42 71,09 75,41 76,92Riau 73,64 74,07 74,93 72,58 74,19Jambi 76,16 75,86 76,16 75,90 77,27Sumatera Selatan 79,57 75,98 76,26 78,64 79,69Bengkulu 77,67 75,87 73,17 74,07 79,98Lampung 78,73 77,11 77,95 78,24 77,77Kepulauan Bangka Belitung 67,77 69,60 69,76 69,15 75,67Kepulauan Riau 52,74 54,83 56,95 61,27 61,18DKI Jakarta 71,74 69,22 68,57 69,15 70,30Jawa Barat 72,82 74,21 72,04 73,11 72,27Jawa Tengah 72,80 73,20 73,97 73,72 74,37DI Yogyakarta 55,24 57,23 56,55 50,26 55,32Jawa Timur 72,79 72,44 73,36 71,90 74,81Banten 74,39 77,45 74,94 78,82 80,94Bali 63,12 68,33 63,39 63,88 71,60Nusa Tenggara Barat 73,14 72,11 71,81 71,02 75,67Nusa Tenggara Timur 74,51 78,38 77,35 76,85 77,65Kalimantan Barat 78,56 78,40 78,53 75,74 79,17Kalimantan Tengah 66,89 66,17 64,13 64,63 65,43Kalimantan Selatan 70,67 68,70 68,37 65,86 70,87Kalimantan Timur 67,33 66,99 66,91 66,80 71,97Kalimantan Utara - - - - 71,07Sulawesi Utara 67,53 65,39 68,78 66,51 68,75Sulawesi Tengah 72,96 74,11 72,44 72,28 76,41Sulawesi Selatan 76,40 75,63 76,89 75,15 80,55Sulawesi Tenggara 76,48 75,72 76,01 74,21 73,24Gorontalo 75,17 76,31 78,44 74,10 79,71Sulawesi Barat 73,33 78,02 76,17 75,47 77,14Maluku 74,24 73,50 71,14 73,78 75,77Maluku Utara 75,91 74,17 72,95 74,43 77,77Papua Barat 65,45 64,48 65,08 62,24 66,49Papua 60,80 59,79 58,21 56,08 63,50

73,04 73,30 72,75 72,56 73,98

(1)

Indonesia

Tabel 3.8.12. Persentase Kepala Rumah Tangga dengan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 20% Atas dan Jumlah ART 3 Orang Ke Atas menurut Provinsi, 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015296

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 28,90 30,88 30,32 24,03 26,10 25,51Sumatera Utara 23,27 24,57 23,92 21,53 22,75 22,15Sumatera Barat 30,42 30,29 30,34 26,81 27,92 27,48Riau 30,75 30,84 30,81 29,56 28,10 28,66Jambi 26,17 25,38 25,62 24,99 22,60 23,32Sumatera Selatan 34,80 27,48 30,12 33,62 26,06 28,72Bengkulu 26,59 29,58 28,63 24,68 28,48 27,32Lampung 29,44 33,60 32,49 26,44 31,79 30,41Kepulauan Bangka Belitung 33,35 29,91 31,62 31,98 26,74 29,30Kepulauan Riau 21,57 21,11 21,50 20,56 23,63 21,07DKI Jakarta 34,28 - 34,28 32,51 - 32,51Jawa Barat 28,63 29,83 29,02 26,88 27,90 27,22Jawa Tengah 37,64 35,38 36,42 35,51 33,84 34,61DI Yogyakarta 39,19 42,21 40,22 37,77 41,31 38,93Jawa Timur 34,26 34,80 34,54 32,32 32,33 32,32Banten 30,94 32,06 31,30 28,97 30,40 29,42Bali 33,06 40,49 35,94 32,33 38,40 34,65Nusa Tenggara Barat 37,32 34,49 35,69 35,26 33,07 33,99Nusa Tenggara Timur 34,77 38,93 38,10 33,10 36,65 35,93Kalimantan Barat 29,06 26,26 27,13 24,29 24,12 24,17Kalimantan Tengah 27,17 26,53 26,75 25,44 23,48 24,14Kalimantan Selatan 40,55 40,22 40,36 37,15 38,99 38,21Kalimantan Timur 22,16 25,30 23,30 19,93 22,19 20,78Kalimantan Utara 23,63 26,67 24,95 19,89 25,72 22,50Sulawesi Utara 25,22 29,84 27,70 24,49 28,94 26,94Sulawesi Tengah 31,16 29,96 30,26 29,71 27,70 28,19Sulawesi Selatan 26,10 27,33 26,88 25,24 25,98 25,70Sulawesi Tenggara 29,91 25,39 26,70 25,74 24,75 25,03Gorontalo 32,55 40,56 37,72 31,89 39,86 37,15Sulawesi Barat 32,99 29,81 30,46 30,09 28,42 28,75Maluku 18,77 17,87 18,23 16,58 17,21 16,97Maluku Utara 20,17 16,28 17,34 19,04 15,01 16,10Papua Barat 23,61 20,58 21,72 19,48 19,00 19,18Papua 22,71 16,71 18,26 19,86 16,45 17,37

Indonesia 31,33 31,39 31,36 29,34 29,34 29,34

Tabel 5.1. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 15,78 18,18 17,51 13,76 15,83 15,24Sumatera Utara 11,22 13,09 12,16 10,97 12,68 11,84Sumatera Barat 13,22 15,17 14,40 12,92 15,52 14,49Riau 12,78 15,02 14,14 13,36 14,55 14,09Jambi 12,73 13,78 13,46 12,98 12,78 12,84Sumatera Selatan 13,34 13,88 13,68 13,53 13,22 13,33Bengkulu 14,47 16,04 15,54 13,40 16,17 15,33Lampung 14,30 16,89 16,20 14,01 16,42 15,80Kepulauan Bangka Belitung 12,31 12,92 12,62 13,50 12,40 12,94Kepulauan Riau 10,42 13,71 10,94 10,60 14,95 11,33DKI Jakarta 16,17 - 16,17 15,83 - 15,83Jawa Barat 13,81 15,20 14,27 14,61 15,09 14,77Jawa Tengah 18,39 17,75 18,05 18,13 18,24 18,19DI Yogyakarta 17,67 20,29 18,57 17,67 23,47 19,57Jawa Timur 17,92 19,78 18,89 18,09 19,24 18,68Banten 15,17 16,35 15,55 15,14 16,58 15,60Bali 18,01 26,45 21,29 18,15 25,42 20,93Nusa Tenggara Barat 19,56 21,33 20,58 20,51 21,31 20,98Nusa Tenggara Timur 20,34 24,96 24,05 18,98 24,22 23,16Kalimantan Barat 13,79 14,82 14,50 11,35 12,94 12,46Kalimantan Tengah 13,60 15,59 14,90 12,93 14,34 13,87Kalimantan Selatan 17,45 20,32 19,11 16,89 20,23 18,81Kalimantan Timur 11,28 13,69 12,16 10,40 13,76 11,66Kalimantan Utara 12,46 16,18 14,07 11,29 15,46 13,16Sulawesi Utara 16,00 18,81 17,51 16,35 18,46 17,51Sulawesi Tengah 16,65 18,72 18,20 18,27 18,87 18,72Sulawesi Selatan 14,13 15,80 15,18 14,39 16,02 15,41Sulawesi Tenggara 17,67 16,83 17,08 15,66 16,84 16,51Gorontalo 14,19 22,97 19,86 16,73 24,57 21,90Sulawesi Barat 17,10 16,97 17,00 15,77 16,79 16,59Maluku 9,69 12,59 11,46 9,15 12,63 11,29Maluku Utara 13,87 11,43 12,09 14,03 10,54 11,49Papua Barat 14,22 11,21 12,35 11,38 10,21 10,66Papua 12,08 8,18 9,19 11,02 8,08 8,87

Indonesia 15,39 17,06 16,22 15,43 16,73 16,07Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktifitas Sehari-hari menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 297

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 28,90 30,88 30,32 24,03 26,10 25,51Sumatera Utara 23,27 24,57 23,92 21,53 22,75 22,15Sumatera Barat 30,42 30,29 30,34 26,81 27,92 27,48Riau 30,75 30,84 30,81 29,56 28,10 28,66Jambi 26,17 25,38 25,62 24,99 22,60 23,32Sumatera Selatan 34,80 27,48 30,12 33,62 26,06 28,72Bengkulu 26,59 29,58 28,63 24,68 28,48 27,32Lampung 29,44 33,60 32,49 26,44 31,79 30,41Kepulauan Bangka Belitung 33,35 29,91 31,62 31,98 26,74 29,30Kepulauan Riau 21,57 21,11 21,50 20,56 23,63 21,07DKI Jakarta 34,28 - 34,28 32,51 - 32,51Jawa Barat 28,63 29,83 29,02 26,88 27,90 27,22Jawa Tengah 37,64 35,38 36,42 35,51 33,84 34,61DI Yogyakarta 39,19 42,21 40,22 37,77 41,31 38,93Jawa Timur 34,26 34,80 34,54 32,32 32,33 32,32Banten 30,94 32,06 31,30 28,97 30,40 29,42Bali 33,06 40,49 35,94 32,33 38,40 34,65Nusa Tenggara Barat 37,32 34,49 35,69 35,26 33,07 33,99Nusa Tenggara Timur 34,77 38,93 38,10 33,10 36,65 35,93Kalimantan Barat 29,06 26,26 27,13 24,29 24,12 24,17Kalimantan Tengah 27,17 26,53 26,75 25,44 23,48 24,14Kalimantan Selatan 40,55 40,22 40,36 37,15 38,99 38,21Kalimantan Timur 22,16 25,30 23,30 19,93 22,19 20,78Kalimantan Utara 23,63 26,67 24,95 19,89 25,72 22,50Sulawesi Utara 25,22 29,84 27,70 24,49 28,94 26,94Sulawesi Tengah 31,16 29,96 30,26 29,71 27,70 28,19Sulawesi Selatan 26,10 27,33 26,88 25,24 25,98 25,70Sulawesi Tenggara 29,91 25,39 26,70 25,74 24,75 25,03Gorontalo 32,55 40,56 37,72 31,89 39,86 37,15Sulawesi Barat 32,99 29,81 30,46 30,09 28,42 28,75Maluku 18,77 17,87 18,23 16,58 17,21 16,97Maluku Utara 20,17 16,28 17,34 19,04 15,01 16,10Papua Barat 23,61 20,58 21,72 19,48 19,00 19,18Papua 22,71 16,71 18,26 19,86 16,45 17,37

Indonesia 31,33 31,39 31,36 29,34 29,34 29,34

Tabel 5.1. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 15,78 18,18 17,51 13,76 15,83 15,24Sumatera Utara 11,22 13,09 12,16 10,97 12,68 11,84Sumatera Barat 13,22 15,17 14,40 12,92 15,52 14,49Riau 12,78 15,02 14,14 13,36 14,55 14,09Jambi 12,73 13,78 13,46 12,98 12,78 12,84Sumatera Selatan 13,34 13,88 13,68 13,53 13,22 13,33Bengkulu 14,47 16,04 15,54 13,40 16,17 15,33Lampung 14,30 16,89 16,20 14,01 16,42 15,80Kepulauan Bangka Belitung 12,31 12,92 12,62 13,50 12,40 12,94Kepulauan Riau 10,42 13,71 10,94 10,60 14,95 11,33DKI Jakarta 16,17 - 16,17 15,83 - 15,83Jawa Barat 13,81 15,20 14,27 14,61 15,09 14,77Jawa Tengah 18,39 17,75 18,05 18,13 18,24 18,19DI Yogyakarta 17,67 20,29 18,57 17,67 23,47 19,57Jawa Timur 17,92 19,78 18,89 18,09 19,24 18,68Banten 15,17 16,35 15,55 15,14 16,58 15,60Bali 18,01 26,45 21,29 18,15 25,42 20,93Nusa Tenggara Barat 19,56 21,33 20,58 20,51 21,31 20,98Nusa Tenggara Timur 20,34 24,96 24,05 18,98 24,22 23,16Kalimantan Barat 13,79 14,82 14,50 11,35 12,94 12,46Kalimantan Tengah 13,60 15,59 14,90 12,93 14,34 13,87Kalimantan Selatan 17,45 20,32 19,11 16,89 20,23 18,81Kalimantan Timur 11,28 13,69 12,16 10,40 13,76 11,66Kalimantan Utara 12,46 16,18 14,07 11,29 15,46 13,16Sulawesi Utara 16,00 18,81 17,51 16,35 18,46 17,51Sulawesi Tengah 16,65 18,72 18,20 18,27 18,87 18,72Sulawesi Selatan 14,13 15,80 15,18 14,39 16,02 15,41Sulawesi Tenggara 17,67 16,83 17,08 15,66 16,84 16,51Gorontalo 14,19 22,97 19,86 16,73 24,57 21,90Sulawesi Barat 17,10 16,97 17,00 15,77 16,79 16,59Maluku 9,69 12,59 11,46 9,15 12,63 11,29Maluku Utara 13,87 11,43 12,09 14,03 10,54 11,49Papua Barat 14,22 11,21 12,35 11,38 10,21 10,66Papua 12,08 8,18 9,19 11,02 8,08 8,87

Indonesia 15,39 17,06 16,22 15,43 16,73 16,07Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktifitas Sehari-hari menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015298

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan PerdesaanPerkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 17,36 12,19 13,58 17,21 12,59 13,84Sumatera Utara 25,15 23,59 24,34 26,36 23,56 24,90Sumatera Barat 16,92 14,33 15,36 18,02 16,34 16,99Riau 32,62 27,41 29,44 32,59 30,90 31,57Jambi 24,93 29,50 28,07 25,34 30,35 28,74Sumatera Selatan 31,00 30,90 30,94 34,26 32,48 33,21Bengkulu 21,01 25,50 24,18 22,50 25,28 24,52Lampung 20,06 26,50 24,94 21,98 30,15 28,31Kepulauan Bangka Belitung 27,96 24,89 26,50 29,54 26,54 28,14Kepulauan Riau 22,60 18,02 21,88 18,42 23,15 19,30DKI Jakarta 27,04 0,00 27,04 26,43 0,00 26,43Jawa Barat 26,51 23,61 25,53 28,14 26,03 27,43Jawa Tengah 26,76 23,66 25,14 29,74 25,60 27,55DI Yogyakarta 30,71 19,63 26,74 32,11 18,09 27,23Jawa Timur 27,77 27,16 27,45 28,43 28,13 28,27Banten 26,06 25,02 25,72 27,61 26,87 27,36Bali 24,43 15,68 20,61 25,34 17,81 22,15Nusa Tenggara Barat 30,49 28,19 29,21 32,78 26,89 29,46Nusa Tenggara Timur 34,06 20,45 22,91 35,87 22,35 24,88Kalimantan Barat 23,42 27,76 26,32 23,89 29,11 27,54Kalimantan Tengah 42,30 32,64 36,05 39,58 33,20 35,47Kalimantan Selatan 45,18 42,12 43,42 45,37 45,37 45,37Kalimantan Timur 23,30 24,64 23,83 22,89 27,64 24,80Kalimantan Utara 20,83 19,10 20,03 18,92 21,50 20,24Sulawesi Utara 21,39 19,65 20,39 21,08 20,33 20,64Sulawesi Tengah 36,60 31,15 32,57 41,74 33,31 35,47Sulawesi Selatan 27,47 25,23 26,04 27,29 25,53 26,18Sulawesi Tenggara 46,07 36,39 39,54 45,74 38,24 40,45Gorontalo 31,43 44,04 40,19 29,65 44,34 40,05Sulawesi Barat 25,26 28,78 28,00 26,72 30,61 29,81Maluku 43,78 39,71 41,35 33,00 35,77 34,73Maluku Utara 32,86 23,23 26,28 31,45 22,99 25,70Papua Barat 28,81 22,90 25,33 30,95 19,76 24,06Papua 29,75 26,14 27,30 27,11 28,12 27,81

Indonesia 27,30 25,36 26,34 28,49 27,00 27,75

Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 66,10 72,44 70,74 66,50 72,76 71,07Sumatera Utara 56,26 53,17 54,66 57,36 54,78 56,02Sumatera Barat 62,54 64,49 63,71 58,87 63,12 61,48Riau 47,79 45,45 46,36 46,88 43,85 45,06Jambi 50,87 47,62 48,64 49,43 46,45 47,41Sumatera Selatan 54,02 48,76 50,96 49,15 47,92 48,43Bengkulu 57,67 48,42 51,13 56,80 49,11 51,23Lampung 57,22 49,37 51,27 55,89 45,54 47,87Kepulauan Bangka Belitung 53,72 56,17 54,89 53,69 53,74 53,71Kepulauan Riau 53,86 68,45 56,16 55,22 60,01 56,12DKI Jakarta 58,86 - 58,86 60,48 - 60,48Jawa Barat 58,52 58,19 58,41 55,13 54,28 54,85Jawa Tengah 58,91 59,37 59,15 55,56 56,50 56,05DI Yogyakarta 53,23 62,43 56,53 49,41 64,88 54,79Jawa Timur 58,92 58,61 58,76 56,97 57,34 57,16Banten 56,48 57,50 56,81 53,25 53,57 53,35Bali 62,28 72,74 66,86 61,79 71,09 65,72Nusa Tenggara Barat 55,41 56,09 55,79 53,82 57,39 55,83Nusa Tenggara Timur 53,98 64,63 62,70 49,51 61,73 59,44Kalimantan Barat 57,71 45,41 49,51 58,59 43,33 47,94Kalimantan Tengah 42,31 50,12 47,36 42,08 49,12 46,62Kalimantan Selatan 45,01 46,18 45,68 43,96 43,41 43,63Kalimantan Timur 60,77 61,77 61,17 57,17 57,47 57,29Kalimantan Utara 66,35 65,22 65,83 67,28 63,07 65,13Sulawesi Utara 60,50 64,97 63,09 61,82 63,83 63,01Sulawesi Tengah 43,81 49,97 48,37 42,11 47,06 45,79Sulawesi Selatan 51,74 55,38 54,07 51,72 56,12 54,49Sulawesi Tenggara 37,86 46,91 43,96 39,92 43,70 42,59Gorontalo 59,85 41,95 47,42 62,84 43,39 49,06Sulawesi Barat 43,83 46,26 45,72 41,60 45,32 44,55Maluku 41,31 42,56 42,05 48,16 46,00 46,82Maluku Utara 48,03 57,80 54,70 49,99 54,99 53,38Papua Barat 51,93 55,85 54,24 51,23 55,98 54,15Papua 51,23 49,16 49,82 49,76 45,20 46,61

Indonesia 57,25 56,63 56,94 55,25 54,58 54,91

Tabel 5.4. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan

dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 299

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan PerdesaanPerkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 17,36 12,19 13,58 17,21 12,59 13,84Sumatera Utara 25,15 23,59 24,34 26,36 23,56 24,90Sumatera Barat 16,92 14,33 15,36 18,02 16,34 16,99Riau 32,62 27,41 29,44 32,59 30,90 31,57Jambi 24,93 29,50 28,07 25,34 30,35 28,74Sumatera Selatan 31,00 30,90 30,94 34,26 32,48 33,21Bengkulu 21,01 25,50 24,18 22,50 25,28 24,52Lampung 20,06 26,50 24,94 21,98 30,15 28,31Kepulauan Bangka Belitung 27,96 24,89 26,50 29,54 26,54 28,14Kepulauan Riau 22,60 18,02 21,88 18,42 23,15 19,30DKI Jakarta 27,04 0,00 27,04 26,43 0,00 26,43Jawa Barat 26,51 23,61 25,53 28,14 26,03 27,43Jawa Tengah 26,76 23,66 25,14 29,74 25,60 27,55DI Yogyakarta 30,71 19,63 26,74 32,11 18,09 27,23Jawa Timur 27,77 27,16 27,45 28,43 28,13 28,27Banten 26,06 25,02 25,72 27,61 26,87 27,36Bali 24,43 15,68 20,61 25,34 17,81 22,15Nusa Tenggara Barat 30,49 28,19 29,21 32,78 26,89 29,46Nusa Tenggara Timur 34,06 20,45 22,91 35,87 22,35 24,88Kalimantan Barat 23,42 27,76 26,32 23,89 29,11 27,54Kalimantan Tengah 42,30 32,64 36,05 39,58 33,20 35,47Kalimantan Selatan 45,18 42,12 43,42 45,37 45,37 45,37Kalimantan Timur 23,30 24,64 23,83 22,89 27,64 24,80Kalimantan Utara 20,83 19,10 20,03 18,92 21,50 20,24Sulawesi Utara 21,39 19,65 20,39 21,08 20,33 20,64Sulawesi Tengah 36,60 31,15 32,57 41,74 33,31 35,47Sulawesi Selatan 27,47 25,23 26,04 27,29 25,53 26,18Sulawesi Tenggara 46,07 36,39 39,54 45,74 38,24 40,45Gorontalo 31,43 44,04 40,19 29,65 44,34 40,05Sulawesi Barat 25,26 28,78 28,00 26,72 30,61 29,81Maluku 43,78 39,71 41,35 33,00 35,77 34,73Maluku Utara 32,86 23,23 26,28 31,45 22,99 25,70Papua Barat 28,81 22,90 25,33 30,95 19,76 24,06Papua 29,75 26,14 27,30 27,11 28,12 27,81

Indonesia 27,30 25,36 26,34 28,49 27,00 27,75

Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 66,10 72,44 70,74 66,50 72,76 71,07Sumatera Utara 56,26 53,17 54,66 57,36 54,78 56,02Sumatera Barat 62,54 64,49 63,71 58,87 63,12 61,48Riau 47,79 45,45 46,36 46,88 43,85 45,06Jambi 50,87 47,62 48,64 49,43 46,45 47,41Sumatera Selatan 54,02 48,76 50,96 49,15 47,92 48,43Bengkulu 57,67 48,42 51,13 56,80 49,11 51,23Lampung 57,22 49,37 51,27 55,89 45,54 47,87Kepulauan Bangka Belitung 53,72 56,17 54,89 53,69 53,74 53,71Kepulauan Riau 53,86 68,45 56,16 55,22 60,01 56,12DKI Jakarta 58,86 - 58,86 60,48 - 60,48Jawa Barat 58,52 58,19 58,41 55,13 54,28 54,85Jawa Tengah 58,91 59,37 59,15 55,56 56,50 56,05DI Yogyakarta 53,23 62,43 56,53 49,41 64,88 54,79Jawa Timur 58,92 58,61 58,76 56,97 57,34 57,16Banten 56,48 57,50 56,81 53,25 53,57 53,35Bali 62,28 72,74 66,86 61,79 71,09 65,72Nusa Tenggara Barat 55,41 56,09 55,79 53,82 57,39 55,83Nusa Tenggara Timur 53,98 64,63 62,70 49,51 61,73 59,44Kalimantan Barat 57,71 45,41 49,51 58,59 43,33 47,94Kalimantan Tengah 42,31 50,12 47,36 42,08 49,12 46,62Kalimantan Selatan 45,01 46,18 45,68 43,96 43,41 43,63Kalimantan Timur 60,77 61,77 61,17 57,17 57,47 57,29Kalimantan Utara 66,35 65,22 65,83 67,28 63,07 65,13Sulawesi Utara 60,50 64,97 63,09 61,82 63,83 63,01Sulawesi Tengah 43,81 49,97 48,37 42,11 47,06 45,79Sulawesi Selatan 51,74 55,38 54,07 51,72 56,12 54,49Sulawesi Tenggara 37,86 46,91 43,96 39,92 43,70 42,59Gorontalo 59,85 41,95 47,42 62,84 43,39 49,06Sulawesi Barat 43,83 46,26 45,72 41,60 45,32 44,55Maluku 41,31 42,56 42,05 48,16 46,00 46,82Maluku Utara 48,03 57,80 54,70 49,99 54,99 53,38Papua Barat 51,93 55,85 54,24 51,23 55,98 54,15Papua 51,23 49,16 49,82 49,76 45,20 46,61

Indonesia 57,25 56,63 56,94 55,25 54,58 54,91

Tabel 5.4. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan

dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015300

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perempuan Perkotaan + Perdesaan

