Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga di Kuliah Kerja...
Transcript of Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga di Kuliah Kerja...
Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Rumah Tangga di Desa Benjor Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
Kuliah Kerja Lapangan III yang dibimbing oleh Ibu Satti Wagistina
Oleh
Kelompok 2:
Aminul Khoir
Dita Ayu Pusparani
Hadrianus Oswin Jaya
Mohammad Safril
Putri Kustantinah
Syaiful Bahar
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
Mei 2014
Daftar IsiBAB I..........................................................4
PENDAHULUAN....................................................4
1. LATAR BELAKANG.............................................4
1.1 Rumusan masalah.........................................5
1.2 Manfaat Penelitian......................................5
1.3 Ruang Lingkup Penelitian................................6
1.4 Definisi Operasional....................................6
Tabel 1.....................................................7
a. Variabel Dan Jabaran Variabel...........................7
BAB II.........................................................9
KAJIAN PUSTAKA.................................................9
2.1 Partisipasi..............................................9
2.2 Lahan Pekarangan.........................................9
2.3 Fungsi Lahan Pekarangan.................................10
2.4 Fasilitas Pekarangan....................................10
2.5 Potensi Pemanfaatan Pekarangan..........................11
1. Budidaya Organik......................................11
2. Vertikultur............................................11
3. Tabulampot.............................................11
BAB III.......................................................13
METODE PENELITIAN............................................13
3.1 Rancangan Penelitian....................................13
3.2 Populasi dan Sampel.....................................13
3.2.1 Populasi Penelitian..................................13
3.2.2 Sampel...............................................14
3.3 Instrumen Penelitian....................................14
3.4 Pengumpulan Data........................................14
3.4.1 teknik angket........................................14
3.4.2 teknik wawancara.....................................14
3.4.3 dokumentasi..........................................15
3.5 Pengelolaan Data........................................15
3.5.1 Mengedit Data........................................15
3.5.2 Mengkode.............................................15
3.5.3 Penilaian............................................15
3.6 Penghitungan Data.......................................16
BAB IV........................................................17
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................17
4.1 Hasil Penelitian........................................17
4.1.1 Kategori.............................................17
4.1.2 tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan pekarangan di Desa Benjor..................................17
4.1.3 Jumlah orang dalam keluarga..........................18
4.1.4 Pemanfaatan lahan pekarangan.........................19
4.2 Pembahasan..............................................20
4.2.1 Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan lahan pekarangan di Desa Benjor............................22
4.2.2 Jenis tanaman dan ternak yang ada di desa Benjor.....23
BAB V.........................................................26
PENUTUP.......................................................26
5.1 Kesimpulan..............................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Penduduk Indonesia tahun demi tahun mengalami peningkatan,
hal ini juga membuat tingkat kebutuhan primer manusia semakin
meningkat. Kebutuhan tersier yang paling di butuhkan yaitu tempat
tinggal atau bisa di sebut rumah. Penduduk malang juga mengalami
peningkatan, pada tahun 2005 berjumlah 773.174 dan pada tahun
2010 mengalami peningkatan 850.243 (BPS, Malang) hal ini membuat
peningkatan dalam hal kebutuhan pemukiman penduduk menjadi lebih
meningkat, hal ini dapat di lihat dengan banyaknya rumah yang ada
di Malang dan tidak dapat tertata dengan baik membuat pemukiman
tersebut menjadi pemukiman kumuh, kemudian banyaknya di bangun
perumahan baru.
Dalam pembangunan perumahan tidak luput oleh adanya
pekarangan rumah. Dalam sejarah usaha pertanian, lahan pekarangan
merupakan tempat kegiatan usaha tani yang mempunyai peranan besar
terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Pekarangan pada dasarnya
adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan biasanya
dikelilingi pagar atau pembatas.
Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan,
misalnya sebagai warung hidup dan apotik hidup, menambah
pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan
memberikan keindahan di lingkungan tempat tinggal. Penataan
bentuk dan pola pekarangan berbeda-beda, tergantung banyak
faktor. Misalnya faktor luas tanah, ketinggian tempat dari
permukaan laut (elevasi), keadaan iklim, jenis tanaman, dan jauh
dekatnya dari kota.
Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut
lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori;1 Di daerah
pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber
pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah, serta untuk
pelestarian lingkungan.2 Di daerah peDesaan yang dekat dengan
pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-
buahan, sumber penghasilan, dan pelestarian lingkungan.3 Di
daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan
untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta
melestarikan lingkungan.
Lahan pekarangan dapat dijadikan aset berharga bagi
pengembangan usaha tani skala rumah tangga. Oleh karena itu
pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan basis usaha
pertanian tanaman sayuran dalam rangka memberdayakan sumber daya
keluarga serta meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi.
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan
potensi pekarangan, di samping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi
keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (Peny,DH dan
Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan
sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%. (Sabir
Tato,Widyaiswara Muda BBPP Batu,2014)
Pada daerah Desa Benjor Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
terdapat lahan pekarangan yang digunakan sebagai tempat kandang
ternak. Selain itu, beberapa warga ada yang menggunakan lahan
pekarangannya sebagai tempat penanaman labu siam (Sechium edule).
