Branding Sabang

143
1 TOURISM DESTINATION BRANDING: ANALISIS KAMPANYE KOMUNIKASI PEMASARAN, CITRA DAN POSITIONING SABANG SEBAGAI DESTINASI WISATA BAHARI INTERNASIONAL THESIS Diajukan Oleh: Nama : Elizabeth Amanda Maria NIM : 037.0502.2010 Konsentrasi : Marketing Communications Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Ilmu Komunikasi JAKARTA APRIL, 2013

Transcript of Branding Sabang

1!!

TOURISM DESTINATION BRANDING: ANALISIS KAMPANYE KOMUNIKASI PEMASARAN,

CITRA DAN POSITIONING SABANG SEBAGAI DESTINASI WISATA BAHARI INTERNASIONAL

THESIS

Diajukan Oleh:

Nama : Elizabeth Amanda Maria

NIM : 037.0502.2010

Konsentrasi : Marketing Communications

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar

Magister Ilmu Komunikasi

JAKARTA

APRIL, 2013

!!

"!!

ABSTRAK

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI THE LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS – JAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KOMUNIKASI

Nama : Elizabeth Amanda Maria NIM : 0370.502.2010 Judul Skripsi : Tourism Destination Branding: Analisis Kampanye

Komunikasi Pemasaran, Citra dan Positioning Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional

Jumlah Halaman : 140 Halaman Refrensi : 23buku, 20 internet website, 2 majalah Tourism destination branding merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan pariwisata. Sabang sebagai salah satu aset pariwisata Indonesia hingga kini masih memiliki citra negatif dan kurang dikenal sebagai destinasi wisata. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah kampanye komunikasi pemasaran, citra dan positioning Sabang sehubungan dengan tourism destination branding Sabang guna melihat keterkaitannya dengan city branding Sabang. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori prinsip destination branding untuk pariwisata. Peneliti menggunakan teori ini untuk meninjau tourism destination branding dan mencari tourism destination branding yang tepat untuk Sabang. Teori ini juga digunakan sebagai tolak ukur keterkaitan tourism destination branding Sabang dengan enam dimensi city branding. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan informasi melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Hasil wawancara yang telah didapatkan selanjutnya di cross check dengan dokumen lain yang berhasil dikumpulkan menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi ketidakharmonisan pada stakeholders. Pesan yang ingin disampaikan pada target market terbukti tidak sampai sehingga bias dikatakan langkah-langkah komunikasi pemasaran tidak berjalan dengan baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan komunikasi pemasaran Sabang tidak diimbangi dengan implementasi dan pemantauan yang baik. Tourism destination branding Sabang mulai terbentuk sebatas pada wisatawan yang datang dan memiliki keterkaitan yang erat dengan city branding Sabang, namun terdapat kendala pada pencitraan Sabang. Oleh karena itu, dibutuhkan perbaikkan mulai dari perencanaan, implementasi, pemantauan baik disisi alam, SDM, fasilitas dan citra.

!!

#!!

ABSTRACT

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI THE LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS – JAKARTA

POST - GRADUATE PROGRAMMES

Name : Elizabeth Amanda Maria NIM : 0370.502.2010 Thesis Title :Tourism Destination Branding: Analysis of

Marketing Communications Campaign, Image and Positioning Sabang as International Marine Tourism Destination

Total Pages : 140 Pages Reference : 23 books, 20 internet websites, 2 Magazines Tourism destination branding is one important factor in tourism development. Sabang as one of Indonesia's tourism assets are still having a negative image and not known as tourism destinations. Therefore, this research aims to understand the step of marketing communication campaigns, image and positioning in relation to tourism destination branding in order to see its relevance to Sabang city branding. The main theory in this research is the theoretical principles of destination brandingin tourism. Researchers use this theory to review the tourism destination branding and to find the correct Sabang tourism destination branding. This theory is also usedto measure the relationship of tourism destination branding and six dimensions of Sabang city branding. This study uses qualitative research methods by collecting information through in depth interviews, observation and document study. The interviews that have been obtained are continuing to crosscheck with another document that was compiled using triangulation. The results showed that there is disharmony in the stakeholders. Marketing communication steps are not going well, so that messages do not arrive to the target market. This study shows that the planning of Sabang marketing communications is not matched with a good implementation and monitoring. Sabang Tourism destination branding began to form limited to the tourists who come and have a strong linkage with the Sabang city branding, but there are constraints on the imaging of Sabang. Therefore, it is necessaryto improvement from the planning, implementation, monitoring both in the nature, human resources, facilities and image. !

!!

$!!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia

dengan wilayah yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau membentang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia 2011, luas wilayah

Indonesia hampir mencapai dua juta kilometer, yang terdiri dari 33 provinsi

dan 17.504 pulau. Wilayah Indonesia pun dua pertiganya didominasi oleh

laut, karena itulah Indonesia disebut sebagai negeri bahari. Ini artinya,

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata

khususnya pariwisata bahari.

Indonesia dikenal sebagai negeri bahari, ini tentunya bisa menjadikan

wisata laut sebagai andalan objek wisata. Hampir di semua bagian wilayah

Indonesia memiliki wisata bahari dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Destinasi wisata bahari di Indonesia bagian Timur saat ini sudah

cukup dikenal baik nasional maupun internasional, beberapa daerah yang

menjadi destinasi wisata bahari adalah Raja Ampat di Papua, Pulau Banda,

Wakatobi di Sulawesi, Gorontalo dan Ambon.

Destinasi-destinasi tersebut sudah banyak dikunjungi wisatawan

terutama wisatawan mancanegara. Raja Ampat bahkan dikenal sebagai

salah satu lokasi penyelaman terbaik di dunia.

!!

%!!

Destinasi wisata bahari juga dimiliki oleh Indonesia bagian Tengah,

destinasi yang paling terkenal di Indonesia juga berada di Indonesia bagian

tengah. Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia bagian tengah yang

menjadi pusat destinasi wisata. Berbagai jenis hiburan ditawarkan di pulau

ini, baik dari wisata bahari, wisata pegunungan, wisata budaya hingga

hiburan malam. Tidak hanya pulau Bali yang menjadi destinasi wisata bahari,

adapula Lombok yang terkenal dengan berbagai Gili, Pulau Komodo dan

Pulau Derawan yang terletak di kepulauan Kalimantan. Derawan juga

dikenal sebagai salah satu lokasi penyelaman yang terbaik di Indonesia.

Sedangkan untuk Indonesia bagian barat yang terdiri dari pulau Jawa

dan Sumatera, destinasi bahari yang sudah dikenal di dalam negeri hanya

kepulauan seribu yang didominasi oleh wisatawan lokal. Padahal wisatawan

mancanegara sudah mulai melirik ke destinasi bahari di ujung barat

Indonesia yaitu Sabang – Pulau Weh. Terletak di nol kilometer Indonesia

namun sangat kaya dengan potensi wisata bahari.

Berdasarkan Garis-garis besar haluan negara 1993, Indonesia sendiri

terbagi menjadi 2 bagian kawasan pembangunan yaitu, Indonesia bagian

barat dan Indonesia bagian Timur. Kawasan pembangunan dari Indonesia

barat mencakup Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali sedangkan

pembangunan Indonesia bagian timur mencakup Sulawesi, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua.

Infrastruktur serta sarana prasarana pendukung pariwisata juga sudah

berkembang di beberapa daerah pariwisata di Indonesia.Namun,

!!

&!!

pembangunan kawasan barat dan timur belum merata. Pembangunan

pendukung pariwisata bahari untuk kawasan barat terpusat pada Pulau Bali,

sedangkan untuk kawasan pariwisata Timur pembangunan sudah mulai

berkembang. Kawasan Indonesia timur sudah lebih dikenal sebagai daerah

pariwisata bahari, seperti: Lombok, Raja Ampat, Pulau Komodo, Wakatobi

dan Banda.

Kawasan barat kurang dikenal sebagai destinasi wisata. Pada event

Boston Globe Travel Show (BGTS) 2012, yang merupakan event pameran

pariwisata tahunan ini dalam website Konsulat Jendral Republik Indonesia

dikatakan:

“Promosi pariwisata Indonesia pada BGTS kali ini diupayakan lebih

fokus pada promosi wisata diving dan daerah wisata di Indonesia

bagian timur, termasuk pulau Komodo” (“Boston Globe Travel Show

2012,” 2012).

Dari kutipan tersebut maka dapat dilihat bahwa Indonesia lebih fokus

mempromosikan kawasan Indonesia bagian Timur.

Pemerintah terus mempromosikan potensi wisata bahari Indonesia

yang menurut dari Pusat Data Statistik 2009 meliputi 5,8 juta meter

persegi.Kini promosi-promosi pariwisata mulai gencar dilakukan pemerintah

Indonesia, baik secara nasional maupun Internasional.Beberapa event

Internasional sudah dilakukan secara konsisten di setiap tahunnya yaitu Sail

Indonesia.Event Sail Indonesia merupakan event Sailing rally Internasional

yang memiliki rute hampir mengelilingi Indonesia. Namun, dalam rute

!!

'!!

tersebut terfokus pada Indonesia bagian Timur. Di Pulau Sumatera saja,

Sailling rally ini hanya melewati Kepulauan Bangka-Belitung padahal masih

banyak daerah di Sumatera yang perlu di promosikan.

Sejak tahun 2009 Sail Indonesia bekerjasama dengan pemerintah

daerah telah rutin dilakukan dibeberapa daerah seperti: Sail Bunaken 2009,

Sail Banda 2010, Sail Wakatobi – Belitong 2011, dan Sail Morotai yang akan

dilakukan di tahun 2012 ini. Event - event tersebut lebih fokus

mempromosikan kawasan Indonesia Timur, sehingga pariwisata bahari

Indonesia Timur mulai berkembang dan dikenal dibanding Indonesia Barat.

Sementara itu, potensi pariwisata di Indonesia membentang dari

Sabang sampai Merauke dengan segala keanekaragaman obyek pariwisata

dan seni budaya yang menawan.Sadar dengan hal tersebut, pemerintah

Indonesia sudah mulai untuk mempromosikan dan melakukan pembangunan

daerah-daerah pariwisata selain pulau Bali, dan salah satunya adalah

Sabang – Pulau Weh. Tentunya kita bisa melihat perbedaan Bali dengan

Sabang. Bali merupakan daerah yang sudah siap karena sudah memiliki

fasilitas-fasilitas yang sangat lengkap seperti hotel, restoran, tempat

perbelanjaan, dan juga fasilitas-fasilitas penunjang lainnya. Masyarakat

daerah tersebut juga sangat mendukung daerahnya menjadi daerah wisata.

Hal-hal di atas tentunya sangat penting, karena wisatawan

membutuhkan tempat yang nyaman saat berwisata. Memiliki kekayaan alam

yang indah belum tentu bisa menjadikan daerah tersebut sebagai daerah

pariwisata yang baik, diperlukan beberapa faktor pendukung. Dengan

!!

(!!

adanya pembangunan yang didukung dengan promosi maka daerah

pariwisata di Indonesia akan lebih dikenal. Pariwisata merupakan suatu

proses bepergian sementara yang dilakukan satu orang atau lebih menuju ke

tempat lain yang diluar tempat tinggalnya (Suwantoro, 2004, p. 3).

Peneliti melihat bahwa Sabang merupakan daerah dengan wisata

bahari yang potensial, unik dan sangat menarik. Hal ini terbukti dengan

terpilihnya Sabang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang akan

dikembangkan. Ditjen PDP (Pengembangan Destinasi Pariwisata)

Kementerian Budaya dan Pariwisata sejak 2010 hingga 2014 mendatang

telah menetapkan 15 destinasi pariwisata yang dikembangankan dengan

menerapkan konsep DMO (Destination Management Organization).

Destinasi pariwisata tersebut adalah: 1) Kota Tua Jakarta, 2) Pangandaran

(Jabar), 3) Borobudur (Jateng), 4) Bromo – Tengge r- Semeru (Jatim), 5)

Toba (Sumut), 6) Sabang (NAD), 7) Bali, 8) Rinjani (NTB), 9) Komodo-

Kelimutu-Flores (NTT), 10) Tanjung Puting (Kalteng), 11) Derawan (Kaltim),

12) Toraja (Sulsel), 13) Bunaken (Sulut), 14) Wakatobi (Sultra), dan 15) Raja

Ampat (Papua) (“DMO Indonesia,” 2011).

Pulau Weh yang merupakan bagian Sabang adalah salah satu daerah

di Indonesia yang unik dan berpotensi besar. Pulau ini hanya bisa dijangkau

dengan feri. “Sabang” telah terkenal sebagai bagian paling Barat dari

Indonesia dengan kata-kata “Dari Sabang sampai Merauke” dalam sebuah

lagu nasional populer. Pemerintah pun telah membangun sebuah Monumen

!!

)!!

Kilometer Nol Indonesia untuk menandakan bahwa Pulau Weh adalah

bagian paling Barat dan Utara dari Indonesia.

Sesuai dengan lokasinya, maka dalam beberapa promosi berupa

brosur dan booklet Sabang mengusung judul “Where the wonderful

Indonesia start from…” serta memiliki subjudul seperti: Where the amazing

Indonesia start from dan Where the remarkable Indonesia start from.

Sabang bisa dikatakan sebagai awal dari destinasi pariwisata

Indonesia yang lengkap, memiliki pulau yang indah, yang terdiri dari daratan

yang rendah, bergelombang, berbukit-bukit, bergunung-gunung dan

disepanjang pantai penuh dengan batu-batuan.

Dari tampilan website www.budpar.sabangkota.go.id dapat diketahui

bahwa Sabang memilki banyak tempat wisata yang menarik untuk

dikunjungi, seperti; Pantai Gapang, Pantai Iboih, Ujung karang, Anoi Itam,

Sumur Tiga, dan Pulau Rubiah. Selain tempat wisata pantai, Sabang juga

memiliki wisata bawah laut, yaitu; diving dan snorkelling.Diving ini bertujuan

untuk melihat terumbu karang yang merupakan ekosistem yang memiliki

bentuk unik dan khas di laut Sabang (“Tempat Wisata Sabang,” n.d.)

Objek wisata lainnya yaitu: dimulai dari kapal Jerman yang karam

tahun 1945, hidrotermal, air panas yang memancar dari bawah laut,

pemandian air panas, pantai pasir putih, hingga benteng - benteng Jepang,

Sabang juga dikenal sebutan kota seribu benteng.

Kota Sabang juga menjadi tuan rumah dari event “SABANG

International REGATTA (SIR)2011” yang terselenggara atas kerjasama dari

!!

*+!!

Kementerian Budaya dan Pariwisata Indonesia, Wonderful Indonesia,

Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota Sabang, PORLASI dan Royal Langkawi

Yacht Club telah sukses dilaksanakan.

“Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar, mengatakan dengan adanya kegiatan Sabang International Regatta 2011, ini dimaksudkan untuk menempatkan Aceh dalam peta destinasi pariwisata bahari dunia serta mengembalikan citra Sabang sebagai destinasi yang bersih, aman, dan tertib. “Selain itu, melalui SIR 2011, pemprov berusaha mengubah wajah Aceh menjadi yang menyenangkan,” ujar Muhammad Nazar. (Ernowo, 2011, September 8)

Dari kutipan artikel di atas, maka dapat diketahui bahwa Sabang

diharapkan menjadi destinasi wisata bahari dunia yang bersih, aman dan

tertib.Namun keyataannya, hingga saat ini, Sabang – Aceh masih memliki

citra yang cenderung negatif dari segi kenyamanan dan keamanan

wisatawan.

Aceh yang dikenal sebagai daerah yang menganut Syariah Islam,

tentunya sudah memiliki citra tersendiri dimata nasional maupun

internasional. Hukum Syariah mewajibkan perempuan Muslim memakai

jilbab dan melarang minuman alkohol. Namun, ketika salah satu kawasan

Aceh dipromosikan sebagai daerah destinasi pariwisata maka timbul

kekhawatiran tersendiri di pihak calon wisatawan terutama wisatawan non-

muslim. Pertanyaan yang timbul dari wisatawan-wisatawan mancanegara

adalah:

“apakah diperbolehkan menggunakan pakaian renang dan minum -

minuman beralkohol?” (Padden, 2012, Februari 16)

!!

**!!

Tidak hanya aturan Syariah Islam di kawasan Sabang yang menjadi

pertimbangan wisatawan tetapi juga citra provinsi Aceh.Masalah keamanan

juga menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan pariwisata.

“Turunnya jumlah Wisman ke Aceh itu dipengaruhi oleh kondisi

keamanan yang terjadi menjelang pelaksanaan pemilihan kepala

daerah (Pilkada) di Provinsi Aceh pada 9 April 2012," kata Suhaimi di

Banda Aceh (“Kunjungan Wisman Ke Aceh Turun Drastis,” n.d.)

“Kunjungan wisatawan domestik ke Kota Sabang (Pulau Weh)

menurun drastis pascagempa di Aceh berkekuatan 8,5 skala

Richter pada 11 April 2012 karena mereka khawatir terjadi gempa

susulan” kata pejabat Dinas Pariwisata setempat (“Kunjungan

Wisatawan Menurun Pascagempa,” n.d.)

Upaya pemulihan citra provinsi Aceh yang terluka akibat konflik

panjang, dan bencana tsunami tidaklah mudah. Berdasarkan data dari Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Sabang, jumlah wisatawan baik mancanegara

maupun nusantara tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Wisatawan

mancanega di tahun 2009 berjumlah 3696, pada tahun berikutnya meningkat

menjadi 3932 dan di tahun 2011 sampai dengan bulan Mei wisatawan

berjumlah 1743. Sedangkan untuk wisatawan Nusantara pada tahun 2009

berjumlah 120.102, kemudian meningkat menjadi 121.646 di tahun 2010,

dan pada tahun 2011 sampai dengan bulan mei tercatat 27.724 wisatawan

yang mengunjungi Sabang.

!!

*"!!

Berdasarkan data dari badan pusat statistik jumlah wisatawan yang

datang ke Indonesia rata-rata sekitar 600.000 wisatawan per bulan. Ini

artinya, jumlah wisatawan yang datang ke Sabang jumlahnya masih sangat

kecil.Banyak pihak yang meragukan Sabang menjadi daerah tujuan wisata,

ini terlihat dalam satu artikel berita pada alinea berikut ini yang memuat

perbedaan dari persepsi di masyarakat tentang Sabang yang merupakan

bagian dari Aceh.

Sebuah foto turis yang menggunakan Bikini di negeri Syariat Islam,

cukup menghebohkan, dengan keterangan teks foto:

”Ini bukan pantai di Phuket atau Bali. Ini pantai di Sabang!” Banyak komentar mengalir.Ada yang kaget, mengapa bisa demikian? Apa tidak ada yang melarangnya?Bukankah Aceh menerapkan Syariat Islam?Jangankan berbikini di pantai, mencari secara resmi minuman keras di Serambi Mekkah saja butuh kejelian dan jalur khusus (Hamzah, 2012, April 18). Permasalahan di atas menjadi tantangan tersendiri dalam membuat

strategi tourism destination branding Sabang. Potensi yang sudah dimiliki

oleh daerah tersebut akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi strategi yang

efektif. Kini destination branding terutama yang berkaitan dengan tourism

destinaton branding menjadi pendekatan umum untuk promosi destinasi

wisata dan bahkan telah menjadi tren di kalangan pemasar destinasi wisata.

Tourism destination branding adalah proses untuk membangun identitas

atau merek yang kompetitifpada suatu wilayah yang khusus menjadi tujuan

wisata dan tempat yang ingin menarik wisatawan (Anholt, 2009, p. 33).

Ide tourism destination branding ini penting karena berkaitan dengan

pengembangan dan nilai reputasi atau citra. Promosi pariwisata, jika

!!

*#!!

dilakukan tanpa strategi jangka panjang mungkin tidak dapat menyebabkan

kemajuan nyata dalam jangka panjang. Karena itu diperlukan strategi

promosi jangka panjang, dan Indonesia harus bisa melakukannya secara

berkala di setiap tahunnya.

Tourism destination di seluruh dunia, baik resor, kota dan negara,

telah meluncurkan kampanye branding untuk membedakan diri dari pesaing

mereka untuk menarik lebih banyak wisatawan. Sebagai contoh: Malaysia,

Thailand dan Singapura usahanya dikenal sukses dalam menciptakan

tourism branding. Secara pribadi, peneliti tertarik dengan toursim destination

branding Sabang, citra dan positioning Sabang, maka berbagai tahapan dari

proses penelitian akan diuraikan dalam tesis ini.

Destination branding juga tidak dapat dilepaskan dengan city branding

dalam konteks komunikasi pemasaran pariwisata kota Sabang. Keduanya

saling berhubungan dan mendukung satu dengan yang lainnya. “City

branding terdiri dari enam dimensi yaitu: presence, place, potential, pulse,

people, prerequisites. City branding berbeda dengan country branding: city

brand biasanya terkenal karena pariwisatanya bukan karena menghasilkan

barang atau jasa” (Anholt, 2007, p. 60). Konsep atau enam dimensi tersebut

akan menjadi salah satu aspek yang akan diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti diutarakan pada latar belakang penelitian ini, Sabang sejak

2010 resmi terpilih menjadi kawasan tujuan wisata nasional dengan konsep

!!

*$!!

Destination Management Organization (DMO) Kementerian Pariwisata.

DMO merupakan program pengembangan dan pengelolaan destinasi

pariwisata berkelanjutan berbasiskan proses (dimulai dari perencanaan,

berlanjut dengan operasional, diakhiri pemantauan) (Muchtar, 2011,

Desember 16)

Sabang sebagai kawasan yang terpilih sebagai DMO tentu perlu

menata diri secara cermat dan terpadu melalui pengembangan tourism

destination branding Sabang melalui kampanye komunikasi pemasaran.

Persoalannya apakah pihak Pemda NAD dan Dinas Pariwisata Sabang

khususnya menjalankan proses perencanaan, lalu implementasi di tingkat

operasional, hingga pemantauan atas hasil yang dicapai dari kampanye

komunikasi pemasaran sebagai kawasan DMO.

Pada sisi lain, Sabang mempromosikan diri dengan mengangkat tagline

“Where the wonderful Indonesia start from…”. Masih terkait dengan

DMO di atas, permasalahan berikutnya apakah memang tagline tersebut

telah mencerminkan positioning dan pemulihan citra Sabang yang hendak

diperkenalkan kepada publik atau wisatawan nusantara dan mancanegara?

Dari latar belakang dan paparan diatas, maka dapat difokuskan

rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan apa

saja yang dilakukan Dinas Pariwisata Sabang terkait dengan

kampanye komunikasi pemasaran dan tourism destination branding

Sabang yang terpilih sebagai kawasan DMO?

!!

*%!!

2. Apakah tagline Sabang“Where the wonderful Indonesia start

from…”sesuai denganpositioningserta program pemulihan citra

Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional?

3. Bagaimana keterkaitantourism destination branding Sabang dengan

elemen-elemen atau dimensi city branding Sabang sebagai tujuan

wisata bahari dunia dimata wisatawan?

Unit analisis penelitian ini dimulai dari kajian strategi komunikasi

pemasaran untuk membentuk tourism destination branding, dilanjutkan

dengan penelusuran terhadap upaya-upaya kampanye pemulihan citra dan

positioning Sabang, lalu mengevaluasi atau audit mengenai keterkaitan

destination branding dan city branding Sabang di mata wisatawan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan

pemantauan apa saja yang dilakukan Dinas Budaya dan Pariwisata

Kota Sabang terkait dengan kampanye komunikasi pemasaran dan

tourism destination branding Sabang yang terpilih sebagai kawasan

DMO

2. Untuk mengetahui apakah penetapan tagline Sabang “Where the

wonderful Indonesia start from…” sesuai dengan positioning serta

program pemulihan citra Sabang sebagai tujuan wisata bahari

internasional

!!

*&!!

3. Untuk mengetahui keterkaitan tourism destination branding Sabang

dengan elemen-elemen atau dimensi city branding Sabang sebagai

tujuan wisata bahari dunia dimata wisatawan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat akademis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Akademis

Dapat membantu perkembangan ilmu komunikasi, dimana dalam

penelitian ini dapat memberikan penjelasan dan pemahaman tentang

keterkaitan tourism destination branding – citra - positioning. Penelitian ini

menjelaskan bagaimana sebuah tourism destination branding bisa terbentuk.

Manfaat lainnya yaitu untuk mengetahui keterkaitan tourism destination

branding dengan elemen-elemen atau dimensi city branding.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menunjukkan langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan

pemantauan terkait dengan kampanye komunikasi pemasaran dan

tourism destination branding

2. Hasil penelitian akan bermanfaat bagi daerah lain yang juga ingin

melihat keterkaitan tourism destination branding dengan elemen-

elemen atau dimensi city branding

!!

*'!!

3. Menunjukkan langkah – langkah perencanaan hingga evaluasi

kampanye komunikasi pemasaran pariwisata yang perlu dilakukan

dalam membentuk tourism destination branding suatu daerah.

1.5 Batasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian agar

menjadi lebih fokus dikarenakan ada beberapa faktor lain yang juga

mempengaruhi strategi tourism destination branding Sabang. Sehingga yang

menjadi fokus penelitian ini, dibatasi berdasarkan pada strategi tourism

destination branding Sabang untuk pemulihan citra keamanan dari konflik

dan menjamin kenyamanan wisatawan.

!!

*(!!

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1 Penelitian Sebelumnya

2.1.1 Destination Branding and Tourists’ Attitudes

Penelitian sebelumnya dengan judul, Destination Branding and

Tourists’ Attitudes (The Case of Isfahan as a Tourism Destination in Iran)

oleh Mohamad Reza Jalilvand, Sharif Shekarchizadeh Esfahani, dan Samiei

Neda telah dimuat dalam International Journal of Marketing Studies Vol. 2,

No. 2; November 2010.

Penelitian ini mengintegrasikan produk berbasis brand equity dan teori

perilaku yang direncanakan dalam mengevaluasi kinerja tourism destination

brand. Di pasar pariwisata yang semakin kompetitif saat ini, destination

branding dapat menjadi teknik afektif untuk membangun citra yang sukses

dan program pemasaran. Telah ada penelitian terbatas yang dikhususkan

untuk tourism brands dan konstruksi brand atau merek dalam

mempromosikan destinasi wisata.

Penelitian sebelumnya ini mengukur pengaruh dari destination

branding pada sikap turis. Survei lapangan dilakukan di Isfahan, kota kubah

biru. Temuan menunjukkan bahwa yang telah dilakukan Isfahan tidak

memuaskan dalam membentuk citra yang diinginkan kepada target market.

