4. analisa data
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of 4. analisa data
34 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DATA
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
4.1.1. Konflik Israel-Palestina dan Aksi Besar Pawai Besar Kepulangan
Konflik Israel-Palestina yang digadang-gadang sebagai konflik terpanjang
abad ini mulai berakar sejak Perang Dunia I. Negara Inggris yang saat itu sedang
berperang melawan Jerman melakukan dua perjanjian ke-dua pihak, Zionis
dengan pergerakannya yang dipimpin Theodore Herzl, dan bangsa-bangsa Arab
yang saat itu berada di bawah otoritas dinasti Ottoman.
Dalam buku yang berjudul Dilema Israel, Antara Krisis Politik dan
Perdamaian (2002) milik Musthafa Abd. Rahman, Inggris membuat dua
perjanjian dimana salah satunya, Inggris berjanji akan membuat negara Yahudi di
tanah Palestina. Melalui perjanjian tersebut, warga Yahudi mulai berimigrasi ke
tanah Palestina pada tahun 1918. Hingga pada tahun 1930, proses imgrasi warga
Yahudi terjadi secara besar-besaran. Pada tahun 1947, terbit sebuah resolusi yang
diterbitkan Majelis Umum (MU) PBB yang menegaskan membagi tanah Palestina
menjadi negara Yahudi dan Arab. Resolusi PBB no. 181 tersebut, mengantarkan
David Ben Gourion memproklamasikan negara Yahudi pada 14 Mei tahun 1948.
Resolusi ini bukannya membawa perdamaian namun menjadi cikal bakal konflik
Timur Tengah yang berlanjut hingga sekarang.
Perang Arab-Israel pun pecah pada tahun 1948. Perang ini membuat
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi No. 242 yang dimana isinya
adalah pemaksaan dua negara tersebut untuk berhenti berperang serta jaminan
keamanan lalu lintas di perairan Timur Tengah, baik bagi Israel maupun bagi
negara Arab. Meskipun merasa dirugikan dari sisi politis, namun Israel
menyambut baik resolusi ini karena memaksa Arab untuk berhenti berperang dan
memberikan keamanan bagi warganya beraktifitas di perairan Timur Tengah.
Meskipun sebagian negara Arab tidak mengeluarkan tanggapan negatif
(Arab tidak memberikan tanggapan, bahkan Mesir menerima resolusi ini), warga
Palestina malah menurunkan protes dikarenakan resolusi ini dianggap tidak
mendukung kepentingan-kepentingan dasar mereka.
35 Universitas Kristen Petra
Berbagai perjanjian yang rumit diusahakan selama beberapa dekade yang
pada akhirnya gagal menunjukkan betapa rumitnya perdamaian Israel-Arab kala
itu. Hingga pada tahun 1997 melalui Kesepakatan Hebron, tepatnya pada bulan
Januari, Palestina dipaksa harus setuju untuk membagi daerah kekuasaan kota
Hebron sebanyak 20% kepada kota Israel. Kala itu, 20% daerah mesti dikuasai
Israel dengan kedok keamanan.
Memasuki abad ke-21, perdamaian hampir saja mencapai titik terang
ketika Israel dipimpin Partai Buruh Ehud Barak. Namun berbagai kegagalan PM
Barak dalam menyepakati dan melaksanakan Kesepakatan Sharm el-Sheikh di
Mesir pada September 1999 tidak membuahkan hasil sama sekali. Hal ini
memaksa pemerintah AS Bill Clinton dengan persetujuan PM Ehud Barak
menggelar Perundingan Camp David II yang pada akhirnya juga mengalami
kegagalan. Berbagai kegagalan yang terjadi di bawah kepemimpinan PM Ehud
Barak ini membuat Israel harus melakukan pemilu ulang pada tahun 2001.
Situasi politik yang kacau di bawah kepemimpinan PM Ehud Barak saat
itu mengantarkan kemenangan telak untuk Pemimpin Partai Likud Ariel Sharon
pada pemilu Februari 2001. Di bawah kepemimpinan Likud Ariel Sharon,
perdamaian semakin jauh dari kenyataan. Bahkan, Rahman menuliskan, eskalasi
kekerasan Israel-Palestina semakin meningkat dan sulit dikendalikan lagi.
Kekerasan ini kemudian memuncak pada 29 Maret 2002 di mana PM Sharon
melancarkan agresi besar-besaran ke kota-kota dan desa-desa Palestina di Tepi
Barat dan mengisolasi segala macam bentuk bantuan yang masuk ke tanah
Palestina. (Azra, 2002, p. xviii-xxxv)
Sepanjang konflik tersebut, tercatat ada 69 warga Palestina yang diusir,
tahun 1969 ada 223, tahun 1970 ada 406, tahun 1971 ada 306, tahun 1972 ada 91,
tahun 1973 ada sepuluh, tahun 1974 ada sebelas, tahun 1975 ada 13, tahun 1976
ada dua, tahun 1977 ada dua, dan juga dua orang pada tahun 1978. Rahman
menuliskan terdapat sekitar 850 warga Palestina terusir dari tahun 1978 hingga
1985. (Azra, 2002, p. 2-7)
Memasuki tahun 2018, warga Palestina menggelar Aksi Pawai Besar
Kepulangan yang diadakan setiap Jumat sejak 31 Maret 2018. Dalam aksi
tersebut, warga Palestina menuntut haknya untuk kembali ke tanah kelahiran
36 Universitas Kristen Petra
mereka. Puncak aksi ini terjadi pada bulan Mei dimana ibu kota Israel dipindah
dari Tel Aviv ke Yerusalem. Situasi semakin mencekam ketika kantor Kedutaan
Besar Amerika ditempatkan di Yerusalem. (BBC, 30/06/2018).
Aksi ini tidak kunjung usai hingga melebihi waktu yang direncanakan –
yang sebelumnya digelar hanya 6 pekan saja atau hingga 15 Mei. Pada pekan ke-
10, tepatnya tanggal 1 Juni 2018, Razan Najjar, salah seorang paramedis tewas
tertembak. (Khairunnisa, Tribunnews.com, 02/06/2018).
4.1.2. Profil Razan Najjar
Razan Najjar adalah paramedis perempuan yang lahir pada 11 September
1996. Ia lahir dan besar di kota Khan Younis. Ayahnya, Sabreen al-Najjar dulunya
bekerja sebagai penjual onderdil sepeda di perbatasan kota Khan Younis,
sedangkan ibunya bernama Ashraf al-Najjar. Ia bersama keluarganya tinggal di
sebuah apartemen di Khuza’a.
Razan Najjar bergabung dengan Palestinian Medical Relief Society
(PMRS), sebuah organisasi kesehatan non-pemerintah, setelah menjalankan
pelatihan formal sebagai paramedis sukarelawan di Rumah Sakit Nasser, kota
Khan Younis. Ia pun aktif memberikan bantuan di setiap demonstrasi yang
diadakan pada pukul tujuh hingga delapan malam pada Aksi Pawai Besar
Kepulangan tersebut.
Sosok Razan dikatakan sebagai sebuah ikon perdamaian melalui berita-
berita yang diterbitkan media-media lokal. Berbagai momen saat ia sedangn
menolong para demonstran yang terluka terpajang di berbagai media di Palestina.
Warga Palestina menganggap Razan sebagai malaikat perdamaian atau Angel of
Mercy. (Saputra, Tempo.co., 04/06/2018)
4.1.3. Republika Online
Repbulika Online (ROL) hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah
Harian Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi
secara teks, audio, dan video, yang terbentuk berdasarkan tekonologi hypermedia
dan hiperteks.
37 Universitas Kristen Petra
Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL kini
hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi media
digital. Infromasi yang disampaikan diperbaru secara berkelanjutan yang
terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa
dipercaya.
Media daring ini berasal dari Harian Republika yang terbit perdana pada
tanggal 4 Januari 1993. Harian Republika sendiri didirikan oleh kalangan
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Terbitnya Harian Republika
merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para
wartawan professional muda yang dipimpin oleh mantan wartawan tempo, Zaim
Uchrowi melalui berbagai langkah.
Meskipun pada tahun 2000 mayoritas saham berpindah ke Mahaka Media,
juga perubahan sistem manajemen dari Harian Republika yang dipegang oleh PT
Abdi Bangsa menjadi PT Republika Media Mandiri, visi maupun misi Harian
Republika tidak berubah, yaitu Modern, Moderat, Muslim, Kebangsaan, dan
Kerakyatan. Misi Republika adalah sebagai koran masyarakat baru yang maju,
cerdas, dan beradab. (Republika Online, n.d.)
4.1.4. Tribunnews.com
Situs berita Tribunnews dikelola oleh PT Tribun Digital online, Divisi
Koran Daerah Kompas Gramedia. Situs berita ini menyajikan berita-berita
nasional, regional, internasional, olahraga, ekonomi dan bisnis, serta seleb dan
lifestyle.
Hingga per 1 September 2016, Tribunnews.com tercatat sebagai situs
dengan traffic tertinggi. Ini menandakan, Tribunnews.com sebagai media daring
dengan tingkat keterbacaan tertinggi yang sekaligus dianggap memiliki
kredibilitas yang tinggi pula. Karena dalam media daring, traffic menandakan
adanya suatu daya pikat yang bisa jadi merupakan kredibilitas suatu berita
tersebut. (Margianto dan Syaefullah (n. d., p. 29).
Tribunnews.com hadir dengan visi sebagai situs berita yang tercepat dan
terakurat. Hal ini tercerminkan dari visi yang diturunkan kepada cabang-cabang
kantornya di daerah-daerah Indonesia. Salah satunya seperti TribunJatim.com
38 Universitas Kristen Petra
yang bertekad menjadi situs berita tercepat dan terakurat di Jawa Timur. Aini
(Tribunnews.com, 07/02/2018) menjelaskan, TribunJatim menjalankan visi yang
sama dengan induknya sebagai portal berita nomor satu di Indonesia. Ini berarti,
dalam membuat berita, Tribunnews.com mengutamakan nilai berita timelines.
Mencher (2000, p. 72) menjelaskan, peristiwa yang baru saja terjadi dan tiba-tiba,
memiliki nilai berita timelines.
4.2. Temuan Data dan Analisis Data
4.2.1. Republika Online
Berita ke-1
Paramedis Belia Palestina Tewas di Tengah Aksi Demonstrasi, 2 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Perwakilan Kementerian Kesehatan Palestina menyebut tentara Israel menembak mati seorang paramedis Razan Najjar, Jumat (1/6). Perempuan berusia 21 tahun meninggal karena luka tembak di dada. Dilansir di Aljazira pada Jumat (1/6), para saksi mengatakan Najjar adalah seorang paramedis sukarelawan yang merawat para demonstran yang terluka saat melakukan aksi protes di Jalur Gaza. Selain itu, sejumlah sumber pusat medis Palestina merilis, lebih dari 100 demonstran lainnya terluka. Sekitar 40 dari jumlah tersebut mengalami luka tembak. Selama lebih dari dua bulan, warga Palestina di Jalur Gaza memprotes dan menuntut hak mereka untuk kembali ke tanah kelahirannya usai pengusiran 70 tahun lalu. Pawai besar Maret of Return itu memuncak pada 15 Mei yang bertepatan dengan sebagai peringatan Hari Nakba atau hari malapetaka. Demonstrasi massal terus berlanjut. Sejak protes dimulai pada 30 Maret, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 121 orang Palestina di daerah kantong yang terkepung. Tentara Israel juga telah melukai lebih dari 12 ribu orang.
Problem identification yang ditemukan oleh Republika Online pada berita
“Paramedis Belia Palestina Tewas di Tengah Aksi Demokrasi” pada Sabtu (2/6)
adalah terdapat seorang paramedis sukarelawan perempuan, Razan Najjar yang
masih berusia 21 tahun yang tewas tertembak. Sebagaimana keterangan
Perwakilan Kementrian Kesehatan Palestina seperti yang diberitakan Republika
bahwa Razan meninggal karena luka tembak di dada.
“Perwakilan Kementerian Kesehatan Palestina menyebut tentara Israel menembak mati seorang paramedis Razan Najjar, Jumat (1/6).
39 Universitas Kristen Petra
Perempuan berusia 21 tahun meninggal karena luka tembak di dada.” (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)
Pada berita ini, tertembaknya Razan digambarkan sebagai dampak dari
aksi Pawai Besar Kepulangan yang diadakan tiap minggunya. Kematian Razan
dianggap sebagai rangkaian peristiwa yang terjadi dari aksi tersebut. Termasuk di
dalamnya data tentang korban luka yang mencapai 100 orang pada hari itu.
Diagnostic cause pada berita ini adalah tentara Israel. Melalui pernyataan
Kementrian Kesehatan Palestina, tentara Israel dituduh menembak Razan tepat di
dada. Penembakan ini terjadi di tengah aksi Pawai Besar Kepulangan pada pekan
ke-10. Razan lebih tepatnya tertembak setelah dua atau tiga peluru meluncur dari
tentara Israel.
Razan menjadi seorang paramedis sukarelawan yang membantu merawat
para demonstran yang terluka saat melakukan aksi protes di jalur Gaza. Ia
kemudian tertembak ditengah aksi demonstrasi yang bertajuk ”Great March of
Return” atau “Pawai Besar Kepulangan” yang dimulai sejak 30 Maret 2018 yang
lalu. Aksi yang telah dilakukan selama dua bulan tersebut memprotes dan
menuntut hak warga Palestina untuk kembali ke tanah kelahirannya usai
pengusiran 70 tahun yang lalu. Dalam aksi itu sendiri, tercatat sudah ada 121
orang Palestina yang ditewaskan oleh pasukan Israel.Selain dirinya, sejumlah
sumber pusat medis Palestina merilis, lebih dari 100 demonstran lainnya terluka
dan 40 dari jumlah tersebut mengalami luka tembak.
Berita ke-2
Najjar Berseragam Putih Namun Tetap Ditembaki Militer Israel, 2 Juni
2018
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina menyebut tentara Israel tetap menargetkan petugas medis, kendati mereka mengenakan pakaian putih. Hal itu diungkapkannya mengomentari tewasnya paramedis perempuan Palestina bernama Razan Al-Najjar. "Najjar adalah seorang sukarelawan dari kementerian, mengenakan seragam putih, (yang artinya) seorang petugas medis, ketika dia ditembak di dada," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qudra dilansir di Arab News, Jumat (1/6).
40 Universitas Kristen Petra
Perempuan berusia 21 tahun itu ditembak mati tentara Israel di dekat Khan Yunis, di selatan wilayah pagar perbatasan Gaza pada Jumat (1/6). Najjar adalah paramedis yang biasa membantu warga Palestina yang menjadi korban serangan tentara Israel sejak akhir Maret lalu. Seorang juru bicara militer Israel mengatakan mereka sedang memeriksa laporan itu. Ia berdalih apa yang dilakukan militer Israel adalah upaya membela diri karena adanya ribuan perusuh berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan. Para demonstran itu membakar ban di dekat pagar dan berusaha merusak infrastruktur keamanan. Militer Israel mengarahkan tembakan pada kendaraan militer dan seorang warga Palestina yang mencoba menyeberang untuk menanam granat. Serangan militer Israel ini adalah yang terburuk sejak perang pada 2014 di Gaza. Demonstrasi dan bentrokan mematikan di sepanjang perbatasan dimulai pada 30 Maret lalu. Aksi protes itu menuntut agar orang-orang Palestina yang diusir dalam perang pada 1948, bisa kembali ke kampung halamannya. Puncak aksi tersebut terjadi pada 14 Mei ketika 61 orang Palestina tewas dalam bentrokan yang bertepatan dengan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Dilansir di Reuters, seorang sanksi mata di lokasi kejadian yang menolak disebutkan namanya mengatakan Najjar mengenakan seragam putih dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi di tengah kerumunan demonstran. Namun, tentara Israel tetap melepaskan tembakan dan mengenai dada petugas medis itu.
Problem Identification dari berita ini adalah tentara Israel yang dituduh
sengaja menargetkan tim medis. Kementrian Kesehatan Palestina mengatakan hal
tersebut terkait tewasnya paramedis Palestina bernama Razan al-Najjar. Republika
juga menuliskan bahwa Razan adalah seorang paramedis yang biasa membantu
warga Palestina yang menjadi korban serangan tentara Israel sejak akhir Maret
lalu.
"Najjar adalah seorang sukarelawan dari kementerian, mengenakan seragam putih, (yang artinya) seorang petugas medis, ketika dia ditembak di dada," kata juru bicara Kementrian Kesehatan Ashraf Al-Qudra. (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)
Diagnostic Cause-nya adalah pernyataan juru bicara Kementrian
Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra yang mengatakan Najjar tewas tertembak
meski sudah mengenakan seragam putih yang menandakan bahwa Razan adalah
41 Universitas Kristen Petra
seorang petugas medis. Pernyataan Kementrian Kesehatan Palestina juga
didukung oleh keterangan seorang saksi mata yang dilansir di Reuters. Saksi yang
enggan disebutkan namanya mengatakan Razan sudah mengangkat tangan
setinggi munkgin di tengah kerumunan demonstran. Walaupun demikian, Israel
tetap melepaskan tembakan dan mengenai dada petugas medis tersebut.
Berdasarkan dari lansiran Reuters tanggal 1 Juni, 2018, tentara Israel
ditunjuk sebagai pelaku utama dalam penembakan tersebut oleh Republika. Hal
ini disebabkan Razan ditembak meskipun sudah melakukan prosedur paramedis
saat hendak menolong korban. Razan dituliskan sudah mengangkat tangan tinggi-
tinggi di tengah kerumunan demonstran. Apa yang dilakukan Razan merupakan
prosedur wajib bagi tenaga paramedis yang bertugas menyelamatkan korban luka.
Hal ini penting agar para tenaga paramedis dapat dikenali di antara para
demonstran dan tidak menjadi target. Berdasarkan berita Tribunnews.com tanggal
14 Juni 2018, prosedur yang harus dilakukan setiap tenaga paramedis saat hendak
menolong korban adalah mengangkat tangan tinggi-tinggi dan berteriak “jangan
menembak, ada yang terluka”.
“Dilansir di Reuters, seorang sanksi mata di lokasi kejadian yang menolak disebutkan namanya mengatakan Najjar mengenakan seragam putih dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi di tengah kerumunan demonstran. Namun, tentara Israel tetap melepaskan tembakan dan mengenai dada petugas medis itu.” (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)
Reuters adalah media daring yang berasal dari Inggris. Reuters
sebelumnya merupakan perusahaan independen yang berada dibawah Reuters
Group plc yang didirikan pada tahun 1851. Media ini kemudian diakuisisi oleh
Thomson Corporation pada tahun 2008. Dengan akuisisi tersebut, Reuters juga
menyediakan informasi tentang data pasar finansial. Karena basis
multinasionalnya, Reuters membuat berita dengan terjemahan dalam beberapa
bahasa; bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Portugis, Rusia, Urdu,
Arab, Jepang, Korea, dan bahasa Mandarin.
Dalam pembuatan beritanya, Reuters memiliki kebijakan “value-neutral
approach” yang berarti mengedepankan nilai netralitas dalam pendekatannya
membuat berita. Reuters juga berusaha menghindari penggunaan kata-kata yang
bersifat emosional, terkecuali untuk kalimat pengutipan langsung atau tidak
42 Universitas Kristen Petra
langsung. Salah satu buktinya juga pernyataan CEO Tom Glocer dan kepala editor
Geert Linnebank dan Jukes pada Oktober 2001. Mereka menyatakan bahwa
kebijakan reuters adalah menghindari kata-kata yang bersifat emosional dan tidak
membuat penilaian tersendiri dan mengedepankan keakuratan fakta secara adil.
Meskipun demikian, Reuters juga pernah dikritik karena sempat
melakukan kebijakan yang bias dan merugikan pihak Israel saat konflik Israel-
Lebanon pada tahun 2006 yang lalu. Reuters dikabarkan menggunakan foto yang
telah diedit oleh salah seorang photografer lepas berkebangsaan Lebanon, Adnan
Hajj. Tidak lama setelah itu, Reuters memutuskan kontrak dengan Hajj dan
menghapus semua foto Hajj dari kumpulan foto Reuters.
Namun kritik kembali dituai Reuters pada tahun 2010. Haaretz, salah satu
media massa koran di Israel mengungkapkan bahwa Reuters memotong sebuah
foto yang menghilangkan pisau komandan angkatan laut yang dipegang oleh salah
seorang aktivis dan darah komandan angkatan laut yang difoto di atas kapal Mavi
Marmara.
Make moral judgement yang diberitakan Republika berdasarkan
pernyataan juru bicara militer Israel, penembakan yang dilakukan tentara Israel
sebagai upaya membela diri. Ia berdalih tentara Israel terpaksa membela diri
karena adanya ribuan perusuh yang berkumpul di lima lokasi di sepanjang
perbatasan. Selain itu, pihak militer Israel melaporkan ada seorang warga
Palestina yang mencoba menyebrang untuk menanam granat.
“Seorang juru bicara militer Israel mengatakan mereka sedang memeriksa laporan itu. Ia berdalih apa yang dilakukan militer Israel adalah upaya membela diri karena adanya ribuan perusuh berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan. Para demonstran itu membakar ban di dekat pagar dan berusaha merusak infrastruktur keamanan.” (Umi Nur Fadhilah, Andi Nur Aminah, Republika.com, 02/06/2018)
Dalam berita ini, Republika menggunakan keterangan seorang saksi yang
diberitakan oleh Reuters dan seolah-olah menggambarkan bahwa tentara Israel
sengaja menembak Razan Najjar yang secara jelas adalah seorang tenaga
paramedis. Meskipun demikian, Republika tetap memberikan ruang kepada
tentara Israel untuk menjunjung prinsip jurnalisme, yaitu cover both sides.
43 Universitas Kristen Petra
Berita ke-3
Saksi: Perawat Itu Angkat Tangan, Israel Tetap Menembaknya, 2 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Petugas medis di perbatasan Jalur Gaza mengungkap pembunuhan yang dilakukan tentara Israel terhadap perawat asal Palestina. Razan Al-Najar tewas ditembus timah panas yang dilontarkan militer saat bertugas untuk menolong korban terluka dalam aksi demonstrasi yang berujung bentrok. Kematian Razan Al-Najar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi mingguan di Jalur Gaza. Wanita 21 tahun itu ditembak mati saat berlari menuju sebuah pagar yang diperkuat di kota Khan Younis saat menghampiri korban kekerasan. "Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata, kemarin. Petugas medis yang bertugas di jalur Gaza mengungkapkan setidaknya 100 warga Palestina terluka akibat terkena tembakan saat melakukan aksi demonstrasi Jumat (5/2). Berbanding terbalik, tidak ada laporan korban yang berasal dari Israel dalam aksi tersebut. Sementara terkait penembakan perawat, seorang pejabat Israel mengatakan jika penembak jitu militer hanya ditugasi untuk menembak orang-orang yang menimbulkan ancaman. Namun, kata ia, mungkin saja peluru yang dilepaskan memantul atau menembus tubuh target hingga mengenai korban lainnya. Tewasnya Razan Al-Najar tak pelak mendapat tangisan dari keluarganya. Melalui pernyataan resmi, Menteri Kesehatan Gaza turut berkabung atas kepergian Najar dan menyebutnya sebagai seorang martir. Dalam sebuah wawancara, Razan Al-Najar mengaku akan melihat aksi protes di perbatasan hingga akhir. Najar yang sempat menulis dalam unggahan media sosial mengaku tidak akan kembali atau menyerah. "Tembak saya dengan pelurumu, saya tidak takut," katanya. Seperti diketahui, warga Palestina tengah melakukan aksi 'Great March of Return' yang merupakan panggilan terhadap warga Palestina terkait hak akan kampung halaman mereka. Otoritas Israel menganggap aksi yang digelar sejak 30 Maret itu merupakan upaya untuk menerobos tanah yang mereka rampas dari warga Palestina. Meski demikian, pembantaian yang dilakukan militer Israel terhadap warga Palestina telah mendapat kecaman terhadap dari dunia internasional. Namun, Israel lantas menimpakan masalah jatuhnya korban luka dan jiwa kepada Hamas. Belakangan, Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang berisi kecaman atas kekerasan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza. Senada dengan Israel, AS juga menyalahkan Hamas atas aksi kekerasan yang terjadi di perbatasan Gaza.
44 Universitas Kristen Petra
Judul berita Republika Online yang ke-3 menekankan permasalahan pada
Razan yang sudah mengangkat tangan untuk menunjukkan dirinya adalah
paramedis. Penempatan keterangan saksi yang tidak disebutkan namanya ini
memperkuat bingkai Republika tentang Razan yang telah mengangkat tangan.
Eriyanto menjelaskan bahwa framing dijalankan media dengan menggunakan
strategi penempatan yang mencolok (headline, halaman depan, atau bagian
belakang) (Eriyanto, 2002, p. 233).
Problem Identification dalam berita Republika yang ke-3 ini adalah
penembakan Razan yang dikatakan sebagai sebuah kesengajaan. Tentara Israel
dituduh sengaja menembak Razan meski sudah mengenakan seragam medis.
Diagnostic cause yang digunakan Republika adalah keterangan petugas
medis yang mengungkap pembunuhan Razan al-Najjar. Razan al-Najjar tewas
tertembak saat hendak berlari ke sebuah pagar di kota Khan Younis untuk
menolong korban terluka dalam aksi Pawai Besar Kepulangan.
Pada berita ini juga disebutkan, kematian Razan menandai ke-119 jumlah
korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi Pawai Besar Kepulangan itu
sendiri. Selain itu, pada hari di mana Razan tertembak, terdapat pula 100 warga
Palestina terluka akibat terkena tembakan. Sedangkan dari pihak Israel tidak
terdapat korban sama sekali.
“Kematian Razan Al-Najar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi mingguan di Jalur Gaza. Wanita 21 tahun itu ditembak mati saat berlari menuju sebuah pagar yang diperkuat di kota Khan Younis saat menghampiri korban kekerasan.” (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)
Penggambaran korban jiwa dari kedua pihak seolah dibuat oleh Republika
untuk mengiring pembaca untuk memihak salah satu pihak yang berkonflik.
Teknik ini merupakan teknik jurnalisme perang seperti yang dijelaskan Puspawati
dalam penelitian milik Andy Cory Wardhani (2014, par. 13) yang berjudul
Jurnalisme Perang dan Kontribusi Jurnalisme Alternatif untuk Perdamaian.
Pembaca akan mudah terbawa emosi dan memihak salah satu pihak yang
berkonflik. Salah satu ciri jurnalisme yang berorientasi pada perang adalah
45 Universitas Kristen Petra
bagaimana media menggambakran korban dan menggambarkan salah satu pihak
yang biadab, terlebih jika menggunakan senjata. (2014, par. 15).
Di sini, jurnalisme perang sedang dimainkan, Republika sedang
mengarahkan pembaca untuk berpihak kepada Palestina, dan menggambarkan
tentara Israel sebagai pihak yang biadab karena telah menggunakan senjata.
Akibat kebiadaban yang digambarkan Republika, sebanyak 100 orang menjadi
korban luka dan termasuk Razan Najjar menjadi korban tewas dari pihak
Palestina.
Sedangkan moral judgement yang digunakan Republika untuk
mendelegitimasi adalah Razan yang sudah berusaha memberikan tanda kepada
tentara Israel namun tetap ditembak. Menurut keterangan saksi tersebut, Razan
yang sudah mengenakan seragam putih dan mengangkat tangan tinggi-tinggi
untuk menunjukkan dirinya seorang paramedis di tengah para demonstran tetap
ditembak. Penggunaan kata “mengangkat tangan tinggi-tinggi” oleh Republika
seolah memastikan Razan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
memperingati tentara Israel agar tidak menembaknya.
“‘Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada,’ kata seorang saksi mata, kemarin.” (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)
Moral judgement yang kedua yang digunakan Republika sebagai
pembanding dalam berita ini adalah pengakuan militer Israel yang menjelaskan
bahwa tugas penembak jitu militer hanya untuk menembak orang-orang yang
dapat menimbulkan ancaman. Namun peluru yang dilontarkan dapat memantul
atau menembus tubuh target hingga mengenai korban lainnya.
“Sementara terkait penembakan perawat, seorang pejabat Israel mengatakan jika penembak jitu militer hanya ditugasi untuk menembak orang-orang yang menimbulkan ancaman. Namun, kata ia, mungkin saja peluru yang dilepaskan memantul atau menembus tubuh target hingga mengenai korban lainnya.” (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)
Pada berita ini, Republika memberikan ruang kepada pihak militer Israel
untuk memberikan pernyataan terkait tewasnya Razan karena tertembak di
dadanya. Hal ini untuk memenuhi prinsip Kode Etik Jurnalistik tahun 2006 di
46 Universitas Kristen Petra
mana pasal ketiga ayat yang ke-2 adalah berimbang. Artinya, setiap media harus
memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara
proporsional.
Hal yang menarik juga bagi peneliti adalah pernyataan Menteri Kesehatan
Gaza yang menyebut Razan sebagai seorang martir.
“Melalui pernyataan resmi, Menteri Kesehatan Gaza turut berkabung atas kepergian Najar dan menyebutnya sebagai seorang martir.”
Dalam ilmu etimologi, kata martir yang merupakan serapan dari kata
martyr dalam bahasa inggris, awalnya memiliki arti saksi. Kata ini merujuk pada
tokoh-tokoh Alkitab pada Perjanjian Baru. Kata martir bukan merujuk pada
sebuah kematian, di mana seorang saksi harus mati terlebih dahulu. Tetapi kata ini
lebih merujuk kepada perjuangan saksi tersebut. (Wallace dan Rusk, 2011, p.
217). Namun, pada zaman sekarang, definisi martir menurut KBBI, adalah orang
yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama
atau kepercayaan.
Berdasarkan berita di atas, Razan dianggap martir karena dia dianggap
berkorban demi kepercayaannya, yaitu kemerdekaan Palestina. Hal ini terlihat dari
wawancara Razan yang dituliskan Republika di akhir berita.
Dalam sebuah wawancara, Razan Al-Najar mengaku akan melihat aksi protes di perbatasan hingga akhir. Najar yang sempat menulis dalam unggahan media sosial mengaku tidak akan kembali atau menyerah.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah Republika yang juga menuliskan
bahwa Amerika Serikat dan Israel kompak menyalahkan pihak Hamas atas
kejadian-kejadian yang terjadi di pagar. Hamas merupakan partai politik yang
memenangkan pemilu di daerah Gaza, dan membuatnya memiliki wewenang atas
daerah tersebut. Melalui pernyataan ini, Hamas sebagai salah satu partai politik
yang berkuasa atas Palestina juga turut bertanggung jawab atas kejadian-kejadian
tragis yang terjadi di perbatasan Gaza, termasuk kematian Razan.
Selain mengalami konflik dengan Israel, Palestina juga pernah memiliki
konflik internal. Wilayah Palestina secara keseluruhan terbagi oleh dua partai
politik, Hamas dan Fatah. Hamas yang kebetulan memenangkan pemilu di
47 Universitas Kristen Petra
wilayah Gaza juga seringkali disalahkan bahkan oleh Perdana Menteri Palestina,
Rami Hamdallah, seorang politikus partai Fatah. (Btselem.com, 11/11/2017).
Konflik internal di Palestina oleh dua fraksi utama ini disebut sebagai
Perang Saudara Palestina atau Konflik Sesama Saudara. Konflik ini bermula sejak
tahun 2006. Adapun konflik ini terjadi karena adanya perbedaan ideologi di antara
kedua fraksi, Hamas dengan ideologi Islam sedangkan Fatah dengan ideologi
nasionalis sekuler. Ini berarti, Hamas berpandangan dalam menjalankan sebuah
negara tidak dapat terlepas dari agama - dalam hal ini, Muslim sebagai agama
ideologi Islam. Sedangkan sekularisme yang dianut oleh Fatah melihat bahwa
negara harus dijalankan secara terpisah oleh agama.
Berdasarkan keterangan Amerika Serikat dan Israel yang ditulis pada akhir
berita ini, Republika merujuk pada sistem pemerintahan Hamas dengan
ideologinya. Hamas dengan ideologi radikalnya yang seringkali bertikai dengan
Israel dianggap menjadi penyebab rentetan kasus kekerasan yang terjadi di
perbatasan Gaza, termasuk kematian Razan. Republika melihat, Hamas sebagai
partai pemenangan untuk wilayah Gaza juga dapat mencegah hal-hal kekerasan
seperti ini.
Berita ke-4
Perawat Palestina Dibunuh Saat Bertugas, Ini Janji Israel, 2 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Militer Israel berjanji akan menyelidiki pembunuhan terang-terangan perawat Palestina oleh tentara Zionis pada Jumat dalam unjuk rasa di sepanjang perbatasan Gaza. Hal itu disampaikan Israel dalam pernyataan tertulis pada Sabtu. Pejabat dan saksi mengatakan pasukan Israel menembak mati Razan al-Najar, yang berusia 21 tahun, relawan kesehatan, saat ia berlari menuju pagar perbatasan, timur kota Gaza selatan Khan Younis, dalam upaya menjangkau korban. Militer Israel mengatakan pejuang Palestina menyerang pasukannya di sepanjang perbatasan itu dengan tembakan dan granat. Ribuan orang menghadiri pemakaman al-Najar di Gaza pada Sabtu, termasuk beberapa orang yang dirawat korban ketika mereka terluka di protes perbatasan sebelumnya. Tubuhnya dibungkus dengan bendera Palestina dan diarak melalui jalan-jalan dengan tandu oleh pelayat.
48 Universitas Kristen Petra
"Dengan jiwa dan darah kami, kami melepaskanmu, martir Razan," kata pelayat berteriak ketika jasad itu dibawa ke rumahnya untuk perpisahan terakhir sebelum dimakamkan. Penduduk mengatakan, al-Najar adalah tokoh populer di tempat-tempat protes dan gambar-gambar yang menggambarkan dirinya sebagai malaikat yang beredar di media sosial Palestina. Kematiannya membuat warga Palestina yang tewas menjadi 119 orang dalam unjuk rasa mingguan sejak 30 Maret di Jalur Gaza. Daerah ini merupakan kantong yang dikendalikan oleh kelompok Hamas dan telah lama diembargo Israel. "Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata yang melihat aksi penembakan itu. Utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat Nickolay Mladenov mengatakan di Twitter: "Tenaga medis adalah #NotATarget (#BukanSasaran)!" "#Israel perlu mengkalibrasikan penggunaan kekuatannya dan Hamas perlu mencegah kejadian di pagar. Peningkatan ketegangan hanya menambah banyak korban jiwa," tambahnya.
Problem identification pada berita ini adalah pernyataan militer Israel yang
menyatakan akan menyelidiki kasus pembunuhan Razan. Pernyataan tersebut
disampaikan Israel dalam pernyataan tertulis pada Sabtu (2/6). Berdasarkan
keterangan pejabat dan saksi, pasukan Israel menembak mati Razan al-Najjar,
seorang relawan kesehatan, yang masih berusia 21 tahun. Kala itu, Razan sedang
berlari menuju pagar perbatasan dalam upayanya menjangkau korban.
“Militer Israel berjanji akan menyelidiki pembunuhan terang-terangan perawat Palestina oleh tentara Zionis pada Jumat dalam unjuk rasa di sepanjang perbatasan Gaza. Hal itu disampaikan Israel dalam pernyataan tertulis pada Sabtu.” (Teguh Firmansyah, Republika.com, 02/06/2018)
Diagnostic cause pada berita ini adalah militer Israel mengeluarkan janji
tersebut disusul oleh insiden penembakan Razan. Militer Israel dianggap sebagai
pelaku utama kematian Razan Najjar. Namun militer Israel berdalih bahwa
pasukannya terpaksa melepaskan tembakan karena diserang oleh warga Palestina
dengan tembakan dan granat.
Utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat, Nickolay Mladenov
dalam twitternya mengatakan bahwa seharusnya tenaga medis dilindungi. Ia
49 Universitas Kristen Petra
menekankan bahwa tenaga medis bukanlah target. Dalam cuitannya di akun
Twitternya, ia menggunakan lambang hashtag #NotATarget (#BukanSasaran).
“Utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat Nickolay Mladenov
mengatakan di Twitter: "Tenaga medis adalah #NotATarget (#BukanSasaran)!"
