Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga di Kuliah Kerja...

40
Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga di Desa Benjor Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang Kuliah Kerja Lapangan III yang dibimbing oleh Ibu Satti Wagistina Oleh Kelompok 2: Aminul Khoir Dita Ayu Pusparani Hadrianus Oswin Jaya Mohammad Safril Putri Kustantinah Syaiful Bahar UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

Transcript of Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga di Kuliah Kerja...

Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Rumah Tangga di Desa Benjor Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang

Kuliah Kerja Lapangan III yang dibimbing oleh Ibu Satti Wagistina

Oleh

Kelompok 2:

Aminul Khoir

Dita Ayu Pusparani

Hadrianus Oswin Jaya

Mohammad Safril

Putri Kustantinah

Syaiful Bahar

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

Mei 2014

Daftar IsiBAB I..........................................................4

PENDAHULUAN....................................................4

1. LATAR BELAKANG.............................................4

1.1 Rumusan masalah.........................................5

1.2 Manfaat Penelitian......................................5

1.3 Ruang Lingkup Penelitian................................6

1.4 Definisi Operasional....................................6

Tabel 1.....................................................7

a. Variabel Dan Jabaran Variabel...........................7

BAB II.........................................................9

KAJIAN PUSTAKA.................................................9

2.1 Partisipasi..............................................9

2.2 Lahan Pekarangan.........................................9

2.3 Fungsi Lahan Pekarangan.................................10

2.4 Fasilitas Pekarangan....................................10

2.5 Potensi Pemanfaatan Pekarangan..........................11

1. Budidaya  Organik......................................11

2. Vertikultur............................................11

3. Tabulampot.............................................11

BAB III.......................................................13

METODE PENELITIAN............................................13

3.1 Rancangan Penelitian....................................13

3.2 Populasi dan Sampel.....................................13

3.2.1 Populasi Penelitian..................................13

3.2.2 Sampel...............................................14

3.3 Instrumen Penelitian....................................14

3.4 Pengumpulan Data........................................14

3.4.1 teknik angket........................................14

3.4.2 teknik wawancara.....................................14

3.4.3 dokumentasi..........................................15

3.5 Pengelolaan Data........................................15

3.5.1 Mengedit Data........................................15

3.5.2 Mengkode.............................................15

3.5.3 Penilaian............................................15

3.6 Penghitungan Data.......................................16

BAB IV........................................................17

HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................17

4.1 Hasil Penelitian........................................17

4.1.1 Kategori.............................................17

4.1.2 tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan pekarangan di Desa Benjor..................................17

4.1.3 Jumlah orang dalam keluarga..........................18

4.1.4 Pemanfaatan lahan pekarangan.........................19

4.2 Pembahasan..............................................20

4.2.1 Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan lahan pekarangan di Desa Benjor............................22

4.2.2 Jenis tanaman dan ternak yang ada di desa Benjor.....23

BAB V.........................................................26

PENUTUP.......................................................26

5.1 Kesimpulan..............................................26

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Penduduk Indonesia tahun demi tahun mengalami peningkatan,

hal ini juga membuat tingkat kebutuhan primer manusia semakin

meningkat. Kebutuhan tersier yang paling di butuhkan yaitu tempat

tinggal atau bisa di sebut rumah. Penduduk malang juga mengalami

peningkatan, pada tahun 2005 berjumlah 773.174 dan pada tahun

2010 mengalami peningkatan 850.243 (BPS, Malang) hal ini membuat

peningkatan dalam hal kebutuhan pemukiman penduduk menjadi lebih

meningkat, hal ini dapat di lihat dengan banyaknya rumah yang ada

di Malang dan tidak dapat tertata dengan baik membuat pemukiman

tersebut menjadi pemukiman kumuh, kemudian banyaknya di bangun

perumahan baru.

Dalam pembangunan perumahan tidak luput oleh adanya

pekarangan rumah. Dalam sejarah usaha pertanian, lahan pekarangan

merupakan tempat kegiatan usaha tani yang mempunyai peranan besar

terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Pekarangan pada dasarnya

adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan biasanya

dikelilingi pagar atau pembatas.

Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan,

misalnya sebagai warung hidup dan apotik hidup, menambah

pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan

memberikan keindahan di lingkungan tempat tinggal. Penataan

bentuk dan pola pekarangan berbeda-beda, tergantung banyak

faktor. Misalnya faktor luas tanah, ketinggian tempat dari

permukaan laut (elevasi), keadaan iklim, jenis tanaman, dan jauh

dekatnya dari kota.

Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut

lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori;1 Di daerah

pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber

pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah, serta untuk

pelestarian lingkungan.2 Di daerah peDesaan yang dekat dengan

pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-

buahan, sumber penghasilan, dan pelestarian lingkungan.3 Di

daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan

untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta

melestarikan lingkungan.

Lahan pekarangan dapat dijadikan aset berharga bagi

pengembangan usaha tani skala rumah tangga. Oleh karena itu

pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan basis usaha

pertanian tanaman sayuran dalam rangka memberdayakan sumber daya

keluarga serta meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi.

Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan

potensi pekarangan, di samping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi

rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi

keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (Peny,DH dan

Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan

sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%. (Sabir

Tato,Widyaiswara Muda BBPP Batu,2014)

Pada daerah Desa Benjor Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang

terdapat lahan pekarangan yang digunakan sebagai tempat kandang

ternak. Selain itu, beberapa warga ada yang menggunakan lahan

pekarangannya sebagai tempat penanaman labu siam (Sechium edule).

Dari penanaman labu siam dan pengelolaan ternak itu diharapkan

mampu menambah penghasilan tiap keluarga. Pemanfaatan itu

dilakukan oleh ibu rumah tangga yang notabene berada di rumah.

Berdasarkan jabaran latar belakang di atas di butuhkan penelitian

lebih lanjut mengenai “Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga”

1.1 Rumusan masalah

1. Bagaimana tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam

pengelolaan lahan pekarangan di Desa Benjor?

2. Jenis tanaman dan ternak apa saja yang di manfaatkan

warga di Desa Benjor Kabupaten Malang?

1.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Bagi ilmu geografi diharapkan mampu memberikan

sumbangan ilmu untuk penelitian geografi dan informasi

tentang pengembangan pengelolaan lahan pekarangan agar

bisa dimanfaatkan dengan benar.

2. Manfaat Praktis

Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini mampu

memberikan penambahan kontribusi bagi perekonomian

masyarakat agar pekarangan mereka bisa di manfaatkan

dengan sebaik-baiknya. Kemudian bagi pemerintah dapat

meningkatkan hasil pertanian jika pekarangan rumah

tangga di manfaatkan dengan baik dari segi pertanian

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini kita mengambil sampling

secara asa dari beberapa rumah yang memiliki pekarangan

rumah yang bisa di manfaatkan di daerah Desa Benjor

Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.

1.4 Definisi Operasional

Lahan pekarangan merupakan tempat kegiatan usaha tani

yang mempunyai peranan besar terhadap pemenuhan kebutuhan

keluarga. Pekarangan pada dasarnya adalah sebidang tanah

yang terletak disekitar rumah dan biasanya dikelilingi pagar

atau pembatas (Departemen Pertanian, 2013).

Partisipasi partisipasi atau peran serta merupakan

aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat

untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi

program/proyek yang dilaksanakan.

Pemanfaatan adalah kegiatan untuk memaksimalkan

kegunaan atau fungsi dari suatu hal.

Tabel 1

a. Variabel Dan Jabaran Variabel

Variabel Sub variabel Indikator Sumber data Instrumen

- Partisipasi

ibu rumah

tangga dalam

mengelola

lahan

pekarangan

- Jumlah

Tanggungan

dalam

keluarga

- Keterlibat

an ibu

rumah

tangga

dalam

mengelola

pekarangan

- Jumlah

orang

dalam

keluarga

- Nilai

ekonomis

tanaman

- Cara merawat

tanaman

- Cara

mendapatkan

bibit.

- Mengikuti

penyuluhan

atau cara

memperoleh

informasi.

- Data

primer

- Wawancar

a

Langsung

- kuisione

r

- Pemanfaatan

lahan

pekarangan

- penggunaan

lahan

pekarangan

sebagai

pembantu

kebutuhan

pangan dan

obat-

obatan

- pengelolaa

n lahan

pekarangan

sebagai

penunjang

sumber

penghasila

n tambahan

- penanaman

tanaman

sayur, buah,

dan tanaman

apotik hidup

- pemeliharaan

hewan ternak

- Jenis tanaman

- Data

primer

- Wawancar

a

- Kuesione

r

ekonomi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi

Partisipasi mempunyai banyak pengertian, saputri (2012)

berpendapat bahwa partisipasi dalam penelitiannya adalah

sebuah tindakan atau kegiatan yang menandakan keikutsertaan

dan keterlibatan masyarakat dalan suatu kegiatan yang di

lakukan dengan sukarela. Menurut Adisasmita (dalam utami,

2013) partisipasi atau peran serta merupakan aktualisasi

dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk

berkorban dan berkontribusi dalam implementasi

program/proyek yang dilaksanakan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa partisipasi atau peran serta dari ibu-ibu

rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan merupakan

keikutsertaan/kontribusi ibu-ibu rumah tangga dalam

ketersediaan dan pemenuhan gizi dalam keluarga yang

dilakukan secara sukarela.

Dengan partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam

pemanfaatan lahan pekarangan diharapkan mampu menghemat

pengeluaran belanja keluarga, memperindah halaman dan

berkontribsi dalam pemenuhan gizi keluarga. Partisipasi

bukan semata-mata keterlibatan fisik namun juga keterlibatan

mental dan emosional. Dalam partisipasi, siapapun dapat

berperan aktif, memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri,

mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi lebih

terlibat dalam pembangunan. Sisi positif dari partisipasi

adalah program yang yang dijalankan akan lebih respon

terhadap kebutuhan dasar yang sesungguhnya.

2.2 Lahan Pekarangan

Pekarangan merupakan  sebidang tanah di sekitar rumah

yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan

pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga.