Dari penanaman labu siam dan pengelolaan ternak itu diharapkan
mampu menambah penghasilan tiap keluarga. Pemanfaatan itu
dilakukan oleh ibu rumah tangga yang notabene berada di rumah.
Berdasarkan jabaran latar belakang di atas di butuhkan penelitian
lebih lanjut mengenai “Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga”
1.1 Rumusan masalah
1. Bagaimana tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam
pengelolaan lahan pekarangan di Desa Benjor?
2. Jenis tanaman dan ternak apa saja yang di manfaatkan
warga di Desa Benjor Kabupaten Malang?
1.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Bagi ilmu geografi diharapkan mampu memberikan
sumbangan ilmu untuk penelitian geografi dan informasi
tentang pengembangan pengelolaan lahan pekarangan agar
bisa dimanfaatkan dengan benar.
2. Manfaat Praktis
Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini mampu
memberikan penambahan kontribusi bagi perekonomian
masyarakat agar pekarangan mereka bisa di manfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Kemudian bagi pemerintah dapat
meningkatkan hasil pertanian jika pekarangan rumah
tangga di manfaatkan dengan baik dari segi pertanian
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian ini kita mengambil sampling
secara asa dari beberapa rumah yang memiliki pekarangan
rumah yang bisa di manfaatkan di daerah Desa Benjor
Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.
1.4 Definisi Operasional
Lahan pekarangan merupakan tempat kegiatan usaha tani
yang mempunyai peranan besar terhadap pemenuhan kebutuhan
keluarga. Pekarangan pada dasarnya adalah sebidang tanah
yang terletak disekitar rumah dan biasanya dikelilingi pagar
atau pembatas (Departemen Pertanian, 2013).
Partisipasi partisipasi atau peran serta merupakan
aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat
untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi
program/proyek yang dilaksanakan.
Pemanfaatan adalah kegiatan untuk memaksimalkan
kegunaan atau fungsi dari suatu hal.
Tabel 1
a. Variabel Dan Jabaran Variabel
Variabel Sub variabel Indikator Sumber data Instrumen
- Partisipasi
ibu rumah
tangga dalam
mengelola
lahan
pekarangan
- Jumlah
Tanggungan
dalam
keluarga
- Keterlibat
an ibu
rumah
tangga
dalam
mengelola
pekarangan
- Jumlah
orang
dalam
keluarga
- Nilai
ekonomis
tanaman
- Cara merawat
tanaman
- Cara
mendapatkan
bibit.
- Mengikuti
penyuluhan
atau cara
memperoleh
informasi.
- Data
primer
- Wawancar
a
Langsung
- kuisione
r
- Pemanfaatan
lahan
pekarangan
- penggunaan
lahan
pekarangan
sebagai
pembantu
kebutuhan
pangan dan
obat-
obatan
- pengelolaa
n lahan
pekarangan
sebagai
penunjang
sumber
penghasila
n tambahan
- penanaman
tanaman
sayur, buah,
dan tanaman
apotik hidup
- pemeliharaan
hewan ternak
- Jenis tanaman
- Data
primer
- Wawancar
a
- Kuesione
r
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Partisipasi
Partisipasi mempunyai banyak pengertian, saputri (2012)
berpendapat bahwa partisipasi dalam penelitiannya adalah
sebuah tindakan atau kegiatan yang menandakan keikutsertaan
dan keterlibatan masyarakat dalan suatu kegiatan yang di
lakukan dengan sukarela. Menurut Adisasmita (dalam utami,
2013) partisipasi atau peran serta merupakan aktualisasi
dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk
berkorban dan berkontribusi dalam implementasi
program/proyek yang dilaksanakan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa partisipasi atau peran serta dari ibu-ibu
rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan merupakan
keikutsertaan/kontribusi ibu-ibu rumah tangga dalam
ketersediaan dan pemenuhan gizi dalam keluarga yang
dilakukan secara sukarela.
Dengan partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam
pemanfaatan lahan pekarangan diharapkan mampu menghemat
pengeluaran belanja keluarga, memperindah halaman dan
berkontribsi dalam pemenuhan gizi keluarga. Partisipasi
bukan semata-mata keterlibatan fisik namun juga keterlibatan
mental dan emosional. Dalam partisipasi, siapapun dapat
berperan aktif, memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri,
mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi lebih
terlibat dalam pembangunan. Sisi positif dari partisipasi
adalah program yang yang dijalankan akan lebih respon
terhadap kebutuhan dasar yang sesungguhnya.
2.2 Lahan Pekarangan
Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah
yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan
pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga.
Pekarangan memiliki sejumlah peran dalam kehidupan sosial
ekonomi rumah tangga. Menurut sajogyo (1994, dalam ashari
dkk: hal. 15) Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung
hidup, warung hidup atau apotik hidup. Di sebut lumbung
hidup karena sewaktu-waktu kebutuhan poko seperti beras,
jagung, umbi-umbian dan sebagiannya tersedia di pekarangan.
