BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemasaran Jasa ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemasaran Jasa ...
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pemasaran Jasa
a. Pengertian Pemasaran
Kegiatan bisnis selalu ada kompetisi. Perusahaan akan terus mencari
pasar dan tidak akan pernah puas dengan pasar yang telah didapatnya.
Aktivitas pemasaran diarahkan untuk menciptakan perputaran yang
memungkinkan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup.
Dalam hal ini, pemasaran memegang peranan penting dalam menentukan
sukses atau tidaknya suatu bisnis. Untuk itu, perusahaan harus dapat
memahami benar pemasaran bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan. Di
bawah ini terdapat beberapa pengertian pemasaran menurut para ahli.
Pemasaran (marketing) menurut Kotler dan Armstrong (2008) yaitu
“sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan
membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya”.
Pemasaran, menurut Daryanto (2011) adalah “suatu proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu
yang bernilai satu sama lain”.
15
Pemasaran, menurut Tjiptono (2008) adalah “fungsi yang memiliki
kontak yang paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan
hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal”. Oleh
karena itu, pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan
strategi.
Pemasaran berhubungan dengan mengidientifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi pemasaran
terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan “. Asosiasi
pemasaran Amerika menawarkan definisi formal berikut: Pemasaran adalah
satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemilik sahamnya (American Marketing Association dalam
Kotler dan Keller, 2009).
Menurut Kotler dan Amstrong, (2007) “Pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
pertukaran timbale balik produk dan nilai dengan orang lain”.
Menurut Hasan (2013) Pemasaran adalah proses mengidentifikasi,
menciptakan dan mengkomunikasikan nilai, serta memelihara hubungan
yang memuaskan pelanggan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
“Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan
16
kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba”.
(Swastha dan Irawan, 2008).
Pemasaran dirancang semenarik mungkin untuk menjangkau
masyarakat luas melalui bermacam-macam media, hal ini bertujuan agar
perusahaan dapat berkomunikasi dengan konsumen. Tujuan pemasaran
menurut Kuncoro (2010) terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Memberikan informasi kepada pelanggan tentang produk atau fitur
baru.
2) Mengingatkan pelanggan tentang merek perusahaan
3) Mempengaruhi pelanggan untuk membeli
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
pemasaran bukan sekedar menjual barang yang telah dihasilkan tetapi
kegiatan pemasaran mempunyai tujuan yang lebih penting yaitu
memberikan kepuasaan terhadap kegiatan dan kebutuhan konsumen.
b. Pengertian Manajemen Pemasaran
Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan manajemen pemasaran
sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga,
dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Ada empat filosofi persaingan yang secara kuat mempengaruhi suatu
aktivitas manajemen pemasaran menurut Lamb dan Mcdaniel: (2001),
sebagai berikut:
17
1) Orientasi Produksi
Suatu filosofi yang berfokus pada kemampuan internal
perusahaan yang melebihi dari keinginan dan kebutuhan pasar.
2) Orientasi Penjualan
Pendapat bahwa orang akan membeli barang dan jasa yang lebih
baik jika menggunakan tekhnik penjualan yang agresif dan penjualan
yang tinggi tersebut akan mendatangkan keuntungan yang tinggi pula
3) Orientasi Pasar
Filosofi yang menganggap bahwa suatu penjualan tidak
bergantung pada sebuah penjualan yang agresif tetapi lebih pada
keputusan konsumen untuk membeli produk.
4) Orientasi Sosial
Suatu organisasi ada tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen saja serta memenuhi tujuan organisasi tetapi
juga untuk melindungi atau untuk mempertinggi kepentingan yang
terbaik atas individu dan masyarakatnya dalam jangka panjang.
c. Pengertian Jasa
Perkembangan pemasaran berawal dari tukar menukar barang secara
sederhana tanpa menggunakan alat tukar berupa uang ataupun logam mulia.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka semakin dibutuhkan suatu
alat tukar yang berlaku umum dan untuk itulah diciptakan uang. Disamping
itu manusia juga memerlukan jasa dalam mengurus hal-hal tertentu,
sehingga jasa menjadi bagian utama dalam pemasaran.
