Vertigo Sugianto
-
Upload
maria-tarry-mirani -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of Vertigo Sugianto
Vertigo Sugianto 01-110
VERTIGO
DISUSUN OLEH :
Sugianto
01 - 110
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2009
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 1
Vertigo Sugianto 01-110
VERTIGO
PENDAHULUAN
Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih
anak –anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti
berputar, terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.
Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi
rumah sakit atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa
gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga
dapat dibedakan jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek dokter
spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf.
Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual,
muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan
apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation
retikularis batang otak.
Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda
misalnya pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang
atau merasakan badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir
balik.
Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling
tergantung. Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan
persepsi gravitasi. Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus
otot member informasi menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh
lainnya. Yang ketiga, penglihatan member persepsi dari sensasi posisi,
kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir, semua sensasi ini di integrasikan pada
batang otak dan serebelum.
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 2
Vertigo Sugianto 01-110
DEFINISI
Vertigo berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila
penderita merasa dirinya yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif
bila penderita melihat sekelilingnya yang bergerak atau berputar.
ANATOMI
Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo :
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum,
reseptor cahaya di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.
2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat
keseimbangan di otak: saraf vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri,
hipotalamus, pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius,
formation retikularis.
PATOFISIOLOGI
Keseimbangan yang normal membutuhkan bahwa kita secara akurat
dapat mengidentifikasi posisi kita terhadap lingkungan, dapat mengidentifikasi
gerakan kita dan mengontrol gerakan kita. Tugas ini dilakukan oleh seperangkat
system saraf yang mengkoordinasi informasi sensorik mengenai kita dan
lingkungan.
penglihatan (vision) mensuplai informasi mengenai posisi dan gerakan
objek, somato-sensorik (rasa raba dan proprioseptif) member masukan
mengenai posisi dari tubuh serta bagian-bagiannya, dan input dari vestibular
memberikan informasi mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan
dengan gravitasi, input sensorik ini kemudian di olah di otak, yang kemudian
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 3
Vertigo Sugianto 01-110
menciptakan tingkah yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan
dan orientasi sewaktu kita melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.
Tetapi bila oleh suatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, impuls
yang berasal dari kanalis semisirkularis mencapai nucleus motorik otot-otot mata
(nistagmus), medula spinalis (rasa tidak mantap dari kecenderungan untuk jatuh
pada waktu berjalan dan berdiri) dan pusat otonom dalam formation retikularis
(berkeringat, pucat).
PENYEBAB VERTIGO
1. Penyakit system vestibular perifer
Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII
(karena trauma, infeksi)
2. Penyakit susunan saraf pusat :
Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.
3. Kelainan endokrin (hormonal) :
Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.
4. Kelainan psikiatri :
Depresi, neurosa, cemas, fobia.
5. Kelainan mata.
6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :
Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol,
gentamisin kinin.
KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak)
atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 4
Vertigo Sugianto 01-110
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau
di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat
gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.
Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan
koordinasi. Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam
melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut
(dysdiadokinesia).
Percobaan tunjuk – hidung (penderita disuruh menunjuk jari
pemeriksaan dan kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya
dengan buruk dan terlihat adanya gejala atakia.
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik
dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak
diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala,
pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis
umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 5
Vertigo Sugianto 01-110
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah
yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak
terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin
dijumpai nistagmus.
