Bab 5 murai konsul 2
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Bab 5 murai konsul 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. S DENGAN
MIOCARD INFARK DI RUANG MURAI
RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA
DI SUSUN OLEH :
NAMA : NIRM
1. Ahmad Hasan (12002)
2. Chaerunnisa Fitria Iswar (12012)
3. Lestari Nurlima (12027)
4. Miftahul Hasanah (12031)
5. Ni Wayan Noviana Dewi (12037)
6. Nurhayati (12042)
7. Sarlita Ni Luh Juwanti (12051)
8. Tri Handayani Fatimah (12055)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul “Asuhan
keperawatan pada Tn. S dengan Miokardiak Infark di Ruang
Murai Rumah Sakit PELNI Jakarta” mulai tanggal 28
November 2013 sampai 30 November 2013.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Dr. Hj. Sri Rachmani, Mkes, MH.Kes. Direktur Utama
Rumah Sakit PELNI Jakarta
2. Dumadi, SKM.,PIA. Ketua Yayasan Samudra APTA
3. I Made Mertajaya, Spd., APP.,MM. Direktur Akademi
Keperawatan PELNI Jakarta
4. Cecep Kusnadi, S.Kep, Dosen Penguji di Ruang Murai
Rumah Sakit PELNI Jakarta
5. Buntar Handayani Skp. MM., Dosen Penguji di Ruang
Murai Rumah Sakit PELNI Jakarta
6. Ns. Eni Hastuti, S.Kep, Dosen Penguji dan Pembimbing
di Ruang Murai Rumah Sakit PELNI Jakarta
7. Ns. Agung Purnomo, S.Kep, Kepala Urusan Ruang Murai
Rumah Sakit PELNI Jakarta
8. Ns. Suko Wardani, S.Kep, Clinical Instrukstur ( CI )
di Ruang Murai Rumah Sakit PELNI Jakarta
i
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kepada
semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya,
atas bantuan dan bimbingannya penulis ucapkan terima
kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR...............................................iDAFTAR ISI.................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................5A. Latar Belakang.........................................5
B. Tujuan Penulisan.......................................6C. Ruang Lingkup..........................................7
D. Metode Penulisan.......................................7E. Sistematika Penulisan..................................7
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................9A. Pengertian.............................................9
B. Etiologi...............................................9C. Patofisiologi..........................................9
D. Penatalaksanaan Medis.................................12E. Pengkajian Keperawatan................................13
F. Diagnosa Keperawatan..................................17G. Perencana Keperawatan.................................18
H. Pelaksanaan Keperawatan...............................25I. Evaluasi Keperawatan..................................27
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................28A. Pengkajian Keperawatan................................28
B. Diagnosa Keperawatan..................................39C. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan....39
BAB IV PEMBAHASAN..........................................55A. Pengkajian Keperawatan................................55
B. Diagnosa Keperawatan..................................57C. Perencanaan Keperawatan...............................58
D. Pelaksanaan Keperawatan...............................58E. Evaluasi Keperawatan..................................60
BAB V PENUTUP..............................................61A. Kesimpulan............................................61
iv
B. Saran.................................................62DAFTAR PUSTAKA..............................................64
v
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang kita ketahui penyakit miokardiak
infark merupakan penyakit yang tidak menular, tetapi
menimbulkan kematian dan di butuhkan biaya mahal
untuk pengobatannya.
Di Amerika setiap 29 detik satu orang mengalami
penyakit jantung coroner, kira-kira setiap 1 menit
satu orang meninggal karena penyakit miokardiak
infark akut. Memang miokardiak infark akut menjadi
penyebab kematian utama di Amerika dan diperkirakan
529 .000 meninggal setiap tahunnya akibat penyakit
ini. Sekitar 250.000 orang per tahun meninggal
sebelum mendapat pertolongan di rumah sakit. Sebuah
studi mengindikasi, setengah dari korban miokardiak
infark akut menunggu lebih dari 2 jam sebelum
mendapatkan pertolongan. Berdasarkan penelitian
Framingham,45% dari kasus miokardiak infark akut
terjadi pada orang-orang yang berusia dibawah 65
tahun dan 85 % dari jumlah orang yang meninggal
karena miokardiak infark akut rata-rata meninggal
diusia 65 tahun atau lebih tua.Wanita mempunyai
angka kematian yang lebih tinggi di rumah sakit
diandingkan dengan pria. (Elsevier Saunders. 2005.
Halaman 1707)
7
Penyakit miokardiak infark lebih banyak terdapat
pada laki-laki daripada perempuan.Faktor resiko pada
laki-laki berupa merokok dan hiperlipidemia, dan
pada perempuan berupa hiperlipidemia. (Lukas 2010.
Diunduh pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 17.30
WIB).
Menurut data dari Rekam Medis Rumah Sakit Pelni
Jakarta selama 1 tahun dari periode bulan Januari
sampai Desember tahun 2013 terdapat 22 kasus
Miokardiak Infark, dimana jumlah laki-laki yang
menderita MCI sebanyak 13 orang dan perempuan
sebanyak 9 orang. Jumlah penderita MCI yang dialami
oleh klien dengan usia 45-65 tahun yaitu sebanyak 12
orang, usia lebih dari 65 tahun sebanyak 8 orang dan
usia 25-44 tahun sebanyak 2 orang. Jumlah klien yang
meninggal pada saat dirawat di Rumah Sakit ini
selama satu tahun adalah 6 orang dan yang pulang
dalam keadaan hidup sebanyak 16 orang.
Data di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Menunjukkan IMA di usia muda pada tahun 2008 adalah
108 kasus dari total 1065 kasus. Menurut prediksi
WHO, pada tahun 2020 penyakit jantung dan stroke
yang saat ini menjadi penyebab kematian utama di
negara-negara maju akan menjadi penyebab kematian
utama. Di seluruh dunia.(Geihy F. Kalalo dkk.
8
Diunduh pada tanggal 15 Desember 2013 pada pukul
10.00 WIB)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan Miokardiak Infark.
2. Tujuan Khusus
Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada
klien dengan Miokardiak Infark, penulis diharapkan
mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan
Miokardiak Infark
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Merencanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan Miokardiak Infark
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada
klien dengan Miokardiak Infark
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan Miokardiak Infark
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien
dengan Miokardiak Infark
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi
antara teori dengan kasus pada klien dengan
Miokardiak Infark
9
g. Mengidentifikasi factor pendukung dan factor
penghambat, serta mencari solusi atau
alternative pemecahan masalah pada klien dengan
mendokumentasikan tindakan keperawatan pada
klien dengan Miokardiak Infark
h. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan
dalam bentuk narasi pada klien dengan
Miokardiak Infark
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini penulis
membatasi satu masalah keperawatan yaitu asuhan
keperawatan pada klien Tn. S dengan Miokardiak
Infark diruang Muraiselama 3 hari yang dilaksanakan
dari tanggal 27 November 2013 sampai dengan 29
November 2013.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini penulis
menggunakan metode deskriptif dan metode
kepustakaan. Metode deskriptif yaitu metode yang
bersifat mengumpulkan data, menganalisa data, serta
menarik kesimpulan yang selanjutnya disajikan dalam
bentuk narasi yang akan menjadi bahan pembahasan.
Adapun teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, studi kasus, studi
kepustakaan. Studi kasus yaitu memberikan asuhan
keperawatan secara langsung pada klien dengan
10
gangguan perkemihan.Studi dokumentasi yaitu baik
dokumen keperawatan ataupun dokumen data rekam
medis.Studi kepustakaan yaitu buku sumber sebagai
referensi dalam penulisan makalah ini dan
menggunakan media internet sebagai informasi.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyusun
menjadi 5 BAB yaitu BAB I PENDAHULUAN yang terdiri
dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan.BAB II TINJAUAN TEORI yaitu terdiri dari
pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan medis
yang meliputi pemeriksaan diagnostic dan terapi,
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, pelakanaan dan evaluasi.BAB III TINJAUAN
KASUS terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.BAB IV PEMBAHASAN yang terdiri
dari pengkjian, diagnosa keperawatan perencanaan,
implementasi dan evaluasi. BAB V PENUTUP yang
terdiri dari kesimpulan dan saran.
11
BAB II
TINJAUAN TEORIA. Pengertian
Myocardial Infark (MI, sumbatan koroner, thrombosis
koroner atau serangan jantung ) merupakan sumbatan
total pada arteri koronaria. Sumbatan ini mungkin
kecil dan fatal atau besar dan difus.(Ni Luh Gede
Yasmin.1993.Hal 138)
Infark Myocardial (IM) akut disebabkan oleh
penyumbatan yang tiba – tiba pada salah satu cabang
dari arteri koronaria. (Mary Baradero, dkk.2008.Hal
8)
Infark Myocardial (IM) disebabkan oleh penurunan
aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner,
mengakibatkan iskemia miokard dan nekrosis.
(Marilynn. E . Doenges, 1999, hal 83)
B. Etiologi
Infark Myocardial mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat
penyempitan kritis arteri koroner karena
ateroskelerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner
juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan.
11
12
Penyumbatan arteria koronaria dapat meluas dan
mengagnggu fungsi jantung atau mengakibatkan
nekrosis miokardium. Nekrosis akan meninggalkan
parut atau fibrosis pada miokardium. Penyumbatan
arteria koronaria dapat disebabkan oleh trombosis
koronaria (terbentuknya embolus pada arteria
koronaria).
C. Patofisiologi
Penyebab sumbatan tidak diketahui, walupun
diperkirakan perdarahan akibat plaque
atherosklerosis dan formasi thrombus diperkirakan
merupakan faktor presipitasi. Penelitian baru – baru
ini menunjukan bahwa informasi thrombus dapat
berlanjut menjadi infark karena edema yang berkaitan
dengan infark mengganggu aliran darah dalam arteri
koronaria, yang menyebabkan statis dan formasi
trombus.
30 menit setelah terjadi sumbatan, perubahan
metabolik terjadi sebagai akibat dari iskemia.
Glokolisis anaerob berperan dalam menyedikan energi
untuk menghasilkan laktase perubahan – perubahan
pada elektro potensial membran. Setelah 20 menit,
terjadi perubahan – perubahan sekular meliputi
ruptur liposum dan kelainan struktural sarkolema
yang menjadi ireversibel pada central zona infark.
Zone iskemia yang ada disekitar area infark mungkin
tersusun oleh sel – sel normal atau sel – sel
13
abnormal. Area iskemia ini dapat membaik apabila
sirkulasi terpenuhu secara adekuat. Tujuan terapi
adalah memperbaiki area iskemia tersebut dan
mencegah perluasan central zone nekrosis.
Myocardial Infark mengganggu fungsi ventrikuler dan
merpakan predisposisi terhadap perubahan hemodinamik
yang meliputi : kemunduran kontraksi , penurunan
volume stroke gerakan dinding abnormal, penurunan
fraksi ejeksi peningkatan ventrikuler kiri pada
akhir sistole dan volume akhir diastole, dan
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikuler.
Mekanisme kompensasi aoutput cardial dan perfusi
yang mungkin meliputi stimulasi reflex simpatetik
untuk meningkatkan kecepatan jantung,
vasokonstriksi, hipertropi ventrikuler, serta
retensi air tuntutan dengan myocardial. Tindakan
direncanakan untuk mencukupi kebutuhan dengan dan
menurunkan tuntutan terhadap oksigen .
Proses penyembuhan myocard infark memrlukan waktu
beberapa minggu. Dalam waktu 24jam terjadi edema
seluler dan infiltrasi leukosit. Enzim – enzim
jantung dibebaskan menuju sel. Degrasi jaringan dan
nekrosis terjadi pada hari kedua atau hari ketiga.
Pembentukan jaringan parut dimulai pada minggu
ketiga sebagai jaringan konektif fibrosis yang
menggantikan jaringan nekrotik yang menetap
terbentuk dalam 6 minggu sampai 3 bulan.
