Wajib,Halal,Hrm,Maruhnya Rokok

6
Makmun Rasyid Pembelajar Abadi TERVERIFIKASI Jadikan Teman | Kirim Pesan 0inShare Dalil Wajib – Halal – Haram – Makruhnya Rokok OPINI | 22 September 2013 | 12:34 Dibaca: 1129 Komentar: 5 0 Rokok dalam bahasa arab disebut ن خ د(dakhina) atau ر ج س, orang yang merokok disebut al-mudakhin sedangkan yang biasa dipakai oleh orang-orang yang mengharamkan rokok adalah ayat al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 195 yang berbunyi كة ل ه لت ى ا ل م ا ك ي د اي وا ي ق ل ي ولا, padahal كة ل ه لت اasal artinya adalah segala sesuatu yang berakibat atau mendatangkan kebinasaan, bahwa jika ayat tersebut dijadikan dalil untuk pengharaman rokok kurang tepat, karena tidak ada dalil yang eksplisit/kongkrit menjelaskan tentang rokok tersebut dan juga karena asbabun nuzul ayat tersebut bukan untuk pengharaman rokok akan tetapi bagaimana “manusia yang enggan menafkahkan hartanya untuk segera menafkahkan hartanya karena jika tidak kebinasaan akan menimpa dirinya” dan dalam ayat tersebut mengajarkan kepada kita untuk berlaku ihsan karena kata ihsan yang mempunyai makna memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil

description

k

Transcript of Wajib,Halal,Hrm,Maruhnya Rokok

Makmun Rasyid

Pembelajar AbadiTERVERIFIKASIJadikan Teman | Kirim Pesan0inShareDalil Wajib Halal Haram Makruhnya RokokOPINI | 22 September 2013 | 12:34 Dibaca: 1129 Komentar: 5 0

Rokok dalam bahasa arab disebut (dakhina) atau , orang yang merokok disebut al-mudakhin sedangkan yang biasa dipakai oleh orang-orang yang mengharamkan rokok adalah ayat al-Quran surat al-Baqarah ayat 195 yang berbunyi , padahal asal artinya adalah segala sesuatu yang berakibat atau mendatangkan kebinasaan, bahwa jika ayat tersebut dijadikan dalil untuk pengharaman rokok kurang tepat, karena tidak ada dalil yang eksplisit/kongkrit menjelaskan tentang rokok tersebut dan juga karena asbabun nuzul ayat tersebut bukan untuk pengharaman rokok akan tetapi bagaimana manusia yang enggan menafkahkan hartanya untuk segera menafkahkan hartanya karena jika tidak kebinasaan akan menimpa dirinya dan dalam ayat tersebut mengajarkan kepada kita untuk berlaku ihsan karena kata ihsan yang mempunyai makna memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya anda ambil (tafsir al-misbah, hal. 399), bukan mengajarkan kita untuk mengharamkan rokok.

Sedangkan fatwa MUI tentang dalil yang mengharamkan dan memakruhkan rokok adalah bahwa jika untuk anak-anak, ibu hamil, dan pengurus MUI adalah , jika unutk orang dewasa adalah , dan asal rokok adalah mubah.

Namun dalam hal ini saya akan memaparkan pandangan saya tengtang rokok, mulai dari wajib, halal, makruh dan haram:

WAJIBNYA ROKOK: Dalil tentang wajibnya rokok ini hanyalah buat infirodi (individual) semata tidaklah lebih dari itu, menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimat, nah, karena menuntut ilmu itu wajib maka jika ada orang yang tidak bisa berpikir dan nalarnya buntu untuk belajar karena tidak menghisap sebatang rokok maka hukum rokok itu menjadi wajib infirodi, namun yang perlu di ingat adalah kita harus menjaga dan menghormati norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, lingkungan dan alam sekitarnya selama menghisap rokok, seperti tidak bolehnya merokok dalam mobil umum dan di tempat-tempat yang banyak orang, karena tidak semua orang suka dengan hadirnya rokok.

HALALNYA ROKOK: Para imam yang terpandang telah menjelaskan bahwa merokok tidaklah haram di antara mereka adalah Abd al-Ghoni an-Nabilisi seorang murabbi bermadzhab Hanafiah ia punya risalah yang menjelaskan kebolehan merokok dan ini telah disahkan yang lain bernama Asy-Syabramalis juga Syaikh As-Sulthon al-Halab yang pintar al-Barmawi berkata al-Babali berkomentar bahwa rokok hukumnya halal. Keharamannya bukan karena ia memang haram namun sebab unsur luar yang datang.

