Vera

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian dari keterampilan berbahasa, kegiatan menyimak sangat penting, baik dalam pengajaran bahasa maupun kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penguasaan kemampuan menyimak harus dimiliki oleh setiap orang. Berkomunikasi secara lisan dengan teman, mengikuti pelajaran, kuliah, diskusi, seminar, menuntut kemahiran seseorang untuk menyimak Henry Guntur Tarigan, (1987: 21). Disadari atau tidak, kegiatan berbahasa yang paling pertama dilakukan manusia adalah kegiatan menyimak. Sehubungan dengan pernyataan di atas, di dalam kegiatan pembelajara di sekolah dasar keterampilan menyimak menjadi salah satu bagian keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada siswa dan dikuasai oleh siswa. Salah satu 1

Transcript of Vera

Page 1: Vera

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagian dari keterampilan berbahasa, kegiatan menyimak sangat penting, baik

dalam pengajaran bahasa maupun kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

penguasaan kemampuan menyimak harus dimiliki oleh setiap orang.

Berkomunikasi secara lisan dengan teman, mengikuti pelajaran, kuliah, diskusi,

seminar, menuntut kemahiran seseorang untuk menyimak Henry Guntur Tarigan,

(1987: 21). Disadari atau tidak, kegiatan berbahasa yang paling pertama

dilakukan manusia adalah kegiatan menyimak. Sehubungan dengan pernyataan di

atas, di dalam kegiatan pembelajara di sekolah dasar keterampilan menyimak

menjadi salah satu bagian keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada

siswa dan dikuasai oleh siswa. Salah satu bentuk keterampilan menyimak tersebut

adalah keterampilan menyimak dongeng. Keterampilan menyimak dongeng

memiliki beberapa manfaat bagi siswa (khususnya siswa SD) yaitu untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik, membentuk

karakter siswa, sportivitas mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa

melalui pesan yang tersirat dan tersurat di dalam dongeng yang diperdengarkan

kepada siswa.

Berdasarkan dari hasil survei awal yang dilakukan oleh Guru mitra

menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menyimak dongeng dalam mata

1

1

Page 2: Vera

pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas I SD IT HIDAYATULLAH siswa,

memberikan sentuhan manusiawi, tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari

nilai rata-rata siswa kelas I dalam tes kemampuan menyimak pada semester I

(standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia adalah 62)

Menurut hasil wawancara dan sharing dengan siswa dan Guru kelas I SD IT

HIDAYATULLAH rendahnya kemampuan menyimak siswa (khususnya

kemampuan menyimak dongeng) disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (1)

siswa kurang berminat pada pembelajaran menyimak dongeng. Sebagian besar

siswa menyatakan bahwa pembelajaran menyimak merupakan materi yang tidak

menyenangkan. Pembelajaran menyimak dongeng kurang menarik, menoton dan

cenderung membosankan (selama ini guru mengajarkan materi menyimak

dongeng hanya dengan membacakan naskah dongeng dari buku teks Bahasa

Indonesia untuk Siswa kelas I saja); (2) guru mengalami kesulitan untuk

membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran menyimak dongeng. Guru

mengeluhkan bahwa konsentrasi sebagian besar siswa pada saat proses

pembelajaran sedang berlangsung tidak terfokus untuk menyimak dongeng yang

dibacakan oleh guru.

Pada umumnya, hanya siswa yang duduk di tepat duduk deretan depan yang

dengan seksama menyimak dongeng yang dibacakan oleh guru, sementara itu

siswa yang duduk di tempat duduk deretan tengah dan belakang lebih banyak

melakukan aktivitas lain selain menyimak dongeng yang disampaikan guru

2

Page 3: Vera

seperti berbicara dengan teman sebangku atau saling melempar kertas dan alat

tulis dengan teman yang lain; (3) sebagian besar Menurut mereka, cara mengajar

siswa mengalami kesulitan dan tampak takut untuk mengungkapkan pendapat

dengan bahasa yang baik dan benar ketika guru memberi pertanyaan atau

meminta siswa menceritakan kembali dongeng yang telah mereka simak, serta

siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung; (4) guru

mengalami kesulitan untuk menemukan alternatif media pembelajaran yang tepat

untuk mengajarkan keterampilan menyimak dongeng kepada siswa selain buku

teks Bahasa Indonesia yang biasa dipergunakannya. Berpijak dari hal tersebut,

maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya yang

dilakukan adalah dengan menerapkan media hand puppet (boneka tangan) dalam

pembelajaran menyimak dongeng.

