BAB III

12
25 BAB III. SEPUTAR DOA DAN AYAT-AYAT DOA Pada bab ini, penulis membaginya menjadi dua bagian, yaitu : pertama, bagian A penulis menguraikan penjelasan mengenai pengertian doa, tatacara berdoa, serta hakikat dan urgensi doa. Adapun yang kedua yaitu pada bagian B penulis hanya menguraikan sedikit penjelasan mengenai subjek dan objek doa dan memberikan sebagian contohnya, adapun sisanya penulis menyarankan untuk melihat tabel 1.III A. Pengertian Doa, Tatacara Berdoa, serta Hakikat dan Urgensi Doa Al-Qur‟an menggunakan kata du’â’ dalam makna yang bermacam-macam. Menurut Ahsin W. Al- Hafidz, kata du’â’ dalam al-Qur‟an ada 203 ayat. 1 Al- Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim karya Muhammad Fuad abdul Bâqî menyebutkan kata du’â’ dalam al-Qur‟an terdapat 215 ayat. 2 Dalam Ensiklopedi al-Qur‟an dunia Islam modern, kata du’â’ ini disebutkan 213 kali dalam 55 surat. Hal ini menandakan bahwa kata yang mempunyai derivasi (isytîqaq/pemecahan kata) tersebut, sangat populer dan sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat oleh bangsa Arab. 3 Adapun Struktur kata du’â’ dalam al-Qur‟an, terdapat dalam tiga bentuk kata : 1 Ahsin W. Al- Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an (Jakarta : PT Amzah, 2006), h.66-67. 2 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an (Kohiroh: Daar al-Hadith, 2007), h.316-320. 3 “Doa” dalam Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern. Jilid I. (Yogyakara : PT. Dhana Bakti Prima Yasa, 2002), h.436.

Transcript of BAB III

25

BAB III.

SEPUTAR DOA DAN AYAT-AYAT DOA

Pada bab ini, penulis membaginya menjadi dua bagian, yaitu : pertama,

bagian A penulis menguraikan penjelasan mengenai pengertian doa, tatacara

berdoa, serta hakikat dan urgensi doa. Adapun yang kedua yaitu pada bagian B

penulis hanya menguraikan sedikit penjelasan mengenai subjek dan objek doa dan

memberikan sebagian contohnya, adapun sisanya penulis menyarankan untuk

melihat tabel 1.III

A. Pengertian Doa, Tatacara Berdoa, serta Hakikat dan Urgensi Doa

Al-Qur‟an menggunakan kata du’â’ dalam makna yang bermacam-macam.

Menurut Ahsin W. Al- Hafidz, kata du’â’ dalam al-Qur‟an ada 203 ayat.1 Al-

Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim karya Muhammad Fuad abdul

Bâqî menyebutkan kata du’â’ dalam al-Qur‟an terdapat 215 ayat.2 Dalam

Ensiklopedi al-Qur‟an dunia Islam modern, kata du’â’ ini disebutkan 213 kali

dalam 55 surat. Hal ini menandakan bahwa kata yang mempunyai derivasi

(isytîqaq/pemecahan kata) tersebut, sangat populer dan sering digunakan dalam

kehidupan bermasyarakat oleh bangsa Arab. 3

Adapun Struktur kata du’â’ dalam al-Qur‟an, terdapat dalam tiga bentuk

kata :

1 Ahsin W. Al- Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an (Jakarta : PT Amzah, 2006), h.66-67. 2 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an (Kohiroh:

Daar al-Hadith, 2007), h.316-320.

3 “Doa” dalam Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern. Jilid I. (Yogyakara : PT.

Dhana Bakti Prima Yasa, 2002), h.436.

26

a. Fi’il mâdhi yang bersambung dengan dhomir diungkap dalam

beberapa bentuk yaitu : bersambung dengan mufrad ( دعا ) dalam surat

al-Baqarah [2] : 186; (دعنع ) dalam surat Yûnus [10] :12, az-Zumar [39]

dalam surat an-Naml [28] : 62. Bersambung dengan ( دعه) ;49 :

tatsniyyah (دوا ) dalam surat al-A‟râf [7] : 189, Maryam [19] : 91,

Yûnus [10] : 22, surat at-Thûr [52] : 13, az-Zumar [39] : 9, Ali‟Imran

[3] : 38, Fushilat [41] : 33, ad-Dukhân [44] : 22, al-Qamar [54] : 10.