14
Myocardial infark paling sering terjadi pada
ventrikel kiri dan dapat dinyatakan sesuai dengan
area myocardium yang terkena. Apabila mengenai tiga
sekat dinding myocardial infark juga dapat
dinyatakan sesuai dengan lokasinya pada jantung,
yang secara umum dapat terjadi pada sisi posterior,
anterior, septal anterior, anterolateral,
posteroinferior dan apical. Lokasi dan luasan lesi
menentukan sejauh mana kemunduran fungsi terjadi,
komplikasi dan penyembuhan. Manifestasi klinis
dari IM akut ditemukan oleh lokasi dan luasnya
infark, rasa nyeri adalah keluhan utama dari pasien
dengan IM akut. Rasa nyeri adalah substernal, tiba –
tiba, sangat, seperti diperas. Rasa nyeri dapat
myebar ke lengan kanan sampai leher. Kadang – kadang
pasien merasa tidak enak pada daerah gester, seperti
ada makanan yang tidak tercerna.Ada serangan IM akut
yang menyerupai serangan kolik bilier disertai
muntah. Pasien yang mengalami serangan IM akut,
menjadi gelisah, tampak sangat cemas, takut, merasa
nyawa terancam, sulit bernapas, ada sianosi, dan
tanda syok. Nadicepat, lemah, kadang-kadang tidak
teraba. Tekanan darah menurun. Pasien ini mengalami
syok kardiogenik yang disebabkan oleh berkurangnya
curah jantung karena kurangnya kontraktilitas
miokardium. Akan tetapi, ada pula sekitar 15-20%
dari pasien dengan serangan IM akut tanpa rasa
nyeri. Serangan IM seperti ini sering tampak pada
15
pasien – pasien lansia. Keluhan mereka hanyalah
sulit bernafas. Infark pada dinding anterior
miokardium diakibatkan oleh lesi dari cabang arteria
koronaria kiri (cabang anterior descending branch[ADB])
karena ventrikel kiri mendapat suplai darah dari
cabang arteria koronaria ini. Gangguan pada bagian
ini akan menimbulkan gangguan hemodinamik yang
berat. Infark pada dinding inferior miokardium
sering disebabkan oleh penyumbatan arteria koronaria
kanan karena arteri ini letaknya dekat dengan
arteria AV dan nodus SA sehingga timbul gangguan
konduksi impuls dan aritmia. Manifestasi Infark
miokardia bergantung pada luasnya infark, kondisi
fisik sebelum serangan, dan apakah pernah infark
sebelumnya. Manifestasi ini dan mati mendadak akibat
aritmia atau ruptur ventrikel, sampai tanda gejala
sama sekali , sering adanya subtenal akut,
diaforesis, dispnea, mual dan muntah, sangat
gelisah, dan mungkin ada aritmia. Komplikasi yang
terjadi pada Infark Myocardial adalah Disritmia yang
dapat timbul pada IM adalah sinus bradikardi dan
takikardi, fibrilasi atrial, takikardi, dan fibrasi
ventrikel. Syok kardiogenik adalah syok yang berasal
dari jantung. Penyebab utamanya adalah IM, tetapi
juga dapat disebabkan oleh disfungsi berat katup
jantung (disfungsi katup), disritmia yang tidak
dapat ditangani, ruptur aneurisma aorta, kegagalan
jantung kongestif berat, dan tamponade jantung. Lima
16
belas persen dari pasien yang dirawat dirumah sakit
karena IM mengalami syok kardiogenik yang biasanya
diakibatkan oleh kegagalan ventrikel kiri. Makin
berat syok, makin luas nekrosis yang dapat mengenai
kedua ventrikel. Angka kematian syok kardiogenik
adalah 80-90%. Hipoperfusi yang berat menimbulkan
asidosis metabolik (metabolisme anaerob dan produksi
asam laktat karena kekurangan oksigen), hipotensi
(sistole dibawah 90mmHg), takikardi, haluaran urin
kurang dari 20ml per jam, kulit basah dan dingin,
dan perubahan tingkat kesadaran. Syok kardiogenik
adalah keadaan darurat medis yang memerlukan
tindakan cepat dan tepat untuk menghindari kerusakan
sel – sel yang ireversibel dan kematian. Tujuan dari
terapi adalah menangani faktor – faktor yang
menyebabkan berkurangnya perfusi, seperti
disrithmia, hipoksemia, dan nyeri kardiogenik.
Aneurisma Ventrikular adalah akibat dari IM
transmural. Nekrosis dan pembentukan parut membuat
dinding miocardium(ventrikel) menjadi lemah. Ketika
sistolik, tekanan yang tinggi dalam ventrikel
membuat bagian miokardium yang lemah menonjol
keluar. Kebanyakan Aneurisma Ventrikular terdapat
pada apeks dan bagian anterior jantung. Tromboemboli
adalah obstruksi pembuluh darah dengan bahan
trombolik yang dibawa oleh darah dari tempat asal
untuk menyumbat. Perikarditis adalah sindrom ini
dihubungkan dengan IM yang digambarkan pertama kali
17
oleh Dressler dan sering disebut sindrom dessler.
Biasanya terjadi setelah infark trasumural terapi
dapat menyertai infark subepikardial. Nyeri dada
dari perikarditis akut terjadi tiba – tiba dan berat
serta konstan pada dada anterior. Nyeri ini mendadak
dengan inspirasi dan biasanya dihubungkan dengan
takikardia dan demam ringan.
D. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a.Farmakoterapi
1) Vasedilator: untuk mengurangi nyeri
jantung menggunakan nitrogliserin intravena.
Contoh : Nitrogliserin
2) Antikoagulan : membantu mempertahankan
integritas jantung. Contoh: Heparin
3) Trombolitik : untuk melarutkan setiap
thrombus yang telah terbentuk di arteri
koroner, memperkecil penyumbatan, dan juga
luasnya infark. Contoh : Streptokinase,
anistreplase, dan t-PA(tissue Plaasminogen
Activator)
4) Pemberian oksigen : untuk meningkatkan
saturasi darah dan pasien mampu bernafas
dengan mudah.
5) Analgetik : untuk menurunkan preload dan
afterload dan merelaksasi bronkus sehingga
oksigenasi meningkat. Contoh: Morfin Sulfat
18
b.Non farmakoterapi
1) Tirah baring
E. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat
tidur. Pola hidup menetap, jadwal olahraga
tak teratur.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat
/aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri
koroner. GJK, masalah, TD, diabetes
mellitus.
Tanda : TD: dapat normal atau naik /
turun;perubahan fostural dicatat dari tidur
sampai duduk /berdiri.
Nadi : dapat normal; penuh atau tak kuat,
lemah/ kuat kualitasnya dengan pengisian
kaviler lambat; tidak teratur (disritmia)
mungkin terjadi.
Bunyi jantung : bungi jantung ekstra; S3/
S4 mungkin menunjukan gagal
jantung./penurunan kontraktilitas atau
komplainventrikel.
Mur mur : bila ada menunjukan gagal katup
atau disfungsi otot papiler.
19
Irama jantung : dapat teratur atau tidak
teratur.
Edema : distensi vena juguler, edema
defenden atau perifer, edema umum, krekels
mungkin ada dengan gagal ajntung atau
ventrikel.
Warna : pucat atau sianosis / kulit abu –
abu, kuku datar, pada membrane mukosa dan
bibir.
3. Integritas ego
Gejala :menyangkal grejala penting atau adanya
kondisi. Takut mati, perasaan ajal sudah
dekat. Marah pada penyakit/perawatan yang
“tak perlu” khawatir tentang keluarga,
keuangan , kerja.
Tanda :menolak, menyangkal, cemas, kurang
kontak mata, gelisah, marah, prilaku
menyerang, focus pada diri sendiri/nyeri.
4. Eliminasi
Tanda : normal atau bunyi usus menurun
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, kehilangan nafsu makan,
bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
20
Tanda :penurunan turgor kulit; kulit kering
atau berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
6. Hygiene
Gejala / tanda : kesulirtan melakukan tugas
perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat
bangun.
Tanda : perubahan mental,kelemahan.
8. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya
mendadak(dapat/tak berhubungan dengan
aktivitas), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin.
Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal,
frekardia; dapat menyebar ke tangan,
rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya
seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
Kualitas : chrusing, menyempit, berat,
menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
Intensitas : biasanya 10 pada skala 1-10 ;
mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami.
21
Catatan ; nyeri mungkin tak ada pada pasien
pascaoperasi, dengan diabetes militus
atau hipertensi atau lansia.
Tanda :wajah meringis, perubahan postur tubuh,
menangis, merintih, meregang, menggeliat,
menarik diri, kehilangan kontak mata,
respon otomatik; perubahan frekuensi atau
irama jantung, TD,.Pernafasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
9. Pernafasan
Gejala : dispnea dengan/tanpa kerja, dipsnea
nocturnal. Batuk dengan/tanpa produksi
sputum. Riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas
sesak/kuat. Pucat atau sianosis.
Bunyi nafas; bersih atau krekels/mengi.
Sputum; bersih, merah muda kental.
10. Interaksi sosial
Gejala : stress saat ini contoh kerja, keluarga.
Kesulitan koping dengan stressor yang
ada.Contoh penyakit, perawatan dirumah
sakit.
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang.
Respons terlalu emosi (marah terus
menerus, takut).Menarik diri dari
keluarga.
11. Penyuluhan/pembelajaran
22
Gejala : riwayat keluarga penyakit jantung /IM,
diabetes,stroke, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer. Penggunaan tembakau..
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama
dirawat : 7,3 hari; (2-4 hari/CCU)
Rencana pemulangan : bantuan pada persiapan
makan, belanja, transportasi, perawatan
rumah/memelihara tugas susunan fisik
rumah.
12. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG : menunjukkan peningkatan gelombang S-T,
iskemia berarti; penurunan atau datarnya
gelombang T, menunjukkan cidera; dan adanya
gelombang Q, nekrosis berarti.
b. Enzim jantung dan iso enzim: CPK-MB (isoenzim
yang ditemukan pada otot jantung) meningkat
antara 4-6 jam. Memuncak dalam 12-24 jam,
kembali normal dalam 36-48 jam. LDH meningkat
dalam 12-24 jam, memuncak dalam 24-48 jam, dan
memakan waktu lama untuk kembali normal. AST
(Aspartat Amonitransferase) meningkat (kurang
nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak
dalam 24 jam, kembali normal dalam 3-4 hari.
c. Elektrolit : ketidakseimbangan dapat
mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi
kontraktilitas, contoh
hipokalemia/hiperkalemia.
23
d. Sel darah putih : leukosit ( 10.000-20.000)
biasanya tampak pada hari kedua setelah IM
sehubungan dengan proses inflamasi.
e. Kecepatan sedimentasi: meningkat pada hari
kedua-ketiga setelah MI, menunjukkan
inflamasi.
f. Kimia : mungkin normal tergantung
abdnormalitas fungsi atau perpusi organ akut
atau kronis.
g. Kolesterol/trigeliserida serum : meningkat,
menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab
IM.
h. Foto dada: mungkin normal atau menunjukkan
pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler
i. Echocardiogram : mungkin dilakukan untuk
menentukkan dimensi serambi, gerakan
katup/dinding ventrikuler, dan
konfigurasi/fungsi katup.
j. Pemeriksaan pencitraan nuklir:
Thalium: mengevaluasi aliran darah miokardia dan
ststus sel miokardia, contoh lokasi/luasnya IM
akut/ sebelumnya.
Technetium: terkumpul dalam sel iskemi di sekitar
area nikrotik
k. Pencitraan darah jantung/MUGA : mengevaluasi
penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
24
dinding regional, dan fraksi ejeksi (aliran
darah)
l. Angiografi koroner: menggambarkan penyempitan/
sumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi
dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi
ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada
fase akut IM kecuali mendekati bedah jantung
angioplasti/emergensi.
m. Digital substraction angiography (DSA) :
teknik yang digunakan untuk menggambarkan
status penanaman arteri dan untuk mendeteksi
penyakit arteri perifer.
n. Nuclear magnetic resonance (NMR) :
memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi
jantung/katup ventrikel, katup, lesi vaskuler,
pembentukan plak, area nerkosis/infark, dan
bekuan darah.Tes stress olahraga: menentukan
respon kardio vaskuler terhadap aktivitas
(sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan
talium pada fase menyembuhan).
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan.
25
3. Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan
ancaman/perubahan kesehatan dan status
sosialekonomi.
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan frekuansi, irama, konduksi
elektrikal
5. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan aliran darah.
6. Resiko tinggi kelebihan cairan berhubungan dengan
penurunan ferpusi organ.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan perubahan pola hidup.
G. Perencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
Tujuan :klien terbebas dari rasa nyeri dan
mampu meningkatkan toleransi
aktivitas
kriteria hasil :keluhan nyeri dada, pusing,
mual , sesak nafas dan lelah
berkurang atau hilang, mampu
beraktivitas sesuai kemampuan,tanda
– tanda vital normal.
Intervensi :
26
a. pantau atau catat karakteristik nyeri, catat
laporan verbal, petunjuk non verbal, dan
respons hemodinamik.
b. Ambil gambran lengkap terhadap nyeri dari
pasien termasuk lokasi, intensitas (0-10),
lamanya, kualitas (dangkal/menyebar), dan
penyebarannnya.
c. Kaji ulang riwayat nyeri dada sebelumnya.
d. Anjrkan pasien melaporkan nyeri dada yang
dirasakan.
e. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas
perlahan dan tindakan nyaman.
f. Bantu melakukan tehnik relaksasi, misalnya;
nafas dalam/perlahan, perilaku distraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
g. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat
narkotik.
Kolaborasi :
a. Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal
atau masker sesuai indikasi.
b. Berikan obat sesuai indikasi contoh; anti
angina, analgesic, penyekat saluran kalsium
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan.
27
Tujuan : klien dapat melakukan
aktivitas/peningkatan aktivitas secara
mandiri.
