BAB 1 -Manusia Dan Binatang

24
BAB 1 - Manusia Dan Binatang Manusia merupakan sebangsa binatang. Dia memiliki banyak kesamaan dengan binatang lainnya. Pada saat yang sama manusia memiliki banyak ciri yang membedakan dirinya dengan binatang lainnya, dan ciri-ciri ini menempatkannya lebih unggul daripada binatang. Ada ciri-ciri utama yang mendasar, yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sifat-sifat manusiawi manusia ditentukan oleh ciri-ciri ini. Ciri-ciri ini, yang juga menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai budaya manusia, berkaitan dengan dua hal. Yaitu, sikap dan kecenderungan. Pada umumnya binatang memiliki kemampuan melihat dan mengenal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Dan dengan berbekal pengetahuan yang didapat dari melihat dan mengenal ini, binatang berupaya mendapatkan apa yang diinginkannya. Seperti binatang lainnya, manusia juga memiliki banyak keinginan. Dan dengan bekal pengetahuan dan pengertiannya, manusia berupaya mewujudkan keinginannya. Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Bedanya adalah manusia lebih tahu, lebih mengerti, dan lebih tinggi tingkat keinginannya. Kekhasan ini —yang dimiliki manusia— membedakan manusia dengan binatang, dan membuat manusia lebih unggul daripada binatang lainnya. Pengetahuan dan Keinginan Binatang Hanya melalui indera (alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba, dan merasakan sesuatu secara naluri—pen.) yang dimiliki, binatang mengenal (mengetahui) dunia. Itulah sebabnya. Pertama, pengetahuannya dangkal. Pengetahuannya tidak sampai menguasai detail sesuatu dan tidak memiliki akses ke

Transcript of BAB 1 -Manusia Dan Binatang

BAB 1 - Manusia Dan Binatang

Manusia merupakan sebangsa binatang. Dia memilikibanyak kesamaan dengan binatang lainnya. Pada saatyang sama manusia memiliki banyak ciri yang membedakandirinya dengan binatang lainnya, dan ciri-ciri inimenempatkannya lebih unggul daripada binatang. Adaciri-ciri utama yang mendasar, yang membedakan manusiadengan makhluk hidup lainnya. Sifat-sifat manusiawimanusia ditentukan oleh ciri-ciri ini. Ciri-ciri ini,yang juga menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagaibudaya manusia, berkaitan dengan dua hal. Yaitu, sikapdan kecenderungan.

Pada umumnya binatang memiliki kemampuan melihat danmengenal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Dandengan berbekal pengetahuan yang didapat dari melihatdan mengenal ini, binatang berupaya mendapatkan apayang diinginkannya. Seperti binatang lainnya, manusiajuga memiliki banyak keinginan. Dan dengan bekalpengetahuan dan pengertiannya, manusia berupayamewujudkan keinginannya. Manusia berbeda denganmakhluk hidup lainnya. Bedanya adalah manusia lebihtahu, lebih mengerti, dan lebih tinggi tingkatkeinginannya.

Kekhasan ini —yang dimiliki manusia— membedakanmanusia dengan binatang, dan membuat manusia lebihunggul daripada binatang lainnya.

Pengetahuan dan Keinginan Binatang

Hanya melalui indera (alat untuk merasa, mencium bau,mendengar, melihat, meraba, dan merasakan sesuatusecara naluri—pen.) yang dimiliki, binatang mengenal(mengetahui) dunia. Itulah sebabnya. Pertama,pengetahuannya dangkal. Pengetahuannya tidak sampaimenguasai detail sesuatu dan tidak memiliki akses ke

 

hubungan-hubungan internal yang terjadi dalam sesuatuitu. Kedua, pengetahuannya parsial dan khusus, tidakuniversal dan tidak umum. Ketiga, pengetahuannyaregional (terbatas pada wilayah tertentu), karenaterbatas pada lingkungan hidupnya dan tidak lebih dariitu. Keempat, pengetahuannya terbatas pada saatsekarang dan tidak berkenaan dengan masa lalu dan masamendatang. Binatang tidak mengetahui sejarahnyasendiri atau sejarah dunia. Karena itu, binatang tidakberpikir tentang masa depannya, dan juga tidakmerencanakan masa depannya.

Dari segi pengetahuannya, binatang tak sanggup keluardari kerangka lahiriahnya, kekhususannya, lingkunganhidupnya, dan masa sekarangnya. Binatang tak pernahlepas dari keempat bidang ini. Kalau saja secarakebetulan dapat melewati batas-batas keempat bidangini, itu terjadi secara naluriah dan tidak sadar,bukan karena kehendak dan pilihannya sendiri.

Seperti pengetahuannya, tingkat keinginan dan hasratbinatang juga terbatas ruang lingkupnya. Pertama,segenap hasratnya bersifat material, dan tidak lebihdari makan, minum, tidur, bermain, kawin, dan membuatsarang. Binatang tidak memiliki kebutuhan spiritual,nilai moral dan sebagainya. Kedua, segenapkeinginannya bersifat pribadi dan individualistis,berkaitan dengan binatang itu sendiri, atau palingbanter berkaitan dengan pasangan dan anak-anaknya.Ketiga, binatang bersifat regional, yaitu berkaitandengan lingkungan hidupnya saja. Keempat, binatangbersifat seketika itu, yaitu berkaitan dengan masasekarang.

Dengan kata lain, dimensi keinginan dan kecenderungan

dalam eksistensi binatang ada batasnya, begitu puladimensi eksistensi pengetahuannya. Dari sudut pandangini juga, binatang harus hidup dalam batas tertentu.Jika binatang mengejar sasaran yang berada di luarbatas ini dan misalnya, yang berkenaan denganspesiesnya pada umumnya dan bukan dengan satu individuatau berkenaan dengan masa depan dan bukan dengan masakini, sebagaimana terlihat terjadi pada binatangtertentu yang hidup berkelompok seperti lebah, ituterjadi secara tak sadar, secara naluri, dan karenaaturan langsung dari kekuatan yang telahmenciptakannya dan yang mengatur seluruh alam.