RS Pemerintah

RS Swasta

Praktek Dokter/Bidan

Klinik/prak tek dokter bersama

Puskesmas/Pustu UKBM

Praktek pengobatan tradisional/

alternatif

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)Aceh 15,77 1,70 29,75 10,92 47,21 3,22 2,28 1,49Sumatera Utara 6,20 5,34 51,19 12,43 19,77 3,89 3,46 1,88Sumatera Barat 8,21 5,03 45,96 5,75 30,86 3,74 4,90 2,18Riau 7,47 8,10 38,68 14,07 30,50 3,32 2,83 1,25Jambi 10,32 4,07 39,46 7,45 35,17 2,17 3,12 2,23Sumatera Selatan 7,37 5,06 53,80 7,12 22,58 3,49 2,24 1,90Bengkulu 8,47 3,81 54,21 7,13 24,93 3,15 3,77 1,50Lampung 4,34 4,31 55,36 9,08 24,14 1,81 1,83 1,84Kepulauan Bangka Belitung 13,95 6,29 39,02 9,68 30,13 5,90 4,27 3,10Kepulauan Riau 10,60 12,40 27,50 15,12 31,03 2,45 1,57 1,27DKI Jakarta 9,58 10,68 10,39 35,76 35,48 0,54 1,58 0,41Jawa Barat 6,76 5,64 37,76 17,15 32,18 1,96 1,57 1,80Jawa Tengah 5,24 5,55 54,57 7,64 25,70 2,71 1,68 1,46DI Yogyakarta 7,62 12,75 40,53 13,94 28,72 1,20 0,78 0,93Jawa Timur 4,98 5,17 54,86 8,24 23,00 3,68 1,67 2,59Banten 4,04 6,71 35,04 27,09 24,65 2,38 1,87 2,54Bali 7,03 4,03 64,76 6,75 19,09 0,77 1,90 1,13Nusa Tenggara Barat 5,83 1,37 38,99 8,83 36,90 4,06 3,28 4,87Nusa Tenggara Timur 5,13 2,69 13,96 4,50 61,48 12,73 0,95 2,07Kalimantan Barat 7,73 3,09 34,72 6,62 37,97 8,52 3,14 3,60Kalimantan Tengah 8,79 2,10 28,67 8,68 43,24 5,81 1,70 5,25Kalimantan Selatan 6,79 1,46 38,68 7,52 35,39 7,75 3,61 2,99Kalimantan Timur 10,44 7,71 23,20 13,60 44,65 1,52 0,96 0,89Kalimantan Utara 9,04 3,24 21,80 8,64 59,22 1,30 1,08 1,02Sulawesi Utara 6,22 5,96 45,41 8,52 34,45 1,51 0,93 1,39Sulawesi Tengah 8,55 1,41 30,91 4,16 42,40 13,76 3,02 0,97Sulawesi Selatan 9,61 2,33 26,04 7,27 51,65 3,38 1,56 2,65Sulawesi Tenggara 8,90 2,12 27,79 6,14 49,58 2,68 3,21 2,87Gorontalo 7,41 0,55 39,71 5,94 44,57 1,71 1,95 2,05Sulawesi Barat 5,94 0,90 23,45 3,64 55,51 8,31 1,96 2,24Maluku 10,85 3,43 27,03 5,24 52,23 2,38 1,59 0,73Maluku Utara 11,37 2,00 27,21 4,61 50,74 6,13 2,42 0,78Papua Barat 18,07 2,93 14,36 6,82 55,02 1,57 1,88 3,24Papua 16,97 2,59 10,01 6,58 63,91 0,93 0,89 1,66

Indonesia 6,72 5,29 42,74 11,96 30,79 3,26 1,96 1,98

Tabel 5.5.1. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Fasilitas Tempat Berobat, 2015

Provinsi

Fasilitas Tempat Berobat

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Laki-laki Perkotaan + Perdesaan

RS Pemerintah

RS Swasta

Praktek Dokter/Bidan

Klinik/prak tek dokter bersama

Puskesmas/Pustu UKBM

Praktek pengobatan tradisional/

alternatif

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10)Aceh 15,86 2,09 29,47 11,26 44,85 3,42 2,72 1,12Sumatera Utara 7,19 7,39 49,74 12,80 18,69 3,85 4,39 1,96Sumatera Barat 8,72 3,88 45,94 5,75 31,89 3,28 5,38 2,23Riau 8,22 8,57 37,69 16,97 27,02 2,05 3,96 1,29Jambi 8,90 3,90 39,40 9,38 34,56 2,75 2,95 2,68Sumatera Selatan 7,78 4,51 53,05 7,40 22,87 3,35 2,86 1,90Bengkulu 8,10 3,55 51,93 7,41 25,53 2,45 5,05 2,25Lampung 3,47 4,24 52,52 10,67 24,52 2,39 3,10 2,29Kepulauan Bangka Belitung 11,25 6,30 40,65 12,47 29,40 5,06 3,48 3,93Kepulauan Riau 12,72 17,52 26,72 12,27 28,85 1,31 1,74 1,55DKI Jakarta 9,44 8,63 9,78 40,46 31,83 0,44 1,44 0,84Jawa Barat 6,57 6,20 38,15 18,91 28,51 1,98 2,03 2,15Jawa Tengah 5,36 5,80 56,95 7,65 22,27 2,18 1,88 1,93DI Yogyakarta 7,05 14,69 43,75 12,97 25,49 0,45 1,57 0,70Jawa Timur 5,71 5,20 54,65 9,00 22,41 3,11 1,73 2,76Banten 4,36 7,63 32,44 32,81 20,02 2,12 2,00 2,45Bali 7,84 4,83 61,75 8,04 18,27 0,61 1,91 1,66Nusa Tenggara Barat 6,32 1,21 42,23 10,24 34,52 2,12 3,88 5,05Nusa Tenggara Timur 5,73 2,65 15,07 4,39 59,91 12,21 1,37 2,45Kalimantan Barat 7,89 3,68 32,70 8,21 37,23 8,57 2,92 3,71Kalimantan Tengah 10,72 2,51 28,99 8,86 40,30 5,14 1,52 5,59Kalimantan Selatan 7,52 1,48 38,39 10,00 33,60 6,87 3,34 2,99Kalimantan Timur 12,65 8,76 17,96 16,38 44,41 1,46 1,80 1,17Kalimantan Utara 9,18 2,78 25,55 8,17 58,59 0,70 1,37 0,69Sulawesi Utara 7,11 5,70 44,56 8,76 33,79 0,86 1,07 1,93Sulawesi Tengah 10,37 0,86 30,25 5,27 42,91 11,29 2,74 1,06Sulawesi Selatan 9,63 2,35 28,13 6,72 49,69 3,27 1,99 2,75Sulawesi Tenggara 8,62 1,71 25,23 5,87 52,34 3,50 3,30 3,70Gorontalo 6,84 0,66 41,51 8,52 40,28 1,47 2,78 2,35Sulawesi Barat 8,01 1,12 21,16 5,25 54,45 7,05 3,19 2,31Maluku 10,41 2,14 26,49 6,82 50,15 3,63 2,18 1,88Maluku Utara 13,54 1,42 29,66 3,88 48,05 4,81 3,53 1,35Papua Barat 19,47 3,16 12,38 9,29 53,31 1,03 1,45 3,27Papua 17,58 1,30 11,04 6,46 63,14 0,67 0,79 2,31

Indonesia 7,03 5,54 42,66 13,31 28,69 2,88 2,28 2,23

Tabel 5.5.2. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Fasilitas Tempat Berobat, 2015

Provinsi

Fasilitas Tempat Berobat

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 301

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perempuan Perkotaan + Perdesaan

RS Pemerintah

RS Swasta

Praktek Dokter/Bidan

Klinik/prak tek dokter bersama

Puskesmas/Pustu UKBM

Praktek pengobatan tradisional/

alternatif

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)Aceh 15,77 1,70 29,75 10,92 47,21 3,22 2,28 1,49Sumatera Utara 6,20 5,34 51,19 12,43 19,77 3,89 3,46 1,88Sumatera Barat 8,21 5,03 45,96 5,75 30,86 3,74 4,90 2,18Riau 7,47 8,10 38,68 14,07 30,50 3,32 2,83 1,25Jambi 10,32 4,07 39,46 7,45 35,17 2,17 3,12 2,23Sumatera Selatan 7,37 5,06 53,80 7,12 22,58 3,49 2,24 1,90Bengkulu 8,47 3,81 54,21 7,13 24,93 3,15 3,77 1,50Lampung 4,34 4,31 55,36 9,08 24,14 1,81 1,83 1,84Kepulauan Bangka Belitung 13,95 6,29 39,02 9,68 30,13 5,90 4,27 3,10Kepulauan Riau 10,60 12,40 27,50 15,12 31,03 2,45 1,57 1,27DKI Jakarta 9,58 10,68 10,39 35,76 35,48 0,54 1,58 0,41Jawa Barat 6,76 5,64 37,76 17,15 32,18 1,96 1,57 1,80Jawa Tengah 5,24 5,55 54,57 7,64 25,70 2,71 1,68 1,46DI Yogyakarta 7,62 12,75 40,53 13,94 28,72 1,20 0,78 0,93Jawa Timur 4,98 5,17 54,86 8,24 23,00 3,68 1,67 2,59Banten 4,04 6,71 35,04 27,09 24,65 2,38 1,87 2,54Bali 7,03 4,03 64,76 6,75 19,09 0,77 1,90 1,13Nusa Tenggara Barat 5,83 1,37 38,99 8,83 36,90 4,06 3,28 4,87Nusa Tenggara Timur 5,13 2,69 13,96 4,50 61,48 12,73 0,95 2,07Kalimantan Barat 7,73 3,09 34,72 6,62 37,97 8,52 3,14 3,60Kalimantan Tengah 8,79 2,10 28,67 8,68 43,24 5,81 1,70 5,25Kalimantan Selatan 6,79 1,46 38,68 7,52 35,39 7,75 3,61 2,99Kalimantan Timur 10,44 7,71 23,20 13,60 44,65 1,52 0,96 0,89Kalimantan Utara 9,04 3,24 21,80 8,64 59,22 1,30 1,08 1,02Sulawesi Utara 6,22 5,96 45,41 8,52 34,45 1,51 0,93 1,39Sulawesi Tengah 8,55 1,41 30,91 4,16 42,40 13,76 3,02 0,97Sulawesi Selatan 9,61 2,33 26,04 7,27 51,65 3,38 1,56 2,65Sulawesi Tenggara 8,90 2,12 27,79 6,14 49,58 2,68 3,21 2,87Gorontalo 7,41 0,55 39,71 5,94 44,57 1,71 1,95 2,05Sulawesi Barat 5,94 0,90 23,45 3,64 55,51 8,31 1,96 2,24Maluku 10,85 3,43 27,03 5,24 52,23 2,38 1,59 0,73Maluku Utara 11,37 2,00 27,21 4,61 50,74 6,13 2,42 0,78Papua Barat 18,07 2,93 14,36 6,82 55,02 1,57 1,88 3,24Papua 16,97 2,59 10,01 6,58 63,91 0,93 0,89 1,66

Indonesia 6,72 5,29 42,74 11,96 30,79 3,26 1,96 1,98

Tabel 5.5.1. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Fasilitas Tempat Berobat, 2015

Provinsi

Fasilitas Tempat Berobat

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Laki-laki Perkotaan + Perdesaan

RS Pemerintah

RS Swasta

Praktek Dokter/Bidan

Klinik/prak tek dokter bersama

Puskesmas/Pustu UKBM

Praktek pengobatan tradisional/

alternatif

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10)Aceh 15,86 2,09 29,47 11,26 44,85 3,42 2,72 1,12Sumatera Utara 7,19 7,39 49,74 12,80 18,69 3,85 4,39 1,96Sumatera Barat 8,72 3,88 45,94 5,75 31,89 3,28 5,38 2,23Riau 8,22 8,57 37,69 16,97 27,02 2,05 3,96 1,29Jambi 8,90 3,90 39,40 9,38 34,56 2,75 2,95 2,68Sumatera Selatan 7,78 4,51 53,05 7,40 22,87 3,35 2,86 1,90Bengkulu 8,10 3,55 51,93 7,41 25,53 2,45 5,05 2,25Lampung 3,47 4,24 52,52 10,67 24,52 2,39 3,10 2,29Kepulauan Bangka Belitung 11,25 6,30 40,65 12,47 29,40 5,06 3,48 3,93Kepulauan Riau 12,72 17,52 26,72 12,27 28,85 1,31 1,74 1,55DKI Jakarta 9,44 8,63 9,78 40,46 31,83 0,44 1,44 0,84Jawa Barat 6,57 6,20 38,15 18,91 28,51 1,98 2,03 2,15Jawa Tengah 5,36 5,80 56,95 7,65 22,27 2,18 1,88 1,93DI Yogyakarta 7,05 14,69 43,75 12,97 25,49 0,45 1,57 0,70Jawa Timur 5,71 5,20 54,65 9,00 22,41 3,11 1,73 2,76Banten 4,36 7,63 32,44 32,81 20,02 2,12 2,00 2,45Bali 7,84 4,83 61,75 8,04 18,27 0,61 1,91 1,66Nusa Tenggara Barat 6,32 1,21 42,23 10,24 34,52 2,12 3,88 5,05Nusa Tenggara Timur 5,73 2,65 15,07 4,39 59,91 12,21 1,37 2,45Kalimantan Barat 7,89 3,68 32,70 8,21 37,23 8,57 2,92 3,71Kalimantan Tengah 10,72 2,51 28,99 8,86 40,30 5,14 1,52 5,59Kalimantan Selatan 7,52 1,48 38,39 10,00 33,60 6,87 3,34 2,99Kalimantan Timur 12,65 8,76 17,96 16,38 44,41 1,46 1,80 1,17Kalimantan Utara 9,18 2,78 25,55 8,17 58,59 0,70 1,37 0,69Sulawesi Utara 7,11 5,70 44,56 8,76 33,79 0,86 1,07 1,93Sulawesi Tengah 10,37 0,86 30,25 5,27 42,91 11,29 2,74 1,06Sulawesi Selatan 9,63 2,35 28,13 6,72 49,69 3,27 1,99 2,75Sulawesi Tenggara 8,62 1,71 25,23 5,87 52,34 3,50 3,30 3,70Gorontalo 6,84 0,66 41,51 8,52 40,28 1,47 2,78 2,35Sulawesi Barat 8,01 1,12 21,16 5,25 54,45 7,05 3,19 2,31Maluku 10,41 2,14 26,49 6,82 50,15 3,63 2,18 1,88Maluku Utara 13,54 1,42 29,66 3,88 48,05 4,81 3,53 1,35Papua Barat 19,47 3,16 12,38 9,29 53,31 1,03 1,45 3,27Papua 17,58 1,30 11,04 6,46 63,14 0,67 0,79 2,31

Indonesia 7,03 5,54 42,66 13,31 28,69 2,88 2,28 2,23

Tabel 5.5.2. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Fasilitas Tempat Berobat, 2015

Provinsi

Fasilitas Tempat Berobat

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015302

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 6,76 4,82 5,37 4,08 3,69 3,80Sumatera Utara 3,89 2,61 3,24 2,75 1,96 2,35Sumatera Barat 5,24 3,77 4,35 3,09 2,38 2,66Riau 5,41 2,97 3,92 2,61 2,32 2,43Jambi 4,81 3,04 3,58 2,44 2,26 2,32Sumatera Selatan 5,32 2,19 3,32 2,53 1,83 2,08Bengkulu 5,22 3,12 3,78 3,92 2,37 2,84Lampung 5,19 3,34 3,84 2,72 1,97 2,16Kepulauan Bangka Belitung 4,91 3,60 4,25 2,99 2,89 2,94Kepulauan Riau 4,47 3,49 4,32 2,94 2,30 2,83DKI Jakarta 4,49 0,00 4,49 2,97 0,00 2,97Jawa Barat 4,05 2,98 3,70 2,72 2,56 2,67Jawa Tengah 6,13 4,91 5,48 4,42 4,10 4,25DI Yogyakarta 6,12 4,80 5,67 5,15 4,82 5,04Jawa Timur 4,94 4,08 4,49 3,67 3,21 3,44Banten 4,28 1,87 3,51 2,82 1,57 2,42Bali 5,47 4,27 5,01 3,75 4,25 3,94Nusa Tenggara Barat 5,70 6,17 5,97 4,25 4,06 4,14Nusa Tenggara Timur 5,39 3,46 3,84 3,85 2,53 2,80Kalimantan Barat 4,78 2,04 2,89 3,28 1,40 1,96Kalimantan Tengah 3,87 2,22 2,80 2,37 2,09 2,18Kalimantan Selatan 3,44 3,16 3,28 3,18 2,59 2,84Kalimantan Timur 4,77 3,69 4,38 3,36 2,62 3,08Kalimantan Utara 3,53 3,05 3,32 3,43 3,63 3,52Sulawesi Utara 4,93 5,50 5,23 3,82 3,08 3,41Sulawesi Tengah 7,11 3,42 4,35 4,12 2,75 3,08Sulawesi Selatan 5,15 4,13 4,51 3,81 2,89 3,24Sulawesi Tenggara 4,20 2,58 3,05 2,38 1,74 1,93Gorontalo 6,12 2,84 4,00 4,26 2,58 3,15Sulawesi Barat 5,69 2,23 2,94 3,08 2,22 2,39Maluku 3,15 1,34 2,05 1,92 1,26 1,52Maluku Utara 3,79 1,83 2,36 2,12 1,43 1,62Papua Barat 4,95 2,50 3,43 3,65 2,42 2,89Papua 4,49 1,34 2,15 3,68 1,19 1,86

Indonesia 4,80 3,57 4,19 3,28 2,78 3,03

Tabel 5.6. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir

menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (5) (6) (7)Aceh 48,82 46,18 46,92 13,18 17,00 15,93 38,00 36,82 37,15Sumatera Utara 49,72 48,40 49,06 12,12 13,29 12,71 38,16 38,31 38,23Sumatera Barat 43,33 51,78 48,53 16,78 15,47 15,97 39,89 32,75 35,50Riau 45,90 59,46 54,42 18,11 12,32 14,48 35,99 28,21 31,10Jambi 57,58 66,67 64,16 12,40 10,53 11,05 30,02 22,80 24,79Sumatera Selatan 57,85 73,13 68,06 13,03 9,16 10,44 29,12 17,71 21,50Bengkulu 57,42 72,04 67,83 10,34 9,11 9,46 32,24 18,85 22,71Lampung 60,06 69,77 67,35 11,09 10,07 10,32 28,85 20,16 22,33Kepulauan Bangka Belitung 59,60 69,85 64,99 10,14 7,43 8,72 30,26 22,71 26,29Kepulauan Riau 42,79 70,00 47,05 11,11 10,53 11,02 46,09 19,47 41,93DKI Jakarta 54,75 - 54,75 9,46 - 9,46 35,79 - 35,79Jawa Barat 63,05 67,80 64,67 12,00 12,80 12,28 24,94 19,40 23,05Jawa Tengah 58,79 64,80 62,15 14,01 13,97 13,98 27,20 21,23 23,87DI Yogyakarta 57,43 63,01 59,33 10,44 12,21 11,04 32,13 24,78 29,62Jawa Timur 61,73 65,56 63,79 10,99 12,21 11,65 27,28 22,22 24,56Banten 59,17 65,45 61,16 10,57 14,23 11,73 30,26 20,32 27,11Bali 55,55 67,14 60,03 11,67 9,59 10,87 32,77 23,26 29,10Nusa Tenggara Barat 58,22 59,66 59,07 17,89 16,20 16,89 23,89 24,14 24,04Nusa Tenggara Timur 41,99 42,10 42,08 16,42 18,03 17,72 41,59 39,88 40,20Kalimantan Barat 56,59 69,35 65,76 13,47 10,73 11,50 29,94 19,92 22,74Kalimantan Tengah 65,14 70,20 68,50 10,51 9,95 10,14 24,35 19,85 21,37Kalimantan Selatan 67,12 72,23 70,13 10,11 12,47 11,50 22,77 15,30 18,37Kalimantan Timur 56,79 64,92 59,86 12,50 13,81 13,00 30,71 21,27 27,14Kalimantan Utara 52,54 52,83 52,67 17,24 19,31 18,16 30,22 27,86 29,17Sulawesi Utara 61,86 70,40 66,67 12,28 8,20 9,98 25,86 21,40 23,35Sulawesi Tengah 48,76 60,19 57,55 19,57 12,57 14,19 31,67 27,24 28,26Sulawesi Selatan 46,87 49,20 48,38 17,20 17,84 17,62 35,93 32,96 34,00Sulawesi Tenggara 42,82 50,74 48,66 17,33 18,74 18,37 39,85 30,52 32,97Gorontalo 57,45 68,21 64,78 15,38 11,59 12,80 27,18 20,19 22,42Sulawesi Barat 39,33 49,56 47,69 20,33 16,42 17,14 40,35 34,01 35,17Maluku 42,04 43,93 43,21 19,01 11,49 14,36 38,96 44,57 42,43Maluku Utara 49,20 52,62 51,73 18,45 15,34 16,14 32,35 32,05 32,12Papua Barat 43,55 44,19 43,96 16,58 9,91 12,34 39,87 45,90 43,70Papua 37,21 19,17 23,37 15,16 8,61 10,14 47,62 72,22 66,50

Indonesia 57,98 61,92 59,98 12,34 12,92 12,64 29,68 25,16 27,38Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tidak Pernah MenggunakanProvinsi

Sedang Menggunakan Pernah Menggunakan

Tabel 5.7. Persentase Wanita Berumur 15 - 49 Tahun dan Berstatus Kawin menurut Provinsi,Status Pemakaian Alat/Cara KB, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 303

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 6,76 4,82 5,37 4,08 3,69 3,80Sumatera Utara 3,89 2,61 3,24 2,75 1,96 2,35Sumatera Barat 5,24 3,77 4,35 3,09 2,38 2,66Riau 5,41 2,97 3,92 2,61 2,32 2,43Jambi 4,81 3,04 3,58 2,44 2,26 2,32Sumatera Selatan 5,32 2,19 3,32 2,53 1,83 2,08Bengkulu 5,22 3,12 3,78 3,92 2,37 2,84Lampung 5,19 3,34 3,84 2,72 1,97 2,16Kepulauan Bangka Belitung 4,91 3,60 4,25 2,99 2,89 2,94Kepulauan Riau 4,47 3,49 4,32 2,94 2,30 2,83DKI Jakarta 4,49 0,00 4,49 2,97 0,00 2,97Jawa Barat 4,05 2,98 3,70 2,72 2,56 2,67Jawa Tengah 6,13 4,91 5,48 4,42 4,10 4,25DI Yogyakarta 6,12 4,80 5,67 5,15 4,82 5,04Jawa Timur 4,94 4,08 4,49 3,67 3,21 3,44Banten 4,28 1,87 3,51 2,82 1,57 2,42Bali 5,47 4,27 5,01 3,75 4,25 3,94Nusa Tenggara Barat 5,70 6,17 5,97 4,25 4,06 4,14Nusa Tenggara Timur 5,39 3,46 3,84 3,85 2,53 2,80Kalimantan Barat 4,78 2,04 2,89 3,28 1,40 1,96Kalimantan Tengah 3,87 2,22 2,80 2,37 2,09 2,18Kalimantan Selatan 3,44 3,16 3,28 3,18 2,59 2,84Kalimantan Timur 4,77 3,69 4,38 3,36 2,62 3,08Kalimantan Utara 3,53 3,05 3,32 3,43 3,63 3,52Sulawesi Utara 4,93 5,50 5,23 3,82 3,08 3,41Sulawesi Tengah 7,11 3,42 4,35 4,12 2,75 3,08Sulawesi Selatan 5,15 4,13 4,51 3,81 2,89 3,24Sulawesi Tenggara 4,20 2,58 3,05 2,38 1,74 1,93Gorontalo 6,12 2,84 4,00 4,26 2,58 3,15Sulawesi Barat 5,69 2,23 2,94 3,08 2,22 2,39Maluku 3,15 1,34 2,05 1,92 1,26 1,52Maluku Utara 3,79 1,83 2,36 2,12 1,43 1,62Papua Barat 4,95 2,50 3,43 3,65 2,42 2,89Papua 4,49 1,34 2,15 3,68 1,19 1,86

Indonesia 4,80 3,57 4,19 3,28 2,78 3,03

Tabel 5.6. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir

menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (5) (6) (7)Aceh 48,82 46,18 46,92 13,18 17,00 15,93 38,00 36,82 37,15Sumatera Utara 49,72 48,40 49,06 12,12 13,29 12,71 38,16 38,31 38,23Sumatera Barat 43,33 51,78 48,53 16,78 15,47 15,97 39,89 32,75 35,50Riau 45,90 59,46 54,42 18,11 12,32 14,48 35,99 28,21 31,10Jambi 57,58 66,67 64,16 12,40 10,53 11,05 30,02 22,80 24,79Sumatera Selatan 57,85 73,13 68,06 13,03 9,16 10,44 29,12 17,71 21,50Bengkulu 57,42 72,04 67,83 10,34 9,11 9,46 32,24 18,85 22,71Lampung 60,06 69,77 67,35 11,09 10,07 10,32 28,85 20,16 22,33Kepulauan Bangka Belitung 59,60 69,85 64,99 10,14 7,43 8,72 30,26 22,71 26,29Kepulauan Riau 42,79 70,00 47,05 11,11 10,53 11,02 46,09 19,47 41,93DKI Jakarta 54,75 - 54,75 9,46 - 9,46 35,79 - 35,79Jawa Barat 63,05 67,80 64,67 12,00 12,80 12,28 24,94 19,40 23,05Jawa Tengah 58,79 64,80 62,15 14,01 13,97 13,98 27,20 21,23 23,87DI Yogyakarta 57,43 63,01 59,33 10,44 12,21 11,04 32,13 24,78 29,62Jawa Timur 61,73 65,56 63,79 10,99 12,21 11,65 27,28 22,22 24,56Banten 59,17 65,45 61,16 10,57 14,23 11,73 30,26 20,32 27,11Bali 55,55 67,14 60,03 11,67 9,59 10,87 32,77 23,26 29,10Nusa Tenggara Barat 58,22 59,66 59,07 17,89 16,20 16,89 23,89 24,14 24,04Nusa Tenggara Timur 41,99 42,10 42,08 16,42 18,03 17,72 41,59 39,88 40,20Kalimantan Barat 56,59 69,35 65,76 13,47 10,73 11,50 29,94 19,92 22,74Kalimantan Tengah 65,14 70,20 68,50 10,51 9,95 10,14 24,35 19,85 21,37Kalimantan Selatan 67,12 72,23 70,13 10,11 12,47 11,50 22,77 15,30 18,37Kalimantan Timur 56,79 64,92 59,86 12,50 13,81 13,00 30,71 21,27 27,14Kalimantan Utara 52,54 52,83 52,67 17,24 19,31 18,16 30,22 27,86 29,17Sulawesi Utara 61,86 70,40 66,67 12,28 8,20 9,98 25,86 21,40 23,35Sulawesi Tengah 48,76 60,19 57,55 19,57 12,57 14,19 31,67 27,24 28,26Sulawesi Selatan 46,87 49,20 48,38 17,20 17,84 17,62 35,93 32,96 34,00Sulawesi Tenggara 42,82 50,74 48,66 17,33 18,74 18,37 39,85 30,52 32,97Gorontalo 57,45 68,21 64,78 15,38 11,59 12,80 27,18 20,19 22,42Sulawesi Barat 39,33 49,56 47,69 20,33 16,42 17,14 40,35 34,01 35,17Maluku 42,04 43,93 43,21 19,01 11,49 14,36 38,96 44,57 42,43Maluku Utara 49,20 52,62 51,73 18,45 15,34 16,14 32,35 32,05 32,12Papua Barat 43,55 44,19 43,96 16,58 9,91 12,34 39,87 45,90 43,70Papua 37,21 19,17 23,37 15,16 8,61 10,14 47,62 72,22 66,50

