ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN: BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH) O L E H 4-2...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN: BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH) O L E H 4-2...
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN: BENIGNAPROSTAT HIPERTROPI (BPH)
O
L
E
H
OLEH:
KELOMPOK 3
1. Paolisma Gustini Harefa2. Leli Herawati3. Munawarah4. Frankdika5. Noverintis6. Rivai Manik7. Jenius8. Nelvi Masdiana Sihombing
TINGKAT 4-2 SEMESTER VII PSIK
Tugas: Sistem Perkemihan 2
Pembimbing: Ns. Amila, M.Kep, Sp.Kep, M.B
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
MEDAN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena
yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar periuretra yangmendesak
jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.
(Anonim FK UI 1995).Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan
jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior darikandung
kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra
posterior + 2,5 cm.Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale.
Pada prostat bagian posterior bermuara duktus
ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir padaverumontanum
pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra
eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih jugaterjadi secara
perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran
prostat, resistensi pada leher buli- buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul sakulasi ataudivertikel. Fase penebalan destrusor ini
disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi
lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadiretensio urin yang selanjutnya
dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Oleh karenaitu penting bagi perawat untuk mempelajari
patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan
asuhankeperawatan yang komprehensif pada klien Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) beserta keluarganya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
Sebagai bahan referensi dalam melaksanakn Asuhan Keperawatan
BPH
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada kliendengan BPH secara
komprehensif
Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien BPH .
Mampu menganalisa dan
menentukan masalah keperawatan pada klien BPH. Mampu melakukan
intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan
yang timbul padaklien BPH. Mampu mengevaluasi tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien BPH.
Agar semua mahasiswa, khususnya para pembaca mengetahui bahwa
apa sebenarnya yang dimaksud dengan BPH, apa saja yang menjadi
penyebab terjadinya,gejala yang ditimbulkan dan bagaimana
proses perawatan dan pengobatannya.
A. Pengertian
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar
prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung
kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat
Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat
tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-
kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya
bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan
terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka
dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau
adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar
periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli
ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak
kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa
atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra
pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 :
193).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara
umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai
derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius
( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun)
menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan
aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal
671).
Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu
uretra Pars Prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran
urine keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung
pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor
kemungkinan penyebab antara lain :
Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunantransforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasi stroma dan epitel.
Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostat.
Teori sel stem
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal
sel steam sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan (Poernomo, 2000, hal 74-
75).atau Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel
transit ( Roger Kirby, 1994 : 38 ).
C. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring
dengan bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan
hormonal yaitu terjadi reduksi testosteron menjadi
Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor
terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya
sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar
prostat (Mansjoer, 2000 hal 329; Poernomo, 2000 hal 74).
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan
terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat
aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra
vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga
akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga
timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini
disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu
lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer,
2000, hal 329; Poernomo, 2000 hal 76).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh
bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter.
Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran
balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko
ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal (Poernomo, 2000, hal 76).
D. Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract
Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala
obstruktif.
Gejala iritatif meliputi:
(frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanyadapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
(nokturia), terbangun untuk miksi pada malam hari
(urgensi) perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit
di tahan
(disuria).nyeri pada saat miksi
Gejala obstruktif meliputi:
rasa tidak lampias sehabis miksi,
(hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali
disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot
destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan
tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra
prostatika.
(straining) harus mengejan
(intermittency) yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi
urine dan inkontinensia karena overflow.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih
sebelah bawah, beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang
secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih
bagian atas, berupa gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis),
yang selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan
uremia, peningkatan tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan
neuropati perifer.
3. Gejala di luar saluran kemih
Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia
inguinalis dan hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena
sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 – 78;
Mansjoer, 2000, hal 330).
4. warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post
operasi menjadi lebih tua.
Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post
operasi BPH, mempunyai tanda dan gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah
Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan
ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic.
Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga
menyebabkan terbentuknya batu. Hematuriaf, Pielonefritis,
Aterosclerosis, Infark jantung, Impoten, Haemoragik post operasi,
Fistula, Striktur pasca operasi & inconentia urine.
