Budidaya Lele Menggunakan Air Limbah Rumah Tangga Dan Aplikasi Teknologi Filter Alami

15
1 Budidaya Lele Menggunakan Air Limbah Rumah Tangga Dan Aplikasi Teknologi Filter Alami Arif Mahdiana, P. Harry Tjahya S, Tri Nur Cahyo Jurusan Perikanan dan Kelautan, Universitas Jenderal soedirman ABSTRAK. Budidaya lele menggunakan sumber air dari limbah rumah tangga merupakan suatu solusi mengatasi keterbatasan air dalam rangka mengembangkan kegiatan budidaya ikan di daerah dengan sumber air terbatas. Air limbah rumah tangga adalah sisa aktifitas manusia dalam bentuk cair yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Air limbah mengandung berbagai macam bahan yang bersifat organik hingga bahan kimia an-organik yang berbahaya. Air limbah memiliki sifat toksik (racun), namun dengan perlakuan tertentu dapat dimanfaatkan kembali dengan syarat baku mutu lebih rendah (Hindarko (2003). Pemanfaatan air limbah dalam kegiatan budidaya perikanan, khususnya ikan lele telah dilaporkan memberikan hasil yang baik secara ekonomis karena murah namun hasil produksinya masih dapat bersaing di pasar lokal (Sudjatmiko 2011). Pelaksanaan kegiatan ini merupakan aplikasi program penerapan Ipteks UNSOED dengan lokasi sasaran desa Kaliori, Kalibagor, Banyumas. Daerah ini dipilih karena masih termasuk daerah tertinggal dengan keterbatasan pada sumberdaya air dan lahan yang kurang produktif. Aplikasi kegiatan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sasaran sehingga antusiasme masyarakat selama pelaksanaan program sangat tinggi. Keberhasilan program ini ditunjukkan dari tingkat kematian lele yang masih dibawah 5% hingga 1 bulan budidaya. Penguatan kelembagaan, manajerial dan teknik budidaya sangat diperlukan untuk pengembangan kegiatan budidaya di daerah ini. Kata Kunci: Budidaya Lele, Limbah Rumah Tangga, Filter Alami Pendahuluan Lele merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. Ikan ini

Transcript of Budidaya Lele Menggunakan Air Limbah Rumah Tangga Dan Aplikasi Teknologi Filter Alami

1

Budidaya Lele Menggunakan Air Limbah Rumah Tangga Dan Aplikasi Teknologi Filter Alami

Arif Mahdiana, P. Harry Tjahya S, Tri Nur CahyoJurusan Perikanan dan Kelautan, Universitas Jenderal soedirman

ABSTRAK.Budidaya lele menggunakan sumber air dari limbah rumah tanggamerupakan suatu solusi mengatasi keterbatasan air dalam rangkamengembangkan kegiatan budidaya ikan di daerah dengan sumberair terbatas. Air limbah rumah tangga adalah sisa aktifitasmanusia dalam bentuk cair yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.Air limbah mengandung berbagai macam bahan yang bersifatorganik hingga bahan kimia an-organik yang berbahaya. Airlimbah memiliki sifat toksik (racun), namun dengan perlakuantertentu dapat dimanfaatkan kembali dengan syarat baku mutulebih rendah (Hindarko (2003). Pemanfaatan air limbah dalamkegiatan budidaya perikanan, khususnya ikan lele telahdilaporkan memberikan hasil yang baik secara ekonomis karenamurah namun hasil produksinya masih dapat bersaing di pasarlokal (Sudjatmiko 2011). Pelaksanaan kegiatan ini merupakanaplikasi program penerapan Ipteks UNSOED dengan lokasi sasarandesa Kaliori, Kalibagor, Banyumas. Daerah ini dipilih karenamasih termasuk daerah tertinggal dengan keterbatasan padasumberdaya air dan lahan yang kurang produktif. Aplikasikegiatan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakatsasaran sehingga antusiasme masyarakat selama pelaksanaanprogram sangat tinggi. Keberhasilan program ini ditunjukkandari tingkat kematian lele yang masih dibawah 5% hingga 1bulan budidaya. Penguatan kelembagaan, manajerial dan teknikbudidaya sangat diperlukan untuk pengembangan kegiatanbudidaya di daerah ini.