Kriteria Hasil : mendemopnstrasikan peningkatan
toleransi aktivitas yang dapat diukur/
maju dengan frekuensi jantung/irama dan
TD dalam batas normal pasien dan kulit
hangat, merah muda, dan kering.
Intervensi :
a. Catat/dokumentasi frekuensi jantung, irama,
dan perubahan TD sebelum,selama,sesudah
aktivitas sesuai indikasi.
b. Tingkatkan istirahat (tempat tidur/kursi ).
Batasi aktivits pada dasar nyeri/ respon
hemodinamik .berikan aktivitas senggang yang
tidak berat.
c. Batasi pengunjung dan/ atau kunjungan oleh
pasien.
d. Anjurkan pasien menghindari peningkatan
tekanan abdomen, contoh ; mengejan saat
devikasi.
e. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi
bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat
selama satu jam setelah makan.
Kolaborasi :
f. Rujuk ke program rehabilitas jantung.
28
3. Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan
ancaman/perubahan kesehatan dan status
sosialekonomi.
Tujuan : klien mengatakan tidak cemas akan
penyakitnya.
Kriteria Hasil :
a.mengenal perasaannya
b.Mengidentifikasi
c.Penyebab, faktor yang mempengaruhi
d.Menyatakan penurunan ansietas akut
e.Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan
masalah positif
f.Mengidentifikasi sumber secara tepat
Intervensi:
a.Identifikasi dan ketahui persepsi pasien
terhadap ancaman atau situasi. Dong
mengekspresikan dan jangan menolak perasaan
marah, kehilangan, takut, dan lain-lain
b.Catat adanya kegelisahan, menolak dan/atau
meyangkal (afek tak tepat atau menolak
mengikuti program medis).
c.Mempertahankan gaya percaya (tanpa keyakinan
yang salah)
d.Kaji tanda verbal/norverbal kecemasan dan
tinggal dengan pasien. Lakukan tindakan bila
pasien menunjukkan perilaku merusak.
29
e.Terima tetapi jangan diberi penguatan pada
terhadap penggunaan penolakan. Hindari
kontrantasi.
f. Orientasikan pasien/ orang terdekat terhadap
prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Tingkatkan partisipasi bila mungkin.
g.Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan
informasi konsisten ; ulangi sesuai indikasi.
h.Dorong pasien atau orang terdekat untuk
komunikasikan seseorang, berbagi pertanyaan dan
masalah.
i.Berikan periode istirahat atau waktu tidur
tidak terputus, lingkungan tenang, dengan tipe
kontrol pasien, jumlah rangsangan eksternal.
j.Dukung kenormalan proses kehilangan, melibatkan
waktu yang perlu untuk penyelesaian.
k.Berikan privasi untuk pasien dan orang
terdekat.
l.Dorong kemandirian, perawatan sendiri, dan
pembuatan keputusan dalam rencana pengobatan.
m.Dorong keputusan tentang harapan setelah
pulang.
Kolaborasi:
n.Berikan obat anti cemas atau hipnotik sesuai
indikasi contoh, diazepam (valium); flurazepam
(dalmane); lorazepam (aktivan).
30
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan frekuansi, irama,
konduksi elektrikal
Tujuan : dalam waktu perawatan klien
tidak ada tanda penurunan curah
jantung
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan stabilitas hemodinamik,
contoh, TD, curah jantung dalam rentang
normal, haluaran urine adekuat, penurunan atau
takadanya disritmia.
b. Melaporkan penurunan episode dispnea,
angina.
c. Mendemonstrasikan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas.
Intervensi :
a. Auskultasi TD, bandingkan kedua tangan dan
ukur dengan tidur, duduk, dan berdiri bila
bisa.
b. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai
indikasi.
c. Catat terjadinya S3-S4.
d. Adanya murmur atau gesekan.
e. Auskultasi bunyi nafas.
f. Pantau frekuensi jantung dan irama, catat
disritmia melalui telemetri.
31
g. Catat respon terhadap aktivitas dan
peningkatan istirahat dengan tepat.
h. Berikan pispot disamping tempat tidur bila
tak mampu kekamar mandi.
i. Berikan makan kecil/mudah dikunyah. Batasi
asupan kafein contoh kopi, cokelat, cola.
Kolaborasi
j. Berikan oksigen tamahan sesuai dengan
indikasi.
k. Pertahankan cara masuk IV/heparin-lok
sesuai indikasi.
l. Kaji ulang seri EKG.
m. Kaji foto dada.
n. Pantau data laboraturium; contoh enzim
jantung, GDA, elektrolit.
o. Berikan obat anti disritmia anti indikasi.
p. Bantu pemasangan/ mempertahankan pacu
jantung bila digunakan.
5. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan aliran darah.
Tujuan : dalam waktu perawatan tidak ada
tanda perubahan penurunan jumlah
oksigen pada jaringan
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara
individual, contoh kulit hangat dan kering.
32
b. Ada nadi perifer/kuat, tanda vital dalam
batas normal, pasien sadar/berorientasi,
keseimbangan pemasukan/pengeluaran.
c. Tak ada edema, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Intervensi :
a. Sedikit perubahan tiba-tiba atau gangguan
mental kontinu. Contoh; cemas, bingung,
latergi, pingsan.
b. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit
dingin/lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
c. Kaji tanda homan (nyeri pada betis dengan
posisi dorsepfleksi) eritema, edema.
d. Dorong latihan kaki aktif/ pasif, hindari
latihan isometrik.
e. Anjurkan pasien dalam melakukan/melepas kaos
kaki anti embolik bila digunakan.
f. Pantau pernapasan. Catat kerja pernapasan.
g. Kaji fungsi gastrointestinal. Catat
anoreksia, penurunan/tak ada bising usus,
mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.
h. Pantau pemasukan dan catat pengeluaran
haluaran urine. Catat berat jenis sesuai
indikasi.
Kolaborasi
i. Pantau data laboraturium, contoh; GDA, BUN,
creatinin elektrolit.
33
j. Berikan obat sesuai indikasi , misal;
heparin/natrium, warvaria (coumaclin),
simetidine (tagamet); ranitidine (zantac);
antasida.
k. Siapkan untuk/ membantu pemberian
trombolitik, t-PA, streptokinase; memindahkan
ke unit kritis, dan tindakan lain sesuai
dengan indikasi.
6. Resiko tinggi kelebihan cairan berhubungan
dengan penurunan perfusi organ (ginjal).
Tujuan :dalam waktu perawatan tidak ada
tanda gejala kelebihan cairan
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan seperti
dibuktikan oleh TD dalam batas normal.
b. Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema
dependen.
c. Paru bersih dan berat badan stabil.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
b. Catat DVJ, adanya edema dependen.
c. Ukur masukan atau haluaran, catat penurunan
pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan.
d. Timbang berat badan setiap hari.
34
e. Pertahankan pemasukan total cairan 2000ml/24
jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Kolaborasi
f. Berikan diet natrium rendah/minuman.
g. Berikan diuretic, contoh furosemid (lasik);
hidralazem (apresoline); spironolakton dengan
hidronolakton (aldactane).
h. Pantau kalium sesuai indikasi.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan perubahan pola hidup.
Tujuan : dalam perawatan klien mengatakan
mengetahui kondisi, kebutuhan
pengobatan
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman penyakit jantung
sendiri, rencana pengobatan, tujuan
pengobatan, dan efek samping/ reaksi
merugikan.
b. Menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian
cepat.
c. Mengidentifikasi/merencanakan perubahan pola
hidup yang perlu.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang
terdekat dan kemampuan/keinginan untuk
belajar.
35
b. Waspada terhadap tanda penghindaran, contoh
mengubah subjek dari informasi yang ada atau
prilaku ekstrim (menolak atau cuporia).
c. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang
bervariasi. Contoh buku program, tipe
audio/visual, pertanyaan atau jawaban,
aktivitas kelompok.
d. Beri pengetahuan penjelasan faktor risiko
pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala
yang memerlukan perhatian medis cepat.
e. Dorong mengindetifikasi/penurunan faktor
risiko individu, contoh; merokok atau
mengkonsumsi alcohol, kegemukan.
f. Peringatkan untuk menghindari aktivitas
isometric, manuferfalsafa, dan aktivitas yang
memerlukan tangan diposisikan diatas kepala.
g. Kaji ulang program meningkatkan tingkat
aktivitas, didik pasien sehubungan dengan
lanjut aktivitas secara bertahap, contoh
jalan kerja aktivitas seksual.
h. Identifikasi alternative aktivitas pada hari
dengan “cuacu buruk” seperti jalan dalam
rumah/berbelanja.
i. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan
penrunan aktivitas dan pelaporan pada pemberi
perawatan pada kesehatan.
j. Tekankan pentingnya mengikuti perawatan dan
mengidentifikasi sumber di
36
masyarakat/kelompok pendukung, contoh program
rehabilitas jantung “kelompok koroner” klinik
penghentian rokok.
k. Beri tekanan pentingnya menghubungi dokter
bila nyeri dada, perubahan pola angina, atau
terjadi gejala lain.
l. Tekankan pentingnya melaporkan terjadinya
demam sehubungan dengsn nyeri dada
menyebar/tidak khas (pleural, pericardial)
dan nyeri sendi.
H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Pengertian
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan mekanisme koping.
2. Tahap pelaksanaan terdiri dari
a. Tahap Persiapan
1)Mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam tindakan
2)Review tindakan keperawatan yang
diidentifikasikan pada tahap perencanaan
37
3)Menganalisa pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang diperlukan
4)Mengetahui komplikasi dari tindakan
keperawatan yang ungkin timbul
5)Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan
6)Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
sesuai dengan tindakan yang akan dilakuka
7)Mengidentifikasi aspek hukum san etik
terhadap risiko dan potensial.
b. Tahap Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari
rencana untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Tindakan keperawatan dibedaka
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secaraprofesional sebagaimana terdapat
dalam standar praktik keperawatan.
Pendekatan tindakan
1) Independen
Tindakan keperawatan independen adalah
selaku kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa penunjuk dan perintah dari
Dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe
tindakan Independen keperawatan dapat
dikategoriakan menjadi 4 yaitu :
38
a) Tindakan diagnostik
Tindakan yang ditujukan pada pengkajian
ndalam merumuskan suatu diagnostik
keperawatan.
b) mencapai tujuan yang telah di tetapkan
yang mencakup peningkatan
c) Tindakan terapeutik
Tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi, mencegah dan mengatasi
masalah klien.
d) Tindakan edukatif
Tipe tindakan ini ditujukan untuk
merubah perilaku klien melalui proses
kesehatan dan pendidikan kesehatan pada
pasien
e) Tindakan merujuk
Tindakan ini lebih ditekankan pada
kemampuan perawat dalam mengambil
keputusan klinik tentang keadaan pasien
dan kemampuan untuk melakukan kerja sama
dengan tim kesehatan lain
2) Interdependen
Interdependen tindakan keperawatan
menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
3) Dependen
39
Tindakan dependen berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis
dilaksanakan.
c. Tahap Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan kaurat
terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
Ada 3 sistem pencatatan yang digunakan dalam
dokumentasi.
1). Sourced - orientasi records
2). Problem - Orientasi records
3). Computer - assisted records
I. Evaluasi Keperawatan
a. Pengertian
Evaluasi keperawatan adalah intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan rencana tindakan,
dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai, melalui
evaluasi kemungkinan perawat untuk monitor –
monitor, kealpaan – kealpaan yang menandakan
seberapa jauh diagnose keperawatan, terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan
pelaksanaan tindakan.
b. Proses evaluasi
Proses evaluasi terdiri dari :
1) Proses (formatif)
40
Focus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan.
2) Hasil sumatif
Focus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku
status kesehatan klien pada akhir tindakan
perawatan klien.
c. Penatalaksanaan keputusan pada tahap evaluasi.
1) Klien telah mencapai hasil yang telah
ditentukan dalam tujuan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang
ditentukan.
3) lien tidak dapat mencapai hasil yang telah
ditentukan
41
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn.S usia 43 tahun masuk Rumah Sakit Pelni
Jakarta di Ruang Murai pada tanggal 26 November
2013 pukul 22.28 dengan nomor register 43.51.27
dengan diagnose medis Miokardio Imfark, klien
sudah menikah, agama Islam, suku bangsa betawi,
pendidikan terakhir SMA, bahasa yang digunakan
bahasa Indonesia, pekerjaan karyawan swasta,
alamat Jl. Cipulir IV No.25 RT 001/08 Kel.
Cipulir Kec.Kebayoran Lama.Jakarta Selatan,
sumber biaya ASKES, sumber informasi klien dan
keluarga.