Pekarangan memiliki sejumlah peran dalam kehidupan sosial

ekonomi rumah tangga. Menurut sajogyo (1994, dalam ashari

dkk: hal. 15) Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung

hidup, warung hidup atau apotik hidup. Di sebut lumbung

hidup karena sewaktu-waktu kebutuhan poko seperti beras,

jagung, umbi-umbian dan sebagiannya tersedia di pekarangan.

Bahan-bahan tersebut di simpan dalam pekarangan dalam

keadaan hidup. Di sebut sebagai warung hidup, karena dalam

pekarangan terdapat sayuran yang berguna untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi keluarga, dimana sebagian rumah tangga

harus membelinya dengan uang tunai di pasar atau di

supermarket. Sementara itu, di sebut sebagai apotik hidup

karena dalam pekarangan ditanami berbagai macam tanaman

obat-obatan yang sangat bermanfaat dalam menyembuhkan

penyakit secara tradisional.

Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola

melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak

dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan

yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi

keluarga.

2.3 Fungsi Lahan Pekarangan

Masyarakat (socio-cultural) merupakan faktor utama mempunyai

peranan penting dalam mendorong peningkatan pemanfaatan

perkarangan, namun hanya sedikit usaha yang dilakukan untuk

menyajikan rumah tangga yang dimanfaatkan perkarangan.

Perkarangan mempunyai hubungan fungsional dengan rumah

tangga yang bersangkutan dalam pemanfaatannya keperluan

sendiri maupun diperdagangkan.

Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi

multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan : (1)

bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya; (2)

sayur dan buah-buahan; (3) unggas, ternak kecil dan ikan;

(4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan

kerajinan tangan; (7) uang tunai.

Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai

dengan potensi pekarangan, di samping dapat memenuhi

kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan

sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di

Yogyakarta (Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum

pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7%

sampai dengan 45%.

2.4 Fasilitas Pekarangan

Dalam pekarangan dilengkapi  beberapa fasilitas yang

merupakan kebutuhan anggota  keluarga yaitu: Lahan

pertanaman, Kandang ternak, Kolam ikan, Lumbung atau gudang,

Tempat menjemur hasil pertanian, Tempat menjemur pakaian,

Halaman tempat bermain anak-anak, Bangku, Sumur, Kamar

mandi, Tiang bendera, Tiang lampu, Garasi, Lubang sampah,

Jalan setapak, Pagar,Pintu Gerbang dan lain-lain.

2.5 Potensi Pemanfaatan Pekarangan

Tanaman pangan:  umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran,

buah, bumbu, obat

Tanaman yang bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran,

hias (bunga potong, tanaman pot, tanaman taman),

Ternak: unggas hias, petelur, pedaging. Ikan: hias,

produksi daging, dll. Dengan teknik budidaya sebagai

berikut:

1. Budidaya  Organik

Budidaya tanaman secara organik – sesedikit mungkin

menggunakan bahan anorganik. Bahan organik berasal dari

sisa kegiatan hulu pertanian. Bahan-bahan sisa kegiatan

pertanian berupa sekam, arang sekam, sabut kelapa, kulit

kacang tanah, serbuk gergaji, sampah daun bambu, bahkan

sampah rumah tangga dan lumpur endapan kolam ikan.

Teknik-teknik baru menggunakan EM4, dekomposisi bahan

organik ini menjadi kompos telah dapat dipercepat dari 2-

4 bulan menjadi 2-4 minggu.

2. Vertikultur

Vertikultur adalah usaha pertanian dengan

memanfaatkan semaksimal mungkin ruang dalam pengertian 3

dimensi, di mana dimensi tinggi (vertikal) dieksploitasi

sehingga indeks panen per satuan luas lahan dapat

dilipatgandakan dengan cara bertanam tanaman dengan media

selain tanah pada bak-bak tanaman yang diatur bertangga

(Cascade planting) --- struktur etage bouw pada

pekarangan.

Bertanam dalam pot-pot gantung yang mengisi penuh ruang,

yang tahan teduh di bawah dan yang lebih suka panas

diletakkan di atas.

3. Tabulampot

Menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya:

bunga) di dalam pot. Dengan syarat media tanam harus

mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan

aerasi yang baik. Pot yang kurang baik, aerasi kurang

dilaporkan kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam

proses penelitian, karena dengan ketetapan memilih metode

penelitian yang digunakan dapat menggambarkan hal-hal apa

yang dapat dilakukan. Rancangan penelitian atau sering

disebut dengan Desain penelitian dapat diartikan sebagai

strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh

data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan

tujuan penelitian

Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah yang ada

maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Bersifat

deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran tentang variabel yang diteliti. Bersifat

kuantitatif, karena dalam analisis dan hasilnya diuraikan

dengan angka.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan

untuk membuat gambaran secara aktual dan sistematis tentang

sifat-sifat obyek (individu, masyarakat, lembaga, dan lain-

lain) (Arikanto, 2002:9). Penelitian deskriptif bertujuan

untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa yang terjadi

pada masa sekarang. Untuk mempermudah pelaksanaan

penelitian, maka digunakan teknik survey dengan mengambil

sampel dan dari populasi dan mengiakan kuesioner sebagai

alat pengumpul data. Menurut Arikunto (2002:76) mengatakan

bahwa survei adalah suatu pendekatan yang pada umumnya

digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan menyeluruh.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek (Arikanto,

2002:108). Populasi juga dapat diartikan sebagai

keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan-tumbuhan, dan

gejala-gejala. Nilai atau peristiwa sebagai sumber yang

memiliki karakteristik tertentu di dalam penelitian.