(Teguh Firmansyah, Republika.com, 02/06/2018)
Penggunaan tagar “#NotATarget (#BukanSasaran)” sebenarnya
merupakan sebuah gerakan yang menegaskan bahwa warga sipil dan seluruh
pihak yang tidak berkaitan dengan konflik atau tidak menimbulkan ancaman
bukanlah target tembak oleh tentara dari pihak manapun. Istilah ini muncul dari
sebuah gerakan yang ditetapkan sebagai World Humanitarian Day atau Hari
Kemanusiaan Internasional setiap 19 Agustus. Gerakan ini merujuk pada para
pekerja kemanusiaan yang bertugas dalam hal pengiriman bantuan atau paramedis
yang secara sukarela membantu korban-korban yang terluka atau sakit, yang
seringkali dijadikan target dan dicegah dalam menjalankan tugasnya. (United
Nations Secretary-General, World Humanitarian Day, 2018)
Nickolay juga menyarankan bahwa Israel perlu mengkalibrasikan
penggunaan kekuataannya. Selain itu, ia juga menyarankan bahwa Hamas juga
perlu ikut terlibat untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan di pagar.
Peningkatan ketegangan antara kedua belah pihak hanya akan menambah banyak
korban jiwa.
"#Israel perlu mengkalibrasikan penggunaan kekuatannya dan Hamas perlu mencegah kejadian di pagar. Peningkatan ketegangan hanya menambah banyak korban jiwa," tambahnya.” (Teguh Firmansyah, Republika.com, 02/06/2018)
Nickolay Mladenov adalah seorang politisi asal negara Bulgaria. Ia
bekerja sebagai Menteri Perhubungan Luar Negeri di bawah kepemimpinan
Perdana Menteri Boyko Borisov dari tahun 2010 hingga 2013. Sejak 2 Agustus
2013, ia ditunjuk sebagai bagian dari Sekretaris Umum Amerika Serikat. Ia
menjadi representatif dari lembaga tersebut dalam kasus Irak. Pada 5 Februari
2015, Mladenov ditunjuk sebagai Utusan Perdamaian Timur Tengah Amerika
Serikat. (UNSCO.com, n. d.)
Mladenov dianggap oleh kebanyakan pihak memiliki pandangan yang
berorientasi pada dunia barat. Bakatnya sebagai politis muda sempat menguatkan
50 Universitas Kristen Petra
hubungan antara Bulgaria dan Amerika. Hal itu dikarenakan pada masa
jabatannya sebagai Menteri Pertahanan Bulgaria, ia menambahkan pengutusan
pasukan Bulgaria ke Afganistan. Keputusan ini diakui oleh diplomasi Amerika
Serikat dan mengakuinya sebagai politisi muda yang berbakat. (UNSCO.com, n.
d.)
Kata kalibrasi dalam KBBI artinya pengukuran berdasarkan alat ukur atau
standar tertentu. Kalibrasi dikatakan perlu dilakukan bila suatu instrumen ukur
dianggap tidak baik, sehingga perlu adanya kajian ulang. (Morris, 2001).
Sehingga dalam penggunaan kata kalibrasi, Israel dianggap terlalu berlebihan
dalam menetapkan standar yang digunakan dalam bertindak, terutama dalam
penggunaan senjatanya.
Berita ini menunjukkan bahwa Republika menilai Israel terlalu berlebihan
dalam menggunakan kekuatannya. Definisi kekuatan dalam konflik Israel-
Palestina tentunya adalah kekuatan militer dan kekuatan politik. Kekuatan Israel
sebenarnya berasal dari fraksi terbesarnya, Likud, yang merupakan fraksi dominan
di Israel. Fraksi yang dipimpin oleh Benyamin Netanyahu – yang juga merupakan
Perdana Menteri Israel – ini merupakan partai politik yang sangat dekat dengan
Amerika Serikat, negara yang dikenal sebagai adidaya. Hal ini terlihat dari
keputusan Presiden Donald Trump Hal ini membuat kekuatan Israel sangat besar,
baik dari segi militer maupun politik dikalangan PBB. Secara singkat, memiliki
landasan agama yang sama dengan Israel membuat Amerika Serikat begitu gencar
membantu Israel dalam mengukuhkan negara serta wilayahnya. Menurut hasil
laporan Musthafa Abd Rahman di Kompas.com dalam artikelnya yang berjudul
Rahasia di Balik Hubungan AS-Israel, keinginan Amerika Serikat untuk
membantu Israel berdiri bermula pada kaum migran Eropa yang membawa
doktrin Perjanjian Lama di mana kaum Yahudi harus kembali ke Palestina. Hal ini
kemudian menjadi cikal bakal berdirinya gerakan atau proyek Zionis. Pada
akhirnya, pengaruh Yahudi yang berlandaskan Perjanjian Lama sangat besar
terhadap Amerika Serikat. (Rahman, Kompas.com, 18/09/16)
Dari kekuatan militer, berdasarkan laporan Rahman, Amerika Serikat dan
Israel menyepakati kesepahaman paket bantuan militer terbesar sepanjang sejarah
di mana paket bantuan tersebut senilai 38 milliar dollar AS dalam jangka waktu
51 Universitas Kristen Petra
10 tahun. Alat-alat militer yang digunakan Israel berasal dari perusahaan-
perusahaan multinasional yang berbasis di Amerika Serikat, seperti
Caterpillar.inc, Ford Motor Company, Monsato, Combined System dan lain-
lainnya. Israel sendiri menerapkan wajib militer bagi seluruh warga negaranya,
termasuk perempuan.
Dari sisi politik, Israel memang tidak masuk sebagai anggota permanen
Dewan Keamanan PBB. Namun sahabat dekat partai Zionis, Amerika Serikat,
merupakan salah satu dari lima anggota permanen Dewan Keamanan PBB. Hal ini
menyebabkan Amerika memiliki hak veto. Hak veto ini dapat menangkis segala
resolusi yang dibuat oleh DK PBB. Sehingga semua resolusi yang dianggap
merugikan Israel dapat ditentang begitu saja oleh Amerika Serikat sebagai
anggota permanen DK PBB.
Merujuk pada kata “kekuatan” oleh Mladenov, kekuatan inilah yang
mungkin dimaksud Mladenov. Sebagai utusan perdamaian Timur Tengah oleh
Amerika Serikat, Mladenov wajib mencari jalan tengah bagi kedua pihak yang
bertikai. Sehingga meskipun berasal dari Amerika Serikat – negara sahabat Israel,
Mladenov tetap melayangkan kritikan kepada Israel selain juga melayangkan
kritikan kepada Hamas, fraksi yang berkuasa atas Gaza. Menggunakan pernyataan
tersebut, Republika menunjukkan bahwa kedua pihak harus sama-sama
bertanggung jawab dan berusaha untuk mencegah kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan di perbatasan Gaza.
Berita ke-5
Palang Merah Turki Kecam Kematian Perawat Palestina, 3 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Palang Merah Turki atau Bulan Sabit Merah (Kizilay) mengeluarkan kecaman atas kematian perawat Palestina, Razan Al Najar, Sabtu (3/6). Perawat tersebut merupakan relawan kesehatan di Jalur Gaza yang tewas akibat serangan tentara Israel. Menurut laporan pejabat dan saksi, pasukan Israel menembak mati Razan. Saat itu, perempuan berusia 21 tahun itu tengah berlari menuju pagar perbatasan di timur kota Gaza selatan Khan Younis dalam upaya menyelamatkan korban. "Kami mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina #Razan_Najjar yang tengah bertugas sebagai pekerja medis sekarela
52 Universitas Kristen Petra
di Jalur Gaza. Pekerja bantuan dan staf medis bukanlah target," ujar pernyataan Kizilay melalui akun Twitter resmi, Sabtu (2/6). Dari laporan yang ada, disebutkan juga Najar sempat dibawa ke rumah sakit Sahra di dekat lokasi kejadian. Ia mengalami luka parah di bagian dada yang menembus hingga punggung. Menteri Kesehatan Palestina Jevad Avad mengatakan tindakan Israel yang menembak langsung seorang pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang. Sejak aksi massa di Gaza dimulai pada 30 Maret lalu, lebih dari 100 demonstran Palestina yang tewas akibat serangan pasukan militer Israel. Secara rinci disebutkan ada 119 warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza.
Pada berita ini, problem identification-nya adalah kecaman yang muncul
dari negara Turki, Palang Merah Turki. Kecaman tersebut ditujukan atas kematian
perawat Palestina, Razan al-Najjar. Memiliki latar belakang bidang pekerjaan
yang sama, mereka menekankan melalui akun Twitter Kizilay bahwa pekerja
bantuan dan staf medis bukanlah target.
“Palang Merah Turki atau Bulan Sabit Merah (Kizilay) mengeluarkan kecaman atas kematian perawat Palestina, Razan Al Najar, Sabtu (3/6). Perawat tersebut merupakan relawan kesehatan di Jalur Gaza yang tewas akibat serangan tentara Israel.” (Puti Almas, Republika.com, 02/06/2018)
Palang Merah Turki yang lebih dikenal dengan Bulan Sabit Merah adalah
organisasi yang berdiri sejak kerajaan Ottoman pada tahun 1868. Organisasi non-
profit ini juga banyak terlibat pada kasus konflik Timur Tengah. Organisasi ini
merupakan organisasi dengan jenis palang merah yang pertama di dunia dan
menjadi organisasi non-profit paling penting bagi dunia Islam. Selain itu,
organisasi ini juga merupakan bagian dari ICRC atau International Red Cross and
Red Crescent Movement.
Diagnostic cause dari kecaman tersebut dikarenakan Razan diketahui
tertembak saat mengenakan seragam putih sambil mengangkat tangannya tinggi-
tinggi dan berlari menuju pagar perbatasan untuk menolong korban luka. Ia
meninggal akibat serangan tentara Israel.
"Kami mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina #Razan_Najjar yang tengah bertugas sebagai pekerja medis sekarela di Jalur Gaza. Pekerja bantuan dan staf medis bukanlah target," ujar pernyataan Kizilay melalui akun Twitter resmi, Sabtu (2/6).” (Puti Almas, Republika.com, 02/06/2018)
53 Universitas Kristen Petra
Moral judgement yang ditekankan oleh Republika adalah pernyataan
Menteri Kesehatan Palestina Jevad Avad bahwa tindaka Israel yang menembak
langsung seorang pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang.
“Menteri Kesehatan Palestina Jevad Avad mengatakan tindakan Israel yang menembak langsung seorang pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang.” (Puti Almas, Republika.com, 02/06/2018)
Republika melalui berita ini menunjukkan simpati yang ditujukan
kepada Razan oleh Palang Merah Turki. Razan memiliki kesamaan latar
belakang profesi dengan Palang Merah Turki sebagai tenaga paramedis,
meskipun Razan merupakan anggota dari Palestinian Medical Relief Society
(PMRS) sedangkan Palang Merah Turki merupakan bagian dari ICRC.
Melalui moral yang digunakan, Republika melihat kematian Razan adalah
hal yang tidak pantas dan merupakan kejahatan perang.
Yang dimaksud kejahatan perang adalah segala tindak laku yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang melanggar aturan-aturan perang yang
berlaku. Hukum perang yang dimaksud merupakan jenis hukum yang
melarang atau disebut sebagai “Jus ad bellum”. Hukum ini merujuk pada
hukum kemanusiaan internasional yang berasal dari dua konvensi, Konvensi
Jenewa tahun 1949 dan Konvensi Den Haag tahun 1899 dan 1907. Dalam
konvensi Jenewa yang keempat, setiap pihak yang tidak sedang melakukan
penyerangan secara sengaja atau menghancurkan atau mengambil barang
milik orang lain tidak boleh diserang. Jadi segala tindakan yang melanggar
Hukum Kemanusiaan Internasional (disebut juga Hukum Humanitarian
Internasional atau HHI) disebut sebagai kejahatan perang.
Dalam kasus penembakan Razan, tindakan tentara Israel dikatakan
sebagai kejahatan perang sebab Konvensi Jenewa tahun 1949 pada bab IV
menjelaskan bahwa setiap anggota dinas kesehatan mendapatkan
perlindungan dan tidak boleh dijadikan sebagai target.
Berita ke-6
Liga Arab Kecam Tindakan Israel Membunuh Paramedis, 4 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Liga Arab pada Ahad (3/6) mengutuk tindakan Israel baru-baru ini membunuh seorang petugas paramedis
54 Universitas Kristen Petra
Palestina yang sedang menolong orang yang cedera di Jalur Gaza. Tindakan ini dinilai Liga Arab sebagai babak baru terorisme Israel. Tentara Israel menembak petugas paramedis yang berusia 21 tahun, Razan An-Najjar, di dekat pagar perbatasan di Jalur Gaza pada Jumat (1/6), saat wanita itu sedang merawat pemrotes yang cedera di Jalur Gaza. Ribuan orang Palestina memberi penghormatan terakhir kepada relawan muda tersebut dalam pemakaman besar pada Sabtu. "Kejahatan Israel ini serta perbuatan lain adalah rangkaian baru babak terorisme Israel, yang tidak memberi perlindungan bagi tim medis dan petugas pertolonga, memburu dan membidik wartawan serta menghukum mati mereka dengan cara darah dingin," kata badan pan-Arab tersebut di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua, Senin (4/6). Liga Arab menyatakan Israel bertanggung-jawab atas pembunuhan An-Najjar, dan memperingatkan tentara Israel agar tidak melanjutkan perbuatan brutal semacam itu. Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa tentara Israel yang ditempatkan di daerah perbatasan pada Jumat menembakkan gas air mata dan peluru aktif ke arah pemrotes, yang mengibarkan bendera Palestina dan melemparkan batu ke arah tentara Yahudi. Pada Jumat, ratusan pemrotes Palestina berpawai menuju empat tempat di bagian timur Jalur Gaza di dekat perbatasan dengan Israel pada Jumat ke-10 pawai dan protes, yang oleh rakyat Palestina dinamakan "Pawai Akbar Kepulangan dan Pembangkangan terhadap Blokade Israel". Pawai itu dimulai pada 30 Maret dan menyerukan hak pengungsi Palestina untuk pulang serta diakhirinya bloakde Israel yang telah diberlakukan atas Jalur sejak musim panas 2007. Sejak akhir Maret, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 120 orang Palestina dan melukai ribuan orang lagi selama protes yang menyerukan hak pengungsi Palestina untuk pulang dan diakhirinya blokade Israel yang diberlakukan atas Jalur Gaza sejak 2007, ketika Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) merebut kekuasaan atas daerah kantung tersebut.
Setelah kecaman dari Palang Merah Turki, kali ini problem identification
yang menjadi frame utama Republika pada berita ini adalah kecaman dari Liga
Arab. Senada dengan Palang Merah Turki, Liga Arab mengutuk tindakan Israel
yang baru-baru ini membunuh seorang petugas medis Palestina yang sedang
mencoba menolong pengunjuk rasa yang terluka di Jalur Gaza.
“Liga Arab pada Ahad (3/6) mengutuk tindakan Israel baru-baru ini membunuh seorang petugas paramedis Palestina yang sedang menolong orang yang cedera di Jalur Gaza. Tindakan ini dinilai Liga
55 Universitas Kristen Petra
Arab sebagai babak baru terorisme Israel.” (Nidia Zuraya, Republika.com, 04/06/2018)
Liga Arab merupakan organisasi regional yang terdiri dari beberapa negara
Arab di regional Afrika Utara, Semenanjung Afrika dan Arab. Organisasi ini
terbentuk di Kairo, 22 Maret 1945 dengan beranggotakan enam negara; Mesir,
Irak, Yordania, Lebanon, Arab Saudi, dan Syria. Hingga kini, organisasi ini
memiliki 22 anggota.
Organisasi yang berbasis politik ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi
dari negara keanggotaannya serta ikut terlibat dalam setiap konflik yang dialami
oleh negara yang tergabung. Dalam kasus Israel-Palestina, Liga Arab dalam
Pertemuan Kairo pada tahun 1964 menghadirkan organisasi baru yang mewakili
warga Palestina. Setelah itu, Palestina pun ikut tergabung dalam Liga Arab dan
terbentuk pula Organisasi Kemerdekaan Palestina yang didirikan pada 2 Juni
1964.
Pemilihan Liga Arab sebagai sumber berita pada berita ini berhubungan
dengan nilai berita Prominence. Liga Arab dianggap sebagai pihak yang
mempunyai pengaruh karena merupakan organisasi di tingkat regional. Dengan
demikian, Republika melihat, pernyataan Liga Arab seharusnya memiliki dampak
yang lebih besar dengan nilai berita yang kuat. Terlebih lagi, Palestina merupakan
anggota kenegaraan Liga Arab.
Diagnostic cause pada berita ini adalah Israel yang dituduh menembak
langsung Razan yang sedang berupaya untuk menolong pengunjuk rasa yang
cedera. Republika mengutip pernyataan Liga Arab melalui Xinhua, Senin (4/6).
Dalam pernyataan tersebut, Israel dituduh tidak memberikan perlindungan bagi
tim medis dan petugas pertolongan, bahkan memburu dan membidik wartawan
serta menghukum mati mereka dengan cara darah dingin.
Moral judgement yang digunakan oleh Republika adalah pernyataan Liga
Arab yang menyatakan tindakan militer Israel merupakan babak baru terorisme.
Tindakan Israel juga dinilai keterlaluan dalam satu pernyataan oleh Kementrian
Kesehatan di Jalur Gaza, di mana Israel dituduh menembakkan gas air mata dan
peluru aktif ke arah pemrotes yang mengibarkan bendera Palestina dan
melemparkan batu ke arah tentara Yahudi.
56 Universitas Kristen Petra
"Kejahatan Israel ini serta perbuatan lain adalah rangkaian baru babak terorisme Israel, yang tidak memberi perlindungan bagi tim medis dan petugas pertolonga, memburu dan membidik wartawan serta menghukum mati mereka dengan cara darah dingin," kata badan pan-Arab tersebut di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua, Senin (4/6).” (Nidia Zuraya, Republika.com, 04/06/2018)
Treatment Recommendation yang diberitakan Republika adalah
pernyataan Liga Arab yang menyatakan bahwa Israel harus bertanggung jawab
atas pembunuhan Razan dan memperingatkan agar tentara Israel tidak
melanjutkan perbuatan brutal seperti itu.
“Liga Arab menyatakan Israel bertanggung-jawab atas pembunuhan An-Najjar, dan memperingatkan tentara Israel agar tidak melanjutkan perbuatan brutal semacam itu.” (Nidia Zuraya, Republika.com, 04/06/2018)
Pada berita ini, Republika menggunakan pernyataan musuh bebuyutan
Israel, Liga Arab yang beranggotakan 22 negara Arab (termasuk Palestina) yang
menyebut kejahatan Israel terkait korban-korban yang ditembak, termasuk Razan,
adalah babak baru terorisme. Sebenarnya, terorisme merujuk kepada angkatan
bersenjata yang tidak dikenal yang bertindak tanpa menuruti aturan-aturan perang
yang berlaku. Kata terorisme juga merujuk pada kegiatan meneror atau menebar
ketakutan atau menyerang secara tiba-tiba di mana targetnya biasanya adalah
warga sipil. (Adji, 2001, p. 51).
Pernyataan Liga Arab yang digunakan Republika seolah-olah menguatkan
asumsi bahwa penembakan Razan memang disengaja dan menitiberatkan
kesalahan kepada Israel. Israel disebut sebagai penebar ketakutan karena aksinya
yang kerap kali menewaskan warga-warga sipil.
Berita ke-7
Israel, Mengapa Petugas Medis Palestina Tetap Ditembak, 4 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS -- Razan al-Najjar berlari menuju pagar di Kota Khan Younis saat bentrokan pecah antara aparat Israel dan demonstran Palestina, Jumat pekan lalu. Sambil mengangkat tangan, Najjar yang berseragam putih mencoba membantu pejuang Palestina yang terluka.
57 Universitas Kristen Petra
Perempuan itu mengangkat tangan. Sebagai tanda bahwa ia adalah seorang perawat. Namun, dari jauh penembak runduk seperti sudah mengincarnya. Peluru itu melesak menembus gadis yang baru berusia 21 tahun tersebut. Najjar awalnya tak sadar. Namun, tajam peluru membuatnya terjatuh. Ia menangis. Rompi putihnya dengan sekejap berubah menjadi merah darah. Saksi menyebut ada dua atau tiga peluru yang ditembakkan dari tentara Israel. Nyawanya pun tak berhasil diselamatkan. Razan Najjar sudah cukup dikenal di kalangan demonstran Palestina. Sebagai sukarelawan medis, ia membantu pengunjuk rasa Palestina yang terluka. Dalam sebuah wawancara dengan media pada Mei lalu, ia mengaku ingin menunjukkan bahwa wanita juga bisa berperan. "Menjadi anggota medis bukan hanya tugas pria," ujarnya dengan penuh semangat. Kematian Razan al-Najjar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi pekanan di Jalur Gaza. Hal itu juga menunjukkan bagaimana Israel kerap kali melanggar hukum-hukum internasional. Razan al-Najjar (kiri) paramedis yang tewas akibat tertembak di dada Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldirck mengatakan, pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka tanpa khawatir akan ditembak atau terluka. "Pembunuhan staf medis yang telah diidentifikasi oleh pasukan keamanan selama aksi demonstrasi merupakan tindakan tercela," ujarnya.
Problem identification pada berita ini merupakan keputusan Israel yang
menjadikan petugas medis sebagai target. Republika pada awal beritanya
menuliskan kronologis penembakan Razan. Pada awalnya, Razan berlari menuju
pagar di Kota Khan Younis saat bentrokan antara pengunjuk rasa dan tentara
Israel pecah. Saat itu, ia berlari sambil mengangkat tangan yang menandakan
bahwa ia adalah seorang perawat.
“Sambil mengangkat tangan, Najjar yang berseragam putih mencoba
membantu pejuang Palestina yang terluka. Perempuan itu
mengangkat tangan. Sebagai tanda bahwa ia adalah seorang
perawat. Namun, dari jauh penembak runduk seperti sudah
mengincarnya. Peluru itu melesak menembus gadis yang baru berusia
21 tahun tersebut.” (Rizkyan Adiyudha/Puti Almas, Republika.com,
04/06/2018)
58 Universitas Kristen Petra
Namun meski sudah mengangkat tangan, serta mengenakan rompi putih,
Razan tetap tertembak di antara para demonstran. Salah satu keterangan saksi juga
mengatakan bahwa ada dua atau tiga peluru yang ditembakkan dari tentara Israel.
Republika melaporkan bahwa pelaku utama dari kasus ini adalah
penembak runduk Israel. Seperti dituliskan, meski sudah mengangkat tangan
pertanda Razan adalah perawat, penembak runduk seperti sudah mengincarnya.
Kematian Razan sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah
dibunuh tentara Israel dalam aksi Pawai Besar Kepulangan itu sendiri. Melalui
angka tersebut, Republika menilai bahwa Israel kerap kali melanggar hukum-
hukum internasional. Selain itu, Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie
McGoldirck juga mengatakan bahwa pembunuhan staf medis yang telah
diidentifikasi oleh pasukan keamanan merupakan tindakan tercela.
“Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldirck mengatakan, pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka tanpa khawatir akan ditembak atau terluka. "Pembunuhan staf medis yang telah diidentifikasi oleh pasukan keamanan selama aksi demonstrasi merupakan tindakan tercela," ujarnya.” (Rizkyan Adiyudha/Puti Almas, Republika.com, 04/06/2018)
Jamie McGoldrick adalah seorang politisi asal Irlandia. Ia sebelumnya
merupakan manajer senior di Kantor Amerika Serikat untuk Bidang
Humanitarian Affairs. Ia juga merupakan kepala dari Humanitarian Reform
Support Unit periode 2006 hingga 2009. Ia juga sempat bekerja bersama Palang
Merah Dunia dan beberapa organisasi non pemerintah disejumlah negara di
Afrika. Selain itu, ia juga memiliki pengalaman karir di bidang jurnalistik sebagai
seorang peneliti di beberapa stasiun televisi di Britania Raya.
Pada 6 Februari 2018, ia ditunjuk sebagai Kepala Koordniator
Kemanusiaan PBB oleh Sekretaris Umum PBB, Antonio Guterres. Ia juga
ditunjuk sebagai Koordinator Pemukiman dan Kemanusiaan PBB untuk daerah
Palestina yang tersengketa.
Pernyataan Jamie McGoldrick ini sebenarnya juga merujuk pada Konvensi
Jenewa 1949, pasal yang keempat. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa setiap
pihak yang berhubungan dengan tenaga medis harus dilindungi. Kata-kata Jamie
McGoldrick tentang pekerja kemanusiaan “harus diizinkan” dalam konteks
59 Universitas Kristen Petra
penembakan Razan, menggambarkan bahwa tentara Israel tidak mempedulikan
keamanan para tenaga medis yang seharusnya turut dijaga oleh pasukan keamanan
Israel.
“Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldirck mengatakan, pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka tanpa khawatir akan ditembak atau terluka.”
Di sini, Jamie McGoldirck mengatakan sebuah keharusan berdasarkan Konvensi
Jenewa 1949.
Penggunaan kata “khawatir” yang definisinya berkaitan dengan cemas
karena suatu ketakutan pada kalimat itu menggambarkan disebabkan oleh tidak
terjaminnya keselamatan tenaga paramedis pasca kematian Razan. Hal ini seakan
menguatkan anggapan Liga Arab yang menyebut Israel telah memberlakukan
babak baru terorisme pada berita Republika yang berjudul “Liga Arab Kecam
Tindakan Israel Membunuh Paramedis” pada tanggal yang sama.
Pernyataan Liga Arab ini digunakan Republika sebagai moral judgement
untuk mendelegitimasi kematian Razan.
Berita ke-8
Militer Israel akan Selidiki Kematian Razan, 4 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengatakan akan segera menyelidiki kematian seorang perawat Palestina pada Jumat lalu. Razan al-Najar yang berusia 21 tahun tewas setelah timah panas menembus dadanya. Diduga itu dilakukan oleh seorang snipper wanita asal Israel. Para pejabat dan saksi kesehatan mengatakan, pasukan Israel menembak mati Razan yang merupakan seorang sukarelawan medis. Saat dia berlari menuju pagar perbatasan, timur Kota Gaza, selatan Khan Younis, dalam upaya untuk mencapai korban. Militer Israel mengatakan, militan Palestina telah menyerang pasukannya di sepanjang perbatasan dengan tembakan dan granat. Dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Sabtu, militer mengatakan akan menyelidiki kematian al-Najar. Ribuan orang menghadiri pemakaman al-Najar di Gaza pada hari Sabtu, termasuk beberapa pasien yang sempat ia rawat saat terluka di perbatasan. Tubuhnya dibungkus dengan bendera Palestina dan dibawa melalui jalan-jalan dengan tandu oleh pelayat. "Dengan jiwa dan darah kami, kami menebusmu, martir Razan," teriak para pelayat ketika mayat itu dibawa ke rumahnya untuk perpisahan terakhir sebelum dimakamkan.
60 Universitas Kristen Petra
Penduduk mengatakan, al-Najar adalah tokoh populer di perbatasan. Gambar dirinya muncul di berbagai media sosial Palestina bahkan di seluruh dunia, dilansir Aljazirah.
Republika menjadikan janji militer Israel untuk menyelidiki kasus
penembakan Razan Najjar sebagai problem identification melalui penempatan
judulnya. Janji ini menanggapi pernyataan para pejabat dan saksi kesehatan yang
mengatkaan pasuka Israel menembak mati Razan yang merupakan seorang
sukarelawan medis.
“Militer Israel mengatakan akan segera menyelidiki kematian seorang perawat Palestina pada Jumat lalu.” (Winda Destiana Putri, Repbulika.com, 04/06/2018)
Diagnostic cause atau penyebab militer Israel melakukan penyelidikan
karena adanya dugaan penembakan tersebut disengaja dan dilakukan oleh sniper
wanita asal Israel.
Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya hanya melepaskan tembakan ke
target yang dianggap dapat menimbulkan ancaman. Namun terkadang peluru
mungkin menembus target atau terpantul sehingga mengenai korban lainnya.
Militer Israel akhirnya berjanji akan melakukan penyelidikan terkait kasus ini.
Sehingga, dari berita ini, Republika menggunakan moral judgement
ketidaksengajaan untuk melegitimasi penembakan yang dilakukan tentara Israel.
“Militer Israel mengatakan, militan Palestina telah menyerang pasukannya di sepanjang perbatasan dengan tembakan dan granat. Dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Sabtu, militer mengatakan akan menyelidiki kematian al-Najar.” (Winda Destiana Putri, Republika.com, 04/06/2018)
Pada akhir berita, Razan dituliskan dibungkus dengan bendera Palestina
dan disebut oleh para pelayat sebagai martir. Martir, sebagaimana disebutkan
sebelumnya adalah orang yang rela menderita atau mati demi mempertahankan
kepercayaan atau agamanya. Dalam konteks ini, Razan disebut martir karena ia
berjuang membela apa yang ia yakini. Seperti pada wawancaranya, ia mengatakan
akan berjuang (demi kemerdekaan Palestina) hingga titik akhir.
Selain dianggap sebagai martir, Republika juga melihat Razan juga
dianggap sebagai pahlawan, melalui penulisannya tentang pemakaman Razan di
61 Universitas Kristen Petra
mana ia dibungkus dengan bendera Palestina. Seperti halnya di Indonesia, saat
pemakaman Aburahman Wahid atau yang dikenal dengan Gus Dur, bendera
Merah-Putih menyelubungi peti Aburahman Wahid. Hal ini dikarenakan Gus Dur
dikenal sebagai tokoh penting di Indonesia.
“Sebelum dikubur, jasad Gus Dur dikeluarkan dari peti mati yang terselubung bendera Merah-Putih. Peti mati yang terbuat dari kayu itu kemudian dibawa keluar area makam oleh 20 personel Paspampres berpakaian militer.” (Luki, Antaranews.com, 31/12/09)
Berita ke-9
Razan Al-Najjar, Akhir Cerita Sang Penyelamat Nyawa, 4 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Membantu perjuangan warga Palestina dan berada di garis depan peperangan bukan hanya milik para lelaki, melainkan juga para wanita. Setidaknya, itulah prinsip yang dianut Razan al-Najjar. Menjalani hari-hari sebagai pekerja medis darurat sukarela, Razan ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Palestina di Gaza. "Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria," kata Razan dalam wawancara di kemah protes Gaza, bulan lalu, dikutip dari the New York Times, Sabtu (2/6). Pada hari terakhirnya, Razan berlari dengan rompi putihnya menghampiri seorang pria tua yang telah dipukul dengan menggunakan tabung gas air mata. Hal itu diungkapkan oleh seorang kerabat Razan, Ibrahim al-Najjar (30 tahun). Menurut Ibrahim, Razan berada kurang dari 100 meter dari pagar ketika dia membalut kepala pria yang terkena tabung gas air mata. Pria itu kemudian dibawa ke ambulans dan paramedis lain menghampiri Razan yang terkena gas air mata. Kemudian, tembakan terdengar dan ia jatuh ke tanah. Ibrahim membawanya pergi dengan bantuan dua orang lain dan menemaninya di ambulans. "Razan tidak menembak," kata Ibrahim. "Razan menyelamatkan jiwa dan mengobati yang terluka." Menurut manajer rumah sakit, Dr Salah al-Rantisi, Razan tiba di rumah sakit lapangan dalam kondisi serius. Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Gaza Eropa di Khan Younis, tempat dia akhirnya meninggal di meja operasi. Sementara, saksi lain dan Kementerian Kesehatan Gaza memberikan versi yang sedikit berbeda dari kejadian. Mereka mengatakan, kala itu Razan dan paramedis lain berjalan menuju pagar dengan tangan terangkat dalam perjalanan mereka untuk mengevakuasi para pengunjuk rasa yang terluka ketika dia ditembak di dada. Razan menjadi orang Palestina ke-119 yang meninggal sejak protes dimulai pada Maret, menurut pejabat kesehatan Gaza. Ia adalah satu-satunya kematian yang terdaftar pada Jumat lalu. Militer Israel tidak
62 Universitas Kristen Petra
memberikan penjelasan atas penembakan itu, tetapi pada Sabtu, pihaknya mengatakan bahwa kasus itu akan diperiksa. "Kami telah berulang kali memperingatkan warga sipil agar tidak mendekati pagar dan mengambil bagian dalam insiden kekerasan dan serangan teroris dan kami akan terus bertindak secara profesional dan bertekad untuk melindungi warga sipil Israel dan infrastruktur keamanan Israel," kata militer Israel. Razan adalah penduduk Khuzaa, sebuah desa pertanian di dekat perbatasan dengan Israel, sebelah timur Khan Younis di Jalur Gaza selatan. Ayahnya, Ashraf al-Najjar, memiliki toko yang menjual suku cadang sepeda motor. Toko tersebut telah hancur dalam serangan udara Israel selama perang 2014 antara Israel dan kelompok militan. Menurut Ibrahim, sejak itu, ia pun hanya menganggur. Sebagai anak tertua dari enam bersaudara, Razan tidak cukup bagus dalam ujian sekolah menengahnya untuk belajar di universitas, kata ayahnya. Sebaliknya, ia dilatih selama dua tahun sebagai paramedis di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis dan menjadi sukarelawan dari Lembaga Bantuan Medis Palestina, sebuah organisasi kesehatan nonpemerintah. Ashraf (44 tahun) mengatakan, putrinya makan sahur dan shalat sebelum fajar pada Jumat sebelum awal Ramadhan untuk berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam. Itu terakhir kali dia melihatnya. Ketika bertemu dia di kemah protes di Khan Younis bulan lalu, dia mengatakan, ayahnya bangga dengan apa yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan," kata Ibrahim, "untuk me nyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja." Dalam wawancara video pada Sabtu, Sabreen al-Najjar yang merupakan ibu Razan tampak mengangkat rompi yang berlumuran darah dan berkata, "Ini adalah senjata putri saya yang dengannya dia melawan Zionis," ujarnya, seperti dikutip dari Aljazirah. Dalam tangisnya, Sabreen pun berbicara lagi, kata-katanya memunculkan ratapan dari para wanita di sekitarnya. "Kuharap, aku bisa melihatnya dalam gaun pengantin putihnya, bukan kain kafan," katanya.
Problem identification pada berita ini adalah kemanusiaan dan gender.
Republika menuliskan kisah hidup Razan yang pada akhirnya tewas tertembak
oleh tentara Israel. Republika di awal beritanya juga menuliskan tentang
keinginan Razan untuk menunjukkan peran perempuan pada masyarakat
konservatif Palestina.
Republika seolah ingin menunjukkan bahwa Razan sebagai seorang
perempuan turut berperan aktif dalam mendukung kemerdekaan Palestina
63 Universitas Kristen Petra
ditengah budaya patriarki Palestina. Sebagaimana disebut masyarakat Palestina
sebagai masyarakat konservatif. Dalam kasus ini, konservatif yang dimaksud
adalah bagaimana peran perempuan dalam suatu konflik. Peneliti melihat, dalam
konflik di Jalur Gaza ini, perempuan yang ikut berperan dianggap sebagai kaum
marjinal dan memiliki tempat khusus di media. Republika sendiri membuat
sebuah berita yang berjudul ‘para perempuan perkasa di Gaza’ tanggal 3 Maret
2017. Salwa Srour diberitakan karena menjadi sopir bus di Jalur Gaza sedangkan
Madleen Kullab yang menjadi nelayan sekaligus menjadi tulang punggung
keluarga. (Astuti, Republika Online, 10/03/2017)
Bagaimana perempuan digambarkan oleh Republika sebenarnya
mencerminkan batasan-batasan gender perempuan. Perempuan yang bekerja di
area yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki atau bekerja di luar bidang
domestik, menjadi suatu prestasi dan memiliki nilai berita. Hal ini sebenarnya
mencerminkan teori dari Ibrahim & Suranto (1998, p. 138) yang mengatakan
perempuan memiliki nilai berita bila ia bergerak di bidang yang tadinya
didominasi oleh kaum pria terlebih lagi jika ia berprestasi.
Dalam kaitannya dengan penembakan ini, Razan menjelaskan bagaimana
pandangan konservatif Palestina yang dimaksud adalah peran perempuan yang
dimarginalkan dalam proses perjuangan kemerdekaan warga Palestina. Kemudian
Razan dianggap berhasil membongkar batasan peran gender yang berasal dari
pandangan konservatif Palestina terkait perjuangan kemerdekaan warga Palestina.
