Referat Anestesi Vina

33
REFERAT ANESTESI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Pembimbing : Dr. Sabur, Sp. An Dr. Ucu, Sp. An Dr. Ade, Sp. An Disusun Oleh : Andravina Pranathania Suryono 030.09.015 KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI RSUD KARAWANG

description

Referat Anestesi

Transcript of Referat Anestesi Vina

Page 1: Referat Anestesi Vina

REFERAT ANESTESI

INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

Pembimbing :

Dr. Sabur, Sp. An

Dr. Ucu, Sp. An

Dr. Ade, Sp. An

Disusun Oleh :

Andravina Pranathania Suryono

030.09.015

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI RSUD KARAWANG

PERIODE 17 FEBRUARI 2014-22 MARET 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2014

Page 2: Referat Anestesi Vina

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan berkat-Nya saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Intensive

care unit ini. Referat ini disusun untuk menambah ilmu pengetahuan serta sebagai

salah satu tugas kepaniteraan klinik di bagian ilmu anestesi RSUD Karawang.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Sabur, Sp. An, dr. Ucu, Sp. An,

dan dr. Ade, Sp. An yang telah memberikan bimbingan, serta kepada seluruh pihak

yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna oleh karena itu kritik

dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar referat ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap referat ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 27 Februari 2014

Penulis

2

Page 3: Referat Anestesi Vina

DAFTAR ISI

Cover 1

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang 4

BAB II Pembahasan

Definisi ICU 5

Tujuan ICU 6

Posedur ICU 6

Syarat ruang ICU 6

Sarana & prasarana ICU 7

Pembagian ICU 8

Level ICU 8

Indikasi pasien ICU 12

Kontraindikasi pasien ICU 14

Pengelolaan pasien ICU 14

Indikasi keluar ICU 21

Daftar pustaka 23

3

Page 4: Referat Anestesi Vina

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Salah satu pelayanan yang sentral di Rumah Sakit adalah pelayanan Intensive

Care Unit (ICU). Saat ini pelayanan di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani

pasien pasca bedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa dan anak

yang mengalami satu atau lebih disfungsi atau gagal organ. Kelompok pasien ini

dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, Ruang Perawatan, ataupun

kiriman dari Rumah Sakit lain. 1

  Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk

melakukan perawatan pada pasien- pasien gawat darurat dengan potensi “reversible

life thretening organ dysfunction”, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital

pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur

intervensi dan risiko tinggi untuk fungsi vital.

Untuk dapat memberikan pelayanan prima dan manajemen yang efektif dan

efisien, maka ICU harus dikelola sesuai dengan perkembangan Intensive Care

Medicine.

4

Page 5: Referat Anestesi Vina

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi ICU

Intensive Care Unit (ICU) adalah bangsal rumah sakit yang menyediakan

perawatan intensif untuk pasien yang dalam kondisi kritis mengancam hidup yang

bertujuan untuk menunjang fungsi-fungsi vital.1 Pasien yang berada di ICU

membutuhkan perhatian medis secara konstan untuk mempertahankan dan menjaga

fungsi tubuh.

Yang membedakan ICU dengan ruang perawatan lain adalah keperawatannya

dan peralatan yang digunakan. ICU dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus

untuk merawat dan mengobati pasien kritis atau yang mengalami disfungsi satu organ

atau lebih akibat penyakit berat yang mengancam nyawa atau komplikasi yang masih

ada harapan hidupnya (reversible). Dalam mengelola pasien ICU, diperlukan dokter

ICU yang memahami teknologi kedokteran, fisiologi, farmakologi dan kedokteran

konvensional dengan perawat yang terlatih, dan apoteker.

5

Page 6: Referat Anestesi Vina

2. Tujuan ICU

Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang

intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan

komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan

mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi angka

kematian dan mempercepat proses penyembuhan pasien.

3. Prosedur ICU

Sebelum pasien masuk ke ICU, dokter primer yang merawat pasien baik di

IGD atau bangsal melakukan evaluasi terhadap pasien dan memastikan indikasi

masuk ke ICU. Setelah itu dokter primer melakukan konsultasi dengan dokter ICU,

konsultasi bersifat tertulis namun dalam keadaan yang mendesak dapat dilakukan

konsultasi secara lisan namun tetap diikuti dengan konsultasi secara tertulis.