18
Pengertian jasa menurut Kotler yang dikutip oleh Hurriyati (2005)
bahwa “Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu
pihak ke pihak yang lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak
menyebabkan perpindahan kepemilikan”.
Definisi lain, dikemukakan oleh Zeithaml dan Bitner yang kemudian
dikutip oleh Hurriyati (2005) bahwa: “Jasa pada dasarnya adalah seluruh
aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik,
dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah
dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya”.
Dari berbagai definisi diatas tampak bahwa jasa merupakan sesuatu
yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Jasa
juga bukan merupakan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas, dan
aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud. Jasa juga tidak mengakibatkan
peralihan hak atau kepemilikan.
d. Pengertian Pemasaran Jasa
Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat
besar dan pertumbuhannya pun sangat pesat. Pertumbuhan tersebut selain
diakibatkan oleh pertumbuhan jenis jasa yang sudah ada sebelumnya, juga
disebabkan oleh munculnya jenis jasa baru, sebagai akibat dari tuntutan dan
perkembangan zaman. Dipandang dari segi konteks globalisasi, pesatnya
pertumbuhan bisnis jasa antar negara ditandai dengan meningkatnya
intensitas pemasaran lintas negara serta terjadinya aliansi berbagai penyedia
jasa di dunia.
19
Perkembangan tersebut pada akhirnya mampu memberikan tekanan
yang kuat terhadap perombakan regulasi, khususnya pengenduran proteksi
dan pemanfaatan teknologi baru yang secara langsung akan berdampak pada
menguatnya kompetisi dalam industri. Kondisi ini secara langsung
menghadapkan para pelaku bisnis kepada permasalahan persaingan usaha
yang semakin tinggi. Mereka dituntut untuk mampu mengidentifikasikan
bentuk persaingan yang akan dihadapi, menetapkan berbagai standar
kinerjanya serta mengenali secara baik para pesaingnya (Hurriyati, 2010).
Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan
berbagai industri seperti layanan antar surat, layanan paket barang,
pengiriman/transfer uang, yang kini semakin menyadari perlunya
peningkatan orientasi kepada pelanggan atau konsumen. Perusahaan
manufaktur kini juga telah menyadari perlunya elemen jasa pada produknya
sebagai upaya peningkatan competitive advantage bisnisnya. Implikasi
penting dari fenomena ini adalah semakin tingginya tingkat persaingan,
sehingga diperlukan manajemen pemasaran jasa yang berbeda dibandingkan
dengan pemasaran tradisional (barang) yang telah dikenal selama ini.
Menurut Payne yang dikutif oleh Hurriyati (2010) bahwa pemasaran
jasa merupakan suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi
dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan
menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Dengan demikian, manajemen pemasaran jasa merupakan proses
penyelarasan sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar.
20
Pemasaran memberi perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis
antara produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan
serta kegiatan-kegiatan para pesaing.
Menurut Lupiyoadi (2006) pemasaran jasa adalah setiap tindakan
yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang secara prinsip
intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.
Bauran pemasaran jasa merupakan pengembangan bauran
pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) produk hanya mencakup 4P,
yaitu: Product, Price, Place, Promotion. Sedangkan untuk jasa keempat P
tersebut masih kurang mencukupi, sehingga para ahli pemasaran
menambahkan 3 unsur, yaitu: People, Process, dan Customer Service.
Menurut Lupiyoadi (2006), elemen marketing mix terdiri dari tujuh hal,
yaitu: Product yaitu jasa seperti apa yang ingin ditawarkan kepada
konsumen, Price yaitu bagaimana strategi penentuan harga, Place yaitu
bagaimana sistem penghantaran atau penyampaian yang akan diterapkan,
Promotion yaitu bagaimana promosi yang harus dilakukan, People yaitu
tipe kualitas dan kuantitas orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa,
Process yaitu bagaimana proses dalam operasi jasa, Customer Service yaitu
bagaimana yang akan diberikan kepada konsumen.
Fungsi pemasaran terdiri dari tiga komponen kunci, yaitu sebagai berikut:
1) Bauran pemasaran (markting mix)
Merupakan unsur-unsur internal penting yang membentuk
program pemasaran sebuah organisasi.