Kata Kunci: Budidaya Lele, Limbah Rumah Tangga, Filter Alami

Pendahuluan

Lele merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan

air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. Ikan ini

2

populer di kalangan pembudidaya ikan karena memiliki toleransi

tinggi terhadap kualitas air yang buruk sehingga dapat

dipelihara pada berbagai tempat dengan metode yang berbeda-

beda. Lele juga memiliki rasa daging yang lezat serta sedikit

duri dalam tubuhnya sehingga permintaan lele untuk dikonsumsi

relatif stabil dengan harga terjangkau. Budidaya lele telah

dilakukan dengan metode sederhana di pekarangan rumah hingga

super intensif untuk kepentingan industri. Lele bahkan dapat

dibudidayakan menggunakan sumber air dari limbah kegiatan

rumah tangga sebagaimana dilaporkan oleh Sudjatmiko (2011).

Kemampuan lele untuk dapat dibudidayakan di tempat dan kondisi

yang berbeda-beda memberikan potensi penggunaan ikan ini

sebagai salah satu alternatif kegiatan ekonomi di berbagai

daerah, bahkan pada daerah dengan sumber air sangat terbatas.

Salah satu wilayah di kabupaten Banyumas yang memiliki

sumberdaya air sangat terbatas adalah desa Kaliori, kecamatan

Kalibagor. Desa ini terletak di perbukitan hijau yang

membentang sejak batas luar kota Purwokerto hingga kota

Banyumas. Daerah ini terletak pada jarak sekitar 20 kilometer

dari kota Purwokerto, berada di tengah hutan dan berpenduduk

sekitar 10 ribu jiwa. Lokasi pada daerah perbukitan tersebut

3

membuat desa ini mengalami kekeringan apabila musim kemarau

tiba. Kondisi kekeringan ini membuat sektor pertanian yang

menjadi mata pencaharian utama di desa Kaliori tidak dapat

berkembang dengan baik sehingga desa ini masih belum dapat

dikategorikan sebagai desa yang makmur. Oleh karena itu,

aplikasi teknologi budidaya lele menggunakan air dari limbah

rumah tangga yag dioleh dengan filter alami dapat menjadi

solusi dalam perbaikan kesejahteraan dan aktifitas

perekonomian warga.

Penyediaan air di daerah ini diperoleh sumur bor atau

mengalirkan air dari mata air melalui selang-selang berukuran

kecil ke bak-bak penampung di sekitar rumah warga. Sisa

aktifitas warga tersebut dapat diolah dengan teknologi

sederhana dari filter alami menggunakan tumbuhan air, ijuk dan

media buatan dari pecahan genting dan batu bata sebagai media

penumbuhan bakteri sehingga diperoleh air yang cocok digunakan

untuk aktifitas budidaya ikan. Ikan lele dengan kemampuannya

untuk hidup dalam air dengan kualitas rendah merupakan

komoditas yang cocok digunakan dalam sistem budidaya ini.

Permintaan lele konsumsi di masyarakat yang relatif selalu

tinggi juga merupakan sebuah potensi bahwa hasil produksi dari

4

kegiatan ini dapat berperan mengangkat kesejahteraan warga

danmenjadi solusi disaat komoditas pertanian sedang sulit

dikembangkan. Transfer teknologi yang murah dan mudah seperti

ini diharapkan akan menjadi sebuah sarana mimbar ipteks dari

kalangan akademisi sehingga masyarakat dengan mudah

mengaplikasikan teknologi yang selalu berkembang untuk

meningkatkan kesejahteraannya.

Metode

Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode praktek langsung,

demplot dan pendampingan selama budidaya. Mitra yang dipilih

dalam kegiatan ini adalah Santri dan ustadz di pondok

pesantren Nurul Ummah. Hal ini dilakukan karena aktifitas

pondok menjadi salah satu pusat kegiatan di desa tersebut

sehingga diharapkan banyak warga yang tertarik dan bergabung

dengan kegiatan ini. Kegiatan dimulai dengandiskusi bersama

warga dan penghuni pondok untuk rencana pembuatan kolam ikan

dengan memanfaatkan air limbah kegiatan sehari-hari mereka

yang diolah menggunakan teknik yang murah dan mudah.

Sosialisasi ini berjalan dengan mudah karena keinginan untuk

5

mengembangkan budidaya ikan telah muncul di kalangan ustadz

beberapa bulan terakhir ini.

Lokasi kegiatan budidaya dilaksanakan di pekarangan

belakang pondok yang merupakan tanah kosong dan berada di

bagian bawah aula utama. Air sisa kegiatan santri di pesantren

sebanyak ± 2000 L per hari akan digunakan sebagai sumber air

utama. Sebelum digunakan air tersebut disaring dengan filter

fisik dari pasir dan pecahan genting kemudian ditampung dalam

kolam penampungan yang didalamnya telah ditambahkan mikroba

pengurai dan tanaman air untuk pengolahan limbah. Air tersebut

kemudian dialirkan kedalam kolam dari terpal berukuran 3x4 m2

sebanyak 5 buah. Bahan terpal digunakan untuk menghindari

kebocoran dikarenakan struktur tanah yang kering dan sangat

porous (air mudah meresap).

