alih kelola pendidikan menengah dari pemerintah

168
ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA KE PEMERINTAH PROVINSI (STUDI DI KOTA BLITAR) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dengan Minat Utama Inovasi Pemerintahan Oleh : DELLY ELSAVINA NIM. 145120601111012 PEMINATAN INOVASI PEMERINTAHAN PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Transcript of alih kelola pendidikan menengah dari pemerintah

ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH

KABUPATEN/KOTA KE PEMERINTAH PROVINSI

(STUDI DI KOTA BLITAR)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dengan Minat Utama Inovasi Pemerintahan

Oleh :

DELLY ELSAVINA

NIM. 145120601111012

PEMINATAN INOVASI PEMERINTAHAN

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

i

LEMBAR PERSETUJUAN

ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH

KABUPATEN/KOTA KE PEMERINTAH PROVINSI

(STUDI DI KOTA BLITAR)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Delly Elsavina

NIM 145120601111012

Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Pembimbing Utama

Rachmad Gustomy, S.IP., M.IP

NIP.198108252015041001

Pembimbing Pendamping

Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si

NIP.197003041995031002

ii

LEMBAR PENGESAHAN

ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH

KABUPATEN/KOTA KE PEMERINTAH PROVINSI

(STUDI DI KOTA BLITAR)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Delly Elsavina

NIM 145120601111012

Telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam ujian Sarjana Ilmu Pemerintahan

Pada tanggal 14 Desember 2018

Tim Penguji

Ketua Majelis Penguji

Fathur Rahman, S.IP., MA

NIK.2011098204291001

Sekretaris Majelis Penguji

Irma Fitriana Ulfah, S.IP., M.Si

NIK.2013048811042001

Anggota Majelis Penguji 1

Rachmad Gustomy, S.IP., M.IP

NIP.198108252015041001

Anggota Majelis Penguji 2

Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si

NIP.197003041995031002

Malang, 14 Desember 2018

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Unti Ludigdo., SE., M.Si, Ak

NIP.196908141994021001

iii

PERNYATAAN

Nama : Delly Elsavina

NIM : 145120601111012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Alih Kelola

Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah

Provinsi (Studi di Kota Blitar)” adalah benar-benar karya sendiri.Hal-hal yang

bukan merupakan karya saya dalam skripsi tersebut telah diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam lembar Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

saya peroleh dari skripsi tersebut.

Malang, 14 Desember 2018

Yang Memberi Pernyataan,

Delly Elsavina

145120601111012

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Alih Kelola Pendidikan Menengah dari Pemerintah

Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi (Studi di Kota Blitar)”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan Strata 1

(satu) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Malang. Dalam penyusunan skripsi ini pun

penulis banyak mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Heri Kurniawan dan Krisna Indah Yuni Astuti

yang tidak henti-hentinya memberikan doa, dukungan, motivasi serta

pengarahan sehingga penyusunan skipsi ini dapat terselesaikan dengan

lancar.

2. Seluruh keluarga besar yang turut membantu dan menyemangati dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Rachmad Gustomy, S.IP., M.IP dan Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si

selaku dosen pembimbing yang memiliki andil besar dalam membimbing

dan mengarahkan setiap tahap pengerjaan skripsi melalui kitikan dan

masukkan yang diberikan.

v

4. Ahmad Zaki Fadlur Rohman, S.IP., MA yang mana sebelumnya sebagai

dosen pembimbing ke dua, juga telah memberikan banyak masukkan

terhadap skripsi ini.

5. Fathur Rahman, S.IP., MA dan Irma Fitriana Ulfah, S.IP., M.Si yang

telah menyempatkan waktunya untuk hadir sebagai penguji dan telah

memberikan kritik, masukkan dan membagi ilmunya untuk membenahi

skripsi ini.

6. Seluruh narasumber baik di Pemerintah Kota Surabaya dan Kota Blitar,

guru dan kepala sekolah SMA/SMK terkait yang telah memberikan

banyak informasi dan data yang menunjang dalam penelitian di skripsi

ini.

7. Seluruh teman-teman dari Prodi Ilmu Pemerintahan angkatan 2014,

teman seperjuangan yang juga turut memberikan dukungan dan bantuan

dalam berbagai bentuk selama proses mengerjakan skripsi ini hingga

selesai. Diantaranya yang telah banyak memberikan kontribusi adalah

Baidhowi, Ika, Lida, Prila, Yoko, Hotma, Yeni, Lely, Laras, Vivi, Pipit,

Devi, Abdan, Fauzi, Ilham Mukholiq, Nanang, Fajri, Lilik, Satya, Bagus,

dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya.

8. Sajida dan Irma Kurnia Santoso sebagai teman terbaik sejak awal

perkuliahan yang terus memberikan banyak dukungan, semangat dan

bantuan.

vi

9. Teman-teman kos, Arum Nur Aini, Noermalita Wiraka Jaya, dan Fahma

Nur Aini yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberikan dukungan

dan bantuan selama proses pengerjaan skripsi.

10. Teman-teman SMA di Kota Blitar yang juga turut memberikan support,

Sari, Reka, Wimi, Dina Budi, Ulfa.

11. Nanda Rizki Achmad Diasa Putra yang juga tidak berhenti memberikan

semangat untuk segera menuntaskan pengerjaan skripsi, memberi

masukkan ketika terdapat hambatan atau masalah dan membantu dalam

setiap proses penelitian dan pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan

dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat

membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Malang, 14 Desember 2018

Delly Elsavina

vii

ABSTRAK

Delly Elsavina.(2018). Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. Alih Kelola

Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah

Provinsi (Studi di Kota Blitar). Tim Pembimbing : Rachmad Gustomy, S.IP,

M.IP dan Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si

Keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah membawa perubahan mendasar terhadap klasifikasi urusan pemerintahan.

Perubahan tersebut berpengaruh terhadap pengalihan kewenangan sejumlah

bidang yang semula dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota, kini dikelola oleh

pemerintah provinsi.Salah satunya ialah kewenangan pengelolaan pendidikan

menengah.Pasca penetapan tersebut menimbulkan sejumlah dampak dan memicu

munculnya gugatan judicial review oleh Walikota Blitar yang diajukan ke

Mahkamah Konstitusi. Pengalihan tersebut pun dianggap memberikan kerugian

konstitusional warga masyarakat. Melalui hal tersebut perlu dikaji terkait

penyelenggaraan pengelolaan pendidikan menengah pasca dialihkan ke

pemerintah provinsi. Peneliti berfokus pada analisis alih kelola pendidikan

menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi, dengan studi

di Kota Blitar, yang juga meliputi kendala dan solusinya. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif deskriptif. Kajian teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori rational choice institusionalism dan

konsep hubungan pemerintah pusat dan daerah. Hasil penelitian menunjukkan

dengan alih kelola pendidikan menengah maka pengelolaan berada ditangan Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah

Kabupaten/Kota Blitar. Pemerintah Kota Blitar masih dapat terlibat meskipun

keterlibatannya terbatas. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki upaya

atau tindakan yang dilaksanakan sesuai instrument yang ada sehingga

kepentingannya hanya bersifat normatif. Sedangkan Pemerintah Kota Blitar

kurang maksimal dalam melaksanakan keterlibatannya. Pendidikan menengah di

Kota Blitar pun belum dapat dikatakan berjalan efektif dan efisien. Terdapat

kendala pada pengelolaan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan provinsi dan

cabang dinas pendidikan. Begitu juga oleh Pemerintah Kota Blitar dimana

terdapat sejumlah persoalan dalam merumuskan kebijakan bantuan. Namun

beberapa kendala tersebut pun telah ditindaklanjuti dengan melaksanakan

pelayanan berbasis online, penguatan komitmen dan pemerataan SDM.

Kata Kunci : Pendidikan menengah, Pasca Pengalihan, Pengelolaan, Pemerintah

Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kota Blitar.

viii

ABSTRACT

Delly Elsavina.(2018). Government Studies Program, Faculty of Social and

Political Science, Brawijaya University, Malang.Transfer of Secondary

Education from District/City Government to Provincial Government (Study in

Blitar City). Supervisor: Rachmad Gustomy, S.IP, M.IP and Dr. Ali Maksum,

M.Ag., M.Si

The existence of Law No. 23 of 2014 concerning Regional Government

brought a fundamental change to the classification of government affairs. These

changes have an effect on the transfer of authority from a number of fields which

were originally managed by the district / city government, now managed by the

provincial government. One of them is the management authority of secondary

education. One of them is the management authority of secondary education.

Post-determination caused a number of impacts and triggered the emergence of a

lawsuit for judicial review by the Mayor of Blitar which was submitted to the

Constitutional Court. The transfer was also considered to provide a constitutional

loss to the citizens of the community. Through this, it’s necessary to examine the

implementation of secondary education management after being transferred to the

provincial government. The researcher focused on analyzing secondary education

management from the Regency / City Government to the Provincial Government,

with a study in Blitar City, which also included constraints and solutions. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif deskriptif. The

theoretical study used in this study is the theory of rational choice institutionalism

and the concept of relations between the central and regional governments. The

results of the study showed that with the management of secondary education the

management was in the hands of the East Java Provincial Education Office and

the Blitar District / City Education Office Branch. Blitar City Government can

still be involved even though its involvement is limited. The East Java Provincial

Government itself has efforts or actions that are implemented according to

existing instruments so that their interests are only normative. While the Blitar

City Government is not maximal in carrying out its involvement. Secondary

education in Blitar City cannot be said to be effective and efficient. There are

obstacles to management carried out by the provincial education office and the

education office branch. Likewise, the Government of Blitar City has a number of

problems in formulating aid policies. However, some of these obstacles have been

followed up by implementing online-based services, strengthening commitment

and equitable distribution of human resources

Keywords :Secondary education, Post-transfer, Management, East Java

Provincial Government, Blitar City Government.

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

PERNYATAAN .................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 13

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15

2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 15

2.2. Kajian Teoritis ............................................................................................ 22

2.2.1. Pendekatan New-Institutionalism ........................................................ 22

2.2.2. Rational Choice Institutionalism ......................................................... 27

2.2.3. Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah ......................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 45

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................... 45

3.2. Fokus dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 46

3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 47

3.3.1. Data Primer .......................................................................................... 47

x

3.3.2. Data Sekunder ...................................................................................... 47

3.4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 48

3.4.1. Wawancara Mendalam ........................................................................ 48

3.4.2. Dokumentasi ........................................................................................ 51

3.5. Validasi Data .............................................................................................. 52

3.6. Teknik Analisis Data .................................................................................. 52

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................. 56

4.1. Gambaran Umum Pendidikan di Kota Blitar ............................................. 56

4.2. Pengalihan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke

Pemerintah Provinsi Jawa Timur .............................................................. 61

BAB V ANALISIS ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI

PEMERINTAH KOTA BLITAR KE PEMERINTAH PROVINSI JAWA

TIMUR ................................................................................................................. 70

5.1. Hubungan Kewenangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah ......... 73

5.1.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Kewenangan ............................ 89

5.2 Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah ........... 98

5.3. Hubungan Keuangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah ............ 101

Bagan 5.4. Pengelolaan Keuangan Pendidikan Menengah Berdasarkan

Sumbernya ............................................................................................... 102

5.3.1. Kendala dan Solusi dalam HubunganKeuangan ................................ 104

5.4. Hubungan dalam Susunan Organisasi Pengelola Pendidikan Menengah 106

5.4.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Susunan Organisasi ............... 107

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 109

6.1. Kesimpulan ............................................................................................... 109

6.2. Rekomendasi ............................................................................................ 112

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 116

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perubahan Pembagian Sub Urusan Pemerintah Bidang Pendidikan .... 4

Tabel 1.2. Angka Putus Sekolah (APTS) Kota Blitar Tahun 2012-2015 .............. 9

Tabel 1.3. Jumlah Siswa Putus Sekolah Tahun 2016-2017 pada Jenjang

Pendidikan Menengah di Kota Blitar ................................................. 11

Tabel 2.1. Daftar Penelitian Terdahulu ................................................................ 20

Tabel 3.1. Data Informan Peneliti ........................................................................ 50

Tabel 4.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Formal dan Nonformal Penduduk

Kota Blitar menurut Karakteristik dan Jenjang Pendidikan Tahun 2017

............................................................................................................ 58

Tabel 4.4. Data P2D Kota Blitar yang Dialihkan ke Pemerintah Provinsi Jawa

Timur .................................................................................................. 67

Tabel 5.1. Tindakan Pengelolaan Pendidikan Menengah oleh Aktor yang Terlibat

............................................................................................................ 77

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1. Data Alokasi Anggaran Program Pendidikan Menengah oleh Dinas

Pendidikan Kota Blitar (dalam Rupiah) ........................................... 10

Diagram 4.1. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Blitar Tahun 2017/2018

......................................................................................................... 57

Diagram 4.2. Jumlah Guru di Kota Blitar Tahun 2017/2018 ................................ 58

Diagram 5.1. Target Kinerja Program Pendidikan Menengah dan Kerangka

Pendanaan Tahun 2016-2021 ........................................................... 97

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Pembagian Urusan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ......................... 2

Bagan 2.1. Alur Pikir Penelitian ........................................................................... 44

Bagan 3.1. Teknik Analisis Data Kualitatif Model Interaktif Miles dan Huberman

............................................................................................................ 53

Bagan 4.1. Alur Kegiatan Pengalihan Manajemen Pengelolaan Pendidikan

Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi

Jawa Timur ......................................................................................... 64

Bagan 5.1. Hubungan Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Kota Blitar ....................................................................... 73

Bagan 5.2. Hubungan Keterlibatan Aktor-Aktor Pengelola Pendidikan Menengah

............................................................................................................ 76

Bagan 5.3. Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah di

Kota Blitar .......................................................................................... 98

Bagan 5.4. Pengelolaan Keuangan Pendidikan Menengah Berdasarkan

Sumbernya. ....................................................................................... 102

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Fasilitas Buku Tulis untuk Siswa Kota Blitar .................................. 60

xv

DAFTAR ISTILAH

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Merupakan

rencana keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BPKAD : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

GTT : Kepanjangan dari Guru Tidak Tetap, merupakan guru

yang diangkat untuk mencukupi kebutuhan guru baik

disekolah negeri maupun swasta

Hupusda : Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Judicial Review : Proses pengujian peraturan perundang-undangan yang

lebih rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi dilakukan oleh lembaga peradilan. Dalam

praktik pengujian undang-undang terhadap Undang-

Undang Dasar 1945 dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi

(MK).

LK : Pendidikan Layanan Khusus (LK) adalah pendidikan

bagi masyarakat di wilayah terpencil atau terbelakang,

masyarakat adat terpencil, dan/atau mengalami bencana

alam, bencana sosial, dan yang tidak mampu dari segi

ekonomi.

MGMP : Musyawarah Guru Mata Pelajaran merupakan suatu

organisasi guru yang dibentuk untuk menjadi forum

komunikasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah

yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas.

OPD : Organisasi/lembaga pada pemerintahan daerah yang

bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Pendidik : Tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,

fasilitator, guru pembimbing khusus dan sebutan lain yang

sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan.

xvi

PK : Pendidikan Khusus adalah jenis pendidikan yang

diperuntukkan untuk warga Negara Indonesia yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

dan/atau sosial, serta memiliki potensi kecerdasan/bakat

istimewa, minat dan bakat khusus, keterampilan khusus.

PTT : Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya

menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan

bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil

pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian pekerjaan

sesuai yang diminta oleh pemberi kerja.

P3D : Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta

Dokumen.

Renstra : Rencana Strategi, berisikan visi, misi, tujuan, kebijakan,

program dan kegiatan yang berorientasi pada apa yang

hendak dicapai instansi/lembaga dalam kurun waktu

tertentu dengan memperhitungkan perkembangan

lingkungan stategis.

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,

merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah

untuk jangka waktu lima tahunan yang berisi visi, misi,

dan program kepala daerah dengan berpedoman pada

RPJPD serta memperhatikan RPJMN.

Tenaga Kependidikan : Anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan

diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan

meliputi pengawas sekolah, kepala sekolah, pustakawan,

laboran, tenaga administrasi sekolah dan tenaga lain.

Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang berlaku sebelumnya. Perubahan atas undang-undang

pemerintahan daerah (UU Pemda) yang diundangkan pada Oktober 2014

dimaksudkan untuk mengoreksi permasalahan yang terjadi dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah selama berlakunya undang-undang

tersebut.1 Dengan begitu, penyelenggaraan pemerintahan melalui berlakunya UU

No.23 Tahun 2014 ini didorong untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat.

Perubahan atas UU Pemda yang berlaku tentu saja membawa perubahan

materiil atau mendasar terhadap klasifikasi urusan pemerintahan. Urusan antara

pemerintah pusat dan daerah telah dirinci melalui penetapan 3 bagian urusan

pemerintahan. Berikut adalah pembagian urusan pemerintahan sesuai UU No. 23

Tahun 2014,

1Yusdianto.2015. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum Vol.2 No. 3. Hlm.485

2

Bagan 1.1. Pembagian Urusan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Sumber : Diolah dari UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan

pemerintahan diklasifikasikan berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan

pemerintah pusat, urusan yang menjadi kewenangan daerah yang dibagi menjadi

dua yakni urusan wajib dan urusan pilihan. Sedangkan, sesuai dengan bagan di

atas, bahwa urusan pemerintahan sesuai dengan undang-undang yang baru

diklasifikasikan menjadi urusan absolut, konkuren dan urusan umum. Melalui

pembagian urusan tersebut terdapat sejumlah perubahan terhadap beberapa

bidang, yaitu pendidikan; energi dan sumber daya mineral (pertambangan);

kehutanan; kelautan dan perikanan.

3

Ke empat bidang yang disebut diatas termasuk dalam urusan pemerintahan

konkuren, yang terbagi dalam urusan wajib yakni bidang pendidikan serta bidang

energi dan sumber daya mineral (pertambangan), sedangkan kehutanan, kelautan

dan perikanan termasuk dalam urusan pilihan. Pendidikan termasuk dalam urusan

wajib, artinya pendidikan yang merupakan hak dan kewajiban bagi setiap orang

harus terpenuhi. Pembagian urusan dibidang pendidikan pun merupakan bentuk

desentralisasi pendidikan untuk mewujudkan pembangunan pendidikan.2

Sehingga melalui UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat

perubahan kewenangan pengelelolaan pendidikan yakni terhadap pendidikan

menengah.

UU No.32 Tahun 2004 melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

(PP Pembagian Urusan) lebih menitikberatkan otonomi pada pemerintah

kabupaten/kota dengan memberikan kewenangan hampir disetiap urusan

pemerintahan. Semula pengelolaan pendidikan menengah adalah kewenangan

pemerintah kabupaten/kota, dimana pelaksanaan urusan pemerintahan bidang

pendidikan tersebut telah diatur melalui PP Pembagian Urusan. Pendidikan

menengah sendiri merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang

2Dewi Sendhikasari D. Pengalihan Kewenangan Manajemen Pendidikan Menengah dari

Kabupaten/Kota ke Provinsi. Majalah Info Singkat Pemerintahan Dalam Negeri Vol. VIII

No.07/I/P3DI/April/2016.Hlm.18. Diakses dari

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-7-I-P3DI-April-2016-

38.pdfpada 3 Oktober 2017 pukul 21.36 WIB

4

terdiri dari SMA, MA, SMK, MAK, dan bentuk lain yang sederajat.3 Perubahan

pembagian urusan pemerintah dibidang pendidikan dapat diketahui melalui tabel

berikut yang disajikan secara ringkas pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perubahan Pembagian Sub Urusan Pemerintah Bidang

Pendidikan

Sumber

Perbedaan

Pemerintah Pusat Pemerintah

Provinsi

Pemerintah

Kabupaten/Kota

Lampiran PP

No.38 Tahun

2007

Penetapan pedoman

pengelolaan dan

penyelenggaraan

pendidikan anak

usia dini,

pendidikan dasar,

pendidikan

menengah,

pendidikan tinggi,

pendidikan

nonformal.

Koordinasi atas

pengelolaan dan

penyelenggaraan

pendidikan,

pengembangan

tenaga

kependidikan

dan penyediaan

fasilitas

penyelenggaraan

pendidikanlintas

kabupaten/kota,

untuk tingkat

pendidikan

dasar dan

menengah.

Pengelolaan dan

penyelenggaraan

pendidikan anak

usia dini,

pendidikan dasar,

pendidikan

menengah dan

pendidikan

nonformal.

Lampiran UU

No.23 Tahun

2014

Penetapan standar

nasional

pendidikan,

pengelolaan

pendidikan tinggi.

Pengelolaan

pendidikan

menengah,

pengelolaan

pendidikan

khusus.

Pengelolaan

pendidikan dasar,

pegelolaan

pendidikan anak

usia dini dan

pendidikan

nonformal. Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018.

Melalui pemetaan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejatinya pemerintah

kabupaten/kota tidak kehilangan urusan pemerintahan, namun hanya kehilangan

sub urusan pemerintahan, yakni manajemen pendidikan pada pengelolaan jenjang

3 Pasal 18, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

5

pendidikan menengah. Secara umum keberadaan Lampiran UU No23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah telah menyerap PP Pembagian Urusan dengan

beberapa bentuk perubahan, sehingga materi muatannya mengatur mengenai

pembagian urusan daerah.

Alih kelola pendidikan menengah dari pemerintah kabupaten/kota ke

pemerintah provinsi disebut-sebut sebagai salah satu langkah untuk memudahkan

pemerintah provinsi dalam menyeragamkan kebijakan pengelolaan pendidikan,

yang diharapkan akan meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas kebijakan

pendidikan dalam rangka good governance.4 Menurut Hamid Muhammad sebagai

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen),

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pengalihan itu bertujuan agar

pemerintah kabupaten/kota dapat lebih optimal membenahi pendidikan dasar,

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas)

sementara pemerintah provinsi dapat lebih memprioritaskan pada pendidikan

menengah dan menuntaskan program yang dicanangkan pemerintah pusat, yakni

Wajib Belajar 12 Tahun.5 Sehingga melalui ketetapan UU Pemda, urusan

pemerintah dibidang pendidikan ini dibagi menjadi, kewenangan pendidikan

tinggi (Dikti) yang dipegang oleh pemerintah pusat, kewenangan pendidikan

menengah (Dikmen) oleh pemerintah provinsi dan kewenangan pendidikan dasar

(Dikdas) oleh pemerintah kabupaten/kota. Dengan begitu diharapkan pemerintah

4SMA/SMK Dialihkan ke Provinsi, Kemendikbud: Agar Lebih Fokus. 2016. Diakses dari

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/22/o2y84y219-smasmk-dialihkan-

ke-provinsi-kemendikbud-agar-lebih-fokus pada 4 Oktober 2017 pukul 13.52 WIB 5Ibid.,

6

dapat lebih fokus dan efisien dalam pembenahan dan penyelenggaraan pendidikan

di Indonesia.

Perubahan pada satu tingkat peraturan yang lebih tinggi hampir selalu akan

berdampak luas kepada perubahan peraturan tingkat di bawahnya. Sebab secara

normatif aturan yang lebih rendah akan bersarang atau mengacu kepada

seperangkat aturan yang lebih tinggi.6 Demikian halnya dengan berlakunya UU

No.23 Tahun 2014 terhadap pengelolaan pendidikan menengah, misalnya:

- Sesuai dengan Peraturan Walikota Blitar Nomor 15 Tahun 2011

tentang Program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun, Pemerintah Kota

Blitar membebaskan biaya satuan pendidikan dan biaya

penyelenggaraan pendidikan kepada siswa yang menempuh jenjang

pendidikan dasar dan pendidikan menengah (sekolah dasar hingga

sekolah menengah atas) yang berdomisili di Kota Blitar, namun sejak

berlakunya UU No.23 Tahun 2014 pendidikan gratis tersebut tidak

dapat lagi diselenggarakan bagi siswa yang menempuh pendidikan

menengah.

- Berdasarkan Peraturan Walikota Blitar No.57 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja

Dinas Pendidikan, bahwa tidak lagi tercantum atau memuat tugas dan

fungsi terhadap pengelolaan pendidikan menengah.

6Eno Suwarno, dkk. Januari 2016.Implikasi Terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Terhadap Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan di Provinsi Riau. Wahana Forestra: Jurnal

Kehutanan Vol.11, No.1. Hlm.12

7

Dampak atas perubahan UU Pemda tidak hanya tampak secara yuridis

saja, namun realitas dilapangan menunjukkan terdapat sejumlah pro kontra.

Meskipun dianggap akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan, terdapat

beberapa hal yang menjadi sorotan sebagai akibat yang muncul dari adanya

pengalihan tersebut yaitu soal kemampuan provinsi dalam memberikan pelayanan

pendidikan berkualitas secara merata dan kemampuan anggaran.7 Misalnya

penyelenggarakan pendidikan gratis hingga jenjang pendidikan menengah ketika

dialihkan ke pemerintah provinsi kebijakan tersebut tidak dilanjutkan, serta

tunjangan guru tidak jalan sebab alokasi anggaran untuk pendidikan dari APBD

provinsi terbatas. Permasalahan yang lain adalah berkurangnya aset, anggaran dan

sumber daya manusia dibidang pendidikan yang dimiliki oleh pemerintah

kabupaten/kota, sulitnya melaksanakan koordinasi sebab wilayah cakupan

provinsi lebih luas dibandingkan dengan wilayah kabupaten/kota.

Menariknya kebijakan pengalihan kewenangan pengelolaan pendidikan

menengah yang diterapkan bagi seluruh daerah di Indonesia ini digugat oleh

beberapa daerah. Di Jawa Timur sendiri, dua daerah yang merasa dirugikan atas

ketetapan tersebut, yakni Kota Blitar dan Kota Surabaya, dengan subyek pemohon

gugatan yang berbeda yakni kepala daerah dan masyarakat. Gugatan tersebut

merupakan respon kekhawatiran atas dampak yang dapat ditimbulkan dari

pengalihan kewenangan pendidikan menengah. Kota Blitar mengajukan gugatan

melalui walikotanya, sebagai kepala daerah, sedangkan gugatan dari Kota

Surabaya datang dari 4 orang wali murid.

7 Fikri Habibi. Oktober 2017.Transisi Peralihan Kewenangan Bidang Pendidikan SMA/SMK di

Provinsi Banten. Jurnal SAWALA Vol.5 No.2. Hlm.12

8

Walikota Blitar, Moh. Samanhudi Anwar mengajukan gugatan judicial

review ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait ketentuan Lampiran Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Angka I huruf A

Nomor 1 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pendidikan.8 Pengajuan

gugatan yang dilakukan Walikota Blitar diklaim sebagai tindakan serius untuk

menyelamatkan kepentingan rakyat di daerahnya dalam urusan pendidikan. Sebab

pengalihan tersebut dianggap menyebabkan pemerintah Kota Blitar, pertama tidak

dapat menetapkan pendidikan menengah secara gratis, kedua tidak adanya

kepastian hukum dalam penyelenggaraan pendidikan menengah, ketiga tidak

mendapatkan hubungan yang selaras dan adil dalam hubungan antar pemerintah,

keempat tidak adanya penghargaan terhadap keragaman yang dimiliki oleh Kota

Blitar.9

Melalui gugatan yang diajukan pada 7 Maret 2016 Moh.Samanhudi

ditegaskan dengan pengelolaan pendidikan ditangan pemerintah kabupaten/kota

tidak akan menurunkan kualitas dan kuantitas pendidikan, generasi muda juga

dapat mencapai keberhasilan pendidikan melalui pendidikan gratis yang

diberikan, seperti yang diungkapkan “Terbukti kok, kita yang kelola, angka drop

out baik SD, SMP, dan SMA menjadi nol alias tidak ada”.10 Pernyataan tersebut

didukung dengan data Angka Putus Sekolah (APTS) Kota Blitar sebagai berikut,

8Kepala Daerah Gugat Pengalihan Kewenangan Penyelenggaraan Pendidikan. 2016. Diakses dari

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=12994#.WW8VDhWGPI

V pada 4 Oktober 2017 pukul 15.22 WIB 9 Hasil Putusan MK Nomor 30/PUU-XIV/2016. Hlm.3 10 Wali Kota Blitar: Pendidikan Gratis Tingkatkan Kecerdasan Warga. 2016. Diakses dari

http://m.jatimtimes.com/baca/137888/20160310/151316/wali-kota-blitar-pendidikan-gratis-

tingkatkan-kecerdasan-warga pada4 Oktober 2017 pukul 15.29 WIB.

9

Tabel 1.2. Angka Putus Sekolah (APTS) Kota Blitar Tahun 2012-2015

Jenjang Pendidikan Tahun

2012 2013 2014 2015

SD 0,00 % 0,00% 0,02 % 0,00%

SMP 0,00 % 0,00% 0,00 % 0,00%

SLTA 1,95% 0,77% 0,02% 0,02%

Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Tahun 2015, Data diolah, 2018.

Tabel 1.2.menujukkan bahwa angka putus sekolah berada dalam kondisi yang

baik. Pada jenjang pendidikan dasar meskipun sempat mengalami kenaikan pada

tahun 2014, namun kembali mengalami penurunan. Pada jenjang pendidikan

menengah pun menujukkan penurunan angka putus sekolah dari tahun 2012

hingga 2015.

Pemerintah Kota Blitar sendiri merupakan salah satu daerah yang

melaksanakan kebijakan pendidikan dengan menjadikan bidang pendidikan

sebagai bidang prioritas pembangunan daerah. Tercantum dalam strategi

pembangunan RPJMD 2011-2015, yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan

dan keterjangkauan pelayanan pendidikan. Hingga berlanjut pada kebijakan

pembangunan yang tercantum dalam RPJMD 2016-2021. Kebijakan tersebut

salah satunya ditegaskan dalam Peraturan Walikota Blitar Nomor 15 Tahun 2011

tentang Program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun. Bahwa kebijakan tersebut

bertujuan untuk mendorong peningkatan aksesbilitas pendidikan kepada

masyarakat, sehingga sejak tahun 2011 Pemerintah Kota Blitar telah mampu

memberikan pendidikan gratis dan fasilitas penunjangnya pada tingkat pendidikan

dasar hingga pendidikan menengah bagi seluruh sekolah negeri dan swasta. Bagi

program pendidikan menengah sendiri pemerintah Kota Blitar dapat

10

mengalokasikan sejumlah anggaran. Anggaran yang diberikan sejak tahun 2013

pun mengalami peningkatan, dari Dinas Pendidikan Kota Blitar anggaran yang

dialokasikan disajikan pada tabel dibawah,

Diagram 1.1. Data Alokasi Anggaran Program Pendidikan Menengah oleh

Dinas Pendidikan Kota Blitar (dalam Rupiah)

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Blitar, Data diolah, 2018.

Namun berdasarkan hasil gugatan yang diputuskan pada 19 Juli 2017

menyatakan bahwa pemerintah daerah sudah seharusnya menyesuaikan diri

dengan seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan undang-

undang, sebab peraturan yang lebih tinggilah yang lebih diutamakan.11 Gugatan

yang diajukan oleh Walikota Blitar pun ditolak oleh MK, sesuai dengan Hasil

Putusan MK Nomor 30/PUU-XIV/2016, pengelolaan pendidikan menengah yang

termasuk dalam urusan pemerintah yang wajib dipenuhi dinyatakan lebih tepat

diserahkan ke pemerintah provinsi, bahkan hal tersebut tidak bertentangan dengan

11MK Tolak Kewenangan Wali Kota/Bupati Kelola SMA.2017. Diakses dari

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170719142659-12-228883/mk-tolak-kewenangan-wali-

kota-bupati-kelola-sma/ pada 4 Oktober 2017 pukul 16.27 WIB

25,962,540,740 24,548,690,970

33,009,688,497

40,662,045,561

2013 2014 2015 2016

Jumlah Anggaran (Rp)

11

UUD 1945.Pasca penetapan hasil gugatan oleh MK maka pengelolaan SMA/SMK

di Kota Blitar ditangani oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sesuai dengan

undang-undang yang berlaku.Pengelolaan pendidikan menengah ditangan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur pun, melalui tabel 1.3. di bawah, tidak

menyebabkan kenaikan terhadap jumlah siswa putus sekolah pada jenjang

pendidikan menengah di Kota Blitar.

Tabel 1.3. Jumlah Siswa Putus Sekolah Tahun 2016-2017 pada Jenjang

Pendidikan Menengah di Kota Blitar

Jenjang

Pendidikan

Tahun 2016 Tahun 2017

Jumlah

siswa

(orang)

Jumlah siswa

putus sekolah

(orang)

Presentase

Jumlah

siswa

(orang)

Jumlah

siswa putus

sekolah

(orang)

Presentase

SMA 4849 56 1.15% 4848 26 0.54%

SMK 10749 215 2.00% 10942 216 1.97%

Sumber :http://statistik.data.kemendikbud.go.id/. Data diolah, 2018.

Meskipun angka putus sekolah pada tahun 2016 terbilang tinggi jika dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya, namun pada tahun 2017 setelah dikelola oleh

pemerintah provinsi mengalami penurunan.

Pro kontra terkait pengalihan tersebut justru tetap muncul. Selain melihat

dari sisi dampak yang ditimbulkan, pengalihan kewenangan pendidikan menengah

punjuga dinilai memberikan kerugian konstitusional warga masyarakat.12

Dikatakan demikian, sebab undang-undang telah mengatur pembagian urusan

yang bersifat konkuren dengan memberlakukan semua daerah sama atau uniform

dengan memberikan pengelolaan pendidikan menengah kepada pemerintah

12Fikri Habibi.Op,.cit. Hlm.11

12

provinsi yang membawahi banyak kabupaten/kota dengan keragaman penduduk

dan kondisi daerah.13 Padahal sebagian besar tugas, kewenangan dan

tanggungjawab yang diberikan kepada daerah otonom harus dilakukan atas dasar

pertimbangan budaya, politik (demokrasi) dan ekonomi lokal. Hal ini menjadi

menarik mengingat kebutuhan dan keberagaman dari masing-masing daerah pun

berbeda-beda, dan bahkan banyak daerah yang sudah mandiri dalam

mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan daerahnya seperti halnya di Kota

Blitar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

beberapa persoalan menarik yang melatarbelakangi penulis menentukan tema

penelitian ini. Pertama, timbul sejumlah dampak dari pengalihan kewenangan

pengelolaan pendidikan dari pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah provinsi.

Kedua, muncul gugatan judicial review sebagai respon kekhawatiran pengalihan

tersebut dari Kota Blitar. Ketiga, pengalihan tersebut dinilai memberikan kerugian

konstitusional warga masyarakat, karena dianggap tidak memperhatikan

keragaman daerah, sedangkan terdapat beberapa daerah yang sudah mandiri

dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan daerahnya. Dari ketiga

persoalan tersebut selanjutnya perlu diketahui lebih lanjut penyelenggaraan

pendidikan menengah pasca terjadinya alih kelola. Maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terkait “Alih Kelola Pendidikan Menengah dari

Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi (Studi di Kota Blitar)”.

13Indah Sari. 2017. Tinjauan Yuridis Terhadap Pengalihan Kewenangan Pengelolaan Sekolah

Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan kepada Pemerintah Provinsi. Skripsi Program Studi

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Hlm.54. Diunduh dari

http://repository.unhas.ac.id/pada 11 Oktober 2017 pukul 18.31 WIB.

13

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ingin

dicapai adalah :

1. Bagaimana alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota

Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur ?

2. Bagaimana kendala dan solusi dalam pengelolaan pendidikan menengah

setelah alih kelola dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi

Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari

Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta

kendala dan solusinya dilihat dari indikator keterlibatan aktor, guna

mengetahui aktor-aktor yang terlibat dalam alih kelola pendidikan

menengah tersebut.

2. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari

Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta

kendala dan solusinya dilihat dari indikator perilaku atau tindakan

pencapaian preferensi. Guna mengetahui tindakan yang dilakukan oleh

para aktor dalam alih kelola pendidikan menengah beserta kendala yang

ditimbulkannya.

3. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari

Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta

14

kendala dan solusinya dilihat dari indikator kepentingan-kepentingan

tertentu, guna mengetahui kepentingan yang terdapat pada tindakan yang

dilakukan oleh para aktor dalam alih kelola pendidikan menengah.

4. Mengetahui penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari

Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta

kendala dan solusinya dilihat dari indikator instrument atau aturan dalam

lembaga yang digunakan oleh para aktor untuk mencapai tujuan dalam alih

kelola pendidikan menengah.

1.4.Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut manfaat yang dapat diperoleh dari

penelitian ini diantaranya :

1. Memperoleh hasil analisis dari indikator keterlibatan aktor terhadap alih

kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah

Provinsi Jawa Timur.

2. Memperoleh analisis dari indikator perilaku atau tindakan pencapaian

preferensi terhadap alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota

Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

3. Memperoleh hasil analisis dari indikator kepentingan-kepentingan tertentu

terhadap alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke

Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

4. Memperoleh hasil analisis dari indikator instrument atau aturan dalam

lembaga terhadap alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota

Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Melalui bab berikut dijelaskan mengenai penelitian atau temuan relevan

yang sudah ada, digunakan sebagai bahan kajian penelitian ini. Selain itu

dipaparkan teori dan konsep untuk menjelaskan analisis dalam penelitian dan

mempermudah pengkajian temuan-temuan yang ada dilapangan. Sehingga teori

dan konsep yang penulis gunakan dapat dikomparasikan dengan hasil temuan

dilapangan. Gambaran bagaimana alur pikir yang digunakan oleh penulis yang

dipaparkan dalam bentuk diagram alir, juga dimuat dalam bab ini, sebagai acuan

untuk melakukan penelitian dan memudahkan pembaca dalam mengikuti alur

permasalahan dalam penelitian.

2.1. Penelitian Terdahulu

Pertama, hasil penelitian dari Andi Pratiwi Yasni Putri (2017) dengan

judul “Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah Provinsi

dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di Bidang Pendidikan”.14 Penelitian yang

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif ini dilaksanakan di Dinas

Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Pendidikan Kota Makasar.

14 Andi Pratiwi Yasni Putri. 2017. Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah

Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di Bidang Pendidikan. Skripsi Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari

http://repository.unhas.ac.id/ pada 11 Oktober 2017 pukul 13.19 WIB.

16

Hasil dari penelitian tersebut bahwa pengaturan urusan pemerintahan konkuren

yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah di bidang

pendidikan adalah termasuk dalam kategori urusan wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar. Penelitian ini menunjukkan terjadi perpindahan kewenangan

yang semula dikelola kabupaten/kota kemudian beralih ke provinsi membawa

implikasi hukum, yakni terjadinya polemik yang membuat pelaksanaan otonomi

daerah dibidang pendidikan menjadi tidak efektif dan efisien dikarenakan

perpindahan aset sekolah.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Sari pada tahun 2017, yang

berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Pengalihan Kewenangan Pengeolaan

Sekolah Menengah Kejuruan kepada Pemerintah Provinsi”.15 Melalui penelitian

normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundangan-undangan,

sejarah dan perbandingan hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya

disharmonisasi pengaturan kewenangan pengelolaan pendidikan menengah yang

tercantum pada UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dengan UU

No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang terletak

pada perbedaan pemberian kewenangan pengelolaan pendidikan. Dalam Pasal 50

ayat (5) UU Sisdiknas disebutkan bahwa pemerintah kabupaten/kota mengelola

pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang

berbasis keunggulan lokal.Namun dalam Lampiran UU Pemda 2014, pengelolaan

pendidikan menengah merupakan kewenangan pemerintah provinsi. Pengalihan

kewenangan yang diatur oleh UU No.23 Tahun 2014 pun berimplikasi pada

15 Indah Sari. 2017. Op,.cit.

17

beralihnya manajemen pendidikan menengah yang meliputi personel,

pembiayaan, sarana dan prasana, serta dokumen (P3D) kepada pemerintah

provinsi sebagai pemegang wewenang pendidikan menengah, sehingga wewenang

yang dimiliki menjadi lebih luas.

Ketiga, hasil penelitian dari Dennis Abel T.P, Budi Gutami dan Suhartoyo

(2017) dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Peralihan Bidang Pendidikan

Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi sebagai

Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah”.16 Hasil penelitian tersebut ialah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

membentuk tim khusus yang menangani proses peralihan bidang pendidikan

menengah, yaitu (1) tim verifikator lapangan, yang bertugas untuk menerima hasil

pendataan dan melakukan evaluasi terhadap data obyek peralihan bidang

pendidikan menengah yang akan dialihkan kepada dinas pendidikan Provinsi Jawa

Tengah dan (2) tim pendamping daerah, bertugas untuk mendampingi dan

memberikan pengarahan dilapangan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota

yang bersangkutan dalam mendata obyek peralihan bidang pendidikan menengah.

Obyek peralihan yang dimaksudkan adalah meliputi personel, pendanaan, sarana

dan prasarana serta dokumen (P3D) yang berkaitan dengan bidang pendidikan

menengah. Kendala-kendala yang ditemukan dalam proses peralihan tersebut

umumnya merupakan hambatan administratif, yaitu kekeliruan antara data yang

16 Dennis Abel T.P, dkk. 2017. Analisis Yuridis Terhadap Peralihan Bidang Pendidikan

Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi sebagai Implementasi

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Diponegoro Law Journal

Vol.6, No.2. Diunduh dari http://ejournal3.undip.ac.id/ pada 13 Oktober 2017 pukul 18.21 WIB

18

diinventarisasi dengan kondisi yang ada di lapangan, serta masih terdapat

beberapa kabupaten/kota yang kurang memahami obyek yang termasuk dalam

peralihan bidang pendidikan menengah, yang diatasi dengan melakukan tindakan

yang bersifat sistematis oleh tim khusus yang dibentuk.

Keempat, hasil penelitian Andi Nurul Ulum (2017) dengan judul

“Kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo Setelah Berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah”.17 Hasil penelitian

menunjukkan, pelaksanaan pembagian urusan pemerintahan konkuren dibidang

pendidikan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo setelah diberlakukannya UU

No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengurangi kewenangan yang

dimiliki oleh dinas tersebut. Selain itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan kewenangan di Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo, terdiri dari faktor

pendukung yaitu pengelolaan manajemen pendidikan sehingga pengelolaan

pendidikan menjadi lebih fokus dan efisien serta adanya harapan peningkatan

kesejahteraan bagi guru. Sedangkan faktor penghambatnya adalah masih adanya

kesalahan administrasi, berkurangnya aset, anggaran, dan sumber daya manusia

pada Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo, jauhnya jarak tempuh antara daerah

provinsi dengan daerah kabupaten/kota, kurangnya integritas Aparatur Sipil

Negara, serta belum adanya pedoman dalam melaksanakan urusan pemerintahan

konkuren.

17 Andi Nurul Ulum. 2017. Kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo Setelah Berlakunya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Skripsi Program Studi

Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari

http://repository.unhas.ac.id/ pada 13 Oktober 2017 pukul 21.15 WIB

19

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Sella Nova Damayanti (2017) yang

berjudul “Analisis Prospektif Kebijakan Pengalihan Kewenangan Pendidikan

Menengah dari Pemerintah Kota Surabaya ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah”.18 Dengan

menggunakan analisis prospektif kebijakan Willian Dunn, penelitian ini bertujuan

menerangkan masalah yang melatarbelakangi kebijakan peralihan kewenangan

pendidikan menengah dari pemerintah kota ke provinsi, meramalkan masalah atau

konsekuensi terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut dan memberikan

rekomendasi yang dapat dijadikan alternatif dalam memperbaiki kebijakan. Hasil

penelitian pun adalah, peramalan yang didasarkan atas asumsi teoritik

menujukkan kebijakan tersebut menyebabkan daya saing dan kreativitas antar

kabupaten/kota akan menurun dalam hal pengelolaan pendidikan sebab semua

daerah akan teruniformisasi.

Sedangkan rekomendasi atas kebijakan tersebut ialah, dalam hal

pembuatan atau penyusunan kebijakan pendidikan sebaiknya pemerintah

mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Selain itu berdasarkan sebagian

stakeholder yang terlibat menujukkan bahwa kurang prospek penerapan kebijakan

pasca pengalihan kewenangan di Kota Surabaya yang dapat diketahui dari masih

adanya ketidakoptimisan. Namun, juga telah terdapat berbagai langkah kesiapan

dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur atas pengalihan kewenangan pendidikan

18Sella Nova Damayanti.September-Desember 2017.Analisis Prospektif Kebijakan Pengalihan

Kewenangan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota Surabaya ke Pemerintah Provinsi Jawa

Timur Berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Jurnal Kebijakan dan

Manajemen Publik Vol.5 No.3. Diunduh dari http://journal.unair.ac.id/ pada 15 Maret 2018 pukul

16.46 WIB

20

menengah, diantaranya telah dilakukannya perencanaan berupa penyerahan P3D,

kesiapan penyusunan struktur organisasi yang baru, penetapan kurikulum,

pengaturan tenaga pendidik serta adanya penganggaran untuk memberikan

bantuan operasional. Meskipun masih terdapat pro dan kontra pada masyarakat

atas pelaksanaan kebijakan tersebut karena adanya kekhawatiran terhadap biaya

sekolah dan mutasi guru.

Berikut adalah tabel yang disajikan untuk mempermudah memahami

mengenai beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian

ini.

Tabel 2.1.Daftar Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Titik Pembeda

1. Pembagian

Urusan

Pemerintahan

Konkuren Antara

Pemerintah

Provinsi dan

Pemerintahan

Kabupaten/Kota

di Bidang

Pendidikan (Andi

Pratiwi Yasni

Putri 2017)

Terjadi perpindahan

kewenangan di bidang

pendidikan dari pemerintah

kabupaten/kota ke provinsi

yang membawa implikasi

hukum yakni terjadinya

polemik yang membuat

pelaksanaan otonomi daerah

di bidang pendidikan

menjadi tidak efektif dan

efisien dikarenakan

perpindahan aset sekolah

-Menggunakan

pendekatan urusan

pemerintahan dan

pengelolaan pendidikan.

- Penelitian ini berfokus

pada pengaturan urusan

pemerintah dibidang

pendidikan sesuai UU

No.23 Tahun 2014 dan

implikasinya di Dinas

Pendidikan Provinsi

Sulawesi Selatan dan

Dinas Pendidikan Kota

Makasar.

2. Tinjauan Yuridis

Terhadap

Pengalihan

Kewenangan

Pengelolaan

Sekolah

Menengah

Kejuruan kepada

Pemerintahan

Disharmonisasi pengaturan

kewenangan pengelolaan

pendidikan menengah

menurut yang UU Pemda

No.23 Tahun 2014 dengan

UU Sisdiknas No.20 Tahun

2003. Dimana perubahan

kewenangan tersebut juga

berimplikasi pada

-Menggunakan

pendekatan peraturan

perundangan-undangan,

sejarah dan

perbandingan.

-Fokus penelitian pada

disharmonisasi

pengaturan pengelolaan

pendidikan dan implikasi

21

Provinsi (Indah

Sari 2017)

beralihnya manajemen

pendidikan menengah ke

pemerintah provinsi,

sehingga wewenang yang

dimiliki menjadi lebih luas.

dari perubahan

kewenangan tersebut.

3. Analisis Yuridis

Terhadap

Peralihan Bidang

Pendidikan

Menengah dari

Pemerintah

Kabupaten/Kota

kepada

Pemerintah

Provinsi sebagai

Implementasi

Undang-Undang

Nomor 23 Tahun

2014 tentang

Pemerintahan

Daerah (Dennis

Abel T.P, Budi

Gutami dan

Suhartoyo 2017)

Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Tengah membentuk

tim khusus (yaitu tim

verifikator lapangan dan tim

pendamping daerah) yang

menangani proses peralihan

P3D bidang pendidikan

menengah dan untuk

mengatasi kendala-kendala

yang muncul selama proses

peralihan.

-Penelitian yang

menggunakan metode

analisis yuridis empiris

-Fokus pada tata cara

peralihan P3D bidang

pendidikan dengan

membentuk tim khusus

dan upaya untuk

mengatasi kendala

selama proses peralihan.

4. Kewenangan

Dinas Pendidikan

Kabupaten Wajo

Setelah

Berlakunya

Undang-Undang

Nomor 23 Tahun

2014 tentang

Pemerintahan

Daerah.

(Andi Nurul U.

2017)

Pengurangan kewenangan

pengelolaan pendidikan di

Dinas Pendidikan

Kabupaten Wajo karena

diberlakukannya UU No.23

Tahun 2014 serta terdapat

faktor pendukung dan

penghambat dalam

pelaksanaan kewenangan di

Dinas Pendidikan

Kabupaten Wajo .

-Menggunakan

pendekatan pemerintahan

daerah dan kewenangan

dalam menjelaskan

penelitian.

-Fokus terhadap

pelaksanaan pembagian

urusan pemerintahan di

bidang pendidikan pada

Dinas Pendidikan

Kabupaten Wajo yang

berimplikasi pada

pengurangan

kewenangan yang

dimiliki dan terdapat

faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya.

5. Analisis

Prospektif

Kebijakan

Pengalihan

Kewenangan

Kebijakan tentang

pengalihan kewenangan

pendidikan menengah

kepada provinsi sebagai

hasil dari adanya

-Menggunakan analisis

prospektif kebijakan

publik William N.Dunn

-Fokus terhadap

memberikan gambaran

22

Pendidikan

Menengah dari

Pemerintah Kota

Surabaya ke

Pemerintah

Provinsi Jawa

Timur

Berdasarkan UU

No.23 Tahun

2014 tentang

Pemerintahan

Daerah.

(Sella Nova

Damayanti 2017)

amandemen peraturan

daerah yakni UU No.23

Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, yang

kemudian menimbulkan pro

dan kontra, seperti di Kota

Surabaya. Sehingga

dilakukan analisis terhadap

tahap pra implementasi

kebijakan untuk melihat

gambaran masa depan atau

prospek dari kebijakan

pengalihan tersebut.

tentang masa depan atau

prospek manajemen

pendidikan menengah di

Surabaya setelah

dipindahkan ke

Pemerintah Provinsi

Jawa Timur.

Sumber: Diolah oleh Penulis, 2018

Sehingga dapat disimpulkan, dari beberapa temuan penelitian terdahulu

tersebut, pada dasarnya terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Pada

penelitian sebelumnya lebih meninjau terhadap pengaturan pengalihan

kewenangan pendidikan menengah dengan menggunakan aspek yuridis atau

hukum, serta terhadap persiapan yang dilakukan oleh dinas pendidikan terkait

pada masing-masing daerah yang dibahas beserta implikasinya. Sedangkan pada

penelitian ini memfokuskan pada alih kelola pendidikan menengah dari

Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur, yang meliputi

penyelenggaraan, kendala beserta solusinya.

2.2.Kajian Teoritis

2.2.1. Pendekatan New-Institutionalism

Pendekatan institusional (kelembagaan) adalah salah satu pendekatan

dalam ilmu politik yang menjelaskan mengenai kelembagaan dalam negara.

23

Menurut Rhodes, dalam Marsh dan Stoker, institusional didefinisikan sebagai

berikut,19

Pendekatan institusional adalah suatu subjek masalah yang mencakup

peraturan, prosedur, dan organisasi formal pemerintahan.Ia memakai alat-

alat ahli hukum dan sejarahwan untuk menjelaskan batas-batas pada

perilaku politik maupun efektifitas demokratis, dan ia membantu

perkembangan model Westmister tentang demokrasi representatif.

Pendekatan ini fokus terhadap kajian lembaga atau organisasi, mencakup aturan-

aturan formal yang ada di dalamnya. Perkembangannya, terdapat dua pendekatan

institusional yaitu, old-institutionalism atau yang juga sering dikenal dengan

pendekatan tradisional, dan new-institusionalism. Keduanya memiliki ciri khusus

masing-masing.

Pendekatan tradisional sendiri menyangkut antara lain sifat dari undang-

undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta yuridis

dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan

yudikiatif.20 Artinya bahwa pendekatan ini cenderung fokus terhadap unsur legal

dan lembaga/organisasi formal, sehingga dikatakan lebih bersifat statis, deskriptif

daripada bersifat analitis, karena lebih banyak mengulas sejarah dan tidak

mengulas gejala-gejala yang dapat diamati dalam praktiknya. Dalam banyak

kasus, institusional baru merupakan pendekatan yang dibangun diatas wawasan

terbaik intitusional tradisional, oleh karena itu perpindahan pendekatan menuju

19David Marsh& Gerry Stoker. 2011. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. Bandung: Nusa

Media. Hlm.109 20 Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hlm.72

24

new-institusionalism atau institusional baru menujukkan perbedaan melalui enam

garis analisis, berikut:21

i. Dari fokus terhadap organisasi formal menuju fokus pada

peraturan

ii. Dari konsepsi formal tentang institusi menuju yang informal

iii. Dari konsepsi statis tentang institusi menuju konsep dinamis

iv. Dari berkubang dalam nilai menjadi posisi kritis terhadap nilai

v. Dari konsep institusi holistik menjadi terpisah-pisah

vi. Dari independensi menjadi kemelekatan

Institusional baru menerangkan bahwa pendekatan ini lebih bersifat

dinamis dalam menganalisis institusi/kelembagaan. Tidak hanya terpaku pada

pembahasan organisasi formal, institusi dipahami lebih luas dan juga dianggap

dinamis karena menyesuaikan atas perubahan aturan atau nilai-nilai yang terjadi

dalam sebuah lembaga, sehingga menyesuaikan keadaan lingkungan yang

dihadapi maupun melalui kritik yang ada. Maka tidak hanya terbatas fokus pada

bagaimana sebuah lembaga dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan/aturan-

aturan yang ditetapkan.

Holistik sendiri dapat dipahami sebagai cara pandang bahwa sebuah

kesatuan lebih penting daripada bagian-bagian yang membentuknya, sehingga

berbeda dengan institusionalis tradisional yang cenderung mendeskripsikan dan

membandingkan seluruh sistem pemerintahan, pada institusionalis baru fokus

pada komponen institusi kehidupan politik, diantaranya seperti pengaturan

anggaran atau pembuatan kebijakan dan hubungan intra-pemerintah. Institusi

sendiri dipahami sebagai “terbedakan”, maksudnya bahwa antara institusi tidak

harus “cocok” satu sama lain secara keseluruhan. Institusi juga terbedakan dalam

21David Marsh& Gerry Stoker.Op.cit.,Hlm.116

25

pengertian mereka mewujudkan, memelihara, dan memberi sumber daya

kekuasaan yang berbeda-beda berkaitan dengan individu dan kelompok yang

berbeda, sehingga menekankan bahwa institusi memiliki tatanan nilai yang

berbeda-beda dalam komponen yang membangunnya. Dalam pendekatan ini,

institusi atau lembaga dilihat sebagai sebuah identitas yang melekat dan

mengakar, tidak hanya sekedar lembaga yang hadir dalam masyarakat. Pada

dasarnya, institusional baru tidak hanya terbatas kepada pembahasan instansinya,

namun memberikan perhatian terhadap cara institusi memuat nilai dari hubungan

kekuasaan, rintangan sekaligus peluang yang merintangi desain institusional, dan

melihat dampak institusi terhadap individu, tetapi juga interaksi yang terbangun

antara institusi dan individu.

Inti dari institusionalis baru dirumuskan oleh Robert E. Godin menjadi

beberapa pokok bahasan, sebagai berikut ;22

1. Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang

dibatasi secara kolektif.

2. Pembatasan-pembatasan itu terdiri dari institusi-institusi, yaitu : a) pola

norma dan pola peran yang telah bekembang dalam kehidupan sosial, dan

b) perilaku dari mereka yang memegang peran itu. Peran itu telah

ditentukan secara sosial dan mengalami perubahan terus-menerus.

Sekalipun demikian, pembatasan-pembatsan ini dalam banyak hal juga

memberi keuntungan bagi individu atau kelompok dalam mengejar proyek

mereka masing-masing.

3. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang membatasi kegiatan individu

dan kelompok, juga mempengaruhi pembentukan preferensi dan motivasi

dari aktor dan kelompok-kelompok.

4. Pembatasan-pembatasan ini mempunyai akar historis, sebagai peninggalan

dari tindakan dan pilihan-pilihan masa lalu.

5. Pembatasan-pembatasan ini mewujudkan, memelihara, dan memberi

peluang serta kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok

masing-masing.

22Miriam Budiarjo.Op,.cit. Hlm. 98

26

Institusionalis baru juga lahir karena dipengaruhi oleh pendekatan lain,

yaitu rational choice dan behavioralism. Keduanya sama-sama dipengaruhi oleh

perilaku. Pedekatan tersebut memberikan kritik serta perhatiannya mengenai

penjelasan politik dalam segi saling mempengaruhi antar kepentingan pribadi

individu serta bagaimana dan mengapa individu bertindak seperti yang telah

meraka lakukan. Keputusan-keputusan yang diambil pun dianggap tidak lebih dari

sekadar suatu akumulasi pilihan individu, namun berdasarkan pilihan

pemaksimalan manfaat dan perhitungan efektifitas.

Institusionalis baru memiliki cabang pendekatan yang berbeda dari

institusionalis tradisional, hal ini juga sekaligus yang menjadi titik pembeda atau

karakteristik dari masing-masing pendekatan-pendekatan. Terdapat tujuh cabang

institusionalis baru, meliputi ;23

1. Institusionalis normatif mempelajari bagaimana norma dan nilai yang

dikandung dalam institusi politik membentuk perilaku individu.

2. Institusionalis pilihan rasional menyatakan bahwa institusi politik adalah

sistem aturan dan desakan yang di dalamnya individu berusaha untuk

memaksimalkan kegunaan mereka.

3. Institusionalis historis melihat pada bagaimana pilihan yang dibuat

tentang desain institusional sistem pemerintahan mempengaruhi

pembuatan keputusan individu di masa depan.

4. Institusionalis empiris, yang paling mirip dengan pendekatan

‘tradisional’, mengelompokkan berbagai jenis institusional dan

menganalisis dampak praktisnya terhadap kinerja pemerintah.

5. Institusionalis internasional menunjukkan bahwa perilaku negara disetir

oleh desakan struktural (formal dan informal) atau kehidupan politik

internasional.

6. Institusionalis sosiologis mempelajari cara institusi menciptakan makna

bagi individu, memberikan batu-bata teoritis yang penting bagi

institusionalisme normative dalam ilmu politik.

23David Marsh& Gerry Stoker.Op.cit.,Hlm.115

27

7. Institusionalis jaringan menunjukkan bagaimana pola-pola interaksi yang

diatur tapi seringkali informal antara individu dan kelompok bisa

membentuk perilaku politik.

Beberapa cabang new institusionalism di atas, salah satunya sesuai untuk

analisis pembahasan ini, yakni institusional pilihan rasional. Pembahasan

mengenai alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur

ke Pemerintah Kota Blitar fokus terhadap kajian kelembagaan, yang mana terjadi

perubahan kewenangan di level provinsi dan kota, yaitu antara Jawa Timur

dengan Kota Blitar. Dengan menggunakan pendekatan institusional pilihan

rasional pada penelitian ini maka peneliti akan melihat bagaimana aktor bertindak

di dalam institusi dan memaksimalkan peranan mereka dalam mengelola

pendidikan menengah.

2.2.2.Rational Choice Institutionalism

Menurut Hall dan Taylor, awalnya rational choice institutionalism atau

institusional pilihan rasional muncul dari studi perilaku kongres Amerika, dimana

terdapat perbedaan terhadap preferensi legislator dan karakter multidimensi

mengenai kebijakan.24 Meski terjadi perbedaan yang tajam, hasil kongres

menunjukkan stabilitas yang cukup besar. Fenomena ini memunculkan pertanyaan

bagaimana institusi dengan perbedaan yang tajam masih dapat berjalan dengan

stabil. Salah satu penjelasannya adalah adanya transaksi atau tawar menawar

diantara para legislator dalam perumusan atau kesepakatan terhadap kebijakan

24Peter A.Hall dan Rosemary C.R.Taylor.Juni 1996.Political Science and The Three New

Institutionalisms. MPIFG Discussion Paper. USA: Harvard University. Hlm.10

28

tersebut, artinya terdapat proses-proses politik berdasarkan pertimbangan untung

rugi untuk menyelesaikan masalah kolektif.25

Pendekatan ini dipengaruhi oleh behavioralisme dan rational choice yang

melihat bahwa interaksi manusia merupakan manifestasi dari kepentingan diri.

Melalui pandangan institusionalisme pilihan rasional, sama halnya teori rational

choice, manusia secara individual yang juga merupakan representasi dari sebuah

institusi dipandang sebagai individu rasional yang bertindak atas dorongan

kepentingan rasional, didasari oleh perhitungan ekonomis, untung rugi,

memaksimalkan keuntungan dan aksi-reaksi dari aktor lainnya.26 Maka asumsi

mendasar dari institusionalisme pilihan rasional adalah bahwa individu adalah

aktor utama dalam proses politik, yang bertindak secara rasional untuk

memaksimalkan utilitas pribadi. Salah satu cara mencapai tujuan tersebut secara

efektif ialah melalui tindakan institusional, dan perilaku mereka juga dibentuk

oleh lembaga.27 Sehingga tindakan atau keputusan lembaga juga dapat

merefleksikan tindakan individu. Mudahnya dipahami bahwa institusional pilihan

rasional ini memberikan cara pandang mengenai bagaimana aktor bertindak di

dalam institusi dan memaksimalkan peranannya.

25Ibid., Hlm.11 26Sajida. 2018. Fungsi Pengawasan Legislator Perempuan pada Tindak Kasus Kekerasan dalam

Rumah Tangga (KDRT) di Kota Malang. Skripsi: Ilmu Pemerintahan, Universitas Brawijaya

Malang. Hlm. 27 27Moh.Fajar Shodiq Ramadhan&Tri Hendra Wahyudi. 2016. Pembiaran pada Potensi Konflik dan

Kontestasi Semu Pemilukada Kota Blitar: Analisis Institusionalisme Pilihan Rasional. Indonesian

Political Review 1 (2).Hlm.140. Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI pada 23

Maret 2018 pukul 13.14 WIB

29

Peters menjelaskan dalam institusional pilihan rasional setidaknya terdapat

tiga variasi yang dicermati, yaitu281) institusi sebagai aturan (institutions as rules)

bahwa pendekatan ini mengkonseptualisasikan institusi sebagai agregasi aturan,

yang dimanfaatkan sebagai sarana untuk ‘menentukan, melarang,

mengizinkan’perilaku atau juga dapat dipahami, maka melalui aturan institusi

sebagai ‘batasan yang diciptakan manusia” dalam tindakan. 2) peraturan

keputusan (decision rules), bahwa analisis kelembagaan juga bergantung pada

aturan, yang dikonseptualisasikan sebagai pemenuhan tujuan yang berbeda-beda.

Institusi menyediakan seperangkat aturan yang disepakati dengan memetakan

preferensi menjadi keputusan. 3) individu dalam organisasi (individuals within

organization), yang melihat bahwa aktor rasional mencoba memanfaatkan

lembaga untuk memenuhi tujuan individualnya, dengan meneliti strategi yang

dapat dilakukan oleh aktor tersebut untuk meningkatkan utilitas pribadi serta

untuk meningkatkan kinerja organisasi.

Maka melalui penjelasan-penjelasan di atas, penulis menarik kesimpulan

bahwa dalam institusional pilihan rasional setidaknya terdapat beberapa hal yang

ditekankan dalam memahami suatu cara kerja institusi, yakni aktor, tindakan,

kepentingan-kepentingan, dan aturan yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Keterlibatan Aktor.

Salah satu bagian penting dalam institusi ialah aktor, yakni pelaku atau

individu yang menjalankan peranannya, untuk berlangsungnya sebuah

28B. Guy Petters. 1999. Institutional Theory in Political Science: The ‘New Institutionalism’. New

York: CONTINUUM. Hlm.47

30

institusi. Melalui keterlibatan para aktor tersebut, turut berpengaruh

terhadap keberhasilan tujuan yang hendak dicapai oleh institusi.

Keterlibatan yang dimaksud ialah terkait peranan atau fungsinya dalam

suatu institusi. Aktor yang bersangkutan memiliki preferensi atau selera

yang tetap, berperilaku sepenuhnya secara instrumental, dan melakukanya

dengan cara strategis melalui perhitungan yang luas.29 Sebelumnya telah

diterangkan, bahwa aktor-aktor dalam bertindak berdasarkan atas

dorongan kepentingan rasional, maka lebih tepatnya berusaha melihat

bagaimana tindakan atau perilaku individu dalam menggunakan logika

rasionalnya, baik untuk menjalankan peranannya dalam institusi maupun

untuk pencapaian tujuan.

Dalam penulisan ini, maka dapat dianalisis siapa aktor-aktor yang

terlibat, bagaimana bentuk keterlibatannya sehingga juga dapat dipetakan

hubungan antar aktor tersebut.

2. Perilaku atau Tindakan Pencapaian Preferensi

Institusional pilihan rasional tidak hanya terbatas pada peran dan

fungsi, namun lebih mendalam yakni keterlibatan para aktor tersebut,

melalui cara-cara atau tindakan yang digunakan untuk memaksimalkan

pencapaian preferensi. Dalam pencapaian preferensi atau hal yang

diutamakan oleh suatu lembaga, berkaitan dengan instrumen seperti

29Peter A.Hall dan Rosemary C.R.Taylor.Op.,cit. Hlm.12

31

pilihan strategis, terkadang dapat diamati dengan keteraturan untuk dapat

diperhitungkan tujuan preferensi yang diinginkan.30

3. Kepentingan-Kepentingan Tertentu.

Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh individu atau aktor di

dalam institusi dilakukan atas dorongan kepentingan rasional, dengan

didasari oleh perhitungan ekonomis, untung rugi, memaksimalkan

keuntungan dan aksi-reaksi dari aktor lainnya. Penjelasan dalam

institusional pilihan rasional pun meliputi bagaimana aktor dalam institusi

membangun dan merubah institusi untuk mencapai kepentingan-

kepentingan mereka. Sebab institusi juga dapat diartikan sebagai ‘tabula

rasa’, artinya sebuah ruang kosong yang sangat tergantung pada

tujuan/maksud/capaian yang hendak diraih oleh mereka yang berada

didalamnya.31 Sehingga di sini kepentingan yang dimaksud tidak selalu

dipahami dalam artian negatif. Maka penelitian ini juga akan melihat pada

bagaimana cara kerja dari para aktor tersebut, apakah dalam

pelaksanaannya terdapat kepentingan-kepentingan khusus, atau

dilaksanakan sesuai tujuan yang telah disepakati.

4. Instrumen atau Aturan dalam Lembaga

Aktor menjalankan peran dan fungsinya dalam institusi

sepenuhnya secara instrumental. Selain aktor, dalam sebuah institusi

terdapat instrumen atau seperangkat aturan yang disepakati, yang

30Prilla Widyanisa. 2018. Hubungan antar Lembaga dalam Pengembangan Tata Kelola Ekowisata

Bowele di Desa Purwodadi Kecamatan Tirtuyudo Kabupaten Malang. Skripsi: Ilmu Pemerintahan,

Universitas Brawijaya Malang. Hlm.25 31M. Faishal Aminuddin. 2009. Globalisasi dan Neoliberalisme: Pengaruh dan Dampaknya bagi

Demokratisasi Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka. Hlm.179

32

memetakan preferensi menjadi keputusan. Aturan-aturan tidak hanya

disusun untuk “membatasi” tindakan, namun juga menjadi alat pencapaian

kepentingan atau pemenuhan tujuan yang berbeda-beda.

Komponen peraturan berperan dalam membentuk situasi aksi

dengan cara mempengaruhi insentif dan pilihan yang tersedia bagi para

aktor, kemudian akan direspon dengan cara berperilaku dan

mengadopsinya sebagai strategi tertentu, yang selanjutnya akan

mempengaruhi hasil yang diperoleh. Oleh karena itu modifikasi dalam

peraturan pun dapat mendorong aktor untuk berperilaku dan mengadopsi

strategi tertentu sehingga berpotensi menghasilkan hasil yang berbeda-

beda. Modifikasi pada peraturan sendiri dimaksudkan untuk menemukan

mana yang lebih efektif.

2.2.3.Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah

Hubungan pemerintah pusat dan daerah merupakan pengembangan

hubungan yang serasi dalam rangka memperlancar pembangunan yang tersebar

dan merata di seluruh pelosok tanah air untuk membina persatuan dan kesatuan

bangsa, maka hubungan kerja yang serasi antar pemerintah pusat dan daerah perlu

terus dikembangkan. Terdapat beberapa bentuk yang menentukan hubungan

pemerintah pusat dan daerah dalam otonomi. Beberapa ahli membaginya menjadi

tiga, seperti berikut:

33

• Josef Riwu Kaho yang membagi faktor tersebut menjadi hubungan

kewenangan, hubungan keuangan, serta hubungan pengawasan antara

pusat dan daerah.32

• Utang Rosidin membagi menjadi hubungan dalam bidang kewenangan,

pembinaan atau pengawasan, dan keuangan.33

Namun berbeda dengan pendapat Bagir Manan, yang menjelaskan terdapat empat

faktor yakni hubungan kewenangan, keuangan, pengawasan, dan cara

menyelenggarakan organisasi pemerintahan di daerah.34 Sehingga dapat

disimpulkan persoalan hubungan pemerintah pusat dan daerah bersumber pada

beberapa faktor, yang setidaknya terdapat empat faktor yang menentukan.

2.2.3.1.Hubungan Kewenangan

Kewenangan dalam hal ini diartikan sebagai hak moral untuk

membuat dan melaksanakan keputusan politik yang memiliki keabsahan

atau legitimate power.35 Dianggap bahwa dengan memiliki kewenangan

maka berhak untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-

peraturan serta berhak mengharapkan kepatuhan terhadapnya. Dengan

32Josef Riwu Kaho. 2012. Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.

Yogyakarta: Center for Politics and Government (PolGov) Fisipol UGM.Hlm. 18 33Utang Rosidin. 2015. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: CV Pustaka Setia. Hal. 343 34Bagir Manan. 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan. Hlm.178 35Josef Riwu Kaho. 2012. Op.cit., Hlm. 30

34

begitu kewenangan tersebut dapat diperoleh melalui beberapa sumber

sebagai berikut:36

a. Atribusi

Kekuasaan pemerintah yang langsung diberikan oleh undang-undang.

Bahwa pembentukan undang-undang yang dilakukan oleh pembentuk

undang-undang, memberikan kekuasaan kepada suatu organ

pemerintah yang dibentuk pada kesempatan itu atau kepada organ

pemerintahan yang sudah ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kewenangan yang diperoleh berasal dari ketentuan perundang-

undangan.

b. Delegasi

Pada dasarnya dari berbagai pendapat mengenai definisi delegasi dapat

disimpulkan sebagai penyerahan wewenang yang sudah ada oleh

badan atau pejabat pemerintah kepada badan atau pejabat yang lain.

Delegasi ini hanya dapat dilakukan apabila yang melimpahkan sudah

mempunyai wewenang melalui atirbusi dan setelah diserahkan maka

yang melimpahkan tidak mempunyai wewenang lagi.

c. Mandat

Wewenang yang berasal dari atribusi dan delegasi dapat dimandatkan

kepada badan atau pegawai bawahan, apabila pejabat yang

memperoleh wewenang tersebut tidak sanggup melakukan sendiri.

36 Lukman Hakim. 2012. Filosofi Kewenangan Organ&Lembaga Daerah: Perspektif Teori

Otonomi dan Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Negara Hukum dan Kesatuan.

Malang: Setara Press. Hlm.126-128

35

Pemberi mandatpun tetap berwenang untuk melakukan sendiri

wewenangnya apabila ia menginginkan.

Kewenangan sendiri juga terbagi menjadi dua sifat berdasarkan

dari sumber-sumber perolehannya. Pertama kewenangan atributif, adalah

kewenangan yang bersifat melekat maksudnya kewenangan yang langsung

diberikan oleh undang-undang.37 Kedua kewenangan delegatif, yaitu

kewenangan yang dilimpahkan atau diberikan oleh atasan kepada bawahan

dan hanya bersifat sementara, yang terbagi dua yaitu mandat dan

delegasi.38

Atas pehamaman mengenai kewenangan tersebut maka hubungan

kewenangan memiliki kaitan dengan cara pembagian urusan

penyelenggaraan pemerintahan atau cara menentukan urusan rumah tangga

daerah yang akan mencerminkan bentuk otonomi terbatas atau otonomi

luas. Dikatakan sebagai otonomi terbatas apabila :39

1. Urusan-urusan rumah tangga daerah ditentukan secara kategoris dan

pengembangannya diatur dengan cara-cara tertentu pula.

2. Apabila sistem supervisi dan pengawasan dilakukan sedemikian rupa,

sehingga daerah otonom kehilangan kemandirian untuk menentukan

secara bebas cara-cara mengatur dan mengurus rumah tangga daerah-

daerahnya.

3. Sistem hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang menimbulkan

hal-hal seperti keterbatasan kemampuan keuangan asli daerah yang

akan membatasi ruang gerak otonomi daerah.

37 Andi Alti. 2013. Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan

Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Bone Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun

2004.Skripsi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makasar. Hlm.10 38Ibid,. 39 Bagir Manan. 2004. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum.

Hlm.37

36

Sedangkan otonomi luas ialah semua urusan pemerintahan yang

pada dasarnya menjadi urusan rumah tangga daerah kecuali yang

ditentukan sebagai urusan pusat, yang artinya urusan yang selebihnya atau

residu menjadi urusan pemerintahan daerah.40 Residu ini membagi

kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan terlebih dahulu

mengurangi kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat yakni politik

luar negeri, pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal; agama dan

sisanya merupakan kewenangan yang dimiliki daerah, dengan begitu

kewenangan daerah dapat dikatakan tidak terhingga.41 Oleh karena itu

kewenangan menjadi salah satu faktor penting terhadap hubungan

pemerintah pusat dan daerah sebab mempengaruhi sejauh mana masing-

masing tingkatan pemerintah memiliki wewenang untuk

menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah karena wilayah kekuasaan

pemerintah pusat meliputi pemerintah daerah.

2.2.3.2. Hubungan Pengawasan

Ditinjau dari hubungan pemerintah pusat dan daerah, pengawasan

merupakan “pengikat” kesatuan, agar kebebasan berotonomi tidak

bergerak mengurangi bahkan mengancam kesatuan.42 Muncul sebagai

konsekuensi dari pembagian kewenangan, agar keutuhan negara kesatuan

tetap terjaga maka pengawasan harus disertai dengan pembatasan baik

40Ibid., 41Nuria Siswi Enggarani. Mei-Agustus 2013.Analisis Otonomi Daerah dalam Menguatkan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (Studi Terhadap Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Juncto

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah).Jurnal Yustisia Vol.2

No.2.Hlm. 72 42 Bagir Manan. 1994. Op,.cit. Hlm.181

37

lingkup maupun tata cara pelaksanaaanya. Sebab pengawasan tidak boleh

mengakibatkan pengurangan atau penggerogotan terhadap nilai yang

terkandung dalam dasar-dasar desentralisasi maupun sistem rumah tangga

daerah. Sehingga pengawasan yang dimaksudkan ialah dijalankan oleh

pemerintah pusat terhadap daerah.

Alasan-alasan diadakannya pengawasan berkenaan dengan

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah daerah adalah sebagai berikut:43

(a) Untuk menjaga agar standar minimum dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat tetap dipertahankan oleh pejabat-pejabat daerah.

Maka pemerintah pusat menetapkan dan mempertahankan standar

minimum dari pelayanan yang diberikan agar kualitas pelayanan dapat

terpelihara.

(b) Untuk mempertahankan atau menjaga mutu standar administrasi

dengan cara menjalankan koordinasi antara berbagai tingkatan

pemerintahan yang ada. Bertujuan agar mendorong adanya perlakuan

yang sama terhadap rakyat dalam hal memberikan pelayanan.

(c) Untuk melindungi rakyat/warga negara dari penyalahgunaan

kekuasaan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat daerah. Yang juga

berarti memberikan kesempatan bagi rakyat untuk menyampaikan

keluhan-keluhan maupun aspirasi serta mengawasi dari kinerja pejabat

daerah tersebut.

(d) Untuk mengawasi/mengendalikan pengeluaran daerah sebagai bagian

dari manajemen dan perencanaan perekonomian nasional. Mengingat

pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh daerah berpengaruh

terhadap perkembangan ekonomi nasional secara keseluruhan.

(e) Untuk mengikat dan mempersatukan rakyat yang berbeda-beda

menjadi satu bangsa. Sehingga dapat mengintegrasikan dan mengatasi

segala kepentingan-kepentingan regional dan daerah.

Perihal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya alasan-alasan dari

pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat

43Josef Riwu Kaho. 1982. MEKANISME PENGONTROLAN Dalam Hubungan Pemerintah Pusat

dan Daerah, Suatu Studi Perbandingan. Jakarta: PT Bina Aksara. Hlm.13-14

38

dimaksudkan untuk ”keeping local governments under control”.44

Maksudnya agar pemerintah daerah tetap berada dibawah kendali, dan

tujuan dari menjaga kesatuan dan keharmonisan dapat tercapai.

Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah kemudian dapat

dibagi menjadi dua jenis berikut:

1. Pengawasan Represif

Artinya pengawasan yang dilaksanakan dalam bentuk penangguhan

atau penundaan dan pembatalan. Pengawasan ini sebagai reaksi

terhadap suatu keputusan daerah yang sudah mempunyai kekuatan

hukum mengikat, sehingga pengawasan represif dilakukan atas suatu

tindakan konkrit, maupun atas keputusan-keputusan yang bersifat

umum (perundang-undangan) dan keputusan yang individual konkrit

(ketatapan) yang bertentangan dengan kepentingan umum atau

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.45

2. Pengawasan Preventif

Diartikan sebagai pencegahan, agar tidak terjadi suatu hal diluar

pengendalian. Maka pengawasan preventif dapat diartikan sebagai

pembatasan terhadap kewenangan daerah mengenai hal tertentu

berdasarkan pembagian kekuasaan pemerintah secara vertikal yang

44The Liang Gie. 1968. Pertumbuhan Pemerintah Daerah. Jakarta: P.T Gunung Agung. Hlm. 146 45Bagir Manan. 1994. Op.cit., Hlm.182

39

ditentukan dan diatur dalam perundang-udangan.46 Sehingga

pengawasan ini dilaksanakan sebelum peraturan-peraturan maupun

keputusan tersebut berlaku dan dijalankan.

2.2.3.3. Hubungan Keuangan

Hubungan dalam bidang keuangan ini berkaitan dengan

pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,

dalam rangka desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.Setiap

penyerahan atau pelimpahan kewenangan tersebut disertai dengan

pengalihan sumber daya manusia, sarana serta pengalokasian anggaran

yang diperlukan.47 Selain itu aspek keuangan merupakan faktor signifikan

dalam membentuk hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, agar

penyelenggaraan keuangan pemerintah pusat dan daerah berjalan sinkron.

Daerah memberikan kontribusi kepada pemerintah pusat untuk

melakukan pemenuhan kebutuhan dan kepentingan nasional, sedangkan

pusat menjalankan fungsi alokasi dan distribusi sesuai dengan porsi yang

layak diterima oleh yang berhak berdasarkan perhitungan-perhitungan

yang akurat dalam rangka menciptakan pemerataan dan keadilan.48 Untuk

itu diperlukan pengaturan mengenai sumber-sumber pendapatan dan

pengeluaran/belanja daerah, yang didefinisikan ke dalam jenis anggaran

46A.Zarkasi. 2011.Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah.Jurnal Ilmu Hukum Vol.2 No.1.

Hlm.56. Diunduh dari https://online-journal.unja.ac.id/index.php/jih/article/view/53 pada 12

Oktober 2017 pukul 12.35 WIB 47Ahmad Yani. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm.43 48 Hari Sabarno. 2008. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta: Sinar

Grafika. Hlm.101

40

belanja daerah (APBD), agar pemenuhan kebutuhan atau penyelenggaraan

urusan rumah tangga daerah dapat dilakukan dengan benar.

Sumber-sumber pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah maupun penerimaan

lain yang sah.49 Namun seiring dengan adanya perubahan undang-undang

pemerintah daerah yang berlaku maka merubah susunan sumber-sumber

pendapatan daerah. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, UU

No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tercantum pada pasal

285, sumber-sumber pendapatan daerah berasal dari:

(1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas:

a. Pajak daerah

b. Retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

(2) Pendapatan transfer, yang meliputi :

a. Transfer pemerintah pusat, dengan terdiri dari :

1. Dana perimbangan, juga terdiri dari beberapa sumber yaitu

Dana Bagi Hasil yang meliputi pajak, cukai dan sumber daya

alam; Dana Alokasi Umum (DAU); serta Dana Alokasi Khusus

2. Dana otonomi khusus

3. Dana keistimewaan

4. Dana desa

49 Ahmad Yani.Op,.cit. Hlm.39

41

b. Transfer antar daerah, terdiri dari:

1. Pendapatan bagi hasil.

2. Bantuan keuangan.

(3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pengaturan keuangan daerah tidak hanya mengenai sumber-sumber

pendapatan namun juga perihal belanja daerah dan pembiayaan. Belanja

daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.50

Belanja daerah ini diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan

wajib yang terkait pelayanan dasar. Selain itu juga dianggarkan belanja

hibah dan bantuan sosial, belanja bagi hasil serta belanja DAK dalam

APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

Sedangkan pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu

dibayar kembali atau merupakan pengeluaran yang akan diterima baik

pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

anggaran berikutnya.51 Dimana daerah dapat melakukan pinjaman yang

bersumber dari pemerintah pusat, daerah lain, lembaga keuangan bank,

lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat bahkan dapat menerbitkan

obligasi daerah dengan persetujuan DPRD untuk membiayai insfrastruktur

dan investasi yang menghasilkan penerimaan dana.

50 UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1 51Ibid.,

42

Meskipun keuangan daerah telah ditentukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku, daerah harus memiliki keleluasaan untuk mengatur

dan mengurus urusan rumah tangganya, termasuk untuk memperbesar

sumber keuangan daerah. Pembesaran tersebut pun tidak akan benar-benar

menyebabkan daerah sepenuhnya mandiri, sebab campur tangan

pemerintah pusat tetap diperlukan untuk mencukupi keuangan daerah.

2.2.3.4. Hubungan Pusat dan Daerah dalam Susunan Organisasi

Pemerintahan Daerah

Susunan organisasi pemerintahan daerah mempunyai pengaruh

terhadap mekanisme hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, yang

pada dasarnya terdiri dari dua segi, yaitu susunan luar (external structure)

dan susunan dalam (internal structure) dengan penjelasan sebagai

berikut:52

a. Susunan luar, menyangkut badan-badan pemerintahan tingkat daerah

yakni provinsi dan kabupaten/kota. Besaran peran dan fungsi yang

dimiliki dari masing-masing susunan dapat ditentukan oleh

pelaksanaan titik berat otonomi yang dijalankan. Titik berat otonomi

dimaksudkan sebagai menyelenggarakan personal social services

yakni pemberian pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat dalam

bentuk penyediaan atau pemenuhan kebutuhan konkrit.

52 Bagir Manan. 1994. Op.,cit. Hlm.191

43

b. Susunan dalam, mengenai alat kelengkapan (organ) daerah seperti

DPR dan kepala daerah. Termasuk di dalamnya menyangkut cara

penunjukan, kedudukan, fungsi, hubungan dengan alat kelengkapan

pemerintah daerah yang lain dan hubungan dengan pemerintah tingkat

lebih atas, yang juga merupakan indikator ke arah mana pemerintahan

daerah sedang bergerak, apakah pemerintahan daerah berada dan

cenderung ke desentralisasi atau sentralisasi.53

Kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah sangatlah luas,

sehingga dibentuklah pemerintahan di tingkat daerah dan ditentukan

urusan pemerintahan apa saja yang dapat diserahkan untuk dijalankan oleh

satuan pemerintah daerah. Sehingga penting untuk menentukan besaran

susunan organisasi yang diperlukan dengan hati-hati untuk melaksanakan

tugas-tugas yang menjadi urusan pemerintahan tersebut, yang dapat diukur

dari efisiensi dan produktifitas organisasi agar dapat terlaksana dengan

baik.

Pengelolaan pendidikan menengah pasca penetapan UU No.23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah mutlak berkaitan dengan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), yang di dalamnya terdapat

hubungan antar tingkat pemerintahan. Maka pembahasan ini perlu dipetakan

ranah hubungan pemerintahan yang terjalin dari adanya pengalihan pendidikan

menengah, yang dapat dianalisis melalui konsep hubungan antara pemerintah

pusat dan daerah diatas.

53Ibid,.Hlm.199

44

2.3. Alur Pikir Penelitian

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti

dengan meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, jenis data,

teknik pengumpulan data, validasi data serta teknik analisis data. Metode

penelitian ini digunakan dalam melakukan penelitian di lapangan guna

mendapatkan hasil temuan sesuai dengan tujuan utama maupun untuk penyusunan

hasil penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian

kualitatif. Metode kualitatif menelaah bagaimana mendekati persoalan secara

fenomenologis, artinya bagaimana cara mengumpulkan data dalam bentuk kata-

kata (lisan dan tulisan), ucapan, isyarat, pengalaman dan perilaku yang dapat

diamati.54 Sehingga dari metode ini yang terpenting adalah bagaimana

menemukan data secara mendalam serta makna yang terkandung di dalamnya

untuk memperoleh pemahaman yang baik terkait permasalahan yang diteliti.

Penelitian kualitatif ini di dalamnya peneliti selalu berpijak pada realita atau

peristiwa yang ada di lapangan. Metode penelitian ini berguna untuk mendapatkan

data dan informasi yang mendukung analisa dalam penelitian ini. Metode

54Bagong Suyanto dan Sutinah.2010, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,

Jakarta: Kencana. Hlm.288.

46

penelitian kualitatif dipilih dengan jenis deskriptif. Penelitian deskriptif sendiri

berusaha untuk memberi gambaran mengenai suatu gejala atau fenomena yang

ada. Penelitian menggunakan metode penelitian tersebut dipilih untuk

memperoleh hasil secara mendalam, yang hendak memahami bagaimana

pengelolaan pendidikan menengah pasca alih kelola sesuai penetapan UU No.23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah di Kota Blitar. Penelitian ini

merupakan suatu upaya peninjauan terhadap pengelolaan pendidikan menengah

pasca penetapan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam

perspektif New-Institutionalism, maka penyajiannya harus terdeskripsikan dengan

baik, berdasarkan pada keadaan riil di lapangan sehingga tidak hanya berupa yang

tampak di permukaan tetapi juga sampai dibalik apa yang tampak di permukaan

tersebut.

3.2. Fokus dan Lokasi Penelitian

Fokus dari penelitian ini ialah mengkaji mengenai bagaimana alih kelola

pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa

Timur dalam perspektif new-institusionalism, sehingga melihat penyelenggaraan

pengelolaan setelah berada ditangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta

kendala yang timbul dan solusinya. Fokus penelitian ini untuk membatasi ruang

lingkup penelitian. Lokasi yang digunakan oleh peneliti adalah OPD yang

memiliki wewenang pengelolaan pendidikan menengah yaitu Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Timur dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten/Kota

Blitar, Dinas Pendidikan Kota Blitar sebagai pengelola pendidikan menengah

47

sebelum dialihkan, sekolah menengah di Kota Blitar dan instansi terkait lainnya

yang menunjang penelitian ini.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode

pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan metode tertentu yang

selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang menggambarkan atau

mengindikasikan sesuatu.55 Data yang diperoleh dari sumber data tersebut

menghasilkan suatu temuan yang dapat menjawab pertanyaan penelitian yang

diajukan. Sumber data yang mendukung penelitian dibagi menjadi dua yakni data

primer dan data sekunder.

3.3.1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang didapat langsung melalui

subyek penelitian yang bersangkutan dengan fenomena yang diteliti

sehingga diperoleh dari orang-orang yang terkait langsung tanpa melalui

perantara.Data primer dalam tulisan ini berupa hasil wawancara dengan

subjek yang terlibat dalam penelitian.

3.3.2. Data Sekunder

Merupakan data yang sudah tersedia sehingga tinggal mencari dan

mengumpulkanyang digunakan sebagai pelengkap data primer.Data

55Haris Herdiansyah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta:Salemba Humanika. Hlm 116

48

sekunder dapat berupa data literatur, data arsip dokumentasi dan data-data

lain yang tidak bisa didapatkan dari sumber utama.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Langkah yang diperlukan dan penting untuk mendapatkan data penelitian

dilakukan melalui teknik pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif dapat

menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini

teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

3.4.1. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap

muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang

diwawancarai (interviewees) tentang masalah yang diteliti, dimana

pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari

yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.56 Jadi

wawancara merupakan sebuah percakapan antara 2 pihak yang dengan

maksud dan tujuan tertentu yang hasilnya sangat dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi dari pewawancara.Tahapan dari melakukan

wawancara terdiri pelaksanaan wawancara itu sendiri sesuai dengan

kesepakatan tempat, waktu dan ketentuan lainnya yang disepakati

bersama, tahap penentuan strategi dan taktik wawancara hingga tahap

pencatatan dan pengolahan data.

56Ibid.,Hlm.162

49

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan melakukan

wawancara mendalam terhadap beberapa narasumber yang menjadi

sasaran dalam menunjang proses penelitian guna mendapatkan data,

sehingga peneliti dapat mengetahui dan melakukan intepretasi terhadap

fenomena yang terjadi. Wawancara mendalam didasarkan pada sebuah

panduan wawancara, pertanyaan-pertanyaan terbuka, dan penyelidikan

informal untuk memfasilitasi diskusi tentang isu-isu dengan cara setengah

terstruktur atau tidak terstruktur.57 Melalui wawancara terstruktur

pewawancara menerapkan sendiri masalah atau pertanyaan yang akan

diajukan sedangkan dengan cara yang tidak terstruktur pewawancara dapat

menggali informasi secara mengalir sesuai dengan subjek yang akan

diteliti. Wawancara tidak terstruktur ditunjukkan melalui beberapa

pertanyaan berikut yang digunakan sebagai panduan wawancara :

1. Untuk Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur :

a. Bagaimana tupoksi dinas pendidikan pasca alih kelola pendidikan

menengah ?

b. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan menengah ?

2. Untuk Dinas Pendidikan Kota Blitar

a. Dalam konteks pengelolaan pendidikan menengah, apakah dapat

terlibat mengingat letak SMA/SMK berada di wilayah tersebut ?

57David Marsh dan Gery Stoker.Op,.cit. Hlm. 240

50

b. Apa perbedaan yang terdapat pada instansi pasca alih kelola

tersebut?

3. Untuk Sekolah Menengah di Kota Blitar

a. Bagaimana pengelolaan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah

terhadap sekolah pasca pengalihan ?

b. Adakah kerumitan atau permasalahan yang ditemui selama proses dan

pasca pengalihan ?

Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Teknik ini

digunakan untuk menentukan informan yang dipilih secara khusus

berdasarkan tujuan penelitiannya, tidak dilihat berdasarkan strata,

kedudukan, pedoman maupun wilayah, sehingga dapat ditentukan

informan yang tepat sesuai pokok permasalahan yang diteliti. Daftar

mengenai informan yang dijadikan sebagai sasaran penelitian sebagai

berikut.

Tabel 3.1. Data Informan Peneliti

No. Nama Informan Jabatan

1. Muji Raharjo

Pengawas Bidang Pendidikan KhususDinas

Pendidikan Provinsi Jawa Timur

2. Nuryanto M.Si

Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa

TimurPeriode 2016/2021

3. Dr.Suhartono, M.Pd Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah

Kabupaten dan Kota Blitar

4. Sari Triwahyuni SH

Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan dan

Kelembagaan Bagian Hukum dan

Organisasi Sekretariat Daerah Kota Blitar

5. Hartato S.STP.

Kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum

dan Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan

Sekretariat Daerah Kota Blitar.

51

6. Desy Widyaningrum S.Pd Kepala Sub Bagian Program dan Tugas

Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar

7. Samsul Hadi S.Pd., MT

Staf Pengelola Pendidikan Sub Bagian

Program dan Tugas Pembantuan Dinas

Pendidikan Kota Blitar

8. Jito Baskoro S.Sos Kepala Bidang Perlindungan Sosial dan

Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota Blitar

9. Anang Setiawan S.Sos

Kepala Sub Bagian Pendidikan, Kesehatan,

Kebudayaan dan Sosial Bagian

Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat

Sekretariat Daerah Kota Blitar

10. Asrofi Romli S.P Kepala Bidang Sosial, Budaya dan Evaluasi

Pembangunan BAPPEDA Kota Blitar

11. Ainur Rofiqoh S.STP.,

M.Si

Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya

BAPPEDA Kota Blitar

12. Dwi Sukartowo, SE, MM Ketua Dewan Pendidikan Kota Blitar

Periode Tahun 2013/2018

13. Wing Cahyo Wahyu

Nugroho

Kepala Sekolah SMA PGRI Kota Blitar

14. Rudi Hartono S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Blitar

15. Drs. Sugiyadi M.Pd Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Kota Blitar

16. (Nama tidak dapat

disebutkan)

Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Kota Blitar

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018

3.4.2. Dokumentasi

Menggunakan teknik dokumentasi merupakan suatu proses

pengumpulan data atau informasi yang dapat diperoleh melalui dokumen-

dokumen, arsip, pernyataan tertulis mengenai kebijakan tertentu, buku-

buku, surat kabar, data administratif, dan agenda-agenda peristiwa maupun

sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan pokok pembahasan

penelitian. Adapun sumber dokumentasi yang digunakan oleh peneliti

antara lain seperti peraturan perundang-undangan, berita-berita yang

dipublikasikan oleh surat kabar maupun website resmi serta tulisan ilmiah

lainnya.

52

3.5. Validasi Data

Data yang terkumpul perlu dilakukan analisis selanjutnya, yakni dilakukan

validasi, yang merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan data yang dapat dilaporkan. Dinyatakan valid apabila tidak ada

perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi

pada obyek peneliti.58 Dalam penelitian kualitatif dapat digunakan teknik

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data itu.59 Sehingga dilakukan pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu yang berbeda. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi menurut Sugiyono, sebagai

berikut :60

1. Triangulasi teknik: menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

2. Triangulasi sumber : menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

3.6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Sesuai dengan

teknik analisis data yang dibutuhkan pada penelitian ini, pengertian dari analisis

58 Bachtiar S.Bachri. April 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian

Kualitatif.Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.1 No.1.Hlm.10. Diakses dari http://yusuf.staff.ub.ac.id

pada 28 Juni 2018 pukul 11.22 WIB 59Ibid., Hlm.11 60Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta. Hlm.274.

53

data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan pada akhirnya diputuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain sebagai hasilnya.61 Secara sederhana, analisis data ini

merupakan bagian akhir yang sangat penting dalam proses penelitian sebab

menjadi penentu bagi hasil penelitian yang diperoleh.

Terdapat 4 tahap analisis data yang akan digunakan oleh peneliti sesuai

dengan model interaktif menurut Huberman dan Miles. Tahapan tersebut

digambarkan melalui bagan dibawah ini:

Bagan 2.1. Teknik Analisis Data Kualitatif Model Interaktif Miles dan

Huberman

Sumber: Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Hlm. 20.

Maksud dari bagan diatas menjelaskan bahwa setiap tahap kegiatan

tersebut saling terkait dari sebelum hingga sesudah pengumpulan data untuk

61Lexy J. Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Hlm.248

54

menghasilkan analisis yang tepat. Masing-masing tahapan diuraikan sebagai

berikut:62

a. Pengumpulan Data / Data Collection

Untuk mendapatkan data penunjang maupun data pembanding

tahap pengumpulan data dapat dilakukan sejak pra penelitian. Namun

sebenarnya selama penelitian masih berlangsung maka tidak terdapat

batasan waktu dalam mengumpulkan serta menghimpun data-data yang

ada di lapangan sebab pengumpulan data akan selalu dibutuhkan.

b. Tahap Reduksi Data / Data Reduction

Data-data yang telah dihimpun pada tahap sebelumnya kemudian

diolah, baik melalui proses editing, koding maupun tabulasi data. Melalui

tahap ini data yang telah diperoleh akan dipilah sesuai dengan kebutuhan

penelitian, agar data yang dianalisis memiliki keterkaitan dengan fokus

penelitian, kemudian data akan dinarasikan. Tahapan ini memudahkan

peneliti dalam memberikan gambaran yang lebih jelas dari data-data yang

dihimpun. Memasukkan informasi ke dalam daftar yang berbeda juga

sama halnya dengan tahap reduksi data, dimana pada tahap tersebut

informasi yang telah dihimpun dikategorikan ke dalam data-data yang

diperlukan maupun yang tidak untuk memudahkan dalam proses analisis.

62Haris Herdiansyah. Op.,cit.Hlm. 164.

55

c. Penyajian Data/ Display Data

Hasil data yang telah melalui tahapan reduksi

disajikan/ditampilkan baik berupa tabel, diagram atau bagan, sesuai

dengan kebutuhan peneliti atau tema yang sudah dikategorikan.Namun di

dalam penelitian kualitatif, penyajian data lebih didominasi oleh narasi

teks yang analitis. Proses display data ini menjadi penting, karena pada

proses ini peneliti menampilkan data sesuai dengan alur pemikiran

sehingga memungkinkan dalam penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Bagitu juga dengan memasukkan informasi ke dalam urutan

kronologis atau menggunakan skema waktu lainnya sama halnya dengan

melakukan tahap penyajian data ini.

d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi/ Conclution Drawing & Verifying

Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan

penarikan kesimpulan. Tahap verifikasi ditujukan untuk mendapatkan data

yang valid dan reliabel, sehingga peneliti dapat mempertahankan dan

menjamin validitas dari hasil temuannya.Penarikan kesimpulan dimaknai

sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan berupa deskripsi dari

suatu objek yang sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti

menjadi jelas dan menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang

diajukan dan mengungkap temuan dari penelitian tersebut.

56

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pendidikan di Kota Blitar

Kota Blitar merupakan daerah dengan luas wilayah 32,59 km2, kota

terkecil kedua di Provinsi Jawa Timur yang secara administratif terbagi kedalam 3

kecamatan yaitu Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kepanjenkidul, dan Kecamatan

Sananwetan dengan memiliki jumlah penduduk 139.995 jiwa pada tahun 2017.63

Sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan kota dan mensejahterakan

masyarakatnya, Kota Blitar memiliki tiga program prioritas yaitu peningkatan

layanan pendidikan, pelayanan kesehatan serta reformasi birokrasi dan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance).64 Peningkatan layanan pendidikan

menjadi program prioritas pertama, dapat diartikan bahwa pendidikan menjadi hal

utama yang dapat mendorong sumber daya berkualitas dan peningkatan

kesejahteraan hidup masyarakat. Maka mutlak diperlukan sarana dan prasarana

penunjang yang baik, seperti sekolah yang memadai dan jumlah guru yang

seimbang. Berikut disajikan data jumlah sekolah di Kota Blitar melalui diagram

4.1.di bawah.

63Kota Blitar dalam Angka 2017. Diunduh darihttps://blitarkota.bps.go.id/ pada 17 Juni 2018 pukul

00.38 WIB 64 RPJMD Kota Blitar Tahun 2016-2021 Hlm. 250

57

Diagram 4.1. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Blitar Tahun

2017/2018

Sumber :http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id .Data diolah, 2018.

Sebagai pemenuhan pendidikan, perlu adanya jumlah sekolah yang mampu

menampung siswa untuk dapat diberikan sarana belajar mengajar. Data yang

dihimpun melalui Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan diatas,

menunjukkan bahwa Kota Blitar memiliki 117 sekolah, baik terdiri dari sekolah

negeri maupun swasta, dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah. Sehingga

dapat dikatakan fasilitas sekolah yang tersedia cukup komplit. Untuk sekolah

menengah sendiri di Kota Blitar berjumlah 35 sekolah. Pemenuhan akan

pendidikan selain membutuhkan sekolah, tentu perlu adanya sumber daya

manusia yang mampu memberikan pendidikan. Maka berikut penulis sajikan

jumlah guru yang ada di Kota Blitar dari jenjang pendidikan dasar hingga

menengah sebagai berikut.

48

10

4 3 4

1410

7

14

3

0

10

20

30

40

50

60

SD SMP SMA SMK SLB

Negeri Swasta

58

Diagram 4.2. Jumlah Guru di Kota Blitar Tahun 2017/2018

Sumber :http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id .Data diolah, 2018.

Setelah mengetahui kondisi ketersediaan sekolah dan guru, guna mengetahui

tingkat partisipasi penduduk di bidang pendidikan di Kota Blitar, dapat diketahui

melalui Angka Partisipasi Murni (APM). APM ini digunakan sebagai indikator

untuk melihat presentase dari partisipasi penduduk kelompok usia sekolah pada

jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya. Berikut adalah APM di Kota Blitar

pada tiap jenjang pendidikan, disajikan pada tabel 4.3.berikut

Tabel 4.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Formal dan Nonformal

Penduduk Kota Blitar menurut Karakteristik dan Jenjang Pendidikan

Tahun 2017

Karakteristik Pendidikan (dalam %)

SD SMP SMA

Jenis Kelamin

Laki-laki

98.09

80.82

67.61

Perempuan

97.37

89.07

88.39

Kota Blitar

97.76

85.25

79.44

Sumber :https://blitarkota.bps.go.id/

772

544

286

709

53

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

SD SMP SMA SMK SLB

Jumlah Guru

59

Tabel 4.3. adalah data APM terbaru yang dapat diakses, menujukkan bahwa

partisipasi pada jenjang SD terbilang tinggi yakni hampir mendekati 100%,

sedangkan SMP mencapai 85,25% dan pada jenjang SMA mencapai 79,44%.

Besaran APM dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Secara umum, di Kota

Blitar, penyebab dari rendahnya APM atau tingginya putus sekolah adalah

dikarenakan keterbatasan di sektor ekonomi yang membuat anak cenderung

memilih untuk bekerja.

Upaya untuk mendorong APM yang ada di Kota Blitar, menekan angka

putus sekolah, meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan oleh pemerintah

melalui kebijakan-kebijakan yang diciptakan. Tidak hanya diperuntukkan untuk

siswa, namun juga bagi sekolah dan guru. Sejak tahun 2011 diketahui bahwa

pendidikan menjadi salah satu program prioritas, yang diwujudkan melalui

kebijakan unggulan yakni pendidikan gratis. Penjabaran kebijakan yang

diterjemahkan dari Visi dan Misi Walikota Blitar, kemudian ditetapkan melalui 3

pilar kebijakan dalam pembangunan pendidikan di Kota Blitar.65 Pilar pertama

adalah pemerataan dan perluasan aksesibilitas masyarakat dalam memperoleh

pendidikan menengah. Dilaksanakan dalam bentuk pembangunan SMA Negeri 4

pada tahun 2011, pembebasan biaya pendidikan dan pemberian fasilitas seperti

sepatu sekolah, kaos kaki, kain seragam sekolah serta ongkos jahit, tas sekolah,

alat tulis, dan tablet sebagai perlengkapan sekolah yang dipinjamkan. Serta

pemberian fasilitas angkutan gratis berupa bus yang dapat dimanfaatkan untuk

berangkat dan pulang sekolah. Sedangkan pilar kedua adalah peningkatan mutu,

65Laporan Kinerja (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Blitar Tahun 2016. Hlm.20

60

relevansi dan daya saing pendidikan. melalui peningkatan kapasitas tenaga

pendidik/guru, pemberian penghargaan kepada guru dan siswa yang berprestasi

secara akademik dan non akademik, penanaman karakter dengan melaksanakan

Tes Kemampuan Agama (TKA), penanaman cinta bela negaradan penyediaan

fasilitas drum band kepada seluruh SMA dan SMK.Pilar ketiga adalah penguatan

tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, dengan cara meningkatkan

standart manajemen sekolah, peningkatan pembinaan siswa dalam rangka

mengurangi kenakalan pelajar.

Gambar 4.1. Fasilitas Buku Tulis untuk Siswa Kota Blitar

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018

Rangkaian kebijakan-kebijakan di atas menunjukkan realisasi keseriusan

pemerintah Kota Blitar dalam penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah Kota

Blitar melalui kebijakan tersebut meletakkan seluruh komponen pendidikan

sebagai sasaran kebijakan, dengan mengusung prinsip APBD Pro Rakyat.

Maksudnya melalui pemanfaatan APBD digunakan agar kebijakan pendidikan

tersebut mensejahterakan masyarakat.

61

Pendidikan gratis sendiri sesuai dengan ketentuan yang telah tercantum

pada Peraturan Walikota Blitar Nomor 15 Tahun 2011 tentang Program Rintisan

Wajib Belajar 12 Tahun, diberikan tanpa memandang latar belakang siswa

tersebut sebagai siswa mampu maupun tidak. Siswa Kota Blitar berhak menikmati

fasilitas tersebut, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan

menengah yang mana kebijakan tersebut telah dilaksanakan sejak

Moh.Samanhudi menjabat sebagai Walikota Blitar pada 2011-2015 dan berlanjut

pada periode kepemimpinan kedua. Namun sesuai dengan ketetapan UU Pemda

tahun 2014, bahwasanya pendidikan menengah dialihkan kewenangan

pengelolaannya ke provinsi, maka kebijakan pendidikan yang ada di Kota Blitar

hanya dapat dilaksanakan hingga jenjang pendidikan dasar, yakni SD dan SMP

sederajat.

4.2. Pengalihan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota Blitar ke

Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Menganggap telah mampu atau mandiri dalam membangun

pendidikannya, yang salah satunya ditunjukkan melalui rendahnya angka putus

sekolah (APTS), maka pada pengalihan pendidikan menengah dari Kota Blitar ke

Pemerintah Provinsi Jawa Timur diwarnai dengan adanya pengajuan gugatan atas

ketetapan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ke Mahkamah

Konstitusi. Mendapat dukungan dari DPRD, melalui Keputusan DPRD Kota

Blitar No. 3 Tahun 2016 tentang Persetujuan dan Dukungan Uji Materi Undang-

62

Undang No. 23 Tahun 2014 oleh Walikota Blitar ke Mahkamah Konstitusi, pada 7

Maret 2016 diajukan gugatan untuk melakukan judicial review terhadap :66

- Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah Angka I huruf A Nomor 1 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah Bidang Pendidikan

- Norma Undang-Undang Dasar 1945, yang meliputi Pasal 18 ayat (5),

Pasal 18A, Pasal 28C ayat (2).

Pemohon gugatan tersebut ialah Walikota Blitar, yang diakui oleh Sari

Triwahyuni sebagai inisiasi dari Walikota Blitar sendiri.

“Iya inisiasi dari pak walikota. Karena mungkin pak wali pertimbangannya

itu tadi, tidak ingin nanti ada warga Kota Blitar yang tidak bisa sekolah

karena tidak punya biaya, terus sarana prasarana yang tidak tercukupi.”67

Menurutnya bahwa latar belakang dari pengajuan gugatan tersebut ialah sebagai

bentuk kepedulian walikota terhadap masyarakat. Namun upaya untuk

mempertahankan kewenangan terhadap pengelolaan pendidikan tersebut telah

diputuskan ditolak olek Mahkamah Konstitusi pada 19 Juli 2017, meskipun

mendapat dukungan dari berbagai pihak. Walikota Blitar juga mengajak siswa-

siswi dan wali murid untuk menyuarakan dukungan langkahnya melalui aksi yang

dilakukan di depan Kantor Balai Kota Blitar pada 10 Maret 2016.68 Siswa dan

wali murid juga berperan sebagai saksi dalam hal ini. Melalui Dewan Pendidikan

66Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 30/PUU-XIV/2016 “Kewenangan Pengelolaan

Pendidikan Menengah”. Hlm.2 67 Hasil wawancara bersama Sari Triwahyuni, Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan dan

Kelembagaan Bagian Hukum dan Organisasi Sekretariat Daerah Kota Blitar , 8 Februari 2018

pukul09.53 WIB di Kantor Sekda Kota Blitar. 68Ribuan Pelajar dan Wali Murid Dukung Pengambilalihan SMA/SMK ke Pemkot Blitar. 2016.

Diakses dari https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3161449/ribuan-pelajar-dan-wali-murid-

dukung-pengambilalihan-smasmk-ke-pemkot-blitar Pada 19 Juni 2018 Pukul 00.34 WIB

63

Kota Blitar masyarakat yang merasa terdampak atas pengalihan tersebut

menyampaikan keluhannya, untuk selanjutnya dijembatani kepada pemerintah dan

digerakkan dalam rangka memberi dukungan terhadap langkah yang diambil oleh

walikota tersebut.

“Ya kita harus menyampaikan. Menyampaikan kepada pemerintah Kota

Blitar, pada walikota, pada DPRD, akhirnya beliau kan mengambil action,

nuntut itu apa, meninjau aturan yang baru itu Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 itu. Itu kita review di MK tapi kalah ternyata, itu. Dewan

Pendidikan di depan. Memang yang nuntut kan walikota tapi yang

menggerakkan orang-orang ya dewan pendidikan, karena ya laporan

masyarakat itu. Tapi ternyata kita kalah di Mahkamah Konstitusi, karena

memang peraturan itu sudah diberlakukan.”69

Maka pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar berada di tangan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur setelah putusan gugatan ditetapkan. Pengalihan

yang dimaksudkan sendiri ialah meliputi personel, pendanaan, sarana dan

prasarana serta dokumen atau disebut P3D, sesuai dengan ketetapan yang

tercantum pada UU Pemda tahun 2014, Pasal 404, sebagai akibat pembagian

urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Lebih

lanjut, pengawas pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menjelaskan

sebagai berikut,

“Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kewenangannya

mulai dari pendirian, perizinan, pengembangan kurikulum terus

ketenagaan. Jadi ada 3 unsur pengelolaan pendidikan SMA, SMK dan

PKLK itu yang menjadi kewenangan kita. Termasuk aset, SDM. Jadi

seluruh aset kita kelola di bawah pemerintah provinsi Jawa Timur melalui

dinas pendidikan. Jadi aset terus juga pembiayaannya. P3D itu.”70

69 Hasil wawancara bersama Dwi Sukartowo, Ketua Dewan Pendidikan Kota Blitar Periode

2013/2018, 23 Mei 2018 pukul 09.54, di Rumah Dwi Sukartowo. 70 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Pengawas Bidang Pendidikan Khusus Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Timur ,15 Mei 2018 pukul 13.40 WIB, kantor Klinik Pendidikan Dikda

Provinsi Jatim.

64

Proses pengalihan dari pemerintah Kota Blitar ke pemerintah Provinsi

Jawa Timur, yang meliputi P3D tersebut dilaksanakan sesuai dengan mekanisme

yang telah ditetapkan. Tergambar sesuai dengan bagan berikut.

Bagan 4.1. Alur Kegiatan Pengalihan Manajemen Pengelolaan Pendidikan

Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi Jawa

Timur

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Data diolah, 2018

Proses peralihan dilakukan paling lama 2 tahun terhitung sejak UU Pemda

2014 tersebut diundangkan. Maka sejak November 2014 dilakukan sosialisasi

kepada kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur, guna memberikan pemahaman

65

atas berlakunya undang-undang baru tersebut yang meliputi berbagai perubahan

yang ada, agar dapat diatur peraturan daerah yang baru tentang penyelenggaraan

pendidikan sesuai dengan kewenangan baru yang diatur oleh UU Pemda.

Sehingga proses sosialisasi sendiri memerlukan waktu yang panjang. Selain itu

juga dibentuktimpokja atau kelompok kerja baik di pemerintah provinsi maupun

di pemerintah kabupaten/kota untuk memudahkan proses peralihan dan

dilaksanakan rapat koordinasi dengan instansi terkait serta asosiasi/perkumpulan

kepala sekolah yang ada di kabupaten/kota. Kemudian dilakukan pendataan

terhadap P3D yang ada di masing-masing sekolah pada jenjang pendidikan

menengah. Sesuai dengan bagan tersebut bahwa Maret 2016 merupakan

pelaksanaan serah terima P2D ke provinsi, dan pengelolaan oleh pemerintah

provinsi resmi diberlakukan pada 1 Januari 2017, dengan adanya

penandatanganan berita acara antara gubernur dengan walikota.

“Itu sudah ada ketentuan dari mendagri prosedur pengalihannya. Jadi

langkah pertama inventaris P3D, nah yang dipindah kan P3D ini kita

sosialisasi terkait inventarisasi bersama-sama kabupaten/kota, kita sepakati

personilnya ada berapa, kita sama-sama deal ya. Terus asetnya ada berapa,

terus rancangan pembiayaannya bagaimana. Nah setelah semua sama-

sama diketahui, ini dipihak kabupaten/kota menyerahkan kepada pihak

provinsi, jadi menyerahkan kepada gubernur tepat pada bulan Oktober

2016 dan diberlakukan sejak tahun 2017, jadi 1 Januari mulai kita. Jadi

mekanismenya itu, mekanisme verifikasi P3D, kemudian pendataan P3D

kalau sudah dibuatkan MoU untuk penyerahan kewenangan, tetapi

barangnya tetap ada di sana, hanya administrasinya saja yang diserahkan

pengelolaan tanggung jawabnya saja, gitu.”71

Proses penyerahan P3D di Blitar menurut penjelasan dari Sari Triwahyuni

yang pada waktu itu juga merupakan salah satu bagian tim pada proses peralihan

P3D di Kota Blitar, bahwa dilakukan pembentukan tim terlebih dahulu, berlanjut

71 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,.cit.

66

pada proses inventaris termasuk guru, kepala sekolah, pegawai di sekolah, seluruh

dokumen dan penganggaran sekolah. Penganggaran yang dimaksud ialah data

anggaran. Mekanisme selanjutnya dijelaskan sebagai berikut,

“Kita data, kita nanti ada rapat-rapat dengan provinsi. Nah itu divalidasi

sama provinsi, provinsi juga dibantu BPKP, badan pemeriksa keuangan

dan pembangunan. Jadi provinsi didampingi BPKP, ngecek ketika sudah

beres data itu dibuatkan berita acara, ditanda tangani, penyerahannya

ditanda tangani oleh walikota, gubernur, disaksikan oleh kejaksaan. Ini

prosesnya ini kalau masalah datanya, kalau barangnya kan tetap disini,

cuma pindah pengelolaannya saja. Jadi datanya dari kita ini sedang

diperiksa BPKP setelah nanti clear kita hapus, yang provinsi dimasukkan.

Karena sama-sama pemerintah sebenarnya kita kan satu jadi ya cuma ya

ini aja. Cuma secara pengelolaan saja beralih cuma kan ya semuanya tetap

milik kita.”72

Penjelasan oleh kedua pihak terkait proses pengalihan tersebut

memberikan pemahaman bahwa pengalihan yang dimaksud ialah dalam bentuk

perpindahan secara administrasi, atau pendataan yang semula tercatat di

pemerintah kabupaten/kota dihapuskan, dan pendataan dilakukan di provinsi,

bukan sekolah dipindahkan dan menjadi milik provinsi sepenuhnya, namun hanya

kewenangan pengelolaan saja yang berpindah dan terhitung berlaku pada awal

tahun penganggaran. Sesuai mekanisme pengalihan telah ditentukan dibuat akhir

tahun selesai. Sehingga pada sektor pengganggaran ketika akhir tahun selesai

sudah tidak dianggarkan lagi dan pada tahun selanjutnya, pasca dialihkan

akandianggarkan di Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Maka yang terjadi

pengganggaran di kabupaten/kota dikurangi dan anggaran di pemerintah provinsi

ditambah sesuai pengaturan dari pemerintah pusat.

72 Hasil wawancara bersama Sari Triwahyuni, Op,.cit.

67

Selain anggaran, pendataan P3D di Kota Blitar yang dialihkan ke

Pemerintah Provinsi Jawa Timur diantaranya juga meliputi inventarisasi personil

dari seluruh jenjang pendidikan menengah dan PK, serta seluruh sarana dan

prasarana yang ada di sekolah. Secara ringkas pendataan P3D tersebut disajikan

melalui tabel berikut.

Tabel 4.4. Data P2D Kota Blitar yang Dialihkan ke Pemerintah Provinsi

Jawa Timur

Personel(Orang) Sarana Prasarana

PNS Non PNS Tanah

(Bidang)

Peralatan dan

Mesin

(Buah)

Gedung dan

Bangunan

(Unit)

Jalan Irigasi

dan Jaringan

(Titik)

Aset Lain

(Buah)

686 0 9 12.24 323 29 85.651

Sumber :Sekretariat Daerah Kota Blitar, Data diolah, 2018

Personel yang dimaksud di atas meliputi guru dan pegawai di bidang pendidikan

menengah. Dalam alih kelola pendidikan menengah ke pemerintah provinsi

bahwa guru dan pegawai non PNS atau Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai

Tidak Tetap (PTT) juga dialihkan menjadi personel pemerintah provinsi. Namun

di Kota Blitar, sesuai tabel di atas, personel non PNS tidak ada yang dialihkan ke

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Maksud dari personel non PNS ialah PTT dan

GTT yang diangkat oleh Pemerintah Kota Blitar, yang digaji dari APBD kota,

yang mana ditempatkan di luar bidang pendidikan menengah sehingga tetap

menjadi staf Pemerintah Kota Blitar.73 Maka proses penyerahan kewenangan

adalah dalam aspek P3D. Setelah seluruh proses selesai dilakukan maka secara

legal pendidikan menengah dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

73 Hasil wawancara bersama Hartato, sebagai kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum dan

Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Blitar, 13 Februari 2018 pukul

12.26 WIB

68

Sekolah tentu saja dilibatkan dalam proses peralihan tersebut, pendidikan

menengah baik sekolah negeri maupun swasta termasuk juga di dalamnya

Pendidikan Khusus (PK), turut berperan dalam proses peralihan. Peran yang

dimaksud ialah sekolah terlibat dalam proses pendataan P3D yang dimiliki

sekolah masing-masing. Dimana sebelumnya sekolah ini juga mendapat

sosialisasi atau arahan dari pemerintah kabupaten/kota, juga oleh Pemerintah

Provinsi Jawa Timur dengan mengundang para kepala sekolah.74

Selama proses pengalihan di Kota Blitar, terdapat kerumitan atau

hambatan yang ditemui. Dalam penyerahan P3D, hambatan yang ditemui ialah

beberapa aset yang dimiliki sekolah tidak dicantumkan dengan jelas asal dari aset

yang dimiliki tersebut, apakah tanah yang dimiliki dari hasil wakaf atau milik

pemerintah, yang kemudian menimbulkan klaim antar pihak ketika dilakukan

penyerahan aset tersebut ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

“Kerumitan itu ada sampai sekarang, misalnya kalau contohnya aset itu ya.

Ada beberapa aset yang masih diklaim oleh kedua belah pihak, karena

memang dulu sekolahan tidak melampirkan atau bahwa ini dulu

perolehannya dari mana. Misalnya tanah ini dari wakaf atau dari punyanya

pemkot atau punya lembaga lain yang digunakan oleh sekolah. Lha itu

sampai sekarang ada beberapa sekolah.”75

Sehingga pada September 2016, dilakukan penandatanganan perbaikan berita

acara pengalihan pendidikan menengah di Kota Blitar.76

74 Hasil wawancara bersama Rudi Hartono, sebagai Kepala SMA Negeri 3 Kota Blitar, 23 Mei

2018 pukul 11.05 WIB, di SMAN 3 Blitar. 75 Hasil wawancara bersama Samsul Hadi, Staf Pengelola Pendidikan Sub Bagian Program dan

Tugas Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar, 15 Maret 2018 pukul 10.32 WIB, di Kantor

Dikda Kota Blitar. 76Hasil wawancara bersama Hartato.Op.,cit.

69

Namun secara umum permasalahan selama proses pengalihan tersebut

tidak hanya terdapat di Kota Blitar saja, terdapat juga di wilayah kabupaten/kota

lain. Permasalahan yang timbul dikarenakan terdapat kerancuan terhadap

kepemilikan aset sekolah. Hal ini didukung oleh penjelasan Nuryanto,

“Kan masalahnya P yang paling susah kan nganu yo perlengkapannya itu.

Kalau pegawai, penganggarannya woo cepet daerah itu nyerahkan.

Pegawai, guru, kepala sekolah, tenaga-tenaga itu cepet. P yang paling

susah itu perlengkapan, asetnya, aset daerah itu banyak yang

disembunyikan sikan.”77

Maka lamanya proses pengalihan pada dasarnya memang banyak dikarenakan

berkutat pada proses pendataan P3D.

77 Hasil wawancara bersama Nuryanto, Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa Timur Periode

2016/2021, 26Maret 2018 pukul 12.16 WIB, di kantor Dewan Pendidikan Jatim.

70

BAB V

ANALISIS ALIH KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH DARI

PEMERINTAH KOTA BLITAR KE PEMERINTAH PROVINSI JAWA

TIMUR

Kehadiran UU No.23 Tahun 2014, sebagai undang-undang pemerintah

daerah yang baru telah mengamanatkan pengalihan sub urusan pemerintahan di

bidang pendidikan. Sesuai tujuan pengalihan, untuk memfokuskan pengelolaan

pendidikan dimasing-masing tingkat pemerintahan agar lebih efisien dalam

pembenahan dan pencapaian pemerataan mutu pendidikan di Indonesia.

Pengalihan terhadap pendidikan menengah tersebut tidak lah menghilangkan hak

warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Meskipun dengan dialihkannya

pendidikan menengah berdampak terhadap pendidikan gratis yang diberikan oleh

pemerintah kabupaten/kota, namun sesuai dengan tujuan alih kelola warga tetap

dapat menempuh jenjang pendidikan menengah, yang diharapkan pendidikan

tersebut menjadi lebih bermutu. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Cabang

Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten dan Kota Blitar sebagai berikut,

“Kita sampaikan bahwa semula kayak kota kan memang gratis, nah tapi

sebenarnya bukan kita tidak setuju dengan pendidikan gratis, tetapi kita

pendidikan gratis tetapi bermutu. Nah apakah gratis sudah bermutu, nah

kan gitu ya, maka kita sampaikan kepada masyarakat terutama dengan

komite itu bahwa sebenarnya masalah pembiayaan pendidikan dan

penyelenggaraan pendidikan itu melihat undang-undang, PP, sampek

71

permen, peraturan menteri, tidak ada yang mengatakan tentang pendidikan

itu gratis, pendidikan itu tanggung jawab bersama.”78

Permasalahan pembiayaan pendidikan yang muncul pun merupakan tanggung

jawab bersama, yaitu antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat agar

pendidikan tidak justru menjadi beban masyarakat, dan tidak berdampak terhadap

naiknya angka putus sekolah. Sejumlah bantuan diberikan oleh pemerintah agar

siswa yang tidak mampu tetap dapat menempuh jenjang pendidikan menengah

meskipun tidak ada lagi pendidikan gratis dari pemerintah kabupaten/kota.

Bantuan tersebut seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang diberikan oleh

pemerintah pusat dan Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM) dari pemerintah

provinsi, yang diberikan dalam bentuk bantuan uang.

Oleh karena itu tujuan dari pengalihan tersebut ditegaskan pada dasarnya

sebagai bentuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan, dengan begitu

juga akan mempermudah koordinasi dan birokrasi dalam penyelenggaraan

pendidikan. Melalui tujuan pemerataan akan menghapuskan egosentrisme daerah,

agar tidak ada lagi kesenjangan kualitas antara kabupaten dan kota, misalnya tidak

ada lagi sekolah favorit yang hanya terpusat di satu daerah tertentu saja. Maka

yang semula masih terkotak-kotak antar kabupaten/kota menjadi sama mutu

pendidikannya minimal ditingkat provinsi.

“Intinya adalah meningkatkan kualitas pendidikan. Jadi meningkatkan

kualitas pendidikan tanpa berfikiran terlalu sempit kedaerahan,

etnosentrisnyandakkeliatangitu ya. Jadi gak terlalu kedaerahan terlalu

mengegokan bahwa egosentrisnya muncul … Jadi nek saya ya mungkin

karena pembagian kewenangan itu tujuannya adalah untuk mempermudah

78 Hasil wawancara bersama Suhartono. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten dan

Kota Blitar 14 Mei 2018 pukul 14.20 WIB, di Kantor cabdin kab/kota Blitar.

72

komunikasi, koordinasi dan mempermudah birokrasi dan semakin ini

juga..ya itu.”79

Masing-masing tingkat pemerintahan kemudian mengelola jenjang

pendidikan yang berbeda-beda, dimaksudkan kebijakan alih kelola tersebut dapat

mensinergikan hubungan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, sehingga

pendidikan dapat terlayani dengan baik. Mengingat urusan dibidang pendidikan

sifatnya merupakan urusan bersama. Maka efisiensi dan efektifitas

penyelenggaraan pendidikan tersebut tentu perlu diupayakan, dengan lebih

memperhatikan aspek-aspek hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah dan antar pemerintah daerah sendiri, dengan memetakan kendala-kendala

yang dihadapi beserta solusi yang dibutuhkan. Sehingga pasca pengalihan

pendidikan menengah ini, melahirkan dua sudut pandang terhadap upaya

pengelolaan pendidikan menengah yakni oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur

dengan Pemerintah Kota Blitar, untuk mengetahui bagaimana pengelolaan

pendidikan menengah pasca pengalihan.

Selanjutnya, dalam pembahasan ini penulis akan memetakan ranah

hubungan dalam penyelenggaraan pengelolaan pendidikan menengah, yang dapat

dianalisis melalui konsep hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Juga

akan dijelaskan siapa saja aktor yang terlibat, perilaku atau tindakan yang

dilakukan, kepentingan-kepentingan tertentu dan instrumen atau aturan dalam

lembaga yang digunakan oleh aktor dalam pengelolaan pendidikan menengah,

menggunakan pendekatan new-institutionalism yang dipaparkan dalam hubungan

yang terbentuk antar pemerintahan.

79Ibid.,

73

5.1. Hubungan Kewenangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah

Alih kelola pendidikan menengah sesuai dengan amanat UU No.23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah merubah hubungan kewenangan yang dimiliki

antar tingkat pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki.

Meskipun pengelolaan berada ditangan pemerintah provinsi, berikut dapat

dipetakan hubungan antara pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Timur

dan Pemerintah Kota Blitar melalui bagan 5.1.

Bagan 5.1. Hubungan Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Kota Blitar

Atribusi Mandat

Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018

Bagan 5.1 menunjukkan, pemerintah pusat tetap memiliki kewenangan

terhadap pendidikan menengah yaitu dengan menjalankan koordinasi, pembinaan

serta pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sesuai dengan definisi kewenangan, pemerintah

provinsi memiliki hak moral untuk melaksanakan keputusan pengelolaan

Pemerintah

Provinsi Jawa

Timur

Pemerintah

Pusat

Pemerintah

Kota Blitar

Perumusan dan

penyelenggaraan

kebijakan

Kerjasama,

komunikasi

Koordinasi, pembinaan,

pengawasan

Pendidikan

Menengah

74

pendidikan menengah yang memiliki keabsahan atau legitimate power, yaitu

berdasarkan UU Pemda tahun 2014. Kewenangan yang diperoleh pemerintah

provinsi tersebut bersumber langsung dari ketentuan undang-undang, sehingga

dapat disebut sebagai kewenangan atribusi. Sedangkan, pasca dialihkan ke

Pemerintah Provinsi Jawa Timur kewenangan Pemerintah Kota Blitar terhadap

perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan menengah telah hilang.

Namun pemerintah kota dapat melaksanakan kerjasama dan komunikasi sebagai

bagian dari satu kesatuan pemerintah untuk mendukung pengelolaan pendidikan

menengah.

“Iya, enggak bisa terlibat karena kebijakannya sudah kebijakan di provinsi.

Tetapi malah untuk komunikasi meningkatkan kualitas pendidikan di

wilayah itu boleh-boleh saja. Dibangun komunikasi, dibangun kerjasama

boleh, tapi begitu ngomongkan kebijakan itu ndak bisa, kebijakan adalah

kewenangannya provinsi.”80

Kerjasama yang dimaksudkan dapat dilakukan dalam bentuk bantuan sosial, yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada siswa yang masih menempuh

jenjang pendidikan menengah, dilaksanakan oleh OPD yang terkait langsung

dengan masyarakat. Bantuan dapat diberikan dengan 2 cara yaitu :

1. Alokasi dana dari pemerintah kabupaten/kota yang kemudian disalurkan

ke sekolah melalui pemerintah provinsi.

2. Bantuan diberikan langsung kepada siswa, sehingga tidak melalui

pemerintah provinsi.

80 Hasil wawancara bersama Suhartono.

75

Sehingga bantuan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota tidak lagi dapat

diberikan langsung kepada lembaga pendidikan.

“…Masih diperbolehkan cuma ranahnya memang harus seperti itu. Tidak

boleh kebijakan disampaikan kepada lembaga, nanti lembaga membuat

laporan ke daerah tidak seperti itu ... Itu ojo sampai salah, harus begitu,

jadi kebenarannya di sana. Dadi ben ojo ben ngerti bahwa undang-undang

itu betul, bagus sebenarnya, dilaksanakannya bagus. Tapi jangan merasa

bahwa dengan undang-undang merasa bahwa kita itu tidak boleh berperan,

tidak, yo tetep boleh berperan, tetapi hanya prosedurnya aja yang

berbeda.”81

Sesuai penjelasan Suhartono tersebut bahwa UU No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah memberi ruang bagi pemerintah kabupaten/kota untuk tetap

terlibat terhadap pendidikan menengah, hanya kewenangan dan prosedurnya saja

yang berbeda. Maka Pemerintah Kota Blitar dapat disebut memiliki kewenangan

yang bersumber dari mandat, dikatakan demikian sebab wewenang pengelolaan

pendidikan menengah tersebut pada dasarnya tidak dapat dilakukan oleh

pemerintah provinsi sendiri.

Aktor yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan menengah sesuai

hubungan kewenangan antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan

Pemerintah Kota Blitar yaitu terdiri dari OPD baik yang berwenang secara

langsung maupun tidak dibidang pendidikan, swasta serta masyarakat.

Keterlibatan masing-masing aktor tersebut membentuk pola hubungan sebagai

berikut,

81Ibid.,

76

Bagan 5.2. Hubungan Keterlibatan Aktor-Aktor Pengelola Pendidikan

Menengah

Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018

Masing-masing aktor di atas terlibat dalam pengelolaan pendidikan

menengah di Kota Blitar. Bentuk keterlibatannya tercerminkan melalui tindakan-

tindakan yang dilakukan untuk mengelola pendidikan menengah, mengupayakan

pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Meskipun alih kelola ini

menyebabkan Pemerintah Kota Blitar kehilangan kewenangan pengelolaan dan

sangat terbatas peranan yang dimilikinya. Dengan begitu terbentuk hubungan

antar aktor, dimana arah hubungan yang digambarkan pada bagan di atas

terbentuk sesuai dengan bentuk keterlibatan yang dapat dilakukan. Sesuai dengan

aktor-aktor pada bagan di atas berikut tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan

pendidikan menengah di Kota Blitar, yang disajikan pada tabel 5.1.

Dewan

Pendidikan

Jawa Timur

Pihak Lainnya Dewan

Pendidikan

Kota Blitar

Cabang Dinas

Pendidikan

Wilayah

Kabupaten/Kota

Blitar

Dinas

Pendidikan

Provinsi Jawa

Timur

Dinas

Pendidikan

Kota Blitar

Dinas

Sosial Kota

Blitar

Bappeda

Kota

Blitar

BPKAD

Kota

Blitar

Pemerintah

Provinsi

JawaTimur

Pemerintah

Kota Blitar

77

Tabel 5.1. Tindakan Pengelolaan Pendidikan Menengah oleh Aktor yang

Terlibat

No. Aktor Tindakan Pengelolaan

Pendidikan Menengah

Instrumen atau Landasan

Aturan

1. Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Timur • Merumuskan program

pendidikan menengah

sesuai dengan renstra

pendidikan, untuk

mencapai pendidikan

yang efisien dan

pelayanan yang maksimal

kepada masyarakat

kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Timur.

• Peraturan Daerah Nomor

11 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan

Pendidikan

• Peraturan Gubernur Jawa

Timur Nomor 81 Tahun

2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi dan

Fungsi Serta Tata Kerja

Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Timur.

2. Dewan Pendidikan

Provinsi Jawa Timur • Melaksanakan fungsi

kontrol, kooordinasi,

fasilitasi, dan mediasi

terhadap kebijakan daerah

provinsi tentang

pengelolaan pendidikan

menengah, agar tidak

melenceng.

• Memberikan masukkan

terhadap Peraturan

Daerah Provinsi Jawa

Timur No.11 Tahun 2017

tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Menengah.

• Mengawal cabang dinas

di 31 kabupaten/kota dan

melaksanakan workshop

teknis kepada komite

sekolah, terkait

kewajiban-kewajiban

yang dimiliki oleh

sekolah.

• Peraturan Daerah Nomor

11 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan

Pendidikan

• Surat Keputusan Gubernur

Jawa Timur Nomor

188/792/KPTS/013/2016

tentang Dewan Pendidikan

Provinsi Jawa Timur

Periode 2016-2021

3. Cabang Dinas

Pendidikan Wilayah

Kabupaten/Kota

Blitar

• Pelaksana kebijakan

teknis Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Timur.

• Menjaga dan menjalin

komunikasi antar

pemerintah daerah, pihak-

pihak yang berkaitan

dengan pengelolaan

• Peraturan Menteri dalam

Negeri Nomor 12 Tahun

2017 tentang Pedoman

Pembentukan dan

Klasifikasi Cabang Dinas

dan Unit Pelaksana Teknis

Daerah

• Peraturan Gubernur Jawa

78

pendidikan menengah,

lembaga-lembaga

sekolah, komite dan

kepala sekolah, termasuk

juga siswa.

• Selain menjalankan

inovasi dan tugas dari

dinas provinsi, juga

melaksanakan upaya

peningkatan kualitas

pendidikan menengah.

• Mutasi terhadap pendidik

dan tenaga kependidikan

SMA dan SMK di

wilayah Blitar yakni

sebanyak 26 orang.

Timur Nomor 94 Tahun

2016 tentang

Nomenklatur, Susunan

Organisasi, Uraian Tugas

dan Fungsi serta Tata

Kerja Cabang Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa

Timur

4. Dinas Sosial Kota

Blitar • Pelaksana kebijakan

teknis bantuan sosial

untuk warga miskin Kota

Blitar yang masih

menempuh jenjang

pendidikan menengah,

yaitu study kit.

• Melibatkan Dinas

Pendidikan Kota Blitar

untuk melaksanakan

bansos study kit.

• Berkoordinasi dengan

Cabang Dinas Pendidikan

Wilayah Kabupaten/Kota

Blitar.

• Peraturan Walikota dan

SK Walikota

(tidak dapat

dipublikasikan sebab

belum ada SK Walikota)

• Permendagri No.32

Tahun 2011 tentang

Pedoman Pemberian

Hibah dan Bantuan

Sosial yang Bersumber

dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja

Daerah

• Permendagri No.13

Tahun 2018 tentang

Perubahan Ketiga

Permendagri No.32

Tahun 2011 tentang

Pedoman Pemberian

Hibah dan Bantuan

Sosial yang Bersumber

dari APBD

5. BPKAD Kota Blitar • Menyalurkan uang dana

hibah ke rekening siswa

penerima bantuan sosial.

• Peraturan Walikota dan

SK Walikota

(tidak dapat

dipublikasikan sebab

belum ada SK Walikota)

6. Bappeda Kota Blitar • Merumuskan kebijakan

dan regulasi bantuan

sosial study kit dan

• Peraturan Walikota dan

SK Walikota

(tidak dapat

79

bantuan keuangan untuk

siswa miskin yang masih

menempuh jenjang

pendidikan menengah.

dipublikasikan sebab

belum ada SK Walikota)

7. Dinas Pendidikan

Kota Blitar • Merupakan leading sector

atau sektor yang berperan

sebagai penggerak bagi

sektor lainnya pada

pelaksanaan kebijakan

bantuan sosial.

• Peraturan Walikota dan

SK Walikota

(tidak dapat

dipublikasikan sebab

belum ada SK Walikota)

8. Dewan Pendidikan

Kota Blitar Periode

2013-2018

• Mediator antara

Pemerintah Kota Blitar

dengan cabang dinas,

Dewan Pendidikan

Provinsi Jawa Timur serta

masyarakat.

SK Walikota Blitar Nomor

188/68/HK/410.010.2/2013

tentang Dewan Pendidikan

Kota Blitar Periode 2013-

2018

9. Pihak Lainnya (dinas

pendidikan kota,

walikota, Komisi I

DPRD Kota Blitar,

komite sekolah,

masyarakat,

perguruan tinggi,

organisasi guru,

pemerhati

pendidikan, NGO di

bidang

pengembangan&riset,

pakar pendidikan,

organisasi profesi,

dunia usaha,

Ombudsman)

• Dilibatkan untuk

membantu

penyelenggaraan

pengelolaan pendidikan

menengah. Baik untuk

koordinasi, mediasi,

penanganan masalah,

kontrol maupun fisilitasi.

-

Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018

Selain UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dengan

berdasarkan pada peraturan pemerintah dan peraturan daerah para aktor memiliki

wewenang untuk melaksanakan berbagai tindakan dalam penyelenggaraan

pendidikan menengah di Kota Blitar, sehingga tindakan yang dilakukan dalam

pengelolaan pendidikan menengah ini bersifat legal. Karena melibatkan beberapa

80

aktor, baik dari pemerintah provinsi maupun pemerintah kota, masing-masing

mempunyai bentuk tindakan yang berbeda-beda.

Dinas pendidikan mengalami perubahan terhadap tupoksi yang dimiliki.

Sebelum pengalihan, dinas hanya melaksanakan koordinasi atas pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang ada di kabupaten/kota

seluruh Jawa Timur. Sesuai dengan ketetapan Peraturan Gubernur Jawa Timur

Nomor 81 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas

dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, serta

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan,

dinas bertanggung jawab langsung terhadap penyelenggaraan pendidikan

menengah dan PK-LK.

Setidaknya terdapat 5 kewenangan utama yang kemudian dimiliki oleh

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, yaitu manajemen pendidikan; kurikulum;

pendidik dan tenaga pendidik; perizinan pendidikan; bahasa dan sastra. Dengan

memiliki kewenangan tersebut, dinas merumuskan beberapa program inovasi,

sesuai dengan renstra pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan yang efisien

dan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.82 Inovasi tersebut

terbagi ke dalam berbagai program dan kegiatan yang akan diimplementasikan

pada seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Diataranya adalah83(1).Program

peningkatan mutu, melalui pembangunan SMK taruna, pengembangan kurikulum,

SDM, kualifikasi kependidikan, peningkatan dan pengembangan sarana prasarana

82 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,.cit. 83Ibid.,

81

sekolah. (2).Program peningkatan keterampilan, dalam rangka menuju Bonus

Demografi, dilaksanakan peningkatan kualifikasi guru, mutu lulusan,

pengembangan SMK mini, SMA double track bagi siswa yang tidak melanjutkan

ke jenjang perguruan tinggi. (3).Program prioritas, dalam rangka mempersiapkan

Generasi Emas tahun 2045 dilaksanakan peningkatan pendidikan karakter dan

mengembangkan pendidikan inklusif. (4).Melaksanakan analisis penyusunan

program, untuk pengembangan potensi lokal dan wawasan global yang

dikembangkan menjadi potensi-potensi yang mampu mewujudkan anak yang

terampil, beriman, dan berbudi pekerti. (5).Pelayanan menggunakan sistem

elektronik, digunakan sistem software, sehingga 33.000 guru yang ada di Jawa

Timur dapat lebih mudah dilayani tanpa harus datang ke dinas pendidikan. Sistem

Peneriman Peserta Didik Baru, PPDB juga dilaksanakan secara online dan offline.

Kelima program yang telah dirumuskan tersebut untuk diimplementasikan

diseluruh pendidikan menengah wilayah Jawa Timur. Dalam pelaksanaannya

rentang kendali pengelolaan pendidikan menengah di Jawa Timur ini cukup luas.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur melaksanakan pengelolaan terhadap 38

kabupaten/kota. Maka sesuai Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 12 Tahun

2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit

Pelaksana Teknis Daerah, dibentuk cabang dinas pendidikan wilayah, sebagai

perpanjangan tangan dari dinas pendidikan provinsi, yang mempunyai sebagian

kewenangan untuk melaksanakan kebijakan dan mendukung operasional sekolah

di tiap-tiap wilayah. Oleh karena itu cabang dinas bertanggung jawab langsung

kepada dinas pendidikan provinsi. Pengaturan tupoksi dari cabang dinas telah

82

diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 94 Tahun 2016 tentang

Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja

Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, sebagai dasar regulasi dalam

pengelolaan pendidikan menengah.

Karena wilayah kerja di Kota Blitar berdekatan dengan Kabupaten Blitar,

dan kota hanya mencakup 35 sekolah jenjang menengah dan Pendidikan Khusus,

maka dibentuk Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten dan Kota Blitar

yang secara legal formal terbentuk sejak 1 Januari 2017. Sehingga cabang dinas

inilah yang menjalankan kebijakan teknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

di Kabupaten/Kota Blitar. Cabdin melibatkan aktor-aktor lain, dimaksudkan untuk

menjalin komunikasi dengan berbagai pihak seperti dengan dinas pendidikan kota,

walikota, Komisi I DPRD Kota Blitar, komite sekolah dan masyarakat.84

Komunikasi dilaksanakan untuk memberikan pemahaman bahwa pengalihan

kewenangan pendidikan menengah hanya dalam bentuk pengelolaan saja, secara

teritorial sekolah tetap berada di wilayah masing-masing. Sesuai dengan

pernyataan Suhartono, kepala cabang dinas sebagai berikut,

“Sehingga dengan apa yang kita lakukan seperti itu maka sedikit demi

sedikit kita paham kan kepada masyarakat khususnya masyarakat jenjang

sekolah menengah bahwa walaupun pengelolaan pendidikan ada di level

provinsi toh tetep penyelenggaraannya ada di level kabupaten/kota.

Bedanya sekarang di kabupaten dan Kota Blitar ada satu penyelenggara

namanya yang tercantum adalah cabang dinas, begitu. Sebenernya ada

peluang-peluang disisi, ya mesti ada dampak positif dan negatif. Tapi

secara dengan pengelolaan provinsi akan lebih banyak faktor positifnya,

gitu ya. Jadi ada kewenangan-kewenangan yang menurut otonomi daerah

kan kalau pusat itu pendidikan tinggi, kalau provinsi pendidikan menengah

84 Hasil wawancara bersama Suhartono, Op,.cit.

83

dan PK, terus di kabupaten kota pendidikan dasar, itu ada to di undang-

undang.”85

Upayanya tersebut dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung,

salah satunya seperti talk show yang dilaksanakan kepala cabang dinas

kabupaten/kota Blitar secara live di Radio Mayangkara Blitar.86 Dengan begitu

komunikasi yang dimaksudkan dapat menjangkau masyarakat luas.Melalui

langkah tersebut, Suhartono menjelaskan pengalihan pendidikan bukanlah sebuah

hambatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Kota Blitar, namun sebuah

tantangan bersama. Dengan pemahaman yang telah disampaikan, menurutnya

tidak akan terdapat hambatan maupun kendala yang ditemui pasca pengalihan

pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar. Seperti meningkatnya anak

putus sekolah karena hilangnya pendidikan gratis yang diberikan oleh pemerintah

kota, dimana selama proses alih kelola menjadi problematika utama yang

dikhawatirkan oleh pemerintah kota dan masyarakat.

“Saya pastikan tidak ada anak, kan kekhawatirannya ada anak yang gak

bisa sekolah to, saya pastikan tidak ada anakyang tidak sekolah hanya

karena biaya. Nah wiswi, ya sehingga nyaman-nyaman aja kan. Artinya

dulu kekhawatirannya itu ndak terjadi, dulu bayangane kan Blitar mesti

rame,ndak.”87

Pernyataan diatas dapat ditarik satu garis kesimpulan, bahwa cabang dinas

dengan segala upayanya berusaha menanamkan kepada masyarakat dan

Pemerintah Kota Blitar, bahwa pasca pengalihan tidak akan membawa dampak

negatif, namun banyak membawa dampak positif. Hal inilah yang diartikan

sebagai upaya menyamakan pemahaman. Sebab komunikasi tersebut dijadikan

85Ibid., 86Ibid,. 87Ibid.,

84

sebagai pondasi dalam pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar. Melalui

pondasi tersebut cabang dinas memiliki langkah-langkah utama dalam

melaksanakan pengelolaan selain menjalankan inovasi dan tugas dari dinas

Provinsi Jawa Timur, yaitu88Pertama, melalui penguatan komitmen, kebersamaan

dan kekompakan dengan para stakeholder dalam meningkatkan mutu pendidikan,

sehingga mindset antara kota dan kabupaten tidak terkotak-kotak lagi, agar

kekompakan dan keberhasilan dicapai hingga level provinsi. Dilakukan dengan

caratidak memposisikan sebagai pimpinan otoriter, tetapi sebagai tim yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan di Blitar. Melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang dapat membangun kebersamaan yang sifatnya sering

mempertemukan antara guru dengan guru, siswa dengan siswa, seperti bentuk-

bentuk lomba, pertandingan, olahraga, dan upacara. Kedua, implementasi visi dan

misi. Setelah penguatan komitmen tercapai, baru dilaksanakan visi misi

pendidikan sesuai dengan visi misi dinas pendidikan Provinsi Jawa Timur.

Kebijakan cabang dinas tersebut telah terealisasikan dengan menghasilkan

sejumlah prestasi, diantaranya adalah

“Kalau kemarin kita kebetulan peringkat 2 di Jawa Timur pengawas

berprestasi, terus kemudian di Jawa Timur peringkat 1 kepala sekolah

berprestasi jenjang SDLB. Nah itu bukti bahwa kita mulai anu bersaing

gitu, dan itu tidak dinamakan ee.. ko Kabupaten Blitar ko Kota Blitar,

enggak, dari cabang dinas.”89

88Ibid., 89Ibid.,

85

Pencapaian tersebut sebagai perwujudan bahwa langkah yang diambil telah

menunjukkan hasil. Meskipun belum terdapat langkah-langkah inovasi yang

dibuat oleh cabang dinas, namun telah berhasil membawa prestasi.

Pemerintah provinsi, khususnya dinas dan cabang dinas adalah aktor

utama pengelola pendidikan menengah. Penyelenggaraannya juga melibatkan

aktor-aktor lain yang dapat membantu pengelolaan pendidikan menengah dan PK-

LK.Diantaranya melibatkan perguruan tinggi, organisasi guru, pemerhati

pendidikan, NGO di bidang pengembangan dan riset, pakar pendidikan, organisasi

profesi, dan dunia usaha. Selain itu juga melibatkan Dewan Pendidikan Provinsi

Jawa Timur, yaitu mitra dinas pendidikan provinsi yang diangkat oleh gubernur,

untuk mengawal tugas-tugas gubernur dibidang pendidikan yang dikerjakan oleh

dinas pendidikan, dengan melaksanakan fungsi kontrol, koordinasi, fasilitasi, dan

mediasi.90 Dewan pendidikan ini dikukuhkan berdasarkan oleh keputusan kepala

daerah. Dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya memberikan kritikan, namun

juga memberikan masukkan, contohnya terkait pengelolaan pendidikan, dewan

memberikan masukkan terhadap konten Peraturan Daerah Jawa Timur No. 11

Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Dewan pendidikan pun

mengawal cabang dinas di 31 kabupaten dan kota dalam penyelenggaraan

pendidikan dan melaksanakan workshop teknis kepada komite sekolah terkait

kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh sekolah, serta menggandeng Ombudsman

dalam penanganan permasalahan yang berkaitan dengan ranah hukum.91

90 Hasil wawancara bersama Nuryanto, Op,.cit. 91Ibid.,

86

Baik antara dinas pendidikan, cabang dinas, maupun dewan pendidikan

dari pemaparan diatas, secara formal hanya melaksanakan fungsi dan tujuannya

sesuai yang telah ditetapkan. Tupoksinya masing-masing secara jelas telah

tercantum dalam peraturan perundang-undangan, sehingga tidak terjadi tumpang

tindih terkait pelaksanaan pengelolaan pendidikan menengah. Tindakan

pencapaian preferensi dari para aktor diatas dilaksanakan sesuai dengan instrumen

yang ada, bahkan inovasi-inovasi yang diciptakan dan ditekankan kepada

masyarakat pun hanyalah merupakan cara agar bagaimana tiap-tiap instansi ini

berhasil mencapai apa yang telah ditugaskan kepadanya.

Sementara di Pemerintah Kota Blitar, tindakan yang dilakukan dalam

keterlibatan pengelolaan pendidikan dilakukan dengan pemberian bantuan sosial,

seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pemberian bantuan sebagai bentuk kerjasama

dilakukan dengan mekanisme bantuan diberikan langsung kepada masyarakat

yang termasuk kategori kurang mampu atau miskin yang masih menempuh

jenjang pendidikan menengah, melalui OPD-OPD yang terkait langsung dengan

bidang tersebut. Bantuan tersebut pun diungkapkan sebagai salah satu celah agar

tetap bisa membantu masyarakat, meskipun kewenangan telah dilimpahkan,

seperti yang disebutkan sebagai berikut, “Memang wewenang itu sudah dibatasi,

tetapi kita cari celah, bagaimana cara membantu mereka”.92

Kebijakan tersebut dilekatkan pada tujuan pengentasan kemiskinan

sebagai tindakan lanjut dari penanganan pasca alih kelola pendidikan menengah,

agar tidak berimbas pada naiknya angka tidak melanjutkan sekolah. Maka

92 Hasil wawancara bersama Samsul Hadi, Op,.cit.

87

Pemerintah Kota Blitar melalui walikotanya berinisiatif melaksanakan pemberian

bantuan sosial sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat, meskipun

gugatan ke MK telah ditolak. Dijelaskan oleh Jito Baskoro sebagai berikut;

“Mungkin setelah, pengelolaan pendidikan khususnya SMA/SMK sesuai

dengan mandat UU 23 tahun 2014 ini kan menjadi kewenangan provinsi

yang mana sebelum undang-undang ini diberlakukan SD, SMP, SMA kan

dikelola oleh pemerintah daerah, jadi masyarakatnya enak, semuanya

gratis daripada UU ini tentunya ada dampak yang bisa dirasakan oleh

warga khususnya yang sekolah SMA/SMK. Pak wali, ini punya

kepedulian yang luar biasa, walaupun proses uji materi di MK gagal, tapi

masih bisa mencari celah sesuai dengan aturan, mekanisme yang ada,

masih membantu, itu dari warga khusus warga miskin.”93

Maka berdasarkan pada Permendagri No.32 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah, dan Permendagri No.13 Tahun 2018 tentang Perubahan

Ketiga Permendagri No.32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan

Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD, bantuan tersebut dirumuskan pada

Oktober 2017, yang akan diberikan kepada 1.141 anak baik yang sekolah di

sekolah negeri maupun swasta.94

Pelaksana teknis kebijakan bantuan sosial tersebut adalah Dinas Sosial

Kota Blitar, yang memberikan bantuan berupa pemenuhan sarana prasarana

kebutuhan siswa, yang disebut sebagai Program Study Kit Warga Miskin, baik

dari sepatu, kaos kaki, tas, buku, alat tulis, tipp-ex, pensil.95 Bantuan juga

diberikan dalam bentuk uang. Namun bantuan dalam bentuk uang tersebut dana

93 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Kepala Bidang Perlindungan Sosial dan Jaminan Sosial

Dinas Sosial Kota Blitar, 2 Mei 2018 pukul 14.21 WIB, di kantor dinsos Kota Blitar 94 Hasil wawancara bersama Ainur Rofiqoh, Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA

Kota Blitar, 17 Mei 2018 pukul 09.54 WIB, di kantor bappeda kota Blitar 95 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Op,.cit.

88

hibahnya berada di BPKAD, sehingga BPKAD lah yang menyalurkan dana

bantuan ke rekening penerima bantuan.96 Untuk mengatur teknis pelaksanaan

kebijakan tersebut tentu diperlukan pengaturan yang jelas dan sifatnya legal.

Bappeda, melalui Asrofi Romli menjelaskan bahwa, sebagai dasar implementasi

kebijakan telah ditetapkan melalui peraturan walikota, untuk mengatur mekanisme

juga besaran nominal bantuan yang akan diterima oleh siswa pada jenjang

pendidikan menengah yang kurang mampu.97 Tetapi peraturan walikota tersebut

tidak dapat dipublikasikan sebab belum adanya SK dari walikota.98

Dinas sosial pun menggandeng dinas pendidikan untuk menghimpun data

siswa pada jenjang pendidikan menengah yang ada di Kota Blitar, guna

menentukan penerima bantuan. Dinas pendidikan merupakan leading sector,

artinya adalah sektor yang berperan sebagai penggerak bagi sektor lainnya, sebab

pelaksanaan bantuan sosial membutuhkan data-data siswa jenjang pendidikan

menengah dari dinas. Data siswa yang memiliki kewenangan adalah dinas

pendidikan, sedangkan kewenangan untuk menentukan yang termasuk dalam

warga miskin adalah dinas sosial. Maka disini dinas pendidikan memiliki peran

penting, seperti yang diterangkan oleh Jito Baskoro berikut,

“…tapi data-data nama-nama penerima manfaat itu kan leading sectornya

dinas pendidikan. Sama. Sasarannya sama, dari nama-nama itu kita juga

sama, dinas pendidikan sama. Kalau dinas sosial terkait dengan

96Ibid., 97 Hasil wawancara bersama Asrofi Romli, Kepala Bidang Sosial, Budaya dan Evaluasi

Pembangunan BAPPEDA Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 10.49 WIB, di kantor Bappeda Kota

Blitar 98Hasil wawancara bersama Ainur Rofiqoh. Op.,cit.

89

kelengkapan atau bantuan operasionalnya kelengkapan anak sekolah.

Sarana prasarananya.”99

Selain dengan dinas pendidikan, juga dilakukan koordinasi dengan cabang dinas

yang bertujuan untuk melaksanakan komunikasi atau penyampaian informasi, dan

juga melakukan kevalidan data siswa. Dengan begitu antara pemerintah kota

dengan pemerintah provinsi mengetahui masing-masing upaya untuk pendidikan

menengah di Kota Blitar, dan dapat dilakukan kerjasama.

“He.eh pemberitahuan, menyampaikan ke kita iya. Jadi menyampaikan

informasi kepada kita kadang dia meminta kevalidan data, bener ndak

anak ini sekolah disini. Nah jangan-jangan dari data kelurahan anak ini

sekolah di SMA 1 ternyata ndak ada anaknya sekolah di SMA 1. Jadi

untuk kroscek data tujuannya ini bisa dilibatkan.”100

Tidak hanya OPD-OPD diatas, sama halnya di Provinsi Jawa Timur,

Dewan Pendidikan Kota Blitar juga berperan dalam urusan pendidikan. Terkait

pendidikan menengah, meskipun tidak memiliki wewenang untuk mengelola atau

dalam hal kebijakan, dewan terlibat untuk melaksanakan tugas dan fungsi mediasi

antara Pemerintah Kota Blitar dengan cabang dinas, Dewan Pendidikan Provinsi

Jawa Timur serta masyarakat, yang tidak hanya dilakukan pada saat pra alih

kelola saja.

5.1.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Kewenangan

Pengelolaan pendidikan menengah oleh pemerintah provinsi

diselenggarakan mulai tahun 2017, sehingga belum dapat dikatakan

apakah kebijakan tersebut lebih efektif ditangan pemerintah provinsi atau

pemerinah kabupaten/kota. Sebab sejumlah kendala atau permasalahan

99 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Op,.cit. 100 Hasil wawancara bersama Dr.Suhartono, Op.,cit.

90

dialami pasca alih kelola tersebut. Umumnya kendala yang dihadapi ialah

perihal koordinasi. Sebab dengan adanya regulasi baru yang mengatur

perubahan kewenangan jelas berpengaruh terhadap rentang kendali

pendidikan menengah. Seperti yang dialami oleh Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Timur. Kendala lainnya yang dihadapi ialah penyesuaian

terhadap UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, karena

diperlukan adanya turunan regulasi dibawahnya, yang saat ini telah

dibentuk Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2017

tentang Penyelenggaraan Pendidikan.101 Serta diperlukan pengembangan

regulasi lainnya yang akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan

program pendidikan di Jawa Timur.

Cabang dinas sendiri menjelaskan kendala yang dihadapi ialah

terkait komunikasi dalam mengelola pendidikan menengah. Jika

sebelumnya jarak komunikasi cenderung dekat, namun pasca dialihkan

jarak tempuh untuk melaksanakan koordinasi dan penyelesaian masalah

menjadi jauh, sehingga pelayanan pendidikan yang diberikan menjadi

tidak efektif dan efisien. Melalui cabang dinas ini, kemudian komunikasi

tidak terhambat oleh jarak yang jauh. Dalam pengelolaan pendidikan

menengah, termasuk di dalamnya P3D, harus dimonitor atau dikendalikan

oleh cabang dinas, sehingga oleh Suhartono, pelayanan pendidikan pun

dapat dilaksanakan melalui berbagai akses layanan berbasis elektronik.

Untuk memberikan informasi dan komunikasi misalnya, dapat dilakukan

101 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op.,cit.

91

melalui pesan online seperti WhatsApp Massenger (WA). Seperti yang

dijelaskan berikut,

“Kalau menghambat itu kelihatan hanya komunikasinya aja.

Komunikasi kita sekarang sudah agak jauh ya, karena biasanya ke

pemerintah kabupaten kota kan deket, lain sekarang dengan provinsi,

di Jawa Timur, tapi sekarang kan informasi bisa lewat WA bisa

lewat elektronik, online kan bisa to. Tapi sebenernya hambatannya

itu.”102

Karena cabang dinas mengelola pendidikan menengah di

Kabupaten dan Kota Blitar, kendala lainnya yang perlu diatasi adalah

untuk menyatukan pola pikir antara keduanya, agar fokus perkembangan

kualitas pendidikan tidak terkotak-kotak, tetapi meluas hingga level

provinsi.

“…Terus yang kedua hambatan juga memang komunikasi belum

terjalin antara kabupaten kota yang masih terbiasa dengan otonomi

daerah ... Kalau dulu kan kita pokoknya di kabupaten ya wes

kabupaten to, kota ya kota, tapi sekarang enggak, frame kita pola

pikir kita paradigma kita sudah lebih luas jadi levelnya sudah

Provinsi Jawa Timur.”103

Ketika pola pikir demikian sudah terbentuk dan komunikasi antara

pemerintah kabupaten dan kota sudah terjalin, maka dengan dikelola oleh

cabang dinas keunggulan yang akan dirasakan pasca alih kelola ialah

menghilangkan intervensi politik lokal di bidang pendidikan. Sehingga

oleh cabang dinas diutamakan untuk menjalin kekompakan dan

kebersamaan untuk mencapai penguatan komitmen. Selain itu juga

dilakukan upaya pemerataan sumber daya manusia, dalam bentuk mutasi

terhadap pendidik dan tenaga kependidikan SMA dan SMK di wilayah

102 Hasil wawancara bersama Suhartono. Op.,cit. 103Ibid.,

92

Blitar, yakni sebanyak 26 orang, dengan berdasarkan sistem penataan dan

pemerataan tenaga pendidikan.104 Serta pemerataan melalui MGMP bagi

guru baik di kabupaten maupun kota, yang jumlahnya mencapai 20

MGMP, agar permasalahan pembelajaran dapat diatasi bersama, dan

tingkat kompetitif pun akan semakin tinggi.105

Kendala atau permasalahan yang dihadapi pasca alih kelola ini

tidak hanya terdapat pada pengelola pendidikan menengah di Kota Blitar

saja, namun Pemerintah Kota Blitar, dalam melaksanakan keterlibatannya

juga memiliki sejumlah persoalan. Keterlibatan dalam bentuk pelaksanaan

kebijakan bantuan sosial memiliki kendala, dimana dalam prosesnya yang

telah memasuki tahapan validasi data penerima bantuan dan tahap

pelelangan ini, yang rencananya akan direalisasikan pada bulan Mei

menjadi tertunda. Sebab bantuan sosial tersebut belum siap untuk

dilaksanakan, dimana tahap pelelangan baru berjalan beberapa persen dan

secara alokasi dana belum dapat untuk direalisasikan.

“Ya Juni. Rencananya kemarin kan Mei, tapi karena apa ya, secara

alokasi belum bisa dilaksanakan, mundur ini lelangnya masih berapa

persen.”106

Setelah tertunda, kemudian ditargetkan akan direalisasikan pada tahun

ajaran baru, yaitu pada bulan Juni. Namun harus tertunda kembali

dikarenakan proses lelang gagal. Proses lelang kedua tersebut tengah

104Atur Pemerataan, 26 Guru SMA di Blitar Dimutasi. 2018. Diakses dari

https://www.jatimtimes.com/baca/177055/20180810/192000/atur-pemerataan-26-guru-sma-di-

blitar-dimutasi/ Pada 22 Agustus 2018 Pukul 11.38 WIB 105Hasil wawancara bersama Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Blitar, 10 Agustus 2018 pukul 09.28

WIB, di SMAN 3 Kota Blitar. 106 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro, Op,.cit.

93

berjalan saat ini, yang kemudian direncanakan sebelum akhir tahun 2018

bantuan sosial bisa segera diberikan ke masyarakat.107

Kesiapan instansi dalam kebijakan tersebut juga diwarnai oleh

lempar tugas dan kurangnya koordinasi internal. Jito Baskoro menjelaskan

bahwa juga melibatkan Sekretariat Daerah Kota Blitar yaitu Sub Bagian

Pendidikan, Kesehatan, Kebudayaan dan Sosial Bagian Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat (Kesra) terkait regulasi pelaksanaan program

tersebut.

“Kalau kesra kan kesejahteraan masyarakat, itu terkait tapi secara

teknis untuk pembagian dan pembelanjaan ini dinas sosial. Kalau

kesra itu kemarin terkait dengan proses untuk mengurus SK, Perwali,

ada di kesra. Nah kita kegiatan teknisnya terkait dengan bantuan.”108

Namun justru bukan Kesra yang terlibat ketika penulis mengkonfirmasi

hal tersebut, tetapi Bappeda lah yang diberi mandat untuk mengerjakan

regulasi.

“Saya salahkan ketika jenengan di suruh ke sini menemui saya ke

bagian kesra ... Memang nanti di tahun depan, yang ke depan

memang ke sini, tapi karena ini kebijakan baru pertama kali, di

Bappeda. Jadi prosesnya kemarin, proses yang kemarin, itu kan brand

project kemarin, kan masih tarik ulur.”109

Dalam pelaksanaan awal kebijakan, Kesra tidak memiliki keterlibatan,

namun Bappeda.

107Gagal Lelang, Penyebab Siswa SMA Kurang Mampu di Kota Blitar Belum dapat Bantuan.

2018. Diakses dari https://www.jatimtimes.com/baca/180904/20181016/192700/gagal-lelang-

penyebab-siswa-sma-kurang-mampu-di-kota-blitar-belum-dapat-bantuan/ pada 22 Oktober 2018

Pukul 15.22 WIB. 108 Hasil wawancara bersama Jito Baskoro. Op,.cit. 109 Hasil wawancara bersama Anang Setiawan, Kepala Sub Bagian Pendidikan, Kesehatan,

Kebudayaan danSosial Bagian Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota

Blitar, 4 Mei 2018 pukul 10.33 WIB, di kantor Sekda Kota Blitar

94

Kesra tidak bersedia untuk terlibat dalam urusan program bantuan

ketika Bappeda akan melimpahkan ke Kesra, sebab sejak awal perumusan

dinas sosial, dinas pendidikan dan Bappeda yang dilibatkan sedangkan

Kesra hanya fasilitator rapat.110 Maka pelaksana program secara teknis

adalah dinas sosial dengan melibatkan dinas pendidikan, sedangkan

regulasi dan kebijakan program menjadi kewenangan Bappeda, untuk

pelaksanaan program pada tahun pertama. Sedangkan dinas sosial sendiri,

melalui Jito Baskoro, dari pernyataannya di atas menjelaskan bahwa Kesra

memiliki keterlibatan yakni terkait regulasi program. Dari sini lah

kemudian menujukkan kurangnya koordinasi antar internal Pemerintah

Kota Blitar. Bukan hanya ditunjukkan oleh dinas sosial, diperkuat juga

oleh ketidaktahuan Kesra atas berjalannya proses program bantuan sosial

tersebut, seperti berikut

“Saya loh sampek hari ini ndak tau sampek dimana Bappeda.

He.eh.. ndak ada anu. Jangan kan itu, kepala Bappeda ngadep Pak

Wali gak berani, karena ini belum jelas.. He.eh belum jelas. Ojo

meneh ngene iki mbak, kepala-kepalane podo bingung og, kan gitu

logikanya.”111

Dalam proses perumusan kebijakan bantuan sosial, menunjukkan

kesiapan yang kurang dan pada akhirnya memakan waktu lama untuk

tahap persiapannya.

“Prosesnya memang kesuwen lek ku ngarani. Mereka itu gak iso

cepet, karena podo-podo gini. Aku tak omongne opo eneke neng

jenengan, gapapa jenengan sampaikan. Ee..mereka itu takut karena

pengelolaan penuh ada disana, kabeh podo menghindar. Ketika

110Ibid., 111Ibid.,

95

menghindar dari nanti suatu saat ada salah, karena undang-

undangnya ke provinsi. Tapi kebijakan daerah, Pak Wali ingin

warganya itu yang miskin dibantu. Prosesen ayo OPD-OPD dinas-

dinas prosesen kuwi ngono loh. Wong-wong podo ucul dewe-dewe,

menghindar dewe-dewe, makane semua berkas semua ee..apa

namanya perjalanan mulai rapat dan sebagainya mau dilimpahkan

kesini, angkat tangan saya, semua kabag juga gak mau. Gitu loh

mbak. Inti ceritanya seperti itu tadi, karena benturan dengan

undang-undang.”112

Penjelasan di atas menunjukkan bahwasanya antar instansi pemerintah

tidak “satu jalan” dalam membentuk program bantuan tersebut, karena

adanya ketakutan apabila kebijakan yang telah dibuat ternyata berbenturan

dengan apa yang telah ditentukan dalam Undang-Undang No.23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan Walikota mempunyai

keinginan untuk tetap mengupayakan bantuan tersebut untuk

masyarakatnya.

Perihal keterlibatan Pemerintah Kota Blitar dalam pendidikan

menengah berdasarkan kewenangan yang dapat dimiliki yaitu melalui

pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat, tentu saja dirumuskan atas

perhitungan rasional. Antara kepala daerah dan instansi pelaksana program

masing-masing memiliki seperangkat asumsi yang berbeda, yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap capaian proses perumusan program

bantuan sosial yang hendak dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Blitar,

sehingga pencapaian preferensi yang diinginkan pun kurang maksimal.

Lebih jauh, dengan kata “celah” yang dimaksudkan pada penjelasan

sebelumnya, dapat menjadi bias makna, bahwa program bantuan yang

112Ibid.,

96

dirumuskan oleh pemerintah kota tidak hanya dapat dimaknai sebagai

bentuk tindakan agar masyarakat tidak terdampak pasca alih kelola, namun

dengan adanya problematika dan ketidakjelasan dalam proses perumusan

dapat menunjukkan bentuk keterlibatan yang dapat dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota Blitar ini sebagai upaya yang dipaksakan. Anang pun

menambahkan bahwa berbeda dengan Kota Blitar, Walikota Surabaya

sendiri sudah tidak berani untuk terlibat di bidang pendidikan menengah.

“Itu kan Bu Risma gak berani itu. Semua disanaudahgakberani.Iya.

Sudah gak berani sana, kan sudah mentok itu. Sini enggak, wis

namane urusan uang banyak mbak.”113

Sebab meskipun bantuan dapat diberikan dalam bentuk bantuan sosial,

masih diperlukan regulasi yang jelas dalam aturan penyaluran bantuan

sosial kepada warga dengan status yang masih berada dijenjang

pendidikan menengah. Hal ini mengingat pengaturan mengenai pendidikan

menengah adalah sudah menjadi wewenang pemerintah provinsi,

berdasarkan undang-undang, dan undang-undang sendiri dalam hierarki

peraturan perundang-undang merupakan aturan tertinggi sebagai

pengaturan turunan UUD 1945 yang harus dipatuhi.

Kota Blitar sendiri dalam mengelola pendidikan menengahnya

sebelum dialihkan telah memberikan beragam fasilitas, utamanya terhadap

pemberian sarana prasarana penunjang sekolah seperti seragam, sepatu,

tas, buku, dan alat tulis. Hal ini lah yang dapat diartikan dengan “urusan

uang banyak” pada pernyataan “namane urusan uang banyak mbak”,

113Ibid.,

97

sebab pemberian fasilitas tersebut memiliki nilai yang tinggi dalam proses

pengadaannya. Serta dapat dilihat bahwa Kota Blitar sendiri, melalui dinas

pendidikan masih membuat rencana program dan pengganggaran terhadap

pendidikan menengah tahun 2016-2021 seperti berikut.

Diagram 5.1. Target Kinerja Program Pendidikan Menengah dan Kerangka

Pendanaan Tahun 2016-2021

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Blitar. Data diolah, 2018.

Data di atas menunjukkan rencana pengadaaan buku dan alat tulis serta

seragam untuk siswa SMA/SMK, tahun 2016 sampai pada tahun

2021.Setiap tahun jumlah yang dianggarkan pun meningkat.

Menunjukkan, Pemerintah Kota Blitar yang memiliki keinginan untuk

tetap memberi pendidikan gratis kepada masyarakatnya, meskipun pada

tahun 2016 tersebut sudah terjadi proses alih kelola.

Maka untuk kebijakan ini, yang dapat dilakukan oleh pemerintah

kabupaten/kota pada dasarnya masih memerlukan pengaturan. Akhirnya,

Pengadaan bukudan alat tulis siswa

Pengadaan pakaianseragam sekolah

Pengadaan pakaianolah raga

2016 2,667,977,601.25 6,170,301,029.25 879,334,155.00

2017 2,808,397,475 6,495,053,715 925,614,900

2018 2,948,817,348.75 6,819,806,400.75 971,895,645.00

2019 3,096,258,216.19 7,160,796,720.79 1,020,490,427.25

2020 3,251,071,127.00 7,518,836,556.83 1,071,514,948.61

2021 3,413,624,683.35 7,894,778,384.67 1,125,090,696.04

0.001,000,000,000.002,000,000,000.003,000,000,000.004,000,000,000.005,000,000,000.006,000,000,000.007,000,000,000.008,000,000,000.009,000,000,000.00

98

meskipun secara legal pemerintah kabupaten/kota dapat memiliki

keterlibatan dalam pengelolaan pendidikan, regulasi kebijakan bantuan

masih perlu dipertegas. Agar tidak berbenturan dengan undang-undang

dan kewenangan yang dimiliki dapat digunakan oleh pemerintah untuk

melaksanakan kerjasama dalam peningkatan dan pemerataan pendidikan

menengah.

5.2 Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah

Muncul sebagai konsekuensi dari pembagian kewenangan, pada dasarnya

pengawasan dilakukan untuk mengkontrol agar kebijakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah berjalan sesuai dengan tujuan. Pengawasan ini dapat dilakukan

oleh pemerintah pusat dan daerah. Terbagi dalam 2 bentuk pengawasan yang

dapat dilakukan, yakni preventif dan represif. Dalam pengelolaan pendidikan

menengah, bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah

digambarkan sebagai berikut.

Bagan 5.3. Hubungan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah

di Kota Blitar

Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018

Tidak ada

Preventif

Preventif

Pemerintah

Kota Blitar

Pemerintah

Provinsi Jawa

Timur

Pemerintah

Pusat

Pendidikan

Menengah

99

Pemerintah pusat ikut andil dalam hal pengawasan, meskipun urusan

pemerintahan dalam bidang pengelolaan pendidikan menengah merupakan

kewenangan pemerintah provinsi. Dalam rangka pencapaian tujuan nasional

kontrol atau pengawasan dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Menurut Muji

Raharjo adanya kontrol dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Provinsi Jawa

Timur diungkapkan sebagai berikut,

“Iya, kan 1 struktur. Di bidang pendidikan itu kan dari pusat sampai ke

daerah, sampai ke sekolahan, kontrol itu tetep dari pusat dan daerah itu

koordinasi terus, karena kan 1 program dari pemerintah pusat dilaksanakan

oleh pusat sendiri, ada yang dilimpahkan ke kabupaten ada yang

dilimpahkan ke provinsi, kontrolnya tetap ada. Tetapi kita hanya menjadi

tanggung jawab kita hanya SMA/SMK/PK-LK itu tanggung jawab

kita.”114

Sehingga dalam urusan pengelolaan pendidikan menengah ini, pemerintah pusat

tetap memberikan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Pengawasan yang

dilaksanakan oleh pemerintah bertujuan untuk menjaga standar pelayanan kepada

masyarakat, yang dilaksanakan melalui kewenangan yang dimiliki untuk

menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) penyelenggaraan

urusan pemerintahan sesuai Pasal 16, dalam UU No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Juga sebagai bentuk untuk mempertahankan atau menjaga

mutu standar administrasi dengan cara menjalankan koordinasi antara berbagai

tingkatan pemerintahan yang ada, ditunjukkan dengan Pemerintah Provinsi Jawa

Timur mendapat evaluasi dari pemerintah pusat, serta terhadap pemerintah pusat

wajib melaksanakan koordinasi untuk melaporkan perkembangan implementasi

kebijakan pendidikan menengah. Melalui upaya pengawasan tersebut dapat

114 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,.cit.

100

dikategorikan sebagai bentuk pengawasan preventif oleh pemerintah pusat, yang

diartikan sebagai bentuk pencegahan agar tidak terjadi hal-hal diluar kendali,

sesuai dengan ketetapan yang telah berlaku.

Pemerintah provinsi pun melaksanakan pengawasan dan pengendalian

terhadap penyelenggaraan pendidikan menengah dan PK-LK, yang dilaksanakan

oleh gubernur, sesuai yang tercantum dalam Pasal 80, Peraturan Daerah Nomor 11

Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Pengawasan diberikan kepada

OPD yang memiliki wewenang untuk melaksanakan pengelolaan pendidikan

menengah, yang dilaksanakan melalui supervisi, pemantuan dan evaluasi.Selain

oleh kepala daerah, pengawasan ini juga dilakukan oleh legislatif. Salah satu

contohnya ialah dilakukan dalam bentuk kunjungan kerja (kunker) oleh Komisi E

DRPD Provinsi Jawa Timur ke Cabang Dinas Pendidikan Wilayah

Kabupaten/Kota Blitar.115

Sedangkan Pemerintah Kota Blitar, pasca alih kelola tidak dapat

melaksanakan pengawasan terhadap pendidikan menengah, meskipun secara

teritorial letak masing-masing sekolah masih berada di Kota Blitar, sebab

kewenangan tersebut telah dialihkan, dengan dipertegas penjelasan berikut “Kita

masih ini enggak boleh. Ndak boleh. Semua ketika pengelolaan manajemen itu

berarti seluruhnya ya sudah di sana.”116 Maka sejak tahun 2017, Pemerintah

Kota Blitar tidak dapat lagi melaksanakan pengawasan maupun kewenangan

pengelolaan. Pendidikan yang sifatnya merupakan urusan bersama membuat

115 Hasil wawancara bersama Suhartono. Op.,cit. 116 Hasil wawancara bersama Sari Triwahyuni. Op,.cit.

101

pemerintah kota memiliki kewenangan koordinasi dan kerjasama untuk

memfasilitasi siswa SMA/SMK, maka dalam hal ini pemerintah kota dapat

memberikan pengawasan terkait dengan kebijakan tersebut. Karena kebijakan

tersebut ranahnya pemerintah kota, maka baik cabang dinas maupun dinas

provinsi pun tidak dapat mermberikan pengawasan terhadap kebijakan bantuan

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Blitar.

Sesuai bagan 5.3. pengawasan yang dilakukan dalam konteks pengelolaan

pendidikan menengah ini ialah dalam bentuk pengawasan preventif, baik yang

dilakukan oleh pemerintah pusat maupun provinsi. Sebab pengawasan yang

dilakukan bersifat pencegahan, agar kebijakan alih kelola yang diamanatkan oleh

undang-undang mulai tahun 2017 ini tidak terjadi suatu hal diluar kendali.

Sedangkan Pemerintah Kota Blitar sama sekali tidak dapat melaksanakan

pengawasan terhadap pengelolaan pendidikan menengah.

5.3. Hubungan Keuangan dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah

Hubungan keuangan adalah hubungan yang terbentuk karena adanya

hubungan kewenangan, sebab pengalihan atau penyerahan kewenangan akan

selalu diikuti juga dengan pengalihan pengalokasian anggaran. Pengalihan

pengelolaan pendidikan menengah ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka

juga mengalihkan pengganggaran urusan pendidikan menengah yang ada di

Pemerintah Kota Blitar. Pengalihan yang dimaksud adalah pengalihan secara

administrasi. Dengan begitu pasca pengalihan, pengganggaran di Pemerintah Kota

Blitar dihapuskan dan dianggarkan di Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan APBD

Kota Blitar secara hukum tidak dapat lagi membiayai segala sesuatu terkait

102

dengan urusan pendidikan menengah. Berikut adalah pemetaaan pendanaan atau

keuangan dalam urusan pengolaan pendidikan menengah melalui bagan

5.4.berikut.

Bagan 5.4. Pengelolaan Keuangan Pendidikan Menengah Berdasarkan

Sumbernya

Sumber: Diolah oleh Penulis, 2018

Personel baik yang termasuk PNS maupun Non PNS (GTT dan PTT)

pendanaannya bersumber dari APBD Provinsi Jawa Timur, bukan lagi dari APBD

Kota Blitar.GTT atau guru honorer seperti yang diketahui, ada yang diangkat

berdasarkan SK kepala daerah dan sekolah, untuk GTT yang dimaksudkan ini

ialah yang memiliki SK kepala daerah. Salah satu guru dari SMA negeri di Kota

Blitar memperkuat penjelasan tersebut melalui pernyataan di bawah,

Pendidikan Menengah

Sarana Prasarana

APBD Kota

PNS GTT/

PTT

Bantuan Pendidikan

Menengah (Bansos)

APBD Provinsi

Personel

103

“Kalau guru honorer saiki kan provinsi. Insentife ada yang dari provinsi

ada yang dari sekolah.”117

Maka Pemerintah Kota Blitar sudah tidak dapat melaksanakan pendanaan

terhadap seluruh personel pendidikan menengah, baik dalam bentuk pemberian

gaji maupun tunjangan.Misalnya seperti peniadaan pemberian tunjangan makan

minum (mamin) bagi guru SMA/SMK yang PNS, dimana sejak 2017 APBD Kota

Blitar sudah tidak dapat mengganggarkan pemberian tunjangan tersebut.118 Selain

personel, pengelolaan sarana prasarana yang mendukung pendidikan menengah

pun berasal dari APBD Provinsi Jawa Timur.

Kemudian dari segi penganggaran di Pemerintah Provinsi Jawa Timur

otomotis beban anggaran menjadi lebih banyak, sebab anggaran difungsikan

untuk pembiayaan sarana prasana dan personel pendidikan menengah di seluruh

kabupaten/kota yang ada wilayah Jawa Timur.

“Kalau nominal saya sulit menjawab mbak. Tapi gini asumsi aja ya, dulu

kita tidak mengelola sekolah lha ketambahan sekolah 700 sekian sekolah

negeri, yang swasta belum. Jadi misalnya, sekolah negeri saja 700, nah

sekolah swasta, kalau SMA sekitar 1000an, SMK sekitar 1000 juga, SLB

sekitar 400. Jadi sekitar, kita sekarang mengelola sekolah 3000an sekolah.

Dulu kita tidak mengelola. Terus guru, dulu kita tidak mengelola guru

SMA/SMK, masuk ke provinsi guru itu kurang lebih 33.000 lebih. Nah itu

kan kalau kita hitung besar pembiayaannya luar biasa. Minimal untuk gaji

terus untuk operasional sekolah dari sekian ribu itu sendiri kan beban

anggaran kan jadi lebih besar.”119

Meskipun tidak dijelaskan dengan rinci nominal penganggaran untuk pendidikan

menengah ini, namun dengan jumlah sekolah SMA, SMK dan SLB se Jawa Timur

yang diperkirakan jumlahnya mencapai 3.000 sekolah dan belum termasuk

117 Hasil wawancara bersama Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Blitar, Op,.cit. 118Ibid., 119 Hasil wawancara bersama Muji Raharjo, Op,cit.

104

dengan guru dan personel lainnya, sudah jelas bahwa anggaran yang diperlukan

oleh pemerintah provinsi bertambah. Begitu juga dengan adanya perubahan

struktur, melalui pembentukan cabang dinas, maka anggaran dibagi untuk

operasional cabang dinas, dimana di seluruh provinsi terdapat 31 cabang.

“Jadi dengan pengelolaan ke adanya cabang dinas itu anggaran di provinsi

malah terbagi, akhirnya diturunkan ke cabang. Sekarang ada 31 cabdin,

cabang dinas nanti akan dimarger lagi mejadi 24 di tahun 2019 ini cabang

dinas. Lek anggarannya wis pasti besar.”120

Berbeda dengan provinsi yang meningkat beban anggarannya, di Kota

Blitar beban anggaran otomatis berkurang karena tidak dapat lagi memberikan

anggaran untuk pendidikan menengah. Namun dapat dilakukan penganggaran dari

APBD kota dengan dilaksanakannya bantuan sosial kepada masyarakat miskin

yang masih bersekolah di SMA/SMK. Sehingga bentuk hubungan yang terbentuk

dari alih kelola pendidikan menengah ini adalah provinsi bertambah beban

anggarannya dan pemerintah kota tidak dapat lagi melakukan penganggaran.

5.3.1. Kendala dan Solusi dalam HubunganKeuangan

Tentu saja dalam hubungan ini terdapat kendala. Terutama pada

tahun pertama kebijakan, yang berdampak terhadap pendanaan personel

baik yang PNS maupun Non PNS. Karena sudah berada ditangan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka setiap urusan banyak menunggu

dari provinsi, termasuk dalam hal penggajian untuk PNS. Setiap awal

pertengahan bulan nantinya akan dishare oleh cabang dinas tentang

120 Hasil wawancara bersama Suhartono, Op,.cit.

105

penggajian.121Sedangkan kendala muncul untuk GTT di sekolah swasta,

karena tidak mendapatkan insentif dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur

pada tahun pertama berjalannya kebijakan.

“Untuk yang non PNS perbedaannya jelas, tahun pertama insentif

untuk guru-guru yang GTT itu gak ada, jadi sementara ini saya

sendiri yang disekolah swasta juga bingung, ya kan, dalam arti

bingung, yang biasanya ada insentif terus sekarang gak ada.”122

Tentu saja akan membebani sekolah swasta karena insentif tersebut juga

menunjang kesejahteraan guru. Hal tersebut diungkapkan hanya terjadi

pada waktu awal saja. Hingga penelitian ini ditulis, berdasarkan

narasumber lainnya tidak ditemukan permasalahan serupa setelah 1 tahun

lebih berjalannya alih kelola pendidikan menengah. Mengingat dari data

alih kelola di Kota Blitar juga tidak terdapat GTT yang dialihkan ke

pemerintah provinsi. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri pada tahun

2018 telah menganggarkan Rp 6 Miliar per bulan untuk honorarium GTT

dan PTT bagi 8.000 orang dari total 21.754 orang, dimana masing-masing

akan mendapat sejumlah Rp 750.000,- per orang.123

Tentu saja permasalahan ini, baik terhadap PNS maupun Non PNS

perlu diperhatikan oleh pemerintah provinsi agar tidak terjadi kesenjangan

kesejahteraan terhadap pendidik dan tenaga pendidikan. Sekolah sendiri

pun perlu memperhatikan kembali GTT dan PTT yang berhak untuk

memperoleh insentif dari daerah. 121Hasil wawancara bersama Wing Cahyo Wahyu Nugroho, Kepala Sekolah SMK Swasta PGRI 1

Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 09.52 WIB, di SMK PGRI Kota Blitar. 122Ibid., 123Gaji GTT/PTT Bukan Tambahan Penghasilan. 2018. Diakses dari

https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2018/02/05/46308/gaji-gttptt-bukan-untuk-tambahan-

penghasilan Pada 22 Oktober 2018 Pukul 17.33 WIB

106

5.4. Hubungan dalam Susunan Organisasi Pengelola Pendidikan Menengah

Pengelolaan pendidikan pada dasarnya telah difokuskan pada tiap

tingkatan pemerintah, sesuai yang diamanatkan oleh UU No.23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah. Susunan organisasi ini dimaksudkan agar mencapai

efisiensi dan produktifitas organisasi dalam menjalankan setiap urusan yang

dimiliki. Pada pengelolaan pendidikan menengah ini susunan organisasinya akan

dikategorikan dalam dua segi, yaitu :

a. Susunan luar, ialah Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota

Blitar sendiri dalam konteks pembahasan ini. Dilihat berdasarkan besaran

peran dan fungsi yang dimiliki dari masing-masing susunan terhadap

pelayanan pendidikan menengah yang dilakukan terhadap masyarakat.

Pemerintah provinsi mempunyai kewenangan yang luas, dibandingkan

pemerintah kota yang sangat terbatas kewenangannya untuk ikut terlibat

dalam urusan pendidikan menengah.

b. Susunan dalam, mengenai alat kelengkapan (organ) daerah yaitu instansi

pelaksana pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar. Dinas

pendidikan provinsi dan kota mengalami perubahan dengan adanya alih

kelola ini, sebab besaran susunan organisasi didalamnya telah ditentukan

berdasarkan tugas yang menjadi urusannya. Untuk membantu pemerintah

provinsi yang memiliki cakupan wilayah luas, oleh pemerintah pusat

melalui Permendagri No.12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan

dan Klasifikasi Cabang Dinas dan UPTD, ditetapkan pembentukan cabang

dinas pendidikan, agar pelayanan yang diberikan di tingkat kabupaten/kota

107

dapat terjangkau dengan mudah dan lebih efisien. Selain pembentukan

cabang dinas, juga terjadi penghapusan terhadap Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) di tingkat kecamatan.124 Penghapusan dilakukan sebagai

bentuk efisiensi penataan personalia. Di Kota Blitar, UPTD di 3

kecamatan dihapuskan, dimana sebelumnya UPTD ini membantu tugas

dinas pendidikan dalam menangani PAUD, TK, dan SD di tingkat

kecamatan. Sehingga perubahan struktur dalam bidang pendidikan ini

tidak memperlebar struktur kelembagaan pemerintah.

5.4.1. Kendala dan Solusi dalam Hubungan Susunan Organisasi

Perubahan susunan organisasi tersebut pelaksanaannya tidak

langsung memberikan pelayanan yang efisien dan efektif. Proses

pelayanan yang pada dasarnya terpusat ke provinsi membuat alur

administrasi menjadi lebih panjang.

“Itu jadi yang paling ketara kemarin yaitu waktu pengurusan

kenaikan pangkat dari rekan-rekan dan termasuk saya itu,

modelnya penilainnya dipusatkan ke provinsi, jadi kalau ada

kekurangan atau kekeliruan kita larinya juga ke provinsi, ke cabang

dinas ini terus larinya ke Surabaya.”125

Meskipun sudah terdapat cabang dinas, ketika kepengurusan di cabang

dinas tidak bisa terselesaikan tetap akan diurus ke Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Timur. Tentu saja hal ini berdampak terhadap efisiensi

waktu, karena jauhnya jarak yang ditempuh dan pengurusan yang

dilakukan 2 kali. Selain itu susunan kepengurusan di cabang dinas dinilai

124 Hasil wawancara bersama Desy Widyaningrum, Kepala Sub Bagian Program dan Tugas

Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar, 19 Maret 2018 pukul 10.43 WIB, di Kantor Dinas

Pendidikan Kota Blitar. 125 Hasil wawancara bersama Wing Cahyo Wahyu Nugroho, Op,.cit.

108

masih belum tertata, ketika dibandingkan dengan dinas pendidikan

sebelum adanya alih kelola ke provinsi, yang juga berakibat pada

penanganan urusan administrasi.

“Terus yang kedua, kita dalam kepengurusan itu mungkin jumlah

personil yang dicabang dinas yang berada di jalan sultan agung ini,

belum tertata seperti dulu, keperguruan mana, ini ini nah.. Jadi

permasalahan yang timbul disitu, di administrasi, terutama

administrasi.”126

Maka dapat disimpulkan dari penjelasan di atas, bahwa kendala yang

dihadapi ialah terkait penyelesaian permasalahan administrasi, meskipun

telah dibentuk cabang dinasdan pelayanan berbasis online yang tujuannya

untuk memudahkan pelayanan di kota dan kabupaten. Sehingga perlu

dilakukan pembenahan terhadap sistem pelayanan administrasi pendidikan

dan mekanisme penyelesaian permasalahanyang dilakukan oleh OPD

pelaksana pengelolaan pendidikan.

126Ibid.,

109

BAB VI

PENUTUP

Bab penutup ini terdiri dari sub bab kesimpulan dan rekomendasi, yang

menyajikan ulasan berdasarkan temuan yang ada di lapangan yakni di Provinsi

Jawa Timur dan Kota Blitar terhadap pengelolaan pendidikan menengah.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penelitian dalam skripsi tentang Alih Kelola

Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi

(Studi di Kota Blitar) dengan menggunakan indikator Rational Choice

Institusionalism yang telah dipaparkan ke dalam 4 ranah hubungan pemerintah

pusat dan daerah, yakni hubungan kewenangan, pengawasan, keuangan, dan

susunan organisasi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar

ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Pertama, keterlibatan aktor.Aktor yang terlibat ialah Pemerintah Provinsi

Jawa Timur dan Pemerintah Kota Blitar. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai

aktor utama yang melaksanakan pengelolaan pendidikan melalui dinas pendidikan

dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kab/Kota Blitar. Sedangkan Pemerintah

Kota Blitar masih dapat terlibat, meskipun kewenangannya hanya sebatas untuk

melaksanakan komunikasi dan kerjasama, mengingat urusan pendidikan ialah

urusan bersama. Keterlibatan tersebut tidak lagi dilaksanakan oleh dinas

110

pendidikan, namun dilaksanakan oleh dinas sosial, dan BPKAD. Dinas

Pendidikan Kota Blitar sendiri masih dilibatkan dalam pelaksanaan keterlibatan

tersebut, yaitu sebagai sektor penggerak bagi sektor lainnya yang mendukung

pelaksanaan kebijakan pemerintah. Aktor-aktor lain pun dilibatkan dalam

pengelolaan pendidikan menengah di Kota Blitar, antara lain Dewan Pendidikan

Provinsi Jawa Timur, Dewan Pendidikan Kota Blitar, perguruan tinggi, organisasi

guru, pemerhati pendidikan, NGO di bidang pengembangan dan riset, pakar

pendidikan, organisasi profesi, dunia usaha dan Ombudsman. Juga melibatkan

walikota, Komisi I DPRD Kota Blitar, komite sekolah dan masyarakat untuk

melaksanakan komunikasi terkait pendidikan menengah.

Kedua, perilaku atau tindakan pencapaian. Pemerintah Provinsi Jawa

Timur, melalui dinas pendidikan melaksanakan sejumlah tindakan dengan

inovasi-inovasi yang diciptakan untuk seluruh pendidikan menengah di Wilayah

Jawa Timur bedasarkan 5 kewenangan utama yang dimiliki. Cabang dinas sendiri

memiliki langkah-langkah utama untuk melaksanakan pengelolaan melalui

penguatan komitmen dan implementasi visi dan misi Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Timur. Sedangkan Pemerintah Kota Blitar merumuskan kebijakan bantuan

sosial untuk warga miskin dijenjang SMA/SMK, dalam bentuk bantuan sarana

prasarana kebutuhan siswa dan bantuan uang.

Ketiga, kepentingan-kepentingan. Bahwasanya Pemerintah Provinsi Jawa

Timur melaksanakan pengelolaan sesuai dengan instrumen yang ada, upaya-upaya

yang dilakukan juga merupakan bentuk pencapaian preferensi sesuai yang telah

ditugaskan kepada pemerintah provinsi, sehingga kepentingannya hanya bersifat

111

normatif saja. Sedangkan Pemerintah Kota Blitar sendiri kurang maksimal dalam

melaksanakan kebijakan bantuan sosial sebagai keterlibatan pada pendidikan

menengah, dikarenakan antara kepala daerah dengan instansi pelaksana kebijakan

dalam merumuskan program bantuan, memiliki perbedaan asumsi dalam proses

perumusannya. Serta adanya sejumlah problematika yang menyebabkan belum

terwujudnya kebijakan yang dirumuskan, yang mana pada akhirnya

keterlibatannya dapat dimaknai sebagai upaya yang dipaksakan dan bentuk

kepentingannya dapat menjadi bias makna.

Keempat, instrumen atau aturan dalam lembaga.Berbagai tindakan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan wewenang yang telah diatur

dalam UU Pemda, Peraturan Pemerintah dan Peraruran Daerah sedangkan

Pemerintah Kota Blitar belum memiliki SK Walikota sehingga Peraturan

Walikota bantuan sosial belum legal untuk digunakan.

2. Kendala dan solusi dalam pengelolaan pendidikan menengah setelah alih

kelola dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Pasca alih kelola, pendidikan menengah yang berada di tangan Pemerintah

Provinsi tidak langsung menunjukkan pengelolaan yang efektif maupun

efisien.Sejak secara legal dialihkan pada tahun 2017, masih terdapat beberapa

kendala atau persoalan, sehingga dalam beberapa hal harus segera dibenahi.

Sebagai pengelola pendidikan menengah di Kota Blitar, dinas pendidikan dan

cabdin terkendala pada koordinasi dan egosentrisme Kabupaten/Kota Blitar,

namun hal tersebut segera diatasi dengan upaya memberikan pelayanan berbasis

112

online, penguatan komitmen dan pemerataan SDM. Sedangkan Kota Blitar pun

memiliki kendala dalam melaksanakan keterlibatannya yaitu adanya lempar tugas

dan kurangnya koordinasi antar internal instansi terkait bantuan sosial,

dikarenakan antara kepala daetah dengan instansi pelaksana memiliki asumsi yang

berbeda karena adanya ketakutan kebijakan yang berbenturan dengan undang-

undang, sehingga berdampak terhadap lamanya proses pelaksanaan bantuan

sosial. Pada permasalahan ini regulasi kebijakan bantuan masih perlu dipertegas.

Kendala yang dialami oleh sekolah menengah di Kota Blitar dari

pengelolaan tersebut pada umumnya terjadi pada awal tahun pelaksanaan. Seperti

persoalan terhadap personel terkait dengan penggajian untuk PNS yang harus

menunggu dari pemerintah provinsi dan GTT di sekolah swasta tidak

mendapatkan insentif pada tahun pertama berjalannya kebijakan. Alur

administrasi pun dirasakan menjadi lebih panjang ketika terdapat permasalahan

yang tidak dapat diselesaikan oleh cabdin dan harus ke dinas pendidikan provinsi.

Sedangkan untuk urusan kesiswaan dan pembelajaran tidak ditemukan kendala.

6.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas kemudian dipaparkan beberapa

rekomendasi bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Blitar

dalam pengelolaan pendidikan menengah, sehingga dapat dijadikan perbaikan

untuk selanjutnya. Maka rekomendasi dari peneliti sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan alih kelola pendidikan menengah dari Pemerintah Kota Blitar

ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

113

Pertama, pada keterlibatan aktor. Perlu adanya peningkatan kerjasama

antar aktor yang terlibat. Pendidikan sifatnya adalah urusan bersama, dimana

merupakan tanggung jawab bersama untuk dapat memajukan pendidikan tersebut,

sehingga kerjasama di sini sangat perlu dilaksanakan, selain untuk meningkatkan

hubungan antar pemerintahan. Kerjasama yang dimaksudkan ialah untuk

Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kota Blitar. Kerjasama juga

tidak berarti dengan melaksanakan kebijakan atau program bersama-sama saja.

Sebab pada dasarnya sebagai pemegang kewenangan pendidikan menengah yang

baru tentu perlu melaksanakan peningkatan kerjasama dengan Pemerintah Kota

Blitar, agar dalam kebijakan-kebijakan yang dihasilkan melalui pertimbangan-

pertimbangan yang menyangkut karakteristik pendidikan yang ada di Kota Blitar,

dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkait pendidikan. Serta agar tidak

muncul gap baik antar pemerintah provinsi dengan kota, maupun pemerintah kota

dan kabupaten yang pengelolaan pendidikan menengahnya berada di pemerintah

provinsi. Kerjasama terhadap aktorlain pun perlu ditingkatkan, sehingga seluruh

komponen merasa diikut sertakan dalam membangun pendidikan meskipun

pendidikan menengah ini telah dialihkan. Salah satu contohnya adalah dengan

kembali melibatkan sekolah dalam kegiatan-kegiatan Pemerintah Kota Blitar yang

dapat menunjang peningkatan sekolah tersebut.

Kedua, perilaku atau tindakan pencapaian. Dengan melakukan

peningkatan komitmen. Utamanya penting dilaksanakan penyatuan komitmen,

agar satuan pemerintahan memiliki arah tindakan yang sama dan tidak lagi

berpikir bahwa kemajuan pendidikan dapat dilakukan oleh satu tingkat

114

pemerintahan saja. Selain itu komitmen penting bagi terbentuknya pencapaian

yang se-visi dan misi.Komitmen juga penting agar aktor-aktor dalam tindakannya

mampu mengutamakan kesejahteraan masyarakat dan memberikan pelayanan

yang lebih efisien serta efektif.

Ketiga, kepentingan-kepentingan. Dalam hal ini kepentingan yang bersifat

negatif perlu dibatasi dengan adanya regulasi atau payung hukum yang mengatur

dengan jelas kewenangan-kewenangan serta kebijakan pemerintah. Masyarakat

maupun pihak lainnya dapat terlibat untuk mengkontrol jalannya kebijakan agar

tidak digunakan sebagai bentuk kepentingan tertentu.

Keempat, instrumen atau aturan dalam lembaga. Melakukan pengaturan

regulasi guna menjadi landasan yang pasti bagi pelaksanaan berbagai program dan

kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan

Pemerintah Kota Blitar. Misalnya adalah regulasi terkait mekanisme atau

ketentuan pemberian bantuan sosial yang dapat diberikan kepada siswa jenjang

pendidikan menengah. Peninjauan terhadap regulasi juga penting dilaksanakan,

agar dapat dipetakan dengan jelas bentuk keterlibatan atau kewenangan yang

dapat dimiliki oleh pemerintah tingkat provinsi dan kota, dengan berdasarkan

mekanisme yang tepat.

2. Kendala dan solusi dalam pengelolaan pendidikan menengah setelah alih

kelola dari Pemerintah Kota Blitar ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Agar pendidikan menengah dapat berjalan efektif dan efisien perlu

peningkatan dan penanganan terhadap pengelolaannya. Beberapa solusi juga telah

115

dipaparkan pada pembahasan diatas. Seperti diperlukannya peningkatan

komitmen pada pelaksana pengelolaan juga pemerintah daerah untuk sama-sama

meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan menengah, agar tidak ada lagi

perbedaan asumsi dan tidak ada lagi egosentrisme daerah. Untuk mendukung hal

tersebut juga diperlukan peninjauan maupun penguatan terhadap regulasi yang

dapat digunakan.

Untuk mengatasi kendala yang dialami oleh sekolah menengah di Kota

Blitar terhadap persoalan administrasi perlu dilakukan dengan memperbaiki

sistem pelayanan administrasi pendidikan dan mekanisme penyelesaian

permasalahan yang dilakukan oleh OPD pelaksana pengelolaan pendidikan

menengah. Selain itu agar tidak ada lagi persoalan terkait personil pendidikan

menengah, pemerintah provinsi pun perlu memperhatikan kesejahteraan personel

baik PNS maupun Non PNS untuk mendapatkan honorarium sesuai dengan yang

semestinya.

116

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan dan Undang-Undang

Hasil Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 30/PUU-VIV/2016

Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 30/PUU-XIV/2016 “Kewenangan

Pengelolaan Pendidikan Menengah”.

Buku

Aminuddin, M. Faishal. 2009. Globalisasi dan Neoliberalisme: Pengaruh dan

Dampaknya bagi Demokratisasi Indonesia. Yogyakarta: Logung

Pustaka.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Gie, The Liang. 1968. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT. Gunung

Agung.

Hakim, Lukman. 2012. Filosofi Kewenangan Organ&Lembaga Daerah:

Perspektif Teori Otonomi dan Desentralisasi dalam Penyelenggaraan

Pemerintah Negara Hukum dan Kesatuan. Malang: Setara Press.

Hall, Peter A. dan Rosemary C.R.Taylor.Juni 1996. Political Science and The

Three New Institutionalisms. MPIFG Discussion Paper. USA: Harvard

University.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Kaho, Josef Riwu. 2012. Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di

Indonesia. Yogyakarta: Center for Politics and Government (PolGov)

Fisipol UGM.

117

Kaho, Josef Riwu. 1982. MEKANISME PENGONTROLAN: Dalam Hubungan

Pemerintah Pusat dan Daerah, Suatu Studi Perbandingan. Jakarta: PT

Bina Aksara

Manan, Bagir.1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Manan, Bagir. 2004.Menyongsong Fajar Otonomi Daerah.Yogyakarta: Penerbit

Pusat Studi Hukum UII.

Marsh, David &Gerry Stoker. 2012. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik.

Bandung:Nusamedia.

Miles dan Huberman.1992.Analisis Data Kualitatif.Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Petters, B. Guy. 1999. Institutional Theory in Political Science: The ‘New

Institutionalism’. New York: CONTINUUM.

Rosidin, Utang. 2015. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: CV Pustaka

Setia.

Sabarno, Hari. 2008. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan

Bangsa.Jakarta: Sinar Grafika.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial: Berbagai

Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana.

Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

di Indonesia.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jurnal

A.Zarkasi. 2011.Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah. Jurnal Ilmu Hukum

Vol.2No.1. Diunduh dari https://online-

journal.unja.ac.id/index.php/jih/article/view/53 pada 12 Oktober 2017

pukul 12.35 WIB

D, Dewi Sendhikasari. Pengalihan Kewenangan Manajemen Pendidikan

Menengah dari Kabupaten/Kota ke Provinsi.Majalah Info Singkat

Pemerintahan Dalam Negeri Vol. VIII No.07/I/P3DI/April/2016. Diakses

darihttp://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-

7-I-P3DI-April-2016-38.pdfpada 3 Oktober 2017 pukul 21.36 WIB

118

Damayanti, Sella Nova. September-Desember 2017.Analisis Prospektif Kebijakan

Pengalihan Kewenangan Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kota

Surabaya ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur Berdasarkan UU No.23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Jurnal Kebijakan dan

Manajemen Publik Vol.5 No.3. Diunduh dari http://journal.unair.ac.id/

pada 15 Maret 2018 pukul 16.46 WIB

Dennis Abel T.P, dkk. 2017. Analisis Yuridis Terhadap Peralihan Bidang

Pendidikan Menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada

Pemerintah Provinsi sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Diponegoro Law Journal

Vol.6, No.2. Diunduh dari http://ejournal3.undip.ac.id/pada 13 Oktober

2017 pukul 18.21 WIB

Enggarani, Nuria Siswi. Mei-Agustus 2013.Analisis Otonomi Daerah dalam

Menguatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Terhadap

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Juncto Undang-Undang No. 12

Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah).Jurnal Yustisia Vol.2 No.2.

Habibi, Fikri. Oktober 2017.Transisi Peralihan Kewenangan Bidang Pendidikan

SMA/SMK di Provinsi Banten.Jurnal SAWALA Vol.5 No.2.

Moh.Fajar Shodiq Ramadhan&Tri Hendra Wahyudi. 2016. Pembiaran pada Potensi

Konflik dan Kontestasi Semu Pemilukada Kota Blitar: Analisis

Institusionalisme Pilihan Rasional. Indonesian Political Review 1 (2).Hlm.140.

Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI pada 23 Maret 2018

pukul 13.14 WIB

Ramadhan, Moh. Fajar Shodiq &Tri Hendra Wahyudi. 2016. Pembiaran pada

Potensi Konflik dan Kontestasi Semu Pemilukada Kota Blitar: Analisis

Institusionalisme Pilihan Rasional. Indonesian Political Review 1 (2).

Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI pada 23 Maret

2018 pukul 13.14 WIB

S.Bachri, Bachtiar. April 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada

Penelitian Kualitatif.Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.1 No.1.Hlm.10. Diakses

dari http://yusuf.staff.ub.ac.id pada 28 Juni 2018 pukul 11.22 WIB

Suwarno, Eno dkk.Januari 2016.Implikasi Terbitnya Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 Terhadap Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan di

Provinsi Riau.Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.1.

Sendhikasari D., Dewi.2016. Pengalihan Kewenangan Manajemen Pendidikan

Menengah dari Kabupaten/Kota ke Provinsi. Majalah Info Singkat

Pemerintahan Dalam Negeri Vol. VIII No.07/I/P3DI/April/2016.Hlm.18.

Diakses dari

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-7-I-

P3DI-April-2016-38.pdf pada 3 Oktober 2017 pukul 21.36 WIB

119

Yusdianto.2015. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah Menurut Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Padjajaran

Jurnal Ilmu Hukum Vol.2 No. 3.

Skripsi

Alti, Andi. 2013. Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah dalam

Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Bone Berdasarkan Undang-

Undang No.32 Tahun 2004.Skripsi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin Makasar.

Putri, Andi Pratiwi Yasni. 2017. Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren

Antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di

Bidang Pendidikan.Skripsi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas

Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari

http://repository.unhas.ac.id/ pada 11 Oktober 2017 pukul 13.19 WIB.

Sajida. 2018. Fungsi Pengawasan Legislator Perempuan pada Tindak Kasus

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Malang. Skripsi: Ilmu

Pemerintahan, Universitas Brawijaya Malang.

Sari, Indah. 2017. Tinjauan Yuridis Terhadap Pengalihan Kewenangan

Pengelolaan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan

kepada Pemerintah Provinsi. Skripsi Program Studi Ilmu Hukum,

Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh dari

http://repository.unhas.ac.id/pada 11 Oktober 2017 pukul 18.31 WIB

Ulum, Andi Nurul. 2017. Kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo

Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Skripsi Program Studi Hukum Administrasi

Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar. Diunduh

dari http://repository.unhas.ac.id/ pada 13 Oktober 2017 pukul 21.15

WIB

Widyanisa, Prilla. 2018. Hubungan antar Lembaga dalam Pengembangan Tata

Kelola Ekowisata Bowele di Desa Purwodadi Kecamatan Tirtuyudo

Kabupaten Malang. Skripsi: Ilmu Pemerintahan, Universitas Brawijaya

Malang.

Website

https://blitarkota.bps.go.id/

http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id

http://m.jatimtimes.com/baca/137888/20160310/151316/wali-kota-blitar-

pendidikan-gratis-tingkatkan-kecerdasan-warga

http://statistik.data.kemendikbud.go.id/

120

https://www.jatimtimes.com/baca/180904/20181016/192700/gagal-lelang-

penyebab-siswa-sma-kurang-mampu-di-kota-blitar-belum-dapat-bantuan/

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3161449/ribuan-pelajar-dan-wali-murid-

dukung-pengambilalihan-smasmk-ke-pemkot-blitar

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170719142659-12-228883/mk-tolak-

kewenangan-wali-kota-bupati-kelola-sma/

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=12994#.

WW8VDhWGPIV

https://www.jatimtimes.com/baca/177055/20180810/192000/atur-pemerataan-26-

guru-sma-di-blitar-dimutasi/

https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2018/02/05/46308/gaji-gttptt-bukan-

untuk-tambahan-penghasilan

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/22/o2y84y219-

smasmk-dialihkan-ke-provinsi-kemendikbud-agar-lebih-fokus

Lainnya

Data Alokasi Anggaran Program Pendidikan Menengah oleh Dinas Pendidikan

Kota Blitar

Kota Blitar dalam Angka 2017. Diunduh darihttps://blitarkota.bps.go.id/ pada 17

Juni 2018 pukul 00.38 WIB

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Tahun 2015

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Blitar Tahun

2016

RPJMD Kota Blitar Tahun 2016-2021 Hlm. 250

Wawancara

Wawancara bersama Sari Triwahyuni, Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan dan

Kelembagaan Bagian Hukum dan Organisasi Sekretariat Daerah Kota

Blitar , 8 Februari 2018 pukul 09.53 WIB.

Wawancara bersama Hartato, sebagai kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum

dan Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Blitar,

13 Februari 2018 pukul 12.26 WIB

Wawancara bersama Samsul Hadi, Staf Pengelola Pendidikan Sub Bagian

Program dan Tugas Pembantuan Dinas Pendidikan Kota Blitar, 15 Maret

2018 pukul 10.32 WIB.

121

Wawancara bersama Nuryanto, Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa Timur Periode

2016/2021, 26Maret 2018 pukul 12.16 WIB.

Wawancara bersama Jito Baskoro S.Sos, Kepala Bidang Perlindungan Sosial dan

Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota Blitar, 2 Mei 2018 pukul 14.21 WIB,

di kantor dinsos Kota Blitar

Wawancara bersama Anang Setiawan S.Sos, Kepala Sub Bagian Pendidikan,

Kesehatan, Kebudayaan danSosial Bagian Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Blitar, 4 Mei 2018 pukul

10.33 WIB, di kantor Sekda Kota Blitar

Wawancara bersama Wing Cahyo Wahyu Nugroho, Kepala Sekolah SMK Swasta

PGRI 1 Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 09.52 WIB, di SMK PGRI Kota

Blitar

Wawancara bersama Asrofi Romli S.P sebagai Kepala Bidang Sosial, Budaya dan

Evaluasi Pembangunan BAPPEDA Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 10.49

WIB, di kantor Bappeda Kota Blitar

Wawancara bersama Dr.Suhartono, M.Pd, Kepala Cabang Dinas Pendidikan

Wilayah Kabupaten dan Kota Blitar, 14 Mei 2018 pukul 14.20 WIB, di

kantor cabdin Kab/Kota Blitar

Wawancara bersama Muji Raharjo, Pengawas Bidang Pendidikan Khusus Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Timur ,15 Mei 2018 pukul 13.40 WIB.

Wawancara bersama Ainur Rofiqoh S.STP., M.Si sebagai Kepala Sub Bidang

Sosial dan Budaya BAPPEDA Kota Blitar, 17 Mei 2018 pukul 09.54

WIB, di kantor bappeda kota Blitar

Wawancara bersama Dwi Sukartowo, Ketua Dewan Pendidikan Kota Blitar

Periode 2013/2018, 23 Mei 2018 pukul 09.54 WIB.

Wawancara bersama Rudi Hartono, sebagai Kepala SMA Negeri 3 Kota Blitar, 23

Mei 2018 pukul 11.05 WIB.

Wawancara bersama Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Blitar, 10 Agustus 2018

pukul 09.28 WIB, di SMAN 3 Kota Blitar.

122

LAMPIRAN

Foto bersama Sari Triwahyuni, Kepala

Sub Bagian Analisa Jabatan dan

Kelembagaan Bagian Hukum dan

Organisasi Sekretariat Daerah Kota

Blitar , 8 Februari 2018 pukul 09.53

WIB di Kantor Sekda Kota Blitar.

Foto bersama Samsul Hadi, Staf

Pengelola Pendidikan Sub Bagian

Program dan Tugas Pembantuan

Dinas Pendidikan Kota Blitar, 15

Maret 2018 pukul 10.32 WIB, di

Kantor Dikda Kota Blitar.

Foto bersama Nuryanto, Sekretaris

Dewan Pendidikan Jawa Timur Periode

2016/2021, 26Maret 2018 pukul 12.16

WIB, di kantor Dewan Pendidikan

Jatim.

Foto bersama Muji Raharjo, Pengawas

Bidang Pendidikan Khusus Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Timur, 15

Mei 2018 pukul 13.40 WIB, kantor

Klinik Pendidikan Dikda Provinsi

Jatim

Foto Bantuan Sosial untuk

Program Study Kit

123

Foto bersama Jito Baskoro S.Sos,

Kepala Bidang Perlindungan Sosial

dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota

Blitar, 2 Mei pukul 14.21 WIB, di

kantor dinsos Kota Blitar

Foto bersama Anang Setiawan S.Sos,

Kepala Sub Bagian Pendidikan,

Kesehatan, Kebudayaan danSosial

Bagian Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat Sekretariat

Daerah Kota Blitar, 4 Mei 2018

pukul 10.33 WIB, di kantor Sekda

Kota Blitar

Wawancara bersama Ainur Rofiqoh

S.STP., M.Si sebagai Kepala Sub

Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA

Kota Blitar, 17 Mei 2018 pukul 09.54

WIB, di kantor Bappeda kota Blitar

Foto Kantor Cabang Dinas

Pendidikan Wilayah Kabupaten dan

Kota Blitar

KOTA BLITAR

TANAH

(Bidang)

PERALATAN DAN

MESIN (Buah)

GEDUNG DAN BANGUNAN

(Unit)

JALAN IRIGASI DAN

JARINGAN (titik)

ASET LAIN

(buah) KONSTRUKSI

1 Pendidikan Pengelolaan pendidikan menengah Pengelolaan pendidikan SMA Kab / Kota Provinsi 7 4,889 194 20 47,037 0

2 Pendidikan Pengelolaan pendidikan menengah Pengelolaan pendidikan SMK Kab / Kota Provinsi 2 7,351 129 9 38,614 0

JUMLAH 9 12,240 323 29 85,651 0

KE

REKAPITULASI LAPORAN PERUBAHAN LAMPIRAN II SARANA DAN PRASARANA BIDANG PENDIDIKAN

KAB. / KOTA :

NO. BIDANG URUSAN RINCIAN URUSAN

STATUS PERALIHANSARANA DAN PRASARANA

KETDARI

PIHAK KEDUA,

GUBERNUR JAWA TIMUR

Dr. H. SOEKARWO

PIHAK KESATU,

WALIKOTA BLITAR

MUH. SAMANHUDI ANWAR, S.H.

KAB / KOTA : KOTA BLITAR

NO BIDANG URUSAN RINCIAN URUSAN SKPD PELAKSANA UNIT KERJA NAMA

1 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. AHMAD DAMANHURI, M.M.Pd.

2 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. NANY ROSIYATI

3 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. Hj. LATIFAH, M.Pd.

4 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. DJUARIAH

5 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. TRI HARTATIK

6 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. ENDAH SETYAWATI, M.Pd.

7 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. HADJI SISWONO

8 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. JOKO RIANTO

9 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. MARIA MARTHARINA SUSANTI

10 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. SITI FATIMAH

11 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. ENY SULISTYANINGSIH

12 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. NAFI`AH

13 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. UMI NURILLA WAHYUNI

14 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. NGAWANI

15 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 EKO PRABOWO, S.Pd.

16 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. SITI AGUSTINI

17 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. ENDANG LISTYOWATI

18 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 CACUK HARSOYO, S.Pd.

19 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. SONHADJI

20 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 BIMAN, S.Pd.

21 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ALI AMRON, S.Pd.

22 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 JOKO NURYONO, S.Pd.

23 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 IFAH TURISTIANA, S.Pd.

24 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 YULI SRI REJEKI, S.Pd.

25 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 EKO WENI, S.Pd.

26 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. YULIATI

27 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. TITIK MAHANANI

28 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 WORO STRIANTI, S.Pd.,M.Pd.

29 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. KAFID

30 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. BUDIYONO

31 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUWARNO, S.Pd.

32 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 RATNANINGTYAS MARTUTI, S.Pd.

33 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Drs. YANU KRISTIONO

34 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ISTIATUTIK, S.ST.

35 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 KHOTIJAH ANDAYANI, S.Pd.

36 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ASIH SUSILANINGAYU, S.Pd.

37 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 FARIDYANINGSIH, S.Si.

38 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 AMIN TANTRI HIDAYAH, S.Pdl.

39 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 MOHAMAD NORKOTIB, S.Pd.,M.Pd.

40 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUHARJANTA, S.Pd.

41 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 RATNA MARIAWATI , S.Th.

42 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 NIA SUCIATI, S.Pd. M.Pd

43 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SURANINGSIH, S.Si.

44 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 YUDHA KRISTIAWAN, S.Si., M.Pd.

45 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 Dra. SUHARLIK

46 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ELFI ZAINIYAH, M.Pd.

FORM II A - PNS : INVENTARISASI PERSONEL PEGAWAI NEGERI SIPIL

47 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 GALIH EKO SETYO PUTRO, S.Pd.

48 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ARIF SHOLEKHAN, S.Kom.

49 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 KHRISTIN SRI UTAMI NARDIYANA, S.Pd

50 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 TITIK ANA UNTARI

51 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ISMIYATI

52 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 WIJI UTAMI

53 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 TUTIK SETIJANINGSIH

54 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUMARLAN

55 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 SUGENG

56 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 ANDRIYANTO

57 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 1 HERMANTO

58 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. JOHAN EDY PRASTIWO, M.Pd.

59 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. SRI RAHAYUNINGTYAS

60 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ENDAH PURWATI, S.Pd.

61 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SULISTYORINI, S.Pd.

62 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. LILIS SULISTYANI

63 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. WAHID PRANOTO

64 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. EVAWANY

65 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 DIAH BUDIARTI, S.Pd.

66 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 R. INSANU WIDODO, S.Pd.

67 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. TRI MULYASRI

68 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 PRADIANNA, S.Pd.

69 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. MARDIATI

70 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SITI MASFUPAH, S.Pd.

71 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 EKO YUSANAH, S.Pd.

72 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. ENI CAHYOWATI

73 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BASUKI, S.Pd.

74 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MASTUNIK HARIYATI, S.Pd.

75 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ASRIANA, S.Pd.

76 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. HARYADI

77 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. MOHAMAD TOIPURI

78 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 YULIATRI KUSUMAWATI, BA.

79 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUMARNO, S.Pd.

80 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MAT YASIR ALI, S.Pd.

81 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 NADHIYAH KUSMIARI, S.Pd.

82 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUGENG WIDODO, S.Pd.

83 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MOH. SJAIKU, S.Ag.

84 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BAMBANG MAHYOTO, S.Pd.,M.Pd.

85 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SRI MASTUTIANAH, S.Pd.

86 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BETY AGUSTINA M.M., S.Pd.

87 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SIGIT PRAJOGO, S.Pd.

88 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 TATIK NGESTI RAHAJOE, S.Pd.

89 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 WIDI ASTUTI, S.Pd.

90 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Drs. WINARDI

91 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. SUPIYAH

92 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SURYANINGSIH, S.Si.

93 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 RAHMANU ADI WIDODO, S.Pd.

94 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ISTIANAH, S.Psi.

95 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ALEXANDER SUTRISNO, S.Pd.

96 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 Dra. SRI ENDAH BUDI UTAMI

97 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 AZIS BUDI SANTOSA, SS.

98 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ABUSANI, S.Kom.

99 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUPRAPTI, S.Sn.

100 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SRI HANDAYANI, S.Psi.

101 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 EKO SULISTIONO, S.Kom.

102 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 BAMBANG EDY YUHONO, S.Psi.

103 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 DAFIQLI, S.Pd.I

104 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 PUJO ARDIANTO HIDAYAT, S.Pd

105 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUSIANI

106 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 ARY YULIASTUTI, A.Md.

107 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 WIJI UTAMI

108 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUTIKAH

109 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MOHAMAD SUGIANTO

110 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 MUHAMAD KUSAIRI

111 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 2 SUKARNI

112 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 RUDY HARTONO, S.Pd.

113 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Drs. PRIYANTO

114 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. MINDARTININGSIH, M.Pd.

115 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. WIWIK SULISTYOWATI

116 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. INDUN MINDARISATI

117 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 LASIYEM, S.Pd.,M.Pd.

118 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HAKIM SHOBRI, S.Pd.

119 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Drs. MOCH. BUDI HARSONO, M.Pd.

120 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI WINGARTI, S.Pd.

121 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 INDIANA YULIATININGSIH, S.Pd.

122 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Drs. MOH. THOHIR

123 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ANIK MUSLIMAH, S.Pd.,M.Pd.

124 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. ENDANG SETYAWATI

125 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI WAHYUNI, S.Pd.

126 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 RETNO WIJAYANTI, S.Pd.

127 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 TATIEK ISMIASRI, S.Pd. M.Pd

128 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ABDUL HADI, S.Pd.

129 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. NUNUK WAHYUNING PRIANTI

130 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HADI SUCIPTO, S.Pd.

131 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SUSILORINI, S.Pd.

132 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ENY SULARSIH, S.Pd.

133 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 DANIEL LAWE TUKAN, S.Pd.,M.Pd.

134 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 Dra. KUSTRIWATI

135 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SUYATMI, S.Pd.

136 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 BADRIYAH AL SITI MASFUFAH, S.Pd.

137 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SULISTYO LESTARI, S.Pd.

138 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 DONY KURNIA, S.Pd.

139 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 TOMY GUMILAR, S.S.

140 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI MEI RAHAYU, S.Pd.

141 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 YULI WIDI ASTUTI, S.Pd.

142 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI RAHAYU, S.Ag.

143 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 AGUS SLAMET DAROINI, S.Pd.

144 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SRI RETNAWATI, S.Pd.

145 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 YULLYANA HESTI PURNAMA SARI,

S.Pd.

146 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 EKO WIJANARKO, S.Pd.

147 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 RUDY SETIAWAN, S.Si.

148 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 NASIDATUL LAILY , S.Psi.

149 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 WINARNO, S.Pd.

150 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 BUDI SAPTONO, S.Si.

151 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SYAIFUL ANAM, S.T.

152 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ISTI RETNO PRAMUDYA WARDHANI,

S.Pd.

153 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 MARKUS AGUSTINUS T.H., S.Th.

154 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 NURMAN, A.Md.

155 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HERNAWAT,I S.Pd.

156 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ENDRI AGUSTIYORINI

157 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 HERI SUGIANTO

158 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 LILIK ANDRIANI

159 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 MUHRONI

160 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 ROCHMANUDIN

161 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 3 SLAMET

162 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. WAHYU WARUJIATI, M.Pd.

163 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. SUTRISNO M.S.

164 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. IM. ROFINGI, S.H.

165 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. ELEONORA MARIA TRIASTUTI

PERTIWI

166 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. ENDANG SUBIARTI

167 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. NUR HIDAYAT

168 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. ZAENAL MUSTOFA

169 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. NANING WAHJU RAHADJENG

170 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. ENDANG MURDIATI

171 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. MOH. AHADIYANTO

172 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. HARI SUYANTO

173 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. SRI ANDAYANI

174 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Drs. H.SYAMSUDIN

175 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 CIPTO, S.Pd.

176 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SRI HARTATIK, S.Pd.

177 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 ANIS EFENDI, S.Pd.

178 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 TEGUH SUSILA, S.Pd.

179 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 Dra. KUSTIANAH

180 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 BASHORI ALWI, S.Ag.

181 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 WIDHARTO, S.Pd.

182 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 NURHUDA

183 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 TARMININGSIH, S.Pd.

184 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 TITIN KHOIRIYAH, S.Pd.

185 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 DYAH AYU ENDRIANINGSIH, S.Pd.

186 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 PRASETIJOKO UTOMO, S.Pd.

187 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SAIFUL ANWAR, S.Pd.

188 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 DWI NURYADI, S.Pd.

189 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 RONALD ADHINATA, S.Pd.

190 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 RENI ANJARWATI, S.Pd.

191 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SRI WULANDARI, S.Si.

192 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SULISTIYANI PRISTIWATI, S.S.

193 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 YUDA ELI RIYANTO, S.Pd.

194 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 ERIK KRISMAYANI, S.Kom.

195 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 MUHAMMAD NUR ALAM FAJAR

SYAM, S.Pd.I

196 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 VIVI WULAN PRAMESWARI, S.Pd

197 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SUPRAPTO, S.Pd.

198 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 SUWANTO, S.E.

199 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 DJOKO MULJONO

200 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMAN 4 MARIA MAGDALENA

201 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS SUPRIADI

202 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PAIDI

203 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HONO DWI SUTANTO, S.Pd.

204 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUWANDI

205 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUHANDRI

206 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS SUSANTO

207 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI SOFYANTORO

208 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS SUJIANTO

209 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUYATNO

210 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WAHYU WIYADI

211 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MAHMUD

212 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SAERONI

213 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUJIANTO

214 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NURHADI

215 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUHARNO

216 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUPRIHANTO

217 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUCHAMAD UBAIDILLAH, S.Pd.

218 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. BAMBANG SETIYONO, S.T.

219 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. TRIS HARI SUSANTI

220 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ALI MAHSUN

221 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. HUTAMADI

222 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUHARNO, .SP., S.T.

223 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WIDJIONO, S.Pd.

224 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YULI ASTUTI, S.Pd.

225 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. HERLIN ERNAWATI

226 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. BEROWIYANA

227 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. Hj. ENDANG PUDJIASTUTI

228 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 LASITO, A.Md.Pd.

229 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DWI RUSMAWATI, S.Pd.

230 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. MAHSUNI

231 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUPARNI

232 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ISMANTO, S.Pd.

233 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. ELLYS SOELISTYANINGSIH

234 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FARIDAH, S.PdI.

235 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Hj. ARIS SRIANJARWATI, S.Pd.,M.Pd.

236 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. AGUS PURWANTO

237 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ROCHMANDI

238 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUDARMAJI

239 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUHARJANA

240 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EDY PRASTYO, S.Pd.

241 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TRI RETNO AGUNG COBIMAWARNI,

S.Pd.

242 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NUNUK PRIHARWATI, S.Pd.

243 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EKO BAKTI SYAMSUNINGTYAS,

S.T.,M.Pd.

244 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. ENDANG SRI TRADJUNINGTYAS

245 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SRIATI, S.Pd.

246 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. SULISTYANINGSIH

247 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 BAHRUDIN, S.Pd.

248 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ARMAIS

249 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DARWANTO, S.T.

250 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. DANIL SOFYAN

251 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. HERI SETYOWAHONO

252 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TRI SUPARMI

253 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. SYAMSUL HUDA

254 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUKARMADI, S.Pd.

255 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 BROTO DARMODJO, S.T.

256 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DYAH IN WAHYUNINGSIH

257 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra. ENDANG PUDJIASTUTI

258 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. RUDY PURWANTO

259 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUPRIANTO, S.T.

260 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 JALU KUSWORO, S.T.

261 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NUNIK PUNDI WINARSIH, S.Pd.,MM.

262 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SINGGIH SUGIARTO

263 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AZIS KOMARI, S.Pd.

264 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. ADY SUCIPTO, S.Pd.

265 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUGIYADI

266 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. IMAM KOLIS, S.ST.

267 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOCHAMAD ANSORUL AMIN, S.Pd.

268 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 IWAN PRASETYAWAN, S.Pd.

269 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YOHANES KRISNAWAN, S.Pd.

270 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOKHAMAD GHUFRON, S.Pd.

271 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. AZHAR ISNANIADI

272 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. AGUS PRANOTO

273 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUNYONO

274 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NURHADI SAPUTRO, S.Pd.

275 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HAMID TASLIM, S.Pd.,MT.

276 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PURNAMA EDY PRASETYA, S.Pd.

277 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DIDIK ERMINANTO, S.T.

278 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TRIYOGA SUSILA

279 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SONTA SITORUS, S.Th.

280 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUHAMMAD SOFVAN HADI, S.Si.

281 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 UTI SUSIWI, ST.

282 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUHAMMAD SUBEKAN, S.T.

283 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS WIDODO, S.T.

284 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YOHANES GUALBERTUS JAWA, S.Ag.

285 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOKHAMAD AGUS BASTOMI, S.Pd.

286 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ARGO NUGROHO, S.Si.

287 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YETY YANUWARSI, S.Si.

288 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AMINUDIN, S.S.

289 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI PURWANTO, S.Kom.

290 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DWI KRISTINASARI, S.Pd.

291 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AHMAD SIHABUDIN MAWARDI, S.T.

292 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FLORENSIA TYASTUTI, S.Pd.

293 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 BUDIJATI PRAMONO, S.T.

294 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SISWANDI, S.T.

295 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SUTIKNO, S.Pd.

296 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ARIF HENDRAWAN SURYANTO, S.T.

297 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HARI KRISDIANTO YOHANES, S.Pd.

298 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AHMAD HARIS ABDILLAH, S.T.

299 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YOGI INDRA GUNAWAN, S.Pd.

300 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EMY HERMAWATY, S.Pd.

301 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 M. LUTHFI, S.Pd.I.

302 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MAYUNINGTYAS DYAH INDHARTI

MUJIONO, S.T.

303 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YONGEN SUSMAN, S.Kom.

304 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ANITA IRAWATI, S.Pd.

305 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SITI AISAH, S.Psi.

306 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOH. HANIF ZAINUDDIN, S.Pd.

307 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DEWI MARDIANASARI, S.Pd.

308 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ANIS YANUARTI, S.Pd.

309 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NUR FUAD BASTOMI, S.Pd.

310 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ARIF PRIYAMBODO, S.T.

311 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EKO ANDRIANTO, S.Pd.

312 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WIWIK MARDIANA, S.T.

313 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FATIK HATU ZUHRIYAH, S.Pd.

314 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ERNIS HIDAYATI, S.Sos.

315 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 APRILYA DAMAYANTI, S.Psi.

316 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ADITYA KUSUMA WARDHANA, S.Sn.

317 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 RONI KURJAYA, S.Pd.

318 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ALFI SYAHRINA, S.Pd.

319 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SOPHIA BUDI UTAMI, S.S.,S.Pd.

320 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI SISWANTO, S.Pd.

321 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOHAMAD CHOIRUL MUTTAQIN

ANAM, S.Pd.

322 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DODIK WAYAN, S.Pd.

323 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS DWI PRASETYO, S.Pd.

324 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HARIS INU BINADI , S.Kom.

325 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DEWI YUCHANIFAH, S.Pd.

326 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FITRIANA KUNTORO AJI, S.Pd.

327 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ENDANG SULISTIYOWATI, S.Pd.

328 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ST. AMINAH ROSIDAH, S.Pd.

329 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 FARIDA ANDRIANI, S.Pd.,M.Pd.

330 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YUSI HARTUTIK, M.Pd.

331 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Drs. SUJIONO

332 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PRIYONO, S.Pd.

333 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WAHYONO ISWINARKO, S.T.

334 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SIGID WIDODO, S.T.

335 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MEI VIVI SUMANTRI, S.Pd.

336 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS TRIONO, S.Pd.

337 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PUJI LESTARI, S.T.

338 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOCHAMAD MASRONI, S.Pd.

339 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EKO PURWANTORO, S.Pd.

340 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 PRIHANDARI, S.Pd.

341 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 YUWONO SUBOSUNARTO, S.T.

342 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TUSIYAM, S.Pd.

343 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 EDI SUROSO, S.Pd.

344 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 AGUS TRIYANTO, S.Pd.

345 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SLAMET, S.Pd.

346 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 RIZE CHANDRA BAHARI, S.Pd.

347 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TITIS ESWINDRO, S.Si.

348 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 KURNIAWAN DWI ANTONO, S.T.

349 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MOCHAMAD RIDWAN, S.T.

350 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 NOER KOESTININGSIH, S.Pd.,M.Pd.

351 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 KANTIASIH, S.Pd.

352 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 SRI WAHYUNI, S.Pd.

353 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MARIA MAGDALENA SUCINING, S.S.

354 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TOHARI, S.Pd.

355 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 IIN FARISTIN, S.Pd.

356 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DADIK MURYANI, S.Pd.

357 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HERI PURNOMO, S.Pd.

358 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 TITIK SURYATI, S.Pd.

359 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 WINDANAH, S.Pd.

360 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 MUJITO

361 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 ETI HENDRIJANI, S.Pd.

362 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 Dra.,RODJIYAH

363 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 HAFID SUYUTI, S.Si, M.Pd

364 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 1 DENY SAFRIL, ST

365 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs.,YULIANTO

366 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 EKO RIONO, S.E.

367 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 LILIK SUHARDIATI

368 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SISWANTI

369 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 IKBAL MAULANA

370 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MEDI WIJAYA

371 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SAIFUDIN

372 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 KOLIK KHAMDI

373 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ARTI RIMAWATI

374 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRI ASWINARNI, S.Pd.

375 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ARIFIN, S.Pd.

376 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 YAYUK TRIWIJAYANTI, S.Pd.

377 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. LILIK YUNIARTI SRI HAYATI

378 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 EDY SARWONO, S.Pd.

379 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. SUBEKTI

380 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. ADRIYANTINI

381 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. DYAH LARASATI

382 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SULAMI

383 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SUJIYEM

384 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MUNJIATI, S.Pd.

385 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. NURUL HIDAYATI

386 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. WAHYU KRISNA SUSANTI

387 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 JANURI, S.Pd.

388 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ENDANG SUNARSIH, S.Pd.

389 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. SUYONO

390 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ANIK RAHAYU, S.Pd.

391 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SUSY UMAYANTI

392 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 IIK MUBILATI, S.Pd.

393 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SLAMET FATKUROCHMA, S.Pd.

394 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. ANWARUDIN

395 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SRI ANI

396 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. NASRIP

397 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI LESTARI PURWANINGSIH, S.Pd.

398 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. WATONO, M.Pd.

399 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ASHAD, S.Pd.

400 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI MEIMUNAH, S.Pd.

401 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 HARI CHAMDAN, S.Pd.

402 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SUWANDOYOHADI, S.Pd.

403 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 HENNY PURWANTI, S.Pd.

404 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 AIRIN WIDYASARI, S.Pd.

405 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ANA FATIMAH, S.Pd.

406 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 NAFIDH FAUZI, S.T.

407 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ARFAN FAHRUDI, S.Kom.

408 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 HARTANTI TUNGGAL SARI, S.Pd.

409 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 THERESIA DEWI SULISTYORINI, S.T.

410 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 BAYU PRISA SETIA ADI, S.ST.Par.

411 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 AULIA ISTIQOMAH, S.Pd.

412 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 NOFARID PRASETYO, S.Kom.

413 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MARTININGSIH, S.Pd.

414 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 KHARISA RIZQI UMAMI, S.Pd.

415 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 IMAM IRFAI, S.T.

416 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ASRORI AHMAD, S.Pd.

417 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SUROTO, S.Pd.

418 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SAMIRAN, S.Pd.

419 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MUHTAROM, S.Pd.

420 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 YUSWANDONO, S.Pd.

421 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRI WINARSIH, S.Pd.

422 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ROSSYDA ERYANI, S.Pd.

423 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ROMDIYAH, S.Pd.

424 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SUWARNO, S.Ag.

425 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 DIDIK TERJUN EKO HARIANTO, S.Kom.

426 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 CHRISTIANA IRA PUSPITA, S.Pd.

427 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MUJIASTUTIK WERDININGTYAS, S.Pd.

428 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 LUQMAN HAKIM, S.Pd.

429 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI UTAMI, S.Pd.

430 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 AGUS ZAINUR ARIFIN, S.Pd.

431 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRISNI CANDRAWATI

432 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ZUDDATI HUSNA, S.Pd.

433 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ERNA TRISTYAWATI, S.Pd.

434 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 DWI YULI HERAWATI, S.Pd.

435 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ENDAH SUSILOWATI, S.Pd.

436 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI FATIMAH, S.Pd.

437 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI ROJABIYATUN NI`MAH, S.Pd.

438 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 MENUK AGUS TRIASIH, S.Pd.

439 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Drs. MOH. DOFIR HANAFI

440 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI UTAMI, S.Pd.

441 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ERNA RAHAYU RATNANINGSIH, S.Pd.

442 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ZAENAB NUR HIDAYAH, S.Pd.

443 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ERNA SULISTIYOWATI, S.Pd.

444 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SITI NGAISAH

445 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SITI MUNINGGAR

446 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. MARILAH

447 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI HANDAYAN, S.Pd.

448 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SRI HARIKUNANTI, S.Pd.

449 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 KATIMIN, S.Pd.

450 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. MUJIATI, M.Pd.

451 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 SITI JUWARIYAH SHOBARIYATI, S.S.

452 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 ANA RINAWATI, S.Pd.

453 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. RIRIN DWI WINARNI

454 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. NENY ICHWANTI

455 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 Dra. SUBANDIAH

456 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 TRINANTI, S.STP.

457 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 2 DWI MULYANI, S.STPar

458 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HADI SUCIPTO, S.Pd.

459 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SALBIJAH TOHA

460 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MUJIANTO

461 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUGIYONO

462 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HARIYANTO

463 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUPRAPTA, S.Pd.

464 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI MASFIAH

465 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGUS SUPRIYONO

466 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HENDRY AFRIAN

467 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI AMINAH, S.Pd.

468 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGUS JIANTORO, S.Pd.

469 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs.,ANSORI, S.Pd.

470 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs. IMAM BACHRUDDIN

471 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YUANATUN, S.Pd.

472 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI WAHYUNI, S.Pd.

473 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SRI NINGSIH

474 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 IMAM SUBARI, S.Pd.

475 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI ROBIAH, S.Pd.I.

476 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI ROMLAH, S.Pd.

477 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SUNARTI

478 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs. SUBUR, S.Pd.

479 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. WIWIK PURNAMAWATI

480 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGNES SRI SUNARINGSIH, S.Pd.

481 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. MARIYANAH

482 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HARI PRASTOWO, S.Pd.

483 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ENDRO HARTATIK, S.Pd.

484 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ROCHANI, S.Pd.

485 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 KOMSIJAH, S.Pd.

486 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUPRIYANTI, S.Pd.

487 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI KOMAROKHTIN, S.Pd.,M.Pd.

488 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI PURWANTINI, S.Pd.

489 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 TEKAD BUDIONO, S.Pd.

490 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI MUNAWAROH, S.Pd.

491 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI WAHYUNINGSIH, S.Pd.

492 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. YULI ERMA FARICHAH

493 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 FRANSISKA ROMANA NINIK TRI

SUHARTININGSIH, S.Pd.

494 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Hj. GAYATRI, S.Pd.,M.Pd.

495 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SUSILOWATI

496 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SRI YULINURINI

497 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Drs. SUKOCO

498 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SINTA RIANTININGSIH, S.Pd.

499 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MUSOLIKAH, S.Pd.

500 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YUDHO NIRWANTO, S.Pd.

501 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RACHMAD ANDRIANI, S.Pd.

502 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ARIEK KATIKOWATI ,S.Pd.

503 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 DIAH WINARNI, S.Pd.

504 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SYAYIDATI ISLAMIYATI, S.Pd.

505 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HARTOYO, S.Pd.

506 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI RAHAYU, S.Pd.

507 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SUNARWAN, S.Sn.

508 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 JIMI ROHMAWAN AL AKBAR, SST.Par

509 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RENI DEWI SAWITRI, S.Pd.

510 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ERNA RAHMAWATI S., S.Kom.

511 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 NANING AINUR ROSIDAH, S.Pd.

512 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RONI NARA SUSILA, SST.Par.

513 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SENDY SWITRA CANDRIANA, S.Pd.

514 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ERIANA NUR FAHMAYANI, S.Pd.T.

515 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 DEISYA SILVA PARDINA, S.Pd.

516 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MUCHAMAD SAIFULLOH, S.Pd.

517 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ELIS NUR UNSUDAH, S.Pd.

518 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SALIMATUN, S.Pd.T.

519 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YENI PURNAMAWATI, S.Pd.

520 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HERTINA ARIANESIA, S.Pd.

521 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ENZUI AR ROKHIM, S.St.

522 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 WAHYU KUSUMOADI, S.Kom.

523 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SASMITA RAHAYU, S.Pd.

524 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YUNITA NUGRAHENI PERDANIAWATI,

S.Pd.

525 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ASTIN IKE ARDILA, S.Pd.

526 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SITI MARFIAH, S.Pd.

527 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YANTI DARMASTUTY, S.Pd.

528 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 NINA SAFITRI, S.Pd.

529 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 TRI AGUS WIBOWO, S.Pd.

530 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 AGUNG WIDODO, S.Pd.

531 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. TRIANI WAHYUNINGSIH

532 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 NURUL FATIMAH, S.Pd.

533 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 HENI AGUSETYORINI, S.Pd.

534 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 WIWIT ARI ROHMAWATI, S.Pd.

535 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 UMA FARIDA, S.Pd.

536 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MAFTUKAH QOLBIJATI, S.Pd.

537 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 CHUSNUL SEPTIALIK, S.Pd.

538 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SETYANING RAHAYU, S.ST.Par.

539 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YOVITA WENTY EVITASAR,I S.ST.Par.

540 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 FERI WIBOWO, S.Pd.

541 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 KARJATI SOEMARMI, S.Pd.

542 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 YELLI TRI WAHYUNI KUSUMA, S.ST.Par.

543 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 EVA SRIHARTIYANI, S.Pd.

544 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 UTIK SUPRIHATIN, S.Pd.

545 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ZAKIA FITRIYATI, S.Pd.

546 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 DWI ERNA HASTUTI, S.Pd.

547 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 TRI ENY PAMUJI RAHAYU, S.Pd.

548 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 FUAD FAHRUDDIN, S.Pd.

549 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 MOEDJI DWI SETIANING ASTUTI, S.Pd.

550 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 SRI ANTIW,I S.Pd.

551 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 RUDOLF UTORO, M.Pd.

552 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 IMAM TRIANTO, S.Pd.

553 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 CHOIRUL MAESAROH, S.Ag.

554 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. TRI SULISTYOWATI

555 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 INDAH INAWATI, S.Pd.

556 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 Dra. SUGIYANTININGDYAH

557 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMKN 3 ANTONIUS PUGUH YUONO, S.Pd.

558 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA

Muhammadiyah

Drs. IMAM ASHARI

559 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA

Muhammadiyah

DYAH NURAINI, S.Pd.

560 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA

Muhammadiyah

WIWIK DWIASTUTIK, S.Pd.

561 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA

Muhammadiyah

ISMAWATI, S.Pd.

562 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Angkatan

45

SRI ASTUTIK, S.Pd.

563 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Angkatan

45

Drs. MOH. ROIS

564 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Angkatan

45

Dra. SITI MARIYAH

565 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 BAMBANG EDY SANTOSA, S.Pd.

566 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. SRI ASTUTI

567 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. AL MUHIMAH

568 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. BAMBANG SOELISTYONO

569 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUROTO

570 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUHADI IRIANTO

571 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. NETY SETYORINI

572 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUBAKIR

573 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 FATI`AH, S.Pd.

574 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. BUDI ISWANTO

575 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. TRI AGUS IRIANTO

576 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. NANIK ANDRIATI

577 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 MOH. HERUMAN, BA.

578 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. TOTON RACHMANTO

579 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 ELIS SUPRIHERTI, ST.

580 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 JUDI PRASETYA, S.Pd.

581 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. SUGITO

582 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Dra. MUSITI

583 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 Drs. MOCHAMAD RAMLI

584 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 WAHYUDI, S.Pd.

585 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Islam 1 LUTFIATUL FADHILAH, S.Pd.

586 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik

St.Yusuf

Drs. HARDOKO

587 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik

St.Yusuf

Drs. SUKIRNO

588 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik

St.Yusuf

Drs. MUNGKASONO

589 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik

St.Yusuf

Drs. PETRUS PRAYITNO

590 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik

St.Yusuf

SUHARTI, S.Pd.

591 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Katolik

St.Yusuf

SRI YULI UNTARI, S.Pd.

592 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 Drs. BENDOT RUMADJI UTOMO

593 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 ARINDRAWARTI SANTI SITA, S.Pd.

594 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 Dra. SITI NUR`AINI

595 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 Drs. WIYONO

596 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 1 WING CAHYO WAHYU NUGROHO,

S.Pd.

597 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 2 Drs. IMRON ROSADI

598 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 2 ROSDIANA LINDARTI, S.Pd.

599 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 2 UMU SYAFA`AH, S.Pd.

600 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. SISWARI

601 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SUGENG SANTOSO, S.Pd.

602 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 EMY IMBARTATI, S.Pd.

603 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. PRASWATI HIDAYAH

604 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 KIPTIYAH, A.Md.Pd

605 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Drs. HARI SUPARDI

606 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SRI RETNAWATI, S.Pd.

607 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SRI ARFIANA, S.Pd.

608 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 WIDAYATIN, S.Pd.

609 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 SRI UTAMI, S.Pd.

610 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 WIWIN INDRIAWATI, S.Pd.

611 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 KHUSNAWIYAH, S.Pd.

612 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. CHIKMATUL BARIYAH

613 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 ANISYATUSY SYARIFAH, S.Pd.

614 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 3 Dra. KHUZAIMAH, M.Pd

615 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Drs. ARI SULISTYONO

616 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 TRIASTOETI WAHJOENINGSIH, S.Pd.

617 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Dra. ENY PUJIASTUTI

618 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Dra. SUCI PRIHATIN

619 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Dra. TRI PUJIASIH

620 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 SRI BUDIASTUTI, S.Pd.

621 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK PGRI 4 Drs. KASANUN

622 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK Telkom

Brawijaya

SUSILOWATI ANDAYANI, S.Pd.

623 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP 17 Drs. EKO BRAHMONO

624 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP 17 Dra. SUWINARNI

625 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP

Kotamadya

SISDARI,S.Pd.

626 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP

Kotamadya

Dra. PAULINA NANIK WIDYANINGSIH

627 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP

Kotamadya

MATHEUS WAHYU WIDAYAT, S.Pd.

628 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMK Dinas Pendidikan SMK YP

Kotamadya

Drs. SUMADI

629 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MA Ma`arif Drs. SUGIYO PRANATA

630 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN Drs. KOMARI

631 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN SUMEIDIN

632 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN SYAIKHUL ANAM, S.Pd.

633 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN Dra. ENDAR SUGESTI

634 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MAN Dra. YULIASTUTI

635 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik

Diponegoro

Dra. MARIA MAGDALENA MASSA

MIEKE, M.Pd.

636 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik

Diponegoro

Drs. YOHANIS SADIK

637 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik

Diponegoro

MARIA MONIKA ISBARIYAH, S.Pd.

638 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan SMA Katolik

Diponegoro

SUTARTO, S.Pd.

639 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pendidikan MA Dinas Pendidikan MA Bustanul

Muta`allimin

Drs. AH. ALI MASYHAR

640 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs.,SLAMET, MM.

641 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. H.SUKRI, M.M.

642 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. HERMAWAN YUNANTO, M.Pd.

643 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. SUGENG WAHYUDI, M.M.

644 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. IMAM MACHFUD, M.Pd.

645 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. BUDI SASMITO

646 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. KARNO

647 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Menengah Pengelolaan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Drs. LUKITRI GUTOMO,M.M.

648 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo Drs. SUUD WAHYUDI

649 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo MUSRINGAH, S.PdI.

650 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo LULUIL CHINAJAH, S.Pd.

651 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SITI MU`ALIFAH, S.Pd.

652 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DARMUDJI, S.Pd.

653 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo NINDYA PUSPITA FAJAR S.Pd.

654 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ENI WULANDARI, S.Pd.

655 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ADITYAS FENDI KURNIA SARI, S.Pd.

656 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DWI WIDODO

657 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SUGENG WIYONO, S.Pd.

658 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo EKO JULIANTO WIBOWO, S.Pd.

659 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo WIWIK NURCHOSIYAH

660 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota

Blitar

SUYAMTA, S.Pd.

661 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota

Blitar

ANA ALIYATUL HIMMAH, S.Pd.

662 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YPLB Kota

Blitar

SAKIRJI

663 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YULISTIN NATALIAH, S.Pd.

664 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C ELIES SA`ADAH, S.Pd.

665 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo VIRONITA, S.Pd

666 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo RENNY SETYANENGTYAS, S.Pd.

667 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo NINING RULIF FITRIANI, S.Pd.

668 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo SAMSUL HUDA, S.Pd.

669 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Sukorejo DODIK SUPARYANTO, S.Pd.

670 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo Drs. SUUD WAHYUDI

671 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo MUSRINGAH, S.PdI.

672 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo LULUIL CHINAJAH, S.Pd.

673 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SITI MU`ALIFAH, S.Pd.

674 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DARMUDJI, S.Pd.

675 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo NINDYA PUSPITA FAJAR S.Pd.

676 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ENI WULANDARI, S.Pd.

677 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo ADITYAS FENDI KURNIA SARI, S.Pd.

678 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo DWI WIDODO

679 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo SUGENG WIYONO, S.Pd.

680 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo EKO JULIANTO WIBOWO, S.Pd.

681 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SDLB Dinas Pendidikan SDLBN Bendo WIWIK NURCHOSIYAH

682 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota

Blitar

SUYAMTA, S.Pd.

683 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-B Dinas Pendidikan SLB-B YPLB Kota

Blitar

ANA ALIYATUL HIMMAH, S.Pd.

684 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YPLB Kota

Blitar

SAKIRJI

685 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C YULISTIN NATALIAH, S.Pd.

686 Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Khusus Pengelolaan Pendidikan SLB-C Dinas Pendidikan SLB-C ELIES SA`ADAH, S.Pd.

KOTA BLITAR

PNS

(Bidang)

Non

PNS

1 PendidikanPengelolaan pendidikan

menengahPengelolaan pendidikan SMA Kab / Kota Provinsi 215 0

2 PendidikanPengelolaan pendidikan

menengahPengelolaan pendidikan SMK Kab / Kota Provinsi 424 0

3 PendidikanPengelolaan pendidikan

menengahPengelolaan Pengawas Sekolah Kab / Kota Provinsi 8 0

4 PendidikanPengelolaan pendidikan

khusus

Pengelolaan Pendidikan Luar

BiasaKab / Kota Provinsi 39 0

REKAPITULASI LAPORAN PERUBAHAN LAMPIRAN PERSONIL BIDANG PENDIDIKAN

KE

KETPERSONIL (orang)

KAB. / KOTA :

NO. BIDANG URUSAN RINCIAN URUSAN

STATUS PERALIHAN

DARI

PIHAK KEDUA,

GUBERNUR JAWA TIMUR

Dr. H. SOEKARWO

PIHAK KESATU,

WALIKOTA BLITAR

MUH. SAMANHUDI ANWAR, S.H.

Pemetaan dan Penataan Kelebihan Guru PNS SMA, SMK, PK-LK Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten/Kota Blitar

No. Nama NIPTempat Tanggal

Lahir

Pangkat/Gol/Masa

Kerja/TMTUnit Asal

Ijazah/Jurusan/T

ahun

Mapel yang

Diampu

Mapel

Sertifikasi

Unit Kerja

yang DitujuPrestasi Alasan Mutasi

1 Drs. Marsono, M.Pd 19600928 1981 11 1002Blitar, 28

September 1960

Pembina Utama Muda,

IV c/ 31 Tahun 7 Bulan/1

April 2015

SMAN 1

Kademangan

S2/Magister

Pendidikan/2011PKN PKN

SMKN 1

Nglegok

2F R Ninik Tri

Suhartiningsih M.Pd19620612 1991 03 2004

Pacitan, 12 Juni

1962

Pembina Tk. 1, IV b/ 25

Tahun 3 Bulan/ 1

Oktober 2016

SMKN 3 Kota

Blitar

S2/Pendidikan

Bahasa Indonesia

Bahasa

Indonesia

Bahasa

Indonesia

SMAN 1

Garum

3 Kaswati, S.Pd 19800207 2014 07 2003Blitar, 7 Februari

1980

Penata Muda, III a/ 13

Tahun 4 Bulan/ 1 April

2016

SMKN 1

PanggungrejoS1/PKN/2004 PKN PKN

SMKN 1

Nglegok

4 Joko Santoso, S.Pd 19680502 2005 011010Blitar, 5 Februari

1968

Penata Tk. 1, III d/ 20

Tahun 10 Bulan/ 1

Oktober 2014

SMKN 1

KademanganS1/BIG/2000 BIG BIG

SMKN 1

Nglegok

5Yuli Erna Farichah,

S.Pd 19670716 1990 03 2003

Kediri, 16 Juli

1967

Pembina, IV a/ 26 Tahun

2 Bulan/ 1 Oktober 2007

SMKN 3

BlitarS1/PDU/1994 Kewirausahaan Pemasaran

SMKN 1

Nglegok

6 Eko Brahmono 19610915 198703 1 011Blitar, 15

September 1961

Penata Muda, III a/31

Tahun 2 Bulan/ 1 Maret

1987

SMK YP 17

Kota Blitar

S2/Magister

Manajemen/2011

Pendidikan

Teknik Mesin

Pendidikan

Teknik

Mesin

SMKN 1

Nglegok

7 Tri Pujiasih 19651218 2007012014Blitar, 18

Desember 1965

Penata, III c/14 Tahun 11

Bulan/ 1 Oktober 2016

SMK PGRI 4

Kota Blitar

S1/Pendidikan

Akuntansi/1989

Pendidikan

Akuntansi

Pendidikan

Akuntansi

SMKN 1

Nglegok

8Wijang Setiawan,

S.Pd19750311 2006 04 1010

Blitar, 11 Maret

1975

Penata Tk. 1, III d/18

Tahun 7 Bulan/ 1 April

2018

SMAN 1

Sutojayan S1/Seni Rupa/1998 Seni Rupa Seni Rupa

SMKN 1

Kademangan

9Ercik Triningtyas,

S.Pd19850507 2009 01 2004

Tulungagung, 7

Mei 1985

Penata, III c/9 Tahun 4

Bulan/ 1 Oktober 2014

SMKN 1

Panggungrejo

S1/Pendidikan

Tata Niaga/2008

Pendidikan Tata

Niaga

Pendidikan

Tata Niaga

SMKN 1

Kademangan

10 Drs. Nur Hidayat 19640416 1989 03 1019Blitar, 16 April

1964

Pembina Tk. 1, IV b/29

Tahun 2 Bulan/ 1

Oktober 2009

SMAN 4 Kota

BlitarS1/Penjaskes/1997 Penjaskes Penjaskes

SMKN 1

Panggungrejo

11 Erni Nuharini, SE 19731101 2011 01 2002Blitar, 11 Januari

1973

Penata Muda Tk.1, III

b/21 Tahun 0 Bulan/ 1

Oktober 2014

SMKN 1

DokoS1/Ekonomi/1997 Ekonomi Ekonomi

SMKN 1

Panggungrejo

12 Sumadi 19681221 2007 01 1 015Blitar, 2

Desember 1968

Penata Muda Tk.1, III

b/14 Tahun 11 Bulan/ 1

Oktober 2011

SMK YP

Kotamadya

Blitar

S1/PDU/1991Pendidikan

Akuntansi

Pendidikan

Akuntansi

SMKN 1

Panggungrejo

13 Siswari 19640118 1987 10 2002Blitar, 8 Januari

1964

Pembina Tk.1, IV b/ 30

Tahun 7 Bulan/ 1 April

2010

SMK PGRI 3

Kota Blitar

S1/PMP&KN/198

6PMP&KN PMP&KN

SMKN 2 Kota

Blitar

Ada yang

pensiun bulan

Juni a.n Tri

14Endang Sulistyorini,

S.Pd19671219 2006 04 2008

Blitar, 19

Desember 1967

Penata Tk.1, III d/ 24

Tahun 5 Bulan/ 1

Oktober 2016

SMKN 1

KademanganS1/BIG/1999 BIG BIG

SMAN 1 Kota

Blitar

15Anies Wahibah

Rahmawati, S.Pd19730530 200604 2019

Blitar, 30 Mei

1973

Penata Tk.1, III d/12

Tahun 1 Bulan/1 Oktober

2016

SMKN 1

KademanganS1/BK/2015 BK BK

SMAN 1 Kota

Blitar

16Lilik Fauziah, S.Pd,

M.Pd19830312 2009 01 2007

Blitar, 3

Desember 1983

Penata, III c/9 Tahun 4

Bulan/ 1 Oktober 2014

SMKN 1

Bakung

S2/Matematika/20

06Matematika Matematika

SMAN 1

Talun

17Dra. Sri Lestari

Agustiyawati196608192005 01 2004

Kebumen, 19

Agustus 1966

Penata Tk.1, III d/ 21

Tahun 10 Bulan/…

SMKN 1

Kademangan

S1/Psikologi

Pendidikan dan

Bimbingan

BK BKSMAN 1

Srengat

18Mochamad Talhah,

S.Pd,. M.Pd19661217 1990 031 008

Blitar, 17

Desember 1966

Pembina Tk.1, IV b/ 26

Tahun 2 Bulan/ 1

Oktober 2009

SMKN 1

Udanawu

S2/Tekonologi

Pembelajaran/2005BK BK

SMAN 1

Ponggok

19Paulina Nanik

Widyaningsih 19600216 2006 04 2002

Blitar, 16 Februari

1960

Penata III c/ 14 Tahun 0

Bulan/ 1 Oktober 2017

SMK YP

Kotamadya

Blitar

S1/Pend.

Ekop/1990Pendidikan Ekop

Pendidikan

Ekop

SMKN 1

Doko

20 Eny Pujiastuti 19610602 1989 02 003Blitar, 2 Juni

1961

Pembina, II a/29 Tahun 2

Bulan/ 1 Oktober 2000

SMK PGRI 4

Kota Blitar

S1/Pendidikan

Bisnis/1985Pemasaran Pemasaran

SMKN 1

Doko

21 Suci Prihatin 19630101 1990 03 2007Blitar, 1 Januari

1963

Pembina Tk.1, IV b/28

Tahun 2 Bulan/1 Oktober

2011

SMK PGRI 4

Kota Blitar

S1/Pendidikan

Dunia Usaha-Pend.

Koperasi/1988

Pemasaran Pemasaran SMKN 1

Doko

22 Emy Rintiana, S.Pd 19810705 2014 07 2003 Blitar, 5 Juli 1981

Penata Muda, III a/13

Tahun 4 Bulan/ 1 April

2016

SMKN 1

PanggungrejoS1/BIG/2004 BIG BIG

SMKN 1

Doko

23 Echwani, S.Pd 19690320 1996 04 1008Blitar, 20 Mei

1969

Penata, III c/15 Tahun 9

Bulan/ 1 April 2013

SMPLBN

Kota Blitar

S1/Pendidikan

Bahasa

Inggris/1995

Bahasa InggrisBahasa

Inggris

SMALBN

Kota Blitar

24 Sri Rohmatun, S.Pd 19841229 2010 01 2 008Boyolali, 29

Desember 1984

Penata, III c/8 Tahun 4

Bulan/ 1 Oktober 2016

SMPLB Neg.

Kota Blitar

S1/Pendidikan

Luar Biasa/2007Guru Kelas -

SMALBN

Kota Blitar

25 Antri Marini, S.Pd 19830327 2010 01 2010Sragen, 27 Maret

1983

Penata, III c/7 Tahun 9

Bulan/ 1 Oktober 2017

SMPLBN

Kota Blitar

S1/Pendidikan

Luar Biasa/2005Guru Kelas

Guru Kelas

SDLB

SMALBN

Kota Blitar

26 Aris Krisnawati, S.Pd 19830710 2009 01 2 007Mojokerto, 10 Juli

9185

Penata, III c/ 8 Tahun 9

Bulan/ 1 Oktober 2017

SMPLBN

Kota Blitar

S1/Pendidikan

Luar Biasa/2006Guru Kelas

Guru

Pendidikan

Luar Biasa

SMALBN

Kota Blitar

Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten/Kota Blitar

Dr. Suhartono M.Pd

Pembina

NIP. 19700330 199703 1 008

PERUBAHAN STRUKTUR DINAS PENDIDIKAN KOTA BLITAR PASCA ALIH KELOLA

PENDIDIKAN MENENGAH

Struktur Dinas Pendidikan Kota Blitar Sebelum Alih Kelola

Struktur Dinas Pendidikan Kota Blitar Setelah Alih Kelola

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Blitar. Data diolah. 2018

PERUBAHAN STRUKTUR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR PASCA ALIH

KELOLA PENDIDIKAN MENENGAH

Struktur Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Sebelum Alih Kelola

Sumber : Peraturan Gubernur Jawa Timur No.22 Tahun 2010 tentang Uraian Jabatan Pada Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Timur. Data diolah, 2018

Struktur Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Setelah Alih Kelola

Sumber : http://dindik.jatimprov.go.id/

Struktur Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten dan Kota Blitar

Sumber : http://blitarcab.dindik.jatimprov.go.id/