21
2) Kekuatan pasar
Merupakan peluang dan ancaman eksternal dimana operasi
pemasaran sebuah organisasi berinteraksi.
3) Proses penyelarasan
Merupakan proses strategik dan manajerial untuk memastikan
bahwa bauran pemasaran jasa dan kebijakan - kebijakan internal
organisasi sudah layak untuk menghadapi kekuatan pasar.
e. Karakteriktik dan Klasifikasi Jasa
Berbagai riset dan literatur pemasaran jasa mengungkapkan bahwa
jasa memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari barang dan
berdampak pada cara memasarkannya. Secara garis besar, karakteristik
tersebut terdiri dari intangibility, inseparability, variability, dan
perishability (Tjiptono, 2014).
Karakteristik Jasa menurut Kotler at Keller (2009) Jasa memiliki
karakteristik utama yang sangat mempengaruhi pendesainan program
pemasaran. Karakteristik tersebut terdiri dari :
1) Tidak berwujud (Intangibility)
Berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
di dengar atau dicium sebelum dibeli.
2) Tidak terpisahkan ( Inseparability)
Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Hal
ini tidak berlaku bagi barang-barang fisik yang diproduksi, disimpan
sebagai persediaan, didistribusikan melalui banyak penjual dan
22
dikonsumsi kemudian. Jika seseorang memberikan jasa tersebut,
penyedianya adalah bagian dari jasa itu. Karena klien tersebut juga hadir
pada jasa itu dihasilkan, interaksi penyedia klien merupakan ciri khusus
pemasaran jasa.
3) Bervariasi ( Variability)
Karena bergantung pada siapa memberikannya serta kapan dan
dimana diberikan, jasa sangat bervariasi.
4) Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang mudah rusak tersebut
tidak akan menjadi masalah apabila permintaan tetap berjalan lancar.
Sedangkan menurut Griffin (1996) dikutip dalam Lupiyoadi (2006)
karakteristik jasa adalah sebagai berikut:
1) Intangibility (tidak berwujud)
Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium
sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak
berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan,
atau kenyamanan.
2) Unstorability (tidak dapat disimpan)
Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk
yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga inseparability (tidak
dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan
dikonsumsi secara bersamaan.
23
3) Customization (kustomisasi)
Jasa seringkali di desain khusus untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa sifat atau karakteristik utama dari jasa adalah tidak
dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli,
kemudian jasa juga tidak dapat disimpan, dan jasa memiliki banyak
variasi bentuk, kualitas serta jenis tergantung pada siapa jasa tersebut
dijual, hal ini disebabkan oleh kebutuhan konsumen jasa yang berbeda-
beda, sehingga jasa yang dijual disesuaikan dengan permintaan
konsumennya.
Terdapat tiga karakteristik utama dari produk jasa yang
membedakannya dengan produk retail (Engel, 2004), yaitu:
1) Relative intangibility of service, di mana pelanggan tidak
mendapatkan sesuatu barang dari hasil sebuah jasa, sehingga hasil dari
jasa lebih berupa pengalaman dan bukan kepemilikan.
2) Simultaneous of service production and consumption, yaitu adanya
tenggang waktu antara produksi dan pelanggan, di mana untuk produk
manufaktur ada tenggang waktu antara diproduksinya suatu barang
dan dikonsumsi, sedangkan untuk jasa antara produksi dan pelanggan
terjadi pada saat yang bersamaan.
3) Customer participation, artinya jasa tidak akan ada tanpa adanya
partisipasi pelanggan untuk, menciptakan suatu jasa.
24
2. Kualitas Layanan
a. Pengertian Layanan
Sebagai pelaku usaha dalam dunia bisnis, setiap perusahaan yang
bergerak dalam penjualan jasa dapat bersaing dengan usaha jasa sejenis
dengan memberikan pelayanan yang bermutu serta memenuhi tingkat
kepentingan konsumen. Tingkat kepentingan konsumen terhadap jasa yang
akan mereka terima dapat dibentuk berdasarkan pengalaman dan saran yang
mereka peroleh. Konsumen memilih pemberi jasa berdasarkan peringkat
kepentingan, dan setelah menikmati jasa tersebut mereka cenderung akan
membandingkannya dengan yang mereka harapkan.