Bersambung dengan jamâ’ (دعكم ) dalam surat al-Anfâl [8] : 23, ar-

Rûm [30] : 25;.4

b. Fiil mudhâri’ yang bersambung dengan dhomir, terdapat beberapa

bentuk yaitu : yang bersambung dengan jamâ’ (تددوا) dalam surat al-

Isrâ‟ [17] : 67, Maryam [19] : 38, al-Haj [22] : 73, (تددوني) dalam surat

Ghâfir [40] : 43, (تددوهم) dalam surat al-A‟râf [7] : 193, 193, al-

Mu‟minûn [23] : 73, Fâthir [35] : 13, asy-Syûrâ [42] : 13, (د دوكم )

dalam surat Ali „Imran [3]: 153, Ibrâhîm [14] : 10, al-Isrâ‟ [17] : 25, al-

Hadîd [57] : 8.5

c. Mashdar yang bersambung dengan dhomir diungkapkan pada

beberapa bentuk yaitu : bersambung dengan mufrad ( دوت ) dalam

surat Ibrâhîm [14] : 44; ( دعاه ) dalam surat al-Isrâ‟ [17] : 11; ( دعا )

dalam surat Maryam [19]: 4; (دعاي ) dalam surat Nûh [71] : 6.

Bersambung dengan tatsniyyah (دوتكمع ) dalam surat Yûnus [10] : 79.

Bersambung dengan jamâ’ ( دعاكم ) dalam surat al-Furqân [25] : 77 dan

4 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an.h. 316

5 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an.h. 317

27

Fâthir [35] : 14 ; ( دعائم ) dalam surat al-Ahqâf [46] : 5; (دواهم ) dalam

surat al-A‟râf [7] : 5, Yûnus [10] : 10, dan al-Anbiyâ‟ [21] : 15.6

Secara bahasa, dalam ensiklopedi al-Qur‟an kajian kosakata dikatakan

bahwa du’â’ adalah bentuk masdar (kata dasar) dari kata da’â, yad’û, da’wan atau

da’watan, du’â an, dan da’wâ ودعوى- ودعاء – ودعوة - دعوا- يدعو- دعا ) ( , dan menurut

Ibrahim Anis, kata da’â ini diartikan sebagai suatu perbuatan yang menuntut

kehadiran sesuatu atau mengharapkan kebaikan.7 Dalam Ensiklopedi Islam

Indonesia dikatakan bahwa doa mengandung arti memohon (al-Isti’ânah atau al-

Istighâtsah),8 meminta (al-Su’âl),

9 mengundang, memanggil atau menghimbau

6 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an.h. 319-320.

hal ini juga pernah di uraikan oleh Titin Mufarrahah dalam karya skripsinya yang berjudul

Pengabulan Doa dalam Tinjauan teroi Pikiran Manusia dengan uraian berikut “Dalam bentuk

mashdar yang bersambung dengan dhomir diungkapkan dalam beberapa bentuk yaitu yang

bersambung dengan mufrad mukhatab (دعاك ) dalam surah Maryam [19]: 4 bersambung dengan

jama’ mukhatab (دعاكم ) disebutkan dalam surah Fâthir [35] : 14 dan al-Furqân [25] : 77, yang

bersambung dengan mufrad ghaib (دعاه ) dalam surah al-Isrâ‟ [17] : 11 dan mutakallim wahdah

dalam surah Nûh : 6” lihat Titin Mufarrahah, Pengabulan doa dalam Tinjauan Teori alam ( دعاى)

Pikiran Manusia : kajian terhadap ayat-ayat doa para Nabi dan Rasul (Skripsi Program Studi Tafsir

Hadis, 2010), h.17.

7 “Dâ‟I” dalam Hasan Zaini, ed., Ensiklopedi al-Qur’an : Kajian Kosakata, vol.I.