Pengetahuan dan Keinginan Manusia

Wewenang manusia di bidang pengetahuannya, informasidan pandangannya, dan di bidang keinginan dankecenderungannya, sangat luas dan tinggi.Pengetahuannya berangkat dari sisi eksternal sesuatumenuju sisi realitas internal sesuatu itu, salinghubungan yang terjadi di dalam sesuatu itu, dan menujuhukum yang mengatur sesuatu itu. Pengetahuan manusiatidak terbatas pada ruang atau waktu tertentu.Pengetahuan manusia mengatasi batas-batas seperti itu.Di satu pihak, manusia mengetahui peristiwa yangterjadi sebelum dia lahir, dan di lain pihak manusiabahkan mengetahui planet-planet selain bumi danbintang-gemintang. Manusia mengetahui masa lalu maupunmasa depannya. Dia mengetahui sejarahnya sendiri dansejarah dunia, yaitu sejarah bumi, langit, gunung,sungai, tumbuhan dan organisme hidup. Yang menjadipemikiran manusia bukan saja masa depan yang jauh,namun juga hal-hal yang tak terhingga dan abadi.Sebagian dari hal-hal ini diketahui oleh manusia.Manusia bukan sekadar mengetahui keanekaragaman dankekhasan. Dengan maksud menguasai alam, manusia

mencari tahu tentang hukum alam semesta dan kebenaranumum yang berlaku di dunia.

Dari sudut pandang ambisi dan aspirasinya, kedudukanmanusia luar biasa, karena dia adalah makhluk yangidealistis, tinggi cita-cita dan pemikirannya. Sasaranyang juga ingin dicapainya adalah sasaran yangsifatnya non-material dan tidak mendatangkankeuntungan material. Sasaran seperti ini adalahsasaran yang menjadi kepentingan ras manusiaseluruhnya, dan tidak terbatas pada dirinya dankeluarganya saja, atau tidak terbatas pada wilayahtertentu atau waktu tertentu saja.

Manusia begitu idealistis, sampai-sampai dia seringlebih menomorsatukan akidah dan ideologinya danmenomorduakan nilai lain. Dia bahkan menganggapmelayani orang lain lebih penting daripada mewujudkankesejahteraannya sendiri. Dan manusia memandang duriyang menusuk kaki orang lain seperti seakan menusukkakinya sendiri atau bahkan matanya sendiri. Diamerasa bersimpati kepada orang lain dan mau berbagisuka dan duka. Manusia begitu penuh dedikasi kepadaakidah dan ideologi sucinya, sampai-sampai dia mudahmengorbankan hidupnya demi akidah dan ideologi sucinyaitu. Segi manusiawi dari budaya manusia yang dianggapsebagai roh sejati budaya tersebut merupakan hasildari perasaan dan keinginan seperti itu.

Dasar dari Karakter Manusia

Berkat upaya kolektif manusia selama berabad-abad,manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luastentang dunia. Informasi yang didapat kemudiandihimpun dan dikembangkan. Setelah mengalami prosesdan sistematisasi, informasi ini kemudian menjadidikenal sebagai "ilmu" dalam artinya yang lebih luas,yaitu jumlah seluruh gagasan manusia tentang kosmos(alam semesta). Di dalamnya tercakup juga filsafat,

sebuah produk dari upaya kolektif manusia yang diberibentuk logika yang khusus.

Kecenderungan spiritual dan tingginya kesadaranmanusia ada karena manusia mempercayai realitas-realitas tertentu dunia ini, dan karena dedikasinyakepada realitas-realitas tersebut. Realitas-realitasini sifatnya bukan individualistis dan juga bukanmaterial. Sifatnya komprehensif dan umum, di dalamnyatak ada soal keuntungan ekonomi, dan pada gilirannyamerupakan hasil dari pengetahuan dan pemahamantertentu mengenai dunia yang disampaikan kepadamanusia oleh para nabi, atau dilahirkan oleh pemikiranidealistis sebagian filosof.

Bagaimanapun juga, kecenderungan spiritual dansuprahewani lebih tinggi yang ada pada diri manusia,jika dasarnya adalah infrastruktur doktrinal danintelektual, memakai nama agama. Karena itu,kesimpulannya adalah bahwa yang membedakan secaramendasar antara manusia dan makhluk hidup lainnyaadalah pengetahuan dan agama, dan bahwa pengetahuandan agama merupakan dasar dari ras manusia, dan rasmanusia ini bergantung pada pengetahuan dan agama.

Sudah banyak dibahas tentang perbedaan antara manusiadan spesies binatang lainnya. Sebagian berpandanganbahwa antara manusia dan spesies binatang lainnya itutak ada perbedaan yang mendasar. Mereka mengatakanbahwa perbedaan pengetahuan merupakan perbedaankuantitas, atau paling banter perbedaan kualitas,namun bukan perbedaan hakikat. Mereka memandang tidakbegitu penting prestasi-prestasi manusia yang luas danluar biasa di bidang pengetahuan, padahal prestasi-prestasi ini menarik perhatian filosof-filosof besarTimur dan Barat.

Kelompok sarjana ini mengatakan bahwa dari sudutpandang keinginan dan hasratnya, manusia tak lebih

