Antraknosa pada cabai

18
POSTULAT KOCH (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan) Oleh Diah Prabaningrum 1214121056 JURUSAN AGROTEKNOLOGI

Transcript of Antraknosa pada cabai

POSTULAT KOCH

(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)

Oleh

Diah Prabaningrum

1214121056

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-

terongan yang

memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari

benua Amerika

tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara

benua Amerika, Eropa

dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai

banyak ragam tipe

pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat

20 spesies yang

sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat

pada umumnya hanya

mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai

keriting, cabai rawit

dan paprika.

.

Cabai memiliki potensi yang baik dalam

pengembangannya, akan tetapi terdapat masalaha yang

dihadapi juga dalam pembudidayaannya yaitu banyaknya

penyakit yang menyerang. Tanaman cabai merupakan

tanaman yang paling rawan terhadap penyakit tanaman,

sanitasi lahan pada pertanaman cabai sangat diperlukan

untuk menghindari lahan menjadi inang penyakit.

Apalagi pada kondisi yang lembab dan hujan

berkepanjangan menyebabkan tanaman cabai banyak

terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri, virus dan cendawan.

Penyakit antraknosa termasuk salah satu jenis penyakit

penting yang menyerang tanaman cabe karena bisa

menghancurkan panen hingga 20 - 90 % terutama pada

saat musim hujan. Gejala yang dapat dikenali akibat

serangan cendawan ini adalah buah yang terserang

terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan

berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna

kuning, membesar dan memanjang. Sedangkan pada biji

dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila

telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah

kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati

pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun

dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat

kehitam-hitaman. Cendawan penyebab penyakit antraknosa

atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila

kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80

% rH dengan suhu 32 ºC.

Postulat Koch merupakan salah satu metode yang dapat

dilakukan untuk membuktikan penyebab suatu penyakit.

Metode yang diperkenalkan oleh Robert Koch(1884) ini

memiliki empat syarat yang harus dipenuhi untuk dapat

membuktikan suatu patogen apakah benar-benar dapat

menimbulkan penyakit pada inangya atau tidak. Semua

dari syarat tersebut harus terpenuhi untuk dapat

menentukan hubungan keterkaitan antara patogen

penyebab penyakitdan inangnya. Sejarahnya Robert Koch

menerpakan metode ini untuk menentukan tuberkulosis

dan etiologi antraks, namun sekarang telah diujikan

pada berbagai jenis penyakit.

Syarat yang diperlukan suatu organisme agar dapat

ditetapkan sebagai penyebab penyakit adalah sebagai

berikut : Organisme (patogen) harus ditemukan dalam

tanaman yang sakit, tidak pada yang sehat. Lalu

organisme harus diisolasi dari tanaman sakit dan

dibiakkan dalam kultur murni. Kemudian organisme yang

dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada tanaman

yang sehat. Terakhir organisme tersebut harus

diisolasi ulang dari tanaman yang dicobakan tersebut

dan harus menghasilkan biakan murni yang sama dengan

biakan pada isolasi pertama kali. Penerapan metode ini

tidak bisa dilakukan patogen yang bersifat parasit

obligat, karena patogen tidak dapat dimurnikan dalam

media buatan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum postulat Koch adalah:

Untuk membuktikan apakah benar bahwa Colletotrichum capsici

adalah patogen penyebab penyakit antraknosa pada

cabai.

II. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan postulat

Koch ini adalah cawan petri, bunsen, jarum ose, bor

gabus, mikroskop, jarum pentul, nampan, pipet, tissue,

kaca preparat, label, dan wrapping plastic.

Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah

cabai merah (Capsicum annum L) yang terserang penyakit

antraknosa, dan juga cabai sehat, media PDA, air,

larutan NaOCl, dan alcohol.

B. Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum ini

adalah:

1. Isolasi

Dipotong bagian tanaman di antara tanaman yang sakit

sekecil mungkin, antara 1- 2mm, kemudian dicuci

dalam larutan aquades ( sebagai desinfektan),

setelah itu, direndam pada larutan NaOCl dengan

konsentrasi 0,5 % selama kurang lebih 1 menit.

