4. analisa data

124
34 Universitas Kristen Petra 4. ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1.1. Konflik Israel-Palestina dan Aksi Besar Pawai Besar Kepulangan Konflik Israel-Palestina yang digadang-gadang sebagai konflik terpanjang abad ini mulai berakar sejak Perang Dunia I. Negara Inggris yang saat itu sedang berperang melawan Jerman melakukan dua perjanjian ke-dua pihak, Zionis dengan pergerakannya yang dipimpin Theodore Herzl, dan bangsa-bangsa Arab yang saat itu berada di bawah otoritas dinasti Ottoman. Dalam buku yang berjudul Dilema Israel, Antara Krisis Politik dan Perdamaian (2002) milik Musthafa Abd. Rahman, Inggris membuat dua perjanjian dimana salah satunya, Inggris berjanji akan membuat negara Yahudi di tanah Palestina. Melalui perjanjian tersebut, warga Yahudi mulai berimigrasi ke tanah Palestina pada tahun 1918. Hingga pada tahun 1930, proses imgrasi warga Yahudi terjadi secara besar-besaran. Pada tahun 1947, terbit sebuah resolusi yang diterbitkan Majelis Umum (MU) PBB yang menegaskan membagi tanah Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab. Resolusi PBB no. 181 tersebut, mengantarkan David Ben Gourion memproklamasikan negara Yahudi pada 14 Mei tahun 1948. Resolusi ini bukannya membawa perdamaian namun menjadi cikal bakal konflik Timur Tengah yang berlanjut hingga sekarang. Perang Arab-Israel pun pecah pada tahun 1948. Perang ini membuat Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi No. 242 yang dimana isinya adalah pemaksaan dua negara tersebut untuk berhenti berperang serta jaminan keamanan lalu lintas di perairan Timur Tengah, baik bagi Israel maupun bagi negara Arab. Meskipun merasa dirugikan dari sisi politis, namun Israel menyambut baik resolusi ini karena memaksa Arab untuk berhenti berperang dan memberikan keamanan bagi warganya beraktifitas di perairan Timur Tengah. Meskipun sebagian negara Arab tidak mengeluarkan tanggapan negatif (Arab tidak memberikan tanggapan, bahkan Mesir menerima resolusi ini), warga Palestina malah menurunkan protes dikarenakan resolusi ini dianggap tidak mendukung kepentingan-kepentingan dasar mereka.

Transcript of 4. analisa data

 

34 Universitas Kristen Petra

4. ANALISA DATA

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

4.1.1. Konflik Israel-Palestina dan Aksi Besar Pawai Besar Kepulangan

Konflik Israel-Palestina yang digadang-gadang sebagai konflik terpanjang

abad ini mulai berakar sejak Perang Dunia I. Negara Inggris yang saat itu sedang

berperang melawan Jerman melakukan dua perjanjian ke-dua pihak, Zionis

dengan pergerakannya yang dipimpin Theodore Herzl, dan bangsa-bangsa Arab

yang saat itu berada di bawah otoritas dinasti Ottoman.

Dalam buku yang berjudul Dilema Israel, Antara Krisis Politik dan

Perdamaian (2002) milik Musthafa Abd. Rahman, Inggris membuat dua

perjanjian dimana salah satunya, Inggris berjanji akan membuat negara Yahudi di

tanah Palestina. Melalui perjanjian tersebut, warga Yahudi mulai berimigrasi ke

tanah Palestina pada tahun 1918. Hingga pada tahun 1930, proses imgrasi warga

Yahudi terjadi secara besar-besaran. Pada tahun 1947, terbit sebuah resolusi yang

diterbitkan Majelis Umum (MU) PBB yang menegaskan membagi tanah Palestina

menjadi negara Yahudi dan Arab. Resolusi PBB no. 181 tersebut, mengantarkan

David Ben Gourion memproklamasikan negara Yahudi pada 14 Mei tahun 1948.

Resolusi ini bukannya membawa perdamaian namun menjadi cikal bakal konflik

Timur Tengah yang berlanjut hingga sekarang.

Perang Arab-Israel pun pecah pada tahun 1948. Perang ini membuat

Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi No. 242 yang dimana isinya

adalah pemaksaan dua negara tersebut untuk berhenti berperang serta jaminan

keamanan lalu lintas di perairan Timur Tengah, baik bagi Israel maupun bagi

negara Arab. Meskipun merasa dirugikan dari sisi politis, namun Israel

menyambut baik resolusi ini karena memaksa Arab untuk berhenti berperang dan

memberikan keamanan bagi warganya beraktifitas di perairan Timur Tengah.

Meskipun sebagian negara Arab tidak mengeluarkan tanggapan negatif

(Arab tidak memberikan tanggapan, bahkan Mesir menerima resolusi ini), warga

Palestina malah menurunkan protes dikarenakan resolusi ini dianggap tidak

mendukung kepentingan-kepentingan dasar mereka.

 

35 Universitas Kristen Petra

Berbagai perjanjian yang rumit diusahakan selama beberapa dekade yang

pada akhirnya gagal menunjukkan betapa rumitnya perdamaian Israel-Arab kala

itu. Hingga pada tahun 1997 melalui Kesepakatan Hebron, tepatnya pada bulan

Januari, Palestina dipaksa harus setuju untuk membagi daerah kekuasaan kota

Hebron sebanyak 20% kepada kota Israel. Kala itu, 20% daerah mesti dikuasai

Israel dengan kedok keamanan.

Memasuki abad ke-21, perdamaian hampir saja mencapai titik terang

ketika Israel dipimpin Partai Buruh Ehud Barak. Namun berbagai kegagalan PM

Barak dalam menyepakati dan melaksanakan Kesepakatan Sharm el-Sheikh di

Mesir pada September 1999 tidak membuahkan hasil sama sekali. Hal ini

memaksa pemerintah AS Bill Clinton dengan persetujuan PM Ehud Barak

menggelar Perundingan Camp David II yang pada akhirnya juga mengalami

kegagalan. Berbagai kegagalan yang terjadi di bawah kepemimpinan PM Ehud

Barak ini membuat Israel harus melakukan pemilu ulang pada tahun 2001.

Situasi politik yang kacau di bawah kepemimpinan PM Ehud Barak saat

itu mengantarkan kemenangan telak untuk Pemimpin Partai Likud Ariel Sharon

pada pemilu Februari 2001. Di bawah kepemimpinan Likud Ariel Sharon,

perdamaian semakin jauh dari kenyataan. Bahkan, Rahman menuliskan, eskalasi

kekerasan Israel-Palestina semakin meningkat dan sulit dikendalikan lagi.

Kekerasan ini kemudian memuncak pada 29 Maret 2002 di mana PM Sharon

melancarkan agresi besar-besaran ke kota-kota dan desa-desa Palestina di Tepi

Barat dan mengisolasi segala macam bentuk bantuan yang masuk ke tanah

Palestina. (Azra, 2002, p. xviii-xxxv)

Sepanjang konflik tersebut, tercatat ada 69 warga Palestina yang diusir,

tahun 1969 ada 223, tahun 1970 ada 406, tahun 1971 ada 306, tahun 1972 ada 91,

tahun 1973 ada sepuluh, tahun 1974 ada sebelas, tahun 1975 ada 13, tahun 1976

ada dua, tahun 1977 ada dua, dan juga dua orang pada tahun 1978. Rahman

menuliskan terdapat sekitar 850 warga Palestina terusir dari tahun 1978 hingga

1985. (Azra, 2002, p. 2-7)

Memasuki tahun 2018, warga Palestina menggelar Aksi Pawai Besar

Kepulangan yang diadakan setiap Jumat sejak 31 Maret 2018. Dalam aksi

tersebut, warga Palestina menuntut haknya untuk kembali ke tanah kelahiran

 

36 Universitas Kristen Petra

mereka. Puncak aksi ini terjadi pada bulan Mei dimana ibu kota Israel dipindah

dari Tel Aviv ke Yerusalem. Situasi semakin mencekam ketika kantor Kedutaan

Besar Amerika ditempatkan di Yerusalem. (BBC, 30/06/2018).

Aksi ini tidak kunjung usai hingga melebihi waktu yang direncanakan –

yang sebelumnya digelar hanya 6 pekan saja atau hingga 15 Mei. Pada pekan ke-

10, tepatnya tanggal 1 Juni 2018, Razan Najjar, salah seorang paramedis tewas

tertembak. (Khairunnisa, Tribunnews.com, 02/06/2018).

4.1.2. Profil Razan Najjar

Razan Najjar adalah paramedis perempuan yang lahir pada 11 September

1996. Ia lahir dan besar di kota Khan Younis. Ayahnya, Sabreen al-Najjar dulunya

bekerja sebagai penjual onderdil sepeda di perbatasan kota Khan Younis,

sedangkan ibunya bernama Ashraf al-Najjar. Ia bersama keluarganya tinggal di

sebuah apartemen di Khuza’a.

Razan Najjar bergabung dengan Palestinian Medical Relief Society

(PMRS), sebuah organisasi kesehatan non-pemerintah, setelah menjalankan

pelatihan formal sebagai paramedis sukarelawan di Rumah Sakit Nasser, kota

Khan Younis. Ia pun aktif memberikan bantuan di setiap demonstrasi yang

diadakan pada pukul tujuh hingga delapan malam pada Aksi Pawai Besar

Kepulangan tersebut.

Sosok Razan dikatakan sebagai sebuah ikon perdamaian melalui berita-

berita yang diterbitkan media-media lokal. Berbagai momen saat ia sedangn

menolong para demonstran yang terluka terpajang di berbagai media di Palestina.

Warga Palestina menganggap Razan sebagai malaikat perdamaian atau Angel of

Mercy. (Saputra, Tempo.co., 04/06/2018)

4.1.3. Republika Online

Repbulika Online (ROL) hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah

Harian Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi

secara teks, audio, dan video, yang terbentuk berdasarkan tekonologi hypermedia

dan hiperteks.

 

37 Universitas Kristen Petra

Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL kini

hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi media

digital. Infromasi yang disampaikan diperbaru secara berkelanjutan yang

terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa

dipercaya.

Media daring ini berasal dari Harian Republika yang terbit perdana pada

tanggal 4 Januari 1993. Harian Republika sendiri didirikan oleh kalangan

komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Terbitnya Harian Republika

merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para

wartawan professional muda yang dipimpin oleh mantan wartawan tempo, Zaim

Uchrowi melalui berbagai langkah.

Meskipun pada tahun 2000 mayoritas saham berpindah ke Mahaka Media,

juga perubahan sistem manajemen dari Harian Republika yang dipegang oleh PT

Abdi Bangsa menjadi PT Republika Media Mandiri, visi maupun misi Harian

Republika tidak berubah, yaitu Modern, Moderat, Muslim, Kebangsaan, dan

Kerakyatan. Misi Republika adalah sebagai koran masyarakat baru yang maju,

cerdas, dan beradab. (Republika Online, n.d.)

4.1.4. Tribunnews.com

Situs berita Tribunnews dikelola oleh PT Tribun Digital online, Divisi

Koran Daerah Kompas Gramedia. Situs berita ini menyajikan berita-berita

nasional, regional, internasional, olahraga, ekonomi dan bisnis, serta seleb dan

lifestyle.

Hingga per 1 September 2016, Tribunnews.com tercatat sebagai situs

dengan traffic tertinggi. Ini menandakan, Tribunnews.com sebagai media daring

dengan tingkat keterbacaan tertinggi yang sekaligus dianggap memiliki

kredibilitas yang tinggi pula. Karena dalam media daring, traffic menandakan

adanya suatu daya pikat yang bisa jadi merupakan kredibilitas suatu berita

tersebut. (Margianto dan Syaefullah (n. d., p. 29).

Tribunnews.com hadir dengan visi sebagai situs berita yang tercepat dan

terakurat. Hal ini tercerminkan dari visi yang diturunkan kepada cabang-cabang

kantornya di daerah-daerah Indonesia. Salah satunya seperti TribunJatim.com

 

38 Universitas Kristen Petra

yang bertekad menjadi situs berita tercepat dan terakurat di Jawa Timur. Aini

(Tribunnews.com, 07/02/2018) menjelaskan, TribunJatim menjalankan visi yang

sama dengan induknya sebagai portal berita nomor satu di Indonesia. Ini berarti,

dalam membuat berita, Tribunnews.com mengutamakan nilai berita timelines.

Mencher (2000, p. 72) menjelaskan, peristiwa yang baru saja terjadi dan tiba-tiba,

memiliki nilai berita timelines.

4.2. Temuan Data dan Analisis Data

4.2.1. Republika Online

Berita ke-1

Paramedis Belia Palestina Tewas di Tengah Aksi Demonstrasi, 2 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Perwakilan Kementerian Kesehatan Palestina menyebut tentara Israel menembak mati seorang paramedis Razan Najjar, Jumat (1/6). Perempuan berusia 21 tahun meninggal karena luka tembak di dada. Dilansir di Aljazira pada Jumat (1/6), para saksi mengatakan Najjar adalah seorang paramedis sukarelawan yang merawat para demonstran yang terluka saat melakukan aksi protes di Jalur Gaza. Selain itu, sejumlah sumber pusat medis Palestina merilis, lebih dari 100 demonstran lainnya terluka. Sekitar 40 dari jumlah tersebut mengalami luka tembak. Selama lebih dari dua bulan, warga Palestina di Jalur Gaza memprotes dan menuntut hak mereka untuk kembali ke tanah kelahirannya usai pengusiran 70 tahun lalu. Pawai besar Maret of Return itu memuncak pada 15 Mei yang bertepatan dengan sebagai peringatan Hari Nakba atau hari malapetaka. Demonstrasi massal terus berlanjut. Sejak protes dimulai pada 30 Maret, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 121 orang Palestina di daerah kantong yang terkepung. Tentara Israel juga telah melukai lebih dari 12 ribu orang.

Problem identification yang ditemukan oleh Republika Online pada berita

“Paramedis Belia Palestina Tewas di Tengah Aksi Demokrasi” pada Sabtu (2/6)

adalah terdapat seorang paramedis sukarelawan perempuan, Razan Najjar yang

masih berusia 21 tahun yang tewas tertembak. Sebagaimana keterangan

Perwakilan Kementrian Kesehatan Palestina seperti yang diberitakan Republika

bahwa Razan meninggal karena luka tembak di dada.

“Perwakilan Kementerian Kesehatan Palestina menyebut tentara Israel menembak mati seorang paramedis Razan Najjar, Jumat (1/6).

 

39 Universitas Kristen Petra

Perempuan berusia 21 tahun meninggal karena luka tembak di dada.” (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)

Pada berita ini, tertembaknya Razan digambarkan sebagai dampak dari

aksi Pawai Besar Kepulangan yang diadakan tiap minggunya. Kematian Razan

dianggap sebagai rangkaian peristiwa yang terjadi dari aksi tersebut. Termasuk di

dalamnya data tentang korban luka yang mencapai 100 orang pada hari itu.

Diagnostic cause pada berita ini adalah tentara Israel. Melalui pernyataan

Kementrian Kesehatan Palestina, tentara Israel dituduh menembak Razan tepat di

dada. Penembakan ini terjadi di tengah aksi Pawai Besar Kepulangan pada pekan

ke-10. Razan lebih tepatnya tertembak setelah dua atau tiga peluru meluncur dari

tentara Israel.

Razan menjadi seorang paramedis sukarelawan yang membantu merawat

para demonstran yang terluka saat melakukan aksi protes di jalur Gaza. Ia

kemudian tertembak ditengah aksi demonstrasi yang bertajuk ”Great March of

Return” atau “Pawai Besar Kepulangan” yang dimulai sejak 30 Maret 2018 yang

lalu. Aksi yang telah dilakukan selama dua bulan tersebut memprotes dan

menuntut hak warga Palestina untuk kembali ke tanah kelahirannya usai

pengusiran 70 tahun yang lalu. Dalam aksi itu sendiri, tercatat sudah ada 121

orang Palestina yang ditewaskan oleh pasukan Israel.Selain dirinya, sejumlah

sumber pusat medis Palestina merilis, lebih dari 100 demonstran lainnya terluka

dan 40 dari jumlah tersebut mengalami luka tembak.

Berita ke-2

Najjar Berseragam Putih Namun Tetap Ditembaki Militer Israel, 2 Juni

2018

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina menyebut tentara Israel tetap menargetkan petugas medis, kendati mereka mengenakan pakaian putih. Hal itu diungkapkannya mengomentari tewasnya paramedis perempuan Palestina bernama Razan Al-Najjar. "Najjar adalah seorang sukarelawan dari kementerian, mengenakan seragam putih, (yang artinya) seorang petugas medis, ketika dia ditembak di dada," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qudra dilansir di Arab News, Jumat (1/6).

 

40 Universitas Kristen Petra

Perempuan berusia 21 tahun itu ditembak mati tentara Israel di dekat Khan Yunis, di selatan wilayah pagar perbatasan Gaza pada Jumat (1/6). Najjar adalah paramedis yang biasa membantu warga Palestina yang menjadi korban serangan tentara Israel sejak akhir Maret lalu. Seorang juru bicara militer Israel mengatakan mereka sedang memeriksa laporan itu. Ia berdalih apa yang dilakukan militer Israel adalah upaya membela diri karena adanya ribuan perusuh berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan. Para demonstran itu membakar ban di dekat pagar dan berusaha merusak infrastruktur keamanan. Militer Israel mengarahkan tembakan pada kendaraan militer dan seorang warga Palestina yang mencoba menyeberang untuk menanam granat. Serangan militer Israel ini adalah yang terburuk sejak perang pada 2014 di Gaza. Demonstrasi dan bentrokan mematikan di sepanjang perbatasan dimulai pada 30 Maret lalu. Aksi protes itu menuntut agar orang-orang Palestina yang diusir dalam perang pada 1948, bisa kembali ke kampung halamannya. Puncak aksi tersebut terjadi pada 14 Mei ketika 61 orang Palestina tewas dalam bentrokan yang bertepatan dengan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Dilansir di Reuters, seorang sanksi mata di lokasi kejadian yang menolak disebutkan namanya mengatakan Najjar mengenakan seragam putih dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi di tengah kerumunan demonstran. Namun, tentara Israel tetap melepaskan tembakan dan mengenai dada petugas medis itu.

Problem Identification dari berita ini adalah tentara Israel yang dituduh

sengaja menargetkan tim medis. Kementrian Kesehatan Palestina mengatakan hal

tersebut terkait tewasnya paramedis Palestina bernama Razan al-Najjar. Republika

juga menuliskan bahwa Razan adalah seorang paramedis yang biasa membantu

warga Palestina yang menjadi korban serangan tentara Israel sejak akhir Maret

lalu.

"Najjar adalah seorang sukarelawan dari kementerian, mengenakan seragam putih, (yang artinya) seorang petugas medis, ketika dia ditembak di dada," kata juru bicara Kementrian Kesehatan Ashraf Al-Qudra. (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)

Diagnostic Cause-nya adalah pernyataan juru bicara Kementrian

Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra yang mengatakan Najjar tewas tertembak

meski sudah mengenakan seragam putih yang menandakan bahwa Razan adalah

 

41 Universitas Kristen Petra

seorang petugas medis. Pernyataan Kementrian Kesehatan Palestina juga

didukung oleh keterangan seorang saksi mata yang dilansir di Reuters. Saksi yang

enggan disebutkan namanya mengatakan Razan sudah mengangkat tangan

setinggi munkgin di tengah kerumunan demonstran. Walaupun demikian, Israel

tetap melepaskan tembakan dan mengenai dada petugas medis tersebut.

Berdasarkan dari lansiran Reuters tanggal 1 Juni, 2018, tentara Israel

ditunjuk sebagai pelaku utama dalam penembakan tersebut oleh Republika. Hal

ini disebabkan Razan ditembak meskipun sudah melakukan prosedur paramedis

saat hendak menolong korban. Razan dituliskan sudah mengangkat tangan tinggi-

tinggi di tengah kerumunan demonstran. Apa yang dilakukan Razan merupakan

prosedur wajib bagi tenaga paramedis yang bertugas menyelamatkan korban luka.

Hal ini penting agar para tenaga paramedis dapat dikenali di antara para

demonstran dan tidak menjadi target. Berdasarkan berita Tribunnews.com tanggal

14 Juni 2018, prosedur yang harus dilakukan setiap tenaga paramedis saat hendak

menolong korban adalah mengangkat tangan tinggi-tinggi dan berteriak “jangan

menembak, ada yang terluka”.

“Dilansir di Reuters, seorang sanksi mata di lokasi kejadian yang menolak disebutkan namanya mengatakan Najjar mengenakan seragam putih dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi di tengah kerumunan demonstran. Namun, tentara Israel tetap melepaskan tembakan dan mengenai dada petugas medis itu.” (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)

Reuters adalah media daring yang berasal dari Inggris. Reuters

sebelumnya merupakan perusahaan independen yang berada dibawah Reuters

Group plc yang didirikan pada tahun 1851. Media ini kemudian diakuisisi oleh

Thomson Corporation pada tahun 2008. Dengan akuisisi tersebut, Reuters juga

menyediakan informasi tentang data pasar finansial. Karena basis

multinasionalnya, Reuters membuat berita dengan terjemahan dalam beberapa

bahasa; bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Portugis, Rusia, Urdu,

Arab, Jepang, Korea, dan bahasa Mandarin.

Dalam pembuatan beritanya, Reuters memiliki kebijakan “value-neutral

approach” yang berarti mengedepankan nilai netralitas dalam pendekatannya

membuat berita. Reuters juga berusaha menghindari penggunaan kata-kata yang

bersifat emosional, terkecuali untuk kalimat pengutipan langsung atau tidak

 

42 Universitas Kristen Petra

langsung. Salah satu buktinya juga pernyataan CEO Tom Glocer dan kepala editor

Geert Linnebank dan Jukes pada Oktober 2001. Mereka menyatakan bahwa

kebijakan reuters adalah menghindari kata-kata yang bersifat emosional dan tidak

membuat penilaian tersendiri dan mengedepankan keakuratan fakta secara adil.

Meskipun demikian, Reuters juga pernah dikritik karena sempat

melakukan kebijakan yang bias dan merugikan pihak Israel saat konflik Israel-

Lebanon pada tahun 2006 yang lalu. Reuters dikabarkan menggunakan foto yang

telah diedit oleh salah seorang photografer lepas berkebangsaan Lebanon, Adnan

Hajj. Tidak lama setelah itu, Reuters memutuskan kontrak dengan Hajj dan

menghapus semua foto Hajj dari kumpulan foto Reuters.

Namun kritik kembali dituai Reuters pada tahun 2010. Haaretz, salah satu

media massa koran di Israel mengungkapkan bahwa Reuters memotong sebuah

foto yang menghilangkan pisau komandan angkatan laut yang dipegang oleh salah

seorang aktivis dan darah komandan angkatan laut yang difoto di atas kapal Mavi

Marmara.

Make moral judgement yang diberitakan Republika berdasarkan

pernyataan juru bicara militer Israel, penembakan yang dilakukan tentara Israel

sebagai upaya membela diri. Ia berdalih tentara Israel terpaksa membela diri

karena adanya ribuan perusuh yang berkumpul di lima lokasi di sepanjang

perbatasan. Selain itu, pihak militer Israel melaporkan ada seorang warga

Palestina yang mencoba menyebrang untuk menanam granat.

“Seorang juru bicara militer Israel mengatakan mereka sedang memeriksa laporan itu. Ia berdalih apa yang dilakukan militer Israel adalah upaya membela diri karena adanya ribuan perusuh berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan. Para demonstran itu membakar ban di dekat pagar dan berusaha merusak infrastruktur keamanan.” (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)

Dalam berita ini, Republika menggunakan keterangan seorang saksi yang

diberitakan oleh Reuters dan seolah-olah menggambarkan bahwa tentara Israel

sengaja menembak Razan Najjar yang secara jelas adalah seorang tenaga

paramedis. Meskipun demikian, Republika tetap memberikan ruang kepada

tentara Israel untuk menjunjung prinsip jurnalisme, yaitu cover both sides.

 

43 Universitas Kristen Petra

Berita ke-3

Saksi: Perawat Itu Angkat Tangan, Israel Tetap Menembaknya, 2 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Petugas medis di perbatasan Jalur Gaza mengungkap pembunuhan yang dilakukan tentara Israel terhadap perawat asal Palestina. Razan Al-Najar tewas ditembus timah panas yang dilontarkan militer saat bertugas untuk menolong korban terluka dalam aksi demonstrasi yang berujung bentrok. Kematian Razan Al-Najar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi mingguan di Jalur Gaza. Wanita 21 tahun itu ditembak mati saat berlari menuju sebuah pagar yang diperkuat di kota Khan Younis saat menghampiri korban kekerasan. "Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata, kemarin. Petugas medis yang bertugas di jalur Gaza mengungkapkan setidaknya 100 warga Palestina terluka akibat terkena tembakan saat melakukan aksi demonstrasi Jumat (5/2). Berbanding terbalik, tidak ada laporan korban yang berasal dari Israel dalam aksi tersebut. Sementara terkait penembakan perawat, seorang pejabat Israel mengatakan jika penembak jitu militer hanya ditugasi untuk menembak orang-orang yang menimbulkan ancaman. Namun, kata ia, mungkin saja peluru yang dilepaskan memantul atau menembus tubuh target hingga mengenai korban lainnya. Tewasnya Razan Al-Najar tak pelak mendapat tangisan dari keluarganya. Melalui pernyataan resmi, Menteri Kesehatan Gaza turut berkabung atas kepergian Najar dan menyebutnya sebagai seorang martir. Dalam sebuah wawancara, Razan Al-Najar mengaku akan melihat aksi protes di perbatasan hingga akhir. Najar yang sempat menulis dalam unggahan media sosial mengaku tidak akan kembali atau menyerah. "Tembak saya dengan pelurumu, saya tidak takut," katanya. Seperti diketahui, warga Palestina tengah melakukan aksi 'Great March of Return' yang merupakan panggilan terhadap warga Palestina terkait hak akan kampung halaman mereka. Otoritas Israel menganggap aksi yang digelar sejak 30 Maret itu merupakan upaya untuk menerobos tanah yang mereka rampas dari warga Palestina. Meski demikian, pembantaian yang dilakukan militer Israel terhadap warga Palestina telah mendapat kecaman terhadap dari dunia internasional. Namun, Israel lantas menimpakan masalah jatuhnya korban luka dan jiwa kepada Hamas. Belakangan, Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang berisi kecaman atas kekerasan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza. Senada dengan Israel, AS juga menyalahkan Hamas atas aksi kekerasan yang terjadi di perbatasan Gaza.

 

44 Universitas Kristen Petra

Judul berita Republika Online yang ke-3 menekankan permasalahan pada

Razan yang sudah mengangkat tangan untuk menunjukkan dirinya adalah

paramedis. Penempatan keterangan saksi yang tidak disebutkan namanya ini

memperkuat bingkai Republika tentang Razan yang telah mengangkat tangan.

Eriyanto menjelaskan bahwa framing dijalankan media dengan menggunakan

strategi penempatan yang mencolok (headline, halaman depan, atau bagian

belakang) (Eriyanto, 2002, p. 233).

Problem Identification dalam berita Republika yang ke-3 ini adalah

penembakan Razan yang dikatakan sebagai sebuah kesengajaan. Tentara Israel

dituduh sengaja menembak Razan meski sudah mengenakan seragam medis.

Diagnostic cause yang digunakan Republika adalah keterangan petugas

medis yang mengungkap pembunuhan Razan al-Najjar. Razan al-Najjar tewas

tertembak saat hendak berlari ke sebuah pagar di kota Khan Younis untuk

menolong korban terluka dalam aksi Pawai Besar Kepulangan.

Pada berita ini juga disebutkan, kematian Razan menandai ke-119 jumlah

korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi Pawai Besar Kepulangan itu

sendiri. Selain itu, pada hari di mana Razan tertembak, terdapat pula 100 warga

Palestina terluka akibat terkena tembakan. Sedangkan dari pihak Israel tidak

terdapat korban sama sekali.

“Kematian Razan Al-Najar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi mingguan di Jalur Gaza. Wanita 21 tahun itu ditembak mati saat berlari menuju sebuah pagar yang diperkuat di kota Khan Younis saat menghampiri korban kekerasan.” (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)

Penggambaran korban jiwa dari kedua pihak seolah dibuat oleh Republika

untuk mengiring pembaca untuk memihak salah satu pihak yang berkonflik.

Teknik ini merupakan teknik jurnalisme perang seperti yang dijelaskan Puspawati

dalam penelitian milik Andy Cory Wardhani (2014, par. 13) yang berjudul

Jurnalisme Perang dan Kontribusi Jurnalisme Alternatif untuk Perdamaian.

Pembaca akan mudah terbawa emosi dan memihak salah satu pihak yang

berkonflik. Salah satu ciri jurnalisme yang berorientasi pada perang adalah

 

45 Universitas Kristen Petra

bagaimana media menggambakran korban dan menggambarkan salah satu pihak

yang biadab, terlebih jika menggunakan senjata. (2014, par. 15).

Di sini, jurnalisme perang sedang dimainkan, Republika sedang

mengarahkan pembaca untuk berpihak kepada Palestina, dan menggambarkan

tentara Israel sebagai pihak yang biadab karena telah menggunakan senjata.

Akibat kebiadaban yang digambarkan Republika, sebanyak 100 orang menjadi

korban luka dan termasuk Razan Najjar menjadi korban tewas dari pihak

Palestina.

Sedangkan moral judgement yang digunakan Republika untuk

mendelegitimasi adalah Razan yang sudah berusaha memberikan tanda kepada

tentara Israel namun tetap ditembak. Menurut keterangan saksi tersebut, Razan

yang sudah mengenakan seragam putih dan mengangkat tangan tinggi-tinggi

untuk menunjukkan dirinya seorang paramedis di tengah para demonstran tetap

ditembak. Penggunaan kata “mengangkat tangan tinggi-tinggi” oleh Republika

seolah memastikan Razan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk

memperingati tentara Israel agar tidak menembaknya.

“‘Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada,’ kata seorang saksi mata, kemarin.” (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)

Moral judgement yang kedua yang digunakan Republika sebagai

pembanding dalam berita ini adalah pengakuan militer Israel yang menjelaskan

bahwa tugas penembak jitu militer hanya untuk menembak orang-orang yang

dapat menimbulkan ancaman. Namun peluru yang dilontarkan dapat memantul

atau menembus tubuh target hingga mengenai korban lainnya.

“Sementara terkait penembakan perawat, seorang pejabat Israel mengatakan jika penembak jitu militer hanya ditugasi untuk menembak orang-orang yang menimbulkan ancaman. Namun, kata ia, mungkin saja peluru yang dilepaskan memantul atau menembus tubuh target hingga mengenai korban lainnya.” (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)

Pada berita ini, Republika memberikan ruang kepada pihak militer Israel

untuk memberikan pernyataan terkait tewasnya Razan karena tertembak di

dadanya. Hal ini untuk memenuhi prinsip Kode Etik Jurnalistik tahun 2006 di

 

46 Universitas Kristen Petra

mana pasal ketiga ayat yang ke-2 adalah berimbang. Artinya, setiap media harus

memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara

proporsional.

Hal yang menarik juga bagi peneliti adalah pernyataan Menteri Kesehatan

Gaza yang menyebut Razan sebagai seorang martir.

“Melalui pernyataan resmi, Menteri Kesehatan Gaza turut berkabung atas kepergian Najar dan menyebutnya sebagai seorang martir.”

Dalam ilmu etimologi, kata martir yang merupakan serapan dari kata

martyr dalam bahasa inggris, awalnya memiliki arti saksi. Kata ini merujuk pada

tokoh-tokoh Alkitab pada Perjanjian Baru. Kata martir bukan merujuk pada

sebuah kematian, di mana seorang saksi harus mati terlebih dahulu. Tetapi kata ini

lebih merujuk kepada perjuangan saksi tersebut. (Wallace dan Rusk, 2011, p.

217). Namun, pada zaman sekarang, definisi martir menurut KBBI, adalah orang

yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama

atau kepercayaan.

Berdasarkan berita di atas, Razan dianggap martir karena dia dianggap

berkorban demi kepercayaannya, yaitu kemerdekaan Palestina. Hal ini terlihat dari

wawancara Razan yang dituliskan Republika di akhir berita.

Dalam sebuah wawancara, Razan Al-Najar mengaku akan melihat aksi protes di perbatasan hingga akhir. Najar yang sempat menulis dalam unggahan media sosial mengaku tidak akan kembali atau menyerah.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah Republika yang juga menuliskan

bahwa Amerika Serikat dan Israel kompak menyalahkan pihak Hamas atas

kejadian-kejadian yang terjadi di pagar. Hamas merupakan partai politik yang

memenangkan pemilu di daerah Gaza, dan membuatnya memiliki wewenang atas

daerah tersebut. Melalui pernyataan ini, Hamas sebagai salah satu partai politik

yang berkuasa atas Palestina juga turut bertanggung jawab atas kejadian-kejadian

tragis yang terjadi di perbatasan Gaza, termasuk kematian Razan.

Selain mengalami konflik dengan Israel, Palestina juga pernah memiliki

konflik internal. Wilayah Palestina secara keseluruhan terbagi oleh dua partai

politik, Hamas dan Fatah. Hamas yang kebetulan memenangkan pemilu di

 

47 Universitas Kristen Petra

wilayah Gaza juga seringkali disalahkan bahkan oleh Perdana Menteri Palestina,

Rami Hamdallah, seorang politikus partai Fatah. (Btselem.com, 11/11/2017).

Konflik internal di Palestina oleh dua fraksi utama ini disebut sebagai

Perang Saudara Palestina atau Konflik Sesama Saudara. Konflik ini bermula sejak

tahun 2006. Adapun konflik ini terjadi karena adanya perbedaan ideologi di antara

kedua fraksi, Hamas dengan ideologi Islam sedangkan Fatah dengan ideologi

nasionalis sekuler. Ini berarti, Hamas berpandangan dalam menjalankan sebuah

negara tidak dapat terlepas dari agama - dalam hal ini, Muslim sebagai agama

ideologi Islam. Sedangkan sekularisme yang dianut oleh Fatah melihat bahwa

negara harus dijalankan secara terpisah oleh agama.

Berdasarkan keterangan Amerika Serikat dan Israel yang ditulis pada akhir

berita ini, Republika merujuk pada sistem pemerintahan Hamas dengan

ideologinya. Hamas dengan ideologi radikalnya yang seringkali bertikai dengan

Israel dianggap menjadi penyebab rentetan kasus kekerasan yang terjadi di

perbatasan Gaza, termasuk kematian Razan. Republika melihat, Hamas sebagai

partai pemenangan untuk wilayah Gaza juga dapat mencegah hal-hal kekerasan

seperti ini.

Berita ke-4

Perawat Palestina Dibunuh Saat Bertugas, Ini Janji Israel, 2 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Militer Israel berjanji akan menyelidiki pembunuhan terang-terangan perawat Palestina oleh tentara Zionis pada Jumat dalam unjuk rasa di sepanjang perbatasan Gaza. Hal itu disampaikan Israel dalam pernyataan tertulis pada Sabtu. Pejabat dan saksi mengatakan pasukan Israel menembak mati Razan al-Najar, yang berusia 21 tahun, relawan kesehatan, saat ia berlari menuju pagar perbatasan, timur kota Gaza selatan Khan Younis, dalam upaya menjangkau korban. Militer Israel mengatakan pejuang Palestina menyerang pasukannya di sepanjang perbatasan itu dengan tembakan dan granat. Ribuan orang menghadiri pemakaman al-Najar di Gaza pada Sabtu, termasuk beberapa orang yang dirawat korban ketika mereka terluka di protes perbatasan sebelumnya. Tubuhnya dibungkus dengan bendera Palestina dan diarak melalui jalan-jalan dengan tandu oleh pelayat.

 

48 Universitas Kristen Petra

"Dengan jiwa dan darah kami, kami melepaskanmu, martir Razan," kata pelayat berteriak ketika jasad itu dibawa ke rumahnya untuk perpisahan terakhir sebelum dimakamkan. Penduduk mengatakan, al-Najar adalah tokoh populer di tempat-tempat protes dan gambar-gambar yang menggambarkan dirinya sebagai malaikat yang beredar di media sosial Palestina. Kematiannya membuat warga Palestina yang tewas menjadi 119 orang dalam unjuk rasa mingguan sejak 30 Maret di Jalur Gaza. Daerah ini merupakan kantong yang dikendalikan oleh kelompok Hamas dan telah lama diembargo Israel. "Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata yang melihat aksi penembakan itu. Utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat Nickolay Mladenov mengatakan di Twitter: "Tenaga medis adalah #NotATarget (#BukanSasaran)!" "#Israel perlu mengkalibrasikan penggunaan kekuatannya dan Hamas perlu mencegah kejadian di pagar. Peningkatan ketegangan hanya menambah banyak korban jiwa," tambahnya.