Indonesia 57,98 61,92 59,98 12,34 12,92 12,64 29,68 25,16 27,38Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tidak Pernah MenggunakanProvinsi

Sedang Menggunakan Pernah Menggunakan

Tabel 5.7. Persentase Wanita Berumur 15 - 49 Tahun dan Berstatus Kawin menurut Provinsi,Status Pemakaian Alat/Cara KB, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015304

MOW/Tubekto-

mi

MOP/Vasekto-

mi

AKDR/IUD

Suntik KB

Susuk KB

Pil KB KondomIntravag/Kondom Wanita

Alat/CaraTradisional

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (11) (12)Aceh 1,01 0,08 3,87 67,30 2,80 22,68 1,10 0,18 0,98 100,00Sumatera Utara 6,05 0,25 4,50 49,84 7,88 25,73 1,34 0,09 4,32 100,00Sumatera Barat 4,16 0,33 8,84 56,28 9,97 16,41 2,30 0,03 1,67 100,00Riau 2,70 0,08 4,11 59,01 4,55 26,56 1,49 0,10 1,40 100,00Jambi 1,18 0,03 3,06 63,53 6,77 23,99 0,45 0,05 0,95 100,00Sumatera Selatan 1,32 0,13 2,08 69,84 10,47 14,07 0,58 0,02 1,49 100,00Bengkulu 2,53 0,17 4,40 63,00 12,34 15,22 1,68 0,04 0,62 100,00Lampung 0,92 0,17 3,86 66,07 8,54 17,88 1,04 0,17 1,35 100,00Kepulauan Bangka Belitung 2,83 0,15 2,54 55,19 5,28 31,13 1,15 0,00 1,73 100,00Kepulauan Riau 2,31 1,06 7,45 56,18 5,07 23,15 2,58 0,19 2,00 100,00DKI Jakarta 3,97 0,41 15,73 51,65 3,07 21,21 2,05 0,09 1,83 100,00Jawa Barat 2,59 0,23 8,42 61,12 3,55 22,68 0,83 0,05 0,54 100,00Jawa Tengah 5,24 0,49 8,14 61,44 9,15 12,91 1,15 0,07 1,42 100,00DI Yogyakarta 4,91 0,34 24,32 40,49 5,24 12,75 5,30 0,12 6,52 100,00Jawa Timur 4,41 0,26 7,59 58,83 5,22 21,30 0,71 0,05 1,66 100,00Banten 1,40 0,19 5,15 71,02 3,34 16,98 0,98 0,10 0,83 100,00Bali 6,43 0,58 28,40 43,14 2,41 14,58 1,89 0,32 2,25 100,00Nusa Tenggara Barat 1,68 0,03 7,04 70,53 9,73 9,77 0,32 0,00 0,90 100,00Nusa Tenggara Timur 4,94 0,32 8,26 54,78 17,88 9,32 0,21 0,02 4,27 100,00Kalimantan Barat 1,49 0,30 3,06 64,68 2,21 27,19 0,52 0,04 0,52 100,00Kalimantan Tengah 1,00 0,01 1,34 62,59 4,46 29,25 0,39 0,12 0,84 100,00Kalimantan Selatan 1,38 0,16 2,38 46,44 3,68 43,84 0,93 0,10 1,08 100,00Kalimantan Timur 3,23 0,41 6,90 49,91 3,56 33,34 1,20 0,00 1,46 100,00Kalimantan Utara 3,00 0,14 5,45 50,12 3,92 34,67 1,14 0,00 1,57 100,00Sulawesi Utara 2,21 0,20 5,86 47,12 16,69 26,46 0,27 0,07 1,14 100,00Sulawesi Tengah 1,60 0,06 4,74 48,23 7,04 36,01 0,23 0,00 2,09 100,00Sulawesi Selatan 1,33 0,16 3,85 60,36 6,77 23,92 0,61 0,08 2,90 100,00Sulawesi Tenggara 0,99 0,13 2,76 48,72 9,55 35,26 0,28 0,05 2,26 100,00Gorontalo 1,83 0,48 6,62 40,91 22,29 27,49 0,12 0,00 0,26 100,00Sulawesi Barat 1,11 0,00 2,29 48,68 8,39 38,14 0,31 0,00 1,07 100,00Maluku 2,37 0,02 2,44 66,17 13,10 12,53 0,23 0,00 3,13 100,00Maluku Utara 0,78 0,21 1,52 75,51 10,75 9,52 0,10 0,00 1,62 100,00Papua Barat 1,83 0,00 2,60 65,78 6,65 19,28 0,33 0,03 3,51 100,00Papua 1,56 0,28 2,10 43,39 7,07 13,70 0,50 0,07 31,33 100,00

Indonesia 3,23 0,27 7,30 59,57 6,21 20,71 1,00 0,07 1,65 100,00Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 5.8. Persentase Wanita Berumur 15 - 49 Tahun dan Berstatus Kawin menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2015

Perkotaan + Perdesaan

Provinsi

Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan

Total

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)Aceh 2,49 2,66 2,62Sumatera Utara 2,45 2,90 2,68Sumatera Barat 2,41 2,58 2,52Riau 2,27 2,41 2,36Jambi 2,13 2,19 2,18Sumatera Selatan 2,30 2,29 2,29Bengkulu 2,27 2,22 2,23Lampung 2,13 2,16 2,15Kepulauan Bangka Belitung 2,10 2,13 2,12Kepulauan Riau 1,94 2,34 2,00DKI Jakarta 1,92 0,00 1,92Jawa Barat 2,13 2,08 2,11Jawa Tengah 1,98 1,94 1,96DI Yogyakarta 1,78 1,76 1,77Jawa Timur 1,86 1,78 1,82Banten 2,04 2,45 2,17Bali 1,93 2,05 1,98Nusa Tenggara Barat 2,20 2,21 2,21Nusa Tenggara Timur 2,60 2,97 2,90Kalimantan Barat 2,27 2,33 2,31Kalimantan Tengah 2,08 2,17 2,14Kalimantan Selatan 1,99 2,18 2,10Kalimantan Timur 2,13 2,25 2,17Kalimantan Utara 2,49 2,57 2,53Sulawesi Utara 2,04 2,06 2,05Sulawesi Tengah 2,26 2,42 2,38Sulawesi Selatan 2,37 2,38 2,38Sulawesi Tenggara 2,57 2,72 2,68Gorontalo 2,12 2,33 2,26Sulawesi Barat 2,80 2,73 2,74Maluku 2,57 3,03 2,86Maluku Utara 2,27 2,69 2,58Papua Barat 2,42 2,56 2,51Papua 2,31 2,28 2,29

Indonesia 2,08 2,20 2,14

Tabel 5.9. Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup dari Wanita Pernah Kawin 15-49 Tahun menurut Provinsi dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 305

MOW/Tubekto-

mi

MOP/Vasekto-

mi

AKDR/IUD

Suntik KB

Susuk KB

Pil KB KondomIntravag/Kondom Wanita

Alat/CaraTradisional

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (11) (12)Aceh 1,01 0,08 3,87 67,30 2,80 22,68 1,10 0,18 0,98 100,00Sumatera Utara 6,05 0,25 4,50 49,84 7,88 25,73 1,34 0,09 4,32 100,00Sumatera Barat 4,16 0,33 8,84 56,28 9,97 16,41 2,30 0,03 1,67 100,00Riau 2,70 0,08 4,11 59,01 4,55 26,56 1,49 0,10 1,40 100,00Jambi 1,18 0,03 3,06 63,53 6,77 23,99 0,45 0,05 0,95 100,00Sumatera Selatan 1,32 0,13 2,08 69,84 10,47 14,07 0,58 0,02 1,49 100,00Bengkulu 2,53 0,17 4,40 63,00 12,34 15,22 1,68 0,04 0,62 100,00Lampung 0,92 0,17 3,86 66,07 8,54 17,88 1,04 0,17 1,35 100,00Kepulauan Bangka Belitung 2,83 0,15 2,54 55,19 5,28 31,13 1,15 0,00 1,73 100,00Kepulauan Riau 2,31 1,06 7,45 56,18 5,07 23,15 2,58 0,19 2,00 100,00DKI Jakarta 3,97 0,41 15,73 51,65 3,07 21,21 2,05 0,09 1,83 100,00Jawa Barat 2,59 0,23 8,42 61,12 3,55 22,68 0,83 0,05 0,54 100,00Jawa Tengah 5,24 0,49 8,14 61,44 9,15 12,91 1,15 0,07 1,42 100,00DI Yogyakarta 4,91 0,34 24,32 40,49 5,24 12,75 5,30 0,12 6,52 100,00Jawa Timur 4,41 0,26 7,59 58,83 5,22 21,30 0,71 0,05 1,66 100,00Banten 1,40 0,19 5,15 71,02 3,34 16,98 0,98 0,10 0,83 100,00Bali 6,43 0,58 28,40 43,14 2,41 14,58 1,89 0,32 2,25 100,00Nusa Tenggara Barat 1,68 0,03 7,04 70,53 9,73 9,77 0,32 0,00 0,90 100,00Nusa Tenggara Timur 4,94 0,32 8,26 54,78 17,88 9,32 0,21 0,02 4,27 100,00Kalimantan Barat 1,49 0,30 3,06 64,68 2,21 27,19 0,52 0,04 0,52 100,00Kalimantan Tengah 1,00 0,01 1,34 62,59 4,46 29,25 0,39 0,12 0,84 100,00Kalimantan Selatan 1,38 0,16 2,38 46,44 3,68 43,84 0,93 0,10 1,08 100,00Kalimantan Timur 3,23 0,41 6,90 49,91 3,56 33,34 1,20 0,00 1,46 100,00Kalimantan Utara 3,00 0,14 5,45 50,12 3,92 34,67 1,14 0,00 1,57 100,00Sulawesi Utara 2,21 0,20 5,86 47,12 16,69 26,46 0,27 0,07 1,14 100,00Sulawesi Tengah 1,60 0,06 4,74 48,23 7,04 36,01 0,23 0,00 2,09 100,00Sulawesi Selatan 1,33 0,16 3,85 60,36 6,77 23,92 0,61 0,08 2,90 100,00Sulawesi Tenggara 0,99 0,13 2,76 48,72 9,55 35,26 0,28 0,05 2,26 100,00Gorontalo 1,83 0,48 6,62 40,91 22,29 27,49 0,12 0,00 0,26 100,00Sulawesi Barat 1,11 0,00 2,29 48,68 8,39 38,14 0,31 0,00 1,07 100,00Maluku 2,37 0,02 2,44 66,17 13,10 12,53 0,23 0,00 3,13 100,00Maluku Utara 0,78 0,21 1,52 75,51 10,75 9,52 0,10 0,00 1,62 100,00Papua Barat 1,83 0,00 2,60 65,78 6,65 19,28 0,33 0,03 3,51 100,00Papua 1,56 0,28 2,10 43,39 7,07 13,70 0,50 0,07 31,33 100,00

Indonesia 3,23 0,27 7,30 59,57 6,21 20,71 1,00 0,07 1,65 100,00Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 5.8. Persentase Wanita Berumur 15 - 49 Tahun dan Berstatus Kawin menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2015

Perkotaan + Perdesaan

Provinsi

Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan

Total

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)Aceh 2,49 2,66 2,62Sumatera Utara 2,45 2,90 2,68Sumatera Barat 2,41 2,58 2,52Riau 2,27 2,41 2,36Jambi 2,13 2,19 2,18Sumatera Selatan 2,30 2,29 2,29Bengkulu 2,27 2,22 2,23Lampung 2,13 2,16 2,15Kepulauan Bangka Belitung 2,10 2,13 2,12Kepulauan Riau 1,94 2,34 2,00DKI Jakarta 1,92 0,00 1,92Jawa Barat 2,13 2,08 2,11Jawa Tengah 1,98 1,94 1,96DI Yogyakarta 1,78 1,76 1,77Jawa Timur 1,86 1,78 1,82Banten 2,04 2,45 2,17Bali 1,93 2,05 1,98Nusa Tenggara Barat 2,20 2,21 2,21Nusa Tenggara Timur 2,60 2,97 2,90Kalimantan Barat 2,27 2,33 2,31Kalimantan Tengah 2,08 2,17 2,14Kalimantan Selatan 1,99 2,18 2,10Kalimantan Timur 2,13 2,25 2,17Kalimantan Utara 2,49 2,57 2,53Sulawesi Utara 2,04 2,06 2,05Sulawesi Tengah 2,26 2,42 2,38Sulawesi Selatan 2,37 2,38 2,38Sulawesi Tenggara 2,57 2,72 2,68Gorontalo 2,12 2,33 2,26Sulawesi Barat 2,80 2,73 2,74Maluku 2,57 3,03 2,86Maluku Utara 2,27 2,69 2,58Papua Barat 2,42 2,56 2,51Papua 2,31 2,28 2,29

Indonesia 2,08 2,20 2,14

Tabel 5.9. Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup dari Wanita Pernah Kawin 15-49 Tahun menurut Provinsi dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015306

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

10-15 16-18 19+(1) (2) (4) (5) (7)

Aceh 2,80 17,31 79,89 100,00Sumatera Utara 1,29 12,05 86,66 100,00Sumatera Barat 2,17 12,26 85,57 100,00Riau 3,42 18,08 78,50 100,00Jambi 5,53 27,16 67,30 100,00Sumatera Selatan 4,35 20,28 75,37 100,00Bengkulu 4,74 25,22 70,04 100,00Lampung 4,47 24,57 70,96 100,00Kepulauan Bangka Belitung 4,06 21,00 74,94 100,00Kepulauan Riau 0,91 9,58 89,51 100,00DKI Jakarta 1,71 10,36 87,92 100,00Jawa Barat 5,84 34,87 59,29 100,00Jawa Tengah 2,75 23,60 73,65 100,00DI Yogyakarta 0,69 8,15 91,15 100,00Jawa Timur 4,45 26,28 69,27 100,00Banten 5,64 30,59 63,77 100,00Bali 2,25 11,85 85,91 100,00Nusa Tenggara Barat 3,84 21,84 74,32 100,00Nusa Tenggara Timur 1,58 12,44 85,97 100,00Kalimantan Barat 4,39 21,26 74,36 100,00Kalimantan Tengah 7,25 29,34 63,41 100,00Kalimantan Selatan 7,92 35,56 56,52 100,00Kalimantan Timur 4,13 22,06 73,82 100,00Kalimantan Utara 4,61 21,65 73,74 100,00Sulawesi Utara 2,49 16,68 80,83 100,00Sulawesi Tengah 5,45 21,45 73,10 100,00Sulawesi Selatan 5,49 17,60 76,91 100,00Sulawesi Tenggara 5,88 23,12 71,01 100,00Gorontalo 4,20 21,09 74,71 100,00Sulawesi Barat 6,54 25,28 68,17 100,00Maluku 2,77 14,14 83,09 100,00Maluku Utara 3,14 19,16 77,70 100,00Papua Barat 4,50 20,89 74,61 100,00Papua 2,95 22,33 74,72 100,00

Indonesia 4,08 23,94 71,98 100,00

ProvinsiUmur Perkawinan Pertama Wanita

Total

Tabel 5.10. Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)Aceh 21,34 20,59 20,80Sumatera Utara 21,93 21,31 21,62Sumatera Barat 21,75 20,75 21,13Riau 21,93 20,23 20,87Jambi 21,06 19,39 19,88Sumatera Selatan 21,09 19,76 20,21Bengkulu 21,05 19,56 19,99Lampung 20,88 19,73 20,02Kepulauan Bangka Belitung 20,86 20,02 20,43Kepulauan Riau 22,80 20,65 22,42DKI Jakarta 22,05 - 22,05Jawa Barat 20,11 18,69 19,61Jawa Tengah 20,66 19,64 20,09DI Yogyakarta 22,28 21,19 21,87Jawa Timur 20,40 19,23 19,77Banten 20,62 18,77 20,02Bali 22,04 20,99 21,61Nusa Tenggara Barat 20,55 20,16 20,32Nusa Tenggara Timur 22,45 21,76 21,89Kalimantan Barat 20,94 19,87 20,19Kalimantan Tengah 20,20 19,43 19,69Kalimantan Selatan 20,26 18,99 19,51Kalimantan Timur 21,15 19,74 20,62Kalimantan Utara 21,00 20,19 20,63Sulawesi Utara 21,61 20,90 21,21Sulawesi Tengah 21,00 19,89 20,15Sulawesi Selatan 21,21 20,36 20,65Sulawesi Tenggara 20,99 19,71 20,05Gorontalo 21,49 20,14 20,60Sulawesi Barat 20,55 19,70 19,87Maluku 22,11 21,16 21,52Maluku Utara 21,38 20,46 20,70Papua Barat 21,42 20,45 20,81Papua 21,49 20,26 20,57

Indonesia 20,85 19,75 20,29

Tabel 5.11. Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Provinsi dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 307

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

10-15 16-18 19+(1) (2) (4) (5) (7)

Aceh 2,80 17,31 79,89 100,00Sumatera Utara 1,29 12,05 86,66 100,00Sumatera Barat 2,17 12,26 85,57 100,00Riau 3,42 18,08 78,50 100,00Jambi 5,53 27,16 67,30 100,00Sumatera Selatan 4,35 20,28 75,37 100,00Bengkulu 4,74 25,22 70,04 100,00Lampung 4,47 24,57 70,96 100,00Kepulauan Bangka Belitung 4,06 21,00 74,94 100,00Kepulauan Riau 0,91 9,58 89,51 100,00DKI Jakarta 1,71 10,36 87,92 100,00Jawa Barat 5,84 34,87 59,29 100,00Jawa Tengah 2,75 23,60 73,65 100,00DI Yogyakarta 0,69 8,15 91,15 100,00Jawa Timur 4,45 26,28 69,27 100,00Banten 5,64 30,59 63,77 100,00Bali 2,25 11,85 85,91 100,00Nusa Tenggara Barat 3,84 21,84 74,32 100,00Nusa Tenggara Timur 1,58 12,44 85,97 100,00Kalimantan Barat 4,39 21,26 74,36 100,00Kalimantan Tengah 7,25 29,34 63,41 100,00Kalimantan Selatan 7,92 35,56 56,52 100,00Kalimantan Timur 4,13 22,06 73,82 100,00Kalimantan Utara 4,61 21,65 73,74 100,00Sulawesi Utara 2,49 16,68 80,83 100,00Sulawesi Tengah 5,45 21,45 73,10 100,00Sulawesi Selatan 5,49 17,60 76,91 100,00Sulawesi Tenggara 5,88 23,12 71,01 100,00Gorontalo 4,20 21,09 74,71 100,00Sulawesi Barat 6,54 25,28 68,17 100,00Maluku 2,77 14,14 83,09 100,00Maluku Utara 3,14 19,16 77,70 100,00Papua Barat 4,50 20,89 74,61 100,00Papua 2,95 22,33 74,72 100,00

Indonesia 4,08 23,94 71,98 100,00

ProvinsiUmur Perkawinan Pertama Wanita

Total

Tabel 5.10. Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2015

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)Aceh 21,34 20,59 20,80Sumatera Utara 21,93 21,31 21,62Sumatera Barat 21,75 20,75 21,13Riau 21,93 20,23 20,87Jambi 21,06 19,39 19,88Sumatera Selatan 21,09 19,76 20,21Bengkulu 21,05 19,56 19,99Lampung 20,88 19,73 20,02Kepulauan Bangka Belitung 20,86 20,02 20,43Kepulauan Riau 22,80 20,65 22,42DKI Jakarta 22,05 - 22,05Jawa Barat 20,11 18,69 19,61Jawa Tengah 20,66 19,64 20,09DI Yogyakarta 22,28 21,19 21,87Jawa Timur 20,40 19,23 19,77Banten 20,62 18,77 20,02Bali 22,04 20,99 21,61Nusa Tenggara Barat 20,55 20,16 20,32Nusa Tenggara Timur 22,45 21,76 21,89Kalimantan Barat 20,94 19,87 20,19Kalimantan Tengah 20,20 19,43 19,69Kalimantan Selatan 20,26 18,99 19,51Kalimantan Timur 21,15 19,74 20,62Kalimantan Utara 21,00 20,19 20,63Sulawesi Utara 21,61 20,90 21,21Sulawesi Tengah 21,00 19,89 20,15Sulawesi Selatan 21,21 20,36 20,65Sulawesi Tenggara 20,99 19,71 20,05Gorontalo 21,49 20,14 20,60Sulawesi Barat 20,55 19,70 19,87Maluku 22,11 21,16 21,52Maluku Utara 21,38 20,46 20,70Papua Barat 21,42 20,45 20,81Papua 21,49 20,26 20,57

Indonesia 20,85 19,75 20,29

Tabel 5.11. Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Provinsi dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015308

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Bekerja PengangguranTerbuka

Sekolah MengurusRumah Tangga

Lainnya Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 40,42 5,77 12,75 37,02 4,03 100,00Sumatera Utara 48,55 4,03 10,48 33,47 3,47 100,00Sumatera Barat 46,37 3,60 11,83 34,54 3,65 100,00Riau 37,30 4,78 10,62 44,87 2,42 100,00Jambi 44,44 2,33 9,44 40,06 3,73 100,00Sumatera Selatan 49,39 3,37 8,98 35,64 2,62 100,00Bengkulu 52,63 3,15 11,57 30,36 2,28 100,00Lampung 41,59 2,98 8,52 44,28 2,63 100,00Kepulauan Bangka Belitung 43,19 3,91 7,56 43,11 2,23 100,00Kepulauan Riau 39,85 2,73 10,21 45,72 1,49 100,00DKI Jakarta 46,88 3,35 8,94 38,87 1,97 100,00Jawa Barat 35,09 3,65 9,07 48,61 3,58 100,00Jawa Tengah 51,65 2,24 7,25 34,80 4,06 100,00DI Yogyakarta 54,70 2,60 9,58 28,93 4,19 100,00Jawa Timur 50,09 2,34 7,48 36,25 3,83 100,00Banten 37,54 4,13 9,35 46,20 2,78 100,00Bali 66,10 1,14 7,44 22,52 2,79 100,00Nusa Tenggara Barat 50,73 2,25 9,29 34,68 3,06 100,00Nusa Tenggara Timur 55,70 2,73 11,95 26,25 3,37 100,00Kalimantan Barat 52,51 2,42 9,62 32,64 2,80 100,00Kalimantan Tengah 50,87 2,68 9,36 34,94 2,15 100,00Kalimantan Selatan 51,23 2,64 7,41 36,03 2,69 100,00Kalimantan Timur 35,06 3,50 11,87 46,57 3,00 100,00Kalimantan Utara 38,07 2,67 12,44 44,19 2,62 100,00Sulawesi Utara 35,02 5,24 10,03 46,04 3,68 100,00Sulawesi Tengah 46,27 2,62 8,76 39,35 3,00 100,00Sulawesi Selatan 41,39 2,92 10,63 41,26 3,80 100,00Sulawesi Tenggara 49,89 4,04 10,91 32,63 2,53 100,00Gorontalo 43,14 2,66 10,32 41,36 2,52 100,00Sulawesi Barat 52,02 2,78 10,28 32,70 2,22 100,00Maluku 44,37 6,40 12,72 33,53 2,98 100,00Maluku Utara 44,61 3,95 11,40 37,49 2,56 100,00Papua Barat 48,65 5,66 11,98 31,32 2,39 100,00Papua 67,78 2,55 7,29 21,05 1,33 100,00

