Antraknosa pada cabai
Transcript of Antraknosa pada cabai
POSTULAT KOCH
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Diah Prabaningrum
1214121056
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-
terongan yang
memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari
benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara
benua Amerika, Eropa
dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai
banyak ragam tipe
pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat
20 spesies yang
sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat
pada umumnya hanya
mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai
keriting, cabai rawit
dan paprika.
.
Cabai memiliki potensi yang baik dalam
pengembangannya, akan tetapi terdapat masalaha yang
dihadapi juga dalam pembudidayaannya yaitu banyaknya
penyakit yang menyerang. Tanaman cabai merupakan
tanaman yang paling rawan terhadap penyakit tanaman,
sanitasi lahan pada pertanaman cabai sangat diperlukan
untuk menghindari lahan menjadi inang penyakit.
Apalagi pada kondisi yang lembab dan hujan
berkepanjangan menyebabkan tanaman cabai banyak
terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan cendawan.
Penyakit antraknosa termasuk salah satu jenis penyakit
penting yang menyerang tanaman cabe karena bisa
menghancurkan panen hingga 20 - 90 % terutama pada
saat musim hujan. Gejala yang dapat dikenali akibat
serangan cendawan ini adalah buah yang terserang
terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan
berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna
kuning, membesar dan memanjang. Sedangkan pada biji
dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila
telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah
kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati
pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun
dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat
kehitam-hitaman. Cendawan penyebab penyakit antraknosa
atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila
kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80
% rH dengan suhu 32 ºC.
Postulat Koch merupakan salah satu metode yang dapat
dilakukan untuk membuktikan penyebab suatu penyakit.
Metode yang diperkenalkan oleh Robert Koch(1884) ini
memiliki empat syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
membuktikan suatu patogen apakah benar-benar dapat
menimbulkan penyakit pada inangya atau tidak. Semua
dari syarat tersebut harus terpenuhi untuk dapat
menentukan hubungan keterkaitan antara patogen
penyebab penyakitdan inangnya. Sejarahnya Robert Koch
menerpakan metode ini untuk menentukan tuberkulosis
dan etiologi antraks, namun sekarang telah diujikan
pada berbagai jenis penyakit.
Syarat yang diperlukan suatu organisme agar dapat
ditetapkan sebagai penyebab penyakit adalah sebagai
berikut : Organisme (patogen) harus ditemukan dalam
tanaman yang sakit, tidak pada yang sehat. Lalu
organisme harus diisolasi dari tanaman sakit dan
dibiakkan dalam kultur murni. Kemudian organisme yang
dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada tanaman
yang sehat. Terakhir organisme tersebut harus
diisolasi ulang dari tanaman yang dicobakan tersebut
dan harus menghasilkan biakan murni yang sama dengan
biakan pada isolasi pertama kali. Penerapan metode ini
tidak bisa dilakukan patogen yang bersifat parasit
obligat, karena patogen tidak dapat dimurnikan dalam
media buatan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum postulat Koch adalah:
Untuk membuktikan apakah benar bahwa Colletotrichum capsici
adalah patogen penyebab penyakit antraknosa pada
cabai.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan postulat
Koch ini adalah cawan petri, bunsen, jarum ose, bor
gabus, mikroskop, jarum pentul, nampan, pipet, tissue,
kaca preparat, label, dan wrapping plastic.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah
cabai merah (Capsicum annum L) yang terserang penyakit
antraknosa, dan juga cabai sehat, media PDA, air,
larutan NaOCl, dan alcohol.
B. Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum ini
adalah:
1. Isolasi
Dipotong bagian tanaman di antara tanaman yang sakit
sekecil mungkin, antara 1- 2mm, kemudian dicuci
dalam larutan aquades ( sebagai desinfektan),
setelah itu, direndam pada larutan NaOCl dengan
konsentrasi 0,5 % selama kurang lebih 1 menit.
