Mklh Tblt Kunyah Ekstrk Aloe Vera

download Mklh Tblt Kunyah Ekstrk Aloe Vera

of 22

Transcript of Mklh Tblt Kunyah Ekstrk Aloe Vera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan hasil bumi khususnya tanaman obat yang jumlahnya sangat banyak, maka penelitian-penelitian yang mengarah tanaman obat yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan obat tradisional yang dibuat dalam bentuk dan kemasan yang menarik. Obat tradisional sudah diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya baik dari segi proses pembuatannya maupun dari segi bentuk sediaannya. Dampak negatif penggunaan bahan sintesis menyebabkan kecenderungan masyarakat dewasa ini untuk kembali ke bahan alami. Kecenderungan ini meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan obat tradisional sebagai alternatif utama dalam pengobatan, pemeliharaan kesehatan, maupun kosmetik. Pemanfaatan tumbuhan obat tersebut diperoleh berdasarkan penggalaman yang diturunkan nenek moyang. Pengobatan dari bahan asal tumbuhan disebut fitoterapi yang dalam penerapannya dikenal dengan Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka (Anonim, 2005). Daun lidah buaya (Aloe vera, L) merupakan salah satu tanaman obat tradisional tunggal yang secara empirik digunakan sebagai obat penyakit diabetes melitus (Wijayakusuma, 1994). Daun lidah buaya ini juga dapat digunakan untuk obat urus-urus, obat sakit perut, obat eksim, penyubur rambut, sakit kepala, kejang pada anak, batuk rejan, wasir dan peluruh haid. Bahkan telah dilakukan penelitian tentang studi efek glikosida antrakuinon yang terdapat pada daun lidah buaya berkhasiat pada bagian gastrointestinal sebagai laxative. Untuk dapat mengambil zat aktif glikosida antrakuinon yang berfungsi sebagai laxative tersebut dilakukan proses penyarian dengan maserasi sehingga didapatkan ekstrak. Namun ekstrak ini, pada umumnya sukar ditakar serta bahan aktif dan sediaan obatnya tidak stabil karena tingginya kadar air yang terdapat pada ekstrak tersebut. Sehingga diperlukan suatu sediaan yang lebih praktis untuk

1

mengatasi kekurangan dari ekstrak tersebut. Pada penelitian ini, dipilih suatu sediaan padat yaitu tablet khususnya tablet kunyah.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Uraian Tanaman Sinoninm Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis B. Khasiat Daun sebagai obat urus-urus, obat sakit perut, obat eksim, dan penyubur rambut, sebagai pembentuk antioksidan alami yang berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan berbagai penyakit degeneratif. Lidah buaya telah digunakan selama ribuan tahun untuk menyembuhkan berbagai kondisi, terutama luka bakar, luka, iritasi kulit, diabetes, herpes, dan sembelit (Odes and Madar, 1991). C. Kandungan kimia Daun dan akar mengandung saponin dan flavonoid, disamping daunnya mengandung tanin dan polifenol. Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, C, E, choline, inositol dan asam folat. Kandungan mineralnya antara lain terdiri dari : kalsium (Ca), magnesium (Mg), potassium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), : Aloe barbadensis Mill : Spermatophytra : Angiospermae : Dicotyledonae : Liliaceae : Liliaceae : Aloe : Aloe vera L

3

dan kromium (Cr). Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium dan zinc. Daun lidah buaya segar mengandung enzim amilase, catalase, cellulase, carboxypeptidase, dan lain-lain. Lidah buaya juga mengandung sejumlah asam amino arginin, aspargin, asam aspartat, alanin, serin, valin, glutamat, treolin, glisin, lisin, prolin, hisudin, leusin, dan isoleusin (Anonim, 2002). D. Pembuatan Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral (Anonim, 1985). Pembuatan simplisia umumnya melalui tahap sebagai berikut : a. Pengumpulan bahan Sumber simplisia tanaman obat dapat berupa tanaman liar atau tanaman budidiya. Tanaman liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia dibandingkan dengan tanaman budidaya, karena simplisia yang dihasilkan mutunya tidak tetap. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia lainnya tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh (Anonim, 1985) b. Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahanbahan asing lainnya dari bahan simplisia seperti tanah, kerikil, rumput, batang, akar yang telah rusak, serta kotoran lainnya. c. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau kotoran lainnya yang melekat pada simplisia. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air dari mata air, air sumur, dan air PAM.

