25
BAB III.
SEPUTAR DOA DAN AYAT-AYAT DOA
Pada bab ini, penulis membaginya menjadi dua bagian, yaitu : pertama,
bagian A penulis menguraikan penjelasan mengenai pengertian doa, tatacara
berdoa, serta hakikat dan urgensi doa. Adapun yang kedua yaitu pada bagian B
penulis hanya menguraikan sedikit penjelasan mengenai subjek dan objek doa dan
memberikan sebagian contohnya, adapun sisanya penulis menyarankan untuk
melihat tabel 1.III
A. Pengertian Doa, Tatacara Berdoa, serta Hakikat dan Urgensi Doa
Al-Qur‟an menggunakan kata du’â’ dalam makna yang bermacam-macam.
Menurut Ahsin W. Al- Hafidz, kata du’â’ dalam al-Qur‟an ada 203 ayat.1 Al-
Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim karya Muhammad Fuad abdul
Bâqî menyebutkan kata du’â’ dalam al-Qur‟an terdapat 215 ayat.2 Dalam
Ensiklopedi al-Qur‟an dunia Islam modern, kata du’â’ ini disebutkan 213 kali
dalam 55 surat. Hal ini menandakan bahwa kata yang mempunyai derivasi
(isytîqaq/pemecahan kata) tersebut, sangat populer dan sering digunakan dalam
kehidupan bermasyarakat oleh bangsa Arab. 3
Adapun Struktur kata du’â’ dalam al-Qur‟an, terdapat dalam tiga bentuk
kata :
1 Ahsin W. Al- Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an (Jakarta : PT Amzah, 2006), h.66-67. 2 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an (Kohiroh:
Daar al-Hadith, 2007), h.316-320.
3 “Doa” dalam Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern. Jilid I. (Yogyakara : PT.
Dhana Bakti Prima Yasa, 2002), h.436.
26
a. Fi’il mâdhi yang bersambung dengan dhomir diungkap dalam
beberapa bentuk yaitu : bersambung dengan mufrad ( دعا ) dalam surat
al-Baqarah [2] : 186; (دعنع ) dalam surat Yûnus [10] :12, az-Zumar [39]
dalam surat an-Naml [28] : 62. Bersambung dengan ( دعه) ;49 :
tatsniyyah (دوا ) dalam surat al-A‟râf [7] : 189, Maryam [19] : 91,
Yûnus [10] : 22, surat at-Thûr [52] : 13, az-Zumar [39] : 9, Ali‟Imran
[3] : 38, Fushilat [41] : 33, ad-Dukhân [44] : 22, al-Qamar [54] : 10.
Bersambung dengan jamâ’ (دعكم ) dalam surat al-Anfâl [8] : 23, ar-
Rûm [30] : 25;.4
b. Fiil mudhâri’ yang bersambung dengan dhomir, terdapat beberapa
bentuk yaitu : yang bersambung dengan jamâ’ (تددوا) dalam surat al-
Isrâ‟ [17] : 67, Maryam [19] : 38, al-Haj [22] : 73, (تددوني) dalam surat
Ghâfir [40] : 43, (تددوهم) dalam surat al-A‟râf [7] : 193, 193, al-
Mu‟minûn [23] : 73, Fâthir [35] : 13, asy-Syûrâ [42] : 13, (د دوكم )
dalam surat Ali „Imran [3]: 153, Ibrâhîm [14] : 10, al-Isrâ‟ [17] : 25, al-
Hadîd [57] : 8.5
c. Mashdar yang bersambung dengan dhomir diungkapkan pada
beberapa bentuk yaitu : bersambung dengan mufrad ( دوت ) dalam
surat Ibrâhîm [14] : 44; ( دعاه ) dalam surat al-Isrâ‟ [17] : 11; ( دعا )
dalam surat Maryam [19]: 4; (دعاي ) dalam surat Nûh [71] : 6.
Bersambung dengan tatsniyyah (دوتكمع ) dalam surat Yûnus [10] : 79.