Menurut Soegito (2007) mengemukakan bahwa “Pelayanan (service)
adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan suatu pihak
lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat
pemilikan sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan
suatu produk fisik”.
Menurut Keputusan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur
Pemerintah No.63 Tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan publik dan Rancangan Undang-Undang tentang pelayanan publik
sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil sebagai warga negara dan
penduduk atau suatu barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, yakni lembaga
pemerintah.
25
Adapun kelompok pelayanan publik menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2004 adalah
sebagai berikut:
1) Pelayanan Administrasi
Yaitu pelayanan yang hasilnya berupa berbagai bentuk dokumen
resmi yang diperlukan publik, seperti status kewarganegaraan dan
kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.
Dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah Kartu Tanda Penduduk
(KTP), akta kelahiran, akta pernikahan, Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB), Surat Tanda Mendirikan Bangunan (IMB), Sertifikat
kepemilikan/penguasaan tanah, paspor, dan sebagainya.
2) Pelayanan Barang
Yaitu pelayanan yang hasilnya berupa berbagai bentuk atau jenis
barang yang dipakai oleh publik, seperti penyediaan tenaga listrik, air
bersih, jaringan telpon, dan sebagainya.
3) Pelayanan Jasa
Yaitu pelayanan yang hasilnya berupa berbagai jasa yang
diperlukan oleh publik, seperti penyelenggara transportasi,
pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, juga
penyelenggaraan fasilitas-fasilitas umum lainnya.
b. Kualitas Jasa
Salah satu cara utama membedakan sebuah jasa adalah memberikan
jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaing secara konsisten.
26
Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi ekspektasi kualitas jasa
pelanggan sasaran.
Definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007).
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara
membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata
mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesunggugnya mereka
harapkan terhadap atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang
diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan,
maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang
diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaiknya jika jasa yang diterima
lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan buruk.
Kualitas layanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan
berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi terhadap kualitas jasa.
Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa, pelanggan dan bukan
penyedia jasa yang menilai tingkat kualitas jasa sebuah perusahaan.
c. Dimensi Kualitas Layanan
Konsep kualitas pelayanan merupakan fokus penilaian yang
merefleksikan persepsi konsumen terhadap lima dimensi fisik dan kinerja
layanan, Parasumaran at all dalam Kotler dan Keller (2009) menyimpulkan
27
bahwa ada lima dimensi yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan,
yaitu :
1) Bukti fisik (Tangible)
Bukti fisik meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan
sarana komunikasi serta kendaraan operasional. Dengan demikian bukti
langsung atau wujud merupakan satu indikator yang paling konkrit.
Wujudnya berupa segala fasilitas yang secara nyata dapat terlihat.
2) Keandalan (Reliability)
Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai
dengan yg dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Misal ketepatan
waktu pelayanan, profesionalisme, ketepatan dan ketelitian pelayanan,
prosedur tidak berbelit-belit, kehandalan dan konsistensi pelayanan.
3) Daya Tanggap (Responsiveness)
Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan
yang cepat dan tepat kepada pelanggan. Misal kesigapan pelayanan,
penanganan keluhan, kesanggupan mengubah pelayanan agar sesuai
dengan kebutuhan.
4) Jaminan (Assurance)
Pengetahuan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya para pelanggan pada perusahaan Misal:
Keakuratan informasi, pemenuhan janji, kepercayaan terhadap penyedia
jasa, keamanan transaksi, keramahan & kesopanan.
28
5) Empati (Emphaty)
Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual kepada
konsumen dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Misalnya
kemampuan berkomunikasi, sikap dan perhatian pada konsumen secara
individual, kepedulian dan kesabaran, kehangatan dan keakraban.
Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri
jasa, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) (dikutip dalam Tjiptono &
Chandra, 2005) berhasil mengidentifikasikan sepuluh dimensi pokok
kualitas jasa:
1) Reliabilitas (reliability)
Reliabilitas meliputi dua aspek utama,yaitu konsistensi kinerja
(performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti
perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara benar sejak awal
(right the first time), memenuhi janjinya secara akurat dan andal
misalnya menyampaikan jasa sesuai dengan jadwal yang disepakati,
menyimpan data secara tepat dan mengirimkan tagihan yang akurat.
