#8 Prinsip Adhesi Enamel dan Dentin

21
Badi Soerachman Prinsip Adhesi Enamel dan Dentin

Transcript of #8 Prinsip Adhesi Enamel dan Dentin

Badi Soerachman

Prinsip Adhesi Enamel dan Dentin

Adhesi : Ketertarikan atom/molekul antara

dua permukaan yang

berhubungan karena ada gaya

permukaan dari dua spesies berbeda.

Ketika dua spesies material berkontak, terdapat :

1. Adhesif : Substansi yang menyebabkan adhesi

2. Adheren : Material yang dilekati atau dilekatkan

Adhesif bonding :

Proses menggabungkan dua material dengan agen adhesi yang mengeras selama terjadi proses bonding

- Mechanical bonding

Adhesi mekanis yang berhubungan dengan ikatan antara bahan adhesif dan permukaan adheren yang kasar.

a. Micromechanical : iregularitas permukaan

b. Macromechanical : undercut yang dibuat pada gigi untuk beberapa bahan tambal sebagai retensi

Beragam sistem adhesif yang tersedia di pasaran dapat membingungkan para praktisi untuk memilihnya. Semua sistem adhesif yang tersedia memiliki mekanisme ikatan terhadap enamel dan dentin yang fundamental:

Enamel conditioning untuk mendapatkan permukaan yang retentif.

Dentin conditioning dengan menggunakan senyawa asam atau dengan primer yang bersifat asam untuk membuka collagen network,

Saturasi collagen network dengan dentin primer agar terbentuk hybrid layer untuk mendapatkan retensi mikromekanik

Stabilisasi dengan bahan adhesif yang akan berikatan secara kimia dengan hybrid layer.

Sistem bonding generasi awal yang hanya

mengandalkan ikatan mikromekanis yang didapat

dari enamel memberikan peranan yang besar

terhadap masalah ini.

Ketika ikatan mikromekanis dengan enamel

terganggu, maka karies rekuren akan menjadi

masalah yang tidak bisa dihindari.

Untuk menanggulangi hal tersebut, selanjutnya

dikembangkan teknik total etch yang

memungkinkan pengetsaan enamel dan dentin

secara simultan, untuk mendapatkan daerah

retentive yang lebih luas serta membuat dentin

menjadi tahan bocor karena penetrasi resin yang

membentuk hybrid layer.9

Kelompok sistem adhesif generasi 1-2,

mengkombinasikan dentin conditioning (acidic

pretreatment) dan proses dentin priming.1,2

Kelompok berikutnya adalah sistem adhesif yang mengaplikasi teknik total etch, yaitu proses etsa enamel dan dentin yang dilakukan secara simultan dalam satu kali aplikasi.

Jenis ini tersedia dalam bentuk multi bottle adhesive, dengan langkah aplikasi primer dan adhesive yang terpisah dan sebagai one bottle adhesive yang menggabung primer dan adhesive dalam bentuk liquid.

Beberapa diantaranya harus diaplikasi dalam dua lapisan, dan pada perkembangan selanjutnya cukup diaplikasi sebanyak satu lapis saja. (adhesif generasi 3-5)1

Acid Etch

Apply

Adhesive

Light Cure

Kelompok terakhir adalah kelompok self etching

system, yang mengandung larutan yang memiliki

sifat keasaman tertentu yang dapat mengetsa

enamel dan dentin, serta dalam waktu yang

bersamaan monomer senyawa primernya akan

berpenetrasi pada permukaan yang telah

terdemineralisasi. (adhesif generasi 6-7)1

APLIKASI SISTEM ADHESIF

ENAMEL-

COND.

DENTIN-

CONDITIONING

DENTIN-

PRIMING

ADHESIVE

Syntac Classic

A.R.T. Bond Contact Plus Denthesive II Solobond

EBS Gluma CPS Optibond FL Scotchbond MP Solidbond

Prime & Bons 2.1 Sintac SC

One Coat Bond Optibond Solo Prime & Bond NT Scotchbond SB Solobond Mono Excite

Clearfill SE Bond AquaPrime &Mb NRC/P&B NT

Etch & Prime 3.0 Prompt L-Pop

GEN.

1

5

4

3

2

7

6

ENAMEL

ETCH DENTIN COND. PRIMER

TOTAL ETCH

MULTI BOTTLE-ADHESIVE

TWO STEP APLICATION

ONE BOTTLE ADHESIVE

ONE STEP APLICATION

SELF ETCHING SYSTEM

Bonding

Keberhasilan ikatan antara dinding kavitas dengan bahan restorasi sangat ditentukan oleh jenis bahan bonding yang dipakai serta prosedur aplikasinya.

Sistem bonding dua komponen,

pertama diaplikasikan bahan primer, kemudian beri waktu untuk meresap ke dalam porositas selama 20 detik, semprot dengan tiupan ringan udara, berikutnya aplikasi bahan adhesif, biarkan selama 20 detik, ratakan dengan semprotan udara. 2,3

Single component/one step primer/adhesif pada kavitas,

Cairan ini diaplikasikan pada kavitas, dibiarkan selama 20 detik untuk meresap ke dalam porositas dan mengeringkan solvent-nya. Kavitas kemudian ditiup dengan semprotan udara ringan selama 1-2 detik.

Sesudah aplikasi bahan bonding, permukaan

dentin harus terlihat mengkilat, kemudian

dilakukan penyinaran light curing unit selama 20

detik atau disesuaikan dengan alat yang

digunakan. Setelah itu kavitas siap diisi dengan

bahan tambal.

Pengelompokan komposit resin yang beredar untuk penggunaan klinis saat ini adalah sebagai berikut:9,3,

Komposit mikrofil, dengan filler berukuran submicron (0,04 mm) yang biasa digunakan untuk restorasi gigi anterior serta lesi servikal

Komposit hybrid, biasa dipakai untuk restorasi gigi posterior berisi macrofiller berukuran 0,6-5 mm yang dikombinasikan dengan microfiller berukuran 0,04 mm yang dicampurkan di dalam matriks resin.

Komposit mikrohybrid/ submicron hybrid, dengan

macrofiller berukuran 0,6 – 0,7 mm

dikombinasikan dengan microfiller berukuran 0,04

mm yang dicampurkan di dalam matriks resin.

untuk penggunaan pada gigi anterior dan

posterior yang biasa disebut komposit universal.

Komposit heavily filled hybrid, biasa disebut juga

condensable atau packable composite dengan

presentase filler sangat besar sehingga

meningkatkan sifat kaku dan mudah dibentuk.

Komposit ini digunakan untuk restorasi klas II

pada gigi posterior serta crown/core build up.

Komposit nano-hybrid, dengan filler berukuran

20-75 nm ( 0,020 – 0,075 mm ) yang berupa

nanocluster dan nanoparticle.

Komposit flowable, yang biasa dipakai untuk

lapisan dasar semua restorasi komposit serta

restorasi kelas I dan 5 yang berukuran kecil.

Composite tint/Opaque modifier

Berdasarkan kepada kebutuhan klinis,

penggunaan dari kombinasi bahan bahan ini

dapat memberikan hasil yang optimal.3

PUSTAKA

1. Blunk, U., 2000, Improving Cervical Restorations, Post Symposium Publication International Symposium, Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin.

2. Craig, Robert G., 1993, Restorative Dental Material, 9th ed., The Mosby Co.

3. Crispin, B. J., 1994, Contemporary Esthetic Dentistry: Practice Fundamentals, Quintessence Publishing Co. Ltd, Tokyo.

4. Garber. D.A., & Goldstein, R.E., 1994, Porcelain & Composite Inlays & Onlays Esthetic Posterior Restorations, Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago

5. Hickel, R., 2000, The Longevity of Posterior Filling and Cause of Failure, Post Symposium Publication Intenational Symposium Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin

6. Jordan, R.E., et al, 1988, Esthetic Composite Bonding Techniques and Materials, B.C. Decker, Philadelphia

7. Peters, MC., McLean, ME., 2000 , Improving Posterior Restorations, Post Symposium Publication Intenational Symposium Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin

8. Roeters.J & Kloet H., 1995, Kosmetdische Tandheelkunde met Composiet, Cip. Gegerens Koninklijke Bibliotheek, Den Haag.

9. Nash, R.W. & Lowe, R.A., 2001, Recreating Nature Using Today’s Composite Materials, APDN, Havas MediMedia Pacific Ltd., Hongkong.

10. Wei, Stephen H.Y., 2000, Clinical Update of Aesthetic Dentistry for the 21st Century, Dentsply, Hongkong.

11. Patil, Ratnadeep,2002, Esthetic Dentistry, an Artist’s Science, PR Publication, India

12. Manhart, Jurgen, 2005, Core build-Up using Dual Curing and ceramic restoration, Dental Asia, Jan-Feb, p 44-48