PROPOSAL PENELITIAN PEMBUATAN PEREKAT DARI BAHAN ALAMI ASAM SITRAT DAN GLISEROL
-
Upload
gadjamadauniversity -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN PEMBUATAN PEREKAT DARI BAHAN ALAMI ASAM SITRAT DAN GLISEROL
PROPOSAL PENELITIAN
PEMBUATAN PEREKAT DARI BAHAN ALAMI ASAM SITRAT
DAN GLISEROL
Disusun oleh :
I Made Sadhu Yoga Subakti
10/297796/TK/36369
LABORATORIUM TEKNIK PANGAN DAN BIOPROSES JURUSAN
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal Penelitian
PEMBUATAN PEREKAT DARI BAHAN ALAMI ASAM SITRAT DAN GLISEROL
Di susun oleh:
I Made Sadhu Yoga Subakti
10/297796/TK/36369
Telah di periksa dan disetujui
Yogyakarta, 2013
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Penelitian
2
Budhijanto, S.T., M.T., Ph.D.
NIP. 196811191994121001
A. JUDUL PENELITIAN
Pembuatan perekat dari bahan alami asam sitrat dengan
gliserol.
B. LATAR BELAKANG
1. Permasalahan
Polimer merupakan salah satu bahan kimia yang kini
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.
Sebagian besar materi yang dibutuhkan manusia terbuat
dari polimer seperti plastik, bahan pelapis, karet,
bahan perekat, dan bahan polimer lainnya.
Perekat (adhesive) menurut ASTM adalah zat atau bahan
yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua buah benda
berdasarkan ikatan permukaan (Blomquist et al., 1983;
Forest Product Society, 1999). Perekat merupakan salah
satu bahan utama yang sangat penting dalam industri
2
pengolahan kayu, khususnya komposit. Dari total biaya
produksi kayu yang dibuat dalam berbagai bentuk dan
jenis kayu komposit, lebih dari 32% adalah biaya
perekatan (Sellers,2001).
Lem sederhana dapat dibuat di rumah dengan mencampur
tepung terigu dan air. Lem ini akan merekatkan
potongan-potongan kertas bersama. Banyak seni yang
dapat dibuat menggunakan lem. Kliping adalah karya seni
yang dibuat dengan menggunakan lem untuk merekatkan
benda-benda berwarna ke kertas.
Beberapa lem dapat dibuat untuk menahan air masuk
perahu, bangunan, atau kendaraan. Beberapa bahan buatan
manusia, seperti bahan seperti kayu, dibuat menggunakan
lem untuk merekatkan potongan-potongan kecil bahan atau
bubuk.
Banyak lem yang menggunakan bahan kimia yang
berbahaya dan berasal dari sumber daya alam tidak
terbarukan seperti formaldehid sebagai bahan baku
pembuatan resin urea-formaldehid (perekat yang banyak
digunakan saat ini). Untuk itu dalam penelitian ini,
digunakan asam sitrat yang banyak terdapat pada daun,
buah dan kulit jeruk-jerukan sehingga mudah didapat dan
dapat diperoleh dari hasil limbah pabrik minuman jeruk
atau pulp jeruk. Pada penelitian ini, asam sitrat
tersebut akan direaksikan dengan gliserol yang dapat
diperoleh dari hasil samping pembuatan biodiesel.
2. Keaslian penelitian
2
Sejauh penelurusan pustaka yang telah dilakukan,
penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti
lain. Aplikasi asam sitrat lebih banyak sebagai pemberi
rasa dan bahan pengawet pada makanan dan minuman.