Problem identification pada berita ini adalah pernyataan militer Israel yang

menyatakan akan menyelidiki kasus pembunuhan Razan. Pernyataan tersebut

disampaikan Israel dalam pernyataan tertulis pada Sabtu (2/6). Berdasarkan

keterangan pejabat dan saksi, pasukan Israel menembak mati Razan al-Najjar,

seorang relawan kesehatan, yang masih berusia 21 tahun. Kala itu, Razan sedang

berlari menuju pagar perbatasan dalam upayanya menjangkau korban.

“Militer Israel berjanji akan menyelidiki pembunuhan terang-terangan perawat Palestina oleh tentara Zionis pada Jumat dalam unjuk rasa di sepanjang perbatasan Gaza. Hal itu disampaikan Israel dalam pernyataan tertulis pada Sabtu.” (Teguh Firmansyah, Republika.com, 02/06/2018)

Diagnostic cause pada berita ini adalah militer Israel mengeluarkan janji

tersebut disusul oleh insiden penembakan Razan. Militer Israel dianggap sebagai

pelaku utama kematian Razan Najjar. Namun militer Israel berdalih bahwa

pasukannya terpaksa melepaskan tembakan karena diserang oleh warga Palestina

dengan tembakan dan granat.

Utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat, Nickolay Mladenov

dalam twitternya mengatakan bahwa seharusnya tenaga medis dilindungi. Ia

 

49 Universitas Kristen Petra

menekankan bahwa tenaga medis bukanlah target. Dalam cuitannya di akun

Twitternya, ia menggunakan lambang hashtag #NotATarget (#BukanSasaran).

“Utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat Nickolay Mladenov

mengatakan di Twitter: "Tenaga medis adalah #NotATarget (#BukanSasaran)!"

(Teguh Firmansyah, Republika.com, 02/06/2018)

Penggunaan tagar “#NotATarget (#BukanSasaran)” sebenarnya

merupakan sebuah gerakan yang menegaskan bahwa warga sipil dan seluruh

pihak yang tidak berkaitan dengan konflik atau tidak menimbulkan ancaman

bukanlah target tembak oleh tentara dari pihak manapun. Istilah ini muncul dari

sebuah gerakan yang ditetapkan sebagai World Humanitarian Day atau Hari

Kemanusiaan Internasional setiap 19 Agustus. Gerakan ini merujuk pada para

pekerja kemanusiaan yang bertugas dalam hal pengiriman bantuan atau paramedis

yang secara sukarela membantu korban-korban yang terluka atau sakit, yang

seringkali dijadikan target dan dicegah dalam menjalankan tugasnya. (United

Nations Secretary-General, World Humanitarian Day, 2018)

Nickolay juga menyarankan bahwa Israel perlu mengkalibrasikan

penggunaan kekuataannya. Selain itu, ia juga menyarankan bahwa Hamas juga

perlu ikut terlibat untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan di pagar.

Peningkatan ketegangan antara kedua belah pihak hanya akan menambah banyak

korban jiwa.

"#Israel perlu mengkalibrasikan penggunaan kekuatannya dan Hamas perlu mencegah kejadian di pagar. Peningkatan ketegangan hanya menambah banyak korban jiwa," tambahnya.” (Teguh Firmansyah, Republika.com, 02/06/2018)

Nickolay Mladenov adalah seorang politisi asal negara Bulgaria. Ia

bekerja sebagai Menteri Perhubungan Luar Negeri di bawah kepemimpinan

Perdana Menteri Boyko Borisov dari tahun 2010 hingga 2013. Sejak 2 Agustus

2013, ia ditunjuk sebagai bagian dari Sekretaris Umum Amerika Serikat. Ia

menjadi representatif dari lembaga tersebut dalam kasus Irak. Pada 5 Februari

2015, Mladenov ditunjuk sebagai Utusan Perdamaian Timur Tengah Amerika

Serikat. (UNSCO.com, n. d.)

Mladenov dianggap oleh kebanyakan pihak memiliki pandangan yang

berorientasi pada dunia barat. Bakatnya sebagai politis muda sempat menguatkan

 

50 Universitas Kristen Petra

hubungan antara Bulgaria dan Amerika. Hal itu dikarenakan pada masa

jabatannya sebagai Menteri Pertahanan Bulgaria, ia menambahkan pengutusan

pasukan Bulgaria ke Afganistan. Keputusan ini diakui oleh diplomasi Amerika

Serikat dan mengakuinya sebagai politisi muda yang berbakat. (UNSCO.com, n.

d.)

Kata kalibrasi dalam KBBI artinya pengukuran berdasarkan alat ukur atau

standar tertentu. Kalibrasi dikatakan perlu dilakukan bila suatu instrumen ukur

dianggap tidak baik, sehingga perlu adanya kajian ulang. (Morris, 2001).

Sehingga dalam penggunaan kata kalibrasi, Israel dianggap terlalu berlebihan

dalam menetapkan standar yang digunakan dalam bertindak, terutama dalam

penggunaan senjatanya.

Berita ini menunjukkan bahwa Republika menilai Israel terlalu berlebihan

dalam menggunakan kekuatannya. Definisi kekuatan dalam konflik Israel-

Palestina tentunya adalah kekuatan militer dan kekuatan politik. Kekuatan Israel

sebenarnya berasal dari fraksi terbesarnya, Likud, yang merupakan fraksi dominan

di Israel. Fraksi yang dipimpin oleh Benyamin Netanyahu – yang juga merupakan

Perdana Menteri Israel – ini merupakan partai politik yang sangat dekat dengan

Amerika Serikat, negara yang dikenal sebagai adidaya. Hal ini terlihat dari

keputusan Presiden Donald Trump Hal ini membuat kekuatan Israel sangat besar,

baik dari segi militer maupun politik dikalangan PBB. Secara singkat, memiliki

landasan agama yang sama dengan Israel membuat Amerika Serikat begitu gencar

membantu Israel dalam mengukuhkan negara serta wilayahnya. Menurut hasil

laporan Musthafa Abd Rahman di Kompas.com dalam artikelnya yang berjudul

Rahasia di Balik Hubungan AS-Israel, keinginan Amerika Serikat untuk

membantu Israel berdiri bermula pada kaum migran Eropa yang membawa

doktrin Perjanjian Lama di mana kaum Yahudi harus kembali ke Palestina. Hal ini

kemudian menjadi cikal bakal berdirinya gerakan atau proyek Zionis. Pada

akhirnya, pengaruh Yahudi yang berlandaskan Perjanjian Lama sangat besar

terhadap Amerika Serikat. (Rahman, Kompas.com, 18/09/16)

Dari kekuatan militer, berdasarkan laporan Rahman, Amerika Serikat dan

Israel menyepakati kesepahaman paket bantuan militer terbesar sepanjang sejarah

di mana paket bantuan tersebut senilai 38 milliar dollar AS dalam jangka waktu

 

51 Universitas Kristen Petra

10 tahun. Alat-alat militer yang digunakan Israel berasal dari perusahaan-

perusahaan multinasional yang berbasis di Amerika Serikat, seperti

Caterpillar.inc, Ford Motor Company, Monsato, Combined System dan lain-

lainnya. Israel sendiri menerapkan wajib militer bagi seluruh warga negaranya,

termasuk perempuan.

Dari sisi politik, Israel memang tidak masuk sebagai anggota permanen

Dewan Keamanan PBB. Namun sahabat dekat partai Zionis, Amerika Serikat,

merupakan salah satu dari lima anggota permanen Dewan Keamanan PBB. Hal ini

menyebabkan Amerika memiliki hak veto. Hak veto ini dapat menangkis segala

resolusi yang dibuat oleh DK PBB. Sehingga semua resolusi yang dianggap

merugikan Israel dapat ditentang begitu saja oleh Amerika Serikat sebagai

anggota permanen DK PBB.

Merujuk pada kata “kekuatan” oleh Mladenov, kekuatan inilah yang

mungkin dimaksud Mladenov. Sebagai utusan perdamaian Timur Tengah oleh

Amerika Serikat, Mladenov wajib mencari jalan tengah bagi kedua pihak yang

bertikai. Sehingga meskipun berasal dari Amerika Serikat – negara sahabat Israel,

Mladenov tetap melayangkan kritikan kepada Israel selain juga melayangkan

kritikan kepada Hamas, fraksi yang berkuasa atas Gaza. Menggunakan pernyataan

tersebut, Republika menunjukkan bahwa kedua pihak harus sama-sama

bertanggung jawab dan berusaha untuk mencegah kejadian-kejadian yang tidak

diinginkan di perbatasan Gaza.

Berita ke-5

Palang Merah Turki Kecam Kematian Perawat Palestina, 3 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Palang Merah Turki atau Bulan Sabit Merah (Kizilay) mengeluarkan kecaman atas kematian perawat Palestina, Razan Al Najar, Sabtu (3/6). Perawat tersebut merupakan relawan kesehatan di Jalur Gaza yang tewas akibat serangan tentara Israel. Menurut laporan pejabat dan saksi, pasukan Israel menembak mati Razan. Saat itu, perempuan berusia 21 tahun itu tengah berlari menuju pagar perbatasan di timur kota Gaza selatan Khan Younis dalam upaya menyelamatkan korban. "Kami mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina #Razan_Najjar yang tengah bertugas sebagai pekerja medis sekarela

 

52 Universitas Kristen Petra

di Jalur Gaza. Pekerja bantuan dan staf medis bukanlah target," ujar pernyataan Kizilay melalui akun Twitter resmi, Sabtu (2/6). Dari laporan yang ada, disebutkan juga Najar sempat dibawa ke rumah sakit Sahra di dekat lokasi kejadian. Ia mengalami luka parah di bagian dada yang menembus hingga punggung. Menteri Kesehatan Palestina Jevad Avad mengatakan tindakan Israel yang menembak langsung seorang pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang. Sejak aksi massa di Gaza dimulai pada 30 Maret lalu, lebih dari 100 demonstran Palestina yang tewas akibat serangan pasukan militer Israel. Secara rinci disebutkan ada 119 warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza.

Pada berita ini, problem identification-nya adalah kecaman yang muncul

dari negara Turki, Palang Merah Turki. Kecaman tersebut ditujukan atas kematian

perawat Palestina, Razan al-Najjar. Memiliki latar belakang bidang pekerjaan

yang sama, mereka menekankan melalui akun Twitter Kizilay bahwa pekerja

bantuan dan staf medis bukanlah target.

“Palang Merah Turki atau Bulan Sabit Merah (Kizilay) mengeluarkan kecaman atas kematian perawat Palestina, Razan Al Najar, Sabtu (3/6). Perawat tersebut merupakan relawan kesehatan di Jalur Gaza yang tewas akibat serangan tentara Israel.” (Puti Almas, Republika.com, 02/06/2018)

Palang Merah Turki yang lebih dikenal dengan Bulan Sabit Merah adalah

organisasi yang berdiri sejak kerajaan Ottoman pada tahun 1868. Organisasi non-

profit ini juga banyak terlibat pada kasus konflik Timur Tengah. Organisasi ini

merupakan organisasi dengan jenis palang merah yang pertama di dunia dan

menjadi organisasi non-profit paling penting bagi dunia Islam. Selain itu,

organisasi ini juga merupakan bagian dari ICRC atau International Red Cross and

Red Crescent Movement.

Diagnostic cause dari kecaman tersebut dikarenakan Razan diketahui

tertembak saat mengenakan seragam putih sambil mengangkat tangannya tinggi-

tinggi dan berlari menuju pagar perbatasan untuk menolong korban luka. Ia

meninggal akibat serangan tentara Israel.

"Kami mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina #Razan_Najjar yang tengah bertugas sebagai pekerja medis sekarela di Jalur Gaza. Pekerja bantuan dan staf medis bukanlah target," ujar pernyataan Kizilay melalui akun Twitter resmi, Sabtu (2/6).” (Puti Almas, Republika.com, 02/06/2018)

 

53 Universitas Kristen Petra

Moral judgement yang ditekankan oleh Republika adalah pernyataan

Menteri Kesehatan Palestina Jevad Avad bahwa tindaka Israel yang menembak

langsung seorang pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang.

“Menteri Kesehatan Palestina Jevad Avad mengatakan tindakan Israel yang menembak langsung seorang pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang.” (Puti Almas, Republika.com, 02/06/2018)

Republika melalui berita ini menunjukkan simpati yang ditujukan

kepada Razan oleh Palang Merah Turki. Razan memiliki kesamaan latar

belakang profesi dengan Palang Merah Turki sebagai tenaga paramedis,

meskipun Razan merupakan anggota dari Palestinian Medical Relief Society

(PMRS) sedangkan Palang Merah Turki merupakan bagian dari ICRC.

Melalui moral yang digunakan, Republika melihat kematian Razan adalah

hal yang tidak pantas dan merupakan kejahatan perang.

Yang dimaksud kejahatan perang adalah segala tindak laku yang

dilakukan oleh pihak-pihak yang melanggar aturan-aturan perang yang

berlaku. Hukum perang yang dimaksud merupakan jenis hukum yang

melarang atau disebut sebagai “Jus ad bellum”. Hukum ini merujuk pada

hukum kemanusiaan internasional yang berasal dari dua konvensi, Konvensi

Jenewa tahun 1949 dan Konvensi Den Haag tahun 1899 dan 1907. Dalam

konvensi Jenewa yang keempat, setiap pihak yang tidak sedang melakukan

penyerangan secara sengaja atau menghancurkan atau mengambil barang

milik orang lain tidak boleh diserang. Jadi segala tindakan yang melanggar

Hukum Kemanusiaan Internasional (disebut juga Hukum Humanitarian

Internasional atau HHI) disebut sebagai kejahatan perang.

Dalam kasus penembakan Razan, tindakan tentara Israel dikatakan

sebagai kejahatan perang sebab Konvensi Jenewa tahun 1949 pada bab IV

menjelaskan bahwa setiap anggota dinas kesehatan mendapatkan

perlindungan dan tidak boleh dijadikan sebagai target.

Berita ke-6

Liga Arab Kecam Tindakan Israel Membunuh Paramedis, 4 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Liga Arab pada Ahad (3/6) mengutuk tindakan Israel baru-baru ini membunuh seorang petugas paramedis

 

54 Universitas Kristen Petra

Palestina yang sedang menolong orang yang cedera di Jalur Gaza. Tindakan ini dinilai Liga Arab sebagai babak baru terorisme Israel. Tentara Israel menembak petugas paramedis yang berusia 21 tahun, Razan An-Najjar, di dekat pagar perbatasan di Jalur Gaza pada Jumat (1/6), saat wanita itu sedang merawat pemrotes yang cedera di Jalur Gaza. Ribuan orang Palestina memberi penghormatan terakhir kepada relawan muda tersebut dalam pemakaman besar pada Sabtu. "Kejahatan Israel ini serta perbuatan lain adalah rangkaian baru babak terorisme Israel, yang tidak memberi perlindungan bagi tim medis dan petugas pertolonga, memburu dan membidik wartawan serta menghukum mati mereka dengan cara darah dingin," kata badan pan-Arab tersebut di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua, Senin (4/6). Liga Arab menyatakan Israel bertanggung-jawab atas pembunuhan An-Najjar, dan memperingatkan tentara Israel agar tidak melanjutkan perbuatan brutal semacam itu. Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa tentara Israel yang ditempatkan di daerah perbatasan pada Jumat menembakkan gas air mata dan peluru aktif ke arah pemrotes, yang mengibarkan bendera Palestina dan melemparkan batu ke arah tentara Yahudi. Pada Jumat, ratusan pemrotes Palestina berpawai menuju empat tempat di bagian timur Jalur Gaza di dekat perbatasan dengan Israel pada Jumat ke-10 pawai dan protes, yang oleh rakyat Palestina dinamakan "Pawai Akbar Kepulangan dan Pembangkangan terhadap Blokade Israel". Pawai itu dimulai pada 30 Maret dan menyerukan hak pengungsi Palestina untuk pulang serta diakhirinya bloakde Israel yang telah diberlakukan atas Jalur sejak musim panas 2007. Sejak akhir Maret, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 120 orang Palestina dan melukai ribuan orang lagi selama protes yang menyerukan hak pengungsi Palestina untuk pulang dan diakhirinya blokade Israel yang diberlakukan atas Jalur Gaza sejak 2007, ketika Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) merebut kekuasaan atas daerah kantung tersebut.

Setelah kecaman dari Palang Merah Turki, kali ini problem identification

yang menjadi frame utama Republika pada berita ini adalah kecaman dari Liga

Arab. Senada dengan Palang Merah Turki, Liga Arab mengutuk tindakan Israel

yang baru-baru ini membunuh seorang petugas medis Palestina yang sedang

mencoba menolong pengunjuk rasa yang terluka di Jalur Gaza.

“Liga Arab pada Ahad (3/6) mengutuk tindakan Israel baru-baru ini membunuh seorang petugas paramedis Palestina yang sedang menolong orang yang cedera di Jalur Gaza. Tindakan ini dinilai Liga

 

55 Universitas Kristen Petra

Arab sebagai babak baru terorisme Israel.” (Nidia Zuraya, Republika.com, 04/06/2018)

Liga Arab merupakan organisasi regional yang terdiri dari beberapa negara

Arab di regional Afrika Utara, Semenanjung Afrika dan Arab. Organisasi ini

terbentuk di Kairo, 22 Maret 1945 dengan beranggotakan enam negara; Mesir,

Irak, Yordania, Lebanon, Arab Saudi, dan Syria. Hingga kini, organisasi ini

memiliki 22 anggota.

Organisasi yang berbasis politik ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi

dari negara keanggotaannya serta ikut terlibat dalam setiap konflik yang dialami

oleh negara yang tergabung. Dalam kasus Israel-Palestina, Liga Arab dalam

Pertemuan Kairo pada tahun 1964 menghadirkan organisasi baru yang mewakili

warga Palestina. Setelah itu, Palestina pun ikut tergabung dalam Liga Arab dan

terbentuk pula Organisasi Kemerdekaan Palestina yang didirikan pada 2 Juni

1964.

Pemilihan Liga Arab sebagai sumber berita pada berita ini berhubungan

dengan nilai berita Prominence. Liga Arab dianggap sebagai pihak yang

mempunyai pengaruh karena merupakan organisasi di tingkat regional. Dengan

demikian, Republika melihat, pernyataan Liga Arab seharusnya memiliki dampak

yang lebih besar dengan nilai berita yang kuat. Terlebih lagi, Palestina merupakan

anggota kenegaraan Liga Arab.

Diagnostic cause pada berita ini adalah Israel yang dituduh menembak

langsung Razan yang sedang berupaya untuk menolong pengunjuk rasa yang

cedera. Republika mengutip pernyataan Liga Arab melalui Xinhua, Senin (4/6).

Dalam pernyataan tersebut, Israel dituduh tidak memberikan perlindungan bagi

tim medis dan petugas pertolongan, bahkan memburu dan membidik wartawan

serta menghukum mati mereka dengan cara darah dingin.

Moral judgement yang digunakan oleh Republika adalah pernyataan Liga

Arab yang menyatakan tindakan militer Israel merupakan babak baru terorisme.

Tindakan Israel juga dinilai keterlaluan dalam satu pernyataan oleh Kementrian

Kesehatan di Jalur Gaza, di mana Israel dituduh menembakkan gas air mata dan

peluru aktif ke arah pemrotes yang mengibarkan bendera Palestina dan

melemparkan batu ke arah tentara Yahudi.

 

56 Universitas Kristen Petra

"Kejahatan Israel ini serta perbuatan lain adalah rangkaian baru babak terorisme Israel, yang tidak memberi perlindungan bagi tim medis dan petugas pertolonga, memburu dan membidik wartawan serta menghukum mati mereka dengan cara darah dingin," kata badan pan-Arab tersebut di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua, Senin (4/6).” (Nidia Zuraya, Republika.com, 04/06/2018)

Treatment Recommendation yang diberitakan Republika adalah

pernyataan Liga Arab yang menyatakan bahwa Israel harus bertanggung jawab

atas pembunuhan Razan dan memperingatkan agar tentara Israel tidak

melanjutkan perbuatan brutal seperti itu.

“Liga Arab menyatakan Israel bertanggung-jawab atas pembunuhan An-Najjar, dan memperingatkan tentara Israel agar tidak melanjutkan perbuatan brutal semacam itu.” (Nidia Zuraya, Republika.com, 04/06/2018)

Pada berita ini, Republika menggunakan pernyataan musuh bebuyutan

Israel, Liga Arab yang beranggotakan 22 negara Arab (termasuk Palestina) yang

menyebut kejahatan Israel terkait korban-korban yang ditembak, termasuk Razan,

adalah babak baru terorisme. Sebenarnya, terorisme merujuk kepada angkatan

bersenjata yang tidak dikenal yang bertindak tanpa menuruti aturan-aturan perang

yang berlaku. Kata terorisme juga merujuk pada kegiatan meneror atau menebar

ketakutan atau menyerang secara tiba-tiba di mana targetnya biasanya adalah

warga sipil. (Adji, 2001, p. 51).

Pernyataan Liga Arab yang digunakan Republika seolah-olah menguatkan

asumsi bahwa penembakan Razan memang disengaja dan menitiberatkan

kesalahan kepada Israel. Israel disebut sebagai penebar ketakutan karena aksinya

yang kerap kali menewaskan warga-warga sipil.

Berita ke-7

Israel, Mengapa Petugas Medis Palestina Tetap Ditembak, 4 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS -- Razan al-Najjar berlari menuju pagar di Kota Khan Younis saat bentrokan pecah antara aparat Israel dan demonstran Palestina, Jumat pekan lalu. Sambil mengangkat tangan, Najjar yang berseragam putih mencoba membantu pejuang Palestina yang terluka.

 

57 Universitas Kristen Petra

Perempuan itu mengangkat tangan. Sebagai tanda bahwa ia adalah seorang perawat. Namun, dari jauh penembak runduk seperti sudah mengincarnya. Peluru itu melesak menembus gadis yang baru berusia 21 tahun tersebut. Najjar awalnya tak sadar. Namun, tajam peluru membuatnya terjatuh. Ia menangis. Rompi putihnya dengan sekejap berubah menjadi merah darah. Saksi menyebut ada dua atau tiga peluru yang ditembakkan dari tentara Israel. Nyawanya pun tak berhasil diselamatkan. Razan Najjar sudah cukup dikenal di kalangan demonstran Palestina. Sebagai sukarelawan medis, ia membantu pengunjuk rasa Palestina yang terluka. Dalam sebuah wawancara dengan media pada Mei lalu, ia mengaku ingin menunjukkan bahwa wanita juga bisa berperan. "Menjadi anggota medis bukan hanya tugas pria," ujarnya dengan penuh semangat. Kematian Razan al-Najjar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi pekanan di Jalur Gaza. Hal itu juga menunjukkan bagaimana Israel kerap kali melanggar hukum-hukum internasional. Razan al-Najjar (kiri) paramedis yang tewas akibat tertembak di dada Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldirck mengatakan, pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka tanpa khawatir akan ditembak atau terluka. "Pembunuhan staf medis yang telah diidentifikasi oleh pasukan keamanan selama aksi demonstrasi merupakan tindakan tercela," ujarnya.

Problem identification pada berita ini merupakan keputusan Israel yang

menjadikan petugas medis sebagai target. Republika pada awal beritanya

menuliskan kronologis penembakan Razan. Pada awalnya, Razan berlari menuju

pagar di Kota Khan Younis saat bentrokan antara pengunjuk rasa dan tentara

Israel pecah. Saat itu, ia berlari sambil mengangkat tangan yang menandakan

bahwa ia adalah seorang perawat.

“Sambil mengangkat tangan, Najjar yang berseragam putih mencoba

membantu pejuang Palestina yang terluka. Perempuan itu

mengangkat tangan. Sebagai tanda bahwa ia adalah seorang

perawat. Namun, dari jauh penembak runduk seperti sudah

mengincarnya. Peluru itu melesak menembus gadis yang baru berusia

21 tahun tersebut.” (Rizkyan Adiyudha/Puti Almas, Republika.com,

04/06/2018)

 

58 Universitas Kristen Petra

Namun meski sudah mengangkat tangan, serta mengenakan rompi putih,

Razan tetap tertembak di antara para demonstran. Salah satu keterangan saksi juga

mengatakan bahwa ada dua atau tiga peluru yang ditembakkan dari tentara Israel.

Republika melaporkan bahwa pelaku utama dari kasus ini adalah

penembak runduk Israel. Seperti dituliskan, meski sudah mengangkat tangan

pertanda Razan adalah perawat, penembak runduk seperti sudah mengincarnya.

Kematian Razan sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah

dibunuh tentara Israel dalam aksi Pawai Besar Kepulangan itu sendiri. Melalui

angka tersebut, Republika menilai bahwa Israel kerap kali melanggar hukum-

hukum internasional. Selain itu, Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie

McGoldirck juga mengatakan bahwa pembunuhan staf medis yang telah

diidentifikasi oleh pasukan keamanan merupakan tindakan tercela.

“Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldirck mengatakan, pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka tanpa khawatir akan ditembak atau terluka. "Pembunuhan staf medis yang telah diidentifikasi oleh pasukan keamanan selama aksi demonstrasi merupakan tindakan tercela," ujarnya.” (Rizkyan Adiyudha/Puti Almas, Republika.com, 04/06/2018)

Jamie McGoldrick adalah seorang politisi asal Irlandia. Ia sebelumnya

merupakan manajer senior di Kantor Amerika Serikat untuk Bidang

Humanitarian Affairs. Ia juga merupakan kepala dari Humanitarian Reform

Support Unit periode 2006 hingga 2009. Ia juga sempat bekerja bersama Palang

Merah Dunia dan beberapa organisasi non pemerintah disejumlah negara di

Afrika. Selain itu, ia juga memiliki pengalaman karir di bidang jurnalistik sebagai

seorang peneliti di beberapa stasiun televisi di Britania Raya.

Pada 6 Februari 2018, ia ditunjuk sebagai Kepala Koordniator

Kemanusiaan PBB oleh Sekretaris Umum PBB, Antonio Guterres. Ia juga

ditunjuk sebagai Koordinator Pemukiman dan Kemanusiaan PBB untuk daerah

Palestina yang tersengketa.

Pernyataan Jamie McGoldrick ini sebenarnya juga merujuk pada Konvensi

Jenewa 1949, pasal yang keempat. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa setiap

pihak yang berhubungan dengan tenaga medis harus dilindungi. Kata-kata Jamie

McGoldrick tentang pekerja kemanusiaan “harus diizinkan” dalam konteks

 

59 Universitas Kristen Petra

penembakan Razan, menggambarkan bahwa tentara Israel tidak mempedulikan

keamanan para tenaga medis yang seharusnya turut dijaga oleh pasukan keamanan

Israel.

“Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldirck mengatakan, pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka tanpa khawatir akan ditembak atau terluka.”

Di sini, Jamie McGoldirck mengatakan sebuah keharusan berdasarkan Konvensi

Jenewa 1949.

Penggunaan kata “khawatir” yang definisinya berkaitan dengan cemas

karena suatu ketakutan pada kalimat itu menggambarkan disebabkan oleh tidak

terjaminnya keselamatan tenaga paramedis pasca kematian Razan. Hal ini seakan

menguatkan anggapan Liga Arab yang menyebut Israel telah memberlakukan

babak baru terorisme pada berita Republika yang berjudul “Liga Arab Kecam

Tindakan Israel Membunuh Paramedis” pada tanggal yang sama.

Pernyataan Liga Arab ini digunakan Republika sebagai moral judgement

untuk mendelegitimasi kematian Razan.

Berita ke-8

Militer Israel akan Selidiki Kematian Razan, 4 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengatakan akan segera menyelidiki kematian seorang perawat Palestina pada Jumat lalu. Razan al-Najar yang berusia 21 tahun tewas setelah timah panas menembus dadanya. Diduga itu dilakukan oleh seorang snipper wanita asal Israel. Para pejabat dan saksi kesehatan mengatakan, pasukan Israel menembak mati Razan yang merupakan seorang sukarelawan medis. Saat dia berlari menuju pagar perbatasan, timur Kota Gaza, selatan Khan Younis, dalam upaya untuk mencapai korban. Militer Israel mengatakan, militan Palestina telah menyerang pasukannya di sepanjang perbatasan dengan tembakan dan granat. Dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Sabtu, militer mengatakan akan menyelidiki kematian al-Najar. Ribuan orang menghadiri pemakaman al-Najar di Gaza pada hari Sabtu, termasuk beberapa pasien yang sempat ia rawat saat terluka di perbatasan. Tubuhnya dibungkus dengan bendera Palestina dan dibawa melalui jalan-jalan dengan tandu oleh pelayat. "Dengan jiwa dan darah kami, kami menebusmu, martir Razan," teriak para pelayat ketika mayat itu dibawa ke rumahnya untuk perpisahan terakhir sebelum dimakamkan.

 

60 Universitas Kristen Petra

Penduduk mengatakan, al-Najar adalah tokoh populer di perbatasan. Gambar dirinya muncul di berbagai media sosial Palestina bahkan di seluruh dunia, dilansir Aljazirah.

Republika menjadikan janji militer Israel untuk menyelidiki kasus

penembakan Razan Najjar sebagai problem identification melalui penempatan

judulnya. Janji ini menanggapi pernyataan para pejabat dan saksi kesehatan yang

mengatkaan pasuka Israel menembak mati Razan yang merupakan seorang

sukarelawan medis.

“Militer Israel mengatakan akan segera menyelidiki kematian seorang perawat Palestina pada Jumat lalu.” (Winda Destiana Putri, Repbulika.com, 04/06/2018)

Diagnostic cause atau penyebab militer Israel melakukan penyelidikan

karena adanya dugaan penembakan tersebut disengaja dan dilakukan oleh sniper

wanita asal Israel.

Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya hanya melepaskan tembakan ke

target yang dianggap dapat menimbulkan ancaman. Namun terkadang peluru

mungkin menembus target atau terpantul sehingga mengenai korban lainnya.

Militer Israel akhirnya berjanji akan melakukan penyelidikan terkait kasus ini.

Sehingga, dari berita ini, Republika menggunakan moral judgement

ketidaksengajaan untuk melegitimasi penembakan yang dilakukan tentara Israel.

“Militer Israel mengatakan, militan Palestina telah menyerang pasukannya di sepanjang perbatasan dengan tembakan dan granat. Dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Sabtu, militer mengatakan akan menyelidiki kematian al-Najar.” (Winda Destiana Putri, Republika.com, 04/06/2018)

Pada akhir berita, Razan dituliskan dibungkus dengan bendera Palestina

dan disebut oleh para pelayat sebagai martir. Martir, sebagaimana disebutkan

sebelumnya adalah orang yang rela menderita atau mati demi mempertahankan

kepercayaan atau agamanya. Dalam konteks ini, Razan disebut martir karena ia

berjuang membela apa yang ia yakini. Seperti pada wawancaranya, ia mengatakan

akan berjuang (demi kemerdekaan Palestina) hingga titik akhir.

Selain dianggap sebagai martir, Republika juga melihat Razan juga

dianggap sebagai pahlawan, melalui penulisannya tentang pemakaman Razan di

 

61 Universitas Kristen Petra

mana ia dibungkus dengan bendera Palestina. Seperti halnya di Indonesia, saat

pemakaman Aburahman Wahid atau yang dikenal dengan Gus Dur, bendera

Merah-Putih menyelubungi peti Aburahman Wahid. Hal ini dikarenakan Gus Dur

dikenal sebagai tokoh penting di Indonesia.

“Sebelum dikubur, jasad Gus Dur dikeluarkan dari peti mati yang terselubung bendera Merah-Putih. Peti mati yang terbuat dari kayu itu kemudian dibawa keluar area makam oleh 20 personel Paspampres berpakaian militer.” (Luki, Antaranews.com, 31/12/09)

Berita ke-9

Razan Al-Najjar, Akhir Cerita Sang Penyelamat Nyawa, 4 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Membantu perjuangan warga Palestina dan berada di garis depan peperangan bukan hanya milik para lelaki, melainkan juga para wanita. Setidaknya, itulah prinsip yang dianut Razan al-Najjar. Menjalani hari-hari sebagai pekerja medis darurat sukarela, Razan ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Palestina di Gaza. "Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria," kata Razan dalam wawancara di kemah protes Gaza, bulan lalu, dikutip dari the New York Times, Sabtu (2/6). Pada hari terakhirnya, Razan berlari dengan rompi putihnya menghampiri seorang pria tua yang telah dipukul dengan menggunakan tabung gas air mata. Hal itu diungkapkan oleh seorang kerabat Razan, Ibrahim al-Najjar (30 tahun). Menurut Ibrahim, Razan berada kurang dari 100 meter dari pagar ketika dia membalut kepala pria yang terkena tabung gas air mata. Pria itu kemudian dibawa ke ambulans dan paramedis lain menghampiri Razan yang terkena gas air mata. Kemudian, tembakan terdengar dan ia jatuh ke tanah. Ibrahim membawanya pergi dengan bantuan dua orang lain dan menemaninya di ambulans. "Razan tidak menembak," kata Ibrahim. "Razan menyelamatkan jiwa dan mengobati yang terluka." Menurut manajer rumah sakit, Dr Salah al-Rantisi, Razan tiba di rumah sakit lapangan dalam kondisi serius. Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Gaza Eropa di Khan Younis, tempat dia akhirnya meninggal di meja operasi. Sementara, saksi lain dan Kementerian Kesehatan Gaza memberikan versi yang sedikit berbeda dari kejadian. Mereka mengatakan, kala itu Razan dan paramedis lain berjalan menuju pagar dengan tangan terangkat dalam perjalanan mereka untuk mengevakuasi para pengunjuk rasa yang terluka ketika dia ditembak di dada. Razan menjadi orang Palestina ke-119 yang meninggal sejak protes dimulai pada Maret, menurut pejabat kesehatan Gaza. Ia adalah satu-satunya kematian yang terdaftar pada Jumat lalu. Militer Israel tidak

 

62 Universitas Kristen Petra

memberikan penjelasan atas penembakan itu, tetapi pada Sabtu, pihaknya mengatakan bahwa kasus itu akan diperiksa. "Kami telah berulang kali memperingatkan warga sipil agar tidak mendekati pagar dan mengambil bagian dalam insiden kekerasan dan serangan teroris dan kami akan terus bertindak secara profesional dan bertekad untuk melindungi warga sipil Israel dan infrastruktur keamanan Israel," kata militer Israel. Razan adalah penduduk Khuzaa, sebuah desa pertanian di dekat perbatasan dengan Israel, sebelah timur Khan Younis di Jalur Gaza selatan. Ayahnya, Ashraf al-Najjar, memiliki toko yang menjual suku cadang sepeda motor. Toko tersebut telah hancur dalam serangan udara Israel selama perang 2014 antara Israel dan kelompok militan. Menurut Ibrahim, sejak itu, ia pun hanya menganggur. Sebagai anak tertua dari enam bersaudara, Razan tidak cukup bagus dalam ujian sekolah menengahnya untuk belajar di universitas, kata ayahnya. Sebaliknya, ia dilatih selama dua tahun sebagai paramedis di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis dan menjadi sukarelawan dari Lembaga Bantuan Medis Palestina, sebuah organisasi kesehatan nonpemerintah. Ashraf (44 tahun) mengatakan, putrinya makan sahur dan shalat sebelum fajar pada Jumat sebelum awal Ramadhan untuk berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam. Itu terakhir kali dia melihatnya. Ketika bertemu dia di kemah protes di Khan Younis bulan lalu, dia mengatakan, ayahnya bangga dengan apa yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan," kata Ibrahim, "untuk me nyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja." Dalam wawancara video pada Sabtu, Sabreen al-Najjar yang merupakan ibu Razan tampak mengangkat rompi yang berlumuran darah dan berkata, "Ini adalah senjata putri saya yang dengannya dia melawan Zionis," ujarnya, seperti dikutip dari Aljazirah. Dalam tangisnya, Sabreen pun berbicara lagi, kata-katanya memunculkan ratapan dari para wanita di sekitarnya. "Kuharap, aku bisa melihatnya dalam gaun pengantin putihnya, bukan kain kafan," katanya.

Problem identification pada berita ini adalah kemanusiaan dan gender.