Bahan-bahan tersebut di simpan dalam pekarangan dalam
keadaan hidup. Di sebut sebagai warung hidup, karena dalam
pekarangan terdapat sayuran yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi keluarga, dimana sebagian rumah tangga
harus membelinya dengan uang tunai di pasar atau di
supermarket. Sementara itu, di sebut sebagai apotik hidup
karena dalam pekarangan ditanami berbagai macam tanaman
obat-obatan yang sangat bermanfaat dalam menyembuhkan
penyakit secara tradisional.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola
melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak
dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan
yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi
keluarga.
2.3 Fungsi Lahan Pekarangan
Masyarakat (socio-cultural) merupakan faktor utama mempunyai
peranan penting dalam mendorong peningkatan pemanfaatan
perkarangan, namun hanya sedikit usaha yang dilakukan untuk
menyajikan rumah tangga yang dimanfaatkan perkarangan.
Perkarangan mempunyai hubungan fungsional dengan rumah
tangga yang bersangkutan dalam pemanfaatannya keperluan
sendiri maupun diperdagangkan.
Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi
multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan : (1)
bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya; (2)
sayur dan buah-buahan; (3) unggas, ternak kecil dan ikan;
(4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan
kerajinan tangan; (7) uang tunai.
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai
dengan potensi pekarangan, di samping dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan
sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di
Yogyakarta (Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum
pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7%
sampai dengan 45%.
2.4 Fasilitas Pekarangan
Dalam pekarangan dilengkapi beberapa fasilitas yang
merupakan kebutuhan anggota keluarga yaitu: Lahan
pertanaman, Kandang ternak, Kolam ikan, Lumbung atau gudang,
Tempat menjemur hasil pertanian, Tempat menjemur pakaian,
Halaman tempat bermain anak-anak, Bangku, Sumur, Kamar
mandi, Tiang bendera, Tiang lampu, Garasi, Lubang sampah,
Jalan setapak, Pagar,Pintu Gerbang dan lain-lain.
2.5 Potensi Pemanfaatan Pekarangan
Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran,
buah, bumbu, obat
Tanaman yang bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran,
hias (bunga potong, tanaman pot, tanaman taman),
Ternak: unggas hias, petelur, pedaging. Ikan: hias,
produksi daging, dll. Dengan teknik budidaya sebagai
berikut:
1. Budidaya Organik
Budidaya tanaman secara organik – sesedikit mungkin
menggunakan bahan anorganik. Bahan organik berasal dari
sisa kegiatan hulu pertanian. Bahan-bahan sisa kegiatan
pertanian berupa sekam, arang sekam, sabut kelapa, kulit
kacang tanah, serbuk gergaji, sampah daun bambu, bahkan
sampah rumah tangga dan lumpur endapan kolam ikan.
Teknik-teknik baru menggunakan EM4, dekomposisi bahan
organik ini menjadi kompos telah dapat dipercepat dari 2-
4 bulan menjadi 2-4 minggu.
2. Vertikultur
Vertikultur adalah usaha pertanian dengan
memanfaatkan semaksimal mungkin ruang dalam pengertian 3
dimensi, di mana dimensi tinggi (vertikal) dieksploitasi
sehingga indeks panen per satuan luas lahan dapat
dilipatgandakan dengan cara bertanam tanaman dengan media
selain tanah pada bak-bak tanaman yang diatur bertangga
(Cascade planting) --- struktur etage bouw pada
pekarangan.
Bertanam dalam pot-pot gantung yang mengisi penuh ruang,
yang tahan teduh di bawah dan yang lebih suka panas
diletakkan di atas.
3. Tabulampot
Menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya:
bunga) di dalam pot. Dengan syarat media tanam harus
mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan
aerasi yang baik. Pot yang kurang baik, aerasi kurang
dilaporkan kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam
proses penelitian, karena dengan ketetapan memilih metode
penelitian yang digunakan dapat menggambarkan hal-hal apa
yang dapat dilakukan. Rancangan penelitian atau sering
disebut dengan Desain penelitian dapat diartikan sebagai
strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh
data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan
tujuan penelitian
Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah yang ada
maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Bersifat
deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang variabel yang diteliti. Bersifat
kuantitatif, karena dalam analisis dan hasilnya diuraikan
dengan angka.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk membuat gambaran secara aktual dan sistematis tentang
sifat-sifat obyek (individu, masyarakat, lembaga, dan lain-
lain) (Arikanto, 2002:9). Penelitian deskriptif bertujuan
untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa yang terjadi
pada masa sekarang. Untuk mempermudah pelaksanaan
penelitian, maka digunakan teknik survey dengan mengambil
sampel dan dari populasi dan mengiakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data. Menurut Arikunto (2002:76) mengatakan
bahwa survei adalah suatu pendekatan yang pada umumnya
digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan menyeluruh.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek (Arikanto,
2002:108). Populasi juga dapat diartikan sebagai
keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan-tumbuhan, dan
gejala-gejala. Nilai atau peristiwa sebagai sumber yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam penelitian.