Pasien dan atau keluarganya wajib diberikan penjelasan secara lengkap

tentang dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapat perawatan di ICU, serta

berbagai macam tindakan yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di

ICU dan prognosa pasien. Kemudian keputusan pasien dan atau keluarganya

dinyatakan di dalam formulir informed consent yang kemudian ditandatangani.

4. Syarat ruang ICU

Letaknya di sentral rumah sakit dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar (Recovery Room).

Suhu ruangan diusahakan 22-25°C, nyaman.

Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar.

Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca-kaca.

Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus.

Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.

Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan

isolasi.

Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk

mengobservasi pasien.

5. Sarana & Prasarana ICU

6

Page 7: Referat Anestesi Vina

Lokasi: Satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room.

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk R.ICU antara 1-2 %

dari jumlah pasien secara keseluruhan.

Bangunan: Terisolasi

Dilengkapi dengan: Monitor, alat komunikasi, AC, pipaair, exhousefan untuk

mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras dan rata, tempat cuci

tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan, dan pengering setelah cuci

tangan.

R. Dokter & R. Perawat

R.Tempat buang kotoran

R. Tempat penyimpanan barang & obat

R. Tunggu keluarga pasien

R. Pencucian alat

Pengering setelah cuci tangan

Sumber air

Sumber listrik cadangan/generator

Emergency lamp

Sumber O2 sentral

Suction sentral

Lemari instrumen & obat

Laborat kecil

Alat–alat penunjang: Ventilator, nebulaizer, Jacksion Reese, monitor ECG,

tensimeter mobile, defibrilator, termometer elektrik dan manual, infus pump,

syringe pump, O2 transport, CVP, standart infuse, trolly emergency, papan

resusitasi, alat SPO2, suction continous pump dll.

PERALATAN

Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU

dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar yang

berlaku.

Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat. Peralatan dasar

meliputi: Ventilator, alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas, alat

hisap, peralatan akses vaskular, peralatan monitor invasif dan non-invasif.

 Defibrilitor dan alat pacu jantung

Alat pengatur suhu pasien

7

Page 8: Referat Anestesi Vina

Peralatan drain thorax

Pompa infus dan pompa syringe

Peralatan portable untuk transportasi

Tempat tidur khusus

Lampu untuk tindakan

Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisis dan lain-lain) untuk prosedur

diagnostik dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada indikasi

dan untuk mendukung fungsi ICU.

Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan paramedik perlu tersedia

untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila terjadi

malfungsi.

6. Pembagian ICU

Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

NICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi baru lahir yang

sakit atau prematur.

Pediatric Intensive Care Unit (PICU)

PICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi yang sakit kritis,

anak-anak, dan remaja.

Post Anesthesia Care Unit (PACU)

PACU adalh unit perawatan intensif pasca operasi dan stabilisasi pasien setelah

operasi bedah dan anestesi. Pasien biasanya berada dalam PACU untuk waktu

terbatas, dan harus memenuhi kriteria sebelum transfer kembali ke bangsal.

Surgical Intensive Care Unit (SICU)

Sebuah layanan khusus di rumah sakit yang lebih besar yang menyediakan rawat

inap untuk pasien sakit kritis pada layanan bedah.

7. Level ICU

Kebutuhan pelayanan ICU berhubungan dengan demografi, ekonomi dan

teknologi, tetapi dapat juga berasal dari aktifitas dokter (misal bedah syaraf, bedah

jantung dll). Biaya ICU mencapai tiga kali dari bed bangsal dalam perharinya.

Ada 3 level ICU di Indonesia :

Level I di rumah sakit daerah tipe (tipe C dan D)

8

Page 9: Referat Anestesi Vina

Di sini ICU lebih tepat disebut sebagai unit ketergantungan tinggi (high

dependency). Dapat melakukan observasi ketat dengan EKG monitor dan resusitasi

dengan cepat tetapi ventilator hanya di berikan kurang dari 24 jam.

ICU level I:

- Ruang tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang gawat darurat

dan ruang perawatan lainnya.

- Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta

rujukan.

- Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala.

- Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung 

paru.

- Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil

setiap saat.

- Memiliki jumlah perawat yang cukup dengan sebagian besar terlatih.

- Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan lab. tertentu (hb, ht, elektrolit,

gula darah dan trombosit), rontgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi.

Level II di rumah sakit tipe B

Di sini dapat melakukan ventilasi jangka lama. Dokter residen yang selalu siap

di tempat dan mempunyai fasilitas hubungan dengan fasilitas fisioterapi, patologi dan

radiologi. Bentuk fasilitas penunjang misalnya dialysis, monitor invasive dan

pemeriksaan CT scan.

ICU level II:

- Ruang tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan

ruang keperawatan lain.

- Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta

rujukan.

- Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila

diperlukan

- Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter konsultan Intensive Care

atau bila tidak tersedia, dokter spesialis anestesiologi yang bertanggung

jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu

melakukan RJP.

9

Page 10: Referat Anestesi Vina

- Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien :

perawat = 1 : 1untuk pasien ventilator, renal replacement therapy dan 2 : 1

untuk kasus-kasus lainnya.

- Memiliki perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif atau

minimal berpengalaman kerja 3 tahun di ICU.

- Mampu memberikan ventilasi mekanik beberapa lama dan dalam batas

tertentu melakukan pemantauan intensif dan usaha-usaha penunjang hidup.

- Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan

diagnostik, dan fisioterapi selama 24 jam.

- Memiliki ruangan isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi.

Level III rumah sakit tertier (tipe A)

Biasanya pada RS tipe A mempunyai semua aspek yang di butuhkan ICU agar

dapat memenuhi peran sebagai RS rujukan.

ICU level III:

- Memiliki ruang khusus, tersendiri di dalam rumah sakit

- Memiliki kriteria penderita masuk, keluar serta rujukan.

- Memiliki dokter spesialis yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila

diperlukan.

- Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi/konsultan Intensive Care atau

dokter ahli konsultan intensive care yang lain yang bertanggung jawab

secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan RJP.

- Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien:

perawat = 1 : 1untuk pasien dgn ventilator, renal replacement therapy dan

2 : 1 untuk kasus-kasus lainnya.

- Memiliki perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif atau

minimal berpengalaman kerja 3 tahun di ICU.

- Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan/therapi

intensif baik invasif maupun non invasif.

- Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan

diagnostik, dan fisioterapi selama 24 jam

- Memiliki paling sedikit seorang yang mampu dalam mendidik tenaga

medik dan paramedik agar dapat memberikan pelayanan yang optimal

pada pasien.

- Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan pengkajian.

10

Page 11: Referat Anestesi Vina

- Memiliki staf tambahan yang lain : misalnya tenaga administrasi, tenaga

rekam medis, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian2

No.