Indonesia 45,76 3,11 8,97 38,80 3,35 100,00

Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2015Perempuan

ProvinsiJenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu

Tabel 6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi dan

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Bekerja PengangguranTerbuka

Sekolah MengurusRumah Tangga

Lainnya Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 74,26 6,84 11,71 0,82 6,38 100,00Sumatera Utara 77,37 5,01 10,16 1,08 6,37 100,00Sumatera Barat 74,31 5,32 10,99 1,93 7,45 100,00Riau 78,08 5,11 9,93 2,00 4,87 100,00Jambi 81,26 3,39 8,79 1,41 5,15 100,00Sumatera Selatan 78,96 4,93 8,46 1,64 6,01 100,00Bengkulu 81,25 3,78 9,99 1,26 3,73 100,00Lampung 81,82 3,74 7,57 1,96 4,91 100,00Kepulauan Bangka Belitung 80,17 4,46 7,59 2,94 4,84 100,00Kepulauan Riau 81,34 5,29 8,37 1,28 3,72 100,00DKI Jakarta 76,32 6,26 8,96 1,64 6,83 100,00Jawa Barat 74,67 6,84 9,04 2,01 7,44 100,00Jawa Tengah 77,79 4,58 8,27 3,00 6,35 100,00DI Yogyakarta 76,98 2,97 11,12 3,50 5,42 100,00Jawa Timur 80,23 3,76 7,94 2,61 5,46 100,00Banten 74,38 7,69 9,24 1,80 6,90 100,00Bali 81,91 1,86 8,04 4,68 3,50 100,00Nusa Tenggara Barat 76,10 5,49 10,23 2,01 6,16 100,00Nusa Tenggara Timur 78,01 2,57 12,47 1,98 4,97 100,00Kalimantan Barat 79,20 4,72 9,19 1,35 5,54 100,00Kalimantan Tengah 83,18 3,72 8,03 1,93 3,14 100,00Kalimantan Selatan 81,09 4,21 7,91 1,66 5,14 100,00Kalimantan Timur 77,90 5,74 10,29 1,47 4,60 100,00Kalimantan Utara 78,50 4,40 10,62 0,86 5,62 100,00Sulawesi Utara 75,72 5,81 8,78 2,44 7,25 100,00Sulawesi Tengah 82,47 2,91 7,39 2,30 4,93 100,00Sulawesi Selatan 74,61 4,40 10,41 2,51 8,06 100,00Sulawesi Tenggara 79,38 3,54 9,86 2,72 4,49 100,00Gorontalo 78,46 3,26 9,05 4,01 5,21 100,00Sulawesi Barat 84,02 1,92 7,64 2,04 4,38 100,00Maluku 71,76 6,40 13,17 2,49 6,18 100,00Maluku Utara 79,50 4,08 10,42 1,90 4,10 100,00Papua Barat 75,80 5,45 12,27 2,19 4,28 100,00Papua 83,95 3,71 8,61 1,29 2,44 100,00

Indonesia 77,69 5,02 9,01 2,19 6,09 100,00

ProvinsiJenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu

Laki-laki

Tabel 6.1.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi danJenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 309

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Bekerja PengangguranTerbuka

Sekolah MengurusRumah Tangga

Lainnya Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 40,42 5,77 12,75 37,02 4,03 100,00Sumatera Utara 48,55 4,03 10,48 33,47 3,47 100,00Sumatera Barat 46,37 3,60 11,83 34,54 3,65 100,00Riau 37,30 4,78 10,62 44,87 2,42 100,00Jambi 44,44 2,33 9,44 40,06 3,73 100,00Sumatera Selatan 49,39 3,37 8,98 35,64 2,62 100,00Bengkulu 52,63 3,15 11,57 30,36 2,28 100,00Lampung 41,59 2,98 8,52 44,28 2,63 100,00Kepulauan Bangka Belitung 43,19 3,91 7,56 43,11 2,23 100,00Kepulauan Riau 39,85 2,73 10,21 45,72 1,49 100,00DKI Jakarta 46,88 3,35 8,94 38,87 1,97 100,00Jawa Barat 35,09 3,65 9,07 48,61 3,58 100,00Jawa Tengah 51,65 2,24 7,25 34,80 4,06 100,00DI Yogyakarta 54,70 2,60 9,58 28,93 4,19 100,00Jawa Timur 50,09 2,34 7,48 36,25 3,83 100,00Banten 37,54 4,13 9,35 46,20 2,78 100,00Bali 66,10 1,14 7,44 22,52 2,79 100,00Nusa Tenggara Barat 50,73 2,25 9,29 34,68 3,06 100,00Nusa Tenggara Timur 55,70 2,73 11,95 26,25 3,37 100,00Kalimantan Barat 52,51 2,42 9,62 32,64 2,80 100,00Kalimantan Tengah 50,87 2,68 9,36 34,94 2,15 100,00Kalimantan Selatan 51,23 2,64 7,41 36,03 2,69 100,00Kalimantan Timur 35,06 3,50 11,87 46,57 3,00 100,00Kalimantan Utara 38,07 2,67 12,44 44,19 2,62 100,00Sulawesi Utara 35,02 5,24 10,03 46,04 3,68 100,00Sulawesi Tengah 46,27 2,62 8,76 39,35 3,00 100,00Sulawesi Selatan 41,39 2,92 10,63 41,26 3,80 100,00Sulawesi Tenggara 49,89 4,04 10,91 32,63 2,53 100,00Gorontalo 43,14 2,66 10,32 41,36 2,52 100,00Sulawesi Barat 52,02 2,78 10,28 32,70 2,22 100,00Maluku 44,37 6,40 12,72 33,53 2,98 100,00Maluku Utara 44,61 3,95 11,40 37,49 2,56 100,00Papua Barat 48,65 5,66 11,98 31,32 2,39 100,00Papua 67,78 2,55 7,29 21,05 1,33 100,00

Indonesia 45,76 3,11 8,97 38,80 3,35 100,00

Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2015Perempuan

ProvinsiJenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu

Tabel 6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi dan

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Bekerja PengangguranTerbuka

Sekolah MengurusRumah Tangga

Lainnya Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 74,26 6,84 11,71 0,82 6,38 100,00Sumatera Utara 77,37 5,01 10,16 1,08 6,37 100,00Sumatera Barat 74,31 5,32 10,99 1,93 7,45 100,00Riau 78,08 5,11 9,93 2,00 4,87 100,00Jambi 81,26 3,39 8,79 1,41 5,15 100,00Sumatera Selatan 78,96 4,93 8,46 1,64 6,01 100,00Bengkulu 81,25 3,78 9,99 1,26 3,73 100,00Lampung 81,82 3,74 7,57 1,96 4,91 100,00Kepulauan Bangka Belitung 80,17 4,46 7,59 2,94 4,84 100,00Kepulauan Riau 81,34 5,29 8,37 1,28 3,72 100,00DKI Jakarta 76,32 6,26 8,96 1,64 6,83 100,00Jawa Barat 74,67 6,84 9,04 2,01 7,44 100,00Jawa Tengah 77,79 4,58 8,27 3,00 6,35 100,00DI Yogyakarta 76,98 2,97 11,12 3,50 5,42 100,00Jawa Timur 80,23 3,76 7,94 2,61 5,46 100,00Banten 74,38 7,69 9,24 1,80 6,90 100,00Bali 81,91 1,86 8,04 4,68 3,50 100,00Nusa Tenggara Barat 76,10 5,49 10,23 2,01 6,16 100,00Nusa Tenggara Timur 78,01 2,57 12,47 1,98 4,97 100,00Kalimantan Barat 79,20 4,72 9,19 1,35 5,54 100,00Kalimantan Tengah 83,18 3,72 8,03 1,93 3,14 100,00Kalimantan Selatan 81,09 4,21 7,91 1,66 5,14 100,00Kalimantan Timur 77,90 5,74 10,29 1,47 4,60 100,00Kalimantan Utara 78,50 4,40 10,62 0,86 5,62 100,00Sulawesi Utara 75,72 5,81 8,78 2,44 7,25 100,00Sulawesi Tengah 82,47 2,91 7,39 2,30 4,93 100,00Sulawesi Selatan 74,61 4,40 10,41 2,51 8,06 100,00Sulawesi Tenggara 79,38 3,54 9,86 2,72 4,49 100,00Gorontalo 78,46 3,26 9,05 4,01 5,21 100,00Sulawesi Barat 84,02 1,92 7,64 2,04 4,38 100,00Maluku 71,76 6,40 13,17 2,49 6,18 100,00Maluku Utara 79,50 4,08 10,42 1,90 4,10 100,00Papua Barat 75,80 5,45 12,27 2,19 4,28 100,00Papua 83,95 3,71 8,61 1,29 2,44 100,00

Indonesia 77,69 5,02 9,01 2,19 6,09 100,00

ProvinsiJenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu

Laki-laki

Tabel 6.1.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi danJenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015310

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 43,57 47,34 46,19 78,19 82,42 81,10Sumatera Utara 46,19 60,02 52,58 79,72 85,42 82,38Sumatera Barat 49,15 50,64 49,97 77,07 81,71 79,63Riau 44,17 40,66 42,08 80,35 85,08 83,20Jambi 47,54 46,41 46,77 81,33 86,18 84,65Sumatera Selatan 48,96 55,10 52,76 79,72 86,27 83,89Bengkulu 52,51 57,43 55,78 81,29 86,75 85,02Lampung 42,92 45,26 44,57 82,13 86,90 85,56Kepulauan Bangka Belitung 46,03 48,35 47,10 82,39 87,04 84,62Kepulauan Riau 43,95 34,98 42,58 86,43 87,69 86,63DKI Jakarta 50,22 - 50,22 82,58 - 82,58Jawa Barat 39,77 36,05 38,74 80,89 83,16 81,51Jawa Tengah 53,90 53,88 53,89 80,54 84,09 82,38DI Yogyakarta 56,31 59,47 57,30 77,58 86,00 79,95Jawa Timur 51,33 53,56 52,43 82,08 86,00 83,99Banten 42,45 39,85 41,67 81,71 82,88 82,06Bali 63,40 74,30 67,24 82,75 85,76 83,77Nusa Tenggara Barat 53,82 52,26 52,98 79,31 83,51 81,59Nusa Tenggara Timur 46,48 61,84 58,43 70,32 83,66 80,58Kalimantan Barat 44,95 60,10 54,93 78,56 86,50 83,92Kalimantan Tengah 51,30 54,94 53,55 83,28 88,99 86,90Kalimantan Selatan 50,71 56,48 53,87 82,83 87,32 85,29Kalimantan Timur 39,98 35,42 38,56 82,79 85,27 83,64Kalimantan Utara 37,36 46,08 40,75 82,36 83,65 82,90Sulawesi Utara 42,56 37,87 40,26 79,07 83,89 81,54Sulawesi Tengah 52,15 47,59 48,89 79,52 87,56 85,38Sulawesi Selatan 42,87 45,29 44,31 73,70 82,76 79,01Sulawesi Tenggara 51,02 55,36 53,93 76,60 85,99 82,92Gorontalo 49,66 43,18 45,80 78,21 83,90 81,73Sulawesi Barat 53,02 55,27 54,80 80,75 87,23 85,94Maluku 47,91 52,87 50,77 72,27 82,35 78,16Maluku Utara 45,75 49,71 48,56 76,62 86,37 83,58Papua Barat 48,21 58,33 54,31 77,14 83,94 81,25Papua 44,91 79,71 70,33 78,28 91,51 87,66

Indonesia 47,09 50,95 48,87 80,74 85,02 82,71

Tabel 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Laki-lakiProvinsi

Perempuan

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Perkotaan PerdesaanPerkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 14,45 11,70 12,49 9,77 7,87 8,44Sumatera Utara 10,65 5,00 7,67 7,71 4,33 6,08Sumatera Barat 10,06 4,96 7,21 9,08 4,84 6,68Riau 11,59 11,19 11,36 8,00 4,98 6,15Jambi 6,55 4,21 4,98 5,94 3,15 4,00Sumatera Selatan 8,12 5,45 6,39 8,83 4,32 5,88Bengkulu 7,31 4,89 5,65 5,82 3,84 4,44Lampung 8,33 6,03 6,68 7,56 3,20 4,37Kepulauan Bangka Belitung 10,62 5,74 8,31 8,16 2,31 5,27Kepulauan Riau 6,08 8,73 6,41 6,42 4,42 6,10DKI Jakarta 6,67 - 6,67 7,57 - 7,57Jawa Barat 9,17 10,16 9,42 8,38 8,41 8,39Jawa Tengah 4,60 3,74 4,16 6,12 5,06 5,56DI Yogyakarta 5,10 3,37 4,54 4,14 2,75 3,72Jawa Timur 5,46 3,49 4,46 5,59 3,37 4,48Banten 9,31 11,43 9,92 8,59 11,16 9,37Bali 2,04 1,18 1,70 2,34 2,00 2,22Nusa Tenggara Barat 4,02 4,44 4,24 7,66 5,99 6,73Nusa Tenggara Timur 9,87 3,57 4,68 8,09 1,95 3,19Kalimantan Barat 6,95 3,41 4,40 8,99 4,15 5,62Kalimantan Tengah 5,94 4,47 5,01 5,30 3,73 4,28Kalimantan Selatan 6,48 3,73 4,90 6,76 3,50 4,93Kalimantan Timur 7,10 13,96 9,07 7,14 6,35 6,86Kalimantan Utara 6,91 6,11 6,56 6,01 4,36 5,31Sulawesi Utara 14,34 11,47 13,02 10,03 4,53 7,13Sulawesi Tengah 7,55 4,40 5,36 5,96 2,55 3,41Sulawesi Selatan 8,33 5,45 6,58 8,68 3,62 5,57Sulawesi Tenggara 11,59 5,61 7,49 7,49 2,88 4,27Gorontalo 5,41 6,14 5,82 5,95 2,87 3,99Sulawesi Barat 7,66 4,40 5,07 5,63 1,45 2,24Maluku 17,59 9,30 12,61 10,41 6,79 8,18Maluku Utara 8,11 8,13 8,13 6,62 4,27 4,89Papua Barat 18,19 6,19 10,42 11,72 3,70 6,71Papua 11,55 1,99 3,63 10,29 2,12 4,24

Indonesia 7,36 5,29 6,37 7,28 4,72 6,07

Tabel 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi,Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 311

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 43,57 47,34 46,19 78,19 82,42 81,10Sumatera Utara 46,19 60,02 52,58 79,72 85,42 82,38Sumatera Barat 49,15 50,64 49,97 77,07 81,71 79,63Riau 44,17 40,66 42,08 80,35 85,08 83,20Jambi 47,54 46,41 46,77 81,33 86,18 84,65Sumatera Selatan 48,96 55,10 52,76 79,72 86,27 83,89Bengkulu 52,51 57,43 55,78 81,29 86,75 85,02Lampung 42,92 45,26 44,57 82,13 86,90 85,56Kepulauan Bangka Belitung 46,03 48,35 47,10 82,39 87,04 84,62Kepulauan Riau 43,95 34,98 42,58 86,43 87,69 86,63DKI Jakarta 50,22 - 50,22 82,58 - 82,58Jawa Barat 39,77 36,05 38,74 80,89 83,16 81,51Jawa Tengah 53,90 53,88 53,89 80,54 84,09 82,38DI Yogyakarta 56,31 59,47 57,30 77,58 86,00 79,95Jawa Timur 51,33 53,56 52,43 82,08 86,00 83,99Banten 42,45 39,85 41,67 81,71 82,88 82,06Bali 63,40 74,30 67,24 82,75 85,76 83,77Nusa Tenggara Barat 53,82 52,26 52,98 79,31 83,51 81,59Nusa Tenggara Timur 46,48 61,84 58,43 70,32 83,66 80,58Kalimantan Barat 44,95 60,10 54,93 78,56 86,50 83,92Kalimantan Tengah 51,30 54,94 53,55 83,28 88,99 86,90Kalimantan Selatan 50,71 56,48 53,87 82,83 87,32 85,29Kalimantan Timur 39,98 35,42 38,56 82,79 85,27 83,64Kalimantan Utara 37,36 46,08 40,75 82,36 83,65 82,90Sulawesi Utara 42,56 37,87 40,26 79,07 83,89 81,54Sulawesi Tengah 52,15 47,59 48,89 79,52 87,56 85,38Sulawesi Selatan 42,87 45,29 44,31 73,70 82,76 79,01Sulawesi Tenggara 51,02 55,36 53,93 76,60 85,99 82,92Gorontalo 49,66 43,18 45,80 78,21 83,90 81,73Sulawesi Barat 53,02 55,27 54,80 80,75 87,23 85,94Maluku 47,91 52,87 50,77 72,27 82,35 78,16Maluku Utara 45,75 49,71 48,56 76,62 86,37 83,58Papua Barat 48,21 58,33 54,31 77,14 83,94 81,25Papua 44,91 79,71 70,33 78,28 91,51 87,66

Indonesia 47,09 50,95 48,87 80,74 85,02 82,71

Tabel 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

Laki-lakiProvinsi

Perempuan

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Perkotaan PerdesaanPerkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 14,45 11,70 12,49 9,77 7,87 8,44Sumatera Utara 10,65 5,00 7,67 7,71 4,33 6,08Sumatera Barat 10,06 4,96 7,21 9,08 4,84 6,68Riau 11,59 11,19 11,36 8,00 4,98 6,15Jambi 6,55 4,21 4,98 5,94 3,15 4,00Sumatera Selatan 8,12 5,45 6,39 8,83 4,32 5,88Bengkulu 7,31 4,89 5,65 5,82 3,84 4,44Lampung 8,33 6,03 6,68 7,56 3,20 4,37Kepulauan Bangka Belitung 10,62 5,74 8,31 8,16 2,31 5,27Kepulauan Riau 6,08 8,73 6,41 6,42 4,42 6,10DKI Jakarta 6,67 - 6,67 7,57 - 7,57Jawa Barat 9,17 10,16 9,42 8,38 8,41 8,39Jawa Tengah 4,60 3,74 4,16 6,12 5,06 5,56DI Yogyakarta 5,10 3,37 4,54 4,14 2,75 3,72Jawa Timur 5,46 3,49 4,46 5,59 3,37 4,48Banten 9,31 11,43 9,92 8,59 11,16 9,37Bali 2,04 1,18 1,70 2,34 2,00 2,22Nusa Tenggara Barat 4,02 4,44 4,24 7,66 5,99 6,73Nusa Tenggara Timur 9,87 3,57 4,68 8,09 1,95 3,19Kalimantan Barat 6,95 3,41 4,40 8,99 4,15 5,62Kalimantan Tengah 5,94 4,47 5,01 5,30 3,73 4,28Kalimantan Selatan 6,48 3,73 4,90 6,76 3,50 4,93Kalimantan Timur 7,10 13,96 9,07 7,14 6,35 6,86Kalimantan Utara 6,91 6,11 6,56 6,01 4,36 5,31Sulawesi Utara 14,34 11,47 13,02 10,03 4,53 7,13Sulawesi Tengah 7,55 4,40 5,36 5,96 2,55 3,41Sulawesi Selatan 8,33 5,45 6,58 8,68 3,62 5,57Sulawesi Tenggara 11,59 5,61 7,49 7,49 2,88 4,27Gorontalo 5,41 6,14 5,82 5,95 2,87 3,99Sulawesi Barat 7,66 4,40 5,07 5,63 1,45 2,24Maluku 17,59 9,30 12,61 10,41 6,79 8,18Maluku Utara 8,11 8,13 8,13 6,62 4,27 4,89Papua Barat 18,19 6,19 10,42 11,72 3,70 6,71Papua 11,55 1,99 3,63 10,29 2,12 4,24

Indonesia 7,36 5,29 6,37 7,28 4,72 6,07

Tabel 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi,Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015312

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 313

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015314

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 315

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015316

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 43,63 0,13 5,93 0,03 0,20 19,55 0,32 0,80 29,40 100,00Sumatera Utara 40,76 0,16 6,69 0,02 0,20 28,41 0,88 1,55 21,33 100,00Sumatera Barat 35,65 0,21 8,24 0,14 0,29 30,43 0,89 1,88 22,27 100,00Riau 32,93 0,16 4,53 0,11 0,68 30,91 0,71 2,40 27,58 100,00Jambi 47,88 0,64 3,16 0,16 0,19 26,20 0,44 0,97 20,36 100,00Sumatera Selatan 52,27 0,13 4,35 0,08 0,34 24,79 0,35 1,43 16,26 100,00Bengkulu 52,16 0,49 3,22 0,09 0,14 19,83 0,61 1,32 22,13 100,00Lampung 42,15 0,19 8,01 0,00 0,05 32,09 0,58 1,49 15,44 100,00Kepulauan Bangka Belitung 32,57 2,82 7,40 0,00 0,27 29,97 0,95 2,92 23,09 100,00Kepulauan Riau 4,84 0,10 19,41 0,11 1,15 36,26 2,87 2,58 32,67 100,00DKI Jakarta 0,25 0,28 12,22 0,11 0,99 40,33 4,40 10,61 30,80 100,00Jawa Barat 15,30 0,12 23,34 0,06 0,44 36,48 0,84 2,87 20,55 100,00Jawa Tengah 26,89 0,37 24,18 0,03 0,34 31,33 0,40 1,51 14,95 100,00DI Yogyakarta 24,94 0,22 15,98 0,00 0,74 31,71 1,36 1,60 23,44 100,00Jawa Timur 36,29 0,20 14,46 0,03 0,42 29,73 0,36 1,50 17,01 100,00Banten 12,14 0,14 25,99 0,06 0,77 32,96 1,55 3,75 22,63 100,00Bali 23,51 0,27 15,45 0,06 2,19 37,95 0,88 3,52 16,17 100,00Nusa Tenggara Barat 36,61 0,90 11,57 0,09 0,38 33,14 0,15 0,76 16,40 100,00Nusa Tenggara Timur 61,78 0,59 10,45 0,04 0,10 11,21 0,27 0,83 14,72 100,00Kalimantan Barat 60,73 0,08 3,29 0,08 0,25 20,27 0,45 1,46 13,39 100,00Kalimantan Tengah 44,66 1,03 3,92 0,01 0,71 28,42 0,31 1,23 19,70 100,00Kalimantan Selatan 35,98 0,31 7,33 0,02 0,18 33,51 0,47 1,82 20,39 100,00Kalimantan Timur 14,78 1,84 5,42 0,22 0,54 39,59 2,79 4,14 30,68 100,00Kalimantan Utara 25,31 1,34 5,49 0,19 0,51 33,93 0,42 1,88 30,93 100,00Sulawesi Utara 18,05 0,40 6,16 0,10 0,41 38,82 1,22 2,92 31,91 100,00Sulawesi Tengah 38,65 0,56 5,18 0,17 0,51 29,19 0,10 1,22 24,43 100,00Sulawesi Selatan 35,69 0,27 6,71 0,13 0,76 29,38 0,58 2,43 24,05 100,00Sulawesi Tenggara 42,31 1,20 6,32 0,04 0,31 27,83 0,43 0,98 20,58 100,00Gorontalo 22,25 0,44 8,23 0,00 0,41 31,07 0,72 1,22 35,66 100,00Sulawesi Barat 50,27 0,79 8,96 0,05 0,14 19,20 0,18 0,46 19,94 100,00Maluku 43,07 0,46 2,97 0,02 0,21 28,88 0,77 0,95 22,68 100,00Maluku Utara 46,57 1,35 5,49 0,11 0,09 21,82 0,85 1,51 22,22 100,00Papua Barat 44,52 0,35 2,70 0,00 0,66 28,84 0,37 1,13 21,43 100,00Papua 81,24 0,10 0,87 0,10 0,31 8,85 0,30 0,62 7,60 100,00

Indonesia 31,71 0,31 14,38 0,06 0,46 30,56 0,78 2,23 19,51 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas, dan Air 5 = Bangunan/Konstruksi 6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 7 = Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 8 = Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan

Tabel 6.6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2015

Perempuan

Provinsi Lapangan Pekerjaan Utama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 45,50 1,09 4,12 0,39 10,73 15,10 5,80 1,28 16,00 100,00Sumatera Utara 41,64 0,68 8,11 0,25 9,79 16,76 8,37 2,73 11,67 100,00Sumatera Barat 41,49 2,22 5,69 0,46 8,43 18,86 6,69 2,21 13,95 100,00Riau 46,97 2,11 6,62 0,27 7,99 15,65 5,26 2,69 12,43 100,00Jambi 55,47 2,29 4,44 0,15 6,28 12,00 5,18 1,59 12,61 100,00Sumatera Selatan 56,24 2,43 4,92 0,23 7,10 11,96 5,65 1,72 9,76 100,00Bengkulu 55,49 1,71 4,36 0,23 7,54 11,17 3,80 2,31 13,40 100,00Lampung 51,97 1,09 9,65 0,24 9,07 12,47 4,75 1,53 9,23 100,00Kepulauan Bangka Belitung 38,63 16,88 4,78 0,68 6,75 14,61 3,88 1,71 12,07 100,00Kepulauan Riau 13,93 2,41 27,29 0,43 11,55 17,98 8,29 4,08 14,04 100,00DKI Jakarta 0,53 0,81 15,09 0,63 7,24 31,93 11,81 11,27 20,69 100,00Jawa Barat 17,01 1,01 19,91 0,51 12,95 22,85 7,67 3,88 14,21 100,00Jawa Tengah 29,88 1,02 16,92 0,32 15,49 17,49 5,36 2,50 11,02 100,00DI Yogyakarta 21,70 1,28 13,60 0,23 13,72 21,18 4,62 4,03 19,63 100,00Jawa Timur 36,76 0,94 13,60 0,23 12,62 15,75 5,20 2,53 12,37 100,00Banten 13,44 0,85 24,28 0,69 8,47 20,62 10,31 6,93 14,40 100,00Bali 21,50 0,45 9,88 0,46 13,52 29,08 5,15 4,35 15,60 100,00Nusa Tenggara Barat 40,79 2,16 7,76 0,19 12,53 13,03 5,60 1,43 16,52 100,00Nusa Tenggara Timur 61,56 1,01 2,96 0,25 5,81 6,51 8,08 1,68 12,16 100,00Kalimantan Barat 55,94 2,69 4,27 0,25 7,53 12,84 3,80 1,62 11,07 100,00Kalimantan Tengah 47,24 7,97 3,34 0,33 8,77 11,52 4,77 1,92 14,15 100,00Kalimantan Selatan 36,03 5,88 6,32 0,48 8,64 18,79 5,61 2,76 15,49 100,00Kalimantan Timur 25,59 12,59 5,59 0,89 9,74 18,24 7,50 4,05 15,80 100,00Kalimantan Utara 38,53 4,93 4,27 0,86 8,30 14,00 6,76 1,77 20,57 100,00Sulawesi Utara 38,11 2,50 7,04 0,45 12,04 12,70 11,51 2,50 13,15 100,00Sulawesi Tengah 56,16 2,49 3,45 0,19 8,25 9,51 4,69 1,35 13,90 100,00Sulawesi Selatan 45,37 1,00 6,55 0,29 9,62 13,94 6,64 2,74 13,84 100,00Sulawesi Tenggara 47,56 2,71 4,11 0,37 10,82 11,38 6,17 2,00 14,88 100,00Gorontalo 41,57 4,27 6,67 0,30 9,07 13,44 10,42 1,67 12,58 100,00Sulawesi Barat 63,71 0,84 4,78 0,22 7,77 5,02 5,13 1,47 11,05 100,00Maluku 49,08 1,11 3,93 0,22 7,89 8,90 11,95 1,45 15,46 100,00Maluku Utara 52,20 3,06 2,59 0,33 7,36 8,56 9,71 1,13 15,05 100,00Papua Barat 40,76 2,66 2,74 0,29 8,73 11,29 9,58 2,34 21,61 100,00Papua 68,77 1,42 1,04 0,23 4,18 6,56 4,40 1,38 12,03 100,00

Indonesia 33,57 1,65 12,64 0,37 11,10 17,53 6,61 3,21 13,33 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas, dan Air 5 = Bangunan/Konstruksi 6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 7 = Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 8 = Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan

Tabel 6.6.

