Wahyu Sulistiono (B1J006098)

41
i KANDUNGAN MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Callophylum inophylum L.) BERDASAR TINGKAT KEMASAKAN BUAH PADA BEBERAPA LOKASI SKRIPSI Oleh WAHYU SULISTIONO B1J006098 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

Transcript of Wahyu Sulistiono (B1J006098)

Page 1: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

i

KANDUNGAN MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Callophylum inophylum L.) BERDASAR

TINGKAT KEMASAKAN BUAH PADA BEBERAPA LOKASI

SKRIPSI

Oleh WAHYU SULISTIONO

B1J006098

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2012

Page 2: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

ii

KANDUNGAN MINYAK BIJI NYAMPLUNG ( Callophylum inophylum L.) BERDASAR TINGKAT KEMASAKAN BUAH

PADA BEBERAPA LOKASI

Oleh WAHYU SULISTIONO

B1J006098

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Fakultas Biologi

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Disetujui dan disahkan Pada tanggal …………………….

Pembimbing I,

Dra. Kamsinah, M.P. NIP. 19570510 198703 2 001

Pembimbing II,

Drs. Slamet Priyanto, M.S. NIP. 19521106 198211 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Dra. Purnomowati, SU NIP. 19531021 198103 2 001

Page 3: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

iii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian

yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2012.

Selama dan sesudah penelitian, Penulis mendapat pengalaman dan

pengetahuan sangat berharga berkat bimbingan Dra. Kamsinah, M.P. selaku

Dosen Pembimbing I dan Drs. Slamet Priyanto, M.S. selaku Dosen Pembimbing

II. Sejumlah referensi dan literatur dihimpun dan disusun berdasar saran serta

petunjuk para pembimbing guna memperluas dan mempertajam pembahasan hasil

penelitian. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan

bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih kepada

ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Fisiologi Tumbuhan.

Purwokerto, Mei 2012

Penulis

Page 4: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA .......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vii

INTISARI ............................................................................................. viii

ABSTRACT ........................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN ...................................... 7

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 7 2. Metode Penelitian ..................................................................... 7 3. Metode Analisis ....................................................................... 12

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 13

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 22

DAFTAR REFERENSI ....................................................................... 23

LAMPIRAN ........................................................................................ 25

Page 5: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Komposisi asam lemak minyak nyamplung ........................................... 2

3.1. Analisis variansi pengaruh lokasi dan warna buah terhadap rendemen minyak biji nyamplung ......................................................................... 14

3.2. Uji BNT pengaruh antar lokasi terhadap rendemen minyak biji

nyamplung ............................................................................................ 19 3.3. Uji BNT pengaruh antar warna buah terhadap rendemen minyak biji

nyamplung lokasi Ciamis ...................................................................... 19 3.4. Uji BNT pengaruh antar warna buah terhadap rendemen minyak biji

nyamplung lokasi Purworejo ................................................................. 20 3.5. Uji BNT pengaruh antar warna buah terhadap rendemen minyak biji

nyamplung lokasi Cilacap ..................................................................... 20

Page 6: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Histogram rataan nilai rendemen minyak nyamplung (%) tiap lokasi ...... 13

3.2 Histogram rataan nilai rendemen minyak nyamplung (%) Ciamis ........... 17

3.3 Histogram rataan nilai rendemen minyak nyamplung (%) Purworejo ..... 18

3.4 Histogram rataan nilai rendemen minyak nyamplung (%) Cilacap .......... 18

Page 7: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data rendemen minyak nyamplung .......................................................... 25

2. Data Lokasi Penelitian .............................................................................. 26

3. Data sifat fisiko-kimia minyak nyamplung ................................................ 27

Page 8: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

viii

INTISARI

Nyamplung (Calophyllum inophyllum) termasuk familia Guttiferae yang

menghasilkan buah melimpah. Buah nyamplung berbentuk bulat berdiameter 2,5-

3,5 cm, biji mengandung minyak berwarna kuning kecoklatan. Kondisi

lingkungan dan fisiologis tanaman nyamplung mempengaruhi warna buah, yang

pada akhirnya akan berpengaruh pada produktivitas tanaman tersebut termasuk

minyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi minyak biji

nyamplung pada kondisi tempat tumbuh yang berbeda dan pengaruh tingkat

kemasakan buah terhadap produksi minyak biji nyamplung. Penelitian ini

dilaksanakan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola

rancangan tersarang. Variabel bebasnya adalah kodisi tempat tumbuh dan warna

buah sebagai indikator kemasakan meliputi hijau (muda), hijau kekuningan

(masak), dan cokelat (buah jatuh). Variabel tergantungnya adalah produksi

minyak biji nyamplung. Penelitian dilakukan menggunakan 250 gram berat kering

biji dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi minyak

biji nyamplung dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh dan warna buah sebagai

indikator kemasakan buah. Produksi minyak biji nyamplung berdasarkan lokasi,

hasil tertinggi diperoleh pada lokasi Purworejo (36,94%), dan terendah pada

lokasi Cilacap (28,03%). Berdasarkan warna buah, produksi tertinggi diperoleh

pada warna buah cokelat dengan nilai rendemen 41,3% (Purworejo), 38,9%

(Ciamis), dan 31,1% (Cilacap), terendah pada warna buah hijau 33,6%

(Purworejo), 31,4% (Ciamis), dan 26,1% (Cilacap).

Kata kunci : Calophyllum inophyllum L., tempat tumbuh dan tingkat kemasakan

buah, rendemen.

Page 9: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

ix

ABSTRACT

Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) is included in Guttiferae family that produces abundant fruits. Nyamplung Fruit is spherical shaped and 2.5 to 3.5 cm in diameter, the seeds core contain brownish-yellow-colored oil. Environmental conditions and nyamplung plant physiology affect in fruit color, which will ultimately affect in both of these plants productivity and oil. This study aims to determine nyamplung seed oil production at different growing site conditions and the influence of fruit maturity levels of nyamplung seed oil production. The research was carried out by Completely Randomized Design (CRD) method with a nested design pattern. The independent variables are growing site conditions and fruit colors as maturity indicators, e.g. green (young), yellowish green (ripe), and chocolate (falling fruit). Dependent variable is nyamplung seed oil production. The study was conducted using a 250 gram dry weight of seeds with three repetitions. The results showed that nyamplung seed oil production affected by growing sites and fruit colors as indicator of fruit maturity. Nyamplung seed oil production based on location, the highest yield obtained on the location of Purworejo (36.94%), and lowest at the location of Cilacap (28.03%). Based on fruit colors, the highest production obtained in the brown fruit color with yield value of 41.3% (Purworejo), 38.9% (Ciamis), and 31.1% (Cilacap), the lowest in the green fruit color of 33.6% (Purworejo ), 31.4% (Ciamis), and 26.1% (Cilacap). Keywords: Calophyllum inophyllum L., growing site and the level of fruit maturity, yield.