Bersambung dengan jamâ’ ( دعاكم ) dalam surat al-Furqân [25] : 77 dan
4 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an.h. 316
5 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an.h. 317
27
Fâthir [35] : 14 ; ( دعائم ) dalam surat al-Ahqâf [46] : 5; (دواهم ) dalam
surat al-A‟râf [7] : 5, Yûnus [10] : 10, dan al-Anbiyâ‟ [21] : 15.6
Secara bahasa, dalam ensiklopedi al-Qur‟an kajian kosakata dikatakan
bahwa du’â’ adalah bentuk masdar (kata dasar) dari kata da’â, yad’û, da’wan atau
da’watan, du’â an, dan da’wâ ودعوى- ودعاء – ودعوة - دعوا- يدعو- دعا ) ( , dan menurut
Ibrahim Anis, kata da’â ini diartikan sebagai suatu perbuatan yang menuntut
kehadiran sesuatu atau mengharapkan kebaikan.7 Dalam Ensiklopedi Islam
Indonesia dikatakan bahwa doa mengandung arti memohon (al-Isti’ânah atau al-
Istighâtsah),8 meminta (al-Su’âl),
9 mengundang, memanggil atau menghimbau
6 Muhammad Fuâd Abdul Bâqî, al-Mu’jam al-Muhafhras li alfâdz al-Qur’an.h. 319-320.
hal ini juga pernah di uraikan oleh Titin Mufarrahah dalam karya skripsinya yang berjudul
Pengabulan Doa dalam Tinjauan teroi Pikiran Manusia dengan uraian berikut “Dalam bentuk
mashdar yang bersambung dengan dhomir diungkapkan dalam beberapa bentuk yaitu yang
bersambung dengan mufrad mukhatab (دعاك ) dalam surah Maryam [19]: 4 bersambung dengan
jama’ mukhatab (دعاكم ) disebutkan dalam surah Fâthir [35] : 14 dan al-Furqân [25] : 77, yang
bersambung dengan mufrad ghaib (دعاه ) dalam surah al-Isrâ‟ [17] : 11 dan mutakallim wahdah
dalam surah Nûh : 6” lihat Titin Mufarrahah, Pengabulan doa dalam Tinjauan Teori alam ( دعاى)
Pikiran Manusia : kajian terhadap ayat-ayat doa para Nabi dan Rasul (Skripsi Program Studi Tafsir
Hadis, 2010), h.17.
7 “Dâ‟I” dalam Hasan Zaini, ed., Ensiklopedi al-Qur’an : Kajian Kosakata, vol.I.
(Jakarta : Lentera Hati, 2007), h.152. 8 Memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah Swt. (ar-Ragbatu Illallah atau
Ibtihal). Lihat Ath-Thahir Ahmad al-Zauwi, Tartîb al- Qamus al-Muhîth (Riyad : Dârul „Alam al-
Kutub, 1997), h. 197. Memohon ketika berdoa, menurut Sa‟id bin „Ali bin Wahf al-Qahthani,
memiliki dua martabat yaitu memuji dan beribadah. Lihat Sa‟id bin „Ali bin Wahf al-Qahthani,
Syarah Asma’ wa Sifat Allah ‘ajja wa jalla. Penerjemah.Abu Fatimah (Jakarta : Pustaka Imam
Asy-Syafi‟i, 2005), h.77-78.
9 Mengharapkan kebaikan bagi dirinya, meminta tolong. Lihat Taufîq Yûsuf al-Wâ‟î, Ad-
Da’wah Ilallah Ar-Risâlah-al-Wasîlah-al-Hadap (Mesir : Dârul Yaqîn, 1995), h. 15-16. Lihat pula
Tim Penulis, Dârul Masyriq Al-Munjid fî Lughatil A’lam (Lebanon : al-Maktabah asy-Syarqiyyah,
2002), h. 216.
28
(al-Nidâ’),10
kepada Tuhan.11
Sedangkan menurut Rasulullah saw., doa adalah
otak (sumsum) ibadah (al-Ibadât).12
Secara istilah, Munjid Tamam Qandil memahami makna doa dengan
makna yang menarik untuk di kutip.