Pada penelitian ini berkenaan dengan pengetahuan
tentang lingkungan dan partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan lahan pekarangan rumah tangga di Desa
Benjor Kabupaten Malang
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi atau sejumlah
anggota populasi yang mewakili populasinya. Menurut
Arikunto (2001:19) yakni sampel adalah sebagian
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat ukur merupakan hal yang sangat
penting di dalam kegiatan penelitian, karena dengan alat
ukur itulah akan diperoleh informasi data yang benar-benar
objektif dan akurat. Penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner ini berisi tentang sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
mengenai partisipasi ibu rumah tangga terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan.
3.4 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan sebagai berikut:
3.4.1 teknik angket
Angket adalah usaha mengumpulkan data-data atau
informasi dengan menyampaikan berapa pertanyaan tertulis
untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Teknik
angket ini lebih berfungsi untuk mengetahui partisipasi
masyarakat serta data penelitian ini menggunakan angket
tertutup. Angket terbuka adalah angket dimana pertanyaan-
pertanyaan dan alternatif jawabannya telah ditentukan
sehingga responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan
3.4.2 teknik wawancara
Untuk memperjelas jawaban-jawaban dari responden
penelitian menggunakan alat bantu yaitu teknik wawancara.
Wawancara bersamaan dengan pengisian angket. Teknik
wawancara. Teknik wawancara ini memang bukan merupakan
alat pengumpul data utama, namun lebih berfungsi sebagai
cheking. Wawancara ini bertujuan untuk terhadap data-data
primer yang disaring melalui angket. Dari hasil cheking
didapat bahwa hasil wawancara dengan angket tidak jauh
beda.
3.4.3 dokumentasi
Data primer diperoleh dari angket yang langsung
diberikan kepada responden atau obyek yang diteliti. Data
sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu
dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di
luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu
sesungguhnya adalah data yang asli. Data sekunder dapat
diperoleh dari instansi-instansi dan perpustakaan. Data
diperoleh dari kelurahan Benjor, Kecamatan Tumpang.
3.5 Pengelolaan Data
3.5.1 Mengedit Data
Mengedit data adalah meneliti data yang telah
dikumpulkan dengan memiliki apakah data yang dikumpulkan
tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau
diolah lebih lanjut. Hal-hal yang perlu diteliti kembali
dalam melakukan keriting data adalah menyangkut
kelengkapan pengisian angket, keterbacaan tulisan,
kesesuaian jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman.
3.5.2 Mengkode
Mengkode adalah kegiatan pemberian kode, tanda,
atau simbol pada tiap-tiap data yang memiliki kategori
sama. Dalam penelitian ini yang menggunakan jenis angket
terbuka dan angket tertutup dalam pengumpulan data,
sehingga tinggal memberikan kode pada angket tersebut.
Angket yang sah diolah dan diberi kode dengan nomor 1,
2, 3,... sampai dengan 100. Kode ini berfungsi sebagai
pengganti nama responden.
3.5.3 Penilaian
Pada tahap ini diberikan skor jawaban tes. Untuk
data tentang partisipasi dan pemanfaatan lahan
pekarangan diperoleh dengan menggunakan angket.
Pemberian skor masing-masing butir angket menggunakan
sistem ordinal atau berjenjang, yaitu dengan menggunakan
jenjang sederhana, skor 1 adalah skor minimal dan skor 5
adalah skor maksimal untuk masing-masing item.
Tabulasi adalah mengelompokkan data yang serupa
dengan teliti dan teratur kemudian dilakukan perhitungan
dan menjumlah banyaknya peristiwa, gejala, atau item
yang termasuk dalam kategori yang sama. Tabulasi juga
dapat dikatakan sebagai proses penyusuan dan analisis
data dalam bentuk tabel. Dengan memasukkan data dalam
tabel dapat memudahkan kita dalam melakukan analisis
data.
3.6 Penghitungan Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu menggunakan tabulasi frekuensi. Analisis ini
digunakan untuk mendeskripsikan partisipasi ibu rumah tangga
dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan menggunakan rumus
persentase, yaitu:
Keterangan :
P : persentase skor yang diperoleh responden
F : jumlah skor jawaban yang diperoleh responden
n : jumlah total skor
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian
4.1.1 Kategori Interval Kategori
34-42 Rendah
43-51 Sedang
52-60 Tinggi
4.1.2 tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan pekarangan di Desa Benjor
Sub Variabel Indikator Tingkat
partisipasi
Kategori
Keterlibatan Ibu
rumah Tangga
dalam mengelola
pekarangan
Nilai Ekonomis
Tanaman dan
ternak
58 Tinggi
Cara merawat
tanaman dan
ternak
60 Tinggi
Tabel 4.1.1 Tingkat Partisipasi ibu rumah tangga dalam
pengelolaan pekarangan di Desa Benjor
Dalam penanaman tanaman dan ternak, tidak luput dari hasil
perekonomian karena penduduk di Desa Benjor sebagian besar
bermata pencaharian sebagai buruh tani, petani, dan ternak, dari
pendataan profil di Desa Benjor. Desa Benjor yang nampak jumlah
petani 153 orang sebagai petani, dan 630 sebagai buruh tani dan
peternak 12 orang (2010, profil Desa Benjor). Akan tetapi jumlah
tersebut mengalami peningkatan, karena hal ini terbukti dari
observasi yang kami lakukan di Desa Benjor. Maka dari itu dalam
bertani dan memelihara ternak penduduk melihat ekonomis agar bisa
menambah perekonomian penduduk Desa Benjor.