(Jakarta : Lentera Hati, 2007), h.152. 8 Memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah Swt. (ar-Ragbatu Illallah atau

Ibtihal). Lihat Ath-Thahir Ahmad al-Zauwi, Tartîb al- Qamus al-Muhîth (Riyad : Dârul „Alam al-

Kutub, 1997), h. 197. Memohon ketika berdoa, menurut Sa‟id bin „Ali bin Wahf al-Qahthani,

memiliki dua martabat yaitu memuji dan beribadah. Lihat Sa‟id bin „Ali bin Wahf al-Qahthani,

Syarah Asma’ wa Sifat Allah ‘ajja wa jalla. Penerjemah.Abu Fatimah (Jakarta : Pustaka Imam

Asy-Syafi‟i, 2005), h.77-78.

9 Mengharapkan kebaikan bagi dirinya, meminta tolong. Lihat Taufîq Yûsuf al-Wâ‟î, Ad-

Da’wah Ilallah Ar-Risâlah-al-Wasîlah-al-Hadap (Mesir : Dârul Yaqîn, 1995), h. 15-16. Lihat pula

Tim Penulis, Dârul Masyriq Al-Munjid fî Lughatil A’lam (Lebanon : al-Maktabah asy-Syarqiyyah,

2002), h. 216.

28

(al-Nidâ’),10

kepada Tuhan.11

Sedangkan menurut Rasulullah saw., doa adalah

otak (sumsum) ibadah (al-Ibadât).12

Secara istilah, Munjid Tamam Qandil memahami makna doa dengan

makna yang menarik untuk di kutip.

“Doa sesungguhnya adalah mendekatkan diri kepada Allah,

tunduk dan taat serta khusyu‟ meminta pertolongan dari-Nya dan kembali

kepada-Nya serta memohon rahmat, petunjuk takwa, kemaslahatan dan

ampunan serta sehat wal afiat di dunia dan akhirat. Begitu juga doa adalah

permohonan dan harapan dari keutamaan dan rahmat Allah swt.”13

Pengertian praktis maupun teoritis terhadap makna doa di atas dianggap

paling mewakili, kerena substansinya pengertian tersebut tidak ada yang

kontradiktif. Pengertian tersebut saling melengkapi satu sama lain, sehingga pada

esensinya doa adalah merupakan suatu wujud dari ibadah kepada Tuhan.14

Akan

tetapi mengenai makna secara isltilah, penulis lebih cenderung mengambil makna

10 Tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta :

Penerbit Djambatan, 1992), h.222

11 Tim Penyusun, Leksikon Islam, jilid I. (Jakarta : PT Penerbit Pustazet Perkasa, 1988),.h. 128.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Tirmidzî dengan sanad : diceritakan الددعا مخ العبع ة 12

dari „Aliy bin Hujrin dikabarkan dari Walîd bin Muslimin dari Lahî‟ah dari „Ubaidillah bin Abî

Ja‟far dari Ja‟far bin Shâlihin dari Anas bin Malik dari Rasulullah. Menurut Abu „îsa hadis ini

Gharib, dan menurut Syaikh al-Bânîy hadis ini Dhaif. Lihat. Muhammad bin „ĺsya Abu „ĺsya al-

Turmudzî al-Silmîy, Al-Jâmi ash-Shahîh al-Tirmidzî. Pentahqiq Ahmad Muhammad Sâkir. juz v.

(Beirut : Dârul Ihya‟ at- Turâs al-„Arabi, t.t),h.455. Lihat pula Abdul-Razâq bin „Abdul Mahsan al-

Badri, Al-Dzikru wa al-Du’âu’ fi al-Shû’ al-Kitâb wa as-Sunnah juz I (Saudi „Arabiya : Al-

Mamlukah al-„Arabîyah al-Sangûdiyyah, 2001), h. 27. Bandingkan dengan Ahmad bin „Aliy bin

al-Matsani Abu Ya‟la al-Maushuli at-Tamimi, Musnad Abî Ya’la, Pentahqiq Husain Salîm Asad.