Berdasarkan judul berita ‘para perempuan perkasa’ dan pemberitaan
tentang profil Razan di berita ke-9 ini, peneliti melihat bahwa Razan memiliki
nilai berita oddity atau bizzareness, nilai berita kedua menurut Mencher (2000, p.
73). Nilai berita tersebut adalah setiap peristiwa yang tidak biasa atau tidak umum
terjadi.
Republika dalam hal ini melihat bahwa peran perempuan yang
dimarginalkan dari pandangan konservatif masyarakat Palestina, sebenarnya
memiliki peran besar dalam kemerdekaan warga Palestina. Dalam berita tersebut,
Razan digambarkan sebagai tokoh yang terkenal, dengan demikian memiliki suara
yang berdampak kepada dunia, melalui wawancara-wawancaranya dengan media
lain.
64 Universitas Kristen Petra
Berita ke-10
Benarkah Rebecca Rum yang Tembak Mati Perawat Palestina?, 5 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Siapa sosok penembak runduk Israel yang menewaskan perawat Palestina, Razan Najjar, masih misterius. Belakangan muncul nama Rebecca Rum sebagai penembak jitu tersebut. Ia adalah tentara veteran wanita Israel kelahiran Boston, AS. Sebuah foto saat ia memegang senjata sambil tersenyum beredar di media sosial. Namun, belakangan Rebecca membantah semua kabar tersebut. "Orang-orang telah mengambil wajah saya dan menggunakannya sebagai simbol kebencian," ujarnya kepada Jerussalem Post, Senin (4/6). Rebecca mengaku turut berduka atas kematian Najjar. Namun, semua pihak, kata ia, harus mengecek fakta terlebih dahulu sehingga tak menyebarkan berita bohong. "Saya benar-benar mengucapkan belasungkawa, kehilangan putri, kehilangan nyawa adalah tragedi," ujarnya. Warga Gaza mengantar jenazah perawat Palestina Razan Najjar (21 tahun) yang ditembak Israel, Sabtu (2/6). Rebecca mengatakan, tuduhan ia sebagai sosok penembak berawal dari laman Facebook Suhair Nafal dari Chicago. Nafal mengunggah foto wanita berusia 24 tahun tersebut dengan mengenakan pakaian militer dan memegang senjata M-16 sambil tersenyum. Menurut Rebecca, foto itu diambil empat tahun lalu, ketika ia sedang bergabung dalam unit intelijen pertempuran yang bertugas di selatan Israel, dekat dengan Semenanjung Sinai, Mesir. Rebecca tak tahu bagaimana Nafal mengambil gambar tersebut. Namun, sepertinya diperoleh dari Facebook militer Mesir pada Mei 2014. Saat ini, Rebecca bertugas melatih pasukan militer Israel di bidang intelijen. Ia mengaku mendapat berbagai ancaman setelah beredarnya gambar tersebut. Seperti dikutip Jerussalem Post, unggahan yang menyebut Rebecca sebagai pelaku telah direvisi. Namun, kabar tersebut telanjur menyebar dan dibagikan oleh banyak netizen. Militer Israel mengatakan, otoritas Zionis sedang menyelidiki insiden pembunuhan ini. Namun, sampai sekarang, mereka belum mau mengungkap siapa sosok di balik aksi penembakan keji tersebut. Razan al-Najjar tewas ditembus timah panas yang dilontarkan militer saat bertugas untuk menolong korban terluka dalam aksi demonstrasi yang berujung bentrok pada Jumat pekan lalu. Wanita 21 tahun itu ditembak mati saat berlari menuju sebuah pagar yang diperkuat di Kota Khan Younis saat menghampiri korban kekerasan.
65 Universitas Kristen Petra
Kematian Razan al-Najjar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi pekanan di Jalur Gaza. "Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata, kemarin.
Masalah utama pada berita ini adalah beredarnya sosok wanita yang
dikabarkan menjadi penembak runduk yang menembak Razan hingga tewas.
Sosok perempuan itu bernama Rebecca Rum, seorang tentara veteran wanita
Israel kelahiran Boston, Amerika Serikat. Fotonya saat mengenakan pakaian
lengkap militer Israel sambil tersenyum dan memegang senapan m-16 diunggah di
halaman Facebook milik Suhair Nafal.
“Belakangan muncul nama Rebecca Rum sebagai penembak jitu tersebut. Ia adalah tentara veteran wanita Israel kelahiran Boston, AS. Sebuah foto saat ia memegang senjata sambil tersenyum beredar di media sosial.” (Teguh Firmansyah, Republika.com, 05/06/2018)
Menurut Rebecca, foto itu diambil empat tahun lali, ketika ia sedang
bergabung dalam unit intelijen pertempuran. Kala itu ia sedang bertugas di selatan
Israel yang berdekatan dengan Semenanjung Sinai, Israel. Namun tuduhan
tersebut dibantah oleh Rebecca.
Republika memberitakan bahwa Rebecca hanya bertugas melatih pasukan
militer Israel di bidang intelijen. Ia menduga bahwa fotonya tersebut diambil dari
akun Facebook resmi milik militer Mesir pada Mei 2014.
“Saat ini, Rebecca bertugas melatih pasukan militer Israel di bidang intelijen. Ia mengaku mendapat berbagai ancaman setelah beredarnya gambar tersebut. Seperti dikutip Jerussalem Post, unggahan yang menyebut Rebecca sebagai pelaku telah direvisi. Namun, kabar tersebut telanjur menyebar dan dibagikan oleh banyak netizen.” (Teguh Firmansyah, Repbulika.com, 05/06/2018)
Akibat tuduhan itu, Rebecca langsung mendapatkan berbagai ancaman. Ia
pun langsung membantah dan melakukan klarifikasi. Setelah itu, seperti dikutip
dari Jerusalem Post, unggahan yang menyebut Rebecca sebagai pelaku langsung
diubah.
Disamping itu, militer Israel mengatakan, otoritas Zionis masih sedang
menyelidiki insiden pembunuhan tersebut. Namun, Republika menuliskan bahwa
pihak militer Israel belum mau mengungkap sosok pelaku di balik aksi
penembakan tersebut yang dinilai keji.
66 Universitas Kristen Petra
“Militer Israel mengatakan, otoritas Zionis sedang menyelidiki insiden pembunuhan ini. Namun, sampai sekarang, mereka belum mau mengungkap siapa sosok di balik aksi penembakan keji tersebut.” (Teguh Firmansyah, Repbulika.com, 05/06/2018)
Berita ke-11 Israel Kebal Hukum Internasional, 5 Juni 2018
Daftar pelanggaran hukum internasional oleh Israel makin panjang. Pelanggaran tersebut mulai dari pembangunan permukiman di wilayah pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, hingga penembakan warga sipil. Pelanggaran yang terbaru, Israel menembak mati perawat Palestina, Razan al-Najjar, saat ada unjuk rasa di sepanjang perbatasan Gaza, Jumat (1/6). Pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina telah melanggar Resolusi 2334 Dewan Keamanan PBB. Resolusi tersebut menuntut Israel menghentikan semua kegiatan permukiman di wilayah pendudukan Palestina, termasuk di Yerusalem Timur. Resolusi telah disahkan sejak 23 Desember 2016. Akan tetapi, Israel terus membangun permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Sebelum Resolusi PBB 2334 terbit, badan peradilan tertinggi PBB, Mahkamah Internasional, telah memutuskan pada 2004 bahwa permukiman Israel melanggar hukum internasional. Berdasarkan hukum internasional, pemindahan populasi dari atau ke wilayah pendudukan adalah ilegal. Israel telah menarik 8.000 pemukim di wilayah kependudukan pada 2005, tetapi hal itu tidak berlaku selamanya. Saat ini, lebih dari 600 ribu warga Israel bermukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki dari Palestina. Selain itu, serangan Israel kerap menarget warga sipil Palestina. Hal itu jelas melanggar hukum humaniter internasional yang merupakan aturan PBB tentang hukum perang. Tentara Israel pun membunuh jurnalis dan perawat yang secara jelas mengenakan atribut. Setelah semua pelanggaran hukum internasional tersebut, Israel tetap bebas dari hukuman. Resolusi PBB untuk menghentikan pelanggaran hukum Israel selalu mental di tingkat Dewan Keamanan. Hal itu akibat hak veto anggota tetap DK PBB, Amerika Serikat, sekutu Israel yang selalu menggagalkan resolusi. Upaya untuk mengadili Israel sebenarnya telah diusahakan Palestina. Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki telah meminta jaksa di Pengadilan Pidana Internasional untuk menyelidiki dugaan pelanggaran HAM oleh Israel di wilayah Palestina. Pengadilan Pidana Internasional memiliki wewenang untuk mengadili perkara kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pengadilan itu dapat dilakukan di 123 negara yang menjadi anggotanya. Israel memang belum bergabung dengan Pengadilan Pidana Internasional. Akan tetapi, karena Palestina merupakan anggota,
67 Universitas Kristen Petra
Israel dapat menjadi sasaran penyelidikan atas kejahatan di tanah Palestina. Pengadilan Pidana Internasional telah melakukan penyelidikan awal sejak 2015 atas dugaan kejahatan wilayah Palestina. Kejahatan tersebut termasuk kebijakan pembangunan permukiman dan kejahatan perang dalam konflik Gaza 2014. Pengadilan Pidana Internasional yang beroperasi sejak Juli 2002 itu merupakan pengadilan terakhir. Pengadilan tersebut beroperasi ketika negara tidak mau atau tidak dapat menyelidiki kejahatan di wilayahnya. Meski demikian, pengadilan tersebut tidak dapat menuntut tersangka. Hal itu karena Pengadilan Pidana Internasional tidak memiliki wewenang melakukan penangkapan. Hasil dari pengadilan akan sangat bergantung pada kerja sama negara-negara anggota untuk menegakkan surat perintang penangkapan. Melihat fakta tersebut, potensi menyeret Israel ke pengadilan internasional sangat tergantung terhadap kerja sama negara-negara lain. Penegakan hukum internasional tergantung kepatuhan negara-negara lain menegakkan hukum tersebut. Jika tidak ditegakkan, tampaknya Israel memang kebal hukum internasional.
Pada berita ini, masalah yang teridentifikasi oleh Republika adalah
pelanggaran yang dilakukan oleh Israel. Republika melihat bahwa daftar
pelanggaran hukum internasional oleh Israel bertambah setelah kasus penembakan
Razan Najjar oleh penembak runduk Israel.
Dalam berita tersebut, Republika menuliskan bahwa pelanggaran Israel
bertambah panjang karena sebelumnya, Israel telah melanggar Resolusi 2334
Dewan Keamanan PBB tentang pembangunan pemukiman. Dalam resolusi
tersebut, Israel dituntut untuk menghentikan semua kegiatan pemukiman di
wilayah pendudukan Palestina, termasuk di Yerusalem Timur. Meskipun resolusi
ini telah disahkan sejak 23 Desember 2016, Israelterus membangun pemukiman
Yahudi di wilayah Palestina yang dimaksud.
Republika juga menambahkan bahwa sebelum kasus pemukiman itu,
Mahkamah Internasional pada tahun 2004 telah memutuskan bahwa pemukiman
Israel melanggar hukum Internasional. Dari keputusan itu, Israel telah menarik
sebanyak 8.000 pemukiman di wilayah yang dimaksud pada tahun 2005. Tetapi
hingga saat ini, lebih dari 600 ribu warga Israel bermukim di Tepi Barat dan
Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki dari Palestina.
68 Universitas Kristen Petra
Selain masalah pemukiman, serangan Israel juga kerap kali menarget
warga Sipil Palestina. Republika menuliskan bahwa hal itu jelas melanggar
hukum humaniter internasional yang merupakan aturan PBB tentang hukum
perang. Tentara Israel diketahui juga membunuh jurnalis dan perawat yang secara
jelas mengenakan atribut.
Pembunuhan jurnalis terjadi pada tanggal 20 Desember 2012. Beberapa
kasus lainnya juga terjadi di tahun ini. Pembunuhan-pembunuhan ini yang
kembali ditonjolkan oleh Republika.
Republika menekankan isu di mana warga sipil dan jurnalis juga kerap kali
menjadi target. Isu ini memiliki nilai berita human interest di mana Ishawara
(2004, p. 56) mengatakan, nilai berita human interest meliputi konflik seperti
korban dan sebagainya. Ishawara melihat, nilai berita human interest sebenarnya
berisi nilai cerita (story of value) alih-alih sebagai nilai berita. Maksudnya, hal-hal
yang dianggap memiliki nilai berita human interest tidak menjadi suatu peristiwa
tetapi menjadi latar belakang dari peristiwa. Nilai berita human interest
menyangkut tentang emosi, dramatis, kesukaan dan ketidaksukaan umum dari
masyarakat, serta lain-lainnya.
Dengan latar belakang yang sama dengan pembaca, yaitu sebagai warga
sipil, Republika menekankan isu tersebut untuk menarik emosi pembaca kepada
teks berita. Tentunya pembunuhan warga sipil merupakan hal yang tidak disukai
masyarakat. Sehingga, Republika melalui isu yang ditekankan ini berusaha
mengiring pembaca untuk tidak menyukai tindakan-tindakan tentara Israel yang
disebut telah membunuh warga sipil dan jurnalis.
Moral judgement yang digunakan Republika pada berita ini adalah
pelanggaran hukum. Penilaian tersebut berasal dari tiga hukum; Resolusi 2334
tentang pemukiman, Hukum Humaniter tentang pembunuhan warga sipil dan
jurnalis serta paramedis.
Republika menilai bahwa meskipun telah pelanggara hukum internasional
yang dikatakan di atas, Israel tetap bebas dari hukuman. Hal ini dikarenakan
resolusi PBB selalu gagal di tingkat Dewan Keamanan PBB. Republika
menuliskan bahwa hal tersebut dapat terjadi karean hak veto anggota tetap DK
PBB, Amerika Serikat, sekutu Israel yang selalu menggagalkan resolusi.
69 Universitas Kristen Petra
“Setelah semua pelanggaran hukum internasional tersebut, Israel tetap bebas dari hukuman. Resolusi PBB untuk menghentikan pelanggaran hukum Israel selalu mental di tingkat Dewan Keamanan. Hal itu akibat hak veto anggota tetap DK PBB, Amerika Serikat, sekutu Israel yang selalu menggagalkan resolusi.” (Joko Sadewo, Republika.com, 05/06/2018)
Treatment Recommendation yang diberikan Republika adalah kerja sama
antar negara. Republika memberitakan bahwa meskipun Israel belum bergabung
dengan Pengadilan Pidana Internasional, namun dikarenakan Palestina merupakan
anggota, Israel dapat menjadi sasaran penyelidikan atas kejahatan di tanah
Palestina. Republika menekankan bahwa kerja sama antar negara-negara lain
sangat dibutuhkan. Penegakkan hukum internasional bergantung pada kepatuhan
negara-negara lain untuk ikut menegakkan hukum tersebut.
“Melihat fakta tersebut, potensi menyeret Israel ke pengadilan internasional sangat tergantung terhadap kerja sama negara-negara lain. Penegakan hukum internasional tergantung kepatuhan negara-negara lain menegakkan hukum tersebut. Jika tidak ditegakkan, tampaknya Israel memang kebal hukum internasional.” (Joko Sadewo, Republika.com, 05/06/2018)
Negara-negara yang dimaksud di sini merupakan negara-negara
keanggotaan PBB. Dalam hal ini termasuk Indonesia. Melalui tawaran solusi ini,
Republika ingin mendorong Indonesia, sebagai salah negara yang terdaftar
sebagai anggota Dewan Keamanan PBB untuk turut menuntaskan keadilan dan
menyeret Israel ke pengadilan Internasional. Indonesia serta negara anggota DK
PBB lainnya diharapkan mampu bekerja sama dan melawan kekuatan hak veto
salah satu dari lima anggota tetap DK Keamanan PBB, Amerika Serikat.
Berita ke-12 Tembak Mati Paramedis, Israel Langgar Hukum Internasional, 6 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar menilai Israel kembali melanggar aturan hukum internasional karena membunuh tim paramedis yang sedang bekerja di wilayah konflik. Israel telah melakukan tindakan pembunuhan berencana terhadap paramedis Palestina, Razan al-Najjar. Hingga saat ini, militer Israel terus melakukan pembunuhan terhadap warga palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Ia
70 Universitas Kristen Petra
mengatakan, Israel seperti melakukan pembunuhan massal atas nama negara. "Atas dalih mempertahankan diri, negara zionis itu membunuh siapa pun yang ada di hadapan mereka. Anak-anak, ibu-ibu, wartawan, hingga perawat," kata Rofi Munawar dalam keterangan pers, Selasa (5/6). Paramedis Razan al-Najjar adalah perawat sukarela asal Palestina yang bertugas di Jalur Gaza. Ia ditembak mati oleh tentara Israel pada Jumat (1/6). Kematian Razan ini menambah daftar warga Palestina yang tewas oleh peluru Israel menjadi 124 orang sejak akhir Maret lalu. Sejak 30 Maret 2018, warga di daerah Gaza melakukan protes di perbatasan Israel menuntut kembalinya tanah mereka setelah diusir dan melarikan diri selama perang pada 1948. Protes yang dilakukan oleh warga Palestina dalam rangka memperingati Hari Nakba (tanah) di perbatasan Gaza dan pemindahan Dubes AS ke Yerusalem secara jelas dan nyata membuat Israel kalap dan gelap mata. "Korban sudah banyak yang berjatuhan, namun ke sekian kali dunia diam." kecam anggota DPR RI dari Fraksi PKS tersebut. Legislator asal Jawa Timur ini juga menambahkan, Razan dalam peristiwa itu menggunakan atribut medis dan dalam posisi tidak melalukan perlawanan. Namun, tentara Israel tetap saja melepaskan tembakan kepada wanita berusia 21 tahun tersebut. Atas penembakan itu, Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang berat karena secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. "Dalam konvensi tersebut menegaskan bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik," ujarnya. Sebagai informasi, pengaturan mengenai perlindungan terhadap petugas kesehatan dalam medan perang dapat ditemui dalam pasal-pasal Konvensi Jenewa dan Protokol tambahannya. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36, dan Pasal 37 Konvensi Jenewa, petugas kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan. Di antaranya mencangkup seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk pekerjaan medis (mencari, mengumpulkan, mengangkut, membuat diagnosis, dan merawat orang yang cedera, sakit, korban kapal karam, dan untuk mencegah penyakit). Mereka itu adalah dokter, perawat, jururawat, dan pembawa usungan. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan medis atau pengangkutan medis. Mereka itu adalah administrator, pengemudi, juru masak, dan lain-lain.
Pada berita ini, bingkai utama yang menjadi fokus Republika adalah
pelanggaran yang telah dilakukan oleh Israel setelah dituduh membunuh Razan
71 Universitas Kristen Petra
Najjar. Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi
Munawar menilai tindakan Israel ini telah melanggar hukum Internasional. Bukan
hanya Razan, Rofi mengatakan bahwa militer Israel terus melakukan pembunuhan
terhadap warga Palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Israel seperti
melakukan pembunuhan massal atas nama negara.
“Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar menilai Israel kembali melanggar aturan hukum internasional karena membunuh tim paramedis yang sedang bekerja di wilayah konflik. Israel telah melakukan tindakan pembunuhan berencana terhadap paramedis Palestina, Razan al-Najjar.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)
Militer Israel dikatakan melanggar setelah diketahui membunuh paramedis
Palestina. Selain itu, Israel juga kerap kali melakukan pembunuhan terhadap
warga Palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Rofi mengatakan bahwa
Israel sepertinya melakukan pembunuhan massal atas nama agama.
“Hingga saat ini, militer Israel terus melakukan pembunuhan terhadap warga palestina dari beragam profesi dan latar belakang. Ia mengatakan, Israel seperti melakukan pembunuhan massal atas nama negara.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)
Rofi mengatakan bahwa Israel hanya berdalih mempertahankan diri untuk
membenarkan perbuatannya membunuh siapapun yang ada di hadapan Israel,
mulai dari anak-anak, ibu-ibu, wartawan, hingga paramedis.
Selain itu, nilai moral yang digunakan Republika adalah isi dari hukum
konvensi Jenewa. Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman atas
penembakan tersebut yang melanggar konvensi Jenewa tahun 1949.
“Atas penembakan itu, Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang berat karena secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. "Dalam konvensi tersebut menegaskan bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik," ujarnya.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)
Konvensi Jenewa mengatur sejumlah aturan tentang perang. Dalam pasal-
pasal Konvensi Jenewa dan Protokol tambahannya, terdapat pengaturan mengenai
perlindungan terhadap petugas kesehatan dalam medan perang. Salah satu
misalnya dalam Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36, dan Pasal 37 Konvensi Jenewa di
mana petugas kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan.
72 Universitas Kristen Petra
Yang dimaksud petugas kesehatan adalah seseorang yang ditugaskan baik
permanen maupun sementara untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan
medis atau pengangkutan medis.
“Di antaranya mencangkup seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk pekerjaan medis (mencari, mengumpulkan, mengangkut, membuat diagnosis, dan merawat orang yang cedera, sakit, korban kapal karam, dan untuk mencegah penyakit). Mereka itu adalah dokter, perawat, jururawat, dan pembawa usungan.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018) “Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan medis atau pengangkutan medis. Mereka itu adalah administrator, pengemudi, juru masak, dan lain-lain.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)
Konvensi Jenewa merujuk pada perjanjian tahun 1949, negosiasi pasca
Perang Dunia Kedua. Perjanjian itu hingga kini berisi empat perjanjian. Konvensi
ini secara luas didefinisikan pada hak-hak dasar para thanan perang (warga sipil
dan personel militer), mendirikan perlindungan untuk yang terluka, dan
mendirikan perlindungan bagi warga sipil di dan sekitar zona perang.
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, Konvensi Jenewa menjelaskan
bahwa negara-negara pelindung berhak untuk mengajukan pertemuan kepada
negara-negara bersengketa untuk sepakat memberikan akses kepada petugas-
petugas dinas kesehatan dan rohaniawan untuk melindungi para korban perang.
Selanjutnya dalam pasal 24 hingga 27 dalam Bab IV yang secara khusus
menjelaskan tentang anggota dinas Kesehatan. Dimulai pada pasal 24 di mana
dijelaskan setiap anggota yang didefinisikan sebagai anggota Dinas Kesehatan
yang bertugas dalam angkatan perang harus dihormati dan dilindungi dalam
segala keadaan.
“Anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk mencari atau mengumpulkan, mengangkut atau merawat yang luka dan sakit, atau untuk mencegah penyakit, dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi kesatuan-kesatuan dan bangunan-bangunan kesehatan, demikian juga rohaniawan yang bertugas dalam angkatan perang, harus dihormati dan dilindugi dalam segala keadaan.” (Konvensi Jenewa, 1949)
73 Universitas Kristen Petra
Pada pasal selanjutnya, anggota angkatan perang yang khusus dilatih
dalam spesialis medis, dalam hal ini pengawal rumah sakit, jururawat-jururawat
atau pembantu-pembantu pengangkat tandu, dan lain-lainnya juga merupakan dari
bagian anggota Dinas Kesehatan juga wajib dilindungi. Selain itu, dalam pasal 26
dikatakan setiap anggota palang merah nasional yang sudah mendapat resmi dari
pemerintahan negara yang berperang memiliki kedudukan yang sama seperti
anggota dinas kesehatan yang disebut pada pasal sebelumnya.
“Anggota perhimpunan Palang Merah Nasional dan Anggota Perhimpunan Penolong Sukarela lainnya yang diakui dan disahkan sepatutnya oleh Pemerintahnya, yang mungkin menjalankan kewajiban-kewajiban yang sama seperti anggota dinas kesehatan yang disebut dalam pasal 24, mempunyai kedudukan yang sama seperti anggota dinas kesehatan yang disebut dalam pasal tersebut, asal saja anggota perhimpunan-perhimpunan itu tunduk pada hukum dan peraturan-peraturan militer.” (Konvensi Jenewa, 1949)
Melalui pelanggaran yang disebutkan Republika di atas, Republika
melihat bahwa penyelesaian satu-satunya adalah menghukum Israel dengan berat.
Berita ke-13
Militer Israel, Penembakan Razan al-Najjar Tidak Disengaja, 6 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel telah melakukan penyelidikan terkait tertembaknya sukarelawan medis Palestina Razan al-Najjar (21 tahun) di Khan Younis pada Jumat pekan lalu. Hasil penyelidikan sementara menyimpulkan insiden tertembaknya Razan terjadi secara tak sengaja. "Bahwa sejumlah kecil peluru ditembakkan selama insiden itu dan tidak ada tembakan yang sengaja atau langsung ditujukan kepadanya (Razan)," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Araby pada Selasa (5/6). Kendati demikian, militer Israel masih akan melanjutkan penyelidikan ini. Nantinya hasil atau kesimpulan penyelidikan akan diserahkan ke Departemen Advokat Militer. Razan al-Najjar tertembak tepat di dadanya ketika hendak memberikan pertolongan pertama kepada seorang warga Palestina yang berunjuk rasa di perbatasan Gaza-Israel. Aksi demonstrasi di sana direspons secara represif oleh pasukan keamanan Israel. Insiden penembakan Raza al-Najjar memicu kemarahan dunia internasional. Israel dinilai telah melanggar berbagai hukum internasional sehubungan dengan eskalasi di perbatasan Gaza-Israel, termasuk menempatkan paramedis dan jurnalis sebagai sasaran tembak.
74 Universitas Kristen Petra
Sejak aksi demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel digelar akhir Maret lalu, sedkitnya 120 warga Palestina telah tewas ditembak penembak jitu Israel. Aksi yang menuntut Israel mengembalikan desa-desa Palestina yang direbutnya pasca-Perang Arab-Israel tahun 1948 juga menyebabkan puluhan ribu warga di sana terluka. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Zeid Ra'ad Al Hussein telah mengecam kekerasan yang menimpa warga Palestina ketika berdemonstrasi di perbatasan Gaza-Israel. "Banyak warga Palestina yang terluka dan tewas benar-benar tidak bersenjata, (dan) ditembak di belakang, di dada, di kepala, dan anggota badan dengan amunisi langsung," ujar Zeid. Dewan HAM PBB telah mengesahkan sebuah resolusi untuk mengutus komisi penyelidikan ke Jalur Gaza. Komisi ini nantinya akan mengusut dan mencari bukti terkait dugaan terjadinya pelanggaran HAM di sana. Pada 22 Mei lalu, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki juga telah mengajukan aduan ke Pengadilan Pidana Internasional (ICC). Aduan ini terkait dengan permukiman ilegal dan kejahatan yang dilakukan pasukan Israel terhadap demonstran Palestina di Jalur Gaza. ICC telah merespons aduan yang diajukan Pemerintah Palestina. Menurut dia, sebelum pengaduan itu masuk, ICC telah melakukan pemeriksaan awal di Palestina. "Sejak 16 Januari 2015, situasi di Palestina telah menjadi subjek untuk pemeriksaan awal dalam rangka memastikan apakah kriteria untuk membuka penyelidikan (terhadap Israel) terpenuhi," ujar jaksa kepala ICC Fatou Bensouda. Selama lebih dari dua tahun melakukan pemeriksaan awal, Bensouda mengklaim telah mengalami kemajuan. "Pemeriksaan pendahuluan ini telah melihat kemajuan penting dan akan terus mengikuti jalur normalnya," katanya.
Masalah yang teridentifikasi pada berita ini adalah hasil penyelidikan
militer Israel yang menyatakan bahwa penembakan Razan tidak disengaja. Militer
Israel mengatakan hasil penyelidikan bahwa memang terdapat beberapa peluru
yang ditembakkan selama insiden tersebut, namun tidak ada satupun tembakan
yang sengaja ditujukan ke arah paramedis ataupun Razan. Masalah inilah yang
menjadi problem identification Republika.
Berdasarkan penyelidikan tersebut, militer mengklaim tidak pernah
sengaja menargetkan atau menembak petugas medis atau Razan Najjar secara
khusus. Meskipun demikian, militer Israel masih akan melanjutkan penyelidikan
ini dan akan menyerahkan hasilnya ke Departemen Advokat Militer.
75 Universitas Kristen Petra
Republika melihat bahwa Israel dinilai telah melanggar berbagai hukum
internasional. Bukan hanya karena kasus penembakan Razan secara khusus,
namun juga pelanggaran lainnya seperti peningkatan jumlah pemukiman di
perbatasan Gaza-Israel, hingga menempatkan paramedis dan jurnalis sebagai
sasaran tembak.
Sementara itu, salah satu penyelesaian yang ditulis Republika adalah
resolusi yang telah dibuat PBB untuk menyelidiki kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di Gaza. Republika juga melaporkan bahwa Pengadilan Kriminal
Internasional (ICC) telah menlakukan pemeriksaan awal sejak 16 Januari 2015
dan hingga kini mengalam kemajuan penting dan akan terus mengikuti jalur yang
seharusnya.
“ICC telah merespons aduan yang diajukan Pemerintah Palestina. Menurut dia, sebelum pengaduan itu masuk, ICC telah melakukan pemeriksaan awal di Palestina. "Sejak 16 Januari 2015, situasi di Palestina telah menjadi subjek untuk pemeriksaan awal dalam rangka memastikan apakah kriteria untuk membuka penyelidikan (terhadap Israel) terpenuhi," ujar jaksa kepala ICC Fatou Bensouda. Selama lebih dari dua tahun melakukan pemeriksaan awal, Bensouda mengklaim telah mengalami kemajuan. "Pemeriksaan pendahuluan ini telah melihat kemajuan penting dan akan terus mengikuti jalur normalnya," katanya.” (Kamran Dikarma, Republika.com, 06/06/2016)
Berita ke-14
Tentara Israel Edit Video Kematian Razan al-Najjar, 9 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah dikecam secara luas karena mengedit video yang berisi cuplikan pembunuhan petugas medis Palestina, Razan al-Najjar. Dalam video itu, Israel berusaha menggambarkan bahwa Razan bukanlah Angel of Mercy. Dilansir Independent, Sabtu (9/6), Pada Kamis, beberapa pejabat pemerintah dan militer Israel men-tweet video yang menyebutkan bahwa tindakan Hamas yang menggunakan perisai manusia atau tameng harus dihentikan. Video itu menunjukkan bagian dari wawancara Razan dengan media Lebanon al Mayeen TV. Dalam wawancara itu ia mengaku bertindak sebagai "perisai manusia". Namun dalam video lengkapnya, wanita muda itu mengatakan dia menghadiri aksi demonstrasi untuk menyelamatkan korban luka di garis depan. Dia tidak menyebutkan Hamas dalam wawancara itu.
76 Universitas Kristen Petra
Kematiannya telah menjadi semacam seruan bagi warga Palestina, yang menjuluki Razan Angel of Mercy. "Razan al Najjar bukanlah malaikat belaskasih yang coba digembar-gemborkan oleh propaganda Hamas," kata juru bicara bahasa Arab IDF Avichay Edraee di Twitter. Ia mengatakan pengakuan Razan yang menyebut dia adalah 'perisai manusia' membuktikan bagaimana Hamas menggunakan seluruh penduduk Gaza sebagai amunisi untuk tujuannya dan kepentingan Iran. "Apakah personel medis di seluruh dunia melemparkan bom dan berpartisipasi dalam kerusuhan dan menyebut diri mereka perisai manusia?" kata Edraee. Video itu dikecam keras oleh Palestina dan aktivis hak asasi manusia sebagai upaya untuk membenarkan kematian Razan. IDF selalu menuduh Palestina dan organisasi hak asasi manusia Israel mengedit dokumentasi pelanggaran hak asasi manusia itu. Tapi itu mengedit video Razan al Najjar untuk mendiskreditkannya setelah membunuhnya. Benar-benar tercela dan munafik, kata penulis Israel-Amerika Mairav Zonszein di Twitter. IDF tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar. Gaza telah dilanda aksi protes selama dua bulan di perbatasan Israel-Gaza. Tembakan IDF telah menewaskan sedikitnya 121 orang. 13 ribu orang juga terluka akibat kebakaran dan gas air mata. Ini merupakan kekerasan yang paling mematikan bagi warga Gaza sejak akhir perang 2014 dengan Israel. Aksi ini memuncak pada 23 Mei, ketika AS secara resmi meresmikan kedutaan baru di kota Yerusalem. Pray for Razan Alnajjar Para pejabat Israel mengatakan, tuduhan atas tingginya korban tewas seharusnya diberikan kepada Hamas. Menurut militer Israrl Hamas mendorong demonstrasi sebagai tameng untuk serangan yang direncanakan terhadap tentara Israel. Pada Jumat, tiga orang tewas dan sedikitnya 383 orang terluka dalam demontrasi. Pasukan Israel memulai kembali penggunaan gas air mata dan peluru hidup untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Razan (21) ditembak di dada oleh seorang penembak jitu IDF selama protes di perbatasan Gaza-Israel pada 1 Juni lalu.
Pada berita ini, Republika mengidentifikasi video yang diedit oleh pihak
militer Israel (IDF) sebagai permasalahan utama. Video yang dimaksud adalah
unggahan video di media sosial Twitter oleh beberapa pejabat dan militer Israel
yang menyebutkan tindakan Hamas menggunakan perisai manusia atau tameng
manusia harus dihentikan. Dalam video tersebut juga ditunjukkan cuplikan
pembunuhan petugas medis Palestina, Razan al-Najjar.
77 Universitas Kristen Petra
“Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah dikecam secara luas karena mengedit video yang berisi cuplikan pembunuhan petugas medis Palestina, Razan al-Najjar. Dalam video itu, Israel berusaha menggambarkan bahwa Razan bukanlah Angel of Mercy.”(Marniati, Republika.com, 09/06/2018)
Pelaku utama yang dimaksud oleh Republika adalah sejumlah pejabat
Israel serta pihak militer Israel sebagai pengunggah video. Dalam video tersebut,
Israel mendesak agar Hamas berhenti menggunakan perisai manusia. Bagian dari
wawancara Razan dengan media Lebanon al Mayeen TV juga dimasukkan dalam
video tersebut.
Dalam video yang diunggah di Twitter itu, Razan mengaku bertindak
sebagai ‘perisai manusia’. Republika menuliskan bahwa Razan dalam video
lengkapnya mengatakan dia akan menghadiri aksi demonstrasi untuk
menyelamatkan korban luka di garis depan tanpa menyebutkan nama Hamas
dalam wawancara itu. Selain itu, Republika melihat bahwa video tersebut untuk
mengdiskreditkan sosok Razan yang dikenal seabgai Angel of Mercy atau
‘Malaikat Perdamaian’.
“Dalam wawancara itu ia mengaku bertindak sebagai "perisai manusia". Namun dalam video lengkapnya, wanita muda itu mengatakan dia menghadiri aksi demonstrasi untuk menyelamatkan korban luka di garis depan. Dia tidak menyebutkan Hamas dalam wawancara itu. Kematiannya telah menjadi semacam seruan bagi warga Palestina, yang menjuluki Razan Angel of Mercy. "Razan al Najjar bukanlah malaikat belaskasih yang coba digembar-gemborkan oleh propaganda Hamas," kata juru bicara bahasa Arab IDF Avichay Edraee di Twitter. (Marniati, Republika.com, 09/06/2018)
Dalam penjelasannya, Edraee mengatakan bahwa pengakuan Razan bahwa
ia adalah ‘perisai manusia’ membuktikan bahwa Hamas menggunakan warga
Gaza sebagai amunisi untuk mencapai tujuannya dan kepentingan Iran. Video ini
kemudian mendapat kecaman keras oleh Palestina dan aktivis Hak Asasi Manusia
sebagai upaya untuk membenarkan diri atas pembunuhan Razan al-Najjar. Penulis
Israel-Amerika, Mairav Zonszein menilai bahwa video tersebut sebagai perbuatan
yang tercela dan munafik.
“Tapi itu mengedit video Razan al Najjar untuk mendiskreditkannya setelah membunuhnya. Benar-benar tercela dan munafik, kata penulis Israel-Amerika Mairav Zonszein di Twitter. IDF tidak segera
78 Universitas Kristen Petra
menanggapi permintaan untuk berkomentar.” (Marniati, Republika.com, 09/06/2018)
Pernyataan Mairav Zonzein yang menyatakan perbuatan ini tercela dan
munafik menjadi moral judgement untuk mendelegitimasi perbuatan Israel
tersebut. Kata tercela merujuk pada perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan.