Maka solusinya, perlu memperkuat loyalitas merek dengan meningkatkan

kualitas layanan internal dan komunikasi pemasaran.

!!

*)!!

Sedangkan pada penelitian ini fokus pada tourism destination

branding: analisis kampanye komunikasi pemasaran, citra dan positioning

Sabang sebagai destinasi wisata bahari internasional.

2.1.2 DESTINATION BRAND: Membangun Keunggulan Bersaing

Daerah

Penelitian sebelumnya dalam Jurnal Perencanaan & Pengembangan

Wilayah, Vol.4, No.2, Desember 2008 dengan judul Destination Brand:

Membangun Keunggulan Bersaing Daerah dilakukan oleh Syafrizal Helmi

Situmorang.

Pariwisata sebagai industri yang menimbulkan efek multidimensional,

yakni membuka lapangan kerja, menekan kemiskinan, hingga sumber

pendapatan daerah yang menjadi penopang perekonomian

nasional.Pengelolaannya memerlukan langkah integratif pemerintah dan

pelaku usaha. Pengelolaan itu dibuktikan tidak hanya dengan keseriusan

pemda untuk memperbaiki fasilitas dan sarana wisata, kemudahan layanan

imigrasi, transportasi memadai, tetapi juga peran pelaku usaha dalam

mengelola kawasan wisata, hingga pemasaran produk khas daerah.

Bisnis pariwisata identik dengan citra (image) sehingga citra harus

dikembangkan ke arah yang positif. Jika citra pariwisata Indonesia baik dan

aman, turis dengan sendirinya akan berdatangan. Saat ini kita mulai melihat

beberapa kota impian yang bermunculan di asia: seperti Malaysia,

!!

"+!!

Singapura, Shanghai, Dubai, mulai menampilkan visi Brand Destination

mereka untuk 20-30 tahun kedepan..

Sayangnya Bali sebagai daerah tujuan yang tersohor di dunia sejak

puluhan tahun baru ternyata baru melakukan brand image secara serius

pada penghujung Desember 2006. Padahal brand Bali mestinya muncul

seiring dengan denyut nadi pulau dewata yang menjadikan pariwisata

sebagai leading sector. Walaupun Bali sudah mempunyai Tagline yakni Bali

is My Life.Namun tag line bukan branding tapi dengan lebih pada pedoman

untuk mencari branding. Baru pada tahun 2008 muncul branding Bali yang

baru yakni: Santhi Santhi Santhi. Pijakan utama dari branding tersebut salah

satunya adalah keinginan responden masyarakat Bali asli sejumlah 900

orang yang prosentase terbesarnya mengharapkan bahwa penggambaran

Bali yang paling baik adalah paradise dengan pendekatan spiritual yang

divisualkan dengan pura. Branding Bali yang baru divisualisasikan dengan

gambar segi tiga bertuliskan Bali Shanti Shanti Shanti yang merupakan

semangat dari Tri Murti dan Tri Hitakarana. Shanti yang berarti damai tertulis

tiga kali berarti mengalir semangat kedamaian dan keharmonisan.

Brand (merek) menjadi faktor pembeda yang sangat penting

dalam lautan produk/jasa yang sejenis. Kita sama-sama setuju banyak sekali

daerah di Indonesia ini yang mempunyai panorama alam dan tempat wisata

yang indah yang tidak kalah dengan Bali apalagi Singapore atau Malaysia.

Apa yang membedakan antara satu daerah dengan daerah lain

walaupun sama - sama memiliki daerah wisata yang menarik? yang

!!

"*!!

membedakan adalah faktor merek (brand). Brand mempunyai makna

psikologis dan simbolis yang istimewa di mata Turis atau wisatawan. Dengan

kata lain ketika brand equity sudah terbentuk maka ia menjadi milik daerah

yang sangat berharga yang jauh lebih berharga dari asset daerah yang

lainnya. Sebuah brand bisa menjadi sumber pendapatan sebuah daerah.

Untuk itu dalam membangun sebuah brand tidak hanya melibatkan

penciptaan perceived difference melalui iklan, tetapi juga harus didukung

dengan produk/jasa yang berkualitas, strategi penetapan harga, dan

distribusi yang tepat untuk mendukung citra (brand image) tersebut yang

dikomunikasikan melalui iklan poduk/jasa tersebut. Di belakang sebuah

brand yang kuat, setiap tahap dan aspek dalam proses pemasaran harus

bekerja secara sempurna. Segmentasi, pemilihan segmen pasar, dan

positioning dilakukan dengan cermat untuk memilih pasar sasaran yang

tepat, mengerti apa yang benar – benar menjadi kebutuhan dan hasrat

konsumen sasaran, dan menempatkan produk dalam benak konsumen.

Selanjutnya brand menjadi semacam sebuah kontrak kepercayaan antara

perusahaan dan konsumen karena ia menjamin adanya konsistensi bahwa

sebuah produk/jasa akan selalu dapat menyampaikan nilai yang diharapkan

konsumen darinya.

Destination Branding adalah sebuah strategi bagaimana memasarkan

potensi sebuah daerah. Dalam strategi destination branding di banyak

tempat setidaknya ada enam elemen penting pembentuk destination

branding atau prasyarat terciptanya destinasi yang baik dan pariwisata

!!

""!!

adalah salah satu komponennya.Komponen yang lainnya adalah people,

governance, export, investment/immigration, culture & heritage. Sebuah

konsep destination branding, didasari oleh passion dan identitas yang

menarik yang saling berhubungan dengan berbagai hal yang akan

memudahkan orang memiliki asosiasi dengan tempat tersebut. Destination

branding diyakini memiliki kekuatan untuk merubah presepsi dan merubah

cara pandang seseorang terhadap suatu tempat atau tujuan termasuk

melihat perbedaan sebuah tempat dengan tempat lainnya untuk dipilih

sebagai tujuan.

Mengubah image sebuah daerah merupakan bagian dari destination

branding. Perubahan images sebuah daerah dapat dilakukan melalui banyak

cara misalnya melalui media relations seperti Advertising, direct marketing,

personal selling, websites, brochures, atau Event organizers, film- makers,

destination marketing organizations (DMOs) Serta journalists. Dari kerja

sama diatas diharapkan akan mengkomunikasikan daerah tersebut secara

selektif kepada target audiens.

Destination branding akan merubah persepsi turis dan negative menjadi

positif. Untuk itu para marketer daerah perlu melakukan strategy mapping

mengenai potensi daerah yang siap dikembangkan dan strategi apa yang

bisa dikembangkan dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya

tersebut. Morgan and Pritchard (2002) menyarankan 5 tahapan untuk

melakukan destination branding dalam merubah image sebuah daerah.

1. Market investigation, analysis and strategic recommendations

!!

"#!!

2. Brand identity development

3. Brand launch and introduction: communicating the vision.

4.Brand implementation

5. Monitoring, evaluation and review

Tantangan dan kendala dalam menyusun destination branding adalah

kurangnya promosi, sdm, fasilitas infrastruktur, transportasi, layanan

imigrasi, pemasaran produk daerah, perilaku penduduk dan pengusaha lokal

serta keterbatasan anggaran. Tantangan berikutnya adalah image bahwa

negara kita sering di cap ”jelek” karena berbagai pemberitaan yang ada.

Sehingga persepsi wisatawan terhadap indonesia menjadi buruk. Baloglu

and McCleary (1999) mengidentifikasi 3 faktor yang mempengaruhi

pencitraan destinasi yakni personal faktor, sosial faktor dan stimulasi.

Untuk mengatasi krisis kepercayaan wisatawan terhadap sebuah daerah

beirman (2003) menawarkan 4 langkah yakni:

1. Mengidentifikasi penyebab masalah yang menyebabkan crisis

2. Pembentukan crisis management team: bekerjasama melalui media

and public relations, travel industry, tour operators, airlines and

hospitality industry, good staff, local tourism, local government dsb.

3. Mempromosikan destinasi selama dan setelah crisis

4. Memonitor pemulihan dan menganalisi penyebab krisis

Dapat disimpulkan, Indonesia sebagai daerah yang memiliki berbagai

keunggulan dan potensi sumber daya alam dan budaya yang melimpah

merupakan starting point yang sangat baik dalam menyusun dan mengemas

!!

"$!!

ulang brand destination disetiap daerah. Khususnya Sumatera Utara yang

mempunyai berbagai keunggulan parisiwata yang seperti danau toba sangat

disayangkan jika tidak dikelola dengan baik, terencana dan profesional.

Dibutuhkan kerja keras dan kerja sama berbagai berbagai pihak agar industri

pariwisata kita bisa maju dan menjadi sumber bagi pendapatan daerah.

Pada penelitian ini destinasi yang menjadi fokus penelitian adalah

Sabang yang terletak di kawasan Sumatera. Sabang juga memerlukan tata

kelola yang baik, karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek-

aspek pendukung branding Sabang seperti komunikasi pemasaran, citra dan

positioning Sabang.

2.2 Tourism Destination Branding

Membentuk sebuah brand atau merek sangatlah penting untuk

menunjukan identitas dari sebuah produk. Pada penelitian ini yang dimaksud

produk adalah Sabang. Sebuah destinasi juga membutuhkan pembentukan

merek atau branding. “Merek atau brand telah menjadi kata kunci dan

mungkin salah satu konsep yang sering disalahpahami dalam bisnis dan

manajemen pariwisata” (Baker, 2007, p. 22).

“Brand merupakan produk, jasa atau organisasi, yang dikombinasikan

dengan nama, identitas dan reputasi. Sedangkan branding adalah proses

merancang, merencanakan dan mengkomunikasikan nama dan identitas,

yang bertujuan untuk membangun atau mempertahankan reputasi” (Anholt,

2007, p. 4).

!!

"%!!

Namun, dalam dunia pariwisata brand sering diartikan hanya sebagai

logo atau slogan. Hal ini tentunya kurang tepat karena brand bukan hanya

sekedar logo atau slogan.“Brand atau merek memberikan nilai tambah,

makna serta aura tak terlihat pada sebuah produk - bahkan pada produk

generik. Brand sejati harus dibuat dan terjaga dengan jelas” (Baker, 2007, p.

23).

Ada banyak definisi brand yang banyak dipublikasikan, orang-orang

kemungkinan besar mengenali brand berdasarkan pada beberapa elemen

berikut (Baker, 2007, p. 23):

1. Sebuah nama, tanda, atau simbol

2. Sumber janji

3. Khas atau nilai tambah

4. Kepribadian dan karakter

5. Jumlah dari pengalaman pelanggan dan persepsi

Peneliti berpendapat bahwa brand atau merek merupakan suatu

kesatuan dari nama, tanda atau symbol, slogan, keunikan, serta pengalaman

dan persepsi atau identitas yang timbul atau sengaja diciptakan untuk

menunjukan karakteristik atau identitas dari sebuah produk. Penelitian ini

akan membahas mengenai branding yang merupakan proses pembentukan

brand. Destination branding dan city branding Sabang merupakan dua aspek

yang saling berhubungan, karena itu keduanya akan dibahas dalam

penelitian ini.

“Destination branding adalah kumpulan dari persepsi-persepsi,

!!

"&!!

campuran dari inti karakteristik, pandangan orang yang melihatnya, serta

pemeliharaan sebuah destinasi, baik mengembangkan maupun menyajikan

inti karakteristik untuk khalayak. Hal ini dikenal sebagai proses branding”

(Bucle, n.d.)

“Destination branding involves promoting the unique benefits that the

tourist will experience while visiting the destination, rather than the

destination itself. Branding answers the question “why should I visit your

city?” (Kolb, 2006, p. 18). Menurut Kolb, branding itu merupakan jawaban

atau alasan mengapa seseorang harus mengunjungi kota tersebut, karena

itulah menawarkan pengalaman yang akan didapatkan dari sebuah destinasi

lebih penting dibandingkan hanya mempromosikan destinasi itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi tourism destination

branding Sabang guna positioning serta memperbaiki citra pariwisata

Sabang. Dengan melakukan penelitian ini maka dapat diketahui strategi

tourism destination branding yang tepat untuk membetuk positioning dan

mengembalikan citra Sabang. Mengetahui alasan wisatawan datang ke

Sabang, persepsi apa yang timbul di mata wisatawan dan target market

Sabang, dan apakah positioning sudah sesuai dengan apa yang ditargetkan

oleh pemerintah Sabang.

!!

"'!!

2.2.1 Prinsip Destination Branding

Ada beberapa prinsip destination branding, Devahish Dasgupto dalam

bukunya Tourism Marketing menyebutkan 8 prinsip destination branding,

yaitu (Dasgupto, 2011, p. 193) :

1. Purpose and Potential, destination branding menciptakan nilai suatu

wilayah, kota atau negara dengan menyelaraskan pesan sesuai

dengan tempat, sesuai dengan visi yang strategis, kuat dan khas,

dengan membuka potensi, investasi, iklan yang hemat biaya serta

kuat agar diingat dan dapat meningkatkan reputasi internasionalnya.

2. Truth, destination sering mengalami sebuah citra yang sudah

tertinggal, tidak adil atau tidak seimbang. Ini adalah salah satu tugas

destination branding untuk memastikan bahwa gambaran yang benar,

lengkap dan kontemporer adalah berkomunikasi secara terfokus dan

efektif.

3. Aspirations and Betterment, destination branding perlu menyajikan visi

yang dipercaya, menarik dan berkelanjutan untuk masa depan - tegas

dalam konteks masa depan kita bersama.

4. Inclusiveness and common good, destination branding dapat dan

harus, digunakan untuk pencapaian masyarakat, tujuan politik dan

ekonomi.

5. Creativity and Innovation, destination branding harus menemukan,

membebaskan dan membantu mengarahkan bakat dan keterampilan

penduduk dan mempromosikan ini untuk mencapai inovasi dalam

!!

"(!!

pendidikan, bisnis, pemerintah, dan seni.

6. Complexity and simplicity, ini adalah salah satu tugas yang sulit dalam

destination branding. Realitas destinasi merupakan hal yang rumit dan

sering bertentangan, namun esensi dari branding yang efektif adalah

kesederhanaan dan kelangsungan. Keanekaragaman tempat dan

orang diharapkan masih dapat mengkomunikasikan destination

branding ke seluruh dunia dengan cara yang sederhana, jujur,

menarik dan mudah diingat.

7. Connectivity, destination branding menghubungkan seorang dengan

lembaga. Dengan tujuan melahirkan suatu strategi merek atau

branding yang baik, hal ini dapat membantu menyatukan pemerintah,

sektor swasta dan organisasi non-pemerintah untuk merangsang

keterlibatan dan partisipasi penduduk.

8. Things take time, destination branding merupakan usaha jangka

panjang. Merancang strategi merek atau destination branding yang

tepat dan mengimplementasikannya secara menyeluruh

membutuhkan waktu, usaha, kebijaksanaan dan kesabaran, jika

semua dilakukan dengan benar maka akan memberikan keuntungan

jangka panjang.

Prinsip - pronsip dari destination branding ini perlu dilakukan untuk

membentuk branding Sabang. Setiap produk haruslah memiliki brand atau

merek. Pada penelitian ini yang menjadi produk adalah destinasi wisata

Sabang, ini artinya Sabang haruslah bisa membentuk brand, memperbaiki

!!

")!!

citra serta positioning yang menarik dan unik di benak wisatawan.

Membentuk destination branding membutuhkan waktu yang panjang, tetapi

ini perlu dilakukan untuk menunjukan identitas Sabang itu sendiri. Dengan

memiliki merek maka akan memberikan keuntungan jangka panjang.

Berbagai strategi perlu dilakukan, salah satunya adalah event. Sabang

sendiri telah mulai membentuk destination branding dengan membuat slogan

“where the wonderful Indonesia starts from …”, event SABANG International

REGATTA serta kerjasama bersama dengan penduduk setempat dan para

investor. Dengan memiliki sebuah brand tentunya akan banyak keuntungan

yang didapatkan oleh destinasi tersebut.

2.2.2 Manfaat Branding

Manfaat branding terkait dengan Tourism Destination Products (TDP)

adalah (Dasgupta, 2011, p. 193) :

1. Branding membantu mengurangi pilihan lokasi wisata

2. Branding membantu dalam mengurangi dampak tidak berjuwud

3. Branding menyampaikan konsistensi di beberapa destinasi dan juga

waktu yang tepat

4. Branding dapat mengurangi faktor risiko yang melekat pada

pengambilan keputusan tentang liburan

5. Branding memfasilitasi segmentasi yang tepat

6. Branding membantu agar fokus dalam memadukan usaha produsen,

serta membantu untuk bekerja menuju hasil terbaik

!!

#+!!

2.2.3 City Branding

Sabang merupakan sebuah kota, karena itu destination branding

Sabang juga berkaitan dengan city branding dari Sabang. City branding

terkadang bahkan lebih kuat dibandingkan branding dari negara dimana kota

itu berada. Ada beberapa dimensi dari city branding yaitu:

Gambar 1

City Brands Index Hexagon

Sumber: Anholt, 2007, p. 60

1. The Presence, untuk mengetahui segala sesuatu tentang status kota

dimata internasional: apakah kota tersebut pernah dikunjungi, dikenal

atau telah memberikan kontribusi budaya dan ilmu pengetahuan pada

dunia.

,-./!01234!

!"#$#%&#'

!()&#'

!#*+(#'

!"#','"#-./$/0#$'

!.($#'

!*0#%0/)('

!!

#*!!

2. The Place, yaitu mengeksplorasi persepsi masyarakat tentang aspek

fisik dari setiap kota: bagaimanakah kota yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan menurut pandangan mereka.

3. The Potential, yaitu mempertimbangkan peluang ekonomi dan

pendidikan yang diyakini ditawarkan kepada masing-masing

pengunjung, pebisnis maupun imigran: bagaimana mudahnya

mencari pekerjaan atau membuka bisnis di kota, dan apakah setiap

kota akan menjadi tempat yang baik untuk mereka sendiri, anggota

keluarga lainnya atau mendapatkan kualifikasi pendidikan lebih tinggi.

4. The Pulse, yaitu daya tarik gaya hidup masyarakat kota tersebut yang

erat kaitannya dengan citra kota: bagaimana mereka bisa tertarik

pada kota tersebut, dan bagaimana cara mereka menemukan hal-hal

yang menarik untuk dilakukan, baik sebagai pengunjung jangka

pendek maupun jangka panjang.

5. The People, yaitu berkaitan dengan penduduk dari kota tersebut:

apakah responden berpikir penduduk akan menjadi hangat dan

ramah, atau dingin dan penuh prasangka terhadap orang luar, dan

akankah mudah untuk masuk kedalam komunitas dengan berbagai

bahasa dan budaya serta apakah mereka merasa aman di kota

tersebut.

6. The Prerequisites, yaitu cara pandang kualitas dasar kota: apakah

mereka berpikir untuk tinggal di kota tersebut, atau apakah mudah

!!

#"!!

untuk mendapatkan kepuasan, akomodasi terjangkau, serta fasilitas

publik di kota tersebut.

“City brands index menunjukkan bahwa kota sama seperti negara,

memiliki citra yang dapat naik dan turun namun sangat lambat. Ini berarti

bahwa kota di negara berkembang menemukan kesejahteraan dan peluang

baru untuk masuk pada kesadaran internasional yang luas, tetapi, di sisi lain,

itu berarti bahwa kota-kota dengan positive brands secara mengejutkan

memiliki kekebalan bahkan untuk kejadian bencana” (Anholt, 2007, p. 61).

Konsep atau enam dimensi city branding index hexagon dari Anholt

tersebut akan diimplementasikan pada penelitian ini, untuk mengetahui

kontribusi tourism destination branding terhadap city branding dari kota

Sabang.

2.3 Citra

Citra tidak timbul begitu saja, namun memerlukan proses dalam

pembentukannya. Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat

berkaitan dengan timbulnya rasa hormat, kesan-kesan yang baik dan

menguntungkan terhadap suatu citra organisasi atau merek produk atau jasa

yang diwakili pihak Public Relations.

Biasanya landasan citra itu berakar dari “nilai kepercayaan” yang

kongkretnya diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau

persepsi. Meskipun demikian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur

!!

##!!

secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik

dan buruk.

Citra didefinisikan oleh Frank Jefkins dalam bukunya Essential of

Public Relations, menyebutkan bahwa citra adalah kesan yang diperoleh

yang didasarkan pada pengetahuan dan pengertian seseorang dari fakta-

fakta atau kenyataan. Bill Canton, dikutip oleh Soemirat (2002, p. 111),

mengatakan bahwa citra merupakan kesan, perasaan, gambaran diri dari

publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari

suatu objek, orang, maupun organisasi.

2.3.1 Jenis-Jenis Citra

Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations yang dikutip Soemirat

(2002, p. 117) dan buku lainnya Essential of Public Relations

mengemukakan jenis-jenis citra, yakni:

1. The Mirror Image (cerminan citra), yakni bagaimana dugaan (citra)

manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.

2. The Current Image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat

pada publik eksternal yang berdasarkan pengalaman atau

menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal.

Citra ini bisa jadi bertentangan dengan mirror image.

3. The Wish Image (citra yang diinginkan), yakni manajemen

menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan

!!

#$!!

untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh

informasi secara lengkap.

4. The Multiple Image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu,

kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk

citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra

seluruh organisasi ataupun perusahaan.

Dari berbagai jenis-jenis citra yang diutarakan oleh Frank Jefkins

diatas, maka peneliti akan melihat jenis citra yang manakah yang dimiliki

daerah yang menjadi studi penelitian yakni pariwisata Sabang.

2.3.2 Proses Pembentukan Citra

Citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi kebanyakan

orang dalam mengambil berbagai keputusan penting terhadap perusahaan

tersebut, seperti membeli barang atau menggunakan jasa yang dihasilkan

perusahaan tersebut atau merekomendasikannya kepada pihak lain (Sutojo,

2004, p. 2). Ini berarti citra yang dimiliki perusahaan akan terkait juga dengan

citra produk, pelayanan jasa, serta penampilan pemberian layanan (Ruslan,

2008, p. 80)

Dalam model yang diperkenalkan oleh John S. Nimpeno yang dikutip

oleh Soemirat (2004, p. 114-116), citra itu sendiri digambarkan melalui

persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Pada model ini ditunjukan bagaimana

stmulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons.

!!

#%!!

Stimulus atau rangsang yang diberikan pada individu bisa diterima ataupun

ditolak. Gambar berikut akan menjelaskan suatu model pembentukan citra:

Gambar 2 Model Pembentukan Citra

Stimulus Respon Rangsang Perilaku

Sumber: Soemirat, 2004, p. 115

Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai

citra individu terhadap suatu stimulus dan jika stimulus mendapat perhatian

maka individu akan berusaha memahami tentang rangsang tersebut. Hal

inilah yang menjadi modal dalam pembentukan citra. Berikut ini adalah

penjelasan lebih lanjut dari keempat komponen tersebut (Soemirat,

2004:114-116):

1. Persepsi

Persepsi merupakan hasil dari pengamatan unsur lingkungan yang

dikaitkan dengan proses pemaknaan. Hal ini berarti setiap individu

akan memberi makna terhadap rangsangan berdasarkan pada

Kognisi

Persepsi Sikap

Motivasi

!!

#&!!

pengalamannya, kemampuan mempersepsi itulah yang akan menjadi

asal pembentukan suatu citra.

2. Kognisi

Kognisi adalah keyakinan diri dari individu bahwa ia telah mengerti

makna dari rangsangan yang dikuatkan oleh informasi - informasi

yang didapat individu yang mempengaruhi perkembangan daya

nalarnya.

3. Motif

Motif dapat diartikan sebagai suatu keadaan dalam pribadi seseorang

yang mendorong dia untuk melakukan kegiatan tertentu dengan suatu

tujuan, dengan begitu motif akan menggerakkan individu untuk

memberikan tanggapan seperti yang diinginkan oleh pemberi

rangsang.

4. Sikap

Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi,

berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun

nilai dengan motif sebagai daya pendorong.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembentukan citra pada hasil

akhirnya adalah sikap, pendapat, atau perilaku tertentu, yang idealnya

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh si pemberi rangsang.

!!

#'!!

2.4 Segmentasi, Targeting dan Positioning

2.4.1 Segmentasi

Segmentasi, secara sederhana dapat diartikan sebagai pembagian

pasar berdasarkan sifat dan karakteristik dari pasar atau konsumen. Menurut

Kotler dalam Oka A. Yoeti (2002, p. 74), segmentasi pasar merupakan

pembagian pasar pariwisata ke dalam beberapa kelompok wisatawan secara

tegas, dan di setiap kelompok itu dipilih atau ditetapkan target market mana

yang akan dipengaruhi menggunakan strategi bauran pemasaran (marketing

mix). Ada beberapa variabel utama yang dapat digunakan untuk melakukan

segmentasi yaitu (Machfoedz, 2010, p. 125):

1. Segmentasi Demografis: yang membagi pasar ke dalam kelompok-

kelompok berdasar pada variabel demografis seperti usia, jenis

kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota

keluarga.

2. Segmentasi Psikografis: yang membagi pasar ke dalam kelompok-

kelompok berdasar tingkat sosial, gaya hidup atau cirri kepribadian.

3. Segmentasi berdasar perilaku: yang membagi pasar ke dalam

kelompok-kelompok berdasar pengetahuan mereka, sikap,

penggunaan atau tanggapan terhadap suatu produk.

2.4.2 Targeting

Targeting atau menetapkan target pasar merupakan tahap lanjutan

dari analisis segmentasi. Targeting adalah menetapkan jumlah dan tipe

!!

#(!!

pangsa untuk dilayani. Target market terdiri dari sekelompok konsumen

dengan berbagai cirri kebutuhan yang harus dipenuhi. (Machfoedz, 2010, p.

131).

2.4.3 Positioning

Menurut Ries and Trout, “Positioning is not what you do to a product.

It is what you do to the mind of the prospect” (Kasali, 2003, p. 506).

Positioning adalah penetapan arti produk di dalam pikiran konsumen

berdasarkan ciri atau arti pentingnya dengan melakukan perbandingan

dengan produk lain (Machfoedz, 2010, p. 133).

Strategi positioning dapat ditetapkan berdasarkan empat pendekatan

(Machfoedz, 2010, p. 134):

1. Ciri Produk, menghubungkan produk dengan ciri yang mudah dikenali

seperti warna, potensi dan kelincahan.

2. Harga dan kualitas, menghubungkan produk dengan keunggulan,

pelayanan dan kenerja yang lebih baik dengan menggunakan harga.

3. Penggunaan, pemasar berusaha memposisikan brand mereka

sebagai produk yang berhubungan dengan penggunaan atau

kesempatan tertentu (aktivitas).

