Vina

19
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MELETUS DI GUNUNG SLAMET, JAWA TENGAH Disusun oleh : Syafina Wardah 030.09.247 Pembimbing: dr. Gita Tarigan, M.Kes KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS KECAMATAN TEBET 1

description

tugas dr.gita gunung meletus

Transcript of Vina

Page 1: Vina

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MELETUS

DI GUNUNG SLAMET, JAWA TENGAH

Disusun oleh :

Syafina Wardah

030.09.247

Pembimbing:

dr. Gita Tarigan, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PUSKESMAS KECAMATAN TEBET

PERIODE 16 MARET – 23 MEI 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

1

Page 2: Vina

A. Pendahuluan

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan

sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang

memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi, termasuk endapan hasil

akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini

juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es

dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang

mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di

daerah Kuwu, Grobogan,Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling

dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific

Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan

tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung

berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya

menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun, gunung berapi mampu istirahat dalam waktu

610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan

sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan

istirahat atau telah mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam

kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain

daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti

berikut:

Aliran lava.

Letusan gunung berapi.

Aliran lumpur.

Abu.

Kebakaran hutan.

2

Page 3: Vina

Gas beracun.

Gelombang tsunami.

Gempa bumi.

Jenis gunung berapi berdasarkan bentuknya:

1. Stratovolcano

Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga

dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga

membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan,

karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.

2. Perisai

Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair,

sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan

berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh

bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.

3. Cinder Cone

Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik

menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk

di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.

4. Kaldera

Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang

melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung

Bromomerupakan jenis ini.

Klasifikasi Gunung berapi berdasarkan frekuensi letusannya di Indonesia

Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe

berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya, yaitu:

3

Page 4: Vina

Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya

satu kali sesudah tahun 1600.

Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi

magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti

kegiatan solfatara.

Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun

masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan

solfatara/fumarola pada tingkah lemah

Skema peringatan gunung berapi di Indonesia :

TINGKATAN STATUS GUNUNG BERAPI DI INDONESIA

MENURUT BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ESDM

STATUS MAKNA TINDAKAN

AWAS Menandakan gunung berapi yang segera

atau sedang meletus atau ada keadaan kritis

yang menimbulkan bencana

Letusan pembukaan dimulai dengan abu

dan asap

Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24

jam

Wilayah yang terancam

bahaya direkomendasikan

untuk dikosongkan

Koordinasi dilakukan

secara harian

Piket penuh

SIAGA Menandakan gunung berapi yang sedang

bergerak ke arah letusan atau menimbulkan

bencana

Peningkatan intensif kegiatan seismik

Semua data menunjukkan bahwa aktivitas

dapat segera berlanjut ke letusan atau

menuju pada keadaan yang dapat

menimbulkan bencana

Jika tren peningkatan berlanjut, letusan

dapat terjadi dalam waktu 2 minggu

Sosialisasi di wilayah

terancam

Penyiapan sarana darurat

Koordinasi harian

Piket penuh

4

Page 5: Vina

WASPAD

A

Ada aktivitas apa pun bentuknya

Terdapat kenaikan aktivitas di atas level

normal

Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian

vulkanis lainnya

Sedikit perubahan aktivitas yang

diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik

dan hidroterma

Penyuluhan/sosialisasi

Penilaian bahaya

Pengecekan sarana

Pelaksanaan piket terbatas

NORMAL Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma

Level aktivitas dasar

Pengamatan rutin

Survei dan penyelidikan

Letusan Gunung

Letusan gunung merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam

perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar

yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan

lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang

dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan

abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa

membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung

berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif. Gunung berapi yang akan meletus

dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:

Suhu di sekitar gunung naik.

Mata air menjadi kering

Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)

Tumbuhan di sekitar gunung layu

Binatang di sekitar gunung bermigrasi, kelihatan gelisah

Asap berubah warna menjadi gelap

Bau belerang semakin menyengat

Hasil letusan gunung berapi berupa: 

5

Page 6: Vina

Gas vulkanik

Gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi antara lain carbon monoksida

(CO), Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen

(NO2) yang membahayakan manusia.

Lava dan aliran pasir serta batu panas

Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke

permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan

lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan

membentuk bermacam-macam batuan.

Lahar

Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar

sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.

Hujan Abu

Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena

sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer

jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.

Awan panas

Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat

batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C.

Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala,

lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.

Dampak Negatif   Letusan Gunung

Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi

organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini hal

negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus: 

6

Page 7: Vina

1. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam

gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau

Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk

hidup di sekitarnya.

2. Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di

sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi.

3. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas

akan merusak pemukiman warga.

4. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal

ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.

5. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah

penyakit misalnya saja ISPA.

6. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya

letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan juga Gunung Merapi, kedua

gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi

mereka wisatawan pecinta alam.

Dampak Positif Letusan Gunung Berapi

Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa

berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di sekitar. Apa saja? Berikut uraiannya: 

1. Tanah yang dilalui oleh hasil bulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab

tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman

yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang

mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.

2. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus,

apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki

nilai ekonomis.

3. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meletus.

Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.

4. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi

pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.

7

Page 8: Vina

5. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang

keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini kabarnya baik

bagi kesehatan kulit.

6. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral

yang sangat melimpah.

7. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi

sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.

8. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan

pembangkit listrik.

B. Gunung Slamet

Gunung Slamet adalah sebuah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa.

Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten

Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di

Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa (3.428 meter dpl). Kawah IV

merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga

pada level siaga medio-2009.

Sebagaimana gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Slamet terbentuk

akibat subduksi Lempeng Indo-Australiapada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa.

Retakan pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan diketahui

sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas

terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava

pijar. Sebelumnya ia tercatat meletus pada tahun 1999.

Pada bulan Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya

menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih

fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret

2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57

kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap

putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.

Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Slamet dibagi menjadi beberapa kategori :

8

Page 9: Vina

Gambar diatas adalah peta kawasan rawan bencana Gunung Slamet secara lebih luas.

Dipeta tersebut ditampilkan, radius bahaya, yakni pada jarak 2 km, 4 km, 8 km, 10 km, 15

km dan 20 km. Pada radius 4 km, juga ditampilkan daerah daerah mana saja yang bisa

terkena dampak dari Gunung Slamet.

C. ANALISIS KOMPONEN BENCANA

1. VULNERABILITY (KERENTANAN)

Fisik

9

Page 10: Vina

Lokasi perumahan sebagian warga, dekat dengan kawah gunung Slamet, ini merupakan

lokasi yang berbahaya.

Terdapat banyak bangunan yang sudah mulai rapuh, bangunan bangunan ini memiliki

resiko rusak yang lebih besar saat terjadi gempa atau gunung meletus, dan bisa sampai

menimpa penghuni bangunan tersebut dan menyebabkan korban jiwa.

Terdapat juga penduduk lansia dan anak – anak. Pada kategori umur tersebut, mereka

memiliki resiko besar untuk menjadi korban, jika terjadi bencana gunung meletus,

dikarenakan kemampuan menolng diri sendirinya kurang baik dibandingkana dengan

dewasa.

Sosial

Kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar mengenai risiko bahaya dan bencana secara

mendalam.

Didapatkan beberapa warga dengan tingkat pendidikan rendah, sehingga sulit untuk

diedukasi.

Belum efektifnya monitoring dan evaluasi berkala yang seyogyanya perlu diikuti oleh

semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kesehatan dan bencana.

2. CAPACITY (KAPASITAS)

Dari segi fasilitas

Terdapatnya seismometer dan tiltmeter yang digunakan untuk merekam aktivitas gunung

Slamet.

Terdapatnya Petugas Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan

Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KabupatenBanyumas, Jawa Tengah,

mengaktifkan “call center” guna melayani masyarakat yang membutuhkan informasi

mengenai perkembangant erkini kondisi Gunung Slamet.

Terdapat institusi yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana,

yang bekerja secara cepat.

Telah dilakukan pemetaan tempat tempat pengungsian untuk para korban gunung

meletus.

Telah dilakukan pemetaan jalur evakuasi korban bencana, dibantu oleh Komando Distrik

Militer setempat.

10

Page 11: Vina

Telah dilakukan pemetaan daerah rawan bencana beserta jumlah populasi yang rawan.

Dari segi masyarakat sekitar

Tingkat gotong–royong masyarakat tinggi dalam menghadapi bencana (adanya ronda

malam secara bergantian).

Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi bencana cukup besar,

dibuktikan dengan intensitas warga dalam mengikuti pelatihan persiapan bencana.

D. SKENARIO GUNUNG SLAMET MELETUS PADA BULAN APRIL 2015

Skenario Bencana

Pada tanggal 15 April 2015 pukul 23.00, dilaporkan terjadi letusan di Gunung Slamet

disertai awan panas guguran dengan jarak luncur 2.500 meter ke arah selatan. Adapun abu

vulkanisnya terjadi setinggi 1.000 meter dan lama erupsi 180 detik.Letusan tersebut

mengejutkan warga yang sebagian besar sedang tertidur. Warga yang berada didaerah KRB I

terkejut dan merasakan getaran seperti gempa yang cukup kuat, kaca rumah dan barang

barang rumah tangga bergeser, sehingga warga panik dan segera menyelamatkan diri.