Sedangkan kata munafik merujuk pada sikap seseorang yang menunjukkan
kepatuhan kepada ajaran agama, padahal dalam hatinya tidak.
Berita ke-15 LK2PK-Suropati Syndicate Gelar Malam Puisi untuk Razan, 12 Juni 2018
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- LK2PK (Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan) bekerjasama dengan Suropati Syndicate mengadakan malam puisi untuk Razan Al Najjar, seorang relawan medis yang tewas tertembak di Gaza, 1 Juni silam. Direktur LK2PK Ardiansyah Bahar mengatakan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk mengenang duka kemanusiaan di dunia medis. "Razan adalah korban dari kebiadaban bagaimana Konvensi Jenewa yang melindungi petugas medis dilanggar," kata Ardiansyah dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id, Senin (11/6). Kegiatan Ahad (10/6) malam ini turut menghadirkan budayawan Nirwan Ahmad Arsuka, Ketua Voice of Palestina Mujtahid Hashem, dan ketua PPMI Mesir Pangeran Arsyad I, dan tokoh pemuda Muhammad Arief Rosyid. Turut juga aktivis, politisi, hingga tokoh-tokoh pemuda lainnya. Salah satu penampil yang berasal dari Amerika Serikat, Texas, Mark menuturkan bahwa kematian Razan bukan hanya perihal medis, namun merupakan masalah bagi semua yang mencintai kemanusiaan. "Yang paling penting adalah kita memaafkan tapi tidak boleh melupakan," katanya. Budayawan Nirwan Arsuka yang didaulat sebagai penutup acara, menuturkan hal yang sama. "Kita harus mengingatkan juga bahwa Israel juga adalah mantan korban kebiadaban tragedi kemanusiaan," katanya sesaat sebelum membacakan puisi "Satu" karya penyair mantra, Sutardji Calzoum Bachri. Kegiatan ini juga dibarengi dengan pembagian paket lebaran kepada komunitas-komunitas yang berada di sekitaran Taman Suropati.
Pada berita ini, Republika memberitakan malam puisi yang digelar oleh
Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangungan Kesehatan (LK2PK) dengan
Suropati Syndicate untuk Razan al-Najjar, seorang relawan medis yang tewas
tertembak pada 1 Juni 2018. Kegiatan ini bukan saja untuk mengenang Razan
secara pribadi namun untuk mengenang duka kemanusiaan di dunia medis.
79 Universitas Kristen Petra
“Direktur LK2PK Ardiansyah Bahar mengatakan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk mengenang duka kemanusiaan di dunia medis. "Razan adalah korban dari kebiadaban bagaimana Konvensi Jenewa yang melindungi petugas medis dilanggar," kata Ardiansyah dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id, Senin (11/6).” (Muhammad Fakhruddin, Republika.com, 12/06/2018)
Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK)
merupakan lembaga yang bertujuan meningkatkan kesadaran kesehatan kepada
masyarakat dengan kerja sama bersama pemerintah dan pihak swasta. LK2PK
berupaya untuk mengoptimalkan kebijakan ataupun program kesehatan yang
dibuat oleh Pemerintah. Selain mengadakan kerja sama dengan pemerintah
maupun pihak swasta di bidang kesehatan, lembaga yang didirikan pada Oktober
2017 ini juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Syndicate Suropati adalah sebuah lembaga kajian atau dikusi yang
berfokus pada isu-isu penting seperti politik, kemiskinan, hak asasi manusia, dan
lain sebagainya. Lembaga yang berdiri sejak 24 Mei 2017 ini berdiri dengan latar
belakang persoalan-persoalan sosial dan politik yang terus-menerus ada. Yang
kedua, lembaga ini juga berdiri karena para penggagasnya menyadari situasi
demokrasi yang semakin gaduh dan riuh. Syndicate Suropati bercita-cita untuk
memperkaya informasi, menjadi stimulan perubahan dan perpanjangan aspirasi
sosial serta berupaya menumbuhkan solidaritas gerakan masyarakat yang massif
dan tertata dengan baik.
Nilai moral yang digunakan adalah tindakan kebiadaban dari pelanggaran
Konvensi Jenewa. Seperti diketahui, konvensi tersebut melindungi petugas medis.
Namun pada penutupan acara, budayawan Nirwan Asuka menuturkan bahwa
Israel juga adalah mantan korban kebiadaban tragedi kemanusiaan.
“Budayawan Nirwan Arsuka yang didaulat sebagai penutup acara, menuturkan hal yang sama. "Kita harus mengingatkan juga bahwa Israel juga adalah mantan korban kebiadaban tragedi kemanusiaan," katanya sesaat sebelum membacakan puisi "Satu" karya penyair mantra, Sutardji Calzoum Bachri.” (Muhammad Fakhruddin, Republika.com, 12/06/2018)
Salah satu penampil asal Amerika Serikat, Mark, menuturkan hal yang
sama. Kematian Razan bukan hanya masalah medis, namun masalah bagi semua
pihak yang mencintai kemanusiaan. Namun ia menekankan bahwa yang
terpenting, meskipun memaafkan, tapi tidak boleh melupakan.
80 Universitas Kristen Petra
Berita terakhir oleh Republika merupakan puisi yang dibuat LK2PK dan
Suropati Syndicate. Puisi pada hakikatnya merupakan karya sastra yang
mengaitkan dengan emosi. Blair & Chandka dalam Tarigan (1991, p. 7)
mengatakan, puisi merupakan ekspresi yang konkret dan yang bersifat artistik dan
pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Ekspresi tersebut berasal
dari pengalaman yang sifatnya imajinatif, yang hanya berlaku dalam ucapan atau
dinyatakan dalam sifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang
memanfaatkan setiap wacana dengan matang dan tepat guna.
Karena puisi melambangkan emosi yang diekspresikan, Republika melihat
hal ini mengandung nilai berita human interest. Dalam mencari berita, wartawan
mengumpulkan bahan-bahan tambahan seperti salah satunya kesukaan atau
ketidaksukaan umum masyarakat. Republika menggambarkan suatu
ketidaksukaan masyarakat terhadap tindakan tentara Israel melalui pemberitaan
LK2PK dan Suropati sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang
mengadakan karya sastra untuk mengenang tewasnya Razan.
4.2.2. Tribunnews.com
Berita ke-1
Sedang Tangai Pasien Luka di Jalur Gaza, Perawat Wanita Palestina Tewas
Ditembaki Tentara Israel, 2 Juni 2018
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Razan Ashraf Al Najjar (21) tewas setelah ditembak mati oleh tentara Israel. Wanita asal Palestina itu harus meninggal dunia saat sedang bertugas di perbatasan jalur Gaza. Perawat muda tersebut diketahui berada di kerumunan pengunjuk rasa yang notabene penduduk Palestina. Dilansir dari laman Iran-daily, kejadian yang berlangsung pada Jumat (1/6/2018) malam itu memang tampak mencekam. Diberitakan sejumlah pengunjuk rasa datang ke perbatasan tersebut untuk melakukan protes mengenai sengketa wilayah mereka. Saat itu, Razan diketahui sedang berada di tengah demonstran Palestina yang terluka. Razan () Namun nahas, meski telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut. Dan salah satu peluru tersebut nyatanya mengenai dada Razan.
81 Universitas Kristen Petra
Najjar terluka parah sebagai akibatnya, dan menyerah pada luka tembaknya yang parah tak lama kemudian. Namun klaim yang diajukan oleh pihak militer Israel justru berbeda. Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "ribuan perusuh" berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan, "membakar ban yang berdekatan dengan pagar keamanan dan berusaha merusak infrastruktur keamanan". Mereka juga mengklaim adanya tembakan yang ditembakkan ke kendaraan militer dan seorang Palestina menyeberang ke Israel, menanam granat dan kembali ke Gaza. Hal itu membuat tentara Israil mengatakan bahwa mereka berhak bertindak "sesuai dengan aturan keterlibatan". Sebuah baku tembak pada Selasa malam dimulai dengan rentetan roket dan mortir ke Israel dari Gaza, yang mendorong Israel untuk menanggapi dengan serangan terhadap 65 situs militan di Gaza. Itu adalah serangan terburuk sejak perang 2014 di Gaza dan diikuti berminggu-minggu demonstrasi mematikan dan bentrokan di sepanjang perbatasan, dimulai pada 30 Maret. kerusuhan di jalur Gaza (AFP) Konflik Palestina tak kunjung usai Setidaknya 120 orang Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel sejak "Great March of Return" dimulai di Jalur Gaza pada 30 Maret. Empat belas anak-anak termasuk di antara orang-orang Palestina yang jatuh, Presstv melaporkan. Sekitar 13.300 warga Palestina juga menderita luka-luka, 300 di antaranya berada dalam kondisi kritis. Wilayah-wilayah pendudukan telah menyaksikan ketegangan baru sejak Presiden AS Donald Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan pengakuan Washington atas Yerusalem al-Quds sebagai "ibu kota" Israel dan mengatakan AS akan memindahkan kedutaannya ke kota. Keputusan dramatis itu memicu demonstrasi di wilayah Palestina yang diduduki dan di tempat lain di dunia. Status Yerusalem al-Quds adalah masalah paling rumit dalam konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade. Orang-orang Palestina melihat Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Pada tanggal 17 Mei, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan rezim Israel harus dibawa ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional untuk pembantaian Gaza baru-baru ini. “Israel harus dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional [atas pembunuhan orang-orang Palestina]. Karena pihak ketiga tidak dapat melakukannya, Palestina perlu memulai ini, ”kata Cavusoglu dalam wawancara dengan penyiar negara bagian TRT. Dalam komunike terakhir yang dikeluarkan setelah pertemuan darurat di Istanbul pada 18 Mei, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk pembantaian 14 Mei puluhan warga Gaza sebagai
82 Universitas Kristen Petra
"kejahatan buas yang dilakukan oleh pasukan Israel dengan dukungan pemerintah AS." Ini juga mendesak PBB untuk "membentuk komite penyelidikan internasional ke dalam kekejaman baru-baru ini di Jalur Gaza, dan memungkinkan komite untuk memulai penyelidikan lapangan." OKI lebih lanjut menuntut "perlindungan internasional terhadap penduduk Palestina termasuk melalui pengiriman kekuatan perlindungan internasional" dalam menghadapi "kejahatan yang tidak diperiksa" yang dilakukan oleh rezim Tel Aviv. (Khairunnisa, Tribunnews.com, 02/06/2018)
Problem identification pada berita Tribunnews.com pada Sabtu (2/6) ini
adalah terdapat paramedis perempuan sukarelawan yang tewas tertembak ditengah
demonstran. Paramedis tersebut bernama Razan al-Najjar. Ia tewas saat sedang
bertugas di perbatasan jalur Gaza, dalam upayanya menjangkau para korban luka
dari demonstran.
Secara singkat, kronologis penyebab kematian Razan berawal pada situasi
mencekam di perbatasan Gaza di mana para demonstran melakukan protes
mengenai sengketa wilayah mereka. Diketahui bahwa Razan sedang berada di
tengah demonstran Palestina.
Namun, tentara Israel dikatakan tidak pandang bulu menembaki ke arah
pengunjuk rasa. Salah satu peluru kemudian mengenai Razan dan
menewaskannya. Meskipun sudah mengenakan seragam putih yang menandakan
ia adalah seorang perawat, namun Razan tetap tertembak. Hal inilah yang menjadi
diagnostic cause tertembaknya Razan.
Melalui berita ini, Tribunnews.com menggambarkan bahwa tentara Israel
telah melakukan penembakan secara brutal dan tidak bertanggung jawab.
Tribunnews.com menggunakan kata “tidak pandang bulu” yang artinya tidak
membedakan siapa pun yang ditembakinya. Tentara Israel seolah-olah tidak
mempedulikan seragam medis Razan di tengah kerumunan demonstran saat
hendak melepaskan tembakan, sehingga salah satu tembakan mengenai Razan.
“Namun nahas, meski telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut.”
Israel menerangkan bahwa ribuan perusuh berkumpul di lima lokasi di
sepanjang perbatasan. Para perusuh tersebut membakar ban yang berdekatan
83 Universitas Kristen Petra
dengan pagar keamanan dan berusaha merusak infrastruktur keamanan. Israel juga
mengklaim bahwa ada tembakan yang diarahkan ke kendaraan militernya dan
terdapat seorang Palestina yang menyebrang ke Israel, menanam granat dan
kembali ke Gaza.
Moral judgement bagi pihak militer Israel, mereka berhak untuk bertindak
‘sesuai dengan aturan keterlibatan’ karena mereka pun mendapatkan serangan.
“Mereka juga mengklaim adanya tembakan yang ditembakkan ke kendaraan militer dan seorang Palestina menyeberang ke Israel, menanam granat dan kembali ke Gaza. Hal itu membuat tentara Israil mengatakan bahwa mereka berhak bertindak "sesuai dengan aturan keterlibatan".
Aturan keterlibatan yang dimaksud Israel adalah segala tindakan yang dinilai
mengancam keamanan negara Israel akan ditindak secara profesional oleh tentara
Israel. Hal itu terlihat dari dalih Israel yang mengatakan penembakan terjadi
karena kendaraan militer mereka ditembak.
Namun, berkaitan pula dengan konflik Palestina secara umum,
Tribunnews.com menilai bahwa Israel telah melakukan kejahatan yang buas. Hal
itu dikatakan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mengutuk
pembantaian 14 Mei. Pada hari itu, puluhan warga Gaza diketahui terbunuh.
Kejadian ini dianggap sebagai kejahatan buas yang dilakukan oleh pasukan Israel
dengan dukungan pemerintah AS.
“Dalam komunike terakhir yang dikeluarkan setelah pertemuan darurat di Istanbul pada 18 Mei, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk pembantaian 14 Mei puluhan warga Gaza sebagai "kejahatan buas yang dilakukan oleh pasukan Israel dengan dukungan pemerintah AS."
Pembantaian 14 Mei yang dimaksud adalah tewasnya 52 warga Palestina
saat memprotes pemindahan kedubes AS ke Yerusalem kemarin. Masalah ini
bermula pada pengumuman Trump yang menyatakan Yerusalem sebagai ibukota
Israel, kemudian dilanjutkan dengan pemindahan kedubes AS ke Yerusalem
kemarin. Penilaian OKI ini menjadi moral judgement yang kedua untuk
mendeligitimasi tindakan yang dilakukan Israel, bukan saja terhadap pembunuhan
Razan, melainkan berbagai penembakan yang terjadi sebelumnya.
84 Universitas Kristen Petra
Berkaitan dengan pembantaian dan pembunuhan Razan, Tribunnews.com
melihat bahwa penyelesaiannya adalah menyeret Israel ke hadapan Pengadilan
Pidana Internasional. Seperti pernyataan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut
Cavusoglu yang mengatakan bahwa rezim Israel harus diurus oleh Pengadilan
Pidana Nasional dan Palestina perlu memulai kasus tersebut, bukan pihak ketiga.
“Pada tanggal 17 Mei, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan rezim Israel harus dibawa ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional untuk pembantaian Gaza baru-baru ini. “Israel harus dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional [atas pembunuhan orang-orang Palestina]. Karena pihak ketiga tidak dapat melakukannya, Palestina perlu memulai ini, ”kata Cavusoglu dalam wawancara dengan penyiar negara bagian TRT.” (Khairunnisa, Tribunnews.com, 02/06/2018)
Solusi penyelesaian juga datang dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI)
yang menuntut bahwa penduduk palestina perlu mendapatkan perlindungan
internasional. Termasuk pula pengiriman kekuatan internasional dalam
menghadapi ‘kejahatan yang tidak diperiksa’ dalam rezim Tel Aviv.
Tribunnews.com menggunakan OKI dan Menteri Luar Negeri Turki,
Mevlut Cavusoglu sebagai sumber yang menawarkan solusi seolah
menggambarkan bahwa berbagai pihak sudah menyarankan untuk menyeret Israel
ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional. Solusi ini menggambarkan bahwa
banyak pihak yang bersedia untuk mendukung Palestina menuntut Israel.
Berita ke-2
Foto-foto Razan al-Najjar, Tetap Rawat Warga Palestina yang Luka Meski
Dihujani Tembakan Israel, 2 Juni 2018
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kematian perawat Palestina, Razan Al Najjar semakin menambah panjang jumlah korban akibat konflik yang terjadi. Terlebih lagi, Razan adalah seorang tenaga medis yang berasal dari Kementerian Kesehatan Palestina. Menangani pasien luka akibat serangan tentara Israel sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Seperti yang terlihat dalam potret, dilansir dari laman CIR_Palestine, Razan tampak sigap saat menolong korban luka. Meski korban terlihat dalam kondisi mengenaskan dengan darah memenuhi tubuhnya, Razan tetap cekatan untuk menolongnya.
85 Universitas Kristen Petra
Wajah cantiknya tampak khawatir dan sedih saat melihat korban luka yang ditanganinya. Namun ia tetap serius menangai Pasien yang juga saudara satu negaranya itu agar lekas membaik. Razan saat sedang menolong korban luka (Twitter) Razan saat menolong korban luka () Bahkan dalam salah satu potret, Razan terlihat berlari. Hal itu konon dilakukannya pada saat ingin menolong korban luka di perbatasan Gaza. Razan sedang berlari saat menolong korban luka () Rentetan serangan roket dan mortir yang menghujani langit Palestina seolah tak menyurutkan semangat Razan dalam menolong korban. Diberitakan sebelumnya, sebuah baku tembak pada Selasa malam dimulai dengan rentetan roket dan mortir ke Israel dari Gaza, yang mendorong Israel untuk menanggapi dengan serangan terhadap 65 situs militan di Gaza. Itu adalah serangan terburuk sejak perang 2014 di Gaza dan diikuti berminggu-minggu demonstrasi mematikan dan bentrokan di sepanjang perbatasan, dimulai pada 30 Maret. Razan ditengah kerumunan warga Palestina () Kurang lebih ada ratusan warga Palestina yang tewas dalam serangan itu. Termasuk Razan, yang harus gugur ketika dirinya sedang bertugas di kerumunan warga Palestina. Namun nahas, meski telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut. Dan salah satu peluru tersebut nyatanya mengenai dada Razan. Najjar terluka parah sebagai akibatnya, dan menyerah pada luka tembaknya yang parah tak lama kemudian. Namun klaim yang diajukan oleh pihak militer Israel justru berbeda. Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "ribuan perusuh" berkumpul di lima lokasi di sepanjang perbatasan, "membakar ban yang berdekatan dengan pagar keamanan dan berusaha merusak infrastruktur keamanan". Mereka juga mengklaim adanya tembakan yang ditembakkan ke kendaraan militer dan seorang Palestina menyeberang ke Israel, menanam granat dan kembali ke Gaza. Hal itu membuat tentara Israil mengatakan bahwa mereka berhak bertindak "sesuai dengan aturan keterlibatan".
Pada berita kedua yang diterbitkan Tribunnews.com masih memiliki fokus
permasalahan yang sama. Namun dalam berita kali ini, Tribunnews.com
menggunakan gambar yang menunjukkan kegiatan-kegiatan Razan saat sedang
menolong demonstran yang sedang terluka.
86 Universitas Kristen Petra
Penyajian informasi yang ditonjolkan dapat berupa pemakaian grafis
seperti yang dijelaskan Eriyanto. Framing dalam aspek yang keduanya, setelah
pemilihan isu, adalah penempatan isu, penggunaan kalimat, proposisi serta cara
penyajian informasinya berupa grafis, histogram, dan lain-lainnya. (Eriyanto,
2002, p.67)
Berita ke-3
Pesan-pesan terakhir Razan Najjar untuk Ayahnya, Perawat Tewas
Tertembak, ‘Satu Tujuan, Selamatkan Nyawa’, 3 Juni 2018
TRIBUNJATIM.COM - Tewasnya paramedis relawan Palestina, Razan al-Najjar, menjadi perbincangan dunia. Najjar mengalami kejadian nahas saat sedang memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza, Palestina, Jumat (1/5/2018). Razan Najjar menghembuskan napas terakhir tidak lama setelah peluru dari tentara Israel bersarang di dadanya. Menurut Juru Bicara Kementerian Ashraf Al-Qudra, Najjar mengenakan jas putih khas petugas medis ketika ia ditembak. Berdasarkan laporan New York Times, saat itu tentara Israel menembakkan dua atau tiga peluru dari seberang pagar dan mengenai bagian tubuh Najjar. Razzan Najjar () Pejabat kesehatan Gaza menyebut, Razan Najjar adalah orang Palestina ke-119 yang tewas sejak dimulainya aksi protes pada Maret Lalu. Kepergian Najjar tentu menyisahkan duka. Terutama bagi keluarganya. Ribuan orangpun menghadiri pemakaman Najjar. Teman-teman dan rekannya menangis meratapi kepergiannya. Dilansir dari middleeasteye.net, ayah Najjar, Ashraf, membawa seragam berlumuran darah milik Najjar. Rompi medis yang dikenakan Razan Najjar saat tewas tertembak () Seragam tersebut dipakai Najjar saat gugur bertugas. "Malaikatku meninggalkan tempat ini, dia sekarang berada di tempat yang lebih baik. Aku akan sangat merindukannya. Semoga jiwamu beristirahat dalam damai, putriku yang cantik," katanya, dikutip dari middleeasteye.net. Sebelum meninggal dunia, Najjar ternyata sempat berbicara dengan sang ayah. Dilansir dari Grid.ID, hal tersebut disampaikan oleh ayahnya. "Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar.
87 Universitas Kristen Petra
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Najjar kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia.
Pada berita ini, yang menjadi masalah utama adalah kematian Razan yang
ramai diperbincangkan dunia. Ttribunnews.com menuliskan bahwa kepergian
Razan meninggalkan duka yang sangat mendalam kepada warga Palestina,
terutama bagi keluarganya. Dalam berita ini disebutkan bahwa ribuan orang ikut
menghadiri pemakaman Razan.
Dilansir dari middleeasteye.net, ayah Najjar, Ashraf, membawa seragam
berlumuran darah milik Najjar. Rompi medis tersebut dikenakan Razan saat tewas
tertembak.
“Kepergian Najjar tentu menyisahkan duka. Terutama bagi keluarganya. Ribuan orangpun menghadiri pemakaman Najjar. Teman-teman dan rekannya menangis meratapi kepergiannya.Dilansir dari middleeasteye.net, ayah Najjar, Ashraf, membawa seragam berlumuran darah milik Najjar.” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Kematian Razan dikatakan menjadi perbincangan karena Razan tewas
tertembak saat sedang memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka
di perbatasan Gaza, Palestina. Menurut keterangan Juru Bicara Kementrian Ashraf
al-Qudra, Najjar mengenakan jas putih khas petugas medis ketika ia ditembak.
Tembakan tersebut berasal dari tentara Israel yang saat itu menembakkan dua atau
tiga peluru dari seberang pagar dan mengenai tubuh Najjar.
“Berdasarkan laporan New York Times, saat itu tentara Israel menembakkan dua atau tiga peluru dari seberang pagar dan mengenai bagian tubuh Najjar”. (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Pada berita ini, Tribunnews.com mengutip media daring
middleeasteye.net. media daring tersebut merupakan media independen
yang berfokus pada masalah atau konflik di timur tengah dan melihatnya
dari perspektif Timur Tengah. Timur Tengah merupakan istilah yang
menggambarkan daerah atau wilayah geografis yang terbentang dari
Afghanistan di timur hingga Mesir di sebelah barat. Selain itu, Timur
Tengah juga dikenal sebagai kawasan kultural di mana Islam muncul dan
berkembang. (Goldschmidt dan Davidson, 2010, p. 2)
88 Universitas Kristen Petra
Ini berarti, middleeasteye.net melihat berita dari perspektif Timur
Tengah yang kental dengan ideologi Islam. Middleeasteye.net memiliki visi
untuk membuat berita yang lepas dari pengaruh politik dengan memasukkan
analisis dan pendapat dari berbagai pakar akan masalah yang terkait.
Pemberitaan mereka berdasarkan agenda fenomena, bukan arahan dari
politik mana pun.
Pemberitaan pernyataan Sabreen di middleeasteye.net disajikan
dengan gamblang oleh Tribunnews.com. Pada berita ini, Tribunnews.com
seolah berada pada satu bidang konsesus dengan middleeasteye.net. Artinya,
Tribunnews.com memiliki ideologi yang serupa dengan middleeasteye.net
perihal kasus penembakan Razan.
Tribunnews.com juga mengambil berita dari new york times online
yang berjudul “Israel says Palestinian Medic’s Death in Gaza Was
Unintentional (Israel Menyatakan Kematian Paramedis Palestina Adalah
Ketidaksengajaan). Dalam berita ini, problem identification-nya berbeda.
Masalah dalam berita New York Times Online itu mengidentifikasi masalah
kematian Razan yang bukan kesengajaan dan sejumlah kecil peluru yang
ditembakkan oleh pasukan Israel sebagai frame utama.
Israel’s military said Tuesday that the killing of a young Palestinian volunteer medic at a Gaza fence protest last week was unintentional and that only “a small number of bullets were fired” by its soldiers.
Diagnostic cause dari berita ini adalah para militan Hamas yang
menyamar menjadi pemrotes dan bertujuan menyerang daerah pemukiman
Israel. New York Times juga memberitakan, sebagian besar pemrotes
memang tidak bersenjata, tetapi terdapat beberapa pemrotes yang melempar
granat dan mencoba merusak pagar perbatasan. Beberapa lagi mencoba
melempar batu dan kain yang terbakar ke dalam pagar yang kemudian
memaksa Israel untuk menembak.
Israel has argued that the protests are a guise by the Palestinian militant group Hamas, which controls Gaza, to invade Israeli territory and terrorize civilians. Most of the Palestinian protesters are unarmed, but some have lobbed firebombs and attempted to break through the fence. Some have hurled rocks and launched flaming kites over the fence into Israel to start fires.
89 Universitas Kristen Petra
Israeli officials have said the military has acted legally and justifiably in the protests to prevent a breach of the fence by the protesters, and that live ammunition has been used only as a last resort and under strict guidelines.
Moral judgement dari berita ini adalah tindakan Israel yang sesuai
dengan aturan dan legal demi mencegah usaha para pemrotes yang berusaha
masuk ke pagar.
Israeli officials have said the military has acted legally and justifiably in the protests to prevent a breach of the fence by the protesters, and that live ammunition has been used only as a last resort and under strict guidelines.
Terkait penembakan Razan, New York Times memiliki frame atau
membangunnya dengan perspektif yang berbeda. Diagnostic cause atau
penyebab penembakan tersebut lebih diarahkan kepada pemrotes Palestina.
Namun, berbeda dengan pengutipan middleeasteye.net, Tribunnews.com
hanya mengambil sebagian dari berita tersebut dan mengonstruksinya
dengan berbeda dalam beritanya yang ke-3 ini. Dalam aspek konsep framing
yang pertama, Eriyanto (2002, p. 67) menjelaskan bahwa wartawan atau
media memilih dan mengambil suatu isu, kemudian ditonjolkan lebih
daripada isu lainnya.
Dalam pandangan konstruksionis, fakta/peristiwa merupakan hasil
konstruksi. Realitas bukan sesuatu yang tinggal diambil dan dilaporkan oleh
wartawan, namun terdapat interaksi antara peristiwa dengan wartawan
tersebut. (Eriyanto, 2002, p. 19). Eriyanto dan Sobur menjelaskan bahwa
realitas yang dikonstruksi adalah realitas yang berasal dari benak kita yang
memberikan definisi dan menetukan faktar tersebut sebagai kenyataan. Hal
ini juga menjelaskan bagaimana suatu peristiwa bahkan dari sebuah teks
new york times dapat diproduksi menjadi suatu realitas yang berbeda ketika
diolah oleh Tribunnews.com menjadi berita yang lain.
Berita ke-4
Keluarga Ungkap Alasan Razan al Najjar Sengaja Ditembak, Sniper Israel
Tak Pernah Salah Sasaran, 3 Juni 2018
90 Universitas Kristen Petra
TRIBUNNEWS.COM - Kesedihan dan air mata masih memenuhi jalur Gaza. Seorang paramedis Gaza, Razan al Najjar ditembak oleh pasukan militer Israel tepat di dadanya pada 2 Juni 2018. Saat itu, Najjar masih menggunakan rompi paramedis, tak bersenjata, tak melakukan ancaman apapun dan hanya sibuk menolong para demonstran yang terluka. Ribuan orang menghadiri pemakamannya, termasuk rekan-rekannya dari paramedis Gaza yang lain. Ayah dan ibu Najjar membawa seragam medis berlumuran darah yang dia kenakan saat tertembak. "Dia sering pulang dengan pakaian putih yang berubah jadi merah. Itu darah para korban yang dia tolong hari itu. Tapi merah kali ini adalah darahnya sendiri," kata Ashraf, ayah Najjar. Sementara itu, dilansri dari Middleeasteye, ibunda Najjar, Sabreen mengungkap fakta baru mengenai kematian putrinya. "Mereka (pasukan Israel) tahun Najjar. Mereka tahu dia adalah paramedis yang bertugas sejak 30 Maret," "Peluru itu bukan peluru acak. Israel memang menargetkan Najjar dan itu peluru ledak langsung ditembak ke dadanya, itu ulah para penembak jitu Israel," ujar Sabreen. Sabreen membawa jas medis putrinya, Razzan al Najjar (IST) Terungkap pula bahwa sebelumnya, Najjar mungkin telah membuat geram para pasukan Israel. Dua minggu sebelum kematian Najjar, seorang petugas medis bernama Mousa Abu Hassanein juga ditembak mati oleh militer Israel. Kematian Mousa menyisakan duka yang mendalam serta kemarahan dari para sukarelawan medis di jalur Gaza, termasuk Najjar. Namun Najjar bukan tipe orang yang hanya diam, dia justru melakukan wawancara yang dipublikasikan ke media sosial. Ini salah satu sikap yang menarik perhatian Israel pada dirinya. Dalam wawancara tersebut, Najjar berkata, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi," "Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka," "Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?" Keluarga dan rekan-rekan Najjar menduga bahwa ini merupakan salah satu alasan kuat kenapa sniper Israel menargetkan Najjar. Mengutip dari cuitan akun resmi Twitter pasukan militer Israel, @IDFSpokesperson pada tanggal 31 Maret 2018 (yang sekarang telah dihapus), pasukan militer itu tak pernah meluncurkan peluru acak tanpa kontrol.
91 Universitas Kristen Petra
Mereka selalu tahu target mereka, dan tahu di mana peluru itu akan bersarang. IDFSpokesperson (twitter) Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan bisa saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya. Pemakaman Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup. "Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke tempat protes," kata pria berusia 43 tahun itu kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan. Protes itu adalah demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret 2018 dekat pagar dengan Israel yang dijuluki the Great March of Return. Putri Sabreen, Razan yang berusia 21 tahun, telah menjadi sukarelawan untuk membantu mereka yang ditembak oleh penembak jitu Israel. "Dalam sekejap mata, dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya di luar tetapi dia sudah berjalan ke ujung jalan," kata Sabreen, Sabtu, dikelilingi oleh sanak keluarga, teman-teman dan pasien wanita putrinya pernah dirawat. Pemakaman Razan Al Najjar (Al Jazeera) "Dia terbang seperti burung di depanku." Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Niatnya adalah untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar, setelah dia berhasil memotong lubang melalui itu. Sebagai gantinya, Razan tertembak di dadanya dengan peluru tajam, satu peluru menembus lubang di bagian belakang rompi. Dia menjadi orang Palestina ke-119 yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak protes populer mulai menyerukan agar hak Palestina untuk kembali ke rumah dari mana mereka diusir dari tahun 1948. Lebih dari 13.000 orang lainnya telah terluka. Sabreen al-Najjar (nomor 2 dari kanan) saat pemakaman anaknya Razan Al Najjar (Al Jazeera) Rida Najjar, juga seorang relawan medis, mengatakan dia berdiri di samping Razan ketika dia ditembak. "Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, yang tidak terkait dengan Razan, kepada Al Jazeera pada hari Sabtu. "Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan."
92 Universitas Kristen Petra
"Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami." "Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah." "Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis, siapa kami," tambahnya. "Tidak ada pemrotes lain di sekitar, hanya kami. Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka." Razan berbicara di The New York Times Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah "tugas dan tanggung jawabnya" untuk hadir di protes dan membantu yang terluka. "Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya pada saat itu. "Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku." Berbicara kepada The New York Times bulan lalu, Razan menggambarkan antusiasme yang dia miliki untuk pekerjaan yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan - untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi [orang-orang yang terluka]," katanya.
Problem identification pada berita Tribunnews.com kali ini adalah
kesaksian keluarga Razan yang mengatakan bahwa Razan sudah menjadi target
militer Israel. Dilansir dari Middleeasteye.com, ibunda Najjar, Sabreen
mengatakan bahwa peluru yang ditembakkan tentara Israel bukan peluru acak.
Peluru tersebut sengaja diarahkan ke Razan yang menewaskan putrinya.
“Sementara itu, dilansri dari Middleeasteye, ibunda Najjar, Sabreen mengungkap fakta baru mengenai kematian putrinya. "Mereka (pasukan Israel) tahun Najjar. Mereka tahu dia adalah paramedis yang bertugas sejak 30 Maret," "Peluru itu bukan peluru acak. Israel memang menargetkan Najjar dan itu peluru ledak langsung ditembak ke dadanya, itu ulah para penembak jitu Israel," ujar Sabreen.” (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Diagnostic cause yang menjadi penyebab tuduhan tersebut berawal dari
dugaan Sabreen bahwa Razan mungkin telah membuat militer Israel geram
melalui wawancaranya yang tersebar di media sosial. Dua minggu sebelum
kematian Najjar, seorang petugas medis bernama Mousa Abu Hassanein juga
ditembak mati oleh tentara Israel. Sebagai orang dengan latar belakang yang
sama, Najjar tidak tinggal diam dan justru melakukan wawancara yang
93 Universitas Kristen Petra
dipublikasikan ke media sosial. Hal inilah yang menarik perhatian Israel pada
dirinya.
Dalam wawancaranya, ia menanyakan mengapa petugas medis menjadi
target tentara Israel. Padahal, ia mengatakan bahwa petugas medis bahkan tidak
melawan bahkan tidak menimbulkan ancaman apapun. Wawancara inilah yang
diduga mungkin menjadi alasan mengapa Razan ditarget oleh tentara Israel.
“Dalam wawancara tersebut, Najjar berkata, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi," "Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka," "Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?" (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Selain itu, Tribunnews.com juga mendukung dugaan tersebut. Melalui
cuitan akun Twitter resmi militer Israel, @IDFSpokesperson pada 31 Maret 2018
yang telah dihapus, pasukan militer tidak pernah melepaskan peluru tanpa kontrol.
Dikatakan bahwa mereka selalu tahu target mereka, dan tahu di mana peluru itu
akan bersarang.
Tribunnews.com melihat bahwa kesaksian keluarga dan rekan Najjar, serta
cuitan Twitter militer Israel tersebut, menyimpulkan bahwa ada kemungkinan
bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dengan wawancara tersebut
sebagai pemicunya.
“Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan bisa saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya.” (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Berita ke-5
Dipakai Razan Najjar Saat Tewas Tertembak, Seragam Medis ini Jadi Saksi
Keberaniannya di Jalur Gaza, 3 Juni 2018
TRIBUNJATIM.COM - Kematian Razan al-Najjar, wanita Palestina yang ditembak tentara Israel membuat dunia berduka. Dilansir dari TribunJabar, ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/6/2018).