Republika menuliskan kisah hidup Razan yang pada akhirnya tewas tertembak

oleh tentara Israel. Republika di awal beritanya juga menuliskan tentang

keinginan Razan untuk menunjukkan peran perempuan pada masyarakat

konservatif Palestina.

Republika seolah ingin menunjukkan bahwa Razan sebagai seorang

perempuan turut berperan aktif dalam mendukung kemerdekaan Palestina

 

63 Universitas Kristen Petra

ditengah budaya patriarki Palestina. Sebagaimana disebut masyarakat Palestina

sebagai masyarakat konservatif. Dalam kasus ini, konservatif yang dimaksud

adalah bagaimana peran perempuan dalam suatu konflik. Peneliti melihat, dalam

konflik di Jalur Gaza ini, perempuan yang ikut berperan dianggap sebagai kaum

marjinal dan memiliki tempat khusus di media. Republika sendiri membuat

sebuah berita yang berjudul ‘para perempuan perkasa di Gaza’ tanggal 3 Maret

2017. Salwa Srour diberitakan karena menjadi sopir bus di Jalur Gaza sedangkan

Madleen Kullab yang menjadi nelayan sekaligus menjadi tulang punggung

keluarga. (Astuti, Republika Online, 10/03/2017)

Bagaimana perempuan digambarkan oleh Republika sebenarnya

mencerminkan batasan-batasan gender perempuan. Perempuan yang bekerja di

area yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki atau bekerja di luar bidang

domestik, menjadi suatu prestasi dan memiliki nilai berita. Hal ini sebenarnya

mencerminkan teori dari Ibrahim & Suranto (1998, p. 138) yang mengatakan

perempuan memiliki nilai berita bila ia bergerak di bidang yang tadinya

didominasi oleh kaum pria terlebih lagi jika ia berprestasi.

Dalam kaitannya dengan penembakan ini, Razan menjelaskan bagaimana

pandangan konservatif Palestina yang dimaksud adalah peran perempuan yang

dimarginalkan dalam proses perjuangan kemerdekaan warga Palestina. Kemudian

Razan dianggap berhasil membongkar batasan peran gender yang berasal dari

pandangan konservatif Palestina terkait perjuangan kemerdekaan warga Palestina.

Berdasarkan judul berita ‘para perempuan perkasa’ dan pemberitaan

tentang profil Razan di berita ke-9 ini, peneliti melihat bahwa Razan memiliki

nilai berita oddity atau bizzareness, nilai berita kedua menurut Mencher (2000, p.

73). Nilai berita tersebut adalah setiap peristiwa yang tidak biasa atau tidak umum

terjadi.

Republika dalam hal ini melihat bahwa peran perempuan yang

dimarginalkan dari pandangan konservatif masyarakat Palestina, sebenarnya

memiliki peran besar dalam kemerdekaan warga Palestina. Dalam berita tersebut,

Razan digambarkan sebagai tokoh yang terkenal, dengan demikian memiliki suara

yang berdampak kepada dunia, melalui wawancara-wawancaranya dengan media

lain.

 

64 Universitas Kristen Petra

Berita ke-10

Benarkah Rebecca Rum yang Tembak Mati Perawat Palestina?, 5 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Siapa sosok penembak runduk Israel yang menewaskan perawat Palestina, Razan Najjar, masih misterius. Belakangan muncul nama Rebecca Rum sebagai penembak jitu tersebut. Ia adalah tentara veteran wanita Israel kelahiran Boston, AS. Sebuah foto saat ia memegang senjata sambil tersenyum beredar di media sosial. Namun, belakangan Rebecca membantah semua kabar tersebut. "Orang-orang telah mengambil wajah saya dan menggunakannya sebagai simbol kebencian," ujarnya kepada Jerussalem Post, Senin (4/6). Rebecca mengaku turut berduka atas kematian Najjar. Namun, semua pihak, kata ia, harus mengecek fakta terlebih dahulu sehingga tak menyebarkan berita bohong. "Saya benar-benar mengucapkan belasungkawa, kehilangan putri, kehilangan nyawa adalah tragedi," ujarnya. Warga Gaza mengantar jenazah perawat Palestina Razan Najjar (21 tahun) yang ditembak Israel, Sabtu (2/6). Rebecca mengatakan, tuduhan ia sebagai sosok penembak berawal dari laman Facebook Suhair Nafal dari Chicago. Nafal mengunggah foto wanita berusia 24 tahun tersebut dengan mengenakan pakaian militer dan memegang senjata M-16 sambil tersenyum. Menurut Rebecca, foto itu diambil empat tahun lalu, ketika ia sedang bergabung dalam unit intelijen pertempuran yang bertugas di selatan Israel, dekat dengan Semenanjung Sinai, Mesir. Rebecca tak tahu bagaimana Nafal mengambil gambar tersebut. Namun, sepertinya diperoleh dari Facebook militer Mesir pada Mei 2014. Saat ini, Rebecca bertugas melatih pasukan militer Israel di bidang intelijen. Ia mengaku mendapat berbagai ancaman setelah beredarnya gambar tersebut. Seperti dikutip Jerussalem Post, unggahan yang menyebut Rebecca sebagai pelaku telah direvisi. Namun, kabar tersebut telanjur menyebar dan dibagikan oleh banyak netizen. Militer Israel mengatakan, otoritas Zionis sedang menyelidiki insiden pembunuhan ini. Namun, sampai sekarang, mereka belum mau mengungkap siapa sosok di balik aksi penembakan keji tersebut. Razan al-Najjar tewas ditembus timah panas yang dilontarkan militer saat bertugas untuk menolong korban terluka dalam aksi demonstrasi yang berujung bentrok pada Jumat pekan lalu. Wanita 21 tahun itu ditembak mati saat berlari menuju sebuah pagar yang diperkuat di Kota Khan Younis saat menghampiri korban kekerasan.

 

65 Universitas Kristen Petra

Kematian Razan al-Najjar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi pekanan di Jalur Gaza. "Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata, kemarin.

Masalah utama pada berita ini adalah beredarnya sosok wanita yang

dikabarkan menjadi penembak runduk yang menembak Razan hingga tewas.

Sosok perempuan itu bernama Rebecca Rum, seorang tentara veteran wanita

Israel kelahiran Boston, Amerika Serikat. Fotonya saat mengenakan pakaian

lengkap militer Israel sambil tersenyum dan memegang senapan m-16 diunggah di

halaman Facebook milik Suhair Nafal.

“Belakangan muncul nama Rebecca Rum sebagai penembak jitu tersebut. Ia adalah tentara veteran wanita Israel kelahiran Boston, AS. Sebuah foto saat ia memegang senjata sambil tersenyum beredar di media sosial.” (Teguh Firmansyah, Republika.com, 05/06/2018)

Menurut Rebecca, foto itu diambil empat tahun lali, ketika ia sedang

bergabung dalam unit intelijen pertempuran. Kala itu ia sedang bertugas di selatan

Israel yang berdekatan dengan Semenanjung Sinai, Israel. Namun tuduhan

tersebut dibantah oleh Rebecca.

Republika memberitakan bahwa Rebecca hanya bertugas melatih pasukan

militer Israel di bidang intelijen. Ia menduga bahwa fotonya tersebut diambil dari

akun Facebook resmi milik militer Mesir pada Mei 2014.

“Saat ini, Rebecca bertugas melatih pasukan militer Israel di bidang intelijen. Ia mengaku mendapat berbagai ancaman setelah beredarnya gambar tersebut. Seperti dikutip Jerussalem Post, unggahan yang menyebut Rebecca sebagai pelaku telah direvisi. Namun, kabar tersebut telanjur menyebar dan dibagikan oleh banyak netizen.” (Teguh Firmansyah, Repbulika.com, 05/06/2018)

Akibat tuduhan itu, Rebecca langsung mendapatkan berbagai ancaman. Ia

pun langsung membantah dan melakukan klarifikasi. Setelah itu, seperti dikutip

dari Jerusalem Post, unggahan yang menyebut Rebecca sebagai pelaku langsung

diubah.

Disamping itu, militer Israel mengatakan, otoritas Zionis masih sedang

menyelidiki insiden pembunuhan tersebut. Namun, Republika menuliskan bahwa

pihak militer Israel belum mau mengungkap sosok pelaku di balik aksi

penembakan tersebut yang dinilai keji.

 

66 Universitas Kristen Petra

“Militer Israel mengatakan, otoritas Zionis sedang menyelidiki insiden pembunuhan ini. Namun, sampai sekarang, mereka belum mau mengungkap siapa sosok di balik aksi penembakan keji tersebut.” (Teguh Firmansyah, Repbulika.com, 05/06/2018)

Berita ke-11 Israel Kebal Hukum Internasional, 5 Juni 2018

Daftar pelanggaran hukum internasional oleh Israel makin panjang. Pelanggaran tersebut mulai dari pembangunan permukiman di wilayah pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, hingga penembakan warga sipil. Pelanggaran yang terbaru, Israel menembak mati perawat Palestina, Razan al-Najjar, saat ada unjuk rasa di sepanjang perbatasan Gaza, Jumat (1/6). Pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina telah melanggar Resolusi 2334 Dewan Keamanan PBB. Resolusi tersebut menuntut Israel menghentikan semua kegiatan permukiman di wilayah pendudukan Palestina, termasuk di Yerusalem Timur. Resolusi telah disahkan sejak 23 Desember 2016. Akan tetapi, Israel terus membangun permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Sebelum Resolusi PBB 2334 terbit, badan peradilan tertinggi PBB, Mahkamah Internasional, telah memutuskan pada 2004 bahwa permukiman Israel melanggar hukum internasional. Berdasarkan hukum internasional, pemindahan populasi dari atau ke wilayah pendudukan adalah ilegal. Israel telah menarik 8.000 pemukim di wilayah kependudukan pada 2005, tetapi hal itu tidak berlaku selamanya. Saat ini, lebih dari 600 ribu warga Israel bermukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki dari Palestina. Selain itu, serangan Israel kerap menarget warga sipil Palestina. Hal itu jelas melanggar hukum humaniter internasional yang merupakan aturan PBB tentang hukum perang. Tentara Israel pun membunuh jurnalis dan perawat yang secara jelas mengenakan atribut. Setelah semua pelanggaran hukum internasional tersebut, Israel tetap bebas dari hukuman. Resolusi PBB untuk menghentikan pelanggaran hukum Israel selalu mental di tingkat Dewan Keamanan. Hal itu akibat hak veto anggota tetap DK PBB, Amerika Serikat, sekutu Israel yang selalu menggagalkan resolusi. Upaya untuk mengadili Israel sebenarnya telah diusahakan Palestina. Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki telah meminta jaksa di Pengadilan Pidana Internasional untuk menyelidiki dugaan pelanggaran HAM oleh Israel di wilayah Palestina. Pengadilan Pidana Internasional memiliki wewenang untuk mengadili perkara kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pengadilan itu dapat dilakukan di 123 negara yang menjadi anggotanya. Israel memang belum bergabung dengan Pengadilan Pidana Internasional. Akan tetapi, karena Palestina merupakan anggota,

 

67 Universitas Kristen Petra

Israel dapat menjadi sasaran penyelidikan atas kejahatan di tanah Palestina. Pengadilan Pidana Internasional telah melakukan penyelidikan awal sejak 2015 atas dugaan kejahatan wilayah Palestina. Kejahatan tersebut termasuk kebijakan pembangunan permukiman dan kejahatan perang dalam konflik Gaza 2014. Pengadilan Pidana Internasional yang beroperasi sejak Juli 2002 itu merupakan pengadilan terakhir. Pengadilan tersebut beroperasi ketika negara tidak mau atau tidak dapat menyelidiki kejahatan di wilayahnya. Meski demikian, pengadilan tersebut tidak dapat menuntut tersangka. Hal itu karena Pengadilan Pidana Internasional tidak memiliki wewenang melakukan penangkapan. Hasil dari pengadilan akan sangat bergantung pada kerja sama negara-negara anggota untuk menegakkan surat perintang penangkapan. Melihat fakta tersebut, potensi menyeret Israel ke pengadilan internasional sangat tergantung terhadap kerja sama negara-negara lain. Penegakan hukum internasional tergantung kepatuhan negara-negara lain menegakkan hukum tersebut. Jika tidak ditegakkan, tampaknya Israel memang kebal hukum internasional.

Pada berita ini, masalah yang teridentifikasi oleh Republika adalah

pelanggaran yang dilakukan oleh Israel. Republika melihat bahwa daftar

pelanggaran hukum internasional oleh Israel bertambah setelah kasus penembakan

Razan Najjar oleh penembak runduk Israel.

Dalam berita tersebut, Republika menuliskan bahwa pelanggaran Israel

bertambah panjang karena sebelumnya, Israel telah melanggar Resolusi 2334

Dewan Keamanan PBB tentang pembangunan pemukiman. Dalam resolusi

tersebut, Israel dituntut untuk menghentikan semua kegiatan pemukiman di

wilayah pendudukan Palestina, termasuk di Yerusalem Timur. Meskipun resolusi

ini telah disahkan sejak 23 Desember 2016, Israelterus membangun pemukiman

Yahudi di wilayah Palestina yang dimaksud.

Republika juga menambahkan bahwa sebelum kasus pemukiman itu,

Mahkamah Internasional pada tahun 2004 telah memutuskan bahwa pemukiman

Israel melanggar hukum Internasional. Dari keputusan itu, Israel telah menarik

sebanyak 8.000 pemukiman di wilayah yang dimaksud pada tahun 2005. Tetapi

hingga saat ini, lebih dari 600 ribu warga Israel bermukim di Tepi Barat dan

Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki dari Palestina.

 

68 Universitas Kristen Petra

Selain masalah pemukiman, serangan Israel juga kerap kali menarget

warga Sipil Palestina. Republika menuliskan bahwa hal itu jelas melanggar

hukum humaniter internasional yang merupakan aturan PBB tentang hukum

perang. Tentara Israel diketahui juga membunuh jurnalis dan perawat yang secara

jelas mengenakan atribut.

Pembunuhan jurnalis terjadi pada tanggal 20 Desember 2012. Beberapa

kasus lainnya juga terjadi di tahun ini. Pembunuhan-pembunuhan ini yang

kembali ditonjolkan oleh Republika.

Republika menekankan isu di mana warga sipil dan jurnalis juga kerap kali

menjadi target. Isu ini memiliki nilai berita human interest di mana Ishawara

(2004, p. 56) mengatakan, nilai berita human interest meliputi konflik seperti

korban dan sebagainya. Ishawara melihat, nilai berita human interest sebenarnya

berisi nilai cerita (story of value) alih-alih sebagai nilai berita. Maksudnya, hal-hal

yang dianggap memiliki nilai berita human interest tidak menjadi suatu peristiwa

tetapi menjadi latar belakang dari peristiwa. Nilai berita human interest

menyangkut tentang emosi, dramatis, kesukaan dan ketidaksukaan umum dari

masyarakat, serta lain-lainnya.

Dengan latar belakang yang sama dengan pembaca, yaitu sebagai warga

sipil, Republika menekankan isu tersebut untuk menarik emosi pembaca kepada

teks berita. Tentunya pembunuhan warga sipil merupakan hal yang tidak disukai

masyarakat. Sehingga, Republika melalui isu yang ditekankan ini berusaha

mengiring pembaca untuk tidak menyukai tindakan-tindakan tentara Israel yang

disebut telah membunuh warga sipil dan jurnalis.

Moral judgement yang digunakan Republika pada berita ini adalah

pelanggaran hukum. Penilaian tersebut berasal dari tiga hukum; Resolusi 2334

tentang pemukiman, Hukum Humaniter tentang pembunuhan warga sipil dan

jurnalis serta paramedis.

Republika menilai bahwa meskipun telah pelanggara hukum internasional

yang dikatakan di atas, Israel tetap bebas dari hukuman. Hal ini dikarenakan

resolusi PBB selalu gagal di tingkat Dewan Keamanan PBB. Republika

menuliskan bahwa hal tersebut dapat terjadi karean hak veto anggota tetap DK

PBB, Amerika Serikat, sekutu Israel yang selalu menggagalkan resolusi.

 

69 Universitas Kristen Petra

“Setelah semua pelanggaran hukum internasional tersebut, Israel tetap bebas dari hukuman. Resolusi PBB untuk menghentikan pelanggaran hukum Israel selalu mental di tingkat Dewan Keamanan. Hal itu akibat hak veto anggota tetap DK PBB, Amerika Serikat, sekutu Israel yang selalu menggagalkan resolusi.” (Joko Sadewo, Republika.com, 05/06/2018)

Treatment Recommendation yang diberikan Republika adalah kerja sama

antar negara. Republika memberitakan bahwa meskipun Israel belum bergabung

dengan Pengadilan Pidana Internasional, namun dikarenakan Palestina merupakan

anggota, Israel dapat menjadi sasaran penyelidikan atas kejahatan di tanah

Palestina. Republika menekankan bahwa kerja sama antar negara-negara lain

sangat dibutuhkan. Penegakkan hukum internasional bergantung pada kepatuhan

negara-negara lain untuk ikut menegakkan hukum tersebut.

“Melihat fakta tersebut, potensi menyeret Israel ke pengadilan internasional sangat tergantung terhadap kerja sama negara-negara lain. Penegakan hukum internasional tergantung kepatuhan negara-negara lain menegakkan hukum tersebut. Jika tidak ditegakkan, tampaknya Israel memang kebal hukum internasional.” (Joko Sadewo, Republika.com, 05/06/2018)

Negara-negara yang dimaksud di sini merupakan negara-negara

keanggotaan PBB. Dalam hal ini termasuk Indonesia. Melalui tawaran solusi ini,

Republika ingin mendorong Indonesia, sebagai salah negara yang terdaftar

sebagai anggota Dewan Keamanan PBB untuk turut menuntaskan keadilan dan

menyeret Israel ke pengadilan Internasional. Indonesia serta negara anggota DK

PBB lainnya diharapkan mampu bekerja sama dan melawan kekuatan hak veto

salah satu dari lima anggota tetap DK Keamanan PBB, Amerika Serikat.

Berita ke-12 Tembak Mati Paramedis, Israel Langgar Hukum Internasional, 6 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar menilai Israel kembali melanggar aturan hukum internasional karena membunuh tim paramedis yang sedang bekerja di wilayah konflik. Israel telah melakukan tindakan pembunuhan berencana terhadap paramedis Palestina, Razan al-Najjar. Hingga saat ini, militer Israel terus melakukan pembunuhan terhadap warga palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Ia

 

70 Universitas Kristen Petra

mengatakan, Israel seperti melakukan pembunuhan massal atas nama negara. "Atas dalih mempertahankan diri, negara zionis itu membunuh siapa pun yang ada di hadapan mereka. Anak-anak, ibu-ibu, wartawan, hingga perawat," kata Rofi Munawar dalam keterangan pers, Selasa (5/6). Paramedis Razan al-Najjar adalah perawat sukarela asal Palestina yang bertugas di Jalur Gaza. Ia ditembak mati oleh tentara Israel pada Jumat (1/6). Kematian Razan ini menambah daftar warga Palestina yang tewas oleh peluru Israel menjadi 124 orang sejak akhir Maret lalu. Sejak 30 Maret 2018, warga di daerah Gaza melakukan protes di perbatasan Israel menuntut kembalinya tanah mereka setelah diusir dan melarikan diri selama perang pada 1948. Protes yang dilakukan oleh warga Palestina dalam rangka memperingati Hari Nakba (tanah) di perbatasan Gaza dan pemindahan Dubes AS ke Yerusalem secara jelas dan nyata membuat Israel kalap dan gelap mata. "Korban sudah banyak yang berjatuhan, namun ke sekian kali dunia diam." kecam anggota DPR RI dari Fraksi PKS tersebut. Legislator asal Jawa Timur ini juga menambahkan, Razan dalam peristiwa itu menggunakan atribut medis dan dalam posisi tidak melalukan perlawanan. Namun, tentara Israel tetap saja melepaskan tembakan kepada wanita berusia 21 tahun tersebut. Atas penembakan itu, Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang berat karena secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. "Dalam konvensi tersebut menegaskan bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik," ujarnya. Sebagai informasi, pengaturan mengenai perlindungan terhadap petugas kesehatan dalam medan perang dapat ditemui dalam pasal-pasal Konvensi Jenewa dan Protokol tambahannya. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36, dan Pasal 37 Konvensi Jenewa, petugas kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan. Di antaranya mencangkup seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk pekerjaan medis (mencari, mengumpulkan, mengangkut, membuat diagnosis, dan merawat orang yang cedera, sakit, korban kapal karam, dan untuk mencegah penyakit). Mereka itu adalah dokter, perawat, jururawat, dan pembawa usungan. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan medis atau pengangkutan medis. Mereka itu adalah administrator, pengemudi, juru masak, dan lain-lain.

Pada berita ini, bingkai utama yang menjadi fokus Republika adalah

pelanggaran yang telah dilakukan oleh Israel setelah dituduh membunuh Razan

 

71 Universitas Kristen Petra

Najjar. Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi

Munawar menilai tindakan Israel ini telah melanggar hukum Internasional. Bukan

hanya Razan, Rofi mengatakan bahwa militer Israel terus melakukan pembunuhan

terhadap warga Palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Israel seperti

melakukan pembunuhan massal atas nama negara.

“Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar menilai Israel kembali melanggar aturan hukum internasional karena membunuh tim paramedis yang sedang bekerja di wilayah konflik. Israel telah melakukan tindakan pembunuhan berencana terhadap paramedis Palestina, Razan al-Najjar.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)

Militer Israel dikatakan melanggar setelah diketahui membunuh paramedis

Palestina. Selain itu, Israel juga kerap kali melakukan pembunuhan terhadap

warga Palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Rofi mengatakan bahwa

Israel sepertinya melakukan pembunuhan massal atas nama agama.

“Hingga saat ini, militer Israel terus melakukan pembunuhan terhadap warga palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Ia mengatakan, Israel seperti melakukan pembunuhan massal atas nama negara.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)

Rofi mengatakan bahwa Israel hanya berdalih mempertahankan diri untuk

membenarkan perbuatannya membunuh siapapun yang ada di hadapan Israel,

mulai dari anak-anak, ibu-ibu, wartawan, hingga paramedis.

Selain itu, nilai moral yang digunakan Republika adalah isi dari hukum

konvensi Jenewa. Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman atas

penembakan tersebut yang melanggar konvensi Jenewa tahun 1949.

“Atas penembakan itu, Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang berat karena secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. "Dalam konvensi tersebut menegaskan bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik," ujarnya.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)

Konvensi Jenewa mengatur sejumlah aturan tentang perang. Dalam pasal-

pasal Konvensi Jenewa dan Protokol tambahannya, terdapat pengaturan mengenai

perlindungan terhadap petugas kesehatan dalam medan perang. Salah satu

misalnya dalam Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36, dan Pasal 37 Konvensi Jenewa di

mana petugas kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan.

 

72 Universitas Kristen Petra

Yang dimaksud petugas kesehatan adalah seseorang yang ditugaskan baik

permanen maupun sementara untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan

medis atau pengangkutan medis.

“Di antaranya mencangkup seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk pekerjaan medis (mencari, mengumpulkan, mengangkut, membuat diagnosis, dan merawat orang yang cedera, sakit, korban kapal karam, dan untuk mencegah penyakit). Mereka itu adalah dokter, perawat, jururawat, dan pembawa usungan.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018) “Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan medis atau pengangkutan medis. Mereka itu adalah administrator, pengemudi, juru masak, dan lain-lain.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)

Konvensi Jenewa merujuk pada perjanjian tahun 1949, negosiasi pasca

Perang Dunia Kedua. Perjanjian itu hingga kini berisi empat perjanjian. Konvensi

ini secara luas didefinisikan pada hak-hak dasar para thanan perang (warga sipil

dan personel militer), mendirikan perlindungan untuk yang terluka, dan

mendirikan perlindungan bagi warga sipil di dan sekitar zona perang.

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, Konvensi Jenewa menjelaskan

bahwa negara-negara pelindung berhak untuk mengajukan pertemuan kepada

negara-negara bersengketa untuk sepakat memberikan akses kepada petugas-

petugas dinas kesehatan dan rohaniawan untuk melindungi para korban perang.

Selanjutnya dalam pasal 24 hingga 27 dalam Bab IV yang secara khusus

menjelaskan tentang anggota dinas Kesehatan. Dimulai pada pasal 24 di mana

dijelaskan setiap anggota yang didefinisikan sebagai anggota Dinas Kesehatan

yang bertugas dalam angkatan perang harus dihormati dan dilindungi dalam

segala keadaan.

“Anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk mencari atau mengumpulkan, mengangkut atau merawat yang luka dan sakit, atau untuk mencegah penyakit, dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi kesatuan-kesatuan dan bangunan-bangunan kesehatan, demikian juga rohaniawan yang bertugas dalam angkatan perang, harus dihormati dan dilindugi dalam segala keadaan.” (Konvensi Jenewa, 1949)

 

73 Universitas Kristen Petra

Pada pasal selanjutnya, anggota angkatan perang yang khusus dilatih

dalam spesialis medis, dalam hal ini pengawal rumah sakit, jururawat-jururawat

atau pembantu-pembantu pengangkat tandu, dan lain-lainnya juga merupakan dari

bagian anggota Dinas Kesehatan juga wajib dilindungi. Selain itu, dalam pasal 26

dikatakan setiap anggota palang merah nasional yang sudah mendapat resmi dari

pemerintahan negara yang berperang memiliki kedudukan yang sama seperti

anggota dinas kesehatan yang disebut pada pasal sebelumnya.

“Anggota perhimpunan Palang Merah Nasional dan Anggota Perhimpunan Penolong Sukarela lainnya yang diakui dan disahkan sepatutnya oleh Pemerintahnya, yang mungkin menjalankan kewajiban-kewajiban yang sama seperti anggota dinas kesehatan yang disebut dalam pasal 24, mempunyai kedudukan yang sama seperti anggota dinas kesehatan yang disebut dalam pasal tersebut, asal saja anggota perhimpunan-perhimpunan itu tunduk pada hukum dan peraturan-peraturan militer.” (Konvensi Jenewa, 1949)

Melalui pelanggaran yang disebutkan Republika di atas, Republika

melihat bahwa penyelesaian satu-satunya adalah menghukum Israel dengan berat.

Berita ke-13

Militer Israel, Penembakan Razan al-Najjar Tidak Disengaja, 6 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel telah melakukan penyelidikan terkait tertembaknya sukarelawan medis Palestina Razan al-Najjar (21 tahun) di Khan Younis pada Jumat pekan lalu. Hasil penyelidikan sementara menyimpulkan insiden tertembaknya Razan terjadi secara tak sengaja. "Bahwa sejumlah kecil peluru ditembakkan selama insiden itu dan tidak ada tembakan yang sengaja atau langsung ditujukan kepadanya (Razan)," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Araby pada Selasa (5/6). Kendati demikian, militer Israel masih akan melanjutkan penyelidikan ini. Nantinya hasil atau kesimpulan penyelidikan akan diserahkan ke Departemen Advokat Militer. Razan al-Najjar tertembak tepat di dadanya ketika hendak memberikan pertolongan pertama kepada seorang warga Palestina yang berunjuk rasa di perbatasan Gaza-Israel. Aksi demonstrasi di sana direspons secara represif oleh pasukan keamanan Israel. Insiden penembakan Raza al-Najjar memicu kemarahan dunia internasional. Israel dinilai telah melanggar berbagai hukum internasional sehubungan dengan eskalasi di perbatasan Gaza-Israel, termasuk menempatkan paramedis dan jurnalis sebagai sasaran tembak.

 

74 Universitas Kristen Petra

Sejak aksi demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel digelar akhir Maret lalu, sedkitnya 120 warga Palestina telah tewas ditembak penembak jitu Israel. Aksi yang menuntut Israel mengembalikan desa-desa Palestina yang direbutnya pasca-Perang Arab-Israel tahun 1948 juga menyebabkan puluhan ribu warga di sana terluka. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Zeid Ra'ad Al Hussein telah mengecam kekerasan yang menimpa warga Palestina ketika berdemonstrasi di perbatasan Gaza-Israel. "Banyak warga Palestina yang terluka dan tewas benar-benar tidak bersenjata, (dan) ditembak di belakang, di dada, di kepala, dan anggota badan dengan amunisi langsung," ujar Zeid. Dewan HAM PBB telah mengesahkan sebuah resolusi untuk mengutus komisi penyelidikan ke Jalur Gaza. Komisi ini nantinya akan mengusut dan mencari bukti terkait dugaan terjadinya pelanggaran HAM di sana. Pada 22 Mei lalu, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki juga telah mengajukan aduan ke Pengadilan Pidana Internasional (ICC). Aduan ini terkait dengan permukiman ilegal dan kejahatan yang dilakukan pasukan Israel terhadap demonstran Palestina di Jalur Gaza. ICC telah merespons aduan yang diajukan Pemerintah Palestina. Menurut dia, sebelum pengaduan itu masuk, ICC telah melakukan pemeriksaan awal di Palestina. "Sejak 16 Januari 2015, situasi di Palestina telah menjadi subjek untuk pemeriksaan awal dalam rangka memastikan apakah kriteria untuk membuka penyelidikan (terhadap Israel) terpenuhi," ujar jaksa kepala ICC Fatou Bensouda. Selama lebih dari dua tahun melakukan pemeriksaan awal, Bensouda mengklaim telah mengalami kemajuan. "Pemeriksaan pendahuluan ini telah melihat kemajuan penting dan akan terus mengikuti jalur normalnya," katanya.

Masalah yang teridentifikasi pada berita ini adalah hasil penyelidikan

militer Israel yang menyatakan bahwa penembakan Razan tidak disengaja. Militer

Israel mengatakan hasil penyelidikan bahwa memang terdapat beberapa peluru

yang ditembakkan selama insiden tersebut, namun tidak ada satupun tembakan

yang sengaja ditujukan ke arah paramedis ataupun Razan. Masalah inilah yang

menjadi problem identification Republika.

Berdasarkan penyelidikan tersebut, militer mengklaim tidak pernah

sengaja menargetkan atau menembak petugas medis atau Razan Najjar secara

khusus. Meskipun demikian, militer Israel masih akan melanjutkan penyelidikan

ini dan akan menyerahkan hasilnya ke Departemen Advokat Militer.

 

75 Universitas Kristen Petra

Republika melihat bahwa Israel dinilai telah melanggar berbagai hukum

internasional. Bukan hanya karena kasus penembakan Razan secara khusus,

namun juga pelanggaran lainnya seperti peningkatan jumlah pemukiman di

perbatasan Gaza-Israel, hingga menempatkan paramedis dan jurnalis sebagai

sasaran tembak.

Sementara itu, salah satu penyelesaian yang ditulis Republika adalah

resolusi yang telah dibuat PBB untuk menyelidiki kasus pelanggaran HAM yang

terjadi di Gaza. Republika juga melaporkan bahwa Pengadilan Kriminal

Internasional (ICC) telah menlakukan pemeriksaan awal sejak 16 Januari 2015

dan hingga kini mengalam kemajuan penting dan akan terus mengikuti jalur yang

seharusnya.

“ICC telah merespons aduan yang diajukan Pemerintah Palestina. Menurut dia, sebelum pengaduan itu masuk, ICC telah melakukan pemeriksaan awal di Palestina. "Sejak 16 Januari 2015, situasi di Palestina telah menjadi subjek untuk pemeriksaan awal dalam rangka memastikan apakah kriteria untuk membuka penyelidikan (terhadap Israel) terpenuhi," ujar jaksa kepala ICC Fatou Bensouda. Selama lebih dari dua tahun melakukan pemeriksaan awal, Bensouda mengklaim telah mengalami kemajuan. "Pemeriksaan pendahuluan ini telah melihat kemajuan penting dan akan terus mengikuti jalur normalnya," katanya.” (Kamran Dikarma, Republika.com, 06/06/2016)

Berita ke-14

Tentara Israel Edit Video Kematian Razan al-Najjar, 9 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah dikecam secara luas karena mengedit video yang berisi cuplikan pembunuhan petugas medis Palestina, Razan al-Najjar. Dalam video itu, Israel berusaha menggambarkan bahwa Razan bukanlah Angel of Mercy. Dilansir Independent, Sabtu (9/6), Pada Kamis, beberapa pejabat pemerintah dan militer Israel men-tweet video yang menyebutkan bahwa tindakan Hamas yang menggunakan perisai manusia atau tameng harus dihentikan. Video itu menunjukkan bagian dari wawancara Razan dengan media Lebanon al Mayeen TV. Dalam wawancara itu ia mengaku bertindak sebagai "perisai manusia". Namun dalam video lengkapnya, wanita muda itu mengatakan dia menghadiri aksi demonstrasi untuk menyelamatkan korban luka di garis depan. Dia tidak menyebutkan Hamas dalam wawancara itu.

 

76 Universitas Kristen Petra

Kematiannya telah menjadi semacam seruan bagi warga Palestina, yang menjuluki Razan Angel of Mercy. "Razan al Najjar bukanlah malaikat belaskasih yang coba digembar-gemborkan oleh propaganda Hamas," kata juru bicara bahasa Arab IDF Avichay Edraee di Twitter. Ia mengatakan pengakuan Razan yang menyebut dia adalah 'perisai manusia' membuktikan bagaimana Hamas menggunakan seluruh penduduk Gaza sebagai amunisi untuk tujuannya dan kepentingan Iran. "Apakah personel medis di seluruh dunia melemparkan bom dan berpartisipasi dalam kerusuhan dan menyebut diri mereka perisai manusia?" kata Edraee. Video itu dikecam keras oleh Palestina dan aktivis hak asasi manusia sebagai upaya untuk membenarkan kematian Razan. IDF selalu menuduh Palestina dan organisasi hak asasi manusia Israel mengedit dokumentasi pelanggaran hak asasi manusia itu. Tapi itu mengedit video Razan al Najjar untuk mendiskreditkannya setelah membunuhnya. Benar-benar tercela dan munafik, kata penulis Israel-Amerika Mairav Zonszein di Twitter. IDF tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar. Gaza telah dilanda aksi protes selama dua bulan di perbatasan Israel-Gaza. Tembakan IDF telah menewaskan sedikitnya 121 orang. 13 ribu orang juga terluka akibat kebakaran dan gas air mata. Ini merupakan kekerasan yang paling mematikan bagi warga Gaza sejak akhir perang 2014 dengan Israel. Aksi ini memuncak pada 23 Mei, ketika AS secara resmi meresmikan kedutaan baru di kota Yerusalem. Pray for Razan Alnajjar Para pejabat Israel mengatakan, tuduhan atas tingginya korban tewas seharusnya diberikan kepada Hamas. Menurut militer Israrl Hamas mendorong demonstrasi sebagai tameng untuk serangan yang direncanakan terhadap tentara Israel. Pada Jumat, tiga orang tewas dan sedikitnya 383 orang terluka dalam demontrasi. Pasukan Israel memulai kembali penggunaan gas air mata dan peluru hidup untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Razan (21) ditembak di dada oleh seorang penembak jitu IDF selama protes di perbatasan Gaza-Israel pada 1 Juni lalu.

Pada berita ini, Republika mengidentifikasi video yang diedit oleh pihak

militer Israel (IDF) sebagai permasalahan utama. Video yang dimaksud adalah

unggahan video di media sosial Twitter oleh beberapa pejabat dan militer Israel

yang menyebutkan tindakan Hamas menggunakan perisai manusia atau tameng

manusia harus dihentikan. Dalam video tersebut juga ditunjukkan cuplikan

pembunuhan petugas medis Palestina, Razan al-Najjar.

 

77 Universitas Kristen Petra

“Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah dikecam secara luas karena mengedit video yang berisi cuplikan pembunuhan petugas medis Palestina, Razan al-Najjar. Dalam video itu, Israel berusaha menggambarkan bahwa Razan bukanlah Angel of Mercy.”(Marniati, Republika.com, 09/06/2018)

Pelaku utama yang dimaksud oleh Republika adalah sejumlah pejabat

Israel serta pihak militer Israel sebagai pengunggah video. Dalam video tersebut,

Israel mendesak agar Hamas berhenti menggunakan perisai manusia. Bagian dari

wawancara Razan dengan media Lebanon al Mayeen TV juga dimasukkan dalam

video tersebut.

Dalam video yang diunggah di Twitter itu, Razan mengaku bertindak

sebagai ‘perisai manusia’. Republika menuliskan bahwa Razan dalam video

lengkapnya mengatakan dia akan menghadiri aksi demonstrasi untuk

menyelamatkan korban luka di garis depan tanpa menyebutkan nama Hamas

dalam wawancara itu. Selain itu, Republika melihat bahwa video tersebut untuk

mengdiskreditkan sosok Razan yang dikenal seabgai Angel of Mercy atau

‘Malaikat Perdamaian’.