Teknologi pemeliharaan yang digunakan merupakan teknik

sederhana dimana ikan dipelihara dengan kepadatan rendah (30-

50 ekor per m2) dan diberi pakan berupa pellet yang diselingi

dengan makanan sisa dari jatah santri. Air pemeliharaan

diganti setiap hari dengan mengandalkan air limbah sisa

kegiatan santri yang dialirkan dari penampungan dan pengolahan

menggunakan pralon-pralon ke setiap petakan. Benih yang

6

digunakan berukuran 7-9 cm dengan lama pemeliharaan ± 2 bulan

untuk mencapai ukuran konsumsi. Tanaman air berupa eceng

gondok, genjer dan selada air ditempatkan pada kolam

pengelolaan air limbah sebagai media untuk pertumbuhan mikroba

an-aerob pengurai limbah. Mikroba ditambahkan dari starter

komersial Bio Organik dan Mina PS untuk perikanan.

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan April hingga

September 2013. Kegiatan dilaksanakan dengan metode praktek

langsung, demplot dan pendampingan selama budidaya. Koordinasi

pertama kali dilakukan pada tanggal 19 April 2013 dimana tim

pelaksana berkunjung ke lokasi kegiatan untuk memperoleh data

terbaru tentang kondisi fisik lokasi dan kendala-kendala yang

ada. Dari kunjungan ini diperoleh informasi bahwa di lokasi

yang akan dibangun kolam telah dibuat kolam ikan dengan cara

menggali tanah oleh warga pondok pesantren. Akan tetapi kolam-

kolam tersebut bermasalah dengan kebocoran air pada saat

kering dan meluap pada saat hujan. Kolam tersebut juga telah

digunakan untuk memelihara lele, namun tidak memberikan hasil

nyata karena banyak mengalami kematian dan hilang akibat air

7

yang meluap. Keseluruhan informasi tersebut kemudian dijadikan

acuan oleh tim teknis untuk membuat rencana pelaksanaan

kegiatan selanjutnya.

Kegiatan selanjutnya dilakukan dengan melibatkan santri

dan ustadz di pondok pesantren Nurul Ummah untuk berdiskusi

dalam rangka mensinkronisasikan rencana pembuatan kolam ikan

dengan meanfaatkan air limbah kegiatan sehari-hari mereka yang

diolah menggunakan teknik yang murah dan mudah. Hasil diskusi

ini kemudian diolah menjadi bahan yang disampaikan saat

kegiatan sosialisasi dan penyuluhan. Akan tetapi karena adanya

kendala waktu yang berdekatan dengan bulan Ramadhan dan hari

raya Iedul Fitri maka kegiatan pembangunan fisik dilakukan

terlebih dahulu sebelum kegiatan penyuluhan.

Pembangunan fisik yang berupa kolam pengolahan air

limbah, kolam pemeliharaan ikan dan saluran air dilakukan

sejak akhir Juli 2013. Namun keseluruhan pembangunan fisik

kolam baru dapat diselesaikan awal September 2013. Hal ini

karena selama bulan Ramadhan dan Iedul Fitri, kegiatan santri

banyak terserap untuk aktifitas-aktifitas yang lain termasuk

liburan. Kolam pengolahan limbah dibangun tepat di belakang

bangunan kamar mandi, pada lokasi terendah, agar semua air

8

sisa aktifitas santri dapat dimanfaatkan. Kolam dibuat dengan

bahan terpal berukuran 3x4 m menyesuaikan kontur tanah di

belakang pondok yang berjenjang dan banyak pepohonan.

Sumber air yang digunakan merupakan air sisa kegiatan

santri di pesantren sebanyak ± 2000 L per hari. Air tersebut

disaring dengan filter fisik dari pasir dan pecahan genting

kemudian ditampung dalam kolam penampungan yang didalamnya

telah ditambahkan mikroba pengurai dan tanaman air untuk

pengolahan limbah. Air tersebut kemudian dialirkan kedalam

kolam dari terpal berukuran 3x4 m sebanyak 5 buah. Bahan

terpal digunakan untuk menghindari kebocoran dikarenakan

struktur tanah yang kering dan sangat porous (air mudah

meresap).