daripada binatang.[1] Sebagian yang lain percaya bahwaperbedaaan utamanya adalah perbedaan kehidupan.Manusia adalah satu-satunya binatang yang sepenuhnyahidup. Binatang yang lain tak memiliki perasaan, dantak tahu suka dan duka. Binatang yang lain inihanyalah mesin-mesin yang setengah hidup. Karena itu,definisi yang sebenarnya mengenai manusia adalah bahwamanusia adalah makhluk hidup.[2] Pemikir-pemikir laintidak mempercayai itu, dan berpendapat bahwa antaramanusia dan makhluk hidup lainnya itu ada perbedaanyang mendasar. Kelihatannya fokus masing-masingkelompok sarjana ini adalah satu karakteristikmanusia. Itulah sebabnya manusia lalu didefinisikandengan begitu banyak cara yang berlainan. Manusiadigambarkan sebagai binatang yang rasional, makhlukyang benar-benar berupaya mendapatkan apa yangdikehendakinya, makhluk yang tak ada ujungnya, makhlukyang idealis, makhluk yang mencari nilai-nilai,binatang metafisis, makhluk yang tak pernahterpuaskan, makhluk yang tak ada batasannya, makhlukyang bertanggung jawab, makhluk yang berpandangan kedepan, agen (faktor atau instrumen) yang bebas,makhluk yang memberontak, makhluk yang suka ketertibansosial, makhluk yang suka keindahan, makhluk yang sukakeadilan, makhluk berwajah ganda, makhluk yangromantis, makhluk yang intuitif, makhluk yangmempercayai standar ganda, makhluk yang dapatmencipta, makhluk yang kesepian, makhluk yang memilikiperhatian kepada publik, makhluk yang fundamentalis,teoretis, dan dapat membuat peralatan, makhluksupranaturalis, imajinatif, spiritualis,transendentalis, dan sebagainya.

Tak pelak lagi, masing-masing keterangan ini benar,dilihat dari kualitas-kualitas esensialnya masing-masing. Akan tetapi, jika kita mau mendapatkanungkapan yang mencakup semua perbedaan mendasarnya,maka harus kita katakan bahwa manusia adalah binatangyang berpengetahuan dan beragama.

Apakah Sisi Manusiawi Manusia Itu Suprastruktur

Kita tahu bahwa manusia adalah sebangsa binatang.Manusia memiliki banyak kesamaan dengan binatanglainnya. Namun manusia juga memiliki banyakkarakteristik khas. Karena memiliki banyak kesamaandan perbedaan dengan binatang lainnya, manusiamemiliki kehidupan ganda: Kehidupan binatang dankehidupan manusia, kehidupan material dan kehidupanbudaya. Di sini timbul pertanyaan: Apa hubungan antarasegi manusiawi manusia dan segi hewaninya, kehidupanmanusiawinya dan kehidupan hewaninya? Apakah nilaipenting satu segi adalah esensial, sedangkan segilainnya nilai penungnya sekunder? Apakah satu segimenjadi dasarnya, sedangkan segi lainnya hanyalahrefleksi dari segi yang menjadi dasar tersebut? Apakahsatu segi menjadi infrastrukturnya, sedangkan segilainnya suprastrukturnya? Apakah kehidupan materialmerupakan infrastrukturnya, sedangkan kehidupan budayamerupakan suprastrukturnya? Apakah segi hewani manusiamerupakan infrastrukturnya, sedangkan kehidupanbudayanya merupakan suprastrukturnya? Apakah segihewani manusia itu infrastrukturnya, sedangkan segimanusiawinya itu suprastrukturnya?

Dewasa ini, pertanyaan ini diajukan dari sudut pandangsosiologis dan psikologis. Itulah sebabnyapembahasannya berkisar di seputar pertanyaan apakah diantara karakteristik-karakteristik sosial manusia,kecenderungan-kecenderungan ekonominya yang berkaitandengan produksi dan hubungan produksi lebih pentingdaripada karakteristik-karakteristik lain manusia,khususnya yang mencerminkan segi manusiawi manusia,dan apakah karakteristik dan kecenderungan lainmanusia hanyalah suprastruktur dari karakterekonominya? Pertanyaan lain yang juga berkaitan adalahapakah betul ilmu, filsafat, sastra, agama, hukum,etika, dan seni pada setiap zaman hanyalah merupakan

perwujudan dari hubungan ekonomi pada zaman itu dantak memiliki nilai intrinsiknya sendiri?

Sekalipun pertanyaan ini diajukan dari sudut pandangsosiologis, namun tak pelak lagi pembahasannya membawahasil psikologis dan pembahasan filosofis tentangkarakter manusia, yang dalam istilah modern dikenaldengan sebutan "humanisme". Pada umumnya kesimpulannyaadalah bahwa sisi manusiawi manusia tidak penting.Yang penting adalah sisi hewani manusia saja. Dengankata lain, yang didukung adalah pandangan orang-orangyang menyangkal adanya perbedaan mendasar antaramanusia dan binatang.

Teori ini bukan saja menolak pentingnya kecenderunganmanusia kepada realisme, kebajikan, keindahan, dankepercayaan kepada Allah, namun juga menolakpentingnya pendekatan rasional manusia terhadap duniadan kebenaran. Dapat ditunjukkan bahwa tidak adapendekatan yang netral. Tak pelak lagi, setiappendekatan menunjukkan pandangan material tertentu.Mengherankan bila sebagian mazhab yang mendukung teoriyang menyebutkan bahwa manusia pada dasarnya adalahbinatang, secara serempak mereka berbicara tentangsisi manusiawi dan humanisme juga.

Fakta bahwa perjalanan evolusioner manusia berawaldari sisi hewani manusia dan bergerak menuju sisimanusiawinya, sebuah tujuan yang sangat mulia. Prinsipini berlaku untuk individu maupun masyarakat. Padapermulaan eksistensinya, manusia tak lebih daripadaorganisme material. Berkat gerakan evolusioner yangmendasar, manusia berubah menjadi substansi spiritual.Roh (spirit) manusia lahir dalam alam tubuh manusia,dan kemudian menjadi mandiri. Sisi hewani manusiamerupakan sarang tempat sisi manusiawi manusiaberkembang dan matang. Karakteristik evolusi adalahsemakin berkembangnya suatu makhluk, semakin mandiridan efektiflah dia, dan dia pun akan semakin

mempengaruhi lingkungannya. Ketika sisi manusiawimanusia berkembang, sebenarnya sisi ini tengah menujukemandirian dan mengendalikan aspek-aspek lainnya. Halini terjadi pada individu maupun masyarakat. Individuyang sudah mengalami pengembangan mengendalikanlingkungan batiniah maupun lahiriahnya. Arti dariperkembangannya adalah bahwa dia telah merdeka daridominasi lingkungan batiniah maupun lahiriah, danmemiliki dedikasi kepada akidah dan agama.