2. Resume
Tn.S usia 43 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
Pelni Jakarta pada tanggal 26 November 2013 pukul
22.28 WIB dengan keluhan sesak napas sudah 2
hari, batuk, nyeri dada kiri, dada berdebar-
debar, mual. Ditemukan masalah keperawatan yaitu
nyeri dan pola napas tidak efektif lalu dilakukan
tindakan keperawatan mandiri yaitu mengukur
tanda-tanda vital dengan hasil TD : 110/70 mmHg,
N: 110 x/menit, P: 28 x/menit, S: 36°C, kemudian
dilakukan tindakan kolaborasi dengan memberikan
42
infuse RL 24 jam/kolf 7 tetes/menit, member
terapi obat : Digoxin 0,25mg, Spirolakton 25mg,
Lasix 10mg/ml, Furosemid 40mg, Miozidine 35mg,
Enzyplex, memberikan klien oksigen 15L/menit lalu
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil
Hb : 15,8 g/dL (13,5 – 18,0), Leukosit
*12,16.10^3/uL (5.00—10.00 10^3/uL), *Trombosit
102.10^3/uL (150—450.10^3/uL), Ht 46,2 % (38,0—
54,0%), LED 4mm/jam (<10 mm/jam), Basofil 0%
(0%), Eosinofil *0% (2—4 %), Batang *0% (1—5 %),
Segmen 61 (50--70), Limfosit 27 (20--30), Monosit
*12 (2--6), kimia klinik Ureum *92 mg/dL (13--
49), kreatinin *2,1 mg/dL(0,7—1,3), analisa gas
darah pH 7,377 (7,370—7,440), PO2 *53,0 mmHg
(80--90), PCO2 *21,1mmHg (34,0—45,0mmHg), HCO3
Actual *12,1 mmol/L (23,0—29,0 mmol/L), Total CO2
Plasma *12,8 mmol/L (24,0—30,00 mmol/L), Base
Excess *-10,8 (-3,3—1,2), HCO3 Standart *15,9
meql/L (23,o—28,0 meql/L), O2 saturasi *87,4%(94—
100%), LDH *929 u/L (208—378 u/L), CPK *5060 u/L
(32—294 u/L), LK-MB *66u/L (<24 u/L), Troponin I
0,30 ng/ml (<0,1; Normal, 0,1—0,30; Greyzone,
>0,30;AMI), Natrium *135 mmol/L (136--146),
kalium 4,3mmol/L (3,5—5,0mmol/L), Chlorida
100mmol/L (98--106), GDS 132mg/dL, dilakukan juga
pengukuran EKG dengan hasil 812= Sinus
Tachycardia, 504=CRBBB(Complate Right Bundle
Branch Block), 633= ST-T Abnormality (aVF,V5),
43
851= SA Block, 306= Right Ventrikular
Hipertrophy, 316= Excessive Overload of Left
Atrium. Saat dievaluasi klien mengeluh masih
sesak, lemas, mual, nyeri dibagian dada kiri, dan
pusing lalu klien dirujuk ke ruang rawat
inap.Klien dipindahkan ke ruang Murai kamar 8 bed
b pada tanggal 26 November 2013 pada pukul 23.45
WIB, klien mengeluh sesak, lemas, mual, nyeri
dada kiri, dan pusing. Dilakukan tindakan
keperawatan madiri yaitu mengukur tanda-tanda
vital dengan hasil TD:120/90mmHg, N: 110x/menit,
S:37°C , P: 28x/menit. Tindakan kolaborasi yaitu
pemasangan infuse RL 24 jam/kolf 7 tetes/menit
dan memberikan Oksigen 15L/menit.
Dilakukan pengkajian pada tanggal 27 November
2013 pada pukul 11.00.
3. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama klien masuk Rumah Sakit PELNI
Jakarta adalah sesak, mual, tidak nafsu makan.
Faktor pencetusnya adalah kelelahan.Keluhan
timbul secara mendadak, diatasi dengan memakai
oksigen bila sesak mucul.Klien mengatakan punya
riwayat penyakit jantung sejak lahir.Klien
mengatakan tidak ada alergi obat, makanan,
binatang, dan lingkungan. Klien mengatakan pernah
mengkonsumsi obat hipertensi tetapi setelah
ditanyakan klien lupa dengan nama obat tersebut.
cb
43
45
Riwayat kesehatan keluarga (Genogram dan
keterangan tiga generasi klien)
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: garis keturunan
: garis perkawinan
: tinggal serumah
: klien
Tn. S adalah anak pertama dari 4 bersaudara,
klien mempunyai 3 anak, dan tinggal srumah dengan
istri dan ketiga anaknya. Klien mengatakan tidak
mempunyai penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko. Riwayat
psikologis dan spiritual : Orang yang terdekat
46
dengan klien adalah istri, pola komunikasi klien
verbal dan non verbal, pembuat keputusan keluarga
secara musyawarah, klien mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di tempat tinggalnya berupa kerja
bhakti di lingkungan setempat 1 bulan sekali.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah
keluarga cemas dengan keadaan klien. Masalah yang
mempengaruhi klien adalah klien tidak dapat
bekerja sebagai tulang punggung keluarga.
Mekanisme koping terhadap stress adalah diam. Hal
yang sangat dipikirkan klien saat ini adalah
klien ingin cepat sembuh. Harapan klien setelah
menjalani perawatan adalah keadaan klien membaik
dari sebelumnya. Perubahan yang dirasakan setelah
jatuh sakit adalah tidak dapat beraktivitas
seperti biasa. Sistem nilai kepercayaan : tidak
ada nilai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatan, aktivitas agama/kepercayaan yang
dilakukan adalah shalat dan berdoa. Kondisi
lingkungan tempat tinggal klien bersih.
Pola kebiasaan sebelum sakit, frekuensi makan 3 x
sehari, saat dirumah sakit klien tidak nafsu
makan karena mual , porsi makan yang dihabiskan
1/4 porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi,
klien menjalani diit lambung III dan diit rendah
garam III tidak ada pengguanaan obat-obatan
sebelum makan, tidak ada pengguanaan alat bantu
47
NGT. Kebiasaan makan di Rumah Sakit, frekuensi
makan 3 x sehari.
Kebiasaan buang air kecil sebelum sakit 7 x
sehari warna kuning , tidak ada keluhan, tidak
menggunakan bantu kateter. Kebiasaan buang air
kecil di Rumah Sakit dengan menggunakan kateter.
Kebiasaan buang air besar sebelum sakit frekuensi
1x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi ½
padat, tidak ada keluhan, tidak ada penggunaan
laxatif. Kebiasaan buang air besar di Rumah Sakit
frekuensi 1x/hari. Kebiasaan personal hygiene
sebelum sakit mandi 2x sehari, waktu pagi dan
sore, oral hygiene 2 x sehari, waktu pagi dan
sore, kebiasaan cuci rambut 7x/minggu. Kebiasaan
personal hygiene di Rumah Sakit mandi 2 x sehari,
waktu pagi, oral hygiene belum pernah, dan selama
di Rumah Sakit klien belum keramas. Kebiasaan
istirahat dan tidur sebelum sakit : tidak tidur
siang dan tidur malam ± 8 jam sehari, kebiasaan
sebelum mengobrol dengan keluarga. Kebiasaan
istirahat dan tidur di Rumah Sakit : tidak tidur
siang dan tidur malam ± 6 jam sehari, kebiasaan
sebelum tidur tidak ada. Pola aktivitas dan
latihan sebelum sakit, tidak bekerja ,
berolahraga jalan – jalan pagi setiapa pagi hari,
keluhan saat beraktivitas suka sesak setelah
beraktifitas. Pola aktivitas dan latihan di Rumah
Sakit, tidak bekerja, tidak berolahraga, keluhan
48
saat beraktivitas sesak setelah beraktifitas.
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien
sebelum sakit, tidak merokok, tidak minum-minuman
keras atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien di
Rumah Sakit, tidak merokok dan tidak minum-
minuman keras atau mengkonsumsi obat-obatan
terlarang.
4. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik tanggal 27 November 2013,
didapatkan data berat badan sebelum sakit 50 kg
(ditimbang ± sekitar seminggu yang lalu), berat
badan saat sakit 48 kg, tinggi badan 157 cm,
tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 68x/menit,
frekuensi napas 28x/menit, suhu tubuh 36,6 C,
keadaan umum sedang, dan tidak ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening.
Sistem penglihatan: sisi mata simetris, kelopak
mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva anemis, kornea normal, sklera
anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan pada
otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak
ada tanda-tanda radang, klien tidak memakai kaca
mata dan tidak memakai lensa kontak, dan reaksi
terhadap cahaya positif.
49
Sistem pendengaran: daun telinga normal, kondisi
telinga tengah normal, tidak ada cairan dari
telinga, tidak ada perasaan penuh ditelinga,
tidak ada tinitus, fungsi pendengaran kurang,
tidak ada gangguan keseimbangan, dan tidak
memakai alat bantu.. Sistem wicara normal.
Sistem pernapasan: jalan napas bersih, sesak ada,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan,
frekuensi napas 22 x/menit, irama teratur, jenis
pernapasan spontan, kedalaman pernapasan
dangkal,ada batuk, tidak ada sputum , palpasi
dada kedua dinding dada simetris, perkusi dada
tidak ada sputum suara napas vesikuler, ada nyeri
saat bernapas, menggunakn alat bantu nafas O2
15L/menit.
Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer: nadi 68
x/menit, irama teratur dan denyut lemah, tekanan
darah 90/60 mmHg, tidak ditemukan distensi vena
jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit
pucat, pengisian kapiler 3 detik, tidak terjadi
edema. Sirkulasi jantung: kecepatan apical 76
x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung, dan sakit dada ada. Sistem hematologi:
kulit pucat dan tidak terjadi perdarahan.
50
Sistem saraf pusat: tidak ada keluhan sakit
kepala pusing, tingkat kesadaran compos mentis,
Glosgow Coma Scale (GCS) E: 4 M: 6 V: 5, tidak
ada tanda-tanda peningkatan Tekanan Intra
Kranial. Tidak ada gangguan sistem persyarafan,
reflek fisiologis normal, dan tidak ada reflek
patologis.
Sistem pencernaan: keadaan mulut, gigi caries,
tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah kotor, salifa normal, muntah
tidak ada, nyeri pada daerah perut, skala nyeri
2-3, lokasi pada bagian umbilicus dengan karakter
menyebar, bising usus 5x/menit, tidak ada
diare,tidak ada konstipasi , hepar tidak teraba,
dan abdomen lembek.
Sistem endokrin: tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, napas tidak berbau keton, tidak terdapat
luka ganggren. Sistem urogenital: balance cairan:
intake 1600 ml/24jam, output 4700ml/24jam, tidak
ada perubahan pola kemih, warna urine kuning ,
tidak ada distensi/ketegangan kandung kemih,
tidak ada keluhan sakit pinggang.
Sistem integumen: turgor kulit tidak elastis,
temperatut kulit hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit baik, kondisi kulit daerah
51
pemasangan infuse baik, keadaan rambut baik,
kebersihan tidak bersih karena belum dikeramas
sejak masuk rumah sakit.
Sistem musculoskeletal: tidak ada kesulitan dalam
pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi,
dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan
bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur
tulang belakang, keadaan tonus otot baik,
kekuatan otot:
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
Data tambahan (pemahaman tentang penyakit) klien
mengatakan sudah tahu tentang penyakitnya.
5. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 27
November 2013
Hb : 15,8 g/dL (13,5 – 18,0), Leukosit
*12,16.10^3/uL (5.00—10.00 10^3/uL), *Trombosit
102.10^3/uL (150—450.10^3/uL), Ht 46,2 % (38,0—
54,0%), LED 4mm/jam (<10 mm/jam), Basofil 0%
(0%), Eosinofil *0% (2—4 %), Batang *0% (1—5 %),
Segmen 61 (50--70), Limfosit 27 (20--30), Monosit
*12 (2--6), kimia klinik Ureum *92 mg/dL (13--
49), kreatinin *2,1 mg/dL(0,7—1,3), analisa gas
52
darah pH 7,377 (7,370—7,440), PO2 *53,0 mmHg
(80--90), PCO2 *21,1mmHg (34,0—45,0mmHg), HCO3
Actual *12,1 mmol/L (23,0—29,0 mmol/L), Total CO2
Plasma *12,8 mmol/L (24,0—30,00 mmol/L), Base
Excess *-10,8 (-3,3—1,2), HCO3 Standart *15,9
meql/L (23,o—28,0 meql/L), O2 saturasi *87,4%(94—
100%), LDH *929 u/L (208—378 u/L), CPK *5060 u/L
(32—294 u/L), LK-MB *66u/L (<24 u/L), Troponin I
0,30 ng/ml (<0,1; Normal, 0,1—0,30; Greyzone,
>0,30;AMI), Natrium *135 mmol/L (136--146),
kalium 4,3mmol/L (3,5—5,0mmol/L), Chlorida
100mmol/L (98--106), GDS 132mg/dL, dilakukan juga
pengukuran EKG dengan hasil 812= Sinus
Tachycardia, 504=CRBBB(Complate Right Bundle
Branch Block), 633= ST-T Abnormality (aVF,V5),
851= SA Block, 306= Right Ventrikular
Hipertrophy, 316= Excessive Overload of Left
Atrium
6. Penatalaksanaan
Tn.S mendapatkan terapi obat oral Digoxin 0,25mg
1x1/2 diberikan pada pukul (08.00), Spirolakton
25mg 1x1 diberikan pada pukul (08.00), Furosemid
40mg 1x1, diberikan pada pukul (08.00), Miozidine
35mg 2x1 diberikan pada pukul (08.00, 20.00),
Enzyplex 1x1 diberikan pada pukul (08.00),
setelah syring pump di stop klien mendapat terapi
obat injeksi IV Lasix 10mg/ml 1x2ampul diberikan
pada pukul (08.00). Oksigen 15 liter/menit.