4. Pengguna Produk, sebuah brand dihubungkan dengan pengguna

khusus atau kelas pengguna dalam masyarakat.

!!

#)!!

How management wants buy in the market target to position the product (brand)

!

The combination of marketing action used to communicate the positioning concept to the targeted buyers

How well management’s positioning objectives are achieved for market target

GAMBAR 3

Strategic Positioning Initiatives

Sumber: Cravens, 2009, p. 194

Teori mengenai strategi positioning diatas yang terdiri dari positioning

concept, positioning strategy, dan positioning effectiveness merupakan

tahapan perusahaan dalam membentuk positioning yang diinginkan

perusahaan kepada target marketnya. Peneliti berpendapat bahwa pada

penelitian ini, positioning merupakan strategi komunikasi yang berhubungan

dengan bagaimana wisatawan menempatkan destinasi wisata di dalam

benak konsumen atau wisatawan melalui cara - cara tertentu, sehingga

calon wisatawan memiliki penilaian tersendiri tentang daerah wisata tersebut.

Market Target

Positioning Concept

Positioning Strategy

Positioning Effectiveness

!!

$+!!

2.5 Event Marketing Communication

Tourism atau pariwisata merupakan aktifitas perjalanan yang

dilakukuan dari satu tempat ke tempat lainnya yang bukan tempat tinggal

nya. Model strategi pemasaran yang cocok dan dapat digunakan dalam

pemasaran pariwisata adalah Four P’s, yaitu: product, place (distribution),

price dan promotion (Kolb,2006, p. 8).

Pemasaran pariwisata hanya menerapkan konsep pemasaran yang

tepat untuk merencanakan strategi untuk menarik pengunjung ke destinasi

wisata, baik resort, kota, wilayah, atau negara. Definisi marketing menurut

American Marketing Association dalam websitenya

www.marketingpower.com yang dikutip oleh Kolb yaitu: “the pocess of

planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of

ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and

organizational goals” (Kolb, 2006, p. 2).

“Promosi dan penjualan tentunya berkaitan erat, tidak akan ada

keuntungan jangka panjang bagi kota yang hanya fokus meyakinkan orang

atau wisatawan untuk mengunjungi tanpa terlebih dahulu memastikan bahwa

kota ini menawarkan pengalaman yang diinginkan wisatawan. Jika kota

terlalu aktif melakukan penjualan untuk meyakinkan wistawan, ini akan

menjadi strategi picik karena keberhasilan pariwisata bergantung pada

keberlajutan kunjungan wisatawan” (Kolb, 2006, p. 2).

“Integrated Marketing Communiacation adalah, analisis strategis,

seleksi, pelaksanaan, evaluasi, dan kontrol dari semua tindakan komunikatif

!!

$*!!

yang efektif dan efisien untuk mengaktifkan dan memfasilitasi jaringan

hubungan dengan para pemangku kepentingan atau stakeholders” (Varey,

2002, p. 251).

Menurut peneliti, komunikasi untuk memasarkan sebuah daerah atau

destinasi adalah suatu proses yang perlu didukung oleh segala fasilitas

untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Ini juga berkaitan erat dengan

proses peningkatan kualitas hidup masyarakat di kawasan yang sedang

dipasarkan. Kolb juga berpendapat bahwa untuk melayani wisatawan dapat

melalui events seperti teater, seni tari, konser, festival, parade, atau acara

olahraga (2006: 10). Sabang pun telah melakukan salah hal ini yang

tercermin dalam SABANG International REGATTA serta festival-festival

nasional.

Menurut Machfoedz (2010, p. 36), ”tujuan promosi adalah untuk

mengubah perilaku konsumen. Suatu kegiatan promosi jika dilakukan

dengan baik maka dapat merubah perilaku konsumen.”

Tujuan promosi secara umum menurut Buchari Alma ( 2007, p. 181 )

”Tujuan promosi adalah memberikan informasi, menarik perhatian dan

selanjutnya memberi pengaruh meningkatnya penjualan”.

Dalam penelitian ini, salah satu promosi yang dilakukan melalui

program SABANG International REGATTA diharapkan dapat merubah

perilaku wisatawan agar mau datang berwisata ke sisi Indonesia paling barat

yaitu SABANG.

!!

$"!!

Guy Masterman and Emma H. Wood dalam bukunya Innovative

Marketing Communications Strategies for Event Industry menjelaskan 8

proses perencanaan kampanye terpadu yaitu:

GAMBAR 4

Model Perencanaan Kampanye Terpadu

Sumber: Alifahmi, 2008, p. 21

!"##$%&'()&"%*+(,"$)-+./.%)0+12"32(#0+,2(%40+

"23(%&5.26+'"#1(%70+/.%$.0+

*1"%*"2!

!"##$%&'()&"%+)"-+()).%4..*0+1(2)&'&1(%)*0+

*1"%*"2*0+#.4&(0+.#18"7..*0+/"8$%)..2*0+'"##$%&)7!

!

!!

$#!!

Model prencanaan kampanye terpadu milik Mastermand dan Wood ini

terdiri dari delapan tahap, yaitu (Alifahmi 2008, p. 21):

1. Situation Analysis, yaitu menganalisis situasi yang dimulai dengan

mengidentifikasi pemangku kepentingan (stakeholders), memahami

proses pengambilan keputusan oleh konsumen, mendeteksi intensitas

persaingan, serta memahami informasi melalui riset atau sumber lain.

Tahap ini berguna untuk memetakan problema yang dihadapi sebagai

landasan untuk kesuksesan kampanye.

2. Objective setting, yaitu merumuskan sasaran atau tujuan yang hendak

dicapai. Teknik-teknik dan media komunikasi harus disesuaikan

dengan tujuan komunikasi.

3. Targeting, yaitu proses segmentasi yang berupa upaya untuk

memilah-milah pasar yang heterogen menjadi lebih homogen dan

memilih khalayak sasaran yang akan dibidik.

4. Positioning and Message development, yaitu penentuan dan cara

mengemas pesan berupa slogan, positioning statement, keywords,

dan tema pesan agar memudahkan penulis naskah untuk merancang

pesan iklan, siaran pers, sambutan, wawancara serta isi brosur.

5. Methods and Media, yaitu memilih metode atau teknik-teknik

Integrated Marketing Communication dan medianya. Teknik-teknik itu

berupa periklanan (iklan cetak, radio, tv, website, SMS), Public

relations (optimalisasi logo, sponsorship, event, testimonial, internal

marketing/PR), sinergi iklan dan Public relations, serta teknik lain

!!

$$!!

seperti personal selling, direct selling, customer service,

mechandising, sales promotion, dan word of mouth.

6. Budgeting, yaitu menyusun anggaran untuk kampanye.

7. Implementation, yaitu mengimplementasikan program dari Innovative

Maketing Communincation yang membutuhkan kerjasama dari setiap

tim lintas departement.

8. Evaluation, measurement, control, yaitu tidakan perbaikan atau

melakukan putar haluan jika menyimpang dari sasaran semula.

Perencanaan Kampanye terpadu ini berguna untuk proses audit

komunikasi pemasaran event SABANG International REGATTA dalam

penelitian ini. Keberhasilan serta eveluasi dari event ini dilihat berdasarkan

dari model perecanaan kampanye terpadu dari Masterman dan Wood.

Dalam penelitian ini, promosi yang dilakukan melalui program

SABANG International REGATTA diharapkan dapat merubah perilaku

wisatawan agar mau datang berwisata ke sisi Indonesia paling barat yaitu

SABANG.

Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa Marketing Communication

berperan penting dalam mempromosikan pariwisata Sabang. Ini terbukti

dengan adanya event SABANG International REGATTA, untuk

mempromosikan pariwisata daerah Sabang – Pulau Weh. Dengan begitu

maka banyak berita dan artikel yang dihasilkan dari acara tersebut dan dapat

membantu promosi pariwisata Sabang. Promosi pariwisata sangatlah

!!

$%!!

dibutuhkan karena Indonesia memiliki daerah yang berpotensi besar sebagai

daerah pariwisata.

Pariwisata sebagai salah satu faktor penting yang bisa mendukung

perbaikan situasi ekonomi di Indonesia, membutuhkan perkembangan dan

perbaikan dari berbagai faktor. Hal ini yang membuat pariwisata Indonesia

perlu diperhatikan. Peneliti melihat bahwa pariwisata bisa membentuk

tourism destination branding Sabang dan juga city branding Sabang yang

berdampak positif untuk daerah pariwisata Sabang dan Indonesia.

2.6 Kerangka Konseptual

GAMBAR 5

Kerangka Konseptual

Perencanaan Kampanye Sabang sebagai DMO

Citra dan Positioning Sabang

City Branding

Sabang

Tourism Destination

Branding Sabang

!!

$&!!

Sabang sejak 2010 resmi terpilih menjadi kawasan tujuan wisata

nasional dengan konsep Destination Management Organization (DMO)

Kementerian Pariwisata. Berdasarkan hal itu, penelitian ini melihat langkah-

langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan apa saja yang

dilakukan Dinas Pariwisata Sabang terkait dengan kampanye komunikasi

pemasaran dan tourism destination branding Sabang yang terpilih sebagai

kawasan DMO.

Tourism destination branding juga akan dilihat berdasarkan delapan

prinsip destination branding milik Dasgupto. Penelitian ini pun akan melihat

apakah tagline Sabang“Where the wonderful Indonesia start from…”sesuai

denganpositioningserta program pemulihan citra Sabang sebagai tujuan

wisata bahari dunia. Sedangkan untuk menunjukan kontribusi tourism

destination branding terhadap city branding Sabang di mata wisatawan,

peneliti akan melihat berdasarkan elemen-elemen dari City Brand Index

Hexagon milik Anholt, dari sini lah peneliti akan melihat kontribusi apa saja

yang dapat membentuk city branding Sabang sebagai tujuan wisata bahari

dunia dimata wisatawan.

!!

$'!!

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan data dan informasi mengenai objek

yang dijadikan bahan dalam penyusunan tesis.Untuk mendapatkan data dan

informasi tersebut perlu adanya suatu metode penelitian yang dapat

dilakukan dengan penelitian ilmiah.

Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang hasil datanya

bukan didapat melalui perhitungan statistik atau bentuk hitungan

lainnya.Penelitian kualitatif ini dipilih karena metode penelitian kualitatif dapat

memberikan rincian yang lebih kompleks mengenai fenomena yang sulit

diungkapkan jika menggunakan metode penelitian kuantitatif.

“Metode penelitian kualitatif didefinisikan sebagai jenis penelitian

dimana peneliti sangat tergantung terhadap informasi dari objek atau

partisipan pada ruang lingkup yang luas, pertanyaan yang bersifat umum,

pengumpulan data yang sebagian besar terdiri dari kata-kata pertisipan,

menjelaskan dan melakukan analisa terhadap kata-kata serta melakukan

penelitian secara subjektif “(Creswell, 2008, p. 46).

Menurut Bungin, “Penelitian kualitatif merupakan suatu kegiatan

(ilmiah) melalui proses; menemukan rumusan masalah, menentukan

rencana penelitian, melakukan tahap-tahap penelitian, baik untuk mencari

!!

$(!!

data melalui studi pustaka maupun ke lapangan, sampai menyusun

sistematika hasil penelitian.” (Bungin, 2007, p. 3)

3.2. Objek Penelitian dan Narasumber

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

kualitatif, karena itu salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah melalui wawancara mendalam. “Narasumber adalah orang yang

dijadikan sumber informasi” (Hariwijaya dan Djaelani, 2005, p. 40).

Narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan di

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Sabang

Dinas budaya dan pariwisata kota Sabang dipilih karena merupakan

pusat informasi pariwisata Sabang, dan salah satu penyelenggara

atau panitia SABANG International REGATTA. Dinas pariwisata

Sabang merupakan dinas yang paling bertanggung jawab atas

informasi komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk membentuk

tourism destination branding, citra dan positioning Sabang.

2. Pelaku Bisnis di Sabang

Dalam penelitian ini pelaku bisnis di Sabang, baik pihak hotel, dive

center maupun pemilik rent car juga dijadikan sebagai narasumber,

karena dianggap memiliki informasi penting tentang perkembangan

pariwisata Sabang serta turut bekerjasama untuk pembentukan

tourism destination Sabang.

!!

$)!!

3. Wisatawan Mancanegara dan Nusantara di Sabang

Dalam penelitian ini, beberapa wisatawan baik wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara yang datang ke Sabang

akan dijadikan narasumber. Wisatawan diharapkan dapat

memberikan alasan memilih Sabang sebagai tujuan wisatanya,

memberi pendapat dan persepsi tourism destination branding Sabang,

citra Sabang serta kontribusinya terhadap city branding Sabang.

4. Target Market Sabang

Target market Sabang akan dijadikan narasumber untuk mengetahui

melihat citra Sabang sebagai daerah pariwisata di mata target

marketnya. Dengan begitu dapat diketahui apakah positioning yang

diinginkan Sabang berhasil atau tidak, serta bagaimana citra Sabang

dimata target marketnya.

5. Tour and Travel di Sabang

Sebagai pihak yang menawarkan paket- paket perjalanan, tour and

travel perlu dijadikan sebagai narasumber. Tour and travel di Sabang

tentunya turut mempromosikan pariwisata Sabang – Pulau Weh, dan

mengetahui paket perjalanan apa yang diminati oleh wisatawan.

Pendapat dan informasi yang diberikan tour and travel dapat

berkontribusi terhadap penelitian ini.

!!

%+!!

3.3. Fokus Penelitian

Peneliti seringkali terjebak oleh ambisi yang berlebihan, karena itu

perlu adanya fokus penelitian sebagai upaya pembatasan pada penelitian.

“Fokus penelitian berfungsi untuk membangun pagar sekeliling lahan

penelitian, membangun criteria inklusif atau eksklusif dalam penelitian dan

memudahkan cara kerja sehingga tidak ada tindakan yang mubazir”

(Alwasilah, 2011, p. 44). Penelitian ini juga tentunya memiliki fokus

penelitian, yaitu:

1. Meneliti mengenai bagaimana strategi komunikasi pemasaran dan

tourism destination branding Sabang untuk positioning dan

memperbaiki citra Sabang

2. Meneliti kontribusi tourism destination branding Sabang terhadap city

branding Sabang di mata wisatawan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

“Pengumpulan data adalah bagaimana cara peneliti akan

mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan peneliti,

baik melalui beberapa jenis wawancara, observasi, dokumen, dan metode

lainnya” (Alwasilah, 2011, p. 235).Penelitian ini pun menggunakan beberapa

metode pengumpulan data, diantaranya yaitu wawancara mendalam,

observasi dan dokumentasi.

!!

%*!!

3.4.1 Wawancara Mendalam

Ruslan mengemukakan bahwa, “wawancara mendalam atau indepth

interview adalah proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan

penelitian yang dilakukan secara mendalam kepada responden kunci dan

untuk menggali temuan di lapangan sesuai dengan fokus penelitian” (Ruslan,

2010, p. 287). Informasi itu bisa berupa pendapat, kesan, pengalaman,

pikiran, dan sebagainya.” (Soemirat, 2008, p. 132).

Pada penelitian ini semua wawancara dilakukan secara mendalam

agar mendapatkan data atau informasi yang maksimal dari para narasumber.

3.4.2 Observasi

Menurut Indriantoro dan Supomo, “observasi adalah proses

pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda-benda), atau kejadian

yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-

individu yang diteliti” (Ruslan, 2010, p. 34). “Melalui observasi maka peneliti

dapat melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori

digunakan langsung dan melihat sudut pandang narasumber yang mungkin

tidak berhasil didapatkan saat wawancara” (Alwasilah, 2011, p. 110).

Ada beberapa jenis observasi yangdikemukakan oleh Bungin (2007,

p. 115) yaitu: observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi

kelompok.

!!

%"!!

1. Observasi patisipasi adalah pengamatan dimana peneliti benar-benar

terlibat dalam keseharian narasumber.

2. Observasi tidak berstruktur adalah pengamatan yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti harus

mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati

suatu objek.

3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara

berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi tidak berstuktur.

Observasi dalam peneltian ini bertujuan untuk memperkuat data, terutama

aktifitas marketing communication di kawasan tourism destination Sabang.

Observasi ini tentunya dapat dijadikan data pendukung dari hasil wawancara

mendalam yang dilakukan. Sehingga peneliti dapat melihat kondisi yang

sebenarnya.

3.4.3 Studi Dokumen

“Dokumen merupakan catatan berupa surat, memoar, ontobiografi,

diari, jurnal, buku teks, surat wasiat, makalah, pidato, artikel, Koran, editorial,

catatan medis, pamflet propaganda, publikasi pemerintah, foto dan lain

sebagainya” (Awasilah, 2011, p. 111).

Dalam penelitian ini, studi dokumen dilakukan unuk mengumpulkan

data yang bersumber dari data-data di Dinas Pariwisata Kota Sabang berupa

publikasi Dinas Pariwisata Kota Sabang maupun data atau artikel yang

!!

%#!!

didapatkan dari berbagai media, yang sesuai dan berhubungan dengan

penelitian ini. Metode pengumpulan data dengan teknik dokumentasi ini

berguna untuk memperkaya data yang dibutuhkan, maupun melengkapi data

yang diperoleh dari lapangan.

3.5. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman berpendapat bahwa, proses analisis data melalui

tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan perarikan kesimpulan atau

verifikasi (Sugiyono, 2009, p. 247). Pada penelitian ini reduksi data dilakukan

dengan cara penyeleksian narasumber, pencatatan atau perekaman

informasi yang dibutuhkan serta pengembangan proposisi. Penyajian data

dilakukan dengan cara menyusun data kedalam bentuk narasi yang

sederhana dan mudah dipahami. Kemudian penarikan kesimpulan yang

merupakan tinjauan ulang terhadap data yang didapat di lapangan dilakukan

untuk menguji kebenaran dan validitas.

Teknik analisis data tentunya disesuaikan dengan data yang

diperoleh, seperti hasil wawancara. Selanjutnya dianalisis secara terperinci.

Data berupa dokumen seperti artikel pemberitaan di media massa akan

menjadi pendukung dalam melakukan analisis data hasil wawancara.

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data adalah proses yang harus dilakukan

peneliti untuk membuktikan data yang diperoleh adalah benar. Terdapat

!!

%$!!

situasi dimana hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya

dikarenakan terkait dengan beberapa faktor, yaitu pandangan subjektif

peneliti yang merupakan hal dominan di dalam penelitian kualitatif, alat

penelitian yang digunakan berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi

memiliki kemungkinan kelemahan. Oleh karena itu, dilakukan beberapa cara

untuk pemeriksaan kepercayaan informasi yang didapat, yaitu:

3.6.1 Triangulasi

“Triangulasi merupakan analisis jawaban subjek dengan meneliti

kebenarannya, dalam hal ini jawaban subjek di cross-check dengan

dokumen lain yang ada”. Ada tiga model triangulasi yang dilakukan pada

penelitian ini, yaitu (Ruslan, 2010, p. 234):

1. Triangulasi sumber

Membandingkan atau mengecek kembali derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dari narasumber yang berbeda. Triangulasi

sumber dilakukan dengan mengelompokan data-data pandangan

narasumber yang sama, kemudian diambil kesimpulannya

berdasarkan data-data tersebut.

2. Triangulasi teori

Memanfaatkan dua atau lebih teori sebagai perbandingan untuk

kepelruan rancangan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data

secara lebih lengkap agar hasilnya lebih komperhensif.

3. Triangulasi Metode

!!

%%!!

Usaha pengecekan keabsahan data dan temuan riset, maka

triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari

satu teknik pengumpulan data untuk memperoleh hal yang sama.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Pada penelitian ini,

wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kemudian akan

disamakan dengan data lainnya, seperti observasi, serta disamakan

pula kebenarannya dengan dokumen-dokumen terkait yang bisa

didapatkan peneliti.

3.6.2 Member Checking

“Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data.” (Sugiyono, 2009, p. 276)

Member checking dilakukan pada saat peneliti telah mendapatkan

data dari narasumber, kemudian mempertanyakannya kembali pada si

pemberi data guna mendapatkan kepastian mengenai informasi yang telah

didapat sebelumnya. Hal ini dilakukan terutama apabila terdapat perbedaan

informasi yang diberikan oleh masing-masing narasumber, sehingga

dibutuhkan konfirmasi kebenarannya. Dalam hal ini peneliti akan melakukan

membercheck terhadap narasumber terpilih untuk memastikan kebenaran

data yang telah di dapat sebelumnya.

!!

%&!!

3.7 Waktu dan Tempat

3.7.1 Waktu penelitian

Pengumpulan Data melalui Wawancara mendalam dan Observasi

dilakukan selama 4 (empat) bulan, yaitu dibulan Mei dan July 2012.

WAKTU KETERANGAN

April - Mei 2012 Penelitian dilakukan dengan teknik

dokumentasi

Juni 2012 Penelitian dengan teknik observasi

Juni dan Juli 2012 Penelitian dengan teknik wawancara

3.7.2 Tempat Penelitian

Proses pengambilan data penelitian melalui wawancara mendalam,

observasi, dan dokumentasi terhadap destination branding Sabang di Dinas

Budaya dan Pariwisata Kota Sabang yang berlokasi di Jl. Diponogoro,

Sabang, destinasi-destinasi wisata di Sabang – Pulau Weh.

!!

%'!!

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Narasumber Penelitian

Peneliti telah melakukan wawancara terhadap 11 (sebelas)

narasumber yang terdiri dari: 1(satu) Kepala Bidang Promosi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang, 3 (tiga) pelaku bisnis di Sabang, 3

(tiga) wisatawan (nusantara dan mancanegara), 3 (tiga) target market dan 1

(satu) travel agency melalui wawancara mendalam. Selain itu, pengumpulan

data dilakukan melalui observasi, maupun studi dokumen sehingga dapat

menjawab tujuan dari penelitian ini.

Guna menjawab salah satu tujuan dari penelitian ini, yakni untuk

mengetahui langkah - langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan

kampanye komunikasi pemasaran apa saja yang dilakukan, maka dilakukan

wawancara terhadap Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Sabang. Wawancara difokuskan terkait dengan kampanye

komunikasi pemasaran dan tourism destination branding, citra serta

positioning Sabang yang terpilih sebagai kawasan Destination Management

Organization (DMO) dan ingin menjadi sebagai tujuan wisata bahari dunia.

Tidak hanya itu, penelitian ini juga untuk mengetahui keterkaitan

tourism destination branding Sabang dengan elemen - elemen atau dimensi

city branding Sabang sebagai tujuan wisata bahari dunia di mata wisatawan.

!!

%(!!

Oleh karena itu dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa

narasumber, yakni:

1. Muhammad Ali Taufik S.Si., M.M., M. Tdm – Kepada Bidang

Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang, dan

menjabat menjadi vice – secretary dalam event SABANG

International REGATTA 2011

2. Ismayudi Dodent – Director/ manager/ owner Rubiah Tirta Divers,

dive center pertama di Sabang – Pulau Weh, sekaligus anak dari

almarhum Mahyiddin Dodent, pioneer perkembangan pariwisata

Sabang – Pulau Weh ke kancah dunia internasional dan lokal.

3. Igor P. Hendarsmoro – Instruktur Diving dan Manager The Pade Dive

Resort, sebuah resort dan dive center milik warga negara Indonesia

dengan fasilitas yang cukup mewah di Sabang – Pulau Weh.

4. Dolah – Pemilik rent car ‘Dolah Taksi’ di Sabang, yang

beroperasi di kawasan Pelabuhan Balohan - Sabang

5. S. Potel – diver/ wisatawan mancanegara asal Perancis yang

berencana berlibur selama 2 bulan bersama keluarganya di Sabang

– Pulau Weh dan telah menjani 1,5 bulan. Ia memilih Sabang –

Pulau Weh dengan tujuan menikmati ketenangan dan underwater

Pulau Weh

6. Anne – diver/ wisatawan mancanegara asal Italia dengan tujuan

diving dan menikmati keindahan alam di sekitar Pulau Weh selama

satu bulan.

!!

%)!!

7. Edward – diver/ wisatawan nusantara asal Jakarta yang berwisata ke

Sabang – Pulau Weh dengan tujuan menikmati underwater Pulau

Weh dan melihat lokasi bersejarah Tugu Nol Kilometer selama satu

minggu.

8. Rubiah Island Tour – Sabang, sebuah tour dan travel yang menjual

paket snorkeling, diving dan paket tour Sabang baik untuk wisatawan

domestik maupun wisatawan mancanegara.

9. Binbin Mariana – diver asal Jakarta yang sangat mencintai eel dan

telah berencana untuk berwisata ke Sabang – Pulau Weh pada

bulan November karena Pulau Weh dianggap sebagai surga eel.

10. Helen – wanita yang memiliki hobi jalan-jalan dan berdomisili di

Jakarta yang tidak mengetahui potensi pariwisata Sabang dan

mengakuenggan mengunjungi Sabang Pulau Weh dikarenakan citra

negatif Sabang.

11. Vindhya – diver asal Jakarta yang pernah mengunjungi Sabang –

Pulau Weh dan berniat untuk kembali lagi karena sangat bangga

dengan keindahan Pulau di ujung barat Indonesia ini.

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Setelah melalui proses pengumpulan data lapangan, penelti

mendapatkan berbagai informasi yang kemudian dapat mejawab tujuan dari

penelitian ini. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Kepala Bidang

Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang diketahui bahwa

!!

&+!!

Sabang yang telah terpilih sebagai kawasan Destination Management

Organization (DMO) sedang berusaha menjadi sebuah destinasi wisata

bahari internasional. Beberapa langkah pemasaran telah dilakukan seperti,

pameran pariwisata dan event internasional. M. Ali Taufik - Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang mengatakan bahwa:

“Potensi pariwisata Sabang sangat beragam, tetapi yang menjadi

unggulan selama 15 tahun terakhir ini adalah underwater Pulau Weh.

Underwater Pulau Weh termasuk dalam 10 lokasi dive terbaik di

dunia.” (personal communication, Juni 11, 2012)

4.2.1 Langkah-langkah Kampanye Komunikasi Pemasaran

Sabang – Pulau Weh yang terpilih menjadi salah satu kawasan

Destination Management Organization (DMO) tentunya memerlukan

perencanaan untuk memasarkan dan membentuk tourism destination

branding. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Sabang diketahui bahwa ada berbagai langkah-langkah

perencanaan komunikasi pemasaran:

“kami telah melakukan event SABANG International REGATTA 2011 dan rencananya akan terus dilaksanakan secara berkala disetiap tahunnya, kami juga mengikuti pameran-pameran baik nasional maupun internasional, bekerjasama dengan beberapa negara untuk mempromosikan kawasan wisata Sabang, dan mengadakan berbagai festival di Sabang.” (M. Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012)

Pada penelitian ini peneliti akan menjabarkan langkah-langkah

perencanaan, implementasi dan pemantauan serta evaluasi dari kampanye

!!