2) Responsivitas atau daya tanggap (responsiveness)
Daya tanggap yaitu kesediaan dan kesiapan para karyawan untuk
membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.
Beberapa contoh diantaranya ketepatan waktu layanan, kecepatan
menghubungi kembali pelanggan, dan penyampaian layanan secara
cepat.
29
3) Kompetensi (competency)
Kompetensi yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan
pelangan. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan dan keterampilan
karyawan, pengetahuan dan keterampilan personil dukungan operasional,
dan kapabilitas riset organisasi.
4) Akses (access)
Akses yaitu meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui
(approachability) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas
jasa mudah dijangkau, waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu
lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi (contohnya
telepon, surat, e-mail, fax, dan seterusnya), dan jam operasi nyaman.
5) Kesopanan (courtesy)
Kesopanan yaitu meliputi sikap santun, respek, atensi, dan
keramahan para karyawan kontak (seperti resepsionis, operator telepon,
dan lain-lain.)
6) Komunikasi (communication)
Komunikasi artinya menyampaikan informasi kepada para
pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Termasuk di dalamnya
adalah penjelasan mengenai jasa atau layanan yang ditawarkan.
30
7) Kredibilitas (credibility)
Kredibilitas yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas
mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi
karyawan kontak, dan interaksi dengan pelanggan (hard selling versus
soft selling approach).
8) Keamanan (security)
Keamanan yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
Termasuk di dalamnya adalah keamanan secara fisik (physical safety),
keamanan finansial (financial security), privasi dan kerahasiaan
(confidentiality).
9) Empati
Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami
pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian
individual, dan mengenal pelanggan reguler.
10) Bukti fisik (tangibles)
Bukti fisik meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil,
dan bahan bahan komunikasi perusahaan (seperti kartu bisnis, kop surat,
dan lain-lain).
Kriteria untuk mengukur kualitas pelayanan sangatlah beragam.
Kriteria ini juga berubah – ubah dalam setiap periode tertentu. Pada awalnya
Gummesson (2009) mengatakan bahwa konsep kualitas jasa adalah
hubungan antara persepsi dan kepercayaan. Selanjutnya Gronroos (2012)
memperkenalkan bahwa kualitas jasa adalah total service quality yang
31
berarti kualitas layanan adalah perbedaan antara harapan dan persepsi
konsumen. Gronroos memaparkan ide tersebut berdasarkan pada pendapat
Oliver (2009) yang menyatakan bahwa kualitas sebuah layanan
terjadikarena proses diskonfirmasi. Parasuraman (2008) setuju dengan
pendapat tersebut dan mendefinisikan kualitas jasa sebagai perbandingan
antara ekspektasi konsumen dan persepsi konsep kualitas jasa yang
dihasilkan oleh Parasuraman adalah Service Quality (Serqual). Serqual
merupakan sebuah konsep kualitas jasa yang paling umum digunakan dalam
pengembangan model kualitas jasa. Modifikasi atau pengembangan
dilakukan dengan menambahkan dimensi pada model atau mencari alternatif
lainnya untuk menemukan persepsi kualitas yang tepat. Awalnya model
pengukuran kualitas jasa berfokus pada pelayanan yang melibatkan interaksi
antar manusia saja. Namun dengan perkembangan teknologi saat ini,
terciptalah usaha jasa baruyang melibatkan interaksi manusia dengan
peralatan (e-service). Kualitas jasa merupakan salah satu faktor kunci dalam
menentukan kesuksesan atau kegagalan dari electronic commerce (Yang,
2011).
Tidak dipungkiri bahwa dalam penyampaian pelayanan, sering
terdapat perbedaan antara apa yang sudah ditetapkan dalam Standard
operating Procedure (SOP) dengan kenyataan di lapangan. Hal ini disebut
kesenjangan dalam Serqual, dijelaskan lima kesenjangan yang dapat terjadi
menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa sebagai
berikut (Lupiyoadi, 2006) :
32
1) Kesenjangan persepsi manajemen
Yaitu perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna
jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa.