Hand puppet merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Inggris. Padanan

kata di dalam Bahasa Indonesia untuk hand puppet adalah boneka tangan

Istilah hand puppet tersebut umum dikenal dalam dunia dongeng (storytelling)

sebagai alat peraga dongeng. Cara memainkan hand puppet sebagai alat peraga

dongeng tersebut juga sangat khas. Teknik memainkan hand puppet (boneka

tangan) diilhami oleh cara memainkan wayang potehi, sebuah kesenian yang

berasal dari leluhur masyarakat Tionghoa. Cara memegang dan memainkan

boneka tangan adalah dengan menggunakan tangan dan jari-jari. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Suwardi Endraswara (2003: 275-276) mengatakan bahwa

3

Page 4: Vera

“Boneka yang digunakan sebagai alat peraga dongeng tersebut tak jauh berbeda dengan wayang tengul, yakni boneka yang dapat dimasuki tangan”. Ditambahkannya, dengan cara memegang boneka seperti itu, pendongeng bebas menggerakkan boneka dalam dialog. ”

Media hand puppet dipilih sebagai alternatif media pembelajaran karena

media boneka sangat dekat dengan dunia anak-anak dan meskipun hand puppet

termasuk media visual, akan tetapi media tersebut berguna untuk

memvisualisasikan dongeng yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut senada

dengan pendapat Henry Guntur Tarigan (1987: 3) bahwa

“Berbicara dengan bantuan alat peraga (visual aids) akan menghasilkan

penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak”.

Siswa usia kelas I SD yang notabene masih memiliki karakteristik suka

meniru (imitasi) akan lebih mudah untuk mengingat kalimat-kalimat serta

kosakata yang terdapat di dalam dongeng. Siswa dengan karakteristik tersebut

memiliki anggapan bahwa kata-kata dan kalimat di dalam dongeng yang mereka

simak diucapkan oleh boneka (hand puppet) sehingga amanat atau nilai didik

yang terdapat di dalam dongeng lebih mudah dipahami oleh siswa. Pada akhirnya,

dengan menerapkan media hand puppet di dalam proses pembelajaran menyimak

dongeng, konsentrasi siswa menjadi lebih terfokus terhadap proses pembelajaran,

motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran menyimak dongeng dapat lebih

ditingkatkan, mendorong peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak

dongeng serta kualitas hasil pembelajaran menyimak dongeng semakin

meningkat.

4

Page 5: Vera

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Guru mitra menganggap perlu

meneliti penggunaan media hand puppet sebagai sarana atau media untuk

meningkatkan kemampuan menyimak dongeng. Oleh sebab itu, penelitan ini akan

mengkaji tentang ” Peningkatan kemampuan menyimak dongeng dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan media Hand puppet Di Kelas I SD IT

HIDAYATULLAH Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu ”

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah media hand puppet dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

menyimak dongeng siswa kelas I SD IT Hidayatullah?

2. Apakah pembelajaran menyimak dongeng dengan media hand puppet dapat

meningkatkan kualitas hasil belajar menyimak di Kelas I SD IT Hidayatullah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

a. Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak

dongeng pada siswa kelas I SD IT HIDAYATULLAH

b. Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak

dongeng pada siswa kelas I SD IT HIDAYATULLAH dengan media

hand puppet.

5

Page 6: Vera

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Dengan media hand puppet baik proses maupun hasil dapat

mengetahui secara nyata tentang peningkatan kemampuan

menyimak dongeng.