Kemampuan Pelayanan

Primer Sekunder Tersier

1Resusitasi jantung

paru

Resusitasi jantung

paru

Resusitasi jantung

paru

2

Pengelolaan jalan

napas, termasuk

intubasi trakeal dan

ventilasi mekanik

Pengelolaan jalan

napas, termasuk

intubasi trakeal dan

ventilasi mekanik

Pengelolaan jalan

napas, termasuk

intubasi trakeal dan

ventilasi mekanik

3 Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen

4Pemasangan kateter

vena sentral

Pemasangan kateter

vena sentral dan arteri

Pemasangan kateter

vena sentral dan arteri,

Swan Ganz dan ICP

monitor

5

Pemantauan EKG,

pulsoksimetri, dan

tekanan darah non

invasive

Pemantauan EKG,

pulsoksimetri, dan

tekanan darah non

invasive dan invasive

Pemantauan EKG,

pulsoksimetri, dan

tekanan darah non

invasive dan invasive,

Swan Ganz, ICP dan

ECHO monitor

6Pelaksanaan terapi

secara titrasi

Pelaksanaan terapi

secara titrasi

Pelaksanaan terapi

secara titrasi

7Pemberian nutrisi

enteral dan parenteral

Pemberian nutrisi

enteral dan parenteral

Pemberian nutrisi

enteral dan parenteral

8

Pemeriksaan

laboraturium khusus

yang cepat dan

menyeluruh

Pemeriksaan

laboraturium khusus

yang cepat dan

menyeluruh

Pemeriksaan

laboraturium khusus

yang cepat dan

menyeluruh

9 Memberikan

tunjangan fungsi vital

dengan alat-alat

portabel selama

Memberikan

tunjangan fungsi vital

dengan alat-alat

portabel selama

Memberikan

tunjangan fungsi vital

dengan alat-alat

portabel selama

11

Page 12: Referat Anestesi Vina

transportasi pasien

gawat

transportasi pasien

gawat

transportasi pasien

gawat

10

Kemampuan

melakukan fisioterapi

dada

Kemampuan

melakukan fisioterapi

dada

Kemampuan

melakukan fisioterapi

dada

11-

Mampu melakukan

prosedur isolasi

Mampu melakukan

prosedur isolasi

12

-

Melakukan

hemodialisis

intermitten dan

kontinyu

Melakukan

hemodialisis

intermitten dan

kontinyu

8. Indikasi pasien ICU

Kriteria penerimaan ICU memilih pasien yang mungkin memperoleh manfaat

dari perawatan ICU. Penilaian ini sulit ditentukan bila hanya dengan diagnosis saja,

oleh karena itu disarankan agar praktisi ICU memahami alat untuk menilai keparahan

penyakit dan prognosis. Keputusan masuk ICU didasarkan pada beberapa prioritas,

diagnosis, dan parameter obyektif.3

Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya

sewaktu waktu karena kegagalan atau disfungsi satu organ atau lebih atau sistem dan

masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan, pemantauan

dan pengobatan intensif. Selain adanya indikasi medik tersebut, masih ada indikasi

sosial yang memungkinkan seorang pasien dapat dirawat di ICU. Beberapa contoh

kondisi pasien yangdapat dipakai sebagai indikasi masuk ke ICU antara lain:

a. Ancaman/kegagalan sistem pernafasan: Gagal nafas, impending

gagal nafas.

b. Ancaman/kegagalan sistem hemodinamik: Shock

c. Ancaman/kegagalan sistem syaraf pusat: Stroke, penurunan

kesadaran.

d. Overdosis obat, reaksi obat dan intoksikasi: Depresi nafas

e. Infeksi berat : sepsis4

12

Page 13: Referat Anestesi Vina

Dalam menentukan tindakan kepada pasien harus memperhatikan tingkat

prioritas pasien sehingga penanganan yang diberikan sesuai dan tepat. Prioritas pasien

antara lain :

Prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan

terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinu,

dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain pasien dengan shock septic.

Pasien  prioritas  1  umumnya  tidak  mempunyai  batas  ditinjau dari  terapi yang

diterimanya.

Prioritas 2

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien

ini berisiko sehingga memerlukan terapi intensif  segera, seperti pemantauan intensif

menggunakan metode seperti pulmonary arterial catheter. Contoh jenis pasien ini

antara lain mereka yang menderita penyakit jantung, paru, atau ginjal akut yang telah

mengalami pembedahan mayor. Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam

terapi yang diterimanya.

Prioritas 3

Pasien prioritas 3 sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan

sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing

atau kombinasinya sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau mendapat

manfaat dari terapi di ICU. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan

metastase disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, atau sumbatan jalan napas,

atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi

penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk

mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan

intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.5

Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk

masuk ICU dan hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar

biasa atau atas persetujuan kepala ICU. Pasien-pasien tersebut dapat dikeluarkan dari

ICU agar fasilitas yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2,

3:

a. Pasien dengan penyakit terminal yang ireversibel (terlalu sakit untuk

mendapatkan perawatan ICU). Untuk contoh: kerusakan otak yang

irreversible, kegagalan sistem multi-organ ireversibel, kanker metastatic, tidak

13

Page 14: Referat Anestesi Vina

responsif terhadap kemoterapi dan atau terapi radiasi (kecuali pasien adalah

pada protokol pengobatan khusus), pasien dengan kapasitas pengambilan

keputusan yang menolak perawatan intensif dan atau pemantauan invasif dan

yang menerima perawatan kenyamanan saja, mati batang otak, pasien dalam

keadaan vegetatif persisten, pasien yang tidak sadar secara permanen.

b. Sedikit atau tidak adanya manfaat yang diantisipasi dari perawatan ICU

berdasarkan risiko rendah intervensi aktif yang tidak aman bisa diberikan

dalam pengaturan non-ICU (terlalu baik untuk mendapatkan keuntungan dari

perawatan ICU). Contoh termasuk pasien dengan bedah vaskular perifer,

ketoasidosis diabetik hemodinamik stabil, gagal jantung kongestif ringan,

overdosis obat.