“Doa sesungguhnya adalah mendekatkan diri kepada Allah,
tunduk dan taat serta khusyu‟ meminta pertolongan dari-Nya dan kembali
kepada-Nya serta memohon rahmat, petunjuk takwa, kemaslahatan dan
ampunan serta sehat wal afiat di dunia dan akhirat. Begitu juga doa adalah
permohonan dan harapan dari keutamaan dan rahmat Allah swt.”13
Pengertian praktis maupun teoritis terhadap makna doa di atas dianggap
paling mewakili, kerena substansinya pengertian tersebut tidak ada yang
kontradiktif. Pengertian tersebut saling melengkapi satu sama lain, sehingga pada
esensinya doa adalah merupakan suatu wujud dari ibadah kepada Tuhan.14
Akan
tetapi mengenai makna secara isltilah, penulis lebih cenderung mengambil makna
10 Tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta :
Penerbit Djambatan, 1992), h.222
11 Tim Penyusun, Leksikon Islam, jilid I. (Jakarta : PT Penerbit Pustazet Perkasa, 1988),.h. 128.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Tirmidzî dengan sanad : diceritakan الددعا مخ العبع ة 12
dari „Aliy bin Hujrin dikabarkan dari Walîd bin Muslimin dari Lahî‟ah dari „Ubaidillah bin Abî
Ja‟far dari Ja‟far bin Shâlihin dari Anas bin Malik dari Rasulullah. Menurut Abu „îsa hadis ini
Gharib, dan menurut Syaikh al-Bânîy hadis ini Dhaif. Lihat. Muhammad bin „ĺsya Abu „ĺsya al-
Turmudzî al-Silmîy, Al-Jâmi ash-Shahîh al-Tirmidzî. Pentahqiq Ahmad Muhammad Sâkir. juz v.
(Beirut : Dârul Ihya‟ at- Turâs al-„Arabi, t.t),h.455. Lihat pula Abdul-Razâq bin „Abdul Mahsan al-
Badri, Al-Dzikru wa al-Du’âu’ fi al-Shû’ al-Kitâb wa as-Sunnah juz I (Saudi „Arabiya : Al-
Mamlukah al-„Arabîyah al-Sangûdiyyah, 2001), h. 27. Bandingkan dengan Ahmad bin „Aliy bin
al-Matsani Abu Ya‟la al-Maushuli at-Tamimi, Musnad Abî Ya’la, Pentahqiq Husain Salîm Asad.
Juz I. (Damsyik : Dâr al-Ma‟mun li Turast, 1984),h. 344. dan Abdul-Razâq bin „Abdul Mahsan al-Badri, Al-Dzikru wa al-Du’âu’ fi al-Shû’ al-Kitâb wa as-Sunnah juz. I. (Saudi „Arabiya-Al-
Mamlukah as- al-„Arabîyah al-Sangûdiyyah, 2001), h. 27.
13 Penulis menukil dari : Ummul Aiman, Konsep Doa dalam al-Qur‟an : kajian tematik
tentang ayat-ayat redaksi doa (Tesis S2 Konsentrasi Tafsir Hadis Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 20
14 Esensi doa adalah zikir, dan objek semua ibadah adalah mengingat Allah. lihat Totok
Jumantoro dan Samsul Munir Amir, Kamus Ilmu Tasawuf (Jakarta : Penerbit Amzah, 2005), 32.
29
doa seperti apa yang diakatakan oleh Abu Bakr al-„Arabiy. Pendapatnya mengenai
makna doa secara istilah menarik untuk dikutip.
“Doa adalah meminta kepada Allah dari perkara yang dapat
mendatangkan manfaat dan menjauhkan yang tidak berguna dari
kemadaratan dan cobaan, karena doa adalah salah satu sebab untuk
mendatangkan ramat Allah yang paling utama, seperti keamanan diri dari
kedinginan, kepanasan, kehujuanan dan bencana alam.” 15
Adapun tatacaranya, dalam karya Abu Hamid al-Ghazali yang berjudul
Mukhtashar Ihyâ’ Ulûm al-dîn, bahwa etika berdoa itu adalah: memilih waktu
yang mulia, dalam kondisi suci (berwudhu), menghadap kiblat, melirihkan suara,
merendahkan diri dan merajuk dengan penuh keyakinan doanya akan dikabulkan,
hendaknya doa dimulai dengan menyebut nama Allah dan bershalawat kepada
Rasulullah Saw. serta menjauhi segala perbuatan yang tercela.16
Menurut
Sharqiyah Sarifuddin dalam karyanya yang berjudul Du’au’ al- Muslim fi al-
Yaumi wa lailati, bahwa tatacara berdoa hendaknya : dimulai dengan membaca
hamdallah, shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw., menghadap kiblat
serta mengangkat kedua tangan ketika berdoa, seorang pendoa harusnya
melirihkan suaranya dan merendahkan dirinya, dan benar-benar merajuk hanya
kepada Allah, karena Rasulullah saw, bersabda (janganlah diantara kalian berkata
demikian ketika berdoa “Ya Allah ampunilah dosaku jika Engkau menghendaki,
Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau menghendaki maksud atas perkara ini,
15 Muhammad „Abdullah bin Ibrahîm al-„Airî, Fiqru al-Da’wati fî Shahih al-Imâm al-
Bukhârî (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2002), h.911.
