BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Algoritma Connected Component Labeling dan Cropping
Transcript of BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Algoritma Connected Component Labeling dan Cropping
25
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN
3.1 Analisa Algoritma Connected Component Labeling dan Cropping
Pada bagian pembahasan ini dijelaskan secara umum bagaimana cara kerja
algoritma Connected Component Labeling dan Cropping dalam melakukan proses
segmentasi citra bitmap biner. Algoritma Connected Component Labeling
memiliki dua jenis konektivitas atau pendekatan terhadap piksel-piksel yang
memiliki nilai intensitas yang sama yaitu 4-connected neighbors dan 8-connected
neighbors.
Dalam pembahasan ini digunakan pendekatan 4-connected neighbors yang
bertujuan untuk melakukan operasi segmentasi citra biner terhadap sebuah objek
citra biner dengan memberikan contoh kasus untuk proses scanning, labeling,
merging dan cropping.
3.1.1 Proses Scanning, Labeling dan Merging pada Citra
Pada dasarnya dalam pemberian label untuk piksel yang terkoneksi, kita
melakukan scanning terhadap semua piksel citra dari piksel paling atas yaitu
mulai dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Tujuan dari aktifitas ini adalah
untuk menemukan cluster terhadap region-region di dalam citra biner.
Dalam proses pelabelan piksel, digunakan pendekataan 4-connected
neighbors untuk menghubungkan antara piksel yang memiliki nilai sama dan
menggunakan teknik flood fill untuk mengisi warna acak pada piksel terpilih ke
sebuah matrix penampung yang biasa disebut matrix mapping. Sebelum
melakukan proses scanning dan labeling, terlebih dahulu harus kita defenisikan
25
26
bahwa objek gambar/piksel yang akan kita ambil adalah tipe foreground dan yang
kita tinggalkan merupakan background. Adapun langkah-langkah dalam proses
scanning, labeling dan merging adalah sebagai berikut :
1. Buat dua buah matrix, matrix pertama merepresentasikan objek gambar/citra
biner yang akan diolah dan matrix kedua merupakan matrix tempat
meletakkan piksel-piksel terpilih yang disebut dengan matrix mapping.
Gambar 3.1 Bentuk Matrix Original dan Matrix Mapping
2. Lakukan scanning piksel-piksel terhadap citra foreground mulai sisi atas
matrix yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
Gambar 3.2 Proses scanning pada Matrix Original
Jika ditemukan piksel foreground, maka lakukan pelabelan terhadap piksel
tersebut, sebagai contoh label 1 (satu) dan pindahkan piksel pertama ke
matrix mapping. Selanjutnya ubah nilai piksel pertama pada matrix original
yang telah ditemukan tadi dengan nilai 0.
27
3. Lakukan pendekatan 4-connected neighbors secara berulang-ulang terhadap
piksel-piksel yang memiliki kedekatan dan kesamaan nilai intensitas sampai
tidak ada lagi kedekatan secara 4-connected neighbors antara piksel-piksel
yang telah dilabeli dengan label (1) satu.
Gambar 3.3 Tahap 1 proses labeling dan merging dari Matrix Original ke Matrix Mapping
Gambar 3.4 Tahap 2 Proses labeling dan merging dari Matrix Original ke Matrix Mapping
Gambar 3.5 Tahap 3 Proses labeling dan merging dari Matrix Original ke Matrix Mapping
28
Gambar 3.6 Tahap 4 Proses labeling dan merging dari Matrix Original ke Matrix Mapping
Gambar 3.7 Tahap 5 Proses labeling dan merging dari Matrix Original ke Matrix Mapping
Jika sudah tidak ditemukan lagi piksel-piksel tetangga yang terdapat
kedekatan secara 4-connected neighbors, maka lakukan proses merging
pada matrix mapping.
Gambar 3.8 Region Piksel-piksel menjadi sebuah Objek pada Matrix Mapping
4. Lakukan lagi scanning terhadap citra foreground untuk mendapatkan
karakter objek yang lain.