&*!!

komunikasi pemasaran yang telah dilakukan. Peneliti mengkaji

menggunakan model kampanye terpadu milik Masterman dan Wood

(2006)yang terdiri dari delapan tahap yaitu (Alifahmi, 2008, p. 21):

1. Situation Analisis

Salah satu yang menjadi dilema saat melakukan rencana komunikasi

pemasaran adalah sebutan untuk pulau ini. Penduduk lokal dan seluruh

masyarakat Indonesia lebih mengenal dan menyebut daerah ini dengan

nama Sabang, dan secara administratif, pulau ini adalah Kotamadya

Sabang. Namun Sabang juga merupakan nama untuk kota utama, dan

pulaunya disebut dengan nama Pulau Weh di peta Indonesia. Kebanyakan

wisatawan internasional menyebutnya Pulau Weh karena melihat pada peta

dan juga nama yang tertera di dalam sebuah buku Indonesia travel guide,

yang diproduksi oleh Lonely Planet:

“You are in for a real treat at Pulau Weh. The island’s fingers grasp at the mighty Indian Ocean, forming vistas of alternating land and sea. Like the terrestrial landscape, the underwater geography is rugged and varied, creating the scuba version of hiking. Divers describe great walls of languid sea fans, deep canyons and rock pinnacles, plus a lot of big fish.” (“Introduction Pulau Weh,” n.d.) Selain di Indonesia, nama Sabang juga digunakan pada destinasi

wisata bahari di Filipina, yakni sebuah kota kecil di timur laut pantai Mindoro

Islandyang terletak di bagian Puerto Galera – Filipina.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang pun memiliki visi dan

misiseperti yang tertulis dalam website resminya yaitu:

Visi : Mewujudkan kebudayaan dan pariwisata Sabang yang

profesional

!!

&"!!

Misi :

a. meningkatkan dan mengembangkan kebudayaan dan pariwisata di

daerah dengan tetap mengacu kepada bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan dengan sasaran terciptanya kebudayaan

bangsa

b. meningkatkan pendidikan dan mengembangkan kebudayaan dan

pariwisata daerah

c. memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

pengembangan kebudayaan dan pariwisata daerah

d. mewujudkan kebudayaan, sosialisasi dan penegakan hukum di

bidang kebudayaan, pariwisata dan pemasaran

e. membina dan mengembangkan kebudayaan sebagai upaya

memperkokoh jati diri kepribadian bangsa

f. melindungi kebudayaan sebagai upaya melestarikan warisan budaya

bangsa

g. memanfaatkan kebudayaan untuk kepentingan pendidikan, ilmu

pengetahuan, persatuan dan kesatuan serta pergaulan dan

peradaban antar bangsa

h. mengembangkan produk wisata yang berwawasan lingkungan

bertumpuh kepada kebudayaan, peninggalan budaya dan pesona,

alam lokal yang bernilai tinggi dan berdaya saing lokal

!!

&#!!

i. mewujudkan industri budaya dan pariwisata sebagai andalan

penghasil devisa, menjadikan kebudayaan dan pariwisata sebagai

wahana pemberdayaan ekonomi rakyat

j. menciptakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja khususnya

bagi industri skala kecil dan menengah.

Para pemangku kepentingan pada kampanye komunikasi pemasaran

Sabang terdiri dari banyak pihak yaitu: Pemerintah Republik Indonesia -

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, Wonderful Indonesia,

Pemerintah Provinsi Aceh - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi

Aceh, Pemerintah Kota Sabang - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Sabang, Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia, PORLASI - Sabang,

Royal Langkawi Yacht Club - Malaysia, Raffles Mariana – Singapore, Phuket

Yacht Club – Thailand, pelaku bisnis di Sabang, penduduk lokal Sabang,

Wisatawan dan pastinya peserta lomba Yacht dari Australia, Amerika

Serikat, Inggris, Malaysia, Jerman, Singapura, Thailand, Hongkong, dan

Indonesia, serta para penyelam dan club menyelam.

Sabang juga merupakan daerah pelabuhan bebas sehingga

memudahkan pihak asing masuk ke kawasan Sabang – Pulau Weh.Hal ini

dapat dilihat dengan bertambahnya kapal-kapal pesiar (cruise) yang datang

ke Sabang – Pulau Weh.Pada tahun 2012 ini telah ada 4 (empat) kapal

pesiar yang singgah di Sabang. Pada tahun 2013 telah ada 5 (lima) kapal

yang memberi konfirmasi untuk datang ke Sabang, namun diharapkan

jumlah kapal pesiar yang datang di tahun 2013 bisa mencapai 8 (delapan)

!!

&$!!

kapal. Perencanaan pihak pemerintah Sabang yaitu meningkatkan jumlah

kapal pesiar yang masuk ke kawasan Sabang. Jumlah kapal pesiar yang ada

beroperasi di beberapa kawasaran sekitar Sabang seperti, Thailand, Phuket,

Singapore, Malaysia mencapai 300 (tiga ratus) kapal per tahun. Jumlah ini

tentu nya sangat banyak dan merupakan pasar yang potensial. Kepala

Bidang Promosi Dinas Kebudayan dan Pariwisata, mengatakan bahwa:

“Perencanaan dalam pengembangan pemasaran cruise di Sabang tentunya tepatkarena Sabang merupakan lokasi terbaik untuk cruise di Indonesia. Sabang memiliki pelabuhan alam dengan kedalaman 25 meter, hal ini akan memudahkan kapal cruise untuk dapat merapat ke pelabuhan.” ( M. Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012) Selain pasar cruise, diving juga dijadikan salah satu pasar dari

pariwisata Sabang. Salah satu website khusus diving menyebutkan 7 lokasi

diving terbaik di Indonesia adalah: Bali, Manado – Sulawesi, Komodo

National Park - Flores, Raja Ampat, Papua, Wakatobi - Sulawesi, Pulau Weh

- Sumatra, Gili Islands – Lombok (“Best Diving Site in Indonesia”, n.d.).

Pada penelitian ini, peneliti akan melihat mulai dari perencanaan baik

logo, tagline maupun identitas yang ingin dibentuk, implementasi di lapangan

serta pemantauan yang telah dilakukan oleh Dinas kebudayan dan

Pariwisata Kota Sabang.Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Sabang mengatakan:

“Sabang memiliki logo dan tagline yang baru sejak pertengahan tahun

2011, bertuliskan ‘Sabang weh island’ dikarenakan dianggap lebih

global karena kami ingin mengincar pasar internasional.”( M. Ali

Taufik, personal communication, Juni 11, 2012)

!!

&%!!

Gambar 6

Logo Sabang

Sumber: Booklet Pariwisata Sabang

Sedangkan untuk tagline yang kini digunakan Sabang yaitu: “Sabang

where the wonderful Indonesia starts from...” dan juga beberapa sub

tagline seperti “where the remarkable Indonesia starts from...” dan where the

amazing Indonesia starts from...”. Logo dan tagline tersebut dipublikasikan

dalam material promosi berupa: poster, brosur, booklet, cd dan paperbag

sedangkan pada media internet belum dipublikasikan.

2. Objective Setting

SABANG International REGATTA 2011 sebagai salah satu kampanye

komunikasi pemasaran terbesar untuk Sabang. Event ini memang

menggunakan nama Sabang, tetapi secara internasional nama tersebut tidak

diketahui wisatawan mancanegara. Menurut Kepala Bidang Promosi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang:

“event SABANG International REGATTA 2011 ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengangkat citra Sabang sebagai salah satu aset destinasi wisata bahari yang dapat dinikmati oleh para wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, serta membantu

!!

&&!!

meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia.” (M. Ali Taufik, personal communication, Juni 12, 2012) Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dengan bangga

mengumumkan Sabang International Regatta 2011 (SIR 2011), yang

pertama akan diselenggarakan dari 15 sampai 25 September 2011.

Diselenggarakan dengan Bantuan Teknis dari Federasi Pelayaran Indonesia,

dan didukung oleh pemerintah provinsi, Sabang International Regatta

ditandai dengan makan malam pra-regatta pada malam tanggal 13

September di Phuket, Thailand, diikuti oleh reli ke Langkawi, Malaysia ,

sebelum melewati di sekitar pulau Sabang di Provinsi Aceh tanggal 25

September 2011.

Terletak di pintu masuk Selat Malaka, Pulau Weh, (pulau tujuan lomba

layar) merupakan permata bagi banyak yacht dan kapal pesiar untuk

dikunjungi dan dilihat. Lingkungan underwater yang jernih telah membuat

Pulau Weh menjadi tujuan yang sempurna untuk menyelam. Pulau ini juga

memiliki titik nol kilometer di Indonesia, ditandai dengan sebuah monumen

ikonik di kota Sabang. Lomba layar ini juga akan menjadi kesempatan

sempurna untuk menjelajahi budaya yang menakjubkan Aceh seperti Tari

Saman. SABANG International REGATTA 2011 ditandai sebagai Regatta

pertama yang diadakan di wilayah Utara-Barat di Indonesia, acara ini

bertujuan untuk mempromosikan Sabang dan Provinsi Aceh, yang telah

dibangun kembali setelah Tsunami 2004. Sabang adalah ibu kota dari Pulau

Weh, pulau terjauh di ujung utara-barat Indonesia yang menawarkan

keindahan pemandangan alam, pantai indah, terumbu karang yang menarik,

!!

&'!!

serta seni dan budaya masyarakat. Serangkaian kegiatan menarik

dipersiapkan untuk para peserta setelah mereka mencapai Sabang.

SABANG International REGATTA 2011 diikuti oleh lebih dari 25 yacht dari

Australia, Hong Kong, Belanda, Singapura, Thailand, Malaysia, dan provinsi

di Indonesia.

Race sendiri dimulai dari 17-20 September 2011 dan akan dibagi

menjadi tiga kategori balap yaitu kelas IRC, Multihull dan Cruisers. Beberapa

olahraga air yang dipertandingkan antara lain: Windsurfing (selancar angin),

Coastal Race & Sailing Pass (Polarsi), Jungle Tranking ke KM 0, deep water

fishing, serta diving dan snorkeling.

Sasaran dari kampanye komunikasi pemasaran ini yaitu, menjadikan

Sabang sebagai destinasi pariwisata yang pada akhirnya memberikan

manfaat secara ekonomi khususnya kepada masyarakat Sabang dan

provinsi Aceh pada umumnya serta bisa menjadikan Sabang sebagai

gerbang atau pintu masuk di sebelah barat wilayah NKRI. Lebih lanjut,

menurut Ali Taufik – Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Sabang, teknik yang digunakan untuk mendukung promosi

SABANG International REGATTA 2011 ini yaitu melalui road show yang

diadakan di Phuket, Langkawi, Singapore, Hongkong hingga Darwin.

Sebaiknya Sabang menggunakan nama Pulau Weh dalam event nya,

sehingga tidak terjadi salah tafsir antara wisatawan, dikarenakan terdapat

dua lokasi wisata dengan nama Sabang.

!!

&(!!

3. Targeting

Pasar sasaran utama (primary target market) dari Sabang adalah

kawasan Asia Tenggara (Thailand, Malaysia, Singapura), Eropa (Jerman,

Belanda, Perancis), domestik (Medan, Jakarta).Pemasaran di kawasan Asia

Tenggara dilakukan melalui event Sabang International Regatta.Dengan ada

nya event ini, kawasan-kawasan Asia Tenggara seperti Thailand mulai

mengenal dan melirik pariwisata Sabang.Beberapa yacht dari Asia Tenggara

juga singgah di kawasan Sabang. Sedangkan untuk kawasan Eropa

berdasarkan informasi yang diberikan Kepala Bidang Promosi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang:

“Sabang memiliki diaspora Aceh yang berperan sebagai duta wisata Sabang khususnya di Denmark, Swedia dan Norwegia. Para duta wisata Sabang ini berperan aktif untuk menyebarluaskan informasi tentang pariwisata Sabang melalui berbagai media promosi yang telah didistribusikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sabang.Pemasaran di kawasan tersebut masih dilakukan dengan cara membagikan brosur maupun booklet kepada lingkungan sekitar, seperti lingkungan sekolah atau tetangga mereka.” (M. Ali Taufik, personal communication, Juni 12. 2012)

Pada pasar domestik, taktik atau metode komunikasi pemasaran yang

dilakukan Sabang yaitu mengadakan pameran di Medan, Jakarta dan Bali.

Ketiga lokasi ini dipilih karena Medan merupakan pasar potensial yang

terdekat dengan Sabang, dan Jakarta pilih karena merupakan salah satu

pasar potensial terbesar yang memiliki akses cukup mudah menuju Sabang,

sedangkan Bali dipilih karena dianggap sebagai lokasi berkumpulnya

wisatawan dari berbagai daerah dan berbagai negara yang merupakan pasar

potensial bagi Sabang.

!!

&)!!

Rencana Komunikasi pemasaran Sabang - Pulau Weh yaitu ikut di

belakang promosi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia

serta Dinas Pariwisata di tingkat Provinsi di Banda Aceh. Promosi ini juga

tentunya berkaitan dengan target pasar untuk klub penyelam maupun klub

yacht di seluruh Asia dan sekitarnya.

4. Positioning and Message Development

Sabang yang ingin menjadi daerah wisata bahari bertaraf

internasional ini, mengusung tagline yaitu: “Sabang where the wonderful

Indonesia starts from …”. Tagline ini tercantum pada beberapa material

promosi seperti:

GAMBAR 7

Tagline Sabang

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang

!!

'+!!

Selain pemerintah, para pelaku bisnis pun telah banyak yang

melakukan promosi untuk Sabang. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Sabang melalui Kepala Bidang Promosinya mengaku masih mengikuti

langkah-langkah yang dilakukan oleh Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata Indonesia:

“Tagline Sabang masih mengacu pada branding pariwisata Indonesia yaitu ‘Wonderful Indonesia’, karena lokasi yang berada di nol kilometer Indonesia atau lokasi dimulainya Indonesia maka Sabang mengusung tagline ‘Where the wonderful Indonesia starts from…’,dan menggunakan beberapa sub judul seperti ‘where the amazing Indonesia starts from…’ dan ‘where the remarkable Indonesia starts from…’. Kita berharap pesan yang disampaikan ini dapat diingat dan meningkatkan reputasi kawasan ini.” (M. Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012)

GAMBAR 8

Wonderful Indonesia

Sumber: Real Wonder of the world, n.d.

Wonderful Indonesia merupakan branding dari pariwisata Indonesia

sejak tahun 2011 yang mengusung tema pariwisata: “Eco, Culture, and

!!

'*!!

MICE (meeting, incentive, convention, dan exhibition)”. Wonderful Indonesia

menggambarkan kesatuan berbagai elemen pariwisata di Indonesia. Elemen

yang tercangkup di dalamnya adalah nature, culture, people, food, value for

money. Branding “Wonderful Indonesia” tetap menggunakan logo lama

berupa simbol burung garuda yang digunakan sejak tahun 2008. Sebagai

sebuah proses yang berkelanjutan, branding “Wonderful Indonesia”

membutuhkan dukungan semua pihak (stakeholders). Begitu pula dengan

Sabang yang merupakan bagian dari wonderful Indonesia. Pemerintah perlu

menjalin kerjasama dan mendorong partisipasi serta peran aktif masyarakat,

pihak swasta, investor, pelaku bisnis pariwisata, media massa, dan lainnya.

Namun, peneliti menemukan bahwa pesan berupa tagline yang

diusung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang ini tidak

diketahui oleh para wisatawan yang datang berwisata ke Sabang.

5. Methods dan Media

“Untuk menunjang pariwisata Sabang tahun ini, pihaknya menggelar

sejumlah event di antaranya, festival seni Kilometer Nol, seminar

internasional, pemilihan duta wisata, audisi gita bahana nusantara,

lintas alam, lomba foto, lomba kapal layar dan kegiatan lainnya”. (Kim,

2012, Februari 24)

Salah satu pameran yang diikuti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Sabang yaitu Deep and Extreame Indonesia yang merupakan

pameran yang ditunggu-tunggu oleh para penyelam menjadi salah satu

ajang terbesar untuk mempromosikan Sabang pada pasar Jakarta. Sabang

!!

'"!!

mengikuti event ini dengan tujuan agar pasar Jakarta mengenal Sabang

sebagai daerah yang sangat layak didatangi oleh para penyelam.

Metode atau teknik-teknik promosi yang dilakukan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Sabang yaitu berupa brosur, poster, CD, dan website.

Sosial media seperti twitter dan facebook juga dimanfaatkan untuk

mempromosikan event-event yang dilakukan di Sabang, walaupun belum

secara maksimal. Di sisi lain, menjalin kerjasama dengan beberapa penulis

maupun pembuat film juga menjadi rencana pemasaran Sabang. Film seperti

Eat, Pray, Love diinginkan Sabang untuk menjadi salah satu alternatif

pemasaran pariwisata Sabang.

Hingga kini baru ada satu film nasional yang mengambil lokasi syuting

di Aceh dan Sabang. Keumala, film yang telah tayang di bioskop pada bulan

Maret 2012 ini memilih Aceh dan Sabang sebagai bentuk nasionalisme tim

produksinya untuk mendukung pemerintah dengan memperkenalkan

potensi pariwisata Sabang kepada masyarakat Indonesia. Untuk

mempromosikan pariwisata dan keindahan Sabang – Pulau Weh yang

terletak di paling utara barat Pulau Sumatera, film ini berhasil menjalankan

tugasnya dengan baik. Beberapa unsur kebudayaan dan tempat pariwisata

Aceh - Sabang ditampilkan seperti penggunaan bahasa Aceh, Mesjid Agung

Babussalam Sabang, pasar Sabang, Pulau Rubiah, pondok-pondok di Iboih

dan Sumur Tiga, penunjuk jalan ke kilometer nol Indonesia, bakpia khas

Sabang, Gunung Api Jaboy, kawasan Benteng Jepang Anoi Itam, visualisasi

keindahan bawah laut yang ditampilkan di detik awal, pertengahan, dan akhir

!!

'#!!

film.

Namun, apakah film ini bisa mengangkat citra dan potensi Sabang -

Pulau Weh? Hal ini tentunya penting, karena dahulu Sabang - Pulau Weh

merupakan salah satu pelabuhan bebas terpenting.Selain itu, Pulau Rubiah

yang merupakan bagian dari gugusan Pulau Weh juga menjadi tempat

karantina jamaah haji.Letak Sabang sebenarnya lebih strategis jika

dibandingkan Singapura di jalur pelayaran penting Selat Malaka.Status

pelabuhan bebas bagi Sabang akhirnya dikembalikan pada tahun 2000.Saat

ini Sabang telah kembali menjadi pelabuhan bebas, namun aktivitas di

pelabuhannya belum sepadat dahulu, tetapi sudah cukup ramai dengan

kedatangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.Film Keumala

kurang mendapat apresiasi dari para penonton, terbukti film ini hanya

berhasil menarik 13.391 penoton. Salah satu website menyebutkan

walaupun film ini sebenarnya bagus, namun belum berhasil menarik minat

penonton:

“Mengambil setting di kapal laut yg besar bak kapal Jake dan Rose yg

sebenarnya menghemat biaya ini justru malah menjadi salah satu

poin plus dari film yang jumlah penontonnya sangat disayangkan

menyedihkan ini.” (“Review Keumala,” n.d.)

Perencanaan komunikasi pemasaran lainnya menurut Kepala Bidang

Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang yaitu:

“kami akan membuat website pariwisata secara interaktif supaya wisatawan dan calon wisatawan bisa membagi pengalaman mereka dan harapan mereka. Dalam website tersebut pun bisa ditambahkan bisnis pariwisata di Pulau Weh, termasuk operator wisata dan klub

!!

'$!!

menyelam maupun klub yacht.” (M. Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012)

Pada kenyataannya beberapa wisatawan yang diwawancarai oleh

peneliti mengaku mengetahui potensi pariwisata Sabang – Pulau Weh

melalui rekomendasi dan cerita dari teman atau dengan kata lain

berdasarkan word of mouth. Seorang wisatawan mancanegara asal Italia

yang datang ke Sabang bersama keluarganya mengatakan:

“we are looking for a vacation and dive sites ini Indonesia, then my

friend recommended Pulau Weh and gives information about

pulauweh tourism for me”. (S. Potel, personal communication, Juni 12,

2012)

Wisatawan nusantara asal Jakarta pun mengatakan hal yang

samapada peneliti:

“Saya pilih ke pulau weh karena rekomendasi dari instruktur diving

dan baca majalah diver UK yang bahas tentang pulau weh, sayang

info tentang tempat ini masih minim” (Edward, personal

communication, Juni 14, 2012)

6. Budgeting

Dalam artikel di sebuah media online diberitakan bahwa Sabang

memiliki anggaran yang cukup tinggi, berita tersebut bertuliskan:

"Walikota Sabang Munawar Liza Zainal mengatakan, Anggaran kita lumayan banyak, potensi wisata ada. Bagi saya yang penting pariwisata minded," katanya. "Dari otsus (otonomi khusus) Rp 60 miliar, 30 persennya untuk kebudayaan dan pariwisata." (Purnomo, 2011, September 21)

Anggaran pariwisata Sabang yakni sebesar 30 persen dari Rp. 60

!!

'%!!

miliar atau 18 miliar, jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan

anggaran daerah wisata bahari lainnya seperti Belitung. Dalam website

resmi kebupaten belitung diberitakan bahwa:

“Untuk melaksanakan program kegiatan di sektor kepariwisataan yang menjadi program andalan peningkatan ekonomi masyarakat, Kabupaten Belitung menganggarkan dana sebesar Rp.4.570.906.600,00 dan realisasinya sebesar Rp.3.973.046.992,00.”(“Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Belitung tahun 2011,” n.d.)

Media pun telah melansir berita tentang anggaran Sabang tersebut

yang mengatakan bahwa pemerintah Sabang serius untuk mempromosikan

Sabang dan banyak sekali dana yang dimiliki Sabang untuk pengembangan

pariwisata:

“Keindahan pantai dan bentang peninggalan Jepang yang dimiliki

Sabang akan dipromosikan ke dunia internasional. Untuk keperluan

tersebut, dana puluhan miliar dialokasikan dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD).” (Ernowo, 2011, September 20)

Informasi yang diberikan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Sabang melaluiKepala Bidang Promosinya mengatakan serius menggarap

pariwisata Sabang:

“Segala pemantauan akan terus kami lakukan, baik dari segi alam, fasilitas, promosi dan tentunya strategi pemasaran. Kita berharap mendapatkan feedback atau tanggapan dari pelaku bisnis dan wisatawan untuk memajukan pariwisata Sabang. Tentunya untuk branding Sabang, kami berharap bisa menemukan branding yang tepat sehingga promosi pun bisa lebih terarah dan fokus”. (M. Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012) 7. Implementation

Beberapa kampanye komunikasi pemasaran yang telah dilakukan

!!

'&!!

hingga saat ini adalah Kejurnas Mountain Bike, Sabang Kite International

dan SABANG International REGATTA 2011 yang telah berjalan dengan

cukup baik walaupun masih ada beberapa kritikan. Event SABANG

International REGATTA 2011 ini merupakan kampanye terbesar yang

bertaraf internasional yang telah dilakukan Sabang. Beberapa media

menganggap event ini sangat efektif untuk memasarakan kawasan Sabang –

Pulau Weh. Pada beberapa media diberitakan sebagai berikut:

“Sabang merupakan tempat yang bagus untuk pengembangan yacht. Sehingga ke depannya para wisatawan pecinta yacht dapat berlibur ke Sabang. Asalkan promosinya dilakukan dengan benar dan serius, saya optimistis dengan Kota Sabang akan dipilih sebagai destinasi baru khusus yacht," kata kordinator yacht Langkawi Ahmad Zaelani kepada wartawan di Aceh.” (Ernowo, 2011, September 20) “Pengelaran Sabang International Regatta 2011 merupakan ajang promosi Pulau Weh Sabang dimata internasional salah satu wilayah di Indonesia yang perlu dikunjungi wisatawan mancanegara. Kunjungan wisatawan ke Sabang setiap tahun terus meningkat. Kita berharap dengan even internasional ini dapat menjadi daya tarik wisatawan asing ke Sabang. Para peserta nanti juga akan mempromosikan Sabang.”(Saputra, 2011, September 10) Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Sabang memberikan informasi terkait tujuan yang diinginkan pariwisata

Sabang, ia mengatakan:

“Sabang ingin tampil menjadi sebuah destinasi wisata bahari yang berbeda yang memiliki keunikan. Kita tidak mau mengembangkan Sabang menjadi seperti Thailand, Pukhet, atau Bali. Kita mengembangkan Sabang ini dengan semacam ecotourism tanpa mengganggu lingkungan, kita tidak mau mengembangkan mass tourism, kita hanya mengembangkan pariwisata yang uniqueness yang tidak ada di tempat lain, dan kita mempertahankan natural beauty nya sabang”.(M. Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012)

!!

''!!

Pada implementasinya, Sabang memang menjual wisata bahari yang

berkelas internasional dan memiliki keunikan.Hal ini terlihat dengan dominasi

wisatawan mancanegara di kawasan diving (Iboih dan Gapang). Sebuah

media online bahkan menulis judul ‘Miliki Kekayaan Bahari Sabang Pusat

Marine Tourism Dunia’ dalam artikel beritanya, diberitakan bahwa:

“Sabang termasuk “Three Angel” bersama Phuket dan Langkawi yang merupakan daerah dengan keunikan wisata baharinya."Dengan keunikan daerahnya itu membuat para wisatawan berdatangan untuk melihat keunikan yang dimiliki daerah tersebut”. (Ernowo, 2011, September 21) Keunikan lain bagi wisatawan nusantara yakni letak georafis Sabang

yang terletak pada nol kilometer dari Indonesia dan merupakan salah satu

lokasi bersejarah.

8. Evaluation, measurement and control

Setelah peneliti melakukan observasi dan mewawancarai beberapa

pelaku bisnis dan wisatawan, peneliti menemukan perbedaan pendapat dan

kekurangan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang.

Perencanaan yang telah dimiliki dan telah diimplementasikan ternyata tidak

berjalan sempurna, dan masih memiliki banyak kekurangan di lapangan.