Juz I. (Damsyik : Dâr al-Ma‟mun li Turast, 1984),h. 344. dan Abdul-Razâq bin „Abdul Mahsan al-Badri, Al-Dzikru wa al-Du’âu’ fi al-Shû’ al-Kitâb wa as-Sunnah juz. I. (Saudi „Arabiya-Al-

Mamlukah as- al-„Arabîyah al-Sangûdiyyah, 2001), h. 27.

13 Penulis menukil dari : Ummul Aiman, Konsep Doa dalam al-Qur‟an : kajian tematik

tentang ayat-ayat redaksi doa (Tesis S2 Konsentrasi Tafsir Hadis Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 20

14 Esensi doa adalah zikir, dan objek semua ibadah adalah mengingat Allah. lihat Totok

Jumantoro dan Samsul Munir Amir, Kamus Ilmu Tasawuf (Jakarta : Penerbit Amzah, 2005), 32.

29

doa seperti apa yang diakatakan oleh Abu Bakr al-„Arabiy. Pendapatnya mengenai

makna doa secara istilah menarik untuk dikutip.

“Doa adalah meminta kepada Allah dari perkara yang dapat

mendatangkan manfaat dan menjauhkan yang tidak berguna dari

kemadaratan dan cobaan, karena doa adalah salah satu sebab untuk

mendatangkan ramat Allah yang paling utama, seperti keamanan diri dari

kedinginan, kepanasan, kehujuanan dan bencana alam.” 15

Adapun tatacaranya, dalam karya Abu Hamid al-Ghazali yang berjudul

Mukhtashar Ihyâ’ Ulûm al-dîn, bahwa etika berdoa itu adalah: memilih waktu

yang mulia, dalam kondisi suci (berwudhu), menghadap kiblat, melirihkan suara,

merendahkan diri dan merajuk dengan penuh keyakinan doanya akan dikabulkan,

hendaknya doa dimulai dengan menyebut nama Allah dan bershalawat kepada

Rasulullah Saw. serta menjauhi segala perbuatan yang tercela.16

Menurut

Sharqiyah Sarifuddin dalam karyanya yang berjudul Du’au’ al- Muslim fi al-

Yaumi wa lailati, bahwa tatacara berdoa hendaknya : dimulai dengan membaca

hamdallah, shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw., menghadap kiblat

serta mengangkat kedua tangan ketika berdoa, seorang pendoa harusnya

melirihkan suaranya dan merendahkan dirinya, dan benar-benar merajuk hanya

kepada Allah, karena Rasulullah saw, bersabda (janganlah diantara kalian berkata

demikian ketika berdoa “Ya Allah ampunilah dosaku jika Engkau menghendaki,

Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau menghendaki maksud atas perkara ini,

15 Muhammad „Abdullah bin Ibrahîm al-„Airî, Fiqru al-Da’wati fî Shahih al-Imâm al-

Bukhârî (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2002), h.911.

16 Abu Hamid al-Ghazali , Mukhtashar Ihyâ’ Ulûm al-dîn, (Beirut : Dâr al-Fikr, 1993), hal

23. Lihat pula. Abu Hamid al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin. Penerjemah Fadhailurrahman

dan Aida Humaira (Jakarta : Sahara Publisher, 2010), h. 170.

30

karena perbuatan itu dibenci Allah),17

hendaknya ketika berdoa mengulangnya

sampai tiga kali, berdoa hendaknya tidak meminta supaya memutuskan tali

silaturahim.18

Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, ada 5 kriteria yang bisa diambil:

Pertama doa yang ditujukan secara langsung kepada Allah, Q.S. Al-Baqarah

186.19

Kedua dilakukan dengan merendah diri,20

dan suara lembut spt Q.S. al-

A‟râf 56. dan al- An‟am 63. Ketiga dengan rasa takut dan sungguh-sungguh

optimis,21

spt Q.S. al-A‟râf 56. Keempat dengan menyebut nama-nama Allah

(فإن اهلل ال مكره له . وليعزم يف املسألة . ال يقولن أحدكم اللهم اغفريل إن شئت ) 17 Hadis ini diriwayatkan oleh