Laki-laki

Provinsi Lapangan Pekerjaan Utama

menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 20152. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 317

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 43,63 0,13 5,93 0,03 0,20 19,55 0,32 0,80 29,40 100,00Sumatera Utara 40,76 0,16 6,69 0,02 0,20 28,41 0,88 1,55 21,33 100,00Sumatera Barat 35,65 0,21 8,24 0,14 0,29 30,43 0,89 1,88 22,27 100,00Riau 32,93 0,16 4,53 0,11 0,68 30,91 0,71 2,40 27,58 100,00Jambi 47,88 0,64 3,16 0,16 0,19 26,20 0,44 0,97 20,36 100,00Sumatera Selatan 52,27 0,13 4,35 0,08 0,34 24,79 0,35 1,43 16,26 100,00Bengkulu 52,16 0,49 3,22 0,09 0,14 19,83 0,61 1,32 22,13 100,00Lampung 42,15 0,19 8,01 0,00 0,05 32,09 0,58 1,49 15,44 100,00Kepulauan Bangka Belitung 32,57 2,82 7,40 0,00 0,27 29,97 0,95 2,92 23,09 100,00Kepulauan Riau 4,84 0,10 19,41 0,11 1,15 36,26 2,87 2,58 32,67 100,00DKI Jakarta 0,25 0,28 12,22 0,11 0,99 40,33 4,40 10,61 30,80 100,00Jawa Barat 15,30 0,12 23,34 0,06 0,44 36,48 0,84 2,87 20,55 100,00Jawa Tengah 26,89 0,37 24,18 0,03 0,34 31,33 0,40 1,51 14,95 100,00DI Yogyakarta 24,94 0,22 15,98 0,00 0,74 31,71 1,36 1,60 23,44 100,00Jawa Timur 36,29 0,20 14,46 0,03 0,42 29,73 0,36 1,50 17,01 100,00Banten 12,14 0,14 25,99 0,06 0,77 32,96 1,55 3,75 22,63 100,00Bali 23,51 0,27 15,45 0,06 2,19 37,95 0,88 3,52 16,17 100,00Nusa Tenggara Barat 36,61 0,90 11,57 0,09 0,38 33,14 0,15 0,76 16,40 100,00Nusa Tenggara Timur 61,78 0,59 10,45 0,04 0,10 11,21 0,27 0,83 14,72 100,00Kalimantan Barat 60,73 0,08 3,29 0,08 0,25 20,27 0,45 1,46 13,39 100,00Kalimantan Tengah 44,66 1,03 3,92 0,01 0,71 28,42 0,31 1,23 19,70 100,00Kalimantan Selatan 35,98 0,31 7,33 0,02 0,18 33,51 0,47 1,82 20,39 100,00Kalimantan Timur 14,78 1,84 5,42 0,22 0,54 39,59 2,79 4,14 30,68 100,00Kalimantan Utara 25,31 1,34 5,49 0,19 0,51 33,93 0,42 1,88 30,93 100,00Sulawesi Utara 18,05 0,40 6,16 0,10 0,41 38,82 1,22 2,92 31,91 100,00Sulawesi Tengah 38,65 0,56 5,18 0,17 0,51 29,19 0,10 1,22 24,43 100,00Sulawesi Selatan 35,69 0,27 6,71 0,13 0,76 29,38 0,58 2,43 24,05 100,00Sulawesi Tenggara 42,31 1,20 6,32 0,04 0,31 27,83 0,43 0,98 20,58 100,00Gorontalo 22,25 0,44 8,23 0,00 0,41 31,07 0,72 1,22 35,66 100,00Sulawesi Barat 50,27 0,79 8,96 0,05 0,14 19,20 0,18 0,46 19,94 100,00Maluku 43,07 0,46 2,97 0,02 0,21 28,88 0,77 0,95 22,68 100,00Maluku Utara 46,57 1,35 5,49 0,11 0,09 21,82 0,85 1,51 22,22 100,00Papua Barat 44,52 0,35 2,70 0,00 0,66 28,84 0,37 1,13 21,43 100,00Papua 81,24 0,10 0,87 0,10 0,31 8,85 0,30 0,62 7,60 100,00

Indonesia 31,71 0,31 14,38 0,06 0,46 30,56 0,78 2,23 19,51 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas, dan Air 5 = Bangunan/Konstruksi 6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 7 = Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 8 = Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan

Tabel 6.6.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2015

Perempuan

Provinsi Lapangan Pekerjaan Utama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 45,50 1,09 4,12 0,39 10,73 15,10 5,80 1,28 16,00 100,00Sumatera Utara 41,64 0,68 8,11 0,25 9,79 16,76 8,37 2,73 11,67 100,00Sumatera Barat 41,49 2,22 5,69 0,46 8,43 18,86 6,69 2,21 13,95 100,00Riau 46,97 2,11 6,62 0,27 7,99 15,65 5,26 2,69 12,43 100,00Jambi 55,47 2,29 4,44 0,15 6,28 12,00 5,18 1,59 12,61 100,00Sumatera Selatan 56,24 2,43 4,92 0,23 7,10 11,96 5,65 1,72 9,76 100,00Bengkulu 55,49 1,71 4,36 0,23 7,54 11,17 3,80 2,31 13,40 100,00Lampung 51,97 1,09 9,65 0,24 9,07 12,47 4,75 1,53 9,23 100,00Kepulauan Bangka Belitung 38,63 16,88 4,78 0,68 6,75 14,61 3,88 1,71 12,07 100,00Kepulauan Riau 13,93 2,41 27,29 0,43 11,55 17,98 8,29 4,08 14,04 100,00DKI Jakarta 0,53 0,81 15,09 0,63 7,24 31,93 11,81 11,27 20,69 100,00Jawa Barat 17,01 1,01 19,91 0,51 12,95 22,85 7,67 3,88 14,21 100,00Jawa Tengah 29,88 1,02 16,92 0,32 15,49 17,49 5,36 2,50 11,02 100,00DI Yogyakarta 21,70 1,28 13,60 0,23 13,72 21,18 4,62 4,03 19,63 100,00Jawa Timur 36,76 0,94 13,60 0,23 12,62 15,75 5,20 2,53 12,37 100,00Banten 13,44 0,85 24,28 0,69 8,47 20,62 10,31 6,93 14,40 100,00Bali 21,50 0,45 9,88 0,46 13,52 29,08 5,15 4,35 15,60 100,00Nusa Tenggara Barat 40,79 2,16 7,76 0,19 12,53 13,03 5,60 1,43 16,52 100,00Nusa Tenggara Timur 61,56 1,01 2,96 0,25 5,81 6,51 8,08 1,68 12,16 100,00Kalimantan Barat 55,94 2,69 4,27 0,25 7,53 12,84 3,80 1,62 11,07 100,00Kalimantan Tengah 47,24 7,97 3,34 0,33 8,77 11,52 4,77 1,92 14,15 100,00Kalimantan Selatan 36,03 5,88 6,32 0,48 8,64 18,79 5,61 2,76 15,49 100,00Kalimantan Timur 25,59 12,59 5,59 0,89 9,74 18,24 7,50 4,05 15,80 100,00Kalimantan Utara 38,53 4,93 4,27 0,86 8,30 14,00 6,76 1,77 20,57 100,00Sulawesi Utara 38,11 2,50 7,04 0,45 12,04 12,70 11,51 2,50 13,15 100,00Sulawesi Tengah 56,16 2,49 3,45 0,19 8,25 9,51 4,69 1,35 13,90 100,00Sulawesi Selatan 45,37 1,00 6,55 0,29 9,62 13,94 6,64 2,74 13,84 100,00Sulawesi Tenggara 47,56 2,71 4,11 0,37 10,82 11,38 6,17 2,00 14,88 100,00Gorontalo 41,57 4,27 6,67 0,30 9,07 13,44 10,42 1,67 12,58 100,00Sulawesi Barat 63,71 0,84 4,78 0,22 7,77 5,02 5,13 1,47 11,05 100,00Maluku 49,08 1,11 3,93 0,22 7,89 8,90 11,95 1,45 15,46 100,00Maluku Utara 52,20 3,06 2,59 0,33 7,36 8,56 9,71 1,13 15,05 100,00Papua Barat 40,76 2,66 2,74 0,29 8,73 11,29 9,58 2,34 21,61 100,00Papua 68,77 1,42 1,04 0,23 4,18 6,56 4,40 1,38 12,03 100,00

Indonesia 33,57 1,65 12,64 0,37 11,10 17,53 6,61 3,21 13,33 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas, dan Air 5 = Bangunan/Konstruksi 6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 7 = Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 8 = Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan

Tabel 6.6.

Laki-laki

Provinsi Lapangan Pekerjaan Utama

menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 20152. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015318

1 2 3 4 5 6 7 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 16,24 10,05 2,41 33,55 4,08 1,99 31,68 100,00Sumatera Utara 18,90 10,91 1,81 30,93 2,24 3,13 32,08 100,00Sumatera Barat 18,98 12,63 1,94 32,11 5,06 3,31 25,96 100,00Riau 18,18 6,02 2,82 45,10 4,29 1,26 22,33 100,00Jambi 18,16 6,96 1,54 34,59 4,09 1,66 32,99 100,00Sumatera Selatan 15,10 7,47 1,70 30,94 2,62 1,24 40,95 100,00Bengkulu 12,69 9,91 1,66 27,71 3,33 1,57 43,13 100,00Lampung 16,76 11,15 1,46 23,89 3,37 2,83 40,54 100,00Kepulauan Bangka Belitung 17,23 6,61 1,11 38,61 3,61 1,27 31,57 100,00Kepulauan Riau 19,45 3,58 2,80 63,77 0,25 0,70 9,45 100,00DKI Jakarta 14,40 4,30 2,29 67,57 0,00 2,04 9,39 100,00Jawa Barat 17,92 8,31 2,04 45,25 4,77 3,62 18,09 100,00Jawa Tengah 18,89 12,22 2,16 34,57 4,68 2,71 24,76 100,00DI Yogyakarta 18,48 11,63 2,64 40,37 1,92 2,46 22,50 100,00Jawa Timur 17,02 13,17 1,95 29,97 5,63 2,35 29,89 100,00Banten 15,61 5,99 1,25 56,73 2,94 3,05 14,42 100,00Bali 16,25 13,00 2,43 36,86 3,10 3,81 24,55 100,00Nusa Tenggara Barat 22,37 13,06 1,30 20,20 12,09 4,78 26,20 100,00Nusa Tenggara Timur 14,65 15,17 0,45 17,14 1,25 0,51 50,83 100,00Kalimantan Barat 16,89 8,23 1,42 25,02 1,60 1,09 45,74 100,00Kalimantan Tengah 19,29 9,19 1,69 34,73 1,05 1,06 33,00 100,00Kalimantan Selatan 20,93 9,75 1,81 31,69 2,23 2,29 31,30 100,00Kalimantan Timur 18,42 6,79 2,67 51,31 1,07 2,59 17,15 100,00Kalimantan Utara 16,83 4,92 2,55 51,11 2,44 0,26 21,90 100,00Sulawesi Utara 22,78 6,68 1,90 43,93 3,77 2,33 18,60 100,00Sulawesi Tengah 16,46 12,77 2,12 29,45 3,03 1,44 34,73 100,00Sulawesi Selatan 15,57 11,96 1,32 34,30 3,32 0,77 32,76 100,00Sulawesi Tenggara 16,80 12,62 1,32 25,13 1,21 1,00 41,93 100,00Gorontalo 21,76 8,37 1,37 40,04 4,72 2,61 21,14 100,00Sulawesi Barat 18,86 13,26 1,30 22,56 1,93 0,93 41,16 100,00Maluku 20,78 9,45 0,66 28,14 0,19 0,49 40,29 100,00Maluku Utara 14,75 13,87 1,09 26,52 1,02 1,02 41,72 100,00Papua Barat 16,52 11,35 1,77 27,73 0,47 0,89 41,26 100,00Papua 10,27 9,41 0,47 10,13 0,47 0,27 68,97 100,00

Indonesia 17,44 10,48 1,88 35,90 3,88 2,45 27,96 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Berusaha sendiri 4 = Buruh/Karyawan/Pegawai 7 = Pekerja keluarga 2 = Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 5 = Pekerja bebas di pertanian 3 = Berusaha dibantu buruh tetap 6 = Pekerja bebas di non pertanian

Status Pekerjaan UtamaProvinsi

Perempuan

Tabel 6.7.menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2015

1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu

1 2 3 4 5 6 7 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 20,66 19,03 5,59 35,87 5,39 6,06 7,39 100,00Sumatera Utara 18,49 18,86 3,85 40,59 3,86 6,61 7,74 100,00Sumatera Barat 22,74 20,65 4,79 31,78 6,17 8,03 5,84 100,00Riau 18,93 12,00 6,09 46,83 7,79 3,95 4,42 100,00Jambi 22,37 18,35 5,20 38,87 5,50 4,30 5,40 100,00Sumatera Selatan 16,83 25,96 4,24 38,14 2,90 3,49 8,45 100,00Bengkulu 20,04 29,22 4,04 28,28 4,99 6,28 7,15 100,00Lampung 16,63 25,73 4,85 26,17 7,25 10,05 9,33 100,00Kepulauan Bangka Belitung 22,19 15,83 5,83 43,08 3,77 4,88 4,43 100,00Kepulauan Riau 15,70 4,75 3,71 70,70 1,06 2,47 1,61 100,00DKI Jakarta 15,76 4,48 6,35 68,53 0,04 2,98 1,87 100,00Jawa Barat 18,26 11,49 3,98 46,70 5,59 11,92 2,05 100,00Jawa Tengah 14,53 21,74 4,52 34,83 4,94 13,97 5,48 100,00DI Yogyakarta 13,36 15,82 4,10 48,97 2,38 11,29 4,07 100,00Jawa Timur 13,51 22,62 5,13 34,88 6,71 10,78 6,37 100,00Banten 14,85 8,71 3,67 59,48 3,73 7,41 2,15 100,00Bali 11,38 17,76 5,71 47,87 3,03 9,20 5,05 100,00Nusa Tenggara Barat 13,56 27,54 3,86 26,87 8,61 13,56 6,01 100,00Nusa Tenggara Timur 15,71 40,01 2,47 21,79 1,31 2,71 16,00 100,00Kalimantan Barat 18,48 27,23 4,29 35,27 2,41 4,87 7,45 100,00Kalimantan Tengah 17,15 19,09 4,19 46,40 1,79 4,52 6,85 100,00Kalimantan Selatan 19,42 19,65 4,40 42,02 2,81 6,21 5,49 100,00Kalimantan Timur 17,49 8,83 4,95 57,94 2,21 5,16 3,42 100,00Kalimantan Utara 21,92 13,15 5,76 52,37 1,14 1,47 4,18 100,00Sulawesi Utara 25,31 11,37 5,00 33,05 10,58 10,35 4,34 100,00Sulawesi Tengah 20,50 26,49 5,99 28,35 5,53 3,90 9,24 100,00Sulawesi Selatan 19,32 25,93 4,82 32,93 2,22 4,15 10,62 100,00Sulawesi Tenggara 18,72 26,87 4,35 28,70 2,48 5,58 13,32 100,00Gorontalo 27,14 17,57 5,28 29,48 7,60 7,13 5,80 100,00Sulawesi Barat 19,51 29,52 3,86 24,01 4,47 3,77 14,87 100,00Maluku 26,34 23,90 2,66 31,27 1,71 3,99 10,13 100,00Maluku Utara 22,89 23,84 4,61 28,83 3,96 4,53 11,34 100,00Papua Barat 20,15 22,97 2,96 42,07 1,01 3,57 7,28 100,00Papua 15,30 44,04 1,29 22,82 0,89 1,05 14,62 100,00

Indonesia 16,75 19,01 4,53 40,35 4,76 8,87 5,72 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Berusaha sendiri 4 = Buruh/Karyawan/Pegawai 7 = Pekerja keluarga 2 = Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 5 = Pekerja bebas di pertanian 3 = Berusaha dibantu buruh tetap 6 = Pekerja bebas di non pertanian

ProvinsiStatus Pekerjaan Utama

Tabel 6.7.menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2015

Laki-laki

2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 319

1 2 3 4 5 6 7 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 16,24 10,05 2,41 33,55 4,08 1,99 31,68 100,00Sumatera Utara 18,90 10,91 1,81 30,93 2,24 3,13 32,08 100,00Sumatera Barat 18,98 12,63 1,94 32,11 5,06 3,31 25,96 100,00Riau 18,18 6,02 2,82 45,10 4,29 1,26 22,33 100,00Jambi 18,16 6,96 1,54 34,59 4,09 1,66 32,99 100,00Sumatera Selatan 15,10 7,47 1,70 30,94 2,62 1,24 40,95 100,00Bengkulu 12,69 9,91 1,66 27,71 3,33 1,57 43,13 100,00Lampung 16,76 11,15 1,46 23,89 3,37 2,83 40,54 100,00Kepulauan Bangka Belitung 17,23 6,61 1,11 38,61 3,61 1,27 31,57 100,00Kepulauan Riau 19,45 3,58 2,80 63,77 0,25 0,70 9,45 100,00DKI Jakarta 14,40 4,30 2,29 67,57 0,00 2,04 9,39 100,00Jawa Barat 17,92 8,31 2,04 45,25 4,77 3,62 18,09 100,00Jawa Tengah 18,89 12,22 2,16 34,57 4,68 2,71 24,76 100,00DI Yogyakarta 18,48 11,63 2,64 40,37 1,92 2,46 22,50 100,00Jawa Timur 17,02 13,17 1,95 29,97 5,63 2,35 29,89 100,00Banten 15,61 5,99 1,25 56,73 2,94 3,05 14,42 100,00Bali 16,25 13,00 2,43 36,86 3,10 3,81 24,55 100,00Nusa Tenggara Barat 22,37 13,06 1,30 20,20 12,09 4,78 26,20 100,00Nusa Tenggara Timur 14,65 15,17 0,45 17,14 1,25 0,51 50,83 100,00Kalimantan Barat 16,89 8,23 1,42 25,02 1,60 1,09 45,74 100,00Kalimantan Tengah 19,29 9,19 1,69 34,73 1,05 1,06 33,00 100,00Kalimantan Selatan 20,93 9,75 1,81 31,69 2,23 2,29 31,30 100,00Kalimantan Timur 18,42 6,79 2,67 51,31 1,07 2,59 17,15 100,00Kalimantan Utara 16,83 4,92 2,55 51,11 2,44 0,26 21,90 100,00Sulawesi Utara 22,78 6,68 1,90 43,93 3,77 2,33 18,60 100,00Sulawesi Tengah 16,46 12,77 2,12 29,45 3,03 1,44 34,73 100,00Sulawesi Selatan 15,57 11,96 1,32 34,30 3,32 0,77 32,76 100,00Sulawesi Tenggara 16,80 12,62 1,32 25,13 1,21 1,00 41,93 100,00Gorontalo 21,76 8,37 1,37 40,04 4,72 2,61 21,14 100,00Sulawesi Barat 18,86 13,26 1,30 22,56 1,93 0,93 41,16 100,00Maluku 20,78 9,45 0,66 28,14 0,19 0,49 40,29 100,00Maluku Utara 14,75 13,87 1,09 26,52 1,02 1,02 41,72 100,00Papua Barat 16,52 11,35 1,77 27,73 0,47 0,89 41,26 100,00Papua 10,27 9,41 0,47 10,13 0,47 0,27 68,97 100,00

Indonesia 17,44 10,48 1,88 35,90 3,88 2,45 27,96 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Berusaha sendiri 4 = Buruh/Karyawan/Pegawai 7 = Pekerja keluarga 2 = Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 5 = Pekerja bebas di pertanian 3 = Berusaha dibantu buruh tetap 6 = Pekerja bebas di non pertanian

Status Pekerjaan UtamaProvinsi

Perempuan

Tabel 6.7.menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2015

1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu

1 2 3 4 5 6 7 Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 20,66 19,03 5,59 35,87 5,39 6,06 7,39 100,00Sumatera Utara 18,49 18,86 3,85 40,59 3,86 6,61 7,74 100,00Sumatera Barat 22,74 20,65 4,79 31,78 6,17 8,03 5,84 100,00Riau 18,93 12,00 6,09 46,83 7,79 3,95 4,42 100,00Jambi 22,37 18,35 5,20 38,87 5,50 4,30 5,40 100,00Sumatera Selatan 16,83 25,96 4,24 38,14 2,90 3,49 8,45 100,00Bengkulu 20,04 29,22 4,04 28,28 4,99 6,28 7,15 100,00Lampung 16,63 25,73 4,85 26,17 7,25 10,05 9,33 100,00Kepulauan Bangka Belitung 22,19 15,83 5,83 43,08 3,77 4,88 4,43 100,00Kepulauan Riau 15,70 4,75 3,71 70,70 1,06 2,47 1,61 100,00DKI Jakarta 15,76 4,48 6,35 68,53 0,04 2,98 1,87 100,00Jawa Barat 18,26 11,49 3,98 46,70 5,59 11,92 2,05 100,00Jawa Tengah 14,53 21,74 4,52 34,83 4,94 13,97 5,48 100,00DI Yogyakarta 13,36 15,82 4,10 48,97 2,38 11,29 4,07 100,00Jawa Timur 13,51 22,62 5,13 34,88 6,71 10,78 6,37 100,00Banten 14,85 8,71 3,67 59,48 3,73 7,41 2,15 100,00Bali 11,38 17,76 5,71 47,87 3,03 9,20 5,05 100,00Nusa Tenggara Barat 13,56 27,54 3,86 26,87 8,61 13,56 6,01 100,00Nusa Tenggara Timur 15,71 40,01 2,47 21,79 1,31 2,71 16,00 100,00Kalimantan Barat 18,48 27,23 4,29 35,27 2,41 4,87 7,45 100,00Kalimantan Tengah 17,15 19,09 4,19 46,40 1,79 4,52 6,85 100,00Kalimantan Selatan 19,42 19,65 4,40 42,02 2,81 6,21 5,49 100,00Kalimantan Timur 17,49 8,83 4,95 57,94 2,21 5,16 3,42 100,00Kalimantan Utara 21,92 13,15 5,76 52,37 1,14 1,47 4,18 100,00Sulawesi Utara 25,31 11,37 5,00 33,05 10,58 10,35 4,34 100,00Sulawesi Tengah 20,50 26,49 5,99 28,35 5,53 3,90 9,24 100,00Sulawesi Selatan 19,32 25,93 4,82 32,93 2,22 4,15 10,62 100,00Sulawesi Tenggara 18,72 26,87 4,35 28,70 2,48 5,58 13,32 100,00Gorontalo 27,14 17,57 5,28 29,48 7,60 7,13 5,80 100,00Sulawesi Barat 19,51 29,52 3,86 24,01 4,47 3,77 14,87 100,00Maluku 26,34 23,90 2,66 31,27 1,71 3,99 10,13 100,00Maluku Utara 22,89 23,84 4,61 28,83 3,96 4,53 11,34 100,00Papua Barat 20,15 22,97 2,96 42,07 1,01 3,57 7,28 100,00Papua 15,30 44,04 1,29 22,82 0,89 1,05 14,62 100,00

Indonesia 16,75 19,01 4,53 40,35 4,76 8,87 5,72 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015Keterangan: 1 = Berusaha sendiri 4 = Buruh/Karyawan/Pegawai 7 = Pekerja keluarga 2 = Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 5 = Pekerja bebas di pertanian 3 = Berusaha dibantu buruh tetap 6 = Pekerja bebas di non pertanian