Abd al-Ghoni an-Nabilisi seorang murabbi bermadzhab Hanafiah ia punya risalah yang dinamainya ash-shulh bain al-ikhwan fi hukm ibahah syarb ad-Dukhon (mendamaikan para kawan: kitab tentang bolehnya merokok), dalam kitab tersebut ada sebuah syair yang indah dalam bahar basith seperti cuplikan berikut: wahai engkau yang menyangka banyak amal dan ilmu yakni ummat Nabi Muhammad yang mengharamkan tembakau pradugamu atas apa yang kukata sungguh keliru bukanlah dusta kata-kata itu sungguh, mereka yang benar berilmu tidak akan mengharamkan tidak pula mereka yang ahli meneliti dan menyimpulkan sayang di antara mereka banyak yang tidak tahu sifat-sifat tembakau, gegabah pula menganggapnya kotor dan melempar caci maki mereka bicara tentang lemahnya badan kerenanya jua tentang pikiran yang terancam dan kebinasaan di atas sifat-sifat itu mereka memutuskan dan tersebarlah fatwa kepada yang fasiq maupun yang nasik padahal, sifat-sifat itu tidak lain hanya sebatas klaim dan denganya mereka mengharamkan rokok lalu menutupi manfaatnya selama tembakau tetap pada sifat asalnya mentari kebolehan meneranginya dari angkasa.

Keharamnya bukan karena rokok itu sendiri haram li dzatihi, namun karena ada unsur dan faktor luar yang memengaruhi ataupun merubah hukum halal itu. Contoh unsur luar itu adalah mudhorot yang timbul di picu oleh rokok, dari pendapat Al-Barmawi hukum rokok menjadi relatif.

Dalam kitab syarh lamiyah ibn al-wardiy jika memang benar bahwa rokok adalah najis karena dibasahi khamr maka pengarang kitab tersebut menyatakan jelaslah bahwa keharaman rokok karena ada unsur luar (karena dibasahi khamr) bukan karena dzat asal rokok itu haram akan tetapi jika tuduhan yang menyatakan bahwa rokok itu najis tidak benar maka hukum rokok kembali kepada hukum asalnya, yaitu suci.

Ar-Rusyd dalam kitab hasyiyah ala Nihayah menyatakan bahwa tidak adanya dalil yang dapat dijadikan dasar untuk mengharamkan rokok adalah dalil bahwa menghisap dan mengkomsumsi rokok hukumnya mubah.

Dalam kitab Ghayah al-bayan li hilli ma la yaghib al-aql ad-dukhon bahwa Syaikh al-Ajhuri mengatakan: menghisap rokok hukumnya halal. Dengan syarat rokok tersebut tidak membuat si perokok kehilangan kesadarannya dan tidakn pula membuat tubuhnya tertimpa suatu mudhorot tertentu. Masih banyak lagi kitab-kitab yang menghalalkan rokok dan lagi-lagi kesemuan tidak keluar dari kaidah ushul fiqh yaitu selama tidak ada pola baru yang mengubahnya maka pola lama tetap berlaku.