Page 10: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

1

I. PENDAHULUAN

Nyamplung (Calophyllum inophyllum) termasuk familia Guttiferae yang

tingginya dapat mencapai 22 meter. Pohon bersifat simpodial, seringkali mulai

bercabang pada bagian pangkal pohon sehingga satu pohon seolah-olah menjadi 2

atau 3 pohon, umur mencapai 50-60 tahun, batang pohon tumbuh bengkok-

bengkok jarang yang lurus. Tanaman nyamplung termasuk jenis tanaman yang

menghasilkan buah melimpah. Buah nyamplung berbentuk bulat berdiameter 2,5-

3,5 cm, biji mengandung minyak berwarna kuning kecoklatan.

Minyak nyamplung tersusun dari 3 molekul asam lemak dan satu molekul

gliserol, oleh sebab itu minyak nyamplung sering disebut trigliserida. Asam lemak

penyusun minyak nyamplung dapat berupa asam lemak jenuh dan tidak jenuh.

Asam lemak penyusun lemak nabati kebanyakan adalah asam lemak tidak jenuh

(Herlina dan Ginting, 2002). Asam lemak tersebut disintesis pada bagian sitosol,

kemudian diproses lebih lanjut di sitoplasma untuk pembentukan lemak melalui

esterifikasi dengan gliserol menjadi trigliserida (minyak atau lemak). Minyak

yang terbentuk ditransfer dari daun dan organ berkloroplas lain ke biji (biasanya

pada bagian kotiledon) dan disimpan pada bagian oleosom. Jenis asam lemak

yang terdapat pada minyak nyamplung dan presentase kandungannya, dapat

dilihat pada tabel 1.

Minyak yang dihasilkan biji tanaman nyamplung dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan tempat tumbuh. Hal tersebut terjadi karena kondisi lingkungan

mempengaruhi fisiologis tanaman nyamplung, yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada produktivitas tanaman tersebut termasuk minyak. Lakitan

Page 11: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

2

(2007), menyatakan bahwa laju proses-proses metabolisme tanaman dipengaruhi

oleh faktor-faktor lingkungan mikro di sekitar tanaman.

Tabel 1.1 Komposisi asam lemak minyak nyamplung

Komponen Persentase Kandungan (%) Asam Miristat (C14) 0,09 Asam Palmitat (C16) 14,6 Asam Stearat (C18) 19,96 Asam Oleat (C18:1) 37,57 Asam Linoleat (C18:2) 26,33 Asam Linolenat (C18:3) 0,27 Asam Arachidat (C20:4) 0,94 Asam Erukat (C20:1) 0,72 Sumber : Balitbanghut (2008)

Tanaman nyamplung tumbuh baik di daerah pantai maupun di dataran

yang lebih tinggi, berpasir dan berhumus. Tanaman nyamplung tumbuh pada

wilayah pantai berpasir marginal dengan kisaran pH 4-7,4, toleran terhadap kadar

garam dan tanah yang mengandung liat berdrainase baik. Sadjad (1980),

menyatakan bahwa nyamplung tumbuh baik pada ketinggian tempat 0-200 m dpl,

dengan curah hujan 1000-3000 mm/tahun, 4-5 bulan kering dan suhu rata-rata 18-

33°C. Menurut Leksono (2009), beberapa tempat tumbuh (tegakan) nyamplung

yang ada di pulau Jawa diantaranya berada di Batu Karas, Ciamis (Jawa Barat);

Pantai Ketawang, Purworejo (Jawa Tengah); Pagubugan, Cilacap (Jawa Tengah);

TN Alas Purwo, Banyuwangi (Jawa Timur); Gunung Kidul (Yogyakarta); dan

Pantai Carita, Pandeglang (Banten). Tanaman nyamplung sangat dipengaruhi oleh

lingkungan tempat tumbuhnya, faktor genetik, dan interaksi keduanya.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman nyamplung

meliputi suhu, cahaya, oksigen, kelembaban, tanah, angin, unsur hara (nutrisi), air,

dan topografi. Tanaman nyamplung yang hidup pada kondisi lingkungan yang

ekstrim pertumbuhan dan produktivitasnya akan menurun. Kondisi kelembaban

Page 12: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

3

yang ada di sekitar biji juga akan berpengaruh pada saat proses pemasakan dan

pengisian biji. Biji yang berada dalam kondisi kelembaban yang cukup tinggi

akan menghambat pencapaian masak fisiologis sehingga proses tersebut lama

tercapai. Hal ini karena pengurangan kadar air dalam biji terhambat atau

membutuhkan banyak energi.

Pertumbuhan dan produktivitas nyamplung selain dipengaruhi oleh faktor

lingkungan juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Suryo (2005), menyatakan

bahwa tiap tahap reaksi kimia diperlukan enzim tertentu sebagai katalisator,

sedangkan terbentuknya enzim dikontrol oleh satu atau beberapa gen. Hal ini

dapat diketahui dari pertumbuhan dan produktivitasnya, tanaman nyamplung

meskipun ditumbuhkan pada lingkungan yang berbeda tetapi genetiknya sama,

maka pertumbuhan dan produktivitasnya berbeda. Fakto-faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas nyamplung selain lingkungan dan

genetik adalah interaksi kedua faktor tersebut.

Interaksi faktor lingkungan dan genetik tersebut sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan produktivitas nyamplung. Hal ini terjadi karena

interaksi tersebut mempengaruhi fisiologi/metabolisme tanaman, sehingga

mengganggu proses pertumbuhan, fotosintesis, translokasi, pengisian dan

pemasakan buah. Akibat terganggunya proses-proses tersebut adalah terjadinya

perbedaan sifat fisik dan kimia tanaman nyamplung (buah dan biji). Oleh karena

itu, tidak akan ditemukan buah dan biji nyamplung dengan sifat fisik dan kimia

yang sama persis. Menurut Suryo (2005), fenotip (sifat fisik) terakhir yang

nampak pada organisme adalah hasil kegiatan semua gen dan interaksinya dengan

lingkungan.

Page 13: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

4

Perbedaan sifat fisik akibat terganggunya proses-proses fisiologis dapat

diketahui dari dimensi buah dan biji meliputi panjang, diameter, dan berat.

Menurut Anonim (2011), sifat fisik adalah segala aspek dari suatu objek atau zat

yang dapat diukur atau dipersepsikan tanpa mengubah identitasnya. Perbedaan

sifat fisik buah dan biji nyamplung tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah

produkstivitas (sifat kimia) biji berupa minyak yang dihasilkan.

Produktivitas biji berupa minyak selain sifat fisik buah dan biji, juga

dipengaruhi oleh faktor kemasakan buah. Selama masa pemasakan, di dalam buah

terjadi perubahan kadar air, daya kecambah, daya tumbuh, berat kering dan

ukuran buah. Perubahan warna pada buah nyamplung dapat digunakan sebagai

indikator kemasakan buah. Menurut Heryati (2007), Buah nyamplung muda

berwarna hijau, namun jika sudah tua berwarna kekuningan dan seperti kayu

(cokelat) jika sudah dipetik atau jatuh dari pohon dan dibiarkan lama. Surya

(2008), mengemukakan adanya korelasi yang kuat antara perubahan warna yang

terjadi pada buah dengan fase kemasakan biji.