Pada penelitian ini berkenaan dengan pengetahuan

tentang lingkungan dan partisipasi masyarakat dalam

pemanfaatan lahan pekarangan rumah tangga di Desa

Benjor Kabupaten Malang

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi atau sejumlah

anggota populasi yang mewakili populasinya. Menurut

Arikunto (2001:19) yakni sampel adalah sebagian

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat ukur merupakan hal yang sangat

penting di dalam kegiatan penelitian, karena dengan alat

ukur itulah akan diperoleh informasi data yang benar-benar

objektif dan akurat. Penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner ini berisi tentang sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

mengenai partisipasi ibu rumah tangga terhadap pemanfaatan

lahan pekarangan.

3.4 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan sebagai berikut:

3.4.1 teknik angket

Angket adalah usaha mengumpulkan data-data atau

informasi dengan menyampaikan berapa pertanyaan tertulis

untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Teknik

angket ini lebih berfungsi untuk mengetahui partisipasi

masyarakat serta data penelitian ini menggunakan angket

tertutup. Angket terbuka adalah angket dimana pertanyaan-

pertanyaan dan alternatif jawabannya telah ditentukan

sehingga responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan

3.4.2 teknik wawancara

Untuk memperjelas jawaban-jawaban dari responden

penelitian menggunakan alat bantu yaitu teknik wawancara.

Wawancara bersamaan dengan pengisian angket. Teknik

wawancara. Teknik wawancara ini memang bukan merupakan

alat pengumpul data utama, namun lebih berfungsi sebagai

cheking. Wawancara ini bertujuan untuk terhadap data-data

primer yang disaring melalui angket. Dari hasil cheking

didapat bahwa hasil wawancara dengan angket tidak jauh

beda.

3.4.3 dokumentasi

Data primer diperoleh dari angket yang langsung

diberikan kepada responden atau obyek yang diteliti. Data

sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu

dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di

luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu

sesungguhnya adalah data yang asli. Data sekunder dapat

diperoleh dari instansi-instansi dan perpustakaan. Data

diperoleh dari kelurahan Benjor, Kecamatan Tumpang.

3.5 Pengelolaan Data

3.5.1 Mengedit Data

Mengedit data adalah meneliti data yang telah

dikumpulkan dengan memiliki apakah data yang dikumpulkan

tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau

diolah lebih lanjut. Hal-hal yang perlu diteliti kembali

dalam melakukan keriting data adalah menyangkut

kelengkapan pengisian angket, keterbacaan tulisan,

kesesuaian jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman.

3.5.2 Mengkode

Mengkode adalah kegiatan pemberian kode, tanda,

atau simbol pada tiap-tiap data yang memiliki kategori

sama. Dalam penelitian ini yang menggunakan jenis angket

terbuka dan angket tertutup dalam pengumpulan data,

sehingga tinggal memberikan kode pada angket tersebut.

Angket yang sah diolah dan diberi kode dengan nomor 1,

2, 3,... sampai dengan 100. Kode ini berfungsi sebagai

pengganti nama responden.

3.5.3 Penilaian

Pada tahap ini diberikan skor jawaban tes. Untuk

data tentang partisipasi dan pemanfaatan lahan

pekarangan diperoleh dengan menggunakan angket.

Pemberian skor masing-masing butir angket menggunakan

sistem ordinal atau berjenjang, yaitu dengan menggunakan

jenjang sederhana, skor 1 adalah skor minimal dan skor 5

adalah skor maksimal untuk masing-masing item.

Tabulasi adalah mengelompokkan data yang serupa

dengan teliti dan teratur kemudian dilakukan perhitungan

dan menjumlah banyaknya peristiwa, gejala, atau item

yang termasuk dalam kategori yang sama. Tabulasi juga

dapat dikatakan sebagai proses penyusuan dan analisis

data dalam bentuk tabel. Dengan memasukkan data dalam

tabel dapat memudahkan kita dalam melakukan analisis

data.

3.6 Penghitungan Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu menggunakan tabulasi frekuensi. Analisis ini

digunakan untuk mendeskripsikan partisipasi ibu rumah tangga

dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan menggunakan rumus

persentase, yaitu:

Keterangan :

P : persentase skor yang diperoleh responden

F : jumlah skor jawaban yang diperoleh responden

n : jumlah total skor

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Kategori Interval Kategori

34-42 Rendah

43-51 Sedang

52-60 Tinggi

4.1.2 tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan pekarangan di Desa Benjor

Sub Variabel Indikator Tingkat

partisipasi

Kategori

Keterlibatan Ibu

rumah Tangga

dalam mengelola

pekarangan

Nilai Ekonomis

Tanaman dan

ternak

58 Tinggi

Cara merawat

tanaman dan

ternak

60 Tinggi

Tabel 4.1.1 Tingkat Partisipasi ibu rumah tangga dalam

pengelolaan pekarangan di Desa Benjor

Dalam penanaman tanaman dan ternak, tidak luput dari hasil

perekonomian karena penduduk di Desa Benjor sebagian besar

bermata pencaharian sebagai buruh tani, petani, dan ternak, dari

pendataan profil di Desa Benjor. Desa Benjor yang nampak jumlah

petani 153 orang sebagai petani, dan 630 sebagai buruh tani dan

peternak 12 orang (2010, profil Desa Benjor). Akan tetapi jumlah

tersebut mengalami peningkatan, karena hal ini terbukti dari

observasi yang kami lakukan di Desa Benjor. Maka dari itu dalam

bertani dan memelihara ternak penduduk melihat ekonomis agar bisa

menambah perekonomian penduduk Desa Benjor.

