Analisi data

76
ANALISIS DATA MAKALAH (Diajukan sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian) Oleh : Arief Muhammad Ramdhani 110210302004 JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 1

Transcript of Analisi data

ANALISIS DATA

MAKALAH

(Diajukan sebagai tugas mata kuliah Metodologi

Penelitian)

Oleh :

Arief Muhammad Ramdhani 110210302004

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER1

SEMESTER GASAL 2013-2014

2

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur selalu kami panjatkankehadirat Allah SWT. Berkat limpahan karunia-Nya sertaanugerah yang diberikan kepada kami, sehingga kamidapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

Penulis membuat makalah yang berjudul “AnalisisData” ini sebagai tugas akhir dalam mata kuliahMetedologi Penelitian Bidang Studi kelas A.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akanselesai dengan baik dan lancar tanpa saran dan batuandari semua pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkanterima kasih kepada:

1. Dosen pengampuh mata kuliah Metodologi penelitian2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan

semangat kepada kami selama ini.3. Teman-teman prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2011.4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa makalah ini jauhdari kata sempurna, tetapi harapan penulis makalah inidapat membagi ilmu penulis yang hanya sedikit ini, danmakalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, agama,bangsa dan negara ini, serta karena kekurangan yang adapada makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikdan saran yang sifatnya membangun.

Jember 12 November2013

3

penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................i

DAFTAR ISI

.....................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN....................................1

1.1 Latar Belakang.................................1

1.2 Rumusan Masalah................................2

1.3 Tujuan.........................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................7

2.1 Pengertian Analisis Data.......................3

2.2 Tujuan Analisis Data...........................3

2.3 Langkah-langkah dalam Analisis Data............4

4

2.4 Macam-macam Teknik Analisis Data

...................................................

24

BAB III PENUTUP

.....................................................

45

3.1 Kesimpulan

...................................................

45

DAFTAR PUSTAKA

.....................................................

46

5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting

dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah data itu

bisa diberikan arti dan makna yang berguna dalam

memecahkan masalah dalam penelitian. Data mentah yang

telah dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-

kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi,

serta diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut

dapat tersebut dapat mempunyai makna untuk menjawab

masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis.

Mengadakan analisis terhadap data mentah berarti

mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya

menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah

memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena.

Beberapa tingkatan kegiatan perlu dilakukan, natara

lain memeriksa data sekali lagi, membuatnya dalam

bentuk tabel yang berguna, bik secara manual maupun

dengan menggunakan komputer. Penggunaan komputer

berhajat pula pada penggunaan kodifikasi data di atas.

Setelah data disusun dalam kelompok-kelompok serta

hubungan-hubungan yang terjadi di analisis, perlu pula

dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara

fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut.

6

Berdasarkan analisis dan penafsiran yang dibuat, perlu

pula ditarik keimpulan-kesimpulan yang berguna, serta

implikasi-implikasi dan saran-saran untuk kebijakan

selanjutnya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai

pengertian analisis data, langkah-langkah dalam

analisis data serta macam-macam teknik analisis data

(Nazir, 2009:

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara

lain adalah:

1. Bagaimana pengertian analisis data?

2. Apa tujuan analisis data?

3. Bagaimana langkah-langkah dalam analisis data?

4. Apa saja macam-macam teknik analisis data?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara

lain adalah:

1. Untuk menjelaskan pengertian analisis data.

2. Untuk menjelaskan tujuan analisis data.

3. Untuk menjelaskan langkah-langkah dalam analisis

data.

7

4. Untuk menjelaskan macam-macam teknik analisis

data.

8

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisi Data

Analisis data menurut Ardhana (dalam Lexy J.

Moleong 2002: 103) adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Analisis data menurut Taylor,

(1975: 79) adalah proses yang merinci usaha secara

formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis

(ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika

dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih

menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke

dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data.

Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan

bahwa analisis data merupakan proses mengorganisasikan

dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh

data.

Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dapat dilakukan dengan mengorganisasikan

9

data, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari serta membuat kesimpulan yang akan

diceritakan kepada orang lain. Spradley (1980)

menyatakan bahwa analisis dalam penelitian jenis

apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu

berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap

sesuatu untuk menetukan bagian, hubungan antar, dan

hubungannya dengan keseluruhan. Analisi adalah untuk

mencari pola.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa

data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakuakan  sintesa dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain

2.2 Tujuan Analisis Data

Analysis means the categorising, ordering, manipulating, and

summarisingof data to obtain answer to research question (Kerlinger,

1973:134). Dari pernyataan kerlinger tersebut, ternyata

bahwa analisis data mencakup banyak kegiatan, yakni

mengkategori data, mengatur data, memanipulasi data,

menjumlahkan data yang diarahkan untuk memperoleh

jawaban dari problem penelitian. Mengkategori data

berarti mengelompokkan data-data yang diperoleh sesuai10

dengan jenisnya. Mengatur data mempunyai arti yang

hampir sama dengan mengkategorikan data yaitu membuat

data-data tersebut menjadi lebih rapi, lebih mudah

untuk dipahami dan lebih mudah untuk dilakukan analisis

data terhadap data tersebut sesuai dengan jenis dari

data tersebut. Memanipulasi data berarti mengubah data

yang mentah menjadi data yang lebih bermakna.

Adapun tujuan utama dari analisis data ialah untuk

meringkas data dalam bentuk yang mudah dipahami dan

mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem

penelitian dapat dipelajari dan diuji. “the purpose of

analysis to reduce data to intelligible and interpretable form, so that the

relation of reseacrh problem can be studied and tested” (Kerlinger,

1973:134). Untuk itu, kita harus dapat mengolah dan

menyajikan data dalam bentuk tabel-tabel atau grafik

yang mudah dibaca dan dipahami (Kasiram, 2007:120)

2.3 Langkah-langkah dalam Analisis Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, data tersebut

dibedakan berdasarkan jenis datanya apakah data

tersebut bersifat kualitatif atau bersifat kuantitatif.

Setelah mengetahui sifat data terebut barulah peneliti

masuk ke dalam langkah-langkah dalam menganalisis data

yang antara lain adalah:

2.3.1 Editing11

Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit

terlebih dahulu. Dengan perkataan lain, data atau

keterangan yang telah dikumpulkan dalam record book,

daftar pertanyaan ataupun pada interview guide perlu

dibaca sekali lagi dan diperbaiki., jika disana sini

masih terdapat hal-hal yang salah atau yang masih

meragukan. Kerja memeperbaiki kualitas data serta

menghilangkan keraguan data dinamakan mengedit data

(Nazir, 2009:347)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

mengedit data antara lain adalah:

1. Apakah data sudah lengkap dan sempurna?

2. Apakah data sudah cukup jelas tulisannya untuk

dapat dipaca?

3. Apakah semua catatan dapat dipahami?

4. Apakah semua data sudah cukup konsisten?

5. Apakah data cukup uniform?

6. Apakah ada responden yang tidak sesuai?

Catatan harus sempurna, dalam pengertian bahwa semua

kolom atau pertanyaan harus terjawab atau terisi.

Jangan ada satupun dari jawaban yang bersifat kosong.

Enumator, atau peneliti harus mengenal data yang

kosong, apakah responden tidak mau menjawab, tanaman12

mati, pertanyaan tidak sesuai dan sebagainya. Dlaam

mengedit data, hal-hal diatas perlu diperhatikan dan

jangan ada satupun pertanyaan, pernyataan atau catatan

yang kosong tidak terjawab. Jawaban atua catatn yang

kososng harus disempurnakan dalam mengedit data.

Harus dilihat apakah catatan dapat dibaca atau

tidak. Segala corat-coret harus diperjelas, segala

kata-kata atau kalimat sandi harus diperterang, baik

kalimat ataupun huruf serta angka. Dalam mengedit, atau

memperjelas catatan supaya dapat dibaca merupakan hal

yang perlu sekali dikerjakan untuk menghilangkan

keraguan kemudian (Nazir, 2009:347)

Pekerjaan mengedit juga termasuk mengubah

kependekan-kependekan yang dibuat menjadi kata-kata

atau kalimat yang penuh. Kependekan hanya dapat

dimengerti oleh enumator atau pencatat data, dan belum

tentu dapat dimengerti oleh pembuat kode. Karena itu,

segala kalimat atau kata-kata yang dipendekkan ataupun

angka yang dipendekkan, perlu diperjelas.

Mengedit juga berarti melihat apakah data

konsisten atau tidak, jika ditemukan data tentang

pendapatan dalam usaha tani, pendapatan diluar usaha

tani yang tidak cocok dengan total pendapatan, maka

carilah penyebab kesalahan tersebut. Apakah ada

13

kesalahan dalam mencatat? Atau kesalahpahaman responden

dalam menjawab pertanyaan?

Juga perlu dicek, apakah intruksi dalam daftar

pertanyaan diikuti secara seksama oleh penjawab atau

tidak? Jika dalam jawaban sebenarnya diinginkan supaya

berat dinyatakan dalam kg, sedangkan data yang tercatat

mempunyai unit gram, maka jawaban tersebut harus diubah

kedalam unit yang dimintakan (kg). Jika dalam record

book kolom harus diisi dengan unit rumpun, sedangkan

tertulis dengan unit batang, maka jawaban harus

diperbaiki menjadi unit rumpun. Dengan perkataan lain,

catatan atau jawaban harus dicek uniformitasnya (Nazir,

2009:347)

Dalam mengedit data, juga perlu dicek pertanyaan-

pertanyaan yang jawabannya tidak cocok. Jika banyak

jawaban pertanyaan yang tidak sesuai, maka daftar

pertanyaan tersbut perlu dikumpulkan, dan harus

diklasifikasikan dalam satu kelompok. Jika hanya

beberapa saja tidak cocok, maka hal ini merupakan

kesalahan enumerator, dan perlu diperbaiki. Pelu juga

diperingatkan, jangan sekali-kali mengganti jawaban,

angka, ataupun pertanyaan-pertanyaan dengan maksud

membuat data tersbut sesuai, konsisten, dan cocok untuk

maksud tertntu. Mengganti data orisinal dan mencocokkan

dengan suatu keinginan peneliti berarti melanggar

14

prinsip kejujuran intelektual ((intelectual honestly) (Nazir,

2009:348).

2.3.2 Mengkodekan Data

Data dapat dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat

pendek atau panjang, ataupun hanya ”ya” atau ” tidak”.

Untuk memudahkan analisis, maka jawaban-jawaban

tersebut perlu diberi kode. Pemberian kode kepada

jawaban sangat penting artinya, jika pengolahan data

dilakukan dengan komputer. Mangkode jawaban adalah

menaruh angka pada tiap jawaban (Nazir, 2009:348).

2.3.2.1 Kode dan Jenis Pertanyaan/pernyataan

Pemberian kode dapat dilakukan dengan melihat

jenis pertanyaan, jawaban atau pernyataan. Dalam hal

ini dapat dibedakan:

a. Jawaban yang berupa angka

b. Jawaban dari pertanyaan tertutup

c. Jawaban dari pertanyaan terbuka

d. Jawaban dari pertanyaan semiterbuka

e. Jawaban dari pertanyaan kombinasi

15

a) Jawaban Berupa Angka

Jawaban responden bisa dalam bentuk angka.

Pertanyaan tentang pendapatan per bulan,

jawabannya sudha jelas dalam bentuk angka.

Misalnya Rp 149.500,00. Begitu juga dalam mengukur

berat tongkol jagung, maka jawabnnya sudah pasti

berupa angka. Begitu juga angka tentang produksi,

luas garapan, dan sebagainya. Untuk jawaban dalam

bentuk angka ini, maka angka untuk kode adalah

jawaban itu sendiri.

Misalnya:

Jawaban kode

Luas: 4,5 hektar 45

Berat:74,3 kg 743

Pendapatan: Rp 22.500,00 22500

Umur: 25 tahun 25

Jika jawabnya dalam suatu interval angka, maka

angka-angka tersebut perlu diberi kode tersendiri.

Misalnya:

Luas antara 0,5 ha-1,0 ha kodenya 15

Luas antara 1,1 ha- 3,0 ha kodenya 16

16

Luas 3,0 ha kodenya 17

b) Jawaban Peratanyaan Tertutup

Jawaban pertanyaan tertutup adalah jawaban yang

sudah disediakan terlebih dahulu, dan responden

hanya tinggal mengecek saja jawabn-jawaban

tersebut sesuai dengan interuksi. Responden tidak

mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban di luar

yang telah diberikan. Contoh:

1) Apakah bapak menggunakan pupuk untuk tanaman

padi bapak? Ya ... tidak.... dalam hal ini maka

diberikan kode 1 untuk ya dan 0 untuk tidak.

Demikian juga untuk pertanyaan setuju tidak

setuju; baik buruk, dan sebagainya. Jika

jawaban pertanyaan untuk dibuat menjadi skala,

maka jawaban yang “terbaik” diberikan kode

angka tertinggi, yang “terburuk” diberikan

angka 1. Misalnya:

jawaban kode

ya 1

tidak 0

setuju 1

tidak setuju 0

c) Jawaban Pertanyaan Semi Terbuka

17

Jawaban semi terbuka, selain dari jawaban yang

ditentukan, masih diperkenankan lagi jawaban lain

yang dianggap cocok oleh responden, jawaban yang

berda di luar dari yang telah disediakan, perlu

diberi angka tersendiri untuk kode. Contohnya:

Jenis pupuk yang digunakan.

a. Urea

b. TSP

c. ZA

d. LAIN-LAIN

Misalnya jawaban lain-lain terdiri dari Rusti

yellow, KCI, pupuk kandang, maka kode yang

diberikan dapat berbentuk sebagai berikut:

Urea.................... 1

TSP......................2

ZA........................3

Rustica Yellow.....4

Pupuk kandang...5 (Nazir, 2009:348).

d) Jawaban Pertanyaan Terbuka

Pada pertanyaan terbuka, jawaban yang

diberikan sifatnya bebas, sesuai dengan apa yang

difikirkan oleh penjawab, tanpa ada suatu batasan

18

tertentu. Untuk membuat kode terhadap jawaban

pertanyaan terbuka, jawaban-jawaban tersebut harus

dikategorikan atau dikelompokkan terlebih dahulu,

sehingga setiap kelompok berisi jawaban yang

kurang lebih sejenis. Jika ada beberpa jawaban

yang tidk cocok dalam kategori yang telah dibuat,

maka kelompokkan jawaban tersebut dalam kategori

“lain-lain”. Perlu diingat, bahwa pertanyaan yang

dimaksukkan dalam kategori “lain-lain” jangan

terlalu banyak. Juga perlu diingat bahwa jawaban

pertanyaan dalam tiap kategori tidak boleh tumpang

tindih.

Misalya sebuah pertanyaan berbunyi “apakah

alasan bapak untuk mengikuti program bimas?”.

Alasan-alasan yang dikemukakan dapat

dikelompokkan, misalnya dalam kelompok “alasan

ekonomis”, “alasan tidak mengetahui adanya bimas”,

dan alasan “moral”. Dan kategori-kategori

tersebutlah yang diberi kode (Nazir, 2009:350)

e) Jawaban Kombinasi

Jawaban pertanyaan kombinasi hampir serupa

dengan jawaban pertanyaan tertutup. Selain dari

jawabannya terpisah secara jelas, responden masih

dapat dijawab kombinasi dari beberapa jawaban.

Misalnya:

19

apakah bapak menggunakan pupuk

menggunakan insektisida

menanam dengan jarak tanah: 2 ½ x 2 ½ meter

Jawaban pertanyaan ini dpat terdiri dari beberapa

kombinasi. Kombinasi tersebut dapat diberi kode

tersendiri. Misalnya:

jawaban kode

menggunakan pupuk 1

menggunakan insektisida 2

menanam dengan jarak tanah 2 ½ x 2 ½ meter3 (Nazir,

2009:350)

2.3.2.2 Tempat kode

Kode dapat dibuat pada IBM cooding sheet, pada

kartu tabulasi atau pada daftar pertanyan itu

semndiri. Jika data ingin diolah dengan komputer,

maka kode harus dibuat pada cooding sheet

a) Coding Sheet

Data untuk diolah dengan komputer kodenya

harus dibuat pada coding sheet yang tersedia,

yang sering digunakan adalah IBM Coding Sheet.

Coding sheet adalah lembaran kertas yang

mempunyai 80 kolom dan 25 baris. Jika data yang

20

dikode melebihi kapasitas maka cara pengisian

kodeadalah:

1. Menyambung data responden tersbut ke baris

kedua, atau

2. Menyambung kode pada baris yang sama kedalam

lembaran kedua dari Coding Sheet (Nazir,

2009:351)

Dengan cara pertama, dari data tiap responden

dapat dilihat dengan jelas pada satu lebar coding

sheet saja. Untuk memudahkan, maka kode data untuk

tiap variabel sebaiknya dijarakkan satu kolom. Di

lain pihak, cara kedua tidak memperlihatkan data

tiap responden pada satu lembar kartu kode, tetapi

cara ini lebih memudahkan dalam phuncing natinya.

Sebelum kode dimasukkan dalam coding sheet, maka

lebih dahulu ditentukan kolom-kolom berapa yang

digunakan oleh vriabel, dan bgaimana formatnya.

Hal ini diatur dalam buku kode. Pengisian dalam

coding sheet harus didasarkan pada buku kode

(Nazir, 2009:351)

Buku kode digunakan sebagai panduan dalam

mengsisi kode kedalam coding sheet. Buku kode

harus dibuat lebih dahulu dan berisi:

1. Nomor halaman daftar pertanyaan atau record

book21

2. Nomor pertanyaan-pertanyaan ataupun data

3. Nomor variabel

4. Nama variabel atau singkatan variabel

5. Nomor kolom coding sheet yang digunakan

6. Format

Nomor variabel bisa saja identik dengan nomor

pertanyaan, bisa saja tidak. Jika satu pertanyaan

berisi beberapa variabel, maka nomor variabel akan

lebih banyak daripada nomor pertanyaan. Nomor

pertanyaan diurutkan sesuai dengan urutan dalam

daftar pertanyaan. Format adalah suatu penjelasan

tentang jumlah digit serta letak desimal. Dari

format, juga akan diketahui beberapa kolom coding

sheet akan digunakan. Luas Misalnya

Format 1,0 berarti digit tampa desimal

Format 5,1 berarrti 5 digit, satu desimal

Jika data tentang luas tanah garapannya adalah 2,5

hektar dengan menggunakan lima kolom dengan format

5.1, maka kodenya adalah: 00025, jika formatnya

3.1, maka digunakan hanya 3 kolom dan ditulis: 025

(Nazir, 2009:351)

Contoh buku kode adalah sebagai berikut:

22

Hlm.

Daftar

Pertanyaa

n

No.

Pertany

aan

No.

Varia

bel

Nama variabel kolom forma

t

1

-

-

-

1

-

-

-

2

2

-

-

-

7

-

-

-

17

18

1

-

-

-

12

-

-

-

24

25

Indentitas

responden

Umur Petani

(th)

Luas garapan

(ha)

Masuk bimas

1 ya

0 tidadk

1-3

14-16

36-38

39

3.0

3.1

3.1

1.0

b) Komputer

23

Tabulasi data dapat dikerjakan dengan

menggunakan komputer. Tabulasi dengan komputer

dapat menghemat waktu dan efiiensi untuk

penelitian yang mempunyai variabel yang sangat

banyak. Apalagi dengan adanya paket program,

maka tabulasi dengan komputer menjadi sangat

mudah, karena memprogramkannya tidak begitu

sulit. Salah satu paket program yang terkenal

adalah SPSS. Segal jenis tabel dapat dibuat,

mulai dari tabel yang sederhana sampai ke tabel

silang yang rumit. Jika menggunakan komputer

yang memakai kartu komputer maka data pada

coding sheet dipindahkan dahulu ke kartu

komputer dengan punching. Dengan menggunakan

program SPSS, maka komputer dapat diperintahkan

untuk membuat tabulasi (Nazir, 2009:354)

2.3.3 Membuat Tabulasi

Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses

data. Membuat tabulasi tidak lain adalah memasukkan

data ke dalam tabel tabel, dan mengatur angka sehingga

dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.

2.3.3.1 Bagian bagian dari Tabel

bagian bagian dari kolom dan baris. Tabel yang

sederhana mempunyai 4 bagian penting yaitu:24

a. Nomor dan judul tabelb. Stubc. Box headd. Body

TABEL JUDUL

STUB

BOX HEAD

BODY

TOTAL

Nomor dan judul tabel terletak di bagian paling

atas dari tabel. Judul harus jelas, lengkap, sesuai

dengan isi tabel, dan tidak terlalu panjang. Isi tabel

harus menyatakan apa, dimana, dan bagaimana dari hal

hal yang dinyatakan dalam tabel. Stub, adalah bagian

paling kiri dari tabel, termasuk kepala kolom, tetapi

tidak termasuk jajar (baris) total. Dalam sub terdapat

keterangan keterangan yang menjelaskan secara

terperinci angka angka pada tiap jajar dalam body

taebl. Sedangkan Box head, merupakan tempat dimana

kepala kolom ditempatkan. box head memberi penjelasan

25

secara terperinci tentang hal hal dan gambaran yang

terdapat pada tiap kolom badan tabel. Sedangkan Body,

terdiri dari kolom kolom yang berisi angka angka

(Nazir, 2009:355).

Tabel yang mempunyai kotak tempat total. Tempat

total ini terdiri dari total baris, total kolom, dan

juga grand total. Disamping itu, pada bagian bawah

tabel juga ditempatkan footnote (jika ada), dan dibawahnya

ditempatkan catatan tentang sumber data (Nazir,

2009:355).

2.3.3.2 Jenis-jenis Tabel

Ada beberapa jenis tabel yang sering digunakan,

antara lain adalah:

a) Tabel induk (master table)

b) Tabel teks (teks table)

c) Tabel frekuensi

Tabel induk adalah tabel yang berisi semua data

yang tersedia secara terperinci. Tabel ini biasanya

dibuat untuk melihat kategori data secara keseluruhan.

Tabel tersebut tidak pernah dimasukkan dalam penjelasan

keterangan, tetapi digunakan sebagai dasar tabel untuk

membuat tabel lain yang lebih singkat. Jika sangat

diperlukan, tabel ini diletakkan pada apendiks. Tabel

26

induk berisi semua informasi dan keterangan yang

diperlukan (Nazir, 2009:356)

Tabel teks adalah tabel yang telah ringkas untuk

suatu keperluan tertentu. Tabel ini biasanya diletakkan

dalam teks keterangan yang dibuat. Tabel ini juga

digunakan ketika membuat penafsiran. Tabel teks lebih

pendek dan padat, serta tidak mengandung banyak kolom

dan baris (Nazir, 2009:356)

Tabel frekuensi adalah tabel yang menyajikan

beberapa kali sesuatu hal yang terjadi. Kategori

dinyatakan dalam kelas tertentu dan terdapat dalam

stub. Kelas atau kelompok diletakkan dalam kolom kedua,

dan jika diinginkan suatu presentasi, diletakkan dalam

kolom yang ke tiga. Tabel frekuensi yang menyatakan

presentase dinamakan tabel frekuensi relatif, sedangkan

jika angka kumulatif yang digunakan, maka tabel

tersebut, dinamakan tabel frekuensi kumulatif (Nazir,

2009:356)

Tabel frekuensi sering digunakan untuk mengecek

kesesuaian hubungan jawaban antara satu pertanyaan

dengan pertanyaan lain dalam daftar pertanyaan.

Misalnya dalam daftar pertanyaan ditanyakan : apakah

bapak menyemprot hama ? ya.... tidak.... jika iya,

berapa kali bapak menyemprot dalam semusim? 1x...

27

2x.... 3x....lebih 3x. Kebenaran hubungan jawaban diatasdapat dicek dengan tabel frekuensi berikut:

JAWABAN FREKUENSI

Ya

Tidak

197

303

Total 400

Kita lihat bhwa dari 400 responden yang ditanyakan,

maka terdapat 197 orang yang melakukan penyemprotan

hama tanamannya. Jumlah kali penyemprotan permusim

dibuat lagi tabel frekuensi berikut:

PENYEMPROTAN/MUSIM FREKUENSI

1x

2x

3x

Tidak berlaku

111

60

20

5

Jumlah 196

Tabel frekuensi diatas memeprlihatkan bahwa jumlah

yang mnyemprot hanya 196 orang, sedangkan pada tabel

pertama, jumlah yang menjawa “ya” adalah 197 orang.

Jadi terdapat ketidak cocokan, yang harus dicek28

kembali, baik pada kuosioner atau pada kode. Ternyata,

ada kelupaan yaitu tidak memasukkan seseorang responden

yang menyemprot lebih dari 3x semusim (Nazir, 2009:357)

2.3.3.3 Sifat-sifat Tabel

Sebuah tabel yang baik harus jelas, merupakan

suatu unitas, ukurat, dan ekonomis. Bentuk tabel harus

diatur sedemikian rupa sehingga memperlihatkan semua

isi tabel secara jelas. Jika dalam tabel tersebut

terdapat angka atau kolom yang ingin dibandingkan satu

sama lain, maka hal tersebut harus diungkapkan secara

sistematis. Tiap tabel juga harus merupakan sebuah

unit. Tabel tidak lain dari jalan pintas untuk

menyatakn fakta—fakta dan tiap tabel harus merupakan

suatu unit yang nyata tentang subjek yang dipaparkan.

Janganlah menggunakan sebuah tabel untuk membandingkan

banyak hal dalam banyak kategori, karena hal demikian

dapat membingungkan pembaca. Tiap item dalam tabel

harus di cek beberapa kali sehingga item-item yang

dituliskan dalam tabel harus benar benar akurat. Tabel

juga harus ekonomis, dengan pengertian bahwa tabel yang

dibuat jangan terlalu besar, yang digunakan tabel jika

diperlukan saja (Nazir, 2009:357)

2.3.3.4 Cara membuat Tabulasi Langsung

Selain memindahkan data yang sudah diberi kode

kedalam coding sheet atau kedalam kartu tabulasi, data

29

juga dapat dipindahkan langusng dari daftar pertanyaan

kedalam tabel. Cara ini adalah cara yang termudah,

lebih lebih untuk data yang variabelnya tidak lebih

dari 100 buah. Tabel yang dibuat adalah tabel induk,

dimana pada stub diurutkan pada jumlah responden,

sedangkan pada box head ditempatkan berjenis jenis

variabel. Tabel ini bentuknya pajang sekali dan dapat

digunakan berlembar lembar (Nazir, 2009:358)

2.3.4 Menganalisis Data

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, analisis

adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan,

memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah

untuk dibaca. Step pertama dalam analisis data adalah

membagi data atas kelompok atau kategori – kategori.

Kategori tidak lain dari bagian. Bebrapa ciri dalam

membuat kategori adalah sebagai berikut:

a) Kategori harus dibuat sesuai dengan masalah dan

tujuan penelitian

b) Kategori harus lengkap

c) Kategori harus bebas dan terpisah

d) Tiap kategori harus berasal dari satu kaidah

klasifikasi

e) Tiap kategori harus dalm satu level

30

Kategori harus sesuai dengan masalah penelitian,

sehingga kategori tersebut dapat mencapai tujuan

penelitian dalam memecahkan masalah.dengan demikian,

analisis yang dibuat akan sesuai dengan keinginan untuk

memcahkan masalah. Kategori yang dibuat harus dapat

menguji hipotesis yang dirumuskan (Nazir, 2009:358)

Kategori harus lengkap. Ini berarti bahwa semua

subjek atau responden harus termasuk dalam kategori

tersebut. Kategori juga harus bebas dan terpisah nyata.

Tiap individu atau objek harus termasuk dalam satu

kategori saja. Peneliti harus dapat membuat variabel

sedemikian rupa, sehingga tiap objek dapat dimasukkan

dalam satu kategori, dan hanya satu kategori saja

(Nazir, 2009:358)

Tiap kategori yang dibuat harus berasal dari satu

kaidah klasifikasi. Dengan perkataan lain, tiap

variabel harus dipisahkan dalam desain analisis.

Janganlah diletakkan beberapa variabel dalam satu

dimensi. Sedangkan tiap kategori harus dalam satu set

yang ingin diterangkan. Misalnya, dalam menganalisis

hubunga antara produksi jagung dan jumlah jenis pupuk

yang digunakan, maka variabel dependen adalah produksi

jagung. Yang dianalisis adalah variabel dependennya,

sedangkan variabel independen digunakan untuk menunjang

31

variabel dependen saja. Dalam hal ini set yang ingin

diterangkan adalah produksi jagung (Nazir, 2009:358)

Dalam analisis, peneliti juga ingin menerangkan

sesuatu, atau ingin memberikan deskripsi terhadap

sesuatu. Dalam hal ini, peneliti:

a) Ingin memberikan ciri-ciri yang khas dari kelompok

b) Ingin menjelaskan bagaimana individu dalam kelompk

memperlihatkan keagamaan.

c) Ingin memperlihatkan aspek-aspek lain tentang

distribusi individu-individu.

Sesuai dengan tujuan penelelitian dalam usaha

memecahkan masalah penelitian, dalam analisisnya ingin

memperlihatkan sesuatu yang khas atau pernunjukan

kecenderungan tengah-tengah dari variabel –variabel

yang dianalisis. Bagaimana kecenderungan hasil produksi

jagung dengan berbagai perlakuan?bagaimana ciri khas

dari luas garapan?dalam hal ini peneliti mencari mean

dari sampel dan kemudian menjelaskannya. Dalam hal

lain, misalnya, peneliti ingin mengetahui kecenderungan

masyarakat untuk menghadiri rapat umum Golkar dalam hal

pemilihan umum. Jawaban pertanyaan terdiri dari:

a) Tidak pernah absen menghadiri, diberi kode 5

b) Kadang-kadang saja menghadiri, diberi kode 4

c) Kurang menghadiri, diberi kode 3

32

d) Tidak pernah menghadiri, dengan kode 2

e) Tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1

(Nazir, 2009:359)

Jika kode yang diberikan juga memeprlihatkan

ranking, maka kecenderungan tengah-tengah harus

ditunjukkan dengan median. Jika suatu preferensi,

misalnya, tidak menunjukkan suatu ranking , maka

peneliti lebih baik memperlihatkan kecenderungan-

kecenderungan tengah-tengah dengan mode. Disamping

kecenderungan tengah-tengah, peneliti juga ingin

memeprlihatkan bagaimana keragaman yang terjadi. Hal

ini dapat ditunjukkan dengan variane, decile, dan

sebagainya. Bagaimana produksi jagung dengan suatu

treatmen tertentu bervariasi? (Nazir, 2009:360).

Kadangkala peneliti juga ingin melihat bagaimana

distribusi dari suatu variabel. Apakah preferensi

masyarakat menunjukkan distribusi normal?apakah mereka

yang tidak pernah absen untuk menghadiri rapat umum

golkar sama banyaknya dengan mereka yang tidak pernah

hadir sama sekali?untuuk mendukung ini, dibuat pula

grafik distribusi frekuensi atau diagram lainnya.

Selain untuk memberikan deskripsi, peneliti juga ingin

memeprlihatkan hubungan-hubungan yang terjadi. Apakah

perbedaan antara kelompok yang dipupuk dengan yang

tidak dipupuk?apakah ada hubungan antara satu variabel

33

dengan satu atau beberapa variabel yang lain, seberapa

jauh tingkat hubungan tersebut? (Nazir, 2009:360).

Dalam menganalisis terhadap data, perlu diingat

bahwa data yang diperoleh hanya menambah keterangan

terhadap masalah yang ingin dipecahkan. Data tersebut

dapat dilihat dari berbagai sudut, sehingga analisis

yang diberikan dapat pula berjenis-jenis. Informasi

yang diperoleh dapat menjawab sebagian atau semua

masalah, dapat menjawab secara spesifik, dapat pun

bersifat sangat umum. Cobalah buat analisis, sehingga

dari sekeping angka dapat terjawab banyak masalah yang

ignin dipecahlan. Mislanya, dari data yang menunjukkan

bahwa 5% saja dari petani padi Jember besar menggunakan

pupuk, apa saja yang dapat dianalisis tetang daerah

tersebut? bagaimana posisi daerah tersebut dalam

hubungannya dengan efektivitas kebijakan pertanian

Indonesia? bagaimana data tersebut berhubungan dengan

budi daya padi didaerah itu? bagaimana tentang usah

tani padi didaerah tersebut? bagaimana sikap petani

tersebut terhadap medernisasi pertanian? bagaimana

status petani padi tersbebut dalam hubungannya dengan

penguasaan input, dalam pemilikan, dan sebagainya? sudah

jelas, penggunaan dari data dalam analisis sangat

bergantung dari tujuan penelitian itu sendiri (Nazir,

2009:360).

34

Jangan lupa pula dilupakan untuk menghubungkan

sekeping keterangan dengan kepingan keterangan lainnya,

sehingga suatu kesimpulan nantinya dapat ditarik.

Karena kepingan-kepingan data serta hubungan yang

terlihat tidak lain memberikan petunjuk tentang

varietas-varietas atau fakta-fakta tunggal yang dapat

membentuk suatu “sistem” yang menyeluruh tentang suatu

fenomena. Sistem manakah, dari berpuluh sistem yang ada

dapat dianalisis dengan menggunakan data dan hubungan

yang diperlihatkan oleh data tersebut?dan tunjukkan

bagaimana sistem tersebut bekerja (Nazir, 2009:360).

2.3.5 Penafsiran Data

Penafsiran atau intrepretasi tidak lain dari

pencarian pengertian yang lebih luas tentang penemuan-

penemuan. Penafsiran data tidak dapat dipisahkan dari

analisis, sehingga sebenarnya penafsiran merupakan

aspek tertentu dari analisis, dan bukan merupakan

bagian yang terpisah dari analisis. Secara umum,

penafsiran adalah penjelasan yang terperinci tetang

arti yang sebenarnya dari materi yang dipaparkan. Data

yang telah dalam bentuk tabel, misalnya, perlu

diberikan penjelasan yang terperinci dengan cara:

35

1) Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian,

dalam penegrtian menghubungkan hasil suatu

penelitian dengan penemuan penelitian lainnya.

2) Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang

bersifat menerangkan atau menjelaskan

Misalnya, suatu penelitian tentang efektifitas beberapa

jenis pupuk di suatu lapangan percobaan telah dilakukan

di Jember. Penafsiran diberikan terhadap data percobaan

tersebut dengan cara membandingkannya dengan performance

dari jenis pupuk tersebut di tempat lain. Bagaimana

pengaruh pupuk tersebut jika perlakuan diadakan di

dataran tinggi di luar Jember? Bagaimana penemuan

tentang pupuk tersebut di daerah tropis lainnya?

Mengapa berbeda dengan hasil penelitian di Filipina,

misalnya dengan penelitian di Jawa Timur, dan

sebagainya (Nazir, 2009:374).

Jika misalnya, seorang peneliti sedang mempelajari

sikap dari para transmigran yang berasal dari jawa

Barat, Jawa Timur, dan Bali terhadap penduduk setempat

di Jember, maka dari data penelitian di Jember perlu

dibuat penafsiran untuk menyajikan suatu kesinambungan

penemuan tentang pengaruh pergaulan pribadi antara

anggota transmigran dari kelompok sosial yang berbeda

di daerah lain, misalnya, di sulawesi dengan penemuan

di Jember (Nazir, 2009:375).

36

Dilain pihak, penafsiran juga dapat menghubungkan

suatu penemuan studi eksploratif menjadi suatu

hipotesis untuk suatu percobaan yang lebih teliti

lainnya. Penafsiran juga berkehendak untuk membangun

suatu konsep yang bersifat menjelaskan (eksplanatori

konsep). Misalnya, dalam penelitian mengenai

transmigrasi seperti yang tersebut di atas, peneliti

ingin mengadakan deduksi tentng proses dimana hubungan

pribadi mempengaruhi sikap transmigran di Jember. Data

memperlihatkan bahwa para transmigran yang berintegrasi

lebih erat dengan orang-orang Jember memperlihatkan

sikap yang lebih baik, atau memeprlihatkan perubahan

sikap yang besar. Peneliti harus membuat penafsiran

dari hubungan ditas dengan mengadakan deduksi terhadap

proses yang menyebabkan terjadinya hubungan pribadi

telah mempengaruhi sikap transmigran. Jika analisis,

misalnya, memperlihatkan bahwa perbedaan sikap terhadap

para transmigran yang telah lebih dulu mempunyai

pengalaman dengan orang Jember atau pernah membaca

buku-buku tentang Jember, peneliti dapat menafsirkan

bahwa pergaulan mengubah sikap dengan menghilangkan

atau menghapuskan stereotipe. Jika data memperlihatkan

bahwa terdapat perbedaan sikap para transmigran dalam

kearifan dan aktivitas bersama dengan masyarakat

Jember, maka peneliti dapat membuat penafsiran bahwa

pergaulan mempengaruhi sikap dengan cara memberikan

37

kesempatan kepada transmigran untuk mengamati kualitas

orang Jember yang tersirat, yang tidak nampak dalam

situasi supervisial atau buatan. Jika data

memperlihatkan bahwa perbedaan sikap antara transmigran

yang mempunyai kawan akrab, maka peneliti dapat membuat

penafsiran bahwa melalui peningkatan perasaan

pribadilah terjalin hubungan-hubungan yang menjurus

kepada perubahan sikap (Nazir, 2009:375).

Kita lihat bahwa penafsiran sangat penting

kedudukannya dalam proses analisis data penelitian.

Karena itu, tidak salah jika disimpulkan bahwa kualitas

analisis dari suatu peneliti sangat tergantung dari

kualitas penafsiran yang diturunkan oleh peneliti

terhadap data (Nazir, 2009:375).

2.3.6 Generalisasi dan Kesimpulan

Setelah mengadakan analisis data, peneliti perlu

pula membuat generalisasi dan kesimpulan penelitiannya.

Generalisasi adalah penarikan suatu kesimpulan umum

dari analisis penelitian. Generalisasi yang dibuat

harus berkaitan pula dengan teori yang mendasari

penelitian yang dilakukan. Apakha hasil perlakuan dalam

percobaan pemupukan, berlaku umum untuk semua daerah,

semua jenis tanaman, dan semua musim. Perilaku-perilaku

yang ditemukan apakah berlaku secara spesifik untuk

38

suatu kelompok etnik, ataukah dapat dibuat suatu

kesimpulan umum yang menyangkut beberapa kelompok etnik

tertentu? (Nazir, 2009:375).

Setelah generalisasi dibuat maka peneliti perlu

pula menarik kesimpulan-kesimpulan dari penelitian.

Apakah hasil penelitian memperlihatkan hubungan-

hubungan tertentu apakah hasil penelitian dapat menguji

hipotesis? Misalnya pengamatan memperlihatkan hal-hal

berikut:

a) Korupsi adalah ilegal, tetapi dapat meningkatkan

kekayaan dari pelaksana korupsi

b) Para koruptor kurang mendalami kaidah-kaidah

agama, dan berasal dari keluaga-keluarga yang

kurang mengindahkan norma-norma kemasyarakatan

c) Mereka-mereka yang mendalami agama dan berasal

dari keluarga-keluarga yang mengindahkan norma-

norma kemasyarakatan di desanya tidak melakukan

korupsi dan menetang kegiatan korupsi.

Dari pengamatan dan analisis diatas dapat dibuat

generalisasi berikut:

a) Mereka tidak mempunyai dasar agama yang kuat di

desa sehingga sering terlibat dalam korupsi

untuk memperkaya diri sendiri

39

b) Mereka yang mempunyai dasar agama yang kuat dan

terikat kepada norma-norma kemasyarakatan di

desa tidak melibatkan diri dalam korupsi dan

menolak kegiatan memperkaya diri sendirisecara

ilegal

Jadi kesimpulan yang ditarik:

a) Orang yang tidak mempunyai dasar agama mempunyai

indikasi untuk melakuakn korupsi,

b) Orang yang tidak terikat pada norma-norma

kemasyarakatan di desa cenderung melakukan

korupsi

c) Orang-orang yang mempunyai dasar agama yang kuat

menghindarkan korupsi

d) Orang-orang yang mempunyai dasar agama yang kuat

akan menolak kegiatan korupsi

e) Orang-orang yang mempunyai ikatan dengan norma-

norma kemasayarakatan di desa cenderung tidakn

melibatkan diri dalam korupsi

f) Orang-orang yang mempunyai kaitan dengan norma-

norma kemasyarakatan di desa mempunyai indikasi

melakukan kegiatan korupsi (Nazir, 2009:376).

Peneliti harus cukup hati-hati dalam membuat

kesimpulan penelitiannya. Tiap peneliti tidak pernah

luput dari bias pribadi, dan disana sini bias pribadi

40

ini ada kalanya mempengaruhi kesimpulan yang ditarik

dari kesimpulnnya. Kesimpulan juga perlu ditanyakan

kembali kepada diri sendiri. Apakah perlu ada bukti-

bukti lain untuk memperkuat kesimpulan yang telah

diambil? Apakah jika ada penelitian lain, dengan

kualifikasi yang serupa, dengan masalah yang serupa,

dan dengan daerah peneliti yang serupa serta dalam

waktu yang sama, juga akan membersihkan kesimpulan

seperti apa yang disimpulkan peneliti? Apakah

kesimpulan-kesimpulan yang ditarik cukup valid

didasarkan pada kecocokan metode penelitian yang

dipilih dan kemampuan ilmiah peneliti dalam bidang ilmu

yang sedang diteliti? Apakah desain penelitian sudah

cukup baik untuk menghasilkan kesimpulan demikian?

Apakah ada kesimpulan lain yang dapat ditarik yang

berbeda dengan kesimpulan yang telah ditarik?

Circumstance apa yang membenarkan kesimpulan yang

ditarik, dan pada Circumstance yang bagaimana pula,

kesimpulan tersebut tidak valid? (Nazir, 2009:376).

Peneliti hendaknya jangan mencampuradukkan anatar

kesimpulan dan rekomendasi. Jangan membuat kesimpulan

dalam bentuk rekomendasi. Buatlah kesimpulan dengan

menyatakan “apa” dan “apa yang akan terjadi, jika ...

“. Lebih-lebih dalam penelitian sosial, kecenderungan

untuk membuat rekomendasi dan bukan kesimpulan cukup

tinggi. Karena itu, peneliti-peneliti ilmu sosial harus41

hati-hati sekali dalam menyimpulkan hasil

penelitiannya. Lebih-lebih lagi karena kesimpulan yang

ditarik mempunyai implikasi yang pancamuka, baik

implikasi ekonomi, politik, maupun sosial (Nazir,

2009:377).

2.4 Macam-macam Teknik Analisis Data

Banyak sekali teknik dalam menganilisis data.

Semuanya itu berdsarkan atas jenis penelitian apa yang

digunakan serta sifat dari data yang diperoleh dalam

penelitian itu sendiri. Di bawah ini akan dijelaskan

sedikit mengenai beberapa teknik analisis data antara

lain adalah:

2.4.1 Analisis Hubungan

Peneliti juga ingin melihat hubungan yang terjadi

antara variabel-variabel dalam penelitiannya. Beberapa

jenis hubungannya yang perlu diketahui.

1) Hubungan simetris

2) Hubungan timbal balik

3) Hubungan asimetris (Nazir, 2009:360).

2.4.1.1 Hubungan Simetris

42

Apabila sebuah variabel berhubungan dengan

variabel lain, tetapi adanya variabel tersebut bukan

disebabkan atau bukan dipengaruhi oleh variabel yang

lain, hubungan demikian disebut hubungan simetris.

Hubungan simetris tersebut dapat terjadi jika:

a) Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor

yang sama

b) Kedua variabel merupakan indikator dari sebuah

konsep yang sama

c) Hubungan yang terjadi disebabkan oleh kebetulan

saja.

Misalnya, seorang penelitI menganalisis dua buah

variabel, yaitu menigkatnya penggunaan pupuk oleh

petani dan meningkatnya jumlah radio yang dipunyai oleh

petani. Meningktanya penggunaan pupuk tidak dipengaruhi

oleh menigkatnya jumlah radio di desa, tetapi

peningkatan jumlah pupuk dan peningkatan jumlah radio

disebabkan oleh sebuah faktor yang sama, yaitu

meningkatnya pendapatan petani. Hubungan antara kedua

variabel diatas merupakan hubungan simetris saja

(Nazir, 2009:361).

Hubunga simetris lainnya bisa saja berbentuk

indikator dari sebuah konsep. Misalnya hubungan antara

frekuensi membaca surat kabar dengan frekuensi menonton

tv. Hubungan tersebut adalah hubungan simetris, kiarena43

frekuensi membaca surat kabar dan frekuensi menonton tv

merupakan indikator terhadap konsep sentuhan media

massa. Hubungan simetris juga ditunjukkan dengan

kehadiran dua variabel atau lebih secara beriringan

yang disebabkan oleh faktor fungsional. Misalnya saja,

hubungan antar petani dengan kerbau pembajak, antara

mahasiswa dengan dosennya. Kehadiran dosen yang

diiringi dengan kehadiran mahasiswa memperlihatkan

hubungan simetris (Nazir, 2009:361).

Hubungan yang terjadi secara kebetulan juga

termasuk hubungan simetris. Secara kebetulan, misalnya

semua murid yang duduk di bangku depan dalam kelas

tidak lulus ujian akhir. Hubungan antara tempat duduk

di bangku depan dan tidak lulus adalah hubungan

simetris (Nazir, 2009:361).

2.4.1.2 Hubungan Asimetris

Terdapat juga sejenis hubungan antar variabel,

diman satu variabel memperngarruhi variabel yang lain,

tetapi hubungan tersebut tidak timbal blik. Hubungan

tersebut dapat berasal dari hubungan antar konsep.

Hubungan antara variabel yang terjadi secara asimetris

berjenis-jenis banyaknya. Pendekatan terhadap jenis

hubungan asimetris dapat saja dari sudut bebrapa buah

variabel yang berhubungan, atau dari sifat-sifat

44

variabel tersebut yang berhubungan satu dengan yang

lain. Ditinjau dari jumlah variabel yang berhubungan,

maka hubungan asimetris dapat dibagi atas hubungan dua

variabel, dan hubungan multivariat. Ditinjau dari sifat

variabel yang mempengaruhi variabel lain, maka jenis

hubungan asimetris dapat dibagi atas:

a. Hubungan antara cara dan tujuan

b. Hubungan antara stimulus dan respons.

c. Hubungan antara prasyarat dengan akibat

d. Hubungan antar ciri dengan tingkah laku atau watak

e. Hubungan yang tetap ada antara dua variabel

(Nazir, 2009:361).

1) Hubungan asimetris berdasarkan ciri

Pertama-tama mari kita lihat hubungan antara

cara dan tujuan. Dalam hal ini cara merupakan

variabel independen dan tujuan merupakan variabel

dependen. Misalnya, hubungan asimetris antara

konsep “rajin” dan “sukses”. Rajin memeprngaruhi

sukses, dan konsep ini menghasilkan hubungan

asimetris antara variabel yaitu “jumlah jam

belajar perhari” memepengaruhi variabel “nilai

ujian, atau “frekuensi kopulasi per minggu”

memepengaruhi “jumlah anak” dan sebagainya (Nazir,

2009:362).

45

Jenis hubungan kedua adalah hubungan

asimetris antara stimulus dan respons. Stimulus

merupakan variabel independen dan respons adalah

variabel dependen. Misalnya hubungan antara konsep

“kesuburan tanah” dan “produktivitas”, atau

hubungan antara “dosis pupuk” (stimulus) dengan

“produksi pada per hektar” (respons). Pengaruh

devaluasi terhadap peningkatan ekspor, pengaruh

metode mengajar dengan prestasi belajar, pengaruh

jarak tanah dan produksi, pengaruh sinar (matahari

pagi terhadap penyakit rematik, dan pengaruh-

pengaruh sejenis, merupakan hubungan asimetris

antara stimulus dan respons (Nazir, 2009:362).

Hubungan ketiga adalah hubungan waktu antara

watak dan respons. Maksudnya adalah watak ialah

kecenderungan yang datangnya dari dalam

memperlihatkan respons terhadap sesuatu, seperti

sikap, nilai, kemapuan, dorongan, kepercayaan, dan

sebaginya. Dilain pihak, stimulus datangnya dari

luar. Respons terjadi karena pengaruh watak dapat

dilihat dari perilaku inovatif, perilaku politik,

penggunaan pupuk, dan sebagianya. Misalnya,

hubungan antar konsep partisipasi dengan perilaku

inovatis dari petani. Hal ini ditunjukkan oleh

pengaruh “frekuensi menghadiri ceramah pertanian”

dengan “penggunaan pupuk”, atau pegaruh46

“frekuensi menghadiri rapat golkar” dengan

“memilih golkar dalam pemilihan umum” (Nazir,

2009:362).

Hubungan asimetris lainnya adalah hubungan

antata prasyarat dengan akibat yang terjadi.

Misalnya, harga buku impor akan murah jika pajak

impor buku dihapuskan. Hubungan antara jaminan

hukum dan kebebasan mimbar juga merupakan hubungan

antara prasyarat serta akibat yang ditimbulkannya.

Hubungan antara ciri dan tongkah laku atau watak

juga merupakan hubungan asimetris, yang dimaksud

dengan ciri adalah sifat subjek yang tidak pernah

berubah seperti jenis kelamin, suku, kebangsaan,

dan sebagainya. Misalnya pendidikan memperngaruhi

perilaku sosial. Pendapatan mempengaruhi perilaku

ekonomi, dan jumlah pendapatan perbulan

mempengaruhi jumlah daging yang dikonsumsi (Nazir,

2009:362).

Hubungan asimetris lainnya, adalah selalu

tetap ada antara dua variabel. Jika satu variabel

muncul, maka variabel lain harus muncul pula,

karena kedua hubungan tersebut tetap ada. Makin tuatanaman tahunan, makin banyak pula daunnya. Makin

besar suatu universitas makin bertambah rumit pula

organisasinya. Berikutr ini rangkuman contoh dari

hubungan asimetris yang sering terjadi yaitu:47

Jenis

Hubungan

Hubungan Antarkonsep Hubungan

Antarvariabel

Dependen Independe

n

Dependen Independ

en

Cara vs

tujuan

Stimulus

vs respons

Watak vs

respons

Prasyarat

vs akibat

Ciri vs

tingkah

laku

Sukses

Produkti

vitas

Perilaku

inovalit

Kebebasan

mimbar

Perilaku

ekonomi

Rajin

Kesuburan

tanah

Partisipa

si

Jaminan

hukum

Pendidika

n

Nilai

ujian

Produksi

per

hektar

Menanam

varietas

unggul

Isi

seminar

Konsumsi

daging

per

Jumlah

jam

belajar

Dosis

pupuk

Frekuens

i

menghadi

ri

ceramah

penyuluh

an

SK

menteri

48

Hubungan

yang tetap

ada

daun

Batang

bulan

Jumlah

daun

Jumlahtahunsekolah

Diameter

batang

2) Menurut jumlah variabel yang berhubungan

Hubungan asimetris dapat juga dibagi menurut

jumlah varibel yang berhubungan. Dengan pendekatan

ini, maka terdapat dua jenis hubungan asimetris,

yaitu:

a) Hubungan bivariat

b) Hubungan multivariat

Hubungan asimetris bivariat adalah hubungan yang

terjadi yang menyangkut hanya dua variabel. Dalam

hal ini, hubungan yang terjadi adalah antara

senbuah variabel dependen dan sebuah variabel

independen. Sudah jelas, kedua variabel tersebut

harus dianggap sebgai variabel yang amat penting

dalam analisis yang dibuat, karena ada variabel-

variabel lain yang mempengaruhinya, tetapi

variabel tersebut tidak dimasukkan ke dalam

49

hubungan. Hubungan baivariat sebenarnya, jarang

terjadi. Karena itu, jika dihubungkan satu

variabel dependen dengan sebuah variabel dependen,

maka harus dianggap, bahwa variabel-variabel lain

adalah konstan.dalam jargon ekonomi, sering

digunakan istilah ceteris paribus. Dalam ekonometrik,

terdapat juga variabel random lainnya yang

mempengaruhi hubungan, tetapi variabel random ini

dimasukkan kedalam disturbance term. Teknik analisis

dengan munculnya variabel random akan dijelaskan

lebih lanjut dalam analisis statistik dengan

mengunakan teknik analisis regresi (Nazir,

2009:363).

Pada hubungan multivariat, ubungan yang

terjadi menyangkut lebih dari dua variabel. Dalam

hal ini terdapat sebuah variabel dependen dan dua

atau lebih variabel independen. Misalnya, hubungan

asimetris antara jumlah beras yang diminta

(dependen variabel) dengan harga beras, pendapatn,

dan harga barang lain (9variabel indepeden. Jika

dianalisis hubungan antar jumlah biaya dengan

produksi, maka hubungan yang dianalisiis adalah

hubungan bivariat. Jika dianalisis konsumsi daging

dengan pendapatan dan pendidikan, maka hubungan

asimetris adalah hubungan multivariat (Nazir,

2009:364).50

Dalam mengadakan analisis asimetris, peneliti

dapat juga menggunakan model matematika untuk

menyederhanakan hubungan yang terjadi. Misalnya,

jika ingin dilihat variabel-variabel yang

memeprngaruhi penawaran beras, maka model dapat

didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa

penawaran dari beras bergantung dari harga beras,

harga barang-barang lainnya, dan cuaca (Nazir,

2009:364).

2.4.1.3 Hubungan Timbal balik

Disamping hubungan simetris dan hubungan

asimetris, maka ada jenis hubungan lain yang dapat pula

dianalisis oleh peneliti. Hubungan tersebut dinamakan

hubungan timbal balik. Jika ada dua buah variabel X dan

Y yang berhubungan, maka hubungan antara X dan Y

disebut mempunyai hubungan timbal balik, jika

hubungannya mempunyai dua arah. Dengan perkataan lain,

X mempengaruhi Y dan sebaliknya Y mempengaruhi X. Dalam

persamaan kimia, hubungan tersebut dinamkan hubungan

bolak balik (Nazir, 2009:365).

Dalam hubungan bolak balik, kita tidak tahu yang

mana sebab dan yang mana akibat. Jika pada suatu ketika

variabel X mempengaruhi variabel Y, maka pada waktu

lain, variabel Y yang mempengaruhi variabe X. Misalnya

adalah hubungan antara investmen dan “keuntngan”.

51

Investmen dapat mempengaruhi keuntungan, tetapi

keuntungan juga dapat mempengaruhi investmen. Pendapatan

dapat mempengaruhi pendidikan, dan sebaliknya

pendidikan juga dapat mempengaruhi pendapatan (Nazir,

2009:365).

2.4.2 Analisis Silang

Analisis silang adalah analisis dengan menggunakan

tabel silang. Tabel silang ini dapat berbentuk

frekuensi atau presentase. Dalam analisis silang,

variabel-variabel dipaparkan dalam suatu tabel, yang

mana tabel tersebut berguna untuk:

a) Menganalisis hubungan antar variabel yang terjadi

b) Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel

berhubungan

c) Mengatur data untuk keperluan analisis statistik

d) Mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu,

sehingga dapat dianalisis tentang ada tidaknya

hubungan palsu (spurios relation).

e) Mengecek apakah terdapat kesalahan-kesalahan dalam

kode ataupun jawaban dari daftar pertanyaan

(Nazir, 2009:365).

52

Dalam membuat tabel untuk analisis silang, maka syarat

kategorisasi harus dipenuhi. Analisis silang yang paling

mudah adalah dengan menggunakan tabel 2 x 2 sebagai berikut:

A1 A2

B1 B1A1 B1A2

B2 B2A1 B2A2

Tabel tersebut memeprlihatkan bahwa variabel A dibagi

atas A1 dan A2 dan variabel B dibagi atas B1 dan B2.

Sel dari tabel berisi subset dari A dan B. Jika

analisis silang menyangkut tiga buah variabel, A, B,

dan C maka tabel berbentuk seperti dibawah ini (Nazir,

2009:365).

Dalam analisis silang, selain dari frekuensi

terjadinya fenomena, juga dimaksukkan presentasi

terjadinya hal yang ingin dipecahkan. Dari itu, dalam

membaca sebuah tabel silang, selain jumalh, seseorang

juga dapat dengan membaca presentasi dari munculnya

suatu fenomena dengan jelas. Contoh dari tabel untuk

analisis silang dapat dilihat di bawah.

Tabel

Analisis Silang Pengikut KB

Antara Kota dan Desa

Ikut KB Tidak ikut KB Total53

242

Kota

(37,6)

401

(62,4)

643

(100)

143

Desa

(42,3)

195

(57,7)

338

(100)

385

(39,2)

596

(60,8)

81

(100)

Keterangan: angka didalam kurung adalah presentase

Tabel tersebut memeperlihatkan bahwa dari 971 responden

yang telah diwawancarai carai untuk mengetahui

partisipasi mereka dalam keluarga berencana, 643 orang

berasal dari daerah kota dam 228 orang berasal dari

daerah pedesaan (Nazir, 2009:366).

2.4.3 Analisis Sosiometrik

Analisis sosiometrik adalah analisis dalam

mengadakan pilihan. Pilihan tersebut dapat saja

mengenai piliahn terhadap orang, partai politik,

kelompok minoritas, pengaruh, garis komunikasi, dan

54

sebagainya. Secara umum, analisis sosiometrik dapat

dilakukan dengan tiga cara, yaitu

a) Dengan menggunakan matriks sosiometrik

b) Dengan menggunakan indeks sosiometrik

c) Dengan menggunakan sosiogram (Nazir, 2009:367).

2.4.3.1 Matrik dengan matriks sosiometrik

Matriks tidak lain dari pengaturan angka dalam

suatu segi empat. Matriks sosiometrik, adalah matriks

yang memuat angka-angka dalam menentukan pilihan, dan

matriks ini mempunyai kolom dan jajar baris yang sama.

Angka dalam matriks dinamakan elemen atau unsur dari

matriks tersebut. Jika jumlah subjek adalah n, maka

matriks sosiometrik mempunyai n x n unsur. Jika jajar

matriks adalah 1, 2, ..., i dan kolomya adalah 1,

2, ..., j, maka tiap elemen atau unsur matriks dapat

kita sebut aij. Dengan perkataan lain a11 adalah unsur

matriks pada jajar baris 1 dan kolom 1; a42 adalah

unsur matriks pada jajar 4 kolom 2. (Nazir, 2009:367).

Bentuk matriks sosiometrik adalah sebagai berikut.

55

j

A11 a12

a13 ... a1j

... a1n

A21 a22

a23 ... a2j

... a2n

A31 a32

a33 ... a3j

... a3n

. . .

... . ...

.

. . .

... . ...

.

. . .

... . ...

.

A11 a12

a13 ... a1j

56

... ain

.

.

.

An1 an2

an3 ... anj

... ann

Misalnya, kepada 8 orang murid disuruh memilih 3

orang murid yang disukainya, yaitu:

a) Yang paling disukainya diberi angka 3

b) Yang disukainya diberi nomor dua, diberi angka 2

c) Yang disukainya lebih rendah lagi diberi angka 1;

d) Yang tidak terpilih, diberi angka 0

Angka-angka tersebut dapat dibuat dalam matriks

sosiometrik, misalnya si A memilih si B yang paling

disukainya, si D yang kedua disukainya, dan si E yang

nomor 3 disukainya, maka angka-angka nilai rangking

dijadikan sebagai unsur dari matriks. Sesudah semua

nilai terkumpul, maka matriks dapat disusun sebagai

berikut (Nazir, 2009:367).

57

2.4.3.2 Beberapa Indeks Sosiometrik

Banyak indeks telah dipergunakan dalam analisis

sosiometrik. Tiga indeks yang paling sederhana adalah:

1) Indeks status pilihan

2) Indeks derajat kepaduan dalam situasi pilihan

tidak terbatas dan

3) Indeks derajat kepaduan dalam situasi pilihan

terbatas (Nazir, 2009:368).

Indeks status pilihan memperlihatkan bagaimana

baik atau buruknya sesuatu subjek itu dipilih. Indeks

ini mempunyai rumus sebagai berikut

ISP = -P n-1

keterangan:

n = jumlah subjek

P = total piliha pada subjek ke i

ISP = indeks status pilihan subjek i

Marilah kita lihat contoh diatas. Total pilihan P = 5;

jumlah subjek n= 6. Maka indeks status pilihan C

adalah:

ISP = -P = 5 = 1 n-1 6 – 1

58

untuk indeks status pilihan dari si D adalah

ISP = -P = 4 = 0,8 n-1 6 – 1

untuk indeks status pilihan si A adalahISP = -P = 0 = 0,8 n-1 6 – 1

jadi makin besar ISP seseorang atau subjek perorangan,

maka makin tinggi status pilihannya, dan perorangan

tersebut semakin “populer”. Perorangan yang mempunyai

ISP = 0, tidak populer sama sekali (Nazir, 2009:369).

Berbeda dengan indeks status pilihan yang

menyangkut masalah pilihan terhadap perorangan, maka

indeks derajat kepaduan memeprlihatkan derajat kepaduan

dari kelompok. Dalam memilih, subjek dapat saja

dibatasi untuk memilih beberapa anggota kelompok saja

atau jumlahnya tidak terbatasi. Subjek diberi intruksi

untuk memilih dan mengadakan ranking pilihan terhadap

semua anggota kelompok. Pertama adalah situasi pilihan

terbatas, sedangkan keadaan adalah situasi pilihan

tidak terbatas. Untuk situasi pilihan terbatas,

seperti pada contoh yang lalu (ada enam subjek dan

disuruh memilih hanya tiga subjek), rumus dari indeks

derajat kepaduan adalah sebagi berikut:

IDK = i j d.n 2

59

Keterangan:(I J) = jumlah hubungan mutualD = jumlah pilihan yang diperkenankanIDK = indeks derajat kepaduanN = Jumlah subjek

Pada contoh kita yang lalu, i j = 5, yaitu BC, B D, B F,

D C, E F.

Pilihan yang diperkenankan d = 3 sedangkan n = 6.

Dengan demikian,

IDK = i j = 5 = 5 = 0,56 d.n 3 x 6 9 2 2

Indeks derajat kepaduan di atas menunjukkan kepaduan

yang cukup. Pada situasi dimana pilihan tidak dibatasi,

rumus untuk mencari indeks derajat kepaduan adalah :

IDK = i j n (n – 1) 2

Misalnya, jika pada contoh di atas tidak dibatasi

jumlah subjek yang harus dipilih, dan terdapat 3 buah

pilihan mutual, maka indeks derajat kepaduan adalah:

IDK = 3 = 0,2060

6 (6-1) 2

2.4.3.3 Sosiogram Seperti telah kita ketahui, I dan J selalu

berhubungan, baik hubungan sepihak atau hubungan

mutual. Hubungan ini dapat ditulis sebagai I H j.

Hubungan ini dapat saja; I adalah kawan j, I

mendominasi j, I mempengaruhi j, I berkomunikasi dengan

j, dan sebagainya. Simbolnya dapat dibuat secara lebih

spesifik. Misalnya iPj, berarti I mempengaruhi j, iKj,

I berkomunikasi dengan j, iDj, I mendominasi j, dan

sebagainya (Nazir, 2009:370).

Hubungan-hubungan diatas, disamping dituangkan

dalam matriks, dapat juga dipaparkan dalam suatu

diagramyang digunakan sosiogram. Hubungan yang terjadi

dinyatakan dengan panah, dimana arah panah

memeprlihatkan siapa yang melakukan kegiatan terhadap

siapa kegiatan tersebut dilakukan. Jika hubungan yang

terjadi adalah timbal balik atau mutual, amak panahnya

mempunyai dua arah. Jika matriks sosiometrik yang lalu

diubah menjadi sosiogram maka bentuknya adalah sebagai

berikut:

61

Keterangan: wanitapria

Dalam penelitian tersebut B, C, dan D adalah murid

wanita sedangkan selebihnya adalah murid pria. Dari

sosiogram tersebbut jelas kelihatan bahwa A adalah

murid yang paling tidak populer, karena tidak ada

sebuah anak panahpun yang menuju ke dia. Di lain pihak,

B mempunyai potensi sebagai pimpinan, yang menarik lagi

adalah hubungan antar B, C, D, diman mereka saling

memilih satu sama lain. Hal ini ditunjukkan oleh arah62

E

A

F

B

C

D

panah dimana masing-masing mereka mempunhyai panah dari

dua arah. Ketiga mereka ini merupakan klik, jika klik

didefinisikan sebagai “kelompok beberapa perorangan

yang secara bersama sama memilih satu sama lain”.

Kebanyakan dari analisis sosiogram atau analisis

sosiometrik menggunakan penelitian ex post facto. Tetapi,

penelitian dengan menggunakan metode eksperimental juga

dapat dianalisis secara sosiometrik (Nazir, 2009:371).

2.4.3.4 Analisis Data Non Statistik (kualitatif)

Secara umum, pedoman yang digunakan dalam analisis

data secara kualitatif berdasarkan pola berpikir

ilmiah, yang mempunyai ciri, sistematis dan logis.

Orang bisa mulai dari data data kongkrit, kemudian

dihubungkan dengan dalil dalil umum yang sudah

dianggapnya benar. Ini disebut analisis secara induksi.

Sebaliknya orang bisa mulai dari menghubungkan dalil

umum, postulat atau paradigma tertenu, kemudian

menghubungkannya dengan data empiris, sebagai pangkal

tolak mengambil kesimpulan. Ini disebut analisis secara

deduksi.

Dismaping itu orang juga bisa menggunakan dua cara

tersebut secara bergantian, antara induksi dan deduksi.

Cara ini oleh John Dewey disebut berfikir reflektif.

Setelah hilir mudik dari pola induksi ke deduksi,

63

kemudian dia menemukan pemecahan yang memuaskan dan

meyakinkan, maka kesimpulan dapat diambil.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa

ketajaman analisis sangat bergantung pada tingkat

pengalaman dan luasnya pengetahuan penelitian.

Disinilah perlunya latihan untuk mempertajam analisis

kualitatif (Kasiram, 2007:123)

2.4.3.5 Analisis Data Penelitian Deskriptif

Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan

penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah

penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.

Sehubungan dengan penelitian deskriptif ini, sering

dibedakan atas dua jenis penelitian menurut proses

sifat dan analisis datanya, yaitu:

a) Riset deskriptif yang bersifat eksploratif

b) Riset deskriptif yang berifat developmental

(Arikunto, 1996:243)

1) Riset deskriptif yang bersifat eksploratif

Riset deskriptif yang bersifat eksploratif

bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status

fenomena. Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui

hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu.64

Misalnya survei yang diadakan oleh pemerintah untuk

mengetahui kemungkinan didirikannya sebuah TK di suatu

daerah. Dalam survei ini peneliti butuh tahu tentang:

a) Minat atau aspirasi penduduk terhadap pendidikan,

khususnya pendidikan anak pra sekolah.

b) Banyak anak-anak usia TK pada waktu dibukanya TK

menurut yang direncanakan, yang belum tertampung

di TK lain.

c) Dukungan orang tua terhadap pendidikan anak-anak

mereka seandainya anak-anak tersebut sudah

memasuki pendidikan.

d) Data-data lain yang relevan dengan problematiknya

(Arikunto, 1996:243)

Apabila datanya telah terkumpul, maka lalu di

klarifikasikan menjadi 2 kelompok data yaitu: data

kualitatif dan data kuantitatif. Terhadap data yang

bersifat kualitatif, yaitu yang menggambarkan data

dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan. Selanjutnya data

yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka

hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan

beberapa cara antara lain:

a) Dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang

diharapkan dan diperoleh presentase. Kadang-

kadang pencarian presentase dimaksudkan untuk65

mengetahui status sesuatu yang dipresentasekan

dan disajikan tetap berupa presentase. Tetapi

kadang-kadang sesudah sampai ke presentase lalu

ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat

kualitatif, mislnya baik (76% - 100%), cukup ( 56

– 75%), kurang baik (40 – 55%), tidak baik

(kurang dari 40%). Sebaliknya data kualitatif

yang ada seringkali dikuantifikasikan, diangkakan

sekedar untuk mempermudah penggabungan dua atau

lebih data variabel, kemudian sesudah terdapat

hasil akhir lalu dikualifikasikan kembali. Teknik

ini sering disebut dengan teknik deskriptif

kualitatif dengan presentase.

b) Dijumlahkan, klasifikasi sehingga merupakan suatu

susunan urut data (array), untuk selanjutnya

dibuat tabel, baik yang hanya berhenti sampai

tabel saja maupun yang diproses lebih lanjut

menjadi perhitungan pengambil kesimpulan ataupun

untuk kepentingan visualisasi datanya.

Visualisasi data sangat mempermudah peneliti

sendiri atau orang lain untuk memahami hasil

penelitian. Cara visualisasi ini antara lain: di

buat grafi poligon, Ogive, bar gram, diagram

gambar dan sebagainya. Di dalam penjelasan dan

contoh tentang penelitian komparatif, analisis

yang digunakan pada jenis penelitian deskriptif

66

kualitatif ini akan digunakan lagi. Banyak orang

yang berpendapat bahwa penelitian deskriptif

kualitatif ini kurang bersifat ilmiah karena

hanya menggambarkan saja. Kenyataannya,

penelitian deskriptif bisa digunakan untuk

mengadakan prediksi ataupun untuk keperluan

generalisasi (Arikunto, 1996:244)

2) Riset deskriptif yang bersifat developmental

Biasanya riset jenis ini digunakan untuk menemukan

suatu model atau prototype, dan bisa digunakan untuk

segala jenis bidang. Untuk dunia pendidikan sering kita

dengar bermacam-macam pilot proyek. Kegiata pilot

proyek ini merupakan proyek perintisan, pilot, pionir

yang berda didepan. Dengan pilot peneliti mencoba

menerapkan sesuatu model tersebut diamati. Datanya

dibandingkan dengan kriteria yang menjadi tujuan.

Apabila dalam pelaksanaanya, ini terdapat

kesulitan atau hambatan, maka diadakan perluasan atau

penyebaran , melalui tahap pradiseminasi. Jadi didalam

penelitian deskriptif yang bersifat developmental,

pengujian datanya dibandingkan dengan suatu kriteria

atau standar yang sudah diterapkan terlebih dahulu pada

waktu penyusunan (Arikunto, 1996:245)

2.4.3.6 Analisis Data Peneleitian Komparatif

67

Untuk mengawali cara analisis data penelitian

komparasi, berikut ini disjikan penjelasan Dra. Aswarni

Sudjud tentang penelitian komparasi. Menurut beliau,

penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan dan

perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang

prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap

orang, kelompok, terhadap ide atau suatu prosedur

kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan

perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara,

terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap

ide-ide (Arikunto, 1996:245)

Apabila dikaitkan dengan pendapat Van Dalen

tentang jenis-jenis Interelationship studies, maka

penelitian komparatif boleh jadi dimaksukkan sebagai

penelitian kedua causal comparative studies. Yang

disebutkan belakngan oleh Van Dalen merupakan

penelitian komparatif yaitu ingin membandingkan dua

atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya.

Berbeda dengan penelitian eksperimen yang dengan

sengaja memanipulasi variabel bebas untuk melihat

akibat yang terjadi pada variabel terikat, maka pada

causal comparativestudy ini peneliti tidak memulai

prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil.

Jadi mirip dengan desin eksperimen pertama yaitu one

shot case study. Dari hasil akhir yang diperoleh,

68

peneliti mencoba menemukan sebab-sebab terjadinya

peristiwa hal observasi (Arikunto, 1996:246)

Contohnya : peneliti mengamati paper laporan praktek

lapangan beberapa mahasiswa tingkat

doktoral. Terbaca oleh keganjilan-keganjilan

teknik penulisan, termasuk sistematika, tata

tulis memenggal phrasa maupun cara menulis

kutipan. Kebetulan peneliti tersebut sudah

bertahun-tahun memegang suatu mata kuliah

yang sama sehubungan dengan penulisan

laporan praktek lapangan. Pada tahun-tahun

sbelumnya tidak ditemui kesalahan-kesalahan

seperti itu.

Timbul pertanyaan peneliti, variabel apa yang

menyebabkan kedua hasil yang berbeda itu. Setelah

ditelusuri dengan cara interviu kepada mahasiswa yang

banyak membuat kesalahan tata tulis laporan adalah

mahasiswa yang tidak menyusun skripsi pada waktu meraih

gelar Sarjana Muda, tetapi hanya mengambil equivalen

skripsi. Lebih jauh Aswani Sujud menyarankan bahwa

untuk mengadakan analisis data kita bedakan dahulu

penelitian yang dilakukan merupakan hipotesis atau non

hipotesis (Arikunto, 1996:247)

1) Penelitian non hipotesis

69

Dalam penelitian non hipotesis peneliti mengadakan

komparasi status fenomena dangan standarnya. Oleh

karena itu sebelum memulai penelitian kancah, harus

ditetapkan dahulu standarnya. Tentu saja penentuan

standar ini harus dilakukan berdasarkan landasan yang

kuat misalnya hukum, peraturan, hasil lokakarya dan

sebagainya. Selanjutnya standar ini dijadikan kriteria

sejauh mana fenomena mencapai standar (Arikunto,

1996:247)

Contoh :

Penelitian ingin mengetahui apakah sesuatu SMA

sudah memiliki sarana yang baik. Untuk keperluan ini

meneliti mencari standar sarana yaitu yang tercantum

didalam buku Pedoman Pembakuan dan Perabot Sekolah

untuk SMA yang dikeluarkan oleh Proyek Pembakuan Sarana

Pendidikan Departemen P dan K Jakarta tahun 1978.

Jenis sarana yang diperhatikan meliputi:

a) Ruang belajar (antar lain ruang teori dan

laboratorium)

b) Ruang penunjang (antara lain perpustakaan, ruang

B.P)

c) Perumahan (antara lain rumah kepala sekolah, rumah

guru). Untuk setiap ruangan ditentukan jumlah

70

pemakai, standar satuan meter persegi (yang

menyatakan ruang gerak minimal untuk tiap orang

dan melaksanakan kegiatan pokok diruang yang yang

bersangkutan), luas ruang, urgensi fungsi utama

dan jumlah ruang (Arikunto, 1996:247)

Pada umunya penelitian eksploratif merupakan

penelitian non hipotesis. Contonya : studi eksplorasi

tentang kebutuhan penelitian Taman Kanak-kanak di

Kabupaten X. Penelitian ini bertujuan memperoleh

informasi tentang perlu tidaknya di Kabupaten X

didirika TK. Untuk keperluan ini perlu mencari data

tentang:

a)Banyaknya perkiraan anak usia TK saat sekarang dan

tahun mendatang.

b)Banyaknya TK di Kabupaten X

c)Data tampung TK yang ada

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini berupa

informasi tentang ketiga hal tersebut. Jika diperoleh

data misalnya ternyata Kabupaten X dihuni oleh orang-

orang jompo hampir seluruh wilayah, maka keperluan

pendirian TK tidak seurgen jika kabupaten tersebut

dihuni oleh pasangan-pasangan keluarga muda. Jika

perkiraan anak-anak usia TK masih banyak yang belum

tertampung dilihat dari daya tampung TK yang ada, maka

71

disimpulkan bahwa perlu pendirian TK yang baru

(Arikunto, 1996:247)

2) Penelitian Hipotesis

Ditinjau dari analisis data, perbedaan antara

penelitian non hipotesis dengan penelitian hipotesis

terletak pada belum dan telah dirumuskannya kesimpulan

sementara oleh peneliti. Dalam penelitian non

hipotesis, peneliti belum mempunyai ancer-ancer

jawaban. Peneliti mulai dengan melakukan penelitiannya,

akhirnya sampai pada suatu kesimpulan yang didasarkan

atas data yang diperoleh setelah melalui proses

analisis. Sebenarnya langkah bagi penelitian hipotesis

pun sama seperti langkah penelitian non hipotesis,

sampai dengan analisis datanya. Setelah diperoleh angka

akhir dari analisis barulah peneliti menengok kembali

pada hipotesis yang telah dirumuskannya (Arikunto,

1996:248)

Demikianlah maka dengan singkat dapat dikatakan

bahwa perbedaan antara penelitian non hipotesis dan

penelitian hipotesis terletak pada langkah sesudah

analisis data yaitu menarik kesimpulan (Arikunto,

1996:248).

2.4.3.7 Analisis Data Penelitian Korelasi

72

Apabila penelitian komparasi bertujuan untuk

mengetahui kesamaan dan perbedaan, maka penelitian

korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta

berarti atau tidaknya hubungan itu. Dari contoh

kejadian dalam causal comparative study yang telah

dikemukakan di bagian sebelum ini peneliti mangambil

kesimpulan bahwa adanya laporan praktek lapangan yang

kurangbaik, disebabkan karena, atau causalnya adalah

tidak adanya pengalaman mahasiswa dalam menyusun

skripsi. Kesimpulan ini dapat memberikan gambaran

kepada kita bahwa, ada hubungan antar penyusunan

skripsi dengan kemahiran tata tulis penyusunan laporan

tertulis. Jadi dalam hal ini problema komparasi dapat

digunakan untuk menerangkan korelasi atau hubungan

antara dua variabel (Arikunto, 1996:249)

Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik,

yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil

pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat

menentukan tingkat hubungan antara varibel-variabel

ini. Dalam beberapa hal, riset korelasi memang sama

dengan riset komparasi sebab-akibat dan kenyataannya

koefisien korelasi biasanya dapat dihitung dari

kemanfaatan menjelaskan studi komparasi sebab-akibat.

73

Perbedaan antara riset komparasi sebab akibat

dengan riset komparasi adalah bahwa:

a) Di dalam riset komparasi, dua kelompok individu

yang pada umumnya sama, dipilih karena kedua

kelompok tersebut telah menunjukkan adanya

persamaan-persamaan dalam beberapa ciri khusus

b) Di dalam riset korelasi, individu-individu yang

dipilih adalah mereka yang menampakkan perbedaan

dalam beberapa variabel penting yang sedabg

diteliti.

Semua anggota kelompok yang dipilih diukur mengenai

kedua variabel yang diteliti, kemudian sama-sama dicari

koefisien korelasinya. Oleh karena itu riset komparasi

sebab-akibat mencari perbedaan-perbedaan sedangkan

riset korelasi mencari hubungan (Arikunto, 1996:250)

74

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

didasarkan oleh data.

2. Tujuan dari analisis data adalah untuk meringkas

data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah

ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem

penelitian dapat dipelajari dan diuji.

3. Langkah-langkah dalam analisis data diantaranya

adalah yang pertama adalah editing data, kedua

mengkodekan data, ketiga membuat tabulasi, keempat

menganalisis data, kelima Penafsiran data, dan

yang terakhir adalah generalisasi dan kesimpulan

4. Ada banyak sekali teknik dalam menganalisis data

diantaranya adalah analisis hubungan, analisis

silang, analisis sosiometrik, analisis non

statistik, dan lainnya.

75

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Dr. Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: suatu

pendekatan penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Kasiram, Mohammad. 2007. Metodologi penelitian. Malang: UIN-

Maliki Pers.

Nazir Ph.d, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia

Indonesia

76