analisis praktik jual beli kredit menurut perspektif - e-Campus

108
ANALISIS PRAKTIK JUAL BELI KREDIT MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS NAGARI GERAGAHAN KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonimi Pada Fakultas Ekonomi Islam Dan Bisnis Islam Oleh : WULAN TRIFA SARI 3217.231 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 2021/2022

Transcript of analisis praktik jual beli kredit menurut perspektif - e-Campus

ANALISIS PRAKTIK JUAL BELI KREDIT MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS NAGARI GERAGAHAN

KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ekonimi Pada Fakultas Ekonomi Islam Dan Bisnis Islam

Oleh :

WULAN TRIFA SARI 3217.231

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 2021/2022

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Praktik Jual Beli Kredit Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam)” yang disusun oleh Wulan Trifa Sari, Nim 3217231, Program Studi Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Penelitian dilatar belakangi oleh adanya praktik jual beli pakaian secara kredit yang terdapat tambahan harga yang lebih tinggi dari harga cash, adanya uang muka, tidak adanya bukti/nota atau sejenisnya pada saat pembeli malakukan pembayaran angsuran perminggunya, dan pada praktik jual beli kredit di Nagari Geragahan si penjual tidak menentukan jangka waktu pelunasan. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui praktik jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan dan pandangan ekonomi Islam terhadap pelaksanaan kredit pakaian di Nagari Geragahan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap penjual dan pembeli yang melakukan jual beli kredit, sedangkan dokumentasi dan observasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, dan teknik analisis data dengan cara mencari data dengan cara wawancara, dokumentasi, dan observasi yang selanjutnya menata atau menyusun secara sistematis dari hasil temuan di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian ternyata praktik jual beli kredit di Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam menggunakan sistem uang muka, harga lebih mahal atau tinggi, tidak adanya batasan watktu pelunasan angsuran, dan tidak adanya bukti/nota pembayaran yang diberikan si penjual kepada si pembeli. Pandangan ekonomi Islam terhadap pelaksanaan praktek jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan dibolehkan karena sudah sesuai dengan prinsip dasar dari ekonomi Islam dan unsur-unsur dalam kredit.

Kata Kunci: Jual Beli, Kredit, Perspektif Ekonomi Islam.

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat, taufiq dan hidayah

serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Praktik Jual Beli Kredit Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi

Kasus Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam)”.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak, terutama keluarga yang telah mendukung penulis

baik secara moril maupun materil, teristimewa kepada almarhum ayahanda

penulis Imran dan ibunda penulis Desmawati tercinta yang telah mendidik,

membesarkan, memotivasi serta mendo’akan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Berkenaan dengan ini, izinkan penulis mengucapkan rasa hormat dan

terima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini:

1. Kepada Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor IAIN Bukittinggi.

2. Kepada Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam (FEBI) dan Ibu Rini Elvira, SE.,M.Si selaku Ketua Program

Studi Ekonomi Islam.

3. Kepada ibu Dr. Endri Yenti, M.Ag selaku pembimbing yang bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi

hingga selesainya skripsi ini.

ii

4. Kepada Bapak Yefri Joni, MA selaku dosen Pembimbing Akademik yang

selalu mengarahkan, membimbing, mengajarkan dan mempermudah urusan

penulis dalam bidang akademik.

5. Kepada Bapak/Ibu Dosen IAIN Bukittinggi khususnya Dosen FEBI .

6. Kepada Walinagari Geragahan beserta seluruh karyawan dan staf Nagari

Geragahan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berdoa dan berharap

kepada Allah SWT. semoga amal dan kebaikan kita semua di ridhoi oleh Allah

SWT. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb

Bukittinggi, 13 Juli 2021 Penulis,

Wulan Trifa Sari Nim: 3316023

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ABSTRAK KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 8 C. Batasan Masalah ............................................................................................. 8 D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9 F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 9 G. Penjelasan Judul ............................................................................................. 10 H. Kajian Terdahulu ............................................................................................ 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Jual Beli .......................................................................................................... 17 B. Kredit .............................................................................................................. 23 C. Jual Beli Kredit Menurut Ekonomi Islam ...................................................... 28 D. Ekonomi Islam ............................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 42 B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ......................................................................... 43 C. Jenis Dan Sumber Data .................................................................................. 43 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 44 E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Nagari Geragahan ................................................................................. 47 B. Praktik Jual Beli Kredit Menurut Perspektif Ekonomi Islam ........................ 52 C. Analisis Praktik Jual Beli Kredit di Nagari Geragahan Menurut Perspektif

Ekonomi Islam ............................................................................................... 63 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 72 B. Saran ............................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah masyarakat yang melakukan kredit pakaian di Jorong II

Geragahan................................................................................................ 7

Tabel 4.1 Nama-nama Jorong di Nagari Geragahan ............................................... 49

Tabel 4.2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Nagari Geragahan ........ 51

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan Nagari Geragahan ..... 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa bermuamalah.

Mu’amalah adalah interaksi sosial di masyarakat, termasuk kegiatan bisnis

yang sejalan atau didasarkan pada prinsip syariah.1 Selain itu dalam

kehidupan bermasyarakat setiap orang memiliki kepentingan terhadap

orang lain yang menimbulkan hubungan antara hak dan kewajiban. Yang

mana setiap orang memiliki hak yang wajib diperhatikan oleh orang lain

dan dalam waktu yang sama juga menuntut kewajiban yang wajib

diutamakan. Hal yang demikian itu terjadi karena Allah SWT menciptakan

manusia dengan suatu sifat saling membutuhkan antara satu dengan yang

lainnya

Dalam kehidupan bermuamalah, Islam telah memberikan garis

kebijaksanaan perekonomian yang jelas. Transaksi bisnis merupakan hal

yang sangat diperhatikan dan dimuliakan oleh Islam. Perdagangan yang

jujur sangat disukai oleh Allah SWT dan Allah SWT memberikan

rahmatnya kepada orang-orang yang berbuat demikian. Perdagangan bisa

saja dilakukan oleh individual atau perusahaan dan berbagai lembaga

tertentu yang serupa. Jual beli dalam Islam adalah suatu perjanjian tukar

menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di

1 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syarih, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2010), hlm, 518.

2

antara kedua belah pihak yang satu menerima benda-benda dan pihak lain

menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah

disepakati sesuai dengan syari’at Islam. Selain sebagai bentuk kegiatan

mu’amalah jual beli juga merupakan peristiwa perdata yang paling sering

dilakukan oleh orang demi memperoleh hak milik atas suatu benda.

Pengaturan perjanjian jual beli yang terdapat dalam KUH-Perdata diatur

pada buku III tentang Perikatan (Van Verbintenissen) Bab 5, sehingga jual

beli merupakan suatu perjanjian. Perjanjian jual beli adalah suatu

perjanjian timbal balik, dimana pihak yang satu (penjual) berjanji akan

menyerahkan suatu barang, dan pihak lain (pembeli) akan membayar

harga yang telah dijanjikan (Pasal 1457 KUH-Perdata). Unsur pokok

perjanjian jual beli adalah “barang dan harga”. Perjanjian jual beli bersifat

konsensual yang ditegaskan dalam Pasal 1458 KUH-Perdata, yang

berbunyi: “Jual beli dianggap sudah terjadi setelah mereka mencapai kata

sepakat tentang barang dan harga, meskipun benda tersebut belum

diserahkan dan harga belum dibayar.”2 Sebagaimana yang dijelaskan

dalam KUH-Perdata di atas Al-Qur’an juga telah membahas tentang

pelaksanaan jual beli yang dapat kita lihat dalah surah An-Nisa’ ayat 29:

2 Mohamad Kharis Umardani, Jual Beli Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Dan Hukum Islam (Al Qur’an-hadist) Secara Tidak Tunai, Jurnal Journal of Islamic Law Studies, Edisi 9, Mei 2019, hlm. 20.

3

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.. (Q.S An-Nisa’:29).

Berdasarkan KUH-Pertada dan ayat di atas kita dapat mengetahui

bahwa pelaksanaan jual beli harus didasarkan berdasarkan suka sama suka

dan rela tidak dengan cara yang batil. Dalam Islam pelaksanaan jual beli

boleh dilakukan apabila tidak ada unsur gharar dan riba. Salah satu

kegiatan bisnis yang terjadi di zaman sekarang ini adalah kredit barang

dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga kontan. Sistem kredit ini

mulai banyak diminati kalangan, karena menawarkan banyak kemudahan

mulai dari cicilan yang kecil sampai jangka waktu pelunasan yang tidak

ditentukan dengan pasti.

Di antara bisnis-bisnis yang saat ini terus dikembangkan salah

satunya adalah bisnis dengan sistem kredit. Kredit merupakan sesuatu

yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu jual beli maupun dalam

pinjam-meminjam. Dalam hal ini dikenal dengan istilah Bai’ Taqsith. Bai’

Taqsith merupakan transaksi jual beli dengan sistem bayar cicilan (kredit)

dalam batas waktu tertentu dengan cicilan yang relatif lebih tinggi

4

dibanding dengan sistem bayar cash.3 Dilihat dari hukum ekonomi Islam

hukum jual beli kredit menimbulkan beberapa perbedaan pendapat dari

kalangan ulama. Ada yang mengatakan bahwa jual beli kredit haram, ada

yang mengatakan bahwa jual beli kredit halal bahkan ada juga yang

mengatakannya syubhat.4 Menurut Oni Sahroni, anggota DSN-MUI, jual

beli secara kredit/secara mengangsur dengan harga lebih tinggi dari harga

tunai itu diperkenankan. Itu merupakan bagian dari jual beli dan

sebagaimana keputusan lembaga Fikih Islam OKI Nomor 51 tentang Jual

Beli dan Fatwa DSN-MUI tentang Jual Beli Nomor 110/DSN-

MUI/IX/2017 tentang Jual Beli dengan penjelasan sebagai berikut:5

1. Transaksi ini adalah jual beli secara angsur (bai’ at-taqsith), bukan

utang piutang (al-qard wal iqtiradh).

2. Jual beli secara kredit ini bukan riba sebab riba terjadi pada dua hal

yaitu kredit bunga dan jual beli mata uang (sharf).

3. Jual beli secara kredit diperkenankan sebagai Keputusan Lembaga

Fikih Islam Organisasi Konferensi Islam Nomor 51 (2/6) [1] dalam

pertemuan VI pada 20 Maret 1990 di Jedah tentang Jual Beli Kredit.

3 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah (Kediri: Lirboyo Press, 2013), hlm.

16. 4 Misbakhul Khaer dan Ratna Nurhayati, Jual Beli Taqsith (Kredit) dalam Perspektif

Hukum Islam, Jurnal Hukum Islam Nusantara, Vol.2, No. 1, Januari-Desember 2019. 5 Farid Wajdi dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam Edisi Revisi, (Jakarta

Timur: Sinar Grafika, 2020), hlm. 268.

5

Sistem kredit menjadi alternatif yang dilakukan masyarakat karena

memudahkan dalam membeli kebutuhan terutama saat pembelian kontan

mulai terasa berat yang dikarenakan pendapatan yang rendah. Saat ini

pembeli lebih memilih untuk membeli produk secara kredit, karena

sebagian besar dari mereka tidak mempunyai pendapatan yang mencukupi

sedangkan kebutuhan meningkat.

Berdasarkan hasil pra survey di Nagari Geragahan banyak

masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga yang memanfaatkan sistem jual

beli kredit pakaian untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupu

keluarga karena dengan sistem kredit mereka bisa memiliki pakaian yang

bagus tanpa harus mengeluarkan uang yang banyak secara langsung.6

Selain itu sebagaimana penuturan dari Ibu Sonya alasan lebih memilih

membeli pakaian kredit karena pembayaran yang di berikan oleh penjual

dapat di angsur dengan angsuran yang cukup rendah setiap minggunya

serta jika pada saat hari pengangsuran tetapi pembeli tidak memiliki uang

maka tidak ada tambahan harga dan tidak ada pembayaran double pada

minggu selanjutnya yang di berikan oleh si penjual.7

Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali

yang ditentukan oleh al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Sedangkan hukum asal

6 Hasil wawancara dengan ibu “Des”, Pembeli Pakaian Kredit, pada tanggal 21

November 2020. 7 Hasil wawancara dengan ibu “Sonya”, pada tanggal 21 November 2020.

6

jual beli adalah halal, sebagaimana firman Allah SWT dalam penggalan

surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:

“Dan Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba ...“ (Q.S Al-Baqarah : 275). Yang mana dalam jual beli tersebut tidak ada penambahan harga

dan tidak merugikan kedua belah pihak. Namum sistem kredit pakaian

yang terjadi di Nagari Geragahan Kec. Lubuk Basung Kab. Agam dalam

prakteknya belum sesuai dengan hukum muamalah, karena orang yang

memberi kredit pakaian dan orang yang melaksanakan kredit pakaian

saling rela dan sepakat terhadap akad yang terdahulu. Dimana si pemberi

kredit menjelaskan harga kontan dan harga kredit dengan nominal yang

berbeda. Namun semakin lama pengaplikasiannya mulai berubah, dimana

si pemberi kredit hanya menyebutkan satu harga yang tidak diketahui

apakah itu harga kredit atau harga kontan, sehingga pelaksanaan kredit

pakaian tersebut menjadi tidak transparan. Si pemberi kredit juga tidak

menentukan tempo pembayaran sehingga orang yang melaksanakan kredit

tidak mengetahui kapan angsurannya lunas. Mereka hanya akan

mengetahui angsurannya lunas ketika si pemberi kredit mengatakan

angsurannya telah lunas.