“Dalam wawancara itu ia mengaku bertindak sebagai "perisai manusia". Namun dalam video lengkapnya, wanita muda itu mengatakan dia menghadiri aksi demonstrasi untuk menyelamatkan korban luka di garis depan. Dia tidak menyebutkan Hamas dalam wawancara itu. Kematiannya telah menjadi semacam seruan bagi warga Palestina, yang menjuluki Razan Angel of Mercy. "Razan al Najjar bukanlah malaikat belaskasih yang coba digembar-gemborkan oleh propaganda Hamas," kata juru bicara bahasa Arab IDF Avichay Edraee di Twitter. (Marniati, Republika.com, 09/06/2018)

Dalam penjelasannya, Edraee mengatakan bahwa pengakuan Razan bahwa

ia adalah ‘perisai manusia’ membuktikan bahwa Hamas menggunakan warga

Gaza sebagai amunisi untuk mencapai tujuannya dan kepentingan Iran. Video ini

kemudian mendapat kecaman keras oleh Palestina dan aktivis Hak Asasi Manusia

sebagai upaya untuk membenarkan diri atas pembunuhan Razan al-Najjar. Penulis

Israel-Amerika, Mairav Zonszein menilai bahwa video tersebut sebagai perbuatan

yang tercela dan munafik.

“Tapi itu mengedit video Razan al Najjar untuk mendiskreditkannya setelah membunuhnya. Benar-benar tercela dan munafik, kata penulis Israel-Amerika Mairav Zonszein di Twitter. IDF tidak segera

 

78 Universitas Kristen Petra

menanggapi permintaan untuk berkomentar.” (Marniati, Republika.com, 09/06/2018)

Pernyataan Mairav Zonzein yang menyatakan perbuatan ini tercela dan

munafik menjadi moral judgement untuk mendelegitimasi perbuatan Israel

tersebut. Kata tercela merujuk pada perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan.

Sedangkan kata munafik merujuk pada sikap seseorang yang menunjukkan

kepatuhan kepada ajaran agama, padahal dalam hatinya tidak.

Berita ke-15 LK2PK-Suropati Syndicate Gelar Malam Puisi untuk Razan, 12 Juni 2018

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- LK2PK (Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan) bekerjasama dengan Suropati Syndicate mengadakan malam puisi untuk Razan Al Najjar, seorang relawan medis yang tewas tertembak di Gaza, 1 Juni silam. Direktur LK2PK Ardiansyah Bahar mengatakan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk mengenang duka kemanusiaan di dunia medis. "Razan adalah korban dari kebiadaban bagaimana Konvensi Jenewa yang melindungi petugas medis dilanggar," kata Ardiansyah dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id, Senin (11/6). Kegiatan Ahad (10/6) malam ini turut menghadirkan budayawan Nirwan Ahmad Arsuka, Ketua Voice of Palestina Mujtahid Hashem, dan ketua PPMI Mesir Pangeran Arsyad I, dan tokoh pemuda Muhammad Arief Rosyid. Turut juga aktivis, politisi, hingga tokoh-tokoh pemuda lainnya. Salah satu penampil yang berasal dari Amerika Serikat, Texas, Mark menuturkan bahwa kematian Razan bukan hanya perihal medis, namun merupakan masalah bagi semua yang mencintai kemanusiaan. "Yang paling penting adalah kita memaafkan tapi tidak boleh melupakan," katanya. Budayawan Nirwan Arsuka yang didaulat sebagai penutup acara, menuturkan hal yang sama. "Kita harus mengingatkan juga bahwa Israel juga adalah mantan korban kebiadaban tragedi kemanusiaan," katanya sesaat sebelum membacakan puisi "Satu" karya penyair mantra, Sutardji Calzoum Bachri. Kegiatan ini juga dibarengi dengan pembagian paket lebaran kepada komunitas-komunitas yang berada di sekitaran Taman Suropati.

Pada berita ini, Republika memberitakan malam puisi yang digelar oleh

Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangungan Kesehatan (LK2PK) dengan

Suropati Syndicate untuk Razan al-Najjar, seorang relawan medis yang tewas

tertembak pada 1 Juni 2018. Kegiatan ini bukan saja untuk mengenang Razan

secara pribadi namun untuk mengenang duka kemanusiaan di dunia medis.

 

79 Universitas Kristen Petra

“Direktur LK2PK Ardiansyah Bahar mengatakan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk mengenang duka kemanusiaan di dunia medis. "Razan adalah korban dari kebiadaban bagaimana Konvensi Jenewa yang melindungi petugas medis dilanggar," kata Ardiansyah dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id, Senin (11/6).” (Muhammad Fakhruddin, Republika.com, 12/06/2018)

Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK)

merupakan lembaga yang bertujuan meningkatkan kesadaran kesehatan kepada

masyarakat dengan kerja sama bersama pemerintah dan pihak swasta. LK2PK

berupaya untuk mengoptimalkan kebijakan ataupun program kesehatan yang

dibuat oleh Pemerintah. Selain mengadakan kerja sama dengan pemerintah

maupun pihak swasta di bidang kesehatan, lembaga yang didirikan pada Oktober

2017 ini juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Syndicate Suropati adalah sebuah lembaga kajian atau dikusi yang

berfokus pada isu-isu penting seperti politik, kemiskinan, hak asasi manusia, dan

lain sebagainya. Lembaga yang berdiri sejak 24 Mei 2017 ini berdiri dengan latar

belakang persoalan-persoalan sosial dan politik yang terus-menerus ada. Yang

kedua, lembaga ini juga berdiri karena para penggagasnya menyadari situasi

demokrasi yang semakin gaduh dan riuh. Syndicate Suropati bercita-cita untuk

memperkaya informasi, menjadi stimulan perubahan dan perpanjangan aspirasi

sosial serta berupaya menumbuhkan solidaritas gerakan masyarakat yang massif

dan tertata dengan baik.

Nilai moral yang digunakan adalah tindakan kebiadaban dari pelanggaran

Konvensi Jenewa. Seperti diketahui, konvensi tersebut melindungi petugas medis.

Namun pada penutupan acara, budayawan Nirwan Asuka menuturkan bahwa

Israel juga adalah mantan korban kebiadaban tragedi kemanusiaan.

“Budayawan Nirwan Arsuka yang didaulat sebagai penutup acara, menuturkan hal yang sama. "Kita harus mengingatkan juga bahwa Israel juga adalah mantan korban kebiadaban tragedi kemanusiaan," katanya sesaat sebelum membacakan puisi "Satu" karya penyair mantra, Sutardji Calzoum Bachri.” (Muhammad Fakhruddin, Republika.com, 12/06/2018)

Salah satu penampil asal Amerika Serikat, Mark, menuturkan hal yang

sama. Kematian Razan bukan hanya masalah medis, namun masalah bagi semua

pihak yang mencintai kemanusiaan. Namun ia menekankan bahwa yang

terpenting, meskipun memaafkan, tapi tidak boleh melupakan.

 

80 Universitas Kristen Petra

Berita terakhir oleh Republika merupakan puisi yang dibuat LK2PK dan

Suropati Syndicate. Puisi pada hakikatnya merupakan karya sastra yang

mengaitkan dengan emosi. Blair & Chandka dalam Tarigan (1991, p. 7)

mengatakan, puisi merupakan ekspresi yang konkret dan yang bersifat artistik dan

pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Ekspresi tersebut berasal

dari pengalaman yang sifatnya imajinatif, yang hanya berlaku dalam ucapan atau

dinyatakan dalam sifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang

memanfaatkan setiap wacana dengan matang dan tepat guna.

Karena puisi melambangkan emosi yang diekspresikan, Republika melihat

hal ini mengandung nilai berita human interest. Dalam mencari berita, wartawan

mengumpulkan bahan-bahan tambahan seperti salah satunya kesukaan atau

ketidaksukaan umum masyarakat. Republika menggambarkan suatu

ketidaksukaan masyarakat terhadap tindakan tentara Israel melalui pemberitaan

LK2PK dan Suropati sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang

mengadakan karya sastra untuk mengenang tewasnya Razan.

4.2.2. Tribunnews.com

Berita ke-1

Sedang Tangai Pasien Luka di Jalur Gaza, Perawat Wanita Palestina Tewas

Ditembaki Tentara Israel, 2 Juni 2018

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Razan Ashraf Al Najjar (21) tewas setelah ditembak mati oleh tentara Israel. Wanita asal Palestina itu harus meninggal dunia saat sedang bertugas di perbatasan jalur Gaza. Perawat muda tersebut diketahui berada di kerumunan pengunjuk rasa yang notabene penduduk Palestina. Dilansir dari laman Iran-daily, kejadian yang berlangsung pada Jumat (1/6/2018) malam itu memang tampak mencekam. Diberitakan sejumlah pengunjuk rasa datang ke perbatasan tersebut untuk melakukan protes mengenai sengketa wilayah mereka. Saat itu, Razan diketahui sedang berada di tengah demonstran Palestina yang terluka. Razan () Namun nahas, meski telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut. Dan salah satu peluru tersebut nyatanya mengenai dada Razan.

 

81 Universitas Kristen Petra

Najjar terluka parah sebagai akibatnya, dan menyerah pada luka tembaknya yang parah tak lama kemudian. Namun klaim yang diajukan oleh pihak militer Israel justru berbeda. Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "ribuan perusuh" berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan, "membakar ban yang berdekatan dengan pagar keamanan dan berusaha merusak infrastruktur keamanan". Mereka juga mengklaim adanya tembakan yang ditembakkan ke kendaraan militer dan seorang Palestina menyeberang ke Israel, menanam granat dan kembali ke Gaza. Hal itu membuat tentara Israil mengatakan bahwa mereka berhak bertindak "sesuai dengan aturan keterlibatan". Sebuah baku tembak pada Selasa malam dimulai dengan rentetan roket dan mortir ke Israel dari Gaza, yang mendorong Israel untuk menanggapi dengan serangan terhadap 65 situs militan di Gaza. Itu adalah serangan terburuk sejak perang 2014 di Gaza dan diikuti berminggu-minggu demonstrasi mematikan dan bentrokan di sepanjang perbatasan, dimulai pada 30 Maret. kerusuhan di jalur Gaza (AFP) Konflik Palestina tak kunjung usai Setidaknya 120 orang Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel sejak "Great March of Return" dimulai di Jalur Gaza pada 30 Maret. Empat belas anak-anak termasuk di antara orang-orang Palestina yang jatuh, Presstv melaporkan. Sekitar 13.300 warga Palestina juga menderita luka-luka, 300 di antaranya berada dalam kondisi kritis. Wilayah-wilayah pendudukan telah menyaksikan ketegangan baru sejak Presiden AS Donald Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan pengakuan Washington atas Yerusalem al-Quds sebagai "ibu kota" Israel dan mengatakan AS akan memindahkan kedutaannya ke kota. Keputusan dramatis itu memicu demonstrasi di wilayah Palestina yang diduduki dan di tempat lain di dunia. Status Yerusalem al-Quds adalah masalah paling rumit dalam konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade. Orang-orang Palestina melihat Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Pada tanggal 17 Mei, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan rezim Israel harus dibawa ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional untuk pembantaian Gaza baru-baru ini. “Israel harus dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional [atas pembunuhan orang-orang Palestina]. Karena pihak ketiga tidak dapat melakukannya, Palestina perlu memulai ini, ”kata Cavusoglu dalam wawancara dengan penyiar negara bagian TRT. Dalam komunike terakhir yang dikeluarkan setelah pertemuan darurat di Istanbul pada 18 Mei, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk pembantaian 14 Mei puluhan warga Gaza sebagai

 

82 Universitas Kristen Petra

"kejahatan buas yang dilakukan oleh pasukan Israel dengan dukungan pemerintah AS." Ini juga mendesak PBB untuk "membentuk komite penyelidikan internasional ke dalam kekejaman baru-baru ini di Jalur Gaza, dan memungkinkan komite untuk memulai penyelidikan lapangan." OKI lebih lanjut menuntut "perlindungan internasional terhadap penduduk Palestina termasuk melalui pengiriman kekuatan perlindungan internasional" dalam menghadapi "kejahatan yang tidak diperiksa" yang dilakukan oleh rezim Tel Aviv. (Khairunnisa, Tribunnews.com, 02/06/2018)

Problem identification pada berita Tribunnews.com pada Sabtu (2/6) ini

adalah terdapat paramedis perempuan sukarelawan yang tewas tertembak ditengah

demonstran. Paramedis tersebut bernama Razan al-Najjar. Ia tewas saat sedang

bertugas di perbatasan jalur Gaza, dalam upayanya menjangkau para korban luka

dari demonstran.

Secara singkat, kronologis penyebab kematian Razan berawal pada situasi

mencekam di perbatasan Gaza di mana para demonstran melakukan protes

mengenai sengketa wilayah mereka. Diketahui bahwa Razan sedang berada di

tengah demonstran Palestina.

Namun, tentara Israel dikatakan tidak pandang bulu menembaki ke arah

pengunjuk rasa. Salah satu peluru kemudian mengenai Razan dan

menewaskannya. Meskipun sudah mengenakan seragam putih yang menandakan

ia adalah seorang perawat, namun Razan tetap tertembak. Hal inilah yang menjadi

diagnostic cause tertembaknya Razan.

Melalui berita ini, Tribunnews.com menggambarkan bahwa tentara Israel

telah melakukan penembakan secara brutal dan tidak bertanggung jawab.

Tribunnews.com menggunakan kata “tidak pandang bulu” yang artinya tidak

membedakan siapa pun yang ditembakinya. Tentara Israel seolah-olah tidak

mempedulikan seragam medis Razan di tengah kerumunan demonstran saat

hendak melepaskan tembakan, sehingga salah satu tembakan mengenai Razan.

“Namun nahas, meski telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut.”

Israel menerangkan bahwa ribuan perusuh berkumpul di lima lokasi di

sepanjang perbatasan. Para perusuh tersebut membakar ban yang berdekatan

 

83 Universitas Kristen Petra

dengan pagar keamanan dan berusaha merusak infrastruktur keamanan. Israel juga

mengklaim bahwa ada tembakan yang diarahkan ke kendaraan militernya dan

terdapat seorang Palestina yang menyebrang ke Israel, menanam granat dan

kembali ke Gaza.

Moral judgement bagi pihak militer Israel, mereka berhak untuk bertindak

‘sesuai dengan aturan keterlibatan’ karena mereka pun mendapatkan serangan.

“Mereka juga mengklaim adanya tembakan yang ditembakkan ke kendaraan militer dan seorang Palestina menyeberang ke Israel, menanam granat dan kembali ke Gaza. Hal itu membuat tentara Israil mengatakan bahwa mereka berhak bertindak "sesuai dengan aturan keterlibatan".

Aturan keterlibatan yang dimaksud Israel adalah segala tindakan yang dinilai

mengancam keamanan negara Israel akan ditindak secara profesional oleh tentara

Israel. Hal itu terlihat dari dalih Israel yang mengatakan penembakan terjadi

karena kendaraan militer mereka ditembak.

Namun, berkaitan pula dengan konflik Palestina secara umum,

Tribunnews.com menilai bahwa Israel telah melakukan kejahatan yang buas. Hal

itu dikatakan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mengutuk

pembantaian 14 Mei. Pada hari itu, puluhan warga Gaza diketahui terbunuh.

Kejadian ini dianggap sebagai kejahatan buas yang dilakukan oleh pasukan Israel

dengan dukungan pemerintah AS.

“Dalam komunike terakhir yang dikeluarkan setelah pertemuan darurat di Istanbul pada 18 Mei, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk pembantaian 14 Mei puluhan warga Gaza sebagai "kejahatan buas yang dilakukan oleh pasukan Israel dengan dukungan pemerintah AS."

Pembantaian 14 Mei yang dimaksud adalah tewasnya 52 warga Palestina

saat memprotes pemindahan kedubes AS ke Yerusalem kemarin. Masalah ini

bermula pada pengumuman Trump yang menyatakan Yerusalem sebagai ibukota

Israel, kemudian dilanjutkan dengan pemindahan kedubes AS ke Yerusalem

kemarin. Penilaian OKI ini menjadi moral judgement yang kedua untuk

mendeligitimasi tindakan yang dilakukan Israel, bukan saja terhadap pembunuhan

Razan, melainkan berbagai penembakan yang terjadi sebelumnya.

 

84 Universitas Kristen Petra

Berkaitan dengan pembantaian dan pembunuhan Razan, Tribunnews.com

melihat bahwa penyelesaiannya adalah menyeret Israel ke hadapan Pengadilan

Pidana Internasional. Seperti pernyataan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut

Cavusoglu yang mengatakan bahwa rezim Israel harus diurus oleh Pengadilan

Pidana Nasional dan Palestina perlu memulai kasus tersebut, bukan pihak ketiga.

“Pada tanggal 17 Mei, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan rezim Israel harus dibawa ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional untuk pembantaian Gaza baru-baru ini. “Israel harus dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional [atas pembunuhan orang-orang Palestina]. Karena pihak ketiga tidak dapat melakukannya, Palestina perlu memulai ini, ”kata Cavusoglu dalam wawancara dengan penyiar negara bagian TRT.” (Khairunnisa, Tribunnews.com, 02/06/2018)

Solusi penyelesaian juga datang dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

yang menuntut bahwa penduduk palestina perlu mendapatkan perlindungan

internasional. Termasuk pula pengiriman kekuatan internasional dalam

menghadapi ‘kejahatan yang tidak diperiksa’ dalam rezim Tel Aviv.

Tribunnews.com menggunakan OKI dan Menteri Luar Negeri Turki,

Mevlut Cavusoglu sebagai sumber yang menawarkan solusi seolah

menggambarkan bahwa berbagai pihak sudah menyarankan untuk menyeret Israel

ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional. Solusi ini menggambarkan bahwa

banyak pihak yang bersedia untuk mendukung Palestina menuntut Israel.

Berita ke-2

Foto-foto Razan al-Najjar, Tetap Rawat Warga Palestina yang Luka Meski

Dihujani Tembakan Israel, 2 Juni 2018

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kematian perawat Palestina, Razan Al Najjar semakin menambah panjang jumlah korban akibat konflik yang terjadi. Terlebih lagi, Razan adalah seorang tenaga medis yang berasal dari Kementerian Kesehatan Palestina. Menangani pasien luka akibat serangan tentara Israel sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Seperti yang terlihat dalam potret, dilansir dari laman CIR_Palestine, Razan tampak sigap saat menolong korban luka. Meski korban terlihat dalam kondisi mengenaskan dengan darah memenuhi tubuhnya, Razan tetap cekatan untuk menolongnya.

 

85 Universitas Kristen Petra

Wajah cantiknya tampak khawatir dan sedih saat melihat korban luka yang ditanganinya. Namun ia tetap serius menangai Pasien yang juga saudara satu negaranya itu agar lekas membaik. Razan saat sedang menolong korban luka (Twitter) Razan saat menolong korban luka () Bahkan dalam salah satu potret, Razan terlihat berlari. Hal itu konon dilakukannya pada saat ingin menolong korban luka di perbatasan Gaza. Razan sedang berlari saat menolong korban luka () Rentetan serangan roket dan mortir yang menghujani langit Palestina seolah tak menyurutkan semangat Razan dalam menolong korban. Diberitakan sebelumnya, sebuah baku tembak pada Selasa malam dimulai dengan rentetan roket dan mortir ke Israel dari Gaza, yang mendorong Israel untuk menanggapi dengan serangan terhadap 65 situs militan di Gaza. Itu adalah serangan terburuk sejak perang 2014 di Gaza dan diikuti berminggu-minggu demonstrasi mematikan dan bentrokan di sepanjang perbatasan, dimulai pada 30 Maret. Razan ditengah kerumunan warga Palestina () Kurang lebih ada ratusan warga Palestina yang tewas dalam serangan itu. Termasuk Razan, yang harus gugur ketika dirinya sedang bertugas di kerumunan warga Palestina. Namun nahas, meski telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut. Dan salah satu peluru tersebut nyatanya mengenai dada Razan. Najjar terluka parah sebagai akibatnya, dan menyerah pada luka tembaknya yang parah tak lama kemudian. Namun klaim yang diajukan oleh pihak militer Israel justru berbeda. Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "ribuan perusuh" berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan, "membakar ban yang berdekatan dengan pagar keamanan dan berusaha merusak infrastruktur keamanan". Mereka juga mengklaim adanya tembakan yang ditembakkan ke kendaraan militer dan seorang Palestina menyeberang ke Israel, menanam granat dan kembali ke Gaza. Hal itu membuat tentara Israil mengatakan bahwa mereka berhak bertindak "sesuai dengan aturan keterlibatan".

Pada berita kedua yang diterbitkan Tribunnews.com masih memiliki fokus

permasalahan yang sama. Namun dalam berita kali ini, Tribunnews.com

menggunakan gambar yang menunjukkan kegiatan-kegiatan Razan saat sedang

menolong demonstran yang sedang terluka.

 

86 Universitas Kristen Petra

Penyajian informasi yang ditonjolkan dapat berupa pemakaian grafis

seperti yang dijelaskan Eriyanto. Framing dalam aspek yang keduanya, setelah

pemilihan isu, adalah penempatan isu, penggunaan kalimat, proposisi serta cara

penyajian informasinya berupa grafis, histogram, dan lain-lainnya. (Eriyanto,

2002, p.67)

Berita ke-3

Pesan-pesan terakhir Razan Najjar untuk Ayahnya, Perawat Tewas

Tertembak, ‘Satu Tujuan, Selamatkan Nyawa’, 3 Juni 2018

TRIBUNJATIM.COM - Tewasnya paramedis relawan Palestina, Razan al-Najjar, menjadi perbincangan dunia. Najjar mengalami kejadian nahas saat sedang memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza, Palestina, Jumat (1/5/2018). Razan Najjar menghembuskan napas terakhir tidak lama setelah peluru dari tentara Israel bersarang di dadanya. Menurut Juru Bicara Kementerian Ashraf Al-Qudra, Najjar mengenakan jas putih khas petugas medis ketika ia ditembak. Berdasarkan laporan New York Times, saat itu tentara Israel menembakkan dua atau tiga peluru dari seberang pagar dan mengenai bagian tubuh Najjar. Razzan Najjar () Pejabat kesehatan Gaza menyebut, Razan Najjar adalah orang Palestina ke-119 yang tewas sejak dimulainya aksi protes pada Maret Lalu. Kepergian Najjar tentu menyisahkan duka. Terutama bagi keluarganya. Ribuan orangpun menghadiri pemakaman Najjar. Teman-teman dan rekannya menangis meratapi kepergiannya. Dilansir dari middleeasteye.net, ayah Najjar, Ashraf, membawa seragam berlumuran darah milik Najjar. Rompi medis yang dikenakan Razan Najjar saat tewas tertembak () Seragam tersebut dipakai Najjar saat gugur bertugas. "Malaikatku meninggalkan tempat ini, dia sekarang berada di tempat yang lebih baik. Aku akan sangat merindukannya. Semoga jiwamu beristirahat dalam damai, putriku yang cantik," katanya, dikutip dari middleeasteye.net. Sebelum meninggal dunia, Najjar ternyata sempat berbicara dengan sang ayah. Dilansir dari Grid.ID, hal tersebut disampaikan oleh ayahnya. "Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar.

 

87 Universitas Kristen Petra

Pernyataan tersebut dikatakan oleh Najjar kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia.

Pada berita ini, yang menjadi masalah utama adalah kematian Razan yang

ramai diperbincangkan dunia. Ttribunnews.com menuliskan bahwa kepergian

Razan meninggalkan duka yang sangat mendalam kepada warga Palestina,

terutama bagi keluarganya. Dalam berita ini disebutkan bahwa ribuan orang ikut

menghadiri pemakaman Razan.

Dilansir dari middleeasteye.net, ayah Najjar, Ashraf, membawa seragam

berlumuran darah milik Najjar. Rompi medis tersebut dikenakan Razan saat tewas

tertembak.

“Kepergian Najjar tentu menyisahkan duka. Terutama bagi keluarganya. Ribuan orangpun menghadiri pemakaman Najjar. Teman-teman dan rekannya menangis meratapi kepergiannya.Dilansir dari middleeasteye.net, ayah Najjar, Ashraf, membawa seragam berlumuran darah milik Najjar.” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Kematian Razan dikatakan menjadi perbincangan karena Razan tewas

tertembak saat sedang memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka

di perbatasan Gaza, Palestina. Menurut keterangan Juru Bicara Kementrian Ashraf

al-Qudra, Najjar mengenakan jas putih khas petugas medis ketika ia ditembak.

Tembakan tersebut berasal dari tentara Israel yang saat itu menembakkan dua atau

tiga peluru dari seberang pagar dan mengenai tubuh Najjar.

“Berdasarkan laporan New York Times, saat itu tentara Israel menembakkan dua atau tiga peluru dari seberang pagar dan mengenai bagian tubuh Najjar”. (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Pada berita ini, Tribunnews.com mengutip media daring

middleeasteye.net. media daring tersebut merupakan media independen

yang berfokus pada masalah atau konflik di timur tengah dan melihatnya

dari perspektif Timur Tengah. Timur Tengah merupakan istilah yang

menggambarkan daerah atau wilayah geografis yang terbentang dari

Afghanistan di timur hingga Mesir di sebelah barat. Selain itu, Timur

Tengah juga dikenal sebagai kawasan kultural di mana Islam muncul dan

berkembang. (Goldschmidt dan Davidson, 2010, p. 2)

 

88 Universitas Kristen Petra

Ini berarti, middleeasteye.net melihat berita dari perspektif Timur

Tengah yang kental dengan ideologi Islam. Middleeasteye.net memiliki visi

untuk membuat berita yang lepas dari pengaruh politik dengan memasukkan

analisis dan pendapat dari berbagai pakar akan masalah yang terkait.

Pemberitaan mereka berdasarkan agenda fenomena, bukan arahan dari

politik mana pun.

Pemberitaan pernyataan Sabreen di middleeasteye.net disajikan

dengan gamblang oleh Tribunnews.com. Pada berita ini, Tribunnews.com

seolah berada pada satu bidang konsesus dengan middleeasteye.net. Artinya,

Tribunnews.com memiliki ideologi yang serupa dengan middleeasteye.net

perihal kasus penembakan Razan.

Tribunnews.com juga mengambil berita dari new york times online

yang berjudul “Israel says Palestinian Medic’s Death in Gaza Was

Unintentional (Israel Menyatakan Kematian Paramedis Palestina Adalah

Ketidaksengajaan). Dalam berita ini, problem identification-nya berbeda.

Masalah dalam berita New York Times Online itu mengidentifikasi masalah

kematian Razan yang bukan kesengajaan dan sejumlah kecil peluru yang

ditembakkan oleh pasukan Israel sebagai frame utama.

Israel’s military said Tuesday that the killing of a young Palestinian volunteer medic at a Gaza fence protest last week was unintentional and that only “a small number of bullets were fired” by its soldiers.

Diagnostic cause dari berita ini adalah para militan Hamas yang

menyamar menjadi pemrotes dan bertujuan menyerang daerah pemukiman

Israel. New York Times juga memberitakan, sebagian besar pemrotes

memang tidak bersenjata, tetapi terdapat beberapa pemrotes yang melempar

granat dan mencoba merusak pagar perbatasan. Beberapa lagi mencoba

melempar batu dan kain yang terbakar ke dalam pagar yang kemudian

memaksa Israel untuk menembak.

Israel has argued that the protests are a guise by the Palestinian militant group Hamas, which controls Gaza, to invade Israeli territory and terrorize civilians. Most of the Palestinian protesters are unarmed, but some have lobbed firebombs and attempted to break through the fence. Some have hurled rocks and launched flaming kites over the fence into Israel to start fires.

 

89 Universitas Kristen Petra

Israeli officials have said the military has acted legally and justifiably in the protests to prevent a breach of the fence by the protesters, and that live ammunition has been used only as a last resort and under strict guidelines.

Moral judgement dari berita ini adalah tindakan Israel yang sesuai

dengan aturan dan legal demi mencegah usaha para pemrotes yang berusaha

masuk ke pagar.

Israeli officials have said the military has acted legally and justifiably in the protests to prevent a breach of the fence by the protesters, and that live ammunition has been used only as a last resort and under strict guidelines.

Terkait penembakan Razan, New York Times memiliki frame atau

membangunnya dengan perspektif yang berbeda. Diagnostic cause atau

penyebab penembakan tersebut lebih diarahkan kepada pemrotes Palestina.

Namun, berbeda dengan pengutipan middleeasteye.net, Tribunnews.com

hanya mengambil sebagian dari berita tersebut dan mengonstruksinya

dengan berbeda dalam beritanya yang ke-3 ini. Dalam aspek konsep framing

yang pertama, Eriyanto (2002, p. 67) menjelaskan bahwa wartawan atau

media memilih dan mengambil suatu isu, kemudian ditonjolkan lebih

daripada isu lainnya.

Dalam pandangan konstruksionis, fakta/peristiwa merupakan hasil

konstruksi. Realitas bukan sesuatu yang tinggal diambil dan dilaporkan oleh

wartawan, namun terdapat interaksi antara peristiwa dengan wartawan

tersebut. (Eriyanto, 2002, p. 19). Eriyanto dan Sobur menjelaskan bahwa

realitas yang dikonstruksi adalah realitas yang berasal dari benak kita yang

memberikan definisi dan menetukan faktar tersebut sebagai kenyataan. Hal

ini juga menjelaskan bagaimana suatu peristiwa bahkan dari sebuah teks

new york times dapat diproduksi menjadi suatu realitas yang berbeda ketika

diolah oleh Tribunnews.com menjadi berita yang lain.

Berita ke-4

Keluarga Ungkap Alasan Razan al Najjar Sengaja Ditembak, Sniper Israel

Tak Pernah Salah Sasaran, 3 Juni 2018

 

90 Universitas Kristen Petra

TRIBUNNEWS.COM - Kesedihan dan air mata masih memenuhi jalur Gaza. Seorang paramedis Gaza, Razan al Najjar ditembak oleh pasukan militer Israel tepat di dadanya pada 2 Juni 2018. Saat itu, Najjar masih menggunakan rompi paramedis, tak bersenjata, tak melakukan ancaman apapun dan hanya sibuk menolong para demonstran yang terluka. Ribuan orang menghadiri pemakamannya, termasuk rekan-rekannya dari paramedis Gaza yang lain. Ayah dan ibu Najjar membawa seragam medis berlumuran darah yang dia kenakan saat tertembak. "Dia sering pulang dengan pakaian putih yang berubah jadi merah. Itu darah para korban yang dia tolong hari itu. Tapi merah kali ini adalah darahnya sendiri," kata Ashraf, ayah Najjar. Sementara itu, dilansri dari Middleeasteye, ibunda Najjar, Sabreen mengungkap fakta baru mengenai kematian putrinya. "Mereka (pasukan Israel) tahun Najjar. Mereka tahu dia adalah paramedis yang bertugas sejak 30 Maret," "Peluru itu bukan peluru acak. Israel memang menargetkan Najjar dan itu peluru ledak langsung ditembak ke dadanya, itu ulah para penembak jitu Israel," ujar Sabreen. Sabreen membawa jas medis putrinya, Razzan al Najjar (IST) Terungkap pula bahwa sebelumnya, Najjar mungkin telah membuat geram para pasukan Israel. Dua minggu sebelum kematian Najjar, seorang petugas medis bernama Mousa Abu Hassanein juga ditembak mati oleh militer Israel. Kematian Mousa menyisakan duka yang mendalam serta kemarahan dari para sukarelawan medis di jalur Gaza, termasuk Najjar. Namun Najjar bukan tipe orang yang hanya diam, dia justru melakukan wawancara yang dipublikasikan ke media sosial. Ini salah satu sikap yang menarik perhatian Israel pada dirinya. Dalam wawancara tersebut, Najjar berkata, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi," "Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka," "Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?" Keluarga dan rekan-rekan Najjar menduga bahwa ini merupakan salah satu alasan kuat kenapa sniper Israel menargetkan Najjar. Mengutip dari cuitan akun resmi Twitter pasukan militer Israel, @IDFSpokesperson pada tanggal 31 Maret 2018 (yang sekarang telah dihapus), pasukan militer itu tak pernah meluncurkan peluru acak tanpa kontrol.

 

91 Universitas Kristen Petra

Mereka selalu tahu target mereka, dan tahu di mana peluru itu akan bersarang. IDFSpokesperson (twitter) Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan bisa saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya. Pemakaman Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup. "Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke tempat protes," kata pria berusia 43 tahun itu kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan. Protes itu adalah demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret 2018 dekat pagar dengan Israel yang dijuluki the Great March of Return. Putri Sabreen, Razan yang berusia 21 tahun, telah menjadi sukarelawan untuk membantu mereka yang ditembak oleh penembak jitu Israel. "Dalam sekejap mata, dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya di luar tetapi dia sudah berjalan ke ujung jalan," kata Sabreen, Sabtu, dikelilingi oleh sanak keluarga, teman-teman dan pasien wanita putrinya pernah dirawat. Pemakaman Razan Al Najjar (Al Jazeera) "Dia terbang seperti burung di depanku." Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Niatnya adalah untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar, setelah dia berhasil memotong lubang melalui itu. Sebagai gantinya, Razan tertembak di dadanya dengan peluru tajam, satu peluru menembus lubang di bagian belakang rompi. Dia menjadi orang Palestina ke-119 yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak protes populer mulai menyerukan agar hak Palestina untuk kembali ke rumah dari mana mereka diusir dari tahun 1948. Lebih dari 13.000 orang lainnya telah terluka. Sabreen al-Najjar (nomor 2 dari kanan) saat pemakaman anaknya Razan Al Najjar (Al Jazeera) Rida Najjar, juga seorang relawan medis, mengatakan dia berdiri di samping Razan ketika dia ditembak. "Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, yang tidak terkait dengan Razan, kepada Al Jazeera pada hari Sabtu. "Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan."

 

92 Universitas Kristen Petra

"Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami." "Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah." "Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis, siapa kami," tambahnya. "Tidak ada pemrotes lain di sekitar, hanya kami. Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka." Razan berbicara di The New York Times Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah "tugas dan tanggung jawabnya" untuk hadir di protes dan membantu yang terluka. "Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya pada saat itu. "Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku." Berbicara kepada The New York Times bulan lalu, Razan menggambarkan antusiasme yang dia miliki untuk pekerjaan yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan - untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi [orang-orang yang terluka]," katanya.

Problem identification pada berita Tribunnews.com kali ini adalah

kesaksian keluarga Razan yang mengatakan bahwa Razan sudah menjadi target

militer Israel. Dilansir dari Middleeasteye.com, ibunda Najjar, Sabreen

mengatakan bahwa peluru yang ditembakkan tentara Israel bukan peluru acak.

Peluru tersebut sengaja diarahkan ke Razan yang menewaskan putrinya.

“Sementara itu, dilansri dari Middleeasteye, ibunda Najjar, Sabreen mengungkap fakta baru mengenai kematian putrinya. "Mereka (pasukan Israel) tahun Najjar. Mereka tahu dia adalah paramedis yang bertugas sejak 30 Maret," "Peluru itu bukan peluru acak. Israel memang menargetkan Najjar dan itu peluru ledak langsung ditembak ke dadanya, itu ulah para penembak jitu Israel," ujar Sabreen.” (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Diagnostic cause yang menjadi penyebab tuduhan tersebut berawal dari

dugaan Sabreen bahwa Razan mungkin telah membuat militer Israel geram

melalui wawancaranya yang tersebar di media sosial. Dua minggu sebelum

kematian Najjar, seorang petugas medis bernama Mousa Abu Hassanein juga

ditembak mati oleh tentara Israel. Sebagai orang dengan latar belakang yang

sama, Najjar tidak tinggal diam dan justru melakukan wawancara yang

 

93 Universitas Kristen Petra

dipublikasikan ke media sosial. Hal inilah yang menarik perhatian Israel pada

dirinya.

Dalam wawancaranya, ia menanyakan mengapa petugas medis menjadi

target tentara Israel. Padahal, ia mengatakan bahwa petugas medis bahkan tidak

melawan bahkan tidak menimbulkan ancaman apapun. Wawancara inilah yang

diduga mungkin menjadi alasan mengapa Razan ditarget oleh tentara Israel.