MAKRUHNYA ROKOK: makruh adalah sesuatu yang dilarang tetapi larangan itu disertai oleh sesuatu yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan larangan itu bukanlah haram Rokok adalah salah satu isapan favorit bagi setiap insan yang menyukainya, hal tersebut menyimpan sifat kecanduan namun kecanduan itu dapat ditangani jika seorang perokok ingin meninggalkannya memang belum ada hukum yang menetapkan bahwa rokok itu mutlak haram oleh karena itu selama belum ada hukum yang menetapkan sesuatu itu haram maka hukum awal masih berlaku sebagaimana kaidah ushul fiqh yang dilontarkan Al-Syaukani dalam kitab irsyad al-fuhul yang artinya apa yang pernah berlaku secara tetap pada masa lalu, maka pada prinsipnya tetap berlaku pada masa yang akan datang dan Ibn Al-Subki dalam kitab jamu al-jawami II menyatakan: Yang artinya: berlakunya sesuatu pada waktu kedua karena yang demikian pernah berlaku pada waktu pertama karena tidak ada yang patut untuk mengubahnya. Dan jika lihat kepada orang yang mengharamkan rokok dengan selalu memakai dalil ayat al-Quran , padahal ayat tersebut jika kita lihat dari tafsir al-misbah atau kebinasaan adalah menyimpang atau hilangnya nilai positif yang melekat pada sesuatu, tanpa diketahui kemana perginya, inti dari tafsir al-misbah adalah ayat ini menceritakan tentang orang yang tidak mau menafkahkan hartanya, jika kalian tidak menafkahkan harta kalian dijalan allah maka kalian menjatuhkan diri kalian sendiri kedalam kebinasaan. Kita lihat lagi dari tafsir ibnu katsir dari sahabat nuam bin basyir ra kalimat adalah seseorang yang berdosa lalu ia berkata bahwa allah tidak mengampuninya. Kita lihat lagi dari Hadits Bukhori ayat ini turun berkenaan tentang nafkah. Kita lihat lagi dari At-Tirmidzi Abu Dawud An-Nasai Ibnu Hibban Al-Hakim bahwa adalah orang yang terlena oleh harta dan meninggalkan jihad. Kita lihat lagi dalam kitab al-jami li ahkamil Quran imam abu abdullah muhammad bin ahmad al-ansori al-Qurtubi bahwa ibnu Abbas ra dan Huzaifah bin al-Yaman menyatakan bahwa adalah meninggalkan infaq dijalan allah dan khawatir terhadap nasib keluarganya. Dan ada juga ayat yang sering digunakan adalah suraat al-Araf ayat 157 menghalalkan apa-apa yang baik adalah menghalalkan segala sesuatu yang baik yang diharamkan oleh bani israil dan kaum jahiliyah sebelum kedatangan islam dan mengahramkan apa-apa yang buruk adalah sesuatu yang telah diharamkan seperti: babi, darah, bangkai, dan lain sebagainya, dan allah tidak mengharamkan sesuatu nash kecuali itu adalah buruk.

Nah, kalangan NU (nahdhotul ulama) mengambil kesimpulan bahwa rokok adalah makruh lighoirihi, karena jika memang rokok itu haram karena ada unsur mudhorotnya; suatu unsur yang datang dari luar. Dengan demikian rokok haram hanya bagi orang yang seandainya ia merokok akan terkena mudhorot tidak haram atas orang lain karena mudhorot itu ada karena memang orang yang menghisap rokok tidak cocok dengan dirinya, namun jika itu tidak ada mudhorot maka hukum tersebut sebatas makruh. Pada prinsipnya selama tidak ada hal yang patut mengubahnya maka hukum sebelumnya tetap berlaku

HARAMNYA ROKOK: sekolompok ulama telah mengharamkan rokok di antaranya adalah Syaikh asy-syihab al-Qalyubi ia meletakkan rokok pada bab najis dalam hasyiyah-nya atas kitab karangan al-Jalal al-Mahali yang mengomentari kitab al-mihaj-nya Imam Nawawi: setiap benda cair yang memabukkan seperti arak dan sejenisnya adalah najis dia berkata lagi bahwa rokok adalah punya sifat candu dan salah satu efeknya adalah membuka saluran tubuh sehingga mempermudah masuknya penyakit berbahaya ke dalam tubuh, oleh karena itu merokok kerap kali menimbulkan lesu dab sesak nafas ataupun gejala lain yang sejenis.

Sedangkan al-muhaqqiq al-bujairimi pada fasal tentang makanan dalam hasyiyahnya atas kitab al-iqna fi syarh matn abi syuja dia berkata: mengkomsumsi sesuatu yang dapat membahayakan badan atau pikiran hukumnya adalah haram, kaidah ini berkonsekuinsi pada diharmkannya rokok.

Masih banyak juga kitab-kitab karya ulama yang mengharamkan rokok, namun dalam hal ini tidaklah mungkin kami tuturkan satu persatu. Menurut saya yang tepat adalah KEMBALI KEPADA DIRI MASING-MASING DALAM MENYIKAPI HAL INI dan juga yang perlu digarisbawahi adalah setiap landasan/perbuatan kita jangan hanya semata taklid dalam artian berani berkomentar tapi tidak tau dalilnya atau berbuat sesuatu tapi tidak tau dalilnya karena dalam kaidah jika seseorang itu mengajak kapada suatu hal tapi tidak ada dalil/hujjah maka janganlah di dengar dalam artian setiap ucapan/landasan kita diiringi pula dengan dalil. Dan juga ada kaidah dalam kajian ushul fiqh hukum beredar bersama alasannya.