Beberapa warga juga membunyikan kentongan untuk memperingatkan warga lain.

Sejauh ini, bencana ini dilaporkan telah menimbulkan 6 korban tewas terkena

reruntuhan bangunan. Seluruh penduduk yang tewas berumur lebih dari 70 tahun. Lebih dari

40 orang mengalami luka luka lecet. Korban materiil lain pun belum terhitung pasti

jumlahnya, seperti kerusakan rumah, pekarangan penduduk, perkebunan serta sawah yang

terkena aliran lava dan juga tertutup abu vulkanik. Sekitar 20.000 penduduk yang tingggal

disekitar kaki Gunung Slamet segera dianjurkan untuk mengungsi ke pos pos pengungsian

yang telah disediakan.

E. RENCANAPENANGGULANGANBENCANAGUNUNGMELETUS

Pencegahan

Memberikan penyuluhan tentang gunung meletus dan apa yang harus dilakukan jika

terjadi letusan gunung Slamet kepada masyarakat sekitar, melakukan pelatihan / simulasi

bencana unntuk warga sekitar, menginformasikan pembagian tempat masing-masing

posko pengungsian jika terjadi bencana.

Kesiagaan

11

Page 12: Vina

Memperkirakan dan menyiapkan kebutuhan-kebutuhan utama dalam keadaan darurat,

misalnya sumber makanan dan minuman, obat-obatan, pakaian, tempat mengungsi,

serta air bersih.

Penanganan darurat

Menyelamatkan jiwa terlebih dahulu dan selanjutnya menangani dampak lain akibat

meletusnya gunung Slamet ( rumah, harta benda, dan lain lain).

Pemulihan

Rehabilitasi : membuat tempat pengungsian sementara sampai rumah penduduk

dinyatakan aman untuk ditempati kembali.

Rekonstruksi : pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur yang rusak

akibat gunung meletus.

Mitigasi : penataan kembali lahan desa.

F. RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MELETUS DI

PUSKESMAS

SEBELUM TERJADI BENCANA PENCEGAHAN

Menyusun mapping / pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah kerja

puskesmas.

Mengidentifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan menghitung jumlah perkiraan

populasinya.

Penyusunan SOP penanganan korban.

Perlengkapan sarana dan prasarana unit pelayanan di puskesmas.

Menyusun, mengembangkansisteminformasidankomunikasi

Penyiapan pos kesehatan lapangan.

Perencanaan evakuasi korban.

Pembentukan tim siaga penanggulangan bencana puskesmas.

Pelatihan tenaga kesehatan tentang penanggulangan kegawatdaruratan kesehatan.

Simulasi penanganan bencana

Mengembangkansistemkewaspadaandini.

SAAT TERJADI BENCANA KESIAGAAN DAN PENANGANAN DARURAT

12

Page 13: Vina

Pemimpin komando di Puskesmas beserta stafnya memastikan informasi mengenai lokasi,

waktu, tipe bencana, perkiraan jumlah korban, resiko potensial tambahan kepada badan

penanggulangan bencana daerah.

Membentu menyebarkan info siaga kepada masyarakat sekitar.

Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca bencana gunung

meletus.

Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian lain misalnya: sekolah, masjid, balai

desa.

Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana.

Mengevakuasidanmengungsikanpendudukkedaerahaman, sesuai yang telahdirencanakan

Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, mahasiswa

kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk mengevakuasi korban-korban

bencana dan menenentukan bendera hijau, kuning, merah, maupun hitam

Meminta bantuan dari mantri-mantri desa dan bidan-bidan desa untuk membantu

puskesmas.

Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang dan meminta bantuan dinas

kesehatan setempat bila ada obat-obatan atau alat penunjang yang kurang.

Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien-pasien berdasarkan prioritas.

Melakukan perawatan dan tata laksana utama untuk meolong korban bencana.

Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data korban yang berada di

puskesmas sebagai sumber informasi untuk keluarga/masyarakat.

PASCA BENCANA

Rehabilitatif

Fase rehabilitasi umumnya berlangsung selama 1 bulan dan diikuti fase rekontruksi

selama6 bulan.Tahapan pada fase ini adalah :

a. inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya, kerusakan

lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;

b. merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi

atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumber daya dan memperbaiki prasarana

dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya,

keamanan, lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan

struktur penanggulangan bencana di pemerintahan.

Rekonstruksi

13

Page 14: Vina

Fase ini meliputi pembangunan prasarana dan pelayanan dasar fisik, umum, pendidikan,

kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata

ruang wilayah, system pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan factor risiko

bencana.

14