53
7. Data Fokus
Data Subyektif
Klien mengatakan sesak napas, nyeri pada dad
kiri, dada berdebar- debar,nyeri seperti tertimpa
benda berat, nyeri timbul saat beraktifitas
banyak, terasa mual, badan lemas,tidak ada nafsu
makan, kepala pusing, kadag- kadang batuk, muntah
berupa air kurang lebih 150ml berupa cairan
berwana kuning, berat badan sebelum sakit 50kg,
klien mengatakan hawatir akan penyakitnya.
Klien tampak lemah, meringis, wajah pucat, nafas
dangkal, pengisian kapiler 3 detik, makan habis ¼
porsi, diit rendah garam 3dan diit lambung,
bernafas menggunakan otot – otot pernafasan,
tampak gelisah, klien bedrest(tirah baring),
berat badan saat ini 48kg, minum dibatasi
800cc/24jam, aktivitas dibantu keluarga dan
perawat sebagian, menggunakan kateter, klien
menggunakan oksigen 15liter/mnt (breatingmask),
klien tampak tremor pada bagian ibu jari, Hb :
15,8 g/dL (13,5 – 18,0), Leukosit *12,16.10^3/uL
(5.00—10.00 10^3/uL), *Trombosit 102.10^3/uL (150
—450.10^3/uL), Ht 46,2 % (38,0—54,0%), LED
4mm/jam (<10 mm/jam), Basofil 0% (0%), Eosinofil
*0% (2—4 %), Batang *0% (1—5 %), Segmen 61 (50--
70), Limfosit 27 (20--30), Monosit *12 (2--6),
kimia klinik Ureum *92 mg/dL (13--49), kreatinin
*2,1 mg/dL(0,7—1,3), analisa gas darah pH 7,377
54
(7,370—7,440), PO2 *53,0 mmHg (80--90), PCO2
*21,1mmHg (34,0—45,0mmHg), HCO3 Actual *12,1
mmol/L (23,0—29,0 mmol/L), Total CO2 Plasma *12,8
mmol/L (24,0—30,00 mmol/L), Base Excess *-10,8 (-
3,3—1,2), HCO3 Standart *15,9 meql/L (23,o—28,0
meql/L), O2 saturasi *87,4%(94—100%), LDH *929
u/L (208—378 u/L), CPK *5060 u/L (32—294 u/L),
LK-MB *66u/L (<24 u/L), Troponin I 0,30 ng/ml
(<0,1; Normal, 0,1—0,30; Greyzone, >0,30;AMI),
Natrium *135 mmol/L (136--146), kalium 4,3mmol/L
(3,5—5,0mmol/L), Chlorida 100mmol/L (98--106),
GDS 132mg/dL, dilakukan juga pengukuran EKG
dengan hasil 812= Sinus Tachycardia,
504=CRBBB(Complate Right Bundle Branch Block),
633= ST-T Abnormality (aVF,V5), 851= SA Block,
306= Right Ventrikular Hipertrophy, 316=
Excessive Overload of Left Atrium terpasang
shiringpum 0,5unit (6ampl lasix)
8. Analisa data
No Data Masalah Etiologi1 DS : klien
mengatakan sesak,
nyeri pada dada,
pusing, nyeri
seperti tertimpa
benda berat, nyeri
Penurunan
curah
jantung
Ketidakseimba
ngan cairan
55
2
timbul saat
beraktivitas banyak
DO : klien tampak
Lemah, pucat, nafas
dangkal,
menggunakan otot –
otot pernapasan,
klien menggunakan
oksigen 15 liter
(breating mask),
diit rendah garam
3. TTV: TD 90/60
mmHg, S: 36,5°C, N:
68x/menit, P:
28x/menit,
Ureum * 92 mg /dL
(13-49 mg/dL),
Creatinine: *2,1
mg/dL ( 0,7-1,3
mg/dL ), Natrium
*135 mmol/L (136-
146 mmol/L), Po2
*53,0mmHg (80,0 -
90,0 ), PCO2 *21,1
mmHg ( 34,0-45,0 ),
HCO3Actual
*12,1mmHg( 23,0-
29,0 ), total CO2
Nyeri akutIskemia
jaringan
sekunder
terhadap
56
3
4
Plasma
*12,8mmol(24,0-30,0
), Base Excess
*10,8mmol(-3,3-
1,2 ), HCO2
Standart*15,9meq/L(
23,0-28,0 ), O2
Saturasi
*87,4%(94,0-
100,0 ), LDH
*929U/L(308-378 ),
CPK *5060U/L(32-294
),CK-MB
*66U/L(<24 )
Ds : klien
mengatakan nyeri
pada dada kiri,
dada berdebar –
debar, nyeri
seperti tertimpa
benda berat, nyeri
timbul saat
beraktivitas banyak
tempe.
Do : klien tampak
Meringis, skala
nyeri 2-3, tampak
gelisah, TTV: TD
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Intolerans
i
aktivitas
sumbatan
arteri
koroner
Anoreksia
Ketidakseimba
ngan antara
suplai
oksigen
miokard dan
kebutuhan.
57
590/60 mmHg, S:
36,5°C, N:
68x/menit, P:
28x/menit,
DS : klien
mengatakan tidak
nafsu makan, mual,
muntah, lemas, BB
sebelum sakit 157
cm
DO: Klien tampak
lemah, makan habis
¼ porsi, BB saat
ini 48kg, diit
lambung III, TTV:
TD 90/60 mmHg, S:
36,5°C, N:
68x/menit, P:
28x/menit.
DS : Klien
mengatakan lemas,
pusing, nyeri dada
timbul saat banyak
beraktivitas,
sesak.
DO : Klien tampak
bedrest, aktivitas
dibantu keluarga
Ansietas Ancaman
perubahan
kesehatan
58
dan perawat, skala
nyeri 2-3, TTV: TD
90/60 mmHg, S:
36,5°C, N:
68x/menit, P:
28x/menit, oksigen
saturasi 87,4%,
PO2 53,0mmHg, PCO2
21,1mmHg, HcO3
actual
12,1mmHg,total
c02plasma 12,8
mmol.
DS : Klien
mengatakan
Klien khawatir akan
penyakitnya,
DO: Klien tampak
cemas, gelisah,
tampak tremor, TTV:
TD 90/60 mmHg, S:
36,5°C, N:
68x/menit, P:
28x/menit.
B. Diagnosa Keperawatan
59
1. Tidak efektif pola nafas b/d Ketidak seimbangan
suplai oksigen
2. Nyeri akut b/d iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan
antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan
5. Ansietas b/d ancaman perubahan kesehatan
C. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan
1. Tidak efektif pola nafas b/d ketidakseimbangan
suplai oksigen.
DS : klien mengatakan sesak nafas, nyeri pada
dada, sakit kepala, nyeri seperti tertimpa
benda berat, nyeri timbul saat beraktivitas
banyak.
DO :klien tampak Lemah, pucat, nafas
dangkal,bernafasmenggunakan otot-otot
pernafasan, menggunakan oksigen 15
liter(menggunakan breathing mask), TTV: TD
90/60 mmHg, S: 36,5°C, N: 68x/menit, P:
28x/menit,
Tujuan : mempertahankan keefektifan pola nafas
pada klien.
Kriteria Hasil : pola nafas normal, tanda
kesulitan bernafas hilang, keluhan
sesak nafas hilang,nilai analisa gas
darah dalam batas normal. Tanda – tanda
60
vital dalam batas normal TD: 120/80
mmHg, S: 36.0-37,0 mmHg, N:
80-100x/menit, P: 16-20x/menit.
Rencana Tindakan :
a. Ukur tanda-tanda vital tiap pukul (05.00,
11.00, 15.00, 19.00, 23.00)
b. Ukur intake dan output setiap 3x/hari pukul
(06.00, 14.00, 18.00)
c. Beri posisi nyaman pada klien semi fowler dan
fowler
d. Catat bunyi jantung, dan pengisian kapiler
e. Pantau keluhan nyeri dada lokasidan skala nyeri
f. Observasi adanya gangguan tidur
Kolaborasi
g. Pantau hasil laboratorium : elektrolit
(natrium, kalium, chlorida), ureum, creatinine
h. Siapkan untuk hemodialisa pada hari rabu dan
sabtu
Pelaksanaan :
Tanggal 27 November 2013
Pukul 11.00 WIB mengukur tanda – tanda vital,
dengan hasil TD: 90/60 mmHg, S: 36,6°C, P:
28x/menit, N: 68x/menit.Pukul 11.30 WIB mengkaji
klien, dengan hasil klien mengatakan sesak, nyeri
pada dada, mual, lemas, tidak nafsu makan, batuk.
Klien mengatakan dada berdebar-debar, pusing,
61
muntah, nyeri dada terasa seperti tertimpa benda
berat. Nyeri timbul saat beraktivitas banyak.
Berat badan sebelum sakit 50kg. Klien merasa tidak
berdaya. Klien tampak lemah, meringis, pucat,
nafas dangkal, pengisian kapiler selama 3 detik,
nafas menggunakan otot-otot pernapasan. Klien
tamapak gelisah, klien bedrest, aktivitas dibantu
oleh keluarga dan perawat sebagian, klien
menggunakan oksigen 15 liter dan tampak
tremor.Pukul 14.30 WIB mengobservasi keadaan umum
klien dengan hasil klien mengatakan masih sesak,
nyeri dan mual tapi tidak muntah. Pukul 15.00
mengukur tanda-tanda vital dengan hasil , TD:
120/70 mmHg, S: 36,6°C, N:76x/menit, P:
28x/menit, mempertahankan posisi fowler.Pukul
20.00 WIB mengobservasi keadaan umum klien dengan
hasil klien tampak sesak, klien mengatakan nyeri
di daerah dada.
Pelaksanaan :
Tanggal 28November 2013
Pukul 05.00 WIBPukul 05.00 WIB mengukur tanda-
tanda vital dengan hasil TD: 120/80 mmHg, N:
72x/menit, P: 24x/menit, S: 36,1°C. Pukul 05.30
membantu memandikan klien dengan hasil, klien
tampak bersih, nyaman dan lebih segar. Pukul 11.05
WIB mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD:
62
100/70 mmHg, S: 36,8°C, N: 80x/menit, P:
22x/menit.
Pukul 12.00 WIB mengobservasi klien dengan hasil
klien tampak tertidur dengan posisi fowler dan
terpasang oksigen 8 liter.Pukul 15.00 WIB mengukur
tanda-tanda vital dengan hasil TD: 100/70mmHg S:
36,6°C N: 80x/menit P: 22x/menit. Pukul 16.00 WIB
membantu memandikan klien dengan hasil klien
tampak segar, dan mengatakan ingin cepat pulang.
Pukul 20.00 WIB mengobservasi klien, dengan hasil
klien mengatakan ingin cepat pulang, masih
terpasang oksigen 8 liter, sesak masih ada, nyeri
1-2.
Pelaksanaan :
Tanggal 29 November 2013
Pukul 05.30 WIB membantu memandikan klien, dengan
hasil klien tampak segar dan nyaman. Pukul 08.25
memberikan obat Digoxine 0,25 mg 1x1, Enzyplex
1x1, Furosemid 40 mg 1x1, Mizidine 35 mg 1x1 anti
angina, Lasix, Spironolakton 25 mg 1x1.Pukul 09.00
WIB meng-aff infus klien, dengan hasil area
sekitar infus tampak baik dan tidak bengkak. Pukul
09.55 meng-aff kateter klien, dengan hasil klien
sudah bisa BAK dengan normal secara mandiri. Pukul
10.30 WIB menobservasi keadaan klien, dengan hasil
klien mengatakan sudah ada rencana pulang dan
menunggu instruksi Dokter. Pukul 11.00 WIB
63
mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD:
120/70 mmHg, S: 37,0°C, N: 82x/menit, P:
20x/menit.Pukul 13.00 WIB memantau kebutuhan
oksigen klien, dengan hasil klien tampak tidur
dengan nyenyak dan tidak terpasang oksigen.