29
Gambar 3.9 Proses scanning kedua pada Matrix Original
Jika ditemukan piksel foreground, maka lakukan pelabelan terhadap piksel
tersebut, sebagai contoh label 2 (dua) dan pindahkan piksel pertama ke
matrix mapping. Selanjutnya ubah nilai piksel pertama pada matrix original
yang telah ditemukan tadi dengan nilai 0.
5. Lakukan pendekatan 4-connected neighbors secara berulang-ulang terhadap
piksel-piksel yang memiliki kedekatan dan kesamaan nilai intensitas sampai
tidak ada lagi kedekatan secara 4-connected neighbors antara piksel-piksel
yang telah dilabeli dengan label (2) dua.
Gambar 3.10 Tahap 1 Proses labeling dan merging dari Matrix Original ke Matrix Mapping
30
Gambar 3.11 Tahap 2 Proses labeling dan merging dari Matrix Original ke Matrix Mapping
Jika sudah tidak ditemukan lagi piksel-piksel tetangga yang terdapat
kedekatan secara 4-connected neighbors, maka lakukan proses merging
pada matrix mapping.
Gambar 3.12 Region Piksel-piksel menjadi sebuah Objek pada Matrix Mapping
Periksa kembali piksel pada matrix original dengan melakukan pelacakan
atau scanning piksel - piksel citra foreground, jika tidak ditemukan, maka
selesailah proses scanning, labeling dan merging.
3.1.2 Proses Cropping pada Citra
Pada matrix mapping terdapat dua buah karakter objek berbeda yang
terbentuk dari hasil proses sebelumnya yaitu scanning, labeling dan merging.
Pada tahap ini, akan dilakukan proses cropping yang nantinya akan terbentuk
beberapa objek citra bitmap baru dengan karakter yang berbeda-beda.
31
Lakukan proses cropping piksel-piksel pada matrix mapping untuk
menghasilkan sebuah objek citra baru yang independen berupa objek bitmap
biner. Dimana digunakan persamaan sebagai berikut :
w’ = xR – xL
h’ = yB – yT
persamaan diatas merupakan persamaan yang akan digunakan untuk
mengcropping objek citra yang baru.
x’ = x – w’ x => xL + xR
y’ = y – h’ y => yT + yB
dan persamaan diatas digunakan untuk membuat titik koordinat baru yang
terbentuk dari hasil cropping citra.
1. Proses cropping untuk objek citra dengan label 1 (satu)
0 x
y
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 3.13 Proses Cropping untuk objek citra dengan label 1(satu)
Sebelum melakukan cropping untuk objek citra dengan label 1 (satu), harus kita
tentukan terlebih dahulu titik koordinat awal dan akhir objek citra tersebut, yaitu
mulai dari sisi kiri objek citra sebagai titik koordinat awalnya dan koordinat
akhirnya pada posisi kanan objek citra secara horizontal. Mulai dari atas titik
32
koordinat awal dan akhirnya pada posisi bawah objek citra secara vertikal, dan
tampilannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
0 x
y
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
xL xR
x’
y’
yT
yB
h’
w’
Gambar 3.14 Pendefenisian titik koordinat objek citra label 1 (satu)
Dapat disimpulkan bahwa titik koordinat awal dari sebelah kiri objek citra
disimbolkan dengan xL dan titik koordinat akhir pada sebelah kanan objek citra
disimbolkan dengan xR jika dilihat secara horizontal, sedangkan titik awal
koordinat dari bagian atas objek citra disimbolkan dengan yT dan titik akhir
koordinat dari bagian bawah objek citra disimbolkan dengan yB dilihat secara
vertikal. Jika ditarik garis perpotongan antara empat titik koordinat tersebut maka
dapat dilihat bahwa perpotongan antara (xL dengan yT) merupakan titik koordinat
pojok kiri atas objek citra dan perpotongan antara (xR dengan yB) merupakan titik
koordinat pojok kanan bawah dari objek citra, sehingga ukuran citra baru menjadi:
w’ = xR – xL => w’ = 5 – 1 = 4
sedangkan untuk
h’ = yB – yT => h’ = 5 – 1 = 4
33
jadi ukuran untuk objek citra dengan label 1 (satu) adalah 4 x 4 nilai piksel. Dan
untuk mendapatkan titik – titik awal pada objek baru yang disimbolkan dengan x’
dan y’, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
x’ = x – w’ => x’ = 5 – 4 = 1
yang berarti titik awal untuk objek baru yang disimbolkan dengan x’ berada pada
titik 1 pada sumbu x objek yang lama. Sedangkan untuk menentukan titik awal
sumbu y’, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
y’ = y – h’ => y’ = 5 – 4 = 1
yang berarti titik awal untuk objek baru yang disimbolkan dengan y’ berada pada
titik 1 pada sumbu y objek yang lama.