Santoso (2011) menyatakan bahwa perubahan fisiologi yang terjadi pada

pemasakan buah meliputi perubahan kimia yang akhirnya juga mempengaruhi

terjadinya perubahan fisik. Perubahan kimia yang terjadi meliputi perubahan

kandungan karbohidrat, etilen, asam, lipida, protein dan zat warna, sedangkan

perubahan fisik meliputi perubahan citarasa, tekstur, dan warna. Faktor warna

buah sebagai indikator kemasakan buah ini berpengaruh terhadap kuantitas dan

kualitas dari minyak nyamplung meliputi jumlah angka rendemen, bilangan asam,

densitas, kadar air, dan viskositas.

Page 14: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

5

Sampai saat ini kajian tentang buah nyamplung telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu, akan tetapi kajian tentang kandungan minyak biji

nyamplung masih jarang dilakukan. Mengingat bahwa tanaman nyamplung

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, umur, dan interaksi keduanya maka perlu

dilakukan pengkajian tentang perbedaan produksi minyak biji nyamplung pada

kondisi lingkungan yang berbeda. Berdasarkan uraian latar belakang, maka

muncul permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah kondisi tempat tumbuh nyamplung yang berbeda berpengaruh

terhadap produksi minyak biji nyamplung.

2. Apakah tingkat kemasakan buah berpengaruh terhadap produksi minyak biji

nyamplung.

Berdasarkan permasalahan yang muncul, maka dilakukan penelitian

dengan tujuan untuk mengetahui :

1. Produksi minyak biji nyamplung pada kondisi tempat tumbuh yang berbeda.

2. Pengaruh tingkat kemasakan buah terhadap produksi minyak biji nyamplung.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi

ilmiah tentang perbedaan produksi minyak nyamplung (C. inophylum) yang

terdapat di Ciamis, Purworejo dan Cilacap, sehingga dapat digunakan dalam

upaya pengembangan biji nyamplung sebagai sumber biofuel, khususnya

biodiesel.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan pada tanaman nyamplung

diantaranya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Hathurusingha et al.

(2010) tentang perbedaan provenan berkaitan dengan karakter biji dan kandungan

minyak C. inophyllum di Australia Utara dan Sri Lanka. Hasil penelitian

Page 15: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

6

didapatkan ukuran biji berbeda nyata (P<0,05) pada semua provenan. Kandungan

minyak tertinggi berasal dari Anuradhapura (Sri Lanka) sebesar 57 % dan

terendah berasal dari Cardwell (Australia) sebesar 31%.

Leksono (2009) juga telah melakukan serangkaian penelitian terhadap

tanaman nyamplung. Penelitian yang dilakukan pada 6 lokasi di pulau Jawa

mencakup 4 sub topik meliputi potensi tegakan nyamplung, kajian kesesuain

lahan, eksplorasi buah nyamplung, dan keragaman genetik terhadap sifat fisik

buah, biji dan pertumbuhan bibit serta sifat biofuel nyamplung. Hasil penelitian

diperoleh informasi mengenai keadaan topografi, karakteristik lahan, dan

produktivitas buah pada tiap lokasi, serta sifat fisik buah dan biji dan sifat biofuel

yang berbeda-beda pada tiap lokasi.

Hadi (2009) melakukan penelitian tentang pemanfaatan biji nyamplung (C.

inophyllum) sebagai bahan bakar pengganti solar. Hasil penelitian tersebut

menunjukan hampir semua parameter kecuali viskositas kinematik, kadar air, dan

residu karbon memenuhi standar SNI. Viskositas masih tinggi sehingga secara

fisik lebih kental dari pada solar.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis untuk penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Produksi minyak biji nyamplung dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh.

2. Tingkat kamasakan buah (hijau, hijau kekuningan, dan cokelat)

mempengaruhi produksi minyak biji nyamplung.

Page 16: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

7

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

2.1 Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

2.1.1 Materi

2.1.1.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah buah

tanaman nyamplung yang diambil dari Batu Karas

(Pangandaran), Pantai Ketawang (Purworejo), dan Pagubugan

(Cilacap).

2.1.1.2 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yang akan

dilakukan antara lain mesin pres hidrolik manual, piknometer

volume 25 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 100 ml, cawan

petri, oven, corong, kertas saring, blender, timbangan analitik,

dan botol.

2.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Puslitbang Hasil Hutan

Bogor untuk pengolahan biji menjadi minyak dan analisis

produksinya. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Juli

hingga Oktober 2011.

2.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan pola rancangan tersarang. Variabel yang digunakan adalah

variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebasnya adalah kodisi

Page 17: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

8

tempat tumbuh dan warna buah sebagai indikator kemasakan meliputi hijau

(muda), hijau kekuningan (masak), dan cokelat (buah jatuh). Variabel

tergantungnya adalah produksi minyak biji nyamplung. Penelitian dilakukan

menggunakan 250 gram berat kering biji dengan 3 kali ulangan.

Parameter utama yang diamati adalah rendemen minyak, parameter

pendukung yang diamati adalah curah hujan, kandungan unsur hara tanah

(NPK) dan sifat fisiko-kimia berupa kadar air, densitas, viskositas, bilangan

asam.

2.2.1 Cara Kerja (Leksono, 2009)

2.2.1.1 Pengambilan Sampel

1. Lokasi pengambilan sampel berada di Batu Karas

(Ciamis), pantai ketawang (Purworejo), dan Pagubugan

(Cilacap).

2. Pengambilan sampel buah pada setiap lokasi dilakukan

dengan cara mengumpulkan buah di bawah tegakan atau

mengunduh dari pohon.

3. Buah yang dikumpulkan untuk setiap lokasi sebanyak 5 kg

untuk masing-masing warna buah (hijau, kekuningan, dan

cokelat).

Page 18: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

9

2.2.1.2 Ekstraksi Minyak ( Crude Oil)

1. Buah nyamplung yang sudah diambil, dikeringkan terlebih

dahulu di bawah sinar matahari hingga berwarna

kecoklatan.

2. Setelah buah kering, biji dipisahkan dari tempurung,

kemudian dikeringkan lagi.

3. Pengeringan biji tanpa tempurung dilakukan dengan oven

hingga berwarna coklat kemerahan

4. Biji yang telah berwarna merah kecoklatan ditimbang

dengan timbangan analitik seberat 250 gram.

5. Biji yang telah ditimbang dihaluskan dengan blender,

kemudian dilakukan pengepresan dengan mesin pres

hidrolik manual hingga keluar minyak.

2.2.1.3 Analisa Rendemen Minyak :

1. Biji diekstraksi menjadi minyak, volume minyak diukur.

2. Perbandingan antara minyak nyamplung dan berat biji

dihitung sebagai angka rendemen.