2) Dapat digunakan sebagai sumbangan inovasi pembelajaran

menyimak dongeng sebagai bagian dari aktivitas kominikatif.

b. Manfaat Praktis

a. Bagi Siwa

1) Dengan penggunaan media hand puppet dalam pembelajaran

menyimak dongeng, dapat meningkatkan keterampilan

menyimak dongeng siswa.

2) Dengan penggunaan media hand puppet dalam pembelajaran

menyimak dongeng, akan memudahkan siswa dalam menangkap

pesan moral dari dongeng yang disampaikan oleh guru.

3) Meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran menyimak

dongeng.

b. Bagi Guru

1) Mengembangkan pembelajaran yang lebih inovatif dengan

Memanfaatkan media hand puppet dalam proses pembelajaran

menyimak dongeng.

6

Page 7: Vera

2) Guru dapat mengorganisasikan materi dongeng untuk

pembelajaran menyimak dengan baik.

3) Sebagai sarana bagi guru untuk meningkatkan minat dan

motivasi siswa dalam pembelajaran menyimak dongeng.

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak dongeng, baik

proses maupun hasil

2) Memberi kontribusi bagi sekolah dalam pengembangan kurikulum

berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam

kurikulum KTSP

d. Bagi Guru mitra

1) Mengembangkan wawasan pembelajaran menyimak dongeng

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih menyenangkan

2) Memperoleh fakta peningkatan kemampuan menyimak dongeng

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

media hand puppet.

e. Bagi Pembaca dan Guru mitra Lain

1) Memperkaya khazanah keilmuan di bidang keterampilan

menyimak dongeng.

2) Memungkinkan kemampuan menyimak dongeng dengan media

hand puppet dilakukan Penelitian lanjutan mengenai

7

Page 8: Vera

B. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu:

BAB I Pendahuluan; Bab ini terdiri dari: latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori; Bab ini terdiri dari:

BAB III Metodologi Penelitian; Bab ini terdiri dari: jenis penelitian, definisi

operasional variabel, uji validitas dan reliabilitas, populasi dan sampel penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan;

BAB V Penutup; Bab ini terdiri dari: kesimpulan dan saran.

8

Page 9: Vera

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa

pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Menyimak sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat

sebagai dan komunikasi.

Keterampilan keterampilan pertama kali yang digunakan siswa dalam proses

pembelajaran sebelum keterampilan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan

menulis. Dengan demikian keterampilan menyimak adalah keterampilan

terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca,

berbicara, dan menulis.

Menyimak menurut Akhdiat (dalam Sutari 1997: 19), ialah suatu proses

yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, dan

mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.

Anderson (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak adalah

proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-

lambang lisan. Russel & Russel (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa

menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan

perhatian serta apresiasi.

9

9

Page 10: Vera

Menurut Tarigan (1994: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,

apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau

pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang

pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Subyantoro dan Hartono (Suratno 2006: 1-2), menyatakan bahwa

mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera

pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam dalam keadaan sadar akan

adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan

mendengar yang dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang

didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan

tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih

ditekankan lagi.

Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan

yang dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman, apresiasi dan

interpretasi untuk memperoleh suatu pesan, informasi dan menangkap isi pesan

tersebut yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa lisan yang telah

disimak.

10

Page 11: Vera

1. Tujuan Menyimak

Menurut Shrope; Logan (Tarigan 1994: 56-57), tujuan orang menyimak

sesuatu itu beraneka ragam antara lain (1) menyimak untuk belajar, (2)

menyimak untuk menikmati, (3) menyimak untuk mengevaluasi, (4)

menyimak untuk mengapresiasi, (5) menyimak untuk mengkomunikasikan

ide-ide, (6) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, (7) menyimak untuk

memecahkan masalah, (8) menyimak untuk meyakinkan.

Pertama, menyimak untuk belajar. Ada orang yang menyimak untuk

memperoleh pengetahuan dari ujaran pembicara.