Setelah 1 menit, cuci bagian tanaman tersebut pada

aquades lalu ditiriskan pada tissue. Kemudian irisan

tanaman sakit tersebut diisolasikan pada media PDA

dalam cawan petri sebanyak 3 potongan dengan jarak

yang agak jauh terbentuk segitiga. Setelah itu

diinkubasi dan diamati pada hari ke 3, 5, dan 7

2. Pemurnian

Pada pemurnian ini, siapkan cawan petri yang telah

digunakan untuk mengisolasi bagian tanaman sakit

pada percobaan sebelumnya. Kemudian pindahkan

konidia patogen dari cawan petri tersebut ke dalam

media PDA yang baru pada satu titik saja, kemudian

cawan ditutup kembali dan dibiarkan selama beberapa

hari sambil diamati. Tidak lupa dilakukan secara

aseptik pada laminar air flow. Pada identifikasi

patogen, ambil spora pada tanaman cabai sakit

sekecil mungkin, kemudian letakkan pada kaca

preparat kemudian dilihat di bawah mikroskop.

3. Inokulasi

Pertama- pertama siapkan nampan dengan dilapisi

tissue yang telah dibasahi dengan air untuk

melembabkan media inokulasi. Setelah itu susun pipet

secara vertikal, kemudian susun kembali secara

horizontal di atasnya untuk meletakkan cabai yang

akan diinokulasi agar cabai tidak menempel pada

tissue. Setelah media siap, lukai cabai dengan

menggunakan jarum pentul. Setelah itu bor media PDA

yang telah ditumbuhi hifa dan konidia dari patogen

penyebab antraknosa. Letakkan potongan hifa tersebut

secara terbalik pada luka cabai. (diameter bor

bagus= 4mm). setelah itu tutup nampan dengan

wrapping plastic dan diberi label. Amati setiap hari

titik inokulasi pada cabai. Apakah terjadi

antraknosa atau tidak.

4. Reisolasi

Proses reisolasi ini dilakukan dengan cara mengambil

bagian cabai yang telah terinfeksi patogen dari

hasil inokulasi sebelumnya. Kemudian isolasi bagian

tersebut pada media PDA dalam cawan petri. Amati

pertumbuhan hifanya kemudian untuk di amati di bawah

mikroskop agar dapat diketahui bahwa patogen

penyebab antraknosa pada cabai pertama sama dengan

patogen pada cabai sehat yang diinokulasi.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

B.

Hasil pengamatan dari percobaan ini adalah sebagai

berikut:

A. Isolasi

No

.

Hasil Pengamatan Keterangan

1.

Cabai yang terkena

antraknosa

2.

Diisolasi di media

PDA

Patogen alami

B. Pemindahan Biakan

No

.

Hasil Pengamatan Keterangan

1. Biakkan dari bagian

cabai yang sakit

dipindahkan ke media

baru.

2. Patogen hasil

pemindahan biakan

C. Inokulasi

No

.

Hasil Pengamatan Keterangan

1. Inokulasi alami

2. Inokulasi buatan yang

diamati pada tanggal

21 Oktober.

3. Inokulasi buatan yang

diamati pada tanggal

22 Oktober .

4. Inokulasi buatan yang

diamati pada tanggal

24 Oktober.

5. patogen hasil

inokulasi buatan

D. Reisolasi

No. Hasil Pengamatan Keterangan1. Koloni hasil

reisolasi

2. Konidia alami

inokulasi alami

3. Konidia patogen

buatan

C. Pembahasan

Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa patogen yang

menyebabkan penyakit antraknosa pada cabai pertama dan cabai

yang diinokulasi adalah patogen yang sama yaitu Colletotrichum

capsici.

Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh

Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum

gloeosporioides Pens. Penyakit antraknosa atau patek ini

merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa

menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim

hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini

berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup

tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat

selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau

patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat

seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah

yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada

biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah

menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada

tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke

bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan

busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.

Karakteristik Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum

gloeosporioides Pens :

1. Colletotrichum capsici Sydow

a. Klasifikasi

Klasifikasi Colletotrichum capsici yang menyerang tanaman

Cabai (Capsicum annum) yaitu

Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota

Kelas : Sodariomycetes

Ordo : Phyllachorales

Famili : Phyllachoraceae

Genus : Colletotrichum

Spesies : Colletotrichum capsici

IV. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan

bahwa, benar jika Colletotrichum capsici merupakan penyebab dari

gejala antraknosa pada cabai.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.

Pelczar, M.J. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta.

Pracaya, 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.

Anonim A. 2010. http://restugilang08.student.ipb.ac.id/2010/06/21/postulat-koch/. Diakses tanggal 01 November 2013

LAMPIRAN