4

d.

Perajangan Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan

bertujuan

untuk

mempermudah

proses

pengeringan,

pengepakkan,

dan

penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki (Anonim, 1985). E. Metode Penyarian Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). Untuk memperoleh ekstrak dapat dilakukan dengan cara

penyarian atau ekstraksi, berikut ini beberapa metode penyarian: a. Infundasi Infundasi adalah ekstraksi yang umumnya digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Dengan beberapa modifikasi cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak. Infusa dibuat dengan cara: 1) Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan. 2) Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90C. 3) Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas kecuali bahan yang menggunakan bahan yang mudah menguap (Anonim, 1986). Hasil infundasi (infusa) adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengektraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit (Anonim, 1995). Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).

5

b.

Decocta Decocta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan

herbal dengan air pada suhu 90C selama 30 menit.

Pembuatannya adalah

mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 30 menit dihitung pada saat suhu mencapai 90C sambil sesekali diaduk. Selanjutnya diserkai selagi panas melalui kain flanel, dan ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga volume yang dikehendaki (Anonim, 1986). c. Maserasi Istilah maserasi berasal dari bahasa latin macerace, yang artinya merendam. Merupakan proses yang paling tepat dimana obat yang halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan melunakkan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang pekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga akan terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986). Rendaman disimpan terlindung cahaya langsung dikocok kembali (Voigt, 1995). Setelah dimaserasi, rendaman diperas, dan sisanya juga diperas lagi. Hasil ekstraksi

disimpan dalam kondisi dingin selama beberapa hari, lalu cairannya dituang, dan disaring (Voigt, 1995). Pada maserasi, pemekatan dilakukan dengan cara

penguapan pada tekanan rendah dan suhu 50C (Anonim, 1986). d. Perkolasi Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan colare yang artinya merembes (Ansel, 1989). Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi (Anonim, 1986). e. Penyarian dengan alat Soxhlet

6

Soxhlet merupakan alat penyarian berkesinambungan. Alat soxhlet terdiri dari refluks, pipa uap, dan labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping (Anonim, 1986). Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantong ekstraksi, di bagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (perkolator). Wadah gelas yang mengandung kantong diletakkan diantara labu suling dan pendingin aliran balik. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang belum diekstraksi. Larutan terkumpul dalam wadah dan mencapai tinggi maksimal

secara otomatis ditarik ke dalam labu sehingga zat yang akan terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinu dari bahan pelarut murni (Voigt, 1995).

F. TABLET 1. Tablet Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa catak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengikat zat pengisi zat pengembang zat pelicin zat pembasah atau zat lain yang cocok. Keuntungan tablet : a. Tablet merupakan bentuk sediaaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral. b. c. d. e. Murah dan mudah dikemas Ringan dan kompak Mudah dikenali Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepaan khusus seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.

7

f.

Mempunyai sifat pencampuran kimia mekanik dan stabilitas mikrobilogi yang paling baik.

Kerugian tablet : a. b. Beberapa obat tdak dapat dikempa menjadi padatan kompak. Obat yang kelarutan rendah, dosis tinggi, absorbsi optimum tinggi melalui saluran cerna akan sukar atau tidak mungkin di formulasi dan di fabrikasi. c. Pahit, bau yang sulit dihilangkan, peka terhadap oksigen dan kelembaban udara. Tablet yang baik harus memilik sifat sifat sebagai berikut : a. Tablet harus cukup kuat dan tahan terhadap penanganan selama proses fabrikasi. b. c. d. Zat aktif yang terkandung didalam tablet harus memberikan efek terapi Tablet harus memiliki keseragaman bobot Tablet harus memiliki penampilan yang baik dan harus memiliki ciri ciri lain yang merupakan identitas produk. Bahan bahan tambahan pembuatan tablet dibagi atas : 1. Bahan pengisi atau diluent Bahan pengisi digunakan untuk menambah besar tablet sehingga

memungkinkan untuk dikempa atas dasar kelarutan nya dalam air. 2. Bahan pengikat (binders) Bahan pengikat yaitu mempunyai sifat adesif, sehingga bisa dicampur dengan serbuk, dapat mengubah serbuk menjadi granul, selanjut nya jadi granul dikempa akan menjadi kompak. 3. Bahan pelicin (lubrikan) Fungsi utama dari lubrikan adalah mereduksi gesekan yyang timbul antar muka dari tablet dan dinding die, selam kompresi dan ejeksi. 4. Bahan penghancur disentgrant