Pelaksanaan praktek kredit pakaian tersebut lebih sering dilakukan

oleh masyarakat Nagari Geragahan yang memiliki ekonomi menegah ke

7

bawah. Permasalahan lainnya dari pelaksanaan praktek kredit pakaian ini

adalah si pemberi kredit hanya mencatat angsuran yang dibayarkan oleh si

penerima kredit, akan tetapi tidak menyertakan bukti atau nota

pembayaran kepada si penerima kredit. Hal yang demikian dikhawatirkan

dapat terjadi kecurangan yang bisa menimbulkan perselisihan antara si

pemberi kredit dengan si penerima kredit karena pencatatan dan bukti

tertulis hanya terjadi sebelah pihak.

Tabel 1.1 Jumlah Masyarakat yang Melakukan Kredit Pakaian Di

Jorong II Nagari Geragahan

No Nama Harga pakaian Jumlah yang dibayarkan

1 Tek Des Rp.140.000 Rp.10.000/minggu

2 Ibuk Elga Rp.150.000 Rp.10.000/minggu

3 Uni Lia Rp. 150.000 Rp.10.000/minggu

4 Tek Wi Rp.500.000 Rp.10.000/minggu

5 Uni Ilda Rp.200.000 Rp.10.000/minggu

6 Tek Lusi Rp.300.000 Rp.10.000/minggu

7 Uni lin Rp.120.000 Rp.10.000/minggu

Sumber : Dari hasil observasi awal di Jorong II Nagari Geragahan, tanggal 11-12 April

2021.

Berdasarkan tabel di atas yang penulis dapat dari hasil observasi

awal dapat di lihat bahwasannya ada 7 orang yang melaksanakan kredit

8

pakaian dengan harga yang berbeda-beda tetapi jumlah yang dibayarkan

per minggu sama.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Analisis Praktik Jual Beli Kredit

Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Nagari Geragahan

Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam)”.

B. Identifikasi Masalah

1. Masyarakat yang melaksanakan kredit pakaian di Nagari Geragahan

memiliki perekonomian menengah ke bawah.

2. Harga pakaian yang di tetapkan tergolong mahal dari harga kontan

dengan cicilan di pungut setiap minggu yang tidak di sebutkan lama

waktu perlunasan.

3. Pemberi kredit pakaian tidak memberikan bukti otentik atau nota atau

bukti tertulis kepada masyarakat yang telah membayar cicilan kredit

pakaian.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di latar belakang maka

penelitian ini dibatasi pada “Analisis Praktik Jual Beli Kredit Menurut

Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Nagari Geragahan,

Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam)” yang difokuskan pada

praktik jual beli kredit pakaian di Jorong II Nagari Geragahan.

9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan suatu

permasalahan yang ingin di teliti lebih lanjut yaitu:

1. Bagaimanakah praktik jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan?

2. Bagaimanakah pandangan ekonomi Islam terhadap pelaksanaan kredit

pakaian di Nagari Geragahan?

E. Tujuan Penelitain

1. Untuk mengetahui bagaimana praktik jual beli pakian pakaian di

Nagari Geragahan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap

pelaksanaan kredit pakaian di Nagari Geragahan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan muamalat dalam rangka

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, kususnya yang berkaitan

dengan ekonomi Islam.

2. Secara praktis penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran dan

masukan serta pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait khususnya

masyarakat Nagari Gerahagan.

10

G. Penjelasan Judul

Agar lebih memudahkan dalam memahami isi dari penelitian ini,

maka penulis mendefinisikan beberapa istilah yang berkaitan dengan

judul penelitian ini, yaitu:

Analisis Penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan, dan sebagainya)

untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab-musabab, duduk

perkaranya, dan sabagainya).8

Praktek Pelaksanaan secara nyata apa yang

disebut dalam teori.9

Jual beli Bay’i (jual beli) menurut istilah ada

beberapa definisi dan yang paling

bagus adalah definisi yang disebutkan

oleh Syaikh Al-Qalyubi dalam

Hasyiyah-nya bahwa: “Akad saling

mengganti dengan harta yang berakibat

kepada kepemilikan terhadap satu

benda atau manfaat untuk tempo waktu

selamaya dan bukan untuk bertaqarrub

8 https://kbbi.web.id/analisis, (diakses pada 13 April 2021, pukul 19.57 WIB). 9 https://kbbi.web.id/analisis, (diakses pada 13 April 2021, pukul 19.57 WIB).

11

kepada Allah.”10

Kredit Cara menjual barang dengan

pembayaran secara tidak tunai

(pembayaran ditangguhkan atau

diangsur).11

Ekonomi Islam Suatu cabang ilmu yang mempelajari

metode untuk memahami dan

memecahkan masalah ekonomi yang

didasarkan atas ajaran agama Islam.12

Dengan demikian, maksud secara keseluruhan dari penelitian

Analisis Praktik Jual Beli Kredit Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi

Kasus Nagari Geragahan, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam)

adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, perbuatan yang menganalisis

praktik jual beli kredit menurut perspektif ekonomi Islam di Nagari

Geragahan.

H. Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa tinjauan atau

penelitian yang tema penelitiannya berkaitan dengan penelitian ini,

beberapa di antaranya:

10

Abdu Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Islam,

(Jakarta: Amzah, 2010), Ed. 1, cet. 1, hlm. 24. 11 https://kbbi.web.id/analisis, (diakses pada 13 April 2021, pukul 19.58 WIB). 12 Munrokhim Misanam, dkk, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm, 1.

12

No Peneliti Sumber Judul Hasil Penelitian

1 Tri Hasrida Yanti

Mahasiswa

Fakultas

Ekonomi dan

Bisnis Islam

Institut Agama

Islam Negeri

(IAIN) Metro

Skripsi Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Minat

Masyarakat

Terhadap Jual

Beli Kredit

Ditinjau Dari

Ekonomi Islam

(Studi Kasus

Dusun Karang

Agung Desa

Negara Nabung

Kecamatan

Sukadana

Kabupaten

Lampung Timur)

Faktor yang

mempengaruhi

masyarakat untuk

melakukan jual beli

kredit yaitu terdiri dari

faktor internal antara

lain faktor kebutuhan

dari dalam dan faktor

emosi. Dan faktor

eksternal terdiri dari

faktor motif sosial.

2 Reni Septiyanti

Mahasiswa

Fakultas Syari’ah

Institut Agama

Skripsi Tinjauan Fikih

Mualamah

Terhadap Praktik

Jual Beli Pakaian

Praktik jual beli

tersebut menggunakan

dua harga yaitu harga

cash dan kredit yang

13

Islan Negeri

Pekalongan

Dengan Sistem

Cash/Kredit di

Desa Kedung

Rejo

Proyonanggan

Selatan Batang

berbeda. Praktek jual

beli pakaian yang

terjadi sudah

memenuhi rukun dan

syarat jual beli dan

adanya perbedaan

antara harga cash/kredit

sudah sesuai dengan

tinjauan fikih

muamalah.

3 Hanung

Lathifatul

Fadhillah

Mahasiswa

Fakultas Syari’ah

dan Hukum

Universitas Islam

Negeri Sunan

Kalijaga

Yogyakarta

Skripsi Jual Beli Pakaian

Kredit di Dusun

Macanan Desa

Jamawan

Kecamatan

Jatinom

Kabupaten

Klaten (Studi

Sosiologi Hukum

Islam)

Jual beli pakaian kredit

di Dusun Macanan

boleh dilanjutkan

walaupun akadnya

fasid, karena kedua

belah pihak sudah

saling rela dan

mayoritas masyarakat

tidak faham terhadap

ketentuan jual beli

kredit yang sesuai

dengan hukum islam

14

4 Adnan Murroh

Nasution

Jurnal

Yurisprudenita

Volume 2

Nomoe 2

Desember

2006

Jual Beli Kredit

Ditinjau dari

Perspektif Hukum

Islam

Mengenai hukum jual

beli kredit ini para

ulama berbeda

pendapat, ada pendapat

yang membolehkan dan

ada pula yang

mengharamkan. Tetapi

jumhur ulama

menyatakan jual beli

kredit diperbolehkan

5 Misbakhul Khaer

(STAI

Muhammadiyah,

Tulungagung)

dan

Ratna Nurhayati

(Mahasiswi

Fakultas

Ekonomi dan

Bisnis Syariah,

IAIN Kediri)

Jurnal Hukum

Islam

Nusantara.

Vol. 2, No. 1

Jual Beli Taqsith

(Kredit) Dalam

Perspektif Hukum

Ekonomi Islam

Terjadi perbedaan

pendapat dari kalangan

ulama mengenai

masalah hukumnya.

Ada yang mengatakan

bahwa jual beli kredit

haram, ada yang

mengatakan bahwa jual

beli kredit halal bahkan

ada juga yang

mengatakannya

syubhat. Para ulama

15

yang berbeda pendapat

tersebut masing-masing

memiliki dalil baik

yang diambil dari Al-

Qur‟an, Sunnah, Ijma’,

qiyas maupun dalil-

dalil logis lainnya

6 Mustofa JurnalAl-

Ulum

Volume. 10,

Nomor 1, Juni

2010

Mark Up, Bai` Bi

Tsaman Ajil dan

Kredit

Menurut

Manajeman

Keuangan Islam

Penetapan Mark Up

secara sepihak tidak

dibolehkan sedangka

dalam transaksi,

murabahah bai’ bi

tsaman ajil penetapan

mark up didasarkan

pada pertimbangan-

pertimbangan:

penetapan margin

keuntungan ditentukan

dimuka, biaya yang

dikeluarkan dalam

pengadaan barang yang

ditransaksikan,

16

lamanya waktu proses

pembayaran, dan

kelebihan keuntungan

yang wajar. Bedasarkan

ketentuan-ketentuan

tersebut maka mark up

pada murabahah bai’

bi tsaman wa ajil

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu praktik jual beli kredit pakaian yang terjadi di Nagari

Geragahan yang mana terletak pada batas waktu pelunasan dan adanya

uang muka. Praktik jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan tidak

adanya penentuan batas waktu pelunasan dan adanya uang muka jika ingin

melanjutkan pembelian.

I. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui rincian pembahasan dari penulisan ini, maka

penulis memberikan sistematika penulisan yang dibagi ke dalam beberapa

bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi

17

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian

terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang sejumlah teori yang

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini mengenai gambaran umum tempat

penelitian serta penelitian yang dilakukan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini mengemukakan mengenai kesimpulan dan saran

dari hasil penelitian.

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam bahasa Indonesia berasal dari dua kata, yaitu jual

dan beli. Sedangkan istilah jual beli menurut bahasa Arab adalah al-bai’

yang berarti saling menukar (pertukaran).13 Secara istilah pengertian

jual beli terjadi berbeda pendapat di kalangan para ulama dalam

medefenisikannya tetapi dengan tujuan dan subtansi yang sama. Jual

beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,

mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.14

Menurut ulama Hanafiah jual beli adalah saling menukar harta

dengan harta melalui cara tertentu atau rela. Sedangkan menurut ulama

Malikiyah, Syafi’yah, dan Hambali, jual beli adalah saling menukar

harta dengan harta dalam bentuk permintaan milik dan pemilik.15 Jadi

jual beli adalah suatu kegiatan atau transaksi yang melibatkan dua

orang atau lebih melaksanakan pemindahan kepemilikan barang dari si

penjual kepada si pembeli atas dasar suka sama suka atau memindahkan

milik dengan ganti yang dibenarkan yaitu berupa alat tukar yang sah.

13

Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam,

Jurnal Yurisprudeita, Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, hlm. 19. 14 Shobirin, Jual Beli dalam Pandangan Islam, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol.

3, No. 2, Desember 2015, hlm 240. 15 Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam,

Jurnal Yurisprudeita, Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, hlm. 20.

19

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli adalah aktifitas ekonomi yang hukumya boleh

berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah serta Ijma’, diantaranya:

a. Al-Qur’an

Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat banyak ayat tentang

jual beli, yang salah satunya adalah firman Allah SWT: 16

... ...

“ ...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...“ (Q.S Al-Baqarah : 275).

Yang mana dalam jual beli tersebut tidak ada penambahan

harga dan tidak merugikan kedua belah pihak.

b. As-Sunah

Sedangkan dari Sunnah Nabawiyah, Rasulullah SAW

bersabda:17

هماباخليارمامل إذ تـبا يع الرجالن فكل واحد منـ

عاأوخييـرأحد يـتـفرقاوكا يـمهااالخرفإن خيـرأحدمهااالخرفـتبا نامج

رك ذلك فـقدوجب البـيع وإن تـفرقابـع يـعاعلى دأن تـبايـعاومل يـتـ

هماالبـيع فـقدوجب البـيع واحد منـ

“Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhu. bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Apabila dua orang melakukan jual-beli, maka masing-masing orang mempunyai hak khiyar (memilih antara membatalkan atau meneruskan jual-beli) selama mereka belum

16 Ahmad Sarwat, Fiqih Jual-beli, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018), hlm. 6. 17 Ibid, hlm. 6-7.

20

berpisah dan masih bersama; atau selama salah seorang di antara keduanya tidak menemukan khiyar kepada yang lain. Jika salah seorang menentukan khiyar pada yang lain, lalu mereka berjual-beli atas dasar itu, maka jadilah jual-beli itu”. (HR. Muttafaq alaih).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

yang berbunyi, Rasulullah SAW bersabda18:

عن أيب هريـرة قل نـهى رسو ل الله صل الله عليه وسلم عن

)يع احلصاة وعن بـيع الغرر (رواه املسلمبـ

“Dari Hurairah RA. Rasulullah SAW mencegah dari jual beli melempar kerikil dan jual beli garar” (H.R Muslim) (Muslim, t.th: 156-167)

c. Ijma’

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperblehkan dengan

alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan

dirinya tanpa bantuan orang lain. Tetapi bantuan atau barang milik

orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang

lainnya yang sesuai dengan kesepakatan antara penjual dengan

pembeli atau dengan alat tukar menukar yaitu dengan uang

ataupun yang lainnya. Adapun dasar Ijma’ tentang kebolehan Ijma’

adalah sebagaimana yang telah diterangkan oleh Ibnu Hajar al-

Asqolani di dalam kitabnya Fath al-Bari sebagai berikut:19“Telah

terjadi ijma’ oleh orang-orang Islam tentang kebolehan jual beli

dan hikmah jual beli adalah kebutuhan manusia tergantung pada

18 Shobirin, Jual Beli dalam Pandangan Islam, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol.

3, No. 2, Desember 2015, hlm. 244. 19

Ibid, hlm. 244-245.