2.2.1.4 Analisa sifat fisiko-kimia minyak nyamplung

2.2.1.4.1 Analisa KadarAir (SNI 01-2891-1992):

1. Cawan aluminium yang telah dikeringkan dan

diketahui bobotnya, diisi sebanyak 5 ml sampel

lalu ditimbang (W1) .

Rendemen Minyak 100%Bobot Ektraksi Minyak

XBerat Biji

=

Page 19: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

10

2. Cawan kemudian dimasukkan ke dalam oven suhu

105oC selama 1-2 jam. Cawan alumunium dan

sampel yang telah dikeringkan kemudian

ditimbang (W2).

3. Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan air

yang hilang sebagai kadar air.

Keterangan : W1 = Bobot Cawan + Sampel

W2 = Bobot Cawan + Sampel setelah

dikeringkan

2.2.1.4.2 Analisa densitas minyak dengan menggunakan

metode Piknometer (AOAC, 1995):

1. Isi piknometer kosong dan kering dengan sampel

yang sebelumnya telah ditimbang.

2. Atur level minyak hingga titik yang tepat pada

piknometer.

3. Pindahkan piknometer dari waterbath, keringkan

dan ditimbang beratnya.

4. Selisih berat piknometer berisi minyak dengan

berat piknometer kosong dibagi dengan berat

piknometer berisi H2O sebagai densitas minyak.

Keterangan: m1 = berat piknometer berisi

minyak m2 = berat piknometer kosong mt = berat piknometer berisi H2O Pt = Densitas minyak

%100)(

1

21 ×−=W

WWAirKadar t

tt m

mm 21 −=ρ g/ml

Page 20: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

2.2.1.4.3

2.2.1.4.4

2.2.1.4.3 Analisa viskositas dengan menggunakan m

Ostwald (ASTM 445):

1. Viskosimeter dibersihkan dengan air

kemudian dibilas dengan hati-hati dengan air

suling dan dikeringkan dengan aseton di udara

terbuka.

2. Viskosimeter dicelupkan ke dalam termostat air

yang bertemperatur 25oC agar tercapai

ekuilibrium.

3. Disiapkan satu gelas yang berisi air

diletakkan di dalam termostat tersebut.

4. Air suling yang telah ekuilibrium temperaturnya

dimasukkan ke dalam viskosimeter.

5. Contoh minyak diukur viskositasnya pada alat

tersebut pada kondisi yang sama dengan

viskositas air.

Keterangan:

0,658 = Viskositas air pada suhu 40oC

2.2.1.4.4 Analisa Bilangan Asam (SNI 01-3555-1998):

1. Contoh minyak ditimbang sebanyak 2

dalam erlenmeyer 250 ml. Sebanyak 50 ml

11

dengan menggunakan metode

air suling,

hati dengan air

suling dan dikeringkan dengan aseton di udara

dicelupkan ke dalam termostat air

C agar tercapai

elas yang berisi air suling dan

diletakkan di dalam termostat tersebut.

Air suling yang telah ekuilibrium temperaturnya

minyak diukur viskositasnya pada alat

tersebut pada kondisi yang sama dengan

1998):

minyak ditimbang sebanyak 2-5 gram

dalam erlenmeyer 250 ml. Sebanyak 50 ml

Cp

Page 21: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

12

alkohol netral 95% ditambahkan, kemudian

ditetesi dengan indikator pp sebanyak 2-3 tetes.

2. Larutan dititrasi dengan 0,1 N KOH sambil

diaduk hingga terlihat warna merah muda yang

bertahan setelah dibiarkan lebih dari 15 detik.

Keterangan: 56,1 = bobot molekul KOH

2.2.1.4.5 Penampakan Minyak

Penampakan minyak diamati setelah minyak

mentah dihasilkan dari hasil pengepresan biji

nyamplung dari warna minyak.

2.2.2 Metode Analisis

Data hasil pengukuran untuk rendemen minyak biji nyamplung

yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F dan dilanjutkan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) dengan tingkat ketelitian 95% dan 99%. Model

dari analisis varian yang digunakan untuk produksi minyak biji

nyamplung adalah sebagai berikut:

Y ij = µ + Pi+ K j+εijk

Keterangan : Yij = variabel yang diukur

µ = rata-rata umum Pi =efek provenan ke i K j = efek kemasakan ke j εijk = eror pada provenansi ke I dan ulangan ke j.

sampelg

NKOHKOHmlAsamBilangan

1,56××= mgKOH/g

Page 22: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

III.

Berdasarkan pengukuran

inoplhyllum) dari 3 lokasi yaitu Purworejo, Ciamis, dan Cilacap

nilai rendemen minyak rata

dan terendah pada lokasi Cilacap

dilihat pada gambar 3.1 dan lampir

Gambar 3.1 Histogram Rataan Nilai Rendemen Minyak Nyamplung (%)Tiap Lokasi

Data rata-rata rendemen minyak selanjutnya dianalisa dengan uji F

tingkat ketelitian 95% dan 99 %

tumbuh dan warna buah terhadap rendemen minyak

Hasilnya dapat dilihat pada

36.9381

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Purworejo

Re

nd

em

en

Min

ya

k (

%)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

pengukuran rendemen minyak biji nyamplung

dari 3 lokasi yaitu Purworejo, Ciamis, dan Cilacap diperoleh hasil

rendemen minyak rata-rata tertinggi dari lokasi Purworejo sebesar 36,94 %

n terendah pada lokasi Cilacap sebesar 28,04 %, data selengkapnya dapat

dilihat pada gambar 3.1 dan lampiran 1.

Gambar 3.1 Histogram Rataan Nilai Rendemen Minyak Nyamplung (%)Tiap Lokasi

rata rendemen minyak selanjutnya dianalisa dengan uji F

tingkat ketelitian 95% dan 99 % untuk mengetahui pengaruh kondisi tempat

dan warna buah terhadap rendemen minyak dan dilanjutkan uji BNT.

asilnya dapat dilihat pada Tabel 3.1, 3.2 dan 3.3.

36.938135.7676

28.0384

Purworejo Ciamis Cilacap

Lokasi

13

biji nyamplung (C.

diperoleh hasil

sebesar 36,94 %

sebesar 28,04 %, data selengkapnya dapat

Gambar 3.1 Histogram Rataan Nilai Rendemen Minyak Nyamplung (%)

rata rendemen minyak selanjutnya dianalisa dengan uji F dengan

kondisi tempat

dan dilanjutkan uji BNT.

28.0384

Cilacap

Page 23: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

14

Tabel 3.1. Uji F Pengaruh lokasi dan warna buah terhadap rendemen minyak biji nyamplung

Sumber Variasi

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F Tabel (0,05) (0,01)

Lokasi 2 420.9403 210.4701 5.5802 * 5.14 10,92 Warna dalam Lokasi

6 226.305 37.7176 43.7649 ** 2.66 4,01

Error 18 15.5128 0.8618 SD = 0.928 Total 26 662.7587 KK = 2,764%

Keterangan : * = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata

Berdasarkan table 3.1 dapat diketahui bahwa lokasi berbeda nyata,

sedangkan warna buah berbeda sangat nyata. Hal tersebut artinya tinggi

rendahnya minyak nyamplung dipengaruhi oleh lokasi dan sangat dipengaruhi

oleh warna buah.