3. Faedah yang diharapkan
Hasil penelitian ini berpotensi menghasilkan perekat
terbarukan. Bahkan dari penelitian ini dapat
dimaanfaatkan sebagai dasar bagi penelitian-penelitian
yang terkait untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga
teknologi ini dapat diaplikasikan dalam skala yang
lebih besar atau pabrik.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah reaksi antara asam sitrat dengan gliserol dapat
menghasilkan senyawa perekat dengan memvariasikan suhu
reaksi dan jumlah katalis yang digunakan.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang
ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-
jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik
dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam
pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam
sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam
sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting
dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat
2
digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan
sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan
sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang
dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Rumus
bangun asam sitrat ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Rumus Molekul Asam Sitrat
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk
kristal berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat
berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk
monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap
molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat
mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat
didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air
dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi
bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C.
Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam
karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam
sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.
Asam sitrat dikategorikan aman digunakan pada
makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional dan
2
internasional utama. Senyawa ini secara alami terdapat
pada semua jenis makhluk hidup. Kelebihan asam sitrat
mudah dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh.
Gliserol adalah senyawa alkohol dengan hidroksil
yang bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol
merupakan komponen yang menyusun berbagai macam lipid,
termasuk trigliserida. Gliserol dapat diperoleh dari
proses saponifikasi lemak hewan, transesterifikasi
pembuatan bahan bakar biodiesel, proses epiklorohidrin dan
proses pengolahan minyak goreng. Rumus bangun gliserol
ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Rumus Molekul Gliserol
Beberapa istilah lain dalam perekat yang memiliki
kekhususan meliputi glue, mucilage, paste dan cement
(Blomquist et al,1983).
1. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani,
seperti kulit, kuku, urat, otot, dan tulang yang secara
luas digunakan dalam industri pengerjaan kayu.
2. Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan
air dan diperuntukan terutama untuk merekat kertas.
3. Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui
pemanasan campuran pati dan air dan dipertahankan
berbentuk pasta.
2
4. Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang
bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan
pelarut.
Menurut Blomquist, et al., (1983), berdasarkan unsur
kimia utama, perekat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Perekat alami
a. Berasal dari tumbuhan, seperti starches (pati), dextrins
(turunan pati) dan vegetable gums (getah-getahan dan
tumbuh-tumbuhan).
b. Berasal dari protein, seperti kulit, tulang, urat
daging, blood (albumin dan darah keseluruhan), casein
(susu) serta soybean meal (termasuk kacang tanah dan
protein nabati seperti biji – bijian pohon dan biji
durian.
c. Berasal dari material lain, seperti asphalt, shellac
(lak), rubber (karet), sodium silicate, magnesium
oxychloride dan bahan anorganik lainnya.
2. Perekat sintesis
a. Perekat thermoplastis yaitu resin yang akan kembali
menjadi lunak ketika dipanaskan dan mengeras ketika
kembali didinginkan. Contohnya seperti polyvinyl
alcohol (PVA), polyvinyl acetat (PVac), copolymers,
cellulose esters dan ethers, polyamids, polystyrene,
polyvinyl butyral serta polyvinil formal.
b. Perekat thermosetting yaitu resin yang pada
pemanasan mengalami reaksi kimia dengan pengaruh
katalis, sinar ultraviolet dan sebagainya, sehingga
mengalami perubahan bentuk yang permanen. Contohnya
2
seperti urea, melamine, phenol, resorcinol, epoxy,
polyurethane dan unsaturated polyesters (poliester
tidak jenuh).
Reaksi antara asam sitrat dan gliserol merupakan
reaksi esterifikasi, sehingga diperlukan katalis berupa
asam sulfat. Hasil dari reaksi esterifikasi asam sitrat
dan gliserol ini adalah polyester yang merupakan polimer
Thermosetting adhesives.
E. LANDASAN TEORI
Esterifikasi antara asam sitrat dan gliserol dengan
menggunakan katalis asam sulfat akan menghasilkan suatu
senyawa ester, persamaan reaksinya dapat digambarkan
sebagai berikut:
C(OOH)
C(OOH) – CH2 – C(OH) – CH2 – C(OOH) + CH2(OH) – CH(OH) –
CH2(OH)
2
H2SO4
C(OOH)
C(OOH) – CH2 – C(OH) – CH2 – COO – CH2 – CH(OH) – CH2(OH)
+ H2O
Gambar 3. Reaksi Antara Asam Sitrat dan Gliserol.