Kedua, menyimak untuk menikmati. Menikmati yang dimaksud adalah

untuk menikmati keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada

penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atas yang

diperdengarkan.

Ketiga, menyimak untuk mengevaluasi. Menyimak dengan maksud agar

dia dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-

ngaur, logis- tak logis, dan lain-lain).

Keempat, menyimak untuk mengapresiasi. Menyimak dengan maksud

agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya

Kelima, menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide. Orang

menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide,

gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan

lancar dan tepat.

11

Page 12: Vera

Keenam, menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi. Orang yang

menyimak ini membedakan mana bunyi yang membedakan arti (distingtif)

dan mana bunyi yang tidak

Ketujuh, menyimak untuk memecahkan masalah. Orang yang menyimak

agar bisa memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. Kedelapan,

menyimak untuk meyakinkan orang. Orang menyimak untuk meyakinkan

dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan

(menyimak secara persuasif).

Tarigan (1991: 5), menyimak mempunyai tujuan (1) mendapatkan fakta,

(2) menganalisis fakta, (3) mengevaluasi fakta, (4) mendapatkan inspirasi, (5)

menghibur diri, (6) meningkatkan kemampuan bicara.

Secara umum, tujuan menyimak adalah untuk memperoleh pengetahuan

dan pengalaman. Sedangkan secara khusus, tujuan menyimak adalah: (1)

untuk memperoleh informasi, (2) untuk menganalisis fakta, (3) untuk

mendapatkan iinspiransi, (4) untuk mendapatkan hiburan, (5) untuk

memperbaiki kemampuan berbicara, dan (6) untuk membentuk kepribadian

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

menyimak adalah untuk memperoleh informasi, untuk menganalisis data, dan

untuk

12

Page 13: Vera

2. Tahap-tahap Menyimak

Tahap-tahap menyimak menurut Tarigan (1994: 58-59) ada lima, yaitu

tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap evaluasi,

dan tahap Pertama, tahap mendengar. Tahap ini kita hanya baru mendengar

segala sesuatu yang diujarkan oleh pembicara. Dengan demikian kita masih

berada tahap- tahap hearing. Kedua, tahap memahami. Setelah kita mendengar

ujaran sang pembicara maka perlu untuk mengerti atau memahami dengan

baik.

Tahap ini merupakan tahap understanding. Ketiga, tahap

menginterpretasi. Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti belum merasa

puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran oleh pembicara

sehingga ia ingin menafsirkan apa yang tersirat dalam ujaran permbicara

tersebut. Sehingga tahap ini disebut tahap interpreting. Keempat, tahap

mengevaluasi. Setelah penyimak bisa memahami serta dapat menafsirkan isi

pembicaraan maka mulailah penyimak menilai apa yang telah diujarkan oleh

pembicara, yaitu tentang keunggulan dan kelemahan. Dengan demikian

sampailah pada tahap evaluating. Kelima, tahap menanggapi. Tahap ini

merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak bisa

menyambut, menyerap serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh

pembicara. Tahap ini disebut tahap responding.

3. Teknik Penyajian Pembelajaran Menyimak

13

Page 14: Vera

Dalam pembelajaran menyimak banyak cara/teknik yang diciptakan

agar proses belajar mengajar dalam kelas tidak bosan karena monoton, tidak

bervariasi.

Menurut Sutari (1997: 122), ada banyak teknik penyajian

pembelajaran menyimak. Teknik-teknik itu adalah dengar-ucap, dengar-terka,

dengar-jawab, dengar-tanya, dengar-sanggah, dengar-cerita, dengar-suruh,

dengar-larang, dengar-teriak, dengar- setuju, dengar-bisik berantai, dengar-

baca, dengar tulis, dengar-salin, dengar- rangkum, dengar-peringatan, dengar-

lengkapi, dengar-kerjakan, dengar-lakukan, dengar simpati, dengar-kata

simon, dengar-temukan objek.