Rendemen minyak yang dihasilkan biji nyamplung dari Purworejo,

Ciamis, dan Cilacap berbeda-beda, disebabkan oleh beberapa hal : pertama,

karakter masing-masing lokasi yang berbeda mempengaruhi kondisi fisiologi

tanaman. Perbedaan yang menyolok di antara tempat pengambilan sampel adalah

curah hujan. Berdasarkan data tersebut diketahui lokasi Ciamis dan Purworejo

memiliki curah hujan >2000mm/tahun lebih tinggi dibandingkan lokasi Cilacap

dengan curah hujan <2000mm/tahun. (lampiran 2).

Curah hujan mempengaruhi produksi minyak tidak secara langsung, yaitu

melalui penyediaan air. Curah hujan yang tinggi dapat menjamin ketersediaan air

dalam tanah bagi tanaman. Curah hujan yang tinggi, selain menjamin ketersediaan

air juga dapat mengoptimalkan fotosintesis, sehingga dapat menyediakan bahan-

bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan

minyak dalam biji. Kramer dan Kozlowski (1960) dalam Mahbubillah (2011),

menjelaskan bahwa jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting produksi

Page 24: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

15

tanaman. Selama musim penghujan, temperatur udara lebih rendah, sedangkan

kelembaban udara lebih tinggi dibanding musim panas. Kelembaban udara dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dapat mempengaruhi fotosintesis

tanaman. Laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya kelembaban udara

sekitar tanaman.

Curah hujan yang rendah, dapat mengakibatkan menurunnya ketersediaan

air dalam tanah dan penurunan laju fotosintesis tanaman. Hal tersebut akan

mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, perkembangan dan pembentukan

minyak dalam biji. Kekurangan air selama pembungaan, penyerbukan, atau

perkembangan biji dimungkinkan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas biji.

Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa kekurangan air selama pengisian biji

mengurangi hasil panen biji karena terjadi pengurangan fotosintesis, akibatnya

proses pertumbuhan, pembentukan bunga, dan pengisian biji mengalami

penurunan. Ibrahim et al. (1997) dan Rose (1998) dalam Hathurusingha et al.

(2010) juga menyatakan bahwa kandungan minyak C.inophyllum, pada kondisi

curah hujan yang baik (rata-rata curah hujan yang tinggi >2000 mm/thn), biji

menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar, sedangkan pada kondisi yang

ekstrim, biji menghasilkan minyak yang lebih sedikit.

Kedua, kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah pada masing-

masing lokasi berbeda. Terutama unsur Nitrogen (N), Phosphor (P), dan Kalium

(K) (lampiran 2). Masing-masing unsur hara tersebut mempunyai fungsi berbeda

satu dengan yang lain. Unsur N merupakan unsur yang sangat penting untuk

pembentukan vegetasi. Unsur P berfungsi untuk pengangkutan energi hasil

metabolisme, merangsang pembungaan dan pembuahan, pertumbuhan akar, dan

Page 25: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

16

pembentukan biji. Unsur K berfungsi dalam proses fotosintesis, yaitu dalam

pengangkutan hasil asimilasi, enzim, mineral serta air. Gardner et al. (1991)

menyatakan bahwa tanaman merupakan fotolitotrofik, yang berarti bahwa

kebutuhan tanaman terhadap komponen pertumbuhan yang penting disintesis dari

unsur-unsur anorganik atau unsur lithic (nutrisi mineral) menggunakan cahaya.

Unsur lithic atau unsur hara berdasar informasi yang diperoleh dari Balai

Penelitian Kehutanan Ciamis menunjukan bahwa pada lokasi Purworejo memiliki

kandungan unsur N dan P yang lebih tinggi dibanding dua lokasi yang lain yaitu

sebesar 0,4 % (N total) dan 16,35 ppm (P). Unsur K tertinggi terdapat pada lokasi

Ciamis sebesar 2,15 meq/100g. Lokasi Ciamis juga diketahui memiliki nilai

Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang lebih tinggi yaitu 15 meq/100g. Hal tersebut

menunjukan bahwa tanah pada lokasi Ciamis mengandung ion-ion nutrisi yang

dapat bertukar dalam jumlah yang lebih besar, dan sebagian tersedia untuk

pertumbuhan tanaman. Perbedaan curah hujan dan unsur hara di daerah tersebut

akan berpengaruh terhadap fase vegetasi dan fase reproduksi tanaman nyamplung.

Fase vegetatif adalah fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang

dimulai sejak perkecambahan biji hingga tanaman menjadi besar atau dewasa.

Pada fase vegetatif tanaman memanfaatkan sebagian besar karbohidrat yang

dihasilkan dari proses fotosintesis dan mineral yang terdapat pada tanah untuk

pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel atau

pembentukan jaringan, sehingga terbentuklah akar, batang, dan daun baru.

Pada fase reproduktif, tanaman juga memanfaatkan mineral dan

karbohidrat dari hasil penimbunan selama fase vegetatif untuk pembentukan dan

perkembangan bunga, buah, dan biji. Bagian-bagain reproduksi tanaman, seperti

Page 26: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

17

tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari dan bakal biji banyak membutuhkan

mineral seperti unsur P. Oleh karena itu, untuk pembentukan bunga dan buah

sangat diperlukan unsur fosfor yang tinggi.

Ketersediaan unsur P yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan generatif

tanaman, sehingga kemampuan tanaman untuk menghasilkan buah dan biji akan

relatif baik. Perkembangan buah dan biji selanjutnya dipengaruhi oleh ketersedian

air. Tal dan Imber (1971) dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pada

kondisi kekurangan air, konsentrasi asam absisat meningkat. Peningkatan asam

absisat akan meningkatkan konsentrasi sitokinin dan etilen, yang akan memacu

pemasakan buah. Tingkat kemasakan buah yang ditunjukan oleh warna buah

mempengaruhi tingginya rendemen minyak, seperti terlihat pada Gambar 3.2, 3.3

dan 3.4.

Gambar 3.2 Histogram Rataan Nilai Rendemen Minyak Nyamplung (%)

Ciamis

31.41

37.0338.85

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Hijau Hijau Kekuningan Cokelat

Re

nd

em

en

Min

ya

k (

%)

Warna Buah

Ciamis

Page 27: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

18

Gambar 3.3 Histogram Rataan Nilai Rendemen Minyak Nyamplung (%)

Purworejo

Gambar 3.4 Histogram Rataan Nilai Rendemen Minyak Nyamplung (%)

Cilacap

Berdasarkan gambar 3.2, 3.3 dan 3.4 dapat diketahui bahwa rendemen

minyak biji nyamplung meningkat sesuai dengan tingkat kemasakan buah yang

ditunjukan dengan perubahan warnanya (hijau, hijau kekuningan hingga cokelat).