“Dalam wawancara tersebut, Najjar berkata, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi," "Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka," "Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?" (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Selain itu, Tribunnews.com juga mendukung dugaan tersebut. Melalui

cuitan akun Twitter resmi militer Israel, @IDFSpokesperson pada 31 Maret 2018

yang telah dihapus, pasukan militer tidak pernah melepaskan peluru tanpa kontrol.

Dikatakan bahwa mereka selalu tahu target mereka, dan tahu di mana peluru itu

akan bersarang.

Tribunnews.com melihat bahwa kesaksian keluarga dan rekan Najjar, serta

cuitan Twitter militer Israel tersebut, menyimpulkan bahwa ada kemungkinan

bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dengan wawancara tersebut

sebagai pemicunya.

“Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan bisa saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya.” (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Berita ke-5

Dipakai Razan Najjar Saat Tewas Tertembak, Seragam Medis ini Jadi Saksi

Keberaniannya di Jalur Gaza, 3 Juni 2018

TRIBUNJATIM.COM - Kematian Razan al-Najjar, wanita Palestina yang ditembak tentara Israel membuat dunia berduka. Dilansir dari TribunJabar, ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/6/2018).

 

94 Universitas Kristen Petra

Mereka mengantarkan jasad Razan Najjar, paramedis yang tewas setelah ditembak tentara Israel sehari sebelumnya. Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka. Ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza untuk mengantarkan Razan ke tempat peristirahatan terakhir () Isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Terlihat pula beberapa paramedis berseragam putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar. Mereka berbaris saat prosesi pemakaman. Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. Ya, seragam tersebut digunakan saat Najjar meregang nyawa di jalur Gaza. Dilansir dari laman Iran-daily, kejadian yang berlangsung pada Jumat (1/6/2018) malam itu memang tampak mencekam. Diberitakan sejumlah pengunjuk rasa datang ke perbatasan tersebut untuk melakukan protes mengenai sengketa wilayah mereka. Inilah adegan dimana Najjar berlari dengan seragam putihnya untuk menolong seorang pria tua yang telah dipukuli di bagian kepala. Razan berada di tengah-tengah massa sebelum ditembak (AP Photo) Saat peristiwa penembakan itu terjadi, Najjar berada 100 meter dari pagar dan sedang membalut pria yang terkena tabung gas air mata. Pria tersebut kemudian dibawa dengan ambulans. Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan Najjar jatuh ke tanah. Ia tertembak di bagian dada saat berada di antara pengunjuk rasa. Padahal, Najjar telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis. Foto terakhir Razan sebelum ditembak (twitter.com/AhmadAlgohbary) Namun, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut. Najjar tiba di rumah sakit dengan kondisi yang sangat serius. Razan () Dia meninggal dunia di ruang operasi. Razan meninggal () Penampakan seragam yang dipakai Najjar juga diunggah di akun Instagram @we_are_not_numbers. Seragam yang dipakai Razan Najjar saat ditembak tentara Israel (instagram.com/we_are_not_numbers/) "The shirt worn by volunteer paramedic Razan al-Najjar when she was shot to death by an Israeli sniper," tulis akun tersebut. (Baju yang dikenakan oleh relawan paramedis Razan al-Najjar ketika dia ditembak mati oleh seorang tentara Israel)

 

95 Universitas Kristen Petra

Ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. (gettyimages.com) Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret. Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat. Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut. Tetapi tetap saja dia tidak langsung berkomentar mengenai keadaan tersebut. Sebagai petugas media darurat sukarela, ia pernah mengatakan bahwa dirinya ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Gaza. "Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria, tetapi untuk wanita juga," ungkap Razan al-Najjar seperti yang dikutip Grid.ID dari New York Times.

Pada berita ini, isu yang ditekankan adalah rompi Razan yang sudah

berlumuran darah, dibawa pada saat pemakaman Razan. Tribunnews.com

menuliskan bahwa rompi berlumuran darah tersebut menjadi saksi keberanian

Razan hingga terakhir kali ia bertugas di mana ia tewas tertembak.

“Dipakai Razan Najjar Saat Tewas Tertembak, Seragam Medis ini Jadi Saksi Keberaniannya di Jalur Gaza” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018) “Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri.Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. Ya, seragam tersebut digunakan saat Najjar meregang nyawa di jalur Gaza.” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Selain itu, Tribunnews.com pada akhir berita juga menonjolkan

perjuangan Razan sebagai seorang perempuan. Berdasarkan dari berita Republika

Online yang ke-9 dengan judul ‘Razan Najjar, Akhir Cerita Sang Penyelamat

Nyawa’ tanggal 4 Juni 2018, konservatif yang dimaksud adalah peran perempuan

yang dimarginalkan perihal perjuangan kemerdekaan.

Berita ke-6

5 Fakta Razan Njjar Tewas Ditembak Israel di Gaza, Perawat yang Tolong

Pasien di Bawah Hujan Peluru, 3 Juni 2018

TRIBUNJATIM.COM - Seorang wanita Palestina, Razan al-Najjar ditembak hingga tewas oleh tentara Israel, IDF.

 

96 Universitas Kristen Petra

Wanita berusia 21 tahun tersebut menjadi sukarelawan sebagai tenaga medis bersama Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. Ia berasal dari Palestina dan memilih untuk ikut berjuang di negaranya. Potret Razan Al Najjar, Perawat yang Tewas Ditembak Israel, Tak Takut Bertugas di Bawah Hujan Peluru Dirangkum dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta terkait kejadian tersebut : 1. Ditembak saat rawat pasien luka Razan Al-Najjar () Dilansir dari Grid.ID, Razan Najjar tewas terbunuh saat sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka. Namun, pada hari Jumat (1/6/2018) waktu setempat, merupakan terakhir kalinya dia bisa membantu seorang demonstran untuk terluka. Niat baiknya tersebut rupanya mengantarkan Najjar pada maut. 2. Terkena tembak di bagian dada Dari seberang pagar saat Najjar tengah menangani pasien, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dada Najjar. Tak lama setelah kejadian ini, ia dinyatakan meninggal dunia. 3. Kronologi lengkap Razan Al Najjar () Pada hari Jumat tersebut kembali diadakan protes. Ribuan warga Palestina mengambil bagian dengan membuat kerusuhan di sepanjang pagar keamanan, membakar ban, dan melemparkan batu. Inilah adegan di mana Najjar berlari dengan mantel putihnya untuk menolong seorang pria tua yang telah dipukuli di bagian kepala. Razan Al Najjar, Perawat Cantik Tewas di Jalur Gaza, Ditembaki Tentara Israel saat Rawat Pasien Luka Saat peristiwa penembakan itu terjadi, Najjar berada 100 meter dari pagar dan sedang membalut pria yang terkena tabung gas air mata. Pria tersebut kemudian dibawa dengan ambulans. Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan Najjar jatuh ke tanah. Najjar tiba di rumah sakit dengan kondisi yang sangat serius. Dia meninggal dunia di ruang operasi. Jadwal Siaran Langsung Timnas U-23 Indonesia vs Thailand - Garuda Muda akan Unjuk Gigi Malam ini Jenazah Razan Al Najjar () 4. Kematiannya satu-satunya yang terdaftar Razan Al Najjar dibopong usai tewas tertembak () Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret. Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat.

 

97 Universitas Kristen Petra

Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut. Tetapi tetap saja dia tidak langsung berkomentar mengenai keadaan tersebut. Soal Kabar Adanya Bonek Disweeping Saat Menuju ke Bantul, Bonita: Semoga Tak Terjadi Apa-apa 5. Jenazah Najjar diantarkan ribuan orang Dilansir dari TribunJabar, ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/5/2018). Mereka mengantarkan jasad Razan Najjar, paramedis yang tewas setelah ditembak tentara Israel sehari sebelumnya. Ribuan orang mengantarkan jenazah Razan Al Najjar () Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka. Isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Benahi Sektor Gelandang, Manchester United Buru Pemain PSG Seharga Rp 1,6 Triliun Terlihat pula beberapa paramedis berseragam warna putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar, mereka berbaris saat prosesi pemakaman. Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar.

Pada berita ini, Tribunnews.com mengangkat beberapa isu yang menjadi

permasalahan utama, atau problem identificationnya. Pada isu pertama adalah

Razan yang tewas tertembak saat hendak menolong korban luka. Di sini,

Tribunnews.com menekankan bahwa Razan sedang hendak melakukan niat

baiknya saat tertembak.

Yang kedua, Razan tertembak di bagian dada. Tribunnews.com

menuliskan bahwa terdapat dua atau tiga peluru yang meluncur mengarah ke

Razan dan salah satunya mengenai Razan.

Yang ketiga, penembakan ini terjadi pada saat protes sedang terjadi.

Tribunnews.com menuliskan, Razan tertembak pada jarak 100 meter dari pagar.

Yang dimaksud dengan pagar adalah pagar perbatasan Gaza, tempat terjadinya

protes.

Kemudian, yang keempat, kematian Razan merupakan satu-satunya

kematian yang terdaftar pada hari itu.

 

98 Universitas Kristen Petra

Melalui fakta-fakta itu, di mana diagnostic cause-nya adalah tentara Israel,

IDF, Tribunnews.com seolah mendukung dugaan bahwa penembakan Razan

memang disengaja. Isu-isu tersebut untuk membantah pernyataan Israel yang

mengklaim tentara Israel tidak pernah menargetkan Razan atau paramedis lainnya.

Hal ini terlihat dari tidak adanya pernyataan Israel yang tertulis pada berita ini.

Tribunnews.com menekankan bahwa Razan berada 100 meter dari pagar

saat hendak menolong pasiennya. Jarak yang ditekankan Tribunnews.com

menandakan Razan tidak sedang berada di antara para demonstran yang

memprotes di pagar. Kemudian, kata “hendak menolong pasien” menekankan

Razan tidak menjadi ancaman. Dan yang terakhir, kematian Razan merupakan

satu-satunya kematian yang terdaftar, alih-alih terdapat demonstran lain yang juga

tewas tertembak.

Berita ke-7

Pemakaman Razan Al Najjar Relawan Medis yang Ditembak Sniper Israel,

Ayah Ungkap Kenangan Sang Putri, 3 Juni 2018

TRIBUNNEWS.COM - Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup. "Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke tempat protes," kata pria berusia 43 tahun itu kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan. Protes itu adalah demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret 2018 dekat pagar dengan Israel yang dijuluki the Great March of Return. Putri Sabreen, Razan yang berusia 21 tahun, telah menjadi sukarelawan untuk membantu mereka yang ditembak oleh penembak jitu Israel. "Dalam sekejap mata, dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya di luar tetapi dia sudah berjalan ke ujung jalan," kata Sabreen, Sabtu, dikelilingi oleh sanak keluarga, teman-teman dan pasien wanita putrinya pernah dirawat. Pemakaman Razan Al Najjar (Al Jazeera) "Dia terbang seperti burung di depanku." Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman.

 

99 Universitas Kristen Petra

Niatnya adalah untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar, setelah dia berhasil memotong lubang melalui itu. Sebagai gantinya, Razan tertembak di dadanya dengan peluru tajam, satu peluru menembus lubang di bagian belakang rompi. Dia menjadi orang Palestina ke-119 yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak protes populer mulai menyerukan agar hak Palestina untuk kembali ke rumah dari mana mereka diusir dari tahun 1948. Lebih dari 13.000 orang lainnya telah terluka. Sabreen al-Najjar (nomor 2 dari kanan) saat pemakaman anaknya Razan Al Najjar (Al Jazeera) Rida Najjar, juga seorang relawan medis, mengatakan dia berdiri di samping Razan ketika dia ditembak. "Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, yang tidak terkait dengan Razan, kepada Al Jazeera pada hari Sabtu. "Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan." "Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami." "Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah." "Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis, siapa kami," tambahnya. "Tidak ada pemrotes lain di sekitar, hanya kami. Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka." Razan berbicara di The New York Times Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah "tugas dan tanggung jawabnya" untuk hadir di protes dan membantu yang terluka. "Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya pada saat itu. "Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku." Berbicara kepada The New York Times bulan lalu, Razan menggambarkan antusiasme yang dia miliki untuk pekerjaan yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan - untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi [orang-orang yang terluka]," katanya. "Kami melakukan ini untuk negara kami," lanjutnya, menambahkan bahwa itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Razan juga menolak penilaian masyarakat terhadap yang bekerja di lapangan, di mana ia sendiri akan melakukan shift 13 jam, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 8 malam. "Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan.

 

100 Universitas Kristen Petra

"Jika mereka tidak mau menerima kami karena pilihan, mereka akan dipaksa untuk menerima kami. Karena kami memiliki kekuatan lebih daripada siapa pun." Gunakan Rompi Sabreen mengatakan putrinya berada di garis depan sejak 30 Maret - dan tidak hanya pada hari Jumat. Dia menjadi wajah yang akrab di perkemahan Khan Younis, salah satu dari lima yang didirikan di sepanjang pagar timur di Jalur Gaza. "Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dikatakan orang," kata Sabreen. "Dia berkonsentrasi pada pekerjaannya di lapangan sebagai tenaga medis sukarela, yang mencerminkan kekuatan dan tekadnya." "Putriku tidak punya senjata; dia seorang medis," tambahnya. "Dia memberi banyak kepada orang-orangnya." Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan jenis putaran baru. Dikenal sebagai "kupu-kupu peluru", itu meledak pada dampak, pulverising jaringan, arteri dan tulang, sementara menyebabkan cedera internal yang parah. "Dia sengaja dan langsung dibunuh oleh peluru yang meledak, yang ilegal menurut hukum internasional," kata Sabreen. "Saya menuntut penyelidikan PBB sehingga pembunuhnya akan diadili dan dihukum," katanya, menggambarkan tentara Israel sebagai "brutal dan tak kenal ampun". Dia kemudian terdiam. Ketika Sabreen berbicara lagi, kata-katanya memunculkan ratapan dari para wanita di sekitarnya. "Kuharap aku bisa melihatnya dalam gaun pengantin putihnya, bukan kain kafannya," katanya. Pemakaman Razan pada hari Sabtu di Khuza'a dihadiri oleh ribuan orang. Klip video yang menunjukkan rekan-rekannya menangis di rumah sakit itu beredar di media sosial, rasa kaget dan duka terpatri di wajah mereka. Sebuah hashtag dalam bahasa Arab yang diterjemahkan menjadi "Malaikat Mercy" mengacu pada Razan secara luas digunakan di Twitter, dengan pengguna dari seluruh dunia mengutuk pembunuhannya. "Tenaga medis adalah #NotATarget!" Nicolay Mladenov, koordinator khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, mengatakan dalam sebuah posting di Twitter, menambahkan bahwa Israel perlu "mengkalibrasi penggunaan kekuatannya". Dalam sebuah pernyataan, tentara Israel mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki kematian Razan sementara juga menyalahkan Hamas, yang menjalankan Jalur Gaza, karena "secara metodis menempatkan anak-anak dan wanita muda di garis depan

 

101 Universitas Kristen Petra

gangguan kekerasan untuk bertindak sebagai perisai manusia untuk realisasi tujuan Hamas ". Kembali di Khuza'a, sebelum tubuh Razan tiba untuk pemakaman, ayahnya mengulurkan rompi medisnya yang berlumuran darah. "Ini adalah senjata Razan," katanya kepada para kru TV lokal di luar rumahnya. Dia mengosongkan kantong rompi, mengambil kasa dan perban. "Ini senjatanya," ulangnya. (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Pada berita ini, ada beberapa isu yang menjadi masalah atau problem

identification. Yang pertama, perjuangan Razan sebagai wanita yang berprofesi

paramedis. Di sini, Razan digambarkan sebagai perempuan yang turut aktif

membela kemerdekaan Palestina di tengah masyarakat konservatif. Diagnostic

cause atau penyebab masalahnya karena adanya tanggapan-tanggapan negatif

yang meskipun tidak dipedulikan oleh Razan. Hal itu juga diungkapkan oleh

Sabreen.

"Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dikatakan orang," kata Sabreen. "Dia berkonsentrasi pada pekerjaannya di lapangan sebagai tenaga medis sukarela, yang mencerminkan kekuatan dan tekadnya."

Tribunnews.com melihat bahwa Razan harus berjuang ditengah masyarakat

konservatif yang memiliki pandangan terhadap wanita yang seharusnya bekerja di

area domestik, alih-alih turut aktif dalam rangkaian protes dalam aksi Pawai Besar

Kepulangan.

Kalimat Sabreen sekaligus menjadi moral judgement yang digunakan

Tribunnews.com. Tribunnews.com menggambarkan bahwa seorang perempuan

juga memiliki andil dalam aksi tersebut.

Kemudian, problem identification yang kedua adalah kesaksian Rida

Najjar yang mengklaim tentara Israel sengaja menargetkan paramedis. Diagnostic

cause atau penyebabnya menurut Rida karena ketika hendak memasuki lapangan,

mereka sudah ditembak gas air mata. Rida juga mengaku bahwa tidak ada

demonstran di sekitar mereka saat Razan tertembak. Melalui kesaksian Rida,

Tribunnews.com menggambarkan bahwa penembakan Razan memang disengaja.

Moral judgement yang dipakai Tribunnews.com pada berita ini adalah

pernyataan Rida dan Sabreen yang mengatakan bahwa penargetan tim medis

 

102 Universitas Kristen Petra

merupakan tindakan yang gila, brutal, dan tak kenal ampun. Tribunnews.com juga

menuliskan kesaksian tenaga medis lainnya (yang tidak disebutkan namanya)

bahwa tentara Israel menggunakan jenis peluru baru, yang dapat berakibat fatal

pada korbannya.

Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan jenis putaran baru. Dikenal sebagai "kupu-kupu peluru", itu meledak pada dampak, pulverising jaringan, arteri dan tulang, sementara menyebabkan cedera internal yang parah.

Tribunnews.com juga memposisikan tentara Israel sebagai penjahat yang

kerap kali turut menjadikan tim paramedis yang tidak bersenjata sebagai target.

Hal ini terlihat dari penekanan isu oleh Tribunnews.com melalui keterangan Rida

dan Sabreen yang mengatakan senjata Razan dan tim medis lainnya hanyalah

rompi putih yang mereka kenakan serta niat baik mereka menolong para

demonstran yang terluka.

"Putriku tidak punya senjata; dia seorang medis," tambahnya. "Dia memberi banyak kepada orang-orangnya."

Treament Recommendation atas permasalahan di atas adalah pengadilan.

Sabreen menuntut agar pembunuh Razan harus diadili. Sehingga, berdasarkan

fakta di atas, Tribunnews.com menilai, Israel sudah sepatutnya dihukum karena

selain melanggar hukum internasional melalui penembakan paramedis, tentara

Israel juga diklaim menggunakan peluru jenis baru yang illegal.

Berita ke-8

Ratapan Ibunda Razan Al Najjar: Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun

Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan, 3 Juni 2018

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kepergian untuk selamanya Razan Al Najjar meninggalkan duka mendalam bagi sang ibu, Sabreen Al-Najjar. Sabreen al-Najjar menceritakan kembali kenangan saat terakhir kali dia melihat putrinya hidup. "Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke protes," kata wanita berusia 43 tahun itu kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan.

 

103 Universitas Kristen Petra

Protes itu adalah demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret dekat pagar dengan Israel dijuluki the Great March of Return. Putri Sabreen, Razan yang berusia 21 tahun, telah menjadi sukarelawan sebagai sukarelawan untuk membantu mereka yang ditembak oleh penembak jitu Israel. "Dalam sekejap mata dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya di luar tetapi dia sudah berjalan ke ujung jalan," kata Sabreen, Sabtu, dikelilingi oleh kerabat, teman, hingga pasien putrinya pernah dirawat. Sabreen Al-Najjar (pakai kaca mata), ibunda Razan Najjar, paramedis yang tewa ditembak tentara israel. () "Dia terbang seperti burung di depanku," ujarnya lagi sambil tak henti menahan tangis. Ketika Sabreen berbicara lagi, kata-katanya memunculkan ratapan dari para wanita di sekitarnya. "Kuharap aku bisa melihatnya dalam gaun pengantin putihnya, bukan kain kafannya," katanya usai mengetahui putri tercintanya rupanya tertembak tentara Israel dengan sangat bengis. Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pembatas pada hari Jumat (1/6/2018). Ia mengangkat kedua lengannya untuk menunjukkan kepada tentara Israel yang 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Ia hanya seorang paramedis, terlihat dari rompi medis yang dikenakannya. Niat Razan ini hanya untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar. Pengunjuk rasa ini terluka usai berhasil menembus pagar pembatas dengan cara memotong lubang di pagar tersebut. Namun nahas, ketika Razan maju hendak menyelamatkan korban, ia ditembak di dadanya dengan peluru tajam. Satu buah peluru berhasil menembus lubang di bagian belakang rompi. Razan Al Najjar, dan rompi saksi ia ditembak tentara israel (Kolase TribunBogor) Razan menjadi orang Palestina ke-119 yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak protes populer mulai menyerukan agar hak Palestina untuk kembali ke rumah dari mana mereka diusir dari tahun 1948. Lebih dari 13.000 orang lainnya telah terluka. Rida Najjar, yang juga seorang relawan medis, mengatakan dia berdiri di samping Razan ketika Razan ditembak. "Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, yang tidak terkait dengan Razan, kepada Al Jazeera pada hari Sabtu. "Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan. Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami.

 

104 Universitas Kristen Petra

"Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah. "Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis, siapa kami," tambahnya. "Tidak ada pemrotes lain di sekitar, hanya kami." Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April 2018 lalu, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah "tugas dan tanggung jawabnya" untuk hadir di protes dan membantu yang terluka. "Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya lagi. "Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku." Berbicara kepada The New York Times bulan lalu, Razan menggambarkan antusiasme yang dia miliki untuk pekerjaan yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan - untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi [orang-orang yang terluka]," katanya. Razan saat sedang menolong korban luka (Twitter) "Kami melakukan ini untuk negara kami," lanjutnya, menambahkan bahwa itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Razan juga menolak penilaian masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di lapangan, di mana ia sendiri akan melakukan 13 jam shift, mulai dari jam 7 pagi sampai 8 malam. "Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan. "Jika mereka tidak mau menerima kami karena pilihan, mereka akan dipaksa untuk menerima kami. Karena kami memiliki kekuatan lebih daripada siapa pun." Sabreen mengatakan putrinya berada di garis depan untuk menyelamatkan para pemrotes yang terkena sasaran tembakan tentara Israel, sejak 30 Maret - dan tidak hanya pada hari Jumat. Razan menjadi wajah yang akrab di perkemahan Khan Younis, salah satu dari lima yang didirikan di sepanjang pagar timur di Jalur Gaza. "Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dikatakan orang," kata Sabreen. "Dia berkonsentrasi pada pekerjaannya di lapangan sebagai tenaga medis sukarela, yang mencerminkan kekuatan dan tekadnya." "Putriku tidak punya senjata; dia seorang medis," tambahnya. "Dia memberi banyak kepada orang-orangnya." Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan jenis putaran baru. Peluru yang ditembakkkan tentara Israel ini disebut juga "kupu-kupu peluru".

 

105 Universitas Kristen Petra

Ketika peluru itu ditembakkan ke sasaran, maka korban akan mengalami luka parah pada arteri dan tulang dan cedera dalam yang tak kalah parah. Baca: Jelang Siang Arus Lalu Lintas di Simpang Pomad Arah Kota Bogor Lancar Rida beserta lelaki lain mengangkat Razan ke tenda darurat. Razan saat diselamatkan (Adel Hana/Associated Press) Para dokter yang lain pun berusaha menyelamatkan nyawa Razan. Mulai dari memegangi badan Razan, memeriksa denyut nadi di tangan Razan, hingga dokter berteriak-teriak meminta bantuan kepada asistennya. Sayang, nyawanya tak terselamatkan. Ia dinyatakan mati syahid.

Permasalahan yang menjadi fokus utama pada berita ini adalah kesedihan

Sabreen Najar setelah ditinggal putrinya, Razan Najjar, yang tewas ditembak oleh

tentara Israel saat bertugas di Jalur Gaza. Tribunnews.com menceritakan dengan

lengkap kesedihan Sabreen Najjar sebagai seorang ibu yang sangat sedih ditinggal

mati oleh putrinya. Permasalahan ini seolah menggambarkan kematian Razan

sangat berdampak bagi keluarga dan warga Palestina.

Diagnostic cause atas kesedihan tersebut dikarenakan Razan yang dikenal

hanya berniat baik membantu para demonstran yang terluka. Namun niat baiknya

tersebut membawanya kepada maut, saat tertembak oleh tentara Israel.

Moral judgement yang digunakan Tribunnews.com pada masalah ini

adalah mati Syahid. Syahid merupakan salah satu terminologi dalam Islam, yang

ditujukan kepada seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang

di jalan Allah. Dalam surat Ali Imran: 169, seorang Muslim dikatakan Syahid

ketika mati saat membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.

“Ratapan Ibunda Razan Al Najjar: Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan” (Yuyun Hikmatul Uyun, Tribunnews.com, 03/08/2018)

Karenanya, Razan dianggap telah mati demi membela kebenaran dan menegakkan

agama Allah.

 

106 Universitas Kristen Petra

Berita ke-9

Sebelum Meninggal, Razan Najjar Sempat Nekat dan Berani: hingga Detik

Terakhir Saya Tetap di Sini, 3 Juni 2018

TRIBUNJABAR.ID - Razan Najjar, gadis muda yang meninggal saat pergolakan politik dan kemanusiaan di Timur Tengah. Razan Najjar meninggal ditembak pasukan militer Israel. Padahal, Razan Najjar tengah bertugas memberikan pertolongan medis pada korban luka. Razan Najjar bahkan sudah mengenakan jas putih sebagai tanda seorang paramedis. Namun, pasukan militer Israel tetap melayangkan tembakan. Akhirnya, Razan Najjar pun terkena tembakan tepat di dadanya. Namun, nahas nyawanya tak tertolong. Razan Najjar menghembuskan nafas terakhirnya akibat peluru yang menembus dadanya. Kematian Razan Najjar pun membawa kesedihan dan luka pada warga Palestina. Apalagi, Razan Najjar dikenal sebagai sosok pemberani dan pantang menyerah. Pengabdian dan perjuangannya di tengah gempuran serangan pasukan militer Israel tak pernah sirna. Razan Najjar memiliki tekad kuat untuk bertahan dalam situasi mencekam itu. Razan Najjar tetap kuat tanpa ada keluhan, meskipun dirinya pun menderita. Saat ribuan warga Palestina menggelar Pawai Akbar di Jalur Gaza beberapa waktu lalu, sosok Razan Najjar pun terekam. Dari video yang di unggah akun Facebook Save Palestine, sosok Razan Najjar yang kurus ini tetap menolong korban sekuat tenaga. Padahal, ia sendiri menderita karena gas air mata. Razan Najjar diketahui tiga kali tersedak. Namun, ia justru menolak ke rumah sakit. Ia tetap nekat bertahan di lokasi pawai dan bertugas. Pada unggahan video tersebut Razan Najjar pun mengungkapkan perasaannya. Keberanian, kekuatan, dan keteguhan hatinya tergambar dari kata-kata yang dia ucapkan. Berikut ini ucapan Razan Najjar saat pawai. "Kami di sini merasakan kekuatan ruh dengan seluruh kemampuanku dan keberanianku tekad dan keteguhan saya menuntaskan tugas dengna segal kondisinya seperti yang terlihat, Adanya tekanan yang mengancam seluruh warga sipil dan seluruh bahaya, bahaya tidak saya akan tetap menuntaskan tugas saya karena saya ingin mengambil bagian di sini lah bagian saya hingga detik terakhir dan hari terakhir saya akan tetap di sini. Kami di sini setiap hari selalu ada yang syahid. Kami berjuang di sini dan bersiaga."

 

107 Universitas Kristen Petra

Baca: Ditengok Prabowo dan Amien Rais, Habib Rizieq Sumringah, Ada Beberapa Hal Kesepakatan Ribuan Orang Antarkan Jenazah Razan Najjar Ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/5/2018). Mereka mengantarkan jasad Razan Najjar, paramedis yang tewas setelah ditembak tentara Israel sehari sebelumnya. Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka. Isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Terlihat pula beberapa paramedis berseragam warna putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar, mereka berbaris saat prosesi pemakaman. Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. Seperti diberitakan sebelumnya, Razan Najjar tewas saat sedang memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza,. Najjar menghembuskan napas terakhir tidak lama setelah peluru dari tentara Israel bersarang di dadanya. Menurut Juru Bicara Kementerian Ashraf Al-Qudra, Najjar mengenakan jas putih ala petugas medis ketika ia ditembak. Berdasarkan laporan New York Times, saat itu tentara Israel menembakkan dua atau tiga peluru dari sebrang pagar dan mengenai bagian tubuh Najjar. Pejabat kesehatan Gaza menyebut, Razan Najjar adalah orang Palestina ke-119 yang tewas sejak dimulainya aksi protes pada Maret Lalu.

Berita Tribunnews.com kali ini membingkai keberanian Razan yang

dikatakannya pada saat pawai. Razan sebelum meninggal sudah terkenal dan

sempat melakukan wawancara pada pawai sebelumnya. Dalam wawancara itu,

Tribunnews.com menuliskan bahwa Razan mengungkapkan keberaniannya.

"Kami di sini merasakan kekuatan ruh dengan seluruh kemampuanku dan keberanianku tekad dan keteguhan saya menuntaskan tugas dengna segal kondisinya seperti yang terlihat, Adanya tekanan yang mengancam seluruh warga sipil dan seluruh bahaya, bahaya tidak saya akan tetap menuntaskan tugas saya karena saya ingin mengambil bagian di sini lah bagian saya hingga detik terakhir dan hari terakhir saya akan tetap di sini. Kami di sini setiap hari selalu ada yang syahid. Kami berjuang di sini dan bersiaga." (Widia Lestari, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Tribunnews.com menuliskan bahwa Razan dikenal sebagai sosok

pemberani dan pantang menyerah. Razan dikenang akan pengabdian dan

 

108 Universitas Kristen Petra

perjuangannya yang memiliki tekad kuat tanpa mengeluh saat menjalankan

tugasnya menolong para demonstran meskipun ia sendiri juga menderita.

“Apalagi, Razan Najjar dikenal sebagai sosok pemberani dan pantang menyerah.Pengabdian dan perjuangannya di tengah gempuran serangan pasukan militer Israel tak pernah sirna.Razan Najjar memiliki tekad kuat untuk bertahan dalam situasi mencekam itu.Razan Najjar tetap kuat tanpa ada keluhan, meskipun dirinya pun menderita.” (Widia Lestari, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Yang menjadi pelaku kematian Razan adalah pasukan militer Israel.

Tribunnews.com menekankan Razan bahkan sudah mengenakan seragam putih

yang menandakan ia adalah seorang paramedis. Kematian Razan disebutkan

membawa kesedihan dan luka pada warga Palestina.

Tribunnews.com menilai kematian Razan sebagai mati syahid berdasarkan

pernyataan Razan pada wawancaranya di pawai sebelumnya.

Berita ke-10

Seruan Razan Najjar Beberapa Waktu Lalu sebelum Tewas: Serang Saya

dengan Pelurumu, Saya Tidak Takut, 3 Juni 2018

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel membunuh seorang perawat Palestina pada Jumat (1/6/2018). Saat itu Razan Al-Najjar sedang mencoba untuk membantu seorang pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Dilansir Tribunnews.com dari Reuters pada Minggu (3/6/2018), hal ini diungkapkan oleh pejabat kesehatan dan saksi. Sementara itu Israel mengatakan militan telah menyerang pasukannya dengan tembakan dan granat. Kematuan Razan Najjar menjadi warga Palestina ke-119 yang tewas dalam demonstrasi mingguan yang diluncurkan pada 30 Maret 2018 silam di Jalur Gaza. Sebuah daerah yang dikendalikan oleh kelompok Islam Hamas dan subyek panjang untuk menggiling emabrgo Israel di Mesir. BACA: Kesedihan Ibunda Razan Al Najjar: Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun Pengantin, Bukan Kain Kafan Najjar, seorang sukarelawan medis berusia 21 tahun ditembak ketika dia berlari menuju pagar perbatasan berbenteng di sebelah timur kota Gaza, Khan Younis, dalam upaya untuk mencapai korban. Mengenakan seragam putih, Najjar mengangkat tangannya tinggi-tinggi secara jelas namun tentara Israel melepaskan tembakan dan mengenai dadanya. Seorang juru bicara militer Israel tidak memberikan komentar tentang kematian Najjar.

 

109 Universitas Kristen Petra

Para perwira Israel sebelumnya mengatakan bahwa penembak jitu militer hanya menargetkan orang-orang yang mengajukan ancaman. Tetapi peluru kadang-kadang dapat melewati mereka atau memantul dan mengenai orang lain. Para pejabat medis Gaza mengatakan sedikitnya 100 warga Palestina terluka oleh tembakan tentara pada demonstrasi massa hari Jumat tersebut. Dalam pernyataan terpisah, militer Israel mengatakan pasukannya telah bertindak untuk membubarkan ribuan perusuh di lima lokasi. Dikatakan sebuah kendaraan IDF (Israel Defense Forces) ditembakkan dan seorang tersangka diidentifikasi melintasi pagar keamanan di Jalur Gaza utaa dan menanam granat yang meledak ketika ia kembali ke jalur Gaza. Tidak ada korban jiwa dari Israel selama konfrontasi perbatasan, tetapi Israel telah melaporkan kerusakan yang luas terhadap lahan pertanian dari layang-layang pembawa api yang diterbangkan dari Gaza. Lonjakan kekerasan di perbatasan meningkat pekan ini ke pertukaran penembakan paling intensif antara Israel dan Hamas serta faksi bersenjata Palestina lainnya sejak 2014. Namun, kekerasan yang tidak menyebabkan korban jiwa, terhambat dengan mediasi gencatan senjata Mesir. Dalam unjuk rasa yang disebut sebagai bulan kemunduran besar, orang-orang Palestina telah menyerukan hak untuk kembali ke tanah yang hilang ke Israel selama perang saudara tahun 1948. Israel menyebut mereka melakukan sebuah taktik untuk melanggar perbatasannya dan membelokkan pengawasan dari masalah-masalah pemerintahan Hamas. Tanggapan mematikan Israel telah menarik kecaman Internasional. Jumlah demonstran hari Jumat lalu berkurang dari minggu-minggu sebelumnya, tapi diperkirakan akan tumbuh minggu depan karena orang Palestina menandai peringatan penangkapan Israel atas Jalur Gaza dan Tepi Barat serta Yerusalem Timur dalam perang 1967. Sementara itu, di rumahnya di Khan Younis, ibu Najjar, Sabreen jatuh pingsan karena dia menerima seragam bernoda darah putrinya. Ibu Najjar menunjukkan seragam putrinya, Sabtu (2/6/2018). (middleeasteye.net) Ia menangis sambil mengenang kematian putrinya. "Mereka (Israel) tahu Razan, mereka tahu dia seorang paramedis, dia telah membantu mengobati luka sejak 30 Maret," ungkapnya. Seragam Najjar tersebut diketahui dibawa oleh sang ayah, Ashraf, terlihat seragam tersebut berlumuran darah milik Najjar. Rompi medis yang dikenakan Razan Najjar saat tewas tertembak (()) "Malaikatku meninggalkan tempat ini, dia sekarang berada di tempat yang lebih baik. Aku akan sangat merindukannya. Semoga jiwamu beristirahat dalam damai, putriku yang cantik," ratap sang ayah. Bahkan, sebelum meninggal dunia Najjar sempat menyampaikan pesan kepada sang ayah.

 

110 Universitas Kristen Petra

"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar. Sementara itu, pernyataan dari Kementerian Kesehatan Gaza berkabung atas kepergian Najjar dan dianggap sebagai martir. Saat diwawancarai oleh Reuters pada bulan April pun Najjar mengatakan dia akan melihat demonstrasi tersebut sampai akhir. Bahkan ia juga sempat mengunggah seruannya di akun Facebook pribadinya sebelum meninggal dunia. "Saya kembali dan tidak mundur," Saudara Razan Najjar yang Juga Relawan Beberkan Fakta Razan Sengaja Ditembak, Minggu, 3 Juni 2018

Pada berita ini, permasalahan yang diidentifikasi adalah keterangan Hadeel

Najjar, sepupu dari Razan Najjar yang membeberkan fakta bahwa Razan Najjar

sengaja ditembak. Dalam sebuah wawancara yang diunggah Youtube TRT World,

Hadeel Najjar yang juga seorang relawan menyebutkan para petugas medis sudah

dijadikan target oleh para tentara.