Hasil triangulasi narasumber yang berbeda menemukan adanya kotradiksi:

“kami serius dalam memasarkan pariwisata Sabang, kami pun

memiliki pusat informasi pariwisata di Sabang”. (M. Ali Taufik,

personal communication, Juni 11, 2012)

“when we arrived in Pulau Weh, we go to tourism center office to find tourism information, but we just do not get any information orbrochure, we don’t meet anyone. I think maybe we came in a wrong time, so we decided to go back to tourism center in the next day, and we get same

!!

'(!!

result, no people there and no information. and we get the information from local people, not from tourism center”. (S. Potel, personal communication, Juni 12, 2012)

Beberapa wisatawan mengaku kecewa saat mencari informasi di

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang yang merupakan pusat

informasi pariwisata Sabang. Beberapa wisatawan datang ke kantor Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang, namun tidak ada karyawan yang

memberikan informasi, brosur pun tidak berhasil mereka dapatkan. Ada

beberapa wisatawan mancanegara yang mencoba datang kembali ke kantor

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang, namun mereka mendapat

hasil yang sama, mereka tidak mendapat informasi apapun. Para wisatawan

justru mendapat informasi melalui para penduduk lokal setempat.

Sedangkan untuk event SABANG International REGATTA 2011 juga

mendapatkan kekecewaan dari beberapa pelaku bisnis, mereka (pelaku

bisnis di Iboih) mengaku kecewa karena terjadi pemindahan lokasi acara dari

Iboih ke Gapang. Tidak hanya itu, penduduk setempat juga mengalami

kekecewaan dikarenakan mereka tidak diperbolehkan mengikuti acara

tersebut. Salah satu pelaku bisnis di Iboih mengatakan:

“Acara yang katanya penting buat masyarakat lokal, malah jadi adu

jotos. Masyarakat sini tidak dibolehkan masuk. Saya dan masyarakat

iboih kecewa, kalau mau diadakan event itu lagi, saya harap bisa

dilakukan di Iboih, tanpa tim security” (D, personal communication,

Juni 13, 2012)

Acara yang dianggap penting bagi masyarakat lokal ini, ternyata tidak

!!

')!!

mengijinkan masyarakat setempat untuk masuk dan bergabung mengikuti

acara tersebut.Beberapa masyarakat yang menjadi panitia pun tidak setuju

dan mengaku kecewa dengan peraturan itu, lalu mereka kemudian

mengundurkan diri sebagai panitia. Beberapa wisatawan pun

mengungkapkan kekecewaan terhadap acara ini, karena hal yang ingin

mereka dapatkan ketika mengikuti acara SABANG International REGATTA

2011 adalah bisa berkumpul dengan masyarakat lokal Sabang, sehingga

mereka bisa merasakan situasi dan kondisi Sabang yang nyata, tanpa

dibuat-buat. Keramahan masyarakat lokal, kebudayaan serta alam dari

Sabang lah yang lebih diutamakan dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Sabang International Regatta 2011 justru menimbulkan bentrok antara

masyarakat dengan sekuriti. Acara yang ditujukan untuk kemajuan

pariwisata Sabang ternyata melarang penduduk lokal masuk dan turut serta

berpartisipasi dalam acara internasional ini.

Berdasarkan hasil observasi, pemantauan dari Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Sabang terhadap aset pariwisata Sabang masih sangat

kurang. Berbagai aset pariwisata penting seperti Tugu Nol Kilometer terlihat

Sangat rusak. Monumen ini sungguh tidak terawat. Komunikasi pemasaran

tentunya tidak akan berhasil jika produk yang akan dipasarkan tidak memiliki

nilai jual. Pada kasus ini, Sabang memiliki keunikan sebagai lokasi titik nol

kilometer Indonesia, namun pada kenyataannya Tugu Nol Kilometer

Indonesia yang merupakan andalan pariwisata sejarah di Sabang ini sangat

tidak terawat, dengan atap dan lantai yang rusak serta banyak sampah. Hal

!!

(+!!

ini tentunya menurunkan nilai jual dari monumen penting ini.Sertifikat yang

juga menjadi tanda seseorang telah berkunjung ke Tugu Nol Kilometer

Indonesia justru bisa didapatkan bukan dari lokasi Tugu Nol Kilometer, hal ini

juga bisa dikatakan kurang efektif. Peneliti berpendapat bahwa sebaiknya,

lokasi pembuatan sertifikat adalah di Tugu Nol Kilometer. Dengan begitu

para wisatawan akan lebih senang, puas serta tidak perlu repot.

GAMBAR 9

Tugu Nol Kilometer

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Jadi langkah – langkah kampanye komunikasi pemasaran yang

dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang dapat disimpulkan

dalam Tabel 1 dibawah ini:

TABEL 1 Kampanye Komunikasi Pemasaran

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang No. Tahapan Analisis Berdasarkan Hasil Temuan Lapangan 1. Situation Analysis Sebutan untuk destinasi ini, Sabang/ Pulau Weh/

Weh Island. Sabang merupakan pelabuhan bebas dandestinasi wisata bahari yang potensial (cruise, yacht, dive). Memiliki visi untuk mewujudkan

!!

(*!!

kebudayaan dan pariwisata Sabang yang profesional serta misi untuk meningkatkan dan mengambangkan seluruh aspek pariwisata dengan tetap mengacu pada norma bangsa.Memiliki tagline ‘where the wonderful Indonesia starts from...’.

2. Objective Setting Salah satu kampanye komunikasi pemasaran terbesar, SABANG International REGATTA 2011 (SIR), bertujuan untuk memperkenalkan dan mengangkat citra Sabang sebagai salah satu aset destinasi wisata bahari yang dapat dinikmati oleh para wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, serta membantu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia.

3. Targeting Pasar sasaran utama dari Sabang adalah kawasan Asia Tenggara (Thailand, Malaysia, Singapura), Eropa (Jerman, Belanda, Perancis), domestik (Medan, Jakarta) dan tentunya target pasar cruise, yacht dan dive.

4. Positioning & Message Development

Sabang memiliki tagline yang mengacu pada tagline pariwisata Indonesia “Wonderful Indonesia”, karena lokasi yang berada di nol kilometer Indonesia atau lokasi dimulainya Indonesia maka Sabang mengusung tagline “Where the wonderful Indonesia starts from…”, Sabang ingin menjadi daerah wisata bahari bertaraf internasional, namun pesan melalui tagline Sabang justru tidak diketahui wisatawan.

5. Media & Methods Teknik-teknik promosi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang yaitu melalui festival seni Kilometer Nol, seminar internasional, pemilihan duta wisata, audisi gita bahana nusantara, lintas alam, lomba foto, lomba kapal layar (SIR), pameran, dan film ‘Keumala’.Namun, beberapa wisatawan yang diwawancarai mengaku mendapat informasi pariwisata Sabang dari rekomendasi teman / word of mouth.

6. Budgeting Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang mengatakan serius menggarap pariwisata Sabang, dengan anggaran sejumlah 18 miliar.

7. Implementation SABANG International REGATTA 2011, walaupun dianggap sukses oleh media ternyata terdapat beberapa kritikan dari penduduk lokal dan pebisnis di Sabang. Tujuan Sabang menjadi destinasi wisata bahari dunia yang unik terbukti dengan Sabang yang menjual wisata bahari berkelas internasional dan memiliki keunikan. Hal ini terlihat dengan dominasi wisatawan mancanegara di kawasan diving (Iboih dan Gapang).

8. Evaluation, Measurement,

Wisatawan tidak mendapat informasi dari kantor pusat informasi pariwisata Sabang. Kekecewaan

!!

("!!

Control dari event SABANG International REGATTA 2011 dikarenakan pemindahan lokasi acara dari Iboih ke Gapang, perkelahian antara penduduk lokal dengan panitia dikarenakan penduduk tidak diperbolehkan mengikuti acara tersebut. Aset pariwisata Sabang tidak terawat, banyak objek wisata yang rusak terutama Tugu Nol Kilometer Sabang.

4.2.2 Penerapan PrinsipDestination Branding Sabang – Pulau Weh

Destination branding adalah kumpulan dari persepsi - persepsi,

campuran dari inti karakteristik, pandangan orang yang melihatnya, serta

pemeliharaan sebuah destinasi (Bucle, n.d.). Persepsi - persepsi tentang

Sabang – Pulau Weh yang telah peneliti kumpulkan dari para stakeholders

yaitu:

“Pulau Weh itu, diving, underwater, eksotik, asri” (Igor. P. H, personal

communication, Juni 15, 2012)

“Sabang merupakan tempat diving, nol kilometer, potensial, bule, unik

dan aman” (Dolah, personal communication, Juni 11, 2012)

“Pulau Weh is beautiful island..quite, diving, exotic, unique, frienly

people” (Anne, personal communication, Juni 12, 2012)

“Pulau weh, Sabang bisa dikatakan eating – diving, drinking – diving,

working-diving, sleeping – diving, dreaming – diving (Ismayudi. D,

personal communication, Juni 13, 2012)

Tourism destination branding adalah proses untuk membangun

identitas atau merek yang kompetitif pada suatu wilayah yang khusus

menjadi tujuan wisata dan tempat yang ingin menarik wisatawan (Anholt,

2009, p. 33). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tourism destination

!!

(#!!

branding yang tepat untuk Sabang – Pulau Weh. Sedangkan berdasarkan

hasil wawancara dengan Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Sabang diketahui bahwa:

“Sabang ingin membranding diri menjadi destinasi wisata bahari

internasional yang unik, yang menggunakan sistem ecotourism

serta dikenal sebagai destinasi yang bersih, aman dan tertib.” (M.

Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012)

Hasil studi dokumentasi melalui media online, Muhammad Nazar

selaku Wakil Gubernur Aceh mengatakan:

“Kegiatan SABANG International REGATTA 2011, ini dimaksudkan

untuk menempatkan Aceh dalam peta destinasi pariwisata bahari

dunia serta mengembalikan citra Sabang sebagai destinasi yang

bersih, aman dan tertib. (Ernowo, 2011, September 8)

Destinasi wisata bahari internasional yang unik karena, Sabang

dikelilingi oleh laut dan laut merupakan aset terindah bagi Sabang.

Walaupun ada wisata lain di Sabang seperti wisata sejarah, tetapi lautlah

yang menjadi daya tarik utama dan andalan bagi Sabang. Saat ini keindahan

dan keunikan dari alam bawah laut Sabang (keanekaragaman biota laut

yang sulit ditemui di lokasi lain) sudah diakui international. Sabang pun

memiliki 21 spot diving fasilitas pendukung diving pun telah dimiliki, ada 5

dive center (2 dive center lokal dan 3 dive center milik asing) yang siap

melayani para penyelam.

!!

($!!

GAMBAR 10

Sabang - Pulau Weh

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang

Dalam website UnderwaterAsia, dijelaskan bahwa Pulau weh adalah:

“Pulau Weh is “special island”. Sumatra is not as famous for diving as some of the more easterly Indonesian Islands, but little Pulau Weh, sitting just off the northern tip is an exception. It's position means that it is not affecting by run - off from rivers, like much of Sumatra, so has great visibility. It also receives a lot of nutrient rich currents, which bring with it a kaleidoscope of life. In the waters around this special island, it is possible to encounter anything from Killer Whales to Mola Molas, plus a wealth of unusual smaller marine creatures.” (“Pulau

!!

(%!!

Weh, Indonesia,” n.d.)

Ini dapat diartikan bahwa Sabang memiliki alam yang sangat indah,

bersih, dengan berbagai species yang mempesona.Hal ini menjawab bahwa

Sabang telah mendapat pengakuan internasional, Sabang pun telah diakui

memiliki alam yang bersih, yang tebukti dengan kejernihan dari perairan

Sabang.Sabang juga dikenal sebagai surga eel bagi para penyelam.

Keanekaragaman biota laut di kawasan Pulau Weh – Sabang ini menjadikan

kawasan ini memiliki kesan tersendiri dimata wisatwannya. Keunikan alam

bawah laut Pulau Weh – Sabang yaitu:

GAMBAR 11

Keunikan Underwater Pulau Weh –Sabang

!!

(&!!

Salah satu tempat menyelam yang paling populer di Pulau Weh

adalah Batee Tokong, atau Centra Rock. Batu ini terus turun menjadi sekitar

22 meter dari permukaan, sebelum miring menjadi sekitar 40 meter.

Berbagai macam ikan berkumpul di lokasi ini dan pada setiap menyelam

para penyelam mungkin akan bertemu dengan Tuna, Trevally, Barracuda,

Turtles, Napoleon dan banyak ikan karang. Ikan besar lainnya, seperti Devil

Rays dan Mantas juga sering melintasi lokasi ini.

Kemiringan ini berkarpet dengan taman gorgonia besar dan situs yang

dikenal surganya Moray Eels, yang menempati hampir setiap celah. Di sisi

utara dari Batee Tokong adalah Shark Plateu - karang yang landai di mana

penyelam dapat menemukan Hiu Reef Blacktip & Whitetip, Hiu Reef Grey

dan sesekali Silvertips. Lebih jauh, Batee Meuduro lain merupakan lokasi

menyelam dengan ikan besar di mana Hiu Thresher yang kadang-kadang

terlihat.

Situs lain yang populer adalah The Canyon - sebuah puncak besar

!!

('!!

yang telah terbelah dua, menciptakan pusat lembah. Selain sensasi

berenang melalui lembah yang mengesankan, situs ini juga menarik banyak

hewan yang lebih besar.Napoleon Wrasse, Bumphead Parrotfish, Turtles,

Barracuda terkadang bergabung dengan Hiu, Eagle Rays danManta Rays.

Selain Central Canyon, ada sebuah gua yang tentunya bagus untuk

dieksplorasi dan juga sebuah lengkungan bawah laut yang indah.

Arus sekitar Pulau Weh cocok untuk drift-diving. Ada juga beberapa

wreck dive di Pulau Weh. Untuk penyelam yang kurang berpengalaman, ada

Tug Boat kecil yang dikenal sebagai Wreck Sabang yang hanya berada di

kedalaman 14 meter. Dan untuk penyelam wreck dive berpengalaman,

wreck dive yang dikenal sebagai Rickmers Sophie merupakan suatu lokasi

dive yang menjadi keharusan.Kapal jerman yang sengaja ditenggelamkan

oleh krunya dalam Perang Dunia II setelah disita oleh Belanda ini, kini

terletak di kedalaman 60meter, dengan ruang kemudi pada kedalaman

38meter, ini artinya lokasi penyelaman ini hanya cocok bagi penyelam yang

sangat berpengalaman. Penyelam tersebut yang berusaha melakukan

penyelaman di lokasi ini tentunya akan disugui pemandangan yang luar

biasa dan semua usaha yang telah dilakukan akan terbayar dengan

pemandangan kapal karam yang utuh.

Wreck adalah rumah bagi Angelfish hitam yang jarang ditemui –

(spesies air yang dalam), serta Seahorses, Batfish, Unicornfish, Kerapu,

Eagle Rays dan tentu banyak morays.Peneliti dapat menyimpulkan bahwa

ada beberapa keunggulan dari underwater Pulau Weh – Sabang ini, kapal

!!

((!!

Shophie Rickmer yang tenggelam, yang menjadi salah satu spot diving

terbaik di kawasan Pulau Weh, beberapa spesies moray eel yang sangat

mudah ditemukan bahkan hampir disetiap celah para penyelam dapat

melihat binatang laut ini, dan hotspring di dasar laut membuat kesan eksotik

bagi kawasan ini. Beberapa daerah lain juga memiliki kesamaan spesies,

namun ketika melakukan diving/ penyelaman di kawasan Pulau Weh –

Sabang, wisatawan (penyelam) akan disuguhi kesan yang berbeda baik dari

segi kehidupan bawah laut maupun topography (wall).

Sedangkan jika Sabang ingin membranding menjadi destinasi yang

aman dan tertib, sayangnya masih terdapat kendala dalam kedua aspek ini.

Kekhawatiran dari para target market domestik cukup terasa. Beberapa

target market di Jakarta yang telah diwawancarai oleh peneliti mengaku

khawatir dengan keamanan kawasan Aceh yang rawan konflik atau rawan

gempa. Mereka lebih mengenal Sabang sebagai daerah bekas tsunami

daripada daerah wisata, namun masih ada titik cerah karena bagi para

penyelam, Sabang atau Pulau Weh sudah cukup dikenal dan menarik. Para

penyelam cukup tertarik untuk menjelajah alam bawah laut Sabang.Namun,

Sabang tetap harus membuktikan bahwa Sabang merupakan destinasi yang

aman dan tertib.Lokasi Sabang yang berada di ujung barat Indonesia

sebenarnya memiliki nilai jual tersendiri, namun untuk wisatwan

mancanegara alam bawah laut Sabang lah yang menjadi daya tarik utama.

Sebelum menginjakan kaki di Sabang -Pulau Weh, kekhawatiran

tentang keamanan memang terasa.Media cenderung memberitakan tentang

!!

()!!

konflik-konflik di Aceh.Dan Sabang yang merupakan bagian dari Aceh

tentunya mendapat imbas negatif.Citra keamanan Sabang menjadi

cenderung negatif.Satu-satunya akses menuju Sabang adalah melalui Aceh,

wisatawan perlu melewati jalan darat dari Bandar udara internasional Sultan

Iskandar Muda – Aceh menuju pelabuhan Ulee Lheue untuk menyebrang

menggunakan feri ke Sabang. Akses ini yang membuat banyak calon

wisatawan domestik khususnya Jakarta enggan datang ke Sabang dan

cenderung memilih destinasi lain.

Sedangkan untuk para wisatawan mancanegara, mereka kurang

mengetahui tentang masalah keamanan tersebut, sehingga hal itu tidak

menjadi masalah besar bagi mereka.Karena itu Sabang – Pulau Weh perlu

mempertegas identitas dan karakteristik destinasi wisata ini melalui strategi

kampanye pemasaran dan pembentukkan tourism destination branding yang

tepat.

Walaupun Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang telah

sadar akan pentingnya tourism destination branding, namun pihaknya belum

menemukan strategi yang tepat untuk membentuk tourism destination

branding tersebut. Mereka mengaku masih membutuhkan banyak masukan

dari para pemangku (stakeholders) kepentingan agar tourism destnation

branding Sabang dapat terbentuk.

Dalam penelitian ini, jika dilihat dari 8 prinsip destination branding

menurut Dasgupta (2011, p. 193):

1. Purpose and Potential

!!

)+!!

Sabang – Pulau Weh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang

bersejarah. Terletak di sisi ujung barat Indonesia dan memiliki tugu nol

kilometer dari wilayah Indonesia tentunya menarik dan sangat dikenal oleh

warga negara Indonesia karena dijadikan sebuah lirik lagu “…dari Sabang

sampai Merauke…”. Di sisi lain Sabang – Pulau Weh memiliki potensi yang

sangat besar, keindahan alam terutama dunia bawah lautnya sangat menarik

dan telah diakui oleh dunia internasional. Sabang – Pulau Weh ingin menjadi

destinasi wisata bahari internasional yang unik dengan sistem eco-tourism

yang berbeda dengan destinas - destinasi wisata yang ada. Sabang pun

ingin dikenal sebagai destinasi yang bersih, aman dan tertib.

Diving sebagai salah satu kegiatan yang paling digemari oleh

wisatawan yang datang ke Sabang – Pulau Weh tentunya bisa dijadikan

salah satu peluang investasi. Peluang untuk berinvestasi di Sabang masih

sangat besar.Beberapa wisatawan asing yang datang ke Sabang – Pulau

Weh telah melihat peluang investasi tersebut dan membuka bisnis di daerah

ini. Dari 5 dive center yang ada di Sabang, 3 diantaranya dimiliki oleh warga

negara asing (Lumba-lumba diving center – Belanda, Pulau Weh dive resort

– Malaysia, Steven Sea Sport – Malaysia) dan 2 dimiliki oleh warga

Indonesia (Rubiah Tirta Dive Center dan The Pade Dive Resort). Beberapa

penginapan yang ada di Sabang – Pulau Weh ini pun dikelola oleh warga

negara asing.Banyak warga asing yang memanfaatkan peluang bisnis di

Sabang – Pulau Weh. Warga Indonesia cenderung kerang tertarik

berinvestasi di kawasan ini, hal itu mungkin dikarenakan informasi tentang

!!

)*!!

Sabang – Pulau Weh di kawasan nusantara yang masih kurang. Namun,

salah satu pelaku bisnis The Pade Dive Resort mengaku yakin dengan

potensi Sabang, melihat peluang bisnis di kawasan ini, mereka yakin akan

adanya perkembangan pariwisata yang menjanjikan karena itu sebelum

Sabang menjadi destinasi wisata yang diminati banyak wisatawan, pihaknya

berinvestasi dengan membuka sebuah dive resort.

Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang terus berusaha

mengembangakan potensi pariwisata di kawasan ini, berbagai media

promosi dilakukan. Berbagai material promosi seperti brosur, poster, booklet,

CD, sticker, souvenir dan paper - bag telah dibuat oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Sabang telah disebarkan baik di Indonesia maupun di

mancanegara.

GAMBAR 12

Materi Promosi Sabang

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang

!!

)"!!

Mengangkat tema promosi berupa “where the wonderful Indonesia

start from…” dan beberapa sub judul seperti “where the amazing Indonesia

start from…” dan “ where the remarkable Indonesia start from…”, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang berharap dapat diingat dan

meningkatkan reputasi kawasan ini. Potensi alam bawah laut akan dijadikan

sebagai karakteristik dari Sabang – Pulau Weh, sehingga sabang bisa

memiliki tourism destination branding “destinasi wisata bahari internasional

yang unik yang berbeda dengan destinasi lain dengan sistem ecotourism

serta destinasi yang bersih, aman dan tertib”

2. Truth

Destinasi sering mengalami sebuah citra yang sudah tertinggal, tidak

adil atau tidak seimbang. Sabang – Pulau Weh memiliki citra yang

cenderung negatif. Dikenal sebagai daerah bekas tsunami, rawan konflik

dan menganut Syariah islam. Tsunami 2004 merupakan bencana alam

yang sangat besar dan memakan banyak sekali korban, karena itulah citra

Sabang – Pulau Weh tidak bisa terlepas dari daerah bekas tsunami.

Tsunami merupakan sebuah bencana yang bisa terjadi di mana saja, jadi

sebenarnya hal itu tidak perlu menjadi kekhawatiran yang berlebihan.

Bencana alam tersebut memang lebih dikenal dibandingkan dengan potensi

pariwisata Sabang.

Melihat ke beberapa tahun ke belakang, Sabang - Pulau Weh pernah

menjadi sebuah tujuan pariwisata yang cukup terkenal. Namun, sejak masa

konflik selama 29 tahun dan larangan masuk ke Aceh bagi wisatawan,

!!

)#!!

khususnya warga asing, di periode waktu tertentu, kemudian disusul dengan

sebuah bencana besar Tsunami 2004 lalu, serta berbagai peristiwa lainnya

menurunkan minat pariwisata yang merupakan bagian terbesar dari

perekonomian. Sekarang kondisi ini telah berubah. Secara internal Aceh

sekali lagi telah membuka diri untuk bisnis dan mencoba untuk

menyambungkan diri kembali pada industri pariwisata Indonesia dan sumber

pasar, pemasok maupun investor internasional.

Secara eksternal, pariwisata sedang berkembang pesat di seluruh

dunia, khususnya di Timur Tengah dan Asia, dua wilayah yang bisa menjadi

sumber wisatawan bagi Sabang - Pulau Weh. Konflik berkepanjangan

tersebut mengakibatkan daerah Sabang yang merupakan bagian dari

provinsi Aceh ini diragukan keamanannya. Padahal Sabang – Pulau Weh ini

sendiri sebenarnya terdiri dari penduduk yang heterogen, banyak sekali suku

yang tinggal di daerah ini dengan aman tanpa ada konflik. Citra yang

terlanjur melekat pada Sabang menimbulkan kekecewaan pada penduduk

setempat.Ada perbedaan yang ditemukan dari citra Sabang – Pulau Weh

dengan kenyataan yang ada di daerah ini. Dari hasil penelitian, beberapa

narasumber mengatakan:

Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang: “Pulau Weh berbeda dengan Aceh, bisa dikatakan berbeda 180 derajat dari Aceh, jika Aceh itu hitam maka Sabang adalah putih, Sabang – Pulau Weh sebenarnya sangat aman, tidak seperti citra yang melekat pada Sabang selama ini, hal ini terbukti karena Sabang merupakan salah satu daerah dengan tingkat krominalitas nol.” (M. Ali Taufik, personal communication, Juni 11, 2012) Rubiah Tirta Divers: “Disini aman, apa yang perlu ditakutin di sini?

!!

)$!!

Konflik sudah tidak ada, syariah islam juga tidak menggangu.”

(Ismayudi D, personal communication, Juni 13, 2012)

“Yang terpenting, Sabang juga kota yang sangat aman di Indonesia

dengan tingkat kriminalitas 0%” (Dtf, 2011, Desember 31)

Di Sabang semua masyarakat berbaur dan saling mengormati satu

dengan yang lain, terutama wisatawan. Masyarakat setempat bisa dikatakan

sangat mengormati wisatawan, dengan begitu wisatawan merasa aman dan

nyaman saat berwisata di sini. Sabang – Pulau Weh yang tergabung dengan

provinsi Aceh tentunya menganut Syariah Islam. Menghargai penduduk

setempat, kebiasaan mereka, dan budaya mereka adalah hal penting yang

sama di seluruh dunia. Dengan sedikit pengecualian, pariwisata bisa menjadi

industri yang tepat, jika direncanakan, dikembangkan, diatur, dijalankan, dan

dipromosikan dengan baik. Dalam hal ini, penduduk lokal merupakan daya

tarik tersendiri bagi wisatawan, dan tentunya dapat menguntungkan

pariwisata Sabang.

Wisatawan perlu mengetahui apa yang kebudayaan dari destinasi

tujuan pariwisata mereka, khususnya jika kondisinya sedikit berbeda dari

tujuan wisata lainnya. Wisawatan yang mengunjungi ecotourism sering

diminta untuk mengikuti aturan main yang telah disampaikan, atau seperti

yang disampaikan oleh pemandu wisata yang membawa mereka ke sana.

Ada banyak tanda di beberapa Pulau Weh yang menyarankan agar

wisatawan harus menggunakan pakaian dengan cara tertentu, dan lain

sebagainya. Ini tentunya masih bisa diterima oleh wisatawan sebagai sebuah

!!

)%!!

kebudayaan setempat.