33.5835.94

41.29

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Hijau Hijau Kekuningan Cokelat

Re

nd

em

en

Min

ya

k (

%)

Warna Buah

Purworejo

26.13 26.9331.06

0

10

20

30

40

50

60

Hijau Hijau Kekuningan Cokelat

Re

nd

em

en

Min

ya

k (

%)

Warna Buah

Cilacap

Page 28: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

19

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Tambun (2002), yang menyatakan bahwa

kandungan minyak biji nyamplung tergantung pada kemasakan buah, kandungan

minyak pada buah akan maksimum jika buah sudah benar-benar masak (berwarna

cokelat).

Kandungan rendemen minyak pada buah yang masak, lebih tinggi

dikarenakan semakin masak buah, maka semakin banyak minyak yang ditransfer

dari bagian vegetatif tanaman dan terakumulasi di dalam bijinya. Leopold dan

Kriedemann (1975) dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa tingginya

minyak pada biji yang masak kemungkinan juga terjadi karena selama pemasakan

biji terjadi serangkaian peristiwa enzimatis dan biokimia yang berakibat

terjadinya perubahan komposisi kimia.

Uji BNT untuk mengetahui pengaruh antar lokasi dan warna buah terhadap

rendemen minyak biji nyamplung diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel 3.2,

3.3, 3.4 dan 3.5

Tabel 3.2. Uji BNT Pengaruh Antar Lokasi Terhadap Rendemen Minyak Biji Nyamplung

Lokasi Rendemen Minyak Purworejo 36.9381 a Ciamis 35.7676 a Cilacap 28.0384 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT 5 %.

Tabel 3.3. Uji BNT Pengaruh Antar Warna Buah Terhadap Rendemen Minyak Biji Nyamplung Lokasi Ciamis

Warna Buah Rendemen Minyak Hijau 31.4123 c Hijau kekuningan 37.0377 b Cokelat 38.8527 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT 5 %.

Page 29: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

20

Tabel 3.4. Uji BNT Pengaruh Antar Warna Buah Terhadap Rendemen Minyak Biji Nyamplung Lokasi Purworejo

Warna Buah Rendemen Minyak Hijau 33.5793 c Hijau kekuningan 35.9363 b Cokelat 41.2987 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT 5 %.

Tabel 3.5. Uji BNT Pengaruh Antar Warna Buah Terhadap Rendemen Minyak Biji Nyamplung Lokasi Cilacap

Lokasi Rendemen Minyak Hijau 26.1277 b Hijau kekuningan 26.9250 b Cokelat 31.0627 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT 5 %.

Berdasar uji BNT lokasi (tabel 3.2), dapat diketahui bahwa antara lokasi

Purworejo dan Ciamis tidak berbeda, sedang antara Purworejo dan Ciamis dengan

Cilacap berbeda. Hal tersebut artinya bahwa rendemen minyak biji nyamplung

asal Purworejo dan Ciamis, yaitu 35,8 % dan 36,9 %, secara statistik tidak

berbeda. Akan tetapi, rendemen minyak biji nyamplung asal Purworejo dan

Ciamis berbeda dengan rendemen minyak biji nyamplung asal Cilacap yaitu

28,03%. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kondisi lingkungan pada lokasi

Purworejo dan Ciamis hampir sama, sedangkan kondisi antara Purworejo dan

Ciamis dengan lokasi Cilacap berbeda (lampiran 2).

Berdasarkan hasil uji BNT warna buah untuk rendemen minyak (Tabel,

3.3, 3.4 dan 3.5), dapat diketahui bahwa pada lokasi Purworejo dan Ciamis ketiga

warna tersebut berbeda, sedangkan pada lokasi Cilacap, warna buah hijau dan

hijau kekuningan tidak berbeda, dan rendemen minyak warna buah hijau dan hijau

kekuningan berbeda dengan warna buah cokelat. Rendemen minyak tertinggi

terjadi pada buah yang berwarna cokelat yaitu 41,3% (Purworejo), 38,9%

(Ciamis), dan 31,1% (Cilacap), sedangkan rendemen minyak terendah terjadi pada

Page 30: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

21

warna hijau yaitu 33,6% (Purworejo), 31,4% (Ciamis), dan 26,1% (Cilacap).

Berdasarkan sifat fisiko-kimia (parameter pendukung), dapat diketahui bahwa

kadar air, bilangan asam, densitas dan viskositas minyak nyamplung yang

dihasilkan dari masing-masing lokasi berbeda-beda, seperti terlihat pada lampiran

3.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan nilai rendemen

minyak nyamplung adalah 25,4%-41,9 %. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil

penelitian Balitbanghut (2008) dan hasil penelitian Hendra et al. (2010). Hasil

penelitian Balitbanghut menyebutkan bahwa rendemen minyak nyamplung

berkisar antara 40–73%, dan hasil penelitian Hendra et al. rendemen minyak

berkisar antara 51,77–60%. Ketidaksesuaian hasil tersebut dapat dikarenakan

kondisi lokasi yang berbeda dan buah yang digunakan tingkat kemasakannya

tidak sama. Buah yang digunakan dalam penelitian ini terdapat buah yang belum

masak (warna hijau dan hijau kekuningan), sehingga menghasilkan kisaran

rendemen minyak yang tidak maksimum. Pada penelitian Hendra et al. (2010)

dimungkinkan biji yang digunakan buah yang tingkat kemasakannya seragam,

sehingga rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi dari penelitian ini.

Kemungkinan lain rendahnya rendemen minyak pada penelitian ini disebabkan

karena cara ekstraksinya menggunakan mesin pres hidrolik manual, sedangkan

dalam penelitian Hendra et al. (2010) menggunakan mesin ekstruder dengan

sistem kontinyu sehingga menghasilkan rendemen minyak yang lebih banyak.

Page 31: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

22

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Produksi minyak biji nyamplung dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh

dan warna buah sebagai indikator kemasakan buah.

2. Produksi minyak biji nyamplung tertinggi diperoleh pada buah yang

tingkat kemasakannya paling tinggi (warna buah cokelat), produksi

tertinggi diperoleh dari lokasi Purworejo.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, dapat disarankan perlu dilakukan upaya

perbaikan kondisi tempat tumbuh untuk meningkatkan produksi minyak biji

nyamplung, misalnya dengan cara pemupukan.

Page 32: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

23

DAFTAR REFERENSI

Anonim, Sifat Fisik. http://www.id.wikipedia.com. Diakses tanggal 11 Maret 2011.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2008. Nyamplung (Calophyllum

inophylum) Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Departemen Kehutanan, Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiogi Tanaman Budidaya.

Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Hadi, W.A. 2009. Pemanfaatan Minyak Biji Nyamplung (Calophyllum

inophyllum L.) Sebagai Bahan Bakar Minyak Pengganti Solar. Jurnal Riset Daerah.VIII (2) : 1044-1052.