16 Abu Hamid al-Ghazali , Mukhtashar Ihyâ’ Ulûm al-dîn, (Beirut : Dâr al-Fikr, 1993), hal
23. Lihat pula. Abu Hamid al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin. Penerjemah Fadhailurrahman
dan Aida Humaira (Jakarta : Sahara Publisher, 2010), h. 170.
30
karena perbuatan itu dibenci Allah),17
hendaknya ketika berdoa mengulangnya
sampai tiga kali, berdoa hendaknya tidak meminta supaya memutuskan tali
silaturahim.18
Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, ada 5 kriteria yang bisa diambil:
Pertama doa yang ditujukan secara langsung kepada Allah, Q.S. Al-Baqarah
186.19
Kedua dilakukan dengan merendah diri,20
dan suara lembut spt Q.S. al-
A‟râf 56. dan al- An‟am 63. Ketiga dengan rasa takut dan sungguh-sungguh
optimis,21
spt Q.S. al-A‟râf 56. Keempat dengan menyebut nama-nama Allah
(فإن اهلل ال مكره له . وليعزم يف املسألة . ال يقولن أحدكم اللهم اغفريل إن شئت ) 17 Hadis ini diriwayatkan oleh
Sunan Ibnu Mâjah dengan sanad : diceritakan dari Abu Bakar, diceritakan dari „Abdullah bin Idrîs dari Ibnu „Ajilân dari Abî az-Zunâdi dari A‟raj dari Abî Hurairah bahwasanya Rasulullah saw
bersabda. Menurut Syaikh al-Bânî hadis ini Shahih. Lihat Muhammad bin Yazîd Abu „Abdillah al-
Kuzwaini, Sunan Ibnu Majâh. Jilid II (Beirut : Dâr al-Fikr, t.t),h. 458
18 Sharqiyah Sarifuddin, Du’au’ al- Muslim fi al-Yaumi wa lailati (Beirut : Dâr al- Kitab
al-„Alamiyah, 1990), h. 15-16.
19 Ada beberapa sifat doa yang ditujukan kepada Allah dalam surat al-Baqarah [2] : 186 :
Pertama, meng-esakan Allah dan memuji Allah. Kedua, sifatnya adalah mendekatkan diri dengan
minta ampunan dan rahmat dari Allah. Ketiga, sifatnya ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia
yaitu berupa kemakmuran di dunia. Lihat. Abî Mansûr bin Muhammad al-Azharî , Mu’jam
Tahdzîb al-Lughah pentahqiq Riyad Zaqi Qosim, Jilid II (Beirut-Libanon: Dar el-Marefah, 2001),
h.1187-1188.
20 Berdoa, hendaknya kita memohon dengan rasa rendah diri agar keinginan dan harapan dapat tercapai, terkabul dan terlaksana. Lewat doa itulah kita memohon agar Allah Swt
memberkahi dan meridhoi usaha kita. Lihat. H.A. Aziz Salim Basyarahil, 22 Masalah Agama
(Jakarta: Gema Insani, 2002), h.11-12.
21 Dalam hadis dikatakan ا ه با ا ه اق ب اونهلديب ااعاه اءا ق د ا اداع ا الل ها ه ه ند ع دا ع وق ع وها ق اق ه ه قا ه ادله ع ا هولا الل ها ها ه د ه ق يعartinya : berdoalah kepada Allah sedang kamu yakin (optimis) akan di kabulkan dan ketahuilah
sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai (pesimis). Hadis ini
diriwayatkan oleh Al-Tirmidzî dengan sanad : menceritakan „Abdullah bin Mu‟âwiyah al-
Jumahiyyu menceritakan Shâlih al-Murriyyu dari Hisyâm bin Hâssan dari Muhammad bin Sîrîn
dari Abi Hurairah dari Rasulullah saw., menurut Syaikh al-Banî, hadis ini hasan. Lihat
Muhammad bin „ĺsya Abu „ĺsya al-Turmudzî al-Silmîy, Al-Jâmi ash-Shahîh at-Turmudzî.