Evaluasi:
Tanggal 27 November 2013
S: klien mengatakan dada masih terasa nyeri ,
nafas masih sesak
O: klien tampak terlihat terpasang oksigen
(breathing mask), nafas menggunakan otot-otot
pernafasan
A: tujuan belum tercapai
P: rencana tindakan dilanjutkan (a,d,e)
a. pertahankan posisi fowler
d. observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam
(05.00, 11.00, 17.00, 23.00)
e. pertahankan oksigen 15L/menit
Tanggal 28 November 2013
S :klien mengatakan sesak berkurang
O :klien tampak terpasang oksigen 8L, nafas
menggunakan otot-otot pernafasan, nafas sedikit
dangkal, TTV: TD: 100/70mmHg, N: 80/xmenit, P:
24x/menit, S: 36,8℃A : tujuan teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan (a,c,e,d)
64
a. Pertahankan posisi fowler
c. Observasi adanya sesak
e. Pertahankan oksigen 8L/menit
d. Mengukur tanda-tanda vital tiap 6 jam
(05.00, 11.00, 17.00, 23.00)
Tanggal 29 November 2013
S: klien mengatakan sesak hilang timbul, dan klien
rencana pulang
O: klien tampak tenang, infus dan kateter sudah di
aff
A: tujuan sudah tercapai
P: intervensi dihentikan
2. Nyeri akut b/d iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri koroner
DS : klien mengatakan nyeri pada dada kiri, dada
berdebar-debar, nyeri seperti tertimpa benda
berat, nyeri timbul saat beraktivitas banyak.
DO : klien tampak meringis, skala nyeri 2-3,
tampak gelisah, tanda-tanda vital TD: 90/60 mmHg,
P: 28 x/menit, N: 68 x/menit, S: 36,5°C.
Rencana Tindakan:
a. Mengukur tanda-tanda vital tiap 6 jam
(05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00)
b. Mengobservasi karakteristik nyeri,
intensitas nyeri, lokasi nyeri, penyebaran.
65
c. Mengkaji respon nyeri klien
d. Memberikan lingkungan yang tenang, kurangi
pengunjung atau kunjungan.
e. Anjurkan kepada klien untuk segera minta
bantuan perawat bila merasakan serangan nyeri
kembali.
Kolaborasi
f. Beri terapi obat miozidine 2x35mg diberikan
pada pukul (08.00,20.00)
g. Mempertahankan oksigen 15 liter/menit
(menggunakan breathing mask)
Pelaksanaan:
Tanggal 27 November 2013
Pukul 11.00 WIB mengukur tanda – tanda vital,
dengan hasil TD: 90/60 mmHg, S: 36,6°C, P:
28x/menit, N: 68x/menit. Pukul 11.30 WIB mengkaji
klien, dengan hasil klien mengatakan sesak, nyeri
pada dada, mual, lemas, tidak nafsu makan, batuk.
Klien mengatakan dada berdebar-debar, pusing,
muntah, nyeri dada terasa seperti tertimpa benda
berat. Nyeri timbul saat beraktivitas banyak.
Berat badan sebelum sakit 50kg. Klien merasa tidak
berdaya. Klien tampak lemah, meringis, pucat,
nafas dangkal, pengisian kapiler selama 3 detik,
nafas menggunakan otot-otot pernapasan. Klien
tamapak gelisah, klien bedrest, aktivitas dibantu
oleh keluarga dan perawat sebagian, klien
66
menggunakan oksigen 15 liter dan tampak tremor.
Pukul 14.30 WIB mengobservasi keadaan umum klien
dengan hasil klien mengatakan masih sesak, nyeri
dan mual tapi tidak muntah. Pukul 15.00 mengukur
tanda-tanda vital dengan hasil , TD: 120/70 mmHg,
S: 36,6°C, N:76x/menit, P: 28x/menit. Pukul 20.00
WIB mengobservasi keadaan umum klien dengan hasil
klien tampak sesak, klien mengatakan nyeri di
daerah dada. Pukul 20.05 WIB memberikan klien obat
miozidine 35mg.
Pelaksanaan :
Tanggal 28 November 2013
Pukul 05.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan
hasil TD: 120/80 mmHg, N: 72x/menit, P: 24x/menit,
S: 36,1°C. Pukul 07.00 WIB merapikan lingkungan
klien dengan hasil lingkungan klien tampak bersih
dan klen merasa nyaman. Pukul 10.00 WIB
mengobservasi nyeri dengan hasil skala nyeri 1-2.
Pukul 11.05 WIB mengukur tanda-tanda vital, dengan
hasil TD: 100/70 mmHg, S: 36,8°C, N: 80x/menit, P:
22x/menit. Pukul 16.00 WIB membantu memandikan
klien dengan hasil klien tampak segar, dan
mengatakan ingin cepat pulang. Pukul 20.00 WIB
mengobservasi klien, dengan hasil klien mengatakan
ingin cepat pulang. Pukul 20.08 WIB memberikan
klien obat Miozidine 35 mg.
67
Pelaksanaan :
Tanggal 29 November 2013
Pukul 05.30 WIB membantu memandikan klien, dengan
hasil klien tampak segar dan nyaman. Pukul 08.25
memberikan obat Digoxine 0,25 mg 1x1, Enzyplex
1x1, Furosemid 40 mg 1x1, Miozidine 35 mg 1x1 anti
angina, Lasix, Spironolakton 25 mg 1x1. Pukul
10.30 WIB mengobservasi keadaan klien, dengan
hasil klien mengatakan sudah ada rencana pulang
dan menunggu instruksi Dokter. Pukul 11.00 WIB
mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD:
120/70 mmHg, S: 37,0°C, N: 82x/menit, P:
20x/menit. Pukul 13.15 WIB mempersiapkan klien
untuk pulang.
Evaluasi:
Tanggal 27 November 2013
S: klien mengatakan nyeri dada masih terasa sesak,
pusing/sakit kepala
O: klien tampak lemah, meringis, pucat, aktivitas
masih di bantu TTV: TD: 120/70mmHg, N: 76x/menit,
P: 28X/menit, S: 36,6℃A: tujuan belum tercapai
P: rencana tindakan dilanjutkan (a,f,b)
b.Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (05.00,
11.00. 17.00, 23.00)
f.Berikan obat nyeri: miozidine 2x1 35mg (08.00,
20.00)
68
a.Mengobservasi karakteristik nyeri dan
intensitas nyeri
Tanggal 28 November 2013
S: klien mengatakan nyeri dada berkurang,
pusing/sakit kepala masih ada
O: klien tampak lemah, skala nyeri 1-2, aktivitas
di bantu sebagian, TTV: TD: 100/70mmHg, N:
80x/menit, P: 24x/menit, S: 36,8℃A: tujuan teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan (a,b,c)
b. Mengukur tanda-tanda vital setiap 6 jam
(05.00, 11.00, 17.00, 23.00)
e. Observasi adanya nyeri/skala nyeri
f. Memberikan obat nyeri miozidine 2x1 35mg
(08.00, 20.00)
Tanggal 29 November 2013
S: klien mengatakan nyeri dada sydah berkurang,
dan klien rencana pulang tetapi menunggu dr. Zaini
visit
O: skala nyeri 1-2, infus dan kateter sudah di aff
A: tujuan sudah tercapai
P: intervensi dihentikan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia.
69
DS : klien mengatakan tidak nafsu makan,mual,
muntah, lemas, Berat Badan sebelum sakit 50
kg,tinggi badan 157cm.
DO : klien tampak lemah, makan habis 1/4 porsi,
berat badan saat ini 48 kg, diit lambung III,
tanda-tanda vital TD: 90/60 mmHg, N:68 x/menit,
P:28 x/menit, S: 36,5 °C
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi selama 3x24
jam perawatan.
Kriteria hasil : Nafsu makan ada, mual hilang,
muntah tidak ada, makan habis ½ - 1 porsi, TTV
dalam batas normal TD: 110/70-120/80 mmHg, S:
36,0-37,0°, N: 80-100x/menit, P: 16-20x/menit.
Rencana tindakan :
a. Ukur tanda-tanda vital pada pukul (05.00,
11.00, 15.00, 19.00, 23.00)
b. Timbang Berat Badan Klien setiap hari
c. Auskultasi bising usus
d. Ajarkan tehnik relaksasi saat mual timbul
e. Beri makan sedikit tapi sering
f. Kaji makanan kesukaan klien sesuai diit
Kolaborasi
g. Berikan obat enzyplex diberikan pada pukul
(08.00)
Pelaksanaan :
Tanggal 27 November 2013
70
Pukul 11.00 WIB mengukur tanda – tanda vital,
dengan hasil TD: 90/60 mmHg, S: 36,6°C, P:
28x/menit, N: 68x/menit. Pukul 11.30 WIB mengkaji
klien, dengan hasil klien mengatakan sesak, nyeri
pada dada, mual, lemas, tidak nafsu makan, batuk.
Klien mengatakan dada berdebar-debar, pusing,
muntah, nyeri dada terasa seperti tertimpa benda
berat.. Pukul 12.00 WIB menyiapkan makan siang
klien, dengan hasil klien makan habis ¼ porsi.
Pukul 14.30 WIB mengobservasi keadaan umum klien
dengan hasil klien mengatakan masih sesak, nyeri
dan mual tapi tidak muntah. Pukul 15.00 mengukur
tanda-tanda vital dengan hasil , TD: 120/70 mmHg,
S: 36,6°C, N:76x/menit, P: 28x/menit.Pukul 18.00
WIB menyiapkan makan klien dengan hasil makan
habis ½ porsi.
Pelaksanaan :
Tanggal 28 November 2013
Pukul 05.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan
hasil TD: 120/80 mmHg, N: 72x/menit, P: 24x/menit,
S: 36,1°C. Pukul 07.20 WIB menyiapkan makan klien
dengan hasil makan habis ½ porsi. Pukul 08.45 WIB
memberikan klien obat Enzyplex 1x1 tablet. Pukul
11.05 WIB mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil
TD: 100/70 mmHg, S: 36,8°C, N: 80x/menit, P:
22x/menit. Pukul 18.00 WIB menyiapkan klien makan,
dengan hasil makan habis ½ porsi. Pukul 20.00 WIB
71
mengobservasi klien, dengan hasil klien mengatakan
ingin cepat pulang.
Pelaksanaan :
Tanggal 29 November 2013
Pukul 06.40 WIB menyiapkan makan klien, dengan
hasil makan habis 1 porsi. Pukul 08.25 memberikan
obat, Enzyplex 1x1. Pukul 09.00 WIB meng-aff infus
klien, dengan hasil area sekitar infus tampak baik
dan tidak bengkak. Pukul 09.55 meng-aff kateter
klien, dengan hasil klien sudah bisa BAK dengan
normal secara mandiri. Pukul 10.30 WIB
menobservasi keadaan klien, dengan hasil klien
mengatakan sudah ada rencana pulang dan menunggu
instruksi Dokter. Pukul 11.00 WIB mengukur tanda-
tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, S:
37,0°C, N: 82x/menit, P: 20x/menit. Pukul 11.15
meimbang BB klien, dengan hasil BB = 48 Kg Pukul
12.00 WIB menyiapkan makan klien, dengan hasil
klien makan habis 1 porsi. Pukul 13.00 WIB. Pukul
13.15 WIB mempersiapkan klien untuk pulang.
Evaluasi
Tanggal 27 November 2013
S: klien mengatakan masih mual tapi tidak muntah,
nafsu makan masih berkurang, merasa lemas
O: klien tampak lemah, pucat, makan habis ¼ porsi
dan belum ada perubahan berat badan
72
A: tujuan belum tercapai
P: rencana tindakan dilanjutkan (a,b,e,f)
a. Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (05.00,
11.00, 17.00, 23.00)
b. Timbang berat badan klien setiap hari
e. Berikan makan porsi kecil tetapi sering
f. Pantau makanan kesukaan klien sesuai diit
Tanggal 28 November 2013
S: klien mengatakan mual berkurang, nafsu makan
mulai membaik
O: klien tampak makan habis ½ porsi, TTV: TD:
100/70mmHg, N: 80x/menit, P:24x/menit, S: 36,8℃A: tujuan teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan (a,b,e)
a. Mengukur tanda-tanda vital setiap 6 jam
(05.00, 11.00, 17.00, 23.00)
e. Berikan porsi makan kecil tetapi sering
b. Timbang berat badan klien setiap hari
Tanggal 29 November 2013
S: klien mengatakan mual dan muntah sudah tidak
ada, nafsu makan sudah baik, dan klien rencana
pulang tetapi menunggu dr. Zaini visit
O: klien tampak makan habis 1 porsi, infus dan
kateter sudah di aff, TTV: TD: 120/70mmHg, N:
82x/menit, P: 20x/menit, S: 37℃A: tujuan sudah tercapai
73
P: intervensi
dihentikan
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan
antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan
Ds : Klien mengatakan lemas, pusing, nyeri timbul
saat banyak beraktivitas.