94 Universitas Kristen Petra
Mereka mengantarkan jasad Razan Najjar, paramedis yang tewas setelah ditembak tentara Israel sehari sebelumnya. Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka. Ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza untuk mengantarkan Razan ke tempat peristirahatan terakhir () Isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Terlihat pula beberapa paramedis berseragam putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar. Mereka berbaris saat prosesi pemakaman. Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. Ya, seragam tersebut digunakan saat Najjar meregang nyawa di jalur Gaza. Dilansir dari laman Iran-daily, kejadian yang berlangsung pada Jumat (1/6/2018) malam itu memang tampak mencekam. Diberitakan sejumlah pengunjuk rasa datang ke perbatasan tersebut untuk melakukan protes mengenai sengketa wilayah mereka. Inilah adegan dimana Najjar berlari dengan seragam putihnya untuk menolong seorang pria tua yang telah dipukuli di bagian kepala. Razan berada di tengah-tengah massa sebelum ditembak (AP Photo) Saat peristiwa penembakan itu terjadi, Najjar berada 100 meter dari pagar dan sedang membalut pria yang terkena tabung gas air mata. Pria tersebut kemudian dibawa dengan ambulans. Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan Najjar jatuh ke tanah. Ia tertembak di bagian dada saat berada di antara pengunjuk rasa. Padahal, Najjar telah memakai seragam putih yang menandakan petugas medis. Foto terakhir Razan sebelum ditembak (twitter.com/AhmadAlgohbary) Namun, tentara Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut. Najjar tiba di rumah sakit dengan kondisi yang sangat serius. Razan () Dia meninggal dunia di ruang operasi. Razan meninggal () Penampakan seragam yang dipakai Najjar juga diunggah di akun Instagram @we_are_not_numbers. Seragam yang dipakai Razan Najjar saat ditembak tentara Israel (instagram.com/we_are_not_numbers/) "The shirt worn by volunteer paramedic Razan al-Najjar when she was shot to death by an Israeli sniper," tulis akun tersebut. (Baju yang dikenakan oleh relawan paramedis Razan al-Najjar ketika dia ditembak mati oleh seorang tentara Israel)
95 Universitas Kristen Petra
Ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. (gettyimages.com) Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret. Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat. Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut. Tetapi tetap saja dia tidak langsung berkomentar mengenai keadaan tersebut. Sebagai petugas media darurat sukarela, ia pernah mengatakan bahwa dirinya ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Gaza. "Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria, tetapi untuk wanita juga," ungkap Razan al-Najjar seperti yang dikutip Grid.ID dari New York Times.
Pada berita ini, isu yang ditekankan adalah rompi Razan yang sudah
berlumuran darah, dibawa pada saat pemakaman Razan. Tribunnews.com
menuliskan bahwa rompi berlumuran darah tersebut menjadi saksi keberanian
Razan hingga terakhir kali ia bertugas di mana ia tewas tertembak.
“Dipakai Razan Najjar Saat Tewas Tertembak, Seragam Medis ini Jadi Saksi Keberaniannya di Jalur Gaza” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018) “Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri.Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. Ya, seragam tersebut digunakan saat Najjar meregang nyawa di jalur Gaza.” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Selain itu, Tribunnews.com pada akhir berita juga menonjolkan
perjuangan Razan sebagai seorang perempuan. Berdasarkan dari berita Republika
Online yang ke-9 dengan judul ‘Razan Najjar, Akhir Cerita Sang Penyelamat
Nyawa’ tanggal 4 Juni 2018, konservatif yang dimaksud adalah peran perempuan
yang dimarginalkan perihal perjuangan kemerdekaan.
Berita ke-6
5 Fakta Razan Njjar Tewas Ditembak Israel di Gaza, Perawat yang Tolong
Pasien di Bawah Hujan Peluru, 3 Juni 2018
TRIBUNJATIM.COM - Seorang wanita Palestina, Razan al-Najjar ditembak hingga tewas oleh tentara Israel, IDF.
96 Universitas Kristen Petra
Wanita berusia 21 tahun tersebut menjadi sukarelawan sebagai tenaga medis bersama Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. Ia berasal dari Palestina dan memilih untuk ikut berjuang di negaranya. Potret Razan Al Najjar, Perawat yang Tewas Ditembak Israel, Tak Takut Bertugas di Bawah Hujan Peluru Dirangkum dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta terkait kejadian tersebut : 1. Ditembak saat rawat pasien luka Razan Al-Najjar () Dilansir dari Grid.ID, Razan Najjar tewas terbunuh saat sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka. Namun, pada hari Jumat (1/6/2018) waktu setempat, merupakan terakhir kalinya dia bisa membantu seorang demonstran untuk terluka. Niat baiknya tersebut rupanya mengantarkan Najjar pada maut. 2. Terkena tembak di bagian dada Dari seberang pagar saat Najjar tengah menangani pasien, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dada Najjar. Tak lama setelah kejadian ini, ia dinyatakan meninggal dunia. 3. Kronologi lengkap Razan Al Najjar () Pada hari Jumat tersebut kembali diadakan protes. Ribuan warga Palestina mengambil bagian dengan membuat kerusuhan di sepanjang pagar keamanan, membakar ban, dan melemparkan batu. Inilah adegan di mana Najjar berlari dengan mantel putihnya untuk menolong seorang pria tua yang telah dipukuli di bagian kepala. Razan Al Najjar, Perawat Cantik Tewas di Jalur Gaza, Ditembaki Tentara Israel saat Rawat Pasien Luka Saat peristiwa penembakan itu terjadi, Najjar berada 100 meter dari pagar dan sedang membalut pria yang terkena tabung gas air mata. Pria tersebut kemudian dibawa dengan ambulans. Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan Najjar jatuh ke tanah. Najjar tiba di rumah sakit dengan kondisi yang sangat serius. Dia meninggal dunia di ruang operasi. Jadwal Siaran Langsung Timnas U-23 Indonesia vs Thailand - Garuda Muda akan Unjuk Gigi Malam ini Jenazah Razan Al Najjar () 4. Kematiannya satu-satunya yang terdaftar Razan Al Najjar dibopong usai tewas tertembak () Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret. Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat.
97 Universitas Kristen Petra
Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut. Tetapi tetap saja dia tidak langsung berkomentar mengenai keadaan tersebut. Soal Kabar Adanya Bonek Disweeping Saat Menuju ke Bantul, Bonita: Semoga Tak Terjadi Apa-apa 5. Jenazah Najjar diantarkan ribuan orang Dilansir dari TribunJabar, ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/5/2018). Mereka mengantarkan jasad Razan Najjar, paramedis yang tewas setelah ditembak tentara Israel sehari sebelumnya. Ribuan orang mengantarkan jenazah Razan Al Najjar () Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka. Isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Benahi Sektor Gelandang, Manchester United Buru Pemain PSG Seharga Rp 1,6 Triliun Terlihat pula beberapa paramedis berseragam warna putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar, mereka berbaris saat prosesi pemakaman. Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar.
Pada berita ini, Tribunnews.com mengangkat beberapa isu yang menjadi
permasalahan utama, atau problem identificationnya. Pada isu pertama adalah
Razan yang tewas tertembak saat hendak menolong korban luka. Di sini,
Tribunnews.com menekankan bahwa Razan sedang hendak melakukan niat
baiknya saat tertembak.
Yang kedua, Razan tertembak di bagian dada. Tribunnews.com
menuliskan bahwa terdapat dua atau tiga peluru yang meluncur mengarah ke
Razan dan salah satunya mengenai Razan.
Yang ketiga, penembakan ini terjadi pada saat protes sedang terjadi.
Tribunnews.com menuliskan, Razan tertembak pada jarak 100 meter dari pagar.
Yang dimaksud dengan pagar adalah pagar perbatasan Gaza, tempat terjadinya
protes.
Kemudian, yang keempat, kematian Razan merupakan satu-satunya
kematian yang terdaftar pada hari itu.
98 Universitas Kristen Petra
Melalui fakta-fakta itu, di mana diagnostic cause-nya adalah tentara Israel,
IDF, Tribunnews.com seolah mendukung dugaan bahwa penembakan Razan
memang disengaja. Isu-isu tersebut untuk membantah pernyataan Israel yang
mengklaim tentara Israel tidak pernah menargetkan Razan atau paramedis lainnya.
Hal ini terlihat dari tidak adanya pernyataan Israel yang tertulis pada berita ini.
Tribunnews.com menekankan bahwa Razan berada 100 meter dari pagar
saat hendak menolong pasiennya. Jarak yang ditekankan Tribunnews.com
menandakan Razan tidak sedang berada di antara para demonstran yang
memprotes di pagar. Kemudian, kata “hendak menolong pasien” menekankan
Razan tidak menjadi ancaman. Dan yang terakhir, kematian Razan merupakan
satu-satunya kematian yang terdaftar, alih-alih terdapat demonstran lain yang juga
tewas tertembak.
Berita ke-7
Pemakaman Razan Al Najjar Relawan Medis yang Ditembak Sniper Israel,
Ayah Ungkap Kenangan Sang Putri, 3 Juni 2018
TRIBUNNEWS.COM - Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup. "Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke tempat protes," kata pria berusia 43 tahun itu kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan. Protes itu adalah demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret 2018 dekat pagar dengan Israel yang dijuluki the Great March of Return. Putri Sabreen, Razan yang berusia 21 tahun, telah menjadi sukarelawan untuk membantu mereka yang ditembak oleh penembak jitu Israel. "Dalam sekejap mata, dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya di luar tetapi dia sudah berjalan ke ujung jalan," kata Sabreen, Sabtu, dikelilingi oleh sanak keluarga, teman-teman dan pasien wanita putrinya pernah dirawat. Pemakaman Razan Al Najjar (Al Jazeera) "Dia terbang seperti burung di depanku." Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman.
99 Universitas Kristen Petra
Niatnya adalah untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar, setelah dia berhasil memotong lubang melalui itu. Sebagai gantinya, Razan tertembak di dadanya dengan peluru tajam, satu peluru menembus lubang di bagian belakang rompi. Dia menjadi orang Palestina ke-119 yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak protes populer mulai menyerukan agar hak Palestina untuk kembali ke rumah dari mana mereka diusir dari tahun 1948. Lebih dari 13.000 orang lainnya telah terluka. Sabreen al-Najjar (nomor 2 dari kanan) saat pemakaman anaknya Razan Al Najjar (Al Jazeera) Rida Najjar, juga seorang relawan medis, mengatakan dia berdiri di samping Razan ketika dia ditembak. "Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, yang tidak terkait dengan Razan, kepada Al Jazeera pada hari Sabtu. "Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan." "Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami." "Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah." "Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis, siapa kami," tambahnya. "Tidak ada pemrotes lain di sekitar, hanya kami. Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka." Razan berbicara di The New York Times Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah "tugas dan tanggung jawabnya" untuk hadir di protes dan membantu yang terluka. "Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya pada saat itu. "Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku." Berbicara kepada The New York Times bulan lalu, Razan menggambarkan antusiasme yang dia miliki untuk pekerjaan yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan - untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi [orang-orang yang terluka]," katanya. "Kami melakukan ini untuk negara kami," lanjutnya, menambahkan bahwa itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Razan juga menolak penilaian masyarakat terhadap yang bekerja di lapangan, di mana ia sendiri akan melakukan shift 13 jam, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 8 malam. "Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan.
100 Universitas Kristen Petra
"Jika mereka tidak mau menerima kami karena pilihan, mereka akan dipaksa untuk menerima kami. Karena kami memiliki kekuatan lebih daripada siapa pun." Gunakan Rompi Sabreen mengatakan putrinya berada di garis depan sejak 30 Maret - dan tidak hanya pada hari Jumat. Dia menjadi wajah yang akrab di perkemahan Khan Younis, salah satu dari lima yang didirikan di sepanjang pagar timur di Jalur Gaza. "Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dikatakan orang," kata Sabreen. "Dia berkonsentrasi pada pekerjaannya di lapangan sebagai tenaga medis sukarela, yang mencerminkan kekuatan dan tekadnya." "Putriku tidak punya senjata; dia seorang medis," tambahnya. "Dia memberi banyak kepada orang-orangnya." Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan jenis putaran baru. Dikenal sebagai "kupu-kupu peluru", itu meledak pada dampak, pulverising jaringan, arteri dan tulang, sementara menyebabkan cedera internal yang parah. "Dia sengaja dan langsung dibunuh oleh peluru yang meledak, yang ilegal menurut hukum internasional," kata Sabreen. "Saya menuntut penyelidikan PBB sehingga pembunuhnya akan diadili dan dihukum," katanya, menggambarkan tentara Israel sebagai "brutal dan tak kenal ampun". Dia kemudian terdiam. Ketika Sabreen berbicara lagi, kata-katanya memunculkan ratapan dari para wanita di sekitarnya. "Kuharap aku bisa melihatnya dalam gaun pengantin putihnya, bukan kain kafannya," katanya. Pemakaman Razan pada hari Sabtu di Khuza'a dihadiri oleh ribuan orang. Klip video yang menunjukkan rekan-rekannya menangis di rumah sakit itu beredar di media sosial, rasa kaget dan duka terpatri di wajah mereka. Sebuah hashtag dalam bahasa Arab yang diterjemahkan menjadi "Malaikat Mercy" mengacu pada Razan secara luas digunakan di Twitter, dengan pengguna dari seluruh dunia mengutuk pembunuhannya. "Tenaga medis adalah #NotATarget!" Nicolay Mladenov, koordinator khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, mengatakan dalam sebuah posting di Twitter, menambahkan bahwa Israel perlu "mengkalibrasi penggunaan kekuatannya". Dalam sebuah pernyataan, tentara Israel mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki kematian Razan sementara juga menyalahkan Hamas, yang menjalankan Jalur Gaza, karena "secara metodis menempatkan anak-anak dan wanita muda di garis depan
101 Universitas Kristen Petra
gangguan kekerasan untuk bertindak sebagai perisai manusia untuk realisasi tujuan Hamas ". Kembali di Khuza'a, sebelum tubuh Razan tiba untuk pemakaman, ayahnya mengulurkan rompi medisnya yang berlumuran darah. "Ini adalah senjata Razan," katanya kepada para kru TV lokal di luar rumahnya. Dia mengosongkan kantong rompi, mengambil kasa dan perban. "Ini senjatanya," ulangnya. (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Pada berita ini, ada beberapa isu yang menjadi masalah atau problem
identification. Yang pertama, perjuangan Razan sebagai wanita yang berprofesi
paramedis. Di sini, Razan digambarkan sebagai perempuan yang turut aktif
membela kemerdekaan Palestina di tengah masyarakat konservatif. Diagnostic
cause atau penyebab masalahnya karena adanya tanggapan-tanggapan negatif
yang meskipun tidak dipedulikan oleh Razan. Hal itu juga diungkapkan oleh
Sabreen.
"Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dikatakan orang," kata Sabreen. "Dia berkonsentrasi pada pekerjaannya di lapangan sebagai tenaga medis sukarela, yang mencerminkan kekuatan dan tekadnya."
Tribunnews.com melihat bahwa Razan harus berjuang ditengah masyarakat
konservatif yang memiliki pandangan terhadap wanita yang seharusnya bekerja di
area domestik, alih-alih turut aktif dalam rangkaian protes dalam aksi Pawai Besar
Kepulangan.
Kalimat Sabreen sekaligus menjadi moral judgement yang digunakan
Tribunnews.com. Tribunnews.com menggambarkan bahwa seorang perempuan
juga memiliki andil dalam aksi tersebut.
Kemudian, problem identification yang kedua adalah kesaksian Rida
Najjar yang mengklaim tentara Israel sengaja menargetkan paramedis. Diagnostic
cause atau penyebabnya menurut Rida karena ketika hendak memasuki lapangan,
mereka sudah ditembak gas air mata. Rida juga mengaku bahwa tidak ada
demonstran di sekitar mereka saat Razan tertembak. Melalui kesaksian Rida,
Tribunnews.com menggambarkan bahwa penembakan Razan memang disengaja.
Moral judgement yang dipakai Tribunnews.com pada berita ini adalah
pernyataan Rida dan Sabreen yang mengatakan bahwa penargetan tim medis
102 Universitas Kristen Petra
merupakan tindakan yang gila, brutal, dan tak kenal ampun. Tribunnews.com juga
menuliskan kesaksian tenaga medis lainnya (yang tidak disebutkan namanya)
bahwa tentara Israel menggunakan jenis peluru baru, yang dapat berakibat fatal
pada korbannya.
Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan jenis putaran baru. Dikenal sebagai "kupu-kupu peluru", itu meledak pada dampak, pulverising jaringan, arteri dan tulang, sementara menyebabkan cedera internal yang parah.
Tribunnews.com juga memposisikan tentara Israel sebagai penjahat yang
kerap kali turut menjadikan tim paramedis yang tidak bersenjata sebagai target.
Hal ini terlihat dari penekanan isu oleh Tribunnews.com melalui keterangan Rida
dan Sabreen yang mengatakan senjata Razan dan tim medis lainnya hanyalah
rompi putih yang mereka kenakan serta niat baik mereka menolong para
demonstran yang terluka.
"Putriku tidak punya senjata; dia seorang medis," tambahnya. "Dia memberi banyak kepada orang-orangnya."
Treament Recommendation atas permasalahan di atas adalah pengadilan.
Sabreen menuntut agar pembunuh Razan harus diadili. Sehingga, berdasarkan
fakta di atas, Tribunnews.com menilai, Israel sudah sepatutnya dihukum karena
selain melanggar hukum internasional melalui penembakan paramedis, tentara
Israel juga diklaim menggunakan peluru jenis baru yang illegal.
Berita ke-8
Ratapan Ibunda Razan Al Najjar: Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun
Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan, 3 Juni 2018
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kepergian untuk selamanya Razan Al Najjar meninggalkan duka mendalam bagi sang ibu, Sabreen Al-Najjar. Sabreen al-Najjar menceritakan kembali kenangan saat terakhir kali dia melihat putrinya hidup. "Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke protes," kata wanita berusia 43 tahun itu kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan.
103 Universitas Kristen Petra
Protes itu adalah demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret dekat pagar dengan Israel dijuluki the Great March of Return. Putri Sabreen, Razan yang berusia 21 tahun, telah menjadi sukarelawan sebagai sukarelawan untuk membantu mereka yang ditembak oleh penembak jitu Israel. "Dalam sekejap mata dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya di luar tetapi dia sudah berjalan ke ujung jalan," kata Sabreen, Sabtu, dikelilingi oleh kerabat, teman, hingga pasien putrinya pernah dirawat. Sabreen Al-Najjar (pakai kaca mata), ibunda Razan Najjar, paramedis yang tewa ditembak tentara israel. () "Dia terbang seperti burung di depanku," ujarnya lagi sambil tak henti menahan tangis. Ketika Sabreen berbicara lagi, kata-katanya memunculkan ratapan dari para wanita di sekitarnya. "Kuharap aku bisa melihatnya dalam gaun pengantin putihnya, bukan kain kafannya," katanya usai mengetahui putri tercintanya rupanya tertembak tentara Israel dengan sangat bengis. Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pembatas pada hari Jumat (1/6/2018). Ia mengangkat kedua lengannya untuk menunjukkan kepada tentara Israel yang 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Ia hanya seorang paramedis, terlihat dari rompi medis yang dikenakannya. Niat Razan ini hanya untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar. Pengunjuk rasa ini terluka usai berhasil menembus pagar pembatas dengan cara memotong lubang di pagar tersebut. Namun nahas, ketika Razan maju hendak menyelamatkan korban, ia ditembak di dadanya dengan peluru tajam. Satu buah peluru berhasil menembus lubang di bagian belakang rompi. Razan Al Najjar, dan rompi saksi ia ditembak tentara israel (Kolase TribunBogor) Razan menjadi orang Palestina ke-119 yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak protes populer mulai menyerukan agar hak Palestina untuk kembali ke rumah dari mana mereka diusir dari tahun 1948. Lebih dari 13.000 orang lainnya telah terluka. Rida Najjar, yang juga seorang relawan medis, mengatakan dia berdiri di samping Razan ketika Razan ditembak. "Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, yang tidak terkait dengan Razan, kepada Al Jazeera pada hari Sabtu. "Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan. Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami.
104 Universitas Kristen Petra
"Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah. "Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis, siapa kami," tambahnya. "Tidak ada pemrotes lain di sekitar, hanya kami." Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April 2018 lalu, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah "tugas dan tanggung jawabnya" untuk hadir di protes dan membantu yang terluka. "Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya lagi. "Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku." Berbicara kepada The New York Times bulan lalu, Razan menggambarkan antusiasme yang dia miliki untuk pekerjaan yang dia lakukan. "Kami memiliki satu tujuan - untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi [orang-orang yang terluka]," katanya. Razan saat sedang menolong korban luka (Twitter) "Kami melakukan ini untuk negara kami," lanjutnya, menambahkan bahwa itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Razan juga menolak penilaian masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di lapangan, di mana ia sendiri akan melakukan 13 jam shift, mulai dari jam 7 pagi sampai 8 malam. "Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan. "Jika mereka tidak mau menerima kami karena pilihan, mereka akan dipaksa untuk menerima kami. Karena kami memiliki kekuatan lebih daripada siapa pun." Sabreen mengatakan putrinya berada di garis depan untuk menyelamatkan para pemrotes yang terkena sasaran tembakan tentara Israel, sejak 30 Maret - dan tidak hanya pada hari Jumat. Razan menjadi wajah yang akrab di perkemahan Khan Younis, salah satu dari lima yang didirikan di sepanjang pagar timur di Jalur Gaza. "Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dikatakan orang," kata Sabreen. "Dia berkonsentrasi pada pekerjaannya di lapangan sebagai tenaga medis sukarela, yang mencerminkan kekuatan dan tekadnya." "Putriku tidak punya senjata; dia seorang medis," tambahnya. "Dia memberi banyak kepada orang-orangnya." Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan jenis putaran baru. Peluru yang ditembakkkan tentara Israel ini disebut juga "kupu-kupu peluru".
105 Universitas Kristen Petra
Ketika peluru itu ditembakkan ke sasaran, maka korban akan mengalami luka parah pada arteri dan tulang dan cedera dalam yang tak kalah parah. Baca: Jelang Siang Arus Lalu Lintas di Simpang Pomad Arah Kota Bogor Lancar Rida beserta lelaki lain mengangkat Razan ke tenda darurat. Razan saat diselamatkan (Adel Hana/Associated Press) Para dokter yang lain pun berusaha menyelamatkan nyawa Razan. Mulai dari memegangi badan Razan, memeriksa denyut nadi di tangan Razan, hingga dokter berteriak-teriak meminta bantuan kepada asistennya. Sayang, nyawanya tak terselamatkan. Ia dinyatakan mati syahid.
Permasalahan yang menjadi fokus utama pada berita ini adalah kesedihan
Sabreen Najar setelah ditinggal putrinya, Razan Najjar, yang tewas ditembak oleh
tentara Israel saat bertugas di Jalur Gaza. Tribunnews.com menceritakan dengan
lengkap kesedihan Sabreen Najjar sebagai seorang ibu yang sangat sedih ditinggal
mati oleh putrinya. Permasalahan ini seolah menggambarkan kematian Razan
sangat berdampak bagi keluarga dan warga Palestina.
Diagnostic cause atas kesedihan tersebut dikarenakan Razan yang dikenal
hanya berniat baik membantu para demonstran yang terluka. Namun niat baiknya
tersebut membawanya kepada maut, saat tertembak oleh tentara Israel.
Moral judgement yang digunakan Tribunnews.com pada masalah ini
adalah mati Syahid. Syahid merupakan salah satu terminologi dalam Islam, yang
ditujukan kepada seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang
di jalan Allah. Dalam surat Ali Imran: 169, seorang Muslim dikatakan Syahid
ketika mati saat membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.
“Ratapan Ibunda Razan Al Najjar: Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan” (Yuyun Hikmatul Uyun, Tribunnews.com, 03/08/2018)
Karenanya, Razan dianggap telah mati demi membela kebenaran dan menegakkan
agama Allah.
106 Universitas Kristen Petra
Berita ke-9
Sebelum Meninggal, Razan Najjar Sempat Nekat dan Berani: hingga Detik
Terakhir Saya Tetap di Sini, 3 Juni 2018
TRIBUNJABAR.ID - Razan Najjar, gadis muda yang meninggal saat pergolakan politik dan kemanusiaan di Timur Tengah. Razan Najjar meninggal ditembak pasukan militer Israel. Padahal, Razan Najjar tengah bertugas memberikan pertolongan medis pada korban luka. Razan Najjar bahkan sudah mengenakan jas putih sebagai tanda seorang paramedis. Namun, pasukan militer Israel tetap melayangkan tembakan. Akhirnya, Razan Najjar pun terkena tembakan tepat di dadanya. Namun, nahas nyawanya tak tertolong. Razan Najjar menghembuskan nafas terakhirnya akibat peluru yang menembus dadanya. Kematian Razan Najjar pun membawa kesedihan dan luka pada warga Palestina. Apalagi, Razan Najjar dikenal sebagai sosok pemberani dan pantang menyerah. Pengabdian dan perjuangannya di tengah gempuran serangan pasukan militer Israel tak pernah sirna. Razan Najjar memiliki tekad kuat untuk bertahan dalam situasi mencekam itu. Razan Najjar tetap kuat tanpa ada keluhan, meskipun dirinya pun menderita. Saat ribuan warga Palestina menggelar Pawai Akbar di Jalur Gaza beberapa waktu lalu, sosok Razan Najjar pun terekam. Dari video yang di unggah akun Facebook Save Palestine, sosok Razan Najjar yang kurus ini tetap menolong korban sekuat tenaga. Padahal, ia sendiri menderita karena gas air mata. Razan Najjar diketahui tiga kali tersedak. Namun, ia justru menolak ke rumah sakit. Ia tetap nekat bertahan di lokasi pawai dan bertugas. Pada unggahan video tersebut Razan Najjar pun mengungkapkan perasaannya. Keberanian, kekuatan, dan keteguhan hatinya tergambar dari kata-kata yang dia ucapkan. Berikut ini ucapan Razan Najjar saat pawai. "Kami di sini merasakan kekuatan ruh dengan seluruh kemampuanku dan keberanianku tekad dan keteguhan saya menuntaskan tugas dengna segal kondisinya seperti yang terlihat, Adanya tekanan yang mengancam seluruh warga sipil dan seluruh bahaya, bahaya tidak saya akan tetap menuntaskan tugas saya karena saya ingin mengambil bagian di sini lah bagian saya hingga detik terakhir dan hari terakhir saya akan tetap di sini. Kami di sini setiap hari selalu ada yang syahid. Kami berjuang di sini dan bersiaga."
107 Universitas Kristen Petra
Baca: Ditengok Prabowo dan Amien Rais, Habib Rizieq Sumringah, Ada Beberapa Hal Kesepakatan Ribuan Orang Antarkan Jenazah Razan Najjar Ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/5/2018). Mereka mengantarkan jasad Razan Najjar, paramedis yang tewas setelah ditembak tentara Israel sehari sebelumnya. Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka. Isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Terlihat pula beberapa paramedis berseragam warna putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar, mereka berbaris saat prosesi pemakaman. Di sana ada ayah Najjar yang berjalan memegangi seragam putih sang putri. Seragam itu awalnya bersih tapi kini dipenuhi darah Najjar. Seperti diberitakan sebelumnya, Razan Najjar tewas saat sedang memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza,. Najjar menghembuskan napas terakhir tidak lama setelah peluru dari tentara Israel bersarang di dadanya. Menurut Juru Bicara Kementerian Ashraf Al-Qudra, Najjar mengenakan jas putih ala petugas medis ketika ia ditembak. Berdasarkan laporan New York Times, saat itu tentara Israel menembakkan dua atau tiga peluru dari sebrang pagar dan mengenai bagian tubuh Najjar. Pejabat kesehatan Gaza menyebut, Razan Najjar adalah orang Palestina ke-119 yang tewas sejak dimulainya aksi protes pada Maret Lalu.
Berita Tribunnews.com kali ini membingkai keberanian Razan yang
dikatakannya pada saat pawai. Razan sebelum meninggal sudah terkenal dan
sempat melakukan wawancara pada pawai sebelumnya. Dalam wawancara itu,
Tribunnews.com menuliskan bahwa Razan mengungkapkan keberaniannya.
"Kami di sini merasakan kekuatan ruh dengan seluruh kemampuanku dan keberanianku tekad dan keteguhan saya menuntaskan tugas dengna segal kondisinya seperti yang terlihat, Adanya tekanan yang mengancam seluruh warga sipil dan seluruh bahaya, bahaya tidak saya akan tetap menuntaskan tugas saya karena saya ingin mengambil bagian di sini lah bagian saya hingga detik terakhir dan hari terakhir saya akan tetap di sini. Kami di sini setiap hari selalu ada yang syahid. Kami berjuang di sini dan bersiaga." (Widia Lestari, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Tribunnews.com menuliskan bahwa Razan dikenal sebagai sosok
pemberani dan pantang menyerah. Razan dikenang akan pengabdian dan
108 Universitas Kristen Petra
perjuangannya yang memiliki tekad kuat tanpa mengeluh saat menjalankan
tugasnya menolong para demonstran meskipun ia sendiri juga menderita.
“Apalagi, Razan Najjar dikenal sebagai sosok pemberani dan pantang menyerah.Pengabdian dan perjuangannya di tengah gempuran serangan pasukan militer Israel tak pernah sirna.Razan Najjar memiliki tekad kuat untuk bertahan dalam situasi mencekam itu.Razan Najjar tetap kuat tanpa ada keluhan, meskipun dirinya pun menderita.” (Widia Lestari, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Yang menjadi pelaku kematian Razan adalah pasukan militer Israel.
Tribunnews.com menekankan Razan bahkan sudah mengenakan seragam putih
yang menandakan ia adalah seorang paramedis. Kematian Razan disebutkan
membawa kesedihan dan luka pada warga Palestina.
Tribunnews.com menilai kematian Razan sebagai mati syahid berdasarkan
pernyataan Razan pada wawancaranya di pawai sebelumnya.
Berita ke-10
Seruan Razan Najjar Beberapa Waktu Lalu sebelum Tewas: Serang Saya
dengan Pelurumu, Saya Tidak Takut, 3 Juni 2018
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel membunuh seorang perawat Palestina pada Jumat (1/6/2018). Saat itu Razan Al-Najjar sedang mencoba untuk membantu seorang pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Dilansir Tribunnews.com dari Reuters pada Minggu (3/6/2018), hal ini diungkapkan oleh pejabat kesehatan dan saksi. Sementara itu Israel mengatakan militan telah menyerang pasukannya dengan tembakan dan granat. Kematuan Razan Najjar menjadi warga Palestina ke-119 yang tewas dalam demonstrasi mingguan yang diluncurkan pada 30 Maret 2018 silam di Jalur Gaza. Sebuah daerah yang dikendalikan oleh kelompok Islam Hamas dan subyek panjang untuk menggiling emabrgo Israel di Mesir. BACA: Kesedihan Ibunda Razan Al Najjar: Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun Pengantin, Bukan Kain Kafan Najjar, seorang sukarelawan medis berusia 21 tahun ditembak ketika dia berlari menuju pagar perbatasan berbenteng di sebelah timur kota Gaza, Khan Younis, dalam upaya untuk mencapai korban. Mengenakan seragam putih, Najjar mengangkat tangannya tinggi-tinggi secara jelas namun tentara Israel melepaskan tembakan dan mengenai dadanya. Seorang juru bicara militer Israel tidak memberikan komentar tentang kematian Najjar.
109 Universitas Kristen Petra
Para perwira Israel sebelumnya mengatakan bahwa penembak jitu militer hanya menargetkan orang-orang yang mengajukan ancaman. Tetapi peluru kadang-kadang dapat melewati mereka atau memantul dan mengenai orang lain. Para pejabat medis Gaza mengatakan sedikitnya 100 warga Palestina terluka oleh tembakan tentara pada demonstrasi massa hari Jumat tersebut. Dalam pernyataan terpisah, militer Israel mengatakan pasukannya telah bertindak untuk membubarkan ribuan perusuh di lima lokasi. Dikatakan sebuah kendaraan IDF (Israel Defense Forces) ditembakkan dan seorang tersangka diidentifikasi melintasi pagar keamanan di Jalur Gaza utaa dan menanam granat yang meledak ketika ia kembali ke jalur Gaza. Tidak ada korban jiwa dari Israel selama konfrontasi perbatasan, tetapi Israel telah melaporkan kerusakan yang luas terhadap lahan pertanian dari layang-layang pembawa api yang diterbangkan dari Gaza. Lonjakan kekerasan di perbatasan meningkat pekan ini ke pertukaran penembakan paling intensif antara Israel dan Hamas serta faksi bersenjata Palestina lainnya sejak 2014. Namun, kekerasan yang tidak menyebabkan korban jiwa, terhambat dengan mediasi gencatan senjata Mesir. Dalam unjuk rasa yang disebut sebagai bulan kemunduran besar, orang-orang Palestina telah menyerukan hak untuk kembali ke tanah yang hilang ke Israel selama perang saudara tahun 1948. Israel menyebut mereka melakukan sebuah taktik untuk melanggar perbatasannya dan membelokkan pengawasan dari masalah-masalah pemerintahan Hamas. Tanggapan mematikan Israel telah menarik kecaman Internasional. Jumlah demonstran hari Jumat lalu berkurang dari minggu-minggu sebelumnya, tapi diperkirakan akan tumbuh minggu depan karena orang Palestina menandai peringatan penangkapan Israel atas Jalur Gaza dan Tepi Barat serta Yerusalem Timur dalam perang 1967. Sementara itu, di rumahnya di Khan Younis, ibu Najjar, Sabreen jatuh pingsan karena dia menerima seragam bernoda darah putrinya. Ibu Najjar menunjukkan seragam putrinya, Sabtu (2/6/2018). (middleeasteye.net) Ia menangis sambil mengenang kematian putrinya. "Mereka (Israel) tahu Razan, mereka tahu dia seorang paramedis, dia telah membantu mengobati luka sejak 30 Maret," ungkapnya. Seragam Najjar tersebut diketahui dibawa oleh sang ayah, Ashraf, terlihat seragam tersebut berlumuran darah milik Najjar. Rompi medis yang dikenakan Razan Najjar saat tewas tertembak (()) "Malaikatku meninggalkan tempat ini, dia sekarang berada di tempat yang lebih baik. Aku akan sangat merindukannya. Semoga jiwamu beristirahat dalam damai, putriku yang cantik," ratap sang ayah. Bahkan, sebelum meninggal dunia Najjar sempat menyampaikan pesan kepada sang ayah.
110 Universitas Kristen Petra
"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar. Sementara itu, pernyataan dari Kementerian Kesehatan Gaza berkabung atas kepergian Najjar dan dianggap sebagai martir. Saat diwawancarai oleh Reuters pada bulan April pun Najjar mengatakan dia akan melihat demonstrasi tersebut sampai akhir. Bahkan ia juga sempat mengunggah seruannya di akun Facebook pribadinya sebelum meninggal dunia. "Saya kembali dan tidak mundur," Saudara Razan Najjar yang Juga Relawan Beberkan Fakta Razan Sengaja Ditembak, Minggu, 3 Juni 2018
Pada berita ini, permasalahan yang diidentifikasi adalah keterangan Hadeel
Najjar, sepupu dari Razan Najjar yang membeberkan fakta bahwa Razan Najjar
sengaja ditembak. Dalam sebuah wawancara yang diunggah Youtube TRT World,
Hadeel Najjar yang juga seorang relawan menyebutkan para petugas medis sudah
dijadikan target oleh para tentara.
Saat melakukan wawancara tersebut, Tribunnews.com menuliskan bawa ia
juga hampir tertembak. Hadeel kemudian melanjutkan penjelasannya bahwa saat
sampai ditempat, Razan sudah dijadikan target. Saat Razan tertembak di abgian
dada, dua teman Hadeel juga ditembak dan mendapatkan luka karena terserempet
peluru.
“Koleganya tersebut menjelaskan, "Saat kami sampai ditempatnya Razan sudah dijadikan target, ia ditembak dibagian dada dan dua teman kami lainnya juga ditembak dan mendapatkan luka terserempet peluru." (Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Selain itu, Hadeel juga menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang
para relawan, utamanya paramedis sangat berat. Tribunnews.com juga menuliskan
wawancara Razan yang mengatakan bahwa seluruh tim medis sangat berat.
Diterangkan bahwa Razan pada hari pertamanya harus menderita karena terkena
gas air mata sebanyak tiga kali dalam sehari.
Dalam wawancara Razan tersebut, Razan juga mengatakan hal yang sama
dengan Hadeel. Ia mengatakan bahwa seluruh tim medis menjadi target oleh
pasukan militer Israel. Razan mengatakan bahwa beberapa temannya ditembak
dibagian punggung, tangan hingga telinga.