Pentahqiq Ahmad Muhammad Sâkir. juz v. (Beirut : Dârul Ihya‟ at- Turâs al-„Arabi, t.t),h.517.
lihat pula Abu „Abdillah bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin „Asad Al-Syaibânî, Musnad
Ahmad bin Hanbal.Pentahqiq Sayyid Abu al-Ma‟âti An-Nûri, juz II (Beirut: „Alim al-Kitab,
1998), h. 177.
31
yang indah,22
spt Q.S. al-A‟râf 180 dan Q.S. al-Isra‟ 110. Kelima dilakukan
dengan sabar,23
spt Q.S. al-Kahfi 28.24
Hakikat dan urgensi doa yang signifikan dalam peranan kehidupan orang
yang beriman itu diantaranya :
1. Menyeru dan mendekatkan diri kepada-Nya, dengan mengajukan
permohonan, mengadukan keperluan serta penyerahan total setelah
melakukan upaya,25
menyatakan kelemahan di hadapan Dzat yang pakaian-
Nya adalah keagungan dan selendang-Nya adalah kebesaran.26
Maka hal
tersebut, menjadi sebuah wujud pencerahan kesadaran tentang indepedensi
(ketidak tergantungan manusia) kepada makhluk lain,27
dan hanya bergantung
kepada-Nya,28
kepada Dzat yang maha perkasa atas tuntunan dan keridhoan-
Nya.29
22 Doa tidak harus berbentuk permintaan atau permohonan, tetapi juga untuk mengingat-
ingat dan menyebut-nyebut nama-Nya. Lihat Abu Djack, Doa – Doa Cinta :kumpulan doa terpilih
untuk meraih cinta barakah (Bandung : Dar Mizan, t.t),h.53. 23 Bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan dengan
lapang dada, kemauan yang keras, ketabahan yang besar, serta merupakan tameng keyakinan
kepada Allah. lihat. „Aidh al-Qarni Lâ Tahzan : Jangan Bersedih !. Penerjemah. Samaon Rahman
(Jakarta : Qisthi Prees, 2004), h. 38. Lihat pula. Abu Mushlih Ari Wahyudi, Hakikat Keabaran
(Bandung : Pustaka elPosowi, 2008), h. 2.
24 Tatacara doa bisa dilihat dari klasififkasi ayat, hal ini terdapat pada karya A. Hamid
Hasan Qalay yang berjudul Kunci Indeks dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an, jilid. I (Bandung:
Penerbit Pustaka, 1989), h. 619-621. Lihat, Ali Audah, Konkordansi Al-Qur’an (Jakarta: P.T.
Pustaka Lentera Antar Nusa,1991).h.178. lihat, Azharuddin Sahil Indek Al-Qur’an Paduan
Mencari Ayat al-Qur’an Berdasarkan Kata Dasarnya (Bandung : Penerbit Mizan, 1996).h.165-
166. Lihat pula, Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Ayat-ayat al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Qibla,
2010), h.577-590. Muhammad Chirzin, Glosari al-Qur’an (Yogyakarta : Lazuardi, 2003), h. 155-156
25 Yusuf Mansur, Wisata Hati Mencari Tuhan yang Hilang (Jakarta : Penerbit Zikrul
Hakim, 1987), h. 133.
26 Su‟ud bin Malluh bin Sulthan al-„Anazi, Koreksi total Khutbah dan Ceramah.
Penerjemah Ahmad Zubaidi (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2008),h.155
27 “Doa” dalam Syahrin Harahap, ed., Ensiklopedi Aqidah Islam (Jakarta : Prenada
Media, 2003), h. 94.
28 Manusia betapapun kuatnya, tetap saja adalah makhluk lemah yag memiliki
ketergantungan. Karena manusia memiliki naluri cemas dan mengharap. Lihat. M.Quraish Shihab,
Wawasan al-Qur’an tentang Zikir dan Doa (Jakarta : Lentera Hati, 2006), h. 196. Lihat pula Q.S.
32
2. Doa adalah inti ketaatan dan kepatuhan dari ibadah.30
Karena tidak ada
sesuatu dalam kehidupan ini yang lebih mulia bagi Allah melebihi doa
seorang hamba kepada-Nya. Oleh sebab itu, doa merupakan bukti pengabdian
dan keimanan yang berupa penyembahan seorang hamba Allah (makhluk
Allah yang tidak berdaya dan lemah) kepada Rabbnya, yang Maha Kuasa atas
segalanya dan tidak memerlukan bantuan siapapun. 31
3. Menunjukkan dirinya tidak sombong kepada Allah, baik dalam keadaan
ketercukupan maupun dalam kefaqiran, karena doa adalah perkara yang harus
diperhatikan oleh segenap kaum muslimin di setiap waktu.32
al-Ikhlash/112:2. Sebagai berikut : “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu” Q.S. Al- Ikhlash [112] : 2.
