Referat Polisitemia Vera ARIF

32
REFERAT POLISITEMIA VERA Diajukan kepada : dr. Titiek Riani, Sp.PD Disusun oleh : ARIF HANDOKO 2007 031 0170 1

Transcript of Referat Polisitemia Vera ARIF

Page 1: Referat Polisitemia Vera ARIF

REFERAT

POLISITEMIA VERA

Diajukan kepada :

dr. Titiek Riani, Sp.PD

Disusun oleh :

ARIF HANDOKO

2007 031 0170

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS JOGJAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2012

1

Page 2: Referat Polisitemia Vera ARIF

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

POLISITEMIA VERA

Dipresentasikan :

TANGGAL : April 2012

TEMPAT : RS JOGJA

Mengetahui,Pembimbing

Dr.Titiek Riani , Sp.PD

2

Page 3: Referat Polisitemia Vera ARIF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Polisitemia vera merupakan suatu penyakit gangguan hematologi yang jarang

ditemui tetapi mempunyai dampak yang cukup serius bagi penderitanya. Penyakit ini

umumnya tidak terdeteksi pada tahap awal karena gejala-gejala yang ditimbulkan

tidak spesifik, berkisar dari rasa “penuh di kepala” sampai sakit kepala, pusing, sukar

memusatkan pikiran, pandangan kabur dan pruritus (gatal-gatal) setelah mandi. Oleh

karena banyaknya keluhan yang diajukan penderita maka tidak jarang dokter

menganggap bahwa penderita adalah seorang neurasthemia atau seorang neurosis.

Penderita polisitemia vera biasanya datang ke dokter karena adanya gangguan –

gangguan yang lebih berat misalnya sesak napas, stroke dan gangguan ekstremitas.

Gejala – gejala yang lebih spesifik ini muncul pada tahap lanjut penyakit ini.

Permasalahan yang ditimbulkan berkaitan dengan massa eritrosit, basofil dan

trombosit yang bertambah serta perjalanan alamiah penyakit menuju ke arah fibrosis

sumsum tulang.

Pada penderita polisitemia vera, viskositas darah sangat meningkat sehingga

aliran darah melalui pembuluh – pembuluh darah seringkali sangat lambat. Selain itu

pada penderita penyakit ini, volume darah juga meningkat, yang cenderung

meningkatkan alir balik vena. Sesungguhnya, curah jantung pada keadaan polisitemia

ini tidak jauh dari nilai normal, sebab kedua faktor ini saling menetralkan.

Kebanyakan tekanan darah arteri pada penderita polisitemia adalah normal, walaupun

pada kira-kira sepertiga penderita tekanan darah arteri meningkat. Ini berarti bahwa

mekanisme pengaturan tekanan darah biasanya dapat mengimbangi kenaikan

viskositas darah, yang dapat menaikkan resistensi perifer dan akan meningkatkan

tekanan arteri dalam batas-batas tertentu.

3

Page 4: Referat Polisitemia Vera ARIF

1.2. Tujuan Penulisan

1. Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang

patofisiologi dan patologi polisitemia vera

2. Memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di Bagian

Ilmu Penyakit Dalam RSUD Jogja.

4

Page 5: Referat Polisitemia Vera ARIF

BAB II

POLISITEMIA VERA

2.1. Definisi

Polisitemia vera adalah suatu penyakit dimana terdapat hipervolumia,

peningkatan jumlah eritrosit dan hiperplasia sel-sel hemopoetik dengan proporsi yang

masih normal. Dikenal juga dengan nama penyakit Osler, penyakit Vaquez, dan

polisitemia vera rubra.

Polisitemia vera merupakan suatu penyakit atau kelainan pada sistem

mieloproliferatif yang melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam sumsum tulang.

Polisitemia vera merupakan penyakit mieloproliferatif yang terjadi akibat

ekspansi klonal sel induk hematopoetik yang mengalami transformasi disertai

pembentukan berlebihan eritrosit dan ekspansi unsur granulositik dan mega kariositik.

Polisitemia vera merupakan suatu penyakit atau kelainan pada sistem

mieloproliferatif yang melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam sumsum tulang.

Polisitemia vera adalah keadaan seperti tumor dari organ yang menghasilkan

sel darah merah, hal ini akan menyebabkan produksi yang berlebihan dari sel darah

merah, diikuti produksi yang berlebihan dari sel darah putih dan platelet.

2.2. Epidemiologi

Polisitemia vera biasanya mengenai pasien berumur 40-60 tahun, walaupun

kadang-kadang ditemukan 5% pada mereka yang berusia lebih muda. Angka

kejadian polisitemia vera ialah 7/1.000.000 penduduk dalam setahun. Penyakit ini

dapat terjadi pada semua ras atau bangsa, walaupun didapatkan angka kejadian yang

lebih tinggi di kalangan bangsa Yahudi. Pada pria didapatkan dua kali lebih banyak

daripada wanita.

Polisitemia vera biasanya muncul pada usia pertengahan akhir, dan terdapat

sedikit predominansi laki-laki, relatif jarang ditemukan pada orang kulit hitam dan

frekuensinya meningkat pada orang Yahudi keturunan Eropa. Adapun kasus

5

Page 6: Referat Polisitemia Vera ARIF

polisitemia vera pada kembar monozigot (walaupun jarang) dan peningkatan minimal

insidensi pada saudara pasien mengisyaratkan peran genetik pada beberapa kasus.

2.3. Etiologi

Etiologi dari polisitemia vera masih belum diketahui secara pasti apakah

disebabkan adanya rangsangan ke sumsum tulang akibat adanya hipoksia atau melalui

rangsangan hormonal.

2.4. Patologi

Perubahan-perubahan dasar terjadi dalam sumsum tulang yang sangat

hiperseluler. Eritron jelas mengalami pembengkakan, sementara sumsum berlemak

digantikan sumsum aktif yang berair banyak dan berwarna merah tua.

Secara histologi, proliferasi yang mencolok semua bentuk eritroid terlihat,

khususnya normoblas. Disamping itu hiperplasi megakariosit juga menonjol. Biasanya

terdapat peningkatan secara bersama unsur-unsur granulosit. Bila penyakit ini berubah

perjalanannya, sumsum memperlihatkan perubahan-perubahannya dan mungkin

menjadi leukemi atau fibrosis.(PA)

Tinjauan laboratorium didapatkan:

Secara otomatis hitung sel darah merah dan hematokrit (termasuk

hemoglobin) mengalami peningkatan. Pada hitung sel jumlah

eritrosit dijumpai > 6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya

transisi ke arah metaplasia mieloid.

Peningkatan hematokrit dapat mencapai 85%. Sesuai dengan adanya

peninggian hematokrit, viskositas darah meninggi.

Pasien dengan kadar hemoglobin diatas 20 g/dL pada 60% laki-laki

dan 56% perempuan biasanya ikut serta dalam meningkatkan kadar

sel darah merah. Sel darah merah (eritrosit) pada pasien dengan

polisitemia vera biasanya menunjukkan normokromik normocytik,

kecuali pada pasien yang sudah mengalami perdarahan, ulkus peptik

atau sudah pernah dilakukan plebotomi.

6

Page 7: Referat Polisitemia Vera ARIF

Karena terjadi hiperproliferasi prasel granulosit dan juga

megakariosit dalam sumsum tulang, hitung sel darah putih mungkin

sebesar 80.000 per ml, namun ada juga yang membatasi >12.000/ul

dengan netrofil bergeser kekiri dan beberapa sel muda serta basofilia

ringan (terjadi leukositosis yang biasanya berkisar antara 12-15x103 /

mL dengan gambaran bergeser ke kiri sampai metamielosit). Pada

Sel granulosit terjadi peningkatan pada 2/3 kasus polisitemia vera,

berkisar antara 12-25 ribu/mL sampai 60 ribu/mL.

Hitung trombosit sering lebih dari 400.000 per ml(400.000 –

800.000/ul) bahkan dapat mencapai satu juta. Pengeluaran potassium

kedalam serum disebabkan adanya peningkatan jumlah trombosit

selama proses koagulasi yang menyebabkan pseudohiperkalemia

dalam serum. Morfologi trombosit abnormal yaitu makrotrombosit

dan pengurangan granula. Yang khas, kadar fosfatase alkali

granulosit diatas normal.

Terjadi peningkatan vitamin B-12 > 900 pq/mL, hal ini dijumpai

pada 30% kasus, tetapi dapat pula menurun, yaitu pada ± 30% kasus,

dan kadar UB12 BC meningkat > 2200 pq/mL pada > 75% kasus.

Peningkatan ini berhubungan dengan adanya binding protein dalam

sel darah putih dan merupakan refleksi dari jumlah sel darah putih

perifer dan sumsum tulang.

Hiperuricemia ditemukan pada 40% pasien yang merupakan refleksi

dari peningkatan metabolisme akibat pelepasan sel yang berlebihan

dari sumsum tulang. Kadar asam urat meninggi ringan ( kadar sekitar

8 mg% )(en,in)

menunjukkan peningkatan selularitas normoblastik berupa hiperplasi

trilinier seri eritrosit, megakariosit dan mielosit.

Gambaran histopatologi sumsum tulang adanya bentuk morfologi

megakariosit yang patologis dan sedikit fibrosis merupakan petanda

patognomonik polisitemia vera.

7

Page 8: Referat Polisitemia Vera ARIF

2.4. Patofisiologi

Perubahan-perubahan anatomi utama berasal dari peningkatan volume darah

dan pengentalan yang dihasilkan oleh eritrositosis. Bendungan yang melimpah pada

semua jaringan dan alat tubuh merupakan ciri khas polisitemia vera. Hati membesar

dan sering mengandung fokus-fokus metaplasi mieloid. Limpa juga agak membesar,

mencapai 250 sampai 300 gram, dan sangat kenyal. Sinus-sinus limpa dipadati oleh

sel darah merah, seperti juga semua pembuluh darah limpa. Pembuluh darah utama

secara seragam melebar, biasanya karena pengentalan darah yang kekurangan

oksigen.

Akibat peningkatan kekentalan dan bendungan vaskuler, trombosis dan infark

sering terjadi paling sering mengenai jantung, limpa dan ginjal. Perdarahan terjadi

pada kira-kira sepertiga penderita, mungkin karena pelebaran pembuluh darah dan

kelainan fungsi trombosit. Biasanya mengenai saluran pencernaan, orofaring atau

otak. Meskipun dikatakan perdarahan ini kadang-kadang terjadi spontan, lebih sering

terjadi setelah berbagai trauma minor ataupun tindakan bedah. Ulkus peptikum

dinyatakan pada kira-kira seperlima penderita.

Polisitemia vera sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat,

terjadi karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon sel induk darah yang

abnormal. Berbeda dengan keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal ini

tidak membutuhkan eritropoetin untuk proses pematangannya (eritropoetin serum < 4

mu/mL).(UI)

Penyakit polisitemia vera juga berkaitan dengan proliferasi berlebihan prekursor

eritroid, granulositik dan megakariositik. Di sini eritrositosis merupakan manifestasi

primer. Konsentrasi eritropoetin dalam serum pada polisitemia vera rendah tetapi

tidak menghilang. Prekursor eritroid pada pasien Polisitemia berespon terhadap

eritropoetin dan mungkin hipersensitif terhadap kerja hormon ini. Sel sumsum tulang

dari pasien polisitemia vera membentuk koloni prekursor eritroid dalam biakan tanpa

ditambahkan eritropoetin. Fenomena ini jarang dijumpai pada penyakit lain. Banyak

8

Page 9: Referat Polisitemia Vera ARIF

dari pembentukan koloni eritroid endogen pada polisitemia vera ini dihambat oleh

penambahan antibodi terhadap eritropoetin, yang mengisyaratkan peningkatan

kepekaan terhadap eritropoetin. Namun sebagian pembentukan sel darah merah pada

polisitemia vera mungkin autonom dalam kaitannya dengan eritropoetin. Selain itu

terdapat peningkatan progenitor mieloid dan megakariositik di sumsum tulang, yang

mengisyaratkan bahwa panmielosis pada polisitemia vera ditandai oleh ekspansi

cadangan sel prekursor.

Di dalam sirkulasi darah tepi pasien polisitemia vera didapati peninggian nilai

hematokrit. Terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit terhadap plasma dapat

mencapai > 49% pada wanita (kadar Hb > 16 mg/dL) dan > 52% pada pria (kadar Hb

> 17 mg/dL), serta di dapati pula peningkatan jumlah total eritrosit (hitung eritrosit >

6 juta/mL).

Adapun perjalanan klinis pasien polisitemia vera adalah :(UI)

a. Fase eritrositik atau fase polisitemia.

Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini di dapatkan peningkatan

jumlah eritrosit yang dapat berlangsung hingga 5-25 tahun. Pada fase ini

dibutuhkan flebotomi secara teratur untuk mengendalikan viskositas darah

dalam batas normal.

b. Fase burn out ( terbakar habis ) atau spent out ( terpakai habis ).

Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien

memasuki periode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang

timbul anemia tetapi trombositosis dan leukositosis biasanya menetap.

c. Fase mielofibrotik

Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan

perjalanan klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasi

mieloid. Kadang-kadang terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati,

kelenjar getah bening dan ginjal.

d. Fase terminal

9

Page 10: Referat Polisitemia Vera ARIF

Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera diakibatkan

oleh kompilasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena meilofibrosis

terjadi pada kurang dari 15%.

Beberapa hal yang dapat ditimbulkan oleh polisitemia vera antara lain:

1. hiperviskositas

- hiperviskositas mengakibatkan menurunnya aliran darah dan terjadinya

hipoksia jaringan serta manifestasi susunan saraf pusat berupa sakit kepala,

dizziness, vertigo, stroke, tinitus dan gangguan penglihatan berupa pandangan

kabur, skotoma dan diplopia.

- Manifestasi kardivaskuler

Angina pektoris dan klaudikasio intermiten.

- Manifestasi perdarahan (terjadi pada 10-30 % kasus)

Epistaksis, ekimosis dan perdarahan gastrointestinal.

- trombosis vena atau tromboflebitis dengan emboli ( terjadi pada 30-50 %

pasien )

2. gejala dan tanda pada kulit

- pruritus terjadi pada 50 % kasus, dan urtikaria terjadi pada 10 % kasus.

Kemungkinan disebabkan karena perubahan metabolisme histamin.

- Plethora dan akrosianosis adalah manifestasi eritrositosis berat.

Sebagai akibat dari hiperplasia hemopoitik maka jumlah eritrosit akan meninggi,

hematokrit akan meninggi dan viskositas darah akan meninggi. Trombosit juga

akan meninggi dan peninggian trombosit dan adanya viskositas darah yang juga

meninggi merupakan predisposisi untuk terjadinya trombosis. Kemungkinan

terjadi trombosis lebih besar lagi mengingat penderita polisitemia vera biasanya

pada penderita 40 tahunan dimana sudah mulai terjadi arteriosklerosis.

Hipervolemia disertai viskositas darah yang tinggi akan menimbulkan

dekompensasi kordis. Meskipun terdapat trombositemia, sering dapat dijumpai

perdarahan oleh akibat kerusakan pembuluh darah akibat dari adanya

hipervolemia.

10

Page 11: Referat Polisitemia Vera ARIF

Turnover dari asam nukleat meninggi akibat produksi sel yang meningkat yang

akan menimbulkan peninggian kadar asam urat yang dapat mengakibatkan

serangan gout atau terbentuknya urolithiasis.

2.6. Kelaianan Fisik

a. Muka penderita akan terlihat merah (pletorik). Pada kulit muka, leher,

telinga dan selaput lendir akan terlihat gambaran pembuluh darah. Pada

pemeriksaan kedua mata, konjungtiva akan terlihat sangat merah karena

adanya pelebaran dari pembuluh darah. Terdapat perubahan hiperviskositas

pada fundus, termasuk vena-vena retina yang melebar dan berkelok-kelok

dan harus dicari adanya perdarahan.

b. Inspeksi lidah dilakukan untuk menentukan adanya sianosis sentral.

c. Pemeriksaan sistem kardiovaskular dilakukan untuk menentukan adanya

pembesaran jantung dan kemungkinan disertai bising sistolik.

d. Pemeriksaan sistem pernapasan dilakukan untuk mengetahui adanya tanda-

tanda penyakit paru kronik yang biasanya disertai dengan ronkhi basal.

e. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya splenomegali, yang

terjadi pada 80% kasus polisitemia dan juga pembesaran hepar. Pembesaran

bersifat keras dan tidak nyeri tekan.

f. Pada pemeriksaan ekstremitas lengan harus diinspeksi untuk mencari bekas

garukan. Tungkai harus diinspeksi untuk mencari bekas garukan, tofus gout

dan artropati.

2.8. Diagnosis

Sebagai suatu kelainan mieloproliferatif, polisitemia vera dapat memberikan

kesulitan dengan berbagai keadaan lainnya (polisitemia sekunder). Karena

kompleksnya penyakit ini, International Polycythemia Study Group menetapkan 2

kriteria pedoman dalam menegakkan diagnosis polisitemia vera menjadi 2 kategori

yaitu :

11

Page 12: Referat Polisitemia Vera ARIF

Kategori A

1. Pembesaran massa sel darah merah yang khas. Pada pria ≥ 36 mL/kg, dan

pada wanita ≥ 32 mL/kg.

2. Saturasi oksigen darah arteri ≥ 92 %

3. Splenomegali.

Kategori B

1. Trombositosis > 400.000 / mikroliter

2. Leukositosis > 12.000 / mikroliter ( tidak ada penyakit )

3. Peningkatan skor fosfatase alkalin leukosit (LAF) > 100, tanpa adanya

demam atau infeksi.

4. Kadar vitamin B12 serum > 900 pg/mL atau kapasitas pengikat vitamin B12 >

2200 pg/mL.

Diagnosis polisitemia vera jika : A1+A2+A3 atau A1+A2 + 2 faktor kategori B.

2.9. Diagnosis Banding

a. Polisitemia Sekunder

Biasanya tidak disertai dengan penambahan jumlah lekosit dan

trombosit, pada pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit menurun (pada

PV normal). Kadar alkali fosfatase normal (pada PV meningkat). Pada

polisitemia sekunder biasanya didapatkan kelainan dasar penyakit seperti

kelainan jantung bawaan, arterio venous shunt, penyakit paru obstruktif

menahun. Penyebab lain yang jarang dijumpai seperti tumor otak, tumor

ginjal, cushing sindrome, dan lain-lain. Hipoksemia biasanya disertai dengan

sianosis dan clubbing.

Pada polisitemia sekunder biasanya tidak disertai dengan penambahan

jumlah leukosit dan trombosit. Oleh karenanya M:E rasio dalam sumsum

tulang berubah. Pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit di dapatkan

penurunan, sedangkan kadar LAF normal.

b. Polisitemia Relatif

12

Page 13: Referat Polisitemia Vera ARIF

Tidak disertai peninggian jumlah lekosit dan trombosit. Terjadi akibat

berkurangnya volume plasma karena dehidrasi atau renjatan hipovolemik, tidak

terdapat peninggian jumlah leukosit dan trombosit.

c. Leukemia Granulositik kronika stadium awalTerdapat peninggian kadar hb tetapi jumlah eritrosit jarang melebihi angka 6

juta/mL, biasanya jumlah leukosit M:E rasio akan berubah sampai 8:1.

d. Polisitemia Stres

Biasanya ditemukan pada laki-laki dengan hipertensi yang labil. Secara klinis

sukar dibedakan dengan polisitemia vera stadium awal, untuk mengetahuinya

diperlukan observasi yang agak lama. Pada Polisitemia stres pada riwayat penyakitnya

didapatkan adanya riwayat stres emosional.

e. Sindroma Pickwichian

Polisitemia yang terjadi pada obesitas, dimana akan dijumpai sedikit peningkatan

jumlah eritrosit, penurunan kapasitas vital, hipertensi, tidak ada splenomegali.

Terjadinya polisitemia disebabkan karena adanya hipoventilasi alveoli sebagai akibat

diafragma yang kurang dapat bergerak bebas.

f. Mielofibrosis mieloid metaplasia

Biasanya didapatkan eritrosit bentuk tetesan dan pada pemeriksaan sumsum tulang

akan menghasilkan suatu “dry tap”.

g. Hyper thyroidisme

Secara klinis dapat menyerupai polisitemia vera karena ada perasaan panas dan

hiperhidrosis.

2.10 Komplikasi

a. Trombosis

Terjadi disebabkan oleh karena hiperviskositas, arteriosklerosis dan

trombositosis.

b. Perdarahan

13

Page 14: Referat Polisitemia Vera ARIF

Disebabkan karena regangan pembuluh darah akibat adanya hipervolemia

dan gangguan fungsi trombosit.

c. Gagal jantung

Disebabkan karena beban jantung terlalu berat akibat dari hipervolemia,

hiperviskositas, hipertusi dan kemungkinan infrak miokard akibat trombosis.

d. Leukemia mieloblastik

Sering terjadi pada pasien yang diberikan terapi dengan radioterapi atau

fosfor radioaktif.

e. Mielofibrosis

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dapat khemoterapi intensif.

f. Gout dan nefrolithiasis

Disebabkan karena tingginya kadar asam urat.

2.11 Penatalaksanaan

A. Prinsip Pengobatan

1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan

mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.

2. Menghindari pembedahan efektif pada fase eritrositik atau polisitemia yang

belum terkendali.

3. Menghindari pengobatan berlebihan.

4. Menghindari obat yang mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi pada

pasien usia muda.

5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau

kemoterapi sitostatik pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan :

- Trombositosis persisten di atas 800.000/mL, terutama jika disertai gejala

trombosis.

- Leukositosis progresif.

- Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik.

- Gejala sistemik yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar

dikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.

14

Page 15: Referat Polisitemia Vera ARIF

B. Media Pengobatan

1. Flebotomi

Indikasi flebotomi :

- Polisitemia vera fase polisitemia

- Polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika Ht > 55% (target Ht ≤

55%)

- Polisitemia sekunder non fisiologis bergantung pada derajat

penatalaksanaan terbatas gawat darurat sindrom paraneoplastik.

Tujuan flebotomi :

- Mempertahankan Ht ≤ 42 % pada wanita dan ≤ 47 % pada pria.

- Mencegah timbulnya hiperviskositas dan penurunan shear rate.

Prosedur flebotomi :

1. 250 – 500 cc darah dikeluarkan dengan blood donor collection set standar

setiap 2 hari. Pada pasien dengan usia lebih dari 55 tahun atau penyakit

vascular aterosklerotik yang serius, flebotomi hanya boleh dilakukan

dengan prinsip isovolemik yaitu mengganti plasma darah yang dikeluarkan

dengan cairan pengganti plasma, untuk mencegah timbulnya bahaya

iskemia serebral atau jantung karena status hipovolemik.

2. Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500 mL darah (normal total body

iron ± 5 g). defisiensi besi merupakan efek samping pengobatan flebotomi

berulang. Gejala defisiensi besi seperti glositis, keilosis, disfagia dan

astenia cepat hilang dengan pemberian preparat besi.

2. Kemoterapi Sitostatika

Indikasi kemoterapi sitostatika :

- Hanya untuk polisitemia vera.

- Flebotomi sebagai pemeliharaan dibutuhkan > 2 kali sebulan.

- Trombositosis yang terbukti menimbulkan trombosis.

15

Page 16: Referat Polisitemia Vera ARIF

- Urtikaria berat yang tidak dapat diatasi dengan antitistamin.

- Splenomegali simtomatik atau mengancam ruptur limpa.

Prosedur pemberian kemoterapi sitostatik :

1. Hidroksiurea (Hydrea @ 500 mg/tablet) dengan dosis 800-1200 mg/m2/hari

atau diberikan sehari 2 kali dengan dosis 10-15 mg/kg BB/kali, jika telah

tercapai target dapat dilanjutkan dengan pemberian intermiten untuk

pemeliharaan.

2. Klorambusil (Leukeran @ 2 mg/tablet) dengan dosis induksi 0,1 – 0,2

mg/kg BB/hari selama 3 – 6 minggu dan dosis pemeliharaan 0,4 mg/kg BB

tiap 2 – 4 minggu.

3. Busulfan (Myleran @ 2 mg/tablet) 0,06 mg/kg BB/hari atau 1,8 mg/m2/hari,

jika telah mencapai target dapat dilanjutkan dengan pemberian intermiten

untuk pemeliharaan.

Pemberian obat dihentikan jika hematokrit :

- Pada pria ≤ 47% dan memberikannya lagi jika > 52%

- Pada wanita ≤ 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.

3. Fosfor Radioaktif ( P32 )

P32 pertama kali diberikan dengan dosis ± 2-3 mCi/m2 secara iv, apabila

diberikan peroral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4

minggu pemberian P32 pertama :

- Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu.

- Tidak mendapatkan hasil, dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama

dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.

4. Kemoterapi biologi ( Sitokin )

Tujuan pengobatan terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung

trombosit > 800.000/mm3). Produk biologi yang digunakan Interferon

(Intron –A@ 3 dan 5 juta IU, Roveron –A@ 3 dan 9 juta IU) digunakan terutama

16

Page 17: Referat Polisitemia Vera ARIF

pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Dosis yang

dianjurkan 2 juta IU/m2/ subkutan atau IM 3 kali seminggu.

Kebanyakan klinisi mengkombinasikan dengan sitostatik siklofosfamid

(Cytoxan@ 25 mg dan 50 mg/tablet) dengan dosis 100 mg/m2/hari, selama 10 –

14 hari atau target telah tercapai (hitung trombosit < 800.000 / mm3) kemudian

dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 100 mf/m2 1-2 kali seminggu.

5. Pengobatan Suportif

a. Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-699 mg/hari oral pada pasien

dengan penyakit yang aktif dengan memperlihatkan fungsi ginjal.

b. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan antitistamin, jika diperlukan dapat

diberikan Psoralen dengan penyinaran ultraviolet range A (PUVA).

c. Gastritis atau Ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2.

d. Antiagregasi trombosit analgrelide turunan dari quinazolin disebutkan juga

dapat menekan trombopoesis.

II.12. Prognosis

Sekitar 30% penderita meninggal karena komplikasi trombosis, yang

biasanya mempengaruhi otak dan jantung. Disamping itu, 10 sampai 15% lagi

meninggal karena berbagai komplikasi perdarahan.

Pada penderita yang tidak mendapatkan pengobatan, kematian

diakibatkan kelainan vaskuler, yang terjadi setelah beberapa bulan diagnosis

dibuat. Tetapi bila massa sel darah merah masih bisa dipertahankan mendekati

normal melalui flebotomi, kelangsungan hidup median 10 tahun dapat

diusahakan.

Prognosis polisitemia vera pada umumnya adalah cukup baik, kecuali

apabila sering terjadi komplikasi trombosis, penderita tidak kooperatif

terhadap terapi yang diberikan atau apabila ada tanda-tanda gagal jantung.

Penggunaan P32 dan terapi mielosupresif dengan obat alkilasi, walaupun

dapat mengontrol penyakit, menyebabkan peningkatan insidensi leukemia

17

Page 18: Referat Polisitemia Vera ARIF

akut, dan saat ini terapi tersebut jarang digunakan. Terapi modern

kemungkinan menyebabkan perubahan perjalanan penyakit. Dahulu sebagian

besar pasien meninggal akibat penyulit kardiovaskular. Leukemia akut dapat

timbul pada 2% pasien yang tidak mendapat obat alkilasi atau radioterapi.

BAB III

KESIMPULAN

Polisitemia vera merupakan suatu penyakit gangguan hematologi yang jarang

ditemukan tetapi mempunyai dampak yang cukup serius bagi penderitanya. Penyakit

18

Page 19: Referat Polisitemia Vera ARIF

ini adalah suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, terjadi karena sebagian

populasi eritrosit berasal dari satu klon sel induk darah yang abnormal.

Karenanya dengan memahami definisi, perjalanan klinis sampai dengan

penatalaksanaannya, maka diharapkan dapat mengetahui bagaimana cara mendeteksi

penyakit ini pada tahap awal dan mencegah berbagai macam komplikasi yang dapat

ditimbulkan.

Penatalaksanaan yang tepat terhadap penderita polisitemia vera dapat

meningkatkan vitalitas dan umur harapan hidup bagi penderitanya.

19

Page 20: Referat Polisitemia Vera ARIF

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muthalib, Shufrie Effendy, (2001), “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, Jilid II, Edisi III, Balai Penerbit FJ UI, Jakarta.

Boyd, William, (1958), “Pathology for the Physician”, Sixth Edition, Lea and Febiger, USA.

Guyton, Arthur. C, (1996), “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Bagian I, Edisi 7, EGC, Jakarta.

Isselbacher, et at, (1995), “Harrison – Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam”, Volume 4, Edisi 13, EGC, Jakarta.

Price, Silvia.A, Lorraine M.Wilson, (1994), “Patofisiologi- Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”, Buku 1, edisi 4, EGC, Jakarta.

Supandiman, Iman, (1994), “Hematologi Klinik”, Alumni, Bandung.

Talley, Nicholas. J,Simon O’Connor, (1994), “Pemeriksaan Klinis”, Binarupa Aksara, Jakarta.

Wells, Benjamin. B, (1965), “Clinical Pathology Aplication anda Interpretation”, Third Edition, Wb Saunders Company, Philadelphia.

Widmann, Frances. K, (1989), “Clinical Interpretation of Laboratory Test”, Ninth Edition, EGC, Jakarta.

Wintrobe, Maxwll. M, (1961), “Clinical Hematology”, fifth Edition, Lea and Febiger, USA.

20