Di Desa Benjor kebanyakan masyarakat menanam tanaman Labu
Siam, Durian, Cabai, dan Apel. Penduduk menanam tanaman tersebut
biasanya untuk di konsumsi sendiri misal Labu Siam dan Durian dan
untuk tanaman yang melimpah seperti cabai dan apel biasnya dijual
di pasar, dan penduduk penduduk juga menjualnya kepada pengepul.
Pengepul sendiri biasanya mengunjungi rumah masyarakat sekitar,
jadi penduduk hanya menyerahkan hasil panennya.
Dari indicator Nilai Ekonomis tanaman dan ternak, hasil yang
diperoleh dari tingkat partisipasi ialah tinggi. Hal itu dimulai
dengan kepemilikan pekarangan di sekitar rumah. Lahan tersebut
dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan cara
memanfaatkannya. Penduduk desa benjor memanfaatkan dengan cara
beternak dan menanam beberapa jenis tanaman yang dapat dijual.
Hal ini yang menyebabkan nilai tingkat partisipasi tinggi sebesar
58. Hasil itu diperoleh dari harkat yang diberikan di tiap
jawaban sampel di lembar kuesioner.
Dalam perawatan tanaman dan ternak, masyarakat rata-rata
swadaya dalam pengelolaannya, masyarakat yang memiliki ternak
lebih memilih untuk menitipkan kepada warga yang tidak mampu dan
warga yang memiliki cukup luas lahan pekarangan mereka memilih
untuk dibantu dengan warga lain untuk merawatnya. Contoh
pemeliharan tanaman secara swadaya adalah memberikan pupuk
kandang, pupuk kandang itu sendiri diperoleh dari ternak sekitar
rumah mereka.
Perawatan tanaman dan ternak memiliki tingkat partisipasi
yang tinggi karena mayoritas dari ibu rumah tangga yang kami
wawancarai berpartisipasi aktif dalam mengelola lahan pekarangan.
4.1.3 Jumlah orang dalam keluargaSub variable Indikator Tingkat Kategori
Jumlah orang
dalam keluarga
Cara
mendapatkan
bibit
54 Tinggi
Mengikuti
penyuluhan atau
cara memperoleh
informasi
34 Rendah
Penduduk Desa Benjor memperoleh bibit tanaman melalui
pedagang yang biasanya berjualan melewati rumah warga. Pedagang
tersebut menjual beberapa macam bibit. Bibit labu siam adalah
salah satunya. Bibit labu siam banyak dibeli oleh warga. Untuk
beberapa bibit yang lain, warga membelinya di desa Tumpang yang
letaknya sekitar 6 km dari desa Benjor. Jumlah warga yang membeli
bibit hanya sebesar 20%. Ada juga warga yang mendapakan bibit
dari orang lain dengan gratis. Contohnya ialah bibit dari tanaman
tetangga. Jumlahnya lebih banyak, yaitu 80%.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
dalam memperoleh bibit tanaman tinggi. Hal ini dikarenakan
mayoritas mereka mendapatkan bibit dari tetangga. Dengan hasil
pemberian tersebut tergolong harkat tinggi karena menghemat
pengeluaran.
Penduduk Benjor memperoleh pengetahuan dalam pertanian dan
ternak melalui banyak faktor, hal ini bisa dapat dijelaskan pada
hasil survei responden. Sebanyak 3,4% penduduk memperoleh sendiri
pengetahuan mengenai perawatan ternak dan tanaman melalui membaca
buku ataupun internet. Jumlah yang sedikit jika dibandingkan
dengan warga yang mendapatkan cara merawat tanaman dan ternak
dari penyuluhan, yaitu sebesar 6,7%. Untuk hasil yang paling
besar, yaitu 89,9% merupakan hasil meniru cara warga lain.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan hasil partisipasi
memperoleh informasi mengenai perawatan tanaman dan ternak
rendah. Hal ini disebabkan oleh kurang adanya penyuluhan secara
menyeluruh terhadap hasil panen tanaman Benjor. Disana yang ada
penyuluhan hanya pada pembibitan apel saja. Dengan demikian
informasi yang diperoleh tentang budidaya tanaman selain apel
kurang maksimal. Penyebabnya tidak lain adalah informasi budidaya
yang diperoleh dari tetangga yang mana informasinya belum tentu
terbukti secara ilmiah.