"Seluruh tim medis menjadi target, seorang temanku ditembak dipunggungnya, dan temanku lainnya, seorang perawat ditembak di bagian tangan, serta temanku lainnya ditembak di dekat telinganya." (Dimas Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)
111 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan keterangan Razan, nilai moral yang digunakan pada berita ini
adalah kehidupan relawan yang berat karena selain juga bisa tertembak, mereka
juga harus menolong para korban yang terluka. Hadeel juga mengatakan bahwa
petugas medis seharusnya dilindungi oleh hukum internasional. Ia menekankan
bahwa seragam yang digunakan adalah tanda bahwa mereka pekerja medis yang
tidak boleh ditarget.
"Seluruh tim medis menjadi target, seorang temanku ditembak dipunggungnya, dan temanku lainnya, seorang perawat ditembak di bagian tangan, serta temanku lainnya ditembak di dekat telinganya." (Dimas Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Berita ke-11
Beredar Foto Seorang Tentara Wanita yang Tewaskan Perawat Muda
Palestina Razan Najjar, 3 Juni 2018
TRIBUNSTYLE.COM - Nama Razan Najjar menjadi perbincangan di seluruh dunia. Ia adalah seorang perawat yang masih muda, umurnya hanya 21 tahun saat ia ditembak mati oleh tentara. Saat itu ia tengah menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat di tengah aksi damai di Gaza. Setelah itu beredar foto tentara yang membunuh Razan di Gaza. Melansir dari Instagram @the_emancipated, wanita yang menembak Razan memiliki nama Rebecca, tak diketahui nama belakangnya, "Ia merupakan wanita yang lahir dan besar di Boston, Amerika Serikat. Meski berkewarganegaraan Amerika Serikat, pada usia 18 tahun ia meninggalkan semua yang ia punya untuk datang ke Israel dan tinggal di sana. Ia mendaftar masuk ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan. Tetapi setelah itu, ia memutuskan bahwa ia lebih cocok di lapangan. Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF. instagram.com/the_emancipated Pasukan Israel dilaporkan membunuh Razan Najjar pada Jumat (1/6/2018), saat Razan mencoba untuk membantu seorang pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Dilansir Tribunstyle.com dari situs Reuters, menurut pejabat kesehatan dan saksi, sementara Israel mengatakan militan telah menyerang pasukannya dengan tembakan dan granat. Kematian Razan Al-Najar membawa ke 119 jumlah warga Palestina yang tewas dalam demonstrasi mingguan yang diimulai pada 30
112 Universitas Kristen Petra
Maret di Jalur Gaza, sebuah daerah yang dikendalikan oleh kelompok Islam Hamas. Najar, seorang sukarelawan medis berusia 21 tahun, ditembak ketika dia berlari menuju pagar perbatasan berbenteng, di sebelah timur kota Gaza selatan, Khan Younis, dalam upaya untuk mencapai korban, kata seorang saksi. Mengenakan seragam putih, "dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan cara yang jelas, tetapi tentara Israel melepaskan tembakan dan dia tepat di dada," saksi, yang meminta tak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters. Seorang juru bicara militer Israel tidak segera berkomentar tentang pembunuhan Najar. Para perwira Israel sebelumnya mengatakan bahwa penembak jitu tentara hanya menargetkan orang-orang yang menunjukkan ancaman, tetapi peluru terkadang menyasar pada target yang tak bisa diprediksi. Pejabat medis Gaza mengatakan sedikitnya 100 warga Palestina terluka oleh tembakan tentara pada demonstrasi massa hari Jumat.
Pada berita ini, problem identification-nya adalah beredarnya foto seorang
perempuan penembak Razan Najjar. Perempuan tersebut merupakan tentara
pasukan pertahanan Israel (Israel Defense Force).
Informasi tersebut didapatkan dari akun Instagram, @the_emancipated,
yang diketahui wanita tersebut bernama Rebecca. Dikatakan bahwa Rebecca
adalah wanita kelahiran Israel yang besar di Boston, Amerika Serikat. Ia
bergabung ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki
spesialis di bidang pendidikan.
“Tetapi setelah itu, ia memutuskan bahwa ia lebih cocok di lapangan.Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.” (Dimas Setiawan Hutomo, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Berita ke-12
Jika Terbukti Kejahatan Perang, Ini Hukuman untuk Sniper Penembak
Paramedis Razan Najjar, 3 Juni 2018
TRIBUNJATIM.COM - Insiden penembakan kepada relawan medis Razan Najjar di perbatasan Palestina, ramai diperbincangkan publik. Razan Najjar tewas ditembak saat memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza, Palestina, Jumat (1/5/2018).
113 Universitas Kristen Petra
Wanita berusia 21 tahun tersebut menjadi sukarelawan sebagai tenaga medis bersama Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. Wanita muda tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka. Dari seberang pagar, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dada Najjar. Tak lama setelah ditembak, ia dinyatakan meninggal dunia. Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret. Najjar merupakan penduduk Khuzza, sebuah desa pertanian yang terletak di dekat perbatasan dengan Israel. Ribuan orang tumpah ruah di jalanan Gaza pada Sabtu (2/5/2018), mengantarkan jenazah Razan Najjar. Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka, isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Najjar ke peristirahatan terakhirnya. Terlihat pula beberapa paramedis berseragam warna putih memegang bendera Palestina dan foto Najjar. Baca: Dilamar Seorang Polisi Ganteng, Intip 10 Potret Kekasih Vanessa Angel yang Baru, Foto No 5 Ngeri Tentunya tindakan tentara Israel tersebut dikutuk oleh jutaan orang di dunia. Pasalnya, Najjar ditembak saat menolong para demonstran yang terluka. Rupanya, sniper tentara Israel tak boleh sembarang melakukan tembakkan. Para medis menggunakan seragam medis dan mengangkat tangan untuk menandakan jika dirinya adalah petugas medis. Hal ini menandakan jika mereka bukanlah ancaman dan tak sepatutnya ditembak. Baca: Kisah Ali Banat, Miliarder Muda yang Tanggalkan Kemewahannya dan Beramal Usai Didiagnosa Idap Kanker Dikutip dari Grid.ID, saksi mata menyebutkan jika Najjar dan sekelompok tim medis lainnya sudah mengangkat tanggan. "Namun, mereka tetap menembaknya," ujar seorang saksi mata. Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awwad menyebut tindakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) masuk dalam kategori kejahatan perang. "Aksi pasukan Israel merupakan bentuk pelanggaran langsung konvensi internasional," kecam Awwad seperti dilansir dari Russian Today. Baca: Lahir Tanpa Organ Intim, Wanita Ini Jalani Operasi Pakai Kulit Ikan Nila, Hidupnya Seketika Berubah!
114 Universitas Kristen Petra
Sementara Menteri Kehakiman Palestina, Ali Abu Diak, mendesak agar Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengambil tindakan. "Saya meminta ICC untuk mendokumentasikan kebrutalan Israel, dan menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang," kata Diak. Tembakan tentara Israel yang menewaskan Razan yang seorang paramedis di medan perang, secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. Sebab, salah satu poin penting dalam konvensi tersebut adalah bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik. Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan, "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus". Apalagi, Najjar secara jelas menggunakan seragam putih paramedis serta mengangkat tangannya saat akan menyelamatkan seorang demonstran. Baca: 5 Fakta Cinta Terlarang Pendeta Henderson dan Anak Angkat yang Dibunuh Diduga karena Cemburu Jika para penembak Najjar diketahui dan terbukti sebagai kejahatan perang, maka akan dijatuhi hukuman berat. Hanya ada dua jenis hukuman untuk penjahat perang: hukuman seumur hidup atau hukuman mati. Baca: 6 Fakta di Balik Sosok Pendeta Henderson Pembunuh Mahasiswi, Rajin Ibadah hingga Sayang Mertua Sosok Sniper yang Menembak Razan Al Najjar Setelah meninggalnya Najjar, beredar foto seorang tentara yang diklaim membunuh Razan. Dikutip dari Serambi Indonesia, hal ini berdasarkan posting-an Instagram @the_emancipated. Wanita yang menembak Najjar memiliki nama Rebecca, dari Boston, dan tak diketahui nama belakangnya. "This disgrace to humanity named, Rebecca (left) from Boston, is the person who murdered Razan Al Najjar (right), a 21 year old paramedic Palestinian girl who saved lives. What is the difference between Rebecca and Razan? 1. Rebecca is an American who chose to enlist in the israeli Occupying Forces. 2. Rebecca has absolutely no ties to Palestine. She isn’t from Palestine. 3. Rebecca chose to choose genocide as her career path. Meanwhile, Razan is Palestinian who was born and raised in Palestine, her ancestors are Palestinian, she’s a paramedic, and her career path was saving lives and encouraging her people to fight for justice, and to fight for their right of return. What’s wrong with this picture? Where is the justice? @UN @EU ." (Aib bagi kemanusiaan bernama, Rebecca (kiri) dari Boston, adalah orang yang membunuh Razan Al Najjar (kanan), seorang gadis paramedis Palestina berusia 21 tahun yang menyelamatkan nyawa. Apa perbedaan antara Rebecca dan Razan? 1. Rebecca adalah orang Amerika yang memilih untuk mendaftar di Pasukan Pendudukan
115 Universitas Kristen Petra
Israel. 2. Rebecca sama sekali tidak punya hubungan dengan Palestina. Dia tidak berasal dari Palestina. 3. Rebecca memilih untuk memilih genosida sebagai jalur kariernya. Sementara itu, Razan adalah orang Palestina yang lahir dan dibesarkan di Palestina, leluhurnya adalah orang Palestina, dia seorang paramedis, dan jalur karirnya menyelamatkan jiwa dan mendorong orang-orangnya untuk memperjuangkan keadilan, dan berjuang untuk mendapatkan hak mereka kembali. Apa yang salah dengan gambar ini? Dimana keadilannya? @UN @EU) Rebecca diketahui mendaftar masuk ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan. "Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.
Pada berita ini, permasalahan yang menjadi bingkai utama adalah masalah
hukum. Tribunnews.com menuliskan bahwa jika mmeang terbukti kejahatan yang
dilakukan oleh pasukan tentara Israel, maka akan ada hukuman yang dapat
ditimpahkan ke pelaku penembakan.
Diagnostic cause-nya karena penembakan tersebut melanggar Konvensi
Jenewa tahun 1949. Melalui konvensi tersebut, penembakan Razan oleh tentara
Israel dikecam berbagai pihak. Pasalnya, salah satu poin dalam konvensi tersebut
adalah bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika menjalankan tugasnya
untuk menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik
“Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan, "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus". (Pipin Tri Anjani, Tribunnews.com, 03/06/08)
Tribunnews.com menambahkan Najjar secara jelas menggunakan seragam putih
paramedis serta mengangkat tangannya pada saat dia akan ditembak.
Penyelesaian yang ditawarkan oleh Tribunnews.com adalah dua jenis
hukuman. Dalam beritanya, Tribunnews.com menuliskan bahwa jika para
penembak Najjar diketahui dan terbukti sebagai kejahatan perang, makan akan
dijatuhi hukuman berat.
“Hanya ada dua jenis hukuman untuk penjahat perang: hukuman seumur hidup atau hukuman mati.” (Pipin Tri Anjani, Tribunnews.com, 03/06/08)
116 Universitas Kristen Petra
Berita ini merupakan lanjutan dari berita sebelumnya setelah beredarnya
rumor pelaku penembakan Razan Najjar. Dari postingan instagram
@the_emancipated, Tribunnews.com menekankan
Berita ke-13 PSI Kutuk Tentara Israel yang Tembak Mati Paramedis Palestina Razan Al Najjar, 3 Juni 2018
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengutuk tindakan brutal tentara Israel yang menembak seorang paramedis Palestina. Diketahui, tembakan melalui sniper tentara Israel itu menewaskan perempuan berusia 21 tahun bernama Razan Al Najjar, Jumat (1/6/2018) lalu. Razan, yang merupakan relawan paramedis, tergabung dalam Organisasi Pertolongan Kedokteran Palestina (Jam'iyyah Ighatsah al-Thibbiyah al-Filisthiniyah) ditembak saat menolong para demonstran yang terluka di Khan Younis, Gaza Selatan. "Penembakan terhadap Razan Al Najjar, seorang paramedis Palestina yang sedang melaksanakan tugasnya merupakan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan tentara Israel," ujar Dara A. Kesuma Nasution, Juru Bicara PSI bidang Kepemudaan dan Perempuan, Senin (4/6/2018). Dara mengecam tindakan tentara Israel, lantaran Razan ditembak, meskipun ia telah mengenakan seragam paramedis. Baca: Pesawat Tempur Israel Bombardir Gaza Setelah Paramedis Palestina Tewas Ditembak Seharusnya, kata dia, setiap orang yang mengenakan seragam paramedis seharusnya dilindungi. "Melalui Konvensi Jenewa tahun 1949 dalam kondisi perang sekalipun, paramedis harus dilindungi saat menjalankan tugasnya, apalagi yang terjadi di Gaza bukan perang, tapi demonstrasi rakyat Palestina terhadap penjajah Israel," jelas perempuan yang juga merupakan caleg PSI dapil Sumut III itu. Untuk kasus ini, Dara melihat adanya indikasi kesengajaan dari tentara Israel yang memang sudah mengincar Razan. Hal itu lantaran, Razan telah menjadi ikon perlawanan rakyat Israel, usai wawancaranya dengan New York Times tersebar, bahwa ia bekerja 13 jam sehari untuk membantu para demonstran yang terluka. "Sebagai perempuan, Razan Al Najjar telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa. Ia menjadi ikon solidaritas kemanusiaan internasional yang terus mengirim pesan ke dunia agar penjajahan Israel atas tanah Palestina dihentikan," tandasnya.
117 Universitas Kristen Petra
Permasalahan yang menjadi fokus utama adalah kutukan PSI yang
dilayangkan ke tentara Israel. PSI mengutuk tentara Israel menyusul insiden
penembakan Razan Najjar.
Juru Bicara PSI bidang Kepemudaan dan Perempuan, Dara A. Kesuma
Nasution mengutuk tindakan tentara Israel karena Razan meruapakan relawan
medis yang tergabung dalam Organisasi Pertolongan Kedokteran Palestina.
Terlebih lagi, ia mengatakan bahwa Razan ditembak saat sedang menjalankan
tugasnya.
Dara A. Kesuma Nasution menilai bahwa tindakan Israel tersebut
merupakan kejahatan kemanusiaan. Kata dia, seharusnya setiap orang yang
mengenakan seragam medis harus dilindugi. Pernyataan itu berdasarkan konvensi
Jenewa tahun 1949 yang mengatur tentang perang. Ia pun menambahkan apalagi
saat terjadinya insiden tersebut, yang terjadi bukanlah perang, namun hanya
demonstrasi.
"Melalui Konvensi Jenewa tahun 1949 dalam kondisi perang sekalipun, paramedis harus dilindungi saat menjalankan tugasnya, apalagi yang terjadi di Gaza bukan perang, tapi demonstrasi rakyat Palestina terhadap penjajah Israel," jelas perempuan yang juga merupakan caleg PSI dapil Sumut III itu.” (Hasanudin Aco, Tribunnews.com, 04/06/2018)
Dara melihat adanya indikasi kesengajaan dari tentara Israel.
Tribunnews.com memberitakan bahwa Dara menilai tentara Israel memang sudah
mengincar Razan. Alasannya karena wawancara Razan yang menunjukkan bahwa
Razan adalah perempuan yang berani. Dara berpendapat bahwa ia menjadi ikon
solidaritas kemanusiaan internasional yang seakan mengirimkan pesan ke dunia
bahwa penjajahan Israel atas tanah Palestina harus dihentikan.
"Sebagai perempuan, Razan Al Najjar telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa. Ia menjadi ikon solidaritas kemanusiaan internasional yang terus mengirim pesan ke dunia agar penjajahan Israel atas tanah Palestina dihentikan," tandasnya.” (Hasanudin Aco, Tribunnews.com, 04/06/2018)
Pemilihan narasumber oleh Tribunnews.com berkaitan dengan gender di
mana Dara A. Kesuma adalah Juru Bicara PSI bidang kepemudaan dan
118 Universitas Kristen Petra
Perempuan. Pemilihan ini tentunya berkaitan pula dengan pengakuan Razan
sebelumnya yang berjuang ditengah masyarakat Palestina yang konservatif.
Razan juga menolak penilaian masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di lapangan, di mana ia sendiri akan melakukan shift 13 jam, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 8 malam. (Suut Amdani, Tribunnews.com, 03/06/2018)
Tribunnews.com seolah menggambarkan pentingnya perjuangan
perempuan bahkan di bidang yang selama ini dimonopoli oleh kaum lelaki di
tengah masyrakat yang konservatif seperti Palestina.
Berita ke-14
5 Pengakuan Wanita yang Dituduh Tembak Razan Najjar, 4 Juni 2018
TRIBUNJATIM.COM - Kematian Razan al-Najjar, paramedis Palestina yang tewas ditembak tentara Israel masih ramai diperbincangkan. Setelah meninggalnya Razan, beredar foto seorang tentara yang diklaim membunuhnya. Tuduhan pada seorang wanita bernama Rebecca tersebut, diduga berasal dari akun Facebook Suhair Nafal (dengan lebih dari 13.000 followers), seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois, yang mengatakan dia berasal dari Ramallah. Akun wanita tersebut mem-posting foto Rebecca yang diterbitkan empat tahun lalu di akun Facebook resmi militer Israel, 'Israel Defense Forces'. Baca: Usai 5 Bulan, Pengacara Bocorkan Nasib Perawat yang Lecehkan Pasien, Sebut Ada yang Todongkan Pistol Posting-an asli Nafal, diterbitkan pada pukul 8.25, tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Rebecca membunuh Najjar. Sebaliknya, ia menempatkan foto-foto kedua wanita berjejer satu sama lain, menyebut Rebecca sebagai "Zionis Amerika dari Boston dengan 'zero ties' untuk menduduki Palestina yang bergabung dengan militer 'Israel' (untuk berpartisipasi dalam pembersihan etnis penduduk asli Palestina)". Nafal, dilansir dari timesofisrael.com, mengambil gambar dan deskripsi Rebecca dari unggahan di akun Facebook resmi IDF pada Mei 2014. Pada unggahan tersebut, militer menuliskan dia sebagai seorang tentara kelahiran Boston yang, pada usia 18, pindah ke Israel dan 'bergabung dengan IDF sebagai seorang prajurit yang berspesialisasi dalam pendidikan, tetapi kemudian memutuskan bahwa dia dimaksudkan untuk lapangan.'
119 Universitas Kristen Petra
Dalam gambar, Rebecca terlihat berdiri di padang pasir dengan peralatan tempur lengkap, tersenyum ke kamera saat dia memegang senapan M-16. "Hari ini dia adalah seorang pejuang terlatih di IDF Field Intelligence, membela rumah yang dia kenal dan cintai," tulis akun Facebook IDF. Tiga jam setelah Nafal menerbitkan posting-annya, halaman Facebook 'Freedom for Gaza' yang memiliki lebih dari 100.000 pengikut, mengunggah dan mengutip deskripsi mantan tentara dari 2014 tersebut, lalu menambahkan: "'Pembunuh terlatih' ini mengeksekusi seorang perawat Palestina berusia 21 tahun di Gaza saat dia membantu warga sipil yang terluka." Informasi tersebut lalu tersebar dan ikut dibagikan akun-akun media sosial lainnya. Nama wanita bernama Rebecca-pun ikut merasakan imbasnya. Ia dituduh sebagai sniper yang menewaskan Najjar. Fotonya pun viral dan beredar di media sosial. Akhirnya Rebeccapun angkat bicara. Dilansir dari TribunBogor, berikut pengakuannya : 1. Tak pernah jadi sniper Situs Times of Israel menghubungi langsung Rebecca untuk meminta keterangan darinya. Rebecca memang seorang tentara IDF (Israel Defense Forces) dan direkrut pada tahun 2014. Namun tidak sekalipun dia menjadi sniper selama bertugas menjadi tentara IDF. Dia hanya bertugas sebagai tentara biasa dan tidak pernah mengambil pelatihan sebagai penembak jitu. 2. Seorang guru Saat ini, Rebecca juga sudah tidak aktif dan diberhentikan selamanya dari IDF selama 2 tahun terakhir ini. Dia memang masih tinggal di Israel, tapi bekerja sosial sebagai relawan guru bahasa Inggris di sekolah dasar di Israel. 3. Foto yang tersebar memang Rebecca Foto Rebecca dengan seragam IDF dan membawa pistol memang benar dirinya. Foto itu diterbitkan di halaman Facebook Israel Defense Forces pada 27 Mei 2014 saat Becca baru saja bergabung. Saat ini, militer Israel mengklaim sedang melakukan penyelidikan terkait penembakan Razan al Najjar. Yang jelas, foto Rebecca dengan tuduhan sebagai pembunuh Razan itu tidak benar. 4. Nasibnya kini Sayangnya, sejak berita hoax itu tersebar, Rebecca mendapat pesan ancaman di media sosialnya dan membuatnya terpaksa menutup akun Instagramnya. Dia lalu menghubungi kantor polisi setempat, meminta bantuan karena banyak sekali ancaman dikirim ke kotak pesan Facebooknya.
120 Universitas Kristen Petra
Termasuk ancaman pembunuhan. Juru bicara IDF mendorong Rebecca untuk membuat video klarifikasi tentang rumor tersebut. Video itu dipublikasikan oleh kelompok advokasi Israel, StandWithU. 5. Video klarifikasi Rebecca Dalam video tersebut, Rebecca mengatakan bahwa postingan di "Freedom for gaza" telah "menyebabkan ratusan pesan kebencian dan ancaman pembunuhan terhadap hidup saya dan kehidupan teman saya." Ia juga mengatakan halaman Facebook yang mendukung kelompok-kelompok teror Palestina harus mengajukan protes terhadap Hamas, jika para administrator khawatir tentang nasib warga Gaza - klaim umum yang dibuat oleh para pejabat Israel. “Mereka mengatakan kepada saya apa yang harus saya katakan di video. Saya sedikit ketakutan. Saya baru saja mengatakannya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa itu akan membantu menghentikan ini, ”kata Rebecca. Berikut videonya : Begitu publik tahu jika klaim terhadap Rebecca ternyata salah, Nafal dan halaman Facebook 'Freedom for Gaza' mengedit posting-annya. Nafal menukar gambar Rebecca dengan seorang tentara IDF wanita yang berbeda dan menghapus deskripsi Rebecca. Nafal juga menerbitkan posting kedua yang mengatakan bahwa dia tidak pernah bermaksud untuk menyatakan bahwa Rebecca telah membunuh Razan, tetapi tetap menyatakan bahwa Rebecca masih seorang 'teroris'. Sementara, halaman Facebook 'Freedom for Gaza' menjaga posting-an aslinya tetap utuh, tetapi menambahkan pemberitahuan di bagian atas, “apakah itu sniper atau yang lainnya, apakah itu benar-benar penting? Mereka SEMUA membunuh lelaki, perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah.” (Ani Susanti, Tribunnews.com, 04/06/2018)
Pada berita ini, Tribunnews.com melihat masalah yang diidentifikasi
adalah sosok Rebecca yang dikabarkan menjadi pelaku penembakan Razan
Najjar. Tuduhan ini dikabarkan berasal dari akun Facebook milik Suhair Nafal
(dengan lebih dari 13.000 followers), seorang wanita yang tinggal di Chicago,
Illionis, yang mengatakan bahwa ia berasal dari Ramallah.
“Kematian Razan al-Najjar, paramedis Palestina yang tewas ditembak tentara Israel masih ramai diperbincangkan. Setelah meninggalnya Razan, beredar foto seorang tentara yang diklaim membunuhnya. Tuduhan pada seorang wanita bernama Rebecca tersebut, diduga berasal dari akun Facebook Suhair Nafal (dengan lebih dari 13.000 followers), seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois, yang mengatakan dia berasal dari Ramallah.”
121 Universitas Kristen Petra
Tribunnews.com menuliskan bahwa foto tersebut diambil dari akun
Faceook resmi milik militer Israel, ‘Israel Defense Forces’. Foto Rebecca awalnya
diunggah oleh IDF pada Mei 2014. Foto tersebut kemudian diambil kemudian
Nafal menuliskan bahwa dia sebagai seorang tentara yang lahir di Boston
kemudian pindah dan bergabung dengan IDF sebagai seorang prajurit dengan
spesialisasi di bidang pendidikan. Nafal menambahkan pada akhirnya Rebecca
memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan.
Diagnostic Cause pada berita ini adalah postingan Nafal kemudian
diambil oleh akun Facebook ‘Freedom for Gaza’ yang menambahkan deskripsi
‘pembunuh terlatih’. Freedom for Gaza juga menambahkan perempuan tersebut
adalah pelaku penembakan perawat Palestina di Gaza. Informasi ini lalu menyebar
dan ikut dibagikan akun media sosial lainnya.
Make moral judgement yang dipakai Tribunnews.com adalah pernyataan
Rebecca yang meminta semua pihak untuk terlebih dahulu mengecek kebenaran
sebelum ikut menuduh dirinya.
Meskipun tuduhan terhadap Rebecca tidak benar, namun Tribunnews.com
menekankan postingan freedom for Gaza di facebook bahwa terlepas dari benar
atau tidaknya tuduhan tersebut, tentara Israel, IDF, adalah pembunuh laki-laki dan
perempuan. Pesan selain membawa informasi juga memberikan makna kepada
siapa saja yang menginterpretasikannya. Dalam komunikai politik, pesan yang
disampaikan dapat sebagai peluru untuk mempengaruhi atau mempersuasi
komunikan. (Subiakto & Ida, 2012, p. 40).
Berita ke-15
Razan Ditembak Mati Saat Jadi Relawan Medis, Ini Pasal Terkait Kejahatan
Perang dan Hukumannya, 4 Juni 2018
TRIBUNNEWS.COM - Kematian relawan medis perempuan Palestina Razan Al-Najjar setelah ditembak oleh penembak runduk (sniper) Israel di Jalur Gaza, Palestina, ramai diperbincangkan. Hampir semua mengutuk tindakan keji tentara Israel terhadap Najjar. Apalagi, Najjar yang baru berusia 21 tahun tersebut ditembak saat sedang menolong seorang demonstran yang terluka di Khan Younes.
122 Universitas Kristen Petra
Selain itu, Najjar juga mengenakan seragam putih yang menandakan dirinya adalah petugas medis serta mengangkat tangannya yang menandakan dia bukanlah ancaman. "Namun, mereka tetap menembaknya," ujar salah seorang saksi mata. Selain Najjar ada empat paramedis lain yang dilaporkan mengalami luka-luka saat unjuk rasa berlangsung, Jumat (1/6/2018). Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awwad, menyebut tindakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) masuk dalam kategori kejahatan perang. "Aksi pasukan Israel merupakan bentuk pelanggaran langsung konvensi internasional," kecam Awwad seperti dilansir Russian Today. Sementara Menteri Kehakiman Palestina, Ali Abu Diak, mendesak agar Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengambil tindakan. "Saya meminta ICC untuk mendokumentasikan kebrutalan Israel, dan menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang," kata Diak. Kejahatan Perang Kematian Najjar yang merupakan seorang paramedis di medan perang akibat tembakan dari tentara Israel secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. Sebab, salah satu poin penting dalam konvensi tersebut adalah bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik. Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus". Apalagi, Najjar secara jelas menggunakan seragam putih paramedis serta mengangkat tangannya saat akan menyelematkan salah seorang demonstran. Jika pada akhirnya apa yang dilakukan penembak runduk Israel terhadap Najjar benar-benar terbukti sebagai kejahatan perang menurut Pengadilan Kriminal Internasional, maka hukuman yang akan dijatuhkan sangatlah berat. Sebab, sampai saat ini, hanya ada dua jenis hukuman untuk penjahat perang: hukuman seumur hidup atau hukuman mati. (Intisari/Ade Sulaiman)
Berita ke-16
Rencana Bertunangan Kandas, Isak Tangis Sang Kekasih di Pusara Razan
Al Najjar Sungguh Sayat Hati, 4 Juni 2018
123 Universitas Kristen Petra
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kepergian paramedis yang rela bertaruh nyawa demi selamatkan korban di Palestina ini masih jadi topik hangat pembicaraan beberapa situs berita. Paramedis bernama Razan Al Najjar ini sudah dimakamkan pada Sabtu (2/6/2018). Ratusan orang berteriak takbir ketika jenazah Razan Al Najjar, yang ditutupi dengan bendera Palestina, dibawa dipanggul ke atas ketika dikeluarkan dari ambulans. Razan () Rompi yang menjadi saksi bisu kekejaman Israel terhadap perempuan 21 tahun ini pun ikut disematkan di atas jenazah Razan. Sontak hal ini pun menuai respek dan keharuan luar biasa bagi para penduduk Palestina. Baca: Datang ke Wisuda Anak, Samuel Rizal Tunjukkan Sikap Begini ke Suami Mantan Istrinya, Netter Salut Baca: KPU Kota Bogor Libatkan 100 Orang Untuk Lipat Surat Suara Pilkada Jawa Barat 2018 Dilaporkan skynews dan Aljazeera, iring-iringan pemakaman Razan pun berlangsung riuh seperti lautan manusia. Belasan ambulans, sirene meraung, minibus, mobil, dan sepeda motor melaju di jalan-jalan kota Khan Younes di selatan Gaza. Ribuan orang berjajar di jalan-jalan, lalu diikuti ketika iring-iringan pemakaman meninggalkan jalanan kota menuju pedesaan tempat Razan akan dimakamkan. Beberapa orang berebut ingin ikut menandu jenazah Razan, membawanya ke tempat peristirahatan terakhir. jenazah Razan () Hal ini sebagai sebuah simbolis momen pembangkangan rakyat Palestina yang sudah lama dijajah oleh bangsa Israel sejak 1948. Takbir dan isak tangis iringi pemakaman Razan. Walaupun tak bersaudara dekat, tapi sesama umat muslim yang merasakan penderitaan dibombardir Israel, warga Palestina serentak ungkapkan duka mereka. Seperti yang diketahui, Razan ini menjadi korban ke-119 dari warga Palestina sejak akhir Maret 2018. Razan meninggal saat dia berlari menuju pagar di Khuza'a untuk menyelamatkan korban yang terkapar di pagar perbatasan, pada hari Jumat (1/6/2018). Ia mengangkat kedua lengannya untuk menunjukkan kepada tentara Israel yang 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Ia hanya seorang paramedis, terlihat dari rompi medis yang dikenakannya. Razan () Namun, tiba-tiba tembakan sporadis ditembakkan ke udara dan mengenai punggung perawat cantik ini.
124 Universitas Kristen Petra
Para saksi mengatakan dia ditembak mati oleh seorang sniper Israel, dan sang ayah menunjukkan rompi medisnya yang berlumuran darah dan ada lubang peluru. Razan sudah berusaha diselamatkan oleh tim dokter. Namun sayang, naywanya tak tertolong, ia dinyatakan mati syahid. Razan yang ditangisi sahabatnya () Baca: Jelang Arus Mudik, Bus yang Tak Laik Jalan Dilarang Beroperasi Baca: Heboh Target Pengumpulan Zakat, Bazis DKI Jakarta Tak Diakui Baznas Kesedihan ini pun tak hanya dirasakan keluarga, sahabat, rakyat Palestina dan umat islam seluruh dunia, tapi juga sang kekasih Razan Al Najeer. Ya. Razan Al Najjar sudah memiliki kekasih bernama Izzat Shatat. Izzat Shatat berusia 23 tahun ini merupakan pekerja ambulans sukarela. Usai dimakamkan, terlihat dari akun Instagram @insta_falastin, Izzat tak berhenti menangis. Ia yang masih mengenakan jas putih menangis tersedu-sedu di atas pusara sang kekasih, Razan. Teman-teman yang lain pun sempat mengingatkan dan membangunkan Izzat. Tapi Izzat masih tak kuasa ditinggalkan Razan. Ia beberapa kali mengambil bunga yang sudah ditaburkan di atas makam Razan. Baca: Datang ke Wisuda Anak, Samuel Rizal Tunjukkan Sikap Begini ke Suami Mantan Istrinya, Netter Salut Baca: Terduga Teroris di Lampung Ditangkap Polisi Kepada The Times of Israel, Izzat mengatakan kalau dirinya dan Najjar akan mengumumkan pertunangan mereka pada akhir Ramadan. Izzat juga sempat mengatakan kalau dia khawatir bahkan meminta Razan untuk tidak pergi ke daerah perbatasan pada hari Jumat. Akan tetapi, rupanya Razan menolaknya. Razan tetap berlari ke garis perbatasan tersebut dan disana pula ia meninggal dunia. “Dia membantu semua orang. Dia tidak pernah menolak untuk membantu. Dia adalah orang pertama yang berlari ke arah siapa pun ketika dia ditembak, ” kata Izzat sambil menangis. Ini adalah kerugian di antara ribuan kerugian di mana Razan akan sangat dirindukan oleh keluarga dan rekan-rekannya. Wanita ini terbunuh menyelesaikan tugas yang pasti membuat nama Razan menjadi pahlawan.
Pada berita kali ini, terlihat dari judulnya bahwa Razan dikabarkan
memiliki kekasih. Kemudian yang menjadi fokus permasalahan yang diberikan
pada Tribunnews.com adalah masalah empati. Tribunnews.com mengabarkan
125 Universitas Kristen Petra
bahwa kepergian Razan ternyata tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga,
namun juga kepada rekan-rekannya, terutama kekasihnya.
“Kesedihan ini pun tak hanya dirasakan keluarga, sahabat, rakyat Palestina dan
umat islam seluruh dunia, tapi juga sang kekasih Razan Al Najeer.” (Yuyun
Hikmatul Uyun, Tribunnews.com, 04/06/2018)
Permasalahan ini muncul setelah diketahui melalui keterangan Izzat,
kekasih Razan yang mengatakan mereka akan melakukan pertunangan pada akhir
Ramadhan 2018. Izzat diketahui adalah pekerja ambulans sukarela yang berumur
23 tahun. Tribunnews.com memberitakan bahwa Izzat tidak kuasa ditinggalkan
Razan dan beberapa kali mengambil bunga yang sudah ditaburkan di atas makam
Razan.
Melalui The Times os Israel, Izzat mengatakan kalau dirinya dan Najjar
akan mengumumkan pertunangan mereka pada akhir Ramadhan. Ia sempat
mengatakan kekhawatirannya kepada Razan dan bahkan meminta Razan untuk
tidak pergi ke daerah perbatasan pada hari Jumat. Permintaannya tersebut
kemudian ditolak dan akhirnya Razan tetap berlari ke garis perbatasan tersebut
dan ia lalu meinggal.
Nilai moral yang digunakan oleh Tribunnews.com adalah kepergian Razan
tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarganya, namun bagi warga Palestina
dan rekan-rekannya terutama Izzat, kekasih Razan. Tribunnews.com
menambahkan bahwa Razan yang mati saat menyelesaikan tugasnya membuat
namanya menjadi pahlawan.
Berita ke-17
Kecam Pembunuhan Perawat Palestina, Warga Paris Tuntut PM Israel
Dijadikan Penjahat Perang, 6 Juni 2018
TRIBUNNEWS.COM, Paris - Kedatangan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, ke Prancis disambut oleh gelombang demonstrasi di Kota Paris, pada Selasa (5/6/2018). Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas untuk warga Palestina yang selama ini berada di bawah invasi Israel. Selain itu para pendemo juga mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina, Razan al Najjar, oleh tentara Israel.
126 Universitas Kristen Petra
Dilansir oleh Al-Jazeera, para pendemo menuntut agar Netanyahu diseret ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang akibat pembunuhan Razan. "Saya merasa sangat terganggu dengan pembunuhan yang tidak berperikemanusiaan terhadap perawat muda, Razan al Najjar, yang melawan hukum internasional," ujar mahasiswa kesehatan, Yasmine, yang turut serta dalam aksi tersebut. Dalam aksi tersebut, para pendemo meneriakan bahwa Netanyahu adalah pembunuh. Mereka juga membawa foto Razan sebelum meninggal, mereka juga menuduh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sebagai kaki tangan Israel. "Israel pembunuh, Macron kaki tangan," seru pendemo. Seperti diketahui, wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, Palestina kembali memanas seusai Amerika Serikat memindahkan Kedutaan Besarnya ke Yerusalem. Puncaknya adalah ketika seorang perawat Palestina dilaporkan tewas terbunuh sniper Israel. Dalam insiden itu, perawat berusia 21 tahun tersebut sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza. Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka.