Sunan Ibnu Mâjah dengan sanad : diceritakan dari Abu Bakar, diceritakan dari „Abdullah bin Idrîs dari Ibnu „Ajilân dari Abî az-Zunâdi dari A‟raj dari Abî Hurairah bahwasanya Rasulullah saw

bersabda. Menurut Syaikh al-Bânî hadis ini Shahih. Lihat Muhammad bin Yazîd Abu „Abdillah al-

Kuzwaini, Sunan Ibnu Majâh. Jilid II (Beirut : Dâr al-Fikr, t.t),h. 458

18 Sharqiyah Sarifuddin, Du’au’ al- Muslim fi al-Yaumi wa lailati (Beirut : Dâr al- Kitab

al-„Alamiyah, 1990), h. 15-16.

19 Ada beberapa sifat doa yang ditujukan kepada Allah dalam surat al-Baqarah [2] : 186 :

Pertama, meng-esakan Allah dan memuji Allah. Kedua, sifatnya adalah mendekatkan diri dengan

minta ampunan dan rahmat dari Allah. Ketiga, sifatnya ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia

yaitu berupa kemakmuran di dunia. Lihat. Abî Mansûr bin Muhammad al-Azharî , Mu’jam

Tahdzîb al-Lughah pentahqiq Riyad Zaqi Qosim, Jilid II (Beirut-Libanon: Dar el-Marefah, 2001),

h.1187-1188.

20 Berdoa, hendaknya kita memohon dengan rasa rendah diri agar keinginan dan harapan dapat tercapai, terkabul dan terlaksana. Lewat doa itulah kita memohon agar Allah Swt

memberkahi dan meridhoi usaha kita. Lihat. H.A. Aziz Salim Basyarahil, 22 Masalah Agama

(Jakarta: Gema Insani, 2002), h.11-12.

21 Dalam hadis dikatakan ا ه با ا ه اق ب اونهلديب ااعاه اءا ق د ا اداع ا الل ها ه ه ند ع دا ع وق ع وها ق اق ه ه قا ه ادله ع ا هولا الل ها ها ه د ه ق يعartinya : berdoalah kepada Allah sedang kamu yakin (optimis) akan di kabulkan dan ketahuilah

sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai (pesimis). Hadis ini

diriwayatkan oleh Al-Tirmidzî dengan sanad : menceritakan „Abdullah bin Mu‟âwiyah al-

Jumahiyyu menceritakan Shâlih al-Murriyyu dari Hisyâm bin Hâssan dari Muhammad bin Sîrîn

dari Abi Hurairah dari Rasulullah saw., menurut Syaikh al-Banî, hadis ini hasan. Lihat

Muhammad bin „ĺsya Abu „ĺsya al-Turmudzî al-Silmîy, Al-Jâmi ash-Shahîh at-Turmudzî.

Pentahqiq Ahmad Muhammad Sâkir. juz v. (Beirut : Dârul Ihya‟ at- Turâs al-„Arabi, t.t),h.517.

lihat pula Abu „Abdillah bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin „Asad Al-Syaibânî, Musnad

Ahmad bin Hanbal.Pentahqiq Sayyid Abu al-Ma‟âti An-Nûri, juz II (Beirut: „Alim al-Kitab,

1998), h. 177.

31

yang indah,22

spt Q.S. al-A‟râf 180 dan Q.S. al-Isra‟ 110. Kelima dilakukan

dengan sabar,23

spt Q.S. al-Kahfi 28.24

Hakikat dan urgensi doa yang signifikan dalam peranan kehidupan orang

yang beriman itu diantaranya :