Di Desa Benjor kebanyakan masyarakat menanam tanaman Labu

Siam, Durian, Cabai, dan Apel. Penduduk menanam tanaman tersebut

biasanya untuk di konsumsi sendiri misal Labu Siam dan Durian dan

untuk tanaman yang melimpah seperti cabai dan apel biasnya dijual

di pasar, dan penduduk penduduk juga menjualnya kepada pengepul.

Pengepul sendiri biasanya mengunjungi rumah masyarakat sekitar,

jadi penduduk hanya menyerahkan hasil panennya.

Dari indicator Nilai Ekonomis tanaman dan ternak, hasil yang

diperoleh dari tingkat partisipasi ialah tinggi. Hal itu dimulai

dengan kepemilikan pekarangan di sekitar rumah. Lahan tersebut

dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan cara

memanfaatkannya. Penduduk desa benjor memanfaatkan dengan cara

beternak dan menanam beberapa jenis tanaman yang dapat dijual.

Hal ini yang menyebabkan nilai tingkat partisipasi tinggi sebesar

58. Hasil itu diperoleh dari harkat yang diberikan di tiap

jawaban sampel di lembar kuesioner.

Dalam perawatan tanaman dan ternak, masyarakat rata-rata

swadaya dalam pengelolaannya, masyarakat yang memiliki ternak

lebih memilih untuk menitipkan kepada warga yang tidak mampu dan

warga yang memiliki cukup luas lahan pekarangan mereka memilih

untuk dibantu dengan warga lain untuk merawatnya. Contoh

pemeliharan tanaman secara swadaya adalah memberikan pupuk

kandang, pupuk kandang itu sendiri diperoleh dari ternak sekitar

rumah mereka.

Perawatan tanaman dan ternak memiliki tingkat partisipasi

yang tinggi karena mayoritas dari ibu rumah tangga yang kami

wawancarai berpartisipasi aktif dalam mengelola lahan pekarangan.

4.1.3 Jumlah orang dalam keluargaSub variable Indikator Tingkat Kategori

Jumlah orang

dalam keluarga

Cara

mendapatkan

bibit

54 Tinggi

Mengikuti

penyuluhan atau

cara memperoleh

informasi

34 Rendah

Penduduk Desa Benjor memperoleh bibit tanaman melalui

pedagang yang biasanya berjualan melewati rumah warga. Pedagang

tersebut menjual beberapa macam bibit. Bibit labu siam adalah

salah satunya. Bibit labu siam banyak dibeli oleh warga. Untuk

beberapa bibit yang lain, warga membelinya di desa Tumpang yang

letaknya sekitar 6 km dari desa Benjor. Jumlah warga yang membeli

bibit hanya sebesar 20%. Ada juga warga yang mendapakan bibit

dari orang lain dengan gratis. Contohnya ialah bibit dari tanaman

tetangga. Jumlahnya lebih banyak, yaitu 80%.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

dalam memperoleh bibit tanaman tinggi. Hal ini dikarenakan

mayoritas mereka mendapatkan bibit dari tetangga. Dengan hasil

pemberian tersebut tergolong harkat tinggi karena menghemat

pengeluaran.

Penduduk Benjor memperoleh pengetahuan dalam pertanian dan

ternak melalui banyak faktor, hal ini bisa dapat dijelaskan pada

hasil survei responden. Sebanyak 3,4% penduduk memperoleh sendiri

pengetahuan mengenai perawatan ternak dan tanaman melalui membaca

buku ataupun internet. Jumlah yang sedikit jika dibandingkan

dengan warga yang mendapatkan cara merawat tanaman dan ternak

dari penyuluhan, yaitu sebesar 6,7%. Untuk hasil yang paling

besar, yaitu 89,9% merupakan hasil meniru cara warga lain.

Dalam penelitian ini juga menunjukkan hasil partisipasi

memperoleh informasi mengenai perawatan tanaman dan ternak

rendah. Hal ini disebabkan oleh kurang adanya penyuluhan secara

menyeluruh terhadap hasil panen tanaman Benjor. Disana yang ada

penyuluhan hanya pada pembibitan apel saja. Dengan demikian

informasi yang diperoleh tentang budidaya tanaman selain apel

kurang maksimal. Penyebabnya tidak lain adalah informasi budidaya

yang diperoleh dari tetangga yang mana informasinya belum tentu

terbukti secara ilmiah.

