#8 Prinsip Adhesi Enamel dan Dentin
Transcript of #8 Prinsip Adhesi Enamel dan Dentin
Adhesi : Ketertarikan atom/molekul antara
dua permukaan yang
berhubungan karena ada gaya
permukaan dari dua spesies berbeda.
Ketika dua spesies material berkontak, terdapat :
1. Adhesif : Substansi yang menyebabkan adhesi
2. Adheren : Material yang dilekati atau dilekatkan
Adhesif bonding :
Proses menggabungkan dua material dengan agen adhesi yang mengeras selama terjadi proses bonding
- Mechanical bonding
Adhesi mekanis yang berhubungan dengan ikatan antara bahan adhesif dan permukaan adheren yang kasar.
a. Micromechanical : iregularitas permukaan
b. Macromechanical : undercut yang dibuat pada gigi untuk beberapa bahan tambal sebagai retensi
Beragam sistem adhesif yang tersedia di pasaran dapat membingungkan para praktisi untuk memilihnya. Semua sistem adhesif yang tersedia memiliki mekanisme ikatan terhadap enamel dan dentin yang fundamental:
Enamel conditioning untuk mendapatkan permukaan yang retentif.
Dentin conditioning dengan menggunakan senyawa asam atau dengan primer yang bersifat asam untuk membuka collagen network,
Saturasi collagen network dengan dentin primer agar terbentuk hybrid layer untuk mendapatkan retensi mikromekanik
Stabilisasi dengan bahan adhesif yang akan berikatan secara kimia dengan hybrid layer.
Sistem bonding generasi awal yang hanya
mengandalkan ikatan mikromekanis yang didapat
dari enamel memberikan peranan yang besar
terhadap masalah ini.
Ketika ikatan mikromekanis dengan enamel
terganggu, maka karies rekuren akan menjadi
masalah yang tidak bisa dihindari.
Untuk menanggulangi hal tersebut, selanjutnya
dikembangkan teknik total etch yang
memungkinkan pengetsaan enamel dan dentin
secara simultan, untuk mendapatkan daerah
retentive yang lebih luas serta membuat dentin
menjadi tahan bocor karena penetrasi resin yang
membentuk hybrid layer.9
Kelompok sistem adhesif generasi 1-2,
mengkombinasikan dentin conditioning (acidic
pretreatment) dan proses dentin priming.1,2
Kelompok berikutnya adalah sistem adhesif yang mengaplikasi teknik total etch, yaitu proses etsa enamel dan dentin yang dilakukan secara simultan dalam satu kali aplikasi.
Jenis ini tersedia dalam bentuk multi bottle adhesive, dengan langkah aplikasi primer dan adhesive yang terpisah dan sebagai one bottle adhesive yang menggabung primer dan adhesive dalam bentuk liquid.
Beberapa diantaranya harus diaplikasi dalam dua lapisan, dan pada perkembangan selanjutnya cukup diaplikasi sebanyak satu lapis saja. (adhesif generasi 3-5)1
Kelompok terakhir adalah kelompok self etching
system, yang mengandung larutan yang memiliki
sifat keasaman tertentu yang dapat mengetsa
enamel dan dentin, serta dalam waktu yang
bersamaan monomer senyawa primernya akan
berpenetrasi pada permukaan yang telah
terdemineralisasi. (adhesif generasi 6-7)1
APLIKASI SISTEM ADHESIF
ENAMEL-
COND.
DENTIN-
CONDITIONING
DENTIN-
PRIMING
ADHESIVE
Syntac Classic
A.R.T. Bond Contact Plus Denthesive II Solobond
EBS Gluma CPS Optibond FL Scotchbond MP Solidbond
Prime & Bons 2.1 Sintac SC
One Coat Bond Optibond Solo Prime & Bond NT Scotchbond SB Solobond Mono Excite
Clearfill SE Bond AquaPrime &Mb NRC/P&B NT
Etch & Prime 3.0 Prompt L-Pop
GEN.
1
5
4
3
2
7
6
ENAMEL
ETCH DENTIN COND. PRIMER
TOTAL ETCH
MULTI BOTTLE-ADHESIVE
TWO STEP APLICATION
ONE BOTTLE ADHESIVE
ONE STEP APLICATION
SELF ETCHING SYSTEM
Bonding
Keberhasilan ikatan antara dinding kavitas dengan bahan restorasi sangat ditentukan oleh jenis bahan bonding yang dipakai serta prosedur aplikasinya.