Kesenjangan ini terjadi kurangnya orientasi penelitian pemasaran,
pemanfaatan yang tidak memadai atas temuan penelitian, kurangnya
interaksi antara pihak manajemen dan konsumen, komunikasi dari atas ke
bawah kurang memadai, serta terlalu banyak tingkat manajemen.
2) Kesenjangan spesifikasi kualitas
Yaitu kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai harapan
pengguna jasa dan spesifikasi kualitas jasa. Kesenjangan terjadi antara
lain karena tidak memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas
jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi
tugas, dan tidak memadainya penyusunan tujuan.
3) Kesenjangan penyampaian jasa
Yaitu kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan
penyampaian jasa (service delivery) kesenjangan ini terutama disebabkan
oleh: ambiguitas peran, konflik peran, kesesuaian pegawai dengan tugas
yang harus dikerjakan, kesesuaian teknologi yang digunakan pegawai,
sistem pengendalian dari atasan yaitu sistem penilaian dan sistem
imbalan, perceived control, yaitu sejauhmana pegawai merasakan
kebebasan, atau fleksibilitas untuk menentukan cara pelayanan, team
work yaitu sejauh mana pegawai dan manajemen merumuskan tujuan
bersama.
33
4) Kesenjangan komunikasi pemasaran
Yaitu kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi
eksternal.
5) Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan
Yaitu perbedaan presepsi antara jasa yang di rasakan dan yang
diharapkan oleh konsumen. Jika keduanya terbukti sama, maka
perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif.
3. Loyalitas Pelanggan
a. Pengertian Loyalitas Pelanggan
Griffin dalam Sangadji dan Sopiah (2013) menyatakan “loyalty is
defined as non random purchase expresed over time by some decison
making unit”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyalitas
lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan
untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang atau jasa
dari suatu perusahaan yang dipilih.
Bagi organisasi terdapat empat manfaat utama yang berkaitan
dengan loyalitas konsumen. Pertama, loyalitas meningkatkan pembelian
konsumen. Kedua, Loyalitas konsumen menurunkan biaya yang ditanggung
perusahaan untuk melayani konsumen. Ketiga, loyalitas konsumen
meningkatkan komunikasi yang positif dari mulut ke mulut. Manfaat utama
yang terakhir dari loyalitas konsumen adalah retensi karyawan. Karyawan-
karyawan pada bisnis jasa sering dipengaruhi oleh interaksi harian mereka
dengan konsumen-konsumen perusahaan, karena orang cenderung lebih
34
suka bekerja dengan organisasi–organisasi yang konsumennya loyal dan
puas.
b. Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan. Hal
ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Griffin dalam Sangadji,
Effa dan Sopiah (2013) menyatakan bahwa pelanggan yang loyal memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Melakukan pembelian secara teratur
2) Melakukan pembelian di semua lini produk atau jasa
3) Merekomendasikan produk lain
4) Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
c. Merancang dan Menciptakan Loyalitas Pelanggan
Dalam kaitannya dengan pengalaman pelanggan, Morais dalam
Sangadji, Effa dan Sopiah (2013) mengungkapkan bahwa loyalitas
pelanggan tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi harus dirancang oleh
perusahaan. Adapun tahap-tahap perancangan loyalitas tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Mendefenisikan nilai pelanggan
a) Identifikasi segmen pelanggan sasaran
b) Definisikan nilai pelanggan sasaran dan tentukan pelanggan mana
yang menjadi pendorong keputusan pembelian dan penciptaan
loyalitas.
c) Ciptakan diferensiasi janji merek
35
2) Merancang pengalaman pelanggan bermerek
a) Mengembangkan pemahaman pengalaman pelanggan
b) Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan janji merek
c) Merancang perubahan strategi secara keseluruhan
3) Melengkapi orang dan menyampaikan secara konsisten
a) Mempersiapkan pemimpin untuk menjalankan dan memberikan
pengalaman kepada pelanggan dalam setiap interaksi yang
dilakukan pelanggan terhadap perusahaan.
b) Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan
kepemimpinan.