B. Dongeng

Dongeng merupakan salah satu jenis karya sastra lama yang berkembang

di Indonesia. Dongeng mempunyai fungsi sebagai media pendidikan. Dengan

dongeng kita dapat memperoleh manfaat yang tersirat dalam isi cerita dongeng

itu. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam dongeng. Landasan teori tentang

dongeng meliputi pengertian dongeng dan jenis-jenis dongeng

1. Pengertian Dongeng

Cerita rakyat baik yang bernilai sastra atau bukan adalah bagian dari

apa yang disebut foklor. Danandjaja (1991: 20), mengatakan bahwa foklor

merupakan bagian dari kebudayaan suatu kolektif yang terbesar dan

diwariskan turun-temurun di antara kolektif lain secara tradisional dalam versi

14

Page 15: Vera

yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan

gerak atau alat bantu lain. Oleh karena itu, apa yang timbul dan hidup di

dalam wilayah (kolektif) tertentu merupakan bagian dari Cerita rakyat pada

umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu mithe, legenda,

dan dongeng ( Danandjaja 1991: 50).

Ciri utama mithe adalah cerita yang dianggap orang benar-benar

terjadi dan dianggap bernilai sakral; legenda adalah cerita (prosa) terjadi,

tetapi tidak dianggap suci; sedangkan dongeng adalah cerita khayal yang tidak

mungkin terjadi dan tidak terikat oleh waktu dan tempat.rakyat yang dianggap

pernah benar-benar Menurut Brunvard (Danandjaja 1991: 21), folkor dapat

digolongkan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu (1)

folkor lisan (verbal folkor), (2) folkor sebagian (parti verbal folkor), dan (3)

folkor nonlisan (nonverbal

Dongeng adalah cerita tentang sesuatu hal yang tidak pernah terjadi

dan juga tidak mungkin terjadi (fantastis belaka). Cerita fantastis ini seringkali

berhubungan dengan kepercayaan kuno, keajaiban alam, atau kehidupan

binatang, sering juga mengandung kelucuan dan bersifat didaktis (Nursisto

2000: 43).

Dongeng menurut Zainuddin (1991: 101) adalah cerita yang isiny

mengungkapkan sesuatu yang sifatnya khayal. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1994: 241) disebutkan bahwa dongeng adalah cerita yang tidak

benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh).

15

Page 16: Vera

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

dongeng adalah salah satu jenis karya sastra lama yang berbentuk prosa dan

merupakan sastra lisan serta cerita yang ada tidak benar-benar terjadi.

2. Jenis-jenis Dongeng

Dongeng merupakan salah satu jenis karya sastra di Indonesia. Anti

Aarne dan Thompson (Danandjaja 1991: 86), membagi jenis-jenis karya

sastra ke dalam empat golongan besar, yakni: 1) dongeng binatang (animal

faste) adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar,

seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan, dan

serangga.

Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan

berakal budi seperti manusia. 2) dongeng biasa (ordinary folktales) adalah

jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka

seseorang (Danandjaja 1991: 98). 3) Lelucon atau anekdot adalah dongeng-

dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati sehingga pembaca

tertawa. Walaupun demikian bagi kolektif atau tokoh tertentu, yang menjadi

sasaran dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati (Danandjaja

1991:117). 4) dongeng berumus (formula tales) adalah dongeng yang menurut

Anri Aarne dan Thompson disebut formula tales dan strukturnya terdiri dari

pengulangan.

16

Page 17: Vera

Dongeng berumus mempunyai beberapa sub bentuk, yakni: (a)

dongeng bertimbun banyak (komulatif tales), (b) dongeng untuk

mempermainkan orang (catch tales) dan (c) dongeng yang tidak mempunyai

akhir (endless tales). Dongeng bertimbun banyak disebut juga dongeng

berantai (chain tales) adalah dongeng yang dibentuk dengan cara menambah

keterangan lebih terperinci pada setiap pengulangan inti cerita

Menurut Zainuddin (1991: 101), dongeng dibagi menjadi empat yaitu

(1) mite adalah dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan, (2) legende

adalah dongeng mengenai asal mula suatu tempat atau mengenai keajaiban

alam, (3) fabel adalah dongeng tentang binatang yang bertingkah laku seperti

manusia, (4) cerita jenaka adalah dongeng yang menceritakan orang-orang

pandir, orang orang yang malang nasibnya yang pengungkapannya

menimbulkan suasana humor.