Hathurusingha, Subhash, Nanjappa Ashwath, and David Midmore. 2010.

Provenance variations in seed-related characters and oil content of Calophyllum inophyllum L. in northern Australia and Sri Lanka. New Forests (2011) 41:89–94. DOI 10.1007/s11056-010-9212-1. http://www.springerlink.com. Diakses tanggal 11 Desember 2011.

Hendra, Djeni, Dadang S. dan Santiyo W. 2010. Analisis Sifat Fisiko Kimia

Minyak Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) Hasil Proses Degumming. Buletin Hasil Hutan XVI (1) : 63-70.

Herlina, N., dan Ginting, M.H.S. 2002. Lemak dan Minyak. Universitas Sumatera

Utara (USU digital library), Medan. Heryati, Y. 2007. Nyamplung (Calophyllum spp). Leaflet. National Coordinators

APFORGEN (Asia Pacipic Forest Genetic) Resources Programme. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Litbang Kehutanan. Bogor 16610. Indonesia.

Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta Leksono, B. 2009. Peningkatan Produktivitas Hutan Tanaman Nyamplung

(Calophyllum inophyllum L.) Sebagai Bahan Baku Biofuel. (Laporan Penelitian Tahun Anggaran 2009) PUSLITBANG Hutan Tanaman. Departemen Kehutanan, Bogor.

Mahbubillah, A. 2011. Pengaruh Cahaya Pada Tumbuhan.

http://marinebiologi.blogspot.com. Diakses tanggal 20 Februari 2012.

Page 33: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

24

Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Hutan di Indonesia. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi, Direktorat Jenderal Kehutanan- Lembaga Afiliasi IPB, Bogor.

Santoso, Bambang B. 2011. Fisiologi dan Biokimia Pada Komoditi Panenan

Hortikultura. http://fp.unram.ac.id. Diakses tanggal 30 Maret 2011. Surya, Muhammad Imam. 2008. Pengaruh Tingkat Kematangan Buah Terhadap

Perkecambahan Biji Pada Pyracantha spp. Buletin Kebun Raya Indonesia Vol.11 No.2.

Suryo. 2005. Genetika (Strata 1). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tambun, R. 2002. Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari Buah

Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara (USU digital library), Medan.

Page 34: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

25

Lampiran 1. Data sifat fisiko-kimia minyak nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

Keterangan : Berat biji yang digunakan = 250 g

Variabel

Ulangan

Bobot Ekstrasi Minyak (gram)

Rendemen Berdasar Warna

Buah (gram)

Rendemen Berdasar Lokasi (gram)

Lokasi Warna Buah

Lokasi 1

Hijau

1 83,4246 33,37

36,9386667

2 85,4246 34,17 3 83,0021 33,201

Jumlah 100,74 Rata-rata 33,58

Hijau Kekuningan

1 90,3096 36,124 2 89,127 35,651 3 90,0921 36,037

(Purworejo) Jumlah 107,81 Rata-rata 35,937

Cokelat

1 104,6731 41,869 2 101,2342 40,494 3 103,8371 41,535

Jumlah 123,9 Rata-rata 41,299

Lokasi 2

Hijau

1 78,5157 31,406

35,768

2 80,0921 32,037 3 76,9897 30,796

Jumlah 94,239 Rata-rata 31,413

Hijau Kekuningan

1 93,2291 37,292 2 91,6841 36,674 3 92,8731 37,149

(Ciamis) Jumlah 111,11 Rata-rata 37,038

Cokelat

1 98,2003 39,28 2 94,0987 37,639 3 99,0977 39,639

Jumlah 116,56 Rata-rata 38,853

Lokasi 3

Hijau

1 64,5173 25,807

28,0386667

2 67,8765 27,151 3 63,5676 25,427

Jumlah 78,385 Rata-rata 26,128

Hijau Kekuningan

1 65,3851 26,154 2 70,7657 28,306 3 65,7896 26,316

(Cilacap) Jumlah 80,776 Rata-rata 26,925

Cokelat

1 74,9769 29,991 2 82,6765 33,071 3 75,3213 30,129

Jumlah 93,19 Rata-rata 31,063

Rendemen Minyak 100%Bobot Ektraksi Minyak

XBerat Biji

=

Page 35: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

26

Lampiran 2. Data Lokasi Penelitian Parameter Purworejo Cilacap Ciamis Ketinggian tempat 2-7 m dpl 5-8 m dpl 2-5 m dpl Curah hujan 2500-2850

mm/tahun 1.000–1.440 mm/tahun

3.000 – 3.400 mm/tahun

Temperatur 23o – 32oC 22,5o–32,7oC 22o – 33oC Kelembaban Udara 84% 82% 84% Tekstur tanah (%)

Pasir 93,25 91,05 92,4 Debu 4,5 5,85 6 Liat 2,25 3,1 1,6

Kandungan Hara

N 0,14 % 0,075 % 0,4 % P 15,37 ppm 15,85 ppm 16,35 ppm K 2,15 meq/100g 1,64 meq/100g 1,62 meq/100g

KTK (meq/100g) 15 10,87 10,03 Sumber : 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor 2. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kab. Ciamis

Page 36: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

27

Lampiran 3. Data sifat fisiko-kimia minyak nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