9. Kontraindikasi pasien ICU

Kontraindikasi yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien dengan

penyakit yang sangat menular, misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang

masuk ICU tidak boleh ada yang mempunyai riwayat penyakit menular.

10. Pengelolaan pasien ICU

Pengelolaan rutin pasien ICU dapat meliputi:

1. Pendekatan pasien seperti anamnesis, serah terima pasien, pemerikasaan fisik,

kajian hasil pemerikasaan, identifikasi masalah beserta penanggulangannya,

dan informasi kepada keluarga.

2. Pemeriksaan fisik dari seluruh aspek fisiologis dan data demografi minimal 1

kali sehari.

3. Pemeriksaan, observasi dan monitoring rutin.

Kardiovaskuler: Peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP.

Respirasi: Menghitung pernafasan, setting ventilator, menginterprestasikan

hasil BGA, keluhan, pemeriksaan fisik dan foto thorax.

Ginjal: Jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam.

Pencernaan: Pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah, diare.

Tanda infeksi: Peningkatan suhu tubuh/penurunan (hipotermi),

pemeriksaan kultur, berapa lama antibiotic diberikan.

Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh

proses perawatan.

14

Page 15: Referat Anestesi Vina

4. Jalur intra vaskuler.

5. Intubasi dan pengelolaan trachea.

6. Pengelolaan cairan.

7. Perdarahan gastro intestinal.

8. Nutrisi

Nutrisi enteral

Merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan menggunakan

sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-pasien

yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui

asupan oral. Pemberian nutrisi enteral dini yang dimulai dalam 12 jam

sampai 48 jam setelah pasien masuk ke dalam perawatan intensif (ICU)

lebih baik dibandingkan pemberian nutrisi parenteral. Dapat secara manual

maupun dengan bantuan pompa mesin. Dosis nutrisi enteral biasanya

berkisar antara 14-18kkal/kgbb/ hari atau 60-70% dari tujuan yang hendak

dicapai.

Indikasi:

Pasien dengan malnutrisi berat yang akan menjalani

pembedahan saluran cerna bagian bawah.

Pasien dengan malniutrisi sedang-berat yang akan menjalani

prosedur mayor elektif saluran cerna bagian atas.

Asupan makanan yang diperkirakan tidak adekuat selama > 5-

7 hari pada pasienmalnutrisi, > 7-9 hari pada pasien yang tidak

malnutrisi.

Kontraindikasi Absolut:

Pasien yang diperbolehkan untuk asupan oral non-restriksi

dalam waktu < 7 hari

Obstruksi usus

Pankreatitis akut berat

Perdarahan masif pada saluran cerna bagian atas

Muntah atau diare berat

Instabilitas hemodinamik 

Ileus paralitik 

Komplikasi :

15

Page 16: Referat Anestesi Vina

Komplikasi nutrisi enteral lebih sering terjadi pada pasien yang

membutuhkan perawatan intensif dibandingkan pada pasien yang sakitnya

lebih ringan.

Komplikasi Penyebab yang mungkin

Gastrointestinal Nausea / vomitus Ansietas, residu gaster banyak, formula

“malodorous”, obat, letak selang, posisi

penderita tidak tepat, pemberian makanan

yang dingin, kecepatan pemberian yg

cepat

Diare Kecepatan infus cepat, makanan/ obat

hiperosmolar, intoleransi laktosa, terapi

antibiotik, hipoalbuminemia, formula

terkontaminasi bakteri, formula rendah

residu

Konstipasi Formula rendah residu, dehidrasi, obat

Kembung dan kram

abdomen

Gangguan motilitas usus halus dan besar

Metabolik Dehidrasi Demam/ infeksi, intake kurang,

kehilangan cairan berlebih

Peningkatan

elektrolit serum

Peningkatan elektrolit dalam formula,

intake cairan tidak adekuat, kehilangan

cairan berlebih

Penurunan

elektrolit serum

Retensi cairan berlebih, elektrolit tidak

adekuat dalam formula

Hiperglikemia Stres metabolik, riwayat diabetes, glukosa

diet berlebih

Mekanik Selang makanan

tersumbat

Residu formula berlebih dalam selang

Iritasi dan erosi

nasal

Pemberian obat via selang

Perubahan posisi Batuk/ muntah

16

Page 17: Referat Anestesi Vina

selang

Patologi esofagus:

esofagitis, erosi,

ulkus, perdarahan,

striktur

Efek lokal selang nasoenterik

Fistula

trakeoesofagus

Tekanan berat yang menimbulkan

sklerosis

Tidak enak

nasofaring

Efek lokal

Laring serak,

ulserasi, stenosis

Efek lokal

Aspirasi saluran

cerna

Salah posisi penempatan selang

nasoenterik

Infeksi Pneumonia aspirasi Regurgitasi, salah posisi

Kontaminasi

bakterial dari

makanan enteral

Kontaminasi eksogen

a. Nutrisi parenteral

Pemberian nutrisi melalui vena. Pada pasien yang tidak dapat

mengkonsumsi kebutuhan nutrisi sehari-hari melalui rute enteral.

Indikasi:

Pasien dengan ketidakmampuan absorbsi nutrient melalui GIT.

Hal ini meliputi malabsorbsi berat, short bowel sindrom,

muntah berat, diare, dan enteritis radiasi

Pasien dengan pankreatitis akut berat yang membutuhkan

pengistirahatan bowel

Pasien dengan intake nutrisi enteral tidak adekuat selama 7-10

hari

Obstruksi traktus olimenterus (adhesi, ca esophagus)

Penyakit inflamasi usus halus (Chorn’s disease, colitis ulserasi)

Luka bakar, trauma berat

17

Page 18: Referat Anestesi Vina

Pasien pra bedah yang mengalami emasiasi, kehilangan BB ≥

10%

Pasien paska bedah yang tidak mampu makan selama 5 hari

Penolakan atau ketidakmampuan untuk makan seperti koma,

anoreksia nervosa/kelainan neurologis

Kontraindikasi:

Pasien dengan GIT baik, mampu mengabsorbsi nutrien

secara adekuat

Pada krisis hemodinamik (syok, dehidrasi yang belum

terkoreksi)

Gagal napas butuh bantuan respirator

Macam:

Nutrisi Parenteral Perifer (PPN)

Diindikasikan penggunaan jangka pendek pada pasien

yang mengalami gangguan fungsi GIT dan membutuhkan

nutrisi. Juga digunakan pada pasien pasca operasi dini yang

diharapkan untuk mulai makan dalam beberapa hari sampai

satu minggu setelah operasi.

Pada pemberian PPN ini faktor yang perlu diperhatika

yaitu osmolaritas larutan. Dimana osmilaritas tidak boleh

lebih dari 600 – 800 mOsm/L. Dengan perhitungan 50

mOsm/L untuk setiap 1% Dextrose dan 100 mOs/L untuk

setiap 1% amino. Dalam lingkup ini kalori hemat protein

disuplai dengan larutan asam amino D5-10%/3,5% dan

lemak adalah isotonis. Emulsi lemak 20% oleh vena perifer

memberikan hampir 2000 kkal/hr. Elektorlit juga dapat

meningkatkan osmolaritas.

Beberapa komplikasi yang sering muncul pada

penggunaan PPN yaitu tromboplebitis. Komplikasi ini

dapat dikurangi dengan pemberian PPN low osmolaritas.

Beberapa institusi menambahkan heparin atau hidrokortisol

kedalam larutan untuk mengurangi insidensi phlebitis.

Infiltrasi, emboli kateter, dan sepsis mungkin juga dapat

18

Page 19: Referat Anestesi Vina

ditemukan pada pemberian PPN. Oleh karena itu vena

kateter harus diganti setiap 48-72 jam.

Nutrisi Parenteral Total (TPN)

TPN diindikasikan untuk pasien yang membutuhkan

nutrisi lebih dari 7-10 hari, dimana membutuhkan jumlah

kalori yang tinggi, restriksi cairan yang berat, atau akses

perifer tidak bagus.