4.1.4 Pemanfaatan lahan pekaranganSub variable Indikator Tingkat

partisipasi

Kategori

Pengelolaan

lahan

pekarangan

sebagai

penunjang

sumber

penghasilan

tambahan

ekonomi

Pemeliharaan

hewan ternak

dan jenis

tanaman

33 Rendah

Pemanfaatan

lain

35 Rendah

Hasil penelitian mengenai partisipasi ibu rumah tangga dalam

pemeliharaan tanaman dan ternak berdasarkan jenisnya masih

tergolong rendah. Hal ini dikarenakan jenis tanaman dan ternaknya

kurang beragam, dimana berada dikisaran 1-5 jenis saja. Meskipun

demikian jenis tanaman dan ternak yang sedikit namun memiliki

nilai ekonomi yang tinggi. Sebagai contoh dipeliharanya sapi

limusin yang memiliki harga 30 juta an bahkan lebih tergantung

dari ukuran.

Pemanfaatan lain dalam penelitian ini adalah 35 partisipan,

dimana dimanfaatkan untuk industri keluarga, yaitu produksi tusuk

sate. Di desa Benjor bagian selatan, khususnya dibatas Desa

sebagian besar memanfaatkan pekarangan sebagai industri rumah

tangga yaitu produksi tusuk sate. Hasil pembuatan tusuk sate ini

dijual kepada para penjual sate dengan harga Rp4000,00 per

bungkus. Dalam satu bungkus terdapat 100 biji. Semakin ke arah

selatan pemanfaatan lahan semakin berkurang. Dari salah satu

rumah responden mengatakan, Sumarmi (29 tahun) tidak mempunyai

lahan pekarangan. Namun dari hasil yang kami wawancarai responden

dari responden mereka mengatakan mempunyai lahan lain di luar

pekarangan rumah mereka.

4.2 PembahasanDesa Benjor merupakan salah satu Desa yang terletak di

kecamatan Tumpang, Kabupaten malang. Secara batas administratif

Desa Benjor sebelah utara berbatasan dengan Desa ngadirejo,

kecamatan Jabung, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Duwet

ampul, kecamatan tumpang; sebelah timur berbatasan dengan Hutan,

sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Tumpang. Luas Desa

Benjor secara keseluruhan adalah 144,92 ha/m2, dan diantaranya

lahan pekarangan memiliki luas 6,57 ha/m2 dari luas Desa Benjor

secara keseluruhan. Sedangkan pemukiman penduduk memiliki luas

lahan 6,6 ha/m2. Dari data luas lahan yang difungsikan sebagai

pekarangan dengan pemukiman, memiliki luas yang hampir sama. Hal

ini menjadi menarik karena luas lahan untuk pekarangan hampir

sama dengan luas lahan yang berfungsi sebagai pemukiman.

Ditinjau dari segi kependudukan, jumlah penduduk Desa Benjor

pada tahun 2010 adalah 2153 jiwa dengan jumlah 624 kepala

keluarga. Berdasarkan dari jumlah KK tersebut, penduduk Desa

Benjor memiliki jumlah rumah 624 unit. Dan berdasarkan wawancara

dengan penduduk jumlahnya pada tahun 2014 semakin bertambah, hal

ini dikarenakan adanya keluarga baru dan mendirikan rumah baru di

Desa Benjor. Sehingga jumlah penduduk dan alih fungsi lahan

sebagai pemukiman semakin meningkat.

Keadaan penduduk Desa Benjor masih konvensional, dengan

mempertahankan mata pencaharian sebagai petani. Hal ini tercatat

dalam profil Desa Benjor yang nampak jumlah petani 153 orang

sebagai petani, dan 630 sebagai buruh tani. Dari total petani

tersebut 113 diantaranya adalah laki-laki, 450 orang buruh tani

laki-laki. Hal ini berarti perempuan sebagian besar berada

dirumah, sebagai ibu rumah tangga maupun menjaga toko keluarga

dirumahnya. Keadaan Desa Benjor yang mendukung mata pencaharian

sebagai petani ini tampak pada saat pagi hari, dimana warga Desa

secara bergerombol maupun sendiri membawa peralatan tani untuk

pergi ke sawah, ladang, maupun kebun.

Pola pemukiman di Desa Benjor sendiri secara mayoritas

mengikuti jalan, dengan model rumah yang tergolong masih

sederhana. Meskipun rumah masyarakat terlihat sederhana namun

secara mayoritas pembangunan rumah menyisakan lahan terbuka

sekitar rumah atau disebut pekarangan. Pekarangan di Desa Benjor

secara sekilas dari hasil observasi dilapangan tampak

dimanfaatkan untuk bertanam maupun beternak. Namun untuk lebih

jelasnya apakah lahan pekarangan tersebut terkelola dengan baik

dan diketahui tingkat partisipasi khususnya bagi ibu rumah tangga

Desa Benjor.

Pada landasan teori telah dijelaskan mengenai pengertian

partisipasi yakni, sebuah tindakan atau kegiatan yang menandakan

keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat dalan suatu kegiatan

yang di lakukan dengan sukarela. Menurut Adisasmita (dalam utami,

2013) partisipasi atau peran serta merupakan aktualisasi dari

ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan

berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang

dilaksanakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

partisipasi atau peran serta dari ibu-ibu rumah tangga dalam

pemanfaatan lahan pekarangan merupakan keikutsertaan/kontribusi

ibu-ibu rumah tangga dalam ketersediaan dan pemenuhan gizi dalam

keluarga yang dilakukan secara sukarela.