Kemudian 2 gugus karboksilat lainnya dari asam
sitrat akan mengikat gliserol lainnya dan 2 gugus
hidroksil lainnya dari gliserol akan mengikat asam sitrat
lainnya sehingga akan membentuk suatu senyawa polyester
dengan rumus molekul sebagai berikut:
COO
OOC – CH2 – C(OH) – CH2 – COO – CH2 – CH – CH2
n + nH2O
Gambar 4. Polyester yang Terbentuk dari Hasil Reaksi
antara Asam Sitrat dan Gliserol.
Polimer yang terbentuk akan memiliki struktur
molekul bercabang atau branched molecules seperti gambar di
bawah ini:
2
Gambar 5. Branched Molecules.
Esterifikasi merupakan reaksi reversible dan
berlangsung lambat, sehingga digunakan H2SO4 pekat sebagai
katalisator dengan alasan sebagai berikut:
1. Mempercepat laju reaksi.
2. Dapat larut dalam air pada semua kepekatan.
3. Merupakan agen pengoksidasi yang kuat.
4. Mampu mengikat air (higroskopis), jadi untuk
reaksi kesetimbangan yang menghasilkan air dapat
menggeser arah reaksi ke produk.
Pada reaksi esterifikasi ini, dilakukan pemanasan
untuk mempercepat laju reaksi. Sesuai dengan persamaan
Arhennius, laju reaksi dipengaruhi suhu reaksi. Makin
tinggi suhu reaksi, semakin besar konstanta laju
reaksinya (k), sehingga laju reaksi semakin cepat.
Persamaan hukum Arhennius sebagai berikut:
k = A e(-E/(RT))
(1)
dengan : k = konstanta laju reaksi (s-1)
A = frekuensi tumbukan (s-1)
E = energi aktivasi (J/mol)
R = tetapan gas ideal (J/mol.K)
T = suhu reaksi (K)
2
Selain itu, reaksi dapat digeser ke arah produk
dengan cara menaikkan konsentrasi reaktan (disini
digunakan gliserol berlebih) dan mengeluarkan air yang
terbentuk.
F. HIPOTESIS
Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah, hasil reaksi antara asam sitrat dan gliserol akan
menghasilkan lem atau perekat terbarukan.
G. CARA PENELITIAN
1. Bahan Baku
a. Asam Sitrat, sebagai bahan baku pembuatan perekat.
b. Gliserol, sebagai bahan baku pembuatan perekat.
c. Asam Sulfat, sebagai katalisator reaksi
esterifikasi.
d. Serbuk kayu, sebagai bahan yang diuji dengan perekat
yang diperoleh.
2. Alat
Keterangan :
1. Labu leher tiga 2. Pendingin bola 3. Pengaduk merkuri 4. Pemanas mantel 5. Termometer raksa 360oC 6. Steker 7. Statif
2
8. Asam Sitrat +Gliserol + Asam....Sulfat
Gambar 6. Rangkaian Alat Utama
3. Cara Penelitian.
a. Pembuatan asam sitrat 1 N
Larutkan 96 gram asam sitrat dengan aquadest di dalam
labu ukur 500 mL. Selanjutnya larutan asam sitrat
diukur normalitasnya dengan titrasi menggunakan
larutan boraks. Larutan ini lalu dimasukkan ke dalam
labu leher tiga 500 mL.
b. Pembuatan gliserol 1 N
Larutkan 50,5 mL gliserol teknis dengan aquadest di
dalam labu ukur 500 mL.