4.1.4 Pemanfaatan lahan pekaranganSub variable Indikator Tingkat
partisipasi
Kategori
Pengelolaan
lahan
pekarangan
sebagai
penunjang
sumber
penghasilan
tambahan
ekonomi
Pemeliharaan
hewan ternak
dan jenis
tanaman
33 Rendah
Pemanfaatan
lain
35 Rendah
Hasil penelitian mengenai partisipasi ibu rumah tangga dalam
pemeliharaan tanaman dan ternak berdasarkan jenisnya masih
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan jenis tanaman dan ternaknya
kurang beragam, dimana berada dikisaran 1-5 jenis saja. Meskipun
demikian jenis tanaman dan ternak yang sedikit namun memiliki
nilai ekonomi yang tinggi. Sebagai contoh dipeliharanya sapi
limusin yang memiliki harga 30 juta an bahkan lebih tergantung
dari ukuran.
Pemanfaatan lain dalam penelitian ini adalah 35 partisipan,
dimana dimanfaatkan untuk industri keluarga, yaitu produksi tusuk
sate. Di desa Benjor bagian selatan, khususnya dibatas Desa
sebagian besar memanfaatkan pekarangan sebagai industri rumah
tangga yaitu produksi tusuk sate. Hasil pembuatan tusuk sate ini
dijual kepada para penjual sate dengan harga Rp4000,00 per
bungkus. Dalam satu bungkus terdapat 100 biji. Semakin ke arah
selatan pemanfaatan lahan semakin berkurang. Dari salah satu
rumah responden mengatakan, Sumarmi (29 tahun) tidak mempunyai
lahan pekarangan. Namun dari hasil yang kami wawancarai responden
dari responden mereka mengatakan mempunyai lahan lain di luar
pekarangan rumah mereka.
4.2 PembahasanDesa Benjor merupakan salah satu Desa yang terletak di
kecamatan Tumpang, Kabupaten malang. Secara batas administratif
Desa Benjor sebelah utara berbatasan dengan Desa ngadirejo,
kecamatan Jabung, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Duwet
ampul, kecamatan tumpang; sebelah timur berbatasan dengan Hutan,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Tumpang. Luas Desa
Benjor secara keseluruhan adalah 144,92 ha/m2, dan diantaranya
lahan pekarangan memiliki luas 6,57 ha/m2 dari luas Desa Benjor
secara keseluruhan. Sedangkan pemukiman penduduk memiliki luas
lahan 6,6 ha/m2. Dari data luas lahan yang difungsikan sebagai
pekarangan dengan pemukiman, memiliki luas yang hampir sama. Hal
ini menjadi menarik karena luas lahan untuk pekarangan hampir
sama dengan luas lahan yang berfungsi sebagai pemukiman.
Ditinjau dari segi kependudukan, jumlah penduduk Desa Benjor
pada tahun 2010 adalah 2153 jiwa dengan jumlah 624 kepala
keluarga. Berdasarkan dari jumlah KK tersebut, penduduk Desa
Benjor memiliki jumlah rumah 624 unit. Dan berdasarkan wawancara
dengan penduduk jumlahnya pada tahun 2014 semakin bertambah, hal
ini dikarenakan adanya keluarga baru dan mendirikan rumah baru di
Desa Benjor. Sehingga jumlah penduduk dan alih fungsi lahan
sebagai pemukiman semakin meningkat.
Keadaan penduduk Desa Benjor masih konvensional, dengan
mempertahankan mata pencaharian sebagai petani. Hal ini tercatat
dalam profil Desa Benjor yang nampak jumlah petani 153 orang
sebagai petani, dan 630 sebagai buruh tani. Dari total petani
tersebut 113 diantaranya adalah laki-laki, 450 orang buruh tani
laki-laki. Hal ini berarti perempuan sebagian besar berada
dirumah, sebagai ibu rumah tangga maupun menjaga toko keluarga
dirumahnya. Keadaan Desa Benjor yang mendukung mata pencaharian
sebagai petani ini tampak pada saat pagi hari, dimana warga Desa
secara bergerombol maupun sendiri membawa peralatan tani untuk
pergi ke sawah, ladang, maupun kebun.
Pola pemukiman di Desa Benjor sendiri secara mayoritas
mengikuti jalan, dengan model rumah yang tergolong masih
sederhana. Meskipun rumah masyarakat terlihat sederhana namun
secara mayoritas pembangunan rumah menyisakan lahan terbuka
sekitar rumah atau disebut pekarangan. Pekarangan di Desa Benjor
secara sekilas dari hasil observasi dilapangan tampak
dimanfaatkan untuk bertanam maupun beternak. Namun untuk lebih
jelasnya apakah lahan pekarangan tersebut terkelola dengan baik
dan diketahui tingkat partisipasi khususnya bagi ibu rumah tangga
Desa Benjor.
Pada landasan teori telah dijelaskan mengenai pengertian
partisipasi yakni, sebuah tindakan atau kegiatan yang menandakan
keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat dalan suatu kegiatan
yang di lakukan dengan sukarela. Menurut Adisasmita (dalam utami,
2013) partisipasi atau peran serta merupakan aktualisasi dari
ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan
berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang
dilaksanakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
partisipasi atau peran serta dari ibu-ibu rumah tangga dalam
pemanfaatan lahan pekarangan merupakan keikutsertaan/kontribusi
ibu-ibu rumah tangga dalam ketersediaan dan pemenuhan gizi dalam
keluarga yang dilakukan secara sukarela.