Dengan partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam pemanfaatan

lahan pekarangan diharapkan mampu menghemat pengeluaran belanja

keluarga, memperindah halaman dan berkontribsi dalam pemenuhan

gizi keluarga. Partisipasi bukan semata-mata keterlibatan fisik

namun juga keterlibatan mental dan emosional. Dalam partisipasi,

siapapun dapat berperan aktif, memiliki kontrol terhadap dirinya

sendiri, mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi lebih

terlibat dalam pembangunan. Sisi positif dari partisipasi adalah

program yang yang dijalankan akan lebih respon terhadap kebutuhan

dasar yang sesungguhnya.

4.2.1 Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan lahan pekarangan di Desa Benjor

Sub Variabel Indikator Tingkat

partisipasi

Kategori

Keterlibatan Ibu

rumah Tangga

dalam mengelola

pekarangan

Nilai Ekonomis

Tanaman dan

ternak

58 Tinggi

Cara merawat

tanaman dan

ternak

60 Tinggi

Jumlah orang

dalam keluarga

Cara

mendapatkan

bibit

54 Tinggi

Mengikuti

penyuluhan atau

cara memperoleh

informasi

34 Rendah

Pengelolaan

lahan pekarangan

sebagai

penunjang sumber

penghasilan

tambahan ekonomi

Pemeliharaan

hewan ternak

dan jenis

tanaman

33 Rendah

Pemanfaatan

lain35 Rendah

Keterlibatan ibu rumah tangga dalam mengelola perkarangan di desa

benjor tergolong kategorii yang tinggi, karena alasan ekonomi

dalam membantu kebutuhan rumah tanggga. Dengan mengelola

perkarangan sebagai memlihara ternak sebagai investasi. Investasi

ini sebagai kebutuhan yang mendesak, dengan cara menjual ternak

suatu saat jika ada kebutuhan. Sesuai data yang kamu survey

Keterlibatan Ibu rumah Tangga dalam mengelola pekarangan

mempunyai tingkat partisipasi 58 dari total harkat.

Dalam meneglola perkarangan, terutama tanaman kopi mereka

mendapat penyuluhan dalam mengelola tanaman kopi. Penyuluhan

berdasarkan kelompok-kelompok tani yang diselenggarakan oleh

Desa. Sehingga mereka dibekali keterampilan dalam mengelola

tanaman kopi mulai biji kopi yang merka dapatkan dari kelompok

hingga pembibitan. Dalm proses pembibitan memakan waktu lima

bulan dengan cara teknik stek mata tangkai, hingga masa

pembibitan yang sudah siap jual. Jadi disini dalam mengelola

tanaman kopi hanya sebatas pembibitan.

Pemanfaatan lain perkarangan di desa Benjor yaitu di alih

fungsi sebagai home industri, yaitu pengrajin tusuk sate.

Fenomena ini kami temukan di desa benjor bagian salatan mengarah

ke perrbatasan desa. Sebagaian besar sebagai pengrajian tusuk

sate. Hampir rumah-rumah di daerah perbatasan memiliki lahan

pekarangan yang sempit,

Dilihat dari beberapa indikator partisipasi diketahui ada

tiga kategori yang tergolong tinggi dan tiga tergolong rendah.

Pada indikator nilai ekonomis tanaman dan ternak tergolong tinggi

karena tanaman dan ternak yang terdapat di Desa Benjor memiliki

nilai ekonomis yang menjanjikan. Sebagai contoh ternak Sapi yang

biasa dijual di kisaran nominal Rp30.000.000,-. Sedangkan untuk

tanaman yang memiliki nilai jual adalah sayur, bibit apel, dan

tanaman pertanian. Pada bibit apel, para penanam bibit biasa

menjual bibit apel Rp20.000,-/batang. Bibit apel biasanya dibeli

oleh masyarakat desa sebelah seperti desa Poncokusumo.

4.2.2 Jenis tanaman dan ternak yang ada di desa Benjor

Dilihat berdasarkan jumlah responden, terdapat beberapa

jenis tanaman dan ternak yang berada di desa Benjor. Berikut ini

uraian tabel mengenai jumlah responden tanaman dan ternak:

Jenis tanaman Jumlah

responden

Jenis ternak Jumlah

responsden

Cabe 5 Ayam 4

Labu siam 11 Kambing 16

Kopi 1 Sapi 8

Apel 1

Durian 1

Tebu 1

Lain-lain 8

Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 30 responden,

terdapat 5 responden yang mengelola pekarangannya dengan menanam

tanaman cabe. Dari kelima responden tersebut, masing-masing

memiliki luas tanah yang berbeda. Ada yang diproduksi dalam

jumlah besar, ada juga yang hanya melengkapi jenis tanaman yang

lainnya. Sebagai contoh pelengkap, ibu rumah tangga yang

mengelola tanaman labu siam dan memiliki sisa sedikit lahan,

menanaminya dengan tanaman cabe.