Adapula aturan seperti dilarang berlayar dan melakukan aktifitas di

laut pada hari Jumat hingga jam 2 siang, hal ini juga masih bisa diterima oleh

wisatawan. Sabang memiliki aturan tersendiri bagi wisatawan seperti para

wisatawan dapat menggunakan pakaian renang di kawasan resort, para

wisatawan non muslim pun dapat minum minuman beralkohol. Aturan –

aturan seperti ini pun dibuat tanpa membuat penduduk setempat merasa

tersinggung. Tourism destination branding Sabang – Pulau Weh ini perlu

dibuat untuk memastikan citra yang sebenarnya bahwa Sabang walaupun

merupakan daerah bekas tsunami dan pernah mengalami koflik hebat

namun saat ini telah berubah menjadi daerah yang aman dari konflik serta

memiliki aturan syariat islam yang pasti bisa diterima oleh wisatawan. Nilai –

nilai religius yang dianut penduduk lokal Sabang tentunya membawa

dampak positif dan menjadi keunikan. Sabang bisa dikatakan merupakan

kawasan wisata yang masih memegang nilai – nilai religius, kesopanan,

saling menghargai dan menjalankan aktivitas sesuai dengan aturan adat

setampat.Diperlukan pola komunikasi pemasaran yang terfokus dan efektif

sehingga kampanye yang dilakukan tidak sia-sia.

3. Aspirations and Betterment

Pulau Weh akan menjadi sebuah tujuan pariwisata yang terkenal di

Indonesia dan juga bagi wisatawan internasional yang tertarik untuk

mengunjungi tujuan yang masih asli yang menawarkan pariwisata diving

kelas dunia, pantai dan masyarakat muslim konservatif yang bersahabat,

!!

)&!!

ramah dalam menyambut wisatawan menuju pulau mereka yang indah,

desa-desa yang menawan dan pemandangan yang menakjubkan, dan

membagi gaya hidup tradisional mereka yang tak lekang oleh waktu. Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang dalam booklet yang didesain untuk

mempromosikan Sabang, menuliskan:

“The people in Sabang live in harmony as they respect others and

their beliefs.” (Booklet Pariwisata Sabang, n.d.)

Saat peneliti melakukan wawancara, wisatawan mengakui hal

tersebut, mereka berkata:

“penduduk disini ramah, membaur dengan wisatawan. Sama bule

juga baik banget kaya keluarga, nggak kaya pikiran sebelum dateng.

Mereka selalu senyum dan bersedia bantu para wisatawan” (Edward,

personal communication, Juni 14, 2012)

Peneliti pun melihat keramahan penduduk lokal Sabang tersebut

ketika melakukan observasi di Sabang. Penduduk lokal sangat akrab

dengan para wisatawan. Bahkan tidak sedikit warga lokal yang menikah

dengan para wisatawan.

4. Inclusiveness and common good

Tujuan pengembangan industri pariwisata Sabang - Pulau Weh

adalah untuk menghasilkan keuntungan bagi masyarakat.Oleh karena itu,

industri pariwisata harus mendengar keinginan masyarakat. Secara khusus,

pengembangan ini perlu masukan dan partisipasi dari masyarakat

khususnya dalam hal ekonomi, sosio-kultural, dan dampak lingkungan.

!!

)'!!

Industri pariwisata secara transparan membagikan laporan berkala pada

masyarakat.

Dengar pendapat dengan masyarakat tentang permasalahan pun

menjadi faktor penting, bekerjasama dengan media, dan membuat sebuah

pertemuan berkala tentang oranganisasi resmi yang dapat diakses oleh

khalayak ramai. Industri pariwisata akan membuat aktivitas kesadaran

masyarakat untuk memiliki pengertian yang lebih baik tentang bagaimana

industri pariwisata bekerja. Industri pariwisata memainkan sebuah pernanan

penting dalam menciptakan ketrampilan pekerja yang lebih profesional dan

penggunan teknologi untuk melayani pelanggan internasional.

5. Creativity and innovation

Pariwisata seharusnya menunjukkan kebudayaan setempat, termasuk

seni dan pementasan baik tarian rakyat, musik modern maupun hasil seni

lainnya. Wisatawan biasanya tertarik untuk menghadiri pementasan tarian

rakyat tersebut atau melihatnya sebagai bagian dari makan malam di

restoran lokal. Industri pariwisata harus menciptakan kesempatan ini untuk

bekerja dengan beberapa grup kesenian rakyat. Mereka juga harus

menciptakan kesempatan untuk menunjukan hasil kesenian penduduk

setempat. Dibutuhkan beberapa pelatihan agar Sabang bisa menunjukan

keunikan atau kekhasan dari kebudayaan dan kesenian daerah ini.

Kebudayaan dan kesenian tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi

wisatawan.

Saat ini, jika kita berkunjung ke Sabang, suasana kebudayaan

!!

)(!!

Sabang masih jarang terasa, hal ini tentunya sangat berbeda jika kita berada

di Bali. Suasana Bali sangat menunjukan kekhasan dari kebudayaan dan

kesenian daerah tersebut sehingga Bali bisa memiliki identitas dan

karakteristik yang sangat kuat. Sabang – Pulau Weh tentunya memerlukan

inovasi dalam pariwisata seperti pembuatan souvenir khas Sabang. Hingga

saat ini, yang menjadi andalan Sabang adalah souvenir dari kerang dan

kerajinan tangan berbahan pohon kelapa. Kerajinan seperti itu pun bisa

ditemukan di daerah-daerah lain di Indonesia sehingga dinggap kurang

mewakili identitas Sabang.

6. Complexity and simplicity

Destinasi pariwisata Sabang – Pulau Weh yang berlokasi di ujung

barat Indonesia memiliki akses yang cukup menantang. Berdasarkan hasil

wawancara, salah satu alasan target market Sabang mengurungkan niatnya

datang berwisata ke Sabang adalah segi lokasi yang cukup jauh dan

transportasi yang tergolong sulit.

Bagi beberapa wisatawan rute menuju Sabang membutuhkan

perjuangan dan kesabaran, dikarenakan akses satu - satunya hanya melalui

Banda Aceh, sedangkan jadwal penerbangan langsung ke Banda Aceh

terbatas. Penerbangan Internasional Ke Banda Aceh hanya berasal dari

Malaysia, dan selebihnya harus melalui Medan. Sedangkan untuk

penerbangan domestik rata - rata harus melalui Jakarta dan Medan. Setelah

tiba di Banda Aceh, wisatawan pun masih harus menempuh perjalanan darat

selama 30 menit untuk menuju pelabuhan, kemudian harus mengikuti jadwal

!!

))!!

feri menuju Sabang. Ada 4 feri yang beroperasi dari Banda Aceh ke Sabang

dan begitu pula sebaliknya dari Sabang ke Banda Aceh. Feri lambat (yang

mengangkut penumpang dan kendaraan) beroperasi pada jam 08.00 dan

14.00, feri jenis ini membutuhkan waktu 1,5 jam untuk tiba di Sabang.

Sedangkan feri cepat atau speedboat yang hanya mengangkut penumpang

membutuhkan waktu lebih cepat hanya 45 menit untuk tiba di Sabang, feri

jenis ini beroperasi pada jam 10.00 dan 16.00.

Para wisatawan cenderung meilih feri jenis ini, karena dianggap lebih

cepat dan juga lebih nyaman. Namun, karena jam operasi feri yang minim,

membuat wisatawan harus menunggu cukup lama sesuai dengan jadwal

keberangkatan feri. Ini tentunya menyulitkan dan menurunkan minat

wisatawan untuk mengunjungi Sabang – Pulau Weh. Waktu yang ditempuh

untuk menuju Sabang dari Jakarta saja, jika berangkat di pagi hari, baru

akan tiba di Sabang sekitar pukul 5 sore. Perjalanan ini tentunya cukup

melelahkan.

Kemudian begitu tiba di pelabuhan Balohan - Sabang, wisatawan

harus menggunakan jasa mobil-mobil angkutan yang ada di pelabuhan

tersebut, bebapa mobil bisa dikatakan kurang layak. Namun, sistem di

pelabuhan Balohan yang mewajibkan wisatawan untuk menggunakan jasa

mobil angkutan tersebut dirasa kurang adil. Pemilik resort atau hotel di

Sabang harus bekerjasama dengan beberapa jasa mobil angkutan jika ingin

menjemput tamu mereka di pelabuhan, pihak resort tidak diperbolehkan

menjemput tamu mereka denga kendaraan milik resort. Wisatawan yang

!!

*++!!

mungkin telah lelah menjalani perjalanan yang cukup panjang, dan ingin

dijemput dengan kendaraan yang nyaman tidak bisa dipenuhi. Pihak resort

tidak diperbolehkan membawa kendaraan resort yang tentunya lebih nyaman

untuk menjemput tamu mereka di pelabuhan. Wisatawan haruslah

menggunakan jasa mobil angkutan umun menuju penginapan mereka.

Sedangkan untuk aset pariwisata Sabang yang menjadi unggulan

adalah alam bawah laut Pulau Weh dan Tugu Nol Kilometer Indonesia.

Kedua aset pariwisata ini selalu disebut - sebut dalam promosi pariwisata

Sabang. Namun dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti melihat

bahwa alam bawah laut Sabang – Pulau Weh memang terbukti keindahan

dan kejernihan airnya, sedangkan untuk Tugu Nol Kilometer Nampak begitu

rusak mulai dari atap yang sudah hampir runtuh, lambang Garuda yang

hampir jatuh, lantai yang pecah dan sampah disana sini.

Sabang – Pulau Weh membutuhkan sebuah destination branding

yang efektif dan didukung oleh perbaikan dari beberapa aspek pariwisata

(transportasi dan objek wisata). Keanekaragaman objek wisata seperti

banyaknya lokasi diving, objek wisata bahari dan objek wisata sejarah, serta

keanekaragaman masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku dapat

pula diikomunikasikan melalui pembentukan tourism destination branding ke

seluruh dunia terutama pada kawasan yang menjadi target market Sabang –

Pulau Weh.

7. Connectivity

Sabang – Pulau Weh membranding diri menjadi destinasi wisata

!!

*+*!!

bahari internasional dengan sistem ecotourism serta destinasi yang bersih,

aman dan tertib. Ingin tampil menjadi destinasi yang berbeda dengan

destinasi wisata yang telah populer.Sebagai destinasi wisata bahari

internasional maka Sabang dikenal dengan daerah khusus pencinta diving

atau dunia bawah laut. Jika dilihat dari sisi tour and travel, paket wisata

Sabang – Pulau Weh yang ditawarkan oleh tour and travel adalah paket

diving, ini menunjukan bahwa secara tidak disengaja branding yang tercipta

untuk Sabang – Pulau Weh yaitu sebagai destinasi wisata diving.

Destination branding Sabang ini berhasil mewujudkan terjalinnya

kerjasama antara beberapa pihak baik lokal, nasional dan internasional.

Pihak swasta yang merupakan bagian dari pelaku bisnis di Sabang turut

serta mempromosikan Sabang sebagai destinasi wisata bahari bertaraf

internasional.

Sebelum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang dan

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia mempromosikan

Sabang – Pulau Weh sebagai destinasi wisata, salah satu pelaku bisnis di

Sabang (bisa dikatakan pioneer pariwisata Sabang) Rubiah Tirta Dive Center

telah mempromosikan Sabang sejak 1986 baik melalui media maupun dari

mulut ke mulut (Word of mouth). Hal ini dikarenakan belum adanya

dukungan dari pemerintah untuk menjadikan Sabang sebagai destinasi

wisata. Kini, pemerintah mulai mempromosikan Sabang di berbagai negara.

Diharapkan pemerintah dapat bekerjasama dengan pelaku bisnis di Sabang

untuk memajukan pariwisata Sabang, sehingga pariwisata Sabang tidak

!!

*+"!!

dipandang sebelah mata lagi.

8. Things take time

Pembentukan tourism destination branding tentunya membutuhkan

waktu yang panjang. Brand menjadi faktor pembeda yang sangatlah penting

dalam banyaknya produk yang sejenis.Indonesia yang dikenal sebagai negri

bahari tentunya kaya dengan berbagai macam objek pariwisata bahari.

Salah satu penggagas pariwisata Sabang – Pulau Weh, Rubiah Tirta Dive

Center berpendapat bahwa tourism destination branding yang cocok untuk

Sabang adah ecotourism dan harus berhubungan dengan alam terutama

terumbu karang. Sabang – Pulau Weh tentunya membutuhkan sabuah brand

untuk membedakan diri dari objek wisata bahari lain yang telah ada. Sabang

– Pulau Weh, destinasi ini masih berusaha menciptakan brand sebagai

destinasi wisata bahari internasional yang unik baik dari sisi alam bawah laut

maupun lokasi yang unik. Di pihak lain, Sabang saat ini mengikuti strategi

destination branding yang dibuat oleh Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata Indonesia. Hingga saat ini langkah yang telah dilakukan Sabang

yaitu dimulai dengan pembuatan tagline “Sabang where the wonderful

Indonesia starts from…”.

Namun, Sabang masih tetap mencari tagline yang lebih cocok untuk

identitas atau brand pariwisata Sabang. Salah satu cara yang dilakukan

adalah dengan mengikuti seminar-seminar terkait destination branding. Ini

terkait dengan peningkatan sumber daya manusia atau peningkatan

pengetahuan tentang destination branding pada para pelaku pariwisata

!!

*+#!!

Sabang. Tourism destination branding merupakan salah satu goal utama

bagi sektor pariwisata Sabang – Pulau Weh. Jadi prinsip tourism destination

branding Sabang dapat disimpulkan dalam tabel berikut ini:

TABEL 2 Prinsip Tourism Destination Branding Sabang

No. Prinsip - Prinsip Analisis Berdasarkan Hasil Temuan Lapangan 1. Purpose and

Potential Sabang – Pulau Weh, salah satu daerah di Indonesia yang bersejarah. Memiliki potensi yang sangat besar, keindahan alam terutama dunia bawah lautnya sangat menarik dan telah diakui oleh dunia internasional. Sabang – Pulau Weh ingin menjadi destinasi wisata bahari internasional yang unik dengan sistem eco-tourism yang berbeda dengan destinas-destinasi wisata yang ada. Sabang pun ingin dikenal sebagai destinasi yang bersih, aman dan tertib. Peluang investasi yang masih terbuka lebar yang mengakibatkan banyak turis asing yang membuka bisnis di kawasan ini.

2. Truth Sabang – Pulau Weh yang menganut syariah islam ini pada kenyataan nya, sudah menjadi daerah yang aman dan tertib, namun masih memiliki citra yang cenderung negatif sebagai daerahbekas tsunami dan rawan konflik.

3. Aspirationgs and Bettterment

Pulau Weh akan menjadi sebuah tujuan pariwisata yang terkenal karena merupakan destinasi wisata yang alami, menawarkan pariwisata diving kelas dunia, pantai dan masyarakat yang ramah, bersahabat dan membagi gaya hidup tradisional mereka yang tak lekang oleh waktu.

4. Inclusiveness and Common Good

Pengembangan ini perlu partisipasi dari masyarakat khususnya dalam hal ekonomi, sosio-kultural, dan dampak lingkungan.Industri pariwisata memainkan sebuah peranan penting dalam menciptakan ketrampilan pekerja yang lebih profesional dan penggunan teknologi untuk melayani pelanggan internasional.

5. Creativity and Innovation

Dibutuhkan beberapa pelatihan agar Sabang bisa menunjukan keunikan atau kekhasan dari kebudayaan dan kesenian daerah ini. Sabang – Pulau Weh memerlukan inovasi dalam pariwisata seperti pembuatan souvenir khas Sabang, kini yang menjadi andalan Sabang adalah souvenir dari kerang dan kerajinan tangan berbahan pohon kelapa yang

!!

*+$!!

bisa ditemukan di lokasi lain, sehingga tidak mewakili identitas Sabang

6. Complexity and Simplicity

Sabang – Pulau Weh memiliki lokasi yang cukup menantang karena segi transportasi yang terbatas. Sebuah destination branding yang efektif dibutuhkan dan didukung oleh perbaikan dari beberapa aspek pariwisata seperti transportasi dan objek wisata yang telah rusak.

7. Connectivity Sebagai destinasi wisata bahari internasional maka Sabang dikenal dengan daerah khusus pencinta diving atau dunia bawah laut. Pihak swasta turut serta mempromosikan Sabang sebagai destinasi wisata bahari bertaraf internasional. Rubiah Tirta Dive Center telah mempromosikan Sabang sejak 1986 baik melalui media maupun dari mulut ke mulut (Word of Mouth).

8. Things take time Sabang saat ini mengikuti strategi destination branding yang dibuat oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Hingga saat ini langkah yang telah dilakukan Sabang yaitu dimulai dengan pembuatan tagline “Sabang where the wonderful Indonesia starts from…”.Tourismdestination branding merupakan salah satu goal utama bagi sektor pariwisata Sabang – Pulau Weh.

4.2.3 Tagline dan Positioning Sabang

Positioning Sabang merupakan strategi komunikasi yang

berhubungan dengan bagaimana menempatkan destinasi wisata Sabang –

Pulau Weh di dalam benak konsumen atau wisatawan melalui cara-cara

tertentu, sehingga para wisatawan memiliki penilaian tersendiri tentang

daerah wisata Sabang.

Positioning concept Sabang adalah menjadi daerah wisata bahari

yang indah dan bertaraf internasional yang unik, terletak di ujung barat

Indonesia. Taget market atau pasar dari pariwisata Sabang – Pulau Weh

adalah calon wisatawan yang berada di beberapa lokasi seperti: Asia

Tenggara, Eropa dan domestik, pasar pariwisata Sabang juga merupakan

!!

*+%!!

para pencinta laut seperti diving dan yacht. Salah satu positioning strategy

yang digunakan untuk membentuk positioning tersebut adalah melalui tagline

“Sabang where the wonderful Indonesia starts from…”.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis apakah tagline

tersebut telah sesuai dengan positioning concept yang dirancang oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang.

Tagline yang diusung oleh Sabang sejak pertengahan tahun 2011 ini

walaupun cukup mewakili positioning concept, ternyata belum diketahui oleh

target market mereka.Strategi pemasaran yang hanya melalui media cetak

membuat informasi tersebut kurang berkembang. Beberapa wisatawan

beranggapan tagline tersebut sebenarnya cukup sesuai dengan keadaan

Sabang, baik secara lokasi maupun keindahan alam Sabang, namun mereka

kurang setuju dengan tagline yang dibuat oleh Sabang.Tagline tersebut

dianggap kurang menjual kurang mewakili pariwisata Sabang.Mereka lebih

setuju jika unsur underwater lebih ditekankan. Ada 4 jenis pendekatan

stategi positioning, pada peneliitian ini, peneliti melihat bahwa startegi

positioning yang digunakan Sabang adalah melalui pendekatan ciri produk

dengan menghubungkan produk (Sabang) dengan ciri yang mudah dikenali

yaitu daerah yang terletak di ujung barat Indonesia yaitu di nol kilometer

Indonesia atau dimulainya wilayah Indonesia.

Dengan melakukan wawancara mendalam dengan beberapa

wisatawan dan pelaku bisnis maka peneliti mandapatkan hasil mengenai

positioning effectivenessyaitu bahwa positioning strategy yang telah

!!

*+&!!

dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang kurang efektif dan

belum berhasil. Hal tersebut karena wisatawan mancanegara yang dominan

datang ke Sabang – Pulau Weh justru kurang mengetahui dan kurang

tertarik dengan letak geografis Sabang (nol kilometer Indonesia), wisatawan

mancanegara yang datang ke Sabang tertarik datang dikarenakan

keindahan bawah laut Sabang, mereka menganggap Sabang sebagai

daerah dengan kondisi alam eksotis yang masih asri. Turis Eropa yang

mendominasi wisatawan mancanegara di Sabang bahwa Sabang

merupakan salah satu lokasi diving yang wajib dikunjungi oleh para

penyelam.Peneliti berpendapat, Sabang perlu menonjolkan positioning yang

kuat dan langsung pada poin utama, yaitu keindahan bawah laut Sabang.

4.2.4 Pemulihan Citra Sabang sebagai Destinasi Wisata Bahari

Internasional

Citra tidak timbul begitu saja, namun ada proses pembentukkan yang

berasal dari penilaian atau tanggapan masyarakat terkait destinasi pariwisata

Sabang – Pulau Weh. Sabang yang dikenal sebagai kota pelabuhan bebas

ini, sebelum perang dunia ke II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding

Singapura. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan bebas

dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia.Dari sini peneliti

melihat bahwa Sabang sebenarnya telah memiliki citra positif.

Berdasarkan hasil studi kepustakaan, peneliti melihat bahwa dengan

adanya kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang bertujuan lepaskan

!!

*+'!!

Aceh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan membuat negara

kesatuan sendiri dengan nama Nanggroe Aceh Darussalam. Kelompok GAM

ini dipandang sebagai gerakan pengacau yang harus dimusnahkan.Langkah

yang diambil pemerintah Indonesia adalah pendekatan militer yang

menyebabkan terjadinya kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia

(HAM) di Aceh, seperti penghilangan orang, pembunuhan, pemerkosaan,

dan penculikan.Pada era Abdurrahman Wahid, jalur diplomasi sudah mulai

diterapkan untuk mendamaikan hubungan antara Indonesia dan Aceh.

Kemudian, pada era Megawati Soekarnoputri, pemerintah kembali

menggunakan pendekatan militer yang mengakibatkan semakin banyaknya

korban - korban sipil yang berjatuhan dengan menjadikan Aceh sebagai

daerah darurat militer. Dan sekali lagi pendekatan militer membuat Indonesia

menjadi semakin jauh dengan GAM.Yang akhirnya membuat masalah

separatisme ini menjadi semakin berlarut-larut.Dari sinilah citra Sabang yang

merupakan bagian dari Aceh turut serta terpuruk.

Hingga pada tahun 2004, Aceh dan Sabang terkena bencana alam,

gempa bumi yang disusul tsunami dan meluluhlantahkan seisi kota. Bencana

alam yang sangat besar serta memakan banyak korban ini, membuat

Sabang menjadi daerah yang dihindari oleh wisatawan. Sabang justru

dikenal sebagai daerah bencana yang rawan gempa dan tsunami.Kedua

tragedy tersebut membuat Sabang dikenal sebagai daerah yang “rawan”,

istilah ini diartikan sebagai daerah yang rawan disisi keamanan.Penilaian

dari masyarakat Indonesia khususnya, menganggap Sabang sebagai daerah

!!

*+(!!

rawan konflik dan rawan gempa yang tidak aman jika dikunjungi.

Informasi yang diberikan media tentang Sabang atau Aceh cenderung

didominasi isu-isu negatif. Hal ini dapat memperburuk citra yang telanjur

melekat dibenak masyarakat Indonesia. Seperti kejadian yang belum lama

ini, saat pemilihan gubernur dan kepada daerah di Aceh, beberapa media

terus memberitakan bentrok yang terjadi dan mengakibatkan timbul banyak

kekhawatiran. Citra negatif seperti ini tentunya tidak diinginkan pariwisata

Sabang.Menjadi tujuan wisata tentunya memerlukan citra yang positif

terutama dari segi keamanan.

Begitu pula dengan Sabang, para pemangku kepentingan

perkembangan pariwisata Sabang menginginkan Sabang memiliki citra

positif sebagai destinasi yang bersih, aman dan tertib. Citra lain yang juga

diharapkan Sabang adalah sebagai destinasi wisata bahari internasional.

Untuk mewujudkan pengembalian citra Sabang ke sisi positif, berbagai

usaha telah direncakan dan telah dilakukan. Sabang - Pulau Weh, bersama

dengan keseluruhan Aceh, perlu untuk melakukan publisitas bahwa wilayah

ini tidak lagi ada dalam masalah tsunami atau konflik militer. Wilayah ini

sudah aman dan damai serta terbuka untuk bisnis.

Salah satu acara terbesar dan betaraf internasional SABANG

International REGATTA 2011 yang dilakukan di Sabang merupakan

pembangkit utama dari citra pariwisata Sabang. Website resmi milik

pariwisata Indonesia menuliskan:

“Regatta di tepian barat Indonesia menggapai impian menempatkan Aceh dalam peta destinasi wisata bahari dunia serta mengembalikan

!!

*+)!!

citra Sabang sebagai destinasi yang indah sekaligus bersih, nyaman, dan ramah. Regatta berupaya menggantikan citra provinsi ini yang dulu terluka akibat konflik panjang dan bencana tsunami 2004.Membangkitkan kembali nama Sabang dimana sebelum Perang Dunia II adalah kota pelabuhan terpenting di kawasan ini dan lebih ramai daripada Temasek (Singapura)” (“Sabang: Pesona Keindahan Pulau Paling Barat Indonesia,” n.d.)

Beberapa media melansir berita bahwa Sabang International Regatta

yang bertujuan mempromosikan Sabang ke dunia internasional dan

mengembalikan citra Sabang ternyata cukup membawa dampak positif.Hal

ini terbukti dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang datang ke Sabang,

serta banyaknya media yang mempublikasikan tentang keindahan bahari

Sabang – Pulau Weh.

Citra terbentuk berdasarkan 4 komponen persepsi – kognisi –

motivasi – sikap (Soemirat, 2004, p. 114):

1. Persepsi

Hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan proses

pemaknaan, itulah persepsi. Setiap individu akan memberi makna terhadap

rangsangan berdasarkan pada pengalaman dan persepsinya. Pada

penelitian ini, peneliti menggali persepsi wisatawan, target market Sabang –

Pulau Weh dan pelaku bisnis pariwisata. Berbagai jenis persepsi muncul,

ada yang positif dan ada pula yang negatif. Persepsi tentang Sabang –

Pulau Weh dalam salah satu majalah internsional:

“It’s very refreshing to visit a great dive site that is in the opposite direction from the current diving hot spots of Indonesia such as Raja Ampat, Manado, Ambon and Bali—all of which are located in the east while Pulau Weh is located in the west. Coming to dive in Aceh helps its economy and reconstruction from the devastating effects of the tsunami. Overall, the diversity and density of life in Pulau Weh is

!!

**+!!

stunning; the reefs are very pristine and colors are richer than Sipadan Island’s. I’ll definitely be back”.(Kong, 2008, September) Peneliti melakukan studi dokumentasi terkait dengan persepsi yang

muncul dari para wisatawan yang pernah datang ke Sabang, diantaranya:

"Really great dive sites! I had the best diving in Southeast Asia so far.

Friendly and professional staff and relaxed island to be in." (Pablo V,

n.d.)

“After 2-3 weeks in Gapang he says: "I have traveled around a lot, but

Pulau Weh has touched me. The beauty, the green nature, the

people, and for sure the diving."(Jaap,n.d.)

"Visibility and variety can be compared to Sibadan, Borneo. I like it

better here. The clear blue water is amazing and the currents

achallenge to me. I have had my best dives ever in Pulau

Weh."(Petra, n.d.)