8

Fungsi bahan penghancur adalah memudahkan tablet hancur setelah pemberin obat sehingga dapat di absorbsi. 5. Glidant Bahan yang ditambahakan untuk memperbaiki sifat alir granul, agar mudah mengalir kedalam ruang cetak dengan cara mengurangi daya gesekan antar partikel. 6. Zat pewarna Zat pewarna pada tablet diberikan dengan tujuan untuk menambah nilai keindahan pada tablet tersebut dan membedakan bahan satu dan yang lain selama proses produksi. 7. Zat perasa Zat perasa biasanya ditambahkan untuk menutupi rasa pahit atau rasa yang kurang menyenagkan pada obat makanan dan minuman. 2. Tablet kunyah Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama mutivitamin, antasida, dan antibiotik. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (Anonim, 1995). Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan lahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar dengan atau tanpa mengunyah dengan sesungguhnya. Karakteristik tablet kunyah, bila di kynyah akan hancur membentuk massa yang halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Tablet kunya disebut tablet spesial karna hanya digigit hingga hancur dan ditelan. Sediaan nya memiliki rasa aromatik yang menyenangkan, tidak

9

mengandung bahan penghancur dan lebih disukai oleh pasien yang mempunyai kesulitan dalam menelan tablet. Oleh karna itu untuk menelan tidak diperlukan lagi air minum, sehimgga sediaan ini dinilau menguntungkan bagi pekerja wisatawan dan sebagi nya. 3. a. Bahan Tambahan Tablet Avicel PH 101 Avicel PH 101 berbentuk serbuk, memiliki sifat mengalir yang baik dan memiliki sifat pencetakan langsung yang bagus. Avicel PH 101 bersifar unik, karena pada saat menghasilkan kohesi gumpalan, zat ini jugabertindak sebagai penghancur. Avicel sering digunakan sebagai pengisi dengan kadar tinggi, karena itu sering dikombinasi dengan zat lain (Lachman, 1986). Avicel PH 101 merupakan produk asli yang diperoleh dengan cara hidrolisa asam selulosa murni,kriberupa serbuk putih,tidak larut air,netral secara kimia,dan tidak relatif. Avicel PH 101 digunakan secara luas pada metode kempa langsung,dapat digunakan sebagai bahan penolong pada pembuatan tablet secara granulasi basah ( Sheth dkk,1980 ). Avicel PH 101 berfungsi sebagai bahan pengikat yang amat memuaskan dan dapat menghasilkan tablet tahan patah dan kikisan dalam proses tabletasi. Kemampuan mengembangnya menyebabkan waktu hancurnya singkat sehingga dapat berfungsi sebagai bahan penghancur. Mikrokristal selulosa tidak terabsorbsi secara sistemik sehingga potensi secara sistemik sehingga potensi ketoksikannya kecil dan tidak mengiritasi sehingga aman digunakan untuk formula. Mikrokristal selulosa stabil meskipun higrokopis. Penyimpanannya dalam tempat dan wadah tertutup dan baik. Penggunaan Avicel PH 101 dalam sediaan farmasetik, utamanya sebagai pengisi dan pengikat pada formulasi tablet baik secara kempa langsung, granulasi basah, selain itu dapat digunakan sebagai bahan pelicin dan penghancur. Penggunaan Avicel PH 101 sebagai bahan penghancur dengan konsentrasi (5-15%), sebagai bahan pelicin dengan

10

konsentrasi (5-20%) dan sebagai bahan pengisi dan pengikat dengan konsentrasi (20-90%) (Kibbe, 2000). b. Avicel 102 Avicel (selulosa mikrokristal) merupakan suatu zat tambahan yang dapat dicetak secara langsung yang tersedia dengan nama dagang Avicel, Filtrak, Hewetan, Pharmacel. Avicel diperoleh dari selulosa kayu melalui hidrolisis asam dan merupakan hasil pemurnian dan pemutihan produk dari lignin, hemiselulosa, dan bahan pengantar lainnya. Avicel Ph 102 merupakan salah satu bagian zat tambahan yang berbentuk granul. Karena sifat-sifatnya yang baik, avicel banyak digunakan dalam pembuatan sediaan obat. Pada sediaan yang berbentuk tablet khususnya pada proses pencetakan, Avicel dapat menyebabkan tablet tahan patah, dan tahan kikisan. Dibandingkan dengan bahan pembantu lain Avicel dapat dikerjakan dengan tekanan pencetakan yang lemah, untuk bahan cair, setengah padat, dan higroskopis, digunakan sebagai bahan pengisi (bobot tuangnya yang relatif tinggi dapat mengurangi penyimpangan massa), daya bengkaknya yang tinggi menyebabkan waktu hancur tablet yang singkat. Daya alirnya kurang baik akibat adanya jembatan hidrogen, akan tetapi dapat di perbaiki dengan penambahan aerosil 0,5-1% (Voight,1984). c. Gula Stevia Suatu bahan pemanis alternatif alami yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana yang banyak tumbuh dinegara bagian yang mencakup China, Thailand, Paraguay dan Brazil. Mula-mula berasal dari Paraguay Timur dan diantara Parana estate di Brazil. Tanaman ini termasuk genus stevia dan terdapat lebih dari 200 spesies, namun hanya daun Stevia rebaudiana Bertonii yang memiliki rasa manis yang kuat. Tanaman yang termasuk familia compositae (asteraceae) ini ditemukan pada akhir abad ke 19 oleh Dr, Moises Santiago Bertoni, Director of the College of Agriculture di Paraguay, namanya diabadikan setelah nama Rebaudi, seorang ahli kimia

11

berkebangsaan Paraguay yang dijadikan nama spesies stevia (Stevia rebaudiana Bertoni). Daun tevia mengandung 3 jenis glikosida yaitu stevoisida yang memiliki rasa manis, rebaudisida dan duldosida yang ketiganya terikat pada karbohidrat seperti rhamnosa, fruktosa, glukosa, ilosa, arabinosa,. Senyawa lain yang terdapat dalam daun stevia adalah sterol, tanin, dan karotenoid. Selain itu stevia mengandung protein, serat, fosfor, besi, kalsium, kalium, natrium, magneium, rutin, zat besi, zink, vitamin C dan vitamin A. Tubuh manusia tidak dapat memetabolisme stevioside, karena itu stevioside dibuang dari tubuh tanpa proses penyerapan kalori. Adapun keuntungan stevia sebagai pemanis yaitu stevia tidak berkalori sehingga tidak menaikkan kadar gula dalam darah dan tidak memungkingkan pertumbuhan bakteri dan ragi pada pangan yang menggunakan stevia sebagai pemanis, stabil terhadap panas hingga suhu 2000C, berfungsi sebagai penguat rasa, memperlambat pembentukan plak dan karies gigi dan tidak toksis serta merupakan bahan alami bukan pemanis buatan. Selain itu, daun stevia 30 x lebih manis dari gula, namun bebas kalori. Stevia telah digunakan secara ekstensif sebagai pemanis di Jepang sejak tahun 1970. Sebagai tambahan, beberapa studi telah menunjukkan bahwa stevia dapat membantu

mengendalikan hyperglicemia, meningkatkan toleransi glukosa, pengurangan tingkatan glukosa plasma, dan mengurangi produksi glukosa di ginjal. Oleh karena itu, FDA telah menyetujui stevia sebagai suplemen bahan tambahan makanan di Amerika Serikat (Anonim, 2008). d. Mg Stearat Magnesium stearat merupakan senyawa yang tersusun dari

magnesium dan asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak. Magnesium stearat dapat berupa serbuk halus, putih, bau lemak khas, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran, tidak larut air, dalam etanol, dalam eter. Kegunaannya sebagai bahan pelicin (Anonim, 1979).

12

e.

Talk Talk merupakan magnesium silikat hidrat alam, terkadang dapat mengandung sedikit aluminium silikat. Pemeriannya berupa serbuk hablur sangat halus, terutama putih atau putih kelabu, berkilat, midah melekat pada kulit dan bebas butiran (Anonim, 1979). Talk memiliki kelebihan yaitu bahan ini dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran bahan, bahan pelicin, dan bahan pemisah hasil cetakan. Talk terdiri dari kristal berbentuk papan datar, yang sangat mudah meluncur pada saat terjadi lagi distribusi bentuk datar lainnya. Pada umumnya talk ditambahkan dengan konsentrasi 2% pada granulat siap pakai. Dianjurkan untuk mencampur talk dan Mg stearat dengan perbandingan 1 : 9 (meskipun talk memiliki sifat alir yang baik, namun secara fisiologis sifatnya tidak netral, sehingga dalam farmakope secara kuantitatif penggunaanya tidak boleh lebih dari 3%) (Voight, 1984).

4.

Metode pembuatan tablet Proses umum pembuatan tablet yang biasa dilakukan adalah metode

kempa langsung, metode granulasi kering, dan metode granulasi basah. Metode granulasi basah merupakan metode paling luas digunakan dalam produksi tablet (Parrot, 1971). Metode metode pembuatan tablet dapat dilakukan dengan cara : a. Metode kempa langsung (direct compression) Kempa langsung adalah pengempaan bahan obat atau campuran bahan obat dengan bahan tambahan berbentuk serbuk tanpa proses granulasi (Voight, 1984). Bahan tambahan yang biasa digunakan pada metode inii relatif lebih mahalkarena mempunyai spesifikasi khusus. b. Metode granulasi (granulation)

13

1.

Metode granulasi kering (dry granulation) Metode ini biasa digunakan untuk pembuatan tablet yang bahan

obatnyapeka terhadap panas, air, atau keduanya. Misalnya vitamin C. Kalsium laktat dan sebagainya. Pada metode ini granulat yang terbentuk dilakukan dengan cara memadatkan masa dalam jumlah yang besar dan menjadikannya pecahan pecahan ke dalam bentuk granul yang lebih kecil. Metode granulasi kering ini khususnya dilakukan untuk bahan obat yang memiliki fluiditas dan kompresibilitas yang jelek dan tidak tahan terhadap adanya pemanasan dan kepekaan terhadap air. 2. Metode granulasi basah (wet granulation) Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah merupakan metode yang paling lama dikenal orang, sampai sekarang pun masih banyak digunakan walaupun mengalami proses yang cukup panjang. Sehingga kelemahan dari metode ini adalah biaya (Sheeth dkk, 1980) Granulasi basah Bahan obat + bahan pengisi Pencampuran Penambahan bahan pengikat Pengayakan basah Pengeringan Pengayakan kering Penambahan bahan pelicin + pengancur Penabletan Skema pembuatan tablet. Granulasi kering Bahan obat+bahan pengisi+bahan pengikat Pencampuran Slugging Penghancuran Pengayakan Penambahan bahan pelicin Penghancur Penabletan Kempa langsung Bahan obat + eksipien Pencampuran penabletan

14

G. Cara Kerja 1. Pembuatan serbuk halus daging daun lidah buaya Bagian yang digunakan untuk pembuatan serbuk adalah daging daun lidah buaya meliputi kulit, daging serta lendir yang menempel pada kulit. Kulit beserta daging dan lendir lidah buaya terlebih dahulu dipisahkan dengan cara dikupas. Kemudian kulit berikut sisa daging dan lendir yang menempel dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering lalu diserbuk. 2. Pembuatan ekstrak etanol daging lidah buaya Sebanyak 500 gram serbuk disari dengan 4,5 liter etanol 96% menggunakan metode maserasi dan diaduk selama 3 jam, diamkan 24jam kemudian dsaring, dan ampas direndam lagi dengan etanol 96% lalu hasil maserat dikumpulkan. Maserat yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan etanol nya dengan waterbath pada suhu maksimal 70oC. Untuk menghindari rusak nya zat aktif akibat pemanasan berlebihan, penguapan etanol ini dilakukan sampai diperoleh ekstrak kental. 3. a. Evaluasi Serbuk Pengukuran sifat alir campuran serbuk Sifat alir diukur dengan secara tidak langsung yaitu dengan metode pengetapan. Campuran serbuk dimasukan kedalam gelas ukur sampai volume 100ml (V0), gelas ukur diletakan diatas motor pengetap. Alat dijalankan, dicatat volume perubahan setelah pengetapan (Vt) dengan t= 5,10,15,20,25,30. T%= V1-V2 x 100% V1

15

b. Pengukuran densitas massa campuran serbuk Kedalam gelas ukur 100ml diisikan campuran serbuk yang dievaluasi sampai mencapai 100ml tanpa dilakukan penghentakan. Setelah campuran serbuk yang ada dalam gelas ukur ditimbang bobot nya, kemudian densitas campuran serbuk dihitung menggunakan rumus P= bobot gelas ukur+ serbuk)- bobot gelas ukur kosong Volume gelas ukur

c. Uji kompaktibilitas Campuran serbuk formula dikempa menjadi tablet. Skala punch atas yang digunakan adalah 7 mm dan dan punch bawah 12 mm. Bahan dimasukan dalam ruang die pada mesin tablet single punch kemudian diratakan permukaan nya lalu di tablet. Kekerasan tablet yang menggambarkan kompaktibilitas bahan di uji dengan hardness tester. In Proses Control : 1. Berat sampel 2. Pengadukan 3. Perendaman 4. Volume pelarut 5. Waktu perendaman 6. Konsentrasi pelarut 7. Suhu penguapan 8. Berat ekstrak yang didapat ( Rendemen) Quality Control : 1. Organoleptis 2. Uji Daya Lekat 3. Uji Daya Sebar

16

H. Penentuan Dosis Dosis laksatif 1 x pakai = Berat serbuk simplisia Berat ekstrak kental Berat ekstrak kering = = = 100-200 mg serbuk simplisia (bisset, 2001) 496 gram 97,62 gram 117,96 gram

(Dengan perbandingan ekstrak kental dan aerosil = 97,62 gram+20,34 gram) (4,8:1) Perhitungan dosis Dosis laxative 1x pakai = = Dosis laxative ekstrak kering = = = (200mg/49600mg)x97,62 gram 0,04 gram 0,04 gram + (1/4,8x 0,04) gram 0,05gram 50 mg (skripsi rizekon arisandi 2011) I. Formula Tablet R/ ekstrak kering daging daun lidah buaya Avicel PH 102 Avicel PH 101 Mg stearat Talk Gula stavia Bobot pertablet 50mg 117,5 117,5 1mg 9mg 5mg 300mg

17

J. a.

Evaluasi Sifat Fisik Tablet Keseragaman bobot tablet 20 tablet ditimbang kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari bobot rata ratanya lebih besar dari 10%. Syarat tersebut untuk tablet yang mempunyai berat lebih dari 300mg (anonim, 1979). CV= SD x 100% X Ket : CV : Koefisien variasi SD : Standar deviasi X : Bobot rata-rata tablet

b.

Kekerasan tablet Alat yang digunakan adalah Stokes Monsanto Hardness Taster. Sebuah tablet diletakan pada ujung alat dengan posisi vertikal, kemudian spiral pada bagian bawah skala pada alat diputar perlahan lahan sampai tablet pecah. Dibaca skala yang dicapai saat tablet tepat hancur.

c.

Kontrol kerapuhan Sejumlah 20 tablet dibebas debukan dengan aspirator. Timbang seksama dalam neraca analitik, kemudian masukan ke dalam friabilator. Pengujian dilakukan dengan kecepatan 25 rpm selama 4menit sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet dari alat, bebas debukan kembali kemudian ditimbang. Kerapuhan tablet dinyatakan dengan berat tablet sebelum pengujian dengan berat tablet sesudah pengujian dikali 100% Kerapuhan (%)= M1-M2 x 100% M1

18

d.

Uji tanggapan rasa Uji tanggapan rasa dilakukan dengan teknik sampling acak populaso heterogen sejumlah 50 responden dengan cara sebagai berikut : responden ditemui dan diminta untuk memberikan tanggapan rasa tablet kuynyak ekstrak daging daun lidah buaya. Uji tanggapan rasa dikelompokan dua kategori yaitu enak dan tidak enak.

K.

Pengemas Pengemasan (packaging) meliputi kegiatan promosi, perlindungan, dan penambahan nilai sebuah produk. Pengemasan dapat menjadi hal yang sangat penting, baik bagi penjual maupun konsumen. Pengemasan dapat menjadikan produk lebih nyaman untuk digunakan atau disimpan. Pengemasan dapat menghindari kebusukan atau kerusakan produk. Pengemasan yang baik akan menjadikan produk lebih mudah untuk diidentifikasikan serta memudahkan promosi merek pada titik pembelian dan bahkan ketika sedang digunakan. Pengemasan dapat meningkatkan nilai sebuah produk Kemasan yang baru dapat membuat perbedaan penting dalam strategi pemasaran yang baru sampai dengan memenuhi kebutuhan

konsumen secara lebih baik. Terkadang, sebuah kemasan baru menjadika produk lebih mudah dan aman untuk digunakan. Sebagai contoh, saat ini sebagian besar obat-obatan dan produk makanan disegel secara khusus guna mencegah terjadinya kerusakan produk. Pengemasan mengirimkan pesan pengemasan dapat mengaitkan produk dengan seluruh strategi pemasaran. Kemasan yang baik terkadang memberikan perusahaan lebih banyak efek promosi dibandingkan yang bisa didapat oleh iklan.

19

Pelanggan melihat kemasan di toko-toko, ketika mereka akan membeli produk. Pengemasan dapat menurunkan biaya distribusi Pengemasan yang lebih protektif sangat penting bagi pabrikan dan grosir. Mereka terkadang harus membayar biaya barang yang rusak dalam pengiriman. Peritel juga memerlukan pengemasan yang protektif. Pengemasan dapat mengurangi biaya penyimpanan dengan mengurangi kerusakan, kebusukan, dan pencurian. Kemasan yang baik juga akan menghemat tempat dan lebih mudah untuk ditangani dan dipajang. Kode produk universal mempercepat penanganan Untuk mempercepat penanganan produk-produk yang cepat terjual, pemerintah dan perwakilan-perwakilan industri telah mengembangkan kode produksi universal (universal product code UPC) yang mengidentifikasikan setiap produk dengan tanda yang dapat dibaca oleh scanner elektronik. Komputer kemudian mencocokkan setiap kode dengan produk dan harga. Kode-kode ini mempercepat proses pengeluaran dan mengurangi kebutuhan untuk menandai harga setiap barang. Sistem ini juga mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh kasir serta mempermudah pengontrolan persediaan dan pelacakan penjualan produk tertentu.

Pengemas yang dipilih dalam formulasi ini adalah bentuk Strip packaging. Bentuk pengemas ini merupakan bentuk pengemas yang sangat efektif untuk sediaan tablet kunyah. Keunggulan dari pengemas Strip packaging diantaranya : 1. Praktis, yaitu mudah dalam penggunaannya, mudah dalam

penyimpanan, mudah dibawa. 2. Mengurangi kontaminasi, dengan bentuk pengemas seperti ini diharapkan lebih efektif untuk menghindari kontaminasi

mikroorganisme dibandingkan bentuk pengemas yang lain.

20

3. Menghindari penguapan. Pengemasan dibidang farmasi Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih dari seperempat abad. Semua solid form dibidang

farmasi termasuk pill, tablet, capsul, lozenges, dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara ini adalah tablet dan capsul. Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan atas/bawah, dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Size dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Perlu dicek bahwa heat seal cukup efektif. Blister pack : dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan, hingga akan terbentu ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu di cut. Strip dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi 3, hal 6-8, 48, 353, 510, 591, 762, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

21

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi 4, hal 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim, 2005, 1001 Tentang Diabetes, hal 5, Penerbit Nexx Media, Bandung. Bisset, N., G and Philioson, J. D., 2001, Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, Medphram Press, London. Kibbe, Arthur, 1999, Handbook of Pharmaceutical Excipient. 3nd edition, hal 317319, American Pharmaceutical Association, Washington. Lachman, L., Lieberman,. H. A., and Kaning J.L., 1986, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, diterjemahkan oleh Siti Suyatni, Edisi III, 644-646, 655-656, 968, 712, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Sheth, B. B., Bandelin, F. J.,and Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablets, in Lieberman, H. A., Lachman, L., (Eds)., Pharmaceutical Dosage From : Tablets, Volume 1, 113-122, 141-145, 180-184, Marcel Dekker Inc, New York. Voigt, R, 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan olaeh Noerono, S 5th, hal 204-208, 562-564, 568-570. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wijayakusuma, H; 1992; Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia Jilid 3, Hal 12-15, Pustaka Kartini, Jakarta

22