Terjadinya evolusi masyarakat persis sepertiterjadinya evolusi roh dalam alam tubuh, dan evolusisisi manusiawi individu dalam alam sisi hewaniindividunya tersebut. Perkembangan masyarakat terutamaberawal dari dampak sistem ekonomi masyarakat yangbersangkutan. Aspek budaya dan spiritual masyarakatsinonim dengan jiwa masyarakat bersangkutan. Karenatubuh dan jiwa saling mempengaruhi satu sama lain,maka antara sistem spiritual dan material juga terjadisaling hubungan yang sama. Kalau evolusi individuberarti individu tersebut berjalan menuju kemerdekaan,kemandirian dan supremasi jiwa yang semakin besar,maka evolusi masyarakat juga berarti seperti itu pula.Dengan kata lain, kalau suatu masyarakat semakinberkembang, maka kehidupan budayanya semakin takbergantung pada kehidupan materialnya. Manusia masadepan merupakan manusia budaya dan manusia agama,akidah dan ideologi, bukan manusia ekonomi, manusiayang mengejar kenikmatan jasmani.

Tentu saja, semua ini bukan berarti bahwa masyarakatmanusia secara tak terelakkan menapaki garis lurusmenuju kesempurnaan nilai-nilai manusiawi, juga bukanberarti bahwa pada setiap tahap waktu selangkah lebihmaju ketimbang tahap waktu sebelumnya. Boleh jadimanusia melewati tahap kehidupan sosial, di mana meskiterjadi kemajuan teknik dan teknologi namun manusiamengalami kemunduran dari sisi spiritual dan moral,sebagaimana diklaim dialami oleh manusia pada zaman

kita.

Sesungguhnya, dari sudut pandang material danspiritual, manusia pada umumnya tengah berjalan kedepan. Akan tetapi, gerakan spiritualnya tidak selaludi garis yang lurus. Gerakan tersebut terkadangberhenti, terkadang balik ke belakang, dan terkadangmenyimpang ke kanan dan ke kiri. Namun, pada umumnyamerupakan suatu gerakan evolusioner ke depan. Itulahsebabnya kami katakan bahwa manusia masa depanmerupakan manusia budaya, bukan manusia ekonomi, danmanusia masa depan merupakan manusia agama, akidah danideologi, dan bukan manusia yang mengejar kenikmatanjasmani.

Menurut teori ini, aspek-aspek manusiawi pada dirimanusia —karena aspek-aspek tersebut fundamental—berkembang mengikuti berkembangnya alat-alat produksidan bahkan berkembang sebelum berkembangnya alat-alatproduksi. Menyusul perkembangannya, aspek-aspekmanusiawi manusia berangsur-angsur mengurangiketergantungan manusia kepada lingkungan natural dansosialnya, dan mengurangi kesetujuannya kepada kondisilingkungan. Maka kemerdekaan yang didapat membuatmanusia semakin kuat dedikasinya kepada agama danideologi, dan meningkatkan kapasitasnya mempengaruhilingkungan natural dan sosialnya. Kelak, setelahmemperoleh kemerdekaan seutuhnya, manusia kemudianmenjadi semakin kuat dedikasinya kepada agama danideologi.

Di masa lampau, manusia kurang mendapat manfaat daripemberian alam dan belum mampu memanfaatkan sepenuhnyakemampuan-kemampuannya sendiri. Dia menjadi tawananalam dan tawanan sisi hewaninya sendiri. Namun di masadepan manusia lebih mampu memanfaatkan pemberian alamdan kemampuan-kemampuan yang menjadi sifat manusia itusendiri. Maka, untuk sebagian besar, manusia akanterbebaskan dari tawanan alam dan tawanan

kecenderungan hewaninya sendiri, dan pengendaliannyaatas alam dan dirinya pun semakin besar.

Menurut pandangan ini, meskipun realitas manusiamuncul bersama dengan alam evolusi material danhewaninya, namun realitas ini sama sekali bukanmerupakan cermin dari—dan tunduk kepada—perkembanganmaterialnya. Itu adalah sebuah realitas yangindependen dan progresif. Sekalipun dipengaruhi olehaspek material, namun realitas ini mempengaruhinyajuga. Yang menentukan tujuan akhir manusia adalahevolusi budayanya dan realitas manusiawinya, bukanevolusi alat-alat produksi. Adalah realitas manusiawiyang dalam evolusinya menyebabkan alat-alat produksiberkembang bersama berkembangnya urusan lain manusia.Tidak betul bila perkembangan alat-alat produksiterjadi secara otomatis, dan bila sisi manusiawimanusia mengalami perubahan akibat berubahnya alat-alat yang mengatur sistem produksi.¶

Catatan Kaki:

[1] Itulah yang dikatakan oleh Filosof Inggris, ThomasHobbs.[2] Teori Descartes yang terkenal.

BAB 2 - Ilmu Pengetahuan dan Agama

Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Agama

Telah kita kaji hubungan antara sisi manusiawi manusiadan sisi hewaninya. Dengan kata lain, hubungan antarakehidupan budaya serta spiritual manusia dan kehidupanmaterialnya. Kini sudah jelas bahwa sisi manusiawimanusia itu eksistensinya independen dan bukanlahsekadar cermin kehidupan hewaninya. Juga sudah jelas

bahwa ilmu pengetahuan dan agama merupakan dua bagianpokok dari sisi manusiawi manusia. Kini marilah kitatelaah keterkaitan yang terjadi atau yang dapatterjadi antara dua segi dari sisi manusiawi manusiaitu.

Di dunia Kristiani, sayangnya, bagian-bagian tertentudari Perjanjian Lama mengajukan gagasan, bahwa terjadikontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama. Dasardari gagasan ini—yang sangat merugikan ilmupengetahuan dan agama—adalah Kitab Kejadian,Perjanjian Lama.

Dalam meriwayatkan "Kisah Adam dan Pohon Terlarang".Kitab Kejadian, Bab II, ayat 16-17 mengatakan:

Dan Tuhan Allah memberikan perintah kepada lelaki itu,dengan mengatakan, "Dari setiap pohon di surga, engkauboleh leluasa makan (buahnya). Namun untuk pohonpengetahuan tentang baik dan buruk, engkau tidak bolehmakan (buahnya). Karena kalau engkau makan (buah) daripohon itu, engkau pasti akan mad."