ProvinsiStatus Pekerjaan Utama

Tabel 6.7.menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2015

Laki-laki

2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015320

Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 58,49 41,51 100,00 27,15 72,85 100,00 35,96 64,04 100,00Sumatera Utara 50,30 49,70 100,00 17,96 82,04 100,00 32,74 67,26 100,00Sumatera Barat 51,04 48,96 100,00 21,41 78,59 100,00 34,06 65,94 100,00Riau 60,07 39,93 100,00 38,92 61,08 100,00 47,91 52,09 100,00Jambi 51,57 48,43 100,00 28,67 71,33 100,00 36,13 63,87 100,00Sumatera Selatan 55,83 44,17 100,00 20,37 79,63 100,00 32,64 67,36 100,00Bengkulu 52,71 47,29 100,00 18,91 81,09 100,00 29,37 70,63 100,00Lampung 47,63 52,37 100,00 16,75 83,25 100,00 25,35 74,65 100,00Kepulauan Bangka Belitung 55,77 44,23 100,00 22,78 77,22 100,00 39,72 60,28 100,00Kepulauan Riau 70,23 29,77 100,00 40,17 59,83 100,00 66,57 33,43 100,00DKI Jakarta 69,86 30,14 100,00 0,00 0,00 0,00 69,86 30,14 100,00Jawa Barat 55,19 44,81 100,00 24,27 75,73 100,00 47,29 52,71 100,00Jawa Tengah 50,63 49,37 100,00 23,62 76,38 100,00 36,73 63,27 100,00DI Yogyakarta 53,71 46,29 100,00 21,11 78,89 100,00 43,01 56,99 100,00Jawa Timur 46,99 53,01 100,00 17,52 82,48 100,00 31,93 68,07 100,00Banten 69,50 30,50 100,00 28,66 71,34 100,00 57,98 42,02 100,00Bali 50,09 49,91 100,00 22,55 77,45 100,00 39,29 60,71 100,00Nusa Tenggara Barat 30,13 69,87 100,00 13,89 86,11 100,00 21,49 78,51 100,00Nusa Tenggara Timur 55,46 44,54 100,00 10,00 90,00 100,00 17,58 82,42 100,00Kalimantan Barat 54,66 45,34 100,00 15,91 84,09 100,00 26,44 73,56 100,00Kalimantan Tengah 50,04 49,96 100,00 28,63 71,37 100,00 36,42 63,58 100,00Kalimantan Selatan 50,79 49,21 100,00 21,04 78,96 100,00 33,50 66,50 100,00Kalimantan Timur 59,43 40,57 100,00 39,40 60,60 100,00 53,98 46,02 100,00Kalimantan Utara 64,78 35,22 100,00 39,54 60,46 100,00 53,66 46,34 100,00Sulawesi Utara 57,31 42,69 100,00 32,89 67,11 100,00 45,83 54,17 100,00Sulawesi Tengah 55,91 44,09 100,00 21,23 78,77 100,00 31,57 68,43 100,00Sulawesi Selatan 57,94 42,06 100,00 21,63 78,37 100,00 35,62 64,38 100,00Sulawesi Tenggara 50,68 49,32 100,00 16,09 83,91 100,00 26,45 73,55 100,00Gorontalo 51,16 48,84 100,00 33,72 66,28 100,00 41,41 58,59 100,00Sulawesi Barat 47,52 52,48 100,00 18,01 81,99 100,00 23,86 76,14 100,00Maluku 46,16 53,84 100,00 18,33 81,67 100,00 28,80 71,20 100,00Maluku Utara 50,65 49,35 100,00 18,88 81,12 100,00 27,62 72,38 100,00Papua Barat 52,51 47,49 100,00 18,57 81,43 100,00 29,50 70,50 100,00Papua 48,26 51,74 100,00 3,54 96,46 100,00 10,60 89,40 100,00

Indonesia 54,12 45,88 100,00 20,56 79,44 100,00 37,78 62,22 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Tabel 6.8.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalumenurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal, dan Sektor Pekerjaan, 2015

Perempuan

ProvinsiPerkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 58,07 41,93 100,00 34,46 65,54 100,00 41,46 58,54 100,00Sumatera Utara 58,96 41,04 100,00 29,48 70,52 100,00 44,45 55,55 100,00Sumatera Barat 51,22 48,78 100,00 25,86 74,14 100,00 36,57 63,43 100,00Riau 67,30 32,70 100,00 44,22 55,78 100,00 52,92 47,08 100,00Jambi 57,32 42,68 100,00 38,47 61,53 100,00 44,08 55,92 100,00Sumatera Selatan 63,12 36,88 100,00 31,95 68,05 100,00 42,37 57,63 100,00Bengkulu 53,66 46,34 100,00 23,25 76,75 100,00 32,32 67,68 100,00Lampung 51,43 48,57 100,00 23,85 76,15 100,00 31,02 68,98 100,00Kepulauan Bangka Belitung 61,22 38,78 100,00 37,04 62,96 100,00 48,91 51,09 100,00Kepulauan Riau 80,98 19,02 100,00 40,62 59,38 100,00 74,41 25,59 100,00DKI Jakarta 74,87 25,13 100,00 0,00 0,00 0,00 74,87 25,13 100,00Jawa Barat 58,15 41,85 100,00 31,45 68,55 100,00 50,68 49,32 100,00Jawa Tengah 52,43 47,57 100,00 27,73 72,27 100,00 39,35 60,65 100,00DI Yogyakarta 62,07 37,93 100,00 32,70 67,30 100,00 53,08 46,92 100,00Jawa Timur 54,34 45,66 100,00 25,96 74,04 100,00 40,01 59,99 100,00Banten 76,17 23,83 100,00 32,45 67,55 100,00 63,15 36,85 100,00Bali 63,41 36,59 100,00 35,11 64,89 100,00 53,58 46,42 100,00Nusa Tenggara Barat 42,12 57,88 100,00 21,82 78,18 100,00 30,72 69,28 100,00Nusa Tenggara Timur 60,04 39,96 100,00 15,80 84,20 100,00 24,26 75,74 100,00Kalimantan Barat 64,64 35,36 100,00 29,13 70,87 100,00 39,56 60,44 100,00Kalimantan Tengah 61,65 38,35 100,00 44,73 55,27 100,00 50,59 49,41 100,00Kalimantan Selatan 61,96 38,04 100,00 34,70 65,30 100,00 46,42 53,58 100,00Kalimantan Timur 71,46 28,54 100,00 47,14 52,86 100,00 62,89 37,11 100,00Kalimantan Utara 68,14 31,86 100,00 44,73 55,27 100,00 58,13 41,87 100,00Sulawesi Utara 52,04 47,96 100,00 26,21 73,79 100,00 38,05 61,95 100,00Sulawesi Tengah 63,44 36,56 100,00 24,86 75,14 100,00 34,34 65,66 100,00Sulawesi Selatan 59,57 40,43 100,00 24,76 75,24 100,00 37,76 62,24 100,00Sulawesi Tenggara 55,91 44,09 100,00 23,63 76,37 100,00 33,05 66,95 100,00Gorontalo 51,24 48,76 100,00 25,58 74,42 100,00 34,75 65,25 100,00Sulawesi Barat 48,78 51,22 100,00 23,24 76,76 100,00 27,87 72,13 100,00Maluku 50,93 49,07 100,00 23,74 76,26 100,00 33,94 66,06 100,00Maluku Utara 52,57 47,43 100,00 26,80 73,20 100,00 33,44 66,56 100,00Papua Barat 63,44 36,56 100,00 34,90 65,10 100,00 45,03 54,97 100,00Papua 60,72 39,28 100,00 12,35 87,65 100,00 24,11 75,89 100,00

Indonesia 59,97 40,03 100,00 28,64 71,36 100,00 44,89 55,11 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

ProvinsiPerkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki

Tabel 6.8.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalumenurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal, dan Sektor Pekerjaan, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 321

Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 58,49 41,51 100,00 27,15 72,85 100,00 35,96 64,04 100,00Sumatera Utara 50,30 49,70 100,00 17,96 82,04 100,00 32,74 67,26 100,00Sumatera Barat 51,04 48,96 100,00 21,41 78,59 100,00 34,06 65,94 100,00Riau 60,07 39,93 100,00 38,92 61,08 100,00 47,91 52,09 100,00Jambi 51,57 48,43 100,00 28,67 71,33 100,00 36,13 63,87 100,00Sumatera Selatan 55,83 44,17 100,00 20,37 79,63 100,00 32,64 67,36 100,00Bengkulu 52,71 47,29 100,00 18,91 81,09 100,00 29,37 70,63 100,00Lampung 47,63 52,37 100,00 16,75 83,25 100,00 25,35 74,65 100,00Kepulauan Bangka Belitung 55,77 44,23 100,00 22,78 77,22 100,00 39,72 60,28 100,00Kepulauan Riau 70,23 29,77 100,00 40,17 59,83 100,00 66,57 33,43 100,00DKI Jakarta 69,86 30,14 100,00 0,00 0,00 0,00 69,86 30,14 100,00Jawa Barat 55,19 44,81 100,00 24,27 75,73 100,00 47,29 52,71 100,00Jawa Tengah 50,63 49,37 100,00 23,62 76,38 100,00 36,73 63,27 100,00DI Yogyakarta 53,71 46,29 100,00 21,11 78,89 100,00 43,01 56,99 100,00Jawa Timur 46,99 53,01 100,00 17,52 82,48 100,00 31,93 68,07 100,00Banten 69,50 30,50 100,00 28,66 71,34 100,00 57,98 42,02 100,00Bali 50,09 49,91 100,00 22,55 77,45 100,00 39,29 60,71 100,00Nusa Tenggara Barat 30,13 69,87 100,00 13,89 86,11 100,00 21,49 78,51 100,00Nusa Tenggara Timur 55,46 44,54 100,00 10,00 90,00 100,00 17,58 82,42 100,00Kalimantan Barat 54,66 45,34 100,00 15,91 84,09 100,00 26,44 73,56 100,00Kalimantan Tengah 50,04 49,96 100,00 28,63 71,37 100,00 36,42 63,58 100,00Kalimantan Selatan 50,79 49,21 100,00 21,04 78,96 100,00 33,50 66,50 100,00Kalimantan Timur 59,43 40,57 100,00 39,40 60,60 100,00 53,98 46,02 100,00Kalimantan Utara 64,78 35,22 100,00 39,54 60,46 100,00 53,66 46,34 100,00Sulawesi Utara 57,31 42,69 100,00 32,89 67,11 100,00 45,83 54,17 100,00Sulawesi Tengah 55,91 44,09 100,00 21,23 78,77 100,00 31,57 68,43 100,00Sulawesi Selatan 57,94 42,06 100,00 21,63 78,37 100,00 35,62 64,38 100,00Sulawesi Tenggara 50,68 49,32 100,00 16,09 83,91 100,00 26,45 73,55 100,00Gorontalo 51,16 48,84 100,00 33,72 66,28 100,00 41,41 58,59 100,00Sulawesi Barat 47,52 52,48 100,00 18,01 81,99 100,00 23,86 76,14 100,00Maluku 46,16 53,84 100,00 18,33 81,67 100,00 28,80 71,20 100,00Maluku Utara 50,65 49,35 100,00 18,88 81,12 100,00 27,62 72,38 100,00Papua Barat 52,51 47,49 100,00 18,57 81,43 100,00 29,50 70,50 100,00Papua 48,26 51,74 100,00 3,54 96,46 100,00 10,60 89,40 100,00

Indonesia 54,12 45,88 100,00 20,56 79,44 100,00 37,78 62,22 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Tabel 6.8.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalumenurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal, dan Sektor Pekerjaan, 2015

Perempuan

ProvinsiPerkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 58,07 41,93 100,00 34,46 65,54 100,00 41,46 58,54 100,00Sumatera Utara 58,96 41,04 100,00 29,48 70,52 100,00 44,45 55,55 100,00Sumatera Barat 51,22 48,78 100,00 25,86 74,14 100,00 36,57 63,43 100,00Riau 67,30 32,70 100,00 44,22 55,78 100,00 52,92 47,08 100,00Jambi 57,32 42,68 100,00 38,47 61,53 100,00 44,08 55,92 100,00Sumatera Selatan 63,12 36,88 100,00 31,95 68,05 100,00 42,37 57,63 100,00Bengkulu 53,66 46,34 100,00 23,25 76,75 100,00 32,32 67,68 100,00Lampung 51,43 48,57 100,00 23,85 76,15 100,00 31,02 68,98 100,00Kepulauan Bangka Belitung 61,22 38,78 100,00 37,04 62,96 100,00 48,91 51,09 100,00Kepulauan Riau 80,98 19,02 100,00 40,62 59,38 100,00 74,41 25,59 100,00DKI Jakarta 74,87 25,13 100,00 0,00 0,00 0,00 74,87 25,13 100,00Jawa Barat 58,15 41,85 100,00 31,45 68,55 100,00 50,68 49,32 100,00Jawa Tengah 52,43 47,57 100,00 27,73 72,27 100,00 39,35 60,65 100,00DI Yogyakarta 62,07 37,93 100,00 32,70 67,30 100,00 53,08 46,92 100,00Jawa Timur 54,34 45,66 100,00 25,96 74,04 100,00 40,01 59,99 100,00Banten 76,17 23,83 100,00 32,45 67,55 100,00 63,15 36,85 100,00Bali 63,41 36,59 100,00 35,11 64,89 100,00 53,58 46,42 100,00Nusa Tenggara Barat 42,12 57,88 100,00 21,82 78,18 100,00 30,72 69,28 100,00Nusa Tenggara Timur 60,04 39,96 100,00 15,80 84,20 100,00 24,26 75,74 100,00Kalimantan Barat 64,64 35,36 100,00 29,13 70,87 100,00 39,56 60,44 100,00Kalimantan Tengah 61,65 38,35 100,00 44,73 55,27 100,00 50,59 49,41 100,00Kalimantan Selatan 61,96 38,04 100,00 34,70 65,30 100,00 46,42 53,58 100,00Kalimantan Timur 71,46 28,54 100,00 47,14 52,86 100,00 62,89 37,11 100,00Kalimantan Utara 68,14 31,86 100,00 44,73 55,27 100,00 58,13 41,87 100,00Sulawesi Utara 52,04 47,96 100,00 26,21 73,79 100,00 38,05 61,95 100,00Sulawesi Tengah 63,44 36,56 100,00 24,86 75,14 100,00 34,34 65,66 100,00Sulawesi Selatan 59,57 40,43 100,00 24,76 75,24 100,00 37,76 62,24 100,00Sulawesi Tenggara 55,91 44,09 100,00 23,63 76,37 100,00 33,05 66,95 100,00Gorontalo 51,24 48,76 100,00 25,58 74,42 100,00 34,75 65,25 100,00Sulawesi Barat 48,78 51,22 100,00 23,24 76,76 100,00 27,87 72,13 100,00Maluku 50,93 49,07 100,00 23,74 76,26 100,00 33,94 66,06 100,00Maluku Utara 52,57 47,43 100,00 26,80 73,20 100,00 33,44 66,56 100,00Papua Barat 63,44 36,56 100,00 34,90 65,10 100,00 45,03 54,97 100,00Papua 60,72 39,28 100,00 12,35 87,65 100,00 24,11 75,89 100,00

Indonesia 59,97 40,03 100,00 28,64 71,36 100,00 44,89 55,11 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

ProvinsiPerkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki

Tabel 6.8.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalumenurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal, dan Sektor Pekerjaan, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015322

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 2.141.828 1.464.219 1.787.016 2.229.834 1.433.542 1.773.896Sumatera Utara 1.713.558 1.395.599 1.622.687 2.058.168 1.630.671 1.921.490Sumatera Barat 1.974.943 1.614.463 1.847.869 2.163.241 1.810.610 2.027.064Riau 2.126.885 1.337.829 1.757.006 2.858.952 1.889.905 2.358.134Jambi 2.063.208 1.326.755 1.665.541 2.657.826 1.681.824 2.064.673Sumatera Selatan 2.192.341 1.111.663 1.763.070 2.561.398 1.475.141 2.020.600Bengkulu 2.097.506 1.368.152 1.779.482 2.505.657 1.797.692 2.158.843Lampung 2.000.952 1.374.826 1.708.063 2.242.052 1.630.911 1.903.514Kepulauan Bangka Belitung 1.895.864 1.783.544 1.863.983 2.195.487 2.138.233 2.174.227Kepulauan Riau 3.034.368 1.757.587 2.939.167 3.745.449 2.923.262 3.672.507DKI Jakarta 2.615.452 - 2.615.452 3.310.971 - 3.310.971Jawa Barat 2.431.854 1.666.961 2.335.743 2.170.045 993.613 1.976.385Jawa Tengah 1.440.345 1.167.261 1.350.743 1.798.685 1.562.671 1.712.887DI Yogyakarta 1.644.610 1.472.794 1.616.417 2.100.129 1.287.463 1.948.779Jawa Timur 1.517.043 944.797 1.361.608 2.061.702 1.381.997 1.853.653Banten 2.410.202 1.333.703 2.264.734 2.897.222 1.394.647 2.675.104Bali 1.820.302 1.118.887 1.660.316 2.364.451 1.687.164 2.210.083Nusa Tenggara Barat 1.733.325 1.229.826 1.557.874 2.391.698 1.520.181 2.048.074Nusa Tenggara Timur 1.967.218 1.492.026 1.743.378 2.384.488 1.612.989 1.983.616Kalimantan Barat 2.034.671 1.575.021 1.829.452 2.357.381 2.024.267 2.179.926Kalimantan Tengah 2.240.992 1.480.451 1.853.790 2.674.362 2.140.978 2.365.116Kalimantan Selatan 2.188.675 1.695.878 2.007.191 2.566.354 2.046.196 2.346.102Kalimantan Timur 2.056.312 1.421.124 1.927.883 3.526.292 2.719.595 3.320.101Kalimantan Utara 2.607.431 2.160.507 2.462.232 2.780.064 2.848.919 2.802.757Sulawesi Utara 2.442.498 1.952.297 2.277.019 2.389.596 2.066.666 2.281.307Sulawesi Tengah 1.941.251 1.490.869 1.729.425 2.323.649 1.893.552 2.098.129Sulawesi Selatan 2.044.334 1.453.268 1.822.779 2.578.869 1.656.234 2.221.299Sulawesi Tenggara 2.341.312 1.623.402 2.037.046 2.576.295 2.035.022 2.306.027Gorontalo 2.205.806 1.380.777 1.827.964 2.107.758 1.562.245 1.850.558Sulawesi Barat 2.054.681 1.812.856 1.909.725 2.264.747 2.199.520 2.221.546Maluku 2.538.878 1.876.894 2.277.195 2.786.168 2.119.893 2.507.328Maluku Utara 2.485.601 1.819.996 2.164.012 2.296.253 2.257.744 2.274.432Papua Barat 2.553.400 2.696.125 2.613.781 2.869.485 2.817.076 2.842.773Papua 2.475.780 2.488.100 2.479.195 3.699.959 2.913.380 3.397.680

Indonesia 2.047.966 1.337.515 1.863.179 2.412.979 1.614.597 2.177.763

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Tabel 6.9. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan selama Sebulan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat

Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 323

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 2.141.828 1.464.219 1.787.016 2.229.834 1.433.542 1.773.896Sumatera Utara 1.713.558 1.395.599 1.622.687 2.058.168 1.630.671 1.921.490Sumatera Barat 1.974.943 1.614.463 1.847.869 2.163.241 1.810.610 2.027.064Riau 2.126.885 1.337.829 1.757.006 2.858.952 1.889.905 2.358.134Jambi 2.063.208 1.326.755 1.665.541 2.657.826 1.681.824 2.064.673Sumatera Selatan 2.192.341 1.111.663 1.763.070 2.561.398 1.475.141 2.020.600Bengkulu 2.097.506 1.368.152 1.779.482 2.505.657 1.797.692 2.158.843Lampung 2.000.952 1.374.826 1.708.063 2.242.052 1.630.911 1.903.514Kepulauan Bangka Belitung 1.895.864 1.783.544 1.863.983 2.195.487 2.138.233 2.174.227Kepulauan Riau 3.034.368 1.757.587 2.939.167 3.745.449 2.923.262 3.672.507DKI Jakarta 2.615.452 - 2.615.452 3.310.971 - 3.310.971Jawa Barat 2.431.854 1.666.961 2.335.743 2.170.045 993.613 1.976.385Jawa Tengah 1.440.345 1.167.261 1.350.743 1.798.685 1.562.671 1.712.887DI Yogyakarta 1.644.610 1.472.794 1.616.417 2.100.129 1.287.463 1.948.779Jawa Timur 1.517.043 944.797 1.361.608 2.061.702 1.381.997 1.853.653Banten 2.410.202 1.333.703 2.264.734 2.897.222 1.394.647 2.675.104Bali 1.820.302 1.118.887 1.660.316 2.364.451 1.687.164 2.210.083Nusa Tenggara Barat 1.733.325 1.229.826 1.557.874 2.391.698 1.520.181 2.048.074Nusa Tenggara Timur 1.967.218 1.492.026 1.743.378 2.384.488 1.612.989 1.983.616Kalimantan Barat 2.034.671 1.575.021 1.829.452 2.357.381 2.024.267 2.179.926Kalimantan Tengah 2.240.992 1.480.451 1.853.790 2.674.362 2.140.978 2.365.116Kalimantan Selatan 2.188.675 1.695.878 2.007.191 2.566.354 2.046.196 2.346.102Kalimantan Timur 2.056.312 1.421.124 1.927.883 3.526.292 2.719.595 3.320.101Kalimantan Utara 2.607.431 2.160.507 2.462.232 2.780.064 2.848.919 2.802.757Sulawesi Utara 2.442.498 1.952.297 2.277.019 2.389.596 2.066.666 2.281.307Sulawesi Tengah 1.941.251 1.490.869 1.729.425 2.323.649 1.893.552 2.098.129Sulawesi Selatan 2.044.334 1.453.268 1.822.779 2.578.869 1.656.234 2.221.299Sulawesi Tenggara 2.341.312 1.623.402 2.037.046 2.576.295 2.035.022 2.306.027Gorontalo 2.205.806 1.380.777 1.827.964 2.107.758 1.562.245 1.850.558Sulawesi Barat 2.054.681 1.812.856 1.909.725 2.264.747 2.199.520 2.221.546Maluku 2.538.878 1.876.894 2.277.195 2.786.168 2.119.893 2.507.328Maluku Utara 2.485.601 1.819.996 2.164.012 2.296.253 2.257.744 2.274.432Papua Barat 2.553.400 2.696.125 2.613.781 2.869.485 2.817.076 2.842.773Papua 2.475.780 2.488.100 2.479.195 3.699.959 2.913.380 3.397.680

Indonesia 2.047.966 1.337.515 1.863.179 2.412.979 1.614.597 2.177.763

Sumber: BPS RI, Sakernas Agustus 2015

Tabel 6.9. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/Karyawan selama Sebulan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat

Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015324

Pekerja Produksi

Pekerja Lainnya

Total Pekerja Produksi

Pekerja Lainnya

Total

(1) (2) (3) (4) (9) (10) (11)

Aceh 98,75 1,25 100,00 98,46 1,54 100,00Sumatera Utara 96,57 3,43 100,00 97,32 2,68 100,00Sumatera Barat 94,48 5,52 100,00 96,99 3,01 100,00Riau 92,84 7,16 100,00 97,48 2,52 100,00Jambi 96,65 3,35 100,00 97,82 2,18 100,00Sumatera Selatan 98,53 1,47 100,00 97,84 2,16 100,00Bengkulu 98,46 1,54 100,00 98,21 1,79 100,00Lampung 96,67 3,33 100,00 95,21 4,79 100,00Kepulauan Bangka Belitung 95,09 4,91 100,00 95,80 4,20 100,00Kepulauan Riau 97,54 2,46 100,00 97,89 2,11 100,00DKI Jakarta 93,84 6,16 100,00 94,16 5,84 100,00Jawa Barat 93,46 6,54 100,00 93,58 6,42 100,00Jawa Tengah 96,43 3,57 100,00 95,70 4,30 100,00D.I. Yogyakarta 97,16 2,84 100,00 96,47 3,53 100,00Jawa Timur 97,52 2,48 100,00 95,15 4,85 100,00Banten 92,53 7,47 100,00 92,78 7,22 100,00Bali 98,47 1,53 100,00 97,04 2,96 100,00Nusa Tenggara Barat 97,88 2,12 100,00 96,26 3,74 100,00Nusa Tenggara Timur 94,00 6,00 100,00 95,85 4,15 100,00Kalimantan Barat 96,50 3,50 100,00 96,45 3,55 100,00Kalimantan Tengah 97,09 2,91 100,00 95,67 4,33 100,00Kalimantan Selatan 97,76 2,24 100,00 95,57 4,43 100,00Kalimantan Timur 95,76 4,24 100,00 97,43 2,57 100,00Kalimantan Utara 90,98 9,02 100,00 92,72 7,28 100,00Sulawesi Utara 93,82 6,18 100,00 96,64 3,36 100,00Sulawesi Tengah 94,41 5,59 100,00 89,62 10,38 100,00Sulawesi Selatan 95,97 4,03 100,00 97,37 2,63 100,00Sulawesi Tenggara 98,25 1,75 100,00 98,21 1,79 100,00Gorontalo 97,35 2,65 100,00 96,95 3,05 100,00Sulawesi Barat 98,19 1,81 100,00 95,87 4,13 100,00Maluku 99,30 0,70 100,00 98,58 1,42 100,00Maluku Utara 99,21 0,79 100,00 100,00 0,00 100,00Papua Barat 99,64 0,36 100,00 98,67 1,33 100,00Papua 98,90 1,10 100,00 96,21 3,79 100,00