F. Pemeriksaan Diagnosis
Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin.
Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat
dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans
Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran
prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli,
mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel,
tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat
melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
rostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum
Prostatektomy
merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh)
yang memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan
menghilangkan retensi urinaria akut.
G. penatalaksanaan
Non Operatifa. Pembesaran hormon estrogen & progesteronb. Massase prostat, anjurkan sering masturbasic. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendekd. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostane. Pemasangan kateter.
Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 mlf. TUR (Trans Uretral Resection)g. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)h. Retropubic Extravesical Prostatectomy)i. Prostatectomy Perineal
H. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Benigna Prostat
Hipertropi (BPH)
1) Pengkajian
Data subyektif :
o Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
o Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
o Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
o Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
Data Obyektif :
o Terdapat luka insisi
o Takikardi
o Gelisah
o Tekanan darah meningkat
o Ekspresi w ajah ketakutan
Terpasang kateter
2) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme
otot spincter
Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan
dengan obstruksi sekunder
Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi
tubuh
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de
entrée mikroorganisme melalui kateterisasi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit, perawatannya.
3) Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot
spincter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu
mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau
hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan
faktor pencetus serta penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening
mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian
bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh,
merokok, abdomen tegang)
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik
relaksasif. Lakukan perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada
dokter jika nyeri meningkat
2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan
dengan obstruksi sekunder.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak
mengalami retensi urin
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi
kandung kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus
dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi
dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria,
dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan
sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran urin
serta adanya bekuan darah atau jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap
2 jam (mulai hari kedua post operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan
oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan
latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu,
anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan
saluran ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu
mempertahankan fungsi seksualnya
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual
dan aktivitas secara optimal.
Intervensi :
a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang
berhubungan dengan perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan
perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah
fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
a. Impoten terjadi pada prosedur radikal
b. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal
c. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk
menghindari hubungan seksual selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah
operasi.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée
ikroorganisme melalui kateterisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari
infeksi
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter),
(adanya sumbatan, kebocoran)
c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit
sekitar kateter dan drainage
d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal
untuk menjamin dressing
e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas
meningkat, dingin)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit, perawatannya
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari
Kriteria :
Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan
mendemonstrasikan perawatan
Intervensi :
a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan
pernyataannya tentang penyakit, perawat
b. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:
o Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
o Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang
tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini
terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang
menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih
menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan
cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan
Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau
lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi
kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam
hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar
waktu miksi (disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh.
Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik.
Kolik renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab
yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga
harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam
kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya
merusak ginjal.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
Mengingat dalam setiaap permasalahan kesehatan yang menyangkut
saluran kemih,pastinya melibatkan ginjal oleh karenanya hal-hal
yang dapat kita lakukan sebagai wujud pencegahan atau menjaga
kesehatan diantaranya perbanyaklah mengkonsumsi air
mineral,minimal 8 gelas perhari atau setara dengan 2 liter air
untuk melancarkan pencernaan dan kinerja fungsi ginjal.
KELOMPOK 3
Nama Anggota:
Lely Herawati Paolisma Gustini Harefa
Munawarah Frandika Rivai Jenius Nelvi Masdiana Sihombing
KASUS: Benigna Prostat Hipertropi
Tn.F usia 63 tahun, datang ke RSUP H Adam Malik dengan keluhanpancaran kencing lemah, miksi tidak puas sejak 6 bulan yang lalu.Klien juga mengeluh frekuensi BAK bertambah terutama malam hari, nyeriberkemih. Pasien juga mengalami kesakitan mengawali dan mengakhiriberkemih. Pasien kemudian dilakukan pemasangan kateter selama 3 bulanoleh perawat di dekat rumahnya. Saat ini pasien mengalami hipertensi(TD: 160/100 mmHg) dan anemia (Hb:10 gr/dl). Pasien di diagnosa denganBHP (Benigna Prostat Hipertropy).
Pertanyaan:
1. Jelaskan bagaimana gejala klinis yang muncul dan mengapa terjadipada Tn.F dengan usia 63 tahun?
2. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan pada pasien Tn.F ( fisik dandiagnostic)?