Saat melakukan wawancara tersebut, Tribunnews.com menuliskan bawa ia

juga hampir tertembak. Hadeel kemudian melanjutkan penjelasannya bahwa saat

sampai ditempat, Razan sudah dijadikan target. Saat Razan tertembak di abgian

dada, dua teman Hadeel juga ditembak dan mendapatkan luka karena terserempet

peluru.

“Koleganya tersebut menjelaskan, "Saat kami sampai ditempatnya Razan sudah dijadikan target, ia ditembak dibagian dada dan dua teman kami lainnya juga ditembak dan mendapatkan luka terserempet peluru." (Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Selain itu, Hadeel juga menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang

para relawan, utamanya paramedis sangat berat. Tribunnews.com juga menuliskan

wawancara Razan yang mengatakan bahwa seluruh tim medis sangat berat.

Diterangkan bahwa Razan pada hari pertamanya harus menderita karena terkena

gas air mata sebanyak tiga kali dalam sehari.

Dalam wawancara Razan tersebut, Razan juga mengatakan hal yang sama

dengan Hadeel. Ia mengatakan bahwa seluruh tim medis menjadi target oleh

pasukan militer Israel. Razan mengatakan bahwa beberapa temannya ditembak

dibagian punggung, tangan hingga telinga.

"Seluruh tim medis menjadi target, seorang temanku ditembak dipunggungnya, dan temanku lainnya, seorang perawat ditembak di bagian tangan, serta temanku lainnya ditembak di dekat telinganya." (Dimas Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)

 

111 Universitas Kristen Petra

Berdasarkan keterangan Razan, nilai moral yang digunakan pada berita ini

adalah kehidupan relawan yang berat karena selain juga bisa tertembak, mereka

juga harus menolong para korban yang terluka. Hadeel juga mengatakan bahwa

petugas medis seharusnya dilindungi oleh hukum internasional. Ia menekankan

bahwa seragam yang digunakan adalah tanda bahwa mereka pekerja medis yang

tidak boleh ditarget.

"Seluruh tim medis menjadi target, seorang temanku ditembak dipunggungnya, dan temanku lainnya, seorang perawat ditembak di bagian tangan, serta temanku lainnya ditembak di dekat telinganya." (Dimas Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Berita ke-11

Beredar Foto Seorang Tentara Wanita yang Tewaskan Perawat Muda

Palestina Razan Najjar, 3 Juni 2018

TRIBUNSTYLE.COM - Nama Razan Najjar menjadi perbincangan di seluruh dunia. Ia adalah seorang perawat yang masih muda, umurnya hanya 21 tahun saat ia ditembak mati oleh tentara. Saat itu ia tengah menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat di tengah aksi damai di Gaza. Setelah itu beredar foto tentara yang membunuh Razan di Gaza. Melansir dari Instagram @the_emancipated, wanita yang menembak Razan memiliki nama Rebecca, tak diketahui nama belakangnya, "Ia merupakan wanita yang lahir dan besar di Boston, Amerika Serikat. Meski berkewarganegaraan Amerika Serikat, pada usia 18 tahun ia meninggalkan semua yang ia punya untuk datang ke Israel dan tinggal di sana. Ia mendaftar masuk ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan. Tetapi setelah itu, ia memutuskan bahwa ia lebih cocok di lapangan. Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF. instagram.com/the_emancipated Pasukan Israel dilaporkan membunuh Razan Najjar pada Jumat (1/6/2018), saat Razan mencoba untuk membantu seorang pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Dilansir Tribunstyle.com dari situs Reuters, menurut pejabat kesehatan dan saksi, sementara Israel mengatakan militan telah menyerang pasukannya dengan tembakan dan granat. Kematian Razan Al-Najar membawa ke 119 jumlah warga Palestina yang tewas dalam demonstrasi mingguan yang diimulai pada 30

 

112 Universitas Kristen Petra

Maret di Jalur Gaza, sebuah daerah yang dikendalikan oleh kelompok Islam Hamas. Najar, seorang sukarelawan medis berusia 21 tahun, ditembak ketika dia berlari menuju pagar perbatasan berbenteng, di sebelah timur kota Gaza selatan, Khan Younis, dalam upaya untuk mencapai korban, kata seorang saksi. Mengenakan seragam putih, "dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan cara yang jelas, tetapi tentara Israel melepaskan tembakan dan dia tepat di dada," saksi, yang meminta tak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters. Seorang juru bicara militer Israel tidak segera berkomentar tentang pembunuhan Najar. Para perwira Israel sebelumnya mengatakan bahwa penembak jitu tentara hanya menargetkan orang-orang yang menunjukkan ancaman, tetapi peluru terkadang menyasar pada target yang tak bisa diprediksi. Pejabat medis Gaza mengatakan sedikitnya 100 warga Palestina terluka oleh tembakan tentara pada demonstrasi massa hari Jumat.

Pada berita ini, problem identification-nya adalah beredarnya foto seorang

perempuan penembak Razan Najjar. Perempuan tersebut merupakan tentara

pasukan pertahanan Israel (Israel Defense Force).

Informasi tersebut didapatkan dari akun Instagram, @the_emancipated,

yang diketahui wanita tersebut bernama Rebecca. Dikatakan bahwa Rebecca

adalah wanita kelahiran Israel yang besar di Boston, Amerika Serikat. Ia

bergabung ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki

spesialis di bidang pendidikan.

“Tetapi setelah itu, ia memutuskan bahwa ia lebih cocok di lapangan.Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.” (Dimas Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Berita ke-12

Jika Terbukti Kejahatan Perang, Ini Hukuman untuk Sniper Penembak

Paramedis Razan Najjar, 3 Juni 2018

TRIBUNJATIM.COM - Insiden penembakan kepada relawan medis Razan Najjar di perbatasan Palestina, ramai diperbincangkan publik. Razan Najjar tewas ditembak saat memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza, Palestina, Jumat (1/5/2018).

 

113 Universitas Kristen Petra

Wanita berusia 21 tahun tersebut menjadi sukarelawan sebagai tenaga medis bersama Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. Wanita muda tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka. Dari seberang pagar, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dada Najjar. Tak lama setelah ditembak, ia dinyatakan meninggal dunia. Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret. Najjar merupakan penduduk Khuzza, sebuah desa pertanian yang terletak di dekat perbatasan dengan Israel. Ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/5/2018), mengantarkan jenazah Razan Najjar. Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka, isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Terlihat pula beberapa paramedis berseragam warna putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar. Baca: Dilamar Seorang Polisi Ganteng, Intip 10 Potret Kekasih Vanessa Angel yang Baru, Foto No 5 Ngeri Tentunya tindakan tentara Israel tersebut dikutuk oleh jutaan orang di dunia. Pasalnya, Najjar ditembak saat menolong para demonstran yang terluka. Rupanya, sniper tentara Israel tak boleh sembarang melakukan tembakkan. Para medis menggunakan seragam medis dan mengangkat tangan untuk menandakan jika dirinya adalah petugas medis. Hal ini menandakan jika mereka bukanlah ancaman dan tak sepatutnya ditembak. Baca: Kisah Ali Banat, Miliarder Muda yang Tanggalkan Kemewahannya dan Beramal Usai Didiagnosa Idap Kanker Dikutip dari Grid.ID, saksi mata menyebutkan jika Najjar dan sekelompok tim medis lainnya sudah mengangkat tanggan. "Namun, mereka tetap menembaknya," ujar seorang saksi mata. Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awwad menyebut tindakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) masuk dalam kategori kejahatan perang. "Aksi pasukan Israel merupakan bentuk pelanggaran langsung konvensi internasional," kecam Awwad seperti dilansir dari Russian Today. Baca: Lahir Tanpa Organ Intim, Wanita Ini Jalani Operasi Pakai Kulit Ikan Nila, Hidupnya Seketika Berubah!

 

114 Universitas Kristen Petra

Sementara Menteri Kehakiman Palestina, Ali Abu Diak, mendesak agar Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengambil tindakan. "Saya meminta ICC untuk mendokumentasikan kebrutalan Israel, dan menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang," kata Diak. Tembakan tentara Israel yang menewaskan Razan yang seorang paramedis di medan perang, secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. Sebab, salah satu poin penting dalam konvensi tersebut adalah bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik. Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan, "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus". Apalagi, Najjar secara jelas menggunakan seragam putih paramedis serta mengangkat tangannya saat akan menyelamatkan seorang demonstran. Baca: 5 Fakta Cinta Terlarang Pendeta Henderson dan Anak Angkat yang Dibunuh Diduga karena Cemburu Jika para penembak Najjar diketahui dan terbukti sebagai kejahatan perang, maka akan dijatuhi hukuman berat. Hanya ada dua jenis hukuman untuk penjahat perang: hukuman seumur hidup atau hukuman mati. Baca: 6 Fakta di Balik Sosok Pendeta Henderson Pembunuh Mahasiswi, Rajin Ibadah hingga Sayang Mertua Sosok Sniper yang Menembak Razan Al Najjar Setelah meninggalnya Najjar, beredar foto seorang tentara yang diklaim membunuh Razan. Dikutip dari Serambi Indonesia, hal ini berdasarkan posting-an Instagram @the_emancipated. Wanita yang menembak Najjar memiliki nama Rebecca, dari Boston, dan tak diketahui nama belakangnya. "This disgrace to humanity named, Rebecca (left) from Boston, is the person who murdered Razan Al Najjar (right), a 21 year old paramedic Palestinian girl who saved lives. What is the difference between Rebecca and Razan? 1. Rebecca is an American who chose to enlist in the israeli Occupying Forces. 2. Rebecca has absolutely no ties to Palestine. She isn’t from Palestine. 3. Rebecca chose to choose genocide as her career path. Meanwhile, Razan is Palestinian who was born and raised in Palestine, her ancestors are Palestinian, she’s a paramedic, and her career path was saving lives and encouraging her people to fight for justice, and to fight for their right of return. What’s wrong with this picture? Where is the justice? @UN @EU ." (Aib bagi kemanusiaan bernama, Rebecca (kiri) dari Boston, adalah orang yang membunuh Razan Al Najjar (kanan), seorang gadis paramedis Palestina berusia 21 tahun yang menyelamatkan nyawa. Apa perbedaan antara Rebecca dan Razan? 1. Rebecca adalah orang Amerika yang memilih untuk mendaftar di Pasukan Pendudukan

 

115 Universitas Kristen Petra

Israel. 2. Rebecca sama sekali tidak punya hubungan dengan Palestina. Dia tidak berasal dari Palestina. 3. Rebecca memilih untuk memilih genosida sebagai jalur kariernya. Sementara itu, Razan adalah orang Palestina yang lahir dan dibesarkan di Palestina, leluhurnya adalah orang Palestina, dia seorang paramedis, dan jalur karirnya menyelamatkan jiwa dan mendorong orang-orangnya untuk memperjuangkan keadilan, dan berjuang untuk mendapatkan hak mereka kembali. Apa yang salah dengan gambar ini? Dimana keadilannya? @UN @EU) Rebecca diketahui mendaftar masuk ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan. "Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.

Pada berita ini, permasalahan yang menjadi bingkai utama adalah masalah

hukum. Tribunnews.com menuliskan bahwa jika mmeang terbukti kejahatan yang

dilakukan oleh pasukan tentara Israel, maka akan ada hukuman yang dapat

ditimpahkan ke pelaku penembakan.

Diagnostic cause-nya karena penembakan tersebut melanggar Konvensi

Jenewa tahun 1949. Melalui konvensi tersebut, penembakan Razan oleh tentara

Israel dikecam berbagai pihak. Pasalnya, salah satu poin dalam konvensi tersebut

adalah bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika menjalankan tugasnya

untuk menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik

“Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan, "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus". (Pipin Tri Anjani, Tribunnews.com, 03/06/08)

Tribunnews.com menambahkan Najjar secara jelas menggunakan seragam putih

paramedis serta mengangkat tangannya pada saat dia akan ditembak.

Penyelesaian yang ditawarkan oleh Tribunnews.com adalah dua jenis

hukuman. Dalam beritanya, Tribunnews.com menuliskan bahwa jika para

penembak Najjar diketahui dan terbukti sebagai kejahatan perang, makan akan

dijatuhi hukuman berat.

“Hanya ada dua jenis hukuman untuk penjahat perang: hukuman seumur hidup atau hukuman mati.” (Pipin Tri Anjani, Tribunnews.com, 03/06/08)

 

116 Universitas Kristen Petra

Berita ini merupakan lanjutan dari berita sebelumnya setelah beredarnya

rumor pelaku penembakan Razan Najjar. Dari postingan instagram

@the_emancipated, Tribunnews.com menekankan

Berita ke-13 PSI Kutuk Tentara Israel yang Tembak Mati Paramedis Palestina Razan Al Najjar, 3 Juni 2018

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengutuk tindakan brutal tentara Israel yang menembak seorang paramedis Palestina. Diketahui, tembakan melalui sniper tentara Israel itu menewaskan perempuan berusia 21 tahun bernama Razan Al Najjar, Jumat (1/6/2018) lalu. Razan, yang merupakan relawan paramedis, tergabung dalam Organisasi Pertolongan Kedokteran Palestina (Jam'iyyah Ighatsah al-Thibbiyah al-Filisthiniyah) ditembak saat menolong para demonstran yang terluka di Khan Younis, Gaza Selatan. "Penembakan terhadap Razan Al Najjar, seorang paramedis Palestina yang sedang melaksanakan tugasnya merupakan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan tentara Israel," ujar Dara A. Kesuma Nasution, Juru Bicara PSI bidang Kepemudaan dan Perempuan, Senin (4/6/2018). Dara mengecam tindakan tentara Israel, lantaran Razan ditembak, meskipun ia telah mengenakan seragam paramedis. Baca: Pesawat Tempur Israel Bombardir Gaza Setelah Paramedis Palestina Tewas Ditembak Seharusnya, kata dia, setiap orang yang mengenakan seragam paramedis seharusnya dilindungi. "Melalui Konvensi Jenewa tahun 1949 dalam kondisi perang sekalipun, paramedis harus dilindungi saat menjalankan tugasnya, apalagi yang terjadi di Gaza bukan perang, tapi demonstrasi rakyat Palestina terhadap penjajah Israel," jelas perempuan yang juga merupakan caleg PSI dapil Sumut III itu. Untuk kasus ini, Dara melihat adanya indikasi kesengajaan dari tentara Israel yang memang sudah mengincar Razan. Hal itu lantaran, Razan telah menjadi ikon perlawanan rakyat Israel, usai wawancaranya dengan New York Times tersebar, bahwa ia bekerja 13 jam sehari untuk membantu para demonstran yang terluka. "Sebagai perempuan, Razan Al Najjar telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa. Ia menjadi ikon solidaritas kemanusiaan internasional yang terus mengirim pesan ke dunia agar penjajahan Israel atas tanah Palestina dihentikan," tandasnya.

 

117 Universitas Kristen Petra

Permasalahan yang menjadi fokus utama adalah kutukan PSI yang

dilayangkan ke tentara Israel. PSI mengutuk tentara Israel menyusul insiden

penembakan Razan Najjar.

Juru Bicara PSI bidang Kepemudaan dan Perempuan, Dara A. Kesuma

Nasution mengutuk tindakan tentara Israel karena Razan meruapakan relawan

medis yang tergabung dalam Organisasi Pertolongan Kedokteran Palestina.

Terlebih lagi, ia mengatakan bahwa Razan ditembak saat sedang menjalankan

tugasnya.

Dara A. Kesuma Nasution menilai bahwa tindakan Israel tersebut

merupakan kejahatan kemanusiaan. Kata dia, seharusnya setiap orang yang

mengenakan seragam medis harus dilindugi. Pernyataan itu berdasarkan konvensi

Jenewa tahun 1949 yang mengatur tentang perang. Ia pun menambahkan apalagi

saat terjadinya insiden tersebut, yang terjadi bukanlah perang, namun hanya

demonstrasi.

"Melalui Konvensi Jenewa tahun 1949 dalam kondisi perang sekalipun, paramedis harus dilindungi saat menjalankan tugasnya, apalagi yang terjadi di Gaza bukan perang, tapi demonstrasi rakyat Palestina terhadap penjajah Israel," jelas perempuan yang juga merupakan caleg PSI dapil Sumut III itu.” (Hasanudin Aco, Tribunnews.com, 04/06/2018)

Dara melihat adanya indikasi kesengajaan dari tentara Israel.

Tribunnews.com memberitakan bahwa Dara menilai tentara Israel memang sudah

mengincar Razan. Alasannya karena wawancara Razan yang menunjukkan bahwa

Razan adalah perempuan yang berani. Dara berpendapat bahwa ia menjadi ikon

solidaritas kemanusiaan internasional yang seakan mengirimkan pesan ke dunia

bahwa penjajahan Israel atas tanah Palestina harus dihentikan.

"Sebagai perempuan, Razan Al Najjar telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa. Ia menjadi ikon solidaritas kemanusiaan internasional yang terus mengirim pesan ke dunia agar penjajahan Israel atas tanah Palestina dihentikan," tandasnya.” (Hasanudin Aco, Tribunnews.com, 04/06/2018)

Pemilihan narasumber oleh Tribunnews.com berkaitan dengan gender di

mana Dara A. Kesuma adalah Juru Bicara PSI bidang kepemudaan dan

 

118 Universitas Kristen Petra

Perempuan. Pemilihan ini tentunya berkaitan pula dengan pengakuan Razan

sebelumnya yang berjuang ditengah masyarakat Palestina yang konservatif.

Razan juga menolak penilaian masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di lapangan, di mana ia sendiri akan melakukan shift 13 jam, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 8 malam. (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)

Tribunnews.com seolah menggambarkan pentingnya perjuangan

perempuan bahkan di bidang yang selama ini dimonopoli oleh kaum lelaki di

tengah masyrakat yang konservatif seperti Palestina.

Berita ke-14

5 Pengakuan Wanita yang Dituduh Tembak Razan Najjar, 4 Juni 2018

TRIBUNJATIM.COM - Kematian Razan al-Najjar, paramedis Palestina yang tewas ditembak tentara Israel masih ramai diperbincangkan. Setelah meninggalnya Razan, beredar foto seorang tentara yang diklaim membunuhnya. Tuduhan pada seorang wanita bernama Rebecca tersebut, diduga berasal dari akun Facebook Suhair Nafal (dengan lebih dari 13.000 followers), seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois, yang mengatakan dia berasal dari Ramallah. Akun wanita tersebut mem-posting foto Rebecca yang diterbitkan empat tahun lalu di akun Facebook resmi militer Israel, 'Israel Defense Forces'. Baca: Usai 5 Bulan, Pengacara Bocorkan Nasib Perawat yang Lecehkan Pasien, Sebut Ada yang Todongkan Pistol Posting-an asli Nafal, diterbitkan pada pukul 8.25, tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Rebecca membunuh Najjar. Sebaliknya, ia menempatkan foto-foto kedua wanita berjejer satu sama lain, menyebut Rebecca sebagai "Zionis Amerika dari Boston dengan 'zero ties' untuk menduduki Palestina yang bergabung dengan militer 'Israel' (untuk berpartisipasi dalam pembersihan etnis penduduk asli Palestina)". Nafal, dilansir dari timesofisrael.com, mengambil gambar dan deskripsi Rebecca dari unggahan di akun Facebook resmi IDF pada Mei 2014. Pada unggahan tersebut, militer menuliskan dia sebagai seorang tentara kelahiran Boston yang, pada usia 18, pindah ke Israel dan 'bergabung dengan IDF sebagai seorang prajurit yang berspesialisasi dalam pendidikan, tetapi kemudian memutuskan bahwa dia dimaksudkan untuk lapangan.'

 

119 Universitas Kristen Petra

Dalam gambar, Rebecca terlihat berdiri di padang pasir dengan peralatan tempur lengkap, tersenyum ke kamera saat dia memegang senapan M-16. "Hari ini dia adalah seorang pejuang terlatih di IDF Field Intelligence, membela rumah yang dia kenal dan cintai," tulis akun Facebook IDF. Tiga jam setelah Nafal menerbitkan posting-annya, halaman Facebook 'Freedom for Gaza' yang memiliki lebih dari 100.000 pengikut, mengunggah dan mengutip deskripsi mantan tentara dari 2014 tersebut, lalu menambahkan: "'Pembunuh terlatih' ini mengeksekusi seorang perawat Palestina berusia 21 tahun di Gaza saat dia membantu warga sipil yang terluka." Informasi tersebut lalu tersebar dan ikut dibagikan akun-akun media sosial lainnya. Nama wanita bernama Rebecca-pun ikut merasakan imbasnya. Ia dituduh sebagai sniper yang menewaskan Najjar. Fotonya pun viral dan beredar di media sosial. Akhirnya Rebeccapun angkat bicara. Dilansir dari TribunBogor, berikut pengakuannya : 1. Tak pernah jadi sniper Situs Times of Israel menghubungi langsung Rebecca untuk meminta keterangan darinya. Rebecca memang seorang tentara IDF (Israel Defense Forces) dan direkrut pada tahun 2014. Namun tidak sekalipun dia menjadi sniper selama bertugas menjadi tentara IDF. Dia hanya bertugas sebagai tentara biasa dan tidak pernah mengambil pelatihan sebagai penembak jitu. 2. Seorang guru Saat ini, Rebecca juga sudah tidak aktif dan diberhentikan selamanya dari IDF selama 2 tahun terakhir ini. Dia memang masih tinggal di Israel, tapi bekerja sosial sebagai relawan guru bahasa Inggris di sekolah dasar di Israel. 3. Foto yang tersebar memang Rebecca Foto Rebecca dengan seragam IDF dan membawa pistol memang benar dirinya. Foto itu diterbitkan di halaman Facebook Israel Defense Forces pada 27 Mei 2014 saat Becca baru saja bergabung. Saat ini, militer Israel mengklaim sedang melakukan penyelidikan terkait penembakan Razan al Najjar. Yang jelas, foto Rebecca dengan tuduhan sebagai pembunuh Razan itu tidak benar. 4. Nasibnya kini Sayangnya, sejak berita hoax itu tersebar, Rebecca mendapat pesan ancaman di media sosialnya dan membuatnya terpaksa menutup akun Instagramnya. Dia lalu menghubungi kantor polisi setempat, meminta bantuan karena banyak sekali ancaman dikirim ke kotak pesan Facebooknya.

 

120 Universitas Kristen Petra

Termasuk ancaman pembunuhan. Juru bicara IDF mendorong Rebecca untuk membuat video klarifikasi tentang rumor tersebut. Video itu dipublikasikan oleh kelompok advokasi Israel, StandWithU. 5. Video klarifikasi Rebecca Dalam video tersebut, Rebecca mengatakan bahwa postingan di "Freedom for gaza" telah "menyebabkan ratusan pesan kebencian dan ancaman pembunuhan terhadap hidup saya dan kehidupan teman saya." Ia juga mengatakan halaman Facebook yang mendukung kelompok-kelompok teror Palestina harus mengajukan protes terhadap Hamas, jika para administrator khawatir tentang nasib warga Gaza - klaim umum yang dibuat oleh para pejabat Israel. “Mereka mengatakan kepada saya apa yang harus saya katakan di video. Saya sedikit ketakutan. Saya baru saja mengatakannya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa itu akan membantu menghentikan ini, ”kata Rebecca. Berikut videonya : Begitu publik tahu jika klaim terhadap Rebecca ternyata salah, Nafal dan halaman Facebook 'Freedom for Gaza' mengedit posting-annya. Nafal menukar gambar Rebecca dengan seorang tentara IDF wanita yang berbeda dan menghapus deskripsi Rebecca. Nafal juga menerbitkan posting kedua yang mengatakan bahwa dia tidak pernah bermaksud untuk menyatakan bahwa Rebecca telah membunuh Razan, tetapi tetap menyatakan bahwa Rebecca masih seorang 'teroris'. Sementara, halaman Facebook 'Freedom for Gaza' menjaga posting-an aslinya tetap utuh, tetapi menambahkan pemberitahuan di bagian atas, “apakah itu sniper atau yang lainnya, apakah itu benar-benar penting? Mereka SEMUA membunuh lelaki, perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah.” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 04/06/2018)

Pada berita ini, Tribunnews.com melihat masalah yang diidentifikasi

adalah sosok Rebecca yang dikabarkan menjadi pelaku penembakan Razan

Najjar. Tuduhan ini dikabarkan berasal dari akun Facebook milik Suhair Nafal

(dengan lebih dari 13.000 followers), seorang wanita yang tinggal di Chicago,

Illionis, yang mengatakan bahwa ia berasal dari Ramallah.

“Kematian Razan al-Najjar, paramedis Palestina yang tewas ditembak tentara Israel masih ramai diperbincangkan. Setelah meninggalnya Razan, beredar foto seorang tentara yang diklaim membunuhnya. Tuduhan pada seorang wanita bernama Rebecca tersebut, diduga berasal dari akun Facebook Suhair Nafal (dengan lebih dari 13.000 followers), seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois, yang mengatakan dia berasal dari Ramallah.”

 

121 Universitas Kristen Petra

Tribunnews.com menuliskan bahwa foto tersebut diambil dari akun

Faceook resmi milik militer Israel, ‘Israel Defense Forces’. Foto Rebecca awalnya

diunggah oleh IDF pada Mei 2014. Foto tersebut kemudian diambil kemudian

Nafal menuliskan bahwa dia sebagai seorang tentara yang lahir di Boston

kemudian pindah dan bergabung dengan IDF sebagai seorang prajurit dengan

spesialisasi di bidang pendidikan. Nafal menambahkan pada akhirnya Rebecca

memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan.

Diagnostic Cause pada berita ini adalah postingan Nafal kemudian

diambil oleh akun Facebook ‘Freedom for Gaza’ yang menambahkan deskripsi

‘pembunuh terlatih’. Freedom for Gaza juga menambahkan perempuan tersebut

adalah pelaku penembakan perawat Palestina di Gaza. Informasi ini lalu menyebar

dan ikut dibagikan akun media sosial lainnya.

Make moral judgement yang dipakai Tribunnews.com adalah pernyataan

Rebecca yang meminta semua pihak untuk terlebih dahulu mengecek kebenaran

sebelum ikut menuduh dirinya.

Meskipun tuduhan terhadap Rebecca tidak benar, namun Tribunnews.com

menekankan postingan freedom for Gaza di facebook bahwa terlepas dari benar

atau tidaknya tuduhan tersebut, tentara Israel, IDF, adalah pembunuh laki-laki dan

perempuan. Pesan selain membawa informasi juga memberikan makna kepada

siapa saja yang menginterpretasikannya. Dalam komunikai politik, pesan yang

disampaikan dapat sebagai peluru untuk mempengaruhi atau mempersuasi

komunikan. (Subiakto & Ida, 2012, p. 40).

Berita ke-15

Razan Ditembak Mati Saat Jadi Relawan Medis, Ini Pasal Terkait Kejahatan

Perang dan Hukumannya, 4 Juni 2018

TRIBUNNEWS.COM - Kematian relawan medis perempuan Palestina Razan Al-Najjar setelah ditembak oleh penembak runduk (sniper) Israel di Jalur Gaza, Palestina, ramai diperbincangkan. Hampir semua mengutuk tindakan keji tentara Israel terhadap Najjar. Apalagi, Najjar yang baru berusia 21 tahun tersebut ditembak saat sedang menolong seorang demonstran yang terluka di Khan Younes.

 

122 Universitas Kristen Petra

Selain itu, Najjar juga mengenakan seragam putih yang menandakan dirinya adalah petugas medis serta mengangkat tangannya yang menandakan dia bukanlah ancaman. "Namun, mereka tetap menembaknya," ujar salah seorang saksi mata. Selain Najjar ada empat paramedis lain yang dilaporkan mengalami luka-luka saat unjuk rasa berlangsung, Jumat (1/6/2018). Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awwad, menyebut tindakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) masuk dalam kategori kejahatan perang. "Aksi pasukan Israel merupakan bentuk pelanggaran langsung konvensi internasional," kecam Awwad seperti dilansir Russian Today. Sementara Menteri Kehakiman Palestina, Ali Abu Diak, mendesak agar Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengambil tindakan. "Saya meminta ICC untuk mendokumentasikan kebrutalan Israel, dan menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang," kata Diak. Kejahatan Perang Kematian Najjar yang merupakan seorang paramedis di medan perang akibat tembakan dari tentara Israel secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. Sebab, salah satu poin penting dalam konvensi tersebut adalah bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik. Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus". Apalagi, Najjar secara jelas menggunakan seragam putih paramedis serta mengangkat tangannya saat akan menyelematkan salah seorang demonstran. Jika pada akhirnya apa yang dilakukan penembak runduk Israel terhadap Najjar benar-benar terbukti sebagai kejahatan perang menurut Pengadilan Kriminal Internasional, maka hukuman yang akan dijatuhkan sangatlah berat. Sebab, sampai saat ini, hanya ada dua jenis hukuman untuk penjahat perang: hukuman seumur hidup atau hukuman mati. (Intisari/Ade Sulaiman)

Berita ke-16

Rencana Bertunangan Kandas, Isak Tangis Sang Kekasih di Pusara Razan

Al Najjar Sungguh Sayat Hati, 4 Juni 2018

 

123 Universitas Kristen Petra

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kepergian paramedis yang rela bertaruh nyawa demi selamatkan korban di Palestina ini masih jadi topik hangat pembicaraan beberapa situs berita. Paramedis bernama Razan Al Najjar ini sudah dimakamkan pada Sabtu (2/6/2018). Ratusan orang berteriak takbir ketika jenazah Razan Al Najjar, yang ditutupi dengan bendera Palestina, dibawa dipanggul ke atas ketika dikeluarkan dari ambulans. Razan () Rompi yang menjadi saksi bisu kekejaman Israel terhadap perempuan 21 tahun ini pun ikut disematkan di atas jenazah Razan. Sontak hal ini pun menuai respek dan keharuan luar biasa bagi para penduduk Palestina. Baca: Datang ke Wisuda Anak, Samuel Rizal Tunjukkan Sikap Begini ke Suami Mantan Istrinya, Netter Salut Baca: KPU Kota Bogor Libatkan 100 Orang Untuk Lipat Surat Suara Pilkada Jawa Barat 2018 Dilaporkan skynews dan Aljazeera, iring-iringan pemakaman Razan pun berlangsung riuh seperti lautan manusia. Belasan ambulans, sirene meraung, minibus, mobil, dan sepeda motor melaju di jalan-jalan kota Khan Younes di selatan Gaza. Ribuan orang berjajar di jalan-jalan, lalu diikuti ketika iring-iringan pemakaman meninggalkan jalanan kota menuju pedesaan tempat Razan akan dimakamkan. Beberapa orang berebut ingin ikut menandu jenazah Razan, membawanya ke tempat peristirahatan terakhir. jenazah Razan () Hal ini sebagai sebuah simbolis momen pembangkangan rakyat Palestina yang sudah lama dijajah oleh bangsa Israel sejak 1948. Takbir dan isak tangis iringi pemakaman Razan. Walaupun tak bersaudara dekat, tapi sesama umat muslim yang merasakan penderitaan dibombardir Israel, warga Palestina serentak ungkapkan duka mereka. Seperti yang diketahui, Razan ini menjadi korban ke-119 dari warga Palestina sejak akhir Maret 2018. Razan meninggal saat dia berlari menuju pagar di Khuza'a untuk menyelamatkan korban yang terkapar di pagar perbatasan, pada hari Jumat (1/6/2018). Ia mengangkat kedua lengannya untuk menunjukkan kepada tentara Israel yang 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Ia hanya seorang paramedis, terlihat dari rompi medis yang dikenakannya. Razan () Namun, tiba-tiba tembakan sporadis ditembakkan ke udara dan mengenai punggung perawat cantik ini.

 

124 Universitas Kristen Petra

Para saksi mengatakan dia ditembak mati oleh seorang sniper Israel, dan sang ayah menunjukkan rompi medisnya yang berlumuran darah dan ada lubang peluru. Razan sudah berusaha diselamatkan oleh tim dokter. Namun sayang, naywanya tak tertolong, ia dinyatakan mati syahid. Razan yang ditangisi sahabatnya () Baca: Jelang Arus Mudik, Bus yang Tak Laik Jalan Dilarang Beroperasi Baca: Heboh Target Pengumpulan Zakat, Bazis DKI Jakarta Tak Diakui Baznas Kesedihan ini pun tak hanya dirasakan keluarga, sahabat, rakyat Palestina dan umat islam seluruh dunia, tapi juga sang kekasih Razan Al Najeer. Ya. Razan Al Najjar sudah memiliki kekasih bernama Izzat Shatat. Izzat Shatat berusia 23 tahun ini merupakan pekerja ambulans sukarela. Usai dimakamkan, terlihat dari akun Instagram @insta_falastin, Izzat tak berhenti menangis. Ia yang masih mengenakan jas putih menangis tersedu-sedu di atas pusara sang kekasih, Razan. Teman-teman yang lain pun sempat mengingatkan dan membangunkan Izzat. Tapi Izzat masih tak kuasa ditinggalkan Razan. Ia beberapa kali mengambil bunga yang sudah ditaburkan di atas makam Razan. Baca: Datang ke Wisuda Anak, Samuel Rizal Tunjukkan Sikap Begini ke Suami Mantan Istrinya, Netter Salut Baca: Terduga Teroris di Lampung Ditangkap Polisi Kepada The Times of Israel, Izzat mengatakan kalau dirinya dan Najjar akan mengumumkan pertunangan mereka pada akhir Ramadan. Izzat juga sempat mengatakan kalau dia khawatir bahkan meminta Razan untuk tidak pergi ke daerah perbatasan pada hari Jumat. Akan tetapi, rupanya Razan menolaknya. Razan tetap berlari ke garis perbatasan tersebut dan disana pula ia meninggal dunia. “Dia membantu semua orang. Dia tidak pernah menolak untuk membantu. Dia adalah orang pertama yang berlari ke arah siapa pun ketika dia ditembak, ” kata Izzat sambil menangis. Ini adalah kerugian di antara ribuan kerugian di mana Razan akan sangat dirindukan oleh keluarga dan rekan-rekannya. Wanita ini terbunuh menyelesaikan tugas yang pasti membuat nama Razan menjadi pahlawan.

Pada berita kali ini, terlihat dari judulnya bahwa Razan dikabarkan

memiliki kekasih. Kemudian yang menjadi fokus permasalahan yang diberikan

pada Tribunnews.com adalah masalah empati. Tribunnews.com mengabarkan

 

125 Universitas Kristen Petra

bahwa kepergian Razan ternyata tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga,

namun juga kepada rekan-rekannya, terutama kekasihnya.

“Kesedihan ini pun tak hanya dirasakan keluarga, sahabat, rakyat Palestina dan

umat islam seluruh dunia, tapi juga sang kekasih Razan Al Najeer.” (Yuyun

Hikmatul Uyun, Tribunnews.com, 04/06/2018)

Permasalahan ini muncul setelah diketahui melalui keterangan Izzat,

kekasih Razan yang mengatakan mereka akan melakukan pertunangan pada akhir

Ramadhan 2018. Izzat diketahui adalah pekerja ambulans sukarela yang berumur

23 tahun. Tribunnews.com memberitakan bahwa Izzat tidak kuasa ditinggalkan

Razan dan beberapa kali mengambil bunga yang sudah ditaburkan di atas makam

Razan.

Melalui The Times os Israel, Izzat mengatakan kalau dirinya dan Najjar

akan mengumumkan pertunangan mereka pada akhir Ramadhan. Ia sempat

mengatakan kekhawatirannya kepada Razan dan bahkan meminta Razan untuk

tidak pergi ke daerah perbatasan pada hari Jumat. Permintaannya tersebut

kemudian ditolak dan akhirnya Razan tetap berlari ke garis perbatasan tersebut

dan ia lalu meinggal.

Nilai moral yang digunakan oleh Tribunnews.com adalah kepergian Razan

tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarganya, namun bagi warga Palestina

dan rekan-rekannya terutama Izzat, kekasih Razan. Tribunnews.com

menambahkan bahwa Razan yang mati saat menyelesaikan tugasnya membuat

namanya menjadi pahlawan.

Berita ke-17

Kecam Pembunuhan Perawat Palestina, Warga Paris Tuntut PM Israel

Dijadikan Penjahat Perang, 6 Juni 2018

TRIBUNNEWS.COM, Paris - Kedatangan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, ke Prancis disambut oleh gelombang demonstrasi di Kota Paris, pada Selasa (5/6/2018). Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas untuk warga Palestina yang selama ini berada di bawah invasi Israel. Selain itu para pendemo juga mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina, Razan al Najjar, oleh tentara Israel.