Indonesia 96,37 3,63 100,00 95,33 4,67 100,00

Sumber: BPS RI, Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan 2015

Tabel 6.12. Persentase Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenis Pekerja, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 325

Pekerja Produksi

Pekerja Lainnya

Total Pekerja Produksi

Pekerja Lainnya

Total

(1) (2) (3) (4) (9) (10) (11)

Aceh 98,75 1,25 100,00 98,46 1,54 100,00Sumatera Utara 96,57 3,43 100,00 97,32 2,68 100,00Sumatera Barat 94,48 5,52 100,00 96,99 3,01 100,00Riau 92,84 7,16 100,00 97,48 2,52 100,00Jambi 96,65 3,35 100,00 97,82 2,18 100,00Sumatera Selatan 98,53 1,47 100,00 97,84 2,16 100,00Bengkulu 98,46 1,54 100,00 98,21 1,79 100,00Lampung 96,67 3,33 100,00 95,21 4,79 100,00Kepulauan Bangka Belitung 95,09 4,91 100,00 95,80 4,20 100,00Kepulauan Riau 97,54 2,46 100,00 97,89 2,11 100,00DKI Jakarta 93,84 6,16 100,00 94,16 5,84 100,00Jawa Barat 93,46 6,54 100,00 93,58 6,42 100,00Jawa Tengah 96,43 3,57 100,00 95,70 4,30 100,00D.I. Yogyakarta 97,16 2,84 100,00 96,47 3,53 100,00Jawa Timur 97,52 2,48 100,00 95,15 4,85 100,00Banten 92,53 7,47 100,00 92,78 7,22 100,00Bali 98,47 1,53 100,00 97,04 2,96 100,00Nusa Tenggara Barat 97,88 2,12 100,00 96,26 3,74 100,00Nusa Tenggara Timur 94,00 6,00 100,00 95,85 4,15 100,00Kalimantan Barat 96,50 3,50 100,00 96,45 3,55 100,00Kalimantan Tengah 97,09 2,91 100,00 95,67 4,33 100,00Kalimantan Selatan 97,76 2,24 100,00 95,57 4,43 100,00Kalimantan Timur 95,76 4,24 100,00 97,43 2,57 100,00Kalimantan Utara 90,98 9,02 100,00 92,72 7,28 100,00Sulawesi Utara 93,82 6,18 100,00 96,64 3,36 100,00Sulawesi Tengah 94,41 5,59 100,00 89,62 10,38 100,00Sulawesi Selatan 95,97 4,03 100,00 97,37 2,63 100,00Sulawesi Tenggara 98,25 1,75 100,00 98,21 1,79 100,00Gorontalo 97,35 2,65 100,00 96,95 3,05 100,00Sulawesi Barat 98,19 1,81 100,00 95,87 4,13 100,00Maluku 99,30 0,70 100,00 98,58 1,42 100,00Maluku Utara 99,21 0,79 100,00 100,00 0,00 100,00Papua Barat 99,64 0,36 100,00 98,67 1,33 100,00Papua 98,90 1,10 100,00 96,21 3,79 100,00

Indonesia 96,37 3,63 100,00 95,33 4,67 100,00

Sumber: BPS RI, Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan 2015

Tabel 6.12. Persentase Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenis Pekerja, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015326

Pekerja Dibayar

Pekerja Tidak

DibayarTotal Pekerja

Dibayar

Pekerja Tidak

DibayarTotal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 20,65 79,35 100,00 41,12 58,88 100,00Sumatera Utara 20,78 79,22 100,00 33,71 66,29 100,00Sumatera Barat 24,22 75,78 100,00 40,55 59,45 100,00Riau 20,68 79,32 100,00 47,97 52,03 100,00Jambi 27,26 72,74 100,00 41,97 58,03 100,00Sumatera Selatan 18,33 81,67 100,00 38,84 61,16 100,00Bengkulu 29,70 70,30 100,00 38,03 61,97 100,00Lampung 25,08 74,92 100,00 42,24 57,76 100,00Kepulauan Bangka Belitung 24,54 75,46 100,00 42,25 57,75 100,00Kepulauan Riau 17,16 82,84 100,00 45,72 54,28 100,00DKI Jakarta 40,38 59,62 100,00 69,70 30,30 100,00Jawa Barat 30,73 69,27 100,00 53,16 46,84 100,00Jawa Tengah 27,92 72,08 100,00 42,85 57,15 100,00D.I. Yogyakarta 30,81 69,19 100,00 50,38 49,62 100,00Jawa Timur 24,25 75,75 100,00 40,49 59,51 100,00Banten 21,14 78,86 100,00 56,85 43,15 100,00Bali 28,36 71,64 100,00 50,47 49,53 100,00Nusa Tenggara Barat 57,42 42,58 100,00 56,68 43,32 100,00Nusa Tenggara Timur 6,91 93,09 100,00 24,51 75,49 100,00Kalimantan Barat 16,72 83,28 100,00 42,66 57,34 100,00Kalimantan Tengah 16,94 83,06 100,00 48,19 51,81 100,00Kalimantan Selatan 20,86 79,14 100,00 37,48 62,52 100,00Kalimantan Timur 25,66 74,34 100,00 52,95 47,05 100,00Kalimantan Utara 14,16 85,84 100,00 55,78 44,22 100,00Sulawesi Utara 17,47 82,53 100,00 42,31 57,69 100,00Sulawesi Tengah 23,06 76,94 100,00 50,89 49,11 100,00Sulawesi Selatan 21,29 78,71 100,00 42,33 57,67 100,00Sulawesi Tenggara 14,36 85,64 100,00 41,69 58,31 100,00Gorontalo 22,07 77,93 100,00 49,92 50,08 100,00Sulawesi Barat 14,30 85,70 100,00 33,63 66,37 100,00Maluku 4,18 95,82 100,00 19,33 80,67 100,00Maluku Utara 5,09 94,91 100,00 36,78 63,22 100,00Papua Barat 8,60 91,40 100,00 53,32 46,68 100,00Papua 10,06 89,94 100,00 45,02 54,98 100,00

Indonesia 26,60 73,40 100,00 45,33 54,67 100,00

Sumber: BPS RI, Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan 2015

Tabel 6.13. Persentase Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Pekerja Pekerja, 2015

Provinsi

Perempuan Laki-laki

Upah/Gaji Lainnya Total Upah/Gaji Lainnya Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 487.071 0 487.071 1.507.989 24.030 1.532.019Sumatera Utara 833.575 12.855 846.430 1.647.801 36.422 1.684.223Sumatera Barat 1.389.849 66.088 1.455.937 1.898.523 56.830 1.955.353Riau 908.859 153.528 1.062.388 2.090.620 42.492 2.133.112Jambi 866.704 18.455 885.158 1.693.415 32.294 1.725.709Sumatera Selatan 768.795 20.786 789.581 1.583.612 48.140 1.631.752Bengkulu 824.714 6.616 831.331 1.876.325 5.788 1.882.112Lampung 613.814 7.831 621.645 1.141.375 22.383 1.163.758Kepulauan Bangka Belitung 1.012.168 39.647 1.051.815 1.899.132 29.928 1.929.060Kepulauan Riau 873.353 97.843 971.196 1.765.171 81.930 1.847.101DKI Jakarta 1.578.355 88.172 1.666.528 2.155.206 56.857 2.212.064Jawa Barat 868.419 89.669 958.088 1.900.448 123.577 2.024.025Jawa Tengah 780.481 31.859 812.340 1.323.063 60.080 1.383.143D.I. Yogyakarta 819.441 40.588 860.030 1.151.842 71.521 1.223.363Jawa Timur 879.817 39.021 918.838 1.402.228 56.028 1.458.257Banten 1.041.556 45.789 1.087.345 1.690.349 125.210 1.815.559Bali 1.144.826 50.374 1.195.200 1.957.521 82.230 2.039.752Nusa Tenggara Barat 299.440 17.003 316.444 1.039.405 33.161 1.072.566Nusa Tenggara Timur 834.833 136.717 971.550 1.092.129 35.964 1.128.093Kalimantan Barat 738.169 11.129 749.298 1.138.691 28.396 1.167.087Kalimantan Tengah 1.041.041 29.059 1.070.100 2.357.100 46.904 2.404.004Kalimantan Selatan 1.035.518 50.115 1.085.632 1.602.444 45.980 1.648.423Kalimantan Timur 1.164.004 37.299 1.201.302 2.205.104 57.205 2.262.309Kalimantan Utara 882.467 56.980 939.447 2.661.675 69.108 2.730.783Sulawesi Utara 1.536.771 6.848 1.543.619 1.552.815 11.065 1.563.880Sulawesi Tengah 668.242 31.855 700.098 1.070.964 102.233 1.173.197Sulawesi Selatan 984.645 90.297 1.074.943 2.064.501 69.946 2.134.447Sulawesi Tenggara 643.678 9.685 653.363 1.655.495 52.374 1.707.870Gorontalo 697.975 31.041 729.016 880.812 9.921 890.733Sulawesi Barat 744.275 9.263 753.538 1.160.908 103.611 1.264.519Maluku 790.544 0 790.544 1.704.675 26.195 1.730.869Maluku Utara 856.467 0 856.467 1.376.856 34.395 1.411.251Papua Barat 1.099.066 0 1.099.066 2.608.137 47.378 2.655.515Papua 981.883 45.159 1.027.042 1.929.339 109.918 2.039.257

Indonesia 812.679 42.446 855.126 1.549.809 72.414 1.622.223

Sumber: BPS RI, Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan 2015

Tabel 6.14. Rata-rata Balas Jasa Pekerja Industri Mikro dan Kecil menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenis Balas Jasa Pekerja per Orang per Bulan (Rupiah), 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 327

Pekerja Dibayar

Pekerja Tidak

DibayarTotal Pekerja

Dibayar

Pekerja Tidak

DibayarTotal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 20,65 79,35 100,00 41,12 58,88 100,00Sumatera Utara 20,78 79,22 100,00 33,71 66,29 100,00Sumatera Barat 24,22 75,78 100,00 40,55 59,45 100,00Riau 20,68 79,32 100,00 47,97 52,03 100,00Jambi 27,26 72,74 100,00 41,97 58,03 100,00Sumatera Selatan 18,33 81,67 100,00 38,84 61,16 100,00Bengkulu 29,70 70,30 100,00 38,03 61,97 100,00Lampung 25,08 74,92 100,00 42,24 57,76 100,00Kepulauan Bangka Belitung 24,54 75,46 100,00 42,25 57,75 100,00Kepulauan Riau 17,16 82,84 100,00 45,72 54,28 100,00DKI Jakarta 40,38 59,62 100,00 69,70 30,30 100,00Jawa Barat 30,73 69,27 100,00 53,16 46,84 100,00Jawa Tengah 27,92 72,08 100,00 42,85 57,15 100,00D.I. Yogyakarta 30,81 69,19 100,00 50,38 49,62 100,00Jawa Timur 24,25 75,75 100,00 40,49 59,51 100,00Banten 21,14 78,86 100,00 56,85 43,15 100,00Bali 28,36 71,64 100,00 50,47 49,53 100,00Nusa Tenggara Barat 57,42 42,58 100,00 56,68 43,32 100,00Nusa Tenggara Timur 6,91 93,09 100,00 24,51 75,49 100,00Kalimantan Barat 16,72 83,28 100,00 42,66 57,34 100,00Kalimantan Tengah 16,94 83,06 100,00 48,19 51,81 100,00Kalimantan Selatan 20,86 79,14 100,00 37,48 62,52 100,00Kalimantan Timur 25,66 74,34 100,00 52,95 47,05 100,00Kalimantan Utara 14,16 85,84 100,00 55,78 44,22 100,00Sulawesi Utara 17,47 82,53 100,00 42,31 57,69 100,00Sulawesi Tengah 23,06 76,94 100,00 50,89 49,11 100,00Sulawesi Selatan 21,29 78,71 100,00 42,33 57,67 100,00Sulawesi Tenggara 14,36 85,64 100,00 41,69 58,31 100,00Gorontalo 22,07 77,93 100,00 49,92 50,08 100,00Sulawesi Barat 14,30 85,70 100,00 33,63 66,37 100,00Maluku 4,18 95,82 100,00 19,33 80,67 100,00Maluku Utara 5,09 94,91 100,00 36,78 63,22 100,00Papua Barat 8,60 91,40 100,00 53,32 46,68 100,00Papua 10,06 89,94 100,00 45,02 54,98 100,00

Indonesia 26,60 73,40 100,00 45,33 54,67 100,00

Sumber: BPS RI, Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan 2015

Tabel 6.13. Persentase Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Pekerja Pekerja, 2015

Provinsi

Perempuan Laki-laki

Upah/Gaji Lainnya Total Upah/Gaji Lainnya Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 487.071 0 487.071 1.507.989 24.030 1.532.019Sumatera Utara 833.575 12.855 846.430 1.647.801 36.422 1.684.223Sumatera Barat 1.389.849 66.088 1.455.937 1.898.523 56.830 1.955.353Riau 908.859 153.528 1.062.388 2.090.620 42.492 2.133.112Jambi 866.704 18.455 885.158 1.693.415 32.294 1.725.709Sumatera Selatan 768.795 20.786 789.581 1.583.612 48.140 1.631.752Bengkulu 824.714 6.616 831.331 1.876.325 5.788 1.882.112Lampung 613.814 7.831 621.645 1.141.375 22.383 1.163.758Kepulauan Bangka Belitung 1.012.168 39.647 1.051.815 1.899.132 29.928 1.929.060Kepulauan Riau 873.353 97.843 971.196 1.765.171 81.930 1.847.101DKI Jakarta 1.578.355 88.172 1.666.528 2.155.206 56.857 2.212.064Jawa Barat 868.419 89.669 958.088 1.900.448 123.577 2.024.025Jawa Tengah 780.481 31.859 812.340 1.323.063 60.080 1.383.143D.I. Yogyakarta 819.441 40.588 860.030 1.151.842 71.521 1.223.363Jawa Timur 879.817 39.021 918.838 1.402.228 56.028 1.458.257Banten 1.041.556 45.789 1.087.345 1.690.349 125.210 1.815.559Bali 1.144.826 50.374 1.195.200 1.957.521 82.230 2.039.752Nusa Tenggara Barat 299.440 17.003 316.444 1.039.405 33.161 1.072.566Nusa Tenggara Timur 834.833 136.717 971.550 1.092.129 35.964 1.128.093Kalimantan Barat 738.169 11.129 749.298 1.138.691 28.396 1.167.087Kalimantan Tengah 1.041.041 29.059 1.070.100 2.357.100 46.904 2.404.004Kalimantan Selatan 1.035.518 50.115 1.085.632 1.602.444 45.980 1.648.423Kalimantan Timur 1.164.004 37.299 1.201.302 2.205.104 57.205 2.262.309Kalimantan Utara 882.467 56.980 939.447 2.661.675 69.108 2.730.783Sulawesi Utara 1.536.771 6.848 1.543.619 1.552.815 11.065 1.563.880Sulawesi Tengah 668.242 31.855 700.098 1.070.964 102.233 1.173.197Sulawesi Selatan 984.645 90.297 1.074.943 2.064.501 69.946 2.134.447Sulawesi Tenggara 643.678 9.685 653.363 1.655.495 52.374 1.707.870Gorontalo 697.975 31.041 729.016 880.812 9.921 890.733Sulawesi Barat 744.275 9.263 753.538 1.160.908 103.611 1.264.519Maluku 790.544 0 790.544 1.704.675 26.195 1.730.869Maluku Utara 856.467 0 856.467 1.376.856 34.395 1.411.251Papua Barat 1.099.066 0 1.099.066 2.608.137 47.378 2.655.515Papua 981.883 45.159 1.027.042 1.929.339 109.918 2.039.257

Indonesia 812.679 42.446 855.126 1.549.809 72.414 1.622.223

Sumber: BPS RI, Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan 2015

Tabel 6.14. Rata-rata Balas Jasa Pekerja Industri Mikro dan Kecil menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenis Balas Jasa Pekerja per Orang per Bulan (Rupiah), 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015328

(1) (2) (3) (4)Aceh 14,30 16,02 9,33Sumatera Utara 16,69 18,62 18,18Sumatera Barat 22,78 22,99 23,44Riau 21,69 24,38 19,52Jambi 18,45 21,36 19,78Sumatera Selatan 16,50 18,89 18,32Bengkulu 19,67 20,17 21,06Lampung 12,69 13,45 14,30Kepulauan Bangka Belitung 19,99 20,41 20,02Kepulauan Riau 33,97 39,94 30,67DKI Jakarta 43,49 49,74 42,35Jawa Barat 22,48 26,35 25,16Jawa Tengah 18,19 22,12 28,40DI Yogyakarta 31,91 38,14 41,33Jawa Timur 18,52 22,68 28,41Banten 23,68 28,66 22,89Bali 25,00 32,54 33,26Nusa Tenggara Barat 12,26 15,66 12,45Nusa Tenggara Timur 9,07 10,98 5,68Kalimantan Barat 14,97 17,27 14,90Kalimantan Tengah 17,35 22,09 19,21Kalimantan Selatan 20,43 26,20 25,51Kalimantan Timur 29,04 33,81 28,31Kalimantan Utara 22,89 25,76 20,20Sulawesi Utara 23,97 23,12 20,95Sulawesi Tengah 15,89 15,71 14,02Sulawesi Selatan 20,41 22,39 21,06Sulawesi Tenggara 16,76 17,30 12,68Gorontalo 19,06 17,15 16,28Sulawesi Barat 11,82 12,60 9,57Maluku 16,65 16,63 12,68Maluku Utara 10,43 11,86 7,04Papua Barat 16,71 18,60 11,09Papua 7,87 9,97 5,52

Indonesia 20,25 23,69 22,95

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Total

Tabel 7.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis

Kelamin, 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4)Aceh 42,97 37,18 40,00Sumatera Utara 44,19 42,22 43,18Sumatera Barat 60,04 51,95 55,86Riau 51,77 53,76 52,78Jambi 48,11 50,44 49,33Sumatera Selatan 40,85 44,30 42,64Bengkulu 48,68 45,02 46,83Lampung 32,06 30,58 31,29Kepulauan Bangka Belitung 49,45 45,14 47,13Kepulauan Riau 67,13 70,34 68,73DKI Jakarta 78,33 80,02 79,17Jawa Barat 51,83 54,05 52,96Jawa Tengah 47,04 53,69 50,37DI Yogyakarta 81,34 83,83 82,59Jawa Timur 47,09 53,10 50,07Banten 47,26 54,21 50,83Bali 60,67 66,96 63,84Nusa Tenggara Barat 34,07 38,02 36,01Nusa Tenggara Timur 24,61 25,41 25,02Kalimantan Barat 36,19 36,83 36,51Kalimantan Tengah 41,10 44,68 43,00Kalimantan Selatan 47,54 58,40 53,26Kalimantan Timur 61,15 67,09 64,40Kalimantan Utara 54,38 54,72 54,57Sulawesi Utara 59,02 51,54 54,96Sulawesi Tengah 39,99 36,98 38,47Sulawesi Selatan 49,67 49,34 49,50Sulawesi Tenggara 48,48 40,42 44,50Gorontalo 46,57 43,29 44,97Sulawesi Barat 33,30 32,77 33,04Maluku 45,79 37,49 41,54Maluku Utara 31,65 28,24 29,87Papua Barat 40,37 37,82 39,00Papua 16,20 19,99 18,22

Indonesia 48,78 51,17 50,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 7.2. Persentase Penduduk Berumur 18 - 24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki Total

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 329

(1) (2) (3) (4)Aceh 14,30 16,02 9,33Sumatera Utara 16,69 18,62 18,18Sumatera Barat 22,78 22,99 23,44Riau 21,69 24,38 19,52Jambi 18,45 21,36 19,78Sumatera Selatan 16,50 18,89 18,32Bengkulu 19,67 20,17 21,06Lampung 12,69 13,45 14,30Kepulauan Bangka Belitung 19,99 20,41 20,02Kepulauan Riau 33,97 39,94 30,67DKI Jakarta 43,49 49,74 42,35Jawa Barat 22,48 26,35 25,16Jawa Tengah 18,19 22,12 28,40DI Yogyakarta 31,91 38,14 41,33Jawa Timur 18,52 22,68 28,41Banten 23,68 28,66 22,89Bali 25,00 32,54 33,26Nusa Tenggara Barat 12,26 15,66 12,45Nusa Tenggara Timur 9,07 10,98 5,68Kalimantan Barat 14,97 17,27 14,90Kalimantan Tengah 17,35 22,09 19,21Kalimantan Selatan 20,43 26,20 25,51Kalimantan Timur 29,04 33,81 28,31Kalimantan Utara 22,89 25,76 20,20Sulawesi Utara 23,97 23,12 20,95Sulawesi Tengah 15,89 15,71 14,02Sulawesi Selatan 20,41 22,39 21,06Sulawesi Tenggara 16,76 17,30 12,68Gorontalo 19,06 17,15 16,28Sulawesi Barat 11,82 12,60 9,57Maluku 16,65 16,63 12,68Maluku Utara 10,43 11,86 7,04Papua Barat 16,71 18,60 11,09Papua 7,87 9,97 5,52

Indonesia 20,25 23,69 22,95

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Total

Tabel 7.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis

Kelamin, 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki

(1) (2) (3) (4)Aceh 42,97 37,18 40,00Sumatera Utara 44,19 42,22 43,18Sumatera Barat 60,04 51,95 55,86Riau 51,77 53,76 52,78Jambi 48,11 50,44 49,33Sumatera Selatan 40,85 44,30 42,64Bengkulu 48,68 45,02 46,83Lampung 32,06 30,58 31,29Kepulauan Bangka Belitung 49,45 45,14 47,13Kepulauan Riau 67,13 70,34 68,73DKI Jakarta 78,33 80,02 79,17Jawa Barat 51,83 54,05 52,96Jawa Tengah 47,04 53,69 50,37DI Yogyakarta 81,34 83,83 82,59Jawa Timur 47,09 53,10 50,07Banten 47,26 54,21 50,83Bali 60,67 66,96 63,84Nusa Tenggara Barat 34,07 38,02 36,01Nusa Tenggara Timur 24,61 25,41 25,02Kalimantan Barat 36,19 36,83 36,51Kalimantan Tengah 41,10 44,68 43,00Kalimantan Selatan 47,54 58,40 53,26Kalimantan Timur 61,15 67,09 64,40Kalimantan Utara 54,38 54,72 54,57Sulawesi Utara 59,02 51,54 54,96Sulawesi Tengah 39,99 36,98 38,47Sulawesi Selatan 49,67 49,34 49,50Sulawesi Tenggara 48,48 40,42 44,50Gorontalo 46,57 43,29 44,97Sulawesi Barat 33,30 32,77 33,04Maluku 45,79 37,49 41,54Maluku Utara 31,65 28,24 29,87Papua Barat 40,37 37,82 39,00Papua 16,20 19,99 18,22

Indonesia 48,78 51,17 50,00

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Tabel 7.2. Persentase Penduduk Berumur 18 - 24 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki Total

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015330

(1) (2) (3) (4)Aceh 10,75 16,01 13,34Sumatera Utara 10,60 14,59 12,57Sumatera Barat 15,81 19,15 17,46Riau 15,89 21,65 18,86Jambi 12,07 18,01 15,10Sumatera Selatan 10,75 15,33 13,07Bengkulu 12,81 16,45 14,67Lampung 7,90 11,49 9,74Kepulauan Bangka Belitung 13,92 17,91 16,01Kepulauan Riau 29,17 40,48 34,95DKI Jakarta 37,90 48,12 43,04Jawa Barat 15,86 23,53 19,76Jawa Tengah 10,82 16,94 13,83DI Yogyakarta 23,22 32,25 27,65Jawa Timur 11,73 17,70 14,67Banten 18,97 27,49 23,32Bali 17,90 28,50 23,23Nusa Tenggara Barat 7,71 14,83 11,03Nusa Tenggara Timur 8,78 13,10 10,87Kalimantan Barat 11,15 15,57 13,41Kalimantan Tengah 12,08 19,61 16,06Kalimantan Selatan 13,30 21,57 17,46Kalimantan Timur 23,25 30,86 27,25Kalimantan Utara 19,43 24,81 22,30Sulawesi Utara 20,04 20,79 20,42Sulawesi Tengah 11,82 14,60 13,25Sulawesi Selatan 15,36 19,79 17,47Sulawesi Tenggara 12,14 17,25 14,69Gorontalo 13,39 13,85 13,62Sulawesi Barat 8,15 12,07 10,09Maluku 12,46 16,23 14,33Maluku Utara 8,49 12,45 10,50Papua Barat 14,17 19,37 16,95Papua 7,24 11,02 9,23

Indonesia 14,39 20,73 17,56

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki Total

Tabel 7.3.1. Persentase Penduduk Berumur 25 - 64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2015