C. Metode Bercerita

1. Pengertian

Metode bercerita Ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada

hakekatnya metode bercerita sama dengan metode ceramah. Karena

informasi disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang

kepada oaring lain (Nurbiana Dhieni, dkk, 2008 : 67)

17

Page 18: Vera

2. Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan Metode Bercerita :Guru mudah menguasai kelas, Guru

dapat meningkatkan kosentrasi siswa dalam waktu yang relative lama, Mudah

menyiapkannya, Mudah melaksanakannya, Dapat diikuti oleh siswa dalam

jumlah banyak

Kekurangan Metode Bercerita :Siswa terkadang terbuai dengan

jalannya cerita sehingga tidak dapat meengambil intisarinya, Hanya Guru

yang pandai bermain kata-kata atau kalimat, Menyebabkan siswa pasif karena

guru aktif, Siswa lebih cenderung hafal isi ceita daripada sari cerita yang

dituturkan (Nurbiana Dhieni, dkk, 2008 : 67)

D. Hand Puppet

Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia

(contohnya Bert), atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi

atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan

boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan.

Sejak tahun 1940-an pemakaian boneka ebagai media pendidikan menjadi

populer dan banyak digunakan di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan di

Amerika. Di Eropa seni pembuatan boneka telah sangat tua dan sangat populer

serta lebih tinggi tingkat keahliannya dibandingkan di Amerika.

18

Page 19: Vera

Di Indonesia penggunaan boneka sebagai media pendidikan massa bukan

merupakan sesuatu yang asing. Di Jawa Barat dikenal boneka tongkat yang

disebut “Wayang Golek” dipakai untuk memainkan cerita-cerita Mahabarata dan

Ramayana. Di Jawa Timur dan di Jawa Tengah dibuat pula boneka tongkat dalam

dua dimensi yang dibuat dari kayu dan disebut dengan nama “Wayang Krucil”. Di

Jawa Tengah dan di Jawa Timur pula dikenal dengan boneka bayang-bayang yang

disebut “Wayang Kulit”.

Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan cerita-

cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka ini disesuaikan

dengan

1. Pengertian Boneka Tangan

Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu tokoh,

lain halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita

hanya dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka

ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan

kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang

memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan

(tanpa menggunakan alat bantu yang lain).

Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau

menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan tangan.

19

Page 20: Vera

Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan/

pembelajaran di sekolah-sekolah sudah dilak-sanakan, bahkan dipakai diluar

sekolah yaitu pada siaran TVRI dengan film seri boneka “Si Unyil”

2. Penggunaan Hand Puppet sebagai Media Pembelajaran

Agar boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka

perlu kita per-hatikan beberapa hal yang antara lain adalah:

(1) Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas. Dengan demikian akan dapat

diketahui, Apakah tepat digunakan permainan sandiwara boneka atau

sandiwara yang lain, (2) Buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan

dimainkan secara terperinci. Baik dialognya, settingnya dan adegannya harus

disusun secara cermat, sekalipun dalangnya dimungkinkan untuk

berimprovisasi saat ia mendalang/memainkan boneka tersebut, (3) Permainan

boneka mementingkan gerak dari pada kata. Karena itu pembicaraan jangan

terlalu panjang, dapat menjemukan penonton. Untuk anak-anak usia kelas

rendah sekolah dasar atau anak-anak TK, sebaiknya permainan boneka

dirancang untuk banyak melibatkan dialog dengan anak pada saat permainan,

(4) Permainan sandiwara boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15

menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada anak dalam permainan

sandiwara boneka tersebut dapat ditangkap/dimengerti oleh

anak-anak/penonton, (5) Hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu

20

Page 21: Vera

penonton diajak nyanyi bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog atau

diskusi dengan anak-anak/penonton untuk memantapkan pesan nilai yang

diajarkan, (6) Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta

daya imajinasi anak-anak yang menonton, (7) Selesai permainan sandiwara,

hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya-jawab, diskusi atau

menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan, (8) Jika

memungkinkan, berilah kesempatan kepada anak-anak untuk memainkannya

(http://maswisnu80.multiply.com/journal/item/3)