Dalam Bab II, ayat 1-7 dikatakan:

Kini naganya lebih canggih ketimbang binatang buassawah yang diciptakan Tuhan Allah. Dan dia berkatakepada wanita itu, "Ya, Tuhan telah berfirman, engkautak boleh makan dari setiap pohon di surga?" Danwanita itu berkata kepada sang naga, "Kita boleh makanbuah dari pohon-pohon di surga. Namun untuk buah daripohon yang ada di tengah-tengah surga, Tuhan telahberfirman, engkau tidak boleh makan buah itu, juga takboleh menyentuhnya, agar engkau tidak mati." Dan sangnaga berkata kepada sang wanita, "Tentu saja engkaudilarang, karena Tuhan tahu bahwa begitu engkau makan(buah itu), maka kedua matamu akan terbuka, dan engkaupun akan seperti dewa, tahu mana yang baik dan manayang buruk." Dan ketika sang wanita tahu bahwa pohon

itu baik untuk makanan, dan bahwa pohon itumenyedapkan pandangan matanya, dan sebuah pohon yangdibutuhkan untuk membuat orang jadi arif, wanita itupun memetik buah dari pohon itu, kemudian memakannya,dan juga memberikan kepada suaminya, dan sang suamipun memakannya. Dan mata mereka pun terbuka, danmereka mendapati diri mereka telanjang. Lalu merekamenjahit daun-daun ara untuk pakaian mereka.

Dalam ayat 22-23 dalam Bab yang sama dikatakan:

Dan Tuhan Allah berfirman, "Lihatlah, lelaki itumenjadi seperti Kami, tahu yang baik dan yang buruk.Dan kini, jangan sampai dia mengulurkan tangannya,lalu memetik (buah) dari pohon kehidupan, kemudianmakan (buah itu), dan hidup abadi."[1]

Menurut konsepsi tentang manusia, Tuhan, ilmupengetahuan dan kedurhakaan ini, Tuhan tidak mau kalaumanusia sampai tahu yang baik dan yang buruk. PohonTerlarang adalah pohon pengetahuan. Manusia baru dapatmemiliki pengetahuan kalau dia menentang perintahTuhan (tidak menaati ajaran agama dan para nabi).Namun karena alasan itulah manusia terusir dari surgaTuhan.

Menurut konsepsi ini, semua isyarat buruk merupakanisyarat ilmu pengetahuan, dan nalar merupakan iblissang pemberi isyarat. Sebaliknya, dari Al-Qur'an Sucikita menjadi mengetahui bahwa Allah mengajarkan semuanama (realitas) kepada Adam, dan kemudian menyuruhpara malaikat untuk sujud kepada Adam. Iblis mendapatkutukan karena tak mau sujud kepada khalifah Allah(Adam) yang mengetahui realitas. Hadis-hadis Nabimenyebutkan bahwa Pohon Terlarang adalah pohonkeserakahan, kekikiran dan hal-hal seperti itu, yaituhal-hal yang berhubungan dengan sisi hewani Adam,bukan berhubungan dengan sisi manusiawi Adam. Iblisselalu mengisyaratkan hal-hal yang bertentangan dengan

akal dan hal-hal yang dapat memenuhi hasrat rendah(hawa nafsu). Yang mencerminkan iblis di dalam dirimanusia adalah hasrat seksual, bukan akal. Beda dengansemua ini, yang kita temukan dalam Kitab Kejadiansungguh-sungguh sangat mengherankan.

Konsepsi ini telah membagi sejarah budaya Eropa selama1500 tahun yang baru lalu menjadi dua periode, yaitu"Zaman Agama" dan "Zaman Ilmu Pengetahuan", dan telahmenempatkan ilmu pengetahuan dan agama salingbertentangan satu sama lain.

Sebaliknya, sejarah budaya Islam dibagi menjadi"Periode Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Agama" danTeriode Ketika Ilmu Pengetahuan dan Agama MengalamiKemunduran". Kaum Muslim hendaknya menjauhkan diridari konsepsi yang salah ini, sebuah konsepsi yangmembuat ilmu pengetahuan, agama dan ras manusiamengalami kerugian yang tak dapat ditutup. Kaum Muslimjuga jangan secara membuta menganggap kontradiksiantara ilmu pengetahuan dan agama sebagai fakta yangtak terbantahkan.

Bagaimana kalau kita melakukan studi analisis terhadapmasalah ini, kemudian kita lihat apakah kedua segidari sisi manusiawi manusia ini hanya ada pada periodeatau zaman tertentu, dan apakah manusia pada setiapzaman nasibnya adalah hanya menjadi setengah manusia,dan selalu menderita akibat keburukan yang terjadikarena kebodohan atau karena kedurhakaan.

Seperti akan kita ketahui, setiap agama tentunyadidasarkan pada pola pikir tertentu dan konsepsikhusus tentang kosmos (jagat raya). Tak syak lagi,banyak konsepsi dan interpretasi tentang dunia,meskipun boleh jadi menjadi dasar dari agama, tidakdapat diterima karena tidak sesuai dengan prinsiprasional dan prinsip ilmu pengetahuan. Karena itu,pertanyaannya adalah apakah ada konsepsi tentang dunia

dan interpretasi tentang kehidupan yang rasional dansekaligus sesuai dengan infrastruktur sebuah agamayang sangat pada tempatnya?

Jika ternyata konsepsi seperti itu memang ada, makatak ada alasan kenapa manusia sampai dianggap untukselamanya ditakdirkan mengalami nasib buruk akibatkebodohan atau kedurhakaan.

Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapatdibahas dari dua sudut pandang. Sudut pandang yangpertama adalah kita lihat apakah ada sebuah agama yangkonsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligusrasional, atau semua gagasan yang ilmiah itubertentangan dengan agama, tidak memberikan harapandan tidak melahirkan optimisme. Pertanyaan ini akandibahas nanti dalam "Konsepsi Tentang Kosmos".