DIAGNOSIS
Anamnesa
Kata-kata yang digunakan penderita untuk menyatakan vertigo atau
gangguan keseimbangan lainnya beragam. Harus ditanyakan apakah ada
pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo. Posisi mana
yang dapat memicu vertigo. Penting ditanyakan keadaan apalagi, selain
perubahan posisi, yang dapat membuat gejala vertigo bertambah berat. Sesekali
ditemukan penderita mengeluh bahwa masukan visual saja cukup untuk
mencetuskan vertigo. Keluhan rasa tidak stabil pada gangguan vestibular menjadi
lebih buruk bila fiksasi penglihatan dihilangkan. Lain halnya gangguan
serebelum, ketidakseimbangan tidak dipengaruhi oleh atau bertambah buruk
oleh fiksasi visual. Salah satu keadaan yang dapat mengganggu penderita dengan
gangguan vestibular ialah rasa disorientasi (orientasi terganggu). Ada penderita
yang aparat vestibular perifernya rusak, mengeluhkan osilopsia (= suatu ilusi
bahwa benda yang diam tampaknya bergerak maju mundur). Gangguan
vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek) dan bila dapat
mengakibatkan muntah, keadaan ini lebih mencolok pada lesi perifer dan kurang
pada penyakit serebelar. Vertigo yang berasal dari gangguan di telinga dalam
umumnya timbul mendadak. Permulaan yang gradual cenderung berasal dari
susunan saraf pusat. Gejala yang timbul intermiten dijumpai pada penyakit
telinga dalam. Dan gejala yang terus menerus dicurigai adanya kelainan di
susunan saraf pusat. Umumnya lebih sentral letak kelainannya, lebih lama
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 6
Vertigo Sugianto 01-110
berlangsungnya keluhan vertigo. Bila keluhan vertigo meningkat bila penderita
berubah posisi, hal ini menunjukkan bahwa gangguan ada di system vestibular,
baik yang perifer maupun yang sentral. Bila vertigo timbul hanya pada posisi
tertentu, dicurigai ada disfungsi otolit, seperti pada vertigo posisional benigna.
Pemeriksaan
1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus
Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya “jerk” dan
pedunlar), menurut bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical,
campuran), arah gerakan, amplitude dan lamanya nistagmus
berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf pusat (sentral) yaitu
nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah, nistagmus
yang sangat aktif namun tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular
perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.
2. Tes Romberg dipertajam
Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang
lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya
(tandem). Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30
detik atau lebih.
3. Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar
tetap ditempat dan tidak beranjak selama tes ini. Tes ini dapat
mendeteksi gangguan sistem vestibular. Kedudukan akhir dianggap
abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau badan terputar
lebih dari 30 derajat.
4. Salah tunjuk (past – pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh
telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat
lengannya tinggi-tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 7
Vertigo Sugianto 01-110
gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi) demikian juga
dengan gangguan serebelar.
5. Maneuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita
dengan gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike.
Pada tes ini penderita disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia
direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan
sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes
kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan
kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya
agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.
6. Tes kalori
7. Elektronistagmografi
8. Posturografi
PENGOBATAN
1. Terapi kausal
Obati penyebab dasarnya
2. Terapi simptomatik (medikamentosa)
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat
dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang
mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 8
Vertigo Sugianto 01-110
sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi
(mengantuk).
BETAHISTIN
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk
mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan
di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)
Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari
per oral.
BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)
Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.
DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat
diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek
samping ialah mengantuk.
DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25
mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga
diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.
ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel
rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.
CINNARIZINE (STUGERONE)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 9
Vertigo Sugianto 01-110
ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping
ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi,
mulut rasa kering dan “rash” di kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
PROMETHAZINE (PHENERGAN)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati
vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan
dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping
yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek
samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine
lainnya.
KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang
berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25
mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya
obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan
vertigo ialah efedrin.
EFEDRIN
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4
kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 10
Vertigo Sugianto 01-110
dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia,
jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
LORAZEPAM
Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg
DIAZEPAM
Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.
OBAT ANTI KHOLINERGIK
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas
sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
SKOPOLAMIN
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau
efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah
0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
3. Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa
penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat
atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-
kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 11
Vertigo Sugianto 01-110
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan
juga memfiksasi pada objek yang diam.
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 12
Vertigo Sugianto 01-110
D A F T A R P U S T A K A
1. Lumbantobing SM. Vertigo Tujuh Keliling , Jakarta, Balai Penerbit FKUI 2001.
2. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Hauser SL. Eds. In: Harrison’s Neurology in Clinical Medicine, New York, McGraw Hill 2006.
Kepaniteraan NeurologiUniversitas Kristen Indonesia 13