21

sesuatu yang ada di tangan pemiliknya terkadang tidak begitu saja

memberikan kepada orang lain”. (al-Asqalani, t.th: 287).

Berdasarkan dalil di atas, maka sudah jelas hukum jual beli

adalah jaiz (boleh). Namun tidak menutup kemungkinan perubahan

status jual beli itu sendiri, semuanya tergantung pada terpenuhi

atau tidaknya syarat dan rukun jual beli.

3. Macam-Macam Jual Beli

Dalam buku Supriadi Yosup Boni mengatakan bahwa dalam

fiqh mu’amalah terdapat banyak ragam bentuk jual beli. Berikut ini

beberapa jenis jual beli, di antaranya:20

a. Berdasarkan obyek transaksi, jual beli terbagi tiga, yaitu:

1) Pertukaran antara barang dengan uang. Contohnya, mobil

dengan uang rupiah, baju dengan uang rupiah, dan lain-lain.

2) Pertukaran barang dengan barang (barter) dalam fikih

mu’amalah disebut al-muqhayadhah. Contohnya, menukar

beras dengan kursi sofa, menukar jam tanagn dengan laptop.

3) Pertukaran uang dengan uang (money change). Dalam istilah

fikih mu’amalah disebut ash-sharf. Sedangkan tempat

penukaran uang disebut money changer atau sharraf dan al-

mashraf dalam fikih mu’amalah. Contohnya, menukar uang

20 Supriadi Yosup Boni, Apa Salah MLM? : Sanggahan 22 Pengharaman Multi Level

Marketing, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017), hlm. 30-33.

22

Riyal dengan uang Rupiah, uang Ringgit Malaysia dengan

Dollar.

Ketiga macam transaksi di atas dihalalkan atau dibolehkan

oleh syari’at Islam selama syarat-syarat dan aturannya terpenuhi.

b. Dilihat dari sisi waktu serah terima obyek transaksi (barang dan

uang), jual beli dikelompokkan menjadi empat, yaitu:21

1) Kedua obyek transaksi diserahterimakan pada saat transaksi

berlangsung.

2) Penyerahan uang (harga) di saat transaksi berlangsung

sedangkan barang diserahkan kemudian hari (tunda). Dalam

fikih islam disebut bai’ al-salam.

3) Penyerahan baran di saat transaksi berlangsung, sedangkan

uang diserahkan kemudian apakah dengan cara sekaligus

(tunai) atau berangsur (kredit). Fikih mu’amalah menyebutnya

bai’ al-aajil (jual beli tunda), atau bai’ at-taqsith (jual beli

kredit).

4) Kedua obyek transaksi diserahkan tunda. Dalam fikih

mu’amalah, jual beli ini disebut bai’ ad-dain bi ad-dain (jual

21

Supriadi Yosup Boni, Apa Salah MLM? : Sanggahan 22 Pengharaman Multi Level

Marketing, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017), hlm. 30-33.

23

beli hutang). Bahasa haditsnya sering diungkapkan dengan bai’

al-kali’ bi al-kali’.

Semua jenis transaksi di atas dihalalkan syariat Islam kecuali

transaksi keempat obyek transaksi diserahkan tunda.

c. Dilihat dari sisi penetapan harga, maka jual beli dibagi menjadi dua

bagian, yaitu:22

1) Bai’ al-musawamah. Yakni penjual menetapkan harga barang

dalam jumlah tertentu tanpa menyebutkan modal atau harga

pokok perolehannya dan pembeli diberi hak tawar. Dengan

kata lain, bentuk jual beli dimana kesepakatan atas harga

barang didahului proses tawar-menawar atara pembeli dan

penjual.

2) Bai’ al-amanah. Yakni penjual menyebutkan harga dasar

(modal) barang kemudian menetapkan harga penawaran

kepada pembeli. Jenis jual beli ini terbagi dalam tiga bentuk,

yaitu:

a. Bai’ al-murabahah. Yakni penjual menyebutkan harga

perolehan barang tambah keuntungan yang di inginkan.

22

Supriadi Yosup Boni, Apa Salah MLM? : Sanggahan 22 Pengharaman Multi Level

Marketing, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017), hlm. 30-33.

24

b. Bai’ al-wadhiah. Yakni penjual menyebutkan harga

perolehan barang dan menjualnya di bawah harga

perolehan.

c. Bai’ at-atauliyah. Artinya penjual menyebutkan harga

perolehan barang dan menjualnya dengan harga yang

sama.

Semua jenis dan bentuk jual beli tersebut dibolehkan dan halal.

B. Kredit

1. Pengertian Kredit

Maksud kredit adalah sesuatu yang dibayar secara berangsur-

angsur, baik itu jual beli maupun pinjam-meminjam.23 Noah Websten,

sebagaimana dikutip Munir Fuady mengartikan kata “kredit” berasal

dari bahasa Latin “creditus” yang berarti to trust. Kata “trust” itu

sendiri berarti “kepercayaan”. Adapun istilah kredit yang dalam bahasa

Arab disebut taqsith merupakan istilah yang lazim dalam bahasa sehari-

hari yang diartikan sebagai pinjaman sejumlah uang.24 Dalam dunia

bisnis kata “kredit” diartikan sebagai “kesanggupan dalam meminjam

uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau

23 Hendi Suhedi, Fiqh Muamalah, (Bandung: PT RajaGrafindo, 1997), hlm. 299. 24 Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam,

Jurnal Yurisprudeita, Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, hlm. 20.

25

memperoleh penyerahan barang, atau jasa dengan perjanjian akan

membayarkannya kelak”.25

2. Fungsi Kredit

Dikarenakan bentuk interaksi atau transaksi berdasarkan

kepercayaan, maka baik si pemberi kredit ataupun kita sebagai si

penerima kredit haruslah saling percaya dan saling menjaga

kepercayaan tersebut. Jika kita mengajukan kredit kepada pihak tertentu

sebagai pemberi kredit, maka kita adalah orang yang dipercaya

sehingga kita berkewajiban menjaga kepercayaan tersebut. Jasa kredit

itu sendiri memiliki berbagai manfaat bila digunakan secara benar.

Secara umum fungsi kredit bagi si penerima kredit antara lain sebagai

berikut:

a. Mempercepat kemampuan beli seseorang. Jadi bukan meninkatkan

daya beli.

b. Apabila seseorang menginginkan suatu barang tetapi jika barang

tersebut dibeli secara tunain mungkin saja orang tersebut pada saat

itu tidak memiliki kemampuan beli secara tunai. Jadi dengan

adanya jasa kredit maka barang tersebut dapat dibelinya

Sedangkan fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian,

perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut:26

25 Ibid, hlm. 21.

26

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.

b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.

c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

e. Kredit dapat menimbulkan kegairahan berusaha di masyarakat.

f. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

g. Dan kredit juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

3. Unsur-Unsur Yang Terdapat Dalam Kredit

b. Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit bahwa segala

prestasi yang diberikannya dalam bentuk uang, barang, atau jasa

akan diterima dalam jangka waktu tertentu.27

c. Kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian

dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban

masing-masing.28

26 Mustofa, Mark Up, Bai’ Bi Tsaman Ajil dan Kredit Menurut Manajemen Keuanga

Islam, Jurnal Al-Ulum, Volme. 10, Nomor 1, Juni 2010, hlm. 151. 27 Ahmad Muqorobin dan Annas Syams Rizal Fahmi, Model Jual Beli Kredit (Angsuran)

Pada Lembaga Keuangan Islam Non-Bank (Studi Kasus di Lembaga Keuangan Non-Bank Kota Ponogoro), Jurnal Al Tijarah, Vol.6 No.2, Desember 2020 (118-129), hlm, 123.

28 Ivalania Astarina dan Angga Hapsila, Manajemen Perbankan, (Yogyakarta: CV Budi

Utama, 2019), hlm. 32.

27

d. Waktu, yaitu setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu

tertentu, dalam jangka waktu tersebut mencakup masa pengambilan

kredit yang telah di sepakati.29

e. Degree of Risk, yaitu tingkatan risiko yang akan dihadapi sebagai

akibat adanya kontrak yang berjangka antara pemberian prestasi

dengan kontra prestasi yang akan di terima kemudian hari.

f. Prestasi, yaitu obyek dari kredit yang tidak hanya berbentuk uang,

tetapi juga dalam bentuk barang ataupun jasa. Atau juga bisa

dikatakan sebagai balas jasa yaitu keuntungan atas pemberian suatu

kredit atau jasa tersebut yang dikemal dengan nama bunga.30

4. Prinsip-Prinsip Kredit

Selain unsur-unsur kredit yang harus dipenuhi sebagaimana

yang telah disebutkan di atas juga terdapat prinsip-prinsip kredit yang

harus diperhatikan oleh si pemberi kredit demi kelancaran proses

transaksi ataupun kelancaran dalam pemayaran cicilan oleh si penerima

kredit. Adapun di antara prinsip-prinsip kredit adalah:31

a. Character (watak), adalah sifat atau watak seseorang yang akan

diberikan kredit.

29 Misbakhul Khaer dan Ratna Nurhayati, Jual Beli Taqsith (Kredit) dalam Perspektif

Hukum Islam, Jurnal Hukum Islam Nusantara, Vol.2, No. 1, Januari-Desember 2019, hlm, 102. 30 Misbakhul Khaer dan Ratna Nurhayati, Jual Beli Taqsith (Kredit) dalam Perspektif

Hukum Islam, Jurnal Hukum Islam Nusantara, Vol.2, No. 1, Januari-Desember 2019, hlm, 102. 31 Ibid, hlm 102.

28

b. Capacity, adalah penilaian untuk mengetahui kemampuan nasabah

dalam melunasi kewajibannya.

c. Capital (modal), adalah dengan meihat penggunaan modal apakah

efektif atau tidak.

d. Comodition (keadaan), hal ini untuk menghindari kemungkinan

kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

e. Colletelar, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah, baik

yang berupa fisik ataupun nonfisik.

Selain prinsip 5C di atas juga ada prinsip-prinsip lain dari kredit

yang disebut prinsip 7P. Penjelasan dari prinsip 7P sebagai berikut:32

a. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau

tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya.

b. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi

tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal,

loyalitas serta karakternya.

c. Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam

pengambilan kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

d. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan

datang apakah menguntungkan atau tidak.

32 Lukman Hakim Siregar dan Mekar Meilisa Amelia, Implementasi dan Prinsip Kehati-

Hatian (Prudential Banking Principle) Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Marelan, Jurnal Warta Edisi : 59, Januari 2019, ISSN : 1829-7463, hlm 4-5.

29

e. Payment yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan

kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk

pengembalian kredit yang diperolehnya.

f. Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah

dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode

apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat dengan

tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank atau bukan

bank.

g. Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang

dikeluarkan oleh bank atau bukan bank namun melalui suatu

perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau

jaminan asuransi.

C. Jual Beli Kredit Menurut Ekonomi Islam

1. Pengertian Jual Beli Kredit

Membahas tentang pelaksanaan kredit pakaian berarti kita juga

membahas tentang jual beli, karena pelaksanaan kredit pakaian disini

dilaksanakan dalam bentuk transaksi jual beli. Jual beli dalam bahasa

Arab al-bai’ menurut etimologi adalah tukar-menukar sesuatu dengan

sesuatu yang lain.33 Adapun makna bay’i (jual beli) menurut istilah

ada beberapa definisi dan yang paling bagus adalah definisi yang

33 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), Ed. 1, cet. 5, hlm.

173.

30

disebutkan oleh Syaikh Al-Qalyubi dalam Hasyiyah-nya bahwa:

“Akad saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada

kepemilikan terhadap satu benda atau manfaat untuk tempo waktu

selamaya dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah.”34 Bai’ bi al-

Taqsit secara istilah ialah menjual sesuatu dengan pembayaran yang

diangsur dengan cicilan tertentu, pada waktu tertentu, dan lebih mahal

dari pembayaran kontan.35

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah

suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai

nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak yang satu menerima

benda-benda dan pihak lain menerimanya sessuai dengan perjanjian

atau ketentuan yang telah disepakati. Dan sebagaimana telah

dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yang dimaksud dengan

kredit adalah sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu

jual beli maupun pinjam-meminjam. Jadi, jual beli kredit adalah

sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu jual beli

maupun dalam pinjam meminjam.36

34 Abdu Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Islam,

(Jakarta: Amzah, 2010), Ed. 1, cet. 1, hlm. 24. 35 Ummi Kalsum, skripsi “Persepsi Masyarakat Terhadap Bai’ Bi At-Taqsit Ditinjau

Dari Konsep Utang Dalam Hukum Islam (Studi Kasus PNS di Kec. Baiturrahman Banda Aceh),

(Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam, 2018), hlm. 15. 36

Tri Hasrida Yanti, skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat

Terhadap Jual Beli Kredit Ditinjau Dari Ekonomi Islam (Studi Kasus Dusun Karang Agung Desa

Negara Nabung Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur)”, (Metro: IAIN Metro, 2018),

hlm. 19.

31

2. Dasar Hukum Jual Beli Kredit

Pada dasarnya jual beli dapat dikatakan sebagai sarana tolong-

menolong antara sesama umat manusia yang mempunyai ladasan kuat

dalam Al-qur’an dan Sunnah. Hal ini dibuktikan dengan beberapa ayat

dan hadis yang berbicara tentang jual beli, diantaranya:

a. Surah An-Nisa’: 29

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

b. Hadis Rifa’ah ibnu Rafi’:37

عن رفاعة بن رافع أن النيب صلى الله عليه وسلم سئل أي

الكسب أطيب ؟ قال : عمل الرجلبيده وكل بـيع مبـرور “Dari Rifa’ah ibnu Rafi’ bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Hakim).

c. Hadis Abi Sa’id:38

37 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), Ed. 1, cet. 5, hlm.

178.

32

عن أ يب سعيد عن النيب صلى الله عليه وسلم قال : التاجر

الصدوق األمني مع الن ب ي ني و الص د ي ق ني و الش ه د اء “Dari Abi Sa’id dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda: Pedagang yang jujur (benar), dan dapat dipercaya nanti bersama-sama dengan Nabi, shiddiqin, dan syuhada.” (HR. At-Tirmidzi, Berkata Abu ‘Isa: Hadis ini adalah hadis yang shahih).

Terkait dengam dasar hukum jual beli kredit ini tidak jarang

terjadi kontroversial dalam jual beli semacam ini karena

bertambahnya harga dengan ganti tenggang waktu pembayaran.

Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat mengenai jual beli

kredit, ada yang membolehkan dan ada yang melarangnya, antara

lain:39

a. Jumhur ahli fiqh, seperti mazhab Hanafi, Syafi’i, Zaid bin Ali dan

Muayyid Billahi berpendapat bahwa jual beli yang pembayarannya

ditagguhkan dan ada penambahan harga untuk pihak penjual karena

penangguhan tersebut adalah sah. Menurut mereka penangguhan

itu adalah harga. Mereka melihat kepada dalil umum yang

membolehkan.

b. Jumhur ulama menetapkan bahwa seseorang pedagang boleh

menaikkan harga menurut yang pantas, karena pada asalnya boleh

38 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), Ed. 1, cet. 5, hlm.

178-179. 39 Hanung Lathifatul Fadhillah, skripsi “Jual Beli Pakaian Kredit di Dusun Macanan Desa

Jamawan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten (Studi Sosiologi Hukum Islam)”, (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017), hlm. 8.

33

dan nash yang mengharamkan yang tidak ada. Sebaliknya kalau

sampai kepada batas kezaliman hukumnya berubah menjadi haram.

3. Macam-Macam Jual Beli Kredit

Salah satu bentuk perniagaan yang marak dijalankan

masyarakat saat ini adalah sistem jual beli dengan cara kredit. Dahulu,

transaksi jual beli kredit hanya mengenal satu metode saja, yaitu

metode langsung antara pemilik barang dengan konsumen. Akan

tetapi pada zaman sekarang, perkreditan telah berkembang dan

mengenal metode baru, yaitu metode tidak langsung, dengan

melibatkan pihak ketiga.40

Jual beli kredit merupakan solusi yang tepat untuk memperoleh

barang-barang yang diinginkan ketika kita tidak mampu membelinya

secara kontan atau tunai. Adapun bentuk-bentuk jual beli kredit yang

ditawarkan saat ini sebagai berikut:

a. Menawarkan dengan sistem kontan atau kredit.

b. Menawarkan dengan cara sistem kredit pilihan dengan jangka

waktu yang telah ditentukan.

c. Menawarkan dengan sistem kontan dan kredit dengan pilihan

jangka waktu.

40

Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam,

Jurnal Yurisprudeita, Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, hlm. 22.

34

Sedangkan secara umum, macam-macam jual beli terbagi

menjadi:41

a. Bai’ Mutlak, yakni jual beli yang dilakukan dengan cara

menggantikan barang dengan harga.

b. Bai’ Murabahah, yakni jual beli yang dilakukan dengan

memberikan harga yang telah disepakati bersama.

c. Bai’ Muqayyad, yakni jual beli denga saling menukar barang yang

berbeda. Jual beli ini disebut juga model barter.

d. Bai’ Salam, yakni membeli barang dengan cara menangguhkan

pembayaran bayaran ataupun barang yang dibeli.

e. Bai’ Sarrafah, yakni jual beli barang yang dilakukan dengan cara

penggantian antara harga dengan harga.

4. Rukun dan Syarat Jual Beli Kredit

a. Ijab dan Qabul

Pengertian ijab menurut Hanafiah adalah menetapkan

perbuatan yang khusus yang menunjukkan kerelaan, yang timbul

pertama dari salah satu pihak yang melakukan akad.42 Adapaun

pengertian qabul adalah pernyataan yang disebutkan kedua dari

41 Khabib Bashari, Muamalat, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007), hlm. 2-3.

42 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), Ed. 1, cet. 5, hlm.

180.

35

pembicaraan salah satu pihak yang melakukan akad.43 Dari definisi

ijab dan qabul menurut Hanafiah tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa penetapan mana ijab dan mana qabul tergantung kepada

siapa yang lebih dahulu menyatakan.

Menurut jumhur ulama pengertian ijab adalah pernyataan

yang timbul dari orang yang memberikan kepemilikan meskipun

keluarnya belakangan. Sedangkan qabul adalah pernyataan yang

timbul dari orang yang akan menerima hak milik meskipun

keluarnya pertama.44 Dari pengertian ijab dan qabul yang

dikemukakan oleh jumhur ulama tersebut maka dapat kita tarik

kesimpulannya bahwa penentuan ijab dan qabul bukan dilihat dari

siapa yang lebih dahulu menyatakan, melainkan dari siapa yang

memiliki dan siapa yang akan memiliki.

Dalam melaksanakan akad (ijab dan qabul) ada syarat akad

yang sangat penting yaitu qabul harus sesuai dengan ijab, dalam

arti pembeli menerima apa yang di-ijab-kan (dinyatakan) oleh

penjual. Dan apabila terdapat perbedaan antara ijab dan qabul,

misalnya pembeli menerima baranag yang tidak sesuai dengan

yang dinyatakan oleh penjual, maka akad jual beli tidak sah.

b. ‘Aqid (Penjual Dan Pembeli)

43 Ibid, hlm. 180. 44 Ibid, hlm. 181.

36

Dalam melakukan akad penjual maupun pembeli disyaratkan

orang yang berakal yakni mumayyiz. Apabila yang melakukan akad

adalah orang gila dan anak yang belum berakal (belum mumayyiz)

maka akadnya tidak sah. Selain orang yang berakal syarat ‘aqid

selanjutnya yaitu harus berbilang atau tidak sendirian karena dalam

jual beli terdapat dua hak yang berlawanan yakni menerima dan

menyerahkan. Dan mustahil pada saat yang sama satu orang

bertindak sebagai penjual yang menyerahkan barang dan sekaligus

menjadi pembeli yang menerima barang.

c. Ma’qud ‘Alaih (Objek Akad Jual Beli)

Dalam konteks jual beli objek akadnya yaitu barang yang

dijual dan harga/uang. Adapun syarat ma’qud ‘alaih adalah sebagai

berikut:45

1) Barang yang dijual harus maujud (ada).

2) Barang yang dijual harus mal mutaqawwim. mal mutaqawwim

adalah barang yang bisa dikuasi secara langsung dan boleh

diambil manfaatnya dalam keadaan ikhtiyar.

3) Barang yang dijual harus barang yang sudah dimiliki.

4) Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat

dilakukannya akad jual-beli.

45 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), Ed. 1, cet. 5, hlm.

189-190.

37

5. Cara Pelaksanaan Jual Beli Kredit

Jual beli kredit merupakan solusi yang tepat untuk

memperoleh barang yang diinginkan ketika kita tidak mampu

membeli barang secara kontan atau tunai. Adapun tata cara

pelaksanaan jual beli kredit yaitu:

a. Menawarkan dengan sistem kontan atau kredit. Maksudnya si

penjual menawarkan barang jualannya kepada si pembeli dengan

menyebutkan harga barang jika di beli secara kontan dan harga

barang jika dibeli secara kredit.46 Setelah itu si pembeli memilih

salah satu dari kedua harga yang ditawarkan tersebut.

b. Menawarkan dengan sistem kontan dan kredit dengan pilihan

jangka waktu. Maksudnya yaitu si penjual menyebutkan harga

barang jika di beli secara kontan dan menyebutkan harga barang

jika di beli secara kredit dengan pilihan jangka waktu. Contohnya

seorang penjual mengatakan “Saya jual rumah ini secara kontan

seharga 150 juta secara kontan dan jika secara kredit saharga 200

juta selama satu tahun, atau 225 juta selama dua tahun dan 250 juta

selama tiga tahun”.

c. Membayar barang yang di beli secara kredit atau yang ditawarkan

secara kredit dengan sistem pembayaran diangsur dengan cicilan

46

Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam,

Jurnal Yurisprudeita, Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, hlm. 23.

38

tertentu, pada waktu tertentu, dan lebih mahal daripada pembayaran

secara kontan/tunai.

D. Ekonomi Islam

1. Pengertian Ekonomi Islam

Istilah ekonomi secara sederhana dirujuk pada bahasa Yunani

berakar kata oikos (keluarga, rumah tangga), dan nomos (pengaturan,

aturan, hukum). Secara garis besar, ekonomi diartikan sebaga “aturan

rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga”.47 Menurut Manan

ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari

masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai

Islam.48

Syed Nawab Husein Naqvi menegaskan ide sentral yang

membatasi ilmu ekonomi Islam dan menempatkannya berbeda denga

ilmu ekonomi positif yang nilai-nilai etik/agama secara eksplisit

dimasukkan dalam framework analisis ekonomi secara terpadu. Oleh

karena itu, ilmu ekonomi Islam merupakan upaya validitas ide

filosofis (normatif) yang diaplikasikan dan dipadukan dengan klaim

validitas objektif (empiris).49 Dari pengertian diatas dapat dijelaskan

bahwa kajian dan pembahasan ekonommi Islam berdimensi

47 Ahmad Dahlan, Pengantar Ekonomi Islam Kajian Teologis, Epistemologis, dan

Empiris, (Jakarta: Kencana, 2019), hlm. 61. 48 Nurul Huda et al, Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana,

2018), hlm. 2. 49 Ibid, hlm. 65.

39

kerakyatan dengan sistem yang dibangun merupakan representasi dari

ajaran dan nilai-nilai Islam atau juga bisa dikatakan bahwa ekonomi

Islam adalah sistem ekonomi atau sistem perekonomin yang

berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadis yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan di akhirat.

2. Prinsip Ekonomi Islam

Sebagaimana diungkapkan tim pengkajian dan pengembangan

ekonomi Islam (P3UI) dalam bukunya berjudul “Ekonomi Islam”,

bahwa prinsip dasar dari ekonomi Islam yakni:50

3. Berasaska keadilan. Keadilan dalam ekonomi akan terwujud

apabila setiap orang menjunjung tinggi nilai kebenaran, kejujuran,

keberanian untuk mengambil keputusan baik, serta kelurusan,

yakni terhindar dari berbuat zalim.

4. Khilafah. Khilafah secara umum dalam hal ini adalah

bertanggungjawab sebagai pemegang amanah dari Allah di muka

bumi. Khilafah dalam kacamata ekonomi yakni mengelola sumber

daya yang dikuasakan Allah untuk mewujudkan maslahah yang

maksimum dan mencegah kerusakan-kerusakan.

5. Tafakul (persaudaraan). Dalam Islam, iman seseorang belum

sempurna jika belum mencintai saudaranya melebihi cintanya pada

50 Bustanul Karim, Prinsip Pembangunan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Diandra Kreatif,

2018), hlm. 24.

40

diri sendiri. Jaminan tafakul yang diberikan masyarakat islam yakni

dengan memberikan bantuan kepada orang lain yang terkena

musibah ataupun yang tidak mampu.

Dari tiga pilar prinsip ekonomi Islam tersebut dapat

disimpulkan bahwa yang menentukan kebenaran dalam menjalankan

ekonomi adalah Allah SWT dan benar atau salah diukur dari sumber

ajaran Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah sebagai keberangkatan dari

ajaran Islam.

c. Karakteristik Ekonomi Islam

1. Ekonomi Ketuhanan (Iqtishad Rabbani)

Ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiyah karena titik awalnya

berangkat dari Allah dan tujuannya untuk mencapai ridha Allah.51

Maka dari itu segala bentuk kegiatan ekonomi kita niatkan karna

Allah dan tentunya sesuai syariat karena semua itu merupakan

suatu ibadah bagi seorang muslim.

2. Ekonomi Akhlak (Iqtishad Akhlaqi)

Seorang muslim baik secara pribadi maupun kelompok tidak bebas

mengerjakan apa saja yang diinginkannya ataupun yang

menguntungkannya saja karena setiap muslim terkait oleh iman

dan akhlak yang harus diaplikasikan dalam setiap aktifitas

51 Shibghatullah Mujaddidi, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Jawa Timur: Duta Media

Publishing, 2020), hlm 20.

41

ekonomi di samping terikat dengan undang-undang dan hukum

syariat.52 Hal yang membedakan antara sistem ekonomi Islam

dengan sistem ekonomi lainnya adalah dalam sistem ekonomi

Islam antara ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah sama

sekali, seperti tidak pernah terpisahnya antara ilmu dan akhlak

karena akhlak adalah urat nadi kehidupan Islam.

3. Ekonomi Kerakyatan (Iqtishad Insani)

Manusia dalam sistem ekonomi Islam adalah tujuan sekaligus

sasaran dalam setiap kegiatan ekonomi karena ia telah

dipercayakan sebagai khalifah-Nya.53 Karena itu manusia wajib

beramal dengan berkreasi dan berinovasi dalam setiap kerja keras

mereka menggunakan kemampuan dan sarana yang di berikan

Allah untuk membantu mereka melaksankan tugasnya.

4. Ekonomi Pertengahan (Iqtishad Washathi)

Karakteristik Islam adalah sikap pertengahan, seimbang (tawazun)

antara dua kutub (aspek duniawi dan ukhrawi) yang berlawanan

dan bertentangan.54 Tujuan dari keseimbangan tersebut agar pihak

yang memiliki harta atau keuntungan tidak menzalimi atau

merugikan pihak lain. Dengan adanya keseimbangan tersebut juga

52 Ibid, hlm. 20. 53 Shibghatullah Mujaddidi, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Jawa Timur: Duta Media

Publishing, 2020), hlm 20. 54 Ibid, hlm. 21.

42

akan menciptakan semangat berbagi dan mendorong pelaku

kegaitan ekonomi untuk membantu sesama melalui zakat, infak

atau sedekah.

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini membahas mengenai analisis praktik jual beli

kredit di Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten

Agam yang mana penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Menurut Kirk & Miler (1968:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental

bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya.55 Menurut Mantra (2004) dalam buku

Meleong (2007) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.56

Jenis penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan)

yaitu dengan mendatangi langsung objek atau lokasi penelitian untuk

mengetahui secara langsung keadaan sekarang dan interaksi sosial disuatu

lingkungan unit sosial.57 Pada saat melakukan penelitan lapangan ini

penulis tidak memaksa sudut pandang sebagai orang luar, memulai dari

55 Albi Anggit dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat: CV

Jejak, 2018), hlm. 7-8. 56 Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi

Media Publishing, 2015), hlm. 28. 57 Usman Rianse dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi (Teori Dan

Aplikasi), (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 2.

43

lingkungan terdekat dan menjalin hubungan sosial dengan orang yang

diteliti atau dengan masyarakat yang dijadikan sampel penelitian, serta

penulis juga melakukan wawancara kepada masyarakat yang menjadi

sampel penulis dalam penelitian ini.

Pada jenis penelitian lapangan ini juga tertapat jenis-jenis catatan

lapangan yang mana penulis menggunakan catatan wawancara dan

rekaman suara untuk membantu penulis untuk mengingat kembali suatu

kejadian dan percakapan saat penulis melakukan analisis data. Catatan

wawancara berisi catatan yang menerangkan kapan, siapa, bagaimana, dan

isi dari pokok-pokok wawancara yang dibahas.58

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Nagari Geragahan Kecamatan

Lubuk Basung. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja karena

berkaitan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Dan waktu

pelaksanaan berlangsung sampai penulis selesai melakukan penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis data kualitatif.

Data kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan terhadap data-data yang

58 Https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penelitian_Lapangan, Diakses pada hari Jum’at tanggal

4 Juni 2021 Pukul 20.03 WIB.

44

nonangka seperti hasil wawancara dan bacaan dari buku-buku yang

terkait dengan penelitian. Dengan menggunakan jenis data kualitatif ini

penulis melakukan analisis dari hasil penelitian dengan cara naratif atau

menjelaskan dengan cara menghubungkan dengan teori yang

didapatkan dari buku-buku terkait dengan penelitian penulis.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh

peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian

dilakukan. Dalam penelitain ini penulis langsung mendapatkan data

dari lokasi penelitian yang bersumber dari penjual kredit dan

masyarakat Nagari Geragahan yang membeli pakaian secara kredit.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari bahan-bahan

bacaan seperti buku, hasi penelitian, dan lain sebagainya yang dapat

mendukung data primer seperti data hasil observasi dan wawancara

penulis dengan penjual dan pembeli pakaian kredit.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan salah satu komponen riset/penelitian. Teknik yang

penulis gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yaitu

gabungan antara pustaka dan lapangan. Dalam teknik pengumpulan data

45

penulis memilih responden dengan cara mencari atau mendatangi

masyarakat yang melakukan jual beli kredit pakaian. Penulis melakukan

wawacara ke 11 responden dari 10 responden pembeli kredit pakaian dan 1

responden penjual kredit pakaian yang melakukan jual beli kredit pakaian

di Nagari Geragahan. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Metode wawancara

Untuk memudahkan guna mengetahui kondisi yang diinginkan.

Maka penulis menggunakan metode wawancara. Metode wawancara

adalah bentuk komunikasi lansung antara peneliti dengan responden.

2. Dokumentasi

Metode ini berupa dokumentasi terhadap catatan-catatan penjual

dan barang-barang penjual dalam melakukan transaksi jual beli pakaian

dengan sistem kredit di Nagari Geragahan.

3. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh

penulis baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek

penelitiannya.

E. Teknik Analisis Data

Neong Muhadjir (1998:104) mengemukakan pengertian analisis

data sebagai “upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil

46

observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman

peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan

bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut

analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna”.59

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari data-data

yang diperoleh dari wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik

analisis data kualitatif biasanya terkait dengan naluristik penulis dan

dilakukan dengan cara naratif dan langkah selanjutnya menarik

kesimpulan dan verifikasi.

Jadi dalam menggunakan teknik analisis data kualitaif ini penulis

mencari data dengan cara wawancara, dokumentasi dan observasi yang

selanjutnya menata atau menyusun secara sistematis dari hasil temuan di

lapangan tersebut agar bisa menyajikan temuan tersebut dengan bagus.

Dan dari pendekatan deskriptif kualitatif ini penulis ingin

memberikan gambaran tentang yang terjadi seputar permasalahan dengan

menjelaskan bagaimana Praktik Jual Beli Kredit di Nagari Geragahan

Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

59 Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah, Vol. 17 No. 33, Januari-

Juni 2018, hlm. 84.

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Nagari Geragahan

1. Sejarah Dan Perkembangan Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk

Basung

Garagahan asal katanya “agahan”, ada beberapa pendapat

tentang arti agahan. Yang pertama, mengatakan bahwa agahan artinya

sakti atau keramat, yaitu seakan keramat. Pendapat kedua, mengatakan

bahwa agahan artinya penyakit, dimana dulunya padang-padang yang

baru didiami warga jatuh sakit, sehingga warga pindah ke tempat lain

dengan alasan tanah tersebut agahan/penyakit. Pendapat ketiga,

mengatakan bahwa Garagahan asal katanya “galogoh” dimana dulunya

awal perkembangan nenek moyang orang Garagahan di Koto Tuo

(sekarang) senantiasa mendengar galogoh anak air terjun jatuh ke

Batang Antokan bergalogoh bunyinya.60 Dari beberapa pendapat

tentang makna “agahan” yang lebih umum digunakan adalah pendapat

pertama.

Setelah niniak yang tiga orang yaitu Majo Lelo suku Piliang,

Patih Pahlawan suku Tanjuang, dan Tuan Pandak suku Caniago yang

sebelumnya berasal dari Pariangan Padang Panjang Luhak Tanah Data

bersama-sama turun sebanyak 12 orang beserta dengan anak

60 E. Dt. Rky. Tanpahlawan, Sejarah Nagari Garagahan, (Geragahan: Wali Nagari

Geragahan, 2020), hlm. 2.

48

kemenakan turun ke Geragahan dan anak kemenakan semakin

bertambah maka Taratak, Dusun, dan Koto yaitu nama tempat tinggal.

Dengan terbetuknya tiga tempat tinggal tersebut maka sebagai

kekuasaan rajo nan balingkuang aua dan berwilayat hutan tanah,

dengan pembagian wilayat sebagai berikut:61

a. Niniak Majolelo (Dt. Mudo) berwilayat sebelah Timur, yaitu dari

gunung Silayang Hilir sampai Menangis (Kampung Bukareh).

b. Niniak Patih Pahlawan (Dt. Rky. Tanpahlawan) berwilayat sebelah

Utara, yaitu dari Manggis (Kampung Bukareh), hilir sampai ke bukit

Caliak/Bukti Indokajo.

c. Niniak Tuan Pandak (Dt. Siaga) berwilayat dari Simpang Sari Manih

sampai Koto Tuo (Rambai Masam Sangkir), Paraman Batu, Bujang

Juaro, Taratak (Kampuang Caniago), hingga Bukit Marelang.

d. Dari Bukit Marelang, Kampung Tabuah, Koto Marapak, Simaruok,

Padang Barabah Putiah sampai sepadan dengan Manggopoh wilayat

Niniak Bagindo Basa (Dt. Bagindo Basa) suku Tanjuang Urang tuo

Patih Pahlawan.

Selain tiga orang niniak yang turun ke Garagahan (Majo Lelo,

Patih Pahlawan, Tuan Pandak), kemudian datang pula tiga orang niniak

ke Gargahan, yaitu:

a. Bijorajo suku Malayu dari Aceh pulau Simanggewang.

61 E. Dt. Rky. Tanpahlawan, Sejarah Nagari Garagahan, (Geragahan: Wali Nagari

Geragahan, 2020), hlm. 4.

49

b. Magek Mudo Bangsawan suku Jambak dari Sitingkai Tilatang

Kamang.

c. Samik Nan Harun suku Sikumbang dari Matur Hilir.

Ketiga niniak yang datang ini membawa anak kemenakan dan

kemudian terjadi pula dusun atau kampung yang bernama : Hampu dan

Sitingkah (asal dari Banu Hampu dan Sitingkai Tilatang Kamang). Dan

sekarang di Nagari Geragahan terbagi menjadi empat jorong yaitu:

Tabel 4.1 Nama-nama Jorong di Nagari Geragahan

No Nama Jorong Jumlah Penduduk

1 Jorong I Garagahan 1.775 jiwa

2 Jorong II Garagahan 3.137 jiwa

3 Jorong III Garagahan 1.273 jiwa

4 Jorong IV Garagahan 1.994 jiwa

Sumber: Wali Nagari Geragahan, Buku Rekapitulasi Jumlah Penduduk Bulan Januari Tahun 2021, 30 April 2021.

2. Letak Geografis Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung

Nagari Geragahan merupakan salah satu Nagari yang ada di

Kecamatan Lubuk Basung. Secara geografis Nagari Geragahan sebelah

Timur berbatasan dari Gunung Singgalang muju ke Selatan, menurun

ke air Batang Nareh air Tajun, terus ke Batu Sangkak Puyuh dan Batu

Sasok Ambalau dan Nagari III Koto Aur Malintang wilayah Bukit

Barisan sekarang, terus ke Lubuk Tareh Dulang (Bandar Sikumbuh)

dan terus ke Lubuk Alai Batang Antokan, mendaki anak air Badaring

50

terus ke Rambai Masam, anak aia Sipinang, terus ke Bukit Batambun.62

Sebelah Barat berbtasan dengan Nagari III Koto Aur Malintang

hingga Bukit Bulek Padang Batu Tagak, terus ke Muaro Batang Lolo,

terus ke Padang Tarung-tarung dan Padang Lado-lado (Padang

Mardani) dan terus ke bukit Indokajo. Sebelah Utara berbatasan dengan

Nagari Bawan hingga bukit Indokajo dan menurun ke Lubuk Lundang

Sungai Batang Malabur terus ke Hulu Batang Malabur dan Mendaki ke

Bukit Padang Selayan (Panyalaian) dan terus mendaki ke Gunung

Salayan Tinggi.

Sebelah Selatan berbatas dengan kewalian III Koto Aur

Malintang, dari Bukit Bulek Setangkai menuju ke Barat ke Padang

Rambai Masam, terus menurun ke Anak Air Belah Pinang (Sipinang)

dan terus ke Muaro Anak Aia Belah Pinang, Sungai Batang Kalundutan

dan terus hilir hingga Batu Batambun menuju arah ke Selatan mendaki

ke Anak Aia Badaring (Simaruok) terus ke Bukit Pematang Panjang

dan menuju ke Barat Tanah Batambun dan membelah dua Padang

Barabah Putiah dan menurun ke Lubuk Kalalawa Anak Aia Ransang

Buayo dan mendaki hingga Bukit Bulek.

Jarak dari Nagari Geragahan ke pusat pemerintahan antara lain

7,2 km ke pemerintah Kecamatan, 4,0 km ke pemerintahan Kabupaten.

62 E. Dt. Rky. Tanpahlawan, Sejarah Nagari Garagahan, (Geragahan: Wali Nagari

Geragahan, 2020), hlm. 10.

51

3. Jumlah Penduduk Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung

Berdasrakan pendataan, jumlah penduduk yang ada di Nagari

Geragahan berjumlah 8.179 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 2.277

KK pada akhir bulan Januari Tahun 2021. Untuk lebih jelas dan lebih

rincinya dapat kita lihat pada table berikut ini:63

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Nagari

Geragahan

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Jumlah KK

1 Laki-laki 3.923 Jiwa

2.277 KK

2 Perempuan 4.256 Jiwa

Jumlah 8.179 Jiwa 2.277 KK

Sumber: Wali Nagari Geragahan, Buku Rekapitulasi Jumlah Penduduk Bulan Januari Tahun 2021, 30 April 2021.

4. Sosial Ekonomi Masyarakat

Nagari Geragahan dihuni oleh berbagai suku, diantaranya adalah

suku Tanjuang, Koto, Piliang, Jambak, Caniago, Sikumbang dan lain-

lain. Penduduk Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung

berjumlah 8.179 jiwa dari jumlah keseluruhan laki-laki dan perempuan.

Perekonomian masyarakat Nagari Geragahan berada pada

posisi menengah bila dibandingkan dengan nagari lain yang ada di

63 Wali Nagari Geragahan, Buku Rekapitulasi Jumlah Penduduk Bulan Januari Tahun

2021, 30 April 2021.

52

Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam, hal ini berdasarkan

observasi yang penulis lakukan dapat dilihat dari segi tempat tinggal,

juga keadaan atau kenyatan yang ditampilkan dari masing-masing

keluarga.

5. Struktur Perangkat Nagari Geragahan

Gambar 4.1 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja

Pemerintahan Nagari Garagahan

Sefriamel, SE

PJ Wali Nagari

Yunasrial, A.Md

Sekretaris Nagari

Eli Suryani

Kaur Tata

Usaha Dan

Umum

Elga Efasari,

A.Md

Kaur Keuangan

Rindu

Widiawati

Kaur

Perencanaan

Divo Aznil,

A.Md

Kasi

Kesejahtera

an

Warti

Kasi

Pemerintahan

Nur Afni

Yusfika,

A.Md

Kasi

Pelayanan

KEPALA PELAKSANAAN

KEWILAYAHAN/WALI

JORONG

Dedi Lita Alam

Sari, S.Pd

Wali Jorong IV

Syafrinal

Wali Jorong III

Deeky Hendri,

A.Md

Wali Jorong II

Martion, SS

Wali Jorong I

53

B. Praktik Jual Beli Kredit Menurut Perspektif Ekonomi Islam

1. Praktek Jual Beli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan

Pada poin ini penulis akan menjelaskan mengenai praktik jual beli

kredit pakaian yang terjadi di Nagari Geragahan. Sebagaimana hasil

wawancara penulis dengan penjual dan pembeli kredit pakaian di

Nagari Geragahan, maka penulis dapat mengetahui bagaimana praktik

jual beli kredit pakaian yang dilaksanakan. Berdasarkan penuturan ibu

Lusi, ibu Lusi melakukan jual beli kredit karena menginginkan baju

baru tetapi karena tidak memiliki uang yang cukup jika di beli secara

tunai maka dari itu ibu Lusi memutuskan untuk membeli secara kredit.

“Karena melihat ada model baju keluaran terbaru saya ingin membeli dan memilikinya. Tapi karena jika membeli secara langsung uang saya tidak cukup makanya saya membeli secara kredit meskipun harganya akan mahal.”64

Sama halnya dengan ibu Za beliau memilih membeli dengan

sistem kredit karena didasari dari keinginan ingin memiliki baju bagus

meski baju-baju yang masih ada masih bagus.

“Melihat modelnya suka langsung di ambil aja. Lagian cicilannya juga murah meriah. Jadinya saya merasa tertarik dan ingin membeli baju kepadanya apalagi dia sering membawa model-model baju yang baru dan merasa bagus untuk saya pakai”65

Hal ini bertentangan dengan prinsip ekonomi Islam bahwa

seorang muslim dalam mengkonsumsi tidak diperkenankan melakukan

64 Hasil Wawancara dengan ibu “Lusi”, Pembeli Pakaian Kredit di Nagari Geragahan,

pada tangga 09 Mei 2021. 65

Hasil Wawancara dengan ibu “Za”, Pembeli Pakaian Kredit di Nagari Geragahan,

pada tangga 09 Mei 2021.

54

tindakan pemborosan, dimana seorang muslim diharuskan lebih

mempertimbangkan manfaat daripada keinginan. Dan aktivitas ekonomi

tidak lantas untuk memuaskan kebutuhan tetapi untuk memenuhi

kebutuhan yang tepat guna, baik dalam pemenuhan kebutuhan

dharuuriyyat (primer), haajiyyaat (sekunder) maupun tahsiiniyyaat

(tersier).66 Semuanya berjalan secara seimbang antara kebutuhan-

kebutuhan tersebut, antara diri dengan orang lain, dan antara duniawi

dan ukhrawi.

Menurut ibu Lia jual beli kredit pakaian yang dia lakukan sangat

membantu dia dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan tambahan

khsusnya pakaian karena dengan melakukan jual beli pakaian secara

kredit ibu Lia dan keluarga tidak perlu ragu-ragu lagi untuk membeli

pakaian baru dengan mengeluarkan uang yang banyak secara sekaligus.

“Kalau secara kredit tidak terasa karena kita membayar cuma perminggu sekian-sekian, kalau membeli cash bayarnya harus cash jadi terlalu terasa mengeluarkan uang sekaligus apalagi dalam keadaan corona saat ini.”67

Begitu juga dengan Ibu Ranti dan Ibu Ar yang memiliki rata-rata

pendapatan sebesar lebih kurang Rp. 500.000 per bulan. Dengan

melakukan jual beli pakaian secara kredit mereka hanya perlu

menyediakan uang muka sebesar Rp.20.000-25.000 untuk mendapatkan

pakaian baru yang mereka inginkan. Dengan uang muka itu mereka

66 Ma’zumi, Maqashid Al-Syariah Dalam Perilaku Ekonomi, Jurnal Of Islamic

Economics, Finance and Banking, Vol. 3 No. 1, Mei 2019, hlm. 82. 67 Hasil wawancara dengan Ibu “Lia”, Pembeli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan,

pada tangga 08 Mei 2021.

55

telah mendapatkan pakaian baru yang pembayaran selanjutnya bisa

mereka cicil perminggunya.

“Dengan pendapatan lebih kurang Rp. 500.000 per bulan dengan uang muka tergantung harga baju atau barang kira-kira Rp. 20.000.”68

“Bisa diangsur, uang mukanya sedikit kita sudah mendapat pakaian. Pendapatan perbulan kurang lebih Rp. 500.000 karena kita dirumah saja sebagai ibu rumah tangga. Dengan uang muka Rp. 20.000 kita sudah dapat pakian baru.”69

Seperti halnya yang dikatakan juga oleh salah satu pembeli

pakaian kredit lainnya di Nagari Geragahan yaitu ibu Hilda. Ibu Hilda

yang kesehariaannya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suamiya

bekerja sebagai buruh tani. Karena biaya hidup semakin mahal,

penghasilan ibu Hilda beserta suaminya pun sangatlah pas-pasan untuk

kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya anaknya sekolah. Ketika dirasa

pakaian yang mereka gunakan untuk bepergian sudah lusuh, ibu Hilda

ingin membeli pakaian sesuai kebutuhan. Karena belum mempunyai

uang secara cash maka ibu Hilda tertarik untuk membeli pakaian secara

kredit. Dari sinilah ibu Hilda mulai tertarik dan menjadi pelanggan setia

dalam melaksanakan jual beli pakaian secara kredit di Nagari

Geragahan.

68 Hasil wawancara dengan Ibu “Ranti”, Pembeli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan,

pada tangga 09 Mei 2021. 69 Hasil wawancara dengan Ibu “Ar”, Pembeli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan,

pada tangga 09 Mei 2021.

56

“Saya sebagai ibu rumah rangga dan suami saya bekerja sebagai buruh tani yang memiliki pendapatan pas-pasan merasa kurang sanggup untuk membeli secara tunai. Jika membeli secara kredit saya merasa lebih mudah karena uang muka dan angsurannya pun tergolong rendah meski angsurannya perminggu.”70

Mengenai soal harga dan akad ibu Hilda kurang mengetahui

masalah akad yang terpenting menurut beliau tidak saling memberatkan

karena ibu Hilda sudah menyadari bahwa barang utang-utangan harus

dibayar sesuai yang telah di tentukan itu tidak ada yang murah. Jadi

dalam jual beli ini tidak ada yang dirugikan si penjual dan si pembeli

sama-sama mendapatkan keuntngan tersendiri.

“Mengenai harga dan akad sebenarnya saya tidak terlalu tau berapa harga jika di pasaran selain terkdanag berubah-ubah dan tergantung bahan dan model saya juga jarang membeli secara tunai. Dan yang penting tidak merugikan satu sama lain dan kalau berkredit berarti kita berhutang dan hutang wajib di bayar”71

Begitu juga dengan ibu Nola, pada saat ibu Nola membeli pakaian

kredit ibu Nola tidak dikasih pilihan apakah harga yang ditawarkan

harga kontan atau kredit.

“Pada saat membeli baju si penjual tidak menyebutkan jika membeli kontan segini dan kredit segini. Saat itu saya ingin bertanya tetapi tidak jadi karena saya merasa segan selain itu semua orang yang saya lihat membeli pakian saat itu tidak ada yang bertanya.”72

70

Hasil wawancara dengan Ibu “Hilda”, Pembeli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan,

pada tangga 13 Mei 2021. 71

Hasil wawancara dengan Ibu “Hilda”, Pembeli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan,

pada tangga 13 Mei 2021. 72

Hasil wawancara dengan Ibu “Nola”, Pembeli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan,

pada tangga 26 Juni 2021.

57

Berbeda dengan ibu Lin dengan memiliki rata-rata pendapatan

keluarga perbulan kurang lebih Rp. 2.000.000 merasa harga yang

ditetapkan penjual kredit termasuk mahal. Selain itu pada saat

membayar angsuran si penjual hanya menuliskan di kertas atau buku

catatannya. Meski demikian ibu Lin tidak merasa was-was karena

sudah lama kenal dengan si penjual kredit tersebut.

“Kurang lebih Rp. 2.000.000 perbulan karena suami juga bekerja. Kalau harga termasuk mahal tapi namanya juga kredit. Pada saat membayar angsuran hanya di tulis di kertasnya dibukunya, karena sudah lama kenal dengan orang itu jadi rasanya tidak apa-apa saling percaya.”73

Perbedaan yang mendasar antara jual beli pakaian kredit di

Nagari Geragahan dengan jual beli kredit lain yang pada umumnya

yakni terletak pada si penjual yang tidak memberlakukan batasan waktu

angsuran. Hal tersebut didasarkan dengan sikap saling percaya satu

sama lain. Selain itu sebagaimana halnya dengan masyarakat lain yang

sama-sama melakukan jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan.

Mereka mengatakan jual beli pakaian kredit yang mereka lakukan tidak

ada bukti pembayaran yang diberikan kepada masyarakat yang

melakukan sebagai bukti mereka telah melakukan angsuran

perminggunya. Selain itu si penjual tidak memberikan batasan waktu

pelunasan angsuran yang mereka lakukan.

73

Hasil wawancara dengan Ibu “Lin”, Pembeli Kredit Pakaian di Nagari Geragahan,

pada tangga 09 Mei 2021.

58

Meskipun demikian mereka tetap melaksanakan jual beli pakaian

secara kredit dengan alasan faktor ekonomi, dimana barang tersebut

diinginkan dan tidak dapat secara tunai atau kontan. Yang mana

mayoritas masyarakat Nagari Geragahan memiliki ekonomi menengah

ke bawah jadi mereka lebih tertarik melakukan jual beli pakaian secara

kredit. Selain mudah sistem jual beli kredit tersebut dirasa juga sangat

membantu bagi masyarakat yang tidak mempunyi uang secara cash

untuk membeli pakaian.

Jika dilihat dari alasan si penjual pakaian kredit melakukan jual

beli pakaian dengan sistem kredit yaitu untuk meringankan masyarakat

yang menginginkan pakaian dengan cicilan yang murah karena jika

membeli kontan terkadang uangnya tidak mencukupi karena banyak

kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan

penjualan pakaian secara kredit ini si penjual banyak mendapatkan

pelanggaan yang ingin ikut serta membali pakaian yang ia tawarkan.

“Supaya meringankan masyarakat seperti yang dikampung-kampung, jadi cicilannya juga murah. Kalau beli kontan kadang kan uang itu tidak mencukupi karena banyak kebutuhan-kebutuhan.”74

Dengan angsuran perminggu sebesar Rp. 10.000 dan juga dilihat

dari banyaknya si pembeli mengambil pakain selain itu juga sesuai

kesepakatan antara si penjual dan si pembeli. Meski memiliki banyak

pelanggan dengan memberikan angsuran yang bisa dikatakan kecil

74

Hasil wawancara dengan Ibu “Kak Pina”, Penjual Kredit Pakaian di Nagari

Geragahan, pada tangga 22 Mei 2021.

59

perminggunya tetap saja si penjual mengalami beberapa kendala dalam

melaksanakan usahanya itu. Diantara kendala-kendalanya yaitu adanya

pelanggan yang sudah mengambil bajunya tetapi tidak membayar atau

bisa dikatakan melarikan diri.

“Angsuran sekali seminggu Rp. 10.000, minimal angsurannya Rp. 10.000. Kalau banyak dia ngambil banyak juga dia bayarnya sesuai dengan kesepakatan sama yang membeli yang ngambil sama kakak. Kendalanya kadang ngambil dia nggak bayar, kabur-kabur dia.”75

“Datang ke rumah terus ditawa-tawarin, kadang dipanggil. Kalau dia cocok sama Pina terus kasih namalah dicatat.”76

Sistem jual beli kredit pakaian yang dilakukan di Nagari

Geragahan menggunakan sistem jual beli langsung, yang mana pembeli

mengambil barang secara langsung kepada si penjual dengan cara

menunjukkan jenis-jenis atau model-model pakaian yang akan dibeli.

Berdasarkan keterangan dari penjual kredit pakaian, mekanisme jual

beli kredit yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Si Penjual datang ke rumah-rumah masyarakat dan memanggil-

mangggil calon pembeli saat mendatangi salah satu rumah calon

pembeli atau terkadang si pembeli mendatangi si penjual yang

datang ke salah satu rumah masyarakat yang terdekat dengan

rumah si pembeli tersebut dengan maksud untuk menjual dan

membeli pakaian.

75 Hasil wawancara dengan Ibu “Kak Pina”, Penjual Kredit Pakaian di Nagari

Geragahan, pada tangga 22 Mei 2021. 76

Hasil wawancara dengan Ibu “Kak Pina”, Penjual Kredit Pakaian di Nagari

Geragahan, pada tangga 22 Mei 2021.

60

b. Setelah si pembeli tertarik dengan pakaian yang dibawa oleh si

penjual, biasanya si pembeli menanyakan soal harganya. Lalu si

penjual menjelaskan mengenai harganya.

c. Setelah terjadi kesepakatan antar si penjual dan si pembeli, maka si

penjual menyerahkan barang tersebut kepada si pembeli dan

selanjutnya si penjual mencatat ke dalam buku catatan kredit

mengenai berapa jumlah pekaian yang dibeli dan apa jenis pakaian

yang dibeli oleh pelanggannya dan mentotal semua harganya.

Yang terjadi dalam transaksi jual beli pakaian dengan sistem

kredit di Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung adalah dilakukan

dengan cara lisan oleh si penjual kepada si pembeli dengan tidak

memberatkan pihak pembeli atau bisa dikatakan saling menguntungkan

untuk memperoleh kesepakatan. Selain hal tersebut si penjual juga

melakukan pencatatan di buku catatan kredit mengenai jumlah dan jenis

pakaian yang dibeli oleh pembeli serta total keseluruhan harga dan

pakaian yang diambil serta pembayaran angsuran setiap minggunya.

2. Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Kredit

Pakian di Nagari Geragahan

Membahas tentang pelaksanaan kredit pakaian berarti kita juga

membahas tentang jual beli, karena pelaksanaan kredit pakaian disini

dilaksanakan dalam bentuk transaksi jual beli. Pada dasarnya jual beli

dapat dikatakan sebagai sarana tolong-menolong antara sesama umat

61

manusia yang mempunyai ladasan kuat dalam Al-qur’an dan Sunnah.

Selain itu pelaksanaan jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan

sesuai dengan prinsip ekonomi Islam yang diungkapkan oleh tim

pengkaji dan pengembangan ekonomi Islam (P3UI) dalam bukunya

yang berjudul “Ekonomi Islam’, yang mana salah satu prinsipnya yaitu

Tafakul (persaudaraan). Dalam Islam, iman seseorang belum sempurna

jika belum mencintai saudaranya melebihi cintanya pada diri sendiri.77

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh si penjual kredit di atas

bahwasannya alasan dia melakukan jual beli secara kredit adalah untuk

membantu meringankan masyarakat dalam membeli pakaian harus

tanpa masyarakat tersebut mengeluarkan uang banyak secara langsung.

Pelaksanaan jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan yang

dilaksanakan dengan saling percaya dan suka sama suka meski dalam

prakteknya menggunakan uang muka, harga yang mahal atau tinggi,

tidak adanya batas waktu pelunasan ataupun tidak adanya bukti

pembayaran yang diberikan kepada si pembeli hal tersebut menurut

pandangan ekonomi Islam tetap dibolehkan. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Arif n.d ada 4 asas yang mendasari perekonomian Islam

dalam nilai-nilai yang menjadi filosofi ekonomi Islam itu sendiri, asas

tersebtu yaitu:78

77 Bustanul Karim, Prinsip Pembangunan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Diandra Kreatif,

2018), hlm. 24. 78

Risanda Alirastra Budiantoro, dkk, Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba dalam Perspektif Histori, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(1), 2018, hlm. 5.

62

a. Asas suka sama suka,

b. Asas keadilan,

c. Asas saling menguntungkan,

d. Asas tolong-menolong dan dilarang adanya pemerasan dan

eksploitasi.

Selain itu harga yang mahal atau tinggi tidak masalah karena

tambahan harga tersebut dijadikan sebagai kompensasi nominal dan

mentolerir antara harga kontan dan harga kerdit. Sebgaiamna yang

dikatan Imam Zaid yang merujuk kepada QS. An-Nisa ayat 29

sebagaimana yang telah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya, Imam

Zaid mengemukakan bahwa tambahan harga sebagai kompensasi

penambahan waktu pembayaran, karena aktivitas perdagangan

terbangun di atas jual beli yang pembayarannya bisa ditunda, dan bagi

pedagang harus ada keuntungan atau laba, sehingga keuntungan

tersebut masuk dalam kategori perdagagan dan tidak termasuk dalam

kategori riba.79 Sedangkan untuk batas waktu pelunasan dan bukti

pembayarannya meskipun tidak ada menurut masyarakat ataupun

penjual yang melaksananan jual beli kredit pakaian hal itu tidak terlalu

menjadi masalah karena mereka mengatakan sudah lama saling kenal,

maka dari itu mereka hanya bermodal saling percaya satu sama lai. Hal

79

Misbakhul Khaer dan Ratna Nurhayati, Jual Beli Taqsith (Kredit) dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Hukum Islam Nusantara, Vol.2, No. 1, Januari-Desember 2019, hlm, 102.

63

ini menurut pandangan ekonomi Islam termasuk kedalam salah satu

unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu unsur kepercayaan yang

artinya yaitu keyakinan si pemberi kredit bahwa segala prestasi yang

diberikannya dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan diterima dalam

jangka waktu tertentu.80

C. Analisis Praktik Jual Beli Kredit di Nagari Geragahan Menurut

Perspektif Ekonomi Islam

Jual beli kredit adalah bentuk transakis yang terjadi antara

kesepakatan dua belah pihak yang mana barang diserahkan diawal dengan

cara pembayaran yang diangsur atau dicicil sesuai dengan waktu dan

tempo yang telah ditentukan.81 Perilaku ibu rumah tangga pemakai kredit

pakaian di Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung sebagian besar

terdorong oleh kurangnya kepemilikan uang tunai. Untuk membeli

berbagai barang pemenuh kebutuhan salah satunya pakaian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pembeli jual beli pakaian

kredit di Nagari Geragahan dalam prakteknya pembeli tidak diberikan

pilihan harga untuk membeli pakaian dengan cara tunai atau kredit. Jika

seorang pembeli ingin membeli pakaian kredit, maka pembeli bisa

membayarnya dengan cara menyerahkan uang muka terlebih dahulu

80

Ahmad Muqorobin dan Annas Syams Rizal Fahmi, Model Jual Beli Kredit (Angsuran) Pada Lembaga Keuangan Islam Non-Bank (Studi Kasus di Lembaga Keuangan Non-Bank Kota Ponogoro), Jurnal Al Tijarah, Vol.6 No.2, Desember 2020 (118-129), hlm, 123.

81 Qurrota A’yun Zakiyyati dan Prayudi Setiawan Prabowo, Analisis Praktik Mindring

Dalam Perspektif Ekonomi Islam Di Desa Manyar Sidorukun Gresik, Jurnal Ekonomika dan

Bisnis Islam, Volume 3 Nomor 2, Tahun 2020, hlm. 238.

64

sebagai panjar yang apabila si pembeli jadi membeli maka panjar tersebut

di masukkan kedalam pengurangan jumlah angsuran. Dimana pembeli

akan datang langsung atau menghampiri ke lokasi rumah atau tempat si

penjual melakukan jual beli dan memilih pakaian yang diinginkannya,

setelah itu jika sudah memilih pakaian yang akan dibeli, maka pihak

pembeli melakukan negosiasi dengan penjual dan jika harga telah

disepakati, pihak pembeli menyerahkan uang muka kepada penjual dan

bisa membawa pulang pakaian yang di inginkan.

Adanya jual beli yang dilakukan dengan kredit yakni memberikan

uang muka, akan memudahkan pembeli untuk mendapatkan pakaian yang

diinginkan tanpa harus membayar penuh. Dan sisa pembayaran jual beli

kredit pakaian dapat diangsur setiap minggunya langsung kepada penjual

dalam jangka waktu yang tidak ditemtukan penjual. Menurut Nasih Farid

Muhammad al-Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam kaidah fikih

yang khusus diaplikasikan dalam masalah ekonomi Islam yaitu hukum

asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada

dalil yang mengharamkannya.82

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis

menemukan bahwa praktik jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan si

penjual kredit pakaian mendatangi rumah-rumah masyarakat dan

terkadang memanggil-manggil masyarakat yang lewat. Setelah si pembeli

82 Ma’zumi, Maqashid Al-Syariah Dalam Perilaku Ekonomi, Jurnal Of Islamic

Economics, Finance and Banking, Vol. 3 No. 1, Mei 2019, hlm. 82.

65

merasa cocok atau merasa suka dengan barang jualan si penjual kredit

pakaian maka si pembeli bisa mengambil barang tersebut dan si penjual

mencatat dan menetapkan harga pakaian tersebut. Maka berdasarkan

kajian ekonomi Islam hal tersebut bisa dimasukkan ke dalam rukun dan

syarat jual beli kredit yaitu:

1. Ijab dan Qabul

Pengertian ijab menurut Hanafiah adalah menetapkan perbuatan

yang khusus yang menunjukkan kerelaan, yang timbul pertama kali dari

salah satu pihak yang melakukan akad. Adapun pengertian qabul

adalah pernyataan yang disebutkan kedua dari pembicaraan salah satu

pihak yang melakukan akad.83

Dalam melaksanakan akad (ijab dan qabul) ada syarat akad yang

sangat penting yaitu qabul harus sesuai dengan ijab, dalam arti pembeli

menerima apa yang di-ijab-kan (dinyatakan) oleh penjual. Dan apabila

terdapat perbedaan antara ijab dan qabul, misalnya pembeli menerima

baranag yang tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh penjual, maka

akad jual beli tidak sah.

2. ‘Aqid (penjual dan pembeli)

Dalam melakukan akad penjual maupun pembeli disyaratkan orang

yang berakal yakni mumayyiz. Selain orang yang berakal syarat ‘aqid

83

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), Ed. 1, cet. 5, hlm.

180.

66

selanjutnya yaitu harus berbilang atau tidak sendirian karena dalam jual

beli terdapat dua hak yang berlawanan yakni menerima dan

menyerahkan. Dan mustahil pada saat yang sama satu orang bertindak

sebagai penjual yang menyerahkan barang dan sekaligus menjadi

pembeli yang menerima barang.

3. Ma’qud ‘Alaih (objek akad jual beli)

Adapun syarat ma’qud ‘alaih adalah sebagai berikut:84

a. Barang yang dijual harus maujud (ada).

b. Barang yang dijual harus mal mutaqawwim. mal mutaqawwim

adalah barang yang bisa dikuasi secara langsung dan boleh diambil

manfaatnya dalam keadaan ikhtiyar.

c. Barang yang dijual harus barang yang sudah dimiliki.

d. Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya

akad jual-beli.

Selanjutnya praktik jual beli kredit pakaian di Nagari Geragahan si

penjual kredit pakaian menetapkan harga yang tinggi dari harga kontan.

Jika dilihat dari kajian ekonomi Islam hal itu di bolehkan karena

84 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), Ed. 1, cet. 5, hlm.

189-190.

67

sebagaimana yang dikatakan oleh jumhur ulama menetapkan bahwa

seseorang pedagang boleh menaikkan harga menurut yang pantas, karena

pada asalnya boleh dan nash yang mengharamkannya yang tidak ada.85

Selain itu praktik jual beli kredit pakaian di Nagari Geraghan

menggunakan metode panjar atau uang muka sesuai harga dan jumlah

pakaian yang dibelinya yang nantinya panjar tersebut akan dikurangkan

dengan jumlah angsuran yang dibayarkan. Semisal si pembeli membeli

sebuah pakaian dengan harga Rp. 250.000 dan si penjual membayar panjar

sebesar Rp. 25.000. Maka pada saat melakukan angsuran per minggunya

Rp. 10.000 si pembeli hanya mengangsur hingga Rp. 225.000 karena Rp.

25.000 nya sudah dikurangkan dengan uang panjar yang diberika di awal

transaksi. Berdasarkan kajian ekonomi Islam praktik tersebut sesuai

dengan dasar hukum jual beli kredit yang terdapat dalam QS. An-Nisa’

ayat 29 yaitu:

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

85

Hanung Lathifatul Fadhillah, skripsi “Jual Beli Pakaian Kredit di Dusun Macanan Desa

Jamawan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten (Studi Sosiologi Hukum Islam)”, (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017), hlm. 8.

68

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(QS. An-Nisa’:29).

Pada ayat di atas menerangkan bahwa kita tidak boleh memakan

harta sesama dengan jalan yang batil kecuali dengan cara perdagangan

yang berdasarkan suka sama suka. Jadi jika dilihat dari permasalahan

pemberian uang panjar tersebut praktik jual beli kredit pakaian di Nagari

Geragahan telah sesuai dengan dasar hukum jual beli kredit karena

penetapan uang panjar tersebut bukan termasuk uang hilang melainkan

sebagai tanda si pembeli ingin membeli pakaian tersebut yang nantinya

seberapa besar uang panjar yang telah diberikan akan dikurangkan dengan

harga pakaian sehingga si pembeli akan mengangsur hingga sisa jumlah

harga pakaian yang dibeli dikurang dengan uang panjar yang telah

dibayarkan.

Mengenai masalah jangka waktu pembayaran yang tidak

ditentukan dan bukti/nota atau sejenisnya yang digunakan sebagai bukti

bahwa si pembeli telah membayar angsuran tidak ada, hal ini terjadi

karena diantara si penjual dan pembeli saling percaya karena sudah saling

kenal satu sama lain. Jika ditinjau dari ekonomi Islam hal ini termasuk ke

dalam prinsip dasar dari ekonomi Islam yaitu:86

1. Berasaskan keadilan. Keadilan dalam ekonomi akan terwujud apabila

setiap orang menjunjung tinggi nilai kebenaran, kejujuran, keberanian

86

Bustanul Karim, Prinsip Pembangunan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Diandra Kreatif,

2018), hlm. 24.

69

untuk mengambil keputusan baik, serta kelurusan yakni terhindar dari

berbuat zalim.

2. Khalifah. Khalifah dalam kacamata ekonomi yakni mengelola sumber

daya yang dikuasakan Allah untuk mewujudkan masalah yang

maksimum dan mencegah kerusakan-kerusakan.

3. Tafakul (bersaudara). Dalam Islam, iman seseorang belum sempurna

jika belum mencintai saudaranya melebihi cintanya pada diri sendiri.

Selain dari prinsip ekonomi Islam, hal tersebut juga termasuk ke

dalam unsur-unsur dalam kredit yaitu degree of risk, yaitu tingkat resiko

yang akan dihadapi sebagai akibat dari kontrak yang berjangka antara

pemberian prestasi dengan kontrak prestasi yang akan diterima kemudian

hari.87 Maksudnya pada saat si penjual tidak memberikan waktu pelunasan

yang pasti, di situ si penjual harus menerima resiko apabila nantinya si

pembeli tiba-tiba tidak membayar atau melama-lamakan waktu pelunasan

dan begitu juga si pembeli harus menerima resiko nantinya apabila tanpa

di sengaja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti buku catatan si

penjual rusak atau hilang karena menerima tidak adanya bukti pembayaran

pada saat mereka membayar angsuran.

87 Thomas Suyanto dkk, Dasar-Dasar Perkreditan Edisi Empat, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1997), hlm. 14.

70

Dengan demikian, sistem jual beli yang dilakukan oleh masyarakat

di Nagari Geragahan ada yang sudah sesuai dengan ekonomi islam akad

taqsith atau jual beli kredit.

Hal tersebut:

1. Yang mana masing-masing pihak bisa menyepakati besarnya angsuran

guna melanjutkan pembayaran. Dengan tujuan pihak pembeli tidak

merasa keberatan dengan hal tersebut. Dengan adanya kesepakatan

tersebut bisa dikatakan bahwa jual beli kredit yang terjadi berdasarkan

asas suka sama suka sebagaimana yang dikatakan oleh Arif n.d ada 4

asas yang mendasari perekonomian islam dalam nilai-nilai yang

menjadi filosofi ekonomi Islam itu sendiri, asas tersebut yaitu:88

e. Asas suka sama suka,

f. Asas keadilan,

g. Asas saling menguntungkan,

h. Asas tolong menolong dan dilarang adanya pemerasan dan

eksploitasi.

2. Bahwasannya jual beli secara kredit mewujudkan kemaslahatan yang

akan kembali kepada penjual dan pembeli. Kemaslahatan bagi penjual

akan menjadikan peluang barang dagangannya lebih banyak terjual.

88 Risanda Alirastra Budiantoro, dkk, Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba

dalam Perspektif Histori, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(1), 2018, hlm. 5.

71

Sementara itu kemaslahatan bagi pembeli adalah mendapatakan barang

yang sangat dibutuhkan dan diinginkannya pada saat pembeli tidak

memiliki uang yang cukup untuk pembayaran secara tunai, jadi pembeli

bisa menunda pembayarannya beberapa kali sesuai dengan kondisi

keuangaannya. Hal ini sesuai dengan karakteristik ekonomi Islam yaitu

ekonomi kerakyatan (Iqtishad Insani) yang mana ekonomi Islam

bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik dengan memberi

kesempatan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.89

3. Jual beli kredit yang dilakukan tidak menyalahi aturan dalam hukum

Islam, sebab jual beli dilakukan atas dasar kerelaan dan saling percaya

dari masing-masing pihak antara penjual dan pembeli tanpa adanya

unsur paksaan, dan saling merugikan. Hal ini juga sama seperti asas

yang mendasari perekonomian Islam menurut Arif n.d yaitu asas saling

menguntungkan.

89 Shibghatullah Mujaddidi, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Jawa Timur: Duta Media

Publishing, 2020), hlm 20.

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis

lakukan di Nagari Geragahan Kecamatan Lubuk Basung penulis

menyimpulkan bahwa praktik jual beli kredit pakaian yang terjadi di

Nagari Geragahan yaitu:

1. Praktik jula beli kredit pakaian yang terjadi di Nagari Geragahan yaitu

didasarkan dengan sikap saling percaya satu sama lain meski si penjual

tidak menetapkan batas waktu pelunasan angsuran dan si penjual

melakukan jual beli secara lisan kepada si pembeli dengan tidak

memberatkan pihak pembeli atau bisa dikatakan saling

menguntungkan untuk memperoleh kesepakatan. Selain itu si penjual

juga melakukan pencatatan di buku catatan kredit mengenai jumlah

dan jenis pakian yang dibeli oleh pembeli serta total keseluruhan harga

dan pakaian yang diambil serta pembayaran angsuran setiap minggu

dengan mengurangi jumlah bayaran dengan uang muka yang telah

diberikan pembeli terlebih dahulu.

2. Pandangan ekonomi Islam terhadap pelaksanaan praktek jual beli

kredit pakaian di Nagari Geragahan yang dilaksanakan dengan saling

percaya dan suka sama suka meski dalam praktiknya menggunakan

uang muka, harga yang mahal atau tinggi, tidak adanya batasan waktu

pelunasan ataupun tidak adanya bukti/nota pembayaran yang diberikan

si penjual kepada si pembeli hal tersebut menurut pandangan ekonomi

Islam tetap dibolehkan karena sudah sesuai dengan prinsip dasar dari

ekonomi Islam dan unsur-unsur dalam kredit.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengemukakan saran untuk

penjual dan pembeli kredit pakaian di Nagari Geragahan Kecamatan

Lubuk Basung yaitu:

1. Diharapkan dalam praktik jual beli kredit pakaian tersebut si penjual

memberikan batas waktu pelunasan pembeyaran yang dilakukan secara

angsuran permunggu dan si penjual juga memberikan bukti atau nota

kepada si pembeli sebagai bukti bahwa si pembeli telah mekalukan

angsuran agar pencatatan dan jumlah angsuran yang tersisa bisa lebih

jelas dan juga untuk menghindari kesalah fahaman yang bisa terjadi

kapan saja.

2. Kepada pembeli diharapkan untuk lebih memahami apa-apa saja yang

harus ada atau yang harus terjadi dalam pelaksanaan jual beli kredit

seperti harus adanya batas waktu pelunasan dan bukti bahwa telah

melakukan pembayaran angsuran.

74

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melihat praktik jual beli

kredit pakaian yang lain selain dalam penelitian ini sehingga

didapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggit, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa

Barat: CV Jejak.

Astarina, Ivalania dan Angga Hapsila. 2019. Manajemen Perbankan. Yogyakarta:

CV Budi Utama.

Azzam, Abdu Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam

Islam, (Jakarta: Amzah.

Bashari, Khabib. 2007. Muamalat. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Budiantoro, Risanda Alirastra, dkk. Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba dalam Perspektif Histori. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(1), 2018.

Boni, Supriadi Yosup. 2017. Apa Salah MLM? : Sanggahan 22 Pengharaman

Multi Level Marketing. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Dahlan, Ahmad. 2019. Pengantar Ekonomi Islam Kajian Teologis, Epistemologis,

dan Empiris. Jakarta: Kencana.

Fadhillah, Hanung Lathifatul. 2017. Skripsi: “Jual Beli Pakaian Kredit di Dusun

Macanan Desa Jamawan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten (Studi

Sosiologi Hukum Islam)”. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Huda, Nurul et al. 2018. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis. Jakarta:

Kencana.

Https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penelitian_Lapangan. Diakses pada hari Jum’at

tanggal 4 Juni 2021, Pukul 20.03 WIB. https://kbbi.web.id/analisis. Diakses pada 13 April 2021, Pukul 19.57 WIB.

Karim, Bustanul. 2018. Prinsip Pembangunan Ekonomi Umat. Yogyakarta:

Diandra Kreatif.

Kalsum, Ummi. 2018. Skripsi: “Persepsi Masyarakat Terhadap Bai’ Bi At-Taqsit

Ditinjau Dari Konsep Utang Dalam Hukum Islam (Studi Kasus PNS di

Kec. Baiturrahman Banda Aceh). Banda Aceh: UIN Ar-Raniry

Darussalam.

Khaer, Misbakhul dan Ratna Nurhayati. Jual Beli Taqsith (Kredit) dalam

Perspektif Hukum Islam. Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol.2. No. 1.

Januari-Desember 2019.

Ma’zumi, Maqashid Al-Syariah Dalam Perilaku Ekonomi, Jurnal Of Islamic

Economics, Finance and Banking, Vol. 3 No. 1, Mei 2019.

Mujaddidi, Shibghatullah. 2020. Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Jawa Timur:

Duta Media Publishing.

Muslich, Ahmad Wardi. 2019. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Misanam Munrokhim, dkk. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Muqorobin, Ahmad dan Annas Syams Rizal Fahmi. Model Jual Beli Kredit

(Angsuran) Pada Lembaga Keuangan Islam Non-Bank (Studi Kasus di

Lembaga Keuangan Non-Bank Kota Ponogoro). Jurnal Al Tijarah, Vol.6

No.2, Desember 2020 (118-129).

Mustofa. Mark Up, Bai’ Bi Tsaman Ajil dan Kredit Menurut Manajemen Keuanga

Islam. Jurnal Al-Ulum. Volme. 10. Nomor 1. Juni 2010.

Nasution, Adanan Murroh. Jual Beli Kredit Ditinjau dari Perspektif Hukum

Islam. Jurnal Yurisprudeita, Volume 2 Nomor 2, Desember 2016.

Pelangi, Tim Laskar. 2013. Metodologi Fiqih Muamalah. Kediri: Lirboyo Press.

Rianse, Usman dan Abdi. 2012. Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi

(Teori Dan Aplikasi., Bandung: Alfabeta.

Rijali, Ahmad. Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah, Vol. 17 No. 33,

Januari-Juni 2018.

Sarwat, Ahmad. 2018. Fiqih Jual-beli. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.

Shobirin. Jual Beli dalam Pandangan Islam. Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam.

Vol. 3. No. 2. Desember 2015.

Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syarih. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Siregar, Lukman Hakim dan Mekar Meilisa Amelia. Implementasi dan Prinsip

Kehati-Hatian (Prudential Banking Principle) Pembiayaan Mikro Bank

Syariah Mandiri Cabang Medan Marelan. Jurnal Warta Edisi : 59.

Januari 2019. ISSN : 1829-7463.

Siyoto, Sandu dan M. Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:

Literasi Media Publishing.

Suhedi, Hendi. 1997. Fiqh Muamalah. Bandung: PT RajaGrafindo.

Suyanto, Thomas dkk. 1997. Dasar-Dasar Perkreditan Edisi Empat. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Umardani, Mohamad Kharis. Jual Beli Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Hukum Islam (Al Qur’an-hadist) Secara Tidak Tunai. Jurnal Journal of Islamic Law Studies, Edisi 9, Mei 2019.

Wajdi, Farid dan Suhrawardi K. Lubis. 2020. Hukum Ekonomi Islam Edisi Revisi. Jakarta Timur: Sinar Grafika.

Yanti, Tri Hasrida. 2018. Skripsi: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Masyarakat Terhadap Jual Beli Kredit Ditinjau Dari Ekonomi Islam

(Studi Kasus Dusun Karang Agung Desa Negara Nabung Kecamatan

Sukadana Kabupaten. Metro: IAIN Metro.

Zakiyyati, Qurrota A’yun dan Prayudi Setiawan Prabowo, Analisis Praktik

Mindring Dalam Perspektif Ekonomi Islam Di Desa Manyar Sidorukun

Gresik, Jurnal Ekonomika dan Bisnis Islam, Volume 3 Nomor 2, Tahun

2020.

LAMPIRAN

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Identitas Pewawancara

Nama : Wulan Trifa Sari

Status : Mahasiswa

Instansi : IAIN Bukittinggi

Jurusan/ prodi : Ekonomi Islam

2. Identitas Narasumber

Nama :

Alamat : Jorong II Nagari Geragahan

Pekerjaan :

A. Pertanyaan wawancara untuk masyarakat

1. Apakah bapak/ibu pernah atau sedang melakukan jual beli kredit

pakaian?

2. Menurut Bapak/Ibu pakaian yang bapak/ibu beli secara kredit apakah

tergolong kepada kebutuhan primer, sekunder, atau tersier?

3. Kenapa bapak/ibu memilih membeli pakaian secara kredit?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan membeli dengan cara kredit

dibandingkan dengan cara tunai?

5. Berapa pendapatan rata-rata Ibu/Bapak dan keluarga dalam satu

bulan?

6. Apakah saat bapak/ibu melakukan jual-beli kredit pakaian

menggunakan uang muka?

7. Berapa banyak uang muka yang dibayarkan saat pengambilan kredit

pakaian?

8. Bagaimana dengan harga yang ditawarkan oleh si penjual kredit?

9. Berapa bulan jangka waktu peluanasan kredit pakaian yang bapak/ibu

lakukan?

10. Apakah saat bapak/ibu membayar angsuran kredit bapak/ibuk diberi

bukti pembayaran seperti nota/kwitansi?

11. Apakah si penjual kredit pakaian menjelaskan harga tunai dan kredit?

12. Apakah ada kesepakatan nominal angsuran yang harus dibayarkan

setiap minggu?

13. Bagaimana menurut Bapak/Ibu terkait hukum jual-beli kredit dari segi

hukum Islam?

14. Apakah bapak/ibu mengetahui jual beli kredit yang bagaimana yang

dibolehkan dalam Islam?

B. Pertanyaan wawancara untuk penjual kredit pakaian

1. Apakah alasan anda menjual pakaian dengan sistem kredit?

2. Apakah banyak masyarakat yang berminat membeli dengan sistem

yang anda tawarkan?

3. Bagaimanakah cara pembayaran yang anda tawarkan dalam penjualan

dengan sistem kredit tersebut kepada masyarakat?

4. Apakah ada kendalah dalam menual dengan sistem yang anda

tawarkan?

5. Apa saja keuntungan dan kekurangan dalam menjual barang dengan

sistem kredit?

DOKUMENTASI