Do :. Klien tampak aktivitas dibantu keluarga dan
perawat, bedrest, skala nyeri 2-3, tanda-tanda
vital TD: 90/60 mmHg, P: 28 x/menit, N:
68x/menit,S:36,5°C
Tujuan : klien terbebas dari ras nyeri dan mampu
meningkatkan toleransiaktivitas.
Kriteria hasil : aktivitas dapat dilakukan
mandiri, nyeri dada hilang atau berkurang.
Rencana tindakan :
a. Catat/dokumentasi frekuensijantung, irama, dam
perubahan TD sebelum, selama, sesudah aktivitas
sesuai indikasi. Hubungkan dengan laporan nyeri
dada/napas pendek.
a. Tingkatkan istirahat (tempat tidur/kursi).
Batasi aktivitaas pada dasar nyeri/respons
hemodinamik. Berikan aktivitas senggang yang tidak
berat.
b. Batasi pengunjung dan/atau kunjungan oleh
klien.
c. Anjurkan pasien menghindari peningkatan
tekanan abdomen.
74
d. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktivas
e. Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukkan tidak
toleran terhadap aktivitas atau memerlukan
pelaporan pada perawat/dokter,
Tanggal 27 November 2013
Pukul 11.00 WIB mengukur tanda – tanda vital,
dengan hasil TD: 90/60 mmHg, S: 36,6°C, P:
28x/menit, N: 68x/menit. Pukul 11.30 WIB mengkaji
klien, dengan hasil klien mengatakan sesak, nyeri
pada dada, mual, lemas, tidak nafsu makan, batuk.
Klien mengatakan dada berdebar-debar, pusing,
muntah, nyeri dada terasa seperti tertimpa benda
berat. Nyeri timbul saat beraktivitas banyak.
Berat badan sebelum sakit 50kg. Klien merasa tidak
berdaya. Klien tampak lemah, meringis, pucat,
nafas dangkal, pengisian kapiler selama 3 detik,
nafas menggunakan otot-otot pernapasan. Klien
tamapak gelisah, klien bedrest, aktivitas dibantu
oleh keluarga dan perawat sebagian, klien
menggunakan oksigen 15 liter dan tampak tremor.
Pukul 14.30 WIB mengobservasi keadaan umum klien
dengan hasil klien mengatakan masih sesak, nyeri
dan mual tapi tidak muntah. Pukul 15.00 mengukur
tanda-tanda vital dengan hasil , TD: 120/70 mmHg,
S: 36,6°C, N:76x/menit, P: 28x/menit. Pukul 16.30
WIB membantu memandikan klien dengan hasil klien
75
tampak bersih dan merasa nyaman. Pukul 20.00 WIB
mengobservasi keadaan umum klien dengan hasil
klien tampak sesak, klien mengatakan nyeri di
daerah dada.
Pelaksanaan :
Tanggal 28 November 2013
Pukul 05.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan
hasil TD: 120/80 mmHg, N: 72x/menit, P: 24x/menit,
S: 36,1°C. Pukul 05.30 membantu memandikan klien
dengan hasil, klien tampak bersih, nyaman dan
lebih segar. Pukul 10.00 WIB mengobservasi nyeri
dengan hasil skala nyeri 1-2. Pukul 11.05 WIB
mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD:
100/70 mmHg, S: 36,8°C, N: 80x/menit, P:
22x/menit. Pukul 16.00 WIB membantu memandikan
klien dengan hasil klien tampak segar, dan
mengatakan ingin cepat pulang. Pukul 20.00 WIB
mengobservasi klien, dengan hasil klien mengatakan
ingin cepat pulang.
Pelaksanaan :
Tanggal 29 November 2013
Pukul 05.30 WIB membantu memandikan klien, dengan
hasil klien tampak segar dan nyaman. Pukul 08.25
memberikan obat Digoxine 0,25 mg 1x1, Enzyplex
1x1, Furosemid 40 mg 1x1, Mizidine 35 mg 1x1 anti
angina, Lasix, Spironolakton 25 mg 1x1. Pukul
76
09.55 meng-aff kateter klien, dengan hasil klien
sudah bisa BAK dengan normal secara mandiri. Pukul
10.30 WIB menobservasi keadaan klien, dengan hasil
klien mengatakan sudah ada rencana pulang dan
menunggu instruksi Dokter. Pukul 11.00 WIB
mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD:
120/70 mmHg, S: 37,0°C, N: 82x/menit, P:
20x/menit. Pukul 13.15 WIB mempersiapkan klien
untuk pulang.
Evaluasi:
Tanggal 27 November 2013
S: klien mengatakan masih ada nyeri dada
O: klien tampak aktivitas di bantu, TTV: TD:
120/70mmHg, N: 76x/menit, P: 28x/menit, S: 36,6℃A: tujuan belum tercapai
P: rencana tindakan dilanjutkan (a,b)
a. Observasi tanda-tanda vital sebelum, selama
dan sesudah aktivitas sesuai indikasi
b. Pertahankan istirahat yang cukup
Tanggal 28 November 2013
S: klien mengatakan lemas, pusing/sakit kepala
masih ada
O: klien tampak aktivitas masih di bantu, skala
nyeri 1-2, TTV: TD: 100/70mmHg, N: 80x/menit, P:
24x/menit, S: 36,8℃A: tujuan belum teratasi
77
P: intervensi di lanjutkan (a,b,c)
a. Mengukur tanda-tanda vital setiap 6 jam
(05.00, 11.00, 17.00, 23.00)
b. Bedrest
Tanggal 29 November 2013
S: klien mengatakan sudah tidak lemas dan klien
rencana pulang tetapi menunggu dr. Zaini visit
O: klien tampak aktivitas sudah tidak di bantu,
infus dan kateter sudah di aff
A: tujuan sudah tercapai
P: intervensi dihentikan
5. Ansietas b/d ancaman perubahan kesehatan
Ds:Klien mengatakan klien mengatakankhawatir akan
penyakitnya.
Do: Klien tampak cemas, gelisah, tremor, tanda-
tanda vital TD: 90/60 mmHg, P: 28 x/menit, N:
68x/menit,S:36,5°C.
Tujuan :klien mampu mengekspresikan rasa takut
atau kecemasan secara positif sehingga mekanisme
kopingnya efektifdan kecemasan atau ras takut
hilang 1x24 jam.
Kriteria hasil : cemas nerkurang, tidak ada
gelisah, dapat melakukan pemecahan positif.
Rencana tindakan :
a. Observasi kecemasan klien, batasi kunjungan
agar klien dapat istirahat
78
b. Ukur tanda-tanda vital pada pukul (05.00,
11.00, 15.00, 19.00, 23.00)
c. Berikan dukungan untuk mengekspresikan
perasaan.
d. Anjurkan aktif dalam program rehabilitas
Tanggal 27 November 2013
Pukul 11.00 WIB mengukur tanda – tanda vital,
dengan hasil TD: 90/60 mmHg, S: 36,6°C, P:
28x/menit, N: 68x/menit. Pukul 11.30 WIB mengkaji
klien, dengan hasil klien mengatakan sesak, nyeri
pada dada, mual, lemas, tidak nafsu makan, batuk.
Klien mengatakan dada berdebar-debar, pusing,
muntah, nyeri dada terasa seperti tertimpa benda
berat. Nyeri timbul saat beraktivitas banyak.
Berat badan sebelum sakit 50kg. Klien merasa tidak
berdaya. Klien tampak lemah, meringis, pucat,
nafas dangkal, pengisian kapiler selama 3 detik,
nafas menggunakan otot-otot pernapasan. Klien
tamapak gelisah, klien bedrest, aktivitas dibantu
oleh keluarga dan perawat sebagian, klien
menggunakan oksigen 15 liter dan tampak
tremorPukul 14.30 WIB mengobservasi keadaan umum
klien dengan hasil klien mengatakan masih sesak,
nyeri dan mual tapi tidak muntah. Pukul 15.00
mengukur tanda-tanda vital dengan hasil , TD:
120/70 mmHg, S: 36,6°C, N:76x/menit, P:
28x/menit. Pukul 20.00 WIB mengobservasi keadaan
79
umum klien dengan hasil klien tampak sesak, klien
mengatakan nyeri di daerah dada.
Pelaksanaan :
Tanggal 28 November 2013
Pukul 05.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan
hasil TD: 120/80 mmHg, N: 72x/menit, P: 24x/menit,
S: 36,1°C. Pukul 07.00 WIB merapikan lingkungan
klien dengan hasil lingkungan klien tampak bersih
dan klen merasa nyaman. Pukul 11.05 WIB mengukur
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 100/70 mmHg,
S: 36,8°C, N: 80x/menit, P: 22x/menit. Pukul 15.00
WIB mengukur tanda-tanda vital dengan hasil TD :
100/70 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,6°C, P:
22x/menit. Pukul 16.00 WIB membantu memandikan
klien dengan hasil klien tampak segar, dan
mengatakan ingin cepat pulang. Pukul 20.00 WIB
mengobservasi klien, dengan hasil klien mengatakan
ingin cepat pulang.
Pelaksanaan :
Tanggal 29 November 2013
Pukul 05.30 WIB membantu memandikan klien, dengan
hasil klien tampak segar dan nyaman. Pukul 08.25
memberikan obat Digoxine 0,25 mg 1x1, Enzyplex
1x1, Furosemid 40 mg 1x1, Mizidine 35 mg 1x1 anti
angina, Lasix, Spironolakton 25 mg 1x1. Pukul
09.00 WIB meng-aff infus klien, dengan hasil area
80
sekitar infus tampak baik dan tidak bengkak. Pukul
09.55 meng-aff kateter klien, dengan hasil klien
sudah bisa BAK dengan normal secara mandiri. Pukul
10.30 WIB menobservasi keadaan klien, dengan hasil
klien mengatakan sudah ada rencana pulang dan
menunggu instruksi Dokter. Pukul 11.00 WIB
mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD:
120/70 mmHg, S: 37,0°C, N: 82x/menit, P:
20x/menit. Pukul 13.15 WIB mempersiapkan klien
untuk pulang.
Evaluasi
Tanggal 27 November 2013
S: klien mengatakan khawatir akan penyakitnya
O: klien tampak tidak berdaya, gelisah
A: tujuan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (b,c)
b. Observasi kecemasan klien
c. Berikan dukungan kepada klien
Tanggal 28 November 2013
S: klien mengatakan rasa khawatir berkurang
O: klien tampak gelisah berkurang
A: tujuan teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan (b,c)
b. Observasi kecemasan klien
c. Berikan dukungan kepada klien
81
Tanggal 29 November 2013
S: klien mengatakan sudah tidak cemas dan klien
rencana pulang tetapi menunggu dr. Zaini visit
O: klien tampak tidak gelisah, infus dan kateter
sudah di aff, TTV: TD: 120/70mmHg, N: 82x/menit,
P: 20x/menit, S: 37℃A: tujuan sudah tercapai
P: intervensi dihentikan
82
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara
teori dan kasus yang penulis dapatkan dalam menerapkan
Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.S dengan Miocard
Infark di Ruang Murai Rumah Sakit Pelni Jakarta selama
3 hari perawatan di mulai dari tanggal 27 November
2013 sampai dengan 29 ovember 12 melalui asuhan
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian, penyebab predisposisi teori
adalah prarenal yang menyebabkan kurangnya aliran
darah ginjal dan menurunya filtrasi glomerulus,
intrarenal kerusakan akibat jaringan glomerulus /
tubulus biasanya akibat pemakaian obat, pada usia
lansia mengganggu prostaglandin yang melindungi
aliran darah renal seperti contoh DM, Postrenal
terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine
mellui saluran kemih. Pada kasus ditandai dengan
peningkatan ureum creatinine, kelelahan, dan sewaktu
muda klien suka minum minuman bersoda. Pada teori
82
83
dan kasus telah sesuai yaitu minum-minuman bersoda,
maka tidak ada kesenjangan.
Manifestasi klinis yang terdapat pada teori adalah
gastrointenstinal, ulserasi saluran pencernaan dan
perdarahan pada system kardiovaskuler: hipertensi
yang di akibatkan oleh peningkatan produksi rennin
angiotensin-aldosteron, gagal jantung kongestif dan
edema paru akibat penimbunan cairan kardiomegali.
Pada system hematologi anemia gangguan fungsi
trombosit dan fungsi leukosit sehingga imunitas
menurun. System saraf dan otot neuropati uremia yang
mengakibatkan tungkai bawah, burning feet syndrome,
kejang, koma, akibat uremia telah parah. System
endokrin seksual, gangguan metabolisme, glukosa,
metabolisme lemak, gangguan metabolism vitamin D.
system dermatologi: pluritis, kulit berwarna pucat,
akibat anemia
84
dan kekuning kuningan akibat urokrim, ekimosis,
ureafost akibat kristalisasi urea yang ad pada
keringat, dan sedangkan pada kasus yaitu lemah,
hipertensi, anoreksia, mual muntah, anemia,kulit
pucat, pluritis. Tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan kasus.