Permasalahan yang menjadi fokus utama pada berita ini ada pada sisi
kemanusiaan. Kedatangan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, ke
Perancis. mengundang gelombang demonstrasi di kota Paris.
Para pendemo melakukan aksi ini sebagai bentuk solidaritas untuk warga
Palestina yang berada di bawah invasi Israel. Selain itu, mereka juga mengecam
pembunuhan Razan yang baru-baru ini terjadi.
“Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas untuk warga Palestina yang selama ini berada di bawah invasi Israel. Selain itu para pendemo juga mengecam pembunuhan terhadap perawat Palestina, Razan al Najjar, oleh tentara Israel.” (Fahdi Fahlevi, Tribunnews.com, 06/06/2018)
Disini, nilai moral yang digunakan adalah pernyataan para pendemo yang
menyatakan Benyamin Netanyahu sebagai penjahat perang dan pembunuh.
Perdana Menteri merupakan jabatan yang biasanya dijabati oleh politikus. Jabatan
ini memiliki wewenang kekuasaan hingga di bidang militer. (perdana menteri dan
presiden, 2017, par. 3).
“Dalam aksi tersebut, para pendemo meneriakan bahwa Netanyahu adalah pembunuh. Mereka juga membawa foto Razan sebelum
127 Universitas Kristen Petra
meninggal, mereka juga menuduh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sebagai kaki tangan Israel.”
Selain Benyamin, Presiden Perancis, Emmanuel Macron, juga disebut para
pendemo sebagai kaki tangan Israel.Istilah kaki tangan berarti seseorang yang
diperalat untuk membantu pihak yang memperalat. (KBBI, n. d.) Presiden
Perancis diposisikan sebagai pihak yang mendukung Israel dan
dikambinghitamkan oleh para pendemo.
Penyelesaiannya terdapat pada pernyataan para pendemo yang menuntut
agar Netanyahu diseret ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang
akibat pembunuhan Razan. Pernyataan salah satu mahasiswa kesehatan, Yasmine
mengatakan pembunuhan tersebut sangat ttidak berperikemanusiaan.
"Saya merasa sangat terganggu dengan pembunuhan yang tidak berperikemanusiaan terhadap perawat muda, Razan al Najjar, yang melawan hukum internasional," ujar mahasiswa kesehatan, Yasmine, yang turut serta dalam aksi tersebut.
Berita ke-18
Baju Putih Razan al-Najjar, kode penyelemat ‘yang diabaikan’ penembak
jitu Israel, 14 Juni 2018
Penembakan terhadap perawat Palestina Razan al Najjar membuat para tenaga medis di Gaza khawatir tidak ada lagi jaminan terhadap keselamatan mereka saat bertugas. Soalnya selama ini, tenaga medis di Jalur Gaza sebenarnya sudah memiliki prosedur ketika membantu orang-orang yang terluka agar tidak menjadi korban sniper atau penembak jitu Israel. Namun penembakan atas Razan membuat mereka menjadi khawatir jika prosedur itu tidak membantu lagi. Prosedur yang selama ini ditempuh adalah mengenakan baju putih dengan garis warna yang mencolok untuk memastikan penembak jitu mengenali mereka dari jarak jauh. Saat mendekati korban yang jatuh di dekat pagar perbatasan Gaza-Israel, mereka akan bergerak perlahan, mengangkat tangan, dan berteriak keras-keras, "Jangan menembak, ada yang terluka." Prosedur ini penting agar di antara ban-ban yang terbakar dan asap dari gas air mata, mereka tetap dikenali sebagai tenaga medis dan tidak akan ditembak tentara Israel. Getty ImagesIbunda Nazar, Sabrine al Najjar, saat menghadiri pemakaman Nazar.
128 Universitas Kristen Petra
Namun, itu tadi, prosedur tersebut dikhawatirkan tak bisa lagi menjadi jaminan keselatan setelah perawat dari Desa Khuza'a, Gaza, Razan al Najjar tewas terkena tembakan sniper pada Jumat, 1 Juni lalu. "Razan selalu berpikiran baju putih yang ia kenakan akan bisa melindunginya," kata Sabrine al Najjar, ibunda Razan, beberapa hari setelah pemakamannya yang dihadiri ribuan orang. "Dunia tahu apa arti baju putih yang ia kenakan," tambah Sabrine dalam wawancara dengan koran Inggris The Guardian di rumahnya di Khuza'a. Pada Jumat, 1 Juni, Razan terjatuh setelah dadanya tertembus peluru tajam saat tengah mendekati korban dan nyawanya tak bisa diselamatkan lagi. Sabrine -dalam perbincangan dengan wartawan situs berita Middle East Eye- mengatakan tentara Israel tahu siapa Razan, ""Mereka tahu ia adalah tenaga medis yang membantu merawat para demonstran yang terluka." "Peluru tepat diarahkan ke dadanya, ini bukan peluru nyasar," tegasnya yakin anaknya sengaja ditembak. Israel rilis video Razan Aksi unjuk rasa di perbatasan Jalur Gaza-Israel sering digelar sejak 30 Maret, yang disebut sebagai the Great March of Return, untuk menuntut hak bagi rakyat Palestina kembali ke rumah-rumah mereka setelah diusir pada 1948. Pada hari Razan mati tertembak, empat tenaga medis Palestina lain terluka saat merawat sekitar 100 demonstran, 40 di antaranya terkena tembakan peluru tajam tentara Israel. EPAAksi protes warga Gaza di dekat perbatasan dengan Israel untuk menuntut hak kembali bagi rakyat Palestina yang diusir pada 1948. "Razan biasanya meninggalkan rumah pada pukul 7.00 pagi dan kembali sekitar pukul 20.00. Di lapangan ia mengobati orang-orang yang terluka. Ia pemberani dan tak pernah takut dengan sniper Israel," ungkap Sabrine. "Seragam putih yang ia kenakan biasanya penuh dengan bercak darah para korban. Di lokasi unjuk rasa, ia baru pulang ketika sudah tidak ada lagi pemrotes yang memerlukan perawatan." Kematian Razan membuat masyarakat internasional mengecam keras Israel. Mereka menyayangkan dan prihatin mengapa perawat yang jelas-jelas mengenakan seragam dan atribut medis serta tengah melakukan tugas kemanusiaan ditembak. Militer Israel mengatakan akan melakukan investigasi resmi. Para pejabat militer Israel juga mengatakan bahwa penembakan Razan bukan kesengajaan. "Penelitian awal atas insiden ini... menemukan bahwa peluru ditembakkan... dan tidak ada tembakan yang sengaja diarahkan kepadanya," demikian pernyataan militer Israel. https://twitter.com/ofirgendelman/status/1004663346287738880
129 Universitas Kristen Petra
Belakangan militer dan pejabat Israel, di antaranya juru bicara PM Benjamin Netanyahu, merilis video pendek wawancara Razan yang sepertinya menunjukkan bahwa ia adalah tameng manusia dan ia melakukannya untuk kelompok Hamas. Banyak pihak mengecam video ini karena diketahui video itu sudah diedit karena dalam video yang sesungguhnya, Razan mengatakan bahwa ia berada di lokasi unjuk rasa untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka di garis depan. Ia juga sama sekali tidak meyebut nama Hamas.
Permasalahan utama pada berita ini adalah kekhawatiran akan prosedur
tenaga medis di Jalur Gaza yang tidak lagi menjadi jaminan keamanan bagi para
medis. Selama ini, tenaga medis di Gaza memiliki beberapa prosedur yang
membantu mereka agar tidak menjadi target penembak jitu Israel.
Prosedur yang selama ini ditempuh adalah mengenakan baju putih dengan
garis warna yang mencolok agar penembak jitu dipastikan dapat mengenali
mereka dari jarak jauh. Saat hendak menolong korban, para tenaga medis harus
bergerak perlahan sambil mengangkat tangan dan berteriak dengan keras.
“Prosedur ini penting agar di antara ban-ban yang terbakar dan asap dari gas air mata, mereka tetap dikenali sebagai tenaga medis dan tidak akan ditembak tentara Israel.” (Tribunnews.com, 14/06/2018)
Kekhawatiran ini muncul setelah terjadi penembakan paramedis Razan
Najjar. Seperti yang diketahui, Razan tewas tertembak saat hendak menolong
korban luka, meskipun sudah melakukan prosedur yang ditentukan.
“Namun, itu tadi, prosedur tersebut dikhawatirkan tak bisa lagi menjadi jaminan keselatan setelah perawat dari Desa Khuza'a, Gaza, Razan al Najjar tewas terkena tembakan sniper pada Jumat, 1 Juni lalu.”
Nilai moral yang diberikan pada berita ini adalah tidak ada lagi prosedur
yang dapat menjamin keselamatan para tenaga medis di Jalur Gaza. Sabreen
mengungkapkan bahwa Razan sebelumnya selalu berpikir bahwa baju putih yang
ia kenakan akan bisa melindunginya.
Kematian Razan kemudian mengundang kecaman keras kepada Israel dari
masyarakat Internasional. Mereka menyayangkan dan mempertanyakan
penembakan Razan Najjar yang jelas mengenakan seragam dan atribut medis di
saat hendak melakukan tugas kemanusiaan.
“Kematian Razan membuat masyarakat internasional mengecam keras Israel. Mereka menyayangkan dan prihatin mengapa perawat
130 Universitas Kristen Petra
yang jelas-jelas mengenakan seragam dan atribut medis serta tengah melakukan tugas kemanusiaan ditembak.”
Penyelesaian yang terdapat pada berita ini adalah penyelidikan militer
Israel yang terus dilanjutkan. Meskipun demikian, pihak militer Israel
mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara melihat bahwa
penembakan Razan tidak disengaja.
"Penelitian awal atas insiden ini... menemukan bahwa peluru ditembakkan... dan tidak ada tembakan yang sengaja diarahkan kepadanya," demikian pernyataan militer Israel.”
Masalah yang lain juga muncul perihal video yang diunggah oleh Perdana
Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang merilis video pendek wawancara
Razan. Dalam video tersebut, kesalahan ditimpahkan ke pihak Hamas di mana
Razan disebut sebagai tameng manusia dan melakukannya untuk kepentingan
kelompok Hamas.
Karena video tersebut, banyak piham yang mengecam karena video
tersebut telah diedit. Dalam video sesungguhnya, Razan mengatakan hal yang
berbeda. Razan bahkan tidak menyebutkan nama Hamas sama sekali.
“Banyak pihak mengecam video ini karena diketahui video itu sudah diedit karena dalam video yang sesungguhnya, Razan mengatakan bahwa ia berada di lokasi unjuk rasa untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka di garis depan. Ia juga sama sekali tidak meyebut nama Hamas.”
Berita ke-19
Tentara Israel Sengaja Tembak Razan al-Najjar, Relawan Medis Wanita
Palestina, 18 Juli 2018
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Sebuah investigasi yang digelar aktivis HAM menyebutkan pasukan Israel sengaja menembak relawan medis wanita Palestina. Razan al-Najjar tewas dengan luka tembak di dada ketika berusaha menolong seorang demonstran Palestina di Gaza pada 1 Juni lalu. Dilansir Al Jazeera Rabu (18/7/2018), militer Israel kemudian memberikan rilis resmi bahwa insiden itu merupakan kecelakaan. B'Tselem, organisasi HAM yang berbasis di Israel, menyimpulkan penembakan terhadap al-Najjar disengaja. Juru bicara organisasi, Amit Gilutz, berujar seorang pasukan Israel membidik dan sengaja menembak al-Najjar dari jarak 25 meter dari pagar perbatasan. "Bertolak belakang dengan apa yang disampaikan militer Israel, fakta yang kami dapatkan memberi kebenarannya," ujar Gilutz.
131 Universitas Kristen Petra
Baca: Baju putih Razan al Najjar, kode penyelamat yang diabaikan penembak jitu Israel Kesimpulan tersebut diambil B'Tselem setelah mereka mendapat pengakuan dari Rami Abu Jazar, relawan medis lain yang bersama al-Najjar saat kejadian. Jazar bercerita. pada pukul 18.00 waktu setempat di hari itu, sekelompok relawan medis mendekati pagar untuk menyelamatkan dua pengunjuk rasa. "Paramedis menggunakan jaket medis dan mengangkat tangan ke arah militer Israel untuk memberi tahu keberadaan mereka," kata Jazar. Namun, saat menyelamatkan dua demonstran itu, militer Israel tiba-tiba menembakkan gas air mata ke arah mereka. Saat itu Jazar berkaya al-Najjar terbatuk-batuk yang membuat grup paramedis itu harus menjauh dari pagar tersebut. Setelah gas hilang, mereka kembali mendekati tempat itu. Saat itu, jarak mereka adalah 25 meter dari pagar. Di saat itulah, ada dua tentara yang keluar dari jeep, dan mengambil posisi menembak runduk (sniper stance) kepada mereka. Saat itu, Jazar menyatakan al-Najjar berada di belakangnya. Sementara seorang anggota lain, Rasha, berdiri di belakang. "Ketika kami berbicara, pasukan itu menembakkan dua peluru ke arah kami. Saya melihat Razan, ada lubang di punggungnya, dan dia tumbang," kata Jazar. Jazar terkena tembakan di atas lutut kiri. Sedangkan rekannya yang berdiri dekat mereka menderita luka akibat pecahan peluru di panggul. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tentara Israel Sengaja Tembak Relawan Medis Wanita Palestina"
Permasalahan pada berita terakhir ini adalah hasil penyelidikan B’Tselem,
sebuah organisasi HAM yang berbasis di Israel. Penyelidikan ini menyimpulkan
bahwa penembakan terhadap al-Najjar memang disengaja.
Juru bicara organisasi, Amit Gilutz, mengatakan hasil itu didapatkan dari
keterangan salah seorang saksi yang juga merupakan rekan Razan Najjar, Rami
Abu Jazar. Rami mengatakan bahwa bahkan saat sudah mengenakan rompi putih
dan mengangkat tangan ke arah tentara Israel dan hendak menolong para
demonstran, mereka tetap ditembak gas air mata.
"Paramedis menggunakan jaket medis dan mengangkat tangan ke arah militer Israel untuk memberi tahu keberadaan mereka," kata Jazar. Namun, saat menyelamatkan dua demonstran itu, militer Israel tiba-tiba menembakkan gas air mata ke arah mereka. (Hasanudin Aco, Tribunnews.com, 18/07/2018)
Rami menambahkan bahwa setelah menderita karena gas air mata, mereka
tetap melanjutkan tugas mereka dan kembali mendekati pagar hingga jarak 25
132 Universitas Kristen Petra
meter dari pagar perbatasan. Setelah itu, terdapat dua tentara yang keluar dari
sebuah kendaraan jeep dan mengambil posisi runduk. Rami mengatakan bahwa
dua tentara tersebut menembakkan dua peluru ke arah mereka. Dan pada saat itu,
Razan pun terjatuh.
"Ketika kami berbicara, pasukan itu menembakkan dua peluru ke arah kami. Saya melihat Razan, ada lubang di punggungnya, dan dia tumbang," kata Jazar.
Nilai moral yang terdapat pada berita ini adalah adanya perbedaan yang
sangat bertolak belakang dengan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh militer
Israel.
"Bertolak belakang dengan apa yang disampaikan militer Israel, fakta yang kami dapatkan memberi kebenarannya," ujar Gilutz.”
4.3. Interpretasi Data
Framing atau pembingkaian merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari yang
dilakukan media. Melalui pembingkaian, media berfungsi dalam mendefinisikan
bagaimana seharusnya realitas tersebut dipahami. Hal ini juga berpengaruh pada
bagaimana realitas itu disampaikan kepada khalayak. Bagaimana realitas tersebut
dibentuk dipengaruhi oleh ideologi media. Republika yang meskipun berganti
kepemilikan (saat ini dipimpin oleh Erick Thohir) tetap dengan visi Modern,
Moderat, Muslim, Kebangsaan, dan Kerakyatan. Sedangkan misi Republika
adalah sebagai media yang maju, cerdas, dan beradab. Dengan ideologi muslim
sebagai salah satu dari visinya, Republika tentunya memiliki kepentingan dalam
membela Palestina sebagai salah satu negara muslim.
4.3.1. Framing Republika Online
4.3.1.1. Tentara Israel Dinilai Kerap Menargetkan Paramedis
Sehingga di Kecam Berbagai Pihak
Pada berita ke-2 Republika yang berjudul “Najjar Berseragam Putih
Namun Tetap Ditembaki Militer Israel”, Republika mengawali berita dengan
pernyataan Kementrian Kesehatan Palestina, Ashraf Al-Qudra, yang menyebut
tentara Israel tetap menargetkan petugas medis. Penempatan kalimat pada berita
menjadi salah satu cara wartawan atau media dalam melakukan framing, bukan
hanya penulisan. Eriyanto mengatakan, cara mengemas isu – penulisan kata,
133 Universitas Kristen Petra
kalimat, proposisi, serta penempatan kalimat pada tempat yang mencolok seperti
headline atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis – dapat
memperkuat isu-isu yang telah diseleksi wartawan atau media. (Eriyanto, 2002, p.
67)
Problem identification yang serupa yang menjadi frame utama Republika
juga terlihat pada berita ke-3 dan ke-7. Pada kedua berita tersebut, berdasarkan
keterangan seorang saksi, Razan sudah melakukan prosedur wajib paramedis.
Saksi tersebut mengatakan bahwa Razan mengangkat tangannya saat tertembak.
Republika menekankan bahwa Razan sudah berusaha memberikan peringatan
kepada Israel untuk tidak menembak dirinya yang adalah paramedis. Fakta ini
dipilih dan dilansir Republika dari media daring Reuters, media yang berasal dari
Inggris. Entman dalam Sobur (2004, p. 165) melihat framing dalam dua dimensi
besar; seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua
faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang
layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya.
Dari kedua problem identification di atas, pelaku utama yang dianggap
Republika sebagai diagnostic cause adalah tentara Israel. Di setiap berita yang
diterbitkan Republika, tentara Israel diposisikan sebagai pelaku utama yang
melepaskan peluru dan kemudian mengenai Razan.
Moral judgement yang digunakan Republika adalah pernyataan-
pernyataan berupa kecaman dari berbagai lembaga. Yang pertama, kecaman dari
Palang Merah Turki. Palang Merah Turki merupakan organisasi non-pemerintah
berbentuk palang merah pertama di dunia. Memiliki latar belakang profesi yang
sama, Palang Merah Turki menyuarakan bahwa paramedis bukanlah target,
termasuk juga pekerja bantuan. Republika mengambil pernyataan tersebut dari
cuitan twitter Kizilay, nama lain dari Palang Merah Turki.
Kemudian, kecaman juga keluar dari Menteri Kesehatan Palestina, Jawad
Awwad, yang mengatakan tindakan Israel yang menembak langsung seorang
pekerja medis sukarelawan adalah kejahatan perang. Penggunaan narasumber dari
Kementrian Kesehatan Palestina menempatkan Palestina sebagai pihak yang
paling dirugikan.
134 Universitas Kristen Petra
Kecaman yang ketiga berasal dari Liga Arab. Liga Arab merupakan
persatuan negara-negara Arab dengan beranggotakan 22 negara, dan Palestina
juga merupakan salah satu anggotanya. Pada berita Republika yang ke-6 yang
berjudul “Liga Arab Kecam Tindakan Israel Membunuh Paramedis” tanggal 4
Juni 2018, Liga Arab mengatakan tindakan Israel ini merupakan babak baru
terorisme karena tidak memberikan perlindungan kepada tim medis dan petugas
pertolongan.
Pemilihan narasumber Liga Arab dan Palang Merah Turki sebenarnya
sejalan dengan visi Republika, yaitu Muslim. Visi ini berkaitan dengan ideologi
Islam yang tentunya di anut oleh Turki dan Liga Arab yang beranggotakan
negara-negara dengan Muslim sebagai agama mayoritas. Eriyanto (2002)
menjelaskan bahwa ideologi terbagi atas tiga bidang. Tiga bidang ini kemudian
menjadi pengaruh wartawan Republika dalam melihat pernyataan Liga Arab dan
Palang Merah Turki sebagai bidang konsensus, atau bidang yang disepakati
bersama.
Melalui kecaman yang diberitakan tersebut, Republika menilai Israel atau
tentara Israel (IDF) menjadi penjahat perang karena telah menembak Razan yang
adalah paramedis. Israel disebut telah memulai babak baru terorisme, atau pihak
yang telah menebar ketakutan dengan ancaman karena kerap kali menargetkan tim
medis alih-alih memberikan perlindungan terhadap tim tersebut.
4.3.1.2. Razan dianggap sebagai martir dan sengaja ditembak.
Pada berita ke-2, Republika baru menampilkan nama Razan pada
judulnya. Berita yang berjudul “Najjar Berseragam Putih Namun Tetap Ditembaki
Militer Israel” tanggal 2 Juni, 2018 ini, diawali dengan pernyataan Kementrian
Kesehatan Palestina, Jawad Awwad yang menyebut tentara Israel tetap
menargetkan petugas medis meskipun mereka telah berpakaian putih. Namun,
pada tengah berita, Republika juga memberikan ruang kepada pihak tentara Israel
terkait tertembaknya Razan hingga tewas.
Moral judgement yang digunakan Republika pada berita ini adalah dalih
tentara Israel yang mengatakan apa yang dilakukan tentara Israel adalah upaya
membela diri. Tentara Israel berdalih bahwa para demonstran berusaha merusak
135 Universitas Kristen Petra
infrastruktur keamanan sehingga tentara Israel terpaksa melepaskan tembakan.
Selain itu, juru bicara militer Israel mengatakan sedang memeriksa laporan
penembakan tersebut. Dalih Israel ini digunakan untuk melegitimasi tembakan
yang dilepaskan Israel.
Kemudian, nilai moral yang juga ditulis oleh Republika adalah tidak ada
kesengajaan dari tentara Israel menembak paramedis atau Razan. Pada berita yang
ke-3 berjudul “Saksi: Perawat itu Angkat Tangan, Israel Tetap Menembaknya”
tanggal yang sama, pejabat Israel mengatakan bahwa penembak jitu militer hanya
ditugasi untuk menembak orang-orang yang menimbulkan ancaman. Hanya saja,
peluru yang dilepaskan dapat memantul atau menembus target sehingga mengenai
korban lainnya. Nilai moral ini digunakan untuk melegitimasi tertembaknya
Razan Najjar hingga tewas.
Militer Israel juga dituliskan telah memperingati warga sipil agar tidak
mendekat pagar dan mengambil bagian dalam insiden kekerasan yang disebut
sebagia serangan teroris. Militer Israel menegaskan akan menindak secara
profesional segala macam bentuk ancaman yang diterimanya demi tekad
melindungi warga sipil.
Republika dalam memberitakan klaim Israel tersebut sebagai prinsip
jurnalistik yang berimbang atau cover both sides. Dalam Kode Etik Jurnalistik
tahun 2006 pasal yang ke-3 ayat yang ke-2 wartawan Indonesia harus memberikan
ruang dan waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.
Ini juga sejalan dengan salah satu visi Republika sebagai media yang moderat.
Moderat dalam kamus KBBI memiliki pengertian sebagai sikap menghindari
perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, atau berkecenderungan ke arah
dimensi atau jalan tengah. Artinya, Republika selalu berusaha untuk adil dalam
setiap pemberitaannya.
Meskipun demikian, media dapat melakukan framing untuk mengiring
opini pembaca dengan menonjolkan suatu isu dibanding isu lainnya. Isu yang
ditonjolkan dibuat lebih mudah diingat, diperhatikan oleh pembaca, sedangkan isu
lainnya tidak ditonjolkan atau bahkan tidak dimasukkan sehingga tidak
diperhatikan bahkan dilupakan pembaca. (Eriyanto, 2002, p. 101)
136 Universitas Kristen Petra
Melalui framing, Republika menggunakan nilai-nilai moral yang
mendelegitimasi penembakan tersebut dengan menempatkan pada tempat yang
mencolok. Penonjolan isu biasanya dikemas dengan penempatan kalimat di
tempat yang mencolok seperti headline atau bagian belakang/akhir berita.
(Eriyanto, 2002, p.67).
Nilai moral pertama yang digunakan Republika adalah berita ke-2. Pada
berita tersebut, pernyataan saksi bahwa Razan telah mengangkat tangan dan tetap
ditembak menjadi judul berita. Pernyataan saksi tertulis lengkap seakan
menceritakan peristiwa tersebut dengan rinci.
"Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara Israel menembaknya di bagian dada," kata seorang saksi mata, kemarin. (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)
Republika bahkan menerjemahkan pernyataan saksi tersebut dengan kalimat
“mengangkat tangan tinggi-tinggi” yang berarti Razan sudah semaksimal
mungkin memperingati tentara Israel.
Keterangan saksi ini ditonjolkan melalui penempatannya di akhir berita,
dan juga diulangi pada berita ke-3, ke-4, dan ke-10. Entman dalam Sobur (2004,
p. 165) menjelaskan, framing pada dimensi kedua adalah cara mengemas isu yang
ditonjolkan wartawan. Isu yang telah diseleksi dapat ditonjolkan dengan
penggunaan kata, kalimat, proposisi, dan gambar. Selain itu, isu tersebut dapat
juga ditonjolkan melalui penempatan kalimat seperti headline atau akhir berita
sebagai posisi yang mencolok, serta pengulangan kata dan kalimat.
Di sini, Republika melihat bahwa tanda Razan sebagai paramedis sudah
sangat jelas. Melalui nilai moral ini, Republika seolah mengiring pembaca untuk
tidak menerima dalih Israel yang mengaku tidak sengaja menembak Razan.
Republika menonjolkan hal tersebut melalui dugaan keluarga tentang
Razan yang sengaja ditarget karena telah membuat geram tentara Israel.
Republika juga menuliskan, Israel sempat membuat video untuk mendiskreditkan
Razan yang dikenal sebagai angel of mercy.
Dalam kasus ini, Israel digambarkan mengkambinghitamkan hamas yang
sengaja menggunakan Razan sebagai ‘perisai manusia’. Namun Republika turut
137 Universitas Kristen Petra
membantah tuduhan tersebut dengan menjelaskan video aslinya di mana Razan
tidak menyebut nama Hamas sama sekali.
Republika juga menonjolkan nilai moral kemanusiaan. Republika
menuliskan berkali-kali bahwa Razan dianggap sebagai martir. Warga Palestina
juga menganggap Razan sebagai angel of mercy. Tentara Israel dianggap sengaja
melakukan penembakan bukan saja kepada paramedis, tapi secara khusus kepada
Razan.
Republika bahkan membantahkan usaha Israel yang berusaha
mendiskreditkan Razan bahwa ia bukanlah ‘angel of mercy’. Republika membuat
suatu berita dengan judul ‘Razan Najjar: Akhir Cerita Sang Penyelamat Nyawa’.
Republika seolah ingin mempengaruhi pembaca bahwa Razan bukan sosok yang
digambarkan Israel seperti pada video yang dibuatnya. Penggunaan bahasa
menurut Sirikit Syah (2014, p. 223) menjadi media yang seringkali mempengaruhi
masyarakat – terlepas dari disengaja atatu tidak.
Kedua nilai moral di atas digunakan Repbulika untuk menggambarkan
bahwa Razan memang sengaja ditarget oleh tentara Israel.
4.3.1.3. Tuduhan Rebecca Rum Sebagai Dampak dari Informasi yang
Sengaja Ditutupi Tentara Israel
Pada berita ini, permasalahan berikut yang diidentifikasi Republika adalah
munculnya sosok wanita yang diduga sebagai penembak jitu yang menembak
Razan. Dugaan ini berawal dari laman Facebook milik Suhair Nafal dan Freedom
for Gaza. Pada laman tersebut, foto seorang wanita yang bernama Rebecca Rum
dituduh sebagai foto penembak jitu yang menewaskan Razan.
Namun setelah itu, Rebecca Rum melakukan klarifikasi bahwa tuduhan
tersebut tidak benar. Republika menuliskan Rebecca memang merupakan veteran
tentara Israel namun dirinya sudah lama tidak aktif dan dibebas tugaskan.
Pada berita ke-10 yang berjudul “Benarkah Rebecca Rum yang Tembak
Mati Perawat Palestina?” tanggal 5 Juni 2018, Republika menuliskan bahwa
otoritas Zionis masih melakukan penyelidikan. Yang menjadi perhatian adalah
penggunaan kata “belum mau mengungkap” oleh Republika. Penggunaan kata ini
138 Universitas Kristen Petra
menggambarkan otoritas Zionis tidak memiliki niat untuk mengungkap siapa
pembunuh sebenarnya.
Penempatan isu ini setelah isu tuduhan Rebecca seolah-olah menjadi
dampak dari tuduhan miring yang dialamatkan kepada Rebecca. Republika
melihat dampak dari belum terungkapnya pembunuh Razan, berbagai tuduhan
miring akhirnya menyasar ke orang yang salah, yaitu Rebecca Rum. Dan pada
akhirnya, Republika juga menuliskan bahwa tuduhan tersebut sudah terlanjur
menyebar meski foto tersebut sudah direvisi setelah adanya klarifikasi dari
Rebecca Rum.
4.3.1.4. Israel berusaha mendiskreditkan Razan dan Hamas untuk
menghindar dari hukuman berdasarkan Konvensi Jenewa 1949
Dalam pemberitaan tentang Razan, Republika juga beberapa kali
menyebutkan nama Hamas. Seperti pada berita ke-4, treatment recommendation
oleh Nickolay Mladenov, utusan perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat,
yang memberikan kritikan baik kepada Israel maupun kepada Hamas.
"#Israel perlu mengkalibrasikan penggunaan kekuatannya dan Hamas perlu mencegah kejadian di pagar. Peningkatan ketegangan hanya menambah banyak korban jiwa," tambahnya.
Kedua belah pihak diminta untuk bertanggung jawab dan berusaha untuk
mencegah kejadian yang terjadi di pagar. Untuk Israel, Mladenov menyarankan
untuk mengkalibrasi penggunaan kekuataannya.
Namun Hamas juga mendapat kritikan. Hal ini dikarenakan Gaza
merupakan daerah kekuasaannya.
Namun, Republika melalui beritanya menggambarkan Israel sebagai pihak
yang melempar kesalahan seutuhnya kepada Hamas. Republika menggambarkan
Israel dan Amerika Serikat yang kompak menyalahkan Hamas. Israel berdalih
bahwa dengan terpaksa melakukan kekerasan karena Hamas yang terus berusaha
menyerang Israel.
Belakangan, Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang berisi kecaman atas kekerasan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza. Senada dengan Israel, AS juga menyalahkan Hamas atas aksi
139 Universitas Kristen Petra
kekerasan yang terjadi di perbatasan Gaza. (Rizkyan Adiyudha, Republika.com, 02/06/2018)
Usaha menyalahkan Hamas oleh Israel juga diperkuat melalui berita ke-
14. Republika memberitakan bahwa tentara Israel (IDF) telah dikecam karena
mengedit video yang berisi cuplikan pembunuhan petugas medis. Israel melalui
video tersebut berusaha mendiskreditkan Razan bahwa ia hanya dijadikan perisai
manusia oleh Hamas dan dengan demikian bukanlah angel of mercy. Namun,
Republika turut menampilkan video asli wawancara Razan dan menyebutkan
Razan tidak menyebutkan nama Hamas sama sekali.
Melalui pemberitaannya, Republika menggambarkan Israel sebagai pihak
yang berusaha menyalahkan Hamas agar terhindar dari hukuman atas pelanggaran
hukum, yaitu hukum Humaniter dan Konvensi Jenewa karena telah menembak
jurnalis dan paramedis. Pernyataan ini sebagaimana dalam peta ideologi Hallin
dalam Eriyanto (2002, p.127), masuk dalam bidang penyimpangan Republika
Online. Israel dalam hal ini masuk dalam bidang penyimpangan dalam peta
ideologi Republika Online, yang artinya, pernyataan Israel menyalahkan Hamas
bertentangan dengan ideologi Republika Online.
Meskipun demikian, kritikan Mladenov juga dituliskan dan
menggambarkan Republika juga setuju bahwa Hamas juga harus berperan aktif
untuk mencegah tindak kekerasan yang terjadi di pagar perbatasan Gaza. Hal ini
penting agar kejadian seperti penembakan Razan tidak terjadi lagi.
4.3.1.5. Meski Melanggar Hukum, Militer Israel Kebal Hukum
Internasional dan Konvensi Jenewa 1949.
Pada permasalahan berikutnya adalah masalah hukum. Hal pertama yang
dilihat dari Republika terkait penembakan ini adalah Israel yang digambarkan
sebagai negara yang telah berulang kali melanggar hukum Internasional meski
sudah diberi resolusi oleh PBB.
Sebelum penembakan Razan, Republika menuliskan daftar pelanggaran
hukum oleh Israel bertambah panjang. Sebelumnya, Israel disebut sudah
melanggar hukum tentang pemukiman di wilayah kependudukan. Pada berita ke-
11, Moral judgement yang digunakan Republika adalah hukum, berdasarkan
140 Universitas Kristen Petra
resolusi 2334 Dewan Keamanan PBB. Israel sebenarnya telah diberikan resolusi
pada tahun 2005. Saat itu, Israel menarik 8.000 pemukim di wilayah
kependudukan. Namun hingga saat ini, masih terdapat lebih dari 600 ribu warga
Israel yang bermukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah kependudukan
Palestina.
Sebelum Resolusi PBB 2334 terbit, badan peradilan tertinggi PBB, Mahkamah Internasional, telah memutuskan pada 2004 bahwa permukiman Israel melanggar hukum internasional. Berdasarkan hukum internasional, pemindahan populasi dari atau ke wilayah pendudukan adalah ilegal. Israel telah menarik 8.000 pemukim di wilayah kependudukan pada 2005, tetapi hal itu tidak berlaku selamanya. Saat ini, lebih dari 600 ribu warga Israel bermukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki dari Palestina.
Selain masalah pemukiman, Republika juga kembali menonjolkan aksi-
aksinya yang kerap menargetkan warga sipil Palestina. Selain warga sipil, Israel
juga dituduh membunuh para jurnalis yang secara jelas mengenakan atribut.
Beberapa kasus pembunuhan jurnalis Palestina memang sudah pernah terjadi pada
tahun 2012.
Di sini, Republika kembali mengingatkan publik pelanggaran yang
dilakukan Israel sebelumnya terkait pembunuhan. Framing melalui penonjolan isu
juga berfungsi untuk membuat pembaca mengingat aspek-aspek tertentu yang
disajikan secara menonjol oleh media. (Eriyanto, 2002, p. 66). Karenanya, isu
Israel melanggar hukum ditonjolkan sedemikian rupa.
Pelanggaran yang terbaru adalah pembunuhan Razan. Isu ini dirangkai
sedemikian rupa oleh Republika melalui berita ke-12. Pada berita ini, sumber
berita yang dipilih Republika adalah Rofi Munawar, Wakil Ketua Badan Kerja
Sama Antar Parlemen DPR RI. Pernyataan Rofi Munawar kembali menguatkan
isu Israel yang kerap menargetkan siapa pun termasuk warga sipil dan jurnalis.
"Atas dalih mempertahankan diri, negara zionis itu membunuh siapa pun yang ada di hadapan mereka. Anak-anak, ibu-ibu, wartawan, hingga perawat," kata Rofi Munawar dalam keterangan pers, Selasa (5/6).
Rofi Munawar secara khusus menyebutkan, perihal pembunuhan Razan,
Israel telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. Konvensi ini kemudian
141 Universitas Kristen Petra
menjadi moral judgement yang digunakan Republika untuk mendelegitimasi
kematian Razan.
“Atas penembakan itu, Israel sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang berat karena secara jelas telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949. "Dalam konvensi tersebut menegaskan bahwa paramedis mendapat perlindungan ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik," ujarnya.” (Amri Amrullah, Republika.com, 02/06/2018)
Penggunaan siara Pers BKSAP DPR RI oleh Republika sama halnya
dengan pemilihan Liga Arab sebagai sumber berita. Kedua sumber ini dianggap
memiliki kredibilitas serta nilai berita, yaitu Prominence. DPR RI BKSAP
merupakan parlemen DPR yang memiliki wewenang terkait kerja sama antar
parlemen negara lain. Karenanya, Rofi Munawar yang dipilih sebagai wakil dari
BKSAP DPR RI ini dijadikan Republika sebagai sumber berita, untuk
menguatkan isu pelanggaran hukum yang dilakukan Israel terkait penembakan
Razan.