Variabel

Ulangan Sifat Fisiko-kimia Minyak

Lokasi Warna Buah KA Den BA Vis Penampakan

Lokasi 1

Hijau

1 1,397 0,9463 27,76 5,2718 Hijau Pekat

2 1,427 0,9855 28,25 5,6202 Hijau Pekat

3 1,674 0,9447 27,92 5,1802 Hijau Pekat

Jumlah 4,499 2,8765 83,93 16,072

Rata-rata 1,5 0,9588 27,98 5,3574

Hijau Kekuningan

1 1,146 0,9634 33 5,2826 Hijau Pekat

2 1,235 0,9368 32,96 5,26 Hijau Pekat

3 0,98 1,0234 30,86 5,5221 Hijau Pekat

(Purworejo) Jumlah 3,361 2,9236 96,81 16,065

Rata-rata 1,12 0,9745 32,27 5,3549

Cokelat

1 0,341 0,9464 33,35 5,148 Hijau Pekat

2 0,37 0,937 34,08 5,1787 Hijau Pekat

3 0,649 1,0295 33,84 5,5097 Hijau Pekat

Jumlah 1,361 2,9129 101,3 15,836

Rata-rata 0,454 0,971 33,75 5,2788

Lokasi 2

Hijau

1 0,117 0,9689 27,66 5,3976 Hijau Pekat

2 1,33 0,9549 28,33 5,3615 Hijau Pekat

3 1,349 0,9695 27,29 5,3159 Hijau Pekat

Jumlah 2,796 2,8932 83,29 16,075

Rata-rata 0,932 0,9644 27,76 5,3583

Hijau Kekuningan

1 1,004 0,9682 28,58 5,394 Hijau Pekat

2 1,207 0,9437 30,73 5,1333 Hijau Pekat

3 1,034 0,9323 28,73 4,9895 Hijau Pekat

(Ciamis) Jumlah 3,244 2,8443 88,04 15,517

Rata-rata 1,081 0,9481 29,35 5,1723

Cokelat

1 0,52 0,9947 33,06 5,4105 Hijau Pekat

2 0,997 0,9547 33,45 5,0676 Hijau Pekat

3 0,649 0,9389 32,96 5,1481 Hijau Pekat

Jumlah 2,166 2,8883 99,46 15,626

Rata-rata 0,722 0,9628 33,15 5,2087

Lokasi 3

Hijau

1 1,218 0,9503 42,03 5,3359 Hijau Pekat

2 1,114 0,9399 40,78 5,1948 Hijau Pekat

3 1,197 0,9936 40,33 5,5351 Hijau Pekat

Jumlah 3,529 2,8837 123,1 16,066

Rata-rata 1,176 0,9612 41,05 5,3553

Hijau Kekuningan

1 0,866 0,9409 45,34 5,1178 Hijau Pekat

2 0,769 0,9933 42,73 5,5335 Hijau Pekat

3 1,08 1,0291 39,9 5,688 Hijau Pekat

(Cilacap) Jumlah 2,715 2,9632 128 16,339

Rata-rata 0,905 0,9877 42,66 5,4464

Cokelat

1 0,343 0,9711 40,02 5,3246 Hijau Pekat

2 0,545 0,9312 44,49 5,0655 Hijau Pekat

3 0,541 0,9409 45,59 5,1591 Hijau Pekat

Jumlah 1,428 2,8432 130,1 15,549

Rata-rata 0,476 0,9477 43,37 5,1831

Keterangan

Den = Densitas

KA = Kadar Air

BA = Bilangan Asam

Vis = Viskositas

Page 37: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

28

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Lengkap : Wahyu Sulistiono

NIM : B1J006098

Judul Penelitian : Kandungan Minyak Biji Nyamplung (Callophylum inophylum L.) Berdasar Tingkat Kemasakan Buah

Pembimbing Skripsi :

1. Dra. Kamsinah, M.P. 2. Drs. Slamet priyanto, M.S.

Menyatakan bahwa :

1. Penelitian ini merupakan hasil penelitian sendiri bukan jiplakan (plagiasi).

2. Penelitian ini didanai I-MHERE Student Grant Tahun 2011.

3. Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan publikasi penelitian ini menjadi

milik institusi, dalam hal ini Universitas Jenderal Soedirman.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan atau tekanan

apapun dan siapapun. Saya bersedia bertanggung jawab secara hukum apabila

terdapat hal-hal yang tidak benar dalam pernyataan ini.

Purwokerto, Mei 2012

Yang membuat pernyataan,

Wahyu Sulistiono B1J006098

Page 38: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

29

BIODATA

Nama Lengkap : Wahyu Sulistiono Tempat dan tanggal lahir : Purwokerto, 26 Januari 1988 Alamat asal : Jl. Cenderawasih no. 14, Grendeng, Purwokerto. Judul penelitian : Kandungan Minyak Biji Nyamplung (Calophyllum

inophyllum L.) Berdasar Tingkat Kemasakan Pada Beberapa Lokasi.

Riwayat Pendidikan Sekolah Dasar : SD Negeri 4 Grendeng Lulus tahun 2000 Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 9 Purwokerto Lulus tahun 2003 Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 2 Purwokerto Lulus tahun 2006 Pendidikan Tinggi : Fakultas Biologi UNSOED

Lulus tahun 2012 Kegiatan ilmiah yang pernah diikuti :

1. Seminar “Latihan Kepemimpinan dan Manajerial Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD)” yang diselenggarakan Fakultas Biologi tahun 2007.

2. Kunjungan Ilmiah “Museum Zoologicum Bogoriense LIPI Cibinong Bogor 2009.

3. Praktek Kerja Lapangan “Pemanfaatan Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) di Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITBANG) Hasil Hutan, Bogor” tahun 2010.

Pengalaman Berorganisasi

1. OSIS SMP N 9 Purwokerto sebagai Ketua periode 2001/2002. 2. Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kab. Banyumas sebagai Anggota

Page 39: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

30

3. Himpunan Mahasiswa Bio-Symphoni (HMBS) Fakultas Biologi Sebagai Ketua Umum periode 2008

Pengalaman Kerja

1. Event Organizer PT. Phapros Tahun 2007 dan 2009. 2. Assisten pemandu dalam seminar Latihan Kepemimpinan dan Manajerial

Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) Fakultas Biologi UNSOED tahun 2009 dan 2010.

3. Tim Pemantau (UNSOED) Ujian Nasional Tingkat SMP tahun 2011. 4. Tour Leader dan Dokumentasi CV. Mitra Inter Nusapada 2010-2012.

Page 40: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

31

S U R A T K E T E R A N G A N

Yang bertandatangan di bawah ini, saya selaku pembimbing Skripsi mahasiswa Program Studi Biologi Universitas Jenderal Soedirman.

N a m a : Wahyu Sulistiono

N I M / S K S : B1J006098/ 2006

Bid. Ilmu/ M.K : Botani/ Fisiologi Tumbuhan

J u d u l : Kandungan Minyak Biji Nyamplung (Callophylum inophylum L.) Berdasar Tingkat Kemasakan Buah

Pada Beberapa Lokasi Telah melaksanakan Seminar Hasil :

Tanggal 7 Mei 2012

Dengan ini menerangkan dengan sesungguhya bahwa, Skripsi yang telah di tulis oleh mahasiswa tersebut diatas telah diperbaiki sesuai dengan rekomendasi forum seminar hasil dan telah disetujui oleh semua dosen pembimbing skripsi

Purwokerto, Mei

2012

Mengetahui,

Pengamat : Nama : Drs. Edy Yani, M.S. NIP : 19581130 198403 1 001 Tandatangan :

Pembimbing 1 : Nama : Dra. Kamsinah, M.P. NIP : 19570510 198703 2 001 Tandatangan :

Pembimbing 2 : Nama : Drs. Slamet Priyanto, M.S. NIP : 19521106 198211 1 001 Tandatangan :

Form P - 03

Page 41: Wahyu Sulistiono (B1J006098)

32

SURAT KETERANGAN PENGESAHAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi dari:

Nama : Wahyu Sulitiono

NIM : B1J006098

Judul Skripsi : Kandungan Minyak Biji Nyamplung (Callophylum inophylum L.) Berdasar Tingkat Kemasakan Buah Pada Beberapa Lokasi

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang ditulis oleh mahasiswa

tersebut di atas telah di koreksi sesuai dengan rekomendasi forum seminar hasil

dan telah disetujui oleh semua dosen pembimbing skripsi.

Purwokerto, Mei 2012

Pembimbing 1 : Nama : Dra. Kamsinah, M.P. NIP : 19570510 198703 2 001 Tandatangan :

Pembimbing 2 : Nama : Drs. Slamet Priyanto, M.S. NIP : 19521106 198211 1 001 Tandatangan :