3. Berdasarkan kondisi diatas, upaya apa yang perlu dilakukan segerapada pasien tersebut?
4. Masalah keperawatan & intervensi keperawatan apa yang dapatditegakkan pada pasien tersebut?
5. Komplikasi apa yang dapat terjadi sesuai dengan kasus di atas?
Jawaban:
1. Gejala klinis yang muncul:Pancaran kencing lemah, miksi tidak puas sejak 6 bulan yang lalu.Klien juga mengeluh frekuensi BAK bertambah terutama malam hari,nyeri berkemih. Pasien juga mengalami kesakitan mengawali danmengakhiri berkemih.
Patofisiologi
Biasanya ditemukan tanda dan gejala obstruksi dan iritasi.Gejala dan tanda obstruksi jalan kemih berarti penderita harusmenunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhirmiksi, pancaran miksi menjadi lemah dan rasa belum puas sehabismiksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensivitas otot detrusorberarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulitditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusorgagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksicukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasiterjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksiatau pembesaran prostat menyebabkan ransangan pada kandung kemih,sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejaladan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinik.
Apa bila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensiurine sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urinedidalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada akhirmiksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadikemacetan total, sehingga penderiat tidak mampu lagi miksi.Karena produksi urine terus terjadi maka pada suatu saat vesikatidak mampu lagi menampung irune sehingga tekanan intravesikaterus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggdaripada tekanan sfingter dan obsruksi, akan terjadiinkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluk vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proseskerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktumiksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama-kelamaanmenyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisaurine dapat berbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batuini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadirefluk dapat terjadi pielonefritis.(Wim De Jong, hal 1059)
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadisecara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awalterjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologisyang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesikakemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebaldan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akanterlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jikadilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapatmenerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuktonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabilabesar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fasekompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah danakhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjutpada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akanmengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas(bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica danmenyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekananintravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretraprostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebihkuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa:Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagianbawah atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS (Basuki, 2000: 76).
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasioleh muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya poladan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase inidisebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaankemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitasmiksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulusdestrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine didalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali ProstatHyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkantekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertaitimbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasiadalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinyaretensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat HyperplasiaDekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasanyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilahinkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpadapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadioleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi.Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot
detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine.Retensi urinekronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal.
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasioleh muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya poladan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase inidisebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaankemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitasmiksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulusdestrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine didalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali ProstatHyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkantekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertaitimbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasiadalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinyaretensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat HyperplasiaDekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasanyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilahinkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpadapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadioleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi.Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan ototdetrusor memompa urine dan menjadi retensi urine.Retensi urineyang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal(Sunaryo, H. 1999 : 11)
2.Pemeriksaan Fisik
1. Abdomen: Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosismenunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
2. Kandung kemih1. Inspeksi: Penonjolan pada daerah supra pubik → retensi
urine
2. Palpasi: Akan terasa adanya ballotement dan ini akanmenimbulkan pasien ingin buang air kecil → retensiurine.
3.Perkusi: Redup → residual urine
4.Pemeriksaan penis: uretra kemungkinan adanya penyebab lainmisalnya stenose meatus, striktur uretra, batuuretra/femosis.
5.Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) → posisi kneechest, syarat: buli-buli kosong/dikosongkan. Tujuan:Menentukan konsistensi prostat dan besar prostat.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukanpemeriksaan:
1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tessensitivitas dan biakan urin.
2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd,USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasisistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atautrans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selainuntuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapatpula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dankeadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu(Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomenbawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik danjaringan adematous prostat diangkat melalui insisi padaanterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjarprostat dibuang melalui perineum.
3. Upaya yang diperlukan segera berdasarkan kasus:
Medikamentosa Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:
– mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan a blocker (penghambat alfa adrenergik)
– menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT)
Obat Penghambat adrenergik • Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di
dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher vesica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin.
• Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine, menurunkan sisa urine dan mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi penyulit hipotensi, pusing, mual, lemas, dan meskipun sangat jarang bisa terjadi ejakulasi retrograd, biasanyapasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah pemakaian obat.
4.Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah keperawatan.