1. Menyeru dan mendekatkan diri kepada-Nya, dengan mengajukan

permohonan, mengadukan keperluan serta penyerahan total setelah

melakukan upaya,25

menyatakan kelemahan di hadapan Dzat yang pakaian-

Nya adalah keagungan dan selendang-Nya adalah kebesaran.26

Maka hal

tersebut, menjadi sebuah wujud pencerahan kesadaran tentang indepedensi

(ketidak tergantungan manusia) kepada makhluk lain,27

dan hanya bergantung

kepada-Nya,28

kepada Dzat yang maha perkasa atas tuntunan dan keridhoan-

Nya.29

22 Doa tidak harus berbentuk permintaan atau permohonan, tetapi juga untuk mengingat-

ingat dan menyebut-nyebut nama-Nya. Lihat Abu Djack, Doa – Doa Cinta :kumpulan doa terpilih

untuk meraih cinta barakah (Bandung : Dar Mizan, t.t),h.53. 23 Bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan dengan

lapang dada, kemauan yang keras, ketabahan yang besar, serta merupakan tameng keyakinan

kepada Allah. lihat. „Aidh al-Qarni Lâ Tahzan : Jangan Bersedih !. Penerjemah. Samaon Rahman

(Jakarta : Qisthi Prees, 2004), h. 38. Lihat pula. Abu Mushlih Ari Wahyudi, Hakikat Keabaran

(Bandung : Pustaka elPosowi, 2008), h. 2.

24 Tatacara doa bisa dilihat dari klasififkasi ayat, hal ini terdapat pada karya A. Hamid

Hasan Qalay yang berjudul Kunci Indeks dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an, jilid. I (Bandung:

Penerbit Pustaka, 1989), h. 619-621. Lihat, Ali Audah, Konkordansi Al-Qur’an (Jakarta: P.T.

Pustaka Lentera Antar Nusa,1991).h.178. lihat, Azharuddin Sahil Indek Al-Qur’an Paduan

Mencari Ayat al-Qur’an Berdasarkan Kata Dasarnya (Bandung : Penerbit Mizan, 1996).h.165-

166. Lihat pula, Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Ayat-ayat al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Qibla,

2010), h.577-590. Muhammad Chirzin, Glosari al-Qur’an (Yogyakarta : Lazuardi, 2003), h. 155-156

25 Yusuf Mansur, Wisata Hati Mencari Tuhan yang Hilang (Jakarta : Penerbit Zikrul

Hakim, 1987), h. 133.

26 Su‟ud bin Malluh bin Sulthan al-„Anazi, Koreksi total Khutbah dan Ceramah.

Penerjemah Ahmad Zubaidi (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2008),h.155

27 “Doa” dalam Syahrin Harahap, ed., Ensiklopedi Aqidah Islam (Jakarta : Prenada

Media, 2003), h. 94.

28 Manusia betapapun kuatnya, tetap saja adalah makhluk lemah yag memiliki

ketergantungan. Karena manusia memiliki naluri cemas dan mengharap. Lihat. M.Quraish Shihab,

Wawasan al-Qur’an tentang Zikir dan Doa (Jakarta : Lentera Hati, 2006), h. 196. Lihat pula Q.S.

32

2. Doa adalah inti ketaatan dan kepatuhan dari ibadah.30

Karena tidak ada

sesuatu dalam kehidupan ini yang lebih mulia bagi Allah melebihi doa

seorang hamba kepada-Nya. Oleh sebab itu, doa merupakan bukti pengabdian

dan keimanan yang berupa penyembahan seorang hamba Allah (makhluk

Allah yang tidak berdaya dan lemah) kepada Rabbnya, yang Maha Kuasa atas

segalanya dan tidak memerlukan bantuan siapapun. 31

3. Menunjukkan dirinya tidak sombong kepada Allah, baik dalam keadaan

ketercukupan maupun dalam kefaqiran, karena doa adalah perkara yang harus

diperhatikan oleh segenap kaum muslimin di setiap waktu.32

al-Ikhlash/112:2. Sebagai berikut : “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala

sesuatu” Q.S. Al- Ikhlash [112] : 2.

29 Syaikh Salim Bin „Ied-al-Hilali, Ensiklopedi Larangan : menurut al-Qur’an dan as-

Sunnah Bab ‘Aqidah, Fiqih, dan Akhlak. penerjemah Abu Ihsan al-Atsari (Surabaya : Pustaka

Imam asy-Syafi‟i, 2008), h.387-388.