Untuk tanaman labu siam, terdapat 11 responden yang

mengelolanya. Jumlah yang paling banyak jika dibandingkan dengan

jenis tanaman yang lain. Hal ini disebabkan karena banyak warga

yang menanam labu siam dan warga lain mengikutinya karena

mendapatkan bibit dari tetangga. Selain itu, adanya para pengepul

labu siam yang datang membuat warga banyak yang menanam labu siam

karena tidak perlu repot dalam penjualan hasil panen.

Ada beberapa jenis tanaman yang tidak begitu banyak

digunakan oleh ibu rumah tangga Desa Benjor dalam pemanfaatan

lahan pekarangan. Tanaman-tanaman tersebut adalah durian, kopi,

apel, dan tebu. Dari tiap jenis tanaman, hanya 1 orang responden

yang menanamnya. Hal itu kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan

lahan yang besar dalam penanaman tanaman tersebut. Selain itu,

hasil panennya dijual sendiri oleh warga desa Benjor ke pasar.

Berbeda dengan tanaman labu siam yang diambil oleh pengepul.

Untuk hewan ternak, kambing merupakan hewan yang paling

banyak dimiliki oleh warga Desa Benjor. Dari 30 responden,

terdapat 16 orang yang mengelola kambing di pekarangannya. Jika

dibandingkan dengan sapi yang berjumlah 8 responden dan ayam yang

hanya 4 responden, jumlah pemilik kambing ialah yang paling

besar. Hal ini disebabkan oleh kambing ialah jenis yang paling

terjangkau untuk dibeli oleh warga, tetapi hasilnya cukup

menjanjikan.

BAB V

PENUTUP

5.1KesimpulanBerdasarkan dari data profil mata pencaharian penduduk Desa

Benjor, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan

buruh tani. Masing-masing berjumlah 153 petani dan 630 buruh

tani. Dari jumlah tersebut sebagian besar di dominasi oleh laki-

laki, yaitu dari jumlah 153 orang petani, 113 diantaranya adalah

laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Sedangkan dari jumlah 630

buruh tani, 450 diantaranya adalah laki-laki dan sisanya

perempuan. Jadi, hal ini dapat disimpulkan bahwa perempuan yang

berada di Desa Benjor sebagian besar menjadi ibu rumah tangga dan

menjaga toko jika ada yang mempunyai toko. Oleh karena itu,

partisipasi ibu rumah tangga di Desa Benjor dalam pemanfaatan

lahan pekarangan sangat tinggi.

Salah satu responden mengatakan bahwa dalam pemanfaatan

lahan pekarangannya selalu di tanami manisa atau labu siam.

Alasannya, ia menanami labu siam/manisa tersebut di karenakan

perawatannya yang mudah. Oleh karena itu, labu siam adalah jenis

tanaman terbanyak yang ditanam di lahan pekarangan. Selain itu,

dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Benjor banyak ditanami

dengan tanaman durian, cabai, Apel dan sebagian kecil di tanami

kopi/cokelat. Namun, dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagian

ada yang diasosiasikan dengan peternakan.

Peternakan di Desa Benjor termasuk dalam golongan skala

kecil. Penduduk beternak hanya untuk menambah perekonomian saja

di samping bertani. Hewan ternak dipelihara dan yang di panen

adalah anak dari ternak tersebut. Hewan ternak yang ada disana

adalah Ayam, kambing, dan sapi. Dari ketiga hewan ternak

tersebut, kambing banyak di pelihara oleh masyrakat Benjor.

B. Saran

Makalah penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh sebab

itu itu kami dari kelompok 2 berharap ada kritik atau saran yang

dapat membantu dalam perbaikan makalah penelitian ini. Kekurangan

dari makalah ini, tidak akan kami sadari atau ketahui jika tidak

ada kritik atau saran. Maka dari itu, saya berharap teman-teman

offering L atau teman-teman yang lain, lebih khusnya ibu Satti

Wagistina sebagai pembimbing kami, agar memberi kritik serta

saran supaya makalah ini bisa kami sempurnakan dan diperbaiki.

Sehingga makalah ini menjadi salah satu rujukan bagi mahasiswa

yang judul penelitiannya hampir mirip dengan penelitian kami.

Lampiran

INSTRUMEN PENILAIAN

Nomor :

Nama responden:

Usia :

1. Mengapa Anda memanfaatkan lahan pekarangan dengan cara

tersebut?

a. Karena menambah penghasilan keluarga saya

b. Karena saya tidak perlu membeli apa yang saya butuhkan di

asa

2. Apakah Anda merawat pekarangan itu?

a. ya b. Tidak

3. Bagaimana cara mendapatkan bibit tanaman dan hewan ternak?

a. Membeli b. Diberi

4. Bagaimana cara mendapatkan informasi terkait cara mengelola

pekarangan?

a. Ikut tetangga b. Penyuluhan c. Sendiri

5. Berapa jenis tanaman yang dirawat di lahan pekarangan?

6. Berapa jenis ternak yang dirawat di lahan pekarangan?

7. Apa pemanfaatan lain yang dilakukan selain sebagai perawatan

tanaman dan ternak?

a. Industri b. Lainnya c. Tidak ada