c. Esterifikasi asam sitrat dengan gliserol
Larutan Asam Sitrat 1 N diambil sebanyak 200 mL
dicampur dengan 250 mL larutan Gliserol 1 N yang
masing – masing telah dibuat sebelumnya. Campuran
ini dipanaskan hingga suhu 80oC dalam labu leher tiga
500 mL berpengaduk stirrer, tambahkan asam sulfat 2
M sebanyak 5 mL hingga viskositas campuran mencapai
300 cP. Pemanas yang digunakan adalah pemanas
mantel. Percobaan dilakukan lagi dengan suhu
pemanasan 90oC ; 100oC ; 110oC dan 120oC serta jumlah
Asam Sulfat 2 M yang digunakan 7,5 mL ; 10 mL dan
12,5 mL
d. Penentuan viskositas perekat.
2
Aquadest dimasukkan ke dalam viskosimeter ostwald.
Atur ketinggian aquadest dengan bola penghisap agar
ketinggian aquadest mencapai batas atas silinder yang
kecil. Ukur waktu yang diperlukan untuk penurunan
ketinggian aquadest dari batas atas hingga batas
bawah menggunakan stopwatch. Percobaan dilakukan
juga terhadap campuran. Selanjutnya viskositas
campuran dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.
µ = tperekat.ρp
taquadest.ρaq x µaquadest
(2)
dengan, µ = viskositas perekat, cp
tperekat = waktu alir rata – rataperekat, s
taquadest = waktu alir rata – rataaquadest, s
µaquadest = viskositas aquadest, cP
e. Uji daya kuat perekat
Masing – masing campuran yang diperoleh berdasarkan
variasi suhu pemanasan dan jumlah katalis dioleskan
pada balok kayu lalu diuji daya kuat perekat
tersebut dengan alat uji kuat tarik.
f. Penentuan densitas aquadest
Masukkan aquadest dalam piknometer 25 mL. Timbang
beratnya dengan menggunakan neraca analitis digital.
Selanjutnya densitas aquadest dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut.
2
ρaq = maq
Vaq
(3)
dengan, ρaq = densitas aquadest, g/mL
maq = massa aquadset, g
Vaq = volume aquadest, mL
g. Penentuan densitas perekat
Masukkan perekat dalam piknometer 25 mL. Timbang
beratnya dengan menggunakan neraca analitis digital.
Selanjutnya densitas perekat dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut.
ρp = mp
Vp
(4)
dengan, ρp = densitas perekat, g/mL
mp = massa perekat, g
Vp = volume perekat, mL
4. Variabel yang dipelajari
Variabel yang dipelajari dalam penelitian ini adalah
suhu pemanasan dan jumlah katalis yang digunakan.
H. JADWAL PENELITIAN
KegiatanMinggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Persiapan
bahan
2
bakuPerangkai
an alatPercobaan
pendahulu
anPelaksana
an
penelitia
n di
laborator
iumAnalisis
data
penelitia
nPenyusuna
n laporan
penelitia
nSeminar
I. DAFTAR PUSTAKA
Blomquist, R.F., Christiansen, A.W., and Myres, G.E.,
1983, “Adhesive Bonding of Wood and Other Structural
2
Materials”, The University of Wisconsin-Extension,
Wisconsin.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional, 1998, “SNI 06-0060-
1998 tentang Urea Formaldehida Cair untuk Perekat
Kayu Lapis”, BSN, Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional, 1998, “SNI 06-0163-
1998 tentang Melamin Formaldehida Cair untuk
Perekat Kayu Lapis”, BSN, Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional, 1998, “SNI 06-4567-
1998 tentang Fenol Formaldehida Cair untuk Perekat
Kayu Lapis”, BSN, Jakarta.
Perry, R.H., and Green, P., 1904, “Perry’s Chemical
Engineering’s Handbook”, 6ed., McGraw-Hill Book
Company,Inc., New York.
Petrie, E.M., 2006, “Handbook of Adhesives and Sealants”,
2nd edition, McGraw- Hill Professional, New
York.
2