Sudut pandang kedua yang menjadi landasan dalammembahas hubungan antara agama dan ilmu pengetahuanadalah pertanyaan tentang bagaimana keduanya iniberpengaruh pada manusia. Apakah ilmu pengetahuanmembawa kita ke satu hal, dan agama membawa kitakepada sesuatu yang bertentangan dengan satu hal itu?Apakah ilmu pengetahuan mau membentuk (karakter) kitadengan satu cara dan agama dengan cara lain? Atauapakah agama dan ilmu pengetahuan saling mengisi, ikutberperan dalam menciptakan keharmonisan kita semua?Baiklah, kita lihat sumbangan ilmu pengetahuan untukkita dan sumbangan agama untuk kita.

Ilmu pengetahuan memberikan kepada kita cahaya dankekuatan. Agama memberi kita cinta, harapan dankehangatan. Ilmu pengetahuan membantu menciptakanperalatan dan mempercepat laju kemajuan. Agamamenetapkan maksud upaya manusia dan sekaligusmengarahkan upaya tersebut. Ilmu pengetahuan membawarevolusi lahiriah (material). Agama membawa revolusibatiniah (spiritual). Ilmu pengetahuan menjadikan

dunia ini dunia manusia. Agama menjadikan kehidupansebagai kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan melatihtemperamen (watak) manusia. Agama membuat manusiamengalami pembaruan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama memberikan kekuatan kepada manusia. Namun,kekuatan yang diberikan oleh agama adalahberkesinambungan, sedangkan kekuatan yang diberikanoleh ilmu pengetahuan terputus-putus. Ilmu pengetahuanitu indah, begitu pula agama. Ilmu pengetahuanmemperindah akal dan pikiran. Agama memperindah jiwadan perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-samamembuat manusia merasa nyaman. Ilmu pengetahuanmelindungi manusia terhadap penyakit, banjir, gempabumi dan badai. Agama melindungi manusia terhadapkeresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiranpicik. Ilmu pengetahuan mengharmoniskan dunia denganmanusia, agama menyelaraskan manusia dengan dirinya.Kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan maupun agamatelah menarik perhadan kaum pemikir religius maupunpemikir sekular.

Dr. Muhammad Iqbal berkata:

"Dewasa ini manusia membutuhkan tiga hal: Pertama,interpretasi spiritual tentang alam semesta. Kedua,kemerdekaan spiritual. Ketiga, prinsip-prinsip pokokyang memiliki makna universal yang mengarahkan evolusimasyarakat manusia dengan berbasiskan rohani."

Dari sini, Eropa modern membangun sebuah sistem yangrealistis, namun pengalaman memperlihatkan bahwakebenaran yang diungkapkan dengan menggunakan akalsaja tidak mampu memberikan semangat yang terdapatdalam keyakinan yang hidup, dan semangat ini ternyatahanya dapat diperoleh dengan pengetahuan personal yangdiberikan oleh faktor supranatural (wahyu). Inilahsebabnya mengapa akal semata tidak begitu berpengaruhpada manusia, sementara agama selalu meninggikanderajat orang dan mengubah masyarakat. Idealisme Eropa

tak pernah menjadi faktor yang hidup dalam kehidupanEropa, dan hasilnya adalah sebuah ego yang sesat, yangmelakukan upaya melalui demokrasi yang saling tidakbertoleransi. Satu-satunya fungsi demokrasi sepertiini adalah mengeksploitasi kaum miskin untukkepentingan kaum kaya.

Percayalah, Eropa dewasa ini paling merintangi jalankemajuan akhlak manusia. Sebaliknya, dasar darigagasan-gagasan tinggi kaum Muslim ini adalah wahyu.Wahyu ini, yang berbicara dari lubuk hati kehidupanyang paling dalam, menginternalisasi (menjadikandirinya sebagai bagian dari karakter manusia dengancara manusia mempelajarinya atau menerimanya secaratak sadar—pen.) aspek-aspek lahiriahnya sendiri. Bagikaum Muslim, basis spiritual dari kehidupan merupakanmasalah keyakinan. Demi keyakinan inilah seorangMuslim yang kurang tercerahkan pun dapatmempertaruhkan jiwanya. "Reconstruction of ReligiousThought in Islam" (Rekonstruksi Pemikiran Religiusdalam Islam).

Will Durant, penulis terkenal "History ofCivilization" (Sejarah Peradaban), meskipun dia bukanorang yang religius, berkata:

"Beda dunia kuno atau dunia purba dengan dunia mesinbaru hanya pada sarana, bukan pada tujuan. Bagaimanamenurut Anda jika ternyata ciri pokok seluruh kemajuankita adalah peningkatan metode dan sarana, bukanperbaikan tujuan dan sasaran?"[2]

Dia juga mengatakan: "Harta itu membosankan, akal dankearifan hanyalah sebuah cahaya redup yang dingin.Hanya dengan cintalah, kelembutan yang tak terlukiskandapat menghangatkan hati."[3]

Kini kurang lebih disadari bahwa saintisisme (murnipendidikan ilmiah) tidak mencetak manusia seutuhnya.

Saintisisme melahirkan setengah manusia. Pendidikanseperti ini hanya menghasilkan bahan baku untukmanusia, bukan manusia jadi. Yang dapat dihasilkanpendidikan seperti ini adalah manusia unilateral,sehat dan kuat, namun bukan manusia multilateral danbajik. Semua orang kini menyadari bahwa zaman murniilmu pengetahuan sudah berakhir. Masyarakat sekarangterancam dengan terjadinya kekosongan idealistis.Sebagian orang bemiaksud mengisi kekosongan ini denganmurni filsafat, sebagian lainnya merujuk kepadasastra, seni dan ilmu-ilmu humanitarian (ilmu-ilmuyang mempromosikan kesejahteraan manusia—pen.).