Sedangkan dari hasil wawancara, wisatawan asal Perancis dan Italia

memberikan persepsi tentang Sabang berdasarkan pengalamannya setelah

sekitar 1 bulan tinggal di kawasan ini, Sabang – Pulau Weh merupakan

tempat yang sangat tenang dengan berbagai keindahan alamnya yang

sangat asri dan eksotis, serta penduduk lokal yang sangat ramah. Sabang –

Pulau Weh juga merupakan tempat yang sangat cocok bagi pecinta diving,

karena alam bawah lautnya yang sungguh mempesona.

Hasil persepsi yang didapatkan dari wisatawan mancanegara tersebut

tidak nampak sisi negatif tentang Sabang – Pulau Weh. Namun berbeda

dengan hasil wawancara yang didapat dari target market Sabang yang

!!

***!!

berlokasi di Jakarta. Dari 1 dari 3 target market yang diwawancara mengaku

enggan berkunjung ke Sabang, ia berkata:

“Sabang, Aceh? Diujung barat Indonesia, pernah kena tsunami yang

parah dan rawan konflik.Saya nggak tahu kalo disana ada tempat

wisata. Dan nggak tertarik juga kesana, takut.” (Helena, personal

communication, Juni 22, 2012)

Sedangkan 2 target market lainnya (diver), mengaku tertarik untuk

mengunjungi Sabang, persepsi mereka tentang Sabang yaitu lokasi diving

yang spesial, surganya belut laut, ujung barat Indonesia dan bekas tsunami.

Pendapat mereka tentang Sabang – Pulau Weh :

“Wah udah ada rencana ke Sabang – Pulau Weh bulan November,

pengen diving, katanya disana terkenal surga eel, pengen ke nol

kilometer juga” (Binbin, personal communication, Juli 3, 2012)

“Tidak ada kendala menuju Pulau Weh, salah satu lokasi diving yang cukup mempesona karna keindahannya, udah pernah kesana dan pengen banget diving disana lagi. Walaupun bekas tsunami tapi pulau weh spesial selalu membekas dihati karna underwater yang keren, recommended lah.” (Vindhya, personal communication, Juli 10, 2012) Persepsi yang timbul dari para pelaku bisnis di Sabang pun adalah

diving, diving, diving. Berdasarkan hasil wawancara dari 3 (tiga) pelaku

bisnis, kata diving selalu muncul dari setiap percakapan yang dilakukan.

Mungkin ini persepsi terkuat dari Sabang – Pulau Weh. Tour and travel juga

memiliki persepsi yang sama yaitu diving, ini terlihat dengan paket

perjalanan yang ditawarkan yaitu paket diving Pulau Weh. Mereka

berpendapat Sabang merupakan destinasi wisata diving yang mempesona.

!!

**"!!

Persepsi positif ini muncul dari para wisatawan mancanegara, pelaku

bisnis dan para diver. Namun, untuk kalangan awam atau non diver persepsi

tentang Sabang cenderung negatif.

2. Kognisi

Target market yang merupakan penyelam (diver) pada tahap ini telah

merasa yakin dengan persepsi dibenak mereka serta informasi yang

didapatkan dari lingkungan sekitar maupun dari media. Hal itulah yang

menyebabkan mereka tertarik untuk datang berwisata ke Sabang – Pulau

Weh. Sedangkan disisi negatifnya, para target market yang telah

menganggap Sabang sebagai destinasi yang tidak aman, cenderung

merubah pemikiran mereka tentang Sabang. Mereka mengetahui bahwa

Sabang memiliki potensi pariwisata yang besar namun sayangnya mereka

lebih memilih mengunjungi destinasi wisata lain. Keduanya itu dipengaruhi

oleh persepsi yang sebelumnya telah terbentu dibenak masing - masing

orang serta dipengerahi informasi yang ada di media.

Event Sabang International Regatta berhasil mempengaruhi

perkembangan pemeikiran tentang Sabang, dan saat ini Sabang telah

berhasil menjadi salah satu destinasi eksotis dari kapal pesiar internasional.

Pencapaian ini tentunya sangat membanggakan untuk pariwisata Sabang.

Salah satu artikel dalam luxury travel magazine menyebutkan bahwa Sabang

masuk dalam destinasi yang dilalui oleh Silvesea Cruise:

“Silversea Cruises, known for its luxurious ships and exotic destinations, has unveiled an extensive line-up of worldwide voyages for 2013 -- all on sale now. Also noteworthy are Silversea's 32 new ports of call, which include 21 just for Silver Explorer alone.

!!

**#!!

Collectively, the line's other ships will offer 11 new destinations: Soller de Majorca, Spain; Sabang (Pulau Weh), Indonesia; Port Arthur, Australia; Liverpool, U.K.; Klaipeda, Lithuania; Saaremaa, Estonia; Baie-Comeau (Quebec), Canada; Chios, Greece; Portsmouth, Dominica; Fanning Island, Kiribati; and Fukuoka, Japan.” (“Silversea Unveils 2013 Voyage Collection,” n.d.)

3. Motif

Keadaan dalam diri pribadi seseorang yangmendorong dirinya untuk

melakukan kegiatan tertentu dengan tujuan tertentu merupakan pengertian

dari motif. Para pelaku bisnis dan media memberi rangsangan pada para

target market. Rangsangan tersebut mengakibatkan motif positif seperti

keinginan mengunjungi Sabang sebagai destinasi wisata bahari. Melakukan

diving di perairan Sabang – Pulau Weh, merupakan motif terbesar

wisatawan mancanegara datang ke kawasan tersebut. Motif lain yang dimiliki

wisatawan lokal yaitu mengunjingu tugu nol kilometer yang menunjukan awal

dimulainya wilayah Indonesia.

4. Sikap

Hasil penelitian menunjukan bahwa motif sebagai daya pendorong

sikap mengakibatkan para wisatawan mancanegara itu mengambil sikap

seperti datang dan menikmati keindahan Sabang dan merasakan

sensasi bawah laut Sabang – Pulau Weh yang eksotis.

Ke empat tahapan ini merupakan proses pembentukan citra. Pada

akhirnya dapat dilihat bahwa citra Sabang saat ini mulai membaik. Walaupun

target market di Jakarta memilih destinasi lain sebagai tujuan wisata, namun

pendapat mereka tentang Sabang mulai terbuka. Mereka tidak lagi

!!

**$!!

menganggap Sabang sebagai daerah yang tidak aman, tatapi mereka mulai

mengenal Sabang sebagai daerahdengan potensi bahari yang besar.

Masyarakat Jakarta (target market Sabang) mengaku tidak percaya

bahwa destinasi wisata Sabang – Pulau Weh didominasi oleh

wisatawan mancanegara. Sebagai daerah dengan Syariat Islam pun

Sabang – Pulau Weh bisa dijadikan sebagai destinasi wisata. Semuanya itu

terjadi karena kerjasama wisatawan, pelaku bisnis serta penduduk lokal yang

saling menghagai satu dengan yang lain.

Pada penelitian ini, diketahui bahwa citra merupakan salah satu

masalah terbesar untuk mendatangkan wisatawan domestik. Bagi penduduk

Indonesia yang cukup mengenal Sabang atau Aceh dan memiliki tanggapan

negatif tentang daerah ini, rasanya sulit untuk merubah pandangan mereka

tentang Sabang. Kebanyakan dari wisatawan domestik (non-diver)

cenderung memilih destinasi lain yang sudah pasti aman dan memiliki citra

yang positif.

Sedangkan bagi wisatawan mancanegara mereka kurang

mempedulikan masalah itu.Mereka kurang mengetahui tentang citra Sabang

sebagai daerah konflik, karena itulah destinasi pariwisata Sabang didominasi

oleh wisatawan mancanegara terutama wisatawan asal Eropa. Mereka

menghabiskan waktu cukup lama yaitu rata-rata satu hingga dua bulan untuk

menikmati keindahan alam Sabang, bahkan tidak sedikit pula yang menikah

kemudian menetap di Sabang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa program pemulihan citra Sabang

!!

**%!!

sebagai tujuan wisata bahari internasional di tingkat nasional masih

membutuhkan pembenahan dari petugas pariwisata dan pendukung

pariwisata. Sedangkan di tingkat internasional citra pariwisata Sabang sudah

positif hanya dibutuhkan penambahan publikasi tentang pariwisata Sabang

sehingga citra positif dapat terus dipertahankan.

4.2.5 Keterkaitan Destination Branding dan City Branding Sabang

Sabang yang merupakan sebuah destinasi wisata dan juga sebuah

kota tentunya memiliki keterkaitan antara tourism destination branding

Sabang dan city branding Sabang. Peneliti membuktikan hal tersebut dari

kacamata wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara. Tourism destination branding Sabang yaitu destinasi wisata

bahari internasional yang unik dengan sistem ecotourim serta destinasi yang

bersih, aman dan bersih memberi dapak tersendiri bagi city branding

Sabang. Kota Sabang kini memiliki brandkota wisata bahari dunia. Tourism

destination branding Sabang dikaitkan dengan city branding Sabang sendiri

yang terdiri dan enam dimensi menurut model Anholt (2007, p. 60):

1. The Presence

Dimensi ini menujukkan kepopularitasan kota Sabang di pentas

internasional maupun nasional. Sabang merupakan sebuah kota di ujung

barat Indonesia, kota yang cukup terkenal pada masanya ini merupakan

salah satu kota terpenting. Dalam sebuah berita dunia internasional

mengenal Kota Sabang sebagai:

!!

**&!!

“Kota Sabang sebelum perang dunia ke II adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan Tamasek (Singapura). Namun setelah status Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dicabut pada tahun 1985, tempat ini menjadi sepi oleh kapal-kapal dan pengunjung. Bahkan setelah dicanangkan kembali Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas pada tahun 2000, tetap saja tidak dapat mengembalikan citranya yang dulu dikarenakan Singapura saingan terdekatnya kini sudah sangat maju dalam hal fasilitas.” (“Sabang Destinasi Wisata bahari,” n.d.)

Sedangkan untuk kalangan nasional, kota Sabang dikenal melalui

sebuah lagu:

“Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau, sambung-

menyambung menjadi satu itulah Indonesia.”

Kutipan dari lagu ini tentunya diingat oleh seluruh warga negara

Indonesia.Dari sini dapat diketahui bahwa Sabang memiliki tingkat

kepopuleran yang tinggi di kancah nasional.

Kota Sabang juga dikenal di kancah internasional karena eksotisme

bawah laut Sabang.Keanekaragaman biota laut di Sabang cukup terkenal di

pasar diving internasional. Sebuah website diving mengulas tentang diving di

Sabang – Pulau Weh, tertulis:

“Overall the island play hosts to a rich collection of diverse Indo-

Pacific marine life. Although you won’t see that same diversity of

corals as in other parts of Indonesia the fish life here is

spectacular in its range.” (“Dive Pulau Weh Sumatra, Indonesia,”

n.d.)

2. The Place

Persepsi publik tentang Kota Sabang secara fisik yaitu sebagai

!!

**'!!

sebuah kota yang memiliki keindahan alam, baik di darat maupun keindahan

bawah lautnya.

“Sebuah wilayah dengan lautan yang kaya terumbu karang alami

(bukan ditanam/budidaya), dan sebuah wilayah yang bangga dengan

kesan hijaunya.” (“Sabang Destinasi Wisata Bahari,” n.d.)

Pandangan target market tentang kota Sabang teridiri dari dua sisi,

positif dan negatif. Sabang sebuah kota di ujung Indonesia yang pernah

megalami bencana alam tsunami yang dasyat, dan pernah mengalami

konflik berkepanjangan namun memiliki keindahan alam yang bisa bersaing

secana internasional.

3. The Potential

Berbagai potensi dimiliki oleh Sabang, mulai dari alam, ekonomi

maupun sosial – budaya.Potensi alam yang sudah tidak diragukan lagi dan

telah diakui dunia ini tetap harus dijaga. Potensi untuk berinvestasi di kota

Sabang pun masih terbuka lebar. Sebagai Kota pelabuhan bebas Sabang

memiliki potensi investasi lebih yang menarik.

“Sabang menjanjikan kepada para investor Belanda dan asing lainnya efisiensi biaya, waktu dan tingkat returns tinggi. Keuntungan lainnya bagi investor yakni sebagai kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas, Kawasan Sabang juga bebas dari regulasi perdagangan, bea impor, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak penjualan barang mewah.” (Dft, 2012, Februari 2) Sabang yang terdiri dari perbukitan maupun pantai memiliki potensi

besar yang masih bisa digali.Investasi di segi pariwisata merupakan

investasi yang bisa dilakukan.Wisatawan beranggapan Sabang memiliki

potensi yang besar namun mereka juga tidak ingin Sabang dimanfaatkan

!!

**(!!

sebagai lahan bisnis sehingga semua bergantung pada uang.Mereka ingin

Sabang berkembang tetapi tetap dalam batasan, sehingga kondisi tradisional

Sabang tetap dapat tetap dirasakan wisatawan.Wisatawan mancanegara

menginginkan Sabang lebih maju dari sekarang, namun tidak ingin Sabang

dipenuhi oleh bisnis dan wisatawan yang sangat ramai.Kesan kesunyian

sangat penting bagi Sabang khususnya bagi pariwisata Sabang. Beberapa

turis mengaku mungkin tidak akan kembali ke Sabang jika Sabang telah

menjadi sebuah destinasi yang penuh dengan wisatawan. Seorang

wisatawan asal Perancis mengatakan:

“when I go back to Pulau Weh, I would like to see this place better but still give me the peace, the quite, I want to see local people do traditional fishing. I would not choose and going back to Sabang if Sabang has become a modern city such as bali.” (S. Potel, 2012, Juni 12) Pendapat ini tentunya sejalan dengan rencana Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Sabang yang tidak ingin menciptakan mass

tourism.Unsur ketenangan Sabang perlu dijaga, karena ini merupakan daya

tarik tersendiri bagi wisatawan. Jumlas wisatawan memang perlu

ditingkatkan, namun perlu dibuat batasan, sehingga Sabang menjadi kota

wisata yang eksklusif untuk wisata bahari terutama diving.

4. The Pulse

Gambaran kehidupan masyarakat kota Sabang terkenal dengan

kegiatan “ngopi dan ngobrol”. Penduduk lokal terdengar lebih sering

menggunakan bahasa Aceh, mereka begitu menjunjung nilai-nilai

keagamaan walaupun telah cukup terbuka dengan wisatawan yang datang.

!!

**)!!

Jika berkunjung ke Sabang, akan sangat mudah menemukan warung-

warung kopi, hal ini dikarenakan minim nya hiburan di Sabang sehingga

kebanyakkan dari penduduk lokal menghasbiskan waktu santai nya di

warung kopi. Kebiasaan ini pun sering diikuiti oleh wisatawan domestik,

mereka juga sering terlihat menikmati kopi di warung-warung kopi kota

Sabang. Selain kopi, masyarakat Sabang memiliki kebiasaan mengkonsumsi

ganja.Hukum Indonesia melarang warga negara nya mengkonsumsi ganja,

namun di Sabang fakta lain muncul. Beberapa penduduk lokal yang ditemui

peneliti beranggapan:

“ganja itu bagian dari kebiasaan kami, itu penambah napsu makan,

tidak ada salahnya kami menkonsumsi ganja, disini mulai dari anak

muda hingga kakek nenek juga mengkonsumsi nya, yaa saya harap

ganja bias dilegalkan” (N, personal communication, 12 Juni, 2012).

Ini merupakan sisi lain dari penduduk lokal Sabang, walaupun tidak

semua penduduk mengkonsumsinya namun ini sudah menjadi gaya hidup

penduduk lokal. Ada pula wisatawan yang turut menikmati gaya hidup seperti

ini di Sabang.

Kota Sabang juga dikenal sebagai kota terujung Indonesia serta kota

bagi para pencinta diving. Sabang pun memberikan ketenangan

tersendiri, melihat keindahan dan eksotika alam Sabang serta

penduduk lokal yang berlaku apa adanya merupakan sisi unik dari

Sabang. Memancing menggunakan cara tradisional, merupakan hal baru

dan menarik bagi para wisatawan mancanegara.Sebagai wisatawan yang

!!

*"+!!

berkunjung dalam waktu jangka panjang, mereka sangat tertarik dengan

kebudayaan serta bahasa Indonesia. Kebanyakan dari mereka mempelajari

bahasa Indonesia maupun bahasa Aceh dan menggunakannya untuk

menyapa para penduduk lokal.

5. The People

Sabang merupakan sebuah kota yang terdiri dari masyarakat yang

heterogen. Walaupun menganut syariah islam, namun berbagai suku dan

agama hidup bersama-sama tanpa adanya konflik. Bagi para wisatawan

penduduk kota Sabang sangatlah ramah dan penuh senyuman. Keramahan

para penduduk sangat menarik minat wisatawan.Persepsi negatif

sebelumnya yang timbul terpatahkan dengan keramah-tamahan penduduk

lokal Sabang.

Penduduk lokal sangat mendukung pariwisata, mereka pun siap

menjadikan kota Sabang sebagai sebuah kota wisata karena itulah mereka

selalu tersenyum saat bertemu para wisatawan. Seorang pemilik usaha

rental mobil yang merupakan penduduk lokal Sabang mengatakan:

“Disini semua masyarakat harus senyum kalo bertemu turis. Mereka

sudah terbuka. Kalo mereka bikin masalah sama turis, justu orang itu

nantinya yang kami beri sangsi”.(Dolah, personal communication, Juni

11, 2012)

Berdasarkan hasil studi kepustakaan, Kota Sabang juga memiliki

penduduk yang minim kriminalitas. Hal itu membuat Kota Sabang menjadi

kota yang sangat aman dan nyaman, bahkan tercatat sebagai sebuah kota

!!

*"*!!

dengan nol kriminalitas. Prestasi yang membanggakan dan membuat kota

Sabang menjadi kota yang nyaman bagi wisatawan. Penduduk kota Sabang

pun bisa dikatakan memiliki potensi besar dan siap menjadikan Sabang

sebagai kota wisata dunia, ini didukung dengan banyak nya penduduk lokal

yang fasih berbahasa inggris terutama penduduk di kawasan wisata (Iboih,

Gapang, Sumur Tiga).

Tidak sedikit pula wisatawan asing yang menikah dengan penduduk

lokal Sabang, adapula yang membuka usaha serta menetap di Kota ini. Hal

ini dikarenakan mereka merasa nyaman berada di kota ini. Ini artinya kesan

“welcome” yang ingin dibentuk penduduk lokal Sabang telah berjalan

dengan baik.

6. The Pre-requisites

Para wisatawan memandang Sabang sebagai kota yang cukup

lengkap walaupun masih ada beberapa kekurangan. Kota Sabang memiliki

jalan yang bagus.dan petunjuk jalan yang cukup memadai.

“ringroad Kota Sabang sepanjang 72 km yang telah di hotmix,

dilengkapi dengan petunjuk jalan” ujar Kepala Bidang Promosi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang (M. Ali Taufik, personal

communication, Juni 11, 2012)

Hasil wawancara menujukan bahwa untuk transportasi wisatawan

beranggapan transportasi di Sabang mahal dan menyulitkan

wisatawan.Wisatawan asing yang biasa mengahabiskan waktu di Sabang

lebih dari 1 bulan, merasakan bahwa transportasi sebagai kendala utama

!!

*""!!

saat berada di Sabang.Biaya sewa motor per hari mencapai Rp.100.000,

sedangkan biaya menyewa mobil Rp.400.000 per hari. Ini tentunya cukup

mahal bagi wisatawan yang rata-rata berbudget minim atau backpacker.

Fasilitas akomodasi saat ini cukup lengkap, diperuntukan bagi

wisawatan berbudget rendah hingga wisatawan yang ingin merasakan

kemewahan, semua ada di Sabang. Restoran maupun warung makan baik

makanan internasional maupun makanan lokal sudah tersedia, ditambah

dengan fasilitas wi-fi yang lengkap. Walaupun jumlah nya tidak terlalu

banyak, namun hingga saat ini masih bisa memenuhi kebutuhan para

wisatawan yang datang. Sedangkan untuk fasilitas umum seperti rumah sakit

dan pelabuhan telah tersedia di kota ini (walaupun masih tergolong

sederhana dan kurang teratur). Kota ini sudah cukup lengkap dan siap

menjadi sebuah kota wisata bahari. Aspek lain seperti fasilitas pendukung

pariwisata, dive center dan tempat penyewaan alat snorkeling tersedia di

beberapa lokasi seperti Iboih, Gapang dan Balik Gunung.

Selain itu, fasilitas terpenting bagi Sabang adalah listrik dan air bersih,

hingga kini masalah ini belum terselesaikan. Wisatawan yang tinggal di

kawasan Iboih (kampung turis) sering kali merasakan mati listrik, sedangkan

di beberapa hotel besar hal tersebut dapat teratasi dengan penggunaan

genset. Masalah terakhir yaitu jaringan telepon, bagi para pengguna ponsel,

mereka agak sulit berkomunikasi dikarenakan signal yang kurang baik atau

minim. Di beberapa lokasi hanya jaringan dari provider tertentu saja yang

mendapatkan signal, ini menyulitkan wisatawan berkomunikasi saat berlibur

!!

*"#!!

di lokasi Sabang.

TABEL 3

City Branding Sabang

No. Dimensi Analisis Berdasarkan Hasil Temuan Lapangan 1. The Presence Sabang merupakan destinasi yang popular.

Sebelum perang dunia ke II adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan Tamasek (Singapura). Sedangkan untuk kalangan nasional, kota Sabang dikenal melalui sebuah lagu dari Sabang sampai Merauke. Kota Sabang juga dikenal di kancah internasional karena eksotisme bawah lautnya.

2. The Place Pandangan tentang kota Sabang teridiri dari dua sisi, positif dan negatif. Sabang sebuah kota di ujung Indonesia yang pernah megalami bencana alam tsunami, konflik berkepanjangan dan menganut syariah islam namun memiliki keindahan alam yang bisa bersaing secara internasional.

3. The Potential Berbagai potensi dimiliki oleh Sabang, mulai dari alam, ekonomi maupun sosial – budaya. Wisatawan ingin Sabang berkembang, lebih maju dari sekarang tetapi tetap dalam batasan, sehingga kondisi tradisional Sabang tetap dapat tetap dirasakan wisatawan. Kesan kesunyian sangat penting bagi Sabang khususnya bagi pariwisata Sabang.

4. The Pulse Gambaran kehidupan masyarakat kota Sabang terkenal dengan kegiatan “ngopi dan ngobrol”. Kebiasaan ini pun sering diikuiti oleh wisatawan domestik, kota Sabang juga dikenal sebagai kota terujung Indonesia serta kota bagi para pencinta diving. Kota Sabang menggunakan aturan Syariah Islam dan norma – norma adat yang masih terjaga.

5. The People Sabang merupakan sebuah kota yang menganut syariah islam, namun berbagai suku dan agama hidup bersama-sama tanpa adanya konflik. Keramahan para penduduk sangat menarik minat wisatawan. Persepsi negatif sebelumnya yang timbul terpatahkan dengan keramah-tamahan penduduk lokal Sabang.

6. The Prerequisites Kota Sabang memiliki jalan yang bagus dan

!!

*"$!!

petunjuk jalan yang cukup memadai, namun wisatawan beranggapan bahwa transportasi di Sabang mahal dan menyulitkan wisatawan. Selain itu, fasilitas listrik dan air bersih, perlu mendapat perbaikkan.

Sabang – Pulau Weh yang telah masuk dalam salah satu destinasi

wisata bahari dunia ini, tentunya bisa dikatakan sebagai sebuah kota wisata

bahari di ujung barat Indonesia. Tourism destination branding merupakan

bagian dari city branding. City branding merupakan branding secara

keseluruhan terhadap kota Sabang, kemudian tourism destination branding

hanya branding bagi destinasi destinasi wisata di Sabang. SABANG

International REGATTA 2011 juga membantu pembentukan city branding

Sabang. Dengan mengadakan event besar bertaraf internasional,

menunjukan bahwa status kota yang mendukung pariwisata dan ingin

membuktikan diri sebagai kota wisata internasional. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat keterkaitan erat antara tourism destination

branding Sabang dengan city branding Sabang. Pulau Weh - Sabang dikenal

sebagai destinasi wisata bahari bertaraf internasional membuat kota

Sabang turut dikenal sebagai kota wisata bahari internasional.

Hasil analisis prinsip destination branding Sabang dan dimensi city

branding Sabang telah diuraikan diatas. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk

melihat keterkaitan antara tourismdestination branding Sabang dengan

dimensi city branding Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional di

mata wisatawan. Dengan mewawancarai wisatawan yang datang ke Sabang

maka hasil penelitian menunjukkan dimensi city branding Sabang The

!!

*"%!!

Presense dan The Potential tercipta dan memiliki keterkaitan dengan

prinsip Purpose and Potentialserta Connectivity destination branding

Sabang. Potensi pariwisata Sabang berupa keidahaan bahari Sabang

memberikan kontribusi besar terhadap kepopularitasan kota Sabang

sehingga wisatawan mengenal Kota Sabang sebagai kota wisata bahari

internasional yang eksotis, kota yang memiliki banyak peluang dari segi

alam, ekonomi/ bisnis dan sosial.

Prinsip destination branding Truth memiliki keterkaitan dengan

dimensi The Place dikarenakan citra yang terbentuk untuk pariwisata

Sabang dimata wisatawan yakni memiliki keanekaragaman alam bawah laut

yang telah diakui dunia dan daerah wisata yang menganut syariah islam

walaupun diiringi citra negatif seperti daerah bekas tsunami dan konflik

panjang juga melekat pada citra kota Sabang. Sedangkan prinsip

Aspirations and Betterment dan Inclusiveness and Common Good

destination branding Sabang,memiliki keterkaitan dengan kehidupan

penduduk lokal, gaya hidup dan peran serta penduduk lokal yang

mendukung pariwisata Sabang berkaitan erat dengan city branding Sabang

yang terbentuk pada dimensi The Pulse dan The People.Kota Sabang kini

dikenal dengan gaya hidup penduduk lokalnya yang sering ngopi dan

ngobrol, peduduk yang masih menjunjung norma-norma adat dan aturan

syariah islam, serta dikenal sebagai daerah dengan penduduk lokal yang

ramah dan mendukung pariwisata.

Prinsip destination branding Complexity dan Simplicity pun memiliki

!!

*"&!!

keterkaitan dengan dimensi city branding The Prerequisited yang

merupakan cara pandang dari kualitas dasar kota. Menurut wisatawan,

fasilitas yang sudah dimiliki Sabang hingga kini cukup memadai namun tetap

dibutuhkan perbaikkan di sisi transposrtasi. Dari hasil penelitian maka dapat

diketahui bahwa tourism destination branding Sabang memiliki keterkaitan

erat dengan city branding Sabang sebagai wisata bahari internasional di

mata wisatawan. Seluruh dimensi city branding dilihat oleh wisatawan

melalui sisi pariwisata atau tourism destination branding Sabang. Dengan

begitu maka Kota Sabang dikenal juga seagai kota wisata bahari.