TPN dimulai dengan larutan yang mengandung

konsentrasi kahir 15 – 35% glukosa dan asam amino 3,5 –

5%. Selama masa kritis kebutuhan protein berfluktuasi

antara 2 – 3,5 gr/kgBB.

Rasio kalori (glukosa) terhadap nitrogen (as amino)

harus 200:1. Rasio ini diperlukan untuk menjaga nitorgen

dalam tubuh tetap adekuat. Bila rasio ini tidak

dipertahankan, kelebihan asam amino akan dikeluarkan

melalui urin jika terdapat glukosa yang cukup dan begitu

sebaliknya. Terapi yang optimal membutuhkan 200 kkal

untuk setiap 1 gram nitrogen.

Pemberian nutrisi hanya efektif untuk pengobatan

gangguan nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya.

Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit

memegang peranan penting dalam menentukan kapan

dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh

pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih

membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan

orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.

Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang jelas

seperti pada luka dan fistula juga sangat rentan terhadap

defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral

lebih awal dibandingkan dengan pasien-pasien yang

kebutuhan nutrisinya normal.

Kebutuhan Harian:

Air : 30 – 35 ml/kg

19

Page 20: Referat Anestesi Vina

Ekstra air dibutuhkan untuk mengganti kehilangan air

karena diare, muntah, berkeringat dan panas (ditambah 150

ml setiap kenaikan 1°C).

Energi

Kebutuhan nutrisi dan mineral harian pada dewasa.

Water 30 ml

Energy 125 KJ

(30kcal)

Nitrogen 0,1-0,2 g

Glukosa 3 gr

Lipid 2 gr

Sodium 1-2 mmol

Potasium 0,7 – 1 mmol

Calcium 0,1 mmol

Magnesium 0,1 mmol

Phosporus 0,4 mmol

 

Nilai energi untuk : Lipid = 9 kcal/g

                              Karbohidrat = 4 kcal/g

9. Usia lanjut dan penyakit yang serius.

10.  Reaksi pasien saat di rawat di ICU.

11.  Tujuan akhir pengobatan ICU yang di intervensikan sebelumnya.

Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6B yaitu :

B-1 Breath - Sistem pernafasan

B-2 Bleed - Sistem peredaran darah

B-3 Brain - Sistem syaraf pusat

B-4 Blader - Sistem urogenital

B-5 Bowel -Sistem pencernaan

B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian

10. Indikasi Keluar ICU

20

Page 21: Referat Anestesi Vina

Prioritas 1 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untk terapi intensif telah tidak

ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan

kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif kecil.

Prioritas 2 dikeluarkan bila kemungkinan untu mendadak memerlukan terapi

intensif telah berkurang.

Prioritas 3 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah

tidak ada lagi, tetapi mungkin pasien dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan

kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif  kecil.

Pasien tidak perlu lagi berada di ICU apabila :

Meninggal dunia

Tidak ada kegawatan yang menganca jiwa sehingga dirawat di ruang

biasa atau dapat pulang.

Atas permintaan keluarga atau pasien. Untuk kasus seperti ini

keluarga atau pasien harus menandatangani surat keluar ICU atas

permintaan sendiri.

Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.

Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.

Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator. Pasien

mengalami mati batang otak.

Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir).

Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pulang paksa).

DAFTAR PUSTAKA

1. Critical Care. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/criticalcare.html

21

Page 22: Referat Anestesi Vina

(accessed 27 February 2014).

2. Mustafa iqbal, dkk. Standar pelayanan ICU. Departemen Kesehatan RI Direktorat

Jendral Pelayanan Medik. Jakarta. 2003

3. Intensive care. http://www.nhs.uk/Conditions/Intensive-care/Pages/Introduction

(accessed 27 February 2014).

4. Criteria for admission to ICU. http://www.surgical-tutor.org.uk/default-

home.htm?principles/postoperative/criteria.htm~right

(accessed 27 February 2014).

5. Guidelines for ICU Admission, Discharge, and Triage. 701 Lee Street Suite 200

Des Plaines, IL 60016: SOCIETY OF CRITICAL CARE MEDICINE; 1998.

(accessed 27 February 2014).

22