Di negeri kami (Iran—pen.) ada usulan agar kekosongantersebut diisi dengan sastra yang penuh kebajikan,khususnya sastra sufi karya Maulawi, Sa'di dan Hafiz.Para pendukung rencana ini lupa bahwa sastra inisendiri mendapat ilham dan agama dan dan semangatagama yang penuh kebajikan, semangat yang menjadikanagama menarik perhatian, yaitu semangat Islam. Kalautidak, mengapa sastra modern, meski ada klaim lantangbahwa sastra modern itu humanistis, begitu hambar, takada roh dan daya tariknya. Sesungguhnya kandunganmanusiawi dalam sastra sufi kami, merupakan hasil dankonsepsi Islami sastra tersebut tentang alam semestadan manusia. Seandainya roh Islam dikeluarkan darimahakarya-mahakarya ini, maka yang tersisa hanyalahkerangkanya saja.

Will Durant termasuk orang yang menyadari adanyakekosongan itu. Menurutnya, hendaknya sastra, filsafatdan seni mengisi kekosongan itu. Dia berkata:

"Kerusakan atau kerugian yang dialami oleh sekolah danperguruan tinggi kita, sebagian besar adalah akibatteori pendidikannya Spencer.[4] Definisi Spencermengenai pendidikan adalah bahwa pendidikan membuatmanusia menjadi selaras dengan lingkungannya. Definisiini tak ada rohnya, dan mekanis sifatnya, serta lahir

dari filsafat keunggulan mekanika. Setiap otak danjiwa yang kreatif menentang definisi ini. Akibatnyaadalah sekolah dan perguruan tinggi kita hanya diisidengan ilmu-ilmu teoretis dan mekanis, sehingga takada mata pelajaran sastra, sejarah, filsafat dan seni,karena mata pelajaran seperti ini dianggap tak adagunanya. Yang dapat dicetak oleh suatu pendidikan yangmurni ilmu pengetahuan hanyalah alat. Pendidikanseperti ini membuat manusia tak mengenal keindahan dantak mengenal kearifan. Akan lebih baik bagi duniaseandainya saja Spencer tidak menulis buku."[5]

Sangat mengejutkan, meskipun Will Durant menganggapkekosongan ini pertama-tama sebagai kekosonganidealistis yang terjadi akibat pemikiran yang salahdan akibat tak ada kepercayaan kepada tujuan manusia,namun dia masih saja berpendapat bahwa problem inidapat dipecahkan dengan sesuatu yang non-material,sekalipun mungkin imajinatif belaka. Menurutnya,menyibukkan din dengan sejarah, seni, keindahan, puisidan musik dapat mengisi sebuah kekosongan. Kekosonganini ada karena manusia memiliki naluri mencari idealdan kesempurnaan.Dapatkah Ilmu Pengetahuan dan Agama SalingMenggantikan Tempat Masing-masing?

Telah kita ketahui bahwa antara agama dan ilmupengetahuan tak ada pertentangan. Yang terjadi justrukeduanya saling mengisi. Sekarang timbul satupertanyaan lagi: Mungkinkah keduanya mengisi tempatmasing-masing?

Pertanyaan ini tidak perlu dijawab secara terperinci,karena kita sudah tahu peran masing-masing (agama danilmu pengetahuan). Jelaslah bahwa ilmu pengetahuan takdapat menggantikan peran agama, karena agamamemberikan kasih sayang, harapan, cahaya dan kekuatan.Agama meninggikan nilai keinginan kita, di sampingmembantu kita mewujudkan tujuan kita, menyingkirkan

unsur egoisme dan individualisme jauhjauh darikeinginan dan ideal kita, dan meletakkan keinginan danideal kita itu di atas fondasi cinta dan hubunganmoral serta spiritual. Selain menjadi alat bagi kita,pada dasarnya agama mengubah hakikat kita. Begitupula, agama juga tak dapat menggantikan peran ilmupengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan kita dapatmengenal alam, kita dapat mengetahui hukum alam, dankita pun dapat mengenal siapa diri kita sendiri.

Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa akibat darimemisahkan antara ilmu pengetahuan dan agama, telahterjadi kerugian yang tak dapat ditutup. Agama harasdipahami dengan memperhatikan ilmu pengetahuan,sehingga tidak terjadi pembauran agama dengan mitos.Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengankemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapaitujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadialat bagi orang-orang pandai yang munafik. Kasus kaumKhawarij pada zamah awal Islam dapat kita lihatsebagai satu contoh kemungkinan ini. Contoh lainnyayang beragam bentuknya telah kita lihat, yaitu padaperiode-periode selanjutnya, dan masih kita saksikan.

Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilahpedang tajam di tangan pemabuk yang kejam. Juga ibaratlampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk membantusi pencuri mencuri barang yang berharga di tengahmalam. Itulah sebabnya sama sekali tak ada bedanyaantara watak dan perilaku orang tak beriman dewasa iniyang berilmu pengetahuan dan orang tak beriman padamasa dahulu yang tidak berilmu pengetahuan. Lantas,apa bedanya antara Churchill, Johnson, Nixon danStalin dewasa ini dengan Fir'aun, Jenghis Khan danAttila pada zaman dahulu?

Dapatlah dikatakan bahwa karena ilmu pengetahuanadalah cahaya dan juga kekuatan, maka penerapannyapada dunia material ini tidaklah khusus. Ilmu

pengetahuan mencerahkan dunia spiritual kita juga, dankonsekuensinya memberikan kekuatan bagi kita untukmengubah dunia spiritual kita. Karena itu, ilmupengetahuan dapat membentuk dunia dan manusia juga.Ilmu pengetahuan dapat menunaikan tugasnya sendiri,yaitu membentuk dunia dan juga tugas agama, yaitumembentuk manusia. Jawabannya adalah bahwa semua inimemang benar, namun masalah pokoknya adalah bahwa ilmupengetahuan adalah alat yang penggunaannya tergantungkepada kehendak manusia. Apa saja yang dilakukan olehmanusia, dengan bantuan ilmu pengetahuan dia dapatmelakukannya dengan lebih baik. Itulah sebabnya kamikatakan bahwa ilmu pengetahuan membantu kita mencapaitujuan dan melintasi jalan yang kita pilih.