Dengan partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam pemanfaatan
lahan pekarangan diharapkan mampu menghemat pengeluaran belanja
keluarga, memperindah halaman dan berkontribsi dalam pemenuhan
gizi keluarga. Partisipasi bukan semata-mata keterlibatan fisik
namun juga keterlibatan mental dan emosional. Dalam partisipasi,
siapapun dapat berperan aktif, memiliki kontrol terhadap dirinya
sendiri, mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi lebih
terlibat dalam pembangunan. Sisi positif dari partisipasi adalah
program yang yang dijalankan akan lebih respon terhadap kebutuhan
dasar yang sesungguhnya.
4.2.1 Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan lahan pekarangan di Desa Benjor
Sub Variabel Indikator Tingkat
partisipasi
Kategori
Keterlibatan Ibu
rumah Tangga
dalam mengelola
pekarangan
Nilai Ekonomis
Tanaman dan
ternak
58 Tinggi
Cara merawat
tanaman dan
ternak
60 Tinggi
Jumlah orang
dalam keluarga
Cara
mendapatkan
bibit
54 Tinggi
Mengikuti
penyuluhan atau
cara memperoleh
informasi
34 Rendah
Pengelolaan
lahan pekarangan
sebagai
penunjang sumber
penghasilan
tambahan ekonomi
Pemeliharaan
hewan ternak
dan jenis
tanaman
33 Rendah
Pemanfaatan
lain35 Rendah
Keterlibatan ibu rumah tangga dalam mengelola perkarangan di desa
benjor tergolong kategorii yang tinggi, karena alasan ekonomi
dalam membantu kebutuhan rumah tanggga. Dengan mengelola
perkarangan sebagai memlihara ternak sebagai investasi. Investasi
ini sebagai kebutuhan yang mendesak, dengan cara menjual ternak
suatu saat jika ada kebutuhan. Sesuai data yang kamu survey
Keterlibatan Ibu rumah Tangga dalam mengelola pekarangan
mempunyai tingkat partisipasi 58 dari total harkat.
Dalam meneglola perkarangan, terutama tanaman kopi mereka
mendapat penyuluhan dalam mengelola tanaman kopi. Penyuluhan
berdasarkan kelompok-kelompok tani yang diselenggarakan oleh
Desa. Sehingga mereka dibekali keterampilan dalam mengelola
tanaman kopi mulai biji kopi yang merka dapatkan dari kelompok
hingga pembibitan. Dalm proses pembibitan memakan waktu lima
bulan dengan cara teknik stek mata tangkai, hingga masa
pembibitan yang sudah siap jual. Jadi disini dalam mengelola
tanaman kopi hanya sebatas pembibitan.
Pemanfaatan lain perkarangan di desa Benjor yaitu di alih
fungsi sebagai home industri, yaitu pengrajin tusuk sate.
Fenomena ini kami temukan di desa benjor bagian salatan mengarah
ke perrbatasan desa. Sebagaian besar sebagai pengrajian tusuk
sate. Hampir rumah-rumah di daerah perbatasan memiliki lahan
pekarangan yang sempit,
Dilihat dari beberapa indikator partisipasi diketahui ada
tiga kategori yang tergolong tinggi dan tiga tergolong rendah.
Pada indikator nilai ekonomis tanaman dan ternak tergolong tinggi
karena tanaman dan ternak yang terdapat di Desa Benjor memiliki
nilai ekonomis yang menjanjikan. Sebagai contoh ternak Sapi yang
biasa dijual di kisaran nominal Rp30.000.000,-. Sedangkan untuk
tanaman yang memiliki nilai jual adalah sayur, bibit apel, dan
tanaman pertanian. Pada bibit apel, para penanam bibit biasa
menjual bibit apel Rp20.000,-/batang. Bibit apel biasanya dibeli
oleh masyarakat desa sebelah seperti desa Poncokusumo.
4.2.2 Jenis tanaman dan ternak yang ada di desa Benjor
Dilihat berdasarkan jumlah responden, terdapat beberapa
jenis tanaman dan ternak yang berada di desa Benjor. Berikut ini
uraian tabel mengenai jumlah responden tanaman dan ternak:
Jenis tanaman Jumlah
responden
Jenis ternak Jumlah
responsden
Cabe 5 Ayam 4
Labu siam 11 Kambing 16
Kopi 1 Sapi 8
Apel 1
Durian 1
Tebu 1
Lain-lain 8
Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 30 responden,
terdapat 5 responden yang mengelola pekarangannya dengan menanam
tanaman cabe. Dari kelima responden tersebut, masing-masing
memiliki luas tanah yang berbeda. Ada yang diproduksi dalam
jumlah besar, ada juga yang hanya melengkapi jenis tanaman yang
lainnya. Sebagai contoh pelengkap, ibu rumah tangga yang
mengelola tanaman labu siam dan memiliki sisa sedikit lahan,
menanaminya dengan tanaman cabe.