3. Keuntungan Penggunaan Boneka

Beberapa keuntungan penggunaan boneka untuk sandiwara adalah:

1) Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu

rumit, 2) Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat

dibuat cukup kecil dan sederhana, 3) Tidak menuntut keterampilan yang rumit

bagi yang akan memainkannya, 4) Dapat mengembangkan imajinasi anak,

mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira.

21

Page 22: Vera

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang

analisis datanya menggunakan perhitungan statistik. Data yang dimaksud adalah

data tentang Peningkatan Kemampuan menyimak dongeng dengan menggunakan

media hand puppet pada Kelas I SD IT Hidayatullah

B. Definisi Operasional Variabel

Yang dimaksud dengan variabel adalah karakteristik yang akan

diobservasi dari satuan pengamatan (Somantri dan Muhidin, 2006: 27).

Sedangkan yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah suatu

upaya untuk menjelaskan variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian dengan

bentuk yang lebih spesifik.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yakni variabel X

dan variabel Y. Adapun variabelnya adalah:

1. Kemampuan menyimak siswa Kelas I SD IT Hidayatullah yang masih

kurang

2. Metode Menyimak dongeng dengan media pembelajaran hand Puppet

yang diharapkan dapat meningkatkan persentase daya simak siswa Kelas I SD

IT Hidayatullah

22

Page 23: Vera

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2009: 80).

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas I

SD IT Hidayatullah

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono, 2009: 81). Karena jumlah sampel di bawah 100

maka sampel yang ditelitih sebanyak populasi yang ada, yaitu 8 orang siswa

dari 30 siswa kelas I SD IT Hidayatullah.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

per siklus. Langkah pertama dalam penelitian tindakan kelas ini ialah melakukan

survey terhadap SD yang akan diteliti bersama-sama dengan guru kelas yang akan

dilibatkan dalam penelitian ini. Lalu dilakukan serangkaian tindakan yang diikuti

dengan refleksi kemudian mencoba mempraktekkannya di kelas secara sistematis

23

34

Page 24: Vera

mengenai berbagai masalah dalam kelas. Penelitian ini dilaksanakan terdiri dari

siklus per siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan

Tahap-tahap penelitian menurut Wardani (2004) yaitu: 1) perencanaan

(planning) merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan, 2) tindakan

(action) merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat, 3) observasi

(observation) bertujuan untuk mengetahui kualitas tindakan yang dilakukan, 4)

refleksi (reflection) bertujuan untuk melihatat merenungkan kembali apa yang

telah dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa.

Alur Pelaksanaan penelitian menurut Kasbolah (1999) sebagai berikut :

Gambar 1

C. Teknik Analisis Data

a. Data Observasi

24

Perencanaan

Siklus I

Observasi I

Perencanaan

Siklus II

Observasi II

PelaksanaanRefleksi

PelaksanaanRefleksi

Page 25: Vera

Data hasil observasi yang diperoleh digunakan untuk materi eksi

siklus yang telah dilakukan dan diolah secara deskriptif. Analisis data

observasi menggunakan skala penilaianya 2006:35).