4) Menyokong dan meningkatkan kinerja
a) Gunakan respons timbal balik pelanggan dan karyawan untuk
memelihara karyawan secara berkesinambungan dan untuk
mempertahankan pengalaman pelanggan.
b) Membentuk kerja sama antara sistem personalia dengan proses
bisnis yang terlibat langsung dalam pemberian dan penciptaan
pengalaman pelanggan.
c) Secara terus-menerus mengembangkan dan mengomunikasikan
hasil untuk menanamkan pengalaman konsumen bermerek yang
telah dijalankan perusahaan.
36
d. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan
Seithaml dan Bitner dalam Sangadji, Effa dan Sopiah (2013)
mengemukakan bahwa untuk mewujudkan dan mempertahankan loyalitas
pelanggan dibutuhkan langkah kunci yang saling terkait, yaitu:
1) Komitmen dan keterlibatan manajemen puncak
2) Tolak ukur internal
3) Identifikasi kebutuhan pelanggan
4) Penilaian kapabilitas persaingan
5) Pengukuran kepuasan dan loyalitas pelanggan
6) Analisis umpan balik dari pelanggan, mantan pelanggan, non
pelanggan dan pesaing.
7) Perbaikan berkesinambungan
Griffin dalam Sangadji, Effa dan Sopiah (2013) mengemukakan
beberapa cara agar perusahaan bisa menahan pelanggan beralih ke pesaing:
1) Meriset pelanggan
2) Membangun hambatan agar pelanggan tidak berpindah
3) Melatih dan memodifikasi staf untuk loyal
4) Pemasaran loyalitas
Keuntungan yang akan diperoleh perusahaan perusahaan apabila
memiliki konsumen yang loyal, antara lain:
1) Dapat mengurangi biaya pemasaran
2) Dapat mengurangi biaya transaksi
3) Dapat mengurangi biaya perputaran konsumen atau turn over
37
4) Dapat mengurangi biaya kegagalan
e. Pengaruh Kualitas Jasa terhadap Loyalitas Nasabah
McKechnie dalam Sangadji, Effa dan Sopiah (2013) mengemukakan
bahwa kepuasan pelanggan pada dasarnya adalah fungsi dari harapan dan
persepsi terhadap kinerja suatu produk setelah pelanggan mendapatkan atau
menggunakan layanan. Pelanggan yang setia cenderung membeli lebih
banyak sehingga laba perusahaan akan bertambah dan perusahaan akan
mempunyai pelanggan yang loyal. Kemampuan untuk mempertahankan
pelanggan secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat kemampuan
mempertahankan laba. Kondisi inilah yang menjadi pra syarat bagi suatu
perusahaan agar tetap dapat mempertahankan keberadaannya dalam suatu
industri, atau bahkan mampu membangun keunggulan bersaing yang
berkelanjutan. Menurut Kotler, Philip & Keller (2006) mengemukakan
bahwa kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.
Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang,
ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan memahami dengan seksama
harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang menyenangkan dan
meminimalkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan. Pada gilirannya, kepuasan pelanggan dapat menciptakan
kesetiaan atau loyalitas pelanggan pada perusahaan yang memberikan
kualitas memuaskan.
38
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan
penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu.
Agung Budi Prasetyo (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
pengaruh kualitas pelayanan, kepuasan konsumen, image perusahaan terhadap
loyalitas konsumen pada rental studio musik IZZI JEPARA”. Jumlah sampel 96
responden, analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas yaitu dengan analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas
pelayanan, kepuasan konsumen dan image perusahaan terhadap loyalitas
konsumen. Koefisien determinasi dari model regresi diperoleh nilai Adjusted R2
sebesar 0,428 hal ini berarti 42,8% variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan
oleh variasi dari ketiga variabel independent yaitu kualitas pelayanan, kepuasan
konsumen, dan image perusahaan, sedangkan sisanya 57,2% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar penelitian ini.