Jadi, alat digunakan untuk mencapai tujuan yang sudahditetapkan sebelumnya. Sekarang pertanyaannya adalah,dengan dasar apa tujuan itu ditetapkan? Seperti kitaketahui, pada dasarnya manusia adalah binatang. Sisimanusiawinya merupakan kualitas (kemampuan) yangdiupayakannya. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuanmanusiawi yang dimiliki oleh manusia perlu ditumbuh-kembangkan secara bertahap dengan agama. Pada dasarnyamanusia berjalan menuju tujuan egoistis dan hewaninya.Tujuan ini material dan individualistis sifatnya.Untuk mencapai tujuan ini, manusia memanfaatkan alatyang ada pada dirinya. Karena itu, dia membutuhkankekuatan pendorong. Kekuatan pendorong ini bukantujuannya dan juga bukan alatnya. Dia membutuhkankekuatan yang dapat meledakkannya dari dalam, danmengubah kemampuan terpendamnya menjadi tindakannyata. Dia membutuhkan kekuatan yang dapat mewujudkanrevolusi dalam hati nuraninya dan memberinya orientasibaru. Tugas ini tidak dapat dilaksanakan denganpengetahuan tentang hukum yang mengatur manusia danalam beserta isinya. Namun tugas ini baru dapatdilaksanakan jika dalam jiwa manusia tertanam kesuciandan arti penting nilai-nilai tertentu. Untuk tujuanini manusia harus memiliki beberapa kecenderungan yang

mulia. Kecenderungan seperti ini ada karena cara pikirdan konsepsi tertentu tentang alam semesta danmanusia. Cara pikir dan konsepsi ini, serta muatandimensi dan bukti cara pikir dan konsepsi tersebut,tidak dapat diperoleh di laboratorium dan, sepertiakan kami jelaskan, berada di luar jangkauan ilniu pe-ngetahuan.

Sejarah masa lalu dan sekarang telah memperlihatkanbetapa buruk akibat yang ditimbulkan oleh pemisahanantara ilmu pengetahuan dan agama. Kalau ada agamanamun tak ada ilmu pengetahuan, maka arah upaya kaumhumanitarian adalah sesuatu yang tidak banyak membawahasil atau tidak membawa hasil yang baik. Upaya inisering menjadi sumber prasangka dan obskurantisme(sikap yang menentang ilmu pengetahuan dan pencerahan—pen.), dan terkadang hasilnya adalah konflik yangmembahayakan.

Kalau ilmu pengetahuan ada namun agama tidak ada,seperti yang terjadi pada sebagian masyarakat modern,maka segenap kekuatan ilmu pengetahuan digunakan untuktujuan menumpuk harta sendiri, memperbesar kekuasaansendiri, dan untuk memuaskan nafsu berkuasa dan nafsumengeksploitasi.

Dua atau tiga abad yang baru lalu dapat dipandangsebagai periode mendewakan ilmu pengetahuan danmengabaikan agama. Banyak intelektual mengira bahwasegenap problem yang dihadapi manusia dapat dipecahkandengan ilmu pengetahuan, namun pengalaman telahmembuktikan sebaliknya. Dewasa ini semua intelektualsepakat bahwa manusia membutuhkan agama. Meskipunagama itu tidak religius, namun yang jelas di luarilmu pengetahuan. Sekalipun pandangan Bertrand Russel,materialistis, namun dia mengakui bahwa: "Kerja yangsemata-mata bertujuan memperoleh pendapatan, makakerja seperti itu tak akan membawa hasil yang baik.Untuk tujuan ini harus diadopsi profesi yang

menanamkan pada individu sebuah agama, sebuah tujuandan sebuah sasaran."[6]

Dewasa ini kaum materialis merasa terpaksa mengklaimdiri sebagai kaum yang secara filosofis materialis dansecara moral idealis. Dengan kata lain, merekamengatakan bahwa mereka adalah kaum materialis darisudut pandang teoretis, dan kaum spiritualis darisudut pandang praktis dan idealistis. Bagaimanapunjuga, problemnya tetap: mana mungkin seorang manusiasecara teoretis materialis dan secara praktisspiritualis? Pertanyaan ini harus dijawab oleh kaummaterialis sendiri.

George Sarton, ilmuwan dunia yang termasyhur, penulisbuku yang terkenal, "History of Science" (Sejarah IlmuPengetahuan), ketika menguraikan ketidakberdayaan ilmupengetahuan mewujudkan hubungan antar umat manusia,dan ketika menegaskan kebutuhan mendesak akan kekuatanagama, berkata:

"Di bidang-bidang tertentu, ilmu pengetahuan berhasilmembuat kemajuan yang hebat. Namun di bidang-bidanglain yang berkaitan dengan hubungan antar umatmanusia, misalnya bidang politik nasional daninternasional, kita masih menertawakan diri kita."

George Sarton mengakui bahwa kayakinan yang dibutuhkanoleh manusia adalah keyakinan yang religius.Menurutnya, kebutuhan ini merupakan satu di antaratiga serangkai yang dibutuhkan oleh manusia: seni,agama dan ilmu pengetahuan. Katanya,

"Seni mengungkapkan keindahan. Seni adalah kenikmatanhidup. Agama berarti kasih sayang. Agama adalah musikkehidupan. Ilmu pengetahuan berarti kebenaran danakal. Ilmu pengetahuan adalah had nurani umat manusia.Kita membutuhkan ketiganya: seni, agama dan ilmupengetahuan. Ilmu pengetahuan mutlak diperlukan,

meskipun tidak pernah memadai." (George Sarton, SixWings: Men of Science in the Renaissance, hal. 218.London, 1958)

Catatan Kaki:

[1] Petikan dari The Holy Bible, 1611 M. The Britishand Foreign Bible Society, London.

[2] The Pleasures of Philosophy, h. 240.

[3] The Pleasures of Philosophy, h. 114 (New York,1953).

[4] Filosof Inggris abad ke-19 yang termasyhur.

[5] The Pleasures of Philosophy, h. 168,169 (New York,1953).

[6] Bertrand Russell, Marriage and Morals, h. 102(London, 1929).