Pre-OperasiGangguan pola eliminasi
Intervensi Rasionalisasi- Dorongan pasien untuk
berkemih 2-4 jam dan tiba-tiba dirasakan.
- Observasi aliran urine,perhatikan keluaran dankekuatan.
- Awasi, catat dan jumlahtiap berkemih.
- Perkusi / palpasi areasuprapubik.
- Dorongan masukkancairan s/d 3000 ml/haridalam toleransi jantung.
- Awasi TTV dengan ketat.Observasi hipertensi
- Meminimalkan retensiurine, distensi berlebihVesikaUrinaria.
- Berguna untuk evaluasiobstruksi dan pilihanintervensi.
- Defisit aliran darah keginjal mengganggu kemampuannyadalam filtrasi dan konsentrasisubstansi.
- Dapat menunjukkandistensi Vesikaurinaria
- Mempertahankan fungsi danperfusi ginjal.
- Kehilangan fungsi ginjalmengakibatkan ↓ eliminasicairan.
Post-OperasiPerubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
Intervensi Rasionalisasi- Berikan tindakan
kenyamanan (pijatan / aturposisi), ajarkan teknikrelaksasi.
- Observasi nyeri(kualitas, intensitas,
- Meningkatkan relaksasi,memfokuskan kembali perhatiandapat meningkatkan koping.
- Menentukan intervensiselanjutnya dalam mengatasinyeri.
durasi dan frekuensinyeri).
- Kolaborasi :Obat anelgetik
- Diberikan untukmenghilangkan nyeri.
Nyeri Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kencing
Intervensi Rasional- Kaji nyeri,perhatikan lokasi, intensitas ( skla 0 – 10 ) lamanya
Plester selang drainase padapaha dan kanker pada abdomen
- Mempertahankan tirah baring bila di indikasikan
- Berikan tindakan kenyamanan membantu klien memberikan posisi yang nyaman
- Kolaborasi pemasangan kateter dan mendekatkan untuk kelancaran drainase
- Kolaborasi : lakukan masase prostate
- Memberikan informasi untukmembantu dalam menentukan pilihan / kefektifan intervensi
- Mencegah pemeriksaaan kandung kemih dan erosi penis- scrotal
- Tirah baring mungkin di perlukan pada awal selama fase retensi akut,namun ambulasi didni dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan nyeri kulit
- Meningkatkan relaksasi ,memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping
- Pengeluaran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan kelenjar
- Membantu dalam evakuasi duktus kelenjar untuk menghilangkan kongesti atau inflamasi
Resti kekurangan volume cairan
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik
Intervensi Rasional- Awasi keluaran dengan hati-hati tiap jam bila di indikasikan
- Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan individu
- Awasi ttv dengan sering,evaluasi pengisian kapiler dan membrane mukosa oral
- Tingkatkan tirah baring dengankepala tinggi
- Diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan volume total cairan
- Pasien di batasi pemasukan oral dalam mengontrol gejala urinaria
- Menurunkan deteksi dini / intervensi hipopelamik sistemik
- Menurunkan kerja jantungb ,memudahkan homeostatis sirkulasi
AnsietasKurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatanIntervensi Rasional
- Bina hubungan saling percaya dengan klien / orang terdekat
- Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi
- Dorong klien / orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan
- Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya
- Menunjukan perhatian dan keinginan untuk membnatu dalam diskusi tentang subjek sensitif
- Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan
- Mengindentifikasi masalah memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan,memperjelaskesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah
- Memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada
pemberi perawatan dan pemberi informasi
EvaluasiEvaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan.
(Hidayat, 2002: 41). Evaluasi merupakan catatan tentang indikasikemajuan klien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuanuntuk menilai keefektifan perawatan dan untukmengkomunikasikanstatus klien dari hasil tindakan keperawatan.
5.Komplikasi 1.Inkontinensia Paradoks 2.Batu Kandung Kemih 3.Hematuria 4.Sistitis 5.Pielonefritis 6.Retensi Urin Akut Atau Kronik 7.Refluks Vesiko-Ureter 8.Hidroureter 9.Hidronefrosis 10. Gagal Ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan PendokumentasianPerawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu PendekatanProses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi.Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. AirlanggaUniversity Press. Surabaya.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.