29 Syaikh Salim Bin „Ied-al-Hilali, Ensiklopedi Larangan : menurut al-Qur’an dan as-
Sunnah Bab ‘Aqidah, Fiqih, dan Akhlak. penerjemah Abu Ihsan al-Atsari (Surabaya : Pustaka
Imam asy-Syafi‟i, 2008), h.387-388.
30 Karena doa mempunyai posisi tinggi dalam agama Islam dan merupakan ibadah yang
paling utama. Dari situlah tampak bahwa manusia membutuhkan Tuhan dalam rangka
mendapatkan suatu keuntungan atau utnuk menghindari sebuah bahaya. Lihat „Abdul „Aziz bin
Fathi al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Etika Islam begini semestinya Muslim berperilaku.Penerjemah
Muhmmad Isnaini, Dumyati, Fauzun (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2008), 155. Lihat pula, al-Imam al-„Alamah Ibnu Mandur, Lisânul ‘Arab. Juz.4. (Beirut-Libanon : Dârul Ma‟rifah,t.t), h.
359-360.
hadis ini diriwayatkan oleh Al-Turmudzî dengan .ليس شيء أكرم على هللا تعالى من الدعاء 31
sanad: dari „Abbas bin „Abd al-„Adzîm al-„Anbariy dan selain yang satu menceritakan Abu Dâud
ath-Thayalisî, menceritakan „Imran al-Qaththan dari Qatadah dari Sa‟ĺd bin abi al-Hasan dari Abu
Hurairah dari Nabi saw., menurut Syaikh al-Banî hadis ini hasan. Lihat Muhammad bin „ĺsya Abu
„ĺsya al-Turmudzî al-Silmîy, Al-Jâmi ash-Shahîh at-Turmudzî. Pentahqiq Ahmad Muhammad
Sâkir. juz v. (Beirut : Dârul Ihya‟ at- Turâs al-„Arabi, t.t), h. 455. dalam hadis lain deterangkan
bahwa “Allah Tuhan kita semua, pada setiap malam di sepertiga malam terkhir turun kelangit
dunia, lalu berfirman : siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya baginya, siapa
yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku memberinya, siapa yang memohon ampunan kepda-Ku
niscaya Aku mengampuni baginya.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab shalat dan kitab tauhid bab: Yuriduna an yubaddiluu kalamallah, juz. 9, h.143. dari Abu Hurairah dari Rasulullah Saw.). Lihat
pula. Imam Al-Qathalani, Ensiklopedi Hadis Qudsi dan Penjelasannya. Penerjemah Imanuddin
Kamil dan Thariq Abd. Aziz at-Tamimi (Jakarta : Pustaka as-Sunnah, 2012), h. 149.
32 Abdul „Aziz bin Fathi as-Sayid Nada, Ensiklopedi Adab Islam: menurut al-Qur’an dan
as-Sunnah 2. penerjemah Abu Ihsan al-Atsari (Jakarta:Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2007), h. 23.
Dan menurut Abdul-Rahman bin Nâshr al-Sa‟dîy dalam kitabnya yang berjudul al-Fawâkih al-
Syahîyyah fî al-Khithab al-Manbariyyah dikatakan bahwa “...bertakwalah kepada Allah dengan
sebaik-baiknya takwa, berharap dan berdoalah disetiap waktu, karena hal itu dapat mendatangkan
kebaikan dan menjauhkan dari balai. Lihat Abdul-Rahman bin Nâshr al-Sa‟dîy, al-Fawâkih al-
Syahîyyah fî al-Khithab al-Manbariyyah (T.tp.: Mauqi‟ al-Islâm, 1991), h. 39.