Selain konsep city branding hexagon milik Anholt 2007 yang telah

digunakan dalam penelitian ini, ada pula konsep branding lain yaitu 6Ps

(Balakrishnan, 2008, p. 84) yang terdiri dari purpose, people, performance,

product, positioning dan process.

4.3 Diskusi dan Pembahasan

Nama Sabang sebagai sebuah destinasi wisata bahari yang terletak

pada dua lokasi yang berbeda yakni di Indonesia dan Filipina, merupakan

dilemma tersendiri dalam memasarkan lokasi ini.Karena itulah untuk

menghindarkan kebingungan dalam rancangan komunikasi pemasaran dan

pembentukan tourism destination branding. Sabang telah populer dengan

nama Pulau Weh di mata International, karena itu peneliti menyarankan

untuk menggunakan sebutan Pulau Weh seperti yang dikenal oleh

wisatawan internasional.Peneliti berpendapat bahwa akan lebih mudah

!!

*"'!!

memasarkan Sabang dengan nama Pulau Weh karena secara internasional

nama tersebut lebih dikenal.

Sabang – Pulau Weh sebagai salah satu lokasi diving terbaik di

Indonesia, nama Sabang belum sepopuler lokasi diving lainnya. Walaupun

pemerintah sedang berusaha membangun serta memasarkan Sabang

sebagai destinasi wisata minat khusus namun hingga kini, Sabang belum

bisa menyaingi kawasan diving lainnya di Indonesia. Dari sini maka peneliti

melihat bahwa ada masalah atau kendala dalam pemasaran Sabang.

Peneliti berpendapat bahwa potensi pasar yang lain bagi Sabang,

bisa jadi wisatawan regional yang tertarik dengan liburan di resort yang tidak

mahal, pantai yang indah, dan pulau yang menarik dan belum tercemari.

Maskapai penerbangan dan tour and travel juga dapat membantu untuk

mempromosikan Sabang ke luar negeri. Malaysia, khususnya keluarga yang

memiliki hubungan ke Aceh, bisa menjadi pasar tersendiri, termasuk juga

pasar Asia yang menyukai ecotourism, dan untuk pasar Eropa yaitu mereka

yang mencari lokasi diving yang santai di kawasan yang eksotis.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang memiliki visi untuk

mewujudkan kebudayaan dan pariwisata Sabang yang profesional serta misi

untuk meningkatkan dan mengambangkan seluruh aspek pariwisata dengan

tetap mengacu pada norma bangsa.

Sabang bersama dengan Phuket dan Langkawi, Sabang tergabung

dalam segitiga emas. Tetapi, dibandingkan dengan keduanya (Phuket dan

Langkawi) lebih dilirik wisatawan. Wisatawan domestik pun lebih tertarik

!!

*"(!!

untuk mengunjungi Phuket dibandingkan mengunjungi Sabang yang masih

merupakan bagian dari Indonesia.

Sabang tidak ingin dibandingkan dan tidak mau menjadi seperti Bali,

tetapi Sabang ingin menjadi destinasi wisata bahari internasional (minat

khusus) unik yang bersih, aman dan tertib. Sabang memiliki berbagai

jenis biota laut yang sangat memukau yang telah diakui dunia interasional,

karena itu yang menjadi andalan utama dari pariwisata Sabang adalah

wisata laut seperti diving, snorkling dan yacht. Bawah laut Sabang telah

dikenal secara mancanegara, namun didalam negri hanya diver/ penyelam

yang mengetahuinya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang yang memegang

peranan dalam memasarkan pariwisata Sabang justru tidak melayani

wisatawan yang datang ke Sabang secara maksimal. Para wisatawan justru

mendapat informasi melalu para masyarakat setempat/ penduduk lokal. Hal

ini sungguh mengecewakan bagi wisatawan. Dinas Kebudayaan dan

pariwisata Kota Sabang telah memasarkan Sabang ke mancanegara namun

saat para wisatawan mancanegara datang ke Sabang mereka justru

mendapat kesulitan untuk mencari informasi pariwisata seperti hotel,

transportasi maupun kuliner.

Sedangkan, event terbesar yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Sabang yakni SABANG International REGATTA 2011,

diharapkan pada acara selanjutnya tahun 2013, para penyelenggara bisa

lebih memperhatikan aspirasi masyarakat setempat sehingga tidak ada pihak

!!

*")!!

yang merasa dikecewakan dengan diadakannya acara tersebut.

Penduduk lokal sendiri berharap pemerintah khususnya Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang bersedia turun lapangan dan

bukan hanya sekedar duduk di kantor. Hal ini untuk menjalin hubungan baik

dengan para pelaku bisnis serta penduduk lokal. Hingga saat ini dari

beberapa wawancara yang dilakukan dengan pelaku bisnis wisata di Sabang

diketahui bahwa ada ketidakharmonisan antara Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Sabang dengan para pelaku bisnis. Salah satu tour and

travel yang turut mempromosikan Sabang mengatakan:

“itu adalah program kerja mereka (dinas) dan kami juga mempunyai

program kerja, maka dengan begitu kami melakukan promosi dengan

sendirinya sesuai dengan kemampuan.” (R, personal communication,

15 Juni, 2012)

Para pelaku bisnis berharap dengan terpilihnya kepala daerah yang

baru memberikan sentuhan baru bagi pariwisata Sabang.Industri pariwisata

diharapkan akan menyadari bahwa: “The people in Sabang live in harmony

as they respect others and their beliefs.” ini akan mendukung dan

meningkatkan standar kehidupan dan kualitas kehidupan penduduk

setempat tanpa memaksa untuk melakukan perubahan yang tidak diinginkan

pada lingkungan dan masyarakat mereka.

Tourism destination branding yang merupakan salah satu goal

utama bagi sektor pariwisata Sabang – Pulau Weh, berharap bisa menjadi

destinasi wisata bahari internasional yang unik, yang menggunakan

!!

*#+!!

sistem ecotourism serta dikenal sebagai destinasi yang bersih, aman

dan tertib. Branding itu merupakan jawaban atau alasan mengapa

seseorang harus mengunjungi kota tersebut, karena itulah menawarkan

pengalaman yang akan didapatkan dari sebuah destinasi lebih penting

dibandingkan hanya mempromosikan destinasi itu sendiri (Kolb, 2006, p. 18).

Persepsi - persepsi dan alasan wisatawan memilih Sabang – Pulau Weh

yang telah peneliti kumpulkan dari para stakeholders adalah sebuah

destinasi yang memiliki wisata diving yang unik dan eksotik. Maka

dapat diketahui bahwa alasan wisatawan memilih berwisata di Sabang-Pulau

Weh karena ingin memikmati wisata minat khusus (diving) atau memikmati

keindahan bawah laut dari destinasi ini.

Bagi masyarakat Indonesia keberadaan kota Sabang sebagai

destinasi pariwisata bisa dikatakan tidak disangka semaju saat ini, Sabang

saat ini dapat bersaing dengan destinasi – destinasai wisata bahari dunia.

Walaupun jumlah kunjungan tidak sebanyak kawasan lain, namun Sabang

sudah cukup diperhitungkan.

Strategi positioning melalu tagline yang kini telah dilakukan Sabang

bisa dianggap kurang sukses karena terlalu panjang dan menggunakan

pendekan ciri produk, sedangkan pada benak wisatawan atau target market,

Sabang – Pulau Weh dikenal sebagai destinasi wisata diving, maka strategi

positioning yang tepat adalah menggunakan pendekatan penggunaan.

Kegunaan dari laut salah satunya adalah diving, maka positioning yang

digunakan haruslah berkaitan erat dengan laut dan diving.

!!

*#*!!

Kini Sabang mengusung tagline “Where the Wonderful Indonesia

starts from…”, namun berdasarkan hasil analisis peneliti melihat pesan

tersebut tidak sampai pada wisatawan dikarenakan dianggap terlalu panjang

sehingga sulit diingat oleh wisatawan dan terget market dari Sabang. Peneliti

menyarankan agar tagline Sabang dibuat lebih mudah dan simpel dengan

mengganti sebutan Sabang dengan PULAU WEH, dane mengangkat exotic

underwater. Hal tersebut dikarenakan Pulau weh telah diakui memiliki alam

yang eksotik terutama alam bawah lautnya. Dengan begitu, jika Sabang

mengganti taglinenya dengan PULAU WEH – Exotic Underwater maka akan

mudah diingat oleh para target market dan wisatawan, karena kita yang

persepsi yang tertanam pada benak wisatawan adalah underwater Pulau

Weh dan eksotika Pulau Weh

Sedangkan untuk citra Sabang, walaupun Sabang memiliki citra yang

baik di mata internasional, tetap diperlukan pembenahan dari petugas

pariwisata dan pendukung pariwisata. Masyarakat umum perlu memahami

akan pentingnya citra dan mendukung dengan benar serta mendapat

keuntungan dari pemulihan citra tersebut. Salah satu cara untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat Sabang adalah melalui program radio

yang menyampaikan berita pariwisata terkini, aktivitas, tren, dan penyediaan

konteks pendidikan untuk masyarakat mempelajari berbagai konsep dan

komponen industri pariwisata. Selain itu, memulihkan citra Sabang pun

membutuhkan perbaikkan di sisi lain, seperti perbaikkan dan perawatan

alam, objek wisata, fasilitas dan transportasi.

!!

*#"!!

Tourism destination branding Sabang memiliki keterkaitan yang erat

dengan city branding Sabang sebagai destinasi wisata bahari dunia dimata

wisatawan. Hasil tersebut didapatkan setelah meninjau pendapat dan

tanggapan wisatawan tentang Sabang. Para wisatawan setuju jika Sabang

disebut sebagai sebuah kota wisata bahari karena mereka mengenal

Sabang berawal dari potensi pariwisata Sabang.

!!

*##!!

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Identifikasi dan analisis mengenai tourism destination branding, citra

dan positioning Sabang sebagai destinasi wisata bahari internasional

merupakan tujuan dari penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan beserta bahasannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kampanye komunikasi pemasaran yang dilakukan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang memiliki perencanaan

yang cukup baik ditinjau dari delapan tahap yang perlu dilakukan,

namun memiliki dilema dalam penyebutan destinasi ini, dan pada

implementasinya ternyata mengalami sejumlah kendala

koordinasi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kerjasama para

stakeholders. Strategi kampanye komunikasi pemasaran tidak

diimbangi dengan pemantauan yang baik. Sabang lebih dikenal

melalui word of mouth, para wisatawan yang datang mendapatkan

rekomendasi serta informasi tentang Sabang dari teman atau

rekan mereka, sedangkan untuk promosi – promosi lainnya kurang

tersampaikan pada target marketnya.

2. Berdasarkan analisis penerapan delapan prinsip, Sabang memiliki

tourism destination branding yaitu destinasi wisata bahari

!!

*#$!!

internasional yang unik, yang berbeda dengan destinasi wisata

lain, mengangkat sistem ecotourism, serta menjadi destinasi

wisata yang bersih, aman dan tertib. Dibutuhkan peningkatan citra,

inovasi, kreatifitas, kepedulian terhadap pariwisata serta

perbaikkan sarana pendukung pariwisata

3. Tagline “Where the wonderful Indonesia starts from…” cukup

mewakili positioning yang ingin dicapai oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Sabang yaitu unik karena lokasi yang berada

di ujung barat Indonesia. Namun, Sabang yang ingin dikenal

sebagai destinasi wisata bahari internasional seakan tidak terwakili

dalam tagline tersebut, tagline tersebut pun cukup panjang

sehingga wisatawan sulit mengingat tagline tersebut. Potensi

utama Sabang adalah laut, sedangkan kegunaan dari laut salah

satunya adalah diving, maka positioning yang cocok digunakan

Sabang haruslah berkaitan erat dengan laut dan diving.

4. Situasi dan kondisi di Sabang tidak sesuai dengan citra Sabang

yang beredar di nasional. Citra Sabang di mata target market di

Jakarta adalah daerah bekas tsunami dan rawan konflik/ tidak

aman. Citra Sabang di mata narasumber wisatawan asing adalah

lokasi wisata bahari bertaraf internasional khususnya diving yang

eksostik. Sabang telah layak menjadi destinasi wisata bahari

internasional yang bersih, aman dan tertib, walaupun diperlukan

sedikit perbaikan. Kekurangan yang dihadapi Sabang saat ini yaitu

!!

*#%!!

kurangnya informasi tentang Sabang yang sudah menjadi

kawasan wisata bahari internasional yang potensial, besih, aman

dan tertib

5. Tourism destination branding Sabang memiliki keterkaitan yang

erat dengan city branding Sabang di mata wisatawan. Beberapa

wisatawan mancanegara tertarik datang ke Sabang karena

eksotika bawah laut Sabang, karena itu mereka mengenal kota

Sabang saat ini sebagai kota wisata bahari. Dikenal sebagai

destinasi wisata bahari membuat kota Sabang turut dikenal

sebagai kota wisata bahari internasional.

5.2 Saran

Saran– saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan, antara lain sebagai berikut:

5.2.1 Saran Akademis

Peneliti berharap penelitian dengan judul “Tourism Destination

Branding: Analisis Kampanye Komunikasi Pemasaran,Citra dan

Positioning Sabang sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional”

dapat dipergunakan untuk keperluan ilmu pengetahuan dalam bidang

akademik. Ada banyak faktor yang dapat memberikan kontribusi dalam

perkembangan destinasi pariwisata di Indonesia. Oleh karena itu peneliti

merekomendasikan agar peneliti selanjutnya melakukan:

!!

*#&!!

“penelitian terhadap citra Pulau Weh di mata wisatawan secara

kuantitatif”. Sesuai dengan prinsip tourism destination branding yang telah

digunakan terbukti bahwa citra merupakan bagian penting dari destination

branding. Prinsip destination branding dapat digunakan untuk melihat

keberhasilan branding suatu destinasi wisata.

5.2.2 Saran Praktis

Hasil penelitian ini mengarahkan peneliti untuk memberikan saran –

saran praktis sebagai berikut:

1. Menggunakan sebutan “Pulau Weh” dalam kampanye komunikasi

pemasaran, dikarenakan target market Sabang adalah internasional

dan nama Pulau Weh lebih popular dibandingkan Sabang.

2. Perlu mempertajam segmen pasar untuk wisata minat khusus terkait

diving dan wisata bahari lain. Oleh karena itu, dukungan seperti

perbaikkan dan perawatan di objek – objek wisata baik alam maupun

fasilitas pendukungnya, dengan begitu komunikasi pemasaran dapat

berjalan dengan baik. Tourism destination branding Pulau Weh yaitu

destinasi wisata bahari yang unik yang berbeda dengan destinasi

wisata lain. Berdasarkan kesimpulan dari delapan prinsip tourism

destination branding maka peneliti menyarankan Pulau Weh

menggunakan kata eksotik dalam brandingnya. Tagline yang

disarankan peneliti adalah “Pulau Weh – Exotic Underwater”.

!!

*#'!!

3. Pemulihan citra Pulau Weh dapat dilakukan dengan mempublikasikan

informasi tentang Pulau Weh di media cetak, internet (website

interaktif), media social. Hal tersebut sangatlah penting karena kini

publikasi atau berita melalui media internet yang paling mudah untuk

diakses.Melakukan event internasional Pulau Weh International

Regatta didukung publikasi yang lebih maksimal.

4. Fokus dengan perencanaan kampanye komunikasi pemasaran yang

telah dibuat. Perencanaan, implemantasi dan pemantauan perlu

berjalan beriiringan. Mendengarkan aspirasi masyarakat lokal dan

pelaku bisnis bisa diadakan dalam tiga atau enam bulan sekali,

sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan ketidakharmonisan.

Pemantauan terhadap objek alam maupun objek wisata lain pun

penting, salah satu yang dibutuhkan adalah petugas atau guide di

lokasi wisata.

5. Untuk memperkuat city branding Sabang, dimensi ‘the prerequisites’

perlu diperbaiki. Diperlukan perbaikkan koordinasi dalam sistem

transportasi di Pulau Weh, sehingga memberi kenyamanan pada para

wisatawan yang datang. Menyediakan jalur udara atau pesawat

Banda Aceh – Sabang bisa dijadikan salah satu aspek dari

perencanaan kampanye komunikasi pemasaran Pulau Weh

selanjutnya.

6. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan terhadap

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia untuk

!!

*#(!!

mempromosikan daerah pariwisata di Indonesia serta masukkan

terhadap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang serta

pelaku bisnis pariwisata Sabang untuk mengembangkan pariwisata

Sabang.

!!

*#)!!

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2007). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Alifahmi, H. (2008). Marketing Communication Orchestra: Harmonisasi Iklan, Promosi, dan Marketing Public Relations. Bandung: Examedia Publishing.

Alwasilah, A. C. (2011). PokoknyaKulitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif (6th ed). Jakarta: PT Dunia Pusaka Jaya.

Anholt, S. (2009).Handbook on Tourism Destination Branding. Retrieved from: http://www.imagian.com/kuvat/etc_unwto_handbook_tourism_ destination_branding.pdf

Anholt, S. (2007). Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities and Regions. New York: PALGRAVE MACMILLAN.

Armi, R. (2011, Desember 31). Kota Sabang Welcome Bagi Wisatawan. Medan Bisnis Daily. Retrieved from http://www.medanbisnisdaily.com/new s/read/2011/12/31/73983/kota_sabang_welcome_bagi_wisatawan/#.U AGdP46mDzI!

Baker, B. (2007). Destination Brading for Small Cities: The Essential for Successful Place Branding. USA: Creative Leap Books.

Balakrishnan, M. S. (2008). Journal of Place management and Development. Dubai – a star in the east, 1 (1), 62-91. Doi: 10.1108/175383308108653 45

Best diving sites in Indonesia. [n.d.]. Retrieved Juni 15, 2012 from Divezone Website http://divezone.net/diving/indonesia!

Boston Globe Travel Show 2012: Upaya MeningkatkanWisatawan AS ke Indonesia (Konsulat Jendral Republik Indonesia). [n.d.]. Retrieved Maret 28, 2012, from http://www.kemlu.go.id/newyork/Pages/Embassie s.aspx?IDP=86&l=id

Bucle, T. [n.d.]. Destination branding. Retrived from Yellow Railroad Website: http://www.yellowrailroad.com/content/view/15/36/!

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan ilmu sosial lainya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Creswell, J. W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (3rd ed). Upper Saddle Creek, NJ: Pearson Education.

!!

*$+!!

Cravens, David. (2009).Strategic Marketing. New York: McGraw- Hill/ Irwin

Destination Management Organization Indonesia. (2011). DMO Indonesia 2010 – 2014. Retrieved from Mei 2, 2012 from DMO Indo Website http://dmoindonesia.com

Devashish, D. (2011). Tourism Marketing. Singapore: Pearson Education.

Dive Pulau Weh Sumatra, Indonesia. [n.d.]. Retrieved Juni 20, 2012 from World Diving Review Website http://www.worlddivingreview.com/dive- pulau-weh-sumatra-indonesia

Dtf. (2012, Februari 4). Sabang Ajak Belanda Investasi. Medan Bisnis Daily. Retrieved from http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/20 12/04/02/89113/sabang_ajak_belanda_investasi/#.UAgqwY6mDzI

Ernowo, P. (2011, September 8). SIR 2011 Dapat Kembalikan Citra Aman di Aceh. Okezone Travel. Retrieved from http://travel.okezone.com/read/ 2011/09/08/407/500370/sir-2011-dapat-kembalika-citra-aman-di-aceh

Ernowo, P. (2011, September 20). Pemda Sabang Anggarkan Puluhan Miliar Bangun Sabang. Okezone Travel. Retrieved from http://travel.okezone .com/read/2011/09/20/407/504801/pemda-sabang-anggarkan- puluhan-miliar-bangun-pariwisata

Ernowo, P. (2011, September 20). Sabang Destinasi Baru bagi Pencinta Yacht. Okezone Travel. Retrieved from http://travel.okezone.co m/read/2011/09/21/407/505234/sabang-destinasi-baru-bagi-pencinta- yacht

Ernowo, P. (2011, September 21). Miliki Kekayaan Bahari, Sabang Pusat Marine Tourism Dunia. Okezone Travel. Retrieved from http://travel .okezone.com/read/2011/09/21/407/505138/miliki-kekayaan-bahari- sabang-pusat-marine-tourism-dunia

Hamzah, M. (2012, April 18). Berbikini di Negri Syariat. Berita Satu. Retrieved from http://www.beritasatu.com/mobile/blog/lifestyle/ 1577berbikini-di-negri-syariat.html

Hariwijaya, M. &Djaelani. B. M. (2005). Teknik Menulis Bidang Skripsi dan Thesis. Yogyakarta: Zenith Publisher.

HumasSetdaKab. Belitung. (2012, April 20). Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Belitung Tahun 2011. Pemerintah Kabupaten Belitung. Retrieved from http://www.belitungkab.go.id/new s_detail.php?newsid=1199

!!

*$*!!

Introducing Pulau Weh (Lonely Planet). [n.d.] Retrieved Juni 20, 2012 from The Lonely Planet Website http://www.lonelyplanet.com/indonesia/sum atra/pulau-weh

Kim. (2012, Februari 24). Kunjungan Wisatawan ke Sabang Meningkat. Harian Analisa. Retrieved from http://www.analisadaily.com/news/read/

2012/02/24/37112/kunjungan_wisatawan_ke_sabang_meningkat/#.UBKjFY6mDzK

Kolb, B. M. (2006). Tourism Marketing for Cities and Towns: using branding and Events to Attract Tourism. Amsterdam, Boston: Elsevier/ Butterworh-Heinemann

Kong, S. (2008). Pulau Weh Rebirth After the Tsunami. (25th. ed.). Xray Magazine Retrieved from: http://www.xray-mag.com/pdfs/xray25 /XRay25_ part3.pdf

Kunjungan Wisman Ke Aceh Turun Drastis. [n.d.]. Retrieved Mei 3, 2012 from Antara Aceh Website http://antara-aceh.com/kunjungan-wisman-ke-aceh-turun-drastis.html

Kunjungan Wisatawan ke Sabang Menurun Pascagempa. [n.d.]. Retrieved Mei 3, 2012 from Antara Aceh Website http://antara-aceh.com/kunjunga

n-wisatawan-ke-sabang-menurun-pascagempa.html

Luxury Travel Magazine. (2012). Silversea Cruise Unveils 2013 Luxury Coyage Collection. Retrieved from http://www.luxurytravelmagazine .com/news-articles/silversea-cruises-unveils-2013-luxury-voyage- collection-16629.php

Machfoedz, M. (2010). Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta: Cakra Persada.

Mohamad, R. J. (2010). Destination Branding and Tourists’ Attitudes. International Journal of Marketing Studies.(Vol 2). Iran: Isfahan University. Retrieved from http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijm s/article/view/8136/6164!

Muchtar, Z. (2011,Desember 16). Warga Aceh Ramai-ramai Promosikan Pulau Sabang. Bisnis Indonesia. Retrieved from http://www.bisnis.com/ atricles/warga-aceh-ramai-ramai-promosikan-pulau-Sabang

Ngobrolin Film. (2012). Review Keumala (Ngobrolin Film). [n.d.]. RetrievedJuli 18, 2012 from Ngobrolin Film Website http://www.ngobrolinfilm.com/2012/03/review-keumala.html

Purnomo, K. (2011, September 21). Pariwisata Sabang Perlu Penanganan Profesional. Kompas. Retrieved from http://travel.kompas.com/read/ 2011/09/21/13554247/Pariwisata.Sabang.Perlu.Penanganan.Profesio nal

!!

*$"!!

Ruslan, R. (2010). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sabang Destinasi Wisata Bahari (Surabaya Post) [n.d.]. Retrieved Juli 10, 2012 from Surabaya Post Website http://surabayapost.co.id/?mnu= berita&act=view&id=c5989ce9e339b7ba64f1023c182cb10f&jenis=d41 d8cd98f00b204e9800998ecf8427e

Sabang: Pesona Keindahan Pulau Paling Barat Indonesia. [n.d.]. Retrieved Juni 30, 2012 from Indonesia’s Official Tourism Website http://ns1. indonesia.travel/id/destination/658/sabang/article/107/regatta- pertama-di-tepian-paling-barat-indonesia

Saputra. H. (2011, September 10). 26 Kapal Layar Meriahkan Sabang International Regatta. Media Indonesia. Retrieved from http://www.me diaindonesia.com/read/2011/09/09/258098/126/101/26-Kapal-Layar- Meriahkan-Sabang-International-Regatta-!

Soemirat, S. & Ardianto, E. (2008). Dasar - dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumatra Eco Tourism. Pulau Weh What People Say (Sumatra Eco Tourism). [n.d.]. Retrieved Juli 10, 2012 from Sumatra Eco Tourism Website http://www.sumatraecotourism.com/pulauweh/whatpeoplesay.html

Suwantoro, G. (2004). Dasar-dasar Pariwisata (2nd ed). Yogyakarta: ANDI.

Syafrizal, H. S. (2008). Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Destination Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah, (4) Retrieved from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17965 /1/wah-des2008-4%20(4).pdf

Tempat Wisata Sabang. [n.d.]. Retrieved Mei 2, 2012 from Tourism center of Sabang Website: http://www.budpar.sabangkota.go.id!

Padden. B. (2012, April 15). Sabang, Surga Pariwisata yang Masih Terpendam. VOA Indonesia. Retrieved from http://www.voaindonesia .com/content/sabang-surgaparawisata-yang-masih-terpendam1315596 93/99294.html

Pulau Weh, Indonesia (Underwater Asia). [n.d.]. Retrieved Juni 28, 2012 from Underwater Asia Website http://www.underwaterasia.info/dive- guideindonesia/pulauweh.php

Varey, R. J. (2002). Marketing Communication. New York: Routledge.

!!

*$#!!

Visi Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang. [n.d]. Retrived from Tourism center of Sabang Website: http://budpar.sabangkota. go.id/profil/visi-dan-misi/

Wilayah Indonesia. [n.d.]. Retrieved Juni 19, 2012 from Badan Pusat Statistik Website: http://www.bps.go.id/flip/flip11/index3.php

Wonderful Indonesia Logo. [n.d.]. Retrieved Juli 20, 2012 from The Real Wonder of The World Website http://realwonderoftheworld.com/real-wow

Yoeti, Oka A.(2002). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.