Pengukuran skala penilaian pada proses pembelajaran yaitu antara 1

sampai 3, makna dari nilai tersebut yaitu semakin tinggi nilai yang dihasiikar.

semakin baik hasil pembelajaran. demikian juga sebaliknya semakin rendah

nilai yang diperoleh semakin kurang baik proses pembelajaran. Nilai

ditentukan pada kisaran nilai untuk tiap kriteria pengamatan. Penentuan nilai

untuk tiap kriteria menggunakan persamaan sebagai berikut:

a) Rata-rata skor = Jumlah skor

b) Skor tertinggi = Jumlah butir skor x Skor tertinggi tiap soal

c) Skor terendah = Jumlah butir skor k Skor terendah tiap soal

d) Selisih skor = Skor tertinggi — Skor terendah

e) Kisaran nilai tiap kriteria = Selisih skor Jumlah kriteria penilaian (Sudjana.

2006)

f) Kriteria

25

Page 26: Vera

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Danandjaja, James. 1991. Folkor Indonesia. Jakarta: PT.Temprint.

Darmawan. 2001. Peningkatan Keterampilan Menyimak dengan Menggunakan

Media Audio pada Siswa Kelas. 2 Kaliwungu Kudus. Skripsi. UNNES.

Dhieni Nurbiana, dkk, Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka

Djiwandono, S. 1996. Tes Bahasa clan Pengajaran. Bandung: 1TB.

Hartini Rosma, Model Penelitianb Tindakan Kelas. Yogyakarta :

Madya Suwarsih, dkk. 194. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga

PenelitianIKTP.

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Impiementasinva. Bandung: PT Rosdakarya.

Munanto. 2000. Keekktifan Aspek Menyimak terhadap Pengajaran Kosa Kata

pada SLTP 2 Semarang. Skripsi. UNNES.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Dan Sastra.

Yogyakarta: PT BPFE.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Nursisto. 2000. Ikhtisar Kesusatraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita.

26

Page 27: Vera

Pangesti. 2005. Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan

Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri

30 Semarang. Skripsi. UNNES.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

PENGESAHAN JUDUL....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR........................................................................................... iii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

BAB I PEN DAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................... 5

D. Sistematika Penulisan............................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Menyimak............................................................................. 8

B. Dongeng................................................................................................. 19

C. Metode Bercerita....................................................................................20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian....................................................................................... 22

B. Definisi Operasional Variabel................................................................ 22

C. Populasi dan Sampel ………………………………………………….. 23

D. Prosedur Penelitian.................................................................................24

E. Teknik Analisis Data.............................................................................. 24

Daftar Pustaka

27

Page 28: Vera

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,

taufik, innayah, dan ridho-Nya, akhirnya skripsi yang berjudul “Penerapan

Pendekatan Inkuiri Melalui Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD N IV Pondok Kelapa

Kabupaten Bengkulu Tengah” ,proposal ini dapat dibuat dan diajukan sebagai

langkah awal untuk perencanaan dalam menyusun sebuah karya ilmiah (skripsi) yang

merupakan salah satu bagian dari tridarma Perguruan tinggi dan salah satu syarat bagi

penulis untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan agama islam ( S.Pd.I), pada

jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu.

Dalam proses penyusunan dan penulisan proposal skripsi ini penulis telah

mamperoleh bantuan serta bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak dalam

rangka menyelesaikan proposal ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Nurlaili, M.Pd.I Selaku ketua prodi PGMI jurusan Tarbiyah yang banyak

memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Proposal skripsi.

2. Bapak / Ibu / Dosen dilingkungan STAIn Bengkulu yang dengan segala kebaikan

mencurahkan perhatian dan ilmu pengetahuannya

3. Teman-teman seperjuangan yang telah ikut memberikan motivasi baik material

maupun spiritual dalam menyususn proposal skripsi ini

Atas bantuan yang telah diberikan, penulis mengharapkan semoga dijadikan

awal kebaikan disisi Allah SWT, dan penulis mengharapkan semoga proposal ini

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

28

iii

Page 29: Vera

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MEDIA HAND PUPPET

DI KELAS I SD IT HIDAYATULLAHKECAMATAN SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH :Fera Marisna2103216474

DOSEN PEMBIMBING :Saepudin, M.Pd

29

ii

Page 30: Vera

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN TADRISINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

IAIN (BENGKULU)IAIN (BENGKULU)20132013

30