30 Karena doa mempunyai posisi tinggi dalam agama Islam dan merupakan ibadah yang

paling utama. Dari situlah tampak bahwa manusia membutuhkan Tuhan dalam rangka

mendapatkan suatu keuntungan atau utnuk menghindari sebuah bahaya. Lihat „Abdul „Aziz bin

Fathi al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Etika Islam begini semestinya Muslim berperilaku.Penerjemah

Muhmmad Isnaini, Dumyati, Fauzun (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2008), 155. Lihat pula, al-Imam al-„Alamah Ibnu Mandur, Lisânul ‘Arab. Juz.4. (Beirut-Libanon : Dârul Ma‟rifah,t.t), h.

359-360.

hadis ini diriwayatkan oleh Al-Turmudzî dengan .ليس شيء أكرم على هللا تعالى من الدعاء 31

sanad: dari „Abbas bin „Abd al-„Adzîm al-„Anbariy dan selain yang satu menceritakan Abu Dâud

ath-Thayalisî, menceritakan „Imran al-Qaththan dari Qatadah dari Sa‟ĺd bin abi al-Hasan dari Abu

Hurairah dari Nabi saw., menurut Syaikh al-Banî hadis ini hasan. Lihat Muhammad bin „ĺsya Abu

„ĺsya al-Turmudzî al-Silmîy, Al-Jâmi ash-Shahîh at-Turmudzî. Pentahqiq Ahmad Muhammad

Sâkir. juz v. (Beirut : Dârul Ihya‟ at- Turâs al-„Arabi, t.t), h. 455. dalam hadis lain deterangkan

bahwa “Allah Tuhan kita semua, pada setiap malam di sepertiga malam terkhir turun kelangit

dunia, lalu berfirman : siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya baginya, siapa

yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku memberinya, siapa yang memohon ampunan kepda-Ku

niscaya Aku mengampuni baginya.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab shalat dan kitab tauhid bab: Yuriduna an yubaddiluu kalamallah, juz. 9, h.143. dari Abu Hurairah dari Rasulullah Saw.). Lihat

pula. Imam Al-Qathalani, Ensiklopedi Hadis Qudsi dan Penjelasannya. Penerjemah Imanuddin

Kamil dan Thariq Abd. Aziz at-Tamimi (Jakarta : Pustaka as-Sunnah, 2012), h. 149.

32 Abdul „Aziz bin Fathi as-Sayid Nada, Ensiklopedi Adab Islam: menurut al-Qur’an dan

as-Sunnah 2. penerjemah Abu Ihsan al-Atsari (Jakarta:Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2007), h. 23.

Dan menurut Abdul-Rahman bin Nâshr al-Sa‟dîy dalam kitabnya yang berjudul al-Fawâkih al-

Syahîyyah fî al-Khithab al-Manbariyyah dikatakan bahwa “...bertakwalah kepada Allah dengan

sebaik-baiknya takwa, berharap dan berdoalah disetiap waktu, karena hal itu dapat mendatangkan

kebaikan dan menjauhkan dari balai. Lihat Abdul-Rahman bin Nâshr al-Sa‟dîy, al-Fawâkih al-

Syahîyyah fî al-Khithab al-Manbariyyah (T.tp.: Mauqi‟ al-Islâm, 1991), h. 39.

33

4. Manusia dibekali banyak potensi untuk mengembangkan dirinya, guna

meraih segala apa yang dicita-citakannya. Akan tetapi tidak sedikit orang

yang gagal dalam meraih apa yang dicita-citakannya. Oleh sebab itu, berdoa

akan membawa manusia kepada keseimbangan, kematangan kedewasaan,

dalam menyikapi perbuatan Allah dan perbuatan dirinya.33

Asalkan tidak

pernah putus asa dari memohon pertolongan kepada Allah untuk memperoleh

bimbingan dan petunjuk-Nya.34

B. Subjek dan Objek Doa

Subjek doa adalah orang yang meminta atau memohon, dan objek doa

adalah perkara yang dipinta. Adapun subjek dan objek doa penulis

membaginya dalam tiga katergori, yaitu :

1. Nabi dan Rasul

Doa yang diungkap oleh Nabi Âdam as. dalam Q.S. al-A‟râf [7] : 23

Keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, kami telah menganiaya diri

kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi

rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang

merugi.