Sistem bonding dua komponen,
pertama diaplikasikan bahan primer, kemudian beri waktu untuk meresap ke dalam porositas selama 20 detik, semprot dengan tiupan ringan udara, berikutnya aplikasi bahan adhesif, biarkan selama 20 detik, ratakan dengan semprotan udara. 2,3
Single component/one step primer/adhesif pada kavitas,
Cairan ini diaplikasikan pada kavitas, dibiarkan selama 20 detik untuk meresap ke dalam porositas dan mengeringkan solvent-nya. Kavitas kemudian ditiup dengan semprotan udara ringan selama 1-2 detik.
Sesudah aplikasi bahan bonding, permukaan
dentin harus terlihat mengkilat, kemudian
dilakukan penyinaran light curing unit selama 20
detik atau disesuaikan dengan alat yang
digunakan. Setelah itu kavitas siap diisi dengan
bahan tambal.
Pengelompokan komposit resin yang beredar untuk penggunaan klinis saat ini adalah sebagai berikut:9,3,
Komposit mikrofil, dengan filler berukuran submicron (0,04 mm) yang biasa digunakan untuk restorasi gigi anterior serta lesi servikal
Komposit hybrid, biasa dipakai untuk restorasi gigi posterior berisi macrofiller berukuran 0,6-5 mm yang dikombinasikan dengan microfiller berukuran 0,04 mm yang dicampurkan di dalam matriks resin.
Komposit mikrohybrid/ submicron hybrid, dengan
macrofiller berukuran 0,6 – 0,7 mm
dikombinasikan dengan microfiller berukuran 0,04
mm yang dicampurkan di dalam matriks resin.
untuk penggunaan pada gigi anterior dan
posterior yang biasa disebut komposit universal.
Komposit heavily filled hybrid, biasa disebut juga
condensable atau packable composite dengan
presentase filler sangat besar sehingga
meningkatkan sifat kaku dan mudah dibentuk.
Komposit ini digunakan untuk restorasi klas II
pada gigi posterior serta crown/core build up.
Komposit nano-hybrid, dengan filler berukuran
20-75 nm ( 0,020 – 0,075 mm ) yang berupa
nanocluster dan nanoparticle.
Komposit flowable, yang biasa dipakai untuk
lapisan dasar semua restorasi komposit serta
restorasi kelas I dan 5 yang berukuran kecil.
Composite tint/Opaque modifier
Berdasarkan kepada kebutuhan klinis,
penggunaan dari kombinasi bahan bahan ini
dapat memberikan hasil yang optimal.3
PUSTAKA
1. Blunk, U., 2000, Improving Cervical Restorations, Post Symposium Publication International Symposium, Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin.
2. Craig, Robert G., 1993, Restorative Dental Material, 9th ed., The Mosby Co.
3. Crispin, B. J., 1994, Contemporary Esthetic Dentistry: Practice Fundamentals, Quintessence Publishing Co. Ltd, Tokyo.
4. Garber. D.A., & Goldstein, R.E., 1994, Porcelain & Composite Inlays & Onlays Esthetic Posterior Restorations, Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago
5. Hickel, R., 2000, The Longevity of Posterior Filling and Cause of Failure, Post Symposium Publication Intenational Symposium Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin
6. Jordan, R.E., et al, 1988, Esthetic Composite Bonding Techniques and Materials, B.C. Decker, Philadelphia
7. Peters, MC., McLean, ME., 2000 , Improving Posterior Restorations, Post Symposium Publication Intenational Symposium Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin
8. Roeters.J & Kloet H., 1995, Kosmetdische Tandheelkunde met Composiet, Cip. Gegerens Koninklijke Bibliotheek, Den Haag.
9. Nash, R.W. & Lowe, R.A., 2001, Recreating Nature Using Today’s Composite Materials, APDN, Havas MediMedia Pacific Ltd., Hongkong.
10. Wei, Stephen H.Y., 2000, Clinical Update of Aesthetic Dentistry for the 21st Century, Dentsply, Hongkong.
11. Patil, Ratnadeep,2002, Esthetic Dentistry, an Artist’s Science, PR Publication, India
12. Manhart, Jurgen, 2005, Core build-Up using Dual Curing and ceramic restoration, Dental Asia, Jan-Feb, p 44-48