Pada pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori
adalah BUN, Hitung darah lengkap ,GDA , Natrium
serum , Kalium , Magnesium , Kalsium , Biopsi ginjal
, EKG dan pada kasus yaitu DPL, Natrium serum,
Kalium, BUN/ creatinin, EKG sedangkan pemeriksaan
diagnostik yang ada pada teori tetapi tidak ada pada
kasus yaitu SDM, GDA, KUB foto Arteriogram ginjal,
Biopsy ginjal, Endoskopi ginjal, nefroskopi, jadi
pada pemeriksaan diagnostic terjadi kesenjang karena
pemeriksaan yang dilakukan pada kasus sudah cukup
menunjang diagnosa.
Pada penatalaksanaan medis antara teori dan kasus,
pada teori adalah Antihipertensi, Suplemen zat besi,
Anti diuretic, antiemetic , Antasid, Anti histamine,
Antibiotik, suplemen kalsium dan vit D dan Sedangkan
pada kasusanti hipertensi, anti emetic, antasida,
analgetik, pada kasus diberikan analgetic karena
tangan kiri klien bengkak dan kemerahan sudah 2
minggu yang lalu,sedangkan obat yang tidak ada pada
kasus Suplemen zat besi, Anti diuretic, Anti
85
histamine, Antibiotik, suplemen kalsium dan vit
D,karena obat yang diberikan sudah dapat memenuhi
kebutuhan klien.
Non farmakoterapi yang ada pada teori adalah
pembatasan asupan cairan , diit rendah protein ,
diit rendah garam , transfuse darah , hemodialisa ,
dan CAPD.Sedangkan pada kasus sama yaitu pembatasan
asupan cairan: minum 600cc/24jam, hemodialisa.
Faktor Penghambat pada tahap pengkajian penulis
menemukan sedikit hambatan yaitu kurangnya
ketelitian penulis dalam proses pengkajian
keperawatan.
Faktor pendukung yaitu klien dan keluarga kooperatif
dalam memberikan data, adanya catatan keperawatan
dan hasil pemeriksaan diagnostik sehingga membantu
penulis dalam memperoleh data.
Saran yaitu diharapkan penulis pada tahap pengkajia
lebih teliti dalam proses pengkajian keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori ada 7 yaitu Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume
sirkulasi , Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan
dengan penekanan produksi/sekresi eritropoetin ,
Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
86
fisiologis , Resiko tinggi terhadap integritas kulit
untuk berhubungan dengan gangguan status metabolic,
sirkulasi , Resiko tinggi terhadap perubahan membrane
mukosa oral berhubungan dengan kurang/penurunan
saliva, pembatasan cairan , Kurang pengetahuan tentang
kondisi berhubungan dengan salah interpretasi
informasi diagnosa keperawatan, Ketidakpatuhan
berhubungan dengan sistem nilai pasien, perubahan
mental, komoleksitas. Sedangkan pada kasus ditemukan 5
diagnosa keperawatan yaitu Resiko tingi penurunan
curah jantung b/d Ketidakseimbangan cairan, Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake
inadekuat,Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan, Resiko tinggi terhadap integritas
kulit untuk berhubungan dengan gangguan status
metabolic, Kurang pengetahuan berhubungan dengan
perawatan cimino. Diagnosa pada teori dan kasus
terdapat kesenjangan karena diagnosa perubahan nutrisi
berhubungan dengan intake inadekuat, Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan trauma jaringan ada di
kasus tetapi tidak ada pada teori.
Faktor pendukung pada tahap ini adalah tersedianya
buku sumber yang cukup memadai dan dapat dijadikan
acuan sehingga memudahkan penulis dalam menemukan
diagnosa keperawatan.
Faktor penghambattidak menemukan oleh penulis
87
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan diagnosa prioritas Resiko
tinggi penurunan curah jantung b/d ketidakseimbangan
cairan.Yang ada di kasus namum tidak ada pada teori
yaitu observasi gangguan tidur, karena klien tidak
dapat tidur pada malam hari.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada pelaksanaan diagnosa Resiko tinggi penurunan
curah jantung b/d ketidakseimbangan cairansecara umum
penulis dapat melakukan perencanaan yang telah di
rencanakan yaitu Ukur tanda-tanda vital tiap pukul
(05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00), Ukur intake dan
output setiap 3x/hari pukul (06.00, 14.00, 18.00),
Beri posisi nyaman pada klien semi fowler dan fowler,
Catat bunyi jantung, dan pengisian kapiler, Pantau
keluhan nyeri dada lokasidan skala nyeri, Observasi
adanya gangguan tidur , KolaborasiPantau hasil
laboratorium : elektrolit (natrium, kalium, chlorida),
ureum, creatinine, Berikan obat anti hipertensi,
Amlodipin 1x5mg diberikan pukul (08.00), Clonidin
2x0,15mg diberikan pukul (08.00, 20.00), Siapkan untuk
hemodialisa pada hari rabu dan sabtu
88
Diagnosa Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake inadekuat, secara umum penulis dapat
melakukan perencanaan yang telah direncanakan,
perencanaan yang penulis telah rencanakan dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ada yaitu
Timbang berat badan setiap hari, Pantau pemeriksaan
laboratorium ( Hemoglobin ), Identifikasi makanan yang
disukai dalam atas diet, Kaji adanya mual dan tidak
nafsu makan, Beri makan porsi kecil tapi sering,
Pantau habisnya makan, KolaborasiBeri terapi obat
ranitidine 2x25mg diberikan pada pukul (08.00,20.00),
Donperidone 3x10mg diberikan pada pukul (08.00,
16.00,23.00), OMZ 2x20mg diberikan pada pukul (08.00,
20.00)
Diagnosa Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan secara umum penulis dapat melakukan
perencanaan yang telah direncanakan, perencanaan yang
penulis yang telah rencanakan dapat dilaksanakan semua
sesuai dengan perencanaan yang ada yaitu Ukur tanda-
tanda vital pada pukul (05.00, 11.00, 15.00, 19.00,
23.00),Observasi tanda – tanda infeksi seperti
bengkakdan kemerahan, Pantau keluhan nyeri pada tangan
kiriklien dan skala nyeri (0-10), Ajarkan tehnik
relaksasi untuk mengurangi nyeri, Pantau hasil
pemeriksaanLab (leukosit, ureum, cretinine),
Kolaborasi,Berikan obat analgesic tramall supp,
89
Natrium dikofenak 2x50 mg diberikan pada pukul
(08.00,20.00)
Diagnosa Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d
Gangguan status metaboliksecara umum penulis dapat
melakukan perencanaan yang telah direncanakan,
perencanaan yang penulis yang telah rencanakan dapat
dilaksanakan semua sesuai dengan perencanaan yang ada
yaituObservasi keadaan kulit (warna, turgor
elastisitas, temperature), Ukur intake dan output
cairan seiap 3x/ hari pukul (06.00, 14.00, 18.00),
Berikan perawatan kulit dengan batasi penggunaan
sabun, linen tetap kering dan kencang (tidak
berkeriput) salep atau krim, Berikan perawatan kuku,
Beritahu klien untuk tidak menggaruk – garuk
Diagnosa Kurang pengetahuan berhubungan dengan
perawatan cimino secara umum penulis dapat melakukan
perencanaan yang telah direncanakan, perencanaan yang
penulis yang telah rencanakan dapat dilaksanakan semua
sesuai dengan perencanaan yang ada yaitu Tanyakan
sejauh mana klien tahu tentang penyakitnya, Jelaskan
apa itu cimino, Jelaskan tujuan pemasangan cimino,
Jelaskan komplikasi jika tidak perawatan cimino,
Jelaskan hal –hal yang harus diperhatikan pada cimino
Faktor penghambat dalam pelaksanaan ada karena
keterbatasan waktu sehingga tidak semua pelaksanaan
90
dapat dilakukan tetapi secara umum dapat dilakukan.
Faktor pendukung pada tahap pelaksanaan yaitu klien
dan keluarga sangat kooperatif.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada
Klien Tn. N dengan Gagal Ginjal Kronik selama 3 hari
dari tanggal 10Januari 2013 sampai 12Januari 2013.
Evaluasi keperawatan menggunakan metode SOAP dalam
mengevaluasi dari proses dengan mengacu pada tujuan
dan kriteria hasil.
Evaluasi keperawatan untuk 5 diagnosa. 1 diagnosa
keperawatan tujuannya tercapai, 4 diagnosa keperawatan
tujuannya belum tercapai.
Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah adanya
data yang mendukung untuk mengevaluasi diagnosa
keperawatan karena keluhan klien sesuai dengan tanda
dan gejala yang ada pada teori.
91
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada
Klien Tn. S dengan Miokardio Infark di Ruang Murai
Sakit Pelni Jakarta, dengan No. Rekam medik klien
43.51.27 berumur 43 tahun, selama 3 hari perawatan
mulai dari tanggal 27 November 2013 sampai 29
November 2013 maka penulis dapat menarik kesimpulan
dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang telah penulis lakukan
penyebab dari Miokard Infark adalah mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin
akibat penyempitan kritis arteri koroner karena
ateroskelerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau trombus. Manifestasi klinis yang
ditemukan adalah rasa nyeri seperti diperas(rasa
nyeri dapat menyebar ke lengan kanan sampai leher),
tidak enak pada daerah gester, muntah, gelisah,
tampak sangat cemas, takut, merasa nyawa terancam,
sulit bernapas, ada sianosi, dan tanda syok, nadi
cepat, lemah, kadang-kadang tidak teraba, tekanan
darah menurun, timbul gangguan konduksi impuls dan
aritmia, subtenal akut, diaforesis. Penatalaksanaan
92
farmakoterapi yang diberikan yaitu vasodilator,
antikoagulan, trombolitik, pemberian oksigen,
analgetik. penatalaksanaan non farmakoterapi yang
diberikan yaitu tirah baring. Pemeriksaan diagnostic
yang dilakukan yaitu EKG, enzim jantung dan iso
enzim, elektrolit, sel darah putih, kecepatan
sedimentasi, kimia, kolesterol/trigeliserida serum,
foto dada, echocardiogram, pemeriksaan pencitraan
nuklir, pencitraan darah jantung/MUGA,
angiograficoroner, digital substraktion
angiography(DSA), nuclear magnetic resonance(NMR).
Diagnosa yang ditemukan ada lima diagnosa yaitu
tidak efektif pola nafas b/d Ketidakseimbangan
suplai oksigen, nyeri akut b/d iskemia jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri koroner, Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara
suplai oksigen miokard dan kebutuhan, Ansietas b/d
ancaman perubahan kesehatan.
Ukur tanda-tanda vital tiap pukul (05.00, 11.00,
15.00, 19.00, 23.00), Beri posisi nyaman pada klien
semi fowler dan fowler, Catat frekuensi jantung,
Pantau keluhan nyeri dada lokasi dan skala nyeri,
anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan
abdomen, berikan makan porsi kecil tapi sering,
auskultasi bising usus, kolaborasi pemberian obat
oral Digoxin 0,25mg 1x1/2 diberikan pada pukul
(08.00), Spirolakton 25mg 1x1 diberikan pada pukul
93
(08.00), Furosemid 40mg 1x1, diberikan pada pukul
(08.00), Miozidine 35mg 2x1 diberikan pada pukul
(08.00, 20.00), Enzyplex 1x1 diberikan pada pukul
(08.00), setelah syring pump di stop klien mendapat
terapi obat injeksi IV Lasix 10mg/ml 1x2ampul
diberikan pada pukul (08.00). Oksigen 15
liter/menit.
Pada pelaksanaan, pada diagnosa prioritas semua
terlaksana, hal ini didukung oleh kepatuhan klien
untuk melakukan program yang telah direncanakan agar
mendapatkan hasil yang maksimal
Evaluasi keperawatan pada diagnose yang diambil
yaitu Tidak efektif pola nafas b/d Ketidakseimbangan
suplai oksigen, tujuan sudah tercapai. Nyeri akut
b/d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner, tujuan sudah tercapai. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,tujuan
sudah tercapai. Intoleransi aktivitas b/d ketidak
seimbangan antara suplai oksigen miokard dan
kebutuhan,tujuan sudah tercapai. Ansietas b/d
ancaman perubahan kesehatan, tujuan sudah tercapai.
Faktor pendukung dari pelaksanaan dan evaluasi
adalah karena klien dan keluarga yang kooperatif.
Faktor penghambatnya adalah karena keterbatasan
waktu.
94
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis
menyarankan agar :
1. Dalam menerapkan Asuhan keperawatan pada klien
dengan Miocardial Infark diharapkan penulis dan
perawat ruangan mengutamakan tindakan mandiri
dari pada tindakan kolaboratif.
2. Perawat ruangan dan penulis lebih intensif lagi
dalam melakukan tindakan pemantauan pengunaan
oksigen.
3. Agar penulis lebih meningkatkan pengetahuannya
dan lebih teliti dalam memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik lagi.
4. Perawat dan penulis mampu meningkatkan
kerja sama yang baik dalam melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan.