ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAITUL MAL KOTA LHOKSEUMAWE MENURUT FIQH...

26
ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAITUL MAL KOTA LHOKSEUMAWE MENURUT FIQH ISLAM Iskandar dan Sulaiman Program Studi Akuntansi STIE Lhokseumawe Email: [email protected] Abstract Baitul Mal is a muslim’s social institution that has to managed effectively, professionally and responsibly. like Baitul Mal Lhokseumawe city that got fund of zakat from salaries of Civil Servants (PNS), whereas on period of Prophet previously, there was unknown zakat of profession like this, may be this zakat is just as instructions from the government to their citizens or there are qiyas that mention the zakat of profession must be paid by moslems. With considerations above, the author interested and shall to learn about Analysis Salaries Zakat Management of Civil Servants in the Baitul Mal Lhokseumawe City according to Islamic jurisprudence.The formulation of the problem is: First, how does Salary Zakat Payment System of Civil Servants according to Islamic jurisprudence. Second, what does the Salaries Zakat Management of Civil Servants in Baitul Mal Lhokseumawe City suitable with the intent and purpose of Islamic economics. The data collection methods in this study used documentation and interviews. In analyzing data, the data obtained has character of qualitative. Data analysis method with used descriptive method of analysis, with the way data reduction, data presentation and draw a conclusion. The results of this research showed that the base of salary zakat collection in Baitul Mal Lhokseumawe city is source came from judgment of contemporary scholars. According to author the Salary Zakat Payment of Civil Servants more suitable mentioned by name 'salaries infaq'. it is to be law of circumcision for personal but becomes a duty when ordered by the authorities. Because wages are deducted each month from the civil servants are falling behind nisab and haul or more understood reached one year yet. Zakat Management salaries of civil servants in Lhokseumawe city have not been good because the implement of zakat management has not properly. Because the activities of planning, organizing, implementing, and monitoring to collection and distribution and utilization of zakat has not been able to improve service to the community, the public welfare and social justice, improve the effectiveness and efficiency of zakat. Abstrak Baitul Mal merupakan lembaga sosial umat Islam yang perlu dikelola secara efektif, profesional dan bertanggung jawab. seperti Baitul Mal Kota Lhokseumawe ini yang memperoleh dana zakat semata-mata dari zakat Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal sebelumnya masa zaman nabi masa lalu tidak dikenal zakat profesi seperti ini, 1

Transcript of ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAITUL MAL KOTA LHOKSEUMAWE MENURUT FIQH...

ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAITUL MAL KOTA LHOKSEUMAWE

MENURUT FIQH ISLAMIskandar dan Sulaiman

Program Studi Akuntansi STIE LhokseumaweEmail: [email protected]

AbstractBaitul Mal is a muslim’s social institution that has to managedeffectively, professionally and responsibly. like Baitul MalLhokseumawe city that got fund of zakat from salaries of CivilServants (PNS), whereas on period of Prophet previously, there wasunknown zakat of profession like this, may be this zakat is justas instructions from the government to their citizens or there areqiyas that mention the zakat of profession must be paid bymoslems. With considerations above, the author interested andshall to learn about Analysis Salaries Zakat Management of CivilServants in the Baitul Mal Lhokseumawe City according to Islamicjurisprudence.The formulation of the problem is: First, how doesSalary Zakat Payment System of Civil Servants according to Islamicjurisprudence. Second, what does the Salaries Zakat Management ofCivil Servants in Baitul Mal Lhokseumawe City suitable with theintent and purpose of Islamic economics. The data collectionmethods in this study used documentation and interviews. Inanalyzing data, the data obtained has character of qualitative.Data analysis method with used descriptive method of analysis,with the way data reduction, data presentation and draw aconclusion. The results of this research showed that the base ofsalary zakat collection in Baitul Mal Lhokseumawe city is sourcecame from judgment of contemporary scholars. According to authorthe Salary Zakat Payment of Civil Servants more suitable mentionedby name 'salaries infaq'. it is to be law of circumcision forpersonal but becomes a duty when ordered by the authorities.Because wages are deducted each month from the civil servants arefalling behind nisab and haul or more understood reached one yearyet. Zakat Management salaries of civil servants in Lhokseumawecity have not been good because the implement of zakat managementhas not properly. Because the activities of planning, organizing,implementing, and monitoring to collection and distribution andutilization of zakat has not been able to improve service to thecommunity, the public welfare and social justice, improve theeffectiveness and efficiency of zakat.

AbstrakBaitul Mal merupakan lembaga sosial umat Islam yang perlu dikelolasecara efektif, profesional dan bertanggung jawab. seperti BaitulMal Kota Lhokseumawe ini yang memperoleh dana zakat semata-matadari zakat Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal sebelumnyamasa zaman nabi masa lalu tidak dikenal zakat profesi seperti ini,

1

mungkin saja zakat ini hanya selaku instruksi dari pemerintahkepada rakyatnya atau mungkin ada qiyas yang memang benar-benarzakat profesi ini wajib dibayarkan oleh orang muslim. Denganpertimbangan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji tentangAnalisis Pengelolaan Zakat Gaji Pegawai Negeri Sipil di Baitul MalKota Lhokseumawe Menurut Fiqh Islam. Adapun rumusan masalahnyaadalah: Pertama, Bagaimanakah Sistem Pembayaran Zakat Gaji PegawaiNegeri Sipil Menurut Fiqh Islam. Kedua, Apakah Pengelolaan ZakatGaji Pegawai Negeri Sipil Di Baitul Mal Kota Lhokseumawe sesuaidengan maksud dan tujuan ekonomi Islam. Metode pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi danwawancara. Dalam menganalisis data, data yang diperoleh bersifatkualitatif. Metode analisis data yang digunakan adalah metodedeskriptif analisis yaitu reduksi data, penyajian data danpenarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dasarpengambilan zakat gaji di Baitul Mal Kota Lhokseumawe sumbernyaberasal buah dari ijtihat oleh para ulama kontemporer, penulismenganggap pengutipan zakat PNS lebih cocok penulis sebutkandengan nama ‘infaq gaji’ yang hukumnya sunat bagi pribadi danmenjadi kewajiban ketika diperintahkan oleh penguasa. Karena gajiyang dipotong tiap bulan dari PNS itu belum mecapai nisab dan haulatau lebih dipahami belum mencapai satu tahun. Pengelolaan zakatgaji PNS kota Lhokseumawe belum baik karena belum melaksanakanpengelolaan zakat dengan benar. Sebab kegiatan perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulandan pendistribusian serta pendayagunaan zakat belum mampumeningkatkan pelayanan bagi masyarakat, mewujudkan kesejahteraanmasyarakat dan keadilan sosial, meningkatkan hasil guna dan dayaguna zakat.

Keywords: Management, Salary Zakat, Baitul Mal Pendahuluan

Agama-agama langit memiliki seruan yang lebih tegasdaripada buah pikiran manusia (filsafat) atau agama ciptaanmanusia dalam upayanya melindungi orang-orang miskin dantertindas. (Faisal, 2011: 243). Zakat merupakan kewajibanpertama yang dikenal dalam sejarah yang mampu menjaminkehidupan masyarakat. Jaminan dalam kehidupan masyarakat diBarat belum dikenal sebelumnya, dan baru digambarkan olehkapitalisme pada tahun 1941, dimana ditanda tanganinyaperjanjian Atlanta antara Inggris dan Amerika dalam kewajibanuntuk merealisasikan jaminan kehidupan bermasyarakat bagisetiap individu. Sedangkan jaminan kehidupan bermasyarakat didunia Islam pada saat itu sudah diterapkan sebagai aturankehidupan bermasyarakat. Bahkan, sejak munculnya ajaran Islam,zakat sudah menjadi rukun ketiga dari rukun Islam yang limadan menjadi landasan Islam. (Qardawi, 2005:53). Undang-Undang

2

Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang PengelolaanZakat, Pasal 1 Ayat 2 menjelaskan bahwa zakat adalah hartayang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yangdimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agamauntuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Sebagaimanayang telah disyari’atkan dalam Islam.

Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Allah SWT yangterdapat dalam Surah At Taubah Ayat 60 sebagai berikut:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orangmiskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untukmereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkanAllah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Al Quran danTerjemah, 1998: 156)

Pengelola zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yangmemiliki kekuatan hukum formal, maka memiliki beberapakeuntungan antara lain:1. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat;2. Untuk menjaga perasaan rendah diri pada mustahik zakatapabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari paramuzakki;

3. Untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaranyang tepat dalam penggunaan zakat menurut skala prioritasyang ada pada suatu tempat; dan

4. Untuk memperhatikan syiar Islam dalam semangatpenyelenggaraan pemerintah yang Islami.Di Indonesia, pengelola zakat diatur berdasarkan Undang-

Undang No. 13 Tahun 1999 Tentang Pengelola Zakat denganKeputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 TentangPelaksanaan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dan KeputusanDirektur Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291Tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis Pengelola Zakat. Meskipunharus diakui bahwa dalam peraturan-peraturan tersebut masihbanyak kekurangan yang sangat mendasar.

Dalam Bab II Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dikemukakanbahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis yaituBadan Amil Zakat (Pasal 6) dan Lembaga Amil Zakat (Pasal 7).Selanjutnya pada Bab Tentang Sanksi (Bab VIII dikemukakan pulabahwa setiap pengelola yang karena kelalaiannya tidak tercatatatau mencatat dengan tidak benar tentang zakat, infak,sedekah, hibah, wasiat, waris dan kafarat, sebagaimana yangdimaksud dalam pasal 8, pasal 12 dan pasal 11 undang-undang

3

tersebut, diancam dengan hukuman sebanyak tiga puluh jutarupiah. Sanksi ini tentu dimaksudkan agar BAZ dan LAZ yang adadi negara kita menjadi pengelola zakat yang kuat, amanah dandipercaya oleh masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakatsecara sadar dan sengaja akan menyerahkan zakatnya kepadalembaga pengelola zakat.

Dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal.,Pasal 1 Ayat 11 menjelaskan bahwa Baitul Mal adalah lembagadaerah yang diberi kewenangan untuk mengelola danmengembangkan zakat, wakaf, harta agama dengan tujuan untukkemaslahatan umat serta menjadi wali/wali pengawas terhadapanak yatim piatu dan/atau hartanya serta pengelolaan terhadapharta warisan yang tidak ada wali berdasarkan syariat Islamyang berada pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota danKemukiman.

Keberadaan Baitul Mal sangat strategis dan pentingkeberadaannya dalam rangka mengoptimalkan pendayagunaan hartaumat khususnya zakat sebagai potensi ekonomi umat Islam yangperlu dikelola secara efektif oleh sebuah lembaga professionalyang bertanggung jawab. Dalam hal ini, Baitul Mal haruslahsemaksimal mungkin dengan tidak meninggalkan kaidah-kaidahyang telah diatur dalam Islam, karena zakat merupakan amanahyang dititipkan kepada Baitul Mal untuk diserahkan kepada yangberhak menerimanya.

Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk muslimterbanyak di dunia. Berdasarkan survei PIRAC (Public InterestResearch and Advocacy Center) tahun 2004, ternyata sebesar 49,8 %responden mengatakan dirinya sebagai wajib zakat. Artinyapotensi dana zakat di Indonesia adalah hampir separuh dariumat Islam yang ada. (Kurniawati, 2004: 17). Selain itu,Indonesia Zakat and Development Report atau IZDR (2011)memprediksi pengumpulan zakat nasional pada tahun 2011berkisar antara 1,85-3 triliun, sementara potensi penurunanjumlah kemiskinan mustahik tahun 2011 bisa mencapai 13,88persen dengan asumsi pengumpulan zakat nasional mencapaikisaran 2-3 triliun. Forum zakat juga melaporkan (2012) bahwaterdapat 138 lembaga amil zakat, 32 badan amil zakat provinsidan 224 badan amil zakat di kabupaten/kota dengan potensizakat sebesar Rp. 217 triliun per-tahun, namun perolehan danazakat secara riil di lapangan hanya terkumpul 1,8 triliun per-tahun dan disalurkan kepada mustahik sebesar Rp. 1,5 triliun.(Rosyadi, 2013:39). Tentu saja, data-data tersebut memberikan

4

gambaran bahwa zakat jika dikelola dengan baik bisa menjadisumber kekuatan dalam memberdayakan kondisi perekonomiannegara dan masyarakat. Oleh sebab itu, Peran Baitul Mal sangatpenting.

Baitul Mal Lhokseumawe merupakan salah satu lembaga amilzakat pemerintah yang bertujuan menyelenggarakan berbagaimacam program bantuan untuk masyarakat dan juga untukmengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum miskin. PenghimpunanZakat Gaji Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut “PNS”oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe terjadi kenaikan yang cukupsignifikan setiap tahunnya. Ini dibuktikan pada tahun 2012total penghimpunan zakat gaji telah mencapai Rp.3.500.000.000,- Jika dibandingkan perolehan tahun 2011sebelumnya yaitu sebesar Rp. 3.272.862.150,-  berartipenghimpunan zakat gaji PNS mengalami kenaikan sebesar 0,9persen. Namun disamping peran dan fungsi zakat yang dilakukanpihak Baitul Mal sudah benar dan sesuai dengan fiqh Islamkemudian bagaimanakah pengelolaan zakat itu, apakah sudahmemenuhi harapan dan tujuan dari ekonomi Islam.

Definisi ZakatKata zakat berasal dari kata dasar (masdar) dari zaka yang

berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji. Yusuf Qardhawimenyebutkan kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh,sehingga bisa dikatakan bahwa “tanaman itu zaka”, artinyatanaman itu tumbuh. (Muhammad, 2007:153), Sedangkan pengertianzakat secara istilah sangat nyata dan erat sekali yaitu bahwaharta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,berkembang, dan bertambah, suci dan bersih. Hal ini sesuaidengan firman Allah SWT dalam Surat At-Taubah Ayat 103 sebagaiberikut: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamumembersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan AllahMaha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Al-Quran dan Terjemah,1998:162)

Sistem Pengelolaan Zakat Dalam IslamDalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal

Pasal 29 Ayat 1 dijelaskan bahwa Pengelolaan berasal dari kata“kelola” yang artinya mengendalikan; menyelenggarakan(pemerintah dan sebagainya), menjalankan, mengurus (perusahaan

5

dan sebagainya), menangani (proyek dan sebagainya). Sedangkanzakat adalah sebutan atas segala sesuatu yang dikeluarkan olehseseorang sebagai kewajiban kepada Allah SWT, kemudiandiserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. (Sabiq,2008:56).

Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwapengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadappengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.Pengelolaan zakat berasaskan iman dan taqwa, keterbukaan, dankepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-undangDasar 1945.

Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkanUndang-Undang Nomor 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakatdengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 danKeputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam danUrusan Hají Nomor D/291 Tahun 2000 Tentang Pedoman TeknisPengelolaan Zakat. (Hafidhuddin, 2002:126)

Dalam Bab II Pasal 5 Undang-undang No. 38 Tahun 1999disebutkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk:(Hafidhuddin, 2002:127)

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalammenunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama;

2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranatakeagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraanmasyarakat dan keadilan sosial; dan

3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.Selanjutnya juga diperjelas lagi dalam Qanun Aceh Nomor

10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal Pasal 10 Ayat 1 dijelaskanbahwa Baitul Mal mempunyai fungsi dan kewenangan sebagaiberikut:

a. Mengurus dan mengelola zakat, wakaf, dan hartaagama;

b. Melakukan penyaluran dan pendayagunaan zakat; c. Melakukan sosialisasi zakat;d. Menjadi wali pengampu dan pengawas terhadap anakyang tidak mempunyai lagi kedua orang tua dan menjadiwali pengawas terhadap wali anak yang orang tuanyasudah meninggal dunia atau tidak cakap melakukanperbuatan hukum;

6

e. Menjadi pengelola terhadap harta yang tidakdiketahui pemilik atau ahli warisnya berdasarkanputusan Mahkamah Syari’ah; dan

f. Membuat perjanjian kerjasama dengan pihak ketigauntuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi umatberdasarkan prinsip saling menguntungkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulanbahwa pengelolaan zakat dilakukan dengan cara mengumpulkan danmenyalurkan zakat kepada mustahik oleh suatu badan yang diberinama Baitul Mal.1. Perencanaan dan Pengorganisasiana.PerencanaanPerencanaan adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan

dalam bentuk memikirkan hal-hal terkait dengan pekerjaan ituagar mendapat hasil yang optimal. (Hafidhuddin dan Tanjung,2003:77)

Perencanaan yaitu suatu proses dimana Badan Baitul Malmampu menyusun secara strategis menentukan langkah-langkahefektif merencanakan berbagai alternatif kegiatan yang dapatdilakukan dengan berkoordinasi dengan sesama. Merujuk padaQanun No. 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal Bab II mengenaiPembentukan dan Susunan Organisasi Baitul Mal jelas sekalidisebutkan bahwa setiap satuan kerja Badan Baitul Mal sampaiketingkat Kelurahan Gampong harus terdiri dari beberapastruktur kerja diantaranya adalah bagian perencanaan program.Sebagaimana tersebut pada Surat Keputusan Gubernur NAD No. 18Tahun 2003 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BadanBaitul Mal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Pasal 34 yaitu:

Bidang perencanaan program mempunyai tugas menyusun perencanaanprogram Badan, meliputi Pemberdayaan Zakat dan Harta Agama, menyusunprogram Pendidikan dan Latihan SDM bidang perzakatan dalam lingkup ekonomisyari’ah, melakukan penelitian ilmiah terhadap pemberdayaan zakat untukpembangunan ummat dan mengembangkan Institusi Zakat menjadi Institusi Islamyang handal serta melakukan penyuluhan dan dakwah tentang hukum, tata caradan penyerahan Zakat serta Infaq dan harta agama lainnya.

b. PengorganisasianPengorganisasian pada hakikatnya mengandung pengertian

sebagai proses penetapan struktur peran, melalui penentuanaktifitas-aktifitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagian-bagiannya. Pengelompokanaktifitas-aktifitas, penugasan kelompok-kelompok aktivitaskepada manajer-manajer, pendelegasian untuk melaksanakannya,

7

pengkoordinasian hubungan-hubungan wewenang dan informasi,baik horizontal maupun vertical dalam struktur organisasi. (AbuSinn, 2006:91).

Pengorganisasian artinya pembagian fungsi, peran tugasdan tanggung jawab dari amil itu sendiri. Dalampengorganisasian juga terdapat proses komunikasi yaitupenyampaian ide atau gagasan kepada pihak lain mungkin sajadalam hal ini Badan Baitul Mal. Karena itu, pengorganisasianzakat perlu diatur sebaik-baiknya agar pelaksanaan zakat dapatdiarahkan dan dikoordinasikan. Ini perlu dilakukan untukmenumbuhkan kepercayaan masyarakat (muzakki dan mustahik)terhadap Badan Baitul Mal. Sistem administrasi, penyusunanpersonalia harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemenyang sehat.

Posisi amil sebagai salah satu mustahiq yang ditentukanAllah (QS. 9: 60) bukanlah tanpa maksud. Penyebutan posisi inidalam al-Quran mengisyaratkan bahwa Tuhan menginginkan adanyapengelolaan dana zakat yang professional oleh institusi ataukelompok orang tertentu yang disebut amil. Mereka inilah yangmelakukan upaya penggalangan dana zakat sekaligus mengeloladan mendistribusikannya untuk kepentingan tujuan zakat. Untukkerja mereka inilah mereka berhak mendapat sebagian danazakat, dan karena itu nama mereka disebut dalam al-Quran.Konsekuensinya, lembaga atau orang yang mengatasnamakan amilnamun tidak mengeluarkan daya upaya untuk mengumpulkan,mengelola dan mendistribusikannya secara professional, makamereka tidak layak mendapatkan porsi dana zakat. Amil semacamini justru menggeroti spririt keadilan sosial dan ekonomi dalamzakat.

Berkaitan dengan penguatan posisi amil ini, peningkatanprofessionalisme lembaga-lembaga zakat adalah faktor kunci.Professionalisme ini meliputi upaya proaktif dalam fundraisingdengan dua tujuan: (1) meningkatkan pendapatan dana zakat dan(2) meningkatkan jumlah orang sadar zakat. Professionalismelembaga zakat adalah mengoptimalkan pengelolaan dana zakatuntuk pemberdayaan ekonomi dan peningkatan sektor riil. Karenaitu, lembaga zakat perlu memiliki pemetaan sosial ekonomi yangbaik, sehingga dana zakat tepat sasaran. Selain itu, modelpenyaluran dana zakat yang produktif harus lebih menjadiorientasi lembaga-lembaga zakat, dari pada pola-poladistribusi dana konsumtif.

8

Begitu halnya dengan pencitraan positif pengelola zakatmemotivasi dan mendorong institusi zakat untuk merubah polapendayagunaan dana pengelola zakat dari produk-produk nonpopulis sebagai andalan keunggulannya menjadi produk populisdalam bentuk pilot project. Hasilnya, dapat dijadikan sebagai dayatawar yang menarik. Sehingga dalam perkembangan kedepankeunggulan pengelola zakat harus diorientasikan pada sistemmanajemen yang professional, SDM dan profil personalia yanghandal, serta servis delivery-nya yang excellent. Dengan kata lainpengelola zakat bukan hanya berarti menjalankan sistempengumpulan, pendistribusian zakat semata tetapi mulaimeningkat pada sisi pendayagunaan dana yang tepat sasaran,sesuai kebutuhan dan berkelanjutan (sustainable) yang benar-benarberlandaskan syaria’ah dan professional.

2. Pelaksanaan dan Pengawasana.Pelaksanaan dari PerencanaanBadan Baitul Mal sama hal seperti organisasi lainnya,

semestinya memiliki perencanaan yang mengambarkan tahapperkembangan organisasi. Sebab, kenyataan di lapanganpelaksanaan program kerja sering kali tertunda karena adanyahal-hal yang mendesak, yang secara administrasi tidak tertuangdalam program kerja.

Dalam setiap tahap perkembangannya, Badan Baitul Malmesti melakukan upaya agar berkembang lebih baik dan semakineksis. Dengan melakukan pengembangan atau peningkatankapasitas maka kemampuan organisasi tidak semakin menurundalam menghadapi tuntutan perubahan atau bahkan tidak menjadimati. Bagi organisasi pengelola zakat yang telah mencapaipuncak kematangan, peningkatan kemampuan organisasi tetapdibutuhkan agar tidak terjerumus kepada fase penurunankemampuan yang kemudian berlanjut kepada kematian.

Pengembangan institusi zakat dan kebijakan dalam ekonomiIslam tidak memiliki ketentuan baku kecuali apa yang telahdigariskan dalam syariat dalam merealisasikan tugas dan fungsiseharusnya memiliki ide-ide yang bisa disesuaikan pada satuwaktu tertentu. Artinya pengembangan institusi dan kebijakanekonomi tidaklah terikat pada apa yang telah dilakukan olehpara pemimpin-pemimpin terdahulu, peran ijtihad denganmempertimbangkan keadaan kontemporer menjadi sangat menentukanarah dan bentuk institusi dan kebijakan ekonomi.

b.Pengawasan

9

Pengawasan merupakan sesuatu yang sangat penting terhadappengrealisasian setiap program yang telah direncanakan.Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskanyang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yanghak. (Manan, 2000:152)

Hafidhuddin dan Tanjung, (2002:156), merumuskan bahwapengawasan dalam Islam paling tidak dibagi dalam dua bagianyaitu sebagai berikut:

1. Pengawasan dari diri sendiri yang bersumber daritauhid dan keimanan kepada Allah SWT atau lebih dikenaldengan pengawasan internal; dan

2. Pengawasan dari luar diri sendiri. Yaitu pengawasanbila dalam konteks kelembagaan maka diluar institusitersebut atau eksternal.

Pengawasan ini dilakukan untuk evaluasi pelaksanaan zakatperlu dilakukan setiap kali pelaksanaan, sehingga bisa lebihbaik dari pelaksanaan sebelumnya. Kalau terjadi penurunan,maka Badan Baitul Mal tidak berpikir maju dan zakat akan sulitmenjadi sebuah pemecahan bagi masalah-maslah ekonomi dalammasyarakat Islam. Dan pengawasan yang baik adalah pengawasanyang telah built in dalam penyusunan program, yaitu pengawasanyang dibangun dari dalam diri orang yang diawasi dan darisistem pengawasan baik.

Karena telah melakukan pengawasan juga merupakan intidalam mencari akar permasalahan dalam pengelolaan setiapkegiatan. Ketika akar masalah ditemukan, maka strategipendayagunaan dibangun melalui kreativitas dan inovasi.Kemampuan untuk melahirkan kreativitas dan inovasi akanmenghasilkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik akanmenghasilkan produktivitas yang baik dari pengelola zakat akanmenghasilkan citra yang baik atas pengelola zakat. Citra yangbaik akan menumbuh kembangkan dukungan stakeholder pada pengelolazakat.

3. Pengumpulan dan Pendistribusiana.PengumpulanImam Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut (QS.9:60)

menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan(diutus oleh imam/pemerintah) untuk mengambil, menuliskan,menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari paramuzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhakmenerimanya.

10

Salah satu aktivitas amil adalah melakukan kegiatanpenggalangan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf darimasyarakat. Baik individu, kelompok organisasi dan perusahaanyang akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik ataupenerima zakat. Dalam hal ini amil dituntut kompetensinyauntuk merancang strategi penghimpunan yang efektif. Mulai darimemahami motivasi donator, (mustahik), program dan metodenya.Secara manajemen, lembaga pengelola zakat telah melakukanberbagai perubahan.

Dalam UU No. 39/1999 telah diatur tentang pengumpulanzakat bahwa zakat terdiri dari zakat mal (harta) dan zakatfitrah. Harta yang dikenakan zakat adalah: emas, perak, danuang; perdagangan dan perusahaan; hasil pertanian, hasilperkebunan; dan hasil perikanan; hasil pertambangan; hasilpendapatan dan jasa; dan rikaz.

Surat Keputusan Gubernur NAD No. 18 Tahun 2003 pasal 19,menjelaskan bahwa Bidang Pengumpulan Zakat bertugasmelaksanakan tugas kegiatan pendataaan muzakki. Menetapkanjumlah zakat yang dipungut, mengumpulkan data penerima zakatyang menjadi tanggung jawabnya dengan membina hubungan kerjadengan para UPZIS serta membuat laporan terhadap perkembanganZakat.

b.PendistribusianAl-Quran Adz-Dzariyat (51) ayat 19, dan juga QS Al-

Ma’aarij (70) ayat 24-25, menunjukkan bahwa harta yangdimiliki oleh seorang muslim tidaklah bersifat absolute.Artinya, tidak ada kepemilikan asset kekayaan yang bersifatmutlak. Ada bagian / prosentase tertentu yang diatur olehsyariah sebagai milik orang lain, yaitu milik kelompok dhuafa.

Pernyataan Allah SWT yang menegaskan bahwa ada bagiantertentu dalam harta seseorang yang bukan merupakan miliknya,menunjukkan bahwa harta tersebut harus dialirkan dandidistribusikan kepada pihak lain, yaitu orang-orang yangmembutuhkan. Sehingga hal tersebut perlu diatur dalam sebuahmekanisme redistribusi yang jelas. Zakat, dalam hal ini,berperan sebagai instrument yang mengatur aliran redistribusipendapatan dan kekayaan. Persoalan redistribusi ini bukanmerupakan persoalan yang sepele. Macetnya saluran distribusikekayaan ini akan menyebabkan ketimpangan dan kesenjangansosial.

11

Prioritas dalam distribusi zakat. Distribusi zakat sudahditentukan untuk 8 ashnaf (QS 9:60). Namun demikian, Al-Quranmenyebutkan fakir dan miskin sebagi kelompok pertama dan keduadalam daftar penerima zakat. Mereka inilah yang mendapatprioritas dan pengutamaan oleh Al-Quran. Ini menunjukkan bahwamengatasi masalah kemiskinan merupakan tujuan utama zakat.

Hal mana objektifitas dan efesiensi dalam manajemenpengelolaan telah menjadi alasan kuat untuk memilih sektorriil. Langkah taksisnya berupa pemberdayaan “mustahik sehinggadapat menjadi muzakki dikemudian hari”. Hal ini pada gilirannyamelahirkan bentuk “dana produktif” yang disiapkan untuk membantusektor ekonomi dalam masyarakat. Gejala ini pada satu sisimerupakan kemajuan yang cukup berarti atas perputaran danazakat, namun pada sisi lain akan mempengaruhi kebijakanpengelola terhadap keberadaan dana segar yang sedianyadipersiapkan untuk para fakir-miskin.

Badan Baitul Mal yang professional sangat diperlukan agarproses pengumpulan dana (fundraising) serta pendistribusiannyadapat dilakukan secara efektif dan efesien. Salah satumembuatnya efektif dan efesien adalah dengan melakukanpemetaan sosial dan ekonomi. Susahnya, kadang-kadang kitamenganggap Badan Baitul Mal hanya sekedar sebagai pospengumpul zakat, tanpa tuntutan kerja optimal untuk usahafundraising dan pola pendistribusian dana yang professional.

Distribusi zakat pada sektor produktif, kelihatannyamerupakan mekanisme yang efektif dalam menata kembali sistemekonomi yang secara mendasar telah melahirkan ribuan rakyatmiskin. Dengan demikian, akan menciptakan sistem ekonomi yangmemberikan penguasaan akan sumber daya ekonomi padaperseorangan dan atau pada kelompok yang sehat danberkeadilan.

4.Pendayagunaan zakatTentang pendayagunaan, zakat itu mempunyai dua fungsi

utama, Pertama adalah untuk membersihkan harta benda dan jiwamanusia supaya senantiasa berada dalam kefitrahan. Kedua, zakatitu juga berfungsi sebagai sarana mengurangi kemiskinan. Dalamhal yang kedua ini pemanfaatannya mempunyai arti penting,sebagai salah satu upaya mencapai keadilan sosial.(Ali,1988:62)

Yang senantiasa menjadi masalah adalah bagaimana agarkedua fungsi zakat itu dapat berjalan secara efektif dan

12

efesien. Artinya, zakat yang dikeluarkan oleh muzakki dapatberfungsi sebagai ibadah baginya dan sekaligus dapat jugaberlaku sebagai dana sosial yang dimanfaat untuk kepentinganmengatasi berbagai masalah kemasyarakatan.

Metode atau pola pendayagunaan zakat tidaklah terikat danbaku, setiap Badan Baitul Mal Kabupaten / Kota dapat melakukaninprovisasi sesuai kondisi mustahik didaerahnya masing-masing.Sesuai dengan Qanun No. 10 Tahun 2007 pasal 29 ayat 3: TataCara pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan oleh kepala Baitul Mal Aceh.

Ali (1988:64), menyebutkan bahwa sistem pendayagunaanzakat dapat dikatagorikan kepada 4 (empat) katagori:

a. Konsumtif Tradisional: Zakat dibagikan kepada mustahikuntuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan.

b. Konsumtif Kreatif: Zakat yang akan disalurkan diwujudkandalam bentuk lain, seperti beasiswa, alat-alat sekolahdan lain-lain.

c. Produktif Tradisional: Zakat yang diberikan dalam bentukbarang-barang produktif. Misalnya, mesin jahit, hewanternak dan sebagainya.

d. Produktif Kreatif: Zakat yang disalurkan dalam bentukmodal usaha, kemudian mustahik menanfaatkan zakattersebut sesuai dengan bidang keahliannya.

Badan Baitul Mal perlu pengenalan lebih jauh terhadapfuqara atau masakin. Jika ada orang yang berhak dan ternyata diatidak kebagian zakat, maka hal ini menjadi tanggung jawabBadan Baitul Mal karena kurang perhatian. Fuqara yang ‘iffah,tidak mungkin mendaftarkan diri kepada Badan Baitul Mal untukdimasukkan sebagai mustahiq. Pengalaman di beberapa tempat,ketika perencanaan atau manajemen zakat (fitrah) tidakditangani secara baik akan berdampak negatif. Apabila initerjadi, dapat berakibat kurang selektif dalam pemilihanmustahiq. Yang penting habis terbagi saja. Badan Baitul Malyang demikian tidak dapat menunaikan tugas dan fungsinyasebagai mestinya.

Inventarisasi mustahiqin perlu dilakukan sedini mungkin.Bahkan jika mungkin peta mustahiqin itu sudah dimiliki sejaklama sebelumnya. Hal ini jelas membantu keefektifan pembagianzakat. Efektifitas pembagian zakat dengan demikian sangatditentukan oleh kemampuan Badan Baitul Mal. Tentu tidakdiharapkan zakat hanya sebagai suatu rutinitas tanpa disertai

13

perubahan-perubahan dalam tubuh masyarakat, dan disini sangatdituntut professionalismenya Badan Baitul Mal.

Pada intinya adalah bahwa tujuan dilaksanakannyapengelolaan zakat adalah:

1.Meningkatkan kesadaran masyarakat dalm penunaian dan dalam pelayananibadah zakat.Sebagaimana realitas yang ada dimasyarakat bahwa

sebahagian besar umat Islam yang kaya (mampu) belum menunaikanzakatnya, jelas ini bukan persoalan “kemampuan” akan tetapiadalah tentang “kesadaran ibadah zakat” yang kurang terutama dariumat Islam sendiri. Hal ini menyimpan pekerjaan rumahtersendiri bagaimana secara umum umat Islam meningkatkesadaran beragamanya.

2.Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upayamewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.Zakat merupakan salah satu institusi yang dapat dipakai

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau menghapuskanderajat kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinyakeadilan distribusi harta. Karena zakat itu dipungut dariorang-orang kaya untuk kemudian didistribusikan kepadamustadz’afiin (fakir miskin) di daerah dimana zakat itu dipungut.Jelas hal ini akan terjadi aliran dana dari para aghniya kepadadhuafa dalam berbagai bentuknya mulai dari kelompok konsumtifmaupun produktif (investasi). Maka secara sadar, penuaianzakat akan membangkitkan solidaritas sosial, mengurangikesenjangan sosial dan pada gilirannya akan mengurangi derajatkejahatan ditengah masyarakat. Lembaga zakat harus memahamiperanan ini, sebagaimana di dalam Al-Quran Surat Al Hasyr Ayat7 disebutkan “…supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kayasaja di antara kamu…” (Al Quran dan Terjemah 1998:436)

3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakatSetiap lembaga zakat sebaiknya memiliki database tentang

muzakki dan mustahiq. Profil muzakki perlu didata untukmengetahui potensi-potensi atau peluang untuk melakukansosialisasi maupun pembinaan kepada muzakki. Muzakki adalahnasabah kita seumur hidup, maka perlu adanya perhatian danpembinaan yang memadai guna memupuk nilai kepercayaannya.Terhadap mustahiqpun juga demikian. Program pendistribusian danpendayagunaan harus diarahkan sejauh mana mustahiq tersebutdapat meningkatkan kualitas kehidupannya dari status mustahiqberubah menjadi muzakki.

14

Agar Badan Baitul Mal Zakat lebih professional dankredibel, Maka Badan Baitul Mal perlu memiliki keterampilandan fasilitas yang menunjang agar kegiatan organisasiberlangsung secara baik dan bermutu, dan juga perlu adanyasupporting system lain seperti filosofi lembaga, budaya kerja,nilai-nilai (value) yang terwujud dalam sistem lembaga maupunkinerja amilin.

Hakekat pengelolaan zakat adalah inti dari seluruhkegiatan pengumpulan dana zakat (fundraising). Konsep dasarpengelolaan berbasis kerakyatan zakat adalah bagaimanamengubah mustahik menjadi muzakki, dalam arti mengubah orangmiskin menjadi mampu (Fakir, Miskin), orang terbelenggumenjadi bebas (Muallaf, Gharimin, Riqab, dan Fi Sabilillah), dan mengubahorang bodoh menjadi pintar (Ibnu Sabil).

Fungsi Zakat Dalam Ekonomi IslamZakat merupakan ibadah pokok dalam bidang harta dan

termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yanglima, dan juga menjadi salah satu bangunan dari agama Islam,sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadis Nabi. (Muslim,1419 H:683). Oleh karena itu, keberadaannya bagi umat Islamadalah selain menjadi doktrin keagamaan (normative religius) yangmengikat dan bahkan dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidh-dharuurah atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakanbagian mutlak dari keislaman seseorang juga disadari bahwazakat mempunyai dimensi sosial ekonomi umat, yaitu sebagaisalah satu instrumen untuk menanggulangi problema ekonomi umatIslam dan senantiasa menjadi tumpuan umat Islam dalammenanggulangi kemiskinan. (Yafie, 1994:231).

Keterkaitannya sebagai doktrin keagamaan, zakat merupakaninstrumen manusia meraih kebajikan, dapat disebut orang baik,masuk barisan orang mukmin dan bertakwa serta dapat dibedakandengan orang musyrik dan munafik. (Qardawi, 1999:69). Selainitu dalam Al-Quran juga dinyatakan bahwa tanpa zakat, seorangmanusia tidak akan memperoleh rahmat dari Allah, tidak berhakmemperoleh pertolongan dari Allah, dari Rasul-Nya dan dariorang-orang beriman, dan tanpa zakat pula, seorang manusiatidak bisa memperoleh pembelaan dari Allah yang sudahdijanjikannya. Sehingga al-Quran memberi apresiasi kepadamanusia yang secara sungguh-sungguh membayar zakat. Dansebaliknya, al-Quran memberikan ancaman bagi orang yangsengaja meninggalkannya. Demikian pentingnya zakat dalam Islam

15

sehingga khalifah Abu Bakar bertekat memerangi orang-orangyang shalat tetapi tidak mau menunaikan zakat. (al Jazaari,1976:248)

Perintah menunaikan zakat mengandung hikmah bagi orangyang membayar zakat (muzakki), penerimanya (mustahik), hartayang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.(Qadir, 1998:82). Dalam prespektif ekonomi, hikmah dariperintah membayar zakat bagi muzakki adalah agar merekamengelola hartanya secara produktif. Zakat dengan tarif 2,5 %terhadap harta merupakan hukuman bagi pemilik harta agar tidakmenyimpan harta benda mereka tanpa menggunakan ataumenginvestasikannya di sektor produktif. Karena kalau tidakdemikian, harta itu akan habis secara perlahan-lahan untuk

membayar zakat. Untuk menghindari agar hartanya itu tidakhabis untuk kewajiban membayar zakat, maka harta itu harusdiinvestasikan seproduktif mungkin berdasarkan aturan AllahSWT.

Seruan dan dorongan Islam agar umatnya senantiasamenggunakan harta secara produktif juga telah diberikan contoholeh Khalifah Umar ibn Khattab ketika mengambil tanah milikBilal ibn Rabbah di Kahaibar dekat Mekah yang dihadiahkankepada Rasulullah SAW, karena Bilal tidak memanfaatkan tanahtersebut dan membiarkan terlantar begitu saja. (al Syaukani,tth:127)

Selain itu juga masih dapat kita sangsikan bahwa denganpeningkatan produksi belum tentu dapat meningkatkanpendapatan, khususnya para pekerja. Lain halnya dengan konsepekonomi Islam, dimana konsep produksi tidak semata-matabermotif memaksimalkan keuntungan dunia tetapi lebih jauh danpenting adalah memaksimalkan keuntungan akhirat, dengan katalain seseorang dapat berkompetisi dalam kebaikan untuk urusandunia tetapi sejatinya mereka sedang berlomba-lomba mencapaikebaikan di akhirat.

Kewajiban untuk membayar zakat seringkali terabaikan olehmasyarakat muslim. Bisa juga ini disebabkan oleh rendahnyapengetahuan masyarakat mengenai zakat, yang hanya menganggapkewajiban tersebut hanya zakat fitrah. Sangat sedikit dariumat Islam yang mengerti bahwa harta dengan beragam jenisnyaitu wajib dikeluarkan zakatnya. Lemahnya menejemen pengelolaanzakat yang dilakukan oleh para amil zakat, menjadi salah satudiantara penyebab minimnya harta zakat terkumpul. Para muzakkiyang seharusnya mengeluarkan zakat dari sebagian hartanya

16

lebih suka menyalurkannya langsung kepada si miskin, sehinggazakat tidak bisa tersalurkan secara tepat.

Selain hal tersebut di atas, pengentasan kemiskinan yangsalah satu solusinya adalah dengan pemberian zakat secaralangsung kepada mustahiq merupakan hal yang kurang tepat.Karena kebanyakan para mustahiq zakat belum bisa memanfaatkanharta zakat tersebut secara maksimal guna untuk mendapatkanpekerjaan yang layak sehingga mampu keluar dari belenggukemiskinan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh al-Qurandalam Surat Al Qasas ayat 77 sebagai berikut: ... dan carilahpada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi danberbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. SesungguhnyaAllah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Quran danTerjemah, 1998: 315)

Sistem Pembayaran Zakat Gaji PNS Dalam Tinjauan Fiqh IslamZakat merupakan kewajiban utama bagi para aghniya,

pengusaha dan orang kaya muslim. Ada beberapa kewajiban zakat,dan salahsatunya adalah zakat terhadap gaji bagi PegawaiNegeri Sipil (PNS). memang jenis zakat ini belum dikenalsecara luas oleh masyarakat, dan bahkan mungkin tidak dikenalsama sekali, karena belum lama diperkenalkan di tengah-tengahmasyarakat Indonesia, termasuk pegawai negeri pada umumnya.Nilai-nilai yang terkandung dalam kewajiban zakat adalah samadengan salah satu tujuan nasional Negara Republik Indonesiayang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,yaitu memajukan kesejahteraan umum.

Pengertian Pegawai Negeri menurut Pasal 1 Undang-UndangNomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah: “PegawaiNegeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syaratyang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negaralainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Pegawai Negeri Sipil juga dibedakan menjadi dua yaituPegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah.Menurut Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun2000, pengertian Pegawai Negeri Sipil Pusat disebutkan:“Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankanpada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen,Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Sekretariat Militer,

17

Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kantor Menteri Koordinator, KantorMenteri Negara, Kepolisian Negara, Lembaga Pemerintahan Non Departemen,Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal didaerahPropinsi / Kabupaten / Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untukmenyelenggarakan tugas negara lainnya”.

Demikian pula menurut Pasal 1 Ayat (2) PeraturanPemerintah Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang Pengangkatan,Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, yangdimaksud Pegawai Negeri Sipil Daerah: “Pegawai Negeri Sipil Daerahadalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi / Kabupaten / Kota yang gajinyadibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja padapemerintahan daerah, dipekerjakan diluar instansi induknya”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa PegawaiNegeri Sipil yang diangkat oleh pejabat yang berwenang melaluiKantor Pusat maupun Daerah Propinsi / Kabupaten / Kota yanggajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah dan bekerja pada Pemerintahan, atau diperkerjakandiluar instansi induknya.

Zakat profesi atau zakat gaji PNS secara fiqh memangmasih baru dikenal di karenakan zakat profesi ini belumdikenal pada zaman rasulullah. Zakat profesi ini lahir darihasil ijtihat ulama-ulama kontemporer, namun disisi lain jugabanyak selisih paham tentang pemotongan gaji itu secaralangsung, karena dianggap bukan sebagai zakat dari harta belummemasuki satu tahun, dikatakan hadis pemotongan gaji secaralangsung ini adalah syaż (menyimpang dari kaidah atau aturan)yang tidak dipercaya oleh para ulama bahkan tidak ada seorangpun dari orang-orang ahli fatwa mengatakannya. Sebagaimanayang dipaparkan oleh Ibnu Hazm, beliau mengatakan bahwa semuaharta itu disyaratkan setahun. (Fakhrudin, 2008: 141)

Adapun pandangan fuqaha dan penetapan hukumnya sebagaiberikut:

a. Pandangan Mazhab Empat Pandangan mazhab empat ini tidak sependapat tentang

wajibnya zakat penghasilan, sebagaimana tersebut padaketerangan di bawah ini:

1. Imam Syāfi’i mengatakan harta penghasilan itu tidakwajib zakat meskipun ia memiliki harta yang sejenisyang sudah cukup nisab. Tetapi ia mengecualikan anak-anak binatang piaraan, dimana anak-anak binatang itutidak dikeluarkan zakatnya bersamaan dengan zakatinduknya yang sudah mencapai nisab, dan bila belum

18

mencapai nisab maka tidak wajib zakatnya. (Hazm,tth:196).

Dalam kitab al-Ūmm, al-Syāfi’i mengatakan apabilaseseorang menyewakan rumahnya kepada orang lain dengan harga100 dinar selama 4 tahun dengan syarat pembayarannya sampaiwaktu tertentu, maka apabila ia telah mencapai setahun, iaharus mengeluarkan zakatnya 25 dinar pada satu tahun pertama,dan membayar zakat untuk 50 dinar pada tahun kedua, denganmemperhitungkan uang 25 dinar yang telah dikeluarkan zakatnyapada tahun pertama dan seterusnya, sampai ia mengeluarkanzakatnya dari seratus dinar dengan memperhitungkan zakat yangtelah dikeluarkan baik sedikit atau banyak. (Al-Syāfi’i,tth:66)

2. Imam Mālik berpendapat bahwa harta penghasilan tidakdikeluarkan zakatnya kecuali sampai penuh waktusetahun, baik harta tersebut sejenis dengan harta yangia miliki atau tidak, kecuali jenis binatang piaraan.Karena orang yang memperoleh penghasilan berupabinatang piaraan bukan anaknya dan ia memiliki binatangpiaraan yang sejenis dan sudah mencapai nisab, maka iaharus mengeluarkan zakat dari keseluruhan binatang ituapabila sudah genap satu tahun. Dan apabila kurang darisatu nisab, maka tidak wajib zakat. (Hazm, tth:196).

Imam Mālik berkata, ia harus membayar zakat meskipunjumlah yang harus dizakatkan itu tercapai satu hari sebelumataupun sesudah satu tahun. Karena itu, tidak ada zakat yangharus dibayarkan sejak hari zakat diambil (oleh pemerintah)sampai dengan waktu satu tahun telah melewatinya. (Al-Zarqāny,tth:98-99). Imam Mālik juga mengatakan tentang kasusyang sama dari seorang yang memiliki 10 dinar yang iainvestasikan dalam perdagangan, yang mencapai 20 sebelum satutahun melewatinya, ia langsung membayar zakat dan tidakmenunggu sampai satu tahun telah melewatinya, (dihitung) sejakhari uang tersebut mencapai jumlah yang harus dibayarkanzakatnya. Ini karena satu tahun telah melewati jumlah dinaryang pertama (modal) dan sekarang ia sudah memiliki 20 dinar.Setelah itu, tidak ada zakat yang harus dibayarkan dari harizakat dibayar sampai satu tahun yang lain telah melewatinya.(Al-Zarqāny,tth:98-99).

3. Adapun Imam Abu Hanīfah berpendapat bahwa hartapenghasilan itu dikeluarkan zakatnya bila mencapai masasetahun penuh pada pemiliknya, kecuali jika pemiliknya

19

mempunyai harta sejenis yang harus dikeluarkan zakatnyayang untuk zakat harta penghasilan itu dikeluarkan padapermulaan tahun dengan syarat sudah mencapai nisab.Dengan demikian bila ia memperoleh penghasilan sedikitataupun banyak, meski satu jam menjelang waktu setahundari harta yang sejenis tiba, ia wajib mengeluarkanzakat penghasilannya itu bersamaan dengan pokok hartayang sejenis tersebut, meskipun berupa emas, perak,binatang piaraan atau yang lainnya. (Hazm, tth:196).

Dari ketiga pendapat imam mazhab diatas pandangan merekaterhadap harta penghasilan berbeda-beda. Imam Syāfi’imensyaratkan adanya satu nisab dan mencapai waktu setahununtuk mengeluarkan zakat harta penghasilan, demikian pula ImamMālik tidak mewajibkan mengeluarkan zakat harta penghasilankecuali setelah mencapai masa setahun dengan syarat mencapainisab. Adapun Imam Abu Hanīfah mempersyaratkan setahun penuhpemilikan harta penghasilan, kecuali apabila harta tersebutsudah ada satu nisab, maka zakat harta penghasilan itu harusdikeluarkan walaupun belum ada satu tahun, jadi dikeluarkanpada permulaan tahun. Sedangkan dalam literatur tidakditemukan pendapat Imam Hanbali Tentang masalah zakat profesi.

Perbedaan pendapat di antara tiga imam mazhab batas zakatharta penghasilan ini sempat mengundang kritik tajam dari IbnūHazm yang menilai pendapat-pendapat di atas itu salah. Iamengatakan bahwa salah satu bukti pendapat-pendapat itu salahcukup dengan melihat kekisruhan semua pendapat itu, semuanyahanya dugaan-dugaan belaka dan merupakan bagian-bagian yangsaling bertentangan yang tidak ada landasan salah satupun darisemuanya. Baik dari al-Quran atau Hadis sahih ataupun daririwayat yang bercacat sekalipun, tidak perlu dari ijma’ danqiyas, dan tidak pula dari pemikiran dan pendapat yang dapatditerima. (Hazm, tth:196).

Hasil Penelitian dan PembahasanBaitul Mal Kota Lhokseumawe adalah lembaga yang berada di

bawah Walikota Lhokseumawe. Adapun pengertian “yang berada dibawah Walikota” adalah Baitul Mal dalam menjalankan tugasnyaharus bertanggung jawab kepada Walikota Lhokseumawe selakukepala daerah. Tgk. Boihaqqi yang menjabat sebagai Wakil KetuaBaitul Mal Kota Lhokseumawe menyebutkan bahwa sampai sekarangBaitul Mal Kota Lhokseumawe masih belum menggunakan snif amil(hakuntuk pengelola zakat) dalam membiayai operasionalnya. Akan

20

tetapi, biaya operasional Baitul Mal masih disubsidi olehPemerintah Kota Lhokseumawe.

Langkah ini diambil mengingat masih sedikitnya zakat yangterkumpul, sedangkan mustahik yang harus dibantu masih sangatbanyak. Jadi menurut Tgk. Boihaqqi, sangat tepat bilakebijakan ini yang diterapkan oleh Baitul Mal KotaLhokseumawe. Begitu halnya dengan organisasi Baitul Mal tentumempunyai tujuan dan untuk mencapai tujuan tertentu perludibentuk struktur organisasi yang gunanya untuk memperjelastugas pokok dan fungsi Baitul Mal sehingga tujuan dariorganisasi dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. (Hazm,tth:196). Tugas pokok Baitul Mal adalah melaksanakan pengelolazakat dan pemberdayaan harta agama sesuai dengan hukum syariatIslam. Sebagaimana pernyataan Tgk. H. Amir Abdul Mutalleb, BA,selaku Sekretaris Baitul Mal Kota Lhokseumawe menyebutkanbahwa sejauh pengalaman yang ada Baitul Mal Lhokseumawe hanyabertugas menyalurkan dana zakat yang sudah dihimpun olehbendahara dinas-dinas di Kota Lhokseumawe, untuk disalurkankepada yang berhak, berapapun dana yang terhimpun maka sebesaritu pula dana zakat disalurkan. (wawancara dengan Amir AbdulMutalleb, 5 Februari 2013)

Ternyata dana zakat gaji PNS Kota Lhokseumawe yang selamaini diperoleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe bertahun-tahunadalah hasil pemotongan gaji PNS untuk zakat oleh bendaharadinas di masing-masing kantor yang kemudian dana zakat profesitersebut dikirim ke Rekening Baitul Mal Kota Lhokseumawe. Makapenulis berkesimpulan bahwa Baitul Mal kota Lhokseumawe tidakmelakukan daya upaya apa-apa untuk mengumpulkan zakat PNS.

Untuk kepentingan pengelolaan zakat secara professional,Baitul Mal Kota Lhokseumawe mendapat payung perlindungan daripemerintah, dengan kekuatan hukum Undang-Undang RI Nomor 38Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Keputusan Menteri AgamaRI Nomor 581 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, sertaKeputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam danUrusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 Tentang Pedoman TeknisPengelolaan Zakat.

Dalam menjalankan tugas karyawan-karyawati Baitul MalKota Lhokseumawe melakukan kegiatannya berdasarkan aturan atauinstruksi yang berlaku, target pengalangan dana dari PegawaiNegeri dalam ruang lingkup Kota Lhokseumawe yang selama inidihimpun oleh Kepala Dinas melalui Bendahara berjalan denganbaik, itu dikarenakan hubungan kepala dinas dengan pihak

21

manajemen Badan Baitul Mal Kota Lhokseumawe sangat harmonis,itu terbukti dengan adanya peningkatan penerimaaan dana zakatdari tahun-ketahun. Ini merupakan prestasi yang baik karenaselain perubahan ke arah yang lebih baik, juga berdampak padakebaikan kepada kemaslahatan masyarakat fakir dan miskinsehingga bantuan sosial ini bisa di salurkan kepada mustahiklebih banyak lagi.

Adapun dalam melaksanakan tugas mengumpulkan zakat,Baitul Mal dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dalamwilayah masing-masing sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 10 Tahun2007 Tentang Baitul Mal pada Pasal 12 Ayat 6. Penerimaan zakattahun 2011 adalah sebesar Rp 3.272.862.150. Zakat dari PegawaiNegeri Sipil kota Lhokseumawe yang terkumpul sebesar Rp2.945.575.935, selebihnya merupakan infak perusahaankontraktor. Sedangkan tahun 2012 penerimaan zakat sebesar Rp3.500.000.000,- Zakat dari Pegawai Negeri Sipil sebesar Rp3.150.000.000,- selebihnya juga dari perusahaan kontraktor.Berarti ada peningkatan penerimaan dana zakat dari tahun 2011ke 2012 yaitu naik sebesar 0.9%. Menurut penulis peningkatanpenerimaan dana zakat itu mungkin karena bertambahnya PNSbaru.

Tgk. H. Amir Abdul Mutalleb, BA, selaku Sekretaris BaitulMal Kota Lhokseumawe menyebutkan bahwa selama ini penerimaandana zakat PNS dikumpulkan melalui bendahara dinas atauperkantoran, mulai dari pencatatan dan perhitungan dana zakat.Kemudian dikirimkan ke rekening Baitul Mal. Selanjutnya BaitulMal Kota Lhokseumawe akan membagikan kepada mustahik. Hanyatugas penyaluran saja yang menjadi tanggung jawab Baitul MalLhokseumawe. (wawancara dengan Amir Abdul Mutalleb, 5 Februari2013)

Dari segi penyaluran, Baitul Mal Kota Lhokseumawemenyalurkan zakat melalui dua cara, yaitu:

1)Penyaluran Zakat secara konsumtif Tgk. Boihaqqi selaku Wakil Ketua Badan Baitul Mal Kota

mengungkapkan bahwa penyaluran zakat secara konsumtif yaitumembagikan zakat secara cuma-cuma kepada mustahik secaralangsung untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harusmengembalikannya. (Wawancara dengan Boihaqqi, 31 Januari2013). Adapun kriteria penerima bantuan modal usaha yangditetapkan oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe sebagaimanadisebutkan oleh Tgk. Boihaqqi sebagai berikut:

a. Memiliki iman dan taqwa;

22

b. Jujur dan amanah;c. Dari keluarga yang kurang mampu:

- Penghasilan lebih kecil dari kebutuhan hidup sehari-hari;

- Penghasilan dibawah Rp.1.000.000,00 dan mempunyaitanggung jawab minimal 2 orang;

- Tempat tinggal tidak permanen dan tidak layak huni(sederhana);

- Sedang mengalami musibah dan membutuhkan modaltambahan;

d. Memiliki tempat usaha yang tetap/usaha bergerak yangterjamin;

e. Tidak bekerja sebagai PNS atau Karyawan Swasta BadanUsaha Milik Negara (BUMN) atau swasta bonafit.(suami/istri/anak); dan

f. Identifikasi dan data-data yang diajukan olehmustahik akan diverifikasi di lapangan oleh tim UPZP,sangat tergantung kepada fakta lapangan yang disurveitim UPZP. (Wawancara dengan Boihaqqi, 31 Januari 2013).

Dengan demikian, tidak semua mustahik dapat diberikanzakat secara produktif. Akan tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana telah ditetapkan. Hal inidilakukan agar mustahik benar-benar dapat berusaha untuk dapatbekerja lebih mandiri dan profesional. Tgk. Boihaqqi selakuWakil Ketua Badan Baitul Mal Kota berpendapat bahwa Baitul Malini belum mampu menghimpunan dana zakat yang efektif, selamaini Baitul Mal Kota Lhokseumawe hanya melakukan sosialisasidengan mengantungkan spaduk atau baliho di tepi-tepi jalan dansosialisasi melalui pengajian dan ceramah. (Wawancara denganBoihaqqi, 31 Januari 2013). Selain itu, Tgk. Boihaqqi jugamenjelaskan polemik zakat gaji yang selama ini terjadi itudisebabkan oleh tidak pahamnya masyarakat terhadap Qanun Acehdan tidak memahami tafsir ayat zakat dalam Al Quran secaramendalam sehingga kesadaran masyarakat dalam berzakat masihkurang. (Wawancara dengan Boihaqqi, 31 Januari 2013).

Seharusnya tidak hanya demikian, kegiatan perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadappengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakatditerapkan berdasarkan tanggung jawab pengelola masing-masingdengan tujuan yang sama yaitu meningkatkan pelayanan bagimasyarakat, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilansosial, meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Jadi

23

dapat diambil kesimpulan pengelolaan zakat gaji PNS kotaLhokseumawe belum baik karena belum melaksanakan pengelolaanzakat dengan benar.

Berarti Baitul Mal Kota Lhokseumawe belum menanggulangikemiskinan, karena kemiskinan dan kefakiran itu padagilirannya akan menggiring orang ke dalam kekufuran.Kemiskinan mengancam terjadinya tindakan kriminal, sepertipencurian, perampokan, kebejatan moral, kemaksiatan, sampaimenjual diri alasannya karena miskin. Salah satu alternatifsolusi penanggulangan kemiskinan adalah dengan mengoptimalkanpenghimpunan dana zakat. Ini yang perlu dilaksanakan olehpihak Baitul Mal Kota Lhokseumawe. Oleh karena demikian BaitulMal Kota Lhokseumawe seharusnya melakukan evaluasi diri, dansadar diri. Semoga kedepan pengelolaan zakat di Baitul Malmenjadi lebih baik dari pada yang ada sekarang.

Kesimpulan Analisa penulis mengenai hukum zakat gaji yang menjadi

dasar pengambilan zakat gaji di Baitul Mal Kota Lhokseumawesumbernya berasal buah dari ijtihat oleh para ulamakontemporer namun dalam hal ini menurut penulis menganggappengutipan zakat PNS lebih cocok penulis sebutkan dengan nama‘infaq gaji’ yang hukumnya sunat bagi pribadi dan menjadikewajiban ketika diperintahkan oleh penguasa. Karena gaji yangdipotong tiap bulan dari PNS itu belum mecapai nisab dan haulatau lebih dipahami belum mencapai satu tahun. PengelolaanZakat Gaji Pegawai Negeri Sipil di Baitul Mal Kota Lhokseumawebelum sesuai dengan Maksud dan Tujuan Ekonomi Islam salah satualternatif solusi penanggulangan kemiskinan adalah denganmengoptimalkan penghimpunan dana zakat. Dan ini belumdilaksanakan dengan baik, hanya iklan-iklan spanduk saja yangdipajang di tepi-tepi jalan dan penyampaian sepintas melaluimajelis taklim atau ceramah, memang penulis menghargai upayayang mereka lakukan tersebut, namun penulis merasa metodesosialisasi tersebut itu belum cukup bahkan tidak efektif.

SaranBaitul Mal harus melakukan upaya bagaimana cara orang-

orang kaya mau membayar zakat, yang perlu diingat Baitul MalKota Lhokseumawe itu punya tanggung jawab besar terhadapmasyakat Kota Lhokseumawe, jadi jangan diam saja. Kemudiandalam hal pendayagunaan zakat yang bersifat konsumtif ini

24

seharusnya bisa dimanfaatkan untuk membangun lapangan kerjamustahik, karena pola konsumtif itu biasanya habis sekalipakai, sedangkan pola produktif berkesinambungan denganharapan awalnya mustahik miskin kemudian menjadi kaya berubahmenjadi muzakki. Tentunya itulah tujuan ekonomi Islam yangdiharapkan.

Baitul Mal Kota Lhokseumawe butuh SDM yang siap dalammengembangkan dan memajukan Baitul Mal, saran dan ide-ide daripara ahli dan pelatihan-pelatihan sangat diperlukan, campurtangan pemerintah diperlukan dalam pengelolaan zakat karenapengelolaan zakat adalah perbuatan hukum publik yang merupakanwewenang dan tanggung jawab pemerintah atau lembaga yangdisahkan oleh pemerintah. Pengelolaan Zakat di Badan KotaLhokseumawe perlu melibatkan pakar-pakar akademisi dan ahliekonomi dan manajemen supaya ide, pandangan, tekhnik dansolusi dalam memecahkan suatu masalah di Badan Baitul Maldapat teratasi, jika sesuatu masalah tidak mampu diselesaikan,maka mintalah solusi pada pakar ahlinya.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Sinn, Ibrahim, Ahmad. (2006). Manajemen Syariah: SebuahKajian Historis dan Kotemporer, (Dimyauddin Djuwainipenerjemah), Rajawali Press: Jakarta

Al Jazaari, Jaabir, Abu Bakar. (1976). Minhajul Muslim, Daarel-Fikr: Beirut

Al Quran dan Terjemah Ayat Pojok Bergaris (1998) An Nur, Asy-Syifa’: Semarang

Ali, Daud, Muhammad (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat danWakaf, UI Press: Jakarta

Al-Syāfi’i, Idrīs, Muhammad. (t.th). al-Ūmm, (juz ke dua), Dāral-Fikr: Ttp.

Al-Zarqāny, (tth). Syarh al-Zarqāny ala Muwātta’ al-ImamMāliki, (Juz ke dua), Dār al-Fikr:Ttp

Faisal (2011), Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim danIndonesia (Pendekatan Teori Investigasi-Sejarah CharlesPeirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve). Jurnal IAINRaden Intan Lampung.

Fakhrudin (2008). Fiqih & Manajemen Zakat di Indonesia, UINMalang Pres: Malang

25

Hafidhuddin, Didin. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern,Gema Insani: Jakarta

Hafidhuddin, Didin. dan Tanjung, Hendri. (2003). ManajemenSyari’ah Dalam Praktik, Gema Insani: Jakarta

Ibnū Hazm, (t.th). al-Mūhallā, (jilid ke empat), Dar al-Kutubal-Ilmiyyah: Beirut

Kurniawati (2004). Kedermawanan Kaum Muslimin, PIRAMEDIA:Jakarta

Manan, Abdul. (2000). Membangun Islam Kaffah, Madina Pustaka:Jakarta

Muhammad, (2007). Aspek Hukum Dalam Muamalah, Graha Ilmu:Yogyakarta

Muslim, Shahih. (1419 H). Hadis Riwayat Muslim dari Abdullahbin Umar, Darr el-Salam: Riyadh

Qadir, Abdurrahman. (1998). Zakat dalam Dimensi Mahdhah danSosial, Raja Grafindo Persada: Jakarta

Qardawi, Yūsuf. (1999). Hukum Zakat, (Salman Harun dkk.Penerjemah), Pustaka Litera Antar Nusa: JakartaQardawi, Yusuf. (2005), Spektrum Zakat Dalam Islam DalamMembangun Ekonomi Kerakyatan, Zikrul Hakim: JakartaRosyadi, Imron. (2013). Model Prediksi Kepatuhan Menunaikan

Zakat Maal, Proceeding Seminar Nasional dan Call ForPapers Sancall: Surakarta

Sabiq, Sayyid. (2008). Fiqih Sunnah 2, (Khairul Amru Harahap,Aisyah Syaefuddin dan Masrukhin Penerjemah), CakrawalaPublishing: Jakarta

Yafie, Ali. (1994). Menggagas Fiqs Sosial, (cetakan ke dua)Mizan: Bandung

26