 

126 Universitas Kristen Petra

Dilansir oleh Al-Jazeera, para pendemo menuntut agar Netanyahu diseret ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang akibat pembunuhan Razan. "Saya merasa sangat terganggu dengan pembunuhan yang tidak berperikemanusiaan terhadap perawat muda, Razan al Najjar, yang melawan hukum internasional," ujar mahasiswa kesehatan, Yasmine, yang turut serta dalam aksi tersebut. Dalam aksi tersebut, para pendemo meneriakan bahwa Netanyahu adalah pembunuh. Mereka juga membawa foto Razan sebelum meninggal, mereka juga menuduh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sebagai kaki tangan Israel. "Israel pembunuh, Macron kaki tangan," seru pendemo. Seperti diketahui, wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, Palestina kembali memanas seusai Amerika Serikat memindahkan Kedutaan Besarnya ke Yerusalem. Puncaknya adalah ketika seorang perawat Palestina dilaporkan tewas terbunuh sniper Israel. Dalam insiden itu, perawat berusia 21 tahun tersebut sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka.

Permasalahan yang menjadi fokus utama pada berita ini ada pada sisi

kemanusiaan. Kedatangan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, ke

Perancis. mengundang gelombang demonstrasi di kota Paris.

Para pendemo melakukan aksi ini sebagai bentuk solidaritas untuk warga

Palestina yang berada di bawah invasi Israel. Selain itu, mereka juga mengecam

pembunuhan Razan yang baru-baru ini terjadi.

“Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas untuk warga Palestina yang selama ini berada di bawah invasi Israel. Selain itu para pendemo juga mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina, Razan al Najjar, oleh tentara Israel.” (Fahdi Fahlevi, Tribunnews.com, 06/06/2018)

Disini, nilai moral yang digunakan adalah pernyataan para pendemo yang

menyatakan Benyamin Netanyahu sebagai penjahat perang dan pembunuh.

Perdana Menteri merupakan jabatan yang biasanya dijabati oleh politikus. Jabatan

ini memiliki wewenang kekuasaan hingga di bidang militer. (perdana menteri dan

presiden, 2017, par. 3).

“Dalam aksi tersebut, para pendemo meneriakan bahwa Netanyahu adalah pembunuh. Mereka juga membawa foto Razan sebelum

 

127 Universitas Kristen Petra

meninggal, mereka juga menuduh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sebagai kaki tangan Israel.”

Selain Benyamin, Presiden Perancis, Emmanuel Macron, juga disebut para

pendemo sebagai kaki tangan Israel.Istilah kaki tangan berarti seseorang yang

diperalat untuk membantu pihak yang memperalat. (KBBI, n. d.) Presiden

Perancis diposisikan sebagai pihak yang mendukung Israel dan

dikambinghitamkan oleh para pendemo.

Penyelesaiannya terdapat pada pernyataan para pendemo yang menuntut

agar Netanyahu diseret ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang

akibat pembunuhan Razan. Pernyataan salah satu mahasiswa kesehatan, Yasmine

mengatakan pembunuhan tersebut sangat ttidak berperikemanusiaan.

"Saya merasa sangat terganggu dengan pembunuhan yang tidak berperikemanusiaan terhadap perawat muda, Razan al Najjar, yang melawan hukum internasional," ujar mahasiswa kesehatan, Yasmine, yang turut serta dalam aksi tersebut.

Berita ke-18

Baju Putih Razan al-Najjar, kode penyelemat ‘yang diabaikan’ penembak

jitu Israel, 14 Juni 2018

Penembakan terhadap perawat Palestina Razan al Najjar membuat para tenaga medis di Gaza khawatir tidak ada lagi jaminan terhadap keselamatan mereka saat bertugas. Soalnya selama ini, tenaga medis di Jalur Gaza sebenarnya sudah memiliki prosedur ketika membantu orang-orang yang terluka agar tidak menjadi korban sniper atau penembak jitu Israel. Namun penembakan atas Razan membuat mereka menjadi khawatir jika prosedur itu tidak membantu lagi. Prosedur yang selama ini ditempuh adalah mengenakan baju putih dengan garis warna yang mencolok untuk memastikan penembak jitu mengenali mereka dari jarak jauh. Saat mendekati korban yang jatuh di dekat pagar perbatasan Gaza-Israel, mereka akan bergerak perlahan, mengangkat tangan, dan berteriak keras-keras, "Jangan menembak, ada yang terluka." Prosedur ini penting agar di antara ban-ban yang terbakar dan asap dari gas air mata, mereka tetap dikenali sebagai tenaga medis dan tidak akan ditembak tentara Israel. Getty ImagesIbunda Nazar, Sabrine al Najjar, saat menghadiri pemakaman Nazar.

 

128 Universitas Kristen Petra

Namun, itu tadi, prosedur tersebut dikhawatirkan tak bisa lagi menjadi jaminan keselatan setelah perawat dari Desa Khuza'a, Gaza, Razan al Najjar tewas terkena tembakan sniper pada Jumat, 1 Juni lalu. "Razan selalu berpikiran baju putih yang ia kenakan akan bisa melindunginya," kata Sabrine al Najjar, ibunda Razan, beberapa hari setelah pemakamannya yang dihadiri ribuan orang. "Dunia tahu apa arti baju putih yang ia kenakan," tambah Sabrine dalam wawancara dengan koran Inggris The Guardian di rumahnya di Khuza'a. Pada Jumat, 1 Juni, Razan terjatuh setelah dadanya tertembus peluru tajam saat tengah mendekati korban dan nyawanya tak bisa diselamatkan lagi. Sabrine -dalam perbincangan dengan wartawan situs berita Middle East Eye- mengatakan tentara Israel tahu siapa Razan, ""Mereka tahu ia adalah tenaga medis yang membantu merawat para demonstran yang terluka." "Peluru tepat diarahkan ke dadanya, ini bukan peluru nyasar," tegasnya yakin anaknya sengaja ditembak. Israel rilis video Razan Aksi unjuk rasa di perbatasan Jalur Gaza-Israel sering digelar sejak 30 Maret, yang disebut sebagai the Great March of Return, untuk menuntut hak bagi rakyat Palestina kembali ke rumah-rumah mereka setelah diusir pada 1948. Pada hari Razan mati tertembak, empat tenaga medis Palestina lain terluka saat merawat sekitar 100 demonstran, 40 di antaranya terkena tembakan peluru tajam tentara Israel. EPAAksi protes warga Gaza di dekat perbatasan dengan Israel untuk menuntut hak kembali bagi rakyat Palestina yang diusir pada 1948. "Razan biasanya meninggalkan rumah pada pukul 7.00 pagi dan kembali sekitar pukul 20.00. Di lapangan ia mengobati orang-orang yang terluka. Ia pemberani dan tak pernah takut dengan sniper Israel," ungkap Sabrine. "Seragam putih yang ia kenakan biasanya penuh dengan bercak darah para korban. Di lokasi unjuk rasa, ia baru pulang ketika sudah tidak ada lagi pemrotes yang memerlukan perawatan." Kematian Razan membuat masyarakat internasional mengecam keras Israel. Mereka menyayangkan dan prihatin mengapa perawat yang jelas-jelas mengenakan seragam dan atribut medis serta tengah melakukan tugas kemanusiaan ditembak. Militer Israel mengatakan akan melakukan investigasi resmi. Para pejabat militer Israel juga mengatakan bahwa penembakan Razan bukan kesengajaan. "Penelitian awal atas insiden ini... menemukan bahwa peluru ditembakkan... dan tidak ada tembakan yang sengaja diarahkan kepadanya," demikian pernyataan militer Israel. https://twitter.com/ofirgendelman/status/1004663346287738880

 

129 Universitas Kristen Petra

Belakangan militer dan pejabat Israel, di antaranya juru bicara PM Benjamin Netanyahu, merilis video pendek wawancara Razan yang sepertinya menunjukkan bahwa ia adalah tameng manusia dan ia melakukannya untuk kelompok Hamas. Banyak pihak mengecam video ini karena diketahui video itu sudah diedit karena dalam video yang sesungguhnya, Razan mengatakan bahwa ia berada di lokasi unjuk rasa untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka di garis depan. Ia juga sama sekali tidak meyebut nama Hamas.

Permasalahan utama pada berita ini adalah kekhawatiran akan prosedur

tenaga medis di Jalur Gaza yang tidak lagi menjadi jaminan keamanan bagi para

medis. Selama ini, tenaga medis di Gaza memiliki beberapa prosedur yang

membantu mereka agar tidak menjadi target penembak jitu Israel.

Prosedur yang selama ini ditempuh adalah mengenakan baju putih dengan

garis warna yang mencolok agar penembak jitu dipastikan dapat mengenali

mereka dari jarak jauh. Saat hendak menolong korban, para tenaga medis harus

bergerak perlahan sambil mengangkat tangan dan berteriak dengan keras.

“Prosedur ini penting agar di antara ban-ban yang terbakar dan asap dari gas air mata, mereka tetap dikenali sebagai tenaga medis dan tidak akan ditembak tentara Israel.” (Tribunnews.com, 14/06/2018)

Kekhawatiran ini muncul setelah terjadi penembakan paramedis Razan

Najjar. Seperti yang diketahui, Razan tewas tertembak saat hendak menolong

korban luka, meskipun sudah melakukan prosedur yang ditentukan.

“Namun, itu tadi, prosedur tersebut dikhawatirkan tak bisa lagi menjadi jaminan keselatan setelah perawat dari Desa Khuza'a, Gaza, Razan al Najjar tewas terkena tembakan sniper pada Jumat, 1 Juni lalu.”

Nilai moral yang diberikan pada berita ini adalah tidak ada lagi prosedur

yang dapat menjamin keselamatan para tenaga medis di Jalur Gaza. Sabreen

mengungkapkan bahwa Razan sebelumnya selalu berpikir bahwa baju putih yang

ia kenakan akan bisa melindunginya.

Kematian Razan kemudian mengundang kecaman keras kepada Israel dari

masyarakat Internasional. Mereka menyayangkan dan mempertanyakan

penembakan Razan Najjar yang jelas mengenakan seragam dan atribut medis di

saat hendak melakukan tugas kemanusiaan.

“Kematian Razan membuat masyarakat internasional mengecam keras Israel. Mereka menyayangkan dan prihatin mengapa perawat

 

130 Universitas Kristen Petra

yang jelas-jelas mengenakan seragam dan atribut medis serta tengah melakukan tugas kemanusiaan ditembak.”

Penyelesaian yang terdapat pada berita ini adalah penyelidikan militer

Israel yang terus dilanjutkan. Meskipun demikian, pihak militer Israel

mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara melihat bahwa

penembakan Razan tidak disengaja.

"Penelitian awal atas insiden ini... menemukan bahwa peluru ditembakkan... dan tidak ada tembakan yang sengaja diarahkan kepadanya," demikian pernyataan militer Israel.”

Masalah yang lain juga muncul perihal video yang diunggah oleh Perdana

Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang merilis video pendek wawancara

Razan. Dalam video tersebut, kesalahan ditimpahkan ke pihak Hamas di mana

Razan disebut sebagai tameng manusia dan melakukannya untuk kepentingan

kelompok Hamas.

Karena video tersebut, banyak piham yang mengecam karena video

tersebut telah diedit. Dalam video sesungguhnya, Razan mengatakan hal yang

berbeda. Razan bahkan tidak menyebutkan nama Hamas sama sekali.

“Banyak pihak mengecam video ini karena diketahui video itu sudah diedit karena dalam video yang sesungguhnya, Razan mengatakan bahwa ia berada di lokasi unjuk rasa untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka di garis depan. Ia juga sama sekali tidak meyebut nama Hamas.”

Berita ke-19

Tentara Israel Sengaja Tembak Razan al-Najjar, Relawan Medis Wanita

Palestina, 18 Juli 2018

TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Sebuah investigasi yang digelar aktivis HAM menyebutkan pasukan Israel sengaja menembak relawan medis wanita Palestina. Razan al-Najjar tewas dengan luka tembak di dada ketika berusaha menolong seorang demonstran Palestina di Gaza pada 1 Juni lalu. Dilansir Al Jazeera Rabu (18/7/2018), militer Israel kemudian memberikan rilis resmi bahwa insiden itu merupakan kecelakaan. B'Tselem, organisasi HAM yang berbasis di Israel, menyimpulkan penembakan terhadap al-Najjar disengaja. Juru bicara organisasi, Amit Gilutz, berujar seorang pasukan Israel membidik dan sengaja menembak al-Najjar dari jarak 25 meter dari pagar perbatasan. "Bertolak belakang dengan apa yang disampaikan militer Israel, fakta yang kami dapatkan memberi kebenarannya," ujar Gilutz.

 

131 Universitas Kristen Petra

Baca: Baju putih Razan al Najjar, kode penyelamat yang diabaikan penembak jitu Israel Kesimpulan tersebut diambil B'Tselem setelah mereka mendapat pengakuan dari Rami Abu Jazar, relawan medis lain yang bersama al-Najjar saat kejadian. Jazar bercerita. pada pukul 18.00 waktu setempat di hari itu, sekelompok relawan medis mendekati pagar untuk menyelamatkan dua pengunjuk rasa. "Paramedis menggunakan jaket medis dan mengangkat tangan ke arah militer Israel untuk memberi tahu keberadaan mereka," kata Jazar. Namun, saat menyelamatkan dua demonstran itu, militer Israel tiba-tiba menembakkan gas air mata ke arah mereka. Saat itu Jazar berkaya al-Najjar terbatuk-batuk yang membuat grup paramedis itu harus menjauh dari pagar tersebut. Setelah gas hilang, mereka kembali mendekati tempat itu. Saat itu, jarak mereka adalah 25 meter dari pagar. Di saat itulah, ada dua tentara yang keluar dari jeep, dan mengambil posisi menembak runduk (sniper stance) kepada mereka. Saat itu, Jazar menyatakan al-Najjar berada di belakangnya. Sementara seorang anggota lain, Rasha, berdiri di belakang. "Ketika kami berbicara, pasukan itu menembakkan dua peluru ke arah kami. Saya melihat Razan, ada lubang di punggungnya, dan dia tumbang," kata Jazar. Jazar terkena tembakan di atas lutut kiri. Sedangkan rekannya yang berdiri dekat mereka menderita luka akibat pecahan peluru di panggul. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tentara Israel Sengaja Tembak Relawan Medis Wanita Palestina"

Permasalahan pada berita terakhir ini adalah hasil penyelidikan B’Tselem,

sebuah organisasi HAM yang berbasis di Israel. Penyelidikan ini menyimpulkan

bahwa penembakan terhadap al-Najjar memang disengaja.

Juru bicara organisasi, Amit Gilutz, mengatakan hasil itu didapatkan dari

keterangan salah seorang saksi yang juga merupakan rekan Razan Najjar, Rami

Abu Jazar. Rami mengatakan bahwa bahkan saat sudah mengenakan rompi putih

dan mengangkat tangan ke arah tentara Israel dan hendak menolong para

demonstran, mereka tetap ditembak gas air mata.

"Paramedis menggunakan jaket medis dan mengangkat tangan ke arah militer Israel untuk memberi tahu keberadaan mereka," kata Jazar. Namun, saat menyelamatkan dua demonstran itu, militer Israel tiba-tiba menembakkan gas air mata ke arah mereka. (Hasanudin Aco, Tribunnews.com, 18/07/2018)

Rami menambahkan bahwa setelah menderita karena gas air mata, mereka

tetap melanjutkan tugas mereka dan kembali mendekati pagar hingga jarak 25

 

132 Universitas Kristen Petra

meter dari pagar perbatasan. Setelah itu, terdapat dua tentara yang keluar dari

sebuah kendaraan jeep dan mengambil posisi runduk. Rami mengatakan bahwa

dua tentara tersebut menembakkan dua peluru ke arah mereka. Dan pada saat itu,

Razan pun terjatuh.

"Ketika kami berbicara, pasukan itu menembakkan dua peluru ke arah kami. Saya melihat Razan, ada lubang di punggungnya, dan dia tumbang," kata Jazar.

Nilai moral yang terdapat pada berita ini adalah adanya perbedaan yang

sangat bertolak belakang dengan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh militer

Israel.

"Bertolak belakang dengan apa yang disampaikan militer Israel, fakta yang kami dapatkan memberi kebenarannya," ujar Gilutz.”

4.3. Interpretasi Data

Framing atau pembingkaian merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari yang

dilakukan media. Melalui pembingkaian, media berfungsi dalam mendefinisikan

bagaimana seharusnya realitas tersebut dipahami. Hal ini juga berpengaruh pada

bagaimana realitas itu disampaikan kepada khalayak. Bagaimana realitas tersebut

dibentuk dipengaruhi oleh ideologi media. Republika yang meskipun berganti

kepemilikan (saat ini dipimpin oleh Erick Thohir) tetap dengan visi Modern,

Moderat, Muslim, Kebangsaan, dan Kerakyatan. Sedangkan misi Republika

adalah sebagai media yang maju, cerdas, dan beradab. Dengan ideologi muslim

sebagai salah satu dari visinya, Republika tentunya memiliki kepentingan dalam

membela Palestina sebagai salah satu negara muslim.

4.3.1. Framing Republika Online

4.3.1.1. Tentara Israel Dinilai Kerap Menargetkan Paramedis

Sehingga di Kecam Berbagai Pihak

Pada berita ke-2 Republika yang berjudul “Najjar Berseragam Putih

Namun Tetap Ditembaki Militer Israel”, Republika mengawali berita dengan

pernyataan Kementrian Kesehatan Palestina, Ashraf Al-Qudra, yang menyebut

tentara Israel tetap menargetkan petugas medis. Penempatan kalimat pada berita

menjadi salah satu cara wartawan atau media dalam melakukan framing, bukan

hanya penulisan. Eriyanto mengatakan, cara mengemas isu – penulisan kata,

 

133 Universitas Kristen Petra

kalimat, proposisi, serta penempatan kalimat pada tempat yang mencolok seperti

headline atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis – dapat

memperkuat isu-isu yang telah diseleksi wartawan atau media. (Eriyanto, 2002, p.

67)

Problem identification yang serupa yang menjadi frame utama Republika

juga terlihat pada berita ke-3 dan ke-7. Pada kedua berita tersebut, berdasarkan

keterangan seorang saksi, Razan sudah melakukan prosedur wajib paramedis.

Saksi tersebut mengatakan bahwa Razan mengangkat tangannya saat tertembak.

Republika menekankan bahwa Razan sudah berusaha memberikan peringatan

kepada Israel untuk tidak menembak dirinya yang adalah paramedis. Fakta ini

dipilih dan dilansir Republika dari media daring Reuters, media yang berasal dari

Inggris. Entman dalam Sobur (2004, p. 165) melihat framing dalam dua dimensi

besar; seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua

faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang

layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya.

Dari kedua problem identification di atas, pelaku utama yang dianggap

Republika sebagai diagnostic cause adalah tentara Israel. Di setiap berita yang

diterbitkan Republika, tentara Israel diposisikan sebagai pelaku utama yang

melepaskan peluru dan kemudian mengenai Razan.

Moral judgement yang digunakan Republika adalah pernyataan-

pernyataan berupa kecaman dari berbagai lembaga. Yang pertama, kecaman dari

Palang Merah Turki. Palang Merah Turki merupakan organisasi non-pemerintah

berbentuk palang merah pertama di dunia. Memiliki latar belakang profesi yang

sama, Palang Merah Turki menyuarakan bahwa paramedis bukanlah target,

termasuk juga pekerja bantuan. Republika mengambil pernyataan tersebut dari

cuitan twitter Kizilay, nama lain dari Palang Merah Turki.

Kemudian, kecaman juga keluar dari Menteri Kesehatan Palestina, Jawad

Awwad, yang mengatakan tindakan Israel yang menembak langsung seorang

pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang. Penggunaan narasumber dari

Kementrian Kesehatan Palestina menempatkan Palestina sebagai pihak yang

paling dirugikan.

 

134 Universitas Kristen Petra

Kecaman yang ketiga berasal dari Liga Arab. Liga Arab merupakan

persatuan negara-negara Arab dengan beranggotakan 22 negara, dan Palestina

juga merupakan salah satu anggotanya. Pada berita Republika yang ke-6 yang

berjudul “Liga Arab Kecam Tindakan Israel Membunuh Paramedis” tanggal 4

Juni 2018, Liga Arab mengatakan tindakan Israel ini merupakan babak baru

terorisme karena tidak memberikan perlindungan kepada tim medis dan petugas

pertolongan.

Pemilihan narasumber Liga Arab dan Palang Merah Turki sebenarnya

sejalan dengan visi Republika, yaitu Muslim. Visi ini berkaitan dengan ideologi

Islam yang tentunya di anut oleh Turki dan Liga Arab yang beranggotakan

negara-negara dengan Muslim sebagai agama mayoritas. Eriyanto (2002)

menjelaskan bahwa ideologi terbagi atas tiga bidang. Tiga bidang ini kemudian

menjadi pengaruh wartawan Republika dalam melihat pernyataan Liga Arab dan

Palang Merah Turki sebagai bidang konsensus, atau bidang yang disepakati

bersama.

Melalui kecaman yang diberitakan tersebut, Republika menilai Israel atau

tentara Israel (IDF) menjadi penjahat perang karena telah menembak Razan yang

adalah paramedis. Israel disebut telah memulai babak baru terorisme, atau pihak

yang telah menebar ketakutan dengan ancaman karena kerap kali menargetkan tim

medis alih-alih memberikan perlindungan terhadap tim tersebut.

4.3.1.2. Razan dianggap sebagai martir dan sengaja ditembak.

Pada berita ke-2, Republika baru menampilkan nama Razan pada

judulnya. Berita yang berjudul “Najjar Berseragam Putih Namun Tetap Ditembaki

Militer Israel” tanggal 2 Juni, 2018 ini, diawali dengan pernyataan Kementrian

Kesehatan Palestina, Jawad Awwad yang menyebut tentara Israel tetap

menargetkan petugas medis meskipun mereka telah berpakaian putih. Namun,

pada tengah berita, Republika juga memberikan ruang kepada pihak tentara Israel

terkait tertembaknya Razan hingga tewas.

Moral judgement yang digunakan Republika pada berita ini adalah dalih

tentara Israel yang mengatakan apa yang dilakukan tentara Israel adalah upaya

membela diri. Tentara Israel berdalih bahwa para demonstran berusaha merusak

 

135 Universitas Kristen Petra

infrastruktur keamanan sehingga tentara Israel terpaksa melepaskan tembakan.

Selain itu, juru bicara militer Israel mengatakan sedang memeriksa laporan

penembakan tersebut. Dalih Israel ini digunakan untuk melegitimasi tembakan

yang dilepaskan Israel.

Kemudian, nilai moral yang juga ditulis oleh Republika adalah tidak ada

kesengajaan dari tentara Israel menembak paramedis atau Razan. Pada berita yang

ke-3 berjudul “Saksi: Perawat itu Angkat Tangan, Israel Tetap Menembaknya”

tanggal yang sama, pejabat Israel mengatakan bahwa penembak jitu militer hanya

ditugasi untuk menembak orang-orang yang menimbulkan ancaman. Hanya saja,

peluru yang dilepaskan dapat memantul atau menembus target sehingga mengenai

korban lainnya. Nilai moral ini digunakan untuk melegitimasi tertembaknya

Razan Najjar hingga tewas.

Militer Israel juga dituliskan telah memperingati warga sipil agar tidak

mendekat pagar dan mengambil bagian dalam insiden kekerasan yang disebut

sebagia serangan teroris. Militer Israel menegaskan akan menindak secara

profesional segala macam bentuk ancaman yang diterimanya demi tekad

melindungi warga sipil.

Republika dalam memberitakan klaim Israel tersebut sebagai prinsip

jurnalistik yang berimbang atau cover both sides. Dalam Kode Etik Jurnalistik

tahun 2006 pasal yang ke-3 ayat yang ke-2 wartawan Indonesia harus memberikan

ruang dan waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

Ini juga sejalan dengan salah satu visi Republika sebagai media yang moderat.

Moderat dalam kamus KBBI memiliki pengertian sebagai sikap menghindari

perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, atau berkecenderungan ke arah

dimensi atau jalan tengah. Artinya, Republika selalu berusaha untuk adil dalam

setiap pemberitaannya.

Meskipun demikian, media dapat melakukan framing untuk mengiring

opini pembaca dengan menonjolkan suatu isu dibanding isu lainnya. Isu yang

ditonjolkan dibuat lebih mudah diingat, diperhatikan oleh pembaca, sedangkan isu

lainnya tidak ditonjolkan atau bahkan tidak dimasukkan sehingga tidak

diperhatikan bahkan dilupakan pembaca. (Eriyanto, 2002, p. 101)

 

136 Universitas Kristen Petra

Melalui framing, Republika menggunakan nilai-nilai moral yang

mendelegitimasi penembakan tersebut dengan menempatkan pada tempat yang

mencolok. Penonjolan isu biasanya dikemas dengan penempatan kalimat di

tempat yang mencolok seperti headline atau bagian belakang/akhir berita.

(Eriyanto, 2002, p.67).

Nilai moral pertama yang digunakan Republika adalah berita ke-2. Pada

berita tersebut, pernyataan saksi bahwa Razan telah mengangkat tangan dan tetap

ditembak menjadi judul berita. Pernyataan saksi tertulis lengkap seakan

menceritakan peristiwa tersebut dengan rinci.

"Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata, kemarin. (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)

Republika bahkan menerjemahkan pernyataan saksi tersebut dengan kalimat

“mengangkat tangan tinggi-tinggi” yang berarti Razan sudah semaksimal

mungkin memperingati tentara Israel.

Keterangan saksi ini ditonjolkan melalui penempatannya di akhir berita,

dan juga diulangi pada berita ke-3, ke-4, dan ke-10. Entman dalam Sobur (2004,

p. 165) menjelaskan, framing pada dimensi kedua adalah cara mengemas isu yang

ditonjolkan wartawan. Isu yang telah diseleksi dapat ditonjolkan dengan

penggunaan kata, kalimat, proposisi, dan gambar. Selain itu, isu tersebut dapat

juga ditonjolkan melalui penempatan kalimat seperti headline atau akhir berita

sebagai posisi yang mencolok, serta pengulangan kata dan kalimat.

Di sini, Republika melihat bahwa tanda Razan sebagai paramedis sudah

sangat jelas. Melalui nilai moral ini, Republika seolah mengiring pembaca untuk

tidak menerima dalih Israel yang mengaku tidak sengaja menembak Razan.

Republika menonjolkan hal tersebut melalui dugaan keluarga tentang

Razan yang sengaja ditarget karena telah membuat geram tentara Israel.

Republika juga menuliskan, Israel sempat membuat video untuk mendiskreditkan

Razan yang dikenal sebagai angel of mercy.

Dalam kasus ini, Israel digambarkan mengkambinghitamkan hamas yang

sengaja menggunakan Razan sebagai ‘perisai manusia’. Namun Republika turut

 

137 Universitas Kristen Petra

membantah tuduhan tersebut dengan menjelaskan video aslinya di mana Razan

tidak menyebut nama Hamas sama sekali.

Republika juga menonjolkan nilai moral kemanusiaan. Republika

menuliskan berkali-kali bahwa Razan dianggap sebagai martir. Warga Palestina

juga menganggap Razan sebagai angel of mercy. Tentara Israel dianggap sengaja

melakukan penembakan bukan saja kepada paramedis, tapi secara khusus kepada

Razan.

Republika bahkan membantahkan usaha Israel yang berusaha

mendiskreditkan Razan bahwa ia bukanlah ‘angel of mercy’. Republika membuat

suatu berita dengan judul ‘Razan Najjar: Akhir Cerita Sang Penyelamat Nyawa’.

Republika seolah ingin mempengaruhi pembaca bahwa Razan bukan sosok yang

digambarkan Israel seperti pada video yang dibuatnya. Penggunaan bahasa

menurut Sirikit Syah (2014, p. 223) menjadi media yang seringkali mempengaruhi

masyarakat – terlepas dari disengaja atatu tidak.

Kedua nilai moral di atas digunakan Repbulika untuk menggambarkan

bahwa Razan memang sengaja ditarget oleh tentara Israel.

4.3.1.3. Tuduhan Rebecca Rum Sebagai Dampak dari Informasi yang

Sengaja Ditutupi Tentara Israel

Pada berita ini, permasalahan berikut yang diidentifikasi Republika adalah

munculnya sosok wanita yang diduga sebagai penembak jitu yang menembak

Razan. Dugaan ini berawal dari laman Facebook milik Suhair Nafal dan Freedom

for Gaza. Pada laman tersebut, foto seorang wanita yang bernama Rebecca Rum

dituduh sebagai foto penembak jitu yang menewaskan Razan.

Namun setelah itu, Rebecca Rum melakukan klarifikasi bahwa tuduhan

tersebut tidak benar. Republika menuliskan Rebecca memang merupakan veteran

tentara Israel namun dirinya sudah lama tidak aktif dan dibebas tugaskan.

Pada berita ke-10 yang berjudul “Benarkah Rebecca Rum yang Tembak

Mati Perawat Palestina?” tanggal 5 Juni 2018, Republika menuliskan bahwa

otoritas Zionis masih melakukan penyelidikan. Yang menjadi perhatian adalah

penggunaan kata “belum mau mengungkap” oleh Republika. Penggunaan kata ini

 

138 Universitas Kristen Petra

menggambarkan otoritas Zionis tidak memiliki niat untuk mengungkap siapa

pembunuh sebenarnya.

Penempatan isu ini setelah isu tuduhan Rebecca seolah-olah menjadi

dampak dari tuduhan miring yang dialamatkan kepada Rebecca. Republika

melihat dampak dari belum terungkapnya pembunuh Razan, berbagai tuduhan

miring akhirnya menyasar ke orang yang salah, yaitu Rebecca Rum. Dan pada

akhirnya, Republika juga menuliskan bahwa tuduhan tersebut sudah terlanjur

menyebar meski foto tersebut sudah direvisi setelah adanya klarifikasi dari

Rebecca Rum.

4.3.1.4. Israel berusaha mendiskreditkan Razan dan Hamas untuk

menghindar dari hukuman berdasarkan Konvensi Jenewa 1949

Dalam pemberitaan tentang Razan, Republika juga beberapa kali

menyebutkan nama Hamas. Seperti pada berita ke-4, treatment recommendation

oleh Nickolay Mladenov, utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat,

yang memberikan kritikan baik kepada Israel maupun kepada Hamas.

"#Israel perlu mengkalibrasikan penggunaan kekuatannya dan Hamas perlu mencegah kejadian di pagar. Peningkatan ketegangan hanya menambah banyak korban jiwa," tambahnya.

Kedua belah pihak diminta untuk bertanggung jawab dan berusaha untuk

mencegah kejadian yang terjadi di pagar. Untuk Israel, Mladenov menyarankan

untuk mengkalibrasi penggunaan kekuataannya.

Namun Hamas juga mendapat kritikan. Hal ini dikarenakan Gaza

merupakan daerah kekuasaannya.

Namun, Republika melalui beritanya menggambarkan Israel sebagai pihak

yang melempar kesalahan seutuhnya kepada Hamas. Republika menggambarkan

Israel dan Amerika Serikat yang kompak menyalahkan Hamas. Israel berdalih

bahwa dengan terpaksa melakukan kekerasan karena Hamas yang terus berusaha

menyerang Israel.

Belakangan, Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang berisi kecaman atas kekerasan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza. Senada dengan Israel, AS juga menyalahkan Hamas atas aksi

 

139 Universitas Kristen Petra

kekerasan yang terjadi di perbatasan Gaza. (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)

Usaha menyalahkan Hamas oleh Israel juga diperkuat melalui berita ke-

14. Republika memberitakan bahwa tentara Israel (IDF) telah dikecam karena

mengedit video yang berisi cuplikan pembunuhan petugas medis. Israel melalui

video tersebut berusaha mendiskreditkan Razan bahwa ia hanya dijadikan perisai

manusia oleh Hamas dan dengan demikian bukanlah angel of mercy. Namun,

Republika turut menampilkan video asli wawancara Razan dan menyebutkan

Razan tidak menyebutkan nama Hamas sama sekali.

Melalui pemberitaannya, Republika menggambarkan Israel sebagai pihak

yang berusaha menyalahkan Hamas agar terhindar dari hukuman atas pelanggaran

hukum, yaitu hukum Humaniter dan Konvensi Jenewa karena telah menembak

jurnalis dan paramedis. Pernyataan ini sebagaimana dalam peta ideologi Hallin

dalam Eriyanto (2002, p.127), masuk dalam bidang penyimpangan Republika

Online. Israel dalam hal ini masuk dalam bidang penyimpangan dalam peta

ideologi Republika Online, yang artinya, pernyataan Israel menyalahkan Hamas

bertentangan dengan ideologi Republika Online.

Meskipun demikian, kritikan Mladenov juga dituliskan dan

menggambarkan Republika juga setuju bahwa Hamas juga harus berperan aktif

untuk mencegah tindak kekerasan yang terjadi di pagar perbatasan Gaza. Hal ini

penting agar kejadian seperti penembakan Razan tidak terjadi lagi.

4.3.1.5. Meski Melanggar Hukum, Militer Israel Kebal Hukum

Internasional dan Konvensi Jenewa 1949.

Pada permasalahan berikutnya adalah masalah hukum. Hal pertama yang

dilihat dari Republika terkait penembakan ini adalah Israel yang digambarkan

sebagai negara yang telah berulang kali melanggar hukum Internasional meski

sudah diberi resolusi oleh PBB.

Sebelum penembakan Razan, Republika menuliskan daftar pelanggaran

hukum oleh Israel bertambah panjang. Sebelumnya, Israel disebut sudah

melanggar hukum tentang pemukiman di wilayah kependudukan. Pada berita ke-

11, Moral judgement yang digunakan Republika adalah hukum, berdasarkan

 

140 Universitas Kristen Petra

resolusi 2334 Dewan Keamanan PBB. Israel sebenarnya telah diberikan resolusi

pada tahun 2005. Saat itu, Israel menarik 8.000 pemukim di wilayah

kependudukan. Namun hingga saat ini, masih terdapat lebih dari 600 ribu warga

Israel yang bermukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah kependudukan

Palestina.

Sebelum Resolusi PBB 2334 terbit, badan peradilan tertinggi PBB, Mahkamah Internasional, telah memutuskan pada 2004 bahwa permukiman Israel melanggar hukum internasional. Berdasarkan hukum internasional, pemindahan populasi dari atau ke wilayah pendudukan adalah ilegal. Israel telah menarik 8.000 pemukim di wilayah kependudukan pada 2005, tetapi hal itu tidak berlaku selamanya. Saat ini, lebih dari 600 ribu warga Israel bermukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki dari Palestina.

Selain masalah pemukiman, Republika juga kembali menonjolkan aksi-

aksinya yang kerap menargetkan warga sipil Palestina. Selain warga sipil, Israel

juga dituduh membunuh para jurnalis yang secara jelas mengenakan atribut.

Beberapa kasus pembunuhan jurnalis Palestina memang sudah pernah terjadi pada

tahun 2012.

Di sini, Republika kembali mengingatkan publik pelanggaran yang

dilakukan Israel sebelumnya terkait pembunuhan. Framing melalui penonjolan isu

juga berfungsi untuk membuat pembaca mengingat aspek-aspek tertentu yang

disajikan secara menonjol oleh media. (Eriyanto, 2002, p. 66). Karenanya, isu

Israel melanggar hukum ditonjolkan sedemikian rupa.

Pelanggaran yang terbaru adalah pembunuhan Razan. Isu ini dirangkai

sedemikian rupa oleh Republika melalui berita ke-12. Pada berita ini, sumber

berita yang dipilih Republika adalah Rofi Munawar, Wakil Ketua Badan Kerja

Sama Antar Parlemen DPR RI. Pernyataan Rofi Munawar kembali menguatkan

isu Israel yang kerap menargetkan siapa pun termasuk warga sipil dan jurnalis.

"Atas dalih mempertahankan diri, negara zionis itu membunuh siapa pun yang ada di hadapan mereka. Anak-anak, ibu-ibu, wartawan, hingga perawat," kata Rofi Munawar dalam keterangan pers, Selasa (5/6).

Rofi Munawar secara khusus menyebutkan, perihal pembunuhan Razan,

Israel telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. Konvensi ini kemudian

 

141 Universitas Kristen Petra

menjadi moral judgement yang digunakan Republika untuk mendelegitimasi

kematian Razan.