(1) (2) (3) (4)Aceh 26,32 8,08 13,34Sumatera Utara 18,48 6,37 12,57Sumatera Barat 28,94 9,95 17,46Riau 32,52 10,17 18,86Jambi 29,10 8,80 15,10Sumatera Selatan 24,90 6,41 13,07Bengkulu 31,43 7,37 14,67Lampung 20,99 5,74 9,74Kepulauan Bangka Belitung 23,10 9,07 16,01Kepulauan Riau 39,71 9,84 34,95DKI Jakarta 43,04 - 43,04Jawa Barat 26,07 6,65 19,76Jawa Tengah 20,46 8,14 13,83DI Yogyakarta 35,52 12,46 27,65Jawa Timur 22,66 7,26 14,67Banten 31,07 5,59 23,32Bali 30,98 10,74 23,23Nusa Tenggara Barat 16,78 6,79 11,03Nusa Tenggara Timur 30,22 5,82 10,87Kalimantan Barat 30,57 5,83 13,41Kalimantan Tengah 29,12 9,27 16,06Kalimantan Selatan 28,53 9,23 17,46Kalimantan Timur 33,70 16,06 27,25Kalimantan Utara 28,91 14,06 22,30Sulawesi Utara 29,74 12,54 20,42Sulawesi Tengah 30,84 7,38 13,25Sulawesi Selatan 32,71 8,33 17,47Sulawesi Tenggara 30,11 8,53 14,69Gorontalo 25,98 6,96 13,62Sulawesi Barat 23,28 6,81 10,09Maluku 26,38 6,25 14,33Maluku Utara 24,15 5,15 10,50Papua Barat 27,58 10,39 16,95Papua 26,91 2,63 9,23

Indonesia 27,13 7,55 17,56

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perkotaan Perdesaan

Tabel 7.3.2. Persentase Penduduk Berumur 25 - 64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Klasifikasi Wilayah,

2015

Total

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 331

(1) (2) (3) (4)Aceh 10,75 16,01 13,34Sumatera Utara 10,60 14,59 12,57Sumatera Barat 15,81 19,15 17,46Riau 15,89 21,65 18,86Jambi 12,07 18,01 15,10Sumatera Selatan 10,75 15,33 13,07Bengkulu 12,81 16,45 14,67Lampung 7,90 11,49 9,74Kepulauan Bangka Belitung 13,92 17,91 16,01Kepulauan Riau 29,17 40,48 34,95DKI Jakarta 37,90 48,12 43,04Jawa Barat 15,86 23,53 19,76Jawa Tengah 10,82 16,94 13,83DI Yogyakarta 23,22 32,25 27,65Jawa Timur 11,73 17,70 14,67Banten 18,97 27,49 23,32Bali 17,90 28,50 23,23Nusa Tenggara Barat 7,71 14,83 11,03Nusa Tenggara Timur 8,78 13,10 10,87Kalimantan Barat 11,15 15,57 13,41Kalimantan Tengah 12,08 19,61 16,06Kalimantan Selatan 13,30 21,57 17,46Kalimantan Timur 23,25 30,86 27,25Kalimantan Utara 19,43 24,81 22,30Sulawesi Utara 20,04 20,79 20,42Sulawesi Tengah 11,82 14,60 13,25Sulawesi Selatan 15,36 19,79 17,47Sulawesi Tenggara 12,14 17,25 14,69Gorontalo 13,39 13,85 13,62Sulawesi Barat 8,15 12,07 10,09Maluku 12,46 16,23 14,33Maluku Utara 8,49 12,45 10,50Papua Barat 14,17 19,37 16,95Papua 7,24 11,02 9,23

Indonesia 14,39 20,73 17,56

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki Total

Tabel 7.3.1. Persentase Penduduk Berumur 25 - 64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2015

(1) (2) (3) (4)Aceh 26,32 8,08 13,34Sumatera Utara 18,48 6,37 12,57Sumatera Barat 28,94 9,95 17,46Riau 32,52 10,17 18,86Jambi 29,10 8,80 15,10Sumatera Selatan 24,90 6,41 13,07Bengkulu 31,43 7,37 14,67Lampung 20,99 5,74 9,74Kepulauan Bangka Belitung 23,10 9,07 16,01Kepulauan Riau 39,71 9,84 34,95DKI Jakarta 43,04 - 43,04Jawa Barat 26,07 6,65 19,76Jawa Tengah 20,46 8,14 13,83DI Yogyakarta 35,52 12,46 27,65Jawa Timur 22,66 7,26 14,67Banten 31,07 5,59 23,32Bali 30,98 10,74 23,23Nusa Tenggara Barat 16,78 6,79 11,03Nusa Tenggara Timur 30,22 5,82 10,87Kalimantan Barat 30,57 5,83 13,41Kalimantan Tengah 29,12 9,27 16,06Kalimantan Selatan 28,53 9,23 17,46Kalimantan Timur 33,70 16,06 27,25Kalimantan Utara 28,91 14,06 22,30Sulawesi Utara 29,74 12,54 20,42Sulawesi Tengah 30,84 7,38 13,25Sulawesi Selatan 32,71 8,33 17,47Sulawesi Tenggara 30,11 8,53 14,69Gorontalo 25,98 6,96 13,62Sulawesi Barat 23,28 6,81 10,09Maluku 26,38 6,25 14,33Maluku Utara 24,15 5,15 10,50Papua Barat 27,58 10,39 16,95Papua 26,91 2,63 9,23

Indonesia 27,13 7,55 17,56

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perkotaan Perdesaan

Tabel 7.3.2. Persentase Penduduk Berumur 25 - 64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Klasifikasi Wilayah,

2015

Total

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015332

(1) (2) (3) (4) (5) (6)Aceh 21,78 6,32 30,93 9,90 13,34Sumatera Utara 16,07 4,87 20,96 7,92 12,57Sumatera Barat 26,51 8,88 31,40 11,05 17,46Riau 28,60 7,69 36,27 12,48 18,86Jambi 24,59 6,33 33,55 11,15 15,10Sumatera Selatan 21,86 4,37 27,94 8,37 13,07Bengkulu 28,58 5,76 34,26 8,87 14,67Lampung 17,67 4,33 24,25 7,06 9,74Kepulauan Bangka Belitung 20,71 7,13 25,29 10,79 16,01Kepulauan Riau 33,30 6,81 45,89 12,63 34,95DKI Jakarta 37,90 - 48,12 - 43,04Jawa Barat 21,43 4,37 30,55 8,89 19,76Jawa Tengah 16,53 5,91 24,50 10,44 13,83DI Yogyakarta 30,53 9,65 40,56 15,54 27,65Jawa Timur 19,02 5,04 26,36 9,58 14,67Banten 25,66 3,59 36,27 7,51 23,32Bali 24,34 7,77 37,44 13,76 23,23Nusa Tenggara Barat 12,19 4,42 22,02 9,51 11,03Nusa Tenggara Timur 25,94 4,45 34,54 7,29 10,87Kalimantan Barat 26,68 4,14 34,42 7,42 13,41Kalimantan Tengah 23,93 5,81 33,84 12,32 16,06Kalimantan Selatan 22,85 6,24 34,12 12,20 17,46Kalimantan Timur 29,71 11,61 37,40 19,89 27,25Kalimantan Utara 25,65 11,04 31,96 16,51 22,30Sulawesi Utara 28,61 12,66 30,83 12,42 20,42Sulawesi Tengah 28,24 6,17 33,41 8,51 13,25Sulawesi Selatan 29,00 7,31 36,72 9,46 17,47Sulawesi Tenggara 26,35 6,40 33,97 10,67 14,69Gorontalo 24,74 7,04 27,27 6,88 13,62Sulawesi Barat 19,37 5,23 27,54 8,39 10,09Maluku 24,24 4,58 28,55 7,95 14,33Maluku Utara 20,28 3,91 27,88 6,35 10,50Papua Barat 22,58 8,91 31,99 11,67 16,95Papua 22,80 1,70 30,37 3,49 9,23

Indonesia 22,87 5,54 31,37 9,55 17,56

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan PerdesaanProvinsi

Perempuan Laki-laki

Tabel 7.3.3. Persentase Penduduk Berumur 25 - 64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Wilayah, 2015

Total

(1) (2) (3) (4)Aceh 0,13 0,25 0,18Sumatera Utara 0,15 0,93 0,49Sumatera Barat - 1,12 0,47Riau 0,39 0,87 0,62Jambi 0,63 0,43 0,54Sumatera Selatan 0,23 0,40 0,31Bengkulu - - -Lampung 0,22 0,13 0,18Kepulauan Bangka Belitung 0,20 1,31 0,73Kepulauan Riau 0,10 1,30 0,75DKI Jakarta 6,42 15,13 10,55Jawa Barat 0,66 1,19 0,91Jawa Tengah 0,11 0,65 0,35DI Yogyakarta 0,24 1,48 0,78Jawa Timur 0,42 0,67 0,53Banten 1,01 3,05 1,94Bali 0,30 1,61 0,90Nusa Tenggara Barat - 0,22 0,11Nusa Tenggara Timur - 0,59 0,27Kalimantan Barat 0,15 0,66 0,40Kalimantan Tengah 0,32 0,49 0,40Kalimantan Selatan - 0,27 0,12Kalimantan Timur 0,40 1,17 0,80Kalimantan Utara - 1,54 0,83Sulawesi Utara 0,79 0,43 0,63Sulawesi Tengah - 0,92 0,44Sulawesi Selatan 0,58 0,93 0,73Sulawesi Tenggara - - -Gorontalo - 0,51 0,24Sulawesi Barat - - -Maluku - 0,52 0,25Maluku Utara - 0,46 0,23Papua Barat - 0,89 0,50Papua 0,71 0,13 0,38

Indonesia 0,49 1,24 0,83

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki Total

Tabel 7.4. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 333

(1) (2) (3) (4) (5) (6)Aceh 21,78 6,32 30,93 9,90 13,34Sumatera Utara 16,07 4,87 20,96 7,92 12,57Sumatera Barat 26,51 8,88 31,40 11,05 17,46Riau 28,60 7,69 36,27 12,48 18,86Jambi 24,59 6,33 33,55 11,15 15,10Sumatera Selatan 21,86 4,37 27,94 8,37 13,07Bengkulu 28,58 5,76 34,26 8,87 14,67Lampung 17,67 4,33 24,25 7,06 9,74Kepulauan Bangka Belitung 20,71 7,13 25,29 10,79 16,01Kepulauan Riau 33,30 6,81 45,89 12,63 34,95DKI Jakarta 37,90 - 48,12 - 43,04Jawa Barat 21,43 4,37 30,55 8,89 19,76Jawa Tengah 16,53 5,91 24,50 10,44 13,83DI Yogyakarta 30,53 9,65 40,56 15,54 27,65Jawa Timur 19,02 5,04 26,36 9,58 14,67Banten 25,66 3,59 36,27 7,51 23,32Bali 24,34 7,77 37,44 13,76 23,23Nusa Tenggara Barat 12,19 4,42 22,02 9,51 11,03Nusa Tenggara Timur 25,94 4,45 34,54 7,29 10,87Kalimantan Barat 26,68 4,14 34,42 7,42 13,41Kalimantan Tengah 23,93 5,81 33,84 12,32 16,06Kalimantan Selatan 22,85 6,24 34,12 12,20 17,46Kalimantan Timur 29,71 11,61 37,40 19,89 27,25Kalimantan Utara 25,65 11,04 31,96 16,51 22,30Sulawesi Utara 28,61 12,66 30,83 12,42 20,42Sulawesi Tengah 28,24 6,17 33,41 8,51 13,25Sulawesi Selatan 29,00 7,31 36,72 9,46 17,47Sulawesi Tenggara 26,35 6,40 33,97 10,67 14,69Gorontalo 24,74 7,04 27,27 6,88 13,62Sulawesi Barat 19,37 5,23 27,54 8,39 10,09Maluku 24,24 4,58 28,55 7,95 14,33Maluku Utara 20,28 3,91 27,88 6,35 10,50Papua Barat 22,58 8,91 31,99 11,67 16,95Papua 22,80 1,70 30,37 3,49 9,23

Indonesia 22,87 5,54 31,37 9,55 17,56

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Perkotaan Perdesaan Perkotaan PerdesaanProvinsi

Perempuan Laki-laki

Tabel 7.3.3. Persentase Penduduk Berumur 25 - 64 Tahun yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Wilayah, 2015

Total

(1) (2) (3) (4)Aceh 0,13 0,25 0,18Sumatera Utara 0,15 0,93 0,49Sumatera Barat - 1,12 0,47Riau 0,39 0,87 0,62Jambi 0,63 0,43 0,54Sumatera Selatan 0,23 0,40 0,31Bengkulu - - -Lampung 0,22 0,13 0,18Kepulauan Bangka Belitung 0,20 1,31 0,73Kepulauan Riau 0,10 1,30 0,75DKI Jakarta 6,42 15,13 10,55Jawa Barat 0,66 1,19 0,91Jawa Tengah 0,11 0,65 0,35DI Yogyakarta 0,24 1,48 0,78Jawa Timur 0,42 0,67 0,53Banten 1,01 3,05 1,94Bali 0,30 1,61 0,90Nusa Tenggara Barat - 0,22 0,11Nusa Tenggara Timur - 0,59 0,27Kalimantan Barat 0,15 0,66 0,40Kalimantan Tengah 0,32 0,49 0,40Kalimantan Selatan - 0,27 0,12Kalimantan Timur 0,40 1,17 0,80Kalimantan Utara - 1,54 0,83Sulawesi Utara 0,79 0,43 0,63Sulawesi Tengah - 0,92 0,44Sulawesi Selatan 0,58 0,93 0,73Sulawesi Tenggara - - -Gorontalo - 0,51 0,24Sulawesi Barat - - -Maluku - 0,52 0,25Maluku Utara - 0,46 0,23Papua Barat - 0,89 0,50Papua 0,71 0,13 0,38

Indonesia 0,49 1,24 0,83

Sumber: BPS RI, Susenas 2015

Provinsi Perempuan Laki-laki Total

Tabel 7.4. Persentase Penduduk Berumur 65 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2015

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015334

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 335

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015336

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 337

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015338

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 339

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015340

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 341

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015342

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 13,65 5,15 7,39 16,46 5,97 8,94Sumatera Utara 12,99 6,51 9,70 11,12 6,53 8,77Sumatera Barat 12,72 5,81 8,55 14,64 5,80 9,29Riau 11,81 4,76 7,85 12,10 8,29 9,75Jambi 18,79 5,61 10,05 10,53 5,45 6,89Sumatera Selatan 14,43 5,38 9,24 12,60 7,36 9,09Bengkulu 18,14 2,82 8,64 15,23 5,80 8,54Lampung 9,21 3,31 5,05 9,27 3,77 5,08Kepulauan Bangka Belitung 14,88 9,77 12,60 9,96 5,42 7,58Kepulauan Riau 16,13 8,15 14,96 15,10 7,39 13,84DKI Jakarta 18,65 - 18,65 14,66 - 14,66Jawa Barat 14,65 5,85 11,64 12,95 4,69 10,11Jawa Tengah 12,95 5,35 9,06 11,14 4,71 7,58DI Yogyakarta 12,31 14,84 12,98 17,01 6,43 13,54Jawa Timur 10,88 4,15 7,36 11,35 3,82 7,38Banten 10,84 4,68 8,69 12,21 6,96 10,58Bali 9,86 5,04 8,09 11,27 5,42 9,03Nusa Tenggara Barat 5,52 1,76 3,43 7,88 3,33 5,19Nusa Tenggara Timur 20,57 3,85 7,63 14,47 3,40 5,62Kalimantan Barat 13,41 3,51 7,33 10,12 3,67 5,50Kalimantan Tengah 10,67 5,30 7,27 11,62 11,97 11,86Kalimantan Selatan 12,90 4,99 8,50 12,78 8,57 10,35Kalimantan Timur 11,57 4,02 9,19 11,48 9,98 10,91Kalimantan Utara 12,56 7,91 10,59 8,90 4,74 7,02Sulawesi Utara 19,27 7,13 13,97 11,18 6,14 8,39Sulawesi Tengah 18,89 4,69 9,30 11,16 4,76 6,24Sulawesi Selatan 16,17 5,20 9,30 13,63 4,37 7,70Sulawesi Tenggara 14,14 6,86 9,49 15,57 8,58 10,50Gorontalo 16,49 7,18 11,52 13,43 4,59 7,50Sulawesi Barat 14,63 3,31 5,86 12,61 2,84 4,63Maluku 16,35 4,53 10,04 8,58 3,18 5,27Maluku Utara 13,32 3,63 7,36 10,19 4,27 5,81Papua Barat 13,52 8,84 10,88 11,77 7,14 8,81Papua 17,08 5,41 8,51 10,58 2,27 4,30Indonesia 13,47 5,06 9,44 12,34 5,13 8,72

Sumber: BPS RI, Susenas 2011 - 2015

Tabel 8.4. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 343

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 13,65 5,15 7,39 16,46 5,97 8,94Sumatera Utara 12,99 6,51 9,70 11,12 6,53 8,77Sumatera Barat 12,72 5,81 8,55 14,64 5,80 9,29Riau 11,81 4,76 7,85 12,10 8,29 9,75Jambi 18,79 5,61 10,05 10,53 5,45 6,89Sumatera Selatan 14,43 5,38 9,24 12,60 7,36 9,09Bengkulu 18,14 2,82 8,64 15,23 5,80 8,54Lampung 9,21 3,31 5,05 9,27 3,77 5,08Kepulauan Bangka Belitung 14,88 9,77 12,60 9,96 5,42 7,58Kepulauan Riau 16,13 8,15 14,96 15,10 7,39 13,84DKI Jakarta 18,65 - 18,65 14,66 - 14,66Jawa Barat 14,65 5,85 11,64 12,95 4,69 10,11Jawa Tengah 12,95 5,35 9,06 11,14 4,71 7,58DI Yogyakarta 12,31 14,84 12,98 17,01 6,43 13,54Jawa Timur 10,88 4,15 7,36 11,35 3,82 7,38Banten 10,84 4,68 8,69 12,21 6,96 10,58Bali 9,86 5,04 8,09 11,27 5,42 9,03Nusa Tenggara Barat 5,52 1,76 3,43 7,88 3,33 5,19Nusa Tenggara Timur 20,57 3,85 7,63 14,47 3,40 5,62Kalimantan Barat 13,41 3,51 7,33 10,12 3,67 5,50Kalimantan Tengah 10,67 5,30 7,27 11,62 11,97 11,86Kalimantan Selatan 12,90 4,99 8,50 12,78 8,57 10,35Kalimantan Timur 11,57 4,02 9,19 11,48 9,98 10,91Kalimantan Utara 12,56 7,91 10,59 8,90 4,74 7,02Sulawesi Utara 19,27 7,13 13,97 11,18 6,14 8,39Sulawesi Tengah 18,89 4,69 9,30 11,16 4,76 6,24Sulawesi Selatan 16,17 5,20 9,30 13,63 4,37 7,70Sulawesi Tenggara 14,14 6,86 9,49 15,57 8,58 10,50Gorontalo 16,49 7,18 11,52 13,43 4,59 7,50Sulawesi Barat 14,63 3,31 5,86 12,61 2,84 4,63Maluku 16,35 4,53 10,04 8,58 3,18 5,27Maluku Utara 13,32 3,63 7,36 10,19 4,27 5,81Papua Barat 13,52 8,84 10,88 11,77 7,14 8,81Papua 17,08 5,41 8,51 10,58 2,27 4,30Indonesia 13,47 5,06 9,44 12,34 5,13 8,72

Sumber: BPS RI, Susenas 2011 - 2015

Tabel 8.4. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015344

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 9,81 13,36 12,42 10,52 19,45 16,92Sumatera Utara 6,17 9,45 7,83 7,66 15,70 11,78Sumatera Barat 6,47 10,84 9,11 12,20 16,39 14,74Riau 4,06 7,77 6,15 4,14 6,67 5,70Jambi 4,03 5,58 5,06 5,22 7,01 6,50Sumatera Selatan 2,39 5,48 4,16 8,66 7,69 8,01Bengkulu 10,42 7,82 8,81 8,76 10,26 9,82Lampung 4,87 8,96 7,76 7,95 12,15 11,15Kepulauan Bangka Belitung 6,65 8,67 7,55 5,65 6,39 6,04Kepulauan Riau 1,17 3,92 1,57 5,36 13,50 6,68DKI Jakarta 2,58 - 2,58 4,35 - 4,35Jawa Barat 5,11 5,18 5,13 7,17 10,58 8,34Jawa Tengah 6,31 10,24 8,32 10,35 13,93 12,33DI Yogyakarta 3,54 8,41 4,83 9,17 15,54 11,26Jawa Timur 5,75 7,58 6,70 7,75 12,84 10,44Banten 2,97 6,98 4,37 4,64 18,37 8,91Bali 5,03 6,50 5,57 6,50 15,52 9,95Nusa Tenggara Barat 12,91 12,68 12,78 15,42 17,43 16,61Nusa Tenggara Timur 5,07 14,72 12,54 6,81 18,14 15,87Kalimantan Barat 5,48 6,44 6,07 5,09 8,48 7,52Kalimantan Tengah 1,70 2,14 1,98 4,08 4,54 4,39Kalimantan Selatan 3,90 5,80 4,96 3,54 7,87 6,04Kalimantan Timur 1,64 4,11 2,42 2,91 3,30 3,06Kalimantan Utara 3,02 1,46 2,36 6,51 6,82 6,65Sulawesi Utara 3,52 10,80 6,70 7,70 12,84 10,55Sulawesi Tengah 5,36 7,25 6,64 8,08 11,65 10,83Sulawesi Selatan 4,75 10,53 8,37 7,90 15,58 12,81Sulawesi Tenggara 8,88 13,96 12,12 7,24 18,44 15,37Gorontalo 8,68 17,34 13,30 10,91 22,18 18,48Sulawesi Barat 6,65 15,01 13,12 14,37 17,17 16,66Maluku 3,91 7,04 5,58 7,78 13,33 11,18Maluku Utara 3,81 5,44 4,81 4,05 7,34 6,48Papua Barat 8,94 9,84 9,45 7,72 14,50 12,05Papua 3,77 4,71 4,46 3,37 5,39 4,90Indonesia 5,21 8,63 6,85 7,34 12,57 9,97Sumber: BPS RI, Susenas 2011 - 2015

Tabel 8.5. Persentase dari Rumah Tangga yang Menerima Bantuan Siswa Miskin dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 345

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Aceh 9,81 13,36 12,42 10,52 19,45 16,92Sumatera Utara 6,17 9,45 7,83 7,66 15,70 11,78Sumatera Barat 6,47 10,84 9,11 12,20 16,39 14,74Riau 4,06 7,77 6,15 4,14 6,67 5,70Jambi 4,03 5,58 5,06 5,22 7,01 6,50Sumatera Selatan 2,39 5,48 4,16 8,66 7,69 8,01Bengkulu 10,42 7,82 8,81 8,76 10,26 9,82Lampung 4,87 8,96 7,76 7,95 12,15 11,15Kepulauan Bangka Belitung 6,65 8,67 7,55 5,65 6,39 6,04Kepulauan Riau 1,17 3,92 1,57 5,36 13,50 6,68DKI Jakarta 2,58 - 2,58 4,35 - 4,35Jawa Barat 5,11 5,18 5,13 7,17 10,58 8,34Jawa Tengah 6,31 10,24 8,32 10,35 13,93 12,33DI Yogyakarta 3,54 8,41 4,83 9,17 15,54 11,26Jawa Timur 5,75 7,58 6,70 7,75 12,84 10,44Banten 2,97 6,98 4,37 4,64 18,37 8,91Bali 5,03 6,50 5,57 6,50 15,52 9,95Nusa Tenggara Barat 12,91 12,68 12,78 15,42 17,43 16,61Nusa Tenggara Timur 5,07 14,72 12,54 6,81 18,14 15,87Kalimantan Barat 5,48 6,44 6,07 5,09 8,48 7,52Kalimantan Tengah 1,70 2,14 1,98 4,08 4,54 4,39Kalimantan Selatan 3,90 5,80 4,96 3,54 7,87 6,04Kalimantan Timur 1,64 4,11 2,42 2,91 3,30 3,06Kalimantan Utara 3,02 1,46 2,36 6,51 6,82 6,65Sulawesi Utara 3,52 10,80 6,70 7,70 12,84 10,55Sulawesi Tengah 5,36 7,25 6,64 8,08 11,65 10,83Sulawesi Selatan 4,75 10,53 8,37 7,90 15,58 12,81Sulawesi Tenggara 8,88 13,96 12,12 7,24 18,44 15,37Gorontalo 8,68 17,34 13,30 10,91 22,18 18,48Sulawesi Barat 6,65 15,01 13,12 14,37 17,17 16,66Maluku 3,91 7,04 5,58 7,78 13,33 11,18Maluku Utara 3,81 5,44 4,81 4,05 7,34 6,48Papua Barat 8,94 9,84 9,45 7,72 14,50 12,05Papua 3,77 4,71 4,46 3,37 5,39 4,90Indonesia 5,21 8,63 6,85 7,34 12,57 9,97Sumber: BPS RI, Susenas 2011 - 2015

Tabel 8.5. Persentase dari Rumah Tangga yang Menerima Bantuan Siswa Miskin dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin KRT, dan Daerah Tempat Tinggal, 2015

ProvinsiPerempuan Laki-laki

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015346

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 347

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015348

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 349

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015350

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 351

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015352

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 353

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015354

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015 355

Pro�il Perempuan Indonesia, 2011-2015356