Untuk tanaman labu siam, terdapat 11 responden yang
mengelolanya. Jumlah yang paling banyak jika dibandingkan dengan
jenis tanaman yang lain. Hal ini disebabkan karena banyak warga
yang menanam labu siam dan warga lain mengikutinya karena
mendapatkan bibit dari tetangga. Selain itu, adanya para pengepul
labu siam yang datang membuat warga banyak yang menanam labu siam
karena tidak perlu repot dalam penjualan hasil panen.
Ada beberapa jenis tanaman yang tidak begitu banyak
digunakan oleh ibu rumah tangga Desa Benjor dalam pemanfaatan
lahan pekarangan. Tanaman-tanaman tersebut adalah durian, kopi,
apel, dan tebu. Dari tiap jenis tanaman, hanya 1 orang responden
yang menanamnya. Hal itu kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan
lahan yang besar dalam penanaman tanaman tersebut. Selain itu,
hasil panennya dijual sendiri oleh warga desa Benjor ke pasar.
Berbeda dengan tanaman labu siam yang diambil oleh pengepul.
Untuk hewan ternak, kambing merupakan hewan yang paling
banyak dimiliki oleh warga Desa Benjor. Dari 30 responden,
terdapat 16 orang yang mengelola kambing di pekarangannya. Jika
dibandingkan dengan sapi yang berjumlah 8 responden dan ayam yang
hanya 4 responden, jumlah pemilik kambing ialah yang paling
besar. Hal ini disebabkan oleh kambing ialah jenis yang paling
terjangkau untuk dibeli oleh warga, tetapi hasilnya cukup
menjanjikan.
BAB V
PENUTUP
5.1KesimpulanBerdasarkan dari data profil mata pencaharian penduduk Desa
Benjor, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan
buruh tani. Masing-masing berjumlah 153 petani dan 630 buruh
tani. Dari jumlah tersebut sebagian besar di dominasi oleh laki-
laki, yaitu dari jumlah 153 orang petani, 113 diantaranya adalah
laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Sedangkan dari jumlah 630
buruh tani, 450 diantaranya adalah laki-laki dan sisanya
perempuan. Jadi, hal ini dapat disimpulkan bahwa perempuan yang
berada di Desa Benjor sebagian besar menjadi ibu rumah tangga dan
menjaga toko jika ada yang mempunyai toko. Oleh karena itu,
partisipasi ibu rumah tangga di Desa Benjor dalam pemanfaatan
lahan pekarangan sangat tinggi.
Salah satu responden mengatakan bahwa dalam pemanfaatan
lahan pekarangannya selalu di tanami manisa atau labu siam.
Alasannya, ia menanami labu siam/manisa tersebut di karenakan
perawatannya yang mudah. Oleh karena itu, labu siam adalah jenis
tanaman terbanyak yang ditanam di lahan pekarangan. Selain itu,
dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Benjor banyak ditanami
dengan tanaman durian, cabai, Apel dan sebagian kecil di tanami
kopi/cokelat. Namun, dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagian
ada yang diasosiasikan dengan peternakan.
Peternakan di Desa Benjor termasuk dalam golongan skala
kecil. Penduduk beternak hanya untuk menambah perekonomian saja
di samping bertani. Hewan ternak dipelihara dan yang di panen
adalah anak dari ternak tersebut. Hewan ternak yang ada disana
adalah Ayam, kambing, dan sapi. Dari ketiga hewan ternak
tersebut, kambing banyak di pelihara oleh masyrakat Benjor.
B. Saran
Makalah penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu itu kami dari kelompok 2 berharap ada kritik atau saran yang
dapat membantu dalam perbaikan makalah penelitian ini. Kekurangan
dari makalah ini, tidak akan kami sadari atau ketahui jika tidak
ada kritik atau saran. Maka dari itu, saya berharap teman-teman
offering L atau teman-teman yang lain, lebih khusnya ibu Satti
Wagistina sebagai pembimbing kami, agar memberi kritik serta
saran supaya makalah ini bisa kami sempurnakan dan diperbaiki.
Sehingga makalah ini menjadi salah satu rujukan bagi mahasiswa
yang judul penelitiannya hampir mirip dengan penelitian kami.
1. Mengapa Anda memanfaatkan lahan pekarangan dengan cara
tersebut?
a. Karena menambah penghasilan keluarga saya
b. Karena saya tidak perlu membeli apa yang saya butuhkan di
asa
2. Apakah Anda merawat pekarangan itu?
a. ya b. Tidak
3. Bagaimana cara mendapatkan bibit tanaman dan hewan ternak?
a. Membeli b. Diberi
4. Bagaimana cara mendapatkan informasi terkait cara mengelola
pekarangan?
a. Ikut tetangga b. Penyuluhan c. Sendiri
5. Berapa jenis tanaman yang dirawat di lahan pekarangan?
6. Berapa jenis ternak yang dirawat di lahan pekarangan?
7. Apa pemanfaatan lain yang dilakukan selain sebagai perawatan
tanaman dan ternak?
a. Industri b. Lainnya c. Tidak ada