Moral judgement lain yang digunakan Republika adalah dua resolusi yang
dibuat PBB. Resolusi pertama pada tahun 2005 sedangkan yang kedua adalah
Resolusi 2334 yang dibuat pada tahun 2016 perihal pemukiman. Sedangkan
terkait pembunuhan warga sipil dan jurnalis, Republika menggunakan hukum
Humaniter.
Pada berita ke-12 Republika menggunakan konvensi Jenewa. Sesuai
dengan pernyataan Rofi Munawar. Pelanggaran yang dimaksud adalah pasal ke-4
Konvensi Jenewa. Dalam pasal tersebut disebutkan, setiap pekerja kemanusiaan,
yaitu tenaga medis, pekerja bantuan, hingga tentara yang mendampingi para
pekerja bantuan tersebut harus dilindungi dan tidak boleh diserang.
“Anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk mencari atau mengumpulkan,mengangkut atau merawat yang luka dan sakit,atau untuk mencegah penyakit,dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi kesatuan-kesatuan dan bangunan-bangunan kesehatan,demikian juga rohaniwan yang bertugas dalam” (Konvensi Jenewa, 1949)
Militer Israel dalam berita yang ke-13 dituliskan telah melakukan
penyelidikan terkait penembakan tersebut. Republika menggunakan moral
142 Universitas Kristen Petra
judgement yang berasal dari hasil penyelidikan Republika, yaitu penembakan
tersebut tidak disengaja. Militer Israel mengklaim bahwa tidak ada penembakan
yang diarahkan langsung mengarah ke Razan.
Namun pada berita yang sama, Republika juga menggunakan moral
judgement yang dikatakan Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Zeid Ra’ad Al
Hussein. Hussein mengecam keras atas kekerasan yang terjadi yang telah
menimpa warga Palestina ketika berdemonstrasi.
Temuan fakta tentang hukum tersebut terdapat pada berita-berita
Republika seperti di bawah ini:
Tabel 4.1. Framing hukum pemberitaan Republika
Judul Berita Fokus Hukum
Berita ke-11
Israel Kebal Hukum Internasional
Resolusi 2334 tentang pemukiman
sudah dilanggar Israel, serta
pembunuhan jurnalis dan warga sipil
yang melanggar hukum humaniter
Berita ke-12
Tembak Mati Paramedis, Israel
Lanngar Hukum Internasional
Menurut Rofi Munawar, Pembunuhan
paramedis Razan Najjar melanggar
Konvensi Jenewa 1949
Berita ke-13
Militer Israel, Penembakan Razan al-
Najjar Tidak Disengaja
Meskipun telah menyelidiki bahwa
penembakan Razan Najjar tidak
disengaja, Republika melihat Israel
telah melanggar Konvensi Jenewa
1949.
Ketiga isu tersebut dipecah menjadi tiga berita dan terhubung melalui
sebuah link atau tautan. Penulisan berita daring tidak sama dengan penulisan
berita di koran. Craig (2006, p. 106) menjelaskan bahwa kebanyakan portal berita
memberikan halaman indeks yang diikuti dengan halaman topik di mana
dimaksudkan kepada pembaca untuk melompat ke bagian yang ingin mereka cari.
Republika Online sebagai media daring menggunakan teknik penulisan ini dengan
143 Universitas Kristen Petra
menempatkan ketiga berita dengan fokus tentang hokum pada tempat yang
berdekatan.
Pada akhirnya, melalui tiga rangkaian berita tersebut, Israel digambarkan
sebagai pihak yang sudah banyak melanggar hukum baik tentang hukum
pemukiman hingga pelanggaran hukum karena dituduh melakukan pembunuhan.
Republika melihat Israelsebagai pihak yang wajib untuk diselidiki. Dalam berita
ke-13, Republika menuliskan sebuah treatment recommendation di mana ICC
atau Pengadilan Pidana Internasional PBB telah mengesahkan sebuah resolusi
untuk mengusut dugaan pelanggaraan HAM yang terjadi di Gaza. Pelanggaran
hukum pemukiman dan HAM hanya dapat diselesaikan oleh ICC atau Pengadilan
Pidana Internasional PBB, serta kerja sama dari negara anggota DK Keamanan
PBB, termasuk Indonesia.
4.3.2. Framing Tribunnews.com
4.3.2.1. Razan Menjadi Target dan Memang Sengaja Ditembak.
Pada awal pemberitaannya, Tribunnews.com menggambarkan tentara Israel
menembak ke arah demonstran tanpa pandang bulu. Penggunaan kata “tanpa pandang
bulu” berarti tentara Israel tidak mempedulikan target yang ditembaknya termasuk Razan
yang sedang mengenakan seragam putih yang menandakan ia seorang medis. Di sini,
Tribunnews.com tidak menilai tentara Israel menargetkan Razan namun tindakan tersebut
tetap tercela dan sangat brutal. Permasalahan ini muncul pada berita ke-1 dan ke-2.
Namun pada pemberitaan ke-4, Tribunnews.com menonjolkan ungkapan
keluarga Razan yang menuduh Israel sengaja menargetkan Razan. Ada dua isu yang
menjadi diagnostic cause atas tuduhan tersebut. Tuduhan pertama yang digunakan
Tribunnews.com adalah pernyataan keluarga tentang wawancara Razan yang membuat
geram tentara Israel.
Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan bisa saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya.
Dugaan tersebut berasal dari hasil wawancara Razan setelah rekannya yang juga
paramedis ditembak mati oleh militer Israel. Keluarga Razan menyebutkan Razan tidak
144 Universitas Kristen Petra
tinggal diam atas kematian rekannya dan aktif menyuarakan perjuangannya baik melalui
wawancara media maupun bersuara melalui media sosial.
Dalam wawancaranya, Razan mengatakan bahwa ia dan rekan-rekan
paramedisnya hanya ingin menyelematkan korban luka. Ia menekankan mereka bahkan
tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Di
akhir wawancara, ia pun berkata seperti berikut:
"Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?"
Hasil wawancara inilah yang membuat keluarga Razan menduga bahwa pasukan militer
Israel memang sengaja menargetkan Razan.
Diagnostic cause yang kedua adalah atribut serta prosedur paramedis yang telah
dilakukan oleh Razan. Tribunnews.com pada berita ke-4 menuliskan keterangan salah
satu saksi bahwa Razan mengenakan rompi medisnya dengan kedua tangan terangkat dan
dalam jarak 100 meter dari pagar. Tribunnews.com bahkan menambahkan Razan tidak
menimbulkan ancaman.
Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman.
Namun, Tribunnews.com dalam menjunjung prinsip keberimbangan sesuai
dengan kode etik Jurnalistik tahun 2006, pasal yang ketiga ayatnya yang ke-2. Pada ayat
itu dituliskan bahwa wartawan Indonesia harus memberikan ruang dan waktu
pemberitaan yang sama secara proporsional. Maka dari itu, Tribunnews.com juga
memberitakan pernyataan militer Israel.
Moral judgement yang terdapat pada berita pertama Tribunnews.com adalah
aturan keterlibatan milik Israel. Israel menjelaskan, ribuan perusuh berkumpul di lima
lokasi di sepanjang perbatasan, membakar ban yang berdekatan denga pagar keamanan
dan berusaha merusak infrastruktur keamanan. Militer Israel juga mengklaim adanya
tembakan yang ditembakan ke kendaraan militer sehingga mereka berhak melakukan
tembakan sesuai dengan aturan keterlibatan.
Selanjutnya, Israel juga berusaha membenarkan diri melalui hasil investigasi
awalnya. Militer Israel mengklaim bahwa penembakan Razan bukan kesengajaan.
145 Universitas Kristen Petra
Pihaknya menekankan bahwa tidak ada tembakan yang sengaja diarahkan langsung ke
Razan Najjar.
Namun, Tribunnews.com juga berusaha menolak klaim tersebut. Melalui
kesaksian sepupu Razan, Rida Najjar, Tribunnews.com menjadikannya sebagai
diagnostic cause ketiga penyebab Israel dituduh sengaja menembak Razan. Rida yang
menjadi saksi penembakan tersebut menceritakan bahwa tidak ada pemrotes disekitar
mereka saat Razan tertembak. Mereka juga sempat ditembaki gas air mata saat baru
hendak memasuki lapangan untuk menyelamatkan demonstran yang terluka.
Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya dan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman. Niatnya adalah untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar.
Tribunnews.com juga menonjolkan isu cuitan Twitter IDF, pasukan pertahanan
Israel, @IDFSpokesperson. Tribunnews.com menuliskan dengan lengkap cuitan twitter
yang di tulis pada 31 Maret 2018 yang lalu (kini telah dihapus).
Mengutip dari cuitan akun resmi Twitter pasukan militer Israel, @IDFSpokesperson pada tanggal 31 Maret 2018 (yang sekarang telah dihapus), pasukan militer itu tak pernah meluncurkan peluru acak tanpa kontrol. Mereka selalu tahu target mereka, dan tahu di mana peluru itu akan bersarang. IDFSpokesperson (twitter)
Tribunnews.com seolah menggunakan klaim pasukan pertahanan Israel sendiri untuk
menolak klaim yang dikatakan Pejabat Israel terkait penembakan Razan.
Satu lagi penilaian Tribunnews.com terkait kesengajaan tersebut telrihat pada
berita ke-6. Tribunnews.com menuliskan, salah satu fakta terkait kematian Razan adalah
kematiannya menjadi satu-satunya terdaftar pada hari itu. Pihak militer Israel bahkan
dituliskan mengetahui hal tersebut namun tidak berkomentar. Tribunnews.com seolah
menggambarkan bahwa kematian Razan memang sudah direncanakan pada hari itu.
Pada berita ke-19 yang merupakan berita terakhir, Tribunnews.com melansir dari
Kompas.com yang merupakan media pendahulunya. Berita tersebut menuliskan hasil
146 Universitas Kristen Petra
investigasi Organisasi HAM B’Tselem terhadap salah satu saksi. Aspek kedua dalam
framing adalah cara penyajian isu atau informasi, seperti penggunaan kata, kalimat,
proposisi, dan penempatannya pada tempat-tempat yang mencolok. (Eriyanto, 2002,
p.67). Penempatan hasil investigasi B’Tselem di akhir rangkaian berita oleh
Tribunnews.com seolah menyimpulkan bahwa penembakan Razan memang disengaja.
4.3.2.2. Razan Sebagai Pejuang Perempuan yang Mati Syahid dan
Meninggalkan Duka Bagi Warga Palestina dan Keluarga.
Pemberitaan Tribunnews.com banyak mengidentifikasi permasalahan di sisi
kemanusiaan. Permasalahan kemanusiaan ditonjolkan sedemikian rupa melalui
pemberitaan tentang kehidupan pribadi Razan melalui kesaksian keluarga, serta warga
Palestina yang menyebut Razan telah mati Syahid.
Hal tersebut digambarkan Tribunnews.com melalui berita dalam tabel berikut:
Tabel 4.2. penggambaran Razan sebagai mati syahid oleh Tribunnews.com melalui
beberapa berita.
Berita ke-8
Ratapan Ibunda Razan Al Najjar:
Kuharap Bisa Melihatnya Dalam
Gaun Pengantin Putih, Bukan Kain
Kafan, 3 Juni 2018
Ia dinyatakan mati syahid.
Berita ke-9
Sebelum Meninggal, Razan Najjar
Sempat Nekat dan Berani: hingga
Detik Terakhir Saya Tetap di Sini, 3
Juni 2018
Kami di sini setiap hari selalu ada yang syahid.
Kami berjuang di sini dan bersiaga.”
Berita ke-16
Rencana Bertunangan Kandas, Isak
Tangis Sang Kekasih di Pusara
Razan Al Najjar Sungguh Sayat
Hati, 4 Juni 2018.
Namun sayang, naywanya tak tertolong, ia dinyatakan mati syahid.
Sumber : Olahan Penulis, 2018
147 Universitas Kristen Petra
Tribunnews.com juga menggambarkan kesedihan yang begitu mendalam oleh
keluarga dan warga Palestina melalui berita dalam tabel berikut:
Tabel 4.3. penggambaran kesedihan kerabat Razan oleh Tribunnews.com melalui
beberapa berita lainnya.
Berita ke-3
Pesan-pesan terakhir Razan Najjar untuk
Ayahnya, Perawat Tewas Tertembak,
‘Satu Tujuan, Selamatkan Nyawa’, 3
Juni 2018
Kepergian Najjar tentu menyisahkan duka.
Terutama bagi keluarganya.
Ribuan orangpun menghadiri pemakaman Najjar.
Teman-teman dan rekannya menangis meratapi kepergiannya.
Berita ke-7
Pemakaman Razan Al-Najjar Relawan
Medis yang Ditembak Sniper Israel,
Ayah Ungkap Kenangan Sang Putri, 3
Juni 2018
Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup.
Berita ke-8
Ratapan Ibunda Razan Al-Najjar:
Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun
Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan, 3
Juni 2018.
Kepergian untuk selamanya Razan Al Najjar meninggalkan duka mendalam bagi sang ibu, Sabreen Al-Najjar.
Berita ke-16
Rencana Bertunangan Kandas, Isak
Tangis Sang Kekasih di Pusara Razan
Al-Najjar Sungguh Sayat Hati, 4 Juni
2018
Usai dimakamkan, terlihat dari akun Instagram @insta_falastin, Izzat tak berhenti menangis.
Ia yang masih mengenakan jas putih menangis tersedu-sedu di atas pusara sang kekasih, Razan.
Sumber : Olahan Penulis, 2018
148 Universitas Kristen Petra
Melalui isu-isu yang diberitakan, Tribunnews.com menggunakan beberapa moral
judgement dari sisi kemanusiaan. Yang pertama adalah masalah gender.
Tribunnews.com menguatkan sisi perempuan Razan yang telah berjuang demi
kemerdekaan Razan. Pada berita ke-7 dan ke-13, Tribunnews.com menyebutkan
Razan menolak penilaian masyarakat Palestina yang cenderung konservatif
terhadap perempuan.
"Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan. "Jika mereka tidak mau menerima kami karena pilihan, mereka akan dipaksa untuk menerima kami. Karena kami memiliki kekuatan lebih daripada siapa pun."
Di sini, Razan selain berjuang demi kemerdekaan Palestina, ia juga digambarkan
Palestina sebagai seorang perempuan yang berjuang menghadapi penilaian
masyarakat yang tampaknya diskriminatif terhadap perempuan.
Berdasarkan dari pernyataan Razan, perjuangan dalam demonstrasi
menurut pandangan konservatif masyarakat Palestina, merupakan bidang yang
didominasi laki-laki. Bahkan dalam hal medis sekali pun, semestinya laki-laki
yang turun ke lapangan membantu demonstran.
Perempuan dapat dikatakan menjadi laik berita ketika ketika ia bergerak
ke bidang yang didominasi oleh kaum pria. Ibrahim & Suranto (1998, p. 138)
melihat media massa gemar menyuguhkan ulasan mengenai perempuan yang
berprestasi. Terobosan Razan yang berhasil menjadi tenaga medis ini yang
membuat Razan sebagai perempuan memiliki nilai berita.
Mekipun demikian, Ibrahim & Suranto juga mengatakan bahwa pada
akhirnya, selalu ada sosok laki-laki yang berada dibelakang profil perempuan
yang diberitakan media. Hal ini terlihat dari Tribunnews.com yang juga
memberitakan keluarga Raza, ayah dan ibunya bahkan saudaranya, Rida Najjar.
Terlebih lagi, Tribunnews.com juga memberitakan kekasih Razan, Izzat.
Yang kedua, adalah moral agama. Razan dikatakan telah mati Syahid. Ini
berarti, Tribunnews.com menggambarkan Razan sebagai pejuang Islam yang telah
berkorban membela kebenaran Allah.
Melalui moral judgement tersebut, kematian Razan dianggap sebagai
peristiwa nahas dan menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga. Terlebih
149 Universitas Kristen Petra
lagi, Razan disebutkan akan menggelar pertunangan dengan kekasihnya seusai
Ramadhan pada tahun ini.
4.3.2.3. Hukuman yang pantas untuk penembak Razan Najjar adalah
hukuman mati.
Permasalahan selanjutnya adalah masalah hukum. Tribunnews.com mulai
memasuki ranah hukum pada berita ke-12. Namun berita ini merupakan lanjutan dari
berita ke-11 di mana Tribunnews.com memberitakan foto seorang tentara wanita yang
menewaskan Razan.
Pada berita yang berjudul “Beredar Foto Seorang Tentara Wanita yang Tewaskan
Perawat Muda Palestina Razan Najjar” tanggal 3 Juni 2018, Tribunnews.com mengambil
postingan Instagram yang bernama @the_emancipated, sebuah akun Islam yang
bertagarkan #truthjihad atau #jihadyangsebenarnya. Jihad memiliki arti sebagai
perjuangan menegakkan Din (atau nilai-nilai Islam) sesuai dengan garis Rasul dan Al-
Quran.
Postingan @the_emancipated tersebut adalah seorang foto wanita yang diduga
bernama Rebecca. Wanita tersebut diketahui lahir dan besar di Boston, dan menjadi
tentara terdaftar pada pasukan Pertahanan Israel (IDF). Rebecca diketahui aktif dalam
lapangan setelah sebelumnya mendalami bidang pendidikan militer.
Pada berita ke-12, Tribunnews.com menekankan bahwa jika terbukti, penembak
Razan dapat dijatuhi hukuman berat. Moral judgement yang digunakan atas hukuman
tersebut adalah Konvensi Jenewa. Tribunnews.com menggunakan pasal 24 dalam
konvensi Jenewa yang secara khusus menyebutkan bahwa paramedis harus mendapat
perlindungan khusus.
Pasal 24 dalam konvensi secara khusus menyebutkan, "paramedis yang melakukan pencarian, pengumpulan, atau perawatan luka-luka harus mendapat perlindungan khusus".
Isu ini kemudian diperkuat melalui penonjolan fakta di mana Razan dituliskan secara
jelas menggunakan seragam putih paramedis serta mengangkat tangannay saat akan
menyelamatkan demonstran.
Hukuman seumur hidup atau hukuman mati secara jelas dituliskan
Tribunnews.com pada berita ke-15. Pada berita ini, yang menjadi permasalahan bukan
saja penembakan Razan, namun tindakan Israel secara keseluruhan yang dinilai sebagai
150 Universitas Kristen Petra
kejahatan perang. Menteri Kehakiman Palestina, Ali Abu Diak, mendesak agar
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) segera mengambil tindakan.
Pada berita ini, Tribunnews.com melihat Israel sudah banyak melakukan
kejahatan perang. ICC sangat perlu untuk mendokumentasikan kebrutalan Israel dan
menyeret pelakunya yang bertanggung jawab atas kejahatan perang tersebut. Salah
satunya adalah kematian Najjar yang melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949.
Namun, Tribunnews.com kembali memberitakan pengakuan Rebecca setelah
dituduh menjadi penembak runduk yang menembak Razan. Rebecca Rum dituliskan tidak
pernah menjadi penembak runduk dan sudah lama tidak aktif di pasukan pertahanan
Israel (IDF). Setelah pengakuannya tersebut, Tribunnews.com menuliskan postingan
facebook Freedom for Gaza yang menambahkan pemberitahuan bahwa foto tentara Israel
adalah pembunuh lelaki, perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah.
Dengan moral judgement yang sama, yaitu Konvensi Jenewa tahun 1949,
Tribunnews.com juga memberitakan kecaman kepada Israel. Pada sebagian besar berita
Tribunnews.com seperti pada berita ke-5, Tribunnews.com menyebutkan kematian Razan
menjadi perbincangan dunia. Hal ini dikarenakan Razan tewas saat bertugas di mana ia
mengenakan atribut lengkap sambil mengangkat tangan. Pada berita ke-13,
Tribunnews.com memberitakan kecaman dari dalam negeri, yaitu dari Partai Solidaritas
Indonesia.
Dara A. Kesuma Nasution, Juru Bicara PSI Bidang Kepemudaan dan Perempuan
mengecam pembunuhan tersebut karena seperti diketahui, Razan telah mengenakan
seragam putih. Dara A. Kesuma menyebutkan pembunuhan tersebut telah melanggar
Konvensi Jenewa.
Pemilihan Dara A. Kesuma sebagai narasumber seolah-olah berkaitan dengan
posisinya sebagai Juru Bicara Kepemudaan dan Perempuan PSI. Seperti sebelumnya,
Tribunnews.com menonjolkan isu gender di mana Razan juga harus berjuang sebagai
seorang perempuan di tengah pandangan konservatif masyrakat Palestina.
Kecaman yang kedua muncul dari warga Paris saat kunjungan Perdana Menteri
Israel, Benyamin Netanyahu ke Paris, Perancis. Warga Paris melakukan demonstrasi dan
menuntut agar Benyamin Netanyahu dijadikan sebagai penjahat perang. Mereka bahkan
menyebut Presiden Perancis, Emmanuel Macron sebagai kaki tangan Israel.
151 Universitas Kristen Petra
Tribunnews.com menggunakan demonstrasi di Paris ini untuk menggambarkan
bahwa PM Israel ditolak dari berbagai negara perihal segala tindakan yang dilakukan
Israel, hingga yang terbaru terkait pembunuhan Razan yang adalah tenaga paramedis.
Hingga yang terakhir, Tribunnews.com juga menuliskan kecaman atas
tindakan Israel yang mengubah video asli wawancara Razan Najjar. Dalam video
tersebut, Tribunnews.com menuliskan bahwa Israel berusaha mendiskreditkan
Razan dan menyalahkan Hamas karena telah menjadikan Razan sebagai ‘perisai
manusia’
4.3.2.4. Prosedur Paramedis Bukan Lagi Jadi Jaminan
Pada berita sebelumnya, Tribunnews.com menggambarkan bahwa tentara
Israel sengaja menargetkan dan menembak Razan. Hingga pada berita ke-18 yang
berjudul “Baju Putih Razan Al-Najjar, kode Penyelemat ‘yang diabaikan’
Penembak Jitu Israel” tanggal 14 Juni 2018, permasalahan baru diidentifikasi oleh
Israel.
Permasalahan pada berita ini adalah kekhawatiran para tenaga medis di
Gaza tentang tidak adanya jaminan terhadapa keselamatan mereka saat bertugas.
Tribunnews.com menuliskan bahwa selama ini, para tenaga medis hanya
bergantung pada prosedur wajib paramedis di mana mereka harus mengenakan
rompi putih sambil mengangkat tangan dan berteriak “jangan menembak, ada
yang terluka” ketika hendak menolong korban luka.
Diagnostic cause pada permasalahan tersebut adalah Razan yang tetap
tertembak meski telah melakukan prosedur tersebut. Prosedur ini dikatakan
diabaikan begitu saja oleh penembak jitu Israel.
4.3.2.5. Razan Sang Penyelamat Nyawa yang Tewas Tertembak
Dalam 19 berita yang dibuat Tribunnews.com dari berbagai cabang
kotanya, peneliti melihat bahwa Tribunnews.com dalam 8 beritanya menonjolkan
sisi kemanusiaan Razan melalui judulnya. Peneliti mendapati, meski isi dari berita
tersebut hampir sama, namun masing-masing berita memiliki fokus berita yang
berbeda terlihat dari penulisan beritanya. Seperti yang dikatakan Eriyanto (2002,
p. 67) bahwa framing dalam aspek keduanya adalah bagaimana isu tersebut
152 Universitas Kristen Petra
ditonjolkan pada tempat-tempat yang mencolok seperti headline, judul, serta
bagian akhir berita.
Berita-berita tersebut dapat dilihat pada tabel berikut sesuai dengan isu
yang ditonjolkan,
Tabel 4.4. Penggambaran sisi kemanusiaan Razan oleh Tribunnews.com melalui beberapa berita.
Judul berita Fokus berita
Berita ke-3
Pesan-pesan terakhir Razan Najjar
untuk Ayahnya, Perawat Tewas
Tertembak, ‘Satu Tujuan, Selamatkan
Nyawa’, 3 Juni 2018
Razan memiliki hanya memiliki niat
untuk menyelamatkan nyawa.
Berita ke-5
Dipakai Razan Najjar Saat Tewas
Tertembak, Seragam Medis ini Jadi
Saksi, 3 Juni 2018
Rompi medis Razan yang menjadi
pakaian terakhirnya
Berita ke-6
5 Fakta Razan Najjar Tewas Ditembak
Israel di Gaza, Perawat yang Tolong
Pasien di Bawah Hujan Peluru, 3 Juni
2018.
1. Ditembak saat rawat pasien luka
2. Terkena tembak di bagian dada
3. Razan tertembak 100 meter dari
pagar saat hendak menolong
demonstran
4. Kematian yang satu-satunya
terdaftar
5. Jenazah Najjar diantarkan ribuan
orang
Berita ke-7
Pemakaman Razan Al Najjar Relawan
Medis yang Ditembak Sniper Israel,
Ayah Ungkap Kenangan Sang Putri, 3
Juni 2018.
Kesedihan ayah Razan akan kematian
Razan.
Berita ke-8 Kesedihan Ibunda Razan akan
153 Universitas Kristen Petra
Ratapan Ibunda Razan Al-Najjar:
Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun
Pengantin Putih, Bukan Kain Kafan, 3
Juni 2018
kematian Razan.
Berita ke- 9
Sebelum Meninggal, Razan Najjar
Sempat Nekat dan Berani: hingga
Detik Terakhir Saya Tetap di Sini, 3
Juni 2018.
Keberanian Razan dalam berjuang
menyelamatkan demonstran.
Berita ke- 10
Seruan Razan Najjar Beberapa Waktu
Lalu sebelum Tewas: Serang Saya
dengan Pelurumu, Saya Tidak Takut,
3 Juni 2018.
Keberanian Razan dalam berjuang
menyelamatkan demonstran.
Berita ke- 16
Rencana Bertunangan Kandas, Isak
Tangis Sang Kekasih di Pusara Razan
Al Najjar Sungguh Sayat Hati, 4 Juni
2018.
Kesedihan kekasih Razan akan
kematian Razan.
Sumber: Olahan Penulis, 2018
Dari keseluruhan berita Tribunnews.com, terdapat 8 berita atau hampir
separuhnya membahas tentang personalitas dan kerabat dekat Razan. Hal ini
tentunya berbeda dengan korban tembak lainnya di mana personalitas maupun
kerabat dekat korban tidak diberitakan. Seperti sebelumnya, hal ini tentu
dipengaruhi nilai berita human interest serta kaitannya dengan gender perempuan.
Kematian Razan yang dikenal sebagai paramedis belia mengandung nilai
berita humanisme, di mana ia harus tewas tertembak pada umur yang ke-21.
Selain itu, Tribunnews.com menuliskan Razan merupakan sosok yang terkenal di
kalangan warga Palestina. Hal ini dibangun Tribunews.com melalui penulisan
tentang Razan yang telah diwawancarai berbagai media seperti Al-Jazeera, BBC,
dan berbagai media lokal Palestina. Karenanya, kematian Razan juga mengandung
nilai Prominence atau ketokohan.
154 Universitas Kristen Petra
Dari 8 berita tersebut, Razan digambarkan sebagai orang yang tidak
berbahaya dan hanya bertujuan menyelamatkan nyawa. Razan yang juga
digambarkan sebagai tokoh perdamaian tewas tertembak. Melalui hal ini,
Tribunnews.com melihat bahwa militer Israel telah menghilangkan tokoh
perdamaian yang dicintai Palestina.
Razan juga dituliskan oleh Tribunnews.com dipandang sebagai ‘malaikat’
oleh warga Palestina. Tribunnews.com juga memberitakan bagaimana Israel
berusaha mendiskreditkan Razan yang dikenal sebagai ‘malaikat perdamaian’ atau
angel of mercy’.
Dari kematiannya tersebut, Tribunnews.com juga menggunakan moral
agama sebagai moral judgement. Kematian Razan dianggap sebagai pengorbanan
sehingga Tribunnews.com menuliskan Razan dikenang sebagai mati syahid.
4.4. Komparasi pembingkaian Republika Online dan Tribunnews.com
Berdasarkan interpretasi peneliti dari temuan dan analisis data yang
peneliti temukan dari 15 berita Republika Online dan 19 berita Tribunnews.com,
peneliti kemudian mendapati komparasi pembingkaian antara kedua media
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Komparasi bingkai yang dilakukan Republika Online dengan Tribunnews.com
Republika Online Tribunnews.com
Tentara Israel dinilai kerap
menargetkan paramedis sehingga di
kecam berbagai pihak.
Razan Menjadi Target dan Sengaja
Ditembak.
Razan dianggap sebagai martir dan
sengaja ditembak.
Razan sebagai pejuang perempuan
yang mati syahid dan meninggalkan
duka bagi warga Palestina dan
Keluarga.
Tuduhan Rebecca Rum sebagai Hukum bagi penembak Razan dan
155 Universitas Kristen Petra
dampak dari informasi yang sengaja
ditutupi tentara Israel.
tuduhan miring kepada Rebecca Rum
serta kecaman kepada Israel.
Meski melanggar hukum, militer
Israel kebal hukum Internasional dan
Konvensi Jenewa 1949.
Prosedur paramedis bukan lagi jadi
jaminan.
Israel mendiskreditkan Razan dan
Hamas.
Razan sang penyelamat nyawa yang
tewas tertembak.
Sumber: Olahan Penulis, 2018.
Dari komparasi interpretasi data di atas, peneliti melihat bahwa keduanya
melihat peristiwa penembakan Razan Najjar dari sudut pandang jurnalisme
perang. Lynch dan Mc. Goldrick dalam Wardhani (2014, par. 13) menjelaskan
bahwa beberapa ciri jurnalis yang berorientasi pada perang atau kekerasan;
melihat keberadaan mereka sebagai masalah dan selalu menyoroti kemenangan
atau kekalahan dari mereka yang terlibat konflik, menciptakan kesan tentang
musuh yang biada, terutama jika ada yang menggunakan senjata, hanya menyoroti
akibat-akibat yang terlihat dari kekerasan, seperti korban pembunuhan, luka-luka,
kerusakan bangunan dan sebagainya.
Dari penjelasan Lynch dan Mc. Goldrick dalam Wardhani, kedua media
daring ini, memang menyoroti peristiwa yang disebut sebagai kekerasan ini,
sebagai contoh Republika melihatnya sebagai kejahatan perang, sedangkan
Tribunnews.com melihatnya sebagai babak baru terorisme. Meskipun demikian,
kedua media memiliki fokus yang berbeda.
Peneliti melihat bahwa Republika Online cenderung berfokus pada nilai
berita impact, yaitu masalah hukum. Nilai berita impact menurut Mencher (2000,
p. 73) adalah setiap hal yang menurut sang wartawan, pembaca harus diberitahu.
Seperti pada beritanya yang ke-11, Republika kembali mengungkit Resolusi 2334
tentang pemukiman yang dilanggar Israel. Kemudian Republika Online juga
kembali mengungkit pembunuhan warga sipil dan jurnalis oleh tentara Israel.
Kemudian yang terakhir adalah pembunuhan paramedis Razan Najjar dengan
Konvensi Jenewa 1949 yang digunakan sebagai nilai moral. Dari rangkaian
peristiwa yang ditonjolkan Republika, pembaca seakan diingatkan bahwa Israel
156 Universitas Kristen Petra
sudah sering melanggar Hukum Internasional. Solusi yang diberikan Republika
Online dalam masalah hukum ini adalah kerja sama antar negara anggota DK
Keamanan PBB, termasuk Indonesia, untuk mau patuh dan bekerja sama untuk
menyeret Israel ke hadapan Pengadilan Pidana Internasional atau ICC.
Sedangkan Tribunnews.com memproduksi 8 berita yang memiliki nilai
berita human interest dari total 19 beritanya. Ini menunjukkan bahwa
Tribunnews.com cenderung melihat latar belakang Razan, yaitu sisi humanis dari
Razan. Ishwara (2005, p. 57) mengatakan bahwa peristiwa biasanya tidak berdiri
sendiri namun ada banyak kejadian yang dikatakan laik berita. Wartawan biasanya
akan bertindak lebih dalam mengenai unsur-unsur kemanusiaan dengan
mengumpulkan data tambahan yang menyangkut emosi, ambisi, motivasi,
kerindua, serta kesukaan dan ketidaksukaan umum masyarakat. Walau
sebenarnya, hal-hal ini sebenarnya bukan news value tapi story value atau nilai
cerita.
Sisi kemanusiaan Razan yang ditonjolkan oleh Tribunnews.com adalah
duka yang dialami keluarga serta kerabat dekat Razan, bahkan kekasihnya.
Kematian Razan digambarkan Tribunnews.com telah membuat banyak pihak
merasa sangat kehilangan. Tribunnews.com juga menggunakan istilah dalam
Islam, yaitu Syahid yang berarti, ia mati demi membela agama. Sedangkan Israel
dianggap sebagai teroris yang telah menebar ketakutan bagi tenaga medis di Jalur
Gaza.
Sisi perempuan sebenarnya ditonjolkan kedua media. Baik
Tribunnews.com dan Republika Online mengutip dari New York Times tentang
perjuangan Razan melawan pandangan konservatif warga Palestina yang
memarginalkan peran perempuan di ranah perjuangan kemerdekaan warga
Palestina, termasuk tenaga medis. Namun, penonjolan sisi perempuan lebih
banyak dibangun oleh Tribunnews.com melalui delapan berita dibandingkan
Republika yang hanya menuliskan permasalahan gender ini sekali pada berita ke-
9.
Perempuan menjadi laik berita ketika ia bergerak di bidang yang
sebelumnya dimonopoli oleh kaum laki-laki, sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim
& Suranto (1998, p. 138). Namun, Ibrahim & Suranto juga menjelaskan bahwa
157 Universitas Kristen Petra
progil perempuan juga dipancang agar tidak terlalu jauh dari batas domestic. Pada
akhirnya, selalu ada sosok (biasanya laki-laki) dibelakang profil perempuan yang
kerap diberitakan pula oleh media, seperti suami, ayah, keluarga, dll. Hal ini
tercermin dari pemberitaan Tribunnews.com yang memberitakan kerabat Razan
bahkan kekasihnya.
Hal ini juga berhubungan dengan penjelasan Ishawara (2004, p. 56)
tentang nilai berita human interest. Pada dasarnya, wartawan akan menggali lebih
dalam suatu peristiwa yang berhubungan dengan emosi, ambisi, motivasi,
kesukaan dan ketidaksukaan umum masyarakat, dll. Walau sebenarnya, hal-hal
tersebut sifatnya sebagai latar belakang suatu peristiwa, dan sebagai nilai cerita
atau story value bukan nilai berita.
Meskipun Republika dengan ideologi Islam yang tertulis jelas di salah satu
visinya, namun pada kasus ini, Republika tidak melihatnya dari sisi agama.
Pemberitaan yang dilakukan Republika lebih mencerminkan ideologi yang
Moderat dan Kerakyatan. Visi moderatnya yang terlihat dari pemberitaannya yang
tidak melebih-lebihkan, contohnya seperti pemberitaan tentang Rebecca Rum dan
beritanya yang ke-2. Sedangkan visi Kerakyatannya tercermin dari
pemberitaannya tentang masalah hukum yang melindungi warga sipil, jurnalis,
dan para pekerja bantuan (termasuk tenaga medis) yaitu Hukum Humaniter
dengan berbatang hukum dari Konvensi Jenewa 1949 yang disebut telah dilanggar
oleh Israel. Kemudian dua resolusi yang dikeluarkan DK PBB (salah satunya
Resolusi 2334) yang juga dilanggar oleh Israel.
Sedangkan Tribunnews.com sebagai situs portal berita dengan traffic
tertinggi di Indonesia melihat kematian Razan dari sisi agama. Hal ini tercermin
dari penerjemahannya dari kata martir menjadi kata Syahid yang ditonjolkan dari
8 beritanya. Sebagaimana diketahui, masyarakat Indonesia sebagai pembaca
Tribunnews.com mayoritas beragama Muslim – secara tidak langsung menganut
ideologi Islam – yang kemudian menjadi orientasi wartawan Tribunnews.com.
Inilah yang mempengaruhi ideologi Tribunnews.com dalam memberitakan
pemberitaan Razan Najjar yang berdasarkan dari visinya sebagai portal berita
yang tercepat dan terakurat.