Setelah 1 menit, cuci bagian tanaman tersebut pada
aquades lalu ditiriskan pada tissue. Kemudian irisan
tanaman sakit tersebut diisolasikan pada media PDA
dalam cawan petri sebanyak 3 potongan dengan jarak
yang agak jauh terbentuk segitiga. Setelah itu
diinkubasi dan diamati pada hari ke 3, 5, dan 7
2. Pemurnian
Pada pemurnian ini, siapkan cawan petri yang telah
digunakan untuk mengisolasi bagian tanaman sakit
pada percobaan sebelumnya. Kemudian pindahkan
konidia patogen dari cawan petri tersebut ke dalam
media PDA yang baru pada satu titik saja, kemudian
cawan ditutup kembali dan dibiarkan selama beberapa
hari sambil diamati. Tidak lupa dilakukan secara
aseptik pada laminar air flow. Pada identifikasi
patogen, ambil spora pada tanaman cabai sakit
sekecil mungkin, kemudian letakkan pada kaca
preparat kemudian dilihat di bawah mikroskop.
3. Inokulasi
Pertama- pertama siapkan nampan dengan dilapisi
tissue yang telah dibasahi dengan air untuk
melembabkan media inokulasi. Setelah itu susun pipet
secara vertikal, kemudian susun kembali secara
horizontal di atasnya untuk meletakkan cabai yang
akan diinokulasi agar cabai tidak menempel pada
tissue. Setelah media siap, lukai cabai dengan
menggunakan jarum pentul. Setelah itu bor media PDA
yang telah ditumbuhi hifa dan konidia dari patogen
penyebab antraknosa. Letakkan potongan hifa tersebut
secara terbalik pada luka cabai. (diameter bor
bagus= 4mm). setelah itu tutup nampan dengan
wrapping plastic dan diberi label. Amati setiap hari
titik inokulasi pada cabai. Apakah terjadi
antraknosa atau tidak.
4. Reisolasi
Proses reisolasi ini dilakukan dengan cara mengambil
bagian cabai yang telah terinfeksi patogen dari
hasil inokulasi sebelumnya. Kemudian isolasi bagian
tersebut pada media PDA dalam cawan petri. Amati
pertumbuhan hifanya kemudian untuk di amati di bawah
mikroskop agar dapat diketahui bahwa patogen
penyebab antraknosa pada cabai pertama sama dengan
patogen pada cabai sehat yang diinokulasi.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B.
Hasil pengamatan dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
A. Isolasi
No
.
Hasil Pengamatan Keterangan
1.
Cabai yang terkena
antraknosa
2.
Diisolasi di media
PDA
Patogen alami
B. Pemindahan Biakan
No
.
Hasil Pengamatan Keterangan
1. Biakkan dari bagian
cabai yang sakit
dipindahkan ke media
baru.
2. Patogen hasil
pemindahan biakan
C. Inokulasi
No
.
Hasil Pengamatan Keterangan
1. Inokulasi alami
2. Inokulasi buatan yang
diamati pada tanggal
21 Oktober.
3. Inokulasi buatan yang
diamati pada tanggal
22 Oktober .
4. Inokulasi buatan yang
diamati pada tanggal
24 Oktober.
5. patogen hasil
inokulasi buatan
D. Reisolasi
No. Hasil Pengamatan Keterangan1. Koloni hasil
reisolasi
2. Konidia alami
inokulasi alami
3. Konidia patogen
buatan
C. Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa patogen yang
menyebabkan penyakit antraknosa pada cabai pertama dan cabai
yang diinokulasi adalah patogen yang sama yaitu Colletotrichum
capsici.
Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh
Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum
gloeosporioides Pens. Penyakit antraknosa atau patek ini
merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa
menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim
hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini
berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup
tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat
selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau
patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat
seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah
yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada
biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah
menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada
tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke
bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan
busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.
Karakteristik Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum
gloeosporioides Pens :
1. Colletotrichum capsici Sydow
a. Klasifikasi
Klasifikasi Colletotrichum capsici yang menyerang tanaman
Cabai (Capsicum annum) yaitu
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Sodariomycetes
Ordo : Phyllachorales
Famili : Phyllachoraceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum capsici
IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
bahwa, benar jika Colletotrichum capsici merupakan penyebab dari
gejala antraknosa pada cabai.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.
Pelczar, M.J. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta.
Pracaya, 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.
Anonim A. 2010. http://restugilang08.student.ipb.ac.id/2010/06/21/postulat-koch/. Diakses tanggal 01 November 2013