Teknologi pemeliharaan yang digunakan merupakan teknik

sederhana dimana ikan dipelihara dengan kepadatan rendah (30-

50 ekor per m2) dan diberi pakan berupa pellet yang diselingi

dengan makanan sisa dari jatah santri. Air pemeliharaan

diganti setiap hari dengan mengandalkan air limbah sisa

kegiatan santri yang dialirkan dari penampungan dan pengolahan

menggunakan pralon-pralon ke setiap petakan. Benih yang

digunakan berukuran 7-9 cm dengan lama pemeliharaan ± 2 bulan

9

untuk mencapai ukuran konsumsi. Tanaman air berupa eceng

gondok, genjer dan selada air ditempatkan pada kolam

pengelolaan air limbah sebagai media untuk pertumbuhan mikroba

an-aerob pengurai limbah. Mikroba ditambahkan dari starter

komersial Bio Organik dan Mina PS untuk perikanan.

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 6 September

2013 yang diikuti oleh 27 orang dewasa (ustadz pondok, santri

dewasa dan warga sekitar). Kegiatan ini juga diikuti oleh

santri remaja sebagai calon pelaksana harian pemeliharaan

lele. Pemateri dalam kegiatan penyuluhan ini adalah tim teknis

ditambah beberapa dosen dari program studi budidaya perairan

Universitas Jenderal soedirman. Kegiatan berjalan dengan

sangat baik sehingga komunikasi terbentuk dua arah dimana

banyak sekali pertanyaan seputar budidaya lele dari peserta.

Secara umum ketertarikan warga untuk membudidayakan lele

ternyata sangat besar, apalagi dengan solusi teknologi dengan

memanfaatkan air limbah. Pada kegiatan ini juga dilakukan

penyerahan dan penebaran bantuan benih lele yang hingga

laporan ini dibuat tidak terdapat laporan adanya ikan yang

mati dari semua kolam pemeliharaan.

10

Simpulan

Kegiatan budidaya lele dengan menggunakan air dari limbah

rumah tangga ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Antusiasme masyarakat terlihat dengan kesungguhan dalam semua

pelaksanaan kegiatan sejak pembangunan fisik hingga

pemeliharaan ikan. Sesi diskusi dalam solialisasi dan

penyuluhan juga dengan serius diikuti oleh warga. Keseriusan

pengelolaan budidaya ini menimbulkan dampak positif sehingga

hingga tulisan ini disusun, tingkat kematian lele lebih rendah

dari 5%.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada :

1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Jenderal Soedirman sebagai lembaga yang

menaungi semua kegiatan penelitian dan pengabdian civitas

akademika UNSOED melalui skim kegiatan Penerapan Ipteks

dengan No Kontrak: Nomor Kontrak : 1917.20/UN23.10/PM/2013

dan Surat Keputusan : 2266/UN23.10/PM/2013

2. Tim Pelaksana, Warga Ponpes Nurul Ummah dan Warga Desa

Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas

11

3. Semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu

terlaksananya kegiatan ini.

Daftar Pustaka

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.

Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex. Jakarta.

Gersberg, R.M., Elkins, B.V. and Goldman, C.R. (1984). Use of artificial wetlands to remove nitrogen from wastewater. J.Water Pollut.Contr. Fed., 56, 152-156

Hindarko S. 2003. Mengolah Air Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain.Jakarta: Esha

Körner, S., Vermaat, J.E., and Veenstra, S., 2003. The Capacity of Duckweed to Treat Wastewater: Ecological Considerations for a Sound Design. Journal of Environ. Qual. Vol. 32:1583–1590.

Pescod, M.B., 1992. Wastewater Treatment and Use in Agriculture: FAO irrigation and Drainage Paper 47. Rome: FAO

Rahmansyah, M dkk. 2009. Tumbuhan Akumulator Untuk Fitiremidiasi Lingkungan Tercemar Penambangan Emas. Cibinong. LIPI Press

Sudjatmiko,E.2011.Budidaya Ikan Dengan Air Limbah Rumah Tangga Lebih Ekonomis. Media Center Jawa Timur. Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik .Kementrian Komunikasi dan Informasi.http://infopublik.org/mc/jawa_timur/index.php?page=news&newsid=4423. 14 Juli 2011. Akses 08 November 2012

12

Lampiran-lampiran

Lokasi Pengabdian

Kolam Ikan sebelum dilakukan pengabdian

13

Kegiatan Penyuluhan

Pelaksanaan Pembatan Kolam Ikan

14

Filter Pemasukkan Air ke Kolam

Penebaran Benih Ikan Lele

15