alih kelola pendidikan menengah dari pemerintah
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of alih kelola pendidikan menengah dari pemerintah
ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA KE PEMERINTAH PROVINSI
(STUDI DI KOTA BLITAR)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)
Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dengan Minat Utama Inovasi Pemerintahan
Oleh :
DELLY ELSAVINA
NIM. 145120601111012
PEMINATAN INOVASI PEMERINTAHAN
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA KE PEMERINTAH PROVINSI
(STUDI DI KOTA BLITAR)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Delly Elsavina
NIM 145120601111012
Telah Disetujui Oleh Pembimbing
Pembimbing Utama
Rachmad Gustomy, S.IP., M.IP
NIP.198108252015041001
Pembimbing Pendamping
Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si
NIP.197003041995031002
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA KE PEMERINTAH PROVINSI
(STUDI DI KOTA BLITAR)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Delly Elsavina
NIM 145120601111012
Telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam ujian Sarjana Ilmu Pemerintahan
Pada tanggal 14 Desember 2018
Tim Penguji
Ketua Majelis Penguji
Fathur Rahman, S.IP., MA
NIK.2011098204291001
Sekretaris Majelis Penguji
Irma Fitriana Ulfah, S.IP., M.Si
NIK.2013048811042001
Anggota Majelis Penguji 1
Rachmad Gustomy, S.IP., M.IP
NIP.198108252015041001
Anggota Majelis Penguji 2
Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si
NIP.197003041995031002
Malang, 14 Desember 2018
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prof. Dr. Unti Ludigdo., SE., M.Si, Ak
NIP.196908141994021001
iii
PERNYATAAN
Nama : Delly Elsavina
NIM : 145120601111012
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Alih Kelola
Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah
Provinsi (Studi di Kota Blitar)” adalah benar-benar karya sendiri.Hal-hal yang
bukan merupakan karya saya dalam skripsi tersebut telah diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam lembar Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang
saya peroleh dari skripsi tersebut.
Malang, 14 Desember 2018
Yang Memberi Pernyataan,
Delly Elsavina
145120601111012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Alih Kelola Pendidikan Menengah dari Pemerintah
Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi (Studi di Kota Blitar)”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan Strata 1
(satu) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Malang. Dalam penyusunan skripsi ini pun
penulis banyak mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Heri Kurniawan dan Krisna Indah Yuni Astuti
yang tidak henti-hentinya memberikan doa, dukungan, motivasi serta
pengarahan sehingga penyusunan skipsi ini dapat terselesaikan dengan
lancar.
2. Seluruh keluarga besar yang turut membantu dan menyemangati dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Rachmad Gustomy, S.IP., M.IP dan Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si
selaku dosen pembimbing yang memiliki andil besar dalam membimbing
dan mengarahkan setiap tahap pengerjaan skripsi melalui kitikan dan
masukkan yang diberikan.
v
4. Ahmad Zaki Fadlur Rohman, S.IP., MA yang mana sebelumnya sebagai
dosen pembimbing ke dua, juga telah memberikan banyak masukkan
terhadap skripsi ini.
5. Fathur Rahman, S.IP., MA dan Irma Fitriana Ulfah, S.IP., M.Si yang
telah menyempatkan waktunya untuk hadir sebagai penguji dan telah
memberikan kritik, masukkan dan membagi ilmunya untuk membenahi
skripsi ini.
6. Seluruh narasumber baik di Pemerintah Kota Surabaya dan Kota Blitar,
guru dan kepala sekolah SMA/SMK terkait yang telah memberikan
banyak informasi dan data yang menunjang dalam penelitian di skripsi
ini.
7. Seluruh teman-teman dari Prodi Ilmu Pemerintahan angkatan 2014,
teman seperjuangan yang juga turut memberikan dukungan dan bantuan
dalam berbagai bentuk selama proses mengerjakan skripsi ini hingga
selesai. Diantaranya yang telah banyak memberikan kontribusi adalah
Baidhowi, Ika, Lida, Prila, Yoko, Hotma, Yeni, Lely, Laras, Vivi, Pipit,
Devi, Abdan, Fauzi, Ilham Mukholiq, Nanang, Fajri, Lilik, Satya, Bagus,
dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya.
8. Sajida dan Irma Kurnia Santoso sebagai teman terbaik sejak awal
perkuliahan yang terus memberikan banyak dukungan, semangat dan
bantuan.
vi
9. Teman-teman kos, Arum Nur Aini, Noermalita Wiraka Jaya, dan Fahma
Nur Aini yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberikan dukungan
dan bantuan selama proses pengerjaan skripsi.
10. Teman-teman SMA di Kota Blitar yang juga turut memberikan support,
Sari, Reka, Wimi, Dina Budi, Ulfa.
11. Nanda Rizki Achmad Diasa Putra yang juga tidak berhenti memberikan
semangat untuk segera menuntaskan pengerjaan skripsi, memberi
masukkan ketika terdapat hambatan atau masalah dan membantu dalam
setiap proses penelitian dan pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan
dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Malang, 14 Desember 2018
Delly Elsavina
vii
ABSTRAK
Delly Elsavina.(2018). Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. Alih Kelola
Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah
Provinsi (Studi di Kota Blitar). Tim Pembimbing : Rachmad Gustomy, S.IP,
M.IP dan Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si
Keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah membawa perubahan mendasar terhadap klasifikasi urusan pemerintahan.
Perubahan tersebut berpengaruh terhadap pengalihan kewenangan sejumlah
bidang yang semula dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota, kini dikelola oleh
pemerintah provinsi.Salah satunya ialah kewenangan pengelolaan pendidikan
menengah.Pasca penetapan tersebut menimbulkan sejumlah dampak dan memicu
munculnya gugatan judicial review oleh Walikota Blitar yang diajukan ke
Mahkamah Konstitusi. Pengalihan tersebut pun dianggap memberikan kerugian
konstitusional warga masyarakat. Melalui hal tersebut perlu dikaji terkait
penyelenggaraan pengelolaan pendidikan menengah pasca dialihkan ke
pemerintah provinsi. Peneliti berfokus pada analisis alih kelola pendidikan
menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi, dengan studi
di Kota Blitar, yang juga meliputi kendala dan solusinya. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif deskriptif. Kajian teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori rational choice institusionalism dan
konsep hubungan pemerintah pusat dan daerah. Hasil penelitian menunjukkan
dengan alih kelola pendidikan menengah maka pengelolaan berada ditangan Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah
Kabupaten/Kota Blitar. Pemerintah Kota Blitar masih dapat terlibat meskipun
keterlibatannya terbatas. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki upaya
atau tindakan yang dilaksanakan sesuai instrument yang ada sehingga
kepentingannya hanya bersifat normatif. Sedangkan Pemerintah Kota Blitar
kurang maksimal dalam melaksanakan keterlibatannya. Pendidikan menengah di
Kota Blitar pun belum dapat dikatakan berjalan efektif dan efisien. Terdapat
kendala pada pengelolaan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan provinsi dan
cabang dinas pendidikan. Begitu juga oleh Pemerintah Kota Blitar dimana
terdapat sejumlah persoalan dalam merumuskan kebijakan bantuan. Namun
beberapa kendala tersebut pun telah ditindaklanjuti dengan melaksanakan
pelayanan berbasis online, penguatan komitmen dan pemerataan SDM.
Kata Kunci : Pendidikan menengah, Pasca Pengalihan, Pengelolaan, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kota Blitar.
viii
ABSTRACT
Delly Elsavina.(2018). Government Studies Program, Faculty of Social and
Political Science, Brawijaya University, Malang.Transfer of Secondary
Education from District/City Government to Provincial Government (Study in
Blitar City). Supervisor: Rachmad Gustomy, S.IP, M.IP and Dr. Ali Maksum,
M.Ag., M.Si
The existence of Law No. 23 of 2014 concerning Regional Government
brought a fundamental change to the classification of government affairs. These
changes have an effect on the transfer of authority from a number of fields which
were originally managed by the district / city government, now managed by the
provincial government. One of them is the management authority of secondary
education. One of them is the management authority of secondary education.
Post-determination caused a number of impacts and triggered the emergence of a
lawsuit for judicial review by the Mayor of Blitar which was submitted to the
Constitutional Court. The transfer was also considered to provide a constitutional
loss to the citizens of the community. Through this, it’s necessary to examine the
implementation of secondary education management after being transferred to the
provincial government. The researcher focused on analyzing secondary education
management from the Regency / City Government to the Provincial Government,
with a study in Blitar City, which also included constraints and solutions. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif deskriptif. The
theoretical study used in this study is the theory of rational choice institutionalism
and the concept of relations between the central and regional governments. The
results of the study showed that with the management of secondary education the
management was in the hands of the East Java Provincial Education Office and
the Blitar District / City Education Office Branch. Blitar City Government can
still be involved even though its involvement is limited. The East Java Provincial
Government itself has efforts or actions that are implemented according to
existing instruments so that their interests are only normative. While the Blitar
City Government is not maximal in carrying out its involvement. Secondary
education in Blitar City cannot be said to be effective and efficient. There are
obstacles to management carried out by the provincial education office and the
education office branch. Likewise, the Government of Blitar City has a number of
problems in formulating aid policies. However, some of these obstacles have been
followed up by implementing online-based services, strengthening commitment
and equitable distribution of human resources
Keywords :Secondary education, Post-transfer, Management, East Java
Provincial Government, Blitar City Government.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERNYATAAN .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 13
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 15
2.2. Kajian Teoritis ............................................................................................ 22
2.2.1. Pendekatan New-Institutionalism ........................................................ 22
2.2.2. Rational Choice Institutionalism ......................................................... 27
2.2.3. Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah ......................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 45
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................... 45
3.2. Fokus dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 46
3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 47
3.3.1. Data Primer .......................................................................................... 47
x
3.3.2. Data Sekunder ...................................................................................... 47
3.4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 48
3.4.1. Wawancara Mendalam ........................................................................ 48
3.4.2. Dokumentasi ........................................................................................ 51
3.5. Validasi Data .............................................................................................. 52
3.6. Teknik Analisis Data .................................................................................. 52
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................. 56
4.1. Gambaran Umum Pendidikan di Kota Blitar ............................................. 56
4.2. Pengalihan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke
Pemerintah Provinsi Jawa Timur .............................................................. 61
BAB V ANALISIS ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI
PEMERINTAH KOTA BLITAR KE PEMERINTAH PROVINSI JAWA
TIMUR ................................................................................................................. 70
5.1. Hubungan Kewenangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah ......... 73
5.1.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Kewenangan ............................ 89
5.2 Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah ........... 98
5.3. Hubungan Keuangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah ............ 101
Bagan 5.4. Pengelolaan Keuangan Pendidikan Menengah Berdasarkan
Sumbernya ............................................................................................... 102
5.3.1. Kendala dan Solusi dalam HubunganKeuangan ................................ 104
5.4. Hubungan dalam Susunan Organisasi Pengelola Pendidikan Menengah 106
5.4.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Susunan Organisasi ............... 107
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 109
6.1. Kesimpulan ............................................................................................... 109
6.2. Rekomendasi ............................................................................................ 112
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 116
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Perubahan Pembagian Sub Urusan Pemerintah Bidang Pendidikan .... 4
Tabel 1.2. Angka Putus Sekolah (APTS) Kota Blitar Tahun 2012-2015 .............. 9
Tabel 1.3. Jumlah Siswa Putus Sekolah Tahun 2016-2017 pada Jenjang
Pendidikan Menengah di Kota Blitar ................................................. 11
Tabel 2.1. Daftar Penelitian Terdahulu ................................................................ 20
Tabel 3.1. Data Informan Peneliti ........................................................................ 50
Tabel 4.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Formal dan Nonformal Penduduk
Kota Blitar menurut Karakteristik dan Jenjang Pendidikan Tahun 2017
............................................................................................................ 58
Tabel 4.4. Data P2D Kota Blitar yang Dialihkan ke Pemerintah Provinsi Jawa
Timur .................................................................................................. 67
Tabel 5.1. Tindakan Pengelolaan Pendidikan Menengah oleh Aktor yang Terlibat
............................................................................................................ 77
xii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1. Data Alokasi Anggaran Program Pendidikan Menengah oleh Dinas
Pendidikan Kota Blitar (dalam Rupiah) ........................................... 10
Diagram 4.1. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Blitar Tahun 2017/2018
......................................................................................................... 57
Diagram 4.2. Jumlah Guru di Kota Blitar Tahun 2017/2018 ................................ 58
Diagram 5.1. Target Kinerja Program Pendidikan Menengah dan Kerangka
Pendanaan Tahun 2016-2021 ........................................................... 97
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Pembagian Urusan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ......................... 2
Bagan 2.1. Alur Pikir Penelitian ........................................................................... 44
Bagan 3.1. Teknik Analisis Data Kualitatif Model Interaktif Miles dan Huberman
............................................................................................................ 53
Bagan 4.1. Alur Kegiatan Pengalihan Manajemen Pengelolaan Pendidikan
Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi
Jawa Timur ......................................................................................... 64
Bagan 5.1. Hubungan Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
Pemerintah Kota Blitar ....................................................................... 73
Bagan 5.2. Hubungan Keterlibatan Aktor-Aktor Pengelola Pendidikan Menengah
............................................................................................................ 76
Bagan 5.3. Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah di
Kota Blitar .......................................................................................... 98
Bagan 5.4. Pengelolaan Keuangan Pendidikan Menengah Berdasarkan
Sumbernya. ....................................................................................... 102
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Fasilitas Buku Tulis untuk Siswa Kota Blitar .................................. 60
xv
DAFTAR ISTILAH
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Merupakan
rencana keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
BPKAD : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
GTT : Kepanjangan dari Guru Tidak Tetap, merupakan guru
yang diangkat untuk mencukupi kebutuhan guru baik
disekolah negeri maupun swasta
Hupusda : Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Judicial Review : Proses pengujian peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dilakukan oleh lembaga peradilan. Dalam
praktik pengujian undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar 1945 dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
(MK).
LK : Pendidikan Layanan Khusus (LK) adalah pendidikan
bagi masyarakat di wilayah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat terpencil, dan/atau mengalami bencana
alam, bencana sosial, dan yang tidak mampu dari segi
ekonomi.
MGMP : Musyawarah Guru Mata Pelajaran merupakan suatu
organisasi guru yang dibentuk untuk menjadi forum
komunikasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas.
OPD : Organisasi/lembaga pada pemerintahan daerah yang
bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Pendidik : Tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, guru pembimbing khusus dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
xvi
PK : Pendidikan Khusus adalah jenis pendidikan yang
diperuntukkan untuk warga Negara Indonesia yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial, serta memiliki potensi kecerdasan/bakat
istimewa, minat dan bakat khusus, keterampilan khusus.
PTT : Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya
menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan
bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian pekerjaan
sesuai yang diminta oleh pemberi kerja.
P3D : Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta
Dokumen.
Renstra : Rencana Strategi, berisikan visi, misi, tujuan, kebijakan,
program dan kegiatan yang berorientasi pada apa yang
hendak dicapai instansi/lembaga dalam kurun waktu
tertentu dengan memperhitungkan perkembangan
lingkungan stategis.
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah
untuk jangka waktu lima tahunan yang berisi visi, misi,
dan program kepala daerah dengan berpedoman pada
RPJPD serta memperhatikan RPJMN.
Tenaga Kependidikan : Anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan
meliputi pengawas sekolah, kepala sekolah, pustakawan,
laboran, tenaga administrasi sekolah dan tenaga lain.
Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang berlaku sebelumnya. Perubahan atas undang-undang
pemerintahan daerah (UU Pemda) yang diundangkan pada Oktober 2014
dimaksudkan untuk mengoreksi permasalahan yang terjadi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah selama berlakunya undang-undang
tersebut.1 Dengan begitu, penyelenggaraan pemerintahan melalui berlakunya UU
No.23 Tahun 2014 ini didorong untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat.
Perubahan atas UU Pemda yang berlaku tentu saja membawa perubahan
materiil atau mendasar terhadap klasifikasi urusan pemerintahan. Urusan antara
pemerintah pusat dan daerah telah dirinci melalui penetapan 3 bagian urusan
pemerintahan. Berikut adalah pembagian urusan pemerintahan sesuai UU No. 23
Tahun 2014,
1Yusdianto.2015. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum Vol.2 No. 3. Hlm.485
2
Bagan 1.1. Pembagian Urusan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Sumber : Diolah dari UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan
pemerintahan diklasifikasikan berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat, urusan yang menjadi kewenangan daerah yang dibagi menjadi
dua yakni urusan wajib dan urusan pilihan. Sedangkan, sesuai dengan bagan di
atas, bahwa urusan pemerintahan sesuai dengan undang-undang yang baru
diklasifikasikan menjadi urusan absolut, konkuren dan urusan umum. Melalui
pembagian urusan tersebut terdapat sejumlah perubahan terhadap beberapa
bidang, yaitu pendidikan; energi dan sumber daya mineral (pertambangan);
kehutanan; kelautan dan perikanan.
3
Ke empat bidang yang disebut diatas termasuk dalam urusan pemerintahan
konkuren, yang terbagi dalam urusan wajib yakni bidang pendidikan serta bidang
energi dan sumber daya mineral (pertambangan), sedangkan kehutanan, kelautan
dan perikanan termasuk dalam urusan pilihan. Pendidikan termasuk dalam urusan
wajib, artinya pendidikan yang merupakan hak dan kewajiban bagi setiap orang
harus terpenuhi. Pembagian urusan dibidang pendidikan pun merupakan bentuk
desentralisasi pendidikan untuk mewujudkan pembangunan pendidikan.2
Sehingga melalui UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat
perubahan kewenangan pengelelolaan pendidikan yakni terhadap pendidikan
menengah.
UU No.32 Tahun 2004 melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(PP Pembagian Urusan) lebih menitikberatkan otonomi pada pemerintah
kabupaten/kota dengan memberikan kewenangan hampir disetiap urusan
pemerintahan. Semula pengelolaan pendidikan menengah adalah kewenangan
pemerintah kabupaten/kota, dimana pelaksanaan urusan pemerintahan bidang
pendidikan tersebut telah diatur melalui PP Pembagian Urusan. Pendidikan
menengah sendiri merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang
2Dewi Sendhikasari D. Pengalihan Kewenangan Manajemen Pendidikan Menengah dari
Kabupaten/Kota ke Provinsi. Majalah Info Singkat Pemerintahan Dalam Negeri Vol. VIII
No.07/I/P3DI/April/2016.Hlm.18. Diakses dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-7-I-P3DI-April-2016-
38.pdfpada 3 Oktober 2017 pukul 21.36 WIB
4
terdiri dari SMA, MA, SMK, MAK, dan bentuk lain yang sederajat.3 Perubahan
pembagian urusan pemerintah dibidang pendidikan dapat diketahui melalui tabel
berikut yang disajikan secara ringkas pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Perubahan Pembagian Sub Urusan Pemerintah Bidang
Pendidikan
Sumber
Perbedaan
Pemerintah Pusat Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
Kabupaten/Kota
Lampiran PP
No.38 Tahun
2007
Penetapan pedoman
pengelolaan dan
penyelenggaraan
pendidikan anak
usia dini,
pendidikan dasar,
pendidikan
menengah,
pendidikan tinggi,
pendidikan
nonformal.
Koordinasi atas
pengelolaan dan
penyelenggaraan
pendidikan,
pengembangan
tenaga
kependidikan
dan penyediaan
fasilitas
penyelenggaraan
pendidikanlintas
kabupaten/kota,
untuk tingkat
pendidikan
dasar dan
menengah.
Pengelolaan dan
penyelenggaraan
pendidikan anak
usia dini,
pendidikan dasar,
pendidikan
menengah dan
pendidikan
nonformal.
Lampiran UU
No.23 Tahun
2014
Penetapan standar
nasional
pendidikan,
pengelolaan
pendidikan tinggi.
Pengelolaan
pendidikan
menengah,
pengelolaan
pendidikan
khusus.
Pengelolaan
pendidikan dasar,
pegelolaan
pendidikan anak
usia dini dan
pendidikan
nonformal. Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018.
Melalui pemetaan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejatinya pemerintah
kabupaten/kota tidak kehilangan urusan pemerintahan, namun hanya kehilangan
sub urusan pemerintahan, yakni manajemen pendidikan pada pengelolaan jenjang
3 Pasal 18, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5
pendidikan menengah. Secara umum keberadaan Lampiran UU No23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah telah menyerap PP Pembagian Urusan dengan
beberapa bentuk perubahan, sehingga materi muatannya mengatur mengenai
pembagian urusan daerah.
Alih kelola pendidikan menengah dari pemerintah kabupaten/kota ke
pemerintah provinsi disebut-sebut sebagai salah satu langkah untuk memudahkan
pemerintah provinsi dalam menyeragamkan kebijakan pengelolaan pendidikan,
yang diharapkan akan meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas kebijakan
pendidikan dalam rangka good governance.4 Menurut Hamid Muhammad sebagai
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pengalihan itu bertujuan agar
pemerintah kabupaten/kota dapat lebih optimal membenahi pendidikan dasar,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas)
sementara pemerintah provinsi dapat lebih memprioritaskan pada pendidikan
menengah dan menuntaskan program yang dicanangkan pemerintah pusat, yakni
Wajib Belajar 12 Tahun.5 Sehingga melalui ketetapan UU Pemda, urusan
pemerintah dibidang pendidikan ini dibagi menjadi, kewenangan pendidikan
tinggi (Dikti) yang dipegang oleh pemerintah pusat, kewenangan pendidikan
menengah (Dikmen) oleh pemerintah provinsi dan kewenangan pendidikan dasar
(Dikdas) oleh pemerintah kabupaten/kota. Dengan begitu diharapkan pemerintah
4SMA/SMK Dialihkan ke Provinsi, Kemendikbud: Agar Lebih Fokus. 2016. Diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/22/o2y84y219-smasmk-dialihkan-
ke-provinsi-kemendikbud-agar-lebih-fokus pada 4 Oktober 2017 pukul 13.52 WIB 5Ibid.,
6
dapat lebih fokus dan efisien dalam pembenahan dan penyelenggaraan pendidikan
di Indonesia.
Perubahan pada satu tingkat peraturan yang lebih tinggi hampir selalu akan
berdampak luas kepada perubahan peraturan tingkat di bawahnya. Sebab secara
normatif aturan yang lebih rendah akan bersarang atau mengacu kepada
seperangkat aturan yang lebih tinggi.6 Demikian halnya dengan berlakunya UU
No.23 Tahun 2014 terhadap pengelolaan pendidikan menengah, misalnya:
- Sesuai dengan Peraturan Walikota Blitar Nomor 15 Tahun 2011
tentang Program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun, Pemerintah Kota
Blitar membebaskan biaya satuan pendidikan dan biaya
penyelenggaraan pendidikan kepada siswa yang menempuh jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah (sekolah dasar hingga
sekolah menengah atas) yang berdomisili di Kota Blitar, namun sejak
berlakunya UU No.23 Tahun 2014 pendidikan gratis tersebut tidak
dapat lagi diselenggarakan bagi siswa yang menempuh pendidikan
menengah.
- Berdasarkan Peraturan Walikota Blitar No.57 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja
Dinas Pendidikan, bahwa tidak lagi tercantum atau memuat tugas dan
fungsi terhadap pengelolaan pendidikan menengah.
6Eno Suwarno, dkk. Januari 2016.Implikasi Terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Terhadap Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan di Provinsi Riau. Wahana Forestra: Jurnal
Kehutanan Vol.11, No.1. Hlm.12
7
Dampak atas perubahan UU Pemda tidak hanya tampak secara yuridis
saja, namun realitas dilapangan menunjukkan terdapat sejumlah pro kontra.
Meskipun dianggap akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan, terdapat
beberapa hal yang menjadi sorotan sebagai akibat yang muncul dari adanya
pengalihan tersebut yaitu soal kemampuan provinsi dalam memberikan pelayanan
pendidikan berkualitas secara merata dan kemampuan anggaran.7 Misalnya
penyelenggarakan pendidikan gratis hingga jenjang pendidikan menengah ketika
dialihkan ke pemerintah provinsi kebijakan tersebut tidak dilanjutkan, serta
tunjangan guru tidak jalan sebab alokasi anggaran untuk pendidikan dari APBD
provinsi terbatas. Permasalahan yang lain adalah berkurangnya aset, anggaran dan
sumber daya manusia dibidang pendidikan yang dimiliki oleh pemerintah
kabupaten/kota, sulitnya melaksanakan koordinasi sebab wilayah cakupan
provinsi lebih luas dibandingkan dengan wilayah kabupaten/kota.
Menariknya kebijakan pengalihan kewenangan pengelolaan pendidikan
menengah yang diterapkan bagi seluruh daerah di Indonesia ini digugat oleh
beberapa daerah. Di Jawa Timur sendiri, dua daerah yang merasa dirugikan atas
ketetapan tersebut, yakni Kota Blitar dan Kota Surabaya, dengan subyek pemohon
gugatan yang berbeda yakni kepala daerah dan masyarakat. Gugatan tersebut
merupakan respon kekhawatiran atas dampak yang dapat ditimbulkan dari
pengalihan kewenangan pendidikan menengah. Kota Blitar mengajukan gugatan
melalui walikotanya, sebagai kepala daerah, sedangkan gugatan dari Kota
Surabaya datang dari 4 orang wali murid.
7 Fikri Habibi. Oktober 2017.Transisi Peralihan Kewenangan Bidang Pendidikan SMA/SMK di
Provinsi Banten. Jurnal SAWALA Vol.5 No.2. Hlm.12
8
Walikota Blitar, Moh. Samanhudi Anwar mengajukan gugatan judicial
review ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait ketentuan Lampiran Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Angka I huruf A
Nomor 1 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pendidikan.8 Pengajuan
gugatan yang dilakukan Walikota Blitar diklaim sebagai tindakan serius untuk
menyelamatkan kepentingan rakyat di daerahnya dalam urusan pendidikan. Sebab
pengalihan tersebut dianggap menyebabkan pemerintah Kota Blitar, pertama tidak
dapat menetapkan pendidikan menengah secara gratis, kedua tidak adanya
kepastian hukum dalam penyelenggaraan pendidikan menengah, ketiga tidak
mendapatkan hubungan yang selaras dan adil dalam hubungan antar pemerintah,
keempat tidak adanya penghargaan terhadap keragaman yang dimiliki oleh Kota
Blitar.9
Melalui gugatan yang diajukan pada 7 Maret 2016 Moh.Samanhudi
ditegaskan dengan pengelolaan pendidikan ditangan pemerintah kabupaten/kota
tidak akan menurunkan kualitas dan kuantitas pendidikan, generasi muda juga
dapat mencapai keberhasilan pendidikan melalui pendidikan gratis yang
diberikan, seperti yang diungkapkan “Terbukti kok, kita yang kelola, angka drop
out baik SD, SMP, dan SMA menjadi nol alias tidak ada”.10 Pernyataan tersebut
didukung dengan data Angka Putus Sekolah (APTS) Kota Blitar sebagai berikut,
8Kepala Daerah Gugat Pengalihan Kewenangan Penyelenggaraan Pendidikan. 2016. Diakses dari
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=12994#.WW8VDhWGPI
V pada 4 Oktober 2017 pukul 15.22 WIB 9 Hasil Putusan MK Nomor 30/PUU-XIV/2016. Hlm.3 10 Wali Kota Blitar: Pendidikan Gratis Tingkatkan Kecerdasan Warga. 2016. Diakses dari
http://m.jatimtimes.com/baca/137888/20160310/151316/wali-kota-blitar-pendidikan-gratis-
tingkatkan-kecerdasan-warga pada4 Oktober 2017 pukul 15.29 WIB.
9
Tabel 1.2. Angka Putus Sekolah (APTS) Kota Blitar Tahun 2012-2015
Jenjang Pendidikan Tahun
2012 2013 2014 2015
SD 0,00 % 0,00% 0,02 % 0,00%
SMP 0,00 % 0,00% 0,00 % 0,00%
SLTA 1,95% 0,77% 0,02% 0,02%
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Tahun 2015, Data diolah, 2018.
Tabel 1.2.menujukkan bahwa angka putus sekolah berada dalam kondisi yang
baik. Pada jenjang pendidikan dasar meskipun sempat mengalami kenaikan pada
tahun 2014, namun kembali mengalami penurunan. Pada jenjang pendidikan
menengah pun menujukkan penurunan angka putus sekolah dari tahun 2012
hingga 2015.
Pemerintah Kota Blitar sendiri merupakan salah satu daerah yang
melaksanakan kebijakan pendidikan dengan menjadikan bidang pendidikan
sebagai bidang prioritas pembangunan daerah. Tercantum dalam strategi
pembangunan RPJMD 2011-2015, yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan
dan keterjangkauan pelayanan pendidikan. Hingga berlanjut pada kebijakan
pembangunan yang tercantum dalam RPJMD 2016-2021. Kebijakan tersebut
salah satunya ditegaskan dalam Peraturan Walikota Blitar Nomor 15 Tahun 2011
tentang Program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun. Bahwa kebijakan tersebut
bertujuan untuk mendorong peningkatan aksesbilitas pendidikan kepada
masyarakat, sehingga sejak tahun 2011 Pemerintah Kota Blitar telah mampu
memberikan pendidikan gratis dan fasilitas penunjangnya pada tingkat pendidikan
dasar hingga pendidikan menengah bagi seluruh sekolah negeri dan swasta. Bagi
program pendidikan menengah sendiri pemerintah Kota Blitar dapat
10
mengalokasikan sejumlah anggaran. Anggaran yang diberikan sejak tahun 2013
pun mengalami peningkatan, dari Dinas Pendidikan Kota Blitar anggaran yang
dialokasikan disajikan pada tabel dibawah,
Diagram 1.1. Data Alokasi Anggaran Program Pendidikan Menengah oleh
Dinas Pendidikan Kota Blitar (dalam Rupiah)
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Blitar, Data diolah, 2018.
Namun berdasarkan hasil gugatan yang diputuskan pada 19 Juli 2017
menyatakan bahwa pemerintah daerah sudah seharusnya menyesuaikan diri
dengan seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan undang-
undang, sebab peraturan yang lebih tinggilah yang lebih diutamakan.11 Gugatan
yang diajukan oleh Walikota Blitar pun ditolak oleh MK, sesuai dengan Hasil
Putusan MK Nomor 30/PUU-XIV/2016, pengelolaan pendidikan menengah yang
termasuk dalam urusan pemerintah yang wajib dipenuhi dinyatakan lebih tepat
diserahkan ke pemerintah provinsi, bahkan hal tersebut tidak bertentangan dengan
11MK Tolak Kewenangan Wali Kota/Bupati Kelola SMA.2017. Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170719142659-12-228883/mk-tolak-kewenangan-wali-
kota-bupati-kelola-sma/ pada 4 Oktober 2017 pukul 16.27 WIB
25,962,540,740 24,548,690,970
33,009,688,497
40,662,045,561
2013 2014 2015 2016
Jumlah Anggaran (Rp)
11
UUD 1945.Pasca penetapan hasil gugatan oleh MK maka pengelolaan SMA/SMK
di Kota Blitar ditangani oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.Pengelolaan pendidikan menengah ditangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur pun, melalui tabel 1.3. di bawah, tidak
menyebabkan kenaikan terhadap jumlah siswa putus sekolah pada jenjang
pendidikan menengah di Kota Blitar.
Tabel 1.3. Jumlah Siswa Putus Sekolah Tahun 2016-2017 pada Jenjang
Pendidikan Menengah di Kota Blitar
Jenjang
Pendidikan
Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah
siswa
(orang)
Jumlah siswa
putus sekolah
(orang)
Presentase
Jumlah
siswa
(orang)
Jumlah
siswa putus
sekolah
(orang)
Presentase
SMA 4849 56 1.15% 4848 26 0.54%
SMK 10749 215 2.00% 10942 216 1.97%
Sumber :http://statistik.data.kemendikbud.go.id/. Data diolah, 2018.
Meskipun angka putus sekolah pada tahun 2016 terbilang tinggi jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, namun pada tahun 2017 setelah dikelola oleh
pemerintah provinsi mengalami penurunan.
Pro kontra terkait pengalihan tersebut justru tetap muncul. Selain melihat
dari sisi dampak yang ditimbulkan, pengalihan kewenangan pendidikan menengah
punjuga dinilai memberikan kerugian konstitusional warga masyarakat.12
Dikatakan demikian, sebab undang-undang telah mengatur pembagian urusan
yang bersifat konkuren dengan memberlakukan semua daerah sama atau uniform
dengan memberikan pengelolaan pendidikan menengah kepada pemerintah
12Fikri Habibi.Op,.cit. Hlm.11
12
provinsi yang membawahi banyak kabupaten/kota dengan keragaman penduduk
dan kondisi daerah.13 Padahal sebagian besar tugas, kewenangan dan
tanggungjawab yang diberikan kepada daerah otonom harus dilakukan atas dasar
pertimbangan budaya, politik (demokrasi) dan ekonomi lokal. Hal ini menjadi
menarik mengingat kebutuhan dan keberagaman dari masing-masing daerah pun
berbeda-beda, dan bahkan banyak daerah yang sudah mandiri dalam
mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan daerahnya seperti halnya di Kota
Blitar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
beberapa persoalan menarik yang melatarbelakangi penulis menentukan tema
penelitian ini. Pertama, timbul sejumlah dampak dari pengalihan kewenangan
pengelolaan pendidikan dari pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah provinsi.
Kedua, muncul gugatan judicial review sebagai respon kekhawatiran pengalihan
tersebut dari Kota Blitar. Ketiga, pengalihan tersebut dinilai memberikan kerugian
konstitusional warga masyarakat, karena dianggap tidak memperhatikan
keragaman daerah, sedangkan terdapat beberapa daerah yang sudah mandiri
dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan daerahnya. Dari ketiga
persoalan tersebut selanjutnya perlu diketahui lebih lanjut penyelenggaraan
pendidikan menengah pasca terjadinya alih kelola. Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terkait “Alih Kelola Pendidikan Menengah dari
Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi (Studi di Kota Blitar)”.
13Indah Sari. 2017. Tinjauan Yuridis Terhadap Pengalihan Kewenangan Pengelolaan Sekolah
Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan kepada Pemerintah Provinsi. Skripsi Program Studi
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Hlm.54. Diunduh dari
http://repository.unhas.ac.id/pada 11 Oktober 2017 pukul 18.31 WIB.
13
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ingin
dicapai adalah :
1. Bagaimana alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota
Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur ?
2. Bagaimana kendala dan solusi dalam pengelolaan pendidikan menengah
setelah alih kelola dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi
Jawa Timur ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari
Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta
kendala dan solusinya dilihat dari indikator keterlibatan aktor, guna
mengetahui aktor-aktor yang terlibat dalam alih kelola pendidikan
menengah tersebut.
2. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari
Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta
kendala dan solusinya dilihat dari indikator perilaku atau tindakan
pencapaian preferensi. Guna mengetahui tindakan yang dilakukan oleh
para aktor dalam alih kelola pendidikan menengah beserta kendala yang
ditimbulkannya.
3. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari
Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta
14
kendala dan solusinya dilihat dari indikator kepentingan-kepentingan
tertentu, guna mengetahui kepentingan yang terdapat pada tindakan yang
dilakukan oleh para aktor dalam alih kelola pendidikan menengah.
4. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari
Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta
kendala dan solusinya dilihat dari indikator instrument atau aturan dalam
lembaga yang digunakan oleh para aktor untuk mencapai tujuan dalam alih
kelola pendidikan menengah.
1.4.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini diantaranya :
1. Memperoleh hasil analisis dari indikator keterlibatan aktor terhadap alih
kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah
Provinsi Jawa Timur.
2. Memperoleh analisis dari indikator perilaku atau tindakan pencapaian
preferensi terhadap alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota
Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
3. Memperoleh hasil analisis dari indikator kepentingan-kepentingan tertentu
terhadap alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
4. Memperoleh hasil analisis dari indikator instrument atau aturan dalam
lembaga terhadap alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota
Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Melalui bab berikut dijelaskan mengenai penelitian atau temuan relevan
yang sudah ada, digunakan sebagai bahan kajian penelitian ini. Selain itu
dipaparkan teori dan konsep untuk menjelaskan analisis dalam penelitian dan
mempermudah pengkajian temuan-temuan yang ada dilapangan. Sehingga teori
dan konsep yang penulis gunakan dapat dikomparasikan dengan hasil temuan
dilapangan. Gambaran bagaimana alur pikir yang digunakan oleh penulis yang
dipaparkan dalam bentuk diagram alir, juga dimuat dalam bab ini, sebagai acuan
untuk melakukan penelitian dan memudahkan pembaca dalam mengikuti alur
permasalahan dalam penelitian.
2.1. Penelitian Terdahulu
Pertama, hasil penelitian dari Andi Pratiwi Yasni Putri (2017) dengan
judul “Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah Provinsi
dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di Bidang Pendidikan”.14 Penelitian yang
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif ini dilaksanakan di Dinas
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Pendidikan Kota Makasar.
14 Andi Pratiwi Yasni Putri. 2017. Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah
Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di Bidang Pendidikan. Skripsi Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari
http://repository.unhas.ac.id/ pada 11 Oktober 2017 pukul 13.19 WIB.
16
Hasil dari penelitian tersebut bahwa pengaturan urusan pemerintahan konkuren
yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah di bidang
pendidikan adalah termasuk dalam kategori urusan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar. Penelitian ini menunjukkan terjadi perpindahan kewenangan
yang semula dikelola kabupaten/kota kemudian beralih ke provinsi membawa
implikasi hukum, yakni terjadinya polemik yang membuat pelaksanaan otonomi
daerah dibidang pendidikan menjadi tidak efektif dan efisien dikarenakan
perpindahan aset sekolah.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Sari pada tahun 2017, yang
berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Pengalihan Kewenangan Pengeolaan
Sekolah Menengah Kejuruan kepada Pemerintah Provinsi”.15 Melalui penelitian
normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundangan-undangan,
sejarah dan perbandingan hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya
disharmonisasi pengaturan kewenangan pengelolaan pendidikan menengah yang
tercantum pada UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dengan UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang terletak
pada perbedaan pemberian kewenangan pengelolaan pendidikan. Dalam Pasal 50
ayat (5) UU Sisdiknas disebutkan bahwa pemerintah kabupaten/kota mengelola
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang
berbasis keunggulan lokal.Namun dalam Lampiran UU Pemda 2014, pengelolaan
pendidikan menengah merupakan kewenangan pemerintah provinsi. Pengalihan
kewenangan yang diatur oleh UU No.23 Tahun 2014 pun berimplikasi pada
15 Indah Sari. 2017. Op,.cit.
17
beralihnya manajemen pendidikan menengah yang meliputi personel,
pembiayaan, sarana dan prasana, serta dokumen (P3D) kepada pemerintah
provinsi sebagai pemegang wewenang pendidikan menengah, sehingga wewenang
yang dimiliki menjadi lebih luas.
Ketiga, hasil penelitian dari Dennis Abel T.P, Budi Gutami dan Suhartoyo
(2017) dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Peralihan Bidang Pendidikan
Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi sebagai
Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah”.16 Hasil penelitian tersebut ialah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
membentuk tim khusus yang menangani proses peralihan bidang pendidikan
menengah, yaitu (1) tim verifikator lapangan, yang bertugas untuk menerima hasil
pendataan dan melakukan evaluasi terhadap data obyek peralihan bidang
pendidikan menengah yang akan dialihkan kepada dinas pendidikan Provinsi Jawa
Tengah dan (2) tim pendamping daerah, bertugas untuk mendampingi dan
memberikan pengarahan dilapangan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota
yang bersangkutan dalam mendata obyek peralihan bidang pendidikan menengah.
Obyek peralihan yang dimaksudkan adalah meliputi personel, pendanaan, sarana
dan prasarana serta dokumen (P3D) yang berkaitan dengan bidang pendidikan
menengah. Kendala-kendala yang ditemukan dalam proses peralihan tersebut
umumnya merupakan hambatan administratif, yaitu kekeliruan antara data yang
16 Dennis Abel T.P, dkk. 2017. Analisis Yuridis Terhadap Peralihan Bidang Pendidikan
Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi sebagai Implementasi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Diponegoro Law Journal
Vol.6, No.2. Diunduh dari http://ejournal3.undip.ac.id/ pada 13 Oktober 2017 pukul 18.21 WIB
18
diinventarisasi dengan kondisi yang ada di lapangan, serta masih terdapat
beberapa kabupaten/kota yang kurang memahami obyek yang termasuk dalam
peralihan bidang pendidikan menengah, yang diatasi dengan melakukan tindakan
yang bersifat sistematis oleh tim khusus yang dibentuk.
Keempat, hasil penelitian Andi Nurul Ulum (2017) dengan judul
“Kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo Setelah Berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah”.17 Hasil penelitian
menunjukkan, pelaksanaan pembagian urusan pemerintahan konkuren dibidang
pendidikan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo setelah diberlakukannya UU
No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengurangi kewenangan yang
dimiliki oleh dinas tersebut. Selain itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan kewenangan di Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo, terdiri dari faktor
pendukung yaitu pengelolaan manajemen pendidikan sehingga pengelolaan
pendidikan menjadi lebih fokus dan efisien serta adanya harapan peningkatan
kesejahteraan bagi guru. Sedangkan faktor penghambatnya adalah masih adanya
kesalahan administrasi, berkurangnya aset, anggaran, dan sumber daya manusia
pada Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo, jauhnya jarak tempuh antara daerah
provinsi dengan daerah kabupaten/kota, kurangnya integritas Aparatur Sipil
Negara, serta belum adanya pedoman dalam melaksanakan urusan pemerintahan
konkuren.
17 Andi Nurul Ulum. 2017. Kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Skripsi Program Studi
Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari
http://repository.unhas.ac.id/ pada 13 Oktober 2017 pukul 21.15 WIB
19
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Sella Nova Damayanti (2017) yang
berjudul “Analisis Prospektif Kebijakan Pengalihan Kewenangan Pendidikan
Menengah dari Pemerintah Kota Surabaya ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah”.18 Dengan
menggunakan analisis prospektif kebijakan Willian Dunn, penelitian ini bertujuan
menerangkan masalah yang melatarbelakangi kebijakan peralihan kewenangan
pendidikan menengah dari pemerintah kota ke provinsi, meramalkan masalah atau
konsekuensi terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut dan memberikan
rekomendasi yang dapat dijadikan alternatif dalam memperbaiki kebijakan. Hasil
penelitian pun adalah, peramalan yang didasarkan atas asumsi teoritik
menujukkan kebijakan tersebut menyebabkan daya saing dan kreativitas antar
kabupaten/kota akan menurun dalam hal pengelolaan pendidikan sebab semua
daerah akan teruniformisasi.
Sedangkan rekomendasi atas kebijakan tersebut ialah, dalam hal
pembuatan atau penyusunan kebijakan pendidikan sebaiknya pemerintah
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Selain itu berdasarkan sebagian
stakeholder yang terlibat menujukkan bahwa kurang prospek penerapan kebijakan
pasca pengalihan kewenangan di Kota Surabaya yang dapat diketahui dari masih
adanya ketidakoptimisan. Namun, juga telah terdapat berbagai langkah kesiapan
dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur atas pengalihan kewenangan pendidikan
18Sella Nova Damayanti.September-Desember 2017.Analisis Prospektif Kebijakan Pengalihan
Kewenangan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota Surabaya ke Pemerintah Provinsi Jawa
Timur Berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik Vol.5 No.3. Diunduh dari http://journal.unair.ac.id/ pada 15 Maret 2018 pukul
16.46 WIB
20
menengah, diantaranya telah dilakukannya perencanaan berupa penyerahan P3D,
kesiapan penyusunan struktur organisasi yang baru, penetapan kurikulum,
pengaturan tenaga pendidik serta adanya penganggaran untuk memberikan
bantuan operasional. Meskipun masih terdapat pro dan kontra pada masyarakat
atas pelaksanaan kebijakan tersebut karena adanya kekhawatiran terhadap biaya
sekolah dan mutasi guru.
Berikut adalah tabel yang disajikan untuk mempermudah memahami
mengenai beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian
ini.
Tabel 2.1.Daftar Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Titik Pembeda
1. Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Konkuren Antara
Pemerintah
Provinsi dan
Pemerintahan
Kabupaten/Kota
di Bidang
Pendidikan (Andi
Pratiwi Yasni
Putri 2017)
Terjadi perpindahan
kewenangan di bidang
pendidikan dari pemerintah
kabupaten/kota ke provinsi
yang membawa implikasi
hukum yakni terjadinya
polemik yang membuat
pelaksanaan otonomi daerah
di bidang pendidikan
menjadi tidak efektif dan
efisien dikarenakan
perpindahan aset sekolah
-Menggunakan
pendekatan urusan
pemerintahan dan
pengelolaan pendidikan.
- Penelitian ini berfokus
pada pengaturan urusan
pemerintah dibidang
pendidikan sesuai UU
No.23 Tahun 2014 dan
implikasinya di Dinas
Pendidikan Provinsi
Sulawesi Selatan dan
Dinas Pendidikan Kota
Makasar.
2. Tinjauan Yuridis
Terhadap
Pengalihan
Kewenangan
Pengelolaan
Sekolah
Menengah
Kejuruan kepada
Pemerintahan
Disharmonisasi pengaturan
kewenangan pengelolaan
pendidikan menengah
menurut yang UU Pemda
No.23 Tahun 2014 dengan
UU Sisdiknas No.20 Tahun
2003. Dimana perubahan
kewenangan tersebut juga
berimplikasi pada
-Menggunakan
pendekatan peraturan
perundangan-undangan,
sejarah dan
perbandingan.
-Fokus penelitian pada
disharmonisasi
pengaturan pengelolaan
pendidikan dan implikasi
21
Provinsi (Indah
Sari 2017)
beralihnya manajemen
pendidikan menengah ke
pemerintah provinsi,
sehingga wewenang yang
dimiliki menjadi lebih luas.
dari perubahan
kewenangan tersebut.
3. Analisis Yuridis
Terhadap
Peralihan Bidang
Pendidikan
Menengah dari
Pemerintah
Kabupaten/Kota
kepada
Pemerintah
Provinsi sebagai
Implementasi
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun
2014 tentang
Pemerintahan
Daerah (Dennis
Abel T.P, Budi
Gutami dan
Suhartoyo 2017)
Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah membentuk
tim khusus (yaitu tim
verifikator lapangan dan tim
pendamping daerah) yang
menangani proses peralihan
P3D bidang pendidikan
menengah dan untuk
mengatasi kendala-kendala
yang muncul selama proses
peralihan.
-Penelitian yang
menggunakan metode
analisis yuridis empiris
-Fokus pada tata cara
peralihan P3D bidang
pendidikan dengan
membentuk tim khusus
dan upaya untuk
mengatasi kendala
selama proses peralihan.
4. Kewenangan
Dinas Pendidikan
Kabupaten Wajo
Setelah
Berlakunya
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun
2014 tentang
Pemerintahan
Daerah.
(Andi Nurul U.
2017)
Pengurangan kewenangan
pengelolaan pendidikan di
Dinas Pendidikan
Kabupaten Wajo karena
diberlakukannya UU No.23
Tahun 2014 serta terdapat
faktor pendukung dan
penghambat dalam
pelaksanaan kewenangan di
Dinas Pendidikan
Kabupaten Wajo .
-Menggunakan
pendekatan pemerintahan
daerah dan kewenangan
dalam menjelaskan
penelitian.
-Fokus terhadap
pelaksanaan pembagian
urusan pemerintahan di
bidang pendidikan pada
Dinas Pendidikan
Kabupaten Wajo yang
berimplikasi pada
pengurangan
kewenangan yang
dimiliki dan terdapat
faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya.
5. Analisis
Prospektif
Kebijakan
Pengalihan
Kewenangan
Kebijakan tentang
pengalihan kewenangan
pendidikan menengah
kepada provinsi sebagai
hasil dari adanya
-Menggunakan analisis
prospektif kebijakan
publik William N.Dunn
-Fokus terhadap
memberikan gambaran
22
Pendidikan
Menengah dari
Pemerintah Kota
Surabaya ke
Pemerintah
Provinsi Jawa
Timur
Berdasarkan UU
No.23 Tahun
2014 tentang
Pemerintahan
Daerah.
(Sella Nova
Damayanti 2017)
amandemen peraturan
daerah yakni UU No.23
Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, yang
kemudian menimbulkan pro
dan kontra, seperti di Kota
Surabaya. Sehingga
dilakukan analisis terhadap
tahap pra implementasi
kebijakan untuk melihat
gambaran masa depan atau
prospek dari kebijakan
pengalihan tersebut.
tentang masa depan atau
prospek manajemen
pendidikan menengah di
Surabaya setelah
dipindahkan ke
Pemerintah Provinsi
Jawa Timur.
Sumber: Diolah oleh Penulis, 2018
Sehingga dapat disimpulkan, dari beberapa temuan penelitian terdahulu
tersebut, pada dasarnya terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Pada
penelitian sebelumnya lebih meninjau terhadap pengaturan pengalihan
kewenangan pendidikan menengah dengan menggunakan aspek yuridis atau
hukum, serta terhadap persiapan yang dilakukan oleh dinas pendidikan terkait
pada masing-masing daerah yang dibahas beserta implikasinya. Sedangkan pada
penelitian ini memfokuskan pada alih kelola pendidikan menengah dari
Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur, yang meliputi
penyelenggaraan, kendala beserta solusinya.
2.2.Kajian Teoritis
2.2.1. Pendekatan New-Institutionalism
Pendekatan institusional (kelembagaan) adalah salah satu pendekatan
dalam ilmu politik yang menjelaskan mengenai kelembagaan dalam negara.
23
Menurut Rhodes, dalam Marsh dan Stoker, institusional didefinisikan sebagai
berikut,19
Pendekatan institusional adalah suatu subjek masalah yang mencakup
peraturan, prosedur, dan organisasi formal pemerintahan.Ia memakai alat-
alat ahli hukum dan sejarahwan untuk menjelaskan batas-batas pada
perilaku politik maupun efektifitas demokratis, dan ia membantu
perkembangan model Westmister tentang demokrasi representatif.
Pendekatan ini fokus terhadap kajian lembaga atau organisasi, mencakup aturan-
aturan formal yang ada di dalamnya. Perkembangannya, terdapat dua pendekatan
institusional yaitu, old-institutionalism atau yang juga sering dikenal dengan
pendekatan tradisional, dan new-institusionalism. Keduanya memiliki ciri khusus
masing-masing.
Pendekatan tradisional sendiri menyangkut antara lain sifat dari undang-
undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta yuridis
dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan
yudikiatif.20 Artinya bahwa pendekatan ini cenderung fokus terhadap unsur legal
dan lembaga/organisasi formal, sehingga dikatakan lebih bersifat statis, deskriptif
daripada bersifat analitis, karena lebih banyak mengulas sejarah dan tidak
mengulas gejala-gejala yang dapat diamati dalam praktiknya. Dalam banyak
kasus, institusional baru merupakan pendekatan yang dibangun diatas wawasan
terbaik intitusional tradisional, oleh karena itu perpindahan pendekatan menuju
19David Marsh& Gerry Stoker. 2011. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. Bandung: Nusa
Media. Hlm.109 20 Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm.72
24
new-institusionalism atau institusional baru menujukkan perbedaan melalui enam
garis analisis, berikut:21
i. Dari fokus terhadap organisasi formal menuju fokus pada
peraturan
ii. Dari konsepsi formal tentang institusi menuju yang informal
iii. Dari konsepsi statis tentang institusi menuju konsep dinamis
iv. Dari berkubang dalam nilai menjadi posisi kritis terhadap nilai
v. Dari konsep institusi holistik menjadi terpisah-pisah
vi. Dari independensi menjadi kemelekatan
Institusional baru menerangkan bahwa pendekatan ini lebih bersifat
dinamis dalam menganalisis institusi/kelembagaan. Tidak hanya terpaku pada
pembahasan organisasi formal, institusi dipahami lebih luas dan juga dianggap
dinamis karena menyesuaikan atas perubahan aturan atau nilai-nilai yang terjadi
dalam sebuah lembaga, sehingga menyesuaikan keadaan lingkungan yang
dihadapi maupun melalui kritik yang ada. Maka tidak hanya terbatas fokus pada
bagaimana sebuah lembaga dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan/aturan-
aturan yang ditetapkan.
Holistik sendiri dapat dipahami sebagai cara pandang bahwa sebuah
kesatuan lebih penting daripada bagian-bagian yang membentuknya, sehingga
berbeda dengan institusionalis tradisional yang cenderung mendeskripsikan dan
membandingkan seluruh sistem pemerintahan, pada institusionalis baru fokus
pada komponen institusi kehidupan politik, diantaranya seperti pengaturan
anggaran atau pembuatan kebijakan dan hubungan intra-pemerintah. Institusi
sendiri dipahami sebagai “terbedakan”, maksudnya bahwa antara institusi tidak
harus “cocok” satu sama lain secara keseluruhan. Institusi juga terbedakan dalam
21David Marsh& Gerry Stoker.Op.cit.,Hlm.116
25
pengertian mereka mewujudkan, memelihara, dan memberi sumber daya
kekuasaan yang berbeda-beda berkaitan dengan individu dan kelompok yang
berbeda, sehingga menekankan bahwa institusi memiliki tatanan nilai yang
berbeda-beda dalam komponen yang membangunnya. Dalam pendekatan ini,
institusi atau lembaga dilihat sebagai sebuah identitas yang melekat dan
mengakar, tidak hanya sekedar lembaga yang hadir dalam masyarakat. Pada
dasarnya, institusional baru tidak hanya terbatas kepada pembahasan instansinya,
namun memberikan perhatian terhadap cara institusi memuat nilai dari hubungan
kekuasaan, rintangan sekaligus peluang yang merintangi desain institusional, dan
melihat dampak institusi terhadap individu, tetapi juga interaksi yang terbangun
antara institusi dan individu.
Inti dari institusionalis baru dirumuskan oleh Robert E. Godin menjadi
beberapa pokok bahasan, sebagai berikut ;22
1. Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang
dibatasi secara kolektif.
2. Pembatasan-pembatasan itu terdiri dari institusi-institusi, yaitu : a) pola
norma dan pola peran yang telah bekembang dalam kehidupan sosial, dan
b) perilaku dari mereka yang memegang peran itu. Peran itu telah
ditentukan secara sosial dan mengalami perubahan terus-menerus.
Sekalipun demikian, pembatasan-pembatsan ini dalam banyak hal juga
memberi keuntungan bagi individu atau kelompok dalam mengejar proyek
mereka masing-masing.
3. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang membatasi kegiatan individu
dan kelompok, juga mempengaruhi pembentukan preferensi dan motivasi
dari aktor dan kelompok-kelompok.
4. Pembatasan-pembatasan ini mempunyai akar historis, sebagai peninggalan
dari tindakan dan pilihan-pilihan masa lalu.
5. Pembatasan-pembatasan ini mewujudkan, memelihara, dan memberi
peluang serta kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok
masing-masing.
22Miriam Budiarjo.Op,.cit. Hlm. 98
26
Institusionalis baru juga lahir karena dipengaruhi oleh pendekatan lain,
yaitu rational choice dan behavioralism. Keduanya sama-sama dipengaruhi oleh
perilaku. Pedekatan tersebut memberikan kritik serta perhatiannya mengenai
penjelasan politik dalam segi saling mempengaruhi antar kepentingan pribadi
individu serta bagaimana dan mengapa individu bertindak seperti yang telah
meraka lakukan. Keputusan-keputusan yang diambil pun dianggap tidak lebih dari
sekadar suatu akumulasi pilihan individu, namun berdasarkan pilihan
pemaksimalan manfaat dan perhitungan efektifitas.
Institusionalis baru memiliki cabang pendekatan yang berbeda dari
institusionalis tradisional, hal ini juga sekaligus yang menjadi titik pembeda atau
karakteristik dari masing-masing pendekatan-pendekatan. Terdapat tujuh cabang
institusionalis baru, meliputi ;23
1. Institusionalis normatif mempelajari bagaimana norma dan nilai yang
dikandung dalam institusi politik membentuk perilaku individu.
2. Institusionalis pilihan rasional menyatakan bahwa institusi politik adalah
sistem aturan dan desakan yang di dalamnya individu berusaha untuk
memaksimalkan kegunaan mereka.
3. Institusionalis historis melihat pada bagaimana pilihan yang dibuat
tentang desain institusional sistem pemerintahan mempengaruhi
pembuatan keputusan individu di masa depan.
4. Institusionalis empiris, yang paling mirip dengan pendekatan
‘tradisional’, mengelompokkan berbagai jenis institusional dan
menganalisis dampak praktisnya terhadap kinerja pemerintah.
5. Institusionalis internasional menunjukkan bahwa perilaku negara disetir
oleh desakan struktural (formal dan informal) atau kehidupan politik
internasional.
6. Institusionalis sosiologis mempelajari cara institusi menciptakan makna
bagi individu, memberikan batu-bata teoritis yang penting bagi
institusionalisme normative dalam ilmu politik.
23David Marsh& Gerry Stoker.Op.cit.,Hlm.115
27
7. Institusionalis jaringan menunjukkan bagaimana pola-pola interaksi yang
diatur tapi seringkali informal antara individu dan kelompok bisa
membentuk perilaku politik.
Beberapa cabang new institusionalism di atas, salah satunya sesuai untuk
analisis pembahasan ini, yakni institusional pilihan rasional. Pembahasan
mengenai alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur
ke Pemerintah Kota Blitar fokus terhadap kajian kelembagaan, yang mana terjadi
perubahan kewenangan di level provinsi dan kota, yaitu antara Jawa Timur
dengan Kota Blitar. Dengan menggunakan pendekatan institusional pilihan
rasional pada penelitian ini maka peneliti akan melihat bagaimana aktor bertindak
di dalam institusi dan memaksimalkan peranan mereka dalam mengelola
pendidikan menengah.
2.2.2.Rational Choice Institutionalism
Menurut Hall dan Taylor, awalnya rational choice institutionalism atau
institusional pilihan rasional muncul dari studi perilaku kongres Amerika, dimana
terdapat perbedaan terhadap preferensi legislator dan karakter multidimensi
mengenai kebijakan.24 Meski terjadi perbedaan yang tajam, hasil kongres
menunjukkan stabilitas yang cukup besar. Fenomena ini memunculkan pertanyaan
bagaimana institusi dengan perbedaan yang tajam masih dapat berjalan dengan
stabil. Salah satu penjelasannya adalah adanya transaksi atau tawar menawar
diantara para legislator dalam perumusan atau kesepakatan terhadap kebijakan
24Peter A.Hall dan Rosemary C.R.Taylor.Juni 1996.Political Science and The Three New
Institutionalisms. MPIFG Discussion Paper. USA: Harvard University. Hlm.10
28
tersebut, artinya terdapat proses-proses politik berdasarkan pertimbangan untung
rugi untuk menyelesaikan masalah kolektif.25
Pendekatan ini dipengaruhi oleh behavioralisme dan rational choice yang
melihat bahwa interaksi manusia merupakan manifestasi dari kepentingan diri.
Melalui pandangan institusionalisme pilihan rasional, sama halnya teori rational
choice, manusia secara individual yang juga merupakan representasi dari sebuah
institusi dipandang sebagai individu rasional yang bertindak atas dorongan
kepentingan rasional, didasari oleh perhitungan ekonomis, untung rugi,
memaksimalkan keuntungan dan aksi-reaksi dari aktor lainnya.26 Maka asumsi
mendasar dari institusionalisme pilihan rasional adalah bahwa individu adalah
aktor utama dalam proses politik, yang bertindak secara rasional untuk
memaksimalkan utilitas pribadi. Salah satu cara mencapai tujuan tersebut secara
efektif ialah melalui tindakan institusional, dan perilaku mereka juga dibentuk
oleh lembaga.27 Sehingga tindakan atau keputusan lembaga juga dapat
merefleksikan tindakan individu. Mudahnya dipahami bahwa institusional pilihan
rasional ini memberikan cara pandang mengenai bagaimana aktor bertindak di
dalam institusi dan memaksimalkan peranannya.
25Ibid., Hlm.11 26Sajida. 2018. Fungsi Pengawasan Legislator Perempuan pada Tindak Kasus Kekerasan dalam
Rumah Tangga (KDRT) di Kota Malang. Skripsi: Ilmu Pemerintahan, Universitas Brawijaya
Malang. Hlm. 27 27Moh.Fajar Shodiq Ramadhan&Tri Hendra Wahyudi. 2016. Pembiaran pada Potensi Konflik dan
Kontestasi Semu Pemilukada Kota Blitar: Analisis Institusionalisme Pilihan Rasional. Indonesian
Political Review 1 (2).Hlm.140. Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI pada 23
Maret 2018 pukul 13.14 WIB
29
Peters menjelaskan dalam institusional pilihan rasional setidaknya terdapat
tiga variasi yang dicermati, yaitu281) institusi sebagai aturan (institutions as rules)
bahwa pendekatan ini mengkonseptualisasikan institusi sebagai agregasi aturan,
yang dimanfaatkan sebagai sarana untuk ‘menentukan, melarang,
mengizinkan’perilaku atau juga dapat dipahami, maka melalui aturan institusi
sebagai ‘batasan yang diciptakan manusia” dalam tindakan. 2) peraturan
keputusan (decision rules), bahwa analisis kelembagaan juga bergantung pada
aturan, yang dikonseptualisasikan sebagai pemenuhan tujuan yang berbeda-beda.
Institusi menyediakan seperangkat aturan yang disepakati dengan memetakan
preferensi menjadi keputusan. 3) individu dalam organisasi (individuals within
organization), yang melihat bahwa aktor rasional mencoba memanfaatkan
lembaga untuk memenuhi tujuan individualnya, dengan meneliti strategi yang
dapat dilakukan oleh aktor tersebut untuk meningkatkan utilitas pribadi serta
untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Maka melalui penjelasan-penjelasan di atas, penulis menarik kesimpulan
bahwa dalam institusional pilihan rasional setidaknya terdapat beberapa hal yang
ditekankan dalam memahami suatu cara kerja institusi, yakni aktor, tindakan,
kepentingan-kepentingan, dan aturan yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Keterlibatan Aktor.
Salah satu bagian penting dalam institusi ialah aktor, yakni pelaku atau
individu yang menjalankan peranannya, untuk berlangsungnya sebuah
28B. Guy Petters. 1999. Institutional Theory in Political Science: The ‘New Institutionalism’. New
York: CONTINUUM. Hlm.47
30
institusi. Melalui keterlibatan para aktor tersebut, turut berpengaruh
terhadap keberhasilan tujuan yang hendak dicapai oleh institusi.
Keterlibatan yang dimaksud ialah terkait peranan atau fungsinya dalam
suatu institusi. Aktor yang bersangkutan memiliki preferensi atau selera
yang tetap, berperilaku sepenuhnya secara instrumental, dan melakukanya
dengan cara strategis melalui perhitungan yang luas.29 Sebelumnya telah
diterangkan, bahwa aktor-aktor dalam bertindak berdasarkan atas
dorongan kepentingan rasional, maka lebih tepatnya berusaha melihat
bagaimana tindakan atau perilaku individu dalam menggunakan logika
rasionalnya, baik untuk menjalankan peranannya dalam institusi maupun
untuk pencapaian tujuan.
Dalam penulisan ini, maka dapat dianalisis siapa aktor-aktor yang
terlibat, bagaimana bentuk keterlibatannya sehingga juga dapat dipetakan
hubungan antar aktor tersebut.
2. Perilaku atau Tindakan Pencapaian Preferensi
Institusional pilihan rasional tidak hanya terbatas pada peran dan
fungsi, namun lebih mendalam yakni keterlibatan para aktor tersebut,
melalui cara-cara atau tindakan yang digunakan untuk memaksimalkan
pencapaian preferensi. Dalam pencapaian preferensi atau hal yang
diutamakan oleh suatu lembaga, berkaitan dengan instrumen seperti
29Peter A.Hall dan Rosemary C.R.Taylor.Op.,cit. Hlm.12
31
pilihan strategis, terkadang dapat diamati dengan keteraturan untuk dapat
diperhitungkan tujuan preferensi yang diinginkan.30
3. Kepentingan-Kepentingan Tertentu.
Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh individu atau aktor di
dalam institusi dilakukan atas dorongan kepentingan rasional, dengan
didasari oleh perhitungan ekonomis, untung rugi, memaksimalkan
keuntungan dan aksi-reaksi dari aktor lainnya. Penjelasan dalam
institusional pilihan rasional pun meliputi bagaimana aktor dalam institusi
membangun dan merubah institusi untuk mencapai kepentingan-
kepentingan mereka. Sebab institusi juga dapat diartikan sebagai ‘tabula
rasa’, artinya sebuah ruang kosong yang sangat tergantung pada
tujuan/maksud/capaian yang hendak diraih oleh mereka yang berada
didalamnya.31 Sehingga di sini kepentingan yang dimaksud tidak selalu
dipahami dalam artian negatif. Maka penelitian ini juga akan melihat pada
bagaimana cara kerja dari para aktor tersebut, apakah dalam
pelaksanaannya terdapat kepentingan-kepentingan khusus, atau
dilaksanakan sesuai tujuan yang telah disepakati.
4. Instrumen atau Aturan dalam Lembaga
Aktor menjalankan peran dan fungsinya dalam institusi
sepenuhnya secara instrumental. Selain aktor, dalam sebuah institusi
terdapat instrumen atau seperangkat aturan yang disepakati, yang
30Prilla Widyanisa. 2018. Hubungan antar Lembaga dalam Pengembangan Tata Kelola Ekowisata
Bowele di Desa Purwodadi Kecamatan Tirtuyudo Kabupaten Malang. Skripsi: Ilmu Pemerintahan,
Universitas Brawijaya Malang. Hlm.25 31M. Faishal Aminuddin. 2009. Globalisasi dan Neoliberalisme: Pengaruh dan Dampaknya bagi
Demokratisasi Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka. Hlm.179
32
memetakan preferensi menjadi keputusan. Aturan-aturan tidak hanya
disusun untuk “membatasi” tindakan, namun juga menjadi alat pencapaian
kepentingan atau pemenuhan tujuan yang berbeda-beda.
Komponen peraturan berperan dalam membentuk situasi aksi
dengan cara mempengaruhi insentif dan pilihan yang tersedia bagi para
aktor, kemudian akan direspon dengan cara berperilaku dan
mengadopsinya sebagai strategi tertentu, yang selanjutnya akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Oleh karena itu modifikasi dalam
peraturan pun dapat mendorong aktor untuk berperilaku dan mengadopsi
strategi tertentu sehingga berpotensi menghasilkan hasil yang berbeda-
beda. Modifikasi pada peraturan sendiri dimaksudkan untuk menemukan
mana yang lebih efektif.
2.2.3.Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Hubungan pemerintah pusat dan daerah merupakan pengembangan
hubungan yang serasi dalam rangka memperlancar pembangunan yang tersebar
dan merata di seluruh pelosok tanah air untuk membina persatuan dan kesatuan
bangsa, maka hubungan kerja yang serasi antar pemerintah pusat dan daerah perlu
terus dikembangkan. Terdapat beberapa bentuk yang menentukan hubungan
pemerintah pusat dan daerah dalam otonomi. Beberapa ahli membaginya menjadi
tiga, seperti berikut:
33
• Josef Riwu Kaho yang membagi faktor tersebut menjadi hubungan
kewenangan, hubungan keuangan, serta hubungan pengawasan antara
pusat dan daerah.32
• Utang Rosidin membagi menjadi hubungan dalam bidang kewenangan,
pembinaan atau pengawasan, dan keuangan.33
Namun berbeda dengan pendapat Bagir Manan, yang menjelaskan terdapat empat
faktor yakni hubungan kewenangan, keuangan, pengawasan, dan cara
menyelenggarakan organisasi pemerintahan di daerah.34 Sehingga dapat
disimpulkan persoalan hubungan pemerintah pusat dan daerah bersumber pada
beberapa faktor, yang setidaknya terdapat empat faktor yang menentukan.
2.2.3.1.Hubungan Kewenangan
Kewenangan dalam hal ini diartikan sebagai hak moral untuk
membuat dan melaksanakan keputusan politik yang memiliki keabsahan
atau legitimate power.35 Dianggap bahwa dengan memiliki kewenangan
maka berhak untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-
peraturan serta berhak mengharapkan kepatuhan terhadapnya. Dengan
32Josef Riwu Kaho. 2012. Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.
Yogyakarta: Center for Politics and Government (PolGov) Fisipol UGM.Hlm. 18 33Utang Rosidin. 2015. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: CV Pustaka Setia. Hal. 343 34Bagir Manan. 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan. Hlm.178 35Josef Riwu Kaho. 2012. Op.cit., Hlm. 30
34
begitu kewenangan tersebut dapat diperoleh melalui beberapa sumber
sebagai berikut:36
a. Atribusi
Kekuasaan pemerintah yang langsung diberikan oleh undang-undang.
Bahwa pembentukan undang-undang yang dilakukan oleh pembentuk
undang-undang, memberikan kekuasaan kepada suatu organ
pemerintah yang dibentuk pada kesempatan itu atau kepada organ
pemerintahan yang sudah ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kewenangan yang diperoleh berasal dari ketentuan perundang-
undangan.
b. Delegasi
Pada dasarnya dari berbagai pendapat mengenai definisi delegasi dapat
disimpulkan sebagai penyerahan wewenang yang sudah ada oleh
badan atau pejabat pemerintah kepada badan atau pejabat yang lain.
Delegasi ini hanya dapat dilakukan apabila yang melimpahkan sudah
mempunyai wewenang melalui atirbusi dan setelah diserahkan maka
yang melimpahkan tidak mempunyai wewenang lagi.
c. Mandat
Wewenang yang berasal dari atribusi dan delegasi dapat dimandatkan
kepada badan atau pegawai bawahan, apabila pejabat yang
memperoleh wewenang tersebut tidak sanggup melakukan sendiri.
36 Lukman Hakim. 2012. Filosofi Kewenangan Organ&Lembaga Daerah: Perspektif Teori
Otonomi dan Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Negara Hukum dan Kesatuan.
Malang: Setara Press. Hlm.126-128
35
Pemberi mandatpun tetap berwenang untuk melakukan sendiri
wewenangnya apabila ia menginginkan.
Kewenangan sendiri juga terbagi menjadi dua sifat berdasarkan
dari sumber-sumber perolehannya. Pertama kewenangan atributif, adalah
kewenangan yang bersifat melekat maksudnya kewenangan yang langsung
diberikan oleh undang-undang.37 Kedua kewenangan delegatif, yaitu
kewenangan yang dilimpahkan atau diberikan oleh atasan kepada bawahan
dan hanya bersifat sementara, yang terbagi dua yaitu mandat dan
delegasi.38
Atas pehamaman mengenai kewenangan tersebut maka hubungan
kewenangan memiliki kaitan dengan cara pembagian urusan
penyelenggaraan pemerintahan atau cara menentukan urusan rumah tangga
daerah yang akan mencerminkan bentuk otonomi terbatas atau otonomi
luas. Dikatakan sebagai otonomi terbatas apabila :39
1. Urusan-urusan rumah tangga daerah ditentukan secara kategoris dan
pengembangannya diatur dengan cara-cara tertentu pula.
2. Apabila sistem supervisi dan pengawasan dilakukan sedemikian rupa,
sehingga daerah otonom kehilangan kemandirian untuk menentukan
secara bebas cara-cara mengatur dan mengurus rumah tangga daerah-
daerahnya.
3. Sistem hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang menimbulkan
hal-hal seperti keterbatasan kemampuan keuangan asli daerah yang
akan membatasi ruang gerak otonomi daerah.
37 Andi Alti. 2013. Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan
Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Bone Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun
2004.Skripsi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makasar. Hlm.10 38Ibid,. 39 Bagir Manan. 2004. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum.
Hlm.37
36
Sedangkan otonomi luas ialah semua urusan pemerintahan yang
pada dasarnya menjadi urusan rumah tangga daerah kecuali yang
ditentukan sebagai urusan pusat, yang artinya urusan yang selebihnya atau
residu menjadi urusan pemerintahan daerah.40 Residu ini membagi
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan terlebih dahulu
mengurangi kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat yakni politik
luar negeri, pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal; agama dan
sisanya merupakan kewenangan yang dimiliki daerah, dengan begitu
kewenangan daerah dapat dikatakan tidak terhingga.41 Oleh karena itu
kewenangan menjadi salah satu faktor penting terhadap hubungan
pemerintah pusat dan daerah sebab mempengaruhi sejauh mana masing-
masing tingkatan pemerintah memiliki wewenang untuk
menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah karena wilayah kekuasaan
pemerintah pusat meliputi pemerintah daerah.
2.2.3.2. Hubungan Pengawasan
Ditinjau dari hubungan pemerintah pusat dan daerah, pengawasan
merupakan “pengikat” kesatuan, agar kebebasan berotonomi tidak
bergerak mengurangi bahkan mengancam kesatuan.42 Muncul sebagai
konsekuensi dari pembagian kewenangan, agar keutuhan negara kesatuan
tetap terjaga maka pengawasan harus disertai dengan pembatasan baik
40Ibid., 41Nuria Siswi Enggarani. Mei-Agustus 2013.Analisis Otonomi Daerah dalam Menguatkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Studi Terhadap Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Juncto
Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah).Jurnal Yustisia Vol.2
No.2.Hlm. 72 42 Bagir Manan. 1994. Op,.cit. Hlm.181
37
lingkup maupun tata cara pelaksanaaanya. Sebab pengawasan tidak boleh
mengakibatkan pengurangan atau penggerogotan terhadap nilai yang
terkandung dalam dasar-dasar desentralisasi maupun sistem rumah tangga
daerah. Sehingga pengawasan yang dimaksudkan ialah dijalankan oleh
pemerintah pusat terhadap daerah.
Alasan-alasan diadakannya pengawasan berkenaan dengan
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah daerah adalah sebagai berikut:43
(a) Untuk menjaga agar standar minimum dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat tetap dipertahankan oleh pejabat-pejabat daerah.
Maka pemerintah pusat menetapkan dan mempertahankan standar
minimum dari pelayanan yang diberikan agar kualitas pelayanan dapat
terpelihara.
(b) Untuk mempertahankan atau menjaga mutu standar administrasi
dengan cara menjalankan koordinasi antara berbagai tingkatan
pemerintahan yang ada. Bertujuan agar mendorong adanya perlakuan
yang sama terhadap rakyat dalam hal memberikan pelayanan.
(c) Untuk melindungi rakyat/warga negara dari penyalahgunaan
kekuasaan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat daerah. Yang juga
berarti memberikan kesempatan bagi rakyat untuk menyampaikan
keluhan-keluhan maupun aspirasi serta mengawasi dari kinerja pejabat
daerah tersebut.
(d) Untuk mengawasi/mengendalikan pengeluaran daerah sebagai bagian
dari manajemen dan perencanaan perekonomian nasional. Mengingat
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh daerah berpengaruh
terhadap perkembangan ekonomi nasional secara keseluruhan.
(e) Untuk mengikat dan mempersatukan rakyat yang berbeda-beda
menjadi satu bangsa. Sehingga dapat mengintegrasikan dan mengatasi
segala kepentingan-kepentingan regional dan daerah.
Perihal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya alasan-alasan dari
pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
43Josef Riwu Kaho. 1982. MEKANISME PENGONTROLAN Dalam Hubungan Pemerintah Pusat
dan Daerah, Suatu Studi Perbandingan. Jakarta: PT Bina Aksara. Hlm.13-14
38
dimaksudkan untuk ”keeping local governments under control”.44
Maksudnya agar pemerintah daerah tetap berada dibawah kendali, dan
tujuan dari menjaga kesatuan dan keharmonisan dapat tercapai.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah kemudian dapat
dibagi menjadi dua jenis berikut:
1. Pengawasan Represif
Artinya pengawasan yang dilaksanakan dalam bentuk penangguhan
atau penundaan dan pembatalan. Pengawasan ini sebagai reaksi
terhadap suatu keputusan daerah yang sudah mempunyai kekuatan
hukum mengikat, sehingga pengawasan represif dilakukan atas suatu
tindakan konkrit, maupun atas keputusan-keputusan yang bersifat
umum (perundang-undangan) dan keputusan yang individual konkrit
(ketatapan) yang bertentangan dengan kepentingan umum atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.45
2. Pengawasan Preventif
Diartikan sebagai pencegahan, agar tidak terjadi suatu hal diluar
pengendalian. Maka pengawasan preventif dapat diartikan sebagai
pembatasan terhadap kewenangan daerah mengenai hal tertentu
berdasarkan pembagian kekuasaan pemerintah secara vertikal yang
44The Liang Gie. 1968. Pertumbuhan Pemerintah Daerah. Jakarta: P.T Gunung Agung. Hlm. 146 45Bagir Manan. 1994. Op.cit., Hlm.182
39
ditentukan dan diatur dalam perundang-udangan.46 Sehingga
pengawasan ini dilaksanakan sebelum peraturan-peraturan maupun
keputusan tersebut berlaku dan dijalankan.
2.2.3.3. Hubungan Keuangan
Hubungan dalam bidang keuangan ini berkaitan dengan
pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,
dalam rangka desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.Setiap
penyerahan atau pelimpahan kewenangan tersebut disertai dengan
pengalihan sumber daya manusia, sarana serta pengalokasian anggaran
yang diperlukan.47 Selain itu aspek keuangan merupakan faktor signifikan
dalam membentuk hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, agar
penyelenggaraan keuangan pemerintah pusat dan daerah berjalan sinkron.
Daerah memberikan kontribusi kepada pemerintah pusat untuk
melakukan pemenuhan kebutuhan dan kepentingan nasional, sedangkan
pusat menjalankan fungsi alokasi dan distribusi sesuai dengan porsi yang
layak diterima oleh yang berhak berdasarkan perhitungan-perhitungan
yang akurat dalam rangka menciptakan pemerataan dan keadilan.48 Untuk
itu diperlukan pengaturan mengenai sumber-sumber pendapatan dan
pengeluaran/belanja daerah, yang didefinisikan ke dalam jenis anggaran
46A.Zarkasi. 2011.Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah.Jurnal Ilmu Hukum Vol.2 No.1.
Hlm.56. Diunduh dari https://online-journal.unja.ac.id/index.php/jih/article/view/53 pada 12
Oktober 2017 pukul 12.35 WIB 47Ahmad Yani. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm.43 48 Hari Sabarno. 2008. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta: Sinar
Grafika. Hlm.101
40
belanja daerah (APBD), agar pemenuhan kebutuhan atau penyelenggaraan
urusan rumah tangga daerah dapat dilakukan dengan benar.
Sumber-sumber pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah maupun penerimaan
lain yang sah.49 Namun seiring dengan adanya perubahan undang-undang
pemerintah daerah yang berlaku maka merubah susunan sumber-sumber
pendapatan daerah. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, UU
No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tercantum pada pasal
285, sumber-sumber pendapatan daerah berasal dari:
(1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas:
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
(2) Pendapatan transfer, yang meliputi :
a. Transfer pemerintah pusat, dengan terdiri dari :
1. Dana perimbangan, juga terdiri dari beberapa sumber yaitu
Dana Bagi Hasil yang meliputi pajak, cukai dan sumber daya
alam; Dana Alokasi Umum (DAU); serta Dana Alokasi Khusus
2. Dana otonomi khusus
3. Dana keistimewaan
4. Dana desa
49 Ahmad Yani.Op,.cit. Hlm.39
41
b. Transfer antar daerah, terdiri dari:
1. Pendapatan bagi hasil.
2. Bantuan keuangan.
(3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pengaturan keuangan daerah tidak hanya mengenai sumber-sumber
pendapatan namun juga perihal belanja daerah dan pembiayaan. Belanja
daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.50
Belanja daerah ini diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan
wajib yang terkait pelayanan dasar. Selain itu juga dianggarkan belanja
hibah dan bantuan sosial, belanja bagi hasil serta belanja DAK dalam
APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Sedangkan pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali atau merupakan pengeluaran yang akan diterima baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.51 Dimana daerah dapat melakukan pinjaman yang
bersumber dari pemerintah pusat, daerah lain, lembaga keuangan bank,
lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat bahkan dapat menerbitkan
obligasi daerah dengan persetujuan DPRD untuk membiayai insfrastruktur
dan investasi yang menghasilkan penerimaan dana.
50 UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1 51Ibid.,
42
Meskipun keuangan daerah telah ditentukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, daerah harus memiliki keleluasaan untuk mengatur
dan mengurus urusan rumah tangganya, termasuk untuk memperbesar
sumber keuangan daerah. Pembesaran tersebut pun tidak akan benar-benar
menyebabkan daerah sepenuhnya mandiri, sebab campur tangan
pemerintah pusat tetap diperlukan untuk mencukupi keuangan daerah.
2.2.3.4. Hubungan Pusat dan Daerah dalam Susunan Organisasi
Pemerintahan Daerah
Susunan organisasi pemerintahan daerah mempunyai pengaruh
terhadap mekanisme hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, yang
pada dasarnya terdiri dari dua segi, yaitu susunan luar (external structure)
dan susunan dalam (internal structure) dengan penjelasan sebagai
berikut:52
a. Susunan luar, menyangkut badan-badan pemerintahan tingkat daerah
yakni provinsi dan kabupaten/kota. Besaran peran dan fungsi yang
dimiliki dari masing-masing susunan dapat ditentukan oleh
pelaksanaan titik berat otonomi yang dijalankan. Titik berat otonomi
dimaksudkan sebagai menyelenggarakan personal social services
yakni pemberian pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat dalam
bentuk penyediaan atau pemenuhan kebutuhan konkrit.
52 Bagir Manan. 1994. Op.,cit. Hlm.191
43
b. Susunan dalam, mengenai alat kelengkapan (organ) daerah seperti
DPR dan kepala daerah. Termasuk di dalamnya menyangkut cara
penunjukan, kedudukan, fungsi, hubungan dengan alat kelengkapan
pemerintah daerah yang lain dan hubungan dengan pemerintah tingkat
lebih atas, yang juga merupakan indikator ke arah mana pemerintahan
daerah sedang bergerak, apakah pemerintahan daerah berada dan
cenderung ke desentralisasi atau sentralisasi.53
Kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah sangatlah luas,
sehingga dibentuklah pemerintahan di tingkat daerah dan ditentukan
urusan pemerintahan apa saja yang dapat diserahkan untuk dijalankan oleh
satuan pemerintah daerah. Sehingga penting untuk menentukan besaran
susunan organisasi yang diperlukan dengan hati-hati untuk melaksanakan
tugas-tugas yang menjadi urusan pemerintahan tersebut, yang dapat diukur
dari efisiensi dan produktifitas organisasi agar dapat terlaksana dengan
baik.
Pengelolaan pendidikan menengah pasca penetapan UU No.23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah mutlak berkaitan dengan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), yang di dalamnya terdapat
hubungan antar tingkat pemerintahan. Maka pembahasan ini perlu dipetakan
ranah hubungan pemerintahan yang terjalin dari adanya pengalihan pendidikan
menengah, yang dapat dianalisis melalui konsep hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah diatas.
53Ibid,.Hlm.199
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti
dengan meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, jenis data,
teknik pengumpulan data, validasi data serta teknik analisis data. Metode
penelitian ini digunakan dalam melakukan penelitian di lapangan guna
mendapatkan hasil temuan sesuai dengan tujuan utama maupun untuk penyusunan
hasil penelitian.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian
kualitatif. Metode kualitatif menelaah bagaimana mendekati persoalan secara
fenomenologis, artinya bagaimana cara mengumpulkan data dalam bentuk kata-
kata (lisan dan tulisan), ucapan, isyarat, pengalaman dan perilaku yang dapat
diamati.54 Sehingga dari metode ini yang terpenting adalah bagaimana
menemukan data secara mendalam serta makna yang terkandung di dalamnya
untuk memperoleh pemahaman yang baik terkait permasalahan yang diteliti.
Penelitian kualitatif ini di dalamnya peneliti selalu berpijak pada realita atau
peristiwa yang ada di lapangan. Metode penelitian ini berguna untuk mendapatkan
data dan informasi yang mendukung analisa dalam penelitian ini. Metode
54Bagong Suyanto dan Sutinah.2010, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,
Jakarta: Kencana. Hlm.288.
46
penelitian kualitatif dipilih dengan jenis deskriptif. Penelitian deskriptif sendiri
berusaha untuk memberi gambaran mengenai suatu gejala atau fenomena yang
ada. Penelitian menggunakan metode penelitian tersebut dipilih untuk
memperoleh hasil secara mendalam, yang hendak memahami bagaimana
pengelolaan pendidikan menengah pasca alih kelola sesuai penetapan UU No.23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah di Kota Blitar. Penelitian ini
merupakan suatu upaya peninjauan terhadap pengelolaan pendidikan menengah
pasca penetapan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam
perspektif New-Institutionalism, maka penyajiannya harus terdeskripsikan dengan
baik, berdasarkan pada keadaan riil di lapangan sehingga tidak hanya berupa yang
tampak di permukaan tetapi juga sampai dibalik apa yang tampak di permukaan
tersebut.
3.2. Fokus dan Lokasi Penelitian
Fokus dari penelitian ini ialah mengkaji mengenai bagaimana alih kelola
pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dalam perspektif new-institusionalism, sehingga melihat penyelenggaraan
pengelolaan setelah berada ditangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta
kendala yang timbul dan solusinya. Fokus penelitian ini untuk membatasi ruang
lingkup penelitian. Lokasi yang digunakan oleh peneliti adalah OPD yang
memiliki wewenang pengelolaan pendidikan menengah yaitu Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten/Kota
Blitar, Dinas Pendidikan Kota Blitar sebagai pengelola pendidikan menengah
47
sebelum dialihkan, sekolah menengah di Kota Blitar dan instansi terkait lainnya
yang menunjang penelitian ini.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data merupakan sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode
pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan metode tertentu yang
selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang menggambarkan atau
mengindikasikan sesuatu.55 Data yang diperoleh dari sumber data tersebut
menghasilkan suatu temuan yang dapat menjawab pertanyaan penelitian yang
diajukan. Sumber data yang mendukung penelitian dibagi menjadi dua yakni data
primer dan data sekunder.
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data utama yang didapat langsung melalui
subyek penelitian yang bersangkutan dengan fenomena yang diteliti
sehingga diperoleh dari orang-orang yang terkait langsung tanpa melalui
perantara.Data primer dalam tulisan ini berupa hasil wawancara dengan
subjek yang terlibat dalam penelitian.
3.3.2. Data Sekunder
Merupakan data yang sudah tersedia sehingga tinggal mencari dan
mengumpulkanyang digunakan sebagai pelengkap data primer.Data
55Haris Herdiansyah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta:Salemba Humanika. Hlm 116
48
sekunder dapat berupa data literatur, data arsip dokumentasi dan data-data
lain yang tidak bisa didapatkan dari sumber utama.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Langkah yang diperlukan dan penting untuk mendapatkan data penelitian
dilakukan melalui teknik pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif dapat
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :
3.4.1. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap
muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang
diwawancarai (interviewees) tentang masalah yang diteliti, dimana
pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari
yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.56 Jadi
wawancara merupakan sebuah percakapan antara 2 pihak yang dengan
maksud dan tujuan tertentu yang hasilnya sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pewawancara.Tahapan dari melakukan
wawancara terdiri pelaksanaan wawancara itu sendiri sesuai dengan
kesepakatan tempat, waktu dan ketentuan lainnya yang disepakati
bersama, tahap penentuan strategi dan taktik wawancara hingga tahap
pencatatan dan pengolahan data.
56Ibid.,Hlm.162
49
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan melakukan
wawancara mendalam terhadap beberapa narasumber yang menjadi
sasaran dalam menunjang proses penelitian guna mendapatkan data,
sehingga peneliti dapat mengetahui dan melakukan intepretasi terhadap
fenomena yang terjadi. Wawancara mendalam didasarkan pada sebuah
panduan wawancara, pertanyaan-pertanyaan terbuka, dan penyelidikan
informal untuk memfasilitasi diskusi tentang isu-isu dengan cara setengah
terstruktur atau tidak terstruktur.57 Melalui wawancara terstruktur
pewawancara menerapkan sendiri masalah atau pertanyaan yang akan
diajukan sedangkan dengan cara yang tidak terstruktur pewawancara dapat
menggali informasi secara mengalir sesuai dengan subjek yang akan
diteliti. Wawancara tidak terstruktur ditunjukkan melalui beberapa
pertanyaan berikut yang digunakan sebagai panduan wawancara :
1. Untuk Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur :
a. Bagaimana tupoksi dinas pendidikan pasca alih kelola pendidikan
menengah ?
b. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan menengah ?
2. Untuk Dinas Pendidikan Kota Blitar
a. Dalam konteks pengelolaan pendidikan menengah, apakah dapat
terlibat mengingat letak SMA/SMK berada di wilayah tersebut ?
57David Marsh dan Gery Stoker.Op,.cit. Hlm. 240
50
b. Apa perbedaan yang terdapat pada instansi pasca alih kelola
tersebut?
3. Untuk Sekolah Menengah di Kota Blitar
a. Bagaimana pengelolaan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap sekolah pasca pengalihan ?
b. Adakah kerumitan atau permasalahan yang ditemui selama proses dan
pasca pengalihan ?
Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Teknik ini
digunakan untuk menentukan informan yang dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan penelitiannya, tidak dilihat berdasarkan strata,
kedudukan, pedoman maupun wilayah, sehingga dapat ditentukan
informan yang tepat sesuai pokok permasalahan yang diteliti. Daftar
mengenai informan yang dijadikan sebagai sasaran penelitian sebagai
berikut.
Tabel 3.1. Data Informan Peneliti
No. Nama Informan Jabatan
1. Muji Raharjo
Pengawas Bidang Pendidikan KhususDinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur
2. Nuryanto M.Si
Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa
TimurPeriode 2016/2021
3. Dr.Suhartono, M.Pd Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah
Kabupaten dan Kota Blitar
4. Sari Triwahyuni SH
Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan dan
Kelembagaan Bagian Hukum dan
Organisasi Sekretariat Daerah Kota Blitar
5. Hartato S.STP.
Kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum
dan Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan
Sekretariat Daerah Kota Blitar.
51
6. Desy Widyaningrum S.Pd Kepala Sub Bagian Program dan Tugas
Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar
7. Samsul Hadi S.Pd., MT
Staf Pengelola Pendidikan Sub Bagian
Program dan Tugas Pembantuan Dinas
Pendidikan Kota Blitar
8. Jito Baskoro S.Sos Kepala Bidang Perlindungan Sosial dan
Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota Blitar
9. Anang Setiawan S.Sos
Kepala Sub Bagian Pendidikan, Kesehatan,
Kebudayaan dan Sosial Bagian
Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat
Sekretariat Daerah Kota Blitar
10. Asrofi Romli S.P Kepala Bidang Sosial, Budaya dan Evaluasi
Pembangunan BAPPEDA Kota Blitar
11. Ainur Rofiqoh S.STP.,
M.Si
Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya
BAPPEDA Kota Blitar
12. Dwi Sukartowo, SE, MM Ketua Dewan Pendidikan Kota Blitar
Periode Tahun 2013/2018
13. Wing Cahyo Wahyu
Nugroho
Kepala Sekolah SMA PGRI Kota Blitar
14. Rudi Hartono S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Blitar
15. Drs. Sugiyadi M.Pd Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Kota Blitar
16. (Nama tidak dapat
disebutkan)
Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Kota Blitar
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018
3.4.2. Dokumentasi
Menggunakan teknik dokumentasi merupakan suatu proses
pengumpulan data atau informasi yang dapat diperoleh melalui dokumen-
dokumen, arsip, pernyataan tertulis mengenai kebijakan tertentu, buku-
buku, surat kabar, data administratif, dan agenda-agenda peristiwa maupun
sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan pokok pembahasan
penelitian. Adapun sumber dokumentasi yang digunakan oleh peneliti
antara lain seperti peraturan perundang-undangan, berita-berita yang
dipublikasikan oleh surat kabar maupun website resmi serta tulisan ilmiah
lainnya.
52
3.5. Validasi Data
Data yang terkumpul perlu dilakukan analisis selanjutnya, yakni dilakukan
validasi, yang merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan. Dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada obyek peneliti.58 Dalam penelitian kualitatif dapat digunakan teknik
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data itu.59 Sehingga dilakukan pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu yang berbeda. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi menurut Sugiyono, sebagai
berikut :60
1. Triangulasi teknik: menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
2. Triangulasi sumber : menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
3.6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Sesuai dengan
teknik analisis data yang dibutuhkan pada penelitian ini, pengertian dari analisis
58 Bachtiar S.Bachri. April 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian
Kualitatif.Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.1 No.1.Hlm.10. Diakses dari http://yusuf.staff.ub.ac.id
pada 28 Juni 2018 pukul 11.22 WIB 59Ibid., Hlm.11 60Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta. Hlm.274.
53
data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan pada akhirnya diputuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain sebagai hasilnya.61 Secara sederhana, analisis data ini
merupakan bagian akhir yang sangat penting dalam proses penelitian sebab
menjadi penentu bagi hasil penelitian yang diperoleh.
Terdapat 4 tahap analisis data yang akan digunakan oleh peneliti sesuai
dengan model interaktif menurut Huberman dan Miles. Tahapan tersebut
digambarkan melalui bagan dibawah ini:
Bagan 2.1. Teknik Analisis Data Kualitatif Model Interaktif Miles dan
Huberman
Sumber: Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Hlm. 20.
Maksud dari bagan diatas menjelaskan bahwa setiap tahap kegiatan
tersebut saling terkait dari sebelum hingga sesudah pengumpulan data untuk
61Lexy J. Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Hlm.248
54
menghasilkan analisis yang tepat. Masing-masing tahapan diuraikan sebagai
berikut:62
a. Pengumpulan Data / Data Collection
Untuk mendapatkan data penunjang maupun data pembanding
tahap pengumpulan data dapat dilakukan sejak pra penelitian. Namun
sebenarnya selama penelitian masih berlangsung maka tidak terdapat
batasan waktu dalam mengumpulkan serta menghimpun data-data yang
ada di lapangan sebab pengumpulan data akan selalu dibutuhkan.
b. Tahap Reduksi Data / Data Reduction
Data-data yang telah dihimpun pada tahap sebelumnya kemudian
diolah, baik melalui proses editing, koding maupun tabulasi data. Melalui
tahap ini data yang telah diperoleh akan dipilah sesuai dengan kebutuhan
penelitian, agar data yang dianalisis memiliki keterkaitan dengan fokus
penelitian, kemudian data akan dinarasikan. Tahapan ini memudahkan
peneliti dalam memberikan gambaran yang lebih jelas dari data-data yang
dihimpun. Memasukkan informasi ke dalam daftar yang berbeda juga
sama halnya dengan tahap reduksi data, dimana pada tahap tersebut
informasi yang telah dihimpun dikategorikan ke dalam data-data yang
diperlukan maupun yang tidak untuk memudahkan dalam proses analisis.
62Haris Herdiansyah. Op.,cit.Hlm. 164.
55
c. Penyajian Data/ Display Data
Hasil data yang telah melalui tahapan reduksi
disajikan/ditampilkan baik berupa tabel, diagram atau bagan, sesuai
dengan kebutuhan peneliti atau tema yang sudah dikategorikan.Namun di
dalam penelitian kualitatif, penyajian data lebih didominasi oleh narasi
teks yang analitis. Proses display data ini menjadi penting, karena pada
proses ini peneliti menampilkan data sesuai dengan alur pemikiran
sehingga memungkinkan dalam penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bagitu juga dengan memasukkan informasi ke dalam urutan
kronologis atau menggunakan skema waktu lainnya sama halnya dengan
melakukan tahap penyajian data ini.
d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi/ Conclution Drawing & Verifying
Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan
penarikan kesimpulan. Tahap verifikasi ditujukan untuk mendapatkan data
yang valid dan reliabel, sehingga peneliti dapat mempertahankan dan
menjamin validitas dari hasil temuannya.Penarikan kesimpulan dimaknai
sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan berupa deskripsi dari
suatu objek yang sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti
menjadi jelas dan menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang
diajukan dan mengungkap temuan dari penelitian tersebut.
56
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Pendidikan di Kota Blitar
Kota Blitar merupakan daerah dengan luas wilayah 32,59 km2, kota
terkecil kedua di Provinsi Jawa Timur yang secara administratif terbagi kedalam 3
kecamatan yaitu Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kepanjenkidul, dan Kecamatan
Sananwetan dengan memiliki jumlah penduduk 139.995 jiwa pada tahun 2017.63
Sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan kota dan mensejahterakan
masyarakatnya, Kota Blitar memiliki tiga program prioritas yaitu peningkatan
layanan pendidikan, pelayanan kesehatan serta reformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).64 Peningkatan layanan pendidikan
menjadi program prioritas pertama, dapat diartikan bahwa pendidikan menjadi hal
utama yang dapat mendorong sumber daya berkualitas dan peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat. Maka mutlak diperlukan sarana dan prasarana
penunjang yang baik, seperti sekolah yang memadai dan jumlah guru yang
seimbang. Berikut disajikan data jumlah sekolah di Kota Blitar melalui diagram
4.1.di bawah.
63Kota Blitar dalam Angka 2017. Diunduh darihttps://blitarkota.bps.go.id/ pada 17 Juni 2018 pukul
00.38 WIB 64 RPJMD Kota Blitar Tahun 2016-2021 Hlm. 250
57
Diagram 4.1. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Blitar Tahun
2017/2018
Sumber :http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id .Data diolah, 2018.
Sebagai pemenuhan pendidikan, perlu adanya jumlah sekolah yang mampu
menampung siswa untuk dapat diberikan sarana belajar mengajar. Data yang
dihimpun melalui Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan diatas,
menunjukkan bahwa Kota Blitar memiliki 117 sekolah, baik terdiri dari sekolah
negeri maupun swasta, dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah. Sehingga
dapat dikatakan fasilitas sekolah yang tersedia cukup komplit. Untuk sekolah
menengah sendiri di Kota Blitar berjumlah 35 sekolah. Pemenuhan akan
pendidikan selain membutuhkan sekolah, tentu perlu adanya sumber daya
manusia yang mampu memberikan pendidikan. Maka berikut penulis sajikan
jumlah guru yang ada di Kota Blitar dari jenjang pendidikan dasar hingga
menengah sebagai berikut.
48
10
4 3 4
1410
7
14
3
0
10
20
30
40
50
60
SD SMP SMA SMK SLB
Negeri Swasta
58
Diagram 4.2. Jumlah Guru di Kota Blitar Tahun 2017/2018
Sumber :http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id .Data diolah, 2018.
Setelah mengetahui kondisi ketersediaan sekolah dan guru, guna mengetahui
tingkat partisipasi penduduk di bidang pendidikan di Kota Blitar, dapat diketahui
melalui Angka Partisipasi Murni (APM). APM ini digunakan sebagai indikator
untuk melihat presentase dari partisipasi penduduk kelompok usia sekolah pada
jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya. Berikut adalah APM di Kota Blitar
pada tiap jenjang pendidikan, disajikan pada tabel 4.3.berikut
Tabel 4.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Formal dan Nonformal
Penduduk Kota Blitar menurut Karakteristik dan Jenjang Pendidikan
Tahun 2017
Karakteristik Pendidikan (dalam %)
SD SMP SMA
Jenis Kelamin
Laki-laki
98.09
80.82
67.61
Perempuan
97.37
89.07
88.39
Kota Blitar
97.76
85.25
79.44
Sumber :https://blitarkota.bps.go.id/
772
544
286
709
53
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
SD SMP SMA SMK SLB
Jumlah Guru
59
Tabel 4.3. adalah data APM terbaru yang dapat diakses, menujukkan bahwa
partisipasi pada jenjang SD terbilang tinggi yakni hampir mendekati 100%,
sedangkan SMP mencapai 85,25% dan pada jenjang SMA mencapai 79,44%.
Besaran APM dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Secara umum, di Kota
Blitar, penyebab dari rendahnya APM atau tingginya putus sekolah adalah
dikarenakan keterbatasan di sektor ekonomi yang membuat anak cenderung
memilih untuk bekerja.
Upaya untuk mendorong APM yang ada di Kota Blitar, menekan angka
putus sekolah, meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan oleh pemerintah
melalui kebijakan-kebijakan yang diciptakan. Tidak hanya diperuntukkan untuk
siswa, namun juga bagi sekolah dan guru. Sejak tahun 2011 diketahui bahwa
pendidikan menjadi salah satu program prioritas, yang diwujudkan melalui
kebijakan unggulan yakni pendidikan gratis. Penjabaran kebijakan yang
diterjemahkan dari Visi dan Misi Walikota Blitar, kemudian ditetapkan melalui 3
pilar kebijakan dalam pembangunan pendidikan di Kota Blitar.65 Pilar pertama
adalah pemerataan dan perluasan aksesibilitas masyarakat dalam memperoleh
pendidikan menengah. Dilaksanakan dalam bentuk pembangunan SMA Negeri 4
pada tahun 2011, pembebasan biaya pendidikan dan pemberian fasilitas seperti
sepatu sekolah, kaos kaki, kain seragam sekolah serta ongkos jahit, tas sekolah,
alat tulis, dan tablet sebagai perlengkapan sekolah yang dipinjamkan. Serta
pemberian fasilitas angkutan gratis berupa bus yang dapat dimanfaatkan untuk
berangkat dan pulang sekolah. Sedangkan pilar kedua adalah peningkatan mutu,
65Laporan Kinerja (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Blitar Tahun 2016. Hlm.20
60
relevansi dan daya saing pendidikan. melalui peningkatan kapasitas tenaga
pendidik/guru, pemberian penghargaan kepada guru dan siswa yang berprestasi
secara akademik dan non akademik, penanaman karakter dengan melaksanakan
Tes Kemampuan Agama (TKA), penanaman cinta bela negaradan penyediaan
fasilitas drum band kepada seluruh SMA dan SMK.Pilar ketiga adalah penguatan
tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, dengan cara meningkatkan
standart manajemen sekolah, peningkatan pembinaan siswa dalam rangka
mengurangi kenakalan pelajar.
Gambar 4.1. Fasilitas Buku Tulis untuk Siswa Kota Blitar
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018
Rangkaian kebijakan-kebijakan di atas menunjukkan realisasi keseriusan
pemerintah Kota Blitar dalam penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah Kota
Blitar melalui kebijakan tersebut meletakkan seluruh komponen pendidikan
sebagai sasaran kebijakan, dengan mengusung prinsip APBD Pro Rakyat.
Maksudnya melalui pemanfaatan APBD digunakan agar kebijakan pendidikan
tersebut mensejahterakan masyarakat.
61
Pendidikan gratis sendiri sesuai dengan ketentuan yang telah tercantum
pada Peraturan Walikota Blitar Nomor 15 Tahun 2011 tentang Program Rintisan
Wajib Belajar 12 Tahun, diberikan tanpa memandang latar belakang siswa
tersebut sebagai siswa mampu maupun tidak. Siswa Kota Blitar berhak menikmati
fasilitas tersebut, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan
menengah yang mana kebijakan tersebut telah dilaksanakan sejak
Moh.Samanhudi menjabat sebagai Walikota Blitar pada 2011-2015 dan berlanjut
pada periode kepemimpinan kedua. Namun sesuai dengan ketetapan UU Pemda
tahun 2014, bahwasanya pendidikan menengah dialihkan kewenangan
pengelolaannya ke provinsi, maka kebijakan pendidikan yang ada di Kota Blitar
hanya dapat dilaksanakan hingga jenjang pendidikan dasar, yakni SD dan SMP
sederajat.
4.2. Pengalihan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke
Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Menganggap telah mampu atau mandiri dalam membangun
pendidikannya, yang salah satunya ditunjukkan melalui rendahnya angka putus
sekolah (APTS), maka pada pengalihan pendidikan menengah dari Kota Blitar ke
Pemerintah Provinsi Jawa Timur diwarnai dengan adanya pengajuan gugatan atas
ketetapan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ke Mahkamah
Konstitusi. Mendapat dukungan dari DPRD, melalui Keputusan DPRD Kota
Blitar No. 3 Tahun 2016 tentang Persetujuan dan Dukungan Uji Materi Undang-
62
Undang No. 23 Tahun 2014 oleh Walikota Blitar ke Mahkamah Konstitusi, pada 7
Maret 2016 diajukan gugatan untuk melakukan judicial review terhadap :66
- Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah Angka I huruf A Nomor 1 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Bidang Pendidikan
- Norma Undang-Undang Dasar 1945, yang meliputi Pasal 18 ayat (5),
Pasal 18A, Pasal 28C ayat (2).
Pemohon gugatan tersebut ialah Walikota Blitar, yang diakui oleh Sari
Triwahyuni sebagai inisiasi dari Walikota Blitar sendiri.
“Iya inisiasi dari pak walikota. Karena mungkin pak wali pertimbangannya
itu tadi, tidak ingin nanti ada warga Kota Blitar yang tidak bisa sekolah
karena tidak punya biaya, terus sarana prasarana yang tidak tercukupi.”67
Menurutnya bahwa latar belakang dari pengajuan gugatan tersebut ialah sebagai
bentuk kepedulian walikota terhadap masyarakat. Namun upaya untuk
mempertahankan kewenangan terhadap pengelolaan pendidikan tersebut telah
diputuskan ditolak olek Mahkamah Konstitusi pada 19 Juli 2017, meskipun
mendapat dukungan dari berbagai pihak. Walikota Blitar juga mengajak siswa-
siswi dan wali murid untuk menyuarakan dukungan langkahnya melalui aksi yang
dilakukan di depan Kantor Balai Kota Blitar pada 10 Maret 2016.68 Siswa dan
wali murid juga berperan sebagai saksi dalam hal ini. Melalui Dewan Pendidikan
66Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 30/PUU-XIV/2016 “Kewenangan Pengelolaan
Pendidikan Menengah”. Hlm.2 67 Hasil wawancara bersama Sari Triwahyuni, Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan dan
Kelembagaan Bagian Hukum dan Organisasi Sekretariat Daerah Kota Blitar , 8 Februari 2018
pukul09.53 WIB di Kantor Sekda Kota Blitar. 68Ribuan Pelajar dan Wali Murid Dukung Pengambilalihan SMA/SMK ke Pemkot Blitar. 2016.
Diakses dari https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3161449/ribuan-pelajar-dan-wali-murid-
dukung-pengambilalihan-smasmk-ke-pemkot-blitar Pada 19 Juni 2018 Pukul 00.34 WIB
63
Kota Blitar masyarakat yang merasa terdampak atas pengalihan tersebut
menyampaikan keluhannya, untuk selanjutnya dijembatani kepada pemerintah dan
digerakkan dalam rangka memberi dukungan terhadap langkah yang diambil oleh
walikota tersebut.
“Ya kita harus menyampaikan. Menyampaikan kepada pemerintah Kota
Blitar, pada walikota, pada DPRD, akhirnya beliau kan mengambil action,
nuntut itu apa, meninjau aturan yang baru itu Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 itu. Itu kita review di MK tapi kalah ternyata, itu. Dewan
Pendidikan di depan. Memang yang nuntut kan walikota tapi yang
menggerakkan orang-orang ya dewan pendidikan, karena ya laporan
masyarakat itu. Tapi ternyata kita kalah di Mahkamah Konstitusi, karena
memang peraturan itu sudah diberlakukan.”69
Maka pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar berada di tangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur setelah putusan gugatan ditetapkan. Pengalihan
yang dimaksudkan sendiri ialah meliputi personel, pendanaan, sarana dan
prasarana serta dokumen atau disebut P3D, sesuai dengan ketetapan yang
tercantum pada UU Pemda tahun 2014, Pasal 404, sebagai akibat pembagian
urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Lebih
lanjut, pengawas pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menjelaskan
sebagai berikut,
“Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kewenangannya
mulai dari pendirian, perizinan, pengembangan kurikulum terus
ketenagaan. Jadi ada 3 unsur pengelolaan pendidikan SMA, SMK dan
PKLK itu yang menjadi kewenangan kita. Termasuk aset, SDM. Jadi
seluruh aset kita kelola di bawah pemerintah provinsi Jawa Timur melalui
dinas pendidikan. Jadi aset terus juga pembiayaannya. P3D itu.”70
69 Hasil wawancara bersama Dwi Sukartowo, Ketua Dewan Pendidikan Kota Blitar Periode
2013/2018, 23 Mei 2018 pukul 09.54, di Rumah Dwi Sukartowo. 70 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Pengawas Bidang Pendidikan Khusus Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur ,15 Mei 2018 pukul 13.40 WIB, kantor Klinik Pendidikan Dikda
Provinsi Jatim.
64
Proses pengalihan dari pemerintah Kota Blitar ke pemerintah Provinsi
Jawa Timur, yang meliputi P3D tersebut dilaksanakan sesuai dengan mekanisme
yang telah ditetapkan. Tergambar sesuai dengan bagan berikut.
Bagan 4.1. Alur Kegiatan Pengalihan Manajemen Pengelolaan Pendidikan
Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi Jawa
Timur
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Data diolah, 2018
Proses peralihan dilakukan paling lama 2 tahun terhitung sejak UU Pemda
2014 tersebut diundangkan. Maka sejak November 2014 dilakukan sosialisasi
kepada kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur, guna memberikan pemahaman
65
atas berlakunya undang-undang baru tersebut yang meliputi berbagai perubahan
yang ada, agar dapat diatur peraturan daerah yang baru tentang penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan kewenangan baru yang diatur oleh UU Pemda.
Sehingga proses sosialisasi sendiri memerlukan waktu yang panjang. Selain itu
juga dibentuktimpokja atau kelompok kerja baik di pemerintah provinsi maupun
di pemerintah kabupaten/kota untuk memudahkan proses peralihan dan
dilaksanakan rapat koordinasi dengan instansi terkait serta asosiasi/perkumpulan
kepala sekolah yang ada di kabupaten/kota. Kemudian dilakukan pendataan
terhadap P3D yang ada di masing-masing sekolah pada jenjang pendidikan
menengah. Sesuai dengan bagan tersebut bahwa Maret 2016 merupakan
pelaksanaan serah terima P2D ke provinsi, dan pengelolaan oleh pemerintah
provinsi resmi diberlakukan pada 1 Januari 2017, dengan adanya
penandatanganan berita acara antara gubernur dengan walikota.
“Itu sudah ada ketentuan dari mendagri prosedur pengalihannya. Jadi
langkah pertama inventaris P3D, nah yang dipindah kan P3D ini kita
sosialisasi terkait inventarisasi bersama-sama kabupaten/kota, kita sepakati
personilnya ada berapa, kita sama-sama deal ya. Terus asetnya ada berapa,
terus rancangan pembiayaannya bagaimana. Nah setelah semua sama-
sama diketahui, ini dipihak kabupaten/kota menyerahkan kepada pihak
provinsi, jadi menyerahkan kepada gubernur tepat pada bulan Oktober
2016 dan diberlakukan sejak tahun 2017, jadi 1 Januari mulai kita. Jadi
mekanismenya itu, mekanisme verifikasi P3D, kemudian pendataan P3D
kalau sudah dibuatkan MoU untuk penyerahan kewenangan, tetapi
barangnya tetap ada di sana, hanya administrasinya saja yang diserahkan
pengelolaan tanggung jawabnya saja, gitu.”71
Proses penyerahan P3D di Blitar menurut penjelasan dari Sari Triwahyuni
yang pada waktu itu juga merupakan salah satu bagian tim pada proses peralihan
P3D di Kota Blitar, bahwa dilakukan pembentukan tim terlebih dahulu, berlanjut
71 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,.cit.
66
pada proses inventaris termasuk guru, kepala sekolah, pegawai di sekolah, seluruh
dokumen dan penganggaran sekolah. Penganggaran yang dimaksud ialah data
anggaran. Mekanisme selanjutnya dijelaskan sebagai berikut,
“Kita data, kita nanti ada rapat-rapat dengan provinsi. Nah itu divalidasi
sama provinsi, provinsi juga dibantu BPKP, badan pemeriksa keuangan
dan pembangunan. Jadi provinsi didampingi BPKP, ngecek ketika sudah
beres data itu dibuatkan berita acara, ditanda tangani, penyerahannya
ditanda tangani oleh walikota, gubernur, disaksikan oleh kejaksaan. Ini
prosesnya ini kalau masalah datanya, kalau barangnya kan tetap disini,
cuma pindah pengelolaannya saja. Jadi datanya dari kita ini sedang
diperiksa BPKP setelah nanti clear kita hapus, yang provinsi dimasukkan.
Karena sama-sama pemerintah sebenarnya kita kan satu jadi ya cuma ya
ini aja. Cuma secara pengelolaan saja beralih cuma kan ya semuanya tetap
milik kita.”72
Penjelasan oleh kedua pihak terkait proses pengalihan tersebut
memberikan pemahaman bahwa pengalihan yang dimaksud ialah dalam bentuk
perpindahan secara administrasi, atau pendataan yang semula tercatat di
pemerintah kabupaten/kota dihapuskan, dan pendataan dilakukan di provinsi,
bukan sekolah dipindahkan dan menjadi milik provinsi sepenuhnya, namun hanya
kewenangan pengelolaan saja yang berpindah dan terhitung berlaku pada awal
tahun penganggaran. Sesuai mekanisme pengalihan telah ditentukan dibuat akhir
tahun selesai. Sehingga pada sektor pengganggaran ketika akhir tahun selesai
sudah tidak dianggarkan lagi dan pada tahun selanjutnya, pasca dialihkan
akandianggarkan di Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Maka yang terjadi
pengganggaran di kabupaten/kota dikurangi dan anggaran di pemerintah provinsi
ditambah sesuai pengaturan dari pemerintah pusat.
72 Hasil wawancara bersama Sari Triwahyuni, Op,.cit.
67
Selain anggaran, pendataan P3D di Kota Blitar yang dialihkan ke
Pemerintah Provinsi Jawa Timur diantaranya juga meliputi inventarisasi personil
dari seluruh jenjang pendidikan menengah dan PK, serta seluruh sarana dan
prasarana yang ada di sekolah. Secara ringkas pendataan P3D tersebut disajikan
melalui tabel berikut.
Tabel 4.4. Data P2D Kota Blitar yang Dialihkan ke Pemerintah Provinsi
Jawa Timur
Personel(Orang) Sarana Prasarana
PNS Non PNS Tanah
(Bidang)
Peralatan dan
Mesin
(Buah)
Gedung dan
Bangunan
(Unit)
Jalan Irigasi
dan Jaringan
(Titik)
Aset Lain
(Buah)
686 0 9 12.24 323 29 85.651
Sumber :Sekretariat Daerah Kota Blitar, Data diolah, 2018
Personel yang dimaksud di atas meliputi guru dan pegawai di bidang pendidikan
menengah. Dalam alih kelola pendidikan menengah ke pemerintah provinsi
bahwa guru dan pegawai non PNS atau Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai
Tidak Tetap (PTT) juga dialihkan menjadi personel pemerintah provinsi. Namun
di Kota Blitar, sesuai tabel di atas, personel non PNS tidak ada yang dialihkan ke
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Maksud dari personel non PNS ialah PTT dan
GTT yang diangkat oleh Pemerintah Kota Blitar, yang digaji dari APBD kota,
yang mana ditempatkan di luar bidang pendidikan menengah sehingga tetap
menjadi staf Pemerintah Kota Blitar.73 Maka proses penyerahan kewenangan
adalah dalam aspek P3D. Setelah seluruh proses selesai dilakukan maka secara
legal pendidikan menengah dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
73 Hasil wawancara bersama Hartato, sebagai kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum dan
Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Blitar, 13 Februari 2018 pukul
12.26 WIB
68
Sekolah tentu saja dilibatkan dalam proses peralihan tersebut, pendidikan
menengah baik sekolah negeri maupun swasta termasuk juga di dalamnya
Pendidikan Khusus (PK), turut berperan dalam proses peralihan. Peran yang
dimaksud ialah sekolah terlibat dalam proses pendataan P3D yang dimiliki
sekolah masing-masing. Dimana sebelumnya sekolah ini juga mendapat
sosialisasi atau arahan dari pemerintah kabupaten/kota, juga oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dengan mengundang para kepala sekolah.74
Selama proses pengalihan di Kota Blitar, terdapat kerumitan atau
hambatan yang ditemui. Dalam penyerahan P3D, hambatan yang ditemui ialah
beberapa aset yang dimiliki sekolah tidak dicantumkan dengan jelas asal dari aset
yang dimiliki tersebut, apakah tanah yang dimiliki dari hasil wakaf atau milik
pemerintah, yang kemudian menimbulkan klaim antar pihak ketika dilakukan
penyerahan aset tersebut ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Kerumitan itu ada sampai sekarang, misalnya kalau contohnya aset itu ya.
Ada beberapa aset yang masih diklaim oleh kedua belah pihak, karena
memang dulu sekolahan tidak melampirkan atau bahwa ini dulu
perolehannya dari mana. Misalnya tanah ini dari wakaf atau dari punyanya
pemkot atau punya lembaga lain yang digunakan oleh sekolah. Lha itu
sampai sekarang ada beberapa sekolah.”75
Sehingga pada September 2016, dilakukan penandatanganan perbaikan berita
acara pengalihan pendidikan menengah di Kota Blitar.76
74 Hasil wawancara bersama Rudi Hartono, sebagai Kepala SMA Negeri 3 Kota Blitar, 23 Mei
2018 pukul 11.05 WIB, di SMAN 3 Blitar. 75 Hasil wawancara bersama Samsul Hadi, Staf Pengelola Pendidikan Sub Bagian Program dan
Tugas Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar, 15 Maret 2018 pukul 10.32 WIB, di Kantor
Dikda Kota Blitar. 76Hasil wawancara bersama Hartato.Op.,cit.
69
Namun secara umum permasalahan selama proses pengalihan tersebut
tidak hanya terdapat di Kota Blitar saja, terdapat juga di wilayah kabupaten/kota
lain. Permasalahan yang timbul dikarenakan terdapat kerancuan terhadap
kepemilikan aset sekolah. Hal ini didukung oleh penjelasan Nuryanto,
“Kan masalahnya P yang paling susah kan nganu yo perlengkapannya itu.
Kalau pegawai, penganggarannya woo cepet daerah itu nyerahkan.
Pegawai, guru, kepala sekolah, tenaga-tenaga itu cepet. P yang paling
susah itu perlengkapan, asetnya, aset daerah itu banyak yang
disembunyikan sikan.”77
Maka lamanya proses pengalihan pada dasarnya memang banyak dikarenakan
berkutat pada proses pendataan P3D.
77 Hasil wawancara bersama Nuryanto, Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa Timur Periode
2016/2021, 26Maret 2018 pukul 12.16 WIB, di kantor Dewan Pendidikan Jatim.
70
BAB V
ANALISIS ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI
PEMERINTAH KOTA BLITAR KE PEMERINTAH PROVINSI JAWA
TIMUR
Kehadiran UU No.23 Tahun 2014, sebagai undang-undang pemerintah
daerah yang baru telah mengamanatkan pengalihan sub urusan pemerintahan di
bidang pendidikan. Sesuai tujuan pengalihan, untuk memfokuskan pengelolaan
pendidikan dimasing-masing tingkat pemerintahan agar lebih efisien dalam
pembenahan dan pencapaian pemerataan mutu pendidikan di Indonesia.
Pengalihan terhadap pendidikan menengah tersebut tidak lah menghilangkan hak
warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Meskipun dengan dialihkannya
pendidikan menengah berdampak terhadap pendidikan gratis yang diberikan oleh
pemerintah kabupaten/kota, namun sesuai dengan tujuan alih kelola warga tetap
dapat menempuh jenjang pendidikan menengah, yang diharapkan pendidikan
tersebut menjadi lebih bermutu. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Cabang
Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten dan Kota Blitar sebagai berikut,
“Kita sampaikan bahwa semula kayak kota kan memang gratis, nah tapi
sebenarnya bukan kita tidak setuju dengan pendidikan gratis, tetapi kita
pendidikan gratis tetapi bermutu. Nah apakah gratis sudah bermutu, nah
kan gitu ya, maka kita sampaikan kepada masyarakat terutama dengan
komite itu bahwa sebenarnya masalah pembiayaan pendidikan dan
penyelenggaraan pendidikan itu melihat undang-undang, PP, sampek
71
permen, peraturan menteri, tidak ada yang mengatakan tentang pendidikan
itu gratis, pendidikan itu tanggung jawab bersama.”78
Permasalahan pembiayaan pendidikan yang muncul pun merupakan tanggung
jawab bersama, yaitu antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat agar
pendidikan tidak justru menjadi beban masyarakat, dan tidak berdampak terhadap
naiknya angka putus sekolah. Sejumlah bantuan diberikan oleh pemerintah agar
siswa yang tidak mampu tetap dapat menempuh jenjang pendidikan menengah
meskipun tidak ada lagi pendidikan gratis dari pemerintah kabupaten/kota.
Bantuan tersebut seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang diberikan oleh
pemerintah pusat dan Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM) dari pemerintah
provinsi, yang diberikan dalam bentuk bantuan uang.
Oleh karena itu tujuan dari pengalihan tersebut ditegaskan pada dasarnya
sebagai bentuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan, dengan begitu
juga akan mempermudah koordinasi dan birokrasi dalam penyelenggaraan
pendidikan. Melalui tujuan pemerataan akan menghapuskan egosentrisme daerah,
agar tidak ada lagi kesenjangan kualitas antara kabupaten dan kota, misalnya tidak
ada lagi sekolah favorit yang hanya terpusat di satu daerah tertentu saja. Maka
yang semula masih terkotak-kotak antar kabupaten/kota menjadi sama mutu
pendidikannya minimal ditingkat provinsi.
“Intinya adalah meningkatkan kualitas pendidikan. Jadi meningkatkan
kualitas pendidikan tanpa berfikiran terlalu sempit kedaerahan,
etnosentrisnyandakkeliatangitu ya. Jadi gak terlalu kedaerahan terlalu
mengegokan bahwa egosentrisnya muncul … Jadi nek saya ya mungkin
karena pembagian kewenangan itu tujuannya adalah untuk mempermudah
78 Hasil wawancara bersama Suhartono. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten dan
Kota Blitar 14 Mei 2018 pukul 14.20 WIB, di Kantor cabdin kab/kota Blitar.
72
komunikasi, koordinasi dan mempermudah birokrasi dan semakin ini
juga..ya itu.”79
Masing-masing tingkat pemerintahan kemudian mengelola jenjang
pendidikan yang berbeda-beda, dimaksudkan kebijakan alih kelola tersebut dapat
mensinergikan hubungan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, sehingga
pendidikan dapat terlayani dengan baik. Mengingat urusan dibidang pendidikan
sifatnya merupakan urusan bersama. Maka efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pendidikan tersebut tentu perlu diupayakan, dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dan antar pemerintah daerah sendiri, dengan memetakan kendala-kendala
yang dihadapi beserta solusi yang dibutuhkan. Sehingga pasca pengalihan
pendidikan menengah ini, melahirkan dua sudut pandang terhadap upaya
pengelolaan pendidikan menengah yakni oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dengan Pemerintah Kota Blitar, untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
pendidikan menengah pasca pengalihan.
Selanjutnya, dalam pembahasan ini penulis akan memetakan ranah
hubungan dalam penyelenggaraan pengelolaan pendidikan menengah, yang dapat
dianalisis melalui konsep hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Juga
akan dijelaskan siapa saja aktor yang terlibat, perilaku atau tindakan yang
dilakukan, kepentingan-kepentingan tertentu dan instrumen atau aturan dalam
lembaga yang digunakan oleh aktor dalam pengelolaan pendidikan menengah,
menggunakan pendekatan new-institutionalism yang dipaparkan dalam hubungan
yang terbentuk antar pemerintahan.
79Ibid.,
73
5.1. Hubungan Kewenangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah
Alih kelola pendidikan menengah sesuai dengan amanat UU No.23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah merubah hubungan kewenangan yang dimiliki
antar tingkat pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki.
Meskipun pengelolaan berada ditangan pemerintah provinsi, berikut dapat
dipetakan hubungan antara pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dan Pemerintah Kota Blitar melalui bagan 5.1.
Bagan 5.1. Hubungan Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
Pemerintah Kota Blitar
Atribusi Mandat
Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018
Bagan 5.1 menunjukkan, pemerintah pusat tetap memiliki kewenangan
terhadap pendidikan menengah yaitu dengan menjalankan koordinasi, pembinaan
serta pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sesuai dengan definisi kewenangan, pemerintah
provinsi memiliki hak moral untuk melaksanakan keputusan pengelolaan
Pemerintah
Provinsi Jawa
Timur
Pemerintah
Pusat
Pemerintah
Kota Blitar
Perumusan dan
penyelenggaraan
kebijakan
Kerjasama,
komunikasi
Koordinasi, pembinaan,
pengawasan
Pendidikan
Menengah
74
pendidikan menengah yang memiliki keabsahan atau legitimate power, yaitu
berdasarkan UU Pemda tahun 2014. Kewenangan yang diperoleh pemerintah
provinsi tersebut bersumber langsung dari ketentuan undang-undang, sehingga
dapat disebut sebagai kewenangan atribusi. Sedangkan, pasca dialihkan ke
Pemerintah Provinsi Jawa Timur kewenangan Pemerintah Kota Blitar terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan menengah telah hilang.
Namun pemerintah kota dapat melaksanakan kerjasama dan komunikasi sebagai
bagian dari satu kesatuan pemerintah untuk mendukung pengelolaan pendidikan
menengah.
“Iya, enggak bisa terlibat karena kebijakannya sudah kebijakan di provinsi.
Tetapi malah untuk komunikasi meningkatkan kualitas pendidikan di
wilayah itu boleh-boleh saja. Dibangun komunikasi, dibangun kerjasama
boleh, tapi begitu ngomongkan kebijakan itu ndak bisa, kebijakan adalah
kewenangannya provinsi.”80
Kerjasama yang dimaksudkan dapat dilakukan dalam bentuk bantuan sosial, yang
diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada siswa yang masih menempuh
jenjang pendidikan menengah, dilaksanakan oleh OPD yang terkait langsung
dengan masyarakat. Bantuan dapat diberikan dengan 2 cara yaitu :
1. Alokasi dana dari pemerintah kabupaten/kota yang kemudian disalurkan
ke sekolah melalui pemerintah provinsi.
2. Bantuan diberikan langsung kepada siswa, sehingga tidak melalui
pemerintah provinsi.
80 Hasil wawancara bersama Suhartono.
75
Sehingga bantuan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota tidak lagi dapat
diberikan langsung kepada lembaga pendidikan.
“…Masih diperbolehkan cuma ranahnya memang harus seperti itu. Tidak
boleh kebijakan disampaikan kepada lembaga, nanti lembaga membuat
laporan ke daerah tidak seperti itu ... Itu ojo sampai salah, harus begitu,
jadi kebenarannya di sana. Dadi ben ojo ben ngerti bahwa undang-undang
itu betul, bagus sebenarnya, dilaksanakannya bagus. Tapi jangan merasa
bahwa dengan undang-undang merasa bahwa kita itu tidak boleh berperan,
tidak, yo tetep boleh berperan, tetapi hanya prosedurnya aja yang
berbeda.”81
Sesuai penjelasan Suhartono tersebut bahwa UU No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah memberi ruang bagi pemerintah kabupaten/kota untuk tetap
terlibat terhadap pendidikan menengah, hanya kewenangan dan prosedurnya saja
yang berbeda. Maka Pemerintah Kota Blitar dapat disebut memiliki kewenangan
yang bersumber dari mandat, dikatakan demikian sebab wewenang pengelolaan
pendidikan menengah tersebut pada dasarnya tidak dapat dilakukan oleh
pemerintah provinsi sendiri.
Aktor yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan menengah sesuai
hubungan kewenangan antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan
Pemerintah Kota Blitar yaitu terdiri dari OPD baik yang berwenang secara
langsung maupun tidak dibidang pendidikan, swasta serta masyarakat.
Keterlibatan masing-masing aktor tersebut membentuk pola hubungan sebagai
berikut,
81Ibid.,
76
Bagan 5.2. Hubungan Keterlibatan Aktor-Aktor Pengelola Pendidikan
Menengah
Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018
Masing-masing aktor di atas terlibat dalam pengelolaan pendidikan
menengah di Kota Blitar. Bentuk keterlibatannya tercerminkan melalui tindakan-
tindakan yang dilakukan untuk mengelola pendidikan menengah, mengupayakan
pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Meskipun alih kelola ini
menyebabkan Pemerintah Kota Blitar kehilangan kewenangan pengelolaan dan
sangat terbatas peranan yang dimilikinya. Dengan begitu terbentuk hubungan
antar aktor, dimana arah hubungan yang digambarkan pada bagan di atas
terbentuk sesuai dengan bentuk keterlibatan yang dapat dilakukan. Sesuai dengan
aktor-aktor pada bagan di atas berikut tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan
pendidikan menengah di Kota Blitar, yang disajikan pada tabel 5.1.
Dewan
Pendidikan
Jawa Timur
Pihak Lainnya Dewan
Pendidikan
Kota Blitar
Cabang Dinas
Pendidikan
Wilayah
Kabupaten/Kota
Blitar
Dinas
Pendidikan
Provinsi Jawa
Timur
Dinas
Pendidikan
Kota Blitar
Dinas
Sosial Kota
Blitar
Bappeda
Kota
Blitar
BPKAD
Kota
Blitar
Pemerintah
Provinsi
JawaTimur
Pemerintah
Kota Blitar
77
Tabel 5.1. Tindakan Pengelolaan Pendidikan Menengah oleh Aktor yang
Terlibat
No. Aktor Tindakan Pengelolaan
Pendidikan Menengah
Instrumen atau Landasan
Aturan
1. Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur • Merumuskan program
pendidikan menengah
sesuai dengan renstra
pendidikan, untuk
mencapai pendidikan
yang efisien dan
pelayanan yang maksimal
kepada masyarakat
kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Timur.
• Peraturan Daerah Nomor
11 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan
Pendidikan
• Peraturan Gubernur Jawa
Timur Nomor 81 Tahun
2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi dan
Fungsi Serta Tata Kerja
Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Timur.
2. Dewan Pendidikan
Provinsi Jawa Timur • Melaksanakan fungsi
kontrol, kooordinasi,
fasilitasi, dan mediasi
terhadap kebijakan daerah
provinsi tentang
pengelolaan pendidikan
menengah, agar tidak
melenceng.
• Memberikan masukkan
terhadap Peraturan
Daerah Provinsi Jawa
Timur No.11 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Menengah.
• Mengawal cabang dinas
di 31 kabupaten/kota dan
melaksanakan workshop
teknis kepada komite
sekolah, terkait
kewajiban-kewajiban
yang dimiliki oleh
sekolah.
• Peraturan Daerah Nomor
11 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan
Pendidikan
• Surat Keputusan Gubernur
Jawa Timur Nomor
188/792/KPTS/013/2016
tentang Dewan Pendidikan
Provinsi Jawa Timur
Periode 2016-2021
3. Cabang Dinas
Pendidikan Wilayah
Kabupaten/Kota
Blitar
• Pelaksana kebijakan
teknis Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur.
• Menjaga dan menjalin
komunikasi antar
pemerintah daerah, pihak-
pihak yang berkaitan
dengan pengelolaan
• Peraturan Menteri dalam
Negeri Nomor 12 Tahun
2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan
Klasifikasi Cabang Dinas
dan Unit Pelaksana Teknis
Daerah
• Peraturan Gubernur Jawa
78
pendidikan menengah,
lembaga-lembaga
sekolah, komite dan
kepala sekolah, termasuk
juga siswa.
• Selain menjalankan
inovasi dan tugas dari
dinas provinsi, juga
melaksanakan upaya
peningkatan kualitas
pendidikan menengah.
• Mutasi terhadap pendidik
dan tenaga kependidikan
SMA dan SMK di
wilayah Blitar yakni
sebanyak 26 orang.
Timur Nomor 94 Tahun
2016 tentang
Nomenklatur, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas
dan Fungsi serta Tata
Kerja Cabang Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa
Timur
4. Dinas Sosial Kota
Blitar • Pelaksana kebijakan
teknis bantuan sosial
untuk warga miskin Kota
Blitar yang masih
menempuh jenjang
pendidikan menengah,
yaitu study kit.
• Melibatkan Dinas
Pendidikan Kota Blitar
untuk melaksanakan
bansos study kit.
• Berkoordinasi dengan
Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah Kabupaten/Kota
Blitar.
• Peraturan Walikota dan
SK Walikota
(tidak dapat
dipublikasikan sebab
belum ada SK Walikota)
• Permendagri No.32
Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan
Sosial yang Bersumber
dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Daerah
• Permendagri No.13
Tahun 2018 tentang
Perubahan Ketiga
Permendagri No.32
Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan
Sosial yang Bersumber
dari APBD
5. BPKAD Kota Blitar • Menyalurkan uang dana
hibah ke rekening siswa
penerima bantuan sosial.
• Peraturan Walikota dan
SK Walikota
(tidak dapat
dipublikasikan sebab
belum ada SK Walikota)
6. Bappeda Kota Blitar • Merumuskan kebijakan
dan regulasi bantuan
sosial study kit dan
• Peraturan Walikota dan
SK Walikota
(tidak dapat
79
bantuan keuangan untuk
siswa miskin yang masih
menempuh jenjang
pendidikan menengah.
dipublikasikan sebab
belum ada SK Walikota)
7. Dinas Pendidikan
Kota Blitar • Merupakan leading sector
atau sektor yang berperan
sebagai penggerak bagi
sektor lainnya pada
pelaksanaan kebijakan
bantuan sosial.
• Peraturan Walikota dan
SK Walikota
(tidak dapat
dipublikasikan sebab
belum ada SK Walikota)
8. Dewan Pendidikan
Kota Blitar Periode
2013-2018
• Mediator antara
Pemerintah Kota Blitar
dengan cabang dinas,
Dewan Pendidikan
Provinsi Jawa Timur serta
masyarakat.
SK Walikota Blitar Nomor
188/68/HK/410.010.2/2013
tentang Dewan Pendidikan
Kota Blitar Periode 2013-
2018
9. Pihak Lainnya (dinas
pendidikan kota,
walikota, Komisi I
DPRD Kota Blitar,
komite sekolah,
masyarakat,
perguruan tinggi,
organisasi guru,
pemerhati
pendidikan, NGO di
bidang
pengembangan&riset,
pakar pendidikan,
organisasi profesi,
dunia usaha,
Ombudsman)
• Dilibatkan untuk
membantu
penyelenggaraan
pengelolaan pendidikan
menengah. Baik untuk
koordinasi, mediasi,
penanganan masalah,
kontrol maupun fisilitasi.
-
Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018
Selain UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dengan
berdasarkan pada peraturan pemerintah dan peraturan daerah para aktor memiliki
wewenang untuk melaksanakan berbagai tindakan dalam penyelenggaraan
pendidikan menengah di Kota Blitar, sehingga tindakan yang dilakukan dalam
pengelolaan pendidikan menengah ini bersifat legal. Karena melibatkan beberapa
80
aktor, baik dari pemerintah provinsi maupun pemerintah kota, masing-masing
mempunyai bentuk tindakan yang berbeda-beda.
Dinas pendidikan mengalami perubahan terhadap tupoksi yang dimiliki.
Sebelum pengalihan, dinas hanya melaksanakan koordinasi atas pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang ada di kabupaten/kota
seluruh Jawa Timur. Sesuai dengan ketetapan Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 81 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas
dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, serta
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan,
dinas bertanggung jawab langsung terhadap penyelenggaraan pendidikan
menengah dan PK-LK.
Setidaknya terdapat 5 kewenangan utama yang kemudian dimiliki oleh
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, yaitu manajemen pendidikan; kurikulum;
pendidik dan tenaga pendidik; perizinan pendidikan; bahasa dan sastra. Dengan
memiliki kewenangan tersebut, dinas merumuskan beberapa program inovasi,
sesuai dengan renstra pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan yang efisien
dan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.82 Inovasi tersebut
terbagi ke dalam berbagai program dan kegiatan yang akan diimplementasikan
pada seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Diataranya adalah83(1).Program
peningkatan mutu, melalui pembangunan SMK taruna, pengembangan kurikulum,
SDM, kualifikasi kependidikan, peningkatan dan pengembangan sarana prasarana
82 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,.cit. 83Ibid.,
81
sekolah. (2).Program peningkatan keterampilan, dalam rangka menuju Bonus
Demografi, dilaksanakan peningkatan kualifikasi guru, mutu lulusan,
pengembangan SMK mini, SMA double track bagi siswa yang tidak melanjutkan
ke jenjang perguruan tinggi. (3).Program prioritas, dalam rangka mempersiapkan
Generasi Emas tahun 2045 dilaksanakan peningkatan pendidikan karakter dan
mengembangkan pendidikan inklusif. (4).Melaksanakan analisis penyusunan
program, untuk pengembangan potensi lokal dan wawasan global yang
dikembangkan menjadi potensi-potensi yang mampu mewujudkan anak yang
terampil, beriman, dan berbudi pekerti. (5).Pelayanan menggunakan sistem
elektronik, digunakan sistem software, sehingga 33.000 guru yang ada di Jawa
Timur dapat lebih mudah dilayani tanpa harus datang ke dinas pendidikan. Sistem
Peneriman Peserta Didik Baru, PPDB juga dilaksanakan secara online dan offline.
Kelima program yang telah dirumuskan tersebut untuk diimplementasikan
diseluruh pendidikan menengah wilayah Jawa Timur. Dalam pelaksanaannya
rentang kendali pengelolaan pendidikan menengah di Jawa Timur ini cukup luas.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur melaksanakan pengelolaan terhadap 38
kabupaten/kota. Maka sesuai Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 12 Tahun
2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit
Pelaksana Teknis Daerah, dibentuk cabang dinas pendidikan wilayah, sebagai
perpanjangan tangan dari dinas pendidikan provinsi, yang mempunyai sebagian
kewenangan untuk melaksanakan kebijakan dan mendukung operasional sekolah
di tiap-tiap wilayah. Oleh karena itu cabang dinas bertanggung jawab langsung
kepada dinas pendidikan provinsi. Pengaturan tupoksi dari cabang dinas telah
82
diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 94 Tahun 2016 tentang
Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, sebagai dasar regulasi dalam
pengelolaan pendidikan menengah.
Karena wilayah kerja di Kota Blitar berdekatan dengan Kabupaten Blitar,
dan kota hanya mencakup 35 sekolah jenjang menengah dan Pendidikan Khusus,
maka dibentuk Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten dan Kota Blitar
yang secara legal formal terbentuk sejak 1 Januari 2017. Sehingga cabang dinas
inilah yang menjalankan kebijakan teknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
di Kabupaten/Kota Blitar. Cabdin melibatkan aktor-aktor lain, dimaksudkan untuk
menjalin komunikasi dengan berbagai pihak seperti dengan dinas pendidikan kota,
walikota, Komisi I DPRD Kota Blitar, komite sekolah dan masyarakat.84
Komunikasi dilaksanakan untuk memberikan pemahaman bahwa pengalihan
kewenangan pendidikan menengah hanya dalam bentuk pengelolaan saja, secara
teritorial sekolah tetap berada di wilayah masing-masing. Sesuai dengan
pernyataan Suhartono, kepala cabang dinas sebagai berikut,
“Sehingga dengan apa yang kita lakukan seperti itu maka sedikit demi
sedikit kita paham kan kepada masyarakat khususnya masyarakat jenjang
sekolah menengah bahwa walaupun pengelolaan pendidikan ada di level
provinsi toh tetep penyelenggaraannya ada di level kabupaten/kota.
Bedanya sekarang di kabupaten dan Kota Blitar ada satu penyelenggara
namanya yang tercantum adalah cabang dinas, begitu. Sebenernya ada
peluang-peluang disisi, ya mesti ada dampak positif dan negatif. Tapi
secara dengan pengelolaan provinsi akan lebih banyak faktor positifnya,
gitu ya. Jadi ada kewenangan-kewenangan yang menurut otonomi daerah
kan kalau pusat itu pendidikan tinggi, kalau provinsi pendidikan menengah
84 Hasil wawancara bersama Suhartono, Op,.cit.
83
dan PK, terus di kabupaten kota pendidikan dasar, itu ada to di undang-
undang.”85
Upayanya tersebut dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung,
salah satunya seperti talk show yang dilaksanakan kepala cabang dinas
kabupaten/kota Blitar secara live di Radio Mayangkara Blitar.86 Dengan begitu
komunikasi yang dimaksudkan dapat menjangkau masyarakat luas.Melalui
langkah tersebut, Suhartono menjelaskan pengalihan pendidikan bukanlah sebuah
hambatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Kota Blitar, namun sebuah
tantangan bersama. Dengan pemahaman yang telah disampaikan, menurutnya
tidak akan terdapat hambatan maupun kendala yang ditemui pasca pengalihan
pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar. Seperti meningkatnya anak
putus sekolah karena hilangnya pendidikan gratis yang diberikan oleh pemerintah
kota, dimana selama proses alih kelola menjadi problematika utama yang
dikhawatirkan oleh pemerintah kota dan masyarakat.
“Saya pastikan tidak ada anak, kan kekhawatirannya ada anak yang gak
bisa sekolah to, saya pastikan tidak ada anakyang tidak sekolah hanya
karena biaya. Nah wiswi, ya sehingga nyaman-nyaman aja kan. Artinya
dulu kekhawatirannya itu ndak terjadi, dulu bayangane kan Blitar mesti
rame,ndak.”87
Pernyataan diatas dapat ditarik satu garis kesimpulan, bahwa cabang dinas
dengan segala upayanya berusaha menanamkan kepada masyarakat dan
Pemerintah Kota Blitar, bahwa pasca pengalihan tidak akan membawa dampak
negatif, namun banyak membawa dampak positif. Hal inilah yang diartikan
sebagai upaya menyamakan pemahaman. Sebab komunikasi tersebut dijadikan
85Ibid., 86Ibid,. 87Ibid.,
84
sebagai pondasi dalam pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar. Melalui
pondasi tersebut cabang dinas memiliki langkah-langkah utama dalam
melaksanakan pengelolaan selain menjalankan inovasi dan tugas dari dinas
Provinsi Jawa Timur, yaitu88Pertama, melalui penguatan komitmen, kebersamaan
dan kekompakan dengan para stakeholder dalam meningkatkan mutu pendidikan,
sehingga mindset antara kota dan kabupaten tidak terkotak-kotak lagi, agar
kekompakan dan keberhasilan dicapai hingga level provinsi. Dilakukan dengan
caratidak memposisikan sebagai pimpinan otoriter, tetapi sebagai tim yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan di Blitar. Melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang dapat membangun kebersamaan yang sifatnya sering
mempertemukan antara guru dengan guru, siswa dengan siswa, seperti bentuk-
bentuk lomba, pertandingan, olahraga, dan upacara. Kedua, implementasi visi dan
misi. Setelah penguatan komitmen tercapai, baru dilaksanakan visi misi
pendidikan sesuai dengan visi misi dinas pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Kebijakan cabang dinas tersebut telah terealisasikan dengan menghasilkan
sejumlah prestasi, diantaranya adalah
“Kalau kemarin kita kebetulan peringkat 2 di Jawa Timur pengawas
berprestasi, terus kemudian di Jawa Timur peringkat 1 kepala sekolah
berprestasi jenjang SDLB. Nah itu bukti bahwa kita mulai anu bersaing
gitu, dan itu tidak dinamakan ee.. ko Kabupaten Blitar ko Kota Blitar,
enggak, dari cabang dinas.”89
88Ibid., 89Ibid.,
85
Pencapaian tersebut sebagai perwujudan bahwa langkah yang diambil telah
menunjukkan hasil. Meskipun belum terdapat langkah-langkah inovasi yang
dibuat oleh cabang dinas, namun telah berhasil membawa prestasi.
Pemerintah provinsi, khususnya dinas dan cabang dinas adalah aktor
utama pengelola pendidikan menengah. Penyelenggaraannya juga melibatkan
aktor-aktor lain yang dapat membantu pengelolaan pendidikan menengah dan PK-
LK.Diantaranya melibatkan perguruan tinggi, organisasi guru, pemerhati
pendidikan, NGO di bidang pengembangan dan riset, pakar pendidikan, organisasi
profesi, dan dunia usaha. Selain itu juga melibatkan Dewan Pendidikan Provinsi
Jawa Timur, yaitu mitra dinas pendidikan provinsi yang diangkat oleh gubernur,
untuk mengawal tugas-tugas gubernur dibidang pendidikan yang dikerjakan oleh
dinas pendidikan, dengan melaksanakan fungsi kontrol, koordinasi, fasilitasi, dan
mediasi.90 Dewan pendidikan ini dikukuhkan berdasarkan oleh keputusan kepala
daerah. Dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya memberikan kritikan, namun
juga memberikan masukkan, contohnya terkait pengelolaan pendidikan, dewan
memberikan masukkan terhadap konten Peraturan Daerah Jawa Timur No. 11
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Dewan pendidikan pun
mengawal cabang dinas di 31 kabupaten dan kota dalam penyelenggaraan
pendidikan dan melaksanakan workshop teknis kepada komite sekolah terkait
kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh sekolah, serta menggandeng Ombudsman
dalam penanganan permasalahan yang berkaitan dengan ranah hukum.91
90 Hasil wawancara bersama Nuryanto, Op,.cit. 91Ibid.,
86
Baik antara dinas pendidikan, cabang dinas, maupun dewan pendidikan
dari pemaparan diatas, secara formal hanya melaksanakan fungsi dan tujuannya
sesuai yang telah ditetapkan. Tupoksinya masing-masing secara jelas telah
tercantum dalam peraturan perundang-undangan, sehingga tidak terjadi tumpang
tindih terkait pelaksanaan pengelolaan pendidikan menengah. Tindakan
pencapaian preferensi dari para aktor diatas dilaksanakan sesuai dengan instrumen
yang ada, bahkan inovasi-inovasi yang diciptakan dan ditekankan kepada
masyarakat pun hanyalah merupakan cara agar bagaimana tiap-tiap instansi ini
berhasil mencapai apa yang telah ditugaskan kepadanya.
Sementara di Pemerintah Kota Blitar, tindakan yang dilakukan dalam
keterlibatan pengelolaan pendidikan dilakukan dengan pemberian bantuan sosial,
seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pemberian bantuan sebagai bentuk kerjasama
dilakukan dengan mekanisme bantuan diberikan langsung kepada masyarakat
yang termasuk kategori kurang mampu atau miskin yang masih menempuh
jenjang pendidikan menengah, melalui OPD-OPD yang terkait langsung dengan
bidang tersebut. Bantuan tersebut pun diungkapkan sebagai salah satu celah agar
tetap bisa membantu masyarakat, meskipun kewenangan telah dilimpahkan,
seperti yang disebutkan sebagai berikut, “Memang wewenang itu sudah dibatasi,
tetapi kita cari celah, bagaimana cara membantu mereka”.92
Kebijakan tersebut dilekatkan pada tujuan pengentasan kemiskinan
sebagai tindakan lanjut dari penanganan pasca alih kelola pendidikan menengah,
agar tidak berimbas pada naiknya angka tidak melanjutkan sekolah. Maka
92 Hasil wawancara bersama Samsul Hadi, Op,.cit.
87
Pemerintah Kota Blitar melalui walikotanya berinisiatif melaksanakan pemberian
bantuan sosial sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat, meskipun
gugatan ke MK telah ditolak. Dijelaskan oleh Jito Baskoro sebagai berikut;
“Mungkin setelah, pengelolaan pendidikan khususnya SMA/SMK sesuai
dengan mandat UU 23 tahun 2014 ini kan menjadi kewenangan provinsi
yang mana sebelum undang-undang ini diberlakukan SD, SMP, SMA kan
dikelola oleh pemerintah daerah, jadi masyarakatnya enak, semuanya
gratis daripada UU ini tentunya ada dampak yang bisa dirasakan oleh
warga khususnya yang sekolah SMA/SMK. Pak wali, ini punya
kepedulian yang luar biasa, walaupun proses uji materi di MK gagal, tapi
masih bisa mencari celah sesuai dengan aturan, mekanisme yang ada,
masih membantu, itu dari warga khusus warga miskin.”93
Maka berdasarkan pada Permendagri No.32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan Permendagri No.13 Tahun 2018 tentang Perubahan
Ketiga Permendagri No.32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD, bantuan tersebut dirumuskan pada
Oktober 2017, yang akan diberikan kepada 1.141 anak baik yang sekolah di
sekolah negeri maupun swasta.94
Pelaksana teknis kebijakan bantuan sosial tersebut adalah Dinas Sosial
Kota Blitar, yang memberikan bantuan berupa pemenuhan sarana prasarana
kebutuhan siswa, yang disebut sebagai Program Study Kit Warga Miskin, baik
dari sepatu, kaos kaki, tas, buku, alat tulis, tipp-ex, pensil.95 Bantuan juga
diberikan dalam bentuk uang. Namun bantuan dalam bentuk uang tersebut dana
93 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Kepala Bidang Perlindungan Sosial dan Jaminan Sosial
Dinas Sosial Kota Blitar, 2 Mei 2018 pukul 14.21 WIB, di kantor dinsos Kota Blitar 94 Hasil wawancara bersama Ainur Rofiqoh, Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA
Kota Blitar, 17 Mei 2018 pukul 09.54 WIB, di kantor bappeda kota Blitar 95 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Op,.cit.
88
hibahnya berada di BPKAD, sehingga BPKAD lah yang menyalurkan dana
bantuan ke rekening penerima bantuan.96 Untuk mengatur teknis pelaksanaan
kebijakan tersebut tentu diperlukan pengaturan yang jelas dan sifatnya legal.
Bappeda, melalui Asrofi Romli menjelaskan bahwa, sebagai dasar implementasi
kebijakan telah ditetapkan melalui peraturan walikota, untuk mengatur mekanisme
juga besaran nominal bantuan yang akan diterima oleh siswa pada jenjang
pendidikan menengah yang kurang mampu.97 Tetapi peraturan walikota tersebut
tidak dapat dipublikasikan sebab belum adanya SK dari walikota.98
Dinas sosial pun menggandeng dinas pendidikan untuk menghimpun data
siswa pada jenjang pendidikan menengah yang ada di Kota Blitar, guna
menentukan penerima bantuan. Dinas pendidikan merupakan leading sector,
artinya adalah sektor yang berperan sebagai penggerak bagi sektor lainnya, sebab
pelaksanaan bantuan sosial membutuhkan data-data siswa jenjang pendidikan
menengah dari dinas. Data siswa yang memiliki kewenangan adalah dinas
pendidikan, sedangkan kewenangan untuk menentukan yang termasuk dalam
warga miskin adalah dinas sosial. Maka disini dinas pendidikan memiliki peran
penting, seperti yang diterangkan oleh Jito Baskoro berikut,
“…tapi data-data nama-nama penerima manfaat itu kan leading sectornya
dinas pendidikan. Sama. Sasarannya sama, dari nama-nama itu kita juga
sama, dinas pendidikan sama. Kalau dinas sosial terkait dengan
96Ibid., 97 Hasil wawancara bersama Asrofi Romli, Kepala Bidang Sosial, Budaya dan Evaluasi
Pembangunan BAPPEDA Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 10.49 WIB, di kantor Bappeda Kota
Blitar 98Hasil wawancara bersama Ainur Rofiqoh. Op.,cit.
89
kelengkapan atau bantuan operasionalnya kelengkapan anak sekolah.
Sarana prasarananya.”99
Selain dengan dinas pendidikan, juga dilakukan koordinasi dengan cabang dinas
yang bertujuan untuk melaksanakan komunikasi atau penyampaian informasi, dan
juga melakukan kevalidan data siswa. Dengan begitu antara pemerintah kota
dengan pemerintah provinsi mengetahui masing-masing upaya untuk pendidikan
menengah di Kota Blitar, dan dapat dilakukan kerjasama.
“He.eh pemberitahuan, menyampaikan ke kita iya. Jadi menyampaikan
informasi kepada kita kadang dia meminta kevalidan data, bener ndak
anak ini sekolah disini. Nah jangan-jangan dari data kelurahan anak ini
sekolah di SMA 1 ternyata ndak ada anaknya sekolah di SMA 1. Jadi
untuk kroscek data tujuannya ini bisa dilibatkan.”100
Tidak hanya OPD-OPD diatas, sama halnya di Provinsi Jawa Timur,
Dewan Pendidikan Kota Blitar juga berperan dalam urusan pendidikan. Terkait
pendidikan menengah, meskipun tidak memiliki wewenang untuk mengelola atau
dalam hal kebijakan, dewan terlibat untuk melaksanakan tugas dan fungsi mediasi
antara Pemerintah Kota Blitar dengan cabang dinas, Dewan Pendidikan Provinsi
Jawa Timur serta masyarakat, yang tidak hanya dilakukan pada saat pra alih
kelola saja.
5.1.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Kewenangan
Pengelolaan pendidikan menengah oleh pemerintah provinsi
diselenggarakan mulai tahun 2017, sehingga belum dapat dikatakan
apakah kebijakan tersebut lebih efektif ditangan pemerintah provinsi atau
pemerinah kabupaten/kota. Sebab sejumlah kendala atau permasalahan
99 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Op,.cit. 100 Hasil wawancara bersama Dr.Suhartono, Op.,cit.
90
dialami pasca alih kelola tersebut. Umumnya kendala yang dihadapi ialah
perihal koordinasi. Sebab dengan adanya regulasi baru yang mengatur
perubahan kewenangan jelas berpengaruh terhadap rentang kendali
pendidikan menengah. Seperti yang dialami oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur. Kendala lainnya yang dihadapi ialah penyesuaian
terhadap UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, karena
diperlukan adanya turunan regulasi dibawahnya, yang saat ini telah
dibentuk Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Pendidikan.101 Serta diperlukan pengembangan
regulasi lainnya yang akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
program pendidikan di Jawa Timur.
Cabang dinas sendiri menjelaskan kendala yang dihadapi ialah
terkait komunikasi dalam mengelola pendidikan menengah. Jika
sebelumnya jarak komunikasi cenderung dekat, namun pasca dialihkan
jarak tempuh untuk melaksanakan koordinasi dan penyelesaian masalah
menjadi jauh, sehingga pelayanan pendidikan yang diberikan menjadi
tidak efektif dan efisien. Melalui cabang dinas ini, kemudian komunikasi
tidak terhambat oleh jarak yang jauh. Dalam pengelolaan pendidikan
menengah, termasuk di dalamnya P3D, harus dimonitor atau dikendalikan
oleh cabang dinas, sehingga oleh Suhartono, pelayanan pendidikan pun
dapat dilaksanakan melalui berbagai akses layanan berbasis elektronik.
Untuk memberikan informasi dan komunikasi misalnya, dapat dilakukan
101 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op.,cit.
91
melalui pesan online seperti WhatsApp Massenger (WA). Seperti yang
dijelaskan berikut,
“Kalau menghambat itu kelihatan hanya komunikasinya aja.
Komunikasi kita sekarang sudah agak jauh ya, karena biasanya ke
pemerintah kabupaten kota kan deket, lain sekarang dengan provinsi,
di Jawa Timur, tapi sekarang kan informasi bisa lewat WA bisa
lewat elektronik, online kan bisa to. Tapi sebenernya hambatannya
itu.”102
Karena cabang dinas mengelola pendidikan menengah di
Kabupaten dan Kota Blitar, kendala lainnya yang perlu diatasi adalah
untuk menyatukan pola pikir antara keduanya, agar fokus perkembangan
kualitas pendidikan tidak terkotak-kotak, tetapi meluas hingga level
provinsi.
“…Terus yang kedua hambatan juga memang komunikasi belum
terjalin antara kabupaten kota yang masih terbiasa dengan otonomi
daerah ... Kalau dulu kan kita pokoknya di kabupaten ya wes
kabupaten to, kota ya kota, tapi sekarang enggak, frame kita pola
pikir kita paradigma kita sudah lebih luas jadi levelnya sudah
Provinsi Jawa Timur.”103
Ketika pola pikir demikian sudah terbentuk dan komunikasi antara
pemerintah kabupaten dan kota sudah terjalin, maka dengan dikelola oleh
cabang dinas keunggulan yang akan dirasakan pasca alih kelola ialah
menghilangkan intervensi politik lokal di bidang pendidikan. Sehingga
oleh cabang dinas diutamakan untuk menjalin kekompakan dan
kebersamaan untuk mencapai penguatan komitmen. Selain itu juga
dilakukan upaya pemerataan sumber daya manusia, dalam bentuk mutasi
terhadap pendidik dan tenaga kependidikan SMA dan SMK di wilayah
102 Hasil wawancara bersama Suhartono. Op.,cit. 103Ibid.,
92
Blitar, yakni sebanyak 26 orang, dengan berdasarkan sistem penataan dan
pemerataan tenaga pendidikan.104 Serta pemerataan melalui MGMP bagi
guru baik di kabupaten maupun kota, yang jumlahnya mencapai 20
MGMP, agar permasalahan pembelajaran dapat diatasi bersama, dan
tingkat kompetitif pun akan semakin tinggi.105
Kendala atau permasalahan yang dihadapi pasca alih kelola ini
tidak hanya terdapat pada pengelola pendidikan menengah di Kota Blitar
saja, namun Pemerintah Kota Blitar, dalam melaksanakan keterlibatannya
juga memiliki sejumlah persoalan. Keterlibatan dalam bentuk pelaksanaan
kebijakan bantuan sosial memiliki kendala, dimana dalam prosesnya yang
telah memasuki tahapan validasi data penerima bantuan dan tahap
pelelangan ini, yang rencananya akan direalisasikan pada bulan Mei
menjadi tertunda. Sebab bantuan sosial tersebut belum siap untuk
dilaksanakan, dimana tahap pelelangan baru berjalan beberapa persen dan
secara alokasi dana belum dapat untuk direalisasikan.
“Ya Juni. Rencananya kemarin kan Mei, tapi karena apa ya, secara
alokasi belum bisa dilaksanakan, mundur ini lelangnya masih berapa
persen.”106
Setelah tertunda, kemudian ditargetkan akan direalisasikan pada tahun
ajaran baru, yaitu pada bulan Juni. Namun harus tertunda kembali
dikarenakan proses lelang gagal. Proses lelang kedua tersebut tengah
104Atur Pemerataan, 26 Guru SMA di Blitar Dimutasi. 2018. Diakses dari
https://www.jatimtimes.com/baca/177055/20180810/192000/atur-pemerataan-26-guru-sma-di-
blitar-dimutasi/ Pada 22 Agustus 2018 Pukul 11.38 WIB 105Hasil wawancara bersama Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Blitar, 10 Agustus 2018 pukul 09.28
WIB, di SMAN 3 Kota Blitar. 106 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Op,.cit.
93
berjalan saat ini, yang kemudian direncanakan sebelum akhir tahun 2018
bantuan sosial bisa segera diberikan ke masyarakat.107
Kesiapan instansi dalam kebijakan tersebut juga diwarnai oleh
lempar tugas dan kurangnya koordinasi internal. Jito Baskoro menjelaskan
bahwa juga melibatkan Sekretariat Daerah Kota Blitar yaitu Sub Bagian
Pendidikan, Kesehatan, Kebudayaan dan Sosial Bagian Perekonomian dan
Kesejahteraan Rakyat (Kesra) terkait regulasi pelaksanaan program
tersebut.
“Kalau kesra kan kesejahteraan masyarakat, itu terkait tapi secara
teknis untuk pembagian dan pembelanjaan ini dinas sosial. Kalau
kesra itu kemarin terkait dengan proses untuk mengurus SK, Perwali,
ada di kesra. Nah kita kegiatan teknisnya terkait dengan bantuan.”108
Namun justru bukan Kesra yang terlibat ketika penulis mengkonfirmasi
hal tersebut, tetapi Bappeda lah yang diberi mandat untuk mengerjakan
regulasi.
“Saya salahkan ketika jenengan di suruh ke sini menemui saya ke
bagian kesra ... Memang nanti di tahun depan, yang ke depan
memang ke sini, tapi karena ini kebijakan baru pertama kali, di
Bappeda. Jadi prosesnya kemarin, proses yang kemarin, itu kan brand
project kemarin, kan masih tarik ulur.”109
Dalam pelaksanaan awal kebijakan, Kesra tidak memiliki keterlibatan,
namun Bappeda.
107Gagal Lelang, Penyebab Siswa SMA Kurang Mampu di Kota Blitar Belum dapat Bantuan.
2018. Diakses dari https://www.jatimtimes.com/baca/180904/20181016/192700/gagal-lelang-
penyebab-siswa-sma-kurang-mampu-di-kota-blitar-belum-dapat-bantuan/ pada 22 Oktober 2018
Pukul 15.22 WIB. 108 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro. Op,.cit. 109 Hasil wawancara bersama Anang Setiawan, Kepala Sub Bagian Pendidikan, Kesehatan,
Kebudayaan danSosial Bagian Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota
Blitar, 4 Mei 2018 pukul 10.33 WIB, di kantor Sekda Kota Blitar
94
Kesra tidak bersedia untuk terlibat dalam urusan program bantuan
ketika Bappeda akan melimpahkan ke Kesra, sebab sejak awal perumusan
dinas sosial, dinas pendidikan dan Bappeda yang dilibatkan sedangkan
Kesra hanya fasilitator rapat.110 Maka pelaksana program secara teknis
adalah dinas sosial dengan melibatkan dinas pendidikan, sedangkan
regulasi dan kebijakan program menjadi kewenangan Bappeda, untuk
pelaksanaan program pada tahun pertama. Sedangkan dinas sosial sendiri,
melalui Jito Baskoro, dari pernyataannya di atas menjelaskan bahwa Kesra
memiliki keterlibatan yakni terkait regulasi program. Dari sini lah
kemudian menujukkan kurangnya koordinasi antar internal Pemerintah
Kota Blitar. Bukan hanya ditunjukkan oleh dinas sosial, diperkuat juga
oleh ketidaktahuan Kesra atas berjalannya proses program bantuan sosial
tersebut, seperti berikut
“Saya loh sampek hari ini ndak tau sampek dimana Bappeda.
He.eh.. ndak ada anu. Jangan kan itu, kepala Bappeda ngadep Pak
Wali gak berani, karena ini belum jelas.. He.eh belum jelas. Ojo
meneh ngene iki mbak, kepala-kepalane podo bingung og, kan gitu
logikanya.”111
Dalam proses perumusan kebijakan bantuan sosial, menunjukkan
kesiapan yang kurang dan pada akhirnya memakan waktu lama untuk
tahap persiapannya.
“Prosesnya memang kesuwen lek ku ngarani. Mereka itu gak iso
cepet, karena podo-podo gini. Aku tak omongne opo eneke neng
jenengan, gapapa jenengan sampaikan. Ee..mereka itu takut karena
pengelolaan penuh ada disana, kabeh podo menghindar. Ketika
110Ibid., 111Ibid.,
95
menghindar dari nanti suatu saat ada salah, karena undang-
undangnya ke provinsi. Tapi kebijakan daerah, Pak Wali ingin
warganya itu yang miskin dibantu. Prosesen ayo OPD-OPD dinas-
dinas prosesen kuwi ngono loh. Wong-wong podo ucul dewe-dewe,
menghindar dewe-dewe, makane semua berkas semua ee..apa
namanya perjalanan mulai rapat dan sebagainya mau dilimpahkan
kesini, angkat tangan saya, semua kabag juga gak mau. Gitu loh
mbak. Inti ceritanya seperti itu tadi, karena benturan dengan
undang-undang.”112
Penjelasan di atas menunjukkan bahwasanya antar instansi pemerintah
tidak “satu jalan” dalam membentuk program bantuan tersebut, karena
adanya ketakutan apabila kebijakan yang telah dibuat ternyata berbenturan
dengan apa yang telah ditentukan dalam Undang-Undang No.23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan Walikota mempunyai
keinginan untuk tetap mengupayakan bantuan tersebut untuk
masyarakatnya.
Perihal keterlibatan Pemerintah Kota Blitar dalam pendidikan
menengah berdasarkan kewenangan yang dapat dimiliki yaitu melalui
pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat, tentu saja dirumuskan atas
perhitungan rasional. Antara kepala daerah dan instansi pelaksana program
masing-masing memiliki seperangkat asumsi yang berbeda, yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap capaian proses perumusan program
bantuan sosial yang hendak dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Blitar,
sehingga pencapaian preferensi yang diinginkan pun kurang maksimal.
Lebih jauh, dengan kata “celah” yang dimaksudkan pada penjelasan
sebelumnya, dapat menjadi bias makna, bahwa program bantuan yang
112Ibid.,
96
dirumuskan oleh pemerintah kota tidak hanya dapat dimaknai sebagai
bentuk tindakan agar masyarakat tidak terdampak pasca alih kelola, namun
dengan adanya problematika dan ketidakjelasan dalam proses perumusan
dapat menunjukkan bentuk keterlibatan yang dapat dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Blitar ini sebagai upaya yang dipaksakan. Anang pun
menambahkan bahwa berbeda dengan Kota Blitar, Walikota Surabaya
sendiri sudah tidak berani untuk terlibat di bidang pendidikan menengah.
“Itu kan Bu Risma gak berani itu. Semua disanaudahgakberani.Iya.
Sudah gak berani sana, kan sudah mentok itu. Sini enggak, wis
namane urusan uang banyak mbak.”113
Sebab meskipun bantuan dapat diberikan dalam bentuk bantuan sosial,
masih diperlukan regulasi yang jelas dalam aturan penyaluran bantuan
sosial kepada warga dengan status yang masih berada dijenjang
pendidikan menengah. Hal ini mengingat pengaturan mengenai pendidikan
menengah adalah sudah menjadi wewenang pemerintah provinsi,
berdasarkan undang-undang, dan undang-undang sendiri dalam hierarki
peraturan perundang-undang merupakan aturan tertinggi sebagai
pengaturan turunan UUD 1945 yang harus dipatuhi.
Kota Blitar sendiri dalam mengelola pendidikan menengahnya
sebelum dialihkan telah memberikan beragam fasilitas, utamanya terhadap
pemberian sarana prasarana penunjang sekolah seperti seragam, sepatu,
tas, buku, dan alat tulis. Hal ini lah yang dapat diartikan dengan “urusan
uang banyak” pada pernyataan “namane urusan uang banyak mbak”,
113Ibid.,
97
sebab pemberian fasilitas tersebut memiliki nilai yang tinggi dalam proses
pengadaannya. Serta dapat dilihat bahwa Kota Blitar sendiri, melalui dinas
pendidikan masih membuat rencana program dan pengganggaran terhadap
pendidikan menengah tahun 2016-2021 seperti berikut.
Diagram 5.1. Target Kinerja Program Pendidikan Menengah dan Kerangka
Pendanaan Tahun 2016-2021
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Blitar. Data diolah, 2018.
Data di atas menunjukkan rencana pengadaaan buku dan alat tulis serta
seragam untuk siswa SMA/SMK, tahun 2016 sampai pada tahun
2021.Setiap tahun jumlah yang dianggarkan pun meningkat.
Menunjukkan, Pemerintah Kota Blitar yang memiliki keinginan untuk
tetap memberi pendidikan gratis kepada masyarakatnya, meskipun pada
tahun 2016 tersebut sudah terjadi proses alih kelola.
Maka untuk kebijakan ini, yang dapat dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota pada dasarnya masih memerlukan pengaturan. Akhirnya,
Pengadaan bukudan alat tulis siswa
Pengadaan pakaianseragam sekolah
Pengadaan pakaianolah raga
2016 2,667,977,601.25 6,170,301,029.25 879,334,155.00
2017 2,808,397,475 6,495,053,715 925,614,900
2018 2,948,817,348.75 6,819,806,400.75 971,895,645.00
2019 3,096,258,216.19 7,160,796,720.79 1,020,490,427.25
2020 3,251,071,127.00 7,518,836,556.83 1,071,514,948.61
2021 3,413,624,683.35 7,894,778,384.67 1,125,090,696.04
0.001,000,000,000.002,000,000,000.003,000,000,000.004,000,000,000.005,000,000,000.006,000,000,000.007,000,000,000.008,000,000,000.009,000,000,000.00
98
meskipun secara legal pemerintah kabupaten/kota dapat memiliki
keterlibatan dalam pengelolaan pendidikan, regulasi kebijakan bantuan
masih perlu dipertegas. Agar tidak berbenturan dengan undang-undang
dan kewenangan yang dimiliki dapat digunakan oleh pemerintah untuk
melaksanakan kerjasama dalam peningkatan dan pemerataan pendidikan
menengah.
5.2 Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah
Muncul sebagai konsekuensi dari pembagian kewenangan, pada dasarnya
pengawasan dilakukan untuk mengkontrol agar kebijakan yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah berjalan sesuai dengan tujuan. Pengawasan ini dapat dilakukan
oleh pemerintah pusat dan daerah. Terbagi dalam 2 bentuk pengawasan yang
dapat dilakukan, yakni preventif dan represif. Dalam pengelolaan pendidikan
menengah, bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah
digambarkan sebagai berikut.
Bagan 5.3. Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah
di Kota Blitar
Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018
Tidak ada
Preventif
Preventif
Pemerintah
Kota Blitar
Pemerintah
Provinsi Jawa
Timur
Pemerintah
Pusat
Pendidikan
Menengah
99
Pemerintah pusat ikut andil dalam hal pengawasan, meskipun urusan
pemerintahan dalam bidang pengelolaan pendidikan menengah merupakan
kewenangan pemerintah provinsi. Dalam rangka pencapaian tujuan nasional
kontrol atau pengawasan dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Menurut Muji
Raharjo adanya kontrol dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Provinsi Jawa
Timur diungkapkan sebagai berikut,
“Iya, kan 1 struktur. Di bidang pendidikan itu kan dari pusat sampai ke
daerah, sampai ke sekolahan, kontrol itu tetep dari pusat dan daerah itu
koordinasi terus, karena kan 1 program dari pemerintah pusat dilaksanakan
oleh pusat sendiri, ada yang dilimpahkan ke kabupaten ada yang
dilimpahkan ke provinsi, kontrolnya tetap ada. Tetapi kita hanya menjadi
tanggung jawab kita hanya SMA/SMK/PK-LK itu tanggung jawab
kita.”114
Sehingga dalam urusan pengelolaan pendidikan menengah ini, pemerintah pusat
tetap memberikan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Pengawasan yang
dilaksanakan oleh pemerintah bertujuan untuk menjaga standar pelayanan kepada
masyarakat, yang dilaksanakan melalui kewenangan yang dimiliki untuk
menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) penyelenggaraan
urusan pemerintahan sesuai Pasal 16, dalam UU No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Juga sebagai bentuk untuk mempertahankan atau menjaga
mutu standar administrasi dengan cara menjalankan koordinasi antara berbagai
tingkatan pemerintahan yang ada, ditunjukkan dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur mendapat evaluasi dari pemerintah pusat, serta terhadap pemerintah pusat
wajib melaksanakan koordinasi untuk melaporkan perkembangan implementasi
kebijakan pendidikan menengah. Melalui upaya pengawasan tersebut dapat
114 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,.cit.
100
dikategorikan sebagai bentuk pengawasan preventif oleh pemerintah pusat, yang
diartikan sebagai bentuk pencegahan agar tidak terjadi hal-hal diluar kendali,
sesuai dengan ketetapan yang telah berlaku.
Pemerintah provinsi pun melaksanakan pengawasan dan pengendalian
terhadap penyelenggaraan pendidikan menengah dan PK-LK, yang dilaksanakan
oleh gubernur, sesuai yang tercantum dalam Pasal 80, Peraturan Daerah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Pengawasan diberikan kepada
OPD yang memiliki wewenang untuk melaksanakan pengelolaan pendidikan
menengah, yang dilaksanakan melalui supervisi, pemantuan dan evaluasi.Selain
oleh kepala daerah, pengawasan ini juga dilakukan oleh legislatif. Salah satu
contohnya ialah dilakukan dalam bentuk kunjungan kerja (kunker) oleh Komisi E
DRPD Provinsi Jawa Timur ke Cabang Dinas Pendidikan Wilayah
Kabupaten/Kota Blitar.115
Sedangkan Pemerintah Kota Blitar, pasca alih kelola tidak dapat
melaksanakan pengawasan terhadap pendidikan menengah, meskipun secara
teritorial letak masing-masing sekolah masih berada di Kota Blitar, sebab
kewenangan tersebut telah dialihkan, dengan dipertegas penjelasan berikut “Kita
masih ini enggak boleh. Ndak boleh. Semua ketika pengelolaan manajemen itu
berarti seluruhnya ya sudah di sana.”116 Maka sejak tahun 2017, Pemerintah
Kota Blitar tidak dapat lagi melaksanakan pengawasan maupun kewenangan
pengelolaan. Pendidikan yang sifatnya merupakan urusan bersama membuat
115 Hasil wawancara bersama Suhartono. Op.,cit. 116 Hasil wawancara bersama Sari Triwahyuni. Op,.cit.
101
pemerintah kota memiliki kewenangan koordinasi dan kerjasama untuk
memfasilitasi siswa SMA/SMK, maka dalam hal ini pemerintah kota dapat
memberikan pengawasan terkait dengan kebijakan tersebut. Karena kebijakan
tersebut ranahnya pemerintah kota, maka baik cabang dinas maupun dinas
provinsi pun tidak dapat mermberikan pengawasan terhadap kebijakan bantuan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Blitar.
Sesuai bagan 5.3. pengawasan yang dilakukan dalam konteks pengelolaan
pendidikan menengah ini ialah dalam bentuk pengawasan preventif, baik yang
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun provinsi. Sebab pengawasan yang
dilakukan bersifat pencegahan, agar kebijakan alih kelola yang diamanatkan oleh
undang-undang mulai tahun 2017 ini tidak terjadi suatu hal diluar kendali.
Sedangkan Pemerintah Kota Blitar sama sekali tidak dapat melaksanakan
pengawasan terhadap pengelolaan pendidikan menengah.
5.3. Hubungan Keuangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah
Hubungan keuangan adalah hubungan yang terbentuk karena adanya
hubungan kewenangan, sebab pengalihan atau penyerahan kewenangan akan
selalu diikuti juga dengan pengalihan pengalokasian anggaran. Pengalihan
pengelolaan pendidikan menengah ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka
juga mengalihkan pengganggaran urusan pendidikan menengah yang ada di
Pemerintah Kota Blitar. Pengalihan yang dimaksud adalah pengalihan secara
administrasi. Dengan begitu pasca pengalihan, pengganggaran di Pemerintah Kota
Blitar dihapuskan dan dianggarkan di Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan APBD
Kota Blitar secara hukum tidak dapat lagi membiayai segala sesuatu terkait
102
dengan urusan pendidikan menengah. Berikut adalah pemetaaan pendanaan atau
keuangan dalam urusan pengolaan pendidikan menengah melalui bagan
5.4.berikut.
Bagan 5.4. Pengelolaan Keuangan Pendidikan Menengah Berdasarkan
Sumbernya
Sumber: Diolah oleh Penulis, 2018
Personel baik yang termasuk PNS maupun Non PNS (GTT dan PTT)
pendanaannya bersumber dari APBD Provinsi Jawa Timur, bukan lagi dari APBD
Kota Blitar.GTT atau guru honorer seperti yang diketahui, ada yang diangkat
berdasarkan SK kepala daerah dan sekolah, untuk GTT yang dimaksudkan ini
ialah yang memiliki SK kepala daerah. Salah satu guru dari SMA negeri di Kota
Blitar memperkuat penjelasan tersebut melalui pernyataan di bawah,
Pendidikan Menengah
Sarana Prasarana
APBD Kota
PNS GTT/
PTT
Bantuan Pendidikan
Menengah (Bansos)
APBD Provinsi
Personel
103
“Kalau guru honorer saiki kan provinsi. Insentife ada yang dari provinsi
ada yang dari sekolah.”117
Maka Pemerintah Kota Blitar sudah tidak dapat melaksanakan pendanaan
terhadap seluruh personel pendidikan menengah, baik dalam bentuk pemberian
gaji maupun tunjangan.Misalnya seperti peniadaan pemberian tunjangan makan
minum (mamin) bagi guru SMA/SMK yang PNS, dimana sejak 2017 APBD Kota
Blitar sudah tidak dapat mengganggarkan pemberian tunjangan tersebut.118 Selain
personel, pengelolaan sarana prasarana yang mendukung pendidikan menengah
pun berasal dari APBD Provinsi Jawa Timur.
Kemudian dari segi penganggaran di Pemerintah Provinsi Jawa Timur
otomotis beban anggaran menjadi lebih banyak, sebab anggaran difungsikan
untuk pembiayaan sarana prasana dan personel pendidikan menengah di seluruh
kabupaten/kota yang ada wilayah Jawa Timur.
“Kalau nominal saya sulit menjawab mbak. Tapi gini asumsi aja ya, dulu
kita tidak mengelola sekolah lha ketambahan sekolah 700 sekian sekolah
negeri, yang swasta belum. Jadi misalnya, sekolah negeri saja 700, nah
sekolah swasta, kalau SMA sekitar 1000an, SMK sekitar 1000 juga, SLB
sekitar 400. Jadi sekitar, kita sekarang mengelola sekolah 3000an sekolah.
Dulu kita tidak mengelola. Terus guru, dulu kita tidak mengelola guru
SMA/SMK, masuk ke provinsi guru itu kurang lebih 33.000 lebih. Nah itu
kan kalau kita hitung besar pembiayaannya luar biasa. Minimal untuk gaji
terus untuk operasional sekolah dari sekian ribu itu sendiri kan beban
anggaran kan jadi lebih besar.”119
Meskipun tidak dijelaskan dengan rinci nominal penganggaran untuk pendidikan
menengah ini, namun dengan jumlah sekolah SMA, SMK dan SLB se Jawa Timur
yang diperkirakan jumlahnya mencapai 3.000 sekolah dan belum termasuk
117 Hasil wawancara bersama Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Blitar, Op,.cit. 118Ibid., 119 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,cit.
104
dengan guru dan personel lainnya, sudah jelas bahwa anggaran yang diperlukan
oleh pemerintah provinsi bertambah. Begitu juga dengan adanya perubahan
struktur, melalui pembentukan cabang dinas, maka anggaran dibagi untuk
operasional cabang dinas, dimana di seluruh provinsi terdapat 31 cabang.
“Jadi dengan pengelolaan ke adanya cabang dinas itu anggaran di provinsi
malah terbagi, akhirnya diturunkan ke cabang. Sekarang ada 31 cabdin,
cabang dinas nanti akan dimarger lagi mejadi 24 di tahun 2019 ini cabang
dinas. Lek anggarannya wis pasti besar.”120
Berbeda dengan provinsi yang meningkat beban anggarannya, di Kota
Blitar beban anggaran otomatis berkurang karena tidak dapat lagi memberikan
anggaran untuk pendidikan menengah. Namun dapat dilakukan penganggaran dari
APBD kota dengan dilaksanakannya bantuan sosial kepada masyarakat miskin
yang masih bersekolah di SMA/SMK. Sehingga bentuk hubungan yang terbentuk
dari alih kelola pendidikan menengah ini adalah provinsi bertambah beban
anggarannya dan pemerintah kota tidak dapat lagi melakukan penganggaran.
5.3.1. Kendala dan Solusi dalam HubunganKeuangan
Tentu saja dalam hubungan ini terdapat kendala. Terutama pada
tahun pertama kebijakan, yang berdampak terhadap pendanaan personel
baik yang PNS maupun Non PNS. Karena sudah berada ditangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka setiap urusan banyak menunggu
dari provinsi, termasuk dalam hal penggajian untuk PNS. Setiap awal
pertengahan bulan nantinya akan dishare oleh cabang dinas tentang
120 Hasil wawancara bersama Suhartono, Op,.cit.
105
penggajian.121Sedangkan kendala muncul untuk GTT di sekolah swasta,
karena tidak mendapatkan insentif dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur
pada tahun pertama berjalannya kebijakan.
“Untuk yang non PNS perbedaannya jelas, tahun pertama insentif
untuk guru-guru yang GTT itu gak ada, jadi sementara ini saya
sendiri yang disekolah swasta juga bingung, ya kan, dalam arti
bingung, yang biasanya ada insentif terus sekarang gak ada.”122
Tentu saja akan membebani sekolah swasta karena insentif tersebut juga
menunjang kesejahteraan guru. Hal tersebut diungkapkan hanya terjadi
pada waktu awal saja. Hingga penelitian ini ditulis, berdasarkan
narasumber lainnya tidak ditemukan permasalahan serupa setelah 1 tahun
lebih berjalannya alih kelola pendidikan menengah. Mengingat dari data
alih kelola di Kota Blitar juga tidak terdapat GTT yang dialihkan ke
pemerintah provinsi. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri pada tahun
2018 telah menganggarkan Rp 6 Miliar per bulan untuk honorarium GTT
dan PTT bagi 8.000 orang dari total 21.754 orang, dimana masing-masing
akan mendapat sejumlah Rp 750.000,- per orang.123
Tentu saja permasalahan ini, baik terhadap PNS maupun Non PNS
perlu diperhatikan oleh pemerintah provinsi agar tidak terjadi kesenjangan
kesejahteraan terhadap pendidik dan tenaga pendidikan. Sekolah sendiri
pun perlu memperhatikan kembali GTT dan PTT yang berhak untuk
memperoleh insentif dari daerah. 121Hasil wawancara bersama Wing Cahyo Wahyu Nugroho, Kepala Sekolah SMK Swasta PGRI 1
Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 09.52 WIB, di SMK PGRI Kota Blitar. 122Ibid., 123Gaji GTT/PTT Bukan Tambahan Penghasilan. 2018. Diakses dari
https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2018/02/05/46308/gaji-gttptt-bukan-untuk-tambahan-
penghasilan Pada 22 Oktober 2018 Pukul 17.33 WIB
106
5.4. Hubungan dalam Susunan Organisasi Pengelola Pendidikan Menengah
Pengelolaan pendidikan pada dasarnya telah difokuskan pada tiap
tingkatan pemerintah, sesuai yang diamanatkan oleh UU No.23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Susunan organisasi ini dimaksudkan agar mencapai
efisiensi dan produktifitas organisasi dalam menjalankan setiap urusan yang
dimiliki. Pada pengelolaan pendidikan menengah ini susunan organisasinya akan
dikategorikan dalam dua segi, yaitu :
a. Susunan luar, ialah Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota
Blitar sendiri dalam konteks pembahasan ini. Dilihat berdasarkan besaran
peran dan fungsi yang dimiliki dari masing-masing susunan terhadap
pelayanan pendidikan menengah yang dilakukan terhadap masyarakat.
Pemerintah provinsi mempunyai kewenangan yang luas, dibandingkan
pemerintah kota yang sangat terbatas kewenangannya untuk ikut terlibat
dalam urusan pendidikan menengah.
b. Susunan dalam, mengenai alat kelengkapan (organ) daerah yaitu instansi
pelaksana pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar. Dinas
pendidikan provinsi dan kota mengalami perubahan dengan adanya alih
kelola ini, sebab besaran susunan organisasi didalamnya telah ditentukan
berdasarkan tugas yang menjadi urusannya. Untuk membantu pemerintah
provinsi yang memiliki cakupan wilayah luas, oleh pemerintah pusat
melalui Permendagri No.12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan
dan Klasifikasi Cabang Dinas dan UPTD, ditetapkan pembentukan cabang
dinas pendidikan, agar pelayanan yang diberikan di tingkat kabupaten/kota
107
dapat terjangkau dengan mudah dan lebih efisien. Selain pembentukan
cabang dinas, juga terjadi penghapusan terhadap Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) di tingkat kecamatan.124 Penghapusan dilakukan sebagai
bentuk efisiensi penataan personalia. Di Kota Blitar, UPTD di 3
kecamatan dihapuskan, dimana sebelumnya UPTD ini membantu tugas
dinas pendidikan dalam menangani PAUD, TK, dan SD di tingkat
kecamatan. Sehingga perubahan struktur dalam bidang pendidikan ini
tidak memperlebar struktur kelembagaan pemerintah.
5.4.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Susunan Organisasi
Perubahan susunan organisasi tersebut pelaksanaannya tidak
langsung memberikan pelayanan yang efisien dan efektif. Proses
pelayanan yang pada dasarnya terpusat ke provinsi membuat alur
administrasi menjadi lebih panjang.
“Itu jadi yang paling ketara kemarin yaitu waktu pengurusan
kenaikan pangkat dari rekan-rekan dan termasuk saya itu,
modelnya penilainnya dipusatkan ke provinsi, jadi kalau ada
kekurangan atau kekeliruan kita larinya juga ke provinsi, ke cabang
dinas ini terus larinya ke Surabaya.”125
Meskipun sudah terdapat cabang dinas, ketika kepengurusan di cabang
dinas tidak bisa terselesaikan tetap akan diurus ke Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur. Tentu saja hal ini berdampak terhadap efisiensi
waktu, karena jauhnya jarak yang ditempuh dan pengurusan yang
dilakukan 2 kali. Selain itu susunan kepengurusan di cabang dinas dinilai
124 Hasil wawancara bersama Desy Widyaningrum, Kepala Sub Bagian Program dan Tugas
Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar, 19 Maret 2018 pukul 10.43 WIB, di Kantor Dinas
Pendidikan Kota Blitar. 125 Hasil wawancara bersama Wing Cahyo Wahyu Nugroho, Op,.cit.
108
masih belum tertata, ketika dibandingkan dengan dinas pendidikan
sebelum adanya alih kelola ke provinsi, yang juga berakibat pada
penanganan urusan administrasi.
“Terus yang kedua, kita dalam kepengurusan itu mungkin jumlah
personil yang dicabang dinas yang berada di jalan sultan agung ini,
belum tertata seperti dulu, keperguruan mana, ini ini nah.. Jadi
permasalahan yang timbul disitu, di administrasi, terutama
administrasi.”126
Maka dapat disimpulkan dari penjelasan di atas, bahwa kendala yang
dihadapi ialah terkait penyelesaian permasalahan administrasi, meskipun
telah dibentuk cabang dinasdan pelayanan berbasis online yang tujuannya
untuk memudahkan pelayanan di kota dan kabupaten. Sehingga perlu
dilakukan pembenahan terhadap sistem pelayanan administrasi pendidikan
dan mekanisme penyelesaian permasalahanyang dilakukan oleh OPD
pelaksana pengelolaan pendidikan.
126Ibid.,
109
BAB VI
PENUTUP
Bab penutup ini terdiri dari sub bab kesimpulan dan rekomendasi, yang
menyajikan ulasan berdasarkan temuan yang ada di lapangan yakni di Provinsi
Jawa Timur dan Kota Blitar terhadap pengelolaan pendidikan menengah.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian dalam skripsi tentang Alih Kelola
Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi
(Studi di Kota Blitar) dengan menggunakan indikator Rational Choice
Institusionalism yang telah dipaparkan ke dalam 4 ranah hubungan pemerintah
pusat dan daerah, yakni hubungan kewenangan, pengawasan, keuangan, dan
susunan organisasi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar
ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pertama, keterlibatan aktor.Aktor yang terlibat ialah Pemerintah Provinsi
Jawa Timur dan Pemerintah Kota Blitar. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai
aktor utama yang melaksanakan pengelolaan pendidikan melalui dinas pendidikan
dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kab/Kota Blitar. Sedangkan Pemerintah
Kota Blitar masih dapat terlibat, meskipun kewenangannya hanya sebatas untuk
melaksanakan komunikasi dan kerjasama, mengingat urusan pendidikan ialah
urusan bersama. Keterlibatan tersebut tidak lagi dilaksanakan oleh dinas
110
pendidikan, namun dilaksanakan oleh dinas sosial, dan BPKAD. Dinas
Pendidikan Kota Blitar sendiri masih dilibatkan dalam pelaksanaan keterlibatan
tersebut, yaitu sebagai sektor penggerak bagi sektor lainnya yang mendukung
pelaksanaan kebijakan pemerintah. Aktor-aktor lain pun dilibatkan dalam
pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar, antara lain Dewan Pendidikan
Provinsi Jawa Timur, Dewan Pendidikan Kota Blitar, perguruan tinggi, organisasi
guru, pemerhati pendidikan, NGO di bidang pengembangan dan riset, pakar
pendidikan, organisasi profesi, dunia usaha dan Ombudsman. Juga melibatkan
walikota, Komisi I DPRD Kota Blitar, komite sekolah dan masyarakat untuk
melaksanakan komunikasi terkait pendidikan menengah.
Kedua, perilaku atau tindakan pencapaian. Pemerintah Provinsi Jawa
Timur, melalui dinas pendidikan melaksanakan sejumlah tindakan dengan
inovasi-inovasi yang diciptakan untuk seluruh pendidikan menengah di Wilayah
Jawa Timur bedasarkan 5 kewenangan utama yang dimiliki. Cabang dinas sendiri
memiliki langkah-langkah utama untuk melaksanakan pengelolaan melalui
penguatan komitmen dan implementasi visi dan misi Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Timur. Sedangkan Pemerintah Kota Blitar merumuskan kebijakan bantuan
sosial untuk warga miskin dijenjang SMA/SMK, dalam bentuk bantuan sarana
prasarana kebutuhan siswa dan bantuan uang.
Ketiga, kepentingan-kepentingan. Bahwasanya Pemerintah Provinsi Jawa
Timur melaksanakan pengelolaan sesuai dengan instrumen yang ada, upaya-upaya
yang dilakukan juga merupakan bentuk pencapaian preferensi sesuai yang telah
ditugaskan kepada pemerintah provinsi, sehingga kepentingannya hanya bersifat
111
normatif saja. Sedangkan Pemerintah Kota Blitar sendiri kurang maksimal dalam
melaksanakan kebijakan bantuan sosial sebagai keterlibatan pada pendidikan
menengah, dikarenakan antara kepala daerah dengan instansi pelaksana kebijakan
dalam merumuskan program bantuan, memiliki perbedaan asumsi dalam proses
perumusannya. Serta adanya sejumlah problematika yang menyebabkan belum
terwujudnya kebijakan yang dirumuskan, yang mana pada akhirnya
keterlibatannya dapat dimaknai sebagai upaya yang dipaksakan dan bentuk
kepentingannya dapat menjadi bias makna.
Keempat, instrumen atau aturan dalam lembaga.Berbagai tindakan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan wewenang yang telah diatur
dalam UU Pemda, Peraturan Pemerintah dan Peraruran Daerah sedangkan
Pemerintah Kota Blitar belum memiliki SK Walikota sehingga Peraturan
Walikota bantuan sosial belum legal untuk digunakan.
2. Kendala dan solusi dalam pengelolaan pendidikan menengah setelah alih
kelola dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pasca alih kelola, pendidikan menengah yang berada di tangan Pemerintah
Provinsi tidak langsung menunjukkan pengelolaan yang efektif maupun
efisien.Sejak secara legal dialihkan pada tahun 2017, masih terdapat beberapa
kendala atau persoalan, sehingga dalam beberapa hal harus segera dibenahi.
Sebagai pengelola pendidikan menengah di Kota Blitar, dinas pendidikan dan
cabdin terkendala pada koordinasi dan egosentrisme Kabupaten/Kota Blitar,
namun hal tersebut segera diatasi dengan upaya memberikan pelayanan berbasis
112
online, penguatan komitmen dan pemerataan SDM. Sedangkan Kota Blitar pun
memiliki kendala dalam melaksanakan keterlibatannya yaitu adanya lempar tugas
dan kurangnya koordinasi antar internal instansi terkait bantuan sosial,
dikarenakan antara kepala daetah dengan instansi pelaksana memiliki asumsi yang
berbeda karena adanya ketakutan kebijakan yang berbenturan dengan undang-
undang, sehingga berdampak terhadap lamanya proses pelaksanaan bantuan
sosial. Pada permasalahan ini regulasi kebijakan bantuan masih perlu dipertegas.
Kendala yang dialami oleh sekolah menengah di Kota Blitar dari
pengelolaan tersebut pada umumnya terjadi pada awal tahun pelaksanaan. Seperti
persoalan terhadap personel terkait dengan penggajian untuk PNS yang harus
menunggu dari pemerintah provinsi dan GTT di sekolah swasta tidak
mendapatkan insentif pada tahun pertama berjalannya kebijakan. Alur
administrasi pun dirasakan menjadi lebih panjang ketika terdapat permasalahan
yang tidak dapat diselesaikan oleh cabdin dan harus ke dinas pendidikan provinsi.
Sedangkan untuk urusan kesiswaan dan pembelajaran tidak ditemukan kendala.
6.2. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas kemudian dipaparkan beberapa
rekomendasi bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Blitar
dalam pengelolaan pendidikan menengah, sehingga dapat dijadikan perbaikan
untuk selanjutnya. Maka rekomendasi dari peneliti sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar
ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
113
Pertama, pada keterlibatan aktor. Perlu adanya peningkatan kerjasama
antar aktor yang terlibat. Pendidikan sifatnya adalah urusan bersama, dimana
merupakan tanggung jawab bersama untuk dapat memajukan pendidikan tersebut,
sehingga kerjasama di sini sangat perlu dilaksanakan, selain untuk meningkatkan
hubungan antar pemerintahan. Kerjasama yang dimaksudkan ialah untuk
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kota Blitar. Kerjasama juga
tidak berarti dengan melaksanakan kebijakan atau program bersama-sama saja.
Sebab pada dasarnya sebagai pemegang kewenangan pendidikan menengah yang
baru tentu perlu melaksanakan peningkatan kerjasama dengan Pemerintah Kota
Blitar, agar dalam kebijakan-kebijakan yang dihasilkan melalui pertimbangan-
pertimbangan yang menyangkut karakteristik pendidikan yang ada di Kota Blitar,
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkait pendidikan. Serta agar tidak
muncul gap baik antar pemerintah provinsi dengan kota, maupun pemerintah kota
dan kabupaten yang pengelolaan pendidikan menengahnya berada di pemerintah
provinsi. Kerjasama terhadap aktorlain pun perlu ditingkatkan, sehingga seluruh
komponen merasa diikut sertakan dalam membangun pendidikan meskipun
pendidikan menengah ini telah dialihkan. Salah satu contohnya adalah dengan
kembali melibatkan sekolah dalam kegiatan-kegiatan Pemerintah Kota Blitar yang
dapat menunjang peningkatan sekolah tersebut.
Kedua, perilaku atau tindakan pencapaian. Dengan melakukan
peningkatan komitmen. Utamanya penting dilaksanakan penyatuan komitmen,
agar satuan pemerintahan memiliki arah tindakan yang sama dan tidak lagi
berpikir bahwa kemajuan pendidikan dapat dilakukan oleh satu tingkat
114
pemerintahan saja. Selain itu komitmen penting bagi terbentuknya pencapaian
yang se-visi dan misi.Komitmen juga penting agar aktor-aktor dalam tindakannya
mampu mengutamakan kesejahteraan masyarakat dan memberikan pelayanan
yang lebih efisien serta efektif.
Ketiga, kepentingan-kepentingan. Dalam hal ini kepentingan yang bersifat
negatif perlu dibatasi dengan adanya regulasi atau payung hukum yang mengatur
dengan jelas kewenangan-kewenangan serta kebijakan pemerintah. Masyarakat
maupun pihak lainnya dapat terlibat untuk mengkontrol jalannya kebijakan agar
tidak digunakan sebagai bentuk kepentingan tertentu.
Keempat, instrumen atau aturan dalam lembaga. Melakukan pengaturan
regulasi guna menjadi landasan yang pasti bagi pelaksanaan berbagai program dan
kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan
Pemerintah Kota Blitar. Misalnya adalah regulasi terkait mekanisme atau
ketentuan pemberian bantuan sosial yang dapat diberikan kepada siswa jenjang
pendidikan menengah. Peninjauan terhadap regulasi juga penting dilaksanakan,
agar dapat dipetakan dengan jelas bentuk keterlibatan atau kewenangan yang
dapat dimiliki oleh pemerintah tingkat provinsi dan kota, dengan berdasarkan
mekanisme yang tepat.
2. Kendala dan solusi dalam pengelolaan pendidikan menengah setelah alih
kelola dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Agar pendidikan menengah dapat berjalan efektif dan efisien perlu
peningkatan dan penanganan terhadap pengelolaannya. Beberapa solusi juga telah
115
dipaparkan pada pembahasan diatas. Seperti diperlukannya peningkatan
komitmen pada pelaksana pengelolaan juga pemerintah daerah untuk sama-sama
meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan menengah, agar tidak ada lagi
perbedaan asumsi dan tidak ada lagi egosentrisme daerah. Untuk mendukung hal
tersebut juga diperlukan peninjauan maupun penguatan terhadap regulasi yang
dapat digunakan.
Untuk mengatasi kendala yang dialami oleh sekolah menengah di Kota
Blitar terhadap persoalan administrasi perlu dilakukan dengan memperbaiki
sistem pelayanan administrasi pendidikan dan mekanisme penyelesaian
permasalahan yang dilakukan oleh OPD pelaksana pengelolaan pendidikan
menengah. Selain itu agar tidak ada lagi persoalan terkait personil pendidikan
menengah, pemerintah provinsi pun perlu memperhatikan kesejahteraan personel
baik PNS maupun Non PNS untuk mendapatkan honorarium sesuai dengan yang
semestinya.
116
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan dan Undang-Undang
Hasil Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 30/PUU-VIV/2016
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 30/PUU-XIV/2016 “Kewenangan
Pengelolaan Pendidikan Menengah”.
Buku
Aminuddin, M. Faishal. 2009. Globalisasi dan Neoliberalisme: Pengaruh dan
Dampaknya bagi Demokratisasi Indonesia. Yogyakarta: Logung
Pustaka.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Gie, The Liang. 1968. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT. Gunung
Agung.
Hakim, Lukman. 2012. Filosofi Kewenangan Organ&Lembaga Daerah:
Perspektif Teori Otonomi dan Desentralisasi dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Negara Hukum dan Kesatuan. Malang: Setara Press.
Hall, Peter A. dan Rosemary C.R.Taylor.Juni 1996. Political Science and The
Three New Institutionalisms. MPIFG Discussion Paper. USA: Harvard
University.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kaho, Josef Riwu. 2012. Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia. Yogyakarta: Center for Politics and Government (PolGov)
Fisipol UGM.
117
Kaho, Josef Riwu. 1982. MEKANISME PENGONTROLAN: Dalam Hubungan
Pemerintah Pusat dan Daerah, Suatu Studi Perbandingan. Jakarta: PT
Bina Aksara
Manan, Bagir.1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Manan, Bagir. 2004.Menyongsong Fajar Otonomi Daerah.Yogyakarta: Penerbit
Pusat Studi Hukum UII.
Marsh, David &Gerry Stoker. 2012. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik.
Bandung:Nusamedia.
Miles dan Huberman.1992.Analisis Data Kualitatif.Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Petters, B. Guy. 1999. Institutional Theory in Political Science: The ‘New
Institutionalism’. New York: CONTINUUM.
Rosidin, Utang. 2015. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Sabarno, Hari. 2008. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan
Bangsa.Jakarta: Sinar Grafika.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
di Indonesia.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jurnal
A.Zarkasi. 2011.Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah. Jurnal Ilmu Hukum
Vol.2No.1. Diunduh dari https://online-
journal.unja.ac.id/index.php/jih/article/view/53 pada 12 Oktober 2017
pukul 12.35 WIB
D, Dewi Sendhikasari. Pengalihan Kewenangan Manajemen Pendidikan
Menengah dari Kabupaten/Kota ke Provinsi.Majalah Info Singkat
Pemerintahan Dalam Negeri Vol. VIII No.07/I/P3DI/April/2016. Diakses
darihttp://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-
7-I-P3DI-April-2016-38.pdfpada 3 Oktober 2017 pukul 21.36 WIB
118
Damayanti, Sella Nova. September-Desember 2017.Analisis Prospektif Kebijakan
Pengalihan Kewenangan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota
Surabaya ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur Berdasarkan UU No.23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik Vol.5 No.3. Diunduh dari http://journal.unair.ac.id/
pada 15 Maret 2018 pukul 16.46 WIB
Dennis Abel T.P, dkk. 2017. Analisis Yuridis Terhadap Peralihan Bidang
Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada
Pemerintah Provinsi sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Diponegoro Law Journal
Vol.6, No.2. Diunduh dari http://ejournal3.undip.ac.id/pada 13 Oktober
2017 pukul 18.21 WIB
Enggarani, Nuria Siswi. Mei-Agustus 2013.Analisis Otonomi Daerah dalam
Menguatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Terhadap
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Juncto Undang-Undang No. 12
Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah).Jurnal Yustisia Vol.2 No.2.
Habibi, Fikri. Oktober 2017.Transisi Peralihan Kewenangan Bidang Pendidikan
SMA/SMK di Provinsi Banten.Jurnal SAWALA Vol.5 No.2.
Moh.Fajar Shodiq Ramadhan&Tri Hendra Wahyudi. 2016. Pembiaran pada Potensi
Konflik dan Kontestasi Semu Pemilukada Kota Blitar: Analisis
Institusionalisme Pilihan Rasional. Indonesian Political Review 1 (2).Hlm.140.
Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI pada 23 Maret 2018
pukul 13.14 WIB
Ramadhan, Moh. Fajar Shodiq &Tri Hendra Wahyudi. 2016. Pembiaran pada
Potensi Konflik dan Kontestasi Semu Pemilukada Kota Blitar: Analisis
Institusionalisme Pilihan Rasional. Indonesian Political Review 1 (2).
Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI pada 23 Maret
2018 pukul 13.14 WIB
S.Bachri, Bachtiar. April 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada
Penelitian Kualitatif.Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.1 No.1.Hlm.10. Diakses
dari http://yusuf.staff.ub.ac.id pada 28 Juni 2018 pukul 11.22 WIB
Suwarno, Eno dkk.Januari 2016.Implikasi Terbitnya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Terhadap Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan di
Provinsi Riau.Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.1.
Sendhikasari D., Dewi.2016. Pengalihan Kewenangan Manajemen Pendidikan
Menengah dari Kabupaten/Kota ke Provinsi. Majalah Info Singkat
Pemerintahan Dalam Negeri Vol. VIII No.07/I/P3DI/April/2016.Hlm.18.
Diakses dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-7-I-
P3DI-April-2016-38.pdf pada 3 Oktober 2017 pukul 21.36 WIB
119
Yusdianto.2015. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah Menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Padjajaran
Jurnal Ilmu Hukum Vol.2 No. 3.
Skripsi
Alti, Andi. 2013. Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah dalam
Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Bone Berdasarkan Undang-
Undang No.32 Tahun 2004.Skripsi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin Makasar.
Putri, Andi Pratiwi Yasni. 2017. Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren
Antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di
Bidang Pendidikan.Skripsi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari
http://repository.unhas.ac.id/ pada 11 Oktober 2017 pukul 13.19 WIB.
Sajida. 2018. Fungsi Pengawasan Legislator Perempuan pada Tindak Kasus
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Malang. Skripsi: Ilmu
Pemerintahan, Universitas Brawijaya Malang.
Sari, Indah. 2017. Tinjauan Yuridis Terhadap Pengalihan Kewenangan
Pengelolaan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan
kepada Pemerintah Provinsi. Skripsi Program Studi Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari
http://repository.unhas.ac.id/pada 11 Oktober 2017 pukul 18.31 WIB
Ulum, Andi Nurul. 2017. Kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo
Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Skripsi Program Studi Hukum Administrasi
Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh
dari http://repository.unhas.ac.id/ pada 13 Oktober 2017 pukul 21.15
WIB
Widyanisa, Prilla. 2018. Hubungan antar Lembaga dalam Pengembangan Tata
Kelola Ekowisata Bowele di Desa Purwodadi Kecamatan Tirtuyudo
Kabupaten Malang. Skripsi: Ilmu Pemerintahan, Universitas Brawijaya
Malang.
Website
https://blitarkota.bps.go.id/
http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id
http://m.jatimtimes.com/baca/137888/20160310/151316/wali-kota-blitar-
pendidikan-gratis-tingkatkan-kecerdasan-warga
http://statistik.data.kemendikbud.go.id/
120
https://www.jatimtimes.com/baca/180904/20181016/192700/gagal-lelang-
penyebab-siswa-sma-kurang-mampu-di-kota-blitar-belum-dapat-bantuan/
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3161449/ribuan-pelajar-dan-wali-murid-
dukung-pengambilalihan-smasmk-ke-pemkot-blitar
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170719142659-12-228883/mk-tolak-
kewenangan-wali-kota-bupati-kelola-sma/
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=12994#.
WW8VDhWGPIV
https://www.jatimtimes.com/baca/177055/20180810/192000/atur-pemerataan-26-
guru-sma-di-blitar-dimutasi/
https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2018/02/05/46308/gaji-gttptt-bukan-
untuk-tambahan-penghasilan
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/22/o2y84y219-
smasmk-dialihkan-ke-provinsi-kemendikbud-agar-lebih-fokus
Lainnya
Data Alokasi Anggaran Program Pendidikan Menengah oleh Dinas Pendidikan
Kota Blitar
Kota Blitar dalam Angka 2017. Diunduh darihttps://blitarkota.bps.go.id/ pada 17
Juni 2018 pukul 00.38 WIB
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Tahun 2015
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Blitar Tahun
2016
RPJMD Kota Blitar Tahun 2016-2021 Hlm. 250
Wawancara
Wawancara bersama Sari Triwahyuni, Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan dan
Kelembagaan Bagian Hukum dan Organisasi Sekretariat Daerah Kota
Blitar , 8 Februari 2018 pukul 09.53 WIB.
Wawancara bersama Hartato, sebagai kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum
dan Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Blitar,
13 Februari 2018 pukul 12.26 WIB
Wawancara bersama Samsul Hadi, Staf Pengelola Pendidikan Sub Bagian
Program dan Tugas Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar, 15 Maret
2018 pukul 10.32 WIB.
121
Wawancara bersama Nuryanto, Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa Timur Periode
2016/2021, 26Maret 2018 pukul 12.16 WIB.
Wawancara bersama Jito Baskoro S.Sos, Kepala Bidang Perlindungan Sosial dan
Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota Blitar, 2 Mei 2018 pukul 14.21 WIB,
di kantor dinsos Kota Blitar
Wawancara bersama Anang Setiawan S.Sos, Kepala Sub Bagian Pendidikan,
Kesehatan, Kebudayaan danSosial Bagian Perekonomian dan
Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Blitar, 4 Mei 2018 pukul
10.33 WIB, di kantor Sekda Kota Blitar
Wawancara bersama Wing Cahyo Wahyu Nugroho, Kepala Sekolah SMK Swasta
PGRI 1 Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 09.52 WIB, di SMK PGRI Kota
Blitar
Wawancara bersama Asrofi Romli S.P sebagai Kepala Bidang Sosial, Budaya dan
Evaluasi Pembangunan BAPPEDA Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 10.49
WIB, di kantor Bappeda Kota Blitar
Wawancara bersama Dr.Suhartono, M.Pd, Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah Kabupaten dan Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 14.20 WIB, di
kantor cabdin Kab/Kota Blitar
Wawancara bersama Muji Raharjo, Pengawas Bidang Pendidikan Khusus Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur ,15 Mei 2018 pukul 13.40 WIB.
Wawancara bersama Ainur Rofiqoh S.STP., M.Si sebagai Kepala Sub Bidang
Sosial dan Budaya BAPPEDA Kota Blitar, 17 Mei 2018 pukul 09.54
WIB, di kantor bappeda kota Blitar
Wawancara bersama Dwi Sukartowo, Ketua Dewan Pendidikan Kota Blitar
Periode 2013/2018, 23 Mei 2018 pukul 09.54 WIB.
Wawancara bersama Rudi Hartono, sebagai Kepala SMA Negeri 3 Kota Blitar, 23
Mei 2018 pukul 11.05 WIB.
Wawancara bersama Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Blitar, 10 Agustus 2018
pukul 09.28 WIB, di SMAN 3 Kota Blitar.
122
LAMPIRAN
Foto bersama Sari Triwahyuni, Kepala
Sub Bagian Analisa Jabatan dan
Kelembagaan Bagian Hukum dan
Organisasi Sekretariat Daerah Kota
Blitar , 8 Februari 2018 pukul 09.53
WIB di Kantor Sekda Kota Blitar.
Foto bersama Samsul Hadi, Staf
Pengelola Pendidikan Sub Bagian
Program dan Tugas Pembantuan
Dinas Pendidikan Kota Blitar, 15
Maret 2018 pukul 10.32 WIB, di
Kantor Dikda Kota Blitar.
Foto bersama Nuryanto, Sekretaris
Dewan Pendidikan Jawa Timur Periode
2016/2021, 26Maret 2018 pukul 12.16
WIB, di kantor Dewan Pendidikan
Jatim.
Foto bersama Muji Raharjo, Pengawas
Bidang Pendidikan Khusus Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur, 15
Mei 2018 pukul 13.40 WIB, kantor
Klinik Pendidikan Dikda Provinsi
Jatim
Foto Bantuan Sosial untuk
Program Study Kit
123
Foto bersama Jito Baskoro S.Sos,
Kepala Bidang Perlindungan Sosial
dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota
Blitar, 2 Mei pukul 14.21 WIB, di
kantor dinsos Kota Blitar
Foto bersama Anang Setiawan S.Sos,
Kepala Sub Bagian Pendidikan,
Kesehatan, Kebudayaan danSosial
Bagian Perekonomian dan
Kesejahteraan Rakyat Sekretariat
Daerah Kota Blitar, 4 Mei 2018
pukul 10.33 WIB, di kantor Sekda
Kota Blitar
Wawancara bersama Ainur Rofiqoh
S.STP., M.Si sebagai Kepala Sub
Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA
Kota Blitar, 17 Mei 2018 pukul 09.54
WIB, di kantor Bappeda kota Blitar
Foto Kantor Cabang Dinas
Pendidikan Wilayah Kabupaten dan
Kota Blitar
KOTA BLITAR
TANAH
(Bidang)
PERALATAN DAN
MESIN (Buah)
GEDUNG DAN BANGUNAN
(Unit)
JALAN IRIGASI DAN
JARINGAN (titik)
ASET LAIN
(buah) KONSTRUKSI
1 Pendidikan Pengelolaan pendidikan menengah Pengelolaan pendidikan SMA Kab / Kota Provinsi 7 4,889 194 20 47,037 0
2 Pendidikan Pengelolaan pendidikan menengah Pengelolaan pendidikan SMK Kab / Kota Provinsi 2 7,351 129 9 38,614 0
JUMLAH 9 12,240 323 29 85,651 0
KE
REKAPITULASI LAPORAN PERUBAHAN LAMPIRAN II SARANA DAN PRASARANA BIDANG PENDIDIKAN
KAB. / KOTA :
NO. BIDANG URUSAN RINCIAN URUSAN
STATUS PERALIHANSARANA DAN PRASARANA
KETDARI
PIHAK KEDUA,
GUBERNUR JAWA TIMUR
Dr. H. SOEKARWO
PIHAK KESATU,
WALIKOTA BLITAR
MUH. SAMANHUDI ANWAR, S.H.
KAB / KOTA : KOTA BLITAR
NO BIDANG URUSAN RINCIAN URUSAN SKPD PELAKSANA UNIT KERJA NAMA
1 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. AHMAD DAMANHURI, M.M.Pd.
2 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. NANY ROSIYATI
3 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. Hj. LATIFAH, M.Pd.
4 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. DJUARIAH
5 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. TRI HARTATIK
6 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. ENDAH SETYAWATI, M.Pd.
7 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. HADJI SISWONO
8 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. JOKO RIANTO
9 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. MARIA MARTHARINA SUSANTI
10 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. SITI FATIMAH
11 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. ENY SULISTYANINGSIH
12 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. NAFI`AH
13 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. UMI NURILLA WAHYUNI
14 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. NGAWANI
15 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 EKO PRABOWO, S.Pd.
16 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. SITI AGUSTINI
17 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. ENDANG LISTYOWATI
18 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 CACUK HARSOYO, S.Pd.
19 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. SONHADJI
20 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 BIMAN, S.Pd.
21 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ALI AMRON, S.Pd.
22 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 JOKO NURYONO, S.Pd.
23 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 IFAH TURISTIANA, S.Pd.
24 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 YULI SRI REJEKI, S.Pd.
25 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 EKO WENI, S.Pd.
26 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. YULIATI
27 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. TITIK MAHANANI
28 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 WORO STRIANTI, S.Pd.,M.Pd.
29 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. KAFID
30 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. BUDIYONO
31 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUWARNO, S.Pd.
32 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 RATNANINGTYAS MARTUTI, S.Pd.
33 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. YANU KRISTIONO
34 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ISTIATUTIK, S.ST.
35 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 KHOTIJAH ANDAYANI, S.Pd.
36 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ASIH SUSILANINGAYU, S.Pd.
37 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 FARIDYANINGSIH, S.Si.
38 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 AMIN TANTRI HIDAYAH, S.Pdl.
39 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 MOHAMAD NORKOTIB, S.Pd.,M.Pd.
40 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUHARJANTA, S.Pd.
41 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 RATNA MARIAWATI , S.Th.
42 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 NIA SUCIATI, S.Pd. M.Pd
43 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SURANINGSIH, S.Si.
44 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 YUDHA KRISTIAWAN, S.Si., M.Pd.
45 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. SUHARLIK
46 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ELFI ZAINIYAH, M.Pd.
FORM II A - PNS : INVENTARISASI PERSONEL PEGAWAI NEGERI SIPIL
47 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 GALIH EKO SETYO PUTRO, S.Pd.
48 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ARIF SHOLEKHAN, S.Kom.
49 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 KHRISTIN SRI UTAMI NARDIYANA, S.Pd
50 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 TITIK ANA UNTARI
51 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ISMIYATI
52 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 WIJI UTAMI
53 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 TUTIK SETIJANINGSIH
54 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUMARLAN
55 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUGENG
56 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ANDRIYANTO
57 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 HERMANTO
58 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. JOHAN EDY PRASTIWO, M.Pd.
59 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. SRI RAHAYUNINGTYAS
60 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ENDAH PURWATI, S.Pd.
61 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SULISTYORINI, S.Pd.
62 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. LILIS SULISTYANI
63 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. WAHID PRANOTO
64 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. EVAWANY
65 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 DIAH BUDIARTI, S.Pd.
66 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 R. INSANU WIDODO, S.Pd.
67 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. TRI MULYASRI
68 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 PRADIANNA, S.Pd.
69 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. MARDIATI
70 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SITI MASFUPAH, S.Pd.
71 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 EKO YUSANAH, S.Pd.
72 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. ENI CAHYOWATI
73 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BASUKI, S.Pd.
74 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MASTUNIK HARIYATI, S.Pd.
75 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ASRIANA, S.Pd.
76 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. HARYADI
77 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. MOHAMAD TOIPURI
78 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 YULIATRI KUSUMAWATI, BA.
79 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUMARNO, S.Pd.
80 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MAT YASIR ALI, S.Pd.
81 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 NADHIYAH KUSMIARI, S.Pd.
82 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUGENG WIDODO, S.Pd.
83 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MOH. SJAIKU, S.Ag.
84 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BAMBANG MAHYOTO, S.Pd.,M.Pd.
85 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SRI MASTUTIANAH, S.Pd.
86 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BETY AGUSTINA M.M., S.Pd.
87 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SIGIT PRAJOGO, S.Pd.
88 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 TATIK NGESTI RAHAJOE, S.Pd.
89 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 WIDI ASTUTI, S.Pd.
90 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. WINARDI
91 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. SUPIYAH
92 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SURYANINGSIH, S.Si.
93 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 RAHMANU ADI WIDODO, S.Pd.
94 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ISTIANAH, S.Psi.
95 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ALEXANDER SUTRISNO, S.Pd.
96 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. SRI ENDAH BUDI UTAMI
97 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 AZIS BUDI SANTOSA, SS.
98 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ABUSANI, S.Kom.
99 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUPRAPTI, S.Sn.
100 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SRI HANDAYANI, S.Psi.
101 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 EKO SULISTIONO, S.Kom.
102 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BAMBANG EDY YUHONO, S.Psi.
103 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 DAFIQLI, S.Pd.I
104 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 PUJO ARDIANTO HIDAYAT, S.Pd
105 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUSIANI
106 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ARY YULIASTUTI, A.Md.
107 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 WIJI UTAMI
108 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUTIKAH
109 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MOHAMAD SUGIANTO
110 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MUHAMAD KUSAIRI
111 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUKARNI
112 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 RUDY HARTONO, S.Pd.
113 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Drs. PRIYANTO
114 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. MINDARTININGSIH, M.Pd.
115 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. WIWIK SULISTYOWATI
116 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. INDUN MINDARISATI
117 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 LASIYEM, S.Pd.,M.Pd.
118 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HAKIM SHOBRI, S.Pd.
119 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Drs. MOCH. BUDI HARSONO, M.Pd.
120 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI WINGARTI, S.Pd.
121 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 INDIANA YULIATININGSIH, S.Pd.
122 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Drs. MOH. THOHIR
123 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ANIK MUSLIMAH, S.Pd.,M.Pd.
124 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. ENDANG SETYAWATI
125 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI WAHYUNI, S.Pd.
126 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 RETNO WIJAYANTI, S.Pd.
127 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 TATIEK ISMIASRI, S.Pd. M.Pd
128 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ABDUL HADI, S.Pd.
129 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. NUNUK WAHYUNING PRIANTI
130 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HADI SUCIPTO, S.Pd.
131 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SUSILORINI, S.Pd.
132 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ENY SULARSIH, S.Pd.
133 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 DANIEL LAWE TUKAN, S.Pd.,M.Pd.
134 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. KUSTRIWATI
135 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SUYATMI, S.Pd.
136 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 BADRIYAH AL SITI MASFUFAH, S.Pd.
137 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SULISTYO LESTARI, S.Pd.
138 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 DONY KURNIA, S.Pd.
139 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 TOMY GUMILAR, S.S.
140 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI MEI RAHAYU, S.Pd.
141 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 YULI WIDI ASTUTI, S.Pd.
142 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI RAHAYU, S.Ag.
143 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 AGUS SLAMET DAROINI, S.Pd.
144 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI RETNAWATI, S.Pd.
145 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 YULLYANA HESTI PURNAMA SARI,
S.Pd.
146 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 EKO WIJANARKO, S.Pd.
147 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 RUDY SETIAWAN, S.Si.
148 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 NASIDATUL LAILY , S.Psi.
149 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 WINARNO, S.Pd.
150 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 BUDI SAPTONO, S.Si.
151 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SYAIFUL ANAM, S.T.
152 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ISTI RETNO PRAMUDYA WARDHANI,
S.Pd.
153 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 MARKUS AGUSTINUS T.H., S.Th.
154 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 NURMAN, A.Md.
155 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HERNAWAT,I S.Pd.
156 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ENDRI AGUSTIYORINI
157 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HERI SUGIANTO
158 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 LILIK ANDRIANI
159 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 MUHRONI
160 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ROCHMANUDIN
161 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SLAMET
162 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. WAHYU WARUJIATI, M.Pd.
163 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. SUTRISNO M.S.
164 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. IM. ROFINGI, S.H.
165 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. ELEONORA MARIA TRIASTUTI
PERTIWI
166 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. ENDANG SUBIARTI
167 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. NUR HIDAYAT
168 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. ZAENAL MUSTOFA
169 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. NANING WAHJU RAHADJENG
170 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. ENDANG MURDIATI
171 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. MOH. AHADIYANTO
172 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. HARI SUYANTO
173 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. SRI ANDAYANI
174 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. H.SYAMSUDIN
175 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 CIPTO, S.Pd.
176 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SRI HARTATIK, S.Pd.
177 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 ANIS EFENDI, S.Pd.
178 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 TEGUH SUSILA, S.Pd.
179 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. KUSTIANAH
180 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 BASHORI ALWI, S.Ag.
181 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 WIDHARTO, S.Pd.
182 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 NURHUDA
183 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 TARMININGSIH, S.Pd.
184 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 TITIN KHOIRIYAH, S.Pd.
185 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 DYAH AYU ENDRIANINGSIH, S.Pd.
186 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 PRASETIJOKO UTOMO, S.Pd.
187 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SAIFUL ANWAR, S.Pd.
188 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 DWI NURYADI, S.Pd.
189 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 RONALD ADHINATA, S.Pd.
190 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 RENI ANJARWATI, S.Pd.
191 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SRI WULANDARI, S.Si.
192 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SULISTIYANI PRISTIWATI, S.S.
193 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 YUDA ELI RIYANTO, S.Pd.
194 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 ERIK KRISMAYANI, S.Kom.
195 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 MUHAMMAD NUR ALAM FAJAR
SYAM, S.Pd.I
196 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 VIVI WULAN PRAMESWARI, S.Pd
197 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SUPRAPTO, S.Pd.
198 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SUWANTO, S.E.
199 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 DJOKO MULJONO
200 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 MARIA MAGDALENA
201 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS SUPRIADI
202 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PAIDI
203 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HONO DWI SUTANTO, S.Pd.
204 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUWANDI
205 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUHANDRI
206 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS SUSANTO
207 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI SOFYANTORO
208 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS SUJIANTO
209 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUYATNO
210 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WAHYU WIYADI
211 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MAHMUD
212 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SAERONI
213 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUJIANTO
214 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NURHADI
215 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUHARNO
216 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUPRIHANTO
217 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUCHAMAD UBAIDILLAH, S.Pd.
218 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. BAMBANG SETIYONO, S.T.
219 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. TRIS HARI SUSANTI
220 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ALI MAHSUN
221 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. HUTAMADI
222 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUHARNO, .SP., S.T.
223 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WIDJIONO, S.Pd.
224 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YULI ASTUTI, S.Pd.
225 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. HERLIN ERNAWATI
226 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. BEROWIYANA
227 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. Hj. ENDANG PUDJIASTUTI
228 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 LASITO, A.Md.Pd.
229 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DWI RUSMAWATI, S.Pd.
230 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. MAHSUNI
231 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUPARNI
232 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ISMANTO, S.Pd.
233 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. ELLYS SOELISTYANINGSIH
234 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FARIDAH, S.PdI.
235 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Hj. ARIS SRIANJARWATI, S.Pd.,M.Pd.
236 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. AGUS PURWANTO
237 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ROCHMANDI
238 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUDARMAJI
239 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUHARJANA
240 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EDY PRASTYO, S.Pd.
241 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TRI RETNO AGUNG COBIMAWARNI,
S.Pd.
242 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NUNUK PRIHARWATI, S.Pd.
243 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EKO BAKTI SYAMSUNINGTYAS,
S.T.,M.Pd.
244 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. ENDANG SRI TRADJUNINGTYAS
245 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SRIATI, S.Pd.
246 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. SULISTYANINGSIH
247 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 BAHRUDIN, S.Pd.
248 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ARMAIS
249 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DARWANTO, S.T.
250 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. DANIL SOFYAN
251 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. HERI SETYOWAHONO
252 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TRI SUPARMI
253 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. SYAMSUL HUDA
254 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUKARMADI, S.Pd.
255 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 BROTO DARMODJO, S.T.
256 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DYAH IN WAHYUNINGSIH
257 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. ENDANG PUDJIASTUTI
258 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. RUDY PURWANTO
259 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUPRIANTO, S.T.
260 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 JALU KUSWORO, S.T.
261 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NUNIK PUNDI WINARSIH, S.Pd.,MM.
262 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SINGGIH SUGIARTO
263 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AZIS KOMARI, S.Pd.
264 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ADY SUCIPTO, S.Pd.
265 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUGIYADI
266 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. IMAM KOLIS, S.ST.
267 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOCHAMAD ANSORUL AMIN, S.Pd.
268 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 IWAN PRASETYAWAN, S.Pd.
269 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YOHANES KRISNAWAN, S.Pd.
270 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOKHAMAD GHUFRON, S.Pd.
271 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. AZHAR ISNANIADI
272 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. AGUS PRANOTO
273 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUNYONO
274 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NURHADI SAPUTRO, S.Pd.
275 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HAMID TASLIM, S.Pd.,MT.
276 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PURNAMA EDY PRASETYA, S.Pd.
277 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DIDIK ERMINANTO, S.T.
278 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TRIYOGA SUSILA
279 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SONTA SITORUS, S.Th.
280 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUHAMMAD SOFVAN HADI, S.Si.
281 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 UTI SUSIWI, ST.
282 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUHAMMAD SUBEKAN, S.T.
283 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS WIDODO, S.T.
284 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YOHANES GUALBERTUS JAWA, S.Ag.
285 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOKHAMAD AGUS BASTOMI, S.Pd.
286 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ARGO NUGROHO, S.Si.
287 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YETY YANUWARSI, S.Si.
288 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AMINUDIN, S.S.
289 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI PURWANTO, S.Kom.
290 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DWI KRISTINASARI, S.Pd.
291 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AHMAD SIHABUDIN MAWARDI, S.T.
292 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FLORENSIA TYASTUTI, S.Pd.
293 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 BUDIJATI PRAMONO, S.T.
294 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SISWANDI, S.T.
295 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUTIKNO, S.Pd.
296 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ARIF HENDRAWAN SURYANTO, S.T.
297 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HARI KRISDIANTO YOHANES, S.Pd.
298 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AHMAD HARIS ABDILLAH, S.T.
299 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YOGI INDRA GUNAWAN, S.Pd.
300 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EMY HERMAWATY, S.Pd.
301 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 M. LUTHFI, S.Pd.I.
302 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MAYUNINGTYAS DYAH INDHARTI
MUJIONO, S.T.
303 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YONGEN SUSMAN, S.Kom.
304 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ANITA IRAWATI, S.Pd.
305 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SITI AISAH, S.Psi.
306 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOH. HANIF ZAINUDDIN, S.Pd.
307 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DEWI MARDIANASARI, S.Pd.
308 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ANIS YANUARTI, S.Pd.
309 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NUR FUAD BASTOMI, S.Pd.
310 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ARIF PRIYAMBODO, S.T.
311 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EKO ANDRIANTO, S.Pd.
312 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WIWIK MARDIANA, S.T.
313 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FATIK HATU ZUHRIYAH, S.Pd.
314 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ERNIS HIDAYATI, S.Sos.
315 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 APRILYA DAMAYANTI, S.Psi.
316 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ADITYA KUSUMA WARDHANA, S.Sn.
317 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 RONI KURJAYA, S.Pd.
318 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ALFI SYAHRINA, S.Pd.
319 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SOPHIA BUDI UTAMI, S.S.,S.Pd.
320 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI SISWANTO, S.Pd.
321 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOHAMAD CHOIRUL MUTTAQIN
ANAM, S.Pd.
322 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DODIK WAYAN, S.Pd.
323 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS DWI PRASETYO, S.Pd.
324 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HARIS INU BINADI , S.Kom.
325 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DEWI YUCHANIFAH, S.Pd.
326 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FITRIANA KUNTORO AJI, S.Pd.
327 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ENDANG SULISTIYOWATI, S.Pd.
328 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ST. AMINAH ROSIDAH, S.Pd.
329 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FARIDA ANDRIANI, S.Pd.,M.Pd.
330 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YUSI HARTUTIK, M.Pd.
331 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUJIONO
332 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PRIYONO, S.Pd.
333 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WAHYONO ISWINARKO, S.T.
334 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SIGID WIDODO, S.T.
335 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MEI VIVI SUMANTRI, S.Pd.
336 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS TRIONO, S.Pd.
337 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PUJI LESTARI, S.T.
338 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOCHAMAD MASRONI, S.Pd.
339 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EKO PURWANTORO, S.Pd.
340 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PRIHANDARI, S.Pd.
341 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YUWONO SUBOSUNARTO, S.T.
342 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TUSIYAM, S.Pd.
343 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EDI SUROSO, S.Pd.
344 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS TRIYANTO, S.Pd.
345 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SLAMET, S.Pd.
346 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 RIZE CHANDRA BAHARI, S.Pd.
347 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TITIS ESWINDRO, S.Si.
348 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 KURNIAWAN DWI ANTONO, S.T.
349 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOCHAMAD RIDWAN, S.T.
350 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NOER KOESTININGSIH, S.Pd.,M.Pd.
351 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 KANTIASIH, S.Pd.
352 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SRI WAHYUNI, S.Pd.
353 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MARIA MAGDALENA SUCINING, S.S.
354 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TOHARI, S.Pd.
355 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 IIN FARISTIN, S.Pd.
356 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DADIK MURYANI, S.Pd.
357 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI PURNOMO, S.Pd.
358 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TITIK SURYATI, S.Pd.
359 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WINDANAH, S.Pd.
360 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUJITO
361 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ETI HENDRIJANI, S.Pd.
362 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra.,RODJIYAH
363 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HAFID SUYUTI, S.Si, M.Pd
364 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DENY SAFRIL, ST
365 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs.,YULIANTO
366 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 EKO RIONO, S.E.
367 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 LILIK SUHARDIATI
368 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SISWANTI
369 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 IKBAL MAULANA
370 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MEDI WIJAYA
371 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SAIFUDIN
372 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 KOLIK KHAMDI
373 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ARTI RIMAWATI
374 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRI ASWINARNI, S.Pd.
375 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ARIFIN, S.Pd.
376 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 YAYUK TRIWIJAYANTI, S.Pd.
377 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. LILIK YUNIARTI SRI HAYATI
378 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 EDY SARWONO, S.Pd.
379 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. SUBEKTI
380 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. ADRIYANTINI
381 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. DYAH LARASATI
382 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SULAMI
383 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SUJIYEM
384 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MUNJIATI, S.Pd.
385 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. NURUL HIDAYATI
386 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. WAHYU KRISNA SUSANTI
387 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 JANURI, S.Pd.
388 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ENDANG SUNARSIH, S.Pd.
389 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. SUYONO
390 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ANIK RAHAYU, S.Pd.
391 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SUSY UMAYANTI
392 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 IIK MUBILATI, S.Pd.
393 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SLAMET FATKUROCHMA, S.Pd.
394 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. ANWARUDIN
395 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SRI ANI
396 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. NASRIP
397 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI LESTARI PURWANINGSIH, S.Pd.
398 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. WATONO, M.Pd.
399 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ASHAD, S.Pd.
400 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI MEIMUNAH, S.Pd.
401 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 HARI CHAMDAN, S.Pd.
402 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SUWANDOYOHADI, S.Pd.
403 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 HENNY PURWANTI, S.Pd.
404 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 AIRIN WIDYASARI, S.Pd.
405 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ANA FATIMAH, S.Pd.
406 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 NAFIDH FAUZI, S.T.
407 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ARFAN FAHRUDI, S.Kom.
408 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 HARTANTI TUNGGAL SARI, S.Pd.
409 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 THERESIA DEWI SULISTYORINI, S.T.
410 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 BAYU PRISA SETIA ADI, S.ST.Par.
411 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 AULIA ISTIQOMAH, S.Pd.
412 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 NOFARID PRASETYO, S.Kom.
413 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MARTININGSIH, S.Pd.
414 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 KHARISA RIZQI UMAMI, S.Pd.
415 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 IMAM IRFAI, S.T.
416 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ASRORI AHMAD, S.Pd.
417 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SUROTO, S.Pd.
418 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SAMIRAN, S.Pd.
419 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MUHTAROM, S.Pd.
420 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 YUSWANDONO, S.Pd.
421 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRI WINARSIH, S.Pd.
422 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ROSSYDA ERYANI, S.Pd.
423 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ROMDIYAH, S.Pd.
424 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SUWARNO, S.Ag.
425 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 DIDIK TERJUN EKO HARIANTO, S.Kom.
426 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 CHRISTIANA IRA PUSPITA, S.Pd.
427 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MUJIASTUTIK WERDININGTYAS, S.Pd.
428 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 LUQMAN HAKIM, S.Pd.
429 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI UTAMI, S.Pd.
430 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 AGUS ZAINUR ARIFIN, S.Pd.
431 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRISNI CANDRAWATI
432 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ZUDDATI HUSNA, S.Pd.
433 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ERNA TRISTYAWATI, S.Pd.
434 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 DWI YULI HERAWATI, S.Pd.
435 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ENDAH SUSILOWATI, S.Pd.
436 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI FATIMAH, S.Pd.
437 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI ROJABIYATUN NI`MAH, S.Pd.
438 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MENUK AGUS TRIASIH, S.Pd.
439 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. MOH. DOFIR HANAFI
440 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI UTAMI, S.Pd.
441 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ERNA RAHAYU RATNANINGSIH, S.Pd.
442 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ZAENAB NUR HIDAYAH, S.Pd.
443 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ERNA SULISTIYOWATI, S.Pd.
444 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SITI NGAISAH
445 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SITI MUNINGGAR
446 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. MARILAH
447 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI HANDAYAN, S.Pd.
448 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI HARIKUNANTI, S.Pd.
449 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 KATIMIN, S.Pd.
450 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. MUJIATI, M.Pd.
451 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI JUWARIYAH SHOBARIYATI, S.S.
452 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ANA RINAWATI, S.Pd.
453 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. RIRIN DWI WINARNI
454 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. NENY ICHWANTI
455 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SUBANDIAH
456 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRINANTI, S.STP.
457 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 DWI MULYANI, S.STPar
458 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HADI SUCIPTO, S.Pd.
459 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SALBIJAH TOHA
460 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MUJIANTO
461 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUGIYONO
462 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HARIYANTO
463 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUPRAPTA, S.Pd.
464 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI MASFIAH
465 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGUS SUPRIYONO
466 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HENDRY AFRIAN
467 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI AMINAH, S.Pd.
468 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGUS JIANTORO, S.Pd.
469 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs.,ANSORI, S.Pd.
470 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs. IMAM BACHRUDDIN
471 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YUANATUN, S.Pd.
472 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI WAHYUNI, S.Pd.
473 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SRI NINGSIH
474 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 IMAM SUBARI, S.Pd.
475 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI ROBIAH, S.Pd.I.
476 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI ROMLAH, S.Pd.
477 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SUNARTI
478 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs. SUBUR, S.Pd.
479 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. WIWIK PURNAMAWATI
480 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGNES SRI SUNARINGSIH, S.Pd.
481 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. MARIYANAH
482 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HARI PRASTOWO, S.Pd.
483 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ENDRO HARTATIK, S.Pd.
484 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ROCHANI, S.Pd.
485 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 KOMSIJAH, S.Pd.
486 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUPRIYANTI, S.Pd.
487 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI KOMAROKHTIN, S.Pd.,M.Pd.
488 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI PURWANTINI, S.Pd.
489 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 TEKAD BUDIONO, S.Pd.
490 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI MUNAWAROH, S.Pd.
491 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI WAHYUNINGSIH, S.Pd.
492 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. YULI ERMA FARICHAH
493 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 FRANSISKA ROMANA NINIK TRI
SUHARTININGSIH, S.Pd.
494 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Hj. GAYATRI, S.Pd.,M.Pd.
495 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SUSILOWATI
496 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SRI YULINURINI
497 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs. SUKOCO
498 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SINTA RIANTININGSIH, S.Pd.
499 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MUSOLIKAH, S.Pd.
500 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YUDHO NIRWANTO, S.Pd.
501 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RACHMAD ANDRIANI, S.Pd.
502 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ARIEK KATIKOWATI ,S.Pd.
503 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 DIAH WINARNI, S.Pd.
504 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SYAYIDATI ISLAMIYATI, S.Pd.
505 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HARTOYO, S.Pd.
506 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI RAHAYU, S.Pd.
507 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUNARWAN, S.Sn.
508 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 JIMI ROHMAWAN AL AKBAR, SST.Par
509 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RENI DEWI SAWITRI, S.Pd.
510 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ERNA RAHMAWATI S., S.Kom.
511 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 NANING AINUR ROSIDAH, S.Pd.
512 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RONI NARA SUSILA, SST.Par.
513 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SENDY SWITRA CANDRIANA, S.Pd.
514 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ERIANA NUR FAHMAYANI, S.Pd.T.
515 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 DEISYA SILVA PARDINA, S.Pd.
516 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MUCHAMAD SAIFULLOH, S.Pd.
517 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ELIS NUR UNSUDAH, S.Pd.
518 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SALIMATUN, S.Pd.T.
519 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YENI PURNAMAWATI, S.Pd.
520 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HERTINA ARIANESIA, S.Pd.
521 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ENZUI AR ROKHIM, S.St.
522 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 WAHYU KUSUMOADI, S.Kom.
523 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SASMITA RAHAYU, S.Pd.
524 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YUNITA NUGRAHENI PERDANIAWATI,
S.Pd.
525 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ASTIN IKE ARDILA, S.Pd.
526 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI MARFIAH, S.Pd.
527 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YANTI DARMASTUTY, S.Pd.
528 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 NINA SAFITRI, S.Pd.
529 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 TRI AGUS WIBOWO, S.Pd.
530 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGUNG WIDODO, S.Pd.
531 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. TRIANI WAHYUNINGSIH
532 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 NURUL FATIMAH, S.Pd.
533 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HENI AGUSETYORINI, S.Pd.
534 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 WIWIT ARI ROHMAWATI, S.Pd.
535 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 UMA FARIDA, S.Pd.
536 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MAFTUKAH QOLBIJATI, S.Pd.
537 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 CHUSNUL SEPTIALIK, S.Pd.
538 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SETYANING RAHAYU, S.ST.Par.
539 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YOVITA WENTY EVITASAR,I S.ST.Par.
540 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 FERI WIBOWO, S.Pd.
541 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 KARJATI SOEMARMI, S.Pd.
542 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YELLI TRI WAHYUNI KUSUMA, S.ST.Par.
543 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 EVA SRIHARTIYANI, S.Pd.
544 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 UTIK SUPRIHATIN, S.Pd.
545 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ZAKIA FITRIYATI, S.Pd.
546 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 DWI ERNA HASTUTI, S.Pd.
547 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 TRI ENY PAMUJI RAHAYU, S.Pd.
548 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 FUAD FAHRUDDIN, S.Pd.
549 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MOEDJI DWI SETIANING ASTUTI, S.Pd.
550 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI ANTIW,I S.Pd.
551 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RUDOLF UTORO, M.Pd.
552 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 IMAM TRIANTO, S.Pd.
553 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 CHOIRUL MAESAROH, S.Ag.
554 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. TRI SULISTYOWATI
555 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 INDAH INAWATI, S.Pd.
556 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SUGIYANTININGDYAH
557 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ANTONIUS PUGUH YUONO, S.Pd.
558 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA
Muhammadiyah
Drs. IMAM ASHARI
559 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA
Muhammadiyah
DYAH NURAINI, S.Pd.
560 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA
Muhammadiyah
WIWIK DWIASTUTIK, S.Pd.
561 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA
Muhammadiyah
ISMAWATI, S.Pd.
562 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Angkatan
45
SRI ASTUTIK, S.Pd.
563 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Angkatan
45
Drs. MOH. ROIS
564 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Angkatan
45
Dra. SITI MARIYAH
565 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 BAMBANG EDY SANTOSA, S.Pd.
566 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. SRI ASTUTI
567 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. AL MUHIMAH
568 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. BAMBANG SOELISTYONO
569 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUROTO
570 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUHADI IRIANTO
571 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. NETY SETYORINI
572 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUBAKIR
573 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 FATI`AH, S.Pd.
574 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. BUDI ISWANTO
575 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. TRI AGUS IRIANTO
576 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. NANIK ANDRIATI
577 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 MOH. HERUMAN, BA.
578 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. TOTON RACHMANTO
579 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 ELIS SUPRIHERTI, ST.
580 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 JUDI PRASETYA, S.Pd.
581 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUGITO
582 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. MUSITI
583 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. MOCHAMAD RAMLI
584 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 WAHYUDI, S.Pd.
585 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 LUTFIATUL FADHILAH, S.Pd.
586 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik
St.Yusuf
Drs. HARDOKO
587 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik
St.Yusuf
Drs. SUKIRNO
588 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik
St.Yusuf
Drs. MUNGKASONO
589 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik
St.Yusuf
Drs. PETRUS PRAYITNO
590 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik
St.Yusuf
SUHARTI, S.Pd.
591 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik
St.Yusuf
SRI YULI UNTARI, S.Pd.
592 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 Drs. BENDOT RUMADJI UTOMO
593 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 ARINDRAWARTI SANTI SITA, S.Pd.
594 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 Dra. SITI NUR`AINI
595 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 Drs. WIYONO
596 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 WING CAHYO WAHYU NUGROHO,
S.Pd.
597 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 2 Drs. IMRON ROSADI
598 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 2 ROSDIANA LINDARTI, S.Pd.
599 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 2 UMU SYAFA`AH, S.Pd.
600 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. SISWARI
601 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SUGENG SANTOSO, S.Pd.
602 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 EMY IMBARTATI, S.Pd.
603 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. PRASWATI HIDAYAH
604 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 KIPTIYAH, A.Md.Pd
605 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Drs. HARI SUPARDI
606 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SRI RETNAWATI, S.Pd.
607 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SRI ARFIANA, S.Pd.
608 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 WIDAYATIN, S.Pd.
609 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SRI UTAMI, S.Pd.
610 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 WIWIN INDRIAWATI, S.Pd.
611 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 KHUSNAWIYAH, S.Pd.
612 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. CHIKMATUL BARIYAH
613 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 ANISYATUSY SYARIFAH, S.Pd.
614 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. KHUZAIMAH, M.Pd
615 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Drs. ARI SULISTYONO
616 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 TRIASTOETI WAHJOENINGSIH, S.Pd.
617 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Dra. ENY PUJIASTUTI
618 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Dra. SUCI PRIHATIN
619 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Dra. TRI PUJIASIH
620 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 SRI BUDIASTUTI, S.Pd.
621 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Drs. KASANUN
622 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Telkom
Brawijaya
SUSILOWATI ANDAYANI, S.Pd.
623 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP 17 Drs. EKO BRAHMONO
624 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP 17 Dra. SUWINARNI
625 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP
Kotamadya
SISDARI,S.Pd.
626 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP
Kotamadya
Dra. PAULINA NANIK WIDYANINGSIH
627 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP
Kotamadya
MATHEUS WAHYU WIDAYAT, S.Pd.
628 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP
Kotamadya
Drs. SUMADI
629 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MA Ma`arif Drs. SUGIYO PRANATA
630 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN Drs. KOMARI
631 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN SUMEIDIN
632 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN SYAIKHUL ANAM, S.Pd.
633 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN Dra. ENDAR SUGESTI
634 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN Dra. YULIASTUTI
635 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik
Diponegoro
Dra. MARIA MAGDALENA MASSA
MIEKE, M.Pd.
636 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik
Diponegoro
Drs. YOHANIS SADIK
637 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik
Diponegoro
MARIA MONIKA ISBARIYAH, S.Pd.
638 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik
Diponegoro
SUTARTO, S.Pd.
639 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MA Bustanul
Muta`allimin
Drs. AH. ALI MASYHAR
640 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs.,SLAMET, MM.
641 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. H.SUKRI, M.M.
642 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. HERMAWAN YUNANTO, M.Pd.
643 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. SUGENG WAHYUDI, M.M.
644 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. IMAM MACHFUD, M.Pd.
645 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. BUDI SASMITO
646 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. KARNO
647 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. LUKITRI GUTOMO,M.M.
648 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo Drs. SUUD WAHYUDI
649 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo MUSRINGAH, S.PdI.
650 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo LULUIL CHINAJAH, S.Pd.
651 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SITI MU`ALIFAH, S.Pd.
652 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DARMUDJI, S.Pd.
653 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo NINDYA PUSPITA FAJAR S.Pd.
654 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ENI WULANDARI, S.Pd.
655 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ADITYAS FENDI KURNIA SARI, S.Pd.
656 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DWI WIDODO
657 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SUGENG WIYONO, S.Pd.
658 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo EKO JULIANTO WIBOWO, S.Pd.
659 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo WIWIK NURCHOSIYAH
660 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota
Blitar
SUYAMTA, S.Pd.
661 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota
Blitar
ANA ALIYATUL HIMMAH, S.Pd.
662 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YPLB Kota
Blitar
SAKIRJI
663 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YULISTIN NATALIAH, S.Pd.
664 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C ELIES SA`ADAH, S.Pd.
665 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo VIRONITA, S.Pd
666 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo RENNY SETYANENGTYAS, S.Pd.
667 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo NINING RULIF FITRIANI, S.Pd.
668 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo SAMSUL HUDA, S.Pd.
669 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo DODIK SUPARYANTO, S.Pd.
670 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo Drs. SUUD WAHYUDI
671 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo MUSRINGAH, S.PdI.
672 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo LULUIL CHINAJAH, S.Pd.
673 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SITI MU`ALIFAH, S.Pd.
674 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DARMUDJI, S.Pd.
675 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo NINDYA PUSPITA FAJAR S.Pd.
676 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ENI WULANDARI, S.Pd.
677 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ADITYAS FENDI KURNIA SARI, S.Pd.
678 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DWI WIDODO
679 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SUGENG WIYONO, S.Pd.
680 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo EKO JULIANTO WIBOWO, S.Pd.
681 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo WIWIK NURCHOSIYAH
682 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota
Blitar
SUYAMTA, S.Pd.
683 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota
Blitar
ANA ALIYATUL HIMMAH, S.Pd.
684 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YPLB Kota
Blitar
SAKIRJI
685 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YULISTIN NATALIAH, S.Pd.
686 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C ELIES SA`ADAH, S.Pd.
KOTA BLITAR
PNS
(Bidang)
Non
PNS
1 PendidikanPengelolaan pendidikan
menengahPengelolaan pendidikan SMA Kab / Kota Provinsi 215 0
2 PendidikanPengelolaan pendidikan
menengahPengelolaan pendidikan SMK Kab / Kota Provinsi 424 0
3 PendidikanPengelolaan pendidikan
menengahPengelolaan Pengawas Sekolah Kab / Kota Provinsi 8 0
4 PendidikanPengelolaan pendidikan
khusus
Pengelolaan Pendidikan Luar
BiasaKab / Kota Provinsi 39 0
REKAPITULASI LAPORAN PERUBAHAN LAMPIRAN PERSONIL BIDANG PENDIDIKAN
KE
KETPERSONIL (orang)
KAB. / KOTA :
NO. BIDANG URUSAN RINCIAN URUSAN
STATUS PERALIHAN
DARI
PIHAK KEDUA,
GUBERNUR JAWA TIMUR
Dr. H. SOEKARWO
PIHAK KESATU,
WALIKOTA BLITAR
MUH. SAMANHUDI ANWAR, S.H.
Pemetaan dan Penataan Kelebihan Guru PNS SMA, SMK, PK-LK Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten/Kota Blitar
No. Nama NIPTempat Tanggal
Lahir
Pangkat/Gol/Masa
Kerja/TMTUnit Asal
Ijazah/Jurusan/T
ahun
Mapel yang
Diampu
Mapel
Sertifikasi
Unit Kerja
yang DitujuPrestasi Alasan Mutasi
1 Drs. Marsono, M.Pd 19600928 1981 11 1002Blitar, 28
September 1960
Pembina Utama Muda,
IV c/ 31 Tahun 7 Bulan/1
April 2015
SMAN 1
Kademangan
S2/Magister
Pendidikan/2011PKN PKN
SMKN 1
Nglegok
2F R Ninik Tri
Suhartiningsih M.Pd19620612 1991 03 2004
Pacitan, 12 Juni
1962
Pembina Tk. 1, IV b/ 25
Tahun 3 Bulan/ 1
Oktober 2016
SMKN 3 Kota
Blitar
S2/Pendidikan
Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
SMAN 1
Garum
3 Kaswati, S.Pd 19800207 2014 07 2003Blitar, 7 Februari
1980
Penata Muda, III a/ 13
Tahun 4 Bulan/ 1 April
2016
SMKN 1
PanggungrejoS1/PKN/2004 PKN PKN
SMKN 1
Nglegok
4 Joko Santoso, S.Pd 19680502 2005 011010Blitar, 5 Februari
1968
Penata Tk. 1, III d/ 20
Tahun 10 Bulan/ 1
Oktober 2014
SMKN 1
KademanganS1/BIG/2000 BIG BIG
SMKN 1
Nglegok
5Yuli Erna Farichah,
S.Pd 19670716 1990 03 2003
Kediri, 16 Juli
1967
Pembina, IV a/ 26 Tahun
2 Bulan/ 1 Oktober 2007
SMKN 3
BlitarS1/PDU/1994 Kewirausahaan Pemasaran
SMKN 1
Nglegok
6 Eko Brahmono 19610915 198703 1 011Blitar, 15
September 1961
Penata Muda, III a/31
Tahun 2 Bulan/ 1 Maret
1987
SMK YP 17
Kota Blitar
S2/Magister
Manajemen/2011
Pendidikan
Teknik Mesin
Pendidikan
Teknik
Mesin
SMKN 1
Nglegok
7 Tri Pujiasih 19651218 2007012014Blitar, 18
Desember 1965
Penata, III c/14 Tahun 11
Bulan/ 1 Oktober 2016
SMK PGRI 4
Kota Blitar
S1/Pendidikan
Akuntansi/1989
Pendidikan
Akuntansi
Pendidikan
Akuntansi
SMKN 1
Nglegok
8Wijang Setiawan,
S.Pd19750311 2006 04 1010
Blitar, 11 Maret
1975
Penata Tk. 1, III d/18
Tahun 7 Bulan/ 1 April
2018
SMAN 1
Sutojayan S1/Seni Rupa/1998 Seni Rupa Seni Rupa
SMKN 1
Kademangan
9Ercik Triningtyas,
S.Pd19850507 2009 01 2004
Tulungagung, 7
Mei 1985
Penata, III c/9 Tahun 4
Bulan/ 1 Oktober 2014
SMKN 1
Panggungrejo
S1/Pendidikan
Tata Niaga/2008
Pendidikan Tata
Niaga
Pendidikan
Tata Niaga
SMKN 1
Kademangan
10 Drs. Nur Hidayat 19640416 1989 03 1019Blitar, 16 April
1964
Pembina Tk. 1, IV b/29
Tahun 2 Bulan/ 1
Oktober 2009
SMAN 4 Kota
BlitarS1/Penjaskes/1997 Penjaskes Penjaskes
SMKN 1
Panggungrejo
11 Erni Nuharini, SE 19731101 2011 01 2002Blitar, 11 Januari
1973
Penata Muda Tk.1, III
b/21 Tahun 0 Bulan/ 1
Oktober 2014
SMKN 1
DokoS1/Ekonomi/1997 Ekonomi Ekonomi
SMKN 1
Panggungrejo
12 Sumadi 19681221 2007 01 1 015Blitar, 2
Desember 1968
Penata Muda Tk.1, III
b/14 Tahun 11 Bulan/ 1
Oktober 2011
SMK YP
Kotamadya
Blitar
S1/PDU/1991Pendidikan
Akuntansi
Pendidikan
Akuntansi
SMKN 1
Panggungrejo
13 Siswari 19640118 1987 10 2002Blitar, 8 Januari
1964
Pembina Tk.1, IV b/ 30
Tahun 7 Bulan/ 1 April
2010
SMK PGRI 3
Kota Blitar
S1/PMP&KN/198
6PMP&KN PMP&KN
SMKN 2 Kota
Blitar
Ada yang
pensiun bulan
Juni a.n Tri
14Endang Sulistyorini,
S.Pd19671219 2006 04 2008
Blitar, 19
Desember 1967
Penata Tk.1, III d/ 24
Tahun 5 Bulan/ 1
Oktober 2016
SMKN 1
KademanganS1/BIG/1999 BIG BIG
SMAN 1 Kota
Blitar
15Anies Wahibah
Rahmawati, S.Pd19730530 200604 2019
Blitar, 30 Mei
1973
Penata Tk.1, III d/12
Tahun 1 Bulan/1 Oktober
2016
SMKN 1
KademanganS1/BK/2015 BK BK
SMAN 1 Kota
Blitar
16Lilik Fauziah, S.Pd,
M.Pd19830312 2009 01 2007
Blitar, 3
Desember 1983
Penata, III c/9 Tahun 4
Bulan/ 1 Oktober 2014
SMKN 1
Bakung
S2/Matematika/20
06Matematika Matematika
SMAN 1
Talun
17Dra. Sri Lestari
Agustiyawati196608192005 01 2004
Kebumen, 19
Agustus 1966
Penata Tk.1, III d/ 21
Tahun 10 Bulan/…
SMKN 1
Kademangan
S1/Psikologi
Pendidikan dan
Bimbingan
BK BKSMAN 1
Srengat
18Mochamad Talhah,
S.Pd,. M.Pd19661217 1990 031 008
Blitar, 17
Desember 1966
Pembina Tk.1, IV b/ 26
Tahun 2 Bulan/ 1
Oktober 2009
SMKN 1
Udanawu
S2/Tekonologi
Pembelajaran/2005BK BK
SMAN 1
Ponggok
19Paulina Nanik
Widyaningsih 19600216 2006 04 2002
Blitar, 16 Februari
1960
Penata III c/ 14 Tahun 0
Bulan/ 1 Oktober 2017
SMK YP
Kotamadya
Blitar
S1/Pend.
Ekop/1990Pendidikan Ekop
Pendidikan
Ekop
SMKN 1
Doko
20 Eny Pujiastuti 19610602 1989 02 003Blitar, 2 Juni
1961
Pembina, II a/29 Tahun 2
Bulan/ 1 Oktober 2000
SMK PGRI 4
Kota Blitar
S1/Pendidikan
Bisnis/1985Pemasaran Pemasaran
SMKN 1
Doko
21 Suci Prihatin 19630101 1990 03 2007Blitar, 1 Januari
1963
Pembina Tk.1, IV b/28
Tahun 2 Bulan/1 Oktober
2011
SMK PGRI 4
Kota Blitar
S1/Pendidikan
Dunia Usaha-Pend.
Koperasi/1988
Pemasaran Pemasaran SMKN 1
Doko
22 Emy Rintiana, S.Pd 19810705 2014 07 2003 Blitar, 5 Juli 1981
Penata Muda, III a/13
Tahun 4 Bulan/ 1 April
2016
SMKN 1
PanggungrejoS1/BIG/2004 BIG BIG
SMKN 1
Doko
23 Echwani, S.Pd 19690320 1996 04 1008Blitar, 20 Mei
1969
Penata, III c/15 Tahun 9
Bulan/ 1 April 2013
SMPLBN
Kota Blitar
S1/Pendidikan
Bahasa
Inggris/1995
Bahasa InggrisBahasa
Inggris
SMALBN
Kota Blitar
24 Sri Rohmatun, S.Pd 19841229 2010 01 2 008Boyolali, 29
Desember 1984
Penata, III c/8 Tahun 4
Bulan/ 1 Oktober 2016
SMPLB Neg.
Kota Blitar
S1/Pendidikan
Luar Biasa/2007Guru Kelas -
SMALBN
Kota Blitar
25 Antri Marini, S.Pd 19830327 2010 01 2010Sragen, 27 Maret
1983
Penata, III c/7 Tahun 9
Bulan/ 1 Oktober 2017
SMPLBN
Kota Blitar
S1/Pendidikan
Luar Biasa/2005Guru Kelas
Guru Kelas
SDLB
SMALBN
Kota Blitar
26 Aris Krisnawati, S.Pd 19830710 2009 01 2 007Mojokerto, 10 Juli
9185
Penata, III c/ 8 Tahun 9
Bulan/ 1 Oktober 2017
SMPLBN
Kota Blitar
S1/Pendidikan
Luar Biasa/2006Guru Kelas
Guru
Pendidikan
Luar Biasa
SMALBN
Kota Blitar
Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten/Kota Blitar
Dr. Suhartono M.Pd
Pembina
NIP. 19700330 199703 1 008
PERUBAHAN STRUKTUR DINAS PENDIDIKAN KOTA BLITAR PASCA ALIH KELOLA
PENDIDIKAN MENENGAH
Struktur Dinas Pendidikan Kota Blitar Sebelum Alih Kelola
Struktur Dinas Pendidikan Kota Blitar Setelah Alih Kelola
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Blitar. Data diolah. 2018
PERUBAHAN STRUKTUR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR PASCA ALIH
KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH
Struktur Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Sebelum Alih Kelola
Sumber : Peraturan Gubernur Jawa Timur No.22 Tahun 2010 tentang Uraian Jabatan Pada Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur. Data diolah, 2018
Struktur Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Setelah Alih Kelola
Sumber : http://dindik.jatimprov.go.id/