Subjeknya adalah Nabi Âdam as, dan objeknya adalah

33 “Doa” dalam Asep Usman Islmail,ed., Ensiklopedi Tasawuf, vol I (Jakarta : Penerbit

Angkasa, 2008),h. 322-323.

34 “Doa memohon bimbingan Allah” dalam Budhy Munawar Racham dan Ahmad Gaus

AF,ed., Ensiklopedi Nurcholis Madjid Pemikiran Islam Di kanvas Peradaban (Jakarta : Mizan,

2006), h.595. adapun manfaat doa bisa lihat M.Syukron Maksum dan Acmad Fathani el- Kasyi,

Doa Penangkal Kejahatan (Yogyakarta : Penerbit Mutiara Media, 2009),h.19-20.

34

: Diampuni Dan Dirahmati

Doa yang diungkap oleh Nabi Sulaimân as dalam Q.S. an-Naml [27] : 19

“Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) Perkataan

semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap

mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan

kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang

Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam

golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".

Subjeknya adalah Nabi Sulaimân as, dan Objeknya adalah

: Ilham untuk mensyukuti nikmat

: Mengerjakan amal saleh

: Masukan dengan rahmat kedalam

golongan hamba-hamba yang Salih.

Doa-doa selanjutnya silahkan lihat tabel 1.III

2. Malaikat

Doa yang diungkap oleh Malaikat penjaga Arasy dalam Q.S. al-

Mu‟min [40] : 7

(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada

di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-

Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya

35

mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala

sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan

mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang

menyala-nyala

Subjeknya adalah Malaikat yang memikul „Arasy, dan objeknya adalah

: Diampunani bagi orang-orang yang

bertaubat dan yang mengikuti jalan

Tuhan.

: Dipelihara dari siksa neraka

Doa-doa selanjutnya silahkan lihat tabel 1.III

3. Orang biasa

Doa yang diungkap oleh orang beriman dalam Q.S. Al-Furqân [25] :

74

dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah

kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati

(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Subjeknya adalah orang beriman, dan objeknya adalah

Dianugrahkan istri dan keturunan yang

menyenangkan hati

Dijadikan sebagai Imam (peminpin)

orang yang bertakwa

Doa yang diungkap oleh penghuni Neraka atau orang Kafir dalam Q.S. al-

Mu‟minûn [23] : 107

36

mereka berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan

kami, dan kami adalah orang-orang yang sesat.107. Ya Tuhan kami,

keluarkanlah kami daripadanya (kembalikanlah kami ke dunia), maka jika

kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-

orang yang zalim."

Subjeknya adalah penghuni Neraka atau orang Kafir, objeknya adalah

: Dikeluarkan dari Neraka dan tidak

dikembalikan kepada kekafiran

Doa yang diungkap oleh ‘Ibad al-Rahman dalam Q.S. Al-Furqân [25] : 65

dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab

Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang

kekal".

: Dijauhkan dari azab Jahannam

Doa-doa selanjutnya silahkan lihat tabel 1.III.35

35 Tabel terlampir. untuk tabel tersebut, pada urutan teori hirarki kebutuhan manusia,

yaitu kebutuhan fisiologikal penulis memberi no atau angka 1. Kebutuhan akan rasa aman dengan

no atau angka 2. Kebutuhan memiliki, dimiliki, dicintai dengan no atau angka 3. Kebutuhan akan

rasa harga diri dengan no atau angka 4. Kebutuhan aktualisasi diri dengan no atau angka 5.

Adapun pada urutan hirarki maqâshid al-syarî’ah yaitu al-darûriyyât (Kebutuhan Primer) penulis

memberi no atau angka 1. Al-hajiyyât (Kebutuhan Sekunder) dengan no atau angka 2. Al-

tahsîniyyât (Kebutuhan Tersier) dengan no atau angka 3.