“Atas penembakan itu, Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang berat karena secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. "Dalam konvensi tersebut menegaskan bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik," ujarnya.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)

Penggunaan siara Pers BKSAP DPR RI oleh Republika sama halnya

dengan pemilihan Liga Arab sebagai sumber berita. Kedua sumber ini dianggap

memiliki kredibilitas serta nilai berita, yaitu Prominence. DPR RI BKSAP

merupakan parlemen DPR yang memiliki wewenang terkait kerja sama antar

parlemen negara lain. Karenanya, Rofi Munawar yang dipilih sebagai wakil dari

BKSAP DPR RI ini dijadikan Republika sebagai sumber berita, untuk

menguatkan isu pelanggaran hukum yang dilakukan Israel terkait penembakan

Razan.

Moral judgement lain yang digunakan Republika adalah dua resolusi yang

dibuat PBB. Resolusi pertama pada tahun 2005 sedangkan yang kedua adalah

Resolusi 2334 yang dibuat pada tahun 2016 perihal pemukiman. Sedangkan

terkait pembunuhan warga sipil dan jurnalis, Republika menggunakan hukum

Humaniter.

Pada berita ke-12 Republika menggunakan konvensi Jenewa. Sesuai

dengan pernyataan Rofi Munawar. Pelanggaran yang dimaksud adalah pasal ke-4

Konvensi Jenewa. Dalam pasal tersebut disebutkan, setiap pekerja kemanusiaan,

yaitu tenaga medis, pekerja bantuan, hingga tentara yang mendampingi para

pekerja bantuan tersebut harus dilindungi dan tidak boleh diserang.

“Anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk mencari atau mengumpulkan,mengangkut atau merawat yang luka dan sakit,atau untuk mencegah penyakit,dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi kesatuan-kesatuan dan bangunan-bangunan kesehatan,demikian juga rohaniwan yang bertugas dalam” (Konvensi Jenewa, 1949)

Militer Israel dalam berita yang ke-13 dituliskan telah melakukan

penyelidikan terkait penembakan tersebut. Republika menggunakan moral

 

142 Universitas Kristen Petra

judgement yang berasal dari hasil penyelidikan Republika, yaitu penembakan

tersebut tidak disengaja. Militer Israel mengklaim bahwa tidak ada penembakan

yang diarahkan langsung mengarah ke Razan.

Namun pada berita yang sama, Republika juga menggunakan moral

judgement yang dikatakan Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Zeid Ra’ad Al

Hussein. Hussein mengecam keras atas kekerasan yang terjadi yang telah

menimpa warga Palestina ketika berdemonstrasi.

Temuan fakta tentang hukum tersebut terdapat pada berita-berita

Republika seperti di bawah ini:

Tabel 4.1. Framing hukum pemberitaan Republika

Judul Berita Fokus Hukum

Berita ke-11

Israel Kebal Hukum Internasional

Resolusi 2334 tentang pemukiman

sudah dilanggar Israel, serta

pembunuhan jurnalis dan warga sipil

yang melanggar hukum humaniter

Berita ke-12

Tembak Mati Paramedis, Israel

Lanngar Hukum Internasional

Menurut Rofi Munawar, Pembunuhan

paramedis Razan Najjar melanggar

Konvensi Jenewa 1949

Berita ke-13

Militer Israel, Penembakan Razan al-

Najjar Tidak Disengaja

Meskipun telah menyelidiki bahwa

penembakan Razan Najjar tidak

disengaja, Republika melihat Israel

telah melanggar Konvensi Jenewa

1949.

Ketiga isu tersebut dipecah menjadi tiga berita dan terhubung melalui

sebuah link atau tautan. Penulisan berita daring tidak sama dengan penulisan

berita di koran. Craig (2006, p. 106) menjelaskan bahwa kebanyakan portal berita

memberikan halaman indeks yang diikuti dengan halaman topik di mana

dimaksudkan kepada pembaca untuk melompat ke bagian yang ingin mereka cari.

Republika Online sebagai media daring menggunakan teknik penulisan ini dengan

 

143 Universitas Kristen Petra

menempatkan ketiga berita dengan fokus tentang hokum pada tempat yang

berdekatan.

Pada akhirnya, melalui tiga rangkaian berita tersebut, Israel digambarkan

sebagai pihak yang sudah banyak melanggar hukum baik tentang hukum

pemukiman hingga pelanggaran hukum karena dituduh melakukan pembunuhan.

Republika melihat Israelsebagai pihak yang wajib untuk diselidiki. Dalam berita

ke-13, Republika menuliskan sebuah treatment recommendation di mana ICC

atau Pengadilan Pidana Internasional PBB telah mengesahkan sebuah resolusi

untuk mengusut dugaan pelanggaraan HAM yang terjadi di Gaza. Pelanggaran

hukum pemukiman dan HAM hanya dapat diselesaikan oleh ICC atau Pengadilan

Pidana Internasional PBB, serta kerja sama dari negara anggota DK Keamanan

PBB, termasuk Indonesia.

4.3.2. Framing Tribunnews.com

4.3.2.1. Razan Menjadi Target dan Memang Sengaja Ditembak.

  Pada awal pemberitaannya, Tribunnews.com menggambarkan tentara Israel

menembak ke arah demonstran tanpa pandang bulu. Penggunaan kata “tanpa pandang

bulu” berarti tentara Israel tidak mempedulikan target yang ditembaknya termasuk Razan

yang sedang mengenakan seragam putih yang menandakan ia seorang medis. Di sini,

Tribunnews.com tidak menilai tentara Israel menargetkan Razan namun tindakan tersebut

tetap tercela dan sangat brutal. Permasalahan ini muncul pada berita ke-1 dan ke-2.

Namun pada pemberitaan ke-4, Tribunnews.com menonjolkan ungkapan

keluarga Razan yang menuduh Israel sengaja menargetkan Razan. Ada dua isu yang

menjadi diagnostic cause atas tuduhan tersebut. Tuduhan pertama yang digunakan

Tribunnews.com adalah pernyataan keluarga tentang wawancara Razan yang membuat

geram tentara Israel.

Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan bisa saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya.

Dugaan tersebut berasal dari hasil wawancara Razan setelah rekannya yang juga

paramedis ditembak mati oleh militer Israel. Keluarga Razan menyebutkan Razan tidak

 

144 Universitas Kristen Petra

tinggal diam atas kematian rekannya dan aktif menyuarakan perjuangannya baik melalui

wawancara media maupun bersuara melalui media sosial.

Dalam wawancaranya, Razan mengatakan bahwa ia dan rekan-rekan

paramedisnya hanya ingin menyelematkan korban luka. Ia menekankan mereka bahkan

tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Di

akhir wawancara, ia pun berkata seperti berikut:

"Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?"

Hasil wawancara inilah yang membuat keluarga Razan menduga bahwa pasukan militer

Israel memang sengaja menargetkan Razan.

Diagnostic cause yang kedua adalah atribut serta prosedur paramedis yang telah

dilakukan oleh Razan. Tribunnews.com pada berita ke-4 menuliskan keterangan salah

satu saksi bahwa Razan mengenakan rompi medisnya dengan kedua tangan terangkat dan

dalam jarak 100 meter dari pagar. Tribunnews.com bahkan menambahkan Razan tidak

menimbulkan ancaman.

Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman.

Namun, Tribunnews.com dalam menjunjung prinsip keberimbangan sesuai

dengan kode etik Jurnalistik tahun 2006, pasal yang ketiga ayatnya yang ke-2. Pada ayat

itu dituliskan bahwa wartawan Indonesia harus memberikan ruang dan waktu

pemberitaan yang sama secara proporsional. Maka dari itu, Tribunnews.com juga

memberitakan pernyataan militer Israel.

Moral judgement yang terdapat pada berita pertama Tribunnews.com adalah

aturan keterlibatan milik Israel. Israel menjelaskan, ribuan perusuh berkumpul di lima

lokasi di sepanjang perbatasan, membakar ban yang berdekatan denga pagar keamanan

dan berusaha merusak infrastruktur keamanan. Militer Israel juga mengklaim adanya

tembakan yang ditembakan ke kendaraan militer sehingga mereka berhak melakukan

tembakan sesuai dengan aturan keterlibatan.

Selanjutnya, Israel juga berusaha membenarkan diri melalui hasil investigasi

awalnya. Militer Israel mengklaim bahwa penembakan Razan bukan kesengajaan.

 

145 Universitas Kristen Petra

Pihaknya menekankan bahwa tidak ada tembakan yang sengaja diarahkan langsung ke

Razan Najjar.

Namun, Tribunnews.com juga berusaha menolak klaim tersebut. Melalui

kesaksian sepupu Razan, Rida Najjar, Tribunnews.com menjadikannya sebagai

diagnostic cause ketiga penyebab Israel dituduh sengaja menembak Razan. Rida yang

menjadi saksi penembakan tersebut menceritakan bahwa tidak ada pemrotes disekitar

mereka saat Razan tertembak. Mereka juga sempat ditembaki gas air mata saat baru

hendak memasuki lapangan untuk menyelamatkan demonstran yang terluka.

Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Niatnya adalah untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar.

Tribunnews.com juga menonjolkan isu cuitan Twitter IDF, pasukan pertahanan

Israel, @IDFSpokesperson. Tribunnews.com menuliskan dengan lengkap cuitan twitter

yang di tulis pada 31 Maret 2018 yang lalu (kini telah dihapus).

Mengutip dari cuitan akun resmi Twitter pasukan militer Israel, @IDFSpokesperson pada tanggal 31 Maret 2018 (yang sekarang telah dihapus), pasukan militer itu tak pernah meluncurkan peluru acak tanpa kontrol. Mereka selalu tahu target mereka, dan tahu di mana peluru itu akan bersarang. IDFSpokesperson (twitter)

Tribunnews.com seolah menggunakan klaim pasukan pertahanan Israel sendiri untuk

menolak klaim yang dikatakan Pejabat Israel terkait penembakan Razan.

Satu lagi penilaian Tribunnews.com terkait kesengajaan tersebut telrihat pada

berita ke-6. Tribunnews.com menuliskan, salah satu fakta terkait kematian Razan adalah

kematiannya menjadi satu-satunya terdaftar pada hari itu. Pihak militer Israel bahkan

dituliskan mengetahui hal tersebut namun tidak berkomentar. Tribunnews.com seolah

menggambarkan bahwa kematian Razan memang sudah direncanakan pada hari itu.

Pada berita ke-19 yang merupakan berita terakhir, Tribunnews.com melansir dari

Kompas.com yang merupakan media pendahulunya. Berita tersebut menuliskan hasil

 

146 Universitas Kristen Petra

investigasi Organisasi HAM B’Tselem terhadap salah satu saksi. Aspek kedua dalam

framing adalah cara penyajian isu atau informasi, seperti penggunaan kata, kalimat,

proposisi, dan penempatannya pada tempat-tempat yang mencolok. (Eriyanto, 2002,

p.67). Penempatan hasil investigasi B’Tselem di akhir rangkaian berita oleh

Tribunnews.com seolah menyimpulkan bahwa penembakan Razan memang disengaja.

4.3.2.2. Razan Sebagai Pejuang Perempuan yang Mati Syahid dan

Meninggalkan Duka Bagi Warga Palestina dan Keluarga.

Pemberitaan Tribunnews.com banyak mengidentifikasi permasalahan di sisi

kemanusiaan. Permasalahan kemanusiaan ditonjolkan sedemikian rupa melalui

pemberitaan tentang kehidupan pribadi Razan melalui kesaksian keluarga, serta warga

Palestina yang menyebut Razan telah mati Syahid.

Hal tersebut digambarkan Tribunnews.com melalui berita dalam tabel berikut:

Tabel 4.2. penggambaran Razan sebagai mati syahid oleh Tribunnews.com melalui

beberapa berita.

Berita ke-8

Ratapan Ibunda Razan Al Najjar:

Kuharap Bisa Melihatnya Dalam

Gaun Pengantin Putih, Bukan Kain

Kafan, 3 Juni 2018

Ia dinyatakan mati syahid.

Berita ke-9

Sebelum Meninggal, Razan Najjar

Sempat Nekat dan Berani: hingga

Detik Terakhir Saya Tetap di Sini, 3

Juni 2018

Kami di sini setiap hari selalu ada yang syahid.

Kami berjuang di sini dan bersiaga.”

Berita ke-16

Rencana Bertunangan Kandas, Isak

Tangis Sang Kekasih di Pusara

Razan Al Najjar Sungguh Sayat

Hati, 4 Juni 2018.

Namun sayang, naywanya tak tertolong, ia dinyatakan mati syahid.

Sumber : Olahan Penulis, 2018

 

147 Universitas Kristen Petra

Tribunnews.com juga menggambarkan kesedihan yang begitu mendalam oleh

keluarga dan warga Palestina melalui berita dalam tabel berikut:

Tabel 4.3. penggambaran kesedihan kerabat Razan oleh Tribunnews.com melalui

beberapa berita lainnya.

Berita ke-3

Pesan-pesan terakhir Razan Najjar untuk

Ayahnya, Perawat Tewas Tertembak,

‘Satu Tujuan, Selamatkan Nyawa’, 3

Juni 2018

Kepergian Najjar tentu menyisahkan duka.

Terutama bagi keluarganya.

Ribuan orangpun menghadiri pemakaman Najjar.

Teman-teman dan rekannya menangis meratapi kepergiannya.

Berita ke-7

Pemakaman Razan Al-Najjar Relawan

Medis yang Ditembak Sniper Israel,

Ayah Ungkap Kenangan Sang Putri, 3

Juni 2018

Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup.

Berita ke-8

Ratapan Ibunda Razan Al-Najjar:

Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun

Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan, 3

Juni 2018.

Kepergian untuk selamanya Razan Al Najjar meninggalkan duka mendalam bagi sang ibu, Sabreen Al-Najjar.

Berita ke-16

Rencana Bertunangan Kandas, Isak

Tangis Sang Kekasih di Pusara Razan

Al-Najjar Sungguh Sayat Hati, 4 Juni

2018

Usai dimakamkan, terlihat dari akun Instagram @insta_falastin, Izzat tak berhenti menangis.

Ia yang masih mengenakan jas putih menangis tersedu-sedu di atas pusara sang kekasih, Razan.

Sumber : Olahan Penulis, 2018

 

148 Universitas Kristen Petra

Melalui isu-isu yang diberitakan, Tribunnews.com menggunakan beberapa moral

judgement dari sisi kemanusiaan. Yang pertama adalah masalah gender.

Tribunnews.com menguatkan sisi perempuan Razan yang telah berjuang demi

kemerdekaan Razan. Pada berita ke-7 dan ke-13, Tribunnews.com menyebutkan

Razan menolak penilaian masyarakat Palestina yang cenderung konservatif

terhadap perempuan.

"Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan. "Jika mereka tidak mau menerima kami karena pilihan, mereka akan dipaksa untuk menerima kami. Karena kami memiliki kekuatan lebih daripada siapa pun."

Di sini, Razan selain berjuang demi kemerdekaan Palestina, ia juga digambarkan

Palestina sebagai seorang perempuan yang berjuang menghadapi penilaian

masyarakat yang tampaknya diskriminatif terhadap perempuan.

Berdasarkan dari pernyataan Razan, perjuangan dalam demonstrasi

menurut pandangan konservatif masyarakat Palestina, merupakan bidang yang

didominasi laki-laki. Bahkan dalam hal medis sekali pun, semestinya laki-laki

yang turun ke lapangan membantu demonstran.

Perempuan dapat dikatakan menjadi laik berita ketika ketika ia bergerak

ke bidang yang didominasi oleh kaum pria. Ibrahim & Suranto (1998, p. 138)

melihat media massa gemar menyuguhkan ulasan mengenai perempuan yang

berprestasi. Terobosan Razan yang berhasil menjadi tenaga medis ini yang

membuat Razan sebagai perempuan memiliki nilai berita.

Mekipun demikian, Ibrahim & Suranto juga mengatakan bahwa pada

akhirnya, selalu ada sosok laki-laki yang berada dibelakang profil perempuan

yang diberitakan media. Hal ini terlihat dari Tribunnews.com yang juga

memberitakan keluarga Raza, ayah dan ibunya bahkan saudaranya, Rida Najjar.

Terlebih lagi, Tribunnews.com juga memberitakan kekasih Razan, Izzat.

Yang kedua, adalah moral agama. Razan dikatakan telah mati Syahid. Ini

berarti, Tribunnews.com menggambarkan Razan sebagai pejuang Islam yang telah

berkorban membela kebenaran Allah.

Melalui moral judgement tersebut, kematian Razan dianggap sebagai

peristiwa nahas dan menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga. Terlebih

 

149 Universitas Kristen Petra

lagi, Razan disebutkan akan menggelar pertunangan dengan kekasihnya seusai

Ramadhan pada tahun ini.

4.3.2.3. Hukuman yang pantas untuk penembak Razan Najjar adalah

hukuman mati.

Permasalahan selanjutnya adalah masalah hukum. Tribunnews.com mulai

memasuki ranah hukum pada berita ke-12. Namun berita ini merupakan lanjutan dari

berita ke-11 di mana Tribunnews.com memberitakan foto seorang tentara wanita yang

menewaskan Razan.

Pada berita yang berjudul “Beredar Foto Seorang Tentara Wanita yang Tewaskan

Perawat Muda Palestina Razan Najjar” tanggal 3 Juni 2018, Tribunnews.com mengambil

postingan Instagram yang bernama @the_emancipated, sebuah akun Islam yang

bertagarkan #truthjihad atau #jihadyangsebenarnya. Jihad memiliki arti sebagai

perjuangan menegakkan Din (atau nilai-nilai Islam) sesuai dengan garis Rasul dan Al-

Quran.

Postingan @the_emancipated tersebut adalah seorang foto wanita yang diduga

bernama Rebecca. Wanita tersebut diketahui lahir dan besar di Boston, dan menjadi

tentara terdaftar pada pasukan Pertahanan Israel (IDF). Rebecca diketahui aktif dalam

lapangan setelah sebelumnya mendalami bidang pendidikan militer.

Pada berita ke-12, Tribunnews.com menekankan bahwa jika terbukti, penembak

Razan dapat dijatuhi hukuman berat. Moral judgement yang digunakan atas hukuman

tersebut adalah Konvensi Jenewa. Tribunnews.com menggunakan pasal 24 dalam

konvensi Jenewa yang secara khusus menyebutkan bahwa paramedis harus mendapat

perlindungan khusus.

Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan, "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus".

Isu ini kemudian diperkuat melalui penonjolan fakta di mana Razan dituliskan secara

jelas menggunakan seragam putih paramedis serta mengangkat tangannay saat akan

menyelamatkan demonstran.

Hukuman seumur hidup atau hukuman mati secara jelas dituliskan

Tribunnews.com pada berita ke-15. Pada berita ini, yang menjadi permasalahan bukan

saja penembakan Razan, namun tindakan Israel secara keseluruhan yang dinilai sebagai

 

150 Universitas Kristen Petra

kejahatan perang. Menteri Kehakiman Palestina, Ali Abu Diak, mendesak agar

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) segera mengambil tindakan.

Pada berita ini, Tribunnews.com melihat Israel sudah banyak melakukan

kejahatan perang. ICC sangat perlu untuk mendokumentasikan kebrutalan Israel dan

menyeret pelakunya yang bertanggung jawab atas kejahatan perang tersebut. Salah

satunya adalah kematian Najjar yang melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949.

Namun, Tribunnews.com kembali memberitakan pengakuan Rebecca setelah

dituduh menjadi penembak runduk yang menembak Razan. Rebecca Rum dituliskan tidak

pernah menjadi penembak runduk dan sudah lama tidak aktif di pasukan pertahanan

Israel (IDF). Setelah pengakuannya tersebut, Tribunnews.com menuliskan postingan

facebook Freedom for Gaza yang menambahkan pemberitahuan bahwa foto tentara Israel

adalah pembunuh lelaki, perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah.

Dengan moral judgement yang sama, yaitu Konvensi Jenewa tahun 1949,

Tribunnews.com juga memberitakan kecaman kepada Israel. Pada sebagian besar berita

Tribunnews.com seperti pada berita ke-5, Tribunnews.com menyebutkan kematian Razan

menjadi perbincangan dunia. Hal ini dikarenakan Razan tewas saat bertugas di mana ia

mengenakan atribut lengkap sambil mengangkat tangan. Pada berita ke-13,

Tribunnews.com memberitakan kecaman dari dalam negeri, yaitu dari Partai Solidaritas

Indonesia.

Dara A. Kesuma Nasution, Juru Bicara PSI Bidang Kepemudaan dan Perempuan

mengecam pembunuhan tersebut karena seperti diketahui, Razan telah mengenakan

seragam putih. Dara A. Kesuma menyebutkan pembunuhan tersebut telah melanggar

Konvensi Jenewa.

Pemilihan Dara A. Kesuma sebagai narasumber seolah-olah berkaitan dengan

posisinya sebagai Juru Bicara Kepemudaan dan Perempuan PSI. Seperti sebelumnya,

Tribunnews.com menonjolkan isu gender di mana Razan juga harus berjuang sebagai

seorang perempuan di tengah pandangan konservatif masyrakat Palestina.

Kecaman yang kedua muncul dari warga Paris saat kunjungan Perdana Menteri

Israel, Benyamin Netanyahu ke Paris, Perancis. Warga Paris melakukan demonstrasi dan

menuntut agar Benyamin Netanyahu dijadikan sebagai penjahat perang. Mereka bahkan

menyebut Presiden Perancis, Emmanuel Macron sebagai kaki tangan Israel.

 

151 Universitas Kristen Petra

Tribunnews.com menggunakan demonstrasi di Paris ini untuk menggambarkan

bahwa PM Israel ditolak dari berbagai negara perihal segala tindakan yang dilakukan

Israel, hingga yang terbaru terkait pembunuhan Razan yang adalah tenaga paramedis.

Hingga yang terakhir, Tribunnews.com juga menuliskan kecaman atas

tindakan Israel yang mengubah video asli wawancara Razan Najjar. Dalam video

tersebut, Tribunnews.com menuliskan bahwa Israel berusaha mendiskreditkan

Razan dan menyalahkan Hamas karena telah menjadikan Razan sebagai ‘perisai

manusia’

4.3.2.4. Prosedur Paramedis Bukan Lagi Jadi Jaminan

Pada berita sebelumnya, Tribunnews.com menggambarkan bahwa tentara

Israel sengaja menargetkan dan menembak Razan. Hingga pada berita ke-18 yang

berjudul “Baju Putih Razan Al-Najjar, kode Penyelemat ‘yang diabaikan’

Penembak Jitu Israel” tanggal 14 Juni 2018, permasalahan baru diidentifikasi oleh

Israel.

Permasalahan pada berita ini adalah kekhawatiran para tenaga medis di

Gaza tentang tidak adanya jaminan terhadapa keselamatan mereka saat bertugas.

Tribunnews.com menuliskan bahwa selama ini, para tenaga medis hanya

bergantung pada prosedur wajib paramedis di mana mereka harus mengenakan

rompi putih sambil mengangkat tangan dan berteriak “jangan menembak, ada

yang terluka” ketika hendak menolong korban luka.

Diagnostic cause pada permasalahan tersebut adalah Razan yang tetap

tertembak meski telah melakukan prosedur tersebut. Prosedur ini dikatakan

diabaikan begitu saja oleh penembak jitu Israel.

4.3.2.5. Razan Sang Penyelamat Nyawa yang Tewas Tertembak

Dalam 19 berita yang dibuat Tribunnews.com dari berbagai cabang

kotanya, peneliti melihat bahwa Tribunnews.com dalam 8 beritanya menonjolkan

sisi kemanusiaan Razan melalui judulnya. Peneliti mendapati, meski isi dari berita

tersebut hampir sama, namun masing-masing berita memiliki fokus berita yang

berbeda terlihat dari penulisan beritanya. Seperti yang dikatakan Eriyanto (2002,

p. 67) bahwa framing dalam aspek keduanya adalah bagaimana isu tersebut

 

152 Universitas Kristen Petra

ditonjolkan pada tempat-tempat yang mencolok seperti headline, judul, serta

bagian akhir berita.

Berita-berita tersebut dapat dilihat pada tabel berikut sesuai dengan isu

yang ditonjolkan,

Tabel 4.4. Penggambaran sisi kemanusiaan Razan oleh Tribunnews.com melalui beberapa berita.

Judul berita Fokus berita

Berita ke-3

Pesan-pesan terakhir Razan Najjar

untuk Ayahnya, Perawat Tewas

Tertembak, ‘Satu Tujuan, Selamatkan

Nyawa’, 3 Juni 2018

Razan memiliki hanya memiliki niat

untuk menyelamatkan nyawa.

Berita ke-5

Dipakai Razan Najjar Saat Tewas

Tertembak, Seragam Medis ini Jadi

Saksi, 3 Juni 2018

Rompi medis Razan yang menjadi

pakaian terakhirnya

Berita ke-6

5 Fakta Razan Najjar Tewas Ditembak

Israel di Gaza, Perawat yang Tolong

Pasien di Bawah Hujan Peluru, 3 Juni

2018.

1. Ditembak saat rawat pasien luka

2. Terkena tembak di bagian dada

3. Razan tertembak 100 meter dari

pagar saat hendak menolong

demonstran

4. Kematian yang satu-satunya

terdaftar

5. Jenazah Najjar diantarkan ribuan

orang

Berita ke-7

Pemakaman Razan Al Najjar Relawan

Medis yang Ditembak Sniper Israel,

Ayah Ungkap Kenangan Sang Putri, 3

Juni 2018.

Kesedihan ayah Razan akan kematian

Razan.

Berita ke-8 Kesedihan Ibunda Razan akan

 

153 Universitas Kristen Petra

Ratapan Ibunda Razan Al-Najjar:

Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun

Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan, 3

Juni 2018

kematian Razan.

Berita ke- 9

Sebelum Meninggal, Razan Najjar

Sempat Nekat dan Berani: hingga

Detik Terakhir Saya Tetap di Sini, 3

Juni 2018.

Keberanian Razan dalam berjuang

menyelamatkan demonstran.

Berita ke- 10

Seruan Razan Najjar Beberapa Waktu

Lalu sebelum Tewas: Serang Saya

dengan Pelurumu, Saya Tidak Takut,

3 Juni 2018.

Keberanian Razan dalam berjuang

menyelamatkan demonstran.

Berita ke- 16

Rencana Bertunangan Kandas, Isak

Tangis Sang Kekasih di Pusara Razan

Al Najjar Sungguh Sayat Hati, 4 Juni

2018.

Kesedihan kekasih Razan akan

kematian Razan.

Sumber: Olahan Penulis, 2018

Dari keseluruhan berita Tribunnews.com, terdapat 8 berita atau hampir

separuhnya membahas tentang personalitas dan kerabat dekat Razan. Hal ini

tentunya berbeda dengan korban tembak lainnya di mana personalitas maupun

kerabat dekat korban tidak diberitakan. Seperti sebelumnya, hal ini tentu

dipengaruhi nilai berita human interest serta kaitannya dengan gender perempuan.

Kematian Razan yang dikenal sebagai paramedis belia mengandung nilai

berita humanisme, di mana ia harus tewas tertembak pada umur yang ke-21.

Selain itu, Tribunnews.com menuliskan Razan merupakan sosok yang terkenal di

kalangan warga Palestina. Hal ini dibangun Tribunews.com melalui penulisan

tentang Razan yang telah diwawancarai berbagai media seperti Al-Jazeera, BBC,

dan berbagai media lokal Palestina. Karenanya, kematian Razan juga mengandung

nilai Prominence atau ketokohan.

 

154 Universitas Kristen Petra

Dari 8 berita tersebut, Razan digambarkan sebagai orang yang tidak

berbahaya dan hanya bertujuan menyelamatkan nyawa. Razan yang juga

digambarkan sebagai tokoh perdamaian tewas tertembak. Melalui hal ini,

Tribunnews.com melihat bahwa militer Israel telah menghilangkan tokoh

perdamaian yang dicintai Palestina.

Razan juga dituliskan oleh Tribunnews.com dipandang sebagai ‘malaikat’

oleh warga Palestina. Tribunnews.com juga memberitakan bagaimana Israel

berusaha mendiskreditkan Razan yang dikenal sebagai ‘malaikat perdamaian’ atau

angel of mercy’.

Dari kematiannya tersebut, Tribunnews.com juga menggunakan moral

agama sebagai moral judgement. Kematian Razan dianggap sebagai pengorbanan

sehingga Tribunnews.com menuliskan Razan dikenang sebagai mati syahid.

4.4. Komparasi pembingkaian Republika Online dan Tribunnews.com

Berdasarkan interpretasi peneliti dari temuan dan analisis data yang

peneliti temukan dari 15 berita Republika Online dan 19 berita Tribunnews.com,

peneliti kemudian mendapati komparasi pembingkaian antara kedua media

sebagai berikut:

Tabel 4.5. Komparasi bingkai yang dilakukan Republika Online dengan Tribunnews.com

Republika Online Tribunnews.com

Tentara Israel dinilai kerap

menargetkan paramedis sehingga di

kecam berbagai pihak.

Razan Menjadi Target dan Sengaja

Ditembak.

Razan dianggap sebagai martir dan

sengaja ditembak.

Razan sebagai pejuang perempuan

yang mati syahid dan meninggalkan

duka bagi warga Palestina dan

Keluarga.

Tuduhan Rebecca Rum sebagai Hukum bagi penembak Razan dan

 

155 Universitas Kristen Petra

dampak dari informasi yang sengaja

ditutupi tentara Israel.

tuduhan miring kepada Rebecca Rum

serta kecaman kepada Israel.

Meski melanggar hukum, militer

Israel kebal hukum Internasional dan

Konvensi Jenewa 1949.

Prosedur paramedis bukan lagi jadi

jaminan.

Israel mendiskreditkan Razan dan

Hamas.

Razan sang penyelamat nyawa yang

tewas tertembak.

Sumber: Olahan Penulis, 2018.

Dari komparasi interpretasi data di atas, peneliti melihat bahwa keduanya

melihat peristiwa penembakan Razan Najjar dari sudut pandang jurnalisme

perang. Lynch dan Mc. Goldrick dalam Wardhani (2014, par. 13) menjelaskan

bahwa beberapa ciri jurnalis yang berorientasi pada perang atau kekerasan;

melihat keberadaan mereka sebagai masalah dan selalu menyoroti kemenangan

atau kekalahan dari mereka yang terlibat konflik, menciptakan kesan tentang

musuh yang biada, terutama jika ada yang menggunakan senjata, hanya menyoroti

akibat-akibat yang terlihat dari kekerasan, seperti korban pembunuhan, luka-luka,

kerusakan bangunan dan sebagainya.

Dari penjelasan Lynch dan Mc. Goldrick dalam Wardhani, kedua media

daring ini, memang menyoroti peristiwa yang disebut sebagai kekerasan ini,

sebagai contoh Republika melihatnya sebagai kejahatan perang, sedangkan

Tribunnews.com melihatnya sebagai babak baru terorisme. Meskipun demikian,

kedua media memiliki fokus yang berbeda.

Peneliti melihat bahwa Republika Online cenderung berfokus pada nilai

berita impact, yaitu masalah hukum. Nilai berita impact menurut Mencher (2000,

p. 73) adalah setiap hal yang menurut sang wartawan, pembaca harus diberitahu.

Seperti pada beritanya yang ke-11, Republika kembali mengungkit Resolusi 2334

tentang pemukiman yang dilanggar Israel. Kemudian Republika Online juga

kembali mengungkit pembunuhan warga sipil dan jurnalis oleh tentara Israel.

Kemudian yang terakhir adalah pembunuhan paramedis Razan Najjar dengan

Konvensi Jenewa 1949 yang digunakan sebagai nilai moral. Dari rangkaian

peristiwa yang ditonjolkan Republika, pembaca seakan diingatkan bahwa Israel

 

156 Universitas Kristen Petra

sudah sering melanggar Hukum Internasional. Solusi yang diberikan Republika

Online dalam masalah hukum ini adalah kerja sama antar negara anggota DK

Keamanan PBB, termasuk Indonesia, untuk mau patuh dan bekerja sama untuk

menyeret Israel ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional atau ICC.

Sedangkan Tribunnews.com memproduksi 8 berita yang memiliki nilai

berita human interest dari total 19 beritanya. Ini menunjukkan bahwa

Tribunnews.com cenderung melihat latar belakang Razan, yaitu sisi humanis dari

Razan. Ishwara (2005, p. 57) mengatakan bahwa peristiwa biasanya tidak berdiri

sendiri namun ada banyak kejadian yang dikatakan laik berita. Wartawan biasanya

akan bertindak lebih dalam mengenai unsur-unsur kemanusiaan dengan

mengumpulkan data tambahan yang menyangkut emosi, ambisi, motivasi,

kerindua, serta kesukaan dan ketidaksukaan umum masyarakat. Walau

sebenarnya, hal-hal ini sebenarnya bukan news value tapi story value atau nilai

cerita.

Sisi kemanusiaan Razan yang ditonjolkan oleh Tribunnews.com adalah

duka yang dialami keluarga serta kerabat dekat Razan, bahkan kekasihnya.

Kematian Razan digambarkan Tribunnews.com telah membuat banyak pihak

merasa sangat kehilangan. Tribunnews.com juga menggunakan istilah dalam

Islam, yaitu Syahid yang berarti, ia mati demi membela agama. Sedangkan Israel

dianggap sebagai teroris yang telah menebar ketakutan bagi tenaga medis di Jalur

Gaza.

Sisi perempuan sebenarnya ditonjolkan kedua media. Baik

Tribunnews.com dan Republika Online mengutip dari New York Times tentang

perjuangan Razan melawan pandangan konservatif warga Palestina yang

memarginalkan peran perempuan di ranah perjuangan kemerdekaan warga

Palestina, termasuk tenaga medis. Namun, penonjolan sisi perempuan lebih

banyak dibangun oleh Tribunnews.com melalui delapan berita dibandingkan

Republika yang hanya menuliskan permasalahan gender ini sekali pada berita ke-

9.

Perempuan menjadi laik berita ketika ia bergerak di bidang yang

sebelumnya dimonopoli oleh kaum laki-laki, sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim

& Suranto (1998, p. 138). Namun, Ibrahim & Suranto juga menjelaskan bahwa

 

157 Universitas Kristen Petra

progil perempuan juga dipancang agar tidak terlalu jauh dari batas domestic. Pada

akhirnya, selalu ada sosok (biasanya laki-laki) dibelakang profil perempuan yang

kerap diberitakan pula oleh media, seperti suami, ayah, keluarga, dll. Hal ini

tercermin dari pemberitaan Tribunnews.com yang memberitakan kerabat Razan

bahkan kekasihnya.

Hal ini juga berhubungan dengan penjelasan Ishawara (2004, p. 56)

tentang nilai berita human interest. Pada dasarnya, wartawan akan menggali lebih

dalam suatu peristiwa yang berhubungan dengan emosi, ambisi, motivasi,

kesukaan dan ketidaksukaan umum masyarakat, dll. Walau sebenarnya, hal-hal

tersebut sifatnya sebagai latar belakang suatu peristiwa, dan sebagai nilai cerita

atau story value bukan nilai berita.

Meskipun Republika dengan ideologi Islam yang tertulis jelas di salah satu

visinya, namun pada kasus ini, Republika tidak melihatnya dari sisi agama.

Pemberitaan yang dilakukan Republika lebih mencerminkan ideologi yang

Moderat dan Kerakyatan. Visi moderatnya yang terlihat dari pemberitaannya yang

tidak melebih-lebihkan, contohnya seperti pemberitaan tentang Rebecca Rum dan

beritanya yang ke-2. Sedangkan visi Kerakyatannya tercermin dari

pemberitaannya tentang masalah hukum yang melindungi warga sipil, jurnalis,

dan para pekerja bantuan (termasuk tenaga medis) yaitu Hukum Humaniter

dengan berbatang hukum dari Konvensi Jenewa 1949 yang disebut telah dilanggar

oleh Israel. Kemudian dua resolusi yang dikeluarkan DK PBB (salah satunya

Resolusi 2334) yang juga dilanggar oleh Israel.

Sedangkan Tribunnews.com sebagai situs portal berita dengan traffic

tertinggi di Indonesia melihat kematian Razan dari sisi agama. Hal ini tercermin

dari penerjemahannya dari kata martir menjadi kata Syahid yang ditonjolkan dari

8 beritanya. Sebagaimana diketahui, masyarakat Indonesia sebagai pembaca

Tribunnews.com mayoritas beragama Muslim – secara tidak langsung menganut

ideologi Islam – yang kemudian menjadi orientasi wartawan Tribunnews.com.

Inilah yang mempengaruhi ideologi Tribunnews.com dalam memberitakan

pemberitaan Razan Najjar yang berdasarkan dari visinya sebagai portal berita

yang tercepat dan terakurat.