33
4. Manusia dibekali banyak potensi untuk mengembangkan dirinya, guna
meraih segala apa yang dicita-citakannya. Akan tetapi tidak sedikit orang
yang gagal dalam meraih apa yang dicita-citakannya. Oleh sebab itu, berdoa
akan membawa manusia kepada keseimbangan, kematangan kedewasaan,
dalam menyikapi perbuatan Allah dan perbuatan dirinya.33
Asalkan tidak
pernah putus asa dari memohon pertolongan kepada Allah untuk memperoleh
bimbingan dan petunjuk-Nya.34
B. Subjek dan Objek Doa
Subjek doa adalah orang yang meminta atau memohon, dan objek doa
adalah perkara yang dipinta. Adapun subjek dan objek doa penulis
membaginya dalam tiga katergori, yaitu :
1. Nabi dan Rasul
Doa yang diungkap oleh Nabi Âdam as. dalam Q.S. al-A‟râf [7] : 23
Keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi.
Subjeknya adalah Nabi Âdam as, dan objeknya adalah
33 “Doa” dalam Asep Usman Islmail,ed., Ensiklopedi Tasawuf, vol I (Jakarta : Penerbit
Angkasa, 2008),h. 322-323.
34 “Doa memohon bimbingan Allah” dalam Budhy Munawar Racham dan Ahmad Gaus
AF,ed., Ensiklopedi Nurcholis Madjid Pemikiran Islam Di kanvas Peradaban (Jakarta : Mizan,
2006), h.595. adapun manfaat doa bisa lihat M.Syukron Maksum dan Acmad Fathani el- Kasyi,
Doa Penangkal Kejahatan (Yogyakarta : Penerbit Mutiara Media, 2009),h.19-20.
34
: Diampuni Dan Dirahmati
Doa yang diungkap oleh Nabi Sulaimân as dalam Q.S. an-Naml [27] : 19
“Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) Perkataan
semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap
mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang
Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
Subjeknya adalah Nabi Sulaimân as, dan Objeknya adalah
: Ilham untuk mensyukuti nikmat
: Mengerjakan amal saleh
: Masukan dengan rahmat kedalam
golongan hamba-hamba yang Salih.
Doa-doa selanjutnya silahkan lihat tabel 1.III
2. Malaikat
Doa yang diungkap oleh Malaikat penjaga Arasy dalam Q.S. al-
Mu‟min [40] : 7
(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada
di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-
Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
35
mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan
mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
menyala-nyala
Subjeknya adalah Malaikat yang memikul „Arasy, dan objeknya adalah
: Diampunani bagi orang-orang yang
bertaubat dan yang mengikuti jalan
Tuhan.
: Dipelihara dari siksa neraka
Doa-doa selanjutnya silahkan lihat tabel 1.III
3. Orang biasa
Doa yang diungkap oleh orang beriman dalam Q.S. Al-Furqân [25] :
74
dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Subjeknya adalah orang beriman, dan objeknya adalah
Dianugrahkan istri dan keturunan yang
menyenangkan hati
Dijadikan sebagai Imam (peminpin)
orang yang bertakwa
Doa yang diungkap oleh penghuni Neraka atau orang Kafir dalam Q.S. al-
Mu‟minûn [23] : 107
36
mereka berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan
kami, dan kami adalah orang-orang yang sesat.107. Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami daripadanya (kembalikanlah kami ke dunia), maka jika
kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang zalim."
Subjeknya adalah penghuni Neraka atau orang Kafir, objeknya adalah
: Dikeluarkan dari Neraka dan tidak
dikembalikan kepada kekafiran
Doa yang diungkap oleh ‘Ibad al-Rahman dalam Q.S. Al-Furqân [25] : 65
dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab
Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang
kekal".
: Dijauhkan dari azab Jahannam
Doa-doa selanjutnya silahkan lihat tabel 1.III.35
35 Tabel terlampir. untuk tabel tersebut, pada urutan teori hirarki kebutuhan manusia,
yaitu kebutuhan fisiologikal penulis memberi no atau angka 1. Kebutuhan akan rasa aman dengan
no atau angka 2. Kebutuhan memiliki, dimiliki, dicintai dengan no atau angka 3. Kebutuhan akan
rasa harga diri dengan no atau angka 4. Kebutuhan aktualisasi diri dengan no atau angka 5.
Adapun pada urutan hirarki maqâshid al-syarî’ah yaitu al-darûriyyât (Kebutuhan Primer) penulis
memberi no atau angka 1. Al-hajiyyât (Kebutuhan Sekunder) dengan no atau angka 2. Al-
tahsîniyyât (Kebutuhan Tersier) dengan no atau angka 3.