Arya Maman Putra (2010) melakukan penelitian dengan judul analisis
kualitas produk, fasilitas, kualitas pelayanan, dan promosi terhadap loyalitas
nasabah pada PT BCA Semarang Kanjengan Semarang. Analisis yang digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu dengan analisis
regresi berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada pengaruh
yang positif antara kualitas produk, fasilitas, kualitas pelayanan, dan promosi
terhadap loyalitas nasabah pada PT BCA Semarang Kanjengan Semarang. Faktor
39
dominan yang mempengaruhi loyalitas nasabah adalah fasilitas, hal ini dibuktikan
dengan nilai beta dari standardized coefficient sebesar 0,275 adalah paling tinggi
diantara nilai beta standardized coefficient variabel lainnya. Setelah fasilitas
adalah variabel pelayanan dengan nilai beta standardized coefficient sebesar
0,242, variabel promosi dengan nilai beta standardized coefficient sebesar 0,223
dan variabel produk dengan nilai beta standardized coefficient sebesar 0,213.
Evi Oktaviani Satriyanti (2012) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kepuasan Nasabah dan Citra Bank Terhadap
Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Surabaya. Analisis yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu dengan analisis regresi
linier berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada pengaruh
positif dan signifikan antara kualitas pelayanan, kepuasan nasabah dan citra bank
terhadap loyalitas nasabah bank muamalat Surabaya. Faktor yang dominan
mempengaruhi loyalitas nasabah yaitu kualitas pelayanan sebesar 0,050,
kemudian kepuasan nasabah sebesar 0,033, citra bank sebesar 0,012..
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau disebut juga kerangka teoritis menurut Erlina
(2011) kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teoritis akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
40
Gronroos dalam Ratminto dan Winarsih (2005), menvatakan bahwa
pelayanan adalah suatu aktivitas atau seranglaian aktivitas yang bersifat tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan perbankan sebagai
pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan
konsumen/pelanggan.
Kualitas pelayanan yang baik dapat membuat nasabah memanfaatkan jasa
perbankan yang ditawarkan kepada mereka. Hendaknya perbankan berupaya
meningkatkan kualitas pelayanan agar nasabah mau memanfaatkan jasanya,
karena kualitas pelayanan akan mempengaruhi kepuasan dan kepuasan sangat
berhubungan dengan loyalitas seseorang dalam memanfaatkan dari jasa.
Loyalitas pada suatu vendor berarti akan menyebabkan pelanggan tersebut
melakukan lebih banyak transaksi dengan vendor tersebut. Heskett et al. dalam
Griffin (2002), menyatakan “salah satu cara untuk meningkatkan loyalitas
pelanggan adalah dengan memberikan pelayanan yang berkualitas baik, yang
diharapkan dapat membuat pelanggan untuk kembali melakukan transaksi dengan
vendor tersebut”.
Loyalitas pelanggan merupakan kesediaan pelanggan agar senantiasa
menggunakan jasa perusahaan tertentu dalam jangka panjang, menggunakannya
secara eksklusif dan merekomendasikannya kepada orang lain. Menurut Griffin
(2003) pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang:
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur.
2. Membeli antarlini produk dan jasa.
41
3. Mereferensikan kepada orang lain.
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.
Berdasarkan penjabaran diatas, Adapun hubungan variabel kualitas
layanan terhadap loyalitas konsumen dapat digambarkan dalam kerangka
konseptual sebagai berikut:
Gambar II.1
Kerangka pikir
D. Perumusan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bertuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru di dasarkan teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir
yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Bukti Fisik
(X1)
Kehandalan
(X2)
Daya Tanggap
(X3)
Jaminan
(X4)
Empati
(X5)
Loyalitas Konsumen
(Y)
42
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat hipotesa dalam penelitian ini
adalah:
1. Diduga Bukti Fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Yogyakarta Adisucipto Unit Gejayan Yogyakarta.
2. Diduga Kehandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Yogyakarta Adisucipto Unit Gejayan Yogyakarta.
3. Diduga Daya Tanggap berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Yogyakarta Adisucipto Unit Gejayan Yogyakarta.
4. Diduga Jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Yogyakarta Adisucipto Unit Gejayan Yogyakarta.
5. Diduga Empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Yogyakarta Adisucipto Unit Gejayan Yogyakarta.
6. Diduga kualitas pelayanan jasa yang terdiri dari Bukti Fisik, Kehandalan,
Daya Tanggap, Jaminan dan Empati secara bersama sama berpengaruh
terhadap loyalitas nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor
Cabang Yogyakarta Adisucipto Unit Gejayan Yogyakarta.