Dari alur penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
meng-cropping objek dengan label 1 (satu) dapat dibuat sebuah fungsi cropping
objek citra yang dapat diimplemetasikan kedalam program adalah sebagai berikut
imgCropping = (x’,y’,w’,h’), dan hasil dari proses cropping tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini
Gambar 3.15 Hasil dari proses cropping untuk objek citra label 1 (satu)
34
2. Proses cropping untuk objek citra dengan label 2 (dua)
0 x
y
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
xL xR
x’
y’
yT
yB
h’
w’
Gambar 3.16 Pendefenisian titik koordinat objek citra label 2 (dua)
Untuk proses cropping pada objek citra dengan label 2 (dua) sama dengan proses
cropping yang dilakukan terhadap objek citra dengan label 1 (satu). Untuk
menghasilkan ukuran lebar atau width yang disimbolkan dengan w’ dapat
digunakan persamaan sebagai berikut :
w’ = xR – xL => w’ = 8 - 5 = 3
sedangkan untuk ukuran tinggi atau height yang disimbolkan dengan y’ adalah
sebagai berikut :
h’ = yB – yT => h’ = 6 – 3 = 3
jadi ukuran untuk objek citra dengan label 2 (dua) adalah 3 x 3 nilai piksel . Dan
untuk mendapatkan titik – titik awal pada objek baru yang disimbolkan dengan x’
dan y’, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
x’ = x – w’ => x’ = 8 – 3 = 5
35
yang berarti titik awal untuk objek baru yang disimbolkan dengan x’ berada pada
titik 5 pada sumbu x objek yang lama. Sedangkan untuk menentukan titik awal
sumbu y’, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
y’ = y – h’ => y’ = 6 – 3 = 3
yang berarti titik awal untuk objek baru yang disimbolkan dengan y’ berada pada
titik 3 pada sumbu y objek yang lama. Dan hasil dari proses cropping tersebut
dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 3.17 Hasil dari proses cropping untuk objek citra label 2 (dua)
3.2 Algoritma Sistem
Algoritma Sistem yang dirancang terdiri dari dua algoritma, yaitu
algoritma connected component labeling menggunakan pendekatan 4-connected
neighbors untuk menentukan kedekatan antara piksel-piksel yang saling
berhubungan dan algoritma cropping. Dimana dalam proses segmentasi citra biner
digunakan algoritma connected component labeling untuk memisahkan citra
foreground dengan background dan selanjutnya dilakukan operasi cropping pada
setiap citra yang telah diberi label.
3.2.1 Algoritma Scanning, Labeling dan Merging Citra Biner
Dalam proses pelabelan dan merging citra biner, algoritma connected
component labeling merupakan teknik yang paling baik digunakan untuk
mengklasifikasikan region atau objek dalam citra digital. Teknik ini
memanfaatkan teori connectivity piksel pada citra. Piksel-piksel dalam region
36
disebut connected (ada konektifitasnya atau connectivity) bila mematuhi aturan
adjacency atau aturan “kedekatan” piksel. Aturan kedekatan piksel ini
memanfaatkan sifat ketetanggaan piksel. Dengan demikian piksel yang di katakan
connected pada dasarnya memiliki sifat adjacency satu sama lain karena masih
memiliki hubungan neighbourhood atau ketetanggaan. Perlu diingat, bahwa citra
yang bisa diolah dengan menggunakan metode ini adalah citra biner.
Ketetanggaan harus memiliki panjang atau jarak 1 unit (langsung antara piksel
dengan piksel tanpa ada perantara nya).
Untuk menghasilkan objek citra baru, dilakukan beberapa tahapan yaitu
mulai dari scanning piksel jika ditemukan piksel foreground maka akan diberikan
label terhadap piksel tersebut kemudian dilakukan merging didalam matrix
mapping. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Objek Citra Biner Scanning Pixel Labeling Pixel Merging Pixel
Gambar 3.18 Algoritma Pelabelan Piksel Citra Biner
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dalam proses segmentasi citra
biner ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu mulai dari scanning piksel
jika ditemukan dilakukan pelabelan terhadap piksel foreground dan selanjutnya
dilakukan merging piksel sehingga terbentuk piksel-piksel dalam sebuah region.
3.2.2 Algoritma Pemotongan (Cropping) Citra
Untuk menghasilkan objek citra baru dari hasil pelabelan, maka digunakan
algoritma cropping terhadap piksel dalam region yang terbentuk berdasarkan
label- label tertentu didalam sebuah matrix mapping.
37
Sebelumnya tentukan terlebih dahulu letak titik koordinat awal dan akhir
dari sebuah region piksel yang ada pada matrix mapping. Kemudian lakukan
proses cropping dengan menggunakan persamaan yang digunakan dalam
algoritma cropping tersebut. Adapun proses algoritma yang digunakan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Cropping Objek
Berdasarkan
Hasil Merging
Pixel
Objek Citra
BaruMerging Pixel
Gambar 3.19 Algoritma Pemotongan (Cropping) Dari Hasil Merging Piksel Citra Biner
Dari gambar algoritma diatas bisa diambil kesimpulan, bahwa untuk
mendapatkan sebuah objek citra baru yang dipilih, sangat tepat jika menggunakan
algoritma cropping.
3.3 Use Case Diagram
Adapun Use Case diagram untuk aplikasi segmentasi citra biner pada
skripsi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.20 Use Case Diagram Segmentasi Citra Biner
38
Skenario use case diatas dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Actor
Pengguna : Aktor yang menggunakan perangkat lunak pada skripsi
Use Case
1. Nama : Segmentasi Citra Biner
Deskripsi : Operasi citra yang dilakukan untuk membagi-bagi objek
citra menjadi objek yang independen.
Prekondisi : User sudah menjalankan perangkat lunak
Kondisi Akhir : User memilih objek citra yang akan disegmentasi.
2. Nama : Scanning Piksel-piksel
Deskripsi : Operasi citra dalam menentukan piksel-piksel foreground.
Prekondisi : User memilih proses scanning piksel terhadap objek citra.
Kondisi Akhir : Jika ditemukan piksel foreground maka lanjut ketahap
labeling piksel-piksel.
3. Nama : Labeling Piksel-piksel
Deskripisi : Operasi citra untuk memberikan tanda atau pelabelan
terhadap piksel-piksel foreground.
Prekondisi : Perangkat lunak melakukan proses labeling terhadap
Piksel-piksel foreground yang terpilih.
Kondisi Akhir : Piksel-piksel yang telah dilabeli, selanjutnya akan
digabungkan atau merging menjadi region – region
tertentu.
4. Nama : Merging Piksel-piksel
Deskripsi : Operasi citra yang berfungsi untuk menggabungkan
39
piksel-piksel yang memiliki nilai intensitas yang sama
menjadi sebuah region yang membentuk objek citra baru.
Prekondisi : Perangkat lunak melakukan proses merging terhadap
Piksel-piksel yang telah dilabeli sebelumnya.
Kondisi Akhir : Piksel-piksel yang telah dimerging akan terbentuk sebuah
karakter objek citra baru.
5. Nama : Cropping Objek Citra.
Deskripsi : User melakukan proses cropping objek citra secara
manual, dimana proses ini akan menghasilkan objek citra
baru yang bersifat independen dengan tipe citra biner.
Prekondisi : Perangkat lunak melakukan cropping terhadap objek citra
sesuai dengan letak titik koordinat, tinggi dan lebar objek
citra yang telah ditentukan.
Kondisi Akhir : Telah terbentuk objek citra baru dengan tipe citra biner
dan bersifat independen.
3.4 Activity Diagram
Pada aplikasi ini dapat digambarkan proses dari Activity Diagram ke dalam
beberapa kategori yaitu Activity scanning, labeling, merging dan cropping.
40
3.4.1 Activity Diagram Scanning, Labeling dan Merging
Input Citra Biner
Pengguna Sistem
Tampilkan Citra Biner
Segmentasi Citra
Scanning PixelsYa
Labeling Pixels
Merging Pixels
Tampilkan Citra Hasil
Tidak
Pixels Ditemukan
Ya
Tidak
Gambar 3.21 Activity Diagram Segmentasi Citra Biner
Gambar 3.21 merupakan Activity Diagram scanning, labeling dan merging citra
biner, dimana pengguna dalam melakukan proses segmentasi citra akan memilih
41
citra biner yang akan disegmentasi. Dalam proses segmentasi, objek citra yang
diinput haruslah citra biner, dimana selain citra biner maka hasil tidak akan
optimal.
3.4.2 Activity Diagram Cropping
Pengguna Sistem
Tampilkan Citra Hasil
Cropping Citra Hasil
Tampilkan Citra Hasil CroppingYa
Tidak
Gambar 3.22 Activity Diagram Cropping Citra Biner
Pada gambar 3.22 merupakan Activity Diagram Cropping citra biner, dimana
pengguna dalam melakukan proses cropping terhadap objek, sebelumnya harus
melakukan tahapan scanning, labeling dan merging terhadap citra biner yang akan
dicropping.
3.5 Class Diagram
Bentuk Class Diagram pada proses segmentasi citra biner dapat dilihat dari
gambar dibawah ini.
42
+Call Object() : void
+Close() : void
-Name : string
-Menu : object
-Main : bool
-Dispose : bool
Form Main
+Attach_File() : void
+Scanning() : void
+Labeling() : void
+Merging() : void
+Cropping() : void
+Close() : void
-Name : string
-Picture : object
-Button : object
-Dispose : bool
Form Segmentation
-Name : string
-Coordinates : int
-Width : int
-Height : int
-Image_Type : bool
Image
+Close() : void
-Name : string
-Dispose : bool
Form About
-1
1
-1..*
*
Gambar 3.23 Class Diagram Segmentasi Citra Biner
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sistem yang dibangun
terdapat beberapa Class Diagram yang memiliki fungsi masing-masing. Pada
masing-masing Class Diagram memiliki attribute dan operation yang bisa di-
generate menjadi routin atau method pada bahasa pemrograman yang digunakan
dalam proses segmentasi citra biner.
.
3.6 Flowchart Program
Flowchart program merupakan keterangan yang lebih rinci tentang
bagaimana prosedur sesungguhnya yang dilakukan oleh suatu program. Flowchart
ini menggambarkan urutan logika dari suatu prosedur pemecahan masalah.
Flowchart pada program ini terdiri dari dua prosedur, yaitu flowchart program
scanning, labeling dan merging citra biner dan flowchart program cropping citra
biner.
43
3.6.1 Flowchart Scanning, Labeling dan Merging Citra Biner
Adapun bentuk flowchart pada proses scanning, labeling dan merging
citra biner dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Mulai
Input Objek
Citra Biner
Inisialisasi Objek
Citra Biner
Tampilkan
Objek Citra
Biner
Segmentasi
Citra Biner?
Scanning Piksel
Foreground
Pixels Foreground
Ditemukan ?
Merging Pixels
Tampilkan
Citra HasilB
B
Ya
Tidak
Selesai
C
Ya
C
Tidak
A
A
Pendekatan
4-Connected
Neighbours
Ditemukan Piksel
Tetangga yang Sama?
Labeling Piksel dan
Ubah Nilai Piksel
Menjadi 0
Ya
Tidak
D
D
Gambar 3.24 Flowchart Scanning, Labeling dan Merging Citra Biner
Alur penjelasan dalam proses segmentasi citra biner adalah sebagai berikut :
1. Dimulai dengan menginput objek gambar berupa citra biner
2. Proses inisialisasi objek citra biner guna mengambil informasi dari citra biner
yang diinput.
44
3. Tampilkan objek citra biner ke dalam sebuah objek PictureBox beserta
informasi dari citra biner tersebut.
4. Dilakukan pengujian terhadap objek citra biner, apakah objek citra biner akan
disegmentasi? Jika ya, maka lanjut ke proses selanjutnya, jika tidak maka
proses dihentikan.
5. Lakukan pelacakan (scanning) piksel-piksel foreground terhadap objek citra
biner.
6. Dilakukan pengujian, apakah piksel foreground ditemukan? Jika ya, maka
lanjut ke proses selanjutnya, jika tidak maka proses segmentasi selesai dan
diakhiri dengan menampilkan hasil akhir dari proses segmentasi yang
dilakukan.
7. Proses pelabelan dan flood fill terhadap piksel foreground.
8. Lakukan pendekatan berulang secara 4-Connected Neighbours terhadap
piksel-piksel tetangga yang saling berhubungan sampai tidak ditemukan lagi
kedekatan antara piksel-piksel tetangga secara 4-Connected Neighbours.
9. Dilakukan pengujian, apakah ditemukan nilai piksel yang sama? Jika ya,
maka lanjut ke tahap selanjutnya, jika tidak maka kembali ke proses scanning
piksel foreground.
10. Proses pelabelan dan flood fill terhadap piksel tetangga.
11. Proses merging piksel-piksel dari hasil labeling.
3.6.2 Flowchart Cropping Citra Biner
Bentuk flowchart pada proses cropping citra biner dapat dilihat dari
gambar dibawah ini.
45
Mulai
Tampilkan
Citra Hasil
Cropping Citra
Biner ?
Cropping Objek
Citra Biner
Tampilkan
Citra Hasil
Cropping
Selesai
Tidak
Ya
Gambar 3.25 Flowchart Cropping Citra Biner
Alur penjelasan dalam proses cropping citra hasil segmentasi adalah sebagai
berikut :
1. Dimulai dengan menampilkan citra hasil segmentasi yang berisi informasi
berupa titik koordinat baru dan ukuran baru.
2. Dilakukan pengujian apakah akan dilanjutkan proses cropping citra? Jika ya,
maka lanjut ke proses selanjutnya, jika tidak maka operasi cropping citra
selesai.
3. Menjalankan operasi cropping citra.
4. Menampilkan citra hasil cropping.
5. Operasi cropping selesai.
46
3.7 Perancangan Antar Muka
Dalam pembuatan program, dirancang antar muka yang terdiri dari beberapa
form. Pembagian ke dalam beberapa form ini dimaksudkan untuk mempermudah
pengguna dalam penggunaannya, sehingga pengguna tidak mengalami kesulitan
ataupun kerancuan dalam proses scanning, labeling dan merging maupun
cropping citra biner. Dalam program segmentasi citra biner ini, terbagi ke dalam
tiga form, yaitu form pembuka, form menu utama, form segmentasi citra biner.
3.7.1 Antar Muka Form Pembuka
Form pembuka merupakan form yang menampilkan judul dan penulis dari
program segmentasi citra biner ini. Bentuk rancangan dari form ini dapat dilihat
pada gambar 3.26 dibawah ini.
GAMBAR
Aplikasi Segmentasi Citra Biner
By :
Muhammad Iqbal Hasibuan
LOGO Please Wait...
Copyright : 2013 - 2015
Gambar 3.26 Perancangan Antar Muka Form Pembuka
Form pembuka pada gambar 3.26 akan muncul sebelum form utama
ditampilkan disaat program segmentasi citra biner dijalankan oleh pengguna.
Form ini hanya tampil dalam beberapa detik saja dan langsung menampilkan form
menu utama.
47
3.7.2 Antar Muka Form Menu Utama
Form menu utama merupakan form utama dalam program segmentasi citra
biner. Bentuk dari rancangan form menu utama dapat dilihat pada gambar 3.27.
Aplikas Segmentasi Citra Biner -- X
Segmentasi Close About
Background
Aplikasi Segmentasi Citra Biner__________
Gambar 3.27 Perancangan Antar Muka Form Menu Utama
Rancangan form menu utama pada gambar 3.27 diatas, terdapat tiga icon
dan tiga tombol untuk mengakses ke form berikutnya, yaitu icon satu dan tombol
satu merupakan tombol yang memiliki fungsi untuk menampilkan form
segmentasi citra biner. Pada icon dua dan tombol dua memiliki fungsi untuk
keluar dari aplikasi. Kemudian tombol yang memiliki fungsi yang sama yaitu icon
tiga dan tombol tiga yang digunakan untuk menampilkan form about.
3.7.3 Antar Muka Form Segmentasi Citra Biner
Proses segmentasi citra biner dijalankan pada form ini baik proses
scanning, labeling dan merging piksel-piksel hingga cropping citra hasil.
Terdapat beberapa tombol yang memiliki fungsi masing-masing. Adapun bentuk
48
rancangan antar muka dari Form Segmentasi Citra Biner dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Aplikasi Segmentasi Citra Biner Menggunakan Algoritma Connected Component ... -- X
Open File Scanning, Labeling and Merging Cropping
Citra Biner Original Citra Hasil Labeling dan Merging
Citra Biner Original Citra Hasil Cropping
Character Dimention
PictureBox PictureBox
ListView
PictureBox
Clear Close
Width
Height
Gambar 3.28 Perancangan Antar Muka Form Segmentasi Citra Biner
Pada gambar 3.28 dapat dijelaskan proses segmentasi citra biner, dimana
awalnya pengguna diminta untuk memilih media citra dengan tipe citra biner,
yang akan dipakai sebagai objek untuk disegmentasi. Untuk memilih objek citra,
pengguna harus menekan tombol dengan nama open file. Citra yang telah dipilih
akan ditampilkan ke dalam objek PictureBox beserta keterangannya yang
dilampirkan pada keterangan GroupBox.
Langkah selanjutnya yaitu dengan mengklik tombol scanning, labeling
and merging untuk mendapatkan posisi dari setiap karakter objek yang ada pada
objek citra biner. Jika objek citra yang disegmentasi memiliki lebih dari satu
karakter, maka setiap objek karakter yang telah di scanning, labeling and
merging, akan diberi warna secara random (acak).
49
Tahap terakhir adalah dengan melakukan cropping terhadap citra yang
telah di scanning, labeling and merging, sehingga akan terbentuk sebuah atau
lebih objek citra baru dengan karakter tertentu dan masih bertipe citra biner.
3.7.4 Antar Muka Form About
Pada Form ini berisi penjelasan sekilas tentang nama aplikasi, versi, tahun
pembuatan dan perancang sekaligus programmer yang membuat aplikasi ini. Dan
aplikasi ini boleh dikembangkan untuk digunakan pada penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan bidang Biometrika yang tentunya harus ada izin dari penulis,
perancang sekaligus programmer dari aplikasi ini.
About -- X
LOGO Judul
Keterangan tentang
aplikasi